Penyuluhan Nutrisi Pada Ibu Hamil Untuk Mencegah Dan Menanggulangi Anemia Gizi Besi Melalui Komunikasi Interpersonal
Penyuluhan Nutrisi Pada Ibu Hamil Untuk Mencegah Dan Menanggulangi Anemia Gizi Besi Melalui Komunikasi Interpersonal
Penyuluhan Nutrisi Pada Ibu Hamil Untuk Mencegah Dan Menanggulangi Anemia Gizi Besi Melalui Komunikasi Interpersonal
ABSTRACT
NUTRITION COUNSELING TO PREGNANT WOMEN TO PREVENT AND MEDICATE
IRON ANEMIA THROUGH INTERPERSONAL COMMUNICATION. Iron deficiency
anemia pregnant women, due to iron deficiency in the body, results in miscarriage,
premature birth, low birth weight, susceptible to infection, bleeding during childbirth
which resulting in death and intelligence disorders in children. One of the causes of the
high incidence of anemia is lack of knowledge of pregnant women about iron defecency
anemia, nutritional sources of iron, higher iron nutrition needs during pregnancy, reluctant
to consume iron tablets. The aim of the service is to increase the understanding of pregnant
women about the nutrition of iron sources, iron needs, iron tablets and factors that facilitate
and inhibit iron absorption in the body. The method used is to provide counseling to
anemic pregnant women, through interpersonal communication. The results of the
activities before counseling obtained knowledge of Iron deficiency anemia and knowledge
of nutrient sources of iron, knowledge of iron tablets in the low category. After being given
interpersonal counseling, participants 'knowledge increased to a good category, marked
by an increase in participants' hemoglobin after 20 days after counseling. Conclusion
Interpersonal counseling methods is one way to overcome and prevent iron nutritional
anemia. Suggestions for increasing knowledge and changing behavior will be more
effectively conveyed through interpersonal communication.
Suggested citation:
Agustina., Kusumastuti, R. D., & Permatasari, P. (2020). Penyuluhan nutrisi pada ibu hamil untuk
mencegah dan menanggulangi anemia gizi besi melalui komunikasi interpersonal. Jurnal
Pengabdian Pada Masyarakat, 5(2), 458-468. https://doi.org/10.30653/002.202052.285
1Corresponding Author: Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta; Jl. RS Fatmawati No. 1, Pondok
Labu, Jaksel, DKI Jakarta, Indonesia; Email: [email protected]
458
JURNAL PENGABDIAN PADA MASYARAKAT, 5(2), 2020, pp. 458-468 | 459
PENDAHULUAN
Kehamilan merupakan peristiwa alamiah dalam siklus kehidupan setiap
perempuan yang telah menikah, yang dalam prosesnya sering terjadi masalah, terutama
masalah kesehatan. Permasalahan umum terjadi pada ibu hamil adalah anemia gizi
besi. Anemia pada ibu hamil merupakan kondisi dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam
sel darah merah kurang dari 11 gr/dl. Sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat. Hasil Riset Kesehatan Dasar menunjukkan terjadi peningkatan persentase
dari tahun 2013, sebesar 37,1%, menjadi 48,9% pada tahun 2018 (Kemenkes RI 2018).
Tingginya kejadian anemia pada ibu hamil, secara tidak langsung akibat dari kurangnya
intake nutrisi sumber zat besi, kebutuhan zat besi yang meningkat selama hamil,
enggannya ibu hamil mengkonsumsi tablet tambah darah, dan pengetahuan anemia
gizi besi yang rendah. Berdasarkan hasil penelitian Agustina dkk (2015) di Puskesmas
Kecamatan Pasar Minggu, menunjukkan hubungan yang bermakna antara
pengetahuan responden dengan tingkat keparahan anemia gizi besi. Semakin rendah
pengetahuan, maka semakin parah derajad anemia.
Ibu hamil yang mengalami anemia akan berakibat buruk bagi kesehatan ibu dan
janin, yaitu keguguran, perdarahan saat melahirkan, berat badan lahir rendah (BBLR),
mudah terkena infeksi, bayi lahir premature, gangguan kecerdasan, dan kematian
(Saifuddin, 2014). Anemia sering kali disebabkan oleh kurangnya kandungan zat besi
dalam makanan, parasit di dalam tubuh, mengkonsumsi zat yang menghambat
penyerapan zat besi sebelum, saat dan sesudah makan, seperti tannin yang terdapat
pada teh.
Zat besi merupakan mineral yang dibutuhkan tubuh untuk pembentukan sel darah
merah, berperan sebagai salah satu komponen dalam membentuk mioglobin (protein
yang membawa oksigen ke otot), kolagen (protein pada tulang, tulang rawan, dan
jaringan penyambung), serta enzim. Selain itu zat besi juga berfungsi dalam sistem
pertahanan tubuh, dan pertumbuhan janin.
Asupan zat besi selama kehamilan dibutukan lebih banyak, karena terjadi
peningkatan volume darah dalam tubuh ibu, untuk pertumbuhan janin, pembentukan
plasenta dan payudara serta untuk kebutuhan eritosit. Zat besi juga berfungsi
menyuplai makanan dan oksigen pada janin (Saifuddin, 2014). Asupan zat besi didapat
dari makanan yang dikonsumsi setiap hari, berbentuk Heme dan non- heme. Heme
berasal dari bahan makanan hewani seperti daging unggas, daging merah, dan ikan
serta telur. Non-heme terdapat dalam bahan makanan nabati seperti kentang, sayuran
berdaun hijau, biji-bijian seperti wijen, dan buah-buahan kering. Zat besi heme lebih
mudah diserap tubuh dibandingkan zat besi non-heme (Bakta,et al., 2015) Penyerapan
juga akan lebih mudah jika makanan yang mengandung zat besi dikonsumsi dengan
buah dan sayur yang banyak mengandung vitamin C, .dan dapat dihambat oleh tannin
yang terdapat dalam teh dan kopi (Sudargo, 2018)
Hasil penelitian Agustina dkk (2015) di Puskesmas Pasar Minggu, menyarankan
perlunya penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang anemia gizi
besi, yaitu pengertian anemia, penyebab anemia gizi besi, tanda dan gejala anemia,
akibat anemia pada ibu dan janin, cara pencegahan dan mengatasi terjadinya anemia
gizi besi. Selain itu diperlukan pengetahuan tentang nutrisi sumber zat besi, faktor yang
mempermudah dan menghambat penyerapan zat besi.
460 | Agustina, Retno Dyah Kusumastuti, Putri Permatasari
METODE
calon peserta penyuluhan, 3) ibu hamil anemia yang bersedia dan ada waktu untuk
disuluh dijadikan peserta. 4) menentukan jadwal pemberian penyuluhan berdasarkan
kesepakatan antara pihak Puskesmas, peserta dan penyuluh; 5) menyusun satuan
penyuluhan.
Materi penyuluhan, berisi pengertian anemia, penyebab anemia, gejala anemia,
akibat anemia pada ibu dan janin, cara mencegah dan mengatasi anemia, nutrisi sumber
zat besi, faktor yang mempermudah dan menghambat penyerapan zat besi. 6)
menyiapkan media penyuluhan berupa media asli berupa hati ayam, telur, sebagai
sumber protein hewani yang mengandung zat besi, ubi merah sebagai sumber
karbohidrat. tempe, tahu, sayuran (brokoli, buncis, bayam, kangkung, kacang panjang
dan buncis) serta buah (jeruk dan apel). Seluruh bahan makanan ditata dalam wadah
berupa keranjang buah. Selain itu disediakan leaflet.
Pada tahap pelaksanaan bahan makanan yang telah disediakan sebagai media,
ditata diletakkan di atas meja, yang dilengkapi dengan tiga kursi, untuk peserta.
Sebelum diberi penyuluhan, penyuluh mengadakan wawancara dengan peserta untuk
memperoleh data dasar yaitu umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, usia nikah dan usia
waktu hamil saat ini, dan paritas. Kemudian bersama petugas Puskesmas melakukan
observasi tentang kondisi fisik peserta, yaitu menimbang berat badan dan mengukur
tinggi badan peserta, mengukur tekanan darah, melihat sklera mata dan tampilan wajah
serta telapak tangan peserta, apakah terlihat pucat atau tidak, sebagai tanda-tanda
anemia, dan mengecek hasil pemeriksaan darah.
Setelah mengobservasi kondisi fisik peserta, dilakukan pre-test terkait dengan
pengetahuan tentang anemia, nutrisi sumber zat besi, dan faktor yang menghambat dan
mempermudah penyerapan zat besi.
Pertanyaan yang diajukan oleh penyuluh berjumlah 10 poin, yang terdiri dari lima
pertanyaan tentang pengetahuan anemia gizi besi dan lima pertanyaan lainnya tentang
pengetahuan terkait nutrisi dan zat besi. Lima pertanyaan pertama adalah: (1)
Pengetahuan ibu tentang istilah anemia; (2) pengetahuan tentang tanda dan gejala
anemia gizi besi; (3) pengetahuan tentang penyebab anemia gizi besi; (4) pengetahuan
tentang akibat anemia gizi besi; dan (5) pengetahuan tentang cara pencegahan anemia
gizi besi. Adapun lima pertanyaan yang lain adalah pengetahuan terkait nutrisi sebagai
sumber zat besi, yang meliputi: 1) Pengetahuan tentang manfaat zat besi; 2) sumber zat
besi dalam makanan, 3) fungsi lauk pauk, sayur dan buah dalam makanan, 4).faktor
462 | Agustina, Retno Dyah Kusumastuti, Putri Permatasari
yang mempermudah penyerapan zat besi dan 5) faktor penghambat penyerapan zat
besi dalam tubuh.
Setelah dilakukan pre-test peserta diberikan penyuluhan oleh tim pengabdi dengan
pendekatan interpersonal secara tatap muka, waktu yang dibutuhkan setiap peserta
lebih kurang 30-40 menit. Setelah penyuluhan diadakan diskusi, dengan menanyakan
kembali materi yang telah diberikan, hal ini untuk melihat penyerapan penyuluhan
yang diberikan (post-test). Setelah 20 hari, ketika peserta kembali melakukan
pemeriksaan kehamilan, dilakukan evaluasi dengan mengecek hasil pemeriksaan
hemoglobin pada catatan (status) peserta.
Deskripsi Peserta
Usia
Usia yang beresiko terjadi gangguan kehamilan yaitu umur < 20 tahun dan > 35
tahun. Hasil wawancara melalui komunikasi interpersonal menggambarkan bahwa
dari 20 peserta yang disuluh, enam peserta (30%) menikah dini atau usia nikah kurang
dari 20 tahun. Pada umur ini secara fisik kondisi rahim dan rongga panggul dalam
proses berkembang, organ reproduksi dan sel telur yang dimiliki belum siap untuk
dibuahi. Hal ini beresiko mengalami gangguan pada saat kehamilan, mengakibatkan
kesakitan dan kematian pada ibu dan janin. Selain itu juga menghambat pertumbuhan
dan perkembangan sistem reproduksi, dan resiko terjadi kanker serviks, (Saifuddin,
2014). Secara mental ibu pada usia ini belum siap untuk menerima perubahan tubuh
yang terjadi selama hamil, belum siap menjalankan peran sebagai ibu dan menghadapi
masalah-masalah rumah tangga, sehingga janin yang dikandungnya akan menjadi anak
yang tidak diharapkan. Semua ini berakibat buruk terhadap perkembangan jiwa anak.
JURNAL PENGABDIAN PADA MASYARAKAT, 5(2), 2020, pp. 458-468 | 463
(Sibagariang, Pusmaka, & Rismalinda, 2010). Sedangkan bila kehamilan usia di atas 35
tahun, kesehatan sistem reproduksi sudah mulai menurun, kualitas sel telur pun sudah
berkurang, yang dapat mengakibatkan keguguran dan preeklamsia (Saifuddin, 2014).
Makin lanjut usia hamil, besar kemungkinan terjadinya perdarahan antepartum dan
arteriosclerosis (Muchtar, 2012).
Pendidikan
Hasil wawancara terhadap 20 peserta diketahui bahwa ada lima orang (25%)
berpendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan seorang berpendidikan sarjana,
selebihnya mempunyai tingkat pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA). Dalam
pemberian penyuluhan kepada peserta, penyuluh lebih mudah menyampaikan materi
kepada peserta yang berpendidikan tinggi . Dalam pengabdian ini hanya satu orang
yang mempunyai tingkat pendidikan sarjana. Tingkat pendidikan sangat berkaitan
dengan cara penerimaan materi. Pengabdi menemukan kemudahan penyampaian
pesan, terutama tentang waktu yang digunakan lebih singkat, dan tingkat penyerapan
lebih cepat dibandingkan dengan peserta berpendidikan SMP. Strategi yang digunakan
dalam penyuluhan dengan menggunakan komunikasi interpersonal, dengan
komunikasi ini penyuluh dapat menggali tingkat kemampuan peserta, dan
mendengarkan keluhan-keluhannya, yang mempengaruhi kesehatan kehamilan.
Di antara lima orang yang mempunyai pendidikan rendah, satu orang
membutuhkan waktu wawancara hingga satu jam karena selain mendengarkan
penjelasan materi oleh penyuluh, peserta tersebut juga menceritakan keluhan-keluhan
selama hamil dan permasalahan keluarga yang dihadapinya yang mempengaruhi
kondisi kesehatan kehamilan. Kontak mata dan menjadi pendengar yang baik serta
sikap empati penyuluh, merupakan dasar untuk menciptakan keterbukaan dari peserta.
Selain itu Intonasi dan volume suara membuat sikap hangat hubungan dengan peserta.
Jadi penyuluhan dengan menggunakan komunikasi interpersonal secara tatap muka
sangat efektif untuk menjalin saling percaya dan menggali akar masalah kesehatan,
serta informasi yang dibutuhkan berbeda disetiap peserta.
Pekerjaan
Dari hasil wawancara didapatkan dua orang ibu bekerja (10%), sedangkan
selebihnya adalah ibu rumah tangga. Ibu hamil yang bekerja berarti mempunyai
penghasilan untuk membantu suami dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari. Namun
bekerja dapat menimbulkan kelelahan baik fisik maupun mental. Kondisi lelah dapat
menurunkan nafsu makan, jumlah dan kualitas nutrisi yang di konsumsi tidak sesuai
dengan kebutuhan tubuh, begitu juga jenis makanan seperti sayuran, buah-buahan,
daging, dan susu, tidak terpenuhi, hal ini salah satu penyebab terjadinya anemia gizi
besi. Ibu rumah tangga yang tidak bekerja hanya melakukan aktifitas mengurus rumah
tangga, mempunyai lebih banyak waktu dan dapat rutin melakukan kunjungan ke
Puskesmas untuk memeriksakan kehamilannya, sehingga meringankan derajat
keparahan anemia defisiensi besi (Agustina dkk, 2015).
Paritas
Paritas (kelahiran hidup) merupakan salah satu penyebab tidak langsung terjadinya
perdarahan antepartum, bila paritas tinggi (anak lebih dari tiga) maka perdarahan pada
464 | Agustina, Retno Dyah Kusumastuti, Putri Permatasari
Efek dari penyuluhan yaitu terjadi peningkatan hemoglobin, setelah 20 hari pasca
penyuluhan. Peningkatan hemoglobin peserta dapat dilihat pada Table 3.
Tabel 3. Hemoglobin peserta sebelum dan sesudah penyuluhan
JURNAL PENGABDIAN PADA MASYARAKAT, 5(2), 2020, pp. 458-468 | 467
SIMPULAN
REFERENSI
Agustina. (2015). Peran kepala keluarga dalam mengatasi derajad keparahan anemia
defisiensi besi pada ibu hamil. In Prosiding hasil Penelitian UPN”Veteran” Jakarta,
Volume 1 Nomor 2, Edisi Mei 2015.
Arikunto, S. (2010). Prosedur penelitian: Suatu pendekatan praktik. Edisi rRevisi. Jakarta:
Rineka Cipta.
Bakta, I. M., Suega, K., & Dharmayuda, T. G. (2015). Anemia defisiensi besi. In Sudoyo
et al (Eds.), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam UI. Jakarta: Interna Publishing.
DeVito, J. A. (2009). The interpersonal communication book. New York: Hunter College of
the City University of New York.
Departemen Kesehatan RI. (2010). Asuhan kebidanan antenatal. Jakarta: Depkes RI.
Kemenkes RI. (2013). Hasil riset kesehatan dasar 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI.
Kemenkes RI. (2018). Hasil riset kesehatan dasar 2018. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI.
Mochtar R (2012). Sinopsis obstetri: Obstetri operatif dan obstetri sosial Jilid 2. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Notoatmodjo, S. (2003). Ilmu kesehatan masyarakat prinsip-prinsip dasar. Jakarta:
Rineka Cipta.
Notoatmojo, S. (2007). Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
Putri, R. D., Simanjuntak, B. Y., & Kusdalinah, K. (2017). Pengetahuan gizi, pola makan,
dan kepatuhan konsumsi tablet tambah darah dengan kejadian anemia remaja
putri. Jurnal Kesehatan, 8(3), 404-409.
Saifuddin, A. B. (2008) Ilmu kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo.
Saifuddin, A. B. (2014). Ilmu kebidanan, pembuahan, nidasi, plasentasi. Edisi Keempat.
Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
468 | Agustina, Retno Dyah Kusumastuti, Putri Permatasari
This is an open access article distributed under the terms of the Creative Commons
Attribution 4.0 International License, which permits unrestricted use, distribution, and
reproduction in any medium, provided the original work is properly cited.
© 2020 Agustina, Retno Dyah Kusumastuti, Putri Permatasari.
Published by LP3M of Universitas Mathla’ul Anwar Banten in collaboration with the Asosiasi Jurnal
Pengabdian Kepada Masyarakat (AJPKM)