Pelaksanaan Patient Safety Oleh Perawat Di Rs Pku Muhammadiyah Yogyakarta
Pelaksanaan Patient Safety Oleh Perawat Di Rs Pku Muhammadiyah Yogyakarta
Pelaksanaan Patient Safety Oleh Perawat Di Rs Pku Muhammadiyah Yogyakarta
145
ABSTRACT
145
146 Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu Vol. 06 No. 02, Juli 2015
beretika dan profesional tidak akan dapat sectional. Penelitian ini dilakukan di RS PKU
dilepaskan dari konsep patient safety. Muhammadiya Yogyakarta. Penelitian dilak-
sanakan pada bulan Februari sampai Juni 2014.
Peningkatan keselamatan pasien (patient
Populasi dalam penelitian ini adalah perawat
safety) dapat dilakukan dengan melakukan
rawat inap di RS PKU Muhammadiyah Yogya-
pelatihan kepada para perawat. Hal ini sesuai
karta yang berjumlah 205 orang. Sampel dalam
dengan penelitian terdahulu yang menyatakan
penelitian ini adalah perawat rawat inap di RS
bahwa terdapat peningkatan yang bermakna
PKU Muhammadiyah Yogyakarta yang diambil
dari pelaksanaan timbang terima dan pene-
dengan teknik Simple Random Sampling yaitu
rapan keselamatan pasien sebelum dan sesu-
cara mengambil sampel penelitian dengan
dah diberikan pelatihan timbang terima. Pada
memberi hak yang sama kepada setiap subyek
penelitian ini juga diketahui bahwa sebuah
untuk memperoleh kesempatan untuk dipilih
komitmen penting untuk meningkatkan pelak-
menjadi sampel2. Jumlah sampel dalam pene-
sanaan timbang terima dan penerapan kese-
litian ini berjumlah 67 orang, tetapi karena
lamatan pasien melalui kebijakan dalam bentuk
terdapat responden yang tidak bersedia maka
standar dan prosedur timbang terima, penga-
jumlah sampel menjadi 63 orang.
rahan dan evaluasi pelaksanaan timbang
terima, untuk kesinambungan asuhan kepera- 3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
watan yang berdampak pada peningkatan
keselamatan pasien1. A. Hasil Penelitian
Di Indonesia kasus dugaan malpraktik yang Penelitian ini dilakukan pada perawat-
dilakukan oleh petugas medis masih cukup perawat rawat inap RS PKU Muhammadiyah
banyak. Kasus dugaan malpraktik yang paling Yogyakarta dengan karakteristik responden
menyita perhatian masyarakat Indonesia yaitu sebagai berikut :
kasus Pritas Mulyasari dengan RS OMNI Inter- Tabel 1. Karakteristik Responden
nasional yang penyelesaiannya sampai ke-
tingkat kasasi di Mahkamah Agung pada tahun Karakteristik Frekuensi Presentase
2007 sampai 2009 yang bermula dari kesalahan (%)
Umur
dokter dalam mendiagnosa penyakit dan hasil
2130 15 23.8
laboratorium. 3140 33 52.4
>41 15 23.8
Pada awal tahun 2013 juga terdapat kasus
JenisKelamin
yang merenggut nyawa pasien yaitu kasus bayi Lakilaki 9 14.3
bernama Dera yang meninggal karena ditolak Perempuan 54 85.7
oleh 8 rumah sakit rujukan yang ada dijakarta Pendidikan
dengan alasan penuhnya ruang Neonatal Intensif SMA/D1 7 11.1
D3 53 84.1
Care Unit (NICU). Tidak berselang lama juga
S1 3 4.8
terjadi kasus meninggalnya bayi bernama Upik LamaKerja
yang dinyatakan lahir meninggal oleh petugas <1tahun 4 6.3
medis disuatu instansi pelayanan kesehatan 15tahun 9 14.3
kemudian bayi tersebut hidup kembali lalu 610tahun 3 4.8
1115tahun 13 20.6
meninggal selang beberapa waktu setelah 1620tahun 31 49.2
dibawa kembali ke rumah sakit yang berbeda. >21tahun 3 4.8
Jumlah 63 100
2. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian ana-
litik. Rancangan penelitian menggunakan cross
Salafudin dan Handayani. S., PePengaruh Teknik Relaksasi Benson Terhadap.... 147
Hasil analisis univariat setiap variabel gori kurang baik dengan jumlah 32 perawat
disajikan dalam tabel 2 berikut ini: (50,8 %). Keselamatan pasien menjadi
Tabel 2. Analisis Univariat faktor penting dalam melakukan pelayanan
di rumah sakit. Masih tingginya persentase
Variabel Frekuensi Prosentase
perawat yang belum menerapkan budaya
(%)
Pelaksanaan keselamatan pasien bisa berdampak ter-
Patientsafety hadap munculnya kejadian yang tidak di-
KurangBaik 32 50,8 harapkan. Untuk menerapkan budaya kese-
Baik 31 49,2 lamatan pasien dirumah sakit maka perlu
UnitKerja/Area/
pula diterapkan fungsi-fungsi manajemen
Kerjasama
KurangBaik 41 65,1 mulain dari planning, organizing, actuating,
Baik 22 34,9 controlling, dan evaluating. Apabila fungsi
Kepemimpinan manajemen tidak berjalan dengan baik
KurangBaik 45 71,4 maka dapat berdampak pada terganggunya
Baik 18 28,6
Komunikasi
pelayanan seperti munculnya kejadian tidak
KurangBaik 49 77,8 diharapkan, mengurangi waktu bekerja,
Baik 14 22,2 maupun hasil pendokumentasian yang tidak
Jumlah 63 100 sesuai dengan kenyataan3. Jika dilihat dari
rata-rata lama bekerja para perawat yang
Hasil analisis bivariat dapat dilihat pada mayoritas sudah bekerja cukup lama. Seha-
tabel 3 dibawah ini: rusnya budaya keselamatan pasien sudah
Tabel 3. Korelasi Unit Kerja/Kerjasama, bisa diterapkan dengan baik.
Kepemimpinan, Komunikasi dengan
Pelaksanaan Patient Safety Berdasarkan tabel 2 unit kerja/kerjasama/
area termasuk ke dalam kategori kurang baik
Variabel R P N dengan jumlah 41 perawat (65,1 %). Unit
Unit Kerja/ Area/ 0.544** 0.000 kerja yang dimaksud disini yaitu kerjasama
Kerjasama
63 yang dilakukan oleh perawat dalam unit
Kepemimpinan 0.502** 0.000
Komunikasi 0.390** 0.000
kerja masing-masing. Kerjasama yang baik
dapat menghasilkan mutu pelayanan yang
baik pula sehingga bisa mencegah mun-
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui
culnya kejadian yang tidak diharapkan.
bahwa korelasi antara unit kerja/kerjasama
Kerjasama antar unit kerja yang ada di RS
dengan pelaksanaan patient safety adalah
dalam setiap kesempatan diperlukan untuk
bermakna dengan nilai korelasi sebesar
berlangsungnya orientasi pembelajar dari
0.544. Hasil korelasi antara kepemimpinan
setiap pegawai4. Kerjasama yang baik akan
dengan pelaksanaan patient safety didapat-
menghasilkan kinerja yang efektif sehingga
kan nilai korelasi sebesar 0.502, yang berarti
bisa mempermudah penerapan budaya
bahwa korelasi tersebut bermakna. Hasil
keselamatan pasien.
korelasi antara komunikasi dengan patient
safety juga didapatkan hasil bahwa korelasi Berdasarkan analisis, perawat mengang-
tersebut bermakna dengan nilai korelasi gap pemimpin mereka masuk ke dalam
sebesar 0.390. kategori kurang baik. Kepemimpinan men-
jadi salah satu faktor dalam keberhasilan
B. Pembahasan penerapan budaya keselamatan pasien,
Tabel 3 menunjukkan bahwa penerapan terutama kepemimpina pada level mana-
patient safety oleh perawat di RS PKU jemen senior 4. Kepemimpinan yang baik
Muhammadiyah Yogyakarta masuk ke kate- tentu bisa menjalankan fungsi manajerial
148 Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu Vol. 06 No. 02, Juli 2015
dengan baik. Fungsi manajerial yang baik Spearman sebesar 0.502. Hasil tersebut
dapat mempermudah penerapan budaya menunjukkan bahwa kepemimpinan yang
keselamatan pasien3. Komunikasi perawat baik akan menghasilkan penerapan budaya
masuk ke dalam kategori tidak baik. Komu- keselamatan pasien yang baik. Penelitian
nikasi yang baik antar perawat dapat mem- terdahulu menyatakan bahwa kepemim-
permudah dalam memberikan pelayanan pinan merupakan faktor tertinggi dalam
kepada pasien. Adanya komunikasi yang baik menerapkan budaya keselamatan pasien4.
dapat mencegah atau meminimalkan mun- Pentingnya faktor kepemimpinan harus
culnya kejadian yang tidak diharapkan. menjadi perhatian tersendiri oleh manajer
Komunikasi yang baik akan merubah kesa- terutama manajer level senior. Kepemim-
daran individu-individu sehingga dapat pinan sangat dibutuhkan untuk menjalan-
merubah pelayanan yang diberikan pada kan sebuah organisasi pelayanan kesehatan
saat di lapangan4. seperti rumah sakit yang memiliki perma-
salahan sangat kompleks.
Berdasarkan tabel 3 di atas dapat dike-
tahui bahwa korelasi antara unit kerja/ Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui
kerjasama dengan penerapan patient safety bahwa korelasi antara komunikasi dengan
adalah bermakna dengan nilai korelasi pelaksanaan patient safety adalah bermakna
Spearman sebesar 0.544. unit kerja disini dengan nilai korelasi Spearman sebesar
yang dimaksud yaitu kerjasama yang dilaku- 0.390. Komunikasi menjadi bagian penting
kan didalam unit kerja masing-masing. dalam melakukan kerjasama tim, meskipun
Kerjasama yang baik tentu akan menghasil- tidak memiliki pengaruh yang bermakna
kan penerapan budaya keselamatan pasien deng penerapan budaya pasien. Komunikasi
yang baik. Hal ini sama dengan penelitian yang baik akan menghasilkan kerjasama
terdahulu yang menunjukkan adanya hu- yang baik. Komunikasi yang baik dalam tim
bungan antara kerjasama tim dengan pene- dapat merubah pelayanan keperawatan4.
rapan budaya keselamatan pasien4. Kerja- Unsur komunikasi menjadi faktor didalam
sama sangat dibutuhkan dalam menyelesai- nilai-nilai individu yang menjadi penunjang
kan masalah, sehingga pasien cepat ter- dalam mengembangkan penerapan budaya
tolong. Perlu ada kolaborasi yang kohesif keselamatan pasien. Meskipun tidak ber-
sehingga kerja sama didalam unit kerja pengaruh secara langsung, bukan berarti
berjalan dengan baik. Untuk mewujudkan komunikasi menjadi hal yang tidak perlu
kerjasama yang kohesif antar pelaku pela- diperhatikan. Akan tetapi tetap perlu
yanan kesehatan maka diperlukan share diperhatikan sebagai langkah untuk mem-
expertise sehingga proses dan pengelolaan perbaiki kerjasama tim sehingga pelayanan
secara tim bisa terlaksana dengan baik 5. kepada pasien bisa lebih baik lagi.
Kerjasama tim juga dapat mempengaruhi
kinerja yang dilakukan6. Kinerja yang baik 4. KESIMPULAN
dapat mencegah terjadinya kejadian yang a. Ada hubungan antara unit kerja/
tidak diharapkan sehingga dapat memper- kerjasama dengan pelaksanaan patient
mudah penerapan budaya keselamatan safety.
pasien.
b. Ada hubungan antara kepemimpinan
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dengan pelaksanaan patient safety.
diketahui bahwa korelasi antara kepe-
c. Ada hubungan antara komunikasi dengan
mimpinan dengan penerapan patient safety
pelaksanaan patient safety.
adalah bermakna dengan nilai korelasi
Salafudin dan Handayani. S., PePengaruh Teknik Relaksasi Benson Terhadap.... 149