Admin, 10-1744-1753 Amrisa Anggunani Et Al
Admin, 10-1744-1753 Amrisa Anggunani Et Al
Admin, 10-1744-1753 Amrisa Anggunani Et Al
Abstract
Public trasport fares have not considered the ability dan willingness to pay of transprt users. Therefore, re-
determination of public transport fares that notice the differences of interest between operator and transport
users is required. The research used purposive random sampling method to 306 passengers of KA Kaligung
and KA Kamandaka. The approach that used in Ability To Pay (ATP) analysis is based on travel cost, while
Willingness To Pay (WTP) analysis is based on user perception. The ATP and WTP value of KA Kaligung
student passengers respectively Rp 57.005,00 and Rp 52.276,00, while for non-student passengers
respectively is Rp 89.960,00 and Rp 58.844,00. Meanwhile, ATP and WTP value of KA Kamandaka student
passengers respectively Rp 68.593,00 and Rp 61.475,00, while for non-student passengers respectively is Rp
103,092.00 and Rp 65.816,00. The results was compared with existing fares of KA Kaligung and KA
Kamandaka. Some passengers consider that the existing fares are more expensive when compared with the
received service.
Abstrak
Tarif transportasi angkutan umum belum mempertimbangkan kemampuan dan kemauan pengguna jasa. Oleh
karena itu, perlu adanya peninjauan ulang penentuan tarif yang memperhatikan perbedaan kepentingan antara
operator dan pengguna jasa. Penelitian dilakukan dengan metode purposive random sampling kepada 306
pengguna layanan KA Kaligung dan KA Kamandaka. Pendekatan yang digunakan untuk menganalisis nilai
Ability To Pay (ATP) didasarkan pada travel cost, sedangkan analisis Willingness To Pay (WTP) didasarkan
pada persepsi pengguna layanan. KA Kaligung didapatkan nilai ATP dan WTP pada pelajar masing-masing
sebesar Rp 57.005,00 dan Rp 52.276,00, sedangkan pada pengguna non-pelajar masing-masing sebesar Rp
89.960,00 dan Rp 58,844,00. KA Kamandaka didapatkan nilai ATP dan WTP pada pelajar masing-masing
sebesar Rp 68,593,00 dan Rp 61.475,00, sedangkan pada pengguna non-pelajar masing-masing sebesar Rp
103.092,00 dan Rp 65.816,00. Hasil tersebut dibandingkan dengan tarif eksisting KA Kaligung maupun KA
Kamandaka dan didapatkan bahwa sebagian penumpang menganggap tarif eksisting masih lebih mahal jika
dibandingkan dengan pelayanan yang diterima.
Kata-kata kunci: Tarif, Ability To Pay (ATP), Willingness To Pay (WTP), Kereta Api
PENDAHULUAN
Penentuan tarif transportasi angkutan umum merupakan persoalan yang krusial dan
sensitif. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan sudut pandang dari pihak-pihak yang
terkait, yaitu pemerintah sebagai regulator, operator sebagai penyedia jasa transportasi
angkutan umum dan pengguna jasa transportasi angkutan umum. Bagi pengguna layanan
1744
The 19th International Symposium of FSTPT, Islamic University of Indonesia, October 11-13, 2016
transportasi umum, tarif angkutan yang ditawarkan haruslah serendah mungkin agar dapat
dijangkau oleh semua golongan yang membutuhkan. Namun demikian, penentuan tarif
transportasi angkutan umum sifatnya masih didominasi oleh pihak operator dan belum
mempertimbangkan kemampuan dan kemauan pengguna jasa. Berdasarkan pada kondisi
tersebut, diperlukan adanya peninjauan ulang penentuan tarif angkutan umum yang
memperhatikan perbedaan kepentingan antara penyedia jasa dan pengguna jasa.
Kereta Api Kaligung dan Kereta Api Kamandaka memiliki karakteristik yang
hampir sama, yaitu kereta api jarak menengah yang melayani perjalanan kelas Ekonomi
AC, okupansi tinggi serta kecepatan rata-rata yang sebanding. Akan tetapi, tarif kedua
kereta untuk lintas layanan Semarang – Tegal tidak sama, yaitu Rp 50.000,00 untuk KA
Kaligung dan Rp 55.000,00 untuk KA Kamandaka. Oleh karena itu, perlu diadakan
monitoring dan evaluasi tarif Kereta Api Kaligung dan Kamandaka sebagai salah satu
alternatif moda angkutan umun untuk perjalanan Semarang-Tegal maupun sebaliknya.
METODOLOGI PENELITIAN
Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini dibedakan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu data
primer dan data sekunder. Data primer terdiri dari data karakteristik penumpang kereta api,
data kemampuan membayar dan data kemauan membayar dari penumpang kereta api.
Semua data tersebut diperoleh dengan menyebarkan 153 kuesioner kepada masing-masing
penumpang KA Kaligung dan KA Kamandaka dengan lintas layanan Semarang-Tegal.
Pembagian kuesioner dilakukan pada tanggal 25-28 Januari 2016 dengan menggunakan
metode purposive random sampling. Data sekunder terdiri dari data jumlah penumpang,
karakteristik, serta data tarif eksisting KA Kaligung dan KA Kamandaka. Data tersebut
diperoleh dari PT KAI (Persero) DAOP 4 Semarang.
Karakteristik Penumpang
Pemilihan responden didasarkan pada hasil observasi karakteristik populasi dengan
melakukan survei pendahuluan kepada 30 responden. Analisis karakteristik penumpang
terdiri dari beberapa informasi data diri responden, antara lain:
1. Umur
2. Jenis kelamin
3. Pekerjaan
4. Frekuensi perjalanan Semarang-
Tegal
5. Transportasi yang sering digunakan
dalam perjalanan Semarang-Tegal
6. Alasan menggunakan kereta api
tertentu
7. Tempat tinggal
8. Maksud perjalanan
1745
The 19th International Symposium of FSTPT, Islamic University of Indonesia, October 11-13, 2016
dimana:
It = Total pendapatan keluarga per bulan (RP/kel/bulan)
Pp = Persentase pendapatan untuk transportasi per bulan dari total pendapatan keluarga
Pt = Persentase untuk angkutan dari pendapatan transportasi keluarga per bulan
Tt = Total panjang perjalanan keluarga per bulan per trip (trip/kel/bulan)
Dengan mengansumsikan bahwa setiap individu secara individual melakukan
alokasi anggran untuk melakukan perjalanan, maka pendekatan travel cost individual dapat
menggunakan rumus:
(2)
dimana:
Ic = Penghasilan per bulan
%Tc = Persentase dari pengahasilan untuk travel cost per bulan
D = Frekuensi perjalanan per bulan
1746
The 19th International Symposium of FSTPT, Islamic University of Indonesia, October 11-13, 2016
(3)
dimana:
MWTP = Rata-rata WTP
N = Ukuran sampel
WTPi = Nilai WTP maksimum responden ke i
1747
The 19th International Symposium of FSTPT, Islamic University of Indonesia, October 11-13, 2016
Pada kondisi ini menunjukkan bahwa antara kemampuan dan keinginan membayar
jasa yang dikonsumsi pengguna tersebut sama atau terjadi keseimbangan utilitas pengguna
dengan biaya yang dikeluarkan untuk membayar jasa tersebut.
Nilai tarif
Sumber: Tamin (1999)
Gambar 2 Ilustrasi Keleluasaan Penentuan Tarif Berdasarkan ATP-WTP
Karakteristik Responden
Dari survei yang telah dilakukan, diperoleh hasil analisis karakteristik responden
KA Kaligung dan KA Kamandaka seperti yang tertera pada Tabel 1. Dengan hasil yang
sama diperoleh jumlah penumpang terbanyak memiliki usia 20-30 tahun. Selain itu, jumlah
penumpang terbanyak merupakan pelajar/mahasiswa. Karakteristik responden yang
beragam mempengaruhi kemampuan dan kemauan responden untuk menggunakan jasa
KA Kaligung maupun KA Kamandaka.
Persentase responden pelajar/mahasiswa cukup tinggi dan tidak seimbang jika
dibandingkan dengan jenis pekerjaan lain, sedangkan jenis pekerjaan berpengaruh terhadap
pendapatan yang diterima. Untuk itu, analisis ATP dan WTP selanjutnya dikategorikan
menjadi 2 (dua), yaitu kelompok pelajar dan non-pelajar.
1748
The 19th International Symposium of FSTPT, Islamic University of Indonesia, October 11-13, 2016
1749
The 19th International Symposium of FSTPT, Islamic University of Indonesia, October 11-13, 2016
Pada ATP rata-rata hanya sebanyak 54,47% responden pelajar yang mampu membayar,
sedangkan untuk responden non-pelajar sebanyak 35,34%. Sementara pada tarif resmi,
responden pelajar yang mampu membayar sebesar 57,24%, sedangkan responden non-
pelajar sebesar 79,84%. Hal ini dikarenakan sebagian besar responden memiliki ATP
dibawah rata-rata, sedangkan sebagian responden memiliki ATP yang sangat tinggi.
Pada ATP rata-rata hanya sebanyak 47,67% responden pelajar yang mampu
membayar, sedangkan untuk responden non-pelajar sebanyak 47,17%. Sementara pada
1750
The 19th International Symposium of FSTPT, Islamic University of Indonesia, October 11-13, 2016
tarif resmi, responden pelajar yang mampu membayar sebesar 55,93%, sedangkan
responden non-pelajar sebesar 74,47%. Hal ini dikarenakan sebagian besar responden
memiliki ATP dibawah rata-rata, sedangkan sebagian responden memiliki ATP yang
sangat tinggi.
1751
The 19th International Symposium of FSTPT, Islamic University of Indonesia, October 11-13, 2016
KESIMPULAN
Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Nilai Ability to Pay (ATP) dan Willingness to Pay (WTP) untuk responden pelajar KA
Kaligung masing-masing adalah Rp 57.005,00 dan Rp 52.276,00, sedangkan untuk
responden non-pelajar masing-masing adalah Rp 89.960,00 dan Rp 58.844,00.
Sementara itu, nilai ATP dan WTP untuk responden pelajar KA Kamandaka masing-
masing adalah Rp 68.593,00 dan Rp 61.475,00, sedangkan untuk responden non-
pelajar masing-masing adalah Rp 103.092,00 dan Rp 65.816,00.
2. Pada tarif eksisting KA Kaligung, terdapat 57,24% penumpang pelajar yang mampu
membayar dan 86,18% yang mau membayar, sedangkan untuk penumpang non-pelajar
1752
The 19th International Symposium of FSTPT, Islamic University of Indonesia, October 11-13, 2016
terdapat 79,84% yang mampu membayar dan 88,96% yang mau membayar. Untuk KA
Kamandaka, terdapat 47,67% penumpang pelajar yang mampu membayar dan 82,23%
yang mau membayar, sedangkan untuk penumpang non-pelajar terdapat 74,47% yang
mampu membayar dan 89,36% yang mau membayar. Kondisi ini menunjukkan bahwa
tarif yang berlaku saat ini dianggap oleh sebagian penumpang masih lebih mahal jika
dibandingkan dengan pelayanan yang diterima.
DAFTAR PUSTAKA
Button, K.J., 1982. Transport Economics. England: Heinemann Educational Books
Limited.
Kementerian Perhubungan Republik Indonesia, 2014. Peraturan Menteri Perhubungan
Republik Indonesia Nomor 69 Tentang Pedoman Perhitungan Dan Penetapan Tarif
Angkutan Orang Dengan Kereta Api. Jakarta.
Tamin, O.Z. et al., 1999. Evaluasi Tarif Angkutan Umum dan Analisis ‘Ability to Pay’
(ATP) dan ‘Willingness to Pay’ (WTP) di DKI-Jakarta. Jurnal Transportasi, I(2),
pp.121- 135.
1753