Penyebaran Unsur Kimia Dari Daerah Kenampakan Panasbumi Dan Lumpur Belerang Di Gunung Patuha, Ciwidey, Jawa Barat

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

PROCEEDING OF THE 5th INAGA ANNUAL SCIENTIFIC CONFERENCE & EXHIBITIONS

SB
A N A UM I I N
IP D
AS

ON
SI
AS O

E SI
A
Yogyakarta, March 7 – 10, 2001

PENYEBARAN UNSUR KIMIA DARI DAERAH KENAMPAKAN PANASBUMI DAN


LUMPUR BELERANG DI GUNUNG PATUHA,
CIWIDEY, JAWA BARAT

Terry Sriwana *), M. J. Van Bergen**) dan Setya Darma*)


*. Volcanological Survey of Indonesia, Jl. Diponegoro 57, Bandung
**. Faculty of Earth Sciences, Utrecht University, Budapestlaan 4, 3584 CD Utrecht, The Nethrlands

Keyword: volcanic pollutants; acid-sulphate-chloride drainage;ciwidey river-Patuha volcano

ABSTRACT

Patuha Volcano (West Java, Indonesia) has no record of magmatic or phreatic activities since 1600 AD, but there are abundant
hydrothermal surface features that testify to a recent period of volcanic/intrusive activities. Apart from a crater lake and associated gaseous
emissions, different types of hydrothermal springs, fumarolic vents, and hydrothermally altered rocks found in the surrounding areas.
These manifestations have attracted attention as indicators of potential geothermal energy resources, which led to various exploration
efforts.
In detail, the thermal springs are comprise of Alun-Alun (ALN), Barutunggul (BRT), Cimanggu (CMG), and Cibuni (CBN). They are
located on the northern and eastern sides of the complex. The BRT, CMG and CBN springs are situated at similar elevations and distances
from Kawah Putih. The ALN location is higher and closer to the lake. The thermal springs are classified in terms of relative Cl-SO4-HCO3
contents. The Alun-alun spring (ALN) issues chloride-sulfate acid waters (410-952ppm SO4 and 510-699 ppm Cl), and plots in the
volcanic water region, close to the lake water (PT). The acid Cibuni spring (CBN) was leak in Cl (<1 ppm) and rich in SO4 (~1200
ppm, calculated from total S), plotted near the SO4 corner in the field of steam heated waters. In contrast, the neutral Cimanggu waters
(CMG) are relatively rich in HCO3 (~300 ppm), low in Cl (27-57 ppm) and SO4 (27-57 ppm), and can be classified as ‘peripheral’
waters. The near neutral Barutunggul waters (BRT) contain Cl (290-587ppm), SO4 (180-519ppm), as well as HCO3 (~400ppm), and
plotted in the middle of the diagram. They fall on a line of CMG and PT+ALN, which suggests that the BRT spring represents a mixture
of both components.

1. PENDAHULUAN lingkungan dari polusi gunungapi memerlukan perhatian yang


serius ( Deely dan Sheppard,1996).
Proses fluida pada gunungapi aktif dan gunungapi non-aktif
dapat membentuk lingkungan alam yang mengandung unsur 2. SETTING
unsur kimia yang konsentrasinya melampui konsentrasi dasar
hasil prosesing geologi. Proses geologi yang terjadi secara luas 2.1. Latar Belakang Geologi
dikenal seolah-olah sebagai instrumen dalam pembentukan
endapan bijih epitermal yang berasosasi dengan gunungapi di G. Patuha termasuk ke dalam barisan gunungapi Tersier Akhir
masa lalu. Kini dapat dibuktikan bahwa gunungapi merupakan dan Kuarter ( > 2000 mdpl ), yang membentuk batas morfologi
sumber pencemaran yang potensial. di antara daerah cekungan intermontana Bandung (∼ 700 mdpl)
sebagian besar berkembang selama Epoch Kuarter dan
Konsentrasi unsur beracun dalam fumarola dan gas solfatara dan gunungapi Miosen Pegunungan Selatan sepanjang pantai selatan
sublimat yang dihasilkannya, mata airpanas, dan air geotermal Jawa Samudra Hindia ( Van Bemmelen, 1949; Dam et al.,
dipengaruhi oleh mineralisasi atau batuan ubahan, dan sebaran 1996). Kompleks Patuha ( + 2434 m dpl) terbentuk pada
abu gunungapi yang mempengaruhi lingkungan termasuk yang vulkanik Kuarter tua yang kemungkinan menutupi suatu batuan
harus diperhitungkan. Sebagai contoh, telah diperlihatkan bahwa dasar (“basement rock) susunan batuan vulkanik Tersier Atas.
air sungai yang sumbernya dari gunungapi aktif mengairi daerah Menurut Akbar (1989) G. Patuha membentuk tiga unit paling
sekitarnya berpengaruh terhadap ekosistem ( Parnell dan Burke, muda, yang lainnya termasuk ke dalam G. Patuhawati dan G.
1990; Pringle et al, 1993). Walang. Lava andesit, kubah lava, breksi dan tufa mendominasi
seluruh urutan. “Basement” terdiri dari tipe batuan vulkanik
Air danau asam dapat menjadi sumber utama dari polutan yang sama. Sedimen selain vulkaniklastik lainnya belum
vulkanik (Volcanogenic Pollutant) karena air danau diidentifikasi di bawah permukaan G. Patuha, tetapi interkalasi
mengandung logam berat dan unsur beracun lainnya dalam batupasir dan batu gamping dari Zaman Miosen dikenali di
konsentrasi yang sangat tinggi (Poorter et al., 1989; Rowe et al., daerah Bandung dan di daerah Pegunungan Selatan ( lihat
1992a,b, 1995; Pasternack dan Varekamp, 1994; Delmelle dan Dam,1994). Akbar (1989) mengemukakan bahwa batu gamping
Bernard, 1994). Air yang berasal dari danau ini dan sungai asam dapat membentuk “basement” dari batuan vulkanik Kuarter di
lainnya yang mengaliri daerah vulkanik mampu mengangkut daerah Ciwidey.
sejumlah besar bahan kimia yang dapat mencapai lingkungan
hidup manusia oleh kontaminasi permukaan dan sumber air 2.2. Tatanan Lingkungan
tanah. Beberapa proses kimia dan fisika yang mengontrol
angkutan logam pada sistem vulkanik adalah analog dengan Unsur-unsur polutan yang berasal dari alam yang sebagian besar
pengaliran tambang asam ( cf. Salomons, 1995) dan akibat akibat dari kegiatan manusia menyebar sepanjang lereng timur
G. Patuha.
Penyebaran Unsur Kimia dari Daerah Kenampakan Panasbumi dan lumpur Belerang di Gunung Patuha T. Sriwana, M. J. Van Bergen, S. Darma
Ciwidey, Jawa Barat

Hulu sungai Ciwidey terletak di daerah Kawah Ciwidey dan khlorin yang diperkirakan sebagian besar dari mata air
(+ 1929 mdpl ), uap lapangan fumarola yang menyebabkan panas Alun-alun ( +1900 m) di lereng gunungapi Patuha; dan
komposisi air berubah karena adanya interaksi dengan lepasnya (2) satu air sungai mengaliri daerah endapan lumpur belerang
fluida dan batuan ubahan. Karena aliran buangan sangat kecil (Gambar-3) saluran irigasi dibangun sedemikian rupa sehingga
(aliran tahunan 0.04 m3/s) , efek kontaminasi ini dengan cepat S. Citiis yang asam dapat secara langsung bergabung dengan S.
menurun sebanding dengan bertambahnya jumlah air ke arah Ciwidey atau mengalir ke dalam saluran irigasi dan di tepi
hilir. bagian barat sungai ini digunakan untuk maksud lainnya. Luas
areal sekitar 0.1 km2 dengan endapan lumpur belerang setebal
Sungai Ciwidey kira kira 1.5-2 meter ditutupi oleh tumbuhan semak dan
beberapa bagian terlihat kering dan gundul. Komposisi kimia
Sungai Ciwidey adalah satu satu anak sungai Citarum dan mineralogi sama dengan komposisi danau pada masa
(Gambar-2). Sungai ini mempunyai daerah tangkapan air ( sekarang yang didominasi oleh belerang native yang berasosiasi
catchment area) seluas 204 km2, di mana 12% dari panjang dengan mineral lainnya yang mengendap dari air danau dalam
sungai terdapat di daerah hulu sungai dan panjang total kira- jumlah yang lebih kecil. Kumpulan ini meliputi silika,, berbagai
kira 35 km. Elevasi berkisar dari 2000 m dpl dekat titik sumber sulfida dan barit. Dengan analogi terhadap pengaliran tambang
lapangan vulkanik Kuarter pada lereng kompleks Patuha sampai asam, interaksi di antara air meteorik dan material ini
660 m pada anak sungai Citarum. Bagian hulu sungai Ciwidey menghasilkan suatu aliran sungai yang membawa kontaminan
dan umumnya anak- anak sungainya mengalir melalui endapan yang tidak larut. Lumpur berbutir halus, pengangkutan bahan
aliran piroklastika yang membentuk “footslope” dekat kampung pencemar juga akan terjadi dalam bentuk suspensi, khususnya
Ciwidey, di mana penampang tebingnya memperlihatkan selama musim penghujan.
struktur “coarse bedding”. Lebih jauh ke hilir sungai melalui
suatu lembah di lapangan vulkanik Tersier sebelum masuk ke Kenampakan Gejala Panasbumi
dataran Bandung dekat kecamatan Soreang. Ke arah hilir dari
Soreang , sungai membentuk saluran kubangan kecil dan Idrus Alhamid (1989) mengidentifikasikan tentang 10 semburan
endapannya didominasi oleh sedimen aluvial berbutir halus, hidrotermal di daerah panas bumi Patuha yang lebih luas. Raut
sampai sungai ini bergabung dengan sungai Citarum. tersebut dapat dilihat pada sketsa morfologi Gambar-1.1.
Daerah sekitar gunungapi dialiri oleh tiga sungai ialah;
Curah hujan tahunan ± 3 m/tahun dan memperlihatkan fluktuasi Ciwidey, Cibuni dan Cipandak. Mata air panas ditemukan di
musiman. Sejumlah anak sungai mengalirkan airnya ke sungai Alun – Alun (ALN), Barutunggul (BRT) dan Cimanggu (CMG).
Ciwidey dengan debit tahunan rata-rata 9.1 m3/s di Cukang Haur Mata air panas tersebut terletak di sebelah utara dan timur
(dekat lokasi CWD-10 antara Ciwidey dan Soreang, gambar 2), kompleks Patuha dan merupakan target utama penelitian,
debit rata-rata bulanan berkisar antara 2.4 m3/s di bulan Agustus karena;
– Septermber dan 16 m3/s di bulan Maret – April (Puslitbang (a) sektor ini menghasilkan tipe air ekstrim di luar danau
Pengairan dalam Iwaco – Waseco,1991). kawah.
(b) menyebar ke dalam daerah “ catchment area” dari sungai
Sepanjang aliran sungai Ciwidey terdapat beberapa saluran Ciwidey, yang diketahui menerima sejumlah polutan yang
irigasi yang digunakan untuk kebutuhan pertanian yang dapat berasal dari kawah Putih dan air panas (vulcanogenic
mengairi daratan sekitar 61 km2 umumnya berupa sawah, pollution).
perkebunan, sayuran dan untuk suplai kolam ikan. Saluran
irigasi di bagian atas sungai Ciwidey dipergunakan untuk Penyebaran gejala panas bumi komplek Patuha disajikan dalam
mengatur suplai air pada saluran sungai buatan selama musim tabel-1. Mata air panas BRT,CMG dan CBN terletak pada
kering. Sepanjang alirannya hingga kecamatan Soreang tidak ketinggian dan jarak yang sama dari Kawah Putih. Lokasi ALN
tercatat kegiatan industri yang mempengaruhi mutu air sungai lebih tinggi dan lebih dekat ke arah kawah Putih, untuk
Ciwidey. diketahui bahwa tak satupun dari para peneliti menyebutkan
kehadiran mata air panas Alun – Alun. Tabel-1 Penyebaran
Endapan Lumpur Belerang mata air panas lereng Patuha (ALN, CMG, dan CBN) dan
Kawah Ciwidey
Pusat polusi terletak pada kira-kira 6 km dari titik letusan. Di
sini sepanjang batas sungai, suatu daerah pengendapan buatan ( 3. SAMPLING DAN METODA ANALISIS
+ 1460 m ) menandai tempat pabrik belerang lama yang telah
ditinggalkan sejak 1942 setelah bekerja selama 20 tahun. Conto mata air panas ALN, BRT ,CMG dan CBN, lumpur
Lumpur belerang berasal dari Kawah Putih, suatu danau kawah belerang dan air Kawah Ciwidey (inlet dan out ) dikumpulkan
asam dari G.Patuha, dari mana lumpur tersebut dialirkan melalui dari Mei 1995 sampai Juli 1996. Lokasi sampling disajikan
saluran pada bibir kawah dan parit uamg dibangun sepanjang 4 dalam gambar-2, kecuali untuk CBN, conto diambil dalam
km pada lereng gunungapi. Lumpur tersebut diendapkan pada lima periode pada musim yang berbeda. Untuk mata air panas
sebuah kolam pengendap dekat pabrik. Sekarang lumpur ALN data terkumpul pada Mei 1997. pH, suhu dan
membentuk teras- teras buatan. Endapan tersebar pada daerah konduktivitas diukur di lapangan dengan peralatan digital.
seluas 0.1 km2 dengan ketebalan beberapa meter. Tumbuhan Kandungan sulfat dan khlorit dari air netral dan konsentrasi
menutupi bagian endapan lumpur tapi beberapa tapi beberapa rendah ditentukan dengan QIC-Dionex ion Chromatograph
bagian dari kolam tampak gersang. Daerah kolam termasuk (IC), menggunakan ionpac AS4A dan AG4a column dan
kedap air, sehingga air kolam bertambah selama musim Shimadzu C-R4A integrator. Orion 949 EA Ion Selective (ISE).
penghujan. Retakan lumpur terbentuk selama musim kemarau Contoh air di saring melalui saringan selullosa 0.45 mikromili,
yang membantu infiltrasi air ketika musim hujan mulai. Influxes contoh air dibagi dua; satu bagian di asamkan dengan HNO3,
dari dua sumber mencemari Sungai Ciwidey di lokasi (1) Sungai bagian kedua di encerkan dengan aquabidest dengan
Citiis, suatu sungai asam mengandung air yang kaya belerang perbandingan 1: 1.
Penyebaran Unsur Kimia dari Daerah Kenampakan Panasbumi dan lumpur Belerang di Gunung Patuha T. Sriwana, M. J. Van Bergen, S. Darma
Ciwidey, Jawa Barat

Dam, M.A.C. (1994) The Late Quaternary evolution of the


4. HASIL Bandung Basin, West-Java, Indonesia. PhD thesis, Vrije
Universiteit Amsterdam. Pp. 252.
Hasil analisis disajikan pada tabel 2, dan klasifikasinya di
berikan pada Gambar-2. Kandungan kimia secara umum Deely, J.M. and Sheppard, D.S. (1996) Whangaehu River, New
menunjukkan pola yang konsisten kearah hilir sungai Ciwidey Zealand: geochemistry of a river discharging from an active crater
yang secara jelas menunjukkan pengaruh pencemaran dari lake. Applied Geochemistry, 11: 447-460.
bagian atas daerah Patuha. Fluktuasi konsentrasi sepanjang
aliran sungai Ciwidey terjadi secara sistimatik, beberapa Delmelle, P., 1995. Geochemical, isotopic and heat budget study of
mengalami penyimpangan yang disebabkan oleh luapan air two volcano-hosted hydrothermal systems: the acid crater lakes of
sungai pada musim penghujan. Kawah Ijen, Indonesia, and Taal, Philippines, volcanoes. Unpubl.
PhD thesis, Universite Libre de Bruxelles. Pp. 247.
5. KESIMPULAN
Delmelle, P. and Bernard, A., 1994. Geochemistry, mineralogy and
Hasil survey geokimia air permukaan di bagian selatan chemical modelling of the acid crater lake of Kawah Ijen Volcano,
cekungan Citarum menunjukkan bahwa Sungai Ciwidey telah Indonesia. Geochim. Cosmochim. Acta, 58: 2445-2460.
tercemar oleh unsur kimia yang dilepaskan dari daerah G.
Patuha. Pengaliran dari dua sungai asam menyebabkan Djuangsi, N. and Salim, H., 1994. Environmental pollution in the
penurunan nilai pH dan menambah unsur tak terlarutkan dan Citarum river basin, West Java, Indonesia. In: B. Widianarko, K.
logam runut. Tingkat konsentrasi dan bahan pencemar Vink and N.M. van Straalen (Editors), Environmental toxicology
tergantung pada kondisi musiman dan peranan air sungai yang in South East Asia. VU University Press, Amsterdam. Pp. 277-288.
digunakan untuk pengairan. Salah satu sungai yang berhulu pada
suatu mata air di lereng yang mungkin mempunyai hubungan Edmunds, W. and Smedley, P.L., 1996. Groundwater geochemistry
dengan bawah permukaan dengan kandungan asam belerang and health: an overview. In: Environmental Geochemistry and
dan khlorida tinggi yang dihasilkan dalam suatu danau kawah Health (J.D. Appleton, R. Fuge and G.J.H. McCall, editors). Geol.
gunungapi dekat puncak suatu gunungapi. Sungai lainnya Soc. Spec. Publ., 113: 91-105.
diasamkan oleh interaksi antara endapan belerang buatan yang
dialiran ke bawah dari kawah selama kegiatan eksploatasi di Hem. J.D., (1970) Study and interpretation of the chemical
masa lampau. Dari hal tersebut pengayaan bahan sangat characteristics of natural water. U.S. Geol. Surv., Water-Supply
beracun dalam sistem danau kawah menyebabkan gangguan Pap. 1473.
lingkungan pada kedua kasus, meskipun hipotesa rembesan air
danau melalui batuan vulkanik yang lolos air memerlukan Henley, R.W. and Ellis, A.J. (1983) Geothermal systems, ancient
penelitian lebih lanjut. and modern. Earth Sci. Rev., 19: 1-50.

Input unsur polutan seperti; alumunium, arsen, boron, khlorin, IWACO-WASECO (1991) West Java provincial water sources
besi, mangan, sulfat dan unsur runut lainnya ke dalam sungai master plan for water supply, Bandung hydrological study, Main
Ciwidey sangat tinggi dibandingkan dengan nilai dasar umum. report annex 1 - surface water resources. Pp. 109.
Pengayaan bahan tak terlarutkan di bagian hilir diatur oleh
suatu proses yang analog dengan pengaliran air asam daerah Kemmerling, G.L.L. (1929) Vulkanen van Flores Vulkanol. en
tambang. Pengenceran oleh air sungai, penguapan dan Seismolog. Mededelingen, Dienst Mijnb. Ned. Indie, 10: 1-138.
perubahan kedalam fasa padat merupakan kontrol yang penting
yang mencegah bahan pencemar konsentrasi tinggi masuk ke Kinniburgh, D.G. and Jackson, M.L. (1982) Concentration and pH
dalam Sungai Citarum selama kondisi aliran normal. dependence of calcium and zinc adsorption by iron hydrous gel.
Am. J. Soil Sci., 46: 56-61.
DAFTAR PUSTAKA
McKnight, D.M. and Bencala, K.E. (1989) Reactive transport in
Benjamin, M.M. and Leckie, J.O., (1981) Competitive adsorption an acidic mountain stream in Summit County, Colorado. A
of Cd, Cu, Zn and Pb on amorphous iron oxyhydroxide. J. Colloid hydrologic perspective Geochim. Cosmochim. Acta, 53: 2225-
Interface Sci. 83: 410-419. 2234.

Bourg, A.C.M. (1988) Metals in aquatic and terrestrial systems: Millward, G.E. and Moore, R.M. (1982) The adsorption of Cu, Mn
sorption, speciation and mobilisation. In: W. Salomons an U. and Zn by iron oxyhydroxide in model estuarine solutions. Water
Forstner (Editors), Chemistry and Biology of Solid Waste: Res., 16: 981-985.
Dredged Material and Mine Tailings. Springer. Pp. 3-32.
Mok, W.M. and Wai, C.M. (1989) Distribution and mobilization
Chapman, B.M., Jones, D.R. and Jung, R.F. (1983) Processes of arsenic species in the creeks around the Blackbird mining
controlling metal ion attenuation in acid mine drainage streams. district, Idaho. Water Research, 23: 7-13.
Geochim. Cosmochim. Acta, 47: 1957-1973.
Nordstrom, D.K., 1982. The effect of sulfate on aluminium
Chapman, B.M., Jones, D.R. and Jung, R.F. (1988) Heavy metal concentrations in natural waters: Some stability relations in the
transport in streams - Field release experiments. In: W. Salomons system Al2O3-SO3-H2O. Geochim. Cosmochim. Acta, 46: 681-
an U. Forstner (Editors), Chemistry and Biology of Solid Waste: 692.
Dredged Material and Mine Tailings. Springer. Pp. 275-299.
Nordstrom, D.K. and Ball, J.W. (1986) The geochemical behavior
of aluminum in acidified surface waters. Science, 232: 54-56.
Penyebaran Unsur Kimia dari Daerah Kenampakan Panasbumi dan lumpur Belerang di Gunung Patuha T. Sriwana, M. J. Van Bergen, S. Darma
Ciwidey, Jawa Barat

Parnell, R.A. and Burke, K., (1990) Impacts of acid emissions from Rowe Jr, G.L., Brantley, S.L., Fernandez, J.F. and Borgia, A.
Nevado del Ruiz volcano, Columbia, on selected terrestrial and (1995) The chemical and hydrologic structure of Poas Volcano,
aquatic ecosystems. J. Volcanol. Geotherm. Res., 42: 69-88. Costa Rica. J. Volcanol. Geotherm. Res. 64: 233-267.

Pierce, M.L. and Moore, C.B. (1982) Adsorption of arsenite and Salomons, W. (1995) Environmental impact of metals from mining
arsenate on amorphous iron hydroxide. Water Res., 16: 1247- activities: Processes, predictions, prevention. In: R.J. Allan and W.
1253. Salomons (Editors), Heavy metal aspects of mining pollution and
its remediation. J. Geochem. Explor. 52: 5-23.
Pringle, C.M., Rowe, G.L., Triska, F.J., Fernandez, J.F. and West,
J. (1993) Landscape patterns in the chemistry of geothermally- Smedley, P.L., Edmunds, W.M. and Pelig-Ba, K.B. (1996)
impacted streams draining Costa Rica's Atlantic slope: Geothermal Mobility of arsenic in groundwater in the Obuasi gold-mining area
processes and ecological response. Limnol. Oceanogr. 38(4): 753- of Ghana: some implications for human health. In: Environmental
774. Geochemistry and Health (J.D. Appleton, R. Fuge and G.J.H.
McCall, editors). Geol. Soc. Spec. Publ., 113: 163-181.
Rowe Jr, G.L., Brantley, S.L., Fernandez, M., Fernandez, J.F.,
Barquero, J. and Borgia, A. (1992) Fluid-volcano interactions at
an active stratovolcano: The crater lake system of Poas Volcano,
Costa Rica. J. Volcanol. Geotherm. Res., 49: 23-51.
Penyebaran Unsur Kimia dari Daerah Kenampakan Panasbumi dan lumpur Belerang di Gunung Patuha T. Sriwana, M. J. Van Bergen, S. Darma
Ciwidey, Jawa Barat
Penyebaran Unsur Kimia dari Daerah Kenampakan Panasbumi dan lumpur Belerang di Gunung Patuha T. Sriwana, M. J. Van Bergen, S. Darma
Ciwidey, Jawa Barat

Gambar 4. Grafik fluktuasi unsur di Sungai Ciwidey


g

g
o

o
M ay 95 T r a n s itio n
l

in p u t fr o m C W D - 6 A u g u s t 9 D5 r y

l
1 . 6 0 2 . 0 0
D e c e m b eRr a9i n
5 y
)(

J a n u a ry F
96lo o d

(
J u n e /J u ly
D r9y6
l

1 . 6 0

a
B

1
0
-7

-8

-9

-1
-2

-1
1 . 2 0
/

-1
D

)
D

D
D

D
W

W
W

W
g

al
C

C
1 . 2 0
g

/
0 . 8 0

a
0 . 8 0B 0

gC
M

-7

-8

-9
-2 -1

-1
-1

D
D D

D
D

W
m

W W
C i w id e y c r a t e r

C
C C

C
C
0 . 4 0
0 . 4 0

m
g

0 . 0 0 0 . 0 0

0 5 1 5 2 5 3 5 - 5 0 5 1 5 2 5 3

d o w n s t r e a m d i s ta n c e ( k m ) d o w n s t r e a m d i s ta n c e ( k m )
o

1 . 2 0
l

1 . 6 0

a
B

0
-7

-8

-9

0
-2

-1

-1
D

D
D

D
o

W
(

W
C

C
a

C
B

C
)
0

C
-7

-8

-9

C
-1
-2

-1

-1

l
)

D
D

D
W

W
W

1 . 2 0 0 . 8 0
W
C

C
C

(
C
a

m
m

0 . 8 0 0 . 4 0
K
p
pN

0 . 4 0 0 . 0 0
p
p

0 . 0 0 - 0 . 4 0
0
g

5 1 5 2 5 3 5 0 5 1 5 2 5 3
g

d o w n s t r e a m d i s ta n c e ( k m ) d o w n s t r e a m d i s ta n c e ( k m )
o
o

B
a

1
0
-7

-8

-9

2 . 0 0 -2 0 . 5 0
0

-1
-1
l

-1
D

D
D
D

(
D
W

W
W

W
C

C
C
C
(

0 . 0 0
n

1 . 0 0
1
a
B

-1
-7

-8

-9

0
-2

-1
e

-1
D

D
D

D
W

W
W

W
C

- 0 . 5 0 C
C

C
M
F

0 . 0 0

- 1 . 0 0

- 1 . 0 0 - 1 . 5 0

0 5 1 5 2 5 3 5 0 5 1 5 2 5 3

d o w n s t r e a m d i s ta n c e ( k m ) d o w n s t r e a m d i s ta n c e ( k m )
Penyebaran Unsur Kimia dari Daerah Kenampakan Panasbumi dan lumpur Belerang di Gunung Patuha T. Sriwana, M. J. Van Bergen, S. Darma
Ciwidey, Jawa Barat

You might also like