Evaluasi Konseling Menyusui PDF

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

Artikel Penelitian

Evaluasi Pelaksanaan Konseling Menyusui

Evaluation of Implementation Breastfeeding Counseling

Ika Murtiyarini*, Dewi Marhaeni Diah Herawati**, Irvan Afriandi***

*Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jambi, **Departemen Ilmu Gizi Medik FK
Universitas Padjadjaran, ***Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat FK Universitas Padjadjaran

Abstrak centers City of Jambi during December 2013 to February 2014. Data were
Salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan pemberian ASI di collected through document study, breastfeeding counseling and execution
Indonesia adalah dengan memberikan konseling menyusui di pelayanan infrastructure observation, in-depth interviews, and focus group discussion.
kesehatan. Penelitian perlu dilakukan untuk mengevaluasi pelaksanaan Data analysis includes transcription, reduction, coding, categorizing,
konseling menyusui di Kota Jambi dengan mengeksplorasi komponen in- themes, and interpretation of research results. The results showed that the
put, activity, output, dan outcome. Penelitian ini merupakan penelitian kuali- component inputs and activity were not done optimally due to a lack of hu-
tatif menggunakan strategi studi kasus. Penelitian dilakukan di empat man resources, infrastructure limitations, unavailability of technical guide-
puskesmas Kota Jambi pada bulan Desember 2013 sampai dengan lines, non-existence of post training monitoring or supervision, lack of coun-
Februari 2014. Pengumpulan data dilakukan dengan studi dokumen, ob- selors personal commitment, lack of program clarity, as well as poor mana-
servasi pelaksanaan konseling menyusui dan sarana prasarana, wawan- gement and supervision of the health department. A service output were not
cara mendalam, serta focus group discussion. Analisis data yang digunakan also good as indicated by data unavailability of clients served and none of
adalah analisis tematik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komponen in- monitoring has been conducted. Outcome component showed that there
put dan activity kurang optimal seperti kurangnya sumber daya manusia, were still a lack of client satisfaction and resolved breastfeeding problems
keterbatasan sarana prasarana, belum ada petunjuk teknis pelaksanaan after acquiring breastfeeding counseling as an conclusion, implementation
konseling menyusui, belum ada pemantauan pascapelatihan, kurangnya of breastfeeding counseling in the City of Jambi is still less than optimal,
komitmen personal konselor, belum ada penegasan program, serta lemah- seen from the input components is still inadequate, activity components are
nya pengawasan. Komponen output masih kurang baik, terlihat pada belum not yet optimal, while the outputs and outcomes components not achieving
terdapat data jumlah klien yang diberi konseling menyusui dan jumlah moni- the expected.
toring/supervisi. Komponen outcome menunjukkan bahwa kepuasan klien Keywords: Breastmilk, evaluation, breastfeeding counseling
konseling menyusui kurang. Pelaksanaan konseling menyusui di Kota
Jambi masih kurang optimal. Terlihat dari komponen input masih kurang
memadai, komponen activity belum berjalan optimal, sedangkan komponen Pendahuluan
output dan komponen outcome belum mencapai hasil yang diharapkan. World Health Organization (WHO) dan The United
Kata kunci: Air susu ibu, evaluasi, konseling menyusui Nations Childrens Fund (UNICEF) merekomendasikan
pola pemberian makan terbaik bagi bayi dan anak sam-
Abstract pai usia dua tahun.1 Rekomendasi tersebut antara lain
The governments efforts in improving breastfeeding in Indonesia is to pro- memberikan ASI eksklusif sejak lahir sampai usia enam
vide breastfeeding counseling services in health care especially at primary bulan, memberi makanan pendamping ASI sejak bayi
health care centre. Therefore it is necessary to evaluate the implementation berusia enam bulan, melanjutkan menyusui sampai anak
of breastfeeding counseling in the City of Jambi by exploring its input, ac-
tivity, output, and outcomes components. This study was a qualitative re- Korespondensi: Ika Murtiyarini, Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan
search using case study strategy. The study was conducted in four health Kemenkes Jambi, Jl. Prof. Dr. GA Siwabessy No. 42 Buluran Kenali Jambi, Hp.
085378907070, e-mail: [email protected]

78
Murtiyarini, Herawati, Afriandi, Evaluasi Pelaksanaan Konseling Menyusui

berusia dua tahun atau lebih, menetapkan kebijakan ten- masing puskesmas, empat orang kepala puskesmas, dan
tang pemberian nutrisi bagi bayi, dan tenaga kesehatan kepala seksi gizi yang diambil dengan teknik purposive
harus diberdayakan untuk memberikan konseling sampling dengan pertimbangan informan memiliki in-
menyusui secara efektif.1,2 Semua negara di dunia di- formasi yang diperlukan dan terlibat dalam pelaksanaan
harapkan dapat mengimplementasikan rekomendasi konseling menyusui. Penelitian dilakukan di empat
tersebut sesuai dengan kondisi masing-masing negara puskesmas Kota Jambi pada bulan Desember 2013 sam-
dalam rangka mencapai derajat kesehatan anak yang op- pai dengan Februari 2014.
timal.1 Pengumpulan data dengan melakukan studi doku-
Pemberian ASI eksklusif pada enam bulan pertama men, wawancara mendalam (indepth interview), obser-
kehidupan sangat bermanfaat bagi ibu dan bayi. vasi, dan focus group discussion. Studi dokumen di-
Menyusu menurunkan morbiditas dan mortalitas bayi, lakukan untuk mengecek kelengkapan data meliputi ser-
mengoptimalkan pertumbuhan bayi, mencegah diare, tikat pelatihan, data kunjungan klien, data klien yang
dan membantu perkembangan kecerdasan anak. 3-7 dilayani, dan data pencapaian ASI. Wawancara men-
Menyusui juga memberi banyak manfaat bagi ibu dan dalam dilakukan pada informan (konselor, kepala
masyarakat.8 puskesmas, kepala seksi gizi, dan fasilitator),
Negara melindungi hak ibu menyusui. Rekomendasi melakukan observasi kelengkapan sarana prasarana dan
WHO ditindaklanjuti oleh pemerintah Indonesia dengan pelaksanaan konseling menyusui, serta melakukan FGD
mengeluarkan berbagai peraturan yang mendukung pem- satu kelompok pada klien yang telah diberikan konseling
berian ASI. Fasilitas kesehatan yang menyediakan menyusui. Pengolahan data dilakukan dengan melakukan
pelayanan kesehatan ibu dan anak seperti rumah sakit, transkripsi, reduksi, koding, kategorisasi, dan penetapan
rumah sakit bersalin, puskesmas dan jaringannya, serta tema.12 Analisis data dilakukan dengan analisis tematik,
bidan praktik mandiri perlu meningkatkan akses bagi yaitu dengan mengidentikasi tema-tema yang terpola
ibu, keluarga, serta masyarakat terhadap informasi pem- dalam suatu fenomena. Tema-tema ini dapat diidenti-
berian ASI yang tepat dan benar. Setiap fasilitas kese- kasi, dikodekan secara induktif (data driven) dari data
hatan perlu memiliki konselor menyusui terlatih yang kualitatif mentah (transkrip wawancara, biogra, reka-
mempunyai kompetensi untuk membantu ibu dan kelu- man video, dan sebagainya) maupun secara deduktif
arganya dalam melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) (theory driven) berdasarkan teori maupun hasil peneliti-
dan menyusui secara eksklusif selama enam bulan.9 an terdahulu.
Ujung tombak pelaksanaan konseling menyusui
adalah konselor menyusui. Konselor menyusui telah di- Hasil
latih berdasarkan Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan Pelaksanaan konseling menyusui digambarkan dalam
Konseling Menyusui dari Departemen Kesehatan RI. Di bentuk uraian penjelasan menggunakan logic model
Kota Jambi, sejauh ini telah dilakukan pelatihan konse- meliputi komponen input, activity, output, dan outcome.
ling menyusui terhadap 18 orang bidan, namun demikian
belum pernah dilakukan evaluasi yang menyeluruh me- Komponen Input dalam Pelaksanaan Konseling Menyusui
ngenai pelaksanaan konseling menyusui. Penelitian ini Temuan di lapangan pada komponen input yaitu
ditujukan untuk mengevaluasi pelaksanaan konseling SDM, sarana prasarana, petunjuk teknis, pendanaan, ser-
menyusui di Kota Jambi dengan pendekatan logic model ta ditemukan variabel baru, yaitu informasi dan pelatih-
yang mengeksplorasi komponen yang terkait secara an. Pelaksanaan konseling menyusui memerlukan keter-
menyeluruh baik dari segi input (masukan), activity libatan banyak pihak, khususnya konselor menyusui.
(proses), output (luaran), dan outcome (hasil akhir).10 Keberhasilan konseling menyusui ditunjang pula oleh
ketersediaan fasilitas di puskesmas. Pada kenyataannya,
Metode hanya beberapa puskesmas yang memiliki ruang ASI,
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian peralatan, dan media promosi. Dinas kesehatan mengim-
kualitatif dengan strategi studi kasus dan memiliki para- bau puskesmas agar menyediakan ruangan untuk berba-
digma konstruktivisme.11,12 Penelitian dilakukan untuk gai program termasuk ruang ASI. Keterbatasan ruangan
menilai komponen input, activity, output, dan outcome menuntut pihak puskesmas mengambil inisiatif mengu-
berdasarkan logic model. Informan penelitian terdiri atas bah ruang ASI yang kurang termanfaatkan menjadi ru-
empat orang konselor menyusui (bidan di puskesmas angan untuk program lainnya.
yang telah mengikuti pelatihan konseling menyusui, di- ruangannya belum ada. Kemarin itu bikinnya di
ambil masing-masing satu orang untuk setiap gang gitu, di atas, terus ada pertemuan IMS, jadi serem
puskesmas), dua orang fasilitator yaitu orang yang ruang ASI nya dibuka (Informan 07)
melatih saat pelatihan konseling menyusui, tujuh orang Berdasarkan hasil pengamatan, ditemukan bahwa
klien konseling menyusui yang dipilih mewakili masing- kondisi ruang ASI di salah satu puskesmas minim fasili-

79
Kesmas, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 9, No. 1, Agustus 2014

tas. Letaknya di pojok dibatasi dengan sekat atau gorden, data cakupan pemberian ASI tiap puskesmas. Petugas
tersedia kursi panjang untuk tempat duduk ibu gizi merekap dan melaporkan data pemberian ASI. Data
menyusui, pencahayaan cukup karena terdapat jendela yang dikumpulkan petugas gizi berupa recall 24 jam ter-
besar. Puskesmas lain yang termasuk kriteria memiliki akhir tentang pemberian ASI. Hasil wawancara berkaitan
ruang ASI, tempatnya pun bergabung dengan ruangan dengan sumber informasi menunjukkan bahwa terdapat
tumbuh kembang anak. Ibu yang ingin menyusui atau kerancuan data cakupan pemberian ASI dan data yang
yang ingin konseling menyusui merasa kurang leluasa. tidak valid. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan
Fasilitas di sana sudah cukup memadai, dengan tersedi- wawancara berikut ini:
anya ruangan yang cukup besar, pencahayaan cukup, .kalau mau memvalidasi ASI, kalau daerah itu
tempat duduk, tempat cuci tangan, dan mainan anak. cakupan ASI nya tinggi, ASI ekslusifnya tinggi tapi masih
Hanya satu puskesmas yang mempunyai alat bantu banyak anak-anak yang gizi kurang, kemungkinan data
konseling menyusui (konseling menyusui kit), berupa ASI nya tidak benar. Karena ada korelasi, kalau ASI eks-
boneka bayi, boneka payudara, dan cangkir minum ASI. klusifnya jalan, minimal dia sampai usia 8 bulan bagus
Alat bantu/alat peraga diperoleh dari bantuan pusat yang gizinya. Jadi di beberapa puskesmas yang kita tahu kan-
diberikan ke dinas kesehatan kota dan didistribusikan ke tong-kantongnya gizi kurang, justru ASI eksklusifnya
puskesmas. Media promosi yang terdapat di empat tinggi itu kan aneh (Informan 10)
puskesmas berupa poster menyusui yang jumlahnya Pelatihan konseling menyusui mengacu pada modul
hanya sedikit dan leaet hanya dimiliki oleh satu standar 40 jam WHO/ UNICEF selama lima hari. Tiap
puskesmas, yang merupakan inisiatif konselor di angkatan berjumlah maksimal 20 orang dan tiap fasilita-
puskesmas tersebut untuk memudahkan pemberian kon- tor mengawasi lima orang peserta pelatihan. Metode
seling menyusui. pelatihan dilakukan dengan memberikan kuis sebelum
Informan menyatakan bahwa tidak ada petunjuk tek- dan sesudah pelatihan (pretest dan posttest), memberikan
nis pelaksanaan konseling menyusui yang baku. materi kepada peserta, diskusi pengalaman di lahan prak-
Pedoman pelaksanaan konseling menyusui hanya tik, melakukan praktik konseling menyusui langsung ke
berdasarkan buku panduan pelatihan. pasien, dan memberi kuis setiap hari di awal pertemuan.
lembar bantuan di buku panduan untuk menga- Konselor menyatakan belum ada pemantauan pas-
mati inilah SOP. Jadi misalnya kita amati mana yang capelatihan dari Dinas Kesehatan Kota Jambi dan Dinas
memang yang benar-benar terjadi kita conteng. Nanti ki- Kesehatan Provinsi Jambi sebagai penyelenggara pelatih-
ta bisa menyimpulkan ibu ini pelekatannya atau an. Berdasarkan uraian tersebut, rangkuman hasil
penyusuannya tidak benar, berarti perlu penelitian pada komponen input dapat dilihat pada Tabel
konseling(Informan 10) 1.
Tidak ada pendanaan khusus yang dialokasikan
puskesmas untuk konseling menyusui. Konselor hanya Komponen Activity Pelaksanaan Konseling Menyusui
menerima gaji bulanan sebagai pegawai negeri sipil dan Variabel yang ditemukan pada komponen activity
tidak ada tunjangan khusus bagi konselor menyusui. Hal yaitu strategi pengembangan, pelaksanaan konseling
ini senada dengan pernyataan kepala puskesmas yang menyusui, efektivitas organisasi, produktivitas, tindakan
mengatakan bahwa tidak ada alokasi dana khusus kare- disiplin, perluasan tugas, perancangan pekerjaan, komit-
na konseling menyusui merupakan bagian dari tugas men personal, dan pengawasan.
pokok bidan di puskesmas. Konselor menyusui dalam penelitian ini merupakan
Data cakupan pemberian ASI Kota Jambi merupakan seorang bidan yang telah mengikuti pelatihan konselor

Tabel 1. Rangkuman Hasil Penelitian Kualitatif tentang Komponen Input dalam Pelaksanaan Konseling
Menyusui

Variabel Hasil Penelitian

Sumber daya manusia (SDM)


Konselor Latar belakang pendidikan Diploma III Kebidanan
Sarana prasarana Keterbatasan sarana prasarana:
- Hanya dua puskesmas yang memiliki ruang ASI
- Hanya satu puskesmas yang mempunyai alat bantu konseling menyusui
- Media promosi berupa poster. Leaet hanya tersedia di satu puskesmas
Petunjuk teknis Panduan berdasar modul pelatihan
Pendanaan Tidak ada alokasi dana khusus
Informasi Informasi kurang akurat
Pelatihan - Modul mengacu pada modul 40 jam WHO/UNICEF
- Belum ada pemantauan pascapelatihan

80
Murtiyarini, Herawati, Afriandi, Evaluasi Pelaksanaan Konseling Menyusui

Tabel 2. Hasil Observasi Pelaksanaan Konseling Menyusui

Keterampilan Puskesmas yang Puskesmas yang Tidak Puskesmas dengan Puskesmas dengan
Memiliki Ruang ASI Memiliki Ruang ASI Cakupan ASI Tinggi Cakupan ASI Rendah

Mengamati atau menilai proses menyusui


Keadaan umum ibu + + + +
Keadaan umum bayi + + - -
Payudara - + - -
Posisi bayi + + + +
Pelekatan bayi - + - -
Mendengarkan dan mempelajari
Komunikasi nonverbal + + + +
Mengajukan pertanyaan terbuka + - + -
Respons yang menunjukkan perhatian + + + -
Mengatakan kembali + + + +
Empati + + + +
Menghindari kata-kata yang menghakimi + + + +
Membangun kepercayaan diri dan memberi dukungan
Terima apa yang ibu katakan + + + +
Puji apa yang sudah benar + + + +
Beri bantuan praktis + + + +
Beri informasi relevan + + + +
Gunakan bahasa sederhana + + + +
Beri satu atau dua saran + + + +
Mengkaji riwayat menyusui dan pemberian susu formula
Pemberian makanan bayi sekarang + + + +
Kesehatan dan perilaku bayi + - - -
Kehamilan, persalinan, dan pemberian makanan awal - - - -
Kondisi ibu dan KB - - - -
Pengalaman pemberian makanan bayi yang sebelumnya + - - -
Situasi keluarga dan sosial - - - -

Keterangan: + (dilakukan)
- (tidak dilakukan)

menyusui yang diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan melakukan langkah-langkah dalam konseling menyusui
Provinsi Jambi. Kebutuhan penyegaran dirasa perlu bagi yang diajarkan pada saat pelatihan. Mereka berargumen
konselor menyusui. Informan menyatakan tidak pernah kurangnya waktu menjadi kendala pelaksanaan konse-
mengikuti penyegaran setelah pelatihan tersebut sampai ling menyusui. Klien datang dengan permasalahan yang
dengan penelitian ini dilakukan. berbeda-beda bahkan terkadang klien mengaku tidak
Berbagai teknik dilakukan konselor dalam mem- memiliki masalah dalam menyusui. Setelah berdiskusi
berikan informasi tentang menyusui. Salah satu dengan konselor, mulai muncul pertanyaan seputar
puskesmas menyediakan ruangan dan konselor khusus kendala yang dialami klien dalam menyusui.
sehingga semua ibu yang datang ke puskesmas dapat Observasi pelaksanaan konseling menyusui dilakukan
diberi konseling menyusui. Berbeda halnya dengan di empat puskesmas, pada empat orang konselor, dan de-
puskesmas lain yang kekurangan tenaga dan konselornya lapan orang klien konseling menyusui (tiap puskemas
memegang beberapa program, mereka memberikan in- diobservasi dua orang klien). Hasil observasi pelak-
formasi tentang menyusui di sela-sela melakukan pe- sanaan konseling menyusui dapat dilihat pada Tabel 2.
meriksaan kehamilan, saat ibu datang ke poliklinik tum- Salah satu kendala yang dialami dalam pelaksanaan
buh kembang untuk menimbang berat badan bayinya konseling menyusui adalah pencatatan dan pelaporan.
dan ke poliklinik imunisasi. Wawancara mendalam kepada kepala puskesmas menya-
Materi yang diberikan konselor di antaranya infor- takan belum ada pencatatan dan pelaporan dari konselor
masi seputar proses menyusui meliputi teknik menyusui, menyusui.
cara memegang bayi, pelekatan, lama pemberian ASI, ..nggak ada, memang seharusnya dia melaporkan
gizi ibu, dan cara memerah ASI. Pemberian konseling di setiap bulannya, tapi dia tidak melaporkan ke saya.
salah satu puskesmas disertai dengan gambar-gambar Kemarin pernah kami ada kunjungan dari Jakarta meli-
dari lembar balik yang tersedia. Jika diperlukan, konselor hat hasil itunya, dia memang melaporkan ke saya hasil
juga mendemonstrasikan informasi yang diberikan, mi- kunjungan itu. Tapi kalo saya rasa mungkin karena dia
salnya jika ibu salah cara memegang bayi dan posisi bayi ada permintaan, makanya dia melaporkan. Kalau bu-
kurang tepat. lan-bulan sebelumnya ndak ada dia melaporkan,
Berdasarkan hasil pengamatan, tidak semua konselor kendala nya apa. Kalau saya kan nggak mungkin, yang

81
Kesmas, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 9, No. 1, Agustus 2014

lain kan minta juga perhatian. Nah kalau dia sendiri gai bidan yang memberikan konseling menyusui, sedang-
yang tidak datang ke depan, pasti juga saya kan tidak kan petugas gizi yang melaporkan pencapaian ASI.
menoleh. Jadi saya menganggapnya ya.. biasa aja gitu. .kalo dinas nggak ada, ngga pernah ya. Saya
Nggak ada masalah.. (Informan 01) ngga tau di dinas sendiri ya rasanya bingung ya pela-
Keterbatasan jumlah tenaga, tugas rangkap, dan be- porannya di gizi, yang melaksanakan bidan. Yang mau
ban kerja yang banyak menuntut konselor bekerja ekstra supervisi dari dinas itu seksi kesga-nya atau seksi
mengerjakan pekerjaan pokoknya sebagai bidan sekali- gizinya. Saya rasa ngga pernah(Informan 02)
gus tugas tambahan sebagai konselor menyusui, hal Fasilitator mengatakan bahwa belum ada supervisi
tersebut merupakan kendala yang dihadapi konselor atau pengawasan khusus untuk pelaksanaan konseling
menyusui. Penempatan tenaga bidan dan pembenahan menyusui. Selama ini fasilitator yang bekerja di Dinas
tugas pokok bidan di salah satu puskesmas belum diko- Kesehatan Provinsi Jambi seksi gizi hanya melakukan pe-
ordinasikan dengan baik. Terlihat dari banyaknya jumlah mantauan pascapelatihan bersama-sama dengan kegiatan
bidan yang ada di puskesmas tersebut, namun penem- bimbingan teknis ke daerah yang mereka lakukan.
patan bidan masih kurang sesuai dengan tugas pokok Misalnya pada saat bimbingan teknis gizi, mereka sekali-
bidan. gus mengujungi konselor menyusui. Saat bimbingan tek-
.bidan ada 18, tapi banyak di poli, poliumum, nis tersebut, jika ada konselor yang tidak memberikan
poliusila. Nah itulah penempatan dari sebelum-se- konseling ataupun lupa mereka hanya dapat menegur
belumnya sudah seperti itu, yang perawat tadi juga. konselor. Pengawasan dari dinas kesehatan untuk kon-
Petugas imunisasinya perawat, laki-laki pula. seling menyusui tidak pernah dilakukan.
(Informan 08) Berdasarkan uraian di atas, rangkuman hasil peneliti-
Hasil wawancara mendalam diketahui bahwa masih an kualitatif pada komponen activity dapat dilihat pada
lemahnya sanksi yang diberikan pemerintah terhadap Tabel 3.
konselor dan puskesmas yang tidak memberikan konse-
ling menyusui di puskesmas. Belum ada sanksi tertulis Komponen Output Pelaksanaan Konseling Menyusui
atau sanksi administrasi dari dinas kesehatan. Komponen output dalam pelaksanaan konseling
Pelaksanaan konseling menyusui sangat erat kaitan- menyusui di Kota Jambi yang diteliti dimaksudkan seba-
nya dengan komitmen semua pihak, khususnya konselor gai bahan crosscheck atau triangulasi pelaksanaan kon-
menyusui. Keterbatasan waktu dan kurangnya komitmen seling menyusui di puskesmas.11 Penelitian mendalam
konselor menjadi kendala yang dialami sehingga pelak- tidak dilakukan sampai komponen output. Komponen
sanaan konseling menyusui belum optimal. Saat pelatih- output diperoleh dengan mengecek kelengkapan doku-
an juga memerlukan komitmen peserta pelatihan. men dan jumlah klien yang diberikan konseling
.saya berani bilang seperti itu karena saya tahu menyusui.11
peserta yang kemarin itu masih ada yang main-main Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu kon-
dengan susu formula dan saya amati memang peserta selor, setidaknya lima orang klien yang diberi konseling
yang seperti itu yang kayaknya dia antara iya dan nggak menyusui setiap hari. Konselor di puskesmas lain tidak
di ruangan itu, kayak nggak di situ hatinya begitu. menyatakan jumlah yang dilayani per hari. Mereka hanya
Terutama yang tua-tua dan mereka selalu membantah. mengatakan tiap pasien yang datang ditanyakan tentang
Misalnya kita bilang begini ah itu begini-begini. pemberian ASI.
Selalu aja didebat ah, belum tentu, nanti bagaimana Belum ada pengawasan menyebabkan belum ditetap-
kalau sakit gini-gini, pokoknya selalu mengarahkan kannya jadwal pengawasan secara periodik. Wawancara
bahwa ini harus diberi formula begitu. Jadi saya tandai dengan kepala seksi gizi Dinas Kesehatan Kota Jambi
orang-orang seperti itu, oh ini jangan-jangan ada main menyatakan bahwa belum ada pengawasan khusus kon-
di belakang makanya dia kayaknya tidak sepenuh hati seling menyusui. Mereka hanya sebatas meminta data
di situ. Yahmungkin terganggu kepentingan bisnis cakupan pemberian ASI dari tiap puskesmas enam bulan
dia (Informan 10) sekali, bersamaan dengan data pemberian vitamin A.
Upaya pengawasan pelaksanaan konseling menyusui
belum berjalan optimal. Belum ada pengawasan kepala Komponen Outcome Pelaksanaan Konseling Menyusui
puskesmas dan monitoring/supervisi dinas kesehatan un- Komponen outcome dalam pelaksanaan konseling
tuk pelaksanaan konseling menyusui. Kepala puskesmas menyusui di Kota Jambi tidak diteliti secara mendalam.
mengutarakan belum ada supervisi dari dinas kesehatan Komponen outcome juga merupakan upaya triangulasi
untuk memantau pelaksanaan konseling menyusui. Hal atas informasi yang diberikan saat wawancara mendalam
tersebut mungkin karena kesimpangsiuran pembagian dengan konselor menyusui.11 Komponen outcome diper-
tugas antara seksi kesehatan keluarga dan gizi di dinas oleh dari hasil FGD dengan klien konseling menyusui
kesehatan. Konselor berlatar belakang pendidikan seba- yang telah mendapatkan konseling menyusui satu bulan

82
Murtiyarini, Herawati, Afriandi, Evaluasi Pelaksanaan Konseling Menyusui

Tabel 3. Rangkuman Hasil Penelitian Kualitatif tentang Komponen Activity dalam Pelaksanaan Konseling Menyusui

Variabel Hasil

Strategi pengembangan - Penyelenggara pelatihan adalah Dinas Kesehatan Provinsi Jambi


- Belum ada penyegaran pelatihan
Pelaksanaan konseling a. Wawancara mendalam
- Konseling diberikan kepada semua ibu yang datang ke ruang ASI,
poliklinik tumbuh kembang, dan poliklinik imunisasi
- Strategi pemberian informasi disesuaikan kondisi masing-masing puskesmas
- Materi konseling sesuai dengan materi pelatihan
- Waktu konseling sesuai dengan kebutuhan ibu
b. Observasi
- Konselor tidak melakukan semua keterampilan dalam konseling menyusui
- Demonstrasi diberikan pada ibu yang memerlukan bantuan
Efektivitas organisasi - Penyediaan fasilitas secara top down
- Upaya koordinasi lintas program di puskesmas kurang optimal
Produktivitas - Inisiatif puskesmas dan petugas masih rendah
- Pencatatan dan pelaporan belum optimal
- Upaya peningkatan cakupan pemberian ASI di wilayah kerja puskesmas
bergantung pada kebijakan atau inovasi kepala puskesmas
Perluasan dan perancangan pekerjaan - Keterbatasan jumlah tenaga, tugas rangkap, dan beban kerja banyak
- Penempatan tenaga bidan dan pembenahan tupoksi yang kurang tepat
Komitmen personal - Komitmen personal konselor saat pelaksanaan kurang
- Komitmen konselor saat pelatihan kurang
Tindakan disiplin - Sanksi lemah
Pengawasan - Pengawasan pimpinan lemah
- Belum ada penegasan program dari dinas kesehatan
- Belum ada kebijakan (perda) tentang pemberian ASI

Tabel 4. Rangkuman Hasil Penelitian Kualitatif tentang Komponen Output dan Outcome
dalam Pelaksanaan Konseling Menyusui di Kota Jambi

Variabel Hasil

Output - Hanya 1 puskesmas yang memiliki pencatatan konseling menyusui


- Belum ada jadwal pengawasan atau monitoring secara periodik
- Kepuasan klien kurang
Outcome - Teratasi masalah yang dialami klien setelah memperoleh konseling menyusui

yang lalu, untuk mengetahui kepuasan klien terhadap in- atasi masalah, dan kepercayaan diri ibu dalam mem-
formasi dan pelayanan yang diterimanya, serta menge- berikan ASI bertambah.
tahui apakah masalah yang dialami ibu menyusui dapat Berdasarkan uraian di atas, komponen output dan
teratasi setelah diberi konseling menyusui. outcome belum mencapai hasil yang optimal.
Berdasarkan hasil FGD, klien merasa senang diberi Rangkuman hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.
konseling menyusui, memperoleh manfaat dari informasi Hasil penelitian evaluasi pelaksanaan konseling
yang diberikan, dan menambah pengetahuan. Dari tujuh menyusui dapat dilihat pada peta konsep penelitian
orang peserta FGD, enam orang di antaranya menyatakan berikut ini:
kurang puas dengan pelayanan yang diberikan.
Ketidakpuasan ibu disebabkan oleh keterbatasan waktu Pembahasan
pemberian konseling, sedikitnya informasi yang diperoleh Konselor menyusui di puskesmas merupakan seorang
ibu, dan kurangnya fasilitas khusus untuk menyusui, bidan yang bekerja di puskesmas dan berlatar belakang
seperti belum terdapat ruangan khusus untuk konseling pendidikan Diploma-III Kebidanan. Kendala yang
menyusui. Informasi dari ibu yang merasa puas menya- berkaitan dengan sumber daya manusia pelaksana kon-
takan bahwa ibu memperoleh semua informasi yang dibu- seling menyusui antara lain keterbatasan waktu, tenaga,
tuhkannya dan konselor juga mendemonstrasikannya. dan beban kerja yang banyak sehingga menyebabkan
Hasil konseling yang dapat dilihat yaitu teratasinya pemberian konseling menyusui belum berjalan optimal.
masalah yang dialami ibu. Pada saat FGD, ibu-ibu peser- Berdasarkan pendekatan sumber daya manusia (SDM),
ta FGD menyatakan setelah diberi konseling ibu dapat manusia dianggap sebagai sumber daya yang penting dan
mengenal masalah yang di alami dan teratasi masalah menentukan dalam pencapaian tujuan organisasi. Oleh
menyusui setelah diberi konseling menyusui. Mereka karena itu, SDM harus dikelola dengan baik untuk
menyatakan sudah dapat menyusui dengan lancar, ter- meningkatkan efektivitas dan esiensi organisasi. 13

83
Kesmas, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 9, No. 1, Agustus 2014

Menurut Ivancevich dkk.,14 kunci keberhasilan suatu masukan yang sangat penting karena akan mempermu-
organisasi adalah pengelolaan sumber daya manusianya. dah penentuan prioritas masalah dan alternatif pemecah-
Organisasi memerlukan SDM yang mau bekerja keras, annya. Upaya untuk mendapatkan data yang lebih jelas
berpikir kreatif, dan berkinerja unggul. Sumber daya dan spesifik perlu dipertimbangkan cara lain untuk
manusia meliputi semua orang yang berstatus sebagai merekap data cakupan pemberian ASI.
anggota dalam organisasi yang masing-masing memiliki Pedoman pelaksaaan konseling menyusui di
peran dan fungsi. Pada prinsipnya sumber daya manusia puskesmas berdasarkan buku panduan yang digunakan
adalah satu-satunya sumber daya yang menentukan or- selama pelatihan. Belum ada panduan resmi dari dinas
ganisasi.13 Bidan merupakan SDM di bidang kesehatan. kesehatan atau yang dibuat oleh pihak puskesmas.
Dalam rangka memperoleh SDM yang berkualitas, or- Berdasarkan Permenpan Nomor 15 Tahun 2014 tentang
ganisasi perlu senantiasa melakukan pengembangan Pedoman Standar Pelayanan, dinyatakan bahwa setiap
pekerjaannya melalui pendidikan dan pelatihan. penyelenggara pelayanan publik wajib menetapkan dan
Fasilitas khusus menyusui dan/atau memerah ASI menerapkan standar pelayanan publik untuk setiap jenis
yang disebut ruang ASI adalah ruangan yang dilengkapi pelayanan yang ditetapkan oleh pimpinan penyelenggara
dengan prasarana menyusui dan memerah ASI yang di- pelayanan publik. Standar pelayanan merupakan tolok
gunakan untuk menyusui bayi, memerah ASI, menyim- ukur yang dipergunakan sebagai pedoman penyelengga-
pan ASI perah, dan/atau konseling menyusui/ASI. Setiap raan pelayanan dan acuan penilaian kualitas pelayanan
tempat kerja dan tempat sarana tempat umum harus sebagai kewajiban dan janji penyelenggara kepada
menyediakan sarana dan prasarana ruang ASI sesuai de- masyarakat dalam rangka pelayanan yang berkualitas,
ngan standar minimal dan kebutuhan.15 Kendala yang cepat, mudah, terjangkau, dan terukur.17
berkaitan dengan ruang ASI yaitu belum semua Informasi yang diperoleh dari fasilitator dan ketua
puskesmas memiliki ruang ASI. Ada puskesmas yang Ikatan Konselor Menyusui Indonesia (IKMI), diketahui
telah memiliki ruang ASI, namun kondisinya kurang bahwa tujuan konseling menyusui adalah untuk mema-
memadai. Beberapa puskesmas yang dulunya memiliki hami perasaan klien, membantu klien menemukan
ruang ASI, saat ini sudah dialihfungsikan menjadi masalah dan memutuskan solusinya, konselor hanya
ruangan lain, dengan alasan kurang dimanfaatkan pasien, memberi infomasi serta saran yang relevan. Pelaksanaan
dan puskemas memerlukan ruangan untuk program yang konseling harus melalui empat tahap keterampilan dalam
lain. Hal ini mengakibatkan ibu kesulitan untuk konseling menyusui. Oleh karena itu, membutuhkan
menyusui di fasilitas pemerintah. Dinas kesehatan perlu waktu yang tidak sebentar. Jika ada keterampilan dalam
menegaskan pentingnya ruang ASI di fasilitas kesehatan konseling yang terlewat, dikhawatirkan pemberian kon-
dan menyediakan sarana prasarana yang memadai untuk seling menyusui kurang maksimal.
mendukung dan memperlancar pelaksanaan konseling Pelatihan konseling menyusui di Kota Jambi mengacu
menyusui. pada modul standar 40 jam WHO/UNICEF. Metode
Stephen 16 menyatakan bahwa dukungan sarana pelatihan yang terapkan sudah sesuai standar. Kendala
prasarana yang memadai akan sangat membantu kelan- yang dihadapi konselor pascapelatihan adalah belum ter-
caran suatu kegiatan. Salah satu komponen utama yang dapat pemantauan pascapelatihan oleh penyelenggara
membentuk tim kerja yang efektif adalah dukungan sum- pelatihan. Sekedar menjalankan program yang dibuat
ber-sumber yang memadai, salah satunya mencakup tetapi tidak ada pemantauan, apakah kegiatan tersebut
dukungan peralatan yang tepat. Pemerintah telah mem- berjalan atau tidak di puskesmas. Beberapa metode yang
berikan dukungan dengan menetapkan peraturan ten- dapat dijadikan pedoman untuk menilai apakah pelatihan
tang penyediaan fasilitas khusus menyusui dan/atau yang telah diselenggarakan telah membuahkan hasil
memerah ASI sehingga diharapkan dapat menunjang seperti yang telah diharapkan yaitu evaluasi setelah
pemberian ASI.15 pelatihan selesai dilaksanakan, evaluasi yang dilakukan
Kerancuan data pemberian ASI disebabkan karena beberapa minggu setelah pelatihan, dan evaluasi pengem-
petugas yang ditugaskan untuk merekap data pemberian bangan keterampilan, dilakukan beberapa bulan setelah
ASI dari posyandu dan puskesmas adalah petugas gizi, pelatihan dalam bentuk inspeksi terhadap pekerjaan dan
sedangkan pelaksanaan pemberian konseling menyusui hasil kerja personil. Berdasarkan hasil evaluasi diharap-
dan pelaksana yang berhubungan dengan ibu dan bayi kan organisasi dapat mengambil kesimpulan apakah
adalah bidan. Petugas gizi merekap data pemberian ASI pelatihan yang telah dilakukan selama ini berhasil,
berdasarkan recall 24 jam terakhir pemberian ASI oleh apakah dapat diaplikasikan di tempat kerja.
ibu. Perencana kesehatan harus memperhatikan keku- Pelaksanaan konseling menyusui di puskesmas tidak
rangan dan keterbatasan data, karena berkaitan dengan memiliki alokasi dana khusus. Perlakuan berbeda pada
mutu perencanaan kesehatan yang dibuat. Informasi program infeksi menular seksual (IMS) dan pelayanan
masalah kesehatan secara jelas dan spesifik merupakan obstetri neonatus esensial dasar (PONED) di puskesmas,

84
Murtiyarini, Herawati, Afriandi, Evaluasi Pelaksanaan Konseling Menyusui

pada program tersebut pelaksana kegiatan memperoleh seling menyusui di Kota Jambi masih kurang optimal.
honor dari program tersebut. Hasil evaluasi pada komponen input masih kurang
Keberhasilan suatu rencana erat kaitannya dengan ke- memadai dan komponen activity belum berjalan optimal.
mampuan seseorang yang diperoleh dari pendidikan dan Hasil pelaksanaan konseling menyusui belum baik terli-
pelatihan. Pelatihan merupakan upaya untuk memper- hat dari output yang kurang baik dan outcome yang
baiki performa pekerja pada suatu pekerjaan. Pelatihan belum mencapai hasil yang diharapkan.
harus mencakup pengalaman belajar, aktivitas-aktivitas
yang terencana, dan didesain sebagai jawaban atas kebu- Saran
tuhan-kebutuhan yang berhasil diidentifikasi. Secara ide- Diperlukan komitmen dalam bentuk kebijakan pem-
al pelatihan harus didesain untuk mewujudkan tujuan-tu- berian ASI dan larangan pemberian susu formula, meng-
juan organisasi.18 Penyegaran merupakan kegiatan untuk adakan pelatihan dan penyegaran, melakukan monitor-
mempertahankan kompetensi yang dimiliki. Kebutuhan ing/supervisi pelaksanaan konseling menyusui, membuat
penyegaran dirasa perlu oleh konselor. SOP, serta menyediakan sarana prasarana yang menun-
Belum terdapat penegasan program mengakibatkan jang pelaksanaan konseling menyusui.
belum dibuatnya sanksi. Sanksi teguran hanya diberikan
oleh fasilitator yang bekerja di Dinas Kesehatan Provinsi Ucapan Terima Kasih
Jambi jika melihat konselor tidak memberikan konseling Ucapan terima kasih kepada Prof. H. Herry Garna,
menyusui atau kurang tepat memberi konseling dr., SpA(K), Ph.D., Dr. Tita Husnitawati Madjid, dr.,
menyusui. Hasil penelitian Fikawati dan Syafiq19 me- SpOG(K), Dr. Sri Endah R, dr., SpA(K), dan Dr. Farid
nunjukkan bahwa rendahnya pemberian ASI eksklusif di Husin, Ir., dr., SpOG, M.Kes., MH.Kes yang telah mem-
Indonesia karena kebijakan ASI eksklusif belum lengkap berikan masukan dalam penelitian dan penulisan artikel
dan komprehensif. Dibutuhkan revisi kebijakan pemberi- ini.
an ASI yang mencakup unsur penegakan sanksi dan re-
ward serta monitoring dan evaluasi sebagai upaya pengu- Daftar Pustaka
atan implementasi kebijakan pemberian ASI di 1. WHO. Global strategy for infant and young child feeding. Geneva:
masyarakat. WHO; 2003.
Terlaksananya konseling menyusui tidak terlepas dari 2. Cai X, Wardlaw T, Brown DW. Global trends in exclusive breastfeeding.
pemilihan teknik konseling, informasi yang diberikan International Breastfeeding Journal. 2012; 7(12): 1-5.
saat konseling, dan ketersediaan waktu dalam konseling 3. Edmond KM, Zandoh C, Quigley MA. Delayed breastfeeding initiation
menyusui. Berbagai teknik dilakukan konselor dalam increases risk of neonatal mortality. Journal of Pediatrics. 2006;
memberikan informasi tentang ASI dan menyusui, di- 17:380?6.
antaranya memberi konseling di ruang ASI yang tersedia 4. Joshi PC, Angdembe MR, Das SK, Ahmed S, Faruque AS, Ahmed T.
di puskesmas, memberikan informasi tentang ASI dan Prevalence of exclusive breastfeeding and associated factors among
menyusui di sela-sela melakukan pemeriksaan kehamil- mother in rural Bangladesh: a cross-sectional study. Internat ional
an, saat ibu datang ke poliklinik tumbuh kembang untuk Breastfeeding Journal. 2014; 9: 1-8.
menimbang berat badan bayinya, dan ke poliklinik imu- 5. WHO. Breastfeeding in the WHO multicentre growth reference study.
nisasi. Kegiatan yang terakhir ini tidak dapat dikatakan Acta Pdiatrica. 2006; 450: 1626.
konseling karena tidak sesuai dengan keterampilan dasar 6. Quigley MA, Cumberland P, Cowden JM, Rodrigues LC. How protective
pemberian konseling. Hal tersebut dapat dikatakan se- is breastfeeding agains diarrhoeal disease in infants in 1900s England?
bagai pendidikan kesehatan perorangan. Berdasarkan a case control study. Archive of Disease in Childhood. 2006; 91: 24550.
kenyataan tersebut, pemahaman konselor dalam mem- 7. Der G, Batty GD, Deary IJ. Effect of breastfeeding on intelligence in chil-
berikan konseling menyusui kurang tepat. dren: prospective study, sibling pairs analysis, and meta-analysis. British
Pieter20 menyatakan bahwa hasil yang diharapkan Medical Journal. 2006; 333 (7575): 945.
dari pelayanan konseling yaitu meningkatkan kemam- 8. Laanter S, Polkki T, Pietila AM. A descriptive qualitative review of the
puan klien dalam mengenal masalah, merumuskan alter- barriers relating to breastfeeding counselling. International Journal of
natif pemecahan masalah, serta memberikan rasa per- Nursing Practice. 2011; 17: 72-84.
caya diri di kemudian hari. Sejalan dengan teori tersebut 9. WHO, UNICEF. Pelatihan konseling menyusui modul 40 jam: panduan
maka dengan pemberian konseling menyusui diharapkan peserta. Jakarta: WHO/UNICEF; 2011.
dapat mengatasi masalah menyusui yang dialami ibu dan 10. Kellogg WK. Using logic models to bring together planning, evaluation,
meningkatkan rasa percaya diri dalam memberikan ASI. and action: logic model development guide. Michigan: W.K. Kellogg
Foundation; 2004.
Kesimpulan 11. Denzin NK, Lincoln YS. Handbook of qualitative research. Dalam:
Berdasarkan penelitian pada empat puskesmas di Dariyatno, Fata BS, Abi, Rinaldi J, penerjemah. Yogyakarta: Pustaka
Kota Jambi, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan kon- Pelajar; 2009.

85
Kesmas, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 9, No. 1, Agustus 2014

12. Cresswell J. Research design: pendekatan kualitatif, kuantitatif dan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
mixed. Jogjakarta: Pustaka Pelajar; 2010. Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia nomor 15 tahun
13. Sunyoto D. Manajemen sumber daya manusia.Yogyakarta: CAPS; 2012. 2014 tentang pedoman standar pelayanan. Jakarta: Kementerian
14. Ivancevich J, Konopaske R, Matteson M. Perilaku dan manajemen or- Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik
ganisasi. Edisi ke-7. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2007. Indonesia; 2014.
15. Menteri Kesehatan Republik Indonnesi. Peraturan Menteri Kesehatan 18. Henry A. Motivasi kerja, budaya organisasi dan produktivitas
Nomor 15 Tahun 2013 tentang Tata Cara Penyediaan Fasilitas Khusus masyarakat. Jurnal Psikologi. 2009; 2(2): 159-65.
Menyusui dan/atau Memerah ASI. Jakarta: Kementerian Kesehatan 19. Fikawati S, Syafiq A. Kajian implementasi dan kebijakan air susu ibu ek-
Republik Indonesia; 2013. sklusif dan inisiasi menyusu dini di Indonesia. Makara Kesehatan. 2010;
16. Stephen P. Perilaku organisasi. Buku I. Edisi ke-12. Jakarta: Salemba 14 (1): 17-24.
Empat; 2008. 20. Pieter HZ. Pengantar komunikasi dan konseling dalam praktik ke-
17. Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi bidanan. Jakarta: Kencana; 2012.

86

You might also like