Jurnal Teori Khilafah Dan Implikasinya
Jurnal Teori Khilafah Dan Implikasinya
Jurnal Teori Khilafah Dan Implikasinya
Suparta
Institut Agama Islam Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung
Jl. Pahlawan 12 Petaling, Bangka, Kepulauan Bangka Belitung, 33173
E-mail: [email protected]
DOI: http://dx.doi.org/10.32332/akademika.v23i2.1237
Abstract
This study examines the perceptions of the Ulama ini Bangka Belitung about
the concept of khilafah and its implications for Ukhwah Islmaiyah, Ukhuwah Basyariyah,
and Ukhuwah Wathaniyah in the integrity of the Unity Republic of Indonesia in Bangka
Belitung itself. As for the research method used in this study was field research. The results
of the study show that the Bangka Belitung Ulema have the same majority perception of
the establishment of the Islamic Khilafah, the Khilafah in Indonesia is still not enforceable
because every ulama understands the Khilafah. This happened because the Ulama had no
agreement and understanding about the Khilafah. The implications of the establishment of
the Islamic Khilafah on Ukhwah Islmaiyah can lead to schismatic divisions among Muslims,
368 | AKADEMIKA, Vol. 23, No. 02 Juli-Desember 2018
the Implications of the Khilafah to Ukhuwah Basyariyah. where Indonesia has diverse tribes,
races and religions. If the Khilafah is enforced upright it will become a horizontal conflict,
namely the conflict between Muslims themselves and inter-religious conflict which makes
the image of Muslims considered intolerant in the eyes of Indonesia and International.
In addition, vertical conflict is the existence of conflict between Muslims who uphold the
Khilafah with the Indonesian government and national figures and ulama who are Muslim
who have not been Pro against the Caliphate. If this conflict occurs then what happens next
is a split in the government and does not rule out the possibility of bloodshed. Finally, the
implications for Ukhuwah Wathaniyah. In the slogan “Hubbul Wathan Minal Iman” (love
of water or state is a part of Faith. This motto is one of the reasons the santri and Muslims
strive for Indonesian independence from colonialism.
Abstrak
Penelitian ini mengkaji persepsi Ulama Bangka Belitung tentang konsep
khilafah serta implikasinya terhadap Ukhwah Islmaiyah,Ukhuwah Basyariyah, dan
Ukhuwah Wathaniyah dalam keutuhan NKRI di Bangka Belitung sendiri. Adapun
metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian
lapangan (field research) yang berbentuk deskriptif kualitiatif. Adapun hasil
penelitian adalah Ulama Bangka Belitung memiliki persepsi yang mayoritas sama
terhadap penegakkan Khilafah Islamiyah yaitu khilafah di Indonesia masih belum
bisa ditegakkan karena setiap ulama berbeda paham tentang khilafah. Hal ini
terjadi disebabkan para ulama belum ada kesepakatan dan kesepahaman tentang
khilafah. Implikasi penegakkan khilafah islamiyah terhadap ukhwah islmaiyah dapat
menimbulkan perpecahan persaudaran di anatra kaum muslimin, Implikasi khilafah
terhadap Ukhuwah Basyariyah. dimana Indonesia memiliki suku, ras dan agama
yang beraneka ragam. Jika Khilafah dipaksakan tegak maka akan menjadi Konflik
horizontal yaitu konflik antar umat islam sendiri dan konflik antar umat beragama
yang menjadikan image umat Islam di anggap intoleran dimata Indonesia dan
International. Selain itu, Konflik vertikal yakni adanya konflik antara umat Islam
yang menegakkan khilafah dengan pemerintah Indonesia dan para tokoh nasional
dan ulama yang beragama Islam yang belum Pro terhadap khilafah. Bila Konflik
ini terjadi maka yang terjadi adalah perpecahan dalam pemerintahan dan tidak
menutup kemungkinan terjadi pertumpahan darah. Terakhir implikasi terhadap
ukhuwah wathaniyah. Dalam slogan “Hubbul Wathan Minal Iman” (cinta tanai air
atau negara adalah sebagaian dari Iman. Semboyan ini menjadi salah satu alasan
para santri dan umat Islam gigih memperjuangkan kemerdekaan Indonesia
dari Penjajahan.
Kata Kunci: Khilafah, Ulama, dan Bangka belitung.
Persepsi Ulama Bangka Belitung Tentang Teori Khilafah..... | 369
A. Pendahuluan
Akhir-akhir ini sebagian Umat Islam Indonesia sedang
menunjukkan kekuatannya terhadap “musuh-musuh” Islam baik
musuh yang ada di Indonesia maupun musuh Islam yang ada di
dunia. Faktanya sudah beberapa kali aksi yang diikuti oleh ribuan
bahkan jutaan umat Islam yang ada diberbagai daerah di Indonesia.
Puncaknya, aksi-aksi besar ini diadakan mulai tanggal 4 November
2016 (411), tanggal 2 Desember 2016 (212), tanggal 4 Desember 2016
(412) dan terakhir pada tanggal 11 Februari 2017. Setiap aksi tersebut
selalu diikuti oleh ribuan bahkan sampai jutaan umat Islam yang
ada di Indonesia. .
Ketika aksi-aksi tersebut ditinjau dari aspek psikologis maka
dapat diasumsikan bahwa aksi-aksi tersebut adalah bagian dari
ekspresi jiwa umat Islam yang selama ini terpendam atau merasa
termarginalkan. Jika dilihat dari aspek sosial maka aksi - aksi
tersebut merupakan salah satu strategi komunikasi sosial yang
ditujukan kepada penguasa agar lebih peduli dalam penegakkan
keadilan sosial. Kedua persfektif ini menurut sebagian umat islam
masih belum begitu tajam perdebatannya. Akan tetapi jika aksi-aksi
ini dikorelasikan dengan embrio bangkitnya Khilafah Islamiyah
maka disinilah yang menimbulkan perdebatan antar umat Islam
yang bisa menyebabkan konflik antar sesama umat Islam. Karena
kenyataannya dalam tubuh umat Islam sendiri memiliki paradigma
dan persepsi yang berbeda-beda tentang sistem Khilafah Islamiyah.
Perbedaan pendapat ini tentunya dikarenakan bedanya
paradigma atau sudut pandang dalam menafsirkan konsep Khilafah
Islamiyah itu sendiri. Hal ini tergantung pada konsep relasi antara
agama dan negara. Apakah agama negara itu memiliki kesatuan
atau terpisah. Fazlur Rahman misalnya dalam pengantar bukunya
mengatakan bahwa antara agama dan negara memiliki hubungan
yang dialektis1. Persoalannya adalah apakah agama yang berperan
sebagai penentu jalannya sebuah negara atau sebaliknya negara
yang menentukan dinamika agama. Ada yang mengatakan bahwa
negaralah yang mememiliki peranan penting dalam mengatur
1
Fazlur Rahman, Islam (Chicago & London: The University of Chicago Press,
1982).
370 | AKADEMIKA, Vol. 23, No. 02 Juli-Desember 2018
5
KH.Hasyim Sya’roni, Ketua MUI Bateng, 28 April 2017, Koba.
Persepsi Ulama Bangka Belitung Tentang Teori Khilafah..... | 373
bahasa, dan agama yang beraneka ragam juga sudah memiliki dasar
atau ideologi sendiri yaitu pancasila dan UUD 19456.
Demikian juga yang dikatakan oleh KH. M.Thoha7 bahwa
khilafah tidak bisa dipaksakan untuk tegak di Indonesia karena
Indonesia sudah memiliki pemerintahan sendiri. Bahkan pemerintah
Indonesia ini juga didirikan oleh mayoritas ulama ternama di
Indonesia seperti KH. Hasyim Asy’ari sebagai sesepuh dan Tokoh
Ulama dari Nahdhatul Ulama (NU). Mayoritas ulama pendiri
tersebut sepakat bahwa Indonesia adalah NKRI (Negara Kesatuan
Republik Indonesia) yang berdasarkan pancasila dan UUD 1945.
Bahkan memiliki semboyan yang sangat bijaksana yaitu Bhineka
Tunggal Ika, yang artinya walaupun kita berbeda suku, bahasa dan
agama akan tetapi tetap satu yaitu Indonesia.
Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Ustadz
Sujoko bahwa khilafah tidak cocok di Indonesia karena sudah
8
6
KH.Hasyim Sya’roni,.
7
KH. Muhammad Thoha, Ketua Majelis Ulama Indonesia Kabupaten Bangka Barat,
Wawancara, di Muntok, 12 Mei 2017.
8
Ustadz Sujoko, Pimpinan Cabang Muhammadiyah Kabupaten Belitung Timur, 18
April 2017.
9
KH.Dedy Alwi dan Ustadz Yanto, Pimpinan Ponpes Miftahunnajah, Wawancara,
pada tanggal 14 April dan 15 April 2017, t.t.
374 | AKADEMIKA, Vol. 23, No. 02 Juli-Desember 2018
10
KH. Muhammad Thoha, Ketua Majelis Ulama Indonesia Kabupaten Bangka Barat,
Wawancara, di Muntok.
11
KH.Dedy Alwi dan Ustadz Yanto, Pimpinan Ponpes Miftahunnajah, Wawancara,
pada tanggal 14 April dan 15 April 2017.
376 | AKADEMIKA, Vol. 23, No. 02 Juli-Desember 2018
12
Hatamar, diskusi tertutup Pascasarjana IAIN SAS Babel, 23 Maret 2018 Diantara
aliran atau ajaran yang bisa membahayakan di Indonesia adalah ajaran Kom unisme karena
ajaran ini sangat bertentangan dengan Pancasila. Dalam ajaran komunis membolehkan
sesorang tidak memeiliki agama atau tidak beragama, sementara hidup di indonesia jika
berdasarkan pancasila sila pertama maka wajib setiap individu yang hidup di Indonesia
memiliki agama yang diakui di Indonesia. Selain komunis ajaran yang bisa berbahaya
juga adalah ajaran liberalisme yaitu sebuah ajaran yang membebaskan pemeluknya untuk
memilih kehidupan sesuai dengan yang disukainya. Keduanya tentunya bertentangan
dengan pancasila. .
378 | AKADEMIKA, Vol. 23, No. 02 Juli-Desember 2018
menghidupkan nilai –nilai keislaman dalam setiap diri umat islam agar
ajaran Islam menjadi ruh dalam kehidupan berbangsa dan beragama di
Indonesia.
13
Rachmat Djatmika, Sistem Etika Islam, Surabaya: Pustaka Islam, 1987, t.t.
Persepsi Ulama Bangka Belitung Tentang Teori Khilafah..... | 379
menjadi rahmat bagi seluruh alam. Hal ini sesuai dengan firman Allah
dalam Al-Qur’an surat Al-Anbiya; 107 yang artinya “Dan tiadalah kami
mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”.
Atas dasar ayat inilah akhirnya para ulama di Bangka Belitung
sepakat bahwa ajaran Islam adalah ajaran yang sangat menghargai
keberagaman. Dengan kata lain agama islam sudah memiliki sikap toleransi
yang sangat baik sejak 14 abad yang lalu. Hal ini telah dicontohkan langsung
oleh baginda Rasulullah saw, bagaimana rasul menghargai, menghorati
dan berinteraksi tanpa syarat baik pada orang yang islam maupun non
muslim, baik pada orang yang beriman maupun tidak beriman. Karena
memang sudah menjadi sunnatullah bahwa Allah menciptakan manusia
yang snagat beragam yakni bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar
saling kenal mengenal. Hal ini sesuai dengan firman Allah swt dalam surat
Al-Hujrat: 13
17
Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Prof.Dr. H. Nur Syam Menurutnya,
Islam wasathiyah merupakan Islam yang memberikan keselamatan bagi umat manusia.
bahwa Islam harus ditunjukkan sebagai agama yang memang memberikan rahmat bagi
semua umat manusia. Karena itu, umat Islam harus kuat di dalam yang tentunya dapat
dicapai dengan memperkuat rasa persaudaraan ukhuwah Islamiyah.( http://liputanislam.
com/indonesiana/sekjen-kemenag-ajak-umat-perkuat-wawasan-islam-wasathiyah/)
Persepsi Ulama Bangka Belitung Tentang Teori Khilafah..... | 381
18
KH.Hasyim Sya’roni, Harus diingat terus bahwa nasionalisme keindonesiaan
bukanlah hal yang asing bagi generasi muda Indonesia yang lahir dan hidup di bagian
manapun dari negara kepulauan Indonesia yang luas, mengingat kaum muda Indonesia
telah pernah mengikrarkan nasionalisme keindonesiaan ini dalam suatu sumpah pemuda
pada 28 Oktober 1928 ketika Indonesia masih dalam penjajahan Belanda. Mengingat peran
historis kaum muda Indonesia dalam membangun nasionalisme keindonesiaan ini, sudah
seharusnya kaum muda Indonesia pada masa kini dapat membantu pemerintah pusat
untuk menjalankan pemerintahan di seluruh Indonesia dengan berlandaskan hanya UUD
45 dan Pancasila. Mereka harus ikut mempertahankan Indonesia sebagai negara Pancasila,
bukan negara agama apapun. Bentuk NKRI sebagai negara berideologi Pancasila dan ber-
UUD 45 adalah satu-satunya bentuk yang paling masuk akal dan paling setia pada sejarah
bagi setiap usaha membangun kerukunan antar umat-umat beragama. .
19
KH.Hasyim Sya’roni, Islam nusantara adalah sebagai hasil ijma dan ijtihad
para ulama nusantara dalam melakukan istinbath terhadap al-muktasab min adillatiha-
tafshiliyah. Islam nusantara adalah idrakul hukmi min dalilihi ala sabili-rujhan. Islam
nusantara memberi karakter bermazhab dalam teks-teks para ulama nusantara untuk
menyambungkan kita dengan tradisi leluhur kita, untuk dihormati, dan untuk kita teladani
(http://kelompok8studis.blogspot.co.id/2016/04/makalah-studi-islam-tentang-islam.
html).
382 | AKADEMIKA, Vol. 23, No. 02 Juli-Desember 2018
20
Ustadz Sujoko, Pimpinan Cabang Muhammadiyah Kabupaten Belitung Timur.
Persepsi Ulama Bangka Belitung Tentang Teori Khilafah..... | 383
Buktinya banyak dari ulama dan umat islam yang rela berkorban
tenaga, harta dan nyawa demi negara ini terjadi pada saat melawan
penjajah baik pada masa penjajahan belanda maupun jepang. Pada saat itu
andil ulama dan umat islam sangatlah besar, terutama ulama-ulama yang
memiliki pondok pesantren dan memiliki ribuan santri. Mereka semuanya
berjuang untuk kemerdekaan Indonesia.
bukanlah berarti konsep khilafah itu tudak baik akan tetapi lebih kepada
perbedaan konesp dan perbedaan perspsi tentang khilafah itu sendiri.
Ketika dikalangan ulama saja berbeda persepsi tentang khilafah apalagi
dikalangan orang awam dan non muslim pasti perebedaan persepsinya
lebih tinggi lagi. Jika perbedaan persepsi lebih tinggi maka implikasi
negatif terhadap ukhuwah wathaniyah akan makin tinggi pula.
F. Penutup
Mayoritas persepsi Ulama Bangka Belitung terhadap penegakkan
Khilafah Islamiyah sama yaitu mereka berpersepsi bahwa Khilafah di
Indonesia masih belum bisa ditegakkan. Adapun beberapa argumentasi
yang dapat disimpulkan dari hasil wawancara dengan beberapa ulama
Bangka Belitung yaitu : Pertama, Khilafah tidak cocok ditegakkan di
Indonesia bukan berarti Konsep Khilafah tersebut tidak baik akan tetapi
disebabkan belum ada Kesepakatan atau Ijma’ ulama dan juga kesepakatan
dengan pemerintah. Kedua, Demi kemaslahatan bangsa dan negara maka
untuk saat ini Indonesia tidak baik jika dipaksakan sistem negaranya
diganti dengan sistem Khilafah karena sudah ada falsafah sendiri yaitu
Pancasila dan UUD 1945. Ketiga, Falsafah negara yang saat ini dipakai
juga tidak menyalahi aturan dalam Islam karena falsafah pancasila juga
disusun oleh para Ulama Indonesia dan Tokoh Nasional Bangsa Indonesia.
Keempat, sudah teruji dan terbukti bahwa Pancasila dan UUD 1945 dapat
menyatukan berbagai macam suku, ras dan agama yang ada di Indonesia.
Hal ini sesuai dengan semboyannya “Bhineka Tunggal Ika”[.]
REFERENSI
Fazlur Rahman. Islam. Chicago & London: The University of Chicago Press,
1982.
Jamal Al-Banna, Runtuhnya Negara Madinah, Islam Kemasyarakatan versus
Islam Kenegaraan, terj. Jamadi Sunardi, Yogyakarta, Pilar Media,
2005, n.d.
Muhammad Thoha. Ketua Majelis Ulama Indonesia Kabupaten Bangka
Barat, Wawancara, di Muntok, 12 Mei 2017.
386 | AKADEMIKA, Vol. 23, No. 02 Juli-Desember 2018