Case Report Melita Aditya Sari 12-058
Case Report Melita Aditya Sari 12-058
Case Report Melita Aditya Sari 12-058
DEMAM TIFOID
Pembimbing :
Disusun oleh :
1261050058
FAKULTAS KEDOKTERAN
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas semua
karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Case Report dengan
judul Demam Tifoid sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan stase
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak pada Program Pendidikan Profesi Dokter Fakultas
Penulisan Case Report ini dapat terselesaikan dengan baik atas dorongan dan
bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, dari lubuk hati yang
dr. Alfred Siahaan, SpA selaku dokter pembimbing. Penulis sampaikan rasa hormat
dan terimakasih yang tak terhingga atas bimbingan, ilmu pengetahuan dan motivasi
Akhir kata penulis berharap Case Report ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis menyadari bahwa Case Report ini masih jauh dari sempurna, baik dalam
penulisan maupun penyajian informasinya. Untuk itu penulis mohon maaf segala
kekurangan yang ada. Kritik dan saran sangat penulis harapkan sebagai masukan yang
Penulis
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
Saat ini, diperkirakan terdapat lebih dari 26 juta kasus dengan kultur darah positif
demam enterik setiap tahunnya dengan angka kematian 1%.2 WHO melaporkan
bahwa sekitar 21 juta kasus dan lebih dari 600.000 kematian setiap tahunnya
akibat demam tifoid terjadi di seluruh dunia dan 90% dari angka kematian
441.435 sampel di 5 negara Asia, yaitu: Pakistan, India, Indonesia, Vietnam dan
Cina, didapatkan adanya perbedaan yang cukup signifikan. Insiden demam tifoid
WHO juga mencatat Indonesia sebagai salah satu negara endemik untuk demam
tifoid. Di Indonesia, terdapat rata-rata 900.000 kasus demam tifoid dengan angka
kematian lebih dari 20.000 setiap tahunnya.3 Berdasarkan Hasil Riset Kesehatan
adalah 1.6%.4
Dalam menegakan diagnosis demam tifoid tidak hanya dengan melihat
manifestasi klinis dan pemeriksaan fisik saja namun juga harus didukung dengan
1.2 Tujuan
Adapun tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui dan memahami penegakan
TINJAUAN PUSTAKA
Demam tifoid disebut juga sebagai demam enterik. Penyakit ini merupakan suatu
infeksi sistemik bersifat akut yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi.
invasi bakteri sekaligus multiplikasi ke dalam sel fagosit mononuclear dari hati,
Terdapat terminologi lain yang erat kaitannya yaitu demam paratifoid. Demam
tifoid dan demam paratifoid merupakan penyakit infeksi usus halus. Demam
paratifoid secara patologik maupun klinis sama dengan demam tifoid namun pada
Sejak awal abad ke 20, insidens demam tifoid menurun di USA dan Eropa dengan
ketersediaan air bersih dan sistem pembuangan yang baik yang sampai saat ini
belum dimiliki oleh sebagian besar negara berkembang. Secara keseluruhan,
kematian pada tahun 2000. Insidens demam tifoid tinggi (>100 kasus per 100.000
populasi per tahun) dicatat di Asia Tengah dan Selatan, Asia Tenggara, dan
kemungkinan Afrika Selatan; yang tergolong sedang (10-100 kasus per 100.000
populasi per tahun) di Asia lainnya, Afrika, Amerika Latin, dan Oceania (kecuali
Australia dan Selandia Baru); serta yang termasuk rendah (<10 kasus per 100.000
untuk Salmonella typhi. Bakteri tersebut dapat bertahan hidup selama berhari-
hari di air tanah, air kolam, atau air laut dan selama berbulan-bulan dalam telur
yang sudah terkontaminasi atau tiram yang dibekukan. Pada daerah endemik,
infeksi paling banyak terjadi pada musim kemarau atau permulaan musim hujan.
Dosis yang infeksius adalah 103-106 organisme yang tertelan secara oral. Infeksi
dapat ditularkan melalui makanan atau air yang terkontaminasi oleh feses.
Di Indonesia, insidens demam tifoid banyak dijumpai pada populasi yang berusia
3-19 tahun.1 Selain itu, demam tifoid di Indonesia juga berkaitan dengan rumah
tangga, yaitu adanya anggota keluarga dengan riwayat terkena demam tifoid,
tidak adanya sabun untuk mencuci tangan, menggunakan piring yang sama untuk
makan, dan tidak tersedianya tempat buang air besar dalam rumah.
Berikut ini gambar mengenai insidens demam tifoid dan usia rata-rata pasien dari
studi mengenai demam tifoid di 5 negara Asia, yang salah satunya adalah
Indonesia.
Gambar 2.1 Rentang Insidens Demam Tifoid dan Usia Pasien di Beberapa
Negara Asia
paratyphi enteriditis.
Bakteri ini merupakan bakteri Gram negatif, bentuk batang, dan tidak berspora.
Ukuran bervariasi berkisar 1 – 3.5µm x 0.5 – 0.8µm. Sebagian besar spesies dapat
bergerak aktif dengan flagel peritrika. Bakteri tumbuh pada suasana aerob dan
dan pH pertumbuhan 6 – 8.
Gambar 2.2. Struktur antigenik Salmonellae
endotoksin. Antigen ini tahan terhadap panas dan alkohol tetapi tidak
2. Antigen H (antigen flagela), terletak pada flagela, fimbriae atau pili dari
usus dan selanjutnya berkembang biak. Bila respon imunitas humoral mukosa
(IgA) usus kurang baik maka kuman akan menembus sel-sel epitel usus dan
selanjutnya ke lamina propia. Di lamina propia kuman berkembang biak dan
difagosit oleh sel-sel fagosit terutama makrofag. Kuman dapat hidup dan
berkembang biak di dalam makrofag dan selanjutnya dibawa ke plak Peyeri ileum
terutama hati dan limpa. Dengan periode waktu yang bervariasi antara 1-3
minggu, kuman bermultiplikasi di organ-organ ini kemudian meninggalkan
Di dalam hati, kuman masuk ke kantung empedu, berkembang biak, dan bersama
Sebagian kuman dikeluarkan melalui feses dan sebagian masuk lagi ke dalam
sirkulasi setelah menembus usus. Proses yang sama terulang kembali, oleh karena
terjadi pelepasan beberapa mediator inflamasi (IL-1, IL-6, IL-8, TNF-β, INF,
sistemik seperti demam, malaise, mialgia, sakit kepala, sakit perut, instabilitas
Perdarahan saluran cerna dapat terjadi akibat erosi pembuluh darah di sekitar plak
Peyeri yang sedang mengalami nekrosis dan hiperplasia akibat akumulasi sel-sel
perforasi usus.
Manifestasi klinis demam tifoid ini sangat bervariasi. Pada minggu pertama,
ditemukan keluhan yang serupa dengan penyakit infeksi akut pada umumnya
yaitu demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi
atau diare, perasaan tidak enak di perut, batuk, dan epistaksis. Karakteristik
demamnya adalah step ladder temperature chart dimana demam yang meningkat
secara perlahan-lahan berpola seperti anak tangga dengan suhu yang semakin
meningkat dari hari ke hari, lebih tinggi pada sore dan malam hari dibandingkan
Pada minggu kedua, gejala klinis menjadi semakin berkembang jelas, berupa
kemudian didapatkan pula lidah yang berselaput (kotor ditengah, tepi dan ujung
lidah merah serta tremor), hepatomegali, splenomegali, meteroismus, gangguan
mental berupa somnolen, stupor, koma, delirium, atau psikosis. Selain itu, pasien
juga dapat menunjukkan gejala klinis rose spot, suatu ruam makolopapular yang
berwarna seperti salmon, pucat, dengan ukuran 1-5 mm, sering dijumpai pada
daerah abdomen, thoraks, dan ekstremitas. Ruam ini muncul pada hari ke 7-10
dan bertahan selama 2-5 hari. Hal ini disebabkan oleh karena emboli bakteri pada
dermis.
Pada minggu ketiga, pasien dapat menunjukkan manifestasi klinis berupa demam
abdomen, BAB berbau busuk dan berwarna hijau – kuning. Selain itu, juga dapat
terjadi perforasi usus dan peritonitis. Hal ini disebabkan oleh nekrosis di patch
Peyer.
Pada minggu keempat, demam turun perlahan, kecuali apabila terjadi fokus
infeksi seperti kolesistitis, abses jaringan lunak maka demam akan menetap.
Sampai saat ini masih dilakukan berbagai penelitian yang menggunakan berbagai
bradikardi relatif, coated tongue, nyeri tekan ulu hati, hipertimpani, organomegali
a) Uji Widal
Salmonella typhi. Pada uji Widal terjadi suatu reaksi aglutinasi antara
yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Uji ini dilakukan untuk
tubuh bakteri.
flagella bakteri.
yang penting untuk demam tifoid. Titer aglutinin O yang positif dapat
bulan terakhir tidak mendapat vaksinasi atau baru sembuh dari demam
tifoid.
keempat, dan tetap tinggi selama beberap minggu. Pada fase akut, mula
kesembuhan penyakit.
b) Uji Tubex
IDL Biotech, Broma, Sweden. Uji ini sangat cepat, hanya membutuhkan
waktu 5-10 menit, sederhana dan akurat. Uji ini mendeteksi serum
color scale yang tersedia. Range dari color scale adalah dari nilai 0 (warna
Nilai Tubex® yang menunjukan nilai positif disertai dengan tanda dan gejala
klinis yang sesuai dengan gejala demam tifoid, merupakan indikasi demam
Salmonella Typhi dalam biakan dari darah, urine, feses dan sumsum tulang.
Bakteri akan lebih mudah ditemukan dalam darah dan sumsum tulang pada
awal penyakit, sedangkan pada stadium berikutnya di dalam urine dan feses.
Hasil biakan yang positif memastikan demam tifoid akan tetapi hasil negatif
faktor, seperti :
10 cc darah). Bila darah yang dibiak terlalu sedikit hasil biakan bisa
negatif.
media empedu dari sapi. Media ini dapat meningkatkan positivitas hasil karena
hanya Salmonella Typhi dan Salmonella Paratyphi yang dapat tumbuh pada
media tersebut.
Biakan darah terhadap Salmonella juga tergantung dari saat pengambilan pada
90% dari penderita pada minggu pertama sakit dan positif 10-50%
pada akhir minggu ketiga. Sensitivitasnya akan menurun pada sampel penderita
yang telah mendapatkan antibiotika dan meningkat sesuai dengan volume darah
hingga minggu ketiga (75%) dan turun secara perlahan. Biakan urin positif
80-95% kasus dan sering tetap positif selama perjalanan penyakit dan
penderita yang sudah pernah mendapatkan terapi atau dengan kultur darah
negatif sebelumnya. Namun prosedur ini sangat invasif sehingga tidak dipakai
dalam praktek sehari-hari. Pada keadaan tertentu dapat dilakukan kultur pada
spesimen empedu yang diambil dari duodenum dan memberikan hasil yang
cukup baik akan tetapi tidak digunakan secara luas karena adanya risiko aspirasi
Penatalaksanaan demam tifoid pada anak dibagi atas dua bagian besar, yaitu
namun juga ditujukan kepada penderita karier salmonella typhi, pencegahan pada
anak berupa pemberian imunisasi tifoid dan profilaksis bagi traveller dari daerah
antipiretik, pemberian nutrisi yang adekuat serta transfusi darah bila ada indikasi,
penderita demam tifoid. Gejala demam tifoid pada anak lebih ringan dibanding
orang dewasa, karena itu 90 % pasien demam tifoid anak tanpa komplikasi, tidak
perlu dirawat di rumah sakit dan dengan pengobatan oral serta istirahat baring di
rumah sudah cukup untuk mengembalikan kondisi anak menjadi sehat dari
penyakit tersebut.11
Pemilihan obat antibiotik lini pertama pengobatan demam tifoid pada anak di
mempunyai beberapa kelebihan sebagai obat demam tifoid yaitu efikasinya yang
baik (demam turun rata-rata hari ke 4-5 setelah pengobatan dimulai), mudah
leukemia dan menyebabkan Gray baby syndrome. Adapun kelemahan lain obat
ini adalah tingginya angka relaps bila diberikan sebagai terapi demam tifoid dan
bagi dalam 1 atau 2 dosis (maksimal 4 gram / hari) selama 5 – 7 hari atau
sefotaksim 150 – 200 mg/kg/ hari dibagi dalam 3 – 4 dosis efektif pada isolat
yang rentan terhadap obat kloramfenikol dan obat antibiotik untuk demam tifoid
lainnya. Strain yang resisten umumnya rentan terhadap obat sefalosporin generasi
ini. Bahkan untuk beberapa kasus yang resisten terhadap fluorokuinolon, obat
seftriakson dianggap masih sensitif dan membawa hasil yang baik bila digunakan
diberikan sebagai alternatif, terutama apabila jumlah leukosit < 2000/µ atau
Strategi pencegahan yang dipakai adalah untuk selalu menyediakan makanan dan
kebersihan tangan dan lingkungan, sanitasi yang baik, dan tersedianya air bersih
kasus resistensi.6
pendatang dari negara maju ke daerah yang endemik demam tifoid. Vaksin-
Vaksin Vi Polysaccharide
Vaksin ini diberikan pada anak dengan usia di atas 2 tahun dengan
80%.
Vaksin Ty21a
Vaksin oral ini tersedia dalam sediaan salut enterik dan cair yang
diberikan pada anak usia 6 tahun ke atas. Vaksin diberikan 3 dosis yang
masing-masing diselang 2 hari. Antibiotik dihindari 7 hari sebelum dan
sesudah vaksinasi. Vaksin ini efektif selama 3 tahun dan memberikan efi
Vaksin Vi-conjugate
Vaksin ini diberikan pada anak usia 2-5 tahun di Vietnam dan
vaksinasi. Efikasi vaksin ini menetap selama 46 bulan dengan efi kasi
Perforasi usus halus dilaporkan dapat terjadi pada 0,5-3% sedangkan perdarahan
usus terjadi 1-10% dari kasus demam tifoid pada anak. Penyulit ini biasanya
terjadi pada minggu ke-3 saat sakit, namun pernah pula dilaporkan terjadi pada
dan peningkatan frekuensi nadi. Perforasi usus halus ditandai dengan nyeri
abdomen lokal pada kuadran bawah akan tetapi dilaporkan nyeri juga yang
peritonitis yang lain. Beberapa kasus perforasi usus halus mempunyai manifestasi
afasia, ataksia serebral akut, tuli, mielitis transversal, neuritis perifer maupun
penyulit neurologik yang terjadi, jarang dilaporkan gejala sisa yang permanen
(sekuele).
ST-T pada EKG, syok kardiogenik, infiltrasi lemak maupun nekrosis pada
jantung. Hepatitis tifosa asimtomatik dapat dijumpai pada kasus demam tifoid
hanya itu, pada penderita demam tifoid juga dapat dijumpai ikterus dengan atau
kronik yang terjadi kepada penderita setelah mengalami demam tifoid dapat
dikaitkan dengan adanya batu empedu dan fenomena pembawa kuman (karier).
typhi melalui urin disaat sakit ataupun sembuh. Sistitis bahkan pielonefritis juga
ginjal maupun sindrom nenfrotik mempunyai prognosis yang buruk. Pada demam
tifoid, pneumonia termasuk sering dijumpai sebagai penyulitnya. Keadaan ini
dapat timbul karena adanya kuman Salmonella typhi, akan tetapi seringkali juga
sebagai akibat dari infeksi sekunder oleh kuman lain. Penyulit lain yang dapat
hemolytic uremic syndrome (HUS), fokal infeksi pada beberapa lokasi sebagai
akibat bakteremia seperti infeksi pada tulang, otak, hati, limpa, otot, kelenjar
Relaps yang didapat pada 5-10% kasus demam tifoid saat era pre antibiotik,
sekarang sudah jarang ditemukan. Jika relaps terjadi, maka demam akan muncul
kembali dua minggu setelah penghentian antibiotik. Namun, relaps juga pernah
mengalami demam namun gejala lainnya masih tampak dan masih dalam
≥3 bulan setelah infeksi umumnya akan menjadi karier kronis. Risiko untuk
menjadi karier pada anak- anak terbilang rendah dan dapat meningkat sesuai usia.
Karier kronik terjadi pada 1-5% dari seluruh pasien demam tifoid. Bila
STATUS PASIEN
Nama : An. CN
Pekerjaan : Pelajar
Agama : Islam
Ayah
Ibu
Pasien datang ke IGD RS PGI Cikini diantar oleh ibunya dengan keluhan
demam sejak 8 hari SMRS. Ibu pasien mengatakan anaknya demam tinggi
terutama pada sore dan malam hari. Namun, pada pagi hari demamnya turun
dan anaknya dapat beraktivitas kembali. Keluhan mual dan muntah > 4 kali
berisi makanan juga dirasakan oleh pasien. Selain itu, keluhan perut kembung
dan tidak BAB sejak 2 hari SMRS juga dirasakan oleh pasien. Nafsu makan
berkurang dan pasien tampak lemas. Keluhan mimisan, gusi berdarah, dan
bercak merah pada kulit disangkal. Riwayat sakit kuning dan keluhan BAK
seperti teh serta BAB dempul juga disangkal. Keluhan seperti ini baru pertama
kali dialami oleh pasien. Pasien sudah berobat ke puskesmas dan diberikan
Dalam keluarga pasien tidak ada yang mengalami keluhan yang sama.
Riwayat Alergi
Riwayat Kehamilan
Perawatan Antenatal
Riwayat Kelahiran
Panjang Badan : 48 cm
Psikomotor
Tengkurap : 5 bulan
Duduk : 7 bulan
Berdiri : 10 bulan
Berjalan : 15 bulan
Berbicara : 13 bulan
Riwayat Makanan
0-6 Bulan
ASI Eksklusif diberikan setiap 2-3 jam selama 15 menit dalam sehari
6-9 Bulan
Selain itu, juga diberikan bubur saring dengan lauk daging ayam / hati
aya / ikan / telur serta wortel dan bayam yang dihaluskan diberikan
sebanyak 3 kali sehari (1/3 mangkuk dewasa) serta buah pisang / papaya
12 Bulan - sekarang
sehari serta diberikan nasi tim dengan lauk daging ayam / hati ayam /
ikan / telur serta sayuran yang bervariasi diberikan sebanyak 3 kali
sehari.
Kesadaran : Composmentis
Tanda-Tanda Vital
Frekuensi Denyut Nadi : 96 kali / menit, regular, kuat angkat, isi cukup
Suhu : 38.9 C
Data-Data Antopometri
(+/+)
Paru :
Jantung :
sinistra
midclavicula sinistra
Hematokrit 31 % 37 - 43 %
Hitung Jenis
Basofil 0% 0–1%
Eosinofil 0% 1–3%
Neutrofil Batang 1% 2–6%
Neutrofil Segmen 63 % 50 – 70 %
Limfosit 34 % 20 – 40 %
Monosit 2% 2–8%
Pemeriksaan Serologi
WIDAL NILAI RUJUKAN
3.5 Resume
Seorang pasien berusia 4 tahun datang dengan keluhan demam sejak 8 hari
SMRS. Ibu pasien mengatakan anaknya demam tinggi terutama pada sore dan
malam hari. Namun, pada pagi hari demamnya turun dan anaknya dapat
beraktivitas kembali. Keluhan mual dan muntah > 4 kali berisi makanan juga
dirasakan oleh pasien. Selain itu, keluhan perut kembung dan tidak BAB sejak
2 hari SMRS juga dirasakan oleh pasien. Nafsu makan berkurang dan pasien
tampak lemas. Keluhan seperti ini baru pertama kali dialami oleh pasien.
Pasien sudah berobat ke puskesmas dan diberikan obat penurun demam namun
96 kali per menit (regular, kuat angkat, isi cukup), frekuensi pernapasan 24 kali
per menit (regular), suhu 38.9º C. Pada pemeriksaan mulut, tampak coated
tongue (+) pada lidah. Pada pemeriksaan abdomen terdapat nyeri tekan regio
lengkap dan pemeriksaan serologi (tes widal). Dari hasil pemeriksaan darah
(+) 1/160.
Diagnosis Banding :
1. Morbili
2. Pneumonia
3.7 Penatalaksanaan
Kebutuhan kalori : 90 kcal / kgBB / hari Diet Lunak, 1250 kalori / hari
Kebutuhan cairan : 1175 ml / hari IVFD RL 16 tpm ( Makro )
Edukasi
3.8 Prognosis
Ad Vitam : Ad Bonam
Ad Functionam : Ad Bonam
Ad Sanationam : Ad Bonam
Follow Up (14 Desember 2017)
Thoraks
I : Pergerakan dinding thoraks simteris
P : Vokal fremitus simetris
P : Sonor-sonor
A: Bunyi nafas dasar vesikuler, Rh -/- Wh -/-
Bunyi jantung I & II regular, murmur (-), gallop
(-)
Abdomen
I : Perut tampak datar
A : BU (+) 6 x/menit
P : Hipertimpani, Nyeri ketuk (-)
P : Supel, Nyeri tekan (-)
Ekstremitas
Superior : CRT < 2 detik, Edema (-), Akral Hangat
Inferior : CRT < 2 detik, Edema (-), Akral Hangat
Follow Up (15 Desember 2017)
Thoraks
I : Pergerakan dinding thoraks simteris
P : Vokal fremitus simetris
P : Sonor-sonor
A: Bunyi nafas dasar vesikuler, Rh -/- Wh -/-
Bunyi jantung I & II regular, murmur (-), gallop
(-)
Abdomen
I : Perut tampak datar
A : BU (+) 6 x/menit
P : Hipertimpani, Nyeri ketuk (-)
P : Supel, Nyeri tekan (-)
Ekstremitas
Superior : CRT < 2 detik, Edema (-), Akral Hangat
Inferior : CRT < 2 detik, Edema (-), Akral Hangat
BAB 4
ANALISA KASUS
PGI Cikini diantar oleh ibunya dengan keluhan demam sejak 8 hari SMRS. Ibu
pasien mengatakan anaknya demam tinggi terutama pada sore dan malam hari.
Namun, pada pagi hari demamnya turun dan anaknya dapat beraktivitas
kembali. Keluhan mual dan muntah > 4 kali berisi makanan juga dirasakan oleh
pasien. Selain itu, keluhan perut kembung dan tidak BAB sejak 2 hari SMRS
juga dirasakan oleh pasien. Nafsu makan berkurang dan pasien tampak lemas.
Keluhan mimisan, gusi berdarah, dan bercak merah pada kulit disangkal.
Riwayat sakit kuning dan keluhan BAK seperti teh serta BAB dempul juga
disangkal. Keluhan seperti ini baru pertama kali dialami oleh pasien. Pasien
sudah berobat ke puskesmas dan diberikan obat penurun demam namun tidak
ada perbaikan.
frekuensi denyut nadi 96 kali per menit (regular, kuat angkat, isi cukup),
pemeriksaan mulut, tampak coated tongue (+) pada lidah. Pada pemeriksaan
serologi diperoleh titer S. typhi O (+) 1/320 dan S.paratyphi AO (+) 1/160.
dapat ditegakan diagnosis bahwa pasien mengalami Demam Tifoid. Hal ini
secara bertahap, demam lebih tinggi terutama pada sore dan malam hari,
ini sesuai dengan teori mengenai manifestasi klinis pada demam tifoid.
berikut.
demam.
hipotalamus.
Konstipasi
Bradikardi Relatif
Coated tongue
Leukopenia
Bakteri Salmonella typhi memiliki evasi fagositik yang baik yaitu
tulang leukopenia.
Penatalaksanaan kasus pada pasien sudah sesuai dengan teori dimana pada pasien
Kebutuhan kalori : 90 kcal / kgBB / hari. Diet Lunak, 1250 kalori / hari
Edukasi
Mengkonsumsi makanan dalam mencukupi kebutuhan gizi
Diseases.2015(35):96-102.
3. WHO Departement Vaccines and Biological. “The organism, the disease and
2018.
5. Soedarmo, Sumarmo SP; Garna, Herry; Hadinegoro, Sri Rezeki; Satari, Hindra
Irawan. “Demam Tifoid”. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis Edisi
9. Vala, Snehal; Shah, Urvesh; Ahmad, Syed Amir; Scolnik, Dennis; Glatstein,
10. Anagha K, Deepika B, Shahriar R, Sanjeev K. “The Easy and Early Diagnosis
Demam Tifoid”.2013:30-41.