Academia.eduAcademia.edu

Islam Masa Khulafaur Rasyidin

Puji syukur kepada Allah SWT, karena dengan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya ilmiah yang sederhana ini dengan baik dengan judul "Islam Masa Khulafaur Rasyidin". Adapun tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah untuk memnuhi tugas mata kuliah Ilmu Alamiah Dasar di Universitas Darussalam Gontor. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan karya ilmiah ini. Harapan kami dalam penulisan karya ilniah ini semoga dapatmemberi manfaat bagi semua yang membacanya. Akhir kata kami ucapkan terima kasih dan semoga Allah senantiasa meridhai segala amal perbuatan kita. Amin. Gontor, 3 Desember 2014 Penulis 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Mekkah sudah takluk ditangan kaum muslimin maka berakhir pula penyembahan terhadap berhala yang berpuluh-puluh tahun lamanya praktek kesesatan itu dilaksakan, dan sejak nur kebenaran mulai menderang di tanah Mekkah dengan diutusnya seorang Rasul dari kalangan mereka, yaitu dari Bani Hasyim yang bernama sayyidina Muhammad SAW yang terkenal dengan sebutan Al-Amin. Akan tetapi ketika beliau mendapat wahyu untuk menyampaikan risalahnya beliau dan pengikutnya diperangi dan diusir maka Allah memerintahkan untuk hijrah ke Yatsrib, dan beliau menetap disana selama sekitar

KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Allah SWT, karena dengan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya ilmiah yang sederhana ini dengan baik dengan judul “Islam Masa Khulafaur Rasyidin”. Adapun tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah untuk memnuhi tugas mata kuliah Ilmu Alamiah Dasar di Universitas Darussalam Gontor. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan karya ilmiah ini. Harapan kami dalam penulisan karya ilniah ini semoga dapatmemberi manfaat bagi semua yang membacanya. Akhir kata kami ucapkan terima kasih dan semoga Allah senantiasa meridhai segala amal perbuatan kita. Amin. Gontor, 3 Desember 2014 Penulis BAB I PENDAHULUAN A.    Latar Belakang Kota Mekkah sudah takluk ditangan kaum muslimin maka berakhir pula penyembahan terhadap berhala yang berpuluh-puluh tahun lamanya praktek kesesatan itu dilaksakan, dan sejak nur kebenaran mulai menderang di tanah Mekkah dengan diutusnya seorang Rasul dari kalangan mereka, yaitu dari Bani Hasyim yang bernama sayyidina Muhammad SAW yang terkenal dengan sebutan Al-Amin. Akan tetapi ketika beliau mendapat wahyu untuk menyampaikan risalahnya beliau dan pengikutnya diperangi dan diusir maka Allah memerintahkan untuk hijrah ke Yatsrib, dan beliau menetap disana selama sekitar 10 tahun hingga akhir hayat-Nya . Yang pada akhirnya kota Mekkah bisa direbut kembali pada peristiwa Fathul Mekkah ( pembukaan kota mekkah ) yang dipimpin langsung oleh Rasulullah SAW. Dari peristiwa tersebut banyak  suku-suku dari kalangan jazirah arab mulai berduyun-duyun menyatakan keislamannya. Pada bulan fathul makkah itu juga Rasulullah SAW melaksanakan Haji, yang lebih dikenal dengan sebutan hajjatul wada’ ( haji perpisahan ), setelah itu beliau kembali ke Madinah, kira-kira 3 bulan setelah itu,  pada bulan shafar beliau mulai merasakan sakit, dan meminta izin kepada istri-istri-Nya untuk berada di rumah salah satu istri-Nya yang bernama Aisyah ra, dengan tulus ikhlas semuanya member izin, bertepatan pada hari senin 12 Rabiul Awwal 11 H/ 8 juni 632 M, beliau wafat. Nabi Muhammad SAW penutup para Nabi dan tidak akan ada lagi yang menggantikan risalahnya. Para sahabat mulai risau dan gelisah, dalam benak mereka timbul suatu  pertanyaan siapa yang akan menjadi pengganti-Nya disini bukan pengganti risalah-Nya tetapi pengganti imamah-Nya Dan dikalangan para ulama, dan sejarawan, ada istilah Khulafaur-Rasyidin  yang artinya ( pengganti-pengganti yang mendapat petunjuk ) setiap khalifah itu senantiasa berkedudukan sabagai pimpinan dalam Islam. Dan yang menggantikan Rasulullah SAW pertama kali  adalah Abu Bakar As-Shiddiq ra walaupun terjadi perdebatan sengit antara kalangan Muhajirin dan Anshar yang diantara keduanya saling mengklaim bahwa yang pantas menjadi pengganti Nabi Muhammad SAW ialah dari golongan mereka, pada akhirnya musyawarah mufakat menghendaki Abu Bakar ra yang terpilih menjadi pengganti Rasulullah SAW. Kata khulafa’dan Ar-Rasyidin  bermakna jama’ / banyak, berarti bukan Abu Bakar ra saja yang menjadi Khulafaur-Rasyidin tersebut , melainkan diantaranya : Abu Bakar ra.                ( 11-13 H / 632-634 M ) Umar bin Khattab ra.     ( 13-23 H / 634-644 M ) Usman bin Affan ra.     ( 23-35 H / 644-655 M ) Ali bin Abi Thalib ra.     ( 35-41 H / 655-661 M ) Merekalah yang memegang kendali pemerintahan islam dan segala kebijaksanaan berdasarkan musyawarah. Dan masa kekuasaannya dari Khalifah pertama hingga yang terakhir kurang lebih 30 tahun, dari tahun 11 – 40 H / 632 – 661 M. Dan dalam makalah ini , penulis mencoba untuk memaparkan Kepribadian para Khulafaur Rasyidin, system pemerintahan, situasi politik serta perkembangan peradaban Islam nasa pemerintahan Khulafaur Rayidin. B.    Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas maka pada tulisan ini hendak mencari jawaban terhadap pertanyaan: Bagaimana Kepribadian Para Khulafaur Rasyidin? Bagaimana Sistem Pemerintahan Islam Masa Khulafaur Rasyidin Bagaimana Perkembangan Peradaban Islam Pada Masa Khulafaur Rasyidin C.    Rumusan Masalah Berdasarkan rumusan masalah sebagaimana diuraikan di atas, maka maksud dari tujuan tulisan ini: Ingin Mengetahui Kepribadian Para Khulafaur Rasyidin? Ingin Mengetahui Sistem Pemerintahan Islam Masa Khulafaur Rasyidin Ingin Mengetahui Perkembangan Peradaban Islam Pada Masa Khulafaur Rasyidin D.     Metode Metode penulisan makalah ini adalah bersifat Deskriptif yang artinya menjelaskan dengan metode kajian kepustakaan, yaitu penelitian yang dilakukan melalui kepustakaan, mengumpulkan data-data dan keterangan melalui buku-buku dan bahan lainnya yang ada hubungannya dengan masalah-masalah yang diteliti. BAB II PEMBAHASAN A. Kepribadian Khulafaur Rasyidin 1. Abu Bakar Ash Shiddiq Khalifah pertama umat Islam ialah Abu Bakar Ash Shiddiq, Ia adalah orang yang masuk Islam pertama kali dari kalangan laki-laki, ia adalah sahabat karib Rasulullah yang selalu menemaninya dari Makkah hingga Madinah. Ketika Nabi wafat tanpa meninggalkan wasiat kepemimpinan umat islam, ialah yang berhasil menjadi penengah diantara perseteruan kaum Muhajirin dan Anshar. Ia adalah sahabat yang dekat dengan Rasulullah baik dari ilmunya maupun persahabatannya.Beliau juga dipercaya oleh rakyat, sehingga beliau mendapat gelar As–Siddiq, yang artinya orang yang sangat dipercaya.Beliau merupakan seorang yang dermawan. Ketika menjadi khalifah, ia memiliki sikap yang bijaksana dalam pemerintahan dalam garis besar politik, punya prinsip kebebasan berpendapat, tuntutan ketaatan rakyat, mewujudkan keadilan dan mendorong masyarakat berjihad, serta shalat sebagai intisari taqwa. 2. Umar Bin Khattab Umar bin Khatab adalah keturunan Quraisy dari suku Bani Ady. Suku Bani Ady terkenal sebagai suku yang terpandang mulia dan berkedudukan tinggi pada masa Jahiliah. Umar bekerja sebagai saudagar. Beliau juga sebagai duta penghubung ketika terjadi suatu masalah antara kaumnya dengan suku Arab lain. Sebelum masuk Islam beliau adalah orang yang paling keras menentang Islam, tetapi setelah beliau masuk Islam dia pulalah yang paling depan dalam membela Islam tanpa rasa takut dan gentar Ia adalah seorang yang bijaksana dalam mengurusi pemerintahannya. Ia adalah seorang negarawan, administrator, dan pemimpin yang terampil dan pandai, hal itu ditunjukkan dengan berbagai kebijakan mengenai pengelolaan wilayah kekuasaan yang luas, ia menata struktur kekuasaan dan administrasi berdasarkan semangat demokrasi yang terbuka 3. Utsman Bin ‘Affan Diantara Khulafaurrasyidin adalah Ustman Ibnu Affan (Khalifah ketiga) yang memerintah umat Islam paling lama dibandingkan ketiga Khalifah lainnya. Ia memerintah selama 12 tahun. Ia adalah hamba yang taat dan berjiwa sosial tinggi serta dermawan.Ia juga cerdas, penyabar, murah hati, toleransi, kalem, pemaaf, rendah hati, pemalu, dermawan, pemberani, teguh, penyabar, adil, takwa, zuhud, tepat dalam mengarahkan pekerjaan dan lihai memilih Gubernur yang mumpuni. Sifat-sifat paling yang berpengaruh dan paling familiar dari sosok Usman bin Affan RA, Sifat yang itu diantara lain adalah, Pemalu. Sifat inilah yang mendapat perhatian lebih dari para Sejarawan. Terdapat beberapa riwayat yang menyebutkan sifat Usman ini, diantaranya adalah, Rasullulah bersabda, “Bagaimana aku tidak malu kepada seseorang yang bahkan Malaikat pun malu terhadapnya. Usman bin Affan Ra adalah orang yang “Penyabar”. Tingkat kesabarannya, mengundang banyak kekaguman dimata seluruh kaum Muslim, kita dapat melihat betapa sabarnya dia, ketika mendapat cobaan dari Allah SWT. Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, “Persilahkanlah dia masuk dan beritakan kabar gembira kepadanya, bahwa dia akan masuk Surga, dengan cobaan yang akan menimpanya” Menanggapi kabar cobaan yang akan menimpanya itu Usman bin Affan RA berkata, “Aku akan menghadapinya dengan Sabar. Itulah bukti kesabaran Utsman dalam menghadapi cobaan. 4. Ali Bin Abi Thalib Khalifah Ali bin Abi Thalib adalah Amirul Mukminin keempat yang dikenal sebagaiorang yang alim, cerdas dan taat beragama. Beliau juga saudara sepupu Nabi SAW (anak paman Nabi, Abu Thalib), yang jadi menantu Nabi SAW, suami dari putri Rasulullah yang bernama Fathimah. Fathimah adalah satu-satunya putri Rasulullah yang ada serta mempunyai keturunan. Khalifah Ali bin Abi Thalib merupakan orang yang pertama kali masuk Islam dari kalangan anak-anak. Nabi Muhammad SAW, semenjak kecil diasuh oleh kakeknya Abdul Muthalib, kemudian setelah kakeknya meninggal di asuh oleh pamannya Abu Thalib. Karena hasrat hendak menolong dan membalas jasa kepada pamannya, maka Ali di asuh Nabi SAW dan di didik. Pengetahuannya dalam agama Islam amat luas. Karena dekatnya dengan Rasulullah, beliau termasuk orang yang banyak meriwayatkan Hadits Nabi. Keberaniannya juga masyhur dan hampir di seluruh peperangan yang dipimpin Rasulullah, Ali senantiasa berada di barisan muka. B. Sistem Pemerintahan Islam Masa Khulafaur Rasyidin 1. Masa Abu Bakar Ash Shidiq Kekuasaan yang dijalankan pada masa khalifah Abu Bakar bersifat sentral; yakni kekuasaan Legislatif, Eksekutif, dan Yudikatif terpusat di tangan Khalifah. Selain menjalankan pemerintahan, kalifah juga menjalankan hukum.  Meskipun demikian, Abu Bakar selalu mengajak sahabat-sahabat besarnya bermusyawarah. Adapun urusan pemerintahan diluar kota madinah, khalifah Abu Bakar membagi wilayah kekuasaan hukum Negara Madinah menjadi beberapa propinsi, dan setiap propinsi Ia menugaskan seorang amir atau wali (semacam jabatan gubernur). 2. Masa Umar Bin Khattab Administrasi pemerintahan diatur menjadi delapan wilayah provinsi: Makkah, Madinah, Syiria, Jazirah, Basrah, Kufah, Palestina, dan Mesir. Pada masanya mulai diatur dan ditertibkan sistem pembayaran gaji dan pajak tanah. Pengadilan didirikan dalam rangka memisahkan lembaga Yudikatif dengan lembaga Eksekutif. Khalifah Umar menerapkan prinsip demokratis dalam kekuasaan. Yaitu dengan menjamin hak-hak bagi setiap warga negara. Adapun kekuasaan eksekutif dipegang oleh Umar bin Khhattab dalam kedudukannya sebagai kepala Negara.untuk menunjang kelancaran administrasi dan operasional tugas-tugas eksekutif, Umar melengkapinya dengan beberapa jawatan,diantaranya: 1. Diwan al-kharaj (jawatan pajak) 2. Diwan alahdats (jawatan kepolisian) 3. Nazarat al-nafi’at (jawatan pekerjaan umum) 4. Diwan al-jund (jawatan militer) 5. Baitul al-mal (baitul mal) 3. Utsman Bin Affan Untuk pelaksanaan administrasi pemerintahan di daerah, khalifah usman mempercayakannya kepada seorang gubernur untuk setiap wilayah atau propinsi pada masanya kekuasaan wilayah madinah dibagi menjadi 10 propinsi. Sedangkan kekuasaan legislatif dipegang oleh Dewan Penasehat Syura, tempat khalifah mengadakan musyawarah dengan para sahabat terkemuka. Prestsai tertinggi masa pemerintahan Usman sebagai hasil majlis syura adalah menyusun al-quran standar, yaitu penyeragaman bacaan dan tulisan Al-Quran.Untuk mengisi baitul mal diperoleh dari alfarz, usyri, usyur, zakat dan jizya. Umar juga melengkapinya dengan beberapa jawatan. Utsman paling berjasa dalam membangun bendungan untuk menjaga arus banjir yang besar dan mengatur pembagian air ke kota-kota. Dia juga membangun jalan-jalan, jembatan-jembatan, masjid-masjid dan memperluas masjid Nabi di Madinah. 4. Ali Bin Abi Thalib Ali berhasil memecat sebagian besar gubernur yang korupsi dan mengembalikan kebijaksanaan Umar pada setiap kesempatan yang memungkinkan. Ia membenahi dan menyusun arsip Negara untuk mengamankan dan menyelamatkan dokumen-dokumen khalifah dan kantor sahib-ushsurtah, serta mengkoordinir polisi dan menetapkan tugas-tugas mereka. Ali juga mengambil kembali tanah-tanah yang dibagikan Utsman kepada famili-famili dan kaum kerabatnya tanpa jalan yang sah C. Perkembangan Peradaban Islam Selama Masa Khulafaur Rasyidin 1. Masa Abu Bakar Ash Shidiq Abu Bakar menerima jabatan Khalifah pada saat sejarah islam dalam keadaan krisis dan gawat. Yaitu timbulnya perpesahan, munculnya nabi palsu dan terjadinya banyak pemberontakan yang mengancam eksisternsi negeri Islam yang belum berumur panjang. Memang pengangkatan Abu Bakar berdasarkan keputusan bersama (musyawarah di balai Tsaqifah Bani Sa’idah) akan tetapi yang menjadi sumber utama kekacauan ialah wafatnya nabi dianggap sebagai terputusnya ikatan dengan Islam, bahkan dijadikan persepsi bahwa Islam telah berakhir. Abu Bakar bukan hanya dikatakan sebagai Khalifah, namun juga sebagai penyelamat Islam dari kehancuran karena beliau telah berhasil mengembalikan ummat Islam yang telah bercerai berai setelah wafatnya Rasulullah SAW. Disamping itu beliau juga berhasil memperluas wilayah kekuasaan Islam. Jadi dapat disimpulkan bahwa letak peradaban pada masa Abu Bakar adalah dalam masalah agama (penyelamat dan penegak agama Islam dari kehancuran melalui sistem pemerintahan Islam). Pada awal pemerintahannya, ia langsung berusaha menumpas gerakan riddah yang mulia muncul sejak jatuh sakitnya Nabi Muhammad SAW. Ia juga menumpas gerakan Nabi palsu yang dikomandoi oleh Musailamah Al Kadzab, Thulaihah dan Sajah. Ia juga memerangi para penduduk yang tidak mau mengeluarkan zakat sebagaimana yang mereka lakukan selama Nabi masih hidup. Dimasa pemerintahannya yang ia berhasil mengembangkan wilayah  Islam  keluar  Arabia.  Untuk  itu,  Abu  Bakar membentuk kekuatan dibawah komando Kholid bin Walid yang dikirim ke Irak dan Persia. Ekspedisi ini membuahkan hasil yang gemilang. Selanjutnya memusatkan serangan ke Syiria yang diduduki bangsa Romawi. Hal ini didasarkan secara ekonomis Syiria merupakan wilayah yang penting bagi Arabia, karena eksistensi Arabia bergantung pada perdagangan dengan Syiria. Pada masanya pula pengumpulan Al Quran dan penulisannya dilakukan atas usul Umar Bin Khattab. 2. Masa Umar Bin Khattab Sebelum Khalifah Abu Bakar wafat, beliau telah menunjuk Umar sebagai pengganti posisinya dengan meminta pendapat dari tokoh-tokoh terkemuka dari kalangan sahabat. Masa pemerintahan Umar berlangsung selama 10 tahun 6 bulan. Selama masa pemerintahannya Khalifah Umar banyak melakukan ekspansi untuk menyebarkan ajaran Islam dan memperluas kekuasaan ke seluruh semenanjung Arab. Ketika para pembangkang di dalam negeri telah dikikis habis oleh Khalifah Abu Bakar dan era penaklukan militer telah dimulai, maka Umar menganggap bahwa tugas utamanya adalah mensukseskan ekspedisi yang dirintis oleh pendahulunya. Belum lagi genap satu tahun memerintah, Umar telah menorehkan tinta emas dalam sejarah perluasan wilayah kekuasaan  Islam. Pada tahun 635 M, Damascus, Ibu kota Syuriah, telah ia tundukkan. Setahun kemudian seluruh wilayah Syuriah jatuh ke tangan kaum muslimin, setelah pertempuran hebat di lembah Yarmuk di sebelah timur anak sungai Yordania. Dari Suriah, laskar kaum muslimin melanjutkan langkah ke Mesir dan membuat kemenangan-kemenangan di wilayah Afrika Utara. Bangsa Romawi telah menguasai Mesir sejak tahun 30 SM. Dan menjadikan wilayah subur itu sebagai sumber pemasok gandum terpenting bagi Romawi. Berbagai macam pajak naik sehingga menimbulkan kekacauan di negeri yang pernah diperintah oleh raja Fir’aun itu. ‘Amr bin Ash meminta izin Khalifah Umar untuk menyerang wilayah itu, tetapi Khalifah masih ragu-ragu karena pasukan Islam masih terpencar dibeberapa front pertempuran. Akhirnya, permintaan itu dikabulkan juga oleh Khalifah dengan mengirim 4000 tentara ke Mesir untuk membantu ekspedisi itu. Tahun 18 H, pasukan muslimin mencapai kota Aris dan mendudukinya tanpa perlawanan. Kemudian menundukkan Poelisium (Al-Farama), pelabuhan di pantai Laut Tengah yang merupakan pintu gerbang ke Mesir. Satu bulan kota itu dikepung oleh pasukan kaum muslimin dan dapat ditaklukkan pada tahun 19 H. Satu demi satu kota-kota di Mesir ditaklukkan oleh pasukan muslimin. Kota Babylonia juga dapat ditundukkan pada tahun 20 H, setelah tujuh bulan terkepung. Iskandariah (ibu kota Mesir) dikepung selama empat bulan sebelum ditaklukkan oleh pasukan Islam di bawah pimpinan Ubaidah Ibn as-Samit yang dikirim oleh Khalifah dari Madinah sebagai bantuan pasukan ‘Amr bin Ash yang sudah berada di front peperangan Mesir. Cyrus menandatangani perjanjian damai dengan kaum muslimin. Dengan jatuhnya Iskandariyah, maka sempurnalah penaklukan Islam atas Mesir. 3. Masa Utsman Bin Affan Ustman bin Affan menjabat Khalifah pada usia 70 tahun   hingga usia 82 tahun. Adalah Khalifah yang   paling lama memerintah dibanding ketiga Khalifah lainnya. Ia memerintah Dunia Islam selama 12 tahun (24–36 H/644–656 M). Dalam pemerintahannya, banyak  kemajuan yang telah dicapainya, disamping tidak sedikit pula polemik dan kesan negatif  yang terjadi di akhir pemerintahannya.  Enam tahun pertama pemerintahan Ustman bin Affan ditandai dengan perluasan kekuasaan Islam. Perluasan dan perkembangan Islam pada masa pemerintahannya telah sampai pada seluruh daerah Persia, Tebristan, Azerbizan dan Armenia selanjutnya meluas pada Asia kecil dan negeri Cyprus. Atas perlindungan pasukan Islam, masyarakat Asia kecil dan Cyprus bersedia menyerahkan upeti sebagaimana yang mereka lakukan sebelumnya pada  masa kekuasaan Romawi atas wilayah tersebut. Penyebaran Islam bertambah luas dan para Qori‘ pun tersebar di berbagai daerah, sehinga perbedaan bacaan pun terjadi yang diakibatkan berbedanya qiro‘at dari qori‘ yang sampai pada mereka. Sebagian orang Muslim merasa puas karena perbedaan tersebut disandarkan pada Rasullullah SAW. Tetapi keadaan demikian bukan berarti tidak menimbulkan keraguan kepada generasi berikutnya yang tidak secara langsung bertemu Rasullullah. Para   sahabat   amat   khawatir   kalau   perbedaan   tersebut   akan   membawa perpecahan dan penyimpangan pada kaum muslimin. Mereka sepakat menyalin   lembaran pertama     yang     telah di lakukan oleh Khalifah Abu Bakar yang disimpan oleh istri Rasulullah, Siti Hafsah  dan menyatukan umat Islam dengan satu bacaan yang tetap pada satu huruf. Selanjutnya Ustman  mengirim surat pada Hafsah yang isinya kirimkanlah pada kami lembaran-lembaran yang bertuliskan Al-Qur‘an, kami akan menyalinnya dalam bentuk mushaf dan setelah selesai akan kami kembalikan kepada anda. Kemudian Hafsah mengirimkannya kepada Ustman. Selanjutnya Ustman  memerintahkan para sahabat yang antara lain: Zaid Ibn Tsabit, Abdullah Ibn Zubair, Sa‘ad Ibn Al-‘Ash dan Abdurahman Ibnu Harist Ibn Hisyam, untuk menyalin mushaf yang telah dipinjam. Khalifah Ustman  berpesan kepada kaum Quraisy bila anda berbeda pendapat tentang hal Al-Qur‘an maka tulislah dengan ucapan lisan Quraisy karena Al-Qur‘an diturunkan di kaum Quraisy. Setelah mereka menyalin ke dalam beberapa mushaf Khalifah Ustman  mengembalikan lembaran mushaf asli kepada Hafsah. Selanjutnya ia menyebarkan mushaf yang telah disalinnya keseluruh daerah dan memerintahkan agar semua bentuk lembaran mushaf yang lain dibakar. Al-Mushaf ditulis lima buah, empat buah dikirimkan ke daerah-daerah Islam supaya disalin kembali dan supaya dipedomani, satu buah disimpan di Madinah untuk Khalifah Ustman   sendiri dan mushaf ini disebut mushaf Al-Imam dan dikenal dengan mushaf Ustmani. Jadi langkah pengumpulan mushaf ini merupakan salah satu langkah strategis yang dilakukan Khalifah Ustman bin Affan yakni dengan meneruskan jejak Khalifah pendahulunya untuk menyusun dan mengkodifikasikan ayat-ayat al-Qur an dalam sebuah mushaf. Karena selama pemerintahan Ustman, banyak sekali bacaan dan versi Al Quran di berbagai wilayah kekuasaan Islam yang disesuaikan dengan bahasa daerah masing-masing. 4. Masa Ali Bin Abi Thalib Khalifah Ali bin Abi Thalib merupakan orang yang pertama kali masuk Islam   dari kalangan anak-anak. Nabi Muhammad SAW, semenjak kecil diasuh  oleh kakeknya Abdul Muthalib, kemudian   setelah kakeknya meninggal di asuh oleh   pamannya Abu Thalib. Karena hasrat hendak menolong  dan membalas jasa  kepada pamannya, maka Ali  di asuh Nabi SAW dan di didik. Pengetahuan dalam agama Islam amat luas, karena dekatnya dengan Rasulullah. Beliau termasuk orang yang banyak meriwayatkan Hadits Nabi dan keberaniannya juga masyhur dan ia selalu Nerada dibarisan depan di setiap peperangan. Pemerintahan Ali adalah pemerintahan yang mencoba mendasarkan pada dasar-dasar hukum agama Islam. Hal tersebut terlihat ketika Ali hendak mengembalikan umat kepada kehidupan seperti zaman Rasulullah, dimana orang-orang bekerja dan berjihad semata- mata karena Allah. Disamping itu  fakta sejarah juga menunjukkan adanya klaim bahwa Ali adalah seorang pemuda yang cerdas, berani dan mempunyai pengetahuan agama yang dalam, hal ini juga diakui Rasulullah lewat Hadist beliau yang berbunyi: “aku adalah bagaikan kota ilmu dan Ali adalah pintunya” Dengan pemahaman yang dalam tentang agama Islam maka langkah pertama yang ia lakukan setelah menjabat menjadi Khalifah, antara lain yaitu mengganti seluruh Gubernur/wali-wali daerah yang dulu diangkat Ustman secara nepotisme dan mencabut kembali segala fasilitas yang diberikan Ustman pada familinya. Karena hal tersebut bertentangan dengan ajaran agama yang memerintahkan agar berlaku adil kepada siapa saja. Masa Ali ibn Abi Thalib kurang maksimal, pertama disebabkan karena pembunuhan terhadap Khalifah Ustman masih misterius, tidak diketahui siapa pembunuhnya. Karena itu ada dugaan bahwa yang membunuh adalah kelompok Ali. Keadaan ini oleh sebagian pendapat dipolitisir untuk mempertajam pertentangan kesukuan antara Bani Hasyim (Ali) dengan Bani Umayyah (Ustman). Kedua, elite pemerintahan khususnya dari kalangan Gubenur Syiria tidak menginginkan Ali tampil sebagai Khalifah. Sebab Ali yang alim dan zuhud itu sudah barang tentu tidak suka melihat gubenurnya yang berorientasi pada kemewahan Dunia. Dengan kata lain munculnya Ali sebagai Khalifah akan merugikan orang elite Islam yang cinta pada kedudukan dan kekuasaan. Sedangkan rakyat memipikan kualitas kepemimpinan seperti zaman sebelumnya. Berdasarkan scenario inilah muncul pemboikotan terhadap pemerintahan Ali sebagai khalifah. BAB III KESIMPULAN Berangkat dari keterangan yang telah dipaparkan diatas, kami daopat mengambil beberapa kesimpulan, diantaranya: 1. Empat Khulafaur Rasyidin merupakan sahabat pilihan yang mempunyai kepribadian yang mulia dengan selalu menjunjung panji agama Islam. Mereka merupakan tauladan bagi umat muslim dalam bermu’amalah dengan Allah dan masyarakat, karena mereka adalah empat diantara 10 sahabat yang dijamin Nabi Muhammad masuk surge. 2. Pada masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin pemerintahan Islam mulai meluas ke luar semenanjung Arab dan berbagai kebijakan politik yang bermanfaat di lakukan dengan asas demokrasi dan kemaslahatan bersama 3. Peradaban Islam [ada masa Khulafaur Rasyidin mulai berkembang dan disegani sebagai salah satu kekuatan dunia, setelah Romawi dan Persia Daftar Pustaka Ali, Hasan. Islam Membangun Peradaban Dunia. Jakarta : Pustaka Jaya. 1988 Ja’fariyun. Sejarah Khilafah. Jakarta : Al-Huda. 2006 Syalabi. Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta : Jaya Murni. 1973 Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : Raja Grafindo Persada. 1998 15