Penyuluhan Nutrisi Pada Ibu Hamil Untuk Mencegah Dan Menanggulangi Anemia Gizi Besi Melalui Komunikasi Interpersonal

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

JURNAL PENGABDIAN PADA MASYARAKAT

ISSN 2540-8739 (print) | ISSN 2540-8747 (online)


http://ppm.ejournal.id

Vol. 5, No. 2, 2020 DOI: 10.30653/002.202052.285

Penyuluhan Nutrisi pada Ibu Hamil untuk


Mencegah dan Menanggulangi Anemia Gizi Besi
melalui Komunikasi Interpersonal
Agustina1, Retno Dyah Kusumastuti2, Putri Permatasari2
1, 2 Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta, Indonesia

ABSTRACT
NUTRITION COUNSELING TO PREGNANT WOMEN TO PREVENT AND MEDICATE
IRON ANEMIA THROUGH INTERPERSONAL COMMUNICATION. Iron deficiency
anemia pregnant women, due to iron deficiency in the body, results in miscarriage,
premature birth, low birth weight, susceptible to infection, bleeding during childbirth
which resulting in death and intelligence disorders in children. One of the causes of the
high incidence of anemia is lack of knowledge of pregnant women about iron defecency
anemia, nutritional sources of iron, higher iron nutrition needs during pregnancy, reluctant
to consume iron tablets. The aim of the service is to increase the understanding of pregnant
women about the nutrition of iron sources, iron needs, iron tablets and factors that facilitate
and inhibit iron absorption in the body. The method used is to provide counseling to
anemic pregnant women, through interpersonal communication. The results of the
activities before counseling obtained knowledge of Iron deficiency anemia and knowledge
of nutrient sources of iron, knowledge of iron tablets in the low category. After being given
interpersonal counseling, participants 'knowledge increased to a good category, marked
by an increase in participants' hemoglobin after 20 days after counseling. Conclusion
Interpersonal counseling methods is one way to overcome and prevent iron nutritional
anemia. Suggestions for increasing knowledge and changing behavior will be more
effectively conveyed through interpersonal communication.

Keywords: Interpersonal Communication, Iron Deficiency Anemia, Pregnant Women.


Received: Revised: Accepted: Available online:
15.10.2019 02.12.2019 10.04.2020 19.05.2020

Suggested citation:
Agustina., Kusumastuti, R. D., & Permatasari, P. (2020). Penyuluhan nutrisi pada ibu hamil untuk
mencegah dan menanggulangi anemia gizi besi melalui komunikasi interpersonal. Jurnal
Pengabdian Pada Masyarakat, 5(2), 458-468. https://doi.org/10.30653/002.202052.285

Open Access | URL: http://ppm.ejournal.id/index.php/pengabdian/article/view/285

1Corresponding Author: Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta; Jl. RS Fatmawati No. 1, Pondok
Labu, Jaksel, DKI Jakarta, Indonesia; Email: [email protected]

458
JURNAL PENGABDIAN PADA MASYARAKAT, 5(2), 2020, pp. 458-468 | 459

PENDAHULUAN
Kehamilan merupakan peristiwa alamiah dalam siklus kehidupan setiap
perempuan yang telah menikah, yang dalam prosesnya sering terjadi masalah, terutama
masalah kesehatan. Permasalahan umum terjadi pada ibu hamil adalah anemia gizi
besi. Anemia pada ibu hamil merupakan kondisi dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam
sel darah merah kurang dari 11 gr/dl. Sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat. Hasil Riset Kesehatan Dasar menunjukkan terjadi peningkatan persentase
dari tahun 2013, sebesar 37,1%, menjadi 48,9% pada tahun 2018 (Kemenkes RI 2018).
Tingginya kejadian anemia pada ibu hamil, secara tidak langsung akibat dari kurangnya
intake nutrisi sumber zat besi, kebutuhan zat besi yang meningkat selama hamil,
enggannya ibu hamil mengkonsumsi tablet tambah darah, dan pengetahuan anemia
gizi besi yang rendah. Berdasarkan hasil penelitian Agustina dkk (2015) di Puskesmas
Kecamatan Pasar Minggu, menunjukkan hubungan yang bermakna antara
pengetahuan responden dengan tingkat keparahan anemia gizi besi. Semakin rendah
pengetahuan, maka semakin parah derajad anemia.
Ibu hamil yang mengalami anemia akan berakibat buruk bagi kesehatan ibu dan
janin, yaitu keguguran, perdarahan saat melahirkan, berat badan lahir rendah (BBLR),
mudah terkena infeksi, bayi lahir premature, gangguan kecerdasan, dan kematian
(Saifuddin, 2014). Anemia sering kali disebabkan oleh kurangnya kandungan zat besi
dalam makanan, parasit di dalam tubuh, mengkonsumsi zat yang menghambat
penyerapan zat besi sebelum, saat dan sesudah makan, seperti tannin yang terdapat
pada teh.
Zat besi merupakan mineral yang dibutuhkan tubuh untuk pembentukan sel darah
merah, berperan sebagai salah satu komponen dalam membentuk mioglobin (protein
yang membawa oksigen ke otot), kolagen (protein pada tulang, tulang rawan, dan
jaringan penyambung), serta enzim. Selain itu zat besi juga berfungsi dalam sistem
pertahanan tubuh, dan pertumbuhan janin.
Asupan zat besi selama kehamilan dibutukan lebih banyak, karena terjadi
peningkatan volume darah dalam tubuh ibu, untuk pertumbuhan janin, pembentukan
plasenta dan payudara serta untuk kebutuhan eritosit. Zat besi juga berfungsi
menyuplai makanan dan oksigen pada janin (Saifuddin, 2014). Asupan zat besi didapat
dari makanan yang dikonsumsi setiap hari, berbentuk Heme dan non- heme. Heme
berasal dari bahan makanan hewani seperti daging unggas, daging merah, dan ikan
serta telur. Non-heme terdapat dalam bahan makanan nabati seperti kentang, sayuran
berdaun hijau, biji-bijian seperti wijen, dan buah-buahan kering. Zat besi heme lebih
mudah diserap tubuh dibandingkan zat besi non-heme (Bakta,et al., 2015) Penyerapan
juga akan lebih mudah jika makanan yang mengandung zat besi dikonsumsi dengan
buah dan sayur yang banyak mengandung vitamin C, .dan dapat dihambat oleh tannin
yang terdapat dalam teh dan kopi (Sudargo, 2018)
Hasil penelitian Agustina dkk (2015) di Puskesmas Pasar Minggu, menyarankan
perlunya penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang anemia gizi
besi, yaitu pengertian anemia, penyebab anemia gizi besi, tanda dan gejala anemia,
akibat anemia pada ibu dan janin, cara pencegahan dan mengatasi terjadinya anemia
gizi besi. Selain itu diperlukan pengetahuan tentang nutrisi sumber zat besi, faktor yang
mempermudah dan menghambat penyerapan zat besi.
460 | Agustina, Retno Dyah Kusumastuti, Putri Permatasari

Penyuluhan kesehatan merupakan salah satu metode dalam pendidikan kesehatan


untuk meningkatkan pengetahuan. Pembentukan pengetahuan pada manusia terjadi
setelah melalui pengindraan panca indra manusia. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh dari mata dan telinga (Notoadmodjo 2007). Menurut Arikunto (2010)
hasil pengukuran pengetahuan dibagi dalam tiga kategori, yaitu kategori baik apabila
skor diperoleh (76-100%), kategori cukup (56-75%), dan kategori rendah (<56%). Faktor-
faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah pengalaman, tingkat pendidikan,
umur, pekerjaan, informasi dan kepercayaan (Notoadmodjo,2007).
Oleh karena itu kegiatan pengabdian ini akan melakukan penyuluhan kesehatan
kepada ibu hamil dengan pendekatan komunikasi interpersonal, di Puskesmas
Kecamatan Pasar Minggu. DeVito (2009) mendefinisikan komunikasi interpersonal
adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan di antara dua orang atau lebih, secara
formal maupun informal. Mengharuskan pelaku untuk bertatap muka antara dua orang
atau lebih dengan membawakan pesan verbal maupun non verbal, sehingga masing-
masing bisa memahami satu sama lain dan berinteraksi secara efektif. Jadi komunikasi
interpersonal merupakan salah satu cara menjalin hubungan kerja sama antara
penyuluh dengan peserta, dengan bertatap muka, yang memungkinkan setiap
penyuluh menangkap reaksi peserta secara langsung. Dengan komunikasi
interpersonal ini peserta dapat lebih terbuka dan empati, sehingga penyuluhan yang
diberikan dapat dipahami oleh peserta dan dapat menambah pengetahuan yang akan
diterapkan dalam dirinya untuk merubah perilaku.
Tujuan kegiatan pengabdian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman ibu hamil
tentang anemia gizi besi, pemahaman tentang nutrisi yang banyak mengadung zat besi
serta faktor yang menghambat dan mempermudah penyerapan zat besi dalam tubuh.
Secara khusus target kegiatan pengabdian ini yaitu meningkatkan pemahaman ibu
hamil tentang: Pengertian istilah anemia, penyebab anemia gizi besi, tanda&gejala
anemia gizi besi, akibat anemia gizi besi pada ibu dan janin, cara pencegahan dan
mengatasi anemia gizi besi. Selain itu meningkatkan pemahaman ibu hamil tentang
nutrisi sumber zat besi, faktor yang mempermudah dan menghambat penyerapan zat
besi, serta manfaat pemeriksaan hemoglobin.

METODE

Metode pelaksanaan yaitu penyuluhan melalui komunikasi interpersonal secara


tatap muka. Waktu tatap muka 30-40 menit setiap peserta. Kegiatan penyuluhan
dilaksanakan selama 4 hari. Peserta yaitu ibu hamil trimester tiga yang mengalami
anemia gizi besi, berjumlah 20 orang. Tempat pelaksanaan di Puskesmas Kecamatan
Pasar minggu, Jakarta Selatan. Media yang digunakan adalah media asli, berupa bahan
makanan yang banyak mengandung zat besi. berupa lauk hewani dan nabati, sayur
mayur dan buah, sebagai sumber zat besi, yang ditata dalam keranjang buah.
Secara teknis metode pelaksanaan melalui tahapan persiapan, tahapan pelaksanaan
dan tahap evaluasi. Pada tahap persiapan dilakukan hal-hal: 1) Membuat surat ijin ke
Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu; 2) Menentukan ibu hamil sebagai calon peserta
penyuluhan dengan menelusuri hasil pemeriksaan Hemoglobin (Hb) yang tertera
dalam buku pemeriksaan pasien), bila Ibu hamil anemia (Hb < dari 11 gr/dl) menjadi
JURNAL PENGABDIAN PADA MASYARAKAT, 5(2), 2020, pp. 458-468 | 461

calon peserta penyuluhan, 3) ibu hamil anemia yang bersedia dan ada waktu untuk
disuluh dijadikan peserta. 4) menentukan jadwal pemberian penyuluhan berdasarkan
kesepakatan antara pihak Puskesmas, peserta dan penyuluh; 5) menyusun satuan
penyuluhan.
Materi penyuluhan, berisi pengertian anemia, penyebab anemia, gejala anemia,
akibat anemia pada ibu dan janin, cara mencegah dan mengatasi anemia, nutrisi sumber
zat besi, faktor yang mempermudah dan menghambat penyerapan zat besi. 6)
menyiapkan media penyuluhan berupa media asli berupa hati ayam, telur, sebagai
sumber protein hewani yang mengandung zat besi, ubi merah sebagai sumber
karbohidrat. tempe, tahu, sayuran (brokoli, buncis, bayam, kangkung, kacang panjang
dan buncis) serta buah (jeruk dan apel). Seluruh bahan makanan ditata dalam wadah
berupa keranjang buah. Selain itu disediakan leaflet.

Gambar 1. Persiapan dan pelaksanaan penyuluhan

Pada tahap pelaksanaan bahan makanan yang telah disediakan sebagai media,
ditata diletakkan di atas meja, yang dilengkapi dengan tiga kursi, untuk peserta.
Sebelum diberi penyuluhan, penyuluh mengadakan wawancara dengan peserta untuk
memperoleh data dasar yaitu umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, usia nikah dan usia
waktu hamil saat ini, dan paritas. Kemudian bersama petugas Puskesmas melakukan
observasi tentang kondisi fisik peserta, yaitu menimbang berat badan dan mengukur
tinggi badan peserta, mengukur tekanan darah, melihat sklera mata dan tampilan wajah
serta telapak tangan peserta, apakah terlihat pucat atau tidak, sebagai tanda-tanda
anemia, dan mengecek hasil pemeriksaan darah.
Setelah mengobservasi kondisi fisik peserta, dilakukan pre-test terkait dengan
pengetahuan tentang anemia, nutrisi sumber zat besi, dan faktor yang menghambat dan
mempermudah penyerapan zat besi.
Pertanyaan yang diajukan oleh penyuluh berjumlah 10 poin, yang terdiri dari lima
pertanyaan tentang pengetahuan anemia gizi besi dan lima pertanyaan lainnya tentang
pengetahuan terkait nutrisi dan zat besi. Lima pertanyaan pertama adalah: (1)
Pengetahuan ibu tentang istilah anemia; (2) pengetahuan tentang tanda dan gejala
anemia gizi besi; (3) pengetahuan tentang penyebab anemia gizi besi; (4) pengetahuan
tentang akibat anemia gizi besi; dan (5) pengetahuan tentang cara pencegahan anemia
gizi besi. Adapun lima pertanyaan yang lain adalah pengetahuan terkait nutrisi sebagai
sumber zat besi, yang meliputi: 1) Pengetahuan tentang manfaat zat besi; 2) sumber zat
besi dalam makanan, 3) fungsi lauk pauk, sayur dan buah dalam makanan, 4).faktor
462 | Agustina, Retno Dyah Kusumastuti, Putri Permatasari

yang mempermudah penyerapan zat besi dan 5) faktor penghambat penyerapan zat
besi dalam tubuh.
Setelah dilakukan pre-test peserta diberikan penyuluhan oleh tim pengabdi dengan
pendekatan interpersonal secara tatap muka, waktu yang dibutuhkan setiap peserta
lebih kurang 30-40 menit. Setelah penyuluhan diadakan diskusi, dengan menanyakan
kembali materi yang telah diberikan, hal ini untuk melihat penyerapan penyuluhan
yang diberikan (post-test). Setelah 20 hari, ketika peserta kembali melakukan
pemeriksaan kehamilan, dilakukan evaluasi dengan mengecek hasil pemeriksaan
hemoglobin pada catatan (status) peserta.

Gambar 2. Penyuluhan nutrisi sumber zat besi

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Peserta
Usia
Usia yang beresiko terjadi gangguan kehamilan yaitu umur < 20 tahun dan > 35
tahun. Hasil wawancara melalui komunikasi interpersonal menggambarkan bahwa
dari 20 peserta yang disuluh, enam peserta (30%) menikah dini atau usia nikah kurang
dari 20 tahun. Pada umur ini secara fisik kondisi rahim dan rongga panggul dalam
proses berkembang, organ reproduksi dan sel telur yang dimiliki belum siap untuk
dibuahi. Hal ini beresiko mengalami gangguan pada saat kehamilan, mengakibatkan
kesakitan dan kematian pada ibu dan janin. Selain itu juga menghambat pertumbuhan
dan perkembangan sistem reproduksi, dan resiko terjadi kanker serviks, (Saifuddin,
2014). Secara mental ibu pada usia ini belum siap untuk menerima perubahan tubuh
yang terjadi selama hamil, belum siap menjalankan peran sebagai ibu dan menghadapi
masalah-masalah rumah tangga, sehingga janin yang dikandungnya akan menjadi anak
yang tidak diharapkan. Semua ini berakibat buruk terhadap perkembangan jiwa anak.
JURNAL PENGABDIAN PADA MASYARAKAT, 5(2), 2020, pp. 458-468 | 463

(Sibagariang, Pusmaka, & Rismalinda, 2010). Sedangkan bila kehamilan usia di atas 35
tahun, kesehatan sistem reproduksi sudah mulai menurun, kualitas sel telur pun sudah
berkurang, yang dapat mengakibatkan keguguran dan preeklamsia (Saifuddin, 2014).
Makin lanjut usia hamil, besar kemungkinan terjadinya perdarahan antepartum dan
arteriosclerosis (Muchtar, 2012).
Pendidikan
Hasil wawancara terhadap 20 peserta diketahui bahwa ada lima orang (25%)
berpendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan seorang berpendidikan sarjana,
selebihnya mempunyai tingkat pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA). Dalam
pemberian penyuluhan kepada peserta, penyuluh lebih mudah menyampaikan materi
kepada peserta yang berpendidikan tinggi . Dalam pengabdian ini hanya satu orang
yang mempunyai tingkat pendidikan sarjana. Tingkat pendidikan sangat berkaitan
dengan cara penerimaan materi. Pengabdi menemukan kemudahan penyampaian
pesan, terutama tentang waktu yang digunakan lebih singkat, dan tingkat penyerapan
lebih cepat dibandingkan dengan peserta berpendidikan SMP. Strategi yang digunakan
dalam penyuluhan dengan menggunakan komunikasi interpersonal, dengan
komunikasi ini penyuluh dapat menggali tingkat kemampuan peserta, dan
mendengarkan keluhan-keluhannya, yang mempengaruhi kesehatan kehamilan.
Di antara lima orang yang mempunyai pendidikan rendah, satu orang
membutuhkan waktu wawancara hingga satu jam karena selain mendengarkan
penjelasan materi oleh penyuluh, peserta tersebut juga menceritakan keluhan-keluhan
selama hamil dan permasalahan keluarga yang dihadapinya yang mempengaruhi
kondisi kesehatan kehamilan. Kontak mata dan menjadi pendengar yang baik serta
sikap empati penyuluh, merupakan dasar untuk menciptakan keterbukaan dari peserta.
Selain itu Intonasi dan volume suara membuat sikap hangat hubungan dengan peserta.
Jadi penyuluhan dengan menggunakan komunikasi interpersonal secara tatap muka
sangat efektif untuk menjalin saling percaya dan menggali akar masalah kesehatan,
serta informasi yang dibutuhkan berbeda disetiap peserta.
Pekerjaan
Dari hasil wawancara didapatkan dua orang ibu bekerja (10%), sedangkan
selebihnya adalah ibu rumah tangga. Ibu hamil yang bekerja berarti mempunyai
penghasilan untuk membantu suami dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari. Namun
bekerja dapat menimbulkan kelelahan baik fisik maupun mental. Kondisi lelah dapat
menurunkan nafsu makan, jumlah dan kualitas nutrisi yang di konsumsi tidak sesuai
dengan kebutuhan tubuh, begitu juga jenis makanan seperti sayuran, buah-buahan,
daging, dan susu, tidak terpenuhi, hal ini salah satu penyebab terjadinya anemia gizi
besi. Ibu rumah tangga yang tidak bekerja hanya melakukan aktifitas mengurus rumah
tangga, mempunyai lebih banyak waktu dan dapat rutin melakukan kunjungan ke
Puskesmas untuk memeriksakan kehamilannya, sehingga meringankan derajat
keparahan anemia defisiensi besi (Agustina dkk, 2015).
Paritas
Paritas (kelahiran hidup) merupakan salah satu penyebab tidak langsung terjadinya
perdarahan antepartum, bila paritas tinggi (anak lebih dari tiga) maka perdarahan pada
464 | Agustina, Retno Dyah Kusumastuti, Putri Permatasari

pasca persalinan meningkat (Muchtar,2012). Dari 20 peserta, terdapat delapan (40 %)


primipara, sedangkan dua peserta mengatakan anak yang akan lahir merupakan, anak
ke empat dan satu peserta anak ke lima. Terlalu banyak anak mempunyai resiko
terjadinya abortus, BBLR, perdarahan dan preeklamsia serta anemia, sedangkan pada
proses persalinan terjadi perdarahan, infeksi, bahkan sebagai salah satu penyebab
kematian(Saifuddin,2014).
Tingkat Pengetahuan Peserta Sebelum dan Sesudah Penyuluhan
Penyuluhan merupakan kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara
menyebarkan pesan dan menanamkan keyakinan pada peserta, untuk meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan melalui praktik belajar. Penyuluhan kesehatan bertujuan
untuk mengubah maupun mempengaruhi perilaku manusia secara individu, kelompok
maupun masyarakat agar lebih mandiri dalam mencapai hidup sehat (Notoadmodjo,
2003). Salah satu metode dalam memberikan penyuluhan adalah metode tatap muka
secara individual (interpersonal) . Metode ini digunakan untuk membina perilaku baru,
atau membina seseorang yang telah mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku.
Pada pengabdian ini sebelum dan sesudah penyuluhan dilakukan pengukuran
tingkat pengetahuan peserta, dengan menanyakan pengetahuan tentang anemia gizi
besi, yaitu pengertian istilah anemia, tanda dan gejala anemia gizi besi, penyebab dan
akibat anemia gizi besi serta pencegahan dan penanggulangan anemia gizi besi.
Hasil pengabdian didapatkan pengetahuan peserta tentang anemia sebelum
diberikan penyuluhan, termasuk dalam kategori rendah (< 56 %), kecuali pengetahuan
tentang istilah Anemia dalam kategori cukup. Ketika ditanyakan tanda dan gejala serta
penyebab anemia gizi besi, hanya dua orang (10%) yang dapat menjawab dengan benar.
Selanjutnya ditanyakan akibat anemia gizi besi, hanya satu orang (5%) yang menjawab
dengan benar, sedangkan ketika ditanyakan cara mencegah dan mengatasi anemia gizi
besi, seluruh peserta tidak mengetahui jawaban yang benar. Diantara mereka menjawab
kalau sedang timbul pusing dan mata berkunang yang dilakukan adalah tiduran, dan
kadang tidak dipedulikan, karena menurut pendapat mereka gejala tersebut adalah
bawaan hamil.
Tabel 1. Pengetahuan Anemia Gizi Besi Peserta Sebelum dan Sesudah Penyuluhan
Pre Test Post Test
No. Pertanyaan
Ya % Tidak % Ya % Tidak %
Apakah ibu tahu
1 14 70 6 30 20 100 0 0
istilah anemia
Apakah ibu tahu
2 tanda dan gejala 3 15 17 85 19 95 1 5
anemia
Apakah ibu tahu
3 2 10 18 90 18 90 2 10
penyebab anemia
Apakah ibu tahu
4 1 5 19 95 20 100 0 0
akibat anemia
Apakah ibu tahu
5 cara mengatasi dan 0 0 20 100 17 85 3 15
mencegah anemia
JURNAL PENGABDIAN PADA MASYARAKAT, 5(2), 2020, pp. 458-468 | 465

Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa peserta belum memahami


penyebab, dan akibat serta cara penanggulangannya. Setelah diberi penyuluhan dengan
menggunakan metode komunikasi interpersonal, pengetahuan, peserta meningkat
menjadi kategori baik (> 76%). Dengan peningkatan ini diharapkan akan terjadi
perubahan sikap dan perilaku. Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2007) mengatakan
bahwa pengetahuan merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya perubahan
perilaku seseorang, dalam hal ini perilaku ibu hamil untuk mengatasi anemia gizi besi.
Hasil jawaban dari pertanyaan dapat dilihat pada Tabel 1.
Pengetahuan Nutrisi Zat Besi dan Faktor yang Menghambat dan Mempercepat
Penyerapan Zat Besi Sebelum dan Sesudah Penyuluhan
Anemia pada ibu hamil dapat terjadi karena tubuh kekurangan beberapa zat gizi
mikro, diantaranya zat besi (Fe). Kebutuhan janin akan zat besi terakumulasi pada
trimester terakhir kehamilan, sehingga diperlukan penambahan zat besi. Keadaan
kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan pada pertumbuhan janin, baik sel
tubuh maupun sel otak (Williamson, 2006). Pencegahan bisa dilakukan secara mandiri
dengan mengkonsumsi sumber makanan yang banyak mengandung zat besi yang
memenuhi gizi seimbang, seperti daging, hati, telur, ikan, tempe dan tahu, serta sayur
mayur dan buah-buahan, seperti sayuran (brokoli, buncis, bayam, kangkung, kacang
panjang dan buncis) serta buah (jeruk dan apel,strowberi, dll). Dari hasil wawancara
didapatkan pengetahuan peserta tentang nutrisi, dan sebelum diadakan penyuluhan
dalam kategori rendah. (nilai <56%). Setelah diberikan penyuluhan melalui media asli
meningkat menjadi kategori baik. Media yang digunakan berupa bahan makanan
seperti hati ayam, telur, tahu, tempe, sayuran dan buah, hal ini menandakan terjadi
penyerapan pengetahuan.
Dari hasil wawancara didapatkan dua peserta mengatakan tidak menyukai hati,
terutama hati ayam, dan sayur bayam serta ikan, dengan alasan hati ayam dan ikan
berbau amis, walaupun sudah diolah sedemikan rupa. Sedangkan bayam suka ada ulat.
Setelah diberi penyuluhan peserta tersebut baru mengetahui bahwa makanan yang
tidak disukai merupakan sumber zat besi . Faktor yang menghambat penyerapan zat
besi dalam tubuh salah satunya adalah tannin yang terdapat dalam kandungan teh.
Pada saat wawancara ditemukan lima peserta selalu makan dengan teh hangat,
alasannya karena dapat menyegarkan tubuh. Teh yang dikonsumsi bersamaan sewaktu
makan atau sebelum dan sesudah makan dapat menghambat penyerapan zat besi
karena adanya zat tannin yang mengikat zat besi, sehingga, menghambat proses
pembentukan Hemoglobin.
Faktor yang mempermudah penyerapan zat besi salah satunya yaitu vitamin C.
Vitamin C dengan dosis 200 mg, yang dikonsumsi setiap hari bersamaan atau sebelum
dan sesudah makan akan meningkatkan absorbsi zat besi non heme dan heme (Varney,
Helen. 2006). Zat besi non heme berasal dari sumber makanan (nabati) dan heme berasal
dari sumber makanan hewani.
Pengetahuan peserta tentang nutrisi yang kaya zat besi dan faktor penghambat dan
mempermudah penyerapan zat besi sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan dapat
lihat pada sebaran Tabel 2.
466 | Agustina, Retno Dyah Kusumastuti, Putri Permatasari

Tabel 2. Pengetahuan Nutrisi Peserta Sebelum dan Sesudah Penyuluhan


Pre Test Post Test
No. Pertanyaan
Ya % Tidak % Ya % Tidak %
Apakah ibu tahu manfaat zat besi
1 3 15 17 85 20 100 0 0
bagi tubuh
Apakah ibu tahu sumber zat besi
2 2 10 18 90 20 100 0 0
dalam makanan
Apakah ibu tahu fungsi lauk
3 pauk, sayur dan buah yang dalam 4 20 16 80 20 100 0 0
makanan yang dimakan?
Apakah ibu tahu faktor yang
4 memudahkan penyerapan zat besi 1 5 19 95 20 100 0 0
dalam tubuh.

Apakah ibu mengetahui faktor


5 yang menghambat penyerapan zat 0 0 20 100 20 100 0 0
besi dalam tubuh

Efek dari penyuluhan yaitu terjadi peningkatan hemoglobin, setelah 20 hari pasca
penyuluhan. Peningkatan hemoglobin peserta dapat dilihat pada Table 3.
Tabel 3. Hemoglobin peserta sebelum dan sesudah penyuluhan
JURNAL PENGABDIAN PADA MASYARAKAT, 5(2), 2020, pp. 458-468 | 467

SIMPULAN

Penyuluhan dengan menggunakan komunikasi interpersonal secara tatap muka


dan menggunakan media bahan makanan asli dapat meningkatkan pemahaman ibu
hamil tentang anemia gizi besi, nutrisi sumber zat besi, dan faktor penghambat dan
faktor pemudah penyerapan zat besi dalam tubuh. Hasil dari penyuluhan secara tatap
muka dapat mencapai sasaran yaitu perubahan perilaku individu. Hal ini dapat dilihat
dari peningkatan hemoglobin peserta pasca penyuluhan. Untuk merubah perilaku
dalam mengatasi anemia yang umumnya dialami oleh ibu hamil, disarankan untuk
menggunakan penyuluhan dengan komunikasi interpersonal secara tatap muka.

REFERENSI

Agustina. (2015). Peran kepala keluarga dalam mengatasi derajad keparahan anemia
defisiensi besi pada ibu hamil. In Prosiding hasil Penelitian UPN”Veteran” Jakarta,
Volume 1 Nomor 2, Edisi Mei 2015.
Arikunto, S. (2010). Prosedur penelitian: Suatu pendekatan praktik. Edisi rRevisi. Jakarta:
Rineka Cipta.
Bakta, I. M., Suega, K., & Dharmayuda, T. G. (2015). Anemia defisiensi besi. In Sudoyo
et al (Eds.), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam UI. Jakarta: Interna Publishing.
DeVito, J. A. (2009). The interpersonal communication book. New York: Hunter College of
the City University of New York.
Departemen Kesehatan RI. (2010). Asuhan kebidanan antenatal. Jakarta: Depkes RI.
Kemenkes RI. (2013). Hasil riset kesehatan dasar 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI.
Kemenkes RI. (2018). Hasil riset kesehatan dasar 2018. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI.
Mochtar R (2012). Sinopsis obstetri: Obstetri operatif dan obstetri sosial Jilid 2. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Notoatmodjo, S. (2003). Ilmu kesehatan masyarakat prinsip-prinsip dasar. Jakarta:
Rineka Cipta.
Notoatmojo, S. (2007). Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
Putri, R. D., Simanjuntak, B. Y., & Kusdalinah, K. (2017). Pengetahuan gizi, pola makan,
dan kepatuhan konsumsi tablet tambah darah dengan kejadian anemia remaja
putri. Jurnal Kesehatan, 8(3), 404-409.
Saifuddin, A. B. (2008) Ilmu kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo.
Saifuddin, A. B. (2014). Ilmu kebidanan, pembuahan, nidasi, plasentasi. Edisi Keempat.
Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
468 | Agustina, Retno Dyah Kusumastuti, Putri Permatasari

Sibagariang, E. E., Pusmaka, R., & Rismalinda. (2010). Kesehatan reproduksi


wanita. Jakarta: Trans Info Media.
Sudargo, T., Kusmayanti, N. A., & Hidayati, N. L. (2018). Defisiensi yodium, zat besi dan
kecerdasan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Copyright and License

This is an open access article distributed under the terms of the Creative Commons
Attribution 4.0 International License, which permits unrestricted use, distribution, and
reproduction in any medium, provided the original work is properly cited.
© 2020 Agustina, Retno Dyah Kusumastuti, Putri Permatasari.

Published by LP3M of Universitas Mathla’ul Anwar Banten in collaboration with the Asosiasi Jurnal
Pengabdian Kepada Masyarakat (AJPKM)

You might also like