Pemanfaatan - Keratin Bulu Ayam Sebagai Adsorpsi Ion PB Dalam Limbah Tekstil

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

PEMANFAATAN .

± KERATIN BULU AYAM SEBAGAI ADSORPSI ION Pb


DALAM LIMBAH TEKSTIL

Rais Nur Latifah 1, Roro Ernia 2, Erick Rian Yulianto 3, Edi Pramono4

1
Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Sebelas Maret
Email: [email protected]; [email protected];
[email protected]; [email protected]

Abstract

The present study was undertaken to develop a cost effective biosorbent and to study the
biosorption process involved in the adsorption of heavy metal-contaminated textile wastewater using the
developed biosorbent. Biomass chicken feathers was activated by Na2S 0.1 N to produce adsorbent for
lead in aqueous solution. This study focuses on the effectiveness of lead removal by batch adsorption
method. The feather samples both activated and non-activated with adsorbed Pb (II) ions were analyzed
by spectroscopic methods (Surface Area Analyzer, Atomic Absorption Spectroscopy and Fourier
transform infrared spectroscopy). Particularly, the effect of pH, agitation time, adsorbent concentration,
and particle size were considered. Optimum adsorption pH values of Pb (II) for activated and non-
activated feathers were 8 whereas optimum adsorption contact time of Pb (II) for activated and non-
activated feathers were 60 minutes and 90 minutes respectively. At the optimal adsorption conditions,
adsorption ratio could get to 97.52% for activated feathers and 98.67% for non-activated feathers. The
higher concentration of lead has a greater adsorption as well as high adsorption capability of feathers.
The Freundlich adsorption model agrees well with experimental data, because of the high correlation
coefficient that the former exhibited, thus, indicating to the applicability of multilayer coverage of the Pb
(II) on the pores of adsorbent surface. The applicability of the Ho and Lagegren kinetic model has also
investigated. Lead ions from the sample of textile wastewater were adsorbed on activated feathers with
efficiency up to 90%. Laboratory tested and proven more effective and efficient in removing Pb (II) ions
from aqueous solution by using activated feathers. The low cost and simplicity of the technique hold great
potential applications in environmental protection.

Keywords: Adsorption; Biomass of chicken feather; Heavy metals; Pb (II) ions; Textile wastewater

1. PENDAHULUAN dikaitkan dengan kelestarian dan kesehatan


Perkembangan ekonomi, sosial, dan lingkungan alam. Permasalahan lingkungan
teknologi saat ini berkembang sangat pesat saat ini yang dominan salah satunya adalah
seiring tingginya kebutuhan masyarakat limbah cair yang berasal dari industri. Limbah
khususnya kebutuhan ekonomi. Pembangunan cair yang tidak dikelola akan menimbulkan
industri merupakan salah satu bentuk usaha dampak yang luar biasa pada perairan,
sustainable development yang dilakukan dalam khususnya sumber daya air. Kelangkaan
rangka meningkatkan taraf hidup dan sumber daya air di masa mendatang dan
mengurangi angka pengangguran. Tantangan bencana alam semisal erosi, banjir, dan
dalam dunia industri maupun perdagangan kepunahan ekosistem perairan tidak pelak lagi
yang berkembang pesat, menuntut adanya dapat terjadi apabila kita kaum akademisi tidak
strategi efektif dalam mengembangkan industri, peduli terhadap permasalahan tersebut.
sehingga dapat bersaing dengan negara-negara Kebutuhan masyarakat akan pakaian
lain yang telah maju. khususnya yang saat ini bukan lagi berfungsi
Seiring dengan itu, suatu konsep hanya sebagai penutup aurat saja melainkan
pembangunan berkelanjutan (Sustainable merupakan bagian dari pembuktian jati diri
Development) mutlak dilakukan. Sustainable menyebabkan industri tekstil berkembang
Development merupakan strategi pesat. Industri tekstil merupakan salah satu
pembangunan terfokus pada pemenuhan industri yang banyak membutuhkan air dalam
kebutuhan saat ini tanpa mengesampingkan proses produksinya, dan menghasilkan limbah
kebutuhan mendatang yang mana hal ini cair yang banyak mengandung bahan kimia

1
karena bahan baku dan proses prosuksinya pada tahun 2008 adalah 1.076 juta ekor (BPS
terutama pada proses pengkanjian, pewarnaan, 2008). Menurut Packham (1982), hasil
dan printing atau pemberian motif yang akan pemotongan setiap ekor ternak unggas akan
menghasilkan limbah cair. diperoleh bulu sebanyak ± 6% dari bobot hidup
Berdasarkan Peraturan Daerah Propinsi (bobot potong ±1,5 kg), maka diperkirakan
Jawa Tengah Nomor 10 tahun 2004 tentang pada tahun tersebut dihasilkan 96.830 ton
baku mutu air limbah, yang dimaksud dengan limbah bulu ayam. Jumlah ayam yang dipotong
limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha terus meningkat dari tahun ke tahun sehingga
dan atau kegiatan yang berwujud cair yang bulu ayam yang dihasilkan juga meningkat.
dibuang ke lingkungan dan diduga dapat Dalam hal ini perlu dilakukan pengelolaan
menurunkan kualitas lingkungan. Sedangkan limbah bulu ayam dengan memanfaatkannya
menurut Sugiharto (1987) air limbah (waste sebagai adsorben Pb dalam pengolahan limbah
water) adalah kotoran dari masyarakat, rumah cair.
tangga dan juga yang berasal dari industri, air Berdasarkan uraian diatas, maka perlu
tanah, air permukaan, serta buangan lainnya. dilakukan penelitian untuk menentukan
Begitupun dengan Metcalf & Eddy (2003) kemungkinan potensi yang dimiliki bulu ayam
mendefinisikan limbah berdasarkan titik sebagai adsorben baru yang dapat digunakan
sumbernya sebagai kombinasi cairan hasil untuk mengatasi penurunan kualitas
buangan rumah tangga (permukiman), instansi lingkungan akibat adanya ion ± ion logam berat
perusahaaan, pertokoan, dan industri dengan air Pb dalam limbah. Pemanfaatan limbah bulu
tanah, air permukaan, dan air hujan. ayam sebagai adsorben Pb ini diharapkan
Selain itu perkembangan industri mampu mengurangi limbah bulu ayam yang
tekstil tentu akan diikuti dengan bertambahnya terus meningkat.
logam berat yang terkandung pada limbah yang
dihasilkan. Proses industri tekstil menyebabkan 2. METODE
lingkungan semakin tercemar dengan 2+

kandungan logam berat dalam limbah tersebut. Persiapan limbah sintetik ion Pb
Logam berat merupakan ancaman bagi 2+
Larutan Pb disiapkan dengan cara
lingkungan hidup dan kesehatan masyarakat melarutkan Pb(NO3)2 dengan variasi
karena semakin banyaknya jumlah logam yang konsentrasi yaitu 20, 40, 60, dan 80 ppm.
dilepas ke lingkungan sebagai hasil aktivitas
dari kegiatan manusia (Ceribasi dan Yetis, Pembuatan Adsorben Bulu Ayam
2001). Bulu ayam broiller dicuci dengan air
Salah satu logam yang berpotensi dan deterjen beberapa kali, kemudian dijemur
menjadi pencemar bagi lingkungan adalah ion sampai kering dan hilang baunya. Setelah
timbal. Timbal merupakan pencemar yang kering, bulu ayam tersebut dipotong kecil-kecil
toksik dan golongan logam berat dimana pada kemudian digiling sampai halus pada ukuran
tingkat tertentu dapat mengganggu kesehatan 180 mesh (Yatim, 2007). Kemudian dicuci
manusia. Dalam industri tekstil, logam timbal dengan aseton selama 15 menit dan disaring
digunakan sebagai campuran pewarna, yaitu dengan corong Buchner. Residu yang didapat
warna putih dari timbal putih o
[Pb(OH)2.2PbCO3] dan warna merah dari dikeringkan dengan oven pada suhu 40 C
timbal merah (Pb3O4). Pb ini akan terakumulasi sehingga adsorben siap digunakan (Ketaren,
sebagai limbah cair dari industri tekstil tersebut. 1986).
Pencemaran limbah cair Pb dapat
diatasi melalui proses adsorbsi. Para ahli telah Perlakuan Aktivasi Bulu Ayam dengan
mengetahui bahwa bahan-bahan yang berserat Larutan Alkali
seperti wool, bulu ayam dan rambut dapat Masing-masing biomassa diambil
mengadsorpsi ion-ion logam dalam larutannya sebanyak 1 gram dan diaktivasi menggunakan
(Banat dkk, 2000). Bulu ayam ini mengandung larutan alkali Na2S 0,1 N sebanyak 100 mL,
protein serat atau keratin yaitu: protein kasar kemudian distirer selama 20 menit. Kondisi ini
(80,00%), lemak kasar (7,79%) dan serat kasar merupakan kondisi optimum berdasarkan
(0,88%) (Elfia dkk, 2002). Kesediaan limbah penelitian Setyorini (2006). Setelah 20 menit,
bulu ayam ini cukup melimpah, diketahui campuran disaring menggunakan corong
bahwa populasi ayam pedaging di Indonesia buchner. Residu yang didapat dikeringkan

2
o CONH-), dimana vibrasi pada ikatan tersebut
dengan oven pada suhu 50 C. Kemudian bulu
dikenal sebagai daerah serapan amida I-III
ayam teraktivasi dilakukan karakterisasi
(Wojciechowska dkk., 1999).
menggunakan FTIR.

Penentuan Adsorpsi-Desorpsi Ion Pb


Sintetik Menggunakan Biomassa Bulu Ayam
Teraktivasi dan Tidak Teraktivasi
Larutan sintetik Pb disiapkan ke
dalam empat gelas beker dengan volume yang
sama (25 mL). Pada gelas beker pertama
dimasukkan 0,5 gram biomassa bulu ayam
teraktivasi dan distirer selama 60 menit.
Kemudian larutan tersebut disaring, filtrat yang
diperoleh diukur kadar Ion Pb yang tidak
teradsorb menggunakan AAS. Lalu adsorben
dimasukkan kembali ke dalam gelas beker
yang kedua dan distirer selama 60 menit.
Setelah itu. larutan kembali disaring untuk
mengukur kadar Ion Pb yang tidak teradsorb. Gambar 1. Karakterisasi Bulu Ayam
Adsorben tersebut kemudian dimasukkan ke dengan FTIR
dalam gelas beker ketiga selama 60 menit
begitu seterusnya sampai gelas beker keempat. Tabel 1. Karakteristik serapan ikatan
peptida (-CONH-) ditunjukan
2+
Analisa Adsorbsi Ion Pb oleh amida I-III
Sampel yang telah distirer
kemudian dianalisa dengan AAS. Hasil
pembacaan absorbansi dikonversi ke dalam
konsentrasi ion timbal dengan menggunakan
kurva kalibrasi. Persentase adsorbsi dan
kapasitas adsorben dapat dihitung berdasarkan
data konsentrasi.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Analisis spectra infra merah
Proses perombakan struktur .-keratin Daerah serapan amida I menunjukkan
pada bulu ayam dapat terjadi melalui adanya vibrasi stretching gugus C=O yang
pemutusan sebagian dari berbagai ikatan muncul pada bilangan gelombang 1700-1600
dalam struktur keratin sehingga menghasilkan cm-1 (Sun dkk., 2009). Selain itu terdapat
berbagai gugus aktif yang dapat berinteraksi keterkaitan antara intensitas puncak pada 1167
dengan io n logam. Pada penelitian ini bulu -1
ayam diaktivasi dengan menggunakan Na2S dan 1073 cm terhadap vibrasi stretching S-
O simetris dan asimetris dari residu larutan
yang akan memutuskan jembatan ditio (-S-S-).
aktivator yang digunakan dalam hal ini 1-butyl-
Untuk mengetahui aktivasi tersebut telah
3- methylimidazolium chloride ([BMIM]Cl),
berjalan sempurna maka dilakukan
dimana pada bulu ayam teraktivasi
karakterisasi terhadap biomassa bulu ayam
menunjukkan puncak serapan yang lebih tinggi
menggunakan instrumen FT-IR.Berikut adalah
dibandingkan bulu ayam sebelum aktivasi dan
hasil uji bulu ayam teraktivasi dengan Na2S
mengindikasikan putusnya ikatan S-S.
dan bulu ayam tidak teraktivasi dengan FTIR.
Perubahan pada biomassa bulu ayam
sebelum dan setelah aktivasi juga nampak pada Pengaruh pH
analisis gugus fungsi menggunakan FTIR. Salah satu faktor yang mempengaruhi
Dengan spektra IR menunjukkan karakteristik adsorpsi adalah pH. Alasan mengapa
daerah serapan untuk ikatan peptida (- dilakukan optimasi pH larutan adalah karena

3
pH dapat mempengaruhi gugus-gugus Berdasarkan grafik di atas, dapat
fungsional dari dinding biomassa yang dilihat bahwa pH larutan berpengaruh terhadap
berperan aktif dalam proses penyerapan logam banyaknya penyerapan Pb oleh biomassa bulu
berat. Selain itu, berpengaruh juga pada ayam dalam larutan. Penyerapan optimum pada
kelarutan dari ion logam dalam larutan. bulu ayam teraktivasi adalah pH 8 dengan %
Pb yang terserap adalah 97, 52% dan pada bulu
Tabel 2. Hubungan antara pH Pb dengan % ayam yang tidak teraktivasi juga pada pH 8
efisiensi Pb yang terserap bulu ayam dengan %Pb yang terserap adalah 98,68%.

pH Efisiensi Teradsorp Pada pH di atas 4, Pb membentuk spesi


2+ +
Teraktivasi Tidak teraktivasi Pb dan Pb(OH) , yang selanjutnya dengan
semakin meningkatnya nilai pH akan
4 43,47916 41,45705 meningkatkan ionisasi rantai samping sistein
5 53,71737 72,67629 yang berupa thiol (-SH) sehingga semakin
meningkatkan tarikannya dengan ion Pb
6 83,54598 92,26751 yang bermuatan positif. Sedangkan pada pH di
8 97,51893 98,68896 atas 8, terjadi penurunan terhadap penyerapan
logam oleh biomassa bulu ayam karena pada
9 89,10688 91,61664
pH di atas 8 mulai terjadi pengendapan dari ion
10 76,88131 79,84841 Pb membentuk Pb(OH)2 sehingga
tidak teraktivasi dan teraktivasi Na2 S menghalangi terjadinya penyerapan logam
oleh bulu ayam. Hal ini dikarenakan
penambahan NaOH untuk menaikkan pH
Larutan yang digunakan pada menjadi 9 meyebabkan terjadinya reaksi antara
konsentrasi 40 ppm dengan berat bulu ayam ±OH dengan Pb sehingga Pb sudah bereaksi
yang teraktivasi maupun yang tidak teraktivasi terlebih dahulu dengan gugus ±OH membentuk
adalah 0,3 gram dan waktu kontak selama 60 endapan Pb(OH)2.
menit. pH optimum pada ion Pb(II) dapat
dilihat pada Tabel 2 dan Gambar 2.
a. Konsentrasi
Tabel 3. Hubungan antara konsentrasi Pb
Pada pH 4 didapatkan prosentase dengan % efisiensi ion Pb
serapan Pb yang terkecil pada bulu ayam
teraktivasi dan bulu ayam yang tidak
teraktivasi, masing-masing sebesar 43,48% Co Efisiensi teradsorp (%)
dan 41,46%. (ppm)

Teraktivasi Tidak
Teraktivasi

20 70,14799 32,92274
40 84,73463 61,49319
60 90,87295 74,1212
80 90,2683 78,73452

Dari tabel dan grafik di atas


menunjukkan bahwa semakin besar
konsentrasi Pb semakin besar pula Pb yang
Gambar 2. Hubungan antara pH Pb dengan % terserap oleh bulu ayam. Dari proses adsorpsi
efisiensi Pb yang terserap bulu dengan bulu ayam didapat hasil, yaitu
ayam tidak teraktivasi dan konsentrasi optimum untuk bulu ayam
teraktivasi Na2S teraktivasi adalah 15,0432 ppm dan bulu

4
ayam yang tidak teraktivasi belum ditemukan
konsentrasi optimum karena grafik yang
didapatkan pun meningkat terus sampai
konsentrasi 20,3654 ppm.

Gambar 3. Hubungan antara konsentrasi Pb


dengan % efisiensi ion Pb

Hal ini terjadi karena permukaan


adsorben masih belum terlalu banyak berikatan
dengan Pb sehingga proses penyerapan
berlangsung kurang efektif. Pada bulu ayam
yang teraktivasi Na 2S, konsentrasi di atas
15,0432 ppm cenderung konstan karena
kapasitas adsorpsi permukaan biomassa bulu Bulu Ayam Tiidak Teraktivasi dan Bulu
ayam telah jenuh dan telah mencapai Ayam Teraktivasi Na2S 0.1 N
kesetimbangan antara konsentrasi Pb dalam
biomassa dengan lingkungannya. Luas permukaan biomassa bulu ayam
teraktivasi ditentukan dengan metode metilen
b. Isoterm Adsorpsi biru untuk ukuran biomassa 180 mesh.
Hasil kajian isoterm adsorpsi ion Pb
menggunakan adsorben bulu ayam. Tabel 3. Luas permukaan adsorben bulu ayam
Adsorpsi ion Pb dengan menggunakan
adsorben bulu ayam cenderung mengikuti
isoterm Freundlich. Isoterm Freundlich ini
Adsorben S (m2 /
mengasumsikan bahwa proses adsorpsi ion Pb Bulu ayam teraktivasi Na2S 276,827
oleh adsorben bulu ayam cenderung Bulu ayam tidak teraktivasi 275,695
multilayer. Hal ini mengindikasikan bahwa
proses adsorpsi yang terjadai adalah adsorpsi Luas permukaan yang besar
fisika, sehingga proses adsorpsi lebih menunjukkan bahwa biomassa bulu ayam
dipengaruhi oleh pori-pori adsorben teraktivasi larutan Na2S 0,1N dengan ukuran
dibandingkan pertukaran gugus aktif antara 180 mesh memiliki kemampuan daya serap
adsorben dan adsorbat. yang lebih besar dibandingkan yang belum
teraktivasi.

Waktu kontak optimum


Penentuan waktu kontak optimum
dilakukan setelah diketahui pH optimum
Gambar 4. Kurva hubungan antara adsorpsi. Waktu kontak berpengaruh terhadap
konsentrasi Ce/qe (a) dan proses adsorpsi. Penentuan waktu kontak ini
hubungan antara Log qe dengan bertujuan untuk memperoleh waktu yang
Log Ce (b) paling baik dalam proses adsorpsi ion logam
Pb oleh bulu ayam. Waktu kontak adsorpsi
ditunjukan pada tabel 6 dan gambar 6 dibawah
Hasil Analisa Luas Permukaan Biomassa ini.

5
interaksi adsorbat-adsorben dan kondisi
Tabel 6. Hubungan waktu kontak (menit) sistem. Model kinetika yang digunakan dalam
dengan % logam terserap Pb proses adsorpsi adalah model orde kesatu dari
Lagergren dan orde kedua dari Ho. Untuk
T(menit) Efisiensi Teradsorb membedakannya dengan model kinetika yang
Teraktivasi Tidak didasarkan konsentrasi adsorbat pada fasa cair,
15 74,63537 75,33069 maka model orde satu Lagergren disebut
80,89199 77,85863 pseudo orde satu Lagergren dan model orde
30 dua Ho disebut pseudo orde dua Ho. Dari hasil
60 90,30802 81,1445 perhitungan dengan menggunakan persamaan
90 89,42363 83,29347 Lagergren dan persamaan Ho dapat dicari harga
95,71499 82,72219 2
300 koefisien regresi linearnya (R ), seperti
97,13339 86,13412 ditampilkan dalam grafik dibawah ini
840
960 96,12224 85,94746

Gambar 6. Hubungan waktu kontak (menit)


dengan % logam terserap Pb

Berdasarkan grafik di atas,


penyerapan optimum oleh bulu ayam
teraktivasi pada menit ke-60 sedangkan pada
bulu ayam tidak teraktivasi pada menit ke-90.
Hal ini terjadi karena permukaan adsorben
banyak yang berikatan dengan Pb
sehingga proses penyerapan berlangsung
efektif. Pada menit selanjutnya cenderung Gambar 6. Kurva Hubungan antara log (qe-
konstan karena kapasitas adsorpsi permukaan qt) vs t (a) dan Hubungan antara
adsorben telah jenuh dan telah tercapai t/qt vs t (b)
kesetimbangan antara konsentrasi Pb dalam
adsorben dengan lingkungannya. Kondisi
optimum ini disebut dengan keadaan Harga koefisien linear pada adsorben
kesetimbangan adsorpsi. Maka pada waktu bulu ayam yang tidak teraktivasi Na2S sebesar
kontak adsorpsi yang optimum kapasitas logam 0,997 dari persamaan Lagergren dan 0,999 dari
terserapnya bernilai maksimal. Namun setelah persamaan Ho. Harga koefisien linear pada
melewati titik kesetimbangan itu, logam Pb adsorben bulu ayam yang teraktivasi Na2S
yang teradsorpsi pada bulu ayam akan dengan menggunakan persamaan Lagergren
mengalami proses desorpsi. Jadi logam sebesar 0,793 sedangkan dengan persamaan Ho
terserapnya kembali berkurang. sebesar 0,999. Model kinetika pada kedua
adsorben tersebut dapat ditentukan dari harga
Kinetika Adsorpsi 2
Berdasarkan data pengaruh waktu koefisien kelinerannya (R ).
kontak, maka dapat dikaji kinetika Berdasarkan hasil perhitungan dapat
adsorpsinya. Kinetika adsorpsi tergantung pada disimpulkan bahwa kedua adsorben tersebut

6
mengikuti model kinetika Ho sehingga kedua dengan menggunakan Adsorben Rambut
adsorben tersebut cenderung mengikuti orde Manusia, Laporan Tugas Akhir, Jurusan
dua. Kimia FMIPA ITS, Surabaya
Setyorini, T., 2006, Optimasi Serapan Logam
4. KESIMPULAN Kromium dalam Larutan Menggunakan
Karakterisasi bulu ayam yang Biomassa Kering Bulu Ayam Broiller
teraktivasi dan yang tidak teraktivasi Na2S: Diaktivasi dengan Larutan NaOH/Na2S,
a. Pada bulu ayam teraktivasi Skripsi. Jurusan Kimia, Institut Teknologi
menunjukkan puncak serapan Sepuluh Nopember, Surabaya
yang lebih tinggi dibandingkan Suganda, Husein, Diah S., Harry K., Ipin S.,
bulu ayam sebelum aktivasi dan dan Undang K., 2006, Evaluasi
mengindikasikan putusnya ikatan Pencemaran Limbah Industri Tekstil
S- S Untuk Kelestarian Lahan Sawah,
b. pH optimum pada penyerapan Prosiding Seminar Nasional multifungsi
logam Pb sama ± sama berada dan konversi lahan pertanian, Balai
pada pH 8 dengan masing ± masing Penelitian Tanah, Bogor
logam Pb yang teradsorb adalah Sun, P. Liu, Z-T and Liu Z-W., 2009, Particles
97.51893 % dan 98.68896 % form Bird Feather: A Novel Application of
c. Didapatkan konsentrasi optimum an Ionic Liquid and Waste Resource,
pada bulu ayam teraktivasi Journal of Harzadous Materials, 170: hal.
sebesar 60 ppm sedangkan yang 780-790
tidak teraktivasi belum didapatkan Palar, H., 1995, Pencemaran dan Toksikologi
konsentrasi optimum Logam Berat, PT Rineka Cipta, Jakarta
d. Waktu kontak yang optimum Tan,I.,A.W., Ahmad,A.L., and Hamed,B.I.,
didapatkan pada bulu ayam yang 2007, Optimization of Preparation
teraktivasi sebesar Condition for activatied Carbon from
e. 60 menit sedangkan pada bulu ayam Coconut Husk, Journal of Chemical
yang tidak teraktivasi sebesar 90 Enginering, USM Malasyia. P. 1 -32
menit. Wingrove A. S., and Caret R. L., 1981,
Penyerapan Pb oleh bulu ayam mengikuti Organic Chemistry, Harper and Row
isoterm Freundlich yang berarti penyerapan Publisher, New York
secara fisika dan kinetika reaksi yang trjadi
mengikuti persamaan Ho

5. REFERENSI

Banat F., and Al-Asheh S., 2000, Biosorption


of Phenol by Chicken Feather, Journal of
Environmental Engineering and policy,
2:85-90
Elfia N., Suciati W., and Nugroho M., 2002,
Pengaruh Penggunaan Tepung Bulu dan
Papain dalam Pakan Ayam Broiller,
Laporan Penelitian, Jurusan Ilmu Ternak
Universitas Brawijaya, Malang
Ketaren S., 1986, Lemak dan Minyak Pangan,
UI-Press, Jakarta
Khopkar S. M., 1990, Konsep Dasar Kimia
Analitik, Universitas Indonesia Press,
Jakarta
Lehninger A. L., 1990, Dasar-dasar Biokimia,
Jilid I, Erlangga, Jakarta
Nazzarudin, 1995, Studi Pendahuluan
Penurunan Kadar Ion Cu(II) dalam Air

You might also like