Analisis Biaya Operasional Kendaraan, Ability To Pay Dan Willingness To Pay Untuk Penentuan Tarif Bus Trans Koetaradja Koridor Iii
Analisis Biaya Operasional Kendaraan, Ability To Pay Dan Willingness To Pay Untuk Penentuan Tarif Bus Trans Koetaradja Koridor Iii
Analisis Biaya Operasional Kendaraan, Ability To Pay Dan Willingness To Pay Untuk Penentuan Tarif Bus Trans Koetaradja Koridor Iii
DOI: 10.24815/jarsp.vlil.12449
1. PENDAHULUAN
Peningkatan perekonomian dan kesejahteraan hidup memberi pengaruh besar pada perubahan pola
hidup masyarakat khususnya yang terjadi pada masyarakat perkotaan. Salah satu perubahan yang terjadi
dari sektor transportasi dimana terjadinya pertumbuhan jumlah permintaan (demand) pergerakan
orang/barang baik internal kota maupun dengan wilayah eksternal. Sebagai salah satu komponen yang
penting dalam menunjang kehidupan perekonomian masyarakat khususnya di daerah perkotaan, sangat
diperlukan perencanaan dan pengembangan transportasi yang dibuat dalam sistem transportasi yang
handal, efisien, dan efektif. Pemerintah Aceh melakukan pengembangan sistem transportasi terutama
pada sarana transportasi, salah satunya dengan cara memperbaiki sistem angkutan perkotaan dengan
sistem angkutan massal yaitu Trans Koetaradja. Trans Koetaradja direncanakan pada 6 (enam) koridor
yaitu koridor I (Pusat kota-Darussalam), koridor II (Bandara Sultan Iskandar Muda-Pusat kota-Pelabuhan
1
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan 1(4),1-10 (2018)
DOI: 10.24815/jarsp.vlil.12449
Ulee Lheue), koridor III (Pusat kota-Mata ie), koridor IV (Pusat kota-Ajun-Lhoknga), koridor V (Ulee
Kareng-Terminal Tipe A), dan koridor VI (Terminal Tipe A-Syiah Kuala).
Trans Koetaradja bertujuan untuk memberikan pelayanan yang aman, cepat, nyaman, murah dan
direncanakan dengan cermat sehingga mempunyai arah dan titik tujuan yang sama dan terikat jadwal
yang sudah ditentukan dengan menggunakan konsep biaya transportasi yang mengatur penetapan tarif.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik dari pengguna Trans Koetradja dan nilai
tarif berdasarkan BOK, ATP dan WTP dari responden.
2. KAJIAN PUSTAKA
2.1 Angkutan Umum
Angkutan umum penumpang adalah angkutan penumpang dengan menggunakan kendaraan umum
dan dilaksanakan dengan sistem sewa atau bayar (Warpani, 2002). Angkutan umum diperuntukkan guna
memenuhi kebutuhan dan pelayanan angkutan bersama, mempunyai arah dan titik tujuan yang sama,
terikat dengan peraturan trayek/koridor yang sudah ditentukan dan jadwal yang sudah ditetapkan.
Ditinjau dari segi sosial ekonomi, masyarakat pengguna jasa angkutan umum di bagi dalam 2 (dua)
kelompok yaitu:
1. Kelompok Choice, adalah kelompok orang-orang yang dalam pemenuhan kebutuhan pergerakannya
mempunyai kemudahan (akses) ke kendaraan pribadi dan dapat memilih untuk menggunakan
angkutan umum atau angkutan pribadi.
2. Kelompok Captive, adalah kelompok orang-orang yang dalam pemenuhan kebutuhan pergerakannya
hanya dapat menggunakan kendaraan umum karena ketiadaan angkutan pribadi.
BOK Total/th
BOK (Tarif Pokok) = (1)
Load Faktor X JT/th
2
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan 1(4),1-10 (2018)
DOI: 10.24815/jarsp.vlil.12449
Dimana:
ATPr = ATP responden berdasarkan jenis pekerjaan (Rp/pnp)
Ix = Tingkat penghasilan responden per bulan
Pp = Presentase biaya untuk transportasi per bulan dari total penghasilan
Pt = Presentase alokasi biaya transportasi yang digunakan untuk angkutan umum
Fr = Jumlah perjalanan responden dengan menggunakan angkutan umum
Untuk mendapatkan nilai WTP dapat diperoleh dengan merata-ratakan persepsi tarif yang dipilih
responden untuk setiap jenis pekerjaan dan dapat dirumuskan sebagai berikut (Suryoputro, 2015):
∑(𝑊𝑇𝑃𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑝𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛)
WTPsemua kategori pekerjaan = (6)
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑡𝑒𝑔𝑜𝑟𝑖 𝑝𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛
2.4 Tarif
Menurut Keputusan Dirjen Perhubungan Darat Nomor : SK.687/AJ.206/DRJD/2002, tarif adalah
besarnya pengeluaran yang dikenakan kepada setiap penumpang kendaraan angkutan umum yang
dinyatakan dalam rupiah. Button (1982) membagi kebijakan tarif angkutan umum dalam 3 (tiga) kategori,
yaitu:
1. Cost of service pricing, yaitu tarif yang didasarkan pada besarnya biaya yang harus dikeluarkan oleh
penyedia jasa angkutan untuk kelangsungan dan pengembangan usaha ditambah dengan keuntungan
yang wajar.
2. Value of service pricing, yaitu tarif yang didasarkan kepada kesanggupan/kesediaan pengguna
angkutan umum untuk membayar pelayanan angkutan yang diberikan oleh operator.
3
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan 1(4),1-10 (2018)
DOI: 10.24815/jarsp.vlil.12449
3. Charging what the traffic willbear, yaitu tarif yang didasarkan kepada volume angkutan tertentu
akan menghasilkan penerimaan bersih yang paling menguntungkan.
Hayati (2000) menyebutkan ada 2 (dua) faktor yang harus diperhatikan dalam penentuan kebijakan
tarif yaitu struktur tarif dan besaran nilai tarif.
a. Stuktur Tarif
Stuktur tarif adalah tata cara pembayaran suatu tarif. Struktur tarif dikelompokkan dalam 4 (empat)
kategori, yaitu:
1. Tarif seragam (flat fare), yaitu tarif yang dikenakan adalah sama tanpa memperhatikan jarak yang
dilalui. Sistem tarif ini dapat memberikan keuntungan kepada operator berupa kemudahan dalam
penarikan ongkos dalam kendaraan, memudahkan pengadaan dan penarikan karcis. Kelemahan dari
sistem ini adalah kerugian yang akan dialami oleh pengguna angkutan yang melakukan perjalanan
jarak pendek karena harus membayar tarif sama dengan pengguna angkutan yang melakukan
perjalanan jarak jauh.
2. Tarif berdasarkan jarak (distance base fare), yaitu tarif yang dibedakan menurut jarak yang
ditempuh. Kelemahan dari sistem tarif ini yaitu kesulitan pengumpulan biaya angkutan oleh operator
karena sebagian pengguna angkutan melakukan perjalanan yang relatif pendek dalam menggunakan
angkutan lokal.
3. Tarif berdasarkan tahapan, yaitu tarif yang didasarkan kepada jarak yang ditempuh dibagi per satuan
tahapan. Penggunaan sistem tarif ini meberikan kentungan baik kepada pihak operator yaitu
kemudahan dalam mengambil biaya perjalanan dan untuk pengguna angkutan yakni besarnya biaya
perjalanan yang dikeluarkan sesuai dengan jarak perjalanan.
4. Tarif berdasarkan Zona, yaitu tarif yang didasarkan pada pelayanan perangkutan yang dibagi ke
dalam zona-zona.
Yuniarti (2009), menyatakan pelaksanaan dalam menentukan tarif sering terjadi benturan antara
besarnya nilai ATP dan WTP seperti:
1. ATP lebih besar dari WTP
Kondisi ini menunjukkan bahwa kemampuan membayar lebih besar dari kemauan untuk membayar
jasa angkutan. Ini terjadi bila pengguna mempunyai penghasilan yang relatif tinggi tetapi utilitas
terhadap jasa angkutan relatif rendah, pengguna pada kondisi ini disebut choiced riders.
4
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan 1(4),1-10 (2018)
DOI: 10.24815/jarsp.vlil.12449
Dhuyufur dkk (2018) mengestimasi tarif Trans Koetaradja koridor I berdasarkan ATP untuk pelajar
Rp. 3.200,-, mahasiswa Rp. 3.300,-, masayarakat umum Rp. 3.500,- dan manula/disabilitas Rp. 3.400,-.
Rekomendasi kebijakan penentuan tarif angkutan umum berdasarkan analisis perbandingan ATP dan
WTP dapat dilakukan dengan penerapan prinsip berikut ini:
1. WTP merupakan fungsi dari tingkat pelayanan angkutan umum, bila nilai WTP masih di bawah ATP
maka masih dimungkinkan untuk menaikkan tarif dengan melakukan perbaikan pada tingkat
pelayanan angkutan.
2. ATP merupakan fungsi dari kemampuan membayar, maka besaran tarif angkutan umum yang
diberlakukan tidak boleh melebihi nilai ATP kelompok sasaran. Intervensi/campur tangan
pemerintah dalam bentuk subsidi langsung atau subsidi silang dibutuhkan pada kondisi dimana
besaran tarif angkutan umum yang berlaku lebih besar dari ATP sehingga didapat besaran tarif
maksimum sama dengan ATP.
3. METODE PENELITIAN
3.1 Kerangka Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis dengan cara mengumpulkan data-data primer
dan sekunder yang selanjutnya disusun, dijelasakan dan dianalisis. Dalam mencapai tujuan dari penelitian
ini dilakukan beberapa tahapan dalam proses pengumpulan data dan pengolahan data untuk mendapatkan
hasil penelitian. Penelitian ini diawali dengan melakukan studi pendahuluan yang meliputi pengamatan
langsung atau survey lokasi penelitian. Dari survey pendahuluan, dilakukan identifikasi masalah agar
dapat disusun latar belakang masalah, rumusan masalah, manfaat penelitian, menetapkan tujuan
penelitian serta membuat batasan masalah yang akan dibahas sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
seperti: Gaji Karyawan, biaya langsung, seperti: harga oli, harga BBM, harga ban dan harga suku
cadang) yang semua data tersebut diperoleh dari penelitian-penelitian terdahulu, literatur terkait dan dari dinas-
dinas terkait.
Dalam penelitian ini, ada 3 (tiga) metode yang digunakan untuk mengolah data yang diperoleh yaitu:
1. Metode DEPHUB untuk mendapatkan nilai BOK.
Perhitungan nilai tarif berdasarkan BOK untuk koridor III diperoleh dengan menggunakan
persamaan 2.1 sampai dengan 2.3 terhadap data sekunder data teknis Trans Koetaradja dan hasil
perhitungan BOK Trans Koetaradja trayek koridor I (Darussalam-Pusat Kota) Perhitungan BOK
Trans Koetaradja trayek koridor I (Darussalam-Pusat Kota) dengan menggunakan nilai load factor
44,5%.
2. Metode pendapatan keluarga (Household Budget Method) untuk mendapatkan nilai ATP.
Perhitungan nilai tarif berdasarkan ATP untuk koridor III diperoleh dengan menggunakan
persamaan 2.4 terhadap data hasil kuesioner responden meliputi data besarnya pendapatan keluarga,
persentase biaya untuk transportasi, persentase biaya untuk transportasi Trans Koetardja, dan
intensitas perjalanan dengan menggunakan Trans Koetardja.
3. Metode persepsi untuk mendapatkan nilai WTP.
Perhitungan nilai tarif berdasarkan WTP untuk koridor III diperoleh dengan menggunakan
persamaan 2.5 dan 2.6 terhadap data hasil kuesioner responden meliputi data besaran tarif yang
diinginkan oleh responden Trans Koetardja.
185.674.324,22 185.674.324,22
Tarif Pokok =44,5% 𝑥 81.510 = 272.039,63
= Rp. 682,53/pnp.km
6
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan 1(4),1-10 (2018)
DOI: 10.24815/jarsp.vlil.12449
Tabel 1.
Perhitungan ATP untuk setiap jenis pekerjaan pada koridor III
Jumlah Jumlah Pendapatan % Biaya % Biaya Frekuensi ATP
Pekerjaan
Responden /Bln Utk Transport. Utk TK Naik TK (Rp/pnp)
PNS/POLRI/TNI 19 6.078.947,37 22,11 33,95 2,68 5.664,90
Pegawai Swasta 46 4.206.521,74 21,48 56,96 2,74 6.262,27
IRT 10 3.850.000,00 26,90 44,75 2,90 5.327,05
Lain-lain 7 3.857.142,86 19,43 46,43 2,71 4.272,82
Mahasiswa/Pelajar 28 3.875.000,00 18,67 64,58 3,00 5.192,24
Tabel 2.
Nilai ATP untuk Tiap Kelompok pada koridor III
ATP Tiap Profesi ATP Tiap Kelp. Dibulatkan
Kelompok Pekerjaan
(Rp/pnp) (Rp/pnp) (Rp/pnp)
PNS/POLRI/TNI 5.664,90
Pegawai Swasta 6.262,27
Masyarakat Umum 5.381,76 5.400,00
IRT 5.327,05
Lain-lain 4.272,82
Mahasiswa/Pelajar Mahasiswa/Pelajar 5.192,24 5.192,24 5.200,00
Tabel 3.
Tabulasi jumlah responden berdasarkan skenario WTP dan jenis pekerjaan pada koridor III
Skenario Tarif WTP (Rp.)
Jenis Pekerjaan Total
2.000 3.000 4.000 5.000 6.000
Jml 8 6 2 3 0 19
PNS/POLRI/TNI
% 7,27 5,45 1,82 2,73 0,00 17,27
Jml 13 10 11 10 2 46
Pegawai Swasta
% 11,82 9,09 10,00 9,09 1,82 41,82
Jml 6 0 3 1 0 10
IRT
% 5,45 0,00 2,73 0,91 0,00 9,09
Jml 4 2 1 0 0 7
Lain-lain
% 3,64 1,82 0,91 0,00 0,00 6,36
Jml 14 9 3 1 1 28
Mahasiswa/Pelajar
% 12,73 8,18 2,73 0,91 0,91 25,45
Jml 45 27 20 15 3 110
Total
% 40,91 24,55 18,18 13,64 2,73 100,00
Tabel 4.
Perhitungan WTP menurut jenis pekerjaan pada koridor III
Pekerjaan Kemauan Untuk Membayar Jumlah Responden WTP (Rp/pnp)
1 2 3 4 = (2/3)
PNS/POLRI/TNI 57.000,00 19 3.000,00
Pegawai Swasta 162.000,00 46 3.521,74
IRT 29.000,00 10 2.900,00
Lain-lain 18.000,00 7 2.571,43
Mahasiswa/Pelajar 78.000,00 28 2.785,71
7
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan 1(4),1-10 (2018)
DOI: 10.24815/jarsp.vlil.12449
Tabel 5.
Nilai WTP untuk Tiap Kelompok pada koridor III
WTP Tiap Profesi WTP Tiap Kelp. Dibulatkan
Kelompok Pekerjaan
(Rp/pnp) (Rp/pnp) (Rp/pnp)
PNS/POLRI/TNI 3.000,00
Pegawai Swasta 3.521,74
Masyarakat Umum 2.998,29 3.000,00
IRT 2.900,00
Lain-lain 2.571,43
Mahasiswa/Pelajar Mahasiswa/Pelajar 2.785,71 2.785,71 2.800,00
Secara deskripsi statistik nilai tarif untuk kelompok masyarakat umum dan mahasiswa/pelajar pada
Koridor III dapat dilihat pada Gambar 1
Gambar 1. Skema Tarif berdasarkan Rencana Tarif, BOK, ATP, WTP dan Rekomendasi Nilai Tarif di
Koridor III
8
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan 1(4),1-10 (2018)
DOI: 10.24815/jarsp.vlil.12449
Kondisi ini menggambarkan bahwa pengguna Trans Koetaradja merupakan kelompok choiced riders
yang mempunyai penghasilan relatif tinggi sehingga pemilihan untuk penggunaan kendaraan pribadi
masih lebih dominan dengan tingkat utilitas terhadap jasa Trans Koetaradjamasih relatif rendah.
4. Dengan kebijakan rencana tarif (RT) pemerintah sebesar Rp. 4.000,- untuk koridor III dapat
dijelaskan kondisi pelaksanaan pengoperasian Trans Koetaradja koridor III mengharuskan
pemerintah untuk melakukan beberapa kebijakan sebagai berikut:
a. memberikan subsidi langsung atau subsidi silang kepada penyedia/operator Trans Koetaradja
sebesar kekurangan antara RT dengan BOK
b. memperhatikan/menaikkan nilai utilitas dari pelaksanaan Trans Koetaradja dengan melakukan
perbaikan pada tingkat pelayanan angkutan sehingga nilai tarif WTP menjadi sama atau
mendekati nilai tarif ATP dan nilai RT dapat dipakai harga yang sesuai dengan nilai tarif ATP
yang mengakibatkan subsidi dari pemerintah menjadi lebih kecil yaitu hanya sebesar
kekurangan antara ATP dengan BOK
5.2 Saran
1. Pemerintah dapat memberikan subsidi langsung atau subsidi silang kepada biaya operasional
kendaraansehingga besaran tarif yang diberlakukan akan sama besar dengan nilai ATP tetapi tidak
merugikan kepentingan penyedia angkutan karena telah di subsidi;
2. Penyedia jasa Trans Koetardja juga harus mengoptimalkan kinerja pelayanan sehingga dapat
menaikkan nilai tarif WTP pengguna jasa sehingga dapat mendekati atau sama dengan nilai ATP.
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, S., 1993, Manajemen Transportasi, PT. Raja Grafindo Pesrsada, Jakarta.
Aviasti, Asep Nana Rukmana, Djamaluddin, 2014, Model Penentuan Tarif Angkutan Kota Berdasarkan
Keterjangkauan Daya Beli Masyarakat Pengguna Di Kota Bandung,ISSN 2089-3582, EISSN
2303-2480/ Vol.4, No.1.
Button, KJ., 1982, Transport Economics, Heinemann, London, England.
Direktur Jenderal Perhubungan Darat, 2002, Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat nomor
SK.687/AJ.206/DRDJ/2002 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan Penumpang
Umum Di Wilayah Perkotaaan Dalam Trayek Tetap Dan Teratur. Jakarta: Direktur Jenderal
Perhubungan Darat.
Dhuyufur Rahmani, Renni Anggraini, Irin Caisarina, 2018, Analisis Kelayakan Finansial Tarif Bus Trans
Koetardja berdasarkan Ability To Pay (ATP), www.jurnal.unsyiah.ac.id/JARSP, E-ISSN:2615-
1340.
Fanesha, M,N, 2017, Analisis Kinerja Pelayanan Angkutan Bus Trans Koetaradja Kota Banda Aceh
(Studi Kasus Trayek Keudah-Darussalam), Tugas Akhir, Fakultas Teknik Sipil Unsyiah, B. Aceh.
Hanifah, 2017, Analisis Tarif Bus Trans Koetaradja Berdasarkan Biaya Operasional Kendaraan, Ability
To Pay dan Willingness To Pay (Studi Kasus Koridor I, Keudah-Darussalam), Tugas Akhir,
Fakultas Teknik Sipil Unsyiah, B. Aceh.
9
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan 1(4),1-10 (2018)
DOI: 10.24815/jarsp.vlil.12449
Hayati, A., 2000, Analisis Penentuan Tarif Berdasarkan BOK, ATP dan WTP (Studi Kasus Perum Damri
Bandung, Thesis, Program Transportasi ITB, Bandung.
LPM-ITB, 1997,Studi Sistem Pengelolaan Angkutan Umum.
Munawar, A., 2004, Manajemen Lalu Lintas Perkotaan, Beta Offset, Yogyakarta Program Pasca Sarjana
Universitas Gajah Mada.
Permata, M, R, 2012, Analisa Ability To Pay dan Willingness To Pay Pengguna Jasa Kereta Api Bandara
Soekarno Hatta-Manggarai, Thesis, Fakultas Teknik, Program Studi Teknik Sipil, Depok.
Suhartono, Sumarsono, Mudjiastuti Handajani, 2003, Analisis Keterjangkauan Daya Beli Pengguna
Angkutan Umum dalam Membayar Tarif, PILAR Volume 12, Nomor 2, September 2003 : halaman
73 – 88.
Suryoputro, J., 2015, Analisis Tarif Angkutan Umum Berdasarkan Ability To Pay (ATP), Willingness To
Pay (WTP) dan Biaya Opersaional Kendaraan (BOK) e-Jurnal Matriks Teknik Sipil/Juni
2015/585.
Tamin O. Z., 2000,Perencanaan dan Pemodelan Transportasi, edisi kedua, ITB, Bandung.
Tamin O. Z, dkk, 1999, Evaluasi Tarif Angkutan Umum dan Analisis Ability To Pay (ATP) Dan
Willingness To Pay (WTP) di DKI Jakarta, Jurnal Transportasi FSTPT, Volume 1, No. 2, hal 121-
139, ISSN : 1411-2442.
Warpani, S., 2002, Pengelolaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan,Bandung, Penerbit ITB.
Yuniarti, T., 2009, Analisa Tarif Angkutan Umum Berdasarkan Biaya Oprasional Kendaraan, Ability To
Pay Dan Willingness To Pay,diterbitkan : Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sebelas Maret,
Surakarta
10