Filsafat Pendidikan Islam
Filsafat Pendidikan Islam
Filsafat Pendidikan Islam
net/publication/271725884
CITATION READS
1 1,636
1 author:
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Abdul Munir Mulkhan on 26 October 2015.
Filsafat Tarbiyah
Berbasis Kecerdasan Makrifat
DOI: 10.14421/jpi.2013.22.219-239
Diterima: 13 Agustus 2013 Direvisi: 10 Oktober 2013 Disetujui: 16 November 2013
Abstract
Philosophy is the source of science and technology. The practice of Islamic Education
works without being guided by Tarbiyah (Islamic Education) Philosophy, but by the
seculer thinking, It develops without orientation and it is hard to compete with others.
It’s time the Islamic education pratice to guiding by the Tarbiyah Philosophy, Tarbiyah
Theories and Tarbiyah Technology which is structurally and functionally built from
Islamic philosophy. As of the basic idea of Islamic philosophy, the essential of Tarbiyah
Philosophy is Ma’rifat Quotient wich means the activity for understand and realize the
presence of God in whole life, activities of man; that also means the knowledge about
God and intimate relationship with Him. The practical of Tarbiyah Philosophy based
on Ma’rifat Quotient it both a creative solution for all kind of education problems and
alternatif educational model. Based on Ma’rifat Quotient, it can be used to develop
boarding school in more effcient way to accelerate qualities learning only 8 years for
elementary to senior high school before join to university.
Abstrak
Islam. Sesuai gagasan dasar Filsafat Islam, inti-isi Filsafat Tarbiyah ialah kecerdasan
makrifat sebagai kemampuan memahami dan menyadari kehadiran Tuhan
dalam segala kegiatan hidup manusia sekaligus pengetahuan tentang Tuhan dan
kedekatan hubungan dengan-Nya. Praktik tarbiyah berbasis kecerdasan makrifat
merupakan solusi kreatif berbagai problem pendidikan Islam sekaligus menawarkan
model pendidikan alternatif. Dari sini boarding school dikembangkan bebas dari
pemborosan tidak produktif, melainkan model percepatan bermutu, sehingga
cukup 8 tahun menyelesaikan pendidikan dasar (SD 4 Th) dan menengah (SLTP-
SLTA 4 Th) sebelum memasuki jenjang pendidikan tinggi.
Pendahuluan
Pernyataan Muhammad Jawwad Ridla bahwa teori pendidikan komprehensif
ahli pendidikan Muslim tidak ditemukan, mendorong penelitian ini. Tulisan ini
bersumber penelitian “Rekonstruksi Filsafat Tarbiyah, Dasar Pengembangan Ilmu
& Teknologi Pendidikan Islam”. Kini disajikan berjudul “Filsafat Tarbiyah Berbasis
Kecerdasan Makrifat Bagi Percepatan Pembelajaran Melalui Boarding School”.
Karena itu perlu penelitian bagi pemandu pengembangan praktik pendidikan
Islam.
Fakultas Ilmu Tarbiyah & Keguruan (dan sejenis) di UIN, IAIN, STAIN dan
swasta lain, bertanggungjawab menyusun Filsafat Tarbiyah hingga Teknologi, yang
secara struktural dan fungsional berbasis Filsafat Islam. Ironinya praktik tarbiyah
cenderung mengadopsi teori yang tumbuh dan berkembang di dunia Barat yang
dicap sekuler. Sementara tradisi besar tarbiyah sudah tumbuh dalam sejarah sejak
sebelum manusia mengenal pedagogi, education, learning, dan teaching. Karena itu
penelitian tentang hubungan Filsafat Pendidikan atau Tarbiyah dan Filsafat Islam
menjadi penting. Demikian pula penelitian apakah buku ajar pembelajaran Filsafat
Pendidikan Islam disusun dari Filsafat Islam dan bagaimana rumusan Filsafat
Tarbiyah sebagai dasar pengembangan ilmu dan teknologi tarbiyah sehingga bisa
berdialog dengan pemikiran pendidikan yang selama ini menjadi rujukan praktik
pendidikan.
Dasar teori penelitian ini ialah susunan ilmu (the body of knowledge)
yang menempatkan Filsafat sumber Ilmu secara struktural-fungsional. Dicari
ide dasar dari praktik pendidikan melalui abstraksi disusun dalam konstruksi
Filsafat Pendidikan. Teknologi dan Ilmu (teori) Tarbiyah bersumber dari Filsafat
Islam.George F. Kneller menulis: “When philosophy turns its attention to science,
we have philosophy of science; when it examines the basic concepts of the law, we
Muhammad Jawwad Ridla, Tiga Aliran..., hlm vii-ix.
C.A. van Peursen, Susunan Ilmu Pengetahuan: Sebuah Pengantar Filsafat Ilmu. (Jakarta: Gramedia,
1985), hlm 1 dan 12. Lihat Ali Mudhofir, “Pengenalan Filsafat” dalam Tim Dosen Filsafat Ilmu
Fakultas Filasat UGM Filsafat Ilmu. (Yogyakarta: Penerbit Liberty Yogyakarta bekerja sama
dengan YP Fakultas Filsafat UGM, 1996), hlm 9.
Hassan Al-Banna, Risalah Tarbiyah, (Jakarta: Pustaka Qalami, 2004), hlm 7, 55.
Ali Mudhofir, “Pengenalan Filsafat” dalam Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filasat UGM Filsafat
Ilmu. (Yogyakarta: Penerbit Liberty Yogyakarta bekerja sama dengan YP Fakultas Filsafat UGM,
1996), hlm 9. Lihat juga C.A. van Peursen, Susunan Ilmu…, hlm 1 dan 12.
Abbas Mahjub, Ushu>l Alfikriy Al-Tarbawi> Al-Isla>mi. (Damsik-Berut & Ajman; Daar Ibn
Kastir & Maktabah ‘Ulum Al-Qur’an, 1987), hlm 23. Lihat Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan
dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1991), hlm 12-13, 17.
have philosophy of law; and when it deals with education, we have philosophy
of education or educational philosophy.” Bagi George R. Knight, lebih dulu
membuat peta gagasan dalam filsafat.10Al-Syaibany:“...Falsafah pendidikan tidak
lain ialah pelaksanaan... falsafah...dalam bidang pendidikan.”11 Filsafat Pendidikan
adalah pelaksanaan kaidah filsafat dalam bidang pendidikan atau kritik proses
pendidikan, mencari konsep tentang arah & tujuan pendidikan.12
Bagi Abbas Mahjub, tarbiyah adalah wajah filsafat dan praktik filsafat.
Hubungan antara pendidikan dan filsafat muncul karena pendidikan merupakan
anak filsafat dan rangkuman pengalaman dan pendapat-pendapat yang dicapai
oleh filsafat. Jadi pendidikan merupakan aplikasi praktis dan empiris dari filsafat,
mentransformasikan filsafat dari ranah teoretis dan idealis ke ranah realita manusia
dan praktek kehidupan.13 Selanjutnya, Abbas Mahjub menyatakan bahwa
pendidikan tergantung pada filsafat yang jelas, maka yang dimaksud dengan filsafat
pendidikan adalah frame yang menjadi motor penggerak bagi proses pendidikan
dengan cara yang berbeda dan tujuan-tujuan tertentu. 14
kajian sistematis, padu dan utuh. Data yang terkumpul dianalisis, pengumpulan
data dilakukan serentak analisa. Fokusnya, ide Filsafat Islam dalam buku ajar
Filsafat Pendidikan Islam, dianalisa berdasar teori struktur ilmu. Analisa dilakukan
dengan penyimpulan tentang gagasan Filsafat Islam dalam buku ajar dengan
hermeneutik.20
20
Michel Foucault, Aesthetics, Method, and Epistemology Essential Work of Foucault (terjemahan;
”Pengetahuan dan Metode; Karya-Karya Penting Foucault”), (Yogyakarta: Jalasutra, 2002), hlm
10, 43, 68.
21
Richard E. Palmer, Hermeneitika Teori Baru Mengenai Interpretasi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2003), hlm 277.
22
Ibid., hlm 270.
23
Johanis Ohoitimur, Metafisika Sebagai Hermeneutika, (Jakarta: Obor, 2006), hlm 192.
24
Ibid., hlm 173.
25
Ibid., hlm 173.
Bagian ini mengurai hasil analisa data yang telah dikumpulkan. Uraian bagian
ini dibagi dalam beberapa bagian sebagai cermin analisa sekaligus sintesa selama
proses analisa. Hal ini merupakan pengelompokan data yang dapat dikumpulkan
sehingga merupakan langkah penjelasan masalah yang telah ditetapkan sekaligus
juga jawaban atas permasalahan tersebut.
26
Ibid., hlm 173. Lihat juga Paul Ricoeur, “The Model of the Text: Meaningful Action Consedred
a a Text,” dalam From Text to Action: Essay in Hermeneutics II, Transleted by Kathleen Bamey and
John B. Thompson (Evanston: Northwestren University Press, 1991 (aslinya: 1986), hlm 146-
167.
27
Ibid., hlm 174.
pemikir Eropa seperti: J. Donald Butler, Van Cleve Morris, Harold H. Titus
& Marilyn S. Smith, John S. Brubacher. Di berbagai tempat mengutip Tafsir
Ibn Katsir, Nashiruddin al-Tusi, dan beberapa ayat Al-Qur’an, namun tidak
merujuk pandangan filsuf Muslim terkemuka.
Bagi Ahmad D. Marimba berfilsafat itu dosa, maka hampir tidak ada buku Filsafat
Pendidikan Islam yang membahas Filsafat Islam.37 Sementara ...filsafat sebagai
“induk” atau “ibu” ilmu...”38 Karena itu “Definisi tentang ilmu bergantung pada
sistem filsafat yang dianut....”39 Susunan ilmu itu terlihat seperti sebuah limas
...,40 berupa Teknologi Tarbiyah bersumber Ilmu Tarbiyah dari Filsafat Tarbiyah
berdasar Filsafat Islam.41 Hal ini sangat mungkin dilakukan mengingat tarbiyah
ialahtradisi besar yang sudah tumbuh dalam sejarah sejak jauh sebelum ummat
mengenal pedagogi, education, learning, dan teaching.42
Pemeluk Islam meyakini pendidikan Islam itu berbeda dan lebih baik
dibanding pendidikan sekuler. Namun haruslah jujur diakui bahwa
praktiknya Pendidikan Islam lebih bersumber teori dari pemikiran Barat yang
sekuler. Sikap mendua ini antara lain menyebabkan sulitnya dikembangkan
Pendidikan Islam secara profesional. Sekolah-sekolah Islam unggulan atau
favorit, lebih sebagai pengkayaan model pembelajaran konvensional berbasis
tradisi sekuler tanpa gagasan alternatif. Pemikiran Islam sufistik yang kaya
konsep tentang manusia dan jiwa, kurang dirujuk dalam pengembangan
Pendidikan Islam, termasuk psikologi Islam. Fakultas Tarbiyah dan Dakwah,
pelahir calon pendidik dan muballig, kurang menempatkan pemikiran sufi
sebagai bahan kajian atau sumber materi pembelajaran.
Bagian ini khusus membahas buku ajar yang dijadikan referensi mata kuliah
Filsafat Pendidikan Islam. Buku Filsafat Pendidikan Islam karya Zuhairini
dkk, tim yang dibentuk Kementerian Agama, justru mengutip pernyataan
Imam Barnadib dua corak, yaitu filsafat tradisional dan filsafat kritis.”44
Ironinya “aliran filsafat dalam Islam” dan “sistem filsafat dalam Islam” tidak
dibahas secara rinci.
44
Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan…, hlm 128.
45
Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany, Falsafah Pendidikan…,hlm 30, 31, 38-39. Lihat
juga Raji Abdul Hamid Kurdi, Nadlariyatul Ma’rifat Baina Al-Qur’a>n Wa Al-Falsafah, (Riyad:
Maktabah Al-Muayyad, 1996), Ahmad ‘Arafat Al-Qaadhy, Al-Fikr Al-Tarbawiy ‘Inda Al-
Mutakallimin Al-Musli8min Wa Daurahu Fi Binaai Al-Fardi Wa Al-Mujtama’, (Mahrajan Al-
Qiro’ah Liljami’, Al-Qahirah, 2005), hlm 101-104.
paralel Filsafat Yunani, dasar Filsafat Barat modern.”.... tradisi Peripatetik hanyalah
salah satu tipe filsafat Islam, ... Harus diakui, ada upaya ... genuine ... mencermati
penggunaan perangkat konseptual pemikiran Yunani pada isu-isu Islam, dan dalam
kontak antara dua gerakan kultural ini terbukti dihasilkan banyak sekali karya yang
menarik dan perseptif.”55
Plato. Dia menandaskan bahwa tingkat dan derajat tertinggi hikmah mensyaratkan
kesempurnaan daya rasional dan kesucian jiwa.”60
Secara garis besar gagasan Filsafat Islam bisa dibedakan dalam empat sudut
pandang, yaitu: isyraq (ilmuninasi), masysya’i (peripatetik), ‘irfan (gnonis),
dan kalam (teologi). Mulla Shadra mensintesakan filsafat, teologi, dan
gnosis63 itu dalam iluminasi (isyraqi/pancaran/pencerahan/nadhoriyatul-
faidl/emanasi), digabungkan seluruh metode, diberdayakan seluruh potensi
rasio, logika, dan intuisi. Di sini bisa disebut tokoh filsafat seperti Iqbal, Ibn
Arabi, Suhrawardi, dan Mulla Sadhra.
60
Ibid, hlm 33.
61
Seyyed Hossein Nasr, “Makna dan Konsep Filsafat dalam Islam”, ibid, hlm 34.
62
Ibid, hlm 34.
63
Seyyed Hossein Nasr (ed), “Teologi, Filsafat, dana Spiritualitas” dalam Seyyeh Hossein Nasr,
Ensiklopedi Tematis Spritualitas Islam; Manifestasi. (Bandung: Mizan, 2003), hlm 558.
wahyu dan filsafat. Bagi Al-Farabi, wahyu berdimensi teoritis dan praktis.
Wahyu teoritis ialah pengetahuan alami, objek berfikir teoretis, sebagai
eksistensi. Tipe tertinggi pengetahuan ini ialah gnosis atau makrifat yang
berarti mengetahui kebahagiaan hakiki. Matra praktis berisi pengetahuan
sukarela yaitu kemampuan mempertimbangkan, lewat hasrat saat hal tak
terduga menjadi eksistensi aktual sebagai kebijaksanaan praktis pada hal-hal
yang dilakukan guna mencapai kebahagiaan, merujuk hukum atau undang-
undang ilahi.67
Nasr menyatakan: “Dalam pemikiran Islam, intelek (al-aql) dan spirit (al-
ruh) memiliki hubungan erat dan merupakan dua sisi dari realitas yang
sama. Spiritualitas Islam tidak bisa dipisahkan dari intelektualitas ...”68
Inilah makna kerja Mulla Shadra mensintesis aliran-aliran Filsafat Islam.69
Bagi Osman Bakar: “Ibn Sina juga menggambarkan dalam teks lain bahwa
‘Ketika seorang penempuh jalan (salik) cukup banyak menjalankan praktik
zuhud dan upaya spiritual, jiwa dan hati sanubari (sirr)-nya menjadi cermin
yang dapat memnatulkan Al-Haqq.”70 Semua berusaha mengetahui dan
mengenal Tuhan, pengetahuan tentang ini dikenal dengan makrifat, populer
di kalangan pemikir dan masyarakat kebanyakan.
Simpulan
Ketiadaan teori pendidikan dari ahli pendidikan Islam M. Jawwad Ridla,
dicairkan dalam rekontruksi Filsafat Tarbiyah berbasis kecerdasan makrifat ialah
kemampuan memahami kesatuan realitas sebagai mistis perasaan bersatu dengan
realitas model Timur dan Barat. Ada kesadaran aspek diri di luar, Tuhan dan
Wujud. Kemampuan menyusuri jalan rasional empiris pusat diri, sumber segala
realitas, Tuhan, penyatuan diri disebut kecerdasan makrifat. Danah Zohar & Ian
Marshall: “Dengan ‘mandala’ ...mencapai pengetahuan-diri yang lebih besar pada
ketiga tingkatan (ego rasional, asosiatif tak-sadar, energi jiwa pengubah/ pen) dan
menyatukannya ke dalam suatu keutuhan jiwa yang saya namakan kecerdasan
spiritual.”71
67
Osman Bakr, Hierarki Ilmu: Membangun Rangka-Pikir Islamisasi Ilmu Menurut Al-Farabi, Al-
Ghazali, Quthb Al-Din Al-Syirazi (Bandung: Mizan, 1997), hlm 91-92.
68
Seyyed Hossein Nasr, “Teologi, Filsafat, dan Spiritualitas” dalam Seyyeh Hossein Nasr (ed),
Ensiklopedi Tematis Spritualitas Islam; Manifestasi. (Bandung: Mizan, 2003), hlm 527.
69
Ibid., hlm 558.
70
Mahmud Erol Klic, “Mistisisme’ dalam Seyyed Hossein Nasr & Oliver Leaman (ed), Ensiklopedi
Tematis Filsafat Islam (buku kedua). (Bandung, Mizan, 2003), hlm 1263..
71
Danah Zohar dan Ian Marshall. SQ: Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam Berpikir
Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan. (Bandung: Mizan, 2003), hlm 109.
Karena itu basis dan jangkar Filsafat Islam ialah pengetahuan tentang Tuhan
(makrifat), diperoleh dari kerja rasio dalam jiwa yang suci. Dari sini bisa dibangun
Filsafat Tarbiyah sebagai terapan kerja rasio fungsi jiwa yang suci. Tarbiyah ialah
proses rasional dengan jiwa suci memperoleh makrifat atau pengetahuan tentang
Tuhan dan kedekatan dengan-Nya. Dari sini diperoleh kesadaran akan kehadiran
Tuhan yang merupakan kerja makrifat.
Wahyu teoritis Al-Farabi diletakkan pada ranah kognisi, wahyu praktis pada
afeksi dan psikomotor.72 Kata tarbiyah adalah sifat filsafat untuk membedakan dari
Filsafat Pendidikan Barat, identitas kelembagaan fakultas. Inti Filsafat Tarbiyah
ialah (kecerdasan) Makrifat, sebagai pengetahuan dan tingkat kedekatan pada
Tuhan dalam sistem maqomat Sufi.73 Perlu penelitian lebih komprehensif bagi
landasan Ilmu dan Teknologi Tarbiyah bagi pengembangan program di lingkungan
Fakultas Tarbiyah, dan bagi sistem pendidikan tinggi Islam dan sistem pendidikan
Islam lain.
berakar dalam tanggung jawab sosial serta keluarga dari para wanita itu menurut
syari>’ah.”75
Jalan irfani atau metode irfani bukanlah jalan mistik sebagaimana dipahami
pada umumnya selama ini yang sering diperlawankan dengan jalan rasional dan
empiris, melainkan sebuah jalan sintetik yang menyatukan semua jalan metodik.
Intuisi bukan langkah yang tiba-tiba muncul diluar nalar historis, melainkan sebuah
kerja-lanjut dari jalan empiris dan rasional sekaligus ketika sang subyek tidak lagi
terikat pada matematika empiris dan materialisasi rasional yang logis. Kerja intuisi
adalah kerja murni empiris dan rasional dalam arti tanpa pretensi yang sebelumnya
sudah dibangun. Di sini model fenomenologi patut dikaji dan dipertimbangkan.
Kecerdasan makrifat atau MaQ (Ma’rifat Quotient) ialah fungsi dari intuisi
intelek sebagai sintesis tertinggi dari realitas fisis ketubuhan, energi, dan ruh. Dalam
dirinya, manusia memiliki kemampuan intelek dengan perangkat intuisi sebagai
sintesis akhir. Melalui intuisi (kasyf) sebagai suatu evolusi-kontinu dari inteleknya,
seorang manusia bisa memahami seluruh wujud realitas sebagai dasar kesadaran
afektif tentang kesatuan sintetik wujud dan tanggung jawab sosialnya.80
75
Ibid., hlm 272.
76
S.H. Nasr, “Teologi, Filsafat, Dan Spiritualitas” dalam Seyyed Hossein Nasr, Ensiklopedi Tematis
Spiritualitas Islam Fondasi. (Bandung: Mizan, 2003), hlm 507.
77
Harun Nasution, Falsafah dan Mistisisme Dalam Islam. (Jakarta: Bulan Bintang, 1978), hlm 75.
78
Ibid., hlm 77.
79
Ibid., hlm 78.
80
Abdul Munir Mulkhan, Kecerdasan Makrifat (Ma’rifat Quotients). (Yogyakarta: IAIN Sunan
Kalijaga, 2003), hlm 20.
81
Lihat periodisasi sejarah Kuntowijoyo, Periodisasi Sejarah Kesadaran Keagamaan Umat Islam
Indonesia: Mitos, Ideologi, Dan Ilmu, Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Ilmu Sejarah pada
fakultas Ilmu Budaya, UGM Yogyakarta tahun 2001, hlm 13-20.
82
). Max Weber, The Sociology of Religion, (Boston: Beacon Press, 1972), hlm 82. Lihat juga Abdul
Munir Mulkhan, 2000, Islam Murni dalam Masyarakat Petani, (Yogyakarta: Bentang Budaya),
hlm 27-29. Lihat lagi Abdul Munir Mulkhan, Marhenis Muhammadiyah. (Yogyakarta: Galang
Press, 2010), hlm 44-47.
Rujukan
Al-Banna, Hassan, Risalah Tarbiyah, Jakarta: Pustaka Qalami, 2004.
Arif, Mahmud, Filsafat Pendidikan Islam, Yogyakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah &
Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2011.
Bakr, Osman Hierarki Ilmu: Membangun Rangka-Pikir Islamisasi Ilmu Menurut Al-
Farabi, Al-Ghazali, Quthb Al-Din Al-Syirazi, Bandung: Mizan, 1997.
Chishti, Saadia Khawar Khan “Spiritualitas Wanita dalam Islam” dalam Seyyed
Hossein Nasr, Ensiklopedi Tematis Spiritualitas Islam Fondasi, Bandung:
Mizan, 2003.
Hamidi, Nur (dkk), Panduan Akademik Fakultas Tarbiyah & Keguruan, Yogyakarta:
Fak Ilmu Tarbiyah & Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2010.
Klic, Mahmud Erol, “Mistisisme’ dalam Seyyed Hossein Nasr & Oliver Leaman
(ed), Ensiklopedi Tematis Filsafat Islam (buku pertama & kedua), Bandung:
Mizan, 2003.
Kneller, George F., Introduction to The Philosophy of Education, New York – London
– Sydney – Toronto: John Wiley & Sons, Lnc., 1971.
Kuhn, Thomas S., The Structure of Scientific Revolutions, London & Chicago: The
University of Chicago Press, 1970.
Leaman, Oliver, “Pendahuluan” dalam Seyyeh Hossein Nasr & Oliver Leaman
Ensiklopedi Tematis Filsafat Islam, buku kedua, Bandung: Mizan, hlm 1-14,
2003.
Mulkhan, Abdul Munir, “Tarbiyah Sebagai Ilmu Dan Dasar Keilmuan Pendidikan
Islam” dalam Imam Machali & Adhi Setiyawan, ed., Antologi Kependidikan
Islam. Yogyakarta: Jurusan Kependidikan Islam Fak Tarbiyah dan Keguruan
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2010.
Mulkhan, Abdul Munir, Islam Murni dalam Masyarakat Petani, Yogyakarta: Bentang
Budaya, 2001.
Nasr, Seyyed Hossein, “Teologi, Filsafat, Dan Spiritualitas” dalam Seyyed Hossein
Nasr, Ensiklopedi Tematis Spiritualitas Islam Fondasi, Bandung: Mizan,
2003.
Nasr, Seyyed Hossein & Oliver Leaman (ed), Ensiklopedi Tematis Filsafat Islam
(buku kedua), Bandung: Mizan, 2003.
Nasr, Seyyed Hossein, “Makna Dan Konsep Filsafat dalam Islam” dalam Seyyeh
Hossein Nasr & Oliver Leaman Ensiklopedi Tematis Filsafat Islam, buku
kedua, Bandung: Mizan, 2003.
Nasution, Harun Falsafah dan Mistisisme Dalam Islam, Jakarta: Bulan Bintang,
1978.
Ricoeur, Paul “The Model of the Text: Meaningful Action Consedred a a Text,”
dalam From Text to Action: Essay in Hermeneutics II, Transleted by Kathleen
Bamey and John B. Thompson, Evanston: Northwestren University Press,
1991.
Ridla, Muhammad Jawwad, Tiga Aliran Utama Teori Pendidikan Islam (Perspektif
Sosiologis-Filosofis) (terjemahan Mahmud Arif, Al-Fikr Al-Tarbawiyy Al-
Islamiyyu; Muqaddimat fi Ushulih Al-Ijtima’iyyati wal Al-‘Aqlaniyyat, 1980),
Yogyakarta: Tiara Wacana, 2002.
Zuhairini (dkk), Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara & Dirjen Bimbaga
Kemenag RI, 1992.