Pengembangan Bahan Ajar Tematik Terpadu Berbasis Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SD Kelas V

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 13

EDUKASI P-ISSN 1693-4164

DOI: 10.33387/Edu E-ISSN. 2715-8551

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR TEMATIK TERPADU


BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
SISWA SD KELAS V

Mardia Hi. Rahman1, Saiful Latif 2


1
Program Studi Pendidikan Fisika, FKIP Universitas Khairun
2
Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, FKIP Universitas Khairun
1
Email: [email protected]; [email protected]

Abstract
The 2013 curriculum suggests that learning must be integrated or commonly known as
integrated thematic learning. Thematic learning in elementary schools usually combines
material on several subjects into one theme. The references used by both teachers and
students are provided by the government, namely teachers’ book and students’ book. The
teachers directly teach their students using references provided without analyzing or further
developing by the teacher. The implementation of 2013 curriculum requires teachers to be
creative in using various learning models and scientific approaches. With these demands
the teacher should be able to develop teaching materials in accordance with the learning
model. This research is motivated by the importance of developing integrated thematic
teaching materials based on Problem Based Learning models that are able to improve the
critical thinking skills of fifth grade students. The study was conducted for 3 months. This
type of research is development research refers to the 4-D model proposed by
Thiagarajan, but this research is limited to defining, designing and developing. The
instrument used to assess the quality of teaching materials is a questionnaire with five
categories, while students' critical thinking skills use test instrument. Data analysis was
performed by descriptive analysis. The results of the analysis show that integrated thematic
teaching materials based on Problem Based Learning (PBL) on heat and its transfer are
stated to meet valid criteria and practicality, because teaching materials are developed
based on supporting theories consistently and can be used easily. Whereas in the
effectiveness test of integrated thematic teaching materials based on problem based
learning, it was declared effective to be used because the developed teaching materials had
a positive impact in increasing students' critical thinking skills.
Keywords: Integrated Thematic Teaching Materials, Problem Based Learning, Critical
Thinking Ability

PENDAHULUAN

Pembelajaran dengan kurikulum 2013 mensyaratkan guru agar dalam proses


pembelajaran harus melibatkan peran aktif siswa, dimana siswa yang lebih aktif
belajar dibandingkan guru, sehingga potensi atau kemampuan siswa dapat

246
Vol. 18 No.2 JUNI 2020
EDUKASI P-ISSN 1693-4164
DOI: 10.33387/Edu E-ISSN. 2715-8551

dikembangkan secara maksimal sesuai minat, bakat dan pengalaman belajarnya.


Siswa harus dapat berkembang sesuai pengalaman yang diterima, maka tugas guru
adalah membantu serta memberikan kemudahan bagi siswa untuk memperoleh
pengalaman belajar sesuai keinginan dan kemampuan serta dapat meningkatkan
kemampuan dalam memecahkan masalah dan berpikir kritis. Guru dalam proses
pembelajaran harus mampu mengenali kebiasaan dan kepribadian siswa, kelebihan
dan kelemahan siswa, sehingga guru dapat mencari tindakan yang tepat untuk
mengatasi setiap permasalahan yang dialami siswa. Menurut Skiffington & Zeus
dalam Griffiths, (2005) yang secara garis besar diartikan bahwa “terdapat berbagai
ciri atau sifat pembelajaran yang dapat diterapkan secara konsisten dalam proses
pembelajaran yang menghasilkan transfer pengetahuan secara teoritis yang praktis
diterapkan dan diintegrasikan ke dalam pikiran dan tindakan siswa”. Pendapat
tersebut mengisyaratkan kepada guru agar konsisten dalam mendidik, membina
dan mentransfer pengetahuan yang akan dijadikan sebagai pengalaman belajar
siswa. Terkait kompetensi Guru, hasil penelitian (Rahman & Ahmad, 2017) juga
menemukan bahwa kompetensi guru IPA di SMP Pulau Bacan perlu
dikembangkan. Empat kompetensi guru, harus menjadi landasan kuat agar guru
lebih professional (Rahman, 2014, 2017, 2013).
Penerapan kurikulum 2013 hingga kini banyak mengalami perubahan, hal ini
dimaksudkan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Perubahan yang dilakukan
khusus pada jenjang sekolah dasar (SD) diantaranya pembelajaran tematik terpadu
tidak harus menggunakan pendekatan saintifik 5M, akan tetapi jika perlu untuk
menggunakan maka pelaksanaan pendekatan saintifik tidak diwajibkan untuk
dilaksanakan secara berurutan. Dari segi sumber belajar yaitu buku guru dan buku
siswa juga dilakukan perbaikan-perbaikan.
Penyediaan buku guru dan buku siswa oleh pemerintah seharusnya membuat
guru lebih kreatif untuk mengembangkan bahan ajar sebagai sumber belajar
penunjang bagi siswa. Tetapi kenyataannya kebanyakan guru tidak lagi membuat
bahan ajar yang semestinya dapat dipadukan atau disesuaikan dengan model
pembelajaran yang digunakan pada saat proses pembelajaran. Bahan ajar yang
dibuat guru dapat dimanfaatkan secara mandiri oleh siswa baik di rumah maupun
di sekolah sebagai materi atau informasi tambahan pengetahuan yang berkaitan
dengan materi yang dipelajari. Bahan ajar yang dikembangkan guru merupakan
salah satu bentuk untuk untuk mengatasi kekurangan sumber belajar siswa ataupun
dapat melengkapi bahan belajar siswa secara individu.

247
Vol. 18 No.2 JUNI 2020
EDUKASI P-ISSN 1693-4164
DOI: 10.33387/Edu E-ISSN. 2715-8551

“Untuk tujuan perencanaan, penelaahan dan implementasi dalam proses


pembelajaran maka perlu dikembangkan bahan ajar yang disusun secara sistematis
agar dapat memperlihatkan kompetensi yang harus dikuasai siswa” (Prastowo,
2011).
Hasil observasi yang dilakukan di SD Negeri 21 Kota Ternate diperoleh
bahwa guru hanya menggunakan buku guru dan buku siswa sebagai sumber
belajar. Namun, jika ditelaah kembali pada buku guru dan buku siswa terlihat
bahwa cakupan materi atau informasi-informasi yang terkait dengan tema masih
kurang. Selain itu siswa kurang diajak untuk dapat memecahkan masalah yang
terjadi di sekitar lingkungannya. Siswa kurang mampu berpikir kritis,
menganalisis, mencari solusi dari permasalahan yang terjadi. Dengan kata lain guru
tidak mengembangkan bahan ajar tetapi lebih bergantung pada apa yang telah
disediakan pemerintah tanpa menganalisis dan mempertimbangkan kebutuhan
siswa.
Hasil telaah buku guru kelas V SD yang dilakukan peneliti pada pada tema 1
sub tema 1 ditemukan bahwa (1) Indikator pembelajaran tidak dikembangkan; (2)
pada uraian materi tidak memperlihatkan gambar organ gerak manusia baik organ
gerak pasif maupun aktif; (3) pada kegiatan ayo menulis, siswa diminta untuk
menuliskan fungsi organ gerak, tetapi pada tujuan pembelajaran tidak dituliskan;
(4) pada kegiatan ayo berdiskusi tidak terlihat dengan jelas apa yang didiskusikan
siswa. Hasil telaah ini sejalan juga dengan hasil telaah buku yang dilakukan oleh
Silviana Nasrul (2018) yaitu bahwa pada buku guru dan buku siswa kelas IV SD
tema 8 subtema 3 didapat berbagai kesalahan dan ketidakteraturan pada buku guru
diantaranya: (1) kurang sesuainya indikator yang dikembangkan dengan
kompetensi dasar; (2) Tidak mencantumkan nomor indikator; (3) Aspek degree
pada perumusan tidak tepat atau tidak sesuai ketentuan; (4) tujuan pembelajaran
yang dirumuskan belum sejalan dengan indikator. Selanjutnya pada buku siswa
yaitu: (1) Langkah-langkah pembelajaran terputus dan tidak terdapat hubungan dari
bacaan sebelumnya dengan bacaan selanjutnya; (2) belum adanya langkah-langkah
PBL dalam pembelajaran; (3) gambar yang ditampilkan masih terbatas sehingga
tidak memberikan informasi yang mudah dipahami siswa; (4) Penggunaan istilah
kurang tepat antara bacaan dengan pertanyaan
Permasalahan-permasalahan seperti yang peneliti temukan dan yang
diungkapkan oleh Silviana Nasrul mungkin tidak disadari oleh guru jika guru tidak
mengembangkan bahan ajarnya sendiri dan lebih mementingkan penggunaan buku
yang disediakan oleh pemerintah. Berdasarkan temuan tersebut, maka guru dituntut

248
Vol. 18 No.2 JUNI 2020
EDUKASI P-ISSN 1693-4164
DOI: 10.33387/Edu E-ISSN. 2715-8551

kreatif untuk mengembangkan bahan ajar tematik terpadu yang berorientasi pada
model pembelajaran inovatif yang diinginkan oleh kurikulum 2013. Salah satu
model pembelajarannya adalah model pembelajaran problem based learning
(PBL). Kunandar (2011: 360) menyatakan bahwa “PBL menjadikan pembelajaran
yang dapat memanfaatkan kejadian-kejadian dunia nyata sebagai suatu kondisi
yang berarti bagi siswa agar belajar tentang bagaimana cara berpikir kritis dan
bagaimana meningkatkan keterampilan dalam pemecahan masalah, mendapatkan
pengetahuan, dan konsep-konsep pokok atau fundamental. Sementara Hosnan,
(2014) menyatakan bahwa “PBL adalah pembelajaran yang menggunakan dunia
nyata dan berpikir secara terbuka sebagai kerangka dasar bagi siswa untuk
meningkatkan keterampilan pemecahan masalah, berpikir kritis dan membangun
pengetahuan baru.
Penelitian-penelitian tentang pengembangan bahan ajar sering dilakukan
diantaranya Nurbaeti, (2019) tentang pengembangan bahan ajar IPA berbasis
problem based learning untuk siswa kelas V Sekolah Dasar. Hasil penelitiannya
menyatakan bahwa pengembangan bahan ajar tema lingkungan sahabat kita di
kelas V Sekolah Dasar berbasis Problem based learning dinyatakan valid dan
layak untuk digunakan. Penelitian lain yang dilakukan oleh Liana, (2018) tentang
pengembangan bahan ajar berbasis problem based learning untuk meningkatkan
keterampilan berpikir tingkat tinggi, dan hasil penelitiannya menyatakan bahwa
bahan ajar yang dikembangkan memenuhi kriteria praktis sehingga layak
digunakan layak digunakan dan efektif meningkatkan kemampuan berpikir tingkat
tinggi.
Kemampuan berpikir kritis merupakan suatu kemampuan yang berada pada
level tinggi. Kemampuan berpikir kritis setiap siswa, hal ini didasarkan pada
seberapa banyak siswa sering melatih diri untuk memecahkan suatu masalah.
Berdasarkan pernyataan Erceg et al., (2013), berpikir kritis pada dasarnya adalah
representasi dari komponen-komponen penting yang dapat ditingkatkan untuk
melatih kemampuan siswa dalam kegiatan pemecahan masalah yang terkait dengan
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari siswa”. Pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis dapat ditingkatkan dengan latihan
secara kontinu. Dengan demikian materi ajar yang disampaikan guru juga harus
dirancang secara menarik dan mudah dipahami siswa.
Pengambangan bahan ajar dalam penelitian ini adalah pengembangan bahan
ajar tematik berbasis problem based learning untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa SD kelas V tema 6 Panas dan Perpindahannya. Pengembangan

249
Vol. 18 No.2 JUNI 2020
EDUKASI P-ISSN 1693-4164
DOI: 10.33387/Edu E-ISSN. 2715-8551

bahan ajar akan disusun sesuai rangkaian kegiatan model pembelajaran problem
based learning dengan mengacu pada indikator kemampuan berpikir kritis. Bahan
ajar yang dikembangkan diharapkan dapat menjadi bahan ajar penunjang siswa
untuk menambah atau melengkapi materi yang disajikan dalam buku guru maupun
buku siswa. Bahan ajar yang dikembangkan disesuaikan dengan kebutuhan siswa
sehingga penyajian materinya lebih lengkap, tetapi mudah dipahami.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan (Research &


Development) yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan bahan
ajar tematik terpadu berbasis problem based learning untuk meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SDN 21 Kota Ternate tema Panas dan
Perpindahannya. Desain penelitian yang digunakan adalah model 4-D (Define atau
pendefinisian), Desain atau perancangan, Develop atau pengembangan dan
Disseminate atau penyebaran. Penelitian ini dilaksanakan di SDN 21 Kota Ternate
khususnya pada kelas V yang dilaksanakan pada bulan Januari - Maret 2020.
Data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil penilaian ahli materi, guru dan
siswa kelas V berupa skor yang didapat dari isian kuesioner, dan data berupa saran
serta masukan ahli materi, guru dan siswa kelas V SDN 21 Kota Ternate yang
akan dijadikan sebagai dasar untuk melakukan revisi terhadap bahan ajar tematik
terpadu berbasis problem based learning. Lembar penilaian kualitas bahan ajar
tematik terpadu berbasis problem based learning menggunakan skala likert dengan
ketentuan sangat baik diberi skor 4, baik dengan skor 3, kurang dengan skor 2, dan
sangat kurang diberi skor 1. Sementara data kemampuan berpikir kritis siswa
diperoleh dengan menggunakan instrumen tes. Produk bahan ajar tematik terpadu
berbasis PBL sebelum diujicobakan ke guru dan siswa terlebih dahulu divalidasi
oleh ahli materi. Setelah divalidasi kemudian diujicobakan ke guru kelas V dan
siswa untuk melihat kepraktisan dan efektivitas produk yang dikembangkan. Data
hasil validasi kemudian dianalisis menggunakan persamaan:

Dengan P = Nilai akhir

250
Vol. 18 No.2 JUNI 2020
EDUKASI P-ISSN 1693-4164
DOI: 10.33387/Edu E-ISSN. 2715-8551

f = skor perolehan
N = Skor maksimum
Berdasarkan persamaan tersebut kemudian dibuatlah kategori atau kriteria
validitas dan praktikalitas dengan menggunakan lima kriteria yang dimodifikasi
yaitu sangat kurang baik (SK), kurang baik (K), cukup baik (C), baik (B) dan
sangat baik (SB) (Kuncoro & Riduwan, 2012), yang dapat dilihat pada tabel 1
berikut:
Tabel 1. Kriteria validitas dan praktikalitas bahan ajar
No Rentang Nilai Kriteria
1 81 - 100 Sangat Baik
2 61 - 80 Baik
3 41 - 60 Cukup Baik
4 21 - 40 Kurang Baik
5 0 - 20 Sangat kurang baik

Untuk melihat keefektifan bahan ajar tematik terpadu yang dikembangkan


maka peneliti melakukan eksperimen yaitu melakukan proses pembelajaran dengan
menggunakan bahan ajar yang dikembangkan pada siswa kelas V SDN 21 Kota
Ternate. Perlakuan yang dilakukan untuk memperoleh data guna kepentingan
pengujian efektivitas bahan ajar tematik terpadu yang dikembangkan adalah
membandingkan hasil kemampuan berpikir kritis siswa sebelum pembelajaran dan
sesudah pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar tematik terpadu berbasis
PBL yang dikembangkan. Data hasil tes siswa kemudian dianalisis menggunakan
statistic deskriptif untuk melihat peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa.
Jika dari hasil analisis data yang diperoleh dari ahli materi, guru dan siswa
kelas V dan didapatkan berada pada kategori sangat baik (SB) dan baik (B), maka
bahan ajar tematik terpadu berbasis problem based learning khusus pada tema
panas dan perpindahannya layak digunakan. Apabila belum memenuhi kategori
tersebut yaitu berada pada kategori cukup baik (C), kurang (K) dan sangat kurang
(SK), maka akan direvisi kemudian dinilai kembali oleh ahli materi, dan guru.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian pengembangan bahan ajar dengan menggunakan model yang


dikemukakan oleh Thiagarajan yaitu model 4D, tetapi tahap penelitian ini dibatasi
sampai pada tahap pengembangan, Sementara tahap selanjutnya yaitu tahap uji
coba produk hanya diujicobakan pada guru dan siswa kelas V SDN 21 Kota

251
Vol. 18 No.2 JUNI 2020
EDUKASI P-ISSN 1693-4164
DOI: 10.33387/Edu E-ISSN. 2715-8551

Ternate. Bahan ajar yang dikembangkan khusus pada tema 6 panas dan
perpindahannya yang diajarkan di semester genap.
Pengembangan bahan ajar tematik terpadu berbasis model problem based
learning untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa kelas V SDN 21 Kota
Ternate dengan menggunakan model pengembangan 4D. Deskripsi data hasil
penelitian dijelaskan sebagai berikut:
1. Tahap Pendefinisian (define).
Pada tahap ini peneliti melakukan studi pendahuluan yaitu ke sekolah
sasaran untuk mencari informasi tentang bahan ajar apa yang sering digunakan
guru kelas V dalam proses pembelajaran. Dari hasil studi pendahuluan tersebut
diperoleh informasi bahwa guru hanya menggunakan buku guru dan buku siswa
sebagai sumber belajar di sekolah. Langkah selanjutnya adalah mengkaji berbagai
literatur yang terkait dengan konsep panas dan perpindahannya sesuai kurikulum
2013 jenjang SD, problem based learning dan kemampuan berpikir kritis.
2. Tahap Perancangan (design)
Langkah yang dilakukan pada tahap ini harus direncanakan secara sistematis
karena pada tahap inilah merupakan awal pembuatan bahan ajar. Tahap ini diawali
dengan diskusi antara peneliti dan guru untuk merumuskan indikator dan tujuan
pembelajaran yang tepat yang dianggap sesuai dengan model problem based
learning dan menentukan batasan-batasan materi yang sesuai dengan karakteristik
siswa SD kelas V. Hal ini dilakukan agar dalam memilih referensi atau buku
sumber yang dijadikan acuan dalam pengembangan bahan ajar tidak menyulitkan
siswa dalam memahami konsep serta contoh-contoh pemecahan masalah yang
terdapat pada bahan ajar. Selain maksud tersebut, yang peneliti harapkan adalah
dapat membantu guru meningkatkan mutu pembelajarannya dengan menggunakan
berbagai sumber belajar, agar pemahaman siswa terutama kemampuan berpikir
kritisnya dapat ditingkatkan. Konsep panas dan perpindahannya sangat dekat
dengan kehidupan sehari-hari siswa sehingga dengan memberikan contoh-contoh
yang lebih banyak dan dilengkapi dengan gambar-gambar berwarna yang menarik
bagi siswa. Dengan demikian, bahan ajar ini akan disenangi siswa dan dapat
menunjang dalam proses pembelajaran yang akhirnya akan menambah khasanah
pengetahuan siswa serta siswa dapat menggunakan keterampilan berpikirnya untuk
menemukan masalah-masalah yang terjadi sesuai materi yang dipelajari.
3. Tahap Pengembangan (Develop)
Pada tahap pengembangan bahan ajar, yang pertama dilakukan peneliti
adalah menyusun draft bahan ajar yang disesuaikan dengan sistematika

252
Vol. 18 No.2 JUNI 2020
EDUKASI P-ISSN 1693-4164
DOI: 10.33387/Edu E-ISSN. 2715-8551

penyusunan bahan ajar, sehingga menghasilkan bahan ajar yang menarik bagi
siswa. Selanjutnya dilakukan pengembangan bahan ajar tematik terpadu berbasis
problem based learning. Setelah bahan ajar tematik terpadu dikembangkan, maka
langkah selanjutnya adalah validasi produk oleh ahli materi yang terdiri dari lima
orang dosen yang memiliki keahlian di bidangnya. Instrumen penilaian validasi
bahan ajar tematik terpadu berbentuk angket yang disusun berdasarkan indikator
pada komponen kelayakan isi, komponen kebahasaan, komponen penyajian, dan
komponen kegrafikan. validitas produk selanjutnya digunakan sebagai pedoman
untuk melakukan revisi produk yang dikembangkan. Hasil penilaian produk oleh
para ahli selanjutnya dianalisis berdasarkan analisis yang telah ditentukan. Hasil
uji validitas oleh ahli materi disajikan pada tabel 2.
Tabel 2. Hasil Uji Validitas Bahan Ajar Tematik Terpadu Berbasis PBL
No Komponen Penilaian Nilai Validitas Kriteria
1 Kelayakan isi 86 Sangat Baik
2 Kebahasaan 87 Sangat Baik
3 Penyajian 86 Sangat Baik
4 Kegrafikaan 86 Sangat Baik
Rata-Rata 85,25 Sangat Baik

Hasil analisis uji validitas menunjukkan bahwa nilai validitas tertinggi


berada pada komponen kebahasaan dengan skor 87, Sementara untuk tiga
komponen lainnya diperoleh skor 86. Dari hasil uji tersebut maka dapat dikatakan
bahwa bahan ajar tematik terpadu berbasis problem based learning untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa berada pada kategori sangat baik
dan secara rata-rata bahan ajar yang dikembangkan berada pada kategori sangat
baik sehingga layak digunakan. Selain memberikan nilai pada setiap indikator,
kelima penilai juga memberikan saran-saran perbaikan untuk dijadikan sebagai
dasar dalam merevisi bahan ajar yang dikembangkan.
Selanjutnya dilakukan uji praktikalitas yang akan diujikan kedua guru kelas
V dan 34 siswa kelas V SDN 21 Kota Ternate. Uji kepraktisan dimaksudkan untuk
mengetahui apakah bahan ajar yang dikembangkan mudah digunakan dalam proses
pembelajaran baik oleh guru maupun siswa. Instrumen penilaian kepraktisan dibuat
berdasarkan indikator pada komponen kemudahan penggunaan, komponen
manfaat, komponen kemenarikan, dan komponen kejelasan bahan ajar yang dibuat
dalam bentuk angket. Hasil uji kepraktisan dapat dilihat pada tabel 3 berikut:

253
Vol. 18 No.2 JUNI 2020
EDUKASI P-ISSN 1693-4164
DOI: 10.33387/Edu E-ISSN. 2715-8551

Tabel 3. Hasil Uji Kepraktisan Bahan Ajar Tematik Terpadu Berbasis PBL menurut Guru
No Komponen Penilaian Nilai Validitas Kriteria
1 Kemudahan Penggunaan 83,90 Sangat Baik
2 Kemanfaatan 85,42 Sangat Baik
3 Kemenarikan 87,50 Sangat Baik
4 Kejelasan 82,50 Sangat Baik
Rata-Rata 84,83 Sangat Baik

Hasil uji tersebut menunjukkan bahwa bahan ajar tematik terpadu berbasis
problem based learning untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa
dinyatakan layak untuk digunakan karena berada pada kategori sangat baik.
Selanjutnya uji kepraktisan yang dinilai oleh siswa dan hasil uji dapat dilihat pada
tabel 4 berikut:
Tabel 4. Hasil Uji Kepraktisan Bahan Ajar Tematik Terpadu Berbasis PBL menurut Siswa
No Komponen Penilaian Nilai Validitas Kriteria
1 Kemudahan Penggunaan 83,72 Sangat Baik
2 Kemanfaatan 84,56 Sangat Baik
3 Kemenarikan 87,50 Sangat Baik
4 Kejelasan 82,50 Sangat Baik
Rata-Rata 84,43 Sangat Baik

Dari hasil uji terlihat bahwa nilai rata-rata uji kepraktisan yang dinilai oleh
siswa berada pada kategori sangat baik dengan nilai 84,43. Ini menunjukkan bahwa
bahan ajar tematik terpadu berbasis problem based learning yang dikembangkan
dapat digunakan dan disukai oleh siswa.
Setelah dilakukan uji validitas dan kepraktisan, maka langkah selanjutnya
adalah uji efektivitas bahan ajar tematik terpadu berbasis problem based learning
untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Uji efektivitas dilakukan
dengan tes kemampuan berpikir siswa sebelum pembelajaran (pretest) dan setelah
pembelajaran (posttest) dengan menggunakan bahan ajar yang dikembangkan pada
tema panas dan perpindahannya. Soal pretest dan posttest dibuat dalam bentuk
essay sebanyak 10 butir dan diujikan pada siswa kelas V yang berjumlah 34 siswa.
Hasil tes kemampuan berpikir kritis siswa sebelum dan sesudah pembelajaran

254
Vol. 18 No.2 JUNI 2020
EDUKASI P-ISSN 1693-4164
DOI: 10.33387/Edu E-ISSN. 2715-8551

dengan menggunakan bahan ajar tematik terpadu berbasis problem based learning
dapat dilihat pada tabel 5 berikut:
Tabel 5. Hasil Analisis Pretest dan Posttest Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
No Statistik Deskriptif Pretest Posttest
1 Rata-Rata 41,47 66,76
2 Standar deviasi 11,71 9,52
3 Varians 137,17 90,73
4 Nilai minimum 25 45
5 Nilai Maksimum 65 90

Hasil analisis dapat ditemukan nilai minimum untuk pretest adalah 25 dan
nilai maksimumnya adalah 65 dengan selisih nilai 40, Sementara nilai minimum
pada saat posttest adalah 45 dan nilai maksimum 90 dengan selisih sebesar 45.
Nilai rata-rata untuk pretest adalah 41,47 dan posttest 66,76, Sementara untuk nilai
standar deviasi pretest sebesar 11,71 dan nilai varians sebesar 137,17. Hasil
analisis tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai kemampuan
berpikir kritis siswa dengan melihat selisih nilai antara nilai maksimum pada saat
pretest dengan nilai maksimum pada saat posttest yaitu terjadi peningkatan sebesar
25 nilai atau dapat juga dilihat dari selisih nilai rata-rata antara pretest dan posttest
dengan besar peningkatannya 25,29 atau sebesar 37,88 %. Dari hasil tersebut maka
dapat disimpulkan bahwa bahan ajar tematik terpadu berbasis problem based
learning untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SDN 21
Kota Ternate efektif untuk digunakan.
Hasil penelitian yang diperoleh sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Nasrul, (2018) bahan ajar tematik terpadu yang dikembangkan memenuhi
syarat/kriteria valid, praktis, dan efektif, sehingga dinyatakan layak untuk
digunakan oleh siswa kelas IV SD, serta dapat meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar siswa dengan tingkat ketuntasan belajar siswa mencapai 78,6%. Hasil
penelitian lain yang sejalan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan
oleh Twiningsih et al., (2017) yang mengatakan bahwa pengembangan modul
pembelajaran tematik ekosistem berbasis problem based learning dapat digunakan
karena memenuhi kriteria keefektifan bahan ajar untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa kelas V. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Riwanti &
Hidayati, (2019) tentang pengembangan modul pembelajaran tematik berbasis

255
Vol. 18 No.2 JUNI 2020
EDUKASI P-ISSN 1693-4164
DOI: 10.33387/Edu E-ISSN. 2715-8551

pendidikan karakter di kelas V Sekolah Dasar, menyimpulkan bahwa modul


tematik terpadu yang dikembangkan untuk siswa SD Kelas V memenuhi kriteria
kelayakan untuk digunakan yang dilihat dari hasil uji validitas, kepraktisan dan
efektivitas pengujian yang memenuhi syarat penggunaan.
Bahan ajar tematik terpadu berbasis problem based learning yang akan
digunakan dalam proses pembelajaran akan menarik minat baca dan minat belajar
siswa, hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Blumhof et al.,
(2001), yang menyatakan bahwa “dengan PBL siswa termotivasi untuk
mengembangkan kinerja positifnya selama proses pembelajaran berlangsung yaitu:
1) siswa mengelola proses pembelajarannya sendiri; 2) pembelajaran berlangsung
secara aktif, kreatif dan kritis; 3) berpikir secara mendalam dan komprehensif; 4)
pembelajaran dapat berlangsung dengan situasi yang terjadi saat itu”. Hal yang
sama pun disampaikan oleh (Melindawati, 2016).
Berdasarkan hasil penelitian dan didukung oleh berbagai hasil penelitian
terdahulu serta teori-teori yang mendasari dapat disimpulkan bahwa
pengembangan bahan ajar tematik terpadu berbasis problem based learning
khususnya pada tema panas dan perpindahannya perlu dilakukan untuk membantu
siswa mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya serta dapat meningkatkan
hasil belajarnya.
Setelah dilakukan analisis data dari hasil penilaian ahli materi dan guru kelas
V dengan berbagai saran yang diberikan, maka peneliti kemudian merevisi bahan
ajar yang dikembangkan berdasarkan saran atau masukan yang diberikan, dengan
maksud untuk menghasilkan bahan ajar yang lebih baik dan sempurna agar dapat
membantu guru dalam proses pembelajarannya dan membantu siswa sebagai
penambah sumber belajar. Revisi yang dilakukan berdasarkan saran dari tim
penilai dan guru antara lain menambahkan gambar yang mencerminkan panas dan
perpindahannya pada latar cover agar berbeda dengan buku guru dan buku siswa
agar lebih menarik minat baca siswa. Pada kegiatan “ayo mencoba” perlu
ditambahkan cara menghasilkan api secara sederhana dengan menggunakan bambu
dan mencantumkan nama alat pencatat waktu, Sementara pada kegiatan ayo
mencoba di pembelajaran 2 harus ada alat pencatat waktu dan mencantumkan lama
waktu setiap pengamatan. Pada kegiatan “ayo membaca” pada pembelajaran 2
perlu ditambah konsep-konsep tentang perbedaan antara suhu dan kalor dari
pendapat beberapa ahli, sehingga informasi yang diterima siswa lebih banyak dan
utuh. Dari segi tulisan perlu diperhatikan karakter huruf, dan warnanya, dan warna
gambar di setiap kegiatan harus dibuat lebih menarik.

256
Vol. 18 No.2 JUNI 2020
EDUKASI P-ISSN 1693-4164
DOI: 10.33387/Edu E-ISSN. 2715-8551

SIMPULAN

Berdasarkan temuan penelitian dan analisis data diatas, dapat disimpulkan


sebagai berikut:
1. Bahan ajar tematik terpadu berbasis problem based learning dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SD, dengan nilai
validitas tergolong tinggi sehingga bahan ajar yang dikembangkan sangat
baik untuk digunakan.
2. Bahan ajar tematik terpadu berbasis problem based learning praktis digunakan
dalam proses pembelajaran.
3. Bahan ajar tematik terpadu berbasis problem based learning efektif digunakan
untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V Sekolah Dasar.

DAFTAR PUSTAKA

Blumhof, J., Hall, M., & Honeybone, A. (2001). Using problem-based learning to
develop graduate skills. Planet, 4(1), 6–9.
https://doi.org/https://doi.org/10.11120/plan.2001.00040006
Erceg, N., Aviani, I., & Mešic, V. (2013). Probing students’ critical thinking
processes by presenting ill-defined physics problems. Revista Mexicana de
Fisica E, 59(1), 65–76.
Griffiths, K. E. (2005). Personal coaching: A model for effective learning. Journal
of Learning Design, 1(2), 55–65.
Hosnan, M. (2014). Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran
Abad 21: Kunci sukses implementasi kurikulum 2013. Ghalia Indonesia.
Kemdikbud, 2017. Buku Guru Kelas V SD/MI. Tema 6 Panas dan
Perpindahannya. Edisi Revisi 2017. Jakarta: Kemdikbud.
Kemdikbud. 2017. Buku Siswa Kelas V SD/MI. Tema 6 Panas dan
Perpindahannya. Edisi Revisi 2017. Jakarta: Kemdikbud.
Kunandar. 2011. Guru Profesional. Jakarta: Rajagrafindo Persada
Kuncoro, E., & Riduwan, M. B. A. (2012). Cara Mudah Menggunakan dan
Memaknai Path Analysis. Bandung: Alfabeta.
Liana, E. (2018). Pengembangan Bahan Aajar Berbasis Problem Based Learning
Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi. Universitas
Lampung.
Melindawati, S. (2016). Pengembangan Bahan Ajar Tematik Terpadu Dengan
Model Problem Based Learning di Kelas IV Sekolah Dasar. Elementary
School Journal PGSD FIP UNIMED, 5(1).
Nasrul, S. (2018). Pengembangan bahan ajar tematik terpadu berbasis model

257
Vol. 18 No.2 JUNI 2020
EDUKASI P-ISSN 1693-4164
DOI: 10.33387/Edu E-ISSN. 2715-8551

problem based learning di kelas iv sekolah dasar. Jurnal Inovasi Pendidikan


Dan Pembelajaran Sekolah Dasar, 2(1).
Nurbaeti, R. U. (2019). Pengembangan Bahan Ajar IPA Berbasis Problem Based
Learning untuk Siswa Kelas V Sekolah Dasar. Jurnal Cakrawala Pendas,
5(1).
Prastowo, A. (2011). Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta:
DIVA press.
Rahman, M. H. (2014). Professional competence, pedagogical competence and the
performance of junior high school of science teachers. Journal of Education
and Practice, 5(9), 75–80.
Rahman, M. H. (2017). Using discovery learning to encourage creative thinking.
International Journal of Social Sciences & Educational Studies, 4(2), 98.
Rahman, M. H. (2013). Pedagogical CompetenceJunior High School Science
Teacher. Proceedings of the 2nd International Seminar on Quality and
Affordable Education (ISQAE 2013), 383–388.
Rahman, M. H., & Ahmad, Z. (2017). Kompetensi Guru IPA SMP Pulau Bacan
Kabupaten Halmahera Selatan. Humano: Jurnal Penelitian, 7(2), 207–216.
Riwanti, R., & Hidayati, A. (2019). Pengembangan Modul Pembelajaran Tematik
Berbasis Pendidikan Karakter di Kelas V Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu,
3(2), 572–581.
Twiningsih, A., Sadjidan, S., & Riyadi, R. (2017). Pengembangan Modul
Pembelajaran Tematik Ekosistem Berbasis Problem Based Learning Untuk
Meningkatkan Berpikir Kritis Siswa Kelas V SD Negeri Kleco 1 Kota
Surakarta Tahun Pelajaran 2016/2017. Seminar Nasional Teknologi
Pembelajaran Dan Pendidikan Dasar 2017, 196–203.

258
Vol. 18 No.2 JUNI 2020

You might also like