1425-Article Text-4225-1-10-20210921

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 8

Media Agribisnis

ISSN: 2527-8479 (Print) & ISSN: 2686-2174 (Online)


Volum e-5 | Iss ue-1 | Ma y-202 1 | h ttps ://doi.org/10 .35326 /a gribis nis .v5 i1 .142 5

Research Article

Analisis Kelayakan Usaha Kerupuk di Desa Dongkala Kecamatan Pasarwajo


Kabupaten Buton (Studi Kasus Pada Aliva Kerupuk)

Wa Ode Dian Purnamasari1*, Ridwan1, Azelia Monica Azizu 1


1Agrinisnis, Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Buton, Indonesia

*Korespondensi: [email protected]

ABSTRACT ARTICLE HISTORY


The purposes of this study are (1) to find out how much income the Aliva Cracker industrial Received: 15.03.2021
business in Dongkala Village, Pasarwajo District, Buton Regency has earned and (2) to determine Accepted: 25.05.2021
the feasibility of the Aliva Cracker industry business in Dongkala Village, Pasarwajo District, Buton Published: 29.05.2021
Regency. This research is a case study that takes the object of research in the cracker processing
industry. Determination of the sample is carried out by census by taking samples from the Aliva ARTICLE LICENCE
Cracker Industry. The variables observed in this study are production costs which consist of fixed Copyright © 2021 The
costs and variable costs, revenues and revenues, while the business feasibility method used is Author(s): This is an open-
the R/C ratio method. The conclusions of this study are 1) The income earned by the Aliva Cracker access article distributed
industry in Dongkala Village, Pasarwajo District, Buton Regency is Rp. 6.934,000/month. 2) The under the terms of the
R/C ratio obtained by the Aliva Cracker industry in Dongkala Village, Pasarwajo District, Buton Creative Commons Attribution
Regency is 1.96 where the value is greater than 1 (R/C > 1) this means that the Aliva cracker ShareAlike 4.0 International
industry is profitable or feasible to develop. (CC BY-SA 4.0)
Keywords: Aliva Cracker, Income, Eligibility
ABSTRAK
Tujuan dari Penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui berapa besar pendapatan pada usaha industri Aliva
Kerupuk di Desa Dongkala Kecamatan Pasarwajo Kabupaten Buton dan (2) untuk mengetahui kelayakan
usaha industri Aliva Kerupuk di Desa Dongkala Kecamatan Pasarwajo Kabupaten Buton. Penelitian ini
merupakan studi kasus yang mengambil obyek penelitian pada industri pengolahan kerupuk. Penentuan
sampel dilakukan secara sensus dengan mengambil sampel pada Industri Aliva Kerupuk. Variabel yang
diamati dalam penelitian ini yaitu biaya produksi yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel, penerimaan
dan pendapatan, sedangkan kelayakan usaha yang digunakan metode R/C ratio. Kesimpulan penelitian
ini adalah 1) Pendapatan yang diperoleh industri Aliva Kerupuk Desa Dongkala Kecamatan Pasarwajo
Kabupaten Buton adalah sebesar Rp. 6.934.000/bulan. 2) R/C Rasio yang diperoleh industri Aliva Kerupuk Desa
Dongkala Kecamatan Pasarwajo Kabupaten Buton sebesar 1.96 dimana nilai tersebut lebih besar dari 1 (R/C >
1) ini berarti industri Aliva kerupuk menguntungkan atau layak untuk dikembangkan.
Kata Kunci: Aliva Kerupuk, Pendapatan, kelayakan

1. Latar Belakang
Indonesia salah satu negara agraris yang memiliki potensi sumber daya ekosistem dan daya dukung yang besar.
Indonesia dapat memproduksi produk dan jasa pertanian serta perkebunan untuk memenuhi kehidupan manusia.
Sektor pertanian dan peternakan memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai salah satu bahan baku pengolahan
hasil pertanian yang dapat menghasilkan nilai tambah, sekaligus merubah pertanian tradisional menjadi modern. Industri
kecil mempunyai peranan penting dalam perekonomian nasional. Industri pengolahan hasil pertanian mampu bertahan dari
krisis ekonomi serta menjadi salah satu alternatif untuk membangun kembali perekonomian Indonesia. Agroindustri
dapat menambah penghasilan serta dapat membuka lapangan kerja dimasyarakat serta dapat menambah nilai produk
pertanian khususnya pangan.

52
P ISSN: 2527- Media
8479 Agribisnis Volume 5

Pengembangan industri pertanian dengan bahan baku yang tersedia dalam jumlah dan waktu yang tepat adalah syarat
kecukupan produksi yang berkelanjutan. Perkembangan industry pengolahan pangan Indonesia sangat didukung oleh
Sumber Daya Alam (SDA) pertanian nabati dan hewani, yang dapat membuat berbagai produk olahan yang dapat dibuat
dan dikembangkan dari sumber daya lokal. Sebagai negara otonom yang bercita-cita maju dan berusaha mewujudkan
masyarakat adil dan Makmur, Indonesia menghadapi berbagai tantangan dan peluang. Tantangan paling mendasar
terletak pada upaya Indonesia untuk mendukung dan mempercepat pemerataan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan
berkelanjutan. Oleh karena itu, diperlukan peningkatan efisiensi ekonomi, produktivitas tenaga kerja dan memberikan
kontribusi yang signifikan disemua bidang pembangunan (Bakrie dalam Santoso, 2008).
Pertanian adalah sektor yang memiliki potensi besar untuk berkembang. Dengan meningkatkan kapasitas sektor
pertanian dan industri yang sesuai, sehingga dapat memberikan kontribusi yang signifikan bagi pembagunan negara.
Salah satu industri yang berpotensi untuk dikembangkan ialah industri kerupuk. Secara kuntitatif tidak ada data yang
menunjukkan tingkat konsumsi kerupuk. Namun dapat diperkirakan konsumsi kerupuk relatif besar. Oleh sebab itu
kerupuk merupakan ciri khas makanan pelengkap indonesia, karena digemari oleh masyarakat luas.
Aliva Kerupuk merupakan salah satu industri kecil berskala rumah tangga yang berada di Desa Dongkala Kecamatan
Pasarwajo Kabupaten Buton Provinsi Sulawesi Tenggara. Proses pengembangan aliva kerupuk dalam hal pengolahan
kerupuk ikan dan kerupuk rasa bawang terdapat sejumlah masalah yang dihadapi oleh pelaku usaha yakni masih
menggunakan peralatan yang tradisional, keahlian, distribusi, inovasi produk, manajemen, pemasaran dan pembiayaan.
Kemampuan manajemen keuangan juga penting dalam menjalankan usaha, namun yang terjadi di Industri Aliva Kerupuk
belum mengetahui bagiman menghitung keuangan usaha yang sedang berjalan, sehingga kelayakan bisnis tidak
didasarkan pada kenyataan menghitung. Ukuran kelayakan finansial harus menjadi alat ukur yang dapat digunakan untuk
menentukan apakah suatu usaha yang dijalankan dapat memberikan keuntungan atau tidak layak secara ekonomi.
Permasalahan lain yang terjadi dilapangan yaitu tidak dapat mengolah bahan bakunya sendiri karena kekurangan alat untuk
mengolah kerupuk serta proses pemasaran kerupuk dipasarkan kekonsumen lokal.
Studi kelayakan bisnis yaitu studi yang tidak hanya menganalisis apakah usaha itu layak atau tidak layak bisnis itu
tetapi pada saat yang sama perusahaan itu dijalankan secara rutin sehingga dapat mencapai keuntungan yang maksimal
dalam waktu yang tidak pasti dan berharap dapat meningkatkan pendapatan pelaku usaha pada khususnya serta masyarakat
pada umumnya. Industri Aliva kerupuk mempunyai peluang untuk dikembangkan karena pada umumnya Sebagian besar
masyarakat mengkonsumsi kerupuk sebagai makanan pelengkap. Melihat adanya prospek usaha, Industri Aliva Kerupuk
dalam menjalankan usahanya perlu adanya manajemen yang baik sehingga dapat mempertahankan kelangsungan
kegiatan usahanya serta dapat berkembang dan mampu bersaing dengan usaha sejenisnya.
2. Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan bulan Maret sampai dengan bulan April 2021 di Desa Dongkala Kecamatan Pasarwajo
Kabupaten Buton pada Industri Aliva Kerupuk. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan
mempertimbangan adanya usaha kerupuk skala rumah tangga.
Penelitian ini adalah studi kasus dengan obyek penelitian pada industri pengolahan kerupuk. Penentuan sampel
dilakukan secara sensus dengan mengambil sampel pada Industri Aliva Kerupuk. Data yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan data kualitatif yaitu data yang disajikan secara lisan bukan berupa angka serta gambaran umum tentang apa
yang sedang diteliti, dan data kuantitatif yaitu gambaran yang dinyatakan dalam bentuk jenis angka atau data yang dapat
diukur dan dihitung secara langsung dalam bentuk informasi, sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data
primer yaitu data yang diperoleh langsung responden melalui wawancara dengan pemiliki usaha aliva kerupuk
menggunakan kuisioner dan observasi langsung dan data sekunder yaitu data tambahan yang telah diperoleh dan disusun
oleh penelitian-penelitian sebelumnya dan dterbitkan oleh berbagai lembaga. Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini

5
P ISSN: 2527- Media
8479 Agribisnis Volume 5

menggunakan Teknik observasi dilakukan dengan mengamati secara langsung kegiatan pengolahan kerupuk di Industri
Aliva Kerupuk, Teknik wawancara disusun secara sistematis berdasarkan daftar pertanyaan yang telah disiapkan untuk
mawawancarai pemilik industri aliva kerupuk, dokumentasi yait u dengan mengumpulkan informasi tentang industri aliva
kerupuk melalui foto atau gambar aktivitas penelitian serta kuisioner dilakukan dengfan mengambil data dengan meminta
responden untuk menjawab serangkaian pertanyaan atu pernyataan tertulis
Data yang didapat, dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah
biaya produksi terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap, penerimaan dan pendapatan, selanjunya metode R/C rasio
digunakan untuk mengetahui kelayakn usaha.
a. Total Biaya Produksi
Soekartawi dalam Muzizat dan Rosa (2020) menjelaskan bahwa untuk menemukan biaya total yaitu biaya tetap
(FC) ditambah biaya variabel (VC).
TC = FC+VC
Dimana: TC = Total Cost (Total Biaya)
FC = Fixed Cost (Biaya Tetap)
VC = Variable Cost (Biaya Variabel)
b.Total Penerimaan
Wilson dalam Muzizat dan Rosa (2020), Total penerimaan (TR) yaitu hasil perkalian dari harga jual perkg
dengan jumlah produksi. Selanjutnya Kotler dalam muzizat dan Rosa (2020), total penerimaan (TR) yaitu jumlah yang
diterima pengusaha sebelum dikurangi biaya total atau disebut pendapatan kotor bulanan dinyatakan dalam rupiah (Rp).
Soekartawi dalam muzizat dan rosa (2020) Penerimaan adalah produksi yang dihasilkan dengan mengalikan hasil produksi
dan harga jual hal ini sama dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Suratiyah (2006) penerimaan merupakan hasil
perkalian jumlah produk yang terjual pada semua jenis produk dalam setiap bulan dan harga jualnya.
TR = P . Q
Dimana: TR = Total Revenue (Total Penerimaan) P
= Price (Harga Jual)
Q = Quantity (Jumlah Produk yang terjual)
c. Pendapatan
Pendapatan merupakan selisih dari total biaya (biaya tetap dan biaya varibel) yang dikeluarkan dengan penerimaan
yang didapatkan. Analisis pendapatan dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan kegiatan usaha dan menjadi tolak
ukur untuk merancang kondisi masa depan. Menurut Soekartawi (2006) rumus pendapatan adalah:
π = TR – TC
Dimana : π = Pendapatan
TR = Total Penerimaan
TC = Total Biaya
d.R/C Ratio
Revenue to Cost Analysis (R/C Ratio) adalah rasio pendapatan terhadap biaya yang menujukka seberapa
besar pendapatan yang dapat diperoleh dari setiap rupiah yang digunakan dalam produksi (Soeharjo

5
P ISSN: 2527- Media
8479 Agribisnis Volume 5

dan Patong dalam Muzizat dan Rosa, 2020). Selanjutnya Suratiyah (2015) R/C yaitu membandingkan pendapatan
dan biaya. R/C Rasio dapat digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan relatif dalam suatu kegiatan usaha sehingga
nilai dari angka rasio penerimaan atas biaya tersebut untuk mengetahui apakah usaha yang dijalankan untung atau tidak.
Marissa mengemukakan pendapatnya bahwa apabila R/C Rasio bernilai lebih besar dari 1 (R/C > 1) artinya suatu usaha
menguntungkan. Selanjutnya jika nilai R/C Ratio lebih kecil dari 1 (R/C < 1) artinya suatu usaha mengalami kerugian.
Menurut soekartawi (2006) rumus R/C ratio adalah:
𝒑𝒆𝒏𝒆𝒓𝒊𝒎𝒂𝒂𝒏
R/C 𝑹𝒂𝒕𝒊𝒐 = 𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐛𝐢𝐚𝐲𝐚

Dimana : R/C Ratio > 1 = Untung


R/C Ratio < 1 = Rugi R/C
Ratio = 1 = Impas
3. Hasil Dan Pembahasan
Analisis produksi dalam penelitian ini meliputi beberapa sub bagian yang diteliti yaitu proses produksi, biaya
produksi, penerimaan, pendapatan, dan R/C Ratio.
a. Proses Produksi
Proses produksi merupakan suatu kegiatan yang mengolah sumber daya yang tersedia seperti bahan baku, modal
serta teknologi untuk menambah kegunaan suatu barang atau jasa. Proses produksi dalam pembuatan kerupuk
menggunakan sejumlah alat dan bahan. Alat-alat yang digunakan dalam proses pembuatan kerupuk adalah mesin press,
kompor besar, kompor kecil, wajan besar, wajan kecil, bakul nasi besar, dan serokan. Bahan yang digunakan dalam
proses pembuatannya adalah kerupuk mentah. Proses pembuatannya ditunjukkan pada gambar dibawah ini.
Penyiapan Penjemuran Pengorengan Pengemasan
kerupuk Kerupuk Kerupuk kerupuk

Gambar1. Proses produksi kerupuk di industri Aliva Kerupuk


1. 20 Kg kerupuk mentah masing-masing 10 Kg kerupuk rasa ikan dan kerupuk rasa bawang dijemur dengan
mengguanakan tempat khusus dari bambu selama ± 1-2 jam di bawah sinar matahari untuk satu kali produksi
2. Setelah penjemuran kerupuk selama ± 1-2 jam kemudian kerupuk di goreng menggunakan wajan. Penggorengan
kerupuk dilakukan 2 kali agar kerupuk matang dan mekar
3. Segera angkat dan tiriskan yang sudah matang menggunakan serokan agar minyaknya menetes. Dinginkan sebentar
kemudian dibungkus menggunakan mesin press.
4. Setelah kerupuk dikemas, kerupuk siap dijual di pasar.
b. Biaya Produksi
Biaya produksi yaitu biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi yang tidak dapat dihindari oleh perusahaan.
Biaya memainkan peran yang sangat penting dalam pengambilan keputusan dalam bianis apapun. Biaya produksi yang
termasuk dalam industry aliva kerupuk adalah biaya bulanan yang dikeluarkan dalam kegiatan usaha pembuatan
kerupuk. Biaya produksi yang ditanggung industry aliva kerupuk dalam satu kali produksi Sebagian besar terbagi menjadi
biaya variabel (variable cost) dan biaya tetap (fixed cost)
1) Biaya Variabel (Variable Cost)
Biaya variabel dalam penelitian ini yaitu biaya yang digunakan untuk melakukan produksi diindustri Aliva
Kerupuk. Edy dan Imran (2019) berpendapat bahwa biaya variabel yaitu biaya yang jumlah totalnya

5
P ISSN: 2527- Media
8479 Agribisnis Volume 5

berubah-ubah dengan perubahan jumlah aktivitasnya. Biaya variabel perunit adalah konstan, sehingga semakin tinggi jumlah
pekerjaan, semakin tinggi total biaya, dan sebaliknya, semakin rendah jumlah pekerjaan, semakin rendah total biaya.
Selanjutnya penggunaan biaya variabel di industri Aliva Kerupuk berikut pada Tabel berikut
Tabel 1. Penggunaan Biaya Variabel industri Aliva Kerupuk Desa Dongkala Kecamatan Pasarwajo Kabupaten
Buton

Harga Biaya
Biaya Perhari
No Komponen Biaya Jumlah Satuan (Rp/ Perbulan
(Rp/Satuan)
Satuan) (Rp/Bulan)
1 Kerupuk.Rasa Ikan (Mentah) 10 Kg 21.000 210.000 2.520.000
2 Kerupuk.Rasa Bawang (Mentah) 10 Kg 18.000 180.000 2.160.000
3 Minyak Tanah 5 Liter 6.000 30.000 240.000
4 Minyak Goreng 20 Liter 265.000 265.000 795.000
5 Upah Tenaga kerja 7 Orang 10.000 70.000 840.000
6 Kemasan Kerupuk Rasa Ikan 1 Kg 280.000 280.000 560.000
7 Kemasan Kerupuk Rasa Bawang 1 Kg 35.000 35.000 70.000
Jumlah 1.070.000 7.185.000
Sumber : Data diolah 2021
Berdasarkan Tabel 1 diketahui, biaya variabel yang dikeluarkan oleh industri Aliva Kerupuk selama 12 kali
produksi dalam sebulan adalah sebesar Rp. 7.185.000/bulan, sudah termasuk pembelian bahan baku kerupuk mentah
rasa ikan sebesar Rp. 2.520.000/bulan, dan kerupuk mentah rasa bawang sebesar Rp.2.160.000/bulan, pembelian
bahan bakar minyak goreng sebesar Rp.795.000 dan minyak tanah sebesar Rp. 240.000, biaya untuk tenaga kerja
sebesar Rp. 840.000, serta pembelian kemasan kerupuk rasa ikan sebesar Rp. 560.000 dan kemasan kerupuk rasa
bawang sebesar Rp. 70.000.
2) Biaya Tetap (Fixed Cost)
Biaya tetap yaitu biaya yang besarannya tidak tergantung kepada perubahan jumlah barang atau jasa yang
dihasilkan yang memiliki sifat tidak berubah. Biaya tetap industri Aliva Kerupuk hanyalah penyusutan, sedangkan
pajak usaha belum ada. Penyusutan diperoleh dari umur ekonomis alat-alat produksi yang digunakan oleh industry
Aliva Kerupuk. Apabila nilai ekonomis dari setiap peralatan yang digunakan dalam produksi kerupuk di industri Aliva
Kerupuk diketahui, maka penyusutan dapat dihitung menggunakan metode garis lurus, yakni nilai awal peralatan dibagi
dengan umur ekonomisnya. Nilai awal diperoleh dari biaya pembelian peralatan, sedangkan umur ekonomis dihitung
dari masa peralatan masih menguntungkan (Baridawan, 2010). lebih jelasnya terkait penyusutan biaya tetap dilihat pada
Tabel 2 berikut.
Tabel 2. Biaya Tetap pada Industri Aliva Kerupuk Desa Dongkala Kecamatan Pasarwajo Kabupaten Buton

No Uraian Jumlah arga (Rp/Uni t Total Harga Umur Penyusutan


(unit) (Rp) Ekonomis (Rp/Bln)
(Bulan)
1 Kompor Besar 1 550.000 550.000 72 7.500
2 Kompor Kecil 1 100.000 100.000 72 1.500
3 Wajan Besar 1 300.000 300.000 72 5.000
4 Wajan Kecil 1 50.000 50.000 72 1.000
5 Serokan 1 40.000 40.000 24 2.000
6 Bakul Nasi Besar 2 30.000 60.000 24 9.000
7 Mesin Pres 2 350.000 700.000 48 15.000
Jumlah 41.000

Sumber : Data diolah 2021

5
P ISSN: 2527- Media
8479 Agribisnis Volume 5

Berdasarkan Tabel diatas diketahui biaya penyusutan Aliva Kerupuk sebesar Rp. 41.000/bulan termasuk
nilai penyusutan kompor besar sebesar Rp. 7.500/bulan dengan umur ekonomis 72 bulan, nilai penyusutan kompor
kecil sebesar Rp. 1.500/bulan dengan umur ekonomis 72 bulan, nilai penyusutan wajan besar sebesar Rp. 5.000/bulan
dengan umur ekonomis 72 bulan, nilai penyusutan wajan kecil sebesar Rp. 1.000/bulan dengan umur ekonomis 72 bulan,
nilai penyusutan serokan sebesar Rp. 2.000/bulan dengan umur ekonomis 24 bulan, nilai penyusutan bakul nasi besar
sebesar Rp. 9.000/bulan dengan umur ekonomis 24 bulan, nilai penyusutan mesin press sebesar Rp. 15.000/bulan
dengan umur ekonomis 48 bulan. Biaya penyusutan peralatan industri Aliva Kerupuk dipengaruhi oleh pola penggunaan
umur ekonomis alat -alat, yaitu dari cara penggunaan dan umur. Artinya semakin besar penggunaan dan umur ekonomisnya,
semakin rendah biaya penyusutannya, sebaliknya semakin kecil penggunaan dan umur ekonomisya, semakin tinggi
biaya penyusutan
Total biaya produksi yaitu hasil dari penjumlahan biaya variabel dan biaya tetap yang dikeluarkan oleh suatu usaha
dalam setiap bulannya. Adapun total biaya produksi yang digunakan oleh industri Aliva Kerupuk selam sebulan dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3. Biaya Total Produksi yang digunakan Aliva Kerupuk Desa Dongkala Kecamatan Pasarwajo
Kabupaten Buton
Jumlah (Rp/bulan) Presentase
No Biaya Produksi (%)
1 Biaya Variabel 7.185.000 83,40
2 Biaya Tetap 41.000 16.60
3 Biaya Total 7.226.000 100
Sumber : Data diolah 2021
Berdasarkan Tabel 3 diketahui biaya tetap yang dikeluarkan oleh Aliva Kerupuk adalah sebesar Rp. 41.000/bulan
dan biaya variabel sebesar Rp. 7.185.000/bulan, adapun kedua biaya yang tertinggi adalah biaya variabel akibat tingginya
pembelian bahan baku. Selanjutnya biaya total produksi sebesar Rp. 7.226.000/bulan diperoleh dari penjumlahan antara
biaya tetap dengan biaya variabel yang dikeluarkan setiap bulannya oleh industri Aliva Kerupuk.
c. Penerimamaan
Penerimaan yaitu perkalian antara harga produk dan jumlah produksi yang disepakati bersama produsen dan
konsumen (Suratiyah, 2015). Tujujan dari penerimaan yaitu agar mengetahui besarnya penerimaan yang didapatkan
dalam usaha industri aliva kerupuk setiap bulannya. Penerimaan yang didapatkan oleh industri Aliva Kerupuk diperoleh dari
jumlah produk yang berhasil dijual baik dari kerupuk rasa ikan maupun kerupuk rasa bawang. Adapun total penerimaan yang
diperoleh Aliva Kerupuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4. Penerimaan industri Aliva Kerupuk Desa Dongkala Kecamatan Pasarwajo Kabupaten Buton
Jumlah Produksi (Kg) Harga Penerimaan
No (Rp/
Nama Produk Kg/Hari Kg/Bulan (Rp/Hari) (Rp/Bulan)
Satuan)
1 Kerupuk Rasa Bawang 23 276 20.000 460.000 5.520.000
2 Kerupuk Rasa Ikan 36 432 20.000 720.000 8.640.000
Jumlah 59 708 1.180.000 14.160.000
Sumber : Data diolah 2021
Berdasarkan Tabel 4 diatas ada dua jenis kerupuk yang diproduksi Aliva Kerupuk yaitu kerupuk rasa bawang
sebanyak 23 Kg atau 460 bungkus dan kerupuk rasa ikan sebanyak 36 Kg atau 720 bungkus, dengan harga jual Rp.
20.000/Kg, sedangkan harga dalam bungkusan kecil yang dijual oleh Aliva Kerupuk seharga Rp, 1.000/bungkus. Dalam
satu hari produksi Aliva Kerupuk rata-rata memproduksi 59 Kg kerupuk sedangkan

5
P ISSN: 2527- Media
8479 Agribisnis Volume 5

penerimaan rata-rata produksi Aliva Kerupuk per bulan adalah sebesar Rp. 14.160.000/bulan dengan rata-rata penerimaan
per harinya adalah sebesar Rp. 1.180.000/hari.
d. Pendapatan
Pendapatan yang diperoleh Industri Aliva Kerupuk adalah selisih antara seluruh biaya yang dikeluarkan dengan
seluruh penerimaan yang didapatkan dalam proses produksi dalam jangka waktu satu bulan. Adapun pendapatan yang
diperoleh industri Aliva Kerupuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5. Pendapatan industri Aliva Kerupuk Desa Dongkala Kecamatan Pasarwajo Kabupaten Buton
No Uraian Jumlah (Rp/bulan)
1 Penerimaan 14.160.000
2 Biaya Total Produksi 7.226.000
3 Pendapatan 6.934.000
Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa pendapatan yang diperoleh industri Aliva Kerupuk adalah sebesar Rp.
6.934.000/bulan, total penerimaan per bulan dari proses produksi sebesar Rp. 14.160.000/bulan adalah biaya tertinggi, dan
biaya terendah adalah biaya total selama satu bulan dari proses produksi sebesar Rp. 7.226.000/bulan.
e. R/C Rasio
R/C Rasio adalah untuk membandingkan penerimaan (TR) dengan total biaya (TC) guna menentukan kerugian,
titik impas, dan keuntungan usaha industry Aliva Kerupuk dalam satu bulan produksi. Untuk memperoleh nilai R/C
Rasio pada usaha industry Aliva Kerupuk maka dapat dilakukan dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut:
𝑝𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛
R/C 𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 = Total biaya
14.160 .000
R/C 𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 = 7.226.000

= 1.96.
Berdasarkan perhitungan diatas, R/C Rasio yang diperoleh industri Aliva Kerupuk di Desa Dongkala Kecamatan
Pasarwajo Kabupaten Buton sebesar 1.96 artinya setiap pengeluaran Rp. 1.000 akan mendapatkan penerimaan sejumlah Rp.
1.960. Hasil perhitungan rasio penerimaan atas biaya (R/C rasio) yang diperoleh sebesar 1.96 lebih besar dari 1 (R/C
> 1) ini berarti industri Aliva kerupuk menguntungkan atau layak untuk dikembangka..
4. Kesimpulan
Kesimpulan pada penelitian ini yaitu 1) Pendapatan yang diperoleh industri Aliva Kerupuk Desa Dongkala
Kecamatan Pasarwajo Kabupaten Buton adalah sebesar Rp. 6.934.000/bulan. 2) R/C Rasio yang diperoleh industri Aliva
Kerupuk Desa Dongkala Kecamatan Pasarwajo Kabupaten Buton sebesar 1.96 dimana nilai tersebut lebih besar dari 1 (R/C
> 1) ini berarti industri Aliva kerupuk menguntungkan atau layak untuk dikembangkan.
Daftar Pustaka
Bakrie, A. 2004. Merebut Hati Rakyat.Jakarta: PT Primamedia Pustaka.
Baridwan, Z. 2010. Sistem Akuntansi Penyusunan Prosedural dan Metode. Edisi 5. Yogyakarta: BPPE
Edy S, Imran T. 2019. Analisis Kelayakan Industri Tahu di Desa Kancina Kecamatan Pasarwajo Kabupaten Buton (Studi
Kasus pada IKM DWI BERKAH). Jurnal Media Agribisnis, 3:58-61.

5
P ISSN: 2527- Media
8479 Agribisnis Volume 5

Muhammad Nasaruddin, satria Putra Utama, Apri Andani 2015 Nilai Tambah pengolahan Daging Sapi Menjadi Bakso pada
Usaha Al Hasanah di Kelurahan Rimbo Kedui Kecaman Seluma Selatan, Jurnal Agrisep 2015
Muzizat Akbarrizki, Rosa Zulfikhar 2020. Analisis Pendapatan Usaha Dagang Kedai Kopi “Strong Coffee” Dalam Masa
Pandemi Covid-19 Di Surakarta. Jurnal pengembangan penyuluhan pertanian. Volume 17 (32), Desember 2020 :
106-120.
Kotler, P. 2006. Manajemen Pemasaran. Jilid 1. Edisi Kesebelas. PT. indeks. Jakarta
Santoso TS. 2008. Analisis Finansial Usaha Kerupuk. (Studi Kasus; Kerupuk Suka Asih (SKS) di Pondok Labu, Jakarta
Selatan) [skripsi]. Jakarta: Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Siska Salatan Vicoria A.N. Manappo, Suria Darwisito 2018 Analisis tingkat pendaatan masyarakat nelayan soma pajeko di
Kecamatan Salibabu Kabupaten Kepulauan Talaud Sulawesi Utara. Akulturasi jurnal ilmiah agrobisnis
perikanan.
Soekartawi. 2006. Pembangunan Pertanian. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada Suratiyah.
2006. Ilmu Usahatani. Jakarta: Penebar Swadaya
Wilson. 2007. Teori dan Analisis Biaya. Penerbit Grafindo. Jakarta

You might also like