Admin, 10-1744-1753 Amrisa Anggunani Et Al

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

Proceedings of Topic 08

the 19th International Symposium of FSTPT Economics and finance in


FSTPT Islamic University of Indonesia, 11-13 October 2016 transportation
Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi Ch.10, pp. 1744-1753, ISBN: 979-95721-2-19

ANALISIS ABILITY TO PAY DAN WILLINGNESS TO PAY


PENGGUNA LAYANAN KERETA API KALIGUNG DAN
KERETA API KAMANDAKA
(STUDI KASUS: LINTAS LAYANAN SEMARANG-TEGAL)

Amrisa Anggunani Imam Muthohar


Mahasiswa Dosen
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan
Fakultas Teknik - UGM Fakultas Teknik - UGM
Jln. Grafika 2, Kampus UGM, Yogyakarta, 55281 Jln. Grafika 2, Kampus UGM, Yogyakarta, 55281
Telp: 081228609136 Telp: (0274) 554244
[email protected] [email protected]

Abstract
Public trasport fares have not considered the ability dan willingness to pay of transprt users. Therefore, re-
determination of public transport fares that notice the differences of interest between operator and transport
users is required. The research used purposive random sampling method to 306 passengers of KA Kaligung
and KA Kamandaka. The approach that used in Ability To Pay (ATP) analysis is based on travel cost, while
Willingness To Pay (WTP) analysis is based on user perception. The ATP and WTP value of KA Kaligung
student passengers respectively Rp 57.005,00 and Rp 52.276,00, while for non-student passengers
respectively is Rp 89.960,00 and Rp 58.844,00. Meanwhile, ATP and WTP value of KA Kamandaka student
passengers respectively Rp 68.593,00 and Rp 61.475,00, while for non-student passengers respectively is Rp
103,092.00 and Rp 65.816,00. The results was compared with existing fares of KA Kaligung and KA
Kamandaka. Some passengers consider that the existing fares are more expensive when compared with the
received service.

Keywords: fare, Ability To Pay (ATP), Willingness To Pay (WTP), train

Abstrak
Tarif transportasi angkutan umum belum mempertimbangkan kemampuan dan kemauan pengguna jasa. Oleh
karena itu, perlu adanya peninjauan ulang penentuan tarif yang memperhatikan perbedaan kepentingan antara
operator dan pengguna jasa. Penelitian dilakukan dengan metode purposive random sampling kepada 306
pengguna layanan KA Kaligung dan KA Kamandaka. Pendekatan yang digunakan untuk menganalisis nilai
Ability To Pay (ATP) didasarkan pada travel cost, sedangkan analisis Willingness To Pay (WTP) didasarkan
pada persepsi pengguna layanan. KA Kaligung didapatkan nilai ATP dan WTP pada pelajar masing-masing
sebesar Rp 57.005,00 dan Rp 52.276,00, sedangkan pada pengguna non-pelajar masing-masing sebesar Rp
89.960,00 dan Rp 58,844,00. KA Kamandaka didapatkan nilai ATP dan WTP pada pelajar masing-masing
sebesar Rp 68,593,00 dan Rp 61.475,00, sedangkan pada pengguna non-pelajar masing-masing sebesar Rp
103.092,00 dan Rp 65.816,00. Hasil tersebut dibandingkan dengan tarif eksisting KA Kaligung maupun KA
Kamandaka dan didapatkan bahwa sebagian penumpang menganggap tarif eksisting masih lebih mahal jika
dibandingkan dengan pelayanan yang diterima.

Kata-kata kunci: Tarif, Ability To Pay (ATP), Willingness To Pay (WTP), Kereta Api

PENDAHULUAN
Penentuan tarif transportasi angkutan umum merupakan persoalan yang krusial dan
sensitif. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan sudut pandang dari pihak-pihak yang
terkait, yaitu pemerintah sebagai regulator, operator sebagai penyedia jasa transportasi
angkutan umum dan pengguna jasa transportasi angkutan umum. Bagi pengguna layanan

1744
The 19th International Symposium of FSTPT, Islamic University of Indonesia, October 11-13, 2016

transportasi umum, tarif angkutan yang ditawarkan haruslah serendah mungkin agar dapat
dijangkau oleh semua golongan yang membutuhkan. Namun demikian, penentuan tarif
transportasi angkutan umum sifatnya masih didominasi oleh pihak operator dan belum
mempertimbangkan kemampuan dan kemauan pengguna jasa. Berdasarkan pada kondisi
tersebut, diperlukan adanya peninjauan ulang penentuan tarif angkutan umum yang
memperhatikan perbedaan kepentingan antara penyedia jasa dan pengguna jasa.
Kereta Api Kaligung dan Kereta Api Kamandaka memiliki karakteristik yang
hampir sama, yaitu kereta api jarak menengah yang melayani perjalanan kelas Ekonomi
AC, okupansi tinggi serta kecepatan rata-rata yang sebanding. Akan tetapi, tarif kedua
kereta untuk lintas layanan Semarang – Tegal tidak sama, yaitu Rp 50.000,00 untuk KA
Kaligung dan Rp 55.000,00 untuk KA Kamandaka. Oleh karena itu, perlu diadakan
monitoring dan evaluasi tarif Kereta Api Kaligung dan Kamandaka sebagai salah satu
alternatif moda angkutan umun untuk perjalanan Semarang-Tegal maupun sebaliknya.

METODOLOGI PENELITIAN
Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini dibedakan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu data
primer dan data sekunder. Data primer terdiri dari data karakteristik penumpang kereta api,
data kemampuan membayar dan data kemauan membayar dari penumpang kereta api.
Semua data tersebut diperoleh dengan menyebarkan 153 kuesioner kepada masing-masing
penumpang KA Kaligung dan KA Kamandaka dengan lintas layanan Semarang-Tegal.
Pembagian kuesioner dilakukan pada tanggal 25-28 Januari 2016 dengan menggunakan
metode purposive random sampling. Data sekunder terdiri dari data jumlah penumpang,
karakteristik, serta data tarif eksisting KA Kaligung dan KA Kamandaka. Data tersebut
diperoleh dari PT KAI (Persero) DAOP 4 Semarang.

Karakteristik Penumpang
Pemilihan responden didasarkan pada hasil observasi karakteristik populasi dengan
melakukan survei pendahuluan kepada 30 responden. Analisis karakteristik penumpang
terdiri dari beberapa informasi data diri responden, antara lain:
1. Umur
2. Jenis kelamin
3. Pekerjaan
4. Frekuensi perjalanan Semarang-
Tegal
5. Transportasi yang sering digunakan
dalam perjalanan Semarang-Tegal
6. Alasan menggunakan kereta api
tertentu
7. Tempat tinggal
8. Maksud perjalanan

1745
The 19th International Symposium of FSTPT, Islamic University of Indonesia, October 11-13, 2016

Ability To Pay (ATP)


Analisis Ability To Pay (ATP) dilakukan untuk mengetahui kemampuan pengguna
jasa untuk membayar jasa angkutan yang diterima berdasarkan penghasilan yang dianggap
ideal. Pendekatan yang digunakan didasarkan pada alokasi biaya untuk transportasi dan
pendapatan yang diterima (Tamin, 1999).
Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai ATP adalah sebagai berikut.
1. Penghasilan per bulan
2. Alokasi biaya transportasi
3. Persentase biaya transportasi angkutan umum
4. Intensitas perjalanan
Dengan menggunakan pendekatan household budget, maka nilai ATP dapat
dianalisis dengan rumus berikut. (Button, 1982)
(1)

dimana:
It = Total pendapatan keluarga per bulan (RP/kel/bulan)
Pp = Persentase pendapatan untuk transportasi per bulan dari total pendapatan keluarga
Pt = Persentase untuk angkutan dari pendapatan transportasi keluarga per bulan
Tt = Total panjang perjalanan keluarga per bulan per trip (trip/kel/bulan)
Dengan mengansumsikan bahwa setiap individu secara individual melakukan
alokasi anggran untuk melakukan perjalanan, maka pendekatan travel cost individual dapat
menggunakan rumus:
(2)

dimana:
Ic = Penghasilan per bulan
%Tc = Persentase dari pengahasilan untuk travel cost per bulan
D = Frekuensi perjalanan per bulan

Willingness To Pay (WTP)


Willingness To Pay (WTP) didefinisikan sebagai kesediaan pengguna jasa untuk
mengeluarkan imbalan atas jasa yang diperolehnya. Pendekatan yang digunakan
didasarkan pada persepsi pengguna terhadap tarif dari jasa pelayanan angkutan umum
tersebut. (Tamin, 1999)
Dalam permasalahan transportasi, WTP dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya adalah:
1. Produk yang ditawarkan atau disediakan oleh operator jasa pelayanan transportasi
2. Kualitas dan kuantitas pelayanan yang disediakan
3. Utilitas atau maksud pengguna terhadap angkutan tersebut
4. Penghasilan pengguna
Nilai WTP yang diperoleh dari masing-masing responden yaitu berupa nilai
maksimum ruiah yang bersedia dibayarkan oleh responden untuk tarif angkutan umum,
kemudian diolah untuk mendapatkan nilai rata-rata (mean) dari nilai WTP tersebut, dengan
rumus: (Button, 1982)

1746
The 19th International Symposium of FSTPT, Islamic University of Indonesia, October 11-13, 2016

(3)

dimana:
MWTP = Rata-rata WTP
N = Ukuran sampel
WTPi = Nilai WTP maksimum responden ke i

Hubungan Ability To Pay (ATP) dan Willingness To Pay (WTP)


Dalam penentuan tarif angkutan umum sering terjadi ketidaksesuaian antara ATP
dan WTP. Kondisi tersebut selanjutnya disajikan secara ilustratif dengan Gambar 1.

Sumber: Tamin (1999)


Gambar 1 Kurva Hubungan ATP dan WTP

ATP Lebih Besar dari WTP


Apabila terjadi kondisi seperti ini maka menunjukkan bahwa kemampuan
membayar lebih besar daripada keinginan membayar jasa tersebut. Ini terjadi bila
pengguna mempunyai penghasilan yang relatif tinggi tetapi utilitas terhadapa jasa tersebut
relatif rendah, pengguna pada kondisi ini disebut choiced riders.

ATP Lebih Kecil dari WTP


Kondisi ini menunjukkan bahwa keinginan pengguna untuk membayar jasa tersebut
lebih besar daripada kemampuan membayaranya. Hal ini memungkinakan terjadi bagi
pengguna yang mempunyai penghasilan yang relatif rendah tetapi utilitas terhadap jasa
tersebut sangat tinggi, sehingga keinginan pengguna untuk membayar jasa tersebut
cenderung lebih dipengaruhi oleh utilitas. Pada kondisi ini pengguna disebut captive
riders.

ATP Sama dengan WTP

1747
The 19th International Symposium of FSTPT, Islamic University of Indonesia, October 11-13, 2016

Pada kondisi ini menunjukkan bahwa antara kemampuan dan keinginan membayar
jasa yang dikonsumsi pengguna tersebut sama atau terjadi keseimbangan utilitas pengguna
dengan biaya yang dikeluarkan untuk membayar jasa tersebut.

Penentuan Tarif Berdasarkan ATP dan WTP


Untuk meninjau tarif berdasarkan ATP dan WTP, maka aspek pengguna dijadikan
subjek yang menentukan nilai tarif yang diberlakukan dengan prinsip sebagai berikut
sesuai dengan Gambar 2 (Tamin,1999).
1. ATP merupakan fungsi dari kemampuan membayar, sehingga nilai tarif yang
diberlakukan tidak boleh melebihi nilai ATP kelompok masyarakat sasaran. Intervensi
pemerintah dalam bentuk subsidi langsung atau silang dibutuhkan pada kondisi
dimana nila tarif berlaku lebih besar dari ATP, sehingga didapat nilai tarif yang
sebesar-besarnya sama dengan nilai ATP
2. WTP merupakan fungsi dari tingkat pelayanan angkutan umum, sehingga bila nilai
WTP masih berada di bawah ATP maka masih dimungkinkan melakukan peningkatan
nilai tarif dengan perbaikan tingkat pelayanan angkutan umum.

Zona Subsidi agar Tarif yang


Berlaku Maksimal = ATP
ATP
Zona Keleluasaan Penentuan
Tarif dengan Perbaikan Tingkat
Pelayanan
WTP
Zona Keleluasaan Penentuan Tarif
Ideal tanpa Perbaikan Tingkat
Pelayanan Sampai Nilai WTP

Nilai tarif
Sumber: Tamin (1999)
Gambar 2 Ilustrasi Keleluasaan Penentuan Tarif Berdasarkan ATP-WTP

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Responden
Dari survei yang telah dilakukan, diperoleh hasil analisis karakteristik responden
KA Kaligung dan KA Kamandaka seperti yang tertera pada Tabel 1. Dengan hasil yang
sama diperoleh jumlah penumpang terbanyak memiliki usia 20-30 tahun. Selain itu, jumlah
penumpang terbanyak merupakan pelajar/mahasiswa. Karakteristik responden yang
beragam mempengaruhi kemampuan dan kemauan responden untuk menggunakan jasa
KA Kaligung maupun KA Kamandaka.
Persentase responden pelajar/mahasiswa cukup tinggi dan tidak seimbang jika
dibandingkan dengan jenis pekerjaan lain, sedangkan jenis pekerjaan berpengaruh terhadap
pendapatan yang diterima. Untuk itu, analisis ATP dan WTP selanjutnya dikategorikan
menjadi 2 (dua), yaitu kelompok pelajar dan non-pelajar.

1748
The 19th International Symposium of FSTPT, Islamic University of Indonesia, October 11-13, 2016

Analisis Ability To Pay (ATP)

Analisis ATP KA Kaligung


Dari hasil analisis yang telah dilakukan untuk responden pelajar KA Kaligung,
diperoleh ATP rata-rata sebesar Rp 57.005,00, sedangkan nilai ATP minimum sebesar Rp
10.090,00 dan ATP maksimum sebesar Rp 133.333,00. Nilai ATP rata-rata responden
non-pelajar KA Kaligung adalah Rp 89.960,00 dengan nilai ATP minimum sebesar Rp
10.526,00 dan nilai maksimum sebesar Rp 400.000,00. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Gambar 2.

Tabel 1 Karakteristik Responden KA Kaligung dan KA Kamandaka


Profil Responden Kategori KA Kaligung KA Kamandaka
< 20 tahun 22,88% 9,15%
20-30 tahun 53,59% 52,94%
Umur 31-40 tahun 11,76% 15,03%
41-50 tahun 7,19% 11,11%
> 50 tahun 4,58% 11,76%
Pria 39,22% 45,10%
Jenis Kelamin
Wanita 60,78% 54,90%
PNS 5,23% 11,76%
TNI/POLRI 2,61% 1,31%
Karyawan swasta 24,84% 26,14%
Karyawan BUMN/BUMD 1,31% 2,61%
Pekerjaan
Buruh 3,27% 1,96%
Pelajar/Mahasiswa 49,67% 38,56%
Tidak Bekerja 3,92% 3,92%
Lainnya 9,15% 13,73%
Sangat jarang (1-2 kali/bulan) 65,36% 65,36%
Jarang (3-4 kali/bulan) 16,99% 21,57%
Frekuensi Perjalanan
Agak jarang (5-6 kali/bulan) 4,58% 4,58%
Semarang-Tegal per
Agak sering (7-8 kali/bulan) 8,50% 5,88%
Bulan
Sering (9-10 kali/bulan) 3,92% 2,61%
Sangat sering (>10 kali/bulan) 0,65% 0,00%
Transportasi yang Kendaraan pribadi 13,73% 20,26%
Sering Digunakan Kereta api 81,05% 71,90%
dalam Perjalanan Bus 3,27% 4,58%
Semarang-Tegal Lainnya 1,96% 3,27%
Lebih murah 32,68% 11,11%
Lebih nyaman 17,65% 9,15%
Alasan Menggunakan Lebih aman 0,65% 0,65%
KA Kaligung Lebih cepat 8,50% 5,88%
Kesesuaian jadwal 38,56% 62,09%
Lainnya 1,96% 11,11%
Semarang 39,22% 41,83%
Tempat Tinggal Tegal 46,41% 40,52%
Lainnya 14,38% 17,65%
Dinas/Kerja 24,84% 29,41%
Keluarga/Liburan 37,25% 30,72%
Maksud/Tujuan
Bisnis 4,58% 5,88%
Perjalanan
Sekolah 30,07% 30,07%
Lainnya 3,27% 3,92%

1749
The 19th International Symposium of FSTPT, Islamic University of Indonesia, October 11-13, 2016

Pada ATP rata-rata hanya sebanyak 54,47% responden pelajar yang mampu membayar,
sedangkan untuk responden non-pelajar sebanyak 35,34%. Sementara pada tarif resmi,
responden pelajar yang mampu membayar sebesar 57,24%, sedangkan responden non-
pelajar sebesar 79,84%. Hal ini dikarenakan sebagian besar responden memiliki ATP
dibawah rata-rata, sedangkan sebagian responden memiliki ATP yang sangat tinggi.

Gambar 2 Diagram ATP Responden KA Kaligung

Analisis ATP KA Kamandaka


Dari hasil analisis yang telah dilakukan untuk responden pelajar KA Kamandaka,
diperoleh ATP rata-rata sebesar Rp 68.593,00, sedangkan nilai ATP minimum sebesar Rp
7.333,00 dan ATP maksimum sebesar Rp 200.000,00. Nilai ATP rata-rata responden non-
pelajar KA Kamandaka adalah Rp 103.092,00 dengan nilai ATP minimum sebesar Rp
9.091,00 dan nilai maksimum sebesar Rp 666.667,00. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Gambar 3.

Gambar 3 Diagram ATP Responden KA Kamandaka

Pada ATP rata-rata hanya sebanyak 47,67% responden pelajar yang mampu
membayar, sedangkan untuk responden non-pelajar sebanyak 47,17%. Sementara pada

1750
The 19th International Symposium of FSTPT, Islamic University of Indonesia, October 11-13, 2016

tarif resmi, responden pelajar yang mampu membayar sebesar 55,93%, sedangkan
responden non-pelajar sebesar 74,47%. Hal ini dikarenakan sebagian besar responden
memiliki ATP dibawah rata-rata, sedangkan sebagian responden memiliki ATP yang
sangat tinggi.

Analisis Willingness To Pay (WTP)

Analisis WTP KA Kaligung


Hasil analisis WTP rata-rata responden pelajar adalah Rp 52.276,00, sedangkan
untuk WTP minimum adalah sebesar Rp 30.000,00 dan WTP maksimum sebesar Rp
75.000,00. Untuk WTP rata-rata menurut pendapat responden non-pelajar adalah Rp
58.884,00, sedangkan untuk WTP minimum adalah sebesar Rp 10.000,00 dan WTP
maksimum sebesar Rp 150.000,00. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Diagram WTP Responden KA Kaligung


Pada WTP rata-rata terdapat 81,69% respoden pelajar yang mau membayar,
sedangkan untuk responden non-pelajar sebesar 68,64%. Sementara pada tarif resmi,
responden pelajar yang mau membayar sebesar 86,18%, sedangkan responden non-pelajar
sebesar 88,96%. Hal ini dikarenakan tarif yang berlaku saat ini dianggap oleh sebagian
responden masih lebih mahal jika dibandingkan dengan pelayanan yang diterima.

Analisis WTP KA Kamandaka


WTP rata-rata responden pelajar adalah Rp 61,475,00, sedangkan untuk WTP
minimum adalah sebesar Rp 35.000,00 dan WTP maksimum sebesar Rp 120.000,00.
Untuk WTP rata-rata menurut pendapat responden non-pelajar adalah Rp 65.816,00,
sedangkan untuk WTP minimum adalah sebesar Rp 30.000,00 dan WTP maksimum
sebesar Rp 170.000,00. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 5.
Pada WTP rata-rata terdapat 82,23% respoden pelajar yang mau membayar,
sedangkan untuk responden non-pelajar sebesar 62,83%. Sementara pada tarif resmi,
responden pelajar yang mau membayar sebesar 88,14%, sedangkan responden non-pelajar
sebesar 89,36%. Hal ini dikarenakan tarif yang berlaku saat ini dianggap oleh sebagian
responden masih lebih mahal jika dibandingkan dengan pelayanan yang diterima.

1751
The 19th International Symposium of FSTPT, Islamic University of Indonesia, October 11-13, 2016

Gambar 5 Diagram WTP Responden KA Kamandaka

Analisis Tarif Berdasarkan ATP dan WTP


Berdasarkan diagram ATP dan WTP diatas, dapat dianalisis persentase penumpang
yang mampu dan mau membayar. Pada penelitan ini, penentuan besarnya tarif alternatif
yang disarankan tidak menggunakan metode tertentu. Akan tetapi, hanya sebagai contoh
analisis tarif berdasakan ATP dan WTP dari penumpang KA Kaligung dan KA
Kamandaka. Alternatif tarif 1 berada di antara tarif resmi dan nilai ATP, sedangkan pada
alternatif tarif 2 berada diantara nilai ATP dan WTP. Hasil analisis alternatif tarif dapat
dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Analisis Tarif Berdasarkan ATP dan WTP


%Yang mampu
%Yang mau membayar
Nama Kereta Alternatif Tarif membayar
Pelajar Non-pelajar Pelajar Non-pelajar
Rp55.000,00 55,26% 75,32% 76,32% 83,12%
KA Kaligung
Rp60.000,00 53,29% 70,78% 40,13% 51,30%
KA Rp60.000,00 54,24% 73,40% 77,12% 77,66%
Kamandaka Rp65.000,00 52,54% 72,34% 66,10% 65,96%

KESIMPULAN
Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Nilai Ability to Pay (ATP) dan Willingness to Pay (WTP) untuk responden pelajar KA
Kaligung masing-masing adalah Rp 57.005,00 dan Rp 52.276,00, sedangkan untuk
responden non-pelajar masing-masing adalah Rp 89.960,00 dan Rp 58.844,00.
Sementara itu, nilai ATP dan WTP untuk responden pelajar KA Kamandaka masing-
masing adalah Rp 68.593,00 dan Rp 61.475,00, sedangkan untuk responden non-
pelajar masing-masing adalah Rp 103.092,00 dan Rp 65.816,00.
2. Pada tarif eksisting KA Kaligung, terdapat 57,24% penumpang pelajar yang mampu
membayar dan 86,18% yang mau membayar, sedangkan untuk penumpang non-pelajar

1752
The 19th International Symposium of FSTPT, Islamic University of Indonesia, October 11-13, 2016

terdapat 79,84% yang mampu membayar dan 88,96% yang mau membayar. Untuk KA
Kamandaka, terdapat 47,67% penumpang pelajar yang mampu membayar dan 82,23%
yang mau membayar, sedangkan untuk penumpang non-pelajar terdapat 74,47% yang
mampu membayar dan 89,36% yang mau membayar. Kondisi ini menunjukkan bahwa
tarif yang berlaku saat ini dianggap oleh sebagian penumpang masih lebih mahal jika
dibandingkan dengan pelayanan yang diterima.

DAFTAR PUSTAKA
Button, K.J., 1982. Transport Economics. England: Heinemann Educational Books
Limited.
Kementerian Perhubungan Republik Indonesia, 2014. Peraturan Menteri Perhubungan
Republik Indonesia Nomor 69 Tentang Pedoman Perhitungan Dan Penetapan Tarif
Angkutan Orang Dengan Kereta Api. Jakarta.
Tamin, O.Z. et al., 1999. Evaluasi Tarif Angkutan Umum dan Analisis ‘Ability to Pay’
(ATP) dan ‘Willingness to Pay’ (WTP) di DKI-Jakarta. Jurnal Transportasi, I(2),
pp.121- 135.

1753

You might also like