Jurnal Pupuk Hijau

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

PENGARUH DOSIS DAN LAMA PEMBENAMAN PUPUK HIJAU OROK-OROK (Crotalaria juncea L.

) PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max L.) Dewi Arie Puspareny*), Titin Sumarni**) dan Agung Nugroho**) Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya ABSTRACT The objectives of this research were to study the effect of dosage and time needs for the cultivate of sunn hemp (Crotalaria juncea L.) green manure on growth and yield of soybean plant (Glycine max L.). The research was conducted from October 2008 until March 2009 at UB research garden, Jatikerto, Malang. The research is using a Randomized Block Design, which consist of 2 factors with 3 replication. First factor is sunn hemp (Crotalaria juncea L.) dosage with consist of 3 levels D1 = 10 t ha-1, D2 = 20 t ha-1 and D3 = 30 t ha-1. Second factor is sunn hemp (Crotalaria juncea L.) duration of immersion with consist of 3 levels H1=2 weeks before soybean planting, H2=3 weeks before soybean planting and H3=4 weeks before soybean planting. The data was analyzed by using analysis of variant in probably 5% and continued with Least Significant Different Test (BNT) in probably5%. The result showed that the decomposition of C. juncea L. green manure at low (10 t ha-1) ang high dosage (30 t ha-1) didnt takes the different long time cultivate. The highest result of seed is gets from 30 t ha-1 dosage of C. juncea L. Green manure treatment at 2,56 t ha-1 or higher than using 10 t ha-1 and 20 t ha-1 dosage in gradually at 9% and 5%. The long time cultivate of sunn hemp didnt give any effect on the growth of soybean plant Keyword : Sunn hemp (Crotalaria juncea L.), Time needs the cultivate, Soybean ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh dosis dan lama pembenaman pupuk hijau orok-orok (C. juncea L.) pada pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai (Glycine max L). Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 hingga Maret 2009 di kebun percobaan UB, desa Jatikerto, kabupaten Malang. Penelitian ini menggunakan percobaan faktorial dan dirancang menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK), perlakuan tersebut diulang sebanyak 3 ulangan. Faktor pertama ialah dosis pupuk hijau orok-orok (C. juncea L.) yang terdiri dari 3 taraf, ialah D1=10 t ha-1, D2=20 t ha-1 dan D3=30 t ha-1. Faktor kedua ialah lama pembenaman orok-orok (C. juncea L.) yang terdiri dari 3 taraf, ialah H1= 2 minggu sebelum tanam kedelai, H2=3 minggu sebelum tanam kedelai dan H3=4 minggu sebelum tanam kedelai. Data pengamatan yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan analisis ragam (uji F) pada taraf 5 % untuk mengetahui pengaruh perlakuan. Apabila hasilnya nyata maka akan dilanjutkan dengan uji BNT pada taraf nyata 5 % untuk mengetahui perbedaan diantara perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan dekomposisi pupuk hijau C. juncea L. dosis rendah (10 t ha-1) dan tinggi (30 t ha-1) tidak memerlukan waktu pembenaman yang berbeda. Hasil biji tertinggi diperoleh pada perlakuan dosis pupuk hijau C. juncea L. 30 t ha-1 sebesar 2,56 t ha-1 atau lebih tinggi dibandingkan dosis 10 t ha-1 dan 20 t ha-1 berturut-turut 9% dan 5%. Lama pembenaman C. juncea L. pada semua perlakuan tidak memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai Kata kunci : Orok-orok (Crotalaria juncea L.), Lama pembenaman, Kedelai

__________________________________ *) Alumni Jur. BP. FP. Unibraw. Malang **) Staf Pengajar Jur. BP. FP. Unibraw.Malang

PENDAHULUAN Kedelai ialah jenis tanaman leguminoceae yang banyak dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia sebagai sumber protein nabati. Namun berdasarkan angka ramalan Badan Pusat Statistik (BPS) produksi kedelai tahun 2010 diperkirakan hanya 927,38 ribu ton atau mengalami penurunan sebesar 39,09 ribu ton dibandingkan dengan tahun sebelumnya (Anonymous, 2010). Penurunan produksi kedelai dalam negeri disebabkan oleh penurunan areal tanam, dan produktivitas mengalami stagnasi, sumberdaya lahan potencial untuk kedelai dengan berbagai tingkat produktivitas di 18 provinsi utama diperkirakan lebih dari 17 juta ha namun dengan mempertimbangkan tata guna lahan dan penggunaannya lahan yang tersedia untuk perluasaan areal tanam kedelai hanya sekitar 5,3 juta ha (Anonymous, 2008). Oleh karena itu upaya peningkatan produksi kedelai di dalam negeri perlu mendapat perhatian, mengingat teknologi dan sumberdaya lainnya cukup tersedia. Sejalan dengan peningkatan kesadaran manusia akan dampak dari penggunaan pupuk anorganik, misalnya kesuburan tanah berkurang, kadar bahan organik rendah, dan sifat fisik dan kimia tanah rusak sehingga untuk peningkatan kesuburan tanah, daya tumbuh, dan produktivitas tanaman penggunaan pupuk anorganik semakin dikurangi dan sebagai gantinya mulai digunakan pupuk organik. Pupuk organik ialah bahan organik yang berasal dari tumbuhan atau hewan yang ditambahkan ke dalam tanah sebagai sumber hara, pada umumnya mengandung nitrogen. Pupuk hijau ialah jenis pupuk organik yang berasal dari tanaman atau bagian-bagian tanaman yang masih muda, yang dibenamkan ke dalam tanah untuk menambah bahan organik dan unsur hara tanaman terutama unsur hara nitrogen. C. juncea L. merupakan tanaman yang berpotensi sebagai pupuk hijau, karena tanaman C. juncea L. dapat menghasilkan biomassa dengan cepat, memiliki kandungan air

dan nitrogen yang tinggi. C. juncea L. memiliki peran sebagai sumber bahan organik untuk menambah unsur hara dalam tanah yang diperlukan dalam mendukung perkembangan dan pertumbuhan tanaman. Tanaman ini termasuk dalam tanaman leguminoceae yang memiliki bintil akar yang mampu mengikat N bebas dari udara. Hasil

penelitian Raihan et.al., (2001) menyatakan bahwa pupuk hijau dari jenis C. juncea L. menghasilkan tinggi tanaman jagung yang tertinggi dibanding bahan organik lain.
Pengaplikasian pupuk hijau ada dua cara yaitu dengan membenamkan dan dipakai sebagai mulsa. Aplikasi dengan pembenaman lebih efektif daripada dengan cara dimulsakan, karena dapat mengurangi terjadinya evaporasi pada bahan organik. Pembenaman pupuk hijau yang segar lebih baik daripada pembenaman pupuk hijau yang dicabut beberapa hari sebelum waktunya dibenamkan. Bahan organik segar apabila dibenamkan ke dalam tanah maka bahan organik tersebut akan mengalami proses dekomposisi.

Menurut Hairiah (1996) proses dekomposisi bahan organik yang diaplikasikan secara sempurna menjadi bahan organik aktif. Dalam pengaplikasian bahan organik, hal yang perlu diperhatikan ialah jenis tanah dan jenis bahan organik yang Berdasarkan hal akan digunakan.
tersebut maka upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil kedelai ialah dengan pemberian pupuk hijau C. juncea L. dalam dosis tertentu dengan cara dibenamkan yang diharapkan mampu meningkatkan hasil tanaman kedelai. METODE PENELITIAN Penelitian telah dilaksanakan di kebun percobaan Universitas Brawijaya, desa Jatikerto, Malang pada bulan Oktober 2008 hingga Maret 2009. Alatalat yang digunakan dalam pelaksanaan

penelitian ini meliputi: cangkul, alat tugal, tali rafia, meteran, timbangan analitik, penggaris, oven, kamera dan Leaf Area Meter. Bahan-bahan yang digunakan meliputi benih tanaman kedelai varietas Sinabung, benih C. juncea L., pupuk Urea (45% N), SP-36 (36% P2O5) dan KCl (60% K2O), furadan 3G, Decis 2,5 EC Penelitian ini menggunakan percobaan faktorial dan dirancang menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK), perlakuan tersebut diulang sebanyak 3 ulangan. Faktor pertama ialah dosis pupuk hijau orokorok (C. juncea L.) yang terdiri dari 3 taraf, ialah : D1 = 10 t ha-1 D2 = 20 t ha-1 D3 = 30 t ha-1 Faktor kedua ialah lama pembenaman orok-orok (C. juncea L.) yang terdiri dari 3 taraf, ialah : H1 = 2 minggu sebelum waktu tanam kedelai H2 = 3 minggu sebelum waktu tanam kedelai H3 = 4 minggu sebelum waktu tanam kedelai Pengamatan yang dilakukan pada penelitian ini meliputi pengamatan pertumbuhan dan pengamatan hasil. Pengamatan dilakukan sebanyak 6 kali yaitu pada 15, 30, 45, 60, 75 hst dan panen (102 hst). Pengamatan

pertumbuhan non destruktif meliputi: tinggi tanaman, jumlah daun, sedangkan pengamatan pertumbuhan destruktif meliputi: luas daun, bobot kering total tanaman. Pengamatan komponen hasil meliputi: jumlah polong isi/tanaman, jumlah polong hampa/tanaman, bobot 100 biji, hasil dan indeks panen (IP). Analisis pertumbuhan meliputi: Indeks Luas Daun(ILD) dan Crop Growth Rate (CGR). Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis ragam dan dilakukan uji F pada taraf 5%. Apabila hasil pengujian yang menunjukkan perbedaan yang nyata, maka dilanjutkan dengan uji BNT pada taraf 5%. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil 1. Komponen pertumbuhan a. Tinggi tanaman kedelai Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi antara perlakuan dosis dan lama pembenaman pupuk hijau C. juncea L. pada tinggi tanaman kedelai. Secara terpisah, perlakuan dosis dan lama pembenaman pupuk hijau C. juncea L. juga tidak berpengaruh nyata pada semua umur pengamatan. Rerata tinggi tanaman kedelai akibat perlakuan dosis dan lama pembenaman pupuk hijau C. juncea L. ditunjukkan pada tabel 1.

Tabel 1. Rerata tinggi tanaman kedelai akibat perlakuan dosis dan lama pembenaman pupuk hijau C. juncea L.
Perlakuan Dosis pupuk hijau C. juncea L. (t ha-1) 10 20 30 BNT 5% Lama pembenaman C. juncea L. (minggu sebelum waktu tanam kedelai) 2 3 4 BNT 5% 12,97 12,68 12,77 tn 24,75 24,26 25,21 tn 44,86 44,08 44,97 tn 59,44 57,39 55,25 tn 75,81 75,56 75,14 tn 12,59 13,18 12,67 tn 23,98 25,46 24,78 tn 43,79 45,78 44,38 tn 56,50 58,11 57,47 tn 74,47 75,67 76,36 tn Rerata tinggi tanaman kedelai (cm) pada umur pengamatan (hst) 15 30 45 60 75

b. Indeks luas daun (ILD) tanaman kedelai Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi antara perlakuan dosis dan lama pembenaman pupuk hijau C. juncea L. pada indeks luas daun tanaman kedelai. Secara terpisah, perlakuan dosis dan lama pembenaman pupuk hijau C. juncea L. tidak berpengaruh nyata pada umur pengamatan 15 hst, 30 hst, 45 hst dan 60 hst, tetapi berpengaruh nyata pada umur pengamatan 75 hst. Sedangkan lama pembenaman pupuk hijau C. juncea L. tidak berpengaruh nyata pada semua umur pengamatan. Rerata Indeks luas daun kedelai akibat perlakuan dosis dan lama pembenaman pupuk hijau C. juncea L. disajikan pada tabel 2. Berdasarkan pada tabel 2 dapat dijelaskan bahwa pada pengamatan 75 hst, perlakuan dosis pupuk hijau C. juncea L. 30 t ha-1 menghasilkan indeks luas daun tanaman kedelai yang nyata

lebih tinggi dibandingkan dengan dosis pupuk hijau C. juncea L. 10 t ha-1, akan tetapi tidak berbeda nyata dengan dosis pupuk hijau C. juncea L. 20 t ha-1. c. Bobot kering total tanaman kedelai Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi antara perlakuan dosis dan lama pembenaman pupuk hijau C. juncea L. pada bobot kering total tanaman kedelai. Secara terpisah, perlakuan dosis pupuk hijau C. juncea L. tidak berpengaruh nyata pada umur pengamatan 60 hst, tetapi berpengaruh nyata pada umur pengamatan 15 hst, 30 hst, 45 hst dan 75 hst. Sedangkan lama pembenaman pupuk hijau C. juncea L. tidak berpengaruh nyata pada semua umur pengamatan. Rerata bobot kering total tanaman kedelai akibat perlakuan dosis dan lama pembenaman pupuk hijau C. juncea L. disajikan pada tabel 3.

Tabel 2. Rerata indeks luas daun kedelai akibat perlakuan dosis dan lama pembenaman pupuk hijau C. juncea L.
Perlakuan Dosis pupuk hijau C. juncea L. (t ha-1) 10 0 1,03 4,24 10,61 12,95 a 20 0 1,05 4,67 10,33 13,86 ab 30 0 0,95 4,36 13,46 14,73 b BNT 5% tn tn tn tn 1,15 Lama pembenaman C. juncea L. (minggu sebelum waktu tanam kedelai) 2 0 1,10 4,24 12,31 12,96 3 0 0,94 4,53 10,71 13,86 4 0 0,98 4,50 11,37 14,73 BNT 5% tn tn tn tn tn Keterangan : Bilangan yang didampingi oleh huruf yang sama pada umur yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf 5%. tn : tidak nyata, hst: hari setelah tanam. Rerata indeks luas daun kedelai (cm2) pada umur pengamatan (hst) 15 30 45 60 75

Tabel 3. Rerata bobot kering total tanaman kedelai perlakuan dosis dan lama pembenaman pupuk hijau C. juncea L.
Perlakuan Dosis pupuk hijau C. juncea L. (t ha-1) 10 1,31 7,84 a 25,41 a 66,77 95,21 a 20 1,52 9,10 ab 29,26 ab 76,57 107,07 ab 30 1,67 10,12 b 32,75 b 80,33 118,02 b BNT 5% 0,31 1,30 3,24 tn 16,863 Lama pembenaman C. juncea L. (minggu sebelum waktu tanam kedelai) 2 1,41 8,52 27,25 71,19 95,38 3 1,62 9,40 30,05 75,13 110,33 4 1,50 9,14 30,12 77,34 114,59 BNT 5% tn tn tn tn tn Keterangan : Bilangan yang didampingi oleh huruf yang sama pada umur yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf 5%. tn : tidak nyata, hst: hari setelah tanam. Rerata bobot kering total tanaman kedelai (g) pada umur pengamatan (hst) 15 30 45 60 75

Tabel 4. Rerata laju pertumbuhan tanaman kedelai perlakuan dosis dan lama pembenaman pupuk hijau C. juncea L.
Perlakuan Dosis pupuk hijau C. juncea L. (t ha-1) 10 0,60 a 1,63 3.83 2.62 20 0.69 ab 1,86 4.35 2.82 30 0.77 b 2.09 4.40 3.48 BNT 5% 0,13 tn tn tn Lama pembenaman C. juncea L. (minggu sebelum waktu tanam kedelai) 2 0,65 1.73 4.06 2.23 3 0.71 1,91 4.17 3.25 4 0.70 1.94 4.35 3.44 BNT 5% tn tn tn tn Keterangan : Bilangan yang didampingi oleh huruf yang sama pada umur yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf 5%. tn : tidak nyata, hst: hari setelah tanam Rerata laju pertumbuhan tanaman kedelai (g g-1/hari) pada umur pengamatan (hst) 15-30 30-45 45-60 60-75

Berdasarkan Tabel 3 dapat dijelaskan bahwa pada saat pengamatan 30 hst, 45 hst dan 75 hst perlakuan dosis pupuk hijau C. juncea L. 30 t ha-1 menghasilkan bobot kering total tanaman kedelai yang nyata lebih tinggi dibandingkan dosis pupuk hijau C. juncea L. 10 t ha-1, akan tetapi tidak berbeda nyata dengan dosis pupuk hijau C. juncea L. 20 t ha-1.

d. Laju pertumbuhan tanaman kedelai Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi antara perlakuan dosis dan lama pembenaman pupuk hijau C. juncea L. pada laju pertumbuhan tanaman kedelai. Secara terpisah, perlakuan dosis pupuk hijau C. Juncea L. tidak berpengaruh nyata pada pengamatan 30-45 hst, 45-60 hst dan 6075 hst, tetapi berpengaruh nyata pada

pengamatan 15-30 hst. Sedangkan lama pembenaman pupuk hijau C. juncea L. tidak berpengaruh nyata pada semua pengamatan. Rerata laju pertumbuhan tanaman kedelai akibat perlakuan dosis dan lama pembenaman pupuk hijau C. Juncea L. disajikan pada tabel 4. Berdasarkan Tabel 4 dapat dijelaskan bahwa pada pengamatan 1530 hst, perlakuan dosis pupuk hijau C. juncea L. 30 t ha-1 menghasilkan laju pertumbuhan tanaman kedelai yang nyata lebih tinggi dibandingkan dengan dosis pupuk hijau C. juncea L. 10 t ha-1, akan tetapi tidak berbeda nyata dengan dosis pupuk hijau C. juncea L. 20 t ha-1. 2. Komponen Hasil a. Jumlah polong kedelai Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi antara perlakuan dosis dan lama pembenaman pupuk hijau C. juncea L. Secara terpisah, perlakuan dosis dan lama pembenaman pupuk hijau C. juncea L. juga tidak berpengaruh nyata pada jumlah polong, jumlah polong isi dan jumlah polong hampa tanaman kedelai. Rerata jumlah polong, jumlah polong isi dan jumlah polong hampa tanaman kedelai akibat perlakuan dosis dan lama pembenaman pupuk hijau C. juncea L. disajikan pada tabel 5. b. Hasil panen, bobot 100 biji dan indeks panen kedelai Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi antara perlakuan dosis dan lama pembenaman pupuk hijau C. juncea L. tetapi secara terpisah, perlakuan dosis pupuk hijau C.juncea L. berpengaruh nyata pada hasil panen tetapi lama pembenaman pupuk hijau C. juncea L. tidak berpengaruh nyata pada hasil panen. Sedangkan perlakuan dosis dan lama pembenaman pupuk hijau C. juncea L. tidak berpengaruh nyata pada indeks panen. Rerata hasil panen dan indeks panen kedelai akibat perlakuan dosis dan lama pembenaman pupuk hijau C. juncea L. disajikan pada tabel 6. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi antara

perlakuan dosis dan lama pembenaman pupuk hijau C. juncea L. Secara terpisah, perlakuan dosis dan lama pembenaman pupuk hijau C. juncea L. juga tidak berpengaruh nyata pada bobot 100 biji. Rerata bobot 100 biji akibat perlakuan dosis dan lama pembenaman pupuk hijau C. juncea L. disajikan pada tabel 6. Berdasarkan tabel 6 dapat dijelaskan bahwa pada perlakuan dosis pupuk hijau C. juncea L. 10 t ha-1 tidak menghasilkan hasil panen yang berbeda dengan dosis C. juncea L. 20 t ha-1. Sedangkan dosis pupuk hijau C. juncea L. 30 t ha-1 menghasilkan hasil panen yang tertinggi dibandingkan dengan dosis pupuk hijau C. juncea L. yang lain. Pembahasan Bahan organik berperan dalam memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah serta sebagai penyedia unsur hara bagi tanaman. Penyediaan unsur hara bagi tanaman oleh bahan organik relatif lebih lama jika dibandingkan dengan pupuk anorganik. Hal ini dikarenakan pada bahan organik memerlukan proses dekomposisi yang lama untuk menghasilkan unsur hara tersedia bagi tanaman. Namun di sisi lain, penggunaan pupuk anorganik yang berlebihan dapat mencemari lingkungan dan merusak sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Untuk itu upaya yang dilakukan untuk memperbaiki kondisi tanah dengan pengaplikasian pupuk hijau C. juncea L. dengan harapan mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman kedelai. Hasil analisis ragam menunjukkan tidak terjadi interaksi antara perlakuan dosis dan lama pembenaman pupuk hijau C. juncea L. pada semua komponen pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai, tetapi secara terpisah dosis pupuk hijau C. juncea L. berpengaruh nyata pada komponen pertumbuhan jumlah daun, indeks luas daun, bobot kering total tanaman dan laju pertumbuhan tanaman sedangkan lama pembenaman pupuk hijau C.

juncea L. tidak berpengaruh nyata pada semua komponen pertumbuhan. Dan secara terpisah dosis pupuk hijau C. juncea L. berpengaruh nyata pada komponen hasil panen t ha-1 sedangkan lama pembenaman pupuk hijau C. juncea L. tidak berpengaruh nyata pada

semua komponen hasil tanaman. Semua perlakuan dosis dan lama pembenaman C juncea L. tidak berpengaruh nyata pada komponen tinggi tanaman, hal ini dikarenakan unsur yang dihasilkan oleh C. juncea L. sudah dapat diserap dan digunakan untuk pertumbuhan vegetatif.

Tabel 5. Rerata jumlah polong, polong isi dan polong hampa tanaman kedelai
Perlakuan Dosis pupuk hijau C. juncea L. (t ha-1) 10 84,70 20 87,80 30 87,16 BNT 5% tn Lama pembenaman C. juncea L. (minggu sebelum waktu tanam kedelai) 2 84,21 3 86,87 4 88,59 BNT 5% tn Keterangan : tn : tidak nyata, hst: hari setelah tanam. 78,69 82,51 80,22 tn 4,74 5,32 5,53 tn Rerata jumlah polong, polong isi dan polong hampa tanaman kedelai Jumlah Jumlah Jumlah polong polong polong isi hampa

79,57 80,08 81,77 tn

4,85 5,47 5,27 tn

Tabel 6. Hasil panen, bobot 100 biji dan Indeks Panen


Perlakuan Dosis pupuk hijau C. juncea L. (t ha-1) 10 2,33 a 12,75 0,72 20 2,43 a 12,10 0,74 30 2,56 b 12,27 0,78 BNT 5% 0,11 tn tn Lama pembenaman C. juncea L. (minggu sebelum waktu tanam kedelai) 2 2,41 12,33 0,75 3 2,46 12,11 0,76 4 2,45 12,67 0,74 BNT 5% tn tn tn Keterangan : Bilangan yang didampingi oleh huruf yang sama pada umur yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf 5%. tn : tidak nyata, hst: hari setelah tanam Hasil (t ha-1) Bobot 100 biji (g) Indeks Panen (IP)

Pada umur pengamatan 15 hst semua daun belum membuka sempurna sehingga tidak didapatkan data jumlah daun. Tetapi hasil pengamatan secara umum menunjukkan bahwa jumlah daun memberikan hasil yang berbeda nyata

pada perlakuan dosis pupuk hijau C. juncea L. umur pengamatan 60 hst dan 75 hst, hal ini dikarenakan pada fase vegetatif laju fotosintesis daun muda dan daun tua meningkat dengan pesat dengan pertambahan umur tanaman

hingga sebelum masa pembungaan dan kemudian menurun pada perkembangan selanjutnya, hal ini menunjukkan bahwa ketersediaan unsur hara akan meningkatkan hasil fotosintesis sehingga akan mempengaruhi pertumbuhan ataupun jumlah daun. Pertumbuhan tanaman terjadi karena adanya proses-proses pembelahan sel dan pemanjangan sel dimana prosesproses tersebut memerlukan karbohidrat dalam jumlah besar. Jumlah daun yang dihasilkan oleh tanaman kedelai mempengaruhi peningkatan laju fotosintesis. Karena dengan jumlah daun yang banyak maka laju fotosintesis akan semakin meningkat. Pada komponen indeks luas daun hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan penggunaan pupuk hijau C. juncea L. dosis 30 t ha-1 memberikan indeks luas daun tanaman kedelai yang tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lain. Hal ini menunjukkan bahwa dosis pupuk hijau C. juncea L. 30 t ha-1 dapat memberikan bahan organik untuk tanaman. Bahan organik berperan sebagai penambah hara bagi tanaman dari hasil mineralisasi oleh mikroorganisme dan luas daun menggambarkan efisiensi dalam penerimaan sinar matahari. Semakin besar luas daun maka sinar matahari dapat diserap secara optimal untuk meningkatkan laju fotosintesis Peningkatan indeks luas daun berkorelasi dengan laju fotosintesis sehingga menghasilkan asimilat yang terakumulasi pada bobot kering total tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan dosis pupuk hijau C. juncea L. berpengaruh nyata pada umur pengamatan 30 hst, 45 hst dan 75 hst. Dosis C. juncea L. 30 t ha-1 menghasilkan bobot yang paling tinggi, hal ini dikarenakan pada umur fase vegetatif akar kedelai sudah mulai tumbuh jadi penyerapan unsur hara dari dalam tanah dapat lebih optimal, unsur hara diangkut oleh akar sampai kebagian atas tanaman kemudian mengalami proses metabolisme dalam pembentukan organ- organ tanaman seperti batang,

daun, dan luas daun menjadi lebih tinggi, sehingga peranan daun sebagai alat fotosintesis akan meningkatkan. Bobot kering total tanaman merupakan petunjuk dari akumulasi biomassa pada periode tertentu. Pertumbuhan tanaman dapat diukur dari bobot kering total tanaman yang dihasilkan. Fotosintat yang dihasilkan oleh tanaman akan didistribusikan dari penghasil ke pengguna seperti yang diungkapkan Gardner et al., (1991). Dan hasil penelitian pada perlakuan dosis pupuk hijau C. juncea L. umur 15-30 hst menghasilkan laju pertumbuhan tanaman kedelai yang berpengaruh nyata. Namun laju pertumbuhan tanaman kedelai terus menurun hal ini menunjukkan bahwa laju pertumbuhan mula-mula meningkat dan kemudian menurun setelah mencapai laju pertumbuhan maksimum dengan bertambahnya umur. Hasil akhir dari proses pertumbuhan dan fotosintesis akan diakumulasikan pada organ penyimpan asimilat dan besar kecil hasil akhir ini tercemin melalui peningkatan atau penurunan komponen hasil. Komponen hasil ialah sintesis dari pertumbuhan tanaman selama hidup. Keberadaan komponen hasil sangat dipengaruhi oleh keadaan tanaman pada saat fase vegetatif. Bila selama fase vegetatif tanaman tersebut berada pada kondisi lingkungan yang sesuai maka hasil yang didapatkan akan maksimal, sedangkan bila berada pada lingkungan yang kurang sesuai atau kondisi tercekam maka produksi tanaman kurang optimal. Pada tanaman kedelai, pengamatan generatif meliputi jumlah polong, bobot 100 biji, hasil dan indeks panen. Perlakuan dosis dan lama pembenaman pupuk hijau C. juncea L pada pertanaman kedelai tidak menunjukkan adanya perbedaan antar perlakuan pada parameter hasil tanaman kedelai, kecuali pada hasil t ha-1. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan pupuk hijau C. juncea L. dapat mengoptimalkan pertumbuhan vegetatif tanaman kedelai. Berdasarkan hasil analisis dosis pupuk hijau C. juncea L.

30 t ha-1 mampu memberikan hasil yang paling tinggi apabila dibandingkan dengan dosis 20 dan 10 t ha-1. Hal ini dikarenakan dosis orok-orok sebanyak 30 t ha-1 memiliki biomassa yang lebih tinggi sehingga lebih banyak bahan organik yang diproduksi. Bahan organik tersebut sangat berperan dalam memperbaiki struktur tanah. Struktur tanah yang baik akan menyebabkan penyerapan unsur hara oleh tanaman menjadi lebih maksimal. Semakin banyak dosis yang diberikan, semakin banyak pula massa pengikat nitrogen. KESIMPULAN 1. Dekomposisi pupuk hijau C. juncea L. dosis rendah (10 t ha-1) dan tinggi (30 t ha-1) tidak memerlukan waktu pembenaman yang berbeda. 2. Hasil biji tertinggi diperoleh pada perlakuan dosis pupuk hijau C. juncea L. 30 t ha-1 sebesar 2,56 t ha-1 atau lebih tinggi 5% dan 9% bila dibandingkan dengan dosis 20 t ha-1 dan 10 t ha-1. 3. Lama pembenaman C. juncea L. pada semua perlakuan tidak memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai.

DAFTAR PUSTAKA Anonymous. 2008. Potensi dan inovasi teknologi sumberdaya lahan menuju swasembada kedelai. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor. Anonymous. 2010. Peningkatan produksi kedelai dan revitalisasi gula. http://www.setneg.go.id/index.p hp?option=com. Gardner, F. P., R. B. Pearce and R. L. Mitchell. 1991. Fisiologi tanaman budidaya. UI Press. Jakarta. p.98-99 Hairiah. 1996. Detoksifikasi aluminium oleh bahan organik : Strategi bagi sistem pertanian dengan masukan rendah pada tanah masam. Jurnal penelitian Universitas Brawijaya 8 (3) : 19-21 Raihan, H., Suadi dan Nurtirtayani. 2001. Pengaruh pemberian bahan organik terhadap N dan P tersedia tanah serta hasil beberapa varietas jagung di lahan pasang surut sulfat masam. Agrivita 23 (1) : 13-19

You might also like