Status Gizi Dan Perkembangan Bayi Usia 6-12 Bulan: Ika Yudianti, Nur Hidayah Ning Tyas
Status Gizi Dan Perkembangan Bayi Usia 6-12 Bulan: Ika Yudianti, Nur Hidayah Ning Tyas
Status Gizi Dan Perkembangan Bayi Usia 6-12 Bulan: Ika Yudianti, Nur Hidayah Ning Tyas
Abstract: Most of nutrition problem in Indonesia was caused by imbalance between need of energy and
protein that was consumed in long period. The goal of this research was to know correlation between
status of nutrition with development of 6-12 months old baby. Research design was correlational with
crossectional approach. Population of this research was 30 babies and sample that was used is 26
babies using purposive sampling technique. Distribution of frequency of nutrition status was almost
half (46%) of respondents were in normal status, and only (12%) in thin category, meanwhile almost all
of respondents (77%) passed and 23% failed in development test. Analysis using Spearman Rank in
level of mistake 5% got tcount (0,544) > ttable (0,390). It showed that H0 was rejected and H1 was accepted.
The conclusion is there was correlation between status of nutrition and baby development. Baby with
good nutrition status tent to have optimum development.
PENDAHULUAN
pada umur 0-6 bulan, zat-zat gizi tersebut sudah
Bayi berada didalam masa pertumbuhan dan dapat mencukupi (Notoatmodjo, 2011).
perkembangan paling pesat dalam siklus Pertumbuhan merupakan bertambahnya
kehidupan manusia. Bayi yang dilahirkan dengan ukuran dan jumlah sel serta jaringan interselular,
sehat, pada umur 6 bulan akan mencapai berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur
pertumbuhan atau berat badan 2 kali lipat dari tubuh sebagian atau keseluruhan sehingga dapat
berat badan pada waktu dilahirkan. Supaya bayi diukur dengan satuan panjang dan berat. Sedangkan
tumbuh dengan baik, zat-zat gizi yang sangat perkembangan merupakan bertambahnya struktur
dibutuhkan adalah protein, kalsium, vitamin D, dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam
vitamin A dan K, Fe (zat besi). Secara alamiah kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara, dan
sebenarnya zat-zat gizi tersebut sudah terkandung bahasa serta sosialisasi dan kemadirian (Depkes
dalam ASI (Air Susu Ibu). Oleh sebab itu, apabila RI, 2005). Untuk mencapai pertumbuhan dan
gizi makan ibu cukup baik, dan anak diberi ASI perkembangan yang optimal pada bayi perlu di
58 ISSN 2460-0334
58
Yudianti, Status gizi dan perkembangan bayi
berikan asupan nutrisi sesuai dengan usianya. Bayi Berdasarkan studi pendahuluan yang telah
yang usianya >6 bulan perlu tambahan makanan dilakukan oleh peneliti di Posyandu Mawar Merah
pendamping ASI, karena semakin bertambahnya Kelurahan Polowijen Kecamatan Blimbing Kota
usia, perkembangan bayi juga bertambah. Oleh Malang, hasil presentase bayi usia 6-12 bulan
karena itu nutrisi perlu ditambahkan dengan dengan status gizi kurus sekali sebanyak 14%,
pemberian MP-ASI. Selain itu pemberian MP-ASI status gizi kurus 21%, status gizi gemuk 21%, dan
juga disesuaikan dengan usianya, mengingat status gizi normal 42% dengan menggunakan tabel
penyerapan makanan oleh pencernaan bayi belum berat badan/ tinggi badan (Direktorat Gizi
sempurna, makanan tersebut akan mempengaruhi Masyarakat, 2002). Dengan variasi status gizi
status gizi nya. tersebut saat dinilai perkembangannya dengan cara
Secara umum, masalah gizi di Indonesia wawancara kepada orangtua bayi, didapatkan ada
banyak disebabkan oleh ketidakseimbangan yang sesuai dengan usia nya, ada juga yang lambat
antara kebutuhan asupan energi dan protein yang perkembangannya.
dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama. Tujuan umum dari penelitian ini adalah
Berdasarkan data dari Direktorat Bina Gizi mengetahui hubungan status gizi dengan
Kementerian Kesehatan diketahui sampai tahun perkembangan bayi usia 6-12 bulan. Sedangkan
2011 ada sekitar 1 juta anak di Indonesia yang tujuan khusus dalam penelitian ini antara lain: 1)
mengalami gizi buruk. Pada tahun 2010, tercatat mengidentifikasi status gizi bayi, 2) mengidentifikasi
jumlah balita gizi buruk di Indonesia sebanyak perkembangan bayi usia 6-12 bulan, dan 3)
43.616 balita atau sebesar 4.9%. Angka ini lebih menganalisis hubungan status gizi dengan
kecil jika dibandingkan tahun 2009 dengan jumlah perkembangan bayi usia 6-12 bulan.
balita gizi buruk sebanyak 56.941 balita. Namun,
angka penderita gizi buruk pada tahun 2010 ini METODE PENELITIAN
masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun Desain penelitian menggunakan rancangan
2008 yang berjumlah 41.290 balita. Presentase penelitian korelasional yang bertujuan meng-
kasus balita gizi buruk tertinggi di Pulau Jawa pada ungkapkan hubungan korelatif antar variabel, yaitu
tahun 2010 terjadi di Provinsi Jawa Timur dengan hubungan status gizi dengan perkembangan bayi
angka sebesar 4,8% (Depkes, 2010). usia 6-12 bulan. Pendekatan yang dilakukan dalam
Selain itu, masih tingginya angka kejadian mengumpulkan data adalah secara cross sec-
gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada tional yaitu jenis penelitian yang menekankan
anak usia balita khususnya gangguan perkem- waktu pengukuran/ observasi data variabel
bangan motorik didapatkan 23,5 (27,5%) / 5 juta independen (status gizi) dan dependen (perkem-
anak mengalami gangguan. Sedangkan masalah bangan bayi usia 6-12 bulan) hanya satu kali pada
perkembangan anak seperti keterlambatan satu saat (Nursalam, 2008).
motorik, berbahasa, perilaku, autisme, hiperaktif, Populasi yang digunakan adalah seluruh bayi
dalam beberapa tahun terakhir ini semakin yang ada di Posyandu Mawar Merah berjumlah
meningkat, angka kejadian di Amerika serikat 30 orang pada bulan April-Mei 2014. Sampel dalam
berkisar 12-16,6%, Thailand 24%, Argentina penelitian ini adalah sebagian bayi yang berusia
22,5% dan di Indonesia antara 13-18% (UNICEF, 6-12 bulan di Posyandu Mawar Merah sebanyak
2005 dalam Dhamayanthi, 2006). Hal tersebut 26 orang menggunakan teknik sampling purpo-
menunjukkan bahwa status gizi yang kurang atau sive dengan kriteria inklusi: 1) berusia 6-12 bulan
buruk pada anak, akan memengaruhi tumbuh pada saat penelitian, 2) terdaftar dalam cohort
kembangnya. Peran orang tua juga sangat penting bayi, 3) disetujui oleh orang tuanya. Kriteria
dalam perbaikan gizi bayi dengan memerhatikan eksklusi sebagai berikut: 1) bayi dalam keadaan
jenis pemberian makanaan, frekuensi, dan waktu sakit, 2) bayi meninggal, 3) bayi pindah tempat
pemberian makanannya supaya status gizi bayi dan tinggal. Variabel independen pada penelitian ini
tumbuh kembangnya baik.
ISSN 2460-0334 59
JURNAL INFORMASI KESEHATAN INDONESIA (JIKI), VOLUME 1, NO. 1, MEI 2015: 58-62
adalah status gizi, dan variabel dependen adalah Tabel 1 menunjukkan bahwa setengahnya
perkembangan bayi usia 6-12 bulan. (50%) orang tua responden berpendidikan SMA
Prosedur yang ditempuh oleh peneliti dalam dan yang berpendidikan SD hanya sedikit (8%).
pengumpulan data yaitu peneliti mendapat surat Artinya orang tua memiliki pengetahuan yang
pengantar dari institusi untuk melakukan penelitian cukup dalam penyajian asupan gizi untuk bayinya.
yang ditujukan kepada Badan Kesatuan Bangsa Hasil penelitian juga menunjukkan hampir
dan Politik Kota Malang dan Dinas Kesehatan sebagian (65%) orang tua responden tidak bekerja,
Kota Malang. Selanjutnya surat balasan dari Dinas dan hanya (35%) yang bekerja. Artinya orangtua
Kesehatan Kota Malang diberikan ke Puskesmas khususnya Ibu mempunyai waktu yang cukup
Pandanwangi. Setelah mendapat persetujuan lalu banyak untuk merawat dan menyediakan
peneliti meminta ijin kepada ibu RW selaku makanan yang bergizi.
penanggung jawab Posyandu Mawar Merah. Pada Tabel 2 menunjukkan bahwa hampir
Peneliti menyeleksi calon responden sesuai dengan setengah (46%) responden memiliki kategori sta-
kriteria inklusi untuk dijadikan sampel pada saat tus gizi normal, dan hanya (12%) berstatus gizi
penelitian, kemudian memberikan penjelasan kurus. Sedangkan pada status perkembangan
tentang tujuan dari penelitian kepada ibu calon berdasarkan DDST didapatkan sebagian besar
responden. Apabila bersedia untuk menjadi responden berkategori pass/ lulus yaitu sebanyak
responden kemudian diminta untuk menanda- 20 responden (77%), dan yang mempunyai
tangani lembar persetujuan (informed consent). kategori fail/ gagal sebanyak 6 responden (23%).
Langkah selanjutnya melakukan pengukuran Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa
DDST, yang hasilnya diinterpretasi dengan seluruh responden dengan status gizi normal
penimbangan berat badan dan pengukuran panjang (100%) dapat menyelesaikan tes perkembangan
badan responden disesuaikan dengan tabel berat dalam lembar DDST dengan baik (pass/ lulus),
badan/ tinggi badan (Direktorat Gizi Masyarakat, sebaliknya responden yang tidak dapat
2002) untuk mengetahui status gizi nya. menyelesaikan tes perkembangan dalam lembar
Responden yang tidak hadir pada saat posyandu, DDST (fail/ gagal) berasal dari status gizi kurus,
peneliti melakukan kunjungan rumah responden sangat kurus, dan gemuk
yang bersedia untuk diteliti. Berdasarkan pada hasil uji korelasi Spearman
Tempat penelitian adalah Posyandu Mawar Rank, didapatkan koefisien korelasi sebesar 0,544
Merah Kecamatan Blimbing Kelurahan Polowijen dengan signifikansi sebesar 0,004. Nilai signifikansi
Kota Malang. Waktu penelitian adalah bulan April- lebih kecil dari = 0,05, yang menunjukkan bahwa
Mei 2014. terdapat hubungan yang signifikan antara status
Hubungan status gizi dengan perkembangan gizi dengan perkembangan bayi. Koefisien korelasi
bayi usia 6-12 bulan dianalisis secara komputerisasi sebesar 0,544 menunjukkan bahwa hubungan yang
dengan menggunakan uji Spearman Rank. cukup kuat dengan arah positif. Semakin tinggi
status gizi, maka perkembangan bayi usia 6-12
HASIL PENELITIAN bulan semakin baik
Karakteristik hasil penelitian meliputi,
pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, status Tabel 2. Status gizi responden
gizi responden, perkembangan responden.
Tabel 1. Pendidikan orang tua responden Status Gizi n %
Normal 12 36
Pendidikan n % Gemuk 6 23
Perguruan Tinggi 8 31 Kurus 5 19
SMA 13 50 Sangat kurus 3 12
SMP 3 11 Jumlah 26 100
SD 2 8
Jumlah 26 100
60 ISSN 2460-0334
Yudianti, Status gizi dan perkembangan bayi
PEMBAHASAN
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai tion) yang berlangsung secara sistematis,
akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat- progresif, dan berkesinambungan, baik
zat gizi. Status gizi ini menjadi penting karena menyangkut fisik (jasmaniah) maupun psikis
merupakan salah satu faktor risiko untuk terjadinya (rohaniah).
kesakitan dan kematian (Universitas Sumatera, Hasil penelitian berdasarkan pekerjaan orang
2010). Sedangkan menurut Maryunani (2010), sta- tua terhadap perkembangan bayi adalah bayi dapat
tus gizi merupakan keadaan yang ditunjukkan menyelesaikan tes dalam lembar DDST (pass/
sebagai konsekuensi dari keseimbangan antara zat lulus) dengan orangtua tidak bekerja (82,35%) dan
gizi yang masuk ke tubuh dan yang diperlukan. yang perkembangannya (fail/ gagal) (17,64%).
Hasil penelitian berdasarkan pendidikan Sebaliknya orang tua bayi yang bekerja dengan
orang tua terhadap perkembangan bayi adalah bayi perkembangan (pass/ lulus) (66,67%) dan yang
dapat menyelesaikan tes dalam lembar DDST perkembangannya (fail/ gagal) (33,33%).
(pass/ lulus) dengan pendidikan orangtua SMA Pada saat penelitian, responden ada yang di
(50%), sebaliknya yang perkembangannya (fail/ asuh oleh orang tua nya sendiri dan ada yang di
gagal) dengan pendidikan orangtua perguruan tinggi asuh oleh baby sitter atau neneknya, karena
(16,67%). Pendidikan merupakan cerminan dari pekerjaan orang tua yang tidak sepenuhnya dapat
diri seseorang mengenai pengetahuan, sikap, dan mengasuh anaknya sendiri sehingga menggunakan
perilaku orangtua dalam mengasuh anaknya. jasa baby sitter atau neneknya. Orang tua yang
Orangtua yang yang aktif akan nampak pada tidak bekerja dapat mengasuh anak dengan waktu
perkembangan anaknya, karena sikap, perilaku yang lebih banyak daripada ibu yang bekerja.
orangtua, sebagian besar menurun keanaknya. Sehingga perkembangan bayi lebih optimal diasuh
Pada saat penelitian, orangtua yang berpendidikan dengan orangtua tidak bekerja daripada orang tua
SMA sebagian besar tidak bekerja sehingga dapat yang bekerja.
melatih perkembangan anaknya dengan waktu Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat
yang lebih banyak. Sebaliknya orangtua yang dibuktikan bahwa hipotesis yang diterima yaitu
berpendidikan tinggi sebagian besar bekerja, terdapat hubungan status gizi dengan perkem-
sehingga waktu untuk melatih perkembangan anak bangan bayi usia 6-12 bulan. Hal ini sesuai dengan
lebih sedikit. tinjauan teori, bahwa tumbuh kembang bayi, selain
Perkembangan adalah bertambahnya struktur dipengaruhi oleh faktor keturunan juga dipengaruhi
dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam oleh faktor lingkungan. Gizi/ nutrisi salah satu faktor
kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara, dan lingkungan dan penunjang agar proses tumbuh
bahasa serta sosialisasi dan kemandirian (Depkes kembang tersebut dapat berjalan dengan
RI, 2005). Sedangkan menurut Herawati (2009), memuaskan. Hal ini berarti, pemberian makanan
perkembangan adalah perubahan-perubahan yang yang berkualitas dan kuantitasnya baik menunjang
dialami individu atau organisme menuju ke tingkat tumbuh kembang, sehingga bayi dapat tumbuh
kedewasaannya atau kematangannya (matura- normal dan sehat serta terbebas dari penyakit
(Maryunani, 2010).
ISSN 2460-0334 61
JURNAL INFORMASI KESEHATAN INDONESIA (JIKI), VOLUME 1, NO. 1, MEI 2015: 58-62
Hasil penelitian ini juga mendukung hasil riset 6 responden (23%), 3) terdapat hubungan
yang dilakukan sebelumnya, antara lain oleh signifikan dengan arah positif antara status gizi
Ivanovic, et.al., (2004), yang mengemukakan dengan perkembangan bayi. Semakin tinggi sta-
bahwa status nutrisi dan ukuran otak anak tus gizi, maka perkembangan bayi akan semakin
berkorelasi positif dengan intellectual quotient baik.
(IQ) dan scholastic achievement (SA). Penelitian Walaupun dalam penelitian ini terdapat nilai
lainnya yang dilakukan oleh Zulaikah (2010) pengaruh yang signifikan, peneliti menyadari
menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang bahwa masih didapatkan beberapa keterbatasan
positif dan signifikansi antara status nutrisi dengan dalam pelaksanaan penelitian ini, antara lain: 1)
perkembangan anak usia 2-3 tahun. kurang dapat melakukan pengontrolan terahadap
Orangtua yang bekerja akan sedikit waktu faktor yang mempengaruhi status gizi, misalnya
bersama anaknya dibandingkan orangtua yang pendapatan keluarga dan budaya, 2) adanya
tidak bekerja. Saat penelitian dilaksanakan keterbatasan media yang digunakan dalam
orangtua responden mengatakan bahwa sebagian penilaian DDST secara door to door.
besar orang tua yang tidak bekerja, waktu bersama
anak lebih lama dan dapat melatih perkembangan DAFTAR PUSTAKA
anak seperti merangkak, berdiri dan berjalan Depkes RI. 2005. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi,
dengan berpegangan, dan lainnya. Oleh karena Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang
itu peran orangtua sebagai pengasuh penting. Anak Di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar.
Selain itu asupan nutrisi juga sangat penting. Bayi Jakarta: Depkes RI
usia 6–12 bulan perkembangannya sangat pesat, Depkes RI. 2011. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur
dan mulai diperkenalkan dengan makanan 2010. Jakarta
pendamping ASI (MP-ASI). Namun pemberian- Dhamayanti, Meita.2006. Kuesioner Perkembangan
nya tidak boleh sembarangan mengingat akan Praskrining Anak. Sari Pediatri. Vol. 8 No.1
Ivanovic DM, Leiva BP, Perez HT, Olivares MG, Diaz
mempengaruhi status gizinya.
NS, Urrutia MS, et al. 2004. Head size and intelli-
Menurut Soekirman (2000), mengatakan gence, learning, nutritional status and brain de-
bahwa seseorang yang memiliki status gizi yang velopment. Head, IQ, learning, nutrition and
baik dan normal maka refleksi yang diberikan brain. Neuropsychologia.42(8):1118-31
adalah pertumbuhan normal, tingkat perkem- Mansur, Herawati. 2012. Psikologi Ibu Dan Anak
bangan sesuai dengan usianya, tubuh menjadi Untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
sehat, nafsu makan baik dan mudah menyesuaikan Maryunani, Anik. 2010. Ilmu Kesehatan Anak Dalam
diri dengan lingkungan. Kebidanan. Jakarta: Trans Info Media
Notoatmodjo, Soekidjo,. 2011. Kesehatan Masyarakat.
PENUTUP Jakarta: Rineka Cipta
Nursalam. 2008. Konsep Dan Penerapan Metodelogi
Dari penelitian ini dapat disimpulkan: 1) sta- Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba
tus gizi dari 26 responden dengan status gizi Medika
normal sebanyak 12 responden (46% ), status gizi Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Jakarta:
gemuk sebanyak 6 responden (23%), status gizi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,
kurus sebanyak 5 responden (19%), dan status Departemen Pendidikan Nasional.
gizi sangat kurus sebanyak 3 responden (12%), Universitas Sumatra. 2010. Status Gizi. (Http://
repository.usu.ac.id., diakses tgl 22 januari 2014)
2) perkembangan dari 26 responden dengan
Zulaikhah, S. 2010. Hubungan Status Nutrisi dengan
perkembangan pass/ lulus sebanyak 20 responden Perkembangan Anak Usia 2-3 Tahun di
(77%), dan perkembangan fail / gagal sebanyak Puskesmas Gambirsari-Surakarta. KTI D-IV
Kebidanan Universitas Sebelas Maret.
62 ISSN 2460-0334