LK PNEUMONIA Word

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 220

KARYA TULIS ILMIAH

LAPORAN STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Tn. B DENGAN


PNEUMONIA DI RUANG RAWAT INAP PARU RSUD
Dr. ACHMADMOCHTAR BUKITTINGGI
TAHUN 2018

OLEH :

PUSPA RHAMADHANI
NIM : 1514401013

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PERINTIS PADANG
TAHUN 2018 ASUHAN
KEPERAWATAN PADA
KLIEN Tn. B DENGAN
PNEUMONIA DI RUANG RAWAT INAP PARU RSUD
Dr. ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI
TAHUN 2018

LAPORAN STUDI KASUS

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan


Program D III Keperawatan Di STIKes Perintis Padang

OLEH :

PUSPA RHAMADHANI
NIM : 1514401013

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PERINTIS PADANG
TAHUN 2018

High School of Health Sciences Perintis padang


D III Program of Nursing

Scientific Writing, July 2018

PUSPA RHAMADHANI

1514401013

Nursing Care At Clients Mr. B With Pneumonia In Inpatient Room

of Lung Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi Year 2018

V CHAPTER + 121 Pages + 2 Images + 9 Tables + 1 Scheme + 5 Attachments

ABSTRACT

Pneumonia is an acute lower respiratory tract infection that affects the pulmonary parenchyma
caused by infectious agents such as viruses, bacteria, fungi or foreign matter. In Indonesia,
pneumonia is the cause of death No 3 after cardiovascular and Tuberculosis. According to the
Ministry of Health of 2010 Pneumonia is the top 10 inpatient throughout Indonesia 2010. With
the incidence of 17,311 people 53.95% male, 46.05% female and there are 7.6% of patients died.
Based on medical record at Ruagan inpatient of Lung Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi incidence
rate of pneumonia disease during January until June 2018 shows the incidence of as many as 4
people. The goal is to understand the concept of pneumonia so that it can apply and document
nursing care with Pneumonia as well as gain real experience of surgical medical nursing care
with Pneumonia Disease. The nursing process is done for 3 days by interview, observation,
physical examination, and documentation study. After the nursing care done 3 days found the
diagnosis Ineffectiveness of the pattern of the client's breath has not been resolved, Nutrition
balance less than the needs of the body has been partially resolved, activity intolerance has not
been resolved, and the deficit of self care has not been resolved. The conclusion that writers can
take from nursing care on Mr. B is the author has been able to perform nursing care in
accordance with NANDA, NIC-NOC so that the author can perform nursing care in an optimal
and directed. Suggestion from writer is expected hospital installation can do nursing care refers
to NANDA, NIC-NOC, so that nursing care done to patient targeted and executed optimally.

Keywords : NANDA, NIC, NOC, Nursing Care, Pneumonia.

Reading List : 26 (1986-2016).

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis Padang


Program Studi D III Keperawatan
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2018

PUSPA RHAMADHANI
1514401013

Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn.B Dengan Pneumonia Di Ruang


Rawat Inap Paru RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi
Tahun 2018

V BAB + 121 Halaman + 2 Gambar + 9 Tabel + 1 Skema + 5 Lampiran

ABSTRAK
Pneumonia adalah Suatu infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang mengenai parenkim paru yang
di sebabkan oleh agen infeksius seperti virus, bakteri, jamur maupun benda asing. Di Indonesia, pneumonia
merupakan penyebab kematian No 3 setelah kardiovaskuler dan Tuberkolosis. Menurut Depkes RI 2010
pneumonia merupakan peringkat ke sepuluh besar rawat inap di seluruh Indonesia 2010. Dengan angka
kejadian 17.311 jiwa 53,95% laki-laki, 46,05% perempuan dan terdapat 7,6% pasien meninggal.
Berdasarkan rekam medik di Ruagan Rawat Inap Paru RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi angka
kejadian dari penyakit pneumonia selama bulan januari sampai Juni 2018 menunjukan angka kejadian
sebanyak 4 orang. Tujuan untuk memahami konsep tentang pneumonia sehingga dapat menerapkan dan
mendokumentasikan asuhan keperawatan dengan pneumonia serta mendapatkan pengalaman nyata tentang
asuhan keperawatan medikal bedah dengan penyakit pneumonia. Proses keperawatan dilakukan selama 3
hari dengan cara wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, dan studi dokumentasi. Setelah dilakukan
asuhan keperawatan 3 hari didapatkan diagnosa Ketidak efektifan pola nafas klien belum teratasi, Ketidak
seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sudah teratasi sebagian, Intoleransi aktivitas belum
teratasi, Defisit perawatan diri belum teratasi, kekurangan volume cairan belum teratasi, dan resiko jatuh
telah teratasi sebagian. Kesimpulan yang dapat penulis ambil dari asuhan keperawatan pada Tn.B adalah
penulis telah dapat melakukan asuhan keperawatan yang sesuai dengan NANDA, NIC-NOC Sehingga
penulis dapat melakukan asuhan keperawatan secara optimal dan terarah. Saran dari penulis diharapkan
instalasi rumah sakit dapat melakukan asuhan keperawatan mengacu kepada NANDA, NIC-NOC, agar
asuhan keperawatan yang dilakukan kepada pasien terarah dan terlaksana secara optimal.

Kata Kunci : Asuhan Keperawatan, NANDA, NIC, NOC, Pneumonia. Daftar

Bacaan : 26 (1986-2016)
KATA PENGANTAR

Assalammualaikum Warahmatullahi Wb.

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmad dan

karunia-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga laporan studi kasus dengan

judul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn. B Dengan Pneumonia Di Ruang

Rawat Inap Paru Rsud Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2018” tanpa

nikmat yang diberikan oleh-Nya sekiranya penulis tidak akan mampu untuk

menyelesaikan Laporan Studi Kasus ini.

Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada-Nya junjungan Nabi Muhammad.

Saw, semoga atas izin Allah SWT penulis dan teman-teman seperjuangan semua

mendapatkan syafaatnya nanti. Amin Ya Rabbal Alamin.

Penulisan Laporan Studi Kasus ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu

syarat untuk mencapai gelar Amd.Kep Program Studi D III Keperawatan STIKes

Perintis Padang. Penulis banyak mendapat arahan, bimbingan dan nasehat dari

berbagai pihak dalam menyusun, membuat dan menyelesaikan Laporan Laporan

Studi Kasus ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih terutama

kepada, bapak Ns. Falerisiska Yunere, M.Kep selaku pembimbing dan Ibu Ns.

Andriani, S.Kep pembimbing klinik Ruang Rawat Inap Paru RSUD Dr. Achmad

Mochtar Bukittinggi Sumatera Barat yang telah banyak meluangkan waktunya

dengan penuh perhatian. Petunjuk dan bimbingan sehingga Karya Tulis Ilmiah dapat

terselesaikan.
Seterusnya ucapan terima kasih saya kepada :

1. Bapak Yendrizal Jafri, S. Kp, M. Biomed selaku Ketua STIKes Perintis Padang.

2. Ibu Ns. Endra Amalia, M. Kep selaku Ketua Program Studi D III Keperawatan

STIKes Perintis Padang.

3. Kepada Direktur RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi yang telah memberikan

izin untuk melakukan studi kasus ini, beserta staf yang telah memberi izin dalam

pengambilan data yang penulis butuhkan.

4. Bapak Ns. Muhammad Arif, M. Kep selaku Pembimbing Akademik yang telah

memberikan banyak ilmu pengetahuan dan bimbingan selama mengikuti

pendidikan.

5. Bapak Ns. Falerisiska Yunere, M. Kep selaku pembimbing yang telah

memberikan bimbingan dalam pembuatan Laporan Studi Kasus ini.

6. Ibu Ns. Andriani, S. Kep selaku pembimbing klinik yang telah memberikan

bimbingan dalam pembuatan Laporan Studi Kasus ini.

7. Ibu Ns. Dia Resti DND, M. Kep selaku penguji yang telah memberikan

bimbingan dan arahan dalam penulisan Laporan Studi Kasus ini.

8. Khususnya kepada kedua orang tua ku tercinta serta seluruh keluarga atas jerih

payah, curahan kasih sayang, bantuan moral maupun material serta doa yang tulus

dan ikhlas bagi kesuksesan penulis.

9. Teman-teman mahasiswa-mahasiswi STIKes Perintis Prodi D III Keperawatan

yang telah memberi masukan dan dukungan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa Laporan Studi Kasus ini jauh dari kesempurnaan, hal ini

bukanlah suatu kesenjangan melainkan karena keterbatasan ilmu dan kemampuan


penulis. Untuk itu penulis berharap tanggapan dan kritikan serta saran yang bersifat

membangun dari semua pihak demi kesempurnaan Laporan Studi Kasus ini.

Akhir kata, penulis mengharapkan agar Laporan Studi Kasus ini bermanfaat bagi kita

semua, semoga Allah SWT memberikan rahmad dan hidayah kepada kita semua.

Amin.

Wassalammualaikum Warahmatullahi Wb.

Bukittinggi, Juli 2018

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ....................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................... vi
DAFTAR TABEL .............................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................... viii
DAFTAR SKEMA............................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………... 1
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum …………………......................... 3
1.2.2 Tujuan Khusus…………………………............. 3
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Institusi …………………......................... 4
1.3.2 Bagi Pelayanan Kesehatan……………………. 4
1.3.3 Bagi Klien………………………….................. 5
1.3.4 Bagi Penulis…………………………............... 5
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Darar
2.1 Pengertian……………………………………………......... 6
2.2 Anatomi dan fisiologi….……………………………........... 7
2.2.1 Anatomi Sistem Pernapasan …………………..... 7
2.2.1 Fisiologi Pernapasan………………………….... 12
2.3 Etiologi …………………………………………………..... 15
2.4 Klasifikasi………………………………………………..... 16
2.5 Manifestasi Klinis……………….……………………….... 22
2.6 Patofisiologi/Woc ………………………………………… 24
2.7 Pemeriksaan Penunjang………………………………..….. 27
2.8 Penatalaksanaan …………………………………………... 28
2.8.1 Keperawatan ………………………………..… 28
2.8.2 Medis …………………………………………. 29
2.9 Komplikasi …..………………………………………… 30

B. Asuhan Keperawatan Teoritis


1. Pengkajian……………………………………………… 32
2. Diagnosa Keperawatan………………………………… 40
3. Intervensi………………………………………………. 40
4. Implementasi…………………………………………… 50
5. Evaluasi………………………………………………… 50
BAB III TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian………………………………………………... 52
3.2 Diagnosa Keperawatan…………………………………... 82
3.3 Intervensi……………………………………………….... 83
3.4 Catatan Perkembangan…………………………………... 88

BAB IV PEMBAHASAN .................................................................. 103


BAB V PENUTUP

5.1 kesimpulan………………………………………………... 118


5.2 Saran……………………………….............….................. 120
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.2.1. (a). Anatomi Sistem Pernapasan .................................. 8

Gambar 2.2.1. (b). Anatomi Paru-paru ................................................ 9 DAFTAR


TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Umum Penyebab Pneumonia ............................................... 16
Tabel 2.2 Pneumonia Umum Ditemukan ............................................ 20
Tabel 2.3 Intervensi Secara Teoritis .................................................... 43
Tabel 3.1 Data Biologis ...................................................................... 65
Tabel 3.2 Hasil Pemeriksaan Labor Hematologi ................................. 68
Tabel 3.3 Data Pengobatan ................................................................ 70
Tabel 3.4 Analisa Data ....................................................................... 79
Tabel 3.5 Intervensi ............................................................................ 83
Tabel 3.6 Catatan Perkembangan ........................................................ 88
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Pernyataan Persetujuan.

Lampiran II Lembaran Konsultasi Bimbingan.

Lampiran III Data Pengobatan Pasien.

Lampiran IV SOP Tindakan Gosok Gigi.

Lampiran V Daftar Hadir Pengamatan Kasus.

DAFTAR SKEMA

Halaman

Skema WOC Pneumonia ..................................................................... 26


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.

Saat ini terdapat lima penyakit paru (Big Five) dengan insiden terbesar yaitu

Karsinoma Paru, Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), Tuberkulosis,

Pneumonia dan Asma. Pneumonia merupakan penyebab utama morbiditas dan

mortalitas pada orang-orang dewasa. Pneumonia disebabkan oleh satu atau

lebih agens yaitu : virus, bakteri (mikoplasma), fungi, parasit atau aspirasi zat

asing (Betz & Sowden, 2009). Pneumonia adalah proses infeksi akut yang

mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Terjadinya pneumonia pada anak

sering kali bersamaan dengan proses infeksi akut pada bronkus (biasa disebut

broncho Pneumonia) (Dinkes RI, 2009).


Pneumonia adalah radang paru yang disebabkan oleh bakteri dengan gejala

panas tinggi disertai batuk berdahak, napas cepat (frekuensi nafas >50

kali/menit), sesak, dan gejala lainnya (sakit kepala, gelisah dan nafsu makan

berkurang) (Riskesdas, 2013). Pneumonia atau pneumonitis merupakan

peradangan akut parenkim paru yang biasanya berasal dari suatu infeksi.

Sehingga ditemukannya infeksi nosokomial (didapat dari rumah sakit) yang

resisten terhadap antibiotic, ditemukannya organisme-organisme yang baru

(seperti legionella). Terlebih jika penderita yang lemah daya tahan tubuhnya

kemungkinan dapat terjadi pneumonia. Sehingga fenomena yang terjadi pada

pneumonia masih sering di dapatkan di rumah sakit, hal ini menjadi penyebab

mengapa pneumonia masih merupakan masalah kesehatan yang mencolok.

Hingga saat ini masih tercatat sebagai masalah kesehatan utama pada orang-

orang dewasa di negara berkembang.

Di Amerika Serikat Pneumonia yang sering menyebabkan kematian. Dengan

pria menduduki peringkat ke-empat dan wanita peringkat ke-lima sebagai

akibat hospitalisasi. (Brunner & Suddarth, 2002). Di Indonesia, pneumonia

merupakan penyebab kematian No. 3 setelah kardiovaskuler dan

Tuberkolosis (TBC). Faktor sosial ekonomi yang rendah mempertinggi

angka kematian (Misnadiarly, 2008).

Menurut Depkes RI 2010 pneumonia merupakan peringkat ke sepuluh besar

rawat inap di seluruh Indonesia 2010. Dengan angka kejadian 17.311 jiwa

53,95% laki-laki, 46,05% perempuan dan terdapat 7,6% pasien meninggal.


Berdasarkan rekam medik di Ruangan Rawat Inap Paru RSUD Dr.Achmad

Mochtar Bukittinggi angka kejadian dari penyakit pneumonia selama bulan

Januari sampai Juni 2018 menunjukan angka kejadian sebanyak 4 orang.

Perawat sebagai tenaga kesehatan harus mampu memberikan asuhan

keperawatan yang efektif dan mampu ikut serta dalam upaya preventif,

promotif, kuratif, dan rehabilitatif. Berdasarkan pemaparan diatas, penulis

tertarik membahas Asuhan Keperawatan pada Tn.B dengan Pneumonia Di

Ruangan Inap Paru RSUD Dr.Ahmad Mochtar Bukittinggi.


1.2 Tujuan.

1.2.1 Tujuan Umum.

Mampu memahami, konsep tentang pneumonia sehingga dapat

menerapkan dan mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien

Tn.B dengan pneumonia serta mendapatkan pengalaman nyata tentang

asuhan keperawatan medikal bedah dengan penyakit pneumonia di

Ruang Rawat Inap Paru RSUD Dr.Achmad Mochtar Bukittinggi

tahun 2018.

1.2.2 Tujuan Khusus.

1.2.2.1 Mampu melaksanakan pengkajian dan mengidentifikasi data

dalam menunjang asuhan keperawatan pada klien dengan

penyakit pneumonia di Ruang Rawat Inap Paru RSUD

Dr.Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2018.

1.2.2.2 Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada asuhan

keperawatan klien dengan penyakit pneumonia di Ruang

Rawat Inap Paru RSUD Dr.Achmad Mochtar Bukittinggi

tahun 2018.
1.2.2.3 Mampu membuat perencanaan (intervensi) keperawatan pada

asuhan keperawatan klien dengan penyakit pneumonia di

Ruang Rawat Inap Paru RSUD Dr.Achmad Mochtar

Bukittinggi tahun 2018.

1.2.2.4 Mampu melakukan implementasi atau tindakan keperawatan

berdasarkan pada asuhan keperawatan klien dengan penyakit

pneumonia di Ruang Rawat Inap Paru RSUD Dr.Achmad

Mochtar Bukittinggi tahun 2018.

1.2.2.5 Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada asuhan

keperawatan klien dengan penyakit pneumonia di Ruang

Rawat Inap Paru RSUD Dr.Achmad Mochtar Bukittinggi

tahun 2018.

1.2.2.6 Mampu melakukan pendokumentasian keperawatan pada

asuhan keperawatan klien dengan penyakit pneumonia di

Ruang Rawat Inap Paru RSUD Dr.Achmad Mochtar

Bukittinggi tahun 2018.

1.3 Manfaat.

1.3.1 Bagi Institusi.

Digunakan Sebagai bahan informasi dan referensi bagi institusi

pendidikan dalam memahami asuhan keperawatan pada klien dengan

penyakit pneumonia, sehingga dapat menambah pengetahuan dan

sebagai acuan dalam memahami asuhan keperawatan pada klien

dengan penyakit pneumonia.

1.3.2 Bagi Pelayanan Kesehatan.


Dapat menjadi masukan bagi tenaga kesehatan yang ada di rumah sakit

khususnya perawat di ruangan paru untuk mengambil langkah-

langkah dan kebijakan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan

keperawatan khususnya pada penderita pneumonia.

1.3.3 Bagi Klien.

Dapat menambah pengetahuan klien tentang penyakit pneumonia dan

sebagai bukti tertulis yang menunjukkan bahwa klien telah menerima

asuhan keperawatan yang merupakan bantuan dalam pemecahan

masalah kesehatan yang dialami.

1.3.4 Bagi Penulis.

1) Merupakan bahan evaluasi tentang kemampuan penerapan konsep

keperawatan yang didapatkan selama pendidikan dalam praktik

keperawatan secara nyata.

2) Sebagai bahan untuk memperoleh tambahan pengetahuan dan

keterampilan tentang asuhan keperawatan klien dengan gangguan

sistem pernapasan (pneumonia).

3) Memberikan pengetahuan dan memperkaya pengalaman bagi

penulis dalam memberikan dan menyusun asuhan keperawatan

pada klien dengan penyakit pneumonia dan sebagai salah satu

syarat menyelesaikan pendidikan Program Studi D III

Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis Padang.


BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar

2.1 Pengertian.
Pneumonia adalah salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan bawah

akut (ISNBA) dengan batuk dan disertai dengan sesak nafas disebabkan

agens infeksius seperti : virus bakteri, mycoplasma (fungi), dan aspirasi

substansi asing, berupa radang paru-paru yang disertai eksudasi dan

konsolidasi. (Nurarif & Kusuma, 2015). Pneumonia adalah peradangan

yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang

mencakup bronkiolus respiratori, dan alveoli, serta menimbulkan

konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat. (Zul

Dahlan, 2014).

Pneumonia adalah inflamasi atau infeksi pada parenkim paru. Pneumonia

disebabkan oleh satu atau lebih agens yaitu : virus, bakteri (mikoplasma),

fungi, parasit atau aspirasi zat asing (Betz & Sowden, 2009). Pneumonia

adalah proses inflamasi parenkim paru yang terdapat konsolidasi dan

terjadi pengikisan rongga alveoli oleh eksudat yang dapat disebabkan oleh

bakteri, virus, jamur, dan benda-benda asing. (Muttaqin Arif, 2008).

Pneumonia adalah proses inflamatori parenkim paru yang umumnya

disebabkan oleh agens infeksius. Pneumonia merupakan infeksi akut

parenkim paru yang biasanya menyebabkan gangguan pertukaran udara.


n
Prognosis biasanya baik untuk pasien yang memiliki paru-paru normal da

pertahanan tubuh yang mencakup sebelum mulai terjadinya pneumonia,

meskipun demikian pneumonia merupakan peringkat ke-6 penyebab

kematian tersering di Amerika Serikat. (Robinson & Saputra, 2014).

Sedangkan menurut (Brunner & Suddarth, 2002). Pneumonia adalah

penyakit infeksius yang sering menyebabkan kematian di Amerika Serikat.

Dengan pria menduduki peringkat ke-empat dan wanita peringkat ke-lima

sebagai akibat hospitalisasi.

Jadi dari beberapa pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa pneumonia

adalah Suatu infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang mengenai

parenkim paru yang di sebabkan oleh agen infeksius seperti virus, bakteri,

mycoplasma (fungi) maupun benda asing.

2.2 Anatomi dan Fisiologi

2.2.1 Anatomi Sistem Pernapasan

Paru-paru merupakan alat pernapasan utama. Paru-paru mengisi

rongga dada. Terletak disebelah kanan dan kiri dan tengah

dipisahkan oleh jantung beserta pembuluh darah besarnya dan

struktur lainnya yang terletak didalam mediastinum. Paru-paru

adalah organ yang berbentuk kerucut dengan apeks (puncak) diatas

dan muncul sedikit lebih tinggi daripada klavikula di dalam dasar


leher. Pangkal paru-paru duduk di atas landai rongga toraks, diatas

diafragma. Paru-paru mempunyai permukaan luar yang menyentuh

iga-iga, permukaan dalam yang memuat tampak paru-paru, sisi

belakang yang menyentuh tulang belakang, dan sisi depan yang

menutupi sebagian sisi depan jantung.

Saluran nafas yang dilalui udara adalah hidung, faring, laring,

trakea, bronkus, bronkiolus dan alveoli. Di dalamnya terdapat suatu

sistem yang sedemikian rupa dapat menghangatkan udara sebelum

sampai ke alveoli. Terdapat juga suatu sistem pertahanan yang

memungkinkan kotoran atau benda asing yang masuk dapat

dikeluarkan baik melalui batuk ataupun bersin. Anatomi sistem

pernafasan antara Lain :

Gambar 2.2.1.(a) Anatomi System Pernafasan

1) Saluran pernafasan bagian atas:

a. Rongga hidung

Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang

sangat banyak mengandung vaskular yang disebut mukosa


n
hidung. Lendir disekresi secara terus menerus oleh sel-sel

goblet yang melapisi permukaan mukosa hidung dan

bergerak ke belakang ke nasofaring oleh gerakan silia.

Hidung berfungsi sebagai penyaring kotoran, melembabka

serta menghangatkan udara yang dihirup ke dalam paru-

paru.

b. Faring

Faring adalah struktur yang menghubungkan hidung dengan

rongga mulut ke laring. Faring dibagi menjadi tiga region ;

nasofaring, orofaring, dan laringofaring. Fungsi utamanya

adalah untuk menyediakan saluran pada traktus

respiratoriun dan digestif.

c. Laring

laring adalah struktur epitel kartilago yang menghubungkan

faring dengan trachea. Fungsi utamanya adalah untuk

memungkinkan terjadinya lokalisasi. Laring juga melindungi jalan

nafas bawah dari obstruksi benda asing dan memudahkan batuk. 2)

Saluran pernafasan bagian bawah:


Gambar 2.2.1.(b). Gambar anatomi paru-paru.
10

a. Trakhea

Disokong oleh cincin tulang rawan yang berbentuk seperti

sepatu kuda yang panjangnya kurang lebih 5 inci, tempat

dimana trakea bercabang menjadi bronkus utama kiri dan

kanan dikenal sebagai karina. Karina memiliki banyak saraf

dan dapat menyebabkan bronkospasme dan batuk yang kuat

jika dirangsang.

b. Bronkus

Terdiri atas 2 bagian yaitu broncus kanan dan kiri. Broncus

kanan lebih pendek dan lebar, merupakan kelanjutan dari

trakhea yang arahnya hampir vertikal. Bronchus kiri lebih

panjang dan lebih sempit, merupakan kelanjutan dari trakhea

dengan sudut yang lebih tajam. Cabang utama bronchus

kanan dan kiri bercabang menjadi bronchus lobaris

kemudian bronchus segmentaliis. Bronkus dan bronkiolus

dilapisi oleh sel-sel yang permukaannya dilapisi oleh rambut

pendek yang disebut silia, yang berfungsi untuk

mengeluarkan lendir dan benda asing menjauhi paru menuju

laring.

c. Bronkiolus.

Membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis

yang tidak mempunyai kelenjar lendir dan silia. Bronkiolus

terminalis kemudian menjadi bronkiolus respiratori yang


11

n
menjadi saluran transisional antara jalan udara konduksi da

jalan udara pertukaran gas.

d. Alveoli.

Paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli. Terdapat tiga jenis sel

alveolar, sel alveolar tipe I adalah sel epitel yang membentuk

dinding alveolar. Sel alveolar tipe II sel-sel yang aktif secara

metabolik, mensekresi surfactan, suatu

fosfolipid yang melapisi permukaan dalam dan mencegah

alveolar agar tidak kolaps. Sel alveolar tipe III adalah

makrofag yang merupakan sel–sel fagositosis yang besar

yang memakan benda asing dan bekerja sebagai mekanisme

pertahanan penting.

e. Alveoulus.

Struktur anatomi yang memiliki bentuk yang berongga.

Terdapat pada parenkim paru-paru, yang merupakan ujung

dari pernapasan, dimana kedua sisi merupakan tempat

pertukaran darah.

f. Paru-paru.

Merupakan alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari

gelembung (gelombung hawa, alveoli).

2.2.2 Fisiologi Pernapasan.


12
Fungsi paru-paru ialah pertukaran gas oksigen dan karbon

dioksida. Pada pernafasan melalui par-paru atau pernafasan

eksterna, oksigen dipungut melalui hidung dan mulut pada waktu

bernafas; oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronchial ke

alveoli, dan dapat berhubungan erat dengan darah di dalam kapiler

pulmonaris (Pearce. C. E, 2009).

Proses fisiologi pernapasan dimana oksigen dipindahkan dari udara

ke dalam jaringan, dan karbondioksida dikeluarkan ke udara

ekspirasi dapat dibagi menjadi 3 stadium. Stadium pertama adalah

ventilasi, yaitu masuknya campuran gas-gas ke dalam dan keluar

paru-paru. stadium kedua adalah transportasi, yang terdiri dari

beberapa aspek :

1) Difusi gas-gas antara alveolus dan kapiler paru-paru (respirasi

eksterna) dan antara darah sistemik dan sel-sel jaringan.

2) Distribusi darah dalam sirkulasi pulmonar.

3) Reaksi kimia dan fisik dari O2 dan CO2 dengan darah.

Stadium terakhir adalah respirasi sel atau respirasi interna, yaitu

pada saat metabolik dioksidasi untuk mendapatkan energi, dan CO 2

terbentuk sebagai sampah proses metabolisme sel dan dikeluarkan

oleh paru-paru. Jumlah udara yang diinspirasi atau diekspirasi pada

setiap kali bernapas disebut volume tidal yaitu sekitar 500 ml.

Kapasitas vital paru-paru, yaitu jumlah udara maksimal yang dapat


13

diekspirasi sesudah inspirasi maksimal sekitar 4500 ml. Volume

residu, yaitu jumlah udara yang tertinggal dalam paru-paru sesudah

ekspirasi maksimal sekitar 1500 ml (Price & Wilson, 2005).

Di dalam paru-paru, karbon dioksida, salah satu hasil buangan

metabolisme, menembus membran alveoler-kapiler dari kapiler

darah ke alveoli dan setelah melalui pipa bronkial dan trakea,

dinapaskan keluar melalui hidung dan mulut.

Empat proses yang berhubungan dengan pernapasan pulmoner atau

pernapasan eksterna :

1) Ventilasi pulmoner, atau gerak pernapasan yang menukar

udara dalam alveoli dengan udara luar.

2) Arus darah melalui paru – paru.

3) Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian sehingga

dalam jumlah tepat dapat mencapai semua bagian tubuh.

4) Difusi gas yang menembusi membran pemisah alveoli dan

kapiler. CO2 lebih mudah berdifusi dari pada oksigen.

Semua proses ini diatur sedemikian sehingga darah yang

meninggalkan paru-paru menerima jumlah tepat CO2 dan O2. Pada

waktu gerak badan, lebih banyak darah datang di paru-paru

membawa terlalu banyak CO2 dan terlampau sedikit O2. Jumlah

CO2 itu tidak dapat dikeluarkan, maka konsentrasinya dalam darah


14

arteri bertambah. Hal ini merangsang pusat pernapasan dalam otak

untuk memperbesar kecepatan dan dalamnya pernapasan.

Penambahan ventilasi ini mengeluarkan CO2 dan memungut lebih

banyak O2.

Pernapasan jaringan atau pernapasan interna. Darah yang telah

menjenuhkan hemoglobinnya dengan oksigen (oksihemoglobin)

mengitari seluruh tubuh dan akhirnya mencapai kapiler, di mana

darah bergerak sangat lambat. Sel jaringan memungut oksigen dari

hemoglobin untuk memungkinkan oksigen berlangsung, dan darah

menerima, sebagai gantinya, yaitu karbon dioksida.

Perubahan-perubahan berikut terjadi pada komposisi udara dalam

alveoli, yang disebabkan pernapasan eksterna dan pernapasan

interna atau pernapasan jarigan. Udara (atmosfer) yang di hirup:

Nitrogen ..................................................................... 79 % Oksigen

...................................................................... 20 %

Karbon dioksida ....................................................... 0-0,4 %

Udara yang masuk alveoli mempunyai suhu dan kelembaban

atmosfer

Udara yang diembuskan:

Nitrogen....................................................................... 79 %
15

Oksigen....................................................................... 16 %

Karbon dioksida ........................................................ 4-0,4 %


Daya muat udara oleh paru-paru. Besar daya muat udara oleh

paru-paru ialah 4.500 ml sampai 5000 ml atau 41/2 sampai 5 liter

udara. Hanya sebagian kecil dari udara ini, kira-kira 1/10 nya atau

500 ml adalah udara pasang surut (tidal air), yaitu yang di hirup

masuk dan dihembuskan keluar pada pernapasan biasa dengan

tenang.

Kapasitas vital, volume udara yang dapat di capai masuk dan

keluar paru-paru pada penarikan napas paling kuat disebut

kapasitas vital paru-paru. Diukurnya dengan alat spirometer. Pada

seoranng laki-laki, normal 4-5 liter dan pada seorang perempuan,

3-4 liter. Kapasitas itu berkurang pada penyakit paru-paru,

penyakit jantung (yang menimbulkan kongesti paru-paru) dan

kelemahan otot pernapasan (Pearce. C. E, 2009).

2.3 Etiologi.

Menurut (LeMone. Atai, 2016) pneumonia didapatkan oleh 2 penyebab

antara lain : infeksius dan noninfeksius. Penyebab infeksius yaitu

bakteri, virus, jamur, protozoa dan mikroba. Sedangkan penyebab

noninfeksius anatara lain adalah aspirasi isi lambung dan inhalasi gas

beracun atau gas yang mengiritasi. Pneumonia infeksius sering kali


16

diklasifikasikan sebagai infeksi yang didapat komunitas, infeksi

nosokpomial (didapat dirumah sakit), atau oportunistik (Imun menurun).

Berikut tabel umum penyebab pneumonia pada orang dewasa ( LeMone.

Atal, 2016).

Didapat Komunitas Didapat Rumah Oportunistiik.


Sakit
- Streptococcus - Staphylococcus Pneumocystis
pneumonia. - aureus. carinii.
- Mycoplasma - Pseudomonas - Mycobacterium
pneumonia. aeruginosa. tuberculosis.
- Haemophilus - Klebsiella - Cytomegaloviru
influenza. pneumonia. s (CMV).
- Influenza virus. - Eschericia coli. - Mikobakteria
- Chlamydia pneumonia. atipikal.
- Legionella - Jamur.
pneumophila

Table 2.1 Umum Penyebab Pneumonia

Penyebaran infeksi terjadi melalui droplet dan sering disebabkan oleh

streptoccus pneumonia, melalui slang infuse oleh staphylococcus aureus

sedangkan pada pemakaian ventilator oleh p.aeruginosa dan enterobacter.

Dan masa kini terjadi karena perubahan keadaan pasien seperti kekebalan

tubuh dan penyakit kronis, polusi lingkungan, penggunaan antibiotik yang

tidak tepat (Nurarif & Kusuma, 2015).

2.4 Klasifikasi.

Klasifikasi pneumonia berdasarakan anatomi (pola keterlibatan paru)

(LeMone. Atal, 2016) antara lain :


17

1. Pneumonia lobal, biasanya mengenai seluruh lobus paru. Proses

awalnya, ketika respons imun minimal, bakteri menyebar sepanjang

lobus yang terkena dengan akumulasi cepat. Cairan edema karena

terjadi respons imun dan inflamasi, RBC dan neutrofil, merusak sel

epitel, dan fibrin berakumulasi dalam alveoli. Eksudat purulen

mengandung neurofil dan makrofag terbentuk. Karena alveoli dan

bronkiolus pernafasan terisi dengan eksudat, sel darah, fibrin, dan

bacteria, konsolidasi (solidifikasi) jaringan paru terjadi. Akhirnya,

proses sembuh karena enzim menghancurkan eksudat dan sisa debris

direabsorpsi, di fagosit, atau dibatukan keluar.

2. Bronkopneumonia (pneumonia lobularis), Biasanya mengenai bagian

jaringan paru terkait, ditandai dengan konsolidasi bercak. Eksudat

cenderung tetap terutama di bronki dan bronkiolus, dengan sedikit

edema dan kongesti alveoli daripada Pneumonia lobar.

3. Pneumonia interstisial (Bronkiolitis), proses inflamasi terutama

melibatkan interstisium : dinding alveolar dan jaringan ikat yang

menyokong pohon bronchial. Keterlibatan dapat berupa bercak atau

difus karena limfosit, makrofag, dan sel plasma menginfiltrasi septa

alveolar. Ketika alveoli biasanya tidak mengandung eksudat yang

banyak, membrane hialin yang kaya protein dpat melapisi alveoli,

mengandung pertukaran gas.

4. Pneumonia milier, pada pneumonia milier, sejumlah lesi inflamasi

memiliki ciri tersendiri terjadi sebagai akibat penyebaran patogen ke

paru melalui aliran darah. Pneumonia milier umumnya terlihat pada


18

orang yang mengalami luluh imun berat. Sebagai akibatnya, respons

imun buruk dan kerusakan jaringan pleura sangat signifikan.

Klasifikasi pneumonia berdasarkan inang dan lingkungan (LeMone. Atal,

2016) :

1. Pneumonia Komunitas (Community-Acquired Pneumonia).

Pneumonia komunitas merupakan salah satu penyakit infeksius

yang sering di sebabkan oleh bakteri yaitu Streptococcus pneumonia.

Bakteri ini terletak di saluran napas atas pada hingga 70% orang

dewasa. Bakteri ini dapat menyebar secara langsung dari kontak orang

ke orang melalui droplet.

2. Penyakit Legionnaire.

Penyakit Legionnaire adalah bentuk bronkopneumonia yang

disebabkan oleh legionella pneumophilia, bakteri gram negative yang

secara luas ditemukan dalam air, terutama air hangat. Perokok, lansia,

dan orang yang menderita penyakit kronik atau gangguan pertukaran

imun merupakan orang yang paling rentan terhadap penyakit

Legionnaire.

3. Pneumonia Atipikal Primer

Pneumonia disebabkan oleh Mycoplasma pneumonia umumnya

diklasifikasikan sebagai Pneumonia Atipikal Primer karena

manifestasi dan rangkaian penyakit sangat berbeda dengan Pneumonia

bakteri lainnya. Dewasa muda khususnya mahasiswa dan calon

anggota militer merupakan populasi yang umumnya terkena.


19

Pneumonia ini sangat menular.

4. Pneumonia Virus.

Pneumonia virus umumnya merupakan penyakit ringan yang sering


kali mengenai lansia dan orang yang mengalami kondisi kronik.

Sekitar 10% pneumonia ini terjadi pada orang dewasa.

5. Pneumonia Pneumosis

Orang yang mengalami luluh imun yang parah beresiko terjadinya

pneumonia oportunistik yang disebabkan oleh Pneumocystis jiroveci,

parasit yang lazim ditemukan di seluruh dunia. Infeksi oportunistik

dapat terjadi pada orang yang ditangani dengan imunosupresif atau

obat sitotoksik untuk kanker atau transplan organ.

6. Pneumonia Aspirasi.

Pneumonia aspirasi merupakan aspirasi isi lambung ke paru-paru yang

menyebabkan pneumonia kimia dan bakteri.


20

Pneumonia yang umum ditemukan :

No. E tiologi K omplikasi


J
enis Pneumonia Tanda dan Gejala
1 Pneumonia Bakterialis Streptococcus Lesi herpes simpleks sering timbul pada Syok, efusi plura, superinfeksi, Pneumonia steptokokus pneumonia
wajah. Biasanya mengenai satu lobus atau perikarditis dan otitis media.
lebih. Bakteremia umum terjadi. Infiltrate lobus
kanan bawah biasanya tampak pada
rontgen dada, kadang dengan pola
bronkopneumonia.
2. Pneumonia stafilokokus Staphylococcus aureus Hipoksemia berat,
sianosis, infeksi Pneumotoraks atau efusi pleural, abses nekrotik.
Bakteremia umum terjadi. paru, emplema, meningitis, edokarditis.
3 Pneumonia klebsiella Klebsiella pneumonia Nekrosis jaringan terjadi dengan cepat Abses paru multiple dengan (basilus
aerobic gram dalam paru-paru (menyerupai TB) dengan pembentukan kista, empiema, negative basilus pembentukan ruang
pada beberapa pasien. perikarditis, efusi pleura. Mungkin Friedlander parah, berkembang mengarah pada hasil
berkapsul) yang fatal.
4 Pneumonia pseudomonas Pseudomonas Konsolidasi difus tampak pada gambaran Mencakup peronggaan paru.
aeruginosa rontgen dada. Mempunyai kapasitas untuk menyerang pembuluh darah, menyebabkan hemoragi dan infark paru.
Biasanya menimbulkan perawatan di rumah sakit.
5. Haemophilus influenza Haemophilus influenza Seringkali awitan tersembunyi yang Abses paru dan efusi pleura. berkaitan dengan infeksi
system
pernafasan atas 2 sampai 6 minggu
sebelum awitan penyakit. Demam, menggigil,
batuk produktif.
6. Pneumonia Atipikal Legionella Gejala-gejalanya seperti flu. Demam Hipotensi, syok dan gagal ginjal akut. Penyakit legionnaires. pneumophila
tinggi dengan deficit nadi-suhu (bradikar-
dia relative), kelam piker, sakit kepala, nyeri
pleuritis, mialgia, dispnea, batuk

produktif, hemoptisis.
Sakit tenggorok, hidung tersumbat, nyeri Meningitis aseptic, meningoensefalitis, telinga,
sakit kepala, demam rendah, nyeri ataksia serebral, sindrom Guillain-Berre,
pleuritis, mialgia, diare, ruam eritema, mielitis transver-sal, perikarditis, faringitis.
miokarditis.
7. Pneumonia Atipikal Mycoplasma Pada kebanyakan pasien, influenza mulai Infeksi bacterial superimposed, sebagai
(lanjutan). pneumonia infeksi akut system pernafasan bronkopneumonia. atas; yang lainnya mengalami
Pneumonia mikoplasma bronchitis, pleurisi dan yang lainnya lagi mengalami gejala-gejala saluran cerna.
Infiltrate paru pada gambar rontgen dada. Gagal napas.
8. Pneumonia virus Virus influenza tipe A
BC Batuk, hemoptisis, infiltrate. Tidak ada komplikasi.
Suara serak, demam, faringitis, rhinitis, Reinfeksi dan ARDS batuk
nonproduktif, mialgias, artalgia.
Penurunan BB, demam, berkeringat Reinfeksi dan ARDS
9. Pneumonia pneumocictis Penumocyctis carinil malam, hemoptisis, pembentukan sputum,
Carinil (PCP). hemoptisis, infitrat nonspesifik (lobus
10. Pneumonia fungi Aspergillus fumigates. bawah), pembesaran nodus hilus, efusi
11. Pneumonia klamidia Cipittaci pleura pada gambar rontgen dada.
(pneumonia TWAR)
12. Tuberculosis Mycobacterium
tuberculosis.
2.2 Pneumonia Umum Ditemukan.

Sumber : Brunner & Suddarth, 2002.


21
22

2.5 Manifestasi Klinis.

Tanda dan gejala yang biasanya dijumpai pada pneumonia adalah demam

atau panas tinggi disertai batuk berdahak yang produktif, napas cepat

(frekuensi nafas >50 kali/menit), selain itu pasien akan merasa nyeri dada

seperti ditusuk pisau atau sesak, sakit kepala, gelisah dan nafsu makan

berkurang (Rikesdas, 2013). Pneumonia bacterial (pneumokokus) secara

khas diawali dengan awitan menggil, demam yang timbul dengan cepat

(39,5o sampai 40,5o), dan nyeri dada yang tersa ditusuk-tusuk yang

dicetuskan oleh bernapas dan batuk. Pasien sangat sakit dengan takipnea

sangat jelas disertai dengan pernapasan mendengkur, pernapasan cuping

hidung, dan penggunaan otot-otot aksesori pernapasan. Pneumonia atipikal

beragam dalam gejalanya, tergantung pada organism penyebab.

Banyak pasien mengalami infeksi saluran pernapasan atas (kongestinasal,

sakit tenggorokan), dan awitan gejala pneumonianya bertahap. Gejala yang

menonjol adalah sakit kepala, demam tingkat rendah, nyeri pleuritis

mialgia, ruam, dan faringitis. Nadi cepat dan berkesenambungan. Nadi

biasanya meningkat sekitar 10 kali/menit untuk kenaikan satu derajat

celcius. Pada banyak kasus pneumonia, pipi berwarna kemerahan, warna

mata menjadi lebih terang, dan bibir serta bidang kuku sianotik.

Tanda-tanda lain terjadi pada pasien dengan kondisi lain seperti kanker,

atau pada mereka yang menjalani pengobatan dengan imunosupresan,


23

yang menurunkan daya tahan terhadap infeksi dan terhadaporganisme

yang sebelumnya tidak dianggap pathogen serius.

Tanda-tanda klinis utama pneumonia menurut (Betz & Sowden, 2009)


meliputi hal-hal sebagai berikut :

1) Batuk.

2) Dispnea.

3) Takipea.

4) Pucat, tampilan kehitaman, atau sianosis (biasanya tanda lanjut).

5) Melemah atau kehilangan suara nafas.

6) Retaksi dinding thorak : interkostal, substernal, diafragma, atau

Nafas cuping hidung.

7) Nyeri abdomen (disebabkan oleh iritasi diafragma oleh paru

terinfeksi didekatnya).

8) Batuk paroksismal mirip pertusis (sering terjadi pada anak yang

lebih kecil).

9) Anak-anak yang lebih besar tidak Nampak sakit.

10) Demam

11) Sakit kepala sesak nafas.

12) Menggigil.

13) Berkeringat.

Ada beberapa faktor resiko pneumonia (Depkes RI, 2005):

1) Usia tua atau anak-anak.

2) Merokok.
24

3) Adanya penyakit paru yang menyertai.

4) Infeksi Saluran Pernapasan yang disebabkan oleh virus.

5) Splenektomi (Pneumococcal Pneumonia).


6) Obstruksi bronkhial.

7) Immunocompromise atau mendapat obat Immunosupressive seperti

kortikosteroid.

8) Perubahan kesadaran (predisposisi untuk pneumonia aspirasi).

Tanda dan gejala menurut (Robinson & Saputra, 2014) antara lain :
1. Batuk 9. Sesak napas.

2. Dispnea. 10. Produksi sputum.

3. Lemah. 11. Berkeringat.

4. Demam. 12. Penurunan saturasi

5. Pusing. oksigen dengan alat

6. Nyeri dada pleuritik. oksimetri denyut

(pulse oximetry
7. Napas cepat dan
reading).
dangkal.
13. Ronki dan
8. Menggigil.

2.6 Patofisiologi/Woc.

melemahnya bunyi

nafas.
Gambaran patologis tertentu dapat ditunjukkan oleh beberapa bakteri

tertentu bila dibandingkan dengan bakteri lain. Infeksi Streptococcus


25

pneumonia biasanya bermanisfestasi sebagai bercak-bercak konsolidasi

merata di seluruh lapangan paru (bronkopneumonia), dan pada remaja

dapat berupa konsolidasi pada satu lobus (pneumonia lobaris).

Pneumotokel atau abses-abses kecil sering disebabkan oleh

Staphylococcus aureus pada neonates, karena Staphylococcus aureus

menghasilkan berbagai toksin dan enzim seperti hemolisin, lekosidin,

stafilokinase, dan koagulase. Toksin dan enzim ini menyebabkan nekrosis

pendarahan, dan kavitasi. Koagulase berinteraksi dengan faktor plasma

dan menghasilkan bahan aktif yang mengkonversi fibrinogen menjadi

fibrin, sehingga terjadi eksudat fibrinopurulen. Terdapat korelasi antara

produksi koagulase dan virulensi kuman. Staphylococcus yang tidak

menghasilkan koagulase jarang menimbulkan penyakit yang serius.

Pneumotokel dapat menetap hingga berbulan- bulan, tetapi biasanya tidak

memerlukan terapi lebih lanjut (Rahajoe dkk, 2008).

Sedangkan Pneumonia bacterial menyerang baik ventilasi maupun difusi.

Suatu reaksi-reaksi infalamsi yang dilakukan oleh pneumokokus terjadi

pada alveoli dan menghasilkan eksudat, yang mengganggu gerakan dan

difusi okisegen serta karbon dioksida. Sel-sel darah putih, kebanyakan

neutrofil, juga bermigrasi ke dalam alveoli dan memenuhi ruang yang

biasanya mengandung udara. Area paru tidak mendapat ventilasi yang

cukup karena sekresi, edema mukosa, dan bronkospasme, menyebabkan

oklusi parsial bronki atau alveoli dengan mengakibatkan penurunan

tahanan oksigen alveolar. Darah vena yang memasuki paru-paru lewat


26

melalui area yang kurang terventilasi dan keluar ke sisi kiri jantung tanpa

mengalami oksigenasi. Pada pokoknya, darah terpirau dari sisi kanan ke

sisi kiri jantung. Percampuran darah yang teroksigenasi dan tidak

teroksigenasi ini akhirnya mengakibatkan hipoksemia arterial. (Brunner &

Suddarth, 2002).
26
29

2.7 Pemeriksaan Penunjang.

1. Sinar x : Mengidentifikasikan distribusi structural (misal: labor,

bronchial), dapat juga meyatakan abses.

2. Biopsy paru : Untuk menetapkan diagnosis.

3. Pemeriksaan gram atau kultur, sputum dan darah : untuk dapat

mengidentifikasi semua organisme yang ada.

4. Pemeriksaan serologi : Membantu dalam membedakan diagnosis

organisme khusus.

5. Pemeriksaan fungsi paru : Untuk mengetahui paru-paru, menetapkan

luas berat penyakit dan membantu diagnosis keadaan.

6. Spirometrik static : Untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi.

7. Bronkostopi : Untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda

asing. (Nurarif & Kusuma, 2015).

Pneumonia didiagnosis berdasarkan tanda klinik dan gejala, hasil

pemeriksaan laboratorium dan mikrobiologis, evaluasi foto x-ray dada

(IDAI, 2009). Berikut untuk pemeriksaan penunjang pada pneumonia :

1. Pemeriksaan Radiologi.

Foto thoraks (PA/lateral) merupakan pemeriksaan penunjang

utama untuk menegakkan diagnosis. Gambaran radiologis dapat

berupa infiltrate sampai konsolidasi dengan air broncogram,

penyebab bronkogenik dan interstisial serta

gambar kaviti. Gambar adanya infiltrate dari foto x-ray

merupakan standar yang memastikan diagnosis (IDAI, 2009).


30

Foto thoraks saja tidak dapat secara khas menentukan penyebab

pneumonia, hanya merupakan petunjuk kearah diagnosis etiologi,

misalnya gambaran pneumonia lobaris tersering disebabkanoleh

Steptococcus pneumonia, pseudomonas aeruginosa sering

memperlihatkan infiltrate bilateral atau gambaran

bronkopneumonia sedangkan klebsiela pneumonia sering

menunjukkan konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan

meskipun dapat mengenai beberapa lobus.

2. Pemeriksaan Laboratorium.

Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah

leukosit biasanya lebih dari 10.000/ul kadang-kadang mencapai

30.000/ul, dan pada hitungan jenis leukosit terdapat pergeseran ke

kiri serta terjadi peningkatan LED. Untuk menentukan diagnosis

etilogi diperlukan pemeriksaan dahak, kultur darah dan serologi.

Kultur darah positif pada 20-25% penderita yang tidak diobati,

analisis gas darah menunjukkan hipoksemia dan hikarbia, pada

stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik.

2.8 Penatalaksanaan.

2.8.1 Keperawatan

Kepeda penderita yang penyakitnya tidak berat, bisa diberikan

antibiotic per-oral, dan tetap tinggal dirumah. Penderita yang lebih

tua dan penderita dengan sesak nafas atau dengan penyakit jantung

atau paru lainnya, harus dirawat dan antibiotic diberikan melalui


31

infuse. Mungkin perlu diberikan oksigen tambahan, cairan

intravena dan alat bantu nafas mekanik. Kebanyakan penderita

akan memberikan respon terhadap pengobatan dan keadaannya

membaik dalam waktu 2 minggu. Penatalaksanaan umum yang

dapat diberikan antara lain :

1. Oksigen 1-2 L/menit.

2. IVFD dekstrose 10 % , NaCl 0,9% = 3 : 1, + KCl 10

mEq/500 ml cairan.

3. Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status

hidrasi.

4. Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makanan enteral

bertahap melalui selang nasogastrik dengan feeding drip.

5. Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi

dengan salin normal dan beta agonis untuk memperbaiki

transport mukosilier.

6. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit

(Nurarif & Kusuma, 2015).

2.8.2 Medis

Konsolidasi atau area yang menebal dalam paru-paru yang akan

tampak pada rontgen dada mencakup area berbercak atau

keseluruhan lobus (pneumonia lobaris). Pada pemeriksaan fisik,

temuan tersebut dapat mencakup bunyi napas bronkovesikular atau


32

bronchial, krekles, peningkatan fremitus, egofani, dan pekak pada

perkusi. Pengobatan pneumonia termasuk pemberian antibiotik

yang sesuai seperti yang ditetapkan oleh hasil pewarnaan gram.

Selain itu untuk pengobatan pneumonia yaitu eritromisin, derivat

tetrasiklin, amantadine, rimantadine, trimetoprim-sulfametoksazol,

dapsone, pentamidin, ketokonazol. (Brunner & Suddarth, 2002).

Untuk kasus pneumonia community base :

1) Ampisilin 100 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian.

2) Kloramfenikol 75 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian

Untuk kasus pneumonia hospital base :

1) Sefatoksim 100 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.

2) Amikasin 10-15 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.

(Nurarif & Kusuma, 2015,68).

2.9 Komplikasi.

1. Pneumonia ekstrapulmoner, pneumonia pneumokokus


dengan

bakteriemi.

2. Pneumonia ekstrapulmoner non infeksius gagal ginjal, gagal

jantung, emboli paru dan infark miokard akut.

3. ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrom).

Komplikasi lanjut berupa :

1. pneumonia nosokomial.
33

2. Sepsis.

3. Gagal pernafasan, syok, gagal multiorgan.

4. Penjalaran infeksi (abses otak, endokarditis).

5. Abses paru.

6. Efusi pleura.

Komplikasi yang mungkin terjadi pada pneumonia (Brunner & Suddarth,

2002) antara lain :

1. Hipotensi dan syok.

2. Gagal pernafasan.

3. Atelektasis.

4. Efusi plural.

5. Delirium.

6. Superinfek.
34

B. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian keperawatan adalah tahap pertama dalam proses keperawatan

dan merupakan suatu proses yang sitematis dalam mengumpulkan data

dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi

status kesehatan klien. Pengkajian keperawatan ditunjukan pada respon

klien terhadap masalah kesehatan yang berhubungan dengan kebutuhan

dasar manusia (Nursalam, 2001).

1) Identitas Klien.

Nama, umur, jenis kelamin, tempat tanggal lahir, golongan darah,

pendidikan terakhir, agama, suku, status perkawinan, pekerjaan,

TB/BB, alamat. Pada kasus pneumonia banyak terjadi pada :

- Jenis kelamin : Paling banyak menderita pneumonia yaitu laki-

laki tapi tidak menutup kemungkinan perempuan.

- Umu : Usia yang paling rentang terkena pneumonia yaitu usia

tua (lanjut usia) dan anak-anak.

2) Riwayat Kesehatan.

a. Riwayat Kesehatan Sekarang.

Gejala saat ini dan durasinya : adanya sesak nafas atau kesulitan

bernafas, nyeri dada dan kaitan nyeri dengan pernapasan: batuk,

produktif atau tidak produktif, warna, konsistensi sputum,: gejala

lain: kesakitan pernapasan atas saat ini atau kesakitan akut lain;
35

penyakit kronik seperti DM, PPOK, atau penyakit jantung;

medikasi saat ini; alergi obat. (LeMone atal, 2016).

b. Riwayat kesehatan dahulu.

Dengan riwayat penyakit yang diderita klien yang berhubungan

dengan penyakit saat ini atau penyakit yang mungkin dapat

dipengaruhi atau memengaruhi penyakit yang diderita klien saat

ini (Rohman & Walid, 2009).

c. Riwayat Kesehatan keluarga.

Riwayat kesehatan keluarga dihubungkan dengan kemungkinan

adanya penyakit keturunan,kecenderungan alergi dalam satu

keluarga,penyakit yang menular akibat kontak langsung antara

anggota keluarga (Rohman & Walid, 2009).

3) Pemeriksaan fisik :

Tampilan, distress nyata, tingkat kesadaran : tanda-tanda vital, antara

lain suhu; warna aksesorius, pernapasan; suara paru. (LeMone. atal,

2016). Pemeriksaan fisik dengan pendekatan persistem dimulai

dari kepala Sampai ujung kaki dapat lebih mudah. Dalam melakukan

pemeriksaan fisik perlu dibekali kemampuan dalam melakukan

pemeriksaan fisik secara sistematis dan rasional. Teknik pemeriksaan

fisik perlu modalitas dasar yang digunakan meliputi: inspeksi,

palpasi, perkusi, dan auskultasi. (Mutaqqin, 2010)

a. Penampilan umum

Yaitu penampilan klien dimulai pada saat mempersiapkan klien

untuk pemeriksaan.
36

b. Kesadaran.

Status kesadaran dilakukan dengan dua penilaian yaitu kualitatif

dan kuantitatif, secara kualitatif dapat dinilai antara lain yaitu

composmentis mempunyai arti mengalami kesadaran penuh

dengan memberikan respon yang cukup terhadap stimulus yang

diberikan, apatis yaitu mengalami acuh tak acuh terhadap

lingkungan sekitarnya, samnolen yaitu mengalami kesadaran

yang lebih rendah dengan ditandai tampak mengantuk bahwa

untuk, sopor mempunyai arti bahwa klien memberikan respon

dengan rangsangan yang kuat dan refleks pupil terhadap cahaya

tidak ada. sedangkan penilaian kesadaran terhadap kuantitatif

dapat diukur melalui penilaian (GCS) Glasgow Coma Scale

dengan aspek membuka mata yaitu, 4 respon verbal yaitu 5 dan

respons motorik yaitu nilai 6 (Aziz alimul, 2009).

c. Tanda-Tanda Vital

Tanda-tanda vital merupakan pemeriksaan fisik yang rutin

dilakukan dalam berbagai kondisi klien. Pengukuran yang paling

sering dilakukan adalah pengukuran suhu, dan frekuensi

pernafasan (Mutaqqin, 2010). Pada pasien pneumonia biasanya

mengalami demam suhu diatas 370c, pernapasan cepat

(Tachypnea).
1. Kepala.

1) Rambut
37

Kulit kepala tampak bersih, tidak ada luka, ketombe

tidak ada, pertumbuhan rambut jarang, warna rambut

hitam, kekuatan rambut: mudah dicabu atau tidak, dan

tidak ada pembengkakan atau tidak ada nyeri tekan.

2) Mata

Kebersihan mata: mata tanpak bersih, gangguan pada

mata: mata berfungsi dengan baik, pemeriksaan

konjungtiva: anemis atau ananemis, sclera biasanya

putih, pupil: isokor atau anisokor dan kesimetrisan

mata: mata simetris kiri dan kanan dan ada atau

tidaknya massa atau nyeri tekan pada mata.

3) Telinga

Fungsi pendengaran: biasanya berfungsi dengan baik,

bentuk telinga simetris kiri dan kanan, kebersihan

telinga.

4) Hidung

Kesimetrisan hidung: biasnya simetris, kebersihan

hidung, nyeri sinus, polip, fungsi pembauan dan apakah

menggunakan otot bantu pernapasan.

5) Mulut dan Gigi

Kemampuan bicara, adanya batuk atau tidak, adanya

sputum saat batuk atau tidak, keadaan bibir, keadaan

platum, kelengkapan gigi, dan kebersihan gigi.

6) Leher.
38

Biasanya simetris kiri dan kanan, gerakan leher; terbatas

atau tidak, ada atau tidak pembesaran kelenjer thyroid,

ada atau tidaknya pembesaran vena juguralis dan

kelenjer getah bening.

7) Thorak

a) Paru-paru

Inspeksi : Perhatikan kesimetrisan gerakan dada,

frekuensi napas cepat (tachipnea), irama,

kedalamannya pernapasan cuping hidung,

Palpasi : Adanya nyeri tekan, fremitus traktil

bergetar kiri dan kanan.

Auskultasi : Suara napas ronchi (nada rendah dan

sangat kasar terdengar baik saat inspirasi maupun

saat ekspirasi).

Perkusi : Terdengar bunyi redup (Dullnes) adanya

jaringan yang lebih padat atau konsolidasi paru-

paru seperti pneumonia.

b) Jantung

Inspeksi : Perhatikan kesimetrisan dada, Ictus

cordis tampak atau tidak.

Palpasi : Ictus cordis teraba, tidak ada massa

(pembengkakan) dan ada atau tidaknya nyeri tekan.

Perkusi : Perkusi jantung pekak (adanya suara


39

perkusi jaringan yang padat seperti pada daerah

jantung).

Auskultasi : Terdengan Suara jantung I dan suara

jantung II (terdengar bunyi lub dub lub dub) dalam

rentang normal.

c) Abdomen

Inspeksi : Bentuk abdomen, kesimetrisan abdomen,

ada atau tidaknya lesi, ada atau tidaknya stretch

mark.

Auskultasi : Mendengarkan bising usus (normal 5-

30 x/ menit).

Perkusi : Terdengar suara tympany (suara berisi

cairan).

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada

pemberasan hepar.

8) Punggung

Tidak ada kelaina bentuk punggung, tidak ada terdapat

luka pada punggung.

9) Estremitas

Atas : terpasang infuse, apa ada kelemahan atau tidak

pada ekstremitas atas.

Bawah: ada atau tidaknya gangguna terhadap

ekstremitas bawah seperti : kelemahan.


40

Penilaian Kekuatan Otot mempunyai skala ukur yang

umumnya dipakai untuk memeriksa penderita yang

mengalami kelumpuhan selain mendiagnosa status

kelumpuhan juga dipakai untuk melihat apakah ada

kemajuan yang diperoleh selama menjalani perawatan

atau sebaliknya apakah terjadi perburukan pada

penderita. (Suratun, dkk, 2008). Penilaian tersebut

meliputi :

1) Nilai 0: Paralisis total atau tidak ditemukan adanya


kontraksi pada otot,
2) Nilai 1: Kontaksi otot yang terjadi hanya berupa
perubahan dari tonus otot, dapat diketahui dengan
palpasi dan tidak dapat menggerakan sendi,
3) Nilai 2: O tot hanya mampu mengerakkan
persendian tetapi kekuatannya tidak dapat melawan
pengaruh gravitasi,
4) Nilai 3: Dapat menggerakkan sendi, otot juga
dapat melawan pengaruh gravitasi tetapi tidak
kuat terhadap tahanan yang diberikan pemeriksa,
5) Nilai 4: Kekuatan otot seperti pada derajat 3
disertai dengan kemampuan otot terhadap tahanan
yang ringan,
6) Nilai 5: Kekuatan otot normal.
10) Genetalia

Terpasang kateter atau tidak.

11) Integument.

Turgor kulit baik atau tidak, kulit kering.

d. Pemeriksaan Penunjang
41

Pada pemeriksaan penunjang ditulis tanggal pemeriksaan, jenis

pemeriksaan, hasil dan satuanya. Pemeriksaan penunjang

diantaranya: pemeriksaan laboratorium, foto rotgen, rekam

kardiografi, dan lain-lain (Rohman & Walid, 2010).

e. Therapy

Pada therapy tulis nama obat lengkap, dosis, frekuensi pemberian

dan cara pemberian, secara oral, parental dan lain-lain (Rohman

& Walid, 2010).

4. Analisa data

Merupakan proses berfikir secara ilmiah berdasarkan teori-teori yang

dihubungkan dengan data-data yang ditemukan saat pengkajian.

Menginter pretasikan data atau membandingkan dengan standar

fisiologis setelah dianalisa, maka akan didapatkan penyebab

terjadinya masalah pada klien (Wong donna. L, 2009).

2. Diagnosa.

Diagnosa keperawatan adalah : pernyataan yang jelas singkat dan pasti

tentang masalah pasien serta penyebabnya yang dapat dipecahkan atau

diubah melalui tindakan keperawatan.

Menurut (Dianosa Medis & Nanda, 2015). Kemungkinan Diagnosa

keperawatan yang muncul adalah :

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi

jalan nafas: spasme jalan nafas, sekresi tertahan, banyaknya

mukus, adanya jalan nafas buatan, sekresi bronkus, adanya

eksudat di alveolus, adanya benda asing di jalan nafas


42

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan

kapasitas pembawa oksigen darah.

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan isolasi respiratory:

tirah baring atau imobilisasi, kelemahan menyeluruh, ketidak

seimbangan suplai O2 dengan kebutuhan.

4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

anoreksia, akibat toksin bakteri dan rasa sputum.

5. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.

6. Resiko kekurangan volume cairan dengan intake oral tidak

adekuat, takipneu, demam, kehilangan volume cairan secara

aktif, kegagalan mekanisme pengaturan.

7. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan apnea:

ansietas, posisi tubuh, deformitas dinding dada, gangguan


koknitif, keletihan hiperventilasi, sindrom hipovnetilasi, obesitas,

keletihan otot spinal.

3. Intervensi.

Intervensi adalah tindakan yang dirancang untuk membantu klien dalam

beralih dari tingkat yang diinginnkan dalam hasil yang diharapkan

(Gordon, 1994).

Intervensi keperawatan adalah semua tindakan asuhan yang perawat

lakukan atas nama klien. Tindakan ini termasuk intervensi yang di

prakarsai oleh perawat, dokter, atau intervensi kolaboratif (Mc.Closkey &

Bulechek, 2004).
43

Intervensi di bagi menjadi tiga yaitu :

1) Intervensi perawat

Respon perawat terhadap kebutuhan perawatan kesehatan dan

diognosa keperawatan klien. Tipe intervensi ini adalah “suatu

tindakan autonomi berdasarkan rasional ilmiah yang dilakukan untuk

kepentingan klien dalam cara yang diprediksi yang berhubungan

dengan diagnosa keperawatan dan tujuan klien” (Mc.Closkey &

Bulechek, 2004).

Intervensi perawat tidak membutuhkan intruksi dokter atau profesi

lainnya. Dokter seringkali dalam intruksi tertulisnya mencakup

intervensi keperawatan mandiri, namun demikian berdasarkan UU

praktik keperawatan disebagian besar negara bagian, tindakan

keperawatan yang berkaitan dengan aktifitas kehidupan sehari-hari,

penyuluhan kesehatan,promosi kesehatan, dan konseling berada

dalam domain praktik keperawatan.

2) Intervensi dokter

Didasarkan pada respon dokter terhadap diagnosa medis, dan perawat

menyelesaikan intruksi tertulis dokter (Mc.Closkey & Bulechek,

2004).

3) Intervensi kolaboratif.

Terapi yang membutuhkan pengetahuan, keterampilan, dan keahlian

dari berbagai profesional keperawatan kesehatan.


42

INTERVENSI

NO DIAGNOSA NOC NIC


1 Bersihan jalan nafas tidak efektif Respiratory status Airway Suction. kebutuhan oral /
berhubungan dengan obstruksi jalan - tracheal suctioning
nafas: spasme jalan nafas, sekresi Setelah dilakukan tindakan - Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah
tertahan, banyaknya mukus, adanya keperawatan 3 x 24 jam bersihan suctioning
jalan nafas buatan, sekresi bronkus, jalan napas tidak efektif teratasi - Informasikan pada klien dan keluarga tentang
adanya eksudat di alveolus, adanya dengan kriteria hasil : suctioning.
benda asing di jalan nafas - Minta klien nafas dalam sebelum suction
- Mendemontrasikan dilakukan
Batasan karakteristik : Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk
batuk efektif dan suara
- Tidak ada batuk memfasilitasi suksion nasotrakeal
nafas -
- suara nafas tambahan - perubahan Gunakan alat yang steril setiap melakukan
frekuensi nafas. bersih,tidak ada sianosis dan
tindakan
- perubahan irama nafas dyspneu (mampu mengeluarkan -
Monitor status oksigen pasien
- sianosis sputum, mampu bernafas
- kesulitan berbicara/ mengeluarkan dengan mudah, tidak ada - pursed Hentikan suksion dan berikan oksigen apabila
lips) - pasien menunjukan bradikardi,
suara peningkatan saturasi O2, dll
- penurunan bunyi nafas - Menunjukan jalan nafas yang
paten (klien tidak merasa Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau
- dispnue
tercekik, irama nafas, frekuensi - jaw thurst bila perlu.
- sputum dalam jumlah berlebihan.
- batuk yang tidak efektif. - pernafasan dalam rentang
Gelisah. normal, tidak ada suara nafas
abnormal)
Faktor-faktor yang berhubungan - Mampu mengidentifikasikan dan
mencegah faktor yang dapat
- Lingkungan.
menghambat jalan nafas.
- Obstruksi jalan nafas. - Fisiologis
43

2 Gangguan pertukaran gas berhubungan Respiratory Status: Gas exchange. 3 Intoleransi aktivitas berhubungan Energy
dengan gangguan kapasitas pembawa Keseimbangan asam basa, consevation Airway dengan isolasi

oksigen darah. elektroda. respiratory: tirah baring tolerance


Respiratory Status: Ventilation. - Posisikan pasien untuk memaksimalkan
Batasan karakteristik: Vital Sign Status. ventilasi.
- Diaphoresis. - Pasang mayo bila perlu.
- Dispnea Setelah dilakukan tindakan - Lakukan fisioterapi dada jika perlu.
- Gangguan penglihatan. keperawatan selam 3 x 24 jam - Keluarkan secret dengan batuk atau suction.
- Gas darah arteri abnormal. diharapkan gangguan pertukaran - Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
- Gelisah. gas teratasi dengan kriteria hasil: tambahan.
- Hiperkapnia.
- Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
- Hipoksemia. - Mendemontrasikan keseimbangan.
- Hipoksia. peningkatan ventilasi dan - Monitor respirasi dan status O2.
- Iritabilitas. oksigenasi yang adekuat.
- Konfusi. - Catat pergerakan dada, amati kesimetrisan,
- Memelihara kebersihan paru- penggunaan otot tambahan, retraksi otot
- Napas cuping hidung.
paru dan bebas dari tanda- supraclavicular dan intercostals.
- Penurunan karbon dioksida.
- PH arteri abnormal.
tanda distress pernafasan. - Monitor suara nafas, seperti dengkur.
(mis., - Mendemonstrasikan batuk - Monitor pola nafas : bradipena, takipenia,
- Pola pernapasan
abnormal kecepatan, efektif dan suara nafas yang kussmaul, hiperventilasi.
- irama, kedalaman). bersih, tidak ada sianosis - Monitor TTV, AGD, elektrolit dan status
- Sakit kepala saat bangun. dan mental.
- Somnolen. dyspneu (mampu - Observasi sianosis khususnya
- Takikardia. membrane mukosa.
mengeluarkan sputum, mampu
Warna kulit abnormal (mis., pucat,
kehitaman). bernafas dengan mudah, tidak
Factor yang berhubungan ada pursed lips).
- Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi. - Activity Therapy.
Perubahan membrane alveolar-kapiler. - Kolaborasikan dengan tenaga
rehabilitas
44

ventilasi adekuat
atau imobilisasi, kelemahan Batasan karakteristik :
menyeluruh, ketidak seimbangan suplai - Berat badan 20 % atau lebih di Nutritional status : food and fluid Intake
O2 dengan kebutuhan. bawah ideal. Nutritional status : nutrient intake Weight kontrol.
- Dilaporkan adanya intake
makanan
Batasan karakteristik : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam
- Dispnea setelah beraktivitas. medik dalam merencanakan program terapi yang
- Keletihan. tepat
- Ketidaknyamanan setelah beraktivitas. Setelah dilakukan - Bantu klien untuk mengindentifikasi aktivitas
- Perubahan EKG (mis; aritmia, abnormalitas tindakan keperawatan selama 3 x yang mampu dilakukan
konduksi, iskemia). 24 jam diharapkan intoleransi - Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang
- Respons frekuensi jantung abnormal terhadap aktivitas teratasi dengan kriteria hasil:
sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan
aktivitas. sosial
- Respons tekanan darah abnormal terhadap - Berpatisipasi dalam aktifitas fisik
- Bantu untuk mengindentifikasi dan mendapatkan
aktivitas. tanpa disertai peningkatan
sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang
tekanan darah, nadi dan RR.
diinginkan
Factor yang berhubungan : - Mampu melakukan aktifitas
- Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas
- Gaya hidup kurang gerak. sehari (ADLs) secara mandiri
seperti kursi roda, krek
- Imobilitas - Tanda tanda vital normal
- Bantu untuk mengidentifikasikan aktivitas yang
- Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan - Energy psikomotor sesuai
oksigen. - Level kelemahan - Bantu klien untuk membuat jadwal latihan
- Tirah baring lama. - Mampu berpindah: dengan atau diwaktu luang
tanpa bantuan alat - Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi
- Status kardiopulmunari adekuat kekurangan dalam beraktivitas
4 Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh - Sirkulasi status baik Status - Sediakan penguatan positif bagi yang aktif
berhubungan dengan anoreksia, akibat respirasi: pertukaran gas dan - Monitor respon fisik, emosi, social dan spiritual .
toksin bakteri dan rasa sputum.
45

Nutrition management
- Kaji adanya alergi makanan

- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk


menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
di butuhkan pasien
- Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake
- Yakinkan diet yang dimakan mengandung
46

yang kurang dari RDA diharapakan ketidak seimbangan nutrisi - Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan
(Recomended Daily Allowance) kurang dari kebutuhan tubuh teratasi nutrisi yang dibutuhkan
- Membran mukosa dan konjungtiva pucat. dengan kriteria hasil :
- Kelemahan otot yang digunakan untuk
menelan/ mengunyah - Adanya peningkatan berat badan
- Luka, inflamasi pada rongga mulut. sesuai dengan tujuan
- Mudah merasa kenyang, sesaat setelah
- Berat badan ideal dengan tinggi
mengunyah makanan.
badan
- Dilaporkan atau fakta adanya kekurangan
makanan - Mampu mengidentifikasi
- Dilaporkan adanya perubahan sensasi kebutuhan nutrisi
rasa. - Tidak ada tanda-tanda
- Perasaan ketidakmampuan untuk malnutrisi
mengunyah makanan. - Tidak terjadi penurunan berat
- Miskonsepsi. badan yang berarti
- Kehilangan BB dengan tinggi serat untuk mencegah
makanan cukup - Keengganan konstipasi
untuk makan.
- Kram pada abdomen. - Berikan makanan yang terpilih
- Tonus otot jelek. (sudah di konsultasikan dengan
- Nyeri abdominal dengan atau tanpa ahli gizi)
patologi. - Ajarkan pasien bagaiamna
- Kurang berminat terhadap makanan. membuat catatan makanan harian
- Pembuluh darah kapiler mulai rapuh. - Monitor jumlah nutrisi dan
- Diare dan atau steatorrhea. - Kehilangan kandungan kalori
rambut yang cukup banyak - Berikan informasi tentang
(rontok). kebutuhan nutrisi
- Suara usus hiperaktif. - Kurangnya
informasi.
47

Faktor-faktor yg berhubungn : farmaseutikal. - - Monitor tekanan darah, nadi dan RR.


Berat badan - Monitor intake dan out put.
Ketidakmampuan pemasukan atau ekstrem -
- Berikan anti piretik.
mencerna makanan atau Ekonomi
rendah. - Kompres pasien pada lipatan paha
mengabsorpsi zat- zat gizi dan aksila.
berhubungan dengan faktor biologis,
psikologis atau ekonomi.
- Monitor tanda-tanda hipertermi
5. Hipertermi berhubungan dengan dan hipotermi.
proses infeksi. Thermoregulation - Tingkat kan intake cairan dan nutrisi.
- Kerusakan hipotalamus.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 - Komsumsi alcohol.
Batasan karakteristik : - Kurang pengetahuan pemberian asuhan
x 24 jam diharapkan hipertermia teratasi
- Akrosianosis - Bradikardia. tentang pencegahan hipotermia.
dengan kriteri hasil
- Dasar kuku sianotik. - Kurang suplai lemak subkutan.
:
- Hipertensi. - Lingkungan bersuhu rendah.
- Hipoglikemia. - Suhu tubuh dalam rentang
normal. - Malnutrisi.
- Hipoksia. - Pemakaian pakaian yang tidak adekuat.
- Kulit dingin. - Nadi dan RR dalam
- Terapi radiasi.
- Menggigil. rentang normal.
- Penurunan laju metabolisme.
- Pengisian ulang kapiler lambat. - Tidak ada perubahan - Tidak beraktivitas.
- Peningkatan komsumsi oksigen. warna kulit dan tidak ada - Tranver panas (msl; konduksi,konveksi
- Peningkatan laju meta bolik. pusing. evaporasi, radiasi).
- Penurunan kadar glukosa darah. - Trauma.
- Penurunan ventilasi. - Usia ekstem.
- Piloereksi.
- Takikardia. Fever treatment.
- Vasokonstriksi perifer. 6. Resiko kekurangan volume cairan dengan intake
- Monitor suhu sesering oral tidak adekuat, takipneu, demam, kehilangan
mungkin. volume cairan secara aktif, kegagalan
Factor yang berhubungan
mekanisme pengaturan.
dengan: - Agens
48

- Elastisitas turgor - Factor yang mempengaruhi kebutuhan


Factor resiko : kulit baik, Fluid cairan (mis., status hipermetabolik).
management. - Kegagalan fungsi regulator.
- Pertahankan catatan -
intake dan output yang
- Kehilangan volume cairan aktif.
adekuat. membrane mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang
- Kurang pengetahuan.
- Monitor status hidrasi berlebihan.
- Penyimpangan yang
(kelembaban membrane Hypovolemia management.
mempengaruhi absorbs cairan.
mukosa, nadi adekuat, - Monitor status cairan termasuk intake dan
- Penyimpangan yang
tekanan darah ortostatik), ouput cairan.
mempengaruhi akses cairan.
jika diperlukan. - Monitor tingkat Hb dan hematokrit.
- Penyimpangan yang
- Monitor vital sign. - Monitor tanda vital.
mempengaruhi asupan cairan.
- Monitor masukan - Monitor berat badan.
- Fluid balance.
makanan/cairan dan hitung - Dorong pasien untuk menambah intake oral.
- Hydration. intake kalori harian.
- Nutritional status : food and dad sindrom
- Kolaborasikan pemberian a, hipovnetil
fluid. cairan IV.
- Intake. 7. Ketidakef gan asi,
- Monitor status nutrisi. ggu obesitas,
ektifan
- Berikan cairan IV pada an keletihan
Setelah melakukan tindakan pola
suhu ruangan. kok otot
keperawatan 3 x 24 jam diharapkan resiko napas
- Dorong penggantian nitif spinal.
kekurangan volume cairan teratasi dengan berhubun
nesogatrik sesuai output. ,
kriteria hasil : gan
- Dorong keluarga untuk dengan kele Bat
membantu pasien makan. apnea: tiha as
- Mempertahankan urine - Tawarkan snack ( jus buah, n
ansietas, an
output sesuai dengan usia dan buah segar). hipe
posisi ka
BB. - Kehilangan berlebihan rven
tubuh, ra
- TTV dalam batas normal. melalui rute normal (mis., tilas kte
deformita
- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi. diare). i, ris
s dinding
- Berat badan ekstrem. tik
49

: a . pir t k bibir i tindakan


s asi. e sR e keperawatan 3 x 24
- a - B - pen r pe n jam diharapkan
n r uru i is t ketidakefektifan
a nan o rp pola nafas teratasi
p - d ven r ai V dengan kriteria
e i tila . sr i hasil :
r p si - D ia t
u p s se i t a - Mend
b e n me s mo l emont
a r u nit. p er rasika
h u e. - pen n my s n
a b - p uru u a i batuk
n a e nan e ns efekti
g
h n kap jt f dan
n
k a u asit suara
- O aa
e n r nafas
as r nt s
d u vit gu yang
t t
a e n al. bersih
o s a
l k , tidak
a - pen p - p t
a s ada
n ing n ea u
m k sianos
te kat u ri s
a u is dan
n r k an e nr .
a dia aw dyspn
s
n me - F pa eu
p i
a ter a ay (mam
e Setelah
n ant s s pu
r d
e eri e ap meng
n a dilakukan
k or- na eluark
a d
p a s pos t an
e
50

s d n tid - B k ila bua catat


p a u ak u perlu tan adany
u h n me k c . - Pas a
t , j ras a h - Posis ang suara
u t u a i ikan ma tamba
m i k ter j n pasie yo han
, d k cek a n bila - Laku
m a a ik, l l untu perl kan
a k n ira a i k u suctio
m ja ma n f mem - kel n
p a la naf t aksi uar pada
u d n as, n malk kan mayo
a n fre a a an sec - Berik
b a kue f t venti ret an
e p f nsi a a lasi den pelem
r u a per s u - Inde gan bab
n r s naf , ntifi bat udara
a s y asa g j kasik uk kasa
f e a n u a an ata basah
a d n dal n w pasie u Nacl
s g am a n suc lemba
d l p ren k perlu tion b
t
e i at tan a nya - Au - Atur
h
n p e g n pem sku
u
g s n nor asan ltas intake
r
a ) ( ma t gan i
s
n k l, e alat sua untuk
t
- M li tid k jalan ra
m e e ak n nafas naf cairan
b
u n ada i as,
51

- M - P
m o e
e n rt
n i a
g t h
o o a
p r n
t k
i r a
m e n
a s ja
l p la
k i n
a r n
n a a
s f
k i a
e d s
s a y
e n a
i n
m s g
b t p
a a at
n t e
g u n
a s
n
O
2
52

- takipnue suara nafas abnormal)


- penggunaan otot aksesorius untuk - Tanda Tanda vital dalam rentang bernapas. normal (tekanan darah, nadi.
Faktor-faktor yang berhubungan
- ansietas
- posisi tubuh
- deformitas tulang
- keletihan
- hiperventilasi
- sindrom hipoventilasi
- gangguan musculoskeletal
- kerusakan neurologis
- imaturasi neurologis
- obesitas
- nyeri

Tabel 2.3. Intervensi (Nanda Nic-Noc 2015).


53
50

4. Implementasi

Pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun

pada tahap perencanaan (intervensi). Proses pelaksanaan implementasi

harus berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain yang

mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi

keperawatan dan kegiatan komunikasi.

Tujuan implementasi adalah melaksanakan hasil dari rencana

keperawatan untuk selanjutnya di evaluasi untuk mengetahui kondisi

kesehatan pasien dalam periode yang singkat, mempertahankan daya

tahan tubuh, mencegah komplikasi, dan menemukan perubahan sistem

tubuh.

5. Evaluasi

Evaluasi sebagai sesuatu yang direncanakan dan perbandingan yang

sistematik pada status kesehatan klien. Evaluasi adalah proses penilaian,

pencapaian, tujuan serta pengkajian ulang rencana keperawatan (Griffith

& Christensen, 1986).


BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian.

Tanggal Pengkajian : 6 Juni 2018

Jam Pengkajian : 09.00 WIB

1. Identitas Klien

Nama : Tn. B

Umur : 79 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat/tanggak lahir : Bawan/ 01-01-1939

Status : Menikah

Agama : Islam

Suku : Caniago

Pekerjaan :
Pensiunan
Guru
Pendidikan : SMA
Alamat : Pasar Bawan

52
Kecamatan IV Nagari
Lubuk

Basung
Diagnosa
: Pnemonia
Medis

Nomor MR : 364904

Tanggal : 5 Juni 2018


masuk

Ruangan : Rawat Inap Paru


rawat

Penanggung Jawab

Nama : Tn. A

Umur : 41 tahun

Hubungan keluarga : Anak

Pekerjaan : Wiraswasta
2. Alasan Masuk

Anak klien mengatakan klien masuk ke RSUD Dr. Achmad Mochtar

Bukittinggi pada tanggal 5 Juni 2018 melalui IGD dengan keluhan:

demam naik turun, nafsu makan menurun, nafas sesak dan bicara pelo.

53
3. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Kesehatan Sekarang.

Saat melakukan pengkajian pada tanggal 6 Juni 2018 pada pukul

09.00 WIB kepada Tn. B anak klien mengatakan klien tidak mau

makan (nafsu makan menurun), porsi diet klien tampak tidak habis

hanya habis 3 sendok makan, klien makan 3 kali sehari, diet klien

MC (susu), anak klien mengatakan semua aktivitas klien selama

dirumah sakit dibantu karena ekstremitas atas bagian kiri dan

ekstremitas bawah klien yang kiri mengalami kelemahan, anak

klien mengatakan kaki klien bengkak, selama dirumah sakit klien

banyak tidur, anak klien mengatakan klien batuk sekali- sekali, anak

klien mengatakan klien batuk kering. Anak klien mengatakan klien

belum sikat gigi, anak klien mengatakan klien sikat gigi 1 kali

sehari yaitu pada pagi hari, gigi klien tampak ada sisa-sisa makan ,

kuku tangan klien tampak kotor, klien terpasang infuse Nacl 0,9 %

di ekstremitas atas bagian kanan dengan jumlah tetesan 20 tetes/i, di

dada terpasang elektroda, GCS : 15 (E 4 v 5 M 6) dan pemeriksaan

tanda-tanda vital pasien adalah Tekanan Darah : 120/70 mmHg,

Pernapasan : 26 x/ menit, Nadi : 87x/ menit, Suhu : 36,50c,

Kekuatan Otot : 555 44


4
b. Riwayat kesehatan 44 dahulu.
555 4

54
Anak klien mengatakan klien pernah di rawat pada tahun 2016

dengan panas tinggi di rumah sakit Lubuk Basung selama ± 1

minggu, anak klien mengatakan klien pernah jatuh ± 5 bulan yang

lalu sejak saat itu pendengaran klien mulai terganggu dan anak

klien mengatakan klien bicara pelo sajak ± 1 bulan sebelum masuk

rumah sakit, selama di rumah semua aktivitas klien di bantu seperti

ke kamar mandi di gendong, duduk di bantu dan mandi di

mandikan, selanjutnya klien pernah di rawat di rumah sakit Lubuk

Basung selama ±5 hari karena batuk hilang timbul sejak bulan Mei

dan disarankan minum obat rutin 6 bulan dan anak klien

mengatakan ± 10 hari mengkomsumsi obat, namun tidak ada

kemajuan malah memburuk sehingga keluarga membawa klien ke

Rumah Sakit Madina dan dirawat selama ± 11 hari dan kemudian

klien dirujuk kerumah sakit Dr. Achmad Mochtar pada tanggal 5

Juni 2018 ke IGD dan di Rawat di Ruangan Paru.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga

Anak klien mengatakan bahwa di dalam keluarga klien tidak ada

satu pun keluarga yang mempunyai penyakit yang sama dengan

klien dan didalam keluarga tidak ada anggota keluarga yang

mempunyai penyakit keturunan seperti : Asma, Hipertensi,DM.

Genogram

55
79 X x

Keterangan

= Laki- laki meninggal = Laki-laki


x
hidup
x
= Perempuan meinggal = Pasien

= Perempuan hidup ------ = Tinggal serumah

Anak klien mengatakan klien tidak memiliki saudara kandung satu

ayah dan ibu. kedua orang tua klien sudah meninggal dunia, klien

memiliki 2 orang istri. Istri yang pertama sudah meninggal dan

mempunya anak 6 orang 2 orang perempuan dan 4 orang laki-laki

kemudian klien menikah kembali dan tidak memiliki anak. Klien kini

tinggal satu rumah dengan istri barunya.

4. Pemeriksaan Fisik

Kesadaran : Compos Mentis (CM)


GCS : 15 (E 4 V 5 M 6)
BB/TB
: BB sakit 40 kg / 158
Cm

56
BB sakit 50 kg

Tanda-tanda vital

Tekanan Darah : 120/70 mmHg

Suhu : 36,5˚C

: 26 x /
Pernafasan
menit
: 87 x /
Nadi menit.
a. Kepala

a) Rambut.

Pada saat melakukan pengkajian kulit rambut klien tampak

bersih, rambut klien tidak ada ketombe, tidak tampak ada

luka, pertumbuhan rambut klien tidak lebat, rambut klien

tidak rontok, rambut klien tampak berwarna putih dan

sedikit berwarna hitam, rambut klien tampak pendek dan

rapi, tidak ada nyeri tekan dan tidak ada massa.

b) Mata

Pada saat melakukan pengkajian mata klien tampak

simetris kiri dan kanan, keadaan mata bersih, mata klien

berfungsi dengan baik, klien tidak ada menggunakan alat

bantu penglihatan, konjungtiva anemis, sclera klien tampak

berwaran putih, pupil klien tampak isokor, tidak ada nyeri

tekan, tidak ada massa pada mata.

c) Telinga

57
Pada saat melakukan pengkajian telinga klien tampak

simetris kiri dan kanan, telinga klien tidak berfungsi

dengan baik, anak klien mengatakan klien menggunakan

alat bantu pendengaran, telinga klien tampak bersih.

d) Hidung

Pada saat melakukan pengkajian hidung klien tampak

simetris kiri dan kanan, hidung klien tampak tidak ada

secret, klien tidak terpasang O2, dan tidak ada nyeri tekan

pada batang hidung.

e) Mulut dan Gigi.

Pada saat melakukan pengkajian gigi klien tampak ada

sisa-sisa makan, gigi klien tampak lengkap, lidah klien

tampak kotor, mukosa bibir tampak kering, klien tampak

batuk kering, klien batuk sekali-sekali, klien bicara pelo.

b. Leher

Pada saat melakukan pengkajian leher klien simetris kiri dan

kanan, tidak tampak ada pembasaran kelenjer thyroid, tidak

tampak ada pembesaran kelenjer getah bening , tidak tampak ada

pembesaran vena juguralis, tidak teraba pembesaran kelenjer

thyroid, kelenjer getah bening.

c. Thorak

a) Paru-paru

58
- Inspeksi : Dada klien tampak simetris kiri dan

kanan, pernafasan klien tampak

dangkal, RR : 26 x/ menit
(tachypnea), klien tidak terpasang
O2, klien tidak menggunakan otot
bantu pernafasan, klien terpasang
elektroda.

- Palpasi :

Tidak ada nyeri tekan, tidak ada


teraba massa atau benjolan,
fremitus traktil terasa bergetar pada
bagian kiri dan kanan.

: Terdengar bunyi redup.


- Perkusi

- Auskultasi : Ronchi
b) Jantung
- Inspeksi : Dada klien tampak simetris kiri
dan kanan, Ichtus cordis tampak
jelas, tidak terdapat lesi, tidak
tampak odema.

- Palpasi
: Denyutan jantung teraba jelas, tidak
teraba adanya pembengkakan,
ichtus cordis teraba.

: Terdengar bunyi pekak


- Perkusi

- Auskultasi : Terdengar bunyi jantung 1 dan 2


(dup
dan lup).

d. Abdomen

59
- Inspeksi : Abdomen klien tampak simetris kiri dan

kanan, perut klien tampak datar, tidak

tampak ada lesi, tidak ada pembengkakan

pada abdomen, warna kulit abdomen sama

dengan kulit yang lain.

- Auskultasi : Bising usus 8x/menit

- Perkusi : Terdengar suara timpani.

- Palpasi : Hepar tidak teraba, tidak ada nyeri tekan.


e. Punggung Punggung klien tampak tidak ada lesi dan luka

dekubitus.

f. Ekstremitas

- Atas

Pada saat melakukan pengkajian ekstremitas atas bagian kanan

klien tampak terpasang infuse Nacl 0,9 % dengan 20

tetes/menit, tampak adanya penyaki kulit di bagian ekstramitas atas

klien, kuku klien tampak kotor dan akral teraba hangat.

- Bawah

Pada saat melakukan pengkajian anak klien mengatakan kaki

klien bengkak, ekstremitas bawah klien tampak odema, kuku

klien tampak kotor.

Kekuatan Otot :

555 444

60
555 444

Klien mengalami kelemahan pada ektremitas atas dan bawah

bagian kiri. Pada saat melakukan pemeriksaan kekuatan otot

klien mampu mengangkat ektremitas yang lemah. Klien

mampu mengangkat ekstermitas yang lemah pada saat

diberikan sedikit tahanan klien tidak mampu menahan

tahanan tersebut sehingga ekstremitas klien langsung jatuh.

g. Genetalia

Pada saat melakukan pengkajian klien tampak terpasang kateter,

urin klien tampak berwarna kemerahan karna faktor pengeruh obat,

jumalah urin klien 100 cc.

h. Integumen

Pada saat melakukan pengkajian warna kulit klien tampak

berwarna sawo matang, turgor kulit klien jelek, klien tampak

adanya penyakit kulit di bagian ekstremtas atas CRT (Capillary

Refill Time) < 2.

i. Syaraf

NI : Pada saat pengkajian dilakukan pemeriksaan nervus

alfaktorius. Yaitu berfungsinya dengan baik penciuman

klien, klien bisa membedakan bau.

N II : Pada saat dilakukan pengkajian pemeriksaan nervus

61
optikus klien mampu membukak matanya dengan baik

dengan cara memanggil namanya, fungsi penglihatan

klien baik tidak ada mengalami gangguan.

N III : Pada saat dilakukan pengakajian pemeriksaan nervus

trokhlearis klien mampu melakukan pergerakan bola

mata, klien bisa menggerakan bola mata klien ke bawah

dan ke dalam.

N IV & VI : Pada saat dilakukan pengakajian pemeriksaan nervus

okulomotorius dan nervus Abdusen klien mampu

melakukan pergerakan lapang pandang, klien mampu

mengangkat kelopak mata (mengedipkan mata) ke atas

kondisi pupil baik.

NV : Pada saat dilakukan pengakajian pemeriksaan nervus

trigeminus klien mampu untuk makan, namun klien

enggan untuk makan karena tidak adanya kemauan

untuk makan.

N VII : Pada saat dilakuakan pengkajian pemeriksaan nervus

fasialis klien mampu menggerakan otot wajah , seperti

senyum, menangis, dll.

N VIII : Pada saat dilakukan pengakajian pemeriksaan nervus

vestibulocochlearis klien tidak mampu mendengarkan

perintah, karena klien mengalami penurunan dari fungsi

indra pendengaran klien dank lien dirumah

menggunakan alat bantu pendengaran.

62
N IX & X : Pada saat dilakukan pengakajian pemeriksaan nervus

glosofaringius dan nervus vagus. Pada pemeriksaan

saraf ke IX klien tersedak saat minum. Pada

pemeriksaan saraf ke X klien bicara tidak jelas/pelo.

N XI : Pada saat dilakukan pengakajian pemeriksaan nervus

aksesorius klien tidak mampu mengangkat bahu klien,


karna klien mengalami kelemahan pada ekstremitas atas

bagian kiri, dank lien mampu mengangkat bahu bagian

kanan, karena tidak ada kelainan.

N XII : Pada saat dilakukan pengakajian pemeriksaan nervus

hipoglosus klien mampu menjulurkan lidahnya, lidah

klien deviasi ke kiri.

Kesimpulan : Dari hasil pemeriksaan Nervus 1 – 12 pada Tn. B banyak

yang dapat dilakukan yaitu pada saraf nervus

alfaktorius, nervus optikus, nervus trokhlearis, nervus

okulomotorius dan nervus Abdusen, nervus

vestibulocochlearis, nervus glosofaringius dan nervus

vagus dengan hasil klien bicara tidak jelas/pelo, klien

tersedak saat minum, lidah klien deviasi ke kiri, fungsi

pendengaran klien mengalami gangguan.

5. Data biologis.

N AKTIFITAS SEHAT SAKIT


O

63
1 Makan dan Minum

Makan
Nasi + lauk MC (susu)
- Menu 1 piring 3 sendok
- Porsi Bubur kacang hijau. Bubur kacang
- Makan kesukaan Tidak ada hijau Tidak ada
- Pantangan Roti Roti dan buah.
- Cemilan

Minum
- Jumlah ± 5 gelas sehari ± 3 gelas sehari
- Minuman kesukaan Tidak ada Tidak ada
- Pantangan Tidak ada Tidak ada

Eliminasi
BAB
- Frekuensi 1 kali sehari Pasien
terpasang
Kuning pempers
- Warna
Khas Kuning kecoklatan
- Bau
Lunak dan cair Khas
- Konsistensi lembek
- Kesulitan Tidak ada
Sulit berjalan
BAK
- Frekuensi ± 4 kali sehari
Pasien terpasang
Kuning urin bag , 100
- Warna - Bau
khas cc Kemerahan
- Konsistensi
Cair khas
- Kesulitan
Tidak ada Cair
Tidak ada
3 da
n
Istirahat dan tidur
- Waktu Siang dan malam Pagi, Siang
tidur. malam
± 10 jam da
± 8 jam
Malam n
- Lama tidur - Waktu Subuh hari
bangun. hari pagi
Tidak ada hari.
- Hal yang mempermudah Tidak ada
bangun Tidak ada
- Kesulitan Tidak ada

4 Personal
hygiene -
Mandi 2 kali sehari 1 kali sekali (di
- Cuci rambut 64
Setiap hari lap)
- Gosok gigi
2 kali sehari Belum ada
- Potong kuku
1 kali semiggu Belum ada
Belum ada
5 Rekreasi waktu
- Hobby
- Minat khusus Olah raga Tidak
- Penggunaan Tidak ada ada
senggang Berkumpul Tidak
6 Ketergantungan dengan ada
- Merokok keluarga Tidur

- Minum Sudah berhenti ± 2


- Obat-obatan tahun yang lalu
Tidak ada Tidak
Tidak ada ada

Tidak
ada
Iya

Table 3.1 Data biologis.

6. Riwayat Alergi

Anak klien mengatakan klien tidak memiliki alergi terhadap makanan

dan obat-obatan.

7. Data Psikologis

1) Perilaku non verbal :

Saat melakukan pengkajian klien tampak banyak tidur dan klien

dalam semua aktivitas tampak di bantu oleh anaknya.

2) Perilku verbal :

- Cara menjawab : Saat diberikan pertanyaan klien terkadang

nyambung dan kadang tidak tidak dalam memberikan

jawaban.

65
- Cara memberi informasi : Klien cara memberi informasi

kurang lancar.

3) Emosi :

Klien selama dirumah sakit tampak tenang.

4) Persepsi penyakit :

Klien mengatakan menerima akan penyakitnya.

5) Konsep diri

Klien mengatakan dirinya seorang laki-laki dan seorang ayah dan

klien mengatakan ingin cepat pulang.

6) Adaptasi

Selama di rumah sakit klien dapat dan mampu beradaptasi

dengan perawat dan dokter.

7) Mekanisme pertahanan diri

Klien berusaha untuk sembuh dengan mematuhi peraturan yang

ada di Rumah Sakit seperti minum obat dengan teratur dan

memakan makanan yang di berikan oleh pihak rumah sakit.

8. Data Sosial

1) Pola komunikasi :

Klien berkomunikasi kurang jelas karena pelo.

2) Oarang yang dapat memberi rasa nyaman :

Orang yang dapat memberi rasa nyaman pada klien adalah

keluarga terdekat yaitu : Anak-anak klien, istri klien.

3) Orang yang paling berharga bagi klien

66
Orang yang paling berharga bagi klien adalah keluarganya.
4) Hubungan dengan keluarga dan masyarakat.

Hubungan dengan keluarga selama di rumah sakit tampak baik,

dan klien dapat bersosisalisasi dengan baik dengan para petugas

dirumah sakit.

9. Data Spiritual

1) Keyakinan

Anak klien mengatakan bahwa klien menganut keyakinan agama

islam.

2) Ketaatan beribadah

Anak klien mengatakan saat sakit ketaatan beribadah klien

kurang taat.

3) Keyakinan terhadap penyembuhan

Klien mngatakan yakin terhadap pembuhan atas sakitnya.

10. Data Penunjang

1) Pemeriksaan diagnostik

Hasil pemeriksaan labor hematologi pada tanggal 5 Juni 2018.

N Nama pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal


o
1. Hemoglobin 9,3 gr/dr L : 14 - 17,5 gr/dl
P : 12 - 15,3 gr/dl
2. Leukosit 15.900 mm/ja 5.000-10.000 mm/jam
m
3. Eritrosit 3,55 Juta L : 4,5 - 5,5 juta
P : 4,0 - 5,0 juta
4. Trombosit 306.00 Ribu 150 - 400 ribu
0

67
5. hematoksit 29,3 % L : 40 - 48 %
P : 37 - 43 %
Table 3.2 hasil pemeriksaan labor hematologi.
Pada tanggal 27 Juni 2018 anak klien mengatakan klien telah

melakukan RONTGEN THORAK di Rumah Sakit Madina.

Melakukan pemeriksaan EKG pada tanggal 5 Juni 2108.

68
11. Data Pengobatan.

NO NAMA Dosis WAKTU Indikasi Kontraindikasi Efeksamping


OBAT PEMBERIAN

1 Fluimucil 3 x 3 Ml Jam 06 jam 12 Digunakan untuk terapi Tidak boleh digunakan pada Efeksamping :
dan jam mukolitik yang orang yang memiliki alergi umumnya jarang terjadi : berfungsi
18 sebagai atau hipersensitif terhadap N- rasa panas pada lambung, pengencer dahak di
acetylcysteine yang mual hingga mundah, diare. berikan pada penderita merupakan
bahan aktif dalam Reaksi alergi umumnya : bronkitis, emisema paru- obat ini. Selain
itu, pada seperti gatal-gatal, bentol paru dan penyakit bentuk obat granules yang
kemerahan, kesulitan saluran nafas mengandung pemanis bernafas, denyut jantung
didalamnya tidak boleh yang cepat, turunnya
diberikan kepada pasien yang tekanan darah dan reaksi
memiliki intoleransi fruktosa, hiper-reaktif yang sindrom
malabsorbsi glukosa- menimbulakn gejala sesak galaktosa,
dan defisiensi nafas.
sukrosa

2 Ranitidin 2 x 2 Ml Jam 06 dan jam Tukak lambung dan Riwayat alergi terhadap Sakit kepala, mengantuk, tukak
18 duodenum, refluks ranitidin; masalah tidur, seperti
esofagitis, dispepsia Ibu yang sedang menyusui; insomnia, konstipasi atau episodik
kronis, tukak Pemberian ranitidin juga perlu sembelit, diare, mual dan akibat AINS,
tukak diawasi pada kondisi gagal muntah, ketidaknyamanan
duodenum karena H. ginjal. pada perut atau perut terasa
pylori, sindrom nyeri

69
Zollinger-Ellison,
kondisi lain dimana
pengurangan asam lambung
akan

70
bermanfaat

3 Cefriaxso 2 x 1 gr Jam 06 dan jam Antibiotik dengan fungsi Hipersensitif terhadap Bengkak, nyeri,

dan n 18 untuk mengobati antibiotik cephalosporin. kemerahan di tempat berbagai macam infeksi Neonatus.
suntikan, mual atau bakteri seperti : muntah, sakit perut, sakit Infeksi saluran napas, kepala atau pusing, lidah
infeksi THT, infeksi sakit atau bengkak, saluran kemih, sepsis, berkeringat meningitis, infeksi tulang, sendi dan
jaringan lunak, infeksi intra
abdominal
4 Nacl 0,9 20 tts/ Per 8 jam Pengganti cairan plasma Hipernatremia, asidosis, Efek yang terjadi selama
% menit isotonik yang hilang. hipokalemia. penggunaan NACL 0.9% Pengganti
cairan pada OTSU 500 mL seperti kondisi alkalosis kelebihan
kadar Natrium
hipokloremia. dalam darah dan
kekurangan Kalium dalam
darah.
5 Condistati 4 x 1 ml Jam 06 Untuk mengobati Riwayat hipersensitif atau Efek samping condistatin n jam 12 penyakit kandidiasis alergi
terhadap kandungan antara lain :
jam 18 dan akibat jamur candida obat (Nystatin) ini tidak boleh Diare, mual dan muntah, jam
24 pada rongga mulut. menggunakannya. sakit pada lambung dan Contohnya lihat gambar
ruam pada kulit. lidah putih pada bayi. infeksi jamur Candida albicans pada rongga mulut
Efek samping dari
6 Azithrom 1 x 500 mg Jam 12 Hanya untuk mengobati jika menderita gangguan otot ycin penyakit yang Azithromycin antara lain :
terinfeksi yang disebut myasthenia Nafsu makan berkurang,
oleh bakteri. gravis, kelainan detak jantung, sakit kepala,mual, sakit
serta gangguan ginjal dan hati. perut dan diare.
Efek samping yang
7 Simvastat 1 x 20 ml Jam 22 menurunkan kolesterol - Orang yang mengalami in jahat LDL. LDL adalah dirasakan antara lain : nyeri
hipersensitivitas terhadap lemak utama penyebab simvastatin otot tanpa sebab,demam,
sakit atau panas sat buang
penyakit jantung dan - Penyakit liver aktif atau
stroke, peningkatan transaminase air kecil, pembengkakan,

71
Sumbatan di pembuluh yang tidak dapat dijelaskan rasa haus yang meningkat, darah
yang dapat - Kehamilan (tidak boleh mual.
berujung ke serangan digunakan untuk ibu jantung atau
stroke. hamil)

- Ibu menyusui.

8 Bisoprolo 1 x 1,25 mg
Jl a m 0 6 hipertensi atau tekanan hipersensitif atau alergi
P e n d e r i t a darah tinggi, obaty inia n terhadap
g bisoprolol. m e m i l i k i
samping
yang mungkin bisa terjadi setelah mengonsumsi obat
juga dapat digunakan - Penderita asma, bradikardi ini adalah:
untuk mengobati angina yang nyata, sindrom
dan gagal jantung penyakit sinus, blok AV Pusing.
kronik (CHF). - derajat dua atau tiga, syok Gangguan tidur.
- kardiogenik, feokromosito Bradikardia.
- ma - Diare.
- Infeksi
saluran
pernapasan.
- Sesak napas.
- Jari tangan dan
kaki

terasa dingin

9 Nospirina 1 x 80 mg Jam 13 Pengobatan dan - Hipersensitivitas, termasuk Iritasi pencernaan, mual, l pencegahan trombosis asma.
muntah, perdarahan,

72
(agregrasi platelet) pada - Tukak peptik, varisela dan pencernaan, tukak
peptik, infark miokardial akut gejala influenza. serangan dispneu,
reaksi atau setelah stroke. - Perdarahan sub kutan, kulit,
trombositopenia. terapi antikoagulan.
- Hemofilia dan
trombositopenia.
- Anak-anak usia kurang dari 12 tahun.

10 Pirasetam 3 x 800 mg Jam 06 umumnya digunakan - Anda alergi terhadap Beberapa efek samping am jam 12 dan dalam kombinasi
kandungan aktif yang ada yang mungkin bisa terjadi jam 18 dengan obat lain untuk di dalam Piracetam adalah:
mengobati myoclonus. - Anda alergi terhadap
Myoclonus adalah suatu kandungan lainnya yang - Merasa gugup atau kondisi di
mana sistem ada di dalam Piracetam cemas.
saraf menyebabkan otot- - Anda pernah mengalami - Berat badan bertambah. otot,
terutama di lengan gangguan ginjal yang - Mudah mengantuk atau dan kaki, untuk
mulai serius merasa lelah. kedutan tak terkendali. - Anda menderita penyakit - Depresi.
Pada klien yang Huntington’s Disease (atau - Perdarahan. mengalamikelemahan dikenal
juga dengan istilah - Insomnia.
pada lengan dan kaki Huntington’s Chorea) - Nyeri perut, mual, - Anda pernah
mengalami muntah, dan diare. perdarahan otak - Gangguan
keseimbangan.

73
Paracetam Jika Demam
11 ol 500 ml diindikasikan untuk pada orang yang alergi- Penurunan jumlah sel-
mengurangi rasa nyeri terhadap obat anti-inflamasi sel darah, sepeti sel
ringan sampai sedang non-steroid (AINS), menderita darah putih
seperti sakit kepala, hepatitis, gangguan hati atau
sakit gigi, nyeri otot, ginjal, dan
alkoholisme. dan nyeri setelah
pencabutan gigi serta menurunkan demam.

Obat tambahan pada tanggal 07-07-2018

12 Levofloxa 750 ml Per 8 jam Indikasi untuk pasien Harap berhati-hati ba


cin gi
terkena infeksi bakteri, penderita diabetes, gangguan
seperti infeksi saluran ginjal, gangguan mental, kemih,
pneumonia, epilepsi atau kondisi lainnya sinusitis,
infeksi kulit, yang menyebabkan kejang, jaringan
lunak, dan gangguan jantung, myasthenia
atau trombosit.

74
- Muncul ruam, terjadi pembengkakan, atau kesulitan bernapas karena alergi.
- Tekanan darah rendah (hipotensi) dan jantung
berdetak cepat
(takikardi).Kerusakan pada hati dan ginjal jika menggunakan obat ini secara

- Bisa menyebabkan overdosis jika digunakan lebih dari 200 mg/kg, atau lebih dari 10 gram, dalam 24 jam.

Efek samping yang umum terjadi setelah menggunakan obat ini adalah:

- Gangguan tidur.

13 Fosmicin 2 x 2 gr Jam 06 dan jam 18

75
Pusing.
infeksi prostat. Obat ini gravis atau kondisi yang - juga Sakit kepala.
dapat digunakan menyebabkan otot menjadi - untuk Diare.

mengobati lemas, masalah pada tendon - anthrax, serta Mual.


mencegah atau tendonitis dan defisiensi - penyakit pes Mempengaruhi hasil
(termasuk glucose 6-phosphate - bentuk pneumonic dan uji lab organ hati.
dehydrogenase. septicemic).
Levofloxacin bekerja dengan cara membunuh
bakteri dan

mencegahnya tumbuh
kembali.
Pencegahan infeksi pada Hipersensitif terhadap Efek samping
yang peradangan abdomen fosfamisin mungkin terjadi antara lain :
reaksi alergi dan gangguan saluran cerna.

Table 3.3 Data pengobatan

76
12. Data Fokus

1) Data Subjektif (DS).

- Anak klien mengatakan nafsu makan klien menurun.

- Anak klien mengatakan aktivitas klien selama dirumah sakit

di bantu karena ekstremitas atas bagian kiri dan ekstremitas

bawah klien yang kiri mengalami kelemahan.

- Anak klien mengatakan klien pernah jatuh ± 5 bulan yang

lalu sejak saat itu pendengaran klien mulai terganggu

- Anak klien mengatakan klien bicara pelo sajak ± 1 bulan

sebelum masuk rumah sakit,

- Selama di rumah semua aktivitas klien di bantu seperti ke

kamar mandi di gendong, duduk di bantu dan mandi di

mandikan.

- Anak klien mengatakan kaki klien bengkak.

- Anak klien mengatakan klien batuk sekali-sekali.

- Anak klien mengatakan klien batuk kering.

- Anak klien mengatakan klien pernah dirawat sebelumnya

pada tahun 2016.

- Anak klien mengatakan klien ada menkomsumsi obat 6

bulan.

- Anak klien mengatakan klien berbicara tidak jelas sejak ± 1

bulan ini.

77
- Anak klien mengatakan klien menggukan oksigen bila klien

sesak saja.

- Anak klien mengatakan klien belum gosok gigi.

- Anak klien mengatakan klien belum potong kuku.

2) Data Objektif (DO).

- Klien tampak batuk sekali- sekali.

- Klien tampak batuk tidak berdahak.

- Umur : 79 tahun

- Klien tampak mobilisasi dan aktivitas dibantu.

- Diet klien MC (susu).

- Diet klien tampak habis 3 sendok.

- Tekanan darah 120/70 mmHg

- Nadi 87 x/menit.

- Pernapasan 26 x/ menit

- Suhu 36,5 0C.

- pernafasan klien tampak dangkal

- BB sakit 40 kg bb sehat 50 kg.

- Telinga klien tampak tidak berfungsi dengan normal.

- Gigi klien tampak ada sisa-sisa makan.

- Kuku klien tampak kotor.

78
- Mukosa bibir kering.

- Lidah klien tampak kotor.


- Ekstremitas bawah klien tampak udema.

- Klien terpasang kateter.

- Urin klien tampak berwarna kemerahan.

- Jumlah urin klien 100cc.

- Jumlah minum klien selama sakit ± 3 gelas.

- Turgor kulit klien tampak jelek.

- Klien bicara pelo.

- Selama di rumah sakit klien banyak tidur.

- Bunyi nafas Ronchi.

- Pernafasan dangkal.

- Infuse terpasang Nacl 0,9 % dengan tetesan 20x/i.

- Klien tampak tidak terpasang 02.

- Kekuatan Otot :

555 444

555 444

79
13. Analisa Data

1 DS :
Ketidakefektifan Disfungsi
- Anak klien mengatakan klien batuk pola nafas sekali- neumuskul
sekali. ar.
- Anak klien mengatakan klien batuk
kering.
- Anak klien mengatakan klien
menggukan oksigen bila klien sesak
saja.
- Anak klien mengtaakan klien pernah
dirawat sebelumnya tahun 2016
- Anak klien mengatakan klien ada
meminum obat 6 bulan.
NO DATA MASALAH ETIOLOGI

DO :

- Klien tampak batuk sekali-sekali.


- Klien tampak batuk tidak berdahak.
- Tekanan darah 120/70 mmHg.
- Nadi 87 x/menit.
- Pernapasan 26 x/ menit
- Suhu 36,5 0C
- pernafasan klien tampak dangkal.
- Klien tampak tidak terpasang 02.
- Bunyi nafas Ronchi.
2. DS : nafsu

- Anak klien Ketidak Kurangn


mengatakan makan klien
seimbangan ya
menurun.
nutrisi kurang asupan
DO : dari makan
kebutuhan

tubuh

80
- Diet klien MC (susu).
- Diet klien tampak habis 3 sendok. - Tekanan darah 120/70
mmHg - Nadi 87 x/menit.
- Pernapasan 26 x/ menit
- Suhu 36,5 0C
- BB sakit 40 kg bb sehat 50 kg.
- Urin klien tampak berwarna
kemerahan.
- Jumlah urin klien 100 cc.
- Jumlah minum klien selama sakit ±
3 gelas.
- Mukosa bibir kering.
- Turgor kulit jelek.
- Infuse terpasang Nacl 0,9 % dengan tetesan 20x/i.

3. DS :
- Anak klien mengatakan aktivitas
Intoleransi Imobilisasi klien
selama dirumah sakit di bantu aktivitas
karena ekstremitas atas bagian kiri dan
ekstremitas bawah klien yang kiri
mengalami kelemahan.
- Anak klien mengatakan kaki klien
bengkak.

DO :
- Klien tampak mobilisasi
dan aktivitas dibantu.
- Selama di rumah sakit klien banyak tidur.
- Ekstremitas bawah klien tampak
udema.
- Kekuatan Otot :

555 444
555 444
4. DS :
- Anak klien mengatakan klien belum
Defisit Kelemahan
gosok gigi. perawatan diri dan kelelahan

81
- Anak klien mengatakan klien belum
potong kuku. - Anak klien mengatakan
di tangan klien ada panu.

DO :

- Gigi klien tampak ada sisa-sisa


makanan. - Kuku
klien tampak kotor. -
Lidah klien tampak kotor.
5. DS : Kekurangan Kehilangan
- Anak klien mengatakan klien volume cairan cairan
aktif.

tampak banyak tidur.


- Anak klien mengatakan
DO :
- Anak klien mengatakan aktivitas klien selama
dirumah sakit di bantu karena ekstremitas atas
bagian kiri dan ekstremitas bawah klien
yang kiri mengalami kelemahan. -
Mukosa bibir kering. - Turgor kulit klien
tampak jelek. - Lidah klien tampak kotor. -
Tekanan darah 120/70 mmHg
- Nadi 87 x/menit. - Pernapasan 26 x/ menit - Suhu 36,5
0
C.
- Klien terpasang kateter.
- Urin klien tampak berwarna kemerahan.
- Jumlah urin klien 100cc.

- Jumlah minum klien selama sakit ± 3 gelas. -


Infuse terpasang Nacl 0,9 % dengan tetesan
20x/i.
6. Ds : Resiko jatuh Kelemahan

82
- Anak klien mengatakan aktivitas klien
selama dirumah sakit di bantu karena
ekstremitas atas bagian kiri dan
ekstremitas bawah klien yang kiri
mengalami kelemahan.
- Anak klien mengatakan kaki klien
bengkak.
- Anak klien mengatakan klien pernah jatuh
± 5 bulan yang lalu sejak saat itu
pendengaran klien
mulai terganggu
- Anak klien mengatakan klien bicara
pelo sajak ± 1 bulan sebelum masuk rumah
sakit,
- Selama di rumah semua aktivitas klien di
bantu seperti ke kamar mandi di gendong,
duduk di bantu dan mandi di mandikan.

83
Do:
- Umur : 79 tahun
- Klien tampak mobilisasi dan aktivitas dibantu.
- Selama di rumah sakit klien banyak tidur.
- Kekuatan Otot :
555 444

555 444

Table 3.4. Analisa Data.

3.2 Diagnosa keperawatan.

Berdasarkan dari analisa data penulis dapat menegakkan diagnosa

keperawatan pada Tn. B dengan pneumonia menurut (Nanda, NIC-NOC

edisi revis jilid 3, 2015).

1. Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan

disfungsi neuromuscular.

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan

aktif.

3. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan kurangnya asupan makanan.

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilisasi.

5. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan dan kelelahan.

6. Resiko jatuh berhubungan dengan kelemahan.

84
85
3.3 Intervensi

NO DIAGNOSA NOC NIC


1. K R
e
ti
d
a D
k
i
e
f s
e
k f
ti
f u
a
n n
p
o g
l
a s
n
i
a
f n
a
s e

86
urom n

uscul

ar. s

e
Vital
m
sign
i
statu
f
s
o
Airw
w
ay
l
Man
e
age
r
ment

: 1.

Posis

ikan

pasie

Setelah dilakukan tindakan keperawatn


3 x 24 jam diharapkan

87
ketidakefektifan
n pola nafas dengan
kriteria hasil
m:
in
deng u
an m
cara ai
mel r
etak h
an a
bant n
al g
di at
bela .
kan 3. M
g o
pun ni
ggu to
ng r
klie p
n. er
2. M n
e af
n a
g s
a a
nj n
u kl
r ie
k n
a
n
kl
ie

88
4. M
- Mendemontrasikan batuk efektif
dan suara nafas yang bersih,
tidak ada sianosis dan
dyspneu (mampu mengeluarkan
sputum, mampu bernafas
dengan mudah, tidak ada pursed
lips)
- Menunjukkan jalan nafas yang
paten (klien tidak merasa
tercekik, irama nafas, frekuensi
pernafasan dalam rentang
normal, tidak ada suara nafas
abnormal)
- Tanda-tanda vital dalam rentang
normal.

o
ni
to
r
T
T
V

89
on
2. al
sta
Kekuran tus

gan :
volume foo
cairan d
Fluid an
balance d
. flu
ber id.
hu Intake
bu .
ng
an Setelah dilakukan tindkan
de keperawatan 3 x 24 jam diharapkan
ng kekurangan volume cairan teratasi
an dengan kriteria hasil :
ke
hil - Memperta
an hnkan
ga urine
n output
Hy sesuai
dr dengan
ati
usia dan
on.
BB.
cai
ran - TTV
akt dalam
if. batas
Nu normal.
tri

90
- g
ade
kua
t.
- 2. Mo
nit
or
stat
us
hid
rasi
.
3. Do
ron
g
kel
Fluid uar
manage ga
ment. unt
1. Per uk
tah me
ank mb
an ant
cat u
ata pas
n ien
int ma
ake kan
dan .
out 4. Ta
put wa
yan rka

91
n h,
sna bua
ck h
(ju seg
s ar).
bua
i
3. o
K n
et a
i l
d s
a t
k a
s t
ei u
m s
b :
a f
n o
g o
a d
n a
n n
u d
tr fl
is u
i i
N d
u k
t u
r r
it a

92
n
g asupa
d n
a makan
ri an
k
e Weigh
b t
u kontr
t ol
u Setelah dilakukan tindakan
h keperawatan 3 x 24 jam diharapkan
a ketidak seimbngan nutrisi dalam
n kebutuhan tubuh terpenuhi denga
t Kriteria Hasil :
u
b -
u Adany
h a
I
n penin
t
gkatan
a
berat
k
e Nutrit
ion
berhubunga
mana
n dengan
geme
kurangnya
nt
Nutritional
status :
1. K
nutrient o
intake l

93
aborasi tu
dengan ju
ahli gizi an
untuk - Berat badan ideal dengan tinggi badan
menent - Mampu mengidentifikasi kebutuhan
ukan nutrisi
jumlah - Tidak ada tanda-tanda
kalori malnutrisi
dan - Tidak terjadi penurunan berat badan
nutrisi yang berarti
yang di
butuhka
n pasien
4. B
2. Anjurka
e
n pasien
r
untuk
i
mening
k
katkan
a
intake
n
3. Berikan i
makana n
n yang f
terpilih o
(sudah r
di m
konsult a
asikan s
dengan i
ahli t
gizi) e
badan n
sesuai t
dengan a

94
ng y
kebutuh a
an n
nutrisi. g
5. Kaji di
kemam bu
puan tu
pasien hk
untuk an
mendap
atkan
nutrisi
4. Into n
lera den
nsi gan
imo
akti bili
vita sasi
s
Ene Set
rgy elah
con
sev dila
atio kuk
n an
Air
way tind
tole aka
ran n
ce kep
berh era
ubu wat
nga an

95
3x aktifitas sehari
24 (ADLs) secara mandiri
jam - Tanda tanda vital
diha normal
rapk - Energy psikomotor
an - Level kelemahan
intol - Mampu berpindah:
eran dengan atau tanpa
si
bantuan alat
akti
- Status kardiopulmunari
vita
s adekuat.
terat - Sirkulasi status baik
asi Status respirasi:

den pertukaran gas dan


gan ventilasi adekuat
krite Activi
ria ty
hasi Thera
l: py
-
- Kolaborasikan dengan
tenaga rehabilitas
medic dalam
merencanakan program
tekana
terapi yang tepat
n - Bantu klien untuk
darah, mengindentifikasi
nadi aktivitas yang mampu
dan dilakukan
RR - Bantu untuk
- mengindentifikasi dan
mendapatkan sumber

96
- Bantu klien untuk
membuat jadwal
latihan diwaktu luang
- - Bantu pasien/keluarga
untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas.
Setel ria
5. Defisi ah hasil :
t - K
dilak li
per ukan e
awa n
tan tinda t
kan e
ber keper r
hub awata b
ung n e
an selam b
den a a
gan 24
s
kel jam
d
em masal
aha ah a
n defici r
dan t i
kel pera b
ela wata a
han n diri u
Self terata b
care : si a
ADLS deng d
an
Krite

97
a m m
n p e
- M u l
e a a
n n k
y u
a u k
t n a
a t n
k u A
a k D
n L
k m S
e e d
n l e
y a n
a k g
m u a
a k n
a a b
n n a
t n
e A t
r D u
h L a
a S n
d .
a - D - M
p a o
k p n
e a it
m t o
a r

98
r a aw
e l ata
s . n
p dir
o Self i
n Care ya
f Assis ng
i tance m
s : an
i dir
1. M
k i
o
, 2. M
ni
e on
to
m ito
r
o r
k
s ke
e
i, bu
m
s tu
a
o ha
m
c n
p
i kli
u
a en
a
l un
n
d tu
kl
a k
ie
n ke
n
s be
u
p rsi
nt
i ha
u
r n
k
i dir
p
t i
er
u
99
3. Se tu kli
di k en
ak m m
an el ela
ba a ku
nt k ka
ua u n
n k ak
sa a tiv
m n ita
pa s s
i e se
kli lf ha
en c ri-
m a ha
a r ri
m e. ya
pu 4. D ng
se o no
ca r rm
ra o al
ut n se
uh g su
un ai

denga
n
kelem
6.
ahan.
Resiko
Injury
jatuh
risk
berhubungan
for.
Trauma risk
for.

100
da
dilakukan n
tin
gg
keperawatan 3 x 24 jam
i
diharapkan resiko jatuh pasien
un dengan kriteria hasil :
teratasi
tu
k
- Perilaku pencegahan jatuh :
m
en
ce
ga
h
jat
uh
Fall da
prevention. ri
1. Mengide te
ntifikasi m
perilaku pa
dan t
faktor tid
yang ur,
mempen se
garuhi su
resiko ai
jatuh. ke
2. Gunakan bu
rel sisi tu
panjang ha
yang n.
sesuai

101
3. Mendidik m
anggota en
keluarga ur
tentang un
faktor ka
resiko n
yang re
berkontri si
busi ko
terhadap ter
jatuhdan se
bagaiman bu
a mereka t.
dapat

dilingkungan
individu. 4. Tanda-
tanda posting
untuk
- Kejadian jatuh :
tidak ada
mengiingatkan
staf bahwa pasien
kejadian jatuh.
yang beresiko
tinggi untuk jatuh.
- Pengetahuan :
pemahaman
pencegahan jatuh.
- Intagritas jaringan :
kulit & membran
mukosa

102
T
a
b
e
l

3
.
5

I
n
t
e
r
v
e
n
s
i

103
3.4 Catatan Perkembangan.

N Hari Diagnosa Implementasi Jam Evaluasai Paraf


o /Tanggal

1. Rabu/ Ketidak Airway Management : S : efektifan pola 11.00 -


Anak klien mengatakan nafas
06-06-2018 nafas 1. Mengatur posisikan pasien klien tidak sesak.

berhubungan semi fowler dengan cara - Anak klien mengatakan jika dengan disfungi meletakan
bantal di nafas klien sesak klien akan di neuromuscular belakang punggung klien. 11.10 pasang
oksigen.
2. Menganjurkan klien - Anak klien mengatakan
klien

minum air hangat. 12.00 banyak tidur.


3. Memonitor pernafasan

klien 12.00 O:
4. Memonitor TTV
- Klien tampak tidak terpasang
O2.

104
- Klien tampak batuk sekali-
sekali.
- Klien tampak sesak berkurang.
- Anak klien tampak memberikan
minum air hangat kepada klien. -
Tekanan darah 120/70 mmHg -
Nadi 87 x/menit. - Pernapasan 26
x/ menit - Suhu 36,5 0C.

A:

- Masalaah ketidak efektifan jalan


nafas teratasi sebagian.

P:

- Intervensi Airway
Management dilanjutkan.

2 Rabu/ Kekurangan Fluid management. S: volume cairan 11.30 - Anak


klien mengatakan klien
06-06-2018 berhubungan 5. Mempertahankan catatan minum satu hari ± 3 gelas.

dengan intake dan output yang - Anak klien mengatakan klien kehilangan adekuat. 11.40 hanya

3 sendok makan.

cairan aktif. 6. Memonitor status hidrasi. 11.45


7. Mendorong keluarga untuk O:

membantu pasien makan. 12.00 - Jumlah urin klien 100 cc.


8. Menawarkan snack (jus
105
- Klien tampak hanya buah, buah
segar). menghabiskan porsi
dietnya 3 sdm.
- Mukosa bibir klien
tampak kering.
- Turgor kulit klien jelek.
- Klien tampak menghabiskan 1/2
snack (jus semangka).

- Masalah kekurangan volume


cairan belum teratasi.

P:

- Intervensi kekurangan volume


cairan dilanjutkan.

3. Rabu/ Ketidak Nutrition management S:

06-06-2018 seimbangan - Anak klien mengatakan klien nutrisi kurang 11.10 nafsu makan kurang.

dari kebutuhan 6. Mengkolaborasi dengan - Anak klien mengatakan klien tubuh ahli gizi
untuk menghabiskan porsi makan 1/8 berhubungan menentukan jumlah dalam satu hari.

dengan kalori dan nutrisi yang di O : kurangnya butuhkan pasien 11.15

asupan makanan 7. Mengganjurkan klien - Porsi diet klien tampak


tidak untuk meningkatkan habis. intake. 11.15 -
Diet pagi klien tampak habis 3
106
8. Memberikan makanan Sdm..

yang terpilih (sudah di - Klien tampak banyak tidur. konsultasikan


dengan - Kaki klien tampak udema.
ahli gizi). 11.20 - Keluarga klien sudah
9. Memberikan informasi mengetahui tentang
kebutuhan tentang kebutuhan

nutrisi. nutrisi.
10. Mengkaji kemampuan pasien untuk 11.30 A :

mendapatkan nutrisi - Masalah ketidak seimbngan yang dibutuhkan.


nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh belum teratasi.

P:

- Intervensi Nutrition
management dilanjutkan.

4. Rabu/ Intoleransi Activity Therapy S:


aktivitas - Anak klien mengatakan klien
06-06-2018 berhubungan untuk mengubah posisi di
dengan - Mengkolaborasikan
09.00 bantu.
imobilisasi dengan tenaga rehabilitas - Anak klien mengatakn kaki

107
medis dalam
klien bengkak.

merencanakan program O:
terapi
yang tepat.
- Membantu klien untuk - Kaki klien tampak udema.
mengindentifikasi aktivitas -
Klien makan tampak yang mampu dilakukan. disuapkan.
- Membantu untuk - Merubah posisi klien tampak
09.10
mengindentifikasi dan dibantu. mendapatkan sumber yang - Klien
tampak banyak tidur. diperlukan untuk aktivitas

- yang diinginkan Masalah intoleransi


Membantu untuk aktivitas belum teratasi.
09.10 A:
- mengidentifikasikan
-
aktivitas yang sesuai Membantu
klien untuk Intervensi intoleransi
- aktivitas dilanjutkan.
membuat jadwal latihan
diwaktu luang P:

- Membantu pasien/keluarga -
untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam
108
beraktivitas. 09.15
Memonitor respon fisik,
em
osi, social dan spiritual
.

09.15

09.25

09.40

5. Rabu/ Defisit Self Care Assistance : S:


perawatan diri - Anak klien mengatakan klien
06-06-2018 berhubungan 10.20 sudah di lap.

dengan 5. Memonitor kemampuan - Anak klien mengatakan klien kelemahan dan klien untuk
perawatan diri belum sikat gigi. kelelahan yang mandiri 10.20 - Anak klien mengatakan kuku

6. Memonitor kebutuhan tangan dan kaki klien sudah klien untuk kebersihan diri 10.20 panjang
dan kotor.

7. Menyediakan bantuan

sampai klien mampu O : secara utuh untuk


melakukan self care. 10.50 - Gigi klien tampak ada sisa-sisa

109
8. Mendorong klien makanan. melakukan aktivitas - Kuku klien tampak kotor. sehari-hari yang
normal - Aktivitas sehari-hari klien sesuai kemampuan yang tampak di bantu.
dimiliki. - Melakukan perawatan oral
hygine klien.

A:

- Masalah defisit perawatan diri


belum teratasi.

P:

- Intervensi defisit perawatan


diri dilanjutkan.

6. Rabu/ Resiko jatuh Fall prevention. S:


berhubungan 11.00 - Anak klien mengatakan klien
06-06-2018 dengan 5. Mengidentifikasi perilaku sering tidur.
kelemahan. dan faktor yang
mempengaruhi resiko O:

jatuh. 11.05 - Klien tampak sering tidur.


6. menggunakan rel sisi panjang yang sesuai dan - Rel sisi
panjang tempat tidur
tampak terpasang. tinggi untuk
mencegah
jatuh dari tempat tidur, - Keluarga klien tampak sudah menjadi tahu
terhadap faktor
sesuai kebutuhan. 11.20 resiko jatuh dan keluarga
7. Mendidik anggota keluarga tentang faktor resiko yang sudah mengetahui cara

110
menurunkan resiko jatuh berkontribusi
terhadap
jatuh dan bagaimana dengan cara memasang rel sisi panjang yang ada
ditempat
mereka dapat menurunkan tidur dan selalu berada resiko tersebut.
11.20 disebelah klien.
8. Memperhatikan tanda-
- Klien tampak terpasang tanda
tanda posting untuk
(simbol) berwarna kuning
mengiingatkan staf bahwa
(resiko jatuh) di atas tempat
pasien yang beresiko tinggi tidur klien.

untuk jatuh.

A:

- Masalah resiko jatuh teratasi


sebagian.

P:

- Intervensi resiko jatuh


dilanjutkan sebagian.

1. Kamis Ketidak Airway Management : S :


07-06-2018
e fektifan pola - Anak klien mengatakan klien nafas
09.05 sesak nafas.

111
berhubungan
1. Mengatur Posisikan pasien denneurgoanm uscu

disfluarn gi semi fowler dengan cara O :

meletak k
an l
bantal
di i
belakan e
g
n
punggu
ng .
klien.
09.45
2. Meng
anjurk
4. M
an e
m
klien o
n
i
minu t
m air o
r
hanga
T
t. T
V
3. Mem
onitor

pernaf
10.00
asan - Memberikan O2 dengan nasal kanul sebanyak 3
L/jam. - Klien tampak sesak.
10.00 - Pernapasan klien : 32 x/menit - Tekanan darah
117/70 mmHg - Nadi 84 x/menit.
112
- Suhu 36,5 0C. - Klien tampak masih diberikan

minum air hangat.

A:

- Masalah ketidak efektifan


bersihan jalan nafas belum
teratasi.

P:

- Intervensi Airway
Management dilanjutkan.

2. Kamis Kekurangan Fluid


management. S:
07-06-2018 volume cairan 10.05 - Anak klien mengatakan klien berhubungan 1.
Mempertahankan catatan minum satu hari ± 3 gelas.

dengan intake dan output yang - Anak klien mengatakan klien kehilangan adekuat. 10.10 hanya

¼ dari persediaan.

cairan aktif. 2. Memonitor status hidrasi. 10.10


3. Mendorong keluarga untuk O:

membantu pasien makan. 10.20 - Jumlah urin klien 300 cc.


4. Menawarkan snack (jus
- Klien tampak hanya buah, buah segar).
menghabiskan ¼ porsi diet yang disediakan.

113
- Bibir klien tampak kering.
- Turgor kulit klien tampak jelek.

- Klien tampak menghabiskan snacknya (jus


semangka).

A:

- Masalah kekurangan volume cairan teratasi


sebagian.

P:

- Intervensi kekurangan volume cairan dilanjutkan


sebagian.

3. Kamis Ketidak Nutrition management S:


seimbangan - Anak klien mengatakan nafsu
07-06-2018 nutrisi kurang makan klien masih menurun.

dari kebutuhan 1. Mengkolaborasi dengan 11.30 - Anak klien mengatakan klien tubuh ahli gizi

untuk masih sering tidur. berhubungan menentukan jumlah kalori dengan dan nutrisi yang di O :

kurangnya butuhkan pasien

asupan makanan 2. Mengganjurkan klien - Porsi diet klien tampak tidak


untuk meningkatkan intake
habis hanya ¼ dari persediaan
3. Memberikan makanan yang habis.
yang terpilih (sudah di
11.40
114
konsultasikan dengan ahli gizi) A:

115
4. Mengkaji kemampuan - Masalah ketidak seimbangan pasien untuk
mendapatkan nutrisi kurang dari kebutuhan
11.40
nutrisi yang dibutuhkan tubuh belum teratasi.

P:
- Intervensi dilanjutkan.

- Mengajurkan klien makan


11.45 sedikit tapi sering.

4. Kamis Intoleransi Activity Therapy S:


a ktivitas - Anak mengatakan semua
07-06-2018 berhubungan aktivitas klien masih di bantu.

dengan 1. Mengkolaborasikan 10.30 - Anak klien mengatakan kaki imobilisasi dengan tenaga
rehabilitas klien masih odema.
-

116
medis dalam merencanakan program
O : terapi yang tepat : Melatih
klien melakukan Rom Kaki klien tampak masih

Aktif, dan melatih klien udema.


- Klien mampu
melakukan Rom pasif menggerakkan jari-jari
2. Membantu klien untuk tangannya sendiri.
- Klien masih tampak
mengindentifikasi aktivitas sering tidur.
yang mampu dilakukan. - Semua aktifitas klien
tampak masih di bantu.
3. Membantu untuk
mengindentifikasi dan
mendapatkan sumber yang
A:

diperlukan untuk aktivitas - Masalah intoleransi aktivitas


10.30 belum teratasi.
yang diinginkan. 4.
Membantu untuk P:

mengidentifikasikan - Intervensi masih dilanjutkan.


aktivitas yang sesuai. - Klien direncanakan
konsultasi kebagian
5. Membantu klien untuk
neurologi.
10.50
membuat jadwal latihan diwaktu
117
luang.
6. Membantu pasien/keluarga
untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas.

10.50

11.00

11.05

5. Kamis Defisit Self Care Assistance : S:


perawatan diri - Anak klien mengatakan klien
07-06-2018 berhubungan 10.00 sudah di lap.

dengan 1. Memonitor kemampuan - Anak klien mengatakan klien kelemahan dan klien untuk
perawatan diri belum sikat gigi.

kelelahan yang mandiri. 10.00


- Abinak sa mklieen lak umkanen gatsaikkan at kgliigei n

118
2. Memonitor kebutuhan klien untuk kebersihan
sendiri.
diri. 10.00

3. Menyediakan bantuan O:

sampai klien mampu


secara utuh untuk - Kuku klien tampak panjang melakukan self care.
10.20 dan kotor.
4. Mendorong klien - Pakaian klien tampak basah.
melakukan aktivitas - Pakaian klien sudah di ganti.
sehari-hari yang normal Kuku klien tampak sudah
sesuai kemampuan yang bersih.
dimiliki. 10.20 - Gigi klien tampak sudah
5. Membantu klien menyikat bersih. giginya. 10.35 -
Alas tempat tidur klien sudah
6. Melakukan perawatan bersih. kuku klien. 10.50

7. Mengganti pakaian klien. 11.00


8. Mengganti alas tempat A :

tidur klien. - Masalah defisit perawatan diri


teratasi sebagian.

P : Intervensi dilanjutkan

6. Kamis Resiko jatuh Fall prevention. S:

119
07-06-2018 berhubungan 10.30 - Anak klien mengatakan klien dengan 1. Mengidentifikasi perilaku sering
tidur.
kelemahan. dan faktor yang
mempengaruhi resiko O:

jatuh. 10.30 - Klien tampak sering tidur.


2. menggunakan rel sisi panjang yang sesuai dan
- Rel sisi panjang tempat tidur klien terpasang.
tinggi untuk mencegah
jatuh dari tempat tidur, - Klien tampak terpasang tanda
(simbol) berwarna kuning
sesuai kebutuhan. 10.30 (resiko jatuh) di atas tempat

3. Memperhatikan tanda- tidur klien. tanda posting untuk


mengiingatkan staf bahwa pasien yang beresiko A :

tinggi untuk jatuh. - Masalah resiko jatuh teratasi


sebagian.

P:

- Intervensi resiko jatuh dilanjutkan


sebagian.

1. Jum’at Ketidak Airway Management : S:


efektifan pola 09.00 - Anak klien mengatakan napas
08-06-2018 nafas 1. Mengatur Posisikan pasien klien tidak sesak lagi.
-

120
berhubungan semi fowler dengan cara - Anak klien mengatakan klien dengan disfungi
meletakan bantal di tidur gelisah.
neuromuscular belakang punggung klien. 09.30 - Klien mengatakan letih.
2. Menganjurkan klien - Anak klien mengatakan klien

minum air hangat. 11.30 demam.


3. Memonitor pernafasan
klien
11.30
4. Memonitor TTV O:

- Klien tamapk tidak terpasang


O2.
Klien tampak tenang.

- Klien tampak letih.


- Menganjurkan klien
banyak minum.
- Tekanan darah 90/50 mmHg -
Nadi 85 x/menit. -
Pernapasan 28 x/ menit -
Suhu 37,5 0C.

A:

- Masalah ketidak efektifan


bersihan jalan nafas belum
teratasi.

P:

121
- Intervensi di lanjutkan.
- Menganjurkan klien banyak di
beri minum

2. Jum’at Kekurangan Fluid management. S:


08-06-2018 volume cairan - Anak klien mengatakan klien berhubungan 1. mempertahankan catatan 10.00
minum satu hari ± 3 gelas. dengan intake dan output yang - Anak klien mengatakan klien
adekuat.
kehilangan henghabiskan porsi diet klien
2. Memonitor status hidrasi.

122
ran aktif. 3.
m
e
n
d
o
r
o
n
g

k
e
l
u
a
r
g
a

u
n
t
u

123
k

d
a
r
i

p
e
r
s
e
d
i
a
a
n
.

m
e
m
b
a
n
t
124
u

p
a
s
i
e
n

m
a
k
a
n
.

4
.

m
e
n
a
w
a
r
k
a
125
n

s
n
a
c
k

(
j
u
s

1
0
.
0
5

b
u
a
h
,

126
b
u
a
h

s
e
g
a
r
)
.

1
0
.
0
5

J
u
m
l
a
h

u
r
i

127
n

k
l
i
e
n

4
0
0

c
c
.

- Klien tampak menghabiskan porsi diet yang


disediakan.
- Bibir klien masih tampak kering
10.20
- Klien tampak hanya habiskan ½
snack yang tersedia (jus semangka).

A:

- Masalah kekurangan volume cairan teratasi sebagian.

P:

- Intervensi kekurangan volume cairan dilanjutkan sebagian.

128
3. J
u
m

a
t

K
e
t
i
d
a
k

N
u
t
r
i
t
i
o
n

m
a
n
a
g
e
129
m
e
n
t

s
e
i
m
b
a
n
g
a
n

A
n
a
k

130
k
l
i
e
n

m
e
n
g
a
t
a
k
a
n

k
l
i
e
n

0
8
-
0
6
-
2
0
1
131
8

n
u
t
r
i
s
i

k
u
r
a
n
g

s
u
d
a
h

m
a
u

132
m
a
k
a
n

d
e
n
g
a
n

d
a
r
i

k
e
b
u
t
u
h
a
n

133
1
.

M
e
n
g
k
o
l
a
b
o
r
a
s
i

d
e
n
g
a
n

1
0
.
0
0

134
b
u
b
u
r

(
M
L
)
.

tubuh ahli gizi untuk


berhubungan
menentukan jumlah
kalori dengan dan nutrisi
yang di O : kurangnya
butuhkan pasien

asupan makanan
2.
Mengganjurkan
klien
- Porsi
diet klien tampak habis.

u
n
t
135
u
k

m
e
n
i
n
g
k
a
t
k
a
n

i
n
t
a
k
e

K
l
i
e
136
n

t
a
m
p
a
k

m
a
s
i
h

s
e
r
i
n
g

3. Memberikan makanan
tidur.
yang terpilih (sudah di 10.10 - Klien tampak
diberikan makan konsultasikan dengan ahli
sering oleh anak klien.

137
g
i
z
i
)

4. Memberikan informasi
A:
11.10

t
e
n
t
a
n
g

k
e
b
u
t
u
h
a
n

n
138
u
t
r
i
s
i
.

5. Mengkaji kemampuan -
Masalah ketidak seimbangan
pasien untuk mendapatkan nutrisi
kurang dari kebutuhan nutrisi yang
dibutuhkan. tubuh
teratasi sebagian.
6. Mengajurkan klien makan sedikit tapi
sering P:

1
0
.
3
0

- intervensi di lanjutkan sebagian.

139
10.45

11.00

4. J
u
m

a
t

I
n
t
o
l
e
r
a
n
s
i

A
c
t
i
v
i
t
y

140
T
h
e
r
a
p
y

:
a
k
t
i
v
i
t
a
s

A
n
a
k

k
l
i
e
n

m
141
e
n
g
a
t
a
k
a
n

s
e
m
u
a
b
e
r
h
u
b
u
n
g
a
n

a
k
t
i
v
i
t
a
142
s
k
l
i
e
n

m
a
s
i
h

d
i
b
a
n
t
u

143
08-06-2018 dengan - oleh anaknya.
imobilisasi 1. Mengkolaborasikan 10.10 dengan Anak klien mengatakan
tenaga rehabilitas - kaki klien masih bengkak.
klien mengatakan letih.
medik dalam merencanakan
program O
:
terapi yang tepat. 2. Semua aktivitas klien
Membantu klien untuk - masih tampak di bantu oleh
mengindentifikasi aktivitas keluarga. Klien masih
- tampak banyak tidur.
yang mampu dilakukan.
Klien tampak melakukan
3. Mengkaji ulang klien - dan memperagakan
10.10 pergerakan
terhadap latihan Rom Pasif Rom secara Aktif tapi tidak
4. Membantu untuk terlalu kuat melakukannya.

mengindentifikasi dan
mendapatkan sumber yang A
diperlukan untuk aktivitas :
Masalah intoleransi
10.20 yang diinginkan. aktivitas belum teratasi.
-
5. Membantu untuk
mengidentifikasikan aktivitas
Intervensi dilanjutkan.
yang sesuai 10.35
6. Membantu klien untuk membuat P:
jadwal latihan diwaktu luang.
7. Membantu pasien/keluarga
untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam beraktivitas.

144
10.40

10.45

11.00

5. J
u
m

a
t

D
e
f
i
s
i
t

145
S
e
l
f
C
a
r
e

A
s
s
i
s
t
a
n
c
e

p
e
r
a
w
146
a
t
a
n

d
i
r
i

A
n
a
k

k
l
i
e
n

m
e
n
g
a
t
147
a
k
a
n

k
l
i
e
n

0
8
-
0
6
-
2
0
1
8

b
e
r
h
u
b
u
n
g
a
148
n

s
u
d
a
h

d
i

l
a
p
.

dengan 1. Memonitor
kemampuan 10.00 -
Anak klien
mengatakan klien
kelemahan dan klien
untuk perawatan diri
sudah sikat gigi.
kelelahan yang mandiri.

149
- Anak klien
mengatakan klien

2. Memonitor kebutuhan
sudah ganti baju.
klien untuk
kebersihan O:

d
i
r
i
.

1
0
.
0
0

3. Menyediakan bantuan -
Klien sudah tampak rapi.
sampai klien
mampu - Gigi klien
tampak bersih.

s
e
c

150
a
r
a

u
t
u
h

u
n
t
u
k

B
a
j
u

k
l
i
e
n

t
151
a
m
p
a
k

s
u
d
a
h

d
i

melakukan self
care. ganti.
4. Mendorong klien 10.00 melakukan
aktivitas sehari-hari yang normal

sesuai kemampuan yang A :


dimiliki.
152
-

M
a
s
a
l
a
h

d
e
f
i
s
i
t

p
e
r
a
w
a
t
a
n

belum teratasi.
153
1
0
.
1
0

- Intervensi deficit perawatan diri di lanjutkan.

6. J
u
m

a
t

R
e
s
i
k
o

154
j
a
t
u
h

F
a
l
l
p
r
e
v
e
n
t
i
o
n
.

:
08-06-2018
berhub
ungan
- Anak
klien
menga
155
takan
klien
denga
n 1.
Mengi
dentifi
kasi
perilak
u
10.00
masih
sering
tidur.

k
e
l
e
m
a
h
a
n
.

d
a
n

156
a
k
t
o
r

y
a
n
g

A
n
a
k

k
l
i
e
n

m
e
n
g
157
a
t
a
k
a
n

s
e
l
a
l
u

m
e
m
p
e
n
g
a
r
u
h
i

r
e
s
i
158
k
o

m
e
m
a
s
a
n
g

r
e
l

s
i
s
i

p
a
n
j
a
n
g

j
a
159
t
u
h
.

t
e
m
p
a
t

t
i
d
u
r
.

2
.

m
e
n
g
g
u
n
a

160
k
a
n

r
e
l

s
i
s
i

panjang yang
sesuai dan tinggi untuk mencegah O :

j
a
t
u
h

d
a
r
i

161
t
e
m
p
a
t

t
i
d
u
r
,

1
0
.
1
0

sesuai kebutuhan. - Klien tampak


masih sering 3. Memperhatikan tanda-
tidur. tanda posting untuk - Rel sisi
panjang tempat tidur mengiingatkan staf
bahwa klien tampak terpasang.
pasien yang beresiko - Klien masih terpasang
tanda tinggi untuk jatuh. (simbol) berwarna
kuning

162
(
r
e
s
i
k
o

j
a
t
u
h
)

d
i

a
t
a
s

t
e
m
p
a
t

163
1
0
.
1
0

t
i
d
u
r

k
l
i
e
n
.

164
A:

- Masalah resiko jatuh belum teratasi.

P:

- Intervensi resiko jatuh dilanjutkan untuk dimonitor.

Tabel 3.5
Catatan
Perkembanga
n.

165
BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan kepada klien Tn.B dengan

diagnose pneumonia di Ruangan Rawat Inap Paru RSUD Dr. Achmad Mochtar

Bukittinggi dari tanggal 06 sampai tanggal 09 Juni 2018 (Selama 3 hari) dalam 3

hari tersebut penulis telah mencoba menerapkan dan mengaplikasikan asuhan

keperawatan pada klien Tn.B dengan pneumonia sesuai dengan teori-tiori yang

ada. Ada beberapa hal yang dapat dibahas dan diperhatikan dalam penerapan dan

pengaplikasihan asuhan keperawatan, maka dalam bab ini dapat dilakukan

pembahasan menurut tinjauan teoritis dengan tinjauan kasus dengan kenyataan

yang ditemukan dilapangan. Oleh karena itu, dalam bab ini akan dibahas

kesenjangan dan kesamaan antara tinjauan tioritis dengan tinjauan kasus dengan

mencari factor-faktor pendukung, kesenjangan dan kesamaan yang terjadi akan

diuraikan dengan menggunakan langkah-langkah proses keperawatan, antara lain

yaitu:

4.1 Pengkajian.

Pengkajian keperawatan adalah tahap pertama dalam proses keperawatan

dan merupakan suatu proses yang sitematis dalam mengumpulkan data

dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status

kesehatan klien. Pengkajian keperawatan ditunjukan pada respon klien

166
terhadap masalah kesehatan yang berhubungan dengan kebutuhan dasar

manusia (Nursalam,2001). Dalam melakukan pengkajian pada klien Tn.B

data didapatkan dari klien, beserta keluarga, dan catatan medis serta tenaga

kesehatan lain.

4.1.1 Identitas Klien

Dalam melakukan pengkajian kasus pada klien Tn.B, penulis

menemukan kesulitan dalam berkomunikasi dengan klien yaitu klien

sulit untuk berbicara dan klien mengalami gangguan pendengaran.

Sehingga penulis memperoleh dan mendapatkan informasi dari

keluarga klien terkait dengan data-data akan klien.

4.1.2 Riwayat kesehatan sekarang.

Saat melakukan pengkajian Riwayat kesehatan sekarang penulis

tidak menemukan kesenjangan terhadap tanda dan gelaja yang di

temukan di teoritis dengan tinjauan kasus. Karena tanda dan gejala

yang ditemukan di tinjauan kasus yaitu : nafsu makan menurun,

batuk, dan pernafasan cepat (tachypnea).

4.1.3 Riwayat kesehatan dahulu

Saat melakukan pengkajian riwayat kesehatan dahulu penulis

menemukan bahwa klien sudah disarankan mengkomsumsi obat 6

bulan, klien ±2 tahun yang lalu merokok dan klien pernah dirawat

sebelumnya dirumah sakit, sehingga tidak ditemukan kesenjangan

informasi yang diperoleh dengan riwayat yang di dapat di tinjauan

teoritis dengan tinjauan kasus.

167
4.1.4 Riwayat kesehatan keluarga.

Saat melakukan pengkajian riwayat kesehatan keluarga dari

genogram keluarga, anak klien mengatakan bahwa dikeluarga klien

tidak ada satu pun keluarga yang menderita penyakit yang sama

dengan klien dan menderita penyakit keturunan lainnya.

4.1.5 Pemeriksaan fisik

Saat melakukan pengkajian pemeriksaan fisik pada klien Tn. B tidak

didapatkan kesenjangan data antara tinjauan tioritis dengan data

yang ditemukan pada saat melakukan pengkajian pemeriksaan fisik

(tinjauan kasus) dikarenan dalam pemeriksaan fisik ini sangat

penting dilakukan untuk menggali sejauh mana perkembangan

penyakit dan kondisi klien saat ini.

4.2 Diagnosa Keperawatan

Pada tinjauan teoritis ditemukan 7 Diagnosa Keperawatan. Diagnosa

keperawatan yang muncul menurut (Dianosa Medis & Nanda, 2015)

yaitu:

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan

nafas: spasme jalan nafas, sekresi tertahan, banyaknya mukus, adanya

jalan nafas buatan, sekresi bronkus, adanya eksudat di alveolus,

adanya benda asing di jalan nafas

168
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan kapasitas

pembawa oksigen darah.

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan isolasi respiratory: tirah

baring atau imobilisasi, kelemahan menyeluruh, ketidak seimbangan

suplai O2 dengan kebutuhan.

4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,


akibat toksin bakteri dan rasa sputum.

5. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.

6. Resiko kekurangan volume cairan dengan intake oral tidak adekuat,

takipneu, demam, kehilangan volume cairan secara aktif, kegagalan

mekanisme pengaturan.

7. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan apnea: ansietas,

posisi tubuh, deformitas dinding dada, gangguan koknitif, keletihan

hiperventilasi, sindrom hipovnetilasi, obesitas, keletihan otot spinal.

Sedangakan pada tinjauan kasus, saat dikaji ditemukan 6 diagnosa

keperawatan yang muncul pada tinjauan kasus karena saat pengkajian

lebih diutamakan diagnosa. Faktor pendukung diagnosa yang muncul

adalah :

1. Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan disfungsi

neuromuscular.

Factor pendukung diagnosa pertama yaitu saat melakukan pengkajian

tanggal 06 Juni 2018 anak klien mengatakan klien batuk sekali-

sekali, anak klien mengatakan klien batuk kering, anak klien

mengatakan klien menggukan oksigen bila klien sesak saja, selain itu

klien juga tampak batuk sekali-sekali, batuk tidak berdahak,

169
pernafasan klien 26 x/menit (tachypnea) dan klien tampak tidak

terpasang O2.

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan


aktif.
Faktor pendukung untuk diagnosa kedua yaitu anak klien mengatakan

klien tampak banyak tidur, anak klien mengatakan, anak klien

mengatakan aktivitas klien selama dirumah sakit di bantu karena

ekstremitas atas bagian kiri dan ekstremitas bawah klien yang kiri

mengalami kelemahan, selain itu mukosa bibir kering, turgor kulit

klien tampak jelek, lidah klien tampak kotor, tekanan darah 120/70

mmHg, nadi 87 x/menit, pernapasan 26 x/ menit, suhu 36,5 0C, klien

terpasang kateter, urin klien tampak berwarna kemerahan, jumlah

urin klien 100cc, jumlah minum klien selama sakit ± 3 gelas, dan

infuse terpasang Nacl 0,9 % dengan tetesan 20x/i.

3. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan kurangnya asupan makanan.

Factor pendukung dari diagnosa ketiga yaitu anak klien mengatakan

nafsu makan klien menurun, selain itu diet klien tampak habis 3

sendok, bb sakit 40 kg bb sehat 50 kg dan mukosa bibir kering.

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilisasi.

Factor pendukung dari diagnosa keempat yaitu anak klien mengatakan

aktivitas klien selama dirumah di bantu dan anak klien mengatakan

kaki klien bengkak, selain itu klien tampak mobilisasi dan aktivitas

dibantu dan ekstremitas bawah klien tampak udema.

5. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan dan kelelahan.

170
Factor pendukung untuk diagnosa kelima yaitu anak klien mengatakan

klien belum gosok gigi, anak klien mengatakan klien belum potong

kuku dan anak klien mengatakan di tangan klien ada panu, selain itu

gigi klien tampak kotor, kuku klien tampak kotor, lidah klien tampak

kotor dan hidung klien tampak ada secret.

6. Resiko jatuh berhubungan dengan kelemahan.

Faktor pendukung untuk diagnosa keenam yaitu anak klien

mengatakan aktivitas klien selama dirumah sakit di bantu karena

ekstremitas atas bagian kiri dan ekstremitas bawah klien yang kiri

mengalami kelemahan, anak klien mengatakan kaki klien bengkak,

anak klien mengatakan klien pernah jatuh ± 5 bulan yang lalu sejak

saat itu pendengaran klien mulai terganggu, anak klien mengatakan

klien bicara pelo sajak ± 1 bulan sebelum masuk rumah sakit, selama

di rumah semua aktivitas klien di bantu seperti ke kamar mandi di

gendong, duduk di bantu dan mandi di mandikan, selain itu umur

klien79 tahun, klien tampak mobilisasi dan aktivitas dibantu, selama

di rumah sakit klien banyak tidur, kekuatan Otot : 555 444

555 444

Dari penjabaran diatas penulis dapat membahas dari penjabaran diatas

anatara lain : pada diagnosa teoritis terdapat 7 diagnosa yaitu : Bersihan

jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan nafas:

spasme jalan nafas, sekresi tertahan, banyaknya mukus, adanya jalan

nafas buatan, sekresi bronkus, adanya eksudat di alveolus, adanya benda

asing di jalan nafas, gangguan pertukaran gas berhubungan dengan

171
gangguan kapasitas pembawa oksigen darah, intoleransi aktivitas

berhubungan dengan isolasi respiratory: tirah baring atau imobilisasi,

kelemahan menyeluruh, ketidak seimbangan suplai O2 dengan

kebutuhan, nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

anoreksia, akibat toksin bakteri dan rasa sputum, hipertermi berhubungan

dengan proses infeksi, resiko kekurangan volume cairan dengan intake

oral tidak adekuat, takipneu, demam, kehilangan volume cairan secara

aktif, kegagalan mekanisme pengaturan dan ketidakefektifan pola napas

berhubungan dengan apnea: ansietas, posisi tubuh, deformitas dinding

dada, gangguan koknitif, keletihan hiperventilasi, sindrom hipovnetilasi,

obesitas, keletihan otot spinal. Sedangkan pada saat penulis melakukan

pengkajian penulis menemukan 6 diagnosa antara lain yaitu ketidak

efektifan pola nafas berhubungan dengan disfungsi neuromuscular,

kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif,

ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan kurangnya asupan makanan, intoleransi aktivitas berhubungan

dengan imobilisasi, defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan

dan kelelahan, dan resiko jatuh berhubungan dengan kelemahan.

Maka dari diagnosa tioritis dan diagnose kasus yang didapatkan penulis

mentapkan 4 (empat) kesamaan diagnose dengan diagnosa tioritis,

sedangkan 3 (tiga) diagnosa lagi tidak ditemukan dikarenakan pada saat

melakukan pengkajian tidak ada di temukan data pendukung

seperti:

keluhan, tanda dan gejala terkait dengan diagnosa tersebut.

Pada diagnose Tn. B terdapat diagnosa defisit perawatan diri dikarena

klien tersebut tidak mampu melakukan pemenuhan kebutuhan personal

172
klien sendiri secara mandiri, dan terdapat diagnose resiko jatuh

berhubungan dengan kelemahan dikarenakan klien tersebut memiliki

riwayat stroke dan selama di rawat di Rumah Sakit klien tampak banyak

tidur.

4.3 Intervensi.

Intervensi keperawatan adalah semua tindakan asuhan yang perawat

lakukan atas nama klien. Tindakan ini termasuk intervensi yang di

prakarsai oleh perawat, dokter, atau intervensi kolaboratif (Mc.Closkey &

Bulechek, 2004).

Dalam menyusun rencana tindakan Keperawatan kepada klien

berdasarkan prioritas masalah yang ditemukan tidak semua rencana

tindakan pada teori dapat ditegakkan pada tinjauan kasus, karena rencana

tindakan pada tinjauan kasus disesuaikan dengan keluhan dan keadaan

klien.

a. Untuk diagnose pertama.

Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan disfungsi

neuromuscular, rencana tindakan yang dilakukan kepada klien yaitu

posisikan pasien semi fowler dengan cara meletakan bantal di

belakang punggung klien, anjurkan klien minum air hangat, monitor

pernafasan klien dan monitor TTV klien.

b. Untuk diagnosa kedua.

Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan

aktif, rencana tindakan yang dilakukan kepada klien yaitu pertahankan

173
catatan intake dan output yang adekuat, monitor status hidrasi, dorong

keluarga untuk membantu klien makan dan tawarkan snack (jus buah,

buah segar) kepada klien.

c. untuk diagnosa ketiga.

Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan kurangnya asupan makanan, rencana yang dilakukan kepada

klien yaitu kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah

kalori dan nutrisi yang di butuhkan pasien, anjurkan pasien untuk

meningkatkan intake, berikan makanan yang terpilih (sudah di

konsultasikan dengan ahli gizi), berikan informasi tentang kebutuhan

nutrisi, dan kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang

dibutuhkan.

d. Untuk diagnose keempat

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilisasi, rencana yang

dilakukan kepada klien yaitu kolaborasikan dengan tenaga rehabilitas

medik dalam merencanakan program terapi yang tepat, bantu klien

untuk mengindentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan, bantu untuk

mengindentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk

aktivitas yang diinginkan, bantu untuk mengidentifikasikan aktivitas

yang sesuai, bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang,

bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam

beraktivitas, dan monitor respon fisik, emosi, social dan spiritual.

e. Untuk diagnosa kelima.

Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan dan kelelahan,

rencana yang dilakukan kepada klien yaitu monitor kemampuan klien

174
untuk perawatan diri yang mandiri, monitor kebutuhan klien untuk

kebersihan diri, sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh

untuk melakukan self care, dan morong klien melakukan aktivitas

sehari-hari yang normal sesuai kemampuan yang dimiliki.

f. Untuk diagnosa keenam.

Resiko jatuh berhubungan dengan kelemahan, rencana yang dilakukan

kepada klien yaitu mengidentifikasi perilaku dan faktor yang

mempengaruhi resiko jatuh, gunakan rel sisi panjang yang sesuai dan

tinggi untuk mencegah jatuh dari tempat tidur, sesuai kebutuhan,

mendidik anggota keluarga tentang faktor resiko yang berkontribusi

terhadap jatuh dan bagaimana mereka dapat menurunkan resiko

tersebut, dan tanda-tanda posting untuk mengiingatkan staf bahwa

pasien yang beresiko tinggi untuk jatuh.

4.4 Implementasi.

Pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun

pada tahap perencanaan (intervensi). Proses pelaksanaan implementasi

harus berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain yang

mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi

keperawatan dan kegiatan komunikasi.

Setelah rencana tindakan ditetapkan, maka dilanjutkan dengan melakukan

rencana tersebut dalam bentuk nyata, sebelum diterapkan pada klien

terlebih dahulu melakukan pendekatan pada klien dan keluarga klien agar

tindakan yang akan diberikan dapat disetujui klien dan keluarga klien,

175
sehingga seluruh rencana tindakan asuhan keperawatan sesuai dengan

masalah yang dihadapi klien.

a. Untuk diagnosa pertama.

Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan disfungsi

neuromuscular, implementasi yang dilakukan yaitu mengatur posisi

pasien semi fowler dengan cara meletakan bantal di belakang

punggung klien, mengganjurkan klien minum air hangat, memonitor

pernafasan klien dan memonitor TTV klien.

b. Untuk diagnosa kedua.

Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan

aktif, implementasi yang dilakukan yaitu mempertahankan catatan

intake dan output yang adekuat, memonitor status hidrasi, mendorong

keluarga untuk membantu klien makan dan menawarkan snack (jus

buah, buah segar) kepada klien.

c. Untuk diagnosa ketiga.

Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan kurangnya asupan makanan, implementasi yang dilakukan

yaitu mengkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah

kalori dan nutrisi yang di butuhkan pasien, mengganjurkan pasien

untuk meningkatkan intake, memberikan makanan yang terpilih

(sudah di konsultasikan dengan ahli gizi), memberikan informasi

tentang kebutuhan nutrisi, dan mengkaji kemampuan pasien untuk

mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan.

d. Untuk diagnosa keempat

176
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilisasi, implementasi

yang dilakukan yaitu mengkolaborasikan dengan tenaga rehabilitas

medik dalam merencanakan program terapi yang tepat, membantu

klien untuk mengindentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan,

membantu klien untuk mengindentifikasi dan mendapatkan sumber

yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan, membantu klien

untuk mengidentifikasikan aktivitas yang sesuai, membantu klien

untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang, membantu

pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam

beraktivitas, dan memonitor respon fisik, emosi, social dan spiritual.

e. Untuk diagnosa kelima.

Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan dan kelelahan,

implementasi yang dilakukan yaitu memonitor kemampuan klien

untuk perawatan diri yang mandiri, memonitor kebutuhan klien untuk

kebersihan diri, menyediakan bantuan sampai klien mampu secara

utuh untuk melakukan self care, dan mendorong klien melakukan

aktivitas sehari-hari yang normal sesuai kemampuan yang dimiliki.

f. Untuk diagnosa keenam.

Resiko jatuh berhubungan dengan kelemahan, implemetasi yang

dilakukan yaitu mengidentifikasi perilaku dan faktor yang

mempengaruhi resiko jatuh, menggunakan rel sisi panjang yang

sesuai dan tinggi untuk mencegah jatuh dari tempat tidur, sesuai

kebutuhan, mendidik anggota keluarga tentang faktor resiko yang

berkontribusi terhadap jatuh dan bagaimana mereka dapat

menurunkan resiko tersebut, dan memberi tanda-tanda posting untuk

mengingatkan staf bahwa pasien yang beresiko tinggi untuk jatuh.

177
Dalam melakukan rencana tindakan, penulis tidak menemukan kesulitan

yang berarti, hal ini disebabkan karena :

a. Adanya faktor perencanaan yang baik dan keaktifan keluarga dalam

perawatan sehingga memudahkan untuk melakukan asuhan pada

tindakan keperawatan.

b. Pendekatan yang dilakukan dengan baik sehingga keluarga merasa

percaya dan memudahkan dalam pemberian serta pelaksanaan

tindakan keperawatan.

c. Adanya kerja sama yang baik antara penulis dengan petugas

ruangan sehingga penulis mendapatkan bantuan dalam melakukan

tindakan asuhan keperawatan.

4.5 Evaluasi.

Dari 6 diagnosa keperawatan yang penulis tegakkan sesuai dengan apa

yang penulis temukan dalam melakukan studi kasus dan melakukan

asuhan keperawatan kurang lebih sudah mencapai perkembangan yang

lebih baik dan optimal, maka dari itu dalam melakukan asuhan

keperawatan untuk mencapai hasil yang maksimal memerlukan adanya

kerja sama antara penulis dengan klien, perawat, dokter, dan tim

kesehatan lainnya.

Penulis mengevaluasi melihat catatan perkembangan klien selama 3 hari

berturut-turut dari tanggal 06 sampai dengan tanggal 08 Juni 2018.

1) Pada diagnosa pertama yaitu Ketidak efektifan pola nafas

berhubungan dengan disfungsi neuromuscular belum teratasi karena

178
anak klien mengatakan klien masih menggunkan oksigen (O 2) pada

saat klien mengalami sesak napas.

2) Pada diagnosa kedua yaitu Kekurangan volume cairan berhubungan

dengan kehilangan cairan aktif teratasi sebagian karena klien sudah

mulai menghabiskan makan dan snack yang disediakan di rumah

sakit.

3) Pada diagnosa ketiga yaitu Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya asupan makanan

telah teratasi sebahagian karena klien sudah mulai menghabiskan

menu diet yang disediakan.

4) Pada diagnosa keempat yaitu Intoleransi aktivitas berhubungan

dengan Gaya hidup kurang gerak belum teratasi karena semua

aktivitas klien masih dibantu oleh keluarga dan klien masih kurang

dalam beraktivitas karena klien masih banyak tidur.

5) Pada diagnosa kelima yaitu Defisit perawatan diri berhubungan

dengan kelemahan dan kelelahan belum teratasi karena semua

aktivitas dan perawatan diri klien masih di bantu sepenuhnya oleh

keluarga klien.

6) Pada diagnosa terakhir yaitu Resiko jatuh teratasi karena keluarga

telah mengetahui bagaimana cara pencegahan resiko jatuh agar tidak

terjadi.

179
BAB V

PENUTUP

Pada bab ini, penulis akan menyimpulkan hasil dari asuhan keperawatan pada

Tn.B dengan pneumonia yang di Rawat di Ruang Rawat Inap Paru RSUD Dr.

Achmad Mochtar Bukittinggi, mulai dari pengkajian keperawatan, diagnosa

keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan dan evaluasi

keperawatan yang dilaksanakan pada tanggal 06 Juni sampai tanggal 08 Juni

2018.

5.1 Kesimpulan.

Pneumonia adalah inflamasi atau infeksi pada parenkim paru. Pneumonia

disebabkan oleh satu atau lebih agens yaitu : virus, bakteri (mikoplasma),

fungi, parasit atau aspirasi zat asing (Betz & sowden, 2009). Pneumonia

adalah penyakit akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli), dengan

tanda dan gejala seperti : Batuk, dispnea, lemah, demam, pusing, nyeri dada

pleuritik, napas cepat dan dangkal, menggigil, sesak napas, produksi

sputum dan, berkeringat menurut (Robinson & Saputra, 2014).

Dari uraian diatas, penulis dapat mengambil kesimpulan :

5.1.1 Pengkajian asuhan keperawatan pada klien dengan pneumonia dapat

dilakukan dengan baik.

5.1.2 Pada diagnosa asuhan keperawatan pada klien pneumonia dapat

dirumuskan 6 diagnosa pada tinjauan kasus yaitu :

1. Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan disfungsi

neuromuscular.

180
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan

cairan aktif.

3. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan kurangnya asupan makanan.

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilisasi.

5. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan dan

kelelahan. 6. Resiko jatuh berhubungan dengan kelemahan.

5.1.3 Pada perencanaan asuhan keperawatan pada klien pneumonia semua

perencanaan dapat diterapkan pada tinjauan kasus.

5.1.4 Pada implementasi asuhan keperawatan pada klien pneumonia

hampir semua dapat dilakukan.

1. Evaluasi atau catatan perkembangan pada klien dengan asuhan

keperawatan pada klien pneumonia di Ruang Rawat Inap Paru

Rumah Sakit Dr. Ahcmad Mochtar Bukittinggi tahun 2018,

lima dari masalah keperawatan belum teratasi yaitu : Ketidak

efektifan pola nafas berhubungan dengan disfungsi

neuromuscular, defisit perawatan diri berhubungan dengan

kelemahan dan kelelahan, intoleransi aktivitas berhubungan

dengan imobilisasi, kekurangan volume cairan berhubungan

dengan kehilangan cairan aktif dan resiko jatuh berhubungan

dengan kelemahan. Sedangakn yang satu sudah sebagian

teratasi yaitu : Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya asupan

181
makanan.

5.2 Saran

Setelah penulis membuat kesimpulan tentang asuhan keperawatan pada

Tn.B dengan pneumonia, maka penulis menganggap perlu adanya saran

untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu asuhan keperawatan.

Adapun saran-saran sebagai berikutnya:

5.2.1 Institusi Pendidikan

Institusi pendidikan kesehatan harus melakukan pengembangan dan

peningkatan mutu pendidikan dimasa yang akan datang, agar bisa

memberikan asuhan keperawatan yang profesional untuk klien,

khususnya asuhan keperawatan dengan pneumonia.

5.2.2 Institusi Rumah Sakit

Institusi Rumah Sakit harus menekankan perawat dan petugas

kesehatan lainnya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan demi

membantu pengobatan klien dan memberikan kepuasan klien

dalam pelayanan di Rumah Sakit, terutama di Ruang Rawat Inap

Paru Dr. Ahcmad Mochtar Bukittinggi tahun 2018.

5.2.3 Penulis

Penulis harus mampu memberikan dan berfikir kritis dalam

melakukan asuhan keperawatan secara komprehensif pada klien,

terutama klien dengan pneumonia. Penulis juga harus menggunakan

teknik komunikasi terapeutik yang lebih baik lagi pada saat

pengkajian, tindakan dan evaluasi agar terjalin kerja sama yang baik

guna mempercepat kesembuhan klien.

5.2.4 Penulis Selanjutnya

182
Penulis selanjutnya sebaiknya dapat memberikan pelayanan dan

melakukan asuhan keperawatan yang lebih baik lagi, terutama pada

klien dengan pneumonia. Kerja sama yang baik hendaknya tetap

dipertahankan dan untuk mengatasi terjadinya komplikasi lanjut.

183
DAFTAR PUSTAKA

Alimul H, A. Aziz. 2009. Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan

Proses Perawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Betz, Cecily L., Sowden, Linda A. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri

Edisi 5. Jakarta: EGC.

Bulechek, G. M & Mc Closkey, J. C. 2004. Nursing Interventions

Classifications (NIC) Edisi 4. St. Louis Missouri: Mosby.

Brunner & Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Volume

1. Edisi 8. Jakarta : EGC

Davis Gordon B. 1994. Management System Information. TP. Midas Surya

Grafindo, Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Laporan Hasil Riset

Kesehatan Dasar Indonesia (Riskesdas). Jakarta: Depkes RI.

Departemen Kesehatan R.I. 2005. Rencana Strategi Departemen Kesehatan.

Jakarta: Depkes RI.

Dinas Kesehatan RI. 2009. Pedoman Pelayanan Antenatal di Tingkat

Pelayanan Dasar. Jakarta: Dinkes RI.

Griffith–Kenney, J.W. & Christensen, P.J. 1986. Nursing Process :

Application of Theories, Frameworks and Model. St. Louis : The. C.V.

Mosby Company.

184
Kemenkes RI. 2010. Pedoman Pengendalian Infeksi Saluran Pernapasan

Akut. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI .

LeMone, P., Burke, M.K., dan Bauldoff. G. 2016. Buku Ajar Keperawatan

Medikal Bedah. Vol 4. Ed Ke-5. Jakarta: EGC.

Misnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumoni Pada Anak

Orang Dewasa, Usia Lanjut Edisi 1. Jakarta: Pustaka Obor Populer.

Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem

Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.

Muttaqin ,Arif. 2010. Pengkajian Keperawatan Aplikasi Pada Praktik

Klinik. Jakarta: Salemba Medika

Nurarif & Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan

Dianosa Medis & Nanda NIC-NOC. Jilid 3. Jogjakarta: Mediaction.

Nursalam, 2001. Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan

Praktik. Jakarta: Salemba Medika.

Pearce C. E. 2009. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta :

Gramedia Pustaka Utama.

Price & Wilson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.

Vol 2. Ed Ke-6. Jakarta: EGC.

Rahajoe, N. 2008. Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi Pertama. Badan

185
Penerbit IDAI. Jakarta: Media.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2013. Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan Kementerian RI Tahun 2013. Diakses di

http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesda
s%20.2013.pdf.

Robinson & Saputra. 2014. Buku Ajar Visual Nursing (Medica-Bedah). Jilid

1. Jakarta: Binarupa Aksara Publisher.

Rohmah, N, & Walid, S. (2014). Proses Keperawatan. Yogyakarta : Ar-

Ruzz.

Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal

Bedah (8 ed., Vol. 2). Jakarta: EGC.

Suratun, 2008. Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Seri Asuhan

Keperawatan. Jakarta: EGC.

Wong, Donna L. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Volume 1. Alih

Bahasa Agus Sutarna dkk. Jakarta: EGC.

Zul, Dahlan. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid II. Ed ke-VI.

Jakarta: EGC

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

SAP GOSOK GIGI

Topik : Cara Menggosok Gigi Yang Baik Dan Benar

Sub Topik : Pengertian Dan Manfaat Dari Cara Menggosok Gigi


Yang Baik Dan Benar

186
Hari/tanggal : Rabu, 06 Juni 2018

Pukul/Tempat : 09.00 WIB, Ruangan Paru

Sasaran : Pasien dan keluarga pasien

Waktu : 30 Menit

A. TUJUAN UMUM

Setelah mengikuti penyuluhan dan mendapatkan penjelasan tentang


menggosok gigi, peserta diharapkan mengetahui cara menggosok gigi
dengan baik dan benar

B. TUJUAN KHUSUS

Setelah dilakukan penyuluhan, peserta diharapkan mampu:

1. Peserta dapat menjelaskan pengertian menggosok gigi

2. Peserta dapat menjelaskan manfaat menggosok gigi

3. Peserta dapt menjelaskan akibat bila tidak menggosok gigi

4. Peserta dapat menjelaskan waktu yang tepat untuk menggosok gigi

5. Peserta dapat menjelaskan cara menggosok gigi yang baik dan benar

C. MATERI

1. Pengertian menggosok gigi

2. Manfaat menggosok gigi

3. Akibat bila tidak menggosok gigi


4. Waktu yang tepat untuk menggosok gigi

5. Cara menggosok gigi yang baik dan benar

D. METODE

1. Ceramah

187
2. Diskusi / Tanya jawab

E. MEDIA

1. Materi SAP

2. Alat peraga Gigi

F. KEGIATAN PENYULUHAN

No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta


1 3 Menit Pembukaan: Menjawab
Membuka kegiatan dengan Salam
mengucapkan salam
Memperkenalkan Diri Mendengarkan
Menjelaskan tujuan dari
penyuluhan Memperhatika
Menyebut materi yang akan n
diberikan
2 15 Menit Pelaksanaan: Memperhatika
Menjelaskan tentang n
pengertian menggosok gigi
Menjelaskan tentang manfaat
menggosok gigi Memperhatika
Menjelaskan tentang waktu n
yang tepat untuk menggosok
gigi Menjelaskan akibat bila Memperhatika
tidak
n
menggosok gigi
Menjelaskan cara menggosok
gigi dengan baik dan benar Memperhatika
Memberi kesempatan kepada
n
peserta untuk bertanya
3 10 Menit
Memperhatika
Evaluasi:
n
Menanyakan kepada
peserta tentang materi yang Memperhatika
telah diberikan, dan n
reinforcement Bertanya dan
menjawab
pertanyaan yang
diajukan

188
Menjawab
pertanyaan
kepada Pasien dan
keluarga pasien yang
dapat menjawab
pertanyaan. Mendengarkan
4 Terminasi:
Mengucapkan terimakasih atas Menjawab
peran peserta Salam
2 Menit Mengucapkan salam penutup

G. EVALUASI

1. Metode Evaluasi : tanya


jawab
2. Jenis Pertanyaan : Lisan

H. SUMBER PUSTAKA

Rudhi
Eanto.2013.Penyuluhan
Kesehatan
Gigi.Gramedia:Jakarta

URAIAN MATERI
MENGGOSOK GIGI (SIKAT GIGI)

1. Pengertian menggosok gigi

Kegiatan rutin yang selalu kita lakukan tiap hari, setidaknya 2 kali
sehari kita menggosok gigi.

2. Tujuan menggosok gigi

a. Gigi tampak bersih dan putih

b. Mengurangi bau mulut

c. Mencegah sakit gigi (misalnya: caries gigi atau gigi berlubang).

189
3. Akibat bila tidak menggosok gigi
a. Gigi menjadi kuning kecoklatan

b. Bau mulut bertambah

c. Sakit gigi

4. Waktu yang tepat untuk menggosok gigi

a. Minimal kita menggosok/menyikat gigi dua kali dalam sehari yaitu

pagi setelah sarapan dan kedua menjelang tidur

b. Yang paling ideal sebaiknya menyikat gigi setelah makan dan

menjelang tidur

c. Apabila kita tidak mampu menggosok gigi setelah

makan, dianjurkan untuk kumur-kumur dengan air yang

bersih untuk mengurangi sisa-sisa makanan yang masih menempel

di gigi.

5. Cara Menggosok Gigi Yang Benar

a. Sikat gigi dan gusi dengan posisi kepala sikat membentuk sudut 45

derajat di daerah perbatasan antara gigi dengan gusi

b. Gerakan sikat dengan lembut dan memutar. Sikat bangian luar

permukaan setiap gigi atas dan bawah dengan posisi 45 derajat

berlawanan dengan garis gusi agar sisa makanan yang mungkin

masih menyelip dapat dibersihkan.

c. Bersihkan permukaan kunyah gigi pada lengkung gigi sebelah kanan

dan kiri dengan gerakan maju mundur, atau mungkin boleh juga

190
dengan sedikit diputar sebanyak 10-20 kali gosokan juga. Lakukan

pada rahang atas terlebih dulu lalu dilanjutkan dengan rahang bawah.

Bulu sikat gigi diletakkan tegak lurus menghadap permukaan kunyah

gigi.

d. Gunakan hanya ujung bulu sikat gigi untuk membersihkan gigi

dengan tekanan ringan sehingga bulu sikat tidak membengkok.

Biarkan bulu sikat membersihkan cela-cela gigi. Rubah posisi sikat

sesering mungkin.

e. Bersihkan permukaan dalam gigi yang menghadap ke lidah dan

langit-langit dengan menggunakan teknik modifikasi bass untuk

lengkung gigi sebelah kanan dan kiri. Untuk lengkung gigi bangian

depan dapat anda bersihkan dengan cara memegang sikat gigi secara

vertical menghadap ke depan. Lalu gunakan ujung sikat dengan

gerakan menarik dari gusi kearah mahkota gigi. Lakukan pada rahang

atas terlebih dulu dan dilanjutkan dengan rahang bawah.

f. Sikat lidah untuk menyingkirkan bakteri dan agar nafas lebih segar

g. Pilihlah sikat gigi dengan bulu sikat yang lembut karena yang keras

dapat membuat gusi terluka dan menimbulkan abrasi pada gigi, yaitu

penipisan struktur gigi terutama di sekitar garis gusi. Abrasi dapat

membuat bakteri dan asam menghabiskan gigi karena lapisan keras

pelindung enamel gigi telah terkikis.

h. Ganti sikat gigi jika bulu sikat sudah rusak dan simpan di tempat

yang kering sehingga dapat mongering setelah dipakai.

191
i. Jangan pernah meminjamkan sikat gigi anda kepada orang lain

karena sikat gigi mengandung bakteri yang dapat berpindah dari

orang yang satu ke yang lain meski sikat sudah dibersihkan.

192
193
194
195
196
197
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

198
IdentitasPenulis

Nama :PuspaRhamadhani

Tempat / Tanggal Lahir :Singkarak, 10 Januari 1997

Agama : Islam
Negeri Asal
: JorongKubang Gajah, Rt/Rw : 000/000, KelSingkarak,
Kecamatan X Koto Singkarak, KabSolok.

Jumlah Bersaudara : 5 (Lima) Orang

Anak Ke :3 (Tiga)

Nama Orang Tua

Ayah :Firdaus

Ibu : Linda Wati


Alamat
:JorongKubang Gajah, Rt/Rw : 000/000, KelSingkarak,
Kecamatan X Koto Singkarak, KabSolok.
Riwayat Pendidikan
1. Taman Kanak-kanak P3K : Tahun 2003
2. SD N 26 X KOTO SINGKARAK : Tahun 2009-
2010
3. SMP N 1 X KOTO SINGKARAK : Tahun 2013-
2014
4. SMA N 3 KAB. TEBO :Tahun 2014-
2015
5. Program Studi DIII Keperawatan STIKes Perintis Padang Tahun 2015 Sampai
Sekarang.

199
200

You might also like