Martha B. Rombe: Gracillaria Verucosa (N Cottonii (N
Martha B. Rombe: Gracillaria Verucosa (N Cottonii (N
Martha B. Rombe: Gracillaria Verucosa (N Cottonii (N
(Study of Income Over Feed and Chick Cost Efficiency of Broiler fed on Sea Grass)
Martha B. Rombe
ABSTRACT
The purpose of this study was to evaluate the benefit of giving diets
containing sea grass on feed efficiency of broiler production for maximum
economic returns. Ninety one-day-old SUR-707 unisexes of broilers chicken
were randomly assigned into three groups of dietary treatments according to
completely randomised design. The replications for each treatment were six
giving total experimental unit of 18. Five broiler chicken were allocated for each
replication/experimental unit. The dietary treatments were 0% sea grass (N0),
4.5% sea grass Euchema cottonii (N1), and 4.5% sea grass gracillaria verucosa (N2).
Experimental diets were formulated to be iso-protein (19.5%) an iso-calorie
(4000 kcal/kg). Variables measured were feed consumption, body weight, feed
conversion, and income over feed and chick cost (IOFCC). Results of the study
indicated that feed consumption, body weight, feed conversion, and IOFCC
were affected by the treament. The lowest IOFCC was obtained for broilers fed
on diet containing no sea grass (No) compared with other treatments (N1 and
N2). Between diets containing sea grass, the IOFCC for broilers given diet with
Gracillaria verucosa (N2) was higher compared to that given diet with Euchema
cottonii (N1). In conclusion, addition of sea grass into broiler ration could
improve the IOFCC.
Key words: Sea grass, Feed consumption, Body weight, and IOFCC
ABSTRAK
138
JITP Vol. 2 No. 2, Juli 2012
Kata kunci: Rumput laut, Konsumsi pakan, Berat badan, dan IOFCC
PENDAHULUAN
139
M. B. Rombe
namun dapat dicerna di daerah usus buntu dan usus besar dengan bantuan
mikroorganisme.
Berdasarkan penemuan-penemuan tersebut maka disusun ransum rumput laut
untuk broiler dengan maksud mengurangi kadar lemak tubuhnya dan meningkatkan
kecepatan pertumbuhan dagingnya sehingga penggunaan makanan menjadi lebih
efisien. Efisiensi penggunaan makanan ini dapat diukur dan dihitung berdasarkan
harga input-output sehingga menghasilkan suatu nilai ekonomi dari usaha
pemeliharaan broiler tersebut (Rasyaf, 2005). Namun, pemberian ransum rumput laut
perlu dikaji apakah efisien digunakan sebagai salah satu aditif dalam pemberian
makanan pada broiler. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji efisiensi biaya
penggunaan makanan pada ayam broiler dengan menggunakan ransum rumpu laut.
Sebanyak sembilan puluh ekor anak broiler jantan-betina (DOC) strain SR-707
ditempatkan secara acak ke dalam 18 petak kandang terpisah dan diberi perlakuan
ransum dalam satuan iso-colorie iso protein, yaitu: tanpa rumput laut (N0 atau
control); 4,5% rumput laut Euchema cottonii (N1); dan 4,5% rumput laut Gracillaria
verucosa (N2). Rumput laut yang digunakan dalam penelitian merupakan sisa-sisa
seleksi yang merupakan “waste” (limbah) dari rumput laut yang akan
diekspor/diperjualbelikan. Semua petak kandang terbuat dari besi dengan dinding
dan lantai dari kawat ram, berlokasi di Laboratorium Usaha Terpadu, Fakultas
Peternakan, Universitas Hasanuddin.
Penelitian berlangsung selama 42 hari, yaitu pada musim pancaroba yang
merupakan peralihan dari musim hujan ke musim kemarau. Ransum dan air minum
diberikan secara ad libitum setiap hari, pencegahan penyakit (bio security)
menggunakan antiseptik serta dua kali vaksinasi ND (strain HB1 dan strain Lasota)
dengan disertai pemberian multivitamin pada setiap kali vaksinasi.
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL)
yang terdiri dari tiga perlakuan dengan enam ulangan, masing-masing ulangan
ditempati lima ekor broiler. Penampilan broiler yang diamati adalah berat badan dan
konsumsi ransum, kemudian data tersebut dihitung rasio input-output dengan cara
sebagai berikut:
Efisiensi ransum (ER) dengan rumus Boyle (2003), yaitu:
ER =
dengan asumsi:
140
JITP Vol. 2 No. 2, Juli 2012
TP adalah total penjualan yang merupakan harga jual ayam hidup per ekor
pada akhir penelitian berdasarkan harga yang berlaku pada saat itu (=Rp
20.000,-)
HAA adalah harga anak ayam yang merupakan harga beli anak ayam per ekor
pada saat awal penelitian (=Rp 5.000,-)
BR adalah biaya ransum yang merupakan banyaknya ransum yang
dikonsumsi oleh setiap ekor ayam selama penelitian dikalikan dengan harga
per kg ransum yang berlaku saat itu (N0 = Rp 5.000,-; N1 = Rp 4.750,-; dan N2 =
Rp 4.700,-)
Semua data hasil perhitungan diolah dengan mempergunakan SPSS for windows
version 13 (Niet et al., 2005) sesuai Analisis Ragam Acak Lengkap dan uji lanjutan Uji
Jarak Berganda Duncan.
Tabel 1. Rata-rata konsumsi, berat badan, dan efisiensi ransum per ekor
Perlakuan
Parameter SEM
Kontrol Euchema c. Gracillaria
Konsumsi (Kg) 3,28a 3,18b 3,19b 0,023
Berat Badan (Kg) 1,54a 1,42b 1,47b 0,044
Efisiensi Ransum 0,48a 0,45b 0,45b 0,064
Keterangan: N0 = control; N1 = 45% Euchema cottonii; N2 = Gracillaria verucosa SEM = Standard Error Mean
Pada Tabel 1, hasil uji jarak memperlihatkan urutan konsumsi dari yang
terendah adalah Euchema cottonii, Gracillaria verucosa, dan kontrol. Hal yang menarik di
sini ialah ransum yang mengandung rumput laut dikonsumsi lebih sedikit dibanding
dengan konsumsi ransum tanpa rumput laut. Dengan demikian terdapat dugaan
bahwa ayam mempunyai kemampuan dalam membedakan bahan makanan melalui
sistem “gustative or taste buds” pada lidahnya sehingga dapat mengenali rasa makanan
(Packham, 1981; Amrullah, 2004).
Pengaruh perlakuan terhadap rata-rata berat badan juga memperlihatkan hasil
yang sama, yaitu uji jarak dari yang terendah adalah Euchema cottonii, Gracillaria
verucosa, dibanding kontrol. Selanjutnya, efisiensi ransum juga memperlihatkan hasill
uji jarak yang sama, yaitu dari yang paling efisien adalah Euchema cottonii dan
Gracillaria verucosa dibandingkan kontrol.
Namun hasil perhitungan terhadap rata-rata pendapatan seperti terlihat pada
Tabel 2 yaitu:
141
M. B. Rombe
Tabel 2. Rata-rata pendapatan dan rasio total penjualan dengan biaya ransum dan
harga anak ayam
Hasil perhitungan IOFCC (Income Over Feed and Chick Costs) dari kontrol adalah
paling rendah, sedangkan Euchema cottonii dan berikutnya Gracillaria verucosa lebih
tinggi. Rendahnya pendapatan (IOFCC) pada broiler yang mendapat ransum kontrol
ini adalah disebabkan oleh karena harga ransumnya yang cukup mahal ditambah lagi
dengan efisiensi penggunaan ransumnya yang rendah. Lain halnya dengan ransum-
ransum rumput laut yang harganya murah karena nilai komersil jauh lebih rendah
dibandingkan kontrol.
Berdasarkan hal tersebut maka dapat dikatakan bahwa pemberian ransum
rumpu laut pada ayam broiler lebih efisien dibandingkan dengan pemberian makanan
kontrol karena harganya yang relative lebih murah, palatabilitas makanan yang lebih
baik. Selain itu pertambahan berat badan pada ayam broiler lebih cepat dengan daging
yang memiliki kadar yang lebih rendah.
Funk and Frank (2008) menyatakan bahwa perlu diambil suatu keputusan
penetapan harga dalam menyikapi bahan-bahan pakan yang banyak dibutuhkan oleh
peternak. Di sisi lain, Joseph (2004) menyatakan salah satu upaya untuk memperbaiki
keberhasilan pemeliharaan broiler selain dengan bahan yang murah juga dapat
melalui penambahan suplemen ke dalam ransumnya. Luis et al., (2004) dapat berhasil
memperbaiki efisiensi ransum dan IOFCC melalui penambahan suplemen protease.
DAFTAR PUSTAKA
Anggadiredja, J., S. Irawati, dan Kismiyati. 1996. Potensi dan manfaat rumput laut Indonesia
dalam bidang farmasi. Seminar Nasional Industri Rumput Laut. APBIRI, BPPT, Deptan,
Jakarta.
Amrullah, I. K. 2004. Nutrisi Ayam Broiler. Penerbit Lembaga Satu Gunung Budi, Bogor.
142
JITP Vol. 2 No. 2, Juli 2012
Astrup, A. 2004. Benefits of a high protein diet. Meat Processing Global Jurnal, 15(2) : 34-36.
Boyle, M. 2003. How do you measure feed conversion?. Poultry International. February, 42(2):
20-26
Funk, T. F., and T. C. Frank. 2008. The farmer decision process in purchasing broiler feed.
American Journal of Agricultural Economics, 60(4): 678-682.
Joseph. N. 2004. Penambahan Tepung Kencur (Kaempferia galangal L.) dan Tepung Bawang
Putih (Allium sativum L.) Pada Ransum Broiler. Indonesia Research Institute for Animal
Production. Balai Penelitian Ternak, Bogor.
Kadi, A., dan W. S. Atmadja. 1998. Rumput Laut (Algae) : Jenis, Reproduksi, Produksi,
Budidaya, dan Pascapanen. LIPI, Jakarta.
Lui, E. S., M. Akila, M. R. Batungbacai, and M. J. R. Revilleza, 2004. Microbial acid protease
supplementation of reduced crude-protein corn-soybean based diet for broiler chicken.
Philippiness Journal of Veterinary Medicine, 41(2): 69-76.
Nie, N. H., C. H. Hall, J. G. Jenkins, K. Steinbrenner, and D. H. Bent. 2005. Statistical Package for
the Social Sciense (SPSS). McGraw-Hill, New York.
Packham, R. G. 1981. Feed, Composition, Formulation and Poultry Nutrition. In Nutrition and
Growth Manual. Short Course on Growth and Nutrition. AAUCS-UNHAS, Ujung
Pandang.
Priono, B., dan N. Listyanto. 1998. Serbaneka pemanfaatan rumput laut sebagai bahan pangan.
Warta Penelitian Perikanan Indonesia. 4(1): 21-23.
Santoso, U. 1989. Limbah Ransum Unggas yang Rasional. PT Bharata Karya Aksara, Jakarta.
Soegiarto, A., dan W. S. Sulistijo. 1998. Produksi dan Budidaya Rumput Laut. Penerbit Balai
Pustaka. Jakarta.
143