Hubungan Kondisi Lingkungan Fisik Rumah Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Di Jawa Barat (Analisis Data Riskesdas 2013)

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 6

Hubungan Kondisi Lingkungan Fisik Rumah Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru

Di Jawa Barat (Analisis Data Riskesdas 2013)

Corelation Of House Physical Environmental Conditions With Occurence Of Pulmonary


Tuberculosis In West Jawa (Riskesdas 2013 Data Analysis)

Ahmad Zacky Anwary1, Lutfan Lazuardi2, Mubasysyir Hasanbasri2,


Faisal Mansur3
1
Bagian Prodi Kesehatan Masyarakat, FKM UNISKA
2
Bagian Prodi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran UGM
3
Bagian PKMK, Fakultas Kedokteran UGM

Abstract
Tuberculosis (TB) is one of the pulmonary infectious diseases become a global threat, given
the number of occurrences of cases, especially in Indonesia as one of the countries included
in the 22 countries with major problems of tuberculosis disease (high-burden countries).
Besides being the source of transmitting, one of the factors that can also affect the
occurrence of pulmonary TB disease is the house physical environment (such as ventilation,
natural lighting, flooring, and density of residential house) that does not qualify as a healthy
home. Including the type of observational research with cross sectional study design. The
target population is the population in West Java and the household members aged 15 years
and above who became suspected pulmonary TB patients were successfully
recorded/interviewed in Riskesdas 2013. There are some physical house environment
variables significantly associated with the incidence of pulmonary TB in West Java that is the
kitchen ventilation variable with an Odds Ratio (OR) of 1160, family room ventilation variable
with OR 1.122, badroom natural lighting variable with OR 1148, and kitchen natural lighting
variable with OR 1124. By knowing the variables that have a significant relationship to the
occurrence of pulmonary tuberculosis so that people can pay more attention the efforts to
improve the house physical environment into a better house.

Keywords: Pulmonary tuberculosis , the House physical environment, West Java.

Pendahuluan tinggi untuk TB dan memberikan kontribusi


Tuberkulosis (TB) masih menjadi salah jumlah kasus TB di dunia sebesar 4,7% (3).
satu penyakit menular yang paling Data dari hasil Riskesdas tahun 2013
mematikan di dunia. Pada tahun 2013, prevalensi penduduk Indonesia yang
diperkirakan 9 juta orang telah terkena TB didiagnosis TB paru oleh tenaga kesehatan
dan 1,5 juta orang meniggal karena penyakit adalah 0,4 persen, tidak berbeda dengan
ini, 360.000 diantaranya adalah HIV-positif. tahun 2007. Lima provinsi dengan TB paru
TB secara perlahan menurun setiap tahun tertinggi adalah Jawa Barat (0,7%), Papua
dan diperkirakan bahwa 37 juta kehidupan (0,6%), DKI Jakarta (0,6%), Gorontalo
telah diselamatkan antara tahun 2000 dan (0,5%), dan Papua Barat (0,4%) (4).
2013 melalui diagnosis dan pengobatan Lingkungan fisik rumah yang tidak
yang efektif (1). memenuhi syarat akan menjadi faktor risiko
Tuberkulosis paru merupakan salah yang tinggi terhadap penularan dan kejadian
satu penyakit menular kronis yang menjadi tuberkulosis paru di Indonesia. Kondisi
isu global yang menjadi sasaran di dalam perumahan yang buruk merupakan
MDGs dan juga tercantum di dalam SPM gambaran dari status sosial-ekonomi rendah
kesehatan. Di Indonesia penyakit ini yang dikaitkan dengan TB aktif (5).
termasuk salah satu prioritas nasional untuk Masyarakat dengan pendidikan, pekerjaan,
program pengendalian penyakit karena pendapatan dan kelas sosial yang rendah
berdampak luas terhadap kualitas hidup dan cenderung memiliki rumah dengan keadaan
ekonomi, serta sering mengakibatkan padat penghuni, ventilasi yang tidak
kematian (2). Indonesia menduduki rangking mencukupi, dan ruangan yang berpolusi,
ke 5 dari 22 negara yang mempunyai beban faktor-faktor tersebut akan meningkatkan
risiko TB (6). Diantara faktor-faktor risiko

34
Jurkessia, Vol. VI, No. 3, Juli 2016 Ahmad Zacky Anwary, dkk.

lingkungan fisik rumah yang dapat pencahayaan alami ruang dapur,


mempengaruhi kejadian tuberkulosis paru pencahayaan alami ruang keluarga, jenis
diantaranya adalah ventilasi ruangan dalam lantai rumah, serta kepadatan hunian.
rumah, pencahayaan alami ruangan dalam Tingkat kemaknaan hubungan antar variabel
rumah, jenis lantai, serta kepadatan hunian. ditentukan berdasarkan nilai ρ, sedangkan
Hal tersebut merupakan faktor-faktor besarnya faktor risiko ditentukan
lingkungan fisik rumah yang paling sering berdasarkan nilai Odds Ratio (OR).
menjadi faktor risiko terhadap kejadian TB Perhitungan Odds Ratio dilakukan dengan
paru di Indonesia. Terdapat dua faktor menggunakan tabel 2 x 2. Apabila hasilnya
penting terjadinya penularan yaitu penderita OR lebih besar dari satu, berarti variabel
yang menimbulkan droplet nuclei dan tersebut merupakan faktor risiko dan bila OR
lingkungan di sekitar penderita, droplet = 1 artinya variabel tersebut tidak
nuclei di udara disebabkan karena perilaku mempunyai efek dan OR lebih kecil dari satu
penderita yang meludah di sembarang artinya hanya sebagai efek protektif (8).
tempat dan ketidakteraturan berobat (7). Analisis multivariat dapat dilakukan jika hasil
analisis bivariat menunjukkan nilai p < 0,25,
Metode sehingga berdasarkan hasil uji statistik
Penelitian ini termasuk jenis penelitian variabel pencahayaan alami ruang keluarga
observasional dengan menggunakan data dan variabel kepadatan hunian tidak dapat
sekunder Riset Kesehatan Dasar dimasukkan ke dalam analisis multivariat
(Riskesdas) tahun 2013 yang dilaksanakan karena nilai p > 0,25.
oleh Badan Litbangkes Kementrian
Kesehatan RI sebagai sumber data. Hasil
Penelitian ini menggunakan desain studi Tabel 1. Analisis yang Berhubungan Dengan
cross sectional yang mengumpulkan Faktor Risiko Lingkungan Fisik
variabel independen dan dependen secara Rumah
bersamaan. Variabel n %
Ventilasi ruang tidur
Analisis Univariat 1. Tidak memenuhi syarat 32.374 61,94
2. Memenuhi syarat 19.894 38,06
Melalui analisis deskriptif yang
Ventilasi ruang dapur
digambarkan dalam tabel distribusi frekuensi 1. Tidak memenuhi syarat 33.219 63,56
dari setiap variabel yang diteliti, dapat 2. Memenuhi syarat 19.049 36,44
digambarkan besarnya persentase setiap Ventilasi ruang keluarga
variabel yang diteliti dalam data Riskesdas 1. Tidak memenuhi syarat 28.510 54,55
2013 yang berhubungan dengan kondisi 2. Memenuhi syarat 23.758 45,45
lingkungan fisik rumah. Pencahayaan alami ruang
tidur 17.437 33,36
Analisis Bivariat 1. Tidak cukup 34.831 66,64
Analisis bivariat digunakan untuk 2. Cukup
Pencahayaan alami ruang
mengetahui hubungan antara kondisi
dapur 18.561 35,51
lingkungan fisik rumah terhadap kejadian TB 1. Tidak cukup 33.707 64,49
paru di Jawa Barat dengan cara menghitung 2. Cukup
nilai p. Tingkat kemaknaan dihitung Pencahayaan alami ruang
berdasarkan apabila nila p ≤ 0,01 berarti keluarga 11.215 21,46
sangat signifikan, dan jika nilai p ≤ 0,05 1. Tidak cukup 41.053 78,54
berarti signifikan, serta jika nilai p > 0,05 2. Cukup
berarti tidak signifikan. Jenis lantai rumah terluas
1. Tanah 1.364 2,61
Analisis Multivariat 2. Bukan tanah 50.904 97,39
Kepadatan hunian
Hubungan kondisi lingkungan fisik
1. Padat 11.309 21,64
rumah dengan kejadian TB Paru di Jawa 2. Tidak padat 40.959 78,36
Barat dapat dijelaskan berdasarkan variabel-
variabel yang diteliti yaitu ventilasi ruang Tabel 1 menunjukkan jumlah distribusi
tidur, ventilasi ruang dapur, ventilasi ruang frekuensi dari variabel bebas dengan
keluarga, pencahyaan alami ruang tidur,

35
Jurkessia, Vol. VI, No. 3, Juli 2016 Ahmad Zacky Anwary, dkk.

menggambarkan jumlah kasus yang terjadi perumahan dan tempat kerja, pada
baik yang menggambarkan kriteria variabel lingkungan perumahan yang buruk dapat
yang memenuhi syarat maupun sebaliknya. menularkan TB pada anggota keluarganya
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa (7).
jumlah responden yang menjadi sampel
dalam penelitian Riskesdas 2013 di provinsi Tabel 3. Analisis Hubungan Kondisi
Jawa Barat adalah sebanyak 52.268 Lingkungan Fisik Rumah dengan
responden. Kejadian TB Paru di Jawa Barat
Odd. P> 95% Conf.
Variabel
Tabel 2. Analisis Hubungan Kondisi Ratio │z│ Interval
Lingkungan Fisik Rumah dengan Ventilasi ruang 1.108 0.077* .988 – 1.242
Kejadian TB Paru di Jawa Barat tidur
Kejadian TB Paru ρ Ventilasi ruang 1.160 0.012* 1.033 – 1.303
TB Paru Bukan TB dapur
Variabel Paru Ventilasi ruang 1.122 0,041* 1.004 – 1.253
n % n % keluarga
Ventilasi ruang tidur 0,077 Pencahayaan 1.148 0.017* 1.025 – 1.286
1. Tidak memenuhi 849 2,62 31.52 97,47 alami ruang
syarat 472 2,37 5 97,63 tidur
2. Memenuhi syarat 9.422 Pencahayaan 1.124 0.042* 1.004 – 1.257
Ventilasi ruang dapur 0,012* alami ruang
1. Tidak memenuhi 883 2,66 32.33 97,34 dapur
syarat 438 2,30 6 97,70 Pencahayaan 1.030 0.656 .903 – 1.176
2. Memenuhi syarat 8.611 alami ruang
Ventilasi ruang 0,041* keluarga
keluarga
Jenis lantai 1.264 0.137* .928 – 1.721
1. Tidak memenuhi 757 2,66 7.753 97,34
syarat 564 2,37 3.194 97,63 rumah terluas
2. Memenuhi syarat Kepadatan 1.047 0.491 .918 – 1.194
Pencahayaan alami 0,017* hunian
ruang tidur *nilai p < 0,25
1. Tidak cukup 481 2,76 6.956 97,24
2. Cukup 840 2,41 3.991 97,59 Pembahasan
Pencahayaan alami 0,042*
ruang dapur Penelitian ini dilakukan untuk
1. Tidak cukup 504 2,72 8.057 97,28 mengetahui hubungan antara kondisi
2. Cukup 817 2,42 2.890 97,58 lingkungan fisik rumah dengan kejadian TB
Pencahayaan alami 0,656 paru pada penduduk usia 15 tahun keatas di
ruang keluarga Jawa Barat. Variabel untuk faktor risiko
1. Tidak cukup 290 2,59 0.925 97,41
2. Cukup 1.0 2,51 0.022 97,49 lingkungan fisik rumah digunakan
31 berdasarkan data yang terdapat pada data
Jenis lantai rumah 0,136 dan kuesioner Riskesdas 2013, sehingga
terluas tidak semua variabel yang terdapat pada
1. Tanah 43 3,15 .321 96,85
2. Bukan tanah 1.2 2,51 9.626 97,49
literatur mengenai faktor lingkungan fisik
78 rumah dapat digunakan dalam penelitian ini.
Kepadatan hunian 0,491 Individu dalam rumah tangga yang memiliki
1. Padat 296 2,62 11.01 97,38 kontak dengan pasien TB paru BTA positif
2. Tidak padat 1.0 2,50 3 97,50 adalah kelompok yang paling berisiko untuk
25 9.934
terkontaminasi tuberkulosis, dan individu
*nilai p < 0,05
tersebut juga merupakan kelompok yang
paling mudah untuk mendeteksi tuberkulosis
Berdasarkan tabel 2 diatas dapat
(9). Setelah dilakukan uji statistik maka
terlihat variabel-variabel yang memiliki
dapat diketahui variabel-variabel yang
hubungan signifikan terhadap kejadian TB
memiliki hubungan signifikan dengan
Paru di Jawa Barat, yaitu variabel ventilasi
kejadian TB Paru di Jawa Barat yaitu,
ruang dapur, ventilasi ruang keluarga,
variabel ventilasi ruang dapur, variabel
pencahayaan alami ruang tidur, dan
ventilasi ruang keluarga, variabel
pencahayaan alami ruang dapur. Faktor
pencahayaan alami ruang tidur, dan variabel
lingkungan penderita antara lain lingkungan
pencahayaan alami ruang dapur. Kondisi

36
Jurkessia, Vol. VI, No. 3, Juli 2016 Ahmad Zacky Anwary, dkk.

ventilasi sangat mempengaruhi sirkulasi pada OR 1,160 dengan CI 95% =


udara dan mengencerkan kuman 1.033<OR<1.303 dan ρ = 0,012. Maka
tuberkulosis paru yang terbawa keluar, terdapat hubungan yang bermakna antara
sementara faktor pencahayaan dipengaruhi ventilasi ruang dapur dengan kejadian TB
oleh ada atau tidaknya ventilasi ataupun Paru. Rumah dengan ventilasi ruang dapur
jendela sehingga memungkinkan cahaya yang tidak memenuhi persyaratan memiliki
matahari masuk ke dalam rumah untuk probabilitas risiko meningkatkan kejadian TB
membunuh kuman tuberkulosis (10). Paru di Jawa Barat sebanyak 1,160 kali
Sedangkan untuk variabel-variabel yang lebih besar dibandingkan dengan rumah
tidak memiliki hubungan signifikan adalah yang ventilasi ruang dapurnya memenuhi
variabel ventilasi ruang tidur, variabel syarat.
pencahayaan alami ruang keluarga, variabel
jenis lantai terluas, serta variabel kepadatan 4. Variabel Ventilasi Ruang Keluarga
hunian. Jenis lantai yang terbuat dari tanah Hubungan ventilasi ruang keluarga
merupakan media yang baik bagi dengan kejadian TB Paru di Jawa Barat
pertumbuhan mycobacterium tuberculosis, memiliki nilai OR = 1,122 dengan CI 95% =
kepadatan hunian berkaitan dengan luas 1.004 – 1.253 dan nilai p sebesar 0,041.
lantai rumah yang harus disesuaikan Sehingga terdapat hubungan yang
dengan jumlah penghuninya, semakin padat bermakna antara variabel ventilasi ruang
jumlah penghuni semakin cepat penularan keluarga dengan kejadian TB Paru.
terjadi (10). Berdasarkan penilaian faktor Disimpulkan bahwa rumah dengan ventilasi
risiko lingkungan untuk penyakit ruang keluarga yang tidak memenuhi syarat
tuberkulosis, tidak adanya langit-langit, memiliki probabilitas sebanyak 1,122 kali
dinding yang terbuat dari lumpur, kepadatan lebih besar dalam meningkatkan faktor risiko
rumah tangga, dan riwayat TB pada anggota kejadian TB Paru di Jawa Barat
rumah tangga, semua hal tersebut memiliki dibandingkan rumah yang ventilasi ruang
keterkaitan dengan penyakit tuberkulosis keluarganya memenuhi persyaratan.
(11).
5. Variabel Pencahayaan Ruang Tidur
1. Variabel Kejadian TB Paru Di Jawa Hubungan pencahayaan alami ruang
Barat tidur dengan kejadian TB Paru di Jawa Barat
Berdasarkan data Riskesdas 2013 memiliki nilai OR = 1,148 dengan CI 95% =
terdapat 1321 kasus TB Paru di Jawa Barat, 1.004<OR<1.253 dan p = 0,017, sehingga
sedangkan yang bukan termasuk TB paru secara statistik dinyatakan bermakna.
terdapat 50.947 responden dari total 52.268 Rumah dengan pencahayaan alami ruang
responden yang diteliti dalam Riskesdas tidur yang tidak memenuhi syarat atau tidak
2013. mencukupi memiliki probabilitas sebanyak
1,148 kali lebih besar dibanding rumah
2. Variabel Ventilasi Ruang Tidur dengan pencahayaan alami yang cukup
Hubungan ventilasi ruang tidur dengan dalam meningkatkan faktor risiko kejadian
kejadian TB Paru di Jawa Barat memiliki TB Paru di Jawa Barat.
Odds Ratio (OR) 1,108 dengan CI 95% =
0,988<OR<1,242 dan dengan nilai p = 6. Variabel Pencahayaan Ruang Dapur
0,077. Meskipun secara statistik nilainya Hubungan pencahayaan alami ruang
tidak bermakna, namun secara deskriptif dapur dengan kejadian TB Paru di Jawa
dapat dikatakan bahwa ventilasi ruang tidur Barat memiliki nilai OR = 1,124 dengan CI
pada rumah yang tidak memenuhi syarat 95% = 1.025<OR<1.286 dan p = 0,042.
memiliki probabilitas risiko terhadap kejadian Terdapat hubungan yang bermakna antara
TB Paru di Jawa Barat sebanyak 1,108 kali pencahayaan alami ruang tidur dengan
lebih besar dibandingkan rumah dengan kejadian TB Paru, selain itu dapat dikatakan
ventilasi ruang tidur yang memenuhi syarat. bahwa rumah dengan pencahayaan alami
ruang dapur yang tidak mencukupi memiliki
3. Variabel Ventilasi Ruang Dapur probabilitas sebanyak 1,124 kali lebih besar
Hubungan ventilasi ruang dapur dibandingkan dengan ruang dapur dengan
dengan kejadian TB Paru di Jawa Barat pencahayaan alami yang cukup dalam

37
Jurkessia, Vol. VI, No. 3, Juli 2016 Ahmad Zacky Anwary, dkk.

meningkatkan faktor risiko kejadian TB Paru Keberadaan serta kecukupan dari ventilasi
di Jawa Barat. dan pencahayaan alami dalam ruangan
rumah sangat diperlukan sebagai upaya
7. Variabel Pencahayaan Alami Ruang meminimalisir faktor risiko penularan
Keluarga penyakit TB paru. Begitu pula halnya
Hubungan pencahayaan alami ruang dengan jenis lantai rumah yang digunakan
keluarga dengan kejadian TB Paru di Jawa serta tingkat kepadatan hunian harus
Barat pada OR 1,030 dengan CI 95% = diperhatikan agar dapat memenuhi syarat ke
0,903<OR<1.176 dan ρ = 0,656. Secara dalam rumah sehat. Rumah padat penghuni
statistik hubungan antar kedua variabel ini memiliki potensi untuk meningkatkan
tidak bermakna, secara deskriptif dapat eksposur terhadap orang-orang yang rentan
dikatakan bahwa ruang keluarga dengan dengan penyakit pernafasan menular, dan
pencahayaan alami yang tidak mencukupi mungkin meningkatkan kemungkinan
memiliki probabilitas 1,030 kali lebih besar penularan. Hal ini dikarenakan kedekatan
dibanding ruang keluarga dengan membuat mereka melakukan kontak dengan
pencahayaan alami yang cukup dalam udara yang terkontaminasi bakteri yang
meningkatkan risiko kejadian TB Paru di menyebabkan infeksi (13). Kondisi rumah
Jawa Barat. dengan ventilasi yang buruk, pencahayaan
alami yang kurang memadai, jenis lantai
8. Variabel jenis lantai rumah terluas berupa tanah, serta kepadatan hunian yang
Hubungan jenis lantai rumah dengan melebihi dari kapasitas rumah memiliki
kejadian TB Paru di Jawa Barat memiliki potensi untuk meningkatkan kerentanan
nilai OR 1,264 dengan CI 95% = terhadap penularan penyakit TB paru. Hal
0,928<OR<1,721 dan p = 0,137. Meskipun tersebut menyebabkan keadaan ruangan
secara statistik hubungannya tidak dalam rumah menjadi lebih lembab
bermakna, namun secara deskriptif jenis sehingga kuman TBC dapat hidup lebih
lantai rumah dengan kategori tanah memiliki lama dan sewaktu-waktu dapat menular
probabilitas 1,264 kali lebih besar dalam kepada penghuni lainnya yang tinggal
meningkatkan faktor risiko kejadian TB Paru serumah dengan penderita TB paru.
di Jawa Barat dibandingkan rumah dengan Kepadatan dan ventilasi yang buruk
jenis lantai bukan tanah. meningkatkan kemungkinan infeksi
tuberkulosis, orang yang tinggal di rumah
9. Variabel Kepadatan Hunian yang padat penghuni atau berventilasi buruk
Hubungan kepadatan hunian dengan berada pada risiko tinggi untuk pemaparan
kejadian TB Paru di Jawa Barat memiliki tuberculosis (13).
nilai OR sebesar 1,047 dengan CI 95% =
0.918<OR<1.194 dan nilai p = 0,491. Kesimpulan
Secara statistik hubungan antar kedua Lingkungan fisik rumah merupakan
variabel tidak bermakna, namun secara faktor risiko yang sangat berperan dalam
deskriptif dapat disimpulkan bahwa semakin terjadinya penularan tuberkulosis paru di
padat sebuah hunian maka probabilitasnya lingkungan sekitar. Dengan diketahuinya
adalah sebesar 1,047 kali dibandingkan variabel-variabel yang memiliki hubungan
rumah yang tidak padat penghuni dalam signifikan terhadap kejadian tuberkulosis
meningkatkan risiko kejadian TB Paru di paru maka masyarakat dapat lebih
Jawa Barat. memperhatikan upaya untuk memperbaiki
Penekanan harus diberikan untuk keadaan lingkungan fisik rumah menjadi
menciptakan kesadaran terhadap faktor lebih baik. Program pengendalian TB
risiko yang terkait dengan penularan diperlukan untuk merancang dan
tuberkulosis sebagai cara untuk mengurangi mengevaluasi strategi pencegahan sesuai
tingkat infeksi (12). Faktor kondisi dengan faktor-faktor risiko yang berbeda
lingkungan fisik rumah dapat mempengaruhi dalam pengaturan yang berbeda pula 14.
kejadian TB paru, semakin buruk kondisi
dari suatu rumah (tidak memenuhi syarat) Daftar Pustaka
semakin tinggi pula tingkat risiko terjadinya 1. WHO. 2014. Global Tuberculosis Report
penularan TB paru bagi penghuninya. 2014. World Health Organization Library

38
Jurkessia, Vol. VI, No. 3, Juli 2016 Ahmad Zacky Anwary, dkk.

Cataloguing in Publication Data, ISBN Kesehatan Lingkungan dan


9789241564809 Geneva-Switzerland. Keselamatan Kerja; 2 (2).
2. Laksono, Agung Dwi, et.al. 2012. Kajian 11. Hill, P.C., Jackson-Sillah, D., Donkor,
Standar Pelayanan Minimal Penyakit S.A., Otu, J. Adegbola, R.A., Lienhardt,
Tuberkulosis Terkait Indikator Millenium C. 2006. Risk Factors for Pulmonary
Development Goals. Buletin Penelitian Tuberculosis: a Clinic-based Case
Sistem Kesehatan, Vol. 15 No. 3 2012, Control Study in The Gambia. BMC
Surabaya. Public Health 2006, 6:156. Available
3. WHO. 2010. Global Tuberculosis from:
Control. World Health Organization http://www.biomedcentral.com/1471-
Library Cataloguing in Publication Data, 2458/6/156
Switzerland. 12. Ndungu, P.W., Revathi, G., Kariuki, S.,
4. Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Ng’ang’a, Z. 2013. Risk Factors in the
Dasar 2013. Badan Penelitian dan Transmission of Tuberculosis in Nairobi:
Pengembangan Kesehatan Kementrian A Descriptive Epidemiological Study.
Kesehatan RI, Jakarta. Advances in Microbiology ; 3 160-165.
5. Taha, M., Deribew, A., Tessema, F., Available from:
Assegid, S., Duchateau, L., http://dx.doi.org/10.4236/aim.2013.3202
Colebunders, R. 2011. Risk Factors of 5.
Active Tuberculosis In People Living 13. Gustafson, P., Gomes, V.F., Vieira,
With HIV/AIDS In Southwest Ethiopia: A C.S., Rabna, P., Seng, R., Johansson,
Case Control Study. Ethiop J Health P., Sandström, A., Norberg, R., Lisse, I.,
Sci; 21 (2). Samb, B., Aaby, P., Nauclér, A. 2004.
6. Wardani, D.W.S.R., Lazuardi, L., Tuberculosis in Bissau: Incidence and
Mahendradhata, Y., Kusnanto, H. 2014. Risk Factors in an Urban Comuunity in
Structured Equation Model of Sub-Saharan Africa. International
Tuberculosis Incidence Based on Its Journal of Epidemiology 2004; 33 (1) :
Social Determinants and Risk Factors In 163-172.
Bandar Lampung, Indonesia. Open 14. Tornee, S., Kaewkungwal, J.,
Journal of Epidemiology; 4 : 76-83. Fungladda, W., Silachamroon, U.,
Available from: Akarasewi, P., Sunakorn, P. 2005. The
http://dx.doi.org/10.4236/ojepi.2014.420 Association Between Environmental
13 Factors and Tuberculosis Infection
7. Martiana, T., Isfandiari, M.A., Among Household Contacts. Southeast
Sulistyowati, M., Nurmala, I. 2007. Asian J Trop Med Public Health ; 36
Analisis Risiko Penularan Tuberkulosis (suppl 4) : 221-224.
Paru Akibat Faktor Perilaku dan Faktor
Lingkungan Pada Tenaga Kerja Di
Industri. Berita Kedokteran Masyarakat,;
23 (1) : 28-34.
8. Bhisma, Murti. 1996. Penerapan
Metode Statistik Non-Parametik Dalam
Ilmu-ilmu Kesehatan. Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama.
9. Talay, F., Kumbetli, S. 2008. Risk
Factors Affecting the Development of
Tuberculosis Infection and Disease in
Household Contacts of Patients with
Pulmonary Tuberculosis. Turkish
Respiratory Journal ; 9 (1): 34-7.
10. Siregar, M.P., Hasan, W., Ashar, T.
2013. Hubungan Karakteristik Rumah
Dengan Kejadian Penyakit Tuberkulosis
Paru Di Puskesmas Simpang Kiri Kota
Subulussalam Tahun 2012. Jurnal

39

You might also like