324 124 1 SM1
324 124 1 SM1
324 124 1 SM1
INDONESIAN JOURNAL OF
Pelindung (Patron)
Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik Indonesia
Penasehat (Advisor)
Prof. Hardjoeno, dr., Sp.PK(K)
Prof. Siti Budina Kresna, dr, Sp.PK(K)
Dr. R. Darmawan Setijanto, drg, M.Kes
INDONESIAN JOURNAL OF
DAFTAR ISI
PENELITIAN
Air Kemih (Urin) Bereosinofil dengan Dugaan Radang Sela Ginjal Mendadak/Nefritis Interstisial
Akut (NIA)
(Urine Eosinophyl in Acute Interstitial Nephritis (AIN))
Felly G Sahureka, Fitriani Mangarengi, Uleng Bahrun........................................................................ 14
Resistensi terhadap Methicillin (Methicillin Resistant) Staphylococcus aureus di Instalasi
Rawat Inap
(Methicillin Resistant on Staphylococcus aureus at Hospital Ward)
Wildana, Nurhayana Sennang, Benny Rusli......................................................................................... 58
Uji Kesahihan (Validitas) Pemeriksaan D-Dimer Cara Menyaring Kekebalan (Metode Imunofiltrasi)
dan Cara Mengukur Imunoturbidimetri
(The Validity Examination D-Dimer Assay Between Immunofiltration Method and Immunoturbidimetric
Method)
David Rustandi, Delita Prihatni, Tiene Rostini, Nina Tristina............................................................. 911
Aktivitas Fosfolipase-A2 Sekretoris Plasma Trombositopenia Demam Berdarah Dengue
(Plasma Secretory Phospholipase-A2 Activity in Thrombocytopenic Dengue Haemorrhagic Fever)
Endang Retnowati K.,* Wiyanda Hidayati S, Liana.............................................................................. 1220
Profil Virus Dengue di Surabaya Tahun 20082009
(Dengue Virus Profile in Surabaya From 20082009)
Aryati, Puspa Wardhani........................................................................................................................ 2124
Korelasi antara Neuron-Specific Enolase Serum dan Glasgow Coma Scale di Pasien Cedera Kepala
(Correlation Between Serum Neuron-Specific Enolase and Glasgow Coma Scale in Traumatic Head
Injury)
Usi Sukorini, Isti Setijorini Wulandari, Budi Mulyono, Handoyo Pramusinto.................................... 2531
Nilai Batas Antigen NS1 Dengue Kuantitatif sebagai Prediktor Keparahan Jangkitan/Tularan (Infeksi)
Virus Dengue Anak
(Cut off Value Dengue Quantitative NS1 Antigen as Predictor Severity of Dengue Viral Infection in
Children)
Betty A Tambunan, Aryati, D Husada................................................................................................... 3237
Peran Polimorfisme Gen Interferon-g (IFNG) pada Fenotip Histologi Nefritis Lupus
(The Role of g-Interferron Gene (IFNG) Polymorphism in Phenotype Histology Lupus Nephritis)
Kusworini Handono.............................................................................................................................. 3843
TELAAH PUSTAKA
Pengangkaan (Kuantifikasi) Periksaan Pulasan Gram Di Berbagai Jenis Bahan Pemeriksaan
(Quantification of Gram Staining on Various Specimens)
Adhi Kristianto Sugianli, Ida Parwati.................................................................................................. 4450
LAPORAN KASUS
Flaming Cells Di Multiple Myeloma
(Flaming Cells in Multiple Myeloma)
Nursin Abd. Kadir, Hj. Darmawaty E.R, Mansyur Arif.......................................................................... 5157
INFO LABORATORIUM MEDIK TERBARU
Dicetak oleh (printed by) Airlangga University Press. (173/11.10/AUP-B3E). Kampus C Unair, Jln. Mulyorejo Surabaya 60115, Indonesia.
Telp. (031) 5992246, 5992247, Telp./Fax. (031) 5992248. E-mail: [email protected].
Kesalahan penulisan (isi) di luar tanggung jawab AUP
UJI KESAHIHAN (VALIDITAS) PEMERIKSAAN D-DIMER CARA
MENYARING KEKEBALAN (METODE IMUNOFILTRASI) DAN CARA
MENGUKUR IMUNOTURBIDIMETRI
(The Validity Examination D-Dimer Assay Between Immunofiltration Method and
Immunoturbidimetric Method)
ABSTRACT
D-Dimer parameter is the most usefull laboratory assay to detect the present of activated coagulation. The D-Dimer fragment directly
indicate the fibrinolitic proccess whereas the increasing mark of D-Dimer is the most hemostatic parameter that was used to detect
the early stage of Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) and has a correlation with the patient prognosis. D-Dimer assay by
immunoturbidimetric method was used to detect antigen-antibody reaction automatically and it can detect D-Dimer concentration less
than 0.5 g/mL. The immunoturbidimetric method has a good correlation with the ELISA method, but the proccess is complicated, is
high costed, and need the competence of practical human resource. D-Dimer assay with immunofiltration method has the same principle
as immunoturbidimetric method, but it's work more simpler, low cost and does not need the competence of practical human resource.
The aim of this study is to compare the D-Dimer assay concentration between immunofltration and immunoturbidimetric method. There
were 30 plasma samples assayed with these two methods (immunoturbidimetric and immunofiltration), and then compared between
them. The samples were collected between November until December 2008 at Rumah Sakit dr. Hasan Sadikin Bandung. The validity of
D-Dimer using immunofiltration method showed sensitivity 74%, specificity 95%, predictive value of negative test (PV-) 22%, predictive
value of positive test (PV+) 95% with likelihood ratio 5.2. The conclusion of this study so far that the immunofiltration method has a
good validity for diagnosing. D-Dimer work rapidly with low cost laboratory assay than the immunoturbidimetric method.
ABSTRAK
Pemeriksaan D-Dimer merupakan tolok ukur (parameter) laboratorik yang dipakai sebagai petanda pembekuan darah (koagulasi).
Kepingan lepas (fragmen) D-Dimer merupakan petunjuk (indikator) langsung jalannya (proses) fibrinolisis. Peningkatan kadar D-
Dimer merupakan parameter penghentian perdarahan (hemostasis) yang penting dalam menentukan keadaan pra (pre)-DIC dan
berhubungan dengan ramalan jalannya penyakit (prognosis) penderita. Pengukuran D-Dimer dengan cara mengukur kekeruhan
kekebalan (metode imunoturbidimetri) merupakan cara (metode) dengan asas (prinsip) pemeriksaan dengan cara menemukan reaksi
antigen-antibodi dapat dilakukan dengan menggunakan alat kerja otomatis secara banyaknya (kuantitatif) dan dapat mendeteksi kadar
D-Dimer kurang dari 0,5
g/mL. Metode imunoturbidimetri mempunyai kenasaban (korelasi) yang sangat baik dengan cara rujukan
pemeriksaan D-Dimer ELISA, tetapi memiliki pembuatan (proses) yang lama, biaya yang cukup mahal dan memerlukan tenaga kerja
yang terlatih. Pengukuran D-Dimer menggunakan cara menyaring kekebalan (metode imunofiltrasi) untuk menemukan keberadaan
reaksi antigen-antibodi yang memiliki keunggulan proses yang cukup singkat, biaya yang relatif lebih murah dan pengerjaan yang
cukup mudah. Tujuan penelitian adalah membandingkan pemeriksaan D-Dimer menggunakan metode imunofiltrasi (Nycocard)
dengan metode imunoturbidimetri (LIATES STAGO). Sebanyak 30 sampel plasma yang telah diperiksa kadar D-Dimer dengan alat
menggunakan metode imunofiltrasi, kemudian diperiksa kembali dengan menggunakan metode imunoturbidimetri untuk pengukuran
kadar D-Dimer. Penelitian ini dilakukan di sub bagian Hematologi dari Bagian Patologi Klinik RSHS Bandung mulai bulan November
2008 sampai dengan Desember 2008. Subjek penelitian diambil dari penderita rawat inap yang diperiksa dengan parameter D-Dimer.
Pada penelitian ini digunakan uji kesahihan (validitas) dengan menghitung nilai kepekaan (sensitivitas) dan kekhasan cara menyaring
kekebalan (spesifisitas metode imunofiltrasi) terhadap metode imunoturbidimetri. Hasil analisis dengan uji validitas menunjukkan
nilai kepekaan sebesar 74% dan kekhasan (spesifisitas) sebesar 95%, Nilai Ramalan Negatif (NPN) 22%, prediksi positif (NPP) 95%
dalam metode imunofiltrasi dengan angka banding yang besar kemungkinannya (Likelihood ratio) sebesar 5,2. Metode imunofiltrasi
dapat digunakan sebagai alat diagnosis kadar D-Dimer secara cepat dengan biaya relatif lebih murah dibandingkan dengan metode
imunoturbidimetri.
* Department of Clinical Pathology Faculty of Medicine Padjadjaran University dr. Hasan Sadikin Hospital Bandung,
E-mail: [email protected]
PENDAHULUAN nisbi (relatif) murah dibandingkan dengan metode
imunoturbidimetri.3
D-Dimer merupakan hasil (produk) akhir Di Laboratorium 10A Rumah Sakit dr. Hasan
kemunduran (degradasi) fibrin ikat silang oleh Sadikin Bandung alat Nycocard telah digunakan
plasmin yang terdiri atas dua (2) kepingan lepas dengan metode imunofiltrasi. Namun, dalam penelitian
(fragmen) D proses fibrinolisis. D-Dimer di dalam ini penulis ingin mengetahui apakah terdapat validitas
plasma menunjukkan ada pembentukan trombin, hasil antara metode imunofiltrasi dibandingkan dengan
pengaktifan faktor XIII dan pembentukan plasmin metode imunoturbidimetri, sehingga dapat digunakan
yang menunjukkan aktivasi fibrinolisis dan alat dengan metode imunofiltrasi sebagai alat diagnosis
koagulasi. Kepingan lepas D-Dimer merupakan untuk penggunaan klinis.
petunjuk (indikator) langsung pada kejadian Hasil dari telitian yang dilakukan diharapkan
( p r o s e s ) f i b r i n o l i s i s . Pe n i n g k a t a n k a d a r dapat memberikan penjelasan kepada para peklinik
D-Dimer merupakan tolok ukur penghentian bahwa untuk pengukuran kadar D-Dimer dapat
perdarahan (hemostasis) yang penting dalam digunakan alat dengan metode imunofiltrasi sebagai
menentukan keadaan pra-DIC dan berhubungan alat diagnostik dengan biaya yang relatif murah,
dengan prognosis penderita.1,2,4 mudah dikerjakan, hasil yang cepat bila dibandingkan
Pemeriksaan D-Dimer dapat dilakukan dengan dengan metode imunoturbidimetri.
beberapa macam cara yaitu ELISA (Enzyme-Linked
Immunosorbent Assay) yang merupakan metode
rujukan, penggumpalan (aglutinasi lateks), mengukur
METODE
kekeruhan kekebalan (imunoturbidimetri) dan
imunofiltrasi. Pemeriksaan D-Dimer dengan asas Bahan pemeriksaan diambil dari penderita rawat
cara menggumpal (prinsip metode aglutinasi) yang inap di Rumah Sakit dr. Hasan Sadikin Bandung
latex slide yaitu menemukan gumpalan butiran sebanyak 30 sampel dan diperiksa kadar D-Dimer-
(partikel) antigen-antibodi secara kasatmata nya selama perawatan pada bulan November sampai
(makroskopis), paling sering dilakukan karena dengan Desember 2008.
prosedur pemeriksaannya yang mudah dan cepat, Penelitian dilakukan secara potong silang (Cross
tidak memerlukan peralatan dan keterampilan khusus sectional), dengan mengambil bahan pemeriksaan
serta biaya yang relatif murah.1,3 Pemeriksaan D- penderita dengan melakukan uji diagnostik, yaitu
Dimer dengan imunoturbidimetri merupakan metode kadar D-Dimer diperiksa di ruang rawat inap Rumah
dengan asas (prinsip) menemukan dan menilai Sakit dr. Hasan Sadikin Bandung menggunakan
secara kuantitatif reaksi antigen-antibodi, sehingga metode imunofiltrasi di laboratorium 10A. Kemudian
terjadi kekeruhan (turbid) dengan menggunakan alat kadar D-Dimer diukur ulang menggunakan cara
otomatis dan dapat mendeteksi kadar D-Dimer yang mengukur metode imunoturbidimetri di Laboratorium
kurang dari 0.5 g/mL. Metode imunoturbidimetri Sentral Hematologi. Terokan (sampel) berupa plasma
mempunyai kenasaban (korelasi) yang sangat dengan antikoagulan Na Sitrat 3,2%. Pemeriksaan
baik dengan cara rujukan pemeriksaan D-Dimer kadar D-Dimer dilakukan dengan rentang waktu tidak
ELISA (r = 0,961).3 Pemeriksaan D-Dimer metode lebih dari dua (2) jam. Nilai batas (cut-off) positif di
imunoturbidimetri memerlukan alat yang mahal metode imunofiltrasi adalah > 0,3 mg/L, sedangkan
dan tenaga yang terlatih untuk mengoperasikan di metode imunoturbidimetri) adalah > 0,5 g/mL.
alat tersebut, sehingga tidak semua laboratorium Kemudian data dari hasil mengukur antara kedua
dapat melakukan pemeriksaan metode D-Dimer ini. metode tersebut dicatat.
Di Bagian Patologi Klinik Sub Bagian Hematologi Analisis statistik menggunakan tabel 2 2
alat LIATES STAGO telah digunakan dengan untuk menilai uji validitas data yang didapat
metode imunoturbidimetri. Pemeriksaan D-Dimer dengan menghitung kepekaan (sensitivitas),
menggunakan cara metode imunofiltrasi adalah kekhasan (spesifisitas), nilai ramalan (prediksi)
metode untuk mendeteksi reaksi antigen-antibodi positif, nilai prediksi negatif dan angka banding
dengan cara mengukur kekebalan melalui aliran besar kemungkinan (likelihood ratio) dari metode
(immunometric flowthrough), molekul D-Dimer imunofiltrasi terhadap metode imunoturbidimetri.
menempel selaput (membran) yang telah dilapisi
antibodi monoklon yang khas (spesifik) untuk D-
Dimer lalu ditambahkan konjugat untuk mengikat HASIL dan pembahasan
D-Dimer. Jika terdapat D-Dimer maka akan tampak
perubahan warna yang akan dibaca oleh alat reader. Hasil memeriksa kadar D-Dimer antara metode
Penggunaan alat dengan metode imunofiltrasi bersifat imunofiltrasi dengan metode imunoturbidimetri di
mudah, cepat dikerjakan dan tidak memerlukan penderita rawat inap dapat dijelaskan di tabel berikut
sumber daya manusia yang terlatih serta biaya yang ini.
10 Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory, Vol. 17, No. 1, November 2010: 9-11
Tabel 1. Uji validitas pemeriksaan kadar D-Dimer metode imunofiltrasi dengan metode imunoturbidimetri di penderita rawat
inap di Rumah Sakit dr. Hasan Sadikin Bandung
Imunoturbidimetri
Positif Negatif Total
(> 0,5 g/mL) (< 0,5 g/mL)
Imunofiltrasi Positif (> 0,3 mg/L) 20 1 21 (70%)
Negatif (< 0,3 mg/L) 7 2 9 (30%)
27 (90%) 3 (10%) 30 (100%)
Tabel 2. Validitas hasil memeriksa D -Dimer metode rujukan, aglutinasi lateks, imunoturbidimetri dan
imunofiltrasi dibandingkan dengan metode imunofiltrasi.1 Keunggulan metode imunoturbidimetri
Imunoturbidimetri di penderita rawat inap di Rumah
Sakit dr. Hasan Sadikin Bandung
adalah bernasab baik terhadap metode rujukan
yaitu metode ELISA, dapat mendeteksi kadar
Ukuran Kesahihan (Validitas) Nilai Statistik D-Dimer kurang dari 0.5 g/mL. Namun, cara
Kepekaan (Sensitivitas) 74% tersebut memiliki kelemahan yaitu alat yang
Kekhasan (Spesifitas) 95% digunakan mahal, memerlukan tenaga kerja yang
Nilai Ramalan (Prediksi) Positif 95% terlatih, biaya pelaksanaannya relatif mahal, dan
Nilai Ramalan (Prediksi) Negatif 22% pemeriksaannya memerlukan waktu yang cukup lama.
Angka banding besar kemungkinan 5,2 Metode imunofiltrasi memiliki keunggulan, yaitu
(Likelihood ratio) alat berbentuk tetal (kompak) dan mudah dibawa
(portable), biaya relatif murah, mudah digunakan,
Di tabel 1. ditunjukkan uji validitas antara
sehingga tidak memerlukan tenaga kerja yang terlatih
metode imunofiltrasi dibandingkan dengan metode
dan pemeriksaannya cukup singkat.3
imunoturbidimetri, sedangkan sebagai bakuan
Bila dilihat dari hasil analisis statistik, metode
(standar) adalah metode imunoturbidimetri.
imunofiltrasi memiliki nilai sensitivitas sebesar
Sebanyak 20 sampel yang diperiksa dari kedua
74% dan spesifisitas sebesar 95%. Berdasarkan
metode tersebut memiliki nilai positif sedangkan dua
hasil ilmu kedokteran berdasarkan pembuktian
terokan (2 sampel) dari keduanya yang diperiksa
(Evidence based medicine), bahwa untuk mendiagnosis
memiliki nilai negatif. Di tabel tersebut terdapat nilai
positif palsu sebanyak 1 sampel dan nilai negatif penyakit dengan spesifisitas yang tinggi, maka alat
palsu sebanyak 7 sampel. Di tabel 2 ditunjukkan pemeriksaan diharapkan mempunyai nilai sensitivitas
hasil uji validitas, yaitu didapatkan sensitivitas hasil sebesar 64% dan nilai spesifisitas sebesar 98%.
memeriksa D-Dimer dengan metode imunofiltrasi Maka dapat disimpulkan bahwa alat dengan metode
adalah sebesar 74%. Spesifisitas hasil memeriksa imunofiltrasi dapat digunakan sebagai alat diagnostik
D-Dimer dengan metode imunofiltrasi adalah sebesar untuk pemeriksaan kadar D-Dimer.3
95%, yang berarti perbandingan pesasar (proporsi
subjek) yang memberi hasil negatif melalui metode SIMPULAN
imunofiltrasi sebesar 95%. Didasari hasil tersebut
dapat dilihat bahwa pemeriksaan D-Dimer dengan Alat pemeriksaan kadar D-Dimer dengan metode
metode imunofiltrasi memiliki nilai spesifitas yang imunofiltrasi dapat digunakan sebagai alat diagnosis
lebih tinggi daripada nilai sensitivitasnya. Prediksi secara cepat dengan biaya yang relatif lebih murah
nilai positif di hasil positif menurut hasil memeriksa dibandingkan dengan metode imunoturbidimetri.
D-Dimer metode imunofiltrasi adalah sebesar 95%
sedangkan nilai prediksi negatif sebesar 22%.
Kemampuan hasil memeriksa D-Dimer metode DAFTAR PUSTAKA
imunofiltrasi untuk mengidentifikasi kadar D-Dimer 1. John CS, Gordon, Chapter 32 Coagulation. Harmening DM.
adalah sebesar 5,2 kali lipat dibandingkan dengan Clinical Hematology and Fundamentals of Hemostasis. Fourth
metode imunoturbidimetri. Edition, Philadelphia, FA Davis Company, 1997; 677.
2. Mikaeli H, Zarghami N, Yazdchi M, Mardhani M, Anzarin
Pemeriksaan kadar D-Dimer merupakan salah satu
K. On-Admission Level of Serum D-Dimer and the Severity
tolok ukur (parameter) laboratorik yang digunakan of Community - Acquired Pneumonia. Pakistan
Journal of
untuk mendeteksi) keadaan pra-DIC, sehingga dapat Biological Sciences, 2009; 12(6): 51417.
menentukan prognosis penderita. Pemeriksaan 3. Adam SS, Key NS, Greenberg CS. D-Dimer antigen: current
concepts and future prospect. Blood Journal, 2009; (113):
D -Dimer dapat dilakukan dengan beberapa
287887.
macam metode yaitu ELISA (Enzyme-Linked 4. Dharma R, Hadinegoro SR, Priatni I. Disfungsi Endotel Pada
Immunosorbent Assay) yang merupakan metode Demam Berdarah Dengue. Makara
Kesehatan, 2006; 1723.