11 Nico Ghaniyul PDF

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 109

KARYA TULIS ILMIAH

LAPORAN STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.K DENGAN


STROKE ISKEMIK DIRUANGA NEUROLOGI
RSUD DR. ACHMAD MOCHTAR
BUKITTINGGI TAHUN 2018

OLEH :

NIKO GHANIYUL HAFIZH


1514401011

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PERINTIS PADANG
TAHUN 2018

7
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.K DENGAN
STROKE ISKEMIK DIRUANGA NEUROLOGI
RSUD DR. ACHMAD MOCHTAR
BUKITTINGGI TAHUN 2018

LAPORAN STUDI KASUS

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu SyaratDalam Menyelesaikan Pendidikan


Program Diploma III Keperawatan Di STIKesPerintis Padang

OLEH :

NIKO GHANIYUL HAFIZH

1514401011

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PERINTIS PADANG
TAHUN 2018

8
9
10
NURSING CARE IN CLIENTS Tn. K WITH ISKEMIC STROKE IN THE ROOM
OF THE NEUROLOGY RSUD DR. ACHMAD MOCHTAR
BUKITTINGGI IN 2018

NIKO GHANIYUL HAFIZH 1 , LISA MUSTIKA SARI 2

High School of Pioneer Health Sciences Perintis Padang


Diploma DIII Study Program of Nursing
Email : [email protected]

ABSTRACT

As many as 77% of the main causes of stroke is hypertension. According to data from
WHO,
15 million people suffer from stroke every year, 5.5 million of them died, another 10
million have permanent disability. The purpose of this report is able to perform Nursing
Care in patients with ischemic stroke in the neurological hospital of RSAM Bukittinggi
2018. the results of case reports found data on Tn.K. ie the client's family said the client
suddenly experienced a decrease in awareness, GCS client 14, the client had hypertension,
the client's family said the previous client had never been hospitalized. The result of the
study was found to have problems with Tn. K ie cerebral tissue perfusion disorders,
mobility barriers in bed, verbal communication barriers, self-care deficits: bathing,
anxiety. Based on the above nursing problems then prepared a plan and implement the
actions of nursing and evaluation that refers to the objectives and krikteria results. To
prevent an increased incidence of ischemic stroke is suggested to the institution of the
hospital to perform intensive care and provide sufficient information to the patient
regarding ischemic stroke itself and its aspects. With the acquisition of enough information
then prevention can be done immediately.

Keywords: Nursing Care, Stroke, Ischemic Stroke References: 21 (2002-2017)

11
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. K DENGAN STROKE ISKEMIK
DIRUANGAN NEUROLOGI RSUD DR. ACHMAD MOCHTAR
BUKITTINGGI TAHUN 2018

NIKO GHANIYUL HAFIZH 1 , LISA MUSTIKA SARI 2

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERINTIS PADANG


PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
Email : [email protected]

Abstrak

Sebanyak 77% penyebab utama stroke adalah hipertensi. Menurut data dari WHO, 15 juta
orang menderita stroke setiap tahun, 5,5 juta diantaranya meninggal, 10 juta lainnya
mengalami cacat permanen. Tujuan dari laporan ini adalah mampu melakukan Perawatan
Keperawatan pada pasien dengan stroke iskemik di rumah sakit syaraf RSAM Bukittinggi
2018. hasil laporan kasus menemukan data pada Tn.K. yaitu keluarga klien mengatakan
klien tiba-tiba mengalami penurunan kesadaran, klien GCS 14, klien mengalami hipertensi,
keluarga klien mengatakan klien sebelumnya tidak pernah dirawat di rumah sakit. Hasil
penelitian ditemukan memiliki masalah dengan Tn. K yaitu gangguan perfusi jaringan
serebral, hambatan mobilitas di tempat tidur, hambatan komunikasi verbal, defisit perawatan
diri: mandi, kecemasan. Berdasarkan masalah keperawatan di atas kemudian disusun
rencana dan implementasikan tindakan keperawatan dan evaluasi yang mengacu pada tujuan
dan hasil krikteria. Untuk mencegah peningkatan insiden stroke iskemik disarankan ke
institusi rumah sakit untuk melakukan perawatan intensif dan memberikan informasi yang
cukup kepada pasien mengenai stroke iskemik itu sendiri dan aspek-aspeknya. Dengan
perolehan informasi yang cukup maka pencegahan dapat segera dilakukan.

Kata Kunci: Perawatan Perawatan, Stroke, Stroke Iskemik Referensi: 21 (2002-2017)

12
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya yang

telah diberikan kepada penulis sehingga Laporan Studi Kampus denga judul “ Asuhan

Keperawatan Pada Klien Tn.K dengan Stroke Iskemik Di Ruangan Neorologi RSUD. Dr.

Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2018 “ ini dapat disajikan dalam bentuk tulisan. Dalam

penyusunan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Yendrizal Jafri, M.Kep, M.Biomed selaku Ketua Yayasan.

2. Ibu Ns. Endra Amalia, M.Kep selaku penanggung jawab Program Studi D III

Keperawatan STIKes Perintis Padang.

3. Bapak Ns. Lisa Mustika Sari, M.Kep selaku pembimbing yang telah memberikan

bimbingan dan arahan dalam pembuatan Laporan Studi Kasus ini.

4. Ibu Ns. Reni Mulyanti, S.Kep selaku pembimbing klinik yang telah memberikan

bimbingan dalam pembuatan Laporan Studi Kasus.

5. Bapak dan Ibu Staff Penagajar Program Studi D III Keperawatan STIKes Perintis Padang

yang telah banyak memberikan ilmu serta bimbingan yang bermanfaat bagi penulis.

6. Teman-teman mahasiswa mahasiswi STIKes Perintis Prodi D III Keperawatan yang telah

memberi masukan dan dukungan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa Laporan Studi Kasus ini jauh dari kesempurnaan, hal ini bukanlah

suatu kesenjangan melainkan karena keterbatasan ilmu dan kemampuan penulis.untuk itu

13
penulis berharap tanggapan dan kritikan serta saran yang bersifat membangun dari semua pihak

demi kesempurnaan laporan studi kasus ini.

Akhir kata penulis mengharapkan agar laporan Studi Kasus ini bermanfaat bagi kita semua,

semoga allah SWT memberikan rahmad dan hidayah kepada kita semua aminnnn

Wassalamualikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Bukittinggi , Juli 2018

Penulis

14
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Stroke atau Cerebrovascular disease menurut World Health Organization (WHO) adalah

“tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal atau global

karena adanya sumbatan atau pecahnya pembuluh darah di otak dengan gejala-gejala

yang berlangsung selama 24 jam atau lebih”. Klasifikasi penyakit stroke terdiri dari

beberapa kategori, diantaranya: berdasarkan kelainan patologis, secara garis besar stroke

dibagi dalam 2 tipe yaitu: ischemic stroke disebut juga infark atau non-hemorrhagic

disebabkan oleh gumpalan atau penyumbatan dalam arteri yang menuju keotak yang

sebelumnya sudah mengalami proses aterosklerosis (Arifianto,2014).

Stroke adalah sindrom yang terdiri dari tanda dan /atau gejala hilangnya fungsi system

saraf pusat fokal (atau global) yang berkembang cepat (dalam detik atau menit). Gejala-

gejala ini berlangsung lebih dari 24 jam atau menyebabkan kematian. Penyebab tersering

terjadinya stroke adalah penyakit degeneratif arterial, baik aterosklerosis pada pembuluh

darah besar (dengan trombo emboli) maupun penyakit pembuluh darah kecil

(lipohialinosis). Kemungkinan berkembangnya penyakit degenerative arteri yang

signifikan meningkat pada beberapa factor resiko vaskular, salah satunya adalah

hipertensi (Hasmono, 2013)

Stroke dapat dibagi berdasarkan penyebabnya yaitu stroke hemoragik dan stroke iskemik.

Stroke hemoragik terjadi akibat perdarahan atau rusaknya pembulu darah otak.

Sedangkan stroke iskemik terjadi akibat suplai darah keotak terhambat atau terhenti.

Stroke iskemik adalah tipe yang paling sering ditemukan, 85% dari seluruh kasus stroke.

Sedangkan stroke hemoragik mencakup 15% dari seluruh kasus stroke (Lisiswanti, 2015).

15
Faktor resiko stroke terbagi menjadi factor resiko yang dapat dimodifikasi dan factor

resiko yang dapat dimodifikasi yaitu hipertensi, merokok, diabetes, dan obesitas. Faktor

resiko yang tidak dapat dimodifikasi yaitu usia, jenis kelamin, berat badan lahir rendah

(BBLR) dan genetic (Human, 2015). Sebanyak 77% penyebab utama stroke adalah

hipertensi (Go dkk, 2014).

Menurut data dari WHO, 15 juta orang menderita stroke setiap tahunnya, 5,5 juta

diantaranya meninggal, 10 juta lainnya mengalami kecacatan permanen. Di Indonesia

stroke menjadi penyebab kematian dan kecacatan utama pada semua umur dengan

prevalensi sebanyak 500.000 jiwa setiap tahun. Dari jumlah itu, sekitar 250.000 orang

meninggal dunia, dan sisanya cacat ringan maupun berat (Lefrina dan Yeni, 2010).

Diperkirakan angka ini akan terus meningkat, mengingat gaya hidup yang terus

serbamudah, usia seseorang meningkat, kemiskinan, dan akses pelayanan kesehatan yang

kurang memuaskan. Apabila angka kematian, kesakitan dan kecacatan ini terus

meningkat maka akan berpengaruh terhadap produktivitas kerja dan meningkatnya biaya

pengobatan (World Health Organization, 2013).

Di Asia Tenggara yaitu Indonesia dan Malaysia stroke merupakan penyakit nomor tiga

yang mematikan setelah jantung dan kanker. Bahkan, menurut survey tahun 2004, stroke

merupakan pembunuh nomor satu di rumah sakit. Jumlah penderita stroke di Indonesia

dari tahun ketahun terus meningkat (Agonwar, 2016, Hernowo 2007).

Rendahnya kesadaran akan factor risiko stroke, kurang dikenalinya gejala stroke, belum

optimalnya pelayanan stroke dan ketaatan terhadap program terapi untuk pencegahan

stroke ulang yang rendah merupakan permasalahan yang muncul pada pelayanan stroke

di Indonesia. Keempat hal tersebut berkontribusi terhadap peningkatan kejadian stroke

16
baru, tingginya angka kematian akibat stroke, dan tingginya kejadian stroke ulang di

Indonesia (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2008).

Sumatera barat dalam prevalensi penyakit stroke iskemik menepati urutan keenam dari 33

provinsi setelah Provinsi NAD, Kepri, Gorontalo, DKI Jakarta, NTB dengan pesentase

10,6%. Menurut data BPS Kota Padang tahun 2011, stroke adalah penyebab kematian

kelima di Kota Padang dengan persentase 8% setelah penyakit ketuaan/lansia, DM,

Hipertensi, Jantung (Badan Pusat Statistik [BPS], 2011).

Dari hasil surve awal di RSUD Dr. Ahmad Mochtar Bukittinggi di dapatkan kejadian

stroke hemoragik dan stroke non hemoragik dari januari 2017 sampai juni 2018 sebanyak

344 orang. Penyakit stroke non hemoragik merupakan penyakit 2 terbanyak yang terdapat

di rungan Neorologi RSUD Dr. Ahmad Mochtar Bukittinggi tahun 2018.

Selama perawatan, pasien stroke mengalami berbagai masalah keperawatan, sehingga

memebutuhkan proses keperawatan, proses keperawatan dilakukan untuk

mengidentifikasi masalah, mencegah, dan mengatasi masalah keperawatan yang dialami

pasien baik masalah keperawatan actual maupun potensial untuk meningkatkan

kesehatan. Asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat sangat mempengaruhi

kualitas asuhan keperawatan yang diterima oleh pasien. Upaya yang dilakukan untuk

meningkatkan kualitas asuhan keperawatan dengan menerapkan berbagai peran perawat.

Selama berpraktek penulis menjalankan peran perawat sebagai perawat klinis edukator

dan pemberi asuhan keperawatan, sehingga dapat membantu pasien yang mengalami

masalah fisik maupun psikologis yang membutuhkan perawatan lebih lanjut.

Maka dari itu muncul gagasan untuk mengurangi agar tidak muncul penderita Stroke

Iskemik (Non Hemoragik) dengan memberikan Asuhan Keperawatan kepada pasien dan

keluarga pasien dan dari latar belakang tersebut penulis mengambil kasus tersebut sebagai
17
penyusunan karya tulis ilmiah DIII Keperawatan dengan mengambil judul “Asuhan

Keperawatan Pada Tn. K Dengan Stroke Iskemik di Ruangan Neorologi RSUD Dr.

Ahmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2018.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan umum

Mahasiswa mampu melakukan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tn.K dengan

Stroke Islemik di ruangan Neorologi RSUD Dr. Ahmad Mochtar Bukittinggi

Tahun 2018.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mahasiswa mampu memahami konsep dasar stroke (pengertian,etiologi,

anatomi fisiologi, manisfestasi klinis, patofisiologi, dan penatalaksanaan)

Stroke Iskemik di ruangan Neorologi RSUD Dr.Ahmad Mochtar

Bukittinggi Tahun 2018.

2. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada pasien Tn. K Stroke

Iskemik di ruangan Neorologi RSUD Dr. Ahmad Mochtar Bukittinggi

Tahun 2018.

3. Mahasiswa mampu menentukan diagnose keperawatan atau masalah

keperawatan yang berhubungan dengan Stroke Iskemik diruangan

Neorologi khususnya pada Tn.k RSUD Dr. Ahmad Mochtar Bukittinggi

Tahun2018.

18
4. Mahasiswa mampu menentukan intervensi yang berhubungan dengan

Stroke Iskemik di ruangan Neorologi RSUD Dr. Ahmad Mochtar

Bukittinggi Tahun 2018.

5. Mahasiswa mampu melakukan implementasi yang berhubungan dengan

Stroke Iskemik di ruangan Neurologi RSUD Dr. Achmad Mochtar

Bukittinggi Tahun 2018.

6. Mahasiswa mampu melakukan pendokumentasian yang berhubungan

dengan Stroke Iskemik di ruangan Neurologi RSUDDr. Achmad Mochtar

Bukittinggi Tahun 2018.

1.3 Manfaat

1.3.1 Bagi pelayanan kesehatan

Dapat meningkatkan pelayanan kesehatan dengan memberikan asuhan

keperawatan yang komperehensif, kolaborasi dengan disiplin ilmu kesehatan

lainya serta melibatkan keluarga dalam merawat pasien stroke sehingga

meningkatkan pelayanan kesehatan.

1.3.2 Bagi pasien dan keluarga pasien

Pasien dan keluarga pasien mengetahui penyakit dan perawatan Stroke Iskemik

dan dapat mencegah terjadinya penyakit stroke berulang.

1.3.3 Bagi mahasiswa

Memberikan pengetahuan dan memperkaya pengalaman bagi penulis dalam

memberikan dan menyusun Asuhan Keperawatan pada pasien Stroke Iskemik dan

sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Program Studi DIII

Keperawatan Sekolah Tinggi IlmuKesehatanPerintis Padang.

19
BAB II

TINJAUAN TEORITIS
2.1.Konsep Dasar

2.1.1. Pengertian

Stroke adalah cedera vascular akut pada otak. Ini berarti bahwa stroke adalah

suatu cedera mendadak dan berat pada pembuluh-pembuluh darah otak. Cedera

dapat disebabkan oleh sumbatan bekuan darah, penyempitan pembuluh darah,

sumbatan dan penyempitan, atau pecahnya pembuluh darah. Semua ini

menyebabkan kurangnya pasokan darah yang memadai. Stroke mungkin

menampakan gejala, mungkin juga tidak (stroke tanpa gejala disebut silent

stroke), tergantung pada tempat dan ukuran kerusakan. (valery feigin, 2002).

Stroke atau gangguan peredaran darah otak (GPDO) merupakan penyakit

neurologis yang sering dijumpai dan harus ditangani secara cepat dan

tepat. Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak yang

disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi

pada siapa saja dan kapan saja Stroke Iskemik (Non Hemoragic) yaitu

tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke otak

sebagian atau keseluruhan terhenti. (nanda nic-noc).

Menurut Ir. B Mahendra dan dr. Evi Rachmawati N.H. Stroke iskemik

merupakan 80% dari semua kejadian stroke. Stroke iskemik dapat terjadi bila

asupan darah ke otak berkurang atau terhenti. Derajat dan gangguan dari otak

berfariasi tergantung dari pembuluh darah yang terkena dan luas daerah yang

dialiri darah oleh pembuluh darah tersebut. Bila stroke terjadi, otak akan

mengalami gangguan homeostasis (keseimbangan dalam pengaturan cairan dan

elektrolit), terjadi penimbunan cairan dalam sel dan ion-ion kalsium serta
20
kalium yang berlebihan didalam sel otak. Akibatnya, otak akan membengkak

dan terjadilah udema otak. Udema otak ini sangat berbahaya jika tidak di

tangani karna dapat menyebabkan kematian, Stroke non hemoragik atau

disebut juga dengan stroke iskemik atau stroke infark biasanya terjadi setelah

lama beristirahat, baru bangun tidur atau dipagi hari. Namun menimbulkan

hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder. (Wijaya, 2013).

Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa stroke iskemik adalah terjadi ketika

terdapat sumbatan bekuan darah dalam pembuluh darah di otak atau arteri yang

menuju ke otak, sindroma klinis yang awalnya timbul mendadak, progresi

cepat berupa deficit neurologis fokal atau global yang berlangsung 24 jam atau

lebih atau langsung menimbul kematian yang disebabkan oleh gangguan

peredaran darah otak non straumatik.

2.1.2. Anatomi dan Fisiologi

Sistem saraf manusia mempunyai struktur yang kompleks dengan

berbagai fungsi yang berbeda dan saling mempengaruhi. Satu fungsi saraf

terganggu secara fisiologi akan berpengaruh terhadap fungsi tubuh yang lain.

Sistem saraf dikelompokan menjadi dua bagian besar yaitu susunan saraf

pusat/central nervous system (CNS) dan susunan saraf perifer/peripheral

nervous system (PNS). Susunan saraf pusat terdiri dari otak dan medulla

spinalis, sedangkan saraf perifer terdiri atas saraf-saraf yang keluar dari otak

(12 pasang) dan saraf-saraf yang keluar dari medulla spinalis (31

pasang). Menurut fungsinya saraf perifer dibagi atas saraf afferent

(sensorik) dan efferent (motorik). Saraf afferent (sensorik) menghantarkan

informasi dari reseptor- reseptor khusus yang berada pada organ permukaan

atau bagian dalam ke otak dan medulla spinal ke organ-organ tubuh seperti
21
otot rangka, otot jantung, otot- otot bagian dalam dan kelenjer-kelenjer. Saraf

motorik kemudian dibagi menjadi dua yaitu system saraf somatic dan system

saraf otonomik. Sistem saraf somatic berperan dalam interaksi antara tubuh

dengan lingkungan luar. Serabut sarafny berada pada sel-sel otot rangka.

Sistem saraf otonomik dibagi atas simpatis dan parasimpatis yang berperan

dalam interaksi dengan lingkungan internal seperti pada otot janntung, kelenjar

dan lain-lain. (Tarwoto edisi II).

Gambar 2.1 Otak (Tarwoto Edisi II).

a. Pembagian Sistem Saraf

1. Sistem Saraf Pusat

a. Otak

b. Medulla Spinalis

2. Sistem Saraf Perifer

a. Afferent (sensorik)

b. Efferent (motorik)

1). Sistem saraf somatik.

22
2). Sistem saraf otomatik.

1. Sistem Saraf Pusat

a. Otak

Otak berada pada ruang cranial dan dilindungi oleh tulang-tulang

tengkorak yang disebut cranium.

b. Tulang – tulang cranium

Otak terletak dalam ruang tertutup oleh cranium, tulang tulang

penyusun cranium disebut tengkorak yang berfungsi melindungi organ-

organ vital. Ada Sembilan tulang yang membentuk cranium yaitu tulang

frontal oksipital, sphenoid, etmoid, temporal dua buah, parental dua

buah. Tulang-tulang tengkorak dihubungkan oleh sutura.

c. Meningen

Meningen adalah jaringan membrane penghubung yang melampisi otak

dan medulla spinalis. Ada tiga lapisan meningen yaitu : duramater,

arachnoid, dan piamater. Duramater adalah lapisan luar meninges,

merupakan lapisan yang liat, kasar dan mempunyai dua lapisan

membrane. Arachnoid adalah membrane bagian tengah, tipis dan

terbentuk lapisan laba-laba. Sedangkan piamater merupakan lapisan

paling dalam, tipis, merupakan membrane vaskuler yang membungkus

seluruh lapisan otak antara lapisan satu dengan lainya terdapat

suatu meningeal yaitu : ruang epidural merupakan ruang antara

tengkorak dan lapisan luar duramater, ruang supdural yaitu ruang

antara lapisan dalam duramater dengan membrane arachnoid, ruang

subarachnoid yaitu ruang antara aracnoid dengan piamater. Pada ruang

23
subarachnoid ini terdapat cairan cerebrospinal (CSF)

d. Korteks Serebri.

Merupakan lapisan bagian atas dari cerebrum yang tebalnya 2-5mm dan

tersusun se4bagian besar oleh gray matter dan hampir 75% sel

bodi saraf dan denrit berada pada korteks serebri. Semua aktivitas

tubuh dikendalikan oleh korteks serebri sesuai dengan areanya. Pada

korteks serebri terdapat area-area tertentu yang dipetakan menggunakan

angka oleh Brodmann (1909). Menurut Brodmann permukaan korteks

dapat dibagi menjadi sebagian besar daerah-daerah artitektural sel-

sel. Masing-masing area mempunyai arti fungsional yang jelas dan

spesifik. Misalnya area 4 merupakan area korteks motorik, area 5 dan 7

merupakan area asosiasi somatosensoril area 6 korteks area premotorik.

e. Cerebrum.

Cerebrum adalah bagian otak yang paling besar, kira-kira 80% dari

berat otak. Cerebrum mempunyai dua hemisfer yang dihubungkan oleh

korpus kallosum yaitu hemisfer kanan dan hemisfer kiri. Baik

hemisfer kanan dan kiri, menginterprestasi data sensori yang masuk,

menyimpan memori belajar. Namun demikian masing-masing hemisfer

mempunyai dominasi tertentu, seperti pada hemisfer kanan lebih

dominan dalam mengasimilasi pengalaman sensori visual, informasi,

aktivitas music, seni, menari. Pada hemisfer kiri lebih dominan pada

kemampuan analisis, bahasa, bicara, matematik dan berfikir abstrack.

Setiap hemisfer terbagi atas empat lobus yaitu :

1. Lobus frontal berfungsi sebagai aktivitas motorik, fungsi

intektual, emosi dan fungsi fisik. Pada bagian frontal bagian kiri
24
terdapat area broca (area 44 dan 45) yang berfungsi sebagai pusat

motorik bahasa. Kerusakan area broca dapat mengakibatkan

aphasia motorik (ekpresif) yang ditandai ketidakmampuan pasien

untuk mengungkapkan pikiran-pikiran yang dapat dimengerti

dalam bentuk bicara.

2. Lobus parietal terdapat sensori sensori primer dari korteks,

berfungsi sebagai proses input sensori, sensasi posisi, sensasi

raba, tekan dan perubahan suhu ringan. Pada lobus parietal

terdapat area brodmann 1, 2 dan 3 yang merupakan area

korteks somatosensori. Area ini menerima inpuls-inpuls sensoris

spesifik dari hypotalamus. Jika terjadi kerusakan unilateral pda

area ini maka pasien tidak dapat mengenali dan menilai

rangsangan raba ringan, diskriminasi, dan menentukan lokasi

rasa raba.

3. Lobus temporal mengandung area auditorius, tempat tujuan

sensasi yang datang dari telinga. Berfungsi sebagai input perasa

pendengaran, pengecap, penciuman dan proses memori. Pada

lobus temporal terdapat area brodman 41 dan 42 yang

merupakan korteks area pendengaran primer dan area

brodmann 22 yang merupakan area korteks asosiasi

pendengaran. Kerusakan pada area ini dapat mengakibtkan

gangguan bicara atau menulis karena ketidakmampuan

menangkap suara dari luar. Pada lobus temporal bagian medial

terdapat hypocampus yang berperan dalam proses memori.

25
4. Lobus oksipital mengandung area fisual otak, berfungsi

sebagai penerima informasi dan menafsirkan warna, reflek

visual. Pada lobus ini terdapat korteks area penglihatan primer

(area brodmann 17). Inpuls penglihatan akan dihantarkan ke area

17 kemudian akan dihantarkan area brodmann 18 dan 19 yang

merupakan korteks area assosiasi penglihatan untuk di

asosiasikan.

f. Diencephalon

Brodmann 22 yang merupakan area korteks asosiasi pendengaran.

Kerusakan pada area ini dapat mengakibtkan gangguan bicara atau

menulis karena ketidakmampuan menangkap suara dari luar. Pada

lobus temporal bagian medial terdapat hypocampus yang berperan

dalam proses memori.

1. Lobus oksipital mengandung area fisual otak, berfungsi sebagai

penerima informasi dan menafsirkan warna, reflek visual. Pada

lobus ini terdapat korteks area penglihatan primer (area brodmann

17). Inpuls penglihatan akan dihantarkan ke area 17 kemudian akan

dihantarkan area brodmann 18 dan 19 yang merupakan korteks area

assosiasi penglihatan untuk di asosiasikan.

g. Diencephalon

Dienchepalon terletak diatas batang otak dan terdiri atas tiga bagian

yaitu :

1) Thalamus

Adalah masa sel saraf besar yang berbentuk telor, terletak pada

subtansi alba. Thalamus berfungsi sebagai stasiun relay dan


26
integrasi dari medulla spinalis ke korteks cerebri dan bagian lain

dari otak.

2) Hypothalamus

Terletak dibawah thalamus, berfungsi dalam mempertahankan

hoemostasis seperti pengaturan suhu tubuh, rasa haus, lapar,

respon system saraf otonom dan control terhadap seksresi hormone

dalam kelenjar pituitary.

3) Epitalamus

Dipercaya berperan dalam pertumbuhan fisik dan perkembangan

seksual.

4) Batang Otak

Terdiri atas otak tengah (mensecephalon), pons dan medulla

oblongata. Batang otak berfungsi pengaturan reflek untuk fungsi

vital tubuh. Otak tengah mempunyai fungsi utama sebagai

stimulus penggerakan otot dari dan keotak. Misalnya control reflex

pergerakan mata akibat adanya stimulus pada nervous cranial III

dan IV. Pon menghubungkan otak tengah dengan medulla

oblongata, berfungsi sebagai pusat-pusat reflex pernafasan dan

mempengaruhi tingkat karbon dioksida, aktivitas fasomotor.

Medulla oblongata didalamnya terdapat pusat reflek pernafasan,

bersin, menelan, batuk, muntah, sekresi salifa dan vasokonstruksi.

Saraf cranial IX, X, XI, dan XII keluar dari medulla oblongata.

Pada batang otak terdapat juga system retikularis yaitu system sel

saraf dan serat penghubungnya dalam otak yang

menghubungkan semua traktus ascendens dan decendes dengan


27
semua bagian lain dari system saraf pusat. System ini berfungsi

sebagai integrator seluruh system saraf seperti dalam tidur,

kesadaran, regulasi suhu, respirasi dan metabolism.

5) Reticular Formation

Merupakan tempat kumpulan jaringan kompleks dari graimater

yang meliputi jalur assending reticular yang mehubungkan jalur

medulla spinalis ke diencephalon basal ganglia serebrum dan

serebellum. Reticular formation berperan dalam membantu

pengaturan pergerakan otot rangka dan reflex spinal. Salah satu

komponen reticular formation adalah reticular actitiviting system

yang berperan dalam pengaturan tidur dan tingkat kesadaran.

2.1.3. Etiologi

Stroke biasanya diakibatkan dari salah satu dari empat kejadian :

a. Trombosis (bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher)

b. Embolisme serebral (bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak

dari bagian tubuh yang lain)

c. Iskemia (penurunan aliran darah ke area otak)

d. Hemoragi serebral (pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan

ke dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak).

Akibatnya adalah penghentian suplai darah ke otak, yang menyebabkan

kehilangan sementara atau permanen gerakan, berpikir, memori bicara, atau

sensasi. Trombosis serebral. Arteosklerosis serebral dan pelambatan sirkulasi

serebral adalah penyebab utama trombosis serebral, yang adalah penyebab

paling umum stroke.

28
Tanda-tanda trombosis serebral bervariasi. Sakit kepala adalah awitan yang

tidak umum. Beberapa pasien dapat mengalami pusing, perubahan kognitif,

atau kejang, dan beberapa mengalami awitan yang tidak dapat dibedakan dari

hemoragi intracerebral tidak terjadi dengan tiba-tiba, dan kehilangan bicara

sementara, hemiplegia, atau parestesia pada setengah tubuh dapat mendahului

awitan pralisis berat pada beberapa jam atau hari Embolisme serebral.

Abnormalitas patologik pada jantung kiri, seperti endokarditis infektif,

penyakit jantung reumatik, dan infark miokard, serta infeksi pulmonal, adalah

tempat-tempat di asal emboli. Mungkin saja bawah pemasangan katup

jantung prostetik dapat mencetuskan stroke, karena terdapat peningkatan

insiden embolisme setelah prosedur ini.(Brunner & suddarth edisi 8). Menurut

dr. Valery Feigin, PhD faktor resiko yang tidak dapat di modifikasi ini

mencakup penuaan, kecendrungan genetis, dan suku bangsa.

Faktor-faktor yang menyebabkan stroke :

a. Faktor yang tidak dapat dirubah (Non Reversible)

1. Jenis kelamin dan penuaan

Pria berusia kurang dari 65 tahun memiliki resiko terkena stroke

iskemik atau perdarahan intraserebrum lebih tinggi 20% daripada

wanita. Namun, wanita usia berapa pun memiliki resiko perdarahan

subaraknoid sekitar 50% lebih besar. Dibandingkan pria, wanita juga

tiga kali lipat lebih mungkin mengalami aneurisma intrakranium yang

tidak pecah. Perbedaan gender ini tidak terlalu mencolok pada

kelompok usia dewasa muda, dimana stroke mengenai pria dan wanita

hampir sama banyak. Resiko terkena stroke meningkat sejak usia 45

tahun.
29
Setelah mencapai usia 50 tahun, setiap penambahan usia tiga tahun

meningkatkan risiko stroke sebesar 11-20%, dengan peningkatan

bertambah seiring usia. Orang berusia lebih dari 65 tahun memiliki

risiko paling tinggi, tetapi hamper 25% dari semua stroke terjadi

pada orang berusia kurang dari ini, dan hampir 4%terjadi pada orang

berusia antara 15-40 tahun. Stroke jarang terjadi pada anak berusia

kurang dari 15 tahun, tetapi jika terjadi, stroke ini biasanya

disebabkan oleh penyakit jantung bawaan, kelainan pembuluh darah,

trauma kepala atau leher, migrain, atau penyakit darah.

b. Faktor yang dapat dirubah (Reversible)

1. Hipeertensi

Meningkatnya risisko stroke dan penyakit kardiovaskuler lain berawal

pada tekanan 115/75 mmHg dan meningkat dua kali lipat setiap

peningkatan 20/10 mmHg. Orang yang jelas menderita hipertensi

(tekanan darah sistolik sama atau lebih besar dari 140mmHg atau

tekanan darah diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg)

memiliki resiko stroke tujuh kali lebih besar dibandingkan dengan

mereka yang tekanan darahnya normal atau rendah. Untuk orang yang

berusia di atas 50 tahun, tekanan darah sistolik yang tinggi (140

mmHg atau lebih) dianggap sebagai faktor risiko untuk stroke atau

penyakit kardiovaskuler lain yang lebih besar dibandingkan dengan

tekanan darah diastolik yang tinggi. Namun, tekanan darah meningkat

seiring usia dan orang yang memiliki tekanan darah normal pada usia

55 tahun mempunyai risiko stroke hampir dua kali lipat dibandingkan

orang berusia muda.


30
2. Penyakit jantung

Orang yang mengidap masalah jantung, misalnya angina, fibrilasi

atrium, gagal jantung, kelainan katup, katup buatan, dan cacat jantung

bawaan, berisiko besar mengalami stroke. Bekuan darah yang dikenal

sebagai embolus, kadang-kadang terbentuk di jantung akibat adanya

kelainan di katup jantung, irama jantung yang tidak teratur, atau

setelah serangan jantung. Embolus ini terlepas dan mengalir ke otak

atau bagian tubuh lain. Setelah berada di otak, bekuan darah tersebut

dapat menyumbat arteri dan menimbulkan stroke iskemik.

3. Kolesterol tinggi

Meskipun zat lemak (lipid) merupakan komponen integral dari tubuh

kita, kadar lemak darah (terutama kolesterol dan trigleserida) yang

tinggi meningkatkan risiko aterosklerosis dan penyakit jantung

koroner. Keadaan ini juga dikaitkan dengan peningkatan 20% risiko

stroke iskemik atau TIA.

4. Obesitas

Untuk mempertahankan berat badan, seorang dewasa yang sehat

ratarata memerlukan asupan makanan harian sekitar 30-35 kkal untuk

setiap kilogram beratnya. Bagi orang yang lebih tua kebutuhan ini

mungkin lebih sedikit, terutama jika mereka tidak banyak beraktivitas

fisik. Makanan yang tidak sehat dan tidak seimbang (misalnya,

makanan yang kaya lemak jenuh, kolesterol, atau garam dan kurang

buah serta sayuran) adalah salah satu faktor risiko stroke yang paling

signifikan.

5. Diabete mellitus
31
Mengidap penyakit ini akan menggandakan kemungkinan terkena

stroke, karena diabetes menimbulkan perubahan pada sistem vascular

(pembuluh darah dan jantung) serta mendorong terjadinya

aterosklerosis.

6. Strees emosional

Kadang-kadang pekerjaan, hubungan pribadi, keuangan, dan

faktorfaktor lain menimbulkan stres psikologis, dan penyebebnya

tidak selalu dapat dihilangkan. Meskipun sebagian besar pakar stroke

menganggap bahwa serangan stres yang timbul sekali-sekali bukan

merupakan faktor risiko stroke, namun stres jangka panjang dapat

menyebabkan peningkatan tekanan darah dan kadar kolesterol.

2.1.4. Manifestasi Klinis

Menurut Tarwoto (2013), manifestasi klinis stroke tergantung dari sisi atau

bagian mana yang terkena, rata-rata serangan, ukuran lesi dan adanya sirkulasi

kolateral. Pada stroke Iskemik, gejala klinis meliputi:

a. Kelumpuhan wajah atau anggota badan sebelah (hemiparise) atau

hemiplegia (paralisis) yang timbul secara mendadak.

Kelumpuhan terjadi akibat adanya kerusakan pada area motorik di korteks

bagian frontal, kerusakan ini bersifat kontralateral artinya jika terjadi

kerusakan pada hemisfer kanan maka kelumpuhan otot pada sebelah kiri.

Pasien juga akan kehilangan kontrol otot vulenter dan sensorik sehingga

pasien tidak dapat melakukan ekstensi maupun fleksi.

b. Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan.

Gangguan sen sibilitas terjadi karena kerusakan system saraf otonom dan

gangguan saraf sensorik.


32
c. Penurunan kesadaran (konfusi, delirium, letargi, stupor, atau koma), terjadi

akibat perdarahan, kerusakan otak kemudian menekan batang otak atau

terjadinya gangguan metabolik otak akibat hipoksia.

d. Afasia (kesulitan dalam bicara)Afasia adalah defisit kemampuan

komunikasi bicara, termasuk dalam membaca, menulis dan memahami

bahasa. Afasia terjadi jika terdapat kerusakan pada area pusat bicara

primer yang berada pada hemisfer kiri dan biasanya terjadi pada stroke

dengan gangguan pada arteri middle sebelah kiri.

Afasia dibagi menjadi 3 yaitu:

(1) Afasia motorik

Afasia motorik atau ekspresif terjadi jika area pada area Broca, yang

terletak pada lobus frontal otak. Pada afasia jenis ini pasien dapat

memahami lawan bicara tetapi pasien tidak dapat mengungkapkan dan

kesulitan dalam mengungkapkan bicara.

(2) Sensorik

Afasia sensorik terjadi karena kerusakan pada area Wernicke, yang

terletak pada lobus temporal. Pada afasia sensori pasien tidak dapat

menerima stimulasi pendengaran tetapi pasien mampu

mengungkapkan pembicaraan. Sehingga respon pembicaraan pasien

tidak nyambung atau koheren.

(3) Afasia global

Pada afasia global pasien dapat merespon pembicaraan baik menerima

maupun mengungkapkan pembicaraan.

e. Disatria (bicara cedel atau pelo)

33
Merupakan kesulitan bicara terutama dalam artikulasi sehingga ucapannya

menjadi tidak jelas. Namun demikian, pasien dapat memahami

pembicaraan, menulis, mendengarkan maupun membaca. Disartria terjadi

karena kerusakan nervus cranial sehingga terjadi kelemahan dari otot bibir,

lidah dan laring. Pasien juga terdapat kesulitan dalam mengunyah dan

menelan.

f. Gangguan penglihatan, diplopia.

Pasien dapat kehilangan penglihatan atau juga pandangan menjadi ganda,

gangguan lapang pandang pada salah satu sisi. Hal ini terjadi karena

kerusakan pada lobus temporal atau parietal yang dapat menghambat serat

saraf optik pada korteks oksipital. Gangguan penglihatan juga dapat

disebabkan karena kerusakan pada saraf cranial III, IV dan VI.

g. Disfagia

Disfagia atau kesulitan menelan terjadi karena kerusakan nervus cranial

IX. Selama menelan bolus didorong oleh lidah dan glottis menutup

kemudian makanan masuk ke esophagus.

h. Inkontinensia.

Inkontinensia baik bowel maupun badder sering terjadi karena

terganggunya saraf yang mensarafi bladder dan bowel.

34
Table 2.1
Tabel tanda dan gejala stroke berdasarkan lokasi pembuluh darah
Lokasi Syndrome

Arteri Karotis Interna a. Kelumpuhan pada tangan, kaki


(ICA) dan wajah yang berlawanan
dengan kerusakan otak.
b. Gangguan sensori pada kaki,
wajah, dan tangan yang
berlawanan dengan kerusakan
otak.
c. Afasia, apraksia, agnosia
Middle Cerebral Arteri a. Hemiplegi kontralateral .
b. Gangguan sensori kontralateral.
(MCA) c. Afasia .

Anterior Cerebral Arteri a.Paralisis kontralateral


(ACA) b.Gangguan berjalan
c.Kehilangan sensoris
d.Kerusakan kognitif
e.Inkontinensia urine
Arteri Vertebra a.Pusing
b.Nistagmus
c.Dispagia
d.Disatria
e.Nyeri pada muka, hidung, atau
mata
f. Kelemahan pada wajah
g. Gangguan pergerakan
Arteri basiler a. Quadriplegia
b. Kelemahan otot wajah, lidah,
dan faringeal
Sumber : Tarwoto (2013)

Manisfestasi stroke iskemik :

1. Transient Ischemic Attack (TIA) atau serangan stroke sementara

Pada TIA, kelainan neurologis yang timbul berlangsung hanya dalam

hitungan menit sampai sehari penuh. TIA biasanya disebabkan oleh

sumbatan karena thrombus atau emboli. Gejala dan tanda-tandanya sesuai

dengan bagian yang terserang, apakah pada sistem karotis atau

vertebrobasilaris. Gejala TIA yang disebabkan terserangnya sistem karotis


35
adalah gangguan penglihatan pada satu mata tanpa disertai rasa nyeri

(amaurosis fugax), terutama bila disertai dengan:

a. Kelumpuhan lengan, tungkai, atau keduanya pada sisi yang sama.

b. Deficit motorik dan sensorik pada wajah. Wajah dan lengan atau tungkai

saja secara unilateral.

c. Kesulitan untuk berbahasa, sulit mengerti atau berbicara, pemakaian

katakata yang salah atau diubah.

Gejala TIA yang disebabkan terserangnya sistem vertebrobasilaris sebagai

berikut:

a. Vertigo dengan atau tanpa nausea dan atau munta, terutama bila

disertai dengan diplopia, disfagi, atau disartri.

b. Mendadak tidak stabil.

c. Gangguan visual, motorik, sensorik, unilateral, atau bilateral.

d. Hemianopsia homonym.

e. Serangan drop atau drop attack (Iskandar 2011)

Menurut (Anurogo, 2014) gambaran klinis stroke iskemik meliputi:

penurunan kesadaran, kelemahan dan atau kesemutan satu sisi tubuh, bicara

pelo, wajah mencong, sulit menelan, tiba-tiba tidak bisa melihat, dan dapat

menyebabkan kematian.

2.1.5. Patofisiologi dan WOC

Infark serebral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak.

Luasnya infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya

pembuluh darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai

oleh pembuluh darah yang tersumbat. Suplai darah ke otak dapat berubah

(makin lambat atau cepat) pada gangguan lokal (trombus, emboli, perdarahan,
36
dan spasme vaskuler) atau karena gangguan umum (hipoksia karena gangguan

paru dan jantung).

Arterosklerosis sering sebagai factor penyebab infark pada otak. Trombus

dapat berasal dari plak arterosklerotik, atau darah dapat beku pada area yang

stenosis, tempat aliran darah mengalami pelambatan atau terjadi turbulensi.

Trombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai emboli

dalam aliran darah. Trombus mengakibatkan iskemia jaringan yang disuplai

oleh pembuluh darah yang bersangkutan dan edema dan kongesti di sekitar

area. Area edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar daripada area

infark itu sendiri. Edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadang-

kadang sesudah beberapa hari. Dengan berkurangnya edema klien mulai

menunjukan perbaikan. Oleh karena itu thrombosis biasanya tidak fatal, jika

tidak terjadi perdarahan masif.

Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan edema dan

nekrosis diikuti trombosis. Jika terjadi septik infeksi akan meluas pada dinding

pembuluh darah maka akan terjadi abses atau ensefalitis, atau jika sisa infeksi

berada pada pembuluh darah yang tersumbat menyebabkan dilatasi aneurisma

pembuluh darah. Hal ini akan menyebabkan perdarahan serebral, jika

aneurisma pecah atau rupture Perdarahan pada otak disebabkan oleh ruptur

arteriosklerotik dan hipertensi pembuluh darah.

Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan lebih sering menyebabkan

kematian dibandingkan keseluruhan penyakit serebro vaskuler, karena

perdarahan yang luas terjadi destruksi massa otak, peningkatan tekanan

intrakranial dan yang lebih berat dapat menyebabkan herniasi otak pada falk

37
serebei atau lewat foramen magnum. Kematian dapat disebabkan oleh

kompresi batang otak, hemisfer otak, dan perdarahan batang otak sekunder atau

ekstensi perdarahan ke batang otak. Perembesan darah ke ventrikel otak terjadi

pada sepertiga kasus peradarahan otak di nekleus kaudatus, talamus, dan pons.

Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang anoksia serebral.

Perubahan yang disebabkan oleh anoksia serebral dapat reversibel untuk waktu

4-6 menit. Perubahan inversibel jika anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia

serebral dapat terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi salah satunya henti

jantung. Selain kerusakan perenkim otak, akibat volume perdarahan yang

relatif banyak akan mengakibatkan peningkatan tekanan intrakranial dan

penurunan tekanan perfusi otak serta gangguan drainase otak. Elemen-elemen

vasoaktif darah yang keluar dan kaskade iskemik akibat menurunya tekanan

perfusi, menyebabkan saraf di area yang terkena dan sekitarnya tertekan lagi.

(Arif Mutaqin, 2013).

38
WOC Factor-faktor risiko stroke

Aterosklerosis, Katup jantung rusak, miokard infark, Aneurisma, malformasi,


hiperkoagulasi,artesis endokarditis arteriovenous

Thrombosis serebral Penyumbatan pembuluh darah otak oleh Pendarahan intarserebral


bekuan darah, lemak, dan udara

Perembesan darah ke dalam


Emboli serebral parenkim otak
Pembuluh darah oklusi

Iskemik jaringan otak


Stroke (cerebrovaskular accident) Penekanan jaringan otak

Edema dan kongesti Deficit neurologis Infark otak, edema dan henrniasi
jaringan sekitar otak

Kerusakan terjadi
Infark Kehilangan Disfungsi bahasa
MK.Risiko pada lobus frontal
dan komunikasi
serebral control volunter kapasitas, memori,
peningkatan TIK
atau fungsi
intelektual kortikal
MK.Ketidak
Hemiplagi Kompresi
efektifan Disatria,
dan batang otak Kerusakan disfasia, afasia
perfusi
jaringan hemiparesis fungsi dan apraksia
seserebral efek psikologis
MK.Hambatan
mobilitas fisik Lapang perhatian
Depresi saraf terbatas, kesulitan MK.Hambata
kardiovaskuler dan dalam pemahaman n komunikasi
koma
pernapasan lupa, kurang mtivasi, verbal

Intake nutrisi Kelemahan Kegagalan MK. Koping individu


kardiovaskuler tidak efektif
tidak adekuat fisik umum
dan pernafasan
MK. Perubahan proses
MK.Ketidaks fikir
MK.Defisit
eimbangan kematian
Perawatan Diri ( Penurunan gairah
nutrisi
ADL) seksual

Resiko ketidak patuhan


terhadap pelaksanaan

Referensi dan masalah keperawatan nanda (Arif Mutakin,2013)

39
2.1.6. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Laboratorium

1. Pemeriksaan Darah Lengkap

Darah yang diperiksa antara lain jumlah sel darah merah, sel darah

putih, leukosit, trombosit, dan lain-lain.

2. Tes darah Koagulasi

Tes ini terdiri dari tiga pemeriksaan, yaitu prothombin time, partial

thromboplastin time (PTT), international normalized ratio (INR), dan

agregasi trombosit. Keempat tes ini gunanya untuk mengukur seberapa

cepat darah si pasien menggumpal. Gangguan penggumpalan bisa

menyebabkan perdarahan atau pembekuan darah.

3. Tes Kimia Darah

Cek darah ini untuk melihat kandungan gula darah, kolesterol, asam urat,

dan lain-lain. Andai kata kadar gula darah atau kolesterol berlebih, bisa

menjadi pertanda pasien sudah menderita diabetes atau jantung. Kedua

penyakit ini termasuk kedalam salah satu pemicu stroke

b. Pemeriksaan penunjang menurut (Arif Mutaqin, 2008) :

1. Angiografi serebri

Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti

pendarahan arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari

perdarahan seperti aneurisma atau malformasi vaskuler.

2. Magnetic Imaging Resnance (MRI)

MRI mampu mendeteksi berbagai kelainan otak dan pembuluh darah

otak yang sangat kecil yang tak mungkin dijangkau CT-Scan. Juga dapat

40
menetukan daerah-daerah mana saja yang rusak oleh stroke iskemik.

3. USG Doppler

Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah sistem

karotis).

4. Computerized Tomography Scanning (CT-Scan)

CT-Scan memanfaatkan sinar-X untuk mengambil gambar otak dan

kepala. Sinar-X diserap secara berbeda-beda oleh beberapa bagian

tubuh. Dari situ nanti akan tergambar jaringan lunak, tulang,

pembuluh darah, dan jaringan otak.

5. Cerebral Angiography

Peralatan ini dimanfaatkan untuk memindai aliran darah yang

melewati pembuluh darah otak. Angiography dilakukan dengan cara

memasukan kateter kedalam tubuh. Didalam kateter itu disuntikan

cairan kontras ke dalam pembuluh darah arteri dileher maupun lipat

paha. Cairan kontras bertujuan memberikan jalan sekaligus memberikan

“lampu penerangan” bagi kateter. Kemudian sinar-X akan mengikuti

gambar yang diarahkan oleh cairan kontras itu melalui pembuluh darah.

2.1.7. Penatalaksanaan

a. Keperawatan

1. Fase akut

Pasien yang koma dalam pada saat masuk ruamah sakit

dipertimbangkan mempunyai prognosis buruk. Sebaliknya, pasien

sadar penuh menghadapi hasil yang lebih dapat diharapkan. Fase akut

biasanya berakhir 48 sampai 72 jam. Dengan mempertahankan jalan

napas dan ventilasi adekuat adalah prioritas dalam fase akut ini.
41
a. Pasien ditempatkan pada posisi lateral atau semi telungkup dengan

kepala tempat tidur agak ditinggikan sampai tekanan vena serebral

berkurang.

b. Intubasi endotrakea dan ventilasi mekanik perlu untuk pasien

dengan stroke masif, kerena henti pernafasan biasanya

faktor yang mengancam kehidupan pada situasi ini.

c. Pasien dipantau untuk adanya komplikasi pulmonal (aspirasi,

atelektasis, pneumonia), yang mungkin berkaitan dengan kehilangan

refleks jalan napas, immobilitas, atau hipoventilasi.

d. Jantung diperiksa untuk abnormalitas dalam ukuran dan irama serta

tanda gagal jantung kongestif.

b. Medis

Tindakan medis terhadap pasien stroke meliputi diuretik untuk

menurunkan edema serebral, yang mencapai tingkat maksimum 3

sampai 5 hari setelah infark serebral. Antikoagulan dapat diresepkan

untuk mencegah terjadinya atau memberatnya trombosis atau embolisasi

dari trombosit dapat diserepkan karena trombosit memainkan peran sangat

dalam pembentukan trombus dan embolisasi.

2.1.8 komplikasi

Komplikasi stroke meliputi hipoksia serebral, penurunan aliran darah serebral,

dan luasnya area cedera.

a. Hipoksia serebral diminimalkan dengan memberi oksigenasi darah

adekuat ke otak. Fungsi otak bergantung pada ketersediaan oksigen yang

dikirimkan ke jaringan. Pemberian oksigen suplemen dan mempertahankan

42
hemoglobin serta hematrokrit pada tingkat dapat diterima akan membantu

dalam mempertahankan oksigenisasi jaringan.

b.Aliran darah serebral bergantung pada tekanan darah. Curah jantung,

dan integritas pembuluh darah serebral. Hidrasi adekuat (cairan

intravena) harus menjamin penurunan viskositas darah dan memperbaiki

aliran darah serebral. Hiprtensi atau hipotensi eksterm perlu dihindari dari

untuk mencegah perubahan pada aliran darah serebral dan potensi

meluasnya area cedera.

c. Embolisme serebral dapat terjadi setelah infark miokard atau fibrilasi

atrium atau dapat berasal dari katup jantung prostetik. Embolisme akan

menurunkan aliran darah ke otak dan selanjutnya menurunkan aliran darah

serebral. Disritmia dapat mengakibatkan curah jantung tidak konsisten dan

pengehentika trombus lokal. Selain itu, disritmia dapat menyebebkan

embolus serebral dan harus diperbaiki.

2.2 Asuhan Keperawatan

2.1.8Pengkajian

a.Pengkajian merupakan langkah pertama dalam proses keperawatan.

Hasil dari pengkajian adalah terkumpulnya data, sehingga proses ini sangat

penting dalam terkumpulnya data, sehingga proses ini sangat penting dalam

akurasi data yang dikumpulkan. Data yang terkumpulkan meliputi : Riwayat

kesehatan, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang (test diagnostik,

laboratorium).

43
a. Riwayat kesehatan

Beberapa hal yang harus dikaji dalam riwayat kesehatan pada gangguan sistem

persarafan diantaranya adalah data umum pasien, keluhan utama pasien,

riwayat penyakit yang lalu dan riwayat kesehatan keluarga.

b. Data umum pasien

Data umum pasien yang perlu dikaji diantaranya :

1. Data demografi meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, agama,

alamat rumah.

2. Pekerjaan : jelaskan aktivitas sehari-hari pasien, jenis pekerjaan.

3. Lingkungan : apakah terekpos pencemaran lingkungan seperti

bahan kimia, listrik, polusi udara, dll.

4. Tingkat intelektual : riwayat pendidikan, pola komunikasi

5. Status emosi : ekspresi wajah, perasaan tentang dirinya, keluarga

pemberi pelayanan kesehatan, penrimaan stres dan koping mekanisme.

6. Riwayat pengobatan : obat-obatan yang pernah diberikan (nama,

penggunaan, dosis, berapa lama), keadaan setelah pengobatan, alergi obat

dan makanan. Kebiasaan minum alkohol, obat-obatan, rokok.

7. Pelayanan kesehatan : puskesmas, klinik, dokter praktek.

c. Keluhan utama

1. Trauma : urutan kejadian, waktu kejadian, siapa yang menangani,

pengobatan yang diberikan, keadaan trauma.

2. Infeksi akut : kejadian, tanda dan gejala kejang, tempat infeksi,

sumber infeksi, penanganan yang sudah diberikan dan responya.

3. Kejang : urutan kejadian, karakter dari gejala kejang, kemungkinan faktor


44
pencetus, riwayat kejang, penggunaan obat kejang.

4. Nyeri : lokasi, kualitas, intensitas, lamanya, menetap atau tidak

penanganan sebelumnya.

5. Gaya berjalan : seimbang, kaki diseret, gangguan aktivitas.

6. Vertigo : kejadian, faktor pencetus, mual dan muntah, tinitus, perubahan

kognitif, perubahan penglihatan, nyeri dada.

7. Kelemahan : kejadian, lamanya, reflek menelan, adakah batuk,

bagaimana jika menelan air atau lebih padat.

d. Riwayat kesehatan yang lalu

1. Apakah ada trauma : kepala, tulang belakang, spinal cord, trauma

lahir, trauma saraf.

2. Apakah ada kelainan kongenital, deformitas/kecacatan.

3. Adakah penyakit stroke.

4. Adakah enchephalitis dan meningitis.

5. Adakah gangguan kardiovaskuler : hipertensi, aneurisma, disritmia,

pembedahan jantung, tromboenboli.

e. Riwayat keluarga

Epilepsi dan kejang, Nyeri kepala, Retardasi mental, Stroke, Gangguan

psikiatri, Penggunaan alkohol, rokok, dan obat-obatan terlarang, Penyakit

keturunan : DM, muskular distropi.

f. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengetahui kelainan dari fungsi

neurologi. Pemeriksaan fisik yang lengkap meliputi : tanda vital, status

mental, pemeriksaan kepala, leher dan punggung, saraf kranial, saraf

sensorik, saraf motorik, refleks dan sistem saraf otonom.


45
g. Tanda vital

Sebelum melakukan tindakan yang lain, yang harus diperhatikan adalah tanda

vital, karena sangat berhubungan dengan fungsi kehidupan dan tanda-tanda

lain yang berkaitan dengan masalah yang terjadi. Misalnya, pada pasien

dengan spinal cord injury akan ditemukan masalah klasik hipotensi,

bradikardia, dan hiportemia karena hilangnya fungsi saraf simpatis. Tidak

adekuatnya perfusi organ vital dapat di

akibatkan oleh tekanan darah yang tidak adekuat. Perubahan tanda vital dapat

pula terjadi pada peningkatan tekanan intrakranial. Tubuh akan berusaha

untuk mencukupi kebutuhan oksigen dan glukosa di otak dengan

meningkatkan aliran darah ke otak sebagai akibat meningkatnya tekananan

intrakranial. Demikian juga dengan respirasi rate juga terganggu jika terjadi

peningkatan tekanan intrakranial.

h. Status mental

Tabel 2.1 Tingkat Kesadaran : GCS

Respon Membuka Mata Nilai


Spontan 4
Terhadap bicara 3
Terhadap nyeri 2
Tidak ada respon 1
Respon Verbal Nilai
Terorientasi 5
Percakapan membingungkan 4
Penggunaan kata-kata yang tidak sesuai 3
Suara menggumam 2
Tidak ada respon 1

46
Respon Motorik Nilai
Mengikuti perintah 6
Menunjuk tempat rangsangan 5
Menghindar dari stimulus 4
Fleksi abnormal (dekortikasi) 3

Tabel 2.2 Kekuatan Otot

Respon Nilai
Tidak ada kontraksi otot. 0

Ada tanda dari kontraksi. 1

Bergerak tapi tak mampu menahan gaya gravitasi. 2

Beregerak melawan gaya gravitasi tetapi tidak dapat melawan 3

tahanan otot pemeriksa.

Bergerak dengan lemah terhadap tahanan dari otot pemeriksa 4

Dapat menahan tahan dari otot periksa 5

Kekuatan dan rangsangan yang normal. 4

Tabel 2.3 Pemeriksaan Saraf Kranial

NO. Syaraf Kranial Cara Pemeriksaan


1. N. Olfactori Pasien memejamkan mata,

disuruh
Saraf sensorik

membedakan bau yang


Untuk penciuman. 47
dirasakan

(kopi, teh, dll)


2. N. Optikus Dengan snelend card, dan

periksa
Saraf sensorik. Untuk
3. N. Okulomotoris Tes putaran bola
penglihatan. lapang pandang.
mata,
Saraf motorik.

mata keatas, kontraksi pupil, menggerakan konjungtiva,


Untuk mengangkat kelopak
refleks pupil dan inspeksi kelopak

dan sebagian gerak mata.

4. N. Trochlearis.
ekstraokuler. Sama seperti nervus III

Saraf motorik.

5. N. Trigeminus. Menggerakan rahang kesemua sisi,

Gerakan mata ke bawah dan ke dalam.

Saraf motorik. pasien memejamkan mata, sentuh

dengan kapas pada dahi atau pipi,

6. Gerakan mengunyah, sensasi wajah,


N. Abdusen menyentuh
Sama sepertipermukaan
nervus III kornea

lidah dan gigi, refleks kornea dan dengan kapas.

refleksmotorik.
Saraf kedip.

7. N. Fasialis. Senyum, bersiul, mengangkat

Deviasi mata kelateral. alis

Saraf motorik.

mata, menutup kelopak mata


8. N. Verstibulocochlearis. Test webber dan rinne.
Untuk ekspresi, wajah. dengan tahanan, menjulurkan lidah

untuk membedakan gula dan


Saraf sensorik.
garam.

48
Untuk pendengaran dan

keseimbangan.
9. N. Glosofaringeus. Membedakan rasa manis dan asam.

Saraf sensorik dan motorik, Untuk

10. sensasi
N. rasa.
Vagus. Menyentuh faring posterior, pasien

Saraf sensorik dan motoric. Refleks menelan saliva, disuruh

11. muntah
N. Asesoris. dan menelan. mengucap
Suruh pasien untuk menggerakan

ah…
Saraf motoric. bahu dan lakukan tahanan

sambil

Untuk menggerakan bahu.

12. N. Hipoglosus. Pasien disuruh menjulurkan


pasien melawan lidah
tahanan tersebut.

Saraf motoric. dan menggerakan dari sisi ke sisi.

Untuk
1) gerakan lidah.
Pemeriksaan Fungsi Refleks

1. Refleks Bisep

1) Pasien duduk dilantai

2) Lengan rileks, posisi antara fleksi dan ekstensi dan sedikit

pronasi, lengan diletakkan diatas lengan pemeriksa

3) Stimulus: ketokan pada jari pemeriksa pada tendon m.

biceps brachii, posisi lengan setengah ditekuk pada sendi siku.

4) Respon: fleksi lengan pada sendi siku.

49
2. Refleks Trisep

1) Pasien duduk dengan rileks

2) Lengan pasien diletakan diatas lengan pemeriksa

3) Pukul tendon trisep melalui fosa olekrani

4) Stimulus: ketukan pada tendon otot triceps brachii, posisi lengan

fleksi pada sendi siku dan sedikit pronasi.

5) Respon: ekstensi lengan bawah disendi siku.

3. Refleks Patella

1) Pasien duduk santai dengan tungkai menjuntai

2) Raba daerah kanan-kiri tendon untuk menentukan daerah yang

tepat.

3) Tangan pemeriksa memegang paha pasien

4) Ketuk tendon patella dengan palu refleks menggunakan tangan

yang lain.

5) Respon: pemeriksa akan merasakan kontraksi otot kuadrisep,

ekstensi tungkai bawah

6) Stimulus: ketukan pada tendon patella

7) Respon: ekstensi tungkai bawah karena kontraksi m.quadrisep

femoris.

4. Refleks Babinski

lakukan goresan pada telapak kaki dari arah tumit kea rah jari melalui

sisi lateral. Orang normal akan memberikan respon fleksi jari-jari dan

penarikan tungkai. Pada lesi UMN maka akan timbul respon jempol

kaki akan dorsofleksi, sedangkan jari-jari lain akan menyebar atau


50
membuka. Normal pada bayi masih ada.

5. Refleks Achilles

Ketukan pada tendon Achilles. Respon: plantar fleksi longlegs karena

kontraksi m.gastroenemius.

6. Refleks Kornea

Dengan cara menyentuhkan kapas pada limbus, hasil positif bila

mengedip N IV & X).

7. Refleks Faring

Faring digores dengan spatel, reaksi positif bila ada reaksi

muntahanm (N IX & X).

2.1.8. Kemungkinan Diagnosa Yang Muncul Secara Tioritis

1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan

aliran darah ke otak (aterosklerosis, embolisme)

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan, penurunan fungsi

nerfus hipoglosus.

3. Hambatan mobilitas tempat di tidur berhubungan dengan

hemiparesis, kehilangan keseimbangan dan koordinasi, spastisitas dan

cedera otak.

4. Defisit perawatan diri: makan, mandi, berpakaian, toileting

berhubungan kerusakan neurovaskuler

5. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan fungsi

6. Koping individu tidak efektif

7. Risiko peningkatan TIK


51
2.1.9. Rencana Asuhan Keperawatan

No Diagnose Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)

1 Deficit perawatan Tujuan : Self care assistane : ADLs


diri Activity intolerance
1. Monitor kemampuan klien untu perawatan
Mobility : physical impaired
diri yang mandiri
Self care deficit hygiene 2. Monitor kebutuhan klien untuk alat alat
Sensory perception, auditory bantu untuk kebersihan diri
disturbed 3. Sediakan bntuan sampai klien mampu
Kriteria Hasil : secara utuh untuk melakukan self care
4. Borong klien untuk melakukan aktivitas
1. Perawatan diri : aktivitas sesuai kemampuan
kehidupan sehari-hari ( ADL) 5. Dorong klien untuk melakukn secara
mampu untuk melakukan mandiri dan beri bantuan ketika tidak
aktifitas perawatan fisik dan mampu melakukan
pribadi secara mandiri atau 6. Berika aktivitas yang rutin setiap hari
dengan alat bantu
2. Perawatan diri mandi : mampu Self care assistance bathing/ hygiene
untuk membersihkan diri
sendiri secara mandiri dengan 1. Pertimbangkan budaya pasien ketika
atau tanpa alat bantu mempromosikan aktivitas perawatan diri
3. Perawatan diri hygiene: 2. Pertimbangkan usia pasien ketika
mampu untuk mempromosikan aktivitas perawatan diri
memepertahankan kebersihan 3. Menentukan jumlah dan jenis bantuan yang
dan penampilan yang rapi dibutuhkan
secara mandiri dengan atau 4. Tempat handuk, sabun, deodorant, alat cukur,
tanpa alat bantu dan aksesoris lainnya yang dibutuhkan
4. Perawatan diri Hygiene oral disamping tempat tidur atau dikamar mandi
:mampu untuk merawat mulut 5. Menyediakan artikel pribadi yang diinginkan (

52
dan gigi secara mandiri misalnya deodorant, sikat gigi, sabun mandi,
dengan atau tanpa alat bantu sampo, lotin, dan produk aroma terapi )
5. Mampu mempertahankan 6. Menyediakan lingkungan yang terapeutik
mobilitas yang diperlukan dengan memastikan hangat, santai,
untuk kekamar mandi dan pengalaman pribadi, dan personal
menyediakan perlengkapan 7. Memfasilitasi pasien menyikat gigi pasien
mandi 8. Mementau pembersihan kuku, menurut
6. Membersihkan dan kemampuan perawatan diri pasien
mengeringkan tubuh 9. Memantau intekgritas kulit pasien
7. Mengungkapkan secara verbal 10. Menjaga kebersihan ritual
kepuasan tentang kebersihan 11. Memfasilitasi pemeliharaan rutin yang biasa
tubuh dan hygiene oral pasien tidur, isyarat sebelum tidur/ alat peraga ,
dan benda-benda asing ( misalnya, untuk anak-
anak, cerita selimut/ maianan, goyang, dot,
atau favorit, untuk orang dewasa, sebuah buku
untuk membaca atau bantal dari rumah
2 Gangguan 1. Joint movemen:active Exercisetherapy:ambulation
mobilitas fisik 2. Mobility level 1. Monitoring vital sign sebelum
3. Self care:ADLs /sesudahlatihan dan lihat respon pasien saat
4. Transfer performance latihan
Criteria hasil: 2. Konsultasikan dengan terapi fisik tentang
rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan
1. Klien meningkat dalam 3. Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat
aktifitas fisik berjalan dan cegah terhadap cidera
2. Mengerti tujuan dari 4. Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain
peningkatan mobilitas tentang teknik ambulasi
3. Memferbalisasikan perasaan 5. Kaji kemampuan pasien tentang ambulasi
dalam meningkatkan 6. Latih pasien dalam pemenuhan
kekuatan dan kemampuan kebutuhanADLs secara mandiri sesuai
berpindah kemampuan
4. Memperagakan pengunaan 7. Damping dan bantu pasien saat mobilisasi
53
alat bantu untuk dan bantu penuhi kebutuhanADLs
mobilisasi(walker) 8. Berikan alat bantu jika klien memerlukan
9. Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi
dan berikan bantuan jika diperlukan
3 Kerusakan 1. Tissue integrity:skin and Pressure management
integritas kulit mucous membranes 1. Anjurkan pasien untuk menggunakan
2. Hemodyalisis akses pakaian yang longgar
Criteria hasil: 2. Hindari kerutan pada tempat tidur
3. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan
1. Integritas kulit yang baik kering
bisa dipertahankan (sensasi, 4. Mobilisasi pasien setiap dua jam sekali
elastisitas, temperature, 5. Monitor kulit akan adanya kemerahan
hidrasi, pigmentasi) 6. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
2. Tidak ada luka/lesi pada 7. Memandikan pasien dengan sabun dan air
kulit hangat
3. Perfusi jaringan baik Insision site care
4. Menunjukan pemahaman
dalam proses perbaikan kulit 1. Bersihkan, pantau dan tingkatkan proses
dan mencegah terjadinya penyembuhan luka yang ditutupi
cidera berulang, 2. Monitor kesembuhan area insisi
5. Mampu melindungi kulit 3. Monitor tanda dan gejala infeksi pada area
dan mempertahankan insisi
kelembaban kulit dan 4. Membersihkan area luka
perawatan alami 5. Ganti perban
4 Ketidak Setelah dilakukan tindakan Menajemen Nutrisi
seimbangan keperawatan diharapkan
1. Identifikasi adanya alergi atau intolerasi akanan
nutrisi kurang status nutrisi dapat
yang dimiliki pasien
dari kebutuhan ditingkatkan dengan kriteria Terapi nutrisi
tubuh hasil:
1. Kaji kebutahan nutrisi parenteral
1. Asupan Nutrisi tidak
54
menyimpang dari rentang 2. Berikan nutrisi enteral, sesuai kebutuhan
normal 3. Berikan nutrisi enteral
2. Asupan makanan tidak 4. Hentikan pemberian makanan melalui selang
menyimpang dari rentang makan begitu pasien mampu mentoleransi
normal asupan (makanan) melalui oral
Setelah dilakukan tindakan 5. Berikan nutrisi yang dibutuhkan sesuai batas
keperawatan diharapkan diet yang dianjurkan
Status nutrisi : Asupan Pemberian Nutrisi Total Parenteral
nutrisi dapat ditingkatkan (TPN)
dengan kriteria hasil : 1. Pastikan isersi intravena cukup paten untuk
pemberian nutrisi intravena
1. Asupan kalori sebagian besar
2. Pertahankan kecepatan aliran yang konstan
adekuat
3. Monitor kebocoran, infeksi dan komplikasi
2. Asupan protein sebagian besar
metabolik
adekuat
4. Monitor masukan dan output cairan
3. Asupan lemak sebagian besar
Monitor kadar albumin, protein total, elektrolit,
adekuat
4. Asupan karbohidrat sebagian profil lipid, glukosa darah dan kimia darah
besar adekuat
Asupan vitamin sebagian besar
adekuat

55
2.1.10. Implementasi

Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana

rencana keperawatan dilaksananakan, melaksanakan intervensi yang telah

ditentukan, pada tahap ini perawat siap untuk melakukan intervensi yang telah

dicatat dalam rencana keperawatan klien. Agar implementasi perencanaan

dapat tepat waktu dan efektif terhadap biaya ,pertama-tama harus

mengidentifikasi prioritas perawatan klien, kemudian bila perawatan telah

dilaksanakan, memantau dan mencatat respon klien terhadap setiap intervensi

dan mengkomunikasikan informasi ini pada penyedia perawatan kesehatan

lainya. Kemudian, dengan menggunakan data, dapat mengevaluasi dan

merevisi rencana perawatan dalam tahap proses keperawatan berikutnya.

2.1.11. Evaluasi

Tahap evaluasi menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil yang

diinginkan dan respon pasien terhadap keefektifan intervensi keperawatan,

kemudian mengganti rencana perawatan jika diperlukan.Tahap akhir dari

proses keperawatan perawat mengevaluasi kemampuan pasien kearah

pencapaian.

Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan

pasien dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan

(Rohmah&Walid,2012).

56
BAB III

TINJAUAN KASUS

4.1.Pengkajian

4.1.1. Identitas Klien

Nama/initial : Tn. k No MR : 498948

Umur : 70 th Ruang Rawat : Neurologi

Jenis Kelamin : Laki-lak Tgl Masuk : 30 mai 2018

Satus : menikah Tgl Pengkajian: 6 juni 2018

Agama : islam Tgl Operasi :-

Pekerjaan : Petani Dx medis : stroke iskemik

Pendidikan : sd

Alamat : kab. Solok

Penanggung Jawab

Nama : Ny. Y

Umur : 65 th

Hub Keluarga : istri

Pekerjaan : IRT

4.1.2. Alasan Masuk

57
Pasien saat masuk UGD RSUD Ahmad Mochtar pada tanggal 30 juni

2018 Pasien mengeluh pusing, nyeri kepala , lemah angota gerak sebelah

kiri ± 3 hari , sebelum dibawa kerumah sakit pasien hanya di bawa

kepuskesmas

4.1.3. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Kesehatan Sekarang

Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 6 Juni 2018 jam 08.30WIB

di dapatkan data Keluarga klien mengatakan ekstremitas sebelah

kiri klien lemah sejak seminggu yang lalu, keluarga mengatakan

bicara klien pelo, keluarga klien mengatakan klien pusing, klien

tampak lemah anggota gerak lemah sebelah kiri dan bicara klien

kurang jelas dari hasil pemeriksaan tingkat kesadaran GCS 14

(E=4V=5 M=5) klien terpasang kateter, urine output : 250cc, dan

keluarga klien mengatakan klien sudah enam hari tidak BAB, klien

terpasang oksigen dengan nasal kanul 2 liter, klien terpasang NGT,

klien terpasang infuse RL 20 tetes/ menit.

b. Riwayat Kesehatan Dahulu

Keluarga pasien saat ditanya pasien tidak ada mengalami penyakit

yang sama dan tidak ada mengalam penyakit kronis seperti jantung ,

dm, paru-paru, pasien hanya demam flu dan batuk.

58
c. Riwayat Kesehatan Keluarga

Keluarga mengatakan tidak ada mengalami penyakit yang sama

dengan pasien dan tidak ada mengalami penyakit keronis seperti

jantung , dm, paru-paru.

genogram

Keterangan :

: Pasien : laki laki

: tinggal serumah : perempuan

: meninggal
59
4.1.4. Pemeriksaan Fisik

Kesadaran : composmentis

GCS : E : 4 M : 5 V :5 (14)

BB/TB : 54/165 (data yang didapat saat ditanya ke keluarga Tn. K)

Tanda Vital

Suhu : 37˚C Pernafasan : 24 x/i

Nadi : 70 x/i TD : 130/ 90 mmHg

a. Kepala

1. Rambut

Rambut pasien tampak hitam beruban, lebat, teraba kasar, tidak

ada penonjolan rambut tidak menunjukan tanda- tanda

kekurangan gizi ( rambut jagung ) keaadaan rambut berminyak

2. Mata

Simetris kiri dan kanan, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak

ikhterik, diameter pupil isokor 2 mm,, tidak menggunakan alat

bantu penglihatan, reflek cahaya positif tidak ada ganguan

penglihatan.

3. Telinga

Bentuk dan posisi simetris kiri dan kanan, integritas kulit bagus,

warna sama dengan kulit lain, tidak ada tanda- tanda infeksi,

60
dan tidak ada alat bantu dengar Tidak ada nyeri tekan tidak ada

gamguan.

4. Hidung

Simetris kiri dan kanan, tidak ada polip, tidak ada seckret, tidak

ada peradangan pada hidung, ada cuping hidung.hidung

terpasangNGT dan O2 (2L) dengan nasal kanul

5. Mulut dan gigi

Mukosa bibir kering, tidak terdapat sariawan, gigi sudah tidak

ada palsu, tidak ada perdarahan, mulut berbau, lidah klien agak

pencong ke kiri gigi lengkap, tidak ada karies,

b. Leher

Vena jugularis tidak teraba , tidak ada nyeritekan , ituskordis teraba

tidak ada ganguan pada leher

c. Thorak

1. Paru-paru

I : Simetris kiri dan kanan, pergerakan dinding dada sama,


tidak memakai alat bantu pernapasan, warna kulit
sawomatang.
P : tidak ada nyeri tekan, vremitus traktil dalam intensitas
getaran yang sama antara paru kanan dan paru kiri.
P : sonor
A : vesikuler
2. Jantung

61
I : simetris kiri kiri kanan , ictus cordis tidak tamapak

P : iktus cordis teraba , ictus cordis ada pada spatium


(SIC) V disebelah midklafikilaris sinistra, irama
jantung teratur

P : redup

A : sonor, tidak ada bunyi tambahan

d. Abdomen

I : tidak ada lesi, bentuk perut datar


A : bising usus normal 5x/menit (bising usus normal 5x sampai
35x/menit)
P : saat di tekan perut terasanyeri skla nyeri 5 dibagian umbilikal
P :suara tempani
e. Punggung

Tidak terdapat lesi, tidak ada tanda tanda dekubitus.

f. Ekstremitas

Atas :

Pasien mengalami kelemahan pada tangan kiri, terpasang infus RL

di sebelah kanan.

Bawah :

Pasien mengalami kelemahan pada kaki bagian kiri.

Kekuatan Otot

5555 0000

62
5555 0000

g. Genetalia

Tidak ada kelainan, terpasang kateter urin output klien 250cc

h. Integument

Warna kulit sawo matang, Turgor kulit integritas kulit

i. Persyarafan

Pemerisaantingkat kesadaran dan GCS

Tingkat kesadaran : komposmentis

GCS : 14 (E:4 M:5 V:5)

1. Pemeriksaan reflek
a. Reflek fisiologis
a). reflek patella : klien tidak diperiksa karena mengalami ganguan
keseimbangan

b). reflek tricop ; adanya respon ekstensi pada lengan bawah klien
namaun tangan seelh kairi mengalami kelemahanpasa saat
ekstensi

c). reflek bicep : adanya reflek fleksi pada lengan klien

d). reflek Achilles : adanya respon pada punggung kak klie saat di
beri ransangan pada mata kaki klien

b. reflek patologi

63
a). reflek Babinsky: adanya responpada ibu jari kaki longlegs
pengembangan jari longlegs lainnya saat di
beri rangsanga pada telapak kaki

b). reflek hofman : ada ransangan ibu jari dan telunjuk saat di
berikan rasangan pada kuku-kuku jari
tangan

4.1.5. Data Biologis

NO AKTIVITAS SEHAT SAKIT

Makanan dan Minuman/Nutrisi

Makan

 Menu  3x/ h  3x/h


 Porsi  1 ½ porsi  1/2 porsi
 Makanan Kesukaan  Tidak ada  Tidak ada
 Pantangan  Tidak ada  Rendah garam
Minum

 Jumlah  8 gelas  80-120 cc


 Minuman kesukaan  kopi Tidak ada
 Pantangan  Tidak ada
Tidak ada

Eliminasi

BAB

 Frekuensi  2x/h
 Warna  Kuning
 Bau  Khas  Tidak ada
 Konsistensi  Lembek selama masuk
rs
 Kesulitan  Tidak ada
BAK
 4-5x/h
 Frekuensi

 Terpasang
 Kuning jernih kateter
64
 Warna  Khas Uruin output
 Bau  Cair 250 cc
 Konsistensi  Tidak ada  Kuning jernih
 Kesulitan  Khas
 Cair
 Tidak ada
Istirahat dan Tidur
 Malam hari
 Waktu Tidur

 8 jam  Siang dan


 Lamatidur  Tidak ada malam
 Hal yang mempermudah tidur  Tidak ada  4 jam
 Kesulitan tidur  Tidak ada
Personal Hygiene  2x/h  Ya
 2x/h
 Mandi  2x/h  1x/h
 Cuci Rambut  Bila panjang  Tidak ada
 Gosok gigi
 1x/h
 Potong kuku
 Bila panjang

4.1.6. Riwayat Alergi

Keluarga mengataka tidak ada riwayat alergi obat makan maupun

minum.

4.1.7. Data Psykologis

a. Pola komunikasi

Pasien saat berkomonikasi ada umpan balik komonikasi pasien searah


b. Orang yang dapat memberikan rasa nyaman
Saat ini tampak keluarga yang bisa member rasa nyam ke pasien
kerena saat dekat dengan keluarga pasien tampak tenang
c. Orang yang paling berharga bagi pasien
Pasien menjawab keluarga yang berharga bagi pasien
d. Hubungan dengan keluarga dan masyarakat
pasien memilki hubungan yang baik dengan keluarga dan masyarakat
65
4.1.8. Data Sosial

a. Keyakinan
Pasien saat di tanya beragama islam ,keluarga pasien mengatakan pada
saat sehat rajin beribadah dan sering mendengar pengajian
b. Ketaatan beribadah
keluarga pasien mengatakan pada saat sehat rajin beribadah dan sering
mendengar pengajian, dan sekarang pada saat sakit pasien tidak isa
sholat kerena pasien mengalami kelumpuhan sebelah kiri, keluarga
sering mengajurkan pasien untuk berdoa dan membaca ayat-ayat
pendek.
c. Keyakinan untuk sembuh
Pasien sangat yakin akan kesembuhan nya, keluarga mengatakan
pasien selalu berdoa untuk kesembuhan nya.
4.1.9. Data Spiritual

1. Diagnose medis
Pasien di diagnose (STROKE ISKEMIK)
2. Pemeriksaan penunjang
1) EKG : sinusritme, LVH
2) Ro Thorax : kardiomaseli

3) Pemeriksaan labor

66
Tangal 30 – mai – 2018

Report Flag Unit Normal values

Gluk 131 H Mg/dl 74-106

Tangal 31 – mai – 2018

Kalium 4.20 ( 3,5 - 5,5 ) meg/l

Natrium 134,5 ( 135 – 147 ) meg/l

Khlorida 102,4 ( 100 - 106 ) meg/l

Tangal 03 juni 2018

Kalium 3,80 ( 3,5 - 5,5 ) meg/l

Natrium 135,3 ( 135 – 147 ) meg/l

Khlorida 104,6 ( 100 - 106 ) meg/l

Tangal 05 juni 2018

Report Flag Unit Normal velues

Alb 3,0 L g/l 3,8 – 5,4

Ast 38 H u/l 0-41

Bili-D 0,26 H Mg/dl .. – 0,20

C-HDL 18 L Mg/dl 30-71

C-LDL 116 Mg/dl 0-130

4.1.10. Data Pengobatan

67
Terapi obat Fungsi obat efeksamping

Untuk gangguan mental mual, muntah,


Chlorpromazine berkeringat, gatal-gatal,
gatal, kesulitan
bernapas,
pembengkakan wajah,
bibir, lidah, atau
tenggorokan, atau
merasa seperti Anda
akan pingsan

dulkola supos obat pencahar untuk Gangguan pada saluran


mengatasi masalah pada pencernaan, seperti rasa
saluran pencernaan tidak nyaman atau kram
perut

Clopidogrel mencegah serangan Mimisan atau


jantung pada orang yang pendarahan lain tanpa
baru terkena penyakit henti
jantung, stroke, atau
Kotoran berdarah atau
penyakit sirkulasi darah
(penyakit peripheral tersumbat, darah di
vascular). dalam urin

Batuk darah atau


muntah cairan berwarna
gelap seperti kopi

Sesak atau tubuh merasa


berat, sakit menyebar
sampai lengan atau
bahu, mual, berkeringat,
merasa sakit pada
umumnya, dll

Azitromcilin mengobati infeksi bakteri


 Nafsu makan, berkurang,
pada beberapa bagian Sakit kepala.Mual, Sakit
tubuh, seperti saluran perut, Diare

68
pernapasan, mata, kulit,
dan alat kelamin

Citicolin mengobati penyakit insomnia, sakit kepala,


Alzheimer dan jenis diare, tekanan darah
demensia lainnya, luka di tinggi atau rendah, mual,
kepala, penyakit penglihatan buram,
otak seperti stroke, hilang sesak, dan sebagainya
ingatan karena faktor
usia, penyakit Parkinson,
ADHD (attention deficit-
hyperactive disorder), dan
glaukoma.

Ranitidine obat untuk mengurangi Nyeri dada, demam,


jumlah asam lambung napas pendek, batuk
dalam perut dengan lendir hijau atau
kuning

Mudah lebam atau


berdarah, tubuh lemas
tanpa sebab

Detak jantung lambat


atau cepat

Masalah dengan
penglihatan, dll

Caftraxon ntibiotik dengan fungsi Sakit perut


untuk mengobati
Sakit kepala atau pusing
berbagai macam infeksi
bakteri. Lidah sakit atau bengkak

Berkeringat

Vagina gatal atau


mengeluarkan cairan

69
Ringer laktat cairan infus yang biasa Nyeri dada
digunakan pada pasien
Detak jantung abnormal
dewasa dan anak-anak
sebagai sumber elektrolit Penurunan tekanan
dan air untuk hidrasi. darah

Kesulitan bernapas

Batuk

Bersin-bersin

Ruam

Gatal-gatal, dan

Sakit kepala

4.1.11. Data Fokus

Data subjektif

 Pasien mengatakan sakit kepala


 Paeien mengatakan sakit pingggang
 Pasien mengatakansakit perut
 Pasien mengatakan batuk
 Keluarga Pasien mengatakan pasien bergerak masih di bantu
 Keluarga Pasien mengatakan paien sulit bicara / pelo
 Keluarga Pasien mengatakan pasien lemah sebelah kiri
 Keluarga Pasien mengatakan sulit bab
 Keluarga Pasien mengatakan susah mengubah posisi
 Keluarga Pasien mengatakan pasien terlihat sesak nafas
 Keluarga Pasien mengatakan pasien ter sadu-sadu
 Keluara serng bertanya tentang keaadaan pasien
70
Data objektif
 Pasien tampak meringis
 Pasien tampak gelisah
 Pasien tampak memegang perut
 Pasien tampak batuk
 Pasien tampak lamah bagian tubuh sebelah kiri
 Aktivitas Pasien tampak dibantu keluarga
 Pasien tampak berbaring diatas tempat tidur
 Pasien tampak sulit mengerakan badan
 Pasien tampak tampak terpasang infuse di tangan sebelah kanan
 Pasien tampak terpasang O2 (L) dengan nasal kanul
 Pasien tampak terpasang NGT
 Pasien tampak terpasang kateter
 Pasien tampak lesu
 Pasien tampak mememgang perut
 Tingkat kesadaran pasien E ; 4 M ; 6 V ; 5
 Kekuatan otot pasien 5555 0000

5555 0000

 Pemeriksaan TTV TD : 130/90 N : 87


P: 24 S : 36,6
 Pupil tampak iskor dengan diameter 3mm/3mm
 Reflek caya pasien tampak +/+
 Keadaan muut pasien tampak kotor dan sedikit bau
 Badan klien sedikit berbau
 Keluarga pasien tampak gelisah
 Keluarga tidak mengerti dengan kondisi kesehatan klin
 Keluarga sering bertanya tentang keaadan pasien
 Pasien tampak mengalami keterbatasan sendi
71
 Pasien diberi mkan melalui ngt
 Pasien tidak bisa menelan
 Pasien mengalami ganguan di nervus glosovagufarigeus
 Pasien mengalami ganguan di nervus vatibulotoklearis

4.1.12. Analisa Data

NO DATA MASALAH ETIOLOGI

1 DS :

 Pasien mengatakan tidak kepala Ketidak efektifan Aliran darah ke


terasa pusing.
perfusi jaringan otak terhambat
 Pasien mengatakan tangan dan
kaki sebelah kiri lemah serebral
DO :

 Pasien tampak terbaring lemah


 Pasien tampak tidak bisa
mengerakan tangan dan kaki
sebelah kiri.
 Pasien tamapk di suapi saat makan
dan minum, pasien tampak dibantu
dalam aktifitas
 Kesadaran pasien GCS(E: 4 M: 5
V: 5)
 Tada vital pasien
Td : 130/ 90
N: 70 S: 36,6
P: 24
 Kulit klien tampak kering
 Pupil pasien tampak isokor
3mm/3mm
 Reflek terhadap caya +/+
 Pasien mengalmi ganguan pada
nervus glosovaringus,
danvatibuletoklearis

72
2 DS : Hambatan Ganguan
mobilitas fisik neourofaskulur
 Keluarga Pasien mengatakan pasien
bergerak masih di bantu
 Keluarga Pasien mengatakan susah
mengubah posisi
DO :

 Kekuatan otot pasien


5555 0000
5555 0000
 Pasien tampak memengangi kepala
 Pasien tampak gelisah
 Pasien tampak meringis
 Pasien tampak mengalami
keterbatasan sendi
 Pasien tampak berbaring diatas tempat
tidur
3 DS : Deficit perawatan Kelemahan
diri
 Aktivitas klien dibantu oleh
keluarga

DO :

 Pasien tidak mampu untuk amandi


 Pasien tidak mampu untuk
berpakain sendiri

73
 Ketidak mampua untuk makan
 Ketidak mampuan untuk toileting
 Pasien tampak lemah
 Pasien tampak tidak bersih
 Aktivitas klien tampak dibantu
keluarga

4 DS : Hambatan Penurunan
komonikasi verbal oksigen darah
 Keluarga Pasien mengatakan paien
ke otak
sulit bicara / pelo
 Keluarga mengatakan pasien bicara
kurang jelas

DO :

 Pasien tampak bicara pelo


 Pasien bicara kurang jelas
 Gcs 14 E ;4 M;5 V:5
 Pasien tampak mengalami kerusakan
nervus vagus
 Keluarga mengatakan pasien tidak
bisa menelan
 Pasien tampak terpasang NGT
 Pasien terpasang oksigen (2 liter)
5 DS : Ketidak Ketidak
seimbangan nutrisi mampuan
- pasien makan melalui ngt
mencerna
- keluarga mengatakan pasien tidak bisa makanan
menenlan

74
DO :

- pasien tampak di berimakan lewat ngt

- pasien di berimkan oleh keluarga melalui ngt

- pasien tidak bisa mekan melalui oral

- pasien mengalami ganguan di nervus


glosofagusvarigeus

4.2.Diagnosa Keperawatan

Daftar Prioritas Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan aliran darah


ke otak terhambat
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuscular
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan.
4. Hambatan komonikasi verbal berhubungan dengan gangguan neuromuscular
5. Ketidak seimbangan nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan mencerna
makanan.

75
4.3.Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan NOC NIC

Ketidakefektifan perfusi NOC : NIC :

jaringan perifer o Circulation status Perawatan sirkulasi : insufisiensi vena


o Tissue prefusion : cerebral 1. Monitor status neurologi klien
Kriteria Hasil : 2. Monitor tingkat kesadaran klien.
3. Berikan terapi oksigen untuk klien.
Mendemonstrasikan status sirkulasi
4. Sesuaikan kepala tempat tidur untuk
yang ditandai dengan :
mengoptimalkan perfusi serebral
a. Tekanan systole dan diastole dalam
5. Letakan kepala dan leher klien dalam posisi
rentang yang diharapkan
netral, hindari fleksi pinggang yang yang
b. Tidak ada ortostatikirpetensi
berlebihan
c. Tidak ada tanda-tanda peningkatan
Manajemen Sensasi Perifer
tekanan intrakranial (tidak lebih dari 15
6. Atur posisi klien
mmHg)
7. Monitor perbedaan terhadap tajam/tumpul
atau panas/dingin.
Mendemonstrasikan kemampuan
8. Monitor paresthesia (mati rasa dan

76
kognitif yang ditandai dengan : kesemutan)
a. Berkomunikasi dengan jelas sesaui 9. Monitor indra penciuman klien
kemampuan 10. Monitor respon babinski klien
b. Menunjukan perhatian, konsentras dan 11. Hindrari kegiatan yang bisa meningkatkan
orientasi tekanan intrakranial
c. Menunjukan fungsi sensorimotori Pengecekan Kulit
cranial yang utuh : tingkat kesadaran 12. Monitor tanda-tanda vital klien (suhu,
yang membaik, tidak ada gerakan- tekananan darah, nadi, dan respirasi)
gerakan involunter. 13. Berikan terapi intravena
14. Berikan obat sesuai order dokter
15. Manajemen pengobatan
16. Atur suhu klien.
Hambatan mobilitas di NOC Perawatan Tirah Baring
tempat 1. Berikan latihan : pergerakan sendi
o Join movement : active
Pengaturan Posisi
tidur o Mobility level
2. Monitoring vital sign sebelm/sesudah latihan
o Self care : ADLS
dan lihat respon klien saat latihan
o Transfer performance
3. Ajarkan klien atau tenaga kesehatan lain
Kriteria Hasil :
tentang teknik ambulasi

77
1. Klien meningkat dalam aktifitas fisik 4. Kaji kemampuan klien dalam mobilisasi
2. Mengerti tujuan dan peningkatan 5. Latih klien dalam pemenuhan
mobilitas 6. kebutuhan ADLs secara mandiri sesuai
kemampuan
7. Dampingi dan Bantu klien saat mobilisasi dan
bantu penuhi kebutuhan ADL.
8. Berikan alat Bantu jika klien memerlukan.
9. Ajarkan klien bagaimana merubah posisi dan
berikan bantuan jika diperlukan
10. Berikan perawatan diri : eliminasi
Hambatan komunikasi NOC : NIC
verbal
- Anxiety self control Peningkatan Komunikasi : Kurang

- Coping Bicara

- Sensori function :hearing & vision - Manajemen pengobatan klien

- Fear self control - Dorong klien untuk berkomunikasi

Kriteria Hasil : secara perlahan dan untuk mengulangi

78
- Komunikasi : penerimaan permintaan

interprestasi dan ekspresi pesan - Berikan sentuhan kepada klien untuk

- Lisan, tulisan, dan non verbal meningkatkan rasa percaya klien

Meningkat - Berikan bantuan perawatan diri : IADL

Gerakan terkoordinasi: mampu - Dengarkan dengan penuh perhatian

mengkoordinasi dalam - Anjurkan kunjungan keluarga secara

menggunakan isyarat teratur untuk memberi stimulus

- Mampu mengontrol respon komunikasi.

ketakutan dan kecemasan terhadap

ketidakmampuan berbicara

- Mampu mengkominikasikan

kebutuhan dengan lingkungan

79
sosial.

Defisit perawatan diri : NOC : NIC :


mandi
- Activity intolerance Memandikan

- Mobility : physical impared - Berikan perawatan rambut dan kulit

- Self care deficit hygine kepala klien

- Sensory perception, auditory - Berikan pemeliharaan kesehatan

distrurbed mulut klien

Kriteria Hasil : Bantuan Perawatan Diri :

- Mampu untuk melakukan aktifitas Mandi/Kebersihan

perawatan fisik secara mandiri - Lakukan peningkatan latihan

- Mampu untuk mempertahankan kepada klien

kebersihan penampilan yang rapi - Lakukan pencegahan resiko jatuh

80
secara mandiri pada klien

- Perawatan diri hygine oral : mampu - Berikan bantuan klien untuk

untuk merawat gigi dan mulut mengontrol pemberian analgesik

secara mandiri atau dibantu. - Berikan pengaturan posisi klien

- Berikan bantuan perawatan diri

klien

- Berikan bantuan perawatan diri :

IADL

Ketidak seibangan nutrisi NOC : NIC :


b/d ketidak mampuan
Kriteria hasil : Asupan nutrisi tidak cukup untuk kebutuhan tubuh
mencerna mkanan
1. memonitor tanda vital 1. monitor tanda tanda vital

2. pengetahuan diet yang disarankan 2. terapi menelan

81
3. status fase oral 3. monitor nutrisi

4. status nutrisi asupan makan dan 4. pemberian makan melalui tabung enternal

5. peresepan diet

6.pemberian makn

7. pemberian nutrisi total parenteral

NO HARI No. DX JAM IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF

82
TANGGAL

1 KAMIS 07 Ketidakefe 09.00 1. Memonitor status neurologi S: 09.00


juni 2018 Tn.K dengan cara mengukur
ktifan GCS. - klien mengatakan kepala
perfusi 2. Memberikan terapi oksigen - Pasien mentakansusah menubah
untuk klien 2 liter dengan nasal posisi
kanul - Pasien berbicara pelo
jaringan - Pasien mengatakan bagian
3. Memposisikan kepala pasien
perifer untunk mengoptimalkan aliran anggota gerak kiri susah
10.00 oksigen posisi terlentang digerakan
4. Meletakan kepala dan leher
Tn.K dalam posisi netral,
hindari fleksi pinggang yang O:
yang berlebihan posisi 15-30º
5. Memonitor respon babinski - Pasien tamapak susah bergerak
Tn.K - Pasientampak memegang epala
6. Memonitor tanda-tanda vital - Pasien bicara pelo
Tn.K (suhu, tekananan darah, - ttv : TD 120/90 mmhg N:
nadi, dan respirasi) 80x/m P:21 s: 37ºc
12.30 - GCS: E:4 M:6 V:5
7. Memerikan obat sesuai order
dokter - Beri oksigen 2 liter
Chlorpromazine, clopidogrel, - Reaksi babenski bagus
azitromcilin, citicolin. A: Masalah belum teratasi

P : intervensi dilanjutkan

1. Berikan terapi oksigen

83
untuk klien
2. Monitor tanda-tanda vital
klien (suhu, tekananan
darah, nadi, dan respirasi)
3. Berikan terapi intravena
2 KAMIS 07 Hambatan 09.00 1. Memonitoring vital sign seperti: S : 09.00
juni 2018 TD, Suhu Pernapasan, nadi
mobilitas sebelum/sesudah latihan dan - Keluarga mengataan pasien
di tempat lihat respon klien saat latihan tidak bisa bergerak
10.30 Seperti latihan ROM - Pasien mengalami eleahan
2. Mengkaji kemampuan Tn.K sebelah kiri
tidur - Akivitas pasien dibantu
dalam mobilisasi
3. Melatih Tn.K dalam pemenuhan keluarga
kebutuhan ADLs secara mandiri O ;
sesuai kemampuan
4. Melakukan latihan ROM pasif - Pasien hanya berbaing di
pada pasien dan aktif tempat tidur
10.45 - Pasien tidak melaku
kanaktivitas
- Anjurkan pasien mengubah
posisi 2jam sekali
- Lakuakan latihan ROM
- ttv : TD 120/90 mmhg N:
80x/m P:21 s: 37ºc
-
A : masalh belum teratasi

84
P : intervensi dilanjud kan

- memonitoring vital sign


sebelm/sesudah latihan dan lihat
respon klien saat latihan

- mengKaji kemampuan klien


dalam mobilisasi

- Ajarkan klien bagaimana merubah


posisi dan berikan bantuan jika
diperlukan

3 KAMIS 07 Hambatan 09.00 1. Mendorong Tn.K untuk S:


juni 2018 komunika berkomunikasi secara perlahan
dan untuk mengulangi permintaan - Pasie berbicara pelo
si verbal
2. Memberikan sentuhan kepada O:
Tn.K untuk meningkatkan rasa
percaya Tn.K - Pasien tampak sulit berbicara,
3. Memberikan bantuan perawatan - Mengajarkan pasien bicara
diri : IADL perlahan
4. Mendengarkan dengan penuh - Mendengarkan pasien berbicara
perhatian - Anjurkan keluarga
5. Menganjurkan kunjungan berkomonikasi terus dengan
keluarga secara teratur untuk pasien agar dapatmelatih
memberi stimulus komunikasi konikasi pasien
- Motivasi pasien untuk berbicara
85
6. Kolaborasi dengan fisioterapi A: masalh belum teratasi
dalam terapi wicara

P: intervensi dilanjudkan

- Dorong klien untuk


berkomunikasi secara perlahan dan
untuk mengulangi permintaan

- Berikan sentuhan kepada klien


untuk meningkatkan rasa percaya
klien

- Dengarkan dengan penuh


perhatian

- Anjurkan kunjungan keluarga


secara teratur untuk memberi
stimulus komunikasi.

4 KAMIS 07 Defisit 08.00 1. MemBerikan perawatan rambut S : 08.00


juni 2018 perawata dan kulit kepala Tn.K
2. MemBerikan pemeliharaan - keluarga pasien mengatakan
n diri :
kesehatan mulut Tn.K aktivitas dibant oleh keluarga
mandi 3. Melakukan peningkatan latihan - Pasien tidak bisa mandi sendiri

86
kepada Tn.K - Pasien tidak bisa makan sendiri
4. Melakukan pencegahan resiko O:
jatuh pada Tn.K
5. MemBerikan pengaturan posisi - pasien tampak berbaring di atas
Tn.K tempat tidur
6. MemBerikan bantuan perawatan - Pasien tidak bisa makan sendiri
diri Tn.K Berikan bantuan - Pasien tidak bisa mandi sendiri
perawatan diri : ADL - Berikan posisi nyaman
- Melakukan personal hygen
A: masalah belum teratasi

P: intervensi dilanjudkan

- memberikan perawatan rambut


dan kulit kepala klien
- memberikan pemeliharaan
kesehatan mulut klien
- Lakukan pencegahan resiko jatuh
pada klien

- Berikan pengaturan posisi klien

5 KAMIS 07 Ketidak 08.30 1. Memonitor tanda vital seperti S: 08.30


juni 2018 seibangan TD nadi Pernapasan suhu
2. Melakukan terapi menelan dan - pasien terpasng NGT
nutrisi b/d
mlihat ada reflek muntah nya Keluarga pasien mengatakan
ketidak 3. Memonitor nutrisi pada Tn.K
mampuan 4. Memberi makan lewat NGT - pasien tidak bisa menenlan
mencerna dengan spuit 50cc dan

87
mkanan diberimakanan sebanyak 100 cc O: pasien terlihat terpasang NGT

Pasien makan melalui NGT

Pasien mengalami kerusakn di


nervus Glosofaringeal

TTV : Td : 120/90 P : 21 N : 80 S 37

BB : 54

A: masalh belum teratasi

P: intervensi dilanjutkan

1. memonitor tanda vital


2. pengetahuan diet yang
disarankan
3. status nutrisi asupan makan
dan minuman

NO HARI No. DX JAM IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF

TANGGAL

88
1 JUMAT 08 Ketidakefe 09.00 8. Memonitor status neurologi Tn.K dengan S: 09.00
juni 2018 ktifan cara mengukur GCS.
9. Memberikan terapi oksigen untuk Tn.K - klien mengatakan kepala
perfusi
10. 2 liter dengan nasal kanul - Pasien mentakansusah
11. Memposisikan kepala pasien untunk menubah posisi
jaringan
mengoptimalkan aliran oksigen posisi - Pasien berbicara pelo
perifer terlentang - Pasien mengatakan bagian
12. Meletakan kepala dan leher Tn.K dalam anggota gerak kiri susah
10.00 posisi netral, hindari fleksi pinggang yang digerakan
yang berlebihan posisi 15-30º
13. Memonitor respon babinski Tn.K
14. Memonitor tanda-tanda vital Tn.K (suhu, O:
tekananan darah, nadi, dan respirasi)
15. Memerikan obat sesuai order dokter - Pasien tamapak susah
Chlorpromazine, clopidogrel, azitromcilin, bergerak
citicolin. - Pasientampak memegang
epala
- Pasien bicara pelo
12.30 - ttv : TD 120/90 mmhg N:
80x/m P:21 s: 37ºc
- GCS: E:4 M:6 V:5
- Beri oksigen 2 liter
- Reaksi babenski bagus
A: Masalah belum teratasi

P : intervensi dilanjutkan oleh


perawat ruangan

89
2 JUMAT 08 Hambatan 09.00 5. Memonitoring vital sign seperti: TD, Suhu S: 09.00
juni 2018 mobilitas Pernapasan, nadi sebelum/sesudah latihan
dan lihat respon klien saat latihan Seperti - Keluarga mengataan pasien
di tempat
latihan ROM tidak bisa bergerak
10.30 6. Mengkaji kemampuan Tn.K dalam - Pasien mengalami eleahan
tidur
mobilisasi sebelah kiri
7. Melatih Tn.K dalam pemenuhan kebutuhan - Akivitas pasien dibantu
ADLs secara mandiri sesuai kemampuan keluarga
8. Melakukan latihan ROM pasif pada pasien O;
dan aktif
- Pasien hanya berbaing di
tempat tidur
10.45 - Pasien tidak melaku
kanaktivitas
- Anjurkan pasien mengubah
posisi 2jam sekali
- Lakuakan latihan ROM
- ttv : TD 120/90 mmhg N:
80x/m P:21 s: 37ºc
-
A : masalh belum teratasi

90
P : intervensi dilanjud kan oleh
perawat ruangan

3 JUMAT 08 Hambatan 09.00 1. Mendorong Tn.K untuk berkomunikasi S:


juni 2018 komunika secara perlahan dan untuk mengulangi
permintaan - Pasie berbicara pelo
si verbal
2. Memberikan sentuhan kepada Tn.K untuk O:
meningkatkan rasa percaya Tn.K
3. Memberikan bantuan perawatan diri : IADL - Pasien tampak sulit
4. Mendengarkan dengan penuh perhatian berbicara,
5. Menganjurkan kunjungan keluarga secara - Mengajarkan pasien bicara
teratur untuk memberi stimulus komunikasi. perlahan
6. Kolaborasi dengan fisioterapi dalam terapi - Mendengarkan pasien
bicara berbicara
- Anjurkan keluarga
berkomonikasi terus dengan
pasien agar dapatmelatih
konikasi pasien
- Motivasi pasien untuk
berbicara
A: masalah belum teratasi

P: intervensi dilanjudkan oleh


perawat ruangan

91
4 JUMAT 08 Defisit 08.00 1. MemBerikan perawatan rambut dan kulit S: 08.00
juni 2018 perawata kepala Tn.K
2. MemBerikan pemeliharaan kesehatan - keluarga pasien mengatakan
n diri :
mulut Tn.K aktivitas dibant oleh
mandi 3. Melakukan perawatan mandi Tn.K keluarga
4. Melakukan pencegahan resiko jatuh pada - Pasien tidak bisa mandi
Tn.K sendiri
5. MemBerikan pengaturan posisi Tn.K - Pasien tidak bisa makan
6. MemBerikan bantuan perawatan diri Tn.K sendiri
7. MemBerikan bantuan perawatan diri : O:
ADL
- pasien tampak berbaring di
atas tempat tidur
- Pasien tidak bisa makan
sendiri
- Pasien tidak bisa mandi
sendiri
- Berikan posisi nyaman
- Melakukan personal hygen
A: masalah belum teratasi

P: intervensi dilanjudkan oleh


perawat ruangan

92
5 JUMAT 08 Ketidak 08.30 5. Memonitor tanda vital seperti TD nadi S: 08.30
juni 2018 seibangan Pernapasan suhu
6. Melakukan terapi menelan dan mlihat ada - pasien terpasng NGT-
nutrisi b/d
reflek muntah nya - Keluarga pasien mengatakan
ketidak 7. Memonitor nutrisi pada Tn.K - pasien tidak bisa menenlan
mampuan 8. Memberi makan lewat NGT dengan spuit O: pasien terlihat terpasang
mencerna 50cc dan diberimakanan sebanyak 100 cc NGT
mkanan
Pasien makan melalui NGT

Pasien mengalami kerusakn di


nervus Glosofaringeal

TTV : Td : 120/90 P : 21 N : 80 S
37

BB : 54

A: masalah belum teratasi

P: intervensi dilanjutkan oleh


perawat ruangan

93
BAB IV

PEMBAHASAN

Selama Penulisan melakukan asuhan keperawatan pada klien Tn.k Dengan Stroke

Iskemik ( Non Hemoragik ) Diruangan Rawat Neurologi RSAM Bukittinggi pada

tanggal 6 - 9 juni 2018. Beberapa hal yang perlu dibahas dan diperhatikan dalam

penerapan kasus keperawatan tersebut, penulis telah berusaha mencoba menerapkan

dan mengaplikasikan proses Asuhan Keperawatan pada klien dengan Stroke Iskemik

( Non Hemoragik ) sesuai dengan teori-teori yang ada.

Untuk melihat lebih jelas asuhan keperawatan yang diberikan dan sejauh mana

keberhasilan yang dicapai akan diuraikan sesuai dengan prosedur keperawatan

dimulai dari pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi.

7.1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap yang sistematis dalam mengumpulkan data

tentang individu, keluarga dan kelompok (Carpenito & Moyet,2007)

Dalam melakukan pengkajian pad Tn.K data yang didapatkan dari Klien,

Keluarga, Catatan medis beserta tenagakesehatan lain

4.1.1 Identitas Klien

Pengkajian berdasarkan tinjauan teoritis didapatkan data identitas secara

lengkap, seperti nama, jenis kelamin, umur agama, pendidikan, pekerjaan,

alamat, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, diagnosa medis,

dalam melakukan pengkajian kasus pada klien penulis juga mendapatkan data

94
yang lengkap sesuai dengan tinjauan teoritis, namun pada saat melakukan

pengkajian penulis mengalami kesulitan untuk mendapatkan data dari klien

karna klien mengalami ganguan Bicara, sehingga membuat komunikasi antara

penulis dengan klien kurang jelas, namun disini keluarga sanggat membantu

penulis untuk mendapatkan informasi tentang klien.

4.1.2 Keluhan utama

Pada keluhan utama kasus ini sesuai dengan tinjauan teoritis dimana

keluhan utama Tn.k masuk rumah sakit adalah mengalami ganguan

keseimbangan nyeri kepala, bicara pelo tiga hari sebelum masuk rumah

sakit, hal ini sama dengan tinjauan teoritis pada manifestasi klinis gejala

Kelumpuhan wajah atau anggota badan sebelah (hemiparise) atau

hemiplegia (paralisis) yang timbul secara mendadak Menurut Tarwoto

(2013),

4.1.3 Riwayat Kesehatan Sekarang

Secara teoritis dilihat dari manifestasi klinis pada Tn.K dengan

Stroke Iskemik ditemukan adanya Kelumpuhan wajah atau anggota

badan sebelah (hemiparise) atau hemiplegia (paralisis) yang timbul

secara mendadak Menurut Tarwoto (2013), Saat dilakukan

pengkajian pada tanggal 6 Juni 2018 jam 08.30WIB di dapatkan

data Keluarga klien mengatakan ekstremitas sebelah kiri klien

lemah sejak seminggu yang lalu, keluarga mengatakan bicara klien

pelo, keluarga klien mengatakan klien pusing, klien tampak lemah

95
anggota gerak lemah sebelah kiri dan bicara klien kurang jelas dari

hasil pemeriksaan tingkat kesadaran GCS 14 (E=4V=5 M=5) klien

terpasang kateter, urine output : 250cc, dan keluarga klien

mengatakan klien sudah enam hari tidak BAB, klien terpasang

oksigen dengan nasal kanul 2 liter, klien terpasang NGT, klien

terpasang infuse RL 20 tetes/ menit.

4.1.4 Riwayat kesehatan Dahulu

Pada tinjauan khasus Keluarga pasien saat ditanya pasien tidak ada

mengalami penyakit yang sama dan tidak ada mengalam penyakit kronis

seperti jantung , dm, paru-paru, pasien hanya demam flu dan batuk.

4.1.5 Riwayat Kesehatan Keluarga

Pada Pengkajian riwayat kesehatan Keluarga mengatakan tidak ada

mengalami penyakit yang sama dengan pasien dan tidak ada mengalami

penyakit keronis seperti jantung , dm, paru-paru dan Penyakit kronis

lainnya

4.1.6 Pemeriksaan Fisik

Hasil pemeriksaan fisik jika dibandingkan dengan pemerikasaan fisik

secara teoritis pada kasus ini ditemukan sama dan tidak ada

kesenjangan. Dimana pada tinjauan teoritis dijelaskan bahwah pasien

mengalami, penurunan kesadaran kelumpuhan sebelah, bicara pelo,

mengalami ganguan menelan, sedangkan pada tinjauan khasus

didapatkan kesadaran Tn.k composmentis kekuatan otot 5555/0000.


96
4.1.7 Data Psikologis

Pada tinjaun teoritis dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan.

Dimana pada tinjauan teoritis terdapat tingkat stress dan kecemasan

cdan pola berkomonikasi, sedangkan data yang didapat saat tinjauan

kahus Tn.K mengalami stress ringan dan pola komonikasi Tn.K Searah

4.1.8 Pemeriksaan Penunjang

Pada tinjauan teoritis dan tinjauan kasus penulis mengalami hambatan

dalam pengkajian. Dimana pada tinjauan teoritis yang dilakukan

pemeriksaan tes diagnostic yang sebagian masih bersifat penelitian.

Tes dan pemeriksaan laboratorium. Angiografi serebral, CT scan,

Lumbal pungsi, MRI (Magnetic Imaging Resonance), EEG, Sinar X

tengkorak, EKG. Sedangkan pada tinjauan kasus Tn.K hanya

melakukan pemeriksaan laboratorium (natrium 34,5 mEq/l, klorida

102,4 mEq/l, Hb 11.6 g/dL, Alb 3.0 g/dl) EKG (sinus rhyitim) dan

Ronsen thorax.

4.2 Diagnosa Keperawatan

Pada tinjauan teoritis ditemukan 7 diagnosa keperawatan tidak mengalami

kesenjangan tinjauan kasus ditemukan 5 diagnosa keperawatan teoritis karena

pada kasus Tn.K ada 5 diagnosa keperawatan yang menjadi masalah utama

dalam kasus Tn.K Diagnosa keperawatan tinjauan teoritis yang muncul :

4.2.1 Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan aliran


darah ke otak terhambat
4.2.2 Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuscular
97
4.2.3 Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan.
4.2.4 Hambatan komonikasi verbal berhubungan dengan gangguan
neuromuscular
4.2.5 Ketidak seimbangan nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan
mencerna makanan
4.2.6 Koping individu tidak efektif
4.2.7 Resiko peningkatan TIK

Diagnosa Keperawatan pada tinjauan khasus yang muncul adalah


Diagnosa keperawatan Prioritas utama yaitu :

4.2.8 Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan aliran


darah ke otak terhambat
4.2.9 Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuscular
4.2.10 Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan.
4.2.11 Hambatan komonikasi verbal berhubungan dengan gangguan
neuromuscular
4.2.12 Ketidak seimbangan nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan
mencerna makanan
4.3 Intervensi

Dalam menyusun rencana tindakan keperawatan pada klien berdasarkan

prioritas masalah yang ditemukan, tidak semua rencana tindakan pada teori

dapat ditegakkan pada tinjauan kasus karena rencana tindakan pada tinjauan

kasus disesuaikan dengan keluhan yang dirasakan klien saat pengkajian

dilakukan. Latihan fisik pada pasien stroke terdiri dari mobilisasi ditempat

tidur dan latihan duduk. Mobilisasi dini terdiri dari mobilisasi duduk dan

rentang pergerakan sendi (Maliya & Purwanti, 2008). Pelaksanaan

98
mobilisasi ditempat tidur Yaitu : rencana tindakan yang dilakukan adalah

Berikan latihan : pergerakan sendi, Lakukan perawatan rambut dan kulit

kepala, Lakukan pemeliharaan kesehatan mulut, Berikan pengaturan posisi :

neurologi, berikan bantuan perawatan diri :mandi/kebersihan, berikan

bantuan perawatan diri : berpakaian/berdandan, berikan bantuan diri : ADL,

Berikan perawatan diri : eliminasi. Menurut Canadian Best Pratice

Recommendation For Stroke Care (2013) mengatakan bahwa hal pertama

yang dilakukan untuk rehabilitasi stroke adalah Range Of Motion (ROM)

atau Rentang Gerak Sendi (RPS), karena pasien yang terkena stroke

memiliki kelumpuhan motorik dan sensorik.

Motorik dan sensorik adalah bagian penting dalam menggerakan anggota

badan untuk melakukan aktivitas. Biasanya harus melibatkan pasien

selamabertuga fungsional dan dirancang untuk menstimulasikan ketrampilan

dalam pemenuhan aktivitas, sehingga kedua komponen ini harus di dahulukan

untuk rehabilitasnya. RPS bertujuan agar meningkatkan kontrol motorik dan

mengembalikan fungsi sensorimotor. Proses rehabilitas pasien stroke

merupakan proses motor learning yang merupakan satu set proses latihan

motorik yang mempengaruhi keadaan internal internal sistem saraf pusat

Latihan ini dilakukan dengan melibatkan memori jangka panjang tentang

kemampuan motorik dan dipelajari kembali sehingga memudahkan pasien

untuk memiliki kemampuan motorik yang telah dipelajari dulu (Mudie

&Matyas, 2000).

99
a. Untuk diagnosa pertama

Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer, rencana tindakan yang

dilakukan adalah Monitor status neurologi klien, Monitor tingkat

kesadaran klien, Berikan terapi oksigen untuk klien., Sesuaikan kepala

tempat tidur untuk mengoptimalkan perfusi serebral, Letakan kepala

dan leher klien dalam posisi netral, hindari fleksi pinggang yang yang

berlebihan, Atur posisi klien, Monitor perbedaan terhadap

tajam/tumpul atau panas/dingin, Monitor paresthesia (mati rasa dan

kesemutan), Monitor indra penciuman klien, Monitor respon babinski

klien, Hindrari kegiatan yang bisa meningkatkan tekanan intrakranial,

Monitor tandatanda vital klien (suhu, tekananan darah, nadi, dan

respirasi), Berikan terapi intravena, Berikan obat sesuai order dokter,

Manajemen pengobatan, Atur suhu klien.

b. Untuk diagnosa kedua

Yaitu hambatan mobilitas di tempat tidur, rencana tindakan yang

dilakukan adalah Berikan latihan : pergerakan sendi, Lakukan

perawatan rambut dan kulit kepala, Lakukan pemeliharaan kesehatan

mulut, Berikan pengaturan posisi : neurologi, berikan bantuan

perawatan diri :mandi/kebersihan, berikan bantuan perawatan diri

100
berpakaian/berdandan, berikan bantuan diri : ADL, Berikan perawatan

diri : eliminasi.

c. Untuk Diagnosa Ketiga

Yaitu Hambatan Komunikasi Verbal, rencana tindakan yang dilakukan

adalah Manajemen pengobatan klien, Dorong klien untuk

berkomunikasi secara perlahan dan untuk mengulangi permintaan,

Berikan sentuhan kepada klien untuk meningkatkan rasa percaya klien,

Berikan bantuan perawatan diri : IADL, Dengarkan dengan penuh

perhatian, Anjurkan kunjungan keluarga secara teratur untukmemberi

stimulus komunikasi.

d. Untuk Diagnosa Keempat

Yaitu Defisit perawatan diri : mandi, rencana tindakan yang dilakukan

adalah Berikan perawatan rambut dan kulit kepala klien, Berikan

pemeliharaan kesehatan mulut klien, Lakukan peningkatan latihan

kepada klien, Lakukan pencegahan resiko jatuh pada klien, Berikan

bantuan klien untuk mengontrol pemberian analgesik, Berikan

pengaturan posisi klien, Berikan bantuan perawatan diri klien, Berikan

bantuan perawatan diri : IADL.

e. Untuk Diagnosa Kelima

101
Yaitu Nutrisi kurang dari kbutuhan tubuh, rencana tindakan yang akan

dilakukan adalah member makn melalui NGT dengan diet yang disaran

kan dan ajakan Keluarga agar dapat member makan melalui NGT.

4.4 Implementasi

Dari 5 diagnosa keperawatan yang penulis tegakkan sesuai dengan apa yang

penulis temukan dalam melakukan studi kasus dan melakukan asuhan

keperawatan belum mencapai perkembangan yang diharapkan, dikarenakan

waktu yang singkat oleh karena itu diharapkan kepada perawat dan tenaga

medis lainnya untuk melanjutkan intervensi yang telah penulis

rencanakan.Dalam melakukan asuhan keperawatan untuk mencapai hasil

yang maksimal memerlukan adanya kerja sama antara penulis dengan klien,

keluarga, perawat, dokter, dan tim kesehatan lainnya. Untuk diagnosa

pertama yaitu ketidakefektifan perfusi jaringan perifer, hasil yang penulis

dapatkan adalah Keluarga klien mengatakan klien mengalami kelumpuhan

di sebelah kiri, Keluarga klien mengatakan klien gelisah, Klien tampak

terbaring lemah, GCS 14 (E4 V5 M5), Tanda tanda vital klien : TD : 130/90

mmHg, N : 70x/i, P : 24x/i, S : 37 C, Klien terpasang oksigen nasal 2 liter.

Untuk diagnosa kedua yaitu Hambatan Mobilitas di tempat tidur, hasil yang

penulis dapatkan adalah Keluarga klien mengatakan ekstremitas kiri klien,

Keluarga klien mengatakan aktifitas klien dibantu keluarga, Klien tampak

lemah, Klien tampak susah menggerakan badan, Klien tampak susah untuk

miring kiri dan kanan, Kekuatan otot klien 5555/ 0000 Aktifitas klien

102
tampak dibantu keluarga, Klien tampak terbaring lemah Ditempat tidur

Untuk diagnosa ketiga yaitu Hambatan Komunikasi Verbal, hasil yang

penulis dapatkan adalah Keluarga klien mengatakan bicara klien pelo,

Keluarga klien mengatakan bicara klien kurang jelas, Bicara klien tampak

pelo, Klien tampak kesulitan menggunakan ekspresi wajah, Klien tampak

sulit mengungkapkan kata-kata, Klien mengalami gangguan pada nervus

VII (vasialis). Untuk diagnosa keempat yaitu Defisit Perawatan Diri :

Mandi, hasil yang penulis dapatkan adalah Keluarga klien mengatakan

sudah paham tentang penjelasan dari perawat, Keluarga klien mengatakan

belum bisa untuk melakukan perawatan dan personal hygine klien secara

mandiri, Keluarga mengatakan minta bantuan untuk personal hygine klien

selanjutnya kepada perawat, Keluarga klien tampak mengerti dan bisa

menyebutkan kembali penjelasan yang di jelaskan oleh perawat, klien sudah

tampak rapi, wangi dan segar, klien tampak nyaman

4.5. Evaluasi

Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan

pasien dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan

(Rohmah&Walid,2012). Dari Lima diagnosa prioritas utama yang penulis

tegakan sesuai dengan apa yang penulis temukan dalam melakukan studi kasus

dan melakukan asuhan keperawatan, kurang lebih sudah mencapai

perkembangan yang lebih baik dan optimal, maka dari itu dalam melakukan

asuhan keperawatan untuk mencapai hasil yang maksimal memerlukan adanya


103
kerja sama antara penulis dengan klien, perawat, dokter, dan tim kesehatan

lainya.

a.Diagnosa pertama yaitu, Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan

dengan penurunan aliran darah ke otak . Pada hari pertama yaitu tangal 06-06

Juni 2018 dengan data mengalami ganguan keseimbangan ,nyeri kepala, bicara

pelo tiga hari sebelum masuk rumah sakit, pada hari kedua tanggal 07-06-2018

pasien mengeluhkan nyeri kepala masih terasa ,masih mengalami ganguan

keseimbangan bicara kurang jelas, pada hari ketiga 08-06-2018 pasien

mengeluhkan sama seperti hari sebelumnya hanya saja nyeri kepala sudah

hilang dan masalah belum teratasi intervensi dilanjutkan dan evaluasi di

lanjudkan oleh perawat ruangan.

b.Diagnosa kedua yaitu Hambatan mobilitas tempat di tidur berhubungan

dengan hemiparesis, kehilangan keseimbangan dan koordinasi Diagnosa

tegak pada tanggal 06 juni 2018, pada hari pertama tanggal 06 Juni 2018

keluarga klien mengatakan , Tn.k mengalami ganguan keseimbangan ,Tn.k

susah bergerak di tempat tidur, pergerakan sering dibantu keluaraga, kekuatan

otot 5555/0000 Pada hari kedua tanggal 07 Juni 2018 keluarga klien

mengatakan pasien sudah bisa sedikit – sedikit mengerakan anggota gerak

miring kiri miring kanan, keluarga mengatakan klien diaajarkan latihan ROM

pasif 2x sehari pagi dan sore. Dan pada hari ketiga tanggal 08 Juni 2018

keuarga klien mengatakan Tn.K masih sama seperti kemarin . masalah belum

teratasi intervensi dilanjutkan dan evaluasi di lanjudkan oleh perawat ruangan.


104
c. Diagnosa ketiga yaitu Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan

penurunan fungsi Diagnosa tegak pada tanggal 06 juni 2018, pada hari pertama

tanggal 06 Juni 2018 Keluarga klien mengatakan tidak mampu untuk berbicara

seperti biasa,Tn.k berbicara kurang jelas. Pada hari kedua tanggal 07 Juni 2018

Keluarga klien mengatakan tidak mampu untuk berbicara seperti biasa,Tn.k

berbicara kurang jelas sama seperti hari sebelumnya Pada hari ketiga tanggal 08

Juni 2018 Keluarga klien mengatakan tidak mampu untuk berbicara seperti

biasa,Tn.k berbicara kurang jelas keluarga sering memotivasi klien untuk bicara

masalah belum teratasi intervensi dilanjutkan dan evaluasi di lanjudkan oleh

perawat ruangan

d. Diagnosa ketiga yaitu Defisit perawatan diri: makan, mandi, berpakaian,

toileting berhubungan kerusakan neurovaskuler

Diagnosa tegak pada tanggal 06 juni 2018, pada hari pertama tanggal 06 Juni

2018 Keluarga klien mengatakan tidak mampu untuk Melakukan aktifitas

secara mandiri seperti makan minum dan mandi pasien terpasang kateter ,Tn.k

kebutuhan sehari-hari dibantu keluarga dan perawat ruangan. Pada hari kedua

tanggal 07 Juni 2018 Keluarga klien mengatakan tidak mampu untuk

Melakukan aktifitas secara mandiri seperti makan minum dan mandi pasien

terpasang kateter sama seperti hari sebelumnya dan Tn.k dilatih untuk

mengosok gigi secara mandiri Pada hari ketiga tanggal 08 Juni 2018 Keluarga

klien mengatakan tidak mampu untuk Melakukan aktifitas secara mandiri

seperti makan minum dan mandi pasien terpasang kateter Tn.k sudah bisa
105
melakukan aktifits seperti mengosok gigi sendiri masalah belum teratasi

intervensi dilanjutkan dan evaluasi di lanjudkan oleh perawat ruangan.

e. Diagnosa ketiga yaitu Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan

Diagnosa tegak pada tanggal 06 juni 2018, pada hari pertama tanggal 06 Juni

2018 Keluarga klien mengatakan tidak mampu untuk menelan makanan seperti

biasa,Tn.k tampak tepasang NGT dan Tn.K mengalami ganguan reflek

menelan. Pada hari kedua tanggal 07 Juni 2018 Keluarga klien mengatakan

tidak mampu untuk menelan makanan seperti biasa,Tn.k tampak tepasang NGT

dan Tn.K mengalami ganguan reflek menelan, Tn.k diberimakan lewat NGT

dengan spuit 50cc dan diberimakn 100-150cc Pada hari ketiga tanggal 08 Juni

2018 Keluarga klien mengatakan tidak mampu untuk menelan makanan seperti

biasa,Tn.k tampak tepasang NGT dan Tn.K mengalami ganguan reflek

menelan, Tn.k diberimakan lewat NGT dengan spuit 50cc dan diberimakn 100-

150cc masalah belum teratasi intervensi dilanjutkan dan evaluasi di lanjudkan

oleh perawat ruangan.

106
BAB V
PENUTUP
11.1. Kesimpulan

Dari hasil pelaksanaan Asuhan Keperawatan Pada Tn. K Dengan Stroke

Iskemik Di Ruang Rawat Inap Neurologi RSUD Dr. Achmad Mochtar

Bukittinggi 2018 dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Penyakit stroke adalah salah satu penyakit dalam bidang neurologi yang dapat
menyebabkan kematian dan kesehatan di negara maju ataupun negara
berkembang serta penyebab utama kecacatan pada orang dewasa.
2. Penyakit stroke yang sering diderita adalah stroke iskemik (hampir 80%) dan
sisanya (20%) terkena stroke hemoragik.
3. Penyakit stroke disebabkan oleh beberapa hal yang banyak terjadi di
masyarakat perkotaan seperti hepertensi, faktor usia, dan adanya penyakit
jantung, atau gaya hidup. Faktor ini memicu terjadinya trombosis, embolisme,
iskemia, dan hemoragik serebral. Penyebab tersering stroke adalah trombosis.
4. Masalah-masalah yang sering muncul pada pasien stroke iskemik yang sedang
ada fase rehabilitas adalah mengenai kerusakan mobilitas fisik.
5. Perawat dapat melakukan terapi rentang pergerakan sendi untuk mengatasi
masalah mobilitas ayang dialami oleh pasien stroke fase rehabilitas. Tujuan
pemberian terapi ini adalah mempertahankan fungsi mobilisasi sendi,
memulihkan atau meningkatkan fungsi sendi dan kekuatan otot yang
berkurang karena proses penyakit, kecelakaan, atau tidak digunakan, dan
mencegah komplikasi diri immobilisasi seperti atrofi otot dan kontraktur.

107
11.2. Saran

11.2.1. Bagi Mahasiswa

Diharapkan bagi mahasiswa agar dapat mencari informasi dan

memperluas wawasan mengenai Stroke Iskemik ( Non Hemoragik )

karena dengan adanya pengetahuan dan wawasan yang luas mahasiswa

akan mampu mengembangkan diri dalam masyarakat dan memberikan

pendidikan kesehatan bagi masyarakat mengenai Stroke Iskemik (Non

Hemoragik) dan fakor –faktor pencetusnya serta bagaimana pencegahan

untuk kasus tersebut.

11.2.2. Bagi Rumah Sakit

Untuk mencegah meningkatnya Stroke Iskemik (Non Hemoragik)

sebaiknya pasien di beri informasi yang memadai mengenai Stroke

Iskemik itu sendiri dan aspek-aspeknya. Dengan di perolehnya informasi

yang cukup maka pencegahan pun dapat dilakukan dengan segera.

Adapun untuk pasien yang telah mengalami atau menderita Stroke

Iskemik (Non Hemoragik ), maka harus segera di lakukan perawatan yang

intensif.

11.2.3. Bagi Keluarga

Keluarga diharapkan mampu mengenali tanda dan gejala penyakit Stroke

Iskemik (Non Hemoragik), sehingga komplikasi dari penyakit tersebut

dapat segera di atasi, dan bagi masyarakat diharapkan mampu

mengendalikan pola hidup yang tidak baik sehingga bisa terhindar dari

108
penyakit Stroke Iskemik. Diharapkan juga bagi keluarga bersikap lebih

terbuka dalam memberikan informasi yang akan sangat berguna untuk

melakukan rencana tindakan yang tepat nantinya.

109
110
111
112
113
114
115

You might also like