Penerapan Metode Hiradc Sebagai Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Mesin Rewinder Septyani Prihatiningsih, Tjipto Suwandi
Penerapan Metode Hiradc Sebagai Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Mesin Rewinder Septyani Prihatiningsih, Tjipto Suwandi
Penerapan Metode Hiradc Sebagai Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Mesin Rewinder Septyani Prihatiningsih, Tjipto Suwandi
ABSTRACT
PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills 2 Karawang is one of the largest paper mills in Indonsia. In this project,
there are many types of high risk working activities, especially slliter knife in rewinder macine. The purposes of
this study is to applied Hazard Identification, Risk Assessment and Determining Controls (HIRADC) in rewinder
machine NCR Carbonless Division PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills 2 Karawang. This research was
conducted by observational with cross-sectional design. Observation was held the sources of hazards and effort
to control. Interviews were conducted to workers of rewinder machine NCR Carbonless Division PT. Pindo Deli
Pulp and Paper Mills 2 Karawang. Variabel of the research are activities in rewinder machine, hazard
identification, risk assessment, risk control effectiveness and residual risk. The result of hazard identification,
showed that there were 44 potential hazards that cause 44 risk. Risk assessment that has been done conclude
that there were 3 very high risk, 8 priority 1 risk, 26 substantial risk, and 7 priority 3 risk. Risk control
effectiveness was resulted by risk operator, equipment, and environmetof rewinder machine which ranged from
0% until 100%. Risk management assessment resulted residual risks consist of 12 substantial risk, 4 priority 3
risk and 28 acceptable risk. The suggestion can be given of this study is ISD of PT. Pindo Deli Pulp and Paper
Mills 2 should develop more regulation of working with rewinder machine and evaluate their implementation of
risk control to minimize residual risk of this activities.
ABSTRAK
PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills 2 Karawang adalah salah satu perusahaan kertas terbesar di Indonesia. Pada
proses produksi pabrik ini terdapat berbagai jenis aktivitas yang berisiko tinggi terutama pada penggunaan slitter
knife mesin rewinder. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menerapkan metode Hazard Identification, Risk
Assessment and Determining Control (HIRADC) sebagai upaya pencegahan kecelakan kerja pada pekerja Mesin
Rewinder NCR Carbonless Division PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills 2. Penelitian ini dilaksanakan secara
observasional dengan rancangan cross sectional. Observasi dilaksanakan terhadap sumber bahaya dan upaya
pengendalian. Wawancara dilakukan kepada pekerja di mesin rewinder NCR Carbonless Division PT. Pindo
Deli Pulp and Paper Mills 2. Variabel penelitian adalah pekerjaan pada mesin rewinder, hazard, identifikasi
bahaya, risk assessment, efektivitas pengendalian risiko dan residual risk. Hasil dari identifikasi bahaya yang
telah dilakukan, diketahui terdapat 44 potensi bahaya yang dapat menimbulkan 44 risiko. Risk assessment yang
dilakukan didapatkan tingkat risiko yaitu 3 risiko very high, 8 risiko priority 1, 26 risiko substantial, dan 7 risiko
priority 3. Efektivitas pengendalian risiko yang dilakukan berdasarkan hasil inspeksi baik pada operator, alat dan
lingkungan berada pada rentang 0% sampai dengan 100%. Penilaian manajemen risiko menunjukkan masih
terdapat residual risk yaitu 12 risiko substantial , 4 risiko priority 3 and 28 risiko acceptable. Saran yang dapat
diberikan dari penelitian ini adalah ISD PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills 2 perlu mengembangkan peraturan
yang lebih spesifik mengenai pekerjaan dengan mesin rewinder dan mengevaluasi upaya pengendalian risiko
yang diterapkan untuk mengurangi residual risk.
73
PENDAHULUAN sumber bahaya, analisis dan pengendalian
risiko oleh petugas yang berkompeten.
Manajemen risiko keselamatan dan Angka kecelakaan kerja di kalangan
kesehatan kerja adalah suatu upaya industri masih cukup tinggi. ILO
pengelolaan bahaya yang berpotensi (International Labour Organization)
menimbulkan risiko terhadap keselamatan membuktikan bahwa setiap hari rata-rata
dan kesehatan kerja untuk mencegah 6.000 meninggal dunia, setara dengan 1
terjadinya kecelakaan yang tidak orang setiap 15 detik atau 2,2 juta orang
diinginkan secara komperehensif, per tahun akibat sakit atau kecelakaan
terencana dan terstruktur dalam suatu yang berkaitan dengan pekerjaan mereka
kesisteman yang baik. Besarmya potensi (Suardi, 2007). Data PT. Jamsostek
ditentukan oleh kemungkinan terjadinya menunjukkan bahwa jumlah kecelakaan
suatu kecelakaan insiden dan keparahan kerja Indonesia selama periode 2012
yang diakibatkannya (Ramli, 2010). mencapai 103.000 kasus atau meningkat
OHSAS 18001 merupakan salah satu dibandingkan periode 2011 sebanyak
sistem manejemen K3 yang sudah banyak 96.400 kasus dan 2010 sebanyak
diterapkan di kalangan industri dunia. mencapai 86.693 kasus. Dari 96.400
Sesuai persyaratan OHSAS 18001 klausul kecelakaan kerja di periode 2011,
4.3.1 bahwa organisasi harus menetapkan sebanyak 2.144 tercatat meninggal dunia
prosedur dan melakukan Identifikasi dan 42 lainnya cacat. . Dengan mengambil
Bahaya (Hazards Identification), Penilaian asumsi 264 hari kerja dalam 1 tahun, maka
Risiko (Risk Assessment) dan dapat disimpulkan bahwa rata-rata pada
Pengendalian Risiko (Deterimining periode 2012 setiap hari ada 9 pekerja
Control) atau disingkat HIRADC. peserta Jamsostek yang meninggal dunia
HIRADC merupakan elemen penting akibat kecelakaan kerja, sementara total
dalam sistem manajemen keselamatan dan kecelakaan kerja pada tahun 2012
kesehatan kerja karena berkaitan langsung sebanyak 103.000 kasus (Jamsostek
dengan upaya pencegahan dan 2013)..
pengendalian bahaya yang digunakan Berdasarkan data Dinas Tenaga Kerja
untuk menentukan objektif dan rencana dan Transmigrasi (Disnakertrans) Provinsi
K3. Sistem Manajemen K3 yang Jawa Barat jumlah kasus kecelakan kerja
diterbitkan oleh pemerintahan Indonesia yang terjadi di Jawa Barat pada periode
dan wajib diterapkan oleh beberapa 2013 sebanyak 22.438 kasus, pada periode
industri adalah Sistem Manajemen K3 2012 sebanyak 22.172 dan periode 2011
berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 50 sebanyak 25.648 kasus. Sedangkan di
Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem wilayah pantura (Bekasi, Cikarang,
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Karawang dan Purwakarta) terdapat 10.109
(SMK3). Dalam peraturan tersebut pada kasus kecelakaan kerja selama 2012
lampiran II point 2.1.2 menyebutkan (Jamsostek, 2013). Data tersebut
bahwa identifikasi potensi bahaya, menunjukkan banyaknya kejadian
penilaian dan pengendalian risiko K3 kecelakaan kerja yang diakibatkan oleh
harus dipertimbangkan pada saat adanya hazard atau bahaya yang tidak
merumuskan strategi rencana K3 dikendalikan secara optimal
menyatakan perlu diadakan identifikasi
Septyani Prihatiningsih dan Tjipto Suwandi, Penerapan Metode HIRADC Sebagai… 75
PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills 2 dari 50 kasus luka ringan, 62 kasus luka
merupakan salah satu perusahaan kertas sedang, dan 4 kasus luka berat. Data
terbesar di Indonesia yang mengolah bahan sekunder perusahaan menunjukkan
baku yaitu pulp menjadi beberapa macam bahwa kecelakaan kerja yang terjadi di
jenis kertas. Produk yang di hasilkan PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills 2
meliputi kertas printing, kertas non printing Tahun 2013 paling banyak terjadi pada
baik yang dilapisi ataupun tidak dilapisi, Unit Kerja NCR atau disebut juga
carton box, tissue, dan carbonless. Carbonless Division yaitu sebanyak 24
Penghargaan yang berhasil diraih PT. Pindo kasus kecelakaan kerja.
Deli Pulp and Paper Mills 2 dalam bidang Salah satu bagian atau unit dalam
K3 adalah Sertifikasi SMK3 OHSAS NCR carbonless division adalah bagian
18001 pada tahun 2013 dan rewinder. Rewinder merupakan tahapan
Penghargaan Sertifikat dan Bendera Emas proses lanjutan setelah proses coating di
atas Penerapan SMK3 Tahun 2011 carbonless division . Kertas carbonless
berdasarkan Permenaker RI No. atau NCR hasil produksi dari unit coater
Per.05/MEN/1996 tentang Sistem berbentuk jumbo roll akan di teruskan ke
Manajemen K3. Selain itu pihak perusahaan mesin rewinder untuk di potong dan dibuat
memperoleh penghargaan Zero Accident menjadi roll yang lebih kecil atau sesuai
pada Tahun 2013 dari Kementrian Tenaga permintaan customer. Pemotongan
Kerja dan jumbol roll menjadi roll yang lebih kecil
Transmigrasi Republik Indonesia. tersebut dilakukan pada selanjutnya
Program zero accident (kecelakaan menggunakan mesin rewinder. Kecelakaan
nihil) ialah tanda penghargaan kerja yang terjadi di NCR atau Carbonless
Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang Division tersebut sebanyak 15 kasus di
diberikan pemerintah kepada manajemen unit rewinder, 3 kasus di unit coater, 3
perusahaan yang telah berhasil dalam kasus di unit finishing, 3 kasus di
melaksanakan program Keselamatan dan cuttersize, dan 1 kasus di unit colour
Kesehatan Kerja sehingga mencapai nihil kitchen,.
kecelakaan (zero accident) dan mencegah Berdasarkan observasi awal yang
terjadinya kecelakaan kerja di tempat kerja dilakukan, salah satu pekerjaan yang
tanpa menghilangkan waktu kerja. memiliki risiko tinggi kecelakaan pada unit
Perusahaan besar seperti PT. Pindo Deli NCR ini adalah pekerjaan yang
Pulp and Paper Mills 2 dapat memperoleh berhubungan dengan benda tajam seperti
penghargaan tersebut apabila tidak terjadi pengaturan slitter pada mesin rewinder.
kecelakaan kerja (insiden) yang Bahaya tersayat merupakan salah satu
menghilangkan waktu kerja berturut-turut bahaya utama yang terdapat pada kegiatan
selama 3 (tiga) tahun atau telah mencapai di unit ini. Misalnya pada kegiatan
6.000.000 (enam juta) jam kerja tanpa pengaturan slitter knife yang dilakukan
kecelakaan kerja (insiden) yang sebelum menjalankan mesin rewindder.
menghilangkan waktu kerja. Pengaturan slitter knife yang cukup tajam
Walaupun tidak terjadi kecelakaan tanpa ada pelindung, kondisi lingkungan
kerja fatal yang mengakibatkan hilangnya kerja dengan penerangan yang belum
waktu kerja sebanyak 6.000.000 jam kerja memenuhi, dan postur kerja dengan cara
selama tiga tahun berturut-turut, masih membungkuk yang menyebabkan postur
terdapat kecelakaan kerja yang terjadi di kerja tersebut tidak ergonomis merupakan
perusahaan. Berdasarkan data sekunder beberapa potensi bahaya yang dapat
Industrial Safety Department diperoleh berdampak pada keselamatan dan kesehatan
bahwa selama bulan Januari- Desember pekerja.
Tahun 2013 ada 116 kasus yang terdiri
76 The Indonesian Journal of Occupational Safety , Health and Environment, Vol. 1, No. 1 Jan-April 2014: 73-84
Tujuan dari penelitian ini adalah Data yang dikumpulkan dalam penelitian
menerapkan metode Hazard Identification, ini adalah data primer dan data sekunder.
Risk Assessment dan Determining Control Data primer didapat melalui hasil
(HIRADC) pada pekerja Mesin Rewinder wawancara dan observasi. Wawancara
NCR Carbonless Division PT. Pindo Deli dilakukan dengan pekerja mesin rewinder
Pulp and Paper Mills 2 Karawang Jawa NCR dan koordinator safety setempat .
barat. Observasi dilakukan untuk mendapat
tentang proses kerja, lingkungan kerja,
kondisi kerja, bahaya dan risiko yang ada di
METODE area kerja mesin rewinder NCR. Data
sekunder diperoleh dari data yang ada di
Berdasarkan cara pengambilan data, Industrial Safety Department (ISD). Data
maka penelitian ini bersifat observasional, hasil wawancara dan observasi disajikan
karena data diperoleh melalui pengamatan dalam bentuk narasi dan tabel. Hasil dari
dan tidak dilakukan perlakuan terhadap analisis data secara deskriptif digunakan
objek penelitian selama penelitian untuk menarik kesimpulan.
berlangsung. Berdasarkan waktu penelitian,
maka penelitian ini bersifat cross sectional,
karena pengumpulan data dilakukan
sekaligus pada saat itu juga. Jika ditinjau HASIL
berdasarkan analisis maka penelitian ini
merupakan penelitian deskriptif yaitu Aktivitas kerja yang ada pada area
menggambrakan proses tanpa melakukan mesin rewinder NCR terdiri dari sebelas
analisis hubungan variabel. aktivitas kerja baik rutin maupun nonrutin,
Populasi penelitian ini adalah seluruh aktivitas kerja tersebut meliputi memilih
pekerja (operator) dan koordinator safety roll jumbo untuk dijalankan di mesin,
yang bertanggung jawab pada Mesin memindahkan roll jumbo ke unwind
Rewinder NCR Carbonless Division PT. cameron menggunakan hoist,mengatur
Pindo Deli Pulp and Paper Mills 2 yang slitter knife sesuai ukuran dari Roll
berjumlah 10 orang. Pengambilan sampel Pesanan, memasukkan core yang telah
untuk penelitian ini dilakukan dengan dipotong sesuai roll pesanan ke dalam shaft,
menggunakan metode total sampling yaitu memindahkan shaft berisi core ke mesin
sampel yang digunakan dalam penelitian rewinder mengggunakan hoist, menjalankan
berasal dari seluruh anggota populasi. mesin rewinder, memindahkan roll jadi ke
Metode ini digunakan karena jumlah area turn table menggunakan hoist,
populasi yang sangat kecil yaitu 10 orang. mengganti pisau slitter yang telah
Lokasi penelitian di bagian rewinder Unit tumpul,membersihkan mesin dan area
NCR PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills 2 sekitar mesin dan memindahkan roll trim ke
di Karawang Jawa Barat. Lokasi ini dipilih area baller secara manual (didorong, dan
sebagai lokasi penelitian karena belum memindahkan roll Resize ke area mesin
pernah dilakukan penelitian sejenis Gawan dan Salvage menggunakan
sebelumnya. dilaksanakan bulan oktober conveyor.
2013 sampai juni 2014.Variabel yang Identifikasi bahaya dilakukan pada
digunakan dalam penelitian adalah sebelas aktivitas kerja baik rutin maupun
pekerjaan di mesin rewinder NCR, hazard, non rutin pada pada pekerjaan di mesin
identifikasi bahaya, analisis risiko, evaluasi rewinder NCR dengan menggunakan
risiko, pengendalian risiko, penilaian metode Job Safety Analysis (JSA). Berikut
pengendalian dan residual risk. identifikasi bahaya pada tiap aktivitas kerja
Septyani Prihatiningsih dan Tjipto Suwandi, Penerapan Metode HIRADC Sebagai… 77
Mengganti pisau slitter yang telah tumpul Bagian Tajam Pisau Slitter
Postur Kerja tidak ergonomis (membungkuk,
memuntir badan, ekstensi, fleksi) Landasan/lantai
berlubang
Penerangan agak remang
78 The Indonesian Journal of Occupational Safety , Health and Environment, Vol. 1, No. 1 Jan-April 2014: 73-84
perbaikan sebelum bahaya tersebut tertimpa dan terbentur roll jumbo tersebut.
menimbulkan kerugian. Teknik yang Potensi bahaya lainnya postur kerja yang
digunakan adalah Job Safety Analysis tidak ergonomis saat mengoperasikan
(JSA) yang dilakukan pada tiap aktivitas hoist yaitu leher yang menengadah saat
kerja yang ada dalam proses rewinder.. harus mengoperasikan hoist khususnya
Potensi bahaya yang terdapat pada saat roll jumbo yang akan dipindah berada
aktivitas kerja memilih roll jumbo untuk pada ketingggian >2meter berpotensi
dijalankan di mesin antara lain tumpukan menimbulkan gangguan nyeri
roll jumbo dengan berat ± 33 ton yang muskuloskeletal.
dapat mengakibatkan kecelakaan kerja Aktivitas kerja yang ketiga yaitu
(baik luka ringan memar hingga patah mengatur slitter knife sesuai ukuran dari
tulang) apabila pekerja terjepit, tertimpa Roll Pesanan. Slitter knife pada mesin
dan terbentur roll jumbo tersebut. Potensi rewinder yang digunakan untuk
bahaya yang kedua berasal dari pinggiran memotong roll jumbo menjadi roll kertas
kertas roll jumbo yang tajam dan dapat mini memiliki tingkat ketajaman yang
menyebabkan pekerja tersayat apabila tidak cukup tinggi. Bagian tajam pada slitter
hati-hati saat memilih roll jumbo. Selain knife tersebut dapat menyebabkan pekerja
itu, postur kerja yang tidak ergonomis yaitu tersayat dan mengalami luka sayat ringan
leher yang menengadah dan memuntir hingga berat saat melakukan aktivitas
badan saat memilih roll jumbo juga kerja pengaturan slitter knife. Potensi
berpotensi menimbulkan gangguan nyeri bahaya lainnya adalah landasan/lantai di
muskuloskeletal. dekat mesin rewinder yang dapat
Aktivitas kerja memindahkan roll menyebabkan pekerja terperosok ke dalam
jumbo ke unwind cameron menggunakan lubang tersebut dan mengalami luka
hoist potensi bahaya yang terdapat pada ringan hingga patah tulang. Selain itu,
aktivitas kerja ini bersumber dari hoist, roll potensi bahaya juga ditimbulkan oleh
jumbo dan perilaku pekerja. Potensi bahaya shaft dengan berat ±30 kg pada mesin
pertama adalah konsleting pada hoist saat rewinder diantara slitter knife dapat
digunakan yang dapat menimbulkan menyebabkan pekerja terbentur bahkan
kebakaran ringan hingga parah. Potensi tertimpa shaft saat mengatur slitter knife.
bahaya kedua adalah putusnya kabel hoist Postur kerja yang tidak ergonomis saat
dan dapat menyebabkan roll jumbo yang mengatur slitter knife yaitu membungkuk
ada jatuh menimpa pekerja dan material dapat menyebabkan gangguan nyeri
lainnya. Potensi bahaya ketiga yang tidak muskuloskeletal
kalah pentingnya adalah operator hoist Potensi bahaya yang terdapat pada
yang tidak memiliki SIO. Apabila hoist aktivitas kerja memasukkan core yang telah
dikendalikan oleh operator yang tidak dipotong sesuai roll pesanan ke dalam shaft
memiliki SIO dan belum pernah berasal dari shaft dengan berat ±30 kg pada
mengoperasikan hoist maka dapat mesin rewinder diantara yang digunakan
menimbulkan penyalahgunaan dan kesalah untuk cetakan atau penyusunan core untuk
saat mengendalikan dan mengoperasikan roll kertas mini dapat menyebabkan pekerja
hoist. Hal tesebut dapat menimbulkan suatu terbentur bahkan tertimpa shaft. Postur
kejadian yang tidak diinginkan dan kerja yang tidak ergonomis yaitu saat
menimbulkan kerugian. memasukkan core yang telah dipotong ke
Potensi bahaya keempat adalah dalam shaft dapat menyebabkan gangguan
tumpukan roll jumbo dengan berat ± 33 nyeri muskuloskeletal.
ton yang dapat mengakibatkan kecelakaan Potensi bahaya yang terdapat pada
kerja (baik luka ringan memar hingga aktivitas kerja memindahkan shaft berisi
patah tulang) apabila pekerja terjepit, core ke mesin rewinder mengggunakan
80 The Indonesian Journal of Occupational Safety , Health and Environment, Vol. 1, No. 1 Jan-April 2014: 73-84
hoist bersumber dari hoist, roll jumbo dan turn table berpotensi menimbulkan
perilaku pekerja. Potensi bahaya pertama gangguan nyeri muskuloskeletal. Potensi
adalah konsleting pada hoist saat digunakan bahaya lainnya adalah shaft dengan berat ±
yang dapat menimbulkan kebakaran ringan 30 kg yang dapat mengakibatkan
hingga parah. Potensi bahaya kedua adalah kecelakaan kerja (baik luka ringan memar
putusnya kabel hoist dan dapat hingga patah tulang) apabila pekerja
menyebabkan shaft dengan berat ±30 kg terjepit, tertimpa dan terbentur shaft
yang ada jatuh menimpa pekerja dan tersebut saat dipindahkan menggunakan
material lainnya. hoist.
Pada aktivitas kerja selanjutnya yaitu, Aktivitas kerja mengganti pisau slitter
menjalankan mesin rewinder potensi yang telah tumpul merupakan aktivitas non
bahaya yang ada adalah konsleting pada rutin yang hanya dilakukan saat pisau
mesin rewinder yang dapat menimbulkan slitter tumpul (biasanya dua kali dalam satu
kebakaran dan kerusakan material dan bulan). Potensi bahaya pada aktivitas kerja
peralatan yang ada serta kecelakaan kerja ini bersumber slitter knife pada mesin
pada pekerja di area tersebut. Selain itu rewinder yang digunakan untuk memotong
bising yang timbul dari mesin rewinder roll jumbo menjadi roll kertas mini
yang beroperasi dapat mengganggu memiliki tingkat ketajaman yang cukup
pendengaran pekerja. Potensi bahaya yang tinggi. Bagian tajam pada slitter knife
ketiga berasal dari pinggiran kertas roll tersebut dapat menyebabkan pekerja
jumbo tajam terbentang saat roll jumbo tersayat dan mengalami luka sayat ringan
diproses menjadi roll kertas mini. Hal hingga berat saat melakukan aktivitas kerja
tersebut dapat menyebabkan pekerja penggantian slitter knife yang tumpul.
tersayat apabila tidak hati-hati. Potensi bahaya kedua adalah
Postur kerja yang tidak ergonomis landasan/lantai di dekat mesin rewinder
saat mengoperasikan mesin rewinder yaitu yang dapat menyebabkan pekerja
leher yang menengadah saat harus terperosok ke dalam lubang tersebut dan
melakukan pengecekan roll jumbo yang mengalami luka ringan hingga patah
dioperasikan pada mesin dan membungkuk tulang. Postur kerja yang tidak ergonomis
saat mengoperasikan mesin rewinder saat mengatur slitter knife yaitu
berpotensi menimbulkan gangguan nyeri membungkuk dapat menyebabkan
muskuloskeletal. Potensi bahaya lainnya gangguan nyeri muskuloskeletal. Potensi
dari lingkungan kerja adalah penerangan di bahaya lainnya dari lingkungan kerja
area rewinder yang agak remang sehingga adalah penerangan di area rewinder yang
berpotensi menyebabkan pekerja terjepit agak remang sehingga berpotensi
dan terbentuk mesin serta peralatan di area menyebabkan pekerja terjepit dan terbentuk
tersebut saat mengoperasikan mesin mesin serta peralatan di area tersebut saat
rewinder. mengoperasikan mesin rewinder.
Potensi bahaya yang terdapat pada Aktivitas kerja membersihkan mesin
aktivitas kerja memindahkan roll jadi ke dan area sekitar mesin merupakan aktivitas
area turn table menggunakan adalah Turn non rutin yang hanya dilakukan saat satu
table yang beroperasi. Turn table yang kali dalam satu bulan. Potensi bahaya yang
beroperasi dapat menyebabkan anggota terdapat pada aktivitas kerja ini adalah
badan pekerja seperti tangan terjepit turn Bagian tajam pada slitter knife tersebut
table dan mengalami luka ringan hingga dapat menyebabkan pekerja tersayat dan
berat. Postur kerja yang tidak ergonomis mengalami luka sayat ringan hingga berat
saat mengoperasikan mesin rewinder yaitu saat membersihkan mesin. Paparan debu
leher yang membungkuk saat harus. yang dapat menyebabkan gangguan saluran
Selanjutnya memindahkan roll jadi ke area pernapasan pada pekerja. Selain itu, postur
Septyani Prihatiningsih dan Tjipto Suwandi, Penerapan Metode HIRADC Sebagai… 81
hoist sebagai akibat dari bahaya operator besar dan menimbulkan kerugian yang
hoist yang tidak memiliki SIO dan risiko lebih besar bagi perusahaan.
luka sayat akibat tersayat atau teriris bagian Hasil risk assessment dengan
tajam slitter knife pada mesin rewinder. peringkat risiko paling rendah yaitu
Menurut Cross dalam Pratama (2012), priority 3 (nilai hasil perkalian 20-70)
aktivitas kerja dengan peringkat risiko vey meliputi risiko pada aktivitas kerja non
high tidak boleh dilanjutkan kembali dan rutin yang memiliki nilai kategori tingkat
dihentikan sementara. Namun aktivitas pajanan atau exposure yang jauh lebih kecil
kerja tersebut bisa dilanjutkan kembali dibandingkan aktivitas lainnya. Aktivitas
setelah dilakukan pengendalian hingga kerja non rutin yang dimaksud adalah
mencapai tingkat risiko minimal yang dapat mengganti pisau slitter yang telah tumpul
diterima oleh pekerja. dan membersihkan area di sekitar mesin
Risiko dengan peringkat priority 1 rewinder. Risiko yang termasuk dalam
(nilai hasil perkalian 180-350) meliputi peringkat risiko priority 3 meliputi
risiko kebakaran pada hoist akibat gangguan otot (nyeri otot, keseleo dll)
konsleting, tertimpa roll jumbo dan hoist akibat postur kerja yang tidak ergonomis
akibat putusnya kabel hoist, luka memar seperti membungkuk, memuntir badan,
hingga patah tulang akibat terbentur atau ekstensi dll, gangguan saluran pernapasan
tertimpa shaft yang mempunyai berat ±30 akibat paparan debu disekitar area mesin
kg dan ketulian akibat bising yang berasal yang belum dibersihkan dan bahan kimia
dari mesin rewinder. Menurut Cross dalam pada kertas NCR
Pratama (2012), aktivitas kerja dengan
peringkat risiko priority 1 membutuhkan Pengendalian Risiko (Determining
penanganan dari pihak manajemen atau Control)
perusahaan secepatnya agar tidak Upaya pengendalian risiko
menimbulkan risiko dan kecelakaan yang (Determining Control) yang sudah
lebih fatal. dilakukan oleh pihak Industrial Safety
Sedangkan untuk risiko dengan Department (ISD) PT. Pindo Deli Pulp and
peringkat substansial (nilai hasil perkalian Paper Mills 2 sudah dilakukan berdasarkan
70-180) meliputi risiko terbentur atau hierarki pengendalian bahaya yang ada
tertimpa roll akibat tumpukan roll jumbo, pada klausul 4.3.3 OHSAS 18001:2007
gangguan otot (nyeri otot, keseleo, dan yaitu eliminasi, substitusi, pengendalian
lain-lain) akibat postur kerja yang tidak enginering, administratif dan Alat
ergonomis seperti membungkuk, memuntir Pelindung Diri (APD). Untuk pengendalian
badan, ekstensi dll, risiko luka sayat ringan bahaya secara eliminasi, substitusi dan
hingga berat akibat tersayat pinggiran pengendalian enginering tidak dilakukan
kertas pada roll jumbo, terperosok atau oleh perusahaan karena hal tersebut tidak
jatuh akibat landasan/lantai berlubang di memungkinkan. Hal tersebut disebabkan
area mesin rewinder dan berjalan diatas potensi bahaya yang ada bersumber dari
turn table yang sedang beroperasi, luka bahan, alat, mesin dan peralatan yang ada
memar ringan hingga berat akibat tertimpa di area kerja mesin rewinder. Selain itu,
dan terbentur shaft dengan berat lebih dari pengendalian dengan menggunakan tiga
25 kg, dan terpeleset bahkan terjepit hierarki pengendalian tersebut
conveyor. Menurut Cross dalam Pratama membutuhkan dana yang tidak sedikit.
(2012), aktivitas kerja dengan peringkat Perusahaan menerapkan hierarki
risiko substansial mengharuskan adanya pengendalian bahaya secara administratif
perbaikan secara teknis untuk mencegah dan penggunaan Alat Pelindung Diri
terjadinya risiko dengan nilai yang lebih (APD).
Septyani Prihatiningsih dan Tjipto Suwandi, Penerapan Metode HIRADC Sebagai… 83