Flavor Cokelat
Flavor Cokelat
Flavor Cokelat
Yuli Witono1)*, Wiwik Siti Windrati1), Iwan Taruna2), Ardiyan Dwi Masahid1),
Alfindya Balgies Dardiri1)
1)
Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Jember
2)
Jurusan Teknik Pertanian, Universitas Jember
Jalan Kalimantan 37 Kampus Bumi Tegal Boto, Jember 68121
*E-mail: [email protected]
ABSTRACT
A natural flavor enhancer based on local source potential is indispensable. While the
potential of inferior fishes of low economic value especially in the Madura archipelago,
Indonesia such as tongue (‘lidah’), wedge (‘baji-baji’) and biblical (‘bibisan’) fish is very
high and has not been utilized optimally. Fish raw materials can be developed as a
hydrolyzate and derivatives thereof. In this case, the study aimed to find out the enzymatic
hydrolysis enzymatic flavor enhancer profile of the inferior fishes with the comparison of
inferior fish feedstock and additional ingredients has been performed. The study was
conducted by observing descriptively the mean values of each parameter of 3 repetitions ie
color, yield, moisture, ash, fat, protein, dissolved protein contentand maillard product and
overall organoleptic value of flavor enhancer result of enzymatic hydrolysis process with 7
(seven) formulas of inferior fishes feedstock and additional ingredients (20:80, 40:60; 50:50;
60:40; 80:20; 90:10; 100: 0) and 9 (nine) types of additives according to the treatment. The
results showed that inferior fishes flavor enhancers had a diversity of their profile values due
to the comparison of fish and the weight of different additives. The greater the proportion of
fish raw material to the additional ingredients, the higher the level of brightness, water, fat,
protein, dissolved protein content and its maillard products, but the lower the ash content
and the yield. The best inferior fish flavor enhancer profile based on sensory parameters
resulted from formulations with 50 grams of inferior fish and 50 grams of additional
ingredients. The treatment has a flavor enhancer profile with a brightness level of 69.90;
yield of 45,17 gram, water content of 1,983%; ash content of 39.72%; 2.15% fat content;
protein content of 24,17%, dissolved protein of 2,114 mg / ml; and maillard products of 0.17;
as well as the overall value of organoleptic properties 2.88 (very dislike-rather like).
pola agraris yang bertumpu pada beras dan dikonsumsi sering mengganggu kesehatan
hewan ternak darat. Di pulau Madura, ikan karena MSG ketika dimakan akan terurai
lidah, baji-baji dan bibisan merupakan menjadi sodium dan glutamat sehingga
ikan yang masih bernilai ekonomis rendah, MSG merupakan sumber natrium yang
karena jumlahnya yang berlimpah namun tinggi. Hasil studi Prescott and Young
belum dimanfaatkan secara baik sebagai (2002) dalam Witono (2008) melaporkan
food ingredient. Sementara, hasil analisis bahwa 65% dari sampel responden
komposisi asam amino menunjukkan mengklaim terjadi reaksi alergis pada
bahwa ketiga ikan ini memiliki asam beberapa orang akibat mengkonsumsi
amino L-glutamic acid yang makanan yang telah ditambahkan MSG.
mengindikasikan adanya potensi sumber Inovasi penyedap masakan selain
rasa gurih (umami) (Witono et al., 2014b). kaldu dan kecap, juga berupa garam sedap.
Oleh karena itu, perlu dikembangkan Dengan asumsi kebutuhan minimal garam
teknologi pengolahan dari bahan baku ikan konsumsi sebesar 3 kg/tahun/kapita, maka
tersebut menjadi flavor alami yang aman apabila jumlah penduduk Indonesia ± 250
dan bersifat multiguna. Pengembangan juta, kebutuhan garam konsumsi sebesar
pengolahan dari ikan tersebut adalah 750.000 ton/tahun. Untuk itu penggunaan
teknologi proses pembuatan garam sedap garam sedap sebagai penyedap masakan
hasil hidrolisis enzimatis. sangat dibutuhkan, karena bahan dasar
Teknologi proses pembuatan garam tersedia dan pangsa pasar cukup besar.
sedap merupakan alternatif yang Penggunaan penyedap selama ini berupa
diharapkan dapat mengatasi masalah penyedap sintetis. Penggunaan penyedap
kurangnya konsumsi produk-produk yang berasal dari garam gurih
perikanan akibat ketidaksukaan terhadap dimaksudkan untuk mengalihkan
ikan dan penyebaran produknya, yakni penggunaan bahan penyedap kimia ke
pengolahan ikan dalam bentuk hidrolisat produk garam sedap alami.
protein. Hidrolisat protein ikan merupakan Penelitian sebelumnya dilaporkan
turunan dari protein ikan yang dapat bahwa hasil hidrolisis tiga jenis ikan
digunakan sebagai makanan suplemen dan inferior dari Pulau Talango, Madura secara
bahan fortifikasi berbagai makanan. enzimatis menggunakan protease dari
Hidrolisat protein berpotensi digunakan tanaman biduri berpotensi sebagai flavor
sebagai bahan penyedap masakan atau enhancer yang sangat kuat pada makanan
pembangkit rasa, alternatif selain MSG (Witono et al., 2014a; Mananda et al.,
(Monosodium Glutamate). Selama proses 2014; Witono et al., 2014b; dan Witono et
hidrolisis, substrat protein akan mengalami al., 2014). Namun belum diketahui
perubahan sedemikian rupa sehingga formulasinya terutama komposisi maupun
hidrolisat protein dapat diaplikasikan jenis bahan tambahannya yang paling tepat
untuk tujuan tertentu (Cordle, 2001). sehingga dihasilkan profil flavor enhancer
Flavoring agent yang sebagian besar yang paling baik. Penelitian inibertujuan
produk-produk komersial adalah berupa untuk menentukan perbandingan antara
senyawa sintetis atau flavor potentiator. berat ikan terhadap berat bahan tambahan
Terdapat jenis-jenis bahan pembangkit cita untuk menentukan profil flavor enhancer
rasa umum yakni asam amino L dan / atau yang terbaik. Diharapkan flavor enhancer
garamnya (dikenal sebagai MSG), dan yang dihasilkan dapat digunakan sebagai
jenis 5’-nukleotida (dikenal sebagai 5’- penguat rasa pada makanan pengganti
IMP dan 5’-GMP). Kedua bahan tersebut MSG.
umum dipakai untuk melahirkan umami
(rasa gurih) pada makanan (Maga, 1998).
Penggunaan MSG pada makanan yang
70
Profil Flavor Enhancer Hasil Hidrolisis Enzimatis Ikan Bernilai …
Jurnal Agroteknologi Vol. 11 No. 01 (2017)
71
Profil Flavor Enhancer Hasil Hidrolisis Enzimatis Ikan Bernilai …
Jurnal Agroteknologi Vol. 11 No. 01 (2017)
Tabel 2. Berat bahan tambahan pada masing- Nilai L* dapat diperoleh dari
masing perlakuan
perhitungan : L* =
Perla Bahan Tambahan (gram)
kuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Keterangan : standart L = 62,8
A 16 16 2 1,6 8 4 30 1,6 0,8
Rendemen
B 12 12 1,5 1,2 6 3 22,5 1,2 0,6 Rendemen adalah presentase produk
C 10 10 1,25 1 5 2,5 18,8 1 0,5 yang didapatkan terhadap berat awalnya.
D 8 8 1 0,8 4 2 15 0,8 0,4 Rendeman didapatkan dengan cara
E 4 4 0,5 0,4 2 1 7,5 0,4 0,2 (menghitung) menimbang berat akhir
F 2 2 0,25 0,2 1 0,5 3,8 0,2 0,1 bahan yang dihasilkan dari proses.
72
Profil Flavor Enhancer Hasil Hidrolisis Enzimatis Ikan Bernilai …
Jurnal Agroteknologi Vol. 11 No. 01 (2017)
73
Profil Flavor Enhancer Hasil Hidrolisis Enzimatis Ikan Bernilai …
Jurnal Agroteknologi Vol. 11 No. 01 (2017)
Nilai kecerahan
46,01 46,83 46,53
50
sampel, selanjutnya dilarutkan kedalam10 40
26,68 26,95 28,41
25,51
ml aquades kemudian divortex selama 3 30 22,99 23,13 24,81
74
Profil Flavor Enhancer Hasil Hidrolisis Enzimatis Ikan Bernilai …
Jurnal Agroteknologi Vol. 11 No. 01 (2017)
10,000
Rendemen 8,353
Berdasarkan analisa rendemen, 8,000
diperoleh hasil sebagaimana dilihat pada 6,000
Kadar air
Gambar 2. 3,667
4,000 3,267
1,500 1,95 1,650
60 55,17 2,000 0,783
46,32 45,17 43,47 44,40
Randemen (gram)
50 0,000
40 A B C D E F G
27,35 Formula sampel
30
16,96
20 Gambar 3. Kadar air flavor enhancer
10
0 Gambar 3 menunjukkan bahwa
A B C D E F G kadar air flavor enhancer sangat variatif
Formula sampel yang tidak seiring secara konsisten dengan
peningkatan maupun penurunan proporsi
Gambar 2. Rendemen flavor enhancer bahan baku hidrolisat protein ikan inferior
terhadap bahan tambahannya. Kadar air
Gambar 2 diketahui bahwa semakin pada formula sampel A sebesar 3,27%
besar proporsi bahan bakuikan inferior kemudian mengalami penurunan pada
terhadap bahan tambahan cenderung sampel B menjadi 1,50%. Kadar air pada
menghasilkan rendemen produk akhir sampel C mengalami kenaikan menjadi
flavor enhancer yang semakin menurun. 3.67%. Pada formula sampel D menurun
Hal ini diduga karena berkaitan dengan menjadi 1,95%, demikian juga pada
berkurangnya sebagian komponen volatile formula sampel E semakin menurun
dan komponen lain seperti air yang menjadi 0,783%, kemudian meningkat
terkandung dalam bahan baku hidrolisat menjadi 1,65% pada sampel F dan terus
basah mengalami penguapan selama meningkat secara tajam menjadi 8,353%
proses pengeringan. Peningkatan pada sampel G. Bila dicermati dari 3
komponen hasil hidrolisis seperti padatan formula tersebut mengindikasikan ada
terlarut, asam-asam amino, dan komponen kecenderungan terjadi peningkatan seiring
lainnyayang seiring dengan penurunan dengan peningkatan proporsi bahan baku
kadar air juga menjadi penyebab hidrolisat terhadap bahan tambahannya
menurunnya rendemen selama proses terutama pada formula sampel A, C dan G
pengeringan. Terlebih pada sampel G (tanpa bahan tambahan atau 100%
(100% hidrolisat ikan inferior) berat hidrolisat protein ikan inferior). Hal ini
rendemen yang dihasilkan paling kecil tentu terkait dengan kadar air yang
karena tidak ada campuran bahan terkandung dalam bahan baku ikan inferior
tambahan pada formulasi sampel yang (sebagaimana indikasi pada Gambar 2).
berkontribusi terhadap rendemen produk Semakin tinggi hidrolisat protein dari
akhir. bahan baku ikan inferior yang
ditambahkan berarti semakin tinggi kadar
Kadar Air protein dan kadar protein terlarutnya maka
Berdasarkan hasil analisa kadar air tingkat hidrasi meningkat yang berakibat
didapatkan bahwa nilai rerata dari 3 kali kadar air terhitung pada produk akhir
ulangan pada semua formula sampel flavor cenderung lebih tinggi
sebagaimana tertera pada Gambar 3. (Prasulistyowati, 2011). Bahan tambahan
yang sebagian berupa rempah kering tentu
75
Profil Flavor Enhancer Hasil Hidrolisis Enzimatis Ikan Bernilai …
Jurnal Agroteknologi Vol. 11 No. 01 (2017)
39,72
40 34,48
27,12 Kadar Lemak
30 19,31
20 Hasil analisa kadar lemak diperoleh
10 5,35 nilai rerata dari 3 kali ulangan pada semua
0 formula sampel. Hasil sebagaimana tertera
A B C D E F G pada Gambar 5.
Formula sampel
4
Kadar abu dapat menunjukkan total 2,50 2,33
3 2,27
mineral dalam suatu bahan pangan.
Menurut Winarno (1995), sebagian besar 2
1,08
bahan makanan, yaitu sekitar 96% terdiri 1 0,53
dari bahan organik dan air. Sisanya terdiri
0
dari unsur-unsur mineral. Unsur mineral A B C D E F G
juga dikenal sebagai zat anorganik atau Formula sampel
kadar abu. Kadar abu yang diperoleh pada
produk flavor enhancer ikan inferior Gambar 5. Kadar lemak flavor enhancer
cenderung menurun, hal ini karena
kontribusi mineral dari hidrolisat protein Berdasarkan Gambar 5 tersebut
yang sebagian besar terususun atas diatas menunjukkan bahwa kadar lemak
senyawa organik dan protein kontribusinya flavor enhancer cenderung menurun.
terhadap mineral dan kadar abu jauh lebih Kandungan lemak pada flavor enhancer
kecil dibanding bahan tambahan yang memang fluktuatif namun cenderung
sebagian berasal dari garam dan rempah- mngalami penurunan setelah formula
rempah kering. Witono et al. (2013) juga sampel D hingga sampel G. Penurunan
melaporkan bahwa garam sedap hasil kadar lemak pada flavor enhancer
pencampuran hidrolisat dari ikan kuwe dipengaruhi oleh peningkatan kadar air
juga menunjukkan kadar abu yang tinggi pada flavor enhancer. Sejalan dengan
setelah proses pengeringan. penelitian Zuhra et al. (2012), menyatakan
Gambar 4 juga menunjukkan bahwa bahwa meningkatnya kadar lemak dengan
formula sampel A memiliki kadar abu suhu pengeringan yang tinggi dapat
sebesar 50.03%. Hal ini dipengaruhi oleh disebabkan oleh penurunan kadar air
banyaknya kadungan garam (mineral) dan sehingga persentase kadar lemak dalam
bahan tambahan lain yang mengandung sampel meningkat. Kadar air dan kadar
mineral. Semakin berkurang ingredien lemak memiliki hubungan yang
76
Profil Flavor Enhancer Hasil Hidrolisis Enzimatis Ikan Bernilai …
Jurnal Agroteknologi Vol. 11 No. 01 (2017)
berbanding terbalik, jika kadar air semakin memiliki jumlah ikan inferior yang paling
tinggi maka kadar lemak yang dihasilkan banyak digunakan untuk membuat flavor
akan semakin menurun. enhancer. Kadar protein juga dipengaruhi
Hal ini karena semakin lama waktu oleh karakteristik bahan tambahannya
dan semakin tinggi suhu yang digunakan yang sebagian besar bahan non protein,
pada proses pengeringan akan semakin sehingga semakin sedikit bahan
menyebabkan peningkatan kadar lemak tambahannya kadar proteinnya juga
dan berbanding terbalik dengan nilai kadar semakin kecil. Sebagaimana pada formula
air yang semakin menunjukkan penurunan sampel G yang tidak menggunakan bahan
seiring dengan semakin tinggi suhu dan tambahan sama sekali, sementara formula
waktu yang digunakan selama proses sampel tersebut 100% berasal dari bahan
pengeringan. Sejalan dengan penelitian ikan inferior.
Yuniarti (2007), yang menyatakan bahwa
dengan lamanya waktu dan tinggi suhu Kadar Protein Terlarut
yang digunakan pada proses pengeringan Hasil analisa kadar protein terlarut
akan menyebabkan kandungan lemak yang diperoleh nilai rerata dari 3 kali ulangan
ada pada bahan juga semakin meningkat pada semua formula sampel sebagaimana
dan kandungan air yang semakin menurun. tertera pada Gambar 7.
2,500
Kadar Protein 2,0342,114
Protein terlarut (%)
1,882
2,000 1,745
Hasil analis akadar protein diperoleh 1,594
1,406
nilai rerata dari 3 kali ulangan pada semua 1,500 1,039
formula sampel. Hasil sebagaimana tertera 1,000
pada Gambar 6.
0,500
50 0,000
40,78
Kadar protein (%)
36,18 A B C D E F G
40 32,09 Formula sampel
30 24,17
20,32
16,23 Gambar 7. Kadar protein terlarut flavor enhancer
20
8,08
10
Gambar 7 menunjukkan bahwa
0
dengan meningkatnya proporsi bahan baku
A B C D E F G
hidrolisat protein ikan inferior
Formula sampel
mengindikasikan peningkatan kadar
Gambar 6. Kadar protein flavor enhancer protein terlarutnya. Hal ini karena seiring
dengan peningkatan kadar protein total
Gambar 6 diketahui bahwa kadar dari flavor enhancer yang dihasilkan juga
protein pada flavor enhancer ikan inferior meningkat. Semakin tinggi kadar protein
mengalami kenaikan seiring dengan total dalam bahan selama proses tersebut
kenaikan proporsi bahan baku hidrolisat juga akan menghasilkan protein terlarut
protein ikan inferior. Kenaikan protein yang semakin tinggi akibat proses
pada sampel dapat terjadi karena adanya enzimatis dari protease yang digunakan.
keterkaitan erat dengan penambahan bahan
baku hidrolisat protein ikan inferior pada Produk Maillard
formula sampel. Sampel A memiliki Nilai produk maillard flavor
jumlah ikan inferior yang paling sedikit enhancer ikan inferior pada berbagai
ditambahkan, sedangkan pada sampel G sampel berkisar antara 0,120-0,356.
Produk maillard dinyatakan dalam
77
Profil Flavor Enhancer Hasil Hidrolisis Enzimatis Ikan Bernilai …
Jurnal Agroteknologi Vol. 11 No. 01 (2017)
absorbansi unit. Semakin tinggi absorbansi dan 20 gram bahan tambahan, para penelis
maka produk maillard semakin memiliki kesukaan warna yang cederung
meninggkat. Hal ini sebagimana terang. Pada uji panelis yang telah
ditunjukkan oleh Gambar 8. dilakukan, sampel A memiliki nilai tingkat
kesukaan paling rendah yaitu 2,52. Warna
0,40 0,36 yang dihasilkan oleh sampel A berwarna
lebih gelap diantara sampel yang lain.
Nilai absorbansi
0,30 0,26
0,20
0,17 0,19
0,20
0,12 0,12 3,5 3,04 2,88
Kesukaan warna
2,8
0,10 3 2,52 2,72 2,56 2,6
2,5
0,00 2
A B C D E F G 1,5
Formula sampel 1
0,5
0
Gambar 8. Produk reaksi maillard flavor A B C D E F G
enhancer
Furmula sampel
Gambar 8 menunjukkan bahwa Gambar 9. Nilai kesukaan warna flavor enhancer
semakin besar proporsi bahan baku
hidrolisat protein ikan inferior terhadap Tingkat kesukaan warna pada flavor
bahan tambahan maka nilai produk enhancer ini berhubungan dengan produk
maillard hidrolisat protein ikan inferior maillard yang merupakan reaksi yang
yang dihasilkan cenderung semakin tinggi. membentuk warna coklat. Menurut
Hal ini terjadi karena semakin banyak Winarno (1983) produk maillard yang
protein dan protein terlarut yang dihasilkan akan berkondensasi dengan
berkontribusi terhadap semakin banyaknya produk reaksi lain untuk membentuk
gugus amina primer yang beraksi dengan melanoidin dan mempengaruhi kecerahan
gugus karboksil dari gula sehingga produk garam gurih, yakni semakin tinggi produk
reaksi maillard yang dihasilkan juga maillard yang dihasilkan akan membentuk
semakin banyak. Menurut Heath and senyawa melanoidin yang tinggi pula,
Reineccius (1986), reaksi maillard sehingga tingkat kecerahan akan semakin
merupakan reaksi antara gugus karbonil menurun. Terbentuknya warna gelap pada
dan gugus amina primer. Dengan semakin flavor enhancer juga dipengaruhi oleh
banyaknya hidrolisat protein yang banyaknya bahan tambahan yang
ditambahkan, maka semakin tinggi pula digunakan dalam pembuatan flavour
nilai produk maillard yang dihasilkan. enhancer.
78
Profil Flavor Enhancer Hasil Hidrolisis Enzimatis Ikan Bernilai …
Jurnal Agroteknologi Vol. 11 No. 01 (2017)
3,5 4
79
Profil Flavor Enhancer Hasil Hidrolisis Enzimatis Ikan Bernilai …
Jurnal Agroteknologi Vol. 11 No. 01 (2017)
3,5 2,88
parameter sensoris dihasilkan dari
2,8
Tingkat kesukaan
80
Profil Flavor Enhancer Hasil Hidrolisis Enzimatis Ikan Bernilai …
Jurnal Agroteknologi Vol. 11 No. 01 (2017)
Manzocco, L, Nicoli, M.C., Anese, M., Pitotti, Witono, Y., Taruna, I., and Windrati. W.S.
A. and Maltini, E. 1999. 2014b. Amino acids profiles and
Polyphenoloxidase and Peroxidase chemical properties of four inferior sea
Activity in Partially Fronzen Systems fishes in Madura, Indonesia.
with Different Physical Properties. Food International Journal of ChemTech
Res. Int. Research, 6 (1): 311-315.
Prasulistyowati, T. E. 2011. “Modifikasi Witono, Y., Taruna, I., Windrati. W.S., dan
Hidrolisis Enzimatis Koro Kratok Ratna, A. 2014. Hidrolisis ikan bernilai
Menggunakan Campuran Enzim ekonomi rendah secara enzimatis
Protease Biduri dan Papain untuk menggunakan protease biduri. Jurnal
Memproduksi Flavor Enhancer”. Teknologi dan Industri Pangan, 25 (2):
Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, 140-145.
Universitas Jember, Jember.
Yuniarti, N., Syamssuwida, D. dan Aminah,
Sudarmadji, S., B. Haryono and Suhardi. A. 2007. Pengaruh penurunan kadar air
1997. Procedures for the Analysis of terhadap perubahan fisiologi dan
Food and Agriculture. Liberty, kandungan biokimia benih eboni
Yogyakarta. (Diospyros celebica Bahk.). Jurnal
Penelitian Hutan Tanaman, 5 (3): 191-
Sulaeman, Faisal, A.A., Rimbawan dan Anna,
198.
M.S. 1995. Metode Analisis Komponen
Zat Gizi Makanan. Jurusan Gizi Zuhra, S. dan C. Erlina. 2012. Pengaruh
Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga, kondisi operasi alat pengering semprot
Fakultas Pertanian IPB. Bogor. terhadap kualitas susu bubuk jagung.
Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan,
Winarno, F.G. 1983. Enzim Pangan. PT.
9 (1): 36-44.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Winarno, F.G.,1995. Kimia Pangan dan Gizi.
PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Witono, Y. 2008. “Eksplorasi Enzim Protease
dari Tanaman Biduri (Calotropis
gigantea) dan Pemanfaatannya pada
Pengolahan Pangan”. Disertasi. Program
Doktor Ilmu Pertanian. Universitas
Brawijaya, Malang.
Witono, Y., Mananda, A.B., Windrati,
W.S.and Won, K.W. 2014a. Savory Salt
Production and Characterization from
Mixed Fishes Protein Hydrolysates.
International Symposium and Annual
Meeting of KSABC, Korea, 19-21 June
2014.
Witono, Y., Windrati, W.S., dan Zamroni, I.
2013. Telaah teknologi pembuatan
garam sedap hasil hidrolisis dari ikan
kuwe berbasis teknik hidrolisis
enzimatis menggunakan protease biduri.
Prosiding Seminar Nasional -
Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan
Indonesia, Jember, 28-31 Agustus 2013.
81