3382 8020 1 Ce

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

KESMAS, Vol.10, No.2, September 2016, pp.

~
ISSN: 1978 - 0575

ANALISIS KANDUNGAN BAKTERI Total Coliform DALAM


AIR BERSIH DAN Escherechia Coli DALAM AIR MINUM
PADA DEPOT AIR MINUM ISI ULANG DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS KALASAN SLEMAN
Novita Sekarwati, Subagiyono, Hanifah Wulandari
Prodi D III Kesehatan Lingkungan STIKES Wirahusada Yogyakarta
Email: [email protected], [email protected]

Abstract
Background: Refill drinking water store are industrial enterprises that perform processing raw
water into drinking water and sell directly to consumers. Coliform bacteria in the water supply
has provisions for water wells at 50/100 ml and 10/100 ml. Escherecia Coli bacteria in drinking
water have provisions 0/100 ml. The potentially pathogenic bacteria because in certain
circumstances can cause diarrhea.The purpose of this study was to determine the content of
Total Coliform Bacteria in Water and Escherechia Coli in Drinking Water at Refill Water Store in
Puskesmas Kalasan Sleman.
Method: This research is Qualitative with Analitical Laboratory test.The population in this study
is 8 refill water store in Puskesmas Kalasan. This research instrument using a check list to
determine the physical condition of Refill Water Store and to determine the content of total
coliform bacteria and Escherecia Coli bacteria using laboratory tests in BBTKL.
Result: Descriptive analysis of the results showed that the factors that influence the content of
the drinking water is the source of water, filter tubes, pumping equipment, operator or employee
hygiene, micro filter and the facilities are not yet qualified, the bacteriological examination Total
Coliform are 7 Depot Refill Water did not reach the standard, the bacteriological examination
Total Coliform are 7 Refill Water store ineligible, 1 refill water store eligible and the
bacteriological examination Coli Escherechia there are 3 eligible and 5 ineligible.
Kata kunci: Air bersih, Air minum, bakteri Total Coliform, Escheresia Coli, Depot Air Minum Isi
Ulang.

Abstrak
Latar Belakang: Depot air minum isi ulang adalah usaha industri yang melakukan proses
pengolahan air baku menjadi air minum dan menjual langsung kepada konsumen. Bakteri
Coliform dalam air bersih mempunyai ketentuan 50/100 ml untuk air sumur dan 10/100 ml.
Bakteri Escherecia Coli dalam air minum mempunyai ketentuan 0/100 ml. Bakteri ini berpotensi
patogen karena pada keadaan tertentu dapat menyebabkan diare. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui kandungan Bakteri Total Coliform dalam Air Bersih dan Escherechia Coli
dalam Air Minum pada Depot Air Minum Isi Ulang di Wilayah Kerja Puskesmas Kalasan
Sleman.
Metode: Jenis penelitian ini merupakan penelitian Uji Analitik Labiratorium dengan Populasi
dalam penelitian ini yaitu 8 Depot Air Minum Isi Ulang yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas
Kalasan. Instrument penelitian ini menggunakan check list untuk mengetahui syarat fisik pada
Depot Air Minum Isi Ulang dan untuk mengetahui kandungan bakteri Total Coliform serta
bakteri Escherecia Coli menggunakan uji laboratorium di BBTKL.
Hasil: Hasil analisis secara deskriptif menunjukan bahwa faktor yang mempengaruhi
kandungan air minum adalah sumber air, tabung filter, peralatan pompa, operator atau hygiene
karyawan, micro filter dan fasilitas belum memenuhi syarat, pada pemeriksaan bakteriologi
Total Coliform terdapat 7 Depot Air Minum Isi Ulang tidak memenuhi syarat, 1 Depot Air Minum
Isi Ulang memenuhi syarat dan pada pemeriksaan bakteriologi Escherechia Coli terdapat 8
tidak memenuhi syarat.

Analisis Kandungan Bakteri Total Coliform dalam Air Bersih dan .... (Novita Sekarwati)

ISSN: 1978 - 0575

Kata Kunci: Air bersih, Air minum, bakteri Total Coliform, Escheresia Coli, Depot Air Minum Isi
Ulang.

1. PENDAHULUAN
Air merupakan masalah yang selalu dihadapi sehari-hari pada sebagian
masyarakat, baik dari segi kuantitas maupun kualitas air. Sesuai dengan Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 907/Menkes/SK/VII/2002, Masalah
kuantitas air yang kurang mencukupi dan kualitas air yang tidak memenuhi persyaratan
baik dari segi fisik, kimia, mikrobiologis dan radioaktif.1 Berdasarkan Peraturan
Pemerintah RI Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air
Minum, air minum yang dimaksudkan adalah air rumah tangga yang melalui proses
pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan
dapat langsung diminum.2 Berdasarkan UU RI No. 7 tahun 2004 pasal 40 ayat 2
menyebutkan bahwa pengembangan sistem penyediaan air minum menjadi tanggung
jawab pemerintah dan pemerintah daerah, oleh Karena itu didirikan Perusahaan
Daerah Air Minum.3
Berdasarkan Ditjen P2PL Depkes tahun 2006 tentang pedoman pelaksanaan
penyelenggaraan hygiene sanitasi depot air minum bahwa persyaratan fisik pada
Depot air Minum Isi Ulang meliputi sumber air, pengawasan proses pengolahan,
tabung filter, mickro filter, peralatan pompa dan pipa penyalur air, peralatan sterilisasi
atau desinfeksi pencucian botol, pengisian galon, operator atau hygiene karyawan,
pengawasan vektor, pencahayaan serta fasilitas DAMIU.4 Berdasarkan Permenkes RI
No. 416 tahun 1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air bersih
menyebutkan bahwa kandungan bakteri Total Coliform dalam air bersih yaitu 50/100
ml untuk air sumur dan 10/100ml untuk air perpipaan.5
Berdasarkan Permenkes No. 492 tahun 2010 tentang persyaratan kualitas air
minum menyebutkan bahwa kandungan bakteri Escherecia Coli dalam air minum yaitu
0/100 ml. oleh sebab itu Air bersih dan air minum tidak boleh melebihi persyaratan
yang telah ditentukan apabila dalam air minum dan air bersih sudah tercemar bakteri
Escherecia Coli maupun Total Coliform yang melebihi persyaratan maka akan
menyebabkan penyakit diare.6
Berdasarkan observasi yang dilakukan pada tanggal 10 Maret 2015, peneliti
menemukan 8 DAMIU yang berada di wilayah kerja puskesmas kalasan. Dari hasil
observasi dan wawancara yang dilakukan di 8 DAMIU, peneliti menemukan 1 DAMIU
yang belum memenuhi syarat secara bakteriologi yaitu pada D2 dengan hasil 29/100
ml. Hasil ini diperoleh dari data puskesmas pada Tahun 2012. Hal ini dikarenakan jarak
sumber air dengan resapan <10 meter dan lantai sumur tidak kedap air, tempat
penyemprotan atau pencucian galon kotor dan terdapat tumbuh lumut di beberapa
selang air minum, pencahayaan yang terlalu terang akan mempercepat pertumbuhan
lumut sehingga bakteri akan hidup didalamnya, dalam proses pengolahan air minum
karyawan DAMIU belum berperilaku hidup bersih dan sehat, yang dimaksud hidup
bersih dan sehat yaitu operator atau karyawan belum bebas dari penyakit, terkadang
menggaruk salah satu bagian tubuh, tidak menggunakan masker pada saat melayani
konsumen dan tidak ada penggunaan alat pelindung diri seperti topi, seragam khusus,
sepatu ataupun masker.
Kontruksi bangunan harus di perhatikan karena langit-langit, dinding, pintu dan
jendela harus kuat, bersih serta mudah untuk dibersihkan dengan observasi yang telah
dilakukan di 8 DAMIU ditemukan 2 DAMIU dengan konstruksi bangunan belum
memenuhi syarat seperti tidak ada penyekat antara ruang proses pengolahan air
dengan ruang yang lain, tata letak yang tidak rapi dan lantai terlihat kotor. Air minum
yang berasal dari DAMIU yang belum memenuhi syarat secara fisik dan bakteriologi

KESMAS Vol. 10, No. 2, September 2016 : first_page end_page

KESMAS

ISSN: 1978 - 0575

akanmenjadi sumber pontensi terjadinya penyakit seperti penyakit diare, disentri,


kolera dan penyakit saluran pencernaan lainnya.
2. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan analisis laboratorium
dilakukan secara deskriptif. Pemeriksaan Bakteri Total coliform dan Escherecia Coli
dilakukan terhadap sampel air bersih dan air minum dengan menggunakan bantuan Uji
Laboratorium Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan (BBTKL) yang dilaksanakan
pada bulan Juni 2015.
Populasi berdasarkan observasi yang telah dilakukan didapatkan data primer
dan data sekunder diperoleh sejumlah populasi di Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Kalasan yaitu 8 DAMIU. Pengambilan sampel dilakukan secara total
sampling dengan cara mengambil sampel semua yang berjumlah 8 DAMIU yang
berada di Wilayah Kerja Puskesmas Kalasan. Sampel diambil dengan cara datang
langsung ke depot air minum yang sudah mendaftarkan di puskesmas kalasan dan
yang belum mendaftar dipuskesmas kalasan, kemudian kandungan total Coliform Air
Bersih dan Eschericia Coli Air Minum diperiksa di laboratorium.
Teknik analisa data dalam penelitian ini Analisis Deskriptif untuk mengetahui
berapa kandungan bakteri Total Coliform dalam Air Bersih dan Escherecia Coli dalam
Air Minum pada Depot Air Minum Isi Ulang dilakukan Uji Laboratorium di BBTKL. Air
bersih harus memenuhi syarat secara bakteriologi Total Coliform dengan ketentuan
<50/100 ml, Air minum yang memenuhi syarat secara bakteriologi Escherecia Coli
harus 0/100 ml. Adapun Instrumen penelitian ini adalah berupa cara kerja yang
meliputi alat dan bahan serta check list pemantauan fisik DAMIU:
1. Alat
a. Botol sampel
b. Tabung reaksi
c. Rak tabung reaksi
d. Kapas
e. Korek api
f. Pipet ukur 10 ml
g. Pipet ukur 11 ml
h. Autoclave
i. Labu erlemeyer
j. Incubator
k. tali
l. Tabung durham
m. Kertas payau
n. 1 Lampu buzen
o. Oven
2. Bahan
a. Sampel air minum
b. Kapas
c. Media
1) Lactose Broth Single Strength
2) Lactose Broth Tripe Strength
3) Brilliant Green Lactose Bile Broth (BGLB)
d. Sterilisasi alat 1200 C selama 24 jam:
1) Botol sampel
2) Pipet ukur 10 ml dan 11 ml
3) Tabung reaksi dan tabung durham

Analisis Kandungan Bakteri Total Coliform dalam Air Bersih dan .... (Novita Sekarwati)

ISSN: 1978 - 0575

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Sebagian besar penduduk masyarakat di kecamatan kalasan menggunakan air
minum yang dibeli dari DAMIU (Depot Air Minum Isi Ulang) karena praktis dan harga
terjangkau. Di Wilayah Kerja Puskesmas Kalasan terdapat 8 DAMIU yang berlokasi di
Purwomartani dan Tirtomartani. Dari 8 DAMIU tersebut 4 DAMIU sumber air baku yang
digunakan berasal dari sumur dan 4 DAMIU yang sumber air bakunya dari Tirta Jaya.
Alat yang digunakan sebagian besar sudah menggunakan tampungan air yang tidak
dapat melepaskan zat-zat beracun kedalam air dan terlindungi dari sinar matahari, alat
filtrasi menggunakan 3 tahap dengan ukuran yang berbeda dan untuk desinfeksinya
menggunakan sinar ultra violet.
Tabel 1. Pemeriksaan Fisik DAMIU
Kode
Skor
Syarat
Keterangan
DAMIU
D1
54
70
TMS
D2
53
70
TMS
D3
55
70
TMS
D4
55
70
TMS
D5
81
70
MS
D6
68
70
TMS
D7
77
70
MS
D8
55
70
TMS
Keterangan:
PABS
: Perusahaan Air Bersih Swasta
TMS
: Tidak Memenuhi Syarat
MS
: Memenuhi Syarat

Sumber air
Sumur gali
Sumur gali
Sumur gali
Sumur gali
PABS
PABS
PABS
PABS

Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa 2 DAMIU memenuhi syarat yaitu


pada D5 dan D7, 6 DAMIU yaitu D1, D2, D3, D4, D6 dan D8 yang tidak memenuhi
persyaratan fisik Menurut Ditjen P2PL Depkes tahun 2006 Tentang Pedoman
Pelaksanaan Penyelenggaraan Hygiene Sanitasi Depot Air Minum yang meliputi
lokasi, bangunan, alat-alat produksi yang digunakan, serta fasilitas yang ada di DAMIU
tersebut.8 Berdasarkan gambaran umum yang telah dikemukakan diatas bahwa air
bersih dan air minum adalah kebutuhan pokok bagi masyarakat kecamatan kalasan.
Maka penelitian tentang Analisis Kandungan Bakteri Total Coliform Dalam Air Bersih
dan Escherescia Coli Dalam Air Minum Pada Depot Air Minum Isi Ulang Di Wilayah
Kerja Puskesmas Kalasan diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 2. Pemeriksaan Bakteri Total Coliform dalam Air Bersih
Kode
DAMIU
D1
D2
D3
D4
D5
D6
D7
D8

sesuai

Hasil
Pemeriksaan
1600
1070
1600
1070
920
847
70
16,15

Syarat

KET

Sumber air

50/100 ml
50/100 ml
50/100 ml
50/100 ml
50/100 ml
50/100 ml
50/100 ml
50/100 ml

TMS
TMS
TMS
TMS
TMS
TMS
TMS
MS

Sumur gali
Sumur gali
Sumur gali
Sumur gali
PABS
PABS
PABS
PABS

Berdasarkan tabel 2 diatas diperoleh hasil pemeriksaan bakteri Total Coliform


Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
No:

KESMAS Vol. 10, No. 2, September 2016 : first_page end_page

KESMAS

ISSN: 1978 - 0575

416/MENKES/PER/IX/1990 tentang Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air5


sebagai berikut: terdapat 1 DAMIU memenuhi syarat sebesar 16,15 yaitu pada D8
sedangkan 7 DAMIU yaitu pada D1, D2, D3, D4, D5, D6 Dan D7 tidak memenuhi
syarat air bersih yaitu sebesar > 50/100 ml. Hasil Pemeriksaan terhadap kandungan
Bakteri Escherechia Coli dalam air minum disajikan dalam Tabel 3 dibawah ini.
Tabel 3. Pemeriksaan Bakteri Escherechia Coli Dalam Air Minum
Kode
DAMIU

Hasil
Pemeriksaan

Syarat

Ket.

Sumber air

D1
D2
D3
D4

< 1,8
< 1,8
3,15
12,14

0/100ml
0/100ml
0/100ml
0/100ml

TMS
TMS
TMS
TMS

Sumur gali
Sumur gali
Sumur gali
Sumur gali

D5
D6

< 1,8
< 1,8

0/100ml
0/100ml

TMS
TMS

PABS
PABS

D7
D8

< 1,8
17

0/100ml
0/100ml

TMS
TMS

PABS
PABS

Berdasarkan Tabel 3 diatas menunjukan bahwa hasil pemeriksaan bakteri air


minum dari 8 DAMIU diperoleh 8 DAMIU yaitu pada D1,D2, D3, D4, D5, D6, D7 Dan D8
tidak memenuhi syarat sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.9
Tabel 4. Pengukuran Pecahayaan Depot Air Minum Isi Ulang
Kode
DAMIU
D1
D2
D3
D4
D5
D6
D7
D8

Hasil
Pengukuran
197 lux
573 lux
144 lux
107 lux
588 lux
398 lux
972 lux
98 lux

Syarat
>100 Lux
>100 Lux
>100 Lux
>100 Lux
>100 Lux
>100 Lux
>100 Lux
>100 Lux

Ket.
Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
Tidak Memenuhi Syarat

Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa hasil pengukuran pencahayaan


pada DAMIU diperoleh hasil 7 DAMIU yaitu D1, D2, D3, D4, D5, D6 Dan D7 tidak
memenuhi syarat sesuai ditjen P2PL Depkes RI tahun 2006 Tentang Pedoman
Tentang Pelaksanaan Penyelenggaraan Hygiene Sanitasi Depot Air Minum yang
meliputi lokasi, bangunan, alat-alat produksi yang digunakan, pencahayaan serta
fasilitas yang ada di DAMIU tersebut.6
1. Pemeriksaan Fisik DAMIU
Menurut Depkes tahun 2006, faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya
pencemaran terhadap air minum dan sarana yang digunakan untuk proses
pengolahan, penyimpanan dan pembagian air minum yaitu meliputi lokasi, bangunan,
lantai, dinding, pintu, pencahyaan, ventilasi, atap dan langit-langit.
Hasil rekapan D7 memenuhi syarat karena bahan baku air minum
menggunakan sumber air PABS, memiliki izin pengangkutan air, kendaraan tangki
yang terbuat dari bahan yang dapat melepakan zat-zat beracun kedalam air, serta
memiliki sertifikat dari sumber air tertentu. Pengawasan proses pengolahan di D7
tendon air bahan baku terlindung dari sinar matahari dan bahan tendon air terbuat dari
Analisis Kandungan Bakteri Total Coliform dalam Air Bersih dan .... (Novita Sekarwati)

ISSN: 1978 - 0575

bahan yang tidak dapat melepaskan zat-zat beracun. Micro filter dan tabung filter
terbuat dari bahan Food Grade dan mudah pemeliharaannya, tahan tekanan tinggi
terdapat lebih dari satu micro filter dengan ukuran berjenjang tetapi belum pernah
melakukan back washing dan penggantian filter. Terdapat pompa stainless yang
berkekuatan tinggi, pipa penyalur menggunakan bahan food grade tetapi tidak terdapat
alat penunjuk tekanan air, terdapat peralatan sterilisasi berupa ultraviolet yang
berfungsi secara benar dan masih dalam masa efektif membunuh kuman. Dalam
pencucian galon terdapat fasilitas pencucian dan pembilasan botol, saat pengisian
galon pintu dalam keadaan tertutup, dan menggunakan penutup galon yang baru.
Operator pada D7 sudah bebas dari penyakit menular, tidak makan, tidak merokok,
tidak meludah, tidak menggaruk pada anggota tubuh dan sudah menggunakan
pakaian yang bersih akan tetapi saat melayani konsumen tidak mencuci tangan
sebelum dan sesudah mengisi galon dan tidak menggunakan penutup kepala atau
sepatu.
Untuk pengawasan vektor yaitu tidak ditemukan keberadaan lalat dan kecoa
tetapi ada tempat-tempat keberadaan tikus karena ada usaha lain selain DAMIU, tidak
mempunyai langit-langit, tetapi atap menutup sempurna tahan bocor, permukaan rata
dan berwarna terang, lantai kuat, permukaan rata, kedap air dan bersih, dinding
terbuat dari bahan kedap air dan permukaan rata. Pencahayaan sangat terang dengan
hasil pengukuran 972 lux, tersedia jamban dan tempat sampah tetapi tidak tersedia
tempat cuci tangan.
Berdasarkan hasil observasi penelitian yang telah diakukan terdapat 6 DAMIU
yang tidak memenuhi syarat yaitu D1, D2, D3, D4, D6 dan D8. Pada D1 karena bahan
baku air minum menggunakan air sumur sehingga tidak memiliki izin pengangkutan air,
kendaraan tangki yang terbuat dari bahan yang tidak dapat melepaskan zat-zat
beracun kedalam air, serta tidak mempunyai sertifikat dari sumber air tertentu.
Pengawasan proses pengolahan di D1 tendon air bahan baku terlindung dari sinar
matahari dan bahan tendon air terbuat dari bahan yang tidak dapat melepaskan zat-zat
beracun. Micro filter dan tabung filter terbuat dari bahan food grade dan mudah
pemeliharaannya, tahan tekanan tinggi terdapat lebih dari satu micro filter dengan
ukuran berjenjang akan tetapi tidak melakukan back washing dan penggantian filter.
Terdapat pompa stainless yang berkekuatan tinggi, pipa penyalur
menggunakan bahan food grade tetapi tidak terdapat alat penunjuk tekanan air,
terdapat peralatan sterilisasi berupa ultraviolet yang berfungsi secara benar dan masih
dalam masa efektif membunuh kuman. Dalam pencucian galon terdapat fasilitas
pencucian dan pembilasan botol, saat pengisian galon dalam keadaan tertutup, dan
menggunakan penutup galon yang baru. Operator pada D1 sudah bebas dari penyakit
menular, tidak makan, tidak merokok, tidak meludah, tidak menggaruk pada anggota
tubuh dan sudah menggunakan pakaian yang bersih akan tetapi saat melayani
konsumen tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah mengisi galon dan tidak
menggunakan penutup kepala atau sepatu. Untuk pengawasan vektor yaitu tidak
ditemukan keberadaan lalat dan kecoa tetapi ada tempat-tempat keberadaan tikus,
karena tidak mempunyai langit-langit sehingga tikus dapat masuk, lantai kuat,
permukaan rata, kedap air dan bersih, dinding terbuat dari bahan kedap air dan
permukaan rata. Pencahayaan terang dengan hasil pengukuran 197 lux, tersedia
jamban dan tempat sampah akan tetapi tidak tersedia tempat cuci tangan bagi
karyawan.
Hasil rekapan D2 tidak memenuhi syarat karena bahan baku air minum
menggunakan air sumur sehingga tidak memiliki izin pengangkutan air, kendaraan
tangki yang terbuat dari bahan yang tidak dapat melepaskan zat-zat beracun kedalam
air, serta tidak memiliki sertifikat dari sumber air tertentu.
Pengawasan proses pengolahan di D2 tendon air bahan baku terlindung dari
sinar matahari dan bahan tendon air terbuat dari bahan yang tidak dapat melepaskan
zat-zat beracun. Micro filter dan tabung filter terbuat dari bahan food grade dan mudah
KESMAS Vol. 10, No. 2, September 2016 : first_page end_page

KESMAS

ISSN: 1978 - 0575

pemeliharaannya, tahan tekanan tinggi terdapat lebih dari satu micro filter dengan
ukuran berjenjang akan tetapi tidak melakukan back washing dan penggantian filter.
Terdapat pompa stainless yang berkekuatan tinggi, pipa penyalur menggunakan bahan
food grade tetapi tidak terdapat alat penunjuk tekanan air, terdapat peralatan sterilisasi
berupa ultraviolet yang berfungsi secara benar dan masih dalam masa efektif
membunuh kuman. Dalam pencucian galon terdapat fasilitas pencucian dan
pembilasan botol, saat pengisian galon dalam keadaan tertutup, dan menggunakan
penutup galon yang baru. Operator pada D2 sudah bebas dari penyakit menular, tidak
makan, tidak merokok, tidak meludah, tidak menggaruk pada anggota tubuh dan sudah
menggunakan pakaian yang bersih akan tetapi saat melayani konsumen tidak mencuci
tangan sebelum dan sesudah mengisi galon dan tidak menggunakan penutup kepala
atau sepatu. Untuk pengawasan vektor yaitu tidak ditemukan keberadaan lalat dan
kecoa tetapi ada tempat-tempat keberadaan tikus, karena tidak mempunyai langitlangit sehingga tikus dapat masuk, lantai kuat, permukaan rata, kedap air dan bersih,
dinding terbuat dari bahan kedap air dan permukaan rata. Lokasi DAMIU berada
didekat jalan dan dalam satu rumah tidak 1 usaha dagang. Pencahayaan sangat
terang dengan hasil pengukuran 573 lux, tersedia jamban dan tempat sampah akan
tetapi tidak tersedia tempat cuci tangan bagi karyawan.
Hasil rekapan D3 tidak memenuhi syarat karena bahan baku air minum
menggunakan air sumur sehingga tidak memiliki izin pengangkutan air, tidak memiliki
kendaraan tangki yang terbuat dari bahan yang tidak dapat melepaskan zat-zat
beracun kedalam air, serta tidak memiliki sertifikat dari sumber air tertentu.
Pengawasan proses pengolahan di D3 tendon air bahan baku terlindung dari sinar
matahari tetapi bahan tendon air terbuat dari bahan yang dapat melepaskan zat-zat
beracun. Micro filter dan tabung filter terbuat dari bahan Food grade dan mudah
pemeliharaannya, tahan tekanan tinggi terdapat lebih dari satu micro filter dengan
ukuran berjenjang akan tetapi tidak melakukan back washing dan penggantian filter.
Terdapat pompa stainless yang berkekuatan tinggi, pipa penyalur menggunakan bahan
food grade tetapi tidak terdapat alat penunjuk tekanan air, terdapat peralatan sterilisasi
berupa ultraviolet yang berfungsi secara benar dan masih dalam masa efektif
membunuh kuman. Dalam pencucian galon terdapat fasilitas pencucian dan
pembilasan botol, saat pengisian galon dalam keadaan tertutup, dan menggunakan
penutup galon yang baru. Operator pada D3 sudah bebas dari penyakit menular, tidak
makan, tidak merokok, tidak meludah, tidak menggaruk pada anggota tubuh dan sudah
menggunakan pakaian yang bersih akan tetapi saat melayani konsumen tidak mencuci
tangan sebelum atau sesudah mengisi galon dan tidak menggunakan penutup kepala
atau sepatu. Operator atau karyawan DAMIU tidak ada kursus hygiene sanitasi
sehingga tidak mempunyai surat keterangan atau sertifikat. Untuk pengawasan vektor
yaitu tidak ditemukan keberadaan lalat, kecoa dan tikus, langit-langit rata, berwarna
terang anti tikus dan tidak bocor. Lantai kuat, permukaan rata, kedap air dan bersih,
dinding terbuat dari bahan kedap air dan permukaan rata. Pencahayaan terang dengan
hasil pengukuran 199 lux, tersedia jamban tetapi tidak ada tempat sampah dan tidak
tersedia tempat cuci tangan bagi karyawan.
Hasil rekapan D4 tidak memenuhi syarat karena bahan baku air minum
menggunakan air sumur sehingga tidak memiliki izin pengangkutan air, kendaraan
tangki yang terbuat dari bahan yang tidak dapat melepaskan zat-zat beracun kedalam
air, serta tidak memiliki sertifikat dari sumber air tertentu. Pengawasan proses
pengolahan di D4 tendon air bahan baku terlindung dari sinar matahari dan bahan
tendon air terbuat dari bahan yang tidak dapat melepaskan zat-zat beracun. Micro filter
dan tabung filter terbuat dari bahan food grade dan mudah pemeliharaannya, tahan
tekanan tinggi terdapat lebih dari satu micro filter dengan ukuran berjenjang akan tetapi
tidak melakukan back washing dan penggantian filter. Terdapat pompa stainless yang
berkekuatan tinggi, pipa penyalur menggunakan bahan food grade tetapi tidak terdapat
Analisis Kandungan Bakteri Total Coliform dalam Air Bersih dan .... (Novita Sekarwati)

ISSN: 1978 - 0575

alat penunjuk tekanan air, terdapat peralatan sterilisasi berupa ultraviolet yang
berfungsi secara benar dan masih dalam masa efektif membunuh kuman. Dalam
pencucian galon terdapat fasilitas pencucian dan pembilasan botol, saat pengisian
galon dalam keadaan tertutup, dan menggunakan penutup galon yang baru. Operator
pada D4 sudah bebas dari penyakit menular, tidak makan, tidak merokok, tidak
meludah, tidak menggaruk pada anggota tubuh dan sudah menggunakan pakaian
yang bersih akan tetapi saat melayani konsumen tidak mencuci tangan sebelum atau
sesudah mengisi galon dan tidak menggunakan penutup kepala atau sepatu. Untuk
pengawasan vektor yaitu tidak ditemukan keberadaan lalat dan kecoa tetapi ada
tempat-tempat keberadaan tikus, karena tidak mempunyai langit-langit sehingga tikus
dapat masuk, lantai kuat, permukaan rata, kedap air tetapi lantai terlihat kotor, dinding
terbuat dari bahan kedap air dan permukaan rata. Pencahayaan cukup terang dengan
hasil pengukuran 107 lux, tersedia jamban dan tempat sampah akan tetapi tidak
tersedia tempat cuci tangan bagi karyawan.
Hasil rekapan D6 tdak memenuhi syarat karena bahan baku air minum
menggunakan sumber air perusahaan air minum swata, memiliki izin pengangkutan
air, kendaraan tangki yang terbuat dari bahan yang dapat melepakan zat-zat beracun
kedalam air, serta memiliki sertifikat dari sumber air tertentu. Pengawasan proses
pengolahan di D6 tendon air bahan baku terlindung dari sinar matahari dan bahan
tendon air terbuat dari bahan yang tidak dapat melepaskan zat-zat beracun. Micro filter
dan tabung filter terbuat dari bahan food grade dan mudah pemeliharaannya, tahan
tekanan tinggi terdapat lebih dari satu micro filter dengan ukuran berjenjang akan tetapi
belum pernah melakukan back washing dan penggantian filter. Terdapat pompa
stainless yang berkekuatan tinggi, pipa penyalur menggunakan bahan food grade
tetapi tidak terdapat alat penunjuk tekanan air, terdapat peralatan sterilisasi berupa
ultraviolet yang berfungsi secara benar dan masih dalam masa efektif membunuh
kuman. Dalam pencucian galon terdapat fasilitas pencucian dan pembilasan botol, saat
pengisian galon dalam keadaan tertutup, dan menggunakan penutup galon yang baru.
Operator pada D6 sudah bebas dari penyakit menular, tidak makan, tidak merokok,
tidak meludah, tidak menggaruk pada anggota tubuh dan sudah menggunakan
pakaian yang bersih akan tetapi saat melayani konsumen tidak mencuci tangan
sebelum dan sesudah mengisi galon dan menggunakan penutup kepala karena
penjualnya berkerudung, tidak menggunakan sepatu. Untuk pengawasan vektor yaitu
tidak ditemukan keberadaan lalat dan kecoa tetapi ada tempat-tempat keberadaan
tikus, mempunyai langit-langit yang menutup sempurna tahan bocor, permukaan rata
dan berwarna terang, lantai kuat, permukaan rata, kedap air dan bersih, dinding
terbuat dari bahan kedap air dan permukaan rata. tersedia jamban dan tempat sampah
tetapi tidak tersedia tempat cuci tangan bagi karyawan. Pencahayaan sangat terang
dengan hasil pengukuran 398 lux.
Hasil rekapan D8 tidak memenuhi syarat karena bahan baku air minum
menggunakan sumber air perusahaan air bersih swasta memiliki izin pengangkutan air,
tetapi kendaraan tangki yang terbuat dari bahan yang dapat melepasan zat-zat
beracun kedalam air, serta memiliki sertifikat dari sumber air tertentu. Pengawasan
proses pengolahan di D8 tendon air bahan baku terlindung dari sinar matahari dan
bahan tendon air terbuat dari bahan yang tidak dapat melepaskan zat-zat beracun.
Micro filter dan tabung filter terbuat dari bahan food grade dan mudah
pemeliharaannya, tahan tekanan tinggi tetapi tidak menggunakan micro filter dengan
ukuran maksimal 10 mikron dan belum pernah melakukan back washing dan
penggantian filter karena industri baru. Terdapat pompa stainless yang berkekuatan
tinggi, pipa penyalur menggunakan bahan food grade tetapi tidak terdapat alat
penunjuk tekanan air, terdapat peralatan sterilisasi berupa ultraviolet yang berfungsi
secara benar dan masih dalam masa efektif membunuh kuman.

KESMAS Vol. 10, No. 2, September 2016 : first_page end_page

KESMAS

ISSN: 1978 - 0575

Dalam pencucian galon terdapat fasilitas pencucian dan pembilasan botol, saat
pengisian galon dalam keadaan tertutup, dan menggunakan penutup galon yang baru.
Operator pada D8 sudah bebas dari penyakit menular, tidak makan, tidak merokok,
tidak meludah, tidak menggaruk pada anggota tubuh dan sudah menggunakan
pakaian yang bersih akan tetapi saat melayani konsumen tidak mencuci tangan
sebelum dan sesudah mengisi galon dan tidak menggunakan penutup kepala atau
sepatu. Untuk pengawasan vektor yaitu tidak ditemukan keberadaan lalat dan kecoa
tetapi ada tempat-tempat keberadaan tikus, mempunyai langit-langit yang menutup
sempurna tahan bocor, permukaan rata dan berwarna terang, lantai kuat, permukaan
rata, kedap air dan bersih, dinding terbuat dari bahan kedap air dan permukaan rata.
tersedia jamban tetapi tidak tersedia tempat sampah dan tidak tersedia tempat cuci
tangan bagi karyawan, Pencahayaan kurang terang dengan hasil pengukuran 98 lux
dikarenakan dan sinar matahari terhalang oleh pohon yang ada di samping rumah
sehingga ruang pengolahan dan ruang penyimpanan gelap. Hal ini tidak sesuai
dengan Ditjen P2PL Depkes RI Tahun 2006 tentang pedoman penyelenggaraan
hygiene sanitasi depot air minum bahwa ruang pengolahan dan penyimpanan
mendapat penyinaran cahaya minimal 100-200 lux.8
Permasalahan yang paling dominan pada 8 DAMIU yaitu di sumber air, tabung
filter, peralatan pompa, operator atau hygiene karyawan, micro filter dan fasilitas.
Sumber air yang digunakan oleh 4 DAMIU berasal dari air sumur dengan kondisi
sumur yang tidak tertutup dan berlumut, dinding dan lantai sumur tidak diplester,
terdapat retakan pada dinding sumur dan terdapat sumber pencemar disekitar sumur.
Selain itu ada 4 DAMIU yang menggunakan sumber air dari perusahaan air bersih
swasta dengan kondisi tangki penampung air terbuat dari bahan yang dapat
melepaskan zat-zat beracun kedalam air, selang yang digunakan pada saat
memasukan air bersih kedalam tendon tidak steril, tidak dilakukan pencucian alat
sesudah dan sebelum digunakan. Tabung filter yang digunakan pada 8 DAMIU tidak
dilakukan back wash dan pada D8 tidak menggunakan filter sehingga akan
mempengaruhi kualitas air minum, pada peralatan pompa dan pipa penyalur air tidak
terdapat alat petunjuk tekanan air, hal ini dapat mempengaruhi propses penyaringan
yang tidak optimal, karyawan dan pengelola DAMIU belum mengikuti kursus hygiene
sanitasi depot air minum dan tidak ada fasilitas pada depot seprti tempat cuci tangan,
tempat sampah dan tidak ada contoh produk sampel air minum.Hasil pemeriksaan fisik
ini tidak sesuai dengan Ditjen P2PL, Depkes RI tahun 2006 tentang Pedoman
Pelaksanaan Penyelenggaraan Hygiene Sanitasi Depot Air Minum bahwa
pemeriksaaan fisik DAMIU memiliki nilai minimal 70.8
2. Pemeriksaan Bakteriologi Total Coliform Dalam Air Bersih pada DAMIU
Kualitas air bersih di Indonesia harus memenuhi persyaratan yang tertuang
dalam Peraturan Menteri Kesehatan R.I No: 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang
Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air tahun 1990, bahwa kandungan total
coliform dalam air bersih 0/100 ml. Hal ini membuat semakin banyak industri
pengolahan air minum dalam kemasan (AMDK) memperbaiki proses pengolahan
dalam penyediaan air bersih terutama air minum.5
Berdasarkan hasil laboratorium pemeriksaan air bersih Di 8 DAMIU dengan
parameter Total Coliform diperoleh 1 DAMIU yaitu pada D8 yang memenuhi syarat,
D8 diperoleh hasil 16,15/100 ml karena beberapa faktor fisik berdasarkan Ditjen P2PL
Depkes RI tahun 2006 menyebutkan bahwa sumber air baku yang digunakan dari
perusahaan air bersih swasta, selang air saat pemasukan kedalam tendon steril dan
tendon air baku sudah di lakukan pembersihan atau pengurasan karena pada D8
termasuk depot baru sedangkan 7 DAMIU yaitu pada D1sampai D7 yang tidak
memenuhi syarat karena dalam pemeriksaan fisik meliputi berdasarkan Ditjen P2PL
Depkes RI tahun 2006 sumber air, pengawasan proses pengolahan, tabung filter,
Analisis Kandungan Bakteri Total Coliform dalam Air Bersih dan .... (Novita Sekarwati)

10

ISSN: 1978 - 0575

micro filter, alat-alat, operator, pengawasan vector, pencahayaan dan fasilitas DAMIU.
Hasil Uji laboratorium D1 diperoleh hasil >1600/100 ml, hal ini dikarenakan pada D1
sumber air baku yang digunakan di ambil dari air sumur, pengambilan air sampel di
kran yang ada selangnya. Uji Laboratorium D2 diperoleh hasil 1070/100 ml, hal ini di
karenakan kondisi sumur tua, berlumut, tidak tertutup dan lantai sumur radius 1 meter
tidak disemen. Uji Laboratorium D3 diperoleh hasil 1600/100 ml, hal ini dikarenakan
kondisi sumur tua, berlumut, tidak tertutup, dinding sumur sedalam 3 meter dari
permukaan tidak diplester yang memungkinkan terjadinya pencemaran dan lantai
sumur radius 1 meter tidak disemen.
Uji Laboratorium D4 diperoleh hasil 1070/100 ml, hal ini di karenakan kondisi
sumur tua, berlumut, pengambilan air sampelnya melalui selang dan ada keretakan
pada lantai yang memungkinkan terjadinya pencemaran air. Uji Laboratorium D5
diperoleh hasil 920/100 ml, D6 diperoleh hasil 847/100 ml dikarenakan sumber air baku
yang digunakan dari perusahaan air bersih swasta, tangki pengangkut terbuat dari
bahan-bahan yang dapat mengeluarkan zat-zat berbahaya, selang air saat pemasukan
kedalam tendon tidak steril dan tendon air baku tidak pernah di lakukan pembersihan
atau pengurasan.
D7 diperoleh hasil 70/100 ml dikarenakan sumber air baku yang digunakan dari
perusahaan air bersih swasta, tangki pengangkut terbuat dari bahan-bahan yang dapat
mengeluarkan zat-zat berbahaya, selang air saat pemasukan kedalam tendon tidak
steril dan tendon air baku tidak pernah di lakukan pembersihan atau pengurasan.
Penelitian ini tidak sesuai dengan Permenkes No.416/Menkes/PER/IX/1990 yang
menyatakan bahwa air bersih yang aman harus terhindar dari kemugkinan kontaminasi
Total Colifom dengan standar ketentuan 10/100ml.
3. Pemeriksaan bakteriologi Escherechia Coli Dalam Air Minum pada DAMIU
Menurut Umar F, 2011 dalam Febriyanti, 2013 Bakteri Coliform telah dijadikan
parameter bahwa air yang terkontaminasi bakteri ini melebihi dari 50/100 melakan
dapat menyebabkan penyakit diare. Dimana bakteri E.coli merupakan salah satu
penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal oral antara lain melalui makanan
atau minuman yang tercemar tinja yang mengandung Escherecia Coli atau kontak
langsung dengan tinja penderita, sehingga bila bakteri E.Coli ini didalam air 100 ml air
minum terdapat 500 bakteri E.Coli, memungkinkan terjadinya penyakit Gastroenteritis
atau diare. Selain itu juga produksi Enterotoksin oleh Escherecia Coli ada
hubungannya dengan penyakit diare.10
Berdasarkan hasil laboratorium pemeriksaan air minum Di 8 DAMIU dengan
parameter E. Coli diperoleh 8 DAMIU yang tidak memenuhi syarat secara bakteriologi
Escherecia Coli yaitu D1-D8 dengan hasil lebih dari 0/100 ml. Hal ini dikarenakan
adanya beberapa hal, yaitu sumber air baku yang digunakan masih mengandung Total
Coliform, bahan tendon air terbuat dari bahan yang tidak melepas zat-zat yang
beracun, keadaan filter kotor dan belum dilakukan pembaruan filter, tidak dilakukan
back wash pada penampung dan pada alat proses pengolahan air serta pada D8 tidak
memenuhi syarat dikarenakan proses penjernihan yang digunakan belum memenuhi
peraturan yang berlaku, dalam pemeliharaan peralatan yang digunakan masih kurang
baik, tingkat kejernihan air baku akan mempengaruhi filter, semakin keruh air baku
semakin berat beban kerja filter, sehingga hasil proses penyaringan kurang optimal.
Penyaringan yang dilakukan secara bertahap akan lebih optimal, apabila
menggunakan mikro filter ukuran 10 mikron tetapi D8 hanya digunakan mikro filter
dengan ukuran 0,5 dan 0,1m, partikel yang berukuran diatas 0,5 m akan menutupi
filter sehingga umur filter semakin pendek dan partikel yang berukuran lebih kecil
kemungkinan dapat lolos. Filter yang digunakan sudah terbuat dari bahan tara pangan,
karena terbuat dari bahan stainless steel, akan tetapi tidak pernah dilakukan sistem
back washing setiap kali pengisian.
KESMAS Vol. 10, No. 2, September 2016 : first_page end_page

KESMAS

ISSN: 1978 - 0575

11

Sistem back washingakan mempengaruhi kulitas air minum karena adanya


endapan dalam selang penyalur sehingga bakteri dapat berkembang di dalamnya.
Sinar Ultraviolet tidak digunakan secara optimal, menggunakan Ozonisasi atau
menggunakan UV (Ultra Violet), tetapi dalam kenyataannya Total Coliform dan
Escherecia Coli masih ada yang belum dapat dihilangkan dari air minum tersebut dan
dalam proses pengolahan sudah dilakukan dengan baik, tetapi peralatan yang
digunakan masih belum memenuhi syarat. Pencahayaan pada D8 tidak memenuhi
syarat dengan hasil pengukuran 98 lux karena pencahayaan merupakan salah satu
faktor untuk mendapatkan keadaan lingkungan yang aman, nyaman dan berkaitanm
erat dengan produktivitas manusia. Pencahayaan yang baik adalah pencahayaan yang
memungkinkan seorang tenaga kerja melihat pekerjaanya dengan teliti, cepat dan
membantu menciptakan lingkungan kerja yang nikmat dan menyenangkan.
Penelitian ini sesuai dengan yang dilakukan oleh Agistalia tahun 2013 bahwa
sampel air minum pada 5 DAMIU belum memenuhi syarat dengan hasil kualitas air
minum dengan jumlah Bakteri MPN Coliform yang tertinggi 240/100 ml dan terendah
2,2/100 ml.11 Penelitian ini tidak sesuai dengan Kepmenrindag RI No 651 tahun 2004
tentang persyaratan teknis depot air minum dan perdagangan bahwa proses di DAMIU
harus menggunakan tahap penyaringan hingga ukuran maksimal 10 mikron, tindakan
desinfeksi selain menggunakan ozon dapat dilakukan dengan cara penyinaran Ultra
Violet (UV) dengan panjang gelombang 254m atau kekuatan 2537A dengan intensitas
minimum 10.000 mw detik/cm2, dilakukan sistem back washing.3
Menurut Ditjen P2PL tentang Pedoman Pelaksanaan Penyelenggaraan
Hygiene Sanitasi depot air minum bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas air
minum adalah proses pengolahan, penyimpanan, dan pembagian air minum yaitu
dilihat dari lokasi yang bebas dari pencemaran lingkungan yang akan menimbulkan
pencemaran terhadap air, bangunan harus kuat, aman, mudah dibersihkan dan
dipelihara serta dilakukan penataan ruang pada proses pengolahan air minum, lantai,
dinding, atap, langit-langit dan pintu terbuat dari bahan kedap air, permukaan rata,
bersih dan tidak berbau, ventilasi dapat menjaga suhu tetap nyaman, sesuai
kebutuhan dan menjamin terjadinya peredaran udara yang baik dan pencahayaan
ruang pengolahan dan penyimpanan mendapatkan penyinaran cahaya dengan
minimal 100-200 lux.8

4. SIMPULAN DAN SARAN


A. Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan
bahwa:
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas air minum di wilayah Kerja
Puskesmas Kalasan adalah sumber air, tabung filter, peralatan pompa,
operator atau hygiene karyawan, micro filter dan fasilitas karena belum
memenuhi syarat sesuai Ditjen P2PL Depkes RI tahun 2006 tentang
pedoman pelaksanan penyelenggaraan Hygiene sanitasi depot air minum.
2. Kandungan bakteriologi total Coliform Air bersih pada DAMIU di Wilayah
Kerja Puskesmas Kalasan terdapat 1 DAMIU memenuhi syarat dan 7
DAMIU yang tidak memenuhi syarat sesuai Peraturan Menteri Kesehatan R.
I. No: 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang Syarat-syarat Dan Pengawasan
Kualitas Air, Tahun 1990.
3. Kandungan bakteriologi Escherechia Coli Air Minum pada DAMIU di wilayah
kerja puskesmas kalasan terdapat 8 DAMIU yang tidak memenuhi syarat
sesuai menurut Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan
Kualitas Air Minum, Tahun 2010.

Analisis Kandungan Bakteri Total Coliform dalam Air Bersih dan .... (Novita Sekarwati)

12

ISSN: 1978 - 0575

B. Saran
1. Pemilik Depot Air Minum
Sebaiknya menerapkan Hygiene Sanitasi dalam pengelolahan depot air
minum dan melakukan pemeriksaan kualitas air minum secara berkala, agar
air minum yang dihasilkan aman dan sehat.
2. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Puskesmas.
Agar lebih meningkatkan pembinaan dan pengawasan terhadap depot air
minum sehingga menjamin kualitas air minum yang dihasilkan dan tidak
merugikan masyarakat.
3. Peneliti Lain
Perlu adanya indikator lain yang diteliti untuk mengetahui kontaminasi
bakteriologis lain pada air minum.
DAFTAR PUSTAKA
1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 907/Menkes/SK/VII/2002, SyaratSyarat Dan Pengawasan Kualitas Air Minum, Kementeri Kesehatan, Jakarta, 2002.
2. Peraturan pemerintah RI Nomor 16 Tahun 2005, Pengembangan Sistem Penyediaan Air
Minum, Kementeri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Jakarta, 2005.
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004, Sumber Daya Air, Presiden RI,
Jakarta, 2004.
4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2006, Pedoman Pelaksanaan
Penyelenggaraan Hygiene Sanitasi Depot Air Minum, Ditjen, Jakarta, 2006.
5. Peraturan Menteri Kesehatan R.I No: 416/MENKES/PER/IX/1990, Syarat-syarat Dan
Pengawasan Kualitas Air, Menteri Kesehatan RI, Jakarta, 1990.
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010,
Persyaratan Kualitas Air Minum, Menteri Kesehatan, Jakarta, 2010.
7. Depkes RI, Pedoman Pelaksanaan Penyelenggaraan Hygiene Sanitasi Depot Air Minum,
Ditjen P2PL Depkes RI, Jakarta, 2006.
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010,
Persyaratan Kualitas Air Minum, Menteri Kesehatan, Jakarta, 2010.
9. Kusuma,
S.
A.
F.,
Eshcerichia
Coli,
(on-line)
pustaka.unpad.ac.id./wp_content/upload/2011/09/pustaka.unpad.escherechia_coli.pdf.
Diakses tanggal 9 April 2015.
10. Putri, Analisis Kualitas Bakteriologis Escherechia Coli Depot Air Minum Di Kabupaten
Pasuruan, 2013. Diakses tanggal 9 April 2015.

KESMAS Vol. 10, No. 2, September 2016 : first_page end_page

You might also like