Pemetaan Potensi Dan Kerawanan Longsor Lahan Di Desa Belandingan, Desa Songan A Dan Desa Songan B Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli
Pemetaan Potensi Dan Kerawanan Longsor Lahan Di Desa Belandingan, Desa Songan A Dan Desa Songan B Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli
Pemetaan Potensi Dan Kerawanan Longsor Lahan Di Desa Belandingan, Desa Songan A Dan Desa Songan B Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli
2, April 2019
ABSTRACT
The research conducted in order to find out how the potential for landslides in
the Belandingan Village, Songan A Village and Songan B Village. Scoring and overlay
method used to determine the results of landslide potentials in the study area.
Parameter used as the basis for overlay and scoring are soil types, rainfall data,
structural geology, landform, slope and land use map. From the overlay result, 41 land
unit were mapped on the research area. Based on scoring, there are 4 classes of
landslide potential. They are potential including no Potential, low Potential, moderate
Potential, high Potential. Most area of study area are are included as low Potential and
medium Potential. Meanwhile high Potential mainly concentrated on the ancient
caldera on west part of Batur Lake. Belandingan, Songan A and Songan B villages
have various levels of landslide potential, starting from this non-Potentialous category,
covering land units 34 and 39. Low potential on land units 26, 29, 25, 23, 21, 38, 3, 12
and 11. While on land units 36, 30, 31, 32, 14, 15, 16, 17, 19, 4, 20, 40, 24, 6, 13, 2,
37, 7, 8, 9, 27.10, 22, 41, 1. 5 and high potential on land units 33, 18, 35, and 28. The
no Potential class mainly located in Songan A and Songan B Village with total area
244,17 Ha. The Low Potential class are located mainly in Songan A Village and
Songan B Village with small amount in Belandingan with total area 1059,21 Ha.
Moderate Potential class located in all with total area 1904,42 Ha . The High landslide
Potential class located mainly in Songan B Village with small amount in Belandingan
Village and Songan A Village with total area 343,36 Ha.
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh baik
faktor alam, non alam maupun manusia. Menurut Badan Nasional Penanggulangan
https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAT 231
Jurnal Agroekoteknologi Tropika ISSN: 2301-6515 Vol. 8, No. 2, April 2019
2. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode survei dan
skoring. Metode survei dilakukan untuk mengetahui keadaan secara pasti di lapangan
serta survei dilakukan untuk mengecek beberapa parameter yang di gunakan seperti
kemiringan lereng, jenis tanah, bentuk lahan dan struktur geologi. Untuk menentukan
tingkat potensi longsor, digunakan metode skoring dari PSBA UGM (2001). Skoring
dilakukan terhadap parameter yang berpengaruh terhadap longsor, selain itu juga
dilakukan pembobotan sesuai dengan potensi dan kontribusi tiap parameter dalam
menimbulkan dampak longsoran. Semakin besar kontribusinya terhadap longsoran
semakin tinggi bobot yang diberikan.
232 https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAT
Jurnal Agroekoteknologi Tropika ISSN: 2301-6515 Vol. 8, No. 2, April 2019
2.2.2 Alat
Penelitian ini didukung oleh beberapa alat, yaitu :
1. Kompas sebagai alat bantu menentukan arah di lapangan
2. GPS (Global Positioning System) untuk menentukan titik koordinat pengamatan
3. Alat tulis untuk mencatat data yang diperoleh di lapangan
4. Abney Level
5. Seperangkat alat komputer atau laptop yang digunakan untuk mengoverlay peta-
peta pendukung
6. Software QGIS 2.14
https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAT 233
Jurnal Agroekoteknologi Tropika ISSN: 2301-6515 Vol. 8, No. 2, April 2019
3) Survei Lapang
Survey lapang dilakukan untuk melakukan pengecekan terhadap data yang
diperoleh dari peta yang digunakan.. Pengecekan di lapangan ini untuk memastikan
bahwa data-data tersebut adalah benar. Kegiatan ini dilakukan terhadap kondisi bentuk
lahan, kemiringan lereng , struktur geologi dan penggunaan lahan.
234 https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAT
Jurnal Agroekoteknologi Tropika ISSN: 2301-6515 Vol. 8, No. 2, April 2019
https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAT 235
Jurnal Agroekoteknologi Tropika ISSN: 2301-6515 Vol. 8, No. 2, April 2019
236 https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAT
Jurnal Agroekoteknologi Tropika ISSN: 2301-6515 Vol. 8, No. 2, April 2019
https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAT 237
Jurnal Agroekoteknologi Tropika ISSN: 2301-6515 Vol. 8, No. 2, April 2019
3.2 Pembahasan
3.2.1 Curah Hujan
Berdasarkan hasil data curah hujan yang diperoleh dari BMKG Wilayah III
Denpasar didapatkan bahwa rata-rata curah hujan di Desa Belandingan, Desa Songan
A dan Desa Songan B sebesar 2.083 mm/tahun . Curah hujan merupakan salah satu
faktor yang sangat berpotensi dalam mempengaruhi terjadinya longsor. Intensitas
curah hujan relatif tinggi dengan durasi yang lama yang menyebabkan perubahan atau
peningkatan kandungan air dalam tanah sehingga mengakibatkan tanah menjadi cepat
jenuh dan massa tanah mudah bergerak ke bawah dan menjadi pemicu terjadi longsor
. Air hujan yang meresap ke dalam tanah dapat meningkatkan kejenuhan tanah
sehingga dapat merenggangkan ikatannya dan akhirnya massa tanah mudah terangkut
oleh aliran air. Faktor curah hujan yang berpengaruh terhadap bahaya longsoran adalah
besarnya curah hujan, intensitas curah hujan, dan distribusi curah hujan.
Gambar 3. Sebaran Potensi Longsor di Desa Belandingan, Desa Songan A dan Desa
Songan B
238 https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAT
Jurnal Agroekoteknologi Tropika ISSN: 2301-6515 Vol. 8, No. 2, April 2019
https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAT 239
Jurnal Agroekoteknologi Tropika ISSN: 2301-6515 Vol. 8, No. 2, April 2019
diakibatkan oleh akar tanaman tidak mampu menahan beratnya tanah yang bergerak.
Pohon yang cocok ditanam di lereng curam adalah yang tidak terlalu tinggi, namun
memiliki jangkauan akar yang luas sebagai pengikat tanah. Lereng yang berpotensi
untuk bergerak akan terjadi pergerakan apabila ada gangguan yang memicu terjadinya
gerakan .
Rawan atau tidaknya suatau wilayah terhadap tanah longsor tergantung ada atau
tidaknya infrastruktur dan pemukiman warga. Pada wilayah dengan kategori potensi
sedang dan tinggi pada daerah penelitian merupakan wilayah yang cukup rawan
karena lokasi tersebut berada dan berdekatan dengan pemukiman warga dan
insfrastruktur jalan, sehingga dapat menyebabkan ancaman terhadap keselamatan.
4.2 Saran
Sesuai hasil penelitian yang dilakukan dapat digunakan sebagai masukan untuk
pemerintah dalam kesiapan mitigasi bencana dan dalam proses perencanaan RDTR
sehingga dapat menentukan pengolahan lahan yang baik dan benar sesuai dengan
kaidah konservasi tanah dan air.
Daftar Pustaka
Anand Mendra B. 2017. Identifikasi Potensi Longsoran di Desa Candikuning dan
Desa Pancasari Kawasan Bedugul, Bali. Fakultas Pertanian , Universitas
Udayana
Barrus, B. 1999. Pemetaan bahaya longsoran berdasarkan klasifikasi statistic peubah
tunggal menggunakan SIG studi kasus daerah ciawi-puncakpacet jawa barat.
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan 2: 7-16 Jurusan Ilmu Tanah
BAPPEDA BALI dan PPLH UNUD. 2006. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Provinsi Bali. Studi Identifikasi Potensi Bencana Alam di Provinsi Bali,
Denpasar
Badan Informasi Geospasial. 2017. Daerah Terdampak Banjir dan Longsor 5 Desa Di
kintamani_Bali berhasil Dipetakan Secara Cepat oleh BIG.
BNPB. 2013. IRBI (Indeks Risiko Bencana Indonesia). Citeureup-Sentul: Direktorat
Pengurangan Risiko Bencana Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan.
240 https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAT
Jurnal Agroekoteknologi Tropika ISSN: 2301-6515 Vol. 8, No. 2, April 2019
BNPB. 2017. Dua Belas Tertimbun Longsor di 3 Desa Kecamatan Kintamani Bali.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana
BPBD. 2017. Mitigasi Bencana. Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Karanganyar.
BPS. 2017. Kecamatan Kintamani Dalam Angka. Diakses di
https://banglikab.bps.go.id/
Dwikorita Karnawati. 2003. Manajemen Bencana Gerakan Tanah. Diktat Kuliah.
Yogyakarta: Jurusan Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada
Dwikorita Karnawati. 2005. Bencana Alam Gerak Massa Tanah di Indonesia dan
Upaya Penanggulangannya. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
Karnawati, D. 2001. Bencana Alam Gerakan Tanah Indonesia Tahun 2000 (Evaluasi
dan Rekomendasi). Jurusan Teknik Geologi. Fakultas Teknik Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta
PEMKAB BANGLI.2017. Kondisi Fisik Dan Dasar Wilayah.Pemerintah Kabupaten
Bangli Bali. Diakses di http://banglikab.go.id.
PSBAUGM, 2001. Penyusunan Sistem Informasi Penanggulangan Bencana Alam
Tanah Longsor di Kabupaten Kulon Progo. Laporan Akhir. Pemerintah
Kabupaten Kulon Progo Perencanaan Pembangunan Daerah.
Suripin. 2002. Pelestarian Sumberdaya Tanah dan Air. Andi. Yogyakarta.
Sugiharyanto, Nurul Khotimah. 2009. DIKTAT MATA KULIAH GEOGRAFI
TANAH (PGF– 207). Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial dan
Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta.
Surono.2003. Potensi Bencana Geologi di Kabupaten Garut. Garut: Pemerintah
Kabupaten Garut.
Wahyunto,H, 2010. Kerawanan Longsor Lahan Pertanian. Balai Penelitian Tanah:
Bogor.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAT 241