Tutup mata kita. Tutup pikiran kita dari carut- marut kehidupan. Mari berpikir takjim sejenak. Bayangkan saat ini ada satu malaikat bersayap indah datang kepada kita, lantas lembut berkata: Aku memberikan kau kesempatan hebat. Lima kesempatan untuk bertanya tentang rahasia kehidupan, dan aku akan menjawabnya langsung sekarang. Lima Pertanyaan. Lima jawaban. Apakah pertanyaan pertamamu? Maka apakah kita akan bertanya: Apakah cinta itu? Apakah hidup ini adil? Apakah kaya adalah segalanya? Apakah kita memilki pilihan dalam hidup? Apakah makna kehilangan? Ray (tokoh utama dalam kisah ini), ternyata memiliki kecamuk pertanyaan sendiri. Lima pertanyaan sebelum akhirnya dia mengerti makna hidup dan kehidupannya. Siapkan energi Anda untuk memasuki dunia Fantasi Tere-Liye tentang perjalanan hidup. Di sini hanya ada satu rumus: semua urusan adalah sederhana. Maka mulailah membaca dengan menghela nafas lega
"Jangan mau jadi kritikus buku, tapi TIDAK pernah menulis buku."
"1000 komentar yang kita buat di dunia maya, tidak akan membuat kita naik pangkat menjadi penulis buku. Mulailah menulis buku, jangan habiskan waktu jadi komentator, mulailah jadi pelaku."
Khas-nya Tere Liye, membuat cerita yang bisa jadi bahan perenungan bagi pembacanya..
Berikut kutipan dari novel ini yang paling berkesan:
Bayangkanlah sebuah kolam luas, Kolam itu tenang, saking tenangnya terlihat bak kaca.
Tiba-tiba hujan deras turun.. Bayangkan, ada berjuta bulir air hujan yang jatuh di atas air kolam, membuat riak.. Jutaan rintik air yang terus-menerus berdatangan, membentuk riak, kecil-kecil memenuhi seluruh permukaan kolam…
Begitulah kehidupan ini, bagai sebuah kolam raksasa. Dan manusia bagai air hujan yang berdatangan terus-menerus, membuat riak.. Riak itu adalah gambaran kehidupannya.
Siapa yang peduli dengan sebuah bulir air hujan yang jatuh ke kolam, menit sekian, detik sekian? Ada jutaan bulir air hujan lain, bahkan dalam sekejap riak yang ditimbulkan tetes hujan barusan sudah hilang, terlupakan, tak tercatat dalam sejarah...
Siapa yang peduli dengan anak manusia yang lahir tahun sekian, bulan sekian, tanggal sekian, jam sekian, menit sekian, detik sekian? Ada miliaran manusia, dan bahkan dalam sekejap, nama, wajah, dan apalah darinya segera lenyap dari muka bumi! Ada seribu kelahiran dalam setiap detik, siapa yang peduli? Itu jika engkau memandang kehidupan dari sisi yang amat negatif..
Kalau engkau memahaminya dari sisi positif, maka kau akan mengerti ada yang peduli atas bermiliar-miliar bulir air yang membuat riak tersebut, Peduli atas riak-riak yang kau timbulkan di atas kolam, sekecil atau sekejap apapun riak itu..
Dan saat kau menyadari ada yang peduli, maka kau akan selalu memikirkan dengan baik semua keputusan yang akan kau ambil.. Sekecil apapun itu, setiap perbuatan kita memiliki sebab-akibat..
Siklus sebab-akibat itu sudah ditentukan.. Tak ada yang bisa mengubahnya, kecuali satu! Yaitu Kebaikan.. Kebaikan bisa mengubah takdir.. Nanti engkau akan mengerti, betapa banyak kebaikan yang kau lakukan tanpa sengaja telah merubah siklus sebab-akibat milikmu.. Apalagi kebaikan-kebaikan yang memang dilakukan dengan sengaja..
Seseorang yang memahami siklus sebab-akibat itu, Seseorang yang tahu bahwa kebaikan bisa mengubah siklusnya, Maka dia akan selalu mengisi kehidupannya dengan perbuatan baik.. Mungkin semua apa yang dilakukannya terlihat sia-sia, Mungkin apa yang dilakukannya terlihat tidak ada harganya bagi orang lain, Tapi dia tetap mengisi sebaik mungkin...
Saya memulakan pembacaan dengan membaca Bismillah. Sungguh saya membeli buku ini tanpa sedikit pun membaca review yang terkumpul sedemikian banyak di Goodreads. Tere Liye sudah masuk antara senarai penulis yang wajib saya beli dan miliki bukunya. Setiap tulisannya mengandungi kejutan yang tidak mungkin sesekali dijangka. Tidak banyak buku yang saya beri rating 5 bintang tetapi buku ini semestinya!
Penceritaan bermula dengan kisah Rehan, seorang anak yatim yang merenung langit senja dan berguguran air matanya. Kemudian bersambung dengan pengkisahan Ray yang meniti usia senja, dan dimasukkan ke dalam hospital berulangkali. Ketika Ray bergolak di ambang maut, Ray didatangi seorang lelaki tua yang memberi Ray peluang bertanya 5 soalan. Terlampau banyak soalan yang timbul di dalam diri Ray, pergolakan jiwa, soalan-soalan yang wujud seperti merasakan Tuhan itu tidak adil sama sekali ke atas dirinya. Soalan-soalan Ray dijawab berkisarkan pada perjalanan hidup Ray, yang dianggap agak buruk, jijik, tidak membahagiakan.
Benar membaca buku ini pada awalannya, saya terasa sedikit bosan, Ya, mungkin cerita ini ibarat seakan-akan '5 people You Meet in Heaven' tulisan Mitch Albom. Barangkali mungkin kerana saya merasakan permulaan kisah Ray sebagai anak yatim adalah cerita biasa-biasa, tidak ada yang luar biasa. Namun, di setiap cliche/cliff hanger, kenapa terjadinya sesuatu, persoalan Ray makin terjawab satu persatu.
Watak lelaki tua yang menemani Ray melihat kembali perjalanan hidupnya memberikan jawapan kepada persoalan Ray selama ini, antaranya, mengapakah Ray ditempatkan di rumah anak yatim yang kira bagi dirinya agak malang, kenapa Tuhan meragut saat kebahagiaanya, kenapa orang lain sanggup bergadai nyawa untuknya? Dan persoalan Rehan, anak yatim yang timbul di awal kisah, terjawab di penghujung jalan cerita.
Novel ini menyuntik semangat dan perasaan, tiada apa yang berlaku itu semuanya dengan kebetulan. Setisp dari kita sudah ditulis sejak dari azali apa yang akan berlaku. Tiada musibah/ujian yang terjadi kerana semuanya dengan izin Allah. Tulisan Tere Liye tidak pernah mengecewakan saya. Ibarat nafas segar, dikelilingi lambakan novel di pasaran, novel kali ini, menyebabkan saya semakin percaya Allah itu Maha Adil.
Sukar untuk tidak tersentuh perasaan setelah membacanya. Air mata saya gugur akhirnya...
Aduh! Tidak sanggup saya membaca buku ini. Terseksa jiwa. Saya bukan boleh membaca cerita-cerita tentang anak jalanan yang merempat serta anak yatim piatu yang tidak mendapat pendidikan. Sudahlah itu, ditambah pula dengan penganiayaan yang berlaku ke atas mereka. Tidak-putus-putus kesusahan yang menimpa dari masa ke semasa. Akhirnya kehidupan mereka hanya dipayungi dengan putus asa dan kecewa dalam kehidupan sahaja. Terus terang saya katakan, saya tidak akan membaca buku-buku sebegini kerana saya tidak suka cerita-cerita yang berkisar tentang kesedihan terutama yang melibatkan kanak-kanak. Penat saya beremosi dalam setiap pembacaan.
Tetapi ini terkecuali untuk karya-karya Tere Liye kerana saya suka gagasan pemikiran dalam setiap tulisannya iaitu memandang kehidupan dengan sederhana, berbaik sangka dengan Tuhan dan bersyukur pada setiap nikmatNya. Jikalau anda pembaca karya beliau, anda akan perasan 3 elemen yang saya nyatakan tadi pasti ada dalam setiap karyanya.
Beliau sendiri berpesan sebegini pada ruang biografinya, "Jika kalian menyukai buku-buku Tere Liye melalui gagasan ceritanya, bantulah dia menyebarkan pemahaman bahawa hidup ini sungguh sederhana. Bekerja keras, namun slalu merasa cukup, mencintai berbuat baik dan berbagi, sentiasa bersyukur dan berterima kasih. Maka Tere Liye percaya, sejatinya kita sudah menggengam kebahagiaan hidup ini".
Buku ini hampir saja menerima nasib yang sama dengan Laskar Pelangi. Laskar Pelangi itu saya tamatkan pembacaan setelah saya tidak boleh bertahan lagi cerita tentang Lintang. Sampai sekarang, saya tidak pernah khatam-khatam buku tersebut. Tetapi, oleh kerana saya mahu mengetahui jawapan-jawapan 5 pertanyaan Ray kepada Allah, maka saya tabahkan juga hati untuk meneruskan pembacaan Rembulan Tenggelam di Wajahmu.
Jikalau anda lihat di muka belakang, anda akan boleh membaca sinopsis novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu. Indah sekali kalimat-kalimat itu.
"Tutup mata kita. Tutup pikiran kita dari carut marut kehidupan. Mari berpikir takjim sejenak. Bayangkan saat ini ada satu malaikat bersayap indah datang kepada kita lembut berkata. "Aku memberikan kau kesempatan hebat. 5 kesempatan untuk bertanya tentang rahasia kehidupan dan aku akan menjawabnya langsung sekarang. 5 pertanyaan. 5 jawaban. Apakah pertanyaan pertamamu?" --- Di sini ada satu rumus. Semua urusan adalah sederhana. Maka mulailah membaca dengan menghela nafas yang lega".
Sebelum anda melanjutkan pembacaan, pada halaman pertama (jikalau tidak silap) anda akan dialu-alukan dengan kenyataan ini :
"Puteri, sekarang Jakarta gerimis. Cepat sekali berubah. Kayak hati. Semoga pengertian, mau saling mengalah, saling menghargai, saling menjaga, komunikasi yang baik dan tentu saja yang paling penting pemahaman agama yang baik menyertai rasa sayang. Biar abadi sayangnya. Tidak seperti cuaca".
Saya tidak menangis sepanjang menguliti kisah kehidupan Ray di dalam Rembulan Tenggelam di Wajahmu. Saya cuba bertahan sekuat mungkin. Tetapi akhirnya saya menangis juga setelah lengkapnya 5 jawapan kepada pertanyaan-pertanyaan Ray dalam seluruh kehidupannya. Ya, saya menangis kerana 5 jawapan-jawapan itu.
Betapa besar kasih sayang Tuhan. Betapa, dalam setiap kehidupan kita tiada yang sia-sia walau setiap yang kita lalui dalam seumur hidup adalah seksa, seksa dan seksa. Seringkali kita bertanya kenapa kita harus melalui semua kesusahan hidup ini. Kenapa kita yang terpilih. Kenapa kita tidak pernah memiliki kesempatan untuk memilih kehidupan yang lebih baik ketika dilahirkan.
Kita selalu sahaja terlupa yang setiap urusan makhluk-makhluk Tuhan itu sudah disusun kemas oleh Tuhannya. Jikalau urusan-urusan makhluk kecil lain seperti hujan, bumi, bintang, serigala, sayur kangkung, bunga matahari dan lain-lain sudah diatur kehidupan mereka, inikan pula kita manusia. Sebaik-baik ciptaan. Manusia adalah makhluk paling mulia sehingga malaikat juga diperintahkan sujud kepada kita. Segala makhluk lain diperintahkan bekerja untuk kita. Tidak mungkin Tuhan terlepas pandang sehingga memberikan khabar-khabar buruk sahaja dalam setiap perjalanan kehidupan ini.
Kita sebenarnya sangat jahil untuk memahami yang kehidupan ini mematuhi konsep sebab dan akibat. Garis kehidupan kita saling berkait dengan garis kehidupan orang lain. Mungkin garis kehidupan kita menjadi penyebab kepada orang lain untuk kembali kepada Tuhan. Kita perlu yakin sungguh-sungguh yang setiap orang sentiasa memperoleh kesempatan untuk kembali kebenaran. Oleh kerana itu, kita harus sentiasa berbuat kebaikan agar berakibat baik juga kepada orang lain.
Ray tidak faham konsep kehidupan ini. Dia tidak faham banyak perkara-perkara kecil tetapi berakibat besar kepada orang lain. Dia masih terus dengan sikap kurang sabarnya. Masih terus berpegang yang kejahatan harus dibalas dengan kejahatan. Akibatnya, lukisan Ilham dikoyakkan penjahat. Dia gagal memasuki pameran lukisan. Hancur cita-citanya yang mahu menjadi pelukis terkenal. Natan kehilangan suara merdunya kerana dibelasah penjahat. Punah harapannya mahu menjadi penyanyi. Satu langkah lagi. Akhirnya semua musnah. Ray rasa bersalah. Dia melarikan diri dari rumah singgah itu. Rumah yang memberinya kebahagiaan. Penghuni yang sudah dianggap sebagai keluarganya dan dia pernah berjanji di dalam hati, jikalau ada sesiapa yang mengacau mereka, dia sendiri akan membalas pengacau itu.
Tetapi, Ray tidak faham semua garis-garis kehidupan itu. Dia tidak mahu melihat hikmah pada setiap kejadian. Dia tidak faham yang garis kehidupannya menyebabkan penjaga panti asuhan yang jahat itu bertaubat. Dia tidak faham penjaga yang makan duit anak yatim dan dibenci seumur hidup itulah yang mendermakan organ untuk dirinya. Dia tidak faham yang dengan garis kehidupannya itulah yang menyebabkan banyak orang di sekelilingnya berjaya di kemudian hari dan menemui kebahagiaan hakiki. Ilham berjaya menjadi pelukis. Natan menjadi komposer terkenal.
Ya, terus menerus Ray masih tidak mahu memahami. Dia masih terus mempersoalkan keadilan Tuhan. Kenapa orang jahat selalu terbela dan bahagia. Jikalau sedemikian, apa salahnya jikalau dia juga menjadi orang jahat. Ray lupa yang jawapan kepada persoalan kepada keadilan Allah terlalu banyak kerana keadilan Allah itu sendiri tidak terhitung banyaknya . Allah menterjemahkannya dengan pelbagai bentuk dan tidak semua bentuk-bentuk keadilan itu dikenali. Oleh kerana masih tidak mengenalinya, maka janganlah kita berani mempersoalkan keadilan Allah. Fahamilah semua ini dengan pemahaman yang cukup sederhana iaitu berprasangka baiklah selalu, berharap sedikit dengan memberi banyak.
Satu-satunya garis kehidupan Ray yang bahagia ialah dalam tempoh 6 tahun bersama isterinya yang dicintai. Si Gigi Kelinci, begitulah gelaran yang diberi Ray kepada isterinya. Ray pula gelarannya ialah Si Penceroboh. Aneh sekali hubungan mereka sebelum perkahwinan. Jarang berkata-kata dan hanya di sekitar puding pisang. Penceritaan tempoh 6 tahun inilah sahaja cerita bahagia di dalam novel ini dan saya tidak sedih-sedih sepanjang membaca. Kelakar.
Si Gigi Kelinci selalu berkata kepada Ray, "Bagiku kau ikhlas dengan semua yang kulakukan untukmu. Ridha atas perlakuanku padamu. Itu sudah cukup". Tetapi akhirnya Allah menarik kebahagiaan itu. Si Gigi Kelinci meninggal ketika melahirkan anak mereka berdua. Musnah seluruh kehidupan Ray. Hampa. Kosong. Tuhan mengujinya lagi. Kenapa Tuhan sanggup membuatnya sebegini. Kenapa Tuhan tidak pernah mengizinkan dia menikmati kebahagiaan berterusan.
Hari berlalu dan berlalu. Ray masih lagi dengan dirinya. Jiwanya masih kosong walau dia memiliki segalanya. Dia tidak gembira. Sangat hampa dengan kehidupan yang melelahkan. Kenapa Tuhan? Kenapa harus berterusan diuji sebegini.
Akhirnya, sebelum kematian, Allah menjawab 5 pertanyaan-pertanyaan itu melalui perantaraan mimpi ketika dia koma dan novel ini mengisahkan seluruh "flash back" perjalanan kehidupan Ray bermula kehidupan ibu ayah yang tidak pernah dikenalinya, kehidupan di panti asuhan yang bagaikan neraka, kehidupan di rumah singgah, kehidupan dia bertemu Plee, kehidupan dia cuba menghilangan bayangan Plee yang dihukum gantung kerana mahu menyelamatkan Ray sehinggga membawanya bertemu dengan Si Gigi Kelinci, kehidupan tentang empayar perniagaannya dan sehinggalah dia koma.
Kenapa dia terpilih untuk mendapat penjelasan itu?
"Ini semua kerana rembulan. Setiap kali kau memandangnya, kau slalu berterima kasih kepada Tuhan. Bila semua kehidupan ini menyakitkan, kau yakin di luar sana masih ada bagian yang menyenangkan".
Ya, setiap kali Ray menghadapi hari-hari kesulitannya, hari-hari kesedihannya, dia selalu memandang bulan. Jauh di sudut hatinya, dia sentiasa berharap kepada Tuhan walau dia tidak pernah memahami segala detik-detik hatinya itu kerana pemahaman agama yang cetek. Perasaan dan harapan yang terdetik itulah yang tidak pernah terabai oleh Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Cukup menjadi penyebab kenapa semua persoalannya terjawab agar dia juga beroleh kesempatan untuk kembali pada jalan Allah.
Segala apa yang berlaku ke atas diri kita harus dipandang dari sudut kebaikan. Begitu kata buku ini, jikalau kita memandang dari sudut yang bertentangan, pasti kita akan sangat cenderung menyalahkan Tuhan. Kita terlupa lagi yang kebaikan Tuhan terjelma dalam pelbagai bentuk samada yang kita nampak secara lahiriah itu ialah kesusahan atau kesenangan. Itulah juga penyebab kenapa kita perlu memilki tujuan hidup yang jelas. Agar, semua ujian yang diberi akan dianggap sebagai tempaan menuju tujuan tersebut. Nanti tidak akan ada lagi pertanyaan-pertanyaan kerana kita sudah yakin, setiap yang berlaku pasti untuk tujuan itu.
"Ketika kau merasa hidupmu menyakitkan dan merasa muak dengan semua penderitaan maka itu saatnya kau harus melihat ke atas, pasti ada kabar baik untukmu, janji-janji masa depan. sebaliknya ketika merasa semua kesenangan, maka saat itu lihat ke bawah, pasti ada yang lebih tidak beruntung darimu. hanya sesederhana itu. Dengan itu, pasti kau selalu bersyukur" - Rembulan Tenggelam di Wajahmu.
Buku ini menceritakan tentang perjalanan seorang yatim piatu bernama Rehan (Ray) sebelum ajal menjemputnya. Perjalanan hidup yang seakan diputar kembali untuk menjawab lima pertanyaan besar selama hidupnya...
Apa saja lima pertanyaan itu dan bagaimana perjalanan hidup Ray, semuanya ada di buku ini dan tidak ingin aku ceritakan... Setiap orang punya persepsi sendiri2 tentang pertanyaan2 yang ada dan jawaban2 yang diberikan. Aku hanya ingin mengutip beberapa kalimat untuk di-share..
"Kau selalu merasa andaikata semua kehidupan ini menyakitkan, maka diluar sana pasti masih ada sepotong bagian yang menyenangkan...Kemudian kau akan membenak, pasti ada sesuatu yang jauh lebih indah dari menatap rembulan langit..."
"Ada satu janji Tuhan. Janji Tuhan yang sungguh hebat...Yang nilainya beribu kali tak terhingga dibandingkan menatap rembulan ciptaan-Nya...Tahukah kau?Itulah janji menatap wajah-Nya..Menatap wajah Allah! Tanpa tabir, tanpa pembatas...Saat itu terjadi maka sungguh seluruh rembulan di semesta alam akan tenggelam. Sungguh seluruh pesona dunia akan layu..."
"..sejatinya pertanyaan itu tentang definisi ukuran-ukuran Ray. Apakah yang disebut kejadian menyakitkan? Apakah yang disebut dengan menyenangkan? Sejatinya pertanyaan itu tentang perbandingan..."
Ray sejak kecil hidup di Panti. Tak diketahui siapa ayah-ibunya. Selepas dari panti asuhan, ia hidup di jalan, menjadi penjudi,mencuri, berkelahi lalu oleh takdir ia mendapat keluarga di sebuah rumah singgah. Selepas hidup dari rumah singgah, ia menjadi pencuri berlian, menjadi kontraktor, jatuh cinta pada seorang gadis, menjadi pengusaha, kaya raya namun belakangan jatuh sakit sebelum akhirnya sekarat. Ia pernah jatuh cinta, pernah bahagia bersama istrinya hingga sang istri meninggal di akhir kehamilannya.
Ia sering bertanya pada penguasa hidup tentang berbagai hal yang menimpanya. Kenapa ia harus hidup 6 tahun di Panti? Kenapa hidup ini tidak adil? Kenapa istrinya meninggal secepat itu? kenapa ia harus sakit berkepanjangan di usia senjanya?
"Sejatinya pertanyaan itu tentang perbandingan...", kata makhluk yang 'ditugasi' menjawab pertanyaan Ray. Apa yang sebenarnya menyakitkan dan menyenangkan itu? Menyakitkan dan menyenangkan hanya parameter yang dibuat manusia, yang ironisnya, perbandingan-perbandingan itu kian waktu kian menyedihkan. Nilai 10 dianggap baik, kaya dianggap menyenangkan, sakit dianggap menyakitkan.Padahal Setelah semuanya terjadi, bukankah rasanya sama saja? Bukankah sama-sama akan menjadi 'kenangan'? Sama sekali tidak ada bedanya.
Hidup ini satu kebetulan. Saya pernah mendengar ungakapan ini. Sebelum ini tidaklah berfikir secara serius mengenai kata-kata itu. Tetapi membaca buku ini buat saya kagum. Penulis dapat membuat perkaitan seluruh cerita dengan watak utama.
Ceritanya menyentuh perasaan namun banyak manfaat yang dapat saya ambil. Sekali lagi Tere Liye membawa kisah kehidupan. Kali ini mengenai seorang anak yatim yang kematian ibu bapanya dalam satu kejadian kebakaran satu waktu dahulu.
Pada awalnya saya agak bosan kerana belum dapat 'menangkap' apa yang mahu diceritakan. Dimulai dengan seorang tua yang membawa Ray mencari jawapan kepada 5 persoalan utama dalam hidupnya. Kemudian, barulah ceritanya tampak menarik dan saling berkait antara satu sama lain.
Yang pasti, Allah itu Maha Adil terhadap hamba-hamba-Nya....
Sejujurnya ketika menutup buku ini, aku sedikit bingung akan menulis apa dalam review kali ini. Karena ada begitu banyak hal yang ingin aku tuliskan untuk memperlihatkan bahwa buku ini telah menawan hatiku, mengesankan jiwaku. Harus kuakui, dan mungkin ini semacam peringatan bagi yang tertarik untuk membaca, buku ini membuatku sangat lelah secara emosional. Tentu saja ini bukan hal negatif, malah sebaliknya, aku sangat menyukai tulisan-tulisan yang berhasil memutar-balikkan perasaanku secara luar biasa.
Awal membaca buku ini, aku agak bingung dengan plot yang melompat-lompat. Dimulai dari gadis yang bernama Rinai yang aku belum mengerti apa hubungannya dengan cerita ini, kemudian kondisi Rehan/Ray yang berangsur membaik dari tidur panjangnya selama enam bulan dan tiba-tiba dihadapkan dengan cerita Rehan/Ray yang sedang ada di terminal. Loh ??? iya.. memang begitu plot awal dari buku ini, tapi tak perlu bingung teruskan saja membaca.. terus.. dan terus.. nanti juga kalian yang membaca buku ini akan mengerti. Karena semua hal-hal yang membingungkan di awal buku ini akan terjawab seiring dengan bertambahnya lembaran yang telah kalian baca.
Plot buku ini, kalau boleh aku katakan adalah seperti sebuah lingkaran yang utuh dimulai dari satu titik, dan semuanya kembali berhubungan kepada titik awal. Benar-benar sebuah kisah kehidupan yang indah dan terasa sangat nyata. Aku merasa buku ini menggambarkan pahit-manis kehidupan yang sesungguhnya. Dimana manusia tidak hanya hidup untuk bersenang-senang dan hidup bahagia selamanya, tetapi juga banyak merasakan sakitnya kehilangan, melewati banyak kesulitan hidup, dan juga menghadapi takdir yang terkadang kejam.
Kalau dari segi orisinalitas ide, buku ini sebenarnya tidak menawarkan ide yang baru. Kisah seperti ini sudah terlebih dahulu dituliskan Mitch Albom pada bukunya yang berjudul The Five People You Meet in Heaven. Bahkan ada salah satu adegan antara Ray dengan si gigi kelinci di bangsal rumah sakit yang sangat mirip sekali dengan salah satu adegan Mohabbatein. Dan kalau kita cermati, khusus muslim, buku ini sebenarnya merupakan penjabaran tentang petuah-petuah agama yang sering kita dengar. Mungkin kalian pernah dengar petuah seperti ini "Apa yang terbaik menurut kita belum tentu terbaik menurut Allah swt" atau mungkin hadist ini "Janganlah engkau berprasangka, karena sebagian dari prasangka adalah dosa." atau kepercayaan kita bahwa sakit yang berkepanjangan, jika kita sabar karenanya sesungguhnya melunturkan dosa-dosa kita. Yup.. kisah dalam buku ini merangkum penjabaran dari petuah-petuah tersebut.
Tapi siapa yang peduli dengan orisinil atau tidak ide buku ini -toh memang tidak pernah ada yang orisinil di dunia ini. Bahkan pesawat saja terinspirasi dari burung- karena buku ini memang berbeda menurutku. Tere liye berusaha memberikan contoh yang real yang dekat dengan kehidupan sehari-hari, sehingga efeknya sungguh sangat membekas di hati.
Contohnya adalah dengan karakter-karakter yang muncul dalam buku ini. Mereka semua bukan orang yang istimewa atau memiliki sesuatu yang spesial dalam diri mereka. Orang-orang yang diperkenalkan dalam buku ini adalah orang-orang biasa, sebiasa orang-orang yang kita temui sehari-hari. Bahkan karakter utama dalam buku ini, Ray, pada awalnya bisa dinilai sebagai orang jahat dan hancur oleh orang luar. Tapi inilah nilai tambah dari buku ini yang semakin membuatnya begitu membekas di hati. Karena kita seperti sedang melihat tingkah laku kita dan orang-orang di sekitar kita melalui buku ini.
Tentang gaya bercerita, nama Tere Liye sudah merupakan jaminan mutu kalau kita akan dihadapkan pada sebuah karya yang bagus. Sebuah karya yang menggunakan bahasa Indonesia yang baik namun tidak terkesan kaku. Inilah salah satu poin plus dari aku untuk beliau. Beliau sudah membuktikan bahwa tidak perlu menggunakan bahasa slang semacam penggunaan kata-kata elu, gue atau umpatan-umpatan kasar untuk menciptakan suasana santai, akrab dan mengalir. Dalam hal ini, beliau sama juaranya dengan Andrea Hirata.
Oiya, saat aku melihat kover buku ini selintas mengingatkanku dengan kover buku-bukunya Paulo Coelho. Setuju gak? hehehhe. Sketsa rembulan dan pantai dan dominasi warna oranye, awalnya menggiringku berfikir bahwa ini adalah buku yang romantis tapi ternyata tidak, buku ini malah berisi pelajaran-pelajaran hidup yang menohokku berkali-kali.
Fiuh...
Rasanya sudah tak terhitung helaan nafasku ketika membaca buku ini. Sebuah buku yang luar biasa, yang menyentuh sisi terjahat setiap diri manusia. Buatku, sisi terjahat dari diri manusia adalah berprasangka buruk. Berprasangka buruk kepada siapa saja, bahkan juga kepada Tuhan. Karena dari berprasangka buruk itulah kita telah membiarkan hati yang mengambil alih, menduga-duga... Tidak puas menduga-duga, kita membiarkan hati mulai menyalahkan. Mengutuk semuanya. Kemudian tega sekali, menjadikan kesalahan orang lain sebagai pembenaran atas tingkah laku keliru kita.
Dan setelah membaca buku ini rasa-rasanya sekarang aku sudah tidak sanggup lagi berdoa kepada Tuhan seperti "I want it and it my Lord.." tapi cukup lah dengan "Just give me the best my Lord." Akhir kata, terima kasih Bang Tere, bukumu ini telah mengajarkan banyak hal padaku.
"Ketahuilah, Ray, ketika kau merasa hidupmu menyakitkan dan merasa muak dengan semua penderitaan maka itu saatnya kau harus melihat ke atas, pasti ada kabar baik untukmu, janji-janji, masa depan. Dan sebaliknya, ketika kau merasa hidupmu menyenangkan dan selalu merasa kurang dengan semua kesenangan maka itulah saatnya kau harus melihat ke bawah, pasti ada yang lebih tidak beruntung darimu. Hanya sesederhana itu. Dengan begitu, kau akan selalu pandai bersyukur."
Janganlah sekali-kali kau membandingkan kehidupanmu dengan kehidupan orang lain. Menganggap orang lebih bahagia atau kenapa hidup kita begitu nestapa. Kita tidak pernah tahu apa yang telah mereka lalui dan perjuangkan untuk mencapai kehidupan mereka yang sekarang. Karena itu, bersyukurlah dengan kehidupanmu yang sekarang.
Setiap manusia diberikan kesempatan mendapatkan penjelasan atas berbagai pertanyaan yang mengganjal hidupnya. Selalu demikian.
Sayangnya, kitalah yang kadang mengabaikan penjelasan itu, bahkan menolak penjelasan yang ada, malah sibuk mencari penjelasan lain yang lebih menyenangkan hati.
Rasa sakit yang timbul karena kejadian menyakitkan itu sementara…. Pemahaman dan penerimaan tulus dari kejadian yang menyakitkan itu-lah yang abadi.”
“Kalau semua orang berpikiran suatu hal bisa dibenarkan, bukan berarti hal tersebut otomatis menjadi bisa dibenarkan. Tetaplah yakin kalau itu sesungguhnya keliru karena kalian tahu itu memang keliru.”
“Aku baik-baik saja, ceroboh. Aku senang mendengarnya. Amat senang. Tetapi aku tidak membutuhkan itu. Rumah besar, mobil, berlian, pakaian yang indah. Bagiku kau ikhlas dengan semua yang kulakukan untukmu. Ridha atas perlakuanku padamu itu sudah cukup.”
--Tere Liye, novel "Rembulan tenggelam di wajahmu"
Jika kamu mempunyai banyak pertanyaan dalam diri mengenai hidup, merasa hidup ini tidak adil, bacalah buku ini. Pasti kau tidak akan mahu bertanya lagi. Kerana sesungguhnya, percaturan Allah sangat tepat. Walau kau rasa kenapa kenapa kenapa jadi kat aku, you’ll know the reason behind each situation later. Later and you’ll not regret the decision or anything that happened to you.
Satu buku yang membuatkan aku merenung kembali apa yang pernah terjadi dalam hidup aku, apa yang aku telah lakukan, apa yang aku memilih untuk tidak lakukan. SEGALANYA. Seringkali pertanyaan “mengapa” hinggap dalam fikiran. Namun, selepas baca buku ni, pertanyaan itu pasti bisa ditolak tepi kerana sebenarnya setiap potongan hidup kita adalah yang sebaiknya.
Pembaca bakal dibawa memasuki dunia fantasi Tere Liye tentang perjalanan mengenang masa lalu Rehan. Bagaimana Rehan diberi peluang untuk mengetahui setiap yang berlaku dalam hidupnya, perjalanan hidupnya yang tidak diketahui bagi menjawab lima pertanyaan besar yang sering ditanya dalam diri.
Jalan cerita pasti membuat pembaca membaca nashkah ini berterusan dengan teliti. Setiap bait yang ditulis bermakna. Setiap cerita berkenaan sebab-akibat kehidupan dan sebagainya. Beberapa plot twist dalam penerangan sebab-akibat hidup Ray yang membuatkan aku turut sedar bahawa hidup kita ada hubung kait antara satu sama lain. Kita bukan bersendirian di dunia ini.
Bagimu mungkin hidup tidak adil, tapi itulah perancangan Tuhan buat dirimu. Sebab-akibat yang tak kita ketahui sekarang, dan alangkah beruntungnya kita jika diberi peluang mengetahui sebab-akibat bagi setiap yang berlaku dalam hidup kita. Namun, jika kita tidak mengetahuinya sehingga ajal menjemput kita, ketahuilah bahawa mungkin Tuhan melindungi kita daripada mengetahuinya.
Satu naskhah untuk kau sedar bahawa hidup ini tidak serumit yang disangka, semuanya boleh jadi indah dalam “bingkai” kesederhanaan. Selalulah berprasangka baik. Selalulah berharap sedikit, memberi banyak. Maka kau akan siap menerima segala bentuk keadilan Tuhan.
Ini buku penulis ini yg pertama gw baca. Setelah sebelumnya banyak yg recommend Hafalan Delisa. Luar biasa.
Gaya bercerita yang mengalir. Perpindahan plot terasa begitu halus. Kisah yang membumi, meskipun agak kurang real membumi, karena Tere Liye (ada yg tau nama aslinya ?, cowok), tidak mengidentifikasi lokasi secara jelas.
Berkisah tentang Ray. D/H Reihan. Seorang yang beruntung oleh Sang Penguasa Alam Semesta diberi kesadaran tentang pertanyaan-pertanyaan yang selama ini membebani jalan hidupnya. Ah.. (again, luar biasa). Proses penyadaran yang membukakan mata. Betapa hidup sesungguhnya adalah jalinan yang saling berkelindan, antara satu individu dan individu yang lainnya.
Menyadarkan, bahwa tidak ada satu pun yang diciptakan oleh Tuhan di dunia ini tanpa maksud. Kalau selama ini kita -maaf, lebih tepatnya saya- belum sadar akan kata-kata ini, jelas karena saya yang terlalu malas untuk merenung. Meski berulang-ulang kalimat ini telah saya baca, saya dengar, saya pikirkan.
Thanks buat Tere Liye. Great story. Great way in story telling. I like it. Siap merambah ke buku-buku dia yg lain..
Pesan sponsor, kalo mau difilmin.. kabarin ya.. kali aja ada kesempatan ikut casting.. ;-)
Waktu suami pulang ke Indo, saya minta oleh2 buku Tere Liye..iyah...bagi saya bukunya sudah seperti kacang Bali, teh Tong Tji atau emping manis Ny Shiok..makanan yg saya rindukan di rantau dan tidak bisa didapat cuma di Indonesia.
Buku ini begitu saya baca, langsung..hmm..ini kan Christmas Carol-nya Charles Dickens? Kok gak orisinil? Percis kejadiannya di malam takbiran sementara Christmas Carol di Christmas Eve. Percis org kaya yg mau mati dibawa melihat kehidupan yg lama oleh malaikan dan bertobat.
Tapi setelah saya baca lagi..oh..ini dikawinkan dengan White Tiger-nya Aranvind Adiga, ada kemarahan yang mentah, ada rise to glory, plus percis banget sama tokoh utama White Tiger yg suka memandang bulan. Raw Anger ini dikawinkan dengan flashback plot Christmas Carol..jadi ya boleh dihitung orisinil lah..seperti fusion food.
Yang saya suka dari karya ini adalah 1) kekayaan deskripsi ada bagian2 yg bisa membuat saya merasa seperti sedang nonton film di depan mata.
Adegan Rinai menangis di hal 5: Rinai hanya tahu ia mau menangis. Hatinya sedih. Teramat sedih malah. Maka matanya pelan membasah. Memeluk boneka beruang madunya lebih erat. Angin semilir yang lembut justru menikam perasaan. Sendiri. Sepi. Setelah sekian lama menanti jawaban, Rinai perlahan menunduk (snip). Satu bulir air akhirnya merekah, menggelayut di pelupuk mata Rinai. Pelan kristal air itu bergulir menggelinding. Membentuk parit di pipi. Membentuk gurat kemilau di lesung. Tetes air itu terdiam sejenak di dagu. Menumpuk. Membesar. Kemudian dalam gerakan lambat yang pilu, terlepaskan. P-e-r-l-a-h-a-n.
Ya ampppuuuuunnnn....ada berapa penulis di dunia yang bisa menggambarkan air mata jatuh begitu panjangnya, begitu indahnya? Kita semua pernah lihat bagaimana air mata jatuh dan bagaimana momen itu indah dan begitu singkat. Tapi Tere Liye sanggup memperpanjang momen keindahan, yg mestinya hanya terjadi 1-2 detik itu jadi 1 halaman!!(termasuk yg saya snip). Saya rasa dia sudah memenuhi kewajibannya sebagai penulis, mengajak pembaca menghargai dan mengabadikan momen2 singkat dalam hidup yg biasanya terlewat begitu saja. To halt and appreciate. Seolah adegan air mata jatuh itu difoto dan dibingkai kemudian dipajang di ruang tamu oleh Tere Liye.
Adegan wkt si malaikat ikut naik kereta di atas.Hal 145: Wuss...kereta melaju kencang. Memedihkan mata. Pasien berumur enam puluh tahun itu untuk kesekian kalinya gelagapan. Lagi-lagi hampir jatuh dari ketinggian. Tangannya sibuk mencari pegangan. Orang dengan wajah menyenangkan yg duduk di sebelahnya membantu. Memberikan Lengan. "Bukan main. Cepat. Dan ternyata mengasyikkan! Astaga, ini hebat, Ray!" Orang dengan wajah menyenangkan tertawa lebar. Jubahnya berkibar. Matanya memicing. Mukanya kebas oleh terpaan angin. (snip) "APA YANG KAU TANYAKAN, TADI?" Orang dengan wajah menyenangkan menoleh. Sedikit berteriak. Suara gemeletuk kereta memekakkan. Muka orang itu terlihat riang sekali. Benar-benar bak turis sedang plesir, menikmati sore indah di atas gerbong kereta.
Saya suka cara Tere Liye berlama-lama menjelaskan satu scene tanpa merasa perlu tergesa-gesa2 masuk ke scene berikutnya. Waktu, bagi saya penting utk memberikan kesempatan pembaca engage dengan bacaannya. Butuh 1 1/2 halaman sampai akhirnya mereka masuk ke percakapan.
2) Kekayaan kosa kata dan pemakaian huruf besar. desing kumbang, derik jangkrik, larik hujan, kuping yg tabal, muka yg kebas, uhu burung hantu. Entah apa krn saya kelamaan merantau sehingga kosa kata ini baru di kuping? Yang jelas saya jadi belajar banyak kosa kata baru. Pemakaian huruf besar seperti di nomor satu dalam percakapan, membuat saya merasa volume percakapakan tiba2 besar. So real.
3) Semakin saya baca, ini sepertinya jatuhnya novel religi Islam, ada pesan2 yang menggurui. Tapi saya tidak merasa antipati sama sekali untuk menikmatinya. Novel ini menggurui tanpa terkesan seperti guru. Karena Islam-nya Tere Liye itu seperti Islam-nya Khaled Hosseini (The Kite Runner and A Thousand Splendid Sun) : damai, arif, b-e-a-u-t-i-f-u-l. Ajaran-ajarannya universal dan melampaui batas-batas agama. Sebenarnya mungkin hal-hal yg sudah kita tahu, namun mesti diulang-ulang terus karena gampang lupa. Tentang bagaimana kita ingat melihat ke bawah kalau sedang di atas, tentang bagaimana kita bisa memperoleh kedamaian hati kalau kita bisa merasa cukup. Hal-hal biasa kok, tapi hal-hal yang susah dilaksanakan.
4)Penamaan tokoh untuk memperkuat karakter Saya suka cara pembedaan panggilan tokoh utama, di mana dia sebenarnya Ray tapi oleh Jo, bawahannya, dia dipanggil Mas Rae. Hanya dengan satu hal ini karakter Jo jadi diperkuat. Ia tidak lebih dari seorang buruh rendahan yang walaupun sampai ikut naik pangkat dengan Ray, tetap saja ke-kampungan-nya tidak bisa hilang.
Kebanyakan karakter di novel ini punya nama yang langsung dipakai. Tapi untuk memperkuat hubungan suami istri, justru Ray dan istrinya selalu saling memanggil dengan 'ceroboh' dan 'gigi kelinci'. Ini meng-highlight hubungan dan posisi khusus mereka dalam novel. Juga sang 'malaikat' yang gak bernama, dan selalu menolak menjawab dia siapa. Again, dia punya posisi khusus sehingga dapat perlakuan khusus.
Saya juga suka nama2 yang biasa dan membumi spt Oude dan Ouda, Plee, Ape, bercampur dengan nama2 indah dan luhur spt Rinai, Fitri, Natan dan Ilham. Ini menggambarkan kemajemukan karakter hanya dengan satu kata.
Ada sih, sebenarnya, beberapa hal yg mengganggu saya, seperti: -Nih org kok hidupnya sial banget yah..kayaknya gak ada deh org sesial itu -Semua org2 dalam hidupnya kok berhubungan ya..dalam kenyataan gak mungkin gitu deh -Pemakaian hyphen, A-p-a-k-a-h-a-k-u-a-k-a-n-m-a-t-i...haduh...bacanya bingung..ini mesti gimana ya..? Ngetiknya aja gak enak. Kalau masih pendek gak papa, kalau udah panjang pusing. -dalam kenyataan, mana bisa org gak ada ijazah naik setinggi itu dalam karir. Di perusahaan manapun ada requirement ijazah utk posisi tertentu
Tapi yah..hal2 mengganggu itu tertutup oleh teknik tulisan dan inspiring things dalam novel ini. Rasanya, kalau saya ketemu langsung Tere Liye, pengen deh saya tersungkur di depannya dan berteriak, "SUHU!! JADIKAN SAYA MURIDMU!!!"
Subuh ketika saya menghabiskan novel ini, entah kenapa saya terbangun agak terlalu pagi. Saya baca halaman-halaman terakhirnya sebelum bangkit untuk bersiap ngantor. Ketika saya akhirnya menamatkannya, masih dalam gelap, saya tengok ke sebelah, selimut yang membungkus suami sampai ke leher naik turun dengan teratur. Di kamarnya, mata anak saya berkedip-kedip dengan muka bantalnya ketika saya cium dalam tidur.
Aahh...life is beautiful. Buku ini memampukan saya untuk merasakannya. (dan inilah alasan kenapa saya berikan bintang ke-5)
Kalau mau baca cerita tentang kehidupan yang bisa jadi perenungan pribadi, coba deh baca ini!
#VioReads2023
Rembulan Tenggelam di Wajahmu menceritakan tokoh utama kita yaitu Ray. Ia mendapat kesempatan untuk kembali menjelajahi perjalanan hidupnya dari remaja hingga saat tua. Selama flashback itulah ia mendapat jawaban atas 5 pertanyaan besar selama hidupnya.
Ngikutin ceritanya ngalir banget, terharu dan emosi juga melihat perlakuan yang Ray dapat di panti asuhan. Ikut merasakan kerasnya kehidupan saat Ray menjadi anak jalanan di terminal dan makan seadanya. Ikut bahagia ketika Ray punya keluarga baru di rumah singgah yang penuh kehangatan. Turut mengucap syukur ketika Ray bisa menjadi mandor dan bertemu cinta sejatinya.
Banyak sekali perasaan yang aku dapati selama membaca. Begitu banyak kebahagiaan dan cobaan yang dilalui Ray. Dan yang menurutku paling keren adalah, setiap tahap hidup ray, pasti ada sebab-akibat yang berlaku.
Misalnya saja Ray selalu mempertanyakan kenapa ia harus tinggal di panti asuhan yang sangat dia benci, padahal banyak sekali panti asuhan lain yang bisa memberikan dia keluarga. Dan at the end kita tahu kejadian dibaliknya. Semua tokoh yang bersinggungan dalam hidup ray uniknya saling terjalin berhubungan.
Lewat buku ini aku jadi percaya sebab-akibat itu ada. Apa yang kita perbuat, kita lakukan, kita alami, kita percayai, semua pasti ada alasan dan ada sesuatu dibalik itu semua.
Buku ini sederhana sejujurnya. Kita hanya perlu membaca keseluruhan cerita tentang kehidupan seseorang. Tapi entah kenapa kepengen lanjut terus 😅. Tidak ada plot twist yang gimana-gimana ya. Memang pure arti kehidupan. Belajar bersyukur dan menerima lewat kesederhanaan 😁.
1. Kenapa aku dilahirkan dengan kondisi begini? 2. Kenapa aku tidak pernah diizinkan bahagia? 3. Apa itu cinta? Apa itu keluarga? 4. Kenapa aku tidak diizinkan bahagia? Bukankah Tuhan menyayangi semua makhluknya? 5. Kenapa orang yang kita sayang selalu pergi meninggalkan kita?
Ada 5 pertanyaan yang berkecamuk di pikiran Rey.. Seorang pemuda yang berasal dari panti Asuhan yang hingga pada akhirnya terbaring kritis di suatu rumah sakit. Yaa.. lima pertanyaan itu menghantam ingatannya kembali seperti apa kehidupannya dahulu?
Bagaimana kehidupannya di Panti Asuhan dahulu bersama Diar.. sahabatnya yang selalu tampak ringkih dan lemah tetapi selalu ada disisinya
Bagaimana kehidupannya di Rumah Singgah yang menemukannya dengan Natan, Ilham dan teman-teman yang dianggap saudaranya
Bagaimana kehidupannya dengan pedagang Plee yang menyibak takdir gelap dalam hidupnya..
Bagaimana kehidupannya bertemu dengan si jelita Gigi Kelinci yang tidak ingin apapun di dunia ini kecuali Rey..
Bagaimana kehidupan Rey yang serba gemerlapan penuh cahaya namun di suatu titik ia merasa kosong dan hampa?
Ketika semua pertanyaannya terjawab dengan suatu rangkaian cerita.. kisah yang ia tidak pernah tahu sebelumnya atau kisah yang ia tidak pernah ingin ketahui kebenarannya..
Ketika semuanya berakhir menyakitkan dan tidak ada kata telat untuk bisa memaafkan dan menerima itu semua..
Ahh! Buku ini bagus banget! Hahaha sangat intens membuat emosi saya rasanya dibuat diaduk2 naik turun silih berganti dan berusaha untuk menyelesaikan buku ini.. kisah yang rumit dan sarat akan pesan moral patut untuk buku ini dikoleksi..
Kalo dipikir-pikir sebelumnya saya pernah membaca buku kisah serupa dimana seseorang yang sedang kritis/mati berjalan-jalan dengan malaikat melihat kembali frase kehidupan di masa lalunya seperti karya Mitch Albom yang berjudul The Five People You Meet in Heaven terus ada lagi karya Arswendo Atmowiloto yang berjudul Kau Memanggilku Malaikat tapi saya akui Tere-Liye piawai meramu semua konflik, ending yang klimaks dengan apik dibandingkan novel-novel yang saya sebutkan diatas.. *Kasih applause dulu
Last but not least, Terima kasih untuk seseorang yang sudah berbaik hati mengirimkan buku ini sebagai kado ulangtahun saya.. ditambah ada tandatangan asli Tere Liye.. it really surprise me! Kalo kamu gak ngasi buku ini.. mungkin bacaan tere-liye saya hanya berkutat di Hafalan Shalat Delisa dan Bidadari Bidadari Surga .. Sekali lagi thank you untuk bacaan berbobot yang membuat saya jadi merenung kembali frase-frase hidup yang saya lalui sekarang.. >__<
Novel ini menceritakan tentang seorang yang bernama Raihan. Seorang pasien berumur 60 tahun yang selalu merasa bahwa Tuhan tidak pernah memberikan keadilan dalam hidup. Cerita ini diawali dengan Raihan yang bertemu dengan (katakanlah) malaikat, yang kemudian membawanya kembali menelusuri jalan hidupnya dari awal hingga umurnya mencapai 60 tahun. Malaikat ini ingin menjawab lima pertanyaan yang selalu menelusup dalam pikiran Raihan. Lima pertanyaan itu adalah Apakah cinta itu? Apakah hidup ini adil? Apakah kaya adalah segalanya? Apakah kita memiliki pilihan dalam hidup? Dan Apakah makna kehilangan?
Malaikat ini membawa Raihan menelusuri jengkal demi jengkal kehidupan masa lalunya. Mulai dari ketika dia berada di Panti Asuhan terkutuk (begitu Raihan menyebutnya), ketika Raihan menemukan peruntungan sekaligus celakanya di Terminal, ketika Raihan menemukan kehangatan utuh sebuah keluarga di rumah singgah, ketika Raihan sudah pindah ke sebuah kamar sewaan petak kecil di dekat bantaran sungai, ketika Raihan selalu suka memandangi rembulan dari atap rumah singgah dan menara air, ketika Raihan memiliki rencana besar pencurian sebuah berlian yang ternyata nantinya berlian itu mengubah hidupnya, ketika Raihan melihat kembali wajah kedua orangtuanya, ketika Raihan pertama kali bertemu dengan wanita yang membuatnya hanya satu kali jatuh cinta sekaligus satu kali patah hati dan kehilangan, dan sampai ketika Raihan seorang anak jalanan liar kemudian menjadi seorang pengusaha sukses.
Iya, malaikat itu membawa Raihan menelusuri lengkap semua kehidupannya. Dia menjawab setiap pertanyaan Raihan. Raihan selalu mempertanyakan tentang keadilan Tuhan. Raihan selalu merasa bahwa hidup ini tidak pernah adil. Raihan berpikir, mereka yang baik selalu mendapatkan kesulitan, cepat direnggut kebahagiaannya oleh Tuhan. Sedangkan mereka yang berbuat jahat selalu mendapatkan kemudahan, selalu berbahagia di atas penderitaan oranglain. Sampai muncul niat dari dalam diri Raihan untuk menjadi orang jahat saja.
Saya tidak akan banyak menceritakan bagaimana cerita di dalamnya. Yang jelas, pelajaran yang dapat diambil dari novel ini adalah hidup ini sebenarnya sungguh adil. Hidup ini merupakan sebuah sebab akibat. Mengapa kita harus melakukan ‘ini’? karena perlakuan ‘ini’ yang kita lakukakan sekarang akan berimbas pada ‘itu’. Entah ‘itu’ pada orang lain atau ‘itu’ pada diri kita sendiri.
Semua yang terjadi di dunia ini sudah ada pada garisnya masing-masing. Kita manusia yang menjalani, hanya perlu berusaha dan bersabar dalam menjalaninya. Novel ini menjelaskan bahwa sesuatu yang untuk kita pasti akan menjadi milik kita selama apapun itu sejauh apapun itu akan tetap menjadi milik kita.
Karena Tuhan tidak akan pernah keliru, Tuhan akan selalu adil. Novel ini mengajarkan Tuhan selalu tau apa yang kita butuhkan, bukan yang manusia inginkan. Karena Tuhan selalu mengerti kita.
Jadi mari selalu bersyukur dengan apa yang terjadi hari ini. Bersyukur atas semua nikmat yang Dia berikan kemarin, hari ini, esok, dan lusa. Meskipun kecil, tapi jika kita termasuk orang-orang yang bersyukur, pasti kita akan selalu merasa menjadi orang yang paling beruntung. Jauh dari keluh kesah, jauh dari amarah, dan yang terpenting jauh dari negative thinking pada Allah SWT.
Semoga kita termasuk orang-orang yang selalu pandai mensyukuri nikmat. Amin.
Yang amat menggelitik saya, dalam novel ini dikatakan bahwa otak manusia sejak lama terlatih untuk menyimpan banyak perbandingan berdasarkan versi mereka sendiri, menerjemahkan nilai seratus itu bagus, nilai lima puluh itu jelek. Wajah seperti itu cantik, wajah seperti ini jelek. Hidup seperti ini kaya, hidup seperti itu miskin. Otak manusia yang keterlaluan pintarnya mengumpulkan semua kejadian-kejadian itu dalam sebuah buku besar, yang disebut buku perbandingan.
Iya ya. Sadarkah kita bahwa terkadang tanpa sadar kita selalu disibukkan dengan membandingkan. Membandingkan ini dan itu, yang kemudian kebanyakan tidak membuat kita merasa bersyukur tapi membuat kita selalu merasa kurang, si A lebih banyak, aku hanya sedikit. Ujung-ujungnya, padahal kan aku sudah ini dan itu, kenapa hanya mendapatkan segini, kenapa tidak segitu. Itulah membandingkan. Dan kita terlalu sibuk dengan itu.
Jujur ini buku pertama Tere Liye yang saya baca :)
Berkisah tentang Ray. D/H Reihan. Ray yang sejak kecil hidup di Panti. Tak diketahui siapa ayah-ibunya. Selepas dari panti asuhan, ia hidup di jalan, menjadi penjudi,mencuri, berkelahi lalu oleh takdir ia mendapat keluarga di sebuah rumah singgah. Selepas hidup dari rumah singgah, ia menjadi pencuri berlian, menjadi kontraktor, jatuh cinta pada seorang gadis, menjadi pengusaha, kaya raya namun belakangan jatuh sakit sebelum akhirnya sekarat. Ia pernah jatuh cinta, pernah bahagia bersama istrinya hingga sang istri meninggal di akhir kehamilannya.Ray diwaktu ia hendak menjemput kematian masih diberi kesempatan untuk meriveiw dan menjawab 5 pertanyan yang selama ini selalu menghantui dirinya
Bagaimana ia melihat kehilangan sahabat di panti asuhan "DIAR", yang tak pernah ia ketahu nasibnya setelah ia meninggalkan Diar sendirian di tenggah sebuah kesalah pahaman, tapi ternyata kematian Diar malah membuka mata sang penjaga panti asuhan, tentang hidupnya yang selalu berbuat jahat kepada anak asuhnya...ini lah hukum sebab akibat dalah sebuah kehidupan
Dan saat kau menyadari ada yang peduli, maka kau akan selalu memikirkan dengan baik semua keputusan yang akan kau ambil.. Sekecil apapun itu, setiap perbuatan kita memiliki sebab-akibat..
Siklus sebab-akibat itu sudah ditentukan.. Tak ada yang bisa mengubahnya, kecuali satu! Yaitu Kebaikan.. Kebaikan bisa mengubah takdir.. Nanti engkau akan mengerti, betapa banyak kebaikan yang kau lakukan tanpa sengaja telah merubah siklus sebab-akibat milikmu.. Apalagi kebaikan-kebaikan yang memang dilakukan dengan sengaja..
Seseorang yang memahami siklus sebab-akibat itu, Seseorang yang tahu bahwa kebaikan bisa mengubah siklusnya, Maka dia akan selalu mengisi kehidupannya dengan perbuatan baik.. Mungkin semua apa yang dilakukannya terlihat sia-sia, Mungkin apa yang dilakukannya terlihat tidak ada harganya bagi orang lain, Tapi dia tetap mengisi sebaik mungkin...
cerita terus bergulir, demi menjawab satu persatu pertanyan yang Ray ajukan kepada penguasa langit.
"Ada satu janji Tuhan. Janji Tuhan yang sungguh hebat...Yang nilainya beribu kali tak terhingga dibandingkan menatap rembulan ciptaan-Nya...Tahukah kau?Itulah janji menatap wajah-Nya..Menatap wajah Allah! Tanpa tabir, tanpa pembatas...Saat itu terjadi maka sungguh seluruh rembulan di semesta alam akan tenggelam. Sungguh seluruh pesona dunia akan layu..."
setiap hidup insayan di dunia penuh dng pertanyaan, dan Tere menjawabnya dengan manis sekali :P Air mata saya sempat berguguran saat membacanya dibeberapa titik, cuma kadang kala ceritanya jd terlalu mendayu2 :) over all, good job selamat membaca
"an awesome book for an awesome person" written by a friend in the first page of the book "u must read it...." she said.
well, i do under estimate the book at first. The title, the cover design....really not my type its only because i already gave my promised to read it.
but what i found behind all that i categorize as "not my type", is something different.
if u ever watch WANTED, then i hope you will agree with me if i said that the moral message in this book is almost similar with what the movie said.
the idea is about how we,connected each others... about how what we do, connect and influenced others...weaved each other in a complex relations.
almost, i said. because The Fraternity in WANTED interpretate those connection with arrogance. sounds silly if they thought they had a right to kill others, only based on weaving errors of the fabric.
while the book, interpretate in a humble. and said that those connectivity is always meaningfull that no matter how small it is, what we do is affect others. that every question has an answer. only if you could just open your heart. Because live is fair. Always fair. Because HE is there. Always there.
read it, open your heart. and you will know what i mean.
best part : "kalau Tuhan menginginkannnya terjadi, maka sebuah kejadian pasti terjadi, tidak peduli seluruh isi langit-bumi bersekutu menggagalkannya....Sebeliknya, kalau Tuhan tidak menginginkannya,maka sebuah kejadian niscaya tidak akan terjadi, tak peduli seluruh isi langit-bumi bersekutu melaksanakannya... Kejadian buruk itu datang sesuai takdir langit...hanya ada satu hal yang bisa mencegahnya...satu hal!sama seperti siklus sebab-akibat sebelumnya, yaitu berbagi!. Ya, berbagi apa saja dengan orang lain. Tidak, sebenarnya berbagi tidak bisa mencegahnya secara langsung, tetapi dengan berbagi, kau akan membuat hatimu damai...hanya orang - orang dengan hati damailah yang bisa menerima kejadian buruk dengan lega. hanya orang - orang berhati damailah."
Mau kasih rating 4.5 tapi belum sesuka Hujan. Jadi kasih rating di antara 4-4.5 aja deh, if that makes sense, lol.
Jadi garis besar buku ini menceritakan tentang seorang tokoh utama kita, Rehan, yg mendapat keajaiban untuk mereka ulang kembali perjalanan hidupnya sejak dia tinggal di panti asuhan sampai dengan akhirnya dia terbaring koma. Tujuan perjalanan kilas balik masa lalu ini sebenernya a/ untuk memberikan jawaban kepada Rehan atas 5 pertanyaan besar sepanjang 60-an tahun hidupnya, yang mana ternyata banyak sekali benang merah antar satu dengan yg lain, yg tanpa Rehan sadari ternyata sangat terkait dan menjadi sebab-akibat dari hal ke hal yg terjadi dalam hidupnya.
Gue bisa bilang buku ini bagus banget. Selain tema slice of life memang kind of my cup of tea sih, hehe. Selama ini gue punya opini, hidup ya memang begitu, adil dan engga adil at once. Banyak kejadian2 dalam hidup yg engga perlu direnungi "kenapa", karna ya udah jalannya begitu, terjadi begitu aja tanpa alasan tertentu. Namun justru buku ini mematahkan opini gue selama ini. Bukan berarti it changes the way i see at everything, tapi layak untuk direnungi kembali hal2 yg gue pegang selama ini dengan hal2/pesan2 yg tersirat dalam buku ini.
Sejauh ini, buku ini jadi favorit ke-2 gue dari TL setelah Hujan, highly recommend!
petanyaan pertanyaan yang dipertanyakan oleh tokoh Rey dalam buku ini adalah pertanyaan semua orang pada umumnya didalam hidup. pertanyaan tentang ketidakadilan, pertanyaan mengapa ini terjadi, mengapa harus kehilangan orang-orang yang disayanginya. kadang sebagai pembaca saya juga merasakan seperti tokoh Rey mempertanyakan setiap kejadian yang pernah dialami. segala pertanyaan Rey ini akhirnya terjawab melalui rekaman-rekaman kehidupannya, seperti menonton ulang video kehidupan yang telah dialaminya. yang gw tangkap dalam buku ini adalah selalu ada sebab akibat dalam hidup, adanya pembalasan dan adanya mimpi yang bagaimanapun caranya dapat menjadi kenyataan cepat atau lambat, dan tentang kebahagian hidup yang tidak melulu akan materi. untuk pesan yang tersirat dalam buku ini sangatlah menyentuh. ada kerinduan si yatim piatu yang merindukan sosok orang tua yang tidak pernah dikenalnya bahkan dibayangkannya sekalipun, yang mampu membuat gw menjatuhkan air mata (hick cengeng). namun ada beberapa bagian yang tidak masuk akal terutama bagaimana Ray yang awalnya hanya tukang bangunan tapi dapat menguasai beberapa gedung yang dibangunnya. untuk keseluruhan gw sangat suka buku ini, membuat gw berhenti bertanya tentang ketidakadilan hidup dan semakin bersyukur.
Ngebaca ini dalam waktu beberapa jam, dibuat nangis beberapa kali, kesel sama sejumlah karakter, campur aduk deh perasaan selama baca buku ini🥺ada banyaj banget plot twist yang gak disangka. Tapi vibesnya buku ini agak mirip sama janji, cerita masa lalu kelam dari si tokoh utama. Tereliye gapernah gagal bikin buku bagus 5/5⭐️😍
I stole this book from a friend. At first, I thought it was just a common classic romance novel. But it is not, at all. I never thought that this “orang dengan wajah menyenangkan“ would be the beginning of my journey to question the meaning of life.
The story was quite good. But this may sound boring for some people, cause at first I found it quite boring, too. This book is more of “the book you can reflect to“ instead of “the book you can enjoy“.
This review will be in two sections, which are divided into two different languages. English and Malay.
A. In English
What if you were in a coma and you were given another chance to rewatch your life and find its meaning and given 5 chances to answer the 5 big WHYS in your life?
"Apakah hidup ini adil?
One of the books that made me bawl so much and its so eye opening, I'm just absolutely in love. A book that got me out of my reading limbo, and had me just so engrossed with it, I devoured it in a day. It was a book that comforted me in a sense but also showed how humans are somewhat interconnected with one another. Nothing in life is a coincidence, and everything that we've been doing or the people that we meet, are plans from God that we can never expect or anticipate. The beauty of fate, qada, rezq and qadr, its all up to God , even if life seemed harsh and unfair.
Short Summary When a 60 year old man who had been in a coma for 6 months, suddenly wakes up to find himself with another person, in a place of his past, he was quite reluctant on what he should do . The person told how he was given the chance to get answers to the 5 Big Whys in his life that had never been answered. A story of life, and chances, of regrets and faith. A story that is very eye opening and one that got me just hooked from the very first page.
Personal Thoughts If you're new to Tere Liye's works like me, you'll find yourself intrigued by his works and how he has a following of his own. I always wandered if his books were actually good, and it turns out, if you're actually a fan of Asian Literature especially Japanese and Korean Literature, you will DEFINITELY love Tere Liye's writing. Its mundane and very melancholic but also has a deep sense of longing especially with the characters. Tere Liye told the story in somewhat like a recap of the old man's life, from the start of his birth and the people that he had met in his life, and every questions that had been answered by the person with the old man had really caught my heart.
The old man, or also known as Ray is a character that is unlikeable but you can't help but emphatize with him, and in some ways, you pray for his well-being and happiness. Tere Liye puts depth in his characters in a way that makes us feel so much for his pain and sadness, that every character that was introduced in the book is the product of how the society had failed them , and how class and hierarchy had broken down even the best people to live. The Social Commentary in this book is subtly written but its very well highlighted. The issues of Inequality of Orphans, The Mistreatments in Orphanage, The Power Structure in the System , The Broken System itself as well as Society's Scrutiny towards orphans . The issues had not only broke my heart, but Tere Liye had showed to the very extremes of what can happen when society has failed you. It was not only the higher ups that needed to be blamed, but it was also the bystanders who did nothing when they saw someone in pain. It coincides with our real world now and how harsh it is, especially in the case of Bullying for Orphans.
I also liked how Tere Liye took a more holistic approach for this novel. Its to a point that I felt its very well-written and each interconnected characters in here showed the powers of God and in a way concluded the book in that direction as well. I love how this book reminded me Colorful , but the difference between the two is that, Tere Liye highlighted Faith in God and finding Happiness in Everyday things whilst Colourful by Eto Mori highlighted more on appreciating the life that you've been given, in a children's perspective. Nonetheless, both provided excellent examples of how and what should we broaden our horizon to be more accepting of the world. Seek help when you need , and that there is always a chance to do something right.
Overall, this was a read that had made me just, stare into space for a bit and made me hugged the book so tight. It had showed how life is like a wheel, where we can be on the lower part and even higher parts in our life, but the one thing that we should do is to always try to find the meaning in God's ways. It will hurt us, it will feel unfair and it will make you hate the world so much, but it will also make you grow as a person.
Aku mulai mengenal buku-buku Tere Liye sejak pertama kali membaca Bidadari-bidadari Surga. Gaya penulisannya yang deskriptif dan unik, juga setting tokoh utama yang tidak selalu 'PUTIH' membuatku menyukai buku-bukunya. Buku ini adalah buku ketiga yg kubaca. (cukup susah mendapatkan buku-bukunya karena sedang berdomisili di luar negeri).
Novel ini adalah sebuah 'fantasi' ala Tere Liye yg bercerita tentang Ray/Rehan yang diberi kesempatan untuk menoleh kembali ke belakang, ke masa lalunya, sebelum ajal menjemputnya. Dia juga diberi kesempatan untuk mendapatkan jawaban atas 5 pertanyaan terbesar dalam hidupnya.
Ray pun seolah-olah mengendarai mesin waktu, mampu melihat dan mengulang lagi kenangan2nya dengan jelas. Hidupnya sudah begitu keras sejak kecil. Yatim piatu, Menjadi anak jalanan, menjambret, merasakan punya 'keluarga' untuk pertama kalinya, kemudian sendiri lagi dan mengutuk, menyalahkan orang-orang sekitarnya. Merasakan kebahagiaan bersama 'gigi kelinci'-nya. Sebuah kehagiaan yang sementara karena terenggut oleh takdir. Dia pun mengutuk langit dan Tuhan.
Dia pun mengenang kembali malam-malam kesendiriannya yang hanya ditemani sang purnama. Merasakan kekosongan hidup meskipun dipenuhi gelimangan harta. Kembali mengutuk Tuhan atas nasibnya.
Begitulah hidupnya sampai akhirnya di penghujung nyawanya. Tuhan berbaik hati mengirimkan jawaban atas 5 pertanyaan terbesar dalam hidupnya. 5 pertanyaan yang sebenarnya dipertanyakan juga oleh setiap orang. Pertanyaan tentang takdir, keputusan langit yang pahit, perpisahan, kekosongan hidup dan tentang sebab akibat.
Novel ini seolah memberitahu bahwa hidup itu memang keras, tapi sebenarnya sederhana, sungguh sangat sederhana. Bekerja keras namun selalu merasa cukup. Senang berbuat baik dan berbaagi, senantiasa bersyukur dan berterima kasih, bila kita sudah mampu melaksanakannya, kita sejatinya sudah menggenggam kebahagiaan hidup ini.
Salah satu quote favorit:
"Ray, kehidupan ini selalu adil. Keadilan langit mengambil berbagai bentuk. Meski tidak semua bentuk itu kita kenali, tapi apakah dengan tidak mengenalinya kita bisa berani-beraninya bilang Tuhan tidak adil? Hidup tidak adil? Ah, urusan ini terlanjur sulit bagimu, karena kau selalu keras kepala"
rembulan tenggelam di wajahmu. at first I thought it was just another typical love story (without reading the synopsis), but reading through it and falling in love with its character, i realized that it was not a love story. nope. probably the only love story you could find was the relationship between ray and fitri (and i assure you their story was much better than romeo and juliet).
the whole novel revolved around the life of ray or rehan. in summary, ray, being a human being, while facing ups and downs in life, realized that maybe the sky (it's a metaphor) was just too cruel to him. despite his extreme hostility towards the sky, he has this one affection and attachment towards rembulan. he adores it very much and find solace in staring to it every single night.
it is a very good novel, a great masterpiece. you will fall in love with ray and at the same time symphatise with him. in the middle of the novel, when all misfortunes seemed to befall him, even you yourself would start questioning the sky.
the novel gives me a lot of insights in life. one is to believe in Allah's decree, because no matter how hard it seems to be in our eyes, know that what Allah had decide for us is the best for us in both worlds.
some of my favourite excerpts from the book:
"Orang-orang yang memiliki tujuan hidup, tahu persis apa yg hendak dicapainya, maka baginya semua kesedihan yang dialaminya adalah tempaan, harga tujuan tersebut. Dan sebaliknya."
"Begitulah kehidupan, Ada yang kita tahu, ada pula yang tidak kita tahu. Yakinlah, dengan ketidak-tahuan itu bukan berarti Tuhan berbuat jahat kepada kita. Mungkin saja Tuhan sengaja melindungi kita dari tahu itu sendiri."
Gw baca buku ini atas rekomendasi seorang temen. Pas dia rekomendasiin ini, gue juga merekomendasikan My Sister's Keeper ke dia krn menurut gue tu novel KEREN BGT!!! ALhasil kita saling meminjamkan buku lah.
Tapi ternyata temen gw enggak sependapat krn dia enggak suka endingnya. Pada saat itu gw sendiri belum selesai baca novel ini, jadi gw cuma iya-in aja, meski sebenernya kecewa ada org yg enggak suka sama MSK.
Anyway....
Setelah gw membaca novel ini, gw akhirnya ngerti bahwa gw dan temen gw itu punya selera novel yg beda.
Gw kurang menikmati baca novel ini, despite the fact that my friend loved it so much. Ceritanya mengingatkan gue dgn novel 5 People You Meet in Heaven, bedanya si tokoh utama di cerita ini menjelajahi waktu di saat di sekarat, sedangkan di 5 PYMIH, si tokoh utama udah meninggal.
Alur novel ini, menurut gue, lambat. Kadang bahkan membuat gue malas untuk membuka halaman berikutnya. Ide flashback-nya sih bagus, tapi penuturannya sedikit membosankan.
Sebenarnya novel ini bisa aja gue kasih 1 bintang, tapi ada satu hal yg membuat gue memilih untuk kasih 2 bintang adalah kesan yg terasa setelah gue membaca bab terakhirnya. Gue merasa.....diberikan kesadaran bahwa enggak semua orang diberikan kesempatan kedua. Jadi, kita harus menjalani hidup semaksimal mungkin dan menikmati perjalanannya. Feeling kayak gitu jarang gw dapetin dari novel.
So...for Tere-Liye (whoever you trully are), over all, good job.
Ketika kau merasa hidupmu menyakitkan dan merasa muak dengan semua penderitaan maka itu saatnya kau harus melihat ke atas, pasti ada kabar baik untukmu, janji-janji, masa depan. Dan sebaliknya, ketika kau merasa hidupmu menyenagkan dan merasa kurang dengan semua kesenangan maka itulah saatnya kau harus melihat ke bawah, pasti ada yang lebih tidak beruntung darimu. Hanya sesederhana itu. Dengan begitu kau akan selalu bersyukur.
Ray, tokoh utama dalam cerita ini, mempunyai kisah hidup yang sangat keras hingga menimbulkan banyak pertanyaan dalam dirinya. Lima pertanyaan tentang rahasia kehidupan yang pada akhirnya ia diberi kesempatan untuk mengetahui jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang terpendam dalam hatinya.
Apakah cinta itu?
Apakah hidup ini adil?
Apakah kaya adalah segalanya?
Apakah kita memiliki pilihan dalam hidup?
Apakah makna kehilangan?
Penelusuran kisah hidupnya yang bermula dari sebuah panti asuhan dan berakhir pula di panti asuhan yang sama membuat terjawabnya pertanyaan-pertanyaan tersebut. Kenyataan-kenyataan tidak kasat mata yang sama sekali tidak disadari oleh Ray.
Hidup adalah sebab-akibat. Satu peristiwa menjadi sebab peristiwa yang lain. Akibat yang dihasilkan bisa jadi menjadi sebab peristiwa lainnya. Semua cerita kehidupan saling terhubung. Tak ada satupun yang meleset dari skenario-Nya.
Karya dari seberang setakat yang aku baca ternyata masih belum mengecewakan. Sebut saja Buya Hamka, Andrea Hirata, Pramoedya Ananta Toer dsb, kebanyakkan akan kenal. Begitu juga Tere-liye, yang bagi aku punyai karakter istimewa dalam menampilkan karyanya. RTDW menampilkan Ray seorang yatim piatu sejak kecil yang tinggal di rumah anak yatim. Liku-liku hidup yang ditempuhi Ray sedikit sebanyak membantu Ray untuk menjadi dewasa yang luar biasa walaupun ketika sinar seolah-olah mahu masuk ke dalam hidup Ray, akan terjadinya satu bentuk ujian. Ujian tersebut merupakan sebab dan akibat. Malangnya Ray tidak merasakan sebab dan akibat itu, kerana Ray merasakan hidupnya tidak adil, Tuhan itu tidak adil dsb. Sehinggalah satu ketika, Ray berpeluang mengetahui sebab dan akibat yang jarang orang berpeluang untuk mengetahuinya dan juga berpeluang untuk menanyakan 5 persoalan. Ya, aku turut beremosi sebelum mengetahui sebab dan akibat yang terjadi pada Ray sehinggalah aku juga turut menemui jawapan kepada 5 persoalan tersebut , dari rumah anak yatim yang kejam, rumah anak yatim yang bahagia, titik bermulanya cinta di keretapi, dan banyak lagi tidak aku mampu sebut. Mahu tidak mahu, bacalah karya ini. Tataplah !
membaca buku ini bagiku seperti belajar tentang kearifan. belajar soal kesederhanaan dan keikhlasan menerima. belajar senantiasa berbaik sangka. belajar bahwa untuk banyak hal, mengalah itu bukan berarti kalah dan tidak membalas itu bukan berarti tak berdaya ataupun tidak bisa apa2. adakalanya, mengalah berarti bebas. bebas dari nafsu untuk membalas, bebas menerima situasi apa adanya, menjadi apa adanya.
buku ini membuatku semakin percaya bahwa hidup ini adil. tak terbantahkan lagi, bahwa hidup ini adil. sebab penciptanya adil dan mengatur semua dengan keadilanNya. aku hanya harus melihatnya dari sisi yang berbeda ketika aku mulai ragu akan hal itu. satu sisi yang bukan lewat kacamataku.
dan tere liye -seperti yang terdapat di bagian belakang buku ini- telah sukses membuatku menjadi paham. bahwa hidup ini sungguh sederhana. bekerja keras namun selalu merasa cukup, mencintai berbuat baik dan berbagi, senantiasa bersyukur dan berterima kasih. maka sejatinya kita sudah menggenggam kebahagiaan hidup ini.
buku ini membuatku belajar. belajar bersikap. belajar menjadi bijak.
Kehidupanmu menyebabkan perubahan garis kehidupan orang lain, kehidupan orang lain mengakibatkan perubahan garis kehidupan orang lainnya lagi, kemudian entah pada siklus yang keberapa, kembali lagi ke garis kehidupanmu. Saling memengaruhi, saling berinteraksi.
Satu buku lagi dari Tere Liye yang cukup membuat sesak ketika membaca. Awal membaca, saya sulit untuk mengikuti alurnya, sampai sempat hampir saja tidak saya lanjutkan. Di awal diceritakan tentang gadis kecil di panti yang menangis saat karnaval hari raya, kemudian tiba-tiba ada Ray. Saya belum tahu benang merahnya dimana, mau dibawa kemana cerita ini saya masih kurang paham. Sampai sempat saya jengkel dengan perangai Ray kecil hingga remaja, pelan-pelan tetap saya lanjutkan membaca dan akhirnya saya baru bisa mengikuti cerita itu.
Kehidupan Ray kompleks mulai Ray kecil yang hidup di panti, menjadi pengamen dan besar di rumah singgah, Ray yang hidup di bantaran kali lalu bertemu dengan Plee, Ray yang menikah hidup bahagia dengan Gigi Kelinci, Ray yang menjadi pengusaha terkenal. Banyak hal yang dipertanyakan oleh Ray hingga Ray diberi kesempatan untuk melakukan perjalanan napak tilas masa lalu. Mengapa dia harus hidup di panti itu? Apakah hidup ini adil? Dan pertanyaan lainnya.
Ray menggambarkan manusia sewajarnya, maksud saya kebanyakan manusia akan berpikiran seperti Ray ketika dihadapkan oleh situasi kehidupan yang tidak diharapkan. Sebab mata manusia itu terbatas, tidak bisa melihat apa hikmah dari sebuah kejadian. Tidak mudah berpikir bahwa kehidupan kita akan menyebabkan perubahan garis kehidupan orang lain -dan begitu seterusnya- yang entah di titik ke berapa akan kembali membawa perubahan pada garis kehidupan kita. Dan yang dialami Ray yaitu perasaan kosong dan hampa padahal sudah memiliki banyak hal, itu juga hal yang kerap dialami oleh manusia di dunia nyata. Namun begitulah manusia, sulit merasa cukup. Lewat buku ini, kita diingatkan banyak hal. Bahwa apa yang kita lakukan saat ini kadang tidak hanya berefek pada kita saja, tapi juga kepada orang-orang di sekitar kita. Dan entah kapan nanti, kita juga akan menuai dari apa yang sudah pernah kita tanam. Bahwa kita hendaknya lebih bersyukur dengan apa yang ada saat ini, selalu merasa cukup.
Di ending, saya baru memahami bahwa buku ini kurang lebih seperti sebuah lingkaran, yang kita diajak menapaktilasi kehidupan Ray melalui lingkaran itu. Dari satu titik, terus berkeliling, hingga kembali ke titik awal itu lagi. Banyak teka teki yang akhirnya terjawab. Dan benar saja, bahwa tanpa kita sadari, kehidupan kita akan menyebabkan perubahan garis kehidupan orang lain, kemudian entah pada siklus ke berapa, akan kembali ke garis kehidupan kita.
Banyak kutipan yang saya sangat sukai kata-katanya -Seseorang yang tahu bahwa kebaikan bisa mengubah siklusnya, maka dia akan selalu mengisi kehidupannya dengan perbuatan baik. Mungkin apa yang dilakukannya terlihat sia-sia, mungkin apa yang dilakukannya terlihat tidak ada harganya bagi orang lain, tapi dia tetap mengisinya sebaik mungkin. -Tahukah kau, kita bisa menukar banyak hal menyakitkan yang dilakukan orang lain dengan sesuatu yang lebih hakiki, lebih abadi. Rasa sakit yang timbul karena perbuatan aniaya dan menyakitkan dari orang lain itu sementara, Ray! -Apakah hidup ini adil, Ray? Entahlah. Aku juga pernah sekali dua kali bertanya kepada Tuhan. Padahal kau tahu, aku memiliki kesempatan untuk melihat wajah keadilan yang tak kasat mata. Ah, sayang kita selalu menurutkan perasaan dalam urusan ini. Kita selalu berprasangka buruk. Kita membiarkan hati yang mengambil alih, menduga-duga. Tidak puas menduga-duga, kita membiarkan hati mulai menyalahkan. Mengutuk semuanya. Kemudian tega sekali, menjadikan kesalahan orang lain sebagai pembenaran atas tingkah laku keliru kita. -Selalulah berharap sedikit. Ya. Berharap sedikit, memberi banyak. Maka kau akan siap menerima segala bentuk keadilan Tuhan. -Orang-orang suka menyalahkan oranglain atas kejadian buruk yang menimpa mereka cenderung seperti kau. Membalas. Ketika kau tidak kuasa membalasnya kepada orang yang bersangkutan, tidak bisa membalasnya kepasa Tuhan, maka kau akan membalasnya dalam bentuk lain. Apa salahnya menjadi jahat? Menjadi pembenaran. -Tapi apapun latar belakangnya, orang-orang yang amat keterlaluan mencintai dunia tetap tidak akan pernah menemukan jawaban dari dunia. -Otak manusia, sejak berabad-abad lalu sudah terlatih menyimpan banyak perbandingan berdasarkan versi mereka sendiri.
1. Mengapa kita hidup di tempat seperti ini (tempat yang kita singgahi)? 2. Mengapa Tuhan suka merenggut kebahagiaan dari orang-orang baik? 3. Apakah hidup ini memang adil? 4. Mengapa hati & diri ini tetap terasa hampa dan kosong, walaupun semua yang kita inginkan sudah tercapai (bahkan terkadang lebih dari cukup)? 5. Mengapa kita ditakdirkan untuk hidup seperti ini?
Apakah pertanyaan-pertanyaan tersebut sering terlintas dipikiran kita? Sekiranya, jawaban-jawaban dari pertanyaan-pertanyaan itulah yang akan dibahas di dalam buku ini melalui perjalanan hidup seorang lelaki bernama Rehan/Ray. Ya, 5 pertanyaan, 5 jawaban.
Hidup ini penuh dengan kejadian atau skenario kausalitas (sebab-akibat) yang dibuat dan berikan oleh-Nya. Maka dari itu, jangan pernah lelah untuk menjadi orang baik yang melakukan segala hal dengan baik, agar terjadinya sebab-akibat yang baik. Kita hanya perlu menikmati, menerima, dan mensyukuri skenario kehidupan yang telah diberikan oleh-Nya kepada kita. "Ketika kau merasa hidupmu menyakitkan dan merasa muak dengan semua penderitaan maka itu saatnya kau harus melihat ke atas, pasti ada kabar baik untukmu, janji-janji, masa depan. Sebaliknya, ketika kau merasa hidupmu menyenangkan dan selalu merasa kurang dengan semua kesenangan, maka itulah saatnya kau harus melihat ke bawah, pasti ada yang lebih tidak beruntung darimu." Ya, kurang lebih seperti itulah salah satu kutipan yang terdapat di buku ini.
Such a very amazing book! And has become one of my favorite books~✨
Naskah ini agak berunsurkan spiritual. Membacanya membuatkan kita turut mencari-cari serta tertanya-tanya peristiwa apakah antaranya yang menjadi kebetulan/takdir dalam kehidupan kita sendiri.
Menelusuri kehidupan seorang anak yatim piatu bernama Ray yang menyesali nasibnya yang kerap dirundung malang saat bahagia menjelma. Dalam sisa-sisa kehidupan terakhir akibat penyakit yang menimpa, Ray dipertontonkan dalam kesempatan untuk menilai kehidupannya sepanjang bergelar seorang insan.
Langsung, lima persoalan yang acap kali diulang-ulang sepanjang denyut nadi bersarang terjawab dengan mengerti makna kehidupan yang dilalui sepanjang hayatnya.
Nota : Ketika kau merasa hidupmu menyakitkan dan merasa muak dengan semua penderitaan maka itu saatnya kau harus melihat ke atas, pasti ada khabar baik untukmu, janji-janji, masa hadapan. Dan sebaliknya, ketika kau merasa hidupmu menyenangkan dan selalu merasa kurang dengan semua kesenangan maka itulah saatnya kau melihat ke bawah, pasti ada yang lebih tidak beruntung daripadamu. Hanya sesederhana itu. Dengan begitu, kau akan selalu pandai bersyukur.
Ehem…kisah pertemuan Ray dan Fitri di hospital kanak-kanak - tergambar tayangan filem Mohabbatein (2000) ^_^