Penilaian Risiko Kecelakaan Kerja Pada Pengoperasian CC (Container Crane) Di PT X Surabaya
Penilaian Risiko Kecelakaan Kerja Pada Pengoperasian CC (Container Crane) Di PT X Surabaya
Penilaian Risiko Kecelakaan Kerja Pada Pengoperasian CC (Container Crane) Di PT X Surabaya
Nyco Nugroho
PT. Wijaya Karya Gedung, Tbk
Jalan Let. Jend. M.T. Haryono, Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Email: [email protected]
ABSTRACT
The operation of CC has a high risk accident, in 2013 there are 57 CC operation accidents at PT X. Accident high PC
operations require companies to prevent and reduce the risk of accidents at the company, according Act No. 1 Year 1970
Article 3, paragraph 1. Reduce and prevent the risk of workplace accidents by conducting a risk assessment. This study
aims to assess the risk.The design of this study was observational with crossectional approach. The main aim of this
study was to assessed of risk on CC operate in PT X Surabaya. The subject in this study were safety officer maintenance,
technician and CC operator. The object in this study was CC unit. The data were collected by means of observation and
interview, while the secondary data from the operation of the CC documents related accidents. The data obtained were
analyzed descriptively by tabulations and narration which of compared with the standard ISO 31000: 2009 as well as
the existing theories. The results of this study show that there were 4 process of work that has 9 cause danger of accident,
2 causes of accident with the high risk, 5 moderate risk and 2 low risk. Risk control that has done are engineering,
administrative, and PPE. From the result of this study, it is recommended that the company provide to implement the
work according to SOP, conduct load test and check the condition of the lift on the entire CC, check and repair functions
anemometer and sirens on CC, give emergency drill evenly for workers.
ABSTRAK
Pengoperasian CC memiliki risiko kecelakaan yang tinggi, diketahui pada tahun 2013 terdapat 57 kecelakaan pada PT
X. Kecelakaan yang tinggi mewajibkan perusahaan untuk mencegah dan mengurangi risiko kecelakaan di perusahaan,
sesuai Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 Pasal 3 ayat 1, yaitu mengurangi dan mencegah risiko kecelakaan kerja dengan
melakukan penilaian risiko. Penelitian ini bertujuan melakukan penilaian risiko kecelakaan pada proses bongkar muat
petikemas di dermaga internasional PT X Surabaya. Penelitian menggunakan metode deskriptif observasional dengan
objek penelitian unit CC dan subjek penelitian adalah safety officer, teknisi maintenance dan operator CC. Data primer
diperoleh dari observasi dan wawancara dan data sekunder diperoleh dari dokumen kecelakaan pengoperasian CC. Data
dianalisis secara diskriptif dengan tabel dibandingkan dengan standar ISO 31000:2009 serta teori yang ada. Hasil penelitian
diketahui terdapat 4 proses pekerjaan yang memiliki 9 penyebab bahaya kecelakaan, 2 dengan risiko tinggi, 5 dengan
risiko sedang dan 2 dengan risiko rendah. Pengendalian risiko yang dilakukan yaitu teknis, administrasi dan alat APD.
Perusahaan disarankan mengimplementasikan pekerjaan sesuai SOP, dilakukan load test dan pengecekan kondisi lift pada
CC, anemometer dan sirine pada alat CC, emergency drill merata pada seluruh operator CC tiap 3 bulan.
101
102 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 5, No. 2 Juli-Des 2016: 101–111
pesawat angkat angkut sebesar 237 kasus kecelakaan Besar risiko kecelakaan kerja yang diakibatkan
kerja. (Pusdatinaker, 2014). Kecelakaan kerja yang dari aktivitas bongkar muat, baik hilangnya nyawa
tinggi dapat disebabkan dari faktor manusia maupun hingga biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan
peralatan kerja yang digunakan oleh pekerja. untuk perbaikan peralatan. Dibutuhkan pencegahan
Suma`mur (2009), berpendapat risiko kecelakaan sebagai penyelengaraan keselamatan
kecelakaan dapat terjadi utamanya disebabkan dan kesehatan kerja di tempat kerja sesuai UU
dari tindakan tidak aman maupun kondisi tidak No. 1/1970 Tentang Keselamatan Kerja. Serta
aman. Kondisi tidak aman merupakan kondisi fisik persyaratan pengoperasian alat angkut diatur dalam
(peralatan, mesin, sifat dan cara kerja) yang dapat Permenakertrans RI No.Per.05/MEN/1985 Tentang
langsung mengakibatkan kecelakaan. Tindakan pesawat angkat dan angkut.
tidak aman merupakan perbuatan dari manusia Menurut Tarwaka (2008) pencegahan kecelakaan
(kurang pengetahuan, sikap dan tingkah laku kerja merupakan upaya untuk mencari penyebab
yang tidak aman, ketelitian) yang dapat langsung suatu kecelakaan, dengan mengetahui dan mengenal
mengakibatkan kecelakaan. penyebab kecelakaan. Mengetahui dan mengenal
Kecelakaan kerja bersumber dari HSE Center penyebab kecelakaan dengan mengidentifikasi
Indonesia (2014) yang terjadi di Kuningan, Jakarta. bahaya pada suatu pekerjaan dilakukan dengan
Tiang penyangga crane patah lalu jatuh menimpa membagi pekerjaan menjadi langkah-langkah kerja
2 orang pekerja dan beberapa sepeda motor di dari awal pekerjaan hingga selesai. (Harjono. 2014).
sekitarnya. Kecelakaan yang terjadi karena kondisi Usaha untuk pencegahan kecelakaan kerja pada
peralatan yang tidak aman. Kecelakaan dapat pengoperasian CC, perusahaan perlu melakukan
dihindari apabila pengawasan terhadap kondisi crane penilaian risiko pada aktivitas kerja operator CC.
dapat dilakukan.
Risiko kecelakaan lain bisa terjadi pada
METODE
aktivitas bongkar muat petikemas seperti cacat
hingga kematian akibat kejatuhan peralatan angkut Tujuan dari penelitian ini yaitu melakukan
atau petikemas, kerusakan alat angkut, kerusakan penilaian risiko kecelakaan pada proses bongkar
petikemas hingga terhentinya proses produksi. muat petikemas di dermaga internasional PT X
Kecelakaan terjadi di Pelabuhan Rakyat Kalimas Surabaya. Penelitian ini berdasarkan sifat dan sistem
Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Kecelakaan analisisnya, bersifat deskriptif observasional dengan
mengakibatkan tenaga kerja meninggal, kerusakan pendekatan cross sectional. Objek penelitian yaitu
alat angkut hingga terhentinya proses produksi. Alat CC (Container Crane) yang ada di dermaga.
Kecelakaan bermula tali baja (sling) putus Subjek penelitian yaitu seluruh operator CC yang
mengakibatkan dua kuli angkut meninggal tertimpa berjumlah 17 orang, Supervisor bongkar muat
batang crane dan (hook) besi pengait (Wahyudiyanta, berjumlah 3 orang, safety officer berjumlah 1 orang
2012). dan leader teknisi maintenance CC berjumlah 1
Kerugian akibat kecelakaan tidak hanya korban orang.
jiwa melainkan juga harta benda yang diderita Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah
oleh perusahaan. Kecelakaan terjadi pada terminal bahaya terkait kecelakaan kerja pengoperasian
petikemas di Southampton, satu operator crane kritis CC dengan melakukan observasi dan wawancara
akibat rubuhnya crane. Rubuhnya crane merupakan aktivitas pekerjaan dengan lembar Job Safety
kecelakaan kali kedua yang terjadi, kejadian yang Analysis (JSA). Setelah data terkumpul dilakukan
pertama tidak sampai memakan korban jiwa tetapi penilaian risiko, dengan menentukan likelihood dan
akibat dari itu perusahaan ditutup selama tiga bulan severity pada proses pekerjaan operator CC sesuai
(Kennedy, 2009). standar ISO 31000:2009 pada tabel 1.
Kecelakaan diatas diperkuat dengan data Data tingkat risiko yang didapat dianalisis
kejadian kecelakaan di PT X pada tahun 2013. secara diskriptif dengan menjabarkan hasil
Diketahui pada tahun 2013 terjadi 57 kaskus temuan di lapangan dalam bentuk narasi dan tabel
kecelakaan container crane. Kecelakaan yang terjadi sesuai standart ISO 31000:2009. Setiap bahaya
yaitu handling container on deck, handling container pada pengoperasian CC diidentifikasi juga upaya
under deck, handling hatch, handling containers pengendalian yang dilakukan oleh perusahaan,
from land to ship, violation of work procedures, poor sesuai dengan hirarki pengendalian yaitu eliminasi,
maintenance. subtitusi, rekayasa teknik, administrasi dan APD.
Nyco Nugroho, Penilaian Risiko Kecelakaan Kerja… 103
(1) Catastropic 1 2 3 4 5
(2) Often 2 4 6 8 10
(3) Sometimes 3 6 9 12 15
(4) Minor 4 8 12 16 20
(5) Highly Unlikely 5 10 15 20 25
hari kerja dibagi menjadi 3 shift yaitu shift I pukul Komponen selanjutnya yaitu motor gantry, alat
00.00–08.00, shift II pukul 08.00–16.00 dan shift III ini merupakan roda yang berada pada keempat kaki
pukul 16.00–00.00 WIB. Jumlah operator CC pada dari alat CC. Identifikasi bahaya yang dilakukan
PT X berjumlah 74 orang, dengan 17–18 operator dengan melihat risiko kecelakaan dan penyebab
tiap shift. kecelakaan pada setiap uraian pekerjaan pada
Tahapan proses pekerjaan pada pengoperasian pengoperasian alat CC. Hasil identifikasi bahaya
alat CC ada 5 yaitu naik atau turun menggunakan dengan mengamati risiko kecelakaan dan penyebab
anak tangga, naik atau turun menggunakan lift, naik kecelakaan pada operator CC mulai dari naik tangga
ke ruang operator dan pengoperasian CC. Tahapan hingga pengoperasian alat CC.
pertama yang dilakukan oleh operator yaitu menaiki Identifikasi bahaya selesai dilakukan, diketahui
atau menuruni anak tangga. risiko kecelakaan dan penyebab kecelakaan pada
Alat CC memiliki tinggi 35 meter dengan lebar setiap uraian pekerjaan pada pengoperasian alat CC.
15–20 meter. Alat CC dikendalikan oleh manusia, Setelah itu dilakukan penilaian risiko kecelakaan
ruang kendali operator berada pada ketinggian untuk menganalisis kemungkinan kejadian
25 meter. Untuk mengoperasikan alat CC, (likelihood) dan keparahan kejadian (consequences)
operator harus menggunakan anak tangga sebelum dari uraian pekerjaan pada pengoperasian alat CC.
menggunakan lift untuk naik menuju ruang operator. Fungsi motor gantry untuk menggerakkan
Anak tangga memiliki tinggi 1 meter, sebelum keseluruhan komponen dalam alat CC secara
sampai pintu masuk lift. horizontal ke kanan maupun ke kiri. Sesuai Undang-
Tahapan kedua yang dilakukan oleh operator undang nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
yaitu naik atau turun menggunakan akses lift. Lift Kerja pada pasal 3 ayat 1 “Dengan peraturan
pada alat CC memiliki tinggi 2 meter dengan lebar perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan
1 meter. Lift yang digunakan memiliki kapasitas 150 kerja untuk mencegah dan mengurangi kecelakaan”.
kg. Untuk bergerak naik atau turun harus menekan Mengacu pada peraturan tentang keselamatan kerja.
terus tombol panah naik atau turun hingga lokasi Penilaian risiko kecelakaan pada pekerjaan operator
yang dituju. CC, merupakan salah satu tindakan pencegahan
Tahapan yang ketiga yaitu, memasuki ruang untuk mengurangi risiko kecelakaan pada pekerjaan
operator. Jarak lift dengan ruang operator sekitar operator.
8–10 meter, karena posisi cabin operator berada pada Nilai likelihood dan consequences menggunakan
tengah-tengah alat. Operator CC harus melewati standar ISO 31000:2009. Nilai likelihood dan
tangga dan membuka limit swift untuk mencapai consequences ditentukan dari hasil observasi yang
ruang operator. Limit swift merupakan safety dilakukan, serta didukung dari data kecelakaan
device pada area cabin operator agar cabin tidak yang terkait dengan aktivitas operator CC. Nilai
bergerak saat tidak dioperasikan dan tidak dilakukan ditetapkan dengan melakukan diskusi terkait hasil
penguncian pada cabin setelah digunakan. Bentuk observasi dengan safety officer pada PT X.
limit swift menyerupai pagar yang cara membukanya Nilai likelihood dan consequences yang sudah
di angkat ke atas. ditetapkan dengan melakukan diskusi dengan safety
Proses yang keempat yaitu pengoperasian officer, dilakukan perkalian untuk mendapat nilai
alat CC, pengoperasian dengan menggerakkan risiko kecelakaan. Nilai risiko kecelakaan yang
alat CC mengangkat dan menurunkan petikemas didapat menunjukkan tingkat risiko yang diterima
dari dermaga ke chassis truck. Alat CC memiliki pada tiap aktivitas pekerjaan yang dilakukan oleh
komponen yaitu motor boom, motor gantry dan operator CC.
spreader. Boom merupakan ban berjalan yang Nilai risiko yang diterima pada tahapan
memiliki panjang mencapai 15–20 meter digunakan pekerjaan operator CC, dianalisis pengendalian
untuk menggerakkan spreader maju atau pin mundur yang ada sesuai hirarki pengendalian. Hirarki
secara horizontal. pengendalian yaitu Eliminasi, subtitusi, pengendalian
Boom ini berfungsi menjangkau letak petikemas teknik, pengendalian administratif dan pengendalian
terjauh pada kapal dari area dermaga. Spreader pada manusia yaitu APD. Nilai Risiko yang didapat
merupakan alat yang digunakan untuk mengangkat dan pengendalian yang ada sudah diketahui,
dan menurunkan petikemas. Motor spreader terdapat keseluruhan tahapan pekerjaan dievaluasi sebagai
flipper yang berfungsi sebagai pengunci petikemas dasar melakukan tindakan pengendalian berikutnya
agar dapat diangkat. untuk menurunkan risiko kecelakaan yang ada.
Nyco Nugroho, Penilaian Risiko Kecelakaan Kerja… 105
Risiko secara umum menurut Joni (2012) dan terjepit. Terjepit dapat disebabkan tergesa-gesa
didefinisikan sebagai kemungkinan terjadinya dalam menutup pintu dan cara menutup pintu yang
peristiwa di luar yang diharapkan. Makin besar menyamping. Alat lift merupakan akses utama untuk
kemungkinan rendahnya keuntungan atau bahkan sampai di atas sehingga nilai likelihood 2. Naik
rugi dikatakan makin besar risiko usaha. Penilaian ke ruang operator terjepit saat menutup pintu lift
risiko pada aktivitas operator CC didapat 9 risiko tidak sampai menderita luka yang besar. Luka yang
kecelakaan. 2 risiko dengan tingkat risiko rendah, diderita tidak menghambat pekerjaan, sehingga nilai
5 risiko dengan tingkat risiko sedang dan 2 risiko consequences 5.
dengan tingkat risiko tinggi. Tabel 2 di atas akan Risiko kecelakaan kerja lain yang dapat terjadi
menjelaskan identifikasi bahaya dan penilaian risiko yaitu terjatuh dari alat lift. Terjatuh dari lift dapat
pengoperasian CC pada alat CC. disebabkan dari kondisi sling yang aus dan tidak
Operator CC saat naik atau turun tangga, pernah dilakukan riksa uji beban. Lift merupakan
memiliki risiko kecelakaan tersandung dan terpeleset. alat utama untuk menaiki alat CC dan tidak pernah
Tersandung dapat disebabkan dari kurang waspada dilakukan riksa uji alat membuat risiko kecelakaan
dan jarak anak tangga yang kurang lebar dapat tinggi sehingga nilai likelihood 2. Apabila lift
berisiko tersandung pada saat naik menggunakan terjatuh ke bawah dapat menimbulkan keparahan
anak tangga pada alat CC. Nilai tersandung 12 dari kematian, sehingga nilai consequences 1.
likelihood 4 dan consequences 3. Nilai likelihood Operator sebelum masuk ruang operator
4, karena dalam observasi sering operator menuju CC, harus melewati tangga dan membuka limit
cabin operator tidak memakai helm keselamatan. swift. Melewati tangga dan membuka limit swift
Nilai consequences 3, karena apabila operator memiliki risiko kecelakaan tersandung dan terjepit,
tersandung tidak memakai helm keselamatan dapat penyebab kecelakaan tersandung dapat disebabkan
mengakibatkan cidera terburuk yaitu patah tangan, dari kurang waspada saat menaiki tangga. Operator
gegar otak yang memerlukan perawatan medis. harus melewati anak tangga setiap akan memasuki
Risiko kecelakaan lain ketika naik atau turun ruang operator, sehingga nilai likelihood ditentukan
tangga yaitu terpeleset, dengan nilai risiko 16. 3. Melewati anak tangga terkadang operator tidak
Kondisi tangga CC yang berada pada area terbuka menggunakan helm keselamatan, sehingga apabila
dapat kotor terkena debu dari emisi kendaraan, tersandung dan jatuh dapat menimbulkan risiko luka
maupun basah terkena air hujan. Akses tangga pada tangan maupun kepala. Nilai consequences 4
sebagai akses utama naik menuju alat CC, sehingga karena apabila luka pada tangan atau kepala dapat
nilai likelihood 4. Tingkat kepatuhan penggunaan dilakukan pertolongan pertama dengan menggunakan
APD yang kurang, dengan naik ke alat CC tidak kotak P3K yang ada di ruang operator.
menggunakan helm keselamatan sehingga nilai Memasuki ruang operator, operator harus
consequences 4. membuka limit swift yang berada sebelum pintu
Aktivitas pekerjaan yang dilakukan oleh masuk ruangan. Risiko kecelakaan terjepit dapat
operator selanjutnya naik atau turun menggunakan terjadi, disebabkan dari kurang waspada saat
akses lift. Risiko kecelakaan ada 2 yaitu terjatuh mengangkat. Operator CC yang hampir tiap hari
106 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 5, No. 2 Juli-Des 2016: 101–111
bekerja mengoperasikan alat CC, kemungkinan sekarang ditambah menjadi 10 pin pada tiap 100
terjepit sering sehingga nilai likelihood 3. Apabila meter.
terjepit memiliki keparahan hingga luka robek pada Pengendalian administrasi yaitu lisensi K3 pada
jari tangan yang harus memerlukan perawatan medis, operator CC, berupa SIO (Surat Ijin Operator) crane.
sehingga nilai consequences 3. SIO jenis pesawat angkat dengan operator kelas
Pengoperasian alat CC memiliki risiko II. Kelas operator disesuaikan dengan kapasitas
kecelakaan kepala terbentur, tertimpa, tersengat angkat dari alat angkat dan angkut yang digunakan.
listrik. Risiko kepala terbentur dapat disebabkan Kapasitas angkut pada alat CC di PT X 35 ton.
dari kejut listrik dari alat dan tidak memakai safety Pengendalian administrasi terhadap alat,
belt dalam bekerja. Pengoperasian kecelakaan dilakukan dengan pengecekan kondisi keselamatan
yang hampir setiap hari serta kepatuhan pemakaian pada alat CC oleh supervisor sebelum melakukan
safety belt yang kurang, sehingga nilai likelihood bongkar muat petikemas. Pengecekan dengan
4. Keparahan apabila mengoperasikan alat terjadi melihat akses keselamatan pada kapal. Emegency
kejut listrik dan dalam kondisi tidak memakai safety drill yang dilakukan setiap 3 bulan sekali kepada
belt keparahan terbentur dapat lecet dan akibat seluruh pekerja di dermaga, sirine yang diletakkan
membentur besi pembatas kaca, lecet pada kepala pada cabin operator yang terhubung dengan
dapat ditangani dengan kotak P3K sehingga nilai anemometer yang ada di atas alat CC dan safety
consequences 4. induction.
Risiko kecelakaan lain yaitu tertimpa. Penyebab Safety induction yang diberikan seputar
kecelakaan dapat disebabkan dari angin kencang kondisi lingkungan kerja, persyaratan yang harus
saat pengoperasian alat. Angin kencang yang dapat dipenuhi memasuki area kerja dan informasi
terjadi sewaktu- waktu saat pengoperasian alat terkait keselamatan kerja di perusahaan. Pada akhir
sehingga nilai likelihood 2. Angin kencang pada induction dilakukan evaluasi pemahaman peserta
pengoperasian alat dapat menyebabkan alat jatuh terkait materi yang diberikan, dengan memberikan
ke bawah, apabila jatuh ke bawah mengakibatkan 10 pertanyaan. Tenaga kerja dapat diperbolehkan
operator jatuh tertimpa alat CC. Apabila operator masuk apabila memenuhi standar nilai yang
jatuh tertimpa alat CC keparahan yang diderita yaitu ditetapkan perusahaan yaitu nilai 75.
kematian, sehingga nilai consequences 1. Operator maupun pekerja lain, sudah
Pelayanan bongkar muat 24 jam, memungkinkan mengetahui persyaratan dan ketentuan yang ada
bekerja dalam kondisi hujan. Memasuki alat CC pada perusahaan. Pemberian induction diberikan
yang harus menaiki lift dan tangga, dapat membuat oleh deparmenen HSSE (Health safety and security
operator basah meskipun menggunakan jas hujan. environment), Anemometer yang terpasang pada
Apabila mengoperasikan alat tanpa mengeringkan alat CC digunakan untuk deteksi angin pada
tubuh dapat berisiko tersengat listrik dari control area dermaga sebagai upaya pengendalian risiko
panel yang digunakan untuk mengoperasikan alat. kecelakaan yang disebabkan oleh angin.
Pengoperasian alat yang hampir setiap hari dan Pengendalian lain yaitu instruksi kerja
kondisi hujan bisa terjadi sehingga nilai likelihood pengoperasian alat CC dengan nomor dokumen
4. Keparahan apabila mengoperasikan control panel WI- EQ02- RV03. Namun dari instruksi kerja yang
pada alat CC dalam kondisi tangan basah yang dapat didapat diketahui revisi sudah dilakukan 5 kali dan
menimbulkan risiko tersengat listrik, keparahan terakhir direvisi tanggal 4 agustus 2014. Safety sign
terberat yang dapat dialami yaitu luka bakar dan safety alert terkait keselamatan kerja di area
sehingga perlu perawatan medis untuk memulihkan dermaga safety sign berisikan himbauan untuk selalu
kondisi operator. menggunakan APD pada tempat kerja.
Keparahan yang diderita yang harus Safety alert berupa informasi bahaya maupun
memerlukan perawatan medis untuk penyembuhan, kecelakaan yang belum lama terjadi menimpa
sehingga nilai consequences 3. pekerja, untuk diinformasikan penyebab dan cara
Hasil pengendalian yang dilakukan oleh PT kerja yang aman agar bahaya atau kecelakaan yang
X pada proses pekerjaan operator CC diketahui sama terjadi kembali. Pengendalian APD yaitu helm
paju, pin anchor yang merupakan besi penganjal keselamatan, rompi yang memiliki pendar cahaya,
roda CC serta lubang pengunci roda CC pada alat sepatu keselamatan, baju dengan pendar cahaya.
sudah dilakukan. Pin anchor yang sebelumnya Untuk pemakaian APD keseluruhan di pakai, namun
hanya terdapat 4 lubang dengan jarak 250 antar pin, untuk pemakaian tingkat kepatuhan masih kurang.
Nyco Nugroho, Penilaian Risiko Kecelakaan Kerja… 107
WI, Induction, safety sign, Helm, sepatu Tingkat pematuhan prosedur kerja
safety alert, pemberisiah oleh keselamatan dan pemakaian APD kurang.
cleaning service.
Terpeleset Teknik Administrasi APD
Tingkat pematuhan prosedur kerja
WI, Induction, safety sign, Helm, sepatu dan pemakaian APD kurang.
safety alert keselamatan
Terjatuh Teknik Administrasi APD
Perbaikan dan perawatan alat Helm, sepatu Tingkat pematuhan prosedur kerja
oleh teknisi, safety sign keselamatan dan pemakaian APD kurang.
Kepala Teknik Administrasi APD
terbentur
SIO operator, WI, Perbaikan Helm Tingkat pematuhan prosedur kerja
dan perawatan alat oleh keselamatan dan pemakaian APD kurang
teknisi, safety sign
Tertimpa Teknik Administrasi APD
Paju, penambahan SIO operator, WI, sirine pada Helm, sepatu SIO tidak selalu dibawa, sirine
pin achor tiap 100 alat, emergency drill keselamatan tidak berfungsi, emergency drill
meter tidak merata ke pekerja
Tersengat Teknik Administrasi APD
Listrik
WI, safety sign, Jas hujan, Perlu penambahan prosedur
helm dan dalam kondisi hujan
sepatu
keselamatan
Sumber: Nugroho, (2016)
operator kelas II yang dimiliki oleh seluruh operator Buku kerja sebagai buku pegangan bagi operator
CC di PT X Surabaya. yang memiliki lisensi K3 (SIO), tidak pernah
Permasalahan yang muncul di lapangan, SIO dibawa dan diimplementasikan untuk pengisian.
operator dibawa oleh pihak perusahaan sebagai Pengendalian administrasi tidak hanya pada manusia,
jaminan bagi operator agar tidak keluar tanpa tetapi juga pada alat. Pengendalian administrasi
sepengetahuan perusahaan. Hal ini, kurang sesuai terhadap alat, dilakukan dengan pengecekan kondisi
dengan tindakan pencegahan dasar pengoperasian alat oleh teknisi maintenance.
crane. Operator diwajibkan untuk selalu membawa Pengecekan oleh teknisi maintenance ada
SIO dan buku kerja sesuai dengan Peraturan Menteri pengecekan harian, bulanan dan tahunan. Pengecekan
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per.09/Men/ harian dengan mengisi dalily maintenance checklist,
VII/2010 Tentang Operator dan Petugas Pesawat pengecekan fungi CC setiap awal shift II (pukul
Angkat dan Angkut. 08.00). Pengecekan bulanan dengan melakukan
Nyco Nugroho, Penilaian Risiko Kecelakaan Kerja… 109
pengecekan oli dan pelumas pada machenary room Pengendalian lain yaitu instruksi kerja
dan engine room. Pengecekan tahunan dengan pengoperasian alat CC dengan nomor dokumen
melakukan pengecekan dan penggantian sparepart WI- EQ02- RV03. Namun dari instruksi kerja
CC yang sudah mengalami kerusakan. yang didapat diketahui revisi sudah dilakukan 5
Pengecekan juga dilakukan oleh supervisor kali dan terakhir direvisi tanggal 4 agustus 2014.
terkait kondisi kapal sebelum dilakukan aktivitas Sesuai dengan PP 50 Tahun 2012 Tentang SMK3
bongkar muat. Pengecekan sesuai prosedur kerja dalam pelaksanaan rencana K3 terkait prosedur dan
yaitu sebelum melakukan bongkar muat petikemas instruksi kerja yang berbunyi “Prosedur dan instruksi
dengan melihat akses keselamatan pada kapal. kerja harus dilaksanakan dan ditinjau ulang secara
Pengendalian administratif tidak hanya pengendalian berkala jika terjadi perubahan peralatan, proses
terhadap manusia dan alat, tetapi pengendalian atau bahan baku yang digunakan oleh personal
terhadap kondisi lingkungan kerja. dengan melibatkan para pelaksanaan yang memiliki
Pengendalian untuk mengurangi risiko kompetensi kerja dalam menggunakan prosedur”.
kecelakaan yang disebabkan dari lingkungan Peninjauan ulang prosedur kerja secara berkala,
kerja yaitu emegency drill yang dilakukan setiap sesuai dengan pelaksanaan rencana K3 pada PP 50
3 bulan sekali kepada seluruh pekerja di dermaga. Tahun 2012 belum sepenuhnya dijalankan. Prosedur
Pengendalian ini tujuannya memberikan informasi kerja pengoperasian CC belum dilakukan peninjauan
dan prosedur yang harus dilakukan apabila terjadi ulang kembali, peninjauan ulang prosedur terakhir
keadaan darurat. Observasi di lapangan diketahui kali direvisi tahun 2014. Safety sign dan safety alert
tidak semua operator pernah mengikuti simulasi, terkait keselamatan kerja di area dermaga safety sign
hal ini menunjukkan terkait peserta simulasi tidak berisikan himbauan untuk selalu menggunakan APD
mentargetkan merata pada pekerja. pada tempat kerja. Safety alert berupa informasi
Pengendalian lain yang diberikan terkait risiko bahaya maupun kecelakaan yang belum lama
kecelakaan yang disebabkan lingkungan kerja yaitu terjadi menimpa pekerja, untuk di informasikan
sirine. Sirine diletakkan pada cabin operator yang penyebab dan cara kerja yang aman agar bahaya atau
terhubung dengan anemometer yang ada di atas alat kecelakaan yang sama terjadi kembali. Pengendalian
CC. Anemometer akan mendeteksi kecepatan angin ini merupakan implementasi dari UU No. 1 Tahun
yang ada di lingkungan kerja. Apabila, angin yang 1970 Tentang Keselamatan Kerja pasal 3 ayat 1 yaitu
dideteksi mencapai 14 m/s, sirine akan berbunyi mencegah dan mengurangi kecelakaan.
sebagai tanda keadaan darurat dan pekerjaan harus Alat pelindung diri sebenarnya merupakan
segera dihentikan. Implementasi di lapangan, sirine pengendalian terakhir apabila empat pengendalian
pada alat CC kebanyakan sudah tidak berfungsi. sebelumnya masih tersisa risiko kecelakaan tinggi,
Pengendalian administrative terkait informasi namun pada implementasi di lapangan alat pelindung
dan pengetahuan K3 dengan memberikan safety diri sebagai pengendalian utama yang diberikan
induction yang diberikan oleh safety officer. Materi untuk meminimalisir risiko kecelakaan. Pengendalian
berisikan persyaratan yang harus dipenuhi memasuki dengan pemberian alat pelindung diri diatur sesuai
area kerja dan informasi terkait keselamatan kerja di UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja
perusahaan. Pada akhir safety induction dilakukan pasal 14 butir c yang menyebutkan pengurus
evaluasi pemahaman peserta terkait materi yang diwajibkan menyediakan APD secara cuma-cuma.
diberikan, dengan memberikan 10 pertanyaan. Pemberian alat pelindung diri pada operator CC di
Pekerja diijinkan memasuki area terbatas, PT X Surabaya diantaranya alat pelindung kepala,
apabila memenuhi standar nilai yang ditetapkan baju kerja dan jaket yang memiliki pendar cahaya
perusahaan yaitu nilai 75. Persyaratan berlaku bagi dan sepatu keselamatan.
operator maupun pekerja lain. Pemberian induction Baju dan jaket kerja yang memiliki pendar
yang dilakukan oleh perusahaan merupakan salah cahaya, tujuannya sebagai tanda kepada pekerja
satu kewajiban yang sudah ditetapkan pada Undang- lain keberadaan pekerja apabila terjadi penurunan
Undang Keselamatan Kerja No. 1 Tahun 1970 intensitas penglihatan di area kerja. Karena area
Pasal 9, yang mewajibkan menjelaskan bahaya, kerja di dermaga banyak menggunakan kendaraan
pengendalian dan sikap kerja yang aman di tempat bergerak, sehingga berisiko untuk terjadinya
kerja. kecelakaan tertabrak apabila terjadi penurunan
intensitas penglihatan.
110 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 5, No. 2 Juli-Des 2016: 101–111