11 Nico Ghaniyul PDF
11 Nico Ghaniyul PDF
11 Nico Ghaniyul PDF
OLEH :
7
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.K DENGAN
STROKE ISKEMIK DIRUANGA NEUROLOGI
RSUD DR. ACHMAD MOCHTAR
BUKITTINGGI TAHUN 2018
OLEH :
1514401011
8
9
10
NURSING CARE IN CLIENTS Tn. K WITH ISKEMIC STROKE IN THE ROOM
OF THE NEUROLOGY RSUD DR. ACHMAD MOCHTAR
BUKITTINGGI IN 2018
ABSTRACT
As many as 77% of the main causes of stroke is hypertension. According to data from
WHO,
15 million people suffer from stroke every year, 5.5 million of them died, another 10
million have permanent disability. The purpose of this report is able to perform Nursing
Care in patients with ischemic stroke in the neurological hospital of RSAM Bukittinggi
2018. the results of case reports found data on Tn.K. ie the client's family said the client
suddenly experienced a decrease in awareness, GCS client 14, the client had hypertension,
the client's family said the previous client had never been hospitalized. The result of the
study was found to have problems with Tn. K ie cerebral tissue perfusion disorders,
mobility barriers in bed, verbal communication barriers, self-care deficits: bathing,
anxiety. Based on the above nursing problems then prepared a plan and implement the
actions of nursing and evaluation that refers to the objectives and krikteria results. To
prevent an increased incidence of ischemic stroke is suggested to the institution of the
hospital to perform intensive care and provide sufficient information to the patient
regarding ischemic stroke itself and its aspects. With the acquisition of enough information
then prevention can be done immediately.
11
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. K DENGAN STROKE ISKEMIK
DIRUANGAN NEUROLOGI RSUD DR. ACHMAD MOCHTAR
BUKITTINGGI TAHUN 2018
Abstrak
Sebanyak 77% penyebab utama stroke adalah hipertensi. Menurut data dari WHO, 15 juta
orang menderita stroke setiap tahun, 5,5 juta diantaranya meninggal, 10 juta lainnya
mengalami cacat permanen. Tujuan dari laporan ini adalah mampu melakukan Perawatan
Keperawatan pada pasien dengan stroke iskemik di rumah sakit syaraf RSAM Bukittinggi
2018. hasil laporan kasus menemukan data pada Tn.K. yaitu keluarga klien mengatakan
klien tiba-tiba mengalami penurunan kesadaran, klien GCS 14, klien mengalami hipertensi,
keluarga klien mengatakan klien sebelumnya tidak pernah dirawat di rumah sakit. Hasil
penelitian ditemukan memiliki masalah dengan Tn. K yaitu gangguan perfusi jaringan
serebral, hambatan mobilitas di tempat tidur, hambatan komunikasi verbal, defisit perawatan
diri: mandi, kecemasan. Berdasarkan masalah keperawatan di atas kemudian disusun
rencana dan implementasikan tindakan keperawatan dan evaluasi yang mengacu pada tujuan
dan hasil krikteria. Untuk mencegah peningkatan insiden stroke iskemik disarankan ke
institusi rumah sakit untuk melakukan perawatan intensif dan memberikan informasi yang
cukup kepada pasien mengenai stroke iskemik itu sendiri dan aspek-aspeknya. Dengan
perolehan informasi yang cukup maka pencegahan dapat segera dilakukan.
12
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya yang
telah diberikan kepada penulis sehingga Laporan Studi Kampus denga judul “ Asuhan
Keperawatan Pada Klien Tn.K dengan Stroke Iskemik Di Ruangan Neorologi RSUD. Dr.
Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2018 “ ini dapat disajikan dalam bentuk tulisan. Dalam
2. Ibu Ns. Endra Amalia, M.Kep selaku penanggung jawab Program Studi D III
3. Bapak Ns. Lisa Mustika Sari, M.Kep selaku pembimbing yang telah memberikan
4. Ibu Ns. Reni Mulyanti, S.Kep selaku pembimbing klinik yang telah memberikan
5. Bapak dan Ibu Staff Penagajar Program Studi D III Keperawatan STIKes Perintis Padang
yang telah banyak memberikan ilmu serta bimbingan yang bermanfaat bagi penulis.
6. Teman-teman mahasiswa mahasiswi STIKes Perintis Prodi D III Keperawatan yang telah
Penulis menyadari bahwa Laporan Studi Kasus ini jauh dari kesempurnaan, hal ini bukanlah
suatu kesenjangan melainkan karena keterbatasan ilmu dan kemampuan penulis.untuk itu
13
penulis berharap tanggapan dan kritikan serta saran yang bersifat membangun dari semua pihak
Akhir kata penulis mengharapkan agar laporan Studi Kasus ini bermanfaat bagi kita semua,
semoga allah SWT memberikan rahmad dan hidayah kepada kita semua aminnnn
Penulis
14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Stroke atau Cerebrovascular disease menurut World Health Organization (WHO) adalah
“tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal atau global
karena adanya sumbatan atau pecahnya pembuluh darah di otak dengan gejala-gejala
yang berlangsung selama 24 jam atau lebih”. Klasifikasi penyakit stroke terdiri dari
beberapa kategori, diantaranya: berdasarkan kelainan patologis, secara garis besar stroke
dibagi dalam 2 tipe yaitu: ischemic stroke disebut juga infark atau non-hemorrhagic
disebabkan oleh gumpalan atau penyumbatan dalam arteri yang menuju keotak yang
Stroke adalah sindrom yang terdiri dari tanda dan /atau gejala hilangnya fungsi system
saraf pusat fokal (atau global) yang berkembang cepat (dalam detik atau menit). Gejala-
gejala ini berlangsung lebih dari 24 jam atau menyebabkan kematian. Penyebab tersering
terjadinya stroke adalah penyakit degeneratif arterial, baik aterosklerosis pada pembuluh
darah besar (dengan trombo emboli) maupun penyakit pembuluh darah kecil
signifikan meningkat pada beberapa factor resiko vaskular, salah satunya adalah
Stroke dapat dibagi berdasarkan penyebabnya yaitu stroke hemoragik dan stroke iskemik.
Stroke hemoragik terjadi akibat perdarahan atau rusaknya pembulu darah otak.
Sedangkan stroke iskemik terjadi akibat suplai darah keotak terhambat atau terhenti.
Stroke iskemik adalah tipe yang paling sering ditemukan, 85% dari seluruh kasus stroke.
Sedangkan stroke hemoragik mencakup 15% dari seluruh kasus stroke (Lisiswanti, 2015).
15
Faktor resiko stroke terbagi menjadi factor resiko yang dapat dimodifikasi dan factor
resiko yang dapat dimodifikasi yaitu hipertensi, merokok, diabetes, dan obesitas. Faktor
resiko yang tidak dapat dimodifikasi yaitu usia, jenis kelamin, berat badan lahir rendah
(BBLR) dan genetic (Human, 2015). Sebanyak 77% penyebab utama stroke adalah
Menurut data dari WHO, 15 juta orang menderita stroke setiap tahunnya, 5,5 juta
stroke menjadi penyebab kematian dan kecacatan utama pada semua umur dengan
prevalensi sebanyak 500.000 jiwa setiap tahun. Dari jumlah itu, sekitar 250.000 orang
meninggal dunia, dan sisanya cacat ringan maupun berat (Lefrina dan Yeni, 2010).
Diperkirakan angka ini akan terus meningkat, mengingat gaya hidup yang terus
serbamudah, usia seseorang meningkat, kemiskinan, dan akses pelayanan kesehatan yang
kurang memuaskan. Apabila angka kematian, kesakitan dan kecacatan ini terus
meningkat maka akan berpengaruh terhadap produktivitas kerja dan meningkatnya biaya
Di Asia Tenggara yaitu Indonesia dan Malaysia stroke merupakan penyakit nomor tiga
yang mematikan setelah jantung dan kanker. Bahkan, menurut survey tahun 2004, stroke
merupakan pembunuh nomor satu di rumah sakit. Jumlah penderita stroke di Indonesia
Rendahnya kesadaran akan factor risiko stroke, kurang dikenalinya gejala stroke, belum
optimalnya pelayanan stroke dan ketaatan terhadap program terapi untuk pencegahan
stroke ulang yang rendah merupakan permasalahan yang muncul pada pelayanan stroke
16
baru, tingginya angka kematian akibat stroke, dan tingginya kejadian stroke ulang di
Sumatera barat dalam prevalensi penyakit stroke iskemik menepati urutan keenam dari 33
provinsi setelah Provinsi NAD, Kepri, Gorontalo, DKI Jakarta, NTB dengan pesentase
10,6%. Menurut data BPS Kota Padang tahun 2011, stroke adalah penyebab kematian
Dari hasil surve awal di RSUD Dr. Ahmad Mochtar Bukittinggi di dapatkan kejadian
stroke hemoragik dan stroke non hemoragik dari januari 2017 sampai juni 2018 sebanyak
344 orang. Penyakit stroke non hemoragik merupakan penyakit 2 terbanyak yang terdapat
kualitas asuhan keperawatan yang diterima oleh pasien. Upaya yang dilakukan untuk
Selama berpraktek penulis menjalankan peran perawat sebagai perawat klinis edukator
dan pemberi asuhan keperawatan, sehingga dapat membantu pasien yang mengalami
Maka dari itu muncul gagasan untuk mengurangi agar tidak muncul penderita Stroke
Iskemik (Non Hemoragik) dengan memberikan Asuhan Keperawatan kepada pasien dan
keluarga pasien dan dari latar belakang tersebut penulis mengambil kasus tersebut sebagai
17
penyusunan karya tulis ilmiah DIII Keperawatan dengan mengambil judul “Asuhan
Keperawatan Pada Tn. K Dengan Stroke Iskemik di Ruangan Neorologi RSUD Dr.
1.2 Tujuan
Tahun 2018.
Tahun 2018.
Tahun2018.
18
4. Mahasiswa mampu menentukan intervensi yang berhubungan dengan
1.3 Manfaat
Pasien dan keluarga pasien mengetahui penyakit dan perawatan Stroke Iskemik
memberikan dan menyusun Asuhan Keperawatan pada pasien Stroke Iskemik dan
19
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1.Konsep Dasar
2.1.1. Pengertian
Stroke adalah cedera vascular akut pada otak. Ini berarti bahwa stroke adalah
suatu cedera mendadak dan berat pada pembuluh-pembuluh darah otak. Cedera
menampakan gejala, mungkin juga tidak (stroke tanpa gejala disebut silent
stroke), tergantung pada tempat dan ukuran kerusakan. (valery feigin, 2002).
neurologis yang sering dijumpai dan harus ditangani secara cepat dan
tepat. Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak yang
disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi
pada siapa saja dan kapan saja Stroke Iskemik (Non Hemoragic) yaitu
Menurut Ir. B Mahendra dan dr. Evi Rachmawati N.H. Stroke iskemik
merupakan 80% dari semua kejadian stroke. Stroke iskemik dapat terjadi bila
asupan darah ke otak berkurang atau terhenti. Derajat dan gangguan dari otak
berfariasi tergantung dari pembuluh darah yang terkena dan luas daerah yang
dialiri darah oleh pembuluh darah tersebut. Bila stroke terjadi, otak akan
elektrolit), terjadi penimbunan cairan dalam sel dan ion-ion kalsium serta
20
kalium yang berlebihan didalam sel otak. Akibatnya, otak akan membengkak
dan terjadilah udema otak. Udema otak ini sangat berbahaya jika tidak di
disebut juga dengan stroke iskemik atau stroke infark biasanya terjadi setelah
lama beristirahat, baru bangun tidur atau dipagi hari. Namun menimbulkan
Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa stroke iskemik adalah terjadi ketika
terdapat sumbatan bekuan darah dalam pembuluh darah di otak atau arteri yang
cepat berupa deficit neurologis fokal atau global yang berlangsung 24 jam atau
berbagai fungsi yang berbeda dan saling mempengaruhi. Satu fungsi saraf
terganggu secara fisiologi akan berpengaruh terhadap fungsi tubuh yang lain.
Sistem saraf dikelompokan menjadi dua bagian besar yaitu susunan saraf
nervous system (PNS). Susunan saraf pusat terdiri dari otak dan medulla
spinalis, sedangkan saraf perifer terdiri atas saraf-saraf yang keluar dari otak
(12 pasang) dan saraf-saraf yang keluar dari medulla spinalis (31
informasi dari reseptor- reseptor khusus yang berada pada organ permukaan
atau bagian dalam ke otak dan medulla spinal ke organ-organ tubuh seperti
21
otot rangka, otot jantung, otot- otot bagian dalam dan kelenjer-kelenjer. Saraf
motorik kemudian dibagi menjadi dua yaitu system saraf somatic dan system
saraf otonomik. Sistem saraf somatic berperan dalam interaksi antara tubuh
dengan lingkungan luar. Serabut sarafny berada pada sel-sel otot rangka.
Sistem saraf otonomik dibagi atas simpatis dan parasimpatis yang berperan
dalam interaksi dengan lingkungan internal seperti pada otot janntung, kelenjar
a. Otak
b. Medulla Spinalis
a. Afferent (sensorik)
b. Efferent (motorik)
22
2). Sistem saraf otomatik.
a. Otak
organ vital. Ada Sembilan tulang yang membentuk cranium yaitu tulang
c. Meningen
23
subarachnoid ini terdapat cairan cerebrospinal (CSF)
d. Korteks Serebri.
Merupakan lapisan bagian atas dari cerebrum yang tebalnya 2-5mm dan
tersusun se4bagian besar oleh gray matter dan hampir 75% sel
bodi saraf dan denrit berada pada korteks serebri. Semua aktivitas
e. Cerebrum.
Cerebrum adalah bagian otak yang paling besar, kira-kira 80% dari
aktivitas music, seni, menari. Pada hemisfer kiri lebih dominan pada
intektual, emosi dan fungsi fisik. Pada bagian frontal bagian kiri
24
terdapat area broca (area 44 dan 45) yang berfungsi sebagai pusat
rasa raba.
25
4. Lobus oksipital mengandung area fisual otak, berfungsi
asosiasikan.
f. Diencephalon
g. Diencephalon
Dienchepalon terletak diatas batang otak dan terdiri atas tiga bagian
yaitu :
1) Thalamus
Adalah masa sel saraf besar yang berbentuk telor, terletak pada
dari otak.
2) Hypothalamus
3) Epitalamus
seksual.
4) Batang Otak
Saraf cranial IX, X, XI, dan XII keluar dari medulla oblongata.
Pada batang otak terdapat juga system retikularis yaitu system sel
5) Reticular Formation
2.1.3. Etiologi
b. Embolisme serebral (bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak
28
Tanda-tanda trombosis serebral bervariasi. Sakit kepala adalah awitan yang
atau kejang, dan beberapa mengalami awitan yang tidak dapat dibedakan dari
awitan pralisis berat pada beberapa jam atau hari Embolisme serebral.
penyakit jantung reumatik, dan infark miokard, serta infeksi pulmonal, adalah
insiden embolisme setelah prosedur ini.(Brunner & suddarth edisi 8). Menurut
dr. Valery Feigin, PhD faktor resiko yang tidak dapat di modifikasi ini
kelompok usia dewasa muda, dimana stroke mengenai pria dan wanita
tahun.
29
Setelah mencapai usia 50 tahun, setiap penambahan usia tiga tahun
risiko paling tinggi, tetapi hamper 25% dari semua stroke terjadi
pada orang berusia kurang dari ini, dan hampir 4%terjadi pada orang
berusia antara 15-40 tahun. Stroke jarang terjadi pada anak berusia
1. Hipeertensi
pada tekanan 115/75 mmHg dan meningkat dua kali lipat setiap
(tekanan darah sistolik sama atau lebih besar dari 140mmHg atau
mereka yang tekanan darahnya normal atau rendah. Untuk orang yang
mmHg atau lebih) dianggap sebagai faktor risiko untuk stroke atau
seiring usia dan orang yang memiliki tekanan darah normal pada usia
atrium, gagal jantung, kelainan katup, katup buatan, dan cacat jantung
atau bagian tubuh lain. Setelah berada di otak, bekuan darah tersebut
3. Kolesterol tinggi
4. Obesitas
setiap kilogram beratnya. Bagi orang yang lebih tua kebutuhan ini
makanan yang kaya lemak jenuh, kolesterol, atau garam dan kurang
buah serta sayuran) adalah salah satu faktor risiko stroke yang paling
signifikan.
5. Diabete mellitus
31
Mengidap penyakit ini akan menggandakan kemungkinan terkena
aterosklerosis.
6. Strees emosional
Menurut Tarwoto (2013), manifestasi klinis stroke tergantung dari sisi atau
bagian mana yang terkena, rata-rata serangan, ukuran lesi dan adanya sirkulasi
kerusakan pada hemisfer kanan maka kelumpuhan otot pada sebelah kiri.
Pasien juga akan kehilangan kontrol otot vulenter dan sensorik sehingga
Gangguan sen sibilitas terjadi karena kerusakan system saraf otonom dan
bahasa. Afasia terjadi jika terdapat kerusakan pada area pusat bicara
primer yang berada pada hemisfer kiri dan biasanya terjadi pada stroke
Afasia motorik atau ekspresif terjadi jika area pada area Broca, yang
terletak pada lobus frontal otak. Pada afasia jenis ini pasien dapat
(2) Sensorik
terletak pada lobus temporal. Pada afasia sensori pasien tidak dapat
33
Merupakan kesulitan bicara terutama dalam artikulasi sehingga ucapannya
karena kerusakan nervus cranial sehingga terjadi kelemahan dari otot bibir,
lidah dan laring. Pasien juga terdapat kesulitan dalam mengunyah dan
menelan.
gangguan lapang pandang pada salah satu sisi. Hal ini terjadi karena
kerusakan pada lobus temporal atau parietal yang dapat menghambat serat
g. Disfagia
IX. Selama menelan bolus didorong oleh lidah dan glottis menutup
h. Inkontinensia.
34
Table 2.1
Tabel tanda dan gejala stroke berdasarkan lokasi pembuluh darah
Lokasi Syndrome
b. Deficit motorik dan sensorik pada wajah. Wajah dan lengan atau tungkai
berikut:
a. Vertigo dengan atau tanpa nausea dan atau munta, terutama bila
d. Hemianopsia homonym.
penurunan kesadaran, kelemahan dan atau kesemutan satu sisi tubuh, bicara
pelo, wajah mencong, sulit menelan, tiba-tiba tidak bisa melihat, dan dapat
menyebabkan kematian.
pembuluh darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai
oleh pembuluh darah yang tersumbat. Suplai darah ke otak dapat berubah
(makin lambat atau cepat) pada gangguan lokal (trombus, emboli, perdarahan,
36
dan spasme vaskuler) atau karena gangguan umum (hipoksia karena gangguan
dapat berasal dari plak arterosklerotik, atau darah dapat beku pada area yang
Trombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai emboli
oleh pembuluh darah yang bersangkutan dan edema dan kongesti di sekitar
area. Area edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar daripada area
infark itu sendiri. Edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadang-
menunjukan perbaikan. Oleh karena itu thrombosis biasanya tidak fatal, jika
Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan edema dan
nekrosis diikuti trombosis. Jika terjadi septik infeksi akan meluas pada dinding
pembuluh darah maka akan terjadi abses atau ensefalitis, atau jika sisa infeksi
aneurisma pecah atau rupture Perdarahan pada otak disebabkan oleh ruptur
intrakranial dan yang lebih berat dapat menyebabkan herniasi otak pada falk
37
serebei atau lewat foramen magnum. Kematian dapat disebabkan oleh
kompresi batang otak, hemisfer otak, dan perdarahan batang otak sekunder atau
pada sepertiga kasus peradarahan otak di nekleus kaudatus, talamus, dan pons.
Perubahan yang disebabkan oleh anoksia serebral dapat reversibel untuk waktu
4-6 menit. Perubahan inversibel jika anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia
serebral dapat terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi salah satunya henti
vasoaktif darah yang keluar dan kaskade iskemik akibat menurunya tekanan
perfusi, menyebabkan saraf di area yang terkena dan sekitarnya tertekan lagi.
38
WOC Factor-faktor risiko stroke
Edema dan kongesti Deficit neurologis Infark otak, edema dan henrniasi
jaringan sekitar otak
Kerusakan terjadi
Infark Kehilangan Disfungsi bahasa
MK.Risiko pada lobus frontal
dan komunikasi
serebral control volunter kapasitas, memori,
peningkatan TIK
atau fungsi
intelektual kortikal
MK.Ketidak
Hemiplagi Kompresi
efektifan Disatria,
dan batang otak Kerusakan disfasia, afasia
perfusi
jaringan hemiparesis fungsi dan apraksia
seserebral efek psikologis
MK.Hambatan
mobilitas fisik Lapang perhatian
Depresi saraf terbatas, kesulitan MK.Hambata
kardiovaskuler dan dalam pemahaman n komunikasi
koma
pernapasan lupa, kurang mtivasi, verbal
39
2.1.6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Darah yang diperiksa antara lain jumlah sel darah merah, sel darah
Tes ini terdiri dari tiga pemeriksaan, yaitu prothombin time, partial
Cek darah ini untuk melihat kandungan gula darah, kolesterol, asam urat,
dan lain-lain. Andai kata kadar gula darah atau kolesterol berlebih, bisa
1. Angiografi serebri
otak yang sangat kecil yang tak mungkin dijangkau CT-Scan. Juga dapat
40
menetukan daerah-daerah mana saja yang rusak oleh stroke iskemik.
3. USG Doppler
karotis).
5. Cerebral Angiography
gambar yang diarahkan oleh cairan kontras itu melalui pembuluh darah.
2.1.7. Penatalaksanaan
a. Keperawatan
1. Fase akut
sadar penuh menghadapi hasil yang lebih dapat diharapkan. Fase akut
napas dan ventilasi adekuat adalah prioritas dalam fase akut ini.
41
a. Pasien ditempatkan pada posisi lateral atau semi telungkup dengan
berkurang.
b. Medis
2.1.8 komplikasi
42
hemoglobin serta hematrokrit pada tingkat dapat diterima akan membantu
aliran darah serebral. Hiprtensi atau hipotensi eksterm perlu dihindari dari
atrium atau dapat berasal dari katup jantung prostetik. Embolisme akan
2.1.8Pengkajian
Hasil dari pengkajian adalah terkumpulnya data, sehingga proses ini sangat
penting dalam terkumpulnya data, sehingga proses ini sangat penting dalam
laboratorium).
43
a. Riwayat kesehatan
Beberapa hal yang harus dikaji dalam riwayat kesehatan pada gangguan sistem
alamat rumah.
c. Keluhan utama
penanganan sebelumnya.
e. Riwayat keluarga
f. Pemeriksaan Fisik
Sebelum melakukan tindakan yang lain, yang harus diperhatikan adalah tanda
lain yang berkaitan dengan masalah yang terjadi. Misalnya, pada pasien
akibatkan oleh tekanan darah yang tidak adekuat. Perubahan tanda vital dapat
intrakranial. Demikian juga dengan respirasi rate juga terganggu jika terjadi
h. Status mental
46
Respon Motorik Nilai
Mengikuti perintah 6
Menunjuk tempat rangsangan 5
Menghindar dari stimulus 4
Fleksi abnormal (dekortikasi) 3
Respon Nilai
Tidak ada kontraksi otot. 0
disuruh
Saraf sensorik
periksa
Saraf sensorik. Untuk
3. N. Okulomotoris Tes putaran bola
penglihatan. lapang pandang.
mata,
Saraf motorik.
4. N. Trochlearis.
ekstraokuler. Sama seperti nervus III
Saraf motorik.
refleksmotorik.
Saraf kedip.
Saraf motorik.
48
Untuk pendengaran dan
keseimbangan.
9. N. Glosofaringeus. Membedakan rasa manis dan asam.
10. sensasi
N. rasa.
Vagus. Menyentuh faring posterior, pasien
11. muntah
N. Asesoris. dan menelan. mengucap
Suruh pasien untuk menggerakan
ah…
Saraf motoric. bahu dan lakukan tahanan
sambil
Untuk
1) gerakan lidah.
Pemeriksaan Fungsi Refleks
1. Refleks Bisep
49
2. Refleks Trisep
3. Refleks Patella
tepat.
yang lain.
femoris.
4. Refleks Babinski
lakukan goresan pada telapak kaki dari arah tumit kea rah jari melalui
sisi lateral. Orang normal akan memberikan respon fleksi jari-jari dan
penarikan tungkai. Pada lesi UMN maka akan timbul respon jempol
5. Refleks Achilles
kontraksi m.gastroenemius.
6. Refleks Kornea
7. Refleks Faring
nerfus hipoglosus.
cedera otak.
52
dan gigi secara mandiri misalnya deodorant, sikat gigi, sabun mandi,
dengan atau tanpa alat bantu sampo, lotin, dan produk aroma terapi )
5. Mampu mempertahankan 6. Menyediakan lingkungan yang terapeutik
mobilitas yang diperlukan dengan memastikan hangat, santai,
untuk kekamar mandi dan pengalaman pribadi, dan personal
menyediakan perlengkapan 7. Memfasilitasi pasien menyikat gigi pasien
mandi 8. Mementau pembersihan kuku, menurut
6. Membersihkan dan kemampuan perawatan diri pasien
mengeringkan tubuh 9. Memantau intekgritas kulit pasien
7. Mengungkapkan secara verbal 10. Menjaga kebersihan ritual
kepuasan tentang kebersihan 11. Memfasilitasi pemeliharaan rutin yang biasa
tubuh dan hygiene oral pasien tidur, isyarat sebelum tidur/ alat peraga ,
dan benda-benda asing ( misalnya, untuk anak-
anak, cerita selimut/ maianan, goyang, dot,
atau favorit, untuk orang dewasa, sebuah buku
untuk membaca atau bantal dari rumah
2 Gangguan 1. Joint movemen:active Exercisetherapy:ambulation
mobilitas fisik 2. Mobility level 1. Monitoring vital sign sebelum
3. Self care:ADLs /sesudahlatihan dan lihat respon pasien saat
4. Transfer performance latihan
Criteria hasil: 2. Konsultasikan dengan terapi fisik tentang
rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan
1. Klien meningkat dalam 3. Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat
aktifitas fisik berjalan dan cegah terhadap cidera
2. Mengerti tujuan dari 4. Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain
peningkatan mobilitas tentang teknik ambulasi
3. Memferbalisasikan perasaan 5. Kaji kemampuan pasien tentang ambulasi
dalam meningkatkan 6. Latih pasien dalam pemenuhan
kekuatan dan kemampuan kebutuhanADLs secara mandiri sesuai
berpindah kemampuan
4. Memperagakan pengunaan 7. Damping dan bantu pasien saat mobilisasi
53
alat bantu untuk dan bantu penuhi kebutuhanADLs
mobilisasi(walker) 8. Berikan alat bantu jika klien memerlukan
9. Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi
dan berikan bantuan jika diperlukan
3 Kerusakan 1. Tissue integrity:skin and Pressure management
integritas kulit mucous membranes 1. Anjurkan pasien untuk menggunakan
2. Hemodyalisis akses pakaian yang longgar
Criteria hasil: 2. Hindari kerutan pada tempat tidur
3. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan
1. Integritas kulit yang baik kering
bisa dipertahankan (sensasi, 4. Mobilisasi pasien setiap dua jam sekali
elastisitas, temperature, 5. Monitor kulit akan adanya kemerahan
hidrasi, pigmentasi) 6. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
2. Tidak ada luka/lesi pada 7. Memandikan pasien dengan sabun dan air
kulit hangat
3. Perfusi jaringan baik Insision site care
4. Menunjukan pemahaman
dalam proses perbaikan kulit 1. Bersihkan, pantau dan tingkatkan proses
dan mencegah terjadinya penyembuhan luka yang ditutupi
cidera berulang, 2. Monitor kesembuhan area insisi
5. Mampu melindungi kulit 3. Monitor tanda dan gejala infeksi pada area
dan mempertahankan insisi
kelembaban kulit dan 4. Membersihkan area luka
perawatan alami 5. Ganti perban
4 Ketidak Setelah dilakukan tindakan Menajemen Nutrisi
seimbangan keperawatan diharapkan
1. Identifikasi adanya alergi atau intolerasi akanan
nutrisi kurang status nutrisi dapat
yang dimiliki pasien
dari kebutuhan ditingkatkan dengan kriteria Terapi nutrisi
tubuh hasil:
1. Kaji kebutahan nutrisi parenteral
1. Asupan Nutrisi tidak
54
menyimpang dari rentang 2. Berikan nutrisi enteral, sesuai kebutuhan
normal 3. Berikan nutrisi enteral
2. Asupan makanan tidak 4. Hentikan pemberian makanan melalui selang
menyimpang dari rentang makan begitu pasien mampu mentoleransi
normal asupan (makanan) melalui oral
Setelah dilakukan tindakan 5. Berikan nutrisi yang dibutuhkan sesuai batas
keperawatan diharapkan diet yang dianjurkan
Status nutrisi : Asupan Pemberian Nutrisi Total Parenteral
nutrisi dapat ditingkatkan (TPN)
dengan kriteria hasil : 1. Pastikan isersi intravena cukup paten untuk
pemberian nutrisi intravena
1. Asupan kalori sebagian besar
2. Pertahankan kecepatan aliran yang konstan
adekuat
3. Monitor kebocoran, infeksi dan komplikasi
2. Asupan protein sebagian besar
metabolik
adekuat
4. Monitor masukan dan output cairan
3. Asupan lemak sebagian besar
Monitor kadar albumin, protein total, elektrolit,
adekuat
4. Asupan karbohidrat sebagian profil lipid, glukosa darah dan kimia darah
besar adekuat
Asupan vitamin sebagian besar
adekuat
55
2.1.10. Implementasi
ditentukan, pada tahap ini perawat siap untuk melakukan intervensi yang telah
2.1.11. Evaluasi
pencapaian.
pasien dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan
(Rohmah&Walid,2012).
56
BAB III
TINJAUAN KASUS
4.1.Pengkajian
Pendidikan : sd
Penanggung Jawab
Nama : Ny. Y
Umur : 65 th
Pekerjaan : IRT
57
Pasien saat masuk UGD RSUD Ahmad Mochtar pada tanggal 30 juni
2018 Pasien mengeluh pusing, nyeri kepala , lemah angota gerak sebelah
kepuskesmas
tampak lemah anggota gerak lemah sebelah kiri dan bicara klien
keluarga klien mengatakan klien sudah enam hari tidak BAB, klien
yang sama dan tidak ada mengalam penyakit kronis seperti jantung ,
58
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
genogram
Keterangan :
: meninggal
59
4.1.4. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : composmentis
GCS : E : 4 M : 5 V :5 (14)
Tanda Vital
a. Kepala
1. Rambut
2. Mata
penglihatan.
3. Telinga
Bentuk dan posisi simetris kiri dan kanan, integritas kulit bagus,
warna sama dengan kulit lain, tidak ada tanda- tanda infeksi,
60
dan tidak ada alat bantu dengar Tidak ada nyeri tekan tidak ada
gamguan.
4. Hidung
Simetris kiri dan kanan, tidak ada polip, tidak ada seckret, tidak
ada palsu, tidak ada perdarahan, mulut berbau, lidah klien agak
b. Leher
c. Thorak
1. Paru-paru
61
I : simetris kiri kiri kanan , ictus cordis tidak tamapak
P : redup
d. Abdomen
f. Ekstremitas
Atas :
di sebelah kanan.
Bawah :
Kekuatan Otot
5555 0000
62
5555 0000
g. Genetalia
h. Integument
i. Persyarafan
1. Pemeriksaan reflek
a. Reflek fisiologis
a). reflek patella : klien tidak diperiksa karena mengalami ganguan
keseimbangan
b). reflek tricop ; adanya respon ekstensi pada lengan bawah klien
namaun tangan seelh kairi mengalami kelemahanpasa saat
ekstensi
d). reflek Achilles : adanya respon pada punggung kak klie saat di
beri ransangan pada mata kaki klien
b. reflek patologi
63
a). reflek Babinsky: adanya responpada ibu jari kaki longlegs
pengembangan jari longlegs lainnya saat di
beri rangsanga pada telapak kaki
b). reflek hofman : ada ransangan ibu jari dan telunjuk saat di
berikan rasangan pada kuku-kuku jari
tangan
Makan
Eliminasi
BAB
Frekuensi 2x/h
Warna Kuning
Bau Khas Tidak ada
Konsistensi Lembek selama masuk
rs
Kesulitan Tidak ada
BAK
4-5x/h
Frekuensi
Terpasang
Kuning jernih kateter
64
Warna Khas Uruin output
Bau Cair 250 cc
Konsistensi Tidak ada Kuning jernih
Kesulitan Khas
Cair
Tidak ada
Istirahat dan Tidur
Malam hari
Waktu Tidur
minum.
a. Pola komunikasi
a. Keyakinan
Pasien saat di tanya beragama islam ,keluarga pasien mengatakan pada
saat sehat rajin beribadah dan sering mendengar pengajian
b. Ketaatan beribadah
keluarga pasien mengatakan pada saat sehat rajin beribadah dan sering
mendengar pengajian, dan sekarang pada saat sakit pasien tidak isa
sholat kerena pasien mengalami kelumpuhan sebelah kiri, keluarga
sering mengajurkan pasien untuk berdoa dan membaca ayat-ayat
pendek.
c. Keyakinan untuk sembuh
Pasien sangat yakin akan kesembuhan nya, keluarga mengatakan
pasien selalu berdoa untuk kesembuhan nya.
4.1.9. Data Spiritual
1. Diagnose medis
Pasien di diagnose (STROKE ISKEMIK)
2. Pemeriksaan penunjang
1) EKG : sinusritme, LVH
2) Ro Thorax : kardiomaseli
3) Pemeriksaan labor
66
Tangal 30 – mai – 2018
67
Terapi obat Fungsi obat efeksamping
68
pernapasan, mata, kulit,
dan alat kelamin
Masalah dengan
penglihatan, dll
Berkeringat
69
Ringer laktat cairan infus yang biasa Nyeri dada
digunakan pada pasien
Detak jantung abnormal
dewasa dan anak-anak
sebagai sumber elektrolit Penurunan tekanan
dan air untuk hidrasi. darah
Kesulitan bernapas
Batuk
Bersin-bersin
Ruam
Gatal-gatal, dan
Sakit kepala
Data subjektif
5555 0000
1 DS :
72
2 DS : Hambatan Ganguan
mobilitas fisik neourofaskulur
Keluarga Pasien mengatakan pasien
bergerak masih di bantu
Keluarga Pasien mengatakan susah
mengubah posisi
DO :
73
Ketidak mampua untuk makan
Ketidak mampuan untuk toileting
Pasien tampak lemah
Pasien tampak tidak bersih
Aktivitas klien tampak dibantu
keluarga
4 DS : Hambatan Penurunan
komonikasi verbal oksigen darah
Keluarga Pasien mengatakan paien
ke otak
sulit bicara / pelo
Keluarga mengatakan pasien bicara
kurang jelas
DO :
74
DO :
4.2.Diagnosa Keperawatan
75
4.3.Intervensi Keperawatan
76
kognitif yang ditandai dengan : kesemutan)
a. Berkomunikasi dengan jelas sesaui 9. Monitor indra penciuman klien
kemampuan 10. Monitor respon babinski klien
b. Menunjukan perhatian, konsentras dan 11. Hindrari kegiatan yang bisa meningkatkan
orientasi tekanan intrakranial
c. Menunjukan fungsi sensorimotori Pengecekan Kulit
cranial yang utuh : tingkat kesadaran 12. Monitor tanda-tanda vital klien (suhu,
yang membaik, tidak ada gerakan- tekananan darah, nadi, dan respirasi)
gerakan involunter. 13. Berikan terapi intravena
14. Berikan obat sesuai order dokter
15. Manajemen pengobatan
16. Atur suhu klien.
Hambatan mobilitas di NOC Perawatan Tirah Baring
tempat 1. Berikan latihan : pergerakan sendi
o Join movement : active
Pengaturan Posisi
tidur o Mobility level
2. Monitoring vital sign sebelm/sesudah latihan
o Self care : ADLS
dan lihat respon klien saat latihan
o Transfer performance
3. Ajarkan klien atau tenaga kesehatan lain
Kriteria Hasil :
tentang teknik ambulasi
77
1. Klien meningkat dalam aktifitas fisik 4. Kaji kemampuan klien dalam mobilisasi
2. Mengerti tujuan dan peningkatan 5. Latih klien dalam pemenuhan
mobilitas 6. kebutuhan ADLs secara mandiri sesuai
kemampuan
7. Dampingi dan Bantu klien saat mobilisasi dan
bantu penuhi kebutuhan ADL.
8. Berikan alat Bantu jika klien memerlukan.
9. Ajarkan klien bagaimana merubah posisi dan
berikan bantuan jika diperlukan
10. Berikan perawatan diri : eliminasi
Hambatan komunikasi NOC : NIC
verbal
- Anxiety self control Peningkatan Komunikasi : Kurang
- Coping Bicara
78
- Komunikasi : penerimaan permintaan
ketidakmampuan berbicara
- Mampu mengkominikasikan
79
sosial.
80
secara mandiri pada klien
klien
IADL
81
3. status fase oral 3. monitor nutrisi
4. status nutrisi asupan makan dan 4. pemberian makan melalui tabung enternal
5. peresepan diet
6.pemberian makn
82
TANGGAL
P : intervensi dilanjutkan
83
untuk klien
2. Monitor tanda-tanda vital
klien (suhu, tekananan
darah, nadi, dan respirasi)
3. Berikan terapi intravena
2 KAMIS 07 Hambatan 09.00 1. Memonitoring vital sign seperti: S : 09.00
juni 2018 TD, Suhu Pernapasan, nadi
mobilitas sebelum/sesudah latihan dan - Keluarga mengataan pasien
di tempat lihat respon klien saat latihan tidak bisa bergerak
10.30 Seperti latihan ROM - Pasien mengalami eleahan
2. Mengkaji kemampuan Tn.K sebelah kiri
tidur - Akivitas pasien dibantu
dalam mobilisasi
3. Melatih Tn.K dalam pemenuhan keluarga
kebutuhan ADLs secara mandiri O ;
sesuai kemampuan
4. Melakukan latihan ROM pasif - Pasien hanya berbaing di
pada pasien dan aktif tempat tidur
10.45 - Pasien tidak melaku
kanaktivitas
- Anjurkan pasien mengubah
posisi 2jam sekali
- Lakuakan latihan ROM
- ttv : TD 120/90 mmhg N:
80x/m P:21 s: 37ºc
-
A : masalh belum teratasi
84
P : intervensi dilanjud kan
P: intervensi dilanjudkan
86
kepada Tn.K - Pasien tidak bisa makan sendiri
4. Melakukan pencegahan resiko O:
jatuh pada Tn.K
5. MemBerikan pengaturan posisi - pasien tampak berbaring di atas
Tn.K tempat tidur
6. MemBerikan bantuan perawatan - Pasien tidak bisa makan sendiri
diri Tn.K Berikan bantuan - Pasien tidak bisa mandi sendiri
perawatan diri : ADL - Berikan posisi nyaman
- Melakukan personal hygen
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjudkan
87
mkanan diberimakanan sebanyak 100 cc O: pasien terlihat terpasang NGT
TTV : Td : 120/90 P : 21 N : 80 S 37
BB : 54
P: intervensi dilanjutkan
TANGGAL
88
1 JUMAT 08 Ketidakefe 09.00 8. Memonitor status neurologi Tn.K dengan S: 09.00
juni 2018 ktifan cara mengukur GCS.
9. Memberikan terapi oksigen untuk Tn.K - klien mengatakan kepala
perfusi
10. 2 liter dengan nasal kanul - Pasien mentakansusah
11. Memposisikan kepala pasien untunk menubah posisi
jaringan
mengoptimalkan aliran oksigen posisi - Pasien berbicara pelo
perifer terlentang - Pasien mengatakan bagian
12. Meletakan kepala dan leher Tn.K dalam anggota gerak kiri susah
10.00 posisi netral, hindari fleksi pinggang yang digerakan
yang berlebihan posisi 15-30º
13. Memonitor respon babinski Tn.K
14. Memonitor tanda-tanda vital Tn.K (suhu, O:
tekananan darah, nadi, dan respirasi)
15. Memerikan obat sesuai order dokter - Pasien tamapak susah
Chlorpromazine, clopidogrel, azitromcilin, bergerak
citicolin. - Pasientampak memegang
epala
- Pasien bicara pelo
12.30 - ttv : TD 120/90 mmhg N:
80x/m P:21 s: 37ºc
- GCS: E:4 M:6 V:5
- Beri oksigen 2 liter
- Reaksi babenski bagus
A: Masalah belum teratasi
89
2 JUMAT 08 Hambatan 09.00 5. Memonitoring vital sign seperti: TD, Suhu S: 09.00
juni 2018 mobilitas Pernapasan, nadi sebelum/sesudah latihan
dan lihat respon klien saat latihan Seperti - Keluarga mengataan pasien
di tempat
latihan ROM tidak bisa bergerak
10.30 6. Mengkaji kemampuan Tn.K dalam - Pasien mengalami eleahan
tidur
mobilisasi sebelah kiri
7. Melatih Tn.K dalam pemenuhan kebutuhan - Akivitas pasien dibantu
ADLs secara mandiri sesuai kemampuan keluarga
8. Melakukan latihan ROM pasif pada pasien O;
dan aktif
- Pasien hanya berbaing di
tempat tidur
10.45 - Pasien tidak melaku
kanaktivitas
- Anjurkan pasien mengubah
posisi 2jam sekali
- Lakuakan latihan ROM
- ttv : TD 120/90 mmhg N:
80x/m P:21 s: 37ºc
-
A : masalh belum teratasi
90
P : intervensi dilanjud kan oleh
perawat ruangan
91
4 JUMAT 08 Defisit 08.00 1. MemBerikan perawatan rambut dan kulit S: 08.00
juni 2018 perawata kepala Tn.K
2. MemBerikan pemeliharaan kesehatan - keluarga pasien mengatakan
n diri :
mulut Tn.K aktivitas dibant oleh
mandi 3. Melakukan perawatan mandi Tn.K keluarga
4. Melakukan pencegahan resiko jatuh pada - Pasien tidak bisa mandi
Tn.K sendiri
5. MemBerikan pengaturan posisi Tn.K - Pasien tidak bisa makan
6. MemBerikan bantuan perawatan diri Tn.K sendiri
7. MemBerikan bantuan perawatan diri : O:
ADL
- pasien tampak berbaring di
atas tempat tidur
- Pasien tidak bisa makan
sendiri
- Pasien tidak bisa mandi
sendiri
- Berikan posisi nyaman
- Melakukan personal hygen
A: masalah belum teratasi
92
5 JUMAT 08 Ketidak 08.30 5. Memonitor tanda vital seperti TD nadi S: 08.30
juni 2018 seibangan Pernapasan suhu
6. Melakukan terapi menelan dan mlihat ada - pasien terpasng NGT-
nutrisi b/d
reflek muntah nya - Keluarga pasien mengatakan
ketidak 7. Memonitor nutrisi pada Tn.K - pasien tidak bisa menenlan
mampuan 8. Memberi makan lewat NGT dengan spuit O: pasien terlihat terpasang
mencerna 50cc dan diberimakanan sebanyak 100 cc NGT
mkanan
Pasien makan melalui NGT
TTV : Td : 120/90 P : 21 N : 80 S
37
BB : 54
93
BAB IV
PEMBAHASAN
Selama Penulisan melakukan asuhan keperawatan pada klien Tn.k Dengan Stroke
tanggal 6 - 9 juni 2018. Beberapa hal yang perlu dibahas dan diperhatikan dalam
dan mengaplikasikan proses Asuhan Keperawatan pada klien dengan Stroke Iskemik
Untuk melihat lebih jelas asuhan keperawatan yang diberikan dan sejauh mana
7.1. Pengkajian
Dalam melakukan pengkajian pad Tn.K data yang didapatkan dari Klien,
dalam melakukan pengkajian kasus pada klien penulis juga mendapatkan data
94
yang lengkap sesuai dengan tinjauan teoritis, namun pada saat melakukan
penulis dengan klien kurang jelas, namun disini keluarga sanggat membantu
Pada keluhan utama kasus ini sesuai dengan tinjauan teoritis dimana
keseimbangan nyeri kepala, bicara pelo tiga hari sebelum masuk rumah
sakit, hal ini sama dengan tinjauan teoritis pada manifestasi klinis gejala
(2013),
95
anggota gerak lemah sebelah kiri dan bicara klien kurang jelas dari
Pada tinjauan khasus Keluarga pasien saat ditanya pasien tidak ada
mengalami penyakit yang sama dan tidak ada mengalam penyakit kronis
seperti jantung , dm, paru-paru, pasien hanya demam flu dan batuk.
mengalami penyakit yang sama dengan pasien dan tidak ada mengalami
lainnya
secara teoritis pada kasus ini ditemukan sama dan tidak ada
kahus Tn.K mengalami stress ringan dan pola komonikasi Tn.K Searah
102,4 mEq/l, Hb 11.6 g/dL, Alb 3.0 g/dl) EKG (sinus rhyitim) dan
Ronsen thorax.
pada kasus Tn.K ada 5 diagnosa keperawatan yang menjadi masalah utama
prioritas masalah yang ditemukan, tidak semua rencana tindakan pada teori
dapat ditegakkan pada tinjauan kasus karena rencana tindakan pada tinjauan
dilakukan. Latihan fisik pada pasien stroke terdiri dari mobilisasi ditempat
tidur dan latihan duduk. Mobilisasi dini terdiri dari mobilisasi duduk dan
98
mobilisasi ditempat tidur Yaitu : rencana tindakan yang dilakukan adalah
atau Rentang Gerak Sendi (RPS), karena pasien yang terkena stroke
merupakan proses motor learning yang merupakan satu set proses latihan
&Matyas, 2000).
99
a. Untuk diagnosa pertama
dan leher klien dalam posisi netral, hindari fleksi pinggang yang yang
100
berpakaian/berdandan, berikan bantuan diri : ADL, Berikan perawatan
diri : eliminasi.
stimulus komunikasi.
101
Yaitu Nutrisi kurang dari kbutuhan tubuh, rencana tindakan yang akan
dilakukan adalah member makn melalui NGT dengan diet yang disaran
kan dan ajakan Keluarga agar dapat member makan melalui NGT.
4.4 Implementasi
Dari 5 diagnosa keperawatan yang penulis tegakkan sesuai dengan apa yang
waktu yang singkat oleh karena itu diharapkan kepada perawat dan tenaga
yang maksimal memerlukan adanya kerja sama antara penulis dengan klien,
terbaring lemah, GCS 14 (E4 V5 M5), Tanda tanda vital klien : TD : 130/90
Untuk diagnosa kedua yaitu Hambatan Mobilitas di tempat tidur, hasil yang
lemah, Klien tampak susah menggerakan badan, Klien tampak susah untuk
miring kiri dan kanan, Kekuatan otot klien 5555/ 0000 Aktifitas klien
102
tampak dibantu keluarga, Klien tampak terbaring lemah Ditempat tidur
Keluarga klien mengatakan bicara klien kurang jelas, Bicara klien tampak
belum bisa untuk melakukan perawatan dan personal hygine klien secara
4.5. Evaluasi
pasien dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan
tegakan sesuai dengan apa yang penulis temukan dalam melakukan studi kasus
perkembangan yang lebih baik dan optimal, maka dari itu dalam melakukan
lainya.
dengan penurunan aliran darah ke otak . Pada hari pertama yaitu tangal 06-06
Juni 2018 dengan data mengalami ganguan keseimbangan ,nyeri kepala, bicara
pelo tiga hari sebelum masuk rumah sakit, pada hari kedua tanggal 07-06-2018
mengeluhkan sama seperti hari sebelumnya hanya saja nyeri kepala sudah
tegak pada tanggal 06 juni 2018, pada hari pertama tanggal 06 Juni 2018
otot 5555/0000 Pada hari kedua tanggal 07 Juni 2018 keluarga klien
miring kiri miring kanan, keluarga mengatakan klien diaajarkan latihan ROM
pasif 2x sehari pagi dan sore. Dan pada hari ketiga tanggal 08 Juni 2018
keuarga klien mengatakan Tn.K masih sama seperti kemarin . masalah belum
penurunan fungsi Diagnosa tegak pada tanggal 06 juni 2018, pada hari pertama
tanggal 06 Juni 2018 Keluarga klien mengatakan tidak mampu untuk berbicara
seperti biasa,Tn.k berbicara kurang jelas. Pada hari kedua tanggal 07 Juni 2018
berbicara kurang jelas sama seperti hari sebelumnya Pada hari ketiga tanggal 08
Juni 2018 Keluarga klien mengatakan tidak mampu untuk berbicara seperti
biasa,Tn.k berbicara kurang jelas keluarga sering memotivasi klien untuk bicara
perawat ruangan
Diagnosa tegak pada tanggal 06 juni 2018, pada hari pertama tanggal 06 Juni
secara mandiri seperti makan minum dan mandi pasien terpasang kateter ,Tn.k
kebutuhan sehari-hari dibantu keluarga dan perawat ruangan. Pada hari kedua
Melakukan aktifitas secara mandiri seperti makan minum dan mandi pasien
terpasang kateter sama seperti hari sebelumnya dan Tn.k dilatih untuk
mengosok gigi secara mandiri Pada hari ketiga tanggal 08 Juni 2018 Keluarga
seperti makan minum dan mandi pasien terpasang kateter Tn.k sudah bisa
105
melakukan aktifits seperti mengosok gigi sendiri masalah belum teratasi
Diagnosa tegak pada tanggal 06 juni 2018, pada hari pertama tanggal 06 Juni
2018 Keluarga klien mengatakan tidak mampu untuk menelan makanan seperti
menelan. Pada hari kedua tanggal 07 Juni 2018 Keluarga klien mengatakan
tidak mampu untuk menelan makanan seperti biasa,Tn.k tampak tepasang NGT
dan Tn.K mengalami ganguan reflek menelan, Tn.k diberimakan lewat NGT
dengan spuit 50cc dan diberimakn 100-150cc Pada hari ketiga tanggal 08 Juni
2018 Keluarga klien mengatakan tidak mampu untuk menelan makanan seperti
menelan, Tn.k diberimakan lewat NGT dengan spuit 50cc dan diberimakn 100-
106
BAB V
PENUTUP
11.1. Kesimpulan
1. Penyakit stroke adalah salah satu penyakit dalam bidang neurologi yang dapat
menyebabkan kematian dan kesehatan di negara maju ataupun negara
berkembang serta penyebab utama kecacatan pada orang dewasa.
2. Penyakit stroke yang sering diderita adalah stroke iskemik (hampir 80%) dan
sisanya (20%) terkena stroke hemoragik.
3. Penyakit stroke disebabkan oleh beberapa hal yang banyak terjadi di
masyarakat perkotaan seperti hepertensi, faktor usia, dan adanya penyakit
jantung, atau gaya hidup. Faktor ini memicu terjadinya trombosis, embolisme,
iskemia, dan hemoragik serebral. Penyebab tersering stroke adalah trombosis.
4. Masalah-masalah yang sering muncul pada pasien stroke iskemik yang sedang
ada fase rehabilitas adalah mengenai kerusakan mobilitas fisik.
5. Perawat dapat melakukan terapi rentang pergerakan sendi untuk mengatasi
masalah mobilitas ayang dialami oleh pasien stroke fase rehabilitas. Tujuan
pemberian terapi ini adalah mempertahankan fungsi mobilisasi sendi,
memulihkan atau meningkatkan fungsi sendi dan kekuatan otot yang
berkurang karena proses penyakit, kecelakaan, atau tidak digunakan, dan
mencegah komplikasi diri immobilisasi seperti atrofi otot dan kontraktur.
107
11.2. Saran
intensif.
mengendalikan pola hidup yang tidak baik sehingga bisa terhindar dari
108
penyakit Stroke Iskemik. Diharapkan juga bagi keluarga bersikap lebih
109
110
111
112
113
114
115