Nutrisi Enteral
Nutrisi Enteral
Nutrisi Enteral
n j
auanpust
aka
MadeW i
ryana
Bagian/SM F I
lmuAnest
esidanReanimasi
, FK Unud/RSUPSanglahDenpasar
SUM M ARY
NUTRI
TION SUPPORT I
N CRI
TICALLYI
LL
Malnutr
iti
o ni
salwaysbeenbei
n gassoci
ated wi
tht
h ei
n cr
easeofmorbidit
yand mort
ali
tyr
ateduet
o lackofi
mmune
syst
em,dependingonventi
lat
o r
,highr
ateofi
n f
ect
ion,anddelayedheali
n gprocess,soi
t wi
ll i
n cr
easet
h ecostandlengthofst
ay
oft
h epat
ients.Cli
n i
cianneedt
ohaver
ighti
n f
o r
mat
ionabouthow t
o managenutr
iti
o nf
o rcr
iti
cal i
ll pat
ientbecausei
twi
ll
i
n f
luencet
h eoutcomeofI
CU pat
ient.
Object
ive measurement nutr
iti
o nal st
atusoft
h epat
ienti
sdif
ficultbecauseprocessofi
llnessesi
tselfwi
ll dist
u r
bthe
met
h odt
h atwi
ll beusedi
nthepopulat
ion.Nutr
iti
o nal st
atusi
smult
idimensi
o nphenomenont
h atneedsever
al met
h odsf
o r
measurement,includingassoci
atedf
act
o r
sofnutr
iti
o n,nutr
iti
o ni
n t
ake,andener
g yexpendit
u r
e.
Ni
trogenbalancecanbeusedt
odet
ermi
n eef
fect
ivenessofnutr
iti
o nal t
h er
apy.Ni
trogenbalancecanbecountedbyf
o r
-
mulat
h atcountnit
rogeni
n24hoursf
rom pat
churi
n e,especi
allyuri
n eureanit
rogen(
UUN)
, mi
n usnit
rogeni
n t
akef
rom t
h ef
o od.
Rest
ingEner
g yExpendit
u r
e(REE)mustbedet
ermi
n edf
o rnutr
iti
o nalt
h er
apyi
ncr
iti
cali
ll pat
ients.
Acuracyest
imat
ionREE wi
ll
helpt
oreducecompli
cat
ionsduet
oover
feeding,suchasi
n f
ilt
rat
ionf
att
oli
v erandpulmonyar
ycompromi
se.Sever
al met
h odsar
e
avai
lablet
opredictREE suchasCalori
met
ry,and Har
ris-
Benedictequat
ion.
Thegoal i
nnutr
iti
o nal t
h er
apyi
ncr
iti
cal i
ll pat
ienti
stosupportmet
aboli
c,nott
ocomplet
ethei
r needi
nthatt
ime.Because
i
ncr
iti
cali
ll pat
ientt
h er
eisnomet
aboli
ccondit
ioni
sablet
omet
aboli
zet
o t
alamountofcalori
est
ofulf
ill lackofener
g yexpenses.
I
d eally t
h er
o uteofnutr
iti
o nal t
h er
apyi
sablet
osupply nutr
iti
o n wi
th mi
n i
mal morbidit
y.Eachr
o utes(
p ar
enter
al and
enter
al)haveadvantagesanddisadvantages,andt
h echoicei
sdependonpat
ientcondit
ion.I
ncr
iti
cal i
ll pat
ientcar
e,enter
al
nutr
iti
o ni
salwaysbei
n gt
h ef
irstchoiceandpar
enter
al nutr
iti
o nbecomet
h enextalt
ernat
ive.
Keywords:nutr
iti
o nt
h er
apy,cr
iti
callyi
ll pat
ients,intensi
v ecar
eunit
.
PENDAHULUAN nutr
isiselama merekadir
a watdir
u mahsakit
.Untuk
pasi
enkri
tisyangdir
awatdiInt
ensive Care Unit(I
CU)
Malnut
ris
i adalahmasalahumum yangdi
jumpai ser
ingkalimener
imanutr
isiyangt
idakadekuatakibat
padakebanyakanpasi
enyang masukker
u mahs
a ki
t. doktersalah memperkir
a kankebutuhannutr
isidari
Malnutr
isimencakupkelai
n anyangdisebabkanoleh pasien dan j
uga aki
batketerlam batan mem ul ai
1
defi
siensiasupan nut
rien,gangguan metaboli
sme pember
iannutr
is. Pa
i si
en-pasi
enyangmasukkeI
CU
nut
rien,at
aukelebi
hannut
ris
i.Sebanyak40% pasi
en umumnyaber
v ar
iasi
,yai
tupasi
enelekt
ifpascaoper
asi
dewasa mender
ita malnut
ris
iyangcukups
e r
iusyang mayor,pasi
enemer
g ensiakibatt
rauma mayor,sepsi
s
di
jumpaipadas
a atmer
ekat
ibadir
u mahs
a ki
tdandua at
augagal napas. Kebanyakandaripasi
en-pasi
en
per
tigadar
i s
e muapasi
enmengalamiper
b urukans
tat
us t
ers
e butdi
temukanmalnut
ris
isebelum di
masukkanke
5-8
mengganggu asupan makanan normal dalam jangka fosfor. Pengukuran antropometrik termasuk ketebalan
waktu yang lama. Selanjutnya, lamanya tinggal di ICU lapisan kulit (skin f
old) permukaan daerah trisep (triceps
dan kanker dapat memperburuk status nutrisi. Respon (mid erence, MAMC), tidak berguna
arm muscle circumf
hipermetabolik komplek terhadap trauma akan banyak pada pasien sakit kritis karena ukuran berat badan
3,6
mengubah metabolisme tubuh, hormonal, imunologis cenderung untuk berubah.
dan homeostasis nutrisi. Efek cedera atau penyakit berat Jenis protein yang paling sering diukur adalah
terhadap metabolisme energi, protein, karbohidrat dan albumin serum. Level albumin yang rendah
lemak akan mempengaruhi kebutuhan nutrisi pada merefleksikan status nutrisi penderita yang dihubungkan
3
pasien sakit kritis. dengan proses penyakit dan atau proses pemulihan. Pada
morbiditas, mortalitas akibat perburukan pertahanan eran distribusi dari ruangan intravaskular ke interstitial,
tubuh, ketergantungan dengan ventilator, tingginya dan pelepasan hormon yang meningkatkan dekstruksi
9,10
angka infeksi dan penyembuhan luka yang lama, metabolisme albumin. Level serum pre-albumin juga
sehingga menyebabkan lama rawat pasien memanjang dapat menjadi petunjuk yang lebih cepat adanya suatu
10
dan peningkatan biaya perawatan. Malnutrisi juga stres fisiologik dan sebagai indikator status nutrisi.
dikaitkan dengan meningkatnya jumlah pasien yang Level serum hemoglobin dan trace elements seperti
1,3,4
dirawat kembali. Pentingnya nutrisi terutama pada magnesium dan fosfor merupakan tiga indikator
perawatan pasien-pasien kritis mengharuskan para klinisi biokimia tambahan. Hemoglobin digunakan sebagai in-
mengetahui informasi yang benar tentang faktor-faktor dikator kapasitas angkut oksigen, sedangkan magne-
yang mempengaruhi manajemen pemberian nutrisi dan sium atau fosfor sebagai indikator gangguan pada jan-
11,12
pengaruh pemberian nutrisi yang adekuat terhadap tung, saraf dan neuromuskular. Selain itu Delayed
5
outcome penderita kritis yang dirawat di ICU. hypersensitivity dan Total Lymphocyte Count (TLC)
MENILAI STATUS NUTRISI PADA PASIEN mengukur fungsi imun sekaligus berfungsi sebagai
peningkatan pelepasan mediator-mediator inflamasi atau nutrisi, karena mempertimbangkan kebiasaan makan,
sitokin (misalnya IL-1, IL-6, dan TNF) dan peningkatan kehilangan berat badan yang baru ataupun kronis,
katekolamin, kortisol, glukagon, hormon pertumbuhan), fungsional dan diagnosis yang dihubungkan dengan
sehingga menimbulkan efek pada status metabolik dan asupan yang buruk. Penilaian jaringan lemak subkutan
nutrisi pasien. Status nutrisi adalah fenomena dan penyimpanannya dalam otot skelet juga merupakan
multidimensional yang memerlukan beberapa metode bagian dari SGA, dan bersama dengan evaluasi edema
dalam penilaian, termasuk indikator-indikator yang dan ascites, membantu untuk menegakkan kemungkinan
berhubungan dengan nutrisi, asupan nutrisi dan malnutrisi sebelumnya. Level stres pada pasien sakit
pemakaian energi, seperti Body Mass Index(BMI), se- kritis juga harus dinilai karena bisa memperburuk sta-
KEBUTUHAN ENERGI PADA PENDERITA SAKIT dilakukan sebelum memberikan nutrisi. REE adalah
Keseimbangan nitrogen dapat digunakan untuk 12 - 18 jam setelah makan. REE sering juga disebut
menegakkan keefektifan terapi nutrisi. Nitrogen secara BMR (Basal Metabolic Rate), BER (Basal Energy
kontinyu terakumulasi dan hilang melalui pertukaran Requirement), atau BEE (Basal Energy Expenditure).
yang bersifat homeostatik pada jaringan protein tubuh. Perkiraan REE yang akurat dapat membantu mengurangi
Keseimbangan nitrogen dapat dihitung dengan komplikasi akibat kelebihan pemberian nutrisi
menggunakan formula yang mempertimbangkan nitro- (overfeeding) seperti infiltrasi lemak ke hati dan
16
gen urin 24 jam, dalam bentuk nitrogen urea urin (urine pulmonary compromise. Banyak metode yang tersedia
urea nitrogen/UUN), dan nitrogen dari protein dalam untuk memperkirakan REE, salah satunya adalah kalo-
5,17,18
Keseimbangan Nitrogen = ((dietary protein/6,25)- REE pada pasien-pasien sakit kritis.
(UUN/0,8) + 4)
dihitung dengan membagi jumlah protein terukur den- Tujuan pemberian nutrisi adalah menjamin
gan 6,25. Faktor koreksi 4 ditambahkan untuk kecukupan energi dan nitrogen, tapi menghindari
mengkompensasi kehilangan nitrogen pada feses, air liur masalah-masalah yang disebabkan overfeeding atau
dan kulit. Keseimbangan nitrogen positif adalah kondisi refeeding syndrome seperti uremia, dehidrasi hipertonik,
dimana asupan nitrogen melebihi ekskresi nitrogen, dan steatosis hati, gagal napas hiperkarbia, hiperglisemia,
3,6,15
menggambarkan bahwa asupan nutrisi cukup untuk koma non-ketotik hiperosmolar dan hiperlipidemia.
terjadinya anabolisme dan dapat mempertahankan lean Level yang terbaik untuk memulai pemberian nutrisi
body mass. Sebaliknya keseimbangan nitrogen negatif pada pasien sakit kritis adalah 25 kkal/kgbb dari berat
19
ditandai dengan ekskresi nitrogen yang melebihi badan ideal per hari. Harus diperhatikan bahwa
3,13-15
asupan. Kebutuhan energi dapat juga diperkirakan pemberian nutrisi yang kurang atau lebih dari kebutuhan,
dengan formula persamaan Harris-Bennedict (tabel 1), akan merugikan buat pasien. REE dapat bervariasi antara
atau kalorimetri indirek. Persamaan Harris-Bennedict meningkat sampai 40% dan menurun sampai 30%, ter-
pada pasien hipermetabolik harus ditambahkan faktor gantung dari kondisi pasien (tabel 1).
3,5
stres. Penelitian menunjukkan bahwa rumus perkiraan
3,15
15%. Sejumlah ahli menggunakan perumusan yang
16
ergi. NUTRISI
Karbohidrat
Laki-laki: 66,47 + (13,75 x BB) + (5 x TB) - (6,76 x Umur) lebih 4 kalori. Asupan karbohidrat di dalam diet
Wanita : 655,1 + (9,56 x BB) + 1,85 x TB) –(4,67 x Umur) sebaiknya berkisar 50% – 60% dari kebutuhan kalori.
Rata-rata BEE adalah mendekati 25 kkal/kgbb/hari Dalam diet, karbohidrat tersedia dalam 2 bentuk: per-
Koreksi terhadap perhitungan kebutuhan energi derajat digunakan oleh tubuh (monosakarida seperti glukosa dan
* Postoperasi (tanpa komplikasi) 1,00 –1,30 osa;polisakarida seperti tepung, dekstrin, glikogen) dan
* Kanker 1,10 –1,30 yang kedua karbohidrat yang tidak dapat dicerna seperti
* Peritonitis / sepsis 1,20 –1,40 serat. Glukosa digunakan oleh sebagian besar sel tubuh
* Sindroma kegagalan organ multiple 1,20 –1,40 termasuk susunan saraf pusat, saraf tepi dan sel-sel darah.
* Luka bakar 1,20 –2,00 Glukosa disimpan di hati dan otot skeletal sebagai
(perkiraan BEE + % luas permukaan tubuh yang terbakar) glikogen. Cadangan hati terbatas dan habis dalam 24 –
Koreks
i kebutuhan energy (
kkal
/hari)= BEE x 36 jam melakukan puasa. Saat cadangan glikogen hati
f
aktor s
tres habis, glukosa diproduksi lewat glukoneogenesis dari
Pemberian protein yang adekuat adalah penting Oksidasi glukosa berhubungan dengan produksi CO
2
untuk membantu proses penyembuhan luka, sintesis yang lebih tinggi, yang ditunjukkan oleh RQ
protein, sel kekebalan aktif, dan paracrine messenger. (Respiratory Quotient) glukosa lebih besar dari pada
Disamping itu, serum glukosa dijaga antara 100 –200 asam lemak rantai panjang. Sebagian besar glukosa
3,15
mg/dL. H i p e rg l i s e m i a tak terkontrol dapat didaur ulang setelah mengalami glikolisis anaerob
menyebabkan koma hiperosmolar non ketotik dan resiko menjadi laktat kemudian digunakan untuk
terjadinya sepsis, yang mempunyai angka mortalitas glukoneogenesis hati. Kelebihan glukosa pada pasien
3
sebesar 40%. Hipofosfatemia merupakan satu dari keadaan hipermetabolik menyebabkan akumulasi
kebanyakan komplikasi metabolik yang serius akibat glukosa dihati berupa glikogen dan lemak. Meskipun
Refeeding Syndrome.Hipofosfatemia yang berat turnover glukosa meningkat pada kondisi stres,
dihubungkan dengan komplikasi yang mengancam metabolisme oksidatif tidak meningkat dalam proporsi
nyawa, termasuk insufisiensi respirasi, abnormalitas yang sama. Oleh karena itu kecepatan pemberian glukosa
jantung, disfungsi SSP, disfungsi eritrosit, disfungsi pada pasien dewasa maksimal 5 mg/kgbb/menit.
15
3,5
respirator. Lemak
ergi, membantu absorbsi vitamin yang larut dalam lemak, selama sakit kritis kebutuhan protein meningkat menjadi
menyediakan asam lemak esensial, membantu dan 1,2 – 1,5 gram/kgbb/hari. Pada beberapa penyakit
melindungi organ-organ internal, membantu regulasi tertentu, asupan protein harus dikontrol, misalnya
15
suhu tubuh dan melumasi jaringan-jaringan tubuh. kegagalan hati akut dan pasien uremia, asupan protein
15
Pemberian kalori dalam bentuk lemak akan memberikan dibatasi sebesar 0,5 gram/kgbb/hari. Kebutuhan pro-
keseimbangan energi dan menurunkan insiden dan tein pada pasien sakit kritis bisa mencapai 1,5 – 2 gram
beratnya efek samping akibat pemberian glukosa dalam protein/kgbb/hari, seperti pada keadaan kehilangan pro-
jumlah b e s a r. Penting juga bagi kita untuk tein dari fistula pencernaan, luka bakar, dan inflamasi
3
memperkirakan komposisi pemberian lemak yang yang tidak terkontrol. Hal ini sesuai dengan hasil
21
berhubungan dengan proporsi dari asam lemak jenuh penelitian Elwyn yang hanya menggunakan dekstrosa
(SFA), asam lemak tidak jenuh tunggal (MUFA), asam 5% nutrisi, menunjukkan bahwa perbedaan kecepatan
lemak tidak jenuh ganda (PUFA) dan rasio antara asam kehilangan nitrogen berhubungan dengan tingkat
lemak esensial omega 6 dan omega 3 dan komponen keparahan penyakit. Disamping itu, keseimbangan ni-
antioksidan. Selama hari-hari pertama pemberian emulsi trogen negatif lebih tinggi 8 kali pada pasien dengan
lemak khususnya pada pasien yang mengalami stres, luka bakar, dan 3 kali lipat pada sepsis berat apabila
dianjurkan pemberian infus selambat mungkin, yaitu dibandingkan dengan individu normal. Data ini dengan
untuk pemberian emulsi Long Chain Triglyseride (LCT) jelas mengindikasikan pertimbangan kondisi penyakit
kurang dari 0,1 gram/kgbb/jam dan emulsi campuran ketika mencoba untuk mengembalikan keseimbangan
dimonitor dan kecepatan infus selalu disesuaikan den- Pasien sakit kritis membutuhkan vitamin-vitamin
15
gan hasil pengukuran. A, E, K, B1 (tiamin), B3 (niasin), B6 (piridoksin), vita-
Protein (Asam-Asam Amino) min C, asam pantotenat dan asam folat yang lebih banyak
Recommended Dietary Allowance (RDA) untuk dibandingkan kebutuhan normal sehari-harinya. Khusus
protein adalah 0,8 g/kgbb/hari atau kurang lebih 10% tiamin, asam folat dan vitamin K mudah terjadi defisiensi
dari total kebutuhan kalori. Para ahli merekomendasikan pada TPN. Dialisis ginjal bisa menyebabkan kehilangan
pemberian 150 kkal untuk setiap gram nitrogen (6,25 vitamin-vitamin yang larut dalam air. Selain defisiensi
gram protein setara dengan 1 gram nitrogen). Kebutuhan besi yang sering terjadi pada pasien sakit kritis dapat
ini didasarkan pada kebutuhan minimal yang dibutuhkan juga terjadi defisiensi selenium, zinc, mangan dan
6
untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen. Dalam copper.
kgbb/hari. Ini sebanding dengan 1 – 1,25 gram protein/ Nutrisi tambahan adalah beberapa komponen
kgbb/hari. Beratnya gradasi hiperkatabolik yang dialami sebagai tambahan pada larutan nutrisi untuk memodulasi
pasien seperti luka bakar luas, dapat diberikan nitrogen respon metabolik dan sistim imun, walaupun
6
sampai dengan 0,3 gram/kgbb/hari. Kepustakaan lain signifikansinya belum bisa disimpulkan. Komponen
menyebutkan rata-rata kebutuhan protein pada dewasa tersebut termasuk growth hormone, glutamine,branched-
Namun perlu di waspadai khususnya L-arginine yang dianjurkan daripada oral, kecuali pada keadaan fraktur
sering disebut sebagai immune-enhancing diets, dapat basis cranii dimana bisa terjadi resiko penetrasi ke
memperburuk sepsis, karena L - a rg i n i n e akan intrakranial. Pipa naso jejunal dapat digunakan jika
meningkatkan NO yang dapat meningkatkan reaksi terjadi kelainan pengosongan lambung yang menetap
inflamasi, vasodilatasi, gangguan motilitas usus dan dengan pemberian obat prokinetik atau pada pankreatitis.
gangguan integritas mukosa, serta gangguan Alternatif lain untuk akses nutrisi enteral jangka panjang
6
respirasi.
6,13,15
Heyland DK dkk.
4
menyimpulkan bahwa adalah dengan gastrostomi dan jejunum perkutaneus.
imunonutrisi dapat menurunkan komplikasi infeksi, tapi Larutan nutrisi enteral yang tersedia dipasaran memiliki
tidak berhubungan dengan mortalitas secara umum. komposisi yang bervariasi. Nutrisi polimer mengandung
RUTE PEMBERIAN NUTRISI: ENTERAL ATAU dan kasein), karbohidrat dalam bentuk oligosakarida atau
Di Inggris sejak 15 tahun terakhir, penggunaan nitrogen (asam amino maupun peptida) tidaklah men-
nutrisi parenteral sudah mulai dikurangi. Hal ini guntungkan bila digunakan secara rutin, namun dapat
didasarkan pada kenyataan bahwa terjadi perubahan membantu bila absorbsi usus halus terganggu, contohnya
sistim imun dan gangguan pada usus lewat jalur GALT pada insufisiensi pankreas atau setelah kelaparan dalam
(Gut Associated Lymfatic System), yang merupakan jangka panjang. Lipid biasanya berasal dari minyak
stimulasi proinflamasi selama kelaparan usus. Abnorma- nabati yang mengandung banyak trigliserida rantai
litas sekunder lainnya adalah perubahan permeabilitas panjang, tapi juga berisi trigliserida rantai sedang yang
atau bahkan translokasi kuman. Kegagalan pertahanan lebih mudah diserap. Proporsi kalori dari non protein
imun dihubungkan dengan kurangnya nutrisi enteral atau seperti karbohidrat biasanya dua pertiga dari total
6
luminal.
2,13,15
Idealnya rute pemberian nutrisi adalah yang kebutuhan kalori. Serat diberikan untuk menurunkan
mampu menyalurkan nutrisi dengan morbiditas mini- insiden diare. Serat dimetabolisme oleh bakteri menjadi
mal. Masing-masing rute mempunyai keuntungan dan asam lemak rantai pendek, yang digunakan oleh koloni
kerugian tersendiri (tabel 2 dan 3), dan pemilihan harus untuk pengambilan air dan elektrolit. Elektrolit, vita-
6
Meskipun rute pemberian nutrisi secara enteral selalu mengandung 2000 kkal. Nutrisi enteral adalah faktor
lebih dipilih dibandingkan parenteral, namun nutrisi resiko independen pneumonia nosokomial yang
enteral tidak selalu tersedia, dan untuk kasus tertentu berhubungan dengan ventilasi mekanik. Cara pemberian
kurang dapat diandalkan atau kurang aman. Nutrisi pa- sedini mungkin dan benar nutrisi enteral akan
renteral mungkin lebih efektif pada kasus-kasus tertentu, menurunkan kejadian pneumonia, sebab bila nutrisi
asal diberikan dengan cara yang benar. Dalam perawatan enteral yang diberikan secara dini akan membantu
terhadap penderita sakit kritis, nutrisi enteral selalu memelihara epitel pencernaan, mencegah translokasi
menjadi pilihan pertama dan nutrisi parenteral menjadi kuman, mencegah peningkatan distensi gaster, kolonisasi
6,22
alternatif berikutnya.
2,13
kuman, dan regurgitasi. Posisi pasien setengah duduk
22
dapat mengurangi resiko regurgitasi aspirasi. Diare
enteral, penyebabnya multifaktorial, termasuk terapi total (TPN/Total Parenteral Nutrition) melalui vena
antibiotik, infeksi Clostridium difficile, impaksi feses, sentral adalah infeksi. Hal-hal yang harus diperhatikan
6
dan efek tidak spesifik akibat penyakit kritis. Komplikasi adalah:
metabolik paling sering berupa abnormalitas elektrolit 1. Insersi subklavia: infeksi lebih jarang dibanding
dan hiperglikemia.
6
jugular interna dan femoral.
Fisiologis Membutuhkan waktu 4. Teknik yang steril akan mengurangi resiko infeksi.
menurunkan sepsis.
3
pertahanan usus obstruksi intestinal Tabel 3. Nutrisi parenteral
dari cedera iskemik enterokutaneus, diare Dapat meningkatkan Morbiditas septik yang
asupan enteral tidak dapat dipenuhi dengan baik. Sedikit kontraindikasi Translokasi
beralih ke nutrisi enteral secepat mungkin. Pada pasien KAPAN SEBAIKNYA MEMULAI TERAPI
biokimia dan klinis harus dilakukan secara ketat. Hal Pada pasien sakit kritis yang menderita kurang
atau parenteral, maka nutrisi harus dimulai sedini kecuali pasien mengalami malnutisi berat.
hemodinamik pasien menjadi stabil, yang telah Nutrisi pada Pasien Sepsis
ditunjukkan dengan penurunan permeabilitas intestinal Pada pasien sepsis, Total Energy Expenditure
dan penurunan disfungsi organ multipel. Pada praktek TEE)pada minggu pertama kurang lebih 25 kcal/kg/
(
klinis, pemberian makanan enteral dini dimulai dalam hari, tetapi pada minggu kedua TEE akan meningkat
23 24
24 hingga 48 jam setelah trauma. Moore dkk. secara signifikan. Kalorimetri indirek merupakan cara
mengamati adanya penurunan pada komplikasi klinis terbaik untuk menghitung kebutuhan kalori, proporsi
pasien dengan cedera abdomen yang menerima makanan serta kuantitas zat nutrisi yang digunakan. Pemberian
melalui NGT dibandingkan grup kontrol yang menerima glukosa sebagai sumber energi utama dapat mencapai 4
TPN yang dimulai pada hari ke-6 setelah operasi. Peneliti – 5 mg/kg/menit dan memenuhi 50 – 60% dari kebutuhan
yang lain juga mengkonfirmasikan hasil yang sama yang kalori total atau 60 – 70% dari kalori non protein.
mendukung keuntungan pemberian nutrisi secara dini. Pemberian glukosa yang berlebihan dapat
Tinjauan literatur baru-baru ini menemukan bahwa TPN mengakibatkan hipertrigliseridemia, hiperglikemia, di-
yang diberikan pada penderita kurang gizi pada periode uresis osmotik, dehidrasi, peningkatan produksi CO2
preoperatif akan menurunkan komplikasi post operasi yang dapat memperburuk insufisiensi pernafasan dan
hampir 10%. Namun jika diberikan ketika periode post ketergantungan terhadap ventilator, steatosis hepatis, dan
operasi, maka resiko komplikasi post operasi, terutama kolestasis. Pemberian lemak sebaiknya memenuhi 25 –
24
komplikasi infeksi akan meningkat. 30% dari kebutuhan total kalori dan 30 – 40% dari kalori
NUTRISI PADA BERBAGAI KONDISI DAN disfungsi neutrofil dan limfosit, menghalangi sistem
Pasien trauma cenderung mengalami malnutrisi dan meningkatkan sintesis PGE2. Dalam keadaan
protein akut karena hipermetabolisme yang persisten, katabolik, protein otot dan viseral dipergunakan sebagai
yang mana akan menekan respon imun dan peningkatan energi di dalam otot dan untuk glukoneogenesis hepatik
terjadinya kegagalan multi o rg a n (MOF) yang (alanin dan glutamin). Kebutuhan protein melebihi
berhubungan dengan infeksi nosokomial. Pemberian kebutuhan protein normal yaitu 1,2 g/kg/protein/hari.
substrat tambahan dari luar lebih awal akan dapat Kuantitas protein sebaiknya memenuhi 15 – 20% dari
memenuhi kebutuhan akibat peningkatan kebutuhan kebutuhan kalori total dengan rasio kalori non protein/
15,25
metabolik yang dapat mencegah atau memperlambat nitrogen adalah 80:1 sampai dengan 110:1.
Nutrisi enteral total (TEN/Total Enteral Nutrition) lebih Nutrisi pada Penyakit Ginjal Akut (Acute Renal Failure)
dipilih dari pada TPN karena alasan keamanan, murah, ARF secara umum tidak berhubungan dengan
fisiologis dan tidak membuat hiperglisemia. Intoleransi peningkatan kebutuhan energi. Meski demikian kondisi
TEN dapat terjadi, yaitu muntah, distensi atau cramp- traumatik akut yang menetap dapat meningkatkan REE
ing abdomen, diare, keluarnya makanan dari selang naso (misalnya pada sepsis meningkat hingga 30%). Adanya
sulin menyebabkan uremia akut, asidosis atau Pada penyakit hati terjadi peningkatan lipolisis,
peningkatan glukoneogenesis. Pada pasien ARF sehingga lipid harus diberikan dengan hati-hati untuk
membutuhkan perhatian yang hati-hati terhadap kadar mencegah hipertrigliseridemia, yaitu tidak lebih dari 1
glukosa darah dan penggunaan insulin dimungkinkan g/kg perhari. Pembatasan protein diperlukan pada
dalam larutan glukosa untuk mencapai kadar euglikemik. ensefalopati hepatik kronis, mulai dari 0,5 g/kg perhari,
Pemberian lipid harus dibatasi hingga 20 – 25% dari dosis ini dapat ditingkatkan dengan hati-hati menuju ke
energi total. Meski demikian lipid sangatlah penting arah pemberian normal. Ensefalopati hepatik
karena osmolaritasnya yang rendah, sebagai sumber menyebabkan hilangnya Branched Chain Amino Acids
energi, produksi CO2 yang rendah dan asam lemak (BCAAs) mengakibatkan peningkatan pengambilan asam
essensial. Protein atau asamamino diberikan 1,0 – 1,5 amino aromatik serebral, yang dapat menghambat neuro-
g/kg/hari tergantung dari beratnya penyakit, dan dapat transmiter. Pada pasien dengan intoleransi protein,
diberikan lebih tinggi (1,5 – 2,5 g/kg/hari) pada pasien pemberian nutrisi yang diperkaya dengan BCAAs dapat
ARF yang lebih berat dan mendapat terapi menggunakan meningkatkan pemberian protein tanpa memperburuk
CVVH, CVVHD, CVVHDF, yang memiliki klirens urea ensefalopati yang sudah ada. Kegagalan fungsi hati
Nutrisi pada Pankreatitis Akut glukosa. Lipid dapat diberikan, karena masih dapat
6
Nutrisi enteral dapat diberikan, namun ada ditoleransi dengan baik.
pemeliharaan nutrisi. Mortalitas dilaporkan menurun Kebutuhan nutrisi pada pasien sakit kritis tergan-
seiring dengan peningkatan status nutrisi, terutama pada tung dari tingkat keparahan cedera atau penyakitnya, dan
pasien-pasien pankreatitis akut derajat sedang dan berat. status nutrisi sebelumnya. Pasien sakit kritis memperlihatkan
Pada pasien dengan penyakit berat pemberian nutrisi respon metabolik yang khas terhadap kondisi sakitnya. Pada
isokalorik maupun hiperkalorik dapat mencegah sakit kritis terjadi pelepasan mediator inflamasi (misalnya
katabolisme protein. Oleh karena itu, pemberian energi IL-1, IL-6, dan TNF) dan peningkatan produksi “counter
hipokalorik sebesar 15 – 20 kkal/kg/hari lebih sesuai regulatory hormone” (misalnya katekolamin, kortisol,
pada keadaan katabolik awal pada pasien-pasien non glukagon, GH), yang dapat menyebabkan serangkaian pro-
bedah dengan MOF. Pemberian protein sebesar 1,2 – ses yang mempengaruhi seluruh sistem tubuh dan
1,5 g/kg/hari optimal untuk sebagian besar pasien menimbulkan efek yang jelas pada status metabolik dan
diberikan apabila nyeri sudah teratasi dan enzim pan- Penilaian secara objektif status nutrisi pasien di ICU
kreas telah kembali normal. Pasien awalnya diberikan adalah sulit, karena proses dari penyakit mengacaukan
diet karbohidrat dan protein dalam jumlah kecil, metode penilaian yang kita gunakan. Status nutrisi adalah
kemudian kalorinya ditingkatkan perlahan dan diberikan fenomena multi dimensional yang memerlukan beberapa
total kalori mungkin dapat merugikan karena 7. Mechanick JL, Brett EM. Nutrition support of the
menyebabkan hiperglisemia, steatosis dan peningkatan chronically ill patient. Crit Care Clin 2002;18:597-
hati, sistem imun, sistem otot dan otot-otot pernapasan, 9. Clochesy JM et al. Use of serum albumin level in
dan memodifikasi perubahan metabolik dan fungsi studying clinical. Outcomes Manag Nurs Pract
DAFTAR RUJUKAN
bumin. Hepatology 1988;8:385-401.
1. Barr J et al. Outcomes in critically ill patients be- nesium in critical ill patients? New Horiz
2004;125:1446-57.
stimultaneous measurement of ionized and total
2. Griffiths RD, Bongers T. Nutrition support for pa- calcium and ionized and total magnesium in inten-
tients in the intensive care unit. Diunduh dari http:/ sive care unit patients. J Crit Care 2002;17:203-5.
2008. th
In: Fink MP, editor. Texbook of critical care. 5 ed.
16. Escallon J et al. Body composition in health and didapat di rumah sakit. Cermin Dunia Kedokteran
50.
tiple organ failure after multiple organ injury. In-
17. Forbes GB et al. Deliberate overfeeding in women tensive Care Medicine 1999;25:157-61.
18. Makk LJ et al. Clinical aplication of the metabolic future research directions. JPEN J Parenteral En-
card in the delivery of total parenteral nutrition. Crit teral Nutr 1997;21:133-56.
19. Burke JF et al. Glukose requirements following burn metabolic responses to standardized total parenteral
injury. Ann Surg 1979;190:274-85. nutrition of septic and nonspesific critically ill pa-