4285 12238 1 SM PDF

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 6

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN UNDERWEIGHT PADA BALITA DI WILAYAH

PEDESAAN KABUPATEN DEMAK

DETERMINAN UNDERWEIGHT FOR CHILDREN IN THE RURAL OF DEMAK REGENCY

Ari Setyowati1, Sunarto2, Sri Noor Mintarsih3

ABSTRACT

Background: The prevalence of underweight children in Demak Regency was 21%, the percentage was over the
data from Central Java. Underweight will hamper the cognitive and motor development to children with a
negative impact to the future. This study aims to determine the correlation between energy and protein intake,
disease, parenting, attitude, knowledge, education, occupation and income with the underweight.

Methods: The data used in this research is Basic Data Collecting (PDD) of Polytechnic of Health Ministry of Health
Semarang. This study is an explanatory research with cross sectional design. The sampling was carried out at
random (random sampling) to get 420 children as sample aged 0-59 months. Nutrition Factor (energy and
protein) was gotten by Food Recall for 3 x 24 hours, Disease history factor, Parenting factors (parenting,
attitudes, knowledge) and socioeconomic factors (education, occupation and income) were obtained using a
questionnaire with interview methode. The Analytic analysis used chi – square test.

Results: There was no correlation between intake of energy, protein intake, maternal parenting, maternal
attitude, maternal knowledge, maternal education, maternal occupation, maternal income with underweight,
and there is a significant correlation between children infectious disease history with underweight problem at p
= 0.047 (p <0.05) OR = 1.6.

Conclusion: There is significant correlation between the disease history and underweight. Need to do weight
measurements regularly to observe the underweight problem to children in posyandu.

Keywords: energy and protein intake, infection, parenting, socioeconomic and underweight.

ABSTRAK

Latar belakang: Prevalensi balita underweight di Kabupaten Demak sebesar 21%, dengan persentase yang
melebihi angka Jawa Tengah. Underweight akan menghambat perkembangan kognitif dan motorik pada anak
balita dengan dampak negatif dikehidupan selanjutnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
faktor asupan energy dan protein, faktor penyakit, faktor pola asuh, faktor sikap, factor pengetahuan,factor
pendidikan, factor pekerjaan dan factor pendapatan dengan kejadian underweight anak balita.

Metode: Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data Pengambilan Data Dasar (PDD) Politeknik
Kesehatan Kemenkes Semarang. Penelitian ini termasuk penelitian eksplanatif dengan rancangan cross
sectional. Pengambilan sampel dilakukan secara acak (random sampling) untuk mendapatkan sampel sebanyak
420 balita usia 0 - 59 bulan. Faktor asupan gizi (energi dan protein) diperoleh dengan Food Recall 3 x 24 jam,
faktor riwayat penyakit , faktor pola asuh (pola asuh, sikap, pengetahuan,) dan faktor sosial ekonomi (
pendidikan, pekerjaan dan pendapatan) diperoleh menggunakan kuesioner dengan metode wawancara. Analisis
analitik menggunakan uji chi - square.

Hasil: Tidak ada hubungan antara asupan energy , asupan protein, pola asuh ibu, sikap ibu, pengetahuan ibu,
pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pendapatan ibu dengan kejadian underweight, dan terdapat hubungan yang
signifikan antara riwayat penyakit infeksi anak dengan kejadian underweight pada p = 0,047 ( p < 0,05 ) OR =
1,6.

30
Kesimpulan: Terdapat hubungan yang signifikan antara riwayat penyakit dengan kejadian underweight. Perlu
dilakukan pengukuran BB secara rutin untuk memantau kejadian underweight pada anak balita di posyandu

Kata Kunci : asupan energy dan protein, infeksi, pola asuh, sosial ekonomi dan underweight.

PENDAHULUAN yang paling rendah adalah Kabupaten Sragen 4%


dan Kabupaten Semarang 3%.6
Tujuan pembangunan kesehatan menuju Status gizi balita dipengaruhi dua faktor yaitu
Indonesia Sehat 2025 adalah meningkatnya faktor langsung dan faktor tidak langsung. Faktor
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat langsung yaitu konsumsi pangan, dan penyakit
bagi setiap orang, agar peningkatan derajat infeksi. Sedangkan salah satu faktor tidak langsung
kesehatan setinggi-tingginya dapat terwujud. Upaya yang mempengaruhi status gizi adalah
pembangunan nasional yang sedang dilaksanakan pengetahuan dan sikap ibu.Selain itu, pengaruh
pada hakekatnya adalah suatu upaya untuk tidak langsung dari status gizi ada tiga faktor, yaitu
meningkatkan kesejahteraan rakyat sebagai ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan
pencerminan dari tujuan nasional. Seperti halnya di anak, dan lingkungan kesehatan yang tepat,
negara berkembang lainnya, di Indonesia masalah termasuk pula akses pada pelayanan kesehatan.8
kekurangan gizi masih menjadi masalah utama yang Status gizi yang buruk mencerminkan
kita ketahui dapat menghambat laju pembangunan ketidakseimbangan dalam asupan makanan dan
nasional.1,2 penyakit menular. Hal tersebut dipengaruhi oleh
Keadaan gizi masyarakat merupakan cermin faktor lingkungan dan sosial ekonomi, seperti status
tingkat kesejahteraan rakyat pada umumnya.1 Gizi ekonomi rumah tangga, pendidikan ibu, kebersihan
kurang dan gizi buruk masih merupakan masalah rumah tangga, dan akses dalam pelayanan
kesehatan masyarakat di Indonesia.2 Status gizi kesehatan.9 Pendapatan keluarga sangat
anak balita salah satunya dipengaruhi faktor kondisi berpengaruh terhadap konsumsi makanan sehari-
sosial ekonomi, antara lain pendidikan ibu, hari. Apabila pendapatan rendah maka makanan
pekerjan ibu, jumlah anak, pengetahuan, pola asuh yang dikonsumsi tidak mempertimbangkan nilai
serta kondisi ekonomi orang tua secara gizi, tetapi nilai materi yang menjadi
menyeluruh.3 pertimbangannya. Hal ini berpengaruh pada
Dalam Kebijakan Perencanaan kemungkinan terkenanya penyakit infeksi sehingga
Pembangunan Kesehatan dan Gizi ( Rencana status gizinya rendah.10
Pembangunan Jangka Menengah Nasional - RPJMN Berdasarkan uraian diatas maka peneliti
2015-2019/ Perpres No 2/2015 ), menyebutkan ingin mengetahui faktor-faktor yang
bahwa prevalensi kekurangan gizi (underweight) mempengaruhi underweight pada balita di wilayah
hasil Riskesdas 2013 sebesar 19,6 persen dan Pedesaan Kabupaten Demak.
target untuk tahun 2019 adalah 17 persen. 4
Hasil Riskesdas tahun 2007, 2010, dan 2013 METODE PENELITIAN
menunjukkan bahwa Indonesia masih memiliki
masalah kekurangan gizi. Prevalensi gizi kurang Penelitian ini merupakan penelitian bidang
(underweight) yaitu 18,4%, 17,9%, dan 19,6%. 5 gizi masyarakat yang menjelaskan faktor-faktor
Berdasarkan Laporan PSG (Pemantauan Status Gizi) yang berhubungan dengan kejadian underweight
Jawa Tengah tahun 2015 pada Provinsi Jawa pada balita di Pedesaan Demak. Penelitian ini
Tengah, prevalensi balita gizi buruk sebesar 3% dan termasuk penelitian eksplanatif dengan rancangan
prevalensi balita kurang 13,1%, sehingga prevalensi penelitian cross sectional. Penelitian ini
underweight di Jawa Tengah adalah 16,1%.6 menggunakan data sekunder yang bersumber dari
Kabupaten Demak untuk prevalensi gizi hasil data Pengambilan Data Dasar (PDD) Politeknik
buruk mencapai angka tertinggi di Jawa Tengah, Kesehatan Kemenkes Semarang Jurusan Gizi tahun
yaitu 8%, sedangkan angka gizi kurang mencapai 2015. Penggunaan data telah mendapat ijin dari
13%. Kabupaten lain di Jawa Tengah yang Ketua Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Semarang.
mempunyai prevalensi gizi buruk tertinggi adalah Populasi dalam penelitian ini yaitu semua
Kabupaten Pekalongan 8%, sedangkan yang balita yang dipilih di 4 kecamatan 15 Desa yang
terendah di Kabupaten Sragen 0%. Untuk angka gizi digunakan untuk Pengambilan Data Dasar (PDD)
kurang paling tinggi adalah Kabupaten Jepara sejumlah 7293 balita. Sampel adalah balita usia 0-
19,6% dan Kabupaten Banjarnegara 18,3% dan 59 bulan yang digunakan pada PDD di Kabupaten
Demak tahun 2015 yang memungkinkan diukur

31
berat badan sebanyak 615 balita, setelah dilakukan
cleaning sampel menjadi 420 balita. Alur
pengambilan sampel terdapat pada gambar 1.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini
adalah identitas sampel dan responden, data
antropometri meliputi pengukuran berat badan
anak balita, asupan energi dan protein, riwayat
infeksi (diare dan ISPA), pola asuh, sikap,
pengetahuan, pendapatan, pendidikan dan data
pekerjaan. Variabel asupan energi dan protein
diperoleh dengan Food Recall 2 x 24 jam, diare,
ISPA, penimbangan balita, pola asuh, sikap,
pengetahuan, pendidikan, pekerjaan dan
pendapatan diperoleh menggunakan kuesioner Hubungan Asupan Energi dengan Underweight
dengan metode wawancara. pada Balita
Data dianalisis menggunakan analisis bivariat
untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan Tabel 2. Distribusi Sampel Menurut Asupan Energi
dengan underweight dengan uji chi - square. dan kejadian Underweight
Variabel independent dalam penelitian ini yaitu
riwayat diare dan ISPA, pola asuh, sikap,
pengetahuan, pendapatan, asupan energi, asupan
protein, pendidikan dan pekerjaaan sedangkan
variabel dependent yang akan diestimasi adalah
underweight dalam 2 kategori yaitu underweight
dan normal. Kerangka konsep dapat dilihat pada Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui
gambar 2. bahwa pada kelompok asupan energy kurang
kejadian underweight sebanyak 20,1% sedangkan
HASIL DAN PEMBAHASAN pada kelompok asupan energi baik kejadian
Karakteristik Sampel dan Responden underweight sebanyak 17,2%.
Perbedaan proporsi tersebut menghasilkan p
Sampel dalam penelitian ini adalah balita di = 0,453 ( p > 0,05) yang berarti terdapat hubungan
Pedesaan Demak yang terdiri dari Kecamatan yang tidak signifikan antara asupan energi dengan
Karangawen, Kecamatan Sayung, Kecamatan kejadian underweight pada anak balita. Dilihat dari
Mranggen dan Kecamatan Guntur dengan umur 0- nilai rasio prevalensi yang didapat sebesar 1,2
59 bulan yang memiliki status gizi underweight dan artinya balita dengan kategori asupan energi
normal. kurang akan beresiko 1,2 kali mempunyai status gizi
Sebagian besar sampel berjenis kelamin underweight dibandingkan dengan balita yang
perempuan 50,5%, dan sampel berjenis kelamin memiliki asupan energi baik.
laki-laki sebanyak 49,5% , umur sampel berkisar Terdapatnya hubungan yang tidak bermakna
antara 0-59 bulan, umur terendah adalah 0 bulan, antara asupan energi dengan status gizi,
umur tertinggi adalah 59 bulan. Umur yang paling kemungkinan disebabkan adanya faktor-faktor lain
banyak yaitu usia 36-59 bulan 37,8%, pendidikan yang mempengaruhi status gizi seseorang. Faktor
ibu paling banyak tamat SMP 38,1% dan pekerjaan tersebut diantaranya adalah aktivitas fisik, riwayat
paling banyak yaitu tidak bekerja 46,2% (Tabel 1). penyakit, kebiasaan jajan, yang tidak diteliti dalam
penelitian ini.11
Tabel 1. Karakteristik Sampel dan Responden di
Pedesaan Demak Tahun 2016 Hubungan Asupan Protein dengan Underweight
pada Balita

Tabel 3. Distribusi Sampel Menurut Asupan


Protein dan kejadian Underweight

32
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui
bahwa pada kelompok dengan asupan protein
kurang kejadian underweight sebanyak 19,9%
sedangkan pada kelompok asupan protein baik
kejadian underweight sebanyak 11,9%. Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui
Perbedaan proporsi tersebut menghasilkan p bahwa pada kelompok dengan pola asuh kurang
= 0,141 ( p > 0,05) yang berarti terdapat hubungan kejadian underweight sebanyak 19,8% sedangkan
yang tidak signifikan antara asupan protein dengan pada kelompok pola asuh baik kejadian
kejadian underweight pada anak balita. Dilihat dari underweight sebanyak 18,2%.
nilai rasio prevalensi yang didapat sebesar 1,8 Perbedaan proporsi tersebut menghasilkan p
artinya balita dengan kategori asupan protein = 0,695 ( p > 0,05) yang berarti terdapat hubungan
kurang akan beresiko 1,8 kali mempunyai status gizi yang tidak signifikan antara pola asuh dengan
underweight dibandingkan dengan balita yang kejadian underweight pada anak balita. Dilihat dari
memiliki asupan protein baik. nilai rasio prevalensi yang didapat sebesar 1,1
artinya balita dengan pola asuh kurang akan
Hubungan Riwayat Infeksi dengan Underweight beresiko 1,1 kali mempunyai status gizi
pada Balita underweight dibandingkan dengan balita dengan
pola asuh baik.
Tabel 4. Distribusi Sampel Menurut Riwayat
Penyakit dan kejadian Underweight Hubungan Sikap Ibu dengan Underweight pada
Balita

Tabel 6. Distribusi Sampel Menurut Sikap Ibu dan


kejadian Underweight

Proporsi kejadian underweight pada anak


balita yang memiliki riwayat penyakit infeksi yaitu
sebanyak 22,8%. Hasil analisis menggunakan uji chi
- square diperoleh p value 0,047 ( p value < 0,05 ) Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui
yang berarti ada hubungan yang signifikan antara bahwa pada kelompok dengan sikap ibu tidak
riwayat infeksi dengan status gizi underweight pada mendukung kejadian underweight sebanyak 19,6%
anak balita. Dilihat dari nilai rasio prevalensi yang sedangkan pada kelompok dengan sikap
didapat sebesar 1,6 artinya anak dengan riwayat mendukung kejadian underweight sebanyak 17,9%.
infeksi akan beresiko 1,6 kali untuk menderita Perbedaan proporsi tersebut meghasilkan p
underweight dibandingkan dengan anak yang tidak = 0,674 ( p > 0,05) yang berarti terdapat hubungan
memiliki riwayat infeksi. yang tidak signifikan antara sikap ibu dengan
Riwayat infeksi merupakan factor langsung kejadian underweight pada anak balita. Dilihat dari
selain asupan makanan, yang memicu terjadinya nilai rasio prevalesi yang didapat sebesar 1,1artinya
status gizi kurang pada balita. Penyakit infeksi balita dengan sikap tidak mendukung akan beresiko
berpotensi sebagai penyokong atau pembangkit 1,1kali mempunyai status gizi underweight
kekurangan gizi. Penyakit diare, campak, infeksi dibandingkan dengan balita dengan sikap
saluran nafas kerap menghilangkan nafsu makan mendukung.
yang menyebabkan kehilangan zat-zat gizi dalam
jumlah besar. Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Underweight
pada Balita
Hubungan Pola Asuh Ibu dengan Underweight
pada Balita Tabel 7. Distribusi Sampel Menurut Pengetahuan
Ibu dan kejadian Underweight
Tabel 5. Distribusi Sampel Menurut Pola Asuh Ibu
dan kejadian Underweight

33
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui mempunyai balita underweight dibandingkan
bahwa pada kelompok dengan pengetahuan ibu dengan ibu balita pendidikan tinggi.
kurang kejadian underweight sebanyak 19,5%
sedangkan pada kelompok dengan pengetahuan Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Underweight
baik kejadian underweight sebanyak 17,9%. pada Balita
Perbedaan proporsi tersebut menghasilkan p
= 0,673 (p > 0,05) yang berarti terdapat hubungan Tabel 9. Distribusi Sampel Menurut Pekerjaan Ibu
yang tidak signifikan antara pengetahuan ibu dan kejadian Underweight
dengan kejadian underweight pada anak balita.
Dilihat dari nilai rasio prevalensi yang didapat
sebesar 1,1artinya ibu balita dengan pengetahuan
kurang akan beresiko 1,1kali mempunyai status gizi
underweight dibandingkan dengan balita dengan
pengetahuan ibu yang baik.
Pengetahuan gizi merupakan salah satu
faktor yang menentukan konsumsi makanan Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui
seseorang. Orang yang mempunyai pengetahuan bahwa pada kelompok ibu bekerja kejadian
gizi yang baik akan mempunyai kemampuan untuk underweight sebanyak 19,9% sedangkan pada
menerapkan pengetahuan gizi dalam pemilihan dan kelompok ibu tidak bekerja kejadian underweight
pengolahan pangan sehingga dapat diharapkan sebanyak 17,5%.
terjaminnya asupan makan. Perbedaan prevalesi tersebut menghasilkan
Menurut Soetijaningsih ibu yang memiliki p = 0,533 ( p > 0,05) yang berarti terdapat hubungan
pengetahuan cukup tentang gizi akan memiliki yang tidak signifikan antara pekerjaan ibu dengan
posisi yang seimbang dalam rumah tangga untuk kejadian underweight pada anak balita. Dilihat dari
memilih pangan yang baik dan mampu nilai rasio prevalensi yang didapat sebesar 1,1
memperhatikan gizi yang baik untuk anaknya. Hal artinya ibu balita dengan ibu bekerja akan beresiko
ini sejalan dengan teori yang dikemukakan 1,1 kali mempunyai balita underweight
Nasution dan Khomsan yaitu pengetahuan gizi dibandingkan dengan balita dengan ibu yang tidak
merupakan landasan penting yang menentukan bekerja.
konsumsi pangan seseorang dan selanjutnya akan
mempengaruhi status gizi. Hubungan Pendapatan Ibu dengan Underweight
pada Balita
Hubungan Pendidikan Ibu dengan Underweight
pada Balita Tabel 10. Distribusi Sampel Menurut Pendapatan
Ibu dan kejadian Underweight
Tabel 8. Distribusi Sampel Menurut Pendidikan Ibu
dan kejadian Underweight

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui


bahwa pada kelompok pendapatan miskin kejadian
underweight sebanyak 22,4% sedangkan pada
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui kelompok pendapatan tidak miskin kejadian
bahwa pada kelompok dengan pendidikan ibu underweight sebanyak 17,7%.
rendah kejadian underweight sebanyak 20,7% Perbedaan proporsi tersebut menghasilkan p
sedangkan pada kelompok dengan pendidikan ibu = 0,292 (p > 0,05) yang berarti terdapat hubungan
tinggi kejadian underweight sebanyak 15,9%. yang tidak signifikan antara pendapatan ibu dengan
Perbedaan proporsi tersebut kejadian underweight pada anak balita. Dilihat dari
menghasilkan p = 0,215 ( p > 0,05) yang berarti nilai rasio prevalesi yang didapat sebesar 1,3 artinya
terdapat hubungan yang tidak signifikan antara ibu balita dengan ibu miskin akan beresiko 1,3 kali
pendidikan ibu dengan kejadian underweight pada mempunyai balita underweight dibandingkan
anak balita. Dilihat dari rasio prevalensi yang dengan ibu balita yang tidak miskin.
didapat sebesar 1,3 artinya ibu balita dengan Kemiskinan yang berlangsung dalam waktu
pendidikan rendah mempunyai resiko 1,3 kali yang lama dapat mengakibatkan rumah tangga

34
tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan 4. Kebijakan Perencanaan Pembangunan
dengan kuantitas dan kualitas yang baik. Penurunan Kesehatan dan Gizi ( Rencana Pembangunan
kualitas konsumsi pangan rumah tangga yang Jangka Menengah Nasional - RPJMN 2015-
dicirikan oleh keterbatasan membeli pangan 2019/Perpres No 2/2015), hal: 53
sumber protein, vitamin dan mineral akan 5. Dinkes Jateng,Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes
berakibat pada kekurangan gizi baik zat makro Semarang, 2015 hal : 15
maupun mikro.11 6. Zuraida dan Nainggolan, 2011: Hubungan
antara Pengetahuan dan Sikap Gizi Ibu dengan
KESIMPULAN DAN SARAN Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Prevalensi status gizi berdasarkan BB/U Rajabasa Indah Bandar Lampung, Journal of
anak balita di Kabupaten Demak 20,0% mempunyai Lampung
status gizi underweight dan 80,0% mempunyai 7. Dian Handini, Burhannudin Ichsan, Dona Dewi
status gizi tidak underweight. Faktor asupan energy, Nirlawati, Hubungan Tingkat Pendapatan
asupan protein, pola asuh ibu, sikap ibu, Keluarga dengan Status Gizi Balita di Wilayah
pengetahuan ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu Kerja Puskesmas Kalijambe
dan pendapatan ibu tidak berhubungan signifikan 8. Fardhiasih Dwi Astuti, Taurina Fitriya
dengan kejadian underweight pada balita di wilayah Sulistyowati, Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu
pedesaan Kabupaten Demak. Faktor riwayat infeksi dan Tingkat Pendapatan Keluarga dengan
berhubungan secara signifikan dengan kejadian Status Gizi Anak Prasekolah dan Sekolah Dasar
underweight pada balita di wilayah pedesaan di Kecamatan Godean
Kabupaten Demak,dengan p = 0,047 ( p < 0,05 )
Rasio Prevalensi = 1,6.

Berdasarkan faktor –faktor tersebut perlu


dilakukan perbaikan gizi pada anak balita
underweight sedini mungkin dengan cara
mengonsumsi makanan yang bergizi, memperbaiki
pola asuh dan sikap ibu serta melakukan
pengukuran BB rutin untuk memantau status gizi
anak. Perlu peningkatan pengetahuan pada ibu
mengenai anak dengan BB kurang / underweight
bahwa pada saat dewasa akan menyebabkan
berbagai macam penyakit degeneratif dan
meningkatkan pengetahuan tentang makanan
sehat melalui penyuluhan. Meningkatkan
pendidikan ibu dan anak perempuan melalui dinas
pendidikan untuk menggalakkan program wajib
belajar 9 tahun.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ihsan , M, Hiswani, Jemadi, Faktor-faktor yang


berhubungan dengan Status Gizi Anak Balita di
Ds. Teluk Rumbia Kecamatan Singkil, Kab. Aceh
Singkil, 2012, FKM USU
2. Mazarina Devi, Analisis faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap status gizi balita di
pedesaanJurnal Teknologi dan
Kejuruan,Vol.33, No 2,September, 2010
3. Rona, FP, Delmi, S, Sulastri, Yuniar, L, Faktor-
faktor yang berhubungan dengan status gizi
anak balita di wilayah kerja Puskesmas
Nanggalo Padang Jurnal Kesehatan Andalas,
2015

35

You might also like