7499 24923 1 PB
7499 24923 1 PB
7499 24923 1 PB
Fadjryani1
1Staf Pengajar Program Studi Statistika Jurusan Matematika FMIPA Universitas Tadulako
Jalan Soekarno-Hatta Km. 09 Tondo, Palu 94118, Indonesia.
[email protected]
ABSTRACT
Mung bean is a kind of cash crops containing higher mineral and protein. Seed is a part of the mung bean plants
that have economic value. Mung bean seed planted in certain medium will thrive and grow into sprouts.
Germination is an initial process of growth and development of the seeds into a new plant. To produce stem
sprouts that have good quality of growth then it is necessary to conduct a research on the mung bean sprouts.
The purpose of this study was to determine the effect of combined treatment interaction with time on growth and
development of the mung bean germination. This study was carried out for over 7 (seven) days at biology
laboratory FMIPA, Tadulako University. This study is an experiment repeated observations using two-factor
factorial design and a completely randomized design as a design environment. Such a plan is called a factorial
design in RAL (A Completely Randomized Design). The first factor is the intensity of light (IC), which consists of
three levels, namely: mung beans were placed in a dark place or a place that is not exposed to sunlight at all
(C1), a shady place or a place that gets indirect sunlight (C2), bright spots or places that receive direct sunlight
(C3). The second factor is the growing medium consisting of 2 types of wetlands (MT1) and cotton (MT2).
Responses observed in this study is the growth and development of mung bean germination. observation of
responses carried for seven days. Number of combination treatment was 6 units. For each treatment combination
places 5 mung beans seeds. Mung beans used in this experiment were considered to have similar quality. The
experiment was repeated for 3 times so there were 18 units of the experiments. Each experimental unit was
watering with the same volume of water. From the Anova (Analysis of Variance) it is concluded that the light
intensity factor (C1), the planting medium (MT), time (C), interactions IC*C , C*MT interaction and interaction
IC*MT*C has a significant effect on the response observed which is indicated by the p value of less than 5% α
(significance level) (0.00001) while the interaction between IC*MT did not significantly affect the response
observed (p = 0.6098 >5). Based on the results of Duncan's multiple comparisons, it was obtained a fact that IC1
was significantly different from IC2 and IC3. Response of stem growth for IC2 was longer than IC1 and IC3.
82
MT1 was also significantly different from MT2. MT1 produced longer plants compared with MT2, while the
influence of time C1, C2, C3, C4, C5, C6, and C7 were significantly different to the response observed. This was
proved by the increasing length of the stems of the plants along with increasing time.
ABSTRAK
Kacang hijau adalah sejenis tanaman palawija yang mengandung mineral dan protein yang tinggi. Bagian yang
bernilai ekonomis dari kacang hijau adalah bijinya. Biji kacang hijau yang ditanam pada media tertentu akan
tumbuh dan berkembang menjadi kecambah. Kecambah merupakan proses awal pertumbuhan dan
perkembangan biji menjadi tumbuhan baru. Dalam rangka menghasilkan pertumbuhan batang kecambah yang
berkualitas, dilakukan penelitian terhadap kecambah kacang hijau. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh interaksi kombinasi perlakuan dengan waktu terhadap pertumbuhan dan perkembangan
perkecambahan kacang hijau. Penelitian ini dilakukan selama 7 (tujuh) hari di Laboratorium Biologi FMIPA
Universitas Tadulako. Penelitian ini merupakan percobaan pengamatan berulang dengan rancangan dasar
faktorial dua faktor dan menggunakan rancangan lingkungannya adalah rancangan acak lengkap. Rancangan
semacam ini disebut rancangan Faktorial dalam waktu RAL. Faktor pertama adalah intensitas cahaya (IC) yang
terdiri dari 3 (tiga) taraf yaitu biji kacang hijau yang diletakkan pada tempat gelap atau tempat yang tidak terkena
cahaya matahari sama sekali (C1), redup atau tempat yang mendapat cahaya matahari secara tidak langsung
(C2) dan terang atau tempat yang mendapat cahaya secara langsung (C3). Faktor kedua adalah Media tanam,
terdiri dari 2 taraf yaitu tanah lembab (MT1) dan kapas (MT2). Respon yang diamati adalah pertumbuhan dan
perkembangan perkecambahan kacang hijau. Pengamatan terhadap respon dilakukan selama 7 (tujuh) hari.
Jumlah kombinasi perlakuan sebanyak 6 buah. Pada setiap kombinasi perlakuan diletakkan 5 (lima) biji kacang
hijau. Biji kacang hijau yang digunakan dianggap memiliki kualitas yang seragam. Percobaan tersebut diulang
sebanyak 3 kali sehingga unit percobaan sebanyak 18 unit. Tiap unit percobaan diberi perlakuan berupa
penyiraman air dengan volume yang sama. Dari tabel sidik ragam diperoleh kesimpulan bahwa faktor intensitas
cahaya (IC), media tanam (MT), waktu (C), interaksi IC*C, interaksi MT*C dan interaksi IC*MT*C berpengaruh
nyata terhadap respon yang diamati yang ditunjukkan dengan perolehan nilai p yang kurang dari taraf nyata 5%
(0,0001) sedangkan untuk interaksi antara IC*MT tidak berpengaruh nyata terhadap respon yang diamati (nilai p
= 0,6098 > 0,05). Berdasarkan hasil dari perbandingan berganda Duncan diperoleh fakta bahwa IC2 berbeda
nyata dengan IC1 dan IC3. Respon pertumbuhan batang tanaman untuk faktor IC2 lebih panjang dibandingkan
IC1 dan IC3. Demikian pula halnya dengan MT1 berbeda nyata dengan MT2. MT1 menghasilkan pertumbuhan
respon lebih panjang jika dibandingkan dengan MT2. Sedangkan pengaruh waktu C1, C2, C3, C4, C5, C6 dan
C7 sangat berbeda nyata terhadap respon yang diamati. Hal ini terbukti dengan semakin panjangnya batang
tanaman seiring dengan bertambahnya waktu.
82
I. PENDAHULUAN
Di Indonesia, kacang hijau menempati urutan ketiga terpenting sebagai tanaman pangan
legum, setelah kedelai dan kacang tanah. Kacang hijau adalah sejenis tanaman budidaya dan
palawija yang dikenal luas di daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk suku polong-polongan ini
memiliki banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari sebagai sumber mineral dan protein yang
tinggi. Bagian yang paling bernilai ekonomi dari kacang hijau adalah bijinya.
Biji kacang hijau banyak digunakan oleh manusia sebagai bahan pangan. Salah satu contoh
makanan yang berasal dari biji kacang hijau yang sering dikonsumsi di kawasan Asia adalah tauge.
Tauge adalah bahan sayur-sayuran hasil dari pertumbuhan dan perkembangan biji menjadi
tumbuhan baru yang disebut kecambah.
Perkecambahan merupakan proses awal yang penting untuk kehidupan tanaman. Proses
tersebut dimulai dengan penyerapan air oleh biji. Biji menyerap air dari lingkungan di sekelilingnya,
baik melalui tanah maupun dari udara. Penyerapan air melalui udara bisa dalam bentuk uap air
ataupun embun. Akibat penyerapan air, ukuran biji membesar dan menjadi lunak.
Dalam rangka menghasilkan kecambah yang berkualitas dibutuhkan biji-bijian yang sehat,
tidak busuk, dan bersih dari pestisida serta lingkungan yang optimal. Biji yang sehat dipengaruhi
oleh faktor genetik yang berasal dari dalam tubuh tumbuhan. Sedangkan lingkungan yang baik
merupakan bagian penting dari faktor ekstern tumbuhan. Ada banyak faktor ekstern yang berasal
dari lingkungan di sekitar perkecambahan diantaranya adalah kondisi cahaya dan jenis media tanam
yang digunakan. Faktor-faktor tersebut harus tersedia secara optimum pada saat biji mengalami
proses perkecambahan.
Cahaya merupakan faktor mutlak yang diperlukan tumbuhan untuk melakukan proses
fotosintesis. Kebutuhan akan cahaya berbeda-beda untuk setiap tumbuhan. Ada jenis-jenis
tumbuhan yang memerlukan cahaya penuh dan ada pula yang memerlukan cahaya yang remang-
remang untuk pertumbuhannya. Disamping cahaya, media tanam juga penting dalam
perkecambahan. Media yang digunakan untuk perkecambahan harus mempunyai porositas yang
tinggi dan mampu menjaga aerasi. Ada beberapa media tanam atau bahan yang dapat digunakan
sebagai media perkecambahan biji antara lain tanah dan kapas.
Tanah berfungsi sebagai media utama tempat ditanamnya tumbuhan dalam mendukung
pertumbuhan dan perkembangannya. Selain tanah, kapas juga bisa digunakan sebagai alternatif
media tanam karena dapat menahan biji kacang hijau agar tidak sepenuhnya terendam air ketika di
83
beri air. Kapas juga kuat untuk menggantikan tanah sebagai tempat menancapnya bakal akar pada
pertumbuhan biji kacang hijau.
Banyak penelitian yang menjelaskan secara terpisah tentang pengaruh cahaya dan media
tanam terhadap pertumbuhan dan perkembangan perkecambahan kacang hijau. Namun penelitian
yang bertujuan untuk menguji secara simultan pengaruh dari kedua faktor tersebut terhadap
pertumbuhan dan perkembangan perkecambahan kacang hijau belum pernah dilakukan.
Pengamatan terhadap respon pertumbuhan dan perkembangan perkecambahan dilakukan selama 7
hari. Oleh karena itu pada penelitian ini akan dilakukan percobaan dengan melibatkan dua faktor
untuk melihat pengaruh interaksi antara cahaya dan media tanam dengan waktu terhadap respon
yang akan diamati. Percobaan semacam ini disebut percobaan faktorial.
Percobaan faktorial dicirikan oleh perlakuan yang merupakan komposisi dari semua
kemungkinan kombinasi dari taraf-taraf dua faktor atau lebih. Keuntungan dari percobaan faktorial
yaitu mampu mendeteksi respon dari taraf masing-masing faktor (pengaruh utama) serta interaksi
antara dua faktor (pengaruh sederhana) sedangkan RAL digunakan karena kondisi semua biji
kacang hijau yang diletakkan pada unit percobaan dianggap memiliki kualitas yang seragam dan
pemberian air dengan volume yang sama.
Dalam hal ini perancangannya lebih mengacu pada bagaimana kombinasi pelakuan yang
akan diteliti disusun dan bagaimana pengalokasian kombinasi perlakuan tersebut ke dalam unit
percobaan. Selain cara penyusunan dan penempatan kombinasi perlakuan, pengaruh waktu juga
ikut berperan di dalam penelitian ini karena pengamatan terhadap panjang batang kecambah
dilakukan dari hari ke hari selama 7 (tujuh) hari. Seiring bertambahnya waktu, diharapkan batang
kecambah juga bertambah panjang dengan kondisi fisik yang sehat. Sesuai dengan tujuan
perancangannya, maka rancangan yang cocok untuk digunakan adalah rancangan dengan
pengamatan berulang menggunakan rancangan dasar yang melibatkan dua faktor dengan
menggunakan rancangan lingkungan adalah rancangan acak lengkap (Faktorial dalam waktu RAL).
84
berbulu. Warna batang dan cabangnya ada yang hijau dan ada yang ungu. Daunnya trifoliate
(terdiri dari tiga helaian) dan letaknya berseling. Tangkai daunnya cukup panjang, lebih
panjang dari daunnya. Warna daunnya hijau muda sampai hijau tua. Bunga kacang hijau
berwarna kuning, tersusun dalam tandan, keluar pada cabang serta batang, dan dapat
menyerbuk sendiri. Polong kacang hijau berebntuk silindris dengan panjang antara 6-15 cm
dan biasanya berbulu pendek. Sewaktu muda polong berwarna hijau dan dan setelah tua
berwarna hitam atau coklat. Setiap polong berisi 10-15 biji.
85
2.2.2. Perkecambahan Hipogeal
86
Perkembangan adalah proses terspesialisasi sel menuju ke bentuk dan fungsi tertentu
yang mengarah ke tingkat kedewasaan yang bersifat kualitatif (tidak dapat dihitung) dan
irreversible. Contoh, munculnya bunga sebagai alat perkembangbiakan.
b. Cahaya
Kualitas, intensitas, dan lamanya radiasi yang mengenai tumbuhan mempunyai
pengaruh yang besar terhadap berbagai proses fisiologi tumbuhan. Pada intensitas
cahaya berlebih maka auksin dan klorofil akan rusak sehingga menghambat
pertumbuhan. Sebaliknya, pada intensitas kurang cahaya tumbuhan mengalami
etiolasi.
c. Kelembapan
Laju transpirasi dipengaruhi oleh kelembapan udara. Jika kelembapan udara
rendah, transpirasi akan meningkat. Hal ini memacu akar untuk menyerap lebih
banyak air dan mineral dari dalam tanah. Meningkatnya penyerapan nutrien oleh akar
akan meningkatkan pertumbuhan tanaman.
d. Nutrien
Zat makanan bisa terdapat dalam air, udara, dan tanah (umumnya) dalam
bentuk ion. Nutrien digunakan tumbuhan untuk sumber energy dan sumber materi
untuk sintesis berbagaikomponen sel yang diperlukan selama pertumbuhan. Jika
kebutuhan kurang maka akan terjadi defisiensi (tumbuh tidak sempurna hingga bisa
mati).
87
e. Suhu
Suhu berpengaruh dalm proses fotosintesis, respirasi, transpirasi, dan
reproduksi. Pada suhu optimum (suhu tertentu saat tumbuh dan berkembang dengan
baik berkisar 10 – 38°C). Umumnya tumbuhan tidak tumbuh pada suhu 0°C dan diatas
40°C.
f. Oksigen
Oksigen mempengaruhi pertumbuhan tumbuhan. Dalam respirasi aerob pada
tumbuhan, terjadi penggunaan oksigen untuk menghasilkan energi. Energi ini
digunakan, antara lain untuk pemecahan kulit biji dalam perkecambahan, dan aktivitas
tumbuhan. Apabila tumbuhan kekurangan Oksigen dapat mengalami kematian.
Percobaan seperti ini sering diberi nama sesuai dengan rancangan dasar yang dipakai
ditambah “dalam waktu”. Sebagai contoh jika rancangan dasar yang digunakan Faktorial
maka rancangan dengan pengamatan berulang sering disebut Faktorial dalam waktu
(Factorial in Time, tetapi jika rancangan dasarnya Petak Terpisah maka rancangan ini disebut
Petak Terpisah dalam waktu (Split Plot in Time). (Mattjik AA & Sumertajaya IM, 2000)
88
dimana : Yijkl nilai respon pada faktor A taraf ke-i, faktor B taraf ke-j, ulangan ke-k dan waktu
pengamatan ke-l, µ rataan umum, αi pengaruh faktor A taraf ke-i, βj pengaruh faktor B taraf
ke-j, αβij pengaruh interaksi faktor A dengan faktor B, δ ijk komponen acak perlakuan, ωl
pengaruh waktu pengamatan ke-l, γkl komponen acak waktu pengamatan, αωil pengaruh
interaksi waktu dengan faktor A, βωjl pengaruh interaksi waktu dengan faktor B, αβωijl
pengaruh interaksi faktor A, faktor B dengan waktu, dan ε ijkl komponen acak dari interaksi
waktu dengan perlakuan.
89
1 0,48 0,66 2,44 3,66 7,75 11,77 16,38
Kapas
2 0,76 0,94 2,04 6,14 10,80 15,00 19,94
(MT2)
3 0,94 1,06 2,40 3,90 9,21 14,39 18,88
1 0,98 2,78 10,60 18,50 23,90 31,00 38,09
Tanah
2 1,04 3,08 10,40 20,60 24,75 30,90 37,66
(MT1)
Redup 3 0,58 2,44 9,64 16,80 21,00 27,54 34,00
(IC2) 1 0,24 0,56 1,08 2,96 11,25 18,67 26,25
Kapas
2 1,08 1,60 8,50 18,30 25,40 32,00 36,67
(MT2)
3 0,50 0,96 2,66 5,08 12,85 18,89 26,55
1 0,14 0,20 4,20 7,24 8,03 10,23 12,73
Tanah
2 0,20 0,26 2,02 3,80 6,12 8,64 12,77
(MT1)
Terang 3 0,18 0,24 1,70 2,64 5,56 8,64 11,00
(IC3) 1 0,05 0,15 0,32 0,50 0,75 0,90 1,03
Kapas
2 0,00 0,00 0,01 0,02 0,03 0,03 0,05
(MT2)
3 0,14 0,22 0,28 0,28 0,29 0,29 0,32
90
Dari gambar 3 terlihat untuk kombinasi perlakuan C2N1 dan C2N2, batang kecambah
lebih panjang dibandingkan dengan kombinasi perlakuan yang lain. Hal ini dipengaruhi
adanya hormon auksin. Pada keadaan yang tidak terkena matahari secara langsung, hormon
auksin ini tidak terurai secara sempurna sehingga akan terus memacu pemanjangan batang.
Akibatnya, batang tanaman akan lebih panjang jika ditanam di tempat yang redup dan gelap.
Meskipun pertumbuhannya baik, tetapi perkembangannya kurang baik dengan kondisi fisik
batang kecambah yang kurang sehat, akar yang banyak dan lebat, warna batang dan daun
pucat serta kekurangan klorofil sehingga daun berwarna kuning. Demikian pula halnya
dengan kombinasi perlakuan C1N1. Sedangkan panjang batang kecambah pada kombinasi
perlakuan C3N1 sangat lambat tetapi kondisi batangnya tegak dan kokoh, warna batangnya
ungu muda dan daunnya lebar berwarna hijau tua.
91
3.3. Struktur Tabel Sidik Ragam
Hasil Analisis Faktorial dalam Waktu RAL
The GLM Procedure
Class Level Information
Class Levels Values
IC 3 123
MT 2 12
R 3 123
C 7 1234567
Number of Observations Read 126
Number of Observations Used 126
92
Dari tabel sidik ragam yang diperoleh dari output SAS di atas memberikan kesimpulan
bahwa faktor intensitas cahaya (IC), media tanam (MT), waktu (C), interaksi IC*C, interaksi
MT*C dan interaksi IC*MT*C berpengaruh nyata terhadap respon yang diamati yang
ditunjukkan dengan perolehan nilai p sebesar 0,0001 yang kurang dari taraf nyata α = 5%
sedangkan untuk interaksi antara IC*MT tidak berpengaruh nyata terhadap respon yang
diamati (nilai p = 0,6098 > 0,05). Artinya bahwa pengaruh waktu sangat menentukan
pertumbuhan dan perkembangan perkecambahan kacang hijau. Dari waktu ke waktu,
kecambah tumbuh dan berkembang menjadi lebih panjang dengan kondisi fisik yang
berbeda-beda. Hal ini menunjukkan meskipun kacang hijau ditanam pada media tanam dan
memperoleh intensitas cahaya yang bervariasi, namun pertumbuhan dan perkembangannya
seiring dengan bertambahnya waktu.
Berdasarkan hasil dari perbandingan berganda Duncan diperoleh fakta bahwa IC2
berbeda nyata dengan IC1 dan IC3. Respon pertumbuhan batang tanaman untuk faktor IC2
lebih panjang dibandingkan IC1 dan IC3. Demikian pula halnya dengan MT1 berbeda nyata
dengan MT2. MT1 menghasilkan pertumbuhan respon lebih panjang jika dibandingkan
dengan MT2. Sedangkan pengaruh waktu C1, C2, C3, C4, C5, C6 dan C7 sangat berbeda
nyata terhadap respon yang diamati.
IV. KESIMPULAN
1. Hasil dari tabel sidik ragam menunjukkan bahwa faktor intensitas cahaya (IC), media tanam
(MT), waktu (C), interaksi IC*C, interaksi MT*C dan interaksi IC*MT*C berpengaruh nyata
terhadap respon yang diamati yang ditunjukkan dengan perolehan nilai p yang kurang dari
taraf nyata 5% (0,0001) sedangkan untuk interaksi antara IC*MT tidak berpengaruh nyata
terhadap respon yang diamati (nilai p = 0,6098 > 0,05).
2. Berdasarkan hasil dari perbandingan berganda Duncan diperoleh fakta bahwa IC2 berbeda
nyata dengan IC1 dan IC3. Respon pertumbuhan batang tanaman untuk faktor IC2 lebih
panjang dibandingkan IC1 dan IC3. Demikian pula halnya dengan MT1 berbeda nyata
dengan MT2. MT1 menghasilkan pertumbuhan respon lebih panjang jika dibandingkan
dengan MT2. Sedangkan pengaruh waktu C1, C2, C3, C4, C5, C6 dan C7 sangat berbeda
nyata terhadap respon yang diamati. Hal ini terbukti dengan semakin panjangnya batang
tanaman seiring dengan bertambahnya waktu.
93
DAFTAR PUSTAKA
[1]. Aunuddin. 2005. Rancangan dan Analisis Data. IPB Press. Bogor.
[2]. Gomez, KA & Gomez AA. 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian. UI Press.
Jakarta
[3]. Mattjik AA & Sumertajaya IM 2000. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan
Minitab jilid 1. IPB Press. Bogor.
[4]. Mayer AM & Mayber AP 1982. The Germination of Seeds. Pergamon Press. New York. 192.
[5]. http://id.wikipedia.org/wiki/perkecambahan.
94
LAMPIRAN
Gambar Pertumbuhan dan Perkembangan Kecambah pada Media Tanah dan Kapas
sebagai Unit Percobaan
95