Chapter II
Chapter II
Chapter II
TINJAUAN PUSTAKA
Industri Farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri
Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat. Obat adalah
bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi, yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka
dan kontrasepsi untuk manusia. Bahan obat adalah bahan baik yang berkhasiat
maupun tidak berkhasiat yang digunakan dalam pengolahan obat dengan standar dan
kegiatannya. Oleh karena itu, industri tersebut wajib memenuhi persyaratan yang
5. Komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung atau tidak langsung
industri tersebut:
1. Melakukan pemindah tanganan hak milik izin usaha industri farmasi dan
dahulu.
4. Dengan sengaja memproduksi obat jadi atau bahan baku obat yang tidak
proses di industri farmasi dalam pembuatan obat jadi, sesuai dengan keputusan
Baik. Pedoman CPOB bertujuan untuk menjamin obat dibuat secara konsisten,
menjamin bahwa obat yang bermutu tinggi tidaklah cukup bila produk jadi hanya
sekedar lulus dari serangkaian pengujian, tetapi yang lebih penting adalah bahwa
mutu harus dibentuk ke dalam produk tersebut (to build quality into the product).
Mutu obat tergantung pada bahan awal, bahan pengemas, proses produksi,
pengendalian mutu, bangunan, peralatan yang dipakai, serta personel yang terlibat.
Oleh karena itu, Pemastian Mutu suatu obat hendaknya dibuat dalam kondisi yang
perubahan-perubahan yang sangat cepat pula dalam konsep serta persyaratan CPOB.
1. Manajemen Mutu
2. Personalia
4. Peralatan
6. Produksi
7. Pengawasan Mutu
dokumen izin edar (registrasi) dan tidak menimbulkan risiko yang membahayakan
penggunaannya karena tidak aman, mutu rendah atau tidak efektif. Manajemen Mutu
bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan ini melalui suatu “kebijakan mutu” yang
diperlukan sistem Pemastian Mutu yang didesain secara menyeluruh dan diterapkan
secara benar serta menginkorporasi cara pembuatan obat yang baik termasuk
adalah:
a. Suatu infrastruktur atau sistem mutu yang tepat mencakup struktur organisasi,
kepercayaan yang tinggi, sehingga produk atau jasa pelayanan yang dihasilkan
Pengawasan Mutu dan Manajemen Risiko Mutu adalah aspek Manajemen Mutu
yang saling terkait. Konsep tersebut diuraikan di sini untuk menekankan hubungan
dan betapa penting konsep tersebut dalam produksi dan pengawasan produk (Badan
POM, 2012).
2.2.2 Personalia
sistem Pemastian Mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Oleh
sebab itu, Industri Farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan personel yang
terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Tiap
personel hendaklah memahami prinsip CPOB serta memperoleh pelatihan awal dan
pekerjaannya.
berpengalaman praktris dalam jumlah yang memadai. Tiap personel hendaklah tidak
dibebani tanggung jawab yang berlebihan untuk menghindarkan risiko terhadap mutu
obat. Suatu Industri Farmasi harus memiliki struktur organisasi yang menguraikan
tersebut boleh didelegasikan kepada wakil yang ditunjuk dengan syarat wakil
tersebut memiliki tingkat kualifikasi yang memadai. Personel kunci yang harus ada
1. Personel Kunci
harus dipimpin oleh seorang Apoteker yang berbeda, yang tidak saling
c. Manajer Pengawasan Mutu harus seorang Apoteker yang handal, terlatih dan
dokumen-dokumen.
Pengawasan Mutu.
f. Tersedia tenaga yang terlatih secara teknis dalam jumlah yang memadai
g. Tanggung jawab yang diberikan pada setiap personel harus tidak terlalu
h. Tugas dan tanggung jawab harus diberikan dengan jelas serta dapat dipahami
3. Pelatihan
a. Seluruh personel yang terlibat dalam kegiatan pembuatan obat, harus dilatih
CPOB.
b. Pelatihan harus diberikan oleh orang yang ahli. Perhatian khusus diberikan
bagi mereka yang bekerja di daerah steril dan daerah bersih atau yang bekerja
sensitisasi.
persyaratan CPOB.
konstruksi, letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat dengan
baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan desain
ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil terjadi risiko kekeliruan,
pencemaran silang dan kesalahan lain serta memudahkan pembersihan, sanitasi dan
atau kotoran dan dampak lain yang dapat menurunkan mutu obat.
kontaminasi.
2. Kelas A atau kelas 100, berada di bawah aliran udara laminer dan memiliki
latar belakang untuk zona kelas A dan memiliki efisiensi saringan udara akhir
sebesar 99.995%.
4. Kelas C atau kelas 10.000, merupakan ruang bersih, memiliki efisiensi saringan
5. Kelas D atau kelas 100.000, adalah ruangan bersih, memiliki efisiensi saringan
6. Kelas E adalah ruangan umum dan ruangan khusus, memiliki efisiensi saringan
dinding, lantai dan langit-langit hendaklah licin, bebas dari keretakan dan sambungan
terbuka serta mudah dibersihkan dan bila perlu mudah didesinfeksi. Lantai di daerah
pengolahan hendaklah dibuat dari bahan kedap air, permukaan yang rata dan
memungkinkan pembersihan secara cepat dan efisien. Dinding juga hendaklah kedap
air dan memiliki permukaan yang mudah dicuci. Sudut-sudut antara dinding, lantai
2.2.4 Peralatan
dan konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai, serta ditempatkan dan dikualifikasi
dengan tepat agar mutu obat yang dihasilkan dapat terjamin, seragam dari bets ke
kontaminasi silang, penumpukan debu atau kotoran dan, hal-hal yang umumnya
atau produk jadi tidak boleh menimbulkan reaksi, adisi atau absorpsi yang
ditentukan.
2) Hendaklah tersedia alat timbang dan alat ukur dengan rentang dan ketelitian
yang tepat untuk proses produksi dan pengawasan. Peralatan yang digunakan
Hasil pemeriksaan dan kalibrasi hendaklah dicatat dan disimpan dengan baik.
2) Air, uap dan udara bertekanan atau vakum serta saluran lain hendaklah
dipasang sedemikian rupa agar mudah diakses pada tiap tahap proses. Pipa
hendaklah diberi penandaan yang jelas untuk menunjukkan isi dan arah
aliran.
produk.
3) Peralatan dan alat bantu hendaklah dibersihkan, disimpan dan bila perlu
4) Bila peralatan digunakan untuk produksi produk dan produk antara yang
dan sisa kontaminan (misal: hasil urai atau tingkat mikroba yang melebihi
batas).
Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi hendaklah diterapkan pada setiap
aspek pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi personalia,
bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya dan setiap hal
dihilangkan melalui suatu program sanitasi dan higiene yang menyeluruh dan
terpadu. Sanitasi dan higiene yang diatur dalam pedoman CPOB terbaru adalah
persyaratan.
2.2.6 Produksi
produk yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi ketentuan izin pembuatan
c. Kerusakan wadah dan masalah lain yang dapat berdampak merugikan terhadap
Pengawasan Mutu.
d. Semua bahan dan produk jadi hendaklah disimpan pada kondisi seperti yang
f. Selama pengolahan, semua bahan, wadah produk ruahan, peralatan atau mesin
produksi dan bila perlu ruang kerja yang dipakai hendaklah diberi label atau
penandaan dari produk atau bahan yang sedang diolah, kekuatan (bila ada) dan
proses produksi.
Bila terjadi penyimpangan maka hendaklah ada persetujuan tertulis dari kepala
bagian Pemastian Mutu dan bila perlu melibatkan bagian Pengawasan Mutu.
Untuk memastikan bahwa tiap bets/lot produk antara, produk ruahan atau produk
jadi dapat diidentifikasi. Sistem penomoran bets/lot yang digunakan pada tahap
penomoran bets/lot hendaklah menjamin bahwa nomor bets/lot yang sama tidak
dipakai secara berulang. Alokasi nomor bets/lot hendaklah segera dicatat dalam
suatu buku log. Catatan tersebut hendaklah mencakup tanggal pemberian nomor,
memberikan kepastian bahwa produk secara konsisten mempunyai mutu yang sesuai
mutu mulai dari awal pembuatan sampai kepada distribusi produk jadi.
semua pengujian yang relevan telah dilakukan, dan bahan tidak diluluskan untuk
mencakup semua keputusan yang berhubungan dengan mutu produk, yaitu uji
Bagian ini harus independen dari bagian lain dan di bawah tanggung jawab dan
membawahi satu atau beberapa laboratorium. Selain itu harus didukung dengan
d. Memastikan pemberian label yang benar pada wadah bahan dan produk.
f. Meluluskan atau menolak tiap bets bahan awal, produk antara, produk ruahan
g. Melakukan evaluasi stabilitas semua produk jadi secara berkelanjutan dan bahan
awal jika diperlukan, serta menetapkan kondisi penyimpanan bahan dan produk
h. Menetapkan masa simpan bahan awal dan produk jadi berdasarkan data
berlaku dan menyimpan baku pembanding tersebut pada kondisi yang tepat.
k. Menyimpan catatan analitis dari hasil pengujian semua sampel yang diambil.
m. Ikut serta dalam program inspeksi diri bersama dengan bagian lain dari
perusahaan.
2.2.8 Inspeksi diri, audit mutu dan audit & persetujuan pemasok.
Inspeksi Diri dilakukan secara independen dan rinci oleh petugas yang
obyektif. Tujuan Inspeksi Diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua aspek
Produksi dan Pengawasan Mutu industri farmasi telah memenuhi ketentuan CPOB.
Inspeksi Diri hendaklah dilakukan secara rutin. Prosedur dan Catatan Inspeksi Diri
awal, bahan pengemas dan obat jadi, peralatan, pengolahan dan pengawasan-selama-
proses, Pengawasan Mutu, Dokumentasi, Sanitasi dan Higiene, Program Validasi dan
Revalidasi, Kalibrasi alat atau sistem pengukuran, Prosedur Penarikan Kembali Obat
Jadi, penanganan keluhan, pengawasan label dan hasil inspeksi diri sebelumnya serta
tindakan perbaikan.
diri dapat dilakukan per bagian sesuai dengan kebutuhan perusahaan, namun Inspeksi
Diri yang menyeluruh hendaklah dilakukan minimal satu kali dalam setahun. Semua
hasil pengamatan hendaklah dicatat dan dijadikan laporan. Selain mencakup hasil
inspeksi diri, laporan tersebut menyertakan evaluasi serta kesimpulan dan saran
tindakan perbaikan.
Audit Mutu berguna sebagai pelengkap inspeksi diri. Audit Mutu meliputi
pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari sistem Manajemen Mutu
dilaksanakan oleh spesialis dari luar atau independen atau tim yang dibentuk khusus
Penarikan kembali produk adalah suatu proses penarikan kembali dari satu
atau beberapa bets atau seluruh bets produk tertentu dari peredaran. Penarikan
kembali produk dilakukan apabila ditemukan produk yang cacat mutu atau bila ada
laporan mengenai reaksi yang merugikan yang serius serta berisiko terhadap
kesehatan. Produk kembalian adalah obat jadi yang telah beredar, yang kemudian
atau alasan lain misalnya kondisi wadah atau kemasan yang dapat menimbulkan
keraguan akan identitas, mutu, jumlah dan keamanan obat yang bersangkutan.
a. Keluhan mengenai mutu yang berupa kerusakan fisik, kimiawi atau biologis dari
c. Keluhan mengenai efek terapetik produk seperti produk tidak berkhasiat atau
diketahui ada produk yang cacat mutu atau diterima laporan mengenai reaksi
yang merugikan.
dalam persediaan.
3) Produk kembalian yang tidak memenuhi spesifikasi dan tidak dapat diproses
ulang.
penyalahgunaan bahan atau produk oleh orang yang tidak mempunyai wewenang.
2.2.10 Dokumentasi
dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari Pemastian Mutu.
Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap personel
menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga
memperkecil risiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul
harus bebas dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis. Keterbacaan dokumen
ditandatangani dan diberi tanggal oleh personel yang sesuai dan diberi wewenang.
Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara benar dan
menyebabkan produk atau pekerjaan dengan mutu yang tidak memuaskan. Kontrak
tertulis antara pemberi kontrak dan penerima kontrak harus dibuat secara jelas untuk
menyatakan secara jelas prosedur pelulusan tiap bets suatu produk yang akan
diedarkan. Pelulusan bets tersebut menjadi tanggung jawab penuh Kepala Bagian
a. Pemberi kontrak
melaksanakan pekerjaan kontrak secara benar dan sesuai izin edar dan
3) Memastikan bahwa semua produk yang diproses dan bahan yang dikirimkan
2) Memastikan bahwa semua produk dan bahan yang diterima sesuai dengan
tujuan penggunaannya.
4) Membatasi diri dari segala aktifitas yang dapat berpengaruh buruk pada mutu
diperlukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan yang
dilakukan. Perubahan signifikan terhadap fasilitas, peralatan, dan proses yang dapat
a. Kualifikasi
b. Validasi proses
dipasarkan.
rutin dilakukan.
dan pencemaran mikroba, secara rasional hendaklah didasarkan pada bahan yang
analisis sesuai tujuan penggunaannya. Metode analisa yang divalidasi antara lain:
proses dan teknologi yang sangat kompleks. Ada beberapa bagian yang banyak
d. Fermentasi
e. Formulasi
limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) adalah sisa suatu usaha atau kegiatan yang
mengandung bahan berbahaya dan beracun yang karena sifat, konsentrasi, dan
jumlahnya baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan
hidup manusia dan mahluk hidup lainnya. Limbah industri farmasi merupakan
b. Pelarut bekas
i. Limbah Laboratorium
arsen), raksa dan senyawanya, kadmium, talium, berilium, senyawa krom (VI),
timbal, antimon, fenol dan senyawa fenol, sianida organik dan anorganik, isosianat,
perklorat, eter, bahan kimia dari laboratorium, asbes, polisiklik aromatis hidrokarbon
(PAH), metalkarbonil, senyawa tembaga yang larut asam dan basa yang digunakan
1. Proses fisik
Tujuannya untuk memisahkan bahan pencemar yang tidak larut dalam air,
a. Penyaringan
Air limbah dialirkan melalui saringan yang akan menahan padatan kotor yang
dapat merusak atau mengganggu peralatan pengolahan (kran pompa dan lain
b. Pemisahan pasir
Pasir dalam air limbah harus dipisahkan karena cenderung untuk mengendap
c. Pemisahan minyak
sebab akan menempel pada peralatan pengolahan dan akan mengganggu pada
Proses ini untuk memisahkan partikel padat berukuran 0,4 mm dari dalam air
pengapungan.
Tujuannya untuk memisahkan bahan pencemar yang tidak larut dalam air tetapi
tidak dapat didegradasi secara biologis, baik organik (bahan warna organik, fenol
dan sebagainya) maupun bahan anorganik seperti Cu, Hg, CN, PO4 dan lain
sebagainya.
Pengawasan Mutu setiap produksi sediaan farmasi sesuai dengan persyaratan yang
terdapat dalam CPOB. Selain dalam tiga bidang tersebut, Apoteker di industri
farmasi juga berperan dalam berbagai bidang lainnya, diantaranya bidang penelitian