Pengaruh Kompres Bawang Merah Terhadap Suhu Tubuh Anak Demam
Pengaruh Kompres Bawang Merah Terhadap Suhu Tubuh Anak Demam
Pengaruh Kompres Bawang Merah Terhadap Suhu Tubuh Anak Demam
ABSTRACT
Fever is the increase of body temperature above normal: when it is > 38° C (100.4°F)
measured at rectal, > 37.8° C measured at oral, and > 37.2° C (99° F) measured on axilla.
Lowering fever in children can be done through pharmacological and non-pharmacological
treatment i.e. by the use of heat energy through conduction and evaporation methods. The
method can be implemented with warm compress or home remedies such as red onion. Warm
compress is commonly applied while compress with red onion is rarely used. This study aims
to prove the decreased of body temperature on children with fever using red onion compress.
This study used pre-experimental research design with one-group pre-post-test approach.
Sampling technique used was Purposive Sampling. The samples of this study were children
with fever in the Community Health Center of Kembaran I of Banyumas in the periode of
May to July in 2017. Univariate analysis was conducted to every variable. Meanwhile,
bivariate analysis used Wilcoxon analysis technique. The results showed that there was a
difference between the average temperature before and after applying red onion compress
0.734oC. It was noticed that the significance value was 0.000 (ρ <0.005) meaning that there
was a significant body temperature difference between before and after applying the red
onion compress. In conclusion, red onion compress affects the body temperature on children
with fever.
PENDAHULUAN
Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang
kesehatan yang saat ini terjadi di Indonesia. Derajat kesehatan anak mencerminkan
derajat kesehatan bangsa, karena anak sebagai generasi penerus bangsa memiliki
kemampuan yang dapat dikembangkan dalam meneruskan pembangunan bangsa.
Berdasarkan alasan tersebut, masalah kesehatan anak diprioritaskan dalam
perencanaan atau penataan pembangunan bangsa (Hidayat, 2012). Pembangunan
kesehatan di Indonesia diakui relatif berhasil, namun keberhasilan yang dicapai
belum dapat menuntaskan problem kesehatan secara menyeluruh (Arisandi, 2012).
Menjaga kesehatan anak menjadi perhatian khusus saat pergantian musim yang
umumnya disertai dengan berkembangnya berbagai penyakit. Kondisi anak dari
ISBN 978-602-50798-0-1 81
sehat menjadi sakit mengakibatkan tubuh bereaksi untuk meningkatkan suhu yang
disebut demam (hipertermi).
Demam (hipertermi) adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh lebih tinggi
dari biasanya, dan merupakan gejala dari suatu penyakit (Maryunani, 2010).
Hipertermi adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh melebihi titik tetap (set point)
lebih dari 37oC, yang biasanya diakibatkan oleh kondisi tubuh atau eksternal yang
menciptakan lebih banyak panas daripada yang dapat dikeluarkan oleh tubuh (Wong,
2008). Demam merupakan respon normal tubuh terhadap adanya infeksi. Infeksi
adalah keadaan masuknya mikroorganisme kedalam tubuh, dapat berupa virus,
bakteri, parasit, maupun jamur. Demam pada anak umumnya disebabkan oleh infeksi
virus (Setiawati, 2009). Demam juga dapat disebabkan oleh paparan panas yang
berlebihan (overhating), dehidrasi atau kekurangan cairan, alergi maupun
dikarenakan gangguan sistem imun (Lubis, 2009).
Beberapa bukti penelitian menunjukkan dampak positif demam yaitu
memicu pertambahan jumlah leukosit serta meningkatkan fungsi interferon yang
membantu leukosit memerangi mikroorganisme. Dampak negatif dari demam yang
dapat membahayakan anak antara lain dehidrasi, kekurangan oksigen, kerusakan
neurologis, dan kejang demam/ febrile convulsions. Demam harus ditangani dengan
benar agar terjadinya dampak negatif menjadi minimal (Arisandi, 2012).
Menurunkan atau mengendalikan dan mengontrol demam pada anak dapat
dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya dapat dilakukan dengan pemberian
antipiretik (farmakologik). Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan pusat
pengatur suhu di hipotalamus, yang diikuti respon fisiologis termasuk penurunan
produksi panas, peningkatan aliran darah ke kulit, serta peningkatan pelepasan panas
melalui kulit dengan radiasi, konveksi, dan penguapan. Namun penggunaan
antipiretik memiliki efek samping yaitu mengakibatkan spasme bronkus, peredaran
saluran cerna, penurunan fungsi ginjal dan dapat menghalangi supresi respons
antibodi serum (Sumarmo, 2010). Antipiretik (parasetamol dan ibuprofen) tidak
harus secara rutin digunakan dengan tujuan tunggal untuk mengurangi suhu tubuh
pada anak dengan demam (NICE Clinical Guidelines, 2007).
82 PROSIDING: Seminar Nasional dan Presentasi Hasil-Hasil Penelitian Pengabdian Masyarakat
panas secara evaporasi (berkeringat) yang diharapkan akan terjadi penurunan suhu
tubuh mencapai keadaan normal kembali (Potter dan Perry, 2009).
Penelitian terdahulu banyak yang membahas kompres hangat, namun sangat
jarang yang membahas kompres bawang merah. Berdasarkan hal tersebut maka
peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh kompres bawang merah terhadap suhu
tubuh anak demam sebagai alternatif obat penurun demam. Rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Adakah pengaruh kompres bawang merah terhadap suhu tubuh
anak demam?”. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk membuktikan penurunan
suhu tubuh anak demam sebelum dan setelah diberi kompres bawang merah.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian pra-eksperimental dengan
pendekatan One-group pra-post test design. Dilakukan pengukuran pada anak
demam, diikuti intervensi berupa kompres bawang merah kemudian pengukuran
kembali setelah intervensi. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh anak demam
di Puskesmas Kembaran I Banyumas. Teknik sampel dalam penelitian ini
menggunakan Purposive Sampling. Sampel penelitian ini adalah anak demam di
Puskesmas Kembaran I Banyumas periode bulan Mei-Juli 2017.
Pengumpulan data dengan melakukan pengukuran langsung kepada anak
demam, memberikan intervensi berupa kompres bawang merah, dan melakukan
pengukuran kembali untuk mendapatkan data primer. Pengolahan data dilakukan
dengan komputer dengan langkah-langkah: Editing (Memeriksa data), Coding
(Memberi kode), Transfering (Memindahkan data), Tabulating (Menyusun data),
Entry Data (Memasukkan data), Cleaning (Membersihkan data).
Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian.
Penyajian hasil disajikan secara deskriptif meliputi umur, jenis kelamin, status gizi,
waktu mencapai suhu normal, suhu sebelum kompres bawang merah, suhu setelah
kompres bawang merah, dan selisih suhu tubuh sebelum dan setelah kompres bawang
merah. Analisis statistik parametrik, data harus memenuhi persyaratan distribusi
tertentu. Uji prasyarat yang harus dipenuhi yaitu uji normalitas data. Data sampel
hendaknya memenuhi persyaratan distribusi normal. Uji normalitas data
84 PROSIDING: Seminar Nasional dan Presentasi Hasil-Hasil Penelitian Pengabdian Masyarakat
menggunakan uji Shapiro-Wilk karena jumlah sampelnya kecil (≤50). Hasil uji
normalitas dengan Shapiro-Wilk adalah data tidak berdistribusi normal, oleh karena
itu menggunakan analisis statistik non parametrik. Pada penelitian ini, yang dianalisis
adalah suhu tubuh anak sebelum dan suhu tubuh anak setelah diberi kompres bawang
merah. Teknik analisis yang digunakan untuk non parametrik adalah Wilcoxon.
Peneliti menetapkan Confidence Interval (CI) 95 % dengan taraf signifikansi ( α ) =
5 % (0,05).
Sherwood (2001) dan Hidayat (2005) yang menyatakan bahwa demam adalah
kenaikan suhu tubuh di atas normal. Bila diukur pada rektal >38°C (100,4°F),
diukur pada oral >37,8°C, dan bila diukur melalui aksila >37,2°C (99°F). Sejalan
dengan teori Nield dan Kamat (2011) yang menyatakan bahwa demam adalah
peninggian suhu tubuh dari variasi suhu normal sehari-hari yang berhubungan
dengan peningkatan titik patokan suhu di hipotalamus. Kaneshiro dan Zieve
(2010) juga berpendapat bahwa derajat suhu yang dapat dikatakan demam adalah
rectal temperature ≥38,0°C atau oral temperature ≥37,5°C atau axillary
temperature ≥37,2°C.
6. Suhu Tubuh Anak Setelah Kompres Bawang Merah
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata suhu tubuh anak setelah
kompres bawang merah yaitu 37.098oC, suhu terendah 36.3oC, dan suhu tertinggi
37.2oC. Responden mengalami penurunan suhu tubuh setelah dilakukan kompres
bawang merah sehingga suhu menjadi normal. Suhu tersebut sesuai dengan teori
Kaneshiro and Zieve (2010) yang mengatakan bahwa suhu tubuh normal berkisar
antara 36,5°C-37,2°C.
7. Selisih Suhu Tubuh Anak Sebelum dan Setelah Diberi Kompres Bawang Merah
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata selisih suhu tubuh anak
sebelum dan setelah kompres bawang merah yaitu 0.742oC, selisih suhu terendah
0.3oC, dan selisih suhu tertinggi 1.8oC. Responden mengalami penurunan suhu
tubuh setelah dilakukan kompres bawang merah. Hal tersebut sesuai dengan teori
Berman (2009) yang menyatakan bahwa pada dasarnya menurunkan demam
pada anak dapat dilakukan secara fisik, obat-obatan maupun kombinasi
keduanya. Pemberian obat-obat tradisional juga dipercaya dapat meredakan
demam. Obat-obatan tradisional yang berasal dari tanaman obat (herbalis) bagus
digunakan sebagai pengusir demam. Obat-obatan tradisional memiliki kelebihan,
yaitu toksisitasnya relatif lebih rendah dibanding obat-obatan kimia.
Hasil analisis bivariat menggunakan Uji Wilcoxon disajikan dalam bentuk
tabel berikut:
ISBN 978-602-50798-0-1 87
Tabel 1. Perbedaan suhu tubuh anak sebelum dan setelah kompres bawang merah
Mean Perbedaan
Suhu N ρ
(Minimum-Maksimum) Mean
Sebelum kompres 50 37.832 (37.6 – 38.5)
0.734 0.000
Setelah kompres 50 37.098 (36.3 – 37.2)
SIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh kompres bawang merah
terhadap suhu tubuh anak demam.
DAFTAR PUSTAKA
Arisandi, Yohana dan Andriani, Yofita. (2012). Therapy Herbal Pengobatan
Berbagai Penyakit. Cet 6. Jakarta: Eska Media.
Berman, A. (2009). Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Kozier & Erb. Jakarta:
EGC.
Lubis, M.B., Tjipta, G.D., dan Ali, M. (2009). Demam pada Bayi Baru Lahir. Editor
Ragam Pediatrik Praktis. Medan: USU Press.
Maryunani, Anik. (2010). Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Jakarta: TIM.
NICE Clinical Guidelines. (2007). CG47 Feverish illness in young children: Quick
reference. London: Nice.
ISBN 978-602-50798-0-1 89
Nield L.S. dan Kamat D. (2011). Fever. Dalam: Kliegman R.M., Stanton B.F., St
Geme J.W., Schor N.F., Behrman R.F. eds Nelson Textbook of Pediatrics.
19th ed. Philadelphia, PA: Saunders Elsevier.
Potter dan Perry. (2009). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses &
Praktek. Edisi 4. Vol 1. Jakarta : EGC.
Rachmad, Sri Suryani, dan Paulus Lobo Gareso. (2012). Penentuan Efektifitas
Bawang Merah dan Ekstrak Bawang Merah (Allium Cepa var.
ascalonicum) dalam Menurunkan Suhu Badan. Program Studi Fisika,
Jurusan Fisika, Fakultas MIPA, UNHAS Makassar.
Santich R. and K. Bone. (2008). Infeksi Masa Kanak-kanak Umum dan Manajemen
Demam. Dalam: Phytotherapy Essentials: Anak Sehat Mengoptimalkan
Kesehatan Anak dengan Herbal Warwick. Australia: Phytotherapy Pers.
Septiatitin, Atin. (2009). Apotek Hidup dari Sayuran dan Tanaman Pangan. Cet 1.
Bandung: Yrama Widya.
Setiawati, Tia. (2009). Pengaruh Tepid Sponge. Jakarta: Fakultas Ilmu Kedokteran
Universitas Indonesia.
Sumarmo, Poorwo, dkk. (2010). Buku Ajar Infeksi & Pediatrik Tropis Edisi Kedua.
Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia.
Utami, Prapti dan Mardiana, Lina. (2013). Umbi Ajaib Tumpas Penyakit. Cet 1.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Wong, Donna L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Edisi 6. Jakarta: EGC.
Zerfas A. J., Jelliffe D. B., Jelliffe P. E. F. 1986. Epidemiology and Nutrion in Human
Growth: A Comprehensive Treatise Edisi 2, Methodology Ecological,
Genetics, and Nutritional Effects on Growth. New York: Plenum Press.