Prediksi Inflasi Indonesia
Wahyuningsih, Zuhroh dan Zainuri
PREDIKSI INFLASI INDONESIA DENGAN
MODEL ARTIFICIAL NEURAL NETWORK
Diah Wahyuningsih
Idah Zuhroh
Zainuri
Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Malang
ABSTRACT
This research examines and analyzes the use of Artificial Neural Networks (ANN) as
a forecasting tool. Specifically a neural network’s ability to predict future trends of
inflation is tested. Accuracy is compared against a traditional forecasting method,
multiple linear regression analysis. Finally, the probability of the model’s forecast
being correct is calculated using conditional probabilities. While only briefly
discussing neural network theory, this research determines the feasibility and
practicality of using neural networks as a forecasting tool for inflation in Indonesia.
This study builds upon the work done by Edward Gately in his book Neural Networks
for Financial Forecasting. This research validates the work of Gately and describes
the development of a neural network that achieved an 86 percent probability of
predicting an inflation rise, while multiple regression analysis is only to predict
inflation that achieved a 16%. It was concluded that neural networks do have the
capability to forecast inflation and, if properly trained, we could benefit from the use
of this forecasting tool.
Keywords: neural networks, inflation, time series analysis, forecasting, artificial
intelligence
A. LATAR BELAKANG
Tujuan dari penelitian ini adalah meramalkan inflasi di Indonesia menggunakan model
Artificial Neural Networking (ANN) dan membandingkannya dengan capaian spesifikasi model
linier tradisional dalam hal ini analisis regresi. Neural network dapat dianggap sebagai model “black
box”, sebab kadangkadang sulit untuk memberikan arti ekonomi atas hubungan yang diperkirakan
muncul dalam model. Meskipun demikian, model ini sudah membuktikan kemanfatannya sebagai alat
peramalan di bidang ilmu pengetahuan (Kartopolous, 1996). Model Neural Network, dalam kaitan
ketiadaan struktur mereka, dapat dipandang terbaik sebagai indikator model. Seperti halnya dalam
kajian ini, hendaknya dapat dipandang sebagai suatu kontribusi dalam pengembangan pengetahuan
yang relatif baru, khususnya sebagai model riset di Indonesia yang dapat, khususnya dalam
kemampuannya memprediksi tingkat inflasi. Neural Networks secara umum menyediakan hubungan
non linier antar variabel.
Sesungguhnya tingkat inflasi merupakan indikator performance ekononomi makro, mengingat
inflasi akan memberikan dampak perekonomian secara menyeluruh, yang di negara manapun merupakan
fenomena moneter (Gregory, 2000). Tingkat inflasi tidak dapat dianggap remeh dalam sistem
perekonomian suatu negara dan pelaku bisnis pada umumnya. Jika inflasi dapat diramalkan dengan
akurasi yang tinggi, tentunya dapat dijadikan dasar pengambilan kebijakan pemerintah dalam
mengantisipasi aktivitas ekonomi di masa depan.
113
Journal of Indonesian Applied Economics
Vol. 2 No. 2 Oktober 2008, 113-127
Kajian yang dilakukan terkait dengan pengujian model ANN, dirangkai sebagai upaya untuk
menjawab beberapa pertanyaan berikut:
Apakah model ANN secara akurat mampu meramalkan inflasi di Indonesia.
Jika dibandingkan, apakah model ANN mampu meramalkan inflasi lebih baik dibanding
dengan model analisis regresi berganda.
Neural Networks: Suatu Penjelasan Ringkas
ANN lahir dari usaha memodelkan otak manusia karena manusia dianggap sebagai sistem
yang paling sempurna. Berbagai usaha memodelkan otak manusia telah dilakukan dan memunculkan
tiga golongan model (Affandi, 1994). Pertama, golongan pertama meniru pola manusia dalam mengambil
keputusan. Seperangkat diinputkan dalam otak mesin atau komputer, sehingga komputer dapat
mengambil keputusan sesuai dengan pengetahuan yang sesuai dengan input (“pengetahuan”)
yang diberikan. Golongan ini disebut sebagai sistem pakar (expert system). Kedua, golongan berikutnya
menirukan cara kerja manusia yang tidak. pernah dilakukan dalam variabel tegas (crisp). Semua
wariabel yang yang diolah dalam otak manusia bersifat samar (fuzzy). Dengan menggabungkan
variabel samar dengan sistem pakar meka lahirlah fuzzy logic. Ketiga, golongan berikutnya lahir dari
usaha memodelkan sel syaraf. Oleh karena itu disebut sebagai ANN (artificial neural network).
Model ANN pertama kali dikenalkan oleh Mc. Culloh dan Pitts sebagai komputasi aktivitas
syaraf. Hasil karyanya kemudian menjadi arah bagi penelitian di bidang ini pada masa berikutnya.
Hebb mempostulatkan bahwa neuron berhubungan satu sama lain pada pola terorganisasi secara
mandiri. Hubungan secara kontinyu berubah ketika sebuah organisasi mempelajari suatu tugas baru,
yaitu penjelasan mengenai model syaraf biologis.
Pada tahun 1958, Rosenblat, Widrow, dan Hoff menemukan aturan pembelajaran untuk
pertama kalinya pada perceptron. Minski dan Papert (1969), mengemukakan bahwa perceptron sangat
terbatas penggunaanya, yakni hanya sebagai metode perhitungan pada kehidupan nyata. Bernard
Widrow menemukan unsur neural sederhana yang hampir sama dengan perceptron yang dinamakan
ADALINE (adaptive linear neuron), dan jaringan multi layernya dikenal sebagai MADALINE
(multiple adalines). Berikutnya Widrow juga mengembangkan prosedur pembelajaran terawasi yang
dikenal sebagai Least Mean Square (LMS) atau Widrow Hoff Learning Method. Pada era selajutnya,
ANN berkembang sedemikian hingga ditemukan berbagai macam metode dan aturan pembelajaran.
Untuk kepentingan aplikasi, manusia memilih fungsifungsi dan hubungan antar neuron
tidak terlalu terikat oleh jaringan biologis yang nyata. Hal ini mempercepat penemuanpenemuan
teknik komputasi berbasis ANN yang handal. Sebuah ANN yang berorientasi pada aplikasi memiliki
tiga karakteristik. Pertama, bersifat adaptif. Artinya, ANN mampu mengubah parameter dan struktur
dirinya berdasarkan masukan yang diberikan, serta menangani masukan yang sebelumnya belum
pernah dikenal sebelumnnya. Kedua, merupakan pemrosesan non linear, fungsi aktivasi merupakan
unit non linear dari ANN. Ketiga, merupakan pemrosesan paralel, seperti halnya sistem syaraf real
jutaan neuron yang dimilikinya bekerja secara paralel, sehingga masingmasing melakukan proses
secara bersamaan atau simultan.
Neuron Biologis
ANN merupakan jaringan yang dibuat dengan meniru jaringan syaraf manusia dengan diilhami
oleh struktur dan cara kerja otak dan sel syaraf manusia. Dalam otak manusia mengandung kurang
lebih 1011 neuron dan sekitar 104 hubungan perneuron. Sebuah neuron mengandung soma (badan
sel), axon (pengirim sinyal), dan dendrite (penerima sinyal). Yang menghubungkan antara satu neuron
dan neuron yang lain adalah synapse (sinapsis). Dendrite berfungsi sebagai penerima sinyal dari
neuron dari neuron lain melalui sinapsis. Sedangkan axon berfungsi meneruskan sinyal ke ujung
serat yang berhubungan dengan sinapsis. Gambar neuron biologis dapat dilihat pada Gambar 1.
114
Prediksi Inflasi Indonesia
Wahyuningsih, Zuhroh dan Zainuri
Synopses
Efferent
Axon
Axon
Hillock
Synopses
Cell
Body
Synopses
Myclin
Sheath
Synopses
Nodes of
Reavies
Synopses
Dendrates
Gambar 1. Neuron Biologis
Sebuah neuron akan bereaksi apabila potensial listrik mencapai satu batasan tertentu
(threshold). Cara kerja dari neuron adalah dengan menjumlahkan sinyal yang masuk melalui dendrite
yang berasal dari axon neuron lain yang dikalikan dengan pembobot snapsis. Proses pembelajaran
terjadi dengan perubahan pada sinasis. Ada dua jenis sinapsis yang bersifat membangkitkan (exite)
dan sinapsis yang bersifat menghambat (inhibit). Sinyal yang masuk dijumlahkan oleh badan sel
dan dikonversi oleh fungsi aktivasi tertentu, sehingga menghasilkan sinyal pemicu yang dialirkan ke
neuron melalui akson. Skema fisiologis neuron dapat dilihat pada Gambar 2.
DENDRITES
AXON
NEURON
NEURON
SYNAPSES
Arah Aliran
Gambar 2. Skema Fisiologis Neuron
115
Journal of Indonesian Applied Economics
Vol. 2 No. 2 Oktober 2008, 113-127
B. REPRESENTASI MATEMATIS DARI NEURON
Model matematik orde pertama dari neuron dapat dilihat pada Gambar 3.
Bobot atau kekuatan dari hubungan
Threshold
1
Akumulasi dan
pelipatan
Output
>2
0,
5
0,
1
Gambar 3. Representasi Matematis dari Neuron
Hubungan (connection) yang masuk ppda neuron digambarkan dengan garis input dengan
bobot tertentu. Neuron hanya melakukan akumulasi dan memberikan nilai pembatas (threshold)
untuk pulsa yang datang dari input. Jika sebuah pulsa datang dari suatu hubungan, maka pulsa
tersebut akan dilipatkan nilainya dengan suatu nilai yang disebut dengan bobot dari hubungan yang
menentukan kepentingan dari hubungam tersebut (identik dengan besar kecilnya ukuran dendrit
biologis). Nilai dari hubunganhubungan diakumulasikan menjadi nilai overall unit aktivasi, melewati
nilai batas tertentu, dan akan mengeluarkan pulsa jika nilai overall mencapai nilai batas tersebut.
Keluaran dari tahap threshold akan menjadi masukan dan neuron yang lain, dan terbentuklah suatu
jaringan syaraf yang lengkap.
Nilai Input
Input yang diboboti
1.0
1.0
0
1.0
0
0
1.0
0
0.5
0
Nilai Output
Nilai
Akumulasi
1.0
0.5
0.1
1
0
0.1
0
Gambar 4. Operasi dari Model Matematis
Gambar 4 menunjukkan bobot dari, masingmasing input adalah 1; 0,5; dan 0,1; serta nilai
threshold sebesar 2. Berdasarkan penjelasan ini dapat digambarkan operasi dan model matematika di
atas. Fungsi operasi di atas diaplikasikan pada neuron buatan dan dikenal sebagai Threshold Logic
Unit (TLU) dikemukakan oleh McCulloCh and Pitts (1943). Berikut ini adalah gambaran dari konsep
yang dikemukakan oleh McCulloch and Pitts dan disempurnakan oleh Rosenblat (1958).
116
Prediksi Inflasi Indonesia
Wahyuningsih, Zuhroh dan Zainuri
Elemen dasar yang membangun sebuah ANN adalah sebuah simpul (unit). Simpul berfungsi
untuk mengubah sinyal masukan menjadi sebuah keluaran. Model ini mempunyai masukan berupa x1,
x2 ..., xn, bobot adalah w1 w2 ..., wn. Sinyal berharga 0 dan 1 yang merupakan nilai boolean (hal ini sesuai
dengan contoh gerbang logika dalam rangkaian elektronika).
Nilai aktivasi ( α ) adalah sebagai berikut ini:
n
= w1x1 + w2x2 + ..., wnxn
atau
=
i 1
wixi
(1)
Keluaran dari y diberikan dengan membandingkan nilai aktivasi dengan nilai batas (threshold)
sebagai berikut ini:
1 if α θ
1 if α θ
Y=
(2)
W1
W1
.
.
.
: dilipatkan oleh bobot
Σ
Y
y
Θ
Wn
Gambar 5. Gambar dari TLU
Threshold (θ) seringkali bernilai 0, fungsi threshold sering disebut sebagai fungsi step atau
pembatas keras. Cara kerja dari TLU adalah menjumlahkan seluruh masukan setelah diberi pembobot
dan menyesuaikan hasil penjumlaan ini ke dalam sebuah fungsi aktivasi yang berfungsi untuk
mengubah suatu nilai tidak terbatas (unbounded) menjadi nilai yang terbatas (bounded) atau dikenal
dengan fungsi pemampat. Pada model asli Rosenblatt fungsi yang digunakan adalah fungsi pembatas
keras seperti pada Gambar 4.
Jika dianalogikan dengan neuron biologis, munculnya aksi potensial disimbolkan dengan
nilai biner 1 dan jika tidak disimbolkan dengan nilai biner 0. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh
Minski dan Papert (1969), bahwa perceptron terbatas penggunaannya sebagai metode perhitungan
pada aplikasi nyata, masalah akan timbul jika masukan yang diumpankan adalah bilangan real, dan
bilangan real pada keluaran. Proses analisis matematis untuk jaringan semacam ini cukup kompleks,
dan dapat dilakukan dengan salah satu varian dari ANN, yaitu multilayer perceptron.
Penggunaan bilangan real untuk masukan dan keluaran mensyaratkan penggunaan threshold
dengan fungsi matematis antara lain fungsi sigmoid, arctangen, arcsin, dan lainlain. Fungsi yang
digunakan haruslah mulus dan terus menerus (tidak diperkenankan menggunakan potongan fungsi
linear atau fungsi step) dan mempunyai nilai batas atas dan batas bawah absolut. Fungsi sigmoid
merupakan fungsi yang umum digunakan dalam ANN.
117
Journal of Indonesian Applied Economics
Vol. 2 No. 2 Oktober 2008, 113-127
1
Y = 1/(1 + e-x)
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
-4
-2
2
4
Gambar 6. Fungsi Sigmoid
Arsitektur dari Multilayer Perceptron
Kemampuan dari sebuah simpul teratas pada pengenalan polapola yang linear dan fungsi
fungsi logika sederhana. Kemampuan lebih tinggi dapat diperoleh dengan menggabungkan beberapa
simpul membentuk ANN. Gambar 7 menunjukkan skema dari ANN lapisan jamak (multilayer). Hal
yang terpenting dari ANN bukan hanya bagaimana neuron diimplementasikan tetapi juga bagaimana
hubungan antar neuron dibangun (seringkali disebut dengan arsitektur). Lebih lanjut, Arsitektur
ANN dibagi menjadi empat golongan, yakni (1) ANN lapisan Tunggal (single layer neural network);
(2) ANN lapisan Majemuk (multi layer neural network); (3) ANN arah depan (feedforward neural
network); dan (4) ANN recurent (recurent neural network).
Setiap lingkaran yang terdapat pada gambar 6 merupakan simpul yang melakukan perhitungan
kecuaii pada lapisan masukan. Lapisan tersembunyi dan lapisan keluaran melakukan perhitungan
dengan fungsi tertentu yang disebut dengan fungsi aktivasi. Fungsi aktivasi yang sering disebut
pula dengan fungsi sigmoid merupakan suatu fungsi kontinyu, monoton tidak turun, keluaran terbatas,
dan mudah untuk dideferensialkan. Lapisan tersembunyi pada ANN bisa lebih dari satu lapisan.
Menurut Wang et al. (1999) pemakaian lebih dari satu lapisan tersembunyi tidak akan meningkatkan
kinerja dari jaringan.
vij
z1
1
x1
1
2
3
n
2
wjk
yk
3
.
.
.
p
Gambar 7. Jaringan Syaraf Tiruan Multilayer1
1
Notasi yang digunakan: xi : masukan; vij: nilai pembobot antara lapisan i dan lapisan j (lapisan masukan dan lapisan
tersembunyi); zj: keluaran pada simpul j (pada lapisan tersembunyi); wjk: nilai pembobot antara lapisan j dan lapisan
k (lapisan tersembunyi dan lapisan keluaran); dan yk: keluaran dari simpul k (lapisan keluaran)
118
Prediksi Inflasi Indonesia
Wahyuningsih, Zuhroh dan Zainuri
Aturan pembelajaran dari ANN bertujuan untuk mengubahubah faktor pembobot dan
merupakan serangkaian algoritma yang dapat beradaptasi sehingga diperoleh pempobot yang
diinginkan. Metode pembelajaran dalam ANN terdiri dari tiga macam yaitu pelatihan terawasi
(supervised learning), pelatihan tak terawasi (unsupervised learning), dan pelatihan perkuatan
(reinforced learning). Pelatihan terawasi merupakan proses pembelajaran menggunakan pembanding
pada keluaran ANN, sehingga diperoleh sinyal kesalahan (error). Besarnya kesalahan ini digunakan
untuk menata faktor pembobot pada jaringan, sehingga diperoleh keluaran jaringan yang mendekati
keluaran yang diinginkan. Prinsip kerja jaringan berdasarkan kesalahan yang digunakan untuk
mengoreksi faktor pembobot jaringan ini disebut dengan error correction learning. Algoritma dari
error correction learning ini adalah metode pembelajaran penurunan gradien, yaitu kuadrat ratarata
(least mean square) dan penjalaran balik kesalahan (error backpropagation) [Demuth dan Bealle,
1994].
Pelatihan yang tak terawasi tidak memerlukan pola sasaran, sehingga tidak ada proses
pembandingan keluaran terhadap respon yang diharapkan. ANN dengan pelatihan tidak terawasi
dapat belajar dengan cara memasukkan data ke dalam jaringan, dan jaringanjaringan membentuk
kelaskelas tertentu dan mengklasifikasikan data masukan dalam kelas tertentu. Algoritma metode
pelatihan ini dapat ditemukan pada jaringan Hamming, Linsker, dan Kohonen (Peterson, 1996).
Pelatihan perkuatan berhubungan dengan pembaruan pembobot jaringan dengan
mengevaluasi sinyal. Hal yang membedakan dengan pelatihan terawasi adalah pada pelatihan terawasi
sinyal pembanding dianggap sebagai sinyal yang benar. Algoritma yang menggunakan metode
pelatihan ini adalah learning automata.
Backprogation
Kekuatan utama dari backpropagation adalah klasifikasi patern, yaitu mengklasifikasikan
pasangan input dan output. Selain itu, jaringan syaraf backpropagation juga dapat digunakan untuk
memprediksi output suatu sistem, ataupun pengolahan sinyal digital. Jika suatu data diaplikasikan
pada ANN dan keluarannya tidak sesuai dengan yang diharapkan, maka yang dilakukan adalah
memodifikasi bobot hubungan. Karena inisialisasi (kondisi awal) bobot adalah random, maka
kemungkinan mendapatkan output tidak sesui dengan yang diharapkan adalah tinggi. Untuk
meningkatkan kinerja jaringan tidak dapat dilakukan dengan sematamata memodifikasi bobot
hubungan, karena ketidaktahuan akan kontribusi masingmasing bobot hubungan terhadap kesalahan
output. Oleh karena itu, digunakan algoritma yang secara efisien dapat memodifikasi hubungan atau
faktor bobot untuk meminimisasi kesalahan (error) dari output.
Algoritma yang digunakan adalah pada kondisi di atas adalah error corection learning yang
dapat ditemukan pada backpropagation. Proses pembelajaran (learning) dari backpropagation terdiri
atas tiga tahap. Pertama, pemilihan dan persiapan data training. Pemilihan dan persiapan data training
merupakan faktor yang penting dalam algoritma backpropagation. Kedua, inialisasi pembobot. Artinya,
pembobot mulamula dipilih secara acak. Ketiga, modifikasi bobot hubungan neuron. Untuk
menjelaskan tahap ini dapat dilihat Gambar 6, masukan xi diberikan pada lapisan masukan, simpul
pada lapisan masukan akan mendistribusikan sinyal tersebut ke simpul pada lapisan tersembunyi.
Masukan pada lapisan tersembunyi disebut denga.n nilai zinj Persamaan untuk mendapatkan zinj
adalah sebagai berikut ini;
Zinj = xi vij
(3)
Setelah memasuki simpul pada lapisam tersembunyi maka akan terjadi perhitungan masukan zinj
dengan funsi aktivasi. Fungsi aktivasi yang digunakan adalah fungsi sigmoid.
f(x) =
1/[1 + exp(σx)]
(4)
di mana: x
: nilai masukan
σ
: konstanta persamaan sigmoid
Nilai keluaran pada lapisan tersembunyi zj merupakan hasif masukan zinj ke fungsi aktivasi
119
Journal of Indonesian Applied Economics
Vol. 2 No. 2 Oktober 2008, 113-127
zj = f(zinj)
zj kemudian menjadi masukan lapisan keluaran
yink = zj wjk
(5)
(6)
Masukan pada lapisan keluaran (yink) akan mengalami perhitungan pada simpul keluaran dengan
fungsi aktivasi
yk = f(yink)
(7)
Aturan belajar diturunkan dengan mengoptimasi suatu fungsi harga (cost function). Harga yang
digunakan adalah jumlah kuadrat galat (sum squared error) sebagai berikut ini:
E = ½ (tk – yk)2
(8)
Di mana; tk : keluaran sebenarnya (target)
yk : keluaran ANN
Diferensial dari persamaan (2.9) terhadap wjk maka;
½[tk – yk]2
= ½[tk – f(yink]2
= [tk yk] f(yink)
= [tk – yk] f’(yink) f(yink)
= [tk – yk] f’(yink) zj
= ”k zj
(9)
Dari persamaan di atas, maka dapat ditentukan perubahan pembobot antara lapisan keluaran dan
lapisan tersembunyi sebagai berikut:
Δ wjk = α δk zj
(10)
Di mana : konstanta laju pembelajaran
Dari diferensial persamaan (9) terhadapj vij maka didapat;
= [tk – yk] yk
= [tk – yk] f’(yink)yink
= δk (yink)
= δk wjk (zj)
= xi δk wjk f’(zinj)
= δ j xi
(11)
Dari persamaan (2.12) dapat ditentukan perubahan pembobot antara lapisan tersembunyi dan
lapisan masukan sebagai berikut:
Δ vij = α δj xi
(12)
Prosedur memperbarui pembobot adalah;
Δ wjk (new) = wjk (old) + Δ wjk
Δ vij (new) = vij (old) + Δ vij
(13)
(14)
Sedangkan pengaruh konstanta momentum terhadap perubahan nilai pembobot adalah:
Δ wjk (t+1) = α δk zj + μ Δ wjk (t)
(15)
Δ vij (t+1)= α δj xi
+ μ Δ vij (t)
(16)
Di mana μ : konstanta laju pembelajaran
120
Prediksi Inflasi Indonesia
Wahyuningsih, Zuhroh dan Zainuri
Berdasarkan hal di atas untuk memperbaiki proses pembelajaran dilakukan perbaikan dengan
menambahkan nilai konstanta momentum (u) antara 0 hingga 0.9, sehingga nilai learning rate dapat
ditingkatkan dan osilasi pada jaringan diminimumkan. Metode heuristik yang lain adalah dengan cara
menambahkan layer pada hidden unit, menambahkan hubungan pada input unit ke output unit, dan
mengkostumasi fungsi sigmoid.
Pengujian pada proses ini adalah pengujian terhadap kinerja ANN. Jika memungkinkan data
yang digunakan adalah data nyata, di mana jaringan belum pernah menganalisis dan tidak pernah
muncul pada input. Ada beberapa macam cara pengujian kinerja ANN, berikut ini adalah dua di
antaranya:
a. RMSE (root mean square error)
Kinerja ANN didasarkan atas nilai RMSE (root mean square error) pada proses generalisasi
terhadap contoh data validasi. Semakin kecil nilai RMSE semakin baik kinerja dari ANN.
Persamaan RMSE adalah:
RMSE =
Di mana: yi = nilai prediksi ANN
ti = nilai aktual yang diberikan
n = jumlah contoh pada pengujian
b. Validasi
Validasi dilakukan sebagai pengujian kinerja atau ketepatan prediksi ANN terhadap contoh
yang diberikan selama proses pembelajaran. Proses ini dilakukan dengan memberikan sampel
data yang lain dari proses pembelajaran, dan melihat kemampuan ANN memberikan jawaban
yang benar. Validasi model dirumuskan dengan persamaan:
Validasi (%) = x100%
Di mana: A = Jumlah data hasil pendugaan yang sama dengan target
B = Jumlah data target
C. METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA
Data dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data bulanan yang di mulai pada Bulan Juli
1999 dan diakhiri pada Bulan Desember 2004. Awal data pada bulan tersebut dikarenakan pada
periode tersebut sudah tidak terjadi gejolak inflasi yang tajam akibat krisis ekonomi tahun 1996.
Selain data inflasi, datadata lainnya yang dibutuhkan adalah IHSG, tingkat suku bunga, dan nilai
tukar rupiah terhadap dollar. Data inflasi berupa laju kenaikan Indeks Harga Konsumen untuk tujuh
kota besar di Indonesia yang memasukkan harga sembilan kebutuhan pokok. IHSG merupakan
Indeks Harga Saham Gabungan yang merupakan indeks komposit dari keseluruhan saham yang
diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta. Tingkat suku bunga merupakan tingkat suku bunga Sertifikat
Bank Indonesia (SBI) tempo 3 bulan. Keseluruhan data diperoleh dari publikasi : monthly statistik
Jakarta Stock Exchange, dan statistik Bank Indonesia dengan berbagai terbitan.
Model Artificial Neural Network
ANN yang digunakan pada sistem ini menggunakan jenis multi layer perceptron dengan
dua hidden layer. Struktur syaraf tiruan pada sistem terlihat pada Gambar 8. Lapisan input yang
terdiri dari 4 variabel yang akan digunakan untuk prediksi inflasi, hal ini diharapkan agar dapat
diketahui variabel apa yang paling baik digunakan untuk prediksi inflasi. Variable input yang digunakan
untuk prediksi ingkat inflasi pada penelitian ini, yaitu, indeks harga saham gabungan, jumlah uang
beredar, nilai kurs rupiah terhadap dollar USA, dan tingkat suku bunga.
121
Journal of Indonesian Applied Economics
Vol. 2 No. 2 Oktober 2008, 113-127
bias
bias
bias
IHSG
Uang Beredar
Kurs Rupiah
Inflasi
Suku Bunga
Input Layer
Hidden 1 Layer
Hiden 2 Layer
Output Layer
Gambar 8. Struktur Jaringan Syaraf Tiruan Sistem Prediksi Inflasi
Pemilihan faktorfaktor di atas tergantung kebutuhan yang diinginkan dalam melakukan
prediksi. Dalam sistem ini tidak terdapat faktor politik yang dimasukkan jariangan. Datadata yang
ada dalam faktor tersebut sebelum menjadi input pada jaringan terlebih dahulu dilakukan normalisasi
agar datadata tersebut berada pada interval 01. Cara ini disarankan oleh LeCun (1998), yang
menunjukkan bahwa konvergensi umumnya akan lebih cepat tercapai jika nilai ratarata dari input
data training mendekati nol.
Algoritma Pembelajaran
Sistem prediksi inflasi ini menggunakan algoritma pembelajaran backpropagation dengan
fungsi aktivitas sigmoid:
g(x) = 1/(1 + ex)
(17)
Fungsi error yang digunakan pada sistem ini, yaitu:
E = ½ Σ (y – d)2
(18)
Derivatif fungsi error yang mengacu pada bobot dapat digunakan untuk meng update bobot
sehingga dapat menurunkan nilai error. Untuk melakukan update bobot digunakan algoritma gradient
descent yang menghasilkan rangkaian bobot menggunakan rumus dibawah ini:
Δwij = ε (t)
(19)
Pilihan nilai learning rate akan sangat berpengaruh pada proses training. Jika terlalu kecil,
training akan memerlukan interaksi yang banyak, sehingga lama untuk mencapai konvergen. Jika
terlalu besar, bias timbul osilasi sehingga tidak akan mencapai nilai error yang diharapkan. Untuk
menghidari terjadinya osilasi untuk learning rate yang besar adalah dengan membuat bobot berubah
secara dependent (berpengaruh) pada perubahan bobot sebelumnya dengan menambahkan suatu
momentum, yakni:
Δwij = ε (t) + μΔwij (t1)
(20)
Penggunaan momentum ini agar titik minimum akan dicapai dengan waktu yang lebih cepat,
pada sistem ini momentum dirancang dengan nilai 0.01 < < 0.99. Learning rate yang dirancang pada
sistem mempunyai nilai 0.01 < < 0.99. Penggunaan learning rate dapat mempercepat proses
pembelajaran dan error pada epoch sebelumnya akan diikutkan dalam perhitungan pengupdatean
bobot berikutnya.
Dari proses pembelajaran yang dilakukan oleh sistem akan diperoleh nilai bobot dari hasil
training yang akan digunakan untuk testing dan prediksi data. Sistem prediksi inflasi menggunakan
122
Prediksi Inflasi Indonesia
Wahyuningsih, Zuhroh dan Zainuri
metode split sample. Artinya, data yang digunakan pada saat training tidak digunakan lagi pada
testing. Nilai error pada saat testing akan memberikan gambaran estimasi model yang cukup general.
Algoritma Backpropagation
Suatu jaringan backpropagation dengan Q lapisan, q = 1,2,.....,n. Q Input jaringan dilambangkan
dengan qneti dan output lapisan keq dilambangkan dengan qyi. Jaringan backpropagation memiliki n
neuron input dan m neuron output. Sinapsis antara q1yj dengan qyi dilambangkan dengan qwij.
a. Insialisasi bobot awal
Dengan menggunakan variabel random yang cukup kecil antara 0 sampai 1, kerjakan langkah
langkah berikut, selama kondisi berhenti bernilai FALSE. Untuk tiap penawaran elemen yang
akan dilakukan pembelajaran, kerjakan:
b. Feed Forward
1. Tiaptiap unit input (Xi, I=1,2,3, ……,n) menerima sinyal xi dan meneruskan sinyal tersebut
ke semua unit pada lapisan yang ada di atasnya (lapisan tersembunyi).
2. Tiaptiap unit tersembunyi (Zj, i = 1,2,..p) menjumlahkan sinyalsinyal input terbobot.
z_inj = v0j + xivij
(3.5)
Gunakan fungsi aktivitas untuk menghitung sinyal outputnya:
zj
= f(z_in j)
(3.6)
Kirimkan sinyal tersebut ke semua unit dilapisan atasan (unitunit output)
3.
Tiap-tiap output (Yk,k=1,2,…..., m) menjumlah sinyal-sinyal input bobot
y_ink = wok + zjwjk
(3.7)
Gunakan fungsi aktivitas untuk menghitung sinyal output:
yk
= f(y_in k)
c.
(3.8)
Dan kirimkan sinyal tersebut ke semua unit dilapisan atasnya (unitunit output).
Backpropagation
1. Tiaptiap output (Yk, k= 1,2, …...., m) menerima target pola yang berhubungan dengan pola
input pembelajaran, hitung informasi errornya:
δk
= (tk – yk) f’(y – in k)
Kemudian hitung koreksi bobot (yang nanti akan digunakan untuk memperbaiki nilai wjk).
Δwjk = ε δk zj + μΔwjk1
(3.9)
2. Tiaptiap tersembunyi menjumlahkan delta inputnya (dari unitunit yang berada pada lapisan
atasanya):
δ_in j =
δk wij
(3.10)
Kalikan nilai ini dengan turunan dari fungsi aktivitas untuk menghitung informasi error:
δj
= δ_inj f’(z_in j)
(3.11)
Hitung koreksi bobot untuk memperbaiki nilai Vij:
Δvjk = ε δj + μ Δvjk1
(3.12)
3. Tiaptiap output (Yk, k = 1,2,.. m) memperbaiki bobotnya (j = 0,1,2, ......, p)
wjk (baru)= wjk (lama) + Δwjk
(3.13)
Tiaptiap unit tersembunyi (Zj, j = 1,2, ......, p) memperbaki bobotnya (i=1,2, ...…, n).
vij(baru) = vij (lama) + Δvij
(3.14)
123
Journal of Indonesian Applied Economics
Vol. 2 No. 2 Oktober 2008, 113-127
Hasil: Perbandingan Model Regresi dengan ANN dalam Proyeksi Inflasi
Model ekonometrika selalu mengalami perkembangan, khususnya time serries analysis.
Model analisis time serries mulai dari ARCH, GARCH, ARIMA, ARCES, sampai penggunaan jaringan
syarat atau dikenal dengan istilah ANN. Penggunaan ANN saat ini mulai masuk pada fase
penyempurnaan, sehingga banyak diterapkan pada berbagai bidang ilmu. Pada bidang ekonomi,
terutama digunakan untuk melakukan forecasting suatu kejadian. Misalkan, prediksi inflasi,
pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan penjualan, valas, dan permasalahan ekonomi lainnya.
Pendekatan yang akan digunakan dalam permodelan ANN dapat menggunakan pendekatan
kausal dan pendekatan time serries, dan atau kombinasi dari keduanya. Software yang digunakan
dalam analisis ini, untuk ANN menggunakan Splus 2000, sedangkan regresi linear menggunakan
Minitab Vs 14.
Analisis Regresi Linear Berganda
Sebelum dilakukan analisis, maka dilakukan pemetaan untuk melihat pola hubungan antara
variabel dependent (variabel inflasi) dengan masingmasing variabel independen (variabel uang
yang beredar, variabel kurs, variabel tingkat suku bunga, dan variabel indeks harga saham gabungan).
Hasil analisis korelasi menjelaskan bahwa dari keempat variabel terpilih, hanya uang yang beredar
yang memiliki korelasi sangat kecil (8,6%), sedangkan ketiga variabel lain (IHSG, KURS, dan BUNGA)
memiliki korelasi yang cukup tinggi terhadap inflasi. Lebih lanjut, dari hasil potting didapat bahwa
pola hubungan antara variabel inflasi dengan masingmasing variabel independen (IHSG, UANG,
KURS, dan BUNGA) tidak semuanya berpola hubungan linear. Hanya inflasi dengan KURS yang
memiliki pola hubungan yang linear, sedangkan ketiga lainnya memiliki pola hubungan yang non
linear. Dengan melihat hasil tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pengunaan analisis regresi
linear tidak akan menghasilkan persamaan regresi yang baik.
Hasil regresi linear berganda dengan menggunakan jumlah observasi sebanyak 60, sebagai
training. Dari hasil regresi di dapat hasil, sebagai berikut:
INFLASI = - 2.75 + 0.00036 IHSG + 0.00112 UANG + 0.000312 KURS + 0.0164 BUNGA
Berdasarkan hasil regresi tersebut, hanya variabel kurs yang memiliki arti penting variabel inflasi.
Artinya, variabel kurs yang nyata memengaruhi inflasi. Hal ini sejalan dengan hasil ploting, di mana
kurs yang memiliki pola hubungan linear dengan inflasi. Sedangkan ketiga variabel lainnya tidak
berpengaruh nyata terhadap inflasi.
Walaupun hasil tersebut cukup baik berdasarkan tuntutan model, yang dapat dilihat dari
nilai analisis variannya, baik dari P_value maupun dari D.W. Namun variabel tersebut belum
menunjukkan kemampuan untuk memprediksi variabel inflasi, yang ditunjukkan dari besarnya R2(adj)
= 16,2 persen. Kecilnya koefisien korelasi tersebut bisa disebabkan oleh beberapa variabel lain yang
tidak dimasukkan dalam model, tetapi juga bisa disebabkan pilihan model yang kurang tepat
(misspesifikasi model). Selanjutnya, untuk melihat kemampuan prediksi dari hasil regresi di training,
kemudian diuji cobakan pada data testingnya. Berdasarkan hasil testingnya didapat bahwa SSE =
1.69427, MSE = 0.282378, dan RMSE = 0.531392.
124
Prediksi Inflasi Indonesia
Wahyuningsih, Zuhroh dan Zainuri
P lo t In fla s i d a n
R a m a la n N N
d i tr a in in g
2 .5
V a r ia b le
IN F L A S I
Y - N N _ A s li
2 .0
1 .5
Data
1 .0
0 .5
0 .0
- 0 .5
- 1 .0
1
6
1 2
1 8
2 4
3 0
In d e x
3 6
4 2
4 8
5 4
6 0
Gambar 9. Plot Inflasi dan Ramalan NN di Training
Analisis ANN
Analisis ANN dengan menggunakan dua macam data, yaitu data training dan testing. Seperti
halnya yang dilakukan pada regresi linear, data training sebanyak 60 observasi, sedangkan data
testing 6 observasi. Data training digunakan untuk pembelajaran komputer, dalam upaya melakukan
prediksi. Data testing digunakan sebagai validasi, dari hasil pembelajaran dari data training. Langkah
kedua, menentukan jumlah hidden layer untuk mendapatkan hasil yang terbaik.
Untuk melihat hasil ANN dengan riil inflasi dapat dilihat pada Gambar 9. Hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa analisis ANN lebih baik dibandingkan dengan regresi, karena kemampuan ANN
dalam mendekati dengan riil inflasi. Atau secara jelas dapat dibandingkan error antara analisis regresi
dengan ANN, yang secara jelas dapat dilihat pada Gambar 10.
P lo t E r r o r R e g r e s i d a n N N d i te s tin g
0.5 0
V a r ia b l e
E r _ R e g r _ t e s t in g
E r - N N _ A s li_ t e s tin g
0.2 5
Data
0.0 0
- 0.2 5
- 0.5 0
- 0.7 5
- 1.0 0
1
2
3
4
5
6
In d e x
Gambar 10. Plot Error Regresi dan NN di Testing
Secara ringkas dapat dilihat kemampuan ANN dengan regresi linear dalam melakukan prediksi
inflasi. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.
125
Journal of Indonesian Applied Economics
Vol. 2 No. 2 Oktober 2008, 113-127
Tabel 1. Perbedaan ANN dan Regresi Linier
Keterangan
SSE
MSE
RMSE
Regresi Linear
Training
23,17
0,42
0,65
Testing
1,69
0,28
0,53
ANN
Training
9,28
0,16
0,39
Testing
0,87
0,15
0,38
D. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Kesimpulan
1. Pola hubungan antara variabel inflasi dengan variabel uang beredar, variabel kurs, variabel
tingkat suku bunga, variabel indeks harga saham gabungan tidak semua linear. Hanya inflasi
dengan KURS yang memiliki pola hubungan yang linear, sedangkan ketiga lainnya memiliki pola
hubungan yang nonlinear.
2. Berdasarkan hasil regresi linear hanya variabel kurs yang memiliki arti penting bagi variabel
inflasi, artinya variabel kurs yang nyata memengaruhi inflasi. Hal ini sejalan dengan hasil ploting
dimana kurs yang memiliki pola hubungan linear dengan inflasi. Sedangkan ketiga variabel
(variabel uang beredar, variabel tingkat suku bunga, variabel indeks harga saham gabungan)
tidak berpengaruh nyata terhadap inflasi.
3. Hasil prediksi inflasi dengan menggunakan analisis ANN lebih baik dibandingkan dengan analisis
regresi linear. Hal ini dapat dilihat dari korelasi keempat variabel terhadap inflasi, dimana pada
ANN sebesar 0,83 sedangkan pada regresi linear hanya 0,16.
Rekomendasi
Dalam analisis ditemukan predictive power sebesar 83 % dan analisis regresi sebesar 16%. Hasil ini
perlu diinterpretasi hatihati mengingat dalam model analisis hanya melibatkan 66 observasi. Pada
analisis regresi masih memungkinkan diuji dengan model lainnya untuk mencapai model terbaik yang
selanjutnya dapat dibandingkan dengan model ANN. Hal ini diharapkan untuk lebih menguatkan
kesimpulan akurasi predictive power ANN lebih tinggi dari model lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Ekonomi Makro Indonesia. Bank Indonesia
———————. SEMI. Vol. IV No. 24. 2004. Bank Indonesia
———————. Berita Resmi Statistik. Biro Pusat Statistik
Apotolos, Paul Refenes. Neural Network In The Capital Market. Editor 1995 John Wiley dan Sons
Ltd. Baffins Lane. Chichester West Sussex Po 19. England.
Bishop, C.M. 1996. Neural Network for Pattern Recognition. Oxford University
Faraway, Julian dan Chatfield, Chris. 1995. Time Series Forecasting with Neural Network: A Case
Study. Reseach Report 9506 of The Statistics Group. University of Bath
Fahlman, S.E. 1988. An Empirical Study of Learning Speed in Back-Propagation Network. Technical
Report CMUCS88162. Carnegie Mellon University. USA
126
Prediksi Inflasi Indonesia
Wahyuningsih, Zuhroh dan Zainuri
Fausett, L. 1994. Fundamentals of Neural Network: Architectures, Algorithms, and Applications.
PrenticeHall Inc. USA
Gately, Edward J. 1996. Neural Networks for Financial Forecasting. John Wiley & Son. New York
Gregory, N. Mankiw. 2000. Macroeconomics. Worth Publishers, Inc. New York and Basingstoke. 4th
edition
Kartalopoulos, Stamatios V. 1996. Understanding Neural Networks and Fuzzy Logic: BasicConcepts
and Applications. IEEE Press. New York
LeCun, Y., Bottou, L., Orr., G.B., Muller, K.R. 1998. Efficient BackProp, Neural Network: Tricks of The
Trade. Springer
LiMin Fu. 1994. Neural Network In Coomputer Intelligence. McGrawHill Internasional Editions
Marimin, Yani N. dan Teguh Wibowo. 2002. Sistem Prediksi Harga Saham Menggunakan Logika
Fuzzy dan Jaringan Syaraf Tiruan. Prosiding Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi III.
27 28 Agustus 2002. Fakultas Informasi Universitas Tarumanegara
Mederros Marcelo C., Timo Terasvirta, dan Gianluigi R. Building Neural Network Models for Time
Series: A Statistical Approach. Departemento De Economia, www.econ.pucrio.br.
Nakamura, Emi. 2001. Inflation Forecasting Using A Neural Network, www.harvard.edu/nakamura
Nopirin. 1990. Ekonomi Moneter. BPFE. Yogyakarta
Riedmiller, M. 1994. Advanced Supervised Learning in Multi-Layer Perceptrons From
Backpropagation to Adaptive Learning Algorithms. Int. Journal of Computer Standard
and Interfaces (16)
Rumelhart, D.E., Hinton, G.E., Williams, R.J. 1986. Learning Internal Representations by Error
Propagation. MIT Press, Cambridge, MA
Reed, R.D. 1999. Supervised Learning in Feedfoward Artificial Neural Network. The MIT Press
Sarles, W.S. ed. 1997. Neural Network FAQ. URL: ftp://ftp.sas.com/pub/ neural/FAQ.html.
Schiffmann. W., Joost, M., Werner, R. 1993. Comparison of Optimized Backpropagation Algorithms.
Proc. Of the European Symposium on Artificial Neural Network (ESANN). 1993. Brussels
Sofyan, Assauri. 1984. Teknik dan Peramalan: Penerapannya dalam Ekonomi dan Usaha. Lembaga
Penerbit FEUI. Jakarta
Stern, Hal, S. 1996. Neural Network in Applied Statistics. Departemen of Statistics Lowa State
University Arnes, Americans Statistical Association and the American Society for Quality
Control, Technometrics, August, Vol. 38 No. 3
Sukirno, Sadono. 2003. Pengantar Teori Makro Ekonomi. Edisi kedua. Lembaga Penerbit FEUI.
Jakarta
Winardi. 1990. Pengantar Ekonomi Makro. Penerbit Tarsito Bandung
127