37 72 1 SM PDF

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 13

Gizi Indon 2007, 30(1):12-24 Pengaruh pemberian pangan Bernatal S., dkk.

PENGARUH PEMBERIAN PANGAN FORTIFIKASI ZAT MULTI GIZI MIKRO


PADA IBU HAMIL TERHADAP PERTUMBUHAN LINIER, TINGGI LUTUT
DAN STATUS ANEMIA BAYI
Bernatal Saragih1; Hidayat Syarief2; Hadi Riyadi2 dan Amini Nasoetion2
1
Mahasiswa Program Doktor GMK IPB dan Dosen Fakultas Pertanian Unmul
2
Dosen Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor

ABSTRACT

EFFECT OF MULTI MICRONUTRIENTS FORTIFIED SUPPLEMENTARY FOOD


IN PREGNANT WOMEN ON LINEAR GROWTH, KNEE HEIGHT AND ANEMIA
STATUS OF INFANTS
Like in many developing countries, macro and micro nutritional deficiencies are the serious
problem, especially for Indonesian pregnant women and young age children. Early nutritional
intervention strategy through supplementary fortified foods for pregnant women is one of
alternative nutritional improvement interventions for the next generation.
The objective of this study is to analize the impact of multi micronutrients fortified supplementary
food in pregnant mothers on linear growth, knee height and anemia status of infants. This study
was conducted in three sub-districts of Bogor Distritcs namely: Leuwiliang, Leuwisadeng and
Ciampea. This prospective cohort study follow up 120 infants. The total of infants has been
followed up was 120. From 120 born infants, 40 infants were selected as a fortified group in which
their mothers during pregnancy received fortified food (consists of vermicelli, milk and biscuit with
multi-nutrients i.e. iron, iodine, zinc, folic acid, vitamin C and vitamin A), 40 infants as unfortified
groups in which their mothers was received non fortified foods, and 40 infants as control groups
(their mothers did not receive any experiment food). Data analyzed using SPSS 13.0. Z-score
were calculated for the length-for-age (HAZ) of WHO 2006 growth reference.
The result of study showed that multi micronutrients fortified supplementary food for pregnant
mothers had significant effect on infants linear growth which was 2.18 cm taller compared to
control group and 1.53 cm taller compared to unfortified group. The mean of liniear growth and
HAZ fortified group up to 6 months infants was better than unfortified and control. Earlier
complementary food intoduction were associated with the decrease of infants’ linear growth and
HAZ. Stunting (5.0%) was found at two months of infants’ age in control group. Fortified food
supplementation for pregnant women had significant effect on infant knee height gain. Infant knee
height (< 14.248 cm) at 6 months was categorized as stunting. Multi micronutrients fortified
supplementary food in pregnant mother had an retention effect of decreased infants Hb at up to 6
months.

Keywords: Multi micronutrients, pregnancy, infant, breast feeding, linear growth, knee height,
hemoglobin

PENDAHULUAN selanjutnya. Masa kehamilan merupakan


periode yang sangat menentukan kualitas

K esehatan dan gizi ibu hamil anak yang dilahirkan. Keadaan gizi ibu yang
merupakan kondisi yang sangat kurang baik sebelum hamil dan pada waktu
diperlukan bagi janin untuk menjadi hamil cenderung untuk melahirkan bayi
sehat. Jika tidak, maka dari awal kehidupan dengan BBLR, bahkan kemungkinan bayi
manusia akan bermasalah pada kehidupan meninggal dunia. Anak yang dilahirkan

12
Gizi Indon 2007, 30(1):12-24 Pengaruh pemberian pangan Bernatal S., dkk.

dengan berat badan rendah berpotensi Gizi selama kehamilan juga sangat erat
menjadi anak dengan gizi kurang bahkan kaitannya dengan hasil kelahiran dan laktasi.
menjadi buruk(1). Gizi buruk pada anak balita Salah satu alternatif memotong siklus hayati
berdampak pada penurunan tingkat kekurangan gizi jatuh pada mata rantai
kecerdasan atau IQ. Lebih jauh lagi dampak status gizi dan kesehatan ibu hamil yang
yang diakibatkan adalah meningkatnya merupakan faktor penentu kesehatan dan
kejadian kesakitan bahkan kematian(2). gizi generasi selanjutnya. Intervensi gizi
Hasil berbagai penelitian menunjukkan pada masa kehamilan dapat memperbaiki
usia penyimpangan pertumbuhan setelah komposisi dan ukuran tubuh pada masa
lahir menunjukkan variasi yang berbeda, remaja dan dewasa kelak. Pemberian
dapat terjadi sejak usia sebulan(3), dua bulan makanan tambahan (PMT) pada ibu hamil
(4)
dan pada usia 6-7 bulan setelah adalah salah satu alternatif perbaikan gizi
dilahirkan(5). Suplementasi multi gizi lebih bagi generasi berikutnya. Hasil meta analisis
responsif terhadap pertambahan tinggi lutut PMT antara energi-protein yang seimbang
dibandingkan suplemetasi mineral tunggal(33). (300-800 kkal/hari) dan energi yang berasal
Masalah anemia di berbagai negara dari protein di bawah 25 persen dapat
sedang berkembang juga sangat tinggi. meningkatkan tambahan berat badan pada
Anemia pada bayi akan mengganggu ibu hamil terutama pada ibu yang mengalami
pertumbuhan dan perkembangannya. Di kurang energi kronik (KEK), pertumbuhan
Indonesia prevalensi anemia usia 6 bulan janin dan ukuran bayi yang dilahirkan(16).
mencapai 61 persen dan meningkat 65 Sebaliknya PMT yang tinggi protein >25
persen pada usia 12 bulan dan 31 persen persen dapat memberikan efek sebaliknya,
pada balita kurang gizi (-2 Z-score penurunan pertambahan berat badan dan
berat/umur)(6). Bayi yang diberi ASI eksklusif berat bayi yang dilahirkan. Hasil penelitian di
lebih dari 6 bulan memiliki Hb yang lebih Bangladesh menunjukkan bahwa ibu yang
rendah dibandingkan dengan mereka pada waktu hamil diberikan supplementasi
dengan ASI 4-6 bulan, yang diukur pada makanan 608 kkal per hari selama 4 bulan
umur 9 bulan(7). dapat meningkatkan berat bayi lahir 118 g(17).
Ada keraguan tentang pola Pada tahun 2005-2006 SEAFAST IPB,
pertumbuhan bayi pada 6 bulan pertama melakukan studi mengenai “Pengaruh
kehidupan, juga tentang kecukupan zat gizi. Pemberian Pangan yang Difortifikasi Zat
Jarang dilakukan penelitian longitudinal Multi Gizi Mikro Terhadap Status Gizi Ibu
tentang pertumbuhan dan pemberian ASI Hamil dan Berat Bayi Lahir”. Zat gizi yang
pada bayi sehat. Banyak penelitian hanya digunakan sebagai fortifikan adalah asam
membandingkan antara masyarakat industri folat, vitamin A, vitamin C, besi, iodium dan
dan masyarakat berkembang berkaitan seng. Studi ini dilakukan pada ibu hamil
dengan ibu yang mengalami kekurangan gizi trimester dua sampai melahirkan. Penelitian
akan memproduksi ASI lebih sedikit, dan ini mengacu pada keseimbangan energi-
tidak dikaitkan dengan pertumbuhan bayi. protein. Berbagai penelitian menunjukkan
Dari segi gizi, antibodi dan psikososial ASI, dampak positif dari pemberian makanan
mempunyai peran penting terhadap tambahan yang difortifikasi zat gizi. Studi di
pertumbuhan dan perkembangan anak. Hasil India menunjukkan perbaikan pertumbuhan
penelitian menunjukkan bahwa suplementasi linier signifikan setelah 14 bulan pemberian
zat gizi selama kehamilan berpengaruh makanan tambahan(18). Di Jamaica tinggi
terhadap komposisi zat gizi ASI dan badan signifikan setelah pemberian
pertumbuhan bayi(8,9,10,11). Lamanya makanan tambahan 12 bulan. Pengaruh
pemberian ASI berhubungan dengan suplementasi makanan secara kumulatif
pertumbuhan panjang badan terutama pada tidak terjadi pada 6 bulan pertama(19).
anak usia dibawah tiga tahun(12,13,14) dan Sehingga pemberian pangan fortifikasi pada
ponderal indeks bayi 0-6 bulan (15). ibu selama 6 bulan dalam penelitian tersebut
tidak memberikan pengaruh yang berbeda

13
Gizi Indon 2007, 30(1):12-24 Pengaruh pemberian pangan Bernatal S., dkk.

nyata terhadap hasil kelahiran. Oleh karena Kriteria inklusi adalah bayi tidak sakit
itu dampak lanjutan PMT tersebut serius (tidak memiliki penyakit jantung, ginjal
merupakan suatu kajian penelitian yang serta kelainan organ tubuh lainnya), berat
menarik. Intervensi gizi pada masa badan lahir > 2500 gram (normal), tidak
kehamilan juga dapat memberikan tambahan kembar dan lahir dengan cara normal.
atau simpanan zat gizi yang lebih baik pada Sedangkan kriteria ibu hamil yang digunakan
ibu dan janin, misalnya intervensi besi dapat pada penelitian sebelumnya adalah berusia
meningkatkan simpanan besi dalam bentuk 18-35 tahun, usia kehamilan 2-3 bulan,
ferritin atau haemosiderin dalam hati dan bukan kehamilan pertama atau di atas
darah, seng dalam bentuk α-macroglobulin, kehamilan kelima, sehat, tidak merokok dan
asam folat dalam bentuk poliglutamat, dan tidak minum alkohol, tidak memiliki penyakit
iodium dalam tiroid dalam bentuk tiroglobulin. kronik, dan bersedia mengikuti kegiatan
Simpanan ini dapat dimanfaatkan bayi dari penelitian lanjutan dengan umur bayi 0-6
ASI selama masa menyusui misalnya bulan. Ibu yang sudah melahirkan dilakukan
laktoferin. Demikian juga halnya dengan zat pendataan ulang dan ditanyakan
gizi yang pro pertumbuhan seperti seng, kesediaannya (informed consent) untuk
yodium, vitamin A dan folat diduga mengikuti penelitian lanjutan terhadap
memungkinkan meningkatkan cadanganya pertumbuhan, perkembangan motorik, dan
pada bayi yang dilahirkan. status anemia bayi yang diikuti secara kohort
0-6 bulan. Dari hasil pendataan ulang, dari
BAHAN DAN CARA 165 bayi yang memenuhi kriteria adalah 120
orang, sehingga untuk masing-masing
perlakuan 40 orang.
Penelitian ini dilaksanakan di 21 desa,
Panjang badan bayi, tinggi lutut,
terletak di Kecamatan Leuwiliang, Ciampea
morbiditas, status pemberian ASI,
dan Leuwisadeng, Kabupaten Bogor,
pengasuhan diamati setiap bulan sampai
Propinsi Jawa Barat. Penentuan lokasi
umur 6 bulan serta hemoglobin dan
didasarkan bahwa Jawa Barat memiliki
hematokrit bayi di ukur pada usia 6 bulan.
angka kematian ibu 321 per 100.000
Penelitian ini memperoleh ethical clereance
kelahiran hidup(20). Selanjutnya penentuan
dari Komisi Etik Badan Penelitian dan
lokasi kecamatan didasarkan pada
Pengembangan Kesehatan, serta
pertimbangan kemudahan teknis di lapangan
persetujuan (informed consent) juga
dan adanya kerjasama yang baik dari pihak
diperolah dari partisipan secara. Pengolahan
pemerintah daerah setempat (kecamatan)
data dilakukan menggunakan program SPSS
dan juga Puskesmas. Partisipan penelitian
versi 13.0. Z-skor PB/U dianalisis dengan
adalah bayi yang dilahirkan dari ibu yang
menggunakan rujukan baku WHO 2006..
pada waktu hamil ikut program feeding dan
non feeding selama 6 bulan yang telah
dipublikasi dengan judul Pengaruh HASIL
Pemberian Pangan yang Difortifikasi Zat
Multi Gizi Mikro Terhadap Status Gizi Ibu Pertumbuhan adalah salah satu
Hamil dan Berat Bayi Lahir(1,2). Kelompok indikator untuk menilai kecukupan gizi bayi
perlakuan adalah ibu yang mendapat yang berdampak terhadap aspek fisik. Berat
intervensi biskuit, bihun dan susu yang badan menurut umur dan panjang badan
difortifikasi dengan vitamin A, vitamin C, menurut umur merupakan pengukuran
asam folat, besi, seng dan iodium, dan antropometri yang digunakan sebagai
kelompok yang mendapat biskuit, bihun dan penilaian pertumbuhan fisik. Hasil
susu yang tidak difortifikasi, serta kelompok pengukuran yang dibandingkan dengan
tanpa menerima makanan tambahan rujukan antropometri WHO 2006 merupakan
(Kontrol). proses untuk menilai diagram
pertumbuhan(21,22).

14
Gizi Indon 2007, 30(1):12-24 Pengaruh pemberian pangan Bernatal S., dkk.

Pertumbuhan linier diamati berdasarkan pertumbuhan linier <17,5 cm, sebaliknya


selisih/pertambahan panjang badan (∆PB) bayi yang diperkenalkan MP-ASI sesudah 4
dari mulai lahir sampai 6 bulan. Hasil uji bulan, 72,2 persen mengalami pertumbuhan
Ancova menunjukkan adanya perbedaan linier >17,5 cm. Pertumbuhan linier rata-rata
yang nyata (p<0,05) antara kelompok bayi pada usia 6 bulan berdasarkan
perlakuan. Panjang badan pada umur 6 rujukan(22) adalah 17,15 cm.
bulan dan pertambahan panjang badan Hasil uji Ancova menunjukkan nilai Z-
tertinggi diperoleh pada kelompok fortifikasi skor PB/U antara perlakuan berbeda nyata
yaitu 17,94 cm, kemudian kelompok tanpa (p<0,05). Z-skor PB/U pada kelompok tanpa
fortifikasi 16,41 cm dan terendah pada fortifikasi dan kontrol pada umur 6 bulan
kelompok kontrol yaitu 15,76 cm (Tabel 1). memburuk dari nilai Z skor PB/U bayi lahir,
Selisih pertambahan panjang badan sebaliknya pada kelompok fortifikasi nilai Z-
antara kelompok fortifikasi dengan kelompok skor membaik (Tabel 2). Pada Gambar 3
tanpa fortifikasi sebesar 1,53 cm, dan dan 4 terlihat, ketiga kelompok perlakuan
dengan kelompok kontrol sebesar 2,18 cm. pada usia satu bulan setelah lahir umumnya
Sedangkan selisih pertambahan panjang mengalami penurunan z-skor PB/U. Hal ini
badan antara kelompok tanpa fortifikasi diasumsikan normal, pada umur satu bulan
dengan kelompok kontrol sebesar 0,65 cm. pertama merupakan fase adaptasi bayi
Jika dibandingkan dengan rujukan baku terhadap lingkungan baru yaitu di luar janin.
WHO 2006, terlihat pola pertambahan Pada bayi perempuan kelompok tanpa
panjang badan bayi perempuan pada 6 fortifikasi dan kontrol setelah mengalami
bulan pertama kelompok fortifikasi dan tanpa kenaikan Z skor pada usia 2 bulan, kembali
fortifikasi hampir sama dengan rujukan menurun, penurunan yang sangat curam
tersebut (Gambar 1). Sedangkan kelompok terjadi pada kelompok kontrol. Sebaliknya
kontrol mulai pada umur 2 bulan terjadi pada kelompok fortifikasi nilai z-skor PB/U
penyimpangan terhadap kurva rujukan. perlahan meningkat hingga usia 6 bulan.
Dengan semakin bertambahnya usia bayi Memburuknya nilai Z-skor bayi perempuan
pada kelompok kontrol, penyimpangan untuk kelompok kontrol, semakin jelas
tersebut semakin besar juga. Pada usia 6 dengan bertambahnya usia bayi. Pada
bulan selisih panjang badan bayi kelompok kelompok kontrol kejadian stunting telah
kontrol dengan rujukan WHO 2006 adalah terjadi pada bayi usia 2 bulan. Presentasi
2,1 cm. bayi yang mengalami stunting pada
Pola yang sama juga terjadi pada kelompok kontrol pada usia 6 bulan sebesar
kelompok kontrol untuk bayi laki-laki 10%.
penyimpangan pertumbuhan semakin besar Dampak fortifikasi untuk bayi laki-laki
dari kurva referensi dengan semakin pada kelompok fortifikasi tidak seperti bayi
bertambahnya usia bayi (Gambar 2). perempuan, walaupun pada akhirnya nilai z-
Kelompok tanpa fortifikasi mulai mengalami skor meningkat cukup tinggi setelah berusia
penyimpangan dari kedua kurva referensi 4 bulan.
pada umur 4 bulan. Sedangkan pada bayi Hasil analisis regresi berganda
laki-laki kelompok fortifikasi kurva menunjukkan bahwa faktor yang nyata
pertambahan panjang badan hampir sama (p<0,05) mempengaruhi pertumbuhan linier
dengan kurva rujukan sampai usia bayi 6 adalah pemberian pangan fortifikasi, jenis
bulan. kelamin dan panjang badan lahir. Nilai R
Dalam penelitian ini juga ditemukan kuadrat yang disesuaikan (Adjusted R
bahwa pengenalan MP-ASI pada bayi Square) adalah 0,382, yang berarti 38,2
sebelum usia 4 bulan berdampak pada persen nilai pertumbuhan linier bayi
dibanding bayi yang pengenalan MP-ASI dijelaskan oleh pemberian pangan fortifikasi
dilakukan sesudah usia 4 bulan. Pada bayi pada ibu waktu hamil, panjang bayi lahir dan
yang diperkenalkan MP-ASI sebelum 4 jenis kelamin bayi.
bulan, ditemukan 77,2 persen mengalami

15
Gizi Indon 2007, 30(1):12-24 Pengaruh pemberian pangan Bernatal S., dkk.

Tinggi lutut tertinggi terdapat pada g/L, margin antara 90-99 g/L dan cukup 100
kelompok fortifikasi dengan efek terkontrol g/L(23,24).
0,56 cm. Hasil uji Ancova menunjukkan
adanya perbedaan yang nyata (p<0,05) BAHASAN
terhadap tinggi lutut dan pertambahan tinggi
lutut pada usia bayi 6 bulan. Pertambahan
tinggi lutut berdasarkan jenis kelamin juga Pertumbuhan linier bayi dan tinggi lutut
berbeda antara laki-laki dan perempuan. dipengaruhi oleh pemberian pangan
Secara umum pertambahan tinggi lutut laki- fortifikasi (biskuit, bihun, susu) pada waktu
laki lebih tinggi dari perempuan. Rata-rata ibu hamil. Adanya pemberian pangan
selisih tinggi lutut bayi laki-laki dengan fortifikasi memberikan pertambahan panjang
perempuan pada ketiga kelompok adalah lebih tinggi 1,53 cm dibandingkan dengan
0,53 cm. Pada Gambar 5, menunjukkan kelompok tanpa fortifikasi dan 2,18 cm
pertambahan tinggi lutut dari tertinggi sampai dibandingkan dengan kelompok kontrol.
terendah ketiga kelompok berturut-turut Pemberian pangan fortifikasi pada ibu hamil
adalah kelompok fortifikasi sebesar 4,91 cm, secara signifikan mempengaruhi
tanpa fortifikasi sebesar 4,21 cm dan pertambahan panjang badan bayi sampai
kelompok kontrol sebesar 3,94 cm. usia 6 bulan. Hal ini diduga ketersedian zat
Hasil analisis korelasi dengan Pearson gizi pada bayi dipengaruhi oleh pemberian
menunjukkan bahwa tinggi lutut berkorelasi pangan (susu, biskuit dan bihun) fortifikasi
positif dengan pertambahan panjang badan multi gizi mikro (Vitamin A, vitamin C, seng,
(r=0,743; p=0,000). Hasil analisis dengan besi, folat dan iodium) pada waktu ibu hamil.
regresi diperoleh persamaan hubungan Pengaruh pemberian pangan ini
tinggi lutut dengan panjang badan pada usia meningkatkan cadangan gizi keenam
6 bulan, dengan menggunakan tinggi lutut fortifikan tersebut yang merupakan zat gizi
sebagai predictor yaitu ; Y = 26,658+ 2,208X yang pro terhadap pertumbuhan panjang
(Y= panjang badan dan X = tinggi lutut). badan (tulang). Hasil yang hampir sama juga
Untuk menentukan titik potong (cut off point) ditemukan pada ibu yang menyusui diberi
tinggi lutut dengan kejadian stunting mie fortifikasi mineral (Ca, I, Se, Zn dan Fe)
digunakan dengan analisis regresi. Hasil dan vitamin (A, D, E, folat, B6 dan B12)
analisis regresi dengan menggunakan tinggi secara nyata mempengaruhi pertambahan
lutut sebagai predictor terhadap z-Skor PB/U panjang badan bayi 1,48 cm dibandingkan
pada usia bayi 6 bulan diperolah persamaan dengan kelompok kontrol(25).
regresi adalah sebagai berikut; Y= -14,248 + Penyimpangan pertumbuhan pada
0,826 X, dimana Y sebagai z-skore (status penelitian ini ditemukan pada kelompok
gizi) dan X adalah tinggi lutut. Dari kontrol pada usia 2 bulan. Hasil penelitian
persamaan tersebut maka cut off point lain menunjukkan bahwa pertumbuhan linier
pada dua bulan pertama menunjukkan
stunting untuk tinggi lutut tanpa
kondisi yang baik. Sebaliknya setelah umur 2
membedakan jenis kelamin bayi pada usia 6
bulan pertumbuhan berat badan cenderung
bulan adalah 14,248 cm (Stunting (tinggi
menurun secara lambat dan pertumbuhan
lutut): < 14,248, Normal (tinggi lutut) : >
linier turun lebih tajam(4), hasil yang hampir
14,248 cm).
sama menunjukkan retardasi pertumbuhan
Kadar Hb kelompok fortifikasi masuk
linier mulai terjadi sebelum atau pada saat
dalam kategori margin artinya secara
usia 3 bulan pertama kehidupan(26).
keseluruhan belum termasuk dalam kategori
Proses penyimpangan pertumbuhan
Hb kurang (Tabel 4). Karena kadar Hb pada
linier (growth faltering) pada masa dini yaitu
kelompok fortifikasi tidak ada dibawah 90
fase bayi sangat tergantung pada zat gizi.
g/L. Hal tersebut sesuai dengan kriteria
Hasil ini membuktikan pengaruh pangan
hemoglobin pada usia 6-23 bulan yang mana
(biskuit, susu dan bihun) yang difortifikasi
dikatakan ”kurang” jika Hb kurang dari 90
dengan vitamin A, vitamin C, folat, besi, seng

16
Gizi Indon 2007, 30(1):12-24 Pengaruh pemberian pangan Bernatal S., dkk.

dan iodium, terbukti masih memberikan untuk memudahkan pertumbuhan tulang


pengaruh pada bayi sampai 6 bulan yang normal yang dikontrol pada epifise.
pertama. Bukti ini diperkuat oleh efek bersih Dalam keadaaan defesiensi, resorpsi tulang
dari analisis peragam (Ancova) bahwa terhenti, walaupun tidak ada kerusakan
terdapat perbedaan yang nyata antara ketiga dalam proses kalsifikasi. Mineral seng
kelompok perlakuan. Ketersediaan cadangan sangat dibutuhkan untuk produksi retinol
zat gizi ke 6 fortifikan yang merupakan zat binding protein (RBP) secara normal.
gizi yang membantu pertumbuhan dapat Dimana untuk sekresi hati kedalam plasma,
memperbaiki pertumbuhan linier pada bayi. retinal atau retinoid lainnya bersatu dengan
Intervensi gizi pada masa kehamilan juga RBP. Oleh karena itu defesiensi Zn akan
memberikan cadangan atau simpanan zat mengganggu fungsi vitamin A dengan jalan
gizi yang lebih baik pada ibu dan janin, mencegah tingkat pembebasannya secara
misalnya intervensi besi dapat meningkatkan normal dari penyimpanan dalam hati. Selain
simpanan besi dalam bentuk laktoferin dalam itu seng sangat berperan dalam regulasi
ASI, ferritin atau haemosiderin dalam hati hormon pertumbuhan (growth hormon, GH)
dan darah, seng dalam bentuk α- dan IGF-1 (insulin-like growth factor-1).
macroglobulin, asam folat dalam bentuk Disamping itu seng berperan penting dalam
poliglutamat, dan iodium dalam tiroid dalam meningkatkan efesiensi utilisasi energi untuk
bentuk tiroglobulin. Simpanan ini dapat deposisi jaringan dan dalam sisntesis DNA,
dimanfaatkan bayi dari ASI selama masa RNA dan protein yang terjadi dalam
menyusui. pertumbuhan. Mekanisme peranan seng
Keterlibatan keenam fortifikan dalam dalam terhadap pertumbuhan linier dan
pertumbuhan panjang badan/tulang adalah tinggi lutut ini kemungkinan karena seng
sebagai berikut; Iodium adalah komponen yang tersedia dapat merangsang
penting hormon paratiroid (PTH) yang pembentukan tulang(28,29,30).
berfungsi untuk mengontrol pengaktifan Folat berperan dalam reaksi
vitamin D menjadi bentuk hormonnya dan donasi/penerimaan 1-C dalam metabolisme
kedua hormon tersebut berinteraksi asam amino, purin dan asam nukleat.
meningkatkan reabsorpsi kalsium (Ca) Dimana jaringan-jaringan seperti sum-sum
tulang dan retensi Ca oleh tubuli ginjal. Hasil tulang yang bersifat hematopoietik (hampir
penelitian pada tikus membuktikan semua tergantung pada proliferasi sel)
suplementasi iodium dan selenium dapat pertama kali akan dipengaruhi oleh defisiensi
memperbaiki berat badan, panjang ekor dan THFA (asam tetrahidrofolat)(28,29,30,31).
pertumbuhan tulang(27). Selanjutnya kristal- Selain faktor fortifikan dalam bahan
kristal hidroksilapatit (3Ca3(PO4)2.Ca(OH)2) pangan dalam penelitian ini, energi protein
dideposit dalam matirks kolagen dan serat- dalam pangan itu sendiri juga turut
serat elastis yang terdiri dari tulang. mepengaruhi pertambahan panjang badan
Pembentukan kolagen dipengaruhi oleh bayi dan tinggi lutut pasca kelahiran.
vitamin C dan besi. Vitamin C berperan Penelitian lain membuktikan bahwa bayi dari
memelihara status reduksi besi hidroksilasi ibu yang pada waktu hamil disuplementasi
adalah pembentukan hidroksiprolin dan minuman atole (tinggi protein, energi
hidroksilisin selama sintesis kolagen dalam sedang) panjang badanya lebih tinggi (1,44
reticulum endoplasmic. cm, p<0,05) dibandingkan dengan panjang
Vitamin A berperan dalam pertumbuhan badan bayi dari kelompok ibu yang pada
terutama dalam memodulasi/menyesuaikan waktu hamil disuplementasi minuman
pertumbuhan tulang melalui proses fresco (tanpa protein, energi rendah)(32).
remodeling. Vitamin A essensial untuk Suplemetasi multi gizi dengan seng
aktivitas sel-sel dalam tulang rawan epifise menunjukkan pertumbuhan tinggi lutut anak
yang harus menjadi suatu siklus lebih tinggi dibandingkan dengan
pertumbuhan normal, suplementasi seng saja atau multi gizi tanpa
maturasi/pendewasaaan dan degenerasi

17
Gizi Indon 2007, 30(1):12-24 Pengaruh pemberian pangan Bernatal S., dkk.

seng pada anak berumur 6 sampai 9 yang laju peningkatan prevalensi anemia ibu dan
suplementasi selama 10 minggu(33). bayi sampai pada umur 6 bulan.
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa Status besi ibu selama hamil
rata-rata panjang badan bayi laki-laki pada berpengaruh terhadap simpanan besi bayi
usia 6 bulan lebih tinggi (1,71 cm) dari pada selama beberapa bulan setelah melahirkan.
bayi perempuan. Hal ini sesuai dengan Studi suplementasi besi terhadap ibu hamil
rekomendasi(22) dimana panjang badan bayi di Perancis menyatakan bahwa status besi
laki-laki pada usia 6 bulan lebih tinggi (1,9 ibu selama hamil berhubungan dengan
cm) dari pada bayi perempuan. Peningkatan status besi bayi pada usia 2 bulan(37). Besi
pertumbuhan panjang badan bayi lebih kuat dibutuhkan dalam sirkulasi sebagai
pengaruhnya pada bayi yang relatif lebih komponen Hb yang terlibat dalam
pendek/kurang gizi ketika lahir dibandingkan pengangkutan oksigen. Penurunan sel darah
dengan yang panjang badanya lebih merah dan penurunan aktivitas
tinggi/cukup gizi. Hal ini diduga disebabkan eryhtropoietic adalah hasil dari penurunan
oleh bayi yang lebih pendek memiliki metabolisme jaringan, yang berhubungan
kecenderungan untuk mengejar dengan pernanan besi sebagai kofaktor
pertumbuhannya (catch up growth) setelah essensial metabolik. Selain itu besi juga
lahir. Hasil penelitian yang sama juga dibutuhkan dalam jumlah sedikit (kira-kira
ditemukan dengan suplementasi multi gizi 300 mg) erat hubunganya dengan beberapa
mikro selama kehamilan dalam peningkatan enzim, terutama heme yang mengandung
pertumbuhan bayi tidak merata pada semua sitokrom dan dalam kompleks Fe-S-protein
bayi, tetapi lebih kuat pengaruhnya pada dalam transpor elektron dan oksidasi
bayi yang relatif kurang gizi ketika lahir fosforilasi dalam sel disamping enzim-enzim
dibandingkan dengan yang cukup gizi(34). hati, katalase dan peroksidase(28,29,30,31).
Terdapat dua titik penting bagaimana terjadi Selain faktor pemberian fortifikan besi, seng
kejar tumbuh dari anak yang gizi kurang dalam penelitian ini, faktor pemberian
setelah diperbaiki gizinya yaitu :(1) fortifikan vitamin A juga diduga
pertambahan panjang badan berkorelasi meningkatkan Hb pada ibu, janin dan bayi.
negatif dengan panjang badan lahir, Hasil penelitian terbaru menunjukkan bahwa
sehingga anak-anak stunted akan bertumbuh suplementasi vitamin A (200.000 IU) pada
lebih cepat, dan (2) pertumbuhan linier anak- anak-anak meningkatkan hemoglobin dan
anak umumnya baru mulai setelah berat menurunkan prevalensi anemia dari 54
badan mencapai setidaknya 85% berat persen menjadi 38 persen (38).
badan terhadap tinggi badan yang
diharapkan(35). KESIMPULAN
Pangan fortifikasi pada penelitian ini
lebih pada menahan laju penurunan Hb bayi Kesimpulan
sampai usia bayi 6 bulan. Dimana pada Pemberian pangan fortifikasi pada ibu
kelompok tanpa fortifikasi dan kontrol kadar hamil mempengaruhi pertumbuhan linier dan
Hb pada bayi usia 6 bulan sudah ada tinggi lutut bayi secara signifikan.
dibawah 90,0g/L bahkan pada kelompok Peningkatan pertumbuhan panjang badan
kontrol.bayi ada yang Hb-nya 70,6 g/L. Hasil bayi lebih kuat pengaruhnya pada bayi yang
ini sesuai dengan penelitian awal pada ibu relatif lebih pendek/kurang gizi ketika lahir
bahwa pemberian pangan fortifikasi lebih dibandingkan dengan yang panjang badanya
pada mempertahankan kadar Hb pada ibu. lebih tinggi/cukup gizi. Pengenalan MP-ASI
Dimana prevalensi anemia pada ibu setelah yang lebih cepat (< 4 bulan) pada bayi,
intervensi meningkat 5,4 persen, kelompok memiliki pertumbuhan linier, status gizi (PB/
tanpa fortifikasi 33,2 persen, dan kontrol 35,4 U) dan pertambahan tinggi lutut rata-rata
persen(36), dengan demikian pemberian yang lebih rendah dibandingkan bayi yang
pangan fortifikasi pada ibu dapat menahan pengenalan MPASI-nya lebih lama. Stunting
(5%) pada bayi teramati pada umur 2 bulan

18
Gizi Indon 2007, 30(1):12-24 Pengaruh pemberian pangan Bernatal S., dkk.

yaitu pada kelompok kontrol, kemudian 3. Shrimpton R dkk. 2001. Word timing of
menaik pada usia 6 bulan Stunting menjadi growth faltering. implication nutrition
10 persen. Bayi pada usia 6 bulan yang intervention. Pediatrics 107: 1-7
tinggi lutunya < 14,248 cm termasuk dalam 4. Satoto. 1990. Pertumbuhan dan
kategori status gizi stunting Perkembangan Anak. Pengamatan 0-18
Pangan fortifikasi pada penelitian ini bulan di Kecamatan Mlonggo,
lebih pada menahan laju penurunan Hb bayi Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.
sampai usia bayi 6 bulan. Dimana pada usia [Disertasi] Semarang: Program
bayi 6 bulan kadar Hb <90 g/L kelompok Pascarjana, Universitas Diponegoro.
tanpa fortifikasi (8,3%) dan kontrol (11,11%)
5. Schmidt MK dkk. 2002. Nutritional
dan kelompok fortifikasi tidak ada (0%).
status and linier growth indonesian
infant in west java are determined more
by prenatal enviroment than by
Saran
postnatal factors. J Nutr 132. 2202-
Perlu adanya penelitian lebih lanjut
2207
menganalisis dampak pemberian pangan
fortifikasi zat multi gizi mikro pada ibu hamil 6. [Depkes RI]. 2001. Strategi Nasional
terhadap pertumbuhan dan perkembangan Peningkatan Pemberian ASI Tahun
kognitif pasca predominan ASI (diatas 6 2001-2005. Makalah Disampaikan
bulan) serta penelitian lebih lanjut tentang pada Workshop Peningkatan
hubungan tinggi lutut dengan panjang Pemberian ASI, 8-10 Juli, Jakarta
bandan dan status gizi (Z-skor PB/U) bayi. 7. Meinzen-Derr JK dkk. 2006. Risk infant
Karena rendahnya cakupan ASI eksklusif (6 anemia is associated with exclusive
bulan) pada bayi yaitu 3,36 persen maka breast-feeding and maternal anemia in
kepada pemerintah atau LSM (Lembaga a Mexican cohort. J Nutr 136: 452-458.
Swadaya Masyarakat) perlu melakukan 8. Ortega RM dkk. 1997. Vitamin A status
suatu program pendampingan melekat pada during the third trimester of pregnancy
ibu menyusui selama 0-6 bulan. in Spanish women : influence on
concentration of vitamin a in breast milk.
UCAPAN TERIMAKASIH Am J Clin Nutr 66: 564-68.
9. Gibson RA, Neumann MA, Makrides M.
Terimakasih disampaikan kepada 1997. Effect of increasing breast milk
Seafast Center IPB yang telah memberikan decosahexaenoic acid on plasma and
kesempatan pada penulis untuk melakukan erythrocyte phospolipid fatty acid and
penelitian ini. Penelitian ini adalah bagian neural indices of exlusively breast fed
dari disertasi penulis1. infant. Eur J Clin Nutr. 51: 578-584
10. Jarjou LM dkk. 2006. Randomized
RUJUKAN placebo-controlled calcium
1. Arifeen SE dkk. 2006. Infant grotwh supplementation study in pregnant
patterns in the slum Dhaka in relation to Gambian women: effect on breast milk
birth weight intrauterine growth calcium concentrations and infant birth
retardation and prematurity. Am J Clin weight, growth and bone mineral
Nutr 72(4): 1010-1017 accretion in the first year of life. Am J
2. [Depkes RI] Departemen Kesehatan. Clin Nutr 83 (3):657-666
2000. Penaggulangan Anak-anak yang 11. Hilson JA, Rasmussen KM, Kjolhede
Terpuruk Akibat Krisis. Disampaikan CL. 2006. Excessive weight gain during
pada Konferensi Nasional III pregnancy is associated with earlier
Kesejahteraan Anak, 26-28 Oktober, termination of breast-feeding among
Jakarta. white women. J Nutr.136: 140-146

19
Gizi Indon 2007, 30(1):12-24 Pengaruh pemberian pangan Bernatal S., dkk.

12. Marquis SG dkk. 1997. Breast milk or 20. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2003.
animal product foods improve linear Analisis Antropometri Balita. Survey
growth of Peruvian toddlers consuming Sosial Ekonomi Nasional 2000. Jakarta
marginal diets. Am J Clin Nutr; 66:
21. Kramer MS dkk. 2003. Infant growth
1102-1109
and health outcomes associated with 3
13. Simodon dkk. 2001. Breast-feeding is compared with 6 months of exclusive
associated with improved growth in breastfeeding. Am J Clin Nutr 78: 291-
length, but not weight, in rural 295
Senegalese toddlers. Am J Clin.Nutr 73:
22. [WHO] Word Health Organization. 2006.
959-967
WHO Child Growth Standards. WHO,
14. Ntab B dkk. 2005. A young child feeding Geneva
index is not associated with either
23. Christakis G. 1973. Nutrition
height for age or height velocity in rural
assessment in health program. Am J of
Senegalese children. J Nutr. 135: 457-
P health. II (63) Nov.
464
15. Eckhardt CL dkk. 2001. Full Breast- 24. Roedjito D. 1989. Kajian Penelitian Gizi.
feeding for at least four months has Medyatama Sarana Perkasa. Jakarta
differential effects on growth before and 25. Aritonang E. 2007. Pengaruh pemberian
six months of age among children in mie instan fortifikasi pad ibu menyusui
Mexican Community. Amerika Sosiety terhadap kadar zink dan besi ASI serta
for Clinical Nutrition. USA. pertumbuhan linier bayi. [Disertasi].
16. Krammer, 1997 diacu dalam Anwar F, Bogor: Sekolah Pascasarjana. Institut
Atmojo SM, Mudjanjanto ES, Martianto Pertanian Bogor.
D. 2003. Pemberian Makanan 26. Hautvast JL dkk. 2000. Severe Linear
tambahan (PMT) biskuit dari tepung growth retardation in rural Zambian
ikan yang difortifikasi dengan besi untuk children the influence of biological
penanggulangan anemia pada ibu variable. Am J Clin Nutr; 71: 550-9
hamil. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor 27. Reyes RG, Egrise D, Boelaert M,
17. Shaheen R, Francisco A, Arifeen SE, Goldman S, Meuris S. 2006. Iodine
Ekstrom EC, Persson LA. 2006. Effect defeciancy mitigates growth retardation
of prenatal supplementation on birth and osteopenia in selenium-defecient
weight: an observational study from rats. J Nutr 136: 595-600
Bangladesh. Am J Clin Nutr 83 (6): 28. Linder MC, 1992. Biokimia Nutrisi dan
1355-1361 Metabolisme, Parakksi A penerjemah;
18. Gopalan dkk. 1973 diacu dalam Nguyen Jakarta: Universitas Indonesia.
TL. 1997. Effects of Vitamin A and Iron Terjemahan dari: Nutritional
Fortified Supplementation Food on Biochemistry and Metabolism
Vitamin A and Iron Status of Rural 29. Lehninger AL 1995. Dasar-dasar
Preschool Children in Vietnam. Biokimia. Volume 1,2,3. Thenawidjaya
[Disertation]. Jakarta: Program M, penerjemah; Jakarta: Erlangga.
Pascasarjana Universitas Indonesia. Terjemahan dari: Principles of
19. Walker dkk. 1991 diacu dalam Nguyen Biochemistry.
TL. 1997. Effects of Vitamin A and Iron 30. Bender DA. 2002. Introduction to
Fortified Supplementation Food on Nutrition and Metabolism 3rd edition.
Vitamin A and Iron Status of Rural Taylor and Francis Ltd. London
Preschool Children in Vietnam.
31. Koolman RD, Rohm F. 1996. Color and
[Disertation]. Jakarta: Program
Atlas Biochemistry. Thieme. New York
Pascasarjana Universitas Indonesia

20
Gizi Indon 2007, 30(1):12-24 Pengaruh pemberian pangan Bernatal S., dkk.

32. Stein AD, Barnhart HX, Hickey M, 36. Prihananto V. 2007. Pengaruh Pangan
Schoeder DG, Martorell R. 2003. Fortifikasi Multi gizi mikro terhadap
Prospective study of protein-energy Status Gizi ibu hamil dan berat bayi
supplementation early in life and of lahir. [Disertasi]. Bogor: Sekolah
growth in the subsequent generation in Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Guatemala. Am J Clin Nutr 78: 162-167
37. Allen L, Gillespie S. 2001. What works?
33. Pendland JG. dkk. A Preliminary report: A review of the efficacy and
effect of zinc and micronutrient repletion effectiveness of nutrition intervention.
on growth and neuropsychological ACC/SCN. Nutrition Policy Paper No.
function of urban Chinese children J Am 15
Coll Nutr 16(3): 268-272
38. Zimmermann MB dkk. 2006. Vitamin A
34. Sunawang. 2005. Pengaruh supplementation in children with poor
Supplementasi Zat Multi Gizi Mikro vitamin A and iron status increases
selama Hamil terhadap Hasil Kehamilan erythropoietin and hemoglobin
dan Petumbuhan Bayi [Disertasi]. concentration without changing total
Jakarta: Program Pascasarjana, body iron. Am J Clin Nutr 84(3): 580-
Universitas Indonesia. 586
35. Waterlow JC. 1994. Relationship of
Gain in Height to Weight. Eur J Clin
Nutr 48:S72-S74
Tabel 1
Rata-rata pertambahan panjang badan bayi

Umur (bulan) Fortifikasi Placebo Kontrol Nilai-p beda antar


n=40 n=39 n=40 kelompok

Panjang, usia 0 bulan (cm) 49,42 + 1,84 49,61 + 1,31 49,08 + 1,70 0,303
Panjang , usia 6 bulan (cm) 67,36+ 1,80a 66,02+ 2,04a 64,84+ 2,01b 0,030*
Tambahan panjang 0-6 bln (cm) 17,94+ 1,83a 16,41+ 1,41b 15,76+ 1,70b 0,026*
Keterangan: a,b Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak adanya
perbedaan antar kelompok. Dampak ini sudah dikontrol dengan berat badan awal, panjang badan
awal, jenis kelamin, intik energi, protein, pengasuhan tinggi badan ibu dan morbiditas.

Tabel 2.
Rata-rata Z Skor PB/U bayi

Indikator Antropometri Fortifikasi Placebo Kontrol Nilai P beda


PB/U(Z-skor) n=40 n=39 n=40 antar
kelompok
0 bulan Rata-rata -0,04+0,63 0,02+0,40 -0,25+0,56 0,495
Terkecil -1,72 -1.17 -2.28
Tertinggi 2,63 1.37 1.06
6 bulan Rata-rata 0,18+0,77ab -0,28+0,95bc -0,82+0,94c 0,010*
Terkecil -1,09 -1,90 -2,59
Tertinggi 2,40 2,18 1,85
Selisih Rata-rata 0,50+0,92a -0,26+0,88ab -0,52+1,16b 0,022*
Terkecil -1,62 -1.53 -2.48
Tertinggi 2,63 2.24 3.38

21
Gizi Indon 2007, 30(1):12-24 Pengaruh pemberian pangan Bernatal S., dkk.

a,b
* Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak adanya perbedaan
antar kelompok. Dampak ini sudah dikontrol dengan berat badan awal, panjang badan awal, jenis
kelamin, intik energi, protein, pengasuhan tinggi badan ibu dan morbiditas.

Tabel 3
Pertambahan dan tinggi lutut bayi

Umur (bulan) Fortifikasi Tanpa Kontrol Nilai P beda


n=40 Fortifikasi n=40 antar kelompok
n=39
Tinggi lutut usia 12,80+ 0,17 12,80+ 0,32 12,79+ 0,32 0.809
1 bulan (cm)
Tinggi lutut usia 17, 3+ 0,68a 17,07 + 0,70b 16,59+ 0,70b 0.012
6 bulan (cm)
Tambahan Tinggi lutut 4,47+ 0,64a 4,02+ 0,71b 3,80+ 0,74b 0.007
1-6 bulan (cm)
Keterangan: a,b
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak adanya
perbedaan antar kelompok. Dampak ini sudah dikontrol dengan berat badan awal, panjang
badan awal, tinggi lutut awal, jenis kelamin, intik energi dan protein, pengasuhan dan
morbiditi.

Tabel 4
Sebaran hemoglobin bayi

Kategori Fortifikasi Tanpa fortifikasi Kontrol Total


Hb (g/L) (%) (%) (%)
(%)
< 80,0 0,0 0,0 2,8 0,9
80,0-89,0 0,0 8,3 8,3 5,6
90,0-99,0 5,6 16,7 16,7 13,0
100,0-109,0 41,6 19,4 36,1 32,4
> 110 52,8 55,6 36,1 48,1
Terendah 95,7 g/L 83,3 g/L 70,6
Rata-rata Hb 108,1 + 6,8 g/L 106,6+11,5 g/L 104,2+ 9,1 g/L 106,3+ 9,4
Tertinggi 120,0 g/L 123, 2 g/L 120,3 g/L

22
Gizi Indon 2007, 30(1):12-24 Pengaruh pemberian pangan Bernatal S., dkk.

66
panjang badan (cm) 64
62
60
58 fortifikasi
56 Tanpa Fortifikasi
54 kontrol
52 WHO 2006
50
48
0 1 2 3 4 5 6
Umur (bulan)

Gambar 1
Rata-rata kenaikan panjang badan bayi perempuan

67
65
63
Panjang badan (cm)

61
59 Fortifikasi
57 Tanpa fortifikasi
55 Kontrol
WHO(2006)
53
51
49
47
0 1 2 3 4 5 6
umur (bulan)

Gambar 2
Rata-rata kenaikan panjang badan bayi laki-laki

0.4
0.2
0
Z skor PB/U

-0.2 0 1 2 3 4 5 6
-0.4
-0.6 fortifikasi
-0.8 tanpa fortifikasi
kontrol
-1
-1.2
umur (bulan)

Gambar 3.

23
Gizi Indon 2007, 30(1):12-24 Pengaruh pemberian pangan Bernatal S., dkk.

Z skor PB/U bayi Perempuan

0.4 Fortifikas i
Tanpa fortifikas i
0.2 kontrol
Z skor PB/U

0
0 1 2 3 4 5 6
-0.2

-0.4

-0.6

-0.8
umur(bulan)

Gambar 4
Z skor PB/U bayi laki-laki

18
Fortifikas i
17 Tanpa Fortifikas i
16 Kontrol
Tinggi lutut (cm)

15
14
13
12
1 2 3 4 5 6
Um ur (bulan)

Gambar 5
Tinggi lutut bayi laki-laki dan perempuan

24

You might also like