(Hamidah & Rosidah, 2021) .

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Prophetic Guidance and Counseling Journal

http://ejournal.uika-bogor.ac.id/index.php/prophetic/index

Konsep Kesehatan Mental Remaja Perspektif Islam


Rizka Nur Hamidah1, Noneng Siti Rosidah2
1,2
Program Studi BKPI, Universitas Ibn Khaldun Bogor, Indonesia
* [email protected]

Abstract Article Information:


Received January 12, 2021
The concept of mental health in adolescents is very important to understand,
Revised February 30, 2021
especially from an Islamic perspective. Because teenagers are vulnerable to an
Accepted Maret 15, 2021
identity crisis, so the concept of mental health from an Islamic perspective can be
the basis for teenagers in thinking and behaving. Therefore, this study aims to Keywords: Mental Health;
make individuals, especially teenagers, aware of how to maintain mental health Adolescents; Islamic.
and what changes occur during adolescence by exploring Islamic education
patterns that are in accordance with the Qur’an and Sunnah. The research method Kata Kunci: Kesehatan
used is library research. Retrieval of sources of date and information obtained Mental; Remaja ; Islam.
through journals, books, newspaper or online information, and other sources.
Based on the result of the search and date analysis, it can be concluded that the
mental health of adolescents in an Islamic perspective, at least they can already
know and implement worship practices according to Islamic teachings, are able to
face various problems in life. Can adapt to changes new, establish a good
relationship with the surrounding environment and strengthen the relationship
with God.
Abstrak
Konsep kesehatan mental pada anak usia remaja sangat penting untuk dipahami
khususnya dalam perspektif Islam. Karena pada usia remaja rentan mengalami
krisis identitas, sehingga konsep kesehatan mental perspektif Islam dapat
menjadi dasar remaja dalam berpikir dan berperilaku. Oleh karena itu penelitian
ini bertujuan agar individu khususnya remaja dapat menyadari tentang
bagaimana menjaga kesehatan mental dan apa saja perubahan-perubahan yang
terjadi pada usia remaja dengan mendalami pola pendidikan Islam yang sesuai
dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Metode penelitian yang dilakukan adalah studi
kepustakaan (library research). Pengambilan sumber data dan informasi
diperoleh melalui jurnal, buku, media massa, dan sumber lainnya. Berdasarkan
hasil penelusuran dan analisis data dapat disimpulkan bahwa, kesehatan mental
pada anak usia remaja dalam perspektif Islam minimal mereka sudah dapat
mengetahui dan mengimplementasikan praktek-praktek ibadah sesuai syariat
ajaran Islam, mampu menghadapi berbagai permasalahan dalam kehidupan,
dapat beradaptasi dengan perubahan-perubahan baru, menjalin hubungan baik
dengan lingkungan sekitar dan mempererat hubungan dengan Tuhan.

How to cite: Hamidah, R.N., & Rosidah, N.S. (2021). Konsep Kesehatan Mental Remaja dalam Perspektif Islam.
Prophetic Guidance and Counseling Journal, 2(1). doi:
10:32832/pro-gcj.v1i2.3384
E-ISSN: 2614-1566
Published by: LPPM Universitas Ibn Khaldun Bogor & Program Studi BKPI UIKA
26
Konsep Kesehatan Mental Remaja dalam Prespektif Islam

Pendahuluan
Kesehatan mental merupakan sebuah kondisi yang penting dimiliki oleh individu termasuk
remaja. Karena pada usia remaja rentan mengalami krisis identitas atau sebuah pencarian jati
diri, maka mereka perlu memiliki kesehatan mental yang baik sebagai dasar dalam berperilaku
dan berpikir. Menurut Hurlock dalam bukunya yang berjudul suatu pendekatan sepanjang
rentang kehidupan, menjelaskan bahwa usia remaja adalah masa mencari jati diri dan mencari
tahu siapa dirinya, apa peran dia dalam ruang lingkup masyarakat, apakah dia masih usia
kanak-kanak atau sudah dewasa? dan masih banyak pertanyaan yang timbul dalam pikiran
seorang remaja (Elisabet, 2010).
Sebuah hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep kesehatan mental dalam Islam
mengajarkan remaja agar dapat mengontrol diri dalam berpikir, berperilaku dan bersikap
sesuai dengan yang diharapkan. Seorang remaja yang dapat berperilaku sesuai dengan ajaran
agama dan norma yang berlaku di masyarakat, maka mereka dapat dikatakan sebagai individu
yang baik dan bermoral. Sedangkan individu yang tidak memiliki perilaku baik maka dapat
disebut amoral (Reza, 2013). Pada dasarnya permasalahan kesehatan mental yang terjadi di
usia remaja atau dalam Islam disebut usia akil balig atau masa pencarian jati diri,
dilatarbelakangi oleh faktor lingkungan seperti keluarga, teman sebaya, media sosial dan
lingkungan terdekat lainnya. Oleh karena itu dibutuhkan fondasi agama yang kokoh untuk
ditanamkan sedini mungkin. Tujuan agama Islam sesungguhnya bagi usia remaja ialah
menjadikan individu memiliki kepribadian baik, sesuai norma dan ajaran Islam. Sehingga
pendidikan Islam memiliki peran yang begitu besar dalam membentuk pribadi remaja Islam
yang ideal.
Berdasarkan realitas kehidupan sehari-hari, terdapat beberapa gejala kesehatan mental
yang melekat pada diri remaja seperti: Pertama, kecemasan (anxietas). Kedua, depresi dengan
timbulnya perasaan hilangnya semangat dalam diri remaja. Ketiga, pola tidur yang tidak teratur.
Keempat, perilaku menyakiti diri sendiri, hingga ada dorongan untuk melakukan bunuh diri.
Semua ini disebabkan oleh tahap perkembangan usia remaja yang mengalami begitu banyak
perubahan dan juga munculnya permasalahan-permasalahan yang mulai banyak dialami.
Akibatnya, kondisi emosional dalam diri remaja menjadi begitu besar dan tidak terkendali.
Lalu pada tahap perkembangan ini seorang remaja belum bisa secara sempurna mampu
mengendalikan emosi yang ada dalam dirinya. Mubasyiroh dalam penelitiannya menjelaskan
mengenai determinan gejala mental emosional pelajar SMP-SMA di Indonesia. Hasil olah
statistik menunjukkan sebanyak 50,17% pelajar SMP-SMA yaitu rentang usia 13-15 tahun
mengalami gejala masalah mental emosional, yaitu diantaranya mengalami gejala merasa
kesepian sebesar 44,45%, merasakan kecemasan 40,75%, kemudian 7,33% berkeinginan
untuk mengakhiri hidupnya (Mubasyiroh, 2017).
Memperhatikan beberapa fakta diatas, maka peran agama Islam bagi kesehatan mental
remaja sangat penting agar individu dapat terhindar dari kondisi negatif seperti gelisah, cemas,
hingga mengalami ketegangan jiwa. Padahal sejatinya setiap manusia menginginkan untuk
merasakan hidup tenang, tenteram, bahagia dan bermanfaat untuk orang lain. Oleh karena
itu, konsep kesehatan mental perspektif Islam yang paling utama diterapkan adalah konsep
mempercayai Tuhan dan mengamalkan semua perintah serta menjauhi larangannya. Karena
sebagaimana menurut Zakiah, bahwa agama bukanlah sebuah dogma, akan tetapi agama
merupakan kebutuhan jiwa yang penting untuk dipenuhi (Zakiah Daradjat dalam (Mawangir,
2015)). Penelitian lain mengungkapkan bahwa psikologi Islam dapat mengatasi kesehatan
mental remaja. Sebagaimana Abdul Mujib melalui penelitiannya mengatakan bahwa pengaruh
baik dari religiusitas seperti berdoa dan berzikir untuk kesehatan manusia, memberikan
pengaruh yang baik, diantaranya adalah: Pertama, zikir bermanfaat mengembalikan kesadaran
Prophetic Guidance and Counseling Journal
Vol. 2, No. 1, 2021, pp. 26-33 27
Hamidah, Rosidah

seseorang yang hilang, karena ketika berzikir membuat seseorang untuk ingat kembali,
menyebutkan kembali suatu hal yang tersembunyi dalam hati, dan juga mampu mengingatkan
seseorang bahwa sesungguhnya yang memberi dan menyembuhkan penyakit ialah Allah
Subhanahu Wa ta’ala, pada akhirnya dengan berzikir memberikan sugesti penyembuhan.
Kedua, berzikir sama halnya seperti melakukan terapi relaksasi (relaxtion therapy) yang
merupakan bentuk terapi yang berupaya untuk memberikan ketenangan diri dengan istirahat
dan bersantai (Mujib, Abdul & Mudzakir, J, 2001). Lain halnya dengan Mujib, penelitian
Surayya menunjukkan bahwa terapi kognitif perilaku religius terbukti efektif dalam
menurunkan depresi pada remaja (Hayatussofiyyah, 2007).
Pada akhirnya, penelitian ini bertujuan agar kesehatan mental dalam perspektif Islam
seyogyanya dapat dipahami lebih dalam serta diimplementasikan dalam kehidupan sehari-
hari. Khususnya bagi remaja yang sedang berada pada usia transisi dari kanak-kanak menuju
remaja. Oleh karena itu mereka butuh mengukuhkan dasar pemahaman agama sebagai
landasan dalam berperilaku dan dapat menjadi pencegah dari kondisi gangguan kesehatan
mental.

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kepustakaan atau Library Research. Menurut
Mardalis, penelitian kepustakaan adalah studi yang digunakan dalam rangka mengumpulkan
informasi dan data melalui berbagai sumber diantaranya adalah jurnal, buku, dokumen,
majalah, sumber sejarah, dan lain sebagainya (Mardalis, 1999). Senada dengan Mardalis,
menurut Nazir penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara mengumpulkan data terlebih
dahulu melalui berbagai sumber, selanjutnya melakukan analisis terhadap buku, literatur,
catatan, dan sumber lainnya dengan cara memecahkan masalah yang dibahas di dalam sumber
tersebut (Nazir, 1988). Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian kepustakaan
merupakan proses meneliti dengan mengumpulkan data atau informasi dalam bentuk sumber
material seperti buku, jurnal, artikel, sumber sejarah dsb. untuk kemudian diolah dan
dilakukan analisis data.
Langkah–langkah penelitian yang dilakukan dalam studi kepustakaan menurut Kulthau
dalam Mirzaqon dan Purwoko meliputi: pemilihan topik, mencari informasi, Menentukan
fokus penelitian, mengumpulkan data dari berbagai sumber, Penyajian data yang sudah ada,
melakukan analisis, lalu menyusun laporan penelitian (Mirzaqon dan Purwoko, 2017).
Oleh karena itu dalam penelitian ini, langkah-langkah yang dilakukan adalah
mengumpulkan data dari berbagai sumber, yaitu buku, jurnal, media massa dan lain-lain yang
berkaitan dengan konsep kesehatan mental remaja perspektif Islam. Selanjutnya dilakukan
coding berdasarkan tema yang ditentukan agar mempermudah dalam proses analisis.
Kemudian menginterpretasikan temuan-temuan baru dari berbagai literatur hingga dapat
ditarik kesimpulan.

Hasil dan Pembahasan


Kesehatan mental merupakan kondisi penting yang harus dimiliki dalam menjalani
berbagai aspek kehidupan. Karena dengan mental yang sehat, menjadikan kehidupan
manusia lebih baik dan wajar. Secara umum kesehatan mental adalah kondisi seseorang yang
mentalnya normal dan memiliki tujuan untuk hidup sesuai dengan nilai-nilai agama dan adat
kebiasaan masyarakat. Baik dalam hal pribadi, keluarga, pekerjaan atau profesi, dan hal
lainnya.
Setiap individu pasti pernah mengalami permasalahan dalam kesehatan mental begitu pun
bagi anak usia remaja sehingga berdampak dalam proses berpikir, merasa, dan kemampuan
28 Prophetic Guidance and Counseling Journal
Vol. 2, No. 1, 2021, pp. 27-34
Konsep Kesehatan Mental Remaja dalam Prespektif Islam

mengambil sebuah keputusan. Akibatnya timbulnya berbagai masalah diantaranya:


terganggunya belajar, permasalahan keluarga, konsumsi obat terlarang, kriminalitas, bunuh
diri, dan lain sebagainya. Sebuah contoh kasus permasalahan remaja yang terjadi di Amerika
yang melakukan free sex (zina), penyakit kelamin, dan hamil di luar nikah, sebagai berikut:
Tabel 1. Kehidupan remaja Amerika yang melakukan free sex (zina)
Free Sex Sakit Kelamin Hamil di Luar Nikah Prostitusi
7 dari 10 wanita 2,5-5 juta 1 dari 10 125000
8 dari 10 pria 200000
Sumber: Dadang Hawari (Hikmah, 11 Oktober 1994)
Ditinjau dari hasil penelitian diatas, menunjukkan bahwa masalah yang timbul pada diri
remaja berkaitan dengan kesehatan mentalnya dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya
adalah: pertama, Faktor biologis, seperti faktor genetika, adanya ketidakseimbangan unsur
kimiawi dalam tubuh manusia, memiliki penyakit yang sudah parah, dan sistem saraf pusat
yang rusak; kedua, Faktor psikologis, yaitu merasa frustrasi seperti sering merasa kecewa,
ketidakpuasan atas fisik yang dimiliki, gagal mencapai hal yang diinginkan, tidak percaya diri
dengan masa depan, kurang mendapat perhatian orang tua, dan lain-lain; ketiga, Faktor
lingkungan, contohnya tayangan televisi yang tidak mendidik seperti adanya unsur kejahatan,
porno-aksi, porno-grafi, minuman dan obat-obatan terlarang, sex bebas, gaya hidup
materialistis dan hedonisme, serta masih banyak pengaruh negatif lainnya yang sesungguhnya
tidak pantas menjadi konsumsi masyarakat khususnya kalangan remaja (Dadang Hawari,
Hikmah : 1994).
Dalam perspektif Islam kesehatan jiwa merupakan proses memulihkan kondisi jiwa
seseorang yang mengalami gangguan agar menjadi pulih kembali secara optimal, sehingga
dirinya menjadi sehat dalam segi mentalnya. Pendidikan agama Islam berhokan erat dengan
kesehatan mental. Sehingga Islam, kesehatan mental kemudian dengan kesehatan jiwa, akhlak
dan kebahagiaan manusia saling berkaitan erat. Sarwono mengemukakan bahwa kesehatan
jiwa dijelaskan secara konseptual diantaranya adalah: (Sarwono, 2009: 77)
1. Al-Qur’an adalah sebagai mau’izah dan syifa’ bagi jiwa manusia yaitu obat bagi semua
penyakit.
2. Agama Islam telah memberikan tugas dan bekal hidup bagi manusia di dunia dan akhirat.
3. Agama Islam menganjurkan agar setiap individu dapat bersabar dan melakukan ibadah
Shalat ketika dalam menghadapi ujian dan cobaan.
4. Setiap manusia agar senantiasa berzikir kepada Allah agar hati menjadi tenang.
5. Memberikan pedoman dalam hal duniawi yang terdapat dalam ajaran agama Islam
6. Allah memandang manusia dari segi hati dan pikirannya bukan dari segi fisik manusia.
7. Melalui ajaran Islam, manusia dapat membina dan menumbuhkan pribadinya.
8. Tuntunan pada akal diajarkan agama Islam bagi setiap manusia.
9. Tuntunan pada hubungan baik pada sesama manusia dan lingkungan sekitar diajarkan
agama Islam.
10. Islam memandang bahwa rohani lebih penting dari pada jasmani.

Oleh sebab itu, agar terhindar dari permasalahan kesehatan mental, perlu adanya peran
agama dalam mencegah dan mengatasinya. Karena fungsi agama adalah memelihara fitrah,
memelihara jiwa, memelihara akal, dan memelihara keturunan. Agama juga dapat
Prophetic Guidance and Counseling Journal
Vol. 2, No. 1, 2021, pp. 26-33 29
Hamidah, Rosidah

meningkatkan kesehatan psikologis setiap orang, bagi orang-orang yang kuat dalam hal
keimanan terhadap Tuhan akan merasa lebih bahagia dan juga minim terjadi dampak negatif
akibat dari permasalahan yang buruk dibandingkan individu yang tidak menjalankan
agamanya. (Ellison, 1991)
Allah Subhanahu Wa ta’ala berfirman mengenai kesehatan mental dalam Surat Yunus
ayat 57:
َ‫ًىَو ار ْ اْح ٌة َلِ ِّلْ ُم ْؤَِمنِ ْ اي‬ ‫َرِّ ُ ُْك اَو ِشفا ۤا ٌءَ ِل ِّ ام ِاَِف ه‬
َّ ‫َالصدُ ْو ِۙ ِر اَو ُهد‬ ‫ٰٓاَيُّيه ااَالنَّ ُاسَقادْ َ اج ۤا اء ْت ُ ُْكَ َّم ْو ِع اظ ٌةَ ِ ِّم ْن َّ ِب‬
“Wahai manusia sesungguhnya telah datang kepadamu ‘mauidhah’ (nasihat) dari Tuhanmu,
penyembuh bagi penyakit-penyakit yang berada dalam dada, petunjuk dan rahmat bagi orang-
orang yang beriman.”

Pada kalimat “syifaaun limaa fish shuduur” terkandung makna bahwa Al-Qur’an adalah obat
bermanfaat bagi penyembuhan dan menghilangkan semua penyakit yang ada dalam hati
manusia. Akan tetapi Al-Qur’an bermanfaat apabila dibaca dan diperhatikan kandungannya
lalu di wujudkan dalam kehidupan sehari-hari.
Hadits dari Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam tentang kesehatan mental:
.َ‫وا اذاَفا اسدا تََْفا اسدا َالْ اج اسدُ َُُكه ُه‬،ُ‫َصلا احَالْ اج اسدُ َُُكهه ا‬ ‫أَ اال اَوا َّن َِِفَالْ اج اس ِدَ ُمضْ غا ًةَا اذ ا‬
َ‫اَصلا اح ْت ا‬
ِ ِ ِ
ْ ْ
َُ ‫هَالقال‬
‫ب‬ َ‫أَ اال اَو ِ ا‬
“Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh
jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung)”
(HR. Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599).

Konsep kesehatan mental remaja dalam perspektif Islam dapat dipahami melalui salah
satu penelitian sebelumnya yaitu yang berjudul “Peran Pendidikan Agama Islam dalam
Perkembangan Jiwa Remaja”. Penelitian tersebut menjelaskan bahwa pendidikan Islam
sangatlah penting bagi orang tua untuk mendidik anaknya berdasarkan unsur keagamaan,
agar kelak nantinya anak khususnya di usia remaja dapat terkontrol dalam menjalani
kehidupannya. Sehingga, orang tua dapat memberikan tuntunan bagi anak untuk mencapai
kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Seorang anak adalah tanggung jawab para orang tua,
sebagaimana terkandung dalam firman Allah Subhanahu Wa ta’ala pada Surat At-Tahrim ayat
6: (Subur, 2016)

َ‫اَوقُ ْو ُدهااَالنَّ ُاس اَوالْ ِح اج اارةَُعالاْيْ ااَ املٰۤىكا ٌةَ ِغ اَل ٌظ َِشدا اد ٌََّالَي ا ْع ُص ْو ان‬ َّ ِ َّ ‫ٰ ٓ ايُّيه ا‬
‫اَاَّل ْي انَ ٰا ام ُن ْواَقُ ْوْٓاَ اانْ ُف اس ُ ُْك اَو اا ْه ِل ْي ُ ُْكََنا ًر‬
ِ
‫اّللَ امآَ اا ام ار ُ ُْه اَوي ا ْف اعلُ ْو انَ اماَيُ ْؤ ام ُر ْو اَن‬
‫ٰ ِّ ا‬
“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang
bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan
keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka
dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”

Adapun pokok-pokok pendidikan Islam yang dapat diterapkan bagi seorang remaja,
terdiri dari beberapa tahap. Pertama, Bertauhid (mengesakan Allah Subhanahu Wa ta’ala),
dengan cara mendidik dan membuat seorang individu menjadi pribadi muslim berdasarkan
cara beribadah yang benar dan atas dasar akidah atau pedoman yang sesuai ajaran agama

30 Prophetic Guidance and Counseling Journal


Vol. 2, No. 1, 2021, pp. 27-34
Konsep Kesehatan Mental Remaja dalam Prespektif Islam

Islam yang hanya semata-mata beribadah untuk Allah dan tidak menyekutukan Allah dengan
apa pun. Seperti dalam surat An-Nahl ayat 36:
ُ ِّ ٰ َ‫اَالطاغُ ْو ا َۚتَفا ِمْنْ ُ ْمَ َّم ْنَهادا ى‬
َ‫اّلل اَو ِمْنْ ُ ْمَ َّم ْنَ احقَّ ْت‬ ‫َكَ ُا َّم ٍة ََّر ُس ْو ًالَ اا ِنَا ْع ُبدُ و ٰ ِّ ا‬
َّ ‫اَاّلل اَوا ْجتانِ ُبو‬ ْ ِ ‫اولاقادََْب ا اعثْنا‬
ِّ ِ ُ ‫اَِف‬
‫عالا ْي ِهَالضَّ لٰ ا َُلََۗفا ِس ْ ُْي ْو ِاَِف ْ ا‬
َ‫َاال ْر ِضَفاان ُْظ ُر ْواَكا ْي اف اََك انَعاا ِق اب ُةَالْ ُمكا ِِّذب ْ ا‬
‫ِي‬
“Dan sungguh, Kami telah mengutus seorang rasul untuk setiap umat (untuk menyerukan),
‘Sembahlah Allah, dan jauhilah tagut’, kemudian di antara mereka ada yang diberi petunjuk
oleh Allah dan ada pula yang tetap dalam kesesatan. Maka berjalanlah kamu di bumi dan
perhatikanlah bagaimana kesudahan orang yang mendustakan (rasul-rasul).”

Kedua, Menjalankan ibadah sesuai pedoman Al-Qur’an dan As-Sunnah. Mencapai usia
remaja seharusnya telah mengetahui dan menjalankan ibadah sesuai dengan syariat-syariat
Islam, baik dalam ibadah mahdhah (ibadah yang telah ditetapkan Allah) yaitu seperti: ibadah
syahadat, shalat, zakat, puasa, menunaikan ibadah haji ke baitullah, dsb. Kemudian, ibadah
ghairu mahdhah (suatu ibadah untuk mendapat ridho dan pahala dari Allah), seperti halnya
yaitu: menjadi seorang dosen, berdagang, konselor, menjadi kuli angkut, sebagai penceramah,
tolong menolong, dan lain sebagainya.
Ketiga, Pembiasaan akhlak yang mulia, diharapkan dengan pembiasaan akhlak yang baik
seorang remaja dapat berperilaku sesuai norma agama dan masyarakat, agar ke depannya
memiliki budi pekerti yang baik, dan memiliki ahlakul karimah terhadap orang tua, teman,
keluarga, guru, masyarakat, dll. Bahwa teladan dalam segi akhlak yang patut dicontoh (role
model) bagi umat manusia adalah dalam diri Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.
Sebagaimana Allah Subhanahu Wa ta’ala berfirman dalam Surat Al-Ahzab ayat 21:
‫َاال ِخ ار اَو اذكا ار ٰ ِّ ا‬
ۗ‫َاّللَكاثِ ْ ًْيَا‬ ٰ ْ ‫واَاّلل اَوالْ اي ْو ام‬
‫َاّللَ ُا ْس اوةٌَ اح اسَ ان ٌةَ ِل ِّ ام ْن اََك انَيا ْر ُج ٰ ِّ ا‬ ْ ِ ‫لاقادْ اََك انَلا ُ ُْك‬
ِ ِّ ٰ ِ‫َِف اَر ُس ْول‬
“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang
yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat
Allah.”

Keempat, Pendidikan ekonomi, di era globalisasi pendidikan ini sangatlah dibutuhkan


dikarenakan persaingan di dalam dunia saat ini sebagian menganggap ekonomi adalah suatu
hal yang sangat penting, sebab dengan ekonomi yang baik kehidupan pun akan baik. Di saat
remaja sudah seharusnya orang tua mengajarkan cara menabung, semangat bekerja maupun
belajar mengatur keuangan agar kelaknya tidak melahirkan manusia yang boros.
Kelima, Memberikan kesehatan jasmani maupun rohani, pendidikan yang terakhir ini
adalah suatu perlengkapan dari semua aspek pokok ketika Aqidah kita sudah tidak
tergoyahkan, ibadah selalu dijalankan, akhlak sudah sesuai norma yang benar, ekonomi sudah
matang, dan kesehatan jiwa pun haruslah baik, kelak seorang remaja menjadi sehat jasmani
dan rohani dalam berbagai aspek. (Subur, S. : 2016).
Selanjutnya, peneliti mengemukakan bahwa remaja sudah seharusnya mengoptimalkan
diri terhadap pokok-pokok pendidikan dalam dirinya, sehingga remaja tidak tersesat dalam
urusan dunia maupun akhirat, diharapkan remaja dapat bersungguh-sungguh dalam berpikir,
bekerja, peka terhadap lingkungannya yang akan membuat karakter remaja menjadi suatu
yang diharapkan oleh agama dan lainnya. Panasi dari mengukir karakter bagi seorang anak
adalah dengan mengajarkan pendidikan agama Islam kemudian kelak ketika remaja mampu
menguasai berbagai permasalahan kehidupan yang akan mereka temui.
Menurut Zakiah Daradjat, pendidikan Islam memiliki tujuan yang pasti terhadap
kehidupan dimasa mendatang dalam berbagai sudut pandang kehidupan baik didunia dan di

Prophetic Guidance and Counseling Journal


Vol. 2, No. 1, 2021, pp. 26-33 31
Hamidah, Rosidah

akhirat. Khususnya memberikan efek kepada remaja agar menjadi manusia yang shalih, baik
dalam berperilaku, cerdas dalam pikiran dan peka terhadap perasaan. Maksud dari ungkapan
Zakiah tersebut memiliki arti yang luas, bila ditelusuri dapat diartikan bahwa mengontrol atau
membentuk pribadi manusia dapat dilakukan dengan mengawasi, mendidik, memberi contoh
sebagai upaya mencapai suatu tujuan yang terarah. (Zakiah Daradjat 1982: 57).
Lebih lanjut menurut Nata, fungsi dan peran manusia dapat dilihat berdasarkan moral
dan akhlak, sehingga dapat menentukan aturan dan nilai suatu tingkah laku manusia dengan
cara melihat baik atau buruknya. Namun moral berasal dari kebiasaan pola lingkungan
masyarakat sedangkan akhlak berasal dari ajaran agama Islam yaitu yang berasal dari sumber
Al-Qu’ran dan Al-Hadist (Nata : 2002).
Berdasarkan hasil analisis diatas, maka perlu ditegaskan kembali bahwa kesehatan mental
di usia remaja sangatlah penting untuk diperhatikan dengan serius terlebih dalam perspektif
Islam. Usia remaja sangat rentan terkena pengaruh dari luar seperti media sosial, teman
sebaya, lingkungan yang kelak akan mengukir karakter dalam diri remaja. Oleh karena itu,
agar terwujudnya sesuatu atas apa yang diharapkan bersama, maka perlu adanya peran dari
semua pihak untuk saling bekerja sama dalam membentuk karakter remaja. Beberapa pihak
yang terkait, seperti orang tua, dosen/guru, tokoh masyarakat, pemerintah, teman sebaya,
dan lingkungan lainnya. Sehingga permasalahan krisis moral yang dewasa kini banyak dialami
oleh remaja, dapat diatasi melalui pemahaman agama, karena bila perilaku remaja sudah jauh
dari agama maka rusak pulalah remaja pada suatu bangsa. Oleh karena itu agama adalah
fondasi dari segala aspek kehidupan khususnya bagi seorang remaja.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang konsep kesehatan mental remaja dalam perspektif
Islam, dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama dijadikan sebagai fondasi dalam segala
aspek kehidupan baik dalam hal akidah, ibadah, akhlak, ekonomi maupun kesehatan. Namun
selain remaja harus paham konsep kesehatan mental, lebih penting lagi bagi mereka untuk
mampu mengimplementasikannya pada kehidupan sehari-hari Selain itu dukungan dari
berbagai pihak juga sangat dibutuhkan untuk menunjang tumbuh kembang seorang remaja
sehingga menjadikan sosok diri remaja yang sehat mental dan beradab. Oleh karena itu,
kesehatan mental sesungguhnya dapat diperkuat oleh kemampuan spiritual melalui
pembiasaan rutinitas ritual ibadah yang baik, sehingga berpengaruh pada cara berpikir positif,
perilaku yang beradab dan memahami tujuan hidup. Aspek kesehatan mental pada anak usia
remaja dalam perspektif Islam minimal mereka sudah dapat mengetahui dan
mengimplementasikan praktek-praktek ibadah sesuai syariat ajaran Islam, mampu
menghadapi berbagai permasalahan dalam kehidupan, dapat beradaptasi dengan perubahan-
perubahan baru, menjalin hubungan baik dengan lingkungan sekitar dan mempererat
hubungan dengan Tuhan.

32 Prophetic Guidance and Counseling Journal


Vol. 2, No. 1, 2021, pp. 27-34
Konsep Kesehatan Mental Remaja dalam Prespektif Islam

Daftar Pustaka
Elisabet, H. (2010). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Hidup.
In Erlangga.
Mawangir. (2015). Zakiah Darajat adn Pemikirannya tentang Peran Pendidikan Islam dalam
Kesehatan Mental. Intizar, Vol.21, No.
Reza, I. F. (2013). Hubungan antara Religiusitas dengan Moralitass pada Remaja di Mdrasah
Aliyah (MA). HUMANITAS: Indonesian Psychological Journal, Vo. 10, No.
Rofingatul M. (2017). Determian Gejala Emosional Pelajar SMP-SMA di Indonesia. Buletin
Penelitian Kesehatan, Vol.45, No.
Subur, S. (2016). Peran Pendidikan Agama Islam dalam Perkembangan Jiwa Remaja.
Tarbiyatuna, Vol.7, No.
Sari, M. A. (2020). “Penelitian Keperpustakaan (Liberary Research) dalam Penelitian
Pendidikan IPA.” Jurnal Penelitian Bidang IPA dan Pendidikan IPA, Vol. 6 No. 1, Hal. 43-
45.
Umroh, I. L. (2019). “Peran Orang Tua Dalam Mendidik Anak Sejak Dini Secara Islami Di
Era Milenial 4.0.” Jurnal Studi Pendidikan Islam, Vol. 2, No. 2, Hal. 214-233.
Yasipin. dkk. (2020). “Peran Agama dalam Membentuk Kesehatan Mental Remaja.”Jurnal
Manthiq, Vol. 5, No. 1, Hal. 28-29.
Yunanto, T. A. R. (2018). “Perlukah Kesehatan Mental Remaja? Menyelisik Peranan Regulasi
Emosi dan Dukungan Sosial Teman Sebaya Dalam Diri Remaja. ” Jurnal Ilmu Perilaku,
Vol. 2, No. 2, Hal. 75-76.
Yusuf, S. (2018). Kesehatan Mental Perspektif Psikologis dan Agama. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Wahhab, M. (1984). Bersihkan Tauhid Anda Dari Noda Syirik. Surabaya: PT. Bina Ilmu.

Prophetic Guidance and Counseling Journal


Vol. 2, No. 1, 2021, pp. 26-33 33

You might also like