N Bhvygv

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI IMPAKSI SERUMEN PADA


SISWA SMP DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANDARHARJO
(Overview of The Predisposing Factors to The Cerumen Impaction of
Junior High School Students in Bandarharjo Health Center Working Area)

1)
Fina Khiliyatus Jannah, 1)Lintang Dian Saraswati, 2)Muyassaroh,
1)
Ari Udiyono
1)
Bagian Epidemiologi dan Penyakit Tropik, Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Diponegoro
2)
Jurusan Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro
Email : [email protected]

ABSTRACT
Cerumen impaction can generally be prevented, one of the way is to know the
risk factors. Limited data on both the patient suffered from cerumen impaction
and the research of its risk factors in Indonesia make it important to pay more
attention to the case. This study aims at showing the overview of the
predisposing factors of the cerumen impaction of Junior High School Students in
Bandarharjo Health Center Working Area.Observational analytic study with cross
sectional study design. The research was conducted by using questionnaires,
interviews, measurements of BW and BH, and the cerumen examination.
Samples are taken by using simple random sampling method with the amount of
110 respondents of Junior High School Students in Bandarharjo Health Center
Working Area.Based on the data, 62% of the respondents did not suffer from
cerumen impaction, while 38% others suffered from cerumen impaction. The
level of knowledge of up to 54,5% of the respondents is quite good. The
respondents who suffered from cerumen impaction have poor ear cleaning
behavior (60,5%).The amount of respondents who did not suffer from cerumen
impaction is larger than those who suffer. Most of the respondents has such good
knowledge, good ear cleaning behavior, obese-ranged Body Mass Index (BMI),
moderate physical activity, and suffering stress.

Keywords: Influence Factors, Cerumen Impaction, Hearing Loss

PENDAHULUAN atau sistem audiovestibular, atau


Serumen atau lilin adalah keduanya. Impaksi serumen
sekresi alami, yang sebagai aturan menyebabkan gejala yang meliputi
merupakan cairan yang keluar dari rasa gatal dan nyeri di telinga, debit
meatus eksternal, hal tersebut dari saluran telinga, kepenuhan
memungkinkan terjadinya impaksi telinga, batuk, gangguan
karena meatus yang terlalu sempit pendengaran, dan tinitus. 3Salah
atau melengkung, atau karena skala satu dampak fungsional utama
dari epitel atau dermatitis gangguan pendengaran adalah pada
seborrhoeic bercampur dengan kemampuan individu untuk
serumen tersebut. 1Impaksi serumen berkomunikasi dengan orang lain.
merupakan akumulasi serumen yang Gangguan pendengaran di sekolah
menyebabkan gejala, memblokir dilaporkan terkait dengan berbagai
saluran telinga/membran timpani

253
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

masalah akademik dan Penelitian ini bertujuan untuk


4
penyesuaian. memberikan gambaran faktor-faktor
Data World Health predisposisi impaksi serumen pada
Organization (WHO) tahun 2012 siswa sekolah menengah pertama di
memperkirakan bahwa terdapat 360 Wilayah Kerja Puskesmas
juta (5,3%) orang di dunia yang Bandarharjo. Faktor-faktor tersebut
mengalami gangguan cacat yaitu pengetahuan, perilaku
pendengaran, 328 juta (91%), serta membersihkan telinga, IMT, aktifitas
32 juta (9%) anak-anak.7 fisik, dan status stres.
Berdasarkan survei yang dilakukan
Kementerian Kesehatan RI tersebut, METODE
prevalensi gangguan pendengaran Penelitian ini adalah
pada usia 5-14 tahun sebesar 0,8% penelitian observasional analitik
serta prevalensi ketulian pada usia dengan rancangan penelitian Cross
5-14 tahun sebesar 0,04%. Survei Sectional. Pelaksanaan penelitian
yang dilaksanakan di tujuh provinsi dilakukan dengan angket,
di Indonesia menunjukkan penyakit wawancara, pengukuran BB dan TB,
telinga luar (6,8%), penyakit telinga serta pemeriksaan serumen.
tengah (3,9%), dan presbikusis Populasi adalah seluruh siswa SMP
(2,6%). Penyebab terbanyak dari di wilayah kerja Puskesmas
morbiditas telinga ialah serumen Bandarharjo yang berjumlah 338
prob (3,6%).8,9 siswa. Sampel diambil dengan teknik
Impaksi serumen biasanya simple random sampling dengan
disebabkan oleh ketidakmampuan pertimbangan mereka yang setuju
dari telinga untuk membersihkan diri untuk berpartisipasi sebagai
secara alami ataupun karena responden, bertempat tinggal di
menempatkan objek ke dalam wilayah kerja Puskesmas
telinga yang menyebabkan Bandarharjo, dan tidak mengalami
terdorongnya serumen lebih dalam peradangan ataupun perforasi
lagi ke liang telinga. Hal ini dapat membran di telinga. Perhitungan
menyebabkan gangguan sampel minimal yang diambil adalah
pendengaran. Faktor-faktor yang 105 responden dan pada penelitian
meningkatkan terjadinya impaksi ini peneliti membulatkannya menjadi
seperti saluran telinga yang sempit 110 responden siswa sekolah
dan berliku-liku, rambut kaku atau menengah pertama di wilayah kerja
lesi obstruktif kanal, misalnya Puskesmas Bandarharjo.
eksostosis, penggunaan Cotton bud
untuk membersihkan liang telinga, HASIL PENELITIAN
pertumbuhan rambut yang lebat di Puskesmas Bandarharjo
liang telinga, penggunaan alat bantu terletak di wilayah administrasi
dengar, dan cacat intelektual..2,10. Kelurahan Dadapsari, Kecamatan
Impaksi serumen umumnya dapat Semarang Utara dengan posisi
dicegah, salah satunya dengan 6.964649 Lintang Selatan dan
mengetahui faktor risikonya. 110,422502 Bujur Timur. Wilayah
Terbatasnya data kesakitan dan juga kerja Puskesmas Bandarharjo
penelitian mengenai faktor risikonya seluas 761,1 km2, dengan memiliki 4
di Indonesia membuat hal tersebut wilayah kerja, yaitu Kelurahan
masih perlu mendapatkan perhatian Tanjung Mas, Kelurahan
lebih.9 Bandarharjo, Kelurahan Kuningan
dan Kelurahan Dadapsari. Di

254
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Wilayah Kerja Puskesmas 11 tahun 2 100,0


Bandarharjo terdapat 4 Sekolah 12 tahun 11 100,0
Menengah Pertama, yaitu SMP Al- 13 tahun 41 100,0
Irsyad, SMP Barunawati, SMP PGRI 14 tahun 32 100,0
02 dan SMP Theresiana Tanah Mas. 15 tahun 15 100,0
Dari data yang telah 16 tahun 7 100,0
diperoleh, maka dilakukan analisis 17 tahun 2 100,0
univariat untuk mendeskripsikan 5. Jenis Kelamin
secara umum mengenai karakteristik Laki-laki 65 100,0
responden dalam bentuk narasi Perempuan 23 100,0
maupun tabel distribusi frekuensi. Jumlah 110 100,0
Tabel 1. Karakteristik Responden
Berdasarkan data didapatkan
Total
No Karakteristik bahwa sebanyak 62% responden
f % tidak mengalami impaksi serumen,
1. Asal Sekolah sedangkan 38% responden
SMP Al-Irsyad 48 mengalami
100,0 impaksi serumen dimana
SMP Barunawati 38 paling banyak mengalami impaksi
100,0
SMP PGRI 02 19 serumen bilateral (25,5%). Gejala
100,0
SMP Theresiana Tanah 5 yang paling banyak dirasakan
100,0
Mas responden adalah rasa tertekan
2. Kelas Responden (44,5%) dan gejala yang jarang
Kelas 7 26 dirasakan oleh reponden yaitu nyeri
100,0
Kelas 8 44 di telinga (10%). Impaksi serumen
100,0
Kelas 9 40 paling banyak terjadi pada siswa
100,0
3. Asal Tempat Tinggal berjenis kelamin laki-laki (57,9%),
Kelurahan Bandarharjo 65 pada siswa kelas 7 (39,5%), dengan
100,0
Kelurahan Tanjung Mas 23 usia terbanyak 14 dan 13 tahun
100,0
Kelurahan Kuningan 15 (26,3%).
100,0
Kelurahan Dadapsari 7 100,0
4. Usia

Tabel 2. Tabulasi Silang Variabel dengan Impaksi Serumen


Status Impaksi
Serumen
Impaksi Impaksi Total
No Faktor Predisposisi
Serumen Serumen
(+) (-)
n % n % n %
1. Pengetahuan
Kurang 28 56,0 22 44,0 50 100,0
Baik 21 35,0 39 65,0 60 100,0
2. Perilaku Membersihkan
Telinga
Kurang 22 43,1 29 56,9 51 100,0
Baik 27 45,8 32 54,2 59 100,0
3. Indeks Massa Tubuh (IMT)
Obesitas 3 27,3 8 72,7 11 100,0
Tidak Obesitas 46 46,5 53 54,9 99 100,0
4. Aktivitas Fisik

255
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Sedang 29 53,7 25 46,3 54 100,0


Ringan 20 35,7 36 64,3 56 100,0
5. Tingkat Stres
Sangat Berat 13 54,2 11 45,8 24 100,0
Berat 8 40,0 12 60,0 20 100,0
Jumlah 49 44,5 61 55,5 110 100,0
PEMBAHASAN 65,5% siswa tidak mengalami
Berdasarkan penelitian yang impaksi serumen. Prevalensinya
dilakukan di wilayah kerja adalah sebesar 11,4%. Pada
Puskesmas Bandarharjo, siswa yang penelitian yang dilakukan oleh Rejee
menjadi responden sebagian besar Ebenezer R53 menunjukkan hasil
berasal dari SMP Barunawati. bahwa penyakit telinga luar yang
Jumlah siswa SMP Barunawati lebih paling umum yang hadir pada anak-
banyak dibandingkan dengan jumlah anak adalah impaksi serumen
siswa yang ada di SMP lainnya dan (40,76%). Menurut Brkic,47
14
mempengaruhi hasil pengambilan Ulaganathan dkk. ada data yang
sampel secara keseluruhan. berbeda tentang prevalensi impaksi
Sebaliknya, jumlah responden paling telinga terhadap anak mulai dari
sedikit berasal dari siswa SMP 12,3%, 15,7% sampai 23%. Brkic
Theresiana. Hal ini dikarenakan juga menyatakan bahwa, prevalensi
sebagian besar siswa SMP kotoran telinga dan hubungannya
Theresiana tidak bertempat tinggal dengan usia, anak-anak di tahun
di wilayah kerja Puskesmas. Alamat pertama sekolah memiliki impaksi
dari siswa SMP Theresiana yang kotoran dari 11,9% menjadi 74/1000
tidak bertempat tinggal diwilayah dan muncul menjadi 14%pada
kerja Puskesmas Bandarharjo anak-anak di sekolah kedua
banyak berasal dari Kelurahan mereka.Data tersebut menunjukkan
Panggung Lor. Responden sebagian adanya variabilitas yang besar
besar merupakan siswa kelas 8, dalam persentase impaksi serumen
dimana siswa kelas 8 merupakan di antara berbagai laporan. Faktor
jumlah siswa terbanyak yang memungkinkan adanya
dibandingkan dengan kelas 7 dan 9. perbedaan dikarenakan oleh faktor
Responden juga sebagian besar regional.47 Hasil pemeriksaan pada
berasal dari Kelurahan Bandarharjo, telinga responden, ditemukan
dimana Kelurahan Bandarharjo serumen sebanyak 25,5% siswa
merupakan kelurahan dengan pada kedua telinga (bilateral), 3,6%
jumlah penduduk terbanyak di siswa ditemukan pada telinga kanan
wilayah kerja Puskesmas saja, dan 5,5% siswa ditemukan
Bandarharjo. Proporsi usia pada di telinga kiri saja. Pada
responden terbanyak yaitu berusia penelitian yang dilakukan oleh A
13 tahun, dengan usia rata-rata Adoga menunjukkan juga bahwa
responden 13 tahun, dimana adanya serumen pada responden
sebagian besar responden berjenis paling banyak terjadi secara bilateral
kelamin laki-laki. (43%). 46
Berdasarkan hasil Impaksi serumen dapat
pemeriksaan kesehatan telinga yang menyebabkan berbagai gejala 2
dilakukan di 4 SMP wilayah kerja termasuk gatal, nyeri, gangguan
Puskesmas Bandarharjo ditemukan pendengaran, tinitus, pusing dan
sebanyak 34,5% siswa yang risiko infeksi yang meningkat. Gejala
mengalami impaksi serumen dan yang paling banyak dirasakan oleh

256
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

responden adalah rasa tertekan saat Indeks Massa Tubuh (IMT)


ada air yang masuk ke dalam telinga memberikan kontribusi pada status
(44,5%). Selanjutnya, impaksi impaksi serumen siswa. Orang
serumen yang tidak diobati dapat dengan indeks massa tubuh di atas
menyebabkan kehilangan normal (overweight-obesitas)
pendengaran, penarikan sosial, memiliki kecenderungan gangguan
fungsi kerja yang buruk dan bahkan metabolisme, yaitu terjadinya
paranoid ringan. lipolisis yang berlebihan sehingga
Siswa SMP yang mengalami menyebabkan kadar asam lemak
impaksi serumen lebih sedikit bebas di dalam tubuh meningkat.60
dibandingkan dengan siswa yang IMT siswa yang termasuk dalam
tidak mengalami impaksi serumen. kategori obesitas dapat
Salah satu faktor predisposisi meningkatkan kinerja kelenjar
impaksi serumen pada siswa SMP di keringat untuk menghasilkan
wilayah kerja Puskesmas serumen lebih banyak.
Bandarharjo adalah pengetahuan. Sebagian besar siswa
distribusi frekuensi siswa yang memiliki aktivitas fisik dengan
memiliki pengetahuan baik kategori sedang. Dalam melakukan
(54,5,9%) lebih banyak aktivitas fisik atau olahraga, kegiatan
dibandingkan dengan siswa yang yang dilakukan dengan kuantitas
memiliki pengetahuan kurang yang berat mampu membuat stresor
(45,5%).Pengetahuan merupakan memberikan masukan pada sistem
dominan yang sangat penting untuk saraf pusat, yang selanjutnya akan
terbentuknya tindakan seseorang direspon oleh hipotalamus.
(overt behaviour). Perilaku yang Hipotalamus akan mengeluarkan
didasari oleh pengetahuan akan CRF(corticotropin releasing factor).
lebih langgeng dari pada perilaku CRF akan mempengaruhi sistem
yang tidak didasari oleh saraf simpatik dan kelenjar hipofisis
54
pengetahuan. Pengetahuan atau pitituari. Dari sistem saraf
tentang faktor predisposisi bisa simpatik ujung-ujung saraf tepi akan
sangat mengurangi prevalensi mengsekresikan norepinefrin, dan
impaksi telinga dan komplikasi yang medula adrenal akan meningkatkan
terkait. 53 sekresi epinefrin. Dari hipofisis
Siswa SMP di wilayah Kerja bagian belakang disekresikan
Puskesmas Bandarharjo sebagian vasopresin atau hormon anti
besar memiliki perilaku deuretik, sedangkan bagian depan
membersihkan telinga yang kurang hipofisis disekresikan ACTH
(53,6%) dibandingkan dengan siswa (adrenocorticotropin hormon), yang
yang memiliki perilaku akan mempengaruhi kortek adrenal
membersihkan telinga yang baik. dengan meningkatkan sekresi
Kebiasaan membersihkan telinga aldosteron dan kortisol. Adanya
menggunakan benda-benda yang sekresi norepinefrin akan
mendorong serumen seperti lidi merangsang sekresi pada kelenjar
kapas, pin, dan alat bantu dengar keringat yang ada di saluran
cenderung menimbulkan impaksi pendengaran. Hasil sekresi tersebut
serumen. adalah serumen, yang dapat
Sebagian besar siswa masuk meningkatkan menumpuknya
ke dalam kategori tidak obesitas serumen pada liang telinga.63
(90%) yang berarti memiliki IMT Responden yang mengalami
kategori kurang hingga normal,. stres lebih banyak dibandingkan

257
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

dengan yang normal. Stres yang Ballachanda B, Earll JM, et al.


terjadi dapat mengaktifkan Clinical practice guideline:
Hypothalamic-Pituitary Cerumen impaction.
Adrenocortical axis (HPA axis) dan Otolaryngol - Head Neck
sistem saraf simpatis yang Surg. 2008;139.
menyebabkan peningkatan produksi 3. WHO. Community-Based
glandula seruminosa dan glandula Rehabilitation Promoting Ear
sebaseae sehingga produksi and Hearing Care through
serumen meningkat. Semakin tinggi CBR. Geneva; 2012.
status stres dari siswa, dapat 4. Kementrian Kesehatan
meningkatkan stimulus pada Republik Indonesia.
kelenjar penghasil serumen dalam Pendengaran Sehat untuk
mengeluarkan hasil sekresinya. Hidup Bahagia. Departemen
Stres dapat mempengaruhi Kesehatan Republik
pembentukan serumen melalui Indonesia. Jakarta; 2013 Mar
kontrol sistem adrenergik. 10;
5. Kementrian Kesehatan
KESIMPULAN Republik Indonesia. Telinga
1. Sebagian besar responden Sehat Pendengaran Baik.
memiliki status tidak impaksi Departemen Kesehatan
serumen sebesar 65,5%. Republik Indonesia. Jakarta;
2. Tingkat pengetahuan 2010 Mar 4;
responden sebagian besar 6. Direktorat Jenderal Bina
sudah baik mengenai impaksi Kesehatan Masyarakat.
serumen sebesar 54,5%. Keputusan Menteri Kesehatan
3. Perilaku membersihkan telinga Republik Indonesia No.
responden sebagian besar 879/Menkes/SK/XI/2006
masih kurang yaitu sebesar Tentang Rencana Strategi
53,6%. Nasional Penanggulangan
4. Sebagian besar IMT Gangguan Pendengaran dan
responden berada pada Ketulian untuk mencapai
kategori tidak obesitas sound hearing 2030. Jakarta:
sebanyak 90%. Direktorat Jenderal Bina
5. Aktivitas fisik responden paling Kesehatan Masyarakat; 2010.
banyak pada kategori sedang 7. Dhingra P, Dhingra S, Dhingra
sebesar 60,9%. D. Diseases of Ear, Nose and
6. Sebagian besar responden Throat & Head and Neck
mengalami stres (54%) Surgery. 6th ed. New Delhi:
dengan sebagian besar Elsevier; 2014.
termasuk dalam kategori stres 8. Safer DA. Cerumen
sangat berat (21,8%). Impaction. Health Library;
2014.
DAFTAR PUSTAKA 9. R RE, Sajilal M, Philip JT,
1. Ellis M. Modern Trends in Jose DJ, Ebenezer R.
Diseases of The Ear, Nose Spectrum of ENT diseases
and Throat. London: among urban school children
Butterworth & Co. (Publishers) in South Kerala , India *
Ltd; 1954. Correspondence Info :
2. Roland PS, Smith TL, 2014;9633:0–3.
Schwartz SR, Rosenfeld RM,

258
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

10. Brkić F. Significance of Ear 13. Soekidjo N. Ilmu Perilaku


Wax Impaction. Kesehatan. Jakarta: Rineka
2010;39(1):23–5. Cipta; 2010.
11. Ulaganathan M, Shalini R. A 14. Browning GGG. Ear wax. BMJ
Descriptive Study of Clin Evid. BMJ Publishing
Prevalence of Impacted Wax Group; 2008;2008.
and Its Predisposing Factors 15. W CR, G A H. Diagnostic
in School Children. Int J Approach to Tinnitus. Am Fam
Healthc Biomed Res. Physician. 2004;96:120–6.
2015;04:136–43. 16. Shelley WB, Perry ET. The
12. Adoga A, Bakari A, Kodiya A, Physiology of the Apocrine
Ahmad B. Cerumen auris: a (Ceruminous) Gland of the
survey of its management at Human Ear Canal1. J Invest
the National Ear Care Center, Dermatol. Elsevier Masson
Kaduna, Nigeria. Internet J SAS; 1956;26(1):13–22.
Otorhinolaryngol.
2010;12(1):1–5.

259

You might also like