379 969 1 PB
379 969 1 PB
379 969 1 PB
Abstract
The existence of folksong is an important thing for the Moluccas. It has functions as an
entertainment and the way to deliver the events that existed in the past. This research
discuss about jarjinjin and largula folksongs based on hermeneutics approach. The
purposes of this research are to transcript and to understand the deepest meaning of the
jarjinjin and largula folksongs, and to know the functions of those folksongs for the owner
and the young generations. Jarjinjin and largula comes from Longgar village, Kepulauan
Aru district, Maluku province. This research use qualitative description method. After
transcripted and analyzed the lyrics, the results show about the history of Longgar, Karey,
and Gomu-Gomu village; the folksongs taught the people always remember the message of
the ancestors in maintaining brotherhood and culture. For the owner, jarjinjin and largula
made brotherhood relation closed beyond the villagers in Longgar, Karey, and Gomu-
Gomu village; remaining the history of the ancestors; preservation of local languages;
entertaining, because they have sang together and escorting by stampted drums and gongs;
and maintaining and preserving the tradition. For young generations, they improved the
knowledge about the history of Aru’s ancestors; practicing and demonstrating local
language ability; reinforcing love of the history; and maintaining and preserving the
tradition.
Abstrak
Keberadaan nyanyian rakyat bagi masyarakat Maluku merupakan hal yang penting.
Nyanyian rakyat berfungsi sebagai penghibur hati dan cara untuk menyampaikan
peristiwa-peristiwa yang ada di masa lampau. Penelitian ini mengkaji nyanyian adat yang
berjudul jarjinjin dan largula dengan menggunakan pendekatan hermeneutika. Penelitian
ini bertujuan untuk mentranskripsi nyanyian adat jarjinjin dan largula, mengetahui makna
yang terkandung di dalamnya, dan mengetahui fungsi kedua nyanyian adat bagi pemilik
lagu dan generasi muda. Lagu jarjinjin dan largula merupakan nyanyian adat yang berasal
dari Desa Longgar, Kabupaten Kepulauan Aru, Maluku. Metode yang digunakan adalah
deskriptif kualitatif. Setelah melakukan transkripsi dan analisis terhadap kedua lirik-lirik
lagu, diketahui kedua nyanyian adat tersebut menceritakan perjalanan sejarah nenek
moyang desa Longgar, Karey, dan Gomu-Gomu. Selain itu, dalam nyanyian adat
mengandung ajaran untuk selalu mengingat pesan leluhur dalam menjaga persaudaraan dan
adat-istiadat. Fungsi bagi pemilik lagu yaitu mendekatkan hubungan persaudaraan antar
masyarakat Desa Longgar, Karey, dan Gomu-Gomu; mengingatkan sejarah perjalanan
leluhur; pelestarian bahasa daerah; penghibur hati, karena dinyanyikan secara bersama-
sama dan diiringi alat musik tifa dan gong; dan menjaga serta melestarikan tradisi.
Sedangkan fungsi lagu jarjinjin dan largula bagi generasi muda yaitu menambah
pengetahuan terkait sejarah perjalanan leluhur masyarakat Aru; media melatih dan
mempertunjukkan kemampuan berbahasa daerah; memperkuat rasa cinta terhadap sejarah
masa lalu; serta menjaga dan melestarikan tradisi.
37
doi: 10.24832/kapata.v13i1.379
© 2017 Kapata Arkeologi – Balai Arkeologi Maluku. Bebas akses di bawah lisensi CC BY-NC-SA.
Nomor Akreditasi: (LIPI) 678/Akred/P2MI-LIPI/07/2015.
PENDAHULUAN dan masyarakat Maluku Barat Daya mengenal
Keberanekaragaman bahasa, adat- istilah foforuk (Hasan, 2016: 5).
istiadat, dan budaya yang ada di Indonesia Terdapat beberapa perbedaan dan
merupakan aset yang harus dilestarikan. persamaan pada kapata, tambaroro, dan
Pelestarian tersebut bertujuan agar para foforuk. Lagu-lagu yang dinyanyikan dalam
generasi muda dapat mengetahui jati diri, dan kapata, tambaroro, dan foforuk pada umumnya
mencintai bangsanya. Salah satu bentuk berisi peristiwa-peristiwa sejarah terbentuknya
pelestarian bahasa, adat-istiadat, dan budaya sebuah tempat, dan sejarah kedatangan tokoh
yang telah dilakukan oleh nenek moyang kita yang dianggap penting dalam pembentukan
hingga saat ini tertuang dalam nyanyian adat. suatu desa. Kapata bagi masyarakat Kota
Keanekaragaman budaya masyarakat Indonesia Ambon dan Maluku Tengah memiliki nilai
merupakan tradisi yang telah diwarisi secara kesakralan. Sehingga kapata akan muncul pada
turun temurun dan menjadi milik bersama, baik saat upacara adat dilaksanakan. Selain itu,
dalam bentuk lisan, maupun bukan lisan. kapata hanya dinyanyikan oleh para tetua adat
Menurut Dananjaja (2002: 21-22), tradisi lisan yang memiliki pengetahuan mengenai sejarah
yang berkembang di masyarakat pada saat ini, masa lampau. Tambaroro bagi masyakarat
yakni (1) tradisi lisan yang lisan, seperti bahasa Kepulauan Aru memiliki dua fungsi, yaitu
rakyat, ungkapan tradisional, pertanyaan sebagai pewarisan sejarah dan penghibur hati.
tradisional, puisi rakyat, cerita prosa rakyat, dan Sama seperti kapata, tambaroro juga
nyanyian rakyat; (2) tradisi lisan yang sebagian dinyanyikan oleh para tetua adat ketika upacara
lisan, seperti permainan rakyat, teater rakyat, adat dilaksanakan. Tambaroro dilaksanakan
tari rakyat, adat istiadat, upacara, dan pesta secara berkelompok dan dipimpin oleh seorang
rakyat; (3) tradisi lisan yang bukan lisan terbagi peduang. Kelompok tersebut hanya terdiri dari
menjadi dua sub kelompok, yakni yang material para lelaki dewasa. Lagu-lagu adat yang
(arsitektur rakyat, kerajinan tangan rakyat, dinyanyikan dalam tambaroro diiringi dengan
makanan dan minuman rakyat dan obat-obatan suara tifa dan gong. Foforuk bagi masyarakat
tradisional) dan yang bukan material (gerak Maluku Barat Daya berfungsi sebagai cara
isyarat tradisional, bunyi isyarat untuk untuk mengungkapkan perasaan. Berbeda
komunikasi rakyat dan musik rakyat). dengan tambaroro yang harus menggunakan
Tanah Maluku yang dikenal dengan tifa dan gong, nyanyian-nyanyian yang terdapat
sebutan daerah seribu pulau memiliki kekayaan dalam foforuk dapat dinyanyikan tanpa diiringi
budaya yang bernilai luhur. Keluhuran musik pengiring seperti gitar, tifa, atau jenis
kebudayaannya terletak pada suatu untaian musik akustik lainnya. Nyanyian ini biasanya
falsafah atau pandangan dunia yang mewarnai dinyanyikan oleh beberapa pria dan wanita
seluruh kreasi kebudayaan masyarakat. yang dianggap memahami makna di dalam
Berbagai ragam upacara adat, pola perilaku, lagu.
ragam seni dan ragam nyanyian rakyat selalu Nyanyian-nyanyian adat yang ada di
melukiskan kuatnya filosofi masyarakat. Maluku biasanya dilantunkan pada saat upacara
Kekuatan falsafah hidup masyarakat Maluku adat, peresmian rumah adat, dan acara-acara
tampak pula dalam ragam seni musik, dalam lainnya yang dianggap sakral. Nyanyian-
hal ini lagu sebagai suatu perpaduan berbagai nyanyian adat yang dinyanyikan biasanya
elemen musik (ritme, melodi, harmoni), menceritakan peristiwa sejarah, peperangan,
sehingga terbangun suatu bentuk musikal yang dan pemujaan-pemujaan kepada Tuhan Yang
serasi ketika dinyanyikan atau dibunyikan. Maha Esa. Melalui nyanyian-nyanyian adat
Bentuk nyanyian-nyanyian rakyat di satu yang dilantunkan tersebut, masyarakat akan
daerah dengan daerah lainnya di Maluku mengetahui sejarah terbentuknya suatu daerah
berbeda-beda, bergantung pada lingkungan dan adat istiadat yang harus terus dilestarikan
budayanya. Terdapat beberapa istilah untuk (Hasan, 2016: 6).
menyebutkan nyanyian adat yang ada di suatu Terdapat dua nyanyian rakyat masyarakat
lingkungan masyarakat. Masyarakat Kota Desa Longgar yang akan dibahas dalam artikel
Ambon dan Kabupaten Maluku Tengah ini, yaitu Jarjinjin dan largula. Kedua nyanyian
umumnya mengenal istilah Kapata; masyarakat adat tersebut menceritakan tentang sejarah
Kepulauan Aru mengenal istilah tambaroro; peristiwa pecahnya Pulau Eno dan Karang yang
38
Kapata Arkeologi Volume 13 Nomor 1, Juli 2017: 37-46
diyakini sebagai tempat tinggal pertama leluhur horizontal yang membentang antara masa lalu
masyarakat Kepulauan Aru. Dengan mengupas dan masa yang akan datang. Sehingga dalam
lirik-lirik yang ada dalam kedua lagu tersebut menafsirkan suatu teks haruslah dilihat aspek-
maka diharapkan dapat diketahui makna yang aspek sejarah yang melatarbelakangi
terkandung dalam kedua lagu tersebut. keberadaan teks tersebut, dan juga melihat
Berdasarkan latar belakang di atas, konteks yang dibicarakan di dalam teks.
permasalahan yang akan dibahas dalam artikel
ini yaitu (1) bagaimana transkripsi lagu METODE
Jarjinjin dan largula?; dan (2) bagaimana Hermeneutika merupakan studi
analisis makna lagu Jarjinjin dan largula pemahaman terhadap sebuah teks. Secara
dengan menggunakan pendekatan etimologis, hermeneutika berasal dari istilah
hermeneutika?. Berdasarkan permasalahan- Yunani, yakni hermeneuein (kata kerja) yang
permasalahan tersebut, maka tulisan ini berarti menafsirkan, dan hermeneia (kata
bertujuan untuk (1) mendeskripsikan transkripsi benda) yang berarti interpretasi. Kata hermeios,
lagu Jarjinjin dan largula; dan (2) hermeneuein (kata kerja) dan hermeneia (kata
mendeskripsikan analisis makna lagu Jarjinjin benda) diasosiasikan pada Dewa Hermes.
dan largula dengan menggunakan pendekatan Bentuk kata yang beragam itu mengasumsikan
hermeneutika. adanya proses menggiring sesuatu atau situasi
Kehidupan manusia tidak dapat dari yang sebelumnya tak dapat dipahami
dipisahkan dari sejarah masa lalunya. Dalam menjadi dapat dipahami (Palmer, 2005: 15).
kaitannya dengan teori hermeneutika, faktor Terdapat tiga bentuk makna dasar dari
sejarah berperan penting dalam memahami hermeneuein dan hermeneia untuk memahami
sebuah teks sastra. Wilhem Ditley (1822-1911), sebuah teks, yaitu (1) mengungkapkan kata-
seorang filsuf berbakat dan seorang sejarawan kata, (2) menjelaskan, seperti menjelaskan
sastra, menjelaskan bahwa hermeneutika sebuah situasi, dan (3) menerjemahkan seperti
merupakan ilmu yang berfungsi sebagai di dalam literasi bahasa asing. Ketiga makna itu
landasan bagi ilmu-ilmu sosial, kemanusiaan, membentuk sebuah makna independen dan
penafsiran ekspresi, perilaku historis, karya signifikan bagi interpretasi (Palmer, 2005: 16).
seni, dan sastra (Palmer, 2005: 110). Secara historis penggunaan metode
Dalam memahami aspek historis, Ditley hermeneutika digunakan untuk memahami teks-
(Palmer, 2005: 131) menjelaskan bahwa teks klasik. Timbulnya istilah hermeneutika
historisitas bermakna dua hal, yaitu: (1) disertai dengan konsep dan metodenya memicu
pemahaman diri manusia bukanlah sesuatu pesatnya perkembangan penerjemahan Injil di
yang langsung, tetapi tidak langsung. Untuk dunia Barat khususnya di Jerman (Ratna, 2010:
memperoleh pemahaman diri, seorang manusia 312). Dalam Oxford English Dictionary istilah
harus mengambil suatu perjalanan hermeneutis hermeneutika pertama kali dicantumkan pada
melalui ekspresi yang tepat yang dimulai pada tahun 1737. Pada abad berikutnya,
masa lalu. Dengan terikat pada sejarah, maka hermeneutika digunakan untuk membaca dan
pengalaman yang terdapat dalam diri manusia memahami Bibel maupun menafsirkan teks
secara esensial dan pokok bersifat historisitas; pada umumnya.
(2) manusia merupakan makhluk yang memiliki Dalam ruang lingkup kesastraan,
hasrat untuk terus-menerus berekspresi dalam penggunaan metode hermeneutika sangat
menentukan warisan yang akan ditinggalkan. dibutuhkan. Tanpa interpretasi dan penafsiran
Dalam masa berekspresi, manusia berusaha pembaca terhadap sebuah karya sastra, karya
untuk mengubah esensi dirinya sendiri sehingga tersebut hanyalah sebuah karya yang tidak
dia dapat dikatakan memiliki kekuatan untuk memiliki nilai. Penelitian sastra harus mencari
mengubah dirinya sendiri. Namun dalam proses sebuah “metode” atau “teori” yang secara
berekspresi tersebut, manusia tidak dapat khusus tepat sebagai uraian kesan manusia
memisahkan diri dari sejarah. Hal tersebut terhadap makna dalam sebuah karya. Proses
dikarenakan siapa dan apa manusia terlibat di uraian, pemahaman makna sebuah karya
dalam dan melalui sejarah. merupakan fokus hermeneutika. Tugas
Kedua penjelasan tersebut menunujukkan interpretasi harus membuat sesuatu yang kabur
bahwa makna selalu berdiri dalam konteks jauh, dan gelap maknanya menjadi sesuatu yang
39
Nyanyian Adat Masyarakat Desa Longgar: Suatu Pendekatan
Hermeneutika, Nita Handayani Hasan
jelas, dekat, dan dapat dipahami. Hermeneutika Sebagaimana yang dipaparkan pada
membantu pemaknaan sebuah kata tunggal tinjauan pustaka di atas bahwa hermeneutika
untuk mengartikan keseluruhan kalimat yang merupakan teori interpretasi teks. Interpretasi
ada. tersebut akan digunakan untuk menganalisis
Pendekatan hermeneutika merujuk makna lagu Jarjinjin dan largula mulai dari
kepada proses interpretasi atau penafsiran teks- kata, larik, bait, dan keseluruhan teks lagu
teks. Salah satu aspek yang memengaruhi secara utuh, sehingga mencapai pemahaman
pembaca sehingga mereka tidak dapat atau bagian khusus dan pemahaman umum terhadap
kurang dapat menikmati dan mengerti tentang kedua lagu tersebut.
isi suatu lirik lagu adalah karena rumitnya Penelitian ini merupakan jenis penelitian
konteks lirik lagu tersebut. Pada bagian inilah deksriptif kualitatif. Deskriptif kualitatif
peranan hermeneutika yang memperjelas mengutamakan penggambaran data melalui
makna simbol sebuah teks dalam suatu karya kata-kata. Kata-kata memuat ribuan makna, dan
sastra (Herianah, 2013: 88). setiap kata mendukung jutaan makna
Menurut Schleiermacher (Palmer, 2005: (Endraswara, 2013: 176). Dengan
97) hermeneutika merupakan seni pemahaman. menggunakan metode ini, peneliti akan
Pemahaman bagi sebuah seni mengalami proses memaparkan data yang ada kemudian
mental dari pengarang teks. Pengarang menganalisis data tersebut.
membentuk kalimat, sedangkan pendengar Data yang menjadi fokus penelitian
membuat struktur kalimat dan pikirannya. berupa kata yang membentuk lirik dalam lagu
Dengan demikian interpretasi terdiri atas dua Jarjinjin dan largula. Sumber data meliputi dua
interaksi yaitu gramatis dan psikologis. Adanya buah lagu yang berjudul Jarjinjin dan largula
kolaborasi antara interaksi gramatis dan yang berasal dari Desa Longgar, Kabupaten
psikologis yang menyebabkan adanya lingkaran Kepulauan Aru, Maluku. Kedua lagu tersebut
hermeneutika. diperoleh ketika peneliti melakukan penelitian
Lingkaran hermeneutika ada ketika di Desa Longgar.
pemahaman sebuah karya sastra secara umum Teknik pengumpulan data yang
terdiri atas bagian-bagian yang khusus. digunakan yaitu inventarisasi, baca simak, dan
Lingkaran secara keseluruhan mendefinisikan pencatatan. Untuk menganalisis data yang ada,
bagian-bagian individu, dan bagian-bagian pada awalnya penulis mengidentifikasi lagu-
tersebut bersama-sama membentuk lingkaran. lagu yang dijadikan data dalam penelitian.
Konsep lingkaran hermeneutis melibatkan Setelah mengidentifikasi data, penulis
kontradiksi logis, karena pemahaman bagian- mengklasifikasi data. Data-data yang ada
bagian dalam sebuah makna sangat diperlukan diseleksi dan diklasifikasikan sesuai hasil
untuk memahami makna secara keseluruhan. pemahaman. Tahap berikutnya penulis
Secara logika, sebuah bagian telah menunjukan menganalisis data. Data dianalisis dan
sebuah makna dari keseluruhan. Sehingga diinterpretasikan maknanya per bagian
terkadang kalimat tunggal akan menjelaskan kemudian secara keseluruhan. Tahapan analisis
dan menggambarkan semua yang terjadi menggunakan pendekatan hermeneutika.
sebelumnya tanpa koherensi pada keseluruhan Setelah dianalisis, penulis mendeskripsikan
maknanya. seluruh hasil analisis data sesuai pendekatan
Lingkaran hermeneutik menunjukkan hermeneutika.
hubungan saling memahami. Kesepahaman
tersebut muncul ketika pembicara dan HASIL DAN PEMBAHASAN
pendengar memiliki kesamaan pemaknaan. Transkripsi Lagu Jarjinjin dan largula
Kesepahaman tersebut juga dapat muncul dengan Pendekatan Hermeneutika
ketika pembicara dan pendengar telah memiliki
pengetahuan terhadap persoalan yang (1) Jarjinjin gwae nar o kero demdem gweri
didiskusikan. Tanpa adanya latar belakang (2) Goil rua dal el dian dato el mur
pengetahuan terhadap sebuah persoalan yang (3) Dal el kujur djardjerdaawe
dibahas, maka seseorang tidak dapat melangkah Reff:
pada lingkaran hermeneutis. (4) Rirer o tana rire o
(5) Goyang o tana goyang o
40
Kapata Arkeologi Volume 13 Nomor 1, Juli 2017: 37-46
persembahan berupa sesajen dan piring-piring
Largula tua.
(1) Gwalajin emenjkaran Sementara itu, arti kata largula dalam
(2) Nam jar un oesa bahasa Longgar yaitu tiga layar. Lagu Largula
(3) Jar abel un dalar daoran terdiri atas dua belas larik. Sama seperti lagu
(4) Deusiar dawa gori nun jarjinjin, lagu ini juga dinyanyikan pada saat
(5) Lar gula dalar deben mur acara-acara adat yang dianggap sakral. Lagu
(6) Dalar daben somor lau tersebut dinyanyikan oleh para lelaki sambil
(7) Logar kenlar kargwa ken lar memainkan alat musik tifa dan gong atau
(8) Awel wirey ken lar disebut tambaroro. Isi lagu ini menceritakan
(9) Wi je mair kom sirin mawar perjalanan penduduk Pulau Eno Karang keluar
(10) Kom jenjena el nunu dari tempat tinggalnya akibat terjadinya
(11) Awan mair un naeta mawe bencana alam.
(12) Ken kujur maban Arti yang terdapat pada bait pertama
yaitu persoalan atau peristiwa besar yang terjadi
Lagu jarjinjin terdiri atas lima larik. Arti di Pulau Eno dan Karang. Peristiwa yang
kata jarjinjin adalah Pulau Eno Karang. Lagu dimaksud adalah adanya pertarungan kakak
ini dinyanyikan pada saat acara-acara adat yang beradik yang menyebabkan terjadinya bencana
dianggap sakral. Lagu tersebut dinyanyikan alam.
oleh para lelaki sambil memainkan alat musik Arti lirik pada bait kedua yaitu membuat
tifa dan gong. Isi lagu ini menceritakan sejarah kedua pulau tersebut terbongkar. Bencana alam
asal mula terjadinya bencana gempa bumi dan yang terjadi yaitu gempa bumi, angin kencang,
tsunami di Pulau Eno dan Karang yang hujan, dan tsunami. Adanya bencana alam yang
merupakan tempat tinggal leluhur masyarakat dahsyat menyebabkan kedua pulau tersebut
Aru. terpecah belah, dan sebagian daratannya
Arti yang muncul pada larik pertama, tenggelam.
yaitu Pulau Eno dan Karang semua orang masih Arti lirik pada bait ketiga yaitu semua
bertempat di sana pertikaian di pulau. Kalimat penduduk di kedua pulau tersebut berlayar
tersebut menginformasikan bahwa pada zaman meninggalkan pulau. Demi menyelamatkan diri
dahulu, telah terjadi pertikaian ketika semua dari bencana alam yang dahsyat, penduduk
orang masih tinggal di Pulau Eno dan Karang. yang tinggal di Pulau Eno dan Karang pergi
Arti pada larik kedua, yaitu dua orang menyelamatkan diri.
saudara memakai tombaknya untuk berkelahi. Arti lirik pada bait keempat yaitu semua
Pertikaian yang terjadi di Pulau Eno dan penduduk sudah pindah dari pulau itu. Pulau
Karang terjadi akibat adanya perkelahian antara Eno dan Karang menjadi pulau yang tak
dua orang bersaudara. Kedua saudara tersebut berpenghuni karena semua penduduknya telah
masing-masing menggunakan tombak untuk pergi menyelamatkan diri.
berkelahi. Arti lirik pada bait kelima yaitu tiga layar
Arti pada larik ketiga, yaitu ketika atau tiga belang (perahu khas masyarakat Aru)
mereka berjalan istri-istrinya memikul saloinya dari belakang. Terdapat tiga perahu yang
(sejenis bakul) yang ada di belakang sambil terakhir keluar dari Pulau Eno dan Karang.
mengikuti suami-suami mereka. Kalimat Ketiga perahu tersebut membawa masyarakat
tersebut menyampaikan bahwa para istri selalu Pulau Eno dan Karang mencari tempat tinggal
mengikuti kemanapun suami mereka pergi. baru.
Ketika terjadi peperangan, masyarakat Pulau Arti lirik pada bait keenam yaitu mereka
Eno Karang terpecah belah. Mereka pergi berlayar dari Timur Laut. Menunjukkan arah
menyelamatkan diri bersama-sama dengan istri- perjalanan tiga perahu yang keluar dari Pulau
istri mereka. Eno Karang untuk mencari pulau baru sebagai
Arti pada larik keempat dan kelima, yaitu tempat tinggal baru.
permintaan kepada Tuhan untuk diturunkan Arti lirik pada bait ketujuh dan kedelapan
musibah gempa bumi dan tsunami. Permintaan yaitu layar dari Longgar, layar dari Karey, layar
untuk menurunkan musibah gempa bumi dan dari Gomu-Gomu. Bait tersebut menceritakan
tsunami dilakukan dengan memberikan bahwa yang berada dalam tiga layar atau tiga
41
Nyanyian Adat Masyarakat Desa Longgar: Suatu Pendekatan
Hermeneutika, Nita Handayani Hasan
belang adalah orang-orang pertama atau nenek seluruh masyarakat Pulau Eno Karang
moyang masyarakat yang tinggal di Desa mengungsi ke pulau-pulau sekitarnya.
Longgar, Karey, dan Gomu-Gomu. Selain itu Adanya perang yang terjadi antara dua
dapat ditafsirkan bahwa penduduk asli Desa saudara untuk memperebutkan sebuah tombak
Longgar, Karey, dan Gomu-Gomu adalah yang berguna untuk menangkap ikan
keturunan langsung dari penghuni Pulau Eno menunjukkan Pulau Eno Karang memiliki
dan Karang. kekayaan laut yang luar biasa. Pada zaman
Arti lirik pada bait kesembilan yaitu dahulu, masyarakat Kepulauan Aru
siang malam kita selalu ingat. Ingat terhadap menggunakan tombak untuk menangkap ikan,
peristiwa sejarah yang terjadi di Pulau Eno dan mengambil kerang dan teripang di laut.
Karang, dan ingat bahwa Desa Longgar, Karey, Kekayaan laut yang dimiliki oleh Kepulauan
dan Gomu-Gomu adalah tiga desa yang Aru telah menjadi primadona sejak zaman
memiliki hubungan erat. penjajahan Belanda. Dalam monopoli
Arti lirik pada bait kesepuluh dan perdagangan yang diprakasai VOC, posisi
kesebelas yaitu selalu ingat pesan leluhur dan Kepulauan Aru banyak menyediakan sumber
sampai hari ini masih membawa persembahan- daya hayati, seperti kerang-kerangan, mutiara,
persembahan. Pesan leluhur yang harus diingat teripang, dan lain sebagainya (Wakim, 2014:
ditujukan kepada masyarakat Desa Longgar, 110).
Karey, dan Gomu-Gomu. Masyarakat yang ada Terdapat tiga rombongan masyarakat
di ketiga desa tersebut pada waktu-waktu yang ke luar dari Pulau Eno Karang
tertentu harus membawa persembahan- menggunakan belang (perahu). Masyarakat
persembahan berupa piring-piring tua, gigi yang berada dalam ketiga rombongan tersebut
Gajah, daun sirih, buah pinang, dan lain diyakini menjadi orang-orang pertama yang
sebagainya ke Pulau Eno Karang. tinggal di Desa Longgar, Karey, dan Gomu-
Gomu. Ketiga desa tersebut hingga saat ini
Makna Lagu Secara Utuh sangat menjunjung adat-istiadat dan
Melalui analisis kata dan makna dalam mempertahankan ritual-ritual tertentu yang
lirik-lirik lagu di atas, dapat diketahui bahwa harus mereka laksanakan di Pulau Eno dan
lagu jarjinjin dan largula merupakan dua lagu Karang. Contoh ritual-ritual yaitu peletakan
yang berkaitan dan saling melengkapi. Arti kayu pamali, penetapan awal mula waktu
kata-kata yang terdapat dalam lirik lagu melaut, dan lain sebagainya.
jarjinjin merupakan sambungan terhadap arti Pada saat melaksanakan upacara adat,
kata-kata yang terdapat dalam lirik lagu masyarakat akan membawa persembahan-
largula. Kedua lagu tersebut sama-sama persembahan berupa piring-piring, gading
menceritakan mengenai peristiwa yang terjadi gajah, gong, daun sirih, buah pinang, dan
di pulau Eno dan Karang, dan kebiasaan- tembakau. Persembahan-persembahan yang
kebiasaan apa saja yang harus tetap mereka bawa akan diletakkan di tempat-tempat
dilaksanakan hingga saat ini. tertentu. Setelah meletakkan benda-benda
Hingga saat ini masyarakat Kepulauan tersebut, masyarakat akan bermalam di pulau
Aru percaya bahwa mereka berasal dari Pulau Eno Karang.
Eno Karang. Pulau Eno Karang awalnya adalah Desa Longgar dan Gomu-Gomu berada
pulau yang aman dan tentram. Perpecahan yang di Kecamatan Aru Tengah Selatan, sedangkan
terjadi di Pulau Eno Karang diakibatkan adanya Desa Karey berada di Kecamatan Aru Selatan
pertempuran dua kakak beradik yang Timur. Ketiga desa tersebut terletak di tiga
memperebutkan alat untuk menangkap ikan pulau yang berbeda, yaitu Desa Longgar berada
(kayu tikam-tikam/tombak). Alat tersebut di Pulau Worka, Desa Karey berada di Pulau
terbuat dari emas, dan memiliki kesaktian untuk Trangan, dan Desa Gomu-Gomu berada di
mengambil hasil-hasil laut. Melihat pertikaian Pulau Turturjuring. Meskipun terletak di tiga
yang terjadi, ada seorang tokoh meminta pulau yang berbeda, jika dilihat melalui gambar
kepada Tuhan Yang Maha Kuasa untuk 1. Kabupaten Kepulauan Aru, ketiga desa
menurunkan bencana alam yang dahsyat tersebut terlihat sejajar dan berdekatan dengan
sehingga mengakibatkan Pulau Eno Karang Pulau Eno Karang.
terpecah belah. Akibat adanya bencana tersebut,
42
Kapata Arkeologi Volume 13 Nomor 1, Juli 2017: 37-46
Kedua lagu tersebut dinyanyikan pada
saat tambaroro dilaksanakan. Tambaroro
merupakan kegiatan bernyanyi sambil
memainkan alat musik tifa dan gong yang
dilakukan oleh masyarakat Kabupaten Aru.
Kegiatan tambaroro dapat dilihat pada gambar
2 di bawah ini.
43
Nyanyian Adat Masyarakat Desa Longgar: Suatu Pendekatan
Hermeneutika, Nita Handayani Hasan
digunakan. Bagi para generasi muda, populer. Padahal, nilai-nilai kebaikan juga
menyanyikan lagu jarjinjin dan Largula dapat diperoleh dalam nyanyian rakyat
berfungsi sebagai: (Mulawati, 2014: 214).
1. Menambah pengetahuan terkait sejarah
perjalanan leluhur masyarakat Aru; KESIMPULAN
2. Media melatih dan mempertunjukkan Nyanyian rakyat yang berupa nyanyian
kemampuan berbahasa daerah; adat merupakan alat paling ampuh dalam
3. Memperkuat rasa cinta terhadap sejarah pewarisan sejarah, adat istiadat, dan tradisi dari
masa lalu; dan satu generasi ke generasi berikutnya. Terdapat
4. Menjaga dan melestarikan tradisi. banyak informasi yang akan diperoleh dari satu
Masyarakat Desa Longgar sangat nyanyian rakyat. Informasi-informasi tersebut
menjunjung adat istiadat dan kebiasaan- akan terus-menerus digunakan sebagai landasan
kebiasaan masa lalu. Adat istiadat dan pewarisan sejarah, dan ritual-ritual adat yang
kebiasaan-kebiasaan tersebut wajib diketahui ada di suatu daerah.
oleh para lelaki Desa Longgar. Laki-laki Desa Pada zaman dahulu, ketika akses
Longgar akan diajarkan tata cara mencari ikan terhadap hiburan masih minim, bernyanyi
di laut, bagaimana berperilaku terhadap alam, merupakan cara yang ampuh untuk menghibur
dan memberi nafkah kepada keluarga. Laki-laki hati. Syair-syair yang dinyanyikan juga sangat
diharapkan dapat menjadi pemimpin yang baik sederhana dan mudah dipahami. Hal tersebutlah
bagi keluarganya. yang menyebabkan syair-syair tersebut mudah
Para wanita Desa Longgar biasanya tidak untuk diingat.
diajarkan secara khusus mengenai sejarah- Lagu jarjinjin dan largula merupakan
sejarah yang ada di Desa Longgar. Namun dua nyanyian adat yang hingga kini masih
sejak kecil mereka diajarkan untuk selalu dipertahankan keberadaannya. Setelah
mengikuti saudara laki-laki, ayah, atau melakukan analisis menggunakan pendekatan
suaminya kelak. Para wanita Desa Longgar hermeneutika, terdapat beberapa kesimpulan
sejak kecil telah diajarkan tata cara mengurus yang diperoleh yaitu, lagu jarjinjin dan largula
rumah tangga yang baik. Mereka diharapkan merupakan lagu yang menceritakan perjalanan
dapat menjadi istri dan ibu rumah tangga. sejarah nenek moyang Desa Longgar, Karey,
Meskipun tidak diajarkan secara langsung dan Gomu-Gomu. Nenek moyang ketiga desa
mengenai sejarah masa lalu, para wanita Desa tersebut diketahui berasal dari Pulau Eno
Longgar dapat mengetahui sejarah nenek Karang. Pulau tersebut awalnya merupakan
moyang mereka melalui nyanyian-nyanyian pulau yang indah, kehidupan di sana juga
rakyat yang dinyanyikan ketika tambaroro sangat tentram dan damai. Namun akibat dari
dilaksanakan. adanya perebutan sebuah tombak yang terbuat
Melalui pembahasan mengenai makna dari emas oleh dua orang kakak beradik, maka
yang terkandung dalam lagu jarjjinjin dan pulau tersebut akhirnya terpecah belah.
Largula diharapkan para generasi muda, baik Adanya perebutan tombak emas yang
wanita ataupun pria, mampu berfungsi sebagai alat mencari ikan di laut
menginternalisasikan nilai-nilai sejarah menunjukkan bahwa Pulau Eno Karang
sehingga tidak meninggalkan tradisi yang ada memiliki kekayaan laut yang luar biasa. Adanya
di desa mereka (Desa Longgar, Karey, dan ketamakan untuk menguasai tombak emas
Gomu-Gomu). Nilai-nilai sejarah yang tersebut menyebabkan Sang Maha Kuasa
dimaksud ialah selalu mengingat adat-istiadat menurunkan musibah yang menyebabkan Pulau
yang diwariskan para leluhur, mencintai dan Eno Karang terpecah belah sehingga seluruh
menjaga alam, serta menjaga hubungan masyarakatnya harus mengungsi dan hingga
persaudaraan antara Desa Lonngar, Karey, dan kini mendiami pulau-pulau di sekitar Pulau Eno
Gomu-Gomu. Saat ini, generasi muda lebih Karang.
memilih untuk mengadopsi nilai-nilai moderen Melalui lagu jarjinjin dan largula
dibandingkan nilai-nilai sejarah yang terdapat diketahui bahwa Desa Longgar, Karey, dan
dalam nyanyian rakyat. Hal tersebut Gomu-Gomu harus menjaga persaudaraan dan
dikarenakan mereka merasa nyanyian rakyat adat-istiadat. Ketiga desa tersebut pada waktu-
merupakan cara yang kadaluarsa dan tidak waktu tertentu harus mengadakan ritual-ritual
44
Kapata Arkeologi Volume 13 Nomor 1, Juli 2017: 37-46
adat sebagai bentuk penghormatan kepada terkandung dalam adat-istiadat. Generasi muda
leluhur di Pulau Eno Karang. Waktu-waktu Desa Longgar, Karey, dan Gomu-Gomu hingga
yang biasa dijadikan waktu pelaksanaan ritual saat ini masih menggunakan bahasa daerah
adat di Pulau Eno Karang yaitu pada saat dalam pergaulan sehari-hari. Mayoritas dari
peletakan kayu pamali di laut, sebelum masa mereka sangat taat pada adat istiadat yang ada
melaut dimulai, peresmian belang, peresmian di desanya. Dengan terpeliharanya bahasa
rumah adat, dan lain sebagainya. Masyarakat daerah, maka nyanyian-nyanyian rakyat yang
ketiga desa tersebut percaya bahwa jika mereka berisi sejarah masa lalu, dan adat istiadat
tidak mengunjungi Pulau Eno Karang sebelum diharapkan dapat ikut terpelihara dan
melaksanakan upacara-upacara adat tersebut diwariskan secara turun-temurun.
maka desa mereka akan ditimpa musibah.
Setelah mengetahui makna yang Ucapan Terima Kasih
terkandung di dalam lagu jarjinjin dan largula Penulis mengucapkan terima kasih
diketahui fungsi kedua lagu tersebut bagi kepada redaksi jurnal Kapata Arkeologi atas
pemilik lagu yaitu mendekatkan hubungan diterbitkannya artikel ini, juga kepada pihak-
persaudaraan antar masyarakat Desa Longgar, pihak yang telah membantu dalam penelitian
Gomu-Gomu, dan Karey; mengingatkan sejarah nyanyian adat masyarakat Desa Longgar.
perjalanan leluhur; pelestarian bahasa daerah;
penghibur hati, karena dinyanyikan secara
bersama-sama dan diiringi alat musik tifa dan *****
gong; dan menjaga dan melestarikan tradisi.
Sebagai pemilik lagu, masyarakat Desa
Longgar, Gomu-Gomu dan Karey hingga saat DAFTAR PUSTAKA
ini tetap melestarikan tradisi-tradisi yang ada. Anwar, Ahyar. (2012). Teori Sosial Sastra.
Tradisi-tradisi tersebut terkait dengan Yogyakarta: Ombak.
asal-mula keberadaan mereka, dan tata cara Endraswara, Suwardi. (2013). Metodologi Kritik
melaut. Terdapat ritual-ritual khusus yang harus Sastra. Yogyakarta: Ombak.
Dananjaja, James. (2002). Folklor Indonesia: Ilmu
dilakukan sebelum mereka pergi melaut. Ritual-
Gosip, Dongeng, dan Lain-lain. Jakarta: Putaka
ritual khusus yang dilakukan merupakan bentuk Utama Grafiti.
penghormatan masyarakat Desa Longgar, Fuad, Khairul. (2011). Hermeneutika Rohani Puisi
Karey, dan Gomu-Gomu kepada alam. Mereka Odhy’s. Sawerigading, 18(2), 285-295.
memperlakukan laut dengan sebaik mungkin, Hasan, Nita. (2016). Nyanyian Adat Tambaroro dan
agar hasil-hasil alam tetap terpelihara. Adanya Ekonomi Kreatif. Dalam Seminar Nasional
jenis-jenis ikan tertentu yang diyakini sebagai Bahasa dan Sastra. Tidak terbit.
nenek moyang mereka, dan tidak boleh Hasan, Nita. (2015). Lagu Maniahulu Makatita
dikonsumsi juga merupakan salah satu cara dalam Pendekatan Hermeneutika. Totobuang,
melestarikan alam. Selain itu, adanya tempat- 3(1), 109-115.
Hwia, Ganjar. (2013). Rekonstruksi dan Refleksi
tempat tertentu yang dianggap kramat dan harus
Teks Cinta dalam Puisi Acep Zamzam Noor
dijaga kebersihannya juga merupakan cara yang (Kajian Hermeneutika). Mlangun, 6(1), 1-27.
akurat untuk menyelamatkan alam. Herianah. (2013). Analisis Lagu Bugis Tana
Fungsi lagu jarjinjin dan largula bagi Ogi’Wanuakku Ciptaan Jauzi Saleh Melalui
generasi muda yaitu menambah pengetahuan Pendekatan Hermeneutika. Totobuang, 1(1),
terkait sejarah perjalanan leluhur masyarakat 87-94.
Aru; media melatih dan mempertunjukkan Mulawati, (2014). Nilai Karakter Bangsa Dalam
kemampuan berbahasa daerah; memperkuat Nyanyian Rakyat Muna. Sirok Bastra, 2(2),
rasa cinta terhadap sejarah masa lalu; dan 213-222.
menjaga dan melestarikan tradisi. Penggunaan Nitayadnya, I., Wayan. (2013). Menggugat Sisi
Kemanusiaan Manusia dalam Puisi “Munajat
bahasa daerah dalam kehidupan sehari-hari
Kaum Binatang” Karya A. Mustofa Basri:
merupakan cara yang efektif dalam Kajian Hermeneutika. Totobuang, 1(2), 153-
mempertahankan tradisi dan adat-istiadat. 163.
Banyak generasi muda yang terjerumus pada Palmer, R., E. (2005). Hermeneutika. Yogyakarta:
hal-hal negatif saat ini dikarenakan mereka Pustaka Pelajar.
tidak lagi memahami nilai-nilai luhur yang
45
Nyanyian Adat Masyarakat Desa Longgar: Suatu Pendekatan
Hermeneutika, Nita Handayani Hasan
Ratna, Nyoman, Kutha. (2010). Metodologi
Penelitian: Kajian Budaya dan Ilmu Sosial
Humaniora Pada Umumnya. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Rosyidi, M., Ikhwan, et al. (2010). Analisis Teks
Sastra. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Saleh, Raja. (2012). Interpretasi Makna Teks Lagu
“Tikus-Tikus Kantor” Oleh Iwan Fals. Madah,
3(1), 62-70.
Wakim, Mezak. (2014). Garis Wallacea dan
Kepulauan Aru: Tinjauan Sosio-Historis.
Jurnal Penelitian Seri Penerbitan Penelitian
Sejarah dan Budaya, 8(6), 102-115.
46
Kapata Arkeologi Volume 13 Nomor 1, Juli 2017: 37-46