867 3342 1 PB PDF

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

Hubungan Pola Konsumsi Makanan dengan Status Gizi Santri

Pondok Pesantren Roudlatul Hidayah Desa Pakis Kecamatan Trowulan


Kabupaten Mojokerto
Etik Khusniyati1), Ayu Komala Sari1), Ifa Ro’ifah2),
1
) Program Studi DIII Kebidanan Stikes Bina Sehat PPNI Mojokerto, Jl.Gayaman Km 06 Mojokerto,61363
2
) Program Studi S1 Keperawatan Stikes Bina Sehat PPNI Mojokerto, Jl.Gayaman Km 06 Mojokerto,61363
Korespondensi : [email protected]

ABSTRACT

Nutrition has a major role in the life cycle. Everyone needs same nutrients, but it is different
amounts. The nutritional requirements change throughout life cycle, and closely related to growth and
development of a person in his present life. Teenager Nutrition is one of the most important factors
and major development determinants of teenager growth, as in adolescence, the hormonal changes
that cause the rapid growth of other phases in life except the first year of life. This research aimed to
investigate the relationship between dietary habit and students' nutritional status at boarding school of
Roudlatul Hidayah . This research method used cross sectional analytic. The samples of research were
all teenager students (15-17 years) in Roudlotul Hidayah Boarding School Pakis village District
Trowulan Mojokerto in 2015 as many as 37 students, three people drop out because they could not be
found during the research so that the sample 34 students. dietary food was measured by the Food
Frequency Questionnaire and nutritional status of BMI calculation results. Data analysis used
statistical test Spearman Rho. The results showed a total of 18 students (52.9%) had dietary habit in
the category of less than statutes energy needs. The nutritional status of majority students were in the
underweight category in 18 students (52.9%). Statistical data analysis with Spearman Rho test using
SPSS version 20.0 was known that the P value (0.000) <α (0.01) so that there was a relationship
between dietary habit and nutritional status. Meal frequency, type and amount of food would affect
food intake that have an impact on nutritional status. So it needed for improvements in dietary habit
both in quantity and quality and variety of the food menu.

Keywords: Dietary habit, nutritional status, students

ABSTRAK

Gizi mempunyai peran besar dalam daur kehidupan. Setiap orang membutuhkan nutrisi yang
sama, namun dalam jumlah yang berbeda. Kebutuhan nutrisi berubah sepanjang daur kehidupan, dan
erat kaitannya dengan pertumbuhan dan perkembangan seseorang dalam masa kehidupannya. Gizi
remaja merupakan salah satu faktor terpenting dan penentu utama perkembangan pertumbuhan
remaja, karena pada masa remaja terjadi perubahan hormonal yang menyebabkan pertumbuhan
berlangsung cepat dari fase lain dalam kehidupan kecuali tahun pertama kehidupan. Penelitian ini
bertujuan mengetahui hubungan antara pola konsumsi makanan dengan status gizi pada santri pondok
pesantren Roudlatul Hidayah Desa Pakis. Metode penelitian ini menggunakan analitik cross sectional.
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh santri usia remaja (15-17 tahun) di Pondok Pesantren
Roudlotul Hidayah Desa Pakis Kecamatan Trowulan Kab. Mojokerto tahun 2015 sebanyak 37 santri,
3 orang drop out karena tidak dapat ditemui pada saat penelitian sehingga jumlah sampel menjadi 34
santri. Pengukuran pola konsumsi makanan dengan Kuisioner Food Frequency dan status gizi dari
hasil penghitungan IMT. Analisa data dengan menggunakan Uji statistik spearman Rho. Hasil
penelitian didapatkan sebanyak 18 santri (52,9%) mempunyai pola konsumsi makanan dalam kategori
kurang dari ketetapan kebutuhan energy. Status gizi sebagian besar santri berada pada kategori kurus
yaitu 18 santri (52,9%). Analisa data dengan uji statistik spearman Rho menggunakan bantuan SPSS
versi 20.0 diketahui bahwa nilai P Value (0,000) < α (0,01) sehingga ada hubungan antara pola
konsumsi makanan dengan status gizi. Frekuensi makan, jenis dan jumlah makanan akan
mempengaruhi asupan makanan yang akan berdampak terhadap status gizi. Maka perlu adanya
perbaikan dalam konsumsi makan baik dalam kuantitas maupun kualitas serta aneka ragam menu
makanan.

Kata Kunci : Pola konsumsi makanan, Status Gizi, Santri


PENDAHULUAN status gizi santri 88,1% baik, 10,4%
Remaja merupakan periode kurang, dan 1,5% lainnya memiliki status
pertumbuhan anak-anak menuju proses gizi lebih.
kematangan manusia dewasa (Dodik B, Santri pondok pesantren, sebagian besar
2014). Periode ini terjadi perubahan fisik, merupakan usia remaja. Jumlah penghuni
biologis, dan psikologis yang sangat unik asrama yang banyak menyebabkan
dan berkelanjutan. Untuk mencapai pengawasan pada santri mengenai
pertumbuhan yang optimal dibutuhkan makanan yang dikonsumsi kurang. Dalam
asupan gizi yang cukup (Khomsan, 2004). kesehariannya, santri cenderung hanya
Susunan makanan yang salah dalam memenuhi kebutuhan makannya dengan
kuantitas atau kualitas dan ketidak jajanan yang mengandung karbohidrat
seimbangan antara konsumsi makanan tinggi, seperti bakso, cireng, mie, cilok,
dengan kebutuhan kalori yang dibutuhkan dan lain-lain. Sehingga dihawatirkan
untuk pertumbuhan akan menimbulkan kebutuhan gizi seperti protein, kalsium,
masalah gizi (Almatsier, 2009). vitamin C, dan zat besi kurang.
Perilaku remaja, kualitas pangan yang Dari hasil studi pendahuluan yang
buruk merupakan penyebab utama masalah dilakukan di Pondok Pesantren Roudlotul
gizi. Infeksi penyakit, kemungkinan juga Hidayah Pakis Trowulan Mojokerto, para
menjadi penyebab rendahnya status gizi santri yang tinggal di asrama Pondok
pada remaja (Dodik B, 2014). Roudlotul Hidayah mendapatkan
Data Riskesdes Jawa Timur tahun 2013 pemenuhan kebutuhan gizi sehari-hari
menunjukkan bahwa, pervalensi status gizi dengan mendapatkan jatah makan yang
remaja usia 13-14 tahun dilihat dari IMT/U diatur pengurus pondok pesantren. Waktu
(Indeks Masa Tubuh menurut umur) dan menu makan bervariasi setiap asrama,
diperoleh data sebesar 2,25% sangat kurus, ada yang jadwal makannya pagi dan sore
7,3% kurus, 88,2% normal, dan 2,0% hari, ada yang siang dan malam hari.
gemuk. Data lain menyebutkan bahwa Pola makan yang seimbang dapat dilihat
status gizi anak usia 13-15 tahun dilihat dari keteraturan jadwal makan seseorang
dari TB/U (Tinggi badan menurut umur) di dan dari kualitas makanan yang
Jawa Timur adalah 10,5% sangat pendek, dikonsumsi (Soedioetomo, 2008). Pola
20,2% pendek (Riskesdas, 2013). Pada konsumsi makanan berpengaruh terhadap
penelitian yang dilakukan oleh Dewi status gizi seseorang. Status gizi yang baik
(2011) di Pondok Pesantren Al-Islam akan berkontribusi terhadap kesehatan,
Sukomoro Nganjuk, diperoleh data bahwa sedangkan masalah gizi dapat
menimbulkan dampak negatif. Status gizi sedangkan status gizi dinilai dengan hasil
lebih akan menimbulkan gangguan pengukuran IMT dengan rumus BB/TB
psikososial, dan gangguan pertumbuhan m2. Uji statistik dengan menggunakan uji
fisik, gangguan pernafasan, gangguan Spearman Rho dengan SPSS versi 20.0.
endokrin, obesitas dan penyakit
degenerative seperti hipertensi, penyakit HASIL PENELITIAN
jantung koroner, diabetes mellitus, dan DATA UMUM
sebagainya (Imam, 2005). Sedangkan Usia
status gizi kurang akan meningkatkan Usia responden adalah usia remaja,
resiko terhadap penyakit, terutama hasil penelitian dapat dilihat pada tabel
penyakit infeksi (Soedioetomo, 2008). dibawah:
Beberapa penelitian tentang pola
konsumsi dan status gizi telah dilakukan Tabel 1. Usia responden
No Usia Frekuensi (%)
tetapi penelitian tentang status gizi remaja
1 15 tahun 14 41,1
santri di mojokerto masih belum 2 16 tahun 9 26,4
dilakukan. Tujuan penelitian adalah untuk 3 17 tahun 11 32,3
Jumlah 34 100
mengetahui hubungan antara pola
konsumsi makanan dengan status gizi pada Dari tabel 1 menunjukkan bahwa
santri pondok pesantren. sebagian besar (41,1% ) responden berusia
15 tahun sebanyak 14 orang.
METODE PENELITIAN
Jenis Kelamin
Desain penelitian ini menggunakan
Responden terdiri dari santri perempuan
analitik korelasi (cross sectional).
dan santri laki-laki dengan proporsi
Penelitian dilakukan bulan Agustus-
sebagai berikut:
Oktober 2015 di Pondok Pesantren
Roudlotul Hidayah Desa Pakis Kecamatan Tabel 2. Jenis Kelamin responden
Trowulan Kabupaten Mojokerto. Populasi No Jenis kelamin f (%)
dalam penelitian ini adalah seluruh santri 1 Perempuan 18 52,9
Pondok Pesantren Roudlotul Hidayah 2 Laki-laki 16 47,1
Jumlah 34 100
sejumlah 37 santri. Sebanyak 3 orang drop
out karena tidak dapat ditemui pada saat Dari tabel 2 sebagian besar responden
penelitian sehingga jumlah sampel menjadi (52,9%) berjenis kelamin perempuan.
34 santri. Pola konsumsi makanan diukur
menggunakan Kuisoner Food Frequensi,
DATA KHUSUS diketahui bahwa nilai P Value (0,000) < α
Pola konsumsi makanan (0,01) sehingga ada hubungan antara pola
Pola konsumsi makanan diukur dengan konsumsi makanan dengan status gizi pada
kuisoner Food Frequensi dengan hasil santri pondok pesantren Roudlatul Hidayah
sebagai berikut: Pakis Trowulan Mojokerto.
PEMBAHASAN
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Pola
konsumsi makanan Pola konsumsi
Pola
N f (%)
No konsumsi Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
Kurang
1 18 52,9
Baik
2 13 38,2 sebagian besar responden mempunyai pola
Lebih
3 3 8,8
konsumsi makanan yang kurang.
Jumlah 34 100 Konsumsi makanan merupakan faktor
Dari tabel 3. menunjukkan bahwa utama untuk memenuhi kebutuhan gizi
sebagian besar (52,9%) responden dalam sebagai sumber tenaga, mempertahankan
kategori pola konsumsi makanan yang ketahanan tubuh dalam menghadapi
kurang dari angka kebutuhannya. serangan penyakit dan untuk pertumbuhan
(Almatsier, 2009).
Status gizi Faktor yang mempengaruhi pola
Status gizi dinilai dari hasil perhitungan konsumsi yaitu jumlah (porsi) makanan,
IMT dengan hasil sebagai berikut: jenis makanan dan frekuensi makan
(Sediaoetomo, 2008).
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Status gizi
No Status Gizi f (%) Untuk pemenuhan kebutuhan zat
1 Kurus 18 52,9 gizinya sehari-harinya para santri
2 Normal 13 38,2
3 Gemuk 3 8,8
mendapatkan jatah makanan dari pengurus
pondok. Setiap hari santri mendapat makan
Jumlah 34 100
sebanyak 2 kali sehari pada pagi dan sore
Berdasarkan data tabel 4. menunjukkan hari. Menurut Soekirman (2000) frekuensi
bahwa status gizi responden sebagian besar makan dikatakan baik, jika frekuensi
(52,9%) berada pada kategori kurus. makan setiap harinya tiga kali makanan
utama atau dua kali makanan utama
Hubungan antara pola konsumsi dengan satu kali makanan selingan. Sejalan
makanan dan status gizi
dengan Khomsan (2002) yang menyatakan
Uji statistik spearman Rho
bahwa sebaiknya frekuensi makan adalah 3
menggunakan bantuan SPSS versi 20.0 kali sehari untuk menghindari kekosongan
lambung. Frekuensi makan yang kurang Santri perempuan sebagian besar status
menyebabkan kurang terpenuhinya gizinya normal. Seorang perempuan
kebutuhan kalori santri. cenderung akan menjaga berat badannya
Jenis makanan yang terlihat dalam supaya ideal. Dengan hanya mendapat
menu makan sehari-hari juga kurang jatah makan 2 kali sehari, santri
memenuhi gizi seimbang. Hal ini dapat perempuan memenuhi kebutuhan gizinya
dilihat dari adanya menu makan pagi yang dengan jajan di luar pondok. Secara
terdiri dari nasi putih, tempe tahu krispy, kuantitas kebutuhan gizinya telah
dan telur bumbu merah. Ada pula menu terpenuhi. Santri laki-laki cenderung tidak
makan sore yang terdiri dari bihun goreng, suka jajan. Penelitian Zuhdy N (2015)
telur,krupuk dan pisang. menyebutkan pengontrolan berat badan
Jenis makanan yang dikonsumsi harus berhubungan secara signifikan dengan
mengandung karbohidrat, protein, lemak status gizi.
dan nutrien spesifik. Keragaman jenis Kebutuhan gizi remaja relatif besar,
pangan yang dikonsumsi mempengaruhi karena masih mengalami pertumbuhan.
kualitas gizi dan kelengkapan zat gizi Selain itu, remaja umumnya melakukan
(Kementerian Kesehatan RI, 2014). Santri aktivitas fisik lebih tinggi dibanding usia
seringkali membeli jajanan diluar pondok lainnya, sehingga diperlukan zat gizi lebih
pesantren berdasarkan kesukaannya tanpa banyak (Proverawati A,. Asfuah S, 2009).
mempertimbangkan kandungan gizinya Kegiatan atau aktivitas santri di pondok
seperti membeli cilok dan bakso. Hal ini pesantren sangat padat mulai pagi jam
membuat makanan yang dikonsumsi 03.00 WIB sampai dengan petang pk 18.00
kelengkapan gizinya kurang. WIB. Dengan aktivitas yang padat dan
frekuensi makan yang kurang
Status Gizi menyebabkan pemenuhan zat gizinya tidak
Hasil dari penelitian didapatkan status seimbang. Jika konsumsi makan kurang
gizi remaja pondok pesantren sebagian dari angka kecukupan yang dianjurkan dan
besar (52, 9%) adalah kurus. hal ini berlangsung lama, maka akan
Faktor yang mempengaruhi status gizi berpengaruh terhadap status gizi santri.
remaja antara lain asupan makan, aktifitas Novikasari (2003) kegiatan fisik cukup
fisik, body image dan gender (Ruslie RB, besar pengaruhnya terhadap kestabilan
Darmadi, 2012). berat badan. Semakin aktif sesorang
Status gizi kurus lebih banyak dialami melakukan aktivitas fisik, energi yang
santri laki-laki daripada santri perempuan. dibutuhkan semakain banyak.
Hubungan pola konsumsi makanan SIMPULAN
dengan Status Giz Pola konsumsi makanan mempengaruhi
Uji statistik spearman Rho status gizi. Pola konsumsi makanan ditentukan

menggunakan bantuan SPSS versi 20.0 oleh kualitas dan kuantitas hidangan. Jika
susunan hidangannya memenuhi kebutuhan
diketahui bahwa nilai P Value (0,000) < α
tubuh, baik dari kualitas maupun kuantitasnya,
(0,01) sehingga ada hubungan antara pola
maka tubuh akan mempunyai status gizi yang
konsumsi makanan dengan status gizi pada
baik.
santri.
Menurut Riyadi (2001), faktor yang
DAFTAR PUSTAKA
secara langsung mempengaruhi status gizi
adalah konsumsi pangan atau status Almatsier, S., 2009. Prinsip Dasar Ilmu
Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka
kesehatan.
Pola konsumsi makanan harus Dewi, 2011. Hubungan Asupan Gizi
dengan Status gizi santri di Pondok
memperhatikan nilai gizi makanan dan Pesantren Al- Islam Sukomoro
kecukupan zat gizi yang dianjurkan. Santri Nganjuk (Karya Tulis Ilmiah).
Stikes Satria Bakti Nganjuk
dengan gizi kurus hampir semuanya
mempunyai asupan gizi yang kurang dari Dodik, B., 2014. ANEMIA: Masalah Gizi
pada wanita. Jakarta: EGC
kebutuhan kalori yang dibutuhkan.
Demikian juga dengan santri yang gemuk Imam, S., 2005. Obesitas Konsekuensi
Pencegahan dan Pengobatan.
semuanya mendapatkan asupan makanan Makalah penetapan Guru Besar
yang berlebihan dari jumlah kalori yang Fakultas Kedokteran Bidang Ilmu
Patologi Klinik Universitas
dibutuhkan. Hasil penelitian Muchlisa Sumatera Utara, Medan
(2013) menunjukkan ada hubungan antara
Kementerian Kesehatan RI, 2014.
asupan energi dengan status gizi Pedoman Gizi Seimbang
(p=0,000), artinya jika asupan energi
Khomsan A, 2002. Pangan dan Gizi untuk
rendah maka memiliki peluang yang lebih Kesehatan. Bogor: Jurusan Gizi
besar untuk berada pada status gizi kurang. Masyarakat dan Sumberdaya
Keluarga, Fakultas Pertanian IPB
Penelitian dari Zulyastri R (2014)
membuktikan ada hubungan pola makan _________, 2004. Peranan Pangan dan
Gizi untuk Kualitas Hidup. PT
pagi dengan status gizi siswa kelas 3, 4 dan Grasindi: Jakarta
5. Asupan makanan yang kurang
Muchlisa, 2013. Hubungan Asupan Zat
menyebabkan kebutuhan tubuh akan Gizi dengan Status Gizi pada
nutrisi menjadi tidak terpenuhi sehingga Remaja Putri di Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Hasanudin
status gizi menjadi kurang. Makasar (skripsi). Jurusan
kesehatan Masyarakat, Universitas faktor yang mempengaruhi Status
hasanudin, Makasar Gizi Remaja. Majalah Kedokteran
Andalas No.1 Vol. 36. Januari-Juni
Novikasari M, 2003. Perubahan berat 2012
badan dan Status gizi mahasiswa
putra jalur USMI tahun 2002 pada Sediaoetomo,A.D., 2008. Ilmu Gizi untuk
empat bulan pertama di IPB Mahasiswa dan Profesi. Jakarta:
(skripsi). Bogor: Fakultas Dian Rakyat
Pertamnian IPB
Soekirman, 2000. Ilmu Gizi Dan
Proverawati, A., Asfuah, S., 2009. Gizi Aplikasinya. Jakarta: Depdiknas
untuk Kebidanan. Bantul: Nuha
Medika Zuhdy, N., Ani, LS.,Utami, NWA., 2015.
Aktifitas fisik, pola makan dan
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), 2013. status gizi pelajar putrid SMA di
Pedoman Pewawancara Petugas Denpasar Utara. Public Health and
Pengumpul Data. Jakarta: Badan Preventive Medicine Archieve Vol
Litbangkes, Depkes RI; 2013 3 No 1 Juli 2015.

Riyadi, 2001. Metode penilaian status gizi Zulyastri R, 2014. Hubungan pola makan
secara antropometri (diktat). pagi dengan status gizi siswa di SD
Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Muhammadiyah Bendo Sranakan
Pertanian Bogor. Bantul (skripsi). Program Sudi
Ilmu Keperawatan STIKes
Ruslie RB,, Darmadi. 2012. Analisis Aisyiyah Yogyakarta
Regresi Logistik untuk Faktor-

You might also like