Essay Ronggeng Dukuh Paruk
Essay Ronggeng Dukuh Paruk
Essay Ronggeng Dukuh Paruk
Oleh:
Sa’idatun Nishfullayli
Prodi Bahasa Jepang Sekolah Vokasi UGM
[email protected]
ABSTRACT
dalam karya terjemahan, tetapi sejauh transportasi), misalnya: tempe bongkrek, air
pengetahuan penulis, belum banyak tajin, warung, sado. Ketiga, kebudayaan
dilakukan kajian tentang hal tersebut untuk sosial (pekerjaan, hiburan, permainan,
hasil terjemahan dalam bahasa Jepang. olahraga), misalnya: gendang, tayub,
Kajian yang banyak dilakukan dalam hasil ronggeng. Keempat yaitu organisasi sosial
terjemahan berbahasa Jepang umumnya (adat, kekerabatan, perkawinan), misalnya:
masih seputar teknik penerjemahan kamituwa, mantri. Kelima, gestur dan
leksikon budaya, misalnya tesis berjudul kebiasaan, misalnya: melempar sampur,
“Strategi Penerjemahan Kosakata Budaya bersimpuh, bertembang.
dari Bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Adapun teknik penerjemahan yang
Jepang” (Muryati, 2013). Penelitian akan menjadi alat analisis dalam artikel ini
tersebut menjelaskan tentang beberapa adalah delapan (8) teknik penerjemahan
strategi penerjemahan kosakata budaya yang disampaikan oleh Baker (2011), yaitu:
dalam novel “Cantik Itu Luka” ke dalam (1) penerjemahan dengan kosakata umum
bahasa Jepang “Bi wa Kizu”. Selain itu, (generik/superodinat), misal: pelataran ~
dijelaskan juga adanya pergeseran struktur hiroba ‘lapangan luas’ (2) penerjemahan
dan pergeseran semantis sebagai dengan kosakata netral (menghilangkan
konsekuensi dari strategi penerjemahan makna ekspresifnya), misal: susuk ~ kinhari
yang diaplikasikan. ‘jarum emas’; arkais ~ kuno; (3)
Dibandingkan dengan beberapa penerjemahan dengan padanan budaya;
kajian yang telah disebutkan di atas, artikel misal: dukun ~ jujutshi (ahli mantra); (4)
tentang domestikasi dan foreignisasi dalam penerjemahan dengan kata pinjaman, misal:
terjemahan Ronggeng Dukuh Paruk ini gaplek ~ gapurekku; atau kata pinjaman
memiliki kesamaan dalam hal ranah kajian, disertai penjelasan tambahan; (5)
yakni tentang strategi penerjemahan penerjemahan menggunakan parafrasa
leksikon budaya dalam novel hasil dengan kata-kata terkait, misal: daun pintu
terjemahan. Sementara itu, untuk bambu ~ take no tobira ‘pintu bambu’; (6)
membedakan dengan kajian lain, artikel ini penerjemahan menggunakan parafrasa
memanfaatkan novel teremahan bahasa dengan kosakata tak terkait, misal: sado ~
Jepang sebagai sumber data. Kajian tentang ni rin basha ‘angkutan dua roda yang
domestikasi dan foreignisasi pada Parukku ditarik kuda’; (7) penerjemahan dengan
Mura no Odoriko juga penting dilakukan penghilangan sebagian/pelesapan; (8)
tidak hanya untuk mengetahui teknik apa penerjemahan dengan ilustrasi.
saja yang dipakai oleh penerjemah dalam
menerjemahkan leksikon budaya, tetapi II. METODOLOGI PENELITIAN
juga untuk menentukan strategi mana yang Sumber data untuk penelitian ini
lebih dominan, domestikasi ataukah adalah novel berbahasa Jepang berjudul
foreignisasi. Hasil penentuan tersebut Parukku Mura no Odoriko yang merupakan
diharapkan dapat berkontribusi untuk terjemahan dari trilogi pertama novel
memberikan alasan mengapa Parukku Mura Ronggeng Dukuh Paruk. Data penelitian
no Odoriko tidak mengalami kepopuleran berupa leksikon budaya dalam Parukku
seperti novel aslinya, Ronggeng Dukuh Mura no Odoriko, yang merupakan
Paruk. padanan leksikon budaya dalam Ronggeng
Newmark (1988) mengkategorikan Dukuh Paruk. Untuk selanjutnya novel
leksikon budaya ke dalam lima (5) kategori. Parukku Mura no Odoriko disingkat PMO,
Pertama, ekologi (flora fauna, iklim, cuaca), dan Ronggeng Dukuh Paruk disingkat RDP.
misal: bunga semboja, pohon nangka. Penelitian ini menggunakan metode
Kedua, kebudayaan material (makanan, kepustakaan (library research method),
minuman, rumah dan kota, pakaian, yaitu data diperoleh dengan cara membaca,
yang lebih umum, yakni shindai ‘tempat dalam kata ronggeng tidak dapat
untuk tidur’. Pemadanan tersebut dinilai tersampaikan sepenuhnya pada pembaca
berterima karena sesuai dengan konteks teks hasil terjemahan. Terlebih kata
cerita yang menggambarkan kegiatan anak- ronggeng adalah salah satu kata kunci
anak ketika bangun tidur dan turun dari dalam novel ini.
tempat tidurnya.
3.4. Menggunakan padanan kosakata
3.3. Menggunakan kata netral (non budaya Bsa
expressive words)
Contoh 2: Contoh 3:
Tsu: Sudah dua bulan Srintil Tsu: Laki-laki yang hampir sebaya ini
menjadi ronggeng. (RDP, hal. secara turun temurun menjadi
43) dukun ronggeng di dukuh Paruk.
(RDP, hal. 16)
Tsa: スリンティルが踊り子にな
って、もう二ヶ月が過ぎた。 Tsa: サカリャとほぼ同年輩のその
(PMO, hal. 57) 男は、パルック村で代々続い
Surintiru ga odori-ko ni natte, た踊りの呪術師である。
mou nikagetsu ga sugita. (MO, hal. 14)
Sakarya to hobo dounenpai no
Pada contoh (2), kata ronggeng sono otoko wa, Parukku mura de
yang seharusnya memiliki pemaknaan atau daidai tsuzuita odori no jujutsu-
konotasi khusus bagi masyarakat Jawa, shi de aru.
diterjemahkan dengan kata yang yang netral
dalam bahasa Jepang, yakni odori-ko ‘gadis Dalam kehidupan masyarakat
penari’. Frasa odori-ko bermutan netral, Jepang, seseorang yang ahli membacakan
umum, dan tidak mengandung konotasi mantra disebut jujutsu-shi. Tugas dan peran
tertentu. Pemadanan tersebut akan seorang jujutsu-shi kurang lebih sama
menghilangkan konotasi yang terkandung dengan peran seorang dukun dalam budaya
dalam ronggeng, misalnya: menjalani ritual masyarakat Jawa. Oleh karena itu, pada
khusus sebelum dinobatkan sebagai contoh di atas, kata dukun dipadankan
ronggeng, dipasang mantra atau susuk dengan jujutsushi.
dalam tubuhnya agar pandai menarik
perhatian lawan jenis, dan sebagainya, 3.5. Menggunakan kata pinjaman
dinilai sebagai mahluk istimewa karena (dengan/atau tanpa penjelas)
dipilih sebagai titisan para leluhur.
Pada pemunculan pertama dan Dalam novel PMO, leksikon budaya
kedua di awal teks, kata ronggeng yang diterjemahkan dengan teknik kata
ロ ン
diterjemahkan dengan jawa buyou (ジャワ pinjaman umumnya disertai penjelasan,
ゲ ン bisa berupa catatan glosarium di setiap
舞踊 ) dan buyou ( 舞 踊 ), namun dalam akhir bab cerita ataupun kata penjelas yang
pemunculan ketiga hingga akhir teks, diletakkan di belakang kata pinjaman itu
ronggeng selalu diterjemahkan dengan kata sendiri.
odori-ko.
Contoh 4:
Penerjemahan ronggeng Tsu: Suami-istri Santayib
menggunakan teknik mengganti dengan menyiapkan barang
kata netral ini dinilai Penulis kurang tepat dagangannya; tempe bongkrek.
karena konotasi serta nilai sosio kultural (RDP, hal. 22)
dari singkong yang dikeringkan. Selain itu, 3.8. Domestikasi atau Foreignisasi?
gambaran kondisi sosial masyarakat miskin
yang hanya bisa makan gaplek (karena Tabel berikut ini menampilkan
ketidakmampuan mereka membeli beras), jumlah pemakaian masing-masing teknik
juga tetap dapat tersampaikan dengan penerjemahan dalam PMO.
teknik parafrasa.
Tabel 2. Distribusi Pemakaian Teknik
Contoh (8): Penerjemahan
Tsu: ‘Rangkap’ yang dimaksud Jenis Teknik Jumlah Total
Strategi
Sakarya tentulah soal guna- Penerjemahan Pemakaian
Domestikasi Memakai kata 17 38
guna, pekasih, susuk, dan
umum
tetek bengek lainnya yang
Memakai kata 2
akan membuat seorang netral
ronggeng laris. Menggunakan 19
kata pengganti
(RDP, hal. 16) kebudayaan
Foreignisasi Memakai kata 27 53
Tsa: ...『ランカップ』とは、相 pinjaman
ようじゅつ
Parafrasa dengan 20
手に愛情を起こさせる妖術 kata terkait
しょう ら く
pada tahun 1965-an kiranya dianggap pembaca juga perlu usaha lebih untuk
menarik oleh penerjemah, sehingga dengan bisa menikmati PMO, antara lain harus
strategi foreignisasi, istilah-istilah budaya sesekali membaca glosarium untuk bisa
dan nilai-nilai sosial masyarakat Jawa masa mendapatkan nuansa cerita, atau
itu diharapkan dapat tersampaikan kepada berusaha memahami frasa-frasa penjelas
para pembaca Jepang. lainnya.
Strategi foreignisasi yang Meskipun setiap masyarakat pembaca
mengakibatkan banyaknya leksikon memiliki karakter yang berbeda-beda,
asing dalam hasil terjemahan dan tetapi beberapa penyebab di atas
adanya beberapa parafrasa penjelas yang dianggap penulis turut menyumbang
cukup panjang, akan merepotkan ketidakpopuleran novel PMO di Jepang
pembaca ketika sedang menikmati novel pada masa itu. Selanjutnya, masih
PMO ini. Banyaknya leksikon yang dibutuhkan penelitian lanjutan yang
‘asing’ bagi pembaca akan menjadikan komperehensif untuk dapat
PMO sebagai novel yang ‘asing’ pula membuktikan asumsi tersebut.
bagi pembaca Jepang. Selain itu,
DAFTAR PUSTAKA
Baker, Mona. 2011. In Other Words. New Laraswaty, Dewi. 2014. An Analysis if
York: Routledge. Domestication and Foreignization
of Cultural world Translation in
Departemen Pendidikan Nasional. 2012. Andrea Hirata’s Novel entitled
Kamus Besar Bahasa Indonesia: Laskar Pelangi. Bandung:
Edisi Keempat. Jakarta: PT. Universitas Pendidikan Indonesia.
Gramedia Pustaka Utama.
Newmark, Peter. 1988. A Textbook of
Dwi Astuti, Dies Oktavia., Izzati Gemi Translation. Hertfordshire: Prentice
Seinsani. 2017. “Foreignisasi: Hall Int. Ltd.
Upaya Pemertahanan Budaya dalam
Novel Perburuan Bahasa Indonesia Tohari, Ahmad. 2003. Ronggeng Dukuh
dan Le Fugitif Berbahasa Perancis”. Paruk. Jakarta: PT. Gramedia
Intercultural Communication Pustaka Utama.
Through Language, Literature, and Yamane, Shinobu. 1986. Mura no Odoriko.
Arts (Proceedings). Tidak Tokyo: Imamura Bunka Jigyousha.
Diterbitkan. Jakarta: Universitas
Negeri Jakarta.