Bahan Ajar 2 KB 3
Bahan Ajar 2 KB 3
Bahan Ajar 2 KB 3
Rahmat Firdaus
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Batusangkar
[email protected]
Abstract
In this sophisticated era, people generally entrust money to banking services. In addition to getting security guarantees, the
public also benefits from banks in the form of interest or profit sharing.
Methods and Findings: The purpose of this study was to determine the differences in the views of fuqaha regarding bank
interest and usury. This research is characterized by library research as one type of library research and the method used
is literature study while data analysis uses content analysis techniques. The results of this study indicate that in
understanding bank interest and usury fuqaha different opinions. First, the textual paradigm understands the nature of
the prohibition of usury lies in the existence of additional, as the meaning contained by the word riba itself and based on
nas confirmation, that only the principal capital can be taken, so that if the ilat is in bank interest, then the bank
interest is usury . Second, the contextual paradigm understands the passage of prohibiting usury in context, namely the
existence of zulm elements or exploitation that occurs when forbidden usury. So that these conditions when found in the
application of bank interest, then the bank interest is categorized as usury with a clear legal status, namely haram. This
group sees that what happens in bank interest is no element of zulm or exploitation, so they determine that bank interest
does not include usury, and the law is permissible.
Keywords: Fuqaha opinion, bank interest, Riba
Abstrak
Pada zaman yang serba canggih ini, umumnya masyarakat menitipkan uang pada jasa-jasa perbankan.
Selain mendapatkan jaminan keamanan, masyarakat juga mendapatkan keuntungan dari bank berupa
bunga atau bagi hasil.
Metode dan Temuan: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan pandangan fuqaha
mengenai bunga bank dan riba. Penelitian ini bercorak library research salah satu jenis penelitian
kepustakaan dan metode yang digunakan adalah studi literatur sedangkan analisis data menggunakan
teknik analisis isi (content analisis). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dalam memahami bunga bank
dan riba fuqaha berbeda pendapat. Pertama, paradigma tekstual memahami ilat pengharaman riba
terletak pada adanya tambahan, sebagaimana makna yang dikandung oleh kata riba itu sendiri dan
berdasarkan konfirmasi nas, bahwa hanya modal pokok yang dapat diambil, sehingga apabila ilat itu
terdapat di bunga bank, maka bunga bank tersebut adalah riba. Kedua, paradigma kontekstual
memahami nas dari pengharaman riba secara konteks, yaitu adanya unsur zulm atau eksploitasi yang
terjadi pada waktu diharamkannya riba. Sehingga kondisi tersebut bila dijumpai pada pemberlakuan
bunga bank, barulah bunga bank itu dikategorikan sebagai riba yang status hukumnya jelas, yaitu
haram. Kelompok ini melihat bahwa apa yang terjadi di bunga bank tidak ada unsur zulm atau
eksplotasi, sehingga mereka menetapkan bunga bank tidak termasuk riba, dan hukumnya boleh.
Kata kunci: Pendapat fuqaha, Bunga bank, Riba
Rahmat 4 Perbedaan
EKONOMIKA SYARIAH: Journal of e-ISSN:2614-
Vol. 3 , No. 2, Juli-Desember
Economic Studies p-ISSN:2614-
Rahmat 4 Perbedaan
EKONOMIKA SYARIAH: Journal of e-ISSN:2614-
Vol. 3 , No. 2, Juli-Desember
Economic Studies p-ISSN:2614-
Kualitatif, ( Jakarta: Rajawali Pers, 2012), Ed.1, h. 283 (penabung), maka bank akan meminjamkan
5Metode analisis ini pada awalnya berkembang
dalam lapangan informasi yang bertujuan untuk 6 Jujun S. Suria Sumantri, Memperluas Cakrawala
mengolah data atau pesan dalm menarik sebuah Penelitian Ilmiah, (Jakarta: 1KW 1998), h. 8-11
kesimpulan, termasuk juga dalam hal ini penilain 7 Muhammad, Dasar-Dasar Keuangan Islami,
terhadap pesan dan sumber pesan. Lihat Klans (Yogyakarta: Ekonisia, 2004), h. 64.
Puippendolf, Analisis Isi: pengantar Teori dan 8 Nurul Huda et al., Ekonomi Makro Islam:
Metodologi, Penj. Farid Wadji, (Jakarta: Rajawali.1991), Pendekatan Teoritis, (Jakarta: Kencana Prenada Media
h. 15 Group, 2008), h. 237.
Rahmat 4 Perbedaan
EKONOMIKA SYARIAH: Journal of e-ISSN:2614-
Vol. 3 , No. 2, Juli-Desember
Economic Studies p-ISSN:2614-
dana dalam bentuk kredit kepada masyarakat dengan imbalan yang disyaratkan dalam jual
yang membutuhkan tambahan modal usaha beli.13
(bukan modal awal)untuk Investasi, Modal Menurut Imam Sarkhasi (bermazhab
Kerja, maupun Perdagangan. Atas keuntungan Hanafi) mendefinisikan riba adalah tambahan
usaha yang diperoleh debitur dengan yang disyaratkan dalam transaksi jual beli
memakai/ mempergunakan kredit dari bank, tanpa adanya iwadh (padanan). 14 Menurut
maka debitur menunjukkan tindakan yang Afzalurrahman, pada dasarnya, riba adalah
terpuji dengan memberikan balas jasa / pembayaran yang dikenakan terhadap
bunga atas pemakaian dana tersebut kepada pinjaman pokok sebagai imbalan terhadap
bank yang bersangkutan. Selisih bunga yang pinjaman pokok sebagi imbalan masa
diterima bank dari debitur dengan bunga pinjaman itu berlaku. Secara redaksional,
yang dibayarkan kepada penyimpan dana di ulama mendefinisikan riba berbeda-beda,
Bank, itulah yang menjadi keuntungan Bank, namun secara substansinya sama, yaitu suatu
inilah yang dipergunakan membiayai kelebihan dengan tanpa suatu imbalan
operasional bank secara keseluruhan.9 (pengganti) yang disyaratkan oleh salah satu
Jadi dapat diketahui bahwasannya dari dua orang yang melakukan transaksi
bunga adalah sejumlah imbalan atau hadiah (utang-piutang), atau dengan kata lain, riba
yang diberikan oleh pihak bank atau lembaga dikenal sebagai kelebihan keuntungan (harta)
keuangan non-syariah kepada nasabah dari salah satu pihak terhadap pihak lain dalam
disebabkan telah menitipkan uangnya baik transaksi jual beli dan atau pertukaran barang
dengan cara tabungan atau yang lainnya. yang sejenis dengan tanpa memberikan
Secara etimologi, riba berasal dari kata imbalan terhadap kelebihan tersebut.15
ziyadah yang berarti bertumbuh, menambah Dalam analisis, disebutkan bahwa unsur-
atau berlebih, al-riba atau ar-rima makna asalnya unsur riba itu ialah:
ialah tambah, tumbuh dan subur10, membesar 1. Dilakukan antar perorangan yang
(al-‘uluw). Dalam bahasa Inggrisnya menentukan syarat keuntungan secara
usury/interest ialah lebih atau bertambah sepihak.
(addition). 11 Menurut terminologi, riba artinya 2. Bersifat penghisapan yang menimbulkan
kelebihan pembayaran tanpa ganti rugi atau kesengsaraan baik bagi perorangan
imbalan, yang disyaratkan bagi salah seorang maupun masyarakat.16
dari dua orang yang melakukan transaksi, baik Riba merupakan salah satu praktek
tambahan itu berasal dari dirinya sendiri, ekonomi yang dilarang dalam syariat Islam.
maupun berasal dari luar berupa imbalan. 12 Sebagaimana firman Allah dalam beberapa
Secara terminologi fiqh riba merupakan surat di bawah ini:
tambahan khusus yang dimiliki oleh salah satu 1. QS; 2 : 275
pihak yang bertransaksi tanpa ada imbalan
tertentu ataupun kelebihan yang tidak disertai
13 Fatkhul Wahab, “Riba: Transaksi Kotor
Dalam Ekonomi”., Iqtishodia Jurnal Ekonomi Syariah, Vol.
9 Nurhadi, Bunga Bank antara Halal dan 02, No. 02, 2017: 26-41., h. 28
Haram,Nur El-Islam, Vol 4 No. 2 2017, h. 54-55 14 Marwini, “Kontroversi Riba dalam
10 Muhammad, op.cit., h. 64-65.
Perbankan Konvensional dan Dampaknya Terhadap
11 Gampito, Ekonomi Makro Islam: Suatu
Perekonomian”., Az-Zarqa, Vol. 9, No. 1, Juni 2017., h.
Pengantar, (Batusangkar: STAIN Batusangkar Press, 3
2013), h. 167. 15Ibid., h. 3-4.
12 Sumar’in, Ekonomi Islam Sebuah Pendekatan 16 Fajar Hidayanto, “Praktek Riba dan
Ekonomi Mikro Perspektif Islam, (Yogyakarta: Graha Ilmu, Kesenjangan Sosial”., La-Riba Jurnal Ekonomi Islam, Vol.
2013), h. 69. II, No. 2, Desember 2008., h. 240-241.
Rahmat 5 Perbedaan
EKONOMIKA SYARIAH: Journal of e-ISSN:2614-
Vol. 3 , No. 2, Juli-Desember
Economic Studies p-ISSN:2614-
keuntungan yang berlipat ganda.17 Secara garis (Batusangkar: STAIN Batusangkar Press, 2013), h. 101.
besar riba dikelompokkan menjadi dua, yaitu 21 Qurratul A’yun Nailufarh, “Sistem
Perbankan dan Persoalan Riba dalam Islam: Menuju
sebagai berikut: Sistem Perbankan dan Pebuatan masyarakat yang Bebas
dari Unsur Riba”., Balance Economics, Bussiness,
17 Mujar Ibnu Syarif, “Konsep Riba Dalam Al-
Management and Accounting Journal, Vol. V, No. 9, Juli
2008., h. 2.
Quran dan Literatur Fikih”., Al-Iqtishad, Vol. III, No. 2, 22 Muhammad, loc.cit., h. 66.
Julia 2011., h. 295. 23 Gampito, op.cit., h. 169
Rahmat 5 Perbedaan
EKONOMIKA SYARIAH: Journal of e-ISSN:2614-
Vol. 3 , No. 2, Juli-Desember
Economic Studies p-ISSN:2614-
mendapatkan pengembalian dengan lebih riba yang terdapat dalam Al-Quran tidak
sedikit atau lebih banyak, yang pada dasarnya sekaligus melainkan secara bertahap, yaitu:28
bukan dari jenis barang lain, akan tetapi 1. Tahap pertama, adalah surat QS. Ar-
sama dengan barang yang dipinjamkan, dari Rum ayat 39
segi jenis dan ukurannya.24 “…dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu
2. Riba jahiliyah berikan agar dia bertambah pada harta manusia,
Adalah utang dibayar lebih dari maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan
pokoknya jarena si peminjam tidak mampu apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu
membayar utangnya pada waktu yang maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka
ditetapkan. Riba ini dilarang karena kaedah (yang berbuat demikian) itulah orangorang yang
“kullu gardin jarra manfa ah fahwa riba” (setiap melipatk gandakan (pahalanya).” (Q.S Ar-Rum
pinjam yang mengambil manfaat adalah riba). ayat 39)
Dari segi penunda waktu penyerahannya, riba 2. Tahap kedua, riba digambarkan
ini tergolong riba nasi’ah, dari segi sebagai suatu yang buruk terdapat
kesamaannya objek yang dipertukarkan
dalam QS. An-Nisa ayat 160-161
tergolong riba fadhl.25
Sebagian mufasir secara tegas “Maka disebabkan kezaliman orang-
melarang semua jenis riba, baik itu riba yang orang Yahudi, kami haramkan atas
berlipat ganda maupun riba yang sedikit. (memakan makanan) yang baik-baik
Mufasir yang termasuk kelompok ini antara (yang dahullunya) dihalalkan bagi
lain adalah Al- Jhassas, Al-Qurthubi, As-
mereka, dan karena mereka banyak
Syaukani, dan Sayyid Qutb. Sedangkan
menghalangi (manusia) dari jalan
sebagian mufasir yang lain, berpandangan
Allah. 161. Dan disebabkan mereka
sedikit berbeda, mereka berpendapat bahwa,
memakan riba, padahal sesungguhnya
hanya riba jenis jahiliyah atau nasi’ah saja
mereka telah dilarang dari padanya, dan
yang diharamkan, sedangkan riba jenis lainnya
karena mereka memakan harta benda
tidak diharamkan.26 Mufasir yang termasuk
orang dengan jalan yang batil. Kami
kelompok ini di antaranya adalah At-
telah menyediakan untuk orang-orang
Thabari, Al-Maraghi, dan Rashid Ridha. 27
yang kafir di antara mereka itu siksa
Umat Islam dilarang mengambil apapun
yang pedih.”( Q.S An-Nisa ayat 160-
jenisnya. Larangan supaya umat Islam tidak
161)
melibatkan diri dengan riba bersumber dari
3. Tahap ketiga, riba dikaitkan
berbagai surat dalam Al-Quran dan Hadits
dengan suatu tambahan yang
Rasulullah saw. Menurut Sayyid Quthb dan
berlipat ganda terdapat dalam QS.
Abdul al-A’la al-Mawdudi yang dikutip oleh
Ali-Imran ayat 130
Muhammad Syafi’i Antonio bahwa larangan
“Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu memakan riba dengan
berlipat ganda dan bertakwalah kamu
kepada Allah supaya kamu mendapat
24 Taqyuddin Nabhani, Membangun Sistem keberuntungan.”(Q.S Ali-Imran ayat
Ekonomi Alternatif; Perspektif Islam, (Surabaya: Risalah 130)
Gusti, 1996), h. 284.
25 Gampito, loc.cit., h. 169.
26 Wartoyo, “Bunga Bank: Abdullah Saeed VS 28 Dadang Abdul Qadir, “Anatomi
Yusuf Qaradhaqi (Sebuah Dialektika Pemikiran Antara Keabsahan Bunga Bank dalam Perspektif Teori Limit
Kaum Modernis dengan Neo-Revivsalis)”., La-Riba Muhammad Syahrur”., Asy-Syari’ah, Vol. 16, No. 1,
Jurnal Ekonomi Islam, Vol. IV, No. 1, Juli 2010., h. 117. April 2014., h. 81-
27 Ibid., h. 118.
82.
Rahmat 5 Perbedaan
EKONOMIKA SYARIAH: Journal of e-ISSN:2614-
Vol. 3 , No. 2, Juli-Desember
Economic Studies p-ISSN:2614-
4. Tahap terakhir, Allah swt. dengan bank tersebut adalah riba, dan
jelas dan tegas mengharamkan hukumnya adalah haram. 29
apapun jenis riba, yang terdapat Kelompok paradigma
dalam QS. Al-Baqarah ayat 278 kontekstual memahami nas dari
dan 279 pengharaman riba secara konteks, yaitu
“Hai orang-orang yang beriman, adanya unsur zulm atau eksploitasi
bertakwalah kepada Allah dan yang terjadi pada waktu
tinggalkan sisa riba (yang belum diharamkannya riba. Sehingga kondisi
dipungut) jika kamu orang-orang yang tersebut bila dijumpai pada
beriman. Maka jika kamu tidak pemberlakuan bunga bank, barulah
mengerjakan (meninggalkan sisa riba), bunga bank itu dikategorikan sebagai
maka ketahuilah bahwa Allah dan riba yang status hukumnya jelas, yaitu
rasul-Nya akan memerangimu. Dan haram. Kelompok ini melihat bahwa
jika kamu bertaubat (dari pengambilan apa yang terjadi di bunga bank tidak
riba), maka bagimu pokok hartamu,
ada unsur zulm atau eksplotasi,
kamu tidak menganiaya dan tidak pula
sehingga mereka menetapkan bahwa
dianiaya.”(Q.S Al-Baqarah ayat 278-
bunga bank tidak termasuk riba, dan
279)
hukumnya boleh.30
Perbedaan Serta Persamaan Di bawah ini akan disajikan
Pandangan Bunga Bank dan antara persamaan dan perbedaan
Riba pandangan keduanya adalah sebagai
Bunga bank dalam kajian berikut:
hukum fiqh Islam, merupakan masalah 1. Persamaan pandangan
kontemporer yang melahirkan dua a. Dalam membahas mengenai
paradigma cara berijtihad yang berbeda riba dan pemahaman mereka
dalam menentukan status hukumnya akan riba, keduanya sama-sama
yaitu dengan paradigma tekstual dan berangkat dari dasar hukum
kontekstual. Perbedaan yang mendasar pemahaman nash, baik itu
antara kedua paradigma tersebut dari nash-nash Al-Qurang
adalah cara melihat ilat (sebab adanya maupun Sunnah.
hukum) pengharaman riba sebagai b. Dalam melakukan interpretasi
hukum asal. Paradigma tekstual mengenai riba dalam nash-nash
memahami ilat pengharaman riba tersebut, keduanya memiliki
terletak pada adanya tambahan, tujuan akhir yang sama, yaitu
sebagaimana makna yang dikandung supaya interpretasi yang
oleh kata riba itu sendiri dan mereka hasilkan dapat
berdasarkan konfirmasi nas, bahwa memberikan sumbangsi bagi
hanya modal pokok yang dapat terciptanya kemaslahatan umat,
diambil, sehingga apabila ilat itu sehingga umat tidak lagi berada
terdapat di bunga bank, maka bunga dalam kebimbangan ketika
menentukan suatu transaksi
Rahmat 5 Perbedaan
EKONOMIKA SYARIAH: Journal of e-ISSN:2614-
Vol. 3 , No. 2, Juli-Desember
Economic Studies p-ISSN:2614-
Rahmat 5 Perbedaan
EKONOMIKA SYARIAH: Journal of e-ISSN:2614-
Vol. 3 , No. 2, Juli-Desember
Economic Studies p-ISSN:2614-
Rahmat 5 Perbedaan
EKONOMIKA SYARIAH: Journal of e-ISSN:2614-
Vol. 3 , No. 2, Juli-Desember
Economic Studies p-ISSN:2614-
berbagi dalam hal keuntungan juga 2. Pada tingkat wajar, tidak mengapa
dalam hal kerugian.34 bunga bank dibebankan.
Menyebut riba dengan nama 3. Opportunty lost yang ditanggung
bunga tidak akan mengubah sifatnya, pemilik dana disebabkan
karena bunga adalah suatu tambahan penggunaan uang oleh pihak lain.
modal yang dipinjam, karena itu hal 4. Bunga untuk konsumtif dilarang,
tersebut tetaplah riba. Dalam tetapi untuk produktif dibolehkan.
ekonomi kapitalis, bunga adalah 5. Uang sebagai komoditi, karena itu
pusat berputarnya sistem perbankan, ada harganya dan harga uang itu
berdasarkan prinsip dari perbankan adalah bunga (Boehn-Boerk).
konvensional, tanpa bunga sistem 6. Bunga sebagai penyeimbang laju
perekonomin akan lumpuh. Sedangkan inflasi.
Islam mempunyai kekuatan yang 7. Bunga sebagai upah menunggu
sangat dinamis dalam menjalankan (abstinence concept, senior, irving fisher).
sistem perbankan dan lembaga 8. Nilai uang sekarang lebih besar
keuangan lain tanpa harus menjalankan dari pada nilai uang masa depan
sistem bunga. Karena suku bunga yang (time value of money).
berlaku dalam perbankan konvensional 9. Pada zaman nabi tidak ada bank,
tidak ada hubungan dengan pengaruh dan bank bukan syakhshiyyah
volume menabung. Evolusi konsep mukallafah (yang terkena kewajiban
riba ke bunga tidak terlepas dari menjalankan hukum syariah)37
perkembangan lembaga keuangan. Untuk itu para ulama
Lembaga keuangan timbul karena melakukan istinbath terhadap sumber-
kebutuhan modal untuk membiayai sumber syariah dalam rangka
industri dan perdagangan, modalnya menghindari riba. Di antara hasil
berasal dari kaum pedagang.35 istinbath tersebut adalah produk-
Kecenderungan masyarakat produk muamalah yaitu musyarakah,
menggunakan sistem bunga (interest mudharabah, muzara’ah, musaqat,
ataupun unsury) lebih bertujuan untuk murabahah, salam, istishna’, sharf, ijarah,
mengoptimalkan pemenuhan wadi’ah, wakalah, hawalah, rahn, qardh,
kepentingan pribadi, sehingga kurang i’arah, sulh, muqashah, iqtha’, dan hima,
mempertimbangkan dampak sosial yang semuanya merupakan produk-
yang ditimbulkannya. Berbeda dengan produk dalam perbankan syariah yang
sistem bagi hasil (profit-sharing), sistem dalam pengelolaannya prinsip bagi
ini berorientasi pada pemenuhan hasil.38
kemaslahatan hidup umat manusia.36 Untuk lebih singkatnya,
Ada sembilan alasan bagi yang perbedaan mendasar antara bunga
membolehkan bunga bank yaitu: dan bagi hasil antara lain:
1. Boleh mengambil bunga bank 1. Penentuan bunga dibuat pada
karen darurat. waktu akad dengan asumsi selalu
34 Nur Aksin, “Perbandingan Sistem Bagi
Hasil dan Bunga di Bank Muamalat Indonesia dan 37 Zainul Arifin, Bunga dan Riba dalam Perspektif
CIMB Niaga”., Jejak Journal of Economics and Policy, Vol. Sejarah dan Agama, (Jakarta: Bank Indonesia, 2009, h. 12
6, No. 2, 2013., h. 116. 38 Rudy Haryanto, “Bagi Hasil dan Bank
35 Ibid., h. 2-3.
Syariah: Solusi Terhadap Bunga Bank”., Al-Ihkam, Vol.
36 Ibid., h. 3.
V, No. 2, Desember 2010., h. 245.
Rahmat 5 Perbedaan
EKONOMIKA SYARIAH: Journal of e-ISSN:2614-
Vol. 3 , No. 2, Juli-Desember
Economic Studies p-ISSN:2614-
Rahmat 5 Perbedaan
EKONOMIKA SYARIAH: Journal of e-ISSN:2614-
Vol. 3 , No. 2, Juli-Desember
Economic Studies p-ISSN:2614-
Rahmat 5 Perbedaan
EKONOMIKA SYARIAH: Journal of e-ISSN:2614-
Vol. 3 , No. 2, Juli-Desember
Economic Studies p-ISSN:2614-
5. Perbedaan antara sistem bunga Hidayanto, Fajar. (2008). “Prakterk Riba dan
bank dengan sistem bagi hasil pada Kesenjangan Sosial”. La-Riba Jurnal
syariah yaitu bank berdasar prinsip Ekonomi Islam, Vol. II, No. 2, Desember
bunga keuntungan telah ditetapkan 2008, h. 240-241
dimuka berdasarkan besarnya
persentase uang (modal) yang Huda, Nurul dkk. (2008). Ekonomi Makro
dipinjamkan, tanpa berpedoman Islam: Pendekatan Teoritis. Jakarta:
pada untung rugi. Sedangkan Kencana Prenada Media Group.
prinsip bagi hasil itu berbagi dalam Kalsum, Ummi, Riba dan Bunga Bank dalam
hal keuntungan juga dalam hal Islam (Analisis Hukum dan Dampaknya terhadap
kerugian. Perekonomian Umat) Jurnal Al-‘Adl, Vol. 7 No.
6. Banyak hikmah yang dapat dipetik 2 Juli 2014, h. 68
dari adanya pelarangan riba. Begitu
juga dampak adanya riba ditengah- Marwini. (2017). “Kontroversi Riba dalam
tengah masyarakat tidak saja Perbankan Konvensional dan
terpengaruhkan dalam kehidupan Dampaknya Terhadap Perekonomian”.
ekonomi, tetapi dalam seluruh Az-Zarqa, Vol. 9, No. 1, Juni 2017, h. 3
aspek kehidupan manusia.
Muhammad. (2004). Dasar-Dasar Keuangan
DAFTAR PUSTAKA Islami. Yogyakarta: Ekonisia.
Nabhani, Taqyuddin. (1996). Membangun Sistem
Aksin, Nur. (2013). “Perbandingan Sistem Ekonomi Alternatif; Perspektif Islam.
Bagi Hasil dan Bunga di Bank Surabaya: Risalah Gusti.
Muamalat Indonesia dan CIMB Nailufarh, Qurratul A’yun. (2008). “Sistem
Niaga”. Jejak Journal of Economics and Perbankan dan Persolan Riba dalam
Policy, Vol. 6, No. 2, 2013, h. 116 Islam: Menuju Perbankan dan
Perbuatan Masyarakat yang Bebas dari
Arifin, Zainul. (2010). Bunga dan Riba dalam Unsur Riba”. Balance Economics,
Perspektif Sejarah dan Agama. Jakarta: Bussiness, Management and Accounting
Bank Indonesia Journal, Vol. V, No. 9, Juli 2008, h . 2
Nurhadi, (2017) Bunga Bank antara Halal dan
Gampito. (2013). Ekonomi Makro Islam: Suatu Haram,Nur El-Islam, Vol 4 No. 2, h.
Pengantar. Batusangkar: STAIN 54-55
Batusangkar Press.
Qadir, Dadang Abdul. (2014). “Anatomi
Haryanto, Rudy. (2010). “Bagi Hasil dan Bank Keabsahan Bunga Bank dalam
Syaria’ah: Solusi Terhadap Bunga Perspektif Teori Limit Muhammad
Bank”. Al-Ihkam, Vol. V, No. 2, Syahrur”. Asy-Syaria’ah, Vol. 16, No. 1,
Desember 2010, h. 245 April 2014, h. 81-82
Rizal dan Nilfirdaus. (2013). Ekonomi Islam.
Hasyim, Muhammad Syarif. (2008). “Bunga Batusangkar: STAIN Batusangkar
Bank: Antara Paradigma Tekstual dan Press.
Kontekstual”. Jurnal Hunafa, Vol. 5,
No. 1, April 2008: 45-58, h. 56
Rahmat 5 Perbedaan
EKONOMIKA SYARIAH: Journal of e-ISSN:2614-
Vol. 3 , No. 2, Juli-Desember
Economic Studies p-ISSN:2614-
Rahmat 6 Perbedaan