Kinerja Pemberlakuan Standar Mutu Perkerasan Pada Peningkatan Dan Pemeliharaan Jalan Nasional - Propinsi

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 20

Agus Taufik Mulyono

Kinerja Pemberlakuan Standar Mutu Perkerasan


pada Peningkatan dan Pemeliharaan Jalan Nasional – Propinsi

KINERJA PEMBERLAKUAN STANDAR MUTU PERKERASAN


PADA PENINGKATAN DAN PEMELIHARAAN
JALAN NASIONAL – PROPINSI

Agus Taufik Mulyono1

Diterima 07 Sepetember 2006

ABSTRACT

National and provincial road networks are a part of transportation infrastructure


having very significant role for improving economic condition of a region due to its
potential for providing wider mobility and higher accessibility between nodes in the
region than district road networks. Consequently, the development of national and
provincial roads should be based on tight implementation of quality standard for
achieving stable road pavement. However, in current practices, there are evidences
indicating no correlation between increased investment on national and provincial
roads with the improved road quality in various regions though the road development
uses an identical standard of quality manual. It is, therefore, very important to study
performance of the quality manual standard implementation on road maintenance and
betterment. The objectives of the research are to identify underlying problems and
inappropriate practices of implementation procedure of pavement quality standard and
to understand root causes of road deterioration occurred before the expected period
of its life service. The research used a questionnaire survey completed objectively by
respondents as with their expertise and experiences on road engineering. The
respondents consist of 251 practitioners and experts selected through purposive
method from 28 provinces representing the government staff of Public Work
Department, supervision and consulting engineers, contractors and academic staff of
universities. Furthermore, the questionnaires were compiled and analyzed by using
descriptive statistical method. Findings of the research show that the underlying
problems of the implementation of quality manual standards are predominated by low
quality of human resources, inadequate utilization of testing instrument, and
insufficient understanding of quality standards as well as poor coordination between
implementation and supervision institutions. The substandard quality of road
pavement mainly occurred due to low quality of the materials, inappropriate method
of quality testing, improper construction method and insufficient field supervision. It
was found that pavement deterioration in the beginning of road operation period is
not caused by overloaded traffic but mainly due to inappropriate implementation of

1
Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan FT-UGM, Peneliti
Pusat Studi Transportasi dan Logistik (PUSTRAL)-UGM
Bulaksumur E-9, Yogyakarta 55281
Telp. 0274-556928, Fax: 0274-6491076
Email: [email protected]

MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL 309


VOLUME 14, NO. 3, EDISI XXXVI OKTOBER 2006

quality standards. This is regarded as no proper socialization of quality standards by


government institutions for engineers, contractors and supervisors and their
understanding on the road development is only focused on contract documents.
Keywords: quality standard, implementation, road pavement, road maintenance,
road betterment

ABSTRAK

Penanganan jalan nasional dan propinsi tidak terlepas dari penerapan standar mutu
untuk mencapai kualitas perkerasan jalan yang mantap. Jalan nasional dan propinsi
memiliki peranan yang amat penting terhadap peningkatan ekonomi wilayah karena
berfungsi menyediakan mobilitas dan aksesibilitas antar simpul wilayah yang lebih luas
daripada jalan kabupaten. Pada saat ini, fakta mengindikasikan tidak adanya korelasi
antara peningkatan investasi penanganan jalan nasional dan propinsi dengan
peningkatan kemantapan perkerasan jalan meskipun standar mutu perkerasan yang
digunakan sama, sehingga perlu dilakukan penelitian kinerja pemberlakuan standar
mutu perkerasan pada peningkatan dan pemeliharaan jalan. Tujuan penelitian adalah
mendeskripsiskan kendala dan penyimpangan pemberlakuan standar mutu perkerasan
jalan serta penyebab kerusakan jalan yang sering terjadi di bawah umur pelayanan.
Instrumen penelitian berupa formulir survai (kuesioner) yang harus diisi secara
obyektif dengan memepertimbangkan kepakaran dan pengalaman responden di
bidang teknik jalan. Responden terdiri dari para pakar (expert) yang ditentukan secara
purposive yang tersebar di 28 propinsi pada instansi kantor P2JJ dan litbang, kantor
dinas pekerjaan umum, konsultan supervisi, kontraktor dan perguruan tinggi.
Selanjutnya data terkumpul dikompilasi dan dianalisis secara statistik deskriptif.
Jumlah responden (pakar) yang mengisi formulir survai sebanyak 251 orang. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kendala implementasi standar mutu didominasi oleh
kekurangan kualitas SDM, keterbatasan utilisasi alat uji, kesulitan memahami
substansi standar mutu, dan lemahnya koordinasi antara pelaksana pekerjaan dan
pengawas mutu. Selain itu disimpulkan penyimpangan mutu perkerasan yang sering
terjadi adalah: (i) mutu material kurang tepat; (ii) metode pengujian mutu kurang
tepat; dan (iii) prosedur implementasi metode pelaksanaan dan pengawasan di
lapangan tidak tepat. Penyebab kerusakan perkerasan jalan pada awal operasional,
tidak semata-mata disebabkan oleh kendaraan overloading tetapi lebih didominasi
tidak tercapainya pemberlakuan (implementasi) standar mutu yang tepat di lapangan.
Permasalahan lainnya adalah kurangnya sosialisasi standar mutu yang dilakukan oleh
instansi pembina terhadap pelaksana dan pengawas mutu di daerah dan pemahaman
mereka terbatas pada dokumen kontrak.
Kata kunci: standar mutu, pemberlakuan, perkerasan jalan, pemeliharaan jalan,
peningkatan jalan

310 MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL


Agus Taufik Mulyono
Kinerja Pemberlakuan Standar Mutu Perkerasan
pada Peningkatan dan Pemeliharaan Jalan Nasional – Propinsi

PENDAHULUAN oleh Direktorat Jenderal Bina Marga,


Departemen Pekerjaan Umum (2006)
Jalan nasional dan propinsi seba- menyebutkan selama tahun 2002
gaimana diamanatkan dalam Undang- sampai 2005, peningkatan nilai
undang Republik Indonesia Nomor 38 investasi penanganan jalan nasional
Tahun 2004, memiliki peranan yang dan propinsi sebesar 6,89% per tahun;
amat penting terhadap peningkatan peningkatan LHR (lalu lintas harian
ekonomi wilayah karena berfungsi rata-rata) sebesar 16,34% per tahun;
menyediakan mobilitas dan aksesibilitas pertambahan panjang jalan rusak
antar simpul wilayah yang lebih luas sebesar 4,79% per tahun; peningkatan
daripada jalan kabupaten (Mulyono dan nilai IRI (International Roughness
Riyanto, 2005). Penanganan jalan Index) sebesar 13,29% per tahun serta
tersebut tidak terlepas dari penerapan peningkatan jalan yang memiliki SDI
standar mutu untuk mencapai kualitas (Surface Distress Index) > 50 mencapai
perkerasan jalan yang mantap 37,23% per tahun (lihat Tabel 1). Fakta
(Ma’soem, 2006 dan Mustazir, 1999). tersebut cukup mengindikasikan tidak
Ma’soem (2006) menyatakan banyak adanya korelasi antara peningkatan
ungkapan yang didasarkan pada investasi penanganan jalan nasional
penglihatan semata bahwa kerusakan dan propinsi dengan peningkatan
jalan semata-mata karena faktor kemantapan perkerasan jalan (penuru-
pengaruh air dan beban kendaraan nan nilai IRI dan pengurangan panjang
yang melebihi beban rencana, ruas jalan yang memiliki SDI > 50),
walaupun pengungkapannya tidak meskipun standar mutu perkerasan
ditunjang data teknis yang akurat. yang digunakan sama. Hal tersebut
Sebaliknya tidak sedikit pula anggapan yang melatarbelakangi perlunya
bahwa kerusakan jalan nasional dan penelitian kinerja pemberlakuan standar
propinsi disebabkan pelaksanaan mutu perkerasan pada peningkatan dan
pekerjaannya tidak memenuhi standar pemeliharaan jalan nasional dan
mutu. Sjahdanulirwan (2006) dalam propinsi.
audit jalan nasional menemukan fakta
banyak ruas jalan rusak akibat Tujuan penelitian adalah mendis-
inefisiensi dan proses pengerjaannya di kripsikan kendala dan penyimpangan
bawah standar mutu. Selama ini pemberlakuan standar mutu perkerasan
persoalan keterbatasan dana dan beban pada peningkatan dan pemeliharaan
kendaraan berlebih selalu dianggap jalan nasional dan propinsi serta
penyebab utama kerusakan jalan. penyebab kerusakan jalan yang sering
terjadi di awal operasional jalan atau di
Data IRMS (Integrated Road bawah umur pelayanannya.
Management System) yang dikeluarkan

MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL 311


VOLUME 14, NO. 3, EDISI XXXVI OKTOBER 2006

Tabel 1. Kondisi Jalan Nasional dan Propinsi


No Aspek yang diamati 2002 2003 2004 2005 i (%)
1. Panjang total (Km) 64.467 67.998 70.128 68.809 0,68
2. Nilai investasi (Miliar Rp) 3.355 3.482 4.021 4.078 6,89
3. LHR (Ribu kendaraan/hari) 17.183 19.945 25.302 26.844 16,34
4. Panjang jalan rusak (Km) 42.239 42.153 48.358 48.284 4,79
5. Nilai IRI (m/Km) 5,38 5,45 8,44 7,07 13,29
6. Panjang jalan yang memiliki 230 146 340 393 37,23
SDI>50 (km)
Sumber : Ditjen Bina Marga (2006), diolah

TINJAUAN PUSTAKA Jahren & Federle (1999) mendefinisikan


mutu dalam dua hal: (i) pemenuhan
Pemberlakuan adalah proses penerapan terhadap tuntutan dari pelanggan; dan
atau aplikasi dari awal sampai akhir (ii) suatu produk atau jasa yang bebas
agar hasil akhir sesuai yang diharapkan dari kekurangan. Berdasarkan definisi
(OECD, 2000). Pemberlakuan standar tersebut, mutu terkait dalam suatu
mutu adalah kegiatan yang dilakukan sistem, program, atau proyek yang
untuk memantau, mengawasi, menilai memiliki elemen-elemen input, proses,
proses implementasi standar mutu dari output, outcome dan impact dari suatu
awal hingga akhir agar mutu hasil akhir program.
sesuai standar yang berlaku (Yates &
Aniftos, 1998). Didalam perkembangannya, Balitbang
Departemen Kimpraswil (2002) telah
Standar adalah dokumen yang berisi menyusun standar peraturan dalam
ketentuan teknis dari sebuah produk, bentuk NSPM (Norma, Standar,
metode, proses atau sistem, yang Pedoman, Manual) bidang konstruksi
dirumuskan secara konsensus dan dan bangunan sebagai standar yang
ditetapkan oleh instansi yang diterapkan dalam pekerjaan
berwenang (Haryono, 2005). Peraturan pembangunan dan pemeliharaan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor prasarana dan sarana kimpraswil bagi
102 Tahun 2000 menyebutkan bahwa masyarakat, NSPM dikelompokkan
standar adalah spesifikasi teknis yang menjadi 2 (dua) bagian, yaitu: (i)
dibakukan termasuk tata cara dan metode, spesifikasi dan tatacara yang
metode yang disusun berdasarkan ditetapkan oleh BSN (Badan
konsensus semua pihak yang terkait Standardisasi Nasional); dan (ii)
dengan memperhatikan syarat-syarat pedoman/ petunjuk teknis dan manual
keselamatan, keamanan, kesehatan, yang disahkan oleh Menteri Kimpraswil.
lingkungan hidup, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta Corhran (2002) menyatakan bahwa
pengalaman, perkembangan masa kini pengendalian mutu produk dan evaluasi
dan masa yang akan datang untuk industri jasa konstruksi diperlukan
memperoleh manfaat yang sebesar- peranan kinerja sumber daya yang
besarnya. optimal dan komperehensif, yang

312 MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL


Agus Taufik Mulyono
Kinerja Pemberlakuan Standar Mutu Perkerasan
pada Peningkatan dan Pemeliharaan Jalan Nasional – Propinsi

meliputi manusia, peralatan, bahan. mempengaruhi pemberlakuan standar


Bapekin (2004) menyatakan bahwa mutu (Kini, 1999).
pemberlakuan standar mutu konstruksi
Beberapa penyimpangan yang sering
dipengaruhi oleh bagaimana
terjadi dalam pemberlakuan standar
bentuk/tipe standar mutu mudah
mutu perkerasan jalan (Mulyono &
dipahami dan disiapkan di lapangan,
Riyanto, 2005) adalah: (i)
misalnya sistem komunikasinya,
penyimpangan terhadap metode
dilengkapi manual atau tidak. Langkah
pelaksanaan; (ii) penyimpangan
awal yang harus ditindaklanjuti dalam
terhadap perencanaan; (iii)
sistem manajemen mutu adalah
penyimpangan terhadap spesifikasi
pemahaman substansi standar mutu
teknis material; dan (iv) penyimpangan
(Singh & Shoura, 1999; Mc Cambridge
terhadap metode pengujian mutu.
& Tucker, 1998). Pemahaman subtansi
standar memerlukan peningkatan Sjahdanulirwan (2005) menyatakan
pendidikan pengendali mutu, dukungan bahwa jenis kerusakan struktural dini
laboratorium (peralatan uji), yang sering terjadi pada perkerasan
kemudahan mendapatkan material uji lentur jalan adalah : (i) jalan ambles;
dan buku standar. (ii) permukaan jalan mengalami retak
(cracking); (iii) permukaan jalan
Aspek-aspek yang mempengaruhi
berlubang (potholes); (iv) permukaan
persiapan implementasi sistem mutu
jalan beralur bekas roda kendaraan
konstruksi di lapangan, adalah: (i)
(rutting); dan (v) pelepasan butiran
kualitas sumber daya manusia,
aggregat pada permukaan jalan
instrumen, kelembagaan dan legalisasi
(ravelling).
standar (Martin, 1993; Inokuma, 2002;
Henry, 2002; Harris & Mc Caffer, 2001;
Porter, 1998); (ii) peralatan dan obyek METODOLOGI PENELITIAN
penelitian (Hecker, 1997; Porter, 1998);
Penelitian dilakukan secara berurutan
dan (iii) akurasi peralatan dan suplai
dari permohonan pengusulan kegiatan
material (Kini, 1999; Kessides, 1994;
survai kepada Badan Pembina
Kasi, 1995)
Konstruksi dan Sumber Daya Manusia
Salah satu faktor yang menjadi kendala (BPK-SDM) Departemen Pekerjaan
lapangan dalam implementasi standar Umum (6 September 2005), dilanjutkan
mutu adalah peran aktif kelembagaan dengan kunjungan lapangan beberapa
yang belum optimal, pendidikan sumber propinsi sampai kompilasi data
daya manusia yang masih rendah, lapangan dan analisis deskripsi persepsi
biaya perawatan peralatan uji yang responden yang tersebar di 28 propinsi
masih rendah dan ketidakjelasan di Indonesia. Penelitian ini dilaksanakan
manual; hal ini terutama terjadi di selama 4 (empat) bulan dari bulan
negara sedang berkembang (Kubal, Oktober 2005 sampai dengan Januari
1996; Kumar, 2000). Kehandalan alat, 2006. Bagan alir metodologi penelitian
manual alat, dan spesifikasi alat juga dapat dilihat dalam Gambar 1.
merupakan faktor-faktor yang

MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL 313


VOLUME 14, NO. 3, EDISI XXXVI OKTOBER 2006

Desain Sampel Tengah, Kalimantan Timur dan


Kalimantan Selatan.
Desain sampel yang digunakan dalam KTI : Sulawesi Utara, Sulawesi
penelitian ini adalah fixed sampling Selatan dan Papua
design karena sampel yang dibentuk ii) propinsi yang memiliki jaringan
mengikuti aturan tertentu dan tidak jalan nasional dan propinsi
berubah-ubah selama proses penarikan dengan nilai IRI rata-rata < 5
sampel berlangsung (Nazir, 2004). dalam kategori mantap (Ditjen
Fixed sampling design yang dipilih Praswil, 2004 dan Paterson, 1995)
dalam penelitian ini adalah metode atau proporsi kondisi jalan
cluster sampling, yaitu teknik memilih mantap lebih dari 75% terhadap
sebuah sampel dari kelompok unit-unit total panjang jalan nasional dan
yang kecil atau cluster. Teknik cluster propinsi dalam satuan wilayah
sampling yang digunakan adalah two propinsi.
stage cluster sampling, dengan urutan KBI : Sumatera Utara dan Bangka
sebagai berikut: Belitung
a) batasan populasi dalam penelitian ini KTI : Nusa Tenggara Barat, Nusa
adalah populasi terbatas (populasi Tenggara Timur, Sulawesi
finit) yang terdiri 31 propinsi di Tengah, Sulawesi Tenggara,
Indonesia; Gorontalo, Maluku Utara dan
b) sampling tahap pertama, memilih Maluku.
psu (primary sampling unit) dari c) sampling tahap kedua, memilih unit
populasi finit secara purposive; elementer dari psu yang terpilih
dalam hal ini memilih beberapa pada sampling tahap pertama, yang
propinsi yang mewakili Kawasan ditentukan secara purposive
Barat Indonesia (KBI) dan Kawasan sampling; dalam hal ini memilih
Timur Indonesia (KTI) dengan beberapa instansi atau lembaga
kriteria: yang bertugas membina dan
i) propinsi yang memiliki jaringan menyediakan infrastruktur jalan
jalan nasional dan propinsi nasional dan propinsi di tiap propinsi
dengan nilai IRI rata-rata > 5 serta instansi independen yang
dalam kategori tidak mantap melakukan riset di bidang jalan.
(Ditjen Praswil, 2004 dan Dengan demikian unit elementer tiap
Paterson, 1995) atau proporsi psu yang dimaksud adalah:
kondisi jalan tidak mantap lebih i) Kantor Perencanaan dan
dari 25% terhadap total panjang Pengawasan Teknik Jembatan
jalan nasional dan propinsi dalam dan Jalan Nasional (P2JJ) yang
satuan wilayah propinsi. berada di tiap ibukota propinsi
KBI : Sumatera Barat, Riau, dan atau badan litbang jalan;
Jambi, Bengkulu, Sumatera ii) Kantor Dinas Pekerjaan Umum
Selatan, Lampung, Jawa Barat, Propinsi yang berada di ibukota
Banten, Jawa Tengah, DI. propinsi;
Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, iii) Kantor Konsultan Teknik yang
Kalimantan Barat, Kalimantan berada di tiap propinsi, yang
berpengalaman mengendalikan

314 MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL


Agus Taufik Mulyono
Kinerja Pemberlakuan Standar Mutu Perkerasan
pada Peningkatan dan Pemeliharaan Jalan Nasional – Propinsi

mutu perkerasan jalan nasional v) Perguruan Tinggi yang berada di


dan atau propinsi; tiap propinsi yang memiliki
iv) Kantor Kontraktor yang berada di kepedulian terhadap penelitian
tiap propinsi yang berpengalaman kinerja perkerasan jalan.
membangun perkerasan jalan
nasional dan atau propinsi;

Mulai

Permohonan Survai
BPKSDM-Dep. PU Formulir Survai
(Instrumen Penelitian)
tidak tidak

Disetujui Desain Sampel

ya
Rekomendasi Survai

Distribusi Formulir Kunjungan Lapangan


Survai di 28 Propinsi Propinsi Terpilih

Formulir Survai Terisi Kompilasi Data


Responden

Kinerja Mutu Kinerja Pemberlakuan


Perkerasan Saat ini Standar Mutu Saat ini

Analisis Persepsi Pemberlakuan Standar


Mutu Perkerasan pada Peningkatan dan
Pemeliharaan Jalan Nasional & Propinsi

Selesai

Gambar 1. Metodologi Penelitian yang Digunakan

MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL 315


VOLUME 14, NO. 3, EDISI XXXVI OKTOBER 2006

d) jumlah dan jenis responden yang untuk membuat opini publikasi


diambil dari tiap unit elementer, yang bersifat konstruktif dan
ditentukan secara purposive kritis terhadap permasalahan
sampling; dalam hal ini memilih yang berkembang (Cooke, 1991;
responden yang dinilai mampu Gerardi et.al., 2005); dan
memberikan pendapat/pemikiran iv) seseorang yang dinilai mampu
yang berkaitan dengan profesi atau memberikan justifikasi atau
kepakarannya. Beberapa batasan pendapat terhadap solusi
responden adalah sebagai berikut: permasalahan karena memiliki
i) para pakar yang dapat pengalaman bekerja pada bidang
memberikan pendapat atau yang terkait langsung dengan
jawaban dengan tepat dan permasalahan, didukung oleh
sangat baik serta obyektif pendidikan atau publikasi dan
terhadap permasalahan yang komunikasi ilmiah serta
dibahas, pakar memiliki keterampilan teknis yang spesifik
pengalaman profesional minimal (Chakraborty, 2001; Drausfield
10 tahun terhadap bidang ilmu et.al., 2000).
pengetahuan tertentu dan
Berdasarkan pertimbangan tersebut,
rekayasa lapangan (Loveridge,
persyaratan dan jumlah responden
2005; Gerardi et.al., 2005);
yang mewakili unit elementer yang
ii) seseorang yang sudah memiliki
berada dalam tiap propinsi untuk
pengalaman bekerja dalam
mendapatkan jawaban yang obyektif
bidang rekayasa minimal 10
dan akurat, dapat dilihat dalam Tabel 2.
tahun (pendidikan setara
Jumlah responden tiap unit elementer
sarjana); minimal 5 tahun
yang berada dalam tiap propinsi (lokasi
(pendidikan setara magister);
survai) yang bersedia mengisi dan
minimal 15 tahun (pendidikan
mengembalikan formulir survai dapat
setara diploma) atau memiliki
dilihat dalam Tabel 3.
sertifikasi uji mutu dari
organisasi profesi yang dapat Instrumen Penelitian
dipertanggungjawabkan (Morris
& La Boube, 1995); Penelitian ini mengkaji tentang kendala
iii) seseorang yang mampu dan penyimpangan implementasi
menjelaskan opini secara standar mutu perkerasan jalan nasional
subyektif berkaitan dengan dan propinsi yang mendasarkan pada
spekulasi, pendugaan sebagai alasan-alasan subyektif (subjective
dasar masukan kognitif dalam reasoning) dan penilaian obyektif
proses pengambilan keputusan terhadap suatu permasalahan yang
yang bersifat spesifik, sehingga kompleks. Berkaitan dengan hal
seseorang ini harus memiliki tersebut, teknik pengumpulan data
pengalaman, keahlian dan yang relevan dengan sifat dan jenis
pengetahuan terhadap sesuatu data atau informasi yang dikompilasi
bidang keilmuan atau adalah wawancara (interview) dan atau
keterampilan tertentu; salah satu menjawab tertulis terhadap kuesioner
indikatornya adalah kemampuan yang ditujukan kepada responden

316 MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL


Agus Taufik Mulyono
Kinerja Pemberlakuan Standar Mutu Perkerasan
pada Peningkatan dan Pemeliharaan Jalan Nasional – Propinsi

(pakar). Instrumen penelitian berupa obyektif dan pengalaman responden


formulir survai yang berisi pertanyaan- dibidang teknik jalan. Jumlah formulir
pertanyaan pilihan yang harus dijawab survei yang dikirim ke 28 propinsi
atau dipilih dengan pertimbangan sebanyak 392 eksemplar.

Tabel 2. Desain Sampel: Persyaratan dan Jumlah Responden yang Mewakili Unit
Elementer Tiap Propinsi
Pengalaman Jenjang Jumlah
Unit elementer Jabatan Fungsi bidang teknik pendidikan responden
jalan (tahun) teknik sipil (orang)
1. Kantor P2JJ dan Ba- Pemimpin Kegiatan Pembina/ 5 Magister 1
Litbang Jalan Penyedia 10 Sarjana

Pengendali Kualitas Pengawas 10 Sarjana 1


15 Diploma

Pemimpin Bag. Penyedia 10 Sarjana 1


Kegiatan 15 Diploma

2. Kantor Dinas PU Kasubdin Bina Marga Pembina/ 5 Magister 1


Penyedia 10 Sarjana

Kasi Mutu Jalan Pengawas 5 Magister 1


10 Sarjana

Pemimpin Kegiatan Pembina/ 5 Magister


Penyedia 10 Sarjana 1

Pemimpin Bag. Penyedia 10 Sarjana 1


Kegiatan 15 Diploma

Direksi Lapangan Pengawas 10 Sarjana 1


15 Diploma
3. Konsultan Supervisi Quality Control Pengawas 5 Magister 1
Jalan Engineer 10 Sarjana

Chief Inspector Pengawas 10 Sarjana 1


15 Diploma
4. Kontraktor Jalan Site Engineer Bidang Pelaksana 10 Sarjana 1
Jalan 15 Diploma

Pelaksana Bidang Pelaksana 10 Sarjana 1


Jalan 15 Diploma
5. Perguruan Tinggi Dosen Akademik 10 Magister 1

Dosen Peneliti 10 Magister 1


Desain sampel tiap propinsi 14
Desain sampel di 28 propinsi 392

MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL 317


VOLUME 14, NO. 3, EDISI XXXVI OKTOBER 2006

Tabel 3. Jumlah Responden yang Mengisi dan Mengembalikan Formulir Survai


P2JJ Perguruan
Propinsi Dinas PU Konsultan Kontraktor
Ba-Litbang Tinggi
KBI :
Sumatera Utara 2 2 2 2 3
Riau 2 2 2 2 1
Sumatera Barat 2 3 2 1 2
Jambi 1 2 1 1 1
Bengkulu 1 2 1 1 1
Sumatera Selatan 2 3 2 2 2
Lampung 1 2 2 1 2
Bangka Belitung 1 2 1 1 1
Jawa Barat 4 4 2 2 5
Banten 1 3 2 2 2
Jawa Tengah 2 4 2 2 3
DI. Yogyakarta 2 3 2 2 4
Jawa Timur 2 4 2 2 3
Bali 2 3 2 2 2
Kalimantan Barat 2 2 2 2 1
Kalimantan Tengah 2 2 1 1 1
Kalimantan Timur 2 3 2 2 1
Kalimantan Selatan 2 3 2 2 2
KTI :
Nusa Tenggara Barat 1 2 1 1 1
Nusa Tenggara Timur 1 2 1 1 1
Sulawesi Utara 1 2 1 1 1
Gorontalo 1 2 1 1 1
Sulawesi Tengah 2 3 1 1 1
Sulawesi Selatan 2 4 2 2 2
Sulawesi Tenggara 1 2 1 1 1
Maluku 1 2 1 1 1
Maluku Utara 1 2 1 1 1
Papua 2 3 1 1 1
Jumlah responden tiap
46 73 43 41 48
unit elementer (orang)
Jumlah total responden
251
(orang)

318 MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL


Agus Taufik Mulyono
Kinerja Pemberlakuan Standar Mutu Perkerasan
pada Peningkatan dan Pemeliharaan Jalan Nasional – Propinsi

HASIL PENELITIAN DAN 35.0%

PEMBAHASAN
30.0% 29.1%

Identitas Responden 25.0%

Identitas responden yang dipilih secara


20.0% 19.1%
18.3%
17.1%
16.3%

purposive sampling dapat dilihat dalam 15.0%

Gambar 2 sampai dengan Gambar 5. 10.0%

Instansi tempat bekerja responden 5.0%

terdiri atas: (i) 29,1% Dinas Pekerjaan


Umum; (ii) 18,3% Kantor P2JJ dan
0.0%
P2JJ dan Dinas PU Konsultan Kontraktor Perguruan Tinggi
Balitbang

Balitbang; (iii) 19,1% perguruan tinggi; Instansi Responden

(iv) 17,1% konsultan; dan (v) 16,3%


Gambar 2. Identitas Instansi
kontraktor. Tingkat pendidikan respon-
Responden
den terdiri atas: (i) 45% magister
teknik sipil; (ii) 39% sarjana teknik sipil;
(iii) 22% doktor teknik sipil; (iv) 2% 50.0%

45.0%

diploma teknik sipil; dan (v) 1% 45.0%

setingkat SLTA. Masa kerja responden 40.0%

didominasi 15-20 tahun sebanyak 40%, 35.0%

30.0%

diikuti masa kerja 10-15 tahun


30.0%

sebanyak 30%; masa kerja 5-10 tahun


25.0%
22.0%

sebanyak 15% dan masa kerja di atas


20.0%

20 tahun sebanyak 12% serta masa


15.0%

10.0%

kerja 0-5 tahun sebanyak 3%. 5.0%

Pengalaman kerja responden dibidang 0.0%


1.0%
2.0%

teknik jalan sebanyak 40% berada pada SLTA DIPLOMA SARJANA


Tingkat Pendidikan Teknik Sipil
MAGISTER DOKTOR

10-15 tahun, diikuti 30% pada 5-10


tahun dan 20% pada 0-5 tahun serta Gambar 3. Identitas Tingkat Pendidikan
8% pada 15-20 tahun dan 2% Teknik Sipil Responden
pengalaman kerja lebih dari 20 tahun.
Kondisi tersebut menunjukkan bahwa 45%

responden yang mengembalikan 40%


40%

pengisian formulir didominasi dari 35%

instansi dinas pekerjaan umum, yang 30%


30%

berpendidikan rata-rata magister teknik 25%

sipil dengan masa kerja 15-20 tahun 20%

serta berpengalaman di bidang teknik 15%


15%

jalan selama 10-15 tahun. Identitas 10%


12%

responden tersebut dinilai mampu 5%

memberikan persepsi kinerja


3%

0%

pemberlakuan standar mutu perkerasan 0 - 5 tahun 5 - 10 tahun 10 - 15 tahun


Masa Kerja Responden
15 - 20 tahun > 20 tahun

jalan secara obyektif dan akurat.


Gambar 4. Identitas Masa Kerja
Responden

MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL 319


VOLUME 14, NO. 3, EDISI XXXVI OKTOBER 2006

45%
Kerusakan dini pada pekerjaan
40%
peningkatan jalan lebih didominasi oleh
permukaan jalan berlubang dan retak.
40%

35%
Hal ini disebabkan 2 (dua) faktor yang
30%
30%
cukup dominan yaitu: (i) kurang
25%
memenuhi standar mutu pelaksanaan
20%
20% penghamparan dan pemadatan lapis
perkerasan (subbase, base dan surface
course); dan (ii) saat pelaksanaan
15%

10%
8% pekerjaan peningkatan jalan, saluran
5%
2%
drainase permukaan yang ada tidak
0%
berfungsi dengan baik. Kedua faktor
tersebut mendominasi persepsi respon-
0 - 5 tahun 5 - 10 tahun 10 - 15 tahun 15 - 20 tahun > 20 tahun

Pengalaman Kerja di Bidang Teknik Jalan

den terhadap penyebab kerusakan jalan


Gambar 5. Identitas Pengalaman Kerja pada hasil peningkatan jalan sebesar
Responden di Bidang Teknik Jalan 68,1% (lihat Gambar 8). Fenomena
tersebut cukup berbeda pada pekerjaan
pemeliharaan jalan, kerusakan dini
Persepsi terhadap Kinerja Mutu lebih didominasi oleh kesalahan
Perkerasan Jalan pemilihan material/bahan pemeliharaan
perkerasan jalan (sebesar 25,0%) dan
Indikator kinerja mutu perkerasan jalan saluran drainase permukaan yang ada
yang lebih mudah dipahami adalah tidak berfungsi dengan baik (sebesar
jenis kerusakan dini yang sering terjadi 36,3%) sehingga sulit dicapai tingkat
pada tahap operasional jalan beserta pemadatan lapisan aus permukaan
faktor-faktor yang menyebabkan terja- yang kedap air yang berakibat lekatan
dinya kerusakan. Pada pekerjaan yang tidak kuat antara material baru
peningkatan jalan, kerusakan dini yang dengan permukaan jalan yang lama
sering terjadi adalah permukaan jalan (lihat Gambar 9). Dari 251 responden
berlubang dan retak sebesar 47,6%; yang tersebar di 28 propinsi, ternyata
diikuti permukaan jalan beralur bekas hanya 10,2% yang menyatakan
roda kendaraan sebesar 14,0% dan pengaruh kendaraan overloading
permukaan jalan licin mangalami terhadap kerusakan dini. Hal ini lebih
bleeding sebesar 14,1% serta pele- mempertegas pernyataan Sjahdanulir-
pasan butiran agregat pada permukaan wan (2006) dan Ma’soem (2006) bahwa
jalan sebesar 12% (lihat Gambar 6). kerusakan perkerasan jalan nasional
Pada pekerjaan pemelihara-an jalan, maupun propinsi tidak disebabkan
permukaan jalan berlubang dan retak semata-mata oleh beban kendaraan
sebesar 36,7%; diikuti tambal sulam berlebih (overloading) tetapi standar
permukaan jalan sebesar 15,7% dan mutu perkerasannya yang belum
pelepasan butiran agregat pada terpenuhi dengan tepat dan benar.
permukaan jalan sebesar 15,0% serta
permukaan jalan beralur bekas roda
kendaraan sebesar 12,7% (lihat
Gambar 7).

320 MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL


Agus Taufik Mulyono
Media yang digunakan responden untuk mengenal dan mengetahui
Kinerja Pemberlakuan Standar Mutu Perkerasan
Jenis kerusakan dini yang sering terjadipada Peningkatan
pada tahap standar
awal operasional dan Pemeliharaan Jalan Nasional mutu perkerasan jalan
– Propinsi
PENINGKATAN jalan

Terjadi tambal sulam


permukaan jalan (patching);
13,1%
4,1% 27,7%
permukaan jalan berlubang Retak; 23,4%
(potholes); 24,2%

23,9%
6,8%
permukaan jalan berbentuk
pelepasan butiran agregat
18,0% 10,6%
pada permukaan jalan
keriting (corrugation); 8,3% (ravelling); 12,0%
permukaan jalan beralur permukaan jalan licin membaca dan memahami buku spesifikasi teknis (dokumen kontrak)
bekas roda kendaraan mengalami bleeding; 14,1%
(rutting); 14,0%
mengikuti seminar, semiloka, workshop dan FGD (Focus Group Discussion)
memperoleh informasi melalui media massa cetak (koran, majalah, jurnal)
Gambar 6. Jenis Kerusakan Dini pada mengakses informasi melalui media massa elektronik(TV, internet, CD)
Tahap Awal
Jenis kerusakan Operasional
dini yang sering Hasil
terjadi pada tahap awal operasional
mengikuti training/pelatihan rutin yang diadakan oleh lembaga Diklat
PEMELIHARAAN jalan
Peningkatan Jalan memperoleh informasi melalui perpustakaan dari instansi terkait

Terjadi tambal sulam


permukaan jalan (patching); Retak ; 16,1%
Gambar 10. Identifikasi Akses Mengenal
Penyebab responden tidak mengenal/mengetahui standar mutu
15,7%
Standar perkerasan
Mutu Perkerasan
jalan
Jalan
pelepasan butiran agregat
pada permukaan jalan
(ravelling); 15,0%
permukaan jalan berlubang
(potholes); 20,6% 7,1% 5,4% 6,1%
8,7%

permukaan jalan licin 12,1%


permukaan jalan berbentuk permukaan jalan beralur mengalami bleeding; 11,0% 25,0%
keriting (corrugation); 8,9% bekas roda kendaraan
(rutting); 12,7%

Gambar 7. Jenis Kerusakan Dini pada 15,3%


20,3%
Tahap Awal Operasional Hasil
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kerusakan dini
pada hasil PENINGKATAN jalan kesulitan mengakses informasi melalui media massa cetak
Pemeliharaan Jalan kesulitan mengakses informasi melalui media massa elektronik
kurangnya sosialisasi yang dilakukan oleh instansi pembina
prosedur pelaksanaan sulitnya pengadaan buku standar mutu
kesalahan perencanaan
penghamparan &
pemadatan base
tebal struktur perkerasan; kesalahan pemilihan lamanya distribusi buku standar mutu sampai ke instansi terkait
Lain-Lain; 6,3% 8,1% material/bahan perkerasan;
course/subbase course
10,4%
tidak pernah ada pelatihan/training yang diadakan oleh instansi terkait
kurang memenuhi standar;
15,9% banyaknya kendaraan tidak adanya pusat informasi yang berkaitan dengan standar mutu jalan
berat yang bermuatan lebih
(overloading); 7,0%
mahalnya biaya pengadaan buku standar mutu

Gambar 11. Identifikasi Kesulitan


Hal-hal yang menyebabkan SNI mutu perkerasan jalan sulit untuk
prosedur pelaksanaan saluran drainase
Mengenal Standar dipahami Mutu Perkerasan
Jalan
penghamparan dan permukaan yang ada tidak
pemadatan perkerasan berfungsi dengan baik;
aspal kurang memenuhi 22,8%
standar; 29,4%

14,1%
Gambar 8. Faktor Penyebab Kerusakan
44,0%
DiniFaktor-faktor
padayangHasil Peningkatan
PEMELIHARAAN jalan Jalan
menyebabkan terjadinya kerusakan dini pada hasil

24,2%
kesalahan perencanaan
tebal struktur perkerasan;
prosedur pelaksanaan
penghamparan dan Lain-Lain; 9,3% 4,2% kesalahan pemilihan 17,7%
pemadatan perkerasan material/bahan perkerasan;
aspal kurang memenuhi 25,0%
spesifikasi teknis bahan/material kurang memberikan batasan yang tegas
standar; 15,0%

metode pengujian mutu yang ada kurang sistematis

petujuk/tata cara pelaksanaan yang ada tidak kronologis

saluran drainase banyaknya kendaraan


berat yang bermuatan lebih
metode/tata cara pengujian mutu memerlukan peralatan yang canggih
permukaan yang ada tidak
berfungsi dengan baik; (overloading); 10,2%
36,3%
Gambar 12. Identifikasi Kesulitan
Gambar 9. Faktor Penyebab Kerusakan Memahami Substansi Standar Mutu
Dini pada Hasil Pemeliharaan Jalan Perkerasan Jalan

MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL 321


VOLUME 14, NO. 3, EDISI XXXVI OKTOBER 2006

sulitnya memahami substansi standar Gambar 14). Fenomena tersebut sangat


mutu yang diperberat lagi dengan berbeda jika dibandingkan pada
kurangnya sosialisasi yang dilakukan pemeliharaan jalan (lihat Gambar 15
instansi pembina serta kurang dan Gambar 16). Kendala implementasi
sempurnanya akses untuk standar mutu pada pemeliha-raan jalan
mendapatkan layanan informasi, maka lebih didominasi oleh keterbatasan
dalam implementasinya selalu akurasi pengujian mutu sebesar 55,4%
dihadapkan pada kendala implementasi yang terdiri atas: (i) alat uji yang tidak
dan penyimpangan mutu perkerasan dikalibrasi sebesar 15,8%; (ii)
jalan. keterbatasan kualitas material yang
disediakan sebesar 16,1%; (iii)
Sebagaimana dikemukakan oleh Kumar
keterbatasan lembaga penguji mutu
(2000) bahwa negara sedang
yang independen sebesar 15,0%; dan
berkembang (termasuk Indonesia)
(iv) keterba-tasan tersedianya alat uji
masih banyak menghadapi kendala
mutu sebesar 8,5%. Selanjutnya diikuti
dalam mengimplementasikan standar
keterbatasan kualitas SDM pengendali
mutu perkerasan jalan dengan tepat
mutu dan lemahnya koordi-nasi
dan benar di lapangan. Kendala
pelaksana dan pengawas manajemen
implementasi standar mutu yang
mutu sebesar 25,9%. Keterbatasan
dominan pada peningkatan jalan adalah
utilisasi alat uji lebih didominasi di
keterbatasan kualitas SDM pengendali
Kepulauan Wila-yah Timur, diikuti
mutu (sebesar 35,5%), diikuti
Sulawesi, Kalimantan, Sumatera dan
keterbatasan tersedianya jumlah alat uji
Jawa-Bali (lihat Gambar 16). Tabel 4
pengendali mutu dan kesulitan
menyajikan perbandingan persepsi
memahami substansi standar mutu
responden terhadap kendala
(sebesar 25,5%) serta lemahnya
implementasi standar mutu perkerasan
koordinasi antara pelaksana dan
di lapangan. Pada pekerjaan
pengawas manajemen mutu sebesar
peningkatan jalan kendala utama
9,3% (lihat Gambar 13). Jika ditinjau
adalah keterbatasan SDM dan
per wilayah kepulauan, hasil survai
keterbatasan utilisasi alat uji sebesar
menunjukkan bahwa ketiga faktor
65,1%; kendala pada pemeliharaan
kendala tersebut lebih didominasi di
jalan lebih didominasi oleh keterbatasan
Kepulauan Wilayah Timur (Papua,
utilisasi alat uji dan kualitas material
Maluku, Maluku Utara, NTB dan NTT)
sebesar 55,4%.
selanjutnya diikuti wilayah Kalimantan,
Sulawesi, Sumatera dan Jawa-Bali (lihat

322 MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL


Agus Taufik Mulyono
Kinerja Pemberlakuan Standar Mutu Perkerasan
pada Peningkatan dan Pemeliharaan Jalan Nasional – Propinsi

Tabel 4. Perbandingan Persepsi Responden terhadap Kendala Implementasi Standar


Mutu Perkerasan pada Pekerjaan Peningkatan dan Pemeliharaan Jalan
Persepsi Responden (%)
Kendala Implementasi Standar Mutu Perkerasan
Peningkatan Pemeliharan
Keterbatasan kualitas SDM 35,5 13,2
Keterbatasan utilisasi alat uji 29,6 39,3
Keterbatasan kualitas material 8,1 16,1
Kesulitan pemahaman substansi standar mutu 11,4 11,3
Kurangnya koordinasi pelaksana dan pengawas 9,3 12,7
mutu
Lain-lain 6,1 7,4

Gambar 17 dan Gambar 18 menyajikan memperlihatkan implikasi di lapangan


persepsi responden terhadap bahwa pada pekerjaan pemeli-haraan
penyimpangan pemberlakuan standar jalan lebih banyak menggunakan
mutu perkerasan di lapangan pada kualitas material dan alat uji mutu yang
pekerjaan peningkatan dan kurang memenuhi standar mutu
pemeliharaan jalan. Penyimpangan daripada pekerjaan peningkatan jalan.
yang sering terjadi pada pekerjaan Sebaliknya pada pekerjaan peningkatan
peningkatan dan pemeliharaan jalan jalan lebih banyak melakukan
adalah: (i) penggu-naan mutu material penyimpangan terhadap tatacara
yang kurang tepat, (ii) metode pelaksanaan dan penga-wasan mutu
pengujian yang kurang tepat; dan (iii) daripada pekerjaan pemeli-haraan. Hal
tatacara pelaksanaan dan pengawasan tersebut lebih banyak dipenga-ruhi
lapangan yang tidak tepat. keterbatasan kualitas SDM dan
Perbandingan persepsi responden peralatan uji mutu di lapangan,
terhadap penyimpangan pemberlakuan sehingga berdampak pada kerusakan
standar mutu pada pening-katan dan struktural pada awal operasional jalan
pemeliharaan jalan dapat dilihat dalam (lihat Gambar 6 dan Gambar 7).
Tabel 5. Fenomena tersebut mampu

Tabel 5. Perbandingan Persepsi Responden terhadap Penyimpangan Pemberlakuan


Standar Mutu Perkerasan pada Pekerjaan Peningkatan dan Pemeliharaan Jalan
Penyimpangan Pemberlakuan Standar Mutu Persepsi Responden (%)
Perkerasan Peningkatan Pemeliharan
Mutu material kurang tepat 29,5 34,7
Metode pengujian yang kurang tepat 12,7 23,2
Tatacara pelaksanaan dan pengawasan yang 39,3 31,3
tidak tepat
Penyimpangan terhadap desain perencanaan 11,5 6,8
Lain-lain 7,0 4,0

MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL 323


VOLUME 14, NO. 3, EDISI XXXVI OKTOBER 2006
Kendala yang dihadapi dalam im plem entasi standar m utu
perkerasan jalan pada PENINGKATAN jalan Kendala yang dihadapi dalam implementasi SNI mutu perkerasan jalan pada PEMELIHARAAN
perkerasan jalan
100%

90%
Sumatera Jawa dan Bali Kalimantan Sulawesi Kep. Wil Timur
6,1%
9,3% 80%

35,5%
8,2% 70%

60%

50%

40%
11,4%
30%

8,1% 14,1%
7,3% 20%

Ket erbat asan kualit as SDM pengendali mut u


10%
ket erbat asan t ersedianya jumlah alat uji pengendali mut u
banyak alat uji yang t idak dikalibrasi oleh JKN (Jaringan Kalibrasi Nasional) 0%

keterbatasan kualitas material


keterbatasan tersedianya jumlah

dikalibrasi oleh JKN (Jaringan


Keterbatasan kualitas SDM

tidak ada koordinasi antara


dan tata cara) sulit dipahami dan

penguji mutu yang independen

terhadap manajemen mutu


keterbatasan lembaga/instansi

pelaksana dan pengawas


subtansi (metode, spesifikasi,
banyak alat uji yang tidak
ket erbat asan kualit as mat erial yang disediakan

alat uji pengendali mutu


pengendali mutu

Kalibrasi Nasional)

yang disediakan
subt ansi (met ode, spesif ikasi, dan t at a cara) sulit dipahami dan diaplikasikan

diaplikasikan
ket erbat asan lembaga/ inst ansi penguji mut u yang independen
t idak ada koordinasi ant ara pelaksana dan pengawas t erhadap manajemen mut u
Lain-Lain

Gambar 13. Kendala Impelementasi Gambar 16. Persepsi Responden


Pemberlakuan Standar Mutu Perkerasan terhadap Kendala Implementasi
pada peningkatan jalan Standar Mutu Perkerasan pada
Kendala yang dihadapi dalam implementasi standar mutu perkerasan jalan di beberapa wilayah
Kepulauan pada PENINGKATAN perkerasan jalan Pemeliharan Jalan per Wilayah
Penyimpangan yang sering terjadi terhadap pemberlakuan standar mutu
100%

90%
Kepulauan
perkerasan jalan pada PENINGKATAN jalan

Sumatera Jawa dan Bali Kalimantan Sulawesi Kep. Wil Timur


80%

70%
penyimpangan
60% terhadap hasil
perencanaan; 11,5% penyimpangan
50% Lain-Lain; 7,0%
terhadap spesifikasi
40% teknis material; 29,5%
30%

20%

10%

0% penyimpangan
keterbatasan kualitas material
keterbatasan tersedianya jumlah

dikalibrasi oleh JKN (Jaringan


Keterbatasan kualitas SDM

tidak ada koordinasi antara


dan tata cara) sulit dipahami dan

penguji mutu yang independen

Lain-Lain
terhadap manajemen mutu
keterbatasan lembaga/instansi

pelaksana dan pengawas

terhadap tata cara


subtansi (metode, spesifikasi,
banyak alat uji yang tidak
alat uji pengendali mutu
pengendali mutu

Kalibrasi Nasional)

yang disediakan

pelaksanaan dan
diaplikasikan

pengawasan lapangan;
39,3% penyimpangan
terhadap metode
pengujian mutu; 12,7%
Gambar 14. Persepsi Responden
terhadap Kendala Implementasi Gambar 17. Penyimpangan yang Sering
Standar Mutu Perkerasan pada Terjadi terhadap Pemberlakuan Standar
Peningkatan Jalan Per Wilayah Mutu Perkerasan pada Pekerjaan
Kepulauan
Kendala yang dihadapi dalam im plem entasi standar m utu
perkerasan jalan pada PEMELIHARAAN jalan
Penyimpangan yang sering terjadi terhadap pemberlakuan standar mutu
Peningkatan
perkerasan Jalan
jalan pada PEMELIHARAAN jalan

7,4% 13,2%
12,7%
8,5% penyimpangan
penyimpangan
terhadap tata cara
Lain-lain; 4% terhadap hasil
pelaksanaan dan
perencanaan; 6,8%
pengawasan lapangan;
31,3%
15,0%
15,8%

11,3% 16,1% penyimpangan


terhadap spesifikasi
Keterbatasan kualitas SDM pengendali mutu teknis material; 34,7%
keterbatasan tersedianya jumlah alat uji pengendali mutu
banyak alat uji yang tidak dikalibrasi oleh JKN (Jaringan Kalibrasi Nasional) penyimpangan
keterbatasan kualitas material yang disediakan
subtansi (metode, spesifikasi, dan tata cara) sulit dipahami dan diaplikasikan
terhadap metode
keterbatasan lembaga/instansi penguji mutu yang independen pengujian mutu; 23,2%
tidak ada koordinasi antara pelaksana dan pengawas terhadap manajemen mutu
Lain-Lain
Gambar 18. Penyimpangan yang Sering
Gambar 15.Kendala Impelementasi Terjadi terhadap Pemberlakuan Standar
Pemberlakuan Standar Mutu Perkerasan Mutu Perkerasan pada Pekerjaan
pada Pemeliharaan Jalan Pemeliharaan Jalan

324 MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL


Agus Taufik Mulyono
Kinerja Pemberlakuan Standar Mutu Perkerasan
pada Peningkatan dan Pemeliharaan Jalan Nasional – Propinsi

KESIMPULAN jalan, kendala tersebut didominasi


oleh utilisasi alat uji dan
Hasil penelitian terhadap persepsi 251 keterbatasan kualitas material serta
responden (pakar) yang tersebar di 28 keterbatasan kualitas SDM yang
propinsi di Indonesia tentang kinerja didukung lemahnya koordinasi
pemberlakuan standar mutu perkerasan antara pelaksana dan pengawas
pada peningkatan dan pemeliharaan mutu;
jalan nasional-propinsi, dapat disim- e) penyimpangan mutu perkerasan
pulkan sebagai berikut: yang sering terjadi pada pekerjaan
a) kerusakan dini pada hasil pekerjaan pening-katan maupun pemeliharaan
peningkatan maupun pemeliharaan jalan adalah ketidaktepatan penca-
jalan didominasi oleh permukaan paian mutu material dan metode
berlubang (potholes) dan retak pengujiannya yang didukung keti-
(cracking) karena standar mutu daktepatan implementasi tata cara
pelaksanaan penghamparan dan pelaksanaan dan pengawasan di
pemadatan lapis perkerasan tidak lapangan.
tercapai serta saluran drainase
permukaan jalan yang ada tidak
UCAPAN TERIMA KASIH
berfungsi dengan baik;
b) beban kendaraan berlebih (over- Ucapan terima kasih yang sedalam-
loading) bukan faktor dominan yang dalamnya kepada Ir. Iwan Nursyirwan
menyebabkan kerusakan dini pada selaku Kepala BPK-SDM Departemen
pekerjaan peningkatan maupun Pekerjaan Umum yang memberikan ijin
pemeliharan jalan tetapi kerusakan survai ke instansi terkait di 28 propinsi,
struktural pada awal operasional Ir. Suharyono, M.Sc., selaku Kepala
lebih disebabkan pemberlakuan Pusat Pembinaan Mutu Konstruksi dan
standar mutu perkerasan yang tidak Ir. Trijoko M.Eng. selaku Kepala Bidang
diimplementasikan dengan tepat; Pembinaan Konstruksi BPK-SDM serta
c) kesulitan untuk mengenal dan teman-teman senior di Jurusan Teknik
memahami substansi standar mutu Sipil UGM, ITB, UNDIP, UNPAR, UNLAM,
perkerasan jalan disebabkan UNBRAW, ITS yang turut serta secara
keterbatasan akses melalui media aktif membantu penelitian ini.
elektronik (koneksi internet) dan
kurangnya sosialisasi yang dilak-
DAFTAR PUSTAKA
sanakan oleh pemerintah selaku
instansi pembina serta pengadaan --------------, 2004, Undang-Undang
dan lamanya distribusi buku standar Republik Indonesia Nomor 38 Tahun
mutu sampai lokasi tujuan; 2004 tentang Jalan, Tambahan
d) kendala implementasi standar mutu Lembaran Negara Republik Indonesia
pada peningkatan jalan didominasi Nomor 132, Jakarta
oleh kekurangan kualitas SDM dan
keterbatasan utilisasi alat uji serta --------------, 2000, Peraturan
kesulitan memahami substansi Pemerintah Republik Indonesia Nomor
standar mutu. Pada pemeliharaan 102 Tahun 2000 tentang Standardisasi

MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL 325


VOLUME 14, NO. 3, EDISI XXXVI OKTOBER 2006

Nasional, Tambahan Lembaran Negara Direktorat Jenderal Prasarana Wilayah ,


Nomor 4020, Jakarta 2004, the IRMS Network Analysis
Module Technical Description of The
Badan Penelitian dan Pengembangan,
System, Depkimpraswil, Jakarta
2002, NSPM Kimpraswil: Metode,
Spesifikasi dan Tata Cara, Bagian 2: Drausfield, H., Pemberton, J. & Jacobs,
Batuan, sedimen, aggregat, Edisi G., 2000, Structural Anantifying
pertama, Departemen Permukiman dan Weighted Expert Opinion : The Future
Prasarana Wilayah, Jakarta of Interactive Television and Retailing ,
Tech. For. & Soc. Change, 63, 81 - 90
Badan Penelitian dan Pengembangan,
2002, NSPM Kimpraswil: Metode, Gerardi, D., Mc Lean, R. & Postlewaite,
Spesifikasi dan Tata Cara, Bagian 4: A., 2005, Aggregation of Expert
Aspal, Aspal Batu Buton (Asbuton), Opinions, National Science Foundation,
Perkerasan Jalan, Edisi pertama, Philadelphia
Departemen Permukiman dan
Harris, F., and McCaffer, R., 2001,
Prasarana Wilayah, Jakarta
Modern Construction Management, 5th
Bapekin, 2004, Penilaian Manfaat Edition, Blackwell Science
Kontruksi Bidang Jalan dan Jembatan,
Haryono, T., 2005, SNI on Line dan
Depkimpraswil, Jakarta
Dampaknya terhadap Permintaan
Chakraborty, D., 2001, Structural Standar, Jurnal Standardisasi, Volume 7
Anantization of Vagueness in Linguistic No.2: 45-49, ISSN 1441-0822, Badan
Expert Opinions in an Evaluation Standardisasi Nasional (BSN), Jakarta
Program, Fuzzy Sets and Systems, 119,
Hecker, P., A., 1997, Successful
171 - 186
Consulting Engineering: A Lifetime of
Cooke, R. M., 1991, Experts in Learning, Journal of Management in
Uncertainty : Opinion and Subjective Engineering, Volume 13 Number 6: 62-
Probability in Science, Oxford University 65, American Society of Civil Engineers
Press, Environmental Ethics and Science (ASCE)
Policy
Henry, P. William, 2002, Professional
Corhran, J., 2002, Erasing Ethical Issues in Civil Engineering in the 21st
Border, Journal of Professional Issues Century, Journal of Professional Issues
In Engineering Education and Practice in Engineering Education and Practice,
Volume 128 Number 3 : 112., American Volume 128 Number 4 : 160-166, ASCE
Society of Civil Engineers (ASCE)
Inokuma, A., 2002, Basic Study of
Direktorat Jenderal Bina Marga, 2006, Performance-Based Design In Civil
Kajian Pengembangan Metode Engineering, Journal of Professional
Kuantifikasi Impact untuk Manajemen Issues In Engineering Education and
Jalan, Departemen Pekerjaan Umum, Practice Volume 128 Number 1 : 30-
Jakarta 35., American Society of Civil Engineers
(ASCE)
Direktorat Jenderal Bina Marga, 2006,
Statistik Jalan Nasional Tahun 2005, Jahren, C., T., and Federle, M., O.,
Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta 1999, Implementation of Quality

326 MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL


Agus Taufik Mulyono
Kinerja Pemberlakuan Standar Mutu Perkerasan
pada Peningkatan dan Pemeliharaan Jalan Nasional – Propinsi

Improvement for Transportation Ma’soem, D.M., 2006, Maraknya


Administration, Journal of Management Konstruksi Jalan Kita, Dinamika Riset,
in Engineering, Volume 15 Number 6 : Majalah Litbang Pekerjaan Umum,
56-65, American Society of Civil ISSN:1829-9059, Jakarta
Engineers (ASCE)
McCambridge, J., A., and Tucker, M.,
Kasi, Muthiah, TQM on a
1995, L., 1998, TQM Implementation in State
Transportation Project, Journal of Departments of Transportation: View
Management in Engineering, Volume 11 From the Firing Line, Journal of
Number 3 : 21-23, American Society of Management in Engineering Volume 14
Civil Engineers (ASCE) Number 1 : 49-57, American Society of
Civil Engineers (ASCE)
Kessides, C., and Ingram, K.G., 1994,
Infrastructure’s Impact on Development Morris, C., D., and La Boube, R., A.,
: Lesson from WDR 1994, Volume 1 1995, Teaching Civil Engineering Design
Number 1 : 16-32, ASCE Observations and Experiences , Journal
of Professional Issues In Engineering
Kini, D., U., 1999, Materials
Education and Practice Volume 121
Management: The Key to Successful
Number 1 : 47-53., American Society of
Project Management, Journal of
Civil Engineers (ASCE).
Management in Engineering, Volume 15
Number 1 : 30-34, American Society of Mulyono, A.T., dan Riyanto, B., 2005,
Civil Engineers (ASCE). Telaah Teknis terhadap Kinerja Mutu
Perkerasan Jalan Nasional dan Propinsi,
Kubal, Michael, T., 1996, The Future of
Forum Teknik ISSN:0216-7565,
Engineered Quality, Journal of
Volume: 29 Nomor:2, Hal: 79-90, FT-
Management in Engineering, Volume 12
UGM, Yogyakarta
Number 5 : 45-52, American Society of
Civil Engineers (ASCE) Mustazir, 1999, Sebuah Gagasan dalam
Memformulasikan Pemberian Ijin Atas
Kumar, Ajay, 2000, Assessment of
Lewatnya Lalu Lintas Superberat di
Selected Road Funds in Africa: Case
Jalur Utama, Jalan dan Transportasi
Study of Benin, Ethiopia, Ghana, Kenya
Nomor 094/1999/Tahun XX: hal 45-51,
and Zambia, SSATP Working Paper No.
PT. Pola Aneka, Jakarta
51, Sub-Saharan Africa Transport Policy
Program (SSATP) The World Bank and Nazir, M., 2004, Metode Penelitian,
Economic Commission for Africa, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Washington D.C., USA
OECD, 2000, Performance Indicator for
Loveridge, D., Experts and
2005, the Road Sector, Organization for
Foresight : Review and Experience, Economic Co-operation and
Journal of The American Statistical Development (OECD), Washington, D.C
Association, 58, 1 - 39
Paterson, W., W., D., O., 1995,
Martin, J. Campbell, The1993, Performance Indicators for the Road
Successful Engineer: Personal and Sub-Sector: Concepts and Examples for
Professional Skills – a Sourcebook, Indonesia, The World Bank.
McGraw-Hill, Inc, New York

MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL 327


VOLUME 14, NO. 3, EDISI XXXVI OKTOBER 2006

Porter, J., C., 1998, Human Resources Sjahdanulirwan, 2006, Hasil Audit
Strategies for Successful Consulting Departemen PU: Konstruksi Jalan
Engineering Firms, Journal of Nasional Buruk, Investor Daily
Management in Engineering Volume 14 Indonesia,http:/www.investorindonesia.
Number 4 : 65-68, American Society of com
Civil Engineers (ASCE)
Yates, J., K., and Aniftos, S., 1998,
Singh, A., and Shoura, M., M., 1999, Developing Standards and International
Assessment of Organizational Change Standards Organizations, Journal of
for Public Construction Organizations, Management in Engineering, Volume 14
Journal of Management in Engineering, Number 4 : 57-63, American Society of
Volume 15 Number 4 : 59-70, American Civil Engineers (ASCE).
Society of Civil Engineers (ASCE)

328 MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL

You might also like