Populasi, Biomassa Dan Jenis Cacing Tanah Pada Lahan Sayuran Organik Dan Konvensional Di Bedugul

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

AGROTROP, 9 (1): 13 - 22 (2019)

e-ISSN: 2654-4008
© Fakultas Pertanian Universitas Udayana
p-ISSN: 2088-155X
https://doi.org/10.24843/AJoAS.2019.v09.i01.p02 Denpasar Bali - Indonesia

Populasi, Biomassa dan Jenis Cacing Tanah pada Lahan Sayuran


Organik dan Konvensional di Bedugul

ARFITA TRI MAYASARI, ANAK AGUNG ISTRI KESUMADEWI*), DAN


NI LUH KARTINI

Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana


Jalan P.B. Sudirman, Denpasar, Bali.
*)
E-mail: [email protected]

ABSTRACT

Population, Biomass, and Types of Earthworm on Organic and


Conventional Vegetable Land in Bedugul. Earthworm is an important indicator of
soil fertility. The type of earthworm closelly associated with soil management system. This
research aims to determine the population, biomass, and earthworms type that had been done
on organic and conventional vegetable ecosystem in Bedugul from December 2017 until
March 2018. The purposive research sites were located in Baturiti Village and Candikuning
Village for organic and conventional vegetable systems, respectively. The research area was
clustered following Randomized Block Design into three group sites and devided based on
organic and conventional system as the first factor. The second factor was soil depth (0-10,
10-20 and 20-30 cm) that nested on cultivation system. Calculation of collected earthworm
was done in situ while their morphological identification was done at The Soil Science and
Environment Laboratory, Faculty of Agriculture,Udayana University.The results confirmed
that earthworm population and biomass were affected by cultivation system but the values
were not significantly difference among soil depths. The population and biomass of
earthworm found in organic soils were two times higher than those in conventional land.
Earthworms population in organic field ranged from 66.67 to 89.33 m-2 and on conventional
land ranged from 16.00-45.33 m-2. The weight of earthworm biomass on organic land ranged
from 1.00-1.93 g and on conventional land ranged from 0.03-0.06 g. The type of worm
acquired on organic soil was Lumbricus terrestris and on conventional land was Pontoscolex
corethrurus. We can summary from this research that cultivation systems highly influence the
community of earthworm.

Keywords: earthworm, organic, conventional, Lumbricus terrestris, Pontoscolex corethrurus

PENDAHULUAN atas, dan mempengaruhi kemantapan agregat


Organisme tanah memiliki peran penting dalam
tanah keberlanjutan
(Barnes, 1997fungsi
dalamekosistem
Dwiastuti,tanah.Salah
2009). satu org
al., 1991).Cacing tanah berperan sangat besar Cacing tanah dikelompokkan menjadi
dalam perbaikan kesuburan tanah melalui tiga, yaitu cacing epigeik (little dwellers),
pembentukan humus, menggabungkan bahan cacing endogeik (shallow soil dwelling), dan
yang membusuk pada lapisan tanah bagian anecik (deep burrowers) (Bouche, 1977).

13
ARFITA TRI MAYASARI. et al. Populasi, Biomassa dan Jenis Cacing Tanah pada Lahan…

Menurut Bouche (1977), cacing epigeik Cacing tanah paling banyak ditemukan pada
hidup di permukaan tanah atau bagian atas kedalaman 0-15 cm dan hanya sedikit
tanah dan memakan sampah organik yang jumlahnya pada kedalaman > 15 cm
masih kasar serta sejumlah sampah yang (Subinkalu et al., 2015).Populasi cacing
belum terurai. Cacing tanah endogeik hidup tanah pada lahan sawah organik di Jawa
di dalam tanah yang lebih dalam dengan Tengah berkisar antara 24 – 1.145 ekor per
membuat liang horizontal yang bercabang ke m2, sedangkan pada sawah konvensional
dalam dan memakan tanah serta bahan berkisar antara 16-24 ekor per m2(Wijayanti,
organik. Cacing tanah anecik hidup di dalam 2007) Populasi cacing tanah yang jauh lebih
sistem liang vertikal yang lebih permanen tinggi ditemukan oleh Jayanthi et al. (2014)
yang dapat meluas beberapa meter ke dalam pada lahan sayuran di daerah Karo Propinsi
tanah dan dapat ditemukan di dalam liang Sumatera Utara yaitu 128.000 ekor per m2
yang dangkal atau dalam tergantung pada pada lahan organik dan 73.600 ekor per m2
kondisi tanah. pada lahan konvensional. Jenis cacing tanah
Cacing tanah sangat sensitif terhadap yang terdapat pada sistem pertanian tersebut
gangguan lingkungan terutama bahan adalah Ponthoscolexcorethrurus, Amynthas
agrokimia seperti pestisida. Residu pestisida sp, Megascolex sp, dan Pheretima sp
di dalam tanah dapat menurunkan secara (Jayanthi dkk., 2014).
laten pertumbuhan dan reproduksi cacing
tanah (Yuliprianto, 2009). Selain itu, praktik BAHAN DAN METODE
pertanian modern dilaporkan mengubah Penelitian ini telah dilakukan pada
kelimpahan dan komposisi komunitas cacing bulan Desember 2017 - Maret 2018.Lokasi
tanah (Curry, et al, 2002).Menurut Edwards penelitian adalah lahan sayuran organik di
dan Bohlen (1996), populasi cacing tanah Desa Batunya dan lahan sayuran
menurun sampai dengan 70% setelah tanah konvensional di Desa Candikuning.
dibudidayakan selama 5 tahun dan tersisa Peralatan yang diperlukan dalam
hanya 11-16% pada tahun ke25. Jumlah penelitian ini adalah sebagai berikut.
populasi cacing tanah lebih tinggi pada lahan Pengambilan sampel penelitian dilakukan
yang dikelola secara organik dibandingkan dengan menggunakan cangkul, sarung
lahan alami dan terintegrasi (Köhler et.al., tangan, sekop, ayakan berukuran 2 mm,
2014). Nuril, dkk. (1999) menyatakan bahwa, kantong, gelas plastik dan baki plastik,
lahan pertanian intensif pada umumnya meteran, kertas label, serta alat tulis. Alat
memiliki populasi cacing tanah yang lebih yang digunakan dalamanalisis tanah serta
rendah salah satunya karena perubahan sifat- pengamatan morfologi dan pengukuran
sifat tanah. Perubahan sifat tanah dapat biomassa cacing tanah adalah ayakan 2
menghilangkan populasi cacing tanah mm,mistar, kaca pembesar, mikroskop, ring
tertentu dan menyebabkan munculnya sampel, pH meter, makro kjeldahl, oven,
spesies baru (Smetak et al., 2007). neraca analitik, tin, dan peralatan
Populasi cacing tanah pada lahan gelas.Dokumentasi dilakukan dengan
pertanian di Indonesia sangat beragam. kamera, sedangkan tabulasi data hasil

14
AGROTROP, 9 (1): 13 - 22 (2019)

penelitian dilakukan dengan komputer dan budidaya).Sistem budidayaterdiri dari 2 taraf


perangkat lunak pengolah data.Bahan yaitu sistem budidaya sayuran organik (O)
penelitian yang digunakan ialah cacing tanah dan sistem budidaya sayuran konvensional
lokal dan tanah yangdiambil dari lahan (K). Faktor kedua adalah kedalaman tanah
penelitian serta bahan kimia untuk analisis yang terdiri dari 3 jenis kedalaman tanah
sifat-sifat tanah di laboratorium. yaitu 0-10 cm, 10-20 cm dan 20-30 cm.
Penelitian dilakukan dengan Lokasi penelitian dipilih secara
menggunakan rancangan lingkungan acak purposivepada lahan budidaya sayuran
kelompok (RAK) yang terdiri dari 3 organik dan konvensional di daerah Bedugul.
kelompok (Gambar 1). Penelitian dirancang Sampel tanah dan cacing diambil secara acak
dengan rancangan faktor tersarang yaitu lalu dikompositkan pada tingkat kedalaman
faktor kedua (kedalaman tanah) tersarang tanah dalam kelompok.
pada faktor pertama (sistem

Gambar 1. Ilustrasi titik sampel dalam minipit

Tahapan Pelaksanaan Penelitian cangkul. Tanah pada masing-masing lapisan


Penelitian dilakukan dengan mengikuti minipit diambil dengan menggunakan sekop
tahapan berikut (Gambar 2). Lokasi dan langsung diayak dengan ayakan
penelitian dipilih secara purposif pada lahan berdiameter 2 mm. Cacing tanahyang
budidaya sayuran organik dan konvensional terdapat pada kedalaman 0-10 cm,10-20 cm,
di daerah Bedugul. Sampel tanah dan cacing dan20-30 cmdari ketiga minipit dalam 1
diambil dengan metode minipit berukuran satuan percobaan dikompositkan
0,5 x 0,5 x 0,5 m (Gambar 3; Puslitanak, laludimasukkan ke dalam gelas plastik yang
2004). Tiga minipit dibuat untuk setiap telah diberi label.
satuan penelitian dengan menggunakan

15
ARFITA TRI MAYASARI. et al. Populasi, Biomassa dan Jenis Cacing Tanah pada Lahan…

Gambar 2. Bagan alir proses penelitian

Sampel tanah terganggu dan tidak terganggu dikeringanginkan di laboratorium,


terganggu juga diambil dari masing-masing diayak menggunakan ayakan berukuran 2
lapisan tersebut.Sampel tanah tidak mm, dan kemudian digunakan untukanalisis
terganggu diambil menggunakan ring sampel beberapa sifat tanah.
untuk mengukurBulk density dan
permeabilitas, sedangkan sampel tanah

Gambar 3.Minipit dan kedalaman tanah

Parameter aktual cacing tanah diukur di jenis cacing tanah. Kepadatan populasi
lapangan segera setelah cacing tanah cacing (KPC) tanah dihitung dengan metode
diperoleh. Parameter aktual tersebut adalah handsorting menggunakan rumus (Kalu et
kepadatan populasi, panjang, biomassa dan al.,2015):

16
AGROTROP, 9 (1): 13 - 22 (2019)

KPC (ekor/m2) = Jumlah cacing tanah/luas area sampel

Panjang cacing tanah diukur dengan mistar dengan persamaan alometri panjang-
dan dinyatakan dalam satuan sentimeter biomassa yang diukur dengan rumus berikut
(cm). Biomassa cacing tanah (BCT) diduga (Hale et al., 2004):

Ln BCT (g) = 2,2853 x Ln panjang (cm) - 11,9047

Setiap cacing tanah dibedakan atas cacing Tabel 1. Signifikansi


muda dan dewasa berdasarkan perbedaan Parameter Signifikansi
warna klitelum. Lumbricus dewasa memiliki Sistem Kedalaman
klitelum berwarna kuning. Jumlah masing- Budidaya tanah
masing kelompok cacing tersebut dihitung KPC ** Ns
Biomassa ** Ns
dan dicatat.Data masing -masing parameter
N-Total ** Ns
yang diperoleh dianalisis dengan ANOVA P Tersedia ** Ns
(Analysis of Varian) dengan menggunakan C-Organik Ns Ns
software Costat. ANOVA yang menunjukkan BV * Ns
pengaruh nyata faktor pada parameter yang pH ** Ns
Permeabilitas ** Ns
diuji dilanjutkan dengan analisis Beda Nyata
Keterangan :
Terkecil pada taraf 5% untuk mengetahui * : nyata
perbedaan faktor yang diteliti pada parameter ** : sangat nyata
tersebut. Keeratan hubungan antar parameter Ns : non signifikan
diukur dengan uji korelasi menggunakan
software SPSS (IBM Inc, 2010). Hasil penelitian menunjukkan, bahwa
sifat-sifat tanah seperti kadar N-total, P-
HASIL DAN PEMBAHASAN tersedia, C-organik, nilai pH, berat volume
Rangkuman signifikansi faktor yang (BV), dan permeabilitas tanah berbeda antar
dikaji dalam penelitian ini disajikan pada sistem budidaya tetapi umumnya tidak
Tabel 1. Pengaruh sistem budidaya nyata berbeda antarkedalaman tanah pada masing-
terhadap seluruh parameter yang diamati masing sistem budidaya.Tanah pada sistem
tetapi pengaruh kedalaman tanah tidak budidaya organik memiliki tingkat kesuburan
berbeda nyata.Tabel 2-3menunjukkan, bahwa yang lebih tinggi dibandingkan dengan
KPC, biomassa, N-total, P-tersedia, nilai pH, konvensional (Tabel 2). Tidak adanya
berat volume (BV), dan permeabilitas tanah perbedaansifat-sifat tanah yang signifikan
dipengaruhi sangat nyata oleh faktor sistem antar kedalaman diduga disebabkan oleh
budidaya (P<0,01), sedangkan faktor intensitas pengolahan tanah dan aktivitas
kedalaman tanah tidak menyebabkan pedoturbasi oleh makrofauna tanah.
perbedaan nyata terhadap parameter yang
diamati.

17
ARFITA TRI MAYASARI. et al. Populasi, Biomassa dan Jenis Cacing Tanah pada Lahan…

Tabel 2. Sifat Tanah pada Lahan Sayuran Organik dan Konvensional


P-
N- C- Berat
Sistem Kedalaman tersedia Permeabilitas
total Organik volume pH
Budidaya (cm) (ppm (ml/menit)
(%) (%) (g/m3)
P2O5)
0-10 0.48 370.41 5.51 0.96 6.85
Organik 10-20 0.49 267.20 5.52 0.86 6.78
20-30 0.34 210.33 5.45 0.85 6.89
0-10 0.28 219.41 4.93 1.04 6.50
Konvensional 10-20 0.30 193.99 4.71 1.05 6.48
20-30 0.23 162.42 4.30 1.01 6.44
Rata-rata pada Sistem Organik 0.43a 299.31a 3.01a 0.86b 6.81a 35.93a
Rata-rata pada Sistem Konvensional 0.26b 193.05b 2.99a 1.57a 6.46b 14.87b
Ket : Angka bercetak tebal yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak
nyata pada taraf 5% uji BNT.

Berdasarkan sifat-sifat tanah yang 35.93 ml/menit (cepat) sedangkan pada lahan
diukur, tanah pada kedua lahan pertanian konvensional adalah 14.87 ml/menit
tergolong subur. Tingkat kesuburan tanah (sedang).
lebih tinggi pada lahan organik. Kadar N- Hasil penelitian menunjukkan bahwa
total tanah pada lahan organik berkisar antara populasi cacing tanah (KPC) dan biomassa
0.34-0.48% (sedang) sedangkan pada lahan cacing tanah nyata lebih tinggi pada lahan
konvensional sebesar 0.23-0.30% budidaya organik dibandingkan konvensional
(sedang).Kadar P-tersedia pada lahan organik (Tabel 3). Nilai KPC pada lahan organik
berkisar antara 210.33-370.41 ppm berkisar 66.67-89.33 ekor/m2dan pada lahan
P2O5(tinggi) dan pada lahan konvensional konvensional adalah 16.00-45.33 ekor/m2.
berkisar antara 162.42-219.41 ppm Jumlah populasi cacing tanah terbanyak pada
P2O5(tinggi). Kadar C-organik pada lahan lahan organik ditemukan pada kedalaman 0-
organik berkisar antara 5.45-5.52% (sangat 10 cm (89.33 ekor/m2) sedangkan pada lahan
tinggi) sedangkan pada lahan konvensional konvensional pada kedalaman 20-30 cm
berkisar antara 4.30-4.93% (tinggi). Nilai (45.33 ekor/m2). Bobot biomassa cacing
berat volume tanah pada lahan organik tanah pada lahan organik berkisar antara
berkisar antara 78.83-90.08 g/m3 dan pada 1.00-1.93 g dan pada lahan konvensional
lahan konvensional berkisar antara 93.16- berkisar antara 0.03-0.07 g. Jenis cacing
97.55 g/m3. Nilai pH pada lahan organik tanah yang ditemukan pada lahan organik
berkisar antara 6.78-6.89 (agak masam) adalah L. terrestris sedangkan pada lahan
sedangkan pada lahan konvensional 6.44- konvensional adalah P. corethrurus (Tabel
6.50 (agak masam).Nilai rata-rata 3).
permeabilitas pada lahan organik adalah

18
AGROTROP, 9 (1): 13 - 22 (2019)

Tabel 3. Populasi, Jenis,dan Biomassa Cacing Tanah pada Lahan Organik dan Konvensional
Sistem Kedalaman KPC Biomassa
Jenis
Budidaya (cm) (ekor/m2) (g)
0-10 89.33 1.93
Organik 10-20 64.00 1.71 Lumbricus
20-30 66.67 1.00 terrestris
Rata-rata Organik 73.33a 1.54a
0-10 16.00 0.03
Konvensional 10-20 30.67 0.07 Pontoscolex
20-30 45.33 0.06 corethrurus
Rata-rata Konvensional 30.22b 0.05b

Ket:
KPC (Kepadatan Populasi Cacing) ekor/m2
Angka bercetak tebal yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak
nyata pada taraf 5% uji BNT.

Berdasarkan data hasil analisis tanah tinggi pada tanah yang dibudidayakan secara
diketahui bahwa lahan budidaya sayuran organik. Semakin banyak jumlah cacing
organik lebih subur dibandingkan dengan tanah, maka semakin tinggi kesuburan tanah
lahan konvensional. Kadar N-total, P-tersedia yang diindikasikan oleh ketersediaan unsur
dan C-organik tanah pada lahan organik lebih hara dan bahan organik yang lebih
tinggi dibandingkan dengan lahan tinggi.Biomassa cacing tanah pada lahan
konvensional (Tabel 2).Karakteristik tanah budidaya organik berhubungan erat dengan
tersebut berhubungan dengan keberadaan P-tersedia (r2=1.00) (Tabel 4).Kenaikan
cacing tanah. Kesuburan tanah yang lebih biomassa cacing tanah disebabkan oleh
tinggi pada lahan organik nampaknya melimpahnya sumber makanan untuk cacing
mendukung perkembangan populasi dan tanah karena bahan organik pada media
biomassa cacing tanah lokal. Dalam mempengaruhi kehidupan cacing tanah.
penelitian ini populasi cacing tanah lebih

Tabel 4.Uji Korelasi pada Lahan Organik


KPC Biomassa N P C- pH Permeabilitas BV
Organik
KPC 1 .99 .85 .99 .74 .82 .36 .76
Biomassa .99 1 .92 1.00** .84 .90 .50 .65
N .85 .94 1 .92 .98 .98* .80 .30
P .99 1.00** .92 1 .89 .90 .64 .51
C-Organik .74 .84 .98 .84 1 .99 .90 .13
pH .82 .90 .98* .90 .99 1 .83 .25
Permeabilitas .36 .51 .80 .51 .90 .83 1 -.33
BV .76 .65 .30 .64 .13 .25 -.33 1

Keterangan :
* : korelasi positif nyata
** : korelasi positif sangat nyata

19
ARFITA TRI MAYASARI. et al. Populasi, Biomassa dan Jenis Cacing Tanah pada Lahan…

Tabel 5.Uji Korelasi pada Lahan Konvensional


KPC Biomassa N P C- pH Permeabilitas BV
organik
KPC 1 .98* -.07 -.72 -.58 .98* -.89 .61
Biomassa .98* 1 .00 -.68 -.53 1.00** -.86 .66
N -.07 .00 1 .74 .85 .00 .52 .75
P -.72 -.68 .74 1 .98 -.68 .96 .10
C-Organik -.58 -.53 .85 .98 1 -.53 .89 .29
pH .98* 1.00** .00 -.68 -.53 1 -.86 .66
Permeabilitas -.89 -.86 .52 .96 .89 -.86 1 -.18
BV .61 .66 .75 .10 .29 .66 -.18 1

Keterangan :
* : korelasi positif nyata

Hubungan antara parameter sifat-sifat Tingginya nilai NPK pada


tanah dan parameter cacing tanah pada lahan lahanpertanian konvensional disebabkan
konvensional memiliki pola yang berbeda adanya pemupukan NPK kimia. Namun,
dibandingkan pada lahan organik. KPC tingginya kadar NPK pada tanah pertanian
berhubungan sangat erat nyata dengan konvensional tidak diikuti dengan
biomassa (r2=.998) dan pH (r2=.998) pada meningkatnya kelimpahan cacing tanah
lahan konvensional, sedangkan hubungan dilahan tersebut. Hal ini sesuai dengan
KPC dengan P, C-Organik dan permeabilitas pernyataan Tiwari (1993) yang menyatakan
adalah erat negatif (Tabel 5). Jumlah cacing bahwa penggunaan pupuk NPK konvensional
tanah pada lahan konvensional lebih rendah tanpa kombinasi dengansampah organik
dibandingkan dengan lahan organik diduga tidak meningkatkan populasi maupun
tidak karena kesuburan tanah yang lebih biomassa cacing tanah.
rendah tetapi lebih disebabkan oleh Jenis cacing yang ditemukan pada
penggunaan pestisida. Hasil penelitian ini lahan organik berbeda dengan lahan
sejalan dengan pernyataan Yuliprianto konvensional. Cacing tanah yang ditemukan
(2009) bahwa residu pestisida di dalam tanah pada lahan organik adalah L. terrestris dan
dapat menurunkan secara laten pertumbuhan cacing yang ditemukan pada lahan
dan reproduksi cacing tanah.Pestisida kimia konvensional adalah cacing P. corethrurus.
diketahui memiliki pengaruh negatif terhadap Karakteristik morfologi kedua jenis cacing
organisme dalam tanah (Rombke et al., tersebut disajikan pada Tabel 6.Cacing L.
2007). Berdasarkan hasil wawancara dengan terrestris tergolong cacing besar.Cacing ini
petani, penggunaan pestisida pada lahan merupakan kelompok dekomposer yang
konvensional sangat banyak, bahkan disaat memangsa serasah organik di atas permukaan
tidak ada serangan hama, pestisida tetap tanah.Cacing tanah L. terrestris dapat
digunakan. Hasil analisis ragam dikelompokkan pada tipe ekologi anesik
menunjukkan bahwa perlakuan bahan karena cacing tanah ini mudah ditemukan
pertanian berpengaruh sangat nyata terhadap pada kedalaman 0-10 cm.Cacing P.
mortalitas cacing tanah (Werdhyastuti, 2018, corethrurusmerupakan cacing jenis endogeik
belum dipublikasikan). yang mudah ditemukan pada tanah

20
AGROTROP, 9 (1): 13 - 22 (2019)

dalam.Tidak seperti L. terrestris, cacing secara horizontal di dalam tanah, pemakan


P.corethrurus cenderung tidak berwarna atau tanah (geofagus) dan meninggalkan kascing
tidak memiliki pigmen, membuat lubang di dalam tanah.

Tabel 6. Data morfologi jenis cacing tanah pada lahan pertanian organik dan konvensional di
Bedugul
Organik Konvensional
Jenis Lumbricus Pontoscolex
terrestris corethrurus
Panjang (cm) 18-29 4-9
Diameter (cm) 0.5 0.2
Tipe ekologi Aneksik Endogeik
Warna Tubuh Gelap Terang
Anterior Cokelat Oranye kekuningan
Posterior Hitam Kuning kecoklatan
Bentuk mulut Prolobus Zygolobus
(Prostomium)

Lumbricus terrestris (A) danPontoscolex corethrurus (B)

SIMPULAN DAFTAR PUSTAKA


Jumlah kepadatan populasi cacing Bouche,M., 1977. Strategies Lumbriciemnes.
(KPC) lebih tinggi pada lahan sayuran Ecol. Bull, Stockholm 25,122-132.
organik dengan total rata-rata 73 ekor/m2 Curry,J.P., 1994. Grassland Invertebrates.
Chapmann & Hall, London, 437p
dibandingkan dengan lahan sayuran
2 Dwiastuti Sri & Suntoro. 2009. Eksistensi
konvensional 30 ekor/m . Jenis cacing tanah Cacing Tanah Pada Lingkungan
yang ditemukan pada lahan sayuran organik Berbagai Sistem Budidaya Tanaman Di
adalah Lumbricus terrestris sedangkan pada Lahan Berkapur.Universitas Sebelas
lahan sayuran konvensional adalah Maret, Jl. Ir.Sutami No. 36A,
Pontoscolex corethrurus. Jumlah cacing Surakarta.
tanahpada lahan sayuran organik cenderung Edward, C.A & P.J. Bohlen. 1996. Biology
and Ecology of Earthworms.London:
lebih banyak pada kedalaman 0-10 cm 89
Chapman and Hall.
ekor/m2.sedangkanpada lahan sayuran Jayanthi, Sri, Retno Widhiastuti, Erni
konvensional pada kedalaman 20-30 cm Jumilawaty. 2014. Komposisi
dengan jumlah 45 ekor/m2. Komunitas Cacing Tanah Pada Lahan
Pertanian Organik Dan Konvensional

21
ARFITA TRI MAYASARI. et al. Populasi, Biomassa dan Jenis Cacing Tanah pada Lahan…

Di Desa Raya Kecamatan urban systems. Applied Soil Eco- logy


Berastagi Kabupaten Karo. 37: 161-168.
Pascasarjana Departemen Biologi Subin Kalu, Madan Koirala& Udhab Raj
FMIPA Universitas Sumatera Utara. Khadaka.2015. Earthworm population
Kartasapoetra., A.G, Mulyani Sutedjo. 1987. in relation to different land use and soil
Teknologi Konservasi Tanah dan characteristics.Central Department of
Air.Cetakan ke dua.Jakarta : Bina Environmental Science, Tribhuvan
Aksara. University, Kirtipur, Kathmandu
Köhler, Anna-Sophie, Sebastian Wolfrum, Julia Nepal.Amrit Science Campus,
Huber, Kürt-Jurgen Hüsbergen. 2014. Tribhuvan University,Thamel,
Earthworm abundance and species Kathmandu, Nepal.
richness: contribution of farming system Tiwari, S. C. 1993. Effect of Organic Manure
and habitat type. Rahmann G &Aksoy U
and NPK Fertilization of Eartworm
(Eds.). Proc. of the 4th ISOFAR Scientific
Conference. ‘Building Organic Bridges’, at
Activity in an Oxisol.Biology and
the Organic World Congress 2014, 13-15 Fertility ofSoil. 16: 293-295.
Oct., Istanbul, Turkey (eprint ID 23992) Werdhyastuti, N.L. 2018. Sensitivitas Cacing
Levy PE, Hale SE, and Nicoll BC.2004. Tanah Lokal di Kecamatan Baturiti
Biomass expansion factors and terhadap Pupuk Organik dan Pestisida
root:shootratios for coniferous tree Sintetik.Skripsi.Belum dipublikasikan.
species in Great Britain. Forestry, Wijayanti, L. 2007. Kelimpahan Cacing
77(5:421-430. Tanah Pada Tanah Sawah Sistem
Nuril, H, B. Paul Naiola, E. Sambas, Budidaya Pertanian Padi Organik dan
F.Syarif, M. sudiana, J.S.Rahajoe, Anorganik. Skripsi. Jurusan Pendidikan
Suciatmih,T.Juhaeti& Y. Suhardjono. Biologi FMIPA UNY.
1999. Perubahan Bioekofisik Yuliprianto, H. 2009. Prosiding Seminar
LahanBekasPenambangan Emas di Nasional Penelitian,Pendidikan dan
Jampang dan Metoda Pendekatannya Penerapan MIPA, Pendidikan Biologi,
untuk upaya reklamasi. Laporan teknik Fakultas MIPA, Universitas Negeri
Proyek Penelitian Pengembangan dan Yogyakarta.
Pendayagunaan Potensi Wilayah,
tahun 1998/1999. PuslitbangBiologi
LIPI.
Puslittanak.2004. Petunjuk Teknis
Pengamatan Tanah.Penerbit Pusat
Penelitian Tanah dan Pengembangan
Tanah dan Agroklimat. Bogor.
Rombke, J., M.V.Garvia, A. Scheffezy.
2007. Effect of the fungicide benomyl
on earthworms inlaboratory tests
under tropical and temperate
conditions. Arch.Environ Contam
oxicol 53, 590-598.
Smetak, K. M., J. L. Johnson-Maynard dan J.
E. Lloyd. 2007. Earthworm population
density and diversity in different aged

22

You might also like