Jurnal Aldo

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

Agrium ISSN 0852-1077 (Print) ISSN 2442-7306 (Online)

April 2017 Volume 20 No. 3

Analysis of Integration of Cassava Agribusiness Subsystem at Pancur Batu Sub-district Deli


Serdang Regency

Analisis Integrasi Subsistem Agribisnis Ubi Kayu di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten
Deli Serdang

Hotden L. Nainggolan , Johdikson Aritonang


Agribusiness Studies Program Faculty of Agriculture, University of HKBP Nommensen
Jl. Sutomo No. 4A Medan, email: [email protected]

ABSTRACT
This research aims to; a) knowing the constraints of cassava agribusiness development in the
District Pancur Batu, b) determine the condition of the relationship between sub-systems that play a role
in agribusiness of cassava in District Pancur Batu, c) determine the condition of the marketing of cassava
in District Pancur Batu. This research was conducted in the District of Pancur Batu, with descriptive
analysis method. Based on the research concluded; a) The condition of farm production of cassava in
District Pancur Batu categorized quite good, but not yet showing the development of production. Cassava
been farming community as an activity for easy maintenance process and does not require intensive care,
b) the marketing conditions cassava is still modest and relatively fixed. Market chains are short so that
share margin the biggest can be obtained by the manufacturer, c) Relationship between the subsystems of
agribusiness cassava distinguished relationship is not tight and continuous on subsystem providers the
means of production by farmers and relationships that continuously into sub systems production,
marketing and processing because there is a relationship mutually beneficial. Based on the results
suggested; a) government Deli Serdang undertake training and extension to farmers to increase farm
production of cassava, b) the government of Deli Serdang provide incentives to farmers to stimulate an
increase in farm production of cassava in District Pancur Batu, c) the government of Deli Serdang
attention to marketing conditions cassava, by providing information and of action clear to the farmers
market in the district of Pancur Batu.

Keywords: agriculture, agro-industry, cassava


ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk; a) mengetahui kendala pengembangan agribisnis ubi kayu di
Kecamatan Pancur Batu, b) mengetahui kondisi hubungan antara sub sistem yang berperan dalam
agribisnis ubi kayu di Kecamatan Pancur Batu, c) mengetahui kondisi pemasaran ubi kayu di Kecamatan
Pancur Batu. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Pancur Batu, dengan metode analisis deskriptif.
Berdasarkan penelitian di simpulkan; a) Kondisi produksi usahatani ubi kayu di Kecamatan Pancur
Batu dikategorikan cukup baik, namun belum menunjukkan perkembangan produksi. Usahatani ubi
kayu dipilih masyarakat sebagai kegiatan karena proses pemeliharaannya mudah dan tidak memerlukan
perhatian yang intensif, b) Kondisi pemasaran ubi kayu masih sederhana dan relatif tetap. Rantai
pemasarannya pendek sehingga share margin yang terbesar dapat diperoleh produsen, c) Hubungan
antar subsistem agribisnis ubi kayu dibedakan atas hubungan yang tidak erat dan tidak kontinyu pada
subsistem penyedia sarana produksi dengan petani dan hubungan yang kontinyu pada subsistem
produksi, pemasaran dan pengolahan karena terdapat hubungan yang saling menguntungkan.
Berdasarkan hasil peneltiian disarankan agar; a) pemerintah Kabupaten Deli Serdang melakukan
pelatihan dan penyuluhan kepada petani untuk meningkatkan produksi usahatani ubi kayu, b)
pemerintah Kabupaten Deli Serdang memberikan insentif kepada petani untuk merangsang peningkatan
produksi usahatani ubi kayu di Kecamatan Pancur Batu, c) pemerintah Kabupaten Deli Serdang
memperhatikan kondisi pemasaran ubi kayu dengan cara memberikan informasi dan akse pasar yang
jelas kepada petani di Kecamatan Pancur Batu.

Kata Kunci: pertanian, agroindustri, ubi kayu

204
Hotden L. Nainggolan, Johdikson Aritonang

A. PENDAHULUAN olahan ubikayu lainnya yang populer adalah


Produk pertanian dan agroindustri opak, getuk, lanting, slondok, alen-alen,
semakin diharapkan perannya dewasa ini dalam rengginang, emping, tape dan lain-lain.
pembangunan nasional. Agar peran tersebut Pengolahan bahan pangan merupakan satu
dapat dioptimumkan, perlu perubahan kegiatan untuk meningkatkan mutu dan
pembangunan pertanian ke arah agribisnis dan memperpanjang masa simpan bahan pangan.
agroindustri 1. Pengembangan agroindustri Pengolahan pangan banyak dilakukan oleh
diarahkan agar dapat menciptakan keterkaitan industri rumah tangga dengan skala kecil dan
yang mendorong peningkatan nilai tambah dan menengah. Opak merupakan jenis makanan
meningkatkan kegiatan ekonomi. Jika ringan yang disukai oleh banyak orang, baik
agroindustri di hilir berkembang maka golongan anak-anak, remaja sampai dewasa dan
kebutuhan bahan bakunya akan menyerap berbahan dasar ubi kayu dan menjadi salah
produk usahatani di hulu. Demikian hal ini satu ciri khas makanan untuk wilayah Deli
akan menyerap produk input di subsektor hulu, Serdang.
oleh karena itu jika salah satu subsektor bisnis Sejauh ini pengolahan ubi kayu
berjalan dengan lancar dan mengintegrasikan menjadi produk opak di daerah penelitian
sub sektor lainnya maka agribisnis sebagai suatu dilakukan secara semi-modern sehingga
sistem akan berkembang secara bersama-sama. kapasitas produksinya relatif rendah. Demikian
Ubi kayu adalah salah satu komoditas juga pada proses pengeringan masih tergantung
pertanian penting di Indonesia, sebagai sumber dengan sinar matahari. Kapasitas produksi dan
pangan maupun sumber pakan dan potensial kinerja pengusaha dari industri rumah tangga,
dikembangkan untuk kebutuhan bahan baku masih tergantung pada ketersediaan bahan
industri. Tanaman ubi kayu mempunyai baku, rasa dan motivasi masing-masing
beberapa keunggulan dibandingkan dengan pengusaha untuk pencapaian target pengusaha,
tanaman pangan lain, diantaranya dapat tumbuh maka penelitian ini dilakukan untuk
di lahan kering dan kurang subur, daya tahan menganalisis sub sistem agribisnis ubi kayu di
terhadap penyakit relatif tinggi, masa panennya Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli
yang tidak diburu waktu sehingga dapat Serdang.
dijadikan lumbung hidup. Selain itu, daun dan Tujuan Penelitian
umbi ubi kayu dapat diolah menjadi aneka Adapun tujuan penelitian ini adalah:
makanan. 1. Untuk mengetahui kendala pengembangan
Kabupaten Deli Serdang merupakan agribisnis ubi kayu di Kecamatan Pancur
salah satu daerah di Sumatera Utara yang Batu Kabupaten Deli Serdang.
potensial untuk menghasilkan ubi kayu dan 2. Untuk mengetahui kondisi hubungan antara
wilayah ini termasuk sentra produksi ubi kayu sub sistem yang berperan dalam agribisnis
di Sumatera Utara. Pengembangan sektor ubi kayu di Kecamatan Pancur Batu
pertanian, khususnya dalam pengembangan Kabupaten Deli Serdang.
tanaman ubi kayu sangat diharapkan untuk 3. Untuk mengetahui kondisi pemasaran ubi
menunjang pembangunan Kabupaten Deli kayu di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten
Serdang sebagai daerah yang sebagian Deli Serdang.
penduduknya bekerja di sektor pertanian. Di
samping itu sektor ini juga diharapkan sangat B. METODE PENELITIAN
mendorong peningkatan pendapatan regional Penelitian ini dilakukan di Kecamatan
yang pada akhirnya meningkatkan pendapatan Pancur Batu yang ditentukan secara sengaja
penduduk daerah ini 2. Ubi kayu segar memiliki sesuai dengan keinginan peneliti 3. Sampel
nilai ekonomi yang sangat rendah pada saat dalam penelitian ini ditentukan secara purposive
panen raya, karena itu perlu suatu upaya sampling dengan pertimbangan tertentu dari
meningkatkan nilai tambah (added value) dari peneliti dengan jumlah responden 30 responden
ubi kayu dengan mengolah menjadi yaitu petani yang mengelola komoditi ubi kayu
beranekaragam produk. di Kecamatan Pancur Batu. Data yang
Alternatif pengolahan ubi kayu sangat digunakan dalam penelitian ini adalah data
perlu digalakkan untuk memberikan nilai primer yang diperoleh dari lapangan melalui
tambah; antara lain diolah menjadi berbagai wawancara dengan petani ubi kayu (responden)
bentuk produk akhir seperti tepung sebagai maupun pengusaha industri kripik/ opak. Data
substitusi terigu serta dapat digunakan menjadi skunder diperoleh dari beberpa instansi yang
salah satu komoditi ekspor maupun bahan baku terkait seperti data Badan Pusat Statistik (BPS)
industri. Selain itu produk olahan berbahan dan dinas terkait lainnya.
baku ubi kayu lainnya adalah kripik singkong
yang merupakan makanan kudapan/cemilan C. HASIL DAN PEMBAHASAN
yang paling populer. Selain keripik, produk

205
ANALISIS INTEGRASI SUBSISTEM AGRIBISNIS UBI KAYU DI KECAMATAN PANCUR
BATU KABUPATEN DELI SERDANG

Kendala Pengembangan Agribisnis Ubi lebih tinggi. Rantai pasokan ubi kayu yang
Kayu di Kecamatan Pancur Batu terdapat di Kecamatan Pancur Batu, umumnya
Pengembangan produk komoditi belum terorganisasi dengan baik, sehingga
pertanian segar maupun olahan yang berdaya menguntungkan pihak tertentu saja. Informasi
saing merupakan salah satu sasaran harga jual, karakteristik bahan baku ubi kayu
pembangunan pertanian yang harus diwujudkan yang disyaratkan industri tidak dapat diakses
karena akan berdampak pada kesejahteran petani dengan baik sehingga perlu digali sebagai
masyarakat bahkan pembangunan daerah. salah satu dasar saat melakukan perbaikan
Peningkatan produksi usahatani dapat dilakukan rancangan rantai pasokan ubi kayu.
6
melalui diversifikasi, intensifikasi dan Menyampaikan kendala-kendala yang
ekstensifikasi dan akhirnya akan memberi umum terjadi dalam rangka pengembangan
peluang bagi pengembangan agribisnis dan agroindustri, diantaranya; 1) bahan baku dari
agroindustri dapat dapat membuka peluang sektor pertanian tidak terjamin secara
kesempatan kerja bagi petani dan masyarakat berkesinambungan; 2) kemampuan sumberdaya
disekitarnya. manusia (SDM) terbatas dalam penguasaan
Penelitian 4 menyatakan bahwa manajemen dan teknologi usahatani yang
terdapat beberapa persoalan dalam menyebabkan rendahnya efisiensi dan daya
pengembangan agribisnis ubi kayu, seperti saing produk agroindustri; 3) Investasi di bidang
rantai nilai yaitu kurangnya koordinasi vertikal agroindustri kurang berkembang, antara lain
dan horizontal. Dengan demikian upaya yang karena masih adanya ketidakpastian iklim
harus dilakukan untuk meningkatkan usaha, perolehan bahan baku, prasarana dan
koordinasi horizontal di Kecamatan Pancur sarana, tenaga kerja yang berkualitas,
Batu adalah dengan memperkuat keberadaan penyediaan dan jangka waktu pemanfaatan
kelompok tani sehingga bukan hanya lahan usaha yang sesuai dengan hak guna usaha
meningkatkan daya tawar tetapi juga (HGU) dan rencana umum tata ruang (RUTR),
mengurangi biaya transaksi dalam pemasaran serta sumber dana investasi yang terbatas; 4)
ubi kayu. Sementara meningkatkan koordinasi Lembaga keuangan masih menerapkan
vertikal dilakukan dengan cara menjalin preferensi suku bunga yang sama antara sektor
kemitraan dengan pelaku pasar dan memenuhi pertanian, kehutanan, industri dan jasa sehingga
perjanjian kontrak di pasar. kurang aktraktif bagi investor untuk berusaha di
Di Kecamatan Pancur Batu produksi bidang agroindustri; 5) Informasi peluang
ubi kayu secara umum dijual ke pasar domestik usaha dan pemasaran belum memadai dengan
dan regional dalam bentuk segar melalui jasa keterpaduan jaringan bisnis yang baik; 6)
agen komoditi ubi kayu yang diolah Homogenitas kebijakan pembangunan, baik
masyarakat melalui home industry menjadi regional maupun sektoral, tanpa memperhatikan
keripik, opak masih sangat terbatas. Hal ini keragaman yang dimiliki oleh masing masing
dapat menunjukkan bahwa keterkaitan antara wilayah; 7) Belum terciptanya sinergi kebijakan
sektor pertanian sampai ke industri pengolahan yang mendukung iklim usaha; 8) Kurangnya
yang dikelola oleh masyarakat perlu sarana, prasarana dan transportasi; 9) Kemitraan
ditingkatkan, sehingga dapat memberikan nilai usaha dan keterkaitan produk antara hulu dan
tambah bagi masyarakat. hilir belum tercipta dan tidak berjalan dengan
Penelitian 5 mengemukakan terdapat baik.
beberapa permasalahan umum dalam Berdasarkan penelitian yang dilakukan
pengembangan agroindustri diantaranya; 1) sifat di Kecamatan Pancur Batu, bahwa kendala
produk pertanian yang mudah rusak sehingga pengembangan agribisnis ubi kayu diwilayah
diperlukan teknologi pengemasan dan sarana ini sebagaimana pada Tabel 1.
transportasi yang baik; 2) sebagian besar produk Tabel 1. Kendala Pengembangan Agribisnis Ubi
pertanian bersifat musiman dan sangat Kayu di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten
dipengaruhi kondisi iklim sehingga aspek Deli Serdang.
Pendapat Responden
kontinuitas produk pertanian/ agroindustri No Faktor/ Variabel yang di survey Kondisi eksisting tidak mendukung Kurang mendukung Mendukung Sangat mendukung
1 % tase 2 % tase 3 % tase 4 % tase
menjadi tidak terjamin; 3) kualitas produk 1 SDM usahatani tidak terlatih 22 73% 8 27% 0 0% 0 0%
2 Informasi dan akses pasar tidak mendukung 25 83% 5 17% 0 0% 0 0%
pertanian untuk industri masih rendah sehingga 3
4
Pemberantasan HPT secara biologis
Penggunaan bibit sertifikat
belum paham
belum seragam
7
6
23%
20%
17
19
57%
63%
5
4
17%
13%
1
1
3%
3%
mengalami kesulitan dalam persaingan pasar; 5
6
Infrastruktur sentra pertanian
Koperasi petani
belum merata
terbatas
18
4
60%
13%
8
23
27%
77%
4
3
13%
10%
0
0
0%
0%
dan 4) sebagian besar industri berskala kecil 7
8
Alih fungsi lahan
Biaya transportasi
terjadi
mahal
12
11
40%
37%
16
14
53%
47%
2
5
7%
17%
0
0
0%
0%
dengan teknologi rendah. 9
10
Harga produksi tingkat produsen (petani)
Modal (Rp)
rendah
3,5-4,5 juta/ha
18
2
60%
7%
12
14
40%
47%
0
9
0%
30%
0
5
0%
17%
Rendahnya harga jual produk ubi kayu Sumber : Hasil wawancara dengan responden,
pada tingkat petani menjadi permasalahan yang 2017.
serius, sehingga memerlukan perhatian terutama
mengenai rantai pasok sehingga hasil produksi Berdasarkan hasil analisis data
ubi kayu bisa dipasarkan dengan harga yang sebagaimana Tabel 1 dapat diidentifikasi

206
Hotden L. Nainggolan, Johdikson Aritonang

beberapa kendala dalam pengembangan tenaga kerja merupakan input yang berpengaruh
agribisnis ubi kayu di Kecamatan Pancur Batu nyata terhadap produksi ubi kayu di Kecamatan
Kabupatan Deli Serdang diantaranya; a) secara Pancur Batu selain luas lahan, bibit, pupuk dan
umum SDM yang tersedia tidak terlatih, dimana obat-obatan, sebagaimana pada Tabel 2.
73% dari 30 responden diwawancai Tabel2. Hasil Analisis Pengaruh Luas Lahan,
menyampaikan bahwa kondisi SDM yang Bibit, Tenaga Kerja, Pupuk dan Obat –
tersedia tidak mendukung pengembangan obatan Terhadap Produksi Ubi Kayu Di
agribisnis ubi kayu, b) Informasi dan akses
Kecamatan Pancur Batu.
pasar, dimana 83% dari 30 responden yang
diwawancarai menyampaikan bahwa informasi No Variabel Koefisi t Sig Adjust
dan akses pasar tidak mendukung en ed R -
pengembangan agribisnis ubi kayu, c) Square
pemberantasan hama penyakit juga menjadi
kendala pengembangan agribisnis, dimana 57% 1 Intersep 574,6 0,967
dari 30 responden yang diwawancarai X1 (luas 0,495* 10,422 0,00
menyampaikan bahwa kondisi ini menjadi lahan) 2
penghalang bagi pengembangan agribisnis ubi X2 (bibit 0,653 9,144 0,82
kayu, d) demikian juga halnya dengan ) 0
penggunaan bibit yang bersertifikat, dimana X3 0,448* 10,435 0,00
(tenaga 8
63% responden menyampaikan hal ini sebagai kerja)
kendala, e) infrastruktur sentra pertanian yang X4 0,274* 13,154 0,00
belum merata pada sentra produksi menjadi (pupuk 3
kendala pengembangan agribisnis ubi kayu dan obat-
obatan)
disampaikan oleh 60% dari 30 responden yang *signifikansi α = 5%
diwawancarai, f) Koperasi pertanian juga Sumber: Data Primer Diolah, 2017
merupakan hal yang sangat penting dalam
rangka mendukung pengembangan agribisnis Hasil analisis data sebagaimana pada
ubi kayu di wilayah ini, namun kondisi yang Tabel 2 diperoleh model persamaan regresi
terjadi adalah 77% responden menyampaikan sebagai berikut :
bahwa keberadaan koperasi masih terbatas dan Y = 574,6 +0,495X1 + 0,653X2
tidak berjalan dengan baik. Kemudian modal +0,448X3+0,274X4
dan biaya transportasi juga menjadi persoalan
serius dan menjadi kendala pengembangan Hasil analis data menunjukkan nilai
agribisnis ubi kayu di Kecamatan Pancur Batu. adjusted R2 sebesar 0,967 artinya 96,7%
Berdasarkan hasil analisis data yang variabel bebas mempengaruhi variabel terikat,
disajikan pada Tabel 1, permasalahan pasar ubi artinya variabel; luas lahan, bibit, tenaga kerja,
kayu yang belum jelas juga merupakan salah pupuk dan obat-obatan memberikan pengaruh
satu kendala dalam pengembangan usahatani 96,7% terhadap produksi ubikayu di
ubi kayu. Harga ubi kayu seringkali Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli
berfluktuasi, sehingga harganya jatuh dan Serdang dan sisanya 3,3% disebabkan faktor
posisi tawar yang rendah yang membuat para lain di luar variabel yang diestimasi.
petani harus menjualnya dengan harga rendah Berdasarkan hasil analisis data
sehingga pendapatan petani menjadi sangat sebagaimana pada Tabel 2 diketahui bahwa
rendah. variabel luas lahan memiliki pengaruh positif
Hasil penelitian 7; 8; 9 dan 10 dengan nilai koefisien 0,495 dan signifikan
menyampaikan walaupun petani ubi kayu sudah pada α = 5 %, dengan nilai t sig 0,002 terhadap
mempunyai pengalaman bertani yang cukup produksi ubi kayu di Kecamatan Pancur Batu,
(7,20 – 14,42 tahun), namun belum ditemui artinya jika luas lahan yang dikelola petani
perkembangan teknologi bercocok tanam yang mengalami peningkatan maka akan
cukup berarti, dibandingkan dengan yang telah meningkatkan produksi ubi kayu di wilayah ini.
mereka pelajari secara turun temurun dari Demikian juga hal dengan bibit
orangtua mereka, kondisi ini terjadi di sebagaimana pada pada Tabel 4, bahwa
Kecamatan Pancur Batu, dimana kualitas SDM variabel memiliki pengaruh positif namun tidak
masih rendah terutama dalam aplikasi teknologi signifikan terhadap peningkatan produksi ubi
dalam bidang budidaya/ produksi. kayu di wilayah ini.
Kemungkinan hal tersebut berkaitan dengan Kemudian hasil analisis data
tingkat pendidikan petani yang masih rendah sebagaimana pada Tabel 2 menunjukkan bahwa
(5,71 – 8,25 tahun). variabel tenaga kerja memiliki pengaruh positif
Hal tersebut diperkuat dengan hasil dengan nilai koefisien 0,448 dan signifikan pada
analisis regresi yang menunjukkan bahwa α= 5 %, dengan nilai t sig 0,008 terhadap

207
ANALISIS INTEGRASI SUBSISTEM AGRIBISNIS UBI KAYU DI KECAMATAN PANCUR
BATU KABUPATEN DELI SERDANG

peningkatan produksi ubi kayu di Kecamatan


Pancur Batu, hal ini dapat diartikan jika tenaga
kerja, terutama tenaga kerja dalam keluarga
tersedia akan sangat berdampak pada
peninggkatan produksi ubi kayu di wilayah ini.
Demikian juga dengan variabel pupuk dan obat-
obatan memiliki pengaruh positif dengan nilai
koefisien 0,274 dan signifikan pada α = 5 %,
dengan nilai t sig 0,003 terhadap produksi ubi
kayu di Kecamatan Pancur Batu. Gambar1. Hubungan Antar Subsistem
Sopoetin (1989) dalam Siregar (2002) Agribisnis Pengolahan Ubi Kayu
menyampaikan bahwa teknologi budidaya yang di Kecamatan Pancur Batu.
digunakan sudah dapat dikatakan baik, tetapi Berdasarkan Gambar 1, dapat dilihat
dasar yang digunakan kemungkinan adalah bahwa dari keempat subsistem (penyedia sarana
teknologi sederhana yang telah digunakan produksi, produksi, pemasaran dan pengolahan)
selama bertahun-tahun dan memberikan hasil umumnya memiliki hubungan yang erat.
yang mencukupi. Akan tetapi karena tanaman Merujuk pada penelitian 10, antara subsistem
ubi kayu membutuhkan zat hara yang relatif pengolahan hasil pertanian dengan subsistem
banyak maka diperlukan pengembangan pemasaran dan distribusi memiliki hubungan
teknologi budidaya untuk mempertahankan yang erat namun tidak kontinyu, baik pada
produksi dan produktivitas nya di masa pembelian secara kredit maupun tunai, karena
mendatang. terdapat kondisi-kondisi eksternalitas yang
Dengan demikian dalam rangka dapat mempengaruhi produksi hasil usahatani
pengembangan agribisnis ubi kayu di ubi kayu di Kecamatan Pancur Batu.
Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Dalam pengembangan agribisnis ubi
Serdang diperlukan perhatian pemerintah kayu di Kecamatan Pancur Batu, diperlukan
setempat dengan mengoptimalkan petugas integrasi vertikal antar petani ubikayu dengan
lapangan seperti PPL untuk melatih SDM perusahan agribisnis dalam bentuk kemitraan
terutama dalam rangka aplikasi teknologi yang usaha, atau jika pemiliknya sama disebut
berkaitan dengan teknik budidaya ubi kayu di perusahaan terintegrasi (intergrated business
wilayah ini. company). Dalam hal ini subsistem perusahan
agribisnis hulu berfungsi menghasilkan dan
Hubungan Antar Subsistem Agribisnis menyediakan sarana produksi pertanian agar
Pengolahan Ubi Kayu di Kecamatan Pancur mampu menghasilkan produk usahatani yang
Batu. berkualitas, melakukan pelayanan kepada
Konsep perusahaan dimunculkan dalam usahatani, memberikan bimbingan teknis
sistem agribisnis dengan tujuan mengubah produksi, memberikan bimbingan manajemen
paradigma petani, yang mana petani adalah dan hubungan sistem agribisnis, memfasilitasi
sebagai manajer perusahaan agribisnis, yang proses pembelajaran atau pelatihan bagi petani,
berkedudukan setara dengan perusahaan menyaring informasi agribisnis praktis untuk
agribisnis yang berada di hulu maupun hilir. petani, mengembangkan kerjasama bisnis
Petani dibina untuk memahami kebutuhan (kemitraan) yang dapat memberikan keuntungan
pasar, mampu bersinergi dengan perusahaan bagi berbagai pihak.
agribisnis lain untuk memproduksi barang yang Subsistem perusahaan usahatani
dibutuhkan pasar. Jika hal ini dapat sebagai produsen pertanian berfungsi
dilakukannya, maka impian untuk peningkatan melakukan kegiatan teknis produksi agar
pendapatan dan kesejahteraan petani akan produknya dapat dipertanggung jawabkan baik
terwujud. secara kualitas maupun kuantitas, mampu
Berdasarkan hasil survey dan penelitian melakukan manajemen agribisnis secara baik
dilapangan diperoleh gambaran hubungan antar agar proses produksinya menjadi efisien
subsistem agribisnis ubi kayu di Kecamatan sehingga mampu bersaing di pasar. karena itu,
Pancur Batu sebagai mana pada Gambar 1. petani umumnya memerlukan penyuluhan dan
Pembibitan/ Pestisida
informasi agribisnis, teknologi dan inovasi
Perbenihan
lainnya dalam proses produksi,bimbingan teknis
Pupuk
Pengadaan
sarana produksi Peralatan atau pendampingan agar petani dapat
Kios Tani
melakukan proses produksi secara efesiendan
bernilai tambah lebih tinggi.
Budidaya Usahatani Ubi kayu Usahatani Perusahaan Berdasarkan gambar 1 dapat dijelaskan
bahwa terdapat hubungan yang lebih erat dan
Penanganan
pasca panen kontinyu antara pihak petani dengan agen yang
Pengolahan
Hasil
Petani
Pedagang Pengolahan
208 pengumpul sederhana

Pedagang antar
Pasar modern
wilayah/ Agen

Pemasaran dan
Distribusi Pasar umum/ Industri
tradisional pengolahan
Hotden L. Nainggolan, Johdikson Aritonang

berperan menjembatani petani dengan industri Berdasarkan Gambar 2, seperti


pengolahan. Petani tidak dapat melakukan disajikan diatas terlihat bahwa saluran
penjualan langsung ke pabrik karena hasil panen pemasaran ubi kayu tergolong sederhana,
perseorangan tidak mencukupi kebutuhan terutama dari petani sampai ke pabrik tapioka,
pabrik dan tidak tersedia secara kontinyu. artinya dalam hal pemasaran ubi kayu dari
Demikian juga dengan industri (pabrik), karena Kecamatan Pancur Batu menuju pasar tidak
membutuhkan bahan baku dalam jumlah yang banyak pihak yang terlibat dalam saluran
cukup besar, untuk memenuhi kapasitas pabrik pemasaran tersebut, dan yang paling berperan
secara kontinyu, maka pabrik membutuhkan adalah agen. Selain itu hubungan antara petani
hubungan yang tetap dengan para petani. ubi kayu, pengumpul (agen) dan pabrik yang
dituju sebenarnya sudah memiliki hubungan
Berdasarkan Gambar 1 struktur sistem yang telah terbina selama bertahun-tahun
agribisnis yang ideal dalam pengembangan ubi (langganan), sehingga ketiga pihak tersebut
kayu di Kecamatan Pancur Batu Kabubapaten tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk
Deli Serdang adalah struktur agribisnis- mencari pasar.
industrial (sistem bisnis) yang dibentuk dengan Berdasarkan hasil analisis data
pendekatan integrasi vertikal. Menurut Saragih sebagaimana digambarkan pada gambar 2,
(1998), pembentukan struktur ini dapat bahwa di Kecamatan Pancur Batu dapat
dilakukan sedikitnya dengan tiga cara yaitu: 1) diketahui share margin pada saluran pemasaran
berupa pola koperasi agribisnis, 2) pola usaha awal dari petani sampai ke pabrik/ industri
patungan, dan 3) pola pemilikan tunggal. sebesar 70,4 % dan sisanya adalah biaya
Sehingga petani ubikayu mempunyai akses pemasaran dan upah dengan bagian untuk agen
untuk menikmati nilai tambah yang besar yang sebesar 29,6%, sudah termasuk biaya
ada pada sub sektor agribisnis hulu dan hilir. transportasi dari sentra produksi ke lokasi
industri pengolahan.
Kondisi Pemasaran (Subsistem Pemasaran) Hal ini sesuai dengan penelitian 9 yang
Ubi Kayu di Kecamatan Pancur Batu. menemukan share margin pada saluran
Sesuai dengan hasil penelitian yang pemasaran awal dari petani sampai ke pabrik
dilakukan 9 tentang saluran pemasaran ubi kayu tapioka diperoleh gambaran bagian yang
mulai dari petani sampai ke industri tepung diterima petani sebesar 66,67 % dan sisanya
tapioka. Ditemukan gambaran saluran adalah biaya pemasaran dan upah dengan
pemasaran (subsistem pemsaran) ubi kayu yang bagian untuk agen (13,77%) dan tranportasi
terjadi di Kecamatan Pancur Batu sebagaimana (11,67%), karena pada umumnya sang agen
disajikan pada gambar 2. langsung membeli ubi kayu ke sentra produksi.
Pengembangan agribisnis-
Petan agroindustrial ubi kayu di Kecamatan Pancur
i Batu yang berorientasi pasar (agribisnis
Age
modern), harus diusahakan dan dikembangkan
n secara terintegrasi dari hulu sampai ke hilir
yang dipersatukan menjadi satu kesatuan
organisasi bisnis yang kuat dari lapisan terkait
Eksp Industri Industri Pasar
or Sedang/Be kecil/ tradisional (petani, pengusaha hingga lembaga pembiayaan
menenga
sar
h
dan pemerintah) agar nilai tambah pertanian
Taiwa Regional Dome
stik/l
dapat dinikmati secara proporsional oleh
n
okal/
keripi
masing-masing pelaku bisnis.
Industri
k/
opak
Sistem agribisnis modern ini tentunya
tapioka/ Pancur dibentuk oleh beberapa subsistem bisnis, a) sub-
pakan batu
Padang Medan sistem agribisnis hulu yang menangani faktor
Medan produksi dan sarana untuk usaha tani, b) Sub-
Palemba Sei sistem agribisnis usaha tani, c) sub-sistem
ng Banban/ Sei
Sergai Banban agribisnis hilir yang mengolah output/hasil
Jakart
a
/ Sergai
Bengke
produksi agribisnis, d) Sub-sistem agribisnis
Pedagang l/ kegiatan yang menyediakan jasa bagi agribisnis
Pedagang misal, jasa penyewaan alsintan yang perlu
Perbaunga
n dikembangkan dengan strategi pengintegrasian.
Pedagang
Konsu Strategi pengintegrasian ini bisa dialakuakn
men
melalui pola integrasi vertikal dan pola integrasi
Gambar 2.Saluran Pemasaran Ubi Kayu di horizontal. Adanya pengintegrasian ini
Kecamatan Pancur Batu mengakibatkan adanya perluasan keterkaiatan di
sepanjang mata rantai proses yang membentuk

209
ANALISIS INTEGRASI SUBSISTEM AGRIBISNIS UBI KAYU DI KECAMATAN PANCUR
BATU KABUPATEN DELI SERDANG

close-loop supplay chain. Disetiap mata rantai 5. Rachman, B. dan Sumedi. 2002. Kajian
proses terdapat peluang untuk menambah nilai Efisensi Manajemen Dalam Pengelolaan
produk melalui sentuhan inovasi dan kreatifitas Agroindustri Dalam Analisis Kebijakan:
tertentu. Paradigma Pembangunan dan Kebijaksanaan
Pengembangan Agroindustri. Monograph
D. KESIMPUL DAN SARAN Series No. 21. Pusat Penelitian Sosial
Kesimpulan Ekonomi Pertanian: Bogor
Berdasarkan hasil penelitian maka 6. Deperindag. 2002. Pohon Industri Ubikayu,
dapat disimpulkan; a) Kondisi produksi dalam Bantacut, Tajuddin. Review:
usahatani ubi kayu di Kecamatan Pancur Batu, Penelitian dan Pengembangan untuk Industri
dapat dikategorikan cukup baik, namun belum Berbasis Cassava. Jurnal Teknologi Industri
menunjukkan perkembangan produksi. Pertanian Vol 19(3), 191-202. Departemen
Usahatani ubi kayu dipilih masyarakat sebagai Teknologi Industri Pertanian, Fakultas
kegiatan karena proses pemeliharaannya mudah Teknologi Pertanian, Institut Pertanian
dan tidak memerlukan perhatian yang intensif, Bogor: Bogor.
b) Kondisi pemasaran ubi kayu masih 7. Siregar, A. R. 2002. Teknologi Budidaya
sederhana dan relatif tetap. Rantai dan Produksi Ubi Kayu. Program Studi
pemasarannya pendek sehingga share margin Agribisnis, Jurusan Sosial Ekonomi
yang terbesar dapat diperoleh pihak produsen, Pertanian, Fakultas Pertanian, USU: Medan
c) Hubungan antar subsistem agribisnis ubi 8. Hasugian, K. 2002. Sistem dan Analisis
kayu dibedakan atas hubungan yang tidak erat Usahatani Ubi Kayu. Skripsi. Program
dan tidak kontinyu pada subsistem penyedia Studi Agribisnis, Jurusan Sosial Ekonomi
sarana produksi dengan petani dan hubungan Pertanian, Fakultas Pertanian, USU: Medan
yang kontinyu pada subsistem produksi, 9. Fitriawati. 2002. Analisis Pemasaran Ubi
pemasaran dan pengolahan karena Kayu. Program Studi Agribisnis, Jurusan
terdapat hubungan yang saling menguntungkan. Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas
Pertanian, USU: Medan
Saran 10. Simanjuntak, P. 2002. Sistem Agribisnis
Berdasarkan hasil penelitian dan dan Kemitraan Petani Ubi Kayu. Program
kesimpulan maka dapat disarankan; a) agar Studi Agribisnis, Jurusan Sosial Ekonomi
pemerintah Kabupaten Deli Serdang melakukan Pertanian, Fakultas Pertanian, USU: Medan.
pelatihan dan penyuluhan kepada petani untuk 11. Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang,
meningkatkan produksi usahatani ubi kayu, b) 2015: Lubuk Pakam.
agar pemerintah Kabupaten Deli Serdang 12. Saragih, B. 1998. Agribisnis Berbasis
memberikan insentif kepada petani untuk Peternakan: Kumpulan Pemikiran. Institut
merangsang peningkatan produksi usahatani ubi Pertanian Bogor: Bogor.
kayu di Kecamatan Pancur Batu, c) agar
pemerintah Kabupaten Deli Serdang
memperhatikan kondisi pemasaran ubi kayu
dengan cara memberikan informasi dan akse
pasar yang jelas kepada petanidi Kecamatan
Pancur Batu.

DAFTAR PUSTAKA
1. Didu, S. M. 2000. Rancang Bangun Sistem
Penunjang Keputusan Pengembangan
Agroindustri Kelapa Sawit untuk
Perekonomian Daerah. Disertasi Sekolah
Paska Sarjana Teknologi Industri Pertanian,
IPB: Bogor.
2. BPS, 2012. Sumatera Utara Dalam Angka.
Badan Pusat Statistik Sumatera Utara:
Medan.
3. Kuncoro, M. 2009. Metode Riset Untuk
Bisnis dan Ekonomi. Edisi 3. Jakarta:
Erlangga.
4. Sewando, T. Ponsian. 2012 Urban Markets-
Linked Cassava Value Chain In Morogoro
Rural Distric, Tanzania

210

You might also like