Growth and Yield Responses of Three Mungbean Varieties To Waterlogging Duration

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

Lestari et al. / J. Agron.

Indonesia 47(1):32-38
ISSN 2085-2916 e-ISSN 2337-3652 J. Agron. Indonesia, April 2019, 47(1):32-38
Tersedia daring http://jai.ipb.ac.id DOI: https://dx.doi.org/10.24831/jai.v47i1.18047

Tanggap Pertumbuhan dan Hasil Tiga Varietas Kacang Hijau terhadap Lama Genangan

Growth and Yield Responses of Three Mungbean Varieties to Waterlogging Duration

Sri Ayu Dwi Lestari*, Andy Wijanarko, dan Henny Kuntyastuti

Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi


1

JL. Raya Kendalpayak Km 8 Kotak Pos 66 Malang 65101, Indonesia

Diterima 11 September 2017/Disetujui 22 November 2018

ABSTRACT

The objective of this research was to determine growth and yield responses of three mungbean varieties to waterlogging
duration. The experiment was conducted at a screenhouse of ILETRI, Malang, East Java, from October to December 2016
using Alfisol soil from Probolinggo, East Java. The experiment consisted of two factors that were laid out in a factorial
randomized complete block design with three replications. The first factor was mungbean varieties, namely Sriti, Vima 1, and
Vima 2. The second factor was waterlogging durations, namely 0, 2, 4, and 6 days. The waterlogging treatments started at
20 days after planting. Mungbean plants fertilized with 250 kg Phonska ha-1 at the time of planting. The results showed that
waterlogging treatments had negative effects on growth of the three varieties, indicated by a reduction in stem dry weight
and leaf dry weight of the plants. Sriti variety was tolerant to waterlogging, Vima 1 was moderate tolerant, and Vima 2 was
sensitive.

Keywords: Alfisol soil, Vigna radiata, waterlogging stress

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama genangan terhadap pertumbuhan dan hasil tiga varietas
tanaman kacang hijau. Penelitian dilaksanakan di rumah kasa Balitkabi, Malang, Jawa Timur pada Oktober-Desember
2016 menggunakan tanah Alfisol dari Probolinggo, Jawa Timur. Percobaan terdiri atas dua faktor yang disusun dalam
rancangan acak kelompok (RAK) faktorial dengan tiga ulangan. Faktor pertama adalah varietas kacang hijau, yaitu Sriti,
Vima 1, dan Vima 2. Faktor kedua adalah lama genangan, yaitu: 0, 2, 4, dan 6 hari. Perlakuan genangan dimulai pada umur
20 HST. Kacang hijau dipupuk 250 kg Phonska ha-1 yang diberikan pada saat tanam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
perlakuan genangan berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ketiga varietas, ditunjukkan dengan pengurangan bobot
kering batang dan bobot kering daun tanaman. Varietas Sriti tergolong toleran terhadap genangan, Vima 1 agak toleran,
dan Vima 2 tidak toleran.

Kata kunci: cekaman genangan, tanah Alfisol, Vigna radiata

PENDAHULUAN inovatif dan adaptif. Pengembangan produk pertanian


yang toleran terhadap variabilitas dan perubahan iklim
Pemanasan global memberikan dampak terhadap merupakan salah satu upaya adaptasi yang dapat dilakukan
perubahan iklim, antara lain perubahan pola dan intensitas (Balitbangtan, 2011).
curah hujan yang dapat menyebabkan kekeringan atau Kacang hijau merupakan salah satu komoditas
banjir. Kondisi ini dapat mempengaruhi pertumbuhan dan pertanian penting di Indonesia, baik sebagai bahan pangan
perkembangan tanaman. Tanaman pangan merupakan maupun industri pangan, sehingga dapat dijadikan alternatif
tanaman semusim yang tergolong peka terhadap perubahan bahan makanan. Sentra produksi kacang hijau di Indonesia
pola dan intensitas curah hujan atau kelebihan dan tersebar di Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara
kekurangan air. Hal ini dapat menurunkan produktivitas dan Barat, Sulawesi Selatan, Jawa Barat, dan Nusa Tenggara
kualitas hasil. Upaya mengantisipasi dampak perubahan Timur (Trustinah et al., 2014). Produksi dan kualitas hasil
iklim dapat dilakukan dengan dukungan teknologi yang kacang hijau berpotensi menurun dengan adanya perubahan
iklim yang belakangan semakin marak terjadi. Salah satu
gejala perubahan iklim yang mempengaruhi produksi
* Penulis untuk korespondensi. e-mail: [email protected] dan kualitas hasil kacang hijau yaitu curah hujan tinggi

32 April 2019
Lestari et al. / J. Agron. Indonesia 47(1):32-38

yang menyebabkan adanya kelebihan air atau tergenang. perlakuan penggenangan, polibag berukuran 12 cm x 17
Berdasarkan hasil penelitian Singh dan Singh (2011), kacang cm berisi 8 kg tanah (tinggi 14 cm) dimasukkan ke dalam
hijau tidak dapat bertahan jika tergenang, terutama selama ember berukuran 12 L (tinggi 24 cm), sehingga ketika diberi
fase awal pertumbuhan yang merupakan periode kritisnya. genangan, air yang keluar dari lubang-lubang polibag tetap
Daerah sentra produksi kacang hijau di Indonesia yang terjaga di dalam ember. Ketinggian air tetap dijaga setinggi
berpeluang mengalami cekaman kelebihan air (tergenang) 10 cm dari permukaan tanah sesuai lamanya perlakuan. Saat
adalah di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Salah perlakuan genangan selesai, polibag kembali dikeluarkan
satu komponen teknologi yang berpeluang meningkatkan dari dalam ember sehingga air dapat keluar melalui lubang-
produktivitas kacang hijau pada kondisi tergenang adalah lubang polibag. Sebelum dan sesudah perlakuan genangan,
varietas unggul toleran genangan. Kementerian Pertanian dilakukan penyiraman sebanyak 2 kali dalam seminggu
Republik Indonesia telah melepas sebanyak 24 varietas (volume penyiraman air 1 L tiap polibag). Penyiraman
unggul sejak tahun 1945 hingga 2016 (Balitkabi, 2016), dilakukan mulai dari tanam hingga panen, kecuali saat
namun belum tersedia varietas yang dilepas khusus untuk perlakuan genangan umur 20-26 HST.
toleran genangan. Oleh karena itu, perlu evaluasi toleransi Setiap unit perlakuan ditanam sebanyak 6 polibag per
varietas-varietas kacang hijau yang sudah dilepas, terhadap ulangan, masing-masing polibag berisi 8 kg tanah yang telah
cekaman genangan. dikeringanginkan. Tiga polibag untuk pengamatan destruktif
Berdasarkan hasil dari beberapa penelitian, cekaman yang dilaksanakan pada dua minggu setelah perlakuan
genangan dapat memundurkan waktu berbunga pada genangan selesai dan tiga polibag untuk pengamatan non
tanaman kacang hijau (Kumar et al., 2013); menyebabkan destruktif. Tanaman dipupuk Phonska (15% N, 15% P2O5,
penurunan luas daun, bobot basah, dan kering tanaman; 15% K2O) dengan takaran 250 kg ha-1 yang dilakukan pada
serta panjang akar tanaman kedelai pada konsentrasi saat tanam (setara dengan 1.5 g per polibag).
genangan 200% (Rohmah dan Saputro, 2016); menyebabkan Kacang hijau ditanam tiga benih per polibag.
kerusakan akar, peningkatan kandungan etilen, penurunan Penjarangan dilakukan pada umur 7 HST dengan
kandungan klorofil daun, dan N jaringan pada tanaman menyisakan satu tanaman per polibag. Penyiangan dilakukan
cabai merah (Susilawati et al., 2012). Tanaman yang secara manual pada umur 20 HST hingga panen, dengan
mampu tumbuh pada kondisi tergenang (toleran genangan) interval 10 hari. Pengendalian hama belalang dilakukan
akan membentuk ruang aerenkim pada korteks akar dan dengan pemberian pestisida berbahan aktif deltametrin,
batang, fotosintesis tetap tinggi, kandungan klorofil rendah pengendalian kutu kebul dengan pemberian pestisida
yang menyebabkan absorbsi cahaya rendah sehingga tidak berbahan aktif monosultap, dan untuk mengendalikan
terjadi kerusakan sistem fotosintesis oleh fotooksidasi, serta penyakit yang disebabkan oleh jamur dilakukan dengan
struktur daun dan epidermis tidak rusak sehingga dapat pemberian fungisida berbahan aktif kaptan.
menghindari kekurangan oksigen (Colmer dan Voesenek, Peubah pertumbuhan non destruktif yang diamati
2009; Du et al., 2012; Somavilla dan Riberio, 2012). pada tiga ulangan yaitu: (1) tinggi tanaman (cm) dilakukan
Perlakuan lama genangan 12, 24, 36, dan 48 jam setelah mulai umur 10 HST hingga panen, dengan interval 10 hari;
tanam dapat menurunkan hasil kacang hijau masing- (2) umur berbunga; dan (3) indeks klorofil daun yang diukur
masing sebesar 12.47, 27.17, 46, dan 74.36% (Ullah, 2006). dengan Chlorophylmeter SPAD-502 dilakukan mulai umur
Berkaitan dengan toleransi kacang hijau terhadap genangan, 10 HST hingga 50 HST, dengan interval 10 hari. Pengamatan
maka dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui komponen hasil saat panen terdiri atas jumlah polong isi,
pengaruh lama genangan terhadap pertumbuhan dan hasil jumlah biji, dan bobot kering biji per tanaman.
tiga varietas kacang hijau. Pengamatan destruktif terdiri atas peubah volume
akar, luas daun, bobot kering akar, bobot kering batang,
BAHAN DAN METODE dan bobot kering daun yang dilakukan dua minggu setelah
masing-masing perlakuan lama genangan selesai. Volume
Percobaan dilaksanakan di rumah kasa Balai akar diamati dengan memasukkan akar ke dalam gelas
Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi (Balitkabi), ukur yang sudah berisi 100 mL air, selisih antara volume
Malang, Jawa Timur pada bulan Oktober-Desember 2016. air sebelum dan setelah akar dimasukkan adalah volume
Percobaan menggunakan tanah Alfisol yang diambil dari akar (Munarso, 2011). Luas daun diukur dengan metode
Kebun Percobaan Muneng, Kabupaten Probolinggo pada gravimetri. Daun dikeringkan menggunakan oven pada suhu
kedalaman 0-20 cm. Percobaan terdiri atas dua faktor yang 60 oC selama 48 jam, setelah itu ditimbang bobot kering
disusun dalam rancangan acak kelompok (RAK) faktorial daunnya. Sebagai standar, satu helai daun dipotong dengan
dengan tiga ulangan. Faktor pertama adalah tiga varietas ukuran 2 cm x 2 cm yang diambil dari bagian tengah daun,
kacang hijau, yaitu: Sriti, Vima 1, dan Vima 2. Alasan daun tersebut dikeringkan menggunakan oven pada suhu 60
pemilihan ketiga varietas kacang hijau tersebut adalah karena o
C selama 48 jam, setelah itu ditimbang bobot keringnya.
sudah banyak berkembang di masyarakat. Faktor kedua Luas daun didapat dari perkalian luas standar (4 cm2)
adalah lama genangan, yaitu: tanpa tergenang, tergenang dua dengan bobot kering daun total dibagi dengan bobot kering
hari, empat hari, dan enam hari pada fase vegetatif dimulai daun standar. Data dianalisis menggunakan sidik ragam dan
umur 20 hari setelah tanam (HST). Sebelum perlakuan ketika terdapat pengaruh yang berbeda nyata dilakukan uji
genangan, polibag tidak dimasukkan ke dalam ember. Saat beda nyata terkecil (BNT) pada taraf D 5%.

April 2019 33
Lestari et al. / J. Agron. Indonesia 47(1):32-38

HASIL DAN PEMBAHASAN yang tetap lebih rendah dari perlakuan yang lainnya.
Berdasarkan hasil penelitian Insausti et al. (2001) pada
Pertumbuhan Tanaman tanaman Paspalum dilatatum dan Striker et al. (2005) pada
tanaman Lotus cornciculatus L. dan Lotus glaber Mill.,
Umur 50% berbunga mengalami penundaan pada hal tersebut disebabkan oleh adanya periode pemulihan
semua varietas kacang hijau yang diuji. Umur 50% berbunga (“recovery”) pada tanaman yang diberi perlakuan genangan,
varietas Sriti pada 36 HST, varietas Vima 1 dan Vima 2 sehingga tinggi tanaman dapat setara dengan tinggi tanaman
pada umur 35 dan 41 HST. Berdasarkan deskripsi varietas pada perlakuan kontrol (tanpa cekaman genangan). Hal
(Balitkabi, 2016), umur 50% berbunga untuk varietas Sriti, ini diduga sebagai mekanisme adaptif dari tanaman yang
Vima 1, dan Vima 2 masing-masing adalah 35, 33, dan 33 terkena cekaman genangan. Mekanisme adaptif tanaman
HST. Penundaan waktu berbunga tersebut serupa dengan yang mampu bertahan dari kondisi cekaman genangan
hasil penelitian Kumar et al. (2013) pada tanaman kacang biasanya ditunjukkan dengan peningkatan ketersediaan
hijau yang diberikan penggenangan selama 3, 6, dan 9 hari formasi aerenkim, memiliki aktivitas jalur glikolitik, dan
saat umur 30 HST. enzim fermentasi yang lebih besar pada tanaman gandum
Pola pertumbuhan tiga varietas kacang hijau hampir (Alamgir dan Uddin, 2011). Tanaman aneka kacang yang
sama, yaitu umur 10 HST hingga 30 HST merupakan dapat bertahan dari kondisi cekaman genangan memiliki
pertumbuhan lambat, antara umur 30 hingga 50 HST lebih mekanisme seperti peningkatan ketersediaan formasi
cepat, dan relatif tetap setelah umur 50 HST. Sejak umur aerenkim, aktivitas glikolisis, dan enzim fermentasi yang
10 HST hingga panen, varietas Vima 2 tumbuh lebih tinggi lebih besar, serta adanya pembentukan akar adventif
dibandingkan dengan varietas Sriti maupun Vima 1, kecuali untuk mengatasi stress oksidatif yang disebabkan oleh
pada umur 40 HST (Gambar 1). Hal tersebut sejalan dengan penggenangan air (Mimi, 2015).
deskripsi varietas unggul kacang hijau bahwa varietas Vima Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa interaksi
2 memiliki tinggi maksimal 64.3 cm, Vima 1 53 cm, dan antara lama genangan dan varietas kacang hijau berpengaruh
Sriti 40-60 cm (Balitkabi, 2016). terhadap bobot kering akar dan bobot kering daun. Volume
Lama genangan mempengaruhi tinggi tanaman umur akar dan luas daun dipengaruhi oleh perbedaan varietas
30 dan 40 HST. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh (Tabel 1). Varietas Sriti memperoleh volume akar dan
perlakuan lama genangan hanya terjadi umur 30 dan 40 luas daun tertinggi dibandingkan dengan varietas lainnya.
HST. Lama genangan 2-6 hari sejak umur 20-26 HST Tingginya nilai volume akar pada varietas Sriti kemungkinan
menghambat pertumbuhan kacang hijau, sehingga tanaman berasal dari banyaknya akar adventif yang terbentuk akibat
pada perlakuan kontrol saat umur 30 dan 40 HST lebih cekaman genangan. Banyaknya akar adventif yang terbentuk
tinggi dibandingkan dengan tanaman yang diberi perlakuan dapat membantu tanaman dan unsur-unsur yang berperan
genangan. Semakin lama waktu genangan, maka semakin dalam memproduksi daun yang lebih banyak sehingga luas
lambat pertumbuhan kacang hijau (Gambar 2). Hal ini daun menjadi lebih tinggi.
juga didukung oleh pernyataan Amin et al. (2017) bahwa Interaksi antara varietas kacang hijau dengan lama
tinggi tanaman pada perlakuan genangan 6 hari mengalami genangan mempengaruhi bobot kering akar dan bobot kering
penurunan dibandingkan pada perlakuan kontrol, genangan daun. Bobot kering akar per tanaman tertinggi diperoleh
2 hari, maupun 4 hari pada 10 genotipe kacang hijau. varietas Sriti dengan perlakuan lama genangan 6 hari (Tabel
Setelah umur 40 HST, pertumbuhan tanaman yang 2). Peningkatan rata-rata bobot kering akar per tanaman yang
diberi perlakuan lama genangan 2 dan 4 hari kembali lebih tinggi pada varietas Sriti menunjukkan daya adaptasi
normal, ditandai dengan tinggi tanaman yang setara dengan yang lebih tinggi terhadap genangan selama 6 hari melalui
tinggi tanaman pada perlakuan kontrol, sedangkan pada pembentukan akar adventif yang lebih banyak. Penelitian
perlakuan lama genangan 6 hari pertumbuhan tanaman ini menunjukkan bahwa varietas Sriti memiliki bobot
tidak bisa kembali normal, ditandai dengan tinggi tanaman kering akar yang 11 lebih tinggi dibandingkan varietas lainnya,

50 50
50
40 40
(cm)

40
Tinggi tanaman (cm)
tanaman(cm)

30 30
Tinggitanaman

30 0 hari
Sriti
20 Sriti
20 20 2 hari
Vima 1
Tinggi

Vima 1
10 4 hari
10 Vima 2 10
Vima 2
0 6 hari
0 0
10 20 30 40 50 Panen
10 20 30 40 50 Panen 20 30 40 50 Panen
Umur tanaman (HST) Umur tanaman (HST)
Umur tanaman (HST)
Gambar 1. Tinggi tanaman kacang hijau varietas Sriti, Vima 1, dan Gambar 2. Tinggi tanaman kacang hijau pada perlakuan lama
Vima 2 selama fase pertumbuhan genangan selama fase pertumbuhan

34 April 2019
Lestari et al. / J. Agron. Indonesia 47(1):32-38

Tabel 1. Volume akar, luas daun, bobot kering akar, bobot kering batang, dan bobot kering daun kacang hijau pada saat
destruktif
Volume akar per Luas daun per Bobot kering akar Bobot kering Bobot kering daun
Perlakuan tanaman tanaman per tanaman batang per per tanaman
(mL) (cm2) (g) tanaman (g) (g)
Varietas
Sriti 1.6a 110.8a 0.7a 1.9a 1.9a
Vima 1 1.3b 83.2b 0.4b 1.7a 1.6a
Vima 2 1.2b 82.8b 0.4b 1.6a 1.6a
Lama genangan
0 hari 1.4a 114.2a 0.6a 2.5a 2.3a
2 hari 1.5a 77.6a 0.4b 2.0a 1.6b
4 hari 1.3a 88.4a 0.4b 1.3b 1.5b
6 hari 1.4a 88.8a 0.6a 1.4b 1.5b
Rata-rata 1.4 92.3 0.5 1.8 1.7
Interaksi tn tn * tn *
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama untuk faktor perlakuan yang sama menunjukkan perbe-
daan yang nyata menurut uji BNT pada α = 5%

sehingga dapat dikategorikan varietas tersebut toleran Setelah akar aslinya rusak bahkan sampai mati, tanaman
terhadap genangan selama 6 hari. Genotipe kacang hijau akan menyesuaikan diri terhadap situasi genangan dengan
yang toleran genangan akan memiliki akar adventif yang mempercepat tumbuhnya akar adventif baru pada tanaman
lebih banyak sebagai mekanisme untuk mempertahankan kacang hijau (Islam et al., 2007) dan pada tanaman kacang
diri dari cekaman genangan, hal tersebut dapat dilihat dari faba [Vicia faba L. minor] (Pociecha et al., 2008).
bobot kering akar yang lebih tinggi (Islam et al., 2010). Bobot kering daun per tanaman tertinggi didapatkan
Perlakuan genangan juga mempengaruhi pertumbuhan pada interaksi antara varietas Vima 2 dengan perlakuan
akar. Secara umum, akar tanaman kacang hijau akan rusak tanpa genangan dan terendah pada varietas Vima 2 dengan
setelah terkena banjir, lalu tanaman akan memproduksi akar lama genangan 2 hari (Tabel 2). Penurunan akumulasi bahan
adventif dalam waktu 48 jam (2 hari) setelah tergenang. kering pada tanaman yang tergenang dan periode pemulihan

Tabel 2. Pengaruh interaksi antara lama genangan dengan varietas terhadap bobot kering akar dan bobot kering daun kacang
hijau
Lama genangan (hari)
Varietas Rata-rata
0 2 4 6
Bobot kering akar per tanaman (g)
Sriti 0.7ab 0.4cde (43)1) 0.6ab (14) 0.8a (-14) 0.6A
Vima 1 0.6abc 0.5cde (17) 0.2f (67) 0.6bcd (0) 0.4B
Vima 2 0.6abc 0.3ef (50) 0.2f (67) 0.4def (33) 0.4B
Rata-rata 0.64A 0.38B 0.35B 0.57A
KK (%) 1.86
Bobot kering daun per tanaman (g)
Sriti 2.0ab 1.7bcde (15) 2.1ab (-5) 1.9bcd (5) 1.9A
Vima 1 2.0abc 2.0bc (0) 1.2de (40) 1.3bcde (35) 1.6A
Vima 2 2.7a 1.0e (63) 1.3cde (52) 1.4bcde (48) 1.6A
Rata-rata 2.5A 1.6B 1.5B 1.5B
KK (%) 5.03
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada masing-masing peubah menunjukkan perbedaan yang nyata menurut uji
BNT pada α = 5%; 1)Angka dalam tanda kurung merupakan persentase penurunan terhadap kontrol (tanpa genangan), dilihat
secara horizontal per varietas

April 2019 35
Lestari et al. / J. Agron. Indonesia 47(1):32-38

setelah perlakuan selesai, merupakan fenomena umum yang hasil. Perbedaan jumlah polong isi dan jumlah biji
terjadi pada tanaman kacang hijau (Islam et al., 2014). disebabkan oleh perbedaan varietas dan lama genangan
secara terpisah (Tabel 3). Jumlah polong isi dan jumlah
Indeks Klorofil Daun (IKD) biji kacang hijau yang dihasilkan pada perlakuan genangan
lebih banyak apabila dibandingkan dengan perlakuan tanpa
Nilai IKD tiga varietas kacang hijau pada umur genangan (kontrol). Perlakuan genangan selama 2 hari
10, 20, 40, dan 50 HST hampir sama. Nilai IKD varietas mampu menghasilkan jumlah biji yang lebih banyak dari
Vima 2 pada umur 30 HST menunjukkan nilai tertinggi, perlakuan tanpa genangan dan tidak berbeda nyata dengan
yaitu 39.8 SPAD (Soil Plant Analysis Development). Nilai genangan selama 4 dan 6 hari. Sementara itu, varietas
IKD varietas Sriti menurun dari 36.8 SPAD pada umur 20 Vima 2 mampu menghasilkan jumlah polong dan biji yang
HST menjadi 35.2 SPAD pada umur 30 HST atau setelah lebih banyak dibandingkan varietas Sriti maupun Vima 1,
perlakuan genangan 2-6 hari. Pada 30 HST tersebut, IKD meskipun secara statistik tidak menunjukkan perbedaan
daun varietas Vima 2 lebih tinggi daripada varietas Sriti dan yang nyata.
Vima 1 yang mengindikasikan kandungan klorofil lebih Perbedaan komponen hasil tersebut tidak menyebab-
tinggi. Nilai IKD ketiga varietas kacang hijau pada umur kan perbedaan hasil atau bobot biji per tanaman. Hasil
30 HST ke umur 40 HST meningkat pesat, karena cekaman (bobot biji per tanaman) kacang hijau yang didapatkan oleh
genangan sudah terlampaui dan tanaman kacang hijau sudah varietas Sriti, Vima 1,dan Vima 2 masing-masing sebesar
mengalami pemulihan (Gambar 3). Kandungan klorofil 6.8, 6.3, dan 7.7 g. Hasil ini sejalan dengan informasi yang
pada varietas tanaman yang toleran cekaman genangan tertuang dalam deskripsi varietas kacang hijau yang dirilis
lebih tinggi karena pertumbuhan tanaman lebih baik dan Balitkabi (2016), rata-rata hasil varietas Sriti, Vima 1, dan
unsur-unsur yang berperan sebagai penyusun klorofil lebih Vima 2 masing-masing sebesar 1.6, 1.4, dan 1.8 ton ha-1.
banyak (Safrizal et al., 2008). Perlakuan lama genangan nyata meningkatkan jumlah
Perlakuan lama genangan nyata berpengaruh terhadap polong isi dan jumlah biji. Genangan selama 4 hari mulai
IKD pada umur 30 HST dan 40 HST. Indeks klorofil umur 20 HST meningkatkan jumlah polong isi dari 10
daun pada umur 20 HST relatif sama karena belum diberi polong isi per tanaman menjadi 13 polong isi per tanaman.
perlakuan, rata-rata 36.2 SPAD. Genangan selama empat Genangan selama 2-6 hari meningkatkan jumlah biji per
dan enam hari mulai umur 20 HST menurunkan IKD kacang tanaman dari 87 biji per tanaman menjadi 110-125 biji/
hijau pada umur 30 HST dari 37.2 menjadi 35.0-35.9 SPAD tanaman (meningkat 26-44%). Adanya peningkatan jumlah
(Gambar 4). Pada umur 40 HST, IKD tanaman kacang biji akibat perlakuan genangan tersebut tidak membuat
hijau pada semua perlakuan meningkat pesat menjadi 40.5- bobot biji per tanaman berbeda nyata, walaupun nilai
51.9 SPAD, dan tertinggi pada perlakuan tanpa genangan. korelasinya sangat erat (Tabel 4). Menurut Pociecha et al.
Artinya daun sangat hijau dan tidak mengalami klorosis. (2008); Celik dan Turhan (2011); dan Amin et al. (2017)
Hal ini mengindikasikan bahwa tanaman sudah mengalami genangan menyebabkan beberapa gangguan fisiologis,
pemulihan setelah digenangi selama 2-6 hari mulai umur antara lain penurunan pertumbuhan, bahan kering, IKD, dan
20 HST. Indeks klorofil daun pada perlakuan kontrol lebih jumlah polong yang dapat menurunkan hasil kacang faba
tinggi dibandingkan dengan perlakuan genangan. Hal ini (Vicia faba L. minor), buncis, dan kacang hijau. Hasil pada
serupa dengan hasil penelitian Islam et al. (2014) bahwa penelitian ini berkebalikan dengan beberapa hasil penelitian
IKD pada perlakuan kontrol lebih tinggi dibandingkan sebelumnya dimana bobot biji pada perlakuan genangan
dengan tanaman yang digenangi. 2 hingga 6 hari justru lebih tinggi dibandingkan dengan
perlakuan tanpa genangan, hal tersebut kemungkinan
Hasil dan Komponen Hasil disebabkan oleh perbedaan toleransi dari varietas kacang
hijau yang digunakan terhadap cekaman genangan, jenis
Interaksi antara varietas dengan lama genangan tidak 11
tanah yang digunakan berbeda, dan penggunaan polibag +
berpengaruh nyata terhadap peubah hasil dan komponen ember yang membuat hara dalam tanah tidak banyak

55.0
55.0 0 hari
0 hari
50.0
50.0
2 hari
2 hari
50.0
50.0
Indeks klorofil daun
Indeks klorofil daun
Indeks klorofil daun
Indeks klorofil daun

45.0
45.0 4 hari
4 hari
45.0
45.0
6 hari
6 hari
40.0
40.0 Sriti
Sriti
40.0
40.0
Vima1 1
Vima
35.0
35.0 35.0
Vima2 2
Vima 35.0

30.0
30.0 30.0
30.0
1010 2020 3030 4040 5050 1010 2020 3030 4040 5050
Umurtanaman
Umur tanaman(HST)
(HST) Umur
Umurtanaman (HST)
tanaman (HST)
Gambar 3. Indeks klorofil daun (IKD) kacang hijau varietas Sriti, Gambar 4. Indeks klorofil daun (IKD) kacang hijau pada perlakuan
Vima 1, dan Vima 2 selama fase pertumbuhan lama genangan selama fase pertumbuhan

36 April 2019
Lestari et al. / J. Agron. Indonesia 47(1):32-38

terbawa air, sehingga hasilnya menjadi lebih baik ketika biji (Tabel 4). Hal tersebut menandakan bahwa peningkatan
mendapatkan cekaman genangan. jumlah polong isi berhubungan erat dengan jumlah biji dan
Jumlah polong isi berkorelasi erat dengan tinggi pada akhirnya akan meningkatkan bobot biji kacang hijau.
tanaman (r = 0.51), artinya peningkatan tinggi tanaman Nilai indeks klorofil daun berkorelasi erat dengan jumlah
berhubungan erat dengan peningkatan jumlah polong isi. polong isi dan jumlah biji, namun nilainya negatif. Hal
Jumlah biji berkorelasi erat dengan jumlah polong isi. Bobot ini menandakan jika nilai IKD tinggi, maka akan terjadi
biji berkorelasi erat dengan jumlah polong isi dan jumlah penurunan jumlah polong isi dan jumlah biji.

Tabel 3. Jumlah polong isi, jumlah biji, dan bobot biji kacang hijau saat panen
Jumlah polong isi Jumlah biji Bobot biji
Perlakuan
per tanaman per tanaman per tanaman (g)
Varietas
Sriti 11b 99b 6.8a
Vima 1 10b 99b 6.3a
Vima 2 14a 131a 7.7a
Lama genangan
0 hari 10b 87b 6.2a
2 hari 12ab 116a 7.7a
4 hari 13a 125a 7.4a
6 hari 10b 110a 6.5a
Rata-rata 11.7 109.7 6.9
Interaksi tn tn tn
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama untuk faktor perlakuan yang sama menunjukkan perbe-
daan yang nyata menurut uji BNT pada α = 5%; tnm = tanaman

Tabel 4. Korelasi antar peubah tinggi tanaman, indeks klorofil daun, komponen hasil, dan hasil kacang hijau
Peubah TT IKD JPI JBJ
JPI 0.5* -0.6*
JBJ 0.5* -0.5* 0.8*
BBJ 0.6* -0.3 0.7* 0.9*
Keterangan: TT = tinggi tanaman saat panen, IKD = indeks klorofil daun saat panen, JPI = jumlah polong isi, JBJ = jumlah biji, BBJ =
bobot biji; tanda “*” berarti nyata pada taraf 5%

KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA

Perlakuan genangan berpengaruh negatif terhadap Alamgir, H., S.N. Uddin. 2011. Mechanisms of waterlogging
pertumbuhan tiga varietas kacang hijau, yaitu Sriti, Vima 1, tolerance in wheat: Morphological and metabolic
dan Vima 2, yang ditunjukkan dengan pengurangan bobot adaptations under hypoxia or anoxia. Australian J.
kering batang dan bobot kering daun tanaman kacang hijau. Crop Sci. 5:1094-1110.
Varietas Sriti tergolong toleran terhadap genangan karena
mampu memulihkan pertumbuhannya dengan membentuk Amin, M.R., M.A. Karim, Q.A. Khaliq, M.R. Islam, S.
akar adventif lebih banyak, sedangkan Vima 1 agak toleran Aktar. 2017. The influence of waterlogging period
dan Vima 2 tidak toleran. on yield and yield components of mungbean (Vigna
radiata L. Wilczek). The Agriculturists 15:88-100.
UCAPAN TERIMA KASIH
[Balitbangtan] Badan Penelitian dan Pengembangan
Terima kasih disampaikan kepada Pak Rofi’i atas Pertanian. 2011. Pedoman Umum: Adaptasi
bantuan dan jerih payahnya dalam membantu pelaksanaan Perubahan Iklim Sektor Pertanian. Kementerian
penelitian. Pertanian, Jakarta, ID.

April 2019 37
Lestari et al. / J. Agron. Indonesia 47(1):32-38

[Balitkabi] Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Munarso, P.Y. 2011. Keragaan padi hibrida pada sistem
Umbi. 2016. Deskripsi Varietas Unggul Aneka Kacang pengairan intermittent dan tergenang. Penelitian
dan Umbi. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang Pertanian Tanaman Pangan 30:189-195.
dan Umbi. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, Malang. Pociecha, E., J. Koscielniak, W. Filek. 2008. Effect of root
flooding and stage of development on the growth and
Celik, G., E. Turhan. 2011. Genotypic variation in growth photosynthesis of field bean (Vicia faba L. minor).
and physiological responses of common bean Acta Physiol. Plant 30:529-535.
(Phaseolus vulgaris L.) seedlings to flooding. Afr. J.
Biotechnol. 10:7372-7380. Rohmah, E.A., T.B. Saputro. 2016. Analisis pertumbuhan
tanaman kedelai (Glycine max L.) varietas Grobogan
Colmer, T.D., L.A.C. Voesenek. 2009. Flooding tolerance: pada kondisi cekaman genangan. Jurnal Sains dan
suites of plant traits in variable environments. Funct. Seni ITS. 5:E-29-E-33.
Plant Biol. 36:665-681.
Safrizal, E. Santosa, Bakhtiar. 2008. Pengaruh penggenangan
Du, K., L. Xu, H. Wu, B. Tu, B. Zheng. 2012. Ecophysiological terhadap pertumbuhan vegetatif cabai. J. Floratek.
and morphological adaption to soil flooding of two 3:61-67.
poplar clones differing in flood tolerance. Flora-
Morphology, Distribution, Functional Ecology of Singh, D.P., B.B. Singh. 2011. Breeding for tolerance to
Plants 207:96-106. abiotic stresses in mungbean. J. Food Legumes.
24:83-90.
Insausti, P., A.A. Grimoldi, E.J. Chaneton, V. Vasellati.
2001. Flooding induces a suite of adaptive plastic Somavilla, N.S., D.G. Riberio. 2012. Ontogeny and
responses in the grass Paspalum dilatatum. New characterization of aerenchymatous tissues of
Phytol. 152:291-299. melastomataceae in the flooded and well-drained
soils of a neotropical savanna. Flora-Morphology,
Islam, M.R., A. Hamid, Q.A. Khaliq, J.U. Ahmed, M.M. Distribution, Functional Ecology of Plants. 207:212-
Haque, M.A. Karim. 2007. Genetic variability in 222.
flooding tolerance of mungbean (Vigna radiata L.
Wilczek) genotypes. Euphtyica 156:247-255. Striker, G.G., P. Insausti, A.A. Grimoldi, E.L. Ploschuk, V.
Vasellati. 2005. Physiological and anatomical basis
Islam, M.R., A. Hamid, Q.A. Khaliq, M.M. Haque, J.U. of differential tolerance to soil flooding of Lotus
Ahmed, M.A. Karim. 2010. Effects of soil flooding cornciculatus L. and Lotus glaber Mill. Plant Soil
on roots, photosynthesis, and water relations in 276:301-311.
mungbean (Vigna radiata (L.) Wilczek). Bangladesh
J. Bot. 39:241-243. Susilawati, R. A. Suwignyo, Munandar, M. Hasmeda. 2012.
Karakter agronomi dan fisiologi varietas cabai merah
Islam, M.R., N. Akter, S.M.S. Parvej, K.M.S. Haque. 2014. pada kondisi cekaman genangan. J. Agron. Indonesia
Growth and yield response of mungbean (Vigna 40:196-203.
radiata L. Wilczek) genotypes to wet puddling,
flooding, and saturated soil cultured. Journal of Plant Trustinah, B.S. Radjit, N. Prasetiaswati, D. Harnowo.
Science 2:311-316. 2014. Adopsi varietas unggul kacang hijau di sentra
produksi. Iptek Tanaman Pangan 9:24-38.
Kumar, P., M. Pal, R. Joshi, R.K. Sairam. 2013. Yield, growth,
and physiological responses of mungbean [Vigna Ullah, Md J. 2006. Effect of waterlogging on growth and
radiate (L.) Wilczek] genotypes to waterlogging at yield of mungbean cv. Kanti (Vigna radiata). Legume
vegetative stage. Physiol. Mol. Biol. Plants 19:209- Res. 29:196-200.
220.

Mimi, A. 2015. Legumes: a study of waterlogging tolerance


in Gazipur, Bangladesh. Indian Res. J. Ext. Edu
15:243-257.

38 April 2019

You might also like