3069 5890 1 SM PDF
3069 5890 1 SM PDF
3069 5890 1 SM PDF
ABSTRACT
The problems faced in dairy cows, among others, is the temperature adaptability in a tropical
climate. Low thermal resistance will affect their productivity. This study was conducted to investigate
the effect of ration energy on thermoregulatory responses in dairy cows. This research was carried
out according to the Latin square design 4 x 4, with 4 treatments ration composition. The variables
observed were thermoregulatory responses (body temperature, heart rate, respiration rate), total
digestible nutrient (TDN) and body weight gain of dairy cows. The data were statistically analyzed
to obtain the mean, standard deviation, variance, descriptions and simple regression analysis. There
was a real effect due to treatment ratio energy to body temperature, heart rate, and respiration rate.
Ration energy consumption in this study led to the increase of thermoregulatory response from low to
high TDN. Therewas a linear relationship between body temperature and TDN intake. Based on the
regression analysis, TDN intake significantly affected (P<0.01) body temperature with a coefficient of
determination (R2 ) of 0.966. It means that 96.6 percent of the variability in body temperature of dairy
cows and can be explained by the independent variables being used in the regression model
Key words : energy diet, thermoregulatory, environment, dairy cattle.
ABSTRAK
Permasalahan yang dihadapi pada sapi perah antara lain adalah kemampuan adaptasi pada
iklim tropis. Daya tahan yang rendah akan berpengaruh pada produktivitas ternak. Penelitian ini
dilakukan untuk mempelajari respon termoregulasi pada sapi perah akibat produksi panas yang
dihasilkan oleh ransum. Desain peneltian ini menggunakan rancangan bujur sangkar latin 4 x 4
dengan 4 perlakuan komposisi ransum. Variabel penelitian yang diamati adalah respon termoregulasi
(suhu tubuh, denyut jantung, frekuensi respirasi), konsumsi nutrisi pakan tercerna (TDN) dan
pertambahan bobot badan (PBB) sapi perah. Data dianalisis secara statistik untuk mendapatkan
rataan, standar deviasi, analisis sidik ragam, dan analisis regresi sederhana.Terdapat pengaruh yang
nyata akibat perlakuan energi ransum terhadap suhu tubuh, denyut jantung dan frequensi respirasi.
Konsumsi energi ransum menyebabkan peningkatan respon termoregulasi.Ada hubungan positif
antara konsumsi TDN pakan dengan suhu tubuh sapi perah. Berdasarkan Analisis regresi, konsumsi
TDN pakan berpengaruh nyata terhadap suhu tubuh (P<0.01) dengan koefisien determinasi (R2) =
0.966. Angka ini berarti bahwa 96.6 persen keragaman dari suhu tubuh sapi perah dapat dijelaskan
oleh variasi peubah bebas yang digunakan dalam model regresi sederhana dalam penelitian ini.
Kata kunci : Energi ransum, Termoregulasi, Lingkungan, Sapi perah.
72
JITP Vol. 5 No. 2, Januari 2017
Sedangkan ternak yang tahan terhadap panas merupakan kontributor terbesar biaya produksi
dapat mempertahankan suhu tubuhnya tanpa dalam industri peternakan yaitu sekitar 45-55%.
mengalami perubahan status fisiologis dan Menurut Sudono, dkk. (2003) bahwa biaya yang
produktivitas (Tyler and Enseminger, 2006). dikeluarkan untuk pakan di Indonesia mencapai
Proses mempertahankan suhu tubuh 60-70% dari total biaya produksi. Pakan sapi
tersebut dikenal dengan termoregulasi atau perah yang ideal ditinjau dari segi biologis
pengaturan panas. Proses ini terjadi bila dan ekonomis, terdiri dari sejumlah hijauan
sapi mulai merasa tidak nyaman. Panas yang dan konsentrat sebagai tambahan. Hal yang
diproduksi bergantung pada aktivitas ternak, perlu diperhatikan dalam pemberian pakan
kodisi lingkungan dan intake pakan dinyatakan adalah kecukupan bahan kering (BK), protein
dalam Total Digestible Nutrient (TDN) pakan kasar (PK), dan energi (TDN). Pengamatan
yang menunjukkan total bahan pakan yang yang dilakukan terhadap pemberian pakan di
dapat dicerna oleh ternak (Isnaeni, 2001). sejumlah peternakan sapi perah adalah TDN
Penelitian mengenai sifat daya tahan ternak konsentrat berkisar 50-70% dengan PK 12-15%.
terhadap panas telah banyak dilakukan lihat
misalnya Brown-Brandt, et al.(2006) dan Bond METODE PENEITIAN
dan McDowel (2008) berdasarkan kemampuan
genetis, De Rensis dan Scaramuzi (2003) tentang Penelitian ini dilaksanakan di Laborato-
lingkungan mikro, Lee dan Keala (2005) tentang rium Lapang, kandang blok B sapi perah bagian
pengaruh terhadap reproduksi dan produksi, IPT Perah Departemen IPTP, Fakultas Peterna-
serta Kendal, et al. (2006) tentang sarana dan kan IPB. Analisis proksimat rumput gajah dan
prasarana kandang. konsentrat dilakukan di Laboratorium Analisa
Namun demikian, penelitian tentang Bahan Makanan Ternak, Departemen INTP,
sumber panas dari dalam tubuh misalnya pakan Fakultas PeternakanIPB.
ternak belum banyak dilakukan. Peternakan Penelitian ini menggunakan 4 (empat) ekor
sapi perah yang tersebar di daerah Bogor, sapi perah FH dengan karakteristik umur ternak
memberikan pakan dalam kadar TDN Intake berkisar 25-31 bulan dengan bobot badan253-
dan protein kasar yang berbeda. Semakin tinggi 297 kg. Ransum terdiri atas rumput gajah
kualitas pakan diikuti pula dengan penambahan (Pennisetum purpureum) dan beberapa bahan
biaya yang dikeluarkan. Disisi lain, perolehan pakan untuk formulasi konsentrat. Kandungan
panas dari energi pakan akan menambah protein kasar konsentrat adalah sebesar 12%-
beban panas bagi ternak sehingga berdampak 15%, dan bahan kering sebesar 86%. Pemberian
pada produktivitasnya. Pertanyaannya ialah ransum sebanyak ± 3% dari bobot hidup dan
bahwa: (1) bagaimana pengaruh energi pakan penghitungan kebutuhan gizi pakan mengacu
yang berbeda terhadap produksi panas yang pada petunjuk Nutrient Requirements of Dairy
dihasilkan sapi perah?, (2) Bagaimana hubungan Cattle (2001).
kondisi fisiologis dengan konsumsi energi pakan Terdapat satu faktor dalam percobaan
sapi perah? ini yaitu perlakuan energi ransum,
Secara khusus, penelitian ini bertujuan denganmenggunakan Rancangan Bujur Sangkar
untuk mengetahui komposisi pakan yang Latin 4 X 4. Pola pengacakan perlakuan dapat
tepat untuk dapat diberikan pada ternak sapi dilihat pada Tabel 1. Perlakuan yang diujikan
perah di iklim tropis. Berdasar uraian di atas, yaitu :
perlu dilakukan penelitian mengenai daya A (Hijauan + konsentrat TDN 55%)
tahan ternak terhadap cekaman panas akibat B (Hijauan + konsentrat TDN 60%)
perlakuan energi ransum. Gambaran awal dari C (Hijauan + konsentrat TDN 65%)
penelitian ini adalah ada pengaruh perlakuan D (Hijauan + konsentrat TDN 70%)
energi pakan terhadap respon termoregulasi dan
terdapat hubungan positif diantara keduanya. Sapi dipelihara pada tiap-tiap periode
Pada gilirannya, diharapkan hasil penelitian ini perlakuan selama 21 hari, masa adaptasi dua
diperoleh informasi metode pemberian pakan pekan (14 hari) dengan setiap hari pengamatan
yang baik untuk daya tahan sapi perah terhadap yang dilanjutkan untuk pengumpulan data 7
cekaman panas. hari terakhir. Respons termoregulasi ternak sapi
Pakan merupakan salah satu faktor yang perah yang diukur adalah suhu rektal (Tr), suhu
dapat menentukan produktivitas dan profit. permukaan kulit (Ts), suhu, menghitung suhu
Menurut Tyler and Enseminger (2006), pakan tubuh (Tb), frekuensi pernafasan (Rr), denyut
73
Ashar Amir, dkk
Tabel 1. Skema perlakuan penelitian dan 7.4 kg. Rataan tingkat konsumsi BK, PK dan
TDN ransum serta pola perubahan PBB sapi
Kode ternak sapi perah disajikan pada Tabel 2.
Periode Tidak terdapat perbedaan yang nyata
SP1 SP2 SP3 SP4
antara perlakuan ransum terhadap konsumsi
I C D A B BK, TDN dan PK. Rataan konsumsi tersebut
II D C B A masih sesuai dengan batasan NRC untuk sapi
III B A D C perah dara. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara
IV A B C D perlakuan terhadap PBB (P<0.05). Rataan
PBB yang diperoleh akibat perlakuan D (TDN
jantung (Hr). Pencatatan Tr, Ts, Tb, Rr dan Hr 70%) sebesar 0.55 kg. Nilai tersebut lebih kecil
setiap hari pada pukul 10.00, 12.00 dan 14.00 dibanding rataan PBB dari perlakuan B (TDN
WIB. Konsumsi pakan diukur setiap hari pada 60%). Hal ini berarti bahwa kualitas pakan
pukul 06.30 WIB. Pertambahan bobot badan perlakuan B memberikan PBB yang optimal di
(PBB) diukur setiap periode. lingkungan tropis. Kondisi tersebut disebabkan
Data respons termoregulasi dianalisis tingkat konsumsi BK yang rendah dibanding
menggunakan sidik ragam (Anova). Perbedaan dengan perlakuan lainnya.
nilai rata-rata pada peubah yang diukur dari Energi ransum yang tinggi menjadi
setiap perlakuan pakan diketahui melalui uji tambahan panas selain suhu lingkungan
Beda Nyata Terkecil. Untuk melihat hubungan sehingga ternak mengurangi konsumsi pakan.
antara respon termoregulasi dengan konsumsi Sebagai tambahan, konsumsi energi yang
pakan menggunakan analisis regresi sederhana tinggi, tubuh bekerja ekstra dalam fungsi
termoregulasi. Hal ini meyebabkan penurunan
HASIL DAN PEMBAHASAN energi yang tercerna serta pelepasan panas
dengan menurunkan laju metabolisme energi
Pengaruh perlakuan terhadap konsumsi TDN melalui peningkatan defekasi dan urinasi.
dan PBB National Research Council telah menentukan
kebutuhan nutrisi sapi perah untuk program
Konsumsi BK pakan sapi-sapi percobaan pertumbuhan sapi dara dan efek selanjutnya
berkisar antara 7.0-7.4 kg. Besarnya konsumsi mengenai kebutuhan nutrisi sapi laktasi. Ada
tersebut masih sesuai dengan anjuran NRC beberapa laporan mengenai studi keperluan
(2001) bahwa sapi perah FH dengan bobot protein untuk sapi dara, yang menghubungkan
badan antara 250 kg dan 300 kg dengan PBB untuk pertumbuhan, pengganti induk, dan ke-
0.6 kg per hari dibutuhkan BK berkisar 4.9 kg langsungan produksi susu. Laporan tersebut
Tabel 2. Rataan konsumsi BK, TDN, PK ransum dan analisis ragam PBB sapi
perah dara selama perlakuan
Perlakuan
Peubah
A B C D
Bahan kering (kg)
- Hijauan 4.2±1.17 4.0±0.98 4.3±0.16 4.1±0.57
- Konsentrat 3.2±1.17 3.3±0.98 3.0±0.84 2.9±0.96
TDN (kg)
- Hijauan 2.4±0.49 2.3±0.43 2.5±0.05 2.3±0.23
- Konsentrat 1.8±0.64 1.9±0.58 1,9±0.55 2.0±0.68
Protein Kasar (kg)
- Hijauan 0.33±0.06 0.34±0.08 0.36±0.01 0.34±0.03
- Konsentrat 0.37±0.08 0.37±0.09 0.40±0.10 0.39±0.01
PBB (kg) 0.63±0.08 ab
0.68±0.05 b
0.65±0.06
ab
0.55±0.08a
ab
Superskrip berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata antar perlakuan
(P<0.05)
74
JITP Vol. 5 No. 2, Januari 2017
bertujuan memperkirakan prediksi yang akurat 2006). Rataan suhu tubuh ternak sapi selama
tentang kebutuhan zat makanan sapi dara. perlakuan energi ransum berkisar antara 38.3oC
Kebutuhan energi dan protein sampai 39.06 oC disajikan pada Tabel 3.
untuk pertumbuhan yang diestimasi dari Perlakuan C dan perlakuan D memberikan
kandungan energi dan protein bahan pakan pengaruh yang signifikan terhadap suhu
selama pertumbuhan. Jumlah energi yang tubuh, suhu rektal maupun suhu kulit. Kedua
dibutuhkanuntuk pertumbuhan dihitung dari perlakuan ini memberikan makna besar karena
deposit net energy. Pemakaian energi dapat memiliki energi TDN ransum yang tinggi.
dinyatakan dengan bermacam cara antara lain; Hal ini menunjukkan bahwa pada kondisi
DE (Digestible Energy), ME (Metabolizable Energy), lingkungan yang panas, jumlah konsumsi
NE (Netto Energy) dan TDN (Total Digestible energi ransum ikut menambah beban panas
Nutrient). tubuh. Suhu tubuh pada kebanyakan hewan
dipengaruhi oleh suhu lingkungannya. Dilain
Pengaruh perlakuan terhadap suhu tubuh hal, burung dan mamalia dapat mengatur suhu
tubuh mereka tetap konstan meskipun suhu
Suhu tubuh ternak merupakan perwujudan
lingkungan eksternalnya berubah-ubah.
dari suhu organ-organ di dalam tubuh serta
Menurut Tyler and Ensiminger (2006)
organ-organ diluar tubuh. Suhu di dalam
bahwa ternak mengalami pertukaran panas
tubuh diwakili oleh suhu rektal ternak dan suhu
dengan lingkungan sekitarnya, atau dapat
di luar tubuh diwakili oleh suhu permukaan
dikatakan berinteraksi panas. Interaksi tersebut
kulit ternak. Suhu rektal mempunyai pengaruh
dapat menguntungkan ataupun merugikan.
sebesar 86% terhadap suhu tubuh, sedangkan
Interaksi panas tersebut ternyata dimanfaatkan
suhu kulit pengaruhnya sebesar 14%.
oleh ternak sebagai cara untuk mengatur suhu
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
tubuh mereka, yaitu untuk meningkatkan
rataan nilai kisaran tersebut masih tergolong
dan menurunkan pelepasan panas dari
normal 38.3-38.6oC pada suhu lingkungan yang
tubuh, atau sebaliknya, untuk memperoleh
nyaman. Pengecualian suhu tubuh 39.06 oC
panas. Pertukaran panas antara ternak dan
mengindikasikan ternak mengalami cekaman
lingkungannya dapat terjadi melalui empat
panas. Nilai tersebut diperoleh pada waktu
cara, yaitu konduksi, konveksi, radiasi, dan
pengamatan pukul 12.00 WIB dengan perlakuan
evaporasi.
D energi TDN tinggi 70%.
Pola perubahan suhu tubuh sapi-sapi
Pengaruh perlakuan terhadap denyut jantung
selama perlakuan sesuai dengan pola perubahan
suhu rektal. Besarnya cekaman panas yang Rataan denyut jantung (Hr) sapi-sapi
dicerminkan oleh nilai suhu tubuh sebagian percobaan berkisar antara 61.9-74.2 kali/
besar dipengaruhi oleh besarnya nilai suhu menit. Nilai rataan ini hampir sama dengan
rektal dan sebagian lagi sisanya oleh suhukulit. hasil penelitian Yani dan Purwanto (2006) yang
Namun demikian, kulit berperan penting dalam memperoleh rataan denyut jantung antara 52-76
menerima rangsangan panas atau rangsangan kali/menit dan hasil penelitian Seath dan Miller
dingin untuk dihantarkan ke susunan syaraf (2008) yang mendapatkan nilai rata-rata 80.6±3
pusat dan diteruskan ke hipotalamus bagian pre kali per menit pada kisaran suhu lingkungan
optic. Rangsangan suhu tersebut diteruskan ke 31oC.
pusat pengatur panas yang juga di hipotalamus Terdapat perbedaan yang sangat nyata
untuk melakukan usaha-usaha penurunan (P<0.01) antar perlakuan setiap waktu
produksi atau pengeluaran panas (Isnaeni, pengamatan. Ada kecendrungan sapi perah
Perlakuan
Waktu pengamatan
A B C D
Pukul 10.00 38.3±0.16 a
38.4±0.15 a
38.7±0.18b
38.8±0.17c
Pukul 12.00 38.6±0.09a 38.6±0.15a 38.8±0.18b 39.06±0.09c
Pukul 14.00 38.5±0.17a 38.5±0.11a 38.7±0.15b 38.9±0.09c
Rataan 38.5±0.12 38.5±0.10 38.7±0.09 38.9±0.12
abc
Superskrip berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata antar perlakuan (P<0.05)
75
Ashar Amir, dkk
yang memperoleh perlakuan energi ransum systole dan relaksasi : diastole). Nodus sinotrialus
yang tinggi, menunjukkan Hr yang tinggi. Hal menghasilkan antara 60 hingga 72 impuls seperti
ini berhubungan dengan aktivitas metabolisme ini setiap menit ketika jantung sedang santai.
sapi. Semakin tinggi aktivitas metabolisme Melalui otak, jantung dipengaruhi oleh sistem
pakan, maka frekuensi denyut jantung semakin syaraf simpatetik dan parasimpatetik yang
cepat. diatur oleh hipotalamus. Hipotalamus memiliki
Sapi yang memperoleh produksi panas set-point yang kinerjanya mirip thermostat. Jika
yang tinggi mengakibatkan aktivitas pada suhu tubuh melebihi suhu set-point, maka sinyal
proses metabolisme yang cepat daripada sapi saraf menginisiasi mekanisme pendinginan.
yang memperoleh produksi panas yang lebih Begitu pula sebaliknya, jika suhu tubuh lebih
rendah. Menurut Isnaeni (2006) bahwa produksi rendah dari suhu set-point, maka sinyal syaraf
panas yang tinggi cenderung meningkatkan Hr menginisiasi mekanisme penyimpanan panas.
yang merupakan mekanisme untuk menjaga
tekanan darah stabil akibat dilatasi pembuluh Pengaruh perlakuan terhadap frekuensi
darah. Disamping itu juga ikut membantu respirasi
penyebaran dan perpindahan panas dari dalam
Tabel 5 menunjukkan rataan frekuensi
tubuh ke permukaan tubuh. Keadaan ini tentu
respirasi (Rr) sapi-sapi percobaan berkisar antara
saja membantu proses pelepasan panas baik
54.8-66.5 kali per menit, dengan nilai terendah
sensible maupun evaporasi.
diperoleh pada waktu pengamatan pukul 10.00
Pengukuran siang hari menunjukkan
dan nilai tertinggi diperoleh pada pengamatan
semua perlakuan mengalami peningkatan
pukul 12.00 (siang) WIB. Rataan Rr ini masih
denyut jantung, karena siang hari organ
tergolong kisaran normal sapi perah sesuai hasil
pembuluh darah yaitu pembuluh kapiler
penelitian McNeilly (2001) yaitu 27-56 kali per
mengalami perluasan kapasitas pembuluh
menit dengan suhu lingkungan 2oC dan 26.7oC.
darah (vasodilatasi) dan terjadi penyesuaian
Hal ini juga didukung penelitian Yani dan
laju darah. Vasodilatasi ini memberikan sinyal
Purwanto (2006) menyatakan respon respirasi
kepada hipotalamus untuk memerintahkan
akibat pengaruh radiasi matahari Bogor dengan
jantung memompa darah ke seluruh tubuh
sapi berada di naungan mencapai Rr 68 kali per
lebih banyak. Peningkatan aktivitas memompa
menit.
darah inilah yang disebut dengan peningkatan
Data menunjukkan perbedaan yang nyata
denyut jantung.
antar perlakuan dalam pengaruhnya terhadap
Pengaruh perlakuan energi ransum serta
frekuensi respirasi (P<0.01). Waktu pengamatan
kombinasinya pada suhu lingkungan terhadap
pada pukul 12.00 WIB, menunjukkan frekuensi
denyut jantung sapi perah dapat dilihat pada
respirasi yang tinggi dimana ternak berada pada
Tabel 4.
suhu lingkungan yang panas pada siang hari,
Menurut Isnaeni (2006) bahwa aktivitas
serta lebih signifikan bila memperoleh giliran
denyut jantung memiliki hubungan yang erat
perlakuan energi ransum yang tinggi. Kondisi
dengan laju respirasi. Hal ini berkaitan dengan
suhu lingkungan yang tinggi dan adanya radiasi
fungsi jantung dan darah. Jantung berperan
matahari menyebabkan aktivitas termoregulasi
untuk memompakan darah ke seluruh tubuh.
meningkat. Hal ini berarti proses pengeluaran
Darah berperan sebagai media transportasi
panas secara sensible tidak mencukupi untuk
O2 dan CO2 serta panas tubuh. Aktivitas kerja
mengeluarkan beban panas, sehingga proses
jantung dikendalikan secara alami oleh pengatur
pengeluaran panas evaporasi menjadi aktif
irama yang disebut nodus sinotrialis (kontraksi :
Perlakuan
Waktu pengamatan
A B C D
Pukul 10.00 61.9±6.40a
64.4±3.17 a
68.5±4.37 b
71.0±4.47b
Pukul 12.00 64.3±2.04a 66.5±3.49a 72.6±5.04b 74.2±5.76b
Pukul 14.00 62.3±2.02a 64.5±4.62a 69.6±3.66b 70.9±5.97b
Rataan 62.8±1.28 65.1±1.16 70.2±2.10 72.3±1.66
abc
Superskrip berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata antar perlakuan (P<0.05)
76
JITP Vol. 5 No. 2, Januari 2017
Perlakuan
Waktu pengamatan
A B C D
Pukul 10.00 54.8±2.16a 56.3±2.34a 62.4±3.12b 64.1±2.20b
Pukul 12.00 57.5±1.82a 59.0±2.45b 65.1±2.40c 66.5±2.45c
Pukul 14.00 55.6±2.31a 56.9±0.73a 62.9±2.76b 63.8±2.43b
Rataan 55.9±1.34 57.4±1.41 63.5±1.43 64.8±1.48
abc
Superskrip berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata antar perlakuan (P<0.05)
yaitu meningkatnya laju pernafasan. ada kontinuitas aliran panas pada perbedaan
Hasil akhir dari aktivitas biologi organisme suhu antara suhu tubuh dan lingkungannya.
tingkat tinggi adalah CO2, energi (ATP) dan Alat pengatur keseimbangan tersebut
panas. Semakin besar oksidasi biologi yang menyebabkan panas dari dalam tubuh untuk
berlangsung dalam tubuh ternak, maka dibuang keluar atau sebaliknya membawa
semakin banyak CO2, energi dan panas yang panas dari kulit untuk didistribusikan ke
dihasilkan tubuh. Peningkatan ini berimplikasi semua organ akhirnya mendorong organ
pada peningkatan laju respirasi. McNeilly pengatur keseimbangan untuk melakukan
(2001), menerangkan peningkatan laju respirasi reaksi. Peningkatan denyut jantung akan
merupakan salah satu aktivitas yang dapat membantu pengangkutan oksigen dan sekaligus
dilakukan ternak agar suhu tubuhnya tidak memindahkan panas metabolik ke permukaan
terus menerus naik. Peningkatan panas dapat tubuh, sehingga proses pelepasan panas dapat
mengakibatkan peningkatan respirasi, karena terjadi melalui jalur sensible dan evaporasi. Hal
saat ternak meningkatkan laju respirasi, jumlah ini berkaitan dengan usaha ternak melakukan
panas yang dikeluarkan mencapai 30% dari total pertukaran udara yang lebih dingin di luar
panas yang dikeluarkan dari dalam tubuh. tubuh dengan udara di dalam tubuh.
Energi dibutuhkan untuk mendukung
fungsi normal tubuh ternak seperti respirasi, Hubungan antara konsumsi energi dengan
pencernaan, dan metabolisme untuk respons termoregulasi
pertumbuhan dan produksi susu sapi perah.
Stres panas yang secara tiba-tiba dapat segera Tingkat kandungan energi pakan yang
mempengaruhi proses fisiologis pada sapi. dikonsumsi ternak merupakan manifestasi
Terdapatnya kontinuitas produksi panas oleh produktivitas yang akan ditampilkan. Namun
tubuh, maka keseimbangan hanya mungkin jika pada suhu lingkungan yang panas, tingginya
Gambar 1 Persamaan regresi antara konsumsi TDN dengan suhu tubuh (Tb) ternak sapi
dari perlakuan energi ransum. ransum A, ransum B, ransum C dan
ransum D.
77
Ashar Amir, dkk
78
JITP Vol. 5 No. 2, Januari 2017
Tyler, H.D., and M.E. Enseminger., 2006. Dairy Yani, A., dan B.P. Purwanto, 2006. Pengaruh iklim
Cattle Science. 4thedition. Pearson Education, mikro terhadap respons fisiologis sapi per-
Inc., Upper Saddle River, New Jersey. anakan Fries Holland dan modifikasi ling-
kungan untuk meningkatkan produktivitas-
West, J.W. 2003. Effects of heat-stress on production nya (ulasan). Media Peternakan. 1:35-46.
in dairy cattle. Journal Dairy Science. 86 :2131-
2141.
79