KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,
RISET, DAN TEKNOLOGI
BADAN STANDAR, KURIKULUM, DAN ASESMEN PENDIDIKAN
Jalan Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta 10270
Telepon (021) 5737102, 5733129, Faksimile (021) 5721244, 5721245
Laman litbang.kemdikbud.go.id
SALINAN
KEPUTUSAN
KEPALA BADAN STANDAR, KURIKULUM, DAN ASESMEN PENDIDIKAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
NOMOR 008/H/KR/2022
TENTANG
CAPAIAN PEMBELAJARAN PADA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI,
JENJANG PENDIDIKAN DASAR, DAN JENJANG PENDIDIKAN MENENGAH
PADA KURIKULUM MERDEKA
KEPALA BADAN STANDAR, KURIKULUM, DAN ASESMEN PENDIDIKAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI,
Menimbang
: bahwa untuk melaksanakan kebijakan kurikulum Merdeka,
perlu
menetapkan
Kurikulum,
dan
Kebudayaan,
Keputusan
Asesmen
Riset,
dan
Kepala
Badan
Kementerian
Teknologi
Standar,
Pendidikan,
tentang
Capaian
Pembelajaran pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang
Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah Pada
Kurikulum Merdeka;
Mengingat
: 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun
2003
Nomor
78,
Tambahan
Lembaran
Negara
Republik Indonesia Nomor 4301);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2021 tentang Standar
Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun
2021
Nomor
87,
Tambahan Lembaran
Negara
Republik Indonesia Nomor 6676) sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2022 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2021
tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara
-2-
Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 14, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6762);
3. Peraturan
Presiden
Nomor
62
Tahun
2021
tentang
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor
156);
4. Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi Nomor 28 Tahun 2021 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2021
Nomor 963);
5. Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi Nomor 5 Tahun 2022 tentang Standar Kompetensi
Lulusan Pendidikan pada Pendidikan Anak Usia Dini,
Jenjang
Pendidikan
Dasar,
dan
Jenjang
Pendidikan
Menengah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2022
Nomor 161);
6. Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi Nomor 7 Tahun 2022 tentang Standar Isi pada
Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan
Jenjang Pendidikan Menengah (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2022 Nomor 169);
8. Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi Nomor 56/M/2022 tentang Pedoman Penerapan
Kurikulum dalam Rangka Pemulihan Pembelajaran;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan
: KEPUTUSAN KEPALA BADAN STANDAR, KURIKULUM,
DAN
ASESMEN
PENDIDIKAN
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
TENTANG
CAPAIAN
PEMBELAJARAN
PADA
PADA
PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, JENJANG PENDIDIKAN
DASAR, DAN JENJANG PENDIDIKAN MENENGAH PADA
KURIKULUM MERDEKA.
-3-
KESATU
: Menetapkan Capaian Pembelajaran untuk PAUD pada
Kurikulum
Merdeka
sebagaimana
tercantum
dalam
Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Keputusan ini.
KEDUA
: Menetapkan
Capaian
Pembelajaran
untuk
SD/MI/Program Paket A, SMP/MTs/Program Paket B, dan
SMA/MA/Program Paket C pada Kurikulum Merdeka
sebagaimana
tercantum
dalam
Lampiran
II
yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan ini.
KETIGA
: Menetapkan
Capaian
Pembelajaran
Kelompok Kejuruan untuk SMK/MAK
Mata
Pelajaran
pada Kurikulum
Merdeka sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan ini.
KEEMPAT
: Menetapkan Capaian Pembelajaran untuk SDLB, SMPLB,
dan SMALB pada Kurikulum Merdeka sebagaimana
tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Keputusan ini.
KELIMA
: Capaian
Pembelajaran
sebagaiman
dimaksud
dalam
Diktum KESATU, Diktum KEDUA, Diktum KETIGA, dan
Diktum KEEMPAT mulai berlaku pada tahun ajaran
2022/2023.
KEENAM
: Pada saat Keputusan ini mulai berlaku:
a. Keputusan
Kepala
Badan
Penelitian
dan
Pengembangan dan Perbukuan Nomor 28 Tahun 2021
tentang Capaian Pembelajaran PAUD, SD, SMP, SMA,
SDLB, SMPLB, DAN SMALB Pada Program Sekolah
Penggerak; dan
-4-
b. Keputusan
Kepala
Badan
Penelitian
dan
Pengembangan dan Perbukuan Nomor 29 Tahun 2021
tentang
Capaian
Pembelajaran
tentang
Capaian
Pembelajaran Mata Pelajaran pada Program SMK Pusat
Keunggulan.
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
KETUJUH
: Keputusan Kepala Badan ini mulai berlaku sejak tanggal
ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 15 Februari 2022
KEPALA BADAN STANDAR, KURIKULUM,
DAN ASESMEN PENDIDIKAN,
TTD.
ANINDITO ADITOMO
Salinan sesuai dengan aslinya,
Kepala Subbagian Tata Usaha,
IFAN FIRMANSYAH
NIP 198210152009121003
SALINAN
LAMPIRAN I
KEPUTUSAN KEPALA BADAN STANDAR, `
KURIKULUM, DAN ASESMEN PENDIDIKAN
NOMOR 008/KR/2022
TENTANG
CAPAIAN PEMBELAJARAN
PADA PENDIDIKAN
ANAK USIA DINI, JENJANG PENDIDIKAN DASAR,
DAN JENJANG PENDIDIKAN MENENGAH
PADA KURIKULUM MERDEKA
CAPAIAN PEMBELAJARAN UNTUK PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA)
PADA KURIKULUM MERDEKA
CAPAIAN PEMBELAJARAN DI AKHIR JENJANG PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
(TK/RA/BA, KB, SPS, TPA)
A. Rasional Capaian Pembelajaran
Penyusunan Capaian Pembelajaran di Pendidikan Anak Usia Dini
(TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) dapat dimaknai sebagai sebuah tanggapan
terhadap
adanya
kebutuhan
untuk
menguatkan
peran
PAUD
(TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) sebagai fondasi jenjang pendidikan dasar.
Capaian Pembelajaran merupakan masukan kurikulum yang digunakan
oleh satuan PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) dalam merancang
pembelajaran sehingga dapat mencapai STPPA. Capaian Pembelajaran
memberikan kerangka pembelajaran yang memandu pendidik di satuan
PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) dalam memberikan stimulasi yang
dibutuhkan oleh anak usia dini.
Stimulasi dirancang dengan cara memperkaya lingkungan yang akan
menyuburkan interaksi anak dengan lingkungan di sekitar, termasuk
pendidik
dan
orangtua.
Kurikulum
berdasarkan
pendekatan
konstruktivistik yang berasal dari teori Piaget dan Vygotsky juga percaya
bahwa pembelajaran perlu melibatkan anak dalam interaksi aktif antara
diri dan lingkungannya. Diharapkan proses stimulasi akan memberikan
dampak
yang
optimal
pada
peningkatan
karakter,
keterampilan,
maupun pengetahuan anak. Stimulasi tersebut dilakukan pada semua
aspek perkembangan anak, baik dari aspek moral dan agama, fisik
motorik, emosi dan sosial, bahasa, dan kognitif melalui kegiatan
bermain. Peran guru dan orang tua pada stimulasi anak usia dini
selaras dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara yaitu guru dan orang tua
1
berfungsi sebagai fasilitator, mentor, dan mitra anak dalam proses
perkembangannya. Selanjutnya guru perlu bekerja sama dengan orang
tua untuk memastikan keselarasan antara pendidikan di satuan PAUD
(TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) dan di rumah dalam keseharian anak.
Secara
umum,
dapat
dikatakan
stimulasi
bertujuan
agar
anak
bertumbuh kembang optimal secara holistik dan siap bersekolah.
Diharapkan mereka kelak membentuk pribadi yang dicita-citakan dalam
profil pelajar Pancasila, yaitu sebagai pelajar sepanjang hayat yang
kompeten, berkarakter, dan berperilaku sesuai nilai-nilai Pancasila.
Proses membangun pengetahuan anak terjadi ketika ia sedang bermain
dan berinteraksi dengan lingkungannya secara aktif. Proses tersebut
berupa desain lingkungan belajar yang sesuai dari satuan PAUD
(TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) serta tantangan dan dukungan yang
diberikan bagi tiap anak oleh pendidik untuk memastikan anak
memperoleh kemampuan-kemampuan baru.
Bermain bagi anak usia dini adalah belajar, yang didukung dengan
masukan dari orang lain yang lebih berpengalaman di sekitarnya
(pendidik, orang tua/wali, saudara yang lebih tua, dan sebagainya).
Anak bertindak dari perilaku bermain dan model yang dicontohkan oleh
orang dewasa atau anak-anak yang lebih tua. Mereka mengajukan
pertanyaan untuk belajar lebih banyak, dan dapat dirangsang untuk
belajar lebih banyak melalui dukungan dari orang dewasa yang terlibat,
atau
anak-anak
yang
lebih
tua
yang
menanggapi
minat
anak,
menjelaskan berbagai hal, mengajari mereka kata-kata untuk berbicara
tentang apa yang mereka lakukan, dan mendorong anak untuk
mengeksplorasi lebih cermat, atau berpikir lebih dalam. Bermain secara
alami dan spontan yang berasal dari ide-ide anak merupakan kegiatan
belajar yang menyenangkan yang dengan dukungan yang tepat, akan
mengarah pada pembelajaran yang lebih dalam dan bermakna bagi anak
tentang diri mereka
menampilkan
dan
hal-hal
dunianya. Melalui bermain, anak-anak
yang
ia
ketahui
tentang
dunianya
yang
memberikan kesempatan yang tepat bagi pendidik atau orang tua/wali,
untuk menstimulasi anak mengambil langkah berikutnya, atau mencoba
tantangan berikutnya agar mereka belajar lebih banyak. Stimulasi
bermain yang berkualitas, yang selaras dengan minat anak dan
menantang secara tepat akan memberikan kesempatan kepada anak
untuk
menunjukkan
Indonesia,
dan
mengeksplorasi,
pengenalan
tentang
mendemonstrasikan
memecahkan
2
dirinya
sebagai
kemampuannya
masalah,
berpikir
anak
dalam
dan
mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila. Anak tersebut akan memiliki
kesadaran
terhadap
alam
dan
lingkungan,
serta
tumbuh
dan
berkembang menjadi anak yang kreatif, bugar, sehat, serta dapat
berkomunikasi dan berekspresi dengan bahasa dan seni.
Berikut adalah sejumlah rasional yang mendasari penyusunan Capaian
Pembelajaran di jenjang PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA):
Pertama, memberikan lebih banyak ruang kemerdekaan bagi satuan
PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) untuk menetapkan kebutuhan
pengajaran dan pembelajaran. Kebutuhan belajar mengajar PAUD
(TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) harus didasarkan pada kebutuhan anak. Ini
membutuhkan pertimbangan kemampuan fisik, sosial, moral, linguistik,
dan
kognitif
anak
serta
penyediaan
berbagai
lingkungan
yang
menantang dengan dukungan pendidik ke tiap anak yang memadai
untuk memastikan potensi belajar anak terwujud. Lingkungan PAUD
(TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) perlu ramah dan dekat dengan anak agar ia
merasa cukup percaya diri untuk dapat bermain dan menjelajah di
dalamnya. Ini berarti pertimbangan harus diberikan pada konteks sosial
dan budaya anak dan sumber daya yang tersedia. Orang tua/wali juga
harus dilibatkan dalam kegiatan PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA),
sehingga mereka dapat mendukung pembelajaran anak tentang diri
mereka sendiri dan dunia mereka serta anak dapat memperluas
eksplorasi. Pertimbangan juga harus diberikan pada sumber daya
ekonomi dan masyarakat yang mungkin tersedia di lingkungan rumah
dan satuan PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) untuk dapat memberikan
dukungan yang memadai.
Beragamnya
keadaan
sosial
budaya
ekonomi
dan
sumber
daya
masyarakat Indonesia adalah sinyal bahwa penjabaran mengenai apa
yang perlu dipelajari di satuan PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) harus
tetap menyediakan ruang kemerdekaan bagi satuan pendidikan dan
ekosistemnya
untuk
menentukan
bagaimana
mereka
akan
menggunakan sumber dayanya untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Capaian Pembelajaran PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) merupakan fase
fondasi, yang artinya fase ini merupakan pijakan pertama anak di dunia
pendidikan dan tujuannya adalah memfasilitasi tumbuh kembang anak
secara optimal, yang tidak hanya siap bersekolah, namun lebih siap
menempuh
perjalanannya
dalam
berkembang
dan
berperan
di
komunitas, negara, dan dunia. Selaras dengan semangat Standar
Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak, Capaian Pembelajaran tidak
preskriptif (secara mengikat memberikan ketentuan baku) membatasi
3
ragam laju dan kebutuhan anak dalam belajar berdasarkan usia (karena
anak unik dan tidak dapat dibandingkan satu dengan yang lainnya) –
dan juga tidak preskriptif membatasi rangkaian pembelajaran yang
dapat dilakukan satuan.
Kedua, menguatkan transisi PAUD-SD. Kesinambungan pembelajaran di
PAUD dan sekolah dasar, adalah peran kunci mengingat periode anak
usia dini sebetulnya adalah usia 0-8 tahun (Shonkoff et al, 2016).
Capaian Pembelajaran Jenjang PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA)
berupaya untuk menempatkan kurikulum PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS,
TPA) dan sekolah dasar dalam satu lajur pembelajaran (learning
progression) sehingga ujung capaian kurikulum adalah titik berangkat di
kelas 1 sekolah dasar, dan terus dibangun hingga usainya fase A, di
kelas 2 sekolah dasar. Hal ini yang diharapkan akan mendukung
kesiapan bersekolah anak dalam rentang usia tersebut.
Kesiapan bersekolah dimaknai sebagai hadirnya hasil interaksi dari tiga
dimensi: peserta didik yang siap (ready children), keluarga siap (ready
family), dan sekolah yang siap (ready school) (UNICEF, 2012). Sesuai
dengan teori Bronfenbrenner (1979 dan 1989), ketiga dimensi ini berada
dalam sebuah ekosistem besar yang dipengaruhi oleh nilai budaya serta
kerangka kebijakan yang berlaku. Kesiapan bersekolah merupakan
kondisi yang terus dibangun berdasarkan kemitraan antara satuan
PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA), keluarga, sekolah dasar kelas rendah.
Komponen penting dari kesiapan bersekolah yang dapat didukung
satuan PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) diantaranya adalah:
● Kematangan emosi yang cukup untuk mengatasi masalahnya seharihari.
● Keterampilan sosial yang memadai untuk berinteraksi sehat dengan
teman sebaya.
● Kematangan
kognitif
yang
cukup
untuk
berkonsentrasi
saat
bermain-belajar.
● Pengembangan keterampilan motorik dan perawatan diri yang
memadai untuk dapat berpartisipasi di lingkungan sekolah secara
mandiri.
Keterampilan umum ini dipelajari di lingkungan dimana anak-anak
memiliki kesempatan untuk berinteraksi, dimana ada masalah-masalah
yang perlu mereka selesaikan ketika berinteraksi dengan teman.
Pendidik juga perlu siap mendukung anak-anak untuk terlibat secara
baik dengan orang lain, menyelesaikan perselisihan secara konstruktif,
4
dan mengelola emosi mereka. Pendidik juga perlu mengajari anak cara
mendengarkan
dengan
cermat,
dan
memberikan
stimulus
untuk
membangun konsentrasi dan keterampilan mengingat anak untuk
mendukung kesiapan bersekolah.
Ketiga, menguatkan artikulasi penanaman literasi, matematika, sains,
teknologi, rekayasa, dan seni sejak di PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA).
Literasi dan matematika awal tersirat di dalam kurikulum terdahulu
namun dalam pelaksanaannya, masih ada satuan yang menghindari
penggunaan aspek pembelajaran ini ditengarai karena kekhawatiran
terjadinya schoolification (anak belajar secara klasikal di mana fokus
lebih ke muatan pembelajaran di ruangan kelas dalam waktu lama
dengan kertas dan pensil), sementara penting dalam pembelajarannya
anak usia dini untuk mengeksplorasi diri dan lingkungan. Pengenalan
pada sains, matematika, teknologi, rekayasa, dan seni dihadirkan di
PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) untuk membantu anak memecahkan
masalah dan berkreasi. Kemampuan literasi dan matematika di sini
tidaklah diartikan sebagai keharusan membaca, menulis, atau berhitung
karena semua pendidikan di PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) kembali
pada prinsip berpusat pada kebutuhan anak. Artinya, kemampuan
literasi dan matematika adalah kemampuan dasar yang dibutuhkan
anak untuk
dapat
memahami dunia, serta
kemampuan
tersebut
dalam
kegiatan
dapat
menggunakan
sehari-harinya.
Agar
anak
memiliki kemampuan literasi dan matematika awal dalam makna yang
luas, maka penggunaan metode drilling yang secara sempit memaknai
kemampuan ini sebagai kemampuan baca, tulis, hitung – harus
dihindarkan. Hal yang diperlukan adalah pemahaman yang meluas di
satuan PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) dan komunitas orang tua
mengenai perkembangan literasi dini, matematika awal, sains, teknologi,
rekayasa, dan seni dalam PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) yang
mencakup pengembangan:
● Kemampuan menyimak dan mengolah informasi.
● Kemahiran berbahasa yang memadai untuk berpartisipasi dalam
percakapan sehari-hari, mengekspresikan gagasan, pendapat, dan
perasaan, menjelaskan
berbagai peristiwa
yang dekat
dengan
kehidupan anak, mendengarkan secara efektif, dan merespons
dengan tepat.
● Kecintaan pada buku, yang dipupuk dengan mendengarkan berbagai
cerita serta teks informasi sederhana dan menarik sehingga dapat
mendorong anak untuk mengekspresikan tanggapan mereka.
5
● Pengalaman
langsung
yang
memadai
dalam
menghitung
di
antaranya berbagai jenis jumlah kecil, menyortir objek yang berbeda
dengan cara yang berbeda, menggunakan bahasa matematika untuk
mengidentifikasi objek yang panjang, pendek, berat, ringan, penuh,
kosong, cepat, lambat, dan juga untuk menjelaskan beberapa bentuk
sederhana di lingkungan mereka; dan
● Pengalaman yang cukup dalam mengeksplorasi berbagai elemen
lingkungan alam mereka serta alat-alat sederhana, teknologi dan
bahan konstruksi agar mereka terbiasa dan mampu menggambarkan
pengalaman mereka dan apa yang telah mereka pelajari.
Keterampilan awal ini dikembangkan melalui kegiatan belajar-bermain
dengan tetap memperhatikan keunikan anak. Setiap anak memiliki
minat yang berbeda dan tingkat keterampilan yang berbeda, oleh karena
itu pendidik perlu mengenali dan menanggapi hal ini. Keterampilan
keaksaraan awal PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) harus fokus pada
pengembangan keterampilan bahasa lisan. Anak perlu meningkatkan
perbendaharaan kata dan keterampilan berbicara serta menyimak,
dengan cara terlibat dalam percakapan dengan pendidik dan orang
tua/wali. Percakapan ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas
bahasa lisan reseptif dan ekspresif anak.
Demikian pula, untuk mengembangkan keterampilan matematika awal,
pendidik perlu terlibat dalam percakapan dengan setiap anak di mana
mereka membantu anak untuk memahami dan menggunakan beberapa
ide dan bahasa matematika sederhana yang berlaku dalam kegiatan
bermain. Pengalaman sains, teknologi, dan kerekayasaan yang sesuai
untuk anak-anak di PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) memerlukan
penyediaan materi untuk dimainkan anak agar dapat merangsang
eksplorasi mereka. Setiap elemen lingkungan alam yang menjadi bagian
dari PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) dapat menjadi stimulus untuk
mendorong anak berpikir secara ilmiah. Perangkat mekanis sederhana
yang dapat digunakan anak untuk bermain dengan aman, atau bahan
yang dapat digunakan untuk konstruksi memungkinkan anak untuk
mengeksplorasi elemen teknologi dan kerekayasaan. Peran pendidik,
sekali lagi, untuk terlibat dalam percakapan empat mata dengan setiap
anak, setiap hari mencari tahu apa yang sedang dieksplorasi oleh anak,
apa
yang
membuat
mereka
penasaran
dan
menanyakan
jenis
pertanyaan yang akan mendorong anak untuk mengeksplorasi lebih
banyak dan memikirkan tentang hasilnya.
6
Keempat, lebih memberikan pijakan bagi anak untuk memahami dirinya
dan dunia. Hasil pembelajaran di PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA)
menekankan pentingnya untuk membantu anak-anak memahami dan
bangga akan identitas mereka, dan untuk memperkuat pemahaman
mereka
tentang
dunia
dimulai
dengan
menjelajahi
lingkungan
sekitarnya. Anak-anak membutuhkan kepercayaan diri dan kepercayaan
pada kemampuan mereka agar dapat secara efektif menjelajahi dan
belajar tentang dunia mereka. Mereka perlu merasa bangga terhadap
dirinya sendiri, budaya asal mereka, penampilan dan cara hidup
mereka. Pendidik perlu mendukung anak-anak untuk mengembangkan
identitas yang kuat dan positif dengan menghormati dan menyambut
masing-masing keunikan anak serta latar belakang sosial dan budaya
mereka.
Relevansi PAUD sangat ditentukan oleh manfaat yang dirasakan secara
konkret oleh keluarga dan anak. Keluarga perlu melihat jejak serta
dampak
dari
partisipasi
anak-anaknya
di
PAUD
(Smith,
1996),
karenanya tujuan dari setiap pembelajaran perlu dikaitkan dengan
pengalaman anak sehari-hari dan kontekstual (selaras dengan nilai
sosial budaya lingkungan) sehingga menumbuhkan kesadaran bahwa
dirinya
adalah
bagian
dari
lingkungannya
serta
meningkatkan
kompetensi dirinya untuk dapat berperan dalam kegiatan seharihari. Capaian Pembelajaran PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) secara
spesifik
menekankan
pentingnya
pendampingan
anak
dalam
menemukan jati dirinya, serta menguatkan pemahaman anak terhadap
dunianya melalui eksplorasi terhadap lingkungan sekitar.
B. Tujuan Capaian Pembelajaran
Pembelajaran di PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) adalah pembelajaran
yang mengintegrasikan semua aspek perkembangan anak dengan
penekanan pada kesejahteraannya. Tujuan capaian pembelajaran di
PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) adalah memberikan arah yang sesuai
dengan usia perkembangan anak pada semua aspek perkembangan
anak (nilai agama-moral, fisik motorik, emosi-sosial, bahasa, dan
kognitif) dan menarasikan kompetensi pembelajaran yang diharapkan
dicapai anak pada akhir PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA), agar anak
siap mengikuti jenjang pendidikan selanjutnya.
C. Karakteristik Pembelajaran PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA)
7
Pembelajaran di PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) memiliki karakteristik
yang memandang setiap anak dipandang unik dan memiliki potensi
(kelebihan/kekuatan) masing-masing sehingga memungkinkan untuk
dikembangkan lebih lanjut melalui dalam lingkungan yang dirancang
dengan cermat di mana stimulasi bermain diberikan dan pembelajaran
disediakan oleh pendidik. Scaffolding (perancah, dukungan belajar
secara terstruktur) sangat penting diberikan pendidik dengan cara
terlibat dalam percakapan sehari-hari dengan setiap anak, yang seiring
waktu akan memberikan tantangan, dukungan dan bimbingan bagi
anak untuk mengembangkan keterampilan motorik, keterampilan sosial
dan nilai-nilai moral, keterampilan bahasa lisan dan kemampuan anak
untuk secara produktif memikirkan dan mengeksplorasi lingkungan.
Pembelajaran di PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) perlu memperhatikan
beberapa karakteristik spesifik yaitu:
1. Mendukung terbentuknya kesejahteraan diri (well-being) anak.
2. Menghargai dan menghormati anak.
3. Mendorong rasa ingin tahu anak.
4. Menyesuaikan
dengan
usia, tahap
perkembangan, minat
dan
kebutuhan anak.
5. Memberikan stimulasi secara holistik integratif.
6. Memberikan
tantangan,
bimbingan,
dan
dukungan
pada
pembelajaran tiap anak melalui percakapan dan interaksi bermakna
dengan tiap anak.
7. Melibatkan keluarga sebagai mitra.
8. Memanfaatkan lingkungan dan teknologi sebagai sumber belajar.
9. Menggunakan penilaian otentik (penilaian yang diperoleh bersamaan
dengan berlangsungnya proses pembelajaran).
D. Lingkup Capaian Pembelajaran
Lingkup capaian pembelajaran di PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA)
mencakup tiga elemen stimulasi yang saling terintegrasi. Tiga elemen
stimulasi tersebut merupakan elaborasi aspek-aspek perkembangan
nilai agama dan moral, fisik motorik, kognitif, sosial emosional, bahasa,
dan nilai Pancasila serta bidang-bidang lain untuk optimalisasi tumbuh
kembang anak sesuai dengan kebutuhan pendidikan abad 21 dalam
konteks Indonesia. Tiap elemen stimulasi mengeksplorasi aspek-aspek
perkembangan secara utuh dan tidak terpisah. Ketiga elemen stimulasi
tersebut adalah: 1) Nilai agama dan budi pekerti, yang mencakup
8
kemampuan
dasar-dasar agama
dan
akhlak mulia; 2) Jati diri
mencakup pengenalan jati diri anak Indonesia yang sehat secara emosi
dan sosial dan berlandaskan Pancasila, serta memiliki kemandirian fisik.
3) Dasar-dasar Literasi, Matematika, Sains,
Teknologi, Rekayasa,dan
Seni yang mencakup kemampuan memahami berbagai informasi dan
berkomunikasi serta berpartisipasi dalam kegiatan pramembaca. Setiap
elemen stimulasi harus digunakan sebagai dasar untuk mengeksplorasi
aspek perkembangan anak secara keseluruhan, bukan secara terpisah.
E. Rumusan Capaian Pembelajaran PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA)
Pada akhir fase fondasi, anak menunjukkan kegemaran mempraktikkan
dasar-dasar nilai agama dan budi pekerti; kebanggaan terhadap dirinya;
dasar-dasar
kemampuan
literasi,
matematika,
sains,
teknologi,
rekayasa, dan seni untuk membangun sikap positif terhadap belajar dan
kesiapan untuk mengikuti pendidikan dasar.
Elemen Capaian Pembelajaran
1. Nilai Agama dan Budi Pekerti:
Anak percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, mulai mengenal dan
mempraktikkan
ajaran
kepercayaanNya.
Anak
pokok
sesuai
berpartisipasi
dengan
aktif
agama
dalam
dan
menjaga
kebersihan, kesehatan dan keselamatan diri sebagai bentuk rasa
sayang terhadap dirinya dan rasa syukur pada Tuhan Yang Maha
Esa.
Anak
menghargai
sesama
manusia
dengan
berbagai
perbedaannya dan mempraktikkan perilaku baik dan berakhlak
mulia. Anak menghargai alam dengan cara merawatnya dan
menunjukkan
rasa
sayang
terhadap
makhluk
hidup
yang
merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
2. Jati Diri:
Anak mengenali, mengekspresikan, dan mengelola emosi diri serta
membangun hubungan sosial secara sehat. Anak mengenal dan
memiliki perilaku positif terhadap diri dan lingkungan (keluarga,
sekolah, masyarakat, negara, dan dunia) serta rasa bangga sebagai
anak Indonesia yang berlandaskan Pancasila. Anak menyesuaikan
diri dengan lingkungan, aturan, dan norma yang berlaku. Anak
menggunakan fungsi gerak (motorik kasar, halus, dan taktil) untuk
mengeksplorasi dan memanipulasi berbagai objek dan lingkungan
sekitar sebagai bentuk pengembangan diri.
9
3. Dasar-dasar Literasi, Matematika, Sains, Teknologi, Rekayasa, dan
Seni:
Anak
mengenali
dan
memahami
berbagai
informasi,
mengomunikasikan perasaan dan pikiran secara lisan, tulisan, atau
menggunakan berbagai media serta membangun percakapan. Anak
menunjukkan minat, kegemaran, dan berpartisipasi dalam kegiatan
pramembaca dan pramenulis. Anak mengenali dan menggunakan
konsep pramatematika untuk memecahkan masalah di dalam
kehidupan sehari-hari. Anak menunjukkan kemampuan dasar
berpikir kritis, kreatif, dan kolaboratif. Anak menunjukkan rasa ingin
tahu
melalui
observasi,
eksplorasi,
dan
eksperimen
dengan
menggunakan lingkungan sekitar dan media sebagai sumber belajar,
untuk mendapatkan gagasan mengenai fenomena alam dan sosial.
Anak menunjukkan kemampuan awal menggunakan dan merekayasa
teknologi serta untuk mencari informasi, gagasan, dan keterampilan
secara aman dan bertanggung jawab. Anak mengeksplorasi berbagai
proses seni, mengekspresikannya serta mengapresiasi karya seni.
KEPALA BADAN STANDAR, KURIKULUM,
DAN ASESMEN PENDIDIKAN,
TTD.
ANINDITO ADITOMO
Salinan sesuai dengan aslinya,
Kepala Subbagian Tata Usaha,
IFAN FIRMANSYAH
NIP 198210152009121003
10
SALINAN
LAMPIRAN II
KEPUTUSAN
KEPALA
BADAN
STANDAR,
KURIKULUM, DAN ASESMEN PENDIDIKAN
NOMOR 008/KR/2022
TENTANG
CAPAIAN PEMBELAJARAN
PADA PENDIDIKAN
ANAK USIA DINI, JENJANG PENDIDIKAN DASAR,
DAN JENJANG PENDIDIKAN MENENGAH
PADA KURIKULUM MERDEKA
CAPAIAN PEMBELAJARAN UNTUK SD/MI/PROGRAM PAKET A,
SMP/MTS/PROGRAM PAKET B, DAN SMA/MA/PROGRAM PAKET C
PADA KURIKULUM MERDEKA
I.1 CAPAIAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
A. Rasional Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Kemampuan berbahasa, bersastra, dan berpikir merupakan fondasi
dari kemampuan literasi. Semua bidang kajian, bidang kehidupan,
dan tujuan-tujuan sosial menggunakan kemampuan literasi. Literasi
menjadi kemampuan sangat penting yang digunakan untuk bekerja
dan belajar sepanjang hayat. Dengan demikian, pembelajaran bahasa
Indonesia merupakan pembelajaran literasi untuk berbagai tujuan
berkomunikasi dalam konteks sosial budaya Indonesia. Kemampuan
literasi dikembangkan ke dalam pembelajaran menyimak, membaca
dan memirsa, menulis, berbicara, dan mempresentasikan untuk
berbagai tujuan berbasis genre yang terkait dengan penggunaan
bahasa dalam kehidupan. Setiap genre memiliki tipe teks yang
didasarkan pada alur pikir—struktur—khas teks tertentu. Tipe teks
merupakan alur pikir yang dapat mengoptimalkan penggunaan
bahasa untuk bekerja dan belajar sepanjang hayat.
Model utama yang digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia
adalah pedagogi genre. Model ini memiliki empat tahapan, yaitu:
penjelasan untuk membangun konteks (explaining, building the
context), pemodelan (modelling), pembimbingan (joint construction),
dan pemandirian (independent construction). Di samping pedagogi
1
genre, pembelajaran bahasa Indonesia dapat dikembangkan dengan
model-model lain sesuai dengan pencapaian pembelajaran tertentu.
Pembinaan dan pengembangan kemampuan berbahasa Indonesia
akan membentuk pribadi Pancasila yang beriman, bertakwa kepada
Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia, berpikir kritis, mandiri,
kreatif, bergotong royong, dan berkebinekaan global. Rasional
sebagaimana diuraikan di atas dapat dipaparkan pada gambar 1
sebagai berikut.
Gambar 1: Rasional Pembelajaran Bahasa Indonesia
B. Tujuan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan untuk membantu
peserta didik mengembangkan:
1. akhlak mulia dengan menggunakan bahasa Indonesia secara
santun;
2. sikap pengutamaan dan penghargaan terhadap bahasa Indonesia
sebagai bahasa resmi negara Republik Indonesia;
3. kemampuan berbahasa dengan berbagai teks multimodal (lisan,
tulis, visual, audio, audiovisual) untuk berbagai tujuan (genre) dan
konteks;
4. kemampuan literasi (berbahasa, bersastra, dan bernalar kritiskreatif) dalam belajar dan bekerja;
5. kepercayaan diri untuk berekspresi sebagai individu yang cakap,
mandiri, bergotong royong, dan bertanggung jawab;
6. kepedulian terhadap budaya lokal dan lingkungan sekitarnya; dan
7. kepedulian untuk berkontribusi sebagai warga Indonesia dan
dunia yang demokratis dan berkeadilan.
C. Karakteristik Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
2
Mata pelajaran Bahasa Indonesia menjadi modal dasar untuk belajar
dan bekerja karena berfokus pada kemampuan literasi (berbahasa
dan berpikir). Kemampuan literasi menjadi indikator kemajuan dan
perkembangan
anak-anak
Indonesia.
Mata
pelajaran
Bahasa
Indonesia membina dan mengembangkan kepercayaan diri peserta
didik sebagai komunikator, pemikir kritis-kreatif-imajinatif dan warga
negara Indonesia yang menguasai literasi digital dan informasional.
Pembelajaran Bahasa Indonesia membina dan mengembangkan
pengetahuan dan kemampuan literasi dalam semua peristiwa
komunikasi yang mendukung keberhasilan dalam pendidikan dan
dunia kerja.
Mata
pelajaran
berbahasa
Bahasa
reseptif
Indonesia
(menyimak,
membentuk
membaca
dan
keterampilan
memirsa)
dan
keterampilan berbahasa produktif (berbicara dan mempresentasikan,
serta menulis). Kompetensi berbahasa ini berdasar pada tiga hal yang
saling berhubungan dan saling mendukung untuk mengembangkan
kompetensi peserta didik, yaitu bahasa (mengembangkan kompetensi
kebahasaan),
sastra
(kemampuan
memahami,
mengapresiasi,
menanggapi, menganalisis, dan mencipta karya sastra); dan berpikir
(kritis, kreatif, dan imajinatif). Pengembangan kompetensi berbahasa,
bersastra, dan berpikir diharapkan membentuk peserta didik yang
memiliki kemampuan literasi tinggi dan berkarakter Pancasila.
1. Mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup kemampuan reseptif
(menyimak, membaca dan memirsa) dan kemampuan produktif
(berbicara dan mempresentasikan, menulis).
2. Mata pelajaran Bahasa Indonesia menggunakan pendekatan
berbasis genre melalui pemanfaatan beragam tipe teks dan teks
multimodal (lisan, tulis, visual, audio, audiovisual). Model
pembelajaran menggunakan pedagogi genre, yaitu: penjelasan
untuk membangun konteks (explaining, building the context),
pemodelan (modelling), pembimbingan (joint construction), dan
pemandirian (independent construction); serta kegiatan yang
mendorong peserta didik untuk berpikir kritis, kreatif, dan
imajinatif dalam proses pembelajaran.
3. Mata pelajaran Bahasa Indonesia dibelajarkan untuk
meningkatkan:
3
a. kecakapan hidup peserta didik dalam mengelola diri dan
lingkungan;
b. kesadaran dan kepedulian peserta didik terhadap lingkungan
alam, sosial, dan budaya.
Area Pembelajaran
Kemampuan
Reseptif
Bahasa
Produktif
Sub-kemampuan
Menyimak
Membaca dan memirsa
Berbicara dan
mempresentasikan
Menulis
Pengertian kemampuan berbahasa diuraikan sebagai berikut.
Elemen
Menyimak
Deskripsi
Menyimak adalah kemampuan peserta didik menerima,
memahami, dan memaknai informasi yang didengar
dengan sikap yang baik agar dapat menanggapi mitra
tutur. Proses yang terjadi dalam menyimak mencakup
kegiatan seperti mendengarkan dengan konsentrasi,
mengidentifikasi, memahami pendapat, menginterpretasi
tuturan bahasa, dan memaknainya berdasarkan konteks
yang melatari tuturan tersebut. Komponen-komponen yang
dapat dikembangkan dalam menyimak di antaranya
kepekaan terhadap bunyi bahasa, sistem isyarat, kosakata,
struktur bahasa (tata bahasa), makna, dan metakognisi.
Membaca dan Membaca adalah kemampuan peserta didik untuk
Memirsa
memahami, memaknai, menginterpretasi, dan merefleksi
teks sesuai tujuan dan kepentingannya untuk
mengembangkan sikap, pengetahuan, keterampilan, dan
potensinya. Memirsa merupakan kemampuan peserta didik
untuk memahami, memaknai, menginterpretasi, dan
merefleksi sajian cetak, visual dan/atau audiovisual sesuai
tujuan dan kepentingannya untuk mengembangkan sikap,
pengetahuan, keterampilan, dan potensinya. Komponenkomponen yang dapat dikembangkan dalam membaca dan
memirsa di antaranya kepekaan terhadap fonem, huruf,
sistem isyarat, kosakata, struktur bahasa (tata bahasa),
makna, dan metakognisi.
4
Elemen
Deskripsi
Berbicara dan Berbicara adalah kemampuan peserta didik untuk
Mempresenmenyampaikan gagasan, tanggapan, dan perasaan dalam
tasikan
bentuk lisan dengan santun.
Mempresentasikan merupakan kemampuan memaparkan
gagasan atau tanggapan secara fasih, akurat, bertanggung
jawab, mengajukan dan/atau menanggapi
pertanyaan/pernyataan , dan/atau menyampaikan
perasaan secara lisan sesuai konteks dengan cara yang
komunikatif dan santun melalui beragam media (visual,
digital, audio, dan audiovisual).
Komponen-komponen yang dapat dikembangkan dalam
berbicara dan mempresentasikan di antaranya kepekaan
terhadap bunyi bahasa, sistem isyarat, kosakata, struktur
bahasa (tata bahasa), makna, dan metakognisi.
Menulis
Menulis adalah kemampuan menyampaikan gagasan,
tanggapan, dan perasaan dalam bentuk tulis secara fasih,
akurat, bertanggung jawab, dan/atau menyampaikan
perasaan sesuai konteks.
Komponen-komponen yang dapat dikembangkan dalam
menulis di antaranya penggunaan ejaan, kosakata, kalimat,
paragraf, struktur bahasa , makna, dan metakognisi dalam
beragam jenis teks.
D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Setiap Fase
1. Fase A (Umumnya untuk kelas I dan II SD/MI/Program Paket A)
Peserta didik memiliki kemampuan berbahasa untuk berkomunikasi dan
bernalar, sesuai dengan tujuan, kepada teman sebaya dan orang dewasa
di sekitar tentang diri dan lingkungannya. Peserta didik menunjukkan
minat
serta
mampu
mengekspresikan
memahami
perasaan
dan
dan
gagasan;
menyampaikan
pesan;
berpartisipasi
dalam
percakapan dan diskusi sederhana dalam interaksi antarpribadi serta di
depan
banyak
pendengar
secara
santun.
Peserta
didik
mampu
meningkatkan penguasaan kosakata baru melalui berbagai kegiatan
berbahasa dan bersastra dengan topik yang beragam. Peserta didik juga
mulai mampu mengungkapkan gagasannya secara lisan dan tulisan
dengan sikap yang baik menggunakan kata-kata yang dikenalinya seharihari.
Fase A Berdasarkan Elemen.
5
Elemen
Capaian Pembelajaran
Peserta didik mampu bersikap menjadi pendengar yang
penuh perhatian. Peserta didik menunjukkan minat
pada tuturan yang didengar serta mampu memahami
pesan lisan dan informasi dari media audio, teks aural
(teks yang dibacakan dan/atau didengar), instruksi
lisan, dan percakapan yang berkaitan dengan tujuan
berkomunikasi.
Menyimak
Peserta didik mampu bersikap menjadi pembaca dan
pemirsa yang menunjukkan minat terhadap teks yang
dibaca atau dipirsa. Peserta didik mampu membaca
kata-kata yang dikenalinya sehari-hari dengan fasih.
Peserta didik mampu memahami informasi dari bacaan
dan tayangan yang dipirsa tentang diri dan lingkungan,
narasi imajinatif, dan puisi anak. Peserta didik mampu
memaknai kosakata baru dari teks yang dibaca atau
tayangan yang dipirsa dengan bantuan ilustrasi.
Membaca dan
Memirsa
Berbicara dan
Mempresentasikan
Menulis
Peserta didik mampu berbicara dengan santun tentang
beragam topik yang dikenali menggunakan volume dan
intonasi yang tepat sesuai konteks. Peserta didik
mampu merespons dengan bertanya tentang sesuatu,
menjawab, dan menanggapi komentar orang lain
(teman, guru, dan orang dewasa) dengan baik dan
santun dalam suatu percakapan. Peserta didik mampu
mengungkapkan gagasan secara lisan dengan atau
tanpa bantuan gambar/ilustrasi.
Peserta didik mampu menceritakan kembali suatu isi
informasi yang dibaca atau didengar; dan menceritakan
kembali teks narasi yang dibacakan atau dibaca dengan
topik diri dan lingkungan.
Peserta didik mampu menunjukkan keterampilan
menulis permulaan dengan benar (cara memegang alat
tulis, jarak mata dengan buku, menebalkan
garis/huruf, dll.) di atas kertas dan/atau melalui
media digital. Peserta didik mengembangkan tulisan
tangan yang semakin baik.
Peserta didik mampu menulis teks deskripsi dengan
beberapa kalimat sederhana, menulis teks rekon
tentang pengalaman diri, menulis kembali narasi
berdasarkan teks fiksi yang dibaca atau didengar,
menulis teks prosedur tentang kehidupan sehari-hari,
dan menulis teks eksposisi tentang kehidupan seharihari.
2. Fase B (Umumnya untuk kelas III dan IV SD/MI/Program Paket A)
Peserta didik memiliki kemampuan berbahasa untuk berkomunikasi dan
bernalar, sesuai dengan tujuan, kepada teman sebaya dan orang dewasa
tentang hal-hal menarik di lingkungan sekitarnya. Peserta didik
menunjukkan
menyampaikan
minat
terhadap
gagasan
dari
teks,
teks
6
mampu
informatif,
memahami
serta
dan
mampu
mengungkapkan gagasan dalam kerja kelompok dan diskusi, serta
memaparkan pendapatnya secara lisan dan tertulis. Peserta didik mampu
meningkatkan penguasaan kosakata baru melalui berbagai kegiatan
berbahasa dan bersastra dengan topik yang beragam. Peserta didik
mampu membaca dengan fasih dan lancar.
Fase B Berdasarkan Elemen
Elemen
Menyimak
Membaca dan
Memirsa
Capaian Pembelajaran
Peserta didik mampu memahami ide pokok (gagasan)
suatu pesan lisan, informasi dari media audio, teks
aural (teks yang dibacakan dan/atau didengar), dan
instruksi lisan yang berkaitan dengan tujuan
berkomunikasi. Peserta didik mampu memahami dan
memaknai teks narasi yang dibacakan atau dari media
audio.
Peserta didik mampu memahami pesan dan informasi
tentang kehidupan sehari-hari, teks narasi, dan puisi
anak dalam bentuk cetak atau elektronik. Peserta
didik mampu membaca kata-kata baru dengan pola
kombinasi huruf yang telah dikenalinya dengan fasih.
Peserta didik mampu memahami ide pokok dan ide
pendukung pada teks informatif. Peserta didik mampu
menjelaskan hal-hal yang dihadapi oleh tokoh cerita
pada teks narasi. Peserta didik mampu memaknai
kosakata baru dari teks yang dibaca atau tayangan
yang dipirsa sesuai dengan topik.
Berbicara dan
Mempresentasikan
Peserta didik mampu berbicara dengan pilihan kata
dan sikap tubuh/gestur yang santun, menggunakan
volume dan intonasi yang tepat sesuai konteks.
Peserta didik mengajukan dan menanggapi
pertanyaan, jawaban, pernyataan, penjelasan dalam
suatu percakapan dan diskusi dengan aktif. Peserta
didik mampu mengungkapkan gagasan dalam suatu
percakapan dan diskusi dengan mematuhi tata
caranya. Peserta didik mampu menceritakan kembali
suatu informasi yang dibaca atau didengar dari teks
narasi dengan topik yang beraneka ragam.
Menulis
Peserta didik mampu menulis teks narasi, teks
deskripsi, teks rekon, teks prosedur, dan teks
eksposisi dengan rangkaian kalimat yang beragam,
informasi yang rinci dan akurat dengan topik yang
beragam. Peserta didik terampil menulis tegak
bersambung.
3. Fase C (Umumnya untuk kelas V dan VI SD/MI/Program Paket A)
Pada akhir fase C, peserta didik memiliki kemampuan berbahasa untuk
berkomunikasi dan bernalar sesuai dengan tujuan dan konteks sosial.
Peserta didik menunjukkan minat terhadap teks, mampu memahami,
mengolah, dan menginterpretasi informasi dan pesan dari paparan lisan
dan tulis tentang topik yang dikenali dalam teks narasi dan informatif.
7
Peserta didik mampu menanggapi dan mempresentasikan informasi yang
dipaparkan;
berpartisipasi
tanggapannya
terhadap
aktif
bacaan
dalam
diskusi;
menggunakan
menuliskan
pengalaman
dan
pengetahuannya; menulis teks untuk menyampaikan pengamatan dan
pengalamannya
dengan
lebih
terstruktur.
Peserta
didik
memiliki
kebiasaan membaca untuk hiburan, menambah pengetahuan, dan
keterampilan.
Fase C Berdasarkan Elemen.
Elemen
Capaian Pembelajaran
Menyimak
Peserta didik mampu menganalisis informasi berupa
fakta, prosedur dengan mengidentifikasikan ciri objek
dan urutan proses kejadian dan nilai-nilai dari
berbagai jenis teks informatif dan fiksi yang disajikan
dalam bentuk lisan, teks aural (teks yang dibacakan
dan/atau didengar) dan audio.
Membaca dan
Memirsa
Peserta didik mampu membaca kata-kata dengan
berbagai pola kombinasi huruf dengan fasih dan
indah serta memahami informasi dan kosakata baru
yang memiliki makna denotatif, literal, konotatif, dan
kiasan untuk mengidentifikasi objek, fenomena, dan
karakter. Peserta didik mampu mengidentifikasi ide
pokok dari teks deskripsi, narasi dan eksposisi, serta
nilai-nilai yang terkandung dalam teks sastra (prosa
dan pantun, puisi) dari teks dan/atau audiovisual.
Berbicara dan
Mempresentasikan
Peserta didik mampu menyampaikan informasi secara
lisan untuk tujuan menghibur dan meyakinkan mitra
tutur sesuai kaidah dan konteks. Menggunakan
kosakata baru yang memiliki makna denotatif,
konotatif, dan kiasan; pilihan kata yang tepat sesuai
dengan norma budaya; menyampaikan informasi
dengan fasih dan santun. Peserta didik
menyampaikan perasaan berdasarkan fakta, imajinasi
(dari diri sendiri dan orang lain) secara indah dan
menarik dalam bentuk prosa dan puisi dengan
penggunaan kosakata secara kreatif. Peserta didik
mempresentasikan gagasan, hasil pengamatan, dan
pengalaman dengan logis, sistematis, efektif, kreatif,
dan kritis; mempresentasikan imajinasi secara kreatif.
Menulis
Peserta didik mampu menulis teks eksplanasi,
laporan, dan eksposisi persuasif dari gagasan, hasil
pengamatan, pengalaman, dan imajinasi; menjelaskan
hubungan kausalitas, serta menuangkan hasil
pengamatan untuk meyakinkan pembaca. Peserta
didik mampu menggunakan kaidah kebahasaan dan
kesastraan untuk menulis teks sesuai dengan konteks
dan norma budaya; menggunakan kosakata baru yang
memiliki makna denotatif, konotatif, dan kiasan.
Peserta didik menyampaikan perasaan berdasarkan
fakta, imajinasi (dari diri sendiri dan orang lain) secara
indah dan menarik dalam bentuk prosa dan puisi
8
Elemen
Capaian Pembelajaran
dengan penggunaan kosakata secara kreatif.
4. Fase D (Umumnya untuk kelas VII, VIII dan IX SMP/MTs/Program Paket
B)
Pada akhir fase D, peserta didik memiliki kemampuan berbahasa untuk
berkomunikasi dan bernalar sesuai dengan tujuan, konteks sosial, dan
akademis.
Peserta
didik
mampu
memahami,
mengolah,
dan
menginterpretasi informasi paparan tentang topik yang beragam dan
karya sastra. Peserta didik mampu berpartisipasi aktif dalam diskusi,
mempresentasikan, dan menanggapi informasi nonfiksi dan fiksi yang
dipaparkan; Peserta didik menulis berbagai teks untuk menyampaikan
pengamatan
dan
pengalamannya
dengan
lebih
terstruktur,
dan
menuliskan tanggapannya terhadap paparan dan bacaan menggunakan
pengalaman
dan
pengetahuannya.
Peserta
didik
mengembangkan
kompetensi diri melalui pajanan berbagai teks untuk penguatan karakter.
Fase D Berdasarkan Elemen.
Elemen
Capaian Pembelajaran
Menyimak
Peserta didik mampu menganalisis dan memaknai
informasi berupa gagasan, pikiran, perasaan,
pandangan, arahan atau pesan yang tepat dari
berbagai jenis teks (nonfiksi dan fiksi) audiovisual dan
aural dalam bentuk monolog, dialog, dan gelar wicara.
Peserta didik mampu mengeksplorasi dan
mengevaluasi berbagai informasi dari topik aktual
yang didengar.
Membaca dan
Memirsa
Peserta didik memahami informasi berupa gagasan,
pikiran, pandangan, arahan atau pesan dari berbagai
jenis teks misalnya teks deskripsi, narasi, puisi,
eksplanasi dan eksposisi dari teks visual dan
audiovisual untuk menemukan makna yang tersurat
dan tersirat. Peserta didik menginterpretasikan
informasi untuk mengungkapkan simpati, kepedulian,
empati atau pendapat pro dan kontra dari teks visual
dan audiovisual. Peserta didik menggunakan sumber
informasi lain untuk menilai akurasi dan kualitas data
serta membandingkan informasi pada teks.
Peserta didik mampu mengeksplorasi dan
mengevaluasi berbagai topik aktual yang dibaca dan
dipirsa.
Berbicara dan
Mempresentasikan
Peserta didik mampu menyampaikan gagasan,
pikiran, pandangan, arahan atau pesan untuk tujuan
pengajuan usul, pemecahan masalah, dan
pemberian solusi secara lisan dalam bentuk monolog
dan dialog logis, kritis, dan kreatif. Peserta didik
9
Elemen
Capaian Pembelajaran
mampu menggunakan dan memaknai kosakata baru
yang memiliki makna denotatif, konotatif, dan kiasan
untuk berbicara dan menyajikan gagasannya. Peserta
didik mampu menggunakan ungkapan sesuai dengan
norma kesopanan dalam berkomunikasi. Peserta didik
mampu berdiskusi secara aktif, kontributif, efektif,
dan santun. Peserta didik mampu menuturkan dan
menyajikan ungkapan simpati, empati, peduli,
perasaan, dan penghargaan dalam bentuk teks
informatif dan fiksi melalui teks multimoda. Peserta
didik mampu mengungkapkan dan mempresentasikan
berbagai topik aktual secara kritis.
Menulis
Peserta didik mampu menulis gagasan, pikiran,
pandangan, arahan atau pesan tertulis untuk
berbagai tujuan secara logis, kritis, dan kreatif.
Peserta didik juga menuliskan hasil penelitian
menggunakan metodologi sederhana dengan mengutip
sumber rujukan secara etis.
Menyampaikan ungkapan rasa simpati, empati,
peduli, dan pendapat pro/kontra secara etis dalam
memberikan penghargaan secara tertulis dalam teks
multimodal. Peserta didik mampu menggunakan dan
mengembangkan kosakata baru yang memiliki makna
denotatif, konotatif, dan kiasan untuk menulis.
Peserta didik menyampaikan tulisan berdasarkan
fakta, pengalaman, dan imajinasi secara indah dan
menarik dalam bentuk prosa dan puisi dengan
penggunaan kosa kata secara kreatif.
5. Fase E (Umumnya untuk kelas X SMA/MA/Program Paket C)
Pada akhir fase E, peserta didik memiliki kemampuan berbahasa untuk
berkomunikasi dan bernalar sesuai dengan tujuan, konteks sosial,
akademis, dan dunia kerja. Peserta didik mampu memahami, mengolah,
menginterpretasi, dan mengevaluasi informasi dari berbagai tipe teks
tentang topik yang beragam. Peserta didik mampu menyintesis gagasan
dan pendapat dari berbagai sumber. Peserta didik mampu berpartisipasi
aktif dalam diskusi dan debat. Peserta didik mampu menulis berbagai
teks untuk menyampaikan pendapat dan mempresentasikan serta
menanggapi informasi nonfiksi dan fiksi secara kritis dan etis.
Fase E berdasarkan elemen.
Elemen
Menyimak
Capaian Pembelajaran
Peserta didik mampu mengevaluasi dan mengkreasi
informasi berupa gagasan, pikiran, perasaan,
pandangan, arahan atau pesan yang akurat dari
menyimak berbagai jenis teks (nonfiksi dan fiksi) dalam
bentuk monolog, dialog, dan gelar wicara.
10
Elemen
Capaian Pembelajaran
Membaca dan
Memirsa
Peserta didik mampu mengevaluasi informasi berupa
gagasan,pikiran, pandangan, arahan atau pesan dari
berbagai jenis teks, misalnya deskripsi, laporan, narasi,
rekon, eksplanasi, eksposisi dan diskusi, dari teks
visual dan audiovisual untuk menemukan makna yang
tersurat dan tersirat. Peserta didik menginterpretasi
informasi untuk mengungkapkan gagasan dan
perasaan simpati, peduli, empati dan/atau pendapat
pro/kontra dari teks visual dan audiovisual secara
kreatif. Peserta didik menggunakan sumber lain untuk
menilai akurasi dan kualitas data serta
membandingkan isi teks.
Berbicara dan
Mempresentasikan
Peserta didik mampu mengolah dan menyajikan
gagasan, pikiran, pandangan, arahan atau pesan untuk
tujuan pengajuan usul, perumusan masalah, dan
solusi dalam bentuk monolog, dialog, dan gelar wicara
secara logis, runtut, kritis, dan kreatif. Peserta didik
mampu mengkreasi ungkapan sesuai dengan norma
kesopanan dalam berkomunikasi. Peserta didik
berkontribusi lebih aktif dalam diskusi dengan
mempersiapkan materi diskusi, melaksanakan tugas
dan fungsi dalam diskusi. Peserta didik mampu
mengungkapkan simpati, empati, peduli, perasaan,
dan penghargaan secara kreatif dalam bentuk teks fiksi
dan nonfiksi multimodal.
Menulis
Peserta didik mampu menulis gagasan, pikiran,
pandangan, arahan atau pesan tertulis untuk berbagai
tujuan secara logis, kritis, dan kreatif dalam bentuk
teks informasional dan/atau fiksi. Peserta didik mampu
menulis teks eksposisi hasil penelitian dan teks
fungsional dunia kerja. Peserta didik mampu
mengalihwahanakan satu teks ke teks lainnya untuk
tujuan ekonomi kreatif. Peserta didik mampu
menerbitkan hasil tulisan di media cetak maupun
digital.
6. Fase F (Umumnya untuk kelas XI dan XII SMA/MA/Paket C)
Pada akhir fase F, peserta didik memiliki kemampuan berbahasa untuk
berkomunikasi dan bernalar sesuai dengan tujuan, konteks sosial,
akademis, dan dunia kerja. Peserta didik mampu memahami, mengolah,
menginterpretasi, dan mengevaluasi berbagai tipe teks tentang topik yang
beragam. Peserta didik mampu mengkreasi gagasan dan pendapat untuk
berbagai tujuan. Peserta didik mampu berpartisipasi aktif dalam kegiatan
berbahasa yang melibatkan banyak orang. Peserta didik mampu menulis
berbagai teks untuk merefleksi dan mengaktualisasi diri untuk selalu
berkarya dengan mengutamakan penggunaan bahasa Indonesia di
berbagai media untuk memajukan peradaban bangsa.
11
Fase F berdasarkan elemen.
Elemen
Capaian Pembelajaran
Menyimak
Peserta didik mampu mengevaluasi berbagai gagasan
dan pandangan berdasarkan kaidah logika berpikir
dari menyimak berbagai jenis teks (nonfiksi dan fiksi)
dalam bentuk monolog, dialog, dan gelar wicara;
mengkreasi dan mengapresiasi gagasan dan pendapat
untuk menanggapi teks yang disimak.
Membaca dan
Memirsa
Peserta didik mampu mengevaluasi gagasan dan
pandangan berdasarkan kaidah logika berpikir dari
membaca berbagai tipe teks (nonfiksi dan fiksi) di
media cetak dan elektronik. Peserta didik mampu
mengapresiasi teks fiksi dan nonfiksi.
Berbicara dan
Mempresentasikan
Peserta didik mampu menyajikan gagasan, pikiran,
dan kreativitas dalam berbahasa dalam bentuk
monolog, dialog, dan gelar wicara secara logis,
sistematis, kritis, dan kreatif; mampu menyajikan
karya sastra secara kreatif dan menarik. Peserta didik
mampu mengkreasi teks sesuai dengan norma
kesopanan dan budaya Indonesia. Peserta didik
mampu menyajikan dan mempertahankan hasil
penelitian, serta menyimpulkan masukan dari mitra
diskusi.
Menulis
Peserta didik mampu menulis gagasan,pikiran,
pandangan, pengetahuan metakognisi untuk berbagai
tujuan secara logis, kritis, dan kreatif. Peserta didik
mampu menulis berbagai jenis karya sastra. Peserta
didik mampu menulis teks refleksi diri. Peserta didik
mampu menulis hasil penelitian, teks fungsional
dunia kerja, dan pengembangan studi lanjut. Peserta
didik mampu memodifikasi/mendekonstruksikan
karya sastra untuk tujuan ekonomi kreatif. Peserta
didik mampu menerbitkan tulisan hasil karyanya di
media cetak maupun digital.
12
I.2 CAPAIAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA TINGKAT LANJUT
A. Rasional Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Tingkat Lanjut
Kemampuan berbahasa, bersastra, dan berpikir merupakan fondasi
dari kemampuan literasi. Semua bidang kajian, bidang kehidupan,
dan tujuan-tujuan sosial menggunakan kemampuan literasi. Literasi
menjadi kemampuan sangat penting yang digunakan untuk bekerja
dan belajar sepanjang hayat. Dengan demikian, pembelajaran
bahasa Indonesia merupakan pembelajaran literasi untuk berbagai
tujuan berkomunikasi dalam konteks sosial budaya Indonesia.
Kemampuan
menyimak,
literasi
membaca
dikembangkan
dan
memirsa,
ke
dalam
menulis,
pembelajaran
berbicara
dan
mempresentasikan untuk berbagai tujuan, berbasis genre yang
terkait dengan penggunaan bahasa dalam kehidupan. Setiap genre
memiliki tipe teks yang didasarkan pada alur pikir—struktur—khas
teks
tertentu.
Tipe
teks
merupakan
alur
pikir
yang
dapat
mengoptimalkan penggunaan bahasa untuk bekerja dan belajar
sepanjang hayat.
Model utama yang digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia
adalah pedagogi genre. Model ini memiliki empat tahapan, yaitu:
penjelasan (explaining, building the context), pemodelan (modelling),
pembimbingan (joint construction), dan pemandirian (independent
construction). Di samping pedagogi genre, pembelajaran bahasa
Indonesia dapat dikembangkan dengan model-model lain sesuai
dengan pencapaian pembelajaran tertentu.
Pembinaan dan pengembangan kemampuan berbahasa Indonesia
akan membentuk pribadi Pancasila yang beriman, bertakwa kepada
Tuhan yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, berpikir kritis,
mandiri, kreatif, bergotong royong, dan berkebinekaan global.
Rasional sebagaimana diuraikan di atas dapat dipaparkan pada
gambar 1 sebagai berikut:
13
Gambar 1: Rasional Pembelajaran Bahasa Indonesia
B. Tujuan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Tingkat Lanjut
Mata pelajaran Bahasa Indonesia Tingkat Lanjut bertujuan untuk
membantu peserta didik mengembangkan:
1. akhlak mulia dengan menggunakan bahasa Indonesia secara
santun;
2. sikap pengutamaan dan penghargaan terhadap bahasa Indonesia
sebagai bahasa resmi negara Republik Indonesia;
3. kemampuan berbahasa dengan berbagai teks multimodal (lisan,
tulis, visual, audio, audiovisual) untuk berbagai tujuan (genre)
dan konteks;
4. kemampuan literasi (berbahasa, bersastra, dan bernalar kritiskreatif) dalam belajar dan bekerja;
5. kepercayaan diri untuk berekspresi sebagai individu yang cakap,
mandiri, bergotong royong, dan bertanggung jawab;
6. kepedulian terhadap budaya lokal dan lingkungan sekitarnya;
7. kepedulian untuk berkontribusi sebagai warga Indonesia dan
dunia yang demokratis dan berkeadilan; dan
8. Mengembangkan kemampuan berbahasa untuk bekerja pada
bidang kerja yang membutuhkan kemampuan berbahasa setara
KKNI level II.
C. Karakteristik Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Tingkat Lanjut
Mata pelajaran Bahasa Indonesia menjadi modal dasar untuk
belajar dan bekerja karena berfokus pada kemampuan literasi
(berbahasa dan berpikir). Kemampuan literasi menjadi indikator
kemajuan dan perkembangan anak-anak Indonesia. Mata pelajaran
14
Bahasa Indonesia membina dan mengembangkan kepercayaan diri
peserta didik sebagai komunikator, pemikir kritis-kreatif-imajinatif
dan warga negara Indonesia yang menguasai literasi digital dan
informasional.
Pembelajaran
Bahasa
Indonesia
membina
dan
mengembangkan pengetahuan dan kemampuan literasi dalam
semua peristiwa komunikasi yang mendukung keberhasilan dalam
pendidikan dan dunia kerja.
Mata
pelajaran
berbahasa
Bahasa
reseptif
keterampilan
Indonesia
(menyimak,
berbahasa
mempresentasikan,
serta
membentuk
membaca
produktif
menulis).
dan
keterampilan
memirsa)
(berbicara
Kompetensi
dan
dan
berbahasa
ini
berdasar pada tiga hal yang saling berhubungan dan saling
mendukung untuk mengembangkan kompetensi peserta didik, yaitu
bahasa
(mengembangkan
kompetensi
kebahasaan),
sastra
(kemampuan memahami, mengapresiasi, menanggapi, menganalisis,
dan mencipta karya sastra); dan berpikir (kritis, kreatif, dan
imajinatif). Pengembangan kompetensi berbahasa, bersastra, dan
berpikir
diharapkan
membentuk
peserta
didik
yang
memiliki
kemampuan literasi tinggi dan berkarakter Pancasila.
1. Mata
pelajaran
Bahasa
Indonesia
mencakup
kemampuan
reseptif (menyimak, membaca dan memirsa) dan kemampuan
produktif (berbicara dan mempresentasikan, menulis).
2. Mata pelajaran Bahasa Indonesia menggunakan pendekatan
berbasis genre melalui pemanfaatan beragam tipe teks dan teks
multimodal (lisan, tulis, visual, audio, audiovisual). Model
pembelajaran menggunakan pedagogi genre, yaitu: penjelasan
(explaining,
building
the
context),
pemodelan
(modelling),
pembimbingan (joint construction), dan pemandirian (independent
construction); serta kegiatan yang mendorong peserta didik untuk
berpikir kritis, kreatif, dan imajinatif dalam proses pembelajaran.
3. Mata
pelajaran
Bahasa
Indonesia
dibelajarkan
untuk
meningkatkan:
a. kecakapan hidup peserta didik dalam mengelola diri dan
lingkungan;
b. kesadaran dan kepedulian peserta didik terhadap lingkungan
alam, sosial, dan budaya.
15
Area Pembelajaran
Kemampuan
Reseptif
Bahasa
Produktif
Sub-kemampuan
Menyimak
Membaca dan memirsa
Berbicara dan mempresentasikan
Menulis
Pengertian kemampuan berbahasa diuraikan sebagai berikut.
Elemen
Deskripsi
Menyimak
Kemampuan peserta didik menerima, memahami
informasi yang didengar, dan menyiapkan tanggapan
secara relevan untuk memberikan apresiasi kepada
mitra tutur. Proses yang terjadi dalam menyimak
mencakup kegiatan seperti mendengarkan,
mengidentifikasi, memahami, menginterpretasi tuturan
bahasa, memaknainya, dan/atau menyiapkan
tanggapan terhadap mitra tutur. Menyimak
merupakan kemampuan komunikasi yang penting
sebab kemampuan menyimak menentukan tingkat
kemampuan peserta didik memahami makna (tersurat
dan tersirat) paparan lisan, memahami ide pokok dan
pendukung pada konten informasi maupun konteks
yang melatari paparan tersebut. Komponen-komponen
yang dapat dikembangkan dalam menyimak di
antaranya kepekaan terhadap bunyi bahasa, sistem
isyarat, kosakata, struktur bahasa (tata bahasa),
makna, dan metakognisi.
Membaca dan
Memirsa
Kemampuan peserta didik untuk memahami,
memaknai, menginterpretasi, dan merefleksi teks
sesuai tujuan dan kepentingannya untuk
mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan
potensinya. Memirsa merupakan kemampuan
seseorang untuk memahami, memaknai,
menginterpretasi, dan merefleksi sajian visual
dan/atau audiovisual sesuai tujuan dan
kepentingannya untuk mengembangkan pengetahuan,
keterampilan, dan potensinya. Komponen-komponen
yang dapat dikembangkan dalam membaca dan
memirsa di antaranya kepekaan terhadap fonem,
huruf, sistem isyarat, kosakata, struktur bahasa (tata
bahasa), makna, dan metakognisi.
Berbicara dan
Kemampuan menyampaikan gagasan, tanggapan, dan
Mempresentasikan perasaan dalam bentuk lisan. Mempresentasikan
merupakan kemampuan memaparkan gagasan atau
tanggapan secara fasih, akurat, bertanggung jawab,
dan/atau menyampaikan perasaan sesuai konteks
dengan cara yang komunikatif melalui beragam media
(visual, digital, audio, dan audiovisual). Komponenkomponen yang dapat dikembangkan dalam berbicara
dan mempresentasikan di antaranya kepekaan
terhadap bunyi bahasa, sistem isyarat, kosakata,
struktur bahasa (tata bahasa), makna, dan
metakognisi.
Menulis
Kemampuan menyampaikan gagasan, tanggapan, dan
perasaan dalam bentuk tulis secara fasih, akurat,
bertanggung jawab, dan/atau menyampaikan perasaan
sesuai konteks. Komponen-komponen yang dapat
16
Elemen
Deskripsi
dikembangkan dalam menulis di antaranya
menerapkan penggunaan ejaan, kata, kalimat, dan
paragraf, struktur bahasa (tata bahasa), makna, dan
metakognisi dalam beragam tipe teks.
Kemampuan reseptif dan produktif dikembangkan saling berkaitan.
Keterkaitan ini dikembangkan dalam proses pembelajaran dengan
gambaran sebagai berikut: (1) peserta didik perlu dilibatkan dalam
interaksi verbal (percakapan dan diskusi) yang didasarkan pada
pemahamannya tentang teks, mengapresiasi estetika teks dan nilai
budayanya, serta proses mencipta teks; (2) peserta didik juga perlu
diberi kesempatan untuk membaca teks dalam beragam format
(atau yang dikenal dengan teks multimodal (teks tertulis, teks audio,
teks audiovisual, teks digital, dan teks kinestetik) serta beragam
konten dan genre (deskripsi, laporan, rekon, eksplanasi, eksposisi,
instruksi/prosedur, serta narasi); dan (3) peserta didik memiliki
pengetahuan tentang tata bahasa bahasa Indonesia dengan baik dan
benar serta cara penggunaannya yang efektif untuk mendukung
kompetensi berbahasa.
D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Tingkat
Lanjut Setiap Fase
Fase F (Umumnya untuk kelas XI dan XII SMA/MA/Program Paket C)
Pada akhir fase F, peserta didik memiliki kemampuan berbahasa
untuk berkomunikasi dan bernalar sesuai dengan tujuan, konteks
sosial, akademis, dan dunia kerja. Peserta didik mampu memahami,
mengolah, menginterpretasi, dan mengevaluasi berbagai tipe teks
tentang topik yang beragam. Peserta didik mampu mengkreasi
gagasan dan pendapat untuk berbagai tujuan. Peserta didik mampu
berpartisipasi aktif dalam kegiatan berbahasa yang melibatkan
banyak orang. Peserta didik mampu menulis berbagai teks untuk
merefleksi dan mengaktualisasi diri untuk selalu berkarya dengan
mengutamakan penggunaan bahasa Indonesia di berbagai media
untuk memajukan peradaban bangsa. Peserta didik memiliki rasa
tanggung jawab untuk menjunjung dan menjaga bahasa Indonesia
sebagai
bahasa
persatuan.
Peserta
didik
memiliki
kecintaan
terhadap karya sastra Indonesia dan mengembangkan kreativitas
bersastra Indonesia.
17
Fase F berdasarkan elemen.
Elemen
Capaian Pembelajaran
Menyimak
Peserta didik mampu mengevaluasi berbagai gagasan
dan pandangan berdasarkan kaidah logika berpikir
dari menyimak berbagai tipe teks (deskripsi, laporan,
rekon, eksplanasi, eksposisi, instruksi/prosedur, serta
narasi) dalam bentuk monolog, dialog, dan gelar
wicara; mengkreasi dan mengapresiasi gagasan dan
pendapat untuk menanggapi teks yang disimak.
Peserta didik mampu menyimak, menafsirkan,
mengapresiasi, mengevaluasi, dan menciptakan teks
sastra Nusantara (seperti puisi rakyat, pantun, syair,
hikayat, gurindam) dan sastra universal seperti novel,
puisi, prosa, drama, film, dan teks multimedia dan
multimodal (lisan, audio, video, cetak, dan digital)
Membaca dan
Memirsa
Peserta didik mampu mengevaluasi gagasan dan
pandangan berdasarkan kaidah logika berpikir dari
membaca berbagai tipe teks (nonfiksi dan fiksi) di
media cetak dan elektronik. Peserta didik mampu
mengapresiasi teks fiksi dan nonfiksi. Peserta didik
mampu membaca dan memirsa, serta menafsirkan,
mengapresiasi, mengevaluasi, dan menciptakan teks
sastra Nusantara (seperti puisi rakyat, pantun, syair,
hikayat, gurindam) dan sastra universal seperti novel,
puisi, prosa, drama, film, dan teks multimedia
lisan/cetak atau digital online.
Berbicara dan
Mempresentasikan
Peserta didik mampu menyajikan gagasan, pikiran, dan
kreativitas dalam berbahasa dalam bentuk monolog,
dialog, dan gelar wicara secara logis, sistematis, kritis,
dan kreatif; mampu menyajikan karya sastra secara
kreatif dan menarik. Peserta didik mampu mengkreasi
teks sesuai dengan norma kesopanan dan budaya
Indonesia. Peserta didik mampu menyajikan dan
mempertahankan hasil penelitian, serta menyimpulkan
masukan dari mitra diskusi. Peserta didik mampu
berbicara dan mempresentasikan teks sastra
Nusantara (seperti puisi rakyat, pantun, syair, hikayat,
gurindam) dan sastra universal seperti novel, puisi,
prosa, drama, film, dan teks multimedia lisan/cetak,
digital online atau dalam bentuk pergelaran.
Menulis
Peserta didik mampu menulis gagasan, pikiran,
pandangan, pengetahuan metakognisi untuk berbagai
tujuan secara logis, kritis, dan kreatif. Peserta didik
mampu menulis karya sastra dalam berbagai genre.
Peserta didik mampu menulis teks refleksi diri. Peserta
didik mampu menulis hasil penelitian, teks fungsional
dunia kerja, dan pengembangan studi lanjut. Peserta
didik mampu memodifikasi/mendekonstruksikan
karya sastra untuk tujuan ekonomi kreatif. Peserta
didik mampu menulis teks sastra Nusantara (seperti
puisi rakyat, pantun, syair, hikayat, gurindam) dan
sastra universal seperti novel, puisi, prosa, drama,
film, dan teks multimedia lisan/cetak atau digital
online. Peserta didik mampu menerbitkan hasil tulisan
baik di media cetak maupun digital.
18
II. CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA
A. RASIONAL
Pendidikan merupakan kunci untuk menumbuh kembangkan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara berdasarkan Pancasila sesuai
tujuan pendidikan nasional, yaitu untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pancasila adalah dasar negara, ideologi, dan pandangan hidup bangsa
Indonesia. Ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, musyawarah-mufakat,
dan keadilan adalah nilai-nilai yang harus ditumbuhkembangkan dan
diinternalisasikan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Nilai-nilai itu kemudian ditetapkan sebagai norma dasar atau
grundnorm Indonesia dan diberi nama Pancasila, sehingga menjadi
landasan filosofis bagi pengembangan seluruh aturan di Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Sebagai dasar negara, ideologi, dan pandangan hidup bangsa Indonesia,
nilai-nilai Pancasila semestinya mewujud dalam setiap sikap dan
perbuatan segenap warga negara Indonesia. Keterwujudan dalam sikap
dan perbuatan tersebut akan dapat mengantarkan seluruh bangsa pada
kehidupan yang adil makmur sebagaimana cita-cita kemerdekaan bangsa
Indonesia. Gambaran ideal cita-cita bangsa tersebut masih jauh dari
terwujud walaupun negara Indonesia telah menempuh perjalanan lebih
dari tiga perempat abad. Masih banyak tantangan yang harus diatasi baik
dalam kehidupan bermasyarakat maupun berbangsa dan bernegara.
Dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara, setiap warga negara
perlu diarahkan menjadi warga negara yang cerdas dan baik (smart and
good citizen), sehingga dapat memahami negara dan bangsa Indonesia,
memiliki kepribadian Indonesia, memiliki rasa kebangsaan Indonesia,
dan mencintai tanah air. Dengan demikian, warga negara Indonesia dapat
melaksanakan hak dan kewajibannya sebagai warga negara, juga turut
aktif membentengi masyarakat, bangsa dan negara Indonesia dari
berbagai ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan yang akan
merusak ketahanan bangsa dan negara Indonesia.
Pendidikan Pancasila memuat nilai-nilai karakter Pancasila yang
ditumbuhkembangkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara untuk menyiapkan warga negara yang cerdas dan baik.
Pendidikan Pancasila berisi elemen: Pancasila, Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dalam upaya meningkatkan keyakinan dan pemahaman filosofi bangsa
perlu dilakukan perbaikan secara konten maupun proses pembelajaran
pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila yang di dalamnya terkandung
penumbuhkembangan karakter, literasi-numerasi, dan kecakapan abad
19
21 yang disesuaikan dengan kebutuhan dan perubahan zaman. Dengan
demikian, Pendidikan Pancasila akan menghasilkan warganegara yang
mampu berpikir global (think globally) dengan cara-cara bertindak lokal
(act locally) berdasarkan Pancasila sebagai jati diri dan identitas bangsa.
Mata pelajaran Pendidikan Pancasila mempunyai kedudukan strategis
dalam upaya menanamkan dan mewariskan karakter yang sesuai dengan
Pancasila kepada setiap warga negara, dengan menjadikan nilai-nilai
Pancasila sebagai bintang penuntun untuk mencapai Indonesia emas.
B. TUJUAN PENDIDIKAN PANCASILA
Setelah mempelajari Pendidikan Pancasila, peserta didik mampu:
1. Berakhlak mulia dengan didasari keimanan dan ketakwaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa melalui sikap mencintai sesama manusia,
mencintai negara dan lingkungannya untuk mewujudkan persatuan
dan keadilan sosial;
2. Memahami makna dan nilai-nilai Pancasila, serta proses
perumusannya sebagai dasar negara, ideologi, dan pandangan hidup
bangsa, serta mempraktikkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari;
3. Menganalisis konstitusi dan norma yang berlaku, serta
menyelaraskan
hak
dan
kewajibannya
dalam
kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di tengah-tengah
masyarakat global;
4. Memahami jati dirinya sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang
berbineka, serta mampu bersikap adil dan tidak membeda-bedakan
jenis kelamin, SARA (Suku Agama, Ras, Antargolongan), status sosialekonomi, dan penyandang disabilitas;
5. Menganalisis karakteristik bangsa Indonesia dan kearifan lokal
masyarakat sekitarnya, dengan kesadaran dan komitmen untuk
menjaga lingkungan, mempertahankan keutuhan wilayah NKRI, serta
berperan aktif dalam kancah global.
C. KARAKTERISTIK PENDIDIKAN PANCASILA
1. Wahana pengembangan pendidikan Pancasila dan pendidikan
kewarganegaraan dengan untuk mewujudkan warga negara yang
demokratis dan bertanggung jawab dalam rangka membangun
peradaban bangsa Indonesia;
2. Wahana edukatif dalam pengembangan peserta didik menjadi
manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air yang
dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila, Undang Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, semangat Bhinneka Tunggal Ika dan
komitmen Negara Kesatuan Republik Indonesia;
3. Wahana
untuk
mempraktikkan
perilaku
gotong
royong,
kekeluargaan, dan keadilan sosial yang dijiwai nilai-nilai Pancasila
guna terwujudnya persatuan dan kesatuan bangsa dalam kerangka
Bhinneka Tunggal Ika;
20
4. Berorientasi pada penumbuhkembangan karakter peserta didik
untuk menjadi warga negara yang cerdas dan baik serta memiliki
wawasan kebangsaan yang menekankan harmonisasi sikap,
keterampilan, dan pengetahuan;
5. Berorientasi pada pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik
untuk menjadi pemimpin bangsa dan negara Indonesia di masa depan
yang amanah, jujur, cerdas, dan bertanggung jawab.
D. ELEMEN PENDIDIKAN PANCASILA
Pendidikan Pancasila memiliki empat
cakupan/substansinya, sebagai berikut:
No
Elemen
elemen
kunci
beserta
Deskripsi Elemen
1.
Pancasila
Mengkaji Pancasila sebagai dasar negara, ideologi,
dan pandangan hidup bangsa. Mengkaji nilai-nilai
Pancasila,
proses
perumusan
Pancasila,
implementasi Pancasila dari masa ke masa, serta
reaktualisasi nilai-nilai yang terkandung di
dalamnya dalam kehidupan sehari-hari. Penerapan
nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan keseharian.
Penerapan nilai-nilai Pancasila secara kolektif
dalam beragam kegiatan kelompok dengan
membangun kerja sama untuk mencapai tujuan
bersama.
Mengembangkan
potensi
sebagai
kualitas personal yang bermanfaat dalam
kehidupannya, memberi bantuan yang dianggap
penting dan berharga kepada orang-orang yang
membutuhkan di masyarakat yang lebih luas
dalam konteks Indonesia dan kehidupan global.
2.
Undang-Undang
Dasar Negara
Republik
Indonesia Tahun
1945
Mengkaji konstitusi dan perwujudan norma yang
berlaku mulai dari lingkup terkecil (keluarga, dan
masyarakat) sampai pada lingkup negara dan
global
sehingga
dapat
mengetahui
dan
mempraktikkan hak dan kewajibannya baik
sebagai manusia, bangsa Indonesia maupun
sebagai warga negara Indonesia dan dunia,
termasuk menyuarakan secara kritis terhadap
pelanggaran hak asasi manusia. Mempraktikkan
sistem musyawarah dari lingkup kelas, sekolah,
dan keluarga. Menyadari dan menjadikan
musyawarah sebagai pilihan penting dalam
mengambil keputusan, menjaga persatuan, dan
kehidupan yang demokratis. Peserta didik dapat
menganalisis konstitusi, hubungan antarregulasi
yang
berlaku
sehingga
segala
peraturan
perundang-undangan dapat diterapkan secara
kontekstual dan aktual.
21
No
Elemen
Deskripsi Elemen
3.
Bhinneka
Tunggal Ika
Mengenali dan menunjukkan rasa bangga
terhadap jati dirinya sebagai anak Indonesia yang
berlandaskan Pancasila, sikap hormat kepada
bangsa yang beragam, serta memahami dirinya
menjadi bagian dari warga negara dunia. Peserta
didik dapat menanggapi secara memadai terhadap
kondisi dan keadaan yang ada di lingkungan dan
masyarakat untuk menghasilkan kondisi dan
keadaan yang lebih baik. Peserta didik juga
menerima adanya kebinekaan bangsa Indonesia,
baik dari segi suku, ras, bahasa, agama dan
kelompok sosial. Terhadap kebinekaan tersebut,
peserta didik dapat bersikap adil dan menyadari
bahwa dirinya setara yang lain, sehingga ia tidak
membeda-bedakan jenis kelamin dan SARA.
Terhadap kebinekaan itu, peserta didik juga dapat
memiliki sikap tenggang rasa, penghargaan,
toleransi dan cinta damai sebagai bagian dari jati
diri bangsa yang perlu dilestarikan. Peserta didik
secara
aktif
mempromosikan
kebinekaan,
mempertautkan kearifan lokal dengan budaya
global, serta mendahulukan produk dalam negeri.
4.
Negara Kesatuan
Republik
Indonesia
Mengkaji karakteristik bangsa, kearifan lokal,
mengenali bahwa dirinya adalah bagian dari
lingkungan
sekitarnya,
sehingga
muncul
kesadaran untuk menjaga lingkungan sekitarnya
agar tetap nyaman dihuni. Bermula dari
kepedulian untuk mempertahankan lingkungan
sekitarnya yang nyaman tersebut, peserta didik
dapat mengembangkan ke dalam skala yang lebih
besar, yaitu negara, sehingga dapat berperan
dalam mempertahankan keutuhan wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia dengan menumbuh
kembangkan jiwa kebangsaan akan hak dan
kewajiban bela negara sebagai suatu kehormatan
dan kebanggaan.Peserta didik dapat mengkaji
secara nalar dan kritis sebagai bagian dari sistem
keamanan dan pertahanan Negara Kesatuan
Republik Indonesia, serta berperan aktif dalam
kancah global.
E. CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA SETIAP FASE
1. FASE A (umumnya kelas 1 dan 2 SD/MI/Program Paket A)
Pada fase ini, peserta didik mampu:
Mengenal dan menceritakan simbol dan sila-sila Pancasila dalam
lambang negara Garuda Pancasila; mengidentifikasi dan menjelaskan
hubungan antara simbol dan sila dalam lambang negara Garuda
22
Pancasila; menerapkan nilai-nilai Pancasila di lingkungan keluarga
dan sekolah; mengenal aturan di lingkungan keluarga dan sekola;
menceritakan contoh sikap mematuhi dan tidak mematuhi aturan di
keluarga dan sekolah; menunjukkan perilaku mematuhi aturan di
keluarga dan sekolah.
Menyebutkan identitas dirinya sesuai dengan jenis kelamin, ciri-ciri
fisik, dan hobinya; menyebutkan identitas diri (fisik dan non fisik)
keluarga dan teman-temannya di lingkungan rumah dan di sekolah;
menceritakan dan menghargai perbedaan baik fisik (contoh : warna
kulit, jenis rambut, dll) maupun nonfisik (contoh: miskin, kaya, dll)
keluarga dan teman-temannya di lingkungan rumah dan sekolah.
Mengidentifikasi dan menceritakan bentuk kerja sama dalam
keberagaman di lingkungan keluarga dan sekolah; mengenal ciri-ciri
fisik lingkungan keluarga dan sekolah, sebagai bagian tidak
terpisahkan dari wilayah NKRI; dan menyebutkan contoh sikap dan
perilaku menjaga lingkungan sekitar serta mempraktikkannya di
lingkungan keluarga dan sekolah.
Capaian Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Pancasila
Peserta didik mampu mengenal dan menceritakan
simbol dan sila-sila Pancasila dalam lambang negara
Garuda Pancasila. Peserta didik mampu
mengidentifikasi dan menjelaskan hubungan antara
simbol dan sila dalam lambang negara Garuda
Pancasila. Peserta didik mampu menerapkan nilainilai Pancasila di lingkungan keluarga dan sekolah
Undang-Undang
Dasar Negara
Republik
Indonesia Tahun
1945
Peserta didik mampu mengenal aturan di lingkungan
keluarga dan sekolah. Peserta didik mampu
menceritakan contoh sikap mematuhi dan tidak
mematuhi aturan di keluarga dan sekolah. Peserta
didik mampu menunjukkan perilaku mematuhi
aturan di keluarga dan sekolah.
Bhinneka
Tunggal Ika
Peserta didik mampu menyebutkan identitas dirinya
sesuai dengan jenis kelamin, ciri-ciri fisik, dan
hobinya. Peserta didik mampu menyebutkan identitas
diri (fisik dan non fisik) keluarga dan temantemannya di lingkungan rumah dan di sekolah.
Peserta didik mampu menceritakan dan menghargai
perbedaan baik fisik (contoh : warna kulit, jenis
rambut, dll) maupun nonfisik (contoh : miskin, kaya,
dll) keluarga dan teman-temannya di lingkungan
rumah dan sekolah.
Negara Kesatuan
Republik
Indonesia
Peserta didik mampu mengidentifikasi dan
menceritakan bentuk kerja sama dalam keberagaman
di lingkungan keluarga dan sekolah. Peserta didik
mampu mengenal ciri-ciri fisik lingkungan keluarga
dan sekolah, sebagai bagian tidak terpisahkan dari
23
Elemen
Capaian Pembelajaran
wilayah NKRI. Peserta didik mampu menyebutkan
contoh sikap dan perilaku menjaga lingkungan
sekitar serta mempraktikkannya di lingkungan
keluarga dan sekolah.
2. FASE B (umumnya kelas 3 dan 4 SD/MI/Program Paket A)
Pada fase ini, peserta didik mampu:
Memahami dan menjelaskan makna sila-sila Pancasila serta
menceritakan contoh penerapan sila Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari; menerapkan nilai-nilai Pancasila di lingkungan keluarga,
sekolah, dan masyarakat; mengidentifikasi aturan di keluarga,
sekolah,
dan
lingkungan
sekitar
tempat
tinggal
serta
melaksanakannya dengan bimbingan orang tua dan guru;
mengidentifikasi dan menyajikan hasil identifikasi hak dan kewajiban
sebagai anggota keluarga dan sebagai warga sekolah; dan
melaksanakan kewajiban dan hak sebagai anggota keluarga dan
sebagai warga sekolah.
Menjelaskan identitas diri, keluarga, dan teman-temannya sesuai
budaya, minat, dan perilakunya; mengenali dan menyebutkan
identitas diri (fisik dan non-fisik) orang di lingkungan sekitarnya;
menghargai perbedaan karakteristik baik fisik (contoh : warna kulit,
jenis rambut, dll) maupun non fisik (contoh : miskin, kaya, dll) orang
di lingkungan sekitar; menghargai kebinekaan suku bangsa, sosial
budaya, dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika; mengidentifikasi dan
menyajikan berbagai bentuk keberagaman suku bangsa, sosial
budaya di lingkungan sekitar; memahami lingkungan sekitar
(RT/RW/desa/kelurahan, dan kecamatan) sebagai bagian tidak
terpisahkan dari wilayah NKRI; dan menampilkan sikap kerja sama
dalam berbagai bentuk keberagaman suku bangsa, sosial, dan
budaya di Indonesia yang terikat persatuan dan kesatuan.
Capaian Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Pancasila
Peserta didik mampu memahami dan menjelaskan
makna sila-sila Pancasila serta menceritakan contoh
penerapan sila Pancasila dalam kehidupan seharihari sesuai dengan perkembangan dan konteks
peserta didik. Peserta didik mampu menerapkan
nilai-nilai Pancasila di lingkungan keluarga, sekolah,
dan masyarakat.
Undang-Undang
Dasar Negara
Republik
Indonesia Tahun
Peserta didik mampu mengidentifikasi aturan di
keluarga, sekolah, dan lingkungan sekitar tempat
tinggal serta melaksanakannya dengan bimbingan
orang tua dan guru. Peserta didik mampu
24
Elemen
Capaian Pembelajaran
1945
mengidentifikasi dan menyajikan hasil identifikasi
hak dan kewajiban sebagai anggota keluarga dan
sebagai warga sekolah. Peserta didik melaksanakan
kewajiban dan hak sebagai anggota keluarga dan
sebagai warga sekolah.
Bhinneka
Tunggal Ika
Peserta didik mampu menjelaskan identitas diri,
keluarga, dan teman-temannya sesuai budaya, minat,
dan perilakunya. Peserta didik mampu mengenali dan
menyebutkan identitas diri (fisik dan non-fisik) orang
di lingkungan sekitarnya. Peserta didik mampu
menghargai perbedaan karakteristik baik fisik (contoh
: warna kulit, jenis rambut, dll) maupun non fisik
(contoh : miskin, kaya, dll) orang di lingkungan
sekitar. Peserta didik mampu menghargai kebinekaan
suku bangsa, sosial budaya, dalam bingkai Bhinneka
Tunggal Ika.
Negara Kesatuan
Republik
Indonesia
Peserta didik mampu mengidentifikasi dan
menyajikan berbagai bentuk keberagaman suku
bangsa, sosial budaya di lingkungan sekitar. Peserta
didik mampu memahami lingkungan sekitar
(RT/RW/desa/kelurahan, dan kecamatan) sebagai
bagian tidak terpisahkan dari wilayah NKRI. Peserta
didik mampu menampilkan sikap kerja sama dalam
berbagai bentuk keberagaman suku bangsa, sosial,
dan budaya di Indonesia yang terikat persatuan dan
kesatuan.
3. FASE C (umumnya kelas 5 dan 6 SD/MI/Program Paket A)
Pada fase ini, peserta didik mampu:
Memahami dan menyajikan hubungan antarsila dalam Pancasila
sebagai suatu kesatuan yang utuh; mengidentifikasi dan menyajikan
makna nilai-nilai Pancasila sebagai pandangan hidup berbangsa dan
bernegara; menerapkan nilai-nilai Pancasila di lingkungan keluarga,
sekolah, dan masyarakat; menganalisis dan menyajikan hasil analisis
bentuk-bentuk sederhana norma, aturan, hak, dan kewajiban dalam
kedudukannya sebagai anggota keluarga, warga sekolah, dan bagian
dari masyarakat; menganalisis secara sederhana dan menyajikan
hasil analisis pelaksanaan norma, aturan, hak, dan kewajiban sebagai
anggota keluarga, dan warga sekolah; melaksanakan kewajiban dan
hak sebagai anggota keluarga, warga sekolah, dan bagian dari
masyarakat; dan mempraktikkan membuat kesepakatan dan aturan
bersama serta menaatinya dalam kehidupan sehari-hari di keluarga
dan di sekolah.
Menganalisis, menyajikan hasil analisis, menghormati, menjaga, dan
melestarikan keragaman budaya dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika
di lingkungan sekitarnya; mengenal wilayahnya dalam konteks
kabupaten/kota, provinsi sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari
wilayah NKRI; dan membangun kebersamaan, persatuan, dan
25
berkontribusi menciptakan kenyamanan di sekolah dan lingkungan
sekitar.
Capaian Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Pancasila
Peserta didik mampu memahami dan menyajikan
hubungan antarsila dalam Pancasila sebagai suatu
kesatuan yang utuh. Peserta didik mampu
mengidentifikasi dan menyajikan makna nilai-nilai
Pancasila sebagai pandangan hidup berbangsa dan
bernegara. Peserta didik mampu menerapkan nilainilai Pancasila di lingkungan keluarga, sekolah, dan
masyarakat.
Undang-Undang
Dasar Negara
Republik
Indonesia Tahun
1945
Peserta didik mampu menganalisis dan menyajikan
hasil analisis bentuk-bentuk sederhana norma,
aturan, hak, dan kewajiban dalam kedudukannya
sebagai anggota keluarga, warga sekolah, dan bagian
dari masyarakat. Peserta didik mampu menganalisis
secara sederhana dan menyajikan hasil analisis
pelaksanaan norma, aturan, hak, dan kewajiban
sebagai anggota keluarga, dan warga sekolah. Peserta
didik melaksanakan kewajiban dan hak sebagai
anggota keluarga, warga sekolah, dan bagian dari
masyarakat. Peserta didik mampu mempraktikkan
membuat kesepakatan dan aturan bersama serta
menaatinya dalam kehidupan sehari-hari di keluarga
dan di sekolah.
Bhinneka
Tunggal Ika
Peserta didik mampu menganalisis, menyajikan hasil
analisis, menghormati, menjaga, dan melestarikan
keragaman budaya dalam bingkai Bhinneka Tunggal
Ika di lingkungan sekitarnya.
Negara Kesatuan
Republik
Indonesia
Peserta didik mampu mengenal wilayahnya dalam
konteks kabupaten/kota, provinsi sebagai bagian
yang tidak terpisahkan dari wilayah NKRI. Peserta
didik mampu membangun kebersamaan, persatuan,
dan berkontribusi menciptakan kenyamanan di
sekolah dan lingkungan sekitar.
4. FASE D (umumnya kelas 7, 8 dan 9 SMP/MTs/Program Paket B)
Pada fase ini, peserta didik mampu:
Menganalisis kronologis lahirnya Pancasila; mengkaji fungsi dan
kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup
bangsa, serta mengenal Pancasila sebagai ideologi negara; memahami
implementasi Pancasila dalam kehidupan bernegara dari masa ke
masa; mengidentifikasi hubungan Pancasila dengan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Bhinneka Tunggal Ika,
dan Negara Kesatuan Republik Indonesia; serta melaksanakan nilainilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari; dan mengidentifikasi
kontribusi Pancasila sebagai pandangan hidup dalam menyelesaikan
26
persoalan lokal dan global dengan menggunakan sudut pandang
Pancasila.
Memahami periodisasi pemberlakuan dan perubahan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; memahami
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
sebagai sumber hukum tertinggi; memahami bentuk pemerintahan
yang berlaku dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia;
memahami peraturan perundang-undangan dan tata urutannya; dan
mematuhi pentingnya norma dan aturan, menyeimbangkan hak dan
kewajiban warga negara.
Mengidentifikasi keberagaman suku, agama, ras dan antargolongan
dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika, dan mampu menerima
keragaman dan perubahan budaya sebagai suatu kenyataan yang ada
di dalam kehidupan bermasyarakat, dan menanggapi secara
proporsional terhadap kondisi yang ada di lingkungan sesuai dengan
peran dan kebutuhan yang ada di masyarakat; memahami urgensi
pelestarian nilai tradisi, kearifan lokal dan budaya; menunjukkan
contoh pelestarian nilai tradisi, kearifan lokal dan budaya; dan
menumbuhkan sikap tanggung jawab dan berperan aktif dalam
menjaga dan melestarikan praktik nilai tradisi, kearifan lokal dan
budaya dalam masyarakat global.
Mengidentifikasi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
sebagai satu kesatuan utuh dan wawasan nusantara dalam konteks
Negara Kesatuan Republik Indonesia; menjaga keutuhan wilayah
NKRI; menunjukkan perwujudan demokrasi yang didasari oleh nilainilai Pancasila serta menunjukkan contoh serta praktik kemerdekaan
berpendapat warga negara dalam era keterbukaan informasi;
mengidentifikasi sistem pemerintahan Indonesia, kedudukan, tugas,
wewenang, dan hubungan antarlembaga-lembaga negara, hubungan
negara dengan warga negara baik di bidang politik, ekonomi, sosial,
dan budaya maupun pertahanan dan keamanan; dan menyusun
laporan singkat tentang sistem pemerintahan Indonesia, kedudukan,
tugas, wewenang, dan hubungan antarlembaga-lembaga negara,
hubungan negara dengan warga negara.
Capaian Berdasarkan Elemen
Elemen
Pancasila
Capaian Pembelajaran
Peserta didik mampu menganalisis kronologis
lahirnya Pancasila; mengkaji fungsi dan kedudukan
Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup
bangsa, serta mengenal Pancasila sebagai ideologi
negara. Peserta didik memahami implementasi
Pancasila dalam kehidupan bernegara dari masa ke
masa. Peserta didik mampu mengidentifikasi
hubungan Pancasila dengan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Bhinneka
Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan Republik
27
Elemen
Capaian Pembelajaran
Indonesia; serta melaksanakan nilai-nilai Pancasila
dalam kehidupan sehari-hari. Peserta didik
mengidentifikasi kontribusi Pancasila sebagai
pandangan hidup dalam menyelesaikan persoalan
lokal dan global dengan menggunakan sudut
pandang Pancasila.
Undang-Undang
Dasar Negara
Republik
Indonesia Tahun
1945
Peserta didik memahami periodisasi pemberlakuan
dan perubahan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945; memahami UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 sebagai sumber hukum tertinggi. Peserta didik
memahami bentuk pemerintahan yang berlaku dalam
kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Peserta didik memahami peraturan perundangundangan dan tata urutannya; mematuhi pentingnya
norma dan aturan, menyeimbangkan hak dan
kewajiban warga negara.
Bhinneka
Tunggal Ika
Peserta didik mampu mengidentifikasi keberagaman
suku, agama, ras dan antargolongan dalam bingkai
Bhinneka Tunggal Ika, dan mampu menerima
keragaman dan perubahan budaya sebagai suatu
kenyataan yang ada di dalam kehidupan
bermasyarakat, dan menanggapi secara proporsional
terhadap kondisi yang ada di lingkungan sesuai
dengan peran dan kebutuhan yang ada di
masyarakat. Peserta didik memahami urgensi
pelestarian nilai tradisi, kearifan lokal dan budaya;
menunjukkan contoh pelestarian nilai tradisi,
kearifan lokal dan budaya. Peserta didik
menumbuhkan sikap tanggung jawab dan berperan
aktif dalam menjaga dan melestarikan praktik nilai
tradisi, kearifan lokal dan budaya dalam masyarakat
global.
Negara Kesatuan
Republik
Indonesia
Peserta didik mampu mengidentifikasi wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia sebagai satu kesatuan
utuh dan wawasan nusantara dalam konteks Negara
Kesatuan Republik Indonesia; peserta didik turut
menjaga keutuhan wilayah NKRI. Peserta didik
mampu menunjukkan perwujudan demokrasi yang
didasari oleh nilai-nilai Pancasila serta menunjukkan
contoh serta praktik kemerdekaan berpendapat warga
negara dalam era keterbukaan informasi. Peserta
didik mampu mengidentifikasi sistem pemerintahan
Indonesia, kedudukan, tugas, wewenang, dan
hubungan antarlembaga-lembaga negara, hubungan
negara dengan warga negara baik di bidang politik,
ekonomi, sosial, dan budaya maupun pertahanan
dan keamanan. Peserta didik menyusun laporan
singkat tentang sistem pemerintahan Indonesia,
kedudukan, tugas, wewenang, dan hubungan
antarlembaga-lembaga negara, hubungan negara
dengan warga negara.
28
5. FASE E (umumnya kelas 10 SMA/MA/Program Paket C)
Pada fase ini, peserta didik mampu:
Menganalisis cara pandang para pendiri negara tentang rumusan
Pancasila sebagai dasar negara; menganalisis fungsi dan kedudukan
Pancasila sebagai dasar negara, ideologi negara, dan identitas
nasional; mengenali dan menggunakan produk dalam negeri
sekaligus mempromosikan budaya lokal dan nasional; menganalisis
hak dan kewajiban warga negara yang diatur dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; peserta didik
mendemonstrasikan praktik kemerdekaan berpendapat warga negara
dalam era keterbukaan informasi sesuai dengan nilai-nilai Pancasila;
dan menganalisis kasus pelanggaran hak dan pengingkaran
kewajiban sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 dan perumusan solusi secara kreatif,
kritis, dan inovatif untuk memecahkan kasus pelanggaran hak dan
pengingkaran kewajiban.
Peserta didik mampu menginisiasi kegiatan bersama atau gotong
royong dalam praktik hidup sehari-hari untuk membangun
masyarakat sekitar dan masyarakat Indonesia berdasarkan nilai-nilai
Pancasila; memberi contoh dan memiliki kesadaran akan hak dan
kewajibannya sebagai warga sekolah, warga masyarakat dan warga
negara; dan memahami peran dan kedudukannya sebagai warga negara
Indonesia.
Capaian Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Pancasila
Peserta didik mampu menganalisis cara pandang
para pendiri negara tentang rumusan Pancasila
sebagai dasar negara; Peserta didik mampu
menganalisis fungsi dan kedudukan Pancasila
sebagai dasar negara, ideologi negara, dan identitas
nasional; peserta didik mengenali dan menggunakan
produk dalam negeri sekaligus mempromosikan
budaya lokal dan nasional.
Undang-Undang
Dasar Negara
Republik
Indonesia Tahun
1945
Peserta didik mampu menganalisis hak dan
kewajiban warga negara yang diatur dalam UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945; peserta didik mendemonstrasikan praktik
kemerdekaan berpendapat warga negara dalam era
keterbukaan informasi sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila; peserta didik mampu menganalisis kasus
pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan
perumusan solusi secara kreatif, kritis, dan inovatif
untuk memecahkan kasus pelanggaran hak dan
pengingkaran kewajiban.
29
Elemen
Capaian Pembelajaran
Bhinneka
Tunggal Ika
Peserta didik mampu menginisiasi kegiatan bersama
atau gotong royong dalam praktik hidup sehari-hari
untuk membangun masyarakat sekitar dan
masyarakat Indonesia berdasarkan nilai-nilai
Pancasila;
Negara Kesatuan
Republik
Indonesia
Peserta didik mampu memberi contoh dan memiliki
kesadaran akan hak dan kewajibannya sebagai
warga sekolah, warga masyarakat dan warga
negara; Peserta didik mampu memahami peran dan
kedudukannya sebagai warga negara Indonesia.
6. FASE F (umumnya kelas 11 dan 12 SMA/MA/Program Paket C)
Pada fase ini, peserta didik mampu:
Menganalisis kedudukan Pancasila sebagai ideologi terbuka; serta
peluang dan tantangan penerapan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan global; menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari; menganalisis produk perundang-undangan dan
mengevaluasi ketidaksesuaian antarproduk perundang-undangan;
dan mempraktikkan sikap dan perilaku dalam menjaga keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Peserta didik mampu menganalisis potensi konflik dan memberi
solusi di tengah keragaman dalam masyarakat; berperan aktif
mempromosikan Bhinneka Tunggal Ika; menganalisis dan memberi
solusi terkait ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan (ATHG)
yang dihadapi Indonesia; dan memahami sistem pertahanan dan
keamanan negara; kemudian peserta didik mampu menganalisis
peran Indonesia dalam hubungan antar bangsa dan negara.
Capaian Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Pancasila
Peserta didik mampu menganalisis kedudukan
Pancasila sebagai ideologi terbuka; serta peluang dan
tantangan penerapan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan global; peserta didik mampu menerapkan
nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Undang-Undang
Dasar Negara
Republik
Indonesia Tahun
1945
Peserta didik mampu menganalisis produk
perundang-undangan dan mengevaluasi
ketidaksesuaian antarproduk perundang-undangan;
serta peserta didik mampu mempraktikkan sikap dan
perilaku dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Bhinneka
Tunggal Ika
Peserta didik mampu menganalisis potensi konflik
dan memberi solusi di tengah keragaman dalam
masyarakat; serta peserta didik berperan aktif
mempromosikan Bhinneka Tunggal Ika.
30
Elemen
Capaian Pembelajaran
Negara Kesatuan
Republik
Indonesia
Peserta didik mampu menganalisis dan memberi
solusi terkait ancaman, tantangan, hambatan, dan
gangguan (ATHG) yang dihadapi Indonesia; peserta
didik mampu memahami sistem pertahanan dan
keamanan negara; kemudian peserta didik mampu
menganalisis peran Indonesia dalam hubungan antar
bangsa dan negara.
31
III.1 CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM DAN BUDI PEKERTI
A. Rasional Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti secara bertahap dan holistik
diarahkan untuk menyiapkan peserta didik agar mantap secara
spiritual, berakhlak mulia, dan memiliki pemahaman akan dasar-dasar
agama Islam serta cara penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pendidikan agama
Islam dan Budi Pekerti secara umum harus mengarahkan peserta didik
kepada (1) kecenderungan kepada kebaikan (al-ḥanīfiyyah), (2) sikap
memperkenankan (al-samḥah), (3) akhlak mulia (makārim al-akhlāq),
dan (4) kasih sayang untuk alam semesta (raḥmat li al-ālamīn). Dengan
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, dasar-dasar tersebut
kemudian diterapkan oleh peserta didik dalam beriman dan bertakwa
kepada Allah Swt., menjaga diri, peduli atas kemanusiaan dan
lingkungan alam. Deskripsi dari penerapan ini akan tampak dalam
beberapa elemen Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti terutama
dalam akhlak pribadi dan sosial, akidah, syari’at dan sejarah peradaban
Islam.
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bisa menjadi pedoman bagi
peserta didik dalam menjaga diri dan menerapkan akhlak mulia setiap
hari.
Berbagai
persoalan
di
masyarakat
seperti
krisis
akhlak,
radikalisme dan krisis lingkungan hidup dan lain-lain mempunyai
jawaban
dalam
tradisi
agama
Islam.
Dengan
mempelajari
dan
menghayati Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, peserta didik
mampu menghindari segala perubahan negatif yang terjadi di dunia
sehingga
tidak
mengganggu
perkembangan
dirinya
baik
dalam
hubungannya dengan Tuhan, diri sendiri, sesama warga negara, sesama
manusia, maupun alam semesta.
Dengan konteks Indonesia pada abad 21 yang semakin kompleks,
pemahaman yang mendalam tentang agama sangat dibutuhkan,
terutama dalam menghormati dan menghargai perbedaan. Pelajaran
agama tidak hanya membahas hubungan manusia dengan Allah (ḥabl
min Allāh), namun juga hubungan dengan diri sendiri, sesama warga
negara, sesama manusia (ḥabl min al-nās) dan alam semesta. Untuk itu,
dibutuhkan pendekatan yang beragam dalam proses belajar agama yang
32
tidak hanya berupa ceramah, namun juga diskusi-interaktif, proses
belajar yang bertumpu pada keingintahuan dan penemuan (inquiry and
discovery learning), proses belajar yang berpihak pada anak (studentcentered learning), proses belajar yang berbasis pada pemecahan
masalah (problem based learning), pembelajaran berbasis proyek nyata
dalam kehidupan (project based learning), dan proses belajar yang
kolaboratif (collaborative learning). Berbagai pendekatan ini memberi
ruang bagi tumbuhnya keterampilan yang berharga seperti budaya
berpikir kritis, kecakapan berkomunikasi dan berkolaborasi, dan
menjadi peserta didik yang kreatif.
Melalui muatan materi yang disajikannya dalam 5 (lima) elemen
keilmuan Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti antara lain alQuran dan hadis, akidah, akhlak, fiqih, dan sejarah peradaban Islam,
pelajaran
agama
Islam
dapat
berkontribusi
dan
menguatkan
terbentuknya profil pelajar pancasila sebagai pelajar sepanjang hayat
(min al-mahdi ila al-laḥdi) yang beriman dan bertakwa, serta berakhlak
mulia, menyadari dirinya bagian dari penduduk dunia dengan
berkepribadian dan punya kompetensi global, mandiri, kreatif, kritis,
dan bergotong royong.
B. Tujuan Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
Pada praktiknya, pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti ditujukan untuk:
1. memberikan bimbingan kepada peserta didik agar mantap spiritual,
berakhlak mulia, selalu menjadikan kasih sayang dan sikap toleran
sebagai landasan dalam hidupnya;
2. membentuk peserta didik agar menjadi pribadi yang memahami
dengan baik prinsip-prinsip agama Islam terkait akhlak mulia,
akidah yang benar (‘aqīdah ṣaḥīḥah) berdasar paham ahlus sunnah
wal jamā`ah, syariat, dan perkembangan sejarah peradaban Islam,
serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari baik dalam
hubungannya dengan sang pencipta, diri sendiri, sesama warga
negara, sesama manusia, maupun lingkungan alamnya dalam
wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
3. membimbing peserta didik agar mampu menerapkan prinsip-prinsip
Islam dalam berfikir sehingga benar, tepat, dan arif dalam
menyimpulkan sesuatu dan mengambil keputusan;
33
4. mengkonstruksi kemampuan nalar kritis peserta didik dalam
menganalisa perbedaan pendapat sehingga berperilaku moderat
(wasaṫiyyah) dan terhindar dari radikalisme ataupun liberalisme;
5. membimbing peserta didik agar menyayangi lingkungan alam
sekitarnya dan menumbuhkan rasa tanggung jawabnya sebagai
khalifah
Allah
di
bumi.
Dengan
demikian
dia
aktif
dalam
mewujudkan upaya-upaya melestarikan dan merawat lingkungan
sekitarnya; dan
6. membentuk peserta didik yang menjunjung tinggi nilai persatuan
sehingga
dengan
demikian
dapat
menguatkan
persaudaraan
kemanusiaan (ukhuwwah basyariyyah), persaudaraan seagama
(ukhuwwah Islāmiyyah), dan juga persaudaraan sebangsa dan
senegara (ukhuwwah waṫaniyyah) dengan segenap kebinekaan
agama, suku dan budayanya.
C. Karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti mencakup elemen keilmuan
yang meliputi (1) Al-Qur’an-Hadis, (2) Akidah, (3) Akhlak, (4) Fikih, dan
(5) Sejarah Peradaban Islam.
Elemen-Elemen Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti.
Elemen
Deskripsi
Al-Qur’an dan
Hadis
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
menekankan kemampuan baca dan tulis Al-Qur’an
dan hadis dengan baik dan benar. Ia juga
mengantar peserta didik dalam memahami makna
secara tekstual dan kontekstual serta mengamalkan
kandungannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti juga
menekankan cinta dan penghargaan tinggi kepada
Al-Qur’an dan Hadis Nabi sebagai pedoman hidup
utama seorang muslim.
Akidah
Berkaitan dengan prinsip kepercayaan yang akan
mengantarkan peserta didik dalam mengenal Allah,
para malaikat, kitab-kitab Allah, para Nabi dan
Rasul, serta memahami konsep tentang hari akhir
serta qadā’ dan qadr. Keimanan inilah yang
kemudian menjadi landasan dalam melakukan amal
saleh, berakhlak mulia dan taat hukum.
Akhlak
Merupakan perilaku yang menjadi buah dari ilmu
dan keimanan. Akhlak akan menjadi mahkota yang
mewarnai keseluruhan elemen dalam Pendidikan
Agama Islam dan Budi Pekerti. Ilmu akhlak
mengantarkan peserta didik dalam memahami
34
Elemen
Deskripsi
pentingnya akhlak mulia pribadi dan akhlak sosial,
dan dalam membedakan antara perilaku baik
(maḥmūdah) dan tercela (mażmūmah). Dengan
memahami perbedaan ini, peserta didik bisa
menyadari pentingnya menjauhkan diri dari
perilaku tercela dan mendisiplinkan diri dengan
perilaku mulia dalam kehidupan sehari-hari baik
dalam konteks pribadi maupun sosialnya. Peserta
didik juga akan memahami pentingnya melatih
(riyāḍah), disiplin (tahżīb) dan upaya sungguhsungguh dalam mengendalikan diri (mujāhadah).
Dengan akhlak, peserta didik menyadari bahwa
landasan dari perilakunya, baik untuk Tuhan,
dirinya sendiri, sesama manusia dan alam
sekitarnya adalah cinta (maḥabbah). Pendidikan
Akhlak juga mengarahkan mereka untuk
menghormati dan menghargai sesama manusia
sehingga tidak ada kebencian atau prasangka buruk
atas perbedaan agama atau ras yang ada. Elemen
akhlak ini harus menjadi mahkota yang masuk pada
semua topik bahasan pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, akhlak
harus menghiasai keseluruhan konten dan menjadi
buah dari pelajaran Pendidikan Agama Islam dan
Budi Pekerti .
Fikih
Merupakan interpretasi atas syariat. Fikih
merupakan aturan hukun yang berkaitan dengan
perbuatan manusia dewasa (mukallaf) yang
mencakup ritual atau hubungan dengan Allah Swt.
(‘ubudiyyah) dan kegiatan yang berhubungan
dengan sesama manusia (mu‘āmalah). Fikih
mengulas berbagai pemahaman mengenai tata cara
pelaksanaan dan ketentuan hukum dalam Islam
serta implementasinya dalam ibadah dan
mu‘āmalah.
Sejarah Peradaban
Islam
Menguraikan catatan perkembangan perjalanan
hidup manusia dalam membangun peradaban dari
masa ke masa. Pembelajaran Sejarah Peradaban
Islam (SPI) menekankan pada kemampuan
mengambil hikmah dari sejarah masa lalu,
menganalisa pelbagai macam peristiwa dan
menyerap berbagai kebijaksanaan yang telah
dipaparkan oleh para generasi terdahulu. Dengan
refleksi atas kisah-kisah sejarah tersebut, peserta
didik mempunyai pijakan historis dalam
menghadapi permasalahan dan menghindari dari
terulangnya kesalahan untuk masa sekarang
maupun masa depan. Aspek ini akan menjadi
keteladanaan (‘ibrah) dan menjadi inspirasi generasi
penerus bangsa dalam menyikap dan menyelesaikan
fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek,
seni, dan lain-lain dalam rangka membangun
peradaban di zamannya.
35
D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan
Budi Pekerti Setiap Fase
1. Fase A (Umumnya untuk kelas I dan II SD/MI/Program Paket A)
Pada akhir Fase A, pada elemen Al-Qur’an-Hadis peserta didik dapat
mengenal huruf hijaiah dan harakatnya, huruf hijaiah bersambung,
dan mampu membaca surah-surah pendek Al-Qur’an dengan baik.
Dalam elemen akidah, peserta didik mengenal rukun iman, iman
kepada Allah melalui nama-namanya yang agung (asmaulhusna) dan
mengenal para malaikat dan tugas yang diembannya. Pada elemen
akhlak, peserta didik terbiasa mempraktikkan nilai-nilai baik dalam
kehidupan sehari-hari dalam ungkapan-ungkapan positif baik untuk
dirinya maupun sesama manusia, terutama orang tua dan guru.
Peserta didik juga memahami pentingnya tradisi memberi dalam
ajaran agama Islam. Mereka mulai mengenal norma yang ada di
lingkungan sekitarnya. Peserta didik juga terbiasa percaya diri
mengungkapkan pendapat pribadinya dan belajar menghargai
pendapat yang berbeda. Peserta didik juga terbiasa melaksanakan
tugas kelompok serta memahami pentingnya mengenali kekurangan
diri dan kelebihan temannya demi terwujudnya suasana saling
mendukung satu sama lain. Dalam elemen fikih, peserta didik dapat
mengenal rukun Islam dan kalimah syahadatain, menerapkan tata
cara bersuci, salat fardu, azan, ikamah, zikir dan berdoa setelah
salat. Dalam pemahamannya tentang sejarah, peserta didik mampu
menceritakan secara sederhana kisah beberapa nabi yang wajib
diimani.
Fase A Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Al-Qur’an dan
Hadis
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
menekankan kemampuan mengenal huruf
hijaiah dan harakatnya, huruf hijaiah
bersambung, dan kemampuan membaca surahsurah pendek Al-Qur’an dengan baik.
Akidah
Peserta didik mengenal rukun iman kepada
Allah melalui nama-namanya yang agung
(asmaulhusna) dan mengenal para malaikat dan
tugas yang diembannya.
Akhlak
Peserta didik terbiasa mempraktikkan nilai-nilai
baik dalam kehidupan sehari-hari dalam
ungkapan-ungkapan positif baik untuk dirinya
maupun sesama manusia, terutama orang tua
dan guru. Peserta didik juga memahami
pentingnya tradisi memberi dalam ajaran agama
36
Elemen
Capaian Pembelajaran
Islam. Mereka mulai mengenal norma yang ada
di lingkungan sekitarnya. Peserta didik juga
terbiasa percaya diri mengungkapkan pendapat
pribadinya dan belajar menghargai pendapat
yang berbeda. Peserta didik juga terbiasa
melaksanakan tugas kelompok serta memahami
pentingnya mengenali kekurangan diri dan
kelebihan temannya demi terwujudnya suasana
saling mendukung satu sama lain.
Fikih
Peserta didik mampu mengenal rukun Islam
dan kalimah syahadatain, menerapkan tata cara
bersuci, salat fardu, azan, ikamah, zikir dan
berdoa setelah salat.
Sejarah Peradaban
Islam
Peserta didik mampu menceritakan secara
sederhana kisah beberapa nabi yang wajib
diimani.
2. Fase B (Umumnya untuk kelas III dan IV SD/MI/Program Paket A)
Pada akhir Fase B, pada elemen Al-Qur’an Hadis peserta didik
mampu membaca surah-surah pendek atau ayat Al-Qur’an dan
menjelaskan pesan pokoknya dengan baik. Peserta didik mengenal
hadis tentang kewajiban salat dan menjaga hubungan baik dengan
sesama serta mampu menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Pada elemen akidah peserta didik memahami sifat-sifat bagi Allah,
beberapa asmaulhusna, mengenal kitab-kitab Allah, para nabi dan
rasul Allah yang wajib diimani. Pada elemen akhlak, peserta didik
menghormati dan berbakti kepada orang tua dan guru, dan
menyampaikan
ungkapan-ungkapan
positif
(kalimah ṫayyibah)
dalam keseharian. Peserta didik memahami arti keragaman sebagai
sebuah ketentuan dari Allah Swt. (sunnatullāh). Peserta didik
mengenal norma yang ada di lingkungan sekitarnya dan lingkungan
yang lebih luas, percaya diri mengungkapkan pendapat pribadi,
memahami pentingnya musyawarah untuk mencapai kesepakatan
dan pentingnya persatuan. Pada elemen fikih, peserta didik dapat
melaksanakan puasa, salat jumat dan salat sunah dengan baik,
memahami konsep balig dan tanggung jawab yang menyertainya
(taklīf). Dalam pemahamannya tentang sejarah, peserta didik
mampu menceritakan kondisi Arab pra Islam, masa kanak-kanak
dan remaja Nabi Muhammad saw. hingga diutus menjadi rasul,
berdakwah, hijrah dan membangun Kota Madinah.
37
Fase B berdasarkan elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Al-Qur’an dan
Hadis
Peserta didik mampu membaca surah-surah
pendek atau ayat Al-Qur’an dan menjelaskan
pesan pokoknya dengan baik. Peserta didik
mengenal hadis tentang kewajiban salat dan
menjaga hubungan baik dengan sesama serta
mampu menerapkan dalam kehidupan seharihari.
Akidah
Peserta didik memahami sifat-sifat bagi Allah,
beberapa asmaulhusna, mengenal kitab-kitab
Allah, para nabi dan rasul Allah yang wajib
diimani.
Akhlak
Pada elemen akhlak, peserta didik menghormati
dan berbakti kepada orang tua dan guru, dan
menyampaikan ungkapan-ungkapan positif
(kalimah ṫayyibah) dalam keseharian. Peserta
didik memahami arti keragaman sebagai sebuah
ketentuan dari Allah Swt. (sunnatullāh). Peserta
didik mengenal norma yang ada di lingkungan
sekitarnya dan lingkungan yang lebih luas,
percaya diri mengungkapkan pendapat pribadi,
memahami pentingnya musyawarah untuk
mencapai kesepakatan dan pentingnya
persatuan.
Fikih
Pada elemen fikih, peserta didik dapat
melaksanakan puasa, salat jumat dan salat
sunah dengan baik, memahami konsep balig
dan tanggung jawab yang menyertainya (taklīf).
Sejarah Peradaban
Islam
Dalam pemahamannya tentang sejarah, peserta
didik mampu menceritakan kondisi Arab pra
Islam, masa kanak-kanak dan remaja Nabi
Muhammad saw. hingga diutus menjadi rasul,
berdakwah, hijrah dan membangun Kota
Madinah.
3. Fase C (Umumnya untuk kelas V dan VI SD/MI/Program Paket A)
Pada akhir Fase C, pada elemen Al-Qur’an Hadis peserta didik
mampu membaca, menghafal, menulis, dan memahami pesan pokok
surah-surah pendek dan ayat Al-Qur’an tentang keragaman dengan
baik dan benar. Pada elemen akidah, peserta didik dapat mengenal
Allah melalui asmaulhusna, memahami keniscayaan peritiwa hari
akhir, qadāʾ dan qadr. Pada elemen akhlak, peserta didik mengenal
dialog antar agama dan kepercayaan dan menyadari peluang dan
tantangan yang bisa muncul dari keragaman di Indonesia. Peserta
didik memahami arti ideologi secara sederhana dan pandangan
hidup
dan
memahami
pentingnya
menjaga
kesatuan
atas
keberagaman. Peserta didik juga memahami pentingnya introspeksi
diri untuk menjadi pribadi yang lebih baik setiap harinya. Peserta
38
didik memahami pentingnya pendapat yang logis, menerima
perbedaan pendapat, dan menemukan titik kesamaan (kalimah
sawā’) untuk mewujudkan persatuan dan kerukunan. Peserta didik
memahami peran manusia sebagai khalifah Allah di bumi untuk
menebarkan kasih sayang dan tidak membuat kerusakan di muka
bumi. Pada elemen fikih, peserta didik mampu memahami zakat,
infak, sedekah dan hadiah, memahami ketentuan haji, halal dan
haram serta mempraktikkan puasa sunnah. Pada elemen sejarah,
peserta didik menghayati ibrah dari kisah Nabi Muhammad saw. di
masa separuh akhir kerasulannya serta kisah al-khulafā al-rāsyidūn.
Fase C Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Al-Qur’an dan
Hadis
Peserta didik mampu membaca, menghafal,
menulis, dan memahami pesan pokok surahsurah pendek dan ayat Al-Qur’an tentang
keragaman dengan baik dan benar.
Akidah
Peserta didik dapat mengenal Allah melalui
asmaulhusna, memahami keniscayaan peritiwa
hari akhir, qadāʾ dan qadr.
Akhlak
Peserta didik mengenal dialog antar agama dan
kepercayaan dan menyadari peluang dan
tantangan yang bisa muncul dari keragaman di
Indonesia. Peserta didik memahami arti ideologi
secara sederhana dan pandangan hidup dan
memahami pentingnya menjaga kesatuan atas
keberagaman. Peserta didik juga memahami
pentingnya introspeksi diri untuk menjadi
pribadi yang lebih baik setiap harinya. Peserta
didik memahami pentingnya pendapat yang
logis, menerima perbedaan pendapat, dan
menemukan titik kesamaan (kalimah sawāʾ)
untuk mewujudkan persatuan dan kerukunan.
Peserta didik memahami peran manusia sebagai
khalifah Allah di bumi untuk menebarkan kasih
sayang dan tidak membuat kerusakan di muka
bumi.
Fikih
Pada elemen fikih, peserta didik mampu
memahami zakat, infak, sedekah dan hadiah,
memahami ketentuan haji, halal dan haram
serta mempraktikkan puasa sunnah.
Sejarah Peradaban
Islam
Pada elemen sejarah, peserta didik menghayati
ibrah dari kisah Nabi Muhammad saw. di masa
separuh akhir kerasulannya serta kisah alkhulafā al-rāsyidūn.
4. Fase D (Umumnya untuk kelas VII, VII, dan IX SMP/MTs/ Program
Paket B)
Pada akhir Fase D, pada elemen Al-Qur’an Hadis peserta didik
memahami definisi Al-Qur’an dan Hadis Nabi dan posisinya sebagai
39
sumber ajaran agama Islam. Peserta didik juga memahami
pentingnya pelestarian alam dan lingkungan sebagai bagian yang
tidak terpisahkan dalam ajaran Islam. Peserta didik juga mampu
menjelaskan
pemahamannya
tentang
sikap
moderat
dalam
beragama. Peserta didik juga memahami tingginya semangat
keilmuan beberapa intelektual besar Islam. Dalam elemen akidah,
peserta didik mendalami enam rukun Iman. Dalam elemen akhlak,
peserta didik mendalami peran aktivitas salat sebagai bentuk
penjagaan atas diri sendiri dari keburukan. Peserta didik juga
memahami pentingnya verifikasi (tabayyun) informasi sehingga dia
terhindar dari kebohongan dan berita palsu. Peserta didik juga
memahami definisi toleransi dalam tradisi Islam berdasarkan ayatayat Al-Qur’an dan Hadis-Hadis Nabi. Peserta didik juga mulai
mengenal dimensi keindahan dan seni dalam Islam termasuk
ekspresi-ekspresinya.
Dalam
elemen
ibadah,
peserta
didik
memahami internalisasi nilai-nilai dalam sujud dan ibadah salat,
memahami konsep mu‘āmalah, riba, rukhsah, serta mengenal
beberapa mazhab fikih, dan ketentuan mengenai ibadah qurban.
Dalam elemen sejarah, peserta didik mampu menghayati penerapan
akhlak mulia dari kisah-kisah penting dari Bani Umayyah,
Abbasiyyah, Turki Usmani, Syafawi dan Mughal sebagai pengantar
untuk memahami alur sejarah masuknya Islam ke Indonesia.
Fase D Berdasarkan Elemen
Elemen
Al-Qur’an dan
Hadis
Akidah
Akhlak
Capaian Pembelajaran
Peserta didik memahami definisi Al-Qur’an dan
Hadis Nabi dan posisinya sebagai sumber ajaran
agama Islam. Peserta didik juga memahami
pentingnya pelestarian alam dan lingkungan
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam
ajaran Islam. Peserta didik juga mampu
menjelaskan pemahamannya tentang sikap
moderat dalam beragama. Peserta didik juga
memahami tingginya semangat keilmuan
beberapa intelektual besar Islam.
Peserta didik mendalami enam rukun Iman.
Peserta didik mendalami peran aktivitas salat
sebagai bentuk penjagaan atas diri sendiri dari
keburukan. Peserta didik juga memahami
pentingnya verifikasi (tabayyun) informasi
sehingga dia terhindar dari kebohongan dan
berita palsu. Peserta didik juga memahami
definisi toleransi dalam tradisi Islam
berdasarkan ayat-ayat Al-Qur’an dan HadisHadis Nabi. Peserta didik juga mulai mengenal
40
Elemen
Fikih
Sejarah Peradaban
Islam
Capaian Pembelajaran
dimensi keindahan dan seni dalam Islam
termasuk ekspresi-ekspresinya.
Peserta didik memahami internalisasi nilai-nilai
dalam sujud dan ibadah salat, memahami
konsep muʿāmalah, riba, rukhsah, serta
mengenal beberapa mazhab fikih, dan
ketentuan mengenai ibadah qurban.
Peserta didik mampu menghayati penerapan
akhlak mulia dari kisah-kisah penting dari Bani
Umayyah, Abbasiyyah, Turki Usmani, Syafawi
dan Mughal sebagai pengantar untuk
memahami alur sejarah masuknya Islam ke
Indonesia.
5. Fase E (Umumnya untuk kelas X SMA/MA/Program Paket C)
Pada akhir Fase E, dalam elemen Al-Qur’an dan Hadis, peserta didik
mampu menganalisis ayat Al-Qur’an dan Hadis tentang perintah
untuk berkompetisi dalam kebaikan dan etos kerja serta larangan
pergaulan bebas dan zina; dapat membaca Al-Qur’an dengan tartil,
menghafal dengan fasih dan lancar ayat Al-Qur’an serta Hadis
tentang perintah untuk berkompetisi dalam kebaikan dan etos kerja
serta bahaya dari pergaulan bebas dan zina; dapat menyajikan
konten dan paparan tentang perintah untuk berkompetisi dalam
kebaikan dan etos kerja serta larangan pergaulan bebas dan zina;
meyakini bahwa sikap kompetitif dalam kebaikan dan etos kerja
serta menghindari pergaulan bebas dan perbuatan zina adalah
perintah agama; dan membiasakan sikap kompetitif dalam kebaikan
dan etos kerja serta menghindari pergaulan bebas dan perbuatan
zina dengan lebih berhati-hati dan menjaga kehormatan diri.
Dalam elemen akidah, peserta didik menganalisis makna syu‘ab alīmān
(cabang-cabang
iman),
pengertian,
dalil,
macam
dan
manfaatnya; mempresentasikan makna syu‘ab al-īmān (cabangcabang iman), pengertian, dalil, macam dan manfaatnya; meyakini
bahwa dalam iman terdapat banyak cabang-cabangnya; serta
menerapkan beberapa sikap dan karakter sebagai cerminan cabang
iman dalam kehidupan.
Dari
elemen
akhlak,
peserta
didik
menganalisis
manfaat
menghindari akhlak mażmūmah; membuat karya yang mengandung
konten manfaat menghindari sikap mażmūmah; meyakini bahwa
akhlak mażmūmah adalah larangan dan akhlak mahmūdah adalah
perintah agama; serta membiasakan diri untuk menghindari akhlak
41
mażmūmah dan menampilkan akhlak mahmūdah dalam kehidupan
sehari-hari.
Dalam
elemen
fikih,
peserta
didik
mampu
menganalisis
implementasi fikih mu‘āmalah dan al-kulliyyāt al-khamsah (lima
prinsip dasar hukum Islam; menyajikan paparan tentang fikih
mu‘āmalah dan al-kulliyyāt al-khamsah meyakini bahwa ketentuan
fikih mu‘āmalah dan al-kulliyyāt al-khamsah adalah ajaran agama;
serta
menumbuhkan
jiwa
kewirausahaan,
kepedulian,
dan
kepekaan sosial.
Dalam elemen sejarah peradaban Islam, peserta didik mampu
menganalisis sejarah dan peran tokoh ulama penyebar ajaran Islam
di Indonesia; dapat membuat bagan timeline sejarah tokoh ulama
penyebar ajaran Islam di Indonesia dan memaparkannya; meyakini
bahwa perkembangan peradaban di Indonesia adalah sunatullah
dan metode dakwah yang santun, moderat, bi al-ḥikmah wa almau‘iẓat al-ḥasanah adalah perintah Allah Swt.; membiasakan sikap
kesederhanaan dan kesungguhan mencari ilmu, tekun, damai, serta
semangat menghargai adat istiadat dan perbedaan keyakinan orang
lain.
Fase E Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Al-Qur’an dan
Hadis
Peserta didik mampu menganalisis ayat AlQur’an dan hadis tentang perintah untuk
berkompetisi dalam kebaikan dan etos kerja
serta larangan pergaulan bebas dan zina; dapat
membaca Al-Qur’an dengan tartil, menghafal
dengan fasih dan lancar ayat Al-Qur’an serta
Hadis tentang perintah untuk berkompetisi
dalam kebaikan dan etos kerja serta bahaya dari
pergaulan bebas dan zina; dapat menyajikan
konten dan paparan tentang perintah untuk
berkompetisi dalam kebaikan dan etos kerja
serta larangan pergaulan bebas dan zina;
meyakini bahwa sikap kompetitif dalam
kebaikan dan etos kerja serta menghindari
pergaulan bebas dan perbuatan zina adalah
perintah agama; dan membiasakan sikap
kompetitif dalam kebaikan dan etos kerja serta
menghindari pergaulan bebas dan perbuatan
zina dengan lebih berhati-hati dan menjaga
kehormatan diri.
Akidah
Peserta didik menganalisis makna syu‘ab alīmān (cabang-cabang iman), pengertian, dalil,
macam dan manfaatnya; mempresentasikan
makna syu‘ab al-īmān (cabang-cabang iman),
42
Elemen
Capaian Pembelajaran
pengertian, dalil, macam dan manfaatnya;
meyakini bahwa dalam iman terdapat banyak
cabang-cabangnya; serta menerapkan beberapa
sikap dan karakter sebagai cerminan cabang
iman dalam kehidupan.
Akhlak
Peserta didik menganalisis manfaat menghindari
akhlak mażmūmah; membuat karya yang
mengandung konten manfaat menghindari sikap
mażmūmah; meyakini bahwa akhlak mażmūmah
adalah larangan dan akhlak maḥmūdah adalah
perintah agama; serta membiasakan diri untuk
menghindari akhlak mażmūmah dan
menampilkan akhlak maḥmūdah dalam
kehidupan sehari-hari.
Fikih
Peserta didik mampu menganalisis
implementasi fikih mu‘āmalah dan al-kulliyyāt
al-khamsah (lima prinsip dasar hukum Islam;
menyajikan paparan tentang fikih mu‘āmalah
dan al-kulliyyāt al-khamsah meyakini bahwa
ketentuan fikih mu‘āmalah dan al-kulliyyāt alkhamsah adalah ajaran agama; serta
menumbuhkan jiwa kewirausahaan, kepedulian,
dan kepekaan sosial.
Sejarah Peradaban
Islam
Peserta didik mampu menganalisis sejarah dan
peran tokoh ulama penyebar ajaran Islam di
Indonesia; dapat membuat bagan timeline
sejarah tokoh ulama penyebar ajaran Islam di
Indonesia dan memaparkannya; meyakini
bahwa perkembangan peradaban di Indonesia
adalah sunatullah dan metode dakwah yang
santun, moderat, bi al-ḥikmah wa al-mau‘iẓat alḥasanah adalah perintah Allah Swt.;
membiasakan sikap kesederhanaan dan
kesungguhan mencari ilmu, tekun, damai, serta
semangat menghargai adat istiadat dan
perbedaan keyakinan orang lain.
6. Fase F (Umumnya untuk kelas XI dan XII SMA/MA/Program Paket
C)
Pada akhir Fase F dalam elemen Al-Qur’an dan Hadis, peserta didik
dapat menganalisis Al-Qur’an dan Hadis tentang berfikir kritis, ilmu
pengetahuan dan teknologi, toleransi, memelihara kehidupan
manusia, musibah, ujian, cinta tanah air dan moderasi beragama;
mempresentasikan pesan-pesan Al-Qur’an dan Hadis tentang
pentingnya berfikir kritis (critical thinking), ilmu pengetahuan dan
teknologi, toleransi, memelihara kehidupan manusia, musibah,
ujian, cinta tanah air dan moderasi beragama; membiasakan
membaca Al-Qur’an dengan meyakini bahwa berfikir kritis, ilmu
43
pengetahuan dan teknologi, toleransi, memelihara kehidupan
manusia, musibah, ujian, cinta tanah air dan moderasi beragama
adalah ajaran agama; membiasakan sikap rasa ingin tahu, berfikir
kritis,
kreatif,
dan
adaptif
terhadap
perkembangan
ilmu
pengetahuan, dan teknologi, toleransi, peduli sosial, cinta damai,
semangat kebangsaan, dan tanggung jawab, sabar, tabah, pantang
menyerah, tawakal, dan selalu berprasangka baik kepada Allah Swt.
dalam menghadapi ujian dan musibah, cinta tanah air, dan
moderasi dalam beragama.
Dalam elemen akidah, peserta didik menganalisis cabang-cabang
iman, keterkaitan antara iman, Islam dan ihsan, serta dasar-dasar,
tujuan dan manfaat ilmu kalam; mempresentasikan tentang cabangcabang iman, dasar-dasar, tujuan dan manfaat ilmu kalam;
meyakini bahwa cabang-cabang iman, keterkaitan antara iman,
Islam dan ihsan, serta dasar-dasar, tujuan dan manfaat ilmu kalam
adalah
ajaran
agama;
membiasakan
sikap
tanggung
jawab,
memenuhi janji, menyukuri nikmat, memelihara lisan, menutup aib
orang lain, jujur, peduli sosial, ramah, konsisten, cinta damai, rasa
ingin tahu dan pembelajar sepanjang hayat.
Dari elemen akhlak, peserta didik dapat memecahkan masalah
perkelahian antarpelajar, minuman keras (miras), dan narkoba
dalam Islam; menganalisis adab menggunakan media sosial dalam
Islam, menganalisis dampak negatif sikap munafik, keras hati, dan
keras kepala dalam kehidupan sehari hari, sikap inovatif dan etika
berorganisasi;
mempresentasikan
cara
memecahkan
masalah
perkelahian antarpelajar dan dampak pengiringnya, minuman keras
(miras), dan narkoba; menganalisis adab menggunakan media sosial
dalam Islam, dampak negatif sikap munafik, keras hati, dan keras
kepala dalam kehidupan sehari hari; meyakini bahwa agama
melarang melakukan perkelahian antarpelajar, minuman keras, dan
narkoba, munafik, keras hati, dan keras kepala, meyakini bahwa
adab menggunakan media sosial dalam Islam dapat memberi
keselamatan bagi individu dan masyarakat dan meyakini bahwa
sikap inovatif dan etika berorganisasi merupakan perintah agama;
membiasakan sikap taat pada aturan, peduli sosial, tanggung jawab,
cinta damai, santun, saling menghormati, semangat kebangsaan,
jujur, inovatif, dan rendah hati.
44
Dalam elemen fikih, peserta didik mampu menganalisis ketentuan
pelaksanaan khutbah, tablig dan dakwah, ketentuan pernikahan
dalam Islam, mawaris, dan konsep ijtihad; mempresentasikan
tentang ketentuan pelaksanaan khutbah, tablig dan dakwah,
ketentuan pernikahan dalam Islam, mawaris, dan konsep ijtihad;
menerapkan ketentuan khutbah, tablig, dan dakwah, ketentuan
pernikahan dalam Islam, mawaris, dan meyakini bahwa ijtihad
merupakan salah satu sumber hukum Islam; membiasakan sikap
menebarkan Islam raḥmat li al-ālamīn, komitmen, bertanggung
jawab, menepati janji, adil, amanah, terbuka terhadap ilmu
pengetahuan, dan menghargai perbedaan pendapat.
Dalam elemen sejarah peradaban Islam, peserta didik mampu
menganalisis peran dan keteladanan tokoh ulama penyebar ajaran
Islam di Indonesia, perkembangan peradaban Islam di dunia, dan
peran organisasi-organisasi Islam di Indonesia; mempresentasikan
peran dan keteladanan tokoh ulama penyebar ajaran Islam di
Indonesia, perkembangan peradaban Islam di dunia, dan peran
ormas (organisasi masyarakat) Islam di Indonesia; mengakui
keteladanan tokoh ulama Islam di Indonesia, meyakini kebenaran
perkembangan peradaban Islam pada masa modern, peradaban
Islam di dunia, meyakini pemikiran dan pergerakan organisasiorganisasi Islam berdasarkan ajaran agama; membiasakan sikap
gemar membaca, menulis, berprestasi, dan kerja keras, tanggung
jawab, bernalar kritis, semangat kebangsaan, berkebinekaan global,
menebarkan Islam raḥmat li al-ālamīn, rukun, damai, dan saling
bekerjasama.
Fase F Berdasarkan Elemen
Elemen
Al-Qur’an dan
Hadis
Capaian Pembelajaran
Peserta didik dapat menganalisis Al-Qur’an dan
Hadis tentang berfikir kritis, ilmu pengetahuan
dan teknologi, toleransi, memelihara kehidupan
manusia, musibah, ujian, cinta tanah air dan
moderasi beragama; mempresentasikan pesanpesan Al-Qur’an dan Hadis tentang pentingnya
berfikir kritis (critical thinking), ilmu
pengetahuan dan teknologi, toleransi,
memelihara kehidupan manusia, musibah,
ujian, cinta tanah air dan moderasi beragama;
membiasakan membaca Al-Qur’an dengan
meyakini bahwa berfikir kritis, ilmu
pengetahuan dan teknologi, toleransi,
memelihara kehidupan manusia, musibah,
45
Elemen
Akidah
Akhlak
Fikih
Capaian Pembelajaran
ujian, cinta tanah air dan moderasi beragama
adalah ajaran agama; membiasakan sikap rasa
ingin tahu, berfikir kritis, kreatif, dan adaptif
terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, dan
teknologi, toleransi, peduli sosial, cinta damai,
semangat kebangsaan, dan tanggung jawab,
sabar, tabah, pantang menyerah, tawakal, dan
selalu berprasangka baik kepada Allah Swt.
dalam menghadapi ujian dan musibah, cinta
tanah air, dan moderasi dalam beragama.
Peserta didik menganalisis cabang-cabang iman,
keterkaitan antara iman, Islam dan ihsan, serta
dasar-dasar, tujuan dan manfaat ilmu kalam;
mempresentasikan tentang cabang-cabang
iman, dasar-dasar, tujuan dan manfaat ilmu
kalam; meyakini bahwa cabang-cabang iman,
keterkaitan antara iman, Islam dan ihsan, serta
dasar-dasar, tujuan dan manfaat ilmu kalam
adalah ajaran agama; membiasakan sikap
tanggung jawab, memenuhi janji, menyukuri
nikmat, memelihara lisan, menutup aib orang
lain, jujur, peduli sosial, ramah, konsisten, cinta
damai, rasa ingin tahu dan pembelajar
sepanjang hayat.
Peserta didik dapat memecahkan masalah
perkelahian antarpelajar, minuman keras
(miras), dan narkoba dalam Islam; menganalisis
adab menggunakan media sosial dalam Islam,
menganalisis dampak negatif sikap munafik,
keras hati, dan keras kepala dalam kehidupan
sehari hari, sikap inovatif dan etika
berorganisasi; mempresentasikan cara
memecahkan masalah perkelahian antarpelajar
dan dampak pengiringnya, minuman keras
(miras), dan narkoba; menganalisis adab
menggunakan media sosial dalam Islam,
dampak negatif sikap munafik, keras hati, dan
keras kepala dalam kehidupan sehari hari;
meyakini bahwa agama melarang melakukan
perkelahian antarpelajar, minuman keras, dan
narkoba, munafik, keras hati, dan keras kepala,
meyakini bahwa adab menggunakan media
sosial dalam Islam dapat memberi keselamatan
bagi individu dan masyarakat dan meyakini
bahwa sikap inovatif dan etika berorganisasi
merupakan perintah agama; membiasakan
sikap taat pada aturan, peduli sosial, tanggung
jawab, cinta damai, santun, saling
menghormati, semangat kebangsaan, jujur,
inovatif, dan rendah hati.
Peserta didik mampu menganalisis ketentuan
pelaksanaan khutbah, tablig dan dakwah,
ketentuan pernikahan dalam Islam, mawaris,
dan konsep ijtihad; mempresentasikan tentang
ketentuan pelaksanaan khutbah, tablig dan
dakwah, ketentuan pernikahan dalam Islam,
mawaris, dan konsep ijtihad; menerapkan
ketentuan khutbah, tabligh, dan dakwah,
ketentuan pernikahan dalam Islam, mawaris,
46
Elemen
Sejarah Peradaban
Islam
Capaian Pembelajaran
dan meyakini bahwa ijtihad merupakan salah
satu sumber hukum Islam; membiasakan sikap
menebarkan Islam raḥmat li al-ālamīn,
komitmen, bertanggung jawab, menepati janji,
adil, amanah, terbuka terhadap ilmu
pengetahuan, dan menghargai perbedaan
pendapat.
Peserta didik mampu menganalisis peran dan
keteladanan tokoh ulama penyebar ajaran Islam
di Indonesia, perkembangan peradaban Islam di
dunia, dan peran organisasi-organisasi Islam di
Indonesia; mempresentasikan peran dan
keteladanan tokoh ulama penyebar ajaran Islam
di Indonesia, perkembangan peradaban Islam di
dunia, dan peran ormas (organisasi masyarakat)
Islam di Indonesia; mengakui keteladanan tokoh
ulama Islam di Indonesia, meyakini kebenaran
perkembangan peradaban Islam pada masa
modern, peradaban Islam di dunia, meyakini
pemikiran dan pergerakan organisasi-organisasi
Islam berdasarkan ajaran agama; membiasakan
sikap gemar membaca, menulis, berprestasi,
dan kerja keras, tanggung jawab, bernalar kritis,
semangat kebangsaan, berkebinekaan global,
menebarkan Islam raḥmat li al-ālamīn, rukun,
damai, dan saling bekerjasama.
47
III. 2. CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI
PEKERTI
A. Rasional Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti.
Pendidikan agama dimaksudkan untuk membentuk peserta didik
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa serta berakhlak mulia. Dengan demikian, pendidikan agama dapat
menjadi perekat bangsa dan memberikan anugerah yang sebesarsebesarnya bagi kemajuan dan kesejahteraan bangsa.
Pendidikan agama memberikan penekanan pada pembentukan iman,
takwa, dan akhlak mulia menyiratkan bahwa pendidikan agama bukan
hanya bertujuan mengasah kecerdasan spiritual dan iman juga aspek
ketaatan pada ajaran agama. Namun lebih dari itu, pendidikan agama
harus mampu membentuk manusia yang manusiawi. Jadi, mengukur
keberimanan peserta didik tidak hanya dilihat dari ketakwaan dan
ketaatan pada ajaran agama serta
pengetahuan secara kognitif
melainkan apakah peserta didik telah menjadi manusia yang manusiawi.
Hal tersebut sesuai dengan fungsi Pendidikan Agama Kristen yang
memberikan pengajaran akan pengetahuan dan kehidupan iman serta
perilaku yang sesuai dengan ajaran Tuhan Yesus yang terdapat dalam
Alkitab.
Pengajaran
yang
diberikan
merupakan
pengembangan
pendidikan yang diarahkan bagi pembinaan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Agama diyakini sebagai acuan pembentukan
sikap, moral, karakter, spiritualitas, berpikir dan bertindak sesuai
keyakinan imannya. Berbagai harapan tersebut dapat dicapai melalui
proses internalisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan pribadi, keluarga,
masyarakat,
dan
bangsa
Indonesia.
Nilai
moderasi
beragama
diimplementasikan dalam sikap keterbukaan, kebebasan berpikir,
sadar akan keterbatasan, kerendahan hati, dan berpikir untuk
kemanusiaan. Ajaran Kristen dalam nuansa moderasi beragama sangat
dibutuhkan untuk menginternalisasikan karakter kekristenan yang
toleran, terbuka, humanis, penuh kasih dan damai yang sejati. Keadaan
ini bersandingan dengan tujuan pendidikan nasional yang diarahkan
pada berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Mahaesa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Moderasi beragama merupakan wadah untuk menumbuhkan toleransi
48
dalam kehidupan bermasyarakat, bagi terwujudnya “Tri-Kerukunan
Umat Agama” di Indonesia, yakni: kerukunan intern umat beragama,
kerukunan antar umat beragama, dan kerukunan antara umat
beragama
dengan
pemerintah.
Nilai-nilai
moderasi
beragama
senantiasa mejadi sikap penting bagi umat beragama melaksanakan
tugas panggilan dalam interaksi dengan sesama. Seluruh eksistensi
orang percaya dipanggil dan diutus melaksanakan pekerjaan Tuhan di
dunia. Komponen esensial kepribadian manusia adalah nilai (values)
dan kebajikan (virtues). Kondisi ini merupakan dasar pengembangan
kehidupan
manusia
yang
memiliki
peradaban,
kebaikan,
dan
kebahagiaan secara individual maupun sosial. Pelayanan pendidikan
agama Kristen sebagai perpanjangan tangan gereja yang berfungsi
sebagai
penyemaian
iman
kristiani,
pengembangan
kedewasaan
spiritualitas, dan jadi pelaku firman (bnd. Yakobus 1:22) serta
menghasilkan buah (Yoh. 16:16).
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti, disajikan dalam bentuk
mata pelajaran pada semua jalur, jenis, dan jenjang pendidikan yang
mengacu pada capaian pembelajaran yang telah ditetapkan oleh
Pemerintah.
Penyusunan
capaian
pembelajaran
mata
pelajaran
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti didasarkan pada dua
elemen, yaitu: Allah Tritunggal dan Nilai-nilai Kristiani. Dua elemen
tersebut masih sangat umum dan belum dapat menggambarkan
substansi pembelajaran Pendidikan Agama Kristen secara spesifik.
Secara sepesifik, kedua dua elemen dijabarkan menjadi empat elemen
yaitu: Allah Berkarya, Manusia dan Nilai-nilai Kristiani, Gereja dan
Masyarakat Majemuk, Alam dan Lingkungan Hidup, yang dapat
mengakomodir seluruh substansi pembelajaran Pendidikan Agama
Kristen
dan
Budi
Pekerti
pada
jenjang
SD/Program
Paket
A,
SMP/Program Paket B, dan SMA/Program Paket C. Masing-masing
elemen dan sub elemen merupakan pilar dalam pengembangan Capaian
Pembelajaran dan materi pembelajaran.
B. Tujuan Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti
Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti bertujuan
untuk membantu peserta didik:
1.
Mengenal serta mengimani Allah yang berkarya menciptakan alam
semesta dan manusia;
2.
Mengimani keselamatan kekal dalam karya penyelamatan Yesus
49
Kristus;
3.
Mensyukuri Allah yang berkarya dalam Roh Kudus sebagai penolong
dan pembaru hidup manusia;
4.
Mewujudkan imannya dalam perbuatan hidup setiap hari dalam
interaksi dengan sesama dan memelihara lingkungan hidup;
5.
Memahami hak dan kewajibannya sebagai warga gereja dan warga
negara serta cinta tanah air;
6.
Membangun manusia Indonesia yang mampu menghayati imannya
secara bertanggung jawab dan berakhlak mulia serta menerapkan
prinsip moderasi beragama dalam masyarakat majemuk;
7.
Membentuk diri menjadi anak-anak dan remaja Kristen yang
memiliki kedewasaan berpikir, berkata-kata dan bertindak sehingga
menampakkan karakter kristiani;
8.
Membentuk sikap keterbukaan dalam mewujudkan kerukunan
intern dan antara umat beragama, serta umat beragama dengan
pemerintah;
9.
Memiliki kesadaran dalam mengembangkan kreativitas dalam
berpikir dan bertindak berdasarkan Firman Allah; dan
10. Mewujudkan peran nyata di tengah keluarga, sekolah, gereja, dan
masyarakat Indonesia yang majemuk.
C. Karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen dan Budi
Pekerti
Pendidikan Agama Kristen merupakan usaha yang dilakukan secara
terencana
dan
berkelanjutan
dalam
rangka
mengembangkan
kemampuan peserta didik agar dengan pertolongan Roh Kudus dapat
memahami dan menghayati kasih Tuhan Allah di dalam Yesus Kristus
yang dinyatakan dalam kehidupan sehari-hari, terhadap sesama dan
lingkungan. Setiap orang yang terlibat dalam proses pembelajaran PAK
memiliki keterpanggilan untuk mewujudkan kebenaran dan tandatanda Kerajaan Allah dalam kehidupan pribadi maupun sebagai bagian
dari komunitas dalam konteks masyarakat majemuk. Masyarakat
Indonesia yang majemuk dipandang sebagai berkat Tuhan dan dalam
konteks pemahaman iman Kristen merupakan medan layan bagi orang
Kristen untuk membangun kehidupan bersama yang adil dan setara.
Panggilan iman orang Kristen ini secara historis telah dibangun sejak
proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Oleh karena itu, karakteristik
Pendidikan Agama Kristen yang kontekstual harus menegaskan peran
50
hidup
orang
beriman
dalam
mewujudkan
tanggungjawabnya
membangun bangsa Indonesia yang berketuhanan, bersatu, setara, dan
berkeadilan, serta menghargai kemajemukan dalam masyarakat dan
bangsa Indonesia.
Pendidikan Agama Kristen harus mampu menyikapi perkembangan
zaman, sehingga peserta didik mampu menyelesaikan dan menjawab
segala problematika yang dihadapi. Dengan demikian, Pendidikan
Agama Kristen harus memiliki muatan pembelajaran kontekstual,
artinya materi yang ada di dalam Pendidikan Agama Kristen selalu
dikaitkan dengan situasi dan konteks agar dapat menjelaskan kasuskasus yang dialami dalam kehidupan nyata. Fakta yang diperoleh dari
kajian bagi program pendidikan Kristen, yaitu: 1) Pelaku telah diberi
karunia
Roh;
2)
Bertujuan
mendewasakan
umat
melayani;
3)
Menghasilkan dan hubungan harmonis; 4) Bersifat kebenaran teologis;
5) Penuh kasih karunia dan kebenaran; 6) Saling membantu dan
berkembang secara harmonis.
Pendidikan Agama Kristen di Indonesia berlangsung dalam keluarga,
gereja dan lembaga pendidikan formal. Pelaksanaan Pendidikan Agama
Kristen di lembaga pendidikan formal menjadi tanggung jawab utama
Direktorat Jenderal
Bimbingan
Masyarakat Kristen,
Kementerian
Agama, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan Gereja. Oleh
karena itu kerjasama yang bersinergi antara lembaga-lembaga tersebut
perlu terus dibangun.
Berdasarkan karakteristik Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti
disusun empat elemen yang mengikat capaian pembelajaran dan materi
dalam satu kesatuan yang utuh pada semua jenjang. Secara holistik
capaian pembelajaran dan lingkup materi mengacu pada empat elemen
tersebut yang selalu diintegrasikan dengan Alkitab.
Elemen dan deskripsi Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti
No.
1.
Elemen
Allah Berkarya
Deskripsi
Pada elemen Allah berkarya peserta didik belajar
untuk memahami Allah yang diimaninya sebagai
Pencipta, Pemelihara, Penyelamat, dan Pembaru.
Manusia diciptakan menurut gambar Allah yang
diberi mandat untuk membangun,
memanfaatkan, dan memelihara ciptaan Allah
bagi kesejahteraan manusia. Allah memelihara
manusia dengan menciptakan flora dan fauna
bagi keseimbangan ekosistem dan kebutuhan
manusia. Allah hadir dalam berbagai peristiwa
kehidupan. Allah melengkapi manusia dengan
51
No.
2.
3.
4.
Elemen
Deskripsi
kemampuan berpikir, berkarya dan
mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan seni. Manusia diselamatkan melalui
pengorbanan Yesus Kristus. Manusia menjalani
kehidupan sebagai makhluk sosial yang
berbudaya, mengembangkan demokrasi, dan hak
azasi manusia. Allah membarui manusia melalui
karya Roh Kudus.
Manusia dan
Pada elemen manusia dan nilai-nilai kristiani
Nilai-nilai
peserta didik belajar tentang hakikat manusia
Kristiani
sebagai ciptaan Allah yang terbatas. Dalam
keterbatasannya, manusia diberi hak dan
tanggung jawab. Memahami dan menerapkan
nilai-nilai kristiani dalam kehidupan sehari-hari,
melalui sikap rendah hati, peduli terhadap
sesama, menerapkan kasih, setia dan keadilan.
dalam kehidupan. Perwujudan nilai-nilai kristiani
juga nampak melalui sikap kritis terhadap
berbagai bentuk diskriminasi, menghargai
perbedaan, rukun, toleran serta menerapkan
disiplin hidup dalam masyarakat majemuk.
Gereja dan
Pada elemen gereja dan masyarakat majemuk
Masyarakat
peserta didik belajar tentang hidup bergereja dan
Majemuk
bermasyarakat serta memahami tanggung jawab
terhadap gereja, bangsa dan negara. Peserta didik
memahami makna kehadiran gereja bagi umat
Kristen dan dunia serta mengkritisi berbagai
bentuk pelayanan gereja. Mensyukuri keragaman
suku, budaya bangsa, dan agama sebagai
anugerah Allah. Mengembangkan kehidupan
harmonis dalam kehidupan bersama melalui
sikap terbuka, toleran, dan inklusif terhadap
sesama dalam masyarakat majemuk. Memahami
model-model dialog dan kerja sama antar umat
beragama dalam rangka moderasi beragama.
Alam dan
Pada elemen alam dan lingkungan hidup, peserta
Lingkungan Hidup didik belajar membangun hubungan yang
harmonis dengan alam, memelihara dan
melestarikan alam sebagai wujud syukur kepada
Allah. Pada elemen ini peserta didik mensyukuri
bahwa Allah Mahakuasa hadir melalui alam
ciptaan. Menyadari bahwa manusia diberi tugas
oleh Allah untuk mengolah dan memelihara alam
dengan mengkritisi tindakan manusia yang
merusak alam dan menerapkan sikap ugahari.
Elemen dan Sub Elemen Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti
No
Elemen
1.
Allah Berkarya
2.
Manusia dan Nilai-nilai
Kristiani
Gereja dan Masyarakat
Majemuk
3.
Sub Elemen
Allah Pencipta
Allah Pemelihara
Allah Penyelamat
Allah Pembaharu
Hakikat Manusia
Nilai-nilai Kristiani
Tugas Panggilan Gereja
Masyarakat Majemuk
52
No
4.
Elemen
Sub Elemen
Alam dan Lingkungan Hidup
Alam Ciptaan Allah
Tanggung Jawab Manusia Terhadap
Alam
Implementasi elemen dan sub elemen di atas, proses penalarannya
bersumber dari Kitab Suci. Peserta didik belajar membaca dan
merenungkan Kitab Suci yang berisi pengajaran iman Kristen sebagai
acuan dalam kehidupan.
D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen dan
Budi Pekerti setiap Fase
Capaian pembelajaran (CP) ditempatkan dalam fase-fase menurut usia
dan jenjang pendidikan yang dikelompokkan dalam kelas mulai dari
fase A hingga fase F.
1. Fase A (Umumnya untuk kelas I dan II SD/Program Paket A)
Peserta didik memahami kasih Allah melalui keberadaan dirinya
yang istimewa serta berterima kasih pada Allah dengan cara
merawat tubuh, memelihara lingkungan sekitarnya, menjaga
kerukunan di rumah dan sekolah, serta toleran dengan sesama yang
berbeda
dengan
dirinya.
Diharapkan
peserta
didik
mampu
memahami kasih Allah melalui keberadaan dirinya di dalam
keluarga, sekolah, dan lingkungan terdekatnya. Pada kelas awal
tingkat SD/Program Paket A peserta didik tentang Allah masih
cukup abstrak. Karena itu, peserta didik membutuhkan visualisasi
atau perwujudan dari sesuatu yang dapat menunjukkan siapa Allah
itu. Mereka akan lebih mudah memahami siapa Allah dengan melihat
keberadaan dirinya. Dengan demikian Allah yang mereka kenal
adalah Allah yang menciptakan manusia dan semua anggota tubuh
untuk dipakai dengan benar sesuai dengan fungsinya yaitu untuk
tujuan mulia.
Fase A Berdasarkan Elemen dan Sub Elemen
Elemen
Sub Elemen
1. Allah
Berkarya
Allah Pencipta
53
Capaian Fase A
Memahami Allah menciptakan dirinya
sebagai pribadi yang istimewa dalam
hubungannya dengan keluarga, teman,
guru sebagai orang-orang terdekat dan
membangun interaksi yang baik melalui
tindakan sederhana
Elemen
Sub Elemen
Allah
Pemelihara
2. Manusia
dan Nilainilai
Kristiani
Allah
Penyelamat
Allah Pembaru
Hakikat
Manusia
Nilai-nilai
Kristiani
3. Gereja dan Tugas
Masyarakat Panggilan
Majemuk
Gereja
Masyarakat
Majemuk
4. Alam dan
Alam Ciptaan
Lingkungan Allah
Hidup
Tanggung
Jawab Manusia
Terhadap Alam
Capaian Fase A
Memahami pemeliharaan Allah pada
dirinya melalui kehadiran orang tua,
keluarga, teman, dan guru serta
melakukan tindakan nyata sebagai
wujud syukur
Memahami dirinya yang memiliki
berbagai anggota tubuh dan bermanfaat
untuk tujuan mulia, serta bersyukur
pada Allah melalui tindakan nyata
memelihara tubuhnya.
Bergaul dengan semua orang,
menghargai perbedaan, menjaga
kerukunan di rumah dan di sekolah
Menerima tugas panggilan gereja untuk
bersekutu, bersaksi, dan melayani
Mensyukuri keragaman suku, budaya,
bangsa, dan agama sebagai anugerah
Allah
Mensyukuri Allah hadir dalam seluruh
alam ciptaan
Melakukan tindakan sederhana dalam
upaya tanggung jawab terhadap alam
dan lingkungan sekitarnya
2. Fase B (Umumnya untuk kelas III dan IV SD/Program Paket A)
Setelah mempelajari mengenai Allah Maha kasih yang berkarya
dalam dirinya pribadi, keluarga, sekolah, dan lingkungan sosial
masyarakat yang terdekat dengannya, peserta didik juga belajar
mengenal karya Allah melalui ciptaan lainnya. Manusia dan seluruh
ciptaan yang ada di alam memerlukan pemeliharaan Allah. Langit
dan bumi beserta isinya, tumbuhan, hewan peliharaan, hewan yang
bebas di alam, benda langit pada saat siang dan malam, berbagai
gejala alam seperti cuaca, peristiwa siang dan malam, angin, hujan,
petir semua dalam pemeliharaan Allah. Dengan mempelajari semua
kebesaran Allah itu, peserta didik hendaknya memiliki sikap
mengasihi sesama, memelihara lingkungan, takluk, tunduk, dan
taat pada kuasa Allah serta percaya kepada-Nya.
Fase B Berdasarkan Elemen dan Sub Elemen
Elemen
Sub Elemen
1. Allah
Berkarya
Allah Pencipta
54
Capaian Fase B
Memahami Allah menciptakan,
manusia (perempuan dan laki-laki),
flora dan fauna, dan melakukan
tindakan nyata sebagai wujud syukur
Elemen
Sub Elemen
Allah
Pemelihara
2. Manusia
dan Nilainilai
Kristiani
Allah
Penyelamat
Allah Pembaru
Hakikat
Manusia
Nilai-nilai
Kristiani
3. Gereja dan Tugas
Masyarakat Panggilan
Majemuk
Gereja
Masyarakat
Majemuk
Capaian Fase B
Memahami pemeliharaan Allah pada
manusia secara umum dan dirinya
melalui kehadiran orang tua, keluarga,
dan guru serta melakukan tindakan
nyata sebagai wujud syukur
Memahami dirinya memiliki berbagai
anggota tubuh yang bermanfaat serta
menunjukkan sikap bertanggung jawab
menjaga tubuh untuk tetap sehat
Mengasihi dan bergaul dengan semua
orang, menghargai perbedaan, menjaga
kerukunan, dan menerapkan hidup
disiplin di rumah dan di sekolah
Menerima tugas panggilan gereja untuk
bersekutu, bersaksi, dan melayani
Mensyukuri keragaman suku, budaya,
bangsa, dan agama sebagai anugerah
Allah
4. Alam dan
Alam Ciptaan
Mensyukuri Allah hadir dalam seluruh
Lingkungan Allah
alam ciptaan dan berbagai fenomena
Hidup
alam
Tanggung Jawab Melakukan tindakan sederhana dalam
Manusia
upaya tanggung jawab terhadap alam
Terhadap Alam dan lingkungan sekitarnya
3. Fase C (Umumnya untuk kelas IV dan V SD/Program Paket A)
Peserta didik mengakui kemahakuasaan Allah yang hadir melalui
berbagai
peristiwa
kemahakuasaan
dalam
Allah,
kehidupannya.
peserta
didik
Dengan
memahami
mengakui
Allah
yang
Mahakuasa itu mengampuni dan menyelamatkan manusia melalui
Yesus Kristus. Pemahaman terhadap keselamatan yang diberikan
Allah kepada manusia memotivasi peserta didik untuk memahami
arti
pertobatan
dan
hidup
dalam
pertobatan.
Hidup dalam
pertobatan ditunjukkan melalui bersahabat dengan semua orang,
berbela rasa, tolong-menolong tanpa membeda-bedakan suku
bangsa, budaya, dan agama, serta memelihara alam dan lingkungan.
Selanjutnya pada fase ini, peserta didik memahami bahwa Allah
Pencipta hadir dalam kehidupan masyarakat. Pemahaman itu
diwujudkan dengan mempraktikkan sikap peduli kepada sesama.
Peserta didik juga belajar dari teladan tokoh-tokoh Alkitab yang
berkaitan dengan pertobatan dan menjadi manusia baru. Dalam
terang manusia baru peserta didik menerapkan nilai-nilai Kristiani
55
dalam interaksi dengan sesama untuk membangun kepekaan
terhadap
bentuk-bentuk
ketidakadilan
terhadap
ketidakadilan
mereka
yang
termasuk
didalamnya
berkebutuhan khusus,
ketidakadilan terhadap alam dan lingkungan hidup. Fase ini
merupakan fase akhir dari pendidikan di SD/Program Paket A,
peserta
didik
mempersiapkan
diri
untuk masuk
ke
jenjang
SMP/Program Paket B. Oleh karena itu peserta didik dibekali dengan
pemahaman mendasar tentang Allah yang tidak pernah absen dari
kehidupan manusia. Pemahaman ini memberikan penguatan pada
peserta didik untuk lebih mendalami kasih Allah dalam hidupnya.
Kelak ketika di SMA/Program Paket C mereka dapat bertumbuh
menjadi manusia yang dewasa secara holistik.
Fase C Berdasarkan Elemen dan Sub Elemen
Elemen
Sub Elemen
1. Allah
Berkarya
Allah Pencipta
Capaian Fase C
Memahami Allah Pencipta berkarya
dalam kehidupan keluarga, sekolah,
dan masyarakat
Allah
Memahami Allah memelihara seluruh
Pemelihara
umat manusia termasuk mereka yang
berkebutuhan khusus, serta menyukuri
pemeliharaan Allah dalam hidup
manusia
Allah
Memahami Allah menyelamatkan
Penyelamat
manusia dalam diri Yesus Kristus dan
mensyukuri keselamatan yang sudah
diterimanya
Allah Pembaru Memahami Allah membarui hidup
manusia dan mempraktikkan sikap
hidup manusia baru
2. Manusia
Hakikat
Memahami bahwa manusia berdosa
dan NilaiManusia
karena itu membutuhkan pertobatan
nilai
Nilai-nilai
Memahami nilai-nilai kristiani dalam
Kristiani
Kristiani
interaksi antar manusia serta bersikap
kritis terhadap berbagai bentuk
diskriminasi
3. Gereja dan Tugas
Memahami makna pelayanan terhadap
Masyarakat Panggilan
sesama sebagai tanggung jawab orang
Majemuk
Gereja
beriman dan mempraktikkannya dalam
kehidupan
Masyarakat
Memahami keberagaman suku bangsa,
Majemuk
budaya, dan agama dalam masyarakat
majemuk
4. Alam dan
Alam Ciptaan
Memahami dan menyukuri
Lingkunga Allah
kemahakuasaan Allah dalam berbagai
n Hidup
fenomena alam
Tanggung
Melakukan tindakan nyata dalam
Jawab Manusia memelihara alam dan lingkungan
Terhadap Alam sekitar sebagai wujud tanggung jawab
orang beriman
56
4. Fase D (Umumnya untuk kelas VII, VIII dan IX SMP/Program Paket
B)
Peserta didik memahami karya Allah dalam Yesus Kristus yang
menyelamatkan umat manusia dan dunia. Manusia berada dalam
kuasa pemeliharaan Allah. Allah memelihara, menyelamatkan
manusia melalui pengorbanan Yesus Kristus, dan memperbarui oleh
kuasa Roh Kudus. Peserta didik menyadari bahwa karya Allah yang
dirasakan dalam hidupnya harus diwujudkan dalam ucapan syukur.
Pernyataan syukur diwujudkan dalam bentuk kasih terhadap Allah
dan sesama manusia. Peserta didik mempraktikkan sikap hidup
sebagai orang benar, beriman, dan berpengharapan. Pada fase ini
peserta didik mampu mewujudkan pemahaman iman melalui
pengakuan akan Allah Penyelamat yang berkarya dalam seluruh
aspek
kehidupan.
Sikap
hidup
sebagai
orang
yang
telah
diselamatkan mewujud dalam kasih, sukacita, damai sejahtera,
kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan,
penguasaan diri (Gal. 5:22-23).
Sebagai implementasi dari keselamatan, manusia terhisap dalam
persekutuan dengan Allah, terpanggil untuk bersaksi dan melayani.
Hal ini tampak ketika peserta didik hidup sebagai manusia yang
dapat mempertanggungjawabkan pikiran, perkataan dan perbuatan
sebagai pribadi dan bagian dari komunitas di sekolah, keluarga,
gereja, dan masyarakat. Peserta didik mampu memahami karya Allah
melalui dan dalam pertumbuhan gereja. Dalam interaksi antar
sesama dan berkarya dalam berbagai situasi, peserta didik akan
memelihara lingkungan hidup sebagai amanah untuk menjaga
keutuhan
ciptaan
dan
wujud
tanggung
jawab
umat
yang
diselamatkan.
Fase D Berdasarkan Elemen dan Sub Elemen
Elemen
Sub Elemen
1. Allah
Berkarya
Allah Pencipta
57
Capaian Fase D
Memahami Karya Allah dalam hidup
manusia yang mengubah masa depan
manusia dan dunia secara
keseluruhan, mensyukuri
perkembangan IPTEK dan
bertanggungjawab terhadap IPTEK,
memahami karya Allah melalui
berbagai perubahan yang dihadirkan
gereja.
Elemen
Sub Elemen
Allah
Pemelihara
Capaian Fase D
Memahami dan menyajikan bukti-bukti
Allah memelihara seluruh ciptaan-Nya,
bahwa hidup manusia yang dinamis
berada dalam kuasa dan pemeliharaan
Allah, meyakini bahwa Allah
memelihara, memberi isnpirasi
kehidupan dan mensyukuri
pemeliharaan Allah sepanjang
kehidupan.
Allah
Mengakui bahwa hanya Allah yang
Penyelamat
dapat mengampuni dan
menyelamatkan manusia dalam Yesus
Kristu dan meneladani Yesus dalam
hidup beriman melalui berbagai
aktifitas.
Allah Pembaru
Bersikap sebagai orang yang dipimpin
dan dibaharui oleh Roh Kudus dan
menerapkan makna hidup beriman dan
berpengharapan dalam menghadapi
berbagai tantangan.
2. Manusia
Hakikat
Memahami teladan Yesus Kristus dan
dan NilaiManusia
menerapkan-nya dalam kehidupan bagi
nilai
sesama manusia, memahami berbagai
Kristiani
bentuk fenomena dan tantangan
pergaulan remaja masa kini.
Nilai-nilai
Menerapkan nilai-nilai kristiani dalam
Kristiani
kehidupan sehari-hari, bersikap rendah
hati, dan peduli terhadap sesama.
3. Gereja dan Tugas Panggilan Memahami karya Allah dalam
Masyarakat Gereja
pelayanan gereja yang membawa
Majemuk
pembaruan bagi dunia secara
keseluruhan, memperkenalkan misi
pelayanan gereja masa kini serta
memahami makna kehadiran gereja
bagi umat Kristen dan bagi dunia,
memahami berbagai bentuk pelayanan
gereja masa kini dan mengkritisinya.
Masyarakat
Mengembangkan sikap terbuka,
Majemuk
toleran, dan inklusif terhadap sesama
dalam masyarakat majemuk,
memahami model-model dialog dan
kerja sama antar agama dalam rangka
moderasi beragama serta
merencanakan kegiatan sederhana
yang dapat menunjukkan sikap hidup
inklusif dalam masyarakat majemuk.
4. Alam dan
Alam Ciptaan
Memahami bahwa pemeliharaan Allah
Lingkunga Allah
terus berlangsung terhadap alam dan
n Hidup
manusia dalam segala situasi dan
manusia meresponsnya melalui
tanggung jawab dan berbagai aktifitas
memelihara alam.
Tanggung
Memahami bahwa manusia diberi
Jawab Manusia tugas oleh Allah untuk mengolah serta
Terhadap Alam memelihara alam dan lingkungan
hidup.
58
5. Fase E (Umumnya untuk kelas X SMA/Program Paket C)
Peserta didik bertumbuh sebagai manusia dewasa secara holistik,
baik secara biologis, sosial maupun spiritual dan keyakinan iman.
Aktualisasi pribadi yang dewasa harus didukung oleh kesadaran
akan kemahakuasaan Allah. Rasa bersyukur dan kritis dalam
menghadapi berbagai persoalan hidup termasuk dalam menyikapi
konsekuensi logis perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sejalan dengan pertumbuhan menjadi dewasa, maka peserta didik
memiliki hidup baru dalam Kristus. Menjadi manusia baru
dibuktikan dengan cara mengembangkan kesetiaan, kasih, keadilan
dan bela rasa terhadap sesama serta memiliki perspektif baru
terhadap pemeliharaan dan perlindungan terhadap alam. Praktik
hidup sebagai manusia dewasa yang sudah hidup baru diwujudkan
juga dalam pemahamannya terhadap keluarga dan sekolah sebagai
lembaga pendidik utama. Hidup sebagai manusia dewasa juga
dibuktikan melalui komitmen dan praktik hidup yang berpihak pada
penyelamatan alam. Terus membaharui diri dan membangun
pemahaman yang komprehensive mengenai nilai-nilai iman Kristen
yang diwujudkan dalam praktik kehidupan.
Fase E Berdasarkan Elemen dan Sub Elemen
Elemen
2. Allah
Berkarya
Sub Elemen
Allah Pencipta
Allah
Pemelihara
Allah
Penyelamat
Capaian Fase E
Menganalisis pertumbuhan diri sebagai
pribadi dewasa melalui cara berpikir,
berkata dan bertindak
Memahami bentuk-bentuk
pemeliharaan Allah dalam kehidupan
Memahami nilai-nilai iman Kristen
dalam keluarga serta menjabarkan
peran keluarga dan orang tua sebagai
pendidik utama
Allah Pembaru
Mengakui bahwa Allah membarui
hidup orang beriman
2. Manusia
Hakikat
Menganalisis indikator manusia yang
dan NilaiManusia
bertumbuh menjadi dewasa
nilai
Nilai-nilai
Menerapkan prinsip kesetiaan, kasih
Kristiani
Kristiani
dan keadilan dalam kehidupan sosial
yang lebih luas
3. Gereja dan Tugas Panggilan Menganalisis issu-issu ras, etnis dan
Masyaraka Gereja
gender dalam rangka mewujudkan
t Majemuk
keadilan
Masyarakat
Memahami sekolah sebagai lembaga
Majemuk
pendidik
4. Alam dan
Alam Ciptaan
Memahami berbagai bentuk tindakan
Lingkungan Allah
pencegahan kerusakan alam
Hidup
Tanggung
Mengkritisi tindakan manusia dalam
Jawab Manusia tanggungawabnya memelihara alam
59
Elemen
Sub Elemen
Terhadap Alam
Capaian Fase E
ciptaan Allah
6. Fase F (Umumnya untuk kelas XI dan XII SMA/Program Paket C)
Pada fase F peserta didik telah mencapai tahap sebagai manusia
dewasa dan memiliki hidup baru, maka pada fase ini, peserta didik
terus berproses menjadi lebih dewasa terutama dalam menjalankan
tanggung jawab sosial kemasyarakatan. Identitas peserta didik
sebagai remaja Indonesia yang beragama Kristen ditampakkan
melalui tanggung jawab sebagai anggota gereja dan warga negara.
Pada fase ini peserta didik memiliki tanggung jawab sosial
kemasyarakatan yang lebih luas, Yaitu: turut serta memperjuangkan
keadilan, kebenaran, kesetaraan, demokrasi, hak azasi manusia,
serta moderasi beragama. Peserta didik menjadi pembawa damai
sejahtera dalam kehidupan tanpa kehilangan identitas. Peserta didik
memahami, menghayati, dan mewujudkan kedewasaan iman yang
ditunjukkan melalui kemampuan peserta didik beradaptasi dalam
berbagai kondisi. Aktualisasi kedewasaan didukung kesadaran akan
adanya Allah yang berkarya, mencipta, memelihara, menyelamatkan
dan membarui manusia serta dunia sebagai kesadaran akan harkat
kemanusiaan dan penerapan nilai-nilai kristiani.
Fase F Berdasarkan Elemen dan Sub Elemen
Elemen
1. Allah
Berkarya
Sub Elemen
Allah Pencipta
Allah
Pemelihara
Allah
Penyelamat
Allah Pembaru
2. Manusia
dan Nilainilai
Kristiani
Hakikat
Manusia
60
Capaian Fase F
Mengalisis perkembangan kebudayaan,
ilmu pengetahuan dan teknologi,
memahami demokrasi dan HAM sebagai
anugerah Allah dan menjabarkannya
dalam praktik
Mensyukuri dan mengembangkan
talenta pemberian Allah dan
menggunakannya untuk kepentingan
bangsa
Menganalisis tantangan dalam
kehidupan keluarga dan membangun
komunikasi yang baik serta
mewujudkan nilai-nilai demokrasi dan
HAM pada konteks lokal dan global
Memahami bahwa Allah membaharui,
memulihkan kehidupan keluarga, gereja
dan bangsa
Mewujudkan tanggung jawabnya
sebagai manusia dewasa serta
memahami keadilan sebagai dasar
demokrasi dan HAM.
Elemen
Sub Elemen
Nilai-nilai
Kristiani
Capaian Fase F
Memahami nilai iman sebagai landasan
hidup berkeluarga, bersikap proaktif
dalam keluarga dan masyarakat serta
memahami makna damai sejahtera
menurut Alkitab dan memjadi pembawa
damai sejahtera dalam kehidupan
3. Gereja dan Tugas Panggilan Menelaah karakter tokoh-tokoh dialog
Masyarakat Gereja
antar umat beragama yang
Majemuk
mengabdikan hidupanya bagi
persaudaraan dan solidaritas serta
menganalisis issu-issu ras, etnis, dan
gender dalam rangka mewujudkan
keadilan.
Masyarakat
Melakukan transformasi sosial dalam
Majemuk
lingkup masyarakat majemuk, serta
berpartisipasi aktif dalam kegiatan
sosial kemasyarakatan dalam rangka
mewujudkan moderasi beragama
3. Alam dan
Alam Ciptaan
Memahami prinsip pemeliharaan dan
Lingkunga Allah
pelestarian alam serta keutuhan
n Hidup
ciptaan Allah.
Tanggung
taggung jawab memelihara alam dan
Jawab Manusia memahami mewujudkannya dalam
Terhadap Alam tindakan serta menerapkan sikap
ugahari demi kelestarian alam.
61
III.3 CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI
PEKERTI
A. Rasional Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti
Pendidikan pada dasarnya merupakan tanggungjawab utama dan
pertama orangtua, demikian pula dalam hal pendidikan iman anak.
Pendidikan iman pertama-tama harus dimulai dan dilaksanakan di
lingkungan keluarga, tempat dan lingkungan dimana anak mulai
mengenal dan mengembangkan iman. Pendidikan iman yang dimulai
dalam keluarga perlu dikembangkan lebih lanjut dalam Gereja (Umat
Allah), dengan bantuan pastor paroki, katekis dan guru Pendidikan
Agama Katolik di sekolah.
Negara juga mempunyai kewajiban untuk memfasilitasi agar pendidikan
iman
bisa
terlaksana
dengan
baik
sesuai
dengan
agama
dan
kepercayaan masing-masing. Salah satu bentuk dukungan negara
adalah dengan menyelenggarakan pendidikan iman (agama) secara
formal di sekolah yaitu Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan
Budi Pekerti.
Belajar Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti mendorong peserta
didik
menjadi
pribadi
beriman
yang
mampu
menghayati
dan
mewujudkan imannya dalam kehidupan sehari-hari. Mata pelajaran
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti membekali peserta didik
dengan pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang bersumber dari Kitab
Suci, Tradisi, Ajaran Gereja (Magisterium), dan pengalaman iman
peserta didik. Kurikulum Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti
diharapkan
mampu
mengembangkan
kemampuan
memahami,
menghayati, mengungkapkan dan mewujudkan iman para peserta didik.
Mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti disusun
secara
terencana
dan
berkesinambungan
dalam
rangka
mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memperteguh iman
dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai ajaran iman
Gereja Katolik, dengan tetap memperhatikan penghormatan terhadap
agama dan kepercayaan lain. Hal ini dimaksudkan juga untuk
menciptakan hubungan antar umat beragama yang harmonis dalam
masyarakat Indonesia yang majemuk demi terwujudnya persatuan
nasional.
62
B. Tujuan Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti
Mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti bertujuan:
1. agar peserta didik memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap
membangun hidup yang semakin beriman (beraklak mulia);
2. membangun hidup beriman Kristiani yang berarti membangun
kesetiaan pada Injil Yesus Kristus, yang memiliki keprihatinan
tunggal, yakni Kerajaan Allah. Kerajaan Allah merupakan situasi
dan
peristiwa
perdamaian
penyelamatan,
dan
keadilan,
situasi
dan
kebahagiaan
perjuangan
dan
untuk
kesejahteraan,
persaudaraan dan kesetiaan, dan kelestarian lingkungan hidup; dan
3. mendidik pesera didik menjadi manusia paripurna yang berkarakter
mandiri,
bernalar
kritis,
kreatif,
bergotong
royong,
dan
berkebinekaan global sesuai dengan tata paham dan tata nilai yang
diajarkan dan dicontohkan oleh Yesus Kristus sehingga nilai-nilai
yang dihayati dapat tumbuh dan membudaya dalam sikap dan
perilaku peserta didik.
C. Karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi
Pekerti
Mata
pelajaran
Pendidikan
Agama
Katolik
dan
Budi
Pekerti
diorganisasikan dalam lingkup empat elemen konten dan empat
kecakapan. Empat elemen konten tersebut adalah:
Elemen
Deskripsi
Pribadi Peserta Didik
Elemen ini membahas tentang diri sebagai
laki-laki atau perempuan yang memiliki
kemampuan dan keterbatasan kelebihan
dan kekurangan, yang dipanggil untuk
membangun relasi dengan sesama serta
lingkungannya sesuai dengan Tradisi
Katolik.
Yesus Kristus
Elemen ini membahas tentang pribadi
Yesus Kristus yang mewartakan Allah Bapa
dan Kerajaan Allah, seperti yang terungkap
dalam Kitab Suci Perjanjian Lama dan
Perjanjian Baru, agar peserta didik berelasi
dengan Yesus Kristus dan meneladani-Nya.
Gereja
Elemen ini membahas tentang makna
Gereja agar peserta didik mampu
mewujudkan kehidupan menggereja.
Masyarakat
Elemen ini membahas tentang perwujudan
iman dalam hidup bersama di tengah
masyarakat sesuai dengan Tradisi Katolik.
63
Kecakapan dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi
Pekerti
adalah
memahami,
menghayati,
mengungkapkan,
dan
mewujudkan. Dengan memiliki kecakapan memahami, peserta didik
diharapkan memiliki pemahaman ajaran iman Katolik yang otentik.
Kecakapan menghayati membantu peserta didik dapat menghayati iman
Katoliknya sehingga mampu mengungkapkan iman dalam berbagai
ritual ungkapan iman dan pada akhirnya mampu mewujudkan iman
dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Kecakapan ini merupakan
dasar pengembangan konsep belajar Pendidikan Agama Katolik dan
Budi Pekerti.
D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan
Budi Pekerti setiap Fase
1. Fase A (Umumnya untuk kelas I dan II SD/Program Paket A)
Pada akhir Fase A, peserta didik mengenal dirinya sebagai bagian
dari keluarga, sekolah, dan lingkungan di sekitarnya, yang mampu
mensyukuri dirinya sebagai ciptaan Tuhan, melalui kebiasaan doa
sebagai
anggota
Gereja,
mewujudkan
imannya
dengan
cara
melakukan perbuatan baik, sesuai dengan teladan Yesus dan tokohtokoh Kitab Suci, baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru.
Fase A Berdasarkan Elemen
Elemen
Pribadi Peserta
Didik
Yesus Kristus
Capaian Pembelajaran
Peserta didik mampu mengenal dirinya sebagai
pribadi yang dicintai Tuhan; yang memiliki anggota
tubuh yang sangat berguna serta memahami cara
merawatnya; mengenal temannya, lingkungan
rumah dan sekolah tempat dirinya berkembang.
Peserta didik mampu mengenal diri, lingkungan
keluarga, serta teman-temannya, agar memiliki
kebiasaan bekerja sama dengan anggota keluarga
dan teman.
Peserta didik menyadari bahwa bumi langit dan
seluruh isinya adalah ciptaan Tuhan, serta
menyadari bahwa manusia adalah ciptaan Tuhan
yang istimewa.
Peserta didik mengenal tokoh-tokoh iman di dalam
Perjanjian Lama (Nuh, Abraham, Ishak dan Yakub);
mengenal kisah kelahiran Tuhan Yesus dan tiga
orang Majus, serta mengenal masa kanak-kanak
Yesus yang menetap di Nasaret, dipersembahkan di
Bait Allah dan diketemukan di Bait Allah.
64
Elemen
Gereja
Masyarakat
Capaian Pembelajaran
Peserta didik mampu mengungkapkan iman dalam
hidup sehari-hari, dengan cara membuat tanda
salib, berdoa Bapa Kami, berdoa salam Maria dan
doa Kemuliaan.
Peserta didik mampu mewujudkan imannya dengan
melaksanakan perintah Allah, berjuang melawan
godaan serta membiasakan diri berdoa pujian,
syukur dan permohonan.
Peserta didik mewujudkan imannya di tengah
masyarakat melalui kebiasaan hidup rukun dengan
tetangga serta mengembangkan kebiasaan
bergotong royong merawat lingkungan.
2. Fase B (Umumnya untuk kelas III dan IV SD/Program Paket A)
Pada akhir Fase B, peserta didik mengenal dirinya sebagai bagian
dari keluarga, sekolah, dan lingkungan di sekitarnya (baik fisik
maupun non fisik), mampu mensyukuri dirinya sebagai ciptaan
Tuhan,
melalui
kebiasaan
doa
sebagai
anggota
Gereja,
serta
terpanggil untuk mengembangkan kemampuan yang dimiliki (seperti
menyampaikan pendapat, bermusyawarah, dll) dan mewujudkan
imannya dengan cara melakukan perbuatan baik, membangun
semangat persatuan, sesuai dengan teladan Yesus dan tokoh-tokoh
Kitab Suci, baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru.
Fase B Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Pribadi Peserta
Didik
Peserta didik mampu mengenal diri sebagai pribadi
yang tumbuh dan berkembang dan mampu
melakukan kebaikan.
Peserta didik mampu mengenal diri sebagai pribadi
yang unik, sehingga memunculkan rasa syukur dan
mau mengembangkan keunikan dirinya bersama
orang lain atau lingkungannya.
Yesus Kristus
Peserta didik mengenal Allah yang menyelamatkan
manusia sebagaimana tercermin pada tokoh
Perjanjian Lama (Kisah Yusuf, Kisah Musa dan
Kisah Yosua); dan di dalam diri Yesus yang dibaptis,
Yesus yang memberi makan lima ribu orang dan
Yesus yang mengampuni.
Peserta didik memahami kisah-kisah suci dalam
Perjanjian Lama (Sepuluh perintah Allah sebagai
pedoman hidup, Bangsa Israel memasuki tanah
terjanji, Allah memberkati para pemimpin Israel:
Samuel, Saul dan Daud); dan Perjanjian Baru (kisah
Yesus mewartakan Kerajaan Allah melalui
Perumpamaan dan mukjizat-Nya).
65
Elemen
Capaian Pembelajaran
Gereja
Peserta didik mengenal sakramen-sakramen dalam
Gereja (sakramen baptis, sakramen ekaristi dan
sakramen tobat).
Peserta didik mampu mengungkapkan doa syukur,
doa pribadi, doa bersama, serta mewujudkan
semuanya itu melalui sikap dan tindakan dalam
hidup sehari-hari.
Masyarakat
Peserta didik mewujudkan imannya di tengah
masyarakat melalui kebiasaan menghormati
pemimpin masyarakat, menghargai tradisi
masyarakat serta melestarikan lingkungan alam.
Peserta didik memiliki rasa hormat kepada orang
tua, menghormati hidup, dan menghormati milik
orang lain.
3. Fase C (Umumnya untuk kelas V dan VI SD/Program Paket A)
Pada akhir Fase C, peserta didik memahami dirinya sebagai citra
Allah, sebagai laki-laki atau perempuan, dan mampu mensyukurinya
dengan melibatkan diri dalam kehidupan menggereja (melalui
kebiasaan doa dan perayaan sakramen Baptis, Ekaristi dan Tobat,
sebagai tanda keselamatan Allah), dan mewujudkan imannya dalam
kehidupan
bermasyarakat
dengan
menunjukkan
rasa
bangga
sebagai warga negara Indonesia dengan menjunjung tinggi hati
nurani, serta membangun semangat dialog antar agama dan
kepercayaan, sesuai dengan ajaran Gereja dan teladan Yesus
Kristus.
Fase C Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Pribadi Peserta
Didik
Peserta didik mampu memahami diri sebagai
perempuan atau laki-laki sebagai citra Allah, yang
sederajat dan saling melengkapi.
Peserta didik mampu memahami hak dan kewajiban
sebagai warga negara dan bangga sebagai bangsa
Indonesia, menyadari diri sebagai warga dunia,
sehingga terdorong melakukan kegiatan dialog antar
umat beragama dan berkepercayaan.
Yesus Kristus
Peserta didik mengenal tokoh-tokoh Perjanjian Lama
(Daud sebagai pemimpin, Salomo yang bijaksana
dan Ester perempuan pemberani) dan tokoh
Perjanjian Baru (Maria dan Elisabet); meneladan
Yesus yang taat kepada Allah, Yesus yang
mengajarkan pengampunan dan memanggil orang
berdosa; memahami Yesus yang menderita, wafat,
dan bangkit, serta mengutus Roh Kudus untuk
menguatkan para rasul, dan semua orang yang
percaya.
Peserta didik mengenal kisah jatuh bangun Israel di
66
Elemen
Capaian Pembelajaran
bawah bimbingan nabi Elia, nabi Amos pejuang
keadilan, nabi Yesaya yang menubuatkan
kedatangan juru selamat, mengenal kisah Yesus
yang mewartakan kerajaan Allah dengan kata-kata,
tindakan, dan seluruh pribadi-Nya.
Gereja
Peserta didik mewujudkan iman dalam hidup
sehari-hari, dengan cara terlibat dalam hidup
menggereja, hidup bersama yang dijiwai Roh Kudus.
Peserta didik memahami Gereja yang Satu, Kudus,
Katolik, dan Apostolik, serta persekutuan para
kudus.
Masyarakat
Peserta didik terlibat dalam pelestarian lingkungan,
dan mengembangkan sikap jujur.
Peserta didik dapat bertindak menurut hati nurani,
menegakkan keadilan, dan mewujudkan semuanya
ini dalam hidupnya sehari-hari sebagai orang
beriman kristiani.
4. Fase D (Umumnya untuk kelas VII, VIII, dan IX SMP/Program Paket
B)
Pada akhir Fase D, peserta didik menyadari dan mensyukuri diri
sebagai citra Allah, sebagai laki-laki atau perempuan, yang memiliki
kemampuan dan keterbatasan, untuk mengembangkan diri melalui
peran keluarga, sekolah, teman, masyarakat dan Gereja dengan
meneladani
pribadi
Yesus
Kristus,
sehingga
terpanggil
untuk
mengungkapkan imannya dalam kehidupan menggereja (melalui
kebiasaan doa, perayaan sakramen dan terlibat secara aktif di dalam
kehidupan menggereja); serta mewujudkan imannya dalam hidup
bermasyarakat (melaksanakan hak dan kewajiban, bersikap toleran,
dan menghormati martabat manusia).
Fase D Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Pribadi Peserta
Didik
Peserta didik mampu memahami manusia sebagai
citra Allah yang unik, dan sederajat, baik sebagai
perempuan ataupun laki-laki, yang memiliki
kemampuan dan keterbatasan, sehingga bangga dan
bersyukur.
Peserta didik menyadari dirinya yang tumbuh dan
berkembang berkat peran keluarga, teman, sekolah
dan Gereja.
Yesus Kristus
Peserta didik mengenal dan memahami pribadi
Yesus yang berbelas kasih dan pengampun sehingga
mampu membangun relasi dengan-Nya.
Peserta didik mampu memahami pribadi dan karya
Yesus sebagai pemenuhan janji Allah, yang
mewartakan Kerajaan Allah melalui sabda,
tindakan, dan mukjizat-Nya; yang memanggil dan
67
Elemen
Capaian Pembelajaran
mengutus para murid-Nya, mengalami sengsara,
wafat dan kebangkitan serta naik ke surga,
selanjutnya mengutus Roh Kudus yang memberi
daya dan kekuatan bagi para murid.
Gereja
Peserta didik memahami Gereja sebagai komunitas
yang hidup, yang melakukan berbagai karya, dan
menjadi tanda dan sarana keselamatan serta
mewujudkan sakramen keselamatan, melalui
sakramen Inisiasi dan Sakramen Penyembuhan.
Pada akhirnya Peserta didik dapat mewujudkan
dalam hidupnya sehari-hari sebagai murid-murid
Yesus dan anggota Gereja.
Peserta didik mampu memahami makna Sakramen
Perkawinan, Sakramen Tahbisan, dan membangun
masa depan.
Masyarakat
Peserta didik mewujudkan imannya melalui upaya
membangun kehidupan bersama berlandaskan pada
Kebebasan sebagai Anak-anak Allah dan Sabda
Bahagia.
Peserta didik mengimani Allah sebagai sumber
keselamatan yang sejati dan menanggapinya dalam
kebersamaan dengan jemaat serta meneladan Maria;
beriman di tengah masyarakat dengan mewujudkan
hak dan kewajiban sebagai anggota Gereja dan
masyarakat, menghargai keluhuran martabat
manusia dengan mengembangkan budaya
kehidupan, mengembangkan keadilan dan
kejujuran, bersahabat dengan alam; beriman
dengan membangun persaudaraan dengan semua
orang berdasar sikap Gereja Katolik terhadap agama
dan kepercayaan lain sehingga dapat membangun
kebersamaan. Akhirnya peserta didik dapat
mewujudkan makna iman dalam perilaku hidupnya
sehari-hari, karena iman tanpa perbuatan adalah
mati.
5. Fase E (Umumnya untuk kelas X SMA/Program Paket C)
Pada akhir Fase E, peserta didik memahami dirinya sebagai pibadi
yang
unik,
sebagai
laki-laki
dan
perempuan
yang
memiliki
kesetaraan sebagai Citra Allah; yang memiliki suara hati, sehingga
mampu bersikap kritis dan bertanggung jawab terhadap pengaruh
media massa, ideologi dan gaya hidup yang berkembang saat ini;
memahami Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium sebagai sumber
untuk mengenal pribadi Yesus dan karya-Nya; memahami peran Roh
Kudus dan Allah Tri Tunggal; meneladan Yesus sebagai idola,
sahabat sejati, Putera Allah dan Juru selamat serta membangun
hidup yang berpolakan pribadi Yesus Kristus dalam mewujudkan
imannya di tengah masyarakat.
68
Fase E Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Pribadi Peserta
Didik
Peserta didik mampu memahami dirinya sebagai
pibadi yang unik, setara antara laki-laki dan
perempuan, serta memiliki kean sebagai Citra Allah;
memiliki suara hati sehingga mampu bersikap kritis
dan bertanggung jawab terhadap pengaruh media
massa, ideologi dan gaya hidup yang berkembang
saat ini.
Yesus Kristus
Peserta didik memahami Kitab Suci Perjanjian Lama
dan Perjanjian Baru, Tradisi Suci dan Magisterium
sebagai sumber untuk mengenal pribadi Yesus dan
karya-Nya yang mewartakan dan memperjuangkan
Kerajaan Allah, sengsara, wafat, kebangkitan dan
kenaikan Yesus ke surga; memahami peran Roh
Kudus dan Allah Tri Tunggal. Pada akhirnya peserta
didik mampu meneladan Yesus sebagai idola, sahabat
sejati, Putera Allah dan Juru selamat serta
membangun hidup yang berpolakan pribadi Yesus
Kristus sebagai perwujudan imannya di tengah
masyarakat.
Gereja
-
Masyarakat
-
6. Fase F (Umumnya untuk kelas X dan XII SMA/Program Paket C)
Pada akhir Fase F, peserta didik memahami arti, makna, dan sifat
Gereja; karya pastoral Gereja; peran hierarki dan awam; ajaran sosial
dan
Hak
Asasi
Manusia;
mengembangkan
budaya
kasih,
menghormati kehidupan; memahami makna panggilan hidup, nilainilai
penting
dalam
masyarakat,
menghargai
keberagaman,
membangun dialog dan kerjasama; mewujudkan sifat serta karya
pastoral Gereja di dalam kehidupan sehari-hari di tengah keluarga,
Gereja dan masyarakat.
Fase F Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Pribadi Peserta
Didik
Peserta didik mampu memahami makna panggilan
hidup (berkeluarga, membiara, karya/profesi).
Yesus Kristus
-
Gereja
Peserta didik mampu memahami arti dan makna
Gereja, sifat Gereja (Satu, Kudus, Katolik, Apostolik),
peran hierarki dan awam dalam Gereja, karya
pastoral Gereja (Liturgia, Kerygma, Martyria,
Koinonia, Diakonia).
Masyarakat
Peserta didik mampu memahami hubungan Gereja
dan dunia, Ajaran Sosial Gereja, Hak Asasi Manusia
dalam terang Kitab Suci dan Ajaran Gereja;
mengembangkan budaya kasih, menyadari hidup itu
69
Elemen
Capaian Pembelajaran
milik Allah (contoh kasus moral aktual: aborsi, bunuh
diri, euthanasia dan hukuman mati), memilih gaya
hidup sehat (bebas dari HIV/AIDS dan obat
terlarang). Pada akhirnya peserta didik dapat
mengambil bagian dalam mewujudkan sifat-sifat dan
karya pastoral Gereja dalam hidupnya serta menjadi
agen dalam pengembangan moral hidup kristiani
dalam masyarakat.
Peserta didik mampu memperjuangkan nilai-nilai
penting dalam masyarakat yang bermartabat seturut
ajaran Yesus; menghargai keberagaman dalam
masyarakat sebagai anugerah Allah, membangun
dialog dan kerja sama antar umat beragama dan
berkepercayaan serta berperan dalam pembangunan
bangsa Indonesia, sebagai perwujudan imannya
dalam hidup sehari-hari di tengah keluarga, Gereja
dan masyarakat.
70
III. 4. CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI
PEKERTI
A. Rasional Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti
Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang sangat cepat
menumbuhkan budaya-budaya baru dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Perkembangan yang pesat tersebut menimbulkan perubahan
pada perilaku yang dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan.
Pendidikan
agama
merupakan
pendidikan
yang
berfungsi
untuk
membentuk manusia Indonesia yang unggul dan mempunyai moralitas
yang mulia. Pendidikan Agama Hindu memiliki berbagai konsep yang
dapat
memberikan
kendali
atau
kontrol
pada
umatnya
untuk
mengendalikan diri dari pengaruh negatif pada perkembangan zaman.
Kehidupan sebagai warga negara, umat Hindu memiliki konsep Dharma
Negara dan Dharma Agama, yang telah tertuang dalam pesamuhan
agung Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat, tersurat dan tersirat
baik secara langsung maupun tidak langsung, mendukung keutuhan
NKRI, diantaranya:
1.
Agama
Hindu
selalu
mengajarkan
konsep
Tri
Hita
Karana
(hubungan antara manusia dengan Sang Hyang Widhi, hubungan
manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan alam
lingkungan;
2.
Agama Hindu selalu menanamkan pada setiap umat tentang ajaran
tri kaya parisudha (berpikir baik, berkata baik, dan berbuat baik).
Selain itu banyak konsepsi ajaran Hindu yang terkait nilai-nilai
ketuhanan, kemanusiaan, cinta tanah air, musyawarah, dan keadilan
sosial
seperti:
sraddha dan
bhakti,
tat twam
asi,
wasudhaiwa
kutumbakam, asah-asih-asuh, dan seterusnya yang berkaitan dengan
kearifan lokal Hindu di Nusantara.
Kurikulum rumpun Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti berfokus
pada:
1.
Pertama, Kitab Suci Weda sebagai sumber ajaran agama Hindu
yang menekankan kepada pemahaman nilai-nilai kebenaran
(satyam), kesucian (siwam) dan keindahan (sundaram);
71
2.
Kedua, Sraddha dan Bhakti yang terkait dengan aspek keimanan
dan ketaqwaan terhadap Hyang Widhi Tuhan Yang Maha Esa
sebagai sumber ciptaan alam semesta beserta isinya;
3.
Ketiga, Susila yang merupakan konsepsi tentang akhlak mulia
dalam ajaran agama Hindu yang menekankan pada penguasaan
etika dan moral yang baik sehingga tercipta insan-insan Hindu
yang sādhu (bijaksana), siddha (kerja keras), śuddha (bersih), dan
siddhi (cerdas);
4.
Keempat, Acara yang merupakan implementasi dari Weda yang
merupakan praktik keagamaan (ibadah) dalam agama Hindu
sesuai dengan kearifan lokal Hindu di nusantara;
5.
Kelima, Sejarah Agama Hindu yang menekankan kepada sejarah
perkembangan agama dan kebudayaan Hindu di lokal, nasional,
dan internasional.
Kecakapan yang diharapkan adalah peserta didik mampu mengenal,
mengetahui, memahami, menghayati, dan menerapkan ajaran agama
Hindu dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan keluarga,
masyarakat,
bangsa
dan
negara
yang
selaras
dengan
nilai-nilai
Pancasila dalam rangka membangun hubungan manusia dengan
Tuhan,
manusia
dengan
manusia
dan
manusia
dengan
alam.
Kecakapan ini diharapkan dapat menciptakan kerukunan intern
beragama, antar umat beragama, dan kerukunan secara luas dalam
bingkai kebangsaan serta tumbuhnya sikap toleransi terhadap suku,
agama, ras, dan antar-golongan berdasarkan Pancasila, UUD 1945,
Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika.
B. Tujuan Pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan
Budi Pekerti
Tujuan dari pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan Agama
Hindu dan Budi Pekerti adalah agar peserta didik mampu:
1. Menjiwai dan menghayati nilai-nilai universal pesan moralitas yang
terkandung dalam Weda;
2. Menunjukkan sikap dan perilaku yang dilandasi sraddha dan bhakti
(beriman dan bertaqwa), menumbuhkembangkan dan meningkatkan
kualitas diri antara lain: percaya diri, rasa ingin tahu, santun,
disiplin,
jujur,
bertanggung
mandiri,
jawab
peduli,
dalam
72
toleransi,
hidup
bersahabat,
bermasyarakat,
dan
serta
mencerminkan pribadi yang berbudi pekerti luhur dan cinta tanah
air;
3. Menumbuhkan sikap bersyukur, ksama (pemaaf), disiplin, satya
(jujur), ahimsa (tidak melakukan kekerasan), karuna (menyayangi),
rajin, bertanggungjawab, tekun, mandiri, mampu bekerjasama,
gotong royong dengan lingkungan sosial dan alam;
4. Memahami Kitab Suci Weda, Sraddha dan Bhakti (tattwa dan
keimanan), Susila (etika), Acara dan Sejarah Agama Hindu secara
faktual, konseptual, substansial, prosedural dan meta kognitif dalam
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya yang berwawasan
ketuhanan,
kemanusiaan,
kebangsaan,
permusyawaratan,
dan
keadilan sesuai dengan perkembangan peradaban dunia;
5. Berpikir dan bertindak efektif secara sekala (konkret) dan niskala
(abstrak) melalui puja bhakti (sembahyang, japa, dan doa), chanda
(dharmagita, nyanyian Tuhan, kidung, tembang, suluk, kandayu,
bhajan, dan sejenisnya), meditasi, upacara-upakara, tirthayatra
(perjalanan suci), yoga, dharma wacana, dan dharma tula;
6. Berperan aktif dalam melestarikan budaya, tradisi, adat istiadat
berdasarkan nilai-nilai kearifan lokal Hindu di Nusantara serta
membangun
masyarakat
yang
damai
dan
inklusif
dengan
menunjung tinggi nilai-nilai toleransi, gotong royong, berkeadilan
sosial,
berorientasi
pada
pembangunan
berkelanjutan,
dan
memenuhi kewajiban sebagai warganegara untuk mewujudkan
kehidupan yang selaras, serasi, dan harmonis.
C. Karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti
Karakteristik mata pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti
adalah:
1.
Mata Pelajaran Pendidikan Agama
Hindu dan Budi
Pekerti
diorganisasikan dalam 5 elemen (strand) kecakapan dan konten.
2.
Elemen kecakapan yang ada dalam Mata Pelajaran Pendidikan
Agama Hindu dan Budi Pekerti terdiri dari: empati, komunikasi,
refleksi, berpikir kritis, kreatif, dan kolaborasi.
No.
1
Elemen Kecakapan
Empati
Deksripsi Elemen Kecakapan
Empati adalah kepedulian terhadap diri
sendiri, lingkungan dan situasi di mana dia
berada. Hal ini diwujudkan dengan sikap
73
No.
Elemen Kecakapan
Deksripsi Elemen Kecakapan
saling menghormati dan menghargai orang
lain serta alam di mana dia berada
sehingga tercipta rasa kesetiakawanan
tanpa batas dengan menunjung tinggi
prinsip tat twam asi dan wasudhaiwa
kutumbakam
2
Komunikasi
Komunikasi merupakan interaksi baik
verbal maupun non-verbal untuk
menunjang hubungan baik personal, antar
personal maupun intra personal. Hal ini
ditunjukkan dengan pembelajaran agama
Hindu yang berorientasi pada ajaran Tri
Hita Karana (jalinan hubungan antara
manusia dengan Tuhan, sesama manusia
dan alam) dengan mengemban prinsip tri
kaya parisudha (berpikir, berkata dan
berbuat yang baik)
3
Refleksi
Refleksi adalah melihat kenyataan sebagai
bagian dari upaya pembelajaran untuk
meningkatkan kemampuan diri, kepekaan
sosial dalam kaitannya dengan kemampuan
personal. Hal ini tampak pada
pembelajaran agama Hindu yang
mengarahkan peserta didik untuk menjadi
orang yang mulat sarira (introspeksi diri)
dengan menasehati dirinya sendiri (dama)
untuk kebaikan dan kualitas diri dalam
kehidupan sehingga bisa mengatasi
permasalahan hidup
4
Berpikir kritis
Berpikir kritis adalah kemampuan untuk
berpikir secara logis (nyaya), reflektif
(dhyana), sistematis (kramika) dan
produktif (saphala) yang diaplikasikan
dalam menilai situasi untuk membuat
pertimbangan dan keputusan yang baik.
Hal ini diwujudkan pada pembelajaran
agama Hindu yang mengarahkan peserta
didik untuk menganalisis sesuatu dalam
situasi dan kondisi apa pun guna mencapai
kebenaran baik dalam lingkup diri sendiri,
orang lain dan masyakarakat luas sebagai
bentuk penerapan nilai-nilai prasada atau
berpikir dan berhati suci serta tanpa
pamrih.
5
Kreatif
Kreatif artinya dapat mengkreasikan atau
memiliki kemampuan untuk menciptakan
sesuatu yang baru. Hal ini diwujudkan
dalam pembelajaran Agama Hindu yang
mengarahkan peserta didik untuk berkreasi
dan mengupayakan agar nilai-nilai Agama
Hindu dapat dipahami secara fleksibel
sesuai kearifan lokal Hindu di Nusantara
berdasarkan prinsip desa, kala, dan patra
(tempat, waktu, dan kondisi).
6
Kolaborasi
Kolaborasi merupakan suatu bentuk proses
sosial, di mana didalamnya terdapat
aktivitas tertentu yang ditujukan untuk
mencapai tujuan bersama dengan saling
74
No.
3.
Elemen Kecakapan
Deksripsi Elemen Kecakapan
membantu dan saling memahami aktivitas
masing-masing. Hal ini tampak pada
pembelajaran agama Hindu yang
mengarahkan peserta didik untuk dapat
hidup berdampingan satu dengan yang
lain, saling bekerjasama dan bergotongroyong
Elemen konten dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan
Budi Pekerti terdiri dari: Kitab Suci Weda, Sraddha dan Bhakti,
Susila, Acara, dan Sejarah. Adapun penjelasan dari masing-masing
elemen konten ini sebagai berikut.
No.
1
2
Elemen Konten
Deksripsi Elemen Konten
Kitab Suci Weda (Sebagai Kitab Suci Weda adalah sumber
Sumber Ajaran Hindu)
ajaran agama Hindu yang berasal dari
wahyu Tuhan (Hyang Widhi Wasa).
Kitab Suci Weda ini bersifat sanatana
dan nutana dharma (abadi dan
fleksibel sesuai kearifan lokal yang
ada), apauruseya (bukan karangan
manusia), dan anadi ananta (tidak
berawal dan tidak berakhir). Secara
umum kodifikasi Kitab Suci Weda oleh
Maharsi Wyasa terdiri dari 2 bagian
utama yaitu:
a. Weda Sruti
Weda Sruti adalah wahyu yang
didengarkan secara langsung oleh
para maharsi. Weda Sruti terbagi
menjadi: Rg Weda, Yajur Weda, Sama
Weda, dan Atharwa Weda, yang
masing-masing memiliki kitab Mantra,
Brahmana, Aranyaka, dan Upanisad;
b. Weda Smerti
Weda Smerti adalah Weda yang
berdasarkan ingatan Maharsi dan
tafsir atau penjelasan dari Weda Sruti.
Weda Smerti terdiri dari: Wedangga
(Siksa, Nirukta, Jyotisa, Chanda,
Wyakarana, dan Kalpa) dan Upaweda
(Arthasastra, Ayurweda,
Gandharwaweda, Dhanurweda), dan
Nibanda. Peserta didik diharapkan
dapat memahami dan menghayati alur
sejarah kitab suci Weda,
pembagiannya, pemahaman dari
masing-masing kitab Suci Weda serta
menerapkan nilai-nilai ajaran Weda
dalam kehidupan sehari-hari.
Sraddha
dan
Bhakti, Sraddha dan Bhakti adalah pokok
(Sebagai pokok keimanan keimanan Hindu yang berisi ajaran
dan ketaqwaan Hindu)
tattwa atau ajaran kebenaran untuk
meyakinkan umat Hindu agar
memiliki rasa bhakti. Dalam berbagai
teks Jawa Kuna dan bahasa daerah di
Nusantara, istilah tattwa menunjuk
75
No.
Elemen Konten
3
Susila (Sebagai Konsepsi dan
Aplikasi Akhlak Mulia dalam
Hindu)
4
Acara (Sebagai Penerapan
Praktik Keagamaan atau
Ibadah dalam Hindu)
5
Sejarah Agama Hindu
76
Deksripsi Elemen Konten
pada prinsip-prinsip kebenaran
tertinggi. Tattwa agama Hindu di
Indonesia merupakan hasil konstruksi
dari ajaran filosofis yang terkandung
dalam kitab Suci Weda. Peserta didik
dalam proses pembelajaran
diharapkan dapat: meyakini ajaran
Panca Sraddha untuk menumbuhkan
rasa bhakti serta mengamalkan nilainilai kebenaran, kesucian dan
keharmonisan dalam masyarakat
lokal, nasional, dan internasional.
Susila adalah ajaran etika dan
moralitas dalam kehidupan untuk
kesejahteraan dalam tatanan
masyarakat lokal, nasional, dan
internasional. Peserta didik mampu
menerapkan nilai-nilai Susila
berdasarkan wiweka, prinsip tri hita
karana, tri kaya parisudha, tat twam
asi, dan wasudaiwa kutumbhakam.
Selain itu, peserta didik peka terhadap
persoalan-persoalan sosial yang
berkembang di bermasyarakat dan
berpartisipasi aktif dalam
pembangunan yang berkelanjutan
Acara merupakan praktik keagamaan
Hindu yang diterapkan dalam bentuk
pelaksanaan yajna atau korban suci
sesuai dengan kearifan lokal Hindu di
Nusantara. Peserta didik dapat
memahami dan menerapkan nilai-nilai
acara agama dalam berbagai bentuk
aktifitas keagamaan Hindu sesuai
kearifan lokal dan budaya setempat
antara lain berupa ritual dan seni
yang harus dilestarikan sebagai
kekayaan budaya bangsa.
Sejarah adalah kajian tertulis tentang
peristiwa yang benar-benar terjadi
pada masa lampau. Peserta didik
mampu mengenal, mengetahui,
memahami dan menganalisis tokoh
dan peristiwa pada masa lampau yang
terkait dengan perkembangan agama
dan kebudayaan Hindu. Selanjutnya
peserta didik mampu meneladani
nilai-nilai ketokohan Hindu yang
relevan dengan kehidupan masyarakat
lokal, nasional, dan internasional.
Pembelajaran sejarah agama Hindu
diharapkan dapat membentuk jati diri
peserta didik sebagai bagian dari
bangsa Indonesia yang menjujung
tinggi nilai luhur budaya local,
nasional, dan internasional untuk
mempererat jalinan persaudaraan,
persatuan dan kesatuan bangsa tanpa
membedakan suku, agama, ras, dan
antargolongan.
D. Capaian Pembelajaran Setiap Fase Mata Pelajaran Pendidikan Agama
Hindu dan Budi Pekerti
1. Fase A (Umumnya Kelas I dan II SD/Program Paket A)
Pada akhir Fase A, peserta didik meneladani tokoh yang ada dalam
Ramayana
dan
Mahabharata.
Dan
membiasakan
berdoa
dan
bersembahyang dan mengenal ciptaan Hyang Widhi Wasa. Selain itu,
mampu mengenal ajaran tri kaya parisudha dan perilaku orang suci
dalam kehidupan serta mengenal sarana persembahyangan.
Fase A Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Sraddha dan Bhakti
Peserta didik mengenal aspek Keyakinan dan
Ketuhanan ini peserta didik dapat mengenal
ciptaan Hyang Widhi Wasa.
Susila
Peserta didik dapat mengenal nilai-nilai tri kaya
parisudha dan perilaku orang suci di keluarga,
lingkungan sekolah dan lingkungan tempat tinggal.
Acara
Peserta didik mengenal bentuk korban suci yang
ada dalam Hindu. Dalam hal ini peserta didik
mampu mengembangkan keingintahuan tentang
korban suci yang biasa dilakukan di lingkungan
keluarga.
Kitab suci Weda
peserta didik dapat mengenal dan menunjukan
karakter tokoh pada cerita Ramayana dan
Mahabharata yang sering dijumpai di lingungan
keluarga dan sekolah.
Sejarah
Peserta didik mampu mengenal kerajan Hindu di
Indonesia. Hal ini bertujuan untuk mengetahui
nama tokoh dan kerajaan bercorak Hindu di
Nusantara.
2. Fase B (Umumnya Kelas III dan IV SD/Program Paket A)
Pada akhir Fase B peserta didik mampu mengetahui nilai-nilai dalam
kitab Ramayana dan Purana yang berwawasan kearifan lokal.
Selanjutnya mengenal aspek panca sraddha dengan memahami
ajaran Tri Murti sebagai perwujudan Hyang Widhi Wasa sekaligus
menunjukan kemahakuasaan Hyang Widhi sebagai cadhu śakti.
Selain itu pada aspek susila peserta didik memahami sad ripu
sebagai perilaku yang harus dihindari, memahami ajaran subha dan
asubha karma. Hal lain terkait dengan penghormatan terhadap
bentuk tempat suci Agama Hindu yang ada di seluruh Indonesia
sebagai bentuk penghayatan nilai-nilai kearifan lokal. Selain itu juga
dapat mengambil keteladanan dari tokoh yang ada dalam sejarah
Hindu.
77
Fase B Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Sraddha dan Bhakti
Peserta didik mampu menunjukan
kemahakuasaan Hyang Widhi Wasa sebagai
pencipta alam semesta pada aspek trimurti dan
caduśakti.
Susila
Peserta didik mampu memahami baik tri
parartha dan subha asubha karma serta sifat
wiweka (membedakan baik dan buruk), sehingga
mampu menentukan aspek susila dalam ajaran
Hindu untuk keselamatan diri dan lingkungan
tempat tinggal.
Acara
Peserta didik dapat mengenal hari suci dan
tempat suci sebagai dasar pelaksanaan panca
yājña yang merupakan bagian integral dari
pelaksanaan kehidupan sosial agama Hindu
Kitab suci Weda
Peserta didik dapat mengenal mitologi Hindu
dalam Purana dan nilai-nilai dalam Ramayana.
Sejarah
Peserta didik mampu menceritakan kembali latar
tokoh pada kerajaan tersebut dan
meneladaninya dalam kehidupan baik di
keluarga, sekolah dan lingkungan tempat
tinggal.
3. Fase C (Umumnya Kelas V dan VI SD/Program Paket A)
Pada akhir Fase C, peserta didik dapat memahami kitab suci Weda.
Selain itu, mengetahui alam semesta beserta dengan isinya serta
huku keadilan tertinggi di alam semesta. Kemudian, peserta didik
memahami ajaran catur guru dan catur asrama sebagai aspek susila
dalam kehidupan. Selain itu, dapat memahami panca yājña dalam
kehidupan dan aspek sejarah perkembangan Hindu di Indonesia.
Fase C Berdasarkan Elemen
Elemen
Sraddha dan Bhakti
Susila
Acara
Capaian Pembelajaran
Peserta didik memahami konsep ketuhanan
dalam bentuk unsur panca mahabhuta dan
hukum sebab akibat. Hal ini juga dapat
diaktualisaiskan dalam kehidupan. Hal ini
dilakukan untuk melatih dirinya untuk
memahami akan kecintaanya kepada Hyang
Widhi dan menerapkanya dalam kehidupan
keluarga, sekolah.
Peserta didik dapat menjabarkan Hindu pada
aspek catur asrama dan catur guru dalam
ajaran etika Hindu dengan isu yang teraktual
untuk lebih memahami moralitas dalam
bingkai sosial dan kenegaraan.
Peserta didik dapat mengetahui korban suci
atau lebih dikenal dengan panca yājña dan
manggalaning yājña sebagai bagian integral dari
pelaksanaan kehidupan sosial agama Hindu
78
Elemen
Capaian Pembelajaran
Kitab suci Weda
Peserta didik dapat Mengetahui nilai-nilai
dalam Mahabharata dan subbagian dari Weda
Sruti dan Smrti sebagai pedoman dalam
penerapan agama kaitannya dengan IPTEKS
untuk menyelaraskan dharma agama dan
dharma negara.
Sejarah
Peserta didik dapat mengetahui sejarah Hindu
di Indonesia sebelum dan setelah kemerdekaan.
Peserta didik dapat menjabarkan dinamika
yang terjadi dalam perkembangannya. Hal ini
dilakukan Sebagai pedoman dalam kehidupan,
menghargai sejarah dan pelestarian agama dan
budaya.
4. Fase D (Umumnya Kelas VII, VIII dan IX SMP/Program Paket B)
Pada akhir Fase D, peserta didik dapat menguraikan upaweda,
wedangga dan jyotisa dalam kerangka pemahaman umat Hindu
pada kehidupan sehari-hari. Selanjutnya peserta didik memahami
konsep atman serta kemahakuasaan Hyang Widhi sebagai asta
aiswarya yang berkaitan dengan jalan menuju Hyang Widhi.
Kemudian, peserta didik dalam aspek susila mampu memahami
konsep tri hita karana, catur purusartha, panca yama, dan nyama
bratha untuk membentuk karakter dalam rangka pembentukan jati
diri.
Selain
itu,
peserta
didik
mampu
memahami
sejarah
perkembangan Agama Hindu di Asia, yang dalam penjabarannya
memuat tentang ajaran Weda, kepemimpinan, ritual keagamaan
(yājña). Dan peserta didik juga mampu memahami budaya hidup
sehat dari sudut pandang kitab suci Weda serta dharma gita sesuai
dengan kearifan lokal.
Fase D Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Sraddha dan Bhakti
Peserta didik dapat, menerapkan dan
mengaplikasikan asta asiwarya dan catur
marga dalam kehidupan sosial keagamaan. Hal
ini dilakukan untuk melatih dirinya untuk
memahami akan kecintaanya kepada Hyang
Widhi Wasa dan menerapkanya dalam
kehidupan keluarga, sekolah, masyarakat.
Susila
Peserta didik dapat menerapkan, menilai dari
tri hita karana, catur purusartha dan panca
yama dan nyama sebagai aplikasi nilai-nilai
susila untuk diterapkan dalam kehidupan
untuk keseimbangan manusia dengan Tuhan,
manusia dengan manusia dan manusia dengan
alam agar terbentuk pribadi yang unggul.
79
Elemen
Capaian Pembelajaran
Acara
Peserta didik dapat menganalisis dan
mengidentifikasi bentuk kearifan lokal
kaitannya dengan nilai-nilai budaya bangsa
dan kebangsaan. Hal ini dilakukan untuk
melestarikan budaya daerah dan penerapan
nilai keagamaan Hindu di Nusantara.
Kitab suci Weda
Peserta didik dapat menganalisis kitab suci
Hindu bagian upaweda, wedangga dan jyotisa
dengan penerapan tri kerangka Hindu (tattwa,
susila dan acara) sebagai pedoman kehidupan
pada lingkup keluarga.
Sejarah
Peserta didik dapat menganalisis kontribusi
sejarah Hindu dalam perkembangan kekinian.
Peserta didik dapat menjadikan sejarah sebagai
sumber pembelajaran positif pada kehidupan
kekinian dan berupaya melestarikan
peninggalan sejarah dan kebudayaan Hindu di
Indonesia.
5. Fase E (Umumnya Kelas X SMA/Program Paket C)
Pada akhir Fase E, peserta didik mampu menganalisis ajaran
dharmasastra dalam kehidupan, punarbhawa untuk memperbaiki
kualitas
diri.
Selanjutnya,
peserta
didik
mampu
menganalisa
hakekat yājña yang terkandung dalam Ramayana. Selain itu, pada
aspek susila peserta didik mampu memahami ajaran catur warna.
Kemudian, serta memahami sejarah perkembangan kebudayaan
peninggalan Hindu di Asia.
Fase E Berdasarkan elemen
Elemen
Sraddha dan Bhakti
Susila
Acara
Capaian Pembelajaran
Peserta didik dapat menerapkan prinsipprinsip ajaran punarbhawa sebagai aspek
untuk memperbaiki kualitas diri. Hal ini
dilakukan untuk melatih dirinya untuk
memahami akan kecintaanya kepada Hyang
Widhi dan menerapkanya dalam kehidupan
keluarga, sekolah, masyarakat, bangsa dan
Negara.
Peserta didik dapat menerapkan, menilai dan
menciptakan dari nilai-nilai susila Hindu
tentang catur warna untuk diterapkan dalam
kehidupan untuk keseimbangan manusia
dengan Tuhan, manusia dengan manusia dan
manusia dengan alam agar terbentuk pribadi
yang unggul.
Peserta didik dapat menganalisis,
mengidentifikasi dan membuat kreatifitas
yajna dalam Ramayana dan bentuk kearifan
lokal kaitannya dengan nilai-nilai budaya
bangsa dan kebangsaan. Hal ini dilakukan
untuk melestarikan budaya daerah dan
80
Elemen
Kitab suci Weda
Sejarah
Capaian Pembelajaran
penerapan nilai keagamaan Hindu di
Nusantara. Serta mewujudkan tri kerukunan
umat beragama agar tercipta kehidupan
harmonis.
Peserta didik dapat menerapkan, menganalisis
menilai kitab suci Hindu bagian dharmasastra
sebagai sumber hukum Hindu dengan
penerapan tri kerangka Hindu (tattwa, susila
dan acara) sebagai pedoman kehidupan pada
lingkup masyarakat.
Peserta didik dapat menganalisis,
mengkreasikan serta kontribusi sejarah Hindu
dalam perkembangan kekinian. Peserta didik
dapat menjadikan sejarah sebagai sumber
pembelajaran positif pada kehidupan kekinian
dan berupaya melestarikan peninggalan
sejarah dan kebudayaan Hindu di Asia.
6. Fase F (Umumnya Kelas XI dan XII SMA/Program Paket C)
Pada akhir Fase F, peserta didik mampu menganalisis ajaran
upanisad, dharsana. Mokṣa sebagai tujuan akhir menurut agama
Hindu, ajaran Yogacara dalam Hindu. Selanjutnya, peserta didik
mampu
menganalisa
hakekat
yājña
yang
terkandung
dalam
Mahabharata. Selain itu, pada aspek susila peserta didik mampu
memahami ajaran triguna serta pilar keluarga Sukhinah menuju
keluarga yang rukun, bahagia, sejahtera, dan damai. Kemudian,
serta memahami sejarah perkembangan kebudayaan peninggalan
Hindu di dunia.
Fase F Berdasarkan Elemen
Elemen
Sraddha dan Bhakti
Susila
Acara
Capaian Pembelajaran
Peserta didik dapat menalar, menganalisis
tentang darsana dan mokṣa. Hal ini dilakukan
untuk melatih dirinya untuk memahami akan
kecintaanya kepada Hyang Widhi Wasa dan
menerapkan dalam kehidupan keluarga,
sekolah, masyarakat, bangsa dan Negara serta
warga global.
Peserta didik dapat menerapkan, menilai dan
menciptakan dari nilai-nilai susila Hindu pada
lingkup keluarga sukinah dan triguna untuk
diterapkan dalam kehidupan untuk
keseimbangan manusia dengan Tuhan,
manusia dengan manusia dan manusia
dengan alam agar terbentuk pribadi yang
unggul.
Peserta didik dapat menganalisis,
mengidentifikasi dan membuat kreatifitas
bentuk yajna dalam Mahabharata dan
yogacara sesuai dengan kearifan lokal
kaitannya dengan nilai-nilai budaya bangsa
81
Elemen
Kitab suci Weda
Sejarah
Capaian Pembelajaran
dan kebangsaan. Hal ini dilakukan untuk
melestarikan budaya daerah dan penerapan
nilai keagamaan Hindu di Nusantara. Serta
mewujudkan tri kerukunan umat beragama
agar tercipta kehidupan harmonis.
Peserta didik dapat menerapkan, menganalisis
menilai kitab suci Hindu bagian upanisad dan
kodifikasi Weda dalam Hindu dengan
penerapan tri kerangka Hindu (tattwa, susila
dan acara) sebagai pedoman kehidupan pada
lingkup berbangsa.
Peserta didik dapat menganalisis,
mengkreasikan serta kontribusi sejarah Hindu
dalam perkembangan kekinian. Peserta didik
dapat menjadikan sejarah sebagai sumber
pembelajaran positif pada kehidupan kekinian
dan berupaya melestarikan peninggalan
sejarah dan kebudayaan Hindu di Dunia.
82
III. 5. CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI
PEKERTI
A. Rasional Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti
Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti membentuk peserta didik
menjadi Pelajar Pancasila yang memiliki pengetahuan, keterampilan,
serta sikap dan kepribadian yang berakhlak mulia dan berkebinekaan
global berlandaskan pada nilai-nilai agama Buddha serta nilai-nilai
Pancasila dasar negara. Muatan materi belajar dari agama merupakan
nilai-nilai agama Buddha yang terintegrasi dalam ajaran moralitas,
meditasi, serta kebijaksanaan, yang diselaraskan dengan nilai-nilai
Pancasila dasar negara. Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti
secara holistik menginternalisasi peserta didik dengan nilai-nilai agama
Buddha diselaraskan dengan nilai-nilai Pancasila dasar negara melalui
pembelajaran nilai, pembelajaran berpusat pada siswa, teladan, dan
pembiasaan. Belajar dari agama Buddha akan membentuk mental
peserta didik dengan kesadaran dapat mengamalkan cara hidup, dalam
keterhubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa dan Tiratana, diri
sendiri, sesama manusia, negara dan bangsa yang majemuk, makhluk
lain, dan lingkungan alam. Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti
membantu peserta didik menumbuhkembangkan karakter, dan potensi
diri dengan menyelami empat pengembangan holistik sebagai entitas
Pendidikan Agama Buddha yang mencakup pengembangan fisik,
pengembangan
moral
atau
sosial,
pengembangan
mental,
serta
pengembangan pengetahuan atau kebijaksanaan.
B. Tujuan Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti
Pendidikan
Agama
Buddha
dan
Budi
Pekerti
bertujuan
untuk
mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menerima dan
menghayati nilai-nilai agama Buddha serta nilai-nilai Pancasila dasar
negara yang menyerasikan penguasaannya dalam ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni. Secara khusus, melalui Mata Pelajaran Pendidikan
Agama Buddha dan Budi Pekerti, peserta didik diharapkan dapat:
1.
Mengembangkan rasa ingin tahu terhadap nilai-nilai agama
Buddha yang selaras dengan nilai-nilai Pancasila dasar negara
sebagai fondasi moral sehingga dapat memengaruhi cara hidup
sebagai individu, anggota masyarakat yang majemuk, warga
negara, dan bagian alam semesta;
83
2.
Memiliki kesadaran untuk mengembangkan pribadi, menjaga
moralitas, meditasi, dan kebijaksanaan selaras dengan nilai-nilai
Pancasila
dasar
negara
dalam
kehidupan
nyata,
sebagai
perwujudan keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
Tiratana, mencintai diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan
negaranya;
3.
Mengembangkan keterampilan belajar inovasi, berpikir kritis,
kreatif, dan mandiri sebagai individu, anggota masyarakat, bagian
alam semesta, dan warga negara yang baik berdasarkan nilai-nilai
agama Buddha;
4.
Menghormati,
menghargai,
dan
menjaga
kemajemukan
(kebinekaan) agama atau kepercayaan dan kearifan lokal, serta
gotong-royong dalam peningkatan kualitas kehidupan manusia
sebagai warga Indonesia dan warga dunia.
C. Karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha dan Budi
Pekerti
Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti berorientasi untuk
membentuk peserta didik yang berakhlak mulia dan berkebinekaan
global berlandaskan nilai-nilai agama Buddha serta nilai-nilai Pancasila
yang terintegrasi dalam ajaran moralitas, meditasi, dan kebijaksanaan.
Menurut Grimmitt (2000) belajar dari agama melibatkan peserta didik
dalam mengevaluasi yang telah mereka pelajari tentang agama, baik
secara impersonal maupun personal. Mata pelajaran Pendidikan Agama
Buddha dan Budi Pekerti diarahkan untuk mempelajari konten
Pendidikan Agama Buddha pada penerapan esensi nilai, tidak hanya
berada pada ranah pengetahuan keagamaan. Auto kritik terhadap
ajaran agama Buddha dimungkinkan terjadi, akan tetapi diarahkan
pada pengembangan kondisi batin sesuai dengan entitas Pendidikan
Agama Buddha dan Budi Pekerti.
Proses pelaksanaan Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti harus
didukung oleh pendidik dan lingkungan sosial yang membudayakan
pengembangan kebijaksanaan dan cinta kasih serta dilakukan melalui
tiga tahapan Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti yang
terintegrasi yaitu antara mempelajari teori, mempraktikkan teori, dan
memperoleh hasil dari mempraktikkan teori. Tiga tahapan tersebut
merupakan tahapan belajar dharma atau Buddhasasana yang dalam
84
proses Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti dilakukan peserta
didik dengan: (1) belajar dari nilai-nilai agama Buddha serta nilai-nilai
Pancasila dasar negara melalui internalisasi nilai oleh pendidik dan
lingkungan dengan menerapkan pembelajaran nilai dan pembelajaran
berpusat
pada
siswa,
melalui
teladan,
dan
pembiasaan
untuk
mengamalkan nilai-nilai; (2) praktik nilai-nilai agama Buddha serta
nilai-nilai Pancasila dasar negara dengan menerima dan menghayatinya;
dan (3) mencapai hasil belajar nilai-nilai agama Buddha serta nilai-nilai
Pancasila dasar negara yaitu menjadi Pelajar Pancasila yang berakhlak
mulia dan berkebinekaan global dengan memiliki empat pengembangan
holistik mencakup pengembangan fisik, pengembangan moral atau
sosial, pengembangan mental, dan pengembangan pengetahuan atau
kebijaksanaan.
Pengembangan fisik adalah perilaku peserta didik yang dikembangkan
dalam keterhubungannya dengan lingkungan fisik dan lingkungan
alam. Pengembangan dilakukan menggunakan indra dan pikiran
dengan penuh kesadaran melalui kegiatan ritual, meditasi, maupun
aktivitas fisik lainnya untuk memperhatikan jasmani dan perilaku
secara bijaksana dalam keterhubungannya dengan lingkungan dan
alam. Melalui pengembangan fisik, peserta didik memiliki dasar
keterampilan hidup dan perilaku yang baik, menghayati kebenaran,
mampu menghayati kehidupan secara bijak, dan penuh perhatian
terhadap aktivitas jasmani.
Pengembangan
moral
atau
sosial
adalah
perilaku
baik
yang
dikembangkan dalam keterhubungan peserta didik dengan lingkungan
sosial yang berbeda, negara dan bangsa yang majemuk, dan makhluk
lain. Pengembangan moral dan sosial merupakan perilaku yang
berlandaskan ajaran moralitas dan disiplin yang tercermin melalui
ucapan
benar,
perbuatan
benar,
mata
pencaharian
benar,
dan
kebijaksanaan sebagai bentuk keterampilan hidup di lingkungan sosial.
Pengembangan mental adalah kesadaran yang dikembangkan melalui
usaha benar, perhatian, dan meditasi, didukung kegiatan ritual, dan
menghayati ajaran kebenaran. Pengembangan mental menghasilkan
konsentrasi, kesadaran, kesehatan mental, kecerdasan emosional,
senang belajar, dan kemauan meningkatkan kualitas diri maupun
batin. Pengembangan mental peserta didik tercermin melalui ucapan
85
dan perilaku yang berlandaskan pikiran cinta kasih, belas kasih,
simpati, dan keseimbangan batin. Perilaku peserta didik yang memiliki
mental sehat akan memiliki rasa terima kasih, murah hati, malu
berbuat jahat, takut akibat perbuatan jahat, bersikap hormat, lemah
lembut, tidak serakah, semangat, sabar, jujur, dan bahagia dalam
keterhubungannya
dengan
diri
sendiri,
lingkungan
sosial,
dan
lingkungan alam.
Pengembangan pengetahuan atau kebijaksanaan adalah pengembangan
pengetahuan terhadap nilai-nilai agama Buddha yang dikembangkan
melalui pandangan benar dan berdasarkan keyakinan yang bijaksana
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Tiratana, dan hukum kebenaran.
Pengembangan
pengetahuan
dan
kebijaksanaan
diarahkan
pada
kemampuan berpikir kritis dan berpikir benar bagi peserta didik yang
berfungsi untuk mengikis keserakahan, kebencian, dan kebodohan
batin. Pengembangan pengetahuan dan kebijaksanaan tercermin dari
pengalaman keagamaan peserta didik yang mampu memaknai hidup,
memaknai
diri
sendiri,
mengontrol
emosi,
penuh
kesadaran,
membedakan baik dan buruk, mampu berkomunikasi, serta mampu
mengelola
dan
memecahkan
permasalahan
dalam
semua
aspek
kehidupan, berlandaskan pengetahuan terhadap nilai-nilai agama
Buddha serta nilai-nilai Pancasila dasar negara.
Nilai-nilai agama Buddha menjadi fondasi peserta didik untuk memiliki
empat pengembangan, sehingga menjadiv peserta didik yang berakhlak
mulia dan berkebinekaan global. Secara operasional, proses dan
tahapan
Pendidikan
Agama
Buddha
dan
Budi
Pekerti
untuk
membentuk peserta didik menjadi Pelajar Pancasila dicapai melalui tiga
elemen berikut.
Elemen
Sejarah
Deskripsi
Elemen sejarah memuat sejarah dan kisah sebagai sarana
untuk menyampaikan nilai-nilai sejarah agama Buddha,
nilai-nilai Pancasila dasar negara, nilai-nilai sejarah Negara
Kesatuan Republik Indonesia, dan nilai-nilai kebudayaan
Indonesia. Pengetahuan pada elemen sejarah bersumber dari
kitab suci agama Buddha, kitab komentar, kitab
subkomentar, kronik, biografi, autobiografi, tinggalan sejarah,
tinggalan budaya, dan sumber sejarah lainnya. Sejarah dan
kisah agama Buddha mencakup sejarah penyiaran agama,
sejarah kitab suci agama Buddha, kisah kehidupan Buddha,
kisah kehidupan Bodhisattva, kisah kehidupan siswa utama,
kisah kehidupan penyokong dan pendukung agama Buddha,
kisah kehidupan tokoh inspiratif Buddhis, identitas agama
Buddha, dan identitas diri sebagai bagian dari agama
86
Elemen
Ritual
Etika
Deskripsi
Buddha. Nilai-nilai sejarah Negara Kesatuan Republik
Indonesia mencakup nilai-nilai Pancasila, nilai-nilai
musyawarah dalam pendirian bangsa, tokoh pendiri bangsa,
serta keterhubungannya dengan identitas diri sebagai bagian
keluarga, bagian lingkungan sosial, bagian lingkungan tempat
tinggal di wilayah NKRI, serta identitas diri yang terbentuk
oleh budaya dan bahasa sebagai bagian dari keragaman
budaya bangsa. Nilai-nilai dalam elemen sejarah menjadi
sumber internalisasi, sumber teladan, dan sumber kesadaran
peserta didik dalam mengamalkan nilai-nilai Pancasila dasar
negara serta dalam mengekspresikan emosi keagamaannya
secara bijaksana. Hasil belajar dari elemen sejarah tercermin
melalui cara berpikir, berucap, bersikap bijaksana sebagai
bentuk pengembangan fisik, moral dan sosial, mental, serta
pengetahuan dan kebijaksanaan yang terbuka terhadap
kemajemukan dan keragaman budaya agama Buddha
maupun budaya bangsa.
Elemen ritual merupakan sarana internalisasi pengetahuan
tentang keragaman dan nilai-nilai ritual dari berbagai aliran
atau tradisi dalam agama Buddha serta keragaman agama
dan kepercayaan di Indonesia. Pengetahuan keragaman dan
nilai-nilai ritual dalam agama Buddha secara holistik menjadi
landasan pengamalan nilai-nilai Pancasila dasar negara,
sarana memperkuat keyakinan, pengembangan keterampilan
keagamaan, dan pembentukan mental, kesadaran moral,
disiplin, serta sikap religius peserta didik. Pengalaman nyata
elemen ritual diwujudkan dalam kegiatan ibadah, hidup
berkesadaran, upacara, perayaan, ziarah, menggunakan
peralatan ritual dan upacara, melibatkan diri dalam
menjalankan tradisi dalam aliran atau tradisi agama Buddha.
Kegiatan ritual dalam kegiatan sehari-hari merupakan wujud
akhlak mulia dilandasi keyakinan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa dan Tiratana serta sebagai bentuk ekspresi emosi
dan pengamalan keagamaan peserta didik. Sikap religius
mendukung peserta didik dalam mengembangkan moralitas,
meditasi, dan kebijaksanaan dalam keterhubungannya
dengan Tuhan Yang Maha Esa dan Tiratana, diri sendiri,
agamanya, lingkungan sosial, negara, dan lingkungan alam.
Elemen ritual yang berhubungan dengan keragaman ritual
atau tradisi dalam agama Buddha serta keragaman agama
dan kepercayaan di Indonesia merupakan sarana
memperteguh pengamalan Pancasila dasar negara, serta
untuk menumbuhkan sikap inklusif peserta didik yang
bersikap terbuka terhadap kemajemukan dan perbedaan.
Pengetahuan dan pemahaman terhadap elemen ritual
diperdalam melalui pengalaman langsung melalui kunjungan
dan dialog antaraliran atau antartradisi agama Buddha, serta
antaragama dan kepercayaan di Indonesia, sehingga
terbentuk peserta didik yang bersikap terbuka dan bijaksana
dalam menghargai dan menghormati keragaman intern
agama Buddha dan antarumat beragama.
Elemen etika merupakan etika Buddhis selaras dengan nilainilai Pancasila dasar negara yang minimal mencakup etika
sosial, etika ekonomi, dan etika alam. Elemen etika berfungsi
sebagai sarana membentuk peserta didik yang berakhlak
mulia dan berkebinekaan global serta sebagai pedoman bagi
peserta didik untuk hidup dengan mengembangkan secara
holistik antara pengembangan fisik, moral dan sosial, mental,
serta pengetahuan dan kebijaksanaan. Secara filosofis, etika
Buddhis merupakan hasil proses pencarian makna
87
Elemen
Deskripsi
kehidupan berdasarkan nilai-nilai dari Buddha Dhamma,
hukum kebenaran yang terdiri dari Empat Kebenaran Mulia,
Hukum Kelahiran Kembali, Hukum Karma, Hukum Tiga
Corak Universal, dan Hukum Sebab Musabab yang Saling
Bergantungan, yang diselaraskan dengan nilai-nilai Pancasila
dasar negara. Nilai-nilai kunci agama Buddha yang selaras
dengan nilai-nilai Pancasila dasar negara sebagai fondasi
dalam mengamalkan etika Buddhis adalah kemurahan hati,
moralitas, perbuatan baik, kediaman luhur, jalan
bodhisattva, sila bodhisattva, meditasi, kebijaksanaan, nilainilai Buddha Dhamma lainnya, dan nilai-nilai musyawarah
dalam pendirian bangsa. Melalui elemen etika, peserta didik
dapat mengklasifikasikan dan memilih nilai etis untuk
diamalkan dalam keterhubungannya dengan diri sendiri,
lembaga sosial keagamaan, lingkungan sosial yang beragam
dan majemuk, makhluk lain, kehidupan global, isu-isu sosial,
isu ekonomi, dan isu lingkungan alam yang dilandasi oleh
moralitas, meditasi, dan kebijaksanaan.
D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha dan
Budi Pekerti Setiap Fase
1. Fase A (Umumnya untuk kelas I dan II SD/Program Paket A)
Pada akhir Fase A, peserta didik mengabstraksi informasi dan
menerima dengan cinta kasih identitas dirinya dan identitas
keluarganya
serta
memiliki
keterbukaan
untuk
menghargai
perbedaan identitas dan budaya teman-temannya di lingkungan
sekolah, rumah, dan rumah ibadah; menghayati sifat-sifat bijaksana
dan nilai-nilai kebajikan dari kehidupan para Bodhisattva, para
Buddha, atau tokoh inspiratif Buddhis dalam menyayangi diri sendiri
dengan menjaga kesehatan fisik dan batin di rumah dan di sekolah
serta dalam membiasakan diri untuk bersikap hormat dan menjaga
ucapan di lingkungan sekolah, rumah, dan masyarakat; menerima
keteladanan Bodhisattva dalam kisah Jataka dengan menghargai
sesama manusia di lingkungan terdekatnya dan lingkungan tempat
tinggalnya. Peserta didik menerima keragaman identitas dan simbolsimbol keagamaan agama Buddha serta agama dan kepercayaan lain
di
lingkungan
rumah
dan
sekolahnya;
menyadari
bahwa
ia
merupakan bagian dari suatu kelompok dengan anggota yang
beragam identitas agama dan kepercayaannya di lingkungan rumah
dan sekolahnya; menghargai keragaman simbol keagamaan di
lingkungan rumah dan sekolahnya dengan melakukan kegiatan
pengamatan
atau
kunjungan.
Peserta
didik
menerima
dan
menjalankan nilai-nilai kediaman luhur dan Pancasila dasar negara
berlandaskan pada kesadaran terhadap nilai-nilai umum Hukum
88
Karma dalam menjalankan aturan dan sopan santun di lingkungan
rumah,
sekolah,
pergaulan
dan
dan
rumah
kebutuhan
ibadah;
memenuhi
mempertahankan
kebutuhan
hidup
dalam
hubungannya dengan orang terdekatnya; membantu antarsesama di
lingkungan rumah, sekolah, dan rumah ibadah; dan melakukan
musyawarah sederhana untuk mufakat di lingkungan sekolahnya.
Fase A Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Sejarah Pada akhir fase A, peserta didik mengabstraksi informasi dan
menerima dengan cinta kasih identitas dirinya dan identitas
keluarganya serta memiliki keterbukaan untuk menghargai
perbedaan identitas dan budaya teman-temannya di lingkungan
sekolah, rumah, dan rumah ibadah; menghayati sifat-sifat
bijaksana dan nilai-nilai kebajikan dari kehidupan para
Bodhisattva, para Buddha, atau tokoh inspiratif Buddhis dalam
menyayangi diri sendiri dengan menjaga kesehatan fisik dan
batin di rumah dan di sekolah serta dalam membiasakan diri
untuk bersikap hormat dan menjaga ucapan di lingkungan
sekolah, rumah, dan masyarakat; menerima keteladanan
Bodhisattva dalam kisah Jataka dengan menghargai sesama
manusia di lingkungan terdekatnya dan lingkungan tempat
tinggalnya.
Ritual
Pada akhir fase A, peserta didik menerima keragaman identitas
dan simbol-simbol keagamaan agama Buddha serta agama dan
kepercayaan lain di lingkungan rumah dan sekolahnya;
menyadari bahwa ia merupakan bagian dari suatu kelompok
dengan anggota yang beragam identitas agama dan
kepercayaannya di lingkungan rumah dan sekolahnya;
menghargai keragaman simbol keagamaan di lingkungan rumah
dan sekolahnya dengan melakukan kegiatan pengamatan atau
kunjungan.
Etika
Pada akhir fase A, peserta didik menerima dan menjalankan
nilai-nilai kediaman luhur dan Pancasila dasar negara
berlandaskan pada kesadaran terhadap nilai-nilai umum Hukum
Karma dalam menjalankan aturan dan sopan santun di
lingkungan rumah, sekolah, dan rumah ibadah; memenuhi
kebutuhan pergaulan dan kebutuhan mempertahankan hidup
dalam hubungannya dengan orang terdekatnya; membantu
antarsesama di lingkungan rumah, sekolah, dan rumah ibadah;
dan melakukan musyawarah sederhana untuk mufakat di
lingkungan sekolahnya.
2. Fase B (Umumnya untuk kelas III dan IV SD/Program Paket A)
Pada akhir Fase B, peserta didik mengenal informasi dan mengolah
dengan
cinta
kasih
identitas
Buddha
Gotama
sebagai
dasar
keyakinan terhadap agama Buddha, serta memiliki keterbukaan
untuk menghargai perbedaan identitas dan budaya orang lain di
lingkungan
Siddharta
tempat
dalam
tinggalnya;
menghargai
89
meneladan
sesama
sifat-sifat
manusia
Pangeran
dan
dalam
menyelesaikan masalah pergaulan di lingkungan terdekatnya, serta
menghargai lingkungan sekolah dan lingkungan rumah ibadah; dan
kebijaksanaan serta keterbukaan Bodhisattva terhadap keragaman
di lingkungan sosialnya, serta mengakui peran budaya dan bahasa
dalam agama Buddha maupun bangsa sebagai pembentuk identitas
diri di lingkungan terdekatnya. Peserta didik menyusun rencana dan
menjalankan secara rutin doa Buddhis dalam kegiatan sehari-hari
disertai keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Tiratana;
menjaga persatuan dan kesatuan melalui keterlibatannya dalam doa
antaragama dan kepercayaan lain di lingkungan sekolahnya sebelum
melakukan kegiatan sehari-hari; serta mengenali dan menghargai
identitas masing-masing aliran atau tradisi dalam agama Buddha
dan menunjukkan sikap bersatu dalam perbedaan dengan berperan
serta mendukung kegiatan keagamaan aliran atau tradisi agama
Buddha. Peserta didik mengklasifikasikan dan menjalankan nilainilai
Pancasila
Bodhisattva
Buddhis,
berlandaskan
kesempurnaan
pada
kesadaran
(parami),
dan
sila
terhadap
nilai-nilai
sederhana Hukum Sebab Akibat yang Saling Bergantungan dalam
melaksanakan aturan dan sopan santun di rumah, sekolah, dan
rumah ibadah; memenuhi kebutuhan pergaulan dan kebutuhan
mempertahankan
hidup
dalam
hubungannya
dengan
orang
terdekatnya; membantu antarsesama di lingkungan rumah, sekolah,
dan rumah ibadah; dan melakukan musyawarah sederhana untuk
mufakat
dalam
menyelesaikan
masalah
sosial
di
lingkungan
sekolahnya serta masalah kebersihan dan kelestarian lingkungan
sekitar.
Fase B Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Sejarah Pada akhir fase B, peserta didik mengenal informasi dan mengolah
dengan cinta kasih identitas Buddha Gotama sebagai dasar
keyakinan terhadap agama Buddha, serta memiliki keterbukaan
untuk menghargai perbedaan identitas dan budaya orang lain di
lingkungan tempat tinggalnya; meneladan sifat-sifat Pangeran
Siddharta dalam menghargai sesama manusia dan dalam
menyelesaikan masalah pergaulan di lingkungan terdekatnya,
serta menghargai lingkungan sekolah dan lingkungan rumah
ibadah; dan kebijaksanaan serta keterbukaan Bodhisattva
terhadap keragaman di lingkungan sosialnya, serta mengakui
peran budaya dan bahasa dalam agama Buddha maupun bangsa
sebagai pembentuk identitas diri di lingkungan terdekatnya.
Ritual
Pada akhir fase B, peserta didik menyusun rencana dan
menjalankan secara rutin doa Buddhis dalam kegiatan sehari-hari
90
Elemen
Etika
Capaian Pembelajaran
disertai keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Tiratana;
menjaga persatuan dan kesatuan melalui keterlibatannya dalam
doa antaragama dan kepercayaan lain di lingkungan sekolahnya
sebelum melakukan kegiatan sehari-hari; serta mengenali dan
menghargai identitas masing-masing aliran atau tradisi dalam
agama Buddha dan menunjukkan sikap bersatu dalam
perbedaan dengan berperan serta mendukung kegiatan
keagamaan aliran atau tradisi agama Buddha.
Pada akhir fase B, peserta didik mengklasifikasikan dan
menjalankan nilai-nilai Pancasila Buddhis, kesempurnaan
(parami), dan sila Bodhisattva berlandaskan pada kesadaran
terhadap nilai-nilai sederhana Hukum Sebab Akibat yang Saling
Bergantungan dalam melaksanakan aturan dan sopan santun di
masyarakat; dan melakukan musyawarah sederhana untuk
mufakat dalam menyelesaikan masalah sosial di lingkungan
sekolahnya serta masalah kebersihan dan kelestarian lingkungan
sekitar.
3. Fase C (Umumnya untuk kelas V dan VI SD/Program Paket A)
Pada akhir Fase C, peserta didik menyimpulkan informasi dan
meneladan sifat-sifat tokoh pendiri bangsa dalam mempertahankan
NKRI dengan bersikap bijaksana dan terbuka terhadap keragaman
budaya di lingkungan sosialnya, serta mengakui peran budaya dan
bahasa dalam agama Buddha maupun bangsa sebagai pembentuk
identitas dirinya di masyarakat; meneladan sifat-sifat Buddha,
Bodhisattva dan nilai-nilai moral dari kisah kehidupan Pangeran
Siddharta dalam berterima kasih, menghadapi hambatan untuk
meraih
kesuksesan,
dan
masalah
kehidupan
bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara melalui musyawarah untuk mendapatkan
kesepakatan. Peserta didik menyusun rencana dan menghargai
keragaman cara dan peralatan puja dari berbagai aliran atau tradisi
agama Buddha dengan dilandasi keyakinan kepada Tuhan Yang
Maha Esa dan Tiratana; dan menunjukkan sikap bersatu dalam
perbedaan dengan berperan serta melakukan dialog antaraliran atau
antartradisi agama Buddha serta antar agama dan kepercayaan lain;
menghormati pelaksanaan ibadah umat dari berbagai aliran atau
tradisi agama Buddha, serta umat dari agama dan kepercayaan lain;
dan menunjukkan sikap bersatu dalam perbedaan dengan berperan
serta mendukung kegiatan puja dari berbagai aliran atau tradisi
agama Buddha, serta kegiatan ibadah agama dan kepercayaan lain
di sekolah maupun di lingkungan tempat tinggalnya. Peserta didik
menyimpulkan dan mengamalkan nilai-nilai Buddha Dhamma,
Pancasila
Buddhis
dan
nilai-nilai
91
Pancasila
dasar
negara
berlandaskan pada kesadaran terhadap nilai-nilai sederhana Hukum
Sebab Akibat yang Saling Bergantungan; melaksanakan diskusi
sederhana untuk menemukan solusi secara bijaksana terhadap
permasalahan hak dan kewajiban sebagai siswa, sebagai anak,
sebagai umat vihara, sebagai warga negara, dan sebagai warga
masyarakat
di
lingkungan
tempat
tinggalnya;
serta
dalam
menemukan solusi terhadap masalah perbedaan, pelestarian sumber
daya alam, dan lingkungan rumah, sekolah, dan rumah ibadah
dengan menerapkan aturan musyawarah dilandasi sikap menghargai
perbedaan.
Fase C Berdasarkan Eleman
Elemen
Capaian Pembelajaran
Sejarah Pada akhir fase C, peserta didik menyimpulkan informasi dan
meneladan sifat-sifat tokoh pendiri bangsa dalam
mempertahankan NKRI dengan bersikap bijaksana dan terbuka
terhadap keragaman budaya di lingkungan sosialnya, serta
mengakui peran budaya dan bahasa dalam agama Buddha
maupun bangsa sebagai pembentuk identitas diri di masyarakat;
meneladan sifat-sifat Buddha, Bodhisattva dan nilai-nilai moral
dari kisah kehidupan Pangeran Siddharta dalam berterima
kasih, dalam menghadapi hambatan untuk meraih kesuksesan,
dan masalah kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara melalui musyawarah untuk mendapatkan
kesepakatan.
Ritual
Pada akhir fase C, peserta didik menyusun rencana dan
menghargai keragaman cara dan peralatan puja dari berbagai
aliran atau tradisi agama Buddha dengan dilandasi keyakinan
kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Tiratana; dan menunjukkan
sikap bersatu dalam perbedaan dengan berperan serta
melakukan dialog antaraliran atau antartradisi agama Buddha
serta antar agama dan kepercayaan lain; menghormati
pelaksanaan ibadah umat dari berbagai aliran atau tradisi agama
Buddha, serta umat dari agama dan kepercayaan lain; dan
menunjukkan sikap bersatu dalam perbedaan dengan berperan
serta mendukung kegiatan puja dari berbagai aliran atau tradisi
agama Buddha, serta kegiatan ibadah agama dan kepercayaan
lain di sekolah maupun di lingkungan tempat tinggalnya.
Etika
Pada akhir fase C, peserta didik menyimpulkan dan
mengamalkan nilai-nilai Buddha Dhamma, Pancasila Buddhis,
dan nilai-nilai Pancasila dasar negara berlandaskan pada
kesadaran terhadap nilai-nilai sederhana Hukum Sebab Akibat
yang Saling Bergantungan; melaksanakan diskusi sederhana
untuk menemukan solusi secara bijaksana terhadap
permasalahan hak dan kewajiban sebagai siswa, sebagai anak,
sebagai umat vihara, dan sebagai warga masyarakat di
lingkungan tempat tinggalnya; serta dalam menemukan solusi
terhadap masalah perbedaan, pelestarian sumber daya alam,
dan lingkungan rumah, sekolah, dan rumah ibadah dengan
menerapkan aturan musyawarah dilandasi sikap menghargai
perbedaan.
92
4. Fase D (Umumnya untuk kelas VII, VIII dan IX SMP/Program Paket
B)
Pada akhir Fase D, peserta didik membuat rencana dan meneladan
sikap Buddha dan penyokong Buddha dengan memiliki sikap
bijaksana, sadar sejarah, dan terbuka serta menghargai keragaman
budaya dan tradisi Buddhis di Indonesia dan dunia ditinjau dari
sejarah dan tinggalan budaya masa klasik, keragaman kitab suci
agama Buddha ditinjau dari berbagai aliran atau tradisi dan negara,
serta keragaman budaya bangsa, minimal dengan melibatkan diri
dalam
kegiatan
kunjungan
sejarah
dan
festival
budaya
atau
sejenisnya di lingkungan sosialnya. Peserta didik menyimpulkan
informasi dan meneladan sifat-sifat dan nilai-nilai moral dalam
riwayat kehidupan Pangeran Siddharta, kehidupan Buddha Gotama,
kehidupan Buddha Gotama, kehidupan siswa utama Buddha, dan
tokoh inspiratif Buddhis dalam menyayangi dan peduli terhadap diri
sendiri, sesama manusia, negara, dan lingkungan alam sekitarnya.
Peserta didik menyimpulkan informasi dan meneladan sifat-sifat dan
nilai-nilai moral dalam riwayat Buddha Gotama dan peristiwaperistiwa monumental setelah Buddha wafat yang berpengaruh
terhadap kelestarian ajaran Buddha hingga saat ini. Peserta didik
menyusun rencana dan menghayati makna serta tata cara hidup
berkesadaran (meditasi) dan budaya menghormat (puja), serta
budaya perayaan hari raya berbagai aliran atau tradisi agama
Buddha; menghargai keragaman hari raya agama Buddha serta hari
raya agama dan kepercayaan lain dengan melibatkan diri dalam
berbagai kegiatan aksi sosial dan pelestarian alam lintas aliran atau
lintas tradisi agama Buddha, serta lintas agama dan kepercayaan di
lingkungan sosialnya; menghargai dan menghayati makna ziarah ke
tempat-tempat
suci
dalam
agama
Buddha
serta
agama
dan
kepercayaan lain dengan melakukan kebajikan, ziarah ke tempattempat suci agama Buddha terdekat, kunjungan ke tempat suci atau
tempat ibadah agama dan kepercayaan lain, dan dengan dialog
antaraliran atau antartradisi agama Buddha serta antaragama dan
kepercayaan di lingkungan sosialnya. Peserta didik menyimpulkan,
menerima, dan mengamalkan nilai-nilai ajaran moralitas, perbuatan
baik, dan jalan Bodhisattva berlandaskan pada kesadaran terhadap
nilai-nilai Hukum Karma dan Hukum Kelahiran Kembali dalam
93
menjalankan hak dan kewajiban moral terhadap sesama manusia,
terhadap lembaga sosial keagamaan Buddha, terhadap teman, hak
dan kewajiban konstitusional sebagai warga Negara Indonesia; dalam
menentukan sikap terhadap kesetaraan gender, hak asasi manusia,
hak hidup hewan, hak hidup damai tanpa perang, orientasi seksual,
dan masalah remaja; dalam memenuhi kebutuhan ekonomi sejalan
sikap
Buddhis
terhadap
kekayaan;
dan
dalam
pergaulan,
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang majemuk secara
bijaksana.
Fase D Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Sejarah Pada akhir fase D, peserta didik membuat rencana dan
meneladan sikap Buddha dan penyokong Buddha dengan
memiliki sikap bijaksana, sadar sejarah, dan terbuka serta
menghargai keragaman budaya dan tradisi Buddhis di Indonesia
dan dunia ditinjau dari sejarah dan tinggalan budaya masa
klasik, keragaman kitab suci agama Buddha ditinjau dari
berbagai aliran atau tradisi dan negara, serta keragaman budaya
bangsa, minimal dengan melibatkan diri dalam kegiatan
kunjungan sejarah dan festival budaya atau sejenisnya di
lingkungan sosialnya. Peserta didik menyimpulkan informasi dan
meneladan sifat-sifat dan nilai-nilai moral dalam riwayat,
kehidupan Buddha Gotama, kehidupan siswa utama Buddha,
atau tokoh inspiratif Buddhis dalam menyayangi dan peduli
terhadap diri sendiri, sesama manusia, negara, dan lingkungan
alam sekitarnya. Peserta didik menyimpulkan informasi dan
meneladan sifat-sifat dan nilai-nilai moral dalam riwayat Buddha
Gotama dan peristiwa-peristiwa monumental setelah Buddha
wafat yang berpengaruh terhadap kelestarian ajaran Buddha
hingga saat ini.
Ritual
Pada akhir fase D, peserta didik menyusun rencana dan
menghayati makna serta tata cara hidup berkesadaran (meditasi)
dan budaya menghormat (puja), serta budaya perayaan hari raya
berbagai aliran atau tradisi agama Buddha; menghargai
keragaman hari raya agama Buddha serta hari raya agama dan
kepercayaan lain dengan melibatkan diri dalam berbagai
kegiatan aksi sosial dan pelestarian alam lintas aliran atau lintas
tradisi agama Buddha, serta lintas agama dan kepercayaan di
lingkungan sosialnya; menghargai dan menghayati makna ziarah
ke tempat-tempat suci dalam agama Buddha serta agama dan
kepercayaan lain dengan melaku-kan kebajikan, ziarah ke
tempat-tempat suci agama Buddha terdekat, kunjung-an ke
tempat suci atau tempat ibadah agama dan kepercayaan lain,
dan dengan dialog antaraliran atau antartradisi agama Buddha
serta antaragama dan kepercayaan di lingkungan sosialnya.
Etika
Pada akhir fase D, peserta didik menyimpulkan, menerima, dan
mengamalkan nilai-nilai ajaran moralitas, perbuatan baik, dan
jalan Bodhisattva berlandaskan pada kesadaran terhadap nilainilai Hukum Karma dan Hukum Kelahiran Kembali dalam
menjalankan hak dan kewajiban moral terhadap sesama
manusia, terhadap lembaga sosial keagamaan Buddha, terhadap
teman, hak dan kewajiban konstitusional sebagai warga Negara
94
Elemen
Capaian Pembelajaran
Indonesia; dalam menentukan sikap terhadap kesetaraan gender,
hak asasi manusia, hak hidup hewan, hak hidup damai tanpa
perang, orientasi seksual, dan masalah remaja; dalam memenuhi
kebutuhan ekonomi sejalan sikap Buddhis terhadap kekayaan;
dan dalam pergaulan, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
yang majemuk secara bijaksana.
5. Fase E (Umumnya untuk kelas X SMA/Program Paket C)
Pada akhir Fase E, peserta didik menyimpulkan dan menunjukkan
kesadaran sejarah penyiaran agama Buddha dengan membuktikan
bahwa agama Buddha Indonesia yang beragam merupakan titik
temu antara nilai-nilai agama Buddha dengan kearifan lokal, dan
meneladan
perjuangan
kontemporer
melalui
mengembangkan
pelaku
sejarah
pertimbangan
agama
Buddha
dan
agama
sikap
Buddha
dalam
bangsa.
masa
berperan
Peserta
didik
menyusun rencana dan melaksanakan meditasi disertai keyakinan
dan kebijaksanaan melalui pengembangan batin sebagai wujud
individu yang beragama dalam kehidupan beragama. Peserta didik
mendeskripsikan peran nilai-nilai Hukum Kebenaran sebagai pola
pikir dalam memaknai fenomena dan masalah kehidupan terkait
ilmu pengetahuan dan teknologi dengan agama Buddha; dalam
memanfaatkan
ilmu
pengetahuan
dan
teknologi
dengan
mengamalkan nilai-nilai agama Buddha (moral, meditasi, dan
kebijaksanaan) dan nilai-nilai Pancasila dasar negara; sebagai wujud
manusia beragama, berbangsa, dan bernegara.
Fase E Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Sejarah Pada akhir fase E, peserta didik menyimpulkan dan
menunjukkan kesadaran sejarah penyiaran agama Buddha
dengan membuktikan bahwa agama Buddha Indonesia yang
beragam merupakan titik temu antara nilai-nilai agama Buddha
dengan kearifan lokal, dan meneladan perjuangan pelaku sejarah
agama Buddha masa kontemporer melalui pertimbangan sikap
dalam berperan mengembangkan agama Buddha dan bangsa.
Ritual
Pada akhir Fase E, peserta didik menyusun rencana dan
melaksanakan meditasi disertai keyakinan dan kebijaksanaan
melalui pengembangan batin sebagai wujud individu yang
beragama dalam kehidupan beragama.
Etika
Pada akhir fase E, peserta didik mendeskripsikan peran nilainilai Hukum Kebenaran sebagai pola pikir dalam memaknai
fenomena dan masalah kehidupan terkait ilmu pengetahuan dan
teknologi dengan agama Buddha; dalam memanfaatkan ilmu
pengetahuan dan teknologi dengan mengamalkan nilai-nilai
agama Buddha (moral, meditasi, dan kebijaksanaan) dan nilainilai Pancasila dasar negara; sebagai wujud manusia beragama,
berbangsa, dan bernegara.
95
6. Fase F (Umumnya untuk kelas XI dan XII SMA/Program Paket C)
Pada akhir Fase F, peserta didik membuat rencana dan meneladan
sikap tokoh pendukung agama Buddha dan pelaku sejarah Buddhis
local, nasional, dunia masa kontemporer, atau tokoh lainnya yang
relevan berdasarkan produk budayanya dengan bersikap bijaksana
dan terbuka terhadap keragaman agama, bangsa dan budaya bangsa
maupun budaya Buddhis ditinjau dari sejarah yang diekspresikan
minimal melalui kegiatan komunikasi lintas budaya, lintas budaya
agama Buddha, dan kegiatan lainnya. Peserta didik menyusun
rencana
dan
melaksanakan
hidup
berkesadaran
dan
ritual
keagamaan disertai keyakinan dan kebijaksanaan dengan menyadari
bahwa ritual keagamaan merupakan cara mencapai tujuan ritual;
mengembangkan meditasi melalui pengembangan batin dan hidup
berkesadaran wujud individu yang beragama dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara; serta menghargai orang
lain yang melakukan ritual keagamaan sesuai dengan agama dan
kepercayaannya, yang diperkuat dengan berperan aktif dalam
kegiatan aksi sosial dan budaya maupun dalam dialog antaraliran
atau antartradisi agama Buddha, serta antaragama dan kepercayaan
di wilayahnya. Peserta didik mendeskripsikan peran nilai-nilai
Hukum Kebenaran sebagai pola pikir dalam memaknai fenomena
dan masalah kehidupan terkait seni dan budaya dengan agama
Buddha; dalam melestarikan serta mengembangkan seni dan budaya
selaras dengan nilai-nilai agama Buddha (moral, meditasi, dan
kebijaksanaan) dan nilai-nilai Pancasila dasar negara sebagai wujud
manusia
beragama,
berbangsa,
dan
bernegara.
Peserta
didik
mendeskripsikan peran nilai-nilai Hukum Empat Kebenaran Mulia
dan Hukum Tiga Corak Universal sebagai pola pikir dalam memaknai
fenomena dan menghadapi masalah kehidupan terkait posisi dan
peran manusia terhadap alam semesta, alam kehidupan, dalam
menjaga keseimbangan alam; dan dalam berpartisipasi menghadapi
masalah perekonomian di dunia modern, isu-isu global atau
kontroversial lainnya, serta dalam menjaga keseimbangan moral dan
keseimbangan sosial dengan mengembangkan pada nilai-nilai agama
Buddha (moral, meditasi, dan kebijaksanaan) dan Pancasila dasar
negara sebagai wujud manusia beragama, berbangsa, dan bernegara.
96
Fase F Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Sejarah Pada akhir fase F, peserta didik membuat rencana dan
meneladan sikap tokoh pendukung agama Buddha dan pelaku
sejarah Buddhis local, nasional, dam dunia masa kontemporer,
atau tokoh lainnya yang relevan berdasarkan produk budayanya
dengan bersikap bijaksana dan terbuka terhadap keragaman
agama, bangsa maupun budaya Buddhis ditinjau dari sejarah
yang diekspresikan minimal melalui kegiatan komunikasi lintas
budaya, lintas budaya agama Buddha, dan kegiatan lainnya.
Ritual
Pada akhir Fase F, peserta didik menyusun rencana dan
melaksanakan hidup berkesadaran dan ritual keagamaan
disertai keyakinan dan kebijaksanaan dengan menyadari bahwa
ritual keagamaan merupakan cara mencapai tujuan ritual;
mengembangkan meditasi melalui pengembangan batin dan
hidup berkesadaran wujud individu yang beragama dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara; serta
menghargai orang lain yang melakukan ritual keagamaan sesuai
dengan agama dan kepercayaannya, yang diperkuat dengan
berperan aktif dalam kegiatan aksi sosial dan budaya maupun
dalam dialog antaraliran atau antartradisi agama Buddha, serta
antaragama dan kepercayaan di wilayahnya.
Etika
Pada akhir fase F, peserta didik mendeskripsikan peran nilainilai Hukum Kebenaran sebagai pola pikir dalam memaknai
fenomena dan masalah kehidupan terkait seni dan budaya
dengan agama Buddha; dalam melestarikan serta
mengembangkan seni dan budaya selaras dengan nilai-nilai
agama Buddha (moral, meditasi, dan kebijaksanaan) dan nilainilai Pancasila dasar negara sebagai wujud manusia beragama,
berbangsa, dan bernegara. Peserta didik mendeskripsikan peran
nilai-nilai Hukum Empat Kebenaran Mulia dan Hukum Tiga
Corak Universal sebagai pola pikir dalam memaknai fenomena
dan menghadapi masalah kehidupan terkait posisi dan peran
manusia terhadap alam semesta, alam kehidupan, dalam
menjaga keseimbangan alam; dan dalam berpartisipasi
menghadapi masalah perekonomian di dunia modern, isu-isu
global atau kontroversial lainnya, serta dalam menjaga
keseimbangan moral dan keseimbangan sosial dengan
mengembangkan pada nilai-nilai agama Buddha (moral,
meditasi, dan kebijaksanaan) dan Pancasila dasar negara sebagai
wujud manusia beragama, berbangsa, dan bernegara.
97
III.6. CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KHONGHUCU DAN
BUDI PEKERTI
A.
Rasional Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Agama
Khonghucu dan Budi Pekerti
Hakikat dan Esensi Pendidikan Agama Khonghucu tertuang dalam
makna
makna
mendidik.
Mendidik
adalah
proses
atau
usaha
menumbuhkan sifat-sifat baik manusia dan menolong dari kekhilafannya.
Tersurat dalam Catatan Kesusilaan (Liji) tentang empat kekhilafan
seorang pelajar, yaitu: Khilaf karena terlalu banyak yang dipelajari (Duo
Shi); khilaf karena terlalu sedikit yang dipelajari (Gua Shi); khilaf karena
menggampangkan (Yi Shi); dan khilaf karena ingin segera berhenti belajar
(Zhi Shi). Keempat masalah ini timbul di hati yang tidak sama. Bila
diketahui akan hatinya, kemudian akan dapat menolong mereka dari
kekhilafan itu. Sedangkan Pendidikan sangat menekankan adanya suatu
pandangan bahwa watak sejati manusia itu pada dasarnya baik. Atas
dasar keyakinan bahwa watak sejati manusia itu baik, maka esensi
pendidikan adalah mengajar sekaligus mendewasakan, dan pendidikan
dalam agama Khonghucu pada hakikatnya menjadikan orang tetap baik,
bertahan pada fitrah atau kodrat alaminya (xing), dan menolong dari
kekhilafan-kekhilafan.
Tujuan
Pendidikan
membentuk
Agama
manusia
Khonghucu
berbudi
luhur
Secara
khusus
(Junzi)
yang
bertujuan
mampu
menggemilangkan Kebajikan Watak Sejatinya, mengasihi sesama dan
berhenti pada Puncak Kebaikan. Pribadi yang luhur inilah merupakan
pondasi dalam menjawab tantangan perubahan zaman dan membangun
peradaban manusia dari masa ke masa. Oleh karena itu, pendidikan
secara umum bertujuan untuk mengubah rakyat dan menyempurnakan
adat istiadatnya. Tersurat dalam catatan kesusilaan, “Bila penguasa
selalu memikirkan atau memperhatikan perundang-undangan, dan
mencari orang baik dan tulus, ini cukup untuk mendapat pujian, tetapi
tidak cukup untuk menggerakkan orang banyak. Bila ia berusaha
mengembangkan masyarakat yang bajik dan bijak, dan dapat memahami
mereka yang jauh, ini cukup untuk menggerakkan rakyat, tetapi belum
cukup untuk mengubah rakyat. Bila ingin mengubah rakyat dan
menyempurnakan adat istiadatnya, dapatkah kita tidak harus melalui
pendidikan?” (Li Ji. XVI: 1)
98
Peran
dan
Fungsi
Pendidikan
Agama
Khonghucu
sangat
erat
hubungannya dengan keteladanan dan nasihat nabi Kongzi. Nabi Kongzi
memberikan bimbingan untuk senantiasa meneliti hakikat tiap perkara
sehingga
mampu
memiliki
pengetahuan
(hidup)
yang
cukup.
Pengetahuan (hidup) yang cukup, maka dapatlah dicapai tekad yang
beriman. Dan dengan tekad yang beriman, maka dapatlah meluruskan
hati (mengendalikan nafsu) dan bersikap tepat. dengan hati lurus dan
sikap yang tepat inilah seseorang mampu membina dirinya dengan baik.
Diri yang terbina akan mampu membereskan rumah tangganya. dengan
rumah tangga yang beres, maka barulah dapat dicapai negara teratur.
dan negara yang teratur barulah dapat dicapai damai di dunia.
Ajaran agama merupakan bagian tidak terpisahkan dari kehidupan
manusia
dan
harus
dapat
memberikan
kontribusi
nyata
dalam
kehidupan. Sesuai dengan tujuan pendidikan di atas, pendidikan agama
Khonghucu sangat berperan membentuk pribadi-pribadi yang luhur dan
terbina. Diri yang terbina akan berpengaruh pada keberesan rumah
tangga. Jika ada keberesan dalam setiap rumah tangga maka akan
tercapai keteraturan dalam Negara. Jika setiap negara teratur maka akan
dapat dicapai damai didunia. Tersurat di dalam kitab Daxue bab utama
pasa 4 dan 5: “Orang jaman dahulu yang hendak menggemilangkan
Kebajikan Yang Bercahaya itu pada tiap umat di dunia, ia lebih dahulu
berusaha mengatur negerinya; untuk mengatur negerinya, ia lebih
dahulu membereskan rumah tangganya; untuk membereskan rumah
tangganya, ia lebih dahulu membina dirinya; untuk membina dirinya, ia
lebih dahulu meluruskan hatinya; untuk meluruskan hatinya, ia lebih
dahulu mengimankan tekadnya; untuk mengimankan tekadnya, ia lebih
dahulu
mencukupkan
pengetahuannya;
dan
untuk
mencukupkan
pengetahuannya, ia meneliti hakekat tiap perkara dan “Dengan meneliti
hakekat tiap perkara dapat cukuplah pengetahuannya; dengan cukup
pengetahuannya akan dapatlah mengimankan tekadnya; dengan tekad
yang beriman akan dapatlah meluruskan hatinya; dengan hati yang lurus
akan dapatlah membina dirinya; dengan diri yang terbina akan dapatlah
membereskan rumah tangganya; dengan rumah tangga yang beres akan
dapatlah mengatur negerinya; dan dengan negeri yang teratur akan dapat
dicapai damai di dunia.”
99
Semuanya itu dimulai dari pembinaan diri sebagai pokok. Apabila setiap
insan mampu membina diri dengan baik maka Jalan Suci akan tumbuh
dan berkembang baik. Oleh karena itu, perilaku Junzi merupakan tujuan
utama
yang
ingin
dan
harus
dicapai
dalam
pendidikan
agama
Khonghucu baik di rumah, di sekolah maupun dalam kelembagaan
agama Khonghucu.Maka sudah sewajarnya aspek perilaku Junzi harus
menjadi porsi terbesar dan utama dalam pendidikan agama Khonghucu
di sekolah.
Ruang lingkup Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti meliputi
usaha memuliakan hubungan manusia dengan Tuhan sebagai pencipta
dengan prinsip satya kepada Tuhan (Zhong Yu Tian); memuliakan
hubungan
dengan
manusia
sebagai
sesama,
dengan
prinsip
tepaselira/tenggang rasa kepada sesama (Shu Yu Ren), dan usaha
memuliakan hubungan dengan alam sebagai sarana, dengan prinsip
selaras/harmonis dengan alam semesta (He Yu Di).
Prinsip Pembelajaran Pendidikan Agama Khonghucu terdiri atas 3 hal: (1)
menerapkan nilai-nilai melalui keteladanan dan membangun kemauan,
(2) siapa saja adakah guru, siapa saja adalah siswa, dan di mana saja
adalah kelas, dan (3) mencari tahu, bukan diberi tahu. Secara mendetail
dijelaskan sebagai berikut:
(1)
Menerapkan
nilai-nilai
melalui
keteladanan
dan
membangun
kemauan, Sebagaimana telah ditegaskan di atas tentang cara seorang
bijaksana memberikan pendidikan: Di depan “… Ia membimbing berjalan
dan tidak menyeret; di tengah, “Ia menguatkan dan tidak menjerakan; Di
belakang, “Ia membuka jalan tetapi tidak menuntun sampai akhir
pencapaian.
Membimbing
keharmonisan;
berjalan,
menguatkan
dan
tidak
tidak
menyeret
menjerakan,
menumbuhkan
itu
memberi
kemudahan; dan, membukakan jalan tetapi tidak menuntun sampai
akhir
pencapaian,
menjadikan
orang
berpikir.
Menimbulkan
keharmonisan, memberi kemudahan dan menjadikan orang berpikir, itu
pendidikan yang baik.”
(2) Siapa saja adalah guru, siapa saja adalah siswa, dan di mana saja
adalah kelas, Kongzi bersabda, “Tiap kali jalan bertiga, niscaya ada yang
dapat kujadikan guru; Kupilih yang baik, Ku ikuti dan yang tidak baik
Ku perbaiki.” (Lunyu. VII: 22), “Di dalam kesusilaan (Li) ku dengar
bagaimana mengambil seseorang sebagai suritauladan, tidak kudengar
100
bagaimana berupaya agar diambil sebagai teladan. Di dalam kesusilaan
kudengar bagaimana orang datang untuk belajar, tidak kudengar
bagaimana orang pergi untuk mendidik.”
“Biar ada makanan lezat, bila tidak dimakan, orang tidak tahu
bagaimana rasanya; biar ada Jalan Suci yang Agung, bila tidak belajar,
orang tidak tahu bagaimana kebaikannya. Maka belajar menjadikan
orang tahu kekurangan dirinya, dan mengajar menjadikan orang tahu
kesulitannya. Dengan mengetahui kekurangan dirinya, orang dipacu
mawas
diri;
dan
dengan
mengetahui
kesulitannya,
orang
dipacu
menguatkan diri (Zi Qiang). Maka dikatakan, “Mengajar dan belajar itu
saling mendukung. “Nabi Yue bersabda, “Mengajar itu setengah belajar.”
(Shu Jing IV. VIII. C. 5) Ini kiranya memaksudkan hal itu.” (Li Ji. XVI: 3)
(3) Mencari tahu, bukan diberi tahu; Kongzi bersabda, “Jika diberi tahu
satu sudut tetapi tidak mau mencari ketiga sudut lainnya, aku tidak mau
memberi tahu lebih lanjut.”, “Kalau di dalam membimbing belajar orang
hanya mencatat pertanyaan, itu belum memenuhi syarat sebagai guru
orang. Tidak haruskah guru mendengar pertanyaan? Ya, tetapi bila
murid tidak mampu bertanya, guru wajib memberi uraian penjelasan,
setelah demikian, sekalipun dihentikan, itu masih boleh.”
Mengajar bukanlah memindahkan pengetahuan dari guru kepeserta didik.
Mengajar berarti berpartisipasi dengan peserta didik dalam membentuk
pengetahuan, membuat makna, mempertanyakan kejelasan, bersikap
kritis, mengadakan justifikasi. Guru berperan sebagai mediator dan
fasilitator.
“Kini, orang di dalam mengajar, (guru) bergumam membaca tablet (buku
bilah dari bambu) yang diletakkan di hadapannya, setelah selesai lalu
banyak-banyak memberi pertanyaan. Mereka hanya bicara tentang
berapa banyak pelajaran yang telah dimajukan dan tidak diperhatikan
apa yang telah dapat dihayati; ia menyuruh orang dengan tidak melalui
cara
yang
tulus,
dan
mengajar
orang
dengan
tidak
sepenuh
kemampuannya. Cara memberi pelajaran yang demikian ini bertentangan
dengan kebenaran dan yang belajar patah semangat. Dengan cara itu,
pelajar akan putus asa dan membenci gurunya; mereka dipahitkan oleh
kesukaran dan tidak mengerti apa manfaatnya. Biarpun mereka nampak
tamat tugas-tugasnya, tetapi dengan cepat akan meninggalkannya.
Kegagalan pendidikan, bukankah karena hal itu?” (Li Ji. XVI: 10)
101
B.
Tujuan Pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Agama Khonghucu dan
Budi Pekerti
Mata
pelajaran
Pendidikan
Agama
Khonghucu
dan
Budi
Pekerti
bertujuan:
1. Membentuk manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tian Tuhan
Yang Maha Esa serta berakhlak mulia dan mampu menjaga
kedamaian dan kerukunan hubungan inter dan antara umat
beragama” dalam kehiduapn pribadi, keluarga, masyrakat, berbangsa
dan bernegara serta kehidupan masyarakat dunia.
2. Membentuk
manusia
berbudi
luhur
(Junzi)
yang
mampu
mengembangkan Kebajikan Watak Sejatinya, mengasihi sesama dan
berhenti pada Puncak Kebaikan. Menumbuhkan sifat-sifat baik
peserta didik dan menolongnya dari kekhilafan.
3. Memastikan
peserta
didik
teguh
dalam
usaha
menumbuhkembangkan iman melalui pemahaman, penghayatan,
pengamalan, tentang Watak Sejatinya (Xing) sehingga dapat bertahan
pada kodrat suci yang difirmankan Tuhan.
4. Mengembangkan pemahaman mewujudkan manusia yang sadar
tugas dan tanggung jawabnya baik secara vertikal kepada Tian,
maupun secara horizontal kepada sesama manusia dan alam semesta.
C.
Karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi
Pekerti
Mata pelajaran Pendidikan Agama Khonghucu digambarkan melalui 5
elemen yang meliputi (1) Sejarah Suci, (2) Kitab Suci, (3) Keimanan, (4)
Tata Ibadah, dan (5) Perilaku Junzi. Kelima elemen tersebut dicapai
dengan kecakapan dalam pembinaan diri, empati, komunikasi, refleksi,
berpikir kritis, kreatif dan kolaborasi
Elemen-Elemen Mata Pelajaran Pendidikan Agama Khonghucu seperti
berikut:
Elemen
Sejarah Suci
Deskripsi
Mengkaji secara kritis dan komprehensif tentang rentan
waktu perjalanan sejarah Agama Khonghucu, mengenal
hikayat tokoh-tokoh teladan dalam agama Khonghucu
yaitu Nabi Kongzi dan Murid-muridnya, Para Raja Suci
(Shen Ming) sebagai panutan untuk dapat dijadikan teladan
dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari sebagai
refleksi dan pengetahuan keteladanan tentang sejarah
perilaku Cinta Kasih, Kebenaran, Kesusilaan,
Kebijaksanaan dalam perjalanan sejarah agama
Khonghucu.
102
Elemen
Kitab Suci
Keimanan
Tata Ibadah
Perilaku Junzi
D.
Deskripsi
Mengkaji karakteristik dan makna yang terkandung dalam
Kitab Suci agama Khonghucu yang terdiri dari Kitab Yang
Pokok yaitu Kitab Sishu dan Kitab Yang Mendasari yaitu
kitab Wujing sebagai fondasi dasar dalam perilaku Junzi.
Sebagai pedoman dan anjuran tentang isi dari seluruh
ajaran agama Khonghucu untuk dapat direfleksikan dan
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari agar menjadi
pedoman hidup dalam menjalankan tugas-tugas
kemanusian dalam hubungan dengan sesama manusia,
alam semesta dan Pencipta.
Peserta didik dapat meyakini dan memuliakan eksistensi
Tian Tuhan Yang Maha Esa sebagai Pencipta Alam Semesta
dan memahami fungsi manusia sebagai co creator yang
memiliki keterbatasan untuk dapat mendalami dimensi
spiritualitas tentang hubungan manusia dengan
penciptanya. Meyakini tugas kenabian Nabi Kongzi sebagai
pembimbing dan penyelamat manusia dimana manusia
diharapkan dengan konsisten menjalankan semua saran
dan nasehat Nabi Kongzi untuk berguna sebagai salah satu
makhluk ciptaan Tuhan yang dapat berkontribusi pada
keharmonisan dalam seluruh alam semesta dan meyakini
peran serta Leluhur serta Para Suci (Shen Ming) sebagai
representasi dari Sang pencipta yang wajib dimuliakan dan
dihormati dalam dimensi spiritualitas segala perilaku tiap
manusia.
Sebagai wujud dari kesusilaan, pedoman melaksanakan
tata ibadah cara keteraturan dalam ritual
persembahyangan kepada Tian Tuhan YME, Nabi Kongzi
dan Para Leluhur serta Para Suci (Shen Ming), sikap dalam
bersembahyang, sikap tata cara menghormati sesama
manusia, mengetahui dan memaknai pentingnya makna
yang terkandung dalam setiap perayaan Hari Raya
persembahyangan umat Khonghucu.
Peserta didik dapat mengenali dirinya sendiri, sebagai
individu, bagian dari masyarakat dan lingkungannya,
sebagai warga negara Indonesia dan warga negara dunia.
Sebuah perilaku menjadi manusia yang berbudi luhur yang
menjunjung cinta kasih, kebenaran, kesusilaan,
kebijaksanaan dan dapat dipercaya yaitu Lima Kebajikan
(Wu Chang), Lima Hubungan Kemasyarakatan (Wu Lun)
dan Delapan Kebajikan (Ba De) serta selalu berbakti
kepada orang tua, keluarga, masyarakat, negara dan alam
semesta, sikap yang selalu ingin belajar dari tempat rendah
terus maju menuju jalan Suci (Dao), sikap tidak keluh
gerutu kepada Tian serta sesal penyalahan terhadap
sesama manusia dan alam semesta
Capaian Pembelajaran Setiap Fase Mata Pelajaran Pendidikan Agama
Khonghucu dan Budi Pekerti
1. Fase A (Umumnya untuk kelas I dan II SD/Program Paket A)
Pada akhir Fase A, pelajar mengenali bahwa ilmu pendidikan agama
Khonghucu digunakan untuk Menerima dan menjalankan ajaran
agama yang dianutnya sehingga memiliki perilaku jujur, disiplin,
tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi
103
dengan keluarga, teman, dan guru, serta memiliki kemampuan untuk
menjaga diri sendiri. Dalam elemen Sejarah Suci, peserta didik
menceritakan
riwayat
dan
keluarga
Nabi
Kongzi,
menceritakan
keteladan Nabi Kongzi semasa kecil (rajin belajar, sikap hormat kepada
Tian). Menceritakan kisah dan keteladanan Min Sun, mengemukakan
nilai-nilai berkaitan dengan keteladanan Nabi Kongzi, mengetahui
kisah keteladanan sifat solidaritas sesama sahabat dari tokoh agama
Khonghucu yakni Guan Yu, dan memahami makna keteladanan sifat
suka menolong dari tokoh agama Khonghucu yakni Sima Kuang. Pada
elemen Kitab Suci, Peserta Didik mengenal ayat-ayat suci yang
terdapat dalam kitab Bakti, Sishu dan Wujing yang berkaitan dengan
Kisah Anak Berbakti dan mengenal ayat-ayat suci yang terdapat dalam
kitab Sishu dan Wujing yang berkaitan dengan keteladanan Nabi
Kongzi dan semangat belajar. Dalam elemen Keimanan, Peserta didik
mengenal konsep Tian dalam agama Khonghucu, memahami bahwa
manusia diciptakan Tian melalui kedua orang tua. mengetahui bahwa
Nabi Kongzi adalah manusia pilihan Tian dan menyakini tanda-tanda
gaib (Gan Sheng) menjelang kelahirannya, meyakini Kuasa Tian
sebagai Pencipta, meyakini Nabi Kongzi mengemban tugas sebagai
Genta Rohani Tuhan (Tian Zi Mu Duo) untuk menyadarkan umat
manusia
dengan
prinsip
Cinta
Kasih,
Kebenaran,
Kesusilaan,
Kebijaksanaan dan Dapat dipercaya, meyakini Para leluhur sebagai
representasi dari Tian untuk kita melanjutkan dan menjaga cita-cita
mulia mereka. Pada elemen Tata Ibadah, peserta didik menjelaskan
sikap dalam berdoa (sikap Ba De) serta makna sembahyang dan
berdoa, menyebutkan sembahyang dan berdoa kepada Tuhan, dan
Nabi Kongzi, mempraktekkan doa sederhana dan bersembahyang
kepada Tian, Nabi Kongzi, dan Leluhur, mengetahui fungsi dan
macam-macam dupa (xiang), menyebutkan perlengkapan sembahyang
di altar leluhur, dan mempraktikkan hormat dengan Bai (merangkap
tangan), Ju Gong (membungkukkan badan), Gui (hormat dengan
berlutut) sesuai dengan tingkatan dan keperluannya. Dan pada elemen
Perilaku Junzi, peserta didik membiasakan berdoa pagi, sore, sebelum
makan, dan menjelang tidur, menghormati orang tua sebagai wujud
hormat kepada Tian, bersikap bakti sebagai wujud terima kasih
kepada orang tua, membiasakan bersyukur dan berterima kasih
terhadap pemberian yang diterima, membantu pekerjaan di rumah
104
sebagai wujud rasa bakti dan rasa terima kasih kepada orang tua,
merawat tubuh dan memanfaatkan ciptaan Tian di lingkungan rumah/
sekolah, membiasakan bergaul dengan semua teman yang berbeda
agama, suku di lingkungan sekolah, bertutur kata santun dan jujur
serta
peduli
kepada
orang
tua,
guru,
saudara,
dan
teman,
menunjukkan sikap mau mengalah (bagi yang lebih tua) dan
membantu kepada saudara yang lebih tua, bersikap bakti kepada
kakek & nenek sebagai wujud terima kasih kepada keluarga, bersikap
hormat paman dan bibi sebagai keluarga ayah dan ibu serta saudara
sepupu, dan memiliki tanggung jawab terhadap kebutuhan diri sendiri,
dan membiasakan bersikap saling menghormati antar teman yang
berbeda agama, suku dan antar golongan.
Fase A berdasarkan Elemen:
Elemen
Capaian Pembelajaran
Sejarah Suci
Peserta didik menceritakan riwayat dan keluarga Nabi
Kongzi, menceritakan keteladan Nabi Kongzi semasa
kecil (rajin belajar, sikap hormat kepada Tian).
Menceritakan kisah dan keteladanan Min Sun,
mengemukakan nilai-nilai berkaitan dengan
keteladanan Nabi Kongzi, mengetahui kisah keteladanan
sifat solidaritas sesama sahabat dari tokoh agama
Khonghucu yakni Guan Yu, memahami makna
keteladanan sifat suka menolong dari tokoh agama
Khonghucu yakni Sima Kuang.
Kitab Suci
Peserta didik mengenal ayat-ayat suci yang terdapat
dalam kitab Bakti, Sishu dan Wujing yang berkaitan
dengan Kisah Anak Berbakti dan mengenal ayat-ayat
suci yang terdapat dalam kitab Sishu dan Wujing yang
berkaitan dengan keteladanan Nabi Kongzi dan
semangat belajar.
Keimanan
Peserta didik mengenal konsep Tian dalam agama
Khonghucu, memahami bahwa manusia diciptakan Tian
melalui kedua orang tua. mengetahui bahwa Nabi
Kongzi adalah manusia pilihan Tian dan menyakini
tanda-tanda gaib (Gan Sheng) menjelang kelahirannya,
meyakini Kuasa Tian sebagai Pencipta, meyakini Nabi
Kongzi mengemban tugas sebagai Genta Rohani Tuhan
(Tian Zi Mu Duo) untuk menyadarkan umat manusia
dengan prinsip Cinta Kasih, Kebenaran, Kesusilaan,
Kebijaksanaan dan Dapat dipercaya, meyakini Para
leluhur sebagai representasi dari Tian untuk kita
melanjutkan dan menjaga cita-cita mulia mereka.
Tata Ibadah
Peserta didik menjelaskan sikap dalam berdoa (sikap Ba
De) serta makna sembahyang dan berdoa, menyebutkan
sembahyang dan berdoa kepada Tuhan, dan Nabi
Kongzi, mempraktekkan doa sederhana dan
bersembahyang kepada Tian, Nabi Kongzi, dan Leluhur,
mengetahui fungsi dan macam-macam dupa (xiang),
menyebutkan perlengkapan sembahyang di altar
105
Elemen
Capaian Pembelajaran
leluhur, mempraktikkan hormat dengan Bai (merangkap
tangan), Ju Gong (membungkukkan badan), Gui
(hormat dengan berlutut) sesuai dengan tingkatan dan
keperluannya
Perilaku Junzi
Peserta didik mampu membiasakan berdoa pagi, sore,
sebelum makan, dan menjelang tidur, menghormati
orang tua sebagai wujud hormat kepada Tian, bersikap
bakti sebagai wujud terima kasih kepada orang tua,
membiasakan bersyukur dan berterima kasih terhadap
pemberian yang diterima, membantu pekerjaan di
rumah sebagai wujud rasa bakti dan rasa terima kasih
kepada orang tua, merawat tubuh dan memanfaatkan
ciptaan Tian di lingkungan rumah/ sekolah,
membiasakan bergaul dengan semua teman yang
berbeda agama, suku di lingkungan sekolah, bertutur
kata santun dan jujur serta peduli kepada orang tua,
guru, saudara, dan teman, menunjukkan sikap mau
mengalah (bagi yang lebih tua) dan membantu kepada
saudara yang lebih tua, bersikap bakti kepada kakek &
nenek sebagai wujud terima kasih kepada keluarga,
bersikap hormat paman dan bibi sebagai keluarga ayah
dan ibu serta saudara sepupu, memiliki tanggung jawab
terhadap kebutuhan diri sendiri, dan membiasakan
bersikap saling menghormati antar teman yang berbeda
agama, suku dan antar golongan.
2. Fase B (Umumnya untuk kelas III dan IV SD/Program Paket A)
Pada akhir Fase B, Pelajar membiasakan menjalankan ajaran agama
yang dianutnya serta mulai mempelajari pengetahuan faktual dengan
cara mengamati (mendengar, melihat, membaca, dan menanya)
berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan
dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan di
sekolah. Dalam elemen Sejarah Suci, peserta didik mempelajari kisah
keteladanan dan prinsip-prinsip moral yang ditegakkan kembali oleh
Mengzi tentang Watak Sejati (Xing), mengenal murid utama Nabi
Kongzi (Yan Hui, Zi Lu, Zi Gong, Zeng Zi) dan keteladanny,
menceritakan riwayat Nabi Kongzi sebagai Tianzhi Muduo, menelusuri
pengembaraan Nabi Kongzi selama 13 tahun, mengetahui Zhuxi
sebagai penyusun kitab Sishu, menceritakan kisah Ibunda nabi Kongzi,
menceritakan kisah kebijaksanaan tiga ibunda agung (ibu Mengzi, ibu
Ouyang Xiu, ibu Yue Fei), dan mempraktekkan hikmah nasehat cerita
tiga ibunda agung dalam keseharian. Pada elemen Kitab Suci, peserta
didik kesukaan yang membawa faedah dan tiga kesukaan yang
membawa celaka yang terdapat dalam kitab Sishu dan Wujing,
menyebutkan bagian-bagian kitab suci yang pokok (Sishu) dan yang
106
mendasari (Wujing), dan memilih salah satu ayat dalam kitab Sishu
yang berkaitan dengan Ba De. Dalam elemen Keimanan, peserta didik
meyakini
makna
ritual
persembahyangan
sebagai
cara
untuk
memuliakan Tuhan, Nabi Kongzi, Para Leluhur, meyakini tanda-tanda
khusus menjelang wafat Nabi Kongzi, menyebutkan poin-poin delapan
keimanan (Ba Cheng Zhen Gui), memahami cita-cita mulia Nabi Kongzi,
meneladani semangat belajar Nabi Kongzi, menelusuri pengembaraan
Nabi Kongzi, dan meyakini bahwa Nabi Kongzi adalah utusan Tian
(Genta Rohani Tian/Mu Duo Tian). Pada elemen Tata Ibadah, peserta
didik menyusun peralatan dan perlengkapan sembahyang di altar
leluhur,
mengenal
perlengkapan
yang
ada
pada
altar
leluhur,
mempraktikan cara menancapkan dupa dalam bersembahyang kepada
Tian, Nabi, dan leluhur, menunjukan sikap tangan Bao Xin Ba De,
mengikuti kebaktian di Litang/ Miao/ Kelenteng, dan menjelaskan
urutan pelaksanaan kebaktian di Litang. Dan pada elemen Perilaku
Junzi, peserta didik meneladani perilaku kebajikan luhur Nabi Kongzi,
meneladani perilaku luhur murid-murid Nabi Kongzi, membiasakan
diri sikap menghargai waktu, menunjukkan sikap lembut dan penuh
perhitungan, menunjukan sikap saling mengasihi sesama manusia
sesuai prinsip yang diajarkan Nabi Kongzi bahwa Semua Manusia di
Dunia adalah Saudara, menunjukkan perilaku sesuai dengan Delapan
Kebajikan (Ba De), menunjukkan sikap mudah bergaul dan berkawan
dengan
para
sahabat
yang
membawa
faedah
yang
berada
di
lingkungan sekolah, tetangga dan lainnya tanpa memandang suku, ras,
agama dan golongan, dan menunjukkan semangat introspeksi dan
mau segera mengakui kesalahan serta memperbaiki diri.
Fase B berdasarkan Elemen:
Elemen
Sejarah Suci
Capaian Pembelajaran
Peserta didik mempelajari kisah keteladanan dan
prinsip-prinsip moral yang ditegakkan kembali oleh
Mengzi tentang Watak Sejati (Xing), mengenal murid
utama Nabi Kongzi (Yan Hui, Zi Lu, Zi Gong, Zeng Zi) dan
keteladanny, menceritakan riwayat Nabi Kongzi sebagai
Tianzhi Muduo, menelusuri pengembaraan Nabi Kongzi
selama 13 tahun, mengetahui Zhuxi sebagai penyusun
kitab Sishu, menceritakan kisah Ibunda nabi Kongzi,
menceritakan kisah kebijaksanaan tiga ibunda agung
(ibu Mengzi, ibu Ouyang Xiu, ibu Yue Fei),
mempraktekkan hikmah nasehat cerita tiga ibunda
agung dalam keseharian.
107
Elemen
Capaian Pembelajaran
Kitab Suci
Peserta didik menyebutkan tiga kesukaan yang
membawa faedah dan tiga kesukaan yang membawa
celaka yang terdapat dalam kitab Sishu dan Wujing,
menyebutkan bagian-bagian kitab suci yang pokok
(Sishu) dan yang mendasari (Wujing), memilih salah satu
ayat dalam kitab Sishu yang berkaitan dengan Ba De.
Keimanan
Peserta didik meyakini makna ritual persembahyangan
sebagai cara untuk memuliakan Tuhan, Nabi Kongzi,
Para Leluhur, meyakini tanda-tanda khusus menjelang
wafat Nabi Kongzi, menyebutkan poin-poin delapan
keimanan (Ba Cheng Zhen Gui), memahami cita-cita
mulia Nabi Kongzi, meneladani semangat belajar Nabi
Kongzi, menelusuri pengembaraan Nabi Kongzi,
meyakini bahwa Nabi Kongzi adalah utusan Tian (Genta
Rohani Tian/Mu Duo Tian).
Tata Ibadah
Peserta didik menyusun peralatan dan perlengkapan
sembahyang di altar leluhur, mengenal perlengkapan
yang ada pada altar leluhur, mempraktikan cara
menancapkan dupa dalam bersembahyang kepada Tian,
Nabi, dan leluhur, menunjukan sikap tangan Bao Xin
Ba De, mengikuti kebaktian di Litang/ Miao/ Kelenteng,
menjelaskan urutan pelaksanaan kebaktian di Litang.
Perilaku Junzi
Peserta didik meneladani perilaku kebajikan luhur Nabi
Kongzi, meneladani perilaku luhur murid-murid Nabi
Kongzi, membiasakan diri sikap menghargai waktu,
menunjukkan sikap lembut dan penuh perhitungan,
menunjukan sikap saling mengasihi sesama manusia
sesuai prinsip yang diajarkan Nabi Kongzi bahwa Semua
Manusia di Dunia adalah Saudara, menunjukkan
perilaku sesuai dengan Delapan Kebajikan (Ba De),
menunjukkan sikap mudah bergaul dan berkawan
dengan para sahabat yang membawa faedah yang
berada di lingkungan sekolah, tetangga dan lainnya
tanpa memandang suku, ras, agama dan golongan, dan
menunjukkan semangat introspeksi dan mau segera
mengakui kesalahan serta memperbaiki diri.
3. Fase C (Umumnya untuk kelas V dan VI SD/Program Paket A)
Pada akhir Fase C, Pelajar memahami dan menerapkan pengetahuan
faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat, membaca) dan
menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk
ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di
rumah dan di sekolah. Pelajar menyajikan pengetahuan faktual dalam
bahasa yang jelas dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan
yang
mencerminkan
anak
sehat,
dan
dalam
tindakan
yang
mencerminkan perilaku anak beriman, berakhlak mulia dan toleran
terhadap perbedaan. Dalam elemen Sejarah Suci, peserta didik
meyakini Wahyu Tian yang diterima oleh para Nabi dan raja suci,
menceritakan kisah nabi purba dan raja suci penerima wahyu Tian
108
dan
karya-karya
yang
ditemukannya,
menjelaskan
sejarah
perkembangan agama Khonghucu di Indonesia sejak lahirnya Tionghoa
Hwe Koan sebagai organisasi/kelembagaan Khonghucu di Indonesia
sampai
dengan
sejarah
perkembangan
organisasi
MATAKIN
di
Indonesia, mengenal tokoh-tokoh agama Khonghucu: Dong Zhong Shu
serta sumbangsih pemikirannya, dan menjelaskan sejarah dan makna
Salam Kebajikan Wei De Dong Tian dan Xian You Yi De. Pada elemen
Kitab Suci, peserta didik menemukan ayat-ayat dalam kitab Sishu
yang menjelaskan Nabi sebagai Mu Duo Tian, menerapkan ayat ‘di
empat penjuru lautan semua saudara’ dalam pergaulan dengan teman
lintas agama dan suku, menemukan ayat suci dalam kitab Sishu dan
Wujing yang berkaitan dengan rasa cinta tanah air, dan menjelaskan
ayat suci tentang Si Wu (Empat Pantangan). Dalam elemen Keimanan,
peserta didik meyakini bahwa sembahyang adalah pokok dari agama,
meyakini keimanan dalam agama Khonghucu baik dari arti iman
berdasarkan karakter huruf maupun pengakuan iman yang pokok
umat Khonghucu (Cheng Xin Zhi Zhi), meyakini Hukum Yin Yang
sebagai dasar hukum alam semesta, menjelaskan konsep Tiga Dasar
Kenyataan (San Cai) Tian, Di, Ren, meyakini sifat-sifat Tian yang Yuan,
Heng, Li, Zhen, meyakini Salam Kebajikan Wei De Dong Tian dan Xian
You Yi De sebagai salam yang diperkenankan Tuhan, dan meyakini
dengan bersembahyang maka akan mendapatkan berkah dari Tuhan
dan Para Leluhur. Pada elemen Tata Ibadah, peserta didik menjelaskan
hari
raya/sembahyang
persembahyangan
agama
kepada
Tian
Khonghucu
dan
Leluhur
dan
(Qing
nilai-nilai
Ming,
hari
persaudaraan, Xin Chun/tahun baru Yinli, Jing Tian Gong, Duan Yang,
Dongzhi,
Zhong
Qiu.
mengidentifikasi
berbagai
perlengkapan
sembahyang di altar Nabi Kongzi, menyusun perlengkapan (piranti)
pada altar Nabi Kongzi pada saat kebaktian di Litang/Miao, melakukan
sembahyang
memuliakan
Para
Shen
Ming
di
Miao/Kelenteng,
mempraktekan cara membersihkan peralatan sembahyang dengan
baik dan benar, menjelaskan waktu persembahyangan sesuai dengan
peredaran musim, dan menjelaskan Makna Hari Wafat Nabi Kongzi.
Dan pada elemen Perilaku Junzi, peserta didik menunjukkan sikap
mencintai sesama manusia dan seluruh makhluk ciptaan Tuhan,
menunjukkan pribadi yang luhur yang cinta tanah air sesuai prinsip
dimana kita hidup di situ kita wajib mengabdi, menunjukan sikap
109
kompak dan saling mendukung tanpa memandang latar belakang
agama, suku, golongan sesuai prinsip ‘Apabila diri sendiri ingin maju
maka bantulah orang lain untuk maju’, menunjukkan sikap mencintai
sesama, menunjukkan sikap hidup tepa salira dan harmonis sebagai
cara menempuh jalan suci di dunia, menunjukkan cara praktik belajar
dengan berdiskusi dan menghargai pendapat orang lain sesuai prinsip
pengajaran yang dilakukan oleh Nabi Kongzi dengan murid-muridnya,
menunjukkan sikap semangat belajar tidak merasa jemu dan mengajar
tidak merasa lelah, melakukan kegiatan atau membuat karya terkait
dengan kebersihan lingkungan, pelestarian alam dengan teman yang
berbeda agama, kunjungan ketempat ibadah agama lain sebagai wujud
syukur dan bakti kepada San Cai, dan mempraktekkan salah satu
prinsip Si Wu dari Wu Lun dalam keseharian.
Fase C berdasarkan Elemen:
Elemen
Capaian Pembelajaran
Sejarah Suci
Peserta didik meyakini Wahyu Tian yang diterima oleh
para Nabi dan raja suci, menceritakan kisah nabi purba
dan raja suci penerima wahyu Tian dan karya-karya
yang ditemukannya, menjelaskan sejarah
perkembangan agama Khonghucu di Indonesia sejak
lahirnya Tionghoa Hwe Koan sebagai
organisasi/kelembagaan Khonghucu di Indonesia
sampai dengan sejarah perkembangan organisasi
MATAKIN di Indonesia, mengenal tokoh-tokoh agama
Khonghucu: Dong Zhong Shu serta sumbangsih
pemikirannya, dan menjelaskan sejarah dan makna
Salam Kebajikan Wei De Dong Tian dan Xian You Yi De.
Kitab Suci
Peserta didik menemukan ayat-ayat dalam kitab Sishu
yang menjelaskan Nabi sebagai Mu Duo Tian,
menerapkan ayat ‘di empat penjuru lautan semua
saudara’ dalam pergaulan dengan teman lintas agama
dan suku, menemukan ayat suci dalam kitab Sishu dan
Wujing yang berkaitan dengan rasa cinta tanah air, dan
menjelaskan ayat suci tentang Si Wu (Empat
Pantangan).
Keimanan
Peserta didik meyakini bahwa sembahyang adalah
pokok dari agama, meyakini keimanan dalam agama
Khonghucu baik dari arti iman berdasarkan karakter
huruf maupun pengakuan iman yang pokok umat
Khonghucu (Cheng Xin Zhi Zhi), meyakini Hukum Yin
Yang sebagai dasar hukum alam semesta, menjelaskan
konsep Tiga Dasar Kenyataan (San Cai) Tian, Di, Ren,
meyakini sifat-sifat Tian yang Yuan, Heng, Li, Zhen,
meyakini Salam Kebajikan Wei De Dong Tian dan Xian
You Yi De sebagai salam yang diperkenankan Tuhan,
dan meyakini dengan bersembahyang maka akan
mendapatkan berkah dari Tuhan dan Para Leluhur
Tata Ibadah
Peserta didik menjelaskan hari raya/sembahyang agama
Khonghucu dan nilai-nilai persembahyangan kepada
110
Elemen
Capaian Pembelajaran
Tian dan Leluhur (Qing Ming, hari persaudaraan, Xin
Chun/tahun baru Yinli, Jing Tian Gong, Duan Yang,
Dongzhi, Zhong Qiu. mengidentifikasi berbagai
perlengkapan sembahyang di altar Nabi Kongzi,
menyusun perlengkapan (piranti) pada altar Nabi Kongzi
pada saat kebaktian di Litang/Miao, melakukan
sembahyang memuliakan Para Shen Ming di
Miao/Kelenteng, mempraktekan cara membersihkan
peralatan sembahyang dengan baik dan benar,
menjelaskan waktu persembahyangan sesuai dengan
peredaran musim, dan menjelaskan Makna Hari Wafat
Nabi Kongzi
Perilaku Junzi
Peserta didik menunjukkan sikap mencintai sesama
manusia dan seluruh makhluk ciptaan Tuhan,
menunjukkan pribadi yang luhur yang cinta tanah air
sesuai prinsip dimana kita hidup di situ kita wajib
mengabdi, menunjukan sikap kompak dan saling
mendukung tanpa memandang latar belakang agama,
suku, golongan sesuai prinsip ‘Apabila diri sendiri ingin
maju maka bantulah orang lain untuk maju’,
menunjukkan sikap mencintai sesama, menunjukkan
sikap hidup tepa salira dan harmonis sebagai cara
menempuh jalan suci di dunia, menunjukkan cara
praktik belajar dengan berdiskusi dan menghargai
pendapat orang lain sesuai prinsip pengajaran yang
dilakukan oleh Nabi Kongzi dengan murid-muridnya,
menunjukkan sikap semangat belajar tidak merasa
jemu dan mengajar tidak merasa lelah, melakukan
kegiatan atau membuat karya terkait dengan kebersihan
lingkungan, pelestarian alam dengan teman yang
berbeda agama, kunjungan ketempat ibadah agama lain
sebagai wujud syukur dan bakti kepada San Cai, dan
mempraktekkan salah satu prinsip Si Wu dari Wu Lun
dalam keseharian.
4. Fase D (Umumnya untuk kelas VII, VIII dan IX SMP/Program Paket B)
Pada akhir Fase D, pelajar mampu menerapkan pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya terhadap
lingkungan sosial, dan alam sekitar.Pelajar memiliki sikap tanggung
jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun,
responsif dan proaktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari
solusi atas berbagai permasalahan sosial dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan berperan aktif dalam menjaga
kelestarian
alam.
Dalam
elemen
Sejarah
Suci,
peserta
didik
menghayati Nabi Kongzi sebagai Tian Zhi Muduo, membuat peta
perjalanan Nabi Kongzi dalam pengembaraannya sebagai Tian Zi Mu
Duo,
mendiskusikan
sikap
dan
perilaku
Nabi
Kongzi
untuk
menerapkan dalam kehidupan sehari-hari, menceritakan kisah Min
Ziqian, menemukan makna tersirat dari rangkaian turunnya wahyu
111
dalam agama Khonghucu, menganalisis peta dan rangkuman sikap
dan kebijaksanaan Nabi Kongzi dalam pengembaraan-nya sebagai Tian
Zi Mu Duo, menelaah Kisah Zhuxi Menelaah kisah raja Zhou Gong
Dan, mengenal Kisah Raja Cheng Tang, mengenal Kisah keteladanan
Jenderal Yue Fei dalam sosok patriotisme dan cinta negara, Dan
menceritakan fase-fase kehidupan Nabi Kongzi. Pada elemen Kitab
Suci, peserta didik menyebutkan ayat suci yang terdapat dalam kitab
Sishu yang berkaitan dengan Tian Zi Mu Duo, menemukan ayat dalam
kitab Wujing yang berkaitan dengan Upacara Persembahyangan,
membuat
Struktur
skematik
isi
kitab
Sishu
dan
Wujing,
mengkorelasikan secara garis besar bagian kitab Sishu dan kitab Xiao
Jing, menemukan ayat suci yang terdapat dalam kitab Wujing (Liji)
tentang persembahyangan kepada Tian, dan menemukan ayat suci
dalam kitab Sishu yang berkaitan dengan upacara Li Yuan. Dalam
elemen Keimanan, peserta didik meyakini ajaran agama sebagai
pembimbing hidup menempuh Jalan suci, meyakini ajaran Khonghucu
adalah wahyu Tian yang diturunkan melalui para nabi, menghayati
makna dan nilai-nilai agama bagi kehidupan manusia, memahami
keimanan yang pokok (Chen Xin Zhi Zhi), menganalisis Pengakuan
Iman Yang Pokok (Chen Xin Zhi Zhi) dalam perilaku sehari-hari,
menganalisis bahwa benih-benih kebajikan watak sejati (Xing) dalam
diri manusia adalah Firman Tian, menegaskan makna bakti kepada
orang tua adalah jalan untuk sujud dan taat kepada Tian. meyakini
bahwa hidup menempuh jalan suci itulah yang diridhoi oleh Tuhan,
meyakini bahwa melakukan sembahyang kepada Tian dan Nabi Kongzi
merupakan kewajiban pokok yang harus selalu dilakukan dengan rutin,
dan menghafal dan menghayati Pengakuan Iman sebagai kalimat yang
wajib diingat dan di laksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Pada
elemen Tata Ibadah, peserta didik menjelaskan definisi, makna, fungsi,
dan tujuan upacara persembahyangan dalam pengajaran agama, Rutin
melaksanakan kebaktian di Lithang/Miao sebagai bentuk kewajiban
terhadap agama yang diimani, mengenal macam-macam tempattempat ibadah umat Khonghucu, mempraktikan cara bersujud kepada
Tian, menguraikan tata cara bersalam dan menghormat, menganalisis
dupa (Xiang) dan Meja Abu (altar) Leluhur, memaksimalkan praktek
upacara sembahyang kepada leluhur, menguraikan penggunaan dupa
dalam sembahyang kepada Tuhan setiap pagi dan sore, menganalisis
112
upacara
sembahyang
kepada
Nabi
Kongzi,
mengenal
upacara
sembahyang kepada Tian, mengenal macam-macam upacara Li Yuan,
memahami makna dan manfaat kebaktian bagi diri sendiri dan umat,
mengenal upacara kepada Para Suci. Dan pada elemen Perilaku Junzi,
peserta didik mengamalkan keimanan yang pokok, mempraktikkan
sikap hati-hati, sungguh-sungguh, rendah hati, sederhana dan suka
mengalah terhadap teman di lingkungan sekolah tanpa memandang
suku dan agama, berpartisipasi aktif dalam kegiatan lintas agama
sebagai bentuk syukur dan terima kasih atas kebijakan pemerintah
yang
memberikan
pelayanan
yang
setara
dengan
agama
lain,
memahami ciri-ciri karakter dan perilaku Junzi, mempraktekkan
Pokok-pokok ajaran moral agama Khonghucu, mempraktekan poinpoin delapan kebajikan (Ba De), melakukan kunjungan ke tempat
ibadah agama lain sebagai bentuk persaudaraan terhadap sesama,
menganalisis makna Kebajikan (De), menetapkan jadual kegiatan
belajar dan menjalankannya dengan konsisten, menghayati pentingnya
pembinaan diri sebagai kewajiban pokok, menunjukkan sikap bakti
(Xiao) kepada Tuhan, Alam, dan orang tua, menunjukkan sikap hidup
rukun dan toleran antar sesama umat beragama, mempraktikkan
sikap mengasihi sesama manusia dan usaha berhenti pada puncak
kebaikan
dari
salah-satu
predikat
yang
disandang,
dan
mempraktikkan hormat dan patuh kepada orang tua di rumah sebagai
bentuk perilaku bakti.
Fase D berdasarkan Elemen:
Elemen
Capaian Pembelajaran
Sejarah Suci
Peserta didik menghayati Nabi Kongzi sebagai Tian Zhi
Muduo, membuat peta perjalanan Nabi Kongzi dalam
pengembaraannya sebagai Tian Zhi Mu Duo,
mendiskusikan sikap dan perilaku Nabi Kongzi untuk
menerapkan dalam kehidupan sehari-hari,
menceritakan kisah Min Ziqian, menemukan makna
tersirat dari rangkaian turunnya wahyu dalam agama
Khonghucu, menganalisis peta dan rangkuman sikap
dan kebijaksanaan Nabi Kongzi dalam pengembaraannya sebagai Tian Zhi Mu Duo, menelaah Kisah Zhuxi
Menelaah kisah raja Zhou Gong Dan, mengenal Kisah
Raja Cheng Tang, mengenal Kisah keteladanan Jenderal
Yue Fei dalam sosok patriotisme dan cinta negara, Dan
menceritakan fase-fase kehidupan Nabi Kongzi.
Kitab Suci
Peserta didik menyebutkan ayat suci yang terdapat
dalam kitab Sishu yang berkaitan dengan Tian Zhi Mu
Duo, menemukan ayat dalam kitab Wujing yang
berkaitan dengan Upacara Persembahyangan, membuat
113
Elemen
Capaian Pembelajaran
Struktur skematik isi kitab Sishu dan Wujing,
mengkorelasikan secara garis besar bagian kitab Sishu
dan kitab Xiao Jing, menemukan ayat suci yang
terdapat dalam kitab Wujing (Liji) tentang
persembahyangan kepada Tian, dan menemukan ayat
suci dalam kitab Sishu yang berkaitan dengan upacara
Li Yuan.
Keimanan
Peserta didik meyakini ajaran agama sebagai
pembimbing hidup menempuh Jalan suci, meyakini
ajaran Khonghucu adalah wahyu Tian yang diturunkan
melalui para nabi, menghayati makna dan nilai-nilai
agama bagi kehidupan manusia, memahami keimanan
yang pokok (Chen Xin Zhi Zhi), menganalisis Pengakuan
Iman Yang Pokok (Chen Xin Zhi Zhi) dalam perilaku
sehari-hari, menganalisis bahwa benih-benih kebajikan
watak sejati (Xing) dalam diri manusia adalah Firman
Tian, menegaskan makna bakti kepada orang tua adalah
jalan untuk sujud dan taat kepada Tian. meyakini
bahwa hidup menempuh jalan suci itulah yang diridhoi
oleh Tuhan, meyakini bahwa melakukan sembahyang
kepada Tian dan Nabi Kongzi merupakan kewajiban
pokok yang harus selalu dilakukan dengan rutin, dan
menghafal dan menghayati Pengakuan Iman sebagai
kalimat yang wajib diingat dan di laksanakan dalam
kehidupan sehari-hari.
Tata Ibadah
Peserta didik menjelaskan definisi, makna, fungsi, dan
tujuan upacara persembahyangan dalam pengajaran
agama, Rutin melaksanakan kebaktian di Lithang/Miao
sebagai bentuk kewajiban terhadap agama yang diimani,
mengenal macam-macam tempat-tempat ibadah umat
Khonghucu, mempraktikan cara bersujud kepada Tian,
menguraikan tata cara bersalam dan menghormat,
menganalisis dupa (Xiang) dan Meja Abu (altar) Leluhur,
memaksimalkan praktek upacara sembahyang kepada
leluhur, menguraikan penggunaan dupa dalam
sembahyang kepada Tuhan setiap pagi dan sore,
menganalisis upacara sembahyang kepada Nabi Kongzi,
mengenal upacara sembahyang kepada Tian, mengenal
macam-macam upacara Li Yuan, memahami makna dan
manfaat kebaktian bagi diri sendiri dan umat, mengenal
upacara kepada Para Suci.
Perilaku Junzi
Peserta didik mengamalkan keimanan yang pokok,
mempraktikkan sikap hati-hati, sungguh-sungguh,
rendah hati, sederhana dan suka mengalah terhadap
teman di lingkungan sekolah tanpa memandang suku
dan agama, berpartisipasi aktif dalam kegiatan lintas
agama sebagai bentuk syukur dan terima kasih atas
kebijakan pemerintah yang memberikan pelayanan yang
setara dengan agama lain, memahami ciri-ciri karakter
dan perilaku Junzi, mempraktekkan Pokok-pokok
ajaran moral agama Khonghucu, mempraktekan poinpoin delapan kebajikan (Ba De), melakukan kunjungan
ke tempat ibadah agama lain sebagai bentuk
persaudaraan terhadap sesama, menganalisis makna
Kebajikan (De), menetapkan jadual kegiatan belajar dan
menjalankannya dengan konsisten, menghayati
pentingnya pembinaan diri sebagai kewajiban pokok,
menunjukkan sikap bakti (Xiao) kepada Tuhan, Alam,
114
Elemen
Capaian Pembelajaran
dan orang tua, menunjukkan sikap hidup rukun dan
toleran antar sesama umat beragama, mempraktikkan
sikap mengasihi sesama manusia dan usaha berhenti
pada puncak kebaikan dari salah-satu predikat yang
disandang, dan mempraktikkan hormat dan patuh
kepada orang tua di rumah sebagai bentuk perilaku
bakti.
5. Fase E (Umumnya untuk kelas X SMA/Program Paket C)
Pada akhir Fase E, pelajar memahami, menerapkan, menganalisis dan
mengevaluasi
pengetahuan
faktual,
metakognitif
berdasarkan
rasa
konseptual,
ingin
prosedural,
dan
tentang
ilmu
tahunya
pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah, mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta
dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan
dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri serta bertindak
secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metoda sesuai
kaidah
keilmuan.
Dalam
elemen
Sejarah
Suci,
peserta
didik
menganalisis karya dan nilai keteladanan para Nabi dan Raja Suci,
menganalisis sejarah masuknya agama Khonghucu, perkembangan,
dan eksistensi agama Khonghucu di Indonesia, dan menceritakan
kisah hidup Zilu, Zigong, dan Gong Ye Chang. Pada elemen Kitab Suci,
peserta didik mengidentifikasi fase perkembagan kitab-kita suci agama
Khonghucu dan menidentifikasi bagian-bagian kitab Wujing. Dalam
elemen Keimanan, peserta didik meyakini kebesaran (jalan suci) Tian,
dan kekuasaan (hukum suci) Tuhan, menganalisis kebesaran dan
kekuasaan Tian atas hidup dan kehidupan di dunia ini, menghayati
makna diturunkannya wahyu Tuhan bagi agama Khonghucu, dan
mengidentifikasi konsep dasar dan prinsip-prinsip Yin Yang. Pada
elemen Tata Ibadah, peserta didik menganalisisis hakikat dan makna
ibadah dan menerapkan persembahyangan kepada Tian. Dan pada
elemen Perilaku Junzi, peserta didik menunjukkan sikap toleran dalam
kehidupan bermasyarakat dan beragama, menganalisis perbedaan dan
pentingnya kerukunan antar umat beragama, dan hidup harmonis
dengan sesama, dan mengidentifikasi hakikat dan sifat dasar manusia.
Fase E berdasarkan Elemen:
115
Capaian Pembelajaran
Elemen
Sejarah Suci
Peserta didik menganalisis karya dan nilai
keteladanan para Nabi dan Raja Suci, menganalisis
sejarah masuknya agama Khonghucu,
perkembangan, dan eksistensi agama Khonghucu
di Indonesia, dan menceritakan kisah hidup Zilu,
Zigong, dan Gong Ye Chang.
Kitab Suci
Peserta didik mengidentifikasi fase perkembagan
kitab-kita suci agama Khonghucu dan
menidentifikasi bagian-bagian kitab Wujing.
Keimanan
Peserta didik meyakini kebesaran (jalan suci) Tian,
dan kekuasaan (hukum suci) Tuhan, menganalisis
kebesaran dan kekuasaan Tian atas hidup dan
kehidupan di dunia ini, menghayati makna
diturunkannya wahyu Tuhan bagi agama
Khonghucu, dan mengidentifikasi konsep dasar dan
prinsip-prinsip Yin Yang.
Tata Ibadah
Peserta didik menganalisisis hakikat dan makna
ibadah dan menerapkan persembahyangan kepada
Tian.
Perilaku Junzi
Peserta didik menunjukkan sikap toleran dalam
kehidupan bermasyarakat dan beragama,
menganalisis perbedaan dan pentingnya kerukunan
antar umat beragama, dan hidup harmonis dengan
sesama, dan mengidentifikasi hakikat dan sifat
dasar manusia.
6. Fase F (Umumnya untuk kelas XI dan XII SMA/Program Paket C)
Pada akhir Fase F, pelajar memahami, menerapkan, menganalisis dan
mengevaluasi
metakognitif
pengetahuan
berdasarkan
faktual,
rasa
konseptual,
ingin
tahunya
prosedural,
tentang
dan
ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan,
kebangsaan,
kenegaraan
dan
peradaban
terkait
penyebab fenomena dan kejadian serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah, mengolah, menalar, menyaji,
dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri,
bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metoda
sesuai kaidah keilmuan, serta dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. Dalam elemen Sejarah Suci,
peserta didik memperjelas Nabi Kongzi sebagai Tian Zhi Mu Duo,
mengamalkan
prinsip-prinsip
moral
yang
diajarkan
Mengzi,
memperjelas peta sejarahperkembangan agama Khonghucu pada
116
zaman Neo Confucianism, memperjelas Kisah Raja Suci Yao dan Shun,
menganalisis situs sejarah agama Khonghucu di Indonesia dan
Tiongkok, mengaitkan kontribusi sejarah ajaran Khonghucu pada
perdamaian dunia, menganalisis kisah Nabi Yiyin, menganalisis
jabatan yang pernah diemban oleh Nabi Kongzi pada zaman Chunqiu.
Pada elemen Kitab Suci, peserta didik memilih seluruh ayat yang
terdapat dalam kitab Sishu yang berkaitan dengan Lima Kebajikan,
memilih seluruh ayat yang terdapat dalam kitab Wujing yang berkaitan
dengan Lima Hubungan Kemasyarakatan, mengamalkan kitab suci
yang
pokok
(Sishu)
dan
kitab
suci
yang
mendasari
(Wujing),
menganalisis seluruh ayat suci yang terdapat dalam kitab Sishu yang
berkaitan dengan cita-cita Nabi Kongzi dan Masyarakat Kebersamaan
Agung (Da Tong). Dalam elemen Keimanan, peserta didik meyakini
persembahyangan kepada Tian, meyakini persembahyangan kepada
Nabi
Kongzi,
meyakini
persembahyangan
kepada
leluhur,
mengamalkan sikap hidup Zhong Shu, menghayati sikap dan karakter
Junzi sebagai pedoman hidup di dunia, dan menghayati bahwa
manusia
sebagai
co
creator
yang
diciptakan
oleh
Tian
untuk
membantu mengharmoniskan seluruh alam semesta. Pada elemen
Tata
Ibadah,
peserta
didik
menampilkan
upacara-upacara
persembahyangan kepada leluhur, menampilkan upacara (sembahyang)
kepada para Suci (Shen Ming), memperjelas upacara persembahyangan
kepada Tian, Nabi dan leluhur, dan menganalisis makna agamis Xin
Chun (tahun baru Kongzi-li) serta kaitannya dengan tradisi dan
budaya.
menetapkan
makna
dan
kategori
seluruh
ritual
persembahyangan agama Khonghucu yang dilakukan dalam satu
tahun
membedakan
atribut
yang
digunakan
oleh
rohaniwan
Khonghucu dalam melakukan persembahyangan. Dan pada elemen
Perilaku Junzi, peserta didik menampilkan perilaku hormat kepada
orang tua sebagai bentuk laku bakti, memberikan sumbangan dana
untuk bakti social bagi saudara sebangsa dan setanah air pada
momentum
Hari
Persaudaraan,
memperjelaskan
nilai-nilai
yang
berkaitan dengan perilaku bakti kepada orang tua, menampilkan
perilaku yang berlandaskan cintakasih dan kebenaran, menganalisis
konsep pembinaan diri sebagai kewajiban pokok setiap manusia,
membuktikan Xiao sebagai pokok kebajikan, mengevaluasi pentingnya
pendidikan dan belajar bagi manusia dalam rangka menggenapi kodrat
117
suci kemanusiaannya, menganalisis makna sikap hidup ‘Tengah
Sempurna’, mengaplikasikan sikap dan perilaku berlandaskan Zhong
dan Shu, menghayati semangat suka belajar, dan mengaplikasikan
konsep Masyarakat Kebersamaan Agung dengan komunitas Lintas
Agama.
Fase F berdasarkan Elemen:
Elemen
Capaian Pembelajaran
Sejarah Suci
Peserta didik memperjelas Nabi Kongzi sebagai Tian Zhi
Mu Duo, mengamalkan prinsip-prinsip moral yang
diajarkan Mengzi, memperjelas peta sejarah
perkembangan agama Khonghucu pada zaman Neo
Confucianism, memperjelas Kisah Raja Suci Yao dan
Shun, menganalisis situs sejarah agama Khonghucu di
Indonesia dan Tiongkok, mengaitkan kontribusi sejarah
ajaran Khonghucu pada perdamaian dunia,
menganalisis kisah Nabi Yiyin, menganalisis jabatan
yang pernah diemban oleh Nabi Kongzi pada zaman
Chunqiu.
Kitab Suci
Peserta didik memilih seluruh ayat yang terdapat dalam
kitab Sishu yang berkaitan dengan Lima Kebajikan,
memilih seluruh ayat yang terdapat dalam kitab Wujing
yang berkaitan dengan Lima Hubungan
Kemasyarakatan, mengamalkan kitab suci yang pokok
(Sishu) dan kitab suci yang mendasari (Wujing),
menganalisis seluruh ayat suci yang terdapat dalam
kitab Sishu yang berkaitan dengan cita-cita Nabi Kongzi
dan Masyarakat Kebersamaan Agung (Da Tong)
Keimanan
Peserta didik meyakini persembahyangan kepada Tian,
meyakini persembahyangan kepada Nabi Kongzi,
meyakini persembahyangan kepada leluhur,
mengamalkan sikap hidup Zhong Shu, menghayati
sikap dan karakter Junzi sebagai pedoman hidup di
dunia, dan menghayati bahwa manusia sebagai co
creator yang diciptakan oleh Tian untuk membantu
mengharmoniskan seluruh alam semesta.
Tata Ibadah
Peserta didik menampilkan upacara-upacara
persembahyangan kepada leluhur, menampilkan
upacara (sembahyang) kepada para Suci (Shen Ming),
memperjelas upacara persembahyangan kepada Tian,
Nabi dan leluhur, dan menganalisis makna agamis Xin
Chun (tahun baru Kongzi-li) serta kaitannya dengan
tradisi dan budaya. menetapkan makna dan kategori
seluruh ritual persembahyangan agama Khonghucu
yang dilakukan dalam satu tahun membedakan atribut
yang digunakan oleh rohaniwan Khonghucu dalam
melakukan persembahyangan
Perilaku Junzi
Peserta didik menampilkan perilaku hormat kepada
orang tua sebagai bentuk laku bakti, memberikan
sumbangan dana untuk bakti social bagi saudara
sebangsa dan setanah air pada momentum Hari
Persaudaraan, memperjelaskan nilai-nilai yang
berkaitan dengan perilaku bakti kepada orang tua,
menampilkan perilaku yang berlandaskan cintakasih
dan kebenaran, menganalisis konsep pembinaan diri
118
Elemen
Capaian Pembelajaran
sebagai kewajiban pokok setiap manusia, membuktikan
Xiao sebagai pokok kebajikan, mengevaluasi pentingnya
pendidikan dan belajar bagi manusia dalam rangka
menggenapi kodrat suci kemanusiaannya, menganalisis
makna sikap hidup ‘Tengah Sempurna’,
mengaplikasikan sikap dan perilaku berlandaskan
Zhong dan Shu, menghayati semangat suka belajar, dan
mengaplikasikan konsep Masyarakat Kebersamaan
Agung dengan komunitas Lintas Agama.
119
III.7.
CAPAIAN
PEMBELAJARAN
MATA
PELAJARAN
PENDIDIKAN
KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA DAN BUDI
PEKERTI
A. Rasional Mata Pelajaran Pendidikan Kepercayaan Terhadap Tuhan
Yang Maha Esa dan Budi Pekerti
Negara Indonesia memiliki dasar negara dan landasan ideologi, yaitu
Pancasila. Pancasila merupakan kristalisasi nilai-nilai budaya Bangsa
Indonesia. Sila pertama yang menjiwai dan meliputi sila-sila dalam
Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Perwujudan sila
pertama itu di antaranya adalah Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang
Maha
Esa
selanjutnya
ditulis
Kepercayaan.
Kepercayaan
itu
merupakan salah satu modal dasar pembangunan nasional yang
meyakini nilai-nilai budaya yang lahir dan rujukan pembentukan
karakter bangsa Indonesia.
Pentingnya pendidikan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa
untuk menjawab tentang sejarah asal usul Kepercayaan Terhadap
Tuhan Yang Maha Esa (Bustami, 2017), makna dan tujuan utama
kehidupan melalui budi pekerti (Sumiyati & Sumarwanto, 2017),
dasarnya Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa (Hernandi,
2017), martabat spiritual, masalah larangan dan kewajiban, dan arti
menjadi manusia. Pendidikan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang
Maha Esa tentang budi pekerti meliputi budi pekerti kepada sesama
makhluk, kepada masyarakat, kepada lingkungan, kepada bangsa
dan negara, serta anjuran serta larangan. Sejarah Kepercayaan
Terhadap Tuhan Yang Maha Esa di Indonesia meliputi asal usul
ajaran, perkembangan Penghayat, dan peran dan sumbangsih dalam
perjuangan dan pergerakan nasional serta pembangunan nasional.
Pelindungan, pelayanan, dan pembinaan negara terhadap Penghayat
menjadi bagian penting materi sejarah. Martabat spiritual meliputi
unsur-unsur dan bentuk martabat spiritual bidang filsafat, seni,
arsitektur, dan ekspresi budaya spiritual.
Pendidikan
Kepercayaan
Terhadap
Tuhan
Yang
Maha
Esa
berkontribusi dalam mempromosikan rasa saling menghormati dan
toleransi
dalam
masyarakat
beragam.
Pendidikan
Kepercayaan
Terhadap Tuhan Yang Maha Esa ini juga menawarkan untuk refleksi
pribadi
untuk
perkembangan
membangun
spiritual
keindonesiaan
nusantara
120
(Basuki,
sehingga
2005)
dan
memperdalam
pemahaman tentang pentingnya nila-nilai kearifan lokal dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara pada situasi keberagaman
global.
B. Tujuan Mata Pelajaran Pendidikan Kepercayaan Terhadap Tuhan
Yang Maha Esa dan Budi Pekerti
Mata Pelajaran Pendidikan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha
Esa bertujuan untuk memastikan peserta didik:
1. Memahami sejarah Kepercayaan terhadap Tuhan YME untuk
mengetahui
keteladanan
tentang
kejujuran
(tokoh,
sosok,
panutan) mengenai perjuangan, pendidikan, dan kemanusiaan;
2. Memiliki kepedulian dalam berbagai persitiwa kehidupan baik
lingkungan dan masyarakat di sekitarnya pada khususnya serta
kehidupan berbangsa dan bernegara pada umumnya, bersikap
disiplin dan bertanggung jawab terhadap tugas dan kewajiban
yang diembannya serta memiliki sikap santun, pemaaf, adi
luhung yang merupakan budaya asli pemahaman dari ajaran budi
pekerti luhur;
3. Memiliki sikap toleransi terhadap sesama manusia untuk bisa
menerima perbedaan pada masyarakat yang beragam baik secara
lokal maupun global dengan cara menyampaikan pendapat secara
santun dan menghargai serta mendengarkan pendapat yang
berbeda sebagai bukti penumbuhan budi pekerti luhur serta
pengembangan kedewasaan diri.
4. Meyakini adanya Tuhan dan Tuhan itu Maha Esa, meyakini
kemahakuasaan Tuhan, mengenal dan mensyukuri karunia
Tuhan berupa alam semesta beserta isinya yang merupakan
ciptaan Tuhan.
5. Mencintai budaya spiritual nusantara dan kearifan lokal masingmasing daerah, serta mampu menunjukkan percaya diri sebagai
pengemban ajaran Kepercayaan warisan leluhur yang proaktif
mempromosikan
penghargaan
kebhinekaan
dan
keragaman
global.
6. Menunjukkan perbuatan baik dan menjauhkan perbuatan buruk
serta mampu menjelaskan pentingnya menunaikan kewajiban
untuk
senantiasa
mendasarkan
budi
luhur
dalam
semua
tindakan dan mencegah perbuatan buruk yang ada di rumah,
sekolah, dan lingkungan sekitarnya.
121
C. Karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan Kepercayaan Terhadap
Tuhan Yang Maha Esa dan Budi Pekerti
Mata pelajaran pendidikan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha
Esa digambarkan dalam 5 elemen pendidikan Kepercayaan Terhadap
Tuhan Yang Maha Esa yang meliputi (1) Sejarah, (2) Keagungan
Tuhan, (3) Budi pekerti, (4) Martabat spiritual, (5) Larangan dan
kewajiban. Secara rinci elemen-elemen Mata Pelajaran Pendidikan
Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah sebagai berikut:
Elemen
Sejarah
Keagungan Tuhan
Budi Pekerti
Martabat Spiritual
Larangan dan
Kewajiban
Deskripsi
Pada elemen ini, peserta didik peserta didik dapat
menguraikan catatan perkembangan sejarah
Kepercayaan terhadap Tuhan YME, serta
mengambil nilai kebijaksanaan dan tauladan dari
sejarah tokoh penghayat Kepercayaan, serta
pelaku dan pejuang Kepercayaan
Pada elemen ini, peserta diarahkan untuk
Memahami kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
sehingga dapat menunjukkan sikap taat kepada
Tuhan Yang Maha Esa bedasarkan pengamatan
terhadap dirinya dan alam sekitar baik secara
mandiri serta penuh percaya diri dan tanggung
jawab dengan menjalankan prilaku perilaku hidup
bersih dan sehat serta sikap santun dan
menghargai sesama manusia. Selain itu peserta
dididk dapa mengakui dan menerima adanya
keterbatasan dalam diri manusia
Pada elemen ini, peserta didik menunjukkan
perilaku budi pekerti luhur dan keteladanan
dengan cara menghayati peran serta dan
sumbangsih penghayat Kepercayaan dalam
kegiatan kemasyarakatan serta di kehidupan
berbangsa dan bernegara.
Pada elemen ini, peserta didik mempelajari
keragaman budaya nusantara dan kearifan lokal,
bentuk-bentuk ritual, serta menunjukkan sikap
religius dengan kecerdasan spiritual.
Pada elemen ini, peserta didik memahami
pentingnya berbuat baik dan menghindari
perbuatan buruk serta melaksanakan kewajiban
dalam Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha
Esa
D. Capaian Pembelajaran Setiap Fase
1. Fase A (Umumnya untuk kelas I dan II SD/Program Paket A)
Peserta didik mampu menerima ajaran Kepercayaan Terhadap
Tuhan Yang Maha Esa yang ditunjukkan dengan budi pekerti
luhur dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru dan
tetangganya dengan cara mengenal dirinya dengan berbagai
122
aturan dalam ajaran Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha
Esa di keluarga, sekolah, dan lingkungan sekitarnya. Peserta didik
juga
dapat
memahami
pengetahuan
faktual
dengan
cara
mengamati dan berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya
sebagai makhluk ciptaan Tuhan dan benda-benda di sekitarnya
baik di rumah maupun di sekolah sehingga menumbuhkan rasa
syukur atas adanya kekuasaan dan keberadaan Tuhan. Selain itu
peserta didik juga mampu memperlihatkan pengetahuan faktual
dalam bahasa yang jelas dalam karya martabat spiritual dalam
tindakan yang mencerminkan anak berperilaku budi pekerti
luhur.
Diakhir fase ini, peserta didik mampu menunjukkan fakta dan
contoh konkret terkait fenomena dan kejadian tampak mata
berdasarkan pengalamannya sehari-hari melaksanakan sikap
budi pekerti luhur, rasa bersyukur kepada Tuhan, serta nilai-nilai
kebaikan
yang
dibawa
dari
rumah
yang
diaplikasikan
di
lingkungan sekolah. Peserta didik juga mampu menunjukkan
sikap budi pekerti luhur dalam lingkungan keluarga dan sekolah.
Fase A Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Sejarah
-
Keagungan Tuhan
Pada akhir Fase A, peserta didik dapat
mengenal kebesaran Tuhan melalui
pengamatan tubuh. Peserta didik dapat
mengenal dan menunjukkan anggota tubuh,
fungsi pancaindra agar dapat menjaga
kebersihan merawat anggota tubuh sebagai
anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa.
Budi Pekerti
Pada akhir Fase A, peserta didik dapat
mengenal budi pekerti. Peserta didik mulai
mengenal hingga menunjukkan sikap-sikap
dalam budi pekerti dalam berinteraksi dengan
keluarga, teman, dan guru.
Martabat Spiritual
Pada akhir Fase A, peserta didik dapat
mengenal rasa bersyukur atas karunia ciptaan
Tuhan dengan cara mengeksplorasi
kecintaanya kepada dirinya orang tua, teman,
dan guru, sebagai bukti ciptaan-Nya dalam
lingkungan yang beragam.
Peserta didik juga dapat mengikuti kegiatan
ritual di tempat/bangunan peribadatan untuk
memahami kapasitas dirinya sebagai ciptaanNya yang patut disyukuri yang dapat berupa
martabat spiritual.
123
Elemen
Capaian Pembelajaran
Larangan dan
Kewajiban
Pada akhir Fase A peserta didik dapat belajar
menahan diri terhadap larangan-larangan yang
terdapat di lingkungan keluarga, teman, dan
guru. Peserta didik dapat menunjukkan
kewajiban dirinya dalam lingkungan keluarga,
guru, dan temannya.
2. Fase B (Umumnya untuk kelas III dan IV SD/Program Paket A)
Peserta
didik
mampu
menerima
dan
menjalankan
ajaran
Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang ditunjukkan
dengan budi pekerti luhur dalam berinteraksi dengan keluarga,
teman, guru dan tetangganya dengan cara mengenal berbagai
aturan dalam ajaran Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha
Esa di keluarga, sekolah, dan lingkungan sekitarnya. Peserta didik
juga
dapat
memahami
pengetahuan
faktual
dengan
cara
mengamati dan bertanya atas kesamaan dan perbedaan dirinya
dengan orang lain atas dasar rasa ingin tahu tentang dirinya dan
orang lain sebagai makhluk ciptaan Tuhan dan benda-benda di
sekitarnya
baik
menumbuhkan
keberadaan
di
rasa
Tuhan.
rumah
maupun
syukur
Selain
atas
itu
di
sekolah
adanya
peserta
sehingga
kekuasaan
didik
juga
dan
mampu
memperlihatkan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas
dan logis dalam karya martabat spiritual dalam tindakan yang
mencerminkan anak berperilaku budi pekerti luhur.
Diakhir fase ini, peserta didik mampu menjelaskan dengan
bernalar kritis sederhana hubungan fakta dan konsep terkait
fenomena dan kejadian tampak mata berdasarkan pengalamannya
sehari-hari
melaksanakan
sikap
budi
pekerti
luhur,
rasa
bersyukur kepada Tuhan, serta nilai-nilai kebaikan yang dibawa
dari rumah yang diaplikasikan di lingkungan sekolah. Peserta
didik juga mampu menunjukkan sikap budi pekerti luhur dalam
lingkungan keluarga dan sekolah serta memahami perbedaan
dirinya dan orang lain dengan melakukan dialog antar Agama dan
Kepercayaan.
Fase B Berdasarkan Elemen
Elemen
Sejarah
Capaian Pembelajaran
Pada akhir Fase B, peserta didik dapat mengenal
asal usul Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang
Maha Esa dengan cara mengenal ajaran
124
Elemen
Capaian Pembelajaran
Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa
serta sejarah penyebaran Kepercayaan Terhadap
Tuhan Yang Maha Esa di Indonesia
Keagungan
Tuhan
Pada akhir Fase B, peserta didik dapat
menunjukkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
dengan cara menunjukkan cara manembah di
lingkungan rumahnya. Peserta didik dapat
mengenal dan mengikuti hari-hari besar
Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Budi Pekerti
Pada akhir Fase B, peserta didik dapat
menunjukkan budi pekerti. Peserta didik mulai
mengenal hingga menunjukkan sikap-sikap
dalam budi pekerti dalam berinteraksi dengan
keluarga, lingkungan sekitarnya, teman, dan
guru serta berdialog antar Agama dan
Kepercayaan
Martabat
Spiritual
Pada akhir Fase B, peserta didik dapat
menunjukkan rasa bersyukur atas karunia
ciptaan Tuhan dengan cara mengeksplorasi
kecintaanya kepada orang tua, teman, dan guru,
bangsa dan negara serta alam sekitarnya sebagai
bukti ciptaan-Nya dalam lingkungan yang
beragam.
Peserta didik juga dapat mengikuti kegiatan ritual
di tempat/bangunan peribadatan untuk
memahami kapasitas dirinya dan penghayat
lainnya sebagai ciptaan-Nya yang patut disyukuri
yang dapat berupa martabat spiritual.
Larangan dan
Kewajiban
Pada akhir Fase B peserta didik dapat belajar
menerima terhadap larangan-larangan yang
terdapat di lingkungan keluarga, teman, dan
guru. Peserta didik dapat menunjukkan
kewajiban dirinya dalam lingkungan keluarga,
guru, dan temannya.
3. Fase C (Umumnya untuk kelas V dan VI SD/Program Paket A)
Peserta didik mampu menjalankan dan menghargai ajaran
Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa sehingga dapat
menunjukkan sikap budi pekerti luhur dalam berinteraksi bukan
hanya dengan keluarga, teman, guru, serta sekolah, bahkan
dengan bangsa dan negaranya sebagai dasar kodrati. Peserta didik
juga bukan hanya memahami pengetahuan faktual, tetapi juga
pengetahuan konseptual dengan cara mengamati, menanya, dan
mencoba berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya sebagai
makhluk ciptaan Tuhan dan benda-benda di sekitarnya baik di
rumah,
sekolah,
menumbuhkan
rasa
serta
syukur
tempat
atas
bermainnya
adanya
sehingga
kekuasaan
dan
keberadaan Tuhan. Selain itu peserta didik juga harus mampu
menyajikan pengetahuan faktual dan konseptual dalam bahasa
125
yang jelas, sistematis, dan logis dalam karya martabat spiritual
melalui tindakan yang mencerminkan anak berperilaku budi
pekerti luhur.
Diakhir fase ini, peserta didik mampu mengunakan nalar kritis
terkait fenomena dan kejadian tampak mata berupa fakta konkret
dan konsep sederhana dalam mengidentifikasi keteladanan ajaran
Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa baik ditingkat
keluarga, tokoh, dan lingkungan sekitarnya sehingga peserta didik
dapat menyimpulkan perbuatan budi pekerti luhur baik di
lingkungan keluarga, teman, guru, serta sekolah bahkan dengan
bangsa dan negaranya. Peserta didik juga mampu menunjukkan
sikap budi pekerti luhur dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan
lingkungan sekitarnya bahkan dengan bangsa dan negaranya
serta memahami perbedaan pendapat dengan cara melakukan
dialog antar Agama dan Kepercayaan.
Fase C Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Sejarah
Pada akhir Fase C, peserta didik dapat mengenal
dan menjelaskan asal usul Kepercayaan Terhadap
Tuhan Yang Maha Esa dengan cara mengenal
ajaran Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha
Esa serta sejarah penyebaran Kepercayaan
Terhadap Tuhan Yang Maha Esa di Indonesia
Keagungan
Tuhan
Pada akhir Fase C, peserta didik dapat
menunjukkan sikap taat kepada Tuhan Yang Maha
Esa bedasarkan pengamatan terhadap dirinya dan
alam sekitar. Peserta didik dapat menunjukkan
perilaku mandiri, percaya diri dan tanggung jawab,
serta menunjukkan perilaku hidup bersih dan
sehat, serta menunjukkan sikap santun dan
menghargai sesama manusia
Budi Pekerti
Pada akhir Fase C, peserta didik dapat
menunjukkan sikap budi pekerti dalam berinteraksi
dengan keluarga, teman, dan guru serta kehidupan
berbangsa dan bernegara.
Kokulikuler: Dialog antar Agama dan Kepercayaan
Martabat
Spiritual
Pada akhir Fase C, peserta didik dapat
menunjukkan perilaku bersyukur atas karunia
ciptaan Tuhan dengan memperlihatkan rasa cinta
kepada sesama manusia, hewan, bangsa, negara
dan alam sekitar sebagai bukti ciptaan-Nya dalam
lingkungan yang beragam.
Peserta didik juga dapat menjalankan kegiatan
ritual di tempat/bangunan peribadatan untuk
memahami kapasitas diri serta lingkungannya
sebagai ciptaan-Nya yang patut disyukuri yang
dapat berupa martabat spiritual dengan menyajikan
salah satu hasil karya Kepercayaan Terhadap
Tuhan Yang Maha Esa.
126
Elemen
Capaian Pembelajaran
Larangan dan
Kewajiban
Pada akhir Fase C peserta didik dapat
mengendalikan dirinya terhadap larangan-larangan
yang terdapat di lingkungan keluarga, teman, guru
dan lingkungan sekitarnya. Peserta didik dapat
menunjukkan kewajiban dalam lingkungan
keluarga, guru, temannya dan lingkungan
sekitarnya.
4. Fase D (Umumnya untuk kelas VII, VII, dan IX SMP/Program
Paket B)
Peserta
didik
mampu
menghargai
dan
menghayati
ajaran
Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa sehingga dapat
menunjukkan sikap budi pekerti luhur dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam pada jangkauan
pergaulan
dan
keberadaannya.
Peserta
didik
juga
mampu
memahami dan menggunakan pengetahuan faktual, konseptual,
dan prosedural berdasarkan rasa ingin tahu tentang ilmu dan
teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak
mata
sehingga
menumbuhkan
rasa
syukur
atas
adanya
kekuasaan dan keberadaan Tuhan. Selain itu, peserta didik juga
harus mampu mengolah, menyajikan, dan menalar dalam ranah
konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan
membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung,
menggambar, dan mengarang) sesuai dengan sudut padang yang
sama dalam ajaran Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Diakhir fase ini, peserta didik mampu menyimpulkan dan
menjelaskan secara nalar pentingnya budi pekerti luhur dalam
ajaran Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa serta
menjelaskan bukti-bukti kemahakuasaan Tuhan dalam berbagai
kehidupan baik itu lingkungan keluarga, teman, guru, serta
sekolah, bahkan di lingkungan berbangsa dan bernegara. Peserta
didik juga mampu menunjukkan sikap budi pekerti luhur dalam
lingkungan keluarga, sekolah, dan lingkungan sekitarnya serta
lingkungan sosial dan alam pada jangkuan pergaulan dan
keberadaannya.
Fase D Berdasarkan Elemen
Elemen
Sejarah
Capaian Pembelajaran
Pada akhir Fase D, peserta didik dapat
mengaitkan sejarah keteladanan tokoh –tokoh
Kepercayaan terhadap Tuhan YME untuk
127
Elemen
Capaian Pembelajaran
meningkatkan nilai penghayatan Kepercayaan.
Peserta didik mengahayati ajaran Kepercayaan
dan mengkontruksi sejarah dan perjuangan
Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa
meliputi keteladanan dan perjuangan pendidikan
dan kemanusiaan menjadi nilai yang
terkristalisasi dalam lingkup pergaulan global
Keagungan
Tuhan
Pada akhir Fase D, peserta didik dapat
menceritakan adanya Tuhan dan Tuhan itu Maha
Esa serta sifat-sifat Tuhan. Peserta didik dapat
menceritakan kemahakuasaan Tuhan dalam
berbagai peristiwa kehidupan. Peserta didik
dapat mengakui dan menerima adanya
keterbatasan dalam diri manusia.
Budi Pekerti
Pada akhir Fase D, peserta didik dapat
Menunjukkan sikap kepedulian dalam berbagai
peristiwa kehidupan dengan lingkungan dan
masyarakat di sekitarnya serta kehidupan
berbangsa dan bernegara.
Martabat
Spiritual
Pada akhir Fase D, peserta didik dapat
memahami dan menjelaskan perilaku bersyukur
atas karunia ciptaan Tuhan dengan
memperlihatkan rasa cinta kepada sesama
makhluk Tuhan sebagai bukti ciptaan-Nya dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara serta
lingkungan yang beragam.
Peserta didik juga dapat memperagakan budaya
lokal daerah yang bersumber dari kearifan lokal
yang dikuasai sebagai wujud rasa bersyukur.
Peserta didik juga dapat menjelaskan Fungsi
budaya nusantara, manfaat pengembangan
budaya ritual, dan Interaksi budaya nusantara
dan budaya global.
Larangan dan
Kewajiban
Pada akhir Fase D, peserta didik dapat
menunjukkan dan menjelaskan perbuatan baik
dan perbuatan buruk.
Peserta didik dapat menjelaskan pentingnya
menunaikan kewajiban dalam Kepercayaan
Terhadap Tuhan Yang Maha Esa
5. Fase E (Umumnya untuk kelas X SMA/Program Paket C)
Peserta didik mampu menghayati ajaran Kepercayaan Terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, sehingga dapat menunjukkan perilaku
budi pekerti luhur yang responsif dan proaktif untuk menjadi
bagian dari solusi atas permasalahan dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta menempatkan diri
sebagai cerminan bangsa dan negara dalam pergaulan keragaman
global. Peserta didik juga mampu menerapkan, menganalisis dan
menilai pengetahuan faktual, konseptual, prosedural serta hasil
kreasinya berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu dan
128
teknologi, seni, budaya terkait penyebab fenomena dan kejadian,
serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian
sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
sehingga menumbuhkan rasa syukur atas adanya kekuasaan dan
keberadaan Tuhan. Peserta didik juga harus mampu mengolah,
menalar, menyajikan hasil analisis dan penilaiannya secara kreatif
dalam ranah konkret dan abstrak terkait dengan pengkajian
ajaran Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa secara
mandiri serta bertindak secara efektif, kreatif, dan mampu
menjalankan ajaran Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa
sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan yang luas dan
beragam.
Peserta didik dapat menjelaskan Sejarah Kepercayaan terhadap
Tuhan YME dan Asal usul kehidupan. Peserta didik dapat
menjelaskan konsep prosedural penumbuhan budi pekerti luhur
dalam dirinya serta penerapan kehidupan. Peserta didik dapat
mendeskripsikan unsur-unsur diri manusia sebagai makhluk
ciptaan Tuhan YME dalam kehidupan dan penghidupannya.
Peserta didik juga dapat mendeskripsikan pola ritual religius
ajaran Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa serta
mencintai nilai kearifan lokal lingkungan hidup dengan kreasi
penerapannya dalam nilai ekospiritual dan teknologi kekinian.
Peserta
didik
dapat
mendeskripsikan
ragam
larangan
dan
kewajiban ajaran Kepercayaannya
Diakhir fase ini, peserta didik mampu mengkomunikasikan hasil
analisis
dan
penilaian
tentang
aspek
sejarah
Kepercayaan
Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dikaitkan dengan keragaman
budaya spiritual nusantara serta makna berbudi pekerti luhur
dalam ajaran Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam
lingkungan yang luas dan beragam.
Fase E Berdasarkan Elemen
Elemen
Sejarah
Capaian Pembelajaran
Pada akhir Fase E, peserta didik dapat
mengamalkan Ajaran Kepercayaannya
Peserta didik dapat mengkomunikasikan sejarah
Kepercayaan terhadap Tuhan YME, dan
Peserta didik juga
dapat memberikan argumentasi pengetahuan
tentang sistem Kepercayaan prosedural asal-usul
129
Elemen
Capaian Pembelajaran
hidup dan kehidupan dengan beberapa teori asal
mula alam semesta.
Keagungan
Tuhan
Pada akhir Fase E, peserta didik dapat menghayati
keagungan Tuhan dengan rasa syukur atas
karunia adanya ciptaan-Nya serta
mendeskripsikan unsur-unsur diri dan kewajiban
manusia sujud syukur sebagai makhluk ciptaan
Tuhan YME,
Budi Pekerti
Pada akhir Fase E, peserta didik dapat
mengamalkan dan mengkomunikasikan konsep
prosedural penumbuhan sikap budi pekerti luhur
dalam dirinya serta penerapannya dalam wujud
sikap tanggungjawab, kerja keras dan peduli
berbagi, sopan -menghargai, santun – menerima
berbeda pendapat, serta sikap taat azas –
terpercaya dalam kehidupannya berbangsa dan
bernegara berdasarkan nilai nilai Pancasila
Martabat
Spiritual
Pada akhir Fase E, peserta didik dapat menghayati
dan mendeskripsikan pola ritual religius ajaran
Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa di
daerahnya serta mencintai nilai kearifan lokal
lingkungan hidup
Peserta didik mengamalkan nilai religius spiritual
melalui kreasi penerpan nilai ekospiritual dan
teknologi kekinian dalam kehidupan dan
penghidupan.
Larangan dan
Kewajiban
Pada akhir Fase E peserta didik dapat menghayati
dan mengamalkan perbuatan baik menerapkan
ajaran Kepercayaannya. Peserta didik dapat
mendeskripsikan ragam larangan dan kewajiban
ajaran Kepercayaannya
6. Fase F (Umumnya untuk kelas XI dan XII SMA/Program Paket C)
Peserta didik mampu menghayati ajaran Kepercayaan Terhadap
Tuhan Yang Maha Esa sehingga dapat menunjukkan perilaku
budi pekerti luhur yang responsif dan proaktif untuk menjadi
bagian dari solusi atas permasalahan dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta menempatkan diri
sebagai cerminan bangsa dan negara dalam pergaulan keragaman
global. Peserta didik juga mampu menerapkan, menganalisis dan
menilai
pengetahuan
faktual,
konseptual,
prosedural,
serta
metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang tentang ilmu
dan teknologi, seni, budaya terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
kajian sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah sehingga menumbuhkan rasa syukur atas adanya
kekuasaan dan keberadaan Tuhan. Peserta didik juga harus
130
mampu mengolah, menalar, menyajikan dan menciptakan dalam
ranah konkret dan abstrak terkait dengan pengembangan ajaran
Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa secara mandiri
serta bertindak secara efektif, kreatif, dan mampu menjalankan
ajaran Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai
dengan situasi dan kondisi lingkungan yang luas dan beragam.
Pesert
didik
dapat
mengkreasi
Perjuangan
dan
eksistensi
Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa di daerahnya serta
mendeskripsikan nilai-nilai keteladanan tokoh Kepercayaan dalam
lingkungan masyarakat, bangsa dan negara. Peserta didik dapat
mendeskripsikan makna kebaikan, bertanggung jawab, percaya
diri,
mengamalkan
sikap
santun,
sabar
dan
pemaaf;
dan
menyajikan praktik pengamalan nilai-nilai keteladanan berbudi
pekerti luhur dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan
bernegara.
Peserta
didik
dapat
mendeskripsikan
pentingya
perilaku bersyukur atas karunia dan rasa cinta kepada sesama
makhluk ciptaan Tuhan. Peserta didik dapat menjelaskan konsep
hubungan antara manusia dengan Tuhan dan alam semesta.
Peserta didik mampu mengevaluasi kecerdasan spiritual dan
kearifan local serta mengekspresikan wujud cinta budaya spiritual
nusantara dengan membuat karya ilmiah dan atau atraksi
kebudayaan. Peserta didik dapat menyajikan hasil analisis
tahapan prosedural pencapaian menjalankan kewajiban dan
tahapan menghindari larangan dalam Kepercayaan Terhadap
Tuhan Yang Maha Esa
Diakhir fase ini, peserta didik mampu menghasilkan gagasan dan
ide untuk mengkomunikasikan hasil kreasi dan penilaian tentang
makna berbudi pekerti luhur dalam ajaran Kepercayaan Terhadap
Tuhan Yang Maha Esa dalam lingkungan yang luas dan beragam.
Peserta didik juga mampu menunjukkan sikap budi pekerti luhur
dalam lingkungan sosial dan alam serta menempatkan diri
sebagai cerminan kehidupan berbangsa dan bernegara dalam
pergaulan keragaman global.
Fase F Berdasarkan Elemen
Elemen
Sejarah
Capaian Pembelajaran
Pada akhir Fase F, peserta didik dapat memberikan
argumentasi pengetahuan tentang prosedural asalusul hidup dan kehidupan dengan beberapa teori
131
Elemen
Capaian Pembelajaran
asal mula alam semesta.
Peserta didik mengkontruksi sejarah dan
perjuangan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang
Maha Esa meliputi keteladanan dan perjuangan
pendidikan dan kemanusiaan menjadi nilai yang
terkristalisasi dalam lingkup pergaulan global.
Keagungan
Tuhan
Pada akhir Fase F, peserta didik dapat menjelaskan
hubungan Tuhan YME dengan asal-usul adanya
sesuatu serta hidup dan kehidupan.
Peserta didik dapat menjelaskan hubungan antara
manusia dan Tuhan melalui pengenalan dirinya
sebagai ciptaan-Nya, menyadari percikan energi
semesta dan KeiIIahian dalam diri untuk
kepentingn sesama manusia, yang selaras dengan
hukum alam semesta
Budi Pekerti
Pada akhir Fase F, peserta didik dapat membangun
nilai-nilai Luhur Keindonesiaan baik dalam
lingkungan maupun dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara.
Pada akhir pembelajaran peserta didik dapat
mengamalkan dan meneladankan pribadi mandiri
bertanggung jawab, sikap saling mengasihi sesama
mahkluk, dan sikap memayu hayuning bawono
(menjaga dan melestarikan alam semesta) di
lingkungan hidupnya.
Martabat
Spiritual
Pada akhir Fase F, peserta didik dapat
mengamalkan sikap pelajar sepanjang hayat yang
memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai
dengan nilai-nilai Pancasila,
Peserta didik dapat mengembangkan sikap saling
mengasihi antar sesama hidup dalam kehidupan
sehari-hari dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara serta keragaman global tanpa kehilangan
jati diri penghayat dan ke-Indonesiaannya.
Peserta didik dapat menerima dan memahami
bisikan hati nurani dan tanggap terhadap tandatanda alam dalam upaya mencapai keselarasan
hidup lahir dan batin.
Larangan dan
Kewajiban
Pada akhir Fase F, peserta didik dapat
mengamalkan ajaran Kepercayaan
Peserta didik dapat memahami, menghadapi, dan
mengatasi berbagai masalah dan tantangan hidup
dengan kematangan jiwa dalam pengamalan budi
pekerti luhur.
132
IV. CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN MATEMATIKA
A. Rasional Mata Pelajaran Matematika
Matematika merupakan ilmu atau pengetahuan tentang belajar atau
berpikir logis yang sangat dibutuhkan manusia untuk hidup yang
mendasari perkembangan teknologi modern. Matematika mempunyai
peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya
pikir manusia. Matematika dipandang sebagai materi pembelajaran
yang harus dipahami sekaligus sebagai alat konseptual untuk
mengonstruksi dan merekonstruksi materi tersebut, mengasah, dan
melatih kecakapan berpikir yang dibutuhkan untuk memecahkan
masalah dalam kehidupan. Belajar matematika dapat meningkatkan
kemampuan peserta didik dalam berpikir logis, analitis, sistematis,
kritis, dan kreatif. Kompetensi tersebut diperlukan agar pembelajar
memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan
informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah,
penuh dengan ketidakpastian, dan bersifat kompetitif.
Mata Pelajaran Matematika membekali peserta didik tentang cara
berpikir, bernalar, dan berlogika melalui aktivitas mental tertentu
yang membentuk alur berpikir berkesinambungan dan berujung
pada pembentukan alur pemahaman terhadap materi pembelajaran
matematika berupa fakta, konsep, prinsip, operasi, relasi, masalah,
dan solusi matematis tertentu yang bersifat formal-universal. Proses
mental tersebut dapat memperkuat disposisi peserta didik untuk
merasakan makna dan manfaat matematika dan belajar matematika
serta nilai- nilai moral dalam belajar Mata Pelajaran Matematika,
meliputi
kebebasan,
kemahiran,
penaksiran,
keakuratan,
kesistematisan, kerasionalan, kesabaran, kemandirian, kedisiplinan,
ketekunan, ketangguhan, kepercayaan diri, keterbukaan pikiran,
dan kreativitas. Dengan demikian relevansinya dengan profil pelajar
Pancasila,
Mata
Pelajaran
Matematika
ditujukan
untuk
mengembangkan kemandirian, kemampuan bernalar kritis, dan
kreativitas peserta didik. Adapun materi pembelajaran pada Mata
Pelajaran Matematika di setiap jenjang pendidikan dikemas melalui
bidang kajian Bilangan, Aljabar, Pengukuran, Geometri, Analisis
Data dan Peluang, dan Kalkulus (sebagai pilihan untuk kelas XI dan
XII).
133
B. Tujuan Mata Pelajaran Matematika
Mata Pelajaran Matematika bertujuan untuk membekali peserta
didik agar dapat:
1. memahami
konsep,
materi
prinsip,
pembelajaran
operasi,
matematika
dan
relasi
berupa
matematis
fakta,
dan
mengaplikasikannya secara luwes, akurat, efisien, dan tepat
dalam pemecahan masalah matematis (pemahaman matematis
dan kecakapan prosedural),
2. menggunakan
penalaran
pada
pola
dan
sifat,
melakukan
manipulasi matematis dalam membuat generalisasi, menyusun
bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika
(penalaran dan pembuktian matematis),
3. memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami
masalah, merancang model matematis, menyelesaikan model
atau menafsirkan solusi yang diperoleh (pemecahan masalah
matematis).
4. mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau
media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, serta
menyajikan suatu situasi ke dalam simbol atau model matematis
(komunikasi dan representasi matematis),
5. mengaitkan materi pembelajaran matematika berupa fakta,
konsep, prinsip, operasi, dan relasi matematis pada suatu bidang
kajian, lintas bidang kajian, lintas bidang ilmu, dan dengan
kehidupan (koneksi matematis), dan
6. memiliki
sikap
menghargai
kegunaan
matematika
dalam
kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat
dalam mempelajari matematika, serta sikap kreatif, sabar,
mandiri, tekun, terbuka, tangguh, ulet, dan percaya diri dalam
pemecahan masalah (disposisi matematis).
C.
Karakteristik Mata Pelajaran Matematika
Mata Pelajaran Matematika diorganisasikan dalam lingkup lima
elemen konten (dengan tambahan 1 elemen sebagai pilihan untuk
kelas XI dan XII) dan lima elemen proses.
1. Elemen konten dalam Mata Pelajaran Matematika terkait dengan
pandangan bahwa matematika sebagai materi pembelajaran
(subject matter) yang harus dipahami peserta didik. Pemahaman
134
matematis terkait erat dengan pembentukan alur pemahaman
terhadap materi pembelajaran matematika berupa fakta, konsep,
prinsip, operasi, dan relasi yang bersifat formal-universal.
Elemen
Deskripsi
Bilangan
Bidang kajian Bilangan membahas tentang angka
sebagai simbol bilangan, konsep bilangan, operasi
hitung bilangan, dan relasi antara berbagai operasi
hitung bilangan dalam subelemen representasi visual,
sifat urutan, dan operasi
Aljabar
Bidang kajian Aljabar membahas tentang aljabar nonformal dalam bentuk simbol gambar sampai dengan
aljabar formal dalam bentuk simbol huruf yang
mewakili bilangan tertentu dalam subelemen
persamaan dan pertidaksamaan, relasi dan pola
bilangan, serta rasio dan proporsi.
Pengukuran
Bidang kajian Pengukuran membahas tentang
besaran- besaran pengukuran, cara mengukur
besaran tertentu, dan membuktikan prinsip atau
teorema terkait besaran tertentu dalam subelemen
pengukuran besaran geometris dan non-geometris.
Geometri
Bidang kajian Geometri membahas tentang berbagai
bentuk bangun datar dan bangun ruang baik dalam
kajian Euclides maupun Non-Euclides serta ciricirinya dalam subelemen geometri datar dan geometri
ruang.
Analisis Data
dan Peluang
Bidang kajian Analisis Data dan Peluang membahas
tentang pengertian data, jenis-jenis data, pengolahan
data dalam berbagai bentuk representasi, dan analisis
data kuantitatif terkait pemusatan dan penyebaran
data serta peluang munculnya suatu data atau kejadian
tertentu dalam subelemen data dan representasinya,
serta ketidakpastian dan peluang.
Kalkulus
(sebagai
pilihan untuk
kelas XI dan
XII)
Bidang kajian Kalkulus membahas tentang laju
perubahan sesaat dari suatu fungsi kontinu, dan
mencakup topik limit, diferensial, dan integral, serta
penggunaannya.
2. Elemen proses dalam mata pelajaran Matematika terkait dengan
pandangan bahwa matematika sebagai alat konseptual untuk
mengonstruksi
dan
merekonstruksi
materi
pembelajaran
matematika berupa aktivitas mental yang membentuk alur
berpikir dan alur pemahaman yang dapat mengembangkan
kecakapan- kecakapan.
135
Elemen
Deskripsi
Penalaran
dan
Pembuktian
Matematis
Penalaran terkait dengan proses penggunaan pola
hubungan dalam menganalisis situasi untuk
menyusun serta menyelidiki praduga. Pembuktian
matematis terkait proses membuktikan kebenaran
suatu prinsip, rumus, atau teorema tertentu.
Pemecahan
Masalah
Matematis
Pemecahan masalah matematis terkait dengan proses
penyelesaian masalah matematis atau masalah seharihari dengan cara menerapkan dan mengadaptasi
berbagai strategi yang efektif. Proses ini juga
mencakup konstruksi dan rekonstruksi pemahaman
matematika melalui pemecahan masalah.
Komunikasi
Komunikasi matematis terkait dengan pembentukan
alur pemahaman materi pembelajaran matematika
melalui cara mengomunikasikan pemikiran matematis
menggunakan bahasa matematis yang tepat.
Komunikasi matematis juga mencakup proses
menganalisis dan mengevaluasi pemikiran matematis
orang lain.
Representasi
Matematis
Representasi matematis terkait dengan proses
membuat dan menggunakan simbol, tabel, diagram,
atau bentuk lain untuk mengomunikasikan gagasan
dan pemodelan matematika. Proses ini juga mencakup
fleksibilitas dalam mengubah dari satu bentuk
representasi ke bentuk representasi lainnya, dan
memilih representasi yang paling sesuai untuk
memecahkan masalah.
Koneksi
Matematis
Koneksi matematis terkait dengan proses mengaitkan
antar materi pembelajaran matematika pada suatu
bidang kajian, lintas bidang kajian, lintas bidang
ilmu, dan dengan kehidupan.
D. Capaian Pembelajaran Matematika Setiap Fase
1. Fase A (Umumnya untuk kelas I dan II SD/MI/Program Paket A)
Pada akhir fase A, peserta didik dapat menunjukkan pemahaman
dan memiliki intuisi bilangan (number sense) pada bilangan cacah
sampai 100, termasuk melakukan komposisi (menyusun) dan
dekomposisi
(mengurai)
bilangan
tersebut.
Mereka
dapat
melakukan operasi penjumlahan dan pengurangan pada bilangan
cacah sampai 20, dan dapat memahami pecahan setengah dan
seperempat. Mereka dapat mengenali, meniru, dan melanjutkan
pola-pola
bukan
bilangan.
Mereka
dapat
membandingkan
panjang, berat, dan durasi waktu, serta mengestimasi panjang
menggunakan satuan tidak baku.
Peserta didik dapat mengenal berbagai bangun datar dan bangun
ruang, serta dapat menyusun dan mengurai bangun datar.
Mereka dapat menentukan posisi benda terhadap benda lain.
136
Peserta didik dapat mengurutkan, menyortir, mengelompokkan,
membandingkan, dan menyajikan data menggunakan turus dan
piktogram paling banyak 4 kategori.
Fase A Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Bilangan
Pada akhir fase A, peserta didik menunjukkan
pemahaman dan memiliki intuisi bilangan (number
sense) pada bilangan cacah sampai 100, mereka dapat
membaca,
menulis,
menentukan
nilai
tempat,
membandingkan,
mengurutkan,
serta
melakukan
komposisi (menyusun) dan dekomposisi (mengurai)
bilangan.
Peserta didik dapat melakukan operasi penjumlahan dan
pengurangan menggunakan benda-benda konkret yang
banyaknya sampai 20.
Peserta didik menunjukkan pemahaman pecahan
sebagai bagian dari keseluruhan melalui konteks
membagi sebuah benda atau kumpulan benda sama
banyak, pecahan yang diperkenalkan adalah setengah
dan seperempat.
Aljabar
Pada akhir Fase A, peserta didik dapat menunjukan
pemahaman makna simbol matematika "=" dalam suatu
kalimat matematika yang terkait dengan penjumlahan
dan pengurangan bilangan cacah sampai 20
menggunakan gambar. Contoh:
Peserta didik dapat mengenali, meniru, dan melanjutkan
pola bukan bilangan (misalnya, gambar, warna, suara)
Pengukuran
Pada akhir Fase A, peserta didik dapat membandingkan
panjang dan berat benda secara langsung, dan
membandingkan durasi waktu. Mereka dapat mengukur
dan mengestimasi panjang benda menggunakan satuan
tidak baku.
Geometri
Pada akhir Fase A, peserta didik dapat mengenal
berbagai bangun datar (segitiga, segiempat, segibanyak,
lingkaran) dan bangun ruang (balok, kubus, kerucut,
dan bola). Mereka dapat menyusun (komposisi) dan
mengurai (dekomposisi) suatu bangun datar (segitiga,
segiempat, dan segibanyak). Peserta didik juga dapat
menentukan posisi benda terhadap benda lain (kanan,
kiri, depan belakang).
Analisis
Data dan
Peluang
Pada akhir fase A, peserta didik dapat mengurutkan,
menyortir, mengelompokkan, membandingkan, dan
menyajikan
data
dari
banyak
benda
dengan
menggunakan turus dan piktogram paling banyak 4
kategori.
137
2. Fase B (Umumnya untuk kelas III dan IV SD/MI/Program Paket A)
Pada akhir fase B, peserta didik dapat menunjukkan pemahaman
dan intuisi bilangan (number sense) pada bilangan cacah sampai
10.000. Mereka dapat melakukan operasi penjumlahan dan
pengurangan bilangan cacah sampai 1.000, dapat melakukan
operasi perkalian dan pembagian bilangan cacah, dapat mengisi
nilai yang belum diketahui dalam sebuah kalimat matematika,
dan dapat mengidentifikasi, meniru, dan mengembangkan pola
gambar atau obyek sederhana dan pola bilangan yang berkaitan
dengan penjumlahan dan pengurangan bilangan cacah sampai
100. Mereka dapat menyelesaikan masalah berkaitan dengan
kelipatan
dan
menggunakan
faktor,
ribuan
masalah
berkaitan
sebagai
satuan.
dengan
uang
Mereka
dapat
membandingkan dan mengurutkan antar-pecahan, serta dapat
mengenali
pecahan
senilai.
Mereka
dapat
menunjukkan
pemahaman dan intuisi bilangan (number sense) pada bilangan
desimal, dan dapat menghubungkan pecahan desimal dan
perseratusan dengan persen.
Peserta
didik
dapat
mengukur
panjang
dan
berat
benda
menggunakan satuan baku, dan dapat menentukan hubungan
antar-satuan
baku
panjang.
Mereka
dapat
mengukur
dan
mengestimasi luas dan volume menggunakan satuan tidak baku
dan satuan baku berupa bilangan cacah.
Peserta didik dapat mendeskripsikan ciri berbagai bentuk bangun
datar
dan
dapat
menyusun
(komposisi)
dan
mengurai
(dekomposisi) berbagai bangun datar dengan satu cara atau lebih
jika memungkinkan.
Peserta didik dapat mengurutkan, membandingkan, menyajikan,
menganalisis dan menginterpretasi data dalam bentuk tabel,
diagram gambar, piktogram, dan diagram batang (skala satu
satuan).
138
Fase B Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Bilangan
Pada akhir fase B, peserta didik menunjukkan
pemahaman dan intuisi bilangan (number sense) pada
bilangan cacah sampai 10.000. Mereka dapat membaca,
menulis, menentukan nilai tempat, membandingkan,
mengurutkan, menggunakan nilai tempat, melakukan
komposisi dan dekomposisi bilangan tersebut. Mereka
juga dapat menyelesaikan masalah berkaitan dengan
uang menggunakan ribuan sebagai satuan.peserta didik
dapat melakukan operasi penjumlahan dan pengurangan
bilangan cacah sampai 1.000. Mereka dapat melakukan
operasi perkalian dan pembagian bilangan cacah sampai
100 menggunakan benda-benda konkret, gambar dan
simbol matematika. Mereka juga dapat menyelesaikan
masalah berkaitan dengan kelipatan dan faktor.
Peserta didik dapat membandingkan dan mengurutkan
antar-pecahan dengan pembilang satu (misalnya, , , )
dan antar-pecahan dengan penyebut yang sama
(misalnya,
, , ). Mereka dapat mengenali pecahan
senilai menggunakan gambar dan simbol matematika.
Peserta didik menunjukkan pemahaman dan intuisi
bilangan (number sense) pada bilangan desimal. Mereka
dapat menyatakan pecahan desimal persepuluhan dan
perseratusan, serta menghubungkan pecahan desimal
perseratusan dengan konsep persen.
Aljabar
Pada akhir Fase B, peserta didik dapat mengisi nilai yang
belum diketahui dalam sebuah kalimat matematika yang
berkaitan dengan penjumlahan dan pengurangan pada
bilangan cacah sampai 100 (contoh: 10 + … = 19, 19 - …
= 10 )
Peserta didik dapat mengidentifikasi, meniru, dan
mengembangkan pola gambar atau obyek sederhana dan
pola bilangan membesar dan mengecil yang melibatkan
penjumlahan dan pengurangan pada bilangan cacah
sampai 100.
Pengukuran
Pada akhir Fase B, peserta didik dapat mengukur
panjang dan berat benda menggunakan satuan baku.
Mereka dapat menentukan hubungan antar-satuan baku
panjang (cm, m). Mereka dapat mengukur dan
mengestimasi luas dan volume menggunakan satuan
tidak baku dan satuan baku berupa bilangan cacah.
Geometri
Pada akhir Fase B, peserta didik dapat mendeskripsikan
ciri berbagai bentuk bangun datar (segiempat, segitiga,
segibanyak). Mereka dapat menyusun (komposisi) dan
mengurai (dekomposisi) berbagai bangun datar dengan
lebih dari satu cara jika memungkinkan.
Analisa Data
dan Peluang
Pada akhir fase B, peserta didik dapat mengurutkan,
membandingkan,
menyajikan,
menganalisis
dan
menginterpretasi data dalam bentuk tabel, diagram
gambar, piktogram, dan diagram batang (skala satu
satuan).
139
3. Fase C (Umumnya untuk kelas V dan VI SD/MI/Program Paket A)
Pada akhir fase C, peserta didik dapat menunjukkan pemahaman
dan intuisi bilangan (number sense) pada bilangan cacah dengan
1.000.000. Mereka dapat melakukan operasi aritmetika pada
bilangan cacah sampai 100.000. Mereka dapat membandingkan
dan
mengurutkan
penjumlahan
dan
berbagai
pecahan,
pengurangan
melakukan
pecahan,
serta
operasi
melakukan
operasi perkalian dan pembagian pecahan dengan bilangan asli.
Mereka
dapat
membandingkan
dan
mengurutkan
bilangan
desimal dan mengubah pecahan menjadi desimal. Mereka dapat
mengisi nilai yang belum diketahui dalam sebuah kalimat
matematika yang berkaitan dengan operasi aritmetika pada
bilangan cacah sampai 1000. Mereka dapat menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan KPK dan FPB dan masalah yang
berkaitan dengan uang. Mereka dapat mengidentifikasi, meniru,
dan mengembangkan pola bilangan membesar yang melibatkan
perkalian
dan
pembagian.
Mereka
dapat
bernalar
secara
proporsional dan menggunakan operasi perkalian dan pembagian
dalam menyelesaikan masalah sehari-hari dengan rasio dan atau
yang terkait dengan proporsi.
Peserta didik dapat menentukan keliling dan luas beberapa bentuk
bangun datar dan gabungannya. Mereka dapat mengonstruksi dan
mengurai
beberapa
bangun
ruang
dan
gabungannya,
dan
mengenali visualisasi spasial. Mereka dapat membandingkan
karakteristik antar bangun datar dan antar bangun ruang. Mereka
dapat menentukan lokasi pada peta yang menggunakan sistem
berpetak.
Peserta didik dapat mengurutkan, membandingkan, menyajikan,
dan menganalisis data banyak benda dan data hasil pengukuran
dalam bentuk beberapa visualisasi dan dalam tabel frekuensi
untuk
mendapatkan
informasi.
Mereka
dapat
menentukan
kejadian dengan kemungkinan yang lebih besar dalam suatu
percobaan acak.
140
Fase C Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Bilangan
Pada akhir fase C, peserta didik dapat menunjukkan
pemahaman dan intuisi bilangan (number sense) pada
bilangan cacah sampai 1.000.000. Mereka dapat
membaca,
menulis,
menentukan
nilai
tempat,
membandingkan, mengurutkan, melakukan komposisi
dan dekomposisi bilangan tersebut. Mereka juga dapat
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan uang.
Mereka
dapat
melakukan
operasi
penjumlahan,
pengurangan, perkalian, dan pembagian bilangan cacah
sampai 100.000. Mereka juga dapat menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan KPK dan FPB.
Peserta didik dapat membandingkan dan mengurutkan
berbagai pecahan termasuk pecahan campuran,
melakukan operasi penjumlahan dan pengurangan
pecahan, serta melakukan operasi perkalian dan
pembagian pecahan dengan bilangan asli. Mereka dapat
mengubah
pecahan
menjadi
desimal,
serta
membandingkan dan mengurutkan bilangan desimal
(satu angka di belakang koma)
Aljabar
Pada akhir fase C, peserta didik dapat mengisi nilai yang
belum diketahui dalam sebuah kalimat matematika yang
berkaitan dengan penjumlahan, pengurangan, perkalian,
dan pembagian pada bilangan cacah sampai 1000
(contoh : 10 x … = 900, dan 900 : … = 10)
Peserta didik dapat mengidentifikasi, meniru, dan
mengembangkan pola bilangan membesar dan mengecil
yang melibatkan perkalian dan pembagian. Mereka dapat
bernalar secara proporsional untuk menyelesaikan
masalah sehari-hari dengan rasio satuan. Mereka dapat
menggunakan operasi perkalian dan pembagian dalam
menyelesaikan masalah sehari-hari yang terkait dengan
proporsi.
Pengukuran
Pada akhir fase C, peserta didik dapat menentukan
keliling dan luas berbagai bentuk bangun datar (segitiga,
segiempat, dan segibanyak) serta gabungannya. Mereka
dapat menghitung durasi waktu dan mengukur besar
sudut.
Geometri
Pada akhir fase C, peserta didik dapat mengonstruksi
dan mengurai bangun ruang (kubus, balok, dan
gabungannya) dan mengenali visualisasi spasial (bagian
depan,
atas,
dan
samping).
Mereka
dapat
membandingkan karakteristik antar bangun datar dan
antar bangun ruang. Mereka dapat menentukan lokasi
pada peta yang menggunakan sistem berpetak.
Analisa Data
dan Peluang
Pada akhir fase C, peserta didik dapat mengurutkan,
membandingkan, menyajikan, dan menganalisis data
banyak benda dan data hasil pengukuran dalam bentuk
gambar, piktogram, diagram batang, dan tabel frekuensi
untuk
mendapatkan
informasi.
Mereka
dapat
menentukan kejadian dengan kemungkinan yang lebih
besar dalam suatu percobaan acak.
141
4. Fase D (Umumnya untuk kelas VII, VIII dan IX SMP/MTs/Paket B)
Pada akhir fase D, peserta didik dapat menyelesaikan masalah
kontekstual peserta didik dengan menggunakan konsep-konsep
dan keterampilan matematika yang dipelajari pada fase ini.
Mereka mampu mengoperasikan secara efisien bilangan bulat,
bilangan rasional dan irasional, bilangan desimal, bilangan
berpangkat bulat dan akar, bilangan dalam notasi ilmiah;
melakukan pemfaktoran bilangan prima, menggunakan faktor
skala, proporsi dan laju perubahan. Mereka dapat menyajikan dan
menyelesaikan persamaan dan pertidaksamaan linier satu variabel
dan sistem persamaan linier dengan dua variabel dengan beberapa
cara, memahami dan menyajikan relasi dan fungsi. Mereka dapat
menentukan luas permukaan dan volume bangun ruang (prisma,
tabung, bola, limas dan kerucut) untuk menyelesaikan masalah
yang
terkait,
menjelaskan
pengaruh
perubahan
secara
proporsional dari bangun datar dan bangun ruang terhadap
ukuran panjang, luas, dan/atau volume. Mereka dapat membuat
jaring-jaring bangun ruang (prisma, tabung, limas dan kerucut)
dan membuat bangun ruang tersebut dari jaring-jaringnya.
Mereka dapat menggunakan sifat-sifat hubungan sudut terkait
dengan garis transversal, sifat kongruen dan kesebangunan pada
segitiga dan segiempat. Mereka dapat menunjukkan kebenaran
teorema
Pythagoras
dan
menggunakannya.
Mereka
dapat
melakukan transformasi geometri tunggal di bidang koordinat
Kartesius. Mereka dapat membuat dan menginterpretasi diagram
batang dan diagram lingkaran. Mereka dapat mengambil sampel
yang mewakili suatu populasi, menggunakan mean, median,
modus, range untuk menyelesaikan masalah; dan menginvestigasi
dampak perubahan data terhadap pengukuran pusat. Mereka
dapat
menjelaskan
dan
menggunakan
pengertian
peluang,
frekuensi relatif dan frekuensi harapan satu kejadian pada suatu
percobaan sederhana.
142
Fase D Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian
Pembelajaran
Bilangan
Di akhir fase D, peserta didik dapat membaca, menulis,
dan membandingkan bilangan bulat, bilangan rasional
dan irasional, bilangan desimal, bilangan berpangkat
bulat dan akar, bilangan dalam notasi ilmiah. Mereka
dapat menerapkan operasi aritmetika pada bilangan
real, dan memberikan estimasi/perkiraan dalam
menyelesaikan masalah (termasuk berkaitan dengan
literasi finansial).
Peserta didik dapat menggunakan faktorisasi prima dan
pengertian rasio (skala, proporsi, dan laju perubahan)
dalam penyelesaian masalah.
Aljabar
Di akhir fase D peserta didik dapat mengenali,
memprediksi dan menggeneralisasi pola dalam bentuk
susunan
benda
dan
bilangan.
Mereka
dapat
menyatakan suatu situasi ke dalam bentuk aljabar.
Mereka
dapat
menggunakan
sifat-sifat
operasi
(komutatif,
asosiatif,
dan
distributif)
untuk
menghasilkan bentuk aljabar yang ekuivalen.
Peserta didik dapat memahami relasi dan fungsi
(domain, kodomain, range) dan menyajikannya dalam
bentuk diagram panah, tabel, himpunan pasangan
berurutan, dan grafik. Mereka dapat membedakan
beberapa fungsi nonlinear dari fungsi linear secara
grafik. Mereka dapat menyelesaikan persamaan dan
pertidaksamaan linear satu variabel. Mereka dapat
menyajikan, menganalisis, dan menyelesaikan masalah
dengan menggunakan relasi, fungsi dan persamaan
linear. Mereka dapat menyelesaikan sistem persaman
linear dua variabel melalui beberapa cara untuk
penyelesaian masalah.
Pengukuran
Di akhir fase D peserta didik dapat menjelaskan cara
untuk menentukan luas lingkaran dan menyelesaikan
masalah yang terkait. Mereka dapat menjelaskan cara
untuk menentukan luas permukaan dan volume bangun
ruang (prisma, tabung, bola, limas dan kerucut) dan
menyelesaikan masalah yang terkait. Mereka dapat
menjelaskan pengaruh perubahan secara proporsional
dari bangun datar dan bangun ruang terhadap ukuran
panjang, besar sudut, luas, dan/atau volume.
143
Elemen
Capaian
Pembelajaran
Geometri
Di akhir fase D peserta didik dapat membuat jaringjaring bangun ruang (prisma, tabung, limas dan
kerucut) dan membuat bangun ruang tersebut dari
jaring-jaringnya.
Peserta didik dapat menggunakan hubungan antarsudut yang terbentuk oleh dua garis yang berpotongan,
dan oleh dua garis sejajar yang dipotong sebuah garis
transversal untuk menyelesaikan masalah (termasuk
menentukan jumlah besar sudut dalam sebuah segitiga,
menentukan besar sudut yang belum diketahui pada
sebuah segitiga). Mereka dapat menjelaskan sifat-sifat
kekongruenan dan kesebangunan pada segitiga dan
segiempat, dan menggunakannya untuk menyelesaikan
masalah. Mereka dapat menunjukkan kebenaran
teorema Pythagoras dan menggunakannya dalam
menyelesaikan masalah (termasuk jarak antara dua titik
pada bidang koordinat Kartesius).
Peserta didik dapat melakukan transformasi tunggal
(refleksi, translasi, rotasi, dan dilatasi) titik, garis, dan
bangun datar pada bidang koordinat Kartesius dan
menggunakannya untuk menyelesaikan masalah.
Analisa Data
dan Peluang
Di akhir fase D, peserta didik dapat merumuskan
pertanyaan,
mengumpulkan,
menyajikan,
dan
menganalisis data untuk menjawab pertanyaan. Mereka
dapat menggunakan diagram batang dan diagram
lingkaran untuk menyajikan dan menginterpretasi data.
Mereka dapat mengambil sampel yang mewakili suatu
populasi untuk mendapatkan data yang terkait dengan
mereka dan lingkungan mereka. Mereka dapat
menentukan dan menafsirkan rerata (mean), median,
modus, dan jangkauan (range) dari data tersebut untuk
menyelesaikan masalah (termasuk membandingkan
suatu data terhadap kelompoknya, membandingkan dua
kelompok data, memprediksi, membuat keputusan).
Mereka dapat menginvestigasi kemungkinan adanya
perubahan
pengukuran
pusat
tersebut
akibat
perubahan data.
Peserta didik dapat menjelaskan dan menggunakan
pengertian peluang dan frekuensi relatif untuk
menentukan frekuensi harapan satu kejadian pada
suatu percobaan sederhana (semua hasil percobaan
dapat muncul secara merata).
5. Fase E (Umumnya untuk kelas X SMA/MA/Program Paket C)
Pada akhir fase E, peserta didik dapat menggeneralisasi sifat-sifat
operasi bilangan berpangkat (eksponen), serta menggunakan
barisan dan deret (aritmetika dan geometri) dalam bunga tunggal
dan
bunga
majemuk.
Mereka
dapat
menggunakan
sistem
persamaan linear tiga variabel, sistem pertidaksamaan linear dua
variabel, persamaan dan fungsi kuadrat dan persamaan dan
144
fungsi eksponensial dalam menyelesaikan masalah. Mereka
dapat menentukan perbandingan trigonometri dan memecahkan
masalah yang melibatkan segitiga siku-siku. Mereka juga dapat
menginterpretasi
dan
membandingkan
himpunan
data
berdasarkan distribusi data, menggunakan diagram pencar
untuk menyelidiki hubungan data numerik, dan mengevaluasi
laporan berbasis statistika. Mereka dapat menjelaskan peluang
dan menentukan frekuensi harapan dari kejadian majemuk, dan
konsep dari kejadian saling bebas dan saling lepas.
Fase E Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Bilangan
Di akhir fase E, peserta didik dapat menggeneralisasi
sifat-sifat bilangan berpangkat (termasuk bilangan
pangkat pecahan). Mereka dapat menerapkan barisan
dan deret aritmetika dan geometri, termasuk masalah
yang terkait bunga tunggal dan bunga majemuk.
Aljabar and
Fungsi
Di akhir fase E, peserta didik dapat menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan
linear tiga variabel dan sistem pertidaksamaan linear
dua variabel. Mereka dapat menyelesaikan masalah
yang berkaitan dengan persamaan dan fungsi kuadrat
(termasuk akar imajiner), dan persamaan eksponensial
(berbasis sama) dan fungsi eksponensial.
Pengukuran
-
Geometri
Di akhir fase E, peserta didik dapat menyelesaikan
permasalahan segitiga siku-siku yang melibatkan
perbandingan trigonometri dan aplikasinya.
Analisis
Data dan
Peluang
Di akhir fase E, peserta didik dapat merepresentasikan
dan menginterpretasi data dengan cara menentukan
jangkauan kuartil dan interkuartil. Mereka dapat
membuat dan menginterpretasi box plot (box-andwhisker plot) dan menggunakannya untuk
membandingkan himpunan data. Mereka dapat
menggunakan dari box plot, histogram dan dot plot
sesuai dengan natur data dan kebutuhan. Mereka
dapat menggunakan diagram pencar untuk menyelidiki
dan menjelaskan hubungan antara dua variabel
numerik (termasuk salah satunya variabel bebas
berupa waktu). Mereka dapat mengevaluasi laporan
statistika di media berdasarkan tampilan, statistika dan
representasi data.
Peserta didik dapat menjelaskan peluang dan
menentukan frekuensi harapan dari kejadian majemuk.
Mereka menyelidiki konsep dari kejadian saling bebas
dan saling lepas, dan menentukan peluangnya.
145
6. Fase F (Umumnya untuk kelas XI dan XII SMA/MA/Program Paket
C)
Pada akhir fase F, peserta didik dapat memodelkan pinjaman dan
investasi dengan bunga majemuk dan anuitas. Mereka dapat
menyatakan data dalam bentuk matriks, dan menentukan fungsi
invers,
komposisi
fungsi
dan
transformasi
fungsi
untuk
memodelkan situasi dunia nyata. Mereka dapat menerapkan
teorema tentang lingkaran, dan menentukan panjang busur dan
luas juring lingkaran untuk menyelesaikan masalah. Mereka juga
dapat melakukan proses penyelidikan statistika untuk data
bivariat dan mengevaluasi berbagai laporan berbasis statistik.
Fase F Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Bilangan
Di akhir fase F, peserta didik dapat memodelkan
pinjaman dan investasi dengan bunga majemuk dan
anuitas, serta menyelidiki (secara numerik atau grafis)
pengaruh masing-masing parameter (suku bunga, periode
pembayaran) dalam model tersebut.
Aljabar dan
Fungsi
Di akhir fase F, peserta didik dapat menyatakan data
dalam bentuk matriks. Mereka dapat menentukan fungsi
invers, komposisi fungsi, dan transformasi fungsi untuk
memodelkan situasi dunia nyata menggunakan fungsi
yang sesuai (linear, kuadrat, eksponensial).
Pengukuran
-
Geometri
Di akhir fase F, peserta didik dapat menerapkan teorema
tentang lingkaran, dan menentukan panjang busur dan
luas juring lingkaran untuk menyelesaikan masalah
(termasuk menentukan lokasi posisi pada permukaan
Bumi dan jarak antara dua tempat di Bumi).
Analisis
Data dan
Peluang
Di akhir fase F, peserta didik dapat melakukan proses
penyelidikan statistika untuk data bivariat. Mereka dapat
mengidentifikasi dan menjelaskan asosiasi antara dua
variabel kategorikal dan antara dua variabel numerikal.
Mereka dapat memperkirakan model linear terbaik (best
fit) pada data numerikal. Mereka dapat membedakan
hubungan asosiasi dan sebab-akibat.
Peserta didik memahami konsep peluang bersyarat dan
kejadian yang saling bebas menggunakan konsep
permutasi dan kombinasi.
Kalkulus
-
7. Fase F+ (Sebagai pilihan untuk kelas XI dan XII)
Pada akhir fase F+, peserta didik dapat menyelesaikan masalah
terkait polinomial, melakukan operasi aljabar pada matriks dan
menerapkannya dalam transformasi geometri. Mereka dapat
146
menyatakan vektor pada bidang datar, melakukan operasi aljabar
pada vektor dan menggunakan-nya pada pembuktian geometris.
Mereka dapat mengenal berbagai fungsi dan menggunakannya
untuk
memodelkan
fenomena,
serta menyatakan
sifat-sifat
geometri dengan persamaan pada sistem koordinat. Mereka
dapat mengevaluasi hasil keputusan dengan menggunakan
distribusi peluang dengan menghitung nilai yang diharapkan,
dan juga dapat menerapkan konsep dasar kalkulus di dalam
konteks pemecahan masalah aplikasi dalam berbagai bidang.
Fase F+ Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Bilangan
-
Aljabar dan
Fungsi
Di akhir fase F+, peserta didik dapat melakukan operasi
aritmetika pada polinomial (suku banyak), menentukan
faktor polinomial, dan menggunakan identitas polinomial
untuk menyelesaikan masalah.
Peserta didik dapat melakukan operasi aljabar pada
matriks dan menerapkannya dalam transformasi
geometri.
Peserta didik dapat menyatakan fungsi trigonometri
menggunakan lingkaran satuan, memodelkan fenomena
periodik dengan fungsi trigonometri, dan membuktikan
serta menerapkan identitas trigonometri dan aturan
cosinus dan sinus.
Peserta didik dapat mengenal berbagai fungsi (termasuk
fungsi rasional, fungsi akar, fungsi eksponensial, fungsi
logaritma, fungsi nilai mutlak, fungsi tangga dan fungsi
piecewise) dan menggunakannya untuk memodelkan
berbagai fenomena.
Pengukuran
-
Geometri
Di akhir fase F+, peserta didik dapat menyatakan vektor
pada bidang datar, dan melakukan operasi aljabar pada
vektor. Mereka dapat melakukan pembuktian geometris
menggunakan vektor.
Peserta didik dapat menyatakan sifat-sifat geometri dari
persamaan lingkaran, elips dan persamaan garis
singgung.
Analisa Data
dan Peluang
Di akhir fase F+, peserta didik memahami variabel diskrit
acak dan fungsi peluang, dan menggunakannya dalam
memodelkan data. Mereka dapat menginterpretasi
parameter distribusi data secara statistik (seragam,
binomial dan normal), menghitung nilai harapan
distribusi binomial dan normal, dan menggunakannya
dalam penyelesaian masalah.
147
Kalkulus
Di akhir fase F+, peserta didik dapat memahami laju
perubahan dan laju perubahan rata-rata, serta laju
perubahan sesaat sebagai konsep kunci derivatif
(turunan), baik secara geometris maupun aljabar. Mereka
dapat menentukan turunan dari fungsi polinomial,
eksponensial, dan trigonometri, dan menerapkan derivatif
(turunan) untuk membuat sketsa kurva, menghitung
gradien dan menentukan persamaan garis singgung,
menentukan kecepatan sesaat dan menyelesaikan soal
optimasi. Mereka dapat memahami integral, baik sebagai
proses yang merupakan kebalikan dari derivatif (turunan)
dan juga sebagai cara menghitung luas. Mereka
memahami teorema dasar kalkulus sebagai penghubung
antara derivatif (turunan) dan integral.
148
V.1. CAPAIAN PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS
A. Rasional Mata Pelajaran Bahasa Inggris
Bahasa Inggris adalah salah satu bahasa yang dominan digunakan
secara global dalam aspek pendidikan, bisnis, perdagangan, ilmu
pengetahuan, hukum, pariwisata, hubungan internasional, kesehatan,
dan teknologi. Mempelajari bahasa Inggris memberikan peserta didik
kesempatan untuk berkomunikasi dengan warga dunia dari latar
belakang budaya yang berbeda. Dengan menguasai bahasa Inggris,
maka peserta didik akan memiliki kesempatan yang lebih besar untuk
berinteraksi dengan menggunakan berbagai teks. Dari interaksi
tersebut, mereka memperoleh pengetahuan, mempelajari berbagai
keterampilan, dan perilaku manusia yang dibutuhkan untuk dapat
hidup dalam budaya dunia yang beraneka ragam.
Pembelajaran bahasa Inggris umum pada jenjang Pendidikan Dasar
dan Menengah (SD/MI/Program Paket A; SMP/MTs/Program Paket B;
dan
SMA/MA/Program
Paket
C)
dalam
kurikulum
nasional
memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk membuka wawasan
yang berkaitan dengan diri sendiri, hubungan sosial, kebudayaan, dan
kesempatan kerja yang tersedia secara global. Mempelajari bahasa
Inggris memberikan peserta didik kemampuan untuk mendapatkan
akses ke dunia luar dan memahami cara berpikir yang berbeda.
Pemahaman
mereka
terhadap
pengetahuan
sosial-budaya
dan
interkultural ini dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis.
Dengan memahami budaya lain dan interaksinya dengan budaya
Indonesia, mereka mengembangkan pemahaman yang mendalam
tentang budaya Indonesia, memperkuat identitas dirinya, dan dapat
menghargai perbedaan.
Pembelajaran bahasa Inggris difokuskan pada penguatan kemampuan
menggunakan bahasa Inggris dalam enam keterampilan berbahasa,
yakni
menyimak,
berbicara,
membaca,
memirsa,
menulis,
dan
mempresentasikan secara terpadu, dalam berbagai jenis teks. Capaian
Pembelajaran
mengacu
minimal
pada
keenam
Common
keterampilan
European
bahasa
Framework
of
Inggris
ini
Reference
for
Languages: Learning, Teaching, Assessment (CEFR) dan setara level
B1. Level B1 (CEFR) mencerminkan spesifikasi yang dapat dilihat dari
kemampuan peserta didik untuk:
149
-
mempertahankan interaksi dan menyampaikan sesuatu yang
diinginkan, dalam berbagai konteks dengan artikulasi jelas;
-
mengungkapkan pokok pikiran utama yang ingin disampaikan
secara komprehensif; dan
-
mempertahankan komunikasi walaupun terkadang masih terdapat
jeda.
Pembelajaran bahasa Inggris pada jenjang Pendidikan Dasar dan
Menengah (SD/MI/Program Paket A; SMP/MTs/Program Paket B; dan
SMA/MA/Program Paket C) diharapkan dapat membantu peserta didik
berhasil mencapai kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Inggris
sebagai bagian dari life skills. Pendekatan yang digunakan dalam
pembelajaran bahasa Inggris umum adalah pendekatan berbasis teks
(genre-based approach), yakni pembelajaran difokuskan pada teks,
dalam berbagai moda, baik lisan, tulisan, visual, audio, maupun
multimodal. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikatakan oleh
Halliday dan Mathiesen (2014: 3) bahwa “When people speak or write,
they produce text, and text is what listeners and readers engage with
and interpret.” Ada empat tahapan dalam pendekatan berbasis teks,
dan keempat tahapan ini dilakukan dalam pembahasan mengenai
topik yang sama.
1. Building Knowledge of
the Field
(BKOF):
Guru
membangun
pengetahuan atau latar belakang pengetahuan peserta didik
terhadap topik yang akan ditulis atau dibicarakan. Pada tahapan
ini, guru juga membangun konteks budaya dari teks yang
diajarkan.
2. Modelling of the Text (MOT): Guru memberikan model/contoh teks
sebagai acuan bagi peserta didik dalam menghasilkan karya, baik
secara lisan maupun tulisan.
3. Joint Construction of the Text (JCOT): Guru membimbing peserta
didik dan bersama-sama memproduksi teks.
4. Independent
Construction
of
the
Text
(ICOT):
peserta
didik
memproduksi teks lisan dan tulisan secara mandiri (Emilia, 2011).
Komunikasi akan terjadi pada tingkat teks, bukan hanya sekadar
kalimat. Artinya, makna tidak hanya disampaikan oleh kata-kata,
150
melainkan harus didukung oleh konteks. Setiap teks memiliki tujuan,
seperti mendeskripsikan, menjelaskan, bercerita, dsb. (Agustien, 2020).
Pembelajaran bahasa Inggris umum di dalam kurikulum nasional
membantu peserta didik untuk menyiapkan diri menjadi pembelajar
sepanjang hayat, yang memiliki Profil Pelajar Pancasila seperti beriman
dan berakhlak mulia, mandiri, bernalar kritis, kreatif, gotong royong,
dan berkebhinekaan global. Profil ini dapat dikembangkan dalam
pembelajaran bahasa Inggris umum, karena pembelajarannya yang
bersifat dinamis dan fluid, yaitu memberikan kesempatan bagi peserta
didik untuk terlibat dalam pemilihan teks atau jenis aktivitas
belajarnya. Pembelajaran bahasa Inggris memiliki peluang untuk
mencapai Profil Pelajar Pancasila melalui materi teks tertulis, visual,
teks oral, maupun aktivitas-aktivitas yang dikembangkan dalam proses
belajar mengajar.
Mata pelajaran Bahasa Inggris pada jenjang Pendidikan Dasar dan
Menengah (SD/MI/Program Paket A; SMP/MTs/Program Paket B; dan
SMA/MA/Program Paket C) dapat diselenggarakan sebagai mata
pelajaran pilihan bagi satuan pendidikan yang memiliki kesiapan
sumber daya. Satuan pendidikan yang belum siap memberikan mata
pelajaran Bahasa Inggris sebagai mata pelajaran pilihan dapat
mengintegrasikan muatan Bahasa Inggris ke dalam mata pelajaran lain
dan/atau ekstrakurikuler dengan melibatkan masyarakat, komite
sekolah, relawan mahasiswa, dan/atau bimbingan orang tua.
B. Tujuan Mata Pelajaran Bahasa Inggris
Mata pelajaran bahasa Inggris bertujuan untuk memastikan peserta
didik dapat melakukan hal-hal sebagai berikut.
1. Mengembangkan kompetensi komunikatif dalam bahasa Inggris
dengan berbagai
teks multimodal (lisan, tulisan, visual, dan
audiovisual).
2. Mengembangkan kompetensi interkultural untuk memahami dan
menghargai perspektif, praktik, dan produk budaya Indonesia dan
budaya asing.
3. Mengembangkan kepercayaan diri untuk berekspresi sebagai
individu yang mandiri dan bertanggung jawab.
4. Mengembangkan keterampilan bernalar kritis dan kreatif.
151
C. Karakteristik Mata Pelajaran Bahasa Inggris
1. Jenis teks yang diajarkan dalam bahasa Inggris umum beragam,
misalnya
narasi,
deskripsi,
eksposisi,
prosedur,
argumentasi,
diskusi, teks khusus (pesan singkat, iklan), dan teks otentik.
Beragam teks ini
disajikan bukan hanya dalam bentuk
teks
tulisan saja, tetapi juga teks lisan (monolog atau dialog), teks visual,
teks audio, dan teks multimodal (teks yang mengandung aspek
verbal, visual dan audio), baik otentik maupun teks yang dibuat
untuk tujuan pengajaran, baik tunggal maupun teks ganda, yang
diproduksi dalam kertas maupun layar. Hal ini diupayakan untuk
memfasilitasi peserta didik agar terampil menggunakan teknologi
(literasi teknologi), sehingga dapat meningkatkan kemampuan
mereka dalam menavigasi informasi digital.
2. Guru dapat menentukan jenis teks yang ingin diajarkan sesuai
dengan kondisi di kelas. Pembelajaran dapat dimulai dari jenis teks
yang memuat topik yang sudah dikenal oleh peserta didik untuk
membantu
mereka
memahami
isi
teks
yang
dibacanya
dan
kemudian mampu menghasilkan teks jenis tersebut dalam bentuk
lisan dan tulisan. Selanjutnya, guru dapat memperkenalkan peserta
didik dengan jenis teks yang baru diketahui oleh peserta didik.
Guru dapat membantu mereka membangun pemahaman terhadap
jenis
teks
baru
tersebut,
sehingga
peserta
didik
mampu
menghasilkan karya dalam jenis teks tersebut, baik lisan maupun
tulisan. Pemilihan jenis teks juga dapat disesuaikan dengan kondisi
yang sering dialami oleh peserta didik baik di dalam konteks
sekolah, maupun konteks di rumah agar peserta didik memiliki
kesempatan untuk mempelajari dan mempraktikkan teks tersebut
dalam kehidupan nyata.
3. Proses belajar berfokus pada peserta didik (learner-centred) (Tyler,
1949, 1990), yakni bahwa proses belajar harus difokuskan pada
upaya mengubah perilaku peserta didik (yang asalnya dari tidak
mampu menjadi mampu), dalam menggunakan bahasa Inggris pada
enam keterampilan berbahasa dalam berbagai jenis teks.
4. Pembelajaran bahasa Inggris umum difokuskan pada kemampuan
berbahasa peserta didik sesuai dengan tahapan perkembangan
kemampuan
berbahasa.
Pembelajaran
152
bahasa
Inggris
umum
mencakup elemen keterampilan reseptif (menyimak, membaca, dan
memirsa), serta keterampilan produktif (berbicara, menulis, dan
mempresentasikan).
Berikut elemen-elemen mata pelajaran serta deskripsinya
Elemen
Deskripsi
Menyimak
Kemampuan memahami informasi, memberikan
apresiasi kepada lawan bicara, dan memahami
informasi yang didengar, sehingga dapat
menyampaikan tanggapan secara relevan dan
kontekstual. Proses yang terjadi dalam menyimak
mencakup kegiatan seperti mendengarkan,
mengidentifikasi, memahami, menginterpretasi
bunyi bahasa, lalu memahami makna.
Keterampilan menyimak juga merupakan
kemampuan komunikasi non-verbal yang
mencakup seberapa baik seseorang menangkap
makna (tersirat dan tersurat) pada sebuah paparan
lisan dan memahami ide pokok dan pendukung
pada konten informasi maupun konteks yang
melatari paparan tersebut (Petri, 2017).
Membaca
Kemampuan memahami, menggunakan, dan
merefleksi teks sesuai tujuan dan kepentingannya,
untuk mengembangkan pengetahuan dan potensi
seseorang agar ia dapat berpartisipasi dengan
masyarakat (OECD, 2000).
Memirsa
Kemampuan memahami, menggunakan, dan
merefleksi teks visual sesuai tujuan dan
kepentingannya.
Berbicara
Kemampuan menyampaikan gagasan, pikiran,
serta perasaan secara lisan dalam interaksi sosial.
Menulis
Kemampuan menyampaikan, mengomunikasikan
gagasan, mengekspresikan kreativitas dan
mencipta dalam berbagai genre teks tertulis,
dengan cara yang efektif dan dapat dipahami, serta
diminati oleh pembaca dengan struktur organisasi
dan unsur kebahasaan yang tepat.
Mempresentasikan Kemampuan memaparkan gagasan secara fasih,
akurat, dapat dipertanggungjawabkan dengan cara
yang komunikatif melalui beragam media (visual,
digital, dan audiovisual), dan dapat dipahami oleh
pendengar. Penyampaian dalam berbicara dan
mempresentasikan perlu disusun dan
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan atau
karakteristik penyimak.
Pada pembelajaran bahasa Inggris umum di Fase A difokuskan pada
pengenalan bahasa Inggris dan kemampuan berbahasa Inggris lisan.
153
Pada Fase B, pembelajaran difokuskan pada kemampuan bahasa
Inggris
lisan,
tapi
mulai
diperkenalkan
bahasa
tulisan.
Pada
pembelajaran fase ini, guru perlu membantu peserta didik memahami
bahwa cara pengucapan bahasa Inggris dengan penulisannya berbeda.
Pada Fase C, di tingkat akhir jenjang (SD/MI/Program Paket A),
pembelajaran difokuskan pada kemampuan bahasa Inggris lisan dan
tulisan.
Pada
pembelajaran
bahasa
Inggris
umum
di
Fase
D
(SMP/MTs/Program Paket B), pembelajaran berfokus pada penguatan
berbahasa Inggris lisan dan penguatan kemampuan berbahasa tulisan.
Pada
pembelajaran
bahasa
Inggris
umum
di
Fase
E
dan
F
(SMA/MA/Program Paket C), pembelajaran bahasa Inggris berfokus
pada penguatan berbahasa lisan dan tulisan dengan target CEFR B1.
D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Bahasa Inggris Setiap Fase
1. Fase A, Umumnya untuk Kelas I dan II (SD/MI/Program Paket A).
Pada akhir Fase A, peserta didik memahami bahwa bahasa Inggris
lisan dapat membantu mereka berinteraksi dengan orang lain
dalam
situasi
sosial
Dalam mengembangkan
sehari-hari
dan
konteks
kelas.
keterampilan menyimak dan berbicara,
peserta didik mengikuti/merespon instruksi
atau pertanyaan
sederhana dalam bahasa Inggris dan mengucapkan dengan baik
kosakata
sederhana.
Pada
Fase
A,
peserta
didik
banyak
menggunakan alat bantu visual dan komunikasi non-verbal untuk
membantu mereka berkomunikasi. Peserta didik memahami bahwa
kegiatan
membaca
merupakan
kegiatan
individu
maupun
berkelompok yang bisa dilakukan untuk memberikan kesenangan
(reading for pleasure). Mereka memahami bahwa gambar yang
terdapat dalam buku yang dibacakan oleh guru atau gambar yang
peserta didik amati memiliki arti. Mereka merespon secara lisan,
visual, dan/atau komunikasi non-verbal terhadap teks sederhana
yang dibacakan atau gambar yang dilihatnya.
Elemen Menyimak – Berbicara
Pada akhir Fase A, peserta didik menggunakan bahasa Inggris
sederhana untuk berinteraksi dalam situasi sosial dan kelas seperti
berkenalan, memberikan informasi diri, mengucapkan salam dan
154
selamat tinggal. Mereka merespon instruksi sederhana (dengan bantuan
visual) melalui gerakan tubuh atau menjawab pertanyaan pendek
sederhana dengan kata, frase atau kalimat sederhana. Mereka
memahami ide pokok dari informasi yang disampaikan secara lisan
dengan bantuan visual dan menggunakan kosakata sederhana. Mereka
menggunakan alat bantu visual untuk membantu mereka
berkomunikasi.
By the end of Phase A, students use basic English to interact in social and
classroom situations such as introducing themselves, sharing personal
information, greeting and bidding farewell. They respond to simple
instructions (with support from visual cues) with action-related language
or answer to short, simple questions with simple words, phrases or
sentences. They identify key points of information in visually supported
oral presentations containing familiar vocabulary. They use visual texts to
help them communicate.
Elemen Membaca – Memirsa
Pada akhir Fase A, peserta didik merespon secara lisan terhadap teks
pendek sederhana dan familiar, berbentuk teks tulis yang dibacakan
oleh guru. Peserta didik menunjukkan pemahaman teks yang
dibacakan atau gambar/ilustrasi yang diperlihatkan padanya,
menggunakan komunikasi non-verbal.
By the end of Phase A, students respond orally to short, simple, familiar
texts in the form of print texts read by teachers. They show understanding
of texts being read to or pictures/illustration being shown, using nonverbal communication.
Elemen Menulis – Mempresentasikan
Belum menjadi fokus pembelajaran pada fase ini, karena peserta didik
belum diminta untuk mengungkapkan gagasan secara tertulis
(composing/producing).
2. Fase B, Umumnya untuk Kelas III dan IV (SD/MI/Program Paket A)
Pada akhir Fase B, peserta didik memahami dan merespon teks
lisan
dan
visual
sederhana
dalam
bahasa Inggris.
Dalam
mengembangkan keterampilan menyimak dan berbicara, peserta
didik mengikuti/merespon instruksi atau pertanyaan sederhana
dalam bahasa Inggris dan membagikan informasi dengan kosakata
sederhana. Peserta didik merespon berbagai teks/gambar secara
lisan dan tulisan sederhana dengan alat bantu visual dan
komunikasi non-verbal. Pada
Fase B,
peserta didik dapat
berinteraksi dengan menggunakan bahasa Inggris sederhana.
Elemen Menyimak – Berbicara
Pada akhir Fase B, peserta didik menggunakan bahasa Inggris untuk
berinteraksi dalam lingkup situasi sosial dan kelas yang makin luas,
namun masih dapat diprediksi (rutin) menggunakan kalimat dengan
155
pola yang sesuai dengan konteks yang dibicarakan. Mereka
mengubah/mengganti sebagian elemen kalimat untuk dapat
berpartisipasi dalam rutinitas kelas dan aktivitas belajar, seperti
menyampaikan perasaan, menyampaikan kebutuhan, dan meminta
pertolongan. Mereka memahami ide pokok dari informasi yang
disampaikan secara lisan dengan bantuan visual, serta menggunakan
kosakata sederhana. Mereka mengikuti rangkaian instruksi sederhana
yang berkaitan dengan prosedur kelas dan aktivitas belajar dengan
bantuan visual.
By the end of Phase B, students use English to interact in a range of
predictable social and classroom situations using certain patterns of
sentences. They change/substitute some sentence elements to participate
in classroom routines and learning activities, such as expressing feelings,
expressing needs and requesting help. They identify key points of
information in visually supported oral presentations containing familiar
vocabulary. Using visual cues, they follow a series of simple instructions
related to classroom procedures and learning activities.
Elemen Membaca – Memirsa
Pada akhir fase B, peserta didik memahami kata-kata yang sering
digunakan sehari-hari dengan bantuan gambar/ilustrasi. Mereka
membaca dan memberikan respon terhadap teks pendek sederhana dan
familiar dalam bentuk tulisan atau digital, termasuk teks visual,
multimodal atau interaktif.
By the end of Phase B, students understand everyday vocabulary with
support from pictures/illustration. They read and respond to a range of
short, simple, familiar texts in the form of print or digital texts, including
visual, multimodal or interactive texts.
Elemen Menulis – Mempresentasikan
Pada akhir fase B, peserta didik mengomunikasikan ide dan
pengalamannya melalui gambar dan salinan tulisan. Dengan bantuan
guru, mereka menghasilkan teks deskripsi dan prosedur sederhana
menggunakan kata/frasa sederhana dan gambar. Mereka menulis
kosakata sederhana yang berkaitan dengan lingkungan kelas dan
rumah dalam bahasa Inggris menggunakan ejaan yang diciptakan
sendiri oleh anak.
By the end of Phase B, students communicate their ideas and experience
through drawings and copied writing. With teachers’ support, they
produce simple descriptions and procedures using simple words/phrases
and pictures. They use invented spelling in writing simple vocabulary
related to their class and home environments.
3. Fase C, Umumnya untuk Kelas V dan VI (SD/MI/Program Paket A)
Pada akhir Fase C, peserta didik memahami dan merespon teks
lisan, tulisan, dan visual sederhana dalam bahasa Inggris. Mereka
menggunakan bahasa Inggris sederhana untuk berinteraksi dan
berkomunikasi dalam situasi yang familiar/lazim/rutin. Peserta
didik memahami hubungan bunyi huruf pada kosakata sederhana
dalam bahasa Inggris dan menggunakan pemahaman
156
tersebut
untuk memahami dan memproduksi teks tulisan dan visual
sederhana dalam bahasa Inggris dengan bantuan contoh.
Elemen Menyimak – Berbicara
Pada akhir Fase C, peserta didik menggunakan kalimat dengan pola
tertentu dalam bahasa Inggris untuk berinteraksi pada lingkup situasi
sosial dan kelas yang makin luas, namun masih dapat diprediksi atau
bersifat rutin. Mereka mengubah/mengganti sebagian elemen kalimat
untuk dapat berpartisipasi dalam aktivitas belajar, seperti membuat
pertanyaan sederhana, meminta klarifikasi dan meminta izin. Mereka
menggunakan beberapa strategi untuk mengidentifikasi informasi
penting/inti dalam berbagai konteks, seperti meminta pembicara untuk
mengulangi atau berbicara dengan lebih pelan, atau bertanya arti
sebuah kata. Mereka mengikuti rangkaian instruksi sederhana yang
berkaitan dengan prosedur kelas dan aktivitas belajar.
By the end of Phase C, students use English to interact in a range of
predictable social and classroom situations using certain patterns of
sentences. They change/substitute some elements of sentences to
participate in learning activities such as asking simple questions,
requesting clarification and seeking permission. They use some
strategies to identify key information in most contexts such as asking a
speaker to repeat or to speak slowly, or asking what a word means. They
follow a series of simple instructions related to classroom procedures
and learning activities.
Elemen Membaca – Memirsa
Pada akhir Fase C, peserta didik memahami kata-kata yang sering
digunakan sehari-hari dan memahami kata-kata baru dengan bantuan
gambar/ilustrasi serta kalimat dalam konteks yang dipahami peserta
didik. Mereka membaca dan memberikan respon terhadap beragam teks
pendek, sederhana dan familiar dalam bentuk tulisan atau digital,
termasuk teks visual, multimodal atau interaktif. Mereka menemukan
informasi pada sebuah kalimat dan menjelaskan topik sebuah teks yang
dibaca atau diamatinya.
By the end of Phase C, students understand familiar and new vocabulary
with support from visual cues or context clues. They read and respond to
a wide range of short, simple, familiar texts in the form of print or digital
texts, including visual, multimodal or interactive texts. They find basic
information in a sentence and explain a topic in a text read or viewed.
Elemen Menulis – Mempresentasikan
Pada akhir Fase C, peserta didik mengomunikasikan ide dan
pengalamannya melalui salinan tulisan dan tulisan sederhana mereka
sendiri, serta menunjukkan perkembangan pemahaman terhadap
proses menulis. Mereka menunjukkan kesadaran awal bahwa teks
dalam bahasa Inggris ditulis dengan kaidah (konvensi) yang disesuaikan
dengan konteks dan tujuannya. Dengan bantuan guru, mereka
menghasilkan teks deskripsi, cerita, dan prosedur sederhana
menggunakan kalimat dengan pola tertentu dan contoh pada tingkatan
kata dan kalimat sederhana. Mereka menunjukkan kesadaran atas
pentingnya tanda baca dasar dan penggunaan huruf kapital. Mereka
menunjukkan pemahaman terhadap beberapa hubungan bunyi-huruf
157
dalam bahasa Inggris dan ejaan dari kata-kata yang umum digunakan.
Dalam menulis, mereka menggunakan kosakata yang berkaitan dengan
lingkungan kelas dan rumah, dan mereka juga menggunakan beberapa
strategi dasar seperti menyalin kata atau frasa dari buku atau daftar
kata, menggunakan gambar, dan bertanya bagaimana cara menuliskan
sebuah kata.
By the end of Phase C, students communicate their ideas and experience
through copied writing and their own basic writing, showing evidence of a
developing understanding of the writing process. They demonstrate an
early awareness that written texts in English are presented through
conventions, which change according to context and purpose. With
teachers’ support, they produce simple descriptions, recounts and
procedures using certain patterns of sentences and modelled examples at
word and simple sentence level. They show awareness of the need for
basic punctuation and capitalization. They demonstrate knowledge of
some English letter-sound relationships and the spelling of high-frequency
words. In their writing, they use vocabulary related to their class and
home environments, and use basic strategies, such as copying words or
phrases from books or word lists, using images and asking how to write a
word.
4. Fase
D,
Umumnya
untuk
Kelas
VII,
VIII,
dan
IX
(SMP/MTs/Program Paket B)
Pada akhir Fase D, peserta didik menggunakan teks lisan, tulisan
dan
visual
dalam
bahasa
Inggris
untuk berinteraksi
dan
berkomunikasi dalam konteks yang lebih beragam dan dalam
situasi formal dan informal. Peserta didik dapat menggunakan
berbagai jenis teks seperti narasi, deskripsi, prosedur, teks khusus
(pesan singkat, iklan) dan teks otentik menjadi rujukan utama
dalam mempelajari bahasa Inggris di fase ini. Peserta didik
menggunakan
menyampaikan
bahasa
Inggris
untuk
keinginan/perasaan.
berdiskusi
Pemahaman
terhadap teks tulisan semakin berkembang dan
dan
mereka
keterampilan
inferensi mulai tampak ketika memahami informasi tersirat.
Mereka memproduksi teks tulisan dan visual dalam bahasa Inggris
yang terstruktur dengan kosakata yang lebih beragam. Mereka
memahami
tujuan
dan
pemirsa
ketika
memproduksi
teks
tulisan dan visual dalam bahasa Inggris.
Elemen Menyimak – Berbicara
Pada akhir Fase D, peserta didik menggunakan bahasa Inggris untuk
berinteraksi dan saling bertukar ide, pengalaman, minat, pendapat dan
pandangan dengan guru, teman sebaya dan orang lain dalam berbagai
macam konteks familiar yang formal dan informal. Dengan pengulangan
dan penggantian kosakata, peserta didik memahami ide utama dan detil
yang relevan dari diskusi atau presentasi mengenai berbagai macam
158
topik yang telah familiar dan dalam konteks kehidupan di sekolah dan
di rumah. Mereka terlibat dalam diskusi, misalnya memberikan
pendapat, membuat perbandingan dan menyampaikan preferensi.
Mereka menjelaskan dan memperjelas jawaban mereka menggunakan
struktur kalimat dan kata kerja sederhana.
By the end of Phase D, students use English to interact and exchange
ideas, experiences, interests, opinions and views with teachers, peers and
others in an increasing variety of familiar formal and informal contexts.
With some repetition and rewording, they comprehend the main ideas and
relevant details of discussions or presentations on a variety of general
interest topics. They engage in discussion such as giving opinions, making
comparisons and stating preferences. They explain and clarify their
answers using basic sentence structure and verb tenses.
Elemen Membaca – Memirsa
Pada akhir fase D, peserta didik membaca dan merespon teks familiar
dan tidak familiar yang mengandung struktur yang telah dipelajari dan
kosakata yang familiar secara mandiri. Mereka mencari dan
mengevaluasi ide utama dan informasi spesifik dalam berbagai jenis
teks. Teks ini dapat berbentuk cetak atau digital, termasuk diantaranya
teks visual, multimodal atau interaktif. Mereka mengidentifikasi tujuan
teks dan mulai melakukan inferensi untuk memahami informasi tersirat
dalam sebuah teks.
By the end of Phase D, students independently read and respond to
familiar and unfamiliar texts containing predictable structures and
familiar vocabulary. They locate and evaluate main ideas and specific
information in texts of different genres. These texts may be in the form of
print or digital texts, including visual, multimodal or interactive texts. They
identify the purpose of texts and begin to make inference to comprehend
implicit information in the text.
Elemen Menulis – Mempresentasikan
Pada akhir Fase D, peserta didik mengomunikasikan ide dan
pengalaman mereka melalui paragraf sederhana dan terstruktur,
menunjukkan perkembangan dalam penggunaan kosakata spesifik dan
struktur kalimat sederhana. Menggunakan contoh, mereka membuat
perencanaan, menulis, dan menyajikan teks informasi, imajinasi dan
persuasi dengan menggunakan kalimat sederhana dan majemuk untuk
menyusun argumen dan menjelaskan atau mempertahankan suatu
pendapat.
By the end of Phase D, students communicate their ideas and experience
through simple, organized paragraphs, demonstrating a developing use of
specific vocabulary and simple sentence structures. Using models, they
plan, create and present informative, imaginative and persuasive texts in
simple and compound sentences to structure arguments and to explain or
justify a position. They include basic information and detail, and also vary
their sentence construction in their writing. Students express ideas in the
present, future, and past tenses. They use time markers, adverbs of
frequency and common conjunctions to link ideas. Their attempts to spell
new words are based on known English letter-sound relationships and
they use punctuation and capitalization with consistency.
159
5. Fase E, Umumnya untuk Kelas X (SMA/MA/Program Paket C)
Pada akhir Fase E, peserta didik menggunakan teks lisan, tulisan
dan visual dalam bahasa Inggris untuk berkomunikasi sesuai
dengan situasi, tujuan, dan pemirsa/pembacanya. Berbagai jenis
teks seperti narasi, deskripsi, prosedur, eksposisi, recount, report,
dan teks otentik menjadi rujukan utama dalam mempelajari
bahasa Inggris di fase ini. Peserta didik menggunakan bahasa
Inggris untuk menyampaikan keinginan/perasaan dan berdiskusi
mengenai topik yang dekat dengan keseharian mereka atau isu
yang hangat sesuai usia peserta didik di fase ini. Mereka membaca
teks tulisan untuk mempelajari sesuatu/mendapatkan informasi.
Keterampilan inferensi tersirat ketika memahami informasi, dalam
bahasa Inggris mulai berkembang. Peserta didik memproduksi teks
tulisan dan visual yang lebih beragam, dengan kesadaran terhadap
tujuan dan target pembaca.
Elemen Menyimak – Berbicara
Pada akhir Fase E, peserta didik menggunakan bahasa Inggris untuk
berkomunikasi dengan guru, teman sebaya dan orang lain dalam
berbagai macam situasi dan tujuan. Mereka menggunakan dan
merespon pertanyaan dan menggunakan strategi untuk memulai dan
mempertahankan percakapan dan diskusi. Mereka memahami dan
mengidentifikasi ide utama dan detail relevan dari diskusi atau
presentasi mengenai topik yang dekat dengan kehidupan pemuda.
Mereka menggunakan bahasa Inggris untuk menyampaikan opini
terhadap isu yang dekat dengan kehidupan pemuda dan untuk
membahas minat. Mereka memberikan pendapat dan membuat
perbandingan. Mereka menggunakan elemen non-verbal seperti bahasa
tubuh, kecepatan bicara, dan nada suara untuk dapat dipahami dalam
sebagian konteks.
By the end of Phase E, students use English to communicate with
teachers, peers and others in a range of settings and for a range of
purposes. They use and respond to questions and use strategies to
initiate and sustain conversations and discussion. They understand and
identify the main ideas and relevant details of discussions or
presentations on youth-related topics. They use English to express
opinions on youth-related issues and to discuss youth-related interests.
They give and make comparisons. They use non-verbal elements such as
gestures, speed and pitch to be understood in some contexts.
Elemen Membaca – Memirsa
Pada akhir Fase E, peserta didik membaca dan merespon berbagai
macam teks seperti narasi, deskripsi, prosedur, eksposisi, recount, dan
report. Mereka membaca untuk mempelajari sesuatu atau untuk
mendapatkan informasi. Mereka mencari dan mengevaluasi detil
spesifik dan inti dari berbagai macam jenis teks. Teks ini dapat
berbentuk cetak atau digital, termasuk di antaranya teks visual,
multimodal atau interaktif. Pemahaman mereka terhadap ide pokok,
160
isu-isu atau pengembangan plot dalam berbagai macam teks mulai
berkembang. Mereka mengidentifikasi tujuan penulis dan
mengembangkan keterampilannya untuk melakukan inferensi
sederhana dalam memahami informasi tersirat dalam teks.
By the end of Phase E, students read and respond to a variety of texts,
such as narratives, descriptions, procedures, expositions, recount and
report. They read to learn or to find information. They locate and evaluate
specific details and main ideas of a variety of texts. These texts may be in
the form print or digital texts, including visual, multimodal or interactive
texts. They are developing understanding of main ideas, issues or plot
development in a variety of texts. They identify the author’s purposes and
are developing simple inferential skills to help them understand implied
information from the texts.
Elemen Menulis – Mempresentasikan
Pada akhir Fase E, peserta didik menulis berbagai jenis teks fiksi dan
non-fiksi, melalui aktivitas yang dipandu, menunjukkan kesadaran
peserta didik terhadap tujuan dan target pembaca. Mereka membuat
perencanaan, menulis, mengulas dan menulis ulang berbagai jenis tipe
teks dengan menunjukkan strategi koreksi diri, termasuk tanda baca
dan huruf besar. Mereka menyampaikan ide menggunakan kosakata
dan kata kerja umum dalam tulisannya. Mereka menyajikan informasi
menggunakan berbagai mode presentasi untuk menyesuaikan dengan
pembaca/pemirsa dan untuk mencapai tujuan yang berbeda-beda,
dalam bentuk cetak dan digital.
By the end of phase E, students write a variety of fiction and non-fiction
texts, through guided activities, showing an awareness of purpose and
audience. They plan, write, review and redraft a range of text types with
some evidence of self-correction strategies, including punctuation and
capitalization. They express ideas and use common/daily vocabulary and
verbs in their writing. They present information using different modes of
presentation to suit different audiences and to achieve different purposes,
in print and digital forms.
6. Fase F, Umumnya untuk Kelas XI dan XII (SMA/MA/Program Paket
C)
Pada akhir Fase F, peserta didik menggunakan teks lisan, tulisan
dan visual dalam bahasa Inggris untuk berkomunikasi sesuai
dengan situasi, tujuan, dan pemirsa/pembacanya. Berbagai jenis
teks seperti narasi, deskripsi, eksposisi, prosedur, argumentasi,
diskusi,
dan
teks
otentik
menjadi
rujukan
utama
dalam
mempelajari bahasa Inggris di fase ini. Peserta didik menggunakan
bahasa
Inggris
untuk
berdiskusi
dan
menyampaikan
keinginan/perasaan. Peserta didik menggunakan keterampilan
berbahasa Inggris untuk mengeksplorasi berbagai teks dalam
berbagai macam topik kontekstual. Mereka membaca teks tulisan
untuk mempelajari sesuatu/mendapatkan informasi dan untuk
kesenangan. Pemahaman mereka terhadap teks tulisan semakin
161
mendalam.
Keterampilan
inferensi
tersirat
ketika
memahami
informasi, dan kemampuan evaluasi berbagai jenis teks dalam
bahasa Inggris sudah berkembang. Mereka memproduksi teks lisan
dan tulisan serta visual dalam bahasa Inggris yang terstruktur
dengan kosakata yang lebih beragam. Peserta didik memproduksi
beragam teks tulisan dan visual, fiksi maupun non-fiksi dengan
kesadaran terhadap tujuan dan target pembaca/pemirsa.
Elemen Menyimak – Berbicara
Pada akhir Fase F, peserta didik menggunakan bahasa Inggris untuk
berkomunikasi dengan guru, teman sebaya dan orang lain dalam
berbagai macam situasi dan tujuan. Mereka menggunakan dan
merespon pertanyaan terbuka dan menggunakan strategi untuk
memulai, mempertahankan dan menyimpulkan percakapan dan
diskusi. Mereka memahami dan mengidentifikasi ide utama dan detail
relevan dari diskusi atau presentasi mengenai berbagai macam topik.
Mereka menggunakan bahasa Inggris untuk menyampaikan opini
terhadap isu sosial dan untuk membahas minat, perilaku dan nilainilai lintas konteks budaya yang dekat dengan kehidupan pemuda.
Mereka memberikan dan mempertahankan pendapatnya, membuat
perbandingan dan mengevaluasi perspektifnya. Mereka menggunakan
strategi koreksi dan perbaikan diri, dan menggunakan elemen nonverbal seperti bahasa tubuh, kecepatan bicara dan nada suara untuk
dapat dipahami dalam sebagian besar konteks.
By the end of Phase F, students use English to communicate with
teachers, peers and others in a range of settings and for a range of
purposes. They use and respond to open-ended questions and use
strategies to initiate, sustain and conclude conversations and discussion.
They understand and identify the main ideas and relevant details of
discussions or presentations on a wide range of topics. They use English
to express opinions on social issues and to discuss youth-related
interests, behaviours and values across cultural contexts. They give and
justify opinions, make comparisons and evaluate perspectives. They
employ self-correction and repair strategies, and use non-verbal elements
such as gestures, speed and pitch to be understood in most contexts.
Elemen Membaca – Memirsa
Pada akhir Fase F, peserta didik membaca dan merespon berbagai
macam teks seperti narasi, deskripsi, eksposisi, prosedur, argumentasi,
dan diskusi secara mandiri. Mereka membaca untuk mempelajari
sesuatu dan membaca untuk kesenangan. Mereka mencari, membuat
sintesis dan mengevaluasi detil spesifik dan inti dari berbagai macam
jenis teks. Teks ini dapat berbentuk cetak atau digital, termasuk di
antaranya teks visual, multimodal atau interaktif. Mereka menunjukkan
pemahaman terhadap ide pokok, isu-isu atau pengembangan plot
dalam berbagai macam teks. Mereka mengidentifikasi tujuan penulis
dan melakukan inferensi untuk memahami informasi tersirat dalam
teks.
By the end of Phase F, students independently read and respond to a
wide range of texts such as narratives, descriptives, expositions,
procedures, argumentatives and discussions. They read to learn and read
for pleasure. They locate, synthesize and evaluate specific details and gist
from a range of text genres. These texts may be in the form of print or
162
digital texts, including visual, multimodal or interactive texts. They
demonstrate an understanding of the main ideas, issues or plot
development in a range of texts. They identify the author’s purpose and
make inference to comprehend implicit information in the text.
Elemen Menulis – Mempresentasikan
Pada akhir Fase F, peserta didik menulis berbagai jenis teks fiksi dan
faktual secara mandiri, menunjukkan kesadaran peserta didik terhadap
tujuan dan target pembaca. Mereka membuat perencanaan, menulis,
mengulas dan menulis ulang berbagai jenis tipe teks dengan
menunjukkan strategi koreksi diri, termasuk tanda baca, huruf besar,
dan tata bahasa. Mereka menyampaikan ide kompleks dan
menggunakan berbagai kosakata dan tata bahasa yang beragam dalam
tulisannya. Mereka menuliskan kalimat utama dalam paragraf-paragraf
mereka dan menggunakan penunjuk waktu untuk urutan, juga
konjungsi, kata penghubung dan kata ganti orang ketiga untuk
menghubungkan atau membedakan ide antar dan di dalam paragraf.
Mereka menyajikan informasi menggunakan berbagai mode presentasi
untuk menyesuaikan dengan pemirsa dan untuk mencapai tujuan yang
berbeda-beda, dalam bentuk cetak dan digital.
By the end of Phase F, students independently write an extensive range
of fictional and factual text types, showing an awareness of purpose and
audience. They plan, write, review and redraft a range of text types with
some evidence of self-correction strategies, including punctuation,
capitalization and tenses. They express complex ideas and use a wide
range of vocabulary and verb tenses in their writing. They include topic
sentences in their paragraphs and use time markers for sequencing, also
conjunctions, connectives and pronoun references for linking or
contrasting ideas between and within paragraphs. They present
information using different modes of presentation to suit different
audiences and to achieve different purposes, in print and digital forms.
163
V.2. CAPAIAN PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS TINGKAT LANJUT
A. Rasional Mata Pelajaran Bahasa Inggris Tingkat Lanjut
Bahasa Inggris Tingkat Lanjut adalah program di luar pengajaran
bahasa Inggris wajib, yang diberikan untuk Kelas XI dan XII
(SMA/MA/Program Paket C) dengan memfasilitasi peserta didik yang
benar-benar berminat untuk mempelajari bahasa Inggris dengan lebih
komprehensif dan terfokus. Program ini diharapkan dapat membantu
peserta didik agar berhasil mencapai kemampuan akademik yang
ditargetkan serta life skills yang diperlukan untuk dapat hidup dalam
tatanan dunia dan teknologi yang berubah dengan cepat. Selain life
skills, di dalam pembelajaran Bahasa Inggris Tingkat Lanjut juga
menekankan pada keterampilan Abad 21 (berpikir kritis, kreativitas,
komunikasi, dan kolaborasi), pengembangan karakter, dan literasi
sesuai kebutuhan.
Pengajaran Bahasa Inggris Tingkat Lanjut ini memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk mengembangkan kemampuan bahasa
Inggris, pada keempat keterampilan bahasa Inggris yang meliputi
menyimak, berbicara, membaca dan menulis, kepada tingkat yang
lebih tinggi. Capaian Pembelajaran minimal keempat keterampilan
Bahasa Inggris pada program Bahasa Inggris Tingkat Lanjut ini
mengacu
pada
Common
European
Framework
of
Reference
for
Languages: Learning, Teaching, Assessment (CEFRL) dan setara Level
B2.
English Level B2 adalah tingkat keempat bahasa Inggris, yakni
tingkat Upper Intermediate dalam Common European Framework of
Reference (CEFR), suatu penentuan berbagai tingkat kecakapan
bahasa yang disusun oleh Dewan Eropa. Dalam percakapan seharihari, tingkat ini biasa disebut sebagai confident atau percaya diri. Pada
tingkat ini, peserta didik dapat berfungsi secara mandiri di berbagai
lingkungan akademik dan profesional menggunakan bahasa Inggris,
meskipun dengan berbagai nuansa dan keakuratan yang terbatas.
(https://www.cambridgeenglish.org/exams-and-tests/cefr/; EF, CEFR,
https://www.efset.org/id/cefr/b2/).
Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran Bahasa Inggris
Tingkat Lanjut ini adalah pendekatan berbasis teks (genre-based
approach), yakni pembelajaran difokuskan pada teks, dalam berbagai
moda,
baik
lisan,
tulisan,
visual,
164
audio,
maupun
multimodal.
Pembelajaran
dirancang
untuk
memberikan
pengalaman
dalam
menggunakan teks-teks berbahasa Inggris untuk memahami dan
menerapkan
berdasarkan
pengetahuan
rasa
faktual,
konseptual,
keingintahuan
(curiousity)
dan
prosedural
tentang
ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya terkait fenomena dan
kejadian tampak kasad mata. Teks menjadi fokus pembelajaran
sebagaiamana yang dikatakan oleh Halliday dan Mathiesen (2014: 3)
bahwa “When people speak or write, they produce text, and text is what
listeners and readers engage with and interpret.” Untuk itu, pengajaran
juga difokuskan pada penguatan kemampuan menggunakan bahasa
Inggris dalam empat keterampilan berbahasa, yakni menyimak,
berbicara, membaca dan menulis secara terpadu, dalam tiga jenis teks,
yakni naratif, eksposisi, dan diskusi. Ada 4 tahap pada pengajaran
bahasa yang menggunakan pendekatan berbasis teks: tahap pertama
Building Knowledge of Field; guru dan peserta didik membangun
konteks budaya, berbagi pengalaman, membahas kosakata, pola-pola
kalimat, dan sebagainya. Pada tahap kedua, Modelling of Text; guru
menunjukkan teks model (lisan atau tulisan) dari jenis teks yang
sedang dipelajari. Tahap ketiga, Joint Construction of Text; peserta didik
mencoba memproduksi teks secara berkelompok dengan bantuan
guru. Tahap keempat, Independent Construction of Text; peserta didik
diberi kesempatan untuk memproduksi teks lisan dan tulisan secara
mandiri,
dengan
bimbingan
guru
yang
minimal,
hanya
kalau
diperlukan.
Pembelajaran Bahasa Inggris Tingkat Lanjut juga dirancang untuk
membentuk Profil Pelajar Pancasila seperti beriman dan berakhlak
mulia,
mandiri,
bernalar
kritis,
kreatif,
gotong
royong,
dan
berkebhinekaan global, baik secara langsung maupun tidak langsung,
dalam berinteraksi dengan lingkungan sosial dan alam melalui
pembelajaran yang bersifat kontekstual. Dalam kaitannya dengan
tujuan pembentukan Profil Pelajar Pancasila, pengajaran Bahasa
Inggris Tingkat Lanjut diharapkan dapat mewujudkan peserta didik
yang merdeka, yakni menjadi pengguna bahasa Inggris yang mandiri
dan percaya diri, selain itu, pembentukan Profil Pelajar Pancasila juga
dapat dicapai melalui berbagai aktivitas pembelajaran dengan berbagai
jenis teks.
165
B. Tujuan Mata Pelajaran Bahasa Inggris Tingkat Lanjut
Mata pelajaran Bahasa Inggris Tingkat Lanjut bertujuan untuk
memastikan peserta didik sebagai berikut.
1. Menggunakan bahasa Inggris secara mandiri dan dengan rasa
percaya diri untuk mencapai tujuan komunikasi baik lisan maupun
tulisan dalam tiga jenis teks, yakni naratif, eksposisi, dan diskusi
dalam empat keterampilan berbahasa secara terpadu, dengan
kompetensi bahasa Inggris setara Level B2 CEFR.
Pada Level B2 CEFR, peserta didik diharapkan mampu:
a. memahami gagasan utama dari teks yang kompleks baik
tentang topik konkrit terkait kejadian-kejadian di lingkungan
sekitar, maupun abstrak terkait isu mutakhir atau topik terkait
mata pelajaran lain dalam teks naratif, eksposisi, dan diskusi;
b. berinteraksi dengan lancar, spontan, dan mampu berinteraksi
secara teratur dengan penutur jati bahasa Inggris, serta cukup
mungkin tanpa ada hambatan bagi kedua belah pihak yang
berkomunikasi atau berinteraksi;
c. memproduksi teks dengan struktur organisasi yang jelas dan
detail, tentang berbagai topik dan menjelaskan pendapat atau
pandangan terkait isu dalam topik tertentu dengan memberikan
manfaat dan kelemahan (pro dan kontra) dari berbagai pilihan
atau pendapat.
Semua karakteristik kemampuan bahasa Inggris Level B2 di atas
sesuai dengan tujuan dari teks naratif, eksposisi, dan diskusi.
2. Memiliki keterampilan Abad 21, termasuk berpikir kritis, kreatif,
berkomunikasi lisan dan tulisan, dan mampu bekerja sama, serta
mampu berliterasi digital.
3. Menjadi warga masyarakat global yang tetap memegang teguh nilainilai
Pancasila
sebagai
falsafah
hidup
mengedepankan Profil Pelajar Pancasila
bangsa
dengan
seperti beriman dan
berakhlak mulia, mandiri, bernalar kritis, kreatif, gotong royong,
dan berkebhinekaan global.
C. Karakteristik Mata Pelajaran Bahasa Inggris Tingkat Lanjut
1. Pengajaran
mencakup
empat
keterampilan
berbahasa,
yakni
menyimak, berbicara, membaca dan menulis yang diajarkan secara
terintegrasi dalam siklus pengajaran berbasis teks, khususnya 3
166
jenis teks, yakni naratif, eksposisi, dan diskusi. Teks naratif dipilih
karena tiga alasan utama. Pertama, teks naratif merupakan life—
worlds (Macken-Horarik, dkk, 2017: 32) peserta didik, tersedia di
setiap masa, dalam setiap kalangan dan kelompok usia, dalam
berbagai jenis dan topik, mulai dari topik sejarah sampai topik
terkini. Kedua, teks naratif bertujuan untuk menghibur, dan
merupakan bagian dari karya sastra. Hal ini diharapkan mampu
menarik perhatian dan meningkatkan minat peserta didik untuk
terus belajar bahasa Inggris. Alasan terakhir adalah naratif juga
memainkan peran penting dalam menentukan cara pandang
seseorang terhadap dunia (Bruner, 1986; Gee, 1989,1999, dalam
Lopez-Bonilla, 2011:49). Teks eksposisi dan diskusi dipilih karena
jenis teks ini mempunyai peranan yang sangat penting, tidak hanya
di dunia akademik, tetapi juga di dunia kerja. Teks eksposisi dan
diskusi menuntut peserta didik untuk mampu menggunakan
bahasa Inggris untuk mengemukakan pendapat tentang suatu isu,
dengan mengungkapkan argumen yang didukung fakta, data, dan
pendapat para ahli terkait isu tersebut. Teks diskusi, khususnya,
menuntut peserta didik untuk melihat satu isu dari berbagai
perspektif,
mendukung
minimal
dan
dua
perspektif,
menentang.
yakni
Pengajaran
perspektif
teks
diskusi
yang
dapat
memfasilitasi peserta didik untuk berlatih berdebat dalam bahasa
Inggris dan juga kemampuan yang sangat penting baik dalam
dunia akademik maupun dalam dunia kerja dewasa ini. Kedua
jenis teks ini, dengan argumen sebagai bagian utama, berperan
penting dalam pengembangan kemampuan berpikir kritis dan
mendapat perhatian besar dari pemerintah dewasa ini.
2. Ketiga teks ini disajikan bukan hanya dalam bentuk teks tulisan,
tetapi juga teks lisan (monolog atau dialog), teks visual, teks audio,
dan teks multimodal (teks yang mengandung aspek verbal, visual
dan audio), baik otentik maupun teks yang dibuat untuk tujuan
pengajaran, baik tunggal maupun teks ganda, yang diproduksi
dalam
kertas
maupun
layar.
Hal
ini
diupayakan
untuk
memfasilitasi peserta didik supaya terampil menggunakan teknologi
(literasi teknologi), sehingga kemampuan peserta didik meningkat
dalam mengelola informasi digital.
3. Pengajaran
sastra
dan
lintas
167
budaya
menjadi
bagian
dari
pengajaran Bahasa Inggris Tingkat Lanjut, karena teks merupakan
konstruksi sosial, pembahasan teks tidak akan terlepas dari
pembahasan budaya yang direfleksikan dalam setiap teks yang
dibahas. Dengan demikian, pengajaran sastra dan budaya sudah
inklusif dalam pengajaran pada 3 jenis teks di atas.
4. Konsep belajar yang digunakan adalah the zone of proximal
development, yakni bahwa proses belajar harus menciptakan jarak
antara
tingkat
penyelesaian
perkembangan
masalah
aktual
secara
yang
mandiri
ditentukan
dengan
oleh
tingkat
perkembangan yang dicapai di bawah bimbingan orang dewasa
(guru) atau kerja sama dengan teman sebaya yang lebih mampu
(Vygotsky, 1978: 86). Dalam kaitannya dengan konsep merdeka
belajar, pengajaran Bahasa Inggris Tingkat Lanjut diharapkan
dapat mewujudkan para peserta didik yang merdeka, yakni
menjadi pengguna bahasa Inggris yang mandiri dan percaya diri.
5. Proses belajar berlangsung berdasarkan konsep bahwa belajar
merupakan proses sosial, dan peserta didik belajar bahasa, belajar
melalui bahasa, dan belajar tentang bahasa (Halliday, dalam Feez
and Joyce, 1998).
6. Proses belajar terjadi dalam kerangka apprenticeship (magang), di
mana guru berperan sebagai ahli yang bisa memberikan bimbingan
sampai peserta didik memiliki kemampuan yang diharapkan.
Proses belajar selanjutnya berfokus pada peserta didik (learnercentred) (Tyler, 1949, 1990), yakni bahwa proses belajar harus
difokuskan pada upaya mengubah perilaku peserta didik (yang
asalnya dari tidak mampu menjadi mampu), dalam menggunakan
bahasa Inggris pada empat keterampilan berbahasa dalam jenis
teks naratif, eksposisi, dan diskusi.
7. Prinsip belajar adalah scaffolding, yakni bantuan tutorial yang
diberikan oleh guru atau orang dewasa lain yang mengetahui cara
mengontrol hal-hal yang berada di luar kapasitas peserta didik
(Wood, Bruner and Ross, 1976; Wells, 1999).
Guru berperan
mengajarkan kepada peserta didik cara melakukan sesuatu, dalam
hal ini cara menggunakan bahasa Inggris dan memberikan
kesempatan untuk mempraktikkannya (Mendelsohn, 2008: 56).
168
Elemen-elemen mata pelajaran beserta deskripsinya
Elemen
Deskripsi
Menyimak (Listening)
Peserta didik diharapkan mencapai kemampuan
yang ditargetkan dalam mata pelajaran Bahasa
Inggris wajib dan mampu memahami gagasan
utama dari teks dengaran yang kompleks baik
tentang topik konkrit terkait kejadian-kejadian di
lingkungan sekitar, maupun abstrak terkait isu
mutakhir atau topik terkait mata pelajaran lain
dalam teks naratif, eksposisi dan diskusi.
Membaca (Reading)
Peserta didik diharapkan mencapai kemampuan
yang ditargetkan dalam mata pelajaran Bahasa
Inggris wajib dan mampu memahami gagasan
utama dari teks tulis, baik dalam bentuk cetak
maupun dalam visual, baik teks tunggal maupun
ganda, dan yang kompleks baik topik konkrit
terkait kejadian-kejadian di lingkungan sekitar,
maupun abstrak terkait isu mutakhir atau topik
terkait mata pelajaran lain dalam teks naratif,
eksposisi dan diskusi.
Menulis (Writing)
Peserta didik diharapkan mencapai kemampuan
yang ditargetkan dalam mata pelajaran Bahasa
Inggris wajib dan mampu memproduksi teks
dengan struktur organisasi yang jelas dan detail
dalam jenis teks naratif, eksposisi dan diskusi
tentang berbagai topik dan menjelaskan pendapat
atau pandangan terkait isu dalam topik tertentu
dengan menjelaskan manfaat dan kelemahan
atau argumen yang mendukung dan menentang
tentang berbagai pilihan atau pendapat.
Berbicara (Speaking)
Peserta didik mencapai kemampuan yang
ditargetkan dalam mata pelajaran Bahasa Inggris
wajib dan mampu berinteraksi dengan lancar
dan spontan secara teratur dengan penutur asli
bahasa Inggris dan cukup mungkin tanpa ada
hambatan bagi kedua belah pihak yang
berkomunikasi atau berinteraksi dalam jenis teks
naratif, eksposisi, diskusi.
D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Bahasa Inggris Tingkat Lanjut
Setiap Fase
Fase F, Umumnya untuk Kelas XI dan XII (SMA/MA/Program Paket C)
Pada akhir Fase F, peserta didik menggunakan teks lisan, tulisan dan
visual dalam bahasa Inggris untuk berkomunikasi sesuai dengan
situasi, tujuan, dan pemirsa/pembacanya. Berbagai jenis teks seperti
naratif, eksposisi, diskusi, teks sastra, teks otentik maupun multiteks
menjadi rujukan utama dalam mempelajari bahasa inggris pada fase
ini. Peserta didik menggunakan kemampuan bahasa Inggris untuk
mengeksplorasi teks naratif, eksposisi, dan diskusi dalam berbagai
macam topik termasuk isu sosial dan konteks budaya. Pada fase ini,
169
bukan hanya kemampuan berbahasa peserta didik yang semakin
berkembang,
tetapi
juga
kemampuan
berpikir
kritis,
kreatif,
komunikatif, kolaboratif, dan percaya diri demi terwujudnya Profil
Pelajar Pancasila.
Elemen
Menyimak (Listening)
Capaian Pembelajaran
Pada akhir Fase ini, peserta didik diharapkan
mencapai kemampuan yang ditargetkan dalam
mata pelajaran Bahasa Inggris wajib dan mampu
memahami gagasan utama dari teks dengaran
yang kompleks baik tentang topik konkrit terkait
kejadian-kejadian di lingkungan sekitar, maupun
abstrak terkait isu mutakhir atau topik terkait
mata pelajaran lain dalam teks naratif, eksposisi
dan diskusi.
At the completion of Phase F, students are expected to
achieve the targeted competence in the compulsory
English subject and to comprehend main ideas of
complex listened texts, on both concrete and abstract
topics (on events in their surrounding and current
issue), including those specialised ones relevant to
other subjects in the curriculum in Narrative,
Exposition and Discussion texts.
Membaca (Reading)
Pada akhir Fase ini, peserta didik diharapkan
mencapai kemampuan yang ditargetkan dalam
mata pelajaran Bahasa Inggris wajib dan mampu
memahami gagasan utama dari teks tulisan, baik
dalam bentuk cetak maupun dalam visual, baik
teks tunggal maupun ganda, yang kompleks baik
topik konkrit terkait kejadian-kejadian di
lingkungan sekitar, maupun abstrak terkait isu
mutakhir atau topik terkait mata pelajaran lain
dalam teks naratif, eksposisi, dan diskusi.
At the completion of Phase F, students are expected to
achieve the targeted competence in the compulsory
English subject, and can comprehend main ideas of
complex written texts, both in print and on screen,
single or multiple, both on concrete and abstract
topics (on events in their surrounding and current
issue), including the discussion on specialised ones
relevant to other subjects in the curriculum in three
text types: Narrative, Exposition and Discussion.
Menulis (Writing)
Pada akhir Fase ini, peserta didik diharapkan
mencapai kemampuan yang ditargetkan dalam
mata pelajaran Bahasa Inggris wajib dan mampu
memproduksi teks dengan struktur organisasi yang
jelas dan detail dalam jenis teks naratif, eksposisi
dan diskusi tentang berbagai topik dan
menjelaskan pendapat atau pandangan terkait isu
170
Elemen
Capaian Pembelajaran
dalam topik tertentu dengan menjelaskan manfaat
dan kelemahan atau argumen yang mendukung
dan menentang tentang berbagai pilihan atau
pendapat.
At the completion of Phase F, students are expected to
achieve the targeted competence in the compulsory
English subject, and can produce texts with a clear
and detailed structure of organisation on different
topics, and express ideas or opinions on a certain
issues or topics by explaining the strengths and
weaknesses or arguments for and against of different
choices or opinions.
Berbicara
(Speaking)
Pada akhir Fase ini, peserta didik mencapai
kemampuan yang ditargetkan dalam mata
pelajaran Bahasa Inggris wajib dan mampu
berinteraksi dengan lancar dan spontan secara
teratur dengan penutur asli Bahasa Inggris, serta
cukup mungkin tanpa ada hambatan bagi kedua
belah pihak yang berkomunikasi atau berinteraksi
dalam jenis teks naratif, eksposisi, dan diskusi.
At the end of this Phase, students are expected to
achieve the targeted competence in the compulsory
English subject and can interact fluently and
spontaneously, and can interact regularly with
English native speakers and quite possibly without
hindrances for both sides of interactants or can
interact in these text types that is Narrative,
Exposition and Discussion.
171
VI. CAPAIAN PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DAN SOSIAL (IPAS)
SD/MI/PROGRAM PAKET A
A. Rasional Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS)
Tantangan yang dihadapi umat manusia kian bertambah dari waktu ke
waktu. Permasalahan yang dihadapi saat ini tidak lagi sama dengan
permasalahan yang dihadapi satu dekade atau bahkan satu abad yang
lalu. Ilmu pengetahuan dan teknologi terus dikembangkan untuk
menyelesaikan setiap tantangan yang dihadapi. Oleh karenanya, pola
pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS) perlu disesuaikan
agar generasi muda dapat menjawab dan menyelesaikan tantangantantangan yang dihadapi di masa yang akan datang.
Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS) adalah ilmu pengetahuan
yang mengkaji tentang makhluk hidup dan benda mati di alam semesta
serta interaksinya, dan mengkaji kehidupan manusia sebagai individu
sekaligus
sebagai
makhluk
sosial
yang
berinteraksi
dengan
lingkungannya. Secara umum, ilmu pengetahuan diartikan sebagai
gabungan berbagai pengetahuan yang disusun secara logis dan
bersistem dengan memperhitungkan sebab dan akibat (Kamus Besar
Bahasa Indonesia, 2016). Pengetahuan ini melingkupi pengetahuan
alam dan pengetahuan sosial.
Pendidikan IPAS memiliki peran dalam mewujudkan Profil Pelajar
Pancasila sebagai gambaran ideal profil peserta didik Indonesia. IPAS
membantu peserta didik menumbuhkan keingintahuannya terhadap
fenomena yang terjadi di sekitarnya. Keingintahuan ini dapat memicu
peserta didik untuk memahami bagaimana alam semesta bekerja dan
berinteraksi dengan kehidupan manusia di muka bumi. Pemahaman ini
dapat dimanfaatkan untuk mengidentifikasi berbagai permasalahan
yang dihadapi dan menemukan solusi untuk mencapai tujuan
pembangunan berkelanjutan. Prinsip-prinsip dasar metodologi ilmiah
dalam pembelajaran IPAS akan melatih sikap ilmiah (keingintahuan
yang tinggi, kemampuan berpikir kritis, analitis dan kemampuan
mengambil kesimpulan yang tepat) yang melahirkan kebijaksanaan
dalam diri peserta didik.
Sebagai negara yang kaya akan budaya dan kearifan lokal, melalui IPAS
diharapkan peserta didik menggali kekayaan kearifan lokal terkait IPAS
termasuk menggunakannya dalam memecahkan masalah. Oleh karena
172
itu, fokus utama yang ingin dicapai dari pembelajaran IPAS di
SD/MI/Program Paket A bukanlah pada seberapa banyak konten materi
yang dapat diserap oleh peserta didik, akan tetapi dari seberapa besar
kompetensi peserta didik dalam memanfaatkan pengetahuan yang
dimiliki. Dengan mempertimbangkan bahwa anak usia SD/MI/Program
Paket A masih melihat segala sesuatu secara apa adanya, utuh dan
terpadu maka pembelajaran IPA dan IPS disederhanakan menjadi satu
mata pelajaran yaitu IPAS. Hal ini juga dilakukan dengan pertimbangan
anak usia SD/MI/Program Paket A masih dalam tahap berpikir
konkrit/sederhana, holistik, komprehensif, dan tidak detail.
Pembelajaran di SD/MI/Program Paket A perlu memberikan peserta
didik
kesempatan
untuk
melakukan
eksplorasi,
investigasi
dan
mengembangkan pemahaman terkait lingkungan di sekitar nya. Jadi
mempelajari fenomena alam serta interaksi manusia dengan alam dan
antar manusia sangat penting dilakukan di tahapan ini.
B. Tujuan Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS)
Dengan mempelajari IPAS, peserta didik mengembangkan dirinya
sehingga sesuai dengan profil Pelajar Pancasila dan dapat:
1. mengembangkan ketertarikan serta rasa ingin tahu sehingga peserta
didik terpicu untuk mengkaji fenomena yang ada di sekitar manusia,
memahami
alam
semesta
dan
kaitannya
dengan
kehidupan
manusia;
2. berperan
aktif
dalam
memelihara,
menjaga,
melestarikan
lingkungan alam, mengelola sumber daya alam dan lingkungan
dengan bijak;
3. mengembangkan keterampilan inkuiri untuk mengidentifikasi,
merumuskan hingga menyelesaikan masalah melalui aksi nyata;
4. mengerti siapa dirinya, memahami bagaimana lingkungan sosial dia
berada,
memaknai
bagaimanakah
kehidupan
manusia
dan
masyarakat berubah dari waktu ke waktu;
5. memahami persyaratan yang diperlukan peserta didik untuk
menjadi anggota suatu kelompok masyarakat dan bangsa serta
memahami arti menjadi anggota masyarakat bangsa dan dunia,
sehingga
dia
dapat
berkontribusi
dalam
menyelesaikan
permasalahan yang berkaitan dengan dirinya dan lingkungan di
sekitarnya; dan
173
6. mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep di dalam
IPAS serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
C. Karakteristik Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS)
Seiring
dengan
perkembangan
zaman,
ilmu
pengetahuan
juga
senantiasa mengalami perkembangan. Apa yang kita ketahui sebagai
sebuah kebenaran ilmiah di masa lampau boleh jadi mengalami
pergeseran di masa kini maupun masa depan. Itu sebabnya ilmu
pengetahuan bersifat dinamis dan merupakan sebuah upaya terus
menerus yang dilakukan oleh manusia untuk mengungkap kebenaran
dan memanfaatkannya untuk kehidupan (Sammel, 2014).
Daya dukung alam dalam memenuhi kebutuhan manusia dari waktu ke
waktu juga semakin berkurang. Pertambahan populasi manusia yang
terjadi secara eksponensial juga memicu banyaknya permasalahan yang
dihadapi.
Seringkali
permasalahan
yang
muncul
tidak
dapat
diselesaikan dengan melihat dari satu sudut pandang: keilmuan alam
atau dari sudut pandang ilmu sosial saja, melainkan dibutuhkan
pendekatan yang lebih holistik yang meliputi berbagai lintas disiplin
ilmu (Yanitsky, 2017). Untuk memberikan pemahaman ini kepada
peserta
didik,
pembelajaran
ilmu
pengetahuan
alam
dan
ilmu
pengetahuan sosial perlu dipadukan menjadi satu kesatuan yang
kemudian kita sebut dengan istilah IPAS. Dalam pembelajaran IPAS, ada
2 elemen utama yakni pemahaman IPAS (sains dan sosial), dan
keterampilan Proses.
Elemen
Pemahaman IPAS (sains
dan sosial)
Deskripsi
Ilmu pengetahuan mengambil peran penting
dalam mengembangkan teori-teori yang
membantu kita memahami bagaimana dunia kita
bekerja. Lebih jauh lagi, ilmu pengetahuan telah
membantu kita mengembangkan teknologi dan
sistem tata kelola yang mendukung terciptanya
kehidupan yang lebih baik. Dengan menguasai
ilmu pengetahuan kita dapat melakukan banyak
hal untuk menyelesaikan permasalahan atau
menghadapi tantangan yang ada.
Memiliki pemahaman IPAS merupakan bukti
ketika seseorang memilih dan mengintegrasikan
pengetahuan ilmiah yang tepat untuk
menjelaskan serta memprediksi suatu fenomena
atau fakta dan menerapkan pengetahuan tersebut
dalam situasi yang berbeda. Pengetahuan ilmiah
ini berkaitan dengan fakta, konsep, prinsip,
174
Elemen
Deskripsi
hukum, teori dan model yang telah ditetapkan
oleh para ilmuwan.
Keterampilan proses
Dalam profil Pelajar Pancasila, disebutkan bahwa
peserta didik Indonesia yang bernalar kritis
mampu memproses informasi baik kualitatif
maupun kuantitatif secara objektif, membangun
keterkaitan antara berbagai informasi,
menganalisis informasi, mengevaluasi, dan
menyimpulkannya. Dengan memiliki
keterampilan proses yang baik maka profil
tersebut dapat dicapai.
Keterampilan proses adalah sebuah proses
intensional dalam melakukan diagnosa terhadap
situasi, memformulasikan permasalahan,
mengkritisi suatu eksperimen dan menemukan
perbedaan dari alternatif-alternatif yang ada,
mencari opini yang dibangun berdasarkan
informasi yang kurang lengkap, merancang
investigasi, menemukan informasi, menciptakan
model, mendebat rekan sejawat menggunakan
fakta, serta membentuk argumen yang koheren
(Linn, Davis, & Bell 2004). Inkuiri sangat
direkomendasikan sebagai bentuk pendekatan
dalam pengajaran karena hal ini terbukti
membuat peserta didik lebih terlibat dalam
pembelajaran (Anderson, 2002).
Dalam pengajaran IPAS, terdapat dua pendekatan
pedagogis: pendekatan deduktif dan induktif
(Constantinou et.al, 2018). Peran guru dalam
pendekatan deduktif adalah menyajikan suatu
konsep berikut logika terkait dan memberikan
contoh penerapan. Dalam pendekatan ini, peserta
didik diposisikan sebagai pembelajar yang pasif
(hanya menerima materi). Sebaliknya, dalam
pendekatan induktif, peserta didik diberikan
kesempatan yang lebih leluasa untuk melakukan
observasi, melakukan eksperimen dan dibimbing
oleh guru untuk membangun konsep berdasarkan
pengetahuan yang dimiliki (Rocard, et.al., 2007).
Pembelajaran berbasis inkuiri memiliki peran
penting dalam pendidikan sains (e.g. Blumenfeld
et al., 1991; Linn, Pea, & Songer, 1994; National
Research Council, 1996; Rocard et al., 2007). Hal
ini didasarkan pada pengakuan bahwa sains
secara esensial didorong oleh pertanyaan, proses
yang terbuka, kerangka berpikir yang dapat
dipertanggungjawabkan, dan dapat diprediksi.
Oleh karenanya peserta didik perlu mendapatkan
pengalaman personal dalam menerapkan inkuiri
saintifik agar aspek fundamental IPAS ini dapat
membudaya dalam dirinya (Linn, Songer, & Eylon,
1996; NRC, 1996).
Menurut Ash (2000) dan diadopsi dari Murdoch
(2015), sekurang-kurangnya ada enam
175
Elemen
Deskripsi
keterampilan inkuiri yang perlu dimiliki peserta
didik.
1. Mengamati
Mengamati sebuah fenomena dan peristiwa
merupakan awal dari proses inkuiri yang
akan terus berlanjut ke tahapan berikutnya.
Pada saat melakukan pengamatan, peserta
didik memperhatikan fenomena dan peristiwa
dengan saksama, mencatat, serta
membandingkan informasi yang dikumpulkan
untuk melihat persamaan dan perbedaannya.
Pengamatan bisa dilakukan langsung atau
menggunakan instrumen lain seperti
kuesioner, wawancara.
2. Mempertanyakan dan memprediksi
Peserta didik didorong untuk mengajukan
pertanyaan tentang hal-hal yang ingin
diketahui pada saat melakukan pengamatan.
Pada tahap ini peserta didik juga
menghubungkan pengetahuan yang dimiliki
dengan pengetahuan baru yang akan
dipelajari sehingga bisa memprediksi apa
yang akan terjadi dengan hukum sebab
akibat.
3. Merencanakan dan melakukan penyelidikan
Setelah mempertanyakan dan membuat
prediksi berdasarkan pengetahuan dan
informasi yang dimiliki, peserta didik
membuat rencana dan menyusun langkahlangkah operasional berdasarkan referensi
yang benar. Peserta didik dapat menjawab
pertanyaan dan membuktikan prediksi
dengan melakukan penyelidikan. Tahapan ini
juga mencakup identifikasi dan inventarisasi
faktor-faktor operasional baik internal
maupun eksternal di lapangan yang
mendukung dan menghambat kegiatan.
Berdasarkan perencanaan tersebut, peserta
didik mengambil data dan melakukan
serangkaian tindakan yang dapat digunakan
untuk mendapatkan temuan-temuan.
4. Memproses, menganalisis data dan informasi
Peserta didik memilih dan mengorganisasikan
informasi yang diperoleh. Ia menafsirkan
informasi yang didapatkan dengan jujur dan
bertanggung jawab. Selanjutnya, menganalisis
menggunakan alat dan metode yang tepat,
menilai relevansi informasi yang ditemukan
dengan mencantumkan referensi rujukan,
serta menyimpulkan hasil penyelidikan.
5. Mengevaluasi dan refleksi
Pada tahapan ini peserta didik menilai apakah
kegiatan yang dilakukan sesuai dengan
tujuan yang direncanakan atau tidak. Pada
akhir siklus ini, peserta didik juga meninjau
kembali proses belajar yang dijalani dan halhal yang perlu dipertahankan dan/atau
176
Elemen
Deskripsi
diperbaiki pada masa yang akan datang.
Peserta didik melakukan refleksi tentang
bagaimana pengetahuan baru yang
dimilikinya dapat bermanfaat bagi diri sendiri,
orang lain, dan lingkungan sekitar dalam
perspektif global untuk masa depan
berkelanjutan.
6. Mengomunikasikan hasil
Peserta didik melaporkan hasil secara
terstruktur melalui lisan atau tulisan,
menggunakan bagan, diagram maupun
ilustrasi, serta dikreasikan ke dalam media
digital dan non-digital untuk mendukung
penjelasan. Peserta didik lalu
mengomunikasikan hasil temuannya dengan
mempublikasikan hasil laporan dalam
berbagai media, baik digital dan atau non
digital. Pelaporan dapat dilakukan
berkolaborasi dengan berbagai pihak.
Keterampilan proses tidak selalu merupakan
urutan langkah, melainkan suatu siklus yang
dinamis yang dapat disesuaikan berdasarkan
perkembangan dan kemampuan peserta didik.
D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan
Sosial (IPAS) Setiap Fase
1. Fase A (Umumnya untuk kelas I dan II SD/MI/Program Paket A)
Di
fase
ini,
umumnya
peserta
didik
bisa
mengoptimalkan
kemampuan indranya untuk mengamati, bertanya, mencoba, dan
menceritakan pengalaman belajar yang telah diperolehnya terkait
peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitarnya baik secara verbal
maupun nonverbal dengan menggunakan berbagai media (gambar/
simbol/karya).
Di akhir fase A, peserta didik diharapkan belajar untuk melakukan
proses inkuiri, yaitu: mengamati dan mengajukan pertanyaan terkait
apa yang ada pada dirinya maupun kondisi/fenomena/peristiwa
sederhana yang terjadi di lingkungan sekitar rumah dan sekolah.
Selanjutnya peserta didik mengusulkan ide/menalar, melakukan
investigasi/
penyelidikan/
percobaan,
mengomunikasikan,
menyimpulkan, merefleksikan, dan mengaplikasikan pengalaman
belajar dari proses inkuiri yang sudah dilakukannya.
177
Elemen
Pemahaman IPAS
(sains dan sosial)
Capaian Pembelajaran
Di akhir Fase A, peserta didik mengidentifikasi
dan mengajukan pertanyaan tentang apa yang
ada pada dirinya maupun kondisi di lingkungan
rumah dan sekolah serta mengidentifikasi
permasalahan sederhana yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari.
Peserta didik mengoptimalkan penggunaan
pancaindra untuk melakukan pengamatan dan
bertanya tentang makhluk hidup dan
perubahan benda ketika diberikan perlakuan
tertentu. Peserta didik menggunakan hasil
pengamatan untuk menjelaskan pola sebab
akibat sederhana dengan menggunakan
beberapa media/alat bantu.
Peserta didik mengenal anggota tubuh manusia
(pancaindra), menjelaskan fungsinya dan cara
merawatnya dengan benar. Peserta didik dapat
membedakan antara hewan dan tumbuhan
sesuai dengan bentuk dan ciri-ciri umumnya.
Peserta didik mampu mengelaborasikan
pemahamannya tentang konsep waktu (pagisiang-sore-malam), mengenal nama-nama hari,
nama bulan, kondisi cuaca dalam
keterkaitannya dengan aktivitas sehari-hari.
Peserta didik mampu mendeskripsikan identitas
diri (ciri-ciri fisik, kegemaran) dan orang-orang
di sekitarnya (keluarga, teman dan tetangga)
sehingga dapat menerima perbedaan yang ada
pada diri manusia.
Peserta didik mampu mendeskripsikan silsilah
keluarga, peran serta tanggung jawabnya
sebagai anggota keluarga/kelompok/sekolah.
Peserta didik dapat mendeskripsikan bendabenda di lingkungan sekitar sebagai bagian dari
lingkungan alami dan buatan, mendeskripsikan
kondisi lingkungan rumah dan sekolah dalam
bentuk gambar/denah sederhana. Peserta didik
dapat membedakan lingkungan sehat dan tidak
sehat, mencerminkan perilaku hidup sehat dan
ikut serta menjaga kebersihan lingkungan
rumah dan sekolah.
Keterampilan proses
1. Mengamati
Di akhir fase A, peserta didik mengamati
fenomena dan peristiwa secara sederhana
dengan mengoptimalkan penggunaan
pancaindra
2. Mempertanyakan dan memprediksi
Menyusun dan menjawab pertanyaan
tentang hal-hal yang ingin diketahui saat
melakukan pengamatan. Peserta didik
membuat prediksi mengenai objek dan
peristiwa di lingkungan sekitar.
3. Merencanakan dan melakukan penyelidikan
178
Elemen
Capaian Pembelajaran
Dengan panduan, peserta didik
berpartisipasi dalam penyelidikan untuk
mengeksplorasi dan menjawab pertanyaan.
Melakukan pengukuran tidak baku dengan
cara sederhana untuk mendapatkan data.
4. Memproses, menganalisis data dan
informasi
Menggunakan berbagai metode untuk
mengorganisasikan informasi, termasuk
gambar, tabel. Peserta didik mendiskusikan
dan membandingkan antara hasil
pengamatan dengan prediksi.
5. Mengevaluasi dan refleksi
Dengan panduan, peserta didik
membandingkan hasil pengamatan yang
berbeda dengan mengacu pada teori.
6. Mengomunikasikan hasil
Mengomunikasikan hasil penyelidikan
secara lisan dan tertulis dalam format
sederhana
2. Fase B (Umumnya untuk kelas III dan IV SD/MI/Program Paket A)
Pada Fase B peserta didik mengidentifikasi keterkaitan antara
pengetahuan-pengetahuan yang baru saja diperoleh serta mencari
tahu bagaimana konsep-konsep Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial
berkaitan satu sama lain yang ada di lingkungan sekitar dalam
kehidupan sehari-hari. Penguasaan peserta didik terhadap materi
yang
sedang
dipelajari
ditunjukkan
dengan
menyelesaikan
tantangan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya
peserta didik mengusulkan ide/menalar, melakukan investigasi/
penyelidikan/
percobaan,
mengomunikasikan,
menyimpulkan,
merefleksikan, mengaplikasikan dan melakukan tindak lanjut dari
proses inkuiri yang sudah dilakukannya.
Elemen
Pemahaman IPAS
(sains dan sosial)
Capaian Pembelajaran
Peserta didik menganalisis hubungan antara
bentuk serta fungsi bagian tubuh pada manusia
(pancaindra). Peserta didik dapat membuat
simulasi menggunakan bagan/alat bantu
sederhana tentang siklus hidup makhluk hidup.
Peserta didik dapat mengidentifikasi masalah
yang berkaitan dengan pelestarian sumber daya
alam di lingkungan sekitarnya dan kaitannya
dengan upaya pelestarian makhluk hidup.
179
Elemen
Capaian Pembelajaran
Peserta didik mengidentifikasi proses perubahan
wujud zat dan perubahan bentuk energi dalam
kehidupan sehari-hari. Peserta didik
mengidentifikasi sumber dan bentuk energi
serta menjelaskan proses perubahan bentuk
energi dalam kehidupan sehari-hari (contoh:
energi kalor, listrik, bunyi, cahaya). Peserta
didik memanfaatkan gejala kemagnetan dalam
kehidupan sehari-hari, mendemonstrasikan
berbagai jenis gaya dan pengaruhnya terhadap
arah, gerak dan bentuk benda. Peserta didik
mendeskripsikan terjadinya siklus air dan
kaitannya dengan upaya menjaga ketersediaan
air.
Di akhir fase ini, peserta didik menjelaskan
tugas, peran, dan tanggung jawab sebagai warga
sekolah serta mendeskripsikan bagaimana
interaksi sosial yang terjadi di sekitar tempat
tinggal dan sekolah. Peserta didik
mengidentifikasi ragam bentang alam dan
keterkaitannya dengan profesi masyarakat.
Peserta didik mampu menunjukkan letak
kota/kabupaten dan provinsi tempat tinggalnya
pada peta konvensional/digital. Peserta didik
mendeskripsikan keanekaragaman hayati,
keragaman budaya, kearifan lokal dan upaya
pelestariannya.
Peserta didik mengenal keragaman budaya,
kearifan lokal, sejarah (baik tokoh maupun
periodisasinya) di provinsi tempat tinggalnya
serta menghubungkan dengan konteks
kehidupan saat ini. Peserta didik mampu
membedakan antara kebutuhan dan keinginan,
mengenal nilai mata uang dan
mendemonstrasikan bagaimana uang digunakan
untuk mendapatkan nilai manfaat/ memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari.
Keterampilan proses
1. Mengamati
Di akhir fase ini, peserta didik mengamati
fenomena dan peristiwa secara sederhana
dengan menggunakan pancaindra dan dapat
mencatat hasil pengamatannya.
2. Mempertanyakan dan memprediksi
Dengan menggunakan panduan, peserta
didik mengidentifikasi pertanyaan yang
dapat diselidiki secara ilmiah dan membuat
prediksi berdasarkan pengetahuan yang
dimiliki sebelumnya.
3. Merencanakan dan melakukan penyelidikan
Dengan panduan, peserta didik membuat
rencana dan melakukan langkah-langkah
operasional untuk menjawab pertanyaan
yang diajukan. Menggunakan alat dan
bahan yang sesuai dengan mengutamakan
180
Elemen
Capaian Pembelajaran
keselamatan. Peserta didik menggunakan
alat bantu pengukuran untuk mendapatkan
data yang akurat.
4. Memproses, menganalisis data dan
informasi
Mengorganisasikan data dalam bentuk tabel
dan grafik sederhana untuk menyajikan
data dan mengidentifikasi pola. Peserta didik
membandingkan antara hasil pengamatan
dengan prediksi dan memberikan alasan
yang bersifat ilmiah.
5. Mengevaluasi dan refleksi
Mengevaluasi kesimpulan melalui
perbandingan dengan teori yang ada.
Menunjukkan kelebihan dan kekurangan
proses penyelidikan.
6. Mengomunikasikan hasil
Mengomunikasikan hasil penyelidikan
secara lisan dan tertulis dalam berbagai
format.
3. Fase C (Umumnya untuk kelas V dan VI SD/MI/Program Paket A)
Pada Fase C peserta didik diperkenalkan dengan sistem - perangkat
unsur yang saling terhubung satu sama lain dan berjalan dengan
aturan-aturan tertentu untuk menjalankan fungsi tertentu khususnya yang berkaitan dengan bagaimana alam dan kehidupan
sosial saling berkaitan dalam konteks kebhinekaan. Peserta didik
melakukan suatu tindakan, mengambil suatu keputusan atau
menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari berdasarkan pemahamannya terhadap materi yang telah
dipelajari.
Elemen
Pemahaman IPAS
(sains dan sosial)
Capaian Pembelajaran
Peserta didik melakukan simulasi dengan
menggunakan gambar/bagan/alat/media
sederhana tentang sistem organ tubuh manusia
(sistem pernafasan/pencernaan/peredaran
darah) yang dikaitkan dengan cara menjaga
kesehatan organ tubuhnya dengan benar.
Peserta didik menyelidiki bagaimana hubungan
saling ketergantungan antar komponen biotikabiotik dapat memengaruhi kestabilan suatu
ekosistem di lingkungan sekitarnya.
Berdasarkan pemahamannya terhadap konsep
gelombang (bunyi dan cahaya) peserta didik
mendemonstrasikan bagaimana penerapannya
181
Elemen
Capaian Pembelajaran
dalam kehidupan sehari-hari. Peserta didik
mendeskripsikan adanya ancaman krisis energi
yang dapat terjadi serta mengusulkan upayaupaya individu maupun kolektif yang dapat
dilakukan untuk menghemat penggunaan energi
dan serta penemuan sumber energi alternatif
yang dapat digunakan menggunakan sumber
daya yang ada di sekitarnya.
Peserta didik mendemonstrasikan bagaimana
sistem tata surya bekerja dan kaitannya dengan
gerak rotasi dan revolusi bumi. Peserta didik
merefleksikan bagaimana perubahan kondisi
alam di permukaan bumi terjadi akibat faktor
alam maupun perbuatan manusia,
mengidentifikasi pola hidup yang menyebabkan
terjadinya permasalahan lingkungan serta
memprediksi dampaknya terhadap kondisi
sosial kemasyarakatan, ekonomi.
Di akhir fase ini peserta didik menggunakan
peta konvensional/digital untuk mengenal letak
dan kondisi geografis negara Indonesia. Peserta
didik mengenal keragaman budaya nasional
yang dikaitkan dengan konteks kebhinekaan.
Peserta didik menceritakan perjuangan bangsa
Indonesia dalam melawan imperialisme,
merefleksikan perjuangan para pahlawan dalam
upaya merebut dan mempertahankan
kemerdekaan serta meneladani perjuangan
pahlawan dalam tindakan nyata sehari-hari.
Di akhir fase ini, peserta didik mengenal
berbagai macam kegiatan ekonomi masyarakat
dan ekonomi kreatif di lingkungan sekitar.
Dengan penuh kesadaran, peserta didik
melakukan suatu tindakan atau mengambil
suatu keputusan yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari berdasarkan
pemahamannya terhadap kekayaan kearifan
lokal yang berlaku di wilayahnya serta nilai-nilai
ilmiah dari kearifan lokal tersebut.
Keterampilan proses
1. Mengamati
Pada akhir fase C, peserta didik mengamati
fenomena dan peristiwa secara sederhana
dengan menggunakan panca indra,
mencatat hasil pengamatannya, serta
mencari persamaan dan perbedaannya.
2. Mempertanyakan dan memprediksi
Dengan panduan, peserta didik dapat
mengajukan pertanyaan lebih lanjut untuk
memperjelas hasil pengamatan dan
membuat prediksi tentang penyelidikan
ilmiah.
3. Merencanakan dan melakukan penyelidikan
Secara mandiri, peserta didik merencanakan
dan melakukan langkah-langkah
182
Elemen
Capaian Pembelajaran
operasional untuk menjawab pertanyaan
yang diajukan. Menggunakan alat dan
bahan yang sesuai dengan mengutamakan
keselamatan. Peserta didik menggunakan
alat bantu pengukuran untuk mendapatkan
data yang akurat.
4. Memproses, menganalisis data dan
informasi
Menyajikan data dalam bentuk tabel atau
grafik serta menjelaskan hasil pengamatan
dan pola atau hubungan pada data secara
digital atau non digital. Membandingkan
data dengan prediksi dan menggunakannya
sebagai bukti dalam menyusun penjelasan
ilmiah.
5. Mengevaluasi dan refleksi
Mengevaluasi kesimpulan melalui
perbandingan dengan teori yang ada.
Merefleksikan proses investigasi, termasuk
merefleksikan validitas suatu tes.
6. Mengomunikasikan hasil
Mengomunikasikan hasil penyelidikan
secara utuh yang ditunjang dengan
argumen, bahasa, serta konvensi sains yang
umum sesuai format yang ditentukan.
183
VII. CAPAIAN PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SMP/MTs/
PROGRAM PAKET B
A. Rasional Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) SMP/MTs/
Program Paket B
Tantangan yang dihadapi umat manusia di alam semesta kian
bertambah dari waktu ke waktu. Permasalahan yang dihadapi saat ini
tidak lagi sama dengan permasalahan yang dihadapi satu dekade atau
bahkan satu abad yang lalu. Ilmu pengetahuan dan teknologi terus
dikembangkan untuk menyelesaikan setiap tantangan yang dihadapi.
Oleh karena itu, pola pendidikan ilmu pengetahuan alam perlu
disesuaikan
agar
kelak
generasi
muda
dapat
menjawab
dan
menyelesaikan tantangan-tantangan yang dihadapi di masa yang akan
datang. Profil pelajar Pancasila, yang diharapkan dimiliki pada setiap
peserta didik Indonesia, perlu diperkuat melalui pendidikan IPA.
Ilmu pengetahuan alam atau sains diartikan sebagai pengetahuan
sistematis yang diperoleh dari suatu observasi, penelitian, dan uji coba
yang mengarah pada penentuan sifat dasar atau prinsip sesuatu yang
sedang diselidiki, dipelajari, dan sebagainya (Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 2016). Ilmu pengetahuan alam adalah aktivitas intelektual
dan praktis yang di dalamnya meliputi studi sistematis tentang struktur
dan perilaku alam semesta melalui kerja ilmiah. Aktivitas ini memberi
pengalaman belajar untuk memahami cara kerja alam semesta melalui
pendekatan-pendekatan empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.
Pemahaman ini dapat mendorong peserta didik untuk memecahkan
berbagai permasalahan sains yang pada akhirnya terkait dengan sosial,
ekonomi, dan kemanusiaan. Hasil karya peserta didik akan memberi
dampak positif langsung pada lingkungannya.
Ilmu pengetahuan alam (IPA) berperan sangat besar dalam kehidupan
peserta didik sehingga mereka dapat menjaga keselamatan diri, orang
lain, dan alam, mencari potensi-potensi yang terpendam dari alam, baik
yang terbarukan maupun yang tidak terbarukan serta membantu
manusia mengambil keputusan dalam menyelesaikan masalah. Di
jenjang SMP/MTs/Program Paket B, ilmu pengetahuan alam menjadi
satu mata pelajaran tersendiri agar peserta didik memiliki kesempatan
yang lebih luas untuk mempelajari topik-topik dalam bidang keilmuan
fisika, kimia, biologi, serta bumi dan antariksa.
184
Prinsip-prinsip dasar metodologi ilmiah dalam pembelajaran IPA akan
melatih sikap ilmiah diharapkan akan melahirkan kebijaksanaan dalam
diri peserta didik. Sikap ilmiah tersebut antara lain keingintahuan yang
tinggi, berpikir kritis, analitis, terbuka, jujur, bertanggungjawab,
objektif, tidak mudah putus asa, tekun, solutif, sistematis, dan mampu
mengambil kesimpulan yang tepat. Pencapaian pembelajaran IPA diukur
dari seberapa kompeten peserta didik dalam menggunakan pemahaman
sains dan keterampilan proses (inkuiri; yakni mengamati, mengajukan
pertanyaan, mengajukan hipotesis, memilih dan mengelola informasi,
merencanakan dan melaksanakan kegiatan aksi serta melakukan
refleksi diri), serta mempunyai sikap dan perilaku sehingga peserta didik
dapat berkontribusi positif terhadap pengembangan dan kelestarian
lingkungannya.
B. Tujuan Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) SMP/MTs/Program
Paket B
Pelajaran IPA merupakan sarana yang strategis dalam mengembangkan
profil pelajar Pancasila. Dalam kegiatan pembelajaran IPA, peserta didik
akan mempelajari alam semesta ciptaan Tuhan serta berbagai
tantangan
yang
ada
didalamnya.
Proses
ini
merupakan
media
Pembelajaran yang sangat strategis dalam membangun iman dan taqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa yang berdampak pada sikap berakhlak
mulia.
Melalui proses saintifik maka diharapkan kemampuan peserta didik
untuk bernalar kritis agar mampu memproses dan mengelola informasi
baik
kualitatif
maupun
kuantitatif
secara
objektif,
membangun
keterkaitan antara berbagai informasi, melakukan analisa, evaluasi,
menarik kesimpulan dan menerapkan hal yang dipelajari dalam situasi
baru.
Mata pelajaran IPA diharapkan dapat memfasilitasi peserta didik untuk
mandiri dan mampu berkolaborasi dengan orang lain. Selain itu peserta
didik dapat menggali potensi yang dimiliki Indonesia, mengidentifikasi
masalah yang ada di sekitarnya dalam perspektif global.
Dengan mempelajari IPA secara terpadu, peserta didik mengembangkan
dirinya sesuai dengan profil pelajar Pancasila dan dapat:
185
1. mengembangkan ketertarikan dan rasa ingin tahu sehingga peserta
didik terpacu untuk mengkaji fenomena yang ada di sekitar
manusia, memahami bagaimana sistem alam semesta bekerja dan
memberikan dampak timbal-balik bagi kehidupan manusia;
2. berperan
aktif
dalam
memelihara,
menjaga,
melestarikan
lingkungan alam, mengelola sumber daya alam dan lingkungan
dengan bijak;
3. mengembangkan
keterampilan
proses
inkuiri
untuk
mengidentifikasi, merumuskan hingga menyelesaikan masalah
melalui aksi nyata;
4. memahami persyaratan-persyaratan yang diperlukan peserta didik
untuk menjadi anggota suatu kelompok masyarakat dan bangsa
serta memahami arti menjadi anggota masyarakat bangsa dan
dunia, sehingga dia dapat berkontribusi dalam menyelesaikan
permasalahan yang berkaitan dengan dirinya dan lingkungan di
sekitarnya; dan
5. mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep di
dalam IPA serta menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
C. Karakteristik
Mata
Pelajaran
Ilmu
Pengetahuan
Alam
(IPA)
SMP/MTs/Program Paket B
Ilmu pengetahuan (sains) merupakan sebuah sistem pengetahuan
tentang dunia fisik serta fenomena terkait yang memerlukan observasi
tanpa bias serta eksperimentasi yang sistematis (Gregersen, 2020). Ilmu
pengetahuan berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Apa
yang diketahui sebagai sebuah kebenaran ilmiah pada masa lampau
mungkin mengalami pergeseran pada masa kini ataupun masa depan.
Jadi, ilmu pengetahuan bersifat dinamis dan perlu terus dikembangkan
untuk
mengungkap
kebenaran
dan
memanfaatkannya
untuk
kehidupan.
Pendidikan IPA secara terpadu berfokus pada kompetensi penerapan
kaidah penelitian ilmiah dalam proses belajar. Dengan demikian,
diharapkan setelah menguasai IPA, peserta didik memiliki landasan
berpikir dan bertindak yang kokoh yang didasarkan atas pemahaman
kaidah penelitian ilmiah.
186
Dalam
pengajaran
sains,
terdapat
dua
pendekatan
pedagogis:
pendekatan deduktif dan induktif (Constantinou et.al, 2018). Peran guru
dalam pendekatan deduktif adalah menyajikan suatu konsep dengan
logika terkait dan memberikan contoh penerapannya. Peserta didik
diposisikan sebagai pembelajar pasif, yaitu hanya menerima materi.
Sebaliknya, pendekatan proses inkuiri (yang merupakan pendekatan
induktif), peserta didik diberikan kesempatan yang luas untuk
melakukan observasi, melakukan eksperimen dan dibimbing oleh guru
untuk membangun konsep berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya
(Rocard, et.al., 2007).
Ada dua elemen utama dalam pendidikan IPA yakni pemahaman IPA dan
keterampilan proses (inkuiri) untuk menerapkan sains dalam kehidupan
sehari-hari. Setiap elemen berlaku untuk empat cakupan konten yaitu
makhluk hidup, zat dan sifatnya, energi dan perubahannya, serta bumi
dan antariksa.
Elemen
Pemahaman IPA
Deskripsi
Peserta didik memiliki kompetensi berpikir ilmiah
jika peserta didik memiliki pemahaman sains
yang utuh. Kemampuan berpikir akan berdampak
progresif bagi pengembangan ilmu pengetahuan
jika seseorang memiliki pemahaman bidang
keilmuan tertentu. Bernalar kritis dalam
pemahaman cakupan konten merupakan hal yang
diharapkan dari peserta didik. Pemahaman IPA
selalu dapat dikaitkan dengan kemampuan
berpikir tingkat tinggi (HOTS).
Karenanya, dalam mencapai kompetensi itu
peserta didik diharapkan memiliki pemahaman
konsep sains yang sesuai dengan cakupan setiap
konten dan perkembangan jenjang belajar.
Pemahaman atas cakupan konten yang dibangun
dalam diri peserta didik haruslah menunjukkan
keterkaitan antara biologi, fisika dan kimia.
Akibatnya, peserta didik memahami sains secara
menyeluruh untuk cakupan konten tertentu.
Pemahaman ini meliputi kemampuan berpikir
sistemik, memahami konsep, hubungan antar
konsep, hubungan kausalitas (sebab-akibat) serta
tingkat hierarkis suatu konsep.
Keterampilan proses
Dalam profil Pelajar Pancasila, disebutkan bahwa
peserta didik Indonesia yang bernalar kritis
mampu memproses informasi baik kualitatif
maupun kuantitatif secara objektif, membangun
keterkaitan antara berbagai informasi,
menganalisis informasi, mengevaluasi, dan
menyimpulkannya. Dengan memiliki
187
Elemen
Deskripsi
keterampilan proses yang baik maka profil
tersebut dapat dicapai.
Keterampilan proses adalah sebuah proses
intensional dalam melakukan diagnosa terhadap
situasi, memformulasikan permasalahan,
mengkritisi suatu eksperimen dan menemukan
perbedaan dari alternatif-alternatif yang ada,
mencari opini yang dibangun berdasarkan
informasi yang kurang lengkap, merancang
investigasi, menemukan informasi, menciptakan
model, mendebat rekan sejawat menggunakan
fakta, serta membentuk argumen yang koheren
(Linn, Davis, & Bell 2004). Inkuiri sangat
direkomendasikan sebagai bentuk pendekatan
dalam pengajaran karena hal ini terbukti
membuat peserta didik lebih terlibat dalam
pembelajaran (Anderson, 2002).
Dalam pembelajaran IPA, terdapat dua
pendekatan pedagogis: pendekatan deduktif dan
induktif (Constantinou et.al, 2018). Peran guru
dalam pendekatan deduktif adalah menyajikan
suatu konsep berikut logika terkait dan
memberikan contoh penerapan. Dalam
pendekatan ini, peserta didik diposisikan sebagai
pembelajar yang pasif (hanya menerima materi).
Sebaliknya, dalam pendekatan induktif, peserta
didik diberikan kesempatan yang lebih leluasa
untuk melakukan observasi, melakukan
eksperimen dan dibimbing oleh guru untuk
membangun konsep berdasarkan pengetahuan
yang dimiliki (Rocard, et.al., 2007).
Pembelajaran berbasis inkuiri memiliki peran
penting dalam pendidikan sains (e.g. Blumenfeld
et al., 1991; Linn, Pea, & Songer, 1994; National
Research Council, 1996; Rocard et al., 2007). Hal
ini didasarkan pada pengakuan bahwa sains
secara esensial didorong oleh pertanyaan, proses
yang terbuka, kerangka berpikir yang dapat
dipertanggungjawabkan, dan dapat diprediksi.
Oleh karenanya peserta didik perlu mendapatkan
pengalaman personal dalam menerapkan inkuiri
saintifik agar aspek fundamental IPAS ini dapat
membudaya dalam dirinya (Linn, Songer, &
Eylon, 1996; NRC, 1996).
Menurut Ash (2000) dan diadopsi dari Murdoch
(2015), sekurang-kurangnya ada enam
keterampilan inkuiri yang perlu dimiliki peserta
didik.
1. Mengamati
Mengamati sebuah fenomena dan peristiwa
merupakan awal dari proses inkuiri yang
akan terus berlanjut ke tahapan berikutnya.
Pada saat melakukan pengamatan, peserta
didik memperhatikan fenomena dan peristiwa
dengan saksama, mencatat, serta
188
Elemen
Deskripsi
2.
3.
4.
5.
6.
membandingkan informasi yang dikumpulkan
untuk melihat persamaan dan perbedaannya.
Pengamatan bisa dilakukan langsung atau
menggunakan instrumen lain seperti
kuisioner, wawancara.
Mempertanyakan dan memprediksi
Peserta didik didorong untuk mengajukan
pertanyaan tentang hal-hal yang ingin
diketahui pada saat melakukan pengamatan.
Pada tahap ini peserta didik juga
menghubungkan pengetahuan yang dimiliki
dengan pengetahuan baru yang akan
dipelajari sehingga bisa memprediksi apa
yang akan terjadi dengan hukum sebab
akibat.
Merencanakan dan melakukan penyelidikan
Setelah mempertanyakan dan membuat
prediksi berdasarkan pengetahuan dan
informasi yang dimiliki, peserta didik
membuat rencana dan menyusun langkahlangkah operasional berdasarkan referensi
yang benar. Peserta didik dapat menjawab
pertanyaan dan membuktikan prediksi
dengan melakukan penyelidikan. Tahapan ini
juga mencakup identifikasi dan inventarisasi
faktor-faktor operasional baik internal
maupun eksternal di lapangan yang
mendukung dan menghambat kegiatan.
Berdasarkan perencanaan tersebut, peserta
didik mengambil data dan melakukan
serangkaian tindakan yang dapat digunakan
untuk mendapatkan temuan-temuan.
Memproses, menganalisis data dan informasi
Peserta didik memilih dan mengorganisasikan
informasi yang diperoleh. Ia menafsirkan
informasi yang didapatkan dengan jujur dan
bertanggung jawab. Selanjutnya, menganalisis
menggunakan alat dan metode yang tepat,
menilai relevansi informasi yang ditemukan
dengan mencantumkan referensi rujukan,
serta menyimpulkan hasil penyelidikan.
Mengevaluasi dan refleksi
Pada tahapan ini peserta didik menilai apakah
kegiatan yang dilakukan sesuai dengan
tujuan yang direncanakan atau tidak. Pada
akhir siklus ini, peserta didik juga meninjau
kembali proses belajar yang dijalani dan halhal yang perlu dipertahankan dan/atau
diperbaiki pada masa yang akan datang.
Peserta didik melakukan refleksi tentang
bagaimana pengetahuan baru yang
dimilikinya dapat bermanfaat bagi diri sendiri,
orang lain, dan lingkungan sekitar dalam
perspektif global untuk masa depan
berkelanjutan.
Mengomunikasikan hasil
Peserta didik melaporkan hasil secara
terstruktur melalui lisan atau tulisan,
189
Elemen
Deskripsi
menggunakan bagan, diagram maupun
ilustrasi, serta dikreasikan ke dalam media
digital dan non-digital untuk mendukung
penjelasan. Peserta didik lalu
mengomunikasikan hasil temuannya dengan
mempublikasikan hasil laporan dalam
berbagai media, baik digital dan atau non
digital. Pelaporan dapat dilakukan
berkolaborasi dengan berbagai pihak.
Keterampilan proses tidak selalu merupakan
urutan langkah, melainkan suatu siklus yang
dinamis yang dapat disesuaikan berdasarkan
perkembangan dan kemampuan peserta didik.
D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
SMP/MTs/Program Paket B Fase D (Umumnya untuk kelas VII sampai
IX SMP/MTs/Program Paket B)
Berbekal capaian pembelajaran yang telah diperoleh di fase sebelumnya,
peserta didik mendeskripsikan bagaimana hukum-hukum alam terjadi
pada skala mikro hingga skala makro dan membentuk sistem yang
saling bergantung satu sama lain. Pada fase ini, peserta didik
mengimplementasikan pemahaman terhadap konsep-konsep yang telah
dipelajari
untuk
membuat
keputusan
serta
menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Elemen
Pemahaman IPA
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase D, peserta didik mampu
melakukan klasifikasi makhluk hidup dan benda
berdasarkan karakteristik yang diamati,
mengidentifikasi sifat dan karakteristik zat,
membedakan perubahan fisik dan kimia serta
memisahkan campuran sederhana.
Peserta didik dapat mendeskripsikan atom dan
senyawa sebagai unit terkecil penyusun materi
serta sel sebagai unit terkecil penyusun makhluk
hidup, mengidentifikasi sistem organisasi
kehidupan serta melakukan analisis untuk
menemukan keterkaitan sistem organ dengan
fungsinya serta kelainan atau gangguan yang
muncul pada sistem organ tertentu (sistem
pencernaan, sistem peredaran darah, sistem
pernafasan dan sistem reproduksi). Peserta didik
mengidentifikasi interaksi antar makhluk hidup
dan lingkungannya, serta dapat merancang
upaya-upaya mencegah dan mengatasi
pencemaran dan perubahan iklim. Peserta didik
190
Elemen
Capaian Pembelajaran
mengidentifikasi pewarisan sifat dan penerapan
bioteknologi dalam kehidupan sehari-hari.
Peserta mampu melakukan pengukuran terhadap
aspek fisis yang mereka temui dan memanfaatkan
ragam gerak dan gaya (force), memahami
hubungan konsep usaha dan energi, mengukur
besaran suhu yang diakibatkan oleh energi kalor
yang diberikan, sekaligus dapat membedakan
isolator dan konduktor kalor
Peserta didik memahami gerak, gaya dan
tekanan, termasuk pesawat sederhana. Peserta
didik memahami getaran dan gelombang,
pemantulan dan pembiasan cahaya termasuk
alat- alat optik sederhana yang sering
dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari
Peserta didik dapat membuat rangkaian listrik
sederhana, memahami gejala kemagnetan dan
kelistrikan untuk menyelesaikan tantangan atau
masalah yang dihadapi dalam kehidupan seharihari.
Peserta didik mengelaborasikan pemahamannya
tentang posisi relatif bumi-bulan-matahari dalam
sistem tata surya dan memahami struktur lapisan
bumi untuk menjelaskan fenomena alam yang
terjadi dalam rangka mitigasi bencana.
Peserta didik mengenal pH sebagai ukuran sifat
keasaman suatu zat serta menggunakannya
untuk mengelompokkan materi (asam-basa
berdasarkan pH nya). Dengan pemahaman ini
peserta didik mengenali sifat fisika dan kimia
tanah serta hubungannya dengan organisme serta
pelestarian lingkungan.
Peserta didik memiliki keteguhan dalam
mengambil keputusan yang benar untuk
menghindari zat aditif dan adiktif yang
membahayakan dirinya dan lingkungan.
Keterampilan proses
1. Mengamati
Menggunakan berbagai alat bantu dalam
melakukan pengukuran dan pengamatan.
Memperhatikan detail yang relevan dari objek
yang diamati.
2. Mempertanyakan dan memprediksi
Secara mandiri, peserta didik dapat
mengajukan pertanyaan lebih lanjut untuk
memperjelas hasil pengamatan dan membuat
prediksi tentang penyelidikan ilmiah.
3. Merencanakan dan melakukan penyelidikan
Peserta didik merencanakan dan melakukan
langkah-langkah operasional berdasarkan
referensi yang benar untuk menjawab
pertanyaan. Dalam penyelidikan, peserta
191
Elemen
Capaian Pembelajaran
didik menggunakan berbagai jenis variabel
untuk membuktikan prediksi.
4. Memproses, menganalisis data dan informasi
Menyajikan data dalam bentuk tabel, grafik,
dan model serta menjelaskan hasil
pengamatan dan pola atau hubungan pada
data secara digital atau non digital.
Mengumpulkan data dari penyelidikan yang
dilakukannya, menggunakan data sekunder,
serta menggunakan pemahaman sains untuk
mengidentifikasi hubungan dan menarik
kesimpulan berdasarkan bukti ilmiah.
5. Mengevaluasi dan refleksi
Mengevaluasi kesimpulan melalui
perbandingan dengan teori yang ada.
Menunjukkan kelebihan dan kekurangan
proses penyelidikan dan efeknya pada data.
Menunjukkan permasalahan pada metodologi.
6. Mengomunikasikan hasil
Mengomunikasikan hasil penyelidikan secara
utuh yang ditunjang dengan argumen, bahasa
serta konvensi sains yang sesuai konteks
penyelidikan. Menunjukkan pola berpikir
sistematis sesuai format yang ditentukan.
192
VIII. CAPAIAN PEMBELAJARAN FISIKA SMA/MA/PROGRAM PAKET C
A. Rasional Mata Pelajaran Fisika SMA/MA/Program Paket C
Fisika adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang mengkaji
sifat-sifat materi dalam ruang dan waktu beserta konsep-konsep gaya
dan energi terkait. Fisika mengkaji fenomena alam mulai dari skala
atomik hingga jagat raya dengan menggunakan nalar ilmiah secara
objektif dan kuantitatif yang terwujud dalam proses pengamatan,
pengukuran, perancangan model hubungan antar variabel yang terlibat
yang mencerminkan keteraturan alam, serta penarikan kesimpulan yang
terwujud dalam suatu teori yang valid dan dapat diaplikasikan. Fisika
mendasari perkembangan khasanah bidang ilmu pengetahuan alam
lainnya serta perkembangan teknologi modern yang memudahkan
kehidupan
manusia
diawali
dari
perkembangan
mekanik
dan
permesinan, otomotif, komputer dan otomasi, serta teknologi informasi
dan komunikasi.
Sebagai ilmu yang mempelajari fenomena alam, fisika juga memberikan
pelajaran yang baik kepada manusia untuk hidup selaras berdasarkan
hukum alam serta mengelola sumber daya alam dan lingkungan dengan
bijak. Pemahaman yang baik tentang fisika mendukung upaya mitigasi
dan pengurangan dampak bencana alam secara optimal.
Pada proses pembelajaran fisika, peserta didik dilatih untuk melakukan
penelitian sederhana mengenai fenomena alam. Peserta didik belajar
menemukan permasalahan, membuat hipotesis, merancang percobaan
sederhana,
melakukan
percobaan,
menganalisis
data,
menarik
kesimpulan dan mengkomunikasikan hasil percobaan baik secara
tertulis maupun secara lisan. Dari proses pembelajaran fisika peserta
dilatih untuk memiliki penalaran ilmiah, kemampuan berfikir kritis serta
keterampilan memecahkan masalah yang semuanya sejalan dengan
upaya pengembangan profil pelajar Pancasila yakni beriman, bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, berkebhinekaan
global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif.
Pada tingkat SMA/MA/Program Paket C, fisika diajarkan sebagai mata
pelajaran
tersendiri
pemahaman
memecahkan
fisika
dengan
yang
masalah
di
beberapa
benar
dalam
dan
pertimbangan.
mendalam
kehidupan
Pertama,
berguna
sehari-hari.
untuk
Kedua,
pemahaman fisika yang kuat menjadi jembatan keberhasilan peserta
didik dalam menempuh studi lanjut di perguruan tinggi baik pada ilmu-
193
ilmu
dasar/sains
maupun
ilmu-ilmu
keteknikan/rekayasa
dan
teknologi.
B. Tujuan Mata Pelajaran Fisika SMA/MA/Program Paket C
Dengan mempelajari ilmu fisika, peserta didik dapat:
1. membentuk
sikap
religius
melalui
fisika
dengan
menyadari
keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran
Tuhan Yang Maha Esa;
2. memupuk integritas dan sikap, jujur, adil, bertanggung jawab,
menghormati martabat individu, kelompok, dan komunitas, serta
berkebhinekaan global;
3. memperdalam
pemahaman
tentang
prinsip-prinsip
fisis
alam
semesta yang konsisten sehingga memiliki kemampuan berfikir kritis
dilengkapi dengan keterampilan penalaran kuantitatif;
4. memiliki sikap ilmiah, mengembangkan rasa ingin tahu, pengalaman
untuk dapat merumuskan masalah secara kreatif, mengajukan dan
menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit
instrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan
data, serta mengomunikasikan hasil percobaan baik lisan maupun
tulisan secara mandiri; dan
5. memahami kekuatan dan keterbatasan diri untuk mendukung
pembelajaran dan pengembangan diri, memiliki keinginan dalam
mengembangkan
pengalaman
belajar,
dan
menjadi
pemelajar
sepanjang hayat.
C. Karakteristik Mata Pelajaran Fisika SMA/MA/Program Paket C
Mata
pelajaran
fisika
diorganisasikan
dalam
2
(dua)
kategori,
pemahaman fisika dan keterampilan proses.
Elemen
Pemahaman Fisika
Keterampilan Proses
Deskripsi
Merupakan materi-materi yang perlu dikuasai
peserta didik untuk memiliki pengetahuan dan
keterampilan dasar untuk diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Pemahaman fisika yang
dikuasai adalah pengukuan, mekanika, fluida,
getaran dan gelombang, termodinamika, listrik
magnet, fisika modern dan radioaktifitas, teknologi
digital,dan keberlangsungan energi dan
lingkungan alam sekitar.
Merupakan keterampilan saintifik dan rekayasa
yang meliputi (1) mengamati, (2) mempertanyakan
dan memprediksi, (3) merencanakan dan
melakukan penyelidikan, (4) memproses dan
menganalisis data dan informasi, (5) mencipta (6)
mengevaluasi dan merefleksi dan (7)
mengomunikasikan hasil
194
D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Fisika SMA/MA/Program Paket C
Setiap Fase
1. Fase E (Umumnya untuk kelas X SMA/MA/Program Paket C)
Pada akhir fase E, peserta didik memiliki kemampuan untuk
responsif
terhadap
isu-isu
global
dan
berperan
aktif
dalam
memberikan penyelesaian masalah. Kemampuan tersebut antara
lain mengamati, mempertanyakan dan memprediksi, merencanakan
dan melakukan penyelidikan, memproses dan menganalisis data dan
informasi, mengevaluasi dan refleksi, mengkomunikasikan hasil
dalam bentuk projek sederhana atau simulasi visual menggunakan
apilkasi teknologi yang tersedia terkait dengan energi alternatif,
pemanasan
global,
pencemaran
lingkungan,
nano
teknologi,
bioteknologi, kimia dalam kehidupan sehari-hari, pemanfaatan
limbah dan bahan alam, pandemi akibat infeksi virus. Semua upaya
tersebut diarahkan pada pencapaian tujuan pembangunan yang
berkelanjutan
(Sustainable
Development
Goals/SDGs).
Melalui
pengembangan sejumlah pengetahuan tersebut dibangun pula
berakhlak mulia dan sikap ilmiah seperti jujur, obyektif, bernalar
kritis,
kreatif,
mandiri,
inovatif,
bergotong
royong
dan
berkebhinekaan global.
Fase E Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Pemahaman Fisika
Peserta didik mampu mendeskripsikan gejala
alam dalam cakupan keterampilan proses dalam
pengukuran, perubahan iklim dan pemanasan
global, pencemaran lingkungan, energi alternatif,
dan pemanfaatannya.
Keterampilan
Proses
1. Mengamati
Peserta didik mampu mengoptimalkan potensi
menggunakan ragam alat bantu untuk
melakukan pengukuran dan pengamatan.
2. Mempertanyakan dan memprediksi
Peserta didik mampu mempertanyakan dan
memprediksi berdasarkan hasil observasi,
mampu merumuskan permasalahan yang ada
dan mampu mengajukan pertanyaan kunci
untuk menyelesaikan masalah.
3. Merencanakan dan melakukan penyelidikan
Peserta didik mengidentifikasi latar belakang
masalah, merumuskan tujuan, dan
menggunakan referensi dalam perencanaan
penyelidikan/penelitian.
Peserta didik membedakan variabel, termasuk
yang dikendalikan dan variabel bebas,
195
Elemen
Capaian Pembelajaran
menggunakan instrumen yang sesuai dengan
tujuan penyelidikan.
Peserta didik menentukan langkah langkah kerja
dan cara pengumpulan data.
4. Memproses, menganalisis data dan informasi
Peserta didik menyiapkan peralatan/
instrumen yang sesuai untuk penelitian
ilmiah, menggunakan alat ukur secara teliti
dan benar, mengenal keterbatasan dan
kelebihan alat ukur yang dipakai.
Peserta didik menerapkan teknis/ proses
pengumpulan data, mengolah data sesuai
jenisnya/sesuai keperluan, menganalisis data
dan menyimpulkan hasil penelitian serta
memberikan rekomendasi tindak lanjut/saran
dari hasil penelitian.
5. Mencipta
Peserta didik mampu menggunakan hasil
analisis data dan informasi untuk
menciptakan ide solusi ataupun rancang
bangun untuk menyelesaikan suatu
permasalahan.
6. Mengevaluasi dan refleksi
Peserta didik berani dan santun dalam
mengajukan pertanyaan dan berargumentasi,
mengembangkan keingintahuan, dan
memiliki kepedulian terhadap lingkungan.
Peserta didik mengajukan argumentasi ilmiah
dan kritis berani mengusulkan perbaikan atas
suatu kondisi dan bertanggungjawab
terhadap usulannya.
Peserta didik bersikap jujur terhadap temuan
data/fakta.
7. Mengomunikasikan hasil
Peserta didik menyusun laporan tertulis hasil
penelitian serta mengomunikasikan hasil
penelitian, prosedur perolehan data, cara
mengolah dan cara menganalisis data serta
mengomunikasikan kesimpulan yang sesuai
untuk menjawab masalah penelitian
/penyelidikan secara lisan atau tulisan
Peserta didik menyajikan hasil pengolahan
data dalam bentuk tabel, grafik, diagram
alur/ flowchart dan/atau peta konsep,
menyajikan data dengan simbol dan standar
internasional dengan benar, dan
menggunakan media yang sesuai dalam
penyajian hasil pengolahan data.
Peserta didik mendeskripsikan
kecenderungan hubungan, pola, dan
keterkaitan variabel dan menggunakan
bahasa, simbol dan peristilahan yang sesuai
untuk bidang fisika.
196
2. Fase F (Umumnya untuk kelas XI dan XII SMA/MA/Program Paket
C)
Pada akhir fase F, peserta didik mampu menerapkan konsep dan
prinsip vektor kedalam kinematika dan dinamika gerak partikel,
usaha dan energi, fluida dinamis, getaran harmonis, gelombang
bunyi dan gelombang cahaya dalam menyelesaikan masalah, serta
menerapkan prinsip dan konsep energi kalor dan termodinamika
dengan berbagai perubahannya dalam mesin kalor. Peserta didik
mampu menerapkan konsep dan prinsip kelistrikan (baik statis
maupun dinamis) dan kemagnetan dalam berbagai penyelesaian
masalah dan berbagai produk teknologi, menerapkan konsep dan
prinsip gejala gelombang elektromagnetik dalam menyelesaikan
masalah. Peserta didik mampu menganalisis keterkaitan antara
berbagai besaran fisis pada teori relativitas khusus, gejala kuantum
dan menunjukkan penerapan konsep fisika inti dan radioaktivitas
dalam kehidupan sehari-hari dan teknologi. Peserta didik mampu
memberi penguatan pada aspek fisika sesuai dengan minat untuk ke
perguruan tinggi yang berhubungan dengan bidang fisika. Melalui
kerja ilmiah juga dibangun sikap ilmiah dan profil pelajar pancasila
khususnya mandiri, inovatif, bernalar kritis, kreatif dan bergotong
royong.
Fase F Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Pemahaman Fisika
Peserta didik mampu menerapkan konsep dan
prinsip vektor, kinematika dan dinamika gerak,
fluida, gejala gelombang bunyi dan gelombang
cahaya dalam menyelesaikan masalah, serta
menerapkan prinsip dan konsep kalor dan
termodinamika, dengan berbagai perubahannya
dalam mesin kalor. Peserta didik mampu
menerapkan konsep dan prinsip kelistrikan (baik
statis maupun dinamis) dan kemagnetan dalam
berbagai penyelesaian masalah dan berbagai
produk teknologi, menerapkan konsep dan
prinsip gejala gelombang elektromagnetik dalam
menyelesaikan masalah. Peserta didik mampu
memahami prinsip-prinsip gerbang logika dan
pemanafaatannya dalam sistem komputer dan
perhitungan digital lainnya. Peserta didik mampu
menganalisis keterkaitan antara berbagai besaran
fisis pada teori relativitas khusus, gejala kuantum
dan menunjukkan penerapan konsep fisika inti
dan radioaktivitas dalam kehidupan sehari-hari
dan teknologi.
Keterampilan
Proses
1. Mengamati
Peserta didik mampu mengoptimalkan potensi
197
Elemen
Capaian Pembelajaran
menggunakan ragam alat bantu untuk
melakukan pengamatan.
2. Mempertanyakan dan memprediksi
Peserta didik mampu mempertanyakan dan
memprediksi berdasarkan hasil observasi,
mampu merumuskan permasalahan yang ada
dan mampu mengajukan pertanyaan kunci
untuk menyelesaikan masalah.
3. Merencanakan dan melakukan penyelidikan
Peserta didik mengidentifikasi latar belakang
masalah, merumuskan tujuan, dan
menggunakan referensi dalam perencanaan
penelitian.
Peserta didik membedakan variabel, termasuk
yang dikendalikan dan variabel bebas,
menggunakan instrumen yang sesuai dengan
tujuan penelitian.
Peserta didik menentukan langkah langkah
kerja dan cara pengumpulan data.
4. Memproses, menganalisis data dan informasi
Peserta didik menyiapkan peralatan/
instrumen yang sesuai untuk penelitian
ilmiah, menggunakan alat ukur secara teliti
dan benar, mengenal keterbatasan dan
kelebihan alat ukur yang dipakai.
Peserta didik menerapkan teknis/ proses
pengumpulan data, mengolah data sesuai
jenisnya/sesuai keperluan, menganalisis data
dan menyimpulkan hasil penelitian serta
memberikan rekomendasi tindak lanjut/saran
dari hasil penelitian.
5. Mencipta
Peserta didik mampu menggunakan hasil
analisis data dan informasi untuk
menciptakan ide solusi ataupun rancang
bangun untuk menyelesaikan suatu
permasalahan.
6. Mengevaluasi dan refleksi
Peserta didik berani dan santun dalam
mengajukan pertanyaan dan berargumentasi,
mengembangkan keingintahuan, dan
memiliki kepedulian terhadap lingkungan.
Peserta didik mengajukan argumentasi ilmiah
dan kritis berani mengusulkan perbaikan atas
suatu kondisi dan bertanggungjawab
terhadap usulannya.
Peserta didik bersikap jujur terhadap temuan
data/fakta.
7. Mengomunikasikan hasil
Peserta didik menyusun laporan tertulis hasil
penelitian serta mengomunikasikan hasil
penelitian, prosedur perolehan data, cara
mengolah dan cara menganalisis data serta
mengomunikasikan kesimpulan yang sesuai
198
Elemen
Capaian Pembelajaran
untuk menjawab masalah penelitian
/penyelidikan secara lisan atau tulisan
Peserta didik menyajikan hasil pengolahan
data dalam bentuk tabel, grafik, diagram
alur/ flowchart dan/atau peta konsep,
menyajikan data dengan simbol dan standar
internasional dengan benar, dan
menggunakan media yang sesuai dalam
penyajian hasil pengolahan data.
Peserta didik mendeskripsikan
kecenderungan hubungan, pola, dan
keterkaitan variabel dan menggunakan
bahasa, simbol dan peristilahan yang sesuai
untuk bidang fisika.
199
IX. CAPAIAN PEMBELAJARAN KIMIA SMA/MA/PROGRAM PAKET C
A. Rasional Mata Pelajaran Kimia SMA/MA/Program Paket C
Kimia adalah kajian teoritis dan praktis mengenai interaksi, struktur
dan sifat berbagai macam bahan. Penyelidikan dan pengertian pada
tingkat atom yang mikroskopis memberikan pemahaman terhadap
berbagai fenomena dunia nyata yang makroskopis. Pemahaman tentang
struktur dan proses kimia digunakan untuk beradaptasi dan berinovasi
guna memenuhi kebutuhan ekonomi, lingkungan dan sosial di dunia
yang terus berkembang. Hal ini termasuk mengatasi tantangan
perubahan iklim global dan keterbatasan energi dengan merancang
proses untuk memaksimalkan penggunaan sumber daya bumi yang
terbatas secara efisien.
Kimia merupakan pembelajaran yang bersifat praktis. Peserta didik
dilatih untuk melakukan penelitian kualitatif dan kuantitatif sederhana
baik secara individu maupun kolaboratif mengenai berbagai fenomena
kehidupan
dunia
nyata.
Peserta
didik
belajar
menemukan
permasalahan, membuat hipotesis, merancang percobaan sederhana,
melakukan percobaan, menganalisis data, menarik kesimpulan dan
mengkomunikasikan hasil percobaan baik secara tertulis maupun lisan.
Secara tidak langsung, peserta didik dapat mengembangkan Profil
Pelajar Pancasila yakni beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa dan berakhlak mulia, berkebhinekaan global, bergotong royong,
mandiri, bernalar kritis, dan kreatif melalui belajar Kimia.
Pada tingkat SMA/MA/Program Paket C, Kimia diajarkan sebagai mata
pelajaran tersendiri dengan beberapa pertimbangan. Pertama, Kimia
menumbuhkan kemampuan berpikir kritis dan terbuka yang diperlukan
untuk memahami dan memecahkan masalah pada dunia nyata. Kedua,
pemahaman Kimia membekali peserta didik dengan pengetahuan sesuai
dengan minat dan karir masa depan dalam berbagai area seperti
kedokteran, lingkungan hidup, teknologi terapan, farmasi, dan olahraga
serta sains kimia.
B. Tujuan Mata Pelajaran Kimia SMA/MA/Program Paket C
Dengan mempelajari ilmu Kimia, peserta didik dapat:
1. membentuk
sikap
religius
melalui
Kimia
dengan
menyadari
keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran
Tuhan Yang Maha Esa;
200
2. memupuk integritas dan sikap, jujur, adil, bertanggung jawab,
menghormati martabat individu, kelompok, dan komunitas, serta
berkebhinekaan global
3. mengembangkan keahlian dalam melakukan serangkaian investigasi
ilmiah
secara
mandiri
maupun
kolaboratif
termasuk
mengumpulkan, menganalisa, menafsirkan dan menjelaskan data
kualitatif maupun kuantitatif.
4. mengkomunikasikan berbagai hasil investigasi secara lisan dan
tertulis secara jelas dan terstruktur
5. mengembangkan kemampuan beradaptasi dan berinovasi untuk
menghasilkan berbagai teknologi terapan yang dapat memecahkan
masalah pada dunia nyata
6. memupuk kemampuan berpikir kritis untuk menganalisa berbagai
klaim ilmiah dan mengevaluasi berbagai fenomena dalam kehidupan
sehari-hari
7. memiliki pikiran yang terbuka untuk menerima pendapat orang lain
dalam diskusi
C. Karakteristik Mata Pelajaran Kimia SMA/MA/Program Paket C
Kimia mempelajari materi, sifat-sifat materi, bagaimana dan mengapa
zat bergabung atau terpisah untuk membentuk zat lain, serta energi
yang menyertai perubahannya. Kontribusi Kimia mencakup bagaimana
pengetahuan yang dimiliki dapat mempengaruhi sikap yang dapat
diterapkan
dalam
menjawab
permasalahan-permasalahan
dalam
kehidupan sehari-hari baik lokal maupun global.
Materi Kimia untuk fase A, B dan C difokuskan pada materi sederhana
yang dekat dengan kehidupan peserta didik sehingga mudah untuk
diamati dan dipahami. Materi Kimia untuk fase D dan E adalah dasar
yang harus dikuasai oleh peserta didik agar siap belajar pada fase F.
yaitu di kelas 11 dan 12. Pada kelas 11 peminatan dimulai, sehingga
pada fase ini materi Kimia dipelajari lebih mendalam melalui materi
perhitungan kimia; sifat, struktur dan interaksi partikel; energi, laju dan
kesetimbangan reaksi kimia; dan asam-basa. Selain itu, fase ini juga
mencakup transformasi energi kimia dan kimia organik.
Ada 2 elemen dalam mata pelajaran Kimia yang mencakup (1)
pemahaman Kimia, (2) keterampilan proses. Pemahaman Kimia
mencakup
semua
materi
yang
201
dipelajari.
Keterampilan
proses
mencakup keseluruhan proses ilmiah dari mengamati sampai dengan
mengkomunikaskan hasil penelitian.
Elemen
Deskripsi
Pemahaman Kimia
Menjelaskan konsep kimia dalam kehidupan
sehari-hari; Menerapkan konsep kimia dalam
pengelolaan
lingkungan
termasuk
menjelaskan fenomena pemanasan global;
Menuliskan reaksi kimia dan menerapkan
hukum-hukum dasar kimia; Memahami
struktur atom dan aplikasinya dalam
nanoteknologi;
Menerapkan
operasi
matematika dalam perhitungan kimia;
Mempelajari sifat, struktur dan interaksi
partikel dalam membentuk berbagai senyawa
termasuk pengolahan dan penggunaannya
dalam
keseharian;
Memahami
dan
menjelaskan
aspek
energi,
laju
dan
kesetimbangan
dalam
reaksi
kimia;
Menggunakan konsep asam-basa dalam
kehidupan
sehari-hari;
Menggunakan
transformasi energi kimia dalam kehidupan
sehari-hari
termasuk
termokimia
dan
elektrokimia; Memahami kimia organik
termasuk penerapannya dalam keseharian.
Keterampilan proses
Proses melakukan penelitian yang dimulai
dari mengamati, mempertanyakan dan
memprediksi, merencanakan dan melakukan
penyelidikan, memproses dan menganalisis
data dan informasi, mengevaluasi dan
refleksi, mengkomunikasikan hasil.
D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Kimia SMA/MA/Program Paket C
Setiap Fase
1. Fase E (Umumnya untuk kelas X SMA/MA/Program Paket C)
Pada akhir fase E, peserta didik memliki kemampuan untuk
merespon isu-isu global dan berperan aktif dalam memberikan
penyelesaian
masalah.
mengidentifikasi,
Kemampuan
mengajukan
tersebut
gagasan,
antara
merancang
lain
solusi,
mengambil keputusan, dan mengkomunikasikan dalam bentuk
projek sederhana atau simulasi visual menggunakan aplikasi
teknologi yang tersedia terkait dengan energi alternatif, pemanasan
global, pencemaran lingkungan, nanoteknologi, bioteknologi, kimia
dalam kehidupan sehari-hari, pemanfaatan limbah dan bahan alam,
pandemi akibat infeksi virus. Semua upaya tersebut diarahkan pada
pencapaian tujuan pembangunan yang berkelanjutan (Sustainable
Development
Goals/SDGs).
202
Melalui
pengembangan
sejumlah
pengetahuan tersebut dibangun pula akhlak mulia dan sikap ilmiah
seperti jujur, objektif, bernalar kritis, kreatif, mandiri, inovatif,
bergotong royong, dan berkebhinekaan global.
Fase E Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Pemahaman Kimia
Peserta didik mampu mengamati, menyelidiki dan
menjelaskan fenomena sesuai kaidah kerja ilmiah
dalam menjelaskan konsep kimia dalam
kehidupan sehari hari; menerapkan konsep kimia
dalam pengelolaan lingkungan termasuk
menjelaskan fenomena pemanasan global;
menuliskan reaksi kimia dan menerapkan
hukum-hukum dasar kimia; memahami struktur
atom dan aplikasinya dalam nanoteknologi.
Keterampilan proses
1. Mengamati
Mampu memilih alat bantu yang tepat untuk
melakukan pengukuran dan pengamatan.
Memperhatikan detail yang relevan dari obyek
yang diamati.
2. Mempertanyakan dan memprediksi
Mengidentifikasi pertanyaan dan
permasalahan yang dapat diselidiki secara
ilmiah. Peserta didik menghubungkan
pengetahuan yang telah dimiliki dengan
pengetahuan baru untuk membuat prediksi.
3. Merencanakan dan melakukan penyelidikan
Peserta didik merencanakan penyilidikan
ilmiah dan melakukan langkah-langkah
operasional berdasarkan referensi yang benar
untuk menjawab pertanyaan. Peserta didik
melakukan pengukuran atau
membandingkan variabel terikat dengan
menggunakan alat yang sesuai serta
memperhatikan kaidah ilmiah.
4. Memproses, menganalisis data dan informasi
Menafsirkan informasi yang didapatkan
dengan jujur dan bertanggung jawab.
Menganalisis menggunakan alat dan metode
yang tepat, menilai relevansi informasi yang
ditemukan dengan mencantumkan referensi
rujukan, serta menyimpulkan hasil
penyelidikan.
5. Mengevaluasi dan refleksi
Peserta didik berani dan santun dalam
Mengevaluasi kesimpulan melalui
perbandingan dengan teori yang ada.
Menunjukkan kelebihan dan kekurangan
proses penyelidikan dan efeknya pada data.
Menunjukkan permasalahan pada
metodologi.
6. Mengomunikasikan hasil
Mengomunikasikan hasil penyelidikan secara
utuh termasuk di dalamnya pertimbangan
203
Elemen
Capaian Pembelajaran
keamanan, lingkungan, dan etika yang
ditunjang dengan argumen, bahasa serta
konvensi sains yang sesuai konteks
penyelidikan. Menunjukkan pola berpikir
sistematis sesuai format yang ditentukan.
2. Fase F (Umumnya untuk kelas XI dan XII SMA/MA/Program Paket
C)
Pada akhir fase F, peserta didik mampu menerapkan operasi
matematika dalam perhitungan kimia; mempelajari sifat, struktur
dan interaksi partikel dalam membentuk berbagai senyawa;
memahami dan menjelaskan aspek energi, laju dan kesetimbangan
reaksi kimia; menggunakan konsep asam-basa dalam keseharian;
menggunakan
transformasi
energi
kimia
dalam
keseharian;
memahami kimia organik; memahami konsep kimia pada makhluk
hidup. Peserta didik mampu menjelaskan penerapan berbagai
konsep
kimia
dalam
keseharian
dan
menunjukkan
bahwa
perkembangan ilmu kima menghasilkan berbagai inovasi. Peserta
didik memliki pengetahuan Kimia yang lebih mendalam sehingga
menumbuhkan minat sekaligus membantu peserta didik untuk
dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan berikutnya agar dapat
mencapai masa depan yang baik. Peserta didik diharapkan semakin
memiliki pikiran kritis dan pikiran terbuka melalui kerja ilmiah dan
sekaligus memantapkan profil pelajar pancasila khususnya jujur,
objektif, bernalar kritis, kreatif, mandiri, inovatif, bergotong royong,
dan berkebhinekaan global.
Fase F Berdasarkan Elemen
Elemen
Pemahaman Kimia
Capaian Pembelajaran
Peserta didik mampu mengamati, menyelidiki dan
menjelaskan fenomena sehari-hari sesuai kaidah
kerja ilmiah dalam menjelaskan konsep kimia
dalam keseharian; menerapkan operasi
matematika dalam perhitungan kimia;
mempelajari sifat, struktur dan interaksi partikel
dalam membentuk berbagai senyawa termasuk
pengolahan dan penerapannya dalam keseharian;
memahami dan menjelaskan aspek energi, laju
dan kesetimbangan reaksi kimia; menggunakan
konsep asam-basa dalam keseharian;
menggunakan transformasi energi kimia dalam
keseharian termasuk termokimia dan
204
Elemen
Capaian Pembelajaran
elektrokimia; memahami kimia organik termasuk
penerapannya dalam keseharian.
Keterampilan
proses
1. Mengamati
Mampu memilih alat bantu yang tepat untuk
melakukan pengukuran dan pengamatan.
Memperhatikan detail yang relevan dari obyek
yang diamati.
2. Mempertanyakan dan memprediksi
Merumuskan pertanyaan ilmiah dan hipotesis
yang dapat diselidiki secara ilmiah.
3. Peserta didik merencanakan dan memilih
metode yang sesuai berdasarkan referensi
untuk mengumpulkan data yang dapat
dipercaya, mempertimbangkan resiko serta
isu-isu etik dalam penggunaan metode
tersebut. Peserta didik memilih dan
menggunakan alat dan bahan, termasuk
penggunaan teknologi digital yang sesuai
untuk mengumpulkan serta mencatat data
secara sistematis dan akurat.
4. Memproses, menganalisis data dan informasi
Menafsirkan informasi yang didapatkan
dengan jujur dan bertanggung jawab.
Menggunakan berbagai metode untuk
menganalisa pola dan kecenderungan pada
data. Mendeskripsikan hubungan antar
variabel serta mengidentifkasi inkonsistensi
yang terjadi. Menggunakan pengetahuan
ilmiah untuk menarik kesimpulan yang
konsisten dengan hasil penyelidikan.
5. Mengevaluasi dan refleksi
Mengevaluasi kesimpulan melalui
perbandingan dengan teori yang ada.
Menunjukkan kelebihan dan kekurangan
proses penyelidikan dan efeknya pada data.
Menunjukkan permasalahan pada metodologi
dan mengusulkan saran perbaikan untuk
proses penyelidikan selanjutnya.
6. Mengomunikasikan hasil
Mengomunikasikan hasil penyelidikan secara
utuh termasuk di dalamnya pertimbangan
keamanan, lingkungan, dan etika yang
ditunjang dengan argumen, bahasa serta
konvensi sains yang sesuai konteks
penyelidikan. Menunjukkan pola berpikir
sistematis sesuai format yang ditentukan.
205
X. CAPAIAN PEMBELAJARAN BIOLOGI SMA/MA/PROGRAM PAKET C
A. Rasional Mata Pelajaran Biologi SMA/MA/Program Paket C
Kata “Biologi” pertama kali diciptakan oleh naturalis Jerman Gottfried
Reinhold pada tahun 1802 tetapi pemahaman tentang organisme hidup
baru mulai berkembang cepat dengan adanya teknik dan teknologi yang
dikembangkan pada abad 18 dan 19 seperti penemuan mikroskop.
Biologi adalah kajian fenomena kehidupan dan makhluk hidup yang
mencakup struktur, fisiologi, morfologi, ruang hidup, serta asal muasal
dan distribusinya. Dalam perkembangannya, Biologi tidak hanya
mengkaji makhluk hidup dan proses kehidupan, tetapi juga perubahan
makhluk hidup dari masa ke masa serta inovasi teknologi biologi.
Biologi dalam kurikulum nasional sangat diperlukan untuk memahami,
mengatasi, dan mengelola tantangan sumber daya alam, kualitas
lingkungan, kesehatan dan penyakit, pencegahan dan penanggulangan
penyakit, serta peggunaan teknologi biologi yang dihadapi masyarakat
pada
abad
ke-21.
mempertahankan
Selain
itu,
ilmu
keanekaragaman
Biologi
hayati,
digunakan
kelestarian
dalam
ekosistem,
kesejahteraan manusia dan organisme lain beserta populasinya, serta
keberlanjutan sumber daya hayati yang dimiliki Indonesia.
Proses pembelajaran sains Biologi dilakukan melalui pendekatan
kontekstual dan inkuiri yang seluruh kegiatan berpusat pada peserta
didik. Melalui pendekatan ini, peserta didik diberikan pengalaman
belajar
secara
otentik
sehingga
peserta
didik
terlatih
dalam
memecahkan permasalahan kehidupan sehari-hari melalui kerja ilmiah
dimulai dari menemukan masalah, menyusun hipotesis, merancang
percobaan,
melalakukan
percobaan,
menganalisis
data,
menarik
kesimpulan dan mengkomunikasikan hasil percobaan. Hal ini akan
berimplikasi pada kesiapan peserta didik dalam menghadapi hidupnya
saat ini dan masa depannya.
Materi Biologi pada tingkatan Sekolah Menengah Atas mencakup
keanekaragaman makhluk hidup dan peranannya, virus, ekosistem,
perubahan lingkungan, biologi sel, sistem organ, evolusi dan genetika
serta
pertumbuhan
dan
perkembangan,
serta
inovasi
biologi.
Pengenalan tingkatan kehidupan akan membantu peserta didik
memecahkan
masalah
dalam
menggunakan
pengetahuan
kehidupan
yang
206
dimiliki
sehari-hari
dan
dengan
pengembangan
keterampilan inkuri selama proses pembelajaran. Sebagai contoh
peserta didik menggunakan pemahamannya dalam mengevaluasi
hubungan sistem biologi dan perubahannya akibat dampak aktivitas
manusia, maka dapat mengusulkan penyelesaian permasalahannya
dalam konteks personal, lokal, dan global. Peserta didik juga dapat
mengeksplorasi bagaimana para ahli bekerja secara kolaborasi dan
individual dalam meningkatkan pemahaman tentang ilmu Biologi.
Peserta didik dapat mengembangkan keterampilan proses berupa
investigasi, analisis dan keterampilan komunikasi melalui lingkungan
dan laboratorium. Selain itu, secara tidak langsung selama melakukan
keterampilan proses, sikap ilmiah peserta didik dan Profil Pelajar
Pancasila dapat terbentuk. Melalui kegiatan investigasi, peserta didik
secara mandiri dapat mengasah nalar, memunculkan kreatifitas,
mampu berkolaborasi dan berkomunikasi dengan peserta didik lainnya.
Dengan demikian Biologi dapat mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan proses.
Pembelajaran
Biologi
di
Sekolah
Menengah
Atas
memberikan
keterampilan dan pemahaman berdaya guna dalam lingkup yang luas
untuk keberlanjutan proses pembelajaran di perguruan tinggi dan/atau
karirnya. Pemahaman terhadap konsep Biologi seperti pengetahuan dan
keterampilan sains secara umum, sangat relevan untuk karir, seperti
dunia kesehatan, peternakan, perikanan, industri makanan, biologi
laut, agrikultur, bioteknologi, rehabilitasi lingkungan, konservasi, dan
ekowisata. Biologi juga dapat dijadikan dasar bagi peserta didik dalam
mengambil keputusan secara kritis tentang isu personal, lokal, dan
global.
B. Tujuan Mata Pelajaran Biologi SMA/MA/Program Paket C
Dengan mempelajari ilmu Biologi, peserta didik dapat:
1. Memiliki rasa kagum dan bersyukur terhadap Pencipta (sikap
spiritual) serta menghormati makhluk hidup dan ikut menjaga
lingkungan;
2. Menghormati keragaman pendapat, budaya, dan karakteristik khas
lingkungan;
3. Memiliki kemampuan berkomunikasi dan berkolaborasi dengan
memperhatikan etika dan norma yang berlaku;
207
4. Memiliki pemahaman tentang sistem kehidupan yang saling
berinteraksi ; adanya aliran materi dan energi; serta pertahanan
dan perubahan;
5. Memahami esensi Biologi mulai proses subseluler hingga dinamika
ekosistem;
6. Memahami perkembangan pengetahuan Biologi dari waktu ke waktu
melalui
dinamika
proses
kerja
para
ilmuwan
yang
mampu
mempengaruhi masyarakat dalam konteks personal, lokal, dan
global;
7. Memahami isu permasalahan biologi dalam lingkup individu,
keluarga,
lingkungan
sekitar
dan
global
serta
menerapkan
pengetahuan Biologi untuk mengatasi permasalahan tersebut;
8. Menghasilkan gagasan sebagai hasil adaptasi, adopsi, modifikasi,
kreasi baru yang beragam berdasarkan hasil eksperimen;
9. Memiliki kemampuan merencanakan dan melaksanakan investigasi
lapangan,
laboratorium
dan
penelitian
lainnya
termasuk
pengumpulan dan analisis data kualitatif maupun kuantitatif, serta
interpretasi bukti.
C. Karakteristik Mata Pelajaran Biologi SMA/MA/Program Paket C
Biologi adalah kajian fenomena kehidupan dan makhluk hidup yang
mencakup struktur, fisiologi, morfologi, ruang hidup, serta asal muasal
dan
distribusinya.
Biologi
juga
mengkaji
makhluk
hidup
dan
karakteristik kehidupannya dari masa ke masa. Materi biologi untuk
fase A, B dan C
mencakup materi sederhana yang dekat dengan
kehidupan peserta didik sehingga mudah memahaminya. Materi biologi
untuk fase D dan E adalah materi dasar yang mengintegrasikan mata
pelajaran fisika dan kimia yang harus dikuasai oleh peserta didik agar
siap belajar pada fase F. Selain itu, Penerapan materi fase D dan E
mengarah pada penelahaan isu-isu personal, lokal, dan global. Pada
Fase F, cakupan materi biologi adalah struktur sel, bioproses dalam sel,
genetika, evolusi, sistem organ, struktur, fisiologi pada manusia,
pertumbuhan dan perkembangan, serta inovasi teknologi biologi
Merujuk pada hakikat sains sebagai proses dan produk, maka ada dua
elemen dalam mata pelajaran ini yang mencakup (1) pemahaman biologi
dan (2) keterampilan proses.
208
Elemen
Deskripsi
Pemahaman Biologi
Mencakup materi keanekaragaman hayati dan
peranannya, virus dan peranannya, perubahan
lingkungan, ekosistem, bioteknologi, biologi sel,
sistem organ pada manusia, evolusi, genetika,
pertumbuhan dan perkembangan, serta inovasi
teknologi biologi.
Keterampilan Proses
Keterampilan saintifik yang mencakup (1)
mengamati, (2) mempertanyakan dan
memprediksi, (3) merencanakan dan melakukan
penyelidikan, (4) memproses dan menganalisis
data dan informasi, (5) mengevaluasi dan
merefleksi dan (6) mengomunikasikan hasil
D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Biologi SMA/MA/Program Paket
C Setiap Fase
1. Fase E (Umumnya untuk kelas X SMA/MA/Program Paket C)
Pada akhir fase E, peserta didik memiliki kemampuan untuk
responsif terhadap isu-isu global dan berperan aktif dalam
memberikan penyelesaian masalah. Kemampuan tersebut antara
lain mengamati, mempertanyakan dan memprediksi, merencanakan
dan melakukan penelitian, memproses dan menganalisis data dan
informasi, mengevaluasi dan merefleksi, serta mengkomunikasikan
dalam bentuk projek sederhana atau simulasi visual menggunakan
aplikasi teknologi yang tersedia terkait dengan energi alternatif,
pemanasan
global,
pencemaran
lingkungan,
nano
teknologi,
bioteknologi, kimia dalam kehidupan sehari-hari, pemanfaatan
limbah dan bahan alam, pandemi akibat infeksi virus. Semua upaya
tersebut diarahkan pada pencapaian tujuan pembangunan yang
berkelanjutan (SDGs). Melalui keterampilan proses juga dibangun
sikap ilmiah dan profil pelajar pancasila.
Fase E Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Pemahaman Biologi
Pada akhir fase E, peserta didik memiliki
kemampuan menciptakan solusi atas
permasalahan-permasalahan berdasarkan isu
lokal, nasional atau global terkait pemahaman
keanekaragaman makhluk hidup dan
peranannya, virus dan peranannya, inovasi
teknologi biologi, komponen ekosistem dan
interaksi antar komponen serta perubahan
lingkungan.
Keterampilan proses
1. Mengamati
Mampu memilih alat bantu yang tepat
untuk melakukan pengukuran dan
209
Elemen
2.
3.
4.
5.
6.
Capaian Pembelajaran
pengamatan. Memperhatikan detail yang
relevan dari obyek yang diamati.
Mempertanyakan dan memprediksi
Mengidentifikasi pertanyaan dan
permasalahan yang dapat diselidiki secara
ilmiah. Peserta didik menghubungkan
pengetahuan yang telah dimiliki dengan
pengetahuan baru untuk membuat
prediksi.
Merencanakan dan melakukan penyelidikan
Peserta didik merencanakan penyilidikan
ilmiah dan melakukan langkah-langkah
operasional berdasarkan referensi yang
benar untuk menjawab pertanyaan. Peserta
didik melakukan pengukuran atau
membandingkan variabel terikat dengan
menggunakan alat yang sesuai serta
memperhatikan kaidah ilmiah.
Memproses, menganalisis data dan
informasi
Menafsirkan informasi yang didapatkan
dengan jujur dan bertanggung jawab.
Menganalisis menggunakan alat dan
metode yang tepat, menilai relevansi
informasi yang ditemukan dengan
mencantumkan referensi rujukan, serta
menyimpulkan hasil penyelidikan.
Mengevaluasi dan refleksi
Mengevaluasi kesimpulan melalui
Mengevaluasi kesimpulan melalui
perbandingan dengan teori yang ada.
Menunjukkan kelebihan dan kekurangan
proses penyelidikan dan efeknya pada data.
Menunjukkan permasalahan pada
metodologi dan mengusulkan saran
perbaikan untuk proses penyelidikan
selanjutnya.
Mengomunikasikan hasil
Mengomunikasikan hasil penyelidikan
secara utuh termasuk di dalamnya
pertimbangan keamanan, lingkungan, dan
etika yang ditunjang dengan argumen,
bahasa serta konvensi sains yang sesuai
konteks penyelidikan. Menunjukkan pola
berpikir sistematis sesuai format yang
ditentukan.
2. Fase F (Umumnya untuk kelas XI dan XII SMA/MA/Program Paket
C)
Pada
akhir
fase
F,
peserta
didik
memiliki
kemampuan
mendeskripsikan bioproses yang terjadi dalam sel, dan menganalisis
keterkaitan struktur organ pada sistem organ dengan fungsinya
serta kelainan atau gangguan yang muncul pada sistem organ
tersebut.
Selanjutnya
peserta
210
didik
memiliki
kemampuan
menerapkan
konsep
pewarisan
sifat,
pertumbuhan
dan
perkembangan dalam kehidupan sehari-hari dan mengevaluasi
gagasan baru mengenai evolusi. Konsep-kosep yang dipelajari
diterapkan
untuk
memecahkan
masalah
kehidupan
yang
diselesaikan dengan keterampilan proses secara mandiri hingga
menciptakan ide atau produk untuk mengatasi permasalah tersebut.
Melalui keterampilan proses juga dibangun sikap ilmiah dan profil
pelajar pancasila.
Fase F Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Pemahaman Biologi
Pada akhir fase F, peserta didik memiliki
kemampuan mendeskripsikan struktur sel
serta bioproses yang terjadi seperti transpor
membran dan pembelahan sel; menganalisis
keterkaitan struktur organ pada sistem organ
dengan fungsinya serta kelainan atau gangguan
yang muncul pada sistem organ tersebut;
memahami fungsi enzim dan mengenal proses
metabolisme yang terjadi dalam tubuh; serta
memiliki kemampuan menerapkan konsep
pewarisan sifat, pertumbuhan dan
perkembangan, mengevaluasi gagasan baru
mengenai evolusi, dan inovasi teknologi biologi.
Keterampilan proses
1. Mengamati
Mampu memilih alat bantu yang tepat
untuk melakukan pengukuran dan
pengamatan. Memperhatikan detail yang
relevan dari obyek yang diamati.
2. Mempertanyakan dan memprediksi
Merumuskan pertanyaan ilmiah dan
hipotesis yang dapat diselidiki secara
ilmiah.
3. Merencanakan dan melakukan penyelidikan
Peserta didik merencanakan dan memilih
metode yang sesuai berdasarkan referensi
untuk mengumpulkan data yang dapat
dipercaya, mempertimbangkan resiko serta
isu-isu etik dalam penggunaan metode
tersebut. Peserta didik memilih dan
menggunakan alat dan bahan, termasuk
penggunaan teknologi digital yang sesuai
untuk mengumpulkan serta mencatat data
secara sistematis dan akurat.
4. Memproses, menganalisis data dan
informasi
Menafsirkan informasi yang didapatkan
dengan jujur dan bertanggung jawab.
Menggunakan berbagai metode untuk
menganalisa pola dan kecenderungan pada
data. Mendeskripsikan hubungan antar
variabel serta mengidentifkasi inkonsistensi
yang terjadi. Menggunakan pengetahuan
211
Elemen
Capaian Pembelajaran
ilmiah untuk menarik kesimpulan yang
konsisten dengan hasil penyelidikan.
5. Mengevaluasi dan refleksi
Mengevaluasi kesimpulan melalui
perbandingan dengan teori yang ada.
Menunjukkan kelebihan dan kekurangan
proses penyelidikan dan efeknya pada data.
Menunjukkan permasalahan pada
metodologi dan mengusulkan saran
perbaikan untuk proses penyelidikan
selanjutnya.
6. Mengomunikasikan hasil
Mengomunikasikan hasil penyelidikan
secara utuh termasuk di dalamnya
pertimbangan keamanan, lingkungan, dan
etika yang ditunjang dengan argumen,
bahasa serta konvensi sains yang sesuai
konteks penyelidikan. Menunjukkan pola
berpikir sistematis sesuai format yang
ditentukan.
212
XI. CAPAIAN PEMBELAJARAN INFORMATIKA
A. Rasional Mata Pelajaran Informatika
Informatika adalah sebuah disiplin ilmu yang mencari pemahaman dan
mengeksplorasi dunia di sekitar kita, baik natural maupun artifisial
yang
secara
khusus
tidak
hanya
berkaitan
dengan
studi,
pengembangan, dan implementasi dari sistem komputer, tetapi juga
pemahaman terhadap prinsip-prinsip dasar pengembangan. Peserta
didik dapat menciptakan, merancang, dan mengembangkan produk
berupa artefak komputasional (computational artifact) dalam bentuk
perangkat keras, perangkat lunak (algoritma, program, atau aplikasi),
atau sistem berupa kombinasi perangkat keras dan lunak dengan
menggunakan teknologi dan perkakas (tools) yang sesuai. Informatika
mencakup prinsip keilmuan perangkat keras, data, informasi, dan
sistem komputasi yang mendasari proses pengembangan tersebut. Oleh
karena itu, Informatika mencakup sains, rekayasa, dan teknologi yang
berakar pada logika dan matematika. Istilah Informatika dalam bahasa
Indonesia merupakan padanan kata yang diadaptasi dari Computer
Science atau Computing dalam bahasa Inggris. Peserta didik mempelajari
mata pelajaran Informatika tidak hanya untuk menjadi pengguna
komputer, tetapi juga untuk menyadari perannya sebagai problem solver
yang menguasai konsep inti (core concept), terampil dalam praktik (core
practices) menggunakan dan mengembangkan teknologi informasi dan
komunikasi (TIK), serta berpandangan terbuka pada aspek lintas
bidang.
Mata pelajaran Informatika memberikan fondasi berpikir komputasional
yang merupakan kemampuan problem solving yaitu keterampilan
generik yang penting seiring dengan perkembangan teknologi digital
yang pesat. Peserta didik ditantang untuk menyelesaikan persoalan
komputasi yang berkembang mulai dari kelas I sampai dengan kelas XII,
mulai dari data sedikit sampai dengan data banyak, mulai dari
persoalan kecil dan sederhana sampai dengan persoalan besar,
kompleks, dan rumit, serta mulai dari hal yang konkret sampai dengan
abstrak dan samar atau ambigu. Mata pelajaran Informatika juga
meningkatkan kemampuan peserta didik dalam logika, analisis, dan
interpretasi data yang diperlukan dalam literasi, numerasi, dan literasi
sains, serta membekali peserta didik dengan kemampuan pemrograman
yang mendukung pemodelan dan simulasi dalam sains komputasi
213
(computational science) dengan menggunakan TIK. Proses pembelajaran
Informatika berpusat pada peserta didik (student-centered learning)
dengan prinsip pembelajaran berbasis inkuiri (inquiry-based learning),
pembelajaran
berbasis
masalah
(problem-based
learning),
dan
pembelajaran berbasis projek (project-based learning). Guru dapat
menentukan tema atau kasus sesuai dengan kondisi lokal, terutama
tema atau kasus tentang analisis data.
Mata pelajaran Informatika dilaksanakan secara inklusif bagi semua
peserta didik di seluruh Indonesia, sehingga pembelajarannya dapat
menggunakan
komputer
(plugged)
maupun
tanpa
komputer
(unplugged). Pembelajaran Informatika pada jenjang SD menekankan
pada
fondasi
berpikir
komputasional
(computational
thinking),
diintegrasikan dalam tema atau mata pelajaran lainnya terutama dalam
Bahasa, Matematika dan Sains. Pembelajaran Informatika mendukung
kemampuan peserta didik dalam mengekspresikan kemampuan berpikir
secara terstruktur dan pemahaman aspek sintaksis maupun semantik
dalam Bahasa, membentuk kebiasaan peserta didik untuk berpikir logis
dalam
Matematika,
serta
kemampuan
menganalisis
dan
menginterpretasi data dalam Sains.
Mata pelajaran Informatika berkontribusi terhadap profil pelajar
Pancasila dalam memampukan peserta didik menjadi warga yang
bernalar
kritis,
komputasional;
mandiri,
serta
kreatif
menjadi
melalui
warga
yang
penerapan
berakhlak
berpikir
mulia,
berkebinekaan global, bergotong-royong melalui Praktik Lintas Bidang
(core practices) untuk menghasilkan artefak komputasional yang
dikerjakan secara berkolaborasi dalam kerja kelompok baik secara
luring maupun daring dengan memanfaatkan Teknologi Informasi dan
Komunikasi. Kemampuan bekerja mandiri dan berkolaborasi secara
daring merupakan kemampuan penting sebagai anggota masyarakat
abad ke-21. Peserta didik diharapkan dapat menjadi warga digital
(digital citizen) yang beretika dan mandiri dalam berteknologi informasi,
sekaligus menjadi warga dunia (global citizen) yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan YME.
214
B. Tujuan Mata Pelajaran Informatika
Mata pelajaran Informatika bertujuan untuk mengantarkan peserta
didik menjadi “computationally literate creators” yang menguasai konsep
dan praktik Informatika, yaitu:
1. berpikir komputasional, yaitu terampil menciptakan solusi-solusi
untuk menyelesaikan persoalan-persoalan secara sistematis, kritis,
analitis, dan kreatif;
2. memahami ilmu pengetahuan yang mendasari Informatika, yaitu
sistem komputer, jaringan komputer dan internet, analisis data,
algoritma dan pemrograman, serta menyadari dampak Informatika
terhadap kehidupan bermasyarakat;
3. terampil berkarya dalam menghasilkan artefak komputasional
sederhana, dengan memanfaatkan teknologi dan menerapkan proses
rekayasa, serta mengintegrasikan pengetahuan bidang-bidang lain
yang membentuk solusi sistemik;
4. terampil
dalam
mengintegrasikan,
mengakses,
mengevaluasi
mengelola,
informasi,
menginterpretasi,
serta
menciptakan
informasi baru dari himpunan data dan informasi yang dikelolanya,
dengan memanfaatkan TIK yang sesuai; dan
5. menunjukkan karakter baik sebagai anggota masyarakat digital,
sehingga mampu berkomunikasi, berkolaborasi, berkreasi dan
menggunakan perangkat teknologi informasi disertai kepedulian
terhadap dampaknya dalam kehidupan bermasyarakat.
C. Karakteristik Mata Pelajaran Informatika
Mata pelajaran Informatika mengintegrasikan kemampuan berpikir
komputasional, keterampilan menerapkan pengetahuan Informatika,
serta pemanfaatan teknologi (khususnya TIK) secara tepat dan bijak
sebagai objek kajian dan alat bantu untuk menghasilkan solusi efisien
dan
optimal
dari
persoalan
yang
dihadapi
masyarakat
dengan
menerapkan rekayasa dan prinsip keilmuan Informatika. Elemen mata
pelajaran Informatika saling terkait satu sama lain membentuk
215
keseluruhan mata pelajaran Informatika sebagaimana diilustrasikan
pada gambar bangunan Informatika di bawah ini.
Keterangan:
TIK : Teknologi Informasi
dan Komunikasi
SK
: Sistem Komputer
JKI : Jaringan Komputer
dan Internet
AD : Analisis Data
AP
: Algoritma dan
Pemrograman
DSI : Dampak Sosial
Informatika
TIK
Gambar Bangunan Informatika
PRAKTIK LINTAS BIDANG
S
K
J
K
I
A
D
A
P
D
S
I
Mata
pelajaran
terdiri
atas
Informatika
delapan
elemen
berikut ini.
BERPIKIR KOMPUTASIONAL
Elemen
Berpikir
komputasional
(BK)
Teknologi
Informasi dan
Komunikasi
(TIK)
Sistem
komputer (SK)
Jaringan
Komputer dan
Internet (JKI)
Analisis data
(AD)
Algoritma dan
Pemrograman
(AP)
Dampak Sosial
Informatika
(DSI)
Praktik Lintas
Bidang (PLB)
Deskripsi
Mengasah keterampilan problem solving yang efektif,
efisien, dan optimal sebagai landasan untuk
menghasilkan solusi dengan menerapkan penalaran
kritis, kreatif dan mandiri.
Menjadi perkakas dalam berkarya dan sekaligus objek
kajian yang memberikan inspirasi agar suatu hari
peserta didik menjadi pencipta karya-karya berteknologi
yang berlandaskan Informatika.
Pengetahuan tentang bagaimana perangkat keras dan
perangkat lunak berfungsi dan saling mendukung dalam
mewujudkan suatu layanan bagi pengguna baik di luar
maupun di dalam jaringan komputer/internet.
Memfasilitasi pengguna untuk menghubungkan sistem
komputer dengan jaringan lokal maupun internet.
Memberikan kemampuan untuk menginput, memproses,
memvisualisasi data dalam berbagai tampilan,
menganalisis, menginterpretasi, dan memprediksi, serta
mengambil kesimpulan serta keputusan berdasarkan
penalaran.
Mengarahkan peserta didik menuliskan langkah
penyelesaian solusi secara runtut dan menerjemahkan
solusi menjadi program yang dapat dijalankan oleh
mesin (komputer).
Menyadarkan peserta didik akan dampak Informatika
dalam: (a) kehidupan bermasyarakat dan dirinya,
khususnya dengan kehadiran dan pemanfaatan TIK, dan
(b) bergabungnya manusia dalam jaringan komputer dan
internet untuk membentuk masyarakat digital.
Melatih peserta didik bergotong royong untuk untuk
menghasilkan artefak komputasional secara kreatif dan
216
Elemen
Deskripsi
inovatif dengan mengintegrasikan semua pengetahuan
Informatika maupun pengetahuan dari mata pelajaran
lain, menerapkan proses rekayasa atau pengembangan
(designing, implementing, debugging, testing, refining),
serta mendokumentasikan dan mengomunikasikan hasil
karyanya.
Beban belajar setiap elemen pada mata pelajaran Informatika tidak
sama. BK, AD, AP, dan PLB memiliki beban belajar paling besar yang
memungkinkan peserta didik berpikir kritis dan kreatif. SK dan JKI
diberikan terbatas pada pengetahuan dasar dan penggunaannya. TIK
dan DSI dapat diberikan sambil melakukan kegiatan yang berkaitan
dengan elemen lainnya, dimana perkakas TIK saat ini semakin intuitif
yang mudah dipelajari dan dimanfaatkan, sedangkan DSI merupakan
aspek dari setiap area pengetahuan Informatika untuk menumbuhkan
kepedulian pada masyarakat dan pembentukan karakter baik sebagai
warga dunia maupun warga digital.
D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Informatika Setiap Fase
1. Fase A (Umumnya untuk kelas I dan II SD/MI/Program Paket A)
Pada akhir fase A, peserta didik mampu menerapkan berpikir
komputasional dalam menyelesaikan persoalan sehari-hari terkait
objek konkret, menerapkan praktik baik penggunaan perangkat TIK
yang sudah disiapkan untuk berkomunikasi, belajar, menggambar,
dan berkarya kreatif, mengenali adanya sinyal komunikasi di
sekitarnya, serta menjalankan instruksi sederhana untuk mencapai
tujuan tertentu dan menjelaskan peristiwa yang dialami dengan
urutan yang sistematis.
Fase A Berdasarkan Elemen
Elemen
BK
TIK
SK
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase A, peserta didik mampu menerapkan
berpikir komputasional dalam menyelesaikan persoalan
sehari-hari yang dialami dengan mengidentifikasi,
membandingkan, memilih, memilah, mengelompokkan,
dan mengurutkan objek konkret.
Pada akhir fase A, peserta didik mampu mengidentifikasi
perangkat TIK di antara perangkat lainnya dan kehadiran
komputer atau komponennya dalam perangkat sehari-hari,
menggunakan perangkat TIK yang sudah dikonfigurasi
sesuai konteks dan usianya untuk berkomunikasi, belajar,
menggambar, dan berkarya kreatif serta menerapkan
praktik baik yang memperhatikan aspek kesehatan,
kenyamanan, keamanan, dan keselamatan.
-
217
Elemen
JKI
AD
AP
DSI
PLB
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase A, peserta didik mampu mengenali sinyal
telepon seluler dan wifi, serta mengidentifikasi keberadaan
dan kualitasnya.
Pada akhir fase A, peserta didik mampu mengenali,
mengelompokkan, membandingkan, dan mengurutkan
data dalam bentuk objek konkret, menjelaskan ciri-cirinya,
serta menyimpulkan kesamaan dan perbedaannya.
Pada akhir fase A, peserta didik mampu menjelaskan
pengalaman atau kejadian dengan runtut dan logis dalam
bahasa sehari-hari, menjalankan instruksi sederhana dan
menjelaskan maknanya yang secara semantik
diasosiasikan dengan istilah pemrograman seperti kalimat
kondisional dan pengulangan, serta mengkomposisi simbol
dan mengenali struktur logis dari sebuah komposisi
simbol.
-
2. Fase B (Umumnya untuk kelas III dan IV SD/MI/Program Paket A)
Pada akhir fase B, peserta didik mampu menerapkan berpikir
komputasional untuk menghasilkan solusi dalam menyelesaikan
persoalan sehari-hari dan mengabstraksikan benda konkret menjadi
data, menerapkan praktik baik yang lebih mahir penggunaan
berbagai perangkat TIK untuk berkomunikasi, belajar, mengetik,
menggambar, berhitung, dan presentasi, mengenali adanya sistem
komputer,
sinyal
komunikasi,
dan
internet
di
sekitarnya,
menjalankan instruksi yang rumit sesuai dengan urutan yang
sistematis dan ditentukan, menyadari dampak dan memiliki etika
dalam berkomunikasi di dunia digital, serta mampu beraktivitas
secara kreatif dalam kelompok kecil untuk membangun suatu
produk sebagai analogi sistem komputasi.
Fase B Berdasarkan Elemen
Elemen
BK
TIK
SK
JKI
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase B, peserta didik mampu menerapkan
berpikir komputasional untuk menghasilkan solusi dalam
menyelesaikan persoalan sehari-hari dengan
membandingkan, memilih, memilah, menyusun,
mengelompokkan, dan mengurutkan himpunan data kecil
hasil abstraksi benda konkret menggunakan berbagai cara
dengan memanfaatkan perkakas yang disediakan.
Pada akhir fase B, peserta didik mampu memanfaatkan
berbagai jenis perangkat TIK yang ada di sekitarnya untuk
berkomunikasi, belajar, mengetik, menggambar, berhitung,
dan presentasi, dan menerapkan praktik baik yang
memperhatikan aspek kesehatan, kenyamanan, keamanan,
dan keselamatan.
Pada akhir fase B, peserta didik mampu menyebutkan
perangkat sistem komputer yang ada di sekitarnya.
Pada akhir fase B, peserta didik mampu memahami praktik
baik dalam berkomunikasi menggunakan alat komunikasi
218
Elemen
AD
AP
DSI
PLB
Capaian Pembelajaran
berbasis TIK yang memperhatikan aspek keamanan
penggunaan internet dan jaringan lokal pada saat
tersambung pada bluetooth, wifi, atau internet sesuai
dengan batasan yang ditentukan.
Pada akhir fase B, peserta didik mampu menuliskan
representasi data numerik, teks, atau gambar dari suatu
benda konkret, serta mengurutkan dan mengelompokkan
data berdasarkan kategori tertentu.
Pada akhir fase B, peserta didik mampu menjelaskan
pengalaman atau kejadian dengan runtut dan logis dalam
bahasa sehari-hari dan menuliskannya, menjalankan
instruksi yang rumit dan menjelaskan maknanya
menggunakan sekumpulan kosa kata atau simbol yang
diberikan dan pola kalimat yang secara semantik
diasosiasikan dengan istilah pemrograman seperti kalimat
kondisional dan pengulangan, serta menyimpulkan
struktur logis dalam teks dan simbol.
Pada akhir fase B, peserta didik mampu mengenal dunia
digital yang ada di sekitarnya, memahami dampak positif
dan negatif dari kehadiran perangkat TIK, memiliki etika
dalam berkomunikasi di dunia digital, serta mengenal dan
menghargai hak karya digital.
Pada akhir fase B, peserta didik beraktivitas secara kreatif
dalam kelompok kecil untuk mencapai suatu tujuan yang
ditetapkan dengan membangun suatu produk yang
merupakan analogi dari sistem komputasi dalam dunia
nyata.
3. Fase C (Umumnya untuk kelas V dan VI SD/MI/Program Paket A)
Pada akhir fase C, peserta didik mampu menerapkan berpikir
komputasional untuk menghasilkan lebih banyak solusi dalam
menyelesaikan persoalan sehari-hari dan mengabstraksikan benda
konkret yang lebih besar menjadi data, menggunakan aplikasi dan
mengenali adanya banyak ragam sistem komputer di sekitarnya,
berkomunikasi melalui jaringan komputer dan internet, menulis dan
menjalankan instruksi tertulis yang lebih panjang dan rumit sesuai
dengan urutan tertentu yang sistematis, memahami manfaat dan
ancaman sistem komputasi serta pengaruhnya pada perkembangan
kehidupan, dan mampu bergotong-royong untuk mengerjakan dan
mengomunikasikan projek secara sistematis.
Fase C Berdasarkan Elemen
Elemen
BK
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase C, peserta didik mampu menerapkan
berpikir komputasional untuk menghasilkan lebih banyak
solusi dalam menyelesaikan persoalan sehari-hari dengan
membandingkan, menyusun, mengelompokkan, dan
mengurutkan himpunan data hasil abstraksi benda
konkret yang lebih besar menggunakan berbagai cara
dengan pemanfaatan perkakas yang mengintegrasikan
berpikir komputasional.
219
Elemen
TIK
SK
JKI
AD
AP
DSI
PLB
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase C, peserta didik mampu memanfaatkan
fitur sederhana dari aplikasi yang disediakan untuk
mengolah teks, data, dan gambar, serta menerapkan teknik
membaca berkas digital untuk menjelaskan maknanya dan
refleksinya.
Pada akhir fase C, peserta didik mampu menyebutkan dan
menggunakan lebih banyak perangkat sistem komputer
yang ada disekitarnya.
Pada akhir fase C, peserta didik mampu menerapkan
praktik baik dalam berkomunikasi menggunakan alat
komunikasi berbasis TIK yang lebih bervariasi dari fase
sebelumnya dengan memperhatikan dan menyadari lebih
dalam dan luas tentang aspek keamanan penggunaan
internet dan jaringan lokal pada saat tersambung pada
bluetooth, wifi, atau internet sesuai dengan batasan yang
ditentukan.
Pada akhir fase C, peserta didik mampu menginterpretasi
dan menuliskan representasi data numerik, teks, atau
gambar dari suatu konsep, serta mengurutkan dan
mengelompokkan data berdasarkan kategori tertentu.
Pada akhir fase C, peserta didik mampu menemukan
bacaan serta menuliskan dan menjelaskan pengalaman
atau kejadian dengan runtut dan logis dalam bahasa
sehari-hari, menjalankan instruksi yang rumit dan
kompleks serta menjelaskan maknanya menggunakan
sekumpulan kosa kata atau simbol yang diberikan dan pola
kalimat yang secara semantik diasosiasikan dengan istilah
pemrograman seperti kalimat kondisional dan
pengulangan, serta menganalisis struktur logis dalam teks
dan simbol.
Pada akhir fase C, peserta didik mampu memahami
manfaat dan ancaman kehadiran dan penggunaan
perangkat TIK, serta memahami perkembangan kehidupan
dengan hadirnya sistem komputasi.
Pada akhir fase C, peserta didik mampu bergotong royong
dalam kelompok yang lebih besar untuk mengerjakan
suatu projek dan menjelaskan produk dan proses
pengerjaannya secara sistematis dengan lisan dan tertulis
dalam bentuk gambar, teks, atau infografis.
4. Fase D (Umumnya untuk kelas VII, VIII dan IX SMP/MTs/Program
Paket B)
Pada akhir fase D, peserta didik mampu memahami dampak dan
menerapkan etika sebagai warga digital, memahami komponen,
fungsi, cara kerja, dan kodifikasi data sebuah komputer serta proses
kodifikasi dan penyimpanan data dalam sistem komputer, jaringan
komputer, dan internet, mengakses, mengolah, dan mengelola data
secara
efisien,
terstruktur,
dan
sistematis,
menganalisis,
menginterpretasi, dan melakukan prediksi berdasarkan data dengan
menggunakan perkakas atau secara manual, menerapkan berpikir
komputasional secara mandiri untuk menyelesaikan persoalan
220
dengan data diskrit bervolume kecil dan mendisposisikan berpikir
komputasional
dalam
menyempurnakan
bidang
program
lain,
dalam
mengembangkan
bahasa
blok
atau
(visual),
menggunakan berbagai aplikasi untuk berkomunikasi, mencari, dan
mengelola
konten
informasi,
serta
bergotong
royong
untuk
menciptakan produk dan menjelaskan karakteristik serta fungsi
produk dalam laporan dan presentasi yang menggunakan aplikasi.
Fase D Berdasarkan Elemen
Elemen
BK
TIK
SK
JKI
AD
AP
DSI
PLB
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase D, peserta didik mampu menerapkan
berpikir komputasional untuk menghasilkan beberapa
solusi dalam menyelesaikan persoalan dengan data diskrit
bervolume kecil dan mendisposisikan berpikir
komputasional dalam bidang lain terutama dalam literasi,
numerasi, dan literasi sains (computationally literate)
Pada akhir fase D, peserta didik mampu menerapkan
praktik baik dalam memanfaatkan aplikasi surel untuk
berkomunikasi, aplikasi peramban untuk pencarian
informasi di internet, content management system (CMS)
untuk pengelolaan konten digital, dan memanfaatkan
perkakas TIK untuk mendukung pembuatan laporan,
presentasi serta analisis dan interpretasi data.
Pada akhir fase D, peserta didik mampu mendeskripsikan
komponen, fungsi, dan cara kerja komputer yang
membentuk sebuah sistem komputasi, serta menjelaskan
proses dan penggunaan kodifikasi untuk penyimpanan data
dalam memori komputer.
Pada akhir fase D, peserta didik mampu memahami
konektivitas jaringan lokal, komunikasi data via ponsel,
konektivitas internet melalui jaringan kabel dan nirkabel
(bluetooth, wifi, internet).
Pada akhir fase D, peserta didik mampu mengakses,
mengolah, mengelola, dan menganalisis data secara efisien,
terstruktur, dan sistematis untuk menginterpretasi dan
memprediksi sekumpulan data dari situasi konkret seharihari yang berasal dari suatu sumber data dengan
menggunakan perkakas TIK atau manual.
Pada akhir fase D, peserta didik mampu memahami objekobjek dan instruksi dalam sebuah lingkungan
pemrograman blok (visual) untuk mengembangkan program
visual sederhana berdasarkan contoh-contoh yang
diberikan, mengembangkan karya digital kreatif (game,
animasi, atau presentasi), menerapkan aturan translasi
konsep dari satu bahasa visual ke bahasa visual lainnya,
dan mengenal pemrograman tekstual sederhana.
Pada akhir fase D, peserta didik mampu memahami
ketersediaan data dan informasi lewat aplikasi media sosial,
memahami keterbukaan informasi, memilih informasi yang
bersifat publik atau privat, menerapkan etika dan menjaga
keamanan dirinya dalam masyarakat digital.
Pada akhir fase D, peserta didik mampu bergotong royong
untuk mengidentifikasi persoalan, merancang,
mengimplementasi, menguji, dan menyempurnakan artefak
komputasional sebagai solusi persoalan masyarakat serta
221
Elemen
Capaian Pembelajaran
mengomunikasikan produk dan proses pengembangannya
dalam bentuk karya kreatif yang menyenangkan secara
lisan maupun tertulis.
5. Fase E (Umumnya untuk kelas X SMA/MA/SMK/MAK/Program
Paket C)
Pada akhir fase E, peserta didik peserta didik mampu memahami
peran sistem operasi dan mekanisme internal yang terjadi pada
interaksi antara perangkat keras, perangkat lunak, dan pengguna,
menerapkan
keamanan
dalam
penyambungan
perangkat
ke
jaringan lokal dan internet, mengumpulkan dan mengintegrasikan
data dari berbagai sumber baik secara manual atau otomatis dengan
perkakas yang sesuai, memahami fitur lanjut, otomasi, serta
integrasi aplikasi perkantoran, menerapkan strategi algoritmik
standar untuk mengembangkan program komputer yang terstruktur
dalam bahasa pemrograman prosedural tekstual sebagai solusi atas
persoalan berbagai bidang yang mengandung data diskrit bervolume
tidak kecil, bergotong royong untuk menyelesaikan suatu persoalan
kompleks dengan mengembangkan (merancang, mengimplementasi,
memperbaiki, menguji) artefak komputasional yang bersentuhan
dengan
bidang
lain
sesuai
kaidah
proses
rekayasa,
serta
mengomunikasikan rancangan produk, produk, dan prosesnya
secara lisan dan tertulis, memahami sejarah perkembangan
komputer
dan
tokoh-tokohnya,
memahami
hak
kekayaan
intelektual, lisensi, aspek teknis, hukum, ekonomi, lingkungan, dan
sosial dari produk TIK, mengenal berbagai bidang studi dan profesi
terkait Informatika serta peran Informatika pada bidang lain.
Fase E Berdasarkan Elemen
Elemen
BK
TIK
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E, peserta didik mampu menerapkan
strategi algoritmik standar untuk menghasilkan beberapa
solusi persoalan dengan data diskrit bervolume tidak kecil
pada kehidupan sehari-hari maupun implementasinya
dalam program komputer.
Pada akhir fase E, peserta didik mampu memanfaatkan
berbagai aplikasi secara bersamaan dan optimal untuk
berkomunikasi, mencari sumber data yang akan diolah
menjadi informasi, baik di dunia nyata maupun di internet,
serta mahir menggunakan fitur lanjut aplikasi perkantoran
(pengolah kata, angka, dan presentasi) beserta otomasinya
untuk mengintegrasikan dan menyajikan konten aplikasi
dalam berbagai representasi yang memudahkan analisis
dan interpretasi konten tersebut.
222
Elemen
SK
JKI
AD
AP
DSI
PLB
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami peran
sistem operasi dan mekanisme internal yang terjadi pada
interaksi antara perangkat keras, perangkat lunak, dan
pengguna.
Pada akhir fase E, peserta didik mampu menerapkan
konektivitas jaringan lokal, komunikasi data via ponsel,
konektivitas internet melalui jaringan kabel dan nirkabel
(bluetooth, wifi, internet), enkripsi untuk memproteksi data
pada saat melakukan penyambungan perangkat ke
jaringan lokal maupun internet yang tersedia.
Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami aspek
privasi dan keamanan data, mengumpulkan data secara
otomatis dari berbagai sumber data, memodelkan data
berbagai bidang, menerapkan siklus pengolahan data
(pengumpulan, pengolahan, visualisasi, analisis,
interpretasi, dan publikasi) dengan menggunakan perkakas
TIK yang sesuai, serta menerapkan strategi pengelolaan
data yang tepat guna dengan mempertimbangkan volume
dan kompleksitasnya.
Pada akhir fase E, peserta didik mampu menerapkan
praktik baik konsep pemrograman prosedural dalam salah
satu bahasa pemrograman prosedural dan mampu
mengembangkan program yang terstruktur dalam notasi
algoritma atau notasi lain, berdasarkan strategi algoritmik
yang tepat.
Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami sejarah
perkembangan komputer dan tokoh-tokohnya, memahami
hak kekayaan intelektual, lisensi, aspek teknis, hukum,
ekonomi, lingkungan, dan sosial dari produk TIK,
memahami berbagai bidang studi dan profesi bidang
Informatika serta peran Informatika pada bidang lain.
Pada akhir fase E, peserta didik mampu bergotong royong
dalam tim inklusif untuk mengerjakan projek bertema
Informatika dengan mengidentifikasi persoalan, merancang,
mengimplementasi, menguji, dan menyempurnakan
program komputer didasari strategi algoritma yang sesuai
sebagai solusi persoalan masyarakat serta
mengomunikasikan produk, proses pengembangan dan
manfaatnya bagi masyarakat secara lisan maupun tertulis.
6. Fase F (Umumnya untuk kelas XI dan XII SMA/MA/SMK/MAK/
Program Paket C)
Pada akhir fase F, peserta didik peserta didik mengintegrasikan
elemen-elemen dan mampu mengkaji berbagai strategi algoritmik
yang menghasilkan lebih dari satu solusi persoalan, menganalisis
setiap solusi, serta menentukan solusi yang paling efisien dan
optimal
untuk
dikembangkan
menjadi
program
komputer,
mengkritisi kasus-kasus terkini terkait Informatika di masyarakat,
merancang dan mengimplementasi struktur data abstrak yang lebih
kompleks menggunakan beberapa library standar termasuk library
untuk kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) dan library untuk
pengolahan data bervolume besar, mengembangkan, melakukan
223
pemeliharaan, dan penyempurnaan kode sumber program dengan
tetap memperhatikan kualitasnya serta menuliskan dokumentasi
dan menjelaskan aspek statik dan dinamik dari program komputer
(source code), menerjemahkan sebuah program dalam satu bahasa
yang sudah dikenalnya ke bahasa lain berdasarkan kaidah translasi
yang diberikan, memahami jaringan komputer dari sisi teknis,
termasuk keamanan siber (cyber security), dan tata kelola untuk
mengontrol akses data ke sistem, melakukan konfigurasi dan setting
komputer ke jaringan komputer dan internet untuk menjamin
keamanan dirinya, bergotong royong dengan menggunakan berbagai
perkakas TIK untuk merancang, mengimplementasi, menguji,
memperbaiki,
menghasilkan
prototipe
perangkat
lunak
yang
berinteraksi dengan single board computer/controller atau kit
elektronika
untuk
edukasi
yang
bisa
diprogram
atau
mengembangkan program untuk mengolah data bervolume besar
serta
mengomunikasikan
produk
dan
proses
pengembangan
perangkat lunak yang dilakukan dengan menggunakan perangkat
lunak aplikasi.
Fase F Berdasarkan Elemen
Elemen
BK
TIK
SK
JKI
AD
AP
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase F, peserta didik mampu menganalisis
beberapa strategi algoritmik secara kritis untuk
menghasilkan banyak alternatif solusi dari satu persoalan
dengan memberikan justifikasi efisiensi, kelebihan, dan
keterbatasan dari setiap alternatif solusi, kemudian
memilih dan menerapkan solusi terbaik, paling efisien, dan
optimal dengan merancang struktur data yang lebih
kompleks dan abstrak.
Menghasilkan prototipe perangkat lunak yang berinteraksi
dengan single board computer/controller atau kit elektronika
untuk edukasi yang bisa diprogram, serta mampu
mengomunikasikan produk dan proses pengembangan
perangkat lunak yang dilakukan dengan menggunakan
perangkat lunak aplikasi.
Pada akhir fase F, peserta didik memahami konsep lanjutan
jaringan komputer dan internet meliputi topologi jaringan
yang menghubungkan beberapa komputer, aspek teknis
berbagai jaringan komputer, lapisan informasi dalam suatu
sistem jaringan komputer (OSI Layer), komponen jaringan
komputer, dan mekanisme pertukaran data, konsep cyber
security, tata kelola kontrol akses data, serta faktor-faktor
dan konfigurasi keamanan jaringan.
Pada akhir fase F, peserta didik mampu mengembangkan
program modular yang berukuran besar menggunakan
bahasa pemrograman yang ditentukan, mampu memahami,
224
Elemen
DSI
PLB
Capaian Pembelajaran
memelihara, dan menyempurnakan struktur program
(aspek statik) dan eksekusi (aspek dinamik) suatu source
code, memahami algoritma standar dan strategi
efisiensinya, merancang dan mengimplementasikan
struktur data abstrak yang kompleks seperti beberapa
library standar termasuk library untuk Artificial Intelligence
dan library untuk pengolahan data bervolume besar, serta
menerjemahkan sebuah program dalam satu bahasa yang
sudah dikenalnya ke bahasa lain berdasarkan kaidah
translasi yang diberikan.
Pada akhir fase F, peserta didik mampu mengkaji,
menganalisis, dan memberikan berbagai argumentasi dan
rasional secara kritis pada kasus-kasus sosial terkini
terkait produk TIK dan sistem komputasi.
Pada akhir fase F, peserta didik mampu bergotong royong
dalam tim inklusif untuk mengerjakan projek
pengembangan sistem komputasi dengan menganalisis dan
mengidentifikasi persoalan, merancang, mengimplementasi,
menguji, dan menyempurnakan sistem komputasi sebagai
solusi dari persoalan tersebut, serta mengomunikasikan
produk, proses pengembangan dan manfaatnya secara lisan
dan tertulis.
225
XII. CAPAIAN PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) SMP/MTs/
PROGRAM PAKET B
A. Rasional Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SMP/MTs/
Program Paket B
Indonesia merupakan bangsa dengan sumber daya manusia yang besar
dan sumber daya alam yang melimpah, kaya dengan budaya, suku
bangsa, bahasa, serta terdiri dari berbagai agama dan kepercayaan.
Secara geografis letak Indonesia sangat strategis, sehingga menjadikan
Indonesia sebagai bangsa yang sangat diperhitungkan secara geopolitik
dalam kancah internasional.
Indonesia di tahun-tahun mendatang akan mengalami bonus demografi,
yaitu jumlah penduduk usia produktif (berusia 15-64 tahun) lebih besar
dibandingkan penduduk usia tidak produktif (berusia di bawah 15
tahun dan di atas 64 tahun). Keadaan ini membutuhkan solusi rasional
serta terukur secara ilmiah, sehingga bonus demografi akan menjadi
sumber kekuatan bangsa. Sumber daya manusia Indonesia terutama
yang berusia produktif perlu memiliki kemampuan- kemampuan yang
mendukungnya
berkontribusi
di
masyarakat.
Indonesia
perlu
menghasilkan sumber daya manusia yang mampu mengelola dan
menjaga sumber daya alam untuk kesejahteraan bangsa berdasarkan
ilmu pengetahuan dan teknologi dan prinsip keadilan sosial.
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) memiliki peran penting dalam
hal ini. Akan tetapi, selama ini proses pembelajaran IPS lebih
menekankan kepada dimensi pengetahuan. Kurang perhatian kepada
dimensi keterampilan berpikir. Oleh karena itu dalam pembelajaran
dengan paradigma baru diharapkan dimensi keterampilan berpikir lebih
digali. Dengan pendekatan pembelajaran keterampilan proses yang
berpusat pada peserta didik. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
memiliki peran penting dalam hal ini. Dengan pendekatan pembelajaran
inkuiri yang berpusat pada peserta didik, Pendidikan IPS menjadi
sarana untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan terkait
kehidupan masyarakat dengan lingkungannya. Termasuk di dalamnya
membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan yang akan menjadi modal untuk berkolaborasi dalam
masyarakat yang majemuk, baik di tingkat lokal, nasional maupun
global dengan tetap berpegang teguh kepada nilai-nilai Pancasila sebagai
kepribadian bangsa. Pendidikan IPS merupakan perpaduan cabang226
cabang ilmu-ilmu sosial dan humaniora termasuk di dalamnya agama,
filsafat, dan pendidikan. IPS juga dapat mengambil aspek-aspek tertentu
dan ilmu-ilmu kealaman serta teknologi.
B. Tujuan
Mata
Pelajaran
Ilmu
Pengetahuan
Sosial
(IPS)
SMP/MTs/Program Paket B
Tujuan
pembelajaran
IPS
adalah
agar
peserta
didik
memiliki
kemampuan untuk memahami konsep-konsep yang berkaitan dengan
kehidupan masyarakat serta memiliki keterampilan penting di tengah
perkembangan dunia untuk bisa berkontribusi menciptakan kondisi
kehidupan yang lebih baik. Secara rinci tujuan pelajaran IPS adalah:
1. Memahami dan menganalisis konsep-konsep yang berkaitan dengan
pola dan persebaran keruangan, interaksi sosial, pemenuhan
kebutuhan, dan kesejarahan perkembangan kehidupan masyarakat;
2. Memiliki
keterampilan
dalam
berpikir
kritis,
berkomunikasi,
berkreativitas, dan berkolaborasi dalam kerangka perkembangan
teknologi terkini;
3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial
kemanusiaan dan lingkungan untuk menumbuhkan kecintaan
terhadap bangsa dan negara sehingga mampu merefleksikan peran
diri di tengah lingkungan sosialnya.
4. Menunjukkan
pengasahan
hasil
pemahaman
keterampilannya
konsep
dengan
pengetahuan
membuat
dan
karya
atau
Sosial
(IPS)
melakukan aksi sosial.
C. Karakteristik
Mata
Pelajaran
Ilmu
Pengetahuan
SMP/MTs/Program Paket B
Karakteristik IPS adalah perilaku sosial, ekonomi, dan budaya manusia
di masyarakat dalam konteks ruang dan waktu yang mengalami
perubahan. Oleh karena itu, masyarakat menjadi sumber utama IPS.
Perlu ditekankan bahwa materi-materi pembelajaran hanya kendaraan
menuju capaian pembelajaran. Artinya proses pembelajaran tidak
berfokus
utama
ketercapaian
pada
penyelesaian
kompetensi.
materi,
Penyelenggara
tapi
pendidikan
peluang untuk mengembangkan materi secara mandiri.
227
lebih
kepada
mempunyai
Pembahasan materi pembelajaran tidak disampaikan secara terpisah
antara Geografi, Ekonomi, Sejarah, Sosiologi, namun harus terintegrasi
sehingga pelajar mendapatkan pemahaman dan keterampilan yang utuh
yang sesuai dengan karakteristik pembelajaran abad ke-21. Adapun
elemen serta ruang lingkup mata pelajaran IPS di SMP sebagai berikut:
Elemen
Pemahaman
Deskripsi
Mata pelajaran IPS terkait dengan pandangan bahwa
IPS sebagai materi pembelajaran yang berkaitan
dengan fakta, konsep, prosedur, dan metakognisi,
maka cakupan materi dalam elemen ini adalah:
1. Keruangan dan konektivitas antar ruang dan
waktu;
materi ini berkaitan dengan pemahaman terhadap
kondisi sosial dan lingkungan alam serta
kesejarahan dalam konteks lokal dan regional,
nasional, hingga global. Selain itu, materi ini juga
terkait dengan pembelajaran tentang kondisi
geografis Indonesia dan pengaruhnya terhadap
aktivitas sosial, ekonomi, dan politik. Mempelajari
konektivitas dan interaksi tersebut mengasah
kemampuan berpikir kritis pelajar memahami efek
sebab dan akibat.
2. Perkembangan masyarakat Indonesia dari masa
pra aksara, kerajaan, kolonial, awal kemerdekaan
sampai dengan sekarang;
Selain pengetahuan mengenai perkembangan
kehidupan masyarakat Indonesia, bagian ini
menjadi sarana untuk merefleksikan kondisi
kehidupan masyarakat dari masa pra aksara,
Hindu, Budha, Islam, kolonialisme hingga
kemerdekaan untuk memunculkan semangat
kebangsaan. Materi ini juga menjadi sarana
mengasah kesadaran untuk berpikir dari berbagai
perspektif berdasarkan perbedaan historis,
geografis, ekonomi, sosial dan budaya, serta
menggunakan pengetahuan tersebut untuk
kehidupan masa depan yang berkelanjutan.
3. Interaksi, Sosialisasi, institusi sosial, dan
dinamika sosial;
materi ini berkaitan dengan pembentukan
identitas diri, merefleksikan keberadaan diri di
tengah keberagaman dan kelompok yang berbedabeda, serta mempelajari dan menjalankan peran
sebagai warga Indonesia dan bagian dari warga
dunia ditinjau secara sosiologis, historis, geografis,
maupun sebagai pelaku ekonomi. Peserta didik
mempelajari tentang interaksi dan institusi sosial,
peluang dan tantangannya untuk mewujudkan
pembangunan keberlanjutan bagi kemaslahatan
manusia dan bumi
4. Kegiatan manusia dalam memenuhi
kebutuhannya dan berteknologi di era global;
materi ini berkaitan tentang peran diri,
masyarakat serta negara dalam memenuhi
kebutuhan bersama. Peserta didik menganalisis
228
Elemen
Keterampilan
Proses
Deskripsi
sejarah manusia dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. Menganalisis faktor-faktor penyebab
kelangkaan, permintaan, penawaran, harga pasar,
serta inflasi. Mengidentifikasi peran lembaga
keuangan, nilai, serta fungsi uang.
Mendeskripsikan pengelolaan, sumber-sumber
pendapatan dan pengeluaran keuangan keluarga,
perusahaan serta negara. Mengidentifikasi hak
dan kewajiban dalam jasa keuangan. Ruang
lingkup ini menjadi salah satu ruang untuk
peserta berlatih membangun kesadaran dan
memberikan kontribusi ke masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan hidup di tingkat lokal
namun dalam perspektif global.
Keterampilan Proses merupakan keseluruhan
keterampilan ilmiah yang terarah (baik kognitif
maupun psikomotor) yang dapat digunakan untuk
menemukan suatu konsep, prinsip, atau teori untuk
mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya,
ataupun untuk melakukan penyangkalan terhadap
suatu penemuan (Indrawati dalam Trianto, 2008:72).
Menurut Mulyasa (2007:99), Pendekatan Keterampilan
Proses merupakan pendekatan pembelajaran yang
menekankan pada proses belajar, aktivitas, dan
kreativitas peserta didik dalam memperoleh
pengetahuan, nilai dan sikap, serta menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari.
Peserta didik perlu mengasah keterampilan
berpikirnya sehingga pembelajaran yang dialaminya
bermakna. Hal ini hanya bisa terjadi ketika peserta
didik terlibat penuh dalam pembelajarannya. Oleh
karena itu, penting bagi peserta didik untuk memiliki
keterampilan inkuiri, yang menekankan penyelidikan
dan penemuan oleh peserta didik dalam mempelajari
IPS, sehingga ia bisa mencari tahu dan menemukan
solusi secara aktif terkait perilaku sosial, ekonomi,
dan budaya manusia di masyarakat dalam konteks
ruang dan waktu yang mengalami perubahan. Guru
perlu mempertimbangkan hal yang peserta didik
harap dapat ia pahami lebih dalam, pengetahuan yang
perlu ia miliki untuk mencapai hal tersebut,
keterampilan apa yang dapat diasah, karya atau aksi
apa yang dapat dilakukan peserta didik, serta
karakter positif apa yang dapat diperkuat dalam
melakukan pembelajaran inkuiri. Hal ini untuk
mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara
yang berpartisipasi secara cerdas dalam masyarakat
yang berkebhinekaan global. Keterampilan berpikir
inkuiri dimulai dari mengajukan pertanyaan dan
mengidentifikasi masalah, mengumpulkan dan
mengelola informasi, merencanakan dan
mengembangkan ide solusi, mengambil kesimpulan
dan merumuskan aksi, mencipta dan melaksanakan
aksi, mengomunikasikan dan merefleksikan. Siklus
keterampilan proses dijabarkan di bawah ini :
Mengamati: Peserta didik melakukan kegiatan yang
dilaksanakan secara sengaja dan terencana dengan
maksud untuk mendapat informasi dari hasil
229
Elemen
Deskripsi
pengamatan. Pengamatan bisa dilakukan langsung
atau menggunakan instrumen lain.
1. Menanya: Peserta didik menyusun pertanyaan
tentang hal-hal yang ingin diketahuinya dan
masalah apa yang ditemukan. Pada tahap ini ia
juga menghubungkan pengetahuan yang dimiliki
dengan pengetahuan baru yang akan dipelajari
sehingga bisa menjelaskan permasalahan yang
sedang diselidiki dengan rumus 5W 1H (apa,
siapa, kapan, di mana, mengapa, dan bagaimana),
dan memperkirakan apa yang akan terjadi
berdasarkan jawaban atas pertanyaan.
2. Mengumpulkan Informasi: Peserta didik
penyusunan langkah-langkah untuk
mengumpulkan informasi melalui studi pustaka,
studi dokumen, wawancara, observasi, kuesioner,
dan teknik pengumpulan informasi lainnya.
3. Mengorganisasikan Informasi: Peserta didik
memilih, mengolah dan menganalisis informasi
yang diperoleh. Proses analisis informasi
dilakukan dengan cara verifikasi, interpretasi, dan
triangulasi informasi.
4. Menarik Kesimpulan: Peserta didik menjawab,
mengukur dan mendeskripsikan serta
menjelaskan permasalahan yang ada dengan
memenuhi prosedur dan tahapan yang ditetapkan.
5. Mengomunikasikan: Peserta didik
mengungkapkan seluruh hasil tahapan di atas
secara lisan dan tulisan dalam bentuk media
digital dan non-digital. Peserta didik lalu
mengomunikasikan hasil temuannya dengan
mempublikasikan hasil laporan dalam bentuk
presentasi digital dan atau non digital, dan
sebagainya.
6. Merefleksikan dan Merencanakan Proyek Lanjutan
Secara Kolaboratif
7. Peserta didik mampu mengevaluasi pengalaman
belajar yang telah dilalui dan diharapkan dapat
merencanakan proyek lanjutan dengan melibatkan
lintas mata pelajaran secara kolaboratif.
D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
SMP/MTs/Program Paket B Setiap Fase
Fase D (Umumnya untuk kelas VII - IX SMP/MTs/Program Paket B)
Pada akhir fase ini, peserta didik mampu memahami dan memiliki
kesadaran akan keberadaan diri serta mampu berinteraksi dengan
lingkungan terdekatnya. Ia mampu menganalisis hubungan antara
kondisi
geografis
daerah
dengan
karakteristik
masyarakat
dan
memahami potensi sumber daya alam serta kaitannya dengan mitigasi
kebencanaan.
keragaman
Ia
juga
kondisi
mampu
geografis
menganalisis
nusantara
230
hubungan
terhadap
antara
pembentukan
kemajemukan budaya. Ia mampu memahami bagaimana masyarakat
saling berupaya untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Ia
mampu
menganalisis
peran
pemerintah
dan
masyarakat
dalam
mendorong pertumbuhan perekonomian. Peserta didik juga mampu
memahami dan memiliki kesadaran terhadap perubahan sosial yang
sedang terjadi di era kontemporer. Ia dapat menganalisis perkembangan
ekonomi
di
pembangunan
era
dan
digital.
Peserta
potensi
didik
Indonesia
memahami
menjadi
negara
tantangan
maju.
Ia
menyadari perannya sebagai bagian dari masyarakat Indonesia dan
dunia di tengah isu-isu regional dan global yang sedang terjadi dan ikut
memberikan kontribusi yang positif.
Peserta didik mampu memahami dan menerapkan materi pembelajaran
melalui pendekatan keterampilan proses dalam
belajarnya, yaitu
mengamati, menanya dengan rumus 5W 1H. Kemudian mampu
memperkirakan apa yang akan terjadi berdasarkan jawaban-jawaban
yang ditemukan. Peserta didik juga mampu mengumpulkan informasi
melalui studi pustaka, studi dokumen, lapangan, wawancara, observasi,
kuesioner, dan teknik pengumpulan informasi lainnya. Merencanakan
dan mengembangkan penyelidikan. Peserta didik mengorganisasikan
informasi dengan memilih, mengolah dan menganalisis informasi yang
diperoleh. Proses analisis informasi dilakukan dengan cara verifikasi,
interpretasi,
dan
triangulasi
kesimpulan,
menjawab,
informasi.
mengukur
dan
Peserta
didik
menarik
mendeskripsikan
serta
menjelaskan permasalahan yang ada dengan memenuhi prosedur dan
tahapan yang ditetapkan. Peserta didik mengungkapkan seluruh hasil
tahapan di atas secara lisan dan tulisan dalam bentuk media digital dan
non-digital. Peserta didik lalu mengomunikasikan hasil temuannya
dengan mempublikasikan hasil laporan dalam bentuk presentasi digital
dan atau non digital, dan sebagainya. Selain itu peserta didik mampu
mengevaluasi pengalaman belajar yang telah dilalui dan diharapkan
dapat merencanakan proyek lanjutan dengan melibatkan lintas mata
pelajaran secara kolaboratif.
Fase D berdasarkan elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Pemahaman Konsep
Pada akhir fase ini, peserta didik mampu memahami
dan memiliki kesadaran akan keberadaan diri serta
mampu berinteraksi dengan lingkungan
terdekatnya. Ia mampu menganalisis hubungan
antara kondisi geografis daerah dengan karakteristik
231
Elemen
Capaian Pembelajaran
masyarakat dan memahami potensi sumber daya
alam serta kaitannya dengan mitigasi kebencanaan .
Ia juga mampu menganalisis hubungan antara
keragaman kondisi geografis nusantara terhadap
pembentukan kemajemukan budaya. Ia mampu
memahami bagaimana masyarakat saling berupaya
untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Ia
mampu menganalisis peran pemerintah dan
masyarakat dalam mendorong pertumbuhan
perekonomian. Peserta didik juga mampu memahami
dan memiliki kesadaran terhadap perubahan sosial
yang sedang terjadi di era kontemporer. Ia dapat
menganalisis perkembangan ekonomi di era digital.
Peserta didik memahami tantangan pembangunan
dan potensi Indonesia menjadi negara maju. Ia
menyadari perannya sebagai bagian dari masyarakat
Indonesia dan dunia di tengah isu-isu regional dan
global yang sedang terjadi dan ikut memberikan
kontribusi yang positif.
Keterampilan Proses
Pada akhir fase ini, Peserta didik mampu memahami
dan menerapkan materi
pembelajaran melalui pendekatan keterampilan
proses dalam belajarnya, yaitu mengamati, menanya
dengan rumus 5W 1H. Kemudian mampu
memperkirakan apa yang akan terjadi berdasarkan
jawaban-jawaban yang ditemukan. Peserta didik juga
mampu mengumpulkan informasi melalui studi
pustaka, studi dokumen, lapangan, wawancara,
observasi, kuesioner, dan teknik pengumpulan
informasi lainnya. merencanakan dan
mengembangkan penyelidikan. Peserta didik
mengorganisasikan informasi dengan memilih,
mengolah dan menganalisis informasi yang
diperoleh. Proses analisis informasi dilakukan
dengan cara verifikasi, interpretasi, dan triangulasi
informasi. Peserta didik menarik kesimpulan,
menjawab, mengukur dan mendeskripsikan serta
menjelaskan permasalahan yang ada dengan
memenuhi prosedur dan tahapan yang ditetapkan.
Peserta didik mengungkapkan seluruh hasil tahapan
di atas secara lisan dan tulisan dalam bentuk media
digital dan non-digital. Peserta didik lalu
mengomunikasikan hasil temuannya dengan
mempublikasikan hasil laporan dalam bentuk
presentasi digital dan atau non digital, dan
sebagainya. Selain itu peserta didik mampu
mengevaluasi pengalaman belajar yang telah dilalui
dan diharapkan dapat merencanakan proyek
lanjutan dengan melibatkan lintas mata pelajaran
secara kolaboratif.
232
XIII. CAPAIAN PEMBELAJARAN SEJARAH SMA/MA/PROGRAM PAKET C
A. Rasional Mata Pelajaran Sejarah SMA/MA/Program Paket C
Indonesia adalah anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa. Negeri lautan
dengan taburan pulau-pulau di atasnya. Perpaduan lautan dan
daratan dengan berbagai ragam potensi yang ada di dalamnya
menjadikan
Indonesia
sebagai
salah
satu
negara
Kepulauan
(archipelago) terbesar di dunia. Secara fisik Kepulauan Indonesia
memiliki 1.904.569 km² luas wilayah, 18.108 jumlah pulau, 81.000
km² garis pantai, dan 2,7 juta luas perairan atau 70% dari luas wilayah
Indonesia yang membentang dari 6⁰ 08’ LU - 11⁰ 15’ LS dan 94⁰ 45’ BT
– 141⁰ 05’ BT. Sedangkan secara kebudayaan, Indonesia adalah negara
majemuk yang terdiri atas 1.331 suku bangsa, 652 bahasa daerah, 6
agama, dan 187 kelompok penghayat kepercayaan.
Indonesia diapit oleh Benua Asia dan Australia serta Samudera Hindia
dan Pasifik, sehingga secara geografis Indonesia menempati lokasi
strategis dalam jalur lalu lintas masyarakat dunia. Sudah sejak lama
Indonesia menjadi tempat persinggahan berbagai bangsa, mulai dari
India, Arab, Cina, dan Eropa dengan masing-masing membawa ragam
budaya dari tanah asalnya, serta berinteraksi dengan ragam budaya
asli Indonesia. Proses ini melahirkan berbagai bentuk budaya baru
yang bercampur dalam balutan kearifan lokal, kemudian membentuk
model
Indonesia
dengan
karakteristik
Indonesia
dan
citarasa
Indonesia. Selain itu posisi Indonesia sebagai pusat persemaian dan
penyerbukan silang budaya ikut melahirkan kultur masyarakat yang
inklusif, plural, serta mampu mengembangkan berbagai corak
kebudayaan yang lebih banyak dibandingkan dengan kawasan dunia
manapun.
Pemahaman dan kesadaran mengenai keindonesiaan wajib diketahui
oleh segenap bangsa Indonesia, pertanyaan dari mana kita berasal,
bagaimana keadaan kita sekarang, dan kedepan mau berjalan kearah
mana adalah berbagai pertanyaan menyangkut eksistensi kita sebagai
bangsa atau bahkan manusia pada umumnya. Kita juga harus
menyadari bahwa bangsa ini lahir bukan dari persamaan suku, ras,
budaya, atau agama, melainkan karena adanya kesadaran serta
kesepakatan untuk hidup bersama dalam sebuah bangsa yaitu
Indonesia. Kesadaran dan kesepakatan bersama ini diikat oleh fakta
bahwa kita berangkat dari sejarah yang sama.
233
Berbagai peristiwa penting yang terjadi di Indonesia mulai dari asal
usul nenek moyang dan jalur rempah, masa Kerajaan Hindu-Buddha,
masa
Kerajaan
Islam,
masa
penjajahan
Bangsa
Eropa,
masa
Pergerakan Kebangsaan Indonesia, masa Pendudukan Jepang, masa
Proklamasi
Kemerdekaan,
masa
usaha
mempertahankan
kemerdekaan, masa pemerintahan Demokrasi Liberal dan Demokrasi
Terpimpin, masa Pemerintahan Orde Baru, sampai masa Pemerintahan
Reformasi adalah sebuah perjalanan panjang melintasi ruang dan
waktu, dimana banyak terkandung pelajaran di dalamnya.
Perjalanan sejarah Indonesia juga dipengaruhi oleh berbagai peristiwa
yang terjadi di dunia. Revolusi Besar Dunia, Perang Dunia I, Perang
Dunia II, Perang Dingin, dan Peristiwa Kontemporer Dunia sampai
Abad-21 adalah diantara peristiwa dunia yang berpengaruh secara
langsung atau tidak langsung dengan Indonesia. Transformasi
pengetahuan atas masa lalu untuk dikontekstualisasikan dalam
kehidupan kekinian, dan sebagai bahan proyeksi untuk masa depan,
sebagai upaya memperkuat jati diri manusia dalam dimensi lokal,
nasional, dan global hanya mungkin dilakukan melalui mata pelajaran
Sejarah.
Dari sisi pengetahuan konten teknologi pembelajaran (pedagogical
content technology knowledge) guru sejarah dalam mengajarkan
sejarah harus utuh dan komprehensif. Laksana orang menenun,
sejarah harus disampaikan memanjang jalur atas-bawah dan melebar
jalur kiri-kanan, artinya berbagai pendekatan diakronis (kronologis)
maupun sinkronis dapat digunakan untuk menjelaskan sebuah
peristiwa sejarah secara utuh. Begitu juga dengan muatan-muatan lain
dalam sejarah perlu diajarkan secara multidimensional, misalnya jika
selama ini mempelajari sejarah lebih ditekankan kepada muatan politik
atau militer, maka sekarang ini kita dapat juga mengangkat muatan
lokal, muatan sosial, muatan Hak Asasi Manusia (HAM), muatan
feminis, muatan maritim, muatan agraris, muatan teknologi, muatan
lingkungan, muatan mitigasi, muatan kesehatan, muatan fashion,
muatan kuliner, dan lain sebagainya secara terintegrasi dalam satu
narasi sejarah. Penjelasan sejarah yang utuh dan komprehensif dari
berbagai pendekatan, serta dengan memasukan berbagai muatan
sejarah
dan
melibatkan
ilmu-ilmu
dikombinasikan dengan penggunaan
234
bantu
lain,
kemudian
ragam model atau media
pembelajaran inovatif berbasis teknologi, niscaya akan membuat
pembelajaran sejarah menjadi semakin kaya, berbobot, dan bermakna
bagi kehidupan anak bangsa.
Peran guru sejarah dibutuhkan untuk membangun jembatan antara
masa lalu, masa kini, dan masa depan dengan merangsang kebatinan
serta nalar peserta didik melalui keterampilan imajinatif, kreatif, kritis,
dan reflektif yang bersandar pada sumber-sumber autentik. Dari sini
kita semakin menjadi yakin bahwa belajar sejarah sesungguhnya
adalah belajar berpikir. Selain itu belajar sejarah jangan sampai hanya
sebatas lambang pemujaan masa lalu, dimana generasi muda hanya
dapat terpesona atau menjadi penikmat dari masa lalu yang gemilang,
tanpa pernah berpikir untuk merencanakan bangunan masa depan
mereka sendiri.
Secara
progresif
pembelajaran
sejarah
harus
mampu
mengkontekstualisasikan berbagai peristiwa yang terjadi di masa lalu
dengan berbagai peristiwa yang dialami sekarang, untuk kita dapat
saling merenungi, mengevaluasi, membandingkan, atau mengambil
keputusan, sekaligus sebagai orientasi untuk kehidupan masa depan
yang lebih baik. Muara dari pembelajaran sejarah yang berorientasi
pada
keterampilan
berpikir
secara
alamiah
akan
mendorong
pembentukan manusia merdeka yang memiliki kesadaran sejarah dan
selaras dengan Profil Pelajar Pancasila.
B. Tujuan Belajar Sejarah
Mata pelajaran Sejarah bertujuan untuk:
1. Menumbuhkembangkan kesadaran sejarah;
2. Menumbuhkembangkan pemahaman tentang diri sendiri;
3. Menumbuhkembangkan pemahaman kolektif sebagai bangsa;
4. Menumbuhkembangkan rasa bangga atas kegemilangan masa lalu;
5. Menumbuhkembangkan rasa nasionalisme dan patriotisme;
6. Menumbuhkembangkan
nilai-nilai
moral,
kemanusiaan,
nilai-nilai
kebhinekaan
dan
lingkungan hidup;
7. Menumbuhkembangkan
royong;
235
dan
gotong
8. Menumbuhkembangkan pemahaman tentang dimensi manusia,
yaitu kemampuan menganalisis pemikiran, suasana kebatinan,
tindakan, maupun karya yang memiliki makna dalam sejarah;
9. Menumbuhkembangkan pemahaman tentang dimensi ruang, yaitu
kemampuan menganalisis hubungan atau keterkaitan antara
peristiwa yang terjadi secara lokal, nasional, serta global;
10. Menumbuhkembangkan
pemahaman
tentang
waktu,
yaitu
kemampuan melihat peristiwa secara utuh meliputi dimensi masa
lalu, masa kini, dan masa yang akan datang, serta menganalisis
perkembangan, kesinambungan, pengulangan, dan perubahan
dalam kehidupan manusia;
11. Melatih
kecakapan
berpikir
diakronis
(kronologi),
sinkronis,
kausalitas, imajinatif, kreatif, kritis, reflektif, kontekstual, dan
multiperspektif;
12. Melatih keterampilan mencari sumber (heuristik), kritik dan seleksi
sumber (verifikasi), analisis dan sintesis sumber (interpretasi), dan
penulisan sejarah (historiografi);
13. Melatih keterampilan mengolah informasi sejarah secara non digital
maupun digital dalam berbagai bentuk aplikasi sejarah, rekaman
suara, film dokumenter, foto, maket, vlog, story board, timeline,
infografis, videografis, komik, poster, dan lain-lain;
C. Karakteristik Mata Pelajaran Sejarah
Karakteristik mata pelajaran sejarah terikat oleh dimensi manusia,
ruang, dan waktu. Dimensi manusia dilihat sebagai agen yang
menciptakan sejarah, secara individu ataupun kolektif, dengan melihat
dimensi pemikiran, mental kebatinan, rekam jejak atau karya yang
menjadi latar belakang manusia tersebut. Lalu dimensi ruang dilihat
dari tempat terjadinya sebuah peristiwa, dalam lingkup lokal, nasional,
dan global, dengan menarik hubungan antara satu peristiwa di satu
tempat, dengan peristiwa di tempat lainnya. Kemudian dimensi waktu
dilihat secara kontekstual melewati masa lalu, masa kini, dan masa
yang akan datang, dengan memperhatikan pola perkembangan,
perubahan, keberlanjutan, atau keberulangan dari sebuah peristiwa.
Dari sisi substansi, mata pelajaran sejarah berisikan berbagai peristiwa
penting yang terjadi di Indonesia dalam lingkup lokal dan nasional,
mulai dari asal usul nenek moyang dan jalur rempah, masa Kerajaan
236
Hindu-Buddha, masa Kerajaan Islam, masa penjajahan Bangsa Eropa,
masa Pergerakan Kebangsaan Indonesia, masa Pendudukan Jepang,
masa
Proklamasi
Kemerdekaan,
masa
usaha
mempertahankan
kemerdekaan, masa pemerintahan Demokrasi Liberal dan Terpimpin,
masa pemerintahan Orde Baru, sampai masa pemerintahan Reformasi.
Mata pelajaran Sejarah juga mencakup berbagai peristiwa global yang
memiliki keterkaitan langsung maupun tidak langsung dengan
Indonesia. Peristiwa global ini berbentuk muatan materi yang
terintegrasi
dalam
perjalanan
sejarah
di
Indonesia
seperti
pembentukan paham keindonesiaan yang dikaitkan dengan revolusi
besar dunia, pergerakan kebangsaan dengan Perang Dunia I,
Proklamasi
kemerdekaan
dengan
Perang
Dunia
II,
usaha
mempertahankan kemerdekaan dengan Perang Dingin, serta masa
reformasi dengan peristiwa kontemporer dunia sampai abad-21
Secara pendekatan, mata pelajaran sejarah dapat dikaji dengan
menggunakan berbagai pendekatan khas sejarah seperti diakronis
(kronologi)
maupun
sinkronis.
Mata
pelajaran
sejarah
juga
memberikan pengalaman belajar saintifik yang diperoleh melalui
tahapan mencari sumber (heuristik), kritik dan seleksi sumber
(verifikasi),
mengambil
analisis
dan
kesimpulan
sintesis
dan
sumber
refleksi
(interpretasi),
yang
dituliskan
sampai
secara
historiografi.
1. Lingkup materi dalam mata pelajaran sejarah, yaitu:
a. Pengantar Ilmu Sejarah
b. Asal-Usul Nenek Moyang dan Jalur Rempah di Indonesia
c. Kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia
d. Kerajaan Islam di Indonesia
e. Kolonisasi dan Perlawanan Bangsa Indonesia
f. Pergerakan Kebangsaan Indonesia
g. Pendudukan Jepang di Indonesia
h. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
i. Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan
j. Pemerintahan Demokrasi Liberal dan Demokrasi Terpimpin
k. Pemerintahan Orde Baru
l. Pemerintahan Reformasi
237
2. Lingkup Strands Kecakapan dalam mata pelajaran Sejarah,
meliputi:
a. Keterampilan Konsep Sejarah (Historical Conceptual Skills)
b. Keterampilan Berpikir Sejarah (Historical Thinking Skills)
c. Kesadaran Sejarah (Historical Consciousness)
d. Penelitian Sejarah (Historical Research)
e. Keterampilan Praktis Sejarah (Historical Practice Skills)
Dari uraian di atas, maka mata pelajaran Sejarah meliputi elemen sebagai
berikut:
Elemen
Keterampilan Konsep
Kelas X
Deskripsi
Keterampilan Konsep Sejarah (Historical
Conceptual Skills) berhubungan dengan konsepkonsep dasar ilmu sejarah, seperti manusia,
ruang, waktu, diakronik (kronologi),
sinkronik, historiografi, maupun konsepkonsep lain yang berhubungan dengan
peristiwa sejarah seperti kolonialisme,
imperialisme, pergerakan nasional,
proklamasi, orde lama, orde baru, reformasi,
dan lain-lain. Keterampilan konsep diperoleh
Keterampilan Proses
Sejarah Kelas X
melalui pemahaman akan sebuah konsep, baik
dalam dalam lingkup ilmu sejarah maupun
lingkup ilmu lain yang memiliki relevansi dengan
pembahasan sebuah peristiwa.
Peserta didik tidak hanya sekedar tahu dan hafal
tentang definisi konsep, tetapi juga harus tahu
bagaimana menggunakan konsep sebagai bahan
analisis untuk mengkaji sebuah peristiwa.
Pemahaman konsep dibutuhkan untuk
memperoleh penjelasan secara lebih luas dan
bermakna tentang sebuah peristiwa.
1. Mengamati: Peserta didik melakukan kegiatan
yang dilaksanakan secara sengaja dan
terencana dengan maksud untuk mendapat
informasi dari hasil pengamatan. Pengamatan
dapat dilakukan langsung atau menggunakan
instrumen lain.
2. Menanya: Peserta didik menyusun pertanyaan
tentang hal-hal yang ingin diketahuinya dan
masalah apa yang ditemukan. Pada tahap ini
ia juga menghubungkan pengetahuan yang
dimiliki dengan pengetahuan baru yang akan
dipelajari sehingga dapat menjelaskan
permasalahan yang sedang diselidiki dengan
rumus 5W 1H (apa, siapa, kapan, di mana,
mengapa, dan bagaimana), dan
memperkirakan apa yang akan terjadi
berdasarkan jawaban atas pertanyaan.
3. Mengumpulkan Informasi: Peserta didik
menyusun langkah-langkah untuk
mengumpulkan informasi melalui studi
pustaka, studi dokumen, wawancara,
observasi, kuesioner, dan teknik pengumpulan
informasi lainnya.
238
Elemen
Keterampilan Proses
Sejarah Kelas XI dan
XII
Deskripsi
4. Mengorganisasikan Informasi: Peserta didik
memilih, mengolah dan menganalisis informasi
yang diperoleh. Proses analisis informasi
dilakukan dengan cara verifikasi, interpretasi,
dan triangulasi informasi.
5. Menarik Kesimpulan: Peserta didik menjawab,
mengukur dan mendeskripsikan serta
menjelaskan permasalahan yang ada dengan
memenuhi prosedur dan tahapan yang
ditetapkan.
6. Mengomunikasikan: Peserta didik
mengungkapkan seluruh hasil tahapan di atas
secara lisan dan tulisan dalam bentuk media
digital dan non-digital. Peserta didik lalu
mengomunikasikan hasil temuannya dengan
mempublikasikan hasil laporan dalam bentuk
presentasi digital dan/atau non digital.
7. Merefleksikan dan Merencanakan Proyek
Lanjutan Secara Kolaboratif: Peserta didik
mampu mengevaluasi pengalaman belajar yang
telah dilalui dan diharapkan dapat
merencanakan projek lanjutan dengan
melibatkan lintas mata pelajaran secara
kolaboratif.
1. Keterampilan Berpikir Sejarah (Historical
Thinking Skills): Peserta didik mampu berpikir
diakronis (kronologi); berpikir sinkronis;
berpikir kausalitas; berpikir interpretasi;
berpikir kritis; berpikir kreatif; berpikir
kontekstual; berpikir imajinatif; berpikir
multiperspektif; berpikir reflektif.
2. Kesadaran Sejarah (Historical Consciousness):
Peserta didik mampu memahami dan
menganalisis fakta sejarah; menghubungkan
masa lalu, masa kini, dan masa depan;
memaknai nilai-nilai masa lalu.
3. Penelitian Sejarah (Historical Research): Peserta
didik mampu menentukan topik;
mengumpulkan sumber (heuristik); mengritik
dan menyeleksi sumber (verifikasi);
menganalisis dan mensintesis sumber
(interpretasi); menuliskan sejarah
(historiografi).
4. Keterampilan Praktis Sejarah (Historical Practice
Skills): Peserta didik mampu membaca buku
teks, buku referensi, internet, dokumen
sejarah, dan hasil wawancara; menuliskan
cerita sejarah; menuturkan cerita sejarah;
mengolah informasi sejarah non digital atau
digital dalam berbagai bentuk aplikasi sejarah,
rekaman suara, film dokumenter, foto, maket,
vlog, timeline, story board, infografis,
videografis, komik, poster, dan lain-lain.
239
D. Capaian Pembelajaran Sejarah Setiap Fase
1. Fase E (Umumnya Kelas X SMA/MA/Program Paket C)
Pada akhir Fase E, peserta didik mampu memahami konsep-konsep
dasar manusia, ruang, waktu, diakronis (kronologi), sinkronis, guna
sejarah, sejarah dan teori sosial, metode penelitian sejarah, serta sejarah
lokal.
Melalui
literasi,
diskusi,
kunjungan
langsung
ke
tempat
bersejarah, dan penelitian berbasis proyek kolaboratif peserta didik
mampu menganalisis serta mengevaluasi berbagai peristiwa sejarah
yang terjadi di Indonesia meliputi konsep asal-usul nenek moyang dan
jalur rempah di Indonesia, kerajaan Hindu-Buddha, dan kerajaan Islam
di Indonesia.
Pada akhir Fase E, peserta didik mampu menggunakan sumber primer
atau sekunder untuk melakukan penelitian sejarah lokal yang memiliki
benang merah dengan keindonesiaan baik langsung ataupun tidak
langsung,
secara
diakronis
dan/atau
sinkronis
kemudian
mengomunikasikannya dalam bentuk lisan, tulisan, dan/atau media
lain.
Selain
itu
mereka
juga
mampu
menggunakan
berbagai
keterampilan sejarah untuk menjelaskan peristiwa sejarah serta
memaknai nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
Elemen Pemahaman Konsep Sejarah
Pada akhir fase ini, peserta didik mampu memahami konsep dasar ilmu
sejarah yang dapat digunakan untuk menjelaskan peristiwa sejarah;
memahami konsep dasar ilmu sejarah sebagai bahan analisis untuk
mengkaji peristiwa sejarah; memahami konsep dasar ilmu sejarah sebagai
bahan evaluasi untuk mengkaji peristiwa sejarah; menganalisis serta
mengevaluasi manusia sebagai subjek dan objek sejarah; menganalisis
serta mengevaluasi peristiwa sejarah dalam ruang lingkup lokal, nasional,
dan global; menganalisis serta mengevaluasi sejarah dalam dimensi masa
lalu, masa kini, dan masa depan; menganalisis serta mengevaluasi sejarah
dari aspek perkembangan, perubahan, keberlanjutan, dan keberulangan;
memahami peristiwa sejarah secara diakronis (kronologi) maupun
sinkronis.
Peserta didik juga dapat memahami konsep dasar asal usul nenek moyang
dan jalur rempah; menganalisis serta mengevaluasi manusia dalam asal
usul nenek moyang dan jalur rempah; menganalisis serta mengevaluasi
asal usul nenek moyang dan jalur rempah dalam ruang lingkup lokal,
nasional, serta global; menganalisis serta mengevaluasi asal usul nenek
moyang dan jalur rempah dalam dimensi masa lalu, masa kini, serta masa
depan; menganalisis serta mengevaluasi asal usul nenek moyang dan jalur
rempah dari pola perkembangan, perubahan, keberlanjutan, dan
keberulangan; menganalisis serta mengevaluasi asal usul nenek moyang
dan jalur rempah secara diakronis (kronologi) dan/atau sinkronis.
Peserta didik memahami konsep dasar kerajaan Hindu-Buddha;
menganalisis serta mengevaluasi manusia dalam kerajaan Hindu-Buddha;
menganalisis serta mengevaluasi kerajaan Hindu-Buddha dalam ruang
lingkup lokal, nasional, dan global; menganalisis serta mengevaluasi
kerajaan Hindu-Buddha dalam dimensi masa lalu, masa kini, dan masa
depan; menganalisis serta mengevaluasi kerajaan Hindu-Buddha dari pola
240
perkembangan, perubahan, keberlanjutan, dan keberulangan;
menganalisis serta mengevaluasi kerajaan Hindu-Buddha secara diakronis
(kronologi) dan/atau sinkronis.
Peserta didik mampu memahami konsep dasar kerajaan Islam;
menganalisis serta mengevaluasi manusia dalam kerajaan Islam;
menganalisis serta mengevaluasi kerajaan Islam dalam ruang lingkup
lokal, nasional, dan global; menganalisis serta mengevaluasi kerajaan Islam
dalam dimensi masa lalu, masa kini, dan masa depan; menganalisis serta
mengevaluasi kerajaan Islam dari pola perkembangan, perubahan,
keberlanjutan, dan keberulangan; menganalisis serta mengevaluasi
kerajaan Islam secara diakronis (kronologi) dan/atau sinkronis.
Elemen Keterampilan Proses Sejarah
Pada akhir fase ini, peserta didik mampu mengamati, menanya,
mengumpulkan informasi, mengorganisasikan informasi, menarik
kesimpulan, mengomunikasikan, merefleksikan dan merencanakan proyek
lanjutan secara kolaboratif tentang pengantar dasar ilmu sejarah, jalur
rempah dan asal usul nenek moyang bangsa Indonesia, kerajaan HinduBuddha, dan kerajaan Islam meliputi:
1. Penelitian sejarah lokal dimulai dari lingkungan terdekat (sejarah
keluarga, sejarah sekolah, sejarah jalur rempah di daerah, sejarah
kerajaan di daerah, dan lain-lain); mengumpulkan sumber-sumber
primer maupun sekunder melalui sarana lingkungan sekitar,
perpustakaan, dan internet; melakukan seleksi dan kritik terhadap
sumber-sumber primer maupun sekunder; melakukan penafsiran untuk
mendeskripsikan makna di balik sumber-sumber primer dan/atau
sekunder; dan menuliskan hasil penelitian dalam bentuk historiografi.
2. Penjelasan peristiwa sejarah secara diakronis (kronologi) yang
menitikberatkan pada proses dan/atau sinkronis yang menitikberatkan
pada struktur; Penjelasan peristiwa sejarah berdasarkan hubungan
kausalitas; Mengaitkan peristiwa sejarah dengan kehidupan sehari-hari;
dan menempatkan peristiwa sejarah pada konteks zamannya.
3. Penjelasan peristiwa sejarah dalam perspektif masa lalu, masa kini, dan
masa depan; Penjelasan peristiwa sejarah dari pola perkembangan,
perubahan, keberlanjutan, dan keberulangan.
4. Penjelasan peristiwa sejarah dalam ruang lingkup lokal, nasional, dan
global; Mengaitkan hubungan antara peristiwa sejarah lokal, nasional,
dan global.
5. Memaknai nilai-nilai dari peristiwa sejarah dan dikontekstualisasikan
dalam kehidupan masa kini.
6. Mengolah informasi sejarah secara non digital maupun digital dalam
berbagai bentuk aplikasi sejarah, rekaman suara, film dokumenter, foto,
maket, vlog, timeline, story board, infografis, videografis, komik, poster,
dan lain-lain.
2. Fase F (Umumnya Kelas XI-XII SMA/MA/Program Paket C)
Pada Fase F, peserta didik di Kelas XI dan XII mampu mengembangkan
konsep-konsep dasar sejarah untuk mengkaji peristiwa sejarah dalam
lintasan lokal, nasional, dan global. Melalui literasi, diskusi, kunjungan
langsung ke tempat bersejarah, dan penelitian berbasis proyek
kolaboratif peserta didik mampu menganalisis serta mengevaluasi
berbagai peristiwa sejarah yang terjadi di Indonesia yang dapat dikaitkan
atau dihubungkan dengan berbagai peristiwa lain yang terjadi di dunia
pada periode yang sama meliputi Kolonialisme dan Perlawanan Bangsa
Indonesia, Pergerakan Kebangsaan Indonesia, Pendudukan Jepang di
241
Indonesia,
Proklamasi
Kemerdekaan
Indonesia,
Perjuangan
Mempertahankan Kemerdekaan, Pemerintahan Demokrasi Liberal dan
Demokrasi Terpimpin, Pemerintahan Orde Baru, serta Pemerintahan
Reformasi
Peserta didik di Kelas XI mampu menggunakan sumber primer dan/atau
sekunder
untuk
melakukan
penelitian
sejarah
secara
diakronis
dan/atau sinkronis kemudian mengomunikasikannya dalam bentuk
lisan, tulisan, dan/atau media lain. Selain itu mereka juga mampu
menggunakan keterampilan sejarah untuk menjelaskan, menganalisis,
dan mengevaluasi peristiwa sejarah, serta memaknai nilai-nilai yang
terkandung di dalamnya.
Peserta didik di Kelas XII mampu menggunakan sumber primer dan
sekunder
untuk
melakukan
penelitian
sejarah
secara
sinkronis
dan/atau diakronis kemudian mengomunikasikannya dalam bentuk
lisan, tulisan, dan/atau media lain. Selain itu mereka juga mampu
menggunakan keterampilan sejarah untuk menjelaskan, menganalisis,
dan mengevaluasi peristiwa sejarah dari berbagai perspektif serta
mengaktualisasikan minat bakatnya dalam bidang sejarah melalui studi
lanjutan atau kegiatan kesejarahan di luar sekolah.
Keterampilan
Konsep Sejarah
(Historical
Conceptual
Skills)
Elemen Pemahaman Konsep Sejarah
Pada akhir fase kelas XI ini, peserta didik mampu
mengembangkan konsep sejarah yang dapat digunakan
untuk mengkaji peristiwa sejarah; mengidentifikasi
kiprah orang-orang atau kelompok masyarakat dalam
menciptakan dan menggerakan sejarah; mengidentifikasi
peristiwa sejarah di Indonesia serta mengaitkan atau
menghubungkannya dengan peristiwa sejarah di dunia
pada periode yang sama; mengidentifikasi dan
menganalisis pola perkembangan, keberlanjutan,
perubahan, dan pengulangan dalam peristiwa sejarah;
dan mengembangkan konsep diakronis (kronologi)
dan/atau sinkronis untuk mendeskripsikan peristiwa
sejarah.
Pada akhir fase kelas XII ini, peserta didik mampu
mengembangkan konsep sejarah yang dapat digunakan
untuk menganalisis berbagai peristiwa aktual yang
terjadi; mengidentifikasi kiprah orang-orang atau
kelompok masyarakat pada masa kini yang membawa
dampak bagi kehidupan manusia; mengidentifikasi
keterkaitan atau hubungan antara peristiwa sejarah di
Indonesia yang bersifat lokal dan nasional dengan
peristiwa sejarah di dunia; membandingkan dan
mengaitkan berbagai peristiwa yang terjadi secara aktual
dengan peristiwa sejarah; dan mengembangkan konsep
diakronis (kronologi) dan/atau sinkronis untuk
menganalisis peristiwa sejarah.
Elemen Keterampilan Proses Sejarah
242
Pada akhir fase Kelas XI dan XII ini, peserta didik
Keterampilan
Berpikir Sejarah mampu melakukan:
1. Menganalisis serta mengevaluasi peristiwa sejarah
(Historical
secara diakronis (kronologi) yang menitikberatkan
Thinking Skills)
pada proses dan/atau sinkronis yang menitikberatkan
pada struktur; menganalisis serta mengevaluasi
peristiwa sejarah berdasarkan hubungan kausalitas;
mengaitkan peristiwa sejarah dengan kehidupan
sehari-hari; dan menempatkan peristiwa sejarah pada
konteks zamannya.
2. Menganalisis serta mengevaluasi peristiwa sejarah
dalam perspektif masa lalu, masa kini, dan masa
depan; menganalisis serta mengevaluasi peristiwa
sejarah dari pola perkembangan, perubahan,
keberlanjutan, dan keberulangan; memaknai nilainilai atau hikmah dari peristiwa sejarah.
3. Menganalisis serta mengevaluasi peristiwa sejarah
dalam ruang lingkup lokal, nasional, dan global;
mengaitkan hubungan antara peristiwa sejarah lokal,
nasional, bahkan global.
Kesadaran
Pada akhir fase kelas XI dan XII ini, peserta didik
Sejarah
mampu Memahami fakta sejarah serta melihat
(Historical
keterkaitan antara masa lalu, masa kini, dan masa
depan; mengaitkan peristiwa sejarah dengan realitas
Consciousness)
sosial dan mengevaluasi peristiwa sejarah; memaknai
nilai-nilai yang terkandung dalam peristiwa sejarah;
mengembangkan minat untuk memperdalam atau
melanjutkan studi ilmu sejarah atau pendidikan sejarah;
mengembangkan kepedulian untuk mengunjungi dan
menjaga benda-benda atau situs-situs peninggalan
sejarah; dan berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan
kesejarahan.
Pada akhir fase kelas XI ini, peserta didik mampu
Penelitian
melakukan penelitian sejarah dengan menerapkan
Sejarah
langkah-langkah mencari sumber (heuristik), kritik dan
(Historical
seleksi sumber (verifikasi), analisa dan sintesa sumber
Research)
(interpretasi), dan penulisan sejarah (historiografi);
menuliskan biografi tokoh-tokoh sejarah.
Pada akhir fase kelas XII ini, peserta didik mampu
melakukan penelitian sejarah yang bersifat tematis
(sejarah politik, sejarah sosial, sejarah maritim, sejarah
agraris, sejarah IPTEK, sejarah kesehatan, sejarah
mitigasi, dan lain-lain) dengan menerapkan langkahlangkah mencari sumber (heuristik), kritik dan seleksi
sumber (verifikasi), analisa dan sintesa sumber
(interpretasi), dan penulisan sejarah (historiografi);
menuliskan biografi tokoh-tokoh sejarah.
Keterampilan
Praktis Sejarah
(Historical
Practice Skills)
Pada akhir fase kelas XI ini diharapkan peserta didik
mampu membaca buku teks, buku referensi, dan
internet; menuliskan dan menuturkan sejarah Indonesia
yang berkaitan atau memiliki hubungan dengan sejarah
dunia; mengolah informasi sejarah secara non digital
maupun digital dalam berbagai bentuk aplikasi sejarah,
rekaman suara, film dokumenter, foto, maket, vlog,
timeline, story board, infografis, videografis, komik,
poster, dan lain-lain.
Pada akhir fase kelas XII ini diharapkan peserta didik
mampu membaca dokumen sejarah dan hasil
wawancara; menuliskan dan menceritakan sejarah yang
243
bersifat tematis (sejarah politik, sejarah sosial, sejarah
maritim, sejarah agraris, sejarah IPTEK, sejarah
kesehatan, sejarah mitigasi, dan lain-lain); dan mengolah
informasi sejarah secara non digital maupun digital
dalam berbagai bentuk aplikasi sejarah, rekaman suara,
film dokumenter, foto, maket, vlog, timeline, story board,
infografis, videografis, komik, poster, dan lain-lain.
244
XIV.
CAPAIAN
PEMBELAJARAN
MATA
PELAJARAN
GEOGRAFI
SMA/MA/PROGRAM PAKET C
A. Rasional Mata Pelajaran Geografi SMA/MA/Program Paket C
Sains membantu
peserta didik menumbuhkan keingintahuannya
terhadap fenomena alam semesta yang terjadi. Keingintahuan ini dapat
memacu peserta didik untuk memahami bagaimana alam semesta
bekerja
melalui
pendekatan-pendekatan
empiris
yang
dapat
dipertanggungjawabkan. Pemahaman ini dapat dimanfaatkan untuk
melakukan
rekayasa
sehingga
tercipta
teknologi
yang
dapat
menyelesaikan berbagai permasalahan yang dihadapi masyarakat dunia
secara berkelanjutan. Prinsip-prinsip dasar metodologi ilmiah dalam
pembelajaran sains akan melatih
sikap ilmiah yang melahirkan
kebijakan dalam diri peserta didik. Hal ini sesuai dengan konsep Pelajar
Pancasila tentang bernalar kritis.
Geografi adalah salah satu cabang dari sains, yang mempelajari
hubungan kausal gejala-gejala di permukaan bumi dan peristiwaperistiwa yang terjadi di permukaan bumi, baik secara fisik maupun
yang menyangkut makhluk hidup beserta permasalahannya melalui
pendekatan keruangan, ekologi, dan regional untuk kepentingan
program, proses, dan keberhasilan pembangunan.
Sementara Seminar dan lokakarya peningkatan kualitas pengajaran
geografi pada tahun 1988, mendefinisikan geografi sebagai ilmu yang
mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut
pandang kelingkungan atau kewilayahan dalam konteks keruangan.
Belajar ilmu geografi pada dasarnya dituntut untuk dapat meneliti,
menganalisis, menjelaskan, dan melukiskan tentang berbagai relasi
antara manusia dengan alam sekitarnya.
245
Gambar 1. Objek Studi Geografi, Peter Hagget (2001)
Geografi mempunyai objek kajian seluruh apa yang terdapat di
permukaan bumi meliputi litosfer, pedosfer, atmosfer, hidrosfer, biosfer,
dan antroposfer.
Melalui geografi manusia mempelajari hubungan
kausal berbagai gejala dan peristiwa di permukaan bumi. Belajar
geografi membantu setiap orang untuk memahami kompleksitas dunia.
Konsep dari geografi adalah menghubungkan topik-topik/fenomena/
gejala alam dan sosial menjadi suatu ide yang menolong setiap individu
mengenal dirinya pada wilayah tempat tinggalnya dalam skala lokal,
nasional, regional hingga global yang diperlukan dalam kehidupan
sehari-hari untuk menjawab tantangan dan masalah yang terjadi di
sekitar maupun di luar wilayahnya.
Bidang ilmu geografi pada dasarnya mempelajari berbagai komponen
fisik muka bumi, makhluk hidup (tumbuhan, hewan, dan manusia) di
atas muka bumi, ditinjau dari persamaan dan perbedaan dalam
perspektif keruangan yang terbentuk akibat proses interaksi dan
interrelasinya.
Untuk
mempermudah
mempelajarinya,
berbagai
persoalan keruangan (spatial problems) dirumuskan dalam rangkaian
pertanyaan : Apa jenis fenomenanya? Kapan terjadinya? Di mana
fenomena tersebut terjadi? Bagaimana dan kenapa fenomena tersebut
terjadi di daerah tersebut dan tidak terjadi di daerah lainnya?
Melalui pemahaman kewilayahan, geografi menanamkan rasa cinta
lingkungan dan cinta tanah air. Mempelajari geografi mengajak setiap
individu menjaga dan melestarikan lingkungan sehingga dapat hidup
selaras dengan alam, dapat beradaptasi dengan perubahan alam dan
246
mengupayakan pencegahan secara individu dan komunitas dari
ancaman bencana yang diakibatkan oleh alam (mitigasi bencana).
Mempelajari geografi akan mengenalkan batas-batas wilayahnya (laut,
udara, darat) termasuk di dalamnya potensi alam, sumber daya alam
seperti potensi tanah, wisata, tambang, dan sebagainya
maupun
potensi sosial seperti kemajemukan sosial yang menciptakan kreativitas
untuk
mengembangkan
potensi
wilayahnya,
juga
semangat
mempertahankan wilayahnya dari ancaman luar.
Secara teoritis, dalam menelaah suatu persoalan keruangan, geografi
memiliki tiga pendekatan utama yaitu (1) analisis spasial; (2) analisis
ekologis; dan (3) analisis komplek regional sebagai gabungan dari
pendekatan (1) dan (2). Pendekatan ke tiga merupakan cara yang lebih
tepat digunakan untuk menelaah fenomena geografis yang memiliki
tingkat kerumitan tinggi karena banyaknya variabel pengaruh dan
dalam lingkup multi dimensi (ekonomi, sosial, budaya, politik, dan
keamanan). Salah satu contoh adalah telaah tentang pengembangan
wilayah, analisa kebencanaan, dan lainnya.
Geografi sebagai mata pelajaran di persekolahan menjadi sangat penting
yang dapat memberikan sumbangsih dalam mengatasi permasalahan
lokal regional maupun dunia, serta membentuk warga negara yang
bertanggung jawab dan berkontribusi pada permasalahan bangsa dan
dunia. Indonesia dengan hampir 5 juta km2 luas wilayah, dengan ribuan
budaya, potensi sumber daya berlimpah, perbedaan ruang wilayah, dan
penduduk yang besar, pasti perlu memahami sekali. Anugerah Tuhan
Yang Maha Esa harus dijaga dan dimanfaatkan sebagai bekal
kelangsungan hidup bangsa ini dan masyarakat dunia. Sesuai dengan
konsep Pelajar Pancasila Berkebhinekaan global. Karakteristik keilmuan
geografi sungguh tepat menjadi salah satu mata pelajaran yang
diberikan dari pendidikan tingkat dasar, menengah, hingga tinggi.
Sebagaimana bidang ilmu lain, ilmu geografi juga memiliki alat ukur
keruangan seperti jarak antar dua tempat, baik dalam satuan panjang,
satuan nilai ekonomi, satuan waktu, dan satuan luas (biasanya
diekspresikan dalam bidang datar) dalam hektar atau km2, hasil
perhitungan jumlah objek, baik berdiri sendiri maupun dalam satuan
luas (kepadatan) atau dalam satuan ratio. Di samping disajikan dalam
bentuk diagram, tabel atau gambar profil, sarana penyajian informasi
247
geografi paling efektif adalah dalam bentuk data spasial karena sebuah
data spasial dapat memberikan penjelasan fenomena geografis dalam
perspektif keruangan. Oleh karena keterbatasan media penyajian ruang
muka bumi ke dalam bidang datar maka sebuah data spasial
mensyaratkan adanya skala data spasial.
B.
Tujuan Mata Pelajaran Geografi SMA/MA/Program Paket C
Mata Pelajaran Geografi bertujuan agar peserta didik :
1. Memahami
wilayah
tempat
tinggal
dan
lingkungan
sekitar
(karakteristik, keunikan, persamaan–perbedaan wilayah).
2. Memahami proses yang memengaruhi lingkungan fisik dan sosial.
3. Memahami interaksi antar faktor/gejala fisik alam dan manusia
yang berdampak bagi kehidupan.
4. Kemampuan menggunakan dan memahami data dan informasi
geografis.
5. Mengenal cara mitigasi dan adaptasi terhadap bencana alam di
lingkungan tempat tinggal dan negaranya.
6. Mampu menganalisa secara spasial fenomena geografi dalam
kehidupan sehari-hari dan menarik manfaatnya.
C. Karakteristik Mata Pelajaran Geografi SMA/MA/Program Paket C
Mata pelajaran Geografi berorientasi pada penguatan keilmuan
wawasan kewilayahan Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan
mengedepankan pembentukan karakter, merencanakan, berpikir, dan
bertindak
secara
terukur,
memahami
anugerah
Tuhan
yang
memberikan banyak kelebihan dan ragam perbedaan wilayah pada
negeri ini.
Elemen-elemen Mata Pelajaran Geografi serta deskripsinya
Elemen
Keterampilan Proses
Deskripsi
Elemen keterampilan berpikir adalah elemen
yang menekankan pembelajaran kepada tindakan
mencari dan menemukan sesuatu. Pembelajaran
ditekankan pada proses berpikir kritis dan
analitis untuk mencari dan menemukan sendiri
jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.
Elemen keterampilan berpikir terdiri atas:
1. Mengamati: Peserta didik melakukan
kegiatan yang dilaksanakan secara sengaja
dan terencana dengan maksud untuk
248
Elemen
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Pemahaman Geografi
Deskripsi
mendapat informasi dari hasil pengamatan.
Pengamatan bisa dilakukan langsung atau
menggunakan instrumen lain.
Menanya: Peserta didik menyusun
pertanyaan tentang hal-hal yang ingin
diketahuinya dan masalah apa yang
ditemukan. Pada tahap ini ia juga
menghubungkan pengetahuan yang dimiliki
dengan pengetahuan baru yang akan
dipelajari sehingga bisa menjelaskan
permasalahan yang sedang diselidiki dengan
rumus 5W 1H (apa, siapa, kapan, di mana,
mengapa, dan bagaimana), dan
memperkirakan apa yang akan terjadi
berdasarkan jawaban atas pertanyaan.
Mengumpulkan Informasi: Peserta didik
menyusun langkah-langkah untuk
mengumpulkan informasi melalui studi
pustaka, studi dokumen, wawancara,
observasi, kuesioner, dan teknik
pengumpulan informasi lainnya.
Mengorganisasikan Informasi: Peserta didik
memilih, mengolah, dan menganalisis
informasi yang diperoleh. Proses analisis
informasi dilakukan dengan cara verifikasi,
interpretasi, dan triangulasi informasi.
Menarik Kesimpulan: Peserta didik
menjawab, mengukur, dan mendeskripsikan
serta menjelaskan permasalahan yang ada
dengan memenuhi prosedur dan tahapan
yang ditetapkan.
Mengomunikasikan: Peserta didik
mengungkapkan seluruh hasil tahapan di
atas secara lisan dan tulisan dalam bentuk
media digital dan non-digital. Peserta didik
lalu mengomunikasikan hasil temuannya
dengan memublikasikan hasil laporan dalam
bentuk presentasi digital dan atau non
digital, dan sebagainya.
Merefleksikan dan Merencanakan Projek
Lanjutan Secara Kolaboratif: Peserta didik
mampu mengevaluasi pengalaman belajar
yang telah dilalui dan diharapkan dapat
merencanakan projek lanjutan dengan
melibatkan lintas mata pelajaran secara
kolaboratif.
Elemen pemahaman konsep adalah elemen di
mana peserta didik mampu untuk
mengidentifikasi, memahami, mendeskripsikan,
memanfaatkan, dan memaparkan konsep atau
teori geografi sesuai jenjang. Elemen pemahaman
konten terdiri atas 5 komponen, yaitu:
1. Kewilayahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia yaitu untuk mengetahui apa dan
bagaimana konsep atau pengetahuan geografi
baik geografi fisik maupun nonfisik.
249
Elemen
2.
3.
4.
5.
Deskripsi
Kebhinekaan yaitu bagaimana
mengembangkan kesadaran diri dan
kesadaran hidup di dunia yang beragam.
Keterampilan melakukan penelitian atau
menggunakan alat bantu teknologi yaitu
untuk penguatan keterampilan geografi.
Berpikir kritis yaitu bagaimana menyusun
informasi dan pengetahuan menjadi sebuah
pengetahuan utuh (ideal).
Analisa keruangan, yaitu kemampuan
mentransfer ke dalam situasi atau konteks
yang berbeda.
D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Geografi Setiap Fase
1. Fase E (Umumnya untuk kelas X SMA/MA/Program Paket C)
Di Akhir fase E, peserta didik mampu memahami Konsep Dasar Ilmu
Geografi, Peta/Penginderaan jauh/GIS, Penelitian Geografi, dan
Fenomena Geosfer, mampu mencari/mengolah informasi tentang
keberagaman wilayah secara fisik dan sosial, mampu menganalisa
wilayah berdasarkan ilmu pengetahuan dasar geografi, karakter fisik
dan sosial wilayah (lokasi, keunikan, distribusi, persamaan dan
perbedaan, dan lain-lain). Peserta didik mampu menguraikan
permasalahan yang timbul dalam fenomena geosfer yang terjadi dan
memberikan ide solusi terbaik untuk menghadapinya. Peserta didik
mampu mengomunikasikan/ memublikasikan hasil penelitian dalam
berbagai media.
Elemen
Capaian Pembelajaran
Keterampilan Proses
Pada akhir fase, peserta didik terampil dalam
membaca dan menuliskan tentang Konsep
Dasar Ilmu Geografi, Peta, Penelitian Geografi
dan Fenomena Geosfer. Peserta didik mampu
menyampaikan, mengomunikasikan ide antar
mereka, dan mampu bekerja secara kelompok
atau pun mandiri dengan alat bantu hasil
produk sendiri berupa peta atau alat
pembelajaran lainnya.
Pemahaman Konsep
Pada akhir fase, peserta didik mampu
mengidentifikasi, memahami, berpikir kritis,
dan menganalisa secara keruangan tentang
Konsep Dasar Ilmu Geografi, Peta, Penelitian
Geografi dan Lingkungan Geosfer, memaparkan
ide, dan memublikasikannya di kelas atau pun
media lain.
2. Fase F (Umumnya untuk kelas XI dan XII SMA/MA/Program Paket C)
Pada akhir fase F peserta didik mampu mengembangkan pertanyaan
tentang karakteristik wilayah dengan aktivitas tertentu akibat
250
perubahan
fisik
dan
sosial,
berupa
Posisi
Strategis,
Pola
Keanekaragaman Hayati Indonesia dan Dunia, Kebencanaan dan
Lingkungan Hidup, Kewilayahan dan Pembangunan, serta Kerjasama
antar Wilayah, mampu mengolah informasi karakteristik wilayah,
mampu menganalisis aktivitas tertentu akibat perubahan fisik dan
sosial berdasarkan pengamatan terencana dengan memanfatkan
penggunaan
peta,
melalui
pengamatan,
kegiatan
penelitian
sederhana, mampu memprediksi perubahan kondisi alam dan sosial,
dan mampu memaparkan hasil penelitian/projek tentang wilayah
berupa keunggulan posisi strategis, sumber daya alam ataupun
kebencanaan wilayah di Indonesia dengan memanfaatkan peta (tabel,
data, dan lain-lain)
dan pemanfaatan teknologi SIG, mampu
memprediksi ide solusi perkembangan wilayah, posisi strategis,
sumber daya, dan kebencanaan di Indonesia. Peserta didik mampu
menganalisa perkembangan desa kota dalam konteks perkembangan
wilayah dan kerjasama antar wilayah dalam bentuk projek terencana,
mampu menganalisa data spasial dan numerik yang diperoleh dari
berbagai metode tentang pengaruh pengembangan wilayah Indonesia
dan kerjasama dengan negara-negara di sekitar atau dunia. Peserta
didik mampu mengevaluasi fakta kerjasama antar wilayah dan
menyajikannya dalam sebuah laporan sederhana.
Elemen
Capaian Pembelajaran
Keterampilan Proses
Pada akhir fase, peserta didik terampil dalam
membaca dan menuliskan tentang Posisi
Strategis, Pola Keanekaragaman Hayati
Indonesia dan Dunia, Kebencanaan dan
Lingkungan Hidup, Kewilayahan dan
Pembangunan, serta Kerjasama antar Wilayah.
Peserta didik mampu menyampaikan
mengomunikasikan ide antar mereka, dan
mampu bekerja secara kelompok atau pun
mandiri dengan alat bantu hasil produk sendiri
berupa peta atau alat pembelajaran.
Pemahaman Konsep
Pada akhir fase, peserta didik mampu
mengidentifikasi, memahami, mengolah dan
menganalisis, serta mengevaluasi secara
keruangan tentang Posisi Strategis, Pola
Keanekaragaman Hayati Indonesia dan Dunia,
Kebencanaan dan Lingkungan Hidup,
Kewilayahan dan Pembangunan, serta
Kerjasama antar Wilayah, memaparkan ide,
dan memublikasikannya.
251
XV. CAPAIAN PEMBELAJARAN EKONOMI SMA/MA/PROGRAM PAKET C
A. Rasional Mata Pelajaran Ekonomi SMA/MA/Program Paket C
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa manusia
pada perubahan besar dalam kehidupan masyarakat. Tingginya mobilitas
orang, barang, jasa, dan informasi antar-ruang merupakan akibat dari
perubahan besar dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
tersebut. Guna menyikapi dinamika tersebut, manusia harus senantiasa
berupaya untuk meningkatkan kualitas dirinya agar sejalan dengan
perubahan-perubahan tersebut sehingga manusia mampu untuk bertahan
hidup serta memenuhi berbagai kebutuhan dasarnya sesuai dengan
konteks zaman yang sedang terjadi.
Berbagai perkembangan yang terjadi dalam lingkungan masyarakat
tersebut telah memengaruhi berbagai aspek, salah satunya adalah aspek
ekonomi.
Banyak
bertransformasi
kegiatan
sedemikian
masyarakat
rupa
yang
mengikuti
telah
berubah
perkembangan
dan
zaman.
Beberapa perubahan dan transformasi tersebut ditunjukkan melalui
adanya kemudahan dalam mengakses informasi, kemudahan dalam
melakukan pembayaran, kecepatan mobilitas barang dan jasa, dan
semakin banyaknya bentuk usaha kerakyatan yang berbasis digital. Hal
tersebut memberikan dampak pada berubahnya model pembelajaran
mengenai ilmu ekonomi, khususnya yang diberikan di tingkat menengah
atas.
Perubahan belum tentu menjadikan sesuatu lebih baik, tetapi tanpa
perubahan tak ada kemajuan, tak ada pembaharuan (Kasali, 2014:27).
Termasuk sikap konsumtif masyarakat Indonesia yang dikomentari oleh
Euromonitor (2006) dengan istilah “borrow money now, thing about paying
later”.
Meskipun di satu sisi konsumsi ini menyumbang pertumbuhan
ekonomi sebanyak 70%, namun ini akan menghambat penumpukan modal
serta
memicu
kriminalitas.
tidakan-tindakan
korupsi,
kolusi,
nepotisme,
dan
Perubahan paradigma yang diikuti dengan perubahan
prilaku dalam menjalankan tindakan ekonomi seseorang menjadi efisien
dan bertanggung jawab sebagai tujuan utama mempelajari mata pelajaran
ekonomi pada pendidikan menengah. Pembelajaran ekonomi juga harus
mampu mengatasi masalah-masalah sosial kontemporer pada masyarakat
seperti rendahnya etos kerja dan menurunnya jiwa kewirausahaan.
252
Ilmu ekonomi adalah salah satu cabang ilmu yang fokus pada pembahasan
mengenai berbagai upaya manusia dalam rangka mempertahankan
hidupnya.
Mata pelajaran ekonomi merupakan mata pelajaran yang
mempunyai materi yang sangat kompleks dan mempunyai relevansi tinggi
dalam kehidupan sehari-hari (Amir, 2016). Dalam konteks pembelajaran,
masyarakat perlu dibekali dengan pendidikan ekonomi yang mendunia
namun tetap berpijak pada kearifan lokal. Pendidikan ekonomi yang
berkearifan lokal menjadi mutlak dilakukan agar masyarakat memiliki
berbagai kompetensi yang dibutuhkan guna menyikapi berbagai fenomena
dan tantangan perekonomian baik di lingkungan kecil seperti keluarga
hingga di lingkungan besar seperti masyarakat internasional.
Dalam konteks pembelajaran di sekolah, pendidikan ekonomi perlu
dibangun dengan paradigma bahwa dunia dapat berubah dengan cepat
mengikuti perkembangan zaman. Oleh sebab itu, paradigma pembelajaran
ekonomi perlu diarahkan pada upaya:
1.
mendorong peserta didik untuk mencari tahu dari berbagai sumber yang
tersedia, bukan sekedar diberi tahu;
2.
mendorong peserta didik untuk mampu merumuskan masalah dengan
melatih kemampuan bertanya, bukan hanya menyelesaikan masalah dengan
menjawab melalui bantuan mesin (komputer, ponsel pintar) yang dapat
menyajikan dan memproses data secara cepat;
3.
memotivasi peserta didik dan melatih berpikir analitis (pengambilan
keputusan) bukan berpikir mekanis (rutin) yang dapat dilakukan oleh mesin
yang terprogram; dan
4.
menekankan pentingnya kerjasama dan kolaborasi dalam menyelesaikan
masalah sehingga dapat mengomunikasikan informasi yang dihasilkan baik
cara perolehan dan kegunaan informasi tersebut.
Dengan mempelajari ilmu ekonomi, diharapkan pelajar memiliki karakter
yang mandiri dan bernalar kritis sesuai dengan nilai-nilai yang tertuang
dalam Profil Pelajar Pancasila. Mandiri berarti mampu mengaplikasikan
konsep
ilmu
ekonomi
mempertahankan
dan
dalam
konteks
meningkatkan
bertanggung
kualitas
jawab
hidupnya
dalam
melalui
pemanfaatan sumber daya yang ada. Sedangkan bernalar kritis berarti
mampu berpikir secara kritis terhadap isu atau masalah yang sedang
terjadi serta mampu memberikan solusi atas isu atau permasalahan
tersebut berdasarkan keterampilan literasi keuangan (financial literacy)
253
yang diperoleh melalui proses inquiry dan pemahaman konsep dalam ruang
lingkup pembelajaran yang dilaksanakan.
B. Tujuan Mata Pelajaran Ekonomi SMA/MA/Program Paket C
Mata pelajaran Ekonomi bertujuan untuk memastikan pelajar:
1.
Mensyukuri karunia Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan sumber daya
yang tersedia melalui sikap pemanfaatan sumber daya secara efisien dan
berkelanjutan.
2.
Mampu
memahami
masalah
ekonomi
secara
umum
dan
dapat
menyelesaikan masalah ekonominya secara efisien dan bertanggung jawab.
3.
Mampu memahami aktivitas ekonomi yang sifatnya selalu dinamis serta
memahami dampak dari dinamika perekonomian tersebut.
4.
Mampu membuat perencanaan masa depan berkaitan dengan kegiatan
ekonomi yang dilakukan dan mengambil keputusan terkait isu atau masalahmasalah keuangan.
5.
Mampu memahami lembaga jasa keuangan serta produk jasa keuangan
termasuk fitur, manfaat dan risiko, hak dan kewajiban terkait produk dan jasa
keuangan, serta memiliki keterampilan dalam memilih produk dan jasa
keuangan sesuai dengan kebutuhannya.
6.
Bersikap kritis dalam menyikapi kebijakan-kebijakan ekonomi di tingkat
lokal, nasional, dan internasional serta mampu memetakan dampak suatu
kebijakan ekonomi bagi para pihak/pemangku kepentingan.
C. Karakteristik Mata Pelajaran Ekonomi SMA/MA/Program Paket C
Mata pelajaran ekonomi merupakan mata pelajaran yang bersumber dari
perilaku ekonomi dalam kehidupan sosial masyarakat yang diseleksi
dengan menggunakan konsep-konsep ilmu ekonomi yang digunakan untuk
kepentingan pembelajaran. Perubahan sosial disebabkan oleh adanya
interaksi sosial baik antar individu maupun kelompok, hal ini bisa juga
disebut sebagai globalisasi. Globalisasi menyebabkan interaksi yang serba
cepat melewati batas ruang dan waktu, memunculkan daya saing dan akan
saling mempengaruhi antar individu dan kelompok. Sistem nilai dari
individu maupun kelompok saling berpengaruh dalam pola hubungan
tersebut.
Keluasan ilmu ekonomi untuk tingkat menengah mencakup konsep uang
dan perbankan serta perekonomian terbuka. Rumusan kompetensi
difokuskan pada fenomena empirik ekonomi yang ada di sekitar peserta
didik sehingga peserta didik dapat memahami peristiwa ekonomi,
254
mengolah,
menganalisis,
menerapkan
atau
mempraktikkan,
dan
menyajikan hasil pengamatan, menanya, mengumpulkan informasi,
menalar atau mengasosiasi, dan mengomunikasikan.
Mata pelajaran Ekonomi untuk tingkat menengah atas mengandung dua
elemen yaitu pemahaman konsep dan keterampilan proses sehingga
peserta didik selain menguasai ilmu ekonomi juga memiliki keterampilan
literasi keuangan. Literasi keuangan yang ingin dibangun mencakup
keterampilan
pengambilan
keputusan
terhadap
penggalian
sumber
keuangan dan penggunaannya. Semua ditekankan pada upaya untuk
menghindari sumber keuangan dan pembelanjaan yang tidak efektif dan
berpotensi pada tindakan tidak sah. Peserta didik didorong untuk
menciptakan peluang adanya sumber keuangan yang sah lainnya, sesuai
kapasitas mereka. Peserta didik tingkat menengah atas dapat diarahkan
untuk bersikap menghargai pola kehidupan melalui pemanfaatan barang
atau jasa yang memiliki nilai ekonomis sekaligus ekologis, seperti benda
atau jasa yang keberadaannya tidak menimbulkan potensi dampak
lingkungan.
Lingkup mata pelajaran ekonomi meliputi:
1.
Konsep dasar ilmu ekonomi mencakup konsep kelangkaan, analisis biaya
dan manfaat, kegiatan ekonomi, dan konsep uang.
2.
Sistem ekonomi mencakup jenis-jenis sistem ekonomi yang dianut oleh
berbagai negara di dunia.
3.
Mikroekonomi mencakup struktur pasar, kegagalan pasar, harga dan
kompetisi.
4.
Makroekonomi
mencakup
permintaan
dan
penawaran
agregat,
pertumbuhan dan pembangunan ekonomi, anggaran negara dan anggaran
daerah, inflasi, kebijakan fiskal dan kebijakan moneter, serta pengangguran.
5.
Dalam proses pembelajaran, guru dapat menggunakan lingkungan
sebagai sumber belajar seperti pasar tradisional, koperasi, lembaga keuangan
bank dan bukan bank, industri kreatif, sumber daya kelautan, pesisir, hutan,
dan sebagainya. Hal ini sejalan dengan berbagai riset yang menunjukkan
bahwa pembelajaran yang kontekstual (contextual teaching and learning) dapat
meningkatkan hasil belajar peserta didik. Selain itu, guru juga diharapkan
dapat menciptakan ruang di lingkungan sekolah sebagai fasilitas belajar bagi
pelajar dalam mengembangkan kemampuan literasi keuangan. Guru dapat
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), buku teks pelajaran,
lembar kerja pelajar (LKS), dan referensi lain yang relevan sebagai sumber
255
belajar, serta dapat diperkaya dengan konteks lokal sesuai dengan kondisi
lingkungan sekolah. Lembar kerja pelajar sedapat mungkin disusun oleh guru
dengan memberi peluang untuk berkembangnya kreativitas pelajar yang
terlibat dalam merancang prosedur kegiatan. Lembar kerja pelajar merupakan
panduan
bagi
pelajar
untuk
melakukan
sesuatu
yang
menghasilkan
kemampuan berpikir.
Elemen-elemen mata pelajaran dan deskripsinya
Elemen
Deskripsi
Pemahaman Konsep
Pembelajaran ekonomi diawali dengan pemahaman
terhadap materi, meliputi definisi dan konsep yang
dikaitkan dengan masalah atau peristiwa ekonomi
yang terjadi. Pemahaman konsep akan difokuskan
pada fokus dari marteri yang akan menjawab
pertanyaan kunci yang juga dikaitkan dengan
materi lain yang relevan sehingga perlu
direkomendasikan materi ajar yang relevan. Elemen
pemahaman konsep adalah elemen dimana peserta
didik mampu untuk mendefinisikan, menafsirkan
dan merumuskan konsep atau teori dengan bahasa
mereka sendiri. Pada elemen ini, peserta didik tidak
hanya hafal secara verbal tetapi juga memahami
konsep dari masalah atau fakta yang ditanyakan.
Keterampilan Proses
Pendekatan keterampilan proses pada hakikatnya
adalah suatu pengelolaan kegiatan belajar-mengajar
yang berfokus pada pelibatan peserta didik secara
aktif dan kreatif dalam proses pemerolehan hasil
belajar. Rahayu (2011), mengatakan bahwa
pendekatan keterampilan proses dapat
meningkatkan hasil belajar peserta didik.
Pendekatan keterampilan proses pada hakikatnya
adalah suatu pengelolaan kegiatan belajar-mengajar
yang berfokus pada pelibatan peserta didik secara
aktif dan kreatif dalam proses pemerolehan hasil
belajar. Depdikbud (dalam Dimyati dan Mudjiono,
2002: 138) menyatakan bahwa “Pendekatan
Keterampilan Proses dapat diartikan sebagai
pendekatan pembelajaran yang dapat
mengembangkan keterampilan intelektual, sosial,
dan fisik yang bersumber dari kemampuankemampuan dasar yang pada prinsipnya telah ada
pada diri peserta didik”. Elemen keterampilan
proses memuat sub elemen:
1. Mengamati
2. Menanya
3. Mengumpulkan informasi
4. Mengorganisasikan informasi
5. Menarik kesimpulan
6. Mengomunikasikan
7. Merefleksikan dan Merencanakan Proyek
Lanjutan Secara Kolaboratif
D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Ekonomi Setiap Fase
256
1. Fase
E
Mata
Pelajaran
Ekonomi
(Umumnya
untuk
kelas
X
SMA/MA/Program Paket C)
Pada akhir fase E, peserta didik di Kelas X mampu merefleksikan
kembali konsep kelangkaan dalam kehidupan sehari-hari. Pelajar
mampu membedakan dengan jelas antara kebutuhan (needs) dan
keinginan (wants). Pelajar mampu menyusun skala prioritas kebutuhan
mulai dari kebutuhan primer, kebutuhan sekunder, dan kebutuhan
tersier. Pelajar memahami bahwa kegiatan ekonomi adalah suatu siklus
yang
terjadi
dalam
rangka
upaya
manusia
untuk
memenuhi
kebutuhannya. Pelajar memahami uang sebagai sumber daya yang
perlu dimanfaatkan dan dikelola guna memenuhi kebutuhan saat ini
dan merencanakan kebutuhan yang akan datang melalui perencanaan
keuangan yang berbasiskan pemahaman atas berbagai manfaat produk
keuangan perbankan maupun non-perbankan.
Fase E Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian
Pemahaman Konsep
Pada akhir fase ini peserta didik mampu
memahami kelangkaan sebagai inti dari masalah
ilmu ekonomi. Peserta didik memahami skala
prioritas sebagai acuan dalam menentukan
berbagai kebutuhan yang harus dipenuhi. Peserta
didik memahami pola hubungan antara
kelangkaan dan biaya peluang. Peserta didik
memahami konsep keseimbangan pasar serta
memahami pemodelannya dalam bentuk tabel dan
kurva. Peserta didik memahami konsep sistem
pembayaran dan memahami konsep uang sebagai
alat pembayaran. Peserta didik memahami
berbagai bentuk alat pembayaran non-tunai yang
berlaku di Indonesia serta memahami
penggunaannya. Peserta didik memahami konsep
bank dan industri keuangan non-bank dan
memahami berbagai produk yang dihasilkan.
Keterampilan Proses
Pada akhir fase ini, peserta didik mampu
melakukan kegiatan penelitian sederhana dengan
menggunakan teknik atau metode yang sesuai
untuk mengamati, menanya, mengumpulkan
informasi, mengorganisasikan informasi, menarik
kesimpulan, dan mengomunikasikan hasil
penelitian mengenai berbagai fenomena ekonomi
berdasarkan konsep-konsep ekonomi. Peserta
didik mampu merefleksikan dan merencanakan
projek lanjutan secara kolaboratif. Peserta didik
mencari dan menggunakan berbagai sumber
belajar yang relevan terkait konten ilmu ekonomi,
keseimbangan pasar, serta bank dan industri
keuangan non-bank. Peserta didik mampu
257
Elemen
Capaian
menyusun skala prioritas kebutuhan dasar sesuai
dengan kondisi di lingkungan sekitarnya. Peserta
didik mengolah dan menyimpulkan berdasarkan
data hasil pengamatan atau wawancara tentang
terbentuknya keseimbangan pasar. Peserta didik
menyimpulkan hubungan antara sistem
pembayaran dengan alat pembayaran. Peserta
didik membuat pola hubungan antara Otoritas
Jasa Keuangan dan lembaga jasa keuangan serta
menyimpulkan tentang lembaga jasa keuangan
dalam perekonomian Indonesia. Peserta didik
menyusun rencana investasi pribadi.
2. Fase F Mata Pelajaran Ekonomi (Umumnya untuk kelas XI dan XII
SMA/MA/Program Paket C)
Pada akhir fase F, peserta didik di Kelas XI dan XII mampu
mengidentifikasi berbagai permasalahan ekonomi (mikro dan makro)
berdasarkan fenomena yang terjadi di lingkungan (masyarakat, bangsa,
dan antar-bangsa). Peserta didik mampu secara kritis dan kreatif
memberikan
solusi
pemecahan
masalah
terhadap
berbagai
permasalahan ekonomi yang terjadi. Peserta didik mampu dalam
mencari, mengolah, dan menginterpretasi data dari sumber terpercaya
dalam rangka membuat suatu kesimpulan serta evaluasi mengenai
konsep ekonomi mikro, ekonomi makro, dan ekonomi internasional.
Fase F Berdasarkan Elemen
Elemen
Pemahaman Konsep
Capaian
Pada akhir fase ini, peserta didik mampu
menjelaskan berbagai konsep ekonomi baik yang
bersifat mikro maupun makro. Peserta didik
mengidentifikasi berbagai permasalahan ekonomi
akibat dari terjadinya berbagai kegiatan ekonomi
mulai dari kegiatan produksi, distribusi, dan
konsumsi. Peserta didik juga mampu menjelaskan
dampak dari permasalahan ekonomi yang sedang
terjadi berdasarkan konsep yang sudah dipelajari.
Konsep ekonomi yang diharapkan dikuasai
peserta didik pada fase ini yaitu Peran Pelaku
Ekonomi, Teori Perilaku konsumen, Teori Perilaku
Produsen (Pengusaha), Pengangguran, Inflasi,
Pendapatan Nasional, Ketimpangan Distribusi
Pendapatan, Permintaan dan Penawaran Agregat,
Pertumbuhan Ekonomi, Pasar Uang, Kebijakan
Fiskal dan Moneter, Perdagangan Internasional
dan Hambatan, Neraca Pembayaran dan
Perjanjian Perdagangan Internasional, Sistem dan
Pelaku Ekonomi, serta Ekonomi Digital.
258
Elemen
Keterampilan Proses
Capaian
Pada akhir fase ini, peserta didik mampu
melakukan kegiatan penelitian sederhana dengan
menggunakan teknik atau metode yang sesuai
untuk mengamati, menanya, mengumpulkan
informasi, mengorganisasikan informasi, menarik
kesimpulan, dan mengomunikasikan hasil
penelitian mengenai berbagai fenomena ekonomi
berdasarkan konsep-konsep ekonomi. Peserta
didik mampu merefleksikan dan merencanakan
projek lanjutan secara kolaboratif.
259
XVI. CAPAIAN PEMBELAJARAN SOSIOLOGI SMA/MA/PROGRAM PAKET C
A. Rasional Mata Pelajaran Sosiologi SMA/MA/Program Paket C
Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman ras, suku
bangsa, agama, bahasa, dan tradisi. Pemersatu negara bangsa
Indonesia adalah bukan kesamaan etnis dan agama, apalagi warna
kulit. Dari Sabang sampai Merauke tidak disatukan oleh kesamaan
identitas primordial, namun oleh sebuah solidaritas dan cita-cita
politik sebagai sebuah nation, sebuah ‘komunitas yang terbayang’.
Keragaman ini diikat oleh suatu komitmen kebangsaan dan
solidaritas bersama. Berbeda-beda namun tetap satu jua, Bhinneka
Tunggal Ika (Unity in Diversity).
Keragaman Indonesia, jika dikelola dengan baik, keberagaman ini
merupakan potensi dan energi yang begitu luar biasa yang dapat
digunakan
untuk
mendorong
kemajuan
dan
pembangunan.
Semangat persatuan dalam perbedaan menjadi pondasi terpenting
kebangsaan kita. Namun, sebaliknya, jika tidak dikelola dengan baik,
perbedaan-perbedaan
ini
dapat
mengakibatkan
konflik
sosial.
Keragaman ini dapat memicu keretakan kohesi sosial dan membuka
ancaman konflik sosial di masa mendatang jika tidak diantisipasi
dengan baik.
Dinamika konflik sosial yang terjadi belakangan ini menjadi
keprihatinan
yang
mendalam.
Fenomena
tersebut
membawa
perubahan sosial dalam berbagai aspek, baik perubahan secara
sosiologis maupun perubahan di ranah ekonomi maupun politik.
Sementara masa depan bangsa Indonesia perlu diantisipasi dengan
baik karena beragam tantangan yang dihadapi baik internal maupun
eksternal. Kemajuan teknologi mengubah dunia dengan cepat, situasi
sosial
memasuki episode
masyarakat
digital
dengan berbagai
keunikan dan karakteristiknya. Menurut riset platform manajemen
media sosial Hootsuite dan agensi marketing sosial We Are Social
bertajuk "Global Digital Reports 2020", hampir 64 persen penduduk
Indonesia sudah terkoneksi dengan jaringan internet. Riset yang
dirilis pada akhir Januari 2020 tersebut menyebutkan, jumlah
pengguna internet di Indonesia sudah mencapai 175,4 juta orang,
sementara total jumlah penduduk Indonesia sekitar 272,1 juta.
260
Dibanding tahun 2019 lalu, jumlah pengguna internet di Indonesia
meningkat sekitar 17 persen atau 25 juta pengguna.
Terbentuknya masyarakat digital ini menjadi sebuah tantangan
tersendiri dari sudut sosiologis. Era digital ini, beberapa pekerjaan
manusia akan digantikan oleh robot atau mesin, namun di sisi lain
membuka inovasi baru dalam bidang digital. Untuk itu pendidikan
akan diarahkan pada kemampuan soft skill berupa sikap kritis,
kreatif,
dan
kemampuan
komunikasi
serta
kolaborasi
untuk
membangun kehidupan masa kini dan masa depan warga negara
yang lebih baik dalam hidup berbangsa dan bernegara di tengah arus
globalisasi dan kemajemukan masyarakat Indonesia.
Perubahan perilaku masyarakat yang menyesuaikan dengan berbagai
perubahan (ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi, dan aspek
lainnya) yang menjadi bahan kajian mata pelajaran Sosiologi.
Sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang masyarakat
dengan segala kompleksitasnya dan hal-hal yang membentuknya,
interaksi sosial dan akibat yang ditimbulkannya, serta perilaku
manusia secara kolektif. Dalam kaitan itu, hal penting yang perlu
dilakukan adalah membangun imajinasi sosiologi di kalangan peserta
didik.
Imajinasi
sosiologi adalah
cara
untuk
memahami
permasalahan sosial dalam ranah personal dan ranah publik (Mills,
1959). Imajinasi sosiologi juga menjadikan sosiologi sebagai sebuah
ilmu yang relevan untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam dinamika Interaksi sosial memungkinkan muncul berbagai
realitas
baru
dan beragam
gejala sosial yang
terjadi dalam
masyarakat. Di tengah dinamika sosial yang terus berubah sangat
penting bagi peserta didik untuk mengenal identitas diri dan
lingkungan sosialnya sehingga dapat menyikapi permasalahan dan
perubahan sosial yang timbul di masyarakat secara adaptif dan
solutif. Dalam konteks interaksi dengan dinamika kehidupan sosial
yang terus berubah itu, etika sosial berperan penting dalam interaksi
untuk membuat tatanan masyarakat dalam berbangsa dan bernegara
lebih teratur dan konflik dapat diatasi dengan baik. Untuk itu, peserta
didik yang menjadi bagian dari dinamika sosial itu, perlu dibekali
dengan kompetensi dalam bermasyarakat dan memiliki etika sosial
sebagai warga negara yang bertanggung jawab dalam bingkai Profil
261
Pelajar Pancasila.
Pembelajaran sosiologi mengharapkan adanya
perubahan pola pikir peserta didik di tengah perubahan masyarakat
global yang terus dinamis yang difasilitasi dengan beragam projek
Profil Pelajar Pancasila. Projek ini merupakan bentuk aplikasi dari
pengetahuan
sosiologi
yang
dimiliki
peserta
didik
sehingga
menumbuhkan sikap sebagai warga negara yang bertanggung jawab.
B. Tujuan Mata Pelajaran Sosiologi SMA/MA/Program Paket C
Merujuk dari deskripsi rasional di atas, maka tujuan pembelajaran
Sosiologi adalah agar peserta didik:
1. Memiliki kemampuan adaptasi dengan perubahan sosial di
sekitarnya.
2. Memiliki kesadaran akan identitas diri dalam hubungan dengan
kelompok sosial dalam konteks lingkungan masyarakat sekitar.
3. Memiliki kepedulian terhadap masalah-masalah sosial atau
konflik sosial di masyarakat sebagai orang dewasa atau warga
negara yang bertanggung jawab terhadap lingkungan sekitar dan
kehidupan publik.
4. Memiliki kemampuan menjalin kerjasama, melakukan tindakan
kolektif memecahkan masalah-masalah publik, dan membangun
kehidupan publik.
C. Karakteristik Mata Pelajaran Sosiologi SMA
Sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang masyarakat
dengan segala dinamikanya dan hal-hal yang membentuknya,
interaksi sosial dan segala akibat yang ditimbulkannya. Sosiologi
penting untuk dipelajari sebagai bekal pengetahuan peserta didik
dalam kehidupan nyata. Sifat masyarakat yang dinamis mendorong
Sosiologi berkembang sesuai dengan perubahan-perubahan pada
masyarakat. Mata pelajaran Sosiologi memiliki arti penting untuk
meningkatkan
kemampuan
adaptasi
peserta
didik
terhadap
perubahan sosial di lingkungan sekitar.
Tumbuhnya kesadaran akan identitas diri dalam hubungan dengan
kelompok sosial dalam konteks lingkungan masyarakat sekitar
penting
dikembangkan.
Demikian
pula,
kepedulian
terhadap
masalah-masalah sosial termasuk memahami konflik sosial di
masyarakat
sebagai
orang
dewasa
262
atau
warga
negara
yang
bertanggung jawab terhadap lingkungan sekitar dan kehidupan
publik. Kemampuan peserta didik sebagaimana ditunjukkan dalam
keterampilan sosialnya dalam menjalin kerjasama, melakukan
tindakan
kolektif
memecahkan
masalah-masalah
publik,
dan
membangun kehidupan publik sangat diharapkan.
Mata pelajaran Sosiologi di SMA menekankan kemampuan peserta
didik dalam mempraktikkan pengetahuan Sosiologi dalam kehidupan
sehari-hari
sebagai
permasalahan
individu
yang
ada
di
dalam
kelompok
dalamnya.
sosial
Pembelajaran
beserta
Sosiologi
ditujukan agar peserta didik dapat berpikir kritis, analitis, dan
kolaboratif dalam penumbuhan kesadaran individu dan sosial dalam
masyarakat yang beragam.
Di samping itu, peserta didik juga diharapkan memiliki kepekaan dan
kepedulian terhadap masalah-masalah sosial. Hal ini mencerminkan
tanggung jawab sebagai warga negara (citizen responsibility). Apalagi
perubahan
sosial
terjadi
secara
dramatis
di
seluruh
sektor
masyarakat. Kita bisa melihat berbagai isu dan masalah sosial yang
sedang terjadi seperti revolusi teknologi, perubahan iklim, keadilan
sosial dan demokratisasi, politik identitas. Menurut Zygmunt Bauman
& May (2019), hal ini diperlukan kemampuan berpikir sosiologi
(thinking sociologically) yang dapat dipraktikkan dengan praktik
penelitian sosial di lingkungan sekitar peserta didik. Peserta didik
juga
mampu
secara
pemberdayaan
sosial
mandiri
dan
kolaboratif
untuk
memungkinkan
melakukan
menjadi
aktor
kewirausahaan sosial di tengah-tengah masyarakat untuk merespon
perubahan
tersebut
dengan
memegang
teguh
prinsip-prinsip
metodologi ilmiah.
Dari uraian di atas, maka mata pelajaran Sosiologi meliputi elemen
sebagai berikut:
Elemen-elemen mata pelajaran serta deskripsinya.
Elemen
Pemahaman konsep
Deskripsi
Merupakan kemampuan seseorang untuk
mengerti atau memahami sesuatu dan dapat
melihatnya dalam berbagai dimensi. Seseorang
dikatakan memahami suatu hal apabila ia dapat
memberikan penjelasan dan meniru hal tersebut
dengan menggunakan kata-katanya sendiri.
Seseorang dikatakan memahami konsep jika ia
dapat mengaitkan konsep tersebut ke dalam
263
Elemen
Keterampilan Proses
Deskripsi
pengetahuan yang dimilikinya. Pemahaman
konsep dapat mengaitkan sesuatu dengan hal
lainnya secara benar dan menyadari proses yang
dilakukan.
Peserta didik tidak hanya sekedar tahu dan
hafal tentang definisi konsep Sosiologi, tetapi dia
juga tahu bagaimana dan mengapa suatu realita
dan gejala sosial dapat terjadi. Pemahaman
seperti itu dapat digunakan untuk memperoleh
penjelasan masalah yang lebih luas,
komprehensif, dan lebih bermakna.
Merupakan kegiatan pembelajaran yang
melibatkan secara maksimal seluruh
kemampuan peserta didik untuk mencari dan
menyelidiki suatu fenomena secara sistematis,
kritis, analitis, dan logis. Keterampilan proses
menuntut adanya keterlibatan intelektual dan
kesadaran sosial yang dapat digunakan untuk
melatih dan mengembangkan keterampilan.
Selain itu juga dapat mengembangkan sikapsikap ilmiah dan kemampuan untuk
menemukan serta mengembangkan fakta,
konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan.
Keterampilan proses dapat digunakan untuk
menyelesaikan masalah-masalah dalam
kehidupan sehari-hari secara objektif dan
rasional.
Keterampilan proses dalam Sosiologi merupakan
kegiatan penelitian sosial yang berfokus pada
gejala-gejala sosial yang ada dalam masyarakat.
Penelitian sosial ini digunakan untuk
memahami sesuatu untuk mencari bukti yang
berhubungan dengan masalah penelitian
sehingga diperoleh solusi. Penelitian sosial
berusaha untuk mengungkapkan kebenaran
melalui kegiatan ilmiah berdasarkan
penggunaan konsep dasar yang dikenal sebagai
ilmu yang dilakukan dengan metode ilmiah yang
terencana, sistematis, dan tepat sasaran. Dalam
penelitian digunakan proses analisis secara
rasional yang hasilnya dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Elemen keterampilan proses memuat sub
elemen:
1.
Mengamati.
2.
Menanya.
3.
Mengumpulkan informasi.
4.
Mengorganisasikan informasi.
5.
Menarik kesimpulan.
6.
Mengomunikasikan.
7.
Merefleksikan dan Merencanakan Projek
Lanjutan Secara Kolaboratif.
264
D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Sosiologi Setiap Fase
1. Fase E (Umumnya untuk Kelas X SMA/MA/Program Paket C)
Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami fungsi sosiologi
sebagai
ilmu
yang
mengkaji
masyarakat yang
memberikan
landasan berpikir kritis, analitis, dan kreatif dalam merespons
gejala sosial yang terjadi di masyarakat. Dengan berbekal
pengetahuan kritis itu, peserta didik mampu mempraktikkan
pengetahuan
sosiologi
untuk
mengenali
identitas
diri
dan
lingkungan sosial sekitarnya yang beragam sehingga mampu
berperilaku
sesuai
dengan
lingkungan
sosial
budaya
masyarakatnya. Pemahaman tentang hubungan sosial mulai dari
lingkungan terdekat hingga kelompok masyarakat yang lebih luas
membantu dalam mewujudkan tertib sosial dalam masyarakat
melalui berbagai lembaga sosial. Pengenalan dan pemahaman akan
berbagai ragam gejala sosial dapat menumbuhkan sikap toleransi
dan empati sosial dalam diri peserta didik dalam bingkai
masyarakat multikultural. Dalam fase ini, peserta didik juga
dibekali dengan kemampuan melakukan penelitian dasar berupa
pengumpulan data untuk mengkaji realitas sosial dan gejala sosial
serta
mampu
mengomunikasikan
hasil
penelitian
secara
sederhana.
Fase E Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian
Pemahaman Konsep
Pada akhir fase ini, peserta didik mampu
memahami fungsi sosiologi sebagai ilmu yang
secara kritis mengkaji masyarakat. Di samping
itu peserta didik mampu mengenal identitas
diri, menjelaskan tindakan sosial, menjelaskan
hubungan sosial, menjelaskan peran lembaga
sosial dalam mewujudkan tertib sosial, dan
memahami berbagai ragam gejala sosial yang
ada di masyarakat multikultural melalui
konsep-konsep dasar sosiologi.
Keterampilan Proses
Pada akhir fase ini, peserta didik mampu
melakukan penelitian sosial sederhana dengan
memilih metode yang tepat untuk mengamati,
menanya, mengumpulkan informasi,
mengorganisasikan informasi, menarik
kesimpulan, dan mengomunikasikan hasil
penelitian tentang berbagai keragaman gejala
sosial dengan konsep dasar sosiologi. Peserta
didik mampu merefleksikan dan merencanakan
projek lanjutan secara kolaboratif.
265
2. Fase F (Umumnya untuk Kelas XI dan XII SMA/MA/Program Paket C)
Pada akhir fase F, peserta didik mampu mengidentifikasi berbagai
permasalahan sosial akibat terjadinya kelompok sosial yang
beragam sehingga berpotensi menyebabkan permasalahan sosial,
konflik, dan kekerasan. Untuk itu, peserta didik mampu secara
kritis dan kreatif memberikan pemecahan masalah yang solutif
terhadap
dinamika
kehidupan
sosial
di
tengah
dinamika
masyarakat digital saat ini. Penerapan prinsip kesetaraan dalam
perbedaan sosial digunakan untuk mewujudkan masyarakat yang
harmonis dan integratif. Peserta didik juga mampu menganalisis
terjadinya perubahan sosial pada kelompok atau komunitas di
tengah arus globalisasi dan mampu memberikan solusi terhadap
dampak globalisasi dan perkembangan teknologi digital berupa
ketimpangan sosial dan problem lainnya seperti perilaku asosial,
dan lain-lain. Peserta didik juga mampu merancang strategi,
melakukan dan mengevaluasi kegiatan/projek pemberdayaan
komunitas berbasis kearifan lokal, serta mampu menyajikan hasil
aksi pemberdayaan serta hasil pelibatan diri dalam kewirausahaan
sosial.
Fase F Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian
Pemahaman Konsep
Pada akhir fase ini, peserta didik mampu
menjelaskan terjadinya kelompok sosial dan
mengidentifikasi berbagai permasalahan sosial
akibat hubungan antarkelompok sosial. Peserta
didik juga mampu menerapkan prinsip
kesetaraan dalam perbedaan sosial sehingga
terwujud kehidupan sosial yang harmonis,
menjelaskan konflik dan kekerasan dan upaya
untuk menciptakan integrasi sosial di tengah
dinamika masyarakat digital yang terus
berubah. Di samping itu, peserta didik mampu
menganalisis berbagai perubahan sosial,
ketimpangan sosial, eksistensi kearifan lokal
dalam kehidupan komunitas akibat dampak
globalisasi dan perkembangan teknologi
informasi.
Keterampilan Proses
Pada akhir fase ini, peserta didik mampu
melakukan penelitian sosial berorientasi
pemecahan masalah dari permasalahan sosial,
konflik dan kekerasan yang terjadi di tengahtengah masyarakat dan mengomunikasikan
hasil penelitiannya. Di samping itu, peserta
didik juga mampu melakukan penelitian dan
mengomunikasikan hasil penelitian tentang
perubahan sosial akibat globalisasi dan
266
Elemen
Capaian
perkembangan teknologi informasi. Peserta didik
juga mampu merancang, melakukan,
mengevaluasi pemberdayaan komunitas
berbasis kearifan lokal, menjadi aktor atau
turut serta dalam proses kewirausahaan sosial
dan menyajikan serta mengomunikasikan
hasilnya. Peserta didik mampu merefleksikan
dan merencanakan projek lanjutan secara
kolaboratif.
267
VII. CAPAIAN PEMBELAJARAN ANTROPOLOGI SMA/MA/PROGRAM PAKET C
A.
Rasional Mata Pelajaran Antropologi SMA/MA/Program Paket C
Indonesia adalah negeri yang kaya dan beragam. Kekayaan itu tidak
hanya berasal dari limpahan sumber daya alam, tetapi juga kekayaan
yang berasal dari kebudayaan yang dimiliki ribuan kelompok etnik yang
tersebar di puluhan ribu pulau. Keragaman bahasa, etnik, ras, agama,
kepercayaan, dan berbagai aspek lahiriah (bendawi) dan batiniah (nonbendawi) terbukti menjadi bagian tidak terpisahkan dari kekayaan
kebudayaannya.
Menafikan
keragaman
berarti
juga
menafikan
kekayaan kebudayaannya. Keniscayaan perbedaan itu telah terekam
baik dalam sila-sila Pancasila, dan ditegaskan dengan semangat
Bhinneka
Tunggal
Ika.
Pemahaman
keragaman
dan
kekayaan
kebudayaan tentu akan menghasilkan kesadaran identitas diri di
tengah kelompok entitas lain yang berbeda.
Kesadaran ini akan mendorong pelaku budaya, peserta didik, guru, dan
masyarakat luas pada upaya mengelola perbedaan yang ada, baik atas
nama
dan
dalam
sudut
pandang
pelaku
budayanya
ataupun
pengelolaan atas nama kepentingan yang lebih besar, yaitu negara.
Dalam arti lain, pengelolaan keragaman itu berujung pada upaya
mempertemukan (i) suatu kebudayaan lokal dengan kebudayan lokal
lain yang memiliki dimensi emik (native point of view); dan (ii)
kebudayaan lokal yang memiliki dimensi emik dengan kebudayaan lain
atas nama kepentingan negara dan pihak lain yang cenderung memiliki
dimensi etik (scientist’s viewpoint).
Pengetahuan kebudayaan atas diri, masyarakatnya, dan kelompok lain
beserta
sesuatu
di
dalamnya
menjadi
urgensi
pembelajaran
antropologi. Antropologi yang dimaksud di sini adalah antropologi fisik,
arkeologi, etnologi, dan antropologi sosial budaya. Dengan ranah
antropologi tersebut, pembelajaran tidak sekadar pada pengetahuan
atas produksi kebudayaan, tetapi juga ada proses penanaman nilai dan
kesadaran atas kesejatian diri dari sebuah bangsa yang multikultural.
Pemahaman mendalam dan internalisasi nilai atas keragaman dan
kekayaan kebudayaan itu memungkinkan hadirnya sifat peserta didik
yang menghargai dan menyemai harmoni atas kebhinekaan etnik,
budaya, bahasa, agama, dan kepercayaan, serta segala aspek yang
berbeda dengan identitas dirinya, baik lokal maupun global.
Berdasarkan hal tersebut, maka rumpun pengetahuan ilmu sosial dan
kemanusiaan, khususnya antropologi yang diajarkan pada jenjang
268
pendidikan menengah atas, akan memfokuskan diri pada proses
identifikasi, penelusuran, dan pengungkapan makna atas keragaman
dan kekayaan kebudayaan bendawi dan nonbendawi yang ada,
termasuk kebudayaan dari entitas global di abad 21 ini. Hal penting
lain, pembelajaran antropologi pada fase-fase tertentu adalah usaha
dalam memberikan pemahaman mendalam dan memantik refleksi
peserta didik terhadap keunikan kebudayaannya, serta segala nilai
apapun yang terkandung di dalamnya.
Dua upaya terakhir adalah ikhtiar dunia pendidikan dalam mendorong
kesadaran diri peserta didik atas kesejatian kebudayaan dalam konteks
ruang dan waktunya. Proses dalam memantik refleksi ini juga
memungkinkan menguatnya nalar kritis, kreatifitas, dan empati
peserta didik dalam memosisikan dan mengelola diri dengan tepat di
tengah keragaman budaya. Seluruh proses pembelajarannya akan
tertuju pada penggalian nilai utama (virtue ethic) yang terkandung pada
kebudayaan, sehingga proses penanaman dan transmisi nilai-nilai
pelajar Pancasila pun berjalan dinamis dan berkontribusi positif bagi
pembentukan sumber daya manusia yang maju dan berkeadaban
warga negara (civic virtue).
B. Tujuan Mata Pelajaran Antropologi SMA/MA/Program Paket C
Mata pelajaran Antropologi bertujuan untuk memastikan peserta didik:
1. Meningkatkan kemampuan mengidentifikasi, menelusuri, dan
mengungkapkan secara kritis berbagai aspek cakupan atau ruang
lingkup (object matter) bidang antropologi fisik, arkeologi, etnologi
bahasa, dan antropologi sosial budaya yang mewujud pada bentuk
kebudayaan bendawi ataupun non-bendawi.
2. Mendorong pemahaman mendalam para peserta didik atas makna
di balik setiap ruang lingkup (object matter) bidang antropologi,
sehingga dapat menggugah nalar kritis saat melihat dan mengalami
proses produksi dan praktik kebudayaan pada konteks ruang dan
waktunya.
3. Memantik refleksi para peserta didik atas nilai-nilai utama (virtue
ethic) yang terkandung pada kebudayaan, baik bendawi maupun
non bendawi dalam praktik kehidupannya, sehingga rekonstruksi
pemikiran dan transformasi sosial dapat dilakukan dengan baik.
269
4. Meningkatkan pengetahuan secara mandiri dan kreatif atas
berbagai kebudayaan, sehingga memiliki kesadaran pelestarian dan
pemajuan kebudayaannya.
5. Menumbuhkembangkan empati peserta didik terhadap keragaman
dan kekayaan kebudayaan, baik dalam arti entitas dan pelaku
kebudayaan lokalnya ataupun kebudayaan lain, sehingga mampu
beradaptasi dan menciptakan suasana harmoni dan berkeadaban
publik (civic virtue).
6. Mengembangkan
kemampuan
beradaptasi
dalam
menerima
kebudayaan lain, khususnya terkait kebhinekaan global, sehingga
proses transformasi sosial dapat berkembang.
7. Menanamkan nilai-nilai utama dalam menciptakan bangsa yang
beradab, menguatkan kegotongroyongan, dan responsif terhadap
kebhinekaan global.
C. Karakteristik Mata Pelajaran Antropologi
Fase pembelajaran antropologi didasarkan pada pertimbangan usia
peserta didik yang diasumsikan memiliki korelasi kuat dengan tingkat
atau kelas pendidikan formalnya. Kondisi peserta didik pada setiap fase
akan menentukan capaian minimum dari ruang lingkup atau elemen
dari
pembelajaran
antropologi.
Jika
dilihat
dari
fase,
maka
pembelajaran antropologi disampaikan pada peserta didik yang berada
pada tahap operasional formal (umur 11/12 sampai 18 tahun),
sebagaimana disebut oleh Piaget.
Ciri pokok perkembangan pada fase ini adalah anak sudah mampu
berpikir
abstrak
dan
logis
dengan menggunakan
pola
berpikir
"kemungkinan". Model berpikir ilmiah dengan tipe hypotheticodeductive methode (metode hipotesis deduktif) dan metode induktif
dapat disiapkan sejak awal. Metode hipotesis deduktif akan dilakukan
dengan empat proses dasar, yaitu (i) mengembangkan pertanyaan
penelitian;
(ii)
merumuskan
hipotesis
atau
preposisi
(jawaban
sementara); (iii) melakukan pengujian terhadap hipotesis; dan (iv)
memformulasikan teori. Pendekatan ini berlandaskan pada asumsi
bahwa semua peserta akan mendapatkan pemahaman terbaik tentang
fenomena antropologi melalui analisis terhadap aspek-aspek yang ada
di sekitarnya.
Sedangkan pengembangan metode induktif, peserta didik akan
diarahkan pada proses pembelajaran dari pengamatan atas data
270
antropologi di lingkungan sekitarnya, dan kemudian diangkat menjadi
narasi temuan yang dikuatkan dengan berbagai teori ilmiah yang
dirujuk dari berbagai literatur. Dalam pelaksanaan metode induktif,
proses pembelajaran akan mencakup empat langkah dasar, yaitu: (i)
identifikasi fenomena ruang lingkup antropologi di lingkungan sekitar;
(ii)
membuat
pertanyaan
dari
temuan;
(iii)
menarasikan
dan
mendiskusikannya pada sebuah tulisan; dan (iv) menguatkannya
dengan teori, atau mencari tahu titik perbedaan dari suatu teori yang
ada.
Keterampilan pembelajaran dengan dua pola (deduktif dan induktif)
telah mulai diajarkan dan dimiliki peserta didik, khususnya dalam
mengidentifikasi masalah, mencari jawaban dan menarik kesimpulan,
serta menafsirkan dan mengembangkan pemahamannya. Pada tahap
ini kondisi berpikir peserta didik sudah dapat: (i) Bekerja secara efektif
dan sistematis; dan (ii) Menganalisis secara kombinasi.
Dengan
demikian telah diberikan dua kemungkinan penyebabnya, C1 dan C2
menghasilkan R, anak dapat merumuskan beberapa kemungkinan; (iii)
Berpikir secara proporsional, yakni menentukan macam proporsional
tentang C1, C2, dan R misalnya; dan (iv) Menarik generalisasi atau isu
spesifik secara mendasar pada satu macam isi.
Dengan karakter fase peserta didik di atas, maka gambaran fase dan
standar capaian minimum pembelajaran antropologi sebagai berikut:
1. Memahami dan mendeskripsikan masalah yang berada pada ruang
lingkup antropologi.
2. Mengidentifikasikan bentuk masalah sosial budaya di sekitar diri,
keluarga, dan masyarakat yang menjadi ruang lingkup atau
cakupan antropologi.
3. Melakukan analisis terkait masalah sosial budaya yang ada di
sekitar diri, keluarga, dan masyarakatnya, baik di masa lalu atau
sekarang ini.
4. Mendeskripsikan analisis problematika keanekaragaman sosial
budaya yang menjadi cakupan dan ruang lingkup, baik di masa lalu
atau sekarang ini.
5. Menjelaskan muatan nilai – nilai virtue ethic dan civic virtue yang
terkandung pada cakupan dan ruang lingkup antropologi secara
umum dan khususnya.
271
Selain itu, untuk mencapai kriteria minimum tersebut, pembelajaran
antropologi juga didukung oleh elemen atau strands pembelajaran
berikut:
Elemen
Deskripsi
Pengantar Antropologi
1. Memahami antropologi sebagai ilmu yang
mempelajari manusia dengan berbagai ragam
kebudayaannya.
2. Memahami konsep yang didiskusikan dengan
berbagai karakter lingkungan sekitar.
3. Memahami ruang lingkup antropologi dengan
berbagai contoh dalam kehidupan lingkungan
sekitarnya.
Antropologi Ragawi
1. Mendeskripsikan cakupan antropologi
ragawi, sehingga peserta didik dapat
memahami perbedaan karakter dan
keragaman manusia dari sisi fisik, perilaku,
wilayah, dan karakter lainnya.
2. Menganalisis cakupan antropologi ragawi
pada diri dan lingkungan secara kritismandiri.
3. Mendapatkan pemahaman kebudayaan
ragawi dan menganalisis ragam keunikannya.
4. Memahami perbedaan karakter ragawi
dirinya dengan karakter ragawi pelaku
kebudayaan lainnya.
5. Menafsirkan cakupan antropologi ragawi
yang ada di sekitarnya.
Arkeologi
1. Mendeskripsikan cakupan arkeologi,
sehingga siswa dapat memahami tinggalan
dan proses sejarah dari manusia sebelumnya.
2. Menganalisis cakupan arkeologi yang berada
di lingkungan sekitarnya.
3. Mendapatkan pemahaman dari contohcontoh arkeologi dan kemudian menganalisis
keunikan dan perbedaan dengan tinggalan
lainnya.
4. Memahami perbedaan karakter suatu
tinggalan.
5. Menganalisis dan mencari korelasi
(menghubungkan) proses penciptaan
tinggalan dengan karakter lingkungan dan
cara berpikir pelaku kebudayaannya.
6. Mengumpulkan dan menjelaskan berbagai
tinggalan yang diketahui, baik di lingkungan
wilayahnya ataupun di lingkungan keluarga
batihnya.
7. Menafsirkan temuan dari tinggalan yang ada
di sekitarnya.
Etnologi Bahasa
1. Mendeskripsikan cakupan etnologi,
khususnya dari aspek kebahasaan, sehingga
peserta didik dapat memahami kelompok
etniknya dan karakter kebahasaannya.
272
Elemen
Deskripsi
2. Menganalisis cakupan etnologi yang berada
di lingkungan sekitarnya.
3. Mendapatkan pemahaman dari contohcontoh bahasa dan kemudian menganalisis
keunikan dan perbedaan dengan bahasa
lainnya.
4. Memahami perbedaan karakter berbagai
kelompok etnik dan bahasa.
5. Menganalisis dan mencari korelasi
(menghubungkan) proses pembentukan
kelompok etnik dan penciptaan
kebahasaannya.
6. Mencontohkan cakupan etnologi dari
lingkungan sekitarnya.
7. Menafsirkan temuan karakter kelompok etnik
dan kebahasaan ibu atau sekerabat.
8. Mengkreasikan beberapa contoh keunikan
kelompok etnik dan kebahasaan.
Antropologi Sosial Budaya
1. Mendeskripsikan cakupan antropologi sosial
budaya, khususnya aspek kebudayaan
sebagai sesuatu paling unik dan mendasar
dari kehidupan manusia.
2. Menganalisis cakupan antropologi sosial
budaya di lingkungan sekitar.
3. Mendapatkan pemahaman dari praktikpraktik sosial budaya yang ada.
4. Menganalisis keunikan dan praktik sosial
budaya dari satu lingkungan tertentu.
5. Memahami perbedaan karakter dan praktik
kebudayaan dari lingkungan kebudayaan
lain.
6. Menganalisis dan mencari korelasi
(menghubungkan) proses pembentukan
kebudayaan dengan berbagai aspek lain
terkait ranah kebudayaannya (seperti
worldview, sistem nilai, struktur sosial, dsb).
7. Mencontohkan dan menjelaskan cakupan
antropologi sosial budaya lingkungan sekitar.
8. Menafsirkan temuan terkait karakter
kebudayaan dan praktik sosial budaya
lainnya di lingkungan sekitar atau
lingkungan sekerabat di dalam keluarganya.
Kebhinekaan Kelompok
Etnik dan Perilaku
Budaya Global
1. Memahami berbagai fenomena global dan
pengaruhnya yang menerpa diri dan
masyarakat di lingkungan wilayahnya.
2. Menguraikan proses pembentukan bangsabangsa beserta ikatan primordialisme di
dalamnya, sehingga peserta didik dapat
mengambil manfaat dari perjalanan sejarah
suatu negara-bangsa.
3. Mengkarakteristik berbagai fenomena di
lingkungan sekitar, sehingga mampu
memahami perbedaan tentang karakter
masyarakat yang agraris dan maritim.
273
Elemen
Deskripsi
4. Melakukan kritik (mengkritisi) perilaku
negara dan masyarakat maju yang
memberikan pengaruh besar terhadap negara
dan masyarakat berkembang.
5. Mengidentifikasi berbagai identitas dan
entitas sosial budaya di lingkungan sekitar
dan lingkungan lebih luas.
6. Menilai kelebihan dan kelemahan entitas dan
identitas sosial budaya untuk kepentingan
penghargaan atas pluralisme atau
kebhhinekaan budaya yang ada.
7. Memotret proses pertemuan dan pembauran
kebudayaan dari berbagai entitas dan
identitas kebudayaan pada lintasan
sejarahnya.
8. Menafsirkan pandangan-pandangan dan
nilai-nilai sosial budaya yang mampu
menciptakan toleransi dan penghargaan
kepada kelompok-kelompok marjinal.
9. Memotret proses representasi dan hibriditas
kebudayaan dalam berbagai aspeknya
(kuliner, fashion, desain, permukiman, dsb).
D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Antropologi
Fase F (Umumnya untuk kelas XI dan XII SMA/MA/Program Paket C)
Pada akhir fase ini, peserta didik dapat memahami dan meningkatkan
keterampilan inquiry dalam ruang lingkup antropologi, sehingga
mampu menumbuhkan pemikiran kritis dan kesadaran kebhinekaan
lokal saat mencermati beragam fenomena di sekitarnya. Pemahaman
dan refleksi ini akan menghasilkan praktik keadaban publik (civic
virtue) dan semangat kegotongroyongan tanpa membedakan kelompok
dan entitas sosial primordialnya. Internalisasi nilai dapat dilakukan
bersamaan saat kegiatan pembelajaran secara langsung di lapangan
(masyarakat terdekat).
Fase F berdasarkan elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Pengantar Antropologi
Peserta didik dapat memahami pengertian dasar
dari antropologi beserta segala sesuatu terkait di
dalamnya, seperti ruang lingkup dan
sejarahnya, ranah, posisi manusia dan
kebudayaannya, dan mampu menjelaskan
perbedaan antara antropologi ragawi, arkeologi,
etnologi, sosial budaya, dan potensinya dalam
pembangunan.
Antropologi Ragawi
Peserta didik dapat memahami cakupan
antropologi ragawi dan menjelaskan
274
Elemen
Capaian Pembelajaran
perbedaannya dengan mata pelajaran lainnya.
Peserta didik juga dapat menjelaskan persoalan
perkembangan manusia, evolusi beserta
penyebarannya, variasi dan karakter ras
manusia, wilayah dan pembentukan
karakternya, pembentukan identitas diri dan
sosial, dan menjelaskan proses produksi
kebudayaan bendawi di dalamnya.
Arkeologi
Peserta didik dapat menjelaskan ruang lingkup
dari pengembangan lebih lanjut antropologi fisik,
khususnya yang berhubungan dengan
tinggalan-tinggalan bendawi di masa lalu.
Peserta didik juga dapat memahami dan
menjelaskan berbagai kebudayaan pra sejarah,
tinggalan bendawi, pembentukan
perkampungan, benda-benda dalam siklus
kehidupan, penemuan pengetahuan dan
teknologi yang ada yang mampu mendukung
kehidupannya, memahami perubahan
masyarakat dari yang pada awalnya bersifat
nomaden ke menetap, dan termasuk
pembentukan kelompok suku dan bangsa di
berbagai wilayah.
Etnologi
Peserta didik memahami keanekaragaman
bahasa lokal atau bahasa ibu di lingkungan
sekitarnya, baik atas dasar dari garis ibu
ataupun dari garis ayahnya, sehingga mereka
dapat menjelaskan secara kritis dan kreatif
dalam menjaga kebhinnekaan lokal dan
globalnya dari sisi kebahasaan.
Antropologi Sosial Budaya
Peserta didik memahami secara kreatif dan kritis
terhadap pengertian dan ruang lingkup
kebudayaan, sistem sosial dan perangkatnya,
struktur dan perilaku sosial yang saling
memengaruhi, pengenalan siklus kehidupan
manusia dan segala upacara yang diadakan,
relasi kuasa dan pembentukan legitimasi dari
para pelaku. Pemahaman atas aspek antropologi
sosial ini diharapkan mampu membawa para
peserta didik pada suatu prinsip menciptakan
keadaban, kegotongroyongan dalam berbagai
nilai luhur yang ditemukan dan digalinya, serta
kesadaran atas kebhinekaan global yang
menguatkan proses transformasi sosialnya.
Kebhinnekaan Kelompok
Etnik dan Perilaku
Budaya Global
Peserta didik memahami fenomena kebudayaan
tradisional di tengah kebudayaan global. Peserta
didik diharapkan dapat menghubungkan
berbagai fenomena global dan kebudayaan lain
sebagai faktor pemengaruh atas fenomena
kebhinekaan lokal dan global yang ada di
lingkungan budayanya. Peserta didik juga dapat
memahami dan menguraikan aspek-aspek
275
Elemen
Capaian Pembelajaran
terkait ikatan sosial, pembentukan kelompok
bangsa pasca kolonial, dan munculnya poros
kekuasaan dan fungsi sosial berbagai elemen
masyarakat. Proses pemahaman itu akan
menghasilkan kemampuan menganalisa
fenomena representasi identitas dan
rekonstruksi sosial, poskolonial, hibriditas
budaya, serta globalisasi dan komodifikasi
budaya yang menyertainya.
276
XVIII.1. CAPAIAN PEMBELAJARAN SENI MUSIK
A. Rasional Mata Pelajaran Seni Musik
Seni musik merupakan ekspresi, respon, dan apresiasi manusia
terhadap berbagai fenomena kehidupan, baik dari dalam diri maupun
dari budaya, sejarah, alam dan lingkungan hidup seseorang, dalam
beragam bentuk tata dan olah bunyi-musik. Musik bersifat individu
sekaligus universal, mampu menembus sekat-sekat perbedaan, serta
menyuarakan isi hati dan buah pikiran manusia yang paling dalam,
termasuk yang tidak dapat diwakili oleh bahasa verbal. Musik
mendorong
manusia
untuk
merasakan,
dan
mengekspresikan
keindahan melalui penataan bunyi-suara.
Melalui pendidikan seni musik, manusia diajak untuk berpikir dan
bekerja artistik-estetik secara kreatif, memiliki daya apresiasi, menerima
perbedaan, menghargai kebhinekaan global, sejahtera secara utuh
(jasmani, mental-psikologis, dan rohani), yang pada akhirnya akan
berdampak terhadap kehidupan manusia (diri sendiri dan orang lain)
dan pengembangan pribadi setiap orang dalam proses pembelajaran
yang berkesinambungan (terus menerus).
B. Tujuan Mata Pelajaran Seni Musik
1. Peserta
didik
mampu
mengekspresikan
diri
atas
fenomena
kehidupan.
2. Peserta didik peka terhadap persoalan diri secara pribadi dan dunia
sekitar.
3. Peserta didik mampu mengasah dan mengembangkan musikalitas,
terlibat dengan praktik-praktik bermusik dengan cara yang sesuai,
tepat, dan bermanfaat, serta turut ambil bagian dan mampu
menjawab tantangan dalam kehidupan sehari-hari.
4. Secara sadar dan bermartabat peserta didik mengusahakan
perkembangan kepribadian, karakter, dan kehidupannya baik untuk
diri sendiri maupun untuk sesama dan alam sekitar.
C. Karakteristik Mata Pelajaran Seni Musik
1. Pelajaran seni musik mencakup:
pengembangan musikalitas;
kebebasan berekspresi; pengembangan imajinasi secara luas;
menjalani disiplin kreatif; penghargaan akan nilai-nilai keindahan;
pengembangan
rasa
kemanusiaan,
toleransi
dan
menghargai
perbedaan; pengembangan karakter/kepribadian manusia secara
277
utuh
(jasmani,
mental/psikologis,
dan
rohani)
yang
dapat
memberikan dampak dalam kehidupan manusia.
2. Pelajaran
musik
membantu
mengembangkan
musikalitas,
kemampuan bermusik peserta didik melalui berbagai macam praktik
musik yang baik secara:
a. Ekspresif dan indah
b. Kesadaran, pemahaman dan penghayatan akan unsur-unsur/
elemen-elemen bunyi-musik dan kaidah-kaidahnya
c. Dengan penerapan yang tepat guna
Dalam pembelajaran praktik Seni Musik mencakup elemen-elemen
sebagai berikut:
Elemen
Mengalami
(Experiencing)
Deskripsi
● Peserta didik mengenali, merasakan, menyimak,
mencoba/bereksperimen, dan merespon bunyimusik dari beragam sumber, dan beragam jenis/
bentuk musik dari berbagai konteks budaya dan
era.
● Peserta didik mengeksplorasi bunyi dan beragam
karya-karya musik, bentuk musik, alat-alat yang
menghasilkan bunyi-musik, dan penggunaan
teknologi dalam praktik bermusik.
● Peserta didik mengamati, mengumpulkan, dan
merekam pengalaman dari beragam praktik
bermain musik, menumbuhkan kecintaan pada
musik dan mengusahakan dampak bagi diri
sendiri, orang lain, dan masyarakat.
278
Elemen
Deskripsi
Merefleksikan
(Reflecting)
● Peserta didik memiliki nilai-nilai yang generatiflestari dalam pengalaman dan pembelajaran
bermusik
secara
artistik-estetik
yang
berkesinambungan (terus-menerus).
● Peserta didik mengamati, memberikan penilaian
dan membuat hubungan antara karya pribadi
dan orang lain sebagai bagian dari proses berpikir
dan bekerja artistik-estetik, dalam konteks unjuk
karya musik.
Berpikir dan Bekerja
Secara Artistik
(Thinking and
Working Artistically)
● Peserta didik merancang, menata, menghasilkan,
mengembangkan,
me-reka
ulang,
dan
mengkomunikasikan
ide
melalui
proses
mengalami, merefleksikan, dan menciptakan.
● Peserta didik mengeksplorasi dan menemukan
sendiri bentuk karya dan praktik musik (elaborasi
dengan bidang keilmuan yang lain: seni-rupa,
tari,
drama/lakon,
dan
non-seni)
yang
membangun, dan bermanfaat untuk menanggapi
setiap tantangan hidup dan kesempatan berkarya
secara mandiri.
● Peserta didik meninjau dan memperbarui karya
pribadi sesuai dengan kebutuhan masyarakat,
jaman, konteks fisik-psikis, budaya, dan kondisi
alam.
● Peserta didik menjalani kebiasaan/disiplin secara
kreatif sebagai sarana melatih kelancaran,
keluwesan, dan kemampuan bermusik.
Menciptakan
(Creating)
● Peserta
Berdampak
(Impacting) bagi diri
sendiri dan orang lain
● Peserta
didik
memilih,
menganalisis,
menghasilkan
karya-karya
musik
dengan
kesadaran
untuk
terus
mengembangkan
kepribadian dan karakter bagi diri sendiri dan
sesama.
● Peserta
didik
memilih,
menganalisis
menghasilkan
karya-karya
musik
dengan
kesadaran untuk terus membangun persatuan
dan kesatuan bangsa.
● Peserta
didik
memilih,
menganalisis,
menghasilkan
karya-karya
musik
dengan
kesadaran untuk terus meningkatkan cinta kasih
kepada sesama manusia dan alam semesta.
● Peserta didik menjalani kebiasaan/disiplin kreatif
dalam praktik musik sebagai sarana melatih
pengembangan pribadi dan bersama, dan menjadi
semakin baik (waktu demi waktu, tahap demi
tahap).
didik memilih penggunaan beragam
media dan teknik bermain dalam praktik musik
untuk menghasilkan karya musik sesuai dengan
konteks, kebutuhan dan ketersediaan, serta
kemampuan praktik musik masyarakat, sejalan
dengan perkembangan teknologi.
● Peserta didik menciptakan karya-karya musik
dengan standar musikalitas yang baik dan sesuai
dengan kaidah/budaya dan kebutuhan, dapat
dipertanggungjawabkan, berdampak pada diri
sendiri dan orang lain, dalam beragam bentuk
praktik musik.
279
D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Seni Musik setiap Fase
1. Fase A (Umumnya untuk kelas I dan II SD/MI/Program Paket A)
Pada akhir Fase A, peserta didik mampu menyimak, melibatkan diri
secara aktif dalam pengalaman atas bunyi-musik (bernyanyi,
bermain alat/media musik, mendengarkan), mengimitasi bunyimusik serta dapat mengembangkannya menjadi pola baru yang
sederhana. Peserta didik mengenali diri sendiri, sesama, dan
lingkungannya serta mengalami keberagaman/kebhinekaan sebagai
bahan dasar berkegiatan musik seperti yang terwujud dalam
pengenalan kualitas-kualitas dan unsur-unsur sederhana dalam
bunyi/musik beserta konteks yang menyertainya seperti: lirik lagu
dan kegunaan musik yang dimainkan.
Fase A berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Mengalami
(Experiencing)
Pada akhir fase ini, peserta didik mampu
mengimitasi bunyi-musik sederhana dengan
mengenal unsur-unsur bunyi-musik baik
intrinsik maupun ekstrinsik.
Merefleksikan
(Reflecting)
Pada akhir fase ini, peserta didik mampu
mengenali diri sendiri, sesama, dan lingkungan
yang beragam (berkebhinekaan), serta mampu
memberi kesan atas praktik bermusik lewat
bernyanyi atau bermain alat/media musik baik
sendiri maupun bersama-sama dalam bentuk
sederhana.
Berpikir dan Bekerja
Secara Artistik
(Thinking and Working
Artistically)
Pada akhir fase ini, peserta didik mampu
menyimak, mengenali, dan mengimitasi bunyimusik dan menerapkan kebiasaan bermusik
yang baik dan rutin dalam berpraktik musik
sederhana sejak dari persiapan, saat bermusik,
maupun usai berpraktik musik, serta memilih
secara aktif dan memainkan karya musik
sederhana secara artistik, yang mengandung
nilai-nilai positif dan membangun.
Menciptakan
(Creating)
Pada akhir fase ini, peserta didik mampu
mengembangkan imitasi bunyi-musik menjadi
pola baru yang sederhana dengan mengenal
unsur-unsur
bunyi-musik baik intrinsik
maupun ekstrinsik.
Berdampak (Impacting)
bagi diri sendiri dan
orang lain
Pada akhir fase ini, peserta didik mampu
menjalani kebiasaan bermusik yang baik dan
rutin dalam berpraktik musik dan aktif dalam
kegiatan-kegiatan bermusik lewat bernyanyi
dan memainkan media bunyi-musik sederhana
serta mendapatkan pengalaman dan kesan baik
bagi diri sendiri, sesama, dan lingkungan.
280
2. Fase B (Umumnya untuk kelas III dan IV SD/MI/Program Paket A)
Pada akhir Fase B, peserta didik dapat memberi kesan dan
mendokumentasikan musik yang dialaminya dalam bentuk lisan,
tulisan, gambar, maupun bentuk lainnya. Peserta didik menjalani
kebiasaan praktik musik yang baik dan rutin (disiplin kreatif) dalam
berpraktik musik sederhana untuk kelancaran dan keluwesannya
menjalani dan mengembangkan kemampuan musikalitas baik bagi
diri sendiri maupun secara bersama-sama serta mendapatkan kesan
baik atas pengalamannya tersebut. Peserta didik semakin dapat
menyimak, melibatkan diri secara aktif dalam praktik-praktik
bermusik (bernyanyi, bermain alat/media musik, mendengarkan,
membuat musik), semakin lancar dalam mengimitasi bunyi-musik
sederhana.
Fase B Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Mengalami
(Experiencing
Pada akhir fase ini, peserta didik mampu
mengimitasi
dan
menata
bunyi-musik
sederhana dengan menunjukkan kepekaan
akan unsur-unsur bunyi-musik baik intrinsik
maupun ekstrinsik.
Merefleksikan
(Reflecting)
Pada akhir fase ini, peserta didik mampu
mengenali diri sendiri, sesama, dan lingkungan
yang beragam (berkebhinekaan), serta mampu
memberi kesan atas praktik bermusik lewat
bernyanyi atau bermain alat/media musik baik
sendiri maupun bersama-sama dalam beragam
bentuk: lisan, tulisan/gambar, atau referensi
lainnya.
Berpikir dan Bekerja
Secara Artistik
(Thinking and Working
Artistically)
Pada akhir fase ini, peserta didik mampu
menyimak,
mendokumentasikan
secara
sederhana, dan menjalani kebiasaan bermusik
yang baik dan rutin dalam berpraktik musik
sejak dari persiapan, saat bermusik, maupun
usai berpraktik musik, serta memilih secara
aktif dan memainkan karya musik sederhana
secara artistik, yang mengandung nilai-nilai
positif dan membangun.
Menciptakan
(Creating)
Pada akhir fase ini, peserta didik mampu
mengembangkan, mengimitasi, dan menata
bunyi-musik sederhana menjadi pola baru
dengan
mempertimbangkan
unsur-unsur
bunyi-musik intrinsik maupun ekstrinsik.
Berdampak (Impacting)
bagi diri sendiri dan
orang lain
Pada akhir fase ini, peserta didik mampu
menjalani, mendokumentasikan kebiasaan
bermusik yang baik dan rutin dalam berpraktik
musik dan aktif dalam kegiatan-kegiatan
bermusik lewat bernyanyi dan memainkan
media
bunyi-musik
sederhana
serta
281
Elemen
Capaian Pembelajaran
mendapatkan pengalaman dan kesan baik bagi
diri sendiri, sesama, dan lingkungan.
3. Fase C (Umumnya Kelas V dan VI SD/MI/Program Paket A)
Pada akhir Fase C, peserta didik menunjukkan kepekaannya
terhadap unsur-unsur bunyi-musik dan konteks sederhana dari
sajian musik seperti: lirik lagu, kegunaan musik yang dimainkan,
serta keragaman budaya yang melatarbelakanginya. Peserta didik
mampu
berpartisipasi
dalam
aktivitas
musikal
dan
mampu
memberikan respon yang memadai dengan lancar dan luwes,
sederhana, terencana/situasional, baik secara individu maupun
kelompok
(bersama-sama,
dengan
menyadari
pentingnya
orang/pihak lain, persatuan, kekompakan, dan kebersamaan).
Peserta didik mampu memberi kesan dan mendokumentasikan
musik yang dialaminya dalam bentuk yang dapat dikomunikasikan
secara lebih umum seperti: lisan, tulisan gambar, notasi musik, dan
audio. Peserta didik mampu menjalani kebiasaan praktik musik
yang baik dan rutin dalam melakukan praktik musik mulai
persiapan, penyajian, hingga setelah musik selesai disajikan. Peserta
didik
perlu
memiliki
kemampuan
memilih,
memainkan
dan
menghasilkan karya-karya musik sederhana yang mengandung
nilai-nilai lokal-global yang positif, berperan secara aktif, kreatif,
artistik, untuk mendapatkan pengalaman dan kesan baik untuk
perbaikan dan kemajuan diri sendiri dan bersama.
Fase C Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Mengalami
(Experiencing
Pada akhir fase ini, peserta didik mampu
mengolah pola/tata bunyi-musik dan semakin
menunjukkan tingkat kepekaan akan unsurunsur bunyi-musik baik intrinsik maupun
ekstrinsik.
Merefleksikan
(Reflecting)
Pada akhir fase ini, peserta didik mampu
mengenali dan memberi kesan atas praktik
bermusik lewat bernyanyi atau bermain alat/
media musik baik sendiri maupun bersamasama dalam bentuk-bentuk yang bisa diacu dan
dikomunikasikan secara lebih umum dalam
bentuk: lisan, tulisan/gambar, notasi musik,
maupun audio.
Berpikir dan Bekerja
Secara Artistik
Pada akhir fase ini, peserta didik mampu
menjalani kebiasaan baik dan rutin dalam
berpraktik musik sejak dari persiapan, saat,
282
Elemen
(Thinking and Working
Artistically)
Capaian Pembelajaran
maupun usai berpraktik musik, serta memilih,
memainkan dan menghasilkan karya-karya
musik sederhana yang mengandung nilai-nilai
kearifan lokal-global dan positif, secara aktif,
kreatif, dan artistik.
Menciptakan
(Creating)
Pada akhir fase ini, peserta didik mampu
menata dan mengolah pola/ tata bunyi-musik
dalam konteks sederhana dan semakin
menunjukkan tingkat kepekaan akan unsurunsur bunyi-musik baik intrinsik maupun
ekstrinsik baik secara terencana maupun
situasional.
Berdampak (Impacting)
bagi diri sendiri dan
orang lain
Pada akhir fase ini, peserta didik mampu
menjalani kebiasaan baik dan rutin dalam
berpraktik musik dan aktif dalam kegiatankegiatan bermusik lewat bernyanyi dan
memainkan
media
bunyi-musik
serta
mendapatkan pengalaman dan kesan baik bagi
perbaikan dan kemajuan diri sendiri dan
bersama.
4. Fase D (Umumnya untuk kelas VII, VIII, dan IX SMP/MTs/Program
Paket B)
Pada akhir Fase D, peserta didik mampu menyimak dengan baik,
serta mampu melibatkan diri secara aktif dalam pengalaman atas
bunyi-musik. Peserta didik menunjukkan kepekaannya terhadap
unsur-unsur bunyi-musik dan konteks sederhana dari sajian musik
seperti: lirik lagu, kegunaan musik yang dimainkan, budaya, era,
dan style. Peserta didik menghasilkan gagasan yang kemudian
ditindaklanjuti hingga menjadi karya musik yang otentik dalam
sebuah sajian sebagai perwujudan kepekaan akan unsur-unsur
bunyi-musik dengan menunjukkan pengetahuan dan keluasan
ragam konteks, baik secara terencana maupun situasional sesuai
dan sadar akan kaidah tata bunyi-musik. Peserta didik mampu
memberi kesan, dan merekam beragam praktik bermusik baik
sendiri maupun bersama-sama yang berfungsi sebagai dokumentasi
maupun alat komunikasi secara lebih umum serta menyadari
hubungannya dengan konteks dan praktik-praktik lain (di luar
musik) yang lebih luas. Peserta didik mampu menjalani kebiasaan
praktik musik yang baik dan rutin. Mulai persiapan, saat penyajian,
maupun setelah praktik musik untuk perkembangan dan perbaikan
kelancaran serta keluwesan dalam melakukan praktik musik.
Peserta didik memiliki kemampuan dalam memilih, memainkan,
menghasilkan, dan menganalisis karya-karya musik secara aktif,
283
kreatif, artistik, musikal yang mengandung nilai-nilai kearifan lokal
dan global serta mendapatkan pengalaman dan kesan baik dan
berharga bagi perbaikan dan kemajuan diri sendiri secara utuh dan
bagi kemajuan bersama.
Fase D Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Mengalami
(Experiencing
Pada akhir fase ini, peserta didik menyimak,
melibatkan diri secara aktif dalam pengalaman
atas bunyi-musik, menunjukkan kepekaan
akan konteks serta mampu secara aktif
berpartisipasi dalam sajian musik.
Merefleksikan
(Reflecting)
Pada akhir fase ini, peserta didik mampu
menyimak, melibatkan diri secara aktif dalam
pengalaman atas bunyi-musik, menunjukkan
kepekaan akan konteks serta mampu secara
aktif berpartisipasi dalam sajian musik.
Berpikir dan Bekerja
Secara Artistik
(Thinking and Working
Artistically)
Pada akhir fase ini, peserta didik mampu
menjalani kebiasaan baik dan rutin dalam
berpraktik musik sejak dari persiapan, saat,
maupun usai berpraktik musik untuk
perkembangan dan perbaikan kelancaran serta
keluwesan
bermusik,
serta
memilih,
memainkan, menghasilkan, dan menganalisis
karya-karya musik secara aktif, kreatif, artistik,
musikal, dan mengandung nilai-nilai kearifan
lokal baik secara individu maupun secara
berkelompok.
Menciptakan
(Creating)
Pada akhir fase ini, peserta didik mampu
menghasilkan gagasan hingga menjadi karya
musik yang otentik dalam sebuah sajian dengan
kepekaan akan unsur-unsur bunyi-musik baik
intrinsik maupun ekstrinsik, keragaman
konteks, baik secara terencana maupun
situasional sesuai dan sadar akan kaidah tata
bunyi/musik.
Berdampak (Impacting)
bagi diri sendiri dan
orang lain
Pada akhir fase ini, Peserta didik mampu
menjalani kebiasaan baik dan rutin dalam
berpraktik musik dan aktif dalam kegiatankegiatan bermusik lewat bernyanyi, memainkan
media bunyi-musik dan memperluas ragam
praktik musiknya serta terus mengusahakan
mendapatkan pengalaman dan kesan baik dan
berharga bagi perbaikan dan kemajuan diri
sendiri secara utuh dan bersama.
5. Fase E (Umumnya untuk kelas X SMA/MA/Program Paket C)
Pada akhir Fase E, peserta didik mampu menyimak dengan baik dan
cermat, melibatkan diri secara aktif dalam pengalaman atas bunyimusik. Peserta didik dapat mengkaji, memberi kesan, dan merekam
beragam praktik bermusik baik sendiri maupun bersama-sama baik
sebagai dokumentasi maupun alat komunikasi secara umum serta
284
menyadari hubungannya dengan konteks dan praktik-praktik lain
(di luar musik) yang lebih luas untuk perbaikan hidup baik diri
sendiri, sesama, lingkungan dan alam semesta. Peserta didik
mampu menjalani kebiasaan praktik musik yang baik dan rutin
dalam melakukan praktik musik mulai persiapan, penyajian,
maupun setelah melakukan praktik musik dengan kesadaran untuk
perkembangan, perbaikan,
melakukan
praktik
musik.
kelancaran serta keluwesan dalam
Peserta
didik
mampu
memilih,
memainkan, menghasilkan, menganalisis, merefleksi karya-karya
musik secara aktif, kreatif, artistik, dan musikal secara bebas dan
bertanggung jawab, serta sensitif terhadap fenomena kehidupan
manusia serta terus mengusahakan mendapatkan pengalaman dan
kesan baik dan berharga bagi perbaikan dan kemajuan diri sendiri
secara utuh dan bagi kemajuan bersama.
Fase E Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Mengalami
(Experiencing
Pada akhir fase ini, peserta didik mampu
menyimak, melibatkan diri secara aktif dalam
pengalaman atas kesan terhadap bunyi-musik,
peka dan paham, serta secara sadar melibatkan
konteks sajian musik dan berpartisipasi aktif
dalam sajian musik yang berguna bagi
perbaikan hidup baik untuk diri sendiri.
sesama, lingkungan, dan alam semesta.
Merefleksikan
(Reflecting)
Pada akhir fase ini, peserta didik mampu
menyimak, melibatkan diri secara aktif dalam
pengalaman atas kesan terhadap bunyi-musik,
peka dan paham, serta secara sadar melibatkan
konteks sajian musik dan berpartisipasi aktif
dalam sajian musik yang berguna bagi
perbaikan hidup baik untuk diri sendiri.
sesama, lingkungan, dan alam semesta.
Berpikir dan Bekerja
Secara Artistik
(Thinking and Working
Artistically)
Pada akhir fase ini, peserta didik mampu
menjalani kebiasaan baik dan rutin dalam
berpraktik musik sejak dari persiapan, saat,
maupun usai berpraktik musik dengan
kesadaran untuk perkembangan dan perbaikan
kelancaran serta keluwesan bermusik, serta
memilih,
memainkan,
menghasilkan,
menganalisis, dan merefleksi karya-karya
musik secara aktif, kreatif, artistik, dan musikal
secara bebas dan bertanggung jawab, serta
sensitif
terhadap
fenomena
kehidupan
manusia.
Menciptakan
(Creating)
Pada akhir fase ini, peserta didik mampu
menghasilkan gagasan dan karya musik yang
otentik dalam sebuah sajian dengan kepekaan
akan unsur-unsur bunyi-musik baik intrinsik
maupun ekstrinsik, keragaman konteks,
285
Elemen
Capaian Pembelajaran
melibatkan praktik-praktik selain musik
(bentuk seni yang lain) baik secara terencana
maupun situasional yang berguna bagi
perbaikan
hidup
diri
sendiri,
sesama,
lingkungan, dan alam semesta.
Berdampak (Impacting)
bagi diri sendiri dan
orang lain
Pada akhir fase ini, peserta didik mampu
menjalani kebiasaan baik dan rutin dalam
berpraktik musik dan aktif dalam kegiatankegiatan bermusik lewat bernyanyi, memainkan
media bunyi-musik dan memperluas wilayah
praktik musiknya dengan praktik-praktik lain
di luar musik serta terus mengusahakan
mendapatkan pengalaman dan kesan baik dan
berharga bagi perbaikan dan kemajuan diri
sendiri secara utuh dan bersama.
6. Fase F (Umumnya untuk kelas XI dan XII SMA/MA/Program Paket C)
Pada akhir Fase F, peserta didik mampu menyimak dengan baik dan
cermat, melibatkan diri secara aktif dan kreatif dalam pengalaman
atas
bunyi-musik.
terhadap
Peserta
unsur-unsur
didik
menunjukkan
bunyi-musik
dan
kepekaannya
kepekaan
serta
menunjukan adanya penambahan wawasan atas beragam konteks
dari sajian musik seperti: lirik lagu, kegunaan musik yang
dimainkan,
era,
style,
kondisi
sosial-budaya,
ekologis,
dan
sebagainya. Peserta didik menghasilkan gagasan dan karya musik
yang otentik dengan menunjukkan kepekaan terhadap unsur-unsur
bunyi-musik dan memperlihatkan pengetahuan dan pemahaman
atas keragaman konteks. Peserta didik mampu melibatkan praktikpraktik selain musik (bentuk seni lain, pelibatan dan penggunaan
teknologi yang sesuai) baik secara terencana maupun situasional
sesuai kaidah tata bunyi/musik.
Fase F Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Mengalami
(Experiencing
Pada akhir fase ini, peserta didik mampu
menyimak dengan baik dan cermat, melibatkan
diri secara aktif dalam pengalaman atas bunyimusik, peka dan paham, serta secara sadar
melibatkan
konteks
sajian
musik
dan
berpartisipasi aktif dalam sajian musik secara
luas.
Merefleksikan
(Reflecting)
Pada akhir fase ini, peserta didik mampu
menyimak dengan baik dan cermat, melibatkan
diri secara aktif dalam pengalaman atas bunyimusik, peka dan paham, serta secara sadar
melibatkan
konteks
sajian
musik
dan
286
Elemen
Capaian Pembelajaran
berpartisipasi aktif dalam sajian musik secara
luas.
Berpikir dan Bekerja
Secara Artistik
(Thinking and Working
Artistically)
Pada akhir fase ini, peserta didik mampu
menyimak dan menjalani kebiasaan bermusik
secara baik dan cermat, serta menunjukkan
tingkat kepekaan yang tinggi akan unsur-unsur
bunyi-musik, pengetahuan dan pemahaman
bermusik, serta keberagaman konteks musik,
dalam praktik musik yang terencana secara
sadar maupun situasional akan kaidah tata
bunyi-musik.
Menciptakan
(Creating)
Pada akhir fase ini, peserta didik mampu
menghasilkan gagasan dan karya musik yang
otentik dalam sebuah sajian dengan kepekaan
akan unsur-unsur bunyi-musik baik intrinsik
maupun ekstrinsik, keragaman konteks,
melibatkan praktik-praktik selain musik
(bentuk seni yang lain, penerapan dan
penggunaan teknologi yang sesuai) baik secara
terencana maupun situasional sesuai dan sadar
akan kaidah tata bunyi/musik.
Berdampak (Impacting)
bagi diri sendiri dan
orang lain
Pada akhir fase ini, peserta didik mampu
menjalani kebiasaan baik dan rutin dalam
berpraktik musik dan aktif dalam kegiatankegiatan bermusik lewat bernyanyi, memainkan
media bunyi-musik dan memperluas wilayah
praktik musiknya dengan praktik-praktik lain
di luar musik, serta penambahan wawasan
akan keberagaman konteks bermusik: lirik
lagu, kegunaan musik yang dimainkan, era,
style, kondisi sosial-budaya, ekologis, dan lainlainnya, yang dapat berdampak bagi perbaikan
dan kemajuan diri sendiri secara utuh dan
bersama.
287
XVIII.2. CAPAIAN PEMBELAJARAN SENI RUPA
A. Rasional Mata Pelajaran Seni Rupa
Setiap manusia memiliki kemampuan untuk melihat, merasakan dan
mengalami
sebuah
keindahan.
Kepekaan
terhadap
keindahan
membantu manusia untuk dapat memaknai hidupnya dan menjalani
hidupnya dengan optimal. Diharapkan melalui pembelajaran seni rupa,
kepekaan tersebut dapat dibangun sejak dini.
Semenjak zaman prehistorik, bahasa rupa merupakan citra yang
memiliki daya dan dampak luar biasa dalam menyampaikan pesan,
menghibur, melestarikan, menghancurkan dan menginspirasi hingga
kurun waktu tak terhingga.
Pembelajaran
seni
rupa
mendorong
terbentuknya
Profil
Pelajar
Pancasila. Melalui seni rupa, peserta didik dibiasakan dapat berpikir
terbuka, kreatif, apresiatif, empatik, serta menghargai perbedaan dan
keberagaman. Selain itu, peserta didik juga memperoleh pengalaman
mengamati
dan
menikmati
keindahan
serta
mengalami
proses
perenungan dari dalam maupun luar diri mereka untuk diekspresikan
pada karya seni rupa yang berdampak pada diri, lingkungan maupun
masyarakat.
Melalui pembelajaran seni rupa, peserta didik menyadari bahwa seni
rupa dapat membentuk sejarah, budaya dan peradaban sebuah bangsa
maupun seluruh dunia. Peserta didik menghargai dan melestarikan
budaya Indonesia yang menjunjung tinggi kearifan lokal, kebinnekaan
global, dan perkembangan teknologi.
Dengan demikian, peserta didik diharapkan memiliki kemampuan
mengembangkan nilai-nilai estetika, logika dan etika dalam dirinya
untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila sesuai tujuan pendidikan
nasional.
B. Tujuan Mata Pelajaran Seni Rupa
Pembelajaran seni rupa bertujuan mengembangkan kreativitas dan
kepekaan terhadap estetika, logika dan etika untuk membantu peserta
didik meningkatkan kualitas hidupnya. Di samping itu, kemampuan
peserta didik dalam mengamati, mengenal, merasakan, memahami dan
mengalami nilai-nilai keindahan, semakin terasah dalam merespon
sebuah gagasan, peluang dan tantangan.
288
C. Karakteristik Mata Pelajaran Seni Rupa
●
Pembelajaran
berpusat
pada
peserta
didik;
dimana
mereka
memiliki ruang kreativitas untuk menemukan gagasan dan caranya
sendiri dalam berkarya, sesuai dengan kemampuan, minat, bakat
dan kecepatan belajarnya masing-masing.
●
Pembelajaran
melalui
pengalaman
mengamati,
mencipta,
menikmati, mengetahui, memahami, bersimpati, berempati, peduli
dan toleransi terhadap beragam nilai, budaya, proses dan karya.
●
Pembelajaran
yang
menyenangkan,
bermakna,
relevan,
dan
mengembangkan keterampilan bekerja dan berpikir artistik bagi
kehidupan sehari-hari.
●
Pembelajaran seni rupa merayakan keunikan individu dan bersifat
khas/kontekstual sesuai potensi yang dimiliki peserta didik,
satuan pendidikan dan daerahnya.
●
Pembelajaran seni rupa terhubung erat dengan aspek seni maupun
bidang ilmu lainnya dan mendorong kolaborasi interdisipliner.
●
Pembelajaran seni rupa memiliki dampak bagi diri peserta didik
dan lingkungannya. Kesadaran akan dampak sebuah karya akan
mendorong terbentuknya sikap bertanggung jawab.
Gambar 1. Lima elemen/domain landasan pembelajaran seni rupa
289
Landasan Pembelajaran Seni Rupa memiliki lima elemen/domain yang
mandiri
dan
berjalan
beriringan
sebagai
kesatuan
yang
saling
mempengaruhi dan mendukung. Setiap elemen bukan sebuah urutan
atau prasyarat dari elemen lainnya. Masing-masing mampu berdiri
sendiri secara mandiri namun memiliki hubungan dalam peran antar
elemen:
Elemen
Deskripsi
Mengalami
(Experiencing)
Mengarahkan peserta didik untuk mendapatkan
pengalaman secara langsung dengan; mengamati,
mengumpulkan, dan merekam informasi visual
dari kehidupan sehari-hari sebagai sumber
gagasan dalam berkarya.
Peserta didik mengeksplorasi dan bereksperimen
dengan berbagai bahan, alat, dan prosedur dalam
menciptakan sebuah karya seni rupa.
Menciptakan
(Making/Creating)
Memotivasi peserta didik
sebuah karya seni rupa.
Merefleksikan
(Reflecting)
Peserta didik mengevaluasi perkembangan diri,
mampu menjelaskan, memberi komentar, dan
umpan balik secara kritis atas karya pribadi
maupun
karya
orang
lain
dengan
mempresentasikannya secara runut, terperinci dan
menggunakan kosa kata yang tepat.
untuk
menciptakan
Berpikir dan Bekerja Peserta didik menggunakan berbagai sudut
Artistik (Thinking and pandang, pengetahuan dan keterampilan artistik
dalam menciptakan sebuah peluang, menjawab
Working Artistically)
tantangan dan menyelesaikan permasalahan
kehidupan sehari-hari.
Peserta
didik
memiliki
kebebasan
dalam
mengeksplorasi dan bereksperimen dengan alat,
bahan dan prosedur sehingga menemukan cara
mereka
sendiri
dalam
mengembangkan
gagasannya.
Berdampak (Impacting)
Pembelajaran dan karya seni rupa peserta didik
diharapkan memiliki dampak positif pada dirinya,
lingkungan
dan
masyarakat
serta
dapat
dipertanggungjawabkan.
D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Seni Rupa setiap Fase
1. Fase A (Kelas I dan II SD/MI/Program Paket A)
Di akhir fase A, peserta didik mampu mengamati, mengenal,
merekam,
merespon
dan
mengekspresikan
pengalaman
kesehariannya secara visual dalam karya 2 atau 3 dimensi dengan
menggunakan bentuk-bentuk dasar geometris yang menunjukkan
konsep bentuk yang jelas.
290
Fase A Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Mengalami
(Experiencing)
Pada akhir fase A, peserta didik mampu
mengamati elemen-elemen rupa di lingkungan
kesehariannya dan menuangkan pengalaman
kesehariannya
secara
visual
dengan
menggunakan bentuk-bentuk dasar geometris.
Peserta didik mengeksplorasi alat dan bahan
dasar dalam berkarya seperti kertas, alat
menggambar,
mewarnai,
membentuk,
memotong, dan merekat.
Menciptakan
(Making/Creating)
Pada akhir fase A, peserta didik mampu
menciptakan karya dengan mengeksplorasi
dan menggunakan elemen seni rupa berupa
garis, bentuk dan warna.
Merefleksikan
(Reflecting)
Pada akhir fase A, peserta didik mampu
mengenali dan menceritakan fokus dari karya
yang diciptakan atau dilihatnya (dari teman
sekelas karya seni dari orang lain) serta
pengalaman dan perasaannya mengenai karya
tersebut.
Berpikir dan Bekerja Pada akhir fase A, peserta didik mampu
Artistik (Thinking and mengenali dan membiasakan diri dengan
Working Artistically)
berbagai prosedur dasar sederhana untuk
berkarya dengan aneka pilihan media yang
tersedia di sekitar. Peserta didik mengetahui
dan memahami keutamaan faktor keselamatan
dalam bekerja.
Berdampak (Impacting)
Pada akhir fase A, peserta didik mampu
menciptakan karya sendiri yang sesuai dengan
perasaan atau minatnya.
2. Fase B (Kelas III dan IV SD/MI/Program Paket A)
Di akhir fase B, peserta didik mampu menuangkan pengalamannya
secara visual sebagai ungkapan ekspresi kreatif dengan rinci
walaupun hasilnya belum menunjukkan proporsi yang optimal.
Diharapkan pada akhir fase ini, peserta didik mampu mengenal
dan dapat menggunakan keterampilan atau pengetahuan dasar
tentang unsur rupa garis, bentuk, tekstur, ruang, dan warna
dengan bahan, alat, dan prosedur yang dipilih dalam menciptakan
karya 2 dan 3 dimensi.
Fase B Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Mengalami
(Experiencing)
Pada akhir fase B, peserta didik mampu
mengamati,
mengenal,
merekam
dan
menuangkan
pengalaman
kesehariannya
secara visual dengan menggunakan garis pijak
291
Elemen
Capaian Pembelajaran
dan proporsi walaupun masih berdasarkan
penglihatan sendiri.
Peserta
didik
mengenali
dan
dapat
menggunakan alat, bahan dan prosedur dasar
dalam menggambar, mewarnai, membentuk,
memotong, dan merekat.
Menciptakan
(Making/Creating)
Pada akhir fase B, peserta didik mampu
menciptakan karya 2 atau 3 dimensi dengan
mengeksplorasi dan menggunakan elemen seni
rupa berupa garis, bentuk, tekstur, ruang dan
warna.
Merefleksikan
(Reflecting)
Pada akhir fase B, peserta didik mampu
mengenali dan menceritakan fokus dari karya
yang diciptakan atau dilihatnya (dari teman
sekelas karya seni dari orang lain atau era atau
budaya tertentu) serta pengalaman dan
perasaannya mengenai karya tersebut.
Berpikir dan Bekerja Pada akhir fase B, peserta didik mulai mulai
Artistik (Thinking and terbiasa secara mandiri menggunakan berbagai
prosedur dasar sederhana untuk berkarya
Working Artistically)
dengan aneka pilihan media yang tersedia di
sekitar. Peserta didik mengetahui, memahami
dan mulai konsisten mengutamakan faktor
keselamatan dalam bekerja.
Berdampak (Impacting)
Pada akhir fase B, peserta didik mampu
menciptakan karya sendiri yang sesuai dengan
perasaan, minat atau konteks lingkungannya.
3. Fase C (Kelas V dan VI SD/MI/Program Paket A)
Di akhir fase C, peserta didik mampu menuangkan pengalamannya
secara visual sebagai ekspresi kreatif dengan rinci, ditandai
penguasaan ruang dengan penggunaan garis horizon
dalam
karyanya. Diharapkan pada akhir fase ini, proses kreatif dan
kegiatan apresiasi peserta didik telah mencerminkan penguasaan
terhadap bahan, alat, dan prosedur yang mewakili perasaan dan
empati peserta didik.
Fase C Berdasarkan Elemen
Elemen
Mengalami
(Experiencing)
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase C, peserta didik mampu
mengamati,
mengenal,
merekam
dan
menuangkan
pengalaman
kesehariannya
secara visual dengan menggunakan garis pijak
dan proporsi.
Peserta didik terbiasa menggunakan alat,
bahan dan prosedur dasar yang tepat dalam
menggambar,
mewarnai,
membentuk,
memotong, dan merekat.
292
Elemen
Capaian Pembelajaran
Menciptakan
(Making/Creating)
Pada akhir fase C, peserta didik mampu
menciptakan karya 2 atau 3 dimensi dengan
mengeksplorasi, menggunakan dan
menggabungkan elemen seni rupa berupa
garis, bentuk, tekstur dan ruang.
Peserta didik mulai menggunakan garis horizon
dalam karya 2 dimensi. Selain itu, peserta
didik mulai menerapkan keseimbangan dan
irama/ritme dalam warna, garis atau bentuk
dalam karyanya.
Merefleksikan
(Reflecting)
Pada akhir fase C, peserta didik mampu
mengenali dan menceritakan fokus dari karya
yang diciptakan atau dilihatnya (dari teman
sekelas karya seni dari orang lain atau era atau
budaya tertentu) serta pengalaman dan
perasaannya mengenai karya tersebut.
Berpikir dan Bekerja
Artistik (Thinking and
Working Artistically)
Pada akhir fase C, peserta didik secara mandiri
secara mandiri menggunakan berbagai
prosedur dasar sederhana untuk berkarya
dengan aneka pilihan media yang tersedia di
sekitar. Peserta didik mulai mengenal alternatif
bahan, alat atau prosedur dasar dasar dalam
menggambar, mewarnai, membentuk,
memotong, dan merekat.
Peserta didik mengetahui, memahami dan
konsisten mengutamakan faktor keselamatan
dalam bekerja.
Berdampak (Impacting)
Pada akhir fase C, peserta didik mampu
menciptakan karya sendiri yang sesuai dengan
perasaan, minat atau konteks lingkungannya.
4. Fase D (Kelas VII, VIII, dan IX SMP/MTs/Program Paket B)
Di akhir fase D, peserta didik mampu menuangkan pengalamannya
secara visual sebagai ekspresi kreatif dengan rinci, ditandai
penguasaan ruang, proporsi dan gestur, baik secara mandiri
dan/atau berkelompok. Diharapkan pada akhir fase ini, proses
kreatif dan kegiatan apresiasi peserta didik telah mencerminkan
penguasaan terhadap bahan, alat, teknik, teknologi dan prosedur
yang mewakili perasaan dan empati peserta didik. Selain itu,
peserta didik juga dapat menyampaikan pesan lisan atau tertulis
tentang
karya
seni
rupa
berdasarkan
pada
pengamatannya
terhadap karya seni rupa tersebut.
Fase D Berdasarkan Elemen
Elemen
Mengalami
(Experiencing)
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase D, peserta didik mampu
mengamati, mengenal, merekam dan
293
Elemen
Capaian Pembelajaran
menuangkan pengalaman dan pengamatannya
terhadap lingkungan, perasaan atau empatinya
secara visual dengan menggunakan proporsi,
gestur dan ruang.
Peserta didik terbiasa menggunakan alat,
bahan dan prosedur dasar yang tepat dalam
menggambar,
mewarnai,
membentuk,
memotong, dan merekat.
Menciptakan
(Making/Creating)
Pada akhir fase D, peserta didik mampu
menciptakan karya seni dengan menggunakan
dan menggabungkan pengetahuan elemen seni
rupa atau prinsip desain dan keterampilan
yang telah dipelajari sebelumnya, dalam
konteks ekspresi pribadi atau sesuai topik
tertentu.
Merefleksikan
(Reflecting)
Pada akhir fase D, peserta didik mampu
mengevaluasi dan menganalisa efektivitas
pesan dan penggunaan medium sebuah karya
pribadi maupun orang lain, serta
menggunakan informasi tersebut untuk
merencanakan langkah pembelajaran
selanjutnya.
Berpikir dan Bekerja
Artistik (Thinking and
Working Artistically)
Pada akhir fase D, peserta didik mampu
berkarya dan mengapresiasi berdasarkan
perasaan, empati dan penilaian pada karya
seni secara ekspresif, produktif, inventif dan
inovatif. Peserta didik mampu menggunakan
kreativitasnya, mengajukan pertanyaan yang
bermakna dan mengembangkan gagasan
untuk memecahkan masalah, menjawab
tantangan dan peluang yang ada di lingkungan
sekitarnya. Peserta didik mampu melihat
hubungan dengan bidang keilmuan lainnya.
Peserta didik mampu mencari alternatif alat,
dan
bahan
untuk
membuat
karya,
berdasarkan ketersediaan sumber daya di
sekitarnya
Berdampak(Impacting)
Pada akhir fase D, peserta didik mampu
membuat karya sendiri atas dasar perasaan,
minat, dan sesuai akar budaya sehari-hari.
5. Fase E (Kelas X SMA/MA/Program Paket C)
Di akhir fase E, peserta didik diharapkan memiliki nalar kritis,
menghasilkan atau mengembangkan gagasan dalam proses kreatif
dalam
merespon
lingkungannya
secara
mandiri
dan/atau
berkelompok. Dalam proses kreatif tersebut, peserta didik telah
memahami ruang, proporsi, gesture dan menentukan bahan, alat,
teknik,
teknologi
dan
prosedur
yang
sesuai
dengan
tujuan
karyanya. Selain itu, peserta didik juga dapat menyampaikan
pesan dan gagasan secara lisan dan/atau tertulis tentang karya
294
seni rupa berdasarkan pada pengamatan dan pengalamannya,
secara efektif, runut, terperinci dan menggunakan kosa kata seni
rupa yang tepat.
Fase E Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Mengalami
(Experiencing)
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
mengamati, mengenal, merekam dan
menuangkan pengalaman dan pengamatannya
terhadap lingkungan, perasaan, empati atau
penilaiannya secara visual dengan
menggunakan proporsi, gestur, ruang yang
rinci. Karya peserta didik mencerminkan
penguasaan terhadap bahan, alat, teknik,
teknologi dan prosedur yang dipilihnya (sesuai
minat dan kemampuannya).
Menciptakan
(Making/Creating)
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
menciptakan karya seni yang menunjukkan
pilihan keterampilan,medium dan pengetahuan
elemen seni rupa atau prinsip desain tertentu
yang sesuai dengan tujuan karyanya, dalam
konteks ekspresi pribadi atau sesuai topik
tertentu.
Merefleksikan
(Reflecting)
Pada akhir fase E, peserta didik mampu secara
kritis mengevaluasi dan menganalisa
efektivitas pesan dan penggunaan medium
sebuah karya, pribadi maupun orang lain serta
menggunakan informasi tersebut untuk
merencanakan langkah pembelajaran
selanjutnya.
Berpikir dan Bekerja
Artistik (Thinking and
Working Artistically)
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
berkarya dan mengapresiasi berdasarkan
perasaan, empati dan penilaian pada karya
seni secara ekspresif, produktif, inventif dan
inovatif. Peserta didik mampu menggunakan
kreativitasnya, mengajukan pertanyaan yang
bermakna dan mengembangkan gagasan dan
menggunakan berbagai sudut pandang untuk
mendapatkan gagasan, menciptakan peluang,
menjawab tantangan dan menyelesaikan
masalah dalam kehidupan sehari-hari. Peserta
didik juga mampu bekerja secara mandiri,
bergotong royong maupun berkolaborasi
dengan bidang keilmuan lain atau masyarakat
di lingkungan sekitar.
Berdampak (Impacting)
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
membuat karya sendiri atas dasar perasaan,
minat, nalar dan sesuai akar budaya pada
masyarakatnya.
6. Fase F (Kelas XI dan XII SMA/MA/Program Paket C)
Di akhir fase F, peserta didik diharapkan memiliki nalar kritis,
menghasilkan atau mengembangkan gagasan dalam proses kreatif
295
dalam
merespon
keterkaitan
diri
dan
lingkungannya
secara
mandiri dan/atau berkelompok. Dalam proses kreatif tersebut,
peserta didik sudah dapat menentukan bahan, alat, teknik,
teknologi dan prosedur yang sesuai dengan tujuan karyanya.
Peserta
didik
juga
diharapkan
sudah
dapat
bekerja
secara
produktif, inventif atau inovatif baik secara mandiri maupun
berkelompok. Selain itu, diharapkan peserta didik mampu melihat
hubungan interdisipliner antara seni rupa dengan bidang keilmuan
lain atau masyarakat dan berkolaborasi dengan bidang keilmuan
lain atau masyarakat. Peserta didik juga dapat menyampaikan
pesan dan gagasan secara lisan dan/atau tertulis tentang karya
seni rupa berdasarkan pada pengamatan dan pengalamannya,
secara efektif, runut, terperinci dan menggunakan kosa kata seni
rupa yang tepat.
Fase F Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Mengalami
(Experiencing)
Pada akhir fase F, peserta didik mampu
mengamati, mengenal, merekam dan
menuangkan pengalaman dan pengamatannya
terhadap keterlibatan seni rupa dalam
kehidupan sehari -hari secara visual dengan
menggunakan proporsi, gestur, ruang yang
rinci.
Peserta didik bereksperimen dengan bahan,
alat, teknik, teknologi dan prosedur yang
dipilihnya (sesuai minat, kemampuan dan
ketersediaan di daerahnya).
Menciptakan
(Making/Creating)
Pada akhir fase F, peserta didik mampu
menciptakan karya seni yang menunjukkan
penguasaan atas pilihan keterampilan,
medium, pengetahuan elemen seni rupa atau
prinsip desain tertentu yang sesuai dengan
tujuan karyanya, dalam konteks ekspresi
pribadi atau sesuai topik tertentu.
Merefleksikan
(Reflecting)
Pada akhir fase F, peserta didik mampu secara
kritis dan mendalam mengevaluasi dan
menganalisa efektivitas dampak karya pribadi
maupun orang lain serta menggunakan
informasi tersebut untuk merencanakan
langkah pembelajaran selanjutnya.
Berpikir dan Bekerja
Artistik (Thinking and
Working Artistically)
Pada akhir fase F, peserta didik mampu
berkarya dan mengapresiasi berdasarkan
perasaan, empati dan penilaian pada karya
seni secara ekspresif, produktif, inventif dan
inovatif. Peserta didik mampu menggunakan
kreativitasnya, mengajukan pertanyaan yang
bermakna dan mengembangkan gagasan dan
menggunakan berbagai sudut pandang untuk
296
Elemen
Capaian Pembelajaran
mendapatkan gagasan, menciptakan peluang,
menjawab tantangan dan menyelesaikan
masalah dalam kehidupan sehari-hari. Peserta
didik juga mampu bekerja secara mandiri,
bergotong royong maupun berkolaborasi
dengan bidang keilmuan lain atau masyarakat
di lingkungan sekitar.
Berdampak (Impacting)
Pada akhir fase F, peserta didik mampu
membuat karya sendiri dengan
mendeskripsikan konsep atas dasar perasaan,
minat, nalar dan sesuai akar budaya dan
perkembangannya yang ada di masyarakatnya.
297
XVIII.3. CAPAIAN PEMBELAJARAN SENI TARI
A. Rasional Mata Pelajaran Seni Tari
Seni merupakan respon, ekspresi, dan apresiasi manusia terhadap
berbagai fenomena kehidupan, baik di dalam (diri) dan di luar (budaya,
sejarah, alam, lingkungan) seseorang, yang diekspresikan melalui media
(tari, musik, rupa, lakon/teater). Belajar dengan seni mengajak manusia
untuk mengalami, merasakan, mengekspresikan keindahan, dan untuk
berpikir serta bekerja secara artistik. Sedangkan belajar tentang seni
membentuk manusia menjadi kreatif, memiliki apresiasi estetis,
menghargai kebhinekaan global, dan sejahtera secara psikologis. Untuk
belajar melalui seni berdampak pada kehidupan dan pembelajaran yang
berkesinambungan.
Oleh
karenanya,
pembelajaran
seni
dapat
dilakukan melalui pendekatan belajar dengan seni, belajar tentang seni,
dan belajar melalui seni.
Seni tari dapat membantu peserta didik memiliki kepekaan sosial dan
estetis, mengembangkan sensitivitas, multi kecerdasan, kreativitas, dan
nilai nilai kehidupan, sehingga membentuk karakter serta kepribadian
yang positif. Pembelajaran seni tari haruslah membentuk intradisipliner
dari pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang digunakan untuk
memperhatikan budaya dan konteks sosial melalui pengalaman
mengalami, menciptakan, refleksi, berpikir bekerja artistik, dan
berdampak sesuai elemen pada capaian pembelajaran seni. Kegiatan
mengeksplorasi dan mengekspresikan diri dalam tari menggunakan
tubuh sebagai media komunikasi dengan memperhatikan unsur
keindahan sesuai norma yang berlaku di masyarakat setempat. Seni tari
juga memberikan kontribusi dalam perkembangan keterampilan abad
ke-21 yang terkait dengan berpikir kritis, kreatif, komunikatif, dan
kolaboratif untuk menjawab tantangan di era global yang mencerminkan
profil pelajar pancasila.
Profil Pelajar Pancasila meliputi 1) beriman dan bertakwa kepada Tuhan
YME dan berakhlak mulia; 2) mandiri; 3) bernalar kritis; 4) kreatif; 5)
gotong royong; dan 6) berkebhinekaan global. Berdasarkan profil pelajar
pancasila tersebut, harapannya peserta didik dapat memahami dirinya
sendiri melalui proses kreatif sesuai dengan konteks budaya dalam
mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
298
B. Tujuan Mata Pelajaran Seni Tari
Seni tari bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan untuk:
1. meningkatkan multi kecerdasan, khususnya kinestetik sebagai
ungkapan ekspresi, melalui gagasan, perasaan, kreativitas, dan
imajinasi yang memiliki nilai estetis dan artistik, kehalusan budi
sehingga
dapat
meningkatkan
kemampuan
mengontrol
dan
mengatur tubuh sebagai media untuk mengungkapkan gagasan
dengan percaya diri;
2. mengolah
tubuh
untuk
mengembangkan
fleksibilitas,
keseimbangan, dan kesadaran diri yang mengasah kreatifitas dan
imajinasi untuk diungkapkan melalui gerak tari sebagai bentuk
komunikasi yang memiliki keindahan dan artistik;
3. meningkatkan kepekaan rasa dan nilai estetis, seni, dan budaya tari
dalam konteks masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang;
4. Memahami budaya Indonesia meliputi sejarah dan tari tradisi
melalui berbagai sumber daya dan aktivitas seni yang bermakna
sebagai pembentukan identitas diri dan bangsa dalam menghargai
keberagaman serta pelestarian budaya seni tari Indonesia;
5. mengembangkan tari tradisi Indonesia dan menyebarluaskannya
sebagai
usaha
menjalin
interaksi
sosial
serta
komunikasi
antarbudaya dalam konteks global; dan
6. Menjawab tantangan perkembangan dan perubahan di abad ke-21.
C. Karakteristik Mata Pelajaran Seni Tari
Seni tari merupakan pembelajaran berbasis pada kecerdasan kinestetik
dengan memperhatikan norma yang erat kaitannya dengan budaya dan
pola pikir masyarakat setempat. Melalui seni tari, peserta didik dapat
meningkatkan kreativitas dan apresiasi dalam berkarya seni dan dapat
memaknai
fenomena
kehidupan
yang
diimplementasikan
dalam
keseharian.
Dalam membelajarkan seni tari, dibutuhkan pendekatan berupa
elemen-elemen yang saling berkaitan, yaitu mengalami, mencipta, dan
refleksi yang bermuara pada berpikir dan bekerja artistik, sehingga
berdampak bagi dirinya dan orang lain. Elemen ini merupakan siklus
yang dapat dilihat pada skema berikut ini.
299
Gambar. 1 Skema Elemen Capaian Pembelajaran Seni
Capaian pembelajaran seni tari diejawantahkan dan dideskripsikan
sesuai dengan fase-fase yang telah ditetapkan. Tahapan dari setiap fase
merupakan siklus bukan taksonomi, sehingga untuk lebih jelasnya
dapat dijabarkan dalam kolom di bawah ini.
Elemen
Deskripsi
Berpikir dan bekerja
artistik
(Thinking and working
artistically)
● Merancang, menata, mencipta ulang,
menghasilkan, dan menunjukkan ide tari
secara artistik, baik secara individual maupun
berkelompok yang diperoleh dari hasil
berpikirnya sampai menemukan karakteristik
gaya secara personal.
● Mengembangkan ide dengan memperhatikan
unsur utama dan pendukung tari seperti
musik, properti, tata rias, tata busana,
panggung, dan juga merancang manajemen
pertunjukannya.
● Mengeksplorasi dan menemukan sendiri bentuk
karya yang bisa mengelaborasi aspek seni yang
lain: seni-rupa, tari, drama, bahkan non-seni
yang membangun dan bermanfaat untuk
menanggapi setiap tantangan hidup dan
kesempatan berkarya artistik.
Mengalami
(Experiencing)
● Mengamati, merasakan, menggali, dan
membandingkan berbagai macam pertunjukkan
tari dalam konteks sejarah dan budaya.
● Mendapatkan kesempatan untuk melihat seni
pertunjukan tari dari berbagai sumber seperti
pertunjukan langsung, koreografi dari rekan,
dan rekaman.
● Memahami nilai dari pertunjukan tersebut
300
Elemen
Deskripsi
melalui latar belakang, fungsi, makna, simbol,
dan nilai estetis dalam menciptakan karya.
● Mengembangkan kepercayaan diri dalam
eksplorasi gerak tubuh melalui fleksibilitas,
koordinasi tubuh, keseimbangan, dan
kekuatan.
Menciptakan
(Creating)
● Mengidentifikasi, menemukenali, merangkai,
membuat, dan menciptakan tari dengan
menerapkan prinsip dan prosedur penciptaan
tari.
● Meningkatkan kreativitas dalam
mengekspresikan diri melalui gerak yang
diciptakan dengan memperhatikan
keorisinalitasan. Hal ini akan menumbuhkan
motivasi berkreasi dalam diri yang berpengaruh
terhadap penemuan-penemuan bentuk gerak
tari yang inovatif.
Merefleksikan
(Reflecting)
● Mengemukakan, menghargai, mengukur, dan
mengevaluasi hasil karya tari dengan
mempertimbangkan ide-ide dan pengalaman.
● Berupaya menilai kekuatan atau kelemahan
untuk mendukung dan mengembangkan
kemampuan diri atau pribadinya.
Berdampak (Impacting)
● Merespon dirinya atau keadaan di sekitar
untuk dikomunikasikan dalam bentuk karya
tari sehingga dapat mempengaruhi orang lain
dan lingkungan sekitar.
● Memilih, menganalisa, dan menghasilkan karya
tari dengan kesadaran untuk terus
mengembangkan kepribadian dan karakter bagi
diri sendiri, sesama, dan persatuan nusa
bangsa.
D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Seni Tari setiap Fase
1. Fase A (Umumnya untuk kelas I dan II SD/MI/Program Paket A)
Pada akhir fase, peserta didik mampu mengemukakan pencapaian
diri dalam mengenal unsur utama tari, gerak di tempat, dan gerak
berpindah
tempat,
melalui
pengamatan
bentuk
tari
sebagai
pengetahuan dasar dalam membuat gerak tari yang dipertunjukkan
sesuai
norma/perilaku
dengan
percaya
diri
sehingga
dapat
menumbuhkan rasa keingintahuan dan antusiasme.
Fase A Berdasarkan Elemen
Elemen
Berpikir dan bekerja
artistik
(Thinking and working
artistically)
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase ini, peserta didik mampu
menunjukkan hasil gerak berdasarkan
norma/perilaku yang sesuai dalam menari
dengan keyakinan dan percaya diri saat
301
Elemen
Capaian Pembelajaran
mengekspresikan ide dan perasaan kepada
penonton atau lingkungan sekitar.
Mengalami
(Experiencing)
Pada akhir fase ini, peserta didik mampu
mengamati bentuk tari sebagai media
komunikasi serta mengembangkan kesadaran
diri dalam mengeksplorasi unsur utama tari
meliputi gerak, ruang, waktu, tenaga, serta
gerak di tempat dan gerak berpindah.
Menciptakan
(Creating)
Pada akhir fase ini, peserta didik mampu
mengidentifikasi unsur utama tari (gerak,
ruang, waktu, dan tenaga), gerak di tempat dan
gerak berpindah untuk membuat gerak yang
memiliki kesatuan gerak yang indah.
Merefleksikan
(Reflecting)
Pada akhir fase ini, peserta didik mampu
mengemukakan pencapaian diri secara lisan,
tulisan, dan kinestetik.
Berdampak
(Impacting)
Pada akhir fase ini, peserta didik mampu
menumbuhkan keingintahuan, menunjukkan
antusiasme saat proses pembelajaran tari yang
berpengaruh pada kemampuan diri dalam
menyelesaikan aktivitas pembelajaran tari.
2. Fase B (Umumnya untuk kelas III dan IV SD/MI/Program Paket A)
Pada akhir fase, peserta didik mampu menilai hasil pencapaian diri
dalam
mengenal
tari
sebagai
wujud
ekspresi
diri,
melalui
pengamatan bentuk penyajian tari berdasarkan latar belakang serta
pengidentifikasian dalam menerapkan unsur utama tari, level,
perubahan arah, sebagai bentuk ekspresi tari kelompok yang dapat
menumbuhkan rasa cinta pada seni tari.
Fase B Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Berpikir dan bekerja
artistik
(Thinking and working
artistically)
Pada akhir fase ini, peserta didik mampu
menunjukkan hasil tari kelompok dengan
bekerja secara kooperatif untuk
mengembangkan kemampuan bekerja sama
dan saling menghargai demi tercapainya
tujuan bersama.
Mengalami
(Experiencing)
Pada akhir fase ini, peserta didik mampu
mengamati bentuk penyajian tari berdasarkan
latar belakang serta mengeksplorasi unsur
utama tari sesuai level, perubahan arah hadap,
dan desain lantai.
Menciptakan
(Creating)
Pada akhir fase ini, peserta didik mampu
mengidentifikasi dan membuat gerak dengan
unsur utama tari, level, dan perubahan arah
hadap.
302
Elemen
Capaian Pembelajaran
Merefleksikan
(Reflecting)
Pada akhir fase ini, peserta didik mampu
menilai pencapaian dirinya saat melakukan
aktivitas pembelajaran tari.
Berdampak
(Impacting)
Pada akhir fase ini, peserta didik mampu
menumbuhkan rasa cinta pada seni tari yang
berpengaruh pada kemampuan diri dalam
menyelesaikan aktivitas pembelajaran tari.
3. Fase C (Umumnya untuk kelas V dan VI SD/MI/Program Paket A)
Pada akhir fase, peserta didik mampu menghargai hasil pencapaian
karya tari dengan mengenal ragam tari tradisi menggunakan unsur
pendukung
tari
dan
menerapkan
desain
kelompok
pada
pertunjukkan melalui pengamatan berbagai bentuk tari tradisi yang
dapat dijadikan inspirasi untuk merespon fenomena di lingkungan
sekitar dengan mempertimbangkan pendapat orang lain.
Fase C Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Berpikir dan bekerja
artistik
(Thinking and working
artistically)
Pada akhir fase ini, peserta didik mampu
menunjukkan hasil merangkai gerak tari
menggunakan unsur pendukung tari dengan
bekerja kooperatif dan berperan aktif dalam
kelompok.
Mengalami
(Experiencing)
Pada akhir fase ini, peserta didik mampu
mengamati berbagai bentuk tari tradisi yang
dapat digunakan untuk mengekspresikan diri
melalui unsur pendukung tari.
Menciptakan
(Creating)
Pada akhir fase ini, peserta didik mampu
merangkai gerak tari yang berpijak pada tradisi
dengan menerapkan desain kelompok.
Merefleksikan
(Reflecting)
Pada akhir fase ini, peserta didik mampu
menghargai hasil pencapaian karya tari dengan
mempertimbangkan pendapat orang lain.
Berdampak
(Impacting)
Pada akhir fase ini, peserta didik mampu
merespon fenomena di lingkungan sekitar
melalui tari yang dikomunikasikan kepada
penonton atau masyarakat sekitar.
4. Fase D (Umumnya untuk kelas VII, VIII dan IX SMP/MTs/Program
Paket B)
Pada akhir fase, peserta didik mampu menilai hasil pencapaian
karya tari dalam mengembangkan tari kreasi untuk membuat karya
tari yang berpijak dari tari tradisi dengan menggali latar belakang
tari tradisi berdasarkan jenis, fungsi, dan nilai sebagai inspirasi
dalam membuat gerak tari kreasi yang mempertimbangkan unsur
utama dan unsur pendukung tari sebagai wujud ekspresi untuk
303
mengajak orang lain atau penonton bangga terhadap warisan
budaya Indonesia.
Fase D Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Berpikir dan bekerja
artistik
(Thinking and working
artistically)
Pada akhir fase ini, peserta didik mampu
menunjukkan hasil gerak tari kreasi
berdasarkan nilai, jenis, dan fungsi dari tari
tradisi dalam berbagai bentuk penyajian baik
individu ataupun kelompok menggunakan
unsur utama dan pendukung tari.
Mengalami
(Experiencing)
Pada akhir fase ini, peserta didik mampu
menggali latar belakang nilai, jenis, dan fungsi
tari dalam konteks budaya.
Menciptakan
(Creating)
Pada akhir fase ini, peserta didik mampu
membuat gerak tari kreasi yang merefleksikan
nilai, jenis, dan fungsi dari tari tradisi dengan
mempertimbangkan unsur utama dan
pendukung tari.
Merefleksikan
(Reflecting)
Pada akhir fase ini, peserta didik mampu
menilai hasil pencapaian karya tari dengan
mempraktekkan tari tradisi berdasarkan nilai,
jenis, dan fungsi.
Berdampak
(Impacting)
Pada akhir fase ini, peserta didik mampu
mengajak orang lain untuk mencintai dan
merasa bangga atas warisan budaya Indonesia,
khususnya tari tradisi melalui proses kreatif
yang dilakukannya.
5. Fase E (Umumnya untuk kelas X SMA/MA/Program Paket C)
Pada akhir fase, peserta didik mampu mengevaluasi hasil penciptaan
karya tari dalam mengekspresikan diri dengan menciptakan karya
tari yang berpijak dari tari tradisi berdasarkan makna dan simbol
sebagai inspirasi saat membuat gerak tari kreasi secara individu
ataupun kelompok sebagai wujud aktualisasi diri.
Fase E Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Berpikir dan bekerja
artistik
(Thinking and working
artistically)
Pada akhir fase ini, peserta didik mampu
menunjukkan hasil karya tari kreasi secara
individu maupun berkelompok.
Mengalami
(Experiencing)
Pada akhir fase ini, peserta didik mampu
menggali makna dan simbol pada tari tradisi
dan kreasi ke dalam bentuk karya seni
pertunjukkan.
Menciptakan
(Creating)
Pada akhir fase ini, peserta didik mampu
mencipta karya tari kreasi berdasarkan makna
304
Elemen
Capaian Pembelajaran
dan simbol dari tari tradisi ke dalam bentuk
karya seni pertunjukkan.
Merefleksikan
(Reflecting)
Pada akhir fase ini, peserta didik mampu
mengevaluasi hasil penciptaan karya tari
dengan mengapresiasi makna dan simbol tari
tradisi dan kreasi saat menciptakan ide-ide
baru ke dalam karyanya.
Berdampak
(Impacting)
Pada akhir fase ini, peserta didik mampu
mengaktualisasikan diri melalui pertunjukan
tari.
6. Fase F (Umumnya untuk kelas XI dan XII SMA/MA/Program Paket C)
Pada akhir fase, peserta didik mampu mengevaluasi hasil penciptaan
karya tari dalam mencipta karya seni dengan menggunakan prinsipprinsip manajemen produksi dan membandingkan berbagai macam
pertunjukkan tari tradisi maupun kreasi berdasarkan makna,
simbol, dan nilai estetis dari perspektif berbagai aspek seni yang
dapat dijadikan inspirasi untuk menciptakan karya tari secara
individu ataupun kelompok sebagai bentuk aktualisasi diri dalam
mempengaruhi orang lain.
Fase F Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Berpikir dan bekerja
artistik
(Thinking and working
artistically)
Pada akhir fase ini, peserta didik mampu
menunjukkan hasil penciptaan tari kreasi
secara individu ataupun kelompok dengan
manajemen pertunjukan.
Mengalami
(Experiencing)
Pada akhir fase ini, peserta didik mampu
membandingkan berbagai macam
pertunjukkan tari tradisi dan kreasi
berdasarkan makna, simbol, dan nilai estetis
dari perspektif berbagai aspek seni sesuai
dengan pengalaman dan wawasan.
Menciptakan
(Creating)
Pada akhir fase ini, peserta didik mampu
menciptakan tari kreasi yang terinspirasi dari
hasil membandingkan berbagai pertunjukkan
tari tradisi dan kreasi berdasarkan makna,
simbol, dan nilai estetis dari perspektif
berbagai aspek seni.
Merefleksikan
(Reflecting)
Pada akhir fase ini, peserta didik mampu
mengevaluasi hasil penciptaan karya tari
dengan mengapresiasi nilai estetis tari tradisi
berdasarkan makna dan simbol.
Berdampak
(Impacting)
Pada akhir fase ini, peserta didik mampu
mengaktualisasikan diri dalam mempengaruhi
orang lain untuk mengapresiasi pertunjukan
tarinya.
305
XVIII.4. CAPAIAN PEMBELAJARAN SENI TEATER
A. Rasional Mata Pelajaran Seni Teater
Seni Teater merupakan ekspresi manusia terhadap berbagai fenomena
melalui media yang lebih kompleks, dengan menggabungkan semua
bidang seni, baik bidang seni tari, musik, akting, seni rupa, dan
multimedia. Manusia memiliki sifat homo ludens (manusia bermain),
sehingga sejak usia dini teater dapat diajarkan sebagai bentuk
pengenalan,
pemahaman,
pengolahan,
peniruan
(mimesis)
dan
pengekspresian emosi melalui tubuhnya. Melalui bermain peran, seni
teater dapat membantu peserta didik sejak dini untuk mengasah daya
pikir (imajinasi dan bernalar kritis), mengenali dan mengembangkan
potensi diri (mandiri) serta meningkatkan kepercayaan diri.
Seni teater dapat menjawab potensi manusia sebagai homo socius
(makhluk sosial). Seni teater dapat mengajarkan cara berkomunikasi
baik secara verbal maupun non-verbal agar peserta didik dapat
berinteraksi dan menyampaikan pesan dengan lebih baik dan menarik
lagi dengan lingkungan sekitar. Hal ini dapat dipraktikkan dalam
bentuk eksperimen pertunjukan di kelas, dalam kegiatan ini peserta
didik dapat bekerja sama dalam permainan peran, menulis naskah,
atau latihan repetisi dalam gladi bersih. Kerja teater adalah kerja
ansambel, sehingga semua bidang adalah penting dan setiap orang
memiliki peran untuk bersama mencapai tujuan bersama (gotong
royong).
Manusia sebagai makhluk yang mampu berinovasi (homo creator) dapat
diarahkan untuk dapat melihat persoalan-persoalan di sekitarnya.
Manusia dapat mencari lebih jauh permasalahan, dan menggunakan
media seni teater untuk berkreasi dan berinovasi untuk mengulik,
menyampaikan atau mencari alternatif jawaban terhadap persoalan
tersebut (berpikir kritis, kreatif dan asas berkebhinekaan global).
Untuk mengasah potensi homo creator, peserta didik dapat berperan
serta
dalam
proses
membuat
dan
mempersiapkan
pertunjukan
menurut kemampuan masing-masing. Seni teater dapat mengajarkan
empati
dan
tanggung
jawab
kepada
sesama,
dan
memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk menggali dan mengeksplorasi
potensi individu, kerja sama, dan unity menuju kreativitas estetis,
306
berdasarkan norma yang berlaku (beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan yang Maha Esa).
Oleh karena itu, mata pelajaran Seni Teater dapat membentuk Profil
Pelajar Pancasila dengan sikap beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, kritis (mengasah daya pikir, memahami persoalan di
sekitarnya), mandiri (mengenali dan mengembangkan potensi diri),
gotong royong (memahami kerja ansambel sehingga semua peserta
didik memiliki peran untuk mencapai tujuan bersama), kreatif
(mencari
solusi
terhadap
berbagai
persoalan
yang
dihadapi
di
lingkungan sekitarnya), dan memiliki sikap hormat dan toleransi pada
kebhinekaan sebagai bagian dari masyarakat global.
B. Tujuan Mata Pelajaran Seni Teater
1. Peserta didik mampu mengasah kepekaannya terhadap persoalan
diri dan mampu mencari solusi, baik untuk diri sendiri, sesama,
maupun dunia sekitarnya; serta mampu mengekspresikan diri
secara kreatif dan inovatif melalui tubuh, ruang, waktu.
2. Peserta didik menguasai teknik, eksplorasi alat, bahan, teknologi,
dan mampu memanfaatkannya sesuai dengan prosedur dan teknik,
untuk
dapat
menjawab
kesempatan
dan
tantangan
dalam
kehidupan sehari-hari.
3. Peserta didik membutuhkan imajinasi untuk tumbuh, berkreasi,
berpikir, dan bermain. Teater adalah satu-satunya media paling
sesuai untuk menjelajahi kemungkinan tidak terbatas dari proses
imajinasi mereka pada sesuatu yang dapat mereka lakukan.
4. Peserta didik mampu mengembangkan diri dan mengomunikasikan
gagasan, serta karya dengan lebih baik. Seni Teater dapat
berdampak secara langsung maupun tidak langsung kepada
perubahan cara pandang dan pembentukan kepribadian dan
karakter peserta didik.
C. Karakteristik Mata Pelajaran Seni Teater
●
Memberikan ruang kreativitas bagi peserta didik untuk dapat
mengenal, memahami, mengelola dan mengekspresikan emosi
melalui tubuh, suara, dan pikiran dengan berbagai media seni dan
budaya.
●
Memiliki kemampuan untuk menghargai keindahan, kemanusiaan,
empati, dan toleransi melalui proses penciptaan karya seni teater;
307
●
Menghargai, melestarikan dan mempererat ekosistem kesenian di
Indonesia; menghargai keunikan dan kemajemukan ide, nilai, dan
budaya melalui eksplorasi seni tari, pantomim, musik, akting, seni
rupa, dan multimedia.
●
Seni teater terkait erat dengan disiplin ilmu lainnya dan berbagai
macam aspek kehidupan manusia (humaniora), seperti agama,
psikologi,
sosial,
antropologi;
budaya,
sejarah,
memberikan
komunikasi,
kontribusi
politik
penting
dan
dalam
mengomunikasikan legenda, sejarah, budaya dan sosio-ekonomi
bangsa.
●
Melalui teater, peserta didik dibawa ke dalam cerita tentang
karakter dari berbagai latar belakang yang bisa dibayangkan.
Pertunjukan
langsung
menghargai
semua
mengajari
karakterisasi
peserta
tokoh
didik
bagaimana
dan
bagaimana
menghormati sudut pandang orang lain. Seni Teater mengajarkan
manusia untuk bersikap kritis dan mampu memberi solusi untuk
menyelesaikan masalah, sehingga melalui Seni Teater, peserta didik
mampu memahami berbagai persoalan yang terjadi dalam diri dan
lingkungannya.
Pada praktik pengajarannya, Seni Teater menggunakan sejumlah
elemen pendekatan sebagai berikut.
Gambar 1. Skema Elemen Capaian Pembelajaran Seni
308
Elemen
Deskripsi
Berpikir dan Bekerja
Secara Artistik
(Thinking Artistically)
Seni Teater memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengelaborasi elemen tata artistik
panggung dan keaktoran dan proses penyatuan
(unity) semua elemen tersebut ke dalam wujud
karya atau produk yang dipresentasikan dalam
sebuah pertunjukan. Melalui proses berpikir dan
bekerja secara artistik, peserta didik akan
menghasilkan, mengembangkan, menciptakan dan
mengomunikasikan ide-ide kreatifnya untuk
menggunakan alat, media dan teknologi. Berpikir
dan bekerja secara artistik menghubungkan hasil
proses mengalami, mencipta, dan merefleksi.
Mengalami
(Experiencing)
Melalui pendidikan Seni Teater, peserta didik
dapat memahami, mengalami, merasakan,
merespon dan bereksperimen dengan ragam
pengetahuan, gaya dan konsep Seni Teater.
Kegiatan mengalami terjadi ketika peserta didik
melakukan olah rasa, tubuh, suara, eksplorasi
alat, media, atau mengumpulkan informasi melalui
observasi dan interaksi dengan seniman untuk
memperkaya wawasan dan pengalaman dalam
berteater. Lebih lanjut melalui proses mengalami,
memungkinkan peserta didik untuk melangkah ke
posisi orang lain dan melihat bentuk lain dari
sudut pandang mereka. Ini mengajarkan tentang
empati dan relativitas budaya.
Menciptakan
(Making/Creating)
Menciptakan memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk dapat menampilkan gambaran
dasar karya, yang merupakan penyatuan dari
unsur artistik, alat, media, dan teknologi. Melalui
pendidikan Seni Teater, peserta didik dapat belajar
berkreasi dan mengekspresikan dirinya untuk
menggali karakter/tokoh, membuat rangkaian
cerita dengan tata artistik panggung, alat, media
atau teknologi dalam wujud sebuah produk yang
akan dipresentasikan dan dipentaskan. Proses ini
dapat mempertajam daya imajinasi dalam
penciptaan ragam karya teater, kepekaan terhadap
berbagai situasi dan kondisi untuk mencari solusi
dalam berkreasi, serta dapat mengembangkan
keahlian berimprovisasi sesuai tujuan dan tugas
peran yang diberikan.
Merefleksikan
(Reflecting)
Seni teater mampu menggali pengalaman dan
ingatan emosi melalui hasil pengamatan,
membaca, apresiasi, dan kontak sosial individu
dan kelompok. Pengalaman dan ingatan emosi
selama atau sesudah proses berseni Teater
merupakan pantulan kesadaran yang timbul
untuk melakukan evaluasi dan perbaikan atas
karya atau produk yang telah dihasilkan melalui
proses berpikir dan bekerja secara artistik. Elemen
merefleksikan dalam seni teater mencakup proses
apresiasi, kritik dan saran atas karya diri sendiri
atau orang lain. Terdapat proses berpikir kritis dan
kreatif secara simultan.
309
Elemen
Berdampak (Impacting)
Deskripsi
Seni Teater akan menimbulkan perubahan positif
dan berjangka panjang kepada peserta didik.
Perubahan ini mencakup cara berpikir,
kemampuan dan sikap peserta didik, seperti lebih
mandiri, percaya diri, berpikir kritis dan kreatif
sehingga pada akhirnya bertujuan untuk
menghargai perbedaan, sesuai dengan nilai-nilai
Profil Pelajar Pancasila. Dampak ini akan jelas
tercermin dalam proses mengalami, menciptakan,
mengevaluasi dan presentasi hasil akhir karya
peserta didik.
D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Seni Teater setiap Fase
1. Fase A, (Umumnya untuk Kelas I dan II (SD/MI/MTs/Program
Paket A)
Pada akhir Fase A, peserta didik memahami elemen-elemen dasar
acting melalui proses bermain seperti gerakan-gerakan sederhana,
respon terhadap sumber bunyi dan suara, serta cerita atau
kejadian sehari-hari dengan cara penyampaian melalui proses
peniruan (mimesis). Melalui pengalaman ini, peserta didik mulai
memperkaya diri dengan wawasan tentang mengenal diri sendiri,
orang lain dan lingkungan melalui eksplorasi mimik, suara dan
gerak tubuh. Pada akhir fase ini, peserta didik mulai mengenali
secara sadar dan kemudian mengekspresikan ragam emosi, belajar
berdisiplin dalam mengikuti instruksi permainan teater.
Fase A Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Berpikir dan Bekerja
Secara Artistik
(Thinking Artistically)
Bermain dengan tata artistik panggung
dilakukan untuk mengenal bentuk dan fungsi
tata artistik panggung dan memahami tata
kerja ansambel dengan mengenalkan dan
melatih cara bekerja sama dengan orang lain.
Mengalami
(Experiencing)
Proses mengalami dilakukan dengan observasi
dan konsentrasi dengan cara melihat dan
mencatat kebiasaan diri sendiri; secara aplikasi
dilakukan dengan olah tubuh dan vokal untuk
mengenal fungsi gerak tubuh, melatih ekspresi
wajah dan melakukan pernafasan.
Menciptakan
(Making/Creating)
Menciptakan dilakukan melalui Imajinasi
dengan cara memainkan dan menirukan tokoh;
peserta didik pun dilatih untuk merancang
pertunjukan dengan cara terlibat dalam sebuah
pertunjukan dengan bimbingan.
310
Elemen
Merefleksikan
(Reflecting)
Capaian Pembelajaran
Refleksi dilakukan dengan metode menguatkan
ingatan emosi melalui menggali suasana hati
dari peristiwa yang dialami pemain dengan
menyesuaikan peristiwa tokoh. Proses lain
dilakukan dengan jalan apresiasi karya seni
dalam menggali kelebihan dan kekurangan
karya sendiri.
Berdampak (Impacting) Proses belajar dan produk akhir mencerminkan
Profil Pelajar Pancasila melalui menggali
potensi diri (mandiri) dan kreatif.
2. Fase B, Umumnya untuk Kelas III dan IV (SD/MI/MTs/Program
Paket A)
Pada akhir Fase B, peserta didik telah mampu memahami berbagai
teknik dasar akting (pemeranan) melalui proses meniru (mimesis),
memahami gerak tubuh, suara/vokal secara lebih mendalam
sesuai tokoh/peran. Selanjutnya, peserta didik mulai mengenal
aneka peran yang berbeda dalam memproduksi pertunjukan,
menyumbang gagasan dan hasil latihan bersama orang lain sebagai
wujud dari kemampuan bekerja sama. Melalui pengalaman ini,
peserta didik diharapkan mampu berkolaborasi untuk mencapai
pertunjukan dengan mengenal peran dan fungsi masing-masing
serta mampu mengendalikan emosi dalam berkolaborasi.
Fase B Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Berpikir dan Bekerja
Secara Artistik
(Thinking Artistically)
Bermain dengan tata artistik panggung
dilakukan dalam proses bertahap secara
mandiri, termasuk di dalamnya dapat
menggunakan properti sesuai dengan fungsi
tokoh yang diembannya. Proses kerja ansambel
dilakukan dengan melatih inisiatif dalam
merancang permainan atau cerita bersama
(kooperatif).
Mengalami
(Experiencing)
Proses observasi dan konsentrasi dengan cara
melihat dan mencatat kebiasaan diri sendiri
dan orang lain, serta melakukan latihan olah
tubuh dan vokal, sehingga peserta didik
mampu mengenal fungsi gerak tubuh, ekspresi
wajah dan suara. Tingkat selanjutnya adalah
memahami irama dalam membaca dialog pada
sebuah cerita sesuai karakter.
311
Elemen
Capaian Pembelajaran
Menciptakan
(Making/Creating)
Cara menciptakan imajinasi adalah proses
memainkan dan menirukan tokoh, dan
menceritakan ulang kejadian/cerita yang
diamati. Selain itu, dalam menciptakan
imajinasi perlu dirancang pertunjukan dengan
secara langsung terlibat dalam sebuah
pertunjukan, dilakukan dengan bimbingan.
Merefleksikan
(Reflecting)
Refleksi dilakukan dalam penggalian ingatan
emosi sesuai suasana hati tokoh yang
diperankan dengan mengambil peristiwa
serupa pada ingatan masa lalu pemeran. Selain
itu, proses refleksi dilakukan melalui apresiasi
karya seni dengan menggali kelebihan dan
kekurangan hasil karya sendiri.
Berdampak (Impacting) Proses belajar dan produk akhir mencerminkan
Profil Pelajar Pancasila secara kooperatif
(gotong royong), mandiri dan kreatif.
3. Fase C, Umumnya untuk Kelas V dan VI (SD/MI/MTs/Program
Paket A)
Pada akhir Fase C, peserta didik memahami ragam teknik berteater
sederhana; seperti akting (pemeranan) dan dinamika kelompok
seperti improvisasi, atau elaborasi penokohan melalui aksi dan
reaksi. Selanjutnya, peserta didik memahami adanya aturan dalam
bermain
teater
dan
kerja
ansambel,
gambaran
susunan
pertunjukan seperti alur cerita, latar dan tokoh dalam proses
produksi pertunjukan sederhana. Pada fase ini, peserta didik dapat
mulai diperkenalkan dengan tema cerita tradisi untuk memperkaya
wawasan kebudayaan. Melalui pengalaman ini, peserta didik
diharapkan mampu berkolaborasi dalam mencapai pertunjukan,
belajar bertanggung jawab atas peran masing-masing, mampu
memberi respon dan antisipasi untuk menguasai panggung, baik
secara individual maupun kelompok.
Fase C Berdasarkan Elemen
Elemen
Berpikir dan Bekerja
Secara Artistik
(Thinking Artistically)
Capaian Pembelajaran
Proses berpikir dan bermain dengan tata
artistik panggung dilakukan dengan mengatur
ulang tata artistik panggung dan
memainkannya sesuai alur pertunjukan,
sedangkan kerja ansambel dilakukan dengan
cara latihan bertanggung jawab atas peran
masing masing dalam pertunjukan.
312
Elemen
Capaian Pembelajaran
Mengalami
(Experiencing)
Olah tubuh dan vokal sebagai latihan dasar
pemeranan harus dilakukan sebagai cara
penguasaan respon melalui gerak tubuh dalam
berinteraksi (aksi dan reaksi), Penguasaan
membaca naskah dengan artikulasi vokal yang
jelas, sesuai karakter dan situasi. Pencarian
tokoh dilakukan dengan cara observasi dan
konsentrasi melalui pengamatan dan mencatat
kebiasaan orang lain di sekitar kita yang sesuai
dengan tokoh yang diemban untuk membentuk
karakter, mencatat dan merekam sampai pada
proses gladi resik.
Menciptakan
(Making/Creating)
Menciptakan tokoh dilakukan dengan cara
imajinasi untuk memainkan dan menirukan
tokoh, menyusun kembali cerita dan alur
pertunjukan, menciptakan naskah orisinil
sederhana (alur permulaan, klimaks dan akhir)
dengan bimbingan. Secara umum, dalam
merancang pertunjukan dilakukan dengan
membuat desain pertunjukan dan
menampilkan sebuah pertunjukan secara
sederhana dengan sedikit bimbingan, dan
terlibat atau tampil secara mandiri dalam
pertunjukan.
Merefleksikan
(Reflecting)
Penggalian ingatan emosi dengan mengingat
peristiwa di masa lampau dari pribadi pemeran
yang disesuaikan dengan kejadian dari tokoh
sesuai subteks dalam naskah. Berikutnya
adalah mencoba melakukan evaluasi dalam
bentuk apresiasi karya seni dengan menggali
kelebihan dan kekurangan karya sendiri dan
karya orang lain serta mulai memberi saran
perbaikan.
Berdampak (Impacting)
Proses belajar dan produk akhir
mencerminkan Profil Pelajar Pancasila dengan
improvisasi, atau elaborasi penokohan melalui
aksi dan reaksi (kreatif) dan memperkaya
wawasan kebudayaan (berkebhinekaan global),
memahami adanya aturan dalam bermain
teater dan kerja ansambel serta mampu
berkolaborasi dalam mencapai pertunjukan
(gotong royong).
4. Fase D, Umumnya untuk Kelas VII, VIII dan IX (SMP/MTs/Program
Paket B)
Pada akhir Fase D, peserta didik dapat memahami penggunaan
sederhana seluruh elemen pertunjukan teater secara utuh (unity)
termasuk di dalamnya teknik keaktoran, penyutradaraan dan
memahami fungsi elemen artistik seperti kostum, properti, musik,
dan tata panggung untuk menyampaikan cerita, terutama yang
313
berhubungan dengan tema- tema yang bersifat remaja atau faktual.
Pada akhir fase ini, selanjutnya peserta didik telah diperkenalkan
dengan ragam bentuk teknik dan genre teater seperti teater realis,
teater komedi, atau teknik dramatic reading. Melalui pengalaman
ini,
peserta
didik
diharapkan
mampu
menyusun
skema
pertunjukan sederhana secara mandiri dan kemudian menuangkan
ide dan gagasan ke dalam bentuk naskah dan desain sederhana
pertunjukan.
Peserta
didik
mampu
mengaplikasikan
proses
peniruan tokoh atau karakter (mimesis) berdasar pada analisis
karakter tokoh (fisik, psikologis dan sosiologis) agar mampu
menafsir dan menjiwai peran tokoh secara akurat dan meyakinkan.
Fase D Berdasarkan Elemen
Elemen
Berpikir dan Bekerja
Secara Artistik
(Thinking Artistically)
Mengalami
(Experiencing)
Capaian Pembelajaran
Proses dilakukan oleh peserta didik berpikir
dan bermain dengan tata artistik panggung,
mulai dari mengeksplorasi, merancang, dan
memfungsikan tata artistik panggung. Konsep
ini dilakukan dengan kerja ansambel untuk
melatih peserta didik bertanggung jawab atas
peran masing masing dalam pertunjukan.
Latihan olah tubuh dan vokal merupakan
dasar keaktoran yang dilakukan untuk
penguasaan gerak tubuh agar mampu
memainkan beragam karakter, kemudian
penguasaan membaca dialog atau naskah
dengan penekanan kuat pada ekspresi wajah,
artikulasi dan intonasi. Proses mengalami
dilakukan ketika observasi dan mulai fokus
dalam konsentrasi dengan mencatat dan
merekam tokoh dan perwatakannya berdasar
analisis fisik, fisiologis dan sosiologis,
mencatat dan merekam hasil investigasi dan
riset teknik/genre teater, serta mencatat dan
merekam proses gladi resik,
Menciptakan
(Making/Creating)
Imajinasi adalah proses menciptakan biografi
tokoh hasil analisis peran, sekaligus menyusun
kembali cerita dan alur pertunjukan, dan
menciptakan naskah orisinil (alur permulaan,
klimaks dan akhir, tensi, emosi). Proses
berikutnya adalah merancang pertunjukan
yaitu dengan membuat konsep dan
menampilkan sebuah pertunjukan sederhana
dengan menggunakan panduan. Secara
empirik peserta didik terlibat atau tampil
secara mandiri dalam pertunjukan.
Merefleksikan
(Reflecting)
Refleksi dalam tahap berikutnya adalah
bagaimana peserta didik mampu menggali
314
Elemen
Capaian Pembelajaran
ingatan emosi dan latar belakang tokoh yang
diembannya sekaligus memberikan
pembelajaran agar persoalan-persoalan yang
ada dalam lakon menginspirasi dalam
kehidupan. Bentuk apresiasi karya seni
dilakukan untuk menggali kelebihan dan
kekurangan karya sendiri dan orang lain,
proses ini pun dapat memberi saran perbaikan
menggunakan terminologi teater sederhana.
Berdampak (Impacting)
Proses belajar dan produk akhir
mencerminkan Profil Pelajar Pancasila dengan
menyusun skema pertunjukan sederhana
secara unity (mandiri) dan kemudian
menuangkan ide dan gagasan ke dalam bentuk
naskah dan desain sederhana pertunjukan,
juga mengenal teknik dan genre teater (kreatif),
memahami cerita sesuai dengan fakta di
lingkungannya (kritis), dan mampu menjawab
persoalan faktual dalam aturan negara dan
agama (beriman dan taqwa pada Tuhan Yang
Maha Esa.
5. Fase E, Umumnya untuk Kelas X (SMA/MA/Program Paket C)
Pada akhir Fase E, peserta didik mampu bertindak sebagai
penjelajah, dengan melakukan observasi, mengumpulkan data
serta peristiwa sebagai dasar untuk membuat lakon yang berlatar
pada persoalan kehidupan di sekitarnya. Peserta didik juga mampu
memahami ragam teater ber-genre propaganda seperti perpaduan
teater realis dan non-realis dalam bentuk teater gerak, teater
politik, musikalisasi puisi, atau bereksperimen dengan proses
penulisan struktur cerita dramatis yang lebih bervariasi melalui
kegiatan
improvisasi.
Selanjutnya
peserta
didik
memahami
bagaimana tubuh, pikiran, suara, dan tata artistik serta teknologi
berpadu dalam proses kreatif untuk membentuk pertunjukan
berdasar riset dan cara kerja kolaborasi. Melalui pengalaman ini,
peserta didik diharapkan mampu mengenali situasi lapangan yang
dihadapi, menghadirkan solusi, serta berempati terhadap sesama
dan lingkungannya.
Fase E Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Berpikir dan Bekerja
Secara Artistik
(Thinking Artistically)
Proses dilakukan oleh peserta didik berpikir dan
bermain dengan tata artistik panggung, mulai
dari mengeksplorasi, merancang, dan
315
Elemen
Capaian Pembelajaran
memproduksi, dan memainkan tata artistik
panggung. Konsep ini dilakukan dengan kerja
ansambel untuk melatih peserta didik
bertanggung jawab atas peran masing masing
dalam pertunjukan, baik secara artistik maupun
non-artistik, untuk mengusung dan
mensukseskan pertunjukan bersama.
Mengalami
(Experiencing)
Latihan olah tubuh dan vokal merupakan dasar
keaktoran yang dilakukan untuk penguasaan
gerak tubuh agar mampu memainkan beragam
karakter, kemudian penguasaan membaca
dialog atau naskah dengan penekanan kuat
pada ekspresi wajah, artikulasi dan intonasi.
Eksplorasi bahasa tubuh, wajah, dan suara
untuk menunjukkan kepekaan terhadap
persoalan sosial, dan eksplorasi komunikasi
non-verbal. Proses mengalami dilakukan ketika
observasi dan mulai fokus pada konsentrasi
dengan mencatat dan merekam: tokoh dan
perwatakannya berdasar analisis fisik, fisiologis
dan sosiologis, hasil investigasi dan riset teknik/
genre teater, serta mencatat dan merekam
proses gladi resik.
Menciptakan
(Making/Creating)
Imajinasi adalah proses menciptakan biografi
tokoh hasil analisis peran, sekaligus menyusun
kembali cerita dan alur pertunjukan, dan
menciptakan naskah orisinil (alur permulaan,
klimaks dan akhir, tensi, emosi). Proses
merancang pertunjukan dimulai dengan
membuat konsep dan menampilkan sebuah
pertunjukan sederhana sesuai dengan panduan.
Secara empirik peserta didik terlibat atau tampil
secara mandiri dalam pertunjukan.
Merefleksikan
(Reflecting)
Refleksi dalam tahap berikutnya adalah
bagaimana peserta didik mampu menggali
ingatan emosi dan latar belakang tokoh yang
diembannya sekaligus memberikan
pembelajaran agar persoalan-persoalan yang ada
dalam lakon menginspirasi dalam kehidupan.
Bentuk apresiasi karya seni dilakukan untuk
menggali kelebihan dan kekurangan karya
sendiri dan karya orang lain, proses ini pun
dapat memberi saran perbaikan menggunakan
terminologi teater sederhana serta memberikan
argumentasi dengan pembuktian, serta mulai
mengkritisi produksi seniman profesional sesuai
dengan terminologi teater.
Berdampak
(Impacting)
Proses belajar dan produk akhir mencerminkan
Profil Pelajar Pancasila dengan observasi,
pengumpulan data serta peristiwa sebagai dasar
untuk membuat lakon (kritis, kreatif),
menghadirkan solusi, serta berempati terhadap
sesama dan lingkungan (mandiri dan
berkebhinekaan global).
316
6. Fase F, Umumnya untuk Kelas XI dan XII (SMA/MA/Program Paket
C)
Pada akhir Fase F, peserta didik mampu merancang atau
memproduksi teater orisinil dengan sentuhan baru berdasarkan
tema remaja/isu kekinian atau, menganalisis dan mengevaluasi
karya
sendiri
mengetahui
dan
karya
bagaimana
profesional
kualitas
yang
estetik
bertujuan
digunakan
untuk
dalam
menyampaikan maksud, ide-ide ekspresif, serta makna. Melalui
proses kreatif, pada akhir fase, peserta didik mampu merancang
atau memproduksi pertunjukan teater dengan variasi genre teater,
tata
artistik
dan
teknologi
yang
telah
dipelajari.
Melalui
pengalaman ini, pada akhir Fase F, peserta didik diharapkan tidak
hanya peka terhadap kondisi lingkungan yang dihadapi, tetapi juga
mampu berpikir kritis dalam melihat dan menyampaikan sebuah
karya, serta berpikir kreatif dalam memanfaatkan media, teknologi
serta
sumber
daya
yang
tersedia
di
sekitarnya
untuk
menyampaikan pesan melalui Seni Teater.
Fase F Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Berpikir dan Bekerja
Secara Artistik
(Thinking Artistically)
Proses dilakukan oleh peserta didik berpikir dan
bermain dengan tata artistik panggung, mulai
dari mengeksplorasi, merancang, memproduksi,
dan memainkan dan mengkritisi konsep tata
artistik panggung. Konsep ini dilakukan dengan
kerja ansambel untuk melatih peserta didik
bertanggung jawab atas peran masing masing
dalam pertunjukan, baik secara artistik maupun
non-artistik, untuk mengusung dan
mensukseskan pertunjukan bersama.
Mengalami
(Experiencing)
Latihan olah tubuh dan vokal merupakan dasar
keaktoran yang dilakukan untuk penguasaan
gerak tubuh agar mampu memainkan beragam
karakter, termasuk penguasaan membaca dialog
atau naskah dengan penekanan kuat pada
ekspresi wajah, artikulasi dan intonasi.
Eksplorasi bahasa tubuh, wajah, dan suara
dilakukan untuk menunjukkan kepekaan
terhadap persoalan sosial, dan eksplorasi
komunikasi non-verbal. Proses mengalami
dilakukan ketika observasi dan fokus pada
konsentrasi dengan mencatat dan merekam
tokoh dan perwatakannya berdasar analisis
fisik, fisiologis dan sosiologis, mencatat dan
merekam hasil investigasi dan riset teknik/genre
teater, mencatat dan merekam ragam ide
penokohan, peristiwa dan bentuk lakon modern
317
Elemen
Capaian Pembelajaran
dengan melakukan analisis pertunjukan karya
teman sebaya atau profesional, termasuk di
dalamnya mencatat dan merekam proses gladi
resik.
Menciptakan
(Making/Creating)
Imajinasi adalah proses menciptakan penokohan
baru (biografi tokoh hasil analisis peran),
sekaligus menyusun kembali cerita dan alur
pertunjukan, dan menciptakan naskah orisinil
(alur permulaan, klimaks dan akhir, tensi,
emosi) dengan mengkombinasikan ragam
gaya/genre teater menjadi alur cerita berkonsep
atau berbentuk baru. Proses berikutnya adalah
merancang pertunjukan yaitu dengan membuat
konsep dan menampilkan sebuah pertunjukan
sederhana dengan menggunakan panduan.
Secara empirik peserta didik terlibat atau tampil
secara mandiri dalam merancang, dan
mempresentasikan proposal pertunjukan orisinil
atau adaptasi, sepenuhnya terlibat dalam
manajemen produksi pertunjukan.
Merefleksikan
(Reflecting)
Refleksi dalam tahap berikutnya adalah
bagaimana peserta didik mampu menggali
ingatan emosi dan latar belakang tokoh yang
diembannya sekaligus memberikan
pembelajaran agar persoalan-persoalan yang ada
dalam lakon menginspirasi dalam kehidupan.
Bentuk apresiasi karya seni dilakukan untuk
menggali kelebihan dan kekurangan karya
sendiri dan karya orang lain. Proses ini dapat
memberi saran perbaikan dengan menggunakan
terminologi teater sederhana serta memberikan
argumentasi dengan pembuktian, serta mulai
mengkritisi produksi seniman profesional
dengan menggunakan terminologi teater.
Berdampak
(Impacting)
Proses belajar dan produk akhir mencerminkan
Profil Pelajar Pancasila dengan merancang atau
memproduksi pertunjukan teater (kreatif),
manajemen produksi pertunjukan (gotong
royong), menganalisis dan mengevaluasi karya
sendiri dan karya profesional (kritis, mandiri).
318
XVIII.5. CAPAIAN PEMBELAJARAN PRAKARYA-BUDI DAYA
A. Rasional Mata Pelajaran Prakarya-Budi Daya
Kehidupan
manusia
dalam
bermasyarakat,
sejak
dahulu
telah
mengembangkan olah pikir dan olah rasa, untuk membantu menjalani
kehidupan, memecahkan masalah, maupun menghasilkan produk budi
daya yang dapat membantu meningkatkan kualitas hidup. Karya
manusia sebagai produk budaya, terlihat dalam tiga ranah: fisik
(material), sistem (langkah-langkah, metoda dan strategi memproduksi)
dan ide (gagasan dan latar belakang memproduksi).
Menyikapi perkembangan dan perubahan teknologi, budaya dan gaya
hidup yang terjadi dengan cepat di dunia saat ini, maka dunia
pendidikan
di
Indonesia
mengantisipasi
melalui
penguatan
keterampilan dan jiwa kewirausahaan peserta didik. Salah satu mata
pelajaran yang mengembangkan keterampilan dan jiwa kewirausahaan
adalah Prakarya, yang terdiri dari empat sub bidang keterampilan yaitu
kerajinan, rekayasa, budi daya dan pengolahan. Prakarya-Budi daya
mengembangkan keterampilan peserta didik melalui kepekaan terhadap
lingkungan, ide dan kreativitas untuk bertahan hidup mandiri dan
ekonomis.
Seiring berkembangnya zaman, mental generasi muda perlu dibangun
agar mampu mengatasi berbagai persoalan termasuk masalah lapangan
pekerjaan. Indonesia memiliki potensi besar bagi pasar dunia industri,
maka generasi muda perlu memiliki jiwa yang tangguh untuk
berwirausaha, memahami strategi wirausaha, dan keberanian untuk
terjun ke dalam dunia usaha. Kemampuan keterampilan kreatif
Prakarya-Budi daya berpeluang mewujudkan jiwa kewirausahaan
dimulai sejak pendidikan dasar hingga pendidikan menengah melatih
kemampuan
kepemimpinan
(leadership),
berinisiatif
tinggi
dan
merespon kebutuhan sekitar, kerja sama (team work), serta berani
mengambil resiko (risk-taking).
Mata pelajaran Prakarya-Budi daya mengacu pada konsep hasta karya
Ki Hajar Dewantara yaitu mengembangkan cipta, rasa, dan karsa
dengan menghasilkan produk yang
berdampak pada diri serta
lingkungan menuju keseimbangan antara nature dan culture. Prakarya
Budi daya mengembangkan kemampuan dan keterampilan peserta didik
dengan mengintegrasikan, mengkorelasikan, dan mengkolaborasikan
319
berbagai pengetahuan dan disiplin ilmu berbasis STEAM (Sains/Science,
Teknologi/technology, Teknik/Engineering, Seni/Art dan Matematika/
Mathematic) untuk menciptakan inovasi produk yang efektif dan efisien
melalui pembelajaran kolaborasi dengan dunia kerja dan dunia
pendidikan lanjut. Mata pelajaran Prakarya pada jenjang Sekolah Dasar
(Fase A-C) diintegrasikan dengan tema atau mata pelajaran lainnya
seperti Seni, Bahasa, Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial, atau mata
pelajaran lain yang relevan.
Kurikulum
Prakarya
Budi
daya
berorientasi
mengembangkan
kompetensi merencanakan dan menghasilkan produk budi daya yang
aman berdampak individu maupun sosial. Proses perencanaan produk
budi daya memperhatikan ekosistem. Kompetensi ini membutuhkan
penguasaan ilmu pengetahuan alam (biologi, kimia, dan fisika), dan
teknologi serta pendidikan kewirausahaan dan kecerdasan naturalis.
Kompetensi pembelajaran terdiri dari kemampuan mengeksplorasi dan
mengembangkan bahan, alat, teknik, dan sistem budi daya. Pengalaman
pembelajaran diperoleh dari sekolah, keluarga dan masyarakat. Di
samping itu, peserta didik dilatih kemampuan berpikir kreatif-inovatif,
logis, sistematis dan global (komprehensif). Pengembangan materi
pembelajaran bersifat kontekstual, yaitu menggali potensi kearifan lokal
melalui
apresiasi,
perencanaan
observasi,
produksi.
dan
Proses
eksplorasi
produksi
untuk
budi
membuat
daya
melalui
eksperimentasi, dan modifikasi bahan, alat, teknik dan sistem produksi
dengan memberi kesempatan merefleksi dan mengevaluasi. Akhirnya,
melalui penguasaan ilmu dan pengetahuan alam, teknologi budi daya,
budaya, ekonomi dengan semangat kewirausahaan diharapkan dapat
terwujud Profil Pelajar Pancasila.
B. Tujuan Mata Pelajaran Prakarya-Budi Daya
Prakarya-Budi daya memiliki tujuan sebagai berikut:
1. menghasilkan produk budi daya yang aman melalui penguasaan
eksplorasi bahan, alat, teknik dan sistem dengan mengembangkan,
pengetahuan alam, dan teknologi budi daya berbasis kecerdasan
naturalis;
2. mengapresiasi, mengevaluasi dan merefleksi produk budi daya
teman
sendiri
maupun
masyarakat
sistematis ilmiah; dan
320
berdasarkan
pendekatan
3. menumbuhkembangkan
jiwa
kewirausahaan
melalui
kepemimpinan, kerja sama dan berani mengambil risiko.
C. Karakteristik Mata Pelajaran Prakarya - Budi Daya
Kurikulum Prakarya-Budi daya menerapkan: (1) kurikulum progresif
(progresive curriculum) yaitu kurikulum yang mengikuti perkembangan
Ilmu, Pengetahuan, Teknologi, dan Seni (IPTEKS), sehingga materi,
metode pembelajaran menyesuaikan dengan perkembangan teknologi
budi
daya;
(2)
kurikulum
terpadu
(integrated curriculum)
yaitu
mengkolaborasikan sesama aspek mata pelajaran Prakarya maupun
mata pelajaran lainnya; (3) kurikulum korelatif (corralated curriculum)
yaitu
kurikulum
yang
memberikan
kesempatan
melaksanakan
pembelajaran berbasis project based learning dengan sesama aspek
Prakarya atau mata pelajaran lainnya untuk menghasilkan satu produk
yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; (4) kurikulum
mandiri (single subject curriculum) yaitu kurikulum yang dilaksanakan
secara mandiri dapat menghasilkan karya yang berguna bagi mata
pelajaran yang lain baik secara transfer of training, transfer of knowledge
maupun transfer of value.
Pembelajaran
Prakarya
Budi
daya
berorientasi
mengembangkan
kemampuan mengkonservasi dan memperbanyak sumber daya hayati
secara berkelanjutan (sustainable). Peserta didik diberi kesempatan
melakukan kegiatan eksplorasi, merencanakan produksi, evaluasi dan
refleksi dengan memanfaatkan teknologi dan sumber daya. Melalui
pembelajaran budi daya peserta didik dapat mengasah kecerdasan
naturalis untuk memelihara dan/atau mengembangkan tanaman
ataupun hewan secara berkelanjutan untuk mendapatkan hasil dan
manfaat
secara
maksimal.
Pembelajaran
Prakarya
Budi
daya
diharapkan terwujudnya Profil Pelajar Pancasila dan dihasilkannya
peserta didik yang menguasai teknologi tepat guna melalui sikap
analitis, logis, kreatif, inovatif, konstruktif, dan prediktif serta tanggap
terhadap lingkungan dan perkembangan zaman.
Lingkup materi Prakarya Budi daya mencakup pertanian (tanaman
sayuran, tanaman pangan, tanaman hias, tanaman obat), perikanan
(ikan konsumsi dan ikan hias, baik tawar maupun laut) dan peternakan
(hewan peliharaan, unggas pedaging, unggas petelur, satwa harapan)
yang diselenggarakan secara mandiri, sinergi, dan gradasi dengan
321
menyesuaikan
memperhatikan
kondisi
daerah/lingkungan
kelestarian
dan
ekosistem.
masing-masing
Pembelajaran
serta
secara
mandiri artinya pembelajaran yang dilaksanakan sesuai minat dan
kemampuan peserta didik dengan supervisi dari guru atau sekolah
melalui pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) ataupun
pembelajaran penemuan (Discovery Learning). Pembelajaran sinergi
adalah model pembelajaran yang membuka kesempatan bagi peserta
didik dan sekolah untuk bekerjasama dengan dunia usaha/dunia kerja
yang ada di lingkungannya meliputi kegiatan kunjungan ataupun
magang. Pembelajaran dilaksanakan secara gradasi yaitu dimulai sejak
pendidikan dasar dengan orientasi pengembangan lifeskill dan homeskill
serta berorientasi pada home industry untuk tingkat pendidikan
menengah.
Kurikulum Prakarya Budi daya berisi empat elemen kompetensi yaitu
observasi dan eksplorasi; desain/perencanaan, produksi, serta refleksi
dan evaluasi seperti berikut:
Elemen
Deskripsi
Observasi dan
Eksplorasi
Elemen
observasi
dan
eksplorasi
adalah
pengamatan dan penggalian (bahan, alat dan
teknik) secara sistematis dan kontekstual untuk
memperoleh peluang menciptakan produk.
Desain/Perencanaan
Elemen
desain
atau
perencanaan
adalah
penyusunan atau pengembangan rencana produk
(penciptaan,
rekonstruksi,
dan
modifikasi)
berdasarkan hasil observasi dan eksplorasi.
Produksi
Elemen Produksi adalah keterampilan pembuatan
atau penciptaan produk setengah jadi dan/atau
produk jadi yang kreatif dan atau inovatif melalui
eksperimen dan penelitian yang menumbuhkan
jiwa kewirausahaan.
Refleksi dan Evaluasi
Elemen refleksi dan evaluasi adalah kemampuan
pengamatan, apresiasi, identifikasi, analisis,
penilaian,
dan
pemberian
saran
perbaikan/pengembangan
produk/kelayakan
produk.
Elemen pada mata pelajaran Prakarya Budi daya saling berkaitan dapat
digambarkan sebagai berikut:
322
Bagan Pembelajaran Prakarya Budi daya
D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Prakarya-Budi Daya setiap Fase
1. Fase A (Umumnya untuk kelas I dan II SD/MI/Program Paket A)
Pada akhir Fase A (Kelas I dan II SD/MI/Program Paket A) peserta
didik mampu mengamati dan menjelaskan karakteristik produk budi
daya untuk kebutuhan sehari-hari dan memberikan tanggapan.
Fase A Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Observasi dan
Eksplorasi
Peserta didik mampu mengamati dan
menjelaskan karakteristik produk budi daya
(warna, bentuk, ukuran) untuk kebutuhan
sehari-hari dan menjelaskan secara lisan.
Desain/Perencanaan
Peserta didik merencanakan pemeliharaan
dan/atau perawatan objek budi daya dengan
bimbingan berdasarkan hasil pengamatan.
Produksi
Peserta didik mampu merawat dan atau
memelihara objek budi daya yang aman untuk
kebutuhan sehari-hari secara kerja sama
dengan bimbingan sesuai perencanaan.
Refleksi dan Evaluasi
Peserta didik mampu memberikan tanggapan
terhadap produk budi daya kebutuhan seharihari.
2. Fase B (Umumnya untuk kelas III dan IV SD/MI/Program Paket A)
Pada akhir Fase B (Kelas III dan IV SD/MI/Program Paket A) peserta
didik mampu menghasilkan produk budi daya untuk kebutuhan diri
dan keluarga sesuai potensi lingkungan berdasarkan pengamatan
bahan, alat, dan langkah-langkahnya, serta memberikan tanggapan.
Fase B Berdasarkan Elemen
323
Elemen
Capaian Pembelajaran
Observasi dan
Eksplorasi
Peserta didik mampu mengamati produk budi
daya di lingkungan sekitar dan menjelaskan
bahan, alat, dan prosedur budi daya.
Desain/Perencanaan
Peserta didik mampu menentukan dan
menyusun rencana kegiatan budi daya sesuai
potensi
lingkungan
berdasarkan
hasil
pengamatannya.
Produksi
Peserta didik mampu menghasilkan produk
budi daya yang aman untuk kebutuhan diri
dan keluarga secara mandiri dan/atau kerja
sama
sesuai
potensi
lingkungan
dan
perencanaannya.
Refleksi dan Evaluasi
Peserta
didik
mampu
mengapresiasi
(menanggapi dan memberikan ulasan) produk
budi daya untuk kebutuhan diri dan keluarga.
3. Fase C (Umumnya untuk kelas V dan VI SD/MI/Program Paket A)
Pada akhir Fase C (Kelas V dan VI SD/MI/Program Paket A) peserta
didik mampu menghasilkan produk budi daya sesuai potensi
lingkungan dengan memodifikasi bahan dan alat. Pada fase ini,
peserta didik mampu merefleksikan kelebihan dan kekurangan
produk yang dihasilkan.
Fase C Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Observasi dan
Eksplorasi
Peserta didik mampu mengamati dan
mendeskripsikan
produk
budi
daya
berdasarkan modifikasi bahan dan alat yang
sesuai potensi lingkungan/kearifan lokal.
Desain/Perencanaan
Peserta didik menentukan dan menyusun
rencana
kegiatan
budi
daya
dengan
memodifikasi bahan dan alat sesuai potensi
lingkungan/kearifan
lokal
berdasarkan
pengamatannya.
Produksi
Peserta didik mampu menghasilkan produk
budi daya yang aman berdasarkan potensi
lingkungan/kearifan lokal dengan modifikasi
bahan dan alat secara mandiri dan/atau kerja
sama sesuai perencanaannya.
Refleksi dan Evaluasi
Peserta didik mampu merefleksikan produk
budi daya hasil modifikasi bahan dan alat
sesuai potensi lingkungan/kearifan lokal
324
Elemen
Capaian Pembelajaran
berdasarkan
produk.
manfaat
dan
karakteristik
4. Fase D (Umumnya Kelas VII, VIII, dan IX SMP/MTs/Program Paket
B)
Pada akhir Fase D (Kelas VII, VIII dan IX SMP/MTs/Program Paket
B)
peserta
didik
mampu
menghasilkan
produk
budi
daya
berdasarkan modifikasi bahan, alat, dan teknik sesuai potensi
lingkungan/kearifan lokal untuk mengembangkan jiwa wirausaha.
Pada fase ini, peserta didik mampu memberikan penilaian produk
budi daya berdasarkan fungsi/nilai budaya/nilai ekonomis secara
lisan dan tertulis.
Fase D Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Observasi dan
Eksplorasi
Peserta didik mampu mengamati secara
sistematis modifikasi bahan, alat dan teknik
sesuai potensi lingkungan/kearifan lokal serta
mendeskripsikan produk budi daya dari
berbagai sumber.
Desain/Perencanaan
Peserta didik mampu menyusun rencana
kegiatan budi daya dan menentukan
kelayakan produksi berdasarkan modifikasi
bahan, alat, teknik sesuai potensi lingkungan
dan
kearifan lokal
berdasarkan
hasil
pengamatan.
Produksi
Peserta didik mampu menghasilkan produk
budi daya yang aman secara bertanggung
jawab
berdasarkan
potensi
lingkungan/kearifan lokal dengan modifikasi
bahan, alat, dan teknik, serta ditampilkan
dalam pengemasan yang menarik sesuai
perencanaan yang dibuatnya.
Refleksi dan Evaluasi
Peserta didik mampu memberi penilaian
produk budi daya hasil sendiri atau orang lain
berdasarkan modifikasi bahan, alat dan teknik
yang bernilai ekonomis sesuai potensi
lingkungan/kearifan lokal.
5. Fase E (Umumnya untuk kelas X SMA/MA/Program Paket C)
Pada akhir Fase E (Kelas X SMA/MA/Program Paket C) peserta didik
mampu mengembangkan produk budi daya berdasarkan analisis
kebutuhan dan kelayakan pasar melalui eksplorasi bahan, alat dan
325
teknik, serta mempresentasikan secara lisan, tertulis, visual dan
virtual. Pada fase ini, peserta didik mampu mengevaluasi dan
memberikan
saran
produk
budi
daya
berdasarkan
dampak
lingkungan/budaya/ teknologi tepat guna.
Fase E Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Observasi dan
Eksplorasi
Peserta didik mampu mengeksplorasi bahan,
alat, teknik, prosedur, dan sistem budi daya
produk bernilai ekonomis dari berbagai
sumber.
Desain/Perencanaan
Peserta didik mampu menyusun rencana
pengembangan
kegiatan
budi
daya
berdasarkan
analisis
kebutuhan
dan
kelayakan
pasar
berdasarkan
potensi
lingkungan dan hasil eksplorasi.
Produksi
Peserta didik mampu mengembangkan produk
budi daya yang aman berbasis usaha, serta
menampilkan dalam bentuk pengemasan
secara kreatif-inovatif dan dipromosikan
melalui media visual maupun virtual
berdasarkan perencanaannya.
Refleksi dan Evaluasi
Peserta didik mampu memberi penilaian dan
saran pengembangan produk budi daya
berdasarkan kajian mutu, teknologi budi daya
dan
ekonomi,
serta
dampak
lingkungan/budaya.
6. Fase F (Umumnya Kelas XI dan XII SMA/MA/Program Paket C)
Pada akhir Fase F (Kelas XI dan XII SMA/MA/Program Paket C)
peserta didik mampu mengembangkan sistem produksi budi daya
berdasarkan proposal rancangan usaha melalui analisis kebutuhan,
kelayakan pasar, dan kajian ilmiah, serta mempresentasikan produk
secara lisan dan tertulis pada media sosial, virtual, maupun visual.
Pada fase ini, peserta didik mengevaluasi, memberikan kritik dan
solusi pengembangan produk budi daya sesuai dengan nilai
kewirausahaan/dampak lingkungan/teknologi tepat guna.
Elemen
Observasi dan
Eksplorasi
Capaian Pembelajaran
Peserta didik mampu mengeksplorasi sistem
produksi budi daya bernilai ekonomis dari
berbagai
sumber,
berdasarkan
analisis
ekonomi, teknologi, ekosistem dan pemasaran.
326
Elemen
Capaian Pembelajaran
Desain/Perencanaan
Peserta didik mampu mengembangkan sistem
produksi budi daya dalam bentuk proposal
usaha melalui analisis berdasarkan kajian
ilmiah, teknologi, ekosistem dan analisis
usaha sesuai potensi lingkungan/kearifan
lokal dan hasil eksplorasi.
Produksi
Peserta didik mampu mengembangkan sistem
produksi budi daya yang aman berbasis usaha
berdasarkan proposal dan ditampilkan dalam
bentuk pengemasan yang kreatif-inovatif serta
bertanggung jawab mempromosikan secara
visual dan virtual.
Refleksi dan Evaluasi
Peserta didik mampu memberikan penilaian,
argumentasi dan rekomendasi pengembangan
sistem produksi budi daya yang aman
berdasarkan kajian mutu, teknologi budi daya
dan
ekonomi,
serta
dampak
lingkungan/budaya.
327
XVIII.6. CAPAIAN PEMBELAJARAN PRAKARYA-KERAJINAN
A. Rasional Mata Pelajaran Prakarya-Kerajinan
Kehidupan
manusia
dalam
bermasyarakat,
sejak
dahulu
telah
mengembangkan olah pikir dan olah rasa, untuk membantu menjalani
kehidupan, memecahkan masalah, maupun menghasilkan produk yang
dapat membantu meningkatkan kualitas hidup. Karya manusia sebagai
produk budaya, terlihat dalam tiga ranah: fisik (material), sistem
(langkah-langkah, metoda dan strategi memproduksi) dan Ide (gagasan
dan latar belakang memproduksi).
Menyikapi perkembangan dan perubahan teknologi, budaya dan gaya
hidup yang terjadi dengan cepat di dunia saat ini, maka dunia
pendidikan
di
Indonesia
mengantisipasi
melalui
penguatan
keterampilan dan jiwa kewirausahaan peserta didik. Salah satu mata
pelajaran yang mengembangkan keterampilan dan jiwa kewirausahaan
adalah Prakarya yang terdiri dari empat sub bidang keterampilan yaitu
kerajinan, rekayasa, budi daya dan pengolahan. Prakarya Kerajinan
melatih peserta didik menggunakan kepekaan terhadap lingkungan, ide
dan kreativitas, serta keterampilan untuk bertahan hidup secara
mandiri dan ekonomis. Seiring berkembangnya zaman, mental generasi
muda perlu dibangun agar mampu mengatasi berbagai persoalan hidup
termasuk masalah lapangan pekerjaan.
Indonesia memiliki potensi besar bagi pasar dunia industri, maka
generasi muda perlu memiliki jiwa yang tangguh untuk berwirausaha,
memahami strategi wirausaha dan keberanian untuk terjun ke dalam
dunia usaha. Kemampuan keterampilan kreatif Prakarya Kerajinan
berpeluang
untuk
mewujudkan
kewirausahaan
dimulai
sejak
pendidikan dasar hingga pendidikan menengah melatih kemampuan
kepemimpinan (leadership), berinisiatif tinggi dan merespon kebutuhan
sekitar, kerja sama (team work), serta berani mengambil resiko (risktaking).
Mata pelajaran Prakarya Kerajinan mengacu pada konsep hasta karya
Ki Hajar Dewantara yaitu mengembangkan cipta, rasa, dan karsa
dengan menciptakan produk kerajinan yang berdampak pada diri serta
lingkungan menuju keseimbangan antara alam (nature) dan budaya
(culture).
Prakarya
Kerajinan
mengembangkan
kemampuan
dan
keterampilan peserta didik dengan mengintegrasikan, mengkorelasikan
328
dan mengkolaborasikan berbagai pengetahuan dan disiplin ilmu
diantaranya
melalui
Teknologi/technology,
pendekatan
STEAM
Teknik/Engineering,
(Sains/Science,
Seni/Art
dan
Matematika/Mathematic) untuk menciptakan inovasi produk yang
efektif dan efisien melalui pembelajaran kolaboratif dengan dunia kerja
dan dunia pendidikan lanjut. Mata pelajaran Prakarya pada jenjang
Sekolah Dasar (Fase A-C) diintegrasikan dengan tema atau mata
pelajaran lainnya seperti Seni, Bahasa, Ilmu Pengetahuan Alam dan
Sosial, atau mata pelajaran lain yang relevan.
Kurikulum Prakarya Kerajinan mengembangkan kompetensi merancang
dan menciptakan produk kerajinan yang berdampak individu maupun
sosial secara kontekstual dan ergonomis. Kompetensi ini membutuhkan
penguasaan ilmu dan pengetahuan: seni, desain, teknologi, budaya dan
ekonomi serta kewirausahaan. Kompetensi pembelajaran terdiri dari
menggali (exploration) mengembangkan bahan, alat, dan teknik berkarya
serta memproduksi. Pengalaman pembelajaran diperoleh dari sekolah,
keluarga dan masyarakat. Di samping itu peserta didik dilatih mampu
berpikir kreatif-inovatif, logis, sistematis dan global (komprehensif).
Pengembangan materi pembelajaran bersifat kontekstual yaitu menggali
kearifan lokal melalui kemampuan apresiasi, observasi dan eksplorasi
untuk membuat desain/perencanaan. Proses produksi kerajinan
melalui eksperimentasi, modifikasi dan sentuhan akhir (finishing touch)
produksi dengan memberi kesempatan merefleksi dan mengevaluasi.
Akhirnya, melalui penguasaan ilmu dan pengetahuan: seni, desain,
teknologi,
budaya,
ekonomi
dengan
semangat
kewirausahaan
diharapkan dapat terwujud Profil Pelajar Pancasila.
B. Tujuan Mata Pelajaran Prakarya-Kerajinan
Prakarya Kerajinan memiliki tujuan sebagai berikut:
1. merancang dan menghasilkan produk kerajinan yang kreatif melalui
penguasaan menggali (exploration) bahan, alat, teknik, dan prosedur
dengan mengembangkan pengetahuan seni, kerajinan, teknologi,
desain, dan budaya,
2. mengapresiasi, mengevaluasi dan merefleksi karya diri, teman, dan
perajin berdasarkan pendekatan sistematis ilmiah,
3. menumbuhkembangkan
jiwa
kewirausahaan
kepemimpinan, kerja sama dan berani mengambil resiko.
329
melalui
C. Karakteristik Mata Pelajaran Prakarya-Kerajinan
Kurikulum Prakarya Kerajinan menerapkan: (1) kurikulum progresif
(progressive curriculum) yaitu kurikulum yang mengikuti perkembangan
Ilmu, Pengetahuan, Teknologi, dan Seni (IPTEKS), sehingga materi dan
metode pembelajaran menyesuaikan terhadap perkembangan teknologi
yang
ada;
(2)
kurikulum
terpadu
(integrated
curriculum)
yaitu
mengkolaborasikan dengan sesama aspek mata pelajaran Prakarya
maupun mata pelajaran lainnya; (3) kurikulum korelatif (corralated
curriculum)
yaitu
kurikulum
yang
memberikan
kesempatan
melaksanakan pembelajaran berbasis project based learning dengan
sesama
aspek
Prakarya
atau
mata
pelajaran
lainnya
untuk
menghasilkan satu karya yang dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari; (4) kurikulum mandiri (single subject curriculum) yaitu
kurikulum yang dilaksanakan secara mandiri dapat menghasilkan
karya yang berguna bagi mata pelajaran yang lain baik secara transfer
of training, transfer of knowledge maupun transfer of value.
Pembelajaran Prakarya Kerajinan berorientasi pada pengembangan
kemampuan mengeksplorasi bahan, alat, teknik, dan prosedur untuk
membuat
produk
kerajinan
kebutuhan
sehari-hari
dan
produk
komersial berbasis kewirausahaan. Materi pembelajaran Prakarya
Kerajinan dapat menggali potensi daerah/lokal dengan memperhatikan
prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle) sebagai upaya pelestarian budaya
dan ekosistem dalam mewujudkan benda fungsional yang bernilai
estetis, ekonomis, dan ergonomis. Pembelajaran Prakarya Kerajinan
diharapkan terwujudnya Profil Pelajar Pancasila dan dihasilkannya
peserta didik yang menguasai teknologi tepat guna melalui sikap
analitis, logis, kreatif, inovatif, konstruktif, dan prediktif serta tanggap
terhadap lingkungan dan perkembangan zaman.
Lingkup materi Prakarya Kerajinan adalah pembuatan produk dengan
memanfaatkan bahan (alam, buatan, limbah organik dan anorganik,
lunak, keras, tekstil, artefak, dan objek budaya), alat (peralatan khas
sesuai teknik), teknik (teknik potong, sambung, tempel, ukir, anyam,
batik, butsir, cukil, sulam, tenun, dan lainnya) dan prosedur serta
mengembangkan
display
produk
untuk
pameran
dan
kemasan
(packaging) sesuai kondisi daerah/lingkungan masing-masing, potensi
lokal, nusantara hingga mancanegara. Pembelajaran Prakarya Kerajinan
dilakukan juga secara mandiri, sinergi, dan gradasi. Pembelajaran
330
secara mandiri artinya pembelajaran yang dilaksanakan sesuai minat
dan kemampuan peserta didik dengan supervisi dari guru atau sekolah
melalui pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) ataupun
pembelajaran penemuan (Discovery Learning). Pembelajaran sinergi
adalah model pembelajaran yang membuka kesempatan bagi peserta
didik dan sekolah untuk bekerjasama dengan dunia usaha/dunia kerja
yang ada di lingkungannya meliputi kegiatan kunjungan ataupun
magang. Pembelajaran dilaksanakan secara gradasi yaitu dimulai sejak
pendidikan dasar dengan orientasi pengembangan lifeskill dan homeskill
serta berorientasi pada home industry untuk tingkat pendidikan
menengah.
Kurikulum Prakarya Kerajinan berisi empat elemen kompetensi yaitu
observasi dan eksplorasi, desain/perancangan, produksi, serta refleksi
dan evaluasi seperti berikut:
Elemen
Deskripsi
Observasi dan
Eksplorasi
Elemen
observasi
dan
eksplorasi
adalah
pengamatan dan penggalian (bahan, alat dan
teknik) secara sistematis dan kontekstual untuk
memperoleh peluang menciptakan produk.
Desain/Perencanaan
Elemen
desain
atau
perencanaan
adalah
penyusunan atau pengembangan rencana produk
(penciptaan,
rekonstruksi,
dan
modifikasi)
berdasarkan hasil observasi dan eksplorasi.
Produksi
Elemen Produksi adalah keterampilan pembuatan
atau penciptaan produk setengah jadi dan/atau
produk jadi yang kreatif dan atau inovatif melalui
eksperimen dan penelitian yang menumbuhkan
jiwa kewirausahaan.
Refleksi dan Evaluasi
Elemen refleksi dan evaluasi adalah kemampuan
pengamatan, apresiasi, identifikasi, analisis,
penilaian,
dan
pemberian
saran
perbaikan/pengembangan
produk/kelayakan
produk.
331
Elemen pada mata pelajaran Prakarya Kerajinan saling berkaitan dapat
digambarkan sebagai berikut:
Bagan Pembelajaran Prakarya Kerajinan
D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Prakarya-Kerajinan Setiap Fase
1. Fase A (Umumnya untuk kelas I dan II SD/MI/Program Paket A)
Pada akhir Fase A (Kelas I dan II SD/MI/Program Paket A) peserta
didik mampu membuat produk kerajinan kebutuhan sehari-hari
berdasarkan
karakteristik
bahan,
produk,
dan
memberikan
tanggapan.
Fase A Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Observasi dan
Eksplorasi
Peserta didik mampu mengamati dan
menjelaskan bentuk, warna, tekstur, dan
fungsi produk kerajinan untuk kebutuhan
sehari-hari.
Desain/Perencanaan
Peserta didik mampu menyusun rencana
pembuatan produk kerajinan kebutuhan
sehari-hari dengan bimbingan.
Produksi
Peserta didik mampu membuat produk
kerajinan untuk kebutuhan sehari-hari secara
mandiri
maupun
bekerjasama
dengan
bimbingan sesuai dengan perencanaan.
Refleksi dan Evaluasi
Peserta didik mampu memberikan tanggapan
terhadap produk kerajinan kebutuhan seharihari.
332
2. Fase B (Umumnya untuk kelas III dan IV SD/MI/Program Paket A)
Pada akhir Fase B (Kelas III dan IV SD) peserta didik mampu
membuat
produk
kerajinan
sesuai
potensi
lingkungan
dan
menjelaskan bahan, alat dan langkah-langkahnya.
Fase B Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Observasi dan
Eksplorasi
Peserta didik mampu mengamati dan
menjelaskan karakteristik bentuk, warna,
tekstur,
fungsi
produk
dan
prosedur
kerajinan
sesuai
potensi
pembuatan
lingkungan.
Desain/Perencanaan
Peserta didik mampu merancang
kerajinan sesuai potensi lingkungan.
Produksi
Peserta didik mampu membuat produk
kerajinan
sesuai
potensi
lingkungan
berdasarkan hasil rancangannya secara
mandiri dan/atau kerja sama.
Refleksi dan Evaluasi
Peserta didik mampu menanggapi dan
memberikan ulasan hasil pembuatan produk
kerajinan sesuai potensi lingkungan.
produk
3. Fase C (Umumnya untuk kelas V dan VI SD/MI/Program Paket A)
Pada akhir Fase C (Kelas V dan VI SD) peserta didik mampu
menciptakan produk sesuai potensi lingkungan/kearifan lokal
dengan memodifikasi bahan, alat atau teknik, dan merefleksikan
kelebihan atau kekurangan pada produk.
Fase C Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Observasi dan
Eksplorasi
Peserta didik mampu mengamati produk
kerajinan hasil modifikasi yang sesuai potensi
lingkungan/kearifan
lokal
dan
mendeskripsikan bahan, alat, teknik serta
prosedur pembuatan.
Desain/Perencanaan
Peserta didik mampu merancang produk
kerajinan dengan memodifikasi bahan, alat
dan teknik sesuai potensi lingkungan/kearifan
lokal berdasarkan hasil pengamatannya.
Produksi
Peserta didik mampu membuat produk
kerajinan
kreatif
berdasarkan
potensi
lingkungan/kearifan lokal dengan modifikasi
333
Elemen
Capaian Pembelajaran
bahan, alat atau teknik sesuai hasil desainnya
secara mandiri dan/atau kerja sama.
Refleksi dan Evaluasi
Peserta didik mampu merefleksikan hasil
pembuatan modifikasi produk kerajinan yang
dibuatnya
berdasarkan
manfaat
dan
karakteristik
produk
sesuai
potensi
lingkungan/kearifan lokal.
4. Fase D (Umumnya untuk kelas VII, VIII, dan IX SMP/MTs/Program
Paket B)
Pada akhir Fase D (Kelas VII, VIII, dan IX SMP/MTs/Program Paket
B) peserta didik mampu merancang dan memodifikasi desain produk
kerajinan berdasarkan kajian ergonomis sesuai potensi lingkungan
dan/atau kearifan lokal yang berbasis kewirausahaan. Pada fase ini,
peserta didik mampu memberikan penilaian produk kerajinan
berdasarkan fungsi/nilai budaya/nilai ekonomis secara tertulis dan
lisan.
Fase D Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Observasi dan
Eksplorasi
Peserta didik mampu mengeksplorasi bentuk,
bahan, alat, teknik dan prosedur pembuatan
produk kerajinan hasil modifikasi yang
bernilai
ekonomis
serta
karakteristik
display/kemasan dari berbagai sumber.
Desain/Perencanaan
Peserta didik mampu merancang desain
produk kerajinan melalui modifikasi bentuk,
bahan, alat dan teknik berdasarkan kajian
ergonomis dengan mempertimbangkan potensi
lingkungan/kearifan lokal yang berbasis
kewirausahaan.
Produksi
Peserta didik mampu membuat produk
kerajinan
modifikasi
sesuai
dengan
rancangannya berdasarkan kajian ergonomis
dan potensi lingkungan dan/atau kearifan
lokal yang berbasis kewirausahaan serta
menampilkan melalui display dan/atau
kemasan yang menarik.
Refleksi dan Evaluasi
Peserta didik mampu memberi penilaian
produk kerajinan modifikasi hasil rancangan
sendiri atau orang lain yang bernilai ekonomis
berdasarkan potensi lingkungan dan/atau
kearifan lokal.
334
5. Fase E (Umumnya untuk kelas X SMA/MA/Program Paket C)
Pada akhir Fase E (Kelas X SMA/MA/Program Paket C) peserta didik
mampu membuat produk kerajinan nusantara berdasarkan desain.
Pembuatan desain melalui analisis kebutuhan, kelayakan pasar,
eksplorasi bentuk, bahan, alat dan teknik, serta mempresentasikan
secara lisan, visual, dan grafis. Pada fase ini, peserta didik mampu
mengevaluasi dan memberikan saran terhadap produk kerajinan
berdasarkan dampak lingkungan, budaya atau teknologi tepat guna.
Fase E Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Observasi dan
Eksplorasi
Peserta didik mampu mengeksplorasi desain
produk kerajinan nusantara berdasarkan
aspek ergonomis dan nilai ekonomis dari
berbagai sumber.
Desain/Perencanaan
Peserta didik mampu membuat rancangan
pengembangan produk kerajinan melalui
modifikasi bentuk, bahan, alat dan teknik
berdasarkan hasil eksplorasi, studi kelayakan
pasar dan potensi sumber daya nusantara.
Produksi
Peserta didik mampu mengembangkan produk
kerajinan nusantara berbasis kewirausahaan
berdasarkan
desain
yang
dibuat
dan
ditampilkan
dengan
display
dan/atau
kemasan yang menarik serta dipromosikan
melalui berbagai media informasi dan
komunikasi secara verbal maupun visual.
Refleksi dan Evaluasi
Peserta didik mampu memberi penilaian dan
saran pengembangan produk kerajinan
nusantara berdasarkan penggunaan teknologi
tepat guna atau aspek ergonomis serta
dampaknya terhadap lingkungan atau budaya
secara lisan, visual, dan grafis.
6. Fase F (Umumnya untuk kelas XI dan XII SMA/MA/Program Paket
C)
Pada akhir Fase F (Kelas XI dan XII SMA/MA/Program Paket C)
peserta didik mampu mengembangkan dan/atau menciptakan
produk kerajinan nusantara dan/atau mancanegara yang memiliki
nilai jual berdasarkan proposal. Penyusunan proposal melalui kajian
ekosistem/kajian
ilmiah/analisis
kebutuhan/kelayakan
pasar.
Produk kerajinan tersebut dipresentasikan secara lisan, visual, dan
grafis pada berbagai media informasi dan komunikasi secara verbal
335
maupun visual. Pada fase ini, peserta didik mampu mengevaluasi,
memberikan kritik, saran, dan solusi terhadap pengembangan
produk
kerajinan
berdasarkan
nilai
kewirausahaan/dampak
lingkungan/teknologi produksinya.
Fase F Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Observasi dan
Eksplorasi
Peserta didik mampu mengeksplorasi desain
produk kerajinan nusantara dan mancanegara
berdasarkan nilai ergonomis, ekonomis,
teknik, prosedur, display atau kemasan dan
aspek pemasaran dari berbagai sumber.
Desain/Perencanaan
Peserta didik mampu membuat rancangan
produk kerajinan nusantara dan mancanegara
sesuai proposal berdasarkan kajian teknologi
produksi/ergonomi, studi kelayakan pasar
serta potensi sumber daya yang tersedia.
Produksi
Peserta didik mampu mengembangkan produk
kerajinan
nusantara
dan
mancanegara
berdasarkan proposal atau desain dan
ditampilkan dalam bentuk display atau
kemasan yang menarik serta dipromosikan
melalui berbagai media informasi dan
komunikasi secara verbal maupun visual.
Refleksi dan Evaluasi
Peserta didik mampu memberikan penilaian,
argumentasi,
dan
rekomendasi
produk
kerajinan
nusantara
dan
mancanegara
berdasarkan
kajian
teknologi
produksi/ergonomis dan dampaknya terhadap
lingkungan/budaya secara lisan, visual, dan
grafis.
336
XVIII.7. CAPAIAN PEMBELAJARAN PRAKARYA-PENGOLAHAN
A. Rasional Mata Pelajaran Prakarya-Pengolahan
Kehidupan
manusia
dalam
bermasyarakat,
sejak
dahulu
telah
mengembangkan kemampuan olah pikir dan olah rasa, untuk
membantu menjalani kehidupan, memecahkan masalah, maupun
menghasilkan produk olahan yang dapat membantu meningkatkan
kualitas hidup. Karya manusia sebagai produk budaya, terlihat dalam
tiga ranah: fisik (material), sistem (langkah-langkah, metoda dan strategi
memproduksi) dan ide (gagasan dan latar belakang memproduksi).
Menyikapi perkembangan dan perubahan teknologi, budaya dan gaya
hidup yang terjadi dengan cepat di dunia saat ini, maka dunia
pendidikan
di
Indonesia
mengantisipasi
melalui
penguatan
keterampilan dan jiwa kewirausahaan peserta didik. Salah satu mata
pelajaran yang mengembangkan keterampilan dan jiwa kewirausahaan
adalah Prakarya, yang terdiri dari empat sub bidang keterampilan yaitu
kerajinan, rekayasa, budidaya dan pengolahan. Prakarya Pengolahan
mengembangkan keterampilan peserta didik melalui kepekaan terhadap
lingkungan, ide dan kreativitas untuk bertahan hidup secara mandiri
dan ekonomis.
Seiring berkembangnya zaman, mental generasi muda perlu dibangun
agar mampu mengatasi berbagai persoalan hidup termasuk masalah
lapangan pekerjaan. Indonesia memiliki potensi besar bagi pasar dunia
industri, maka generasi muda perlu memiliki jiwa yang tangguh untuk
berwirausaha, memahami strategi wirausaha dan keberanian untuk
terjun ke dalam dunia usaha. Kemampuan keterampilan kreatif
Prakarya Pengolahan berpeluang mewujudkan jiwa kewirausahaan
dimulai sejak pendidikan dasar hingga pendidikan menengah melatih
kemampuan
kepemimpinan
(leadership),
berinisiatif
tinggi
dan
merespon kebutuhan sekitar, kerja sama (team work), serta berani
mengambil resiko (risk-taking).
Mata pelajaran Prakarya Pengolahan mengacu pada konsep hasta karya
Ki Hajar Dewantara yaitu mengembangkan cipta, rasa, dan karsa
dengan menciptakan produk olahan pangan dan non pangan yang
berdampak pada diri serta lingkungan secara kontekstual dan higienis.
Prakarya Pengolahan mengembangkan kemampuan dan keterampilan
peserta
didik
dengan
mengintegrasikan,
337
mengkorelasikan,
dan
mengkolaborasikan berbagai pengetahuan dan disiplin ilmu berbasis
STEAM
(Sains/Science,
Teknologi/technology,
Teknik/Engineering,
Seni/Art dan Matematika/Mathematic) untuk menciptakan inovasi
produk yang efektif dan efisien melalui pembelajaran kolaborasi dengan
dunia kerja dan dunia pendidikan lanjut. Mata pelajaran Prakarya pada
jenjang Sekolah Dasar (Fase A-C) diintegrasikan dengan tema atau mata
pelajaran lainnya seperti Seni, Bahasa, Ilmu Pengetahuan Alam dan
Sosial, atau mata pelajaran lain yang relevan.
Kurikulum
Prakarya
Pengolahan
mengembangkan
kompetensi
merencanakan dan menghasilkan produk olahan pangan dan non
pangan yang berdampak individu maupun sosial dan berbasis
ekosistem.
Kompetensi
ini
membutuhkan
penguasaan
ilmu
pengetahuan (biologi, kimia dan fisika), dan teknologi, serta pendidikan
kewirausahaan. Kompetensi pembelajaran terdiri dari kemampuan
mengeksplorasi
dan
mengembangkan
bahan,
alat,
teknik
(pencampuran, pemanasan, pengawetan, dan modifikasi), serta sistem
pengolahan. Pengalaman pembelajaran diperoleh dari sekolah, keluarga
dan masyarakat.
Di samping itu, peserta didik dilatih kemampuan
berpikir kreatif-inovatif, logis, sistematis, dan global (komprehensif).
Pengembangan materi pembelajaran bersifat kontekstual yaitu menggali
potensi kearifan lokal melalui kemampuan apresiasi, observasi, dan
eksplorasi untuk membuat desain/perencanaan. Proses produksi
pengolahan melalui eksperimen, modifikasi, dan penyajian sebagai
sentuhan akhir (finishing touch) produksi dengan memberi kesempatan
merefleksi dan mengevaluasi. Akhirnya, melalui penguasaan ilmu dan
pengetahuan seni, desain, teknologi, budaya, ekonomi dengan semangat
kewirausahaan diharapkan dapat terwujud Profil Pelajar Pancasila.
B. Tujuan Mata Pelajaran Prakarya-Pengolahan
Prakarya Pengolahan memiliki tujuan sebagai berikut:
1. menghasilkan produk pengolahan pangan sehat/higienis dan non
pangan yang ekonomis melalui eksplorasi bahan, teknik, alat dengan
mengembangkan pengetahuan dan prinsip teknologi pengolahan.
2. mengapresiasi, mengevaluasi dan merefleksi karya produk teknologi
olahan pangan dan non pangan masyarakat maupun teman sendiri
berdasarkan pendekatan sistematis ilmiah.
3. menumbuhkembangkan
jiwa
kewirausahaan
kepemimpinan, kerja sama dan berani mengambil resiko.
338
melalui
C. Karakteristik Mata Pelajaran Prakarya-Pengolahan
Kurikulum Prakarya Pengolahan menerapkan: (1) kurikulum progresif
(progressive curriculum) yaitu kurikulum yang mengikuti perkembangan
Ilmu, Pengetahuan, Teknologi, dan Seni (IPTEKS), sehingga materi dan
metode pembelajaran menyesuaikan terhadap perkembangan teknologi
yang
ada;
(2)
kurikulum
terpadu
(integrated
curriculum)
yaitu
mengkolaborasikan dengan sesama aspek mata pelajaran Prakarya
maupun mata pelajaran lainnya; (3) kurikulum korelatif (corralated
curriculum)
yaitu
kurikulum
yang
memberikan
kesempatan
melaksanakan pembelajaran berbasis project based learning dengan
sesama
aspek
Prakarya
atau
mata
pelajaran
lainnya
untuk
menghasilkan satu karya yang dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari; (4) kurikulum mandiri (single subject curriculum) yaitu
kurikulum yang dilaksanakan secara mandiri dapat menghasilkan
karya yang berguna bagi mata pelajaran yang lain baik secara transfer
of training, transfer of knowledge maupun transfer of value.
Pembelajaran Prakarya Pengolahan berorientasi pada pengembangan
kemampuan mengolah bahan pangan secara higienis dan non pangan
menjadi produk jadi dan produk setengah jadi dalam bentuk
sajian/kemasan yang menarik berbasis kewirausahaan. Pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi pengolahan melalui metoda kolaborasi,
sinergi dan sintesa untuk mengkaji, memecahkan, mengevaluasi dan
merefleksikan dalam kegiatan pengolahan bahan, teknik dan alat.
Sistem pengetahuan prakarya-pengolahan diperoleh melalui learning by
doing (pembelajaran teori praktis). Pelaksanaan pembelajaran materi
Prakarya Pengolahan menyesuaikan kondisi dan potensi lingkungan
sosial, budaya, dan alam dengan memperhatikan kelestarian dengan
pendekatan
pengetahuan
hayati
serta
ekosistem.
Pembelajaran
Prakarya Pengolahan diharapkan terwujudnya Profil Pelajar Pancasila
dan dihasilkannya peserta didik yang menguasai teknologi tepat guna
melalui sikap analitis, logis, kreatif, inovatif, konstruktif, dan prediktif
serta tanggap terhadap lingkungan dan perkembangan zaman.
Lingkup materi pembelajaran Prakarya Pengolahan meliputi bahan
nabati (buah, sayur, umbi, serealia), hewani (daging ternak besar, daging
unggas,
ikan,
telur,
susu),
herbal
(tanaman
berkhasiat/obat),
perkebunan (kopi, teh, cokelat, kelapa dan sawit), dan uji organoleptik
yang diselenggarakan sesuai kondisi daerah/lingkungan masing-masing
339
serta memperhatikan potensi lingkungan, kearifan lokal, nusantara
hingga mancanegara. Pembelajaran Prakarya Pengolahan dilakukan
juga secara mandiri, sinergi, dan gradasi. Pembelajaran secara mandiri
artinya pembelajaran yang dilaksanakan sesuai minat dan kemampuan
peserta didik dengan supervisi dari guru atau sekolah melalui
pembelajaran
berbasis
proyek
(Project Based Learning)
ataupun
pembelajaran penemuan (Discovery Learning). Pembelajaran sinergi
adalah model pembelajaran yang membuka kesempatan bagi peserta
didik dan sekolah untuk bekerjasama dengan dunia usaha/dunia kerja
yang ada di lingkungannya meliputi kegiatan kunjungan ataupun
magang. Pembelajaran dilaksanakan secara gradasi yaitu dimulai sejak
pendidikan dasar dengan orientasi pengembangan lifeskill dan homeskill
serta berorientasi pada home industry untuk tingkat pendidikan
menengah.
Kurikulum Prakarya Pengolahan berisi empat elemen kompetensi yaitu
observasi dan eksplorasi, desain/perancangan, produksi, serta refleksi
dan evaluasi seperti berikut:
Elemen
Deskripsi
Observasi dan
Eksplorasi
Elemen
observasi
dan
eksplorasi
adalah
pengamatan dan penggalian (bahan, alat dan
teknik) secara sistematis dan kontekstual untuk
memperoleh peluang menciptakan produk.
Desain/Perencanaan
Elemen
desain
atau
perencanaan
adalah
penyusunan atau pengembangan rencana produk
(penciptaan,
rekonstruksi,
dan
modifikasi)
berdasarkan hasil observasi dan eksplorasi.
Produksi
Elemen Produksi adalah keterampilan pembuatan
atau penciptaan produk setengah jadi dan/atau
produk jadi yang kreatif dan atau inovatif melalui
eksperimen dan penelitian yang menumbuhkan
jiwa kewirausahaan.
Refleksi dan Evaluasi
Elemen refleksi dan evaluasi adalah kemampuan
pengamatan, apresiasi, identifikasi, analisis,
penilaian,
dan
pemberian
saran
perbaikan/pengembangan
produk/kelayakan
produk.
Elemen pada mata pelajaran Prakarya Pengolahan saling berkaitan
dapat digambarkan sebagai berikut:
340
Bagan Pembelajaran Prakarya Pengolahan
D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Prakarya-Pengolahan Setiap Fase
1. Fase A (Umumnya untuk kelas I dan II SD/MI/Program Paket A)
Pada akhir Fase A (Kelas I dan II SD/MI/Program Paket A) peserta
didik mampu membuat produk olahan pangan sehat berdasarkan
karakteristik bahan pangan untuk kebutuhan sehari-hari dan
memberikan tanggapan.
Fase A Berdasarkan Elemen
Elemen
Observasi
Eksplorasi
Capaian Pembelajaran
dan Peserta didik mampu mengamati karakteristik
bahan pangan sehat (warna, rasa, aroma,
tekstur) untuk kebutuhan sehari-hari dan
menjelaskan secara lisan.
Desain/Perencanaan
Peserta didik mampu menyusun rencana
pembuatan produk olahan pangan sehat
untuk
kebutuhan
sehari-hari
dengan
bimbingan.
Produksi
Peserta didik mampu membuat produk olahan
pangan sehat untuk kebutuhan sehari-hari
secara kerja sama di bawah bimbingan.
Refleksi dan Evaluasi
Peserta didik mampu memberikan tanggapan
terhadap hasil pembuatan olahan pangan
sehat kebutuhan sehari-hari.
341
2. Fase B (Umumnya untuk kelas III dan IV SD/MI/Program Paket A)
Pada akhir Fase B (Kelas III dan IV SD/MI/Program Paket A) peserta
didik mampu membuat produk olahan pangan sehat untuk
kebutuhan diri maupun keluarga berdasarkan pengamatan bahan,
alat, dan langkah-langkahnya, serta memberikan tanggapan.
Fase B Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Observasi dan
Eksplorasi
Peserta didik mampu mengamati secara
organoleptik dan menjelaskan bahan, alat, dan
prosedur pembuatan produk olahan pangan
sehat dari lingkungan sekitar.
Desain/Perencanaan
Peserta didik menentukan dan menyusun
rencana pembuatan produk olahan pangan
sehat sesuai potensi lingkungan.
Produksi
Peserta didik membuat produk olahan pangan
sehat untuk kebutuhan diri dan keluarga
secara mandiri dan atau kerja sama, serta
menyajikan secara menarik.
Refleksi dan Evaluasi
Peserta didik mampu
mengapresiasi hasil
pembuatan produk olahan pangan sehat
untuk kebutuhan diri dan keluarga.
3. Fase C (Umumnya Kelas V dan VI SD/MI/Program Paket A)
Pada akhir Fase C (Kelas V dan VI SD/MI/Program Paket A) peserta
didik mampu membuat dan menyajikan produk olahan pangan
sehat sesuai potensi lingkungan berdasarkan modifikasi bahan, alat,
atau teknik. Pada fase ini, peserta didik mampu merefleksikan
kelebihan dan kekurangan produk yang dibuatnya.
Fase C Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Observasi dan
Eksplorasi
Peserta didik mampu mengamati modifikasi
produk olahan pangan sehat yang sesuai
potensi lingkungan dan mendeskripsikan
bahan, alat, teknik dan prosedur pembuatan.
Desain/Perencanaan
Peserta didik menentukan dan menyusun
rencana pembuatan produk olahan pangan
sehat dengan memodifikasi bahan, peralatan,
bentuk, dan tampilan sesuai kearifan lokal.
Produksi
Peserta didik mampu membuat produk olahan
pangan sehat berdasarkan potensi lingkungan
dengan modifikasi bahan, peralatan atau
342
Elemen
Capaian Pembelajaran
teknik secara mandiri dan atau kerja sama,
serta menyajikan secara menarik.
Refleksi dan Evaluasi
Peserta didik mampu merefleksikan hasil
pembuatan modifikasi produk olahan pangan
sehat sesuai potensi lingkungan berdasarkan
manfaat dan karakteristik produk.
4. Fase D (Umumnya Kelas VII, VIII, dan IX SMP/MTs/Program Paket
B)
Pada akhir Fase D (Kelas VII, VIII dan IX SMP) peserta didik mampu
membuat, memodifikasi dan menyajikan produk olahan pangan
higienis dan non pangan sesuai potensi lingkungan dan atau
kearifan lokal untuk mengembangkan jiwa wirausaha. Pada fase ini,
peserta didik mampu memberikan penilaian produk olahan pangan
berdasarkan fungsi/nilai budaya/nilai ekonomis secara tertulis dan
lisan.
Fase D Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Observasi dan
Eksplorasi
Peserta didik mampu mengeksplorasi bahan,
alat, teknik dan prosedur pembuatan produk
olahan pangan higienis hasil modifikasi
kearifan lokal/potensi lingkungan dan produk
non pangan yang bernilai ekonomis dari
berbagai sumber, serta karakteristik penyajian
dan kemasan.
Desain/Perencanaan
Peserta didik mampu menyusun rencana
pembuatan produk olahan pangan higienis
dan non pangan melalui modifikasi bahan,
peralatan dan teknik berdasarkan studi
kelayakan produksi dan potensi lingkungan
serta kearifan lokal.
Produksi
Peserta didik mampu membuat produk olahan
pangan higienis dan non pangan secara
bertanggung jawab berdasarkan potensi
lingkungan dan atau kearifan lokal dengan
modifikasi bahan, peralatan atau teknik, serta
ditampilkan dalam bentuk penyajian dan
pengemasan yang menarik.
Refleksi dan Evaluasi
Peserta didik mampu memberi penilaian hasil
pembuatan modifikasi produk olahan pangan
higienis dan non pangan yang bernilai
ekonomis berdasarkan potensi lingkungan dan
atau kearifan lokal.
343
5. Fase E (Umumnya untuk kelas X SMA/MA/Program Paket C)
Pada akhir Fase E (Kelas X SMA/MA/Program Paket C) peserta didik
mampu mengembangkan produk olahan pangan higienis nusantara
atau non pangan berdasarkan analisis kebutuhan dan kelayakan
pasar
melalui
eksplorasi
bahan,
alat
dan
teknik,
serta
mempresentasikan secara lisan, visual dan grafis. Pada fase ini,
peserta didik mampu mengevaluasi dan memberikan saran produk
olahan
pangan
dan
non
pangan
berdasarkan
dampak
lingkungan/budaya/ teknologi tepat guna.
Fase E Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Observasi dan
Eksplorasi
Peserta didik mampu mengeksplorasi produk
olahan pangan higienis nusantara atau
produk non pangan yang bernilai ekonomis
dari
berbagai
sumber,
menganalisis
karakteristik bahan, alat, teknik dan prosedur
pengolahan, serta penyajian dan kemasan.
Desain/Perencanaan
Peserta didik mampu menyusun rencana
pembuatan produk olahan pangan higienis
atau produk non pangan berdasarkan analisis
usaha, ketersediaan bahan, peralatan, bentuk,
serta tampilan sesuai potensi nusantara dan
hasil eksplorasi.
Produksi
Peserta didik mampu
mengembangkan
produk olahan pangan nusantara higienis
atau produk non pangan berbasis usaha, serta
menampilkan dalam bentuk penyajian dan
pengemasan secara kreatif-inovatif dan
dipromosikan melalui media visual maupun
virtual.
Refleksi dan Evaluasi
Peserta didik mampu memberi penilaian dan
saran pengembangan produk olahan pangan
nusantara higienis atau produk non pangan
berdasarkan kajian mutu, teknologi pangan
dan
ekonomi,
serta
dampak
lingkungan/budaya.
6. Fase F (Umumnya untuk kelas XI dan XII SMA/MA/Program Paket
C).
Pada akhir Fase F (Kelas XI dan XII SMA/MA/Program Paket C)
peserta didik mampu mengembangkan dan/atau menciptakan
produk olahan pangan higienis nusantara dan/atau mancanegara
atau produk non pangan berdasarkan proposal rancangan usaha
melalui analisis kebutuhan, kelayakan pasar, dan kajian ilmiah,
344
serta mempresentasikan produk secara lisan dan tertulis pada
media sosial virtual maupun visual. Pada fase ini, peserta didik
mengevaluasi dan memberikan kritik serta solusi pengembangan
produk olahan pangan dan non pangan sesuai dengan nilai
kewirausahaan/dampak lingkungan/teknologi tepat guna.
Fase F Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Observasi dan
Eksplorasi
Peserta didik mampu mengeksplorasi produk
olahan pangan higienis nusantara dan atau
mancanegara atau produk non pangan yang
bernilai ekonomis dari berbagai sumber,
berdasarkan analisis ekonomi, teknologi,
penyajian, dan pemasaran.
Desain/Perencanaan
Peserta didik mampu menyusun rencana
dalam bentuk proposal pembuatan produk
olahan pangan higienis atau produk non
pangan berdasarkan kajian ilmiah, teknologi,
dan analisis usaha sesuai potensi nusantara
dan atau mancanegara dan hasil eksplorasi.
Produksi
Peserta didik mampu mengembangkan produk
olahan pangan higienis nusantara dan atau
mancanegara atau produk non pangan
berbasis usaha berdasarkan proposal dan
ditampilkan dalam bentuk penyajian dan
pengemasan
yang
kreatif-inovatif
serta
bertanggung jawab mempromosikan secara
visual dan virtual.
Refleksi dan Evaluasi
Peserta didik mampu memberikan penilaian,
argumentasi
dan
rekomendasi
produk
pengolahan pangan higienis atau produk non
pangan berdasarkan kajian mutu, teknologi
pangan
dan
ekonomi,
serta
dampak
lingkungan/budaya.
345
XVIII.8. CAPAIAN PEMBELAJARAN PRAKARYA-REKAYASA
A. Rasional Mata Pelajaran Prakarya-Rekayasa
Kehidupan
manusia
mengembangkan
dalam
bermasyarakat,
kemampuan
olah
pikir
sejak
dan
dahulu
telah
rasa
untuk
olah
membantu menjalani kehidupan, memecahkan masalah, maupun
menghasilkan produk yang dapat membantu meningkatkan kualitas
hidup. Karya manusia sebagai produk budaya, terlihat dalam tiga
ranah: fisik (material), sistem (langkah-langkah, metoda dan strategi
memproduksi) dan ide (gagasan dan latar belakang memproduksi).
Menyikapi perkembangan dan perubahan teknologi, budaya dan gaya
hidup yang terjadi dengan cepat di dunia saat ini, maka dunia
pendidikan
di
Indonesia
mengantisipasi
melalui
penguatan
keterampilan dan jiwa kewirausahaan peserta didik. Salah satu mata
pelajaran yang mengembangkan keterampilan dan jiwa kewirausahaan
adalah Prakarya, yang terdiri dari empat sub bidang keterampilan
yaitu
kerajinan,
Rekayasa
rekayasa,
budidaya
mengembangkan
dan
keterampilan
pengolahan.
peserta
didik
Prakarya
melalui
kepekaan terhadap lingkungan, ide dan kreativitas untuk bertahan
hidup mandiri dan ekonomis.
Seiring berkembangnya zaman, mental generasi muda perlu dibangun
agar mampu mengatasi berbagai persoalan hidup termasuk masalah
lapangan pekerjaan. Indonesia memiliki potensi besar bagi pasar dunia
industri, maka generasi muda perlu memiliki jiwa yang tangguh untuk
berwirausaha, memahami strategi wirausaha dan keberanian untuk
terjun ke dalam dunia usaha. Kemampuan keterampilan kreatif
Prakarya-Rekayasa
berpeluang
mewujudkan
jiwa
kewirausahaan
dimulai sejak pendidikan dasar hingga pendidikan menengah melatih
kemampuan
kepemimpinan
(leadership),
berinisiatif
tinggi
dan
merespon kebutuhan sekitar, kerja sama (team work), serta berani
mengambil resiko (risk-taking).
Mata pelajaran Prakarya Rekayasa mengacu pada konsep hasta karya
Ki Hajar Dewantara yaitu mengembangkan cipta, rasa, dan karsa
dengan menciptakan produk rekayasa yang berdampak pada diri serta
lingkungan menuju keseimbangan antara alam (nature) dan budaya
(culture).
Prakarya
Rekayasa
mengembangkan
kemampuan
dan
keterampilan peserta didik dengan mengintegrasikan, mengkorelasikan
346
dan mengkolaborasikan berbagai pengetahuan dan disiplin ilmu
berbasis
STEAM
Teknik/Engineering,
menciptakan
(Sains/Science,
Seni/Art dan
inovasi
produk
Teknologi/technology,
Matematika/Mathematic) untuk
yang
efektif
dan
efisien
melalui
pembelajaran kolaborasi dengan dunia kerja dan dunia pendidikan
lanjut. Mata pelajaran Prakarya pada jenjang Sekolah Dasar (Fase A-C)
diintegrasikan dengan tema atau mata pelajaran lainnya seperti Seni,
Bahasa, Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial, atau mata pelajaran lain
yang relevan.
Kurikulum
Prakarya
Rekayasa
mengembangkan
kompetensi
merencanakan dan menghasilkan produk teknologi yang berdampak
dan bernilai guna pada individu, sosial dan berbasis ekosistem.
Kompetensi
ini
membutuhkan
penguasaan
ilmu
pengetahuan
(matematika, fisika, kimia, biologi), mekanika teknik, teknologi dan
pendidikan kewirausahaan. Kompetensi pembelajaran kompetensi
terdiri dari kemampuan mengeksplorasi dan mengembangkan bahan,
alat, prosedur dan teknik berkarya, dengan pengalaman pembelajaran
di sekolah, keluarga dan masyarakat. Di samping itu, peserta didik
dilatih kemampuan berpikir kreatif-inovatif, logis, sistematis, dan
global (komprehensif). Pengembangan materi pembelajaran bersifat
kontekstual yaitu menggali potensi kearifan lokal melalui kemampuan
apresiasi,
observasi,
dan
desain/perencanaan.
Proses
eksplorasi
untuk
produksi
rekayasa
membuat
melalui
eksperimentasi, modifikasi, dan membuat produk dengan memberi
kesempatan
merefleksi
dan
mengevaluasi.
Akhirnya,
melalui
penguasaan ilmu dan pengetahuan seni, desain, teknologi, budaya,
ekonomi dengan semangat kewirausahaan diharapkan dapat terwujud
Profil Pelajar Pancasila.
B. Tujuan Mata Pelajaran Prakarya-Rekayasa
Prakarya Rekayasa memiliki tujuan sebagai berikut:
1. merancang
dan
menghasilkan
produk
rekayasa
melalui
penguasaan menggali (exploration) bahan, teknik, alat dan prosedur
dengan mengembangkan rekonstruksi pengetahuan, desain, seni
dan teknologi;
2. mengapresiasi,
masyarakat
mengevaluasi
maupun
teman
sistematis ilmiah; dan
347
dan
merefleksi
sendiri
karya
berdasarkan
teknologi
pendekatan
3. menumbuhkembangkan
jiwa
kewirausahaan
melalui
kepemimpinan, kerja sama dan berani mengambil resiko.
C. Karakteristik Mata Pelajaran Prakarya-Rekayasa
Kurikulum Prakarya Rekayasa menerapkan: (1) kurikulum progresif
(progresive curriculum) yaitu kurikulum yang mengikuti perkembangan
Ilmu, Pengetahuan, Teknologi, dan Seni (IPTEKS), sehingga materi,
metode pembelajaran menyesuaikan dengan perkembangan teknologi
yang
ada;
(2)
kurikulum
terpadu
(integrated
curriculum)
yaitu
mengkolaborasikan dengan sesama aspek mata pelajaran Prakarya
maupun mata pelajaran lainnya; (3) kurikulum korelatif (corralated
curriculum)
yaitu
kurikulum
yang
memberikan
kesempatan
melaksanakan pembelajaran berbasis project based learning dengan
sesama
aspek
Prakarya
atau
mata
pelajaran
lainnya
untuk
menghasilkan satu produk yang dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari; (4) kurikulum mandiri (single subject curriculum) yaitu
kurikulum yang dilaksanakan secara mandiri dapat menghasilkan
karya yang berguna bagi mata pelajaran yang lain baik secara transfer
of training, transfer of knowledge maupun transfer of value.
Pembelajaran Prakarya Rekayasa berorientasi pada pengembangan
kemampuan mengeksplorasi bahan, teknik, alat dan prosedur untuk
membuat produk eksperimentasi, kebutuhan sehari-hari dan produk
komersial
dilandasi
dengan
semangat
kewirausahaan.
Materi
pembelajaran Prakarya Rekayasa dapat menggali potensi daerah/lokal
serta
memperhatikan
Pelaksanaan
mendesain,
karakteristik
pembelajaran
bahan
Prakarya
mengkomunikasikan,
yang
Rekayasa
mengevaluasi,
dikembangkan.
dimulai
dan
dengan
merefleksi
berdasarkan identifikasi kebutuhan sumber daya, teknologi dan
prosedur
berkarya.
Prinsip
dalam
rekayasa
adalah
dengan
memanfaatkan sistem, bahan, serta teknologi untuk ide produk
rekayasa
yang
disesuaikan
dengan
perkembangan
kebutuhan
manusia. Pembelajaran Prakarya Rekayasa diharapkan terwujudnya
Profil
Pelajar
Pancasila
dan
dihasilkannya
peserta
didik
yang
menguasai teknologi tepat guna melalui sikap analitis, logis, kreatif,
inovatif, konstruktif, dan prediktif serta tanggap terhadap lingkungan
dan perkembangan zaman.
348
Lingkup materi Prakarya Rekayasa dikaitkan dengan kemampuan
teknologi dalam merancang, merekonstruksi, dan membuat produk
yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari dengan pendekatan
pemecahan masalah meliputi pembuatan produk teknologi rekayasa
sederhana (mekanis maupun non-mekanis), teknologi rekayasa tepat
guna berbasis masalah (elektronika, sistem pengendali, otomasi), dan
teknologi terapan yang disesuaikan dengan potensi lingkungan serta
kearifan lokal. Prosedur pembuatan produk rekayasa meliputi proses
konstruksi penyambungan kayu, tali, plastik, kertas, dan lainnya
untuk menghasilkan produk yang kuat baik secara mekanik maupun
elektronika harus dilakukan dengan prinsip ketepatan, dan ergonomis
agar aman dan nyaman digunakan. Materi pembelajaran prakarya
rekayasa menyesuaikan kondisi dan potensi lingkungan sosial, budaya
dan alam dengan memperhatikan kelestarian dengan pendekatan
pengetahuan teknologi serta ekosistem menuju modifikasi dan inovasi.
Prakarya Rekayasa dilakukan secara mandiri, sinergi, dan gradasi.
Pembelajaran secara mandiri artinya pembelajaran yang dilaksanakan
sesuai minat dan kemampuan peserta didik dengan supervisi dari guru
atau sekolah melalui pembelajaran berbasis proyek (Project Based
Learning) ataupun
pembelajaran penemuan (Discovery Learning).
Pembelajaran sinergi adalah model pembelajaran yang membuka
kesempatan bagi peserta didik dan sekolah untuk bekerjasama dengan
dunia usaha/dunia kerja yang ada di lingkungannya meliputi kegiatan
kunjungan
ataupun
magang.
Pembelajaran
dilaksanakan
secara
gradasi yaitu dimulai sejak pendidikan dasar dengan orientasi
pengembangan lifeskill dan homeskill serta berorientasi pada home
industry untuk tingkat pendidikan menengah.
Prakarya Rekayasa di Sekolah Dasar (SD) berorientasi menumbuhkan
kepedulian
lingkungan
serta
kebiasaan
masyarakat
untuk
mempersiapkan dan melatih dasar kecakapan hidup (life skill).
Prakarya
Rekayasa
menyelaraskan
antara
di
Sekolah
pengetahuan
Menengah
dasar
Pertama
teknologi
(SMP)
terhadap
pembentukan nilai-nilai kewirausahaan, melatih pengetahuan dan
keterampilan teknis (family life skill). Prakarya Rekayasa jenjang
Sekolah Menengah Atas (SMA) bertujuan melatih jiwa kewirausahaan
sebagai persiapan hidup mandiri (home economy/industry) dan studi
lebih lanjut.
349
Kurikulum Prakarya Rekayasa berisi empat elemen kompetensi yaitu
observasi dan eksplorasi, desain/perancangan, produksi, serta refleksi
dan evaluasi seperti berikut:
Elemen
Observasi dan
Eksplorasi
Desain/Perencanaan
Produksi
Refleksi dan Evaluasi
Deskripsi
Elemen
observasi
dan
eksplorasi
adalah
pengamatan dan penggalian (bahan, alat dan
teknik) secara sistematis dan kontekstual untuk
memperoleh peluang menciptakan produk.
Elemen
desain
atau
perencanaan
adalah
penyusunan atau pengembangan rencana produk
(penciptaan,
rekonstruksi,
dan
modifikasi)
berdasarkan hasil observasi dan eksplorasi.
Elemen Produksi adalah keterampilan pembuatan
atau penciptaan produk setengah jadi dan/atau
produk jadi yang kreatif dan atau inovatif melalui
eksperimentasi
dan
penelitian
yang
menumbuhkan jiwa kewirausahaan.
Elemen refleksi dan evaluasi adalah kemampuan
pengamatan, apresiasi, identifikasi, analisis,
penilaian,
dan
pemberian
saran
perbaikan/pengembangan
produk/kelayakan
produk.
Elemen pada mata pelajaran Prakarya Rekayasa saling berkaitan dapat
digambarkan sebagai berikut:
Bagan Pembelajaran Prakarya Rekayasa
D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Prakarya-Rekayasa setiap Fase
1. Fase A (Umumnya untuk kelas I dan II SD/MI/Program Paket A)
Pada akhir Fase A (Kelas I dan II SD/MI/Program Paket A) peserta
didik mampu membuat produk rekayasa sederhana melalui
pengamatan dan identifikasi bahan, teknik, alat dan produk
ciptaannya serta memberikan tanggapan di bawah bimbingan.
350
Fase A Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Observasi dan
Eksplorasi
Peserta didik mampu mengamati dan
menunjukkan secara lisan karakteristik
(sifat, fungsi, dan bentuk) bahan produk
rekayasa sederhana.
Desain/Perencanaan
Peserta
didik
mampu
membuat
rancangan/dummy rekayasa sederhana.
Produksi
Peserta didik mampu menciptakan produk
rekayasa sederhana di bawah bimbingan.
Refleksi dan Evaluasi
Peserta didik mampu memberi tanggapan
terhadap produk rekayasa sederhana secara
lisan.
2. Fase B (Umumnya untuk kelas III dan IV SD/MI/Program Paket A)
Pada akhir Fase B (Kelas III dan IV SD/MI/Program Paket A)
peserta
didik
mampu
menghasilkan
produk
rekayasa
yang
memanfaatkan energi melalui pengamatan dan identifikasi potensi
lingkungan
sekitar
serta
memberikan
tanggapan
di
bawah
bimbingan.
Fase B Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Observasi dan
Eksplorasi
Peserta
didik
mampu
mengamati,
mengidentifikasi
dan
menjelaskan
karakteristik (sifat, fungsi, dan bentuk)
bahan, alat dan prosedur pembuatan produk
rekayasa yang memanfaatkan energi sesuai
potensi lingkungan, serta mengeksplorasi dari
berbagai sumber.
Desain/Perencanaan
Peserta
didik
mampu
membuat
rancangan/dummy
rekayasa
sederhana
dengan memperhatikan potensi lingkungan.
Produksi
Peserta didik mampu menciptakan produk
rekayasa
sederhana
dengan
teknik
modifikasi, merubah fungsi produk yang
sudah
ada
secara
mandiri
mapupun
kerjasama kelompok serta mempresentasikan
secara lisan.
Refleksi dan Evaluasi
Peserta didik mampu mengapresiasi produk
rekayasa sederhana di lapangan atau dari
sumber yang lain dan merefleksikan terhadap
karya produk ciptaannya secara lisan
maupun tertulis.
3. Fase C (Umumnya untuk kelas V dan VI SD/MI/Program Paket A)
Pada akhir Fase C (Kelas V dan VI SD/MI/Program Paket A) peserta
didik mampu menghasilkan produk rekayasa yang memanfaatkan
351
energi melalui identifikasi bahan, alat, teknik dan prosedur produk
rekayasa energi yang ada. Pada fase ini peserta didik mampu
merefleksikan kelebihan atau kekurangan produk ciptaan.
Fase C Berdasarkan Elemen
Elemen
Observasi dan
Eksplorasi
Desain/Perencanaan
Produksi
Refleksi dan Evaluasi
Capaian Pembelajaran
Peserta didik mampu mengamati dan
mengidentifikasi, mengeksplorasi bahan, alat,
teknik dan prosedur pembuatan produk
rekayasa yang memanfaatkan energi sesuai
potensi lingkungan.
Peserta
didik
mampu
membuat
rancangan/dummy rekayasa energi dengan
memperhatikan
potensi
dan
dampak
lingkungan.
Peserta didik mampu menciptakan produk
rekayasa energi melalui modifikasi mengubah
bentuk dan/atau fungsi hasil rancangan di
atas dan mempresentasikan secara lisan
maupun tertulis.
Peserta didik mampu merefleksikan produk
rekayasa energi di lapangan atau dari sumber
yang lain terhadap karya ciptaannya
berdasarkan fungsi dan nilai guna yang
dihasilkan secara lisan dan tertulis.
4. Fase D (Umumnya untuk kelas VII, VIII dan IX SMP/MTs/Program
Paket B)
Pada akhir Fase D (Kelas VII, VIII, dan IX SMP/MTs/Program Paket
B) peserta didik mampu menghasilkan rekayasa teknologi tepat
guna melalui identifikasi dan rekonstruksi desain produk dan
menjelaskan keterkaitan teori, perakitan dan teknik dalam proses
produksi. Pada fase ini peserta didik mampu memberikan penilaian
produk berdasarkan fungsi dan manfaat secara tertulis dan lisan.
Fase D Berdasarkan Elemen
Elemen
Observasi dan
Eksplorasi
Desain/Perencanaan
Produksi
Capaian Pembelajaran
Peserta
didik
mampu
mengamati
perkembangan teknologi tepat guna dan
mengeskplorasi karakteristik bahan, alat,
teknik,
prosedur
pembuatan
sebagai
alternatif menciptakan produk rekayasa yang
kreatif dan inovatif.
Peserta
didik
mampu
membuat
rancangan/dummy rekayasa teknologi tepat
guna dengan memperhatikan potensi dan
dampak lingkungan yang siap dikembangkan
menjadi model.
Peserta didik mampu menciptakan produk
rekayasa teknologi tepat guna sesuai dengan
kebutuhan lingkungan melalui modifikasi
352
Elemen
Capaian Pembelajaran
Refleksi dan Evaluasi
bentuk, alat, teknik dan prosedur pembuatan
yang berdampak pada lingkungan maupun
kehidupan
sehari-hari
serta
mempresentasikan dalam bentuk lisan,
tertulis, visual maupun virtual.
Peserta didik mampu memberi penilaian
produk rekayasa teknologi tepat guna teman
sendiri maupun dari sumber yang lain dan
merefleksikan terhadap karya ciptaannya
berdasarkan fungsi dan nilai guna yang
dihasilkan secara lisan dan tertulis, visual
maupun virtual.
5. Fase E (Umumnya untuk kelas X SMA/MA/Program Paket C)
Pada akhir Fase E (Kelas X SMA/MA/Program Paket C) peserta
didik
mampu
menghasilkan
prototype/dummy/model
produk
rekayasa teknologi terapan melalui analisis kebutuhan dan nilai
guna secara mandiri dan atau kelompok serta dipresentasikan
secara lisan dan tertulis. Pada fase ini peserta didik mampu
mengevaluasi dan memberikan saran perbaikan berdasarkan
analisis dampak lingkungan/teknologi terapan.
Fase E Berdasarkan Elemen
Elemen
Observasi dan
Eksplorasi
Desain/Perencanaan
Produksi
Refleksi dan Evaluasi
Capaian Pembelajaran
Peserta
didik
mampu
mengeksplorasi
karakteristik bahan, alat, teknik, prosedur
pembuatan produk, prototype/dummy/model
rekayasa teknologi terapan berdasarkan
analisis kebutuhan dan kelayakan fungsi.
Peserta
didik
mampu
membuat
rancangan/dummy
rekayasa
teknologi
terapan dari hasil mengeksplorasi bahan,
teknik,
alat
dan
prosedur
serta
memperhatikan
potensi
dan
dampak
lingkungan yang siap dikembangkan menjadi
model/prototype.
Peserta didik mampu menciptakan produk
rekayasa teknologi terapan sesuai dengan
kebutuhan
lingkungan
melalui
eksperimentasi dan atau modifikasi bentuk,
alat, teknik dan prosedur pembuatan yang
berdampak
pada
lingkungan
maupun
kehidupan
sehari-hari
serta
mempresentasikan dalam bentuk lisan,
tertulis, visual maupun virtual.
Peserta didik mampu memberi penilaian dan
saran produk rekayasa teknologi terapan
karya teman sendiri maupun dari sumber
yang lain serta merefleksikan terhadap karya
ciptaannya
berdasarkan
kajian
ilmiah
terhadap fungsi dan nilai guna secara lisan
dan tertulis, visual maupun virtual.
353
6. Fase F (Umumnya untuk kelas XI dan XII SMA/MA/Program Paket
C)
Pada akhir Fase F (Kelas XI dan XII SMA/MA/Program Paket C)
peserta didik mampu membuat produk rekayasa teknologi terapan
berdasarkan proposal rancangan produk yang dihasilkan melalui
kajian ilmiah, analisis kebutuhan dan kelayakan fungsi serta
mempresentasikan produk secara lisan dan tertulis pada media
visual dan virtual. Pada fase ini peserta didik mampu mengevaluasi
dan memberikan saran perbaikan berdasarkan analisis dampak
lingkungan/teknologi terapan.
Fase F Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Observasi dan
Eksplorasi
Peserta
didik
mampu
mengeksplorasi
karakteristik
produk,
prototype/dummy/model untuk menyusun
rancangan produk rekayasa teknologi terapan
berdasarkan
penelitian
dan
analisis
kebutuhan, kelayakan, kajian ilmiah, serta
dampak lingkungan.
Desain/Perencanaan
Peserta
didik
mampu
membuat
rancangan/dummy/prototype gambar teknik
rekayasa teknologi terapan dari hasil
mengeksplorasi bahan, teknik, alat dan
prosedur serta memperhatikan potensi dan
dampak lingkungan.
Produksi
Peserta didik mampu menciptakan produk
rekayasa teknologi terapan sesuai dengan
rancangan/desain/proposal
berdasarkan
analisis ilmiah, ekonomi, teknologi serta
melalui eksperimentasi dan atau modifikasi
bentuk, alat, teknik dan prosedur pembuatan
yang berdampak pada lingkungan maupun
kehidupan
sehari-hari
serta
mempresentasikan dalam bentuk lisan,
tertulis, visual maupun virtual.
Refleksi dan Evaluasi
Peserta didik mampu memberi penilaian,
argumentasi
dan
rekomendasi
produk
rekayasa teknologi terapan karya teman
sendiri maupun dari sumber yang lain serta
merefleksikan terhadap karya ciptaannya
berdasarkan kajian ilmiah, analisis ekonomi,
teknologi dan dampak lingkungan terhadap
ciptaannya secara lisan dan tertulis, visual
maupun virtual.
354
XIX. CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, DAN
KESEHATAN (PJOK)
A.
Rasional Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan
(PJOK)
Pendidikan jasmani, yang di Indonesia dikenal sebagai Pendidikan
Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan, menurut William H Freeman (2007:
27-28) adalah pendidikan yang menggunakan aktivitas jasmani untuk
meningkatkan individu peserta didik secara menyeluruh berupa aspek
jasmani, mental, dan emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan
setiap peserta didik sebagai satu kesatuan utuh antara jiwa dan raga.
Pernyataan tersebut menjadikan pendidikan jasmani sebagai bidang
kajian yang sangat luas dan menarik dengan titik berat pada
peningkatan pergerakan manusia (human movement).
Pembelajaran pendidikan jasmani dilaksanakan dengan menggunakan
berbagai pendekatan, model, strategi, metode, gaya, dan teknik sesuai
dengan karakteristik tugas gerak, peserta didik, dan lingkungan
belajar. Pembelajaran diarahkan untuk meningkatkan pertumbuhan
dan perkembangan seluruh ranah (psikomotor, kognitif, dan afektif)
setiap peserta didik dengan menekankan pada kualitas kebugaran
jasmani dan perbendaharaan gerak. Pendidikan jasmani, olahraga, dan
kesehatan dilaksanakan di sekolah secara terencana, bertahap, dan
berkelanjutan agar dapat mengembangkan sikap positif peserta didik
yang dapat menghargai manfaat aktivitas jasmani untuk meningkatkan
kualitas hidup secara menyeluruh.
Berbagai penjelasan ini menyiratkan bahwa pendidikan jasmani,
olahraga, dan kesehatan bukan semata-mata berurusan dengan
pembentukan raga, tetapi melibatkan seluruh aspek perkembangan
manusia sesuai dengan cita-cita terbentuknya Profil Pelajar Pancasila
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, kreatif,
gotong royong, berkebinekaan global, bernalar kritis, dan mandiri.
B.
Tujuan Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan
(PJOK)
Tujuan mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan
untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah membentuk
individu yang terliterasi secara jasmani, dengan uraian sebagai berikut:
1. Mengembangkan kesadaran arti penting aktivitas jasmani untuk
mencapai pertumbuhan dan perkembangan individu, serta gaya
hidup aktif sepanjang hayat.
355
2. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan pengelolaan diri
dalam upaya meningkatkan dan memelihara kebugaran jasmani,
kesejahteraan diri, serta pola perilaku hidup sehat.
3. Mengembangkan pola gerak dasar (fundamental movement pattern)
dan keterampilan gerak (motor skills) yang dilandasi dengan
penerapan konsep, prinsip, strategi, dan taktik secara umum.
4. Meletakkan
landasan
karakter
moral
yang
kuat
melalui
internalisasi nilai-nilai kepercayaan diri, sportif, jujur, disiplin,
kerja sama, pengendalian diri, kepemimpinan, dan demokratis
dalam
melakukan
tanggung
jawab
aktivitas
personal
jasmani
dan
sebagai
sosial
cerminan
(personal
and
rasa
social
responsibility).
5. Menciptakan suasana rekreatif yang berisi keriangan, interaksi
sosial, tantangan, dan ekspresi diri.
6. Mengembangkan Profil Pelajar Pancasila yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, kreatif, gotong royong,
berkebinekaan global, bernalar kritis, dan mandiri melalui aktivitas
jasmani.
C.
Karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan
Kesehatan (PJOK)
Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan sebagai sebuah bidang
kajian memiliki karakteristik:
1. Diorientasikan pada pembentukan peserta didik yang terliterasi
secara jasmani dan mampu menerapkannya dalam kehidupan
nyata sepanjang hayat.
2. Melibatkan peserta didik dalam pengalaman langsung, riil, dan
otentik
untuk
meningkatkan
kreativitas,
penalaran
kritis,
kolaborasi, dan keterampilan berkomunikasi, serta berfikir ke
tingkat yang lebih tinggi melalui aktivitas jasmani.
3. Mempertimbangkan
karakteristik
peserta
didik,
tugas
gerak
(movement task), dan dukungan lingkungan yang berprinsip
developmentally appropriate practices (DAP).
4. Penyelenggaraan di sekolah didasari nilai-nilai luhur bangsa untuk
membentuk Profil Pelajar Pancasila.
5. Memuat elemen-elemen keterampilan gerak, pengetahuan gerak,
pemanfaatan gerak, serta pengembangan karakter dan internalisasi
nilai-nilai gerak. Adapun elemen-elemen tersebut dideskripsikan
sebagaimana dalam tabel berikut.
356
Elemen-elemen Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran PJOK serta
Deskripsinya
No
D.
Elemen
Deskripsi
1. Keterampilan Gerak
Elemen ini berupa kekhasan pembelajaran PJOK
yang merupakan proses pendidikan tentang dan
melalui aktivitas jasmani, terdiri dari sub elemen:
a) Aktivitas Pengembangan Pola Gerak Dasar
(Fundamental Movement Pattern), dan
b) Aktivitas Pengembangan Keterampilan Gerak
(Motor Skills) berupa Aktivitas Pilihan
Permainan dan Olahraga, Aktivitas Senam,
Aktivitas Gerak Berirama, serta Aktivitas
Permainan dan Olahraga Air (kondisional)
2. Pengetahuan Gerak
Elemen ini berupa pemahaman, penerapan,
analisis, evaluasi, serta kreasi konsep, prinsip,
prosedur, taktik dan strategi gerak sebagai
landasan dalam melakukan keterampilan, kinerja,
serta budaya hidup aktif pada setiap sub elemen:
a) Aktivitas Pengembangan Pola Gerak Dasar
(Fundamental Movement Pattern), dan
b) Aktivitas Pengembangan Keterampilan Gerak
(Motor Skills) berupa Aktivitas Pilihan
Permainan dan Olahraga, Aktivitas Senam,
Aktivitas Gerak Berirama, serta Aktivitas
Permainan dan Olahraga Air (kondisional)
3. Pemanfaatan Gerak
Elemen ini berupa pengetahuan dan keterampilan
gerak serta pemanfaatannya dalam kehidupan
sehari-hari, terdiri dari sub elemen:
a) Aktivitas Pemeliharaan dan Peningkatan
Kebugaran Jasmani Terkait Kesehatan dan
Keterampilan, dan
b) Pola Perilaku Hidup Sehat
4. Pengembangan
Karakter dan
Internalisasi Nilainilai Gerak
Elemen ini berupa pengembangan karakter dan
internalisasi nilai-nilai gerak secara gradual yang
dirancang melalui berbagai aktivitas jasmani,
terdiri dari sub elemen:
a) Tanggung Jawab Personal dan Sosial, serta
b) Nilai-nilai Keriangan, Tantangan, Ekspresi
Diri, dan Interaksi Sosial
Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga,
dan Kesehatan (PJOK) Setiap Fase
1. Fase A (Umumnya Kelas I dan II SD/MI/Program Paket A)
Pada akhir fase A, peserta didik dapat menunjukkan berbagai
aktivitas pola gerak dasar dan keterampilan gerak sebagai hasil
peniruan dari berbagai sumber, memahami konsep dan prinsip
gerak yang benar, memahami dan mempraktikkan aktivitas jasmani
untuk pengembangan kebugaran dan pola perilaku hidup sehat,
menunjukkan perilaku awal tanggung jawab personal dan sosial,
serta menerima nilai-nilai aktivitas jasmani.
357
Elemen
Capaian Pembelajaran
Elemen Keterampilan
Gerak
Pada akhir fase A peserta didik menunjukkan
kemampuan dalam menirukan aktivitas pola
gerak dasar, aktivitas senam, aktivitas gerak
berirama, dan aktivitas permainan dan
olahraga air (kondisional).
Elemen Pengetahuan
Gerak
Pada akhir fase A peserta didik memahami
prosedur dalam melakukan pola gerak dasar,
aktivitas senam, aktivitas gerak berirama, dan
aktivitas permainan dan olahraga air
(kondisional).
Elemen Pemanfaatan
Gerak
Pada akhir fase A peserta didik memahami
prosedur dan mampu mempraktikkan latihan
pengembangan kebugaran jasmani terkait
kesehatan. Peserta didik juga memahami
prosedur dan mampu mempraktikkan pola
perilaku hidup sehat berupa mengenali nama
dan fungsi anggota tubuh, serta menjaga
kebersihan diri dan lingkungan.
Elemen
Pengembangan
Karakter dan
Internalisasi Nilainilai Gerak
Pada akhir fase A peserta didik menunjukkan
perilaku bertanggung jawab dalam menyimak
arahan dan umpan balik yang diberikan guru,
mulai dapat menghormati orang lain, serta
menerima ragam keriangan yang didapat
melalui aktivitas jasmani.
2. Fase B (Umumnya Kelas III dan IV SD/MI/Program Paket A)
Pada akhir fase B, peserta didik dapat menunjukkan kemampuan
dalam memvariasikan dan mengombinasikan berbagai aktivitas pola
gerak dasar dan keterampilan gerak secara mandiri (tanpa meniru
contoh) dilandasi dengan penerapan prosedur gerak yang benar,
menerapkan
prosedur
aktivitas
jasmani
untuk
pengembangan
kebugaran dan pola perilaku hidup sehat, menunjukkan perilaku
tanggung jawab personal dan sosial dalam jangka waktu tertentu
secara konsisten, serta mendukung nilai-nilai aktivitas jasmani.
Elemen
Capaian Pembelajaran
Elemen Keterampilan
Gerak
Pada akhir fase B peserta didik menunjukkan
kemampuan dalam mempraktikkan variasi dan
kombinasi aktivitas pola gerak dasar dan
keterampilan gerak secara mandiri (tanpa meniru
contoh) berupa permainan dan olahraga, aktivitas
senam, aktivitas gerak berirama, dan aktivitas
permainan dan olahraga air (kondisional).
Elemen Pengetahuan
Gerak
Pada akhir fase B peserta didik menerapkan
prosedur variasi dan kombinasi pola gerak dasar
dan keterampilan gerak berupa permainan dan
olahraga, aktivitas senam, aktivitas gerak
berirama, dan aktivitas permainan dan olahraga
air (kondisional).
Elemen Pemanfaatan
Gerak
Pada akhir fase B peserta didik dapat
menerapkan prosedur dan mempraktikkan
latihan pengembangan kebugaran jasmani sesuai
ukuran dan intensitas aktivitas jasmani (ringan
hingga sedang), menunjukkan kemampuan
dalam menerapkan pola perilaku hidup sehat
berupa perlunya aktivitas jasmani, istirahat,
358
Elemen
Capaian Pembelajaran
pengisian waktu luang, serta memilih makanan
bergizi dan seimbang. Peserta didik juga dapat
menunjukkan kemampuan dalam menerapkan
prosedur pemeliharaan kebersihan dan
kesehatan alat reproduksi, serta kesehatan diri
dan orang lain dari penyakit menular dan tidak
menular.
Elemen
Pengembangan
Karakter dan
Internalisasi Nilai-nilai
Gerak
Pada akhir fase B peserta didik dapat
menunjukkan perilaku bertanggung jawab untuk
belajar mengarahkan diri dalam proses
pembelajaran, menerima dan
mengimplementasikan arahan dan umpan balik
yang diberikan guru, serta mendukung adanya
keriangan di dalam aktivitas jasmani.
3. Fase C (Umumnya Kelas V dan VI SD/MI/Program Paket A)
Pada akhir fase C, peserta didik dapat menunjukkan kemampuan
dalam mempraktikkan modifikasi berbagai aktivitas pola gerak dasar
dan keterampilan gerak, dilandasi dengan penerapan konsep dan
prinsip gerak yang benar, menerapkan konsep dan prinsip aktivitas
untuk pengembangan kebugaran jasmani, serta pola perilaku hidup
sehat, menunjukkan perilaku tanggung jawab personal dan sosial
dalam jangka waktu yang lebih lama secara konsisten, serta meyakini
nilai-nilai aktivitas jasmani.
Elemen
Capaian Pembelajaran
Elemen Keterampilan
Gerak
Pada akhir fase C peserta didik dapat
menunjukkan kemampuan dalam
mempraktikkan modifikasi berbagai aktivitas
pola gerak dasar dan keterampilan gerak berupa
permainan dan olahraga, aktivitas senam,
aktivitas gerak berirama, dan aktivitas permainan
dan olahraga air (kondisional).
Elemen Pengetahuan
Gerak
Pada akhir fase C peserta didik dapat
menerapkan konsep dan prinsip modifikasi
berbagai aktivitas pola gerak dasar dan
keterampilan gerak berupa permainan dan
olahraga, aktivitas senam, aktivitas gerak
berirama, dan aktivitas permainan dan olahraga
air (kondisional).
Elemen Pemanfaatan
Gerak
Pada akhir fase C peserta didik dapat
menerapkan konsep dan prinsip serta
mempraktikkan aktivitas untuk pengembangan
kebugaran jasmani terkait kesehatan (physical
fittness related health), dan prosedur
pengukurannya untuk mengetahui status
kebugaran pribadi. Pada fase ini, peserta didik
juga memiliki pengetahuan pengembangan pola
perilaku hidup sehat berupa bahaya merokok,
meminum minuman keras, dan
menyalahgunakan narkotika, zat-zat aditif
(NAPZA) dan obat berbahaya lainnya, serta
memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk
menghindari cidera dan berbagai risiko dalam
aktivitas jasmani dan olahraga.
359
Elemen
Elemen Pengembangan
Karakter dan
Internalisasi Nilai-nilai
Gerak
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase C peserta didik terlibat secara
aktif dalam proses pembelajaran yang didasari
kesadaran personal dan tanggung jawab sosial
berupa penggunaan alat dan fasilitas
pembelajaran, serta menghargai orang lain.
Selain itu peserta didik juga meyakini adanya
interaksi sosial melalui aktivitas jasmani.
4. Fase D (Umumnya Kelas VII, VIII, dan IX SMP/MTs/Program Paket B)
Pada akhir fase D, peserta didik dapat menunjukkan kemampuan
dalam mempraktikkan keterampilan gerak spesifik sebagai hasil
analisis pengetahuan yang benar, melakukan latihan aktivitas jasmani
dan kebugaran untuk kesehatan sesuai dengan prinsip latihan,
menunjukkan perilaku tanggung jawab personal dan sosial serta
memonitornya secara mandiri, selain itu juga dapat mempertahankan
nilai-nilai aktivitas jasmani.
Elemen
Capaian Pembelajaran
Elemen Keterampilan
Gerak
Pada akhir fase D peserta didik dapat
menunjukkan kemampuan dalam
mempraktikkan hasil analisis keterampilan gerak
spesifik berupa permainan dan olahraga,
aktivitas senam, aktivitas gerak berirama, dan
aktivitas permainan dan olahraga air
(kondisional).
Elemen Pengetahuan
Gerak
Pada akhir fase D peserta didik dapat
menganalisis fakta, konsep, dan prosedur dalam
melakukan berbagai keterampilan gerak spesifik
berupa permainan dan olahraga, aktivitas
senam, aktivitas gerak berirama, dan aktivitas
permainan dan olahraga air (kondisional).
Elemen Pemanfaatan
Gerak
Pada akhir fase D peserta didik dapat
menganalisis fakta, konsep, dan prosedur serta
mempraktikkan latihan pengembangan
kebugaran jasmani terkait kesehatan (physicsl
fittness related health) dan kebugaran jasmani
terkait keterampilan (physicsl fittness related
skills), berdasarkan prinsip latihan (Frequency,
Intensity, Time, Type/FITT) untuk mendapatkan
kebugaran dengan status baik. Peserta didik juga
dapat menunjukkan kemampuan dalam
mengembangkan pola perilaku hidup sehat
berupa melakukan pencegahan bahaya
pergaulan bebas dan memahami peran aktivitas
jasmani terhadap pencegahan penyakit tidak
menular disebabkan kurangnya aktivitas
jasmani.
Elemen Pengembangan
Karakter dan
Internalisasi Nilai-nilai
Gerak
Pada akhir fase D peserta didik proaktif
melakukan dan mengajak untuk memelihara dan
memonitor peningkatan derajat kebugaran
jasmani dan kemampuan aktivitas jasmani
lainnya, serta menunjukkan keterampilan
bekerja sama dengan merujuk peraturan dan
pedoman untuk menyelesaikan perbedaan dan
konflik antar individu. Peserta didik juga dapat
360
Elemen
Capaian Pembelajaran
mempertahankan adanya interaksi sosial yang
baik dalam aktivitas jasmani.
5. Fase E (Umumnya Kelas X SMA/MA/SMK/MAK/Program Paket C)
Pada akhir fase E, peserta didik dapat menunjukkan kemampuan
berbagai penerapan keterampilan gerak pada permainan, aktivitas
jasmani lainnya, dan kehidupan nyata sehari-hari sebagai hasil
evaluasi pengetahuan yang benar, mengevaluasi dan mempraktikkan
latihan pengembangan kebugaran jasmani terkait kesehatan (physicsl
fittness related health) dan kebugaran jasmani terkait keterampilan
(physical fittness related skills), pola perilaku hidup sehat, serta
menunjukkan
perilaku
dalam
menumbuhkembangkan
nilai-nilai
aktivitas jasmani.
Elemen
Capaian Pembelajaran
Elemen Keterampilan
Gerak
Pada akhir fase E peserta didik dapat
menunjukkan kemampuan dalam
mempraktikkan hasil evaluasi penerapan
keterampilan gerak berupa permainan dan
olahraga, aktivitas senam, aktivitas gerak
berirama, dan aktivitas permainan dan olahraga
air (kondisional) secara matang pada permainan,
aktivitas jasmani lainnya, dan kehidupan nyata
sehari-hari.
Elemen Pengetahuan
Gerak
Pada akhir fase E peserta didik dapat
mengevaluasi fakta, konsep, prinsip, dan
prosedur dalam melakukan evaluasi penerapan
keterampilan gerak berupa permainan dan
olahraga, aktivitas senam, aktivitas gerak
berirama, dan aktivitas permainan dan olahraga
air (kondisional) pada permainan, aktivitas
jasmani lainnya, dan kehidupan nyata seharihari.
Elemen Pemanfaatan
Gerak
Pada akhir fase E peserta didik dapat
mengevaluasi fakta,konsep, prinsip, dan
prosedur dan mempraktikkan latihan
pengembangan kebugaran jasmani terkait
kesehatan (physicsl fittness related health) dan
kebugaran jasmani terkait keterampilan (physical
fittness related skills), berdasarkan prinsip
latihan (Frequency, Intensity, Time, Type/FITT)
untuk mendapatkan kebugaran dengan status
baik. Peserta didik juga dapat menunjukkan
kemampuan dalam mengembangkan pola
perilaku hidup sehat berupa penerapan konsep
dan prinsip pergaulan sehat antar remaja dan
orang lain di sekitarnya.
Elemen Pengembangan
Karakter dan
Internalisasi Nilai-nilai
Gerak
Pada akhir fase E peserta didik mengembangkan
tanggung jawab sosialnya dalam kelompok kecil
untuk melakukan perubahan positif,
menunjukkan etika yang baik, saling
menghormati, dan mengambil bagian dalam kerja
kelompok pada aktivitas jasmani atau kegiatan
sosial lainnya. Peserta didik juga dapat
menumbuhkembangkan cara menghadapi
tantangan dalam aktivitas jasmani.
361
6. Fase F (Umumnya Kelas XI dan XII SMA/MA/SMK/MAK/Program
Paket C )
Pada akhir fase F, peserta didik dapat menunjukkan kemampuan
merancang
dengan
mengikuti
beragam
pola
yang
ada
dan
mempraktikkan berbagai aktivitas penerapan keterampilan gerak
(motor skills) dilandasi dengan pengetahuan yang benar, merancang
dengan mengikuti beragam pola yang ada dan mempraktikkan program
latihan pengembangan kebugaran jasmani terkait kesehatan (physicsl
fittness related health) dan kebugaran jasmani terkait keterampilan
(physicsl fittness related skills) dan pengukurannya, pola perilaku hidup
sehat, serta menunjukkan perilaku mengambil peran sebagai pemimpin
kelompok kecil dengan menjunjung tinggi moral dan etika dalam
menerapkan nilai-nilai aktivitas jasmani.
Elemen
Capaian Pembelajaran
Elemen Keterampilan
Gerak
Pada akhir fase F peserta didik dapat
menunjukkan kemampuan dalam
mempraktikkan hasil rancangan sesuai ragam
pola yang ada berupa penerapan keterampilan
gerak (motor skills) permainan dan olahraga,
aktivitas senam, aktivitas gerak berirama, dan
aktivitas permainan dan olahraga air
(kondisional) dengan berbagai bentuk taktik dan
strategi.
Elemen Pengetahuan
Gerak
Pada akhir fase F peserta didik dapat merancang
prosedur, strategi, dan taktik dengan mengikuti
beragam pola yang ada terkait dengan aktivitas
penerapan keterampilan gerak (motor skills)
berupa permainan dan olahraga, aktivitas
senam, aktivitas gerak berirama, dan aktivitas
permainan dan olahraga air (kondisional).
Elemen Pemanfaatan
Gerak
Pada akhir fase F peserta didik dapat merancang
dan mempraktikkan program latihan
pengembangan kebugaran jasmani terkait
kesehatan (physicsl fittness related health) dan
kebugaran jasmani terkait keterampilan
(physicsl fittness related skills) sesuai ragam
pola yang ada, serta penggunaan instrumen
pengukurannya untuk mendapatkan kebugaran
dengan status baik. Peserta didik juga dapat
menganalisis bahaya, cara penularan, dan cara
pencegahan HIV/AIDS, serta menganalisis
langkah-langkah melindungi diri dan orang lain
dari Penyakit Menular Seksual (PMS).
Elemen Pengembangan
Karakter dan
Internalisasi Nilai-nilai
Gerak
Pada akhir fase F peserta didik dapat mengambil
peran sebagai pemimpin kelompok yang lebih
besar dalam aktivitas jasmani dan olahraga
dengan tetap menjunjung tinggi moral dan etika.
Selain itu peserta didik dapat menginisiasi
pembentukan komunitas peminatan agar orang
lain menjalankan etika yang baik, saling
menghormati, dan mengambil bagian dalam
kerja kelompok sosial lainnya. Peserta didik juga
dapat memengaruhi kelompoknya dalam
mengekspresikan diri melalui aktivitas jasmani.
362
XX. CAPAIAN PEMBELAJARAN BAHASA ARAB SMA/MA/PROGRAM PAKET C
A. Rasional Mata Pelajaran Bahasa Arab SMA/MA/Program Paket C
Bahasa Arab berasal dari bahasa semit. Semit diambil dari kata
Samiyah atau Sam anak Nabi Nuh (Bakalla, 2006). Bahasa Arab
adalah bahasa internasional yang digunakan oleh 25 negara sebagai
bahasa komunikasi sehari-hari, khususnya di kawasan Timur Tengah
dan Afrika. Mayoritas penutur bahasa Arab terkonsentrasi di Afrika
Utara, Jazirah Arab, dan Timur Tengah, yang dikenal sebagai dunia
Arab. Negara yang mengklaim bahasa Arab sebagai bahasa resmi atau
co-official, di antaranya Aljazair, Bahrain, Chad, Komoro, Djibouti,
Mesir, Eritrea, Irak, Yordania, Kuwait, Libanon, Libya, Mauritania,
Maroko, Oman, Palestina, Qatar, Arab Saudi, Somalia, Sudan, Suriah,
Tanzania, Tunisia, Uni Emirat Arab, dan Yaman (Republika.co.id., 25
Agustus 2020).
Terdapat enam negara berdaulat yang menggunakan bahasa Arab
sebagai bahasa nasional atau bahasa minoritas yang diakui yaitu Iran,
Turki, Niger, Senegal, Mali, dan Siprus. Selain itu penutur bahasa Arab
juga tersebar di seluruh dunia. Penutur ini terdapat di tempat jutaan
migran Arab bermukim selama beberapa generasi terakhir, seperti
Brasil, Eropa utara dan tengah, Amerika Serikat, dan Asia Tenggara.
Jika menghitung semua ragam bahasa Arab saat ini, ada sekitar 313
juta penutur bahasa Arab di seluruh dunia, menjadikannya bahasa
kelima yang paling banyak digunakan secara global setelah Mandarin,
Spanyol, Inggris, dan Hindi. Mesir memegang rekor populasi pengguna
bahasa Arab standar modern terbesar dengan sekitar 65 juta orang.
Berikutnya Aljazair, yang memiliki sekitar 29 juta. Kemudian Sudan
dengan 27 juta dan diikuti Irak, Arab Saudi, dan Maroko.
Ada banyak penutur bahasa Arab di dunia seperti di Eropa, dengan
hampir 4 persen populasi Belgia, sekitar 2,5 persen populasi Prancis,
dan hampir 1,5 persen populasi Inggris yang berbicara bahasa Arab
sebagai bahasa ibu. Amerika Serikat memiliki lebih dari satu juta
penutur bahasa Arab. Di Brasil terdapat beberapa juta penutur bahasa
Arab, yang merupakan migran Arab.
Bahasa Arab menjadi bahasa dunia yang penting karena bahasa Arab
selain bahasa komunikasi juga merupakan bahasa dunia Islam.
Dengan mengetahui bahasa Arab fusha (baku) akan membantu
363
berkomunikasi dengan ratusan juta penutur di seluruh dunia. Bahasa
Arab juga digunakan dalam ritual ibadah salat setiap hari bagi umat
Islam di seluruh dunia.
Peserta didik yang menguasai bahasa Arab
akan mudah memahami ajaran Islam yang bersumber dari Alquran
dan alhadits.
Selain itu, menguasai bahasa Arab penting juga dalam ranah
pengembangan
bisnis.
Terutama
di
industri
energi,
konstruksi,
teknologi, dan real estate, yang telah memberikan dorongan ekonomi
yang besar bagi banyak negara penghasil minyak, seperti Arab Saudi
yang mengklaim bahasa Arab sebagai bahasa resmi.
Sebagai bahasa internasional, selain berfungsi untuk komunikasi,
bahasa Arab juga digunakan sebagai bahasa ilmu pengetahuan, bisnis,
diplomatik, seni dan budaya, teknologi, akademik, dan pariwisata.
Oleh karena itu bahasa Arab sangat penting dipelajari oleh para
peserta didik di Indonesia sebagai bekal masa depan. Beberapa tahun
ini sangat intens adanya ibadah umrah kaum milenial, sehingga
peserta didik yang kompeten dalam berbahasa Arab dapat menjadi
pembimbing (guide) umrah dari kalangan muda. Hal ini sangat
mendukung misi sebagai pelajar Indonesia yang relijius, berwawasan
maju, dan kompetetif di era global.
Sebagai pelajar Indonesia yang memiliki keunggulan global, sudah
selayaknya pelajar
memiliki
di Indonesia dapat mempelajari, memahami, dan
keterampilan
berbahasa
Arab.
Keunggulan
dalam
berkomunikasi, menghargai perbedaan dan budaya, cinta tanah air,
dan bernalar kritis, serta menjadi manusia yang agamis merupakan
pengejawantahan dari sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa. Hal
inilah yang diharapkan dari Profil Pelajar Pancasila yang dapat hidup
dalam suasana keagamaan dan keberagamaan yang harmonis.
B. Tujuan Belajar Bahasa Arab SMA/MA/Program Paket C
Mata pelajaran
bahasa Arab bertujuan untuk memastikan peserta
didik mampu:
1. melafalkan ungkapan bahasa Arab sehari-hari dengan baik dan
benar sesuai dengan lahjah fusha (bahasa Arab baku/standar);
2. menerapkan keterampilan berbahasa Arab melalui mendengar (alistima’), berbicara (al-kalam), membaca (al-qiraah), dan menulis (al-
364
kitabah) yang diintegrasikan dengan pemahaman lintas budaya
Arab di dalamnya;
3. menganalisis teks-teks bahasa Arab yang di dalamnya memuat
nilai-nilai yang bermanfaat sebagai bekal pelajar di era global;
4. mengomunikasikan pesan-pesan positif kepada orang lain dalam
bahasa Arab; dan
5. menyampaikan informasi dalam teks-teks bahasa Arab kepada
orang lain terkait pengenalan diri, keluarga, kehidupan di sekolah,
aktivitas
sehari-hari,
pengalaman-pengalaman
hidup
dan
sebagainya serta informasi lainnya dengan penuh kesantunan
berbahasa dan pemahaman lintas budaya (tafahum tsaqafi);
C. Karakteristik Mata Pelajaran Bahasa Arab SMA/MA/Program Paket C
Bahasa Arab memiliki karakteristik yang unik dan universal. Unik
karena bahasa Arab memiliki ciri khas yang membedakannya dengan
bahasa lainnya, Universal berarti adanya kesamaan nilai antara
bahasa Arab dengan bahasa lainnya. Adapun beberapa ciri-ciri khusus
bahasa Arab yang dianggap unik dan tidak dimiliki bahasa-bahasa lain
di dunia adalah sebagai berikut.
1. Aspek Sistem Bunyi (Nizham Shauty)
Bahasa pada hakikatnya adanya bunyi, yaitu berupa gelombang
udara yang keluar dari paru-paru melalui pipa suara dan melintasi
organ-organ speech atau alat bunyi. Bahasa Arab sebagai salah
satu rumpun bahasa Semit memiliki ciri-ciri khusus dalam aspek
bunyi yang tidak dimiliki bahasa lain.
Ciri-ciri khusus itu antara lain:
a. Vokal panjang dianggap sebagai fonem (َ ﺃ، ِﺇﻱ، ) ﺃُﻭ.
b. Bunyi tenggorokan ()ﺃﺻﻮﺍﺕ ﺍﻟﺤﻠﻖ, yaitu ﺡdan ﻉ
c. Bunyi tebal ( )ﺃﺻﻮﺍﺕ ﻣﻄﺒﻘﺔ, yaitu ﺹ, ﺽ, ﻁdan ﻅ.
d. Tekanan bunyi dalam kata atau stress () ﺍﻟﻨﺒﺮ
e. Bunyi bilabial dental () ﺷﻔﻮﻯ ﺃﺳﻨـﺎﻧﻰ, yaitu ﻑ
2. Aspek Sistem Kata (Nizham Sharfy)
Pada aspek sistem ini kata dibangun dengan aturan-aturan
pembentukan kata dan hubungannya satu dengan kata lainnya.
Pada aspek sistem ini, di dalam bahasa Arab dikenal beberapa hal
yang spesifik yaitu:
365
a. kata untuk tunggal (mufrad), kata untuk dua (mutsanna), dan
kata untuk lebih dari 2 (jamak);
b. kata maskulin (mudzakkar) dan kata feminin (muannats);dan
c. Adanya isytiqaq, seperti dari kata “kitab”, bisa diubah menjadi
kataba, yaktubu, uktub, katib, maktub, kutub, dan sebagainya.
3. Aspek Sistem Kalimat (Nizham Nahwi)
3.1. I’râb
Bahasa
Arab
adalah
sistem i’râb terlengkap
yang
bahasa
mungkin
yang
tidak
memiliki
dimiliki
oleh
bahasa lain. I’râb adalah perubahan bunyi akhir kata, baik
berupa harakat ataupun berupa huruf sesuai dengan jabatan
atau kedudukan kata dalam suatu kalimat. I’râb berfungsi
untuk membedakan antara jabatan suatu kata dengan kata
yang lain yang sekaligus dapat mengubah pengertian kalimat
tersebut.
Contoh:
ٌﺍﺳﻤﻲ ﺧﺎﻟﺪ
ﺭﺃﻳﺖ ﺧﺎﻟﺪَﺍ
ﺫﻫﺒﺖ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻤﺪﺭﺳﺔ ﻣﻊ ﺧﺎﻟ ٍﺪ
3.2. Jumlah Ismiyyah dan Jumlah Fi’liyyah
Komponen kalimat dalam bahasa pada dasarnya sama, yaitu
subyek, predikat, dan obyek. Perbedaan antara satu bahasa
dengan bahasa lainnya adalah struktur atau susunan (tarkib)
kalimat itu. Bahasa Arab jumlah ismiyyah adalah kalimat yang
diawali dengan ism atau kata benda, sedangkan jumlah
fi’liyyah adalah kalimat yang diawali dengan fi’il atau kata
kerja.
Contoh pola kalimat sederhana dalam bahasa Arab.
ﺍﺳﻢ+ ﺍﺳﻢ
Contoh:
ﻣﺤﻤﺪ ﻣﺪﺭﺱ
ﻓﺎﻁﻤﺔ ﻣﺪﺭﺳﺔ
ﺍﺳﻢ+ ﻓﻌﻞ
Contoh:
ﻳﺪﺭﺱ ﻋﻘﻴﻞ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﺪﺭﺳﺔ
ّ
ﺗﺪﺭﺱ ﻓﺎﻁﻤﺔ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﺪﺭﺳﺔ
ّ
366
ﺍﺳﻢ+ ﺍﺳﻢ+ ﻓﻌﻞ
Contoh:
ﻗﺮﺃ ﺍﻟﺘﻠﻤﻴﺬ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ
ﺳﺎﻋﺪ ﻋﻘﻴﻞ ﺍﻷﻡ
3.3. Muthabaqah (Kesesuaian)
Ciri yang sangat menonjol dalam susunan kalimat bahasa
Arab
antara
adalah
diharuskannya muthâbaqah atau
beberapa
bentuk
kalimat.
Misalnya
kesesuaian
harus
ada
muthâbaqah antara mubtada’ dan khabar dalam hal jumlah
(‘adad) seperti kata bermakna tunggal (mufrad), kata bermakna
dua (mutsannâ), dan kata bermakna lebih dari dua (jama’).,
Jenis misalnya untuk maskulin (mudzakkar) dan feminin
(muannats), harus ada muthâbaqah antara maushûf dan
shifat terkait jumlah (‘adad), jenis perubahan akhir kata (i’râb)
seperti baris dhammah (rafa’), baris fathah (nasab), baris
kasrah (jar), kata yang belum definitif (nakirah), serta kata
yang definitif (ma’rifah), dan sejenisnya.
Elemen-elemen mata pelajaran bahasa Arab adalah sebagai berikut.
Elemen
Deskripsi
Menyimak (al-Istima’)
Menyimak (al-Istima’) merupakan aktivitas yang
melibatkan penggunaan alat pendengaran
(telinga), pikiran dan konsentrasi penuh terhadap
apa yang sedang didengar. Aktivitas menyimak
ini memuat kegiatan peserta didik untuk
mendengarkan huruf hijaiyah, kosakata bahasa
Arab (mufradat) keseharian minimal 500
kosakata, kalimat-kalimat bahasa Arab (al-jumlah
al-arabiyyah), paragraf (al-faqrah), teks-teks
sederhana (al-nushus al-Arabiyyah), serta lagulagu (al-ughniyyah) yang didengarkan (fahm almasmu’) melalui media HP, radio, televisi,
internet, dan media lainnya.
Adapun subelemen dari menyimak bahasa Arab,
antara lain:
a. mengidentifikasi bunyi;
b. melafalkan ulang kata yang diperdengarkan;
c. emahami ujaran;
d. memahami teks sederhana dalam bentuk
dialog (menentukan fakta atau informasi); dan
e. emahami teks dalam bentuk narasi
(menentukan informasi atau fakta,
menentukan informasi tersirat, dan
menyimpulkan).
Berbicara (al-Kalam)
Berbicara (al-kalam) merupakan kegiatan untuk
mengungkapkan dan menjelaskan sesuatu sesuai
367
Elemen
Deskripsi
dengan maksud pembicara. Kegiatan berbicara
dalam bahasa Arab memuat kegiatan pelajar
untuk memberi salam, menyapa, berterima kasih
(taqdim al-syukr), memberi informasi, bertanya
jawab (al-su’al wa al-jawab), berdialog dengan
orang lain (muhawarah/muhadatsah), berdiskusi
(munaqasyah), menjelaskan maksud,
menjabarkan sifat seseorang dan benda,
menyampaikan pesan-pesan, mempresentasikan
suatu aktivitas sehari-hari (al-a’mal alyaumiyyah), bercerita tentang keluarga (al-usrah),
wisata (al-rihlah), kehidupan di sekolah (al-hayat
fi al-madrasah), serta menganalisis muatan dari
teks yang memiliki nilai-nilai positif dalam hidup
peserta didik.
Adapun subelemen dari berbicara antara lain:
a. menggunakan bentuk ungkapan baku
(memberi salam, berterima kasih (taqdim alsyukr), meminta maaf (i’tizar), meminta izin
(isti’zan), salam perpisahan (wada’an), ucapan
selamat (tahni’ah), dan sebagainya.
b. memperkenalkan diri (ta’aruf) dengan baik,
sopan santun dan sesuai dengan pemahaman
lintas budaya.
c. menceritakan gambar tunggal/foto/film
singkat/kartu (bithaqah syakhsiyyah, bithaqah
al-tullab).
d. menceritakan gambar berseri (suwar
musalsalah).
e. mendeskripsikan sifat seseorang, hewan, dan
benda.
f. mendeskripsikan obyek (misalnya kelas atau
peristiwa) dan suatu suasana (perasaan hati,
pegunungan, pantai, dan sebagainya).
g. melakukan dialog, diskusi, dan wawancara
singkat.
Membaca (al-Qira’ah)
Membaca (al-qira’ah) merupakan kegiatan
memahami huruf, kata, dan kalimat dalam teks
bahasa Arab.
Kegiatan membaca (al-qira’ah) ini memuat
kegiatan peserta didik yang terkait dengan
aktivitas memahami, menganalisis makna dan
pesan dari teks-teks bahasa Arab, menyimpulkan
isi teks, dan menangkap makna yang tersurat
dan tersirat (fahm al maqru’) dari buku, internet,
koran, makalah, brosur, dan ragam teks lainnya.
Secara umum subelemen dari kegiatan membaca
(al-qira’ah) dalam bahasa Arab meliputi:
a. membaca huruf, kata dan kalimat serta teks
bahasa Arab dengan lancar, cermat, dan tepat;
b. menentukan arti kosa kata dalam konteks
kalimat tertentu;
c. menemukan fakta tersurat dalam teks;
d. menemukan makna tersirat dalam teks;
e. menemukan ide pokok dalam paragraf;
f. menghubungkan ide-ide yang terdapat dalam
368
Elemen
Deskripsi
bacaan;
g. menyimpulkan ide pokok bacaan; dan
h. menjelaskan budaya dalam teks bacaan.
Menulis (al-Kitabah)
Menulis (al-kitabah) merupakan kegiatan
berbahasa yang melibatkan aktivitas kekuatan
pikiran dalam bernalar, kekuatan dan kelenturan
tangan untuk membentuk huruf dan kata
menjadi kalimat dan teks, serta kekuatan
penglihatan (mata) untuk membantu tangan dan
pikiran.
Kegiatan menulis (al-kitabah) bahasa Arab ini
memuat kegiatan peserta didik yang terkait
dengan keterampilan menulis huruf hijaiyah
dengan benar dan tepat, indah (khat), menulis
kosakata (mufradat) dan kalimat (jumlah) serta
teks dalam bahasa Arab, menjawab pertanyaan,
menjelaskan suatu kegiatan, mengungkapkan
perasaan, memberikan informasi, membuat
kesimpulan, menguraikan keadaan/suasana di
suatu tempat, dan menganalisis teks dalam
bahasa Arab secara tertulis dengan benar.
Adapun subelemen dari kegiatan menulis (alkitabah) antara lain:
a. mengurutkan huruf dan kata menjadi kalimat;
b. menyusun kalimat menjadi teks sesuai topik
dan konteks;
c. mengisi formulir biodata (bayanat
syakhsiyyah)
d. menyusun teks berdasarkan gambar;
e. menyusun kalimat berdasarkan ragam tulisan
(narasi/qasasi dan deskripsi/washfi);
f. mengurutkan kalimat menjadi paragraf;
g. mendeskripsikan sifat orang, benda, obyek
atau gambar, foto, film singkat, dan kartu.
h. mendeskripsikan suasana dan tempat
(suasana hati, perasaan, tempat wisata seperti
pantai, dan sebagainya)
i. menyusun kalimat atau teks berdasarkan
pertanyaan;
j. mendeskripsikan obyek;
k. mendeskripsikan gambar berseri; dan
l. menyusun paragraf berdasarkan pertanyaan.
D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Bahasa Arab SMA/MA/Program
Paket C Setiap Fase
Fase F (Umumnya untuk kelas XI dan XII SMA/MA/Program Paket C)
Pada akhir fase F, peserta didik diharapkan dapat: 1) menyimak hurufhuruf hijaiyah minimal 500 kosakata dan kalimat-kalimat bahasa
Arab; 2) mengungkapkan kosakata dan kalimat bahasa Arab; 3)
369
memahami teks-teks dialog/percakapan, cerita narasi, dan deskripsi;
dan 4) menyusun karangan yang berisi dialog/percakapan, cerita
narasi, dan deskripsi bahasa Arab.
Fase F Berdasarkan Elemen
Elemen Menyimak (al-Istima’)
Pada akhir fase ini diharapkan peserta didik dapat menyimak huruf-huruf
hijaiyah minimal 500 kosakata dan kalimat-kalimat bahasa Arab.
Menyimak huruf
hijaiyah.
Pada fase ini peserta didik dapat menyimak
huruf-huruf hijaiyah yang sesuai dengan
pelafalannya. Peserta didik dapat membedakan
huruf-huruf yang keluar secara tepat (makharij alhuruf) dengan benar dan menirukan huruf-huruf
yang didengarnya. Selain itu, peserta didik dapat
menyimak dan menirukan kata-kata (mufradat)
dan kalimat (jumlah basithah).
Menyimak kosakata,
kalimat, dan teks
bahasa Arab.
Pada fase ini peserta didik dapat menyampaikan
kembali kosakata dan kalimat yang didengar
dengan baik dan benar terkait menjawab sapaan,
berterima kasih (taqdim al-syukr), meminta izin
(isti’zan), meminta maaf (i’tizar), ungkapan
perpisahan (wada’an), ungkapan selamat
(tahni’ah) mengungkapkan persetujuan (almuwafaqah), dan teks-teks bahasa arab lainnya.
Menyimak dialog,
monolog, dan deskripsi
tentang sesuatu dan
cerita singkat.
Pada fase ini peserta didik dapat mendengar teksteks dialog, monolog, teks-teks deskripsi tentang
sesuatu (orang, hewan, dan benda), dan cerita
bahasa Arab dengan baik dan dapat
menuliskannya dengan benar, baik, dan indah
(khat).
Elemen Berbicara (al-Kalam)
Pada akhir fase ini diharapkan peserta didik dapat mengungkapkan
kosakata dan kalimat bahasa Arab dengan penguasaan minimal 500
kosakata.
Merespon ungkapan
sehari-hari sesuai
pemahaman lintas
budaya
Pada fase ini peserta didik dapat mengungkapkan
jawaban atau merespon pertanyaan-pertanyaan
terkait menjawab sapaan, berterima kasih (taqdim
al-syukr), meminta izin (isti’zan), meminta maaf
(i’tizar), dan ungkapan perpisahan (wada’an),
ungkapan selamat (tahni’ah) dan mengungkapkan
persetujuan (al-muwafaqah) dengan baik, santun,
dan sesuai dengan pemahaman lintas budaya
(tafahum tsaqafi).
Menyampaikan
informasi.
Pada fase ini peserta didik dapat menyampaikan
informasi terkait perkenalan diri (ta’aruf),
keluarga (usrah), kegiatan sekolah (amaliyyah fi
al-madrasah), fasilitas di sekolah (al-marafiq fi almadrasah), tempat wisata (al-amakin al-nuzhah),
dan waktu dalam kegiatan sehari-hari (al-a’mal
al-yaumiyyah) secara lisan.
Menyampaikan isi
pesan suatu teks.
Pada fase ini peserta didik dapat menyampaikan
pesan dalam teks secara lisan tentang isi teks
narasi (qasasi), deskripsi (washfi), surat
370
(risalah/khitobah), teks prosedural, dan cara
membuat sesuatu secara singkat, iklan, dan
laporan singkat secara lisan.
Elemen Membaca (al-Qira’ah)
Pada akhir fase ini diharapkan peserta didik dapat memahami teks-teks
dialog/percakapan, cerita narasi, dan deskripsi bahasa Arab yang yang
menunjukkan peserta didik telah menguasai minimal 500 kosakata.
Membaca huruf,
kosakata, kalimat, dan
teks dengan tepat, baik,
dan benar.
Pada fase ini peserta didik dapat membaca
kosakata, kalimat-kalimat dan teks-teks bahasa
Arab dengan lancar, cermat, dan tepat sesuai
dengan harakat dan tata bahasa (qawaid) yang
benar terkait teks perkenalan diri (ta’aruf),
keluarga (usrah), kegiatan sekolah (al-amaliyyah
fi al-madrasah), fasilitas di sekolah (al-marafiq fi
al-madrasah), tempat wisata (al-amakin alnuzhah), dan waktu dalam kegiatan sehari-hari
(al-a’mal al-yaumiyyah).
Menangkap makna
kosakata dan
menerjemah kalimat
dalam teks.
Pada fase ini peserta didik dapat menangkap
makna kosakata dan menerjemah kalimat dalam
teks bahasa Arab terkait dialog/percakapan
(muhawarah/muhadatsah), narasi (qasasi) dan
deskripsi (washfi), dan surat (risalah/khitobah).
Menganalisis
pemahaman lintas
budaya (tafahum
tsaqafi) dalam teks
bahasa Arab.
Pada fase ini peserta didik dapat menganalisis
pemahaman lintas budaya (tafahum tsaqafi) yang
ada dalam teks-teks bahasa Arab, dari kebiasaan
(al-taqalid), adat istiadat (al-adat), lingkungan (albi’ah), latar belakang (al-khalfiyyah),
agama/keyakinan (al-adyan), karakter (al-sifat),
gerak tangan (harakah al-yadi), mimik wajah
(surat al-wajh), nada suara (nagham al-shaut),
gerak tubuh (harakah al-badan), dan lainnya.
Elemen Menulis (Al-Kitabah)
Pada akhir fase ini diharapkan peserta didik dapat menyusun karangan
yang berisi dialog/percakapan, cerita narasi, dan deskripsi bahasa Arab
yang menunjukkan peserta didik telah menguasai minimal 500 kosakata.
Subelemen:
Menulis huruf, kata,
dan kalimat.
Pada fase ini peserta didik dapat menulis huruf
hijaiyah, kata dan kalimat bahasa Arab dengan
tepat, benar, dan indah (khat).
Subelemen:
Pada fase ini peserta didik dapat menyusun
jawaban
dari pertanyaan secara tertulis dalam
Menyusun
jawaban
bahasa
Arab
dengan baik dan benar.
pertanyaan dalam teks
Subelemen:
Menyusun karangan
singkat (insya mujaz)
Pada fase ini peserta didik dapat menyusun
formulir atau biodata (bayanat syakhsiyyah),
karangan secara tertulis dalam bahasa Arab
secara sederhana dengan baik dan benar terkait
perkenalan diri (ta’aruf), keluarga (usrah),
kegiatan sekolah (al-a’mal fi al-madrasah),
fasilitas di sekolah (al-marafiq fi al-madrasah),
tempat wisata (al-amakin al-nuzhah), dan waktu
dalam kegiatan sehari-hari (al-a’mal alyaumiyyah), baik dengan ragam tulisan narasi
maupun deskripsi serta teks prosedur.
371
XXI. CAPAIAN PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG SMA/MA/PROGRAM
PAKET C
A. Rasional Mata Pelajaran Bahasa Jepang SMA/MA/Program Paket C
Seiring dengan kemajuan zaman yang diikuti dengan perkembangan
teknologi digital, dunia semakin terbuka. Hal itu memberikan banyak
peluang dan kesempatan untuk mengembangkan diri dan bersaing di
dunia internasional. Penguasaan bahasa Jepang sebagai bahasa asing
akan mempermudah interaksi dan menyerap berbagai perkembangan
teknologi. Pemahaman lintas budaya seperti adat istiadat, kebiasaan,
norma-norma, bahasa, dan cara berkomunikasi akan tertuang dalam
teks-teks yang dipelajari sehingga dapat menumbuhkan rasa cinta
terhadap budaya bangsa sendiri. Oleh karena itu, keterampilan
berbahasa
Jepang
dapat
digunakan
dalam
berinteraksi
dengan
masyarakat Jepang di dunia bisnis, perdagangan, industri, pariwisata,
pendidikan, dan menjadi sarana refleksi diri terhadap budaya bangsa
sendiri. Dengan menguasai bahasa Jepang, peserta didik akan
memiliki peluang meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi
atau bekerja di perusahaan Jepang baik di dalam maupun di
mancanegara.
Kurikulum mata pelajaran Bahasa Jepang di jenjang pendidikan
menengah adalah setara level A2 (pemula) JF Standard. Dalam JF
Standard terdapat Can-do CEFR dan Can-do JF. Can-do CEFR adalah
deskripsi umum yang abstrak, sedangkan Can-do JF memberikan
situasi penggunaan bahasa Jepang sebagai gambaran kegiatan bahasa
yang
konkret.
pembelajaran,
Dengan
menjadikan
dimungkinkan
Can-do
merancang
sebagai
target
pembelajaran
untuk
mencapai kemampuan berkomunikasi yang sesungguhnya dengan
minimal alokasi waktu 5 JP per minggu.
Pendekatan pembelajaran Bahasa Jepang tetap mengacu pada level
kompetensi
Taksonomi
Bloom
atau
Anderson
Krathwohl
yang
disesuaikan dengan kemampuan individual peserta didik. Oleh karena
itu,
pengajar
(communicative
harus
menggunakan
approach),
bukan
pendekatan
pendekatan
komunikatif
gramatikal
dan
penerjemahan dengan memperhatikan tahapan taksonomi tersebut.
Selain itu, dengan belajar bahasa Jepang, peserta didik dapat
memahami pengetahuan sosial-budaya dan interkultural sehingga
dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Dengan memahami
372
budaya Jepang serta interaksinya dengan budaya Indonesia, mereka
dapat mengembangkan pemahaman yang mendalam tentang budaya
Indonesia, memperkuat identitas dirinya, dan dapat menghargai
perbedaan. Pembelajaran bahasa Jepang membantu peserta didik
menyiapkan diri untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat yang
reflektif, kritis, kreatif, serta memiliki kebinekaan global sesuai tujuan
yang ingin dicapai yaitu Profil Pelajar Pancasila.
B. Tujuan Mata Pelajaran Bahasa Jepang SMA/MA/Program Paket C
Mata pelajaran Bahasa Jepang bertujuan untuk memastikan peserta
didik mencapai kemampuan berkomunikasi level A2 (pemula) JF
Standar dengan memperhatikan butir- butir berikut:
1. mengembangkan kompetensi komunikatif dalam bahasa Jepang
dengan
berbagai
teks
multimodal
(lisan,
tulisan,
visual,
audiovisual);
2. mengembangkan kompetensi interkultural untuk memahami dan
menghargai perspektif, praktik, produk budaya Jepang, sekaligus
mampu merefleksi budaya sendiri;
3. mengembangkan kepercayaan diri untuk berekspresi sebagai
individu yang mandiri dan bertanggung jawab;
4. mengembangkan
creative,
keterampilan
communicative,
abad
collaborative,
ke-21
(critical
curiocity,
thinking,
computational
thinking);
5. memfasilitasi peserta didik yang berminat untuk mempelajari dan
menguasai bahasa Jepang secara menyeluruh; dan
6. memperkaya peserta didik dengan pengetahuan bahasa Jepang
yang lebih luas dan komprehensif.
C. Karakteristik Mata Pelajaran Bahasa Jepang SMA/MA/Program Paket C
Karakteristik dalam bahasa Jepang diklasifikasikan ke dalam lima
kelompok, yaitu hatsuon (pelafalan), moji (huruf), goi (kosakata),
bunpou (tata bahasa), dan hyougen (ungkapan) yang harus dipelajari
secara menyeluruh dan terintegrasi.
Pembelajaran bahasa Jepang tingkat SMA/MA/Program Paket C
mengasah kemampuan berkomunikasi peserta didik berdasarkan JF
Standard dengan memperhatikan hal-hal berikut.
373
1. Komunikasi
Aktivitas komunikasi merupakan suatu kegiatan manusia sebagai
individu dan antarindividu satu dengan lainnya. Halliday dalam
Brown (2007) menyebutkan bahwa salah satu fungsi bahasa
adalah sebagai sarana interaksi, bertujuan untuk menjamin serta
memantapkan ketahanan dan kelangsungan komunikasi, juga
interaksi sosial. Keberhasilan komunikasi seperti ini menuntut
pengetahuan secukupnya mengenai banyak segi, seperti budaya,
tata krama pergaulan, cerita rakyat, dan sebagainya.
Mempelajari
bahasa
asing
tidak
terlepas
dari
pengetahuan
menyimak, berbicara, membaca, dan menulis atau lebih dikenal
dengan istilah empat keterampilan berbahasa. Dalam bahasa
Jepang, hal itu disebut dengan yon-ginou (4技能). Menyimak
adalah keterampilan mendengarkan atau memperhatikan dengan
baik-baik
apa
yang
diucapkan
dan
dibaca
oleh
seseorang.
Berbicara adalah keterampilan untuk menyampaikan gagasan,
pikiran, serta perasaan secara lisan dalam interaksi sosial.
Membaca
adalah
keterampilan
melihat/mengamati
serta
memahami isi dari apa yang tertulis dengan melisankan atau di
dalam hati. Menulis adalah keterampilan dalam merangkai huruf
menjadi
sebuah
sebagainya,
kata/frasa/kalimat/paragraf,
menjadi
sesuatu
yang
angka,
bermakna
dan
untuk
dikomunikasikan/disampaikan.
2. Reseptif
Aktivitas reseptif adalah aktivitas menyimak dan memahami
tuturan dalam bentuk tulis yang dapat dipadankan dengan
aktivitas membaca. Pada aktivitas menyimak sangat dibutuhkan
kemampuan untuk memperhatikan dan mendengarkan dengan
baik apa yang diucapkan oleh orang lain dalam bentuk monolog
maupun dialog. Contohnya siaran berita, pengumuman informasi
di bandara mengenai jadwal keberangkatan, orang yang sedang
bercakap-cakap di telepon, dan sebagainya. Adapun pada aktivitas
membaca dibutuhkan kemampuan untuk memahami isi tulisan
orang lain. Contohnya, membaca di dalam hati atau dilisankan,
yakni berupa pengumuman, ulasan berita surat kabar, iklan
mengenai lowongan kerja, surat, dan sebagainya.
374
3. Produktif
Produktif adalah proses untuk menghasilkan sesuatu berupa
ujaran atau dalam bentuk tulisan. Suatu ujaran yang dihasilkan
setelah melalui proses pemahaman tuturan orang lain dapat
dipadankan dengan aktivitas berbicara. Aktivitas menulis merujuk
pada proses menghasilkan suatu tulisan, seperti berupa huruf,
angka,
dan
sebagainya.
Kemahiran
berbicara
dan
menulis
termasuk ke dalam kategori keterampilan yang bersifat produktif
4. Kompetensi Linguistik
Kompetensi linguistik seseorang berkaitan dengan pengetahuan
akan sistem bahasa, struktur bahasa, kosakata, hingga seluruh
aspek kebahasaan tersebut saling berhubungan untuk membentuk
makna. Indikator kompetensi linguistik yang berkaitan dengan
kemampuan berbicara meliputi: (1) kecakapan menggunakan kata
dengan makna khusus yang berkaitan dengan ungkapan dalam
percakapan sehari-hari; (2) kecakapan memahami bentuk kata dan
pola kalimat yang tepat dalam sebuah percakapan, mulai dari
percakapan pendek hingga panjang; (3) kecakapan menafsirkan
dengan tepat apa yang didengar kemudian dilisankan dengan baik.
Kompetensi sosiolinguistik adalah kemampuan untuk memahami
konteks sosial di mana bahasa tersebut digunakan. Kompetensi
sosiolinguistik meliputi peran pendengar dan pembicara, informasi
yang mereka bagi, serta fungsi dan tujuan interaksi.
5. Interaksi
Interaksi dapat dikategorikan secara verbal maupun nonverbal.
Interaksi bentuk verbal dapat berupa pemaparan tuturan, yakni
penggunaan kata-kata sendiri, penggunaan contoh, penggunaan
rekonstruksi kalimat, dan penggunaan analogi serta penciptaan
kata, yakni berupa bagian kata atau frasa, penggunaan sinonim,
dan penggunaan asosiasi kata. Interaksi bentuk nonverbal meliputi
penggunaan isyarat atau gestur, penggunaan gerakan, intonasi,
dan sikap yang ditunjukkan kepada lawan bicara.
Mata pelajaran bahasa Jepang memiliki 4 elemen, yaitu menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis. Berikut adalah penjelasan tentang
hal tersebut.
375
Elemen
Menyimak
Deskripsi
Menyimak adalah keterampilan seseorang
menerima informasi, memberikan apresiasi
kepada lawan bicara, dan memahami informasi
yang didengar sehingga peserta didik dapat
menyampaikan tanggapan secara relevan dan
kontekstual.
Proses yang terjadi dalam menyimak mencakup
kegiatan seperti mendengarkan,
mengidentifikasi, memahami, menginterpretasi
bunyi bahasa, lalu menyimpulkan makna.
Keterampilan menyimak juga merupakan
kemampuan komunikasi nonverbal yang
mencakup seberapa baik seseorang menangkap
makna (tersirat dan tersurat) pada sebuah
paparan lisan dan memahami ide pokok dan
pendukung pada konten informasi maupun
konteks yang melatari paparan tersebut.
Berbicara
Berbicara adalah keterampilan seseorang untuk
menyampaikan gagasan, pikiran, serta perasaan
secara lisan dalam interaksi sosial.
Membaca
Membaca adalah keterampilan seseorang untuk
memahami, menggunakan, dan merefleksi teks
sesuai tujuan dan kepentingannya untuk
mengembangkan pengetahuan dan potensinya
agar peserta didik dapat berpartisipasi dengan
masyarakat.
Menulis
Menulis adalah keterampilan seseorang untuk
menyampaikan, mengomunikasikan gagasan,
mengekspresikan kreativitas, dan mencipta
dalam beragam genre teks tertulis, dengan
cara yang efektif dan dapat dipahami serta
diminati oleh pembaca.
D. Capaian Pembelajaran Bahasa Jepang SMA/MA/Program Paket C
Setiap Fase
Fase F (Umumnya untuk kelas XI dan XII SMA/MA/Program Paket C)
Pada akhir fase F, peserta didik mampu berinteraksi dengan orang lain
dalam
situasi/kondisi
sehari-hari
dan
lingkup
sekolah.
Dalam
mengembangkan keterampilan menyimak dan berbicara, peserta didik
mengikuti/merespons instruksi atau pertanyaan sederhana dalam
bahasa Jepang dan membagikan informasi kepada orang lain dengan
kosakata sederhana . Peserta mampu berkomunikasi dengan mencari
informasi mandiri melalui berbagai sumber, seperti internet, majalah,
lagu, film, dan sebagainya didik menggunakan alat bantu visual dan
komunikasi nonverbal.
Peserta didik merespons berbagai wacana
dalam bahasa Jepang dan menggunakan bahasa Jepang sederhana
untuk berinteraksi dan berkomunikasi dalam kegiatan sehari-hari.
Peserta didik memahami rangkaian bunyi huruf pada kosakata
376
sederhana dalam bahasa Jepang dan menggunakan pemahaman
tersebut untuk memproduksi berbagai wacana sederhana dalam
bahasa Jepang dengan bantuan contoh baik secara individu ataupun
berkolaborasi dalam kelompok.
Peserta didik mampu memahami,
menggunakan, menganalisis teks lisan, tulisan, dan visual dalam
bahasa Jepang sederhana untuk berkomunikasi sesuai dengan tujuan
dan situasi/kondisi yang nyata.
Fase F Berdasarkan Elemen.
Elemen
Menyimak
Capaian Pembelajaran
Peserta didik mampu mengidentifikasi sebuah
teks/ujaran, memperkirakan, menafsirkan,
menginterpretasikan maksud dan tujuan sebuah
teks/informasi, memahami informasi yang
disampaikan, menggunakan teks/informasi yang
diperlukan, menyimpulkan dan menganalisis
sebuah teks/informasi sederhana yang
disampaikan.
Berbicara
Peserta didik mampu menyebutkan dan
mengulang sebuah teks/informasi yang
disampaikan, menjelaskan tentang teks/informasi
yang diperoleh, menerapkan dan menanggapi
teks/informasi yang diterima, membandingkan
dan menceritakan kembali tentang sebuah topik
Membaca
Peserta didik mampu mengidentifikasi dan
memahami sebuah teks/informasi, membaca
dengan jelas dan tepat, menentukan
teks/informasi penting, menganalisis dan
menghubungkan suatu teks/informasi penting
sederhana dan jelas.
Menulis
Peserta didik mampu mengidentifikasi sebuah
pesan/konten/informasi, menuliskan
pesan/konten/informasi singkat, menyampaikan
pesan/ konten/informasi sederhana,
menganalisis dan menyimpulkan sebuah
pesan/konten/informasi secara sederhana,
menyusun/mengarang pesan/konten/informasi
sederhana sebuah topik.
377
XXII. CAPAIAN PEMBELAJARAN BAHASA JERMAN
A. Rasional Mata Pelajaran Bahasa Jerman SMA/MA/Program Paket C
Bahasa Jerman merupakan salah satu mata pelajaran bahasa asing
yang
ditawarkan
di
sekolah
pada
jenjang
menengah
atas
(SMA/SMK/MA). Pembelajaran bahasa Jerman difokuskan bukan
hanya pada penguasaan keterampilan berbahasa, melainkan juga
diarahkan pada pengembangan wawasan, karakter, dan kepribadian
peserta didik.
Bahasa Jerman tidak hanya digunakan sebagai bahasa resmi di negara
Jerman. Hampir 130 juta orang di Jerman, Austria, Swiss, Luxemburg,
Belgia, Liechtenstein, dan Südtirol (Italia) memakai bahasa Jerman
sebagai bahasa ibu atau sebagai bahasa kedua yang digunakan secara
rutin. Penggunaan bahasa Jerman juga meningkat di negara-negara
kuat baru, seperti Tiongkok, India, dan Brasil, seperti halnya juga di
kawasan Asia. Sebagai bahasa asing, bahasa Jerman dipelajari oleh
puluhan juta orang, baik di Asia maupun di Afrika. (Sumber:
https://www.tatsachen-über-deutschland.de).
Hasil
survei
terakhir
yang dilakukan oleh Deutsche Welle, Goethe Institut, dan DAAD di
Berlin setiap lima tahun "German as a foreign language worldwide"
(Jerman sebagai bahasa asing di seluruh dunia) menunjukkan ada
15,4 juta orang yang belajar bahasa Jerman. Tahun 2000 jumlahnya
meningkat, yaitu 20,1 juta orang. Harus dicatat juga, survei tidak
mengikutsertakan
mereka
yang
belajar
sendiri.
(Sumber:
https://www.dw.com tanggal 06.06.2020)
Secara global bahasa Jerman banyak digunakan di bidang pendidikan,
pekerjaan, ilmu pengetahuan dan teknologi, pariwisata, seni, dan
budaya. Bahasa Jerman merupakan bahasa terpenting kedua untuk
bidang ilmu pengetahuan. Negara Jerman menduduki tempat ketiga di
dunia dalam pemberian beasiswa riset/penelitian dan pengembangan
ilmu pengetahuan bagi negara-negara luar termasuk Indonesia.
Jerman juga menyediakan banyak beasiswa untuk kuliah di Jerman.
Selain itu, peluang untuk dapat berkunjung ke Jerman dalam rangka
mempelajari bahasa dan budaya Jerman juga terbuka bagi siswa
sekolah menengah atas dan mahasiswa melalui pemberian beasiswa di
bidang pertukaran siswa dan mahasiswa. Bagi warga asing usia muda
terdapat visa khusus yang memungkinkan bekerja sambil berlibur,
sedangkan
untuk
profesi
tertentu
378
terdapat
kemudahan
untuk
memperoleh izin kerja. Saat ini negara Jerman juga membuka peluang
bagi warga asing usia muda untuk mengikuti pendidikan vokasi
(Ausbildung) dan dapat langsung bekerja di Jerman atau kembali ke
negara asal untuk bekerja dengan kompetensi di bidangnya, seperti
bidang pariwisata dan perhotelan, gastronomi, perkantoran, teknik
informatika, serta bidang kesehatan. Jerman menjadi salah satu pasar
utama pariwisata Indonesia di kawasan Eropa. Wisatawan asal Jerman
saat ini berada di peringkat ketiga untuk wilayah Eropa setelah Inggris
dan Prancis. Meski secara umum angka turis global mengalami
penurunan,
namun
jumlah
wisatawan
Jerman
ke
Indonesia
meningkat. Rata-rata wisatawan mancanegara (wisman) asal Jerman
yang berkunjung ke Indonesia menghabiskan waktu selama dua
minggu dengan pengeluaran berkisar US$ 2 ribu – US$ 2.500.
(Internationale Tourism Bourse - ITB Berlin 2019 6 Maret 2019). Selain
itu, Jerman juga banyak melahirkan sastrawan dan seniman dengan
karya besarnya. Beberapa yang sangat dikenal adalah J.W. von Goethe,
Friedrich Schiller, Günther Grass, Heinrich Heine, dan Ludwig van
Beethoven.
Di
Indonesia,
beberapa
perusahaan
Jerman
juga
memberikan kontribusi bagi roda perekonomian Indonesia.
Bahasa Jerman membuka peluang bagi siswa untuk membekali masa
depannya dalam meraih peluang-peluang di semua bidang. Peluang
untuk meraih kesempatan di semua bidang di Jerman dan penyiapan
peserta didik agar menjadi pribadi yang siap dengan perubahan secara
global merupakan dasar pengembangan pembelajaran bahasa Jerman.
Pengembangan
program
pembelajaran
bahasa
Jerman
perlu
mempertimbangkan kebijakan yang berlaku di negara-negara penutur
bahasa Jerman. Bertitik tolak dari dasar pengembangan tersebut,
maka pembelajaran bahasa Jerman merujuk pada standar yang
berlaku
sebagai
Europӓische
“paspor
Referenzrahmen
bahasa”,
fϋr
yaitu
Sprachen
Standar
(GER)
Gemeinsame
(eng.
Common
European Framework of Reference for Languages (CEFR)). Bahasa
Jerman memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk membuka
wawasan yang berkaitan dengan diri sendiri, hubungan sosial, dan
kebudayaan. Mempelajari bahasa Jerman memberikan peserta didik
kemampuan untuk mendapatkan akses ke dunia luar, memahami cara
berpikir yang berbeda, dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis.
Bahasa Jerman mendorong peserta didik menggunakan kemampuan
379
kognitif dan kemampuan linguistik melalui aktivitas mengamati,
menganalisis,
menginterpretasi,
mengelaborasi,
menerapkan
pengetahuan budaya, memecahkan masalah tentang topik yang
dibicarakan, menyimpulkan, dan mempresentasikan topik secara lisan
dan tulis. Dengan memahami budaya lain dan interaksinya dengan
budaya Indonesia, peserta didik mengembangkan pemahaman yang
mendalam tentang budaya Indonesia, memperkuat identitas dirinya
sebagai manusia Indonesia, dan dapat menghargai perbedaan. Bahasa
Jerman membantu peserta didik memiliki wawasan kebinekaan global
dalam rangka menyiapkan diri sebagai warga global (global citizenship).
Standar GER menetapkan estimasi jumlah jam pelajaran untuk
mencapai kemampuan berbahasa Jerman pada tingkat tertentu. Tabel
di
bawah
ini
menyajikan
jumlah
jam
pelajaran
dan
tingkat
kemampuan berbahasa Jerman.
(Sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/Common European Framework of Reference for
Languages)
Selama kelas XI dan XII peserta didik belajar bahasa Jerman dengan
alokasi waktu minimal lima (5) jam pelajaran per minggu. Apabila
dihitung total alokasi waktu untuk belajar bahasa Jerman selama dua
(2) tahun atau empat (4) semester, peserta didik dapat mencapai
kemampuan berbahasa Jerman setara tingkat A2.
Berdasarkan data dan fakta tentang peluang, tujuan, kebermaknaan
penguasaan bahasa Jerman, dan total alokasi waktu belajar yang
tersedia, maka capaian pembelajaran bahasa Jerman mengacu pada
standar GER tingkat A2. Oleh sebab itu, pembelajaran bahasa Jerman
menetapkan pencapaian minimal setara tingkat A2 standar GER bagi
peserta didik yang belajar bahasa Jerman.
B. Tujuan Belajar Mata Pelajaran Bahasa Jerman SMA/MA/Program Paket
C
Mata pelajaran bahasa Jerman bertujuan untuk memastikan peserta
didik mampu:
1. mengembangkan
kemampuan
berkomunikasi
dalam
bahasa
Jerman tulis dan lisan dalam konteks kehidupan sehari-hari dan
380
lingkungan sekitar peserta didik setara dengan tingkat A2 standar
Gemeinsame Europӓische Referenzrahmen fϋr Sprachen (GER);
2. mengembangkan pemahaman lintas budaya untuk memahami dan
menghargai budaya yang berbeda dan meningkatkan pemahaman
terhadap budaya sendiri;
3. mengembangkan kepercayaan diri untuk berekspresi sebagai
individu yang religius, mandiri, berkepribadian, dan bertanggung
jawab dalam rangka mempersiapkan diri menjadi warga global
(global citizenship);
4. mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif;
5. mengembangkan
kemampuan
literasi
melalui
pengembangan
strategi membaca berbagai jenis teks sederhana berbahasa Jerman;
6. mengembangkan karakter peserta didik sehingga menjadi individu
yang
beriman
dan
bertakwa
kepada
Tuhan
YME,
memiliki
semangat gotong royong, kreativitas, serta kemandirian.
C. Karakteristik Mata Pelajaran Bahasa Jerman SMA/MA/Program Paket C
Pembelajaran
bahasa
Jerman
mencakup
keterampilan
berbahasa
reseptif (menyimak dan membaca) dan produktif (berbicara dan
menulis). Pembelajaran keempat keterampilan berbahasa disajikan
secara terintegrasi. Keterampilan reseptif terdiri atas subketerampilan
penguasaan Wortschatz (kosakata) dan Grammatik (kaidah tata bahasa),
yang dilengkapi dengan subketerampilan membedakan secara auditif
untuk
keterampilan
menyimak
(Hören)
dan
subketerampilan
membedakan secara ortografis untuk keterampilan membaca (Lesen).
Keterampilan produktif terdiri atas subketerampilan penguasaan dan
penerapan Wortschatz (kosakata) dan Grammatik (kaidah tata bahasa)
yang
dilengkapi
menggunakan
dengan
tanda-tanda
subketerampilan
auditif
untuk
membedakan
keterampilan
dan
berbicara
(Sprechen) dan sub keterampilan membedakan dan menggunakan
tanda-tanda
ortografis
untuk
keterampilan
menulis
(Schreiben).
Pembelajaran unsur kebahasaan dilakukan secara terintegrasi dalam
empat
keterampilan
berbahasa.
Keempat
keterampilan
tersebut
dilatihkan dan digunakan dalam konteks komunikasi sehingga harus
disajikan secara kontekstual sesuai konteks budaya yang tepat.
1. Bahasa Jerman memiliki karakteristik yang membedakannya
dengan bahasa lainnya. Beberapa ciri khusus bahasa Jerman
381
misalnya yang terkait dengan unsur kebahasaan adalah sebagai
berikut.
a. Unsur Kosakata (Wortschatz)
b. Kelas Kata yang Mengalami Proses Fleksi
c. Substantiv atau kata benda (Hauptwort) meliputi benda,
makhluk hidup, dan hal-hal abstrak. Proses fleksi kata benda
yang berdasarkan kasus disebut deklinasi.
Contoh:
Haus – Hauses, Pferd – Pferden, dan sebagainya
2. Artikel menemani kata benda. Bentuk sesuai dengan numerous
(jumlah), genus, dan kasus.
Contoh:
der, die, das dan ein, eine, ein
3. Kata ganti atau pronominal (Fürwort) dapat berdiri sendiri atau
menggantikan kata benda dan bentuknya sesuai dengan jumlah,
genus, dan kasus. Kata ganti terdiri atas Personalpronomen,
Possessivpronomen,
Reflexivpronomen,
Demonstrativpronomen,
Relativpronomen, Interrogativpronomen, dan Indefinitpronomen.
Contoh:
er, sein, sich, dieser, der, wer?, manch,
seine Tochter, dieses Kindes.
4. Kata sifat atau Adjektiv (Eigenschaftswort) menyatakan sifat atau
ciri suatu benda, orang, atau Sachverhalten. Apabila sebuah kata
sifat terletak sebelum kata benda, kata tersebut mengikuti jumlah,
genus, dan kasusnya. Apabila kata sifat tersebut menyatakan
proses tingkatan, substantiva yang diacunya merupakan bagian
dari perbandingan.
Contoh:
schön, europäisch, kompliziert.
Das schöne Haus, die schönere Villa. Meine Dachwohnung ist am
schönsten.
5. Kata kerja atau verba (Tätigkeitswort) menyatakan kegiatan,
keadaan, dan proses. Kelas kata ini menunjukkan waktu kejadian
serta difleksi dan dikonjugasi berdasarkan subjek kalimat.
Contoh:
essen, geschehen, sein, haben, werden
Ich schlafe, du schliefst, es wird schneien
382
6. Kelas Kata yang Tidak Mengalami Proses Fleksi
7. Adverb
(Umstandswort)
menggambarkan
sesuatu
yang
berhubungan dengan waktu dan tempat suatu keadaan atau
menggambarkan bagaimana sesuatu terjadi.
Contoh:
höchsten, täglich, sehr, gerne, damals, dort
Konjunktion (das Bindewort) berfungsi menghubungkan kata atau
kalimat.
Contoh:
Max oder Nora hat den Kuchen gegessen und Waldi hat er auch
geschmeckt.
8. Partikel (das Füllwort) merupakan kata pendek yang digunakan
untuk menekankan suatu pernyataan atau diarahkan pada makna
tertentu.
Contoh:
ja, wohl, ziemlich
Das ist ziemlich viel Arbeit.
Präposition
(das
Verhältniswort)
menyatakan
hubungan
yang
menunjukkan ruang dan waktu. Preposisi ini menentukan kasus
dari kata yang mengikutinya.
Contoh:
unter, bei, hinter, während,
auf dem Schrank, neben dem Sofa
Numeral (Zahlwort) menunjukkan jumlah.
Contoh:
eins, zwei, drei,
der erste Baum, der zweite Baum
Interjektion (kata seru)/(das Empfindungswort) adalah kata untuk
mengungkapkan perasaan atau suasana hati secara spontan.
Contoh:
autsch, ah, au ja
9. Pembentukan kata melalui morfem (Ableitung = kata turunan) dan
gabungan kata (Komposita), contoh fahren - abfahren, schön –
Schönheit, krank + das Haus = das Krankenhaus, schreiben + der
Tisch = der Schreibtisch.
10. Wortschatz disajikan dalam konteks, termasuk konteks budaya.
Wortschatz aktif menjadi titik berat penyajian Wortschatz untuk
383
memudahkan
peserta
didik
memahami
dan
menggunakan
kosakata.
11. Unsur Gramatika (Grammatik)
12. Dalam hal struktur kalimat, contoh ciri khas bahasa Jerman
adalah terdapat perubahan bentuk kata kerja untuk setiap subjek
kalimat; dalam kalimat berita kata kerja selalu menempati urutan
kedua.
13. Genus; bahasa Jerman mengenal tiga genus, yaitu Maskulin,
Feminin, dan neutrum.
14. Kasus; terdapat empat kasus dalam bahasa Jerman, yaitu
Nominativ, Genitiv, Dativ, dan Akkusativ.
15. Numerus (jumlah) yang terdiri atas Singular atau Plural.
16. Bentuk personal, yaitu orang pertama, kedua, atau ketiga. Bentuk
personal Singular meliputi ich, du, dan er/sie/es. Sementara
bentuk personal Plural meliputi wir, ihr, dan sie. Perubahan bentuk
kata karena "kasus“ Grammatik, misalnya kata ich (saya) sebagai
subjek
kalimat
akan
berubah
bentuk
menjadi
mich
(objek
penderita), mir (objek penyerta).
17. Tempus (waktu secara gramatikal), misalnya lampau, sekarang,
dan akan datang.
18. Genus verba, dalam hal ini bentuk aktif atau pasif.
19. Grammatik disajikan secara induktif. Pengembangan kemandirian
dan berpikir kritis peserta didik dilakukan dengan menemukan
sendiri kaidah tata bahasa melalui pengamatan, analisis, dan
penyimpulan.
20. Unsur Phonetik (Aussprache und Intonation)
Sistem Vokal
Sistem
vokal
dalam
bahasa
Jerman
relatif
lebih
banyak
dibandingkan dengan bahasa Indonesia, misalnya, a, e, i, o, u, ä, ö,
dan ü. Vokal dari suku kata yang diberi tekanan dibagi secara
berpasang-pasangan, misalnya /a:/ dan /a/, /e:/ dan /ɛ/, /i:/ dan
/ɪ/, /o:/ dan /ɔ/, /u:/ dan /ʊ/, /ɛ:/ dan /ɛ/, /ø:/ dan /œ/ seperti
/y:/ dan /ʏ/.
a. Vokal yang mirip di dalam bahasa Jerman sering ditemukan
meskipun kedua vokal tersebut berbeda, seperti bunyi /ɛ:/
pada kata Käse dan kata lese diucapkan sama.
384
b. Vokal yang diucapkan pendek (kurzer, offener vorderer bis
hinterer ungerundeter Vokal) contohnya kamm, mann [a]
c. Vokal yang diucapkan panjang (langer, halboffener vorderer
ungerundeter vokal) contoh käse, lesen [ɛ:].
21. Sistem Konsonan
Konsonan adalah produksi bunyi yang mengalami hambatan.
Dalam bahasa Jerman, ini termasuk kelompok penghalang (Plosif,
Frikatif, Affrikaten) dan kelompok Sonoranten (Liquide / Laterale,
Nasale) serta semi-vokal atau semi-konsonan / j /.
22. Dalam bahasa Jerman, konsonan biasanya berhubungan dengan
huruf: B, C, D, F, G, H, J, K, L, M, N, P, Q, R, S, ß, T, V, W, X, Z.
23. Unsur Ortografi (Orthographie)
Contoh ciri khas penulisan kata dalam bahasa Jerman adalah
bahwa kata benda selalu ditulis dengan huruf besar dan memiliki
artikel, contoh das Buch (buku). Ortografi dan pengucapan dalam
bahasa
Jerman
sangat
berpengaruh.
Jika
penulisan
salah,
pengucapannya juga akan terpengaruh.
24. Selain unsur kebahasaan di atas, pembelajaran bahasa Jerman
juga menyiapkan peserta didik agar memiliki pemahaman lintas
budaya. Unsur budaya menjadi bagian yang melekat pada bahasa
sehingga disajikan secara terintegrasi ke dalam pembelajaran
bahasa Jerman. Menurut Weimann dan Höst (1991;134-142) dalam
pembelajaran bahasa Jerman juga dikenal pendekatan budaya.
Unsur budaya tidak hanya berupa data atau fakta tentang negara
Jerman
(faktische
Landeskunde),
tetapi
juga
melekat
pada
komunikasi bahasa Jerman (kommunikative Landeskunde). Peserta
didik
belajar
menumbuhkan
pemahaman
lintas
budaya
(interkulturelle Landeskunde) sehingga mereka tidak hanya dapat
memahami dan menghargai budaya yang berbeda, tetapi mereka
juga dapat memahami budaya mereka sendiri dengan lebih baik.
25. Pengembangan
kemampuan
berpikir
kritis,
mandiri,
berkepribadian, dan bertanggung jawab peserta didik dilakukan
dengan menyajikan desain pembelajaran bahasa Jerman yang
menggunakan berbagai strategi, metode, dan teknik pembelajaran.
Pembelajaran dilakukan dengan memberi ruang bagi peserta didik
untuk menggali potensi dirinya dengan menyediakan aktivitasaktivitas pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Aktivitas-
385
aktivitas belajar dapat dilakukan di dalam atau di luar kelas,
secara tatap muka atau jarak jauh. Pembelajaran bahasa Jerman
memungkinkan peserta didik dapat belajar juga secara mandiri
dengan memanfaatkan laman-laman pembelajaran bahasa Jerman.
26. Pengembangan materi pembelajaran bahasa Jerman di sekolah
mempertimbangkan
aspek
fleksibilitas
karena
beberapa
hal.
Misalnya faktor sarana prasarana, aksesibilitas sumber belajar,
kemampuan peserta didik yang berbeda, dan sosiokultural di
daerahnya. Guru dan peserta didik dapat memiliki ruang yang
leluasa untuk mengembangkan pembelajaran bahasa Jerman
sesuai dengan situasi, kondisi, dan sosiokultural di daerahnya.
Topik atau materi dapat mengalami pengulangan pada jenjang
kelas yang berbeda, namun yang membedakan pada setiap jenjang
kelas adalah tingkat keluasan dan kedalaman materi.
Elemen-elemen mata pelajaran Bahasa Jerman serta deskripsinya
Elemen
Deskripsi
Menyimak (Hӧren)
Memahami ungkapan-ungkapan komunikatif
sehari-hari, hal-hal konkret dan rutin dalam
kehidupan sehari-hari dan lingkungan sekitar
yang bersumber dari teks lisan sederhana
Berbicara (Sprechen)
Mengungkapkan ide, pikiran, atau perasaan
secara lisan tentang hal-hal konkret dan rutin
dalam kehidupan sehari-hari dan lingkungan
sekitar dengan menggunakan ungkapanungkapan komunikatif yang sederhana.
Membaca (Lesen)
Memahami informasi yang terkait dengan
ungkapan-ungkapan komunikatif sehari-hari,
hal-hal konkret dan rutin dalam kehidupan
sehari-hari dan lingkungan sekitar yang
bersumber dari teks tulis sederhana.
Menulis (Schreiben)
Mengungkapkan ide, pikiran, atau perasaan
secara tulis tentang hal-hal konkret dan rutin
dalam kehidupan sehari-hari dan lingkungan
sekitar dengan menggunakan ungkapanungkapan komunikatif yang sederhana.
D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Bahasa Jerman Setiap Fase
Fase F (Umumnya untuk kelas XI dan XII SMA/MA/Program Paket C)
Pada akhir fase F, peserta didik memiliki kemampuan berbahasa
Jerman
setara
Referenzrahmen
tingkat
fϋr
A2
Sprachen
standar
(GER,
Gemeinsame
eng.
CEFR)
Europӓische
yaitu
dapat
berkomunikasi secara lisan dan tulis dalam situasi rutinitas seharihari, ditandai dengan adanya kemampuan bertukar informasi secara
langsung mengenai hal-hal yang biasa dijumpai sehari-hari dan
386
mengungkapkan asal usul, pendidikan, lingkungan terdekat, serta halhal
yang
berhubungan
dengan
kebutuhan
primer
dengan
menggunakan kalimat-kalimat yang sederhana. Peserta didik memiliki
kemampuan berpikir kritis dengan menggunakan kemampuan kognitif
dan kemampuan linguistik melalui aktivitas mengamati, menganalisis,
menginterpretasi, mengelaborasi, menerapkan pengetahuan budaya,
memecahkan
masalah
tentang
topik
yang
dibicarakan,
serta
menyimpulkan dan mempresentasikan topik secara lisan dan tulis.
Peserta
didik
memiliki
pemahaman
terhadap
budaya
lain
dan
interaksinya dengan budaya Indonesia yang dapat mengembangkan
pemahaman yang mendalam tentang budaya Indonesia, memperkuat
identitas dirinya sebagai manusia Indonesia, dan dapat menghargai
perbedaan dalam rangka menyiapkan diri sebagai warga global (global
citizenship). Peserta didik juga mempunyai karakteristik individu yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, memiliki semangat gotong
royong, kreativitas, dan kemandirian.
Fase F Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Menyimak
Peserta didik dapat memahami informasi umum,
selektif, dan atau rinci dari teks lisan sederhana
tentang kehidupan sehari-hari dan lingkungan
sekitar.
Berbicara
Peserta didik dapat memproduksi teks lisan
sederhana dalam bentuk dialog atau monolog
tentang kehidupan sehari-hari dan lingkungan
sekitar.
Membaca
Peserta didik dapat memahami informasi umum,
selektif, dan atau rinci dari berbagai jenis teks
tulis sederhana tentang kehidupan sehari-hari
dan lingkungan sekitar.
Menulis
Peserta didik dapat menyusun teks tulis
sederhana dalam bentuk dialog, formulir isian,
email, dan atau teks sederhana lainnya tentang
kehidupan sehari-hari dan lingkungan sekitar.
387
XIII. CAPAIAN PEMBELAJARAN BAHASA KOREA SMA/MA/PROGRAM PAKET C
A. Rasional Mata Pelajaran Bahasa Korea SMA/MA/Program Paket C
Bahasa Korea (한국어) adalah bahasa yang digunakan di Semenanjung
Korea. Saat ini terdapat sekitar 78 juta penutur bahasa Korea di
seluruh dunia termasuk kelompok-kelompok besar di Amerika Serikat,
Kanada, dan Jepang. Bahasa Korea menjadi salah satu bahasa yang
paling diminati di seluruh dunia setelah merebaknya gelombang
budaya Korea “Hallyu”. Berdasarkan National Institute of Korean
Language, lonjakan bahasa Korea disebut dengan “most widely spoken
language” di dunia. Hal tersebut dapat terlihat dari meningkatnya
rangking bahasa Korea pada tahun 2014, dari sebelumnya di rangking
18 menjadi ke 13.
“Hallyu” mewabah di banyak negara termasuk Indonesia. Di awal
tahun 2000-an, kebudayaan Korea masuk ke Indonesia berupa Kdrama, K-movie, dan K-Pop. Sejak saat itu, bukan hanya entertainment
yang masuk dari Korea tetapi mencakup pariwisata, makanan, dan
kosmetik, bahkan pakaian ala Korea pun makin disukai oleh orang
Indonesia. Kerja sama Indonesia-Korea di bidang ekonomi juga
meningkat tajam. Banyak perusahaan Korea membuka kantor atau
pabriknya di Indonesia. Oleh karena itu, SDM yang mampu berbahasa
Korea semakin dibutuhkan. Tidak mengherankan bila masyarakat
Indonesia semakin tertarik untuk dapat belajar bahasa Korea, baik di
Indonesia maupun di Korea. Pendaftar ujian TOPIK (Test of proficiency
in Korean), yang menjadi salah satu syarat untuk mendaftar kuliah di
Korea, juga semakin meningkat, dan peserta ujian EPS-TOPIK
(Employment Permit System- Test of Proficiency in Korean) untuk syarat
bekerja di Korea dalam bidang manufaktur, kontruksi, pertanian, dan
perikanan juga ramai peminat.
Indonesia dan Korea Selatan telah menandatangani Nota Kesepahaman
(MoU) saat Presiden Lee Myung Bak berkunjung ke Jakarta pada tahun
2009. Bentuk kerja sama dalam MoU tersebut adalah proyek penelitian
bersama, pertukaran pengajar, peserta didik, peneliti dan ahli lainnya,
pertukaran
informasi,
pertemuan
berkala,
konferensi,
seminar,
pameran, pertukaran bahan-bahan yang diperlukan, pendirian pusat
riset pendidikan atau pelatihan, dan bentuk kerja sama pendidikan
lainnya (KBRI Seoul, Korea Selatan). Dalam sistem pendidikan di
388
Indonesia, sejak tahun 2013, bahasa Korea telah ditetapkan sebagai
salah satu mata pelajaran peminatan bahasa asing oleh Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Hal tersebut tertuang
dalam Peraturan Menteri Nomor 69 Tahun 2013 tentang Kerangka
Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah
Aliyah.
Sistem penulisan bahasa Korea disebut Hangeul, merupakan sistem
yang silabik dan fonetik.
Huruf
ini
dikenalkan
oleh
Raja
Sejong pada abad ke-15, dikenal sebagai Hunmin Jeongeum. Awalnya
Hangeul dipakai oleh orang-orang tidak berpendidikan, wanita, dan
anak-anak. Namun pada perkembangannya, Hangeul makin banyak
digunakan bahkan pada abad ke-19 dan permulaan abad ke-20.
Hangeul terdiri atas 24 huruf dasar dengan 14 konsonan dasar dan 10
vokal
dasar.
Belajar
Hangeul
melibatkan
belajar
bagaimana
menggabungkan konsonan dan vokal untuk menghasilkan suku kata
dalam bahasa Korea, yang sesuai dengan blok suku kata dalam bentuk
tertulisnya. Saat peserta didik belajar Hangeul, mereka juga belajar
tentang dasar filosofis, ilmiah, linguistik, dan budayanya. Tiga elemen
huruf vokal (•, ㅡ, ㅣ) melambangkan tiga elemen masing-masing dalam
kosmologi oriental langit, bumi, dan manusia. Adapun konsonan huruf
melambangkan bentuk alat bicara bibir, gigi, lidah, dan tenggorokan.
Bahasa Korea merupakan bahasa aglutinatif. Peserta didik belajar
menggabungkan berbagai partikel atau sufiks ke nominal atau kata
kerja
untuk
mengekspresikan
berbagai
informasi
tata
bahasa,
semantik atau pragmatis. Urutan kata dalam bahasa Korea merupakan
subjek-objek-kata kerja (SOV). Namun, peserta didik juga dapat
memahami jika urutan kata dalam bahasa Korea adalah fleksibel
selama kata kerja ada akhir kalimat. Hal ini bisa dipahami karena
secara kontekstual dapat dibiarkan terekspresikan dalam wacana
Korea.
Budaya menghormati adalah salah satu fitur penting dalam budaya
Korea.
Peserta
didik
yang
mempelajari
bahasa
Korea
harus
memperhatikan fungsi tindak tutur dan unsur sosial dan budayanya.
Pembelajaran bahasa Korea di tingkat SMA/MA dalam kerangka profil
pelajar Pancasila bertujuan agar peserta didik memiliki kebinekaan
global dengan memberikan kesempatan bagi mereka untuk membuka
389
wawasan tentang diri, bangsa, dan dunia. Peserta didik yang
mempelajari
bahasa
Korea
akan
memberi
kemampuan
dan
pengetahuan tentang budaya, etos kerja, dan pola pikir bangsa lain.
Selain itu, proses interkultural dapat meningkatkan penghargaan
terhadap
budaya
memperkuat
lain,
identitas
pemahaman
diri,
dan
tentang
kemampuan
budaya
bangsa,
berpikir
kritis.
Pembelajaran bahasa Korea dapat membantu peserta didik untuk siap
menjadi
SDM
yang
memahami
nilai-nilai
Pancasila
sekaligus
berwawasan global.
B. Tujuan Mata Pelajaran Bahasa Korea SMA/MA/Program Paket C
Mata pelajaran bahasa Korea bertujuan untuk memastikan peserta
didik:
1. Mengembangkan kompetensi komunikatif dalam Bahasa Korea
dengan
berbagai
teks
multimodal
(lisan,
tulisan,
visual,
audiovisual).
2. Mengembangkan kompetensi interkultural untuk memahami dan
menghargai perspektif, praktik, dan produk budaya Indonesia dan
budaya asing.
3. Mengembangkan keterampilan bernalar kritis dan kreatif dalam hal
melihat perbandingan bahasa dan budaya antara Indonesia dan
Korea.
4. Mengembangkan kepercayaan diri untuk berekspresi sebagai
individu yang mandiri dan bertanggung jawab.
C. Karakteristik Mata Pelajaran Bahasa Korea SMA/MA/Program Paket C
1. Bahasa Korea adalah verb-final language, bahasa yang verbanya
selalu berada di akhir kalimat (Iksop, 2006). Bahasa Korea juga
merupakan bahasa aglutinatif yang melekatkan bentuk gramatikal
untuk menandai fungsi kata dalam kalimatnya.
2. Ruang lingkup materi pembelajaran bahasa Korea disesuaikan
dengan kesiapan peserta didik SMA/MA. Capaian pembelajaran
bahasa Korea dikategorikan pada fase F, umumnya pada kelas 11
dan 12 .
3. Capaian pembelajaran Bahasa Korea mengacu pada kemahiran
tingkat dasar yang setara dengan A1 pada CEFR. Tingkat
kemahiran dasar itu dapat dipelajari pada jenjang MA/SMA dalam
rentang 2 (dua) tahun dan kemahiran yang diharapkan dapat
390
dicapai pada akhir masa pembelajaran adalah setara Topik level
dasar (level 1).
4. Pembelajaran
Bahasa
Korea
dilakukan
secara
terpadu
yang
mencakup keterampilan menyimak, membaca, berbicara, dan
menulis pada satu pertemuan.
Elemen-elemen mata pelajaran serta deskripsinya
Elemen
Deskripsi
Menyimak
Keterampilan untuk menerima informasi, memberikan
apresiasi kepada lawan bicara, dan memahami
informasi yang didengar, sehingga peserta didik dapat
menyampaikan tanggapan secara relevan dan
kontekstual. Proses yang terjadi dalam menyimak
mencakup kegiatan seperti mendengarkan,
mengidentifikasi, memahami, menginterpretasi bunyi
bahasa lalu menyimpulkan makna. Kemampuan
peserta didik berkomunikasi non verbal yang
mencakup seberapa baik menangkap makna (tersirat
dan tersurat) pada sebuah paparan lisan.
Berbicara
Keterampilan untuk menyampaikan gagasan, pikiran,
serta perasaan secara lisan dalam interaksi sosial
secara sederhana. Mampu melakukan percakapan
sederhana yang berkaitan dengan rutinitas seharihari, seperti meminta bantuan, menggunakan fasilitas
publik, berinteraksi dengan lingkungan sekolah, dan
tempat tinggal.
Membaca
Keterampilan untuk dapat mengartikulasikan bunyi
sesuai dengan aturan pelafalan dalam Bahasa Korea,
memahami, menggunakan, dan merefleksi kalimat dan
teks sederhana sesuai tujuan dan kepentingannya,
untuk mengembangkan pengetahuan dan potensinya.
Menulis
Keterampilan untuk menuliskan kembali kosakata
atau kalimat (받아 쓰기), menyampaikan gagasan
sederhana, membuat kalimat formal dan informal yang
sesuai dengan konteks, serta membuat teks deskripsi,
narasi dan teks prosedur sangat sederhana
menggunakan aksara Hangeul.
D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Bahasa Korea Setiap Fase
Fase F (Umumnya untuk kelas XI dan XII SMA/MA/Program Paket C)
Pada akhir Fase F, peserta didik mengenal hubungan bunyi, huruf,
bilangan, dan mampu menggabungkannya menjadi kosakata dalam
bahasa Korea serta memproduksi tulisan berupa kalimat, frase,
paragraf, teks narasi, deskripsi, dan prosedur sederhana. Peserta didik
memahami bahwa bahasa Korea memiliki tingkatan bahasa, yaitu
informal, semi-formal, formal, dan bentuk Honorifik sederhana. Peserta
didik juga mampu memahami bahasa Korea lisan untuk membantu
391
mereka berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain dalam
situasi sosial sehari-hari yang familiar/lazim/rutin, baik dalam situasi
formal maupun informal.
Fase F Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Menyimak 듣기
Peserta didik menggunakan Bahasa Korea untuk
berinteraksi dalam lingkup situasi sosial dan sekolah
yang makin luas namun masih dapat diprediksi (rutin).
Berbicara 말하기
Peserta didik menggunakan bahasa formula untuk
berpartisipasi dalam rutinitas kelas dan aktivitas
belajar seperti menyampaikan perasaan,
menyampaikan kebutuhan, meminta pertolongan,
membuat pertanyaan sederhana, meminta klarifikasi
dan meminta izin. Mereka menggunakan beberapa
strategi untuk mengidentifikasi informasi penting/inti
dalam berbagai konteks seperti meminta pembicara
untuk mengulangi atau berbicara dengan lebih pelan,
atau bertanya arti sebuah kata, serta mengikuti
rangkaian instruksi sederhana yang berkaitan dengan
prosedur kelas dan aktivitas belajar
Membaca 읽기
Peserta didik memahami kata-kata yang sering
digunakan sehari-hari dan memahami kata-kata baru
dengan bantuan gambar/ilustrasi serta kalimat dalam
konteks yang dipahami peserta didk, mereka membaca
dan memberikan respon terhadap kalimat dan teks
pendek, sederhana dan familiar dalam bentuk tulisan
maupun digital, serta menemukan informasi pada
sebuah kalimat dan menjelaskan topik dari teks
sederhana yang dibaca atau diamatinya.
Menulis 쓰기
Peserta didik menunjukkan pemahaman terhadap
beberapa hubungan bunyi-huruf dalam Bahasa Korea
dan ejaan dari kata-kata yang umum digunakan dalam
menulis, dan menggunakan kosakata yang berkaitan
dengan lingkungan sekolah dan rumah, juga
menggunakan beberapa strategi dasar seperti menyalin
kata atau frasa dari buku. Mereka mengomunikasikan
ide dan pengalamannya melalui gambar, salinan
tulisan, dan tulisan sederhana serta menunjukkan
perkembangan pemahaman terhadap proses menulis
untuk menghasilkan kalimat dan teks sederhana.
392
XIV. CAPAIAN PEMBELAJARAN BAHASA MANDARIN SMA/MA/PROGRAM
PAKET C
A. Rasional Mata Pelajaran Bahasa Mandarin SMA/MA/Program Paket C
Bahasa Mandarin, bahasa nasional negara RRC, merupakan salah
satu bahasa resmi PBB dan salah satu bahasa yang paling banyak
dituturkan di seluruh dunia. Hal ini sejalan dengan perkembangan
ekonomi dan kemajuan teknologi negara RRC dalam era revolusi
industri 4.0 dan kebijakan OBOR (One Belt One Road) sebagai salah
satu
bentuk
dari
fenomena
globalisasi
yang
menciptakan
efek borderless bagi setiap negara yang dilaluinya. Sebagai projek
konektivitas
global
yang
dicanangkan
pemerintah
RRC
melalui
pembangunan infrastruktur dan jalur transportasi darat dan laut yang
menghubungkan negara RRC dengan kawasan Asia, Eropa, dan Afrika,
kebijakan OBOR ini menciptakan potensi dan tantangan berupa
persaingan ekonomi dan persaingan antara tenaga kerja lokal dan
tenaga kerja asal RRC. Keadaan ini menciptakan kebutuhan SDM yang
mampu berbahasa Mandarin (Wibawati, 2018).
Karakteristik bahasa Mandarin jauh berbeda dengan bahasa Indonesia,
mulai dari segi fonetik, tata bahasa, hingga aksara Han atau karakter
Cina atau Hanzi sebagai bahasa tulisnya. Oleh karena itu, sangat
diperlukan suatu pendekatan pembelajaran yang tidak hanya memberi
dasar
pengetahuan
kebahasaan
(empat
unsur
kebahasaan
dan
pengetahuan kebudayaan), tetapi juga melatih empat keterampilan
berbahasa. Pendekatan komunikatif menjadi pendekatan yang dapat
digunakan dalam pembelajaran terpadu pada masing-masing satuan
pendidikan. Selain melibatkan keikutsertaan aktif peserta didik,
pendekatan ini berjalan bersama dengan pembelajaran berbasis teks
yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik dan
mengembangkan
bukan
hanya
pengetahuan,
melainkan
juga
keterampilan berbahasa.
Dengan mempelajari bahasa Mandarin, diharapkan peserta didik
memiliki kompetensi global dengan tetap mempertahankan nilai-nilai
luhur bangsa dalam rangka berkontribusi pada masyarakat luas
sebagai perwujudan manusia yang berakhlak mulia. Pembelajaran
bahasa Mandarin juga mendorong pelajar menjadi kreatif, percaya diri,
aktif, bernalar kritis, bermotivasi, dan mandiri sebagai perwujudan
Profil Pelajar Pancasila.
393
B. Tujuan Belajar Mata Pelajaran Bahasa Mandarin SMA/MA/Program
Paket C
Pembelajaran bahasa Mandarin bertujuan agar peserta didik:
1. memiliki pengetahuan dasar tentang unsur kebahasaan bahasa
Mandarin yang menyeluruh dan komprehensif mencakupi ranah
fonetik, kosakata, struktur tata bahasa, dan aksara Cina (Hanzi);
2. mengembangkan keterampilan berkomunikasi yang kreatif dan
inovatif dalam bahasa Mandarin lisan dan tulis dengan penguasaan
kosakata dan tata bahasa yang terdapat dalam HSK 1 atau yang
setara dengan CEFR A1;
3. memiliki
pemahaman
lintas
budaya
Cina–Indonesia
yang
terintegrasi dengan pengetahuan kebahasaan bahasa Mandarin
sehingga
mampu
menggunakan
bahasa
Mandarin
dalam
berkomunikasi lisan dan tulis sesuai konteks situasi, kondisi, dan
lawan bicara
dengan kaidah bahasa Mandarin yang baik dan
benar.
C. Karakteristik Mata Pelajaran Bahasa Mandarin SMA/MA/Program
Paket C
1. Sebagai bahasa tonal atau bahasa yang memiliki ton/tona sebagai
segmen suprasegmental, bahasa Mandarin memiliki keunikan
dalam tataran fonetik atau tata bunyi, yaitu memiliki ton/tona
berbeda yang berfungsi membedakan arti. Perbedaan ton/tona
tersebut memengaruhi makna, baik makna kata maupun makna
kalimat secara keseluruhan. Oleh karena itu, pembelajaran tona
bahasa Mandarin menjadi bagian atau tahap krusial yang memiliki
porsi khusus yang dibelajarkan, baik secara terpisah maupun
terintegrasi dalam pembelajaran fonetik secara keseluruhan.
2. Bahasa Mandarin pun memiliki keunikan
dalam pembentukan
kata (morfologi), struktur kalimat, serta penulisan aksara yang
memiliki perbedaan yang cukup jauh dari bahasa Indonesia.
3. Tulisan bahasa Mandarin berupa Hanzi merupakan bagian tersulit
dalam pembelajaran bahasa Mandarin karena jumlah aksara yang
banyak (kira-kira tiga ribu aksara) serta bentuk yang kompleks
berupa guratan membentuk gambar bermakna.
4. Mata pelajaran bahasa Mandarin saat ini dibelajarkan sesuai
kesepakatan
para
penyelenggara
pendidikan.
Ada
institusi
pendidikan yang menjadikan mata pelajaran bahasa Mandarin
394
sebagai salah satu mata pelajaran intrakurikuler, ada yang
memasukkannya sebagai mata pelajaran muatan lokal, ada pula
yang menjadikannya sebagai mata pelajaran ekstrakurikuler.
5. Peserta didik yang pernah mempelajari bahasa Mandarin pada
jenjang
pendidikan
sebelumnya
diberikan
tes
awal
untuk
mengetahui kemampuan dasar yang telah dimiliki sekaligus untuk
membuat standardisasi pengetahuan dan keterampilan peserta
didik.
6. Berkaitan dengan alokasi waktu pada
mata pelajaran bahasa
Mandarin, pembelajaran bahasa Mandarin dilaksanakan sebagai
sebuah mata pelajaran terpadu dengan model pembelajaran
fragmented.
7. Pembelajaran empat keterampilan kebahasaan dibelajarkan dalam
setiap pertemuan dengan persentase yang berbeda pada setiap
keterampilan. Pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara
diutamakan.
Keterampilan
membaca
lebih
diutamakan
pada
membaca Hanyu Pinyin (sistem Latinisasi Hanzi) dan bukan pada
membaca Hanzi. Sementara itu, keterampilan menulis juga hanya
memberi dasar-dasar penulisan guratan dan urutan penulisan
Hanzi dan bukan
pada keterampilan menulis kalimat atau
karangan dengan Hanzi.
Elemen-elemen mata pelajaran serta deskripsinya
Elemen
Deskripsi
Menyimak
Menyimak merupakan keterampilan menerima input
lisan yang didengar dalam bentuk beragam bunyi
ujaran dan kemudian mengolah input tersebut
sehingga mampu memahami informasi yang
disampaikan, baik berupa kosakata, struktur
kalimat, makna, dan sebagainya. Keterampilan
menyimak merupakan salah satu kemampuan dasar
yang harus dimiliki untuk mencapai tujuan
berkomunikasi. Oleh karena itu, dibutuhkan
pengetahuan kebahasaan dan pengetahuan
nonkebahasaan. Pengetahuan kebahasaan
mencakupi pengetahuan fonetik, kosakata, tata
bahasa, dan wacana. Pengetahuan nonkebahasaan
mencakupi pengetahuan tentang konteks (situasi
dan latar budaya), pragmatis atau penggunaan
bahasa, pengetahuan keilmuan lain, pengetahuan
umum keseharian, serta pengetahuan lain (Zhu,
2018).
Berbicara
Keterampilan berbicara bukan hanya mengucapkan
bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata yang
mengekspresikan, menyatakan, atau menyampaikan
pikiran, gagasan, dan perasaan, terlebih lagi,
395
Elemen
Deskripsi
berbicara. Keterampilan berbicara merupakan suatu
cara mengomunikasikan gagasan-gagasan yang
disusun serta dikembangkan sesuai kebutuhan
pendengar atau penyimak. Karena berbicara
merupakan alat komunikasi sosial, berbicara
setidaknya memiliki tiga tujuan umum, yaitu
memberitahukan atau melaporkan (to inform),
menjamu dan menghibur (to entertain), serta
membujuk, mengajak, mendesak, dan menyakinkan
(to persuade) (Tarigan, 2013).
Membaca
Membaca merupakan keterampilan yang dimiliki
seseorang sebagai suatu proses mengolah simbolsimbol tertulis yang dilihatnya. Keterampilan ini
merupakan suatu proses mereka/ memperkirakan,
mengidentifikasi, memilih, dan memahami informasi
yang terdapat dalam bahan/teks bacaan.
Keterampilan membaca dalam bahasa Mandarin
secara khusus memerlukan pemahaman mendasar
terhadap Hanzi yang tersimpan di dalam memori
yang memungkinkan seseorang menangkap makna
setiap aksara dan makna kata serta makna kalimat
(Yang, 2007).
Menulis
Keterampilan menulis meliputi cara menuliskan
Hanzi, frasa, dan kalimat pendek dengan benar
sesuai kaidah penulisan aksara Han. Pada awal
pembelajaran, keterampilan menulis aksara Han
dititikberatkan pada penulisan guratan, urutan
guratan, serta pengetahuan dasar terkait radikal
dan komponen aksara Han (Hanban, 2008).
D. Capaian
Pembelajaran
Mata
Pelajaran
Bahasa
Mandarin
SMA/MA/Program Paket C Setiap Fase
Fase F (Umumnya untuk kelas XI dan XII SMA/MA/Program Paket C)
Pada akhir fase F, peserta didik memiliki kemampuan berkomunikasi
dengan teks interaksional dan transaksional, baik lisan maupun tulis
dengan memperhatikan fungsi sosial, struktur teks, unsur kebahasaan,
dan pengetahuan lintas budaya sesuai konteks penggunaannya.
Peserta didik mengaplikasikan kosakata dan struktur tata bahasa
untuk mengekspresikan gagasannya secara lisan dan tulisan dalam
beragam ujaran sederhana melalui keterampilan menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis setara HSK 1 atau CEFR A1.
Fase F Berdasarkan Elemen
Elemen
Menyimak
Capaian Pembelajaran
Peserta didik mampu menangkap ide, gagasan, dan
informasi dalam bahasa Mandarin lisan yang sangat
sederhana. Peserta didik memiliki kemampuan dasar
berkomunikasi dan memiliki kemampuan untuk
belajar bahasa Mandarin lebih lanjut dalam ranah
bahasa lisan secara reseptif dengan memperhatikan
396
Elemen
Berbicara
Membaca
Menulis
Capaian Pembelajaran
struktur teks dan fungsi sosial.
Peserta didik memiliki kemampuan dasar
berkomunikasi dan memiliki kemampuan untuk
belajar bahasa Mandarin lebih lanjut dalam ranah
bahasa lisan secara produktif dengan
memperhatikan struktur teks dan fungsi sosial.
Peserta didik diharapkan mampu melafalkan ulang
setiap ujaran dengan benar, merespons sapaan
orang lain, memperkenalkan identitas diri, serta
mengungkapkan kebutuhan sendiri atau meminta
bantuan dengan atau tanpa bantuan alat/ bahasa
tubuh.
Peserta didik mampu menangkap ide, gagasan, dan
informasi dalam teks bahasa Mandarin tulis yang
sangat sederhana. Peserta didik diharapkan mampu
mengerti dan mengenali beberapa aksara dan
kalimat sederhana untuk berkomunikasi, untuk
belajar bahasa Mandarin lebih lanjut dalam ranah
bahasa tulis secara reseptif. Pada pembelajaran
membaca bahasa Mandarin tingkat dasar,
pengenalan aksara Han tidak menjadi yang utama.
Pembelajaran membaca lebih diutamakan pada
pemahaman bacaan yang ditulis dalam bentuk
Hanyu Pinyin.
Peserta didik mampu menulis Hanzi dasar sesuai
kaidah penulisan yang benar, seperti arah guratan,
urutan guratan, komposisi, dan radikal dengan
menguasai 100–300 kosakata terkait kehidupan
sehari-hari dan kehidupan sekolah.
397
XXV. CAPAIAN PEMBELAJARAN BAHASA PRANCIS SMA/MA/PROGRAM
PAKET C
A. Rasional Mata Pelajaran Bahasa Prancis SMA/MA/Program Paket C
Bahasa Prancis merupakan bahasa internasional yang resmi dipakai di
PBB dan organisasi internasional lainnya serta memiliki penutur lebih
dari 300 juta di dunia. Posisi negara Prancis di bidang penelitian telah
diakui oleh dunia karena keberhasilannya dalam meraih 69 hadiah
Nobel dan 14 medali Fields bidang matematika. Bahasa Prancis
memiliki peran penting di beberapa bidang, misalnya industri dan
teknologi untuk bidang aeronautika, satelit, agroteknologi, kimia dan
obat-obatan, serta industri berbasis generasi 4.0 menjadi unggulan
pada pendidikan tinggi dan bidang penelitian. Selain itu, banyak karya
sastra besar yang ditulis oleh sastrawan Prancis dan bahasa Prancis
juga merupakan bahasa utama yang digunakan dalam bidang kuliner
dan mode. Berdasarkan hal-hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa
bahasa Prancis memiliki peranan yang penting di dunia. Dengan
demikian, bahasa Prancis penting untuk diajarkan di Indonesia untuk
tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA/MA/Program Paket C).
Pembelajar bahasa Prancis di SMA/MA/Program Paket C diharapkan
mampu menguasai bahasa Prancis sebagai bahasa asing sesuai
standar level A2.2 CECRL (Cadre Européen Commun de Références pour
Les Langues) yaitu penutur dapat memahami dan menggunakan istilah
dan kosakata dasar yang sederhana dan biasa digunakan sehari-hari.
Penutur dapat mengerti ungkapan-ungkapan dan kosakata yang
berhubungan dengan keluarga, jual-beli, lingkungan, dan pekerjaan.
Pemahaman teks berupa iklan, jadwal, dan pesan singkat. Penutur
dapat memperkenalkan diri dan orang lain, bisa bertanya dan
menjawab pertanyaan mengenai data diri seperti tempat tinggal, orang
sekitar, dan barang miliknya. Ia bisa berinteraksi secara sederhana
dan jelas mengenai keluarga, kondisi dan kehidupan orang-orang
sekitarnya,
dan
kehidupan
profesionalnya.
Penutur
dapat
juga
membuat surat sederhana. Dengan demikian mempelajari bahasa
Prancis dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik bukan
hanya berlatih meningkatkan kecerdasan intelektual tetapi juga
menjadi sarana untuk memperkaya budaya para peserta didik karena
keterampilan
berbahasa
Prancis
akan
sangat
berguna
untuk
menunjang karir masa depan mereka. Untuk menunjang karir masa
398
depan mereka tidak hanya dibekali oleh keterampilan berbahasa tetapi
juga pemahaman dan pengenalan budaya Prancis, seperti dunia mode,
intervieu pekerjaan, sistem pendidikan, dan kuliner yang khas ala
Prancis sebagai pengenalan budaya Prancis pada peserta didik.
Standar CECRL menetapkan estimasi jumlah jam pelajaran untuk
mencapai kemampuan berbahasa Prancis pada tingkat tertentu. Tabel
di
bawah
ini
menyajikan
jumlah
jam
pelajaran
dan
tingkat
kemampuan berbahasa Prancis.
NIVEAUX DE LANGUE ET NOMBRES D’HEURES
Niveaux de langue et nombre d’heures
Échelle du cadre européen
Examens
DELF/DALF
Nombre d’heures
A1 – Niveau Introductif
96
DELF A1
A2 – Niveau Intermédiaire
240
DELF A2
B1 – Niveau Seuil
400
DELF B1
B2 – Niveau Avancé
600
DELF B2
C1 – Niveau Autonome
900
DALF C1
C2 – Niveau Maîtrise
1000+
DALF C2
(Sumber : http://www.af.org.hu/spip.php?article775&lang=fr)
Selama kelas XI dan XII peserta didik belajar bahasa Prancis dengan
alokasi waktu enam (6) jam pelajaran per minggu setara dengan 324
Jam baik di kelompok bahasa maupun peminatan. Apabila dihitung
total alokasi waktu untuk belajar bahasa Prancis selama dua (2) tahun
atau empat (4) semester, maka peserta didik dapat mencapai tingkat
A2.2 bahkan dapat mencapai A2. Berdasarkan data dan fakta tentang
peluang, tujuan, kebermaknaan penguasaan bahasa Prancis, dan total
alokasi waktu belajar yang tersedia, maka capaian pembelajaran
bahasa Prancis mengacu pada standar CECRL tingkat A2.2 setara A2.
Mata pelajaran bahasa Prancis diajarkan dengan menggunakan
beberapa pendekatan (berbasis teks, penyingkapan bahasa, dan
berbasis proyek) melalui pemanfaatan beragam teks (lisan, tulis,
visual, audiovisual), serta kegiatan yang mendorong peserta didik
untuk berkomunikasi dan berinteraksi menggunakan bahasa.
399
Profil Pelajar Pancasila merupakan karakter dan kompetensi yang ingin
dituju sebagai luaran jangka panjang. Keenam dimensi profil pelajar
Pancasila harus diterapkan dan diapliaksikan di kelas pembelajaran
bahasa Prancis. Selama proses pembelajaran peserta didik diharapkan
untuk mandiri seperti mencari sumber rujukan yang ditugaskan oleh
guru di internet. Ketika guru menerangkan suatu wacana peserta didik
diaharapkan dapat menganalisa berdasarkan sumber yang mereka
baca. Dengan banyaknya jumlah peserta didik di kelas (antara 30 s.d
48 peserta didik) proses pembelajaran seharusnya dilakukan secara
berkelompok. Guru memberikan tugas dengan Project Based Learning.
Tujuan pendekatan ini agar peserta didik bisa bekerja bersama (Gotong
Royong) menghargai satu sama lain (Berkebhinekaan Global) dan
membuat mereka kreatif.
B. Tujuan Mata Pelajaran Bahasa Prancis SMA/MA/Program Paket C
Mata pelajaran bahasa Prancis bertujuan untuk memastikan peserta
didik :
1. Menguasai
dan
mengembangkan
kemampuan
berkomunikasi
dalam bahasa Prancis tulis dan lisan dalam konteks kehidupan
sehari-hari dan lingkungan sekitar peserta didik;
2. Menguasai keterampilan berbahasa Prancis minimal setara dengan
tingkat A2 standar CECRL (Cadre Européen Commun de Références
pour Les Langues);
3. Mengembangkan pemahaman lintas budaya untuk memahami dan
menghargai budaya yang berbeda dan meningkatkan pemahaman
terhadap budaya sendiri;
4. Mengembangkan kepercayaan diri untuk berekspresi sebagai
individu
yang
religius,
mandiri,
berkepribadian,
dan
bertanggungjawab dalam rangka mempersiapkan diri menjadi
warga global (global citizenship);
5. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif; dan
6. Mengembangkan
kemampuan
literasi
melalui
pengembangan
strategi membaca berbagai jenis teks sedehana berbahasa Prancis.
C. Karakteristik Mata Pelajaran Bahasa Prancis SMA/MA/Program Paket C
1. Mata pelajaran bahasa Prancis diberikan melalui materi yang
memuat :
a. peningkatan kecakapan hidup peserta didik melalui ungkapan
sehari-hari yang sederhana untuk memperkenalkan diri atau
400
orang lain, mengajukan dan menjawab pertanyaan tentang
tempat tinggal, hubungan keluarga, hobi atau kegemaran serta
kepemilikan benda; dan
b. peningkatan kesadaran dan kepedulian peserta didikterhadap
lingkungan fisik dan lingkungan sosial budayanya.
2. Mata pelajaran bahasa Prancis terdiri atas keterampilan reseptif
yang mencakup menyimak dan membaca, dan keterampilan
produktif yaitu berbicara dan menulis sesuai standar level A2.2
CECRL.
Area
Pembelajaran
Bahasa Prancis
Keterampilan
Sub-keterampilan
Reseptif
Menyimak
Membaca
Berbicara
Menulis
Produktif
Elemen bahasa Prancis dan deskripsinya.
Elemen
Menyimak
(Compréhension orale)
Berbicara (Production
orale)
Deskripsi
Keterampilan seseorang menerima informasi,
memberikan apresiasi kepada lawan bicara,
dan memahami informasi yang didengar,
sehingga ia dapat menyampaikan tanggapan
secara relevan dan kontekstual berkaitan
dengan ungkapan-ungkapan komunikatif
sehari-hari, hal-hal konkrit dan rutin dalam
kehidupan sehari-hari dan lingkungan sekitar,
yang bersumber dari teks lisan sederhana.
Keterampilan untuk menyampaikan gagasan,
pikiran, serta perasaan secara lisan
dalam interaksi sosial dengan cara yang
sederhana, perlahan, jelas, dan kooperatif
untuk mengungkapkan sesuatu dan
berinteraksi: ide, pikiran atau perasaan
secara lisan tentang hal-hal konkret dan rutin
dalam kehidupan sehari-hari dan lingkungan
sekitar dengan menggunakan ungkapanungkapan komunikatif yang sederhana.
Membaca
(Compréhension écrite)
Keterampilan seseorang untuk memahami,
menggunakan, dan merefleksi teks sesuai
tujuan dan kepentingannya untuk
mengembangkan pengetahuan dan potensinya
agar ia dapat berpartisipasi dengan masyarakat
untuk memahami informasi yang terkait
dengan ungkapan-ungkapan komunikatif
sehari-hari, hal-hal konkrit dan rutin dalam
kehidupan sehari-hari dan lingkungan sekitar,
yang bersumber dari teks tulis sederhana.
Menulis (Production
écrite)
Keterampilan seseorang untuk menyampaikan,
mengomunikasikan gagasan, mengisi formulir;
401
Elemen
Deskripsi
menulis beberapa kalimat dan ungkapan
sederhana tentang dirinya atau lingkungan
terdekatnya sesuai konteks untuk
mengungkapkan ide, pikiran atau perasaan
secara tulis tentang hal-hal konkrit dan rutin
dalam kehidupan sehari-hari dan lingkungan
sekitar dengan menggunakan ungkapanungkapan komunikatif yang sederhana.
Pembelajaran bahasa Prancis mencakup keterampilan berbahasa
reseptif (menyimak dan membaca) dan produktif (berbicara dan
menulis). Pembelajaran keempat keterampilan berbahasa disajikan
secara terintegrasi. Keterampilan reseptif terdiri dari sub-keterampilan
penguasaan Vocabulaires (kosakata) dan Grammaires (kaidah tata
bahasa), yang dilengkapi dengan sub-keterampilan membedakan
secara auditif untuk keterampilan menyimak (Compréhension orale)
dan
sub-keterampilan
membedakan
secara
ortografis
untuk
keterampilan membaca (Compréhension écrite). Keterampilan produktif
terdiri dari sub-keterampilan penguasaan dan penerapan Vocabulaires
(kosakata) dan Grammaires (kaidah tata bahasa), yang dilengkapi
dengan sub-keterampilan membedakan dan menggunakan tandatanda auditif untuk keterampilan berbicara (Production orale) dan subketerampilan membedakan dan menggunakan tanda-tanda ortografis
untuk keterampilan menulis (Production écrite). Pembelajaran unsur
kebahasaan dilakukan secara terintegrasi dalam empat keterampilan
berbahasa. Keempat keterampilan tersebut dilatihkan dan digunakan
dalam
konteks
komunikasi
sehingga
harus
disajikan
secara
kontekstual sesuai konteks budaya yang tepat.
Bahasa Prancis memiliki karakteristik yang membedakannya dengan
bahasa lainnya. Misalnya :
1. ‘Articles’
Artikel menemani kata benda. Articles indéfinis, articles définis,
dan articles contractés.
Contoh: Un, une, des,le, la, les, au, à là, aux.
2. Kata kerja atau verba (Verbes) yang mengalami perubahan
(conjugaison)
Contoh:
infinitif être: Je suis , tu es, il/elle est, nous sommes, vous êtes,
ils/elles sont.
402
3. Angka : 17 : dix-sept, 70 : soixante-dix, 80 : quatre vingts.
Di samping pembelajaran melalui bahasa, peserta didik juga disiapkan
untuk memiliki pemahaman lintas budaya. Bahasa tidak luput dari
unsur budaya maka penyajian budaya terintegrasi pembelajaran
bahasa Prancis. Pembelajaran budaya tidak hanya berupa data atau
fakta tentang negara Prancis (civilisation française), namun juga
melekat pada komunikasi bahasa Prancis. Tujuan pemahaman lintas
budaya agar peserta didik dapat memahami dan menghargai budaya
mereka lebih baik.
Peserta didik diharapkan dapat mengembangkan kemampuan berpikir
kritis, mandiri, berkepribadian, dan bertanggungjawab. Oleh karena
itu penyajian desain pembelajaran bahasa Prancis menggunakan
berbagai strategi, metode dan teknik pembelajaran. Peserta didik
diharapkan dapat menggali potensi dirinya secara aktif dan mandiri
dalam proses pembelajaran baik secara tatap muka atau jarak jauh.
Keberhasilan
proses
pembelajaran
tidak
hanya
melalui
proses
pembelajaran saja tetapi juga melalui sarana prasarana, aksesbilitas
sumber-sumber belajar, kemampuan peserta didik yang berbeda, dan
sosio-kultural di daerahnya. Guru dan peserta didik dapat memiliki
ruang yang leluasa untuk mengembangkan pembelajaran Bahasa
Prancis sesuai dengan situasi, kondisi dan sosio-kultural di daerahnya.
Topik atau materi dapat mengalami pengulangan pada jenjang kelas
yang berbeda, namun yang membedakan pada tiap jenjang kelas
adalah tingkat keluasan dan kedalaman materi.
D. Capaian Pembelajaran Bahasa Prancis Setiap Fase
Fase F (Umumnya untuk kelas XI dan XII SMA/MA/Program Paket C)
Pada akhir fase F, peserta didik memiliki kemampuan berbahasa
Prancis minimal setara tingkat A2.2 CECRL (Cadre Européen Commun
de Références pour Les Langues) yaitu dapat berkomunikasi secara
lisan dan tulis dalam situasi rutinitas sehari-hari, ditandai dengan
adanya kemampuan bertukar informasi secara langsung mengenai halhal yang biasa dijumpai sehari-hari, dan mengungkapkan asal usul,
pendidikan, lingkungan terdekat serta hal-hal yang berhubungan
dengan kebutuhan primer dengan menggunakan kalimat-kalimat yang
sederhana.
403
Fase F Berdasarkan Elemen.
Elemen
Capaian Pembelajaran
Menyimak
Pada fase ini peserta didik dapat menemukan informasi
umum dari teks lisan sederhana tentang kehidupan
sehari-hari dan lingkungan sekitar. Contoh: Peserta
didik dapat mengerti dan menjawab tema dari tiga atau
empat teks lisan tentang situasi sehari-hari. Peserta
didik juga dapat menemukan informasi selektif dan
atau rinci dari teks lisan sederhana tentang kehidupan
sehari-hari dan lingkungan sekitar. Contoh: Peserta
didik dapat mengerti dan menjawab tema dari tiga atau
empat teks lisan tentang situasi sehari-hari.
Berbicara
Pada fase ini peserta didik dapat memperkenalkan diri,
memperkenalkan seseorang atau sesuatu secara
sederhana. Peserta didik dapat mempresentasikan
suatu peristiwa, kegiatan, rencana, dan lain-lain secara
sederhana serta bertanya dan memberikan informasi
tentang kehidupan sehari-hari secara sederhana
dengan menggunakan ungkapan-ungkapan sehari-hari.
Membaca
Pada fase ini peserta didik dapat menemukan informasi
umum dari berbagai jenis teks tulis sederhana tentang
kehidupan sehari-hari dan lingkungan sekitar. Peserta
didik juga dapat menemukan informasi selektif dan
atau rinci dari berbagai jenis teks tulis sederhana
tentang kehidupan sehari-hari dan lingkungan sekitar.
Contoh : Peserta didik dapat mengerti dan menjawab
tema dari tiga atau empat teks tertulis tentang situasi
sehari-hari.
Menulis
Pada fase ini peserta didik dapat menuliskan aktivitas
sehari-hari dalam bentuk surat tidak resmi, pos-el,
atau media sosial lainnya antara 60 s.d. 80 kata serta
balasan dari undangan, pos-el, surat tidak resmi
tentang kehidupan sehari-hari dan lingkungan sekitar
minimal 60 kata.
KEPALA BADAN STANDAR, KURIKULUM,
DAN ASESMEN PENDIDIKAN,
TTD.
ANINDITO ADITOMO
Salinan sesuai dengan aslinya,
Kepala Subbagian Tata Usaha,
IFAN FIRMANSYAH
NIP 198210152009121003
404
SALINAN
LAMPIRAN II
KEPUTUSAN
KEPALA
BADAN
STANDAR,
KURIKULUM, DAN ASESMEN PENDIDIKAN
NOMOR 008/KR/2022
TENTANG
CAPAIAN PEMBELAJARAN
PADA PENDIDIKAN
ANAK USIA DINI, JENJANG PENDIDIKAN DASAR,
DAN JENJANG PENDIDIKAN MENENGAH
PADA KURIKULUM MERDEKA
CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN KELOMPOK KEJURUAN
UNTUK SMK/MAK PADA KURIKULUM MERDEKA
Capaian Pembelajaran untuk semua mata pelajaran dalam kelompok umum,
mata pelajaran Matematika dan mata pelajaran Bahasa Inggris dalam kelompok
kejuruan untuk SMK/MAK mengacu pada Capaian Pembelajaran untuk
SMA/MA. Adapun Capaian Pembelajaran mata pelajaran dalam kelompok
kejuruan lainnya sebagai berikut.
1.1. CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR TEKNIK PERAWATAN
GEDUNG
A.
Rasional
Dasar-Dasar Teknik Perawatan Gedung adalah mata pelajaran yang
berisi kompetensi-kompetensi yang mendasari penguasaan keahlian
dalam pekerjaan perawatan bangunan gedung diantaranya kegiatan
memperbaiki
dan/atau
mengganti
bagian
bangunan
gedung,
komponen, bahan bangunan, dan/atau sarana prasarana secara
rutin/berkala agar bangunan gedung tetap dapat berfungsi secara
maksimal. Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Perawatan Gedung
merupakan mata pelajaran kejuruan yang terdiri dari berbagai ilmu
dasar sebagai penentu dalam mempelajari mata pelajaran yang lain
dalam program keahlian Teknik Perawatan Gedung, membekali
peserta didik dengan seperangkat pengetahuan, keterampilan, sikap,
dan passion (renjana), yang merupakan kesatuan kegiatan pekerjaan
1
meliputi penguasaan perencanaan, pelaksanaan dan perawatan
bangunan gedung, agar memiliki dasar yang kuat dalam mempelajari
mata pelajaran-mata pelajaran pada konsentrasi keahlian di fase F.
Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Perawatan Gedung
berfungsi
untuk menumbuhkembangkan keprofesionalan dan kebanggaan
pada peserta didik terhadap keahlian teknik perawatan gedung,
melalui
pemahaman
perkembangan
tentang
proses
bisnis
di
dunia
kerja,
teknologi, mengenali berbagai macam profesi dan
okupasi kerja dan peluang usaha, sesuai dengan perkembangan
teknologi berbasis green material dan berbagai jenis pekerjaan
konstruksi yang mengedepankan pekerjaan perawatan gedung terkait
isu global green building dan sustainable building.
Dalam mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Perawatan Gedung ini,
pembelajaran dapat dilakukan menggunakan berbagai pendekatan,
strategi, metode serta
model yang sesuai dengan karakteristik
kompetensi yang harus dipelajari, sehingga dapat menciptakan
pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi
peserta
didik
memberikan
ruang
yang
kemandirian
sesuai
untuk
cukup
dengan
berpartisipasi
bagi
bakat,
aktif,
prakarsa,
minat,
serta
kreativitas,
renjana,
dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Model-model
pembelajaran
yang dapat digunakan antara lain project-based
learning, teaching factory, discovery learning, problem-based learning,
inquiry learning, atau model lainnya serta metode yang relevan.
Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Perawatan Gedung berkontribusi
dalam menjadikan peserta didik memiliki kompetensi sebagai juru
perawatan gedung dan sebagai tenaga operator junior di bidang
perawatan gedung yang berakhlak mulia, mampu berkomunikasi,
bernegosiasi dan berinteraksi antar budaya, mampu bekerja dalam
tim, memiliki kepekaan dan kepedulian terhadap situasi dan
lingkungan
kerja,
mampu
mengelola
informasi/gagasan
serta
menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, mandiri, dan
adaptif dalam menjalankan tugas dan fungsinya.
B.
Tujuan
Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Perawatan Gedung bertujuan
2
membekali peserta didik dengan kompetensi hard skill dan soft skill
sebagai berikut:
1. memahami proses bisnis pada pekerjaan perawatan gedung;
2. memahami perkembangan dunia kerja perawatan gedung;
3. memahami profesi dan kewirausahaan di bidang perawatan
gedung (job-profile dan entrepreneurship);
4. memahami kegiatan praktik yang terkait dengan pekerjaan teknik
perawatan gedung;
5. menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan
Hidup (K3LH) dan budaya kerja industri di lingkungan kerjanya;
6. memahami ilmu statika bangunan untuk mendasari perhitungan
konstruksi bangunan gedung;
7. memahami spesifikasi dan karakteristik bahan bangunan dengan
berbasis green material dan berbagai jenis pekerjaan konstruksi
yang mendasari pelaksanaan pekerjaan perawatan gedung dengan
mengangkat isu-isu global terkait green building dan sustainable
building; dan
8. menggambar
teknik dasar dengan memanfaatkan peralatan
manual dan teknologi yang sesuai dengan standar industri.
C.
Karakteristik
Pada hakikatnya mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Perawatan
Gedung berfokus pada kompetensi bersifat dasar yang harus dimiliki
oleh tenaga kerja dalam bidang perawatan gedung sesuai dengan
perkembangan dunia kerja. Selain itu peserta didik diberikan
pemahaman
tentang
proses
bisnis,
perkembangan
penerapan
teknologi dan isu-isu global, entrepreneur profile, job profile, peluang
usaha dan pekerjaan/profesi.
Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Perawatan Gedung terdiri atas
elemen-elemen berikut ini.
Elemen
Proses bisnis pada
pekerjaan perawatan
gedung
Deskripsi
Meliputi proses bisnis pada pekerjaan
perawatan gedung meliputi perencanaan,
pelaksanaan dan perawatan gedung, dan
perancangan prosedur kepuasan pelanggan.
3
Elemen
D.
Deskripsi
Perkembangan dunia
kerja di bidang
perawatan gedung
Meliputi berbagai jenis pekerjaan perawatan
gedung terkait isu global green building dan
sustainable building, serta spesifikasi dan
karakteristik bahan bangunan sesuai dengan
perkembangan teknologi berbasis green
material.
Profesi dan
kewirausahaan (jobprofile dan
entrepreneurship), bidang
perawatan gedung
Meliputi pengenalan profesi dan
kewirausahaan (job-profile dan
entrepreneurship), serta peluang usaha dalam
bidang perawatan gedung.
Teknik dasar
pekerjaan
perawatan
gedung
Meliputi pengenalan dan praktik singkat pada
peralatan dan teknologi yang digunakan di
dunia kerja, antara lain ukur tanah,
perencanaan dan pelaksanaan perawatan
gedung.
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
Lingkungan Hidup
(K3LH) dan budaya
kerja industri
Meliputi penerapan K3LH dan budaya kerja
industri, antara lain: praktik-praktik kerja
yang aman, bahaya-bahaya di tempat kerja,
prosedur-prosedur dalam keadaan darurat,
dan penerapan budaya kerja industri
(Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin).
Statika bangunan
Meliputi elemen-elemen struktur bangunan,
keseimbangan gaya pada struktur bangunan,
gaya batang pada konstruksi rangka
sederhana sebagai dasar perhitungan
pekerjaan konstruksi pada struktur
bangunan.
Dasar konstruksi
bangunan
Meliputi spesifikasi dan karakteristik bahan
bangunan dengan berbasis green material
dan berbagai jenis pekerjaan yang mendasari
pelaksanaan pekerjaan perawatan gedung
dengan mengangkat isu-isu global terkait
green building dan sustainable building yang
dijadikan dasar dalam pelaksanaan pekerjaan
perawatan gedung.
Gambar teknik
Meliputi teknik dan prinsip penggunaan alat
gambar teknik, pemahaman dalam
menerapkan standar gambar teknik, dasar
gambar proyeksi orthogonal (2D) dan proyeksi
piktorial (3D) baik secara manual maupun
menggunakan aplikasi perangkat lunak.
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E (umumnya untuk kelas X SMK/MAK) peserta didik
akan mendapatkan gambaran mengenai program keahlian yang
dipilihnya
melalui
Kewirausahaan
serta
penguatan
Wawasan
penguasaan
Dunia
elemen-elemen
Kerja
dan
pembelajaran
lainnya, sehingga mampu menumbuhkan passion dan vision untuk
merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar serta memiliki
kemampuan dasar teknik perawatan gedung.
4
Elemen
Capaian Pembelajaran
Proses bisnis pada
pekerjaan perawatan
gedung
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami proses bisnis pada pekerjaan
perawatan gedung meliputi perencanaan,
pelaksanaan dan perawatan gedung, dan
perancangan prosedur kepuasan pelanggan.
Perkembangan dunia
kerja di bidang
perawatan gedung
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami berbagai jenis pekerjaan perawatan
gedung terkait isu global green building dan
sustainable building, serta spesifikasi dan
karakteristik bahan bangunan sesuai dengan
perkembangan teknologi berbasis green material.
Profesi dan
kewirausahaan (jobprofile dan
entrepreneurship),
bidang perawatan
gedung
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami profesi dan kewirausahaan (job-profile
dan entrepreneurship), serta peluang usaha
dalam bidang perawatan gedung dengan
melaksanakan pembelajaran berbasis proyek
nyata sebagai simulasi proyek kewirausahaan.
Teknik dasar pekerjaan
perawatan gedung
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami praktik dasar secara keseluruhan
pada bidang perawatan gedung, termasuk
penggunaan peralatan dan teknologi yang
digunakan di dunia kerja, antara lain ukur
tanah, perencanaan dan pelaksanaan perawatan
gedung.
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
Lingkungan Hidup
(K3LH) dan budaya
kerja industri
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
menerapkan K3LH dan budaya kerja industri,
antara lain: praktik-praktik kerja yang aman,
bahaya-bahaya di tempat kerja, prosedurprosedur dalam keadaan darurat, dan penerapan
budaya kerja industri (Ringkas, Rapi, Resik,
Rawat, Rajin).
Statika bangunan
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami elemen-elemen struktur bangunan,
keseimbangan gaya pada struktur bangunan,
gaya batang pada konstruksi rangka sederhana
sebagai dasar perhitungan pekerjaan konstruksi
pada struktur bangunan.
Dasar konstruksi
bangunan
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami spesifikasi dan karakteristik bahan
bangunan dengan berbasis green material dan
berbagai jenis pekerjaan yang mendasari
pelaksanaan pekerjaan perawatan gedung
dengan mengangkat isu-isu global terkait green
building dan sustainable building yang dijadikan
dasar dalam pelaksanaan pekerjaan perawatan
gedung.
Gambar teknik
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
menggambar teknik dasar, antara lain
penggunaan alat gambar teknik, pemahaman
dalam menerapkan standar gambar teknik, dasar
gambar proyeksi orthogonal (2D) dan proyeksi
piktorial (3D) baik secara manual maupun
menggunakan aplikasi perangkat lunak.
5
1.2. CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR KONSTRUKSI DAN
PERAWATAN BANGUNAN SIPIL
A.
Rasional
Konstruksi dan Perawatan Bangunan Sipil adalah kegiatan pekerjaan
konstruksi dan perawatan bangunan sipil yang dimulai dari
perencana,
pelaksana
dan
pengawas
serta
evaluasi
kegiatan
konstruksi pada proyek bangunan sipil, khususnya konstruksi jalan,
irigasi, jembatan. Aktivitas kegiatan tersebut berulang dengan
mengembangkan dan memperhatikan fasilitas sosial dan lingkungan
supaya berfungsi secara maksimal. Konstruksi dan perawatan
bangunan sipil merupakan satu kesatuan yang harus dipenuhi dalam
kebutuhan dan kenyamanan bagi masyarakat. Mata pelajaran DasarDasar Konstruksi dan Perawatan Bangunan Sipil merupakan mata
pelajaran kejuruan yang terdiri dari berbagai ilmu dasar sebagai
penentu dalam mempelajari mata pelajaran yang lain dalam Program
Keahlian Konstruksi dan Perawatan Bangunan Sipil, membekali
peserta didik dengan seperangkat pengetahuan, keterampilan, sikap,
dan passion (renjana), yang merupakan kesatuan kegiatan pekerjaan
meliputi penguasaan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan
pekerjaan konstruksi dan perawatan bangunan sipil, agar memiliki
dasar yang kuat dalam mempelajari mata pelajaran-mata pelajaran
pada konsentrasi keahlian di fase F.
Mata pelajaran Dasar-Dasar Konstruksi dan Perawatan Bangunan
Sipil berfungsi untuk menumbuhkembangkan keprofesionalan dan
kebanggaan pada peserta didik terhadap keahlian Konstruksi dan
Perawatan Bangunan Sipil, melalui pemahaman tentang proses bisnis
di dunia kerja, perkembangan teknologi, mengenali berbagai macam
profesi dan okupasi kerja dan peluang usaha, sesuai dengan
perkembangan teknologi berbasis green material dan berbagai jenis
pekerjaan konstruksi yang mengedepankan pekerjaan konstruksi dan
perawatan bangunan sipil terkait isu global green building dan
sustainable building.
Dalam mata pelajaran Konstruksi dan Perawatan Bangunan Sipil ini,
pembelajaran dapat dilakukan menggunakan berbagai pendekatan,
strategi, metode serta
model yang sesuai dengan karakteristik
6
kompetensi yang harus dipelajari, sehingga dapat menciptakan
pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi
peserta
didik
memberikan
ruang
yang
kemandirian
sesuai
untuk
cukup
dengan
berpartisipasi
bagi
bakat,
aktif,
prakarsa,
minat,
serta
kreativitas,
renjana,
dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Model-model
pembelajaran
yang dapat digunakan antara lain project-based
learning, teaching factory, discovery learning, problem-based learning,
inquiry learning, atau model lainnya serta metode yang relevan.
Mata pelajaran Dasar-Dasar Konstruksi dan Perawatan Bangunan
Sipil
berkontribusi
kompetensi sebagai
dalam
menjadikan
peserta
didik
perencana atau pelaksana pada
memiliki
pekerjaan
konstruksi dan perawatan bangunan sipil yang berakhlak mulia,
mampu berkomunikasi, bernegosiasi dan berinteraksi antar budaya,
mampu bekerja dalam tim, memiliki kepekaan dan kepedulian
terhadap
situasi
dan
lingkungan
kerja,
mampu
mengelola
informasi/gagasan serta menumbuhkan kemampuan berpikir kritis,
kreatif, mandiri, bergotong royong dan peduli terhadap lingkungan,
dan adaptif dalam menjalankan tugas dan fungsinya.
B.
Tujuan
Mata pelajaran Dasar-dasar Perawatan Bangunan Sipil bertujuan
membekali peserta didik dengan kompetensi hard skill dan soft skill
sebagai berikut:
1. memahami
proses
bisnis
pada
pekerjaan
konstruksi
dan
perawatan bangunan sipil;
2. memahami perkembangan dunia kerja konstruksi dan perawatan
bangunan sipil;
3. memahami
profesi
dan
kewirausahaan
(job
profile
dan
technopreneurship), serta peluang usaha di bidang konstruksi dan
perawatan bangunan sipil;
4. memahami kegiatan praktik yang terkait dengan pekerjaan teknik
konstruksi dan perawatan bangunan sipil;
5. menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan
Hidup (K3LH) dan budaya kerja industri di lingkungan kerjanya;
6. memahami proses perhitungan mekanika teknik pada konstruksi
7
bangunan sebagai dasar perhitungan karakteristik bangunan
sipil;
7. memahami ilmu bahan bangunan yang mendasari pelaksanaan
pekerjaan dasar konstruksi bangunan sipil;
8. memahami
penggunaan
peralatan
pengukuran
termasuk
menghitung data hasil pekerjaan pengukuran; dan
9. menggambar teknik dasar dengan memanfaatkan peralatan
manual dan teknologi yang sesuai dengan standar industri.
C.
Karakteristik
Pada hakikatnya mata pelajaran Dasar-Dasar Konstruksi dan
Perawatan Bangunan Sipil berfokus pada kompetensi bersifat dasar
yang harus dimiliki oleh tenaga kerja dalam bidang pekerjaan
konstruksi
dan
perawatan
bangunan
sipil
sesuai
dengan
perkembangan dunia kerja. Selain itu peserta didik diberikan
pemahaman
tentang
proses
bisnis,
perkembangan
penerapan
teknologi dan isu-isu global, entrepreneur profile, job profile, peluang
usaha dan pekerjaan/profesi.
Mata pelajaran Dasar-Dasar Konstruksi dan Perawatan Bangunan
Sipil terdiri atas elemen-elemen berikut ini.
Elemen
Proses bisnis pada
pekerjaan konstruksi
dan perawatan
bangunan sipil
Deskripsi
Meliputi proses bisnis pada pekerjaan konstruksi
dan perawatan bangunan sipil meliputi
perencana, pelaksana pada proyek bangunan
sipil, khususnya konstruksi jalan, irigasi,
jembatan, dan perancangan prosedur kepuasan
pelanggan termasuk di dalamnya penerapan
budaya mutu dan K3LH.
Perkembangan dunia
kerja konstruksi dan
perawatan bangunan
sipil
Meliputi berbagai jenis pekerjaan konstruksi dan
perawatan bangunan sipil terkait isu global green
building dan sustainable building, serta spesifikasi
dan karakteristik bahan bangunan sesuai dengan
perkembangan teknologi berbasis green material.
Profesi dan
kewirausahaan (jobprofile dan
technopreneurship),
serta peluang kerja di
bidang perawatan
bangunan sipil
Meliputi pengenalan profesi dan kewirausahaan
(job-profile dan technopreneurship), serta peluang
berwirausaha sebagai perencana, pelaksana pada
proyek bangunan sipil, khususnya konstruksi
jalan, irigasi, dan jembatan.
8
D.
Elemen
Teknik dasar
pekerjaan teknik
konstruksi dan
perawatan bangunan
sipil
Deskripsi
Meliputi teknik dasar konstruksi dan perawatan
bangunan sipil melalui pengenalan dan kegiatan
praktik singkat pada peralatan/teknologi yang
digunakan di dunia kerja yang meliputi
penguasaan perencanaan dan pelaksanaan
konstruksi.
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja serta
Lingkungan Hidup
(K3LH) dan budaya
kerja industri
Meliputi penerapan K3LH dan budaya kerja
industri, antara lain: praktik-praktik kerja yang
aman, bahaya-bahaya di tempat kerja, prosedurprosedur dalam keadaan darurat, dan penerapan
budaya kerja industri (Ringkas, Rapi, Resik,
Rawat, Rajin).
Statika bangunan
Meliputi elemen-elemen struktur bangunan,
keseimbangan gaya pada struktur bangunan,
gaya batang pada rangka sederhana, tegangan
pada balok dan kolom.
Dasar konstruksi
bangunan
Meliputi spesifikasi dan karakteristik macammacam bahan bangunan dan berbagai jenis
pekerjaan konstruksi.
Ukur tanah
Meliputi pengoperasian peralatan pengukuran
dan prosedur teknik perawatan peralatan
pengukuran, pekerjaan pengukuran dengan alat
ukur manual/digital, dan menghitung hasil
pekerjaan pengukuran.
Gambar teknik
Meliputi teknik dan prinsip penggunaan alat
gambar teknik, standar gambar teknik, gambar
proyeksi orthogonal (2D) dan proyeksi piktoral
(3D) secara manual maupun penggunaan aplikasi
perangkat lunak.
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E (umumnya untuk kelas X SMK/MAK) peserta didik
akan mendapatkan gambaran mengenai program keahlian yang
dipilihnya sehingga mampu menumbuhkan passion dan vision untuk
merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar serta memiliki
kemampuan dasar konstruksi.
Elemen
Proses bisnis pada
pekerjaan
konstruksi dan
perawatan
bangunan sipil
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami
proses bisnis pada pekerjaan konstruksi dan
perawatan bangunan sipil meliputi perencana, dan
pelaksana pada proyek bangunan sipil, khususnya
konstruksi jalan, irigasi, jembatan, serta
perancangan prosedur kepuasan pelanggan termasuk
di dalamnya penerapan budaya mutu dan K3LH.
Perkembangan
dunia kerja
konstruksi dan
perawatan
bangunan sipil
Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami
tentang berbagai jenis pekerjaan konstruksi dan
Perawatan Bangunan Sipil terkait isu global green
building dan sustainable building, serta spesifikasi
dan karakteristik bahan bangunan sesuai dengan
perkembangan teknologi berbasis green material.
9
Elemen
Profesi dan
kewirausahaan (job
profile dan
technopreneurship),
serta peluang usaha
di bidang konstruksi
dan perawatan
bangunan sipil
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami
profesi dan kewirausahaan serta peluang
berwirausaha sebagai perencana, pelaksana pada
proyek bangunan sipil, khususnya konstruksi jalan,
irigasi, dan jembatan, dengan melaksanakan
pembelajaran berbasis proyek nyata sebagai simulasi
proyek kewirausahaan.
Teknik dasar
pekerjaan teknik
konstruksi dan
perawatan
bangunan sipil
Pada akhir fase E, peserta didik memahami teknik
dasar konstruksi dan perawatan bangunan sipil
melalui pengenalan dan praktik singkat yang terkait
dengan peralatan/teknologi yang digunakan di dunia
kerja termasuk perencanaan dan pelaksanaan
konstruksi.
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
Lingkungan Hidup
(K3LH) dan budaya
kerja industri
Pada akhir fase E, peserta didik mampu menerapkan
K3LH dan budaya kerja industri, antara lain: praktikpraktik kerja yang aman, bahaya-bahaya di tempat
kerja, prosedur-prosedur dalam keadaan darurat,
dan penerapan budaya kerja industri (Ringkas, Rapi,
Resik, Rawat, Rajin).
Perhitungan statika
bangunan
Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami
cara perhitungan statika bangunan, meliputi elemenelemen struktur bangunan, keseimbangan gaya pada
struktur bangunan, gaya batang pada konstruksi
rangka sederhana, sebagai dasar perhitungan
pekerjaan konstruksi pada struktur bangunan sipil.
Dasar konstruksi
bangunan
Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami
dasar konstruksi bangunan, meliputi spesifikasi dan
karakteristik bahan bangunan dengan berbasis green
material dan berbagai jenis pekerjaan konstruksi
yang mendasari pelaksanaan pekerjaan perawatan
bangunan sipil dengan mengangkat isu-isu global
terkait green building dan sustainable building.
Ukur tanah
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
mengoperasikan peralatan pengukuran dan prosedur
teknik perawatan peralatan pengukuran,
pelaksanaan pekerjaan pengukuran dengan alat ukur
manual/digital, serta memahami dalam menghitung
hasil pekerjaan pengukuran dan mampu menyajikan
data lapangan dari hasil pemetaan lokasi menjadi
data ukur yang dapat digunakan sebagai dasar
pekerjaan tingkat selanjutnya.
Gambar teknik
Pada akhir fase E, peserta didik mampu menggambar
teknik dasar meliputi teknik dan prinsip penggunaan
alat gambar teknik, standar gambar teknik, dasar
gambar proyeksi orthogonal (2D) dan proyeksi
piktorial (3D) baik secara manual maupun
menggunakan aplikasi perangkat lunak.
10
1.3. CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR TEKNIK KONSTRUKSI DAN
PERUMAHAN
A.
Rasional
Konstruksi
dan
perumahan
adalah
kegiatan
pembangunan
perumahan yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi kegiatan konstruksi. Aktivitas kegiatan tersebut berulang
dengan mengembangkan dan memperhatikan fasilitas sosial dan
lingkungan supaya berfungsi secara maksimal. Konstruksi dan
perumahan merupakan satu kesatuan dalam memenuhi kebutuhan
dan kenyamanan bagi penghuninya. Mata pelajaran Dasar-Dasar
Teknik Konstruksi dan Perumahan merupakan mata pelajaran
kejuruan yang terdiri dari berbagai ilmu dasar sebagai penentu dalam
mempelajari mata pelajaran yang lain dalam Program Keahlian Teknik
Konstruksi dan Perumahan, membekali peserta didik dengan
seperangkat
pengetahuan,
keterampilan,
sikap,
dan
passion
(renjana), yang merupakan kesatuan kegiatan pekerjaan meliputi
penguasaan perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan konstruksi dan
perumahan, agar memiliki dasar yang kuat dalam mempelajari mata
pelajaran-mata pelajaran pada konsentrasi keahlian di fase F.
Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Konstruksi dan Perumahan
berfungsi
untuk
menumbuhkembangkan
keprofesionalan
dan
kebanggaan pada peserta didik terhadap keahlian Teknik Konstruksi
dan Perumahan, melalui pemahaman tentang proses bisnis di dunia
kerja, perkembangan teknologi, mengenali berbagai macam profesi
dan okupasi kerja dan peluang usaha, sesuai dengan perkembangan
teknologi berbasis green material dan berbagai jenis pekerjaan
konstruksi
yang
mengedepankan
pekerjaan
konstruksi
dan
perumahan terkait isu global green building dan sustainable building.
Dalam mata pelajaran Teknik Konstruksi dan Perumahan ini,
pembelajaran dapat dilakukan menggunakan berbagai pendekatan,
strategi, metode serta
model yang sesuai dengan karakteristik
kompetensi yang harus dipelajari, sehingga dapat menciptakan
pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi
peserta
didik
memberikan
ruang
yang
untuk
cukup
11
berpartisipasi
bagi
prakarsa,
aktif,
serta
kreativitas,
kemandirian
sesuai
dengan
bakat,
minat,
renjana,
dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Model-model
pembelajaran
yang dapat digunakan antara lain project-based
learning, teaching factory, discovery learning, problem-based learning,
inquiry learning, atau model lainnya serta metode yang relevan.
Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Konstruksi dan Perumahan
berkontribusi dalam menjadikan peserta didik memiliki kompetensi
sebagai
perencana, pelaksana, atau pengembang (developer) pada
pekerjaan konstruksi dan perumahan yang berakhlak mulia, mampu
berkomunikasi, bernegosiasi dan berinteraksi antar budaya, mampu
bekerja dalam tim, memiliki kepekaan dan kepedulian terhadap
situasi dan lingkungan kerja, mampu mengelola informasi/gagasan
serta menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, mandiri,
bergotong royong dan peduli terhadap lingkungan, dan adaptif dalam
menjalankan tugas dan fungsinya.
B.
Tujuan
Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Konstruksi dan Perumahan
bertujuan membekali peserta didik dengan dasar-dasar soft skills dan
hard skills sebagai berikut:
1. memahami
proses
bisnis
pada
pekerjaan
konstruksi
dan
perumahan;
2. memahami perkembangan teknologi dan dunia kerja di bidang
konstruksi dan perumahan;
3. memahami
profesi
dan
kewirausahaan
(job
profile
dan
technopreneurship), serta peluang usaha pada bidang pekerjaan
konstruksi dan perumahan;
4. memahami lingkup kerja teknik konstruksi dan perumahan;
5. menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan
Hidup (K3LH) dan budaya kerja industri di lingkungan kerjanya;
6. memahami ilmu statika bangunan untuk mendasari perhitungan
kekuatan konstruksi bangunan;
7. memahami spesifikasi dan karakteristik bahan bangunan dan
jenis
pekerjaan
konstruksi
yang
mendasari
pelaksanaan
pekerjaan konstruksi dan perumahan;
8. Memahami penggunaan peralatan pengukuran serta mampu
12
menghitung data hasil pekerjaan pengukuran; dan
9. Memahami dasar menggambar teknik menggunakan peralatan
manual dan perangkat lunak atau digital.
C.
Karakteristik
Pada hakikatnya mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Konstruksi dan
Perumahan berfokus pada kompetensi bersifat dasar yang harus
dimiliki oleh tenaga kerja dalam bidang pekerjaan konstruksi dan
perumahan sesuai dengan perkembangan dunia kerja. Selain itu
peserta
didik
diberikan
pemahaman
tentang
proses
bisnis,
perkembangan penerapan teknologi dan isu-isu global, entrepreneur
profile, job profile, peluang usaha dan pekerjaan/profesi.
Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Konstruksi dan Perumahan
terdiri atas elemen-elemen berikut ini.
Elemen
Deskripsi
Proses bisnis pada
pekerjaan
konstruksi dan
perumahan
Meliputi proses bisnis pada pekerjaan konstruksi
dan perumahan meliputi perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan perumahan.
Perkembangan
teknologi dan dunia
kerja konstruksi dan
perumahan
Meliputi berbagai jenis pekerjaan di bidang
konstruksi dan perumahan, perkembangan
teknologi dalam bidang konstruksi dan perumahan,
isu-isu global terkait green building.
Profesi dan
kewirausahaan (jobprofile dan
technopreneurship)
serta peluang usaha
pada pekerjaan
konstruksi dan
perumahan
Meliputi profesi dan kewirausahaan (job-profile dan
technopreneurship), serta peluang berwirausaha
dalam bidang konstruksi dan perumahan.
Teknik dasar
pekerjaan
konstruksi dan
perumahan
Meliputi praktik dasar secara menyeluruh pada
penggunaan peralatan dan teknologi yang
digunakan di bidang konstruksi dan perumahan.
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
serta Lingkungan
Hidup (K3LH) dan
budaya kerja
industri
Meliputi penerapan K3LH dan budaya kerja
industri, antara lain: praktik-praktik kerja yang
aman, bahaya-bahaya di tempat kerja, prosedurprosedur dalam keadaan darurat, dan penerapan
budaya kerja industri (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat,
Rajin).
Perhitungan statika
bangunan
Meliputi elemen-elemen struktur bangunan,
perhitungan keseimbangan gaya pada struktur
bangunan, dan perhitungan gaya batang pada
rangka sederhana.
13
Elemen
D.
Deskripsi
Dasar konstruksi
bangunan dan
perumahan
Meliputi spesifikasi dan karakteristik bahan
bangunan sesuai dengan perkembangan teknologi
berbasis green material, jenis pekerjaan konstruksi
yang mendasari pelaksanaan pekerjaan konstruksi
dan perumahan.
Ukur tanah
Meliputi jenis-jenis alat ukur, cara pengoperasian
dan perawatan alat ukur sederhana maupun
profesional (manual/digital) serta menghitung data
hasil pengukuran.
Gambar teknik
Meliputi teknik dan prinsip penggunaan alat
gambar, pemahaman standar gambar teknik,
gambar proyeksi orthogonal dan proyeksi piktoral,
dan gambar 2D serta 3D baik secara manual
maupun menggunakan aplikasi perangkat lunak.
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E (umumnya untuk kelas X SMK/MAK), peserta didik
akan mendapatkan gambaran mengenai program keahlian yang
dipilihnya sehingga mampu menumbuhkan passion dan vision untuk
merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar. Selain itu pada
akhir fase E pada aspek hard skills peserta didik mampu memahami
elemen-elemen kompetensi pada mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik
Konstruksi dan Perumahan.
Elemen
Capaian Pembelajaran
Proses bisnis pada
Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami
pekerjaan konstruksi proses bisnis pada pekerjaan konstruksi dan
dan perumahan
perumahan meliputi perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan perumahan.
Perkembangan
teknologi dan dunia
kerja konstruksi dan
perumahan
Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami
berbagai jenis pekerjaan di bidang konstruksi dan
perumahan, perkembangan teknologi dalam bidang
konstruksi dan perumahan, isu-isu global terkait
green building dan sustainable building, serta
spesifikasi dan karakteristik bahan bangunan
sesuai dengan perkembangan teknologi berbasis
green material.
Profesi dan
kewirausahaan (jobprofile dan
technopreneurship),
serta peluang usaha
pada pekerjaan
konstruksi dan
perumahan
Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami
profesi dan kewirausahaan (job-profile dan
technopreneurship), serta peluang berwirausaha
dalam bidang konstruksi dan perumahan, dengan
melaksanakan pembelajaran berbasis proyek nyata
sebagai simulasi proyek kewirausahaan.
Teknik dasar
pekerjaan teknik
konstruksi dan
perumahan
Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami
teknik dasar konstruksi dan perumahan melalui
pengenalan dan praktik dasar secara menyeluruh
pada penggunaan peralatan dan teknologi yang
digunakan di bidang konstruksi dan perumahan.
14
Elemen
Capaian Pembelajaran
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
serta Lingkungan
Hidup (K3LH) dan
budaya kerja
industri
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
menerapkan K3LH dan budaya kerja industri,
antara lain: praktik-praktik kerja yang aman,
bahaya-bahaya di tempat kerja, prosedur- prosedur
dalam keadaan darurat, dan penerapan budaya
kerja industri (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin).
Perhitungan statika
bangunan
Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami
elemen-elemen struktur bangunan, perhitungan
keseimbangan gaya pada struktur bangunan, dan
perhitungan gaya batang pada rangka sederhana.
Dasar konstruksi
bangunan dan
perumahan
Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami
spesifikasi dan karakteristik bahan bangunan, jenis
pekerjaan konstruksi yang mendasari pelaksanaan
pekerjaan konstruksi dan perumahan.
Ukur tanah
Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami
jenis-jenis alat ukur, cara pengoperasian dan
perawatan alat ukur sederhana maupun profesional
(manual/digital) serta menghitung data hasil
pengukuran.
Gambar teknik
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
menggambar teknik dasar, termasuk penggunaan
alat gambar, pemahaman standar gambar teknik,
gambar proyeksi orthogonal dan proyeksi piktoral,
dan gambar 2D serta 3D baik secara manual
maupun menggunakan aplikasi perangkat lunak.
15
1.4. CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR DESAIN PEMODELAN DAN
INFORMASI BANGUNAN
A.
Rasional
Desain Pemodelan dan Informasi Bangunan adalah program keahlian
yang mempelajari tentang perencanaan, pelaksanaan dan perbaikan
bangunan mulai dari pengukuran lahan, pra rencana bangunan,
perhitungan konstruksi hingga tersaji desain akhir dengan didampingi
hasil perhitungan rencana anggaran biaya, rencana kerja, dan syarat
(RKS) pelaksanaan kerja. Desain Pemodelan dan Informasi Bangunan
mempunyai
peran
dalam
kontribusi
pada
penataan
lahan
kota/kabupaten, karena informasi dari rencana tata kota/kabupaten
membantu dalam berkesinambungan pada perencanaan bangunan
untuk mengurangi ketidakpastian desain, menemukan masalah dan
penyelesaiannya, meningkatkan keselamatan, dan simulasi proses
pembangunan serta menganalisis dampak masalah potensial yang
mungkin timbul. Mata pelajaran Dasar-Dasar Desain Pemodelan dan
Informasi Bangunan merupakan mata pelajaran kejuruan yang terdiri
dari berbagai ilmu dasar sebagai penentu dalam mempelajari mata
pelajaran yang lain dalam program keahlian Desain Pemodelan dan
Informasi Bangunan, membekali peserta didik dengan seperangkat
pengetahuan, keterampilan, sikap, dan passion (renjana), yang
merupakan
kesatuan
kegiatan
pekerjaan
meliputi
penguasaan
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pekerjaan desain dan
informasi
bangunan,
mempelajari
mata
agar
memiliki
pelajaran-mata
dasar
pelajaran
yang
pada
kuat
dalam
konsentrasi
keahlian di fase F.
Mata pelajaran Dasar-Dasar Desain Pemodelan dan Informasi
Bangunan berfungsi untuk menumbuh kembangkan keprofesionalan
dan kebanggaan pada peserta didik terhadap keahlian desain
pemodelan dan informasi bangunan, melalui pemahaman tentang
proses bisnis di dunia kerja, perkembangan teknologi, mengenali
berbagai macam profesi dan okupasi kerja dan peluang usaha, sesuai
dengan perkembangan teknologi berbasis green material dan berbagai
jenis pekerjaan konstruksi yang mengedepankan pekerjaan desain
pemodelan dan informasi bangunan terkait isu global green building
dan sustainable building.
16
Dalam mata pelajaran Dasar-Dasar Desain Pemodelan dan Informasi
Bangunan ini, pembelajaran dapat dilakukan menggunakan berbagai
pendekatan, strategi, metode serta model yang sesuai dengan
karakteristik kompetensi yang harus dipelajari, sehingga dapat
menciptakan pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan
ruang
yang
cukup
bagi
prakarsa,
kreativitas,
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, renjana, dan perkembangan
fisik serta psikologis peserta didik. Model-model pembelajaran yang
dapat digunakan antara lain project-based learning, teaching factory,
discovery learning, problem-based learning, inquiry learning, atau
model lainnya serta metode yang relevan.
Mata pelajaran Dasar-Dasar Desain Pemodelan dan Informasi
Bangunan berkontribusi dalam menjadikan peserta didik memiliki
kompetensi sebagai perencana atau pelaksana pada pekerjaan desain
pemodelan dan informasi bangunan yang berakhlak mulia, mampu
berkomunikasi, bernegosiasi dan berinteraksi antar budaya, mampu
bekerja dalam tim, memiliki kepekaan dan kepedulian terhadap
situasi dan lingkungan kerja, mampu mengelola informasi/gagasan
serta menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, mandiri,
bergotong royong dan peduli terhadap lingkungan, dan adaptif dalam
menjalankan tugas dan fungsinya.
B.
Tujuan
Mata pelajaran Dasar-Dasar Desain Pemodelan dan Informasi
Bangunan bertujuan untuk membekali peserta didik dengan dasardasar soft skills dan hard skills sebagai berikut:
1. memahami
proses
bisnis
menyeluruh
pada
bidang
desain
pemodelan dan informasi bangunan;
2. memahami perkembangan teknologi dan isu-isu global pada
desain pemodelan dan informasi bangunan;
3. memahami
profesi
dan
kewirausahaan
(job-profile
dan
technopreneurship), serta peluang usaha dan pekerjaan/profesi di
bidang desain pemodelan dan informasi bangunan;
4. memahami kegiatan praktik yang terkait dengan pekerjaan desain
pemodelan dan informasi bangunan, antara lain peralatan gambar,
peralatan ukur, analisis hasil pekerjaan pengukuran, teknik
17
desain pemodelan dan informasi bangunan, serta standar dan
peraturan- peraturan yang berlaku terkait dengan bangunan;
5. menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan
Hidup (K3LH), dan budaya kerja industri;
6. menggambar teknik dasar pada bidang bangunan;
7. memahami Building Information Modelling;
8. memahami ilmu statika bangunan untuk mendasari perhitungan
kekuatan konstruksi bangunan; dan
9. memahami spesifikasi dan karakteristik bahan bangunan berbasis
green material dan pekerjaan konstruksi.
C.
Karakteristik
Pada hakikatnya mata pelajaran Dasar-Dasar Desain Pemodelan dan
Informasi Bangunan fokus pada kompetensi bersifat dasar yang harus
dimiliki oleh tenaga kerja dalam bidang desain pemodelan dan
informasi bangunan sesuai dengan perkembangan dunia kerja. Selain
itu peserta didik diberikan pemahaman tentang proses bisnis,
perkembangan penerapan teknologi dan isu-isu global, entrepreneur
profile, job profile, peluang usaha dan pekerjaan/profesi.
Mata pelajaran Dasar-Dasar Desain Pemodelan dan Informasi
Bangunan terdiri atas elemen-elemen berikut ini.
Elemen
Deskripsi
Proses bisnis
menyeluruh pada
bidang desain
pemodelan dan
informasi bangunan
Meliputi proses bisnis pekerjaan pemodelan dan
informasi bangunan mulai dari perencanaan, teknik
pemodelan, gambar rumah sederhana dan
bertingkat, dan sistem informasi bangunan,
termasuk di dalamnya adalah penerapan budaya
mutu, Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta
Lingkungan Hidup (K3LH), dan manajemen proyek.
Perkembangan
teknologi dan isu-isu
global pada desain
pemodelan dan
informasi bangunan
Meliputi perkembangan teknologi dan isu-isu global
terkait green building dan sustainable building yang
dijadikan dasar dalam penggambaran konstruksi
bangunan.
Profesi dan
kewirausahaan (jobprofil dan
technopreneurship)
serta peluang usaha
di bidang desain
pemodelan dan
informasi bangunan
Meliputi lingkup profesi dan peluang usaha sebagai
wirausahawan (technopreneur) dan atau konsultan
pada bidang perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan bangunan, dan juga dapat
melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.
18
D.
Elemen
Deskripsi
Teknik dasar pada
pekerjaan desain
pemodelan dan
informasi bangunan
Meliputi pengenalan dan praktik dasar yang terkait
dengan pekerjaan desain pemodelan dan informasi
bangunan, antara lain peralatan gambar, peralatan
ukur, pengoperasian dan perawatan alat ukur,
analisis hasil pekerjaan pengukuran, teknik desain
pemodelan dan informasi bangunan, serta standar
dan peraturan-peraturan yang berlaku terkait
dengan bangunan.
Gambar teknik
Meliputi teknik dan prinsip penggunaan alat
gambar, standar gambar teknik, dasar gambar
proyeksi orthogonal (2D) dan proyeksi piktorial (3D)
baik secara manual maupun menggunakan aplikasi
perangkat lunak, yang dijadikan dasar dalam
desain pemodelan dan informasi bangunan.
Building Information
Modelling
Meliputi pengertian, fungsi dan contoh Building
Information Modelling (BIM) sehingga peserta didik
dapat membayangkan konstruksi virtual sebelum
konstruksi fisik dibangun, untuk mengurangi
ketidakpastian, meningkatkan keselamatan,
menyelesaikan masalah, dan mensimulasikan serta
menganalisis dampak potensial yang mungkin
timbul.
Perhitungan statika
bangunan
Meliputi elemen-elemen struktur bangunan,
perhitungan keseimbangan gaya pada struktur
bangunan, dan perhitungan gaya batang pada
konstruksi rangka sederhana sebagai dasar
perhitungan pekerjaan konstruksi bangunan.
Spesifikasi dan
karakteristik bahan
bangunan berbasis
green material dan
pekerjaan
konstruksi
Meliputi spesifikasi dan karakteristik bahan
bangunan dengan berbasis green material dan
berbagai jenis pekerjaan konstruksi yang mendasari
gambar konstruksi gedung, dengan mengangkat
isu-isu global terkait green building dan sustainable
building yang dijadikan dasar dalam penggambaran
konstruksi, serta pengenalan, pengoperasian dan
perawatan alat ukur tanah sederhana maupun
profesional (manual/digital), serta menuangkan
data hasil analisis dalam bentuk gambar dengan
cara manual atau aplikasi perangkat lunak dengan
kegiatan mengevaluasi hasil pekerjaan pengukuran.
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E (umumnya untuk kelas X SMK/MAK) peserta didik
akan mendapatkan gambaran mengenai program keahlian yang
dipilihnya sehingga mampu menumbuhkan passion dan vision untuk
merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar. Selain itu pada
akhir fase ini peserta didik mampu menggambar teknik dasar,
memahami Building Information Modelling, melaksanakan pekerjaan
19
dasar
konstruksi
bangunan
dan
ilmu
ukur
tanah,
dengan
menerapkan prosedur proses Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta
Lingkungan Hidup (K3LH).
Elemen
Proses bisnis
menyeluruh pada
bidang desain
pemodelan dan
informasi bangunan
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami
proses bisnis pekerjaan pemodelan dan informasi
bangunan mulai dari perencanaan, teknik
pemodelan, gambar rumah sederhana dan
bertingkat, dan sistem informasi bangunan,
termasuk di dalamnya adalah penerapan budaya
mutu, Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta
Lingkungan Hidup (K3LH), dan manajemen proyek.
Perkembangan
teknologi dan isu-isu
global pada desain
pemodelan dan
informasi bangunan
Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami
perkembangan teknologi dan isu-isu global terkait
green building dan sustainable building yang
dijadikan dasar dalam penggambaran konstruksi
bangunan.
Profesi dan
kewirausahaan (jobprofile dan
technopreneurship)
serta peluang usaha
di bidang desain
pemodelan dan
informasi bangunan
Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami
profesi dan kewirausahaan (job-profile dan
technopreneurship) serta peluang usaha di bidang
desain pemodelan dan informasi bangunan, untuk
membangun vision dan passion, dengan
melaksanakan pembelajaran berbasis proyek nyata
sebagai simulasi proyek kewirausahaan.
Teknik dasar pada
pekerjaan desain
pemodelan dan
informasi bangunan
Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami
teknik dasar pekerjaan desain pemodelan dan
informasi bangunan melalui pengenalan dan
praktik dasar yang terkait dengan pekerjaan desain
pemodelan dan informasi bangunan, antara lain
peralatan gambar, peralatan ukur, pengoperasian
dan perawatan alat ukur, analisis hasil pekerjaan
pengukuran, teknik desain pemodelan dan
informasi bangunan, serta standar dan peraturanperaturan yang berlaku terkait dengan bangunan.
Gambar teknik
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
menggambar teknik dasar antara lain penggunaan
alat gambar, standar gambar teknik, dasar gambar
proyeksi orthogonal (2D) dan proyeksi piktorial (3D)
baik secara manual maupun menggunakan aplikasi
perangkat lunak yang dijadikan dasar dalam desain
pemodelan dan informasi bangunan.
Building Information
Modelling
Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami
pengertian, fungsi dan contoh Building Information
Modelling (BIM) sehingga peserta didik dapat
membayangkan konstruksi virtual sebelum
konstruksi fisik dibangun, untuk mengurangi
ketidakpastian, meningkatkan keselamatan,
menyelesaikan masalah, dan mensimulasikan serta
menganalisis dampak potensial yang mungkin
timbul.
20
Elemen
Perhitungan statika
bangunan
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami
elemen-elemen struktur bangunan, perhitungan
keseimbangan gaya pada struktur bangunan, dan
perhitungan gaya batang pada rangka sederhana
sebagai dasar perhitungan pekerjaan konstruksi
bangunan.
Spesifikasi dan
karakteristik bahan
bangunan berbasis
green material dan
pekerjaan
konstruksi
Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami
spesifikasi dan karakteristik bahan bangunan
dengan berbasis green material dan berbagai jenis
pekerjaan konstruksi yang mendasari gambar
konstruksi gedung, dengan mengangkat isu-isu
global terkait green building dan sustainable
building yang dijadikan dasar dalam penggambaran
konstruksi, serta pengenalan, pengoperasian dan
perawatan alat ukur tanah sederhana maupun
professional (manual/digital), serta menuangkan
data hasil analisis dalam bentuk gambar dengan
cara manual atau aplikasi perangkat lunak dengan
kegiatan mengevaluasi hasil pekerjaan pengukuran.
21
1.5. CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR TEKNIK FURNITUR
A.
Rasional
Teknik
furnitur
adalah
kegiatan
proses
pembuatan
furnitur
khususnya produksi furnitur secara manual maupun masal mekanis
dengan cepat dan murah, yang semula menggunakan kayu utuh
digantikan oleh kayu olahan atau bahan/material baru lainnya, dan
bagaimana menyajikan furnitur yang tepat dalam sebuah ruangan,
untuk menjawab isu kemajuan teknologi untuk kesejahteraan umat
manusia dan lingkungan tempat tinggalnya. Mata pelajaran DasarDasar Teknik Furnitur merupakan mata pelajaran kejuruan yang
terdiri dari berbagai ilmu dasar sebagai penentu dalam mempelajari
mata pelajaran yang lain dalam Program Keahlian Teknik Furnitur,
membekali
peserta
keterampilan,
sikap,
didik
dan
dengan
passion
seperangkat
(renjana),
pengetahuan,
yang
merupakan
pekerjaan dasar produksi furnitur, agar memiliki dasar yang kuat
dalam mempelajari mata pelajaran-mata pelajaran pada konsentrasi
keahlian di fase F.
Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Furnitur berfungsi untuk
menumbuhkembangkan
keprofesionalan
dan
kebanggaan
pada
peserta didik terhadap keahlian Teknik Furnitur, melalui pemahaman
tentang proses bisnis di dunia kerja, perkembangan teknologi,
mengenali berbagai macam profesi dan okupasi kerja dan peluang
usaha, sesuai dengan perkembangan teknologi berbasis green material
dan berbagai jenis pekerjaan konstruksi yang mengedepankan
pekerjaan teknik furnitur terkait isu-isu global bidang teknik furnitur
seperti bagaimana mewujudkan eco-friendly dan sustainable furniture,
serta produksi furnitur yang ramah lingkungan.
Dalam mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Furnitur ini, pembelajaran
dapat dilakukan menggunakan berbagai pendekatan, strategi, metode
serta model yang sesuai dengan karakteristik kompetensi yang harus
dipelajari, sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik
untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai dengan bakat, minat,
renjana, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Model-
22
model pembelajaran yang dapat digunakan antara lain project-based
learning, teaching factory, discovery learning, problem-based learning,
inquiry learning, atau model lainnya serta metode yang relevan.
Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Furnitur berkontribusi dalam
menjadikan peserta didik memiliki kompetensi sebagai tenaga kerja
dalam bidang produksi furnitur yang berakhlak mulia, mampu
berkomunikasi, bernegosiasi dan berinteraksi antar budaya, mampu
bekerja dalam tim, memiliki kepekaan dan kepedulian terhadap
situasi dan lingkungan kerja, mampu mengelola informasi/gagasan
serta menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, mandiri,
bergotong royong dan peduli terhadap lingkungan, dan adaptif dalam
menjalankan tugas dan fungsinya.
B.
Tujuan
Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Furnitur bertujuan membekali
peserta didik dengan dasar-dasar soft skills dan hard skills meliputi:
1. memahami proses bisnis dan profil industri furnitur;
2. memahami perkembangan penerapan teknologi dan isu-isu global
pada industri furnitur;
3. memahami
profesi
dan
kewirausahaan
(job-profile
dan
technopreneurship), serta peluang usaha di bidang furnitur;
4. memahami teknik dasar proses produksi pada industri furnitur;
5. menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan
Hidup (K3LH) dan budaya kerja industri di lingkungan kerjanya;
6. memahami dasar-dasar gambar teknik;
7. memahami karakteristik dan perlakuan bahan untuk produksi
furnitur;
8. memahami pembuatan konstruksi furnitur dengan peralatan
tangan dan mesin; dan
9. memahami perawatan peralatan tangan dan mesin.
C.
Karakteristik
Pada hakikatnya mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Furnitur fokus
pada kompetensi bersifat dasar yang harus dimiliki oleh tenaga kerja
dalam bidang pekerjaan furnitur sesuai dengan perkembangan dunia
kerja. Selain itu peserta didik diberikan pemahaman tentang proses
23
bisnis, perkembangan penerapan teknologi dan isu-isu global,
entrepreneur profile, job profile, peluang usaha dan pekerjaan/profesi.
Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Furnitur terdiri atas elemenelemen berikut ini.
Elemen
Deskripsi
Proses bisnis industri
furnitur
Meliputi proses bisnis secara menyeluruh bidang
industri furnitur mulai dari pemilihan bahan,
desain furnitur, pengerjaan dengan manual
maupun mesin dan finishing.
Perkembangan
penerapan teknologi
dan isu-isu global
pada industri furnitur
Meliputi perkembangan teknologi industri
furnitur saat ini antara lain pengerjaan dengan
mesin CNC, sampai finishing dengan berbagai
teknologi dan isu-isu global bidang teknik
furnitur seperti bagaimana mewujudkan ecofriendly dan sustainable furniture.
Profesi dan
kewirausahaan (jobprofile dan
technopreneurship),
serta peluang usaha
di bidang furnitur
Meliputi profesi dan kewirausahaan (job-profile
dan technopreneurship) serta peluang usaha pada
bidang furnitur.
Teknik dasar proses
produksi pada
industri furnitur
Meliputi kegiatan praktik singkat yang terkait
dengan seluruh proses produksi dan teknologi
yang diaplikasikan dalam industri furnitur,
antara lain pengenalan dan praktik dasar kayu,
mesin kayu, CAD, simulasi CAM-CNC, furnitur
non kayu, dan sejenisnya.
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja serta
Lingkungan Hidup
(K3LH) dan budaya
kerja industri
Meliputi penerapan K3LH dan budaya kerja
industri, antara lain: praktik-praktik kerja yang
aman, bahaya-bahaya di tempat kerja, prosedurprosedur dalam keadaan darurat, dan penerapan
budaya kerja industri (Ringkas, Rapi, Resik,
Rawat, Rajin).
Dasar-dasar gambar
teknik
Meliputi penerapan teknik dan prinsip
penggunaan alat gambar, pemahaman dalam
menerapkan standar gambar teknik, dasar
gambar proyeksi orthogonal (2D) dan proyeksi
piktorial (3D) baik secara manual maupun
menggunakan aplikasi perangkat lunak, yang
dijadikan dasar dalam desain furnitur.
Pemilihan kayu untuk
produksi furnitur
Meliputi sifat, karakteristik, dan jenis kayu.
Pembuatan
sambungan dengan
peralatan tangan dan
mesin tangan
Meliputi pembuatan macam-macam sambungan
dengan peralatan tangan dan mesin tangan dan
cara penggunaannya sesuai standar, memahami
dan menerapkan macam-macam sambungan
pada furnitur.
Perawatan peralatan
tangan dan mesin
tangan
Meliputi cara menajamkan, menyetel, dan
menyimpan peralatan tangan dan mesin tangan
sesuai standar.
24
D.
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E (umumnya untuk kelas X SMK/MAK) peserta didik
akan
mendapatkan
gambaran
menyeluruh
mengenai
program
keahlian Teknik Furnitur, dalam rangka menumbuhkan renjana
(passion), visi (vision), imajinasi, dan kreativitas untuk merencanakan
dan melaksanakan aktivitas belajar. Capaian Pembelajaran pada
elemen-elemen mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Furnitur:
Elemen
Proses bisnis industri
furnitur
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami proses bisnis dan profil industri
furnitur, meliputi: perencanaan, analisis
kebutuhan pelanggan, strategi implementasi
(instalasi dan konfigurasi), dan perancangan
prosedur kepuasan pelanggan.
Perkembangan
penerapan teknologi
dan isu-isu global
pada industri furnitur
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami penerapan teknologi dan menganalisis
isu-isu global terkait industri furnitur.
Profesi dan
kewirausahaan (jobprofile dan
technopreneurship),
serta peluang usaha di
bidang furnitur
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami profesi dan kewirausahaan (job-profile
dan technopreneurship), serta peluang usaha di
bidang industri furnitur, dengan melaksanakan
pembelajaran berbasis proyek nyata sebagai
simulasi proyek kewirausahaan.
Teknik dasar proses
produksi pada industri
furnitur
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami teknik dasar proses produksi pada
industri furnitur, melalui pengenalan dan praktik
dasar yang terkait dengan seluruh proses produksi
dan teknologi yang diaplikasikan dalam industri
furnitur, antara lain pengenalan dan praktik dasar
kayu, mesin kayu, CAD, simulasi CAM-CNC,
furnitur non kayu, dan sejenisnya.
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
Lingkungan Hidup
(K3LH) dan budaya
kerja industri
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
menerapkan K3LH dan budaya kerja industri,
antara lain: praktik-praktik kerja yang aman,
bahaya-bahaya di tempat kerja, prosedur-prosedur
dalam keadaan darurat, dan penerapan budaya
kerja industri (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin).
Gambar teknik
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
menggambar teknik dasar antara lain penggunaan
alat gambar, standar gambar teknik, dasar gambar
proyeksi orthogonal (2D) dan proyeksi piktorial
(3D) baik secara manual serta menggunakan
aplikasi perangkat lunak, yang dijadikan dasar
dalam menggambar furnitur.
Pemilihan kayu untuk
produksi furnitur
Pada akhir fase E, peserta didik mampu memilih
kayu untuk produksi furnitur secara mandiri.
Pembuatan
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
25
Elemen
sambungan dengan
peralatan tangan dan
mesin tangan
Capaian Pembelajaran
menggunakan bermacam-macam peralatan tangan
dan mesin tangan berikut cara penggunaannya
sesuai standar, membuat macam-macam
sambungan pada konstruksi furnitur baik secara
individu atau kerja sama kelompok.
Perawatan peralatan
tangan dan mesin
tangan
Pada akhir fase E, peserta didik mampu merawat,
termasuk menajamkan, menyetel, dan menyimpan
peralatan tangan dan mesin tangan sesuai
standar.
26
2.1.
CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR TEKNIK MESIN
A. Rasional
Dasar-Dasar Teknik Mesin adalah mata pelajaran yang berisi
kompetensi-kompetensi yang mendasari penguasaan keahlian teknik
pemesinan dan pengepasan (fitting and machining). Mata pelajaran ini
merupakan mata pelajaran dasar kejuruan yang terdiri dari berbagai
ilmu dasar sebagai penentu dalam mempelajari mata pelajaran yang
lain dalam program keahlian Teknik Mesin, agar peserta didik
memiliki dasar kompetensi yang kuat dalam mempelajari mata
pelajaran-mata pelajaran pada konsentrasi keahlian di kelas XI dan
XII.
Teknik mesin atau teknik mekanik adalah salah satu disiplin ilmu
teknik yang luas dan merupakan aplikasi dari prinsip fisika untuk
merancang, mengembangkan, membuat (manufaktur), menguji dan
memelihara sebuah sistem mekanik. Pengetahuan dan keahlian
teknik mesin dapat dimanfaatkan untuk mendesain dan membuat
(manufaktur) kendaraan, pesawat, kapal laut, pabrik industri,
peralatan, mesin industri, alat kesehatan dan peralatan lainnya.
Teknik mesin mulai berkembang sebagai suatu ilmu setelah adanya
revolusi industri pertama di Eropa pada abad ke-18 dan terus
berkembang hingga kini memasuki era revolusi industri keempat
(Industri 4.0). Saat ini keilmuan teknik mesin berkembang semakin
canggih ke bidang material komposit, mekatronika, robotika dan
nanoteknologi. Ilmu ini juga memiliki andil dalam memberikan solusi
pada keilmuan lain seperti teknik penerbangan, teknik perkapalan,
teknik perkeretaapian, teknik otomotif, teknik sipil, teknik listrik,
teknik perminyakan, dan teknik kimia, bahkan hingga ke bidang
kedokteran, kesehatan dan obat-obatan.
Mata
pelajaran
Dasar-Dasar
Teknik
Mesin
berfungsi
untuk
menumbuhkembangkan keprofesionalan dalam bidang pemesinan
dan pengepasan (fitting and machining) dan pembelajarannya dapat
dilakukan dengan menggunakan berbagai pendekatan, model,
strategi, serta metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik
kompetensi yang dipelajari. Proses pembelajaran diharapkan dapat
dilaksanakan secara interaktif, aktif, inspiratif, menyenangkan,
27
menantang, dan memotivasi peserta didik, serta memberikan ruang
yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai dengan
bakat, minat, renjana, dan perkembangan fisik serta psikologis
peserta didik. Pembelajaran dapat dilakukan dengan pendekatan
contextual teaching learning, cooperative learning, maupun individual
learning. Model pembelajaran
project-based
learning,
yang dapat digunakan antara lain
problem-based
learning,
inquiry-based
learning, discovery-based learning, teaching factory, atau model
pembelajaran lainnya yang relevan.
Ada beberapa konsentrasi yang dimungkinkan untuk dibentuk pada
program keahlian Teknik Mesin antara lain Teknik Pemesinan,
Teknik Pemesinan Pesawat Udara, Teknik Pemesinan Kapal, Teknik
Instrumentasi Logam, Teknik Perancangan dan Gambar Mesin,
Teknik Pembuatan Perkakas (Tool Making), Teknik Pembuatan Alat
Penepat dan Penjepit (Jig and Fixture) dan sejenisnya. Mata pelajaran
Dasar-dasar Teknik Mesin juga berkontribusi dalam membentuk
kompetensi (hard skills), softskills dan karakter peserta didik pada
bidang teknik pemesinan dan pengepasan (Fitting and Machining)
sehingga menjadi warga yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong
royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif.
B. Tujuan
Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Mesin bertujuan untuk
memastikan
peserta
didik
dibekali
dengan
dasar-dasar
pengetahuan, keterampilan dan karakter (hard skills dan soft skills)
meliputi:
1. memahami proses bisnis bidang manufaktur mesin secara
menyeluruh;
2. memahami perkembangan teknologi di industri dan dunia kerja
serta isu-isu global terkait dunia manufaktur mesin;
3. memahami profesi dan kewirausahaan di bidang manufaktur (job
profile dan technopreneurship), serta peluang usaha di bidang
manufaktur mesin;
4. menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan
Hidup (K3LH) dan budaya kerja industri di lingkungan kerjanya;
5. memahami kegiatan praktik yang terkait dengan seluruh proses
28
produksi dan teknologi yang diaplikasikan dalam industri
manufaktur mesin;
6. memahami jenis-jenis bahan, sifat fisik, sifat kimia, sifat mampu
listrik dan mampu mekanik terkait fungsi-fungsinya dalam
proses manufaktur;
7. memahami jenis sambungan, tumpuan (bushing & bearing),
transmisi mesin, dan pemipaan; dan
8. menggambar teknik dasar lingkup teknik mesin.
C.
Karakteristik
Pada hakikatnya mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Mesin berfokus
pada kompetensi yang bersifat mendasar yang harus dimiliki oleh
seorang operator atau teknisi pemesinan dan pengepasan (fitting and
machining) sesuai dengan perkembangan dunia kerja, melalui
pemahaman tentang proses bisnis, perkembangan teknologi di
industri dan dunia kerja, isu-isu global, profesi dan kewirausahaan
(job profile dan technopreneurship), Keselamatan dan Kesehatan Kerja
serta Lingkungan Hidup (K3LH), budaya kerja industri, teknik dasar
proses pemesinan, pengetahuan bahan (material science), dasar
sistem mekanik, dan gambar teknik sesuai standar yang ditentukan
pada bidang teknik mesin.
Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Mesin terdiri atas elemen-elemen
berikut ini.
Elemen
Deskripsi
Proses bisnis bidang
manufaktur mesin secara
menyeluruh.
Meliputi proses bisnis bidang
manufaktur secara menyeluruh, antara
lain perancangan produk (Design For X),
Mata Rantai Pasok (Supply Chain),
logistik, proses produksi pada industri
manufaktur dan rekayasa, perawatan
mesin, dan pengelolaan sumber daya
manusia dengan memperhatikan potensi
dan kearifan lokal.
Perkembangan teknologi di
industri dan dunia kerja
serta isu-isu global terkait
dunia manufaktur mesin.
Meliputi perkembangan proses produksi
industri manufaktur mulai dari teknologi
konvensional sampai dengan teknologi
modern, Internet of Thing, teknologi
digital dalam dunia industri, isu
pemanasan global, perubahan iklim,
aspek-aspek ketenagakerjaan, life cycle
produk industri sampai dengan reuse,
recycling produk.
Profesi dan kewirausahaan
(job profile dan
Meliputi profesi dan kewirausahaan (job
profile dan technopreneurship), serta
29
Elemen
Deskripsi
technopreneurship), serta
peluang usaha di bidang
manufaktur mesin.
peluang usaha di bidang manufaktur
mesin.
Keselamatan dan Kesehatan
Kerja serta Lingkungan
Hidup (K3LH) dan budaya
kerja industri
Meliputi penerapan K3LH dan budaya
kerja industri, antara lain: praktikpraktik kerja yang aman, bahaya-bahaya
di tempat kerja, prosedur- prosedur
dalam keadaan darurat, dan penerapan
budaya kerja industri, seperti 5R
(Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin), dan
etika kerja.
Teknik dasar proses
produksi pada bidang
manufaktur mesin.
Meliputi praktik dasar yang terkait
dengan seluruh proses produksi dan
teknologi yang diaplikasikan dalam
industri manufaktur, antara lain praktik
dasar alat ukur, perkakas tangan dan
bertenaga, peralatan angkat dan
pemindah bahan, serta pengenalan
teknik pemesinan, pengelasan, CAD,
simulasi CAM-CNC, 3D Printing, mould
and dies, plastic moulding, jig and
fixtures, dan sejenisnya.
Pengetahuan bahan
(material science)
Meliputi jenis-jenis bahan, sifat fisik,
sifat kimia, sifat mampu listrik dan
mampu mekanik terkait fungsi-fungsinya
dalam proses manufaktur mesin.
Dasar sistem mekanik
Meliputi jenis sambungan, tumpuan
(bushing & bearing), transmisi mesin, dan
pemipaan.
Gambar teknik
Meliputi menggambar teknik dasar
komponen mesin, termasuk pengenalan
macam-macam peralatan gambar,
standarisasi dalam pembuatan gambar,
serta praktik menggambar dan membaca
gambar teknik menurut proyeksinya.
D. Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E (kelas X SMK/MAK), peserta didik akan
mendapatkan gambaran menyeluruh mengenai program keahlian
Teknik Mesin, dalam rangka menumbuhkan renjana (passion), visi
(vision),
imajinasi,
dan
kreativitas
untuk
merencanakan
dan
melaksanakan aktivitas belajar. Capaian Pembelajaran pada elemenelemen mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Mesin dapat diuraikan
sebagai berikut:
30
Elemen
Capaian Pembelajaran
Proses bisnis bidang
manufaktur secara
menyeluruh.
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami proses bisnis bidang
manufaktur secara menyeluruh, antara
lain perancangan produk (Design For X),
Mata Rantai Pasok (Supply Chain),
logistik, proses produksi pada industri
manufaktur dan rekayasa, perawatan
mesin, dan pengelolaan sumber daya
manusia dengan memperhatikan potensi
dan kearifan lokal.
Perkembangan teknologi di
industri dan dunia kerja
serta isu-isu global terkait
dunia manufak-tur mesin.
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami perkembangan proses
produksi industri manufaktur mesin
mulai dari teknologi konvensional sampai
dengan teknologi modern, Internet of
Things, teknologi digital dalam dunia
industri, isu pemanasan global,
perubahan iklim, aspek-aspek
ketenagakerjaan, life cycle produk
industri sampai dengan reuse, recycling
produk.
Profesi dan kewirausahaan
(job- profile dan technopreneurship), serta peluang
usaha di bidang manufaktur mesin.
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami profesi dan kewirausahaan
(job-profile dan technopreneurship), serta
peluang usaha di bidang manufaktur
mesin, untuk membangun vision dan
passion, dengan melaksanakan
pembelajaran berbasis proyek nyata
sebagai simulasi proyek kewirausahaan.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan
Hidup (K3LH) dan budaya
kerja industri
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
menerapkan K3LH dan budaya kerja
industri, antara lain: praktik-praktik kerja
yang aman, bahaya-bahaya di tempat
kerja, prosedur- prosedur dalam keadaan
darurat, dan penerapan budaya kerja
industri, seperti 5R (Ringkas, Rapi, Resik,
Rawat, Rajin), dan etika kerja.
Teknik dasar proses
produksi pada bidang
manufaktur mesin.
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami teknik dasar proses produksi
melalui pengenalan dan praktik singkat
yang terkait dengan seluruh proses
produksi dan teknologi cutting dan non
cutting terdiri dari bentuk bulat, persegi
dan profil khusus yang diaplikasikan
dalam industri, antara lain perkakas
tangan dan bertenaga, peralatan angkat
dan pemindah bahan, pemesinan, CAD,
simulasi CAM-CNC, 3D Printing, mould
and dies, plastic moulding, jig and fixture,
pengelasan, dan sejenisnya.
Pengetahuan bahan
(material science)
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami jenis-jenis bahan, sifat fisik,
sifat kimia, sifat mampu listrik dan
mampu mekanik terkait fungsifungsinya dalam proses manufaktur.
31
Elemen
Capaian Pembelajaran
Dasar sistem mekanik
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami jenis sambungan, tumpuan
(bushing & bearing), transmisi mesin,
dan pemipaan.
Gambar teknik
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
menggambar teknik dasar komponen
mesin, termasuk pengenalan macammacam peralatan gambar, standarisasi
dalam pembuatan gambar, serta praktik
menggambar dan membaca gambar
teknik menurut proyeksinya.
32
2.2.
CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR OTOMOTIF
A. Rasional
Dasar-Dasar Teknik Otomotif adalah mata pelajaran yang berisi
kompetensi-kompetensi yang mendasari penguasaan keahlian teknik
otomotif atau kendaraan bermotor mulai dari sepeda motor,
kendaraan ringan hingga alat berat. Mata pelajaran ini merupakan
mata pelajaran dasar kejuruan yang terdiri dari berbagai ilmu dasar
sebagai penentu dalam mempelajari mata pelajaran yang lain dalam
program keahlian Teknik Otomotif, agar peserta didik memiliki dasar
kompetensi yang kuat dalam mempelajari mata pelajaran-mata
pelajaran pada konsentrasi keahlian di kelas XI dan XII.
Teknik
Otomotif
berkembang
seiring
dengan
perkembangan
kebutuhan masyarakat terhadap kendaraan bermotor, dan menjadi
salah satu industri terbesar di dunia. Dalam perkembangannya
teknik
otomotif
menjadi
semakin
canggih
seiring
dengan
perkembangan teknologi lainnya yang berkaitan dengan otomotif
seperti teknik mesin, teknik otomasi, dan teknik elektronika, bahkan
teknologi informasi dan komunikasi.
Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Otomotif berfungsi untuk
menumbuhkembangkan keprofesionalan dalam bidang otomotif dari
pemeliharaan dan perbaikan kendaraan bermotor, dari sepeda motor,
kendaraan ringan, hingga alat berat, dan pembelajarannya dapat
dilakukan dengan menggunakan berbagai pendekatan, model,
strategi, serta metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik
kompetensi yang dipelajari. Proses pembelajaran diharapkan dapat
dilaksanakan secara interaktif, aktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, dan memotivasi peserta didik, serta memberikan ruang
yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai dengan
bakat, minat, renjana, dan perkembangan fisik serta psikologis
peserta didik. Pembelajaran dapat dilakukan dengan pendekatan
contextual teaching learning, cooperative learning, maupun individual
learning. Model pembelajaran
project-based
learning,
yang dapat digunakan antara lain
problem-based
learning,
inquiry-based
learning, discovery-based learning, teaching factory, atau model
pembelajaran lainnya yang relevan.
33
Ada beberapa konsentrasi yang dimungkinkan untuk dibentuk pada
program keahlian Teknik Otomotif antara lain Teknik Kendaraan
Ringan, Teknik Bisnis Sepeda Motor, Teknik Alat Berat, Teknik Bodi
Otomotif, Teknik Ototronik, Teknik dan Manajemen Perawatan
Otomotif dan sejenisnya. Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik
Otomotif juga berkontribusi dalam membentuk kompetensi (hard
skills),
softskills
dan
karakter
peserta
didik
pada
bidang
pemeliharaan dan perbaikan kendaraan bermotor sehingga menjadi
warga yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan
berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri,
bernalar kritis, dan kreatif.
B. Tujuan
Mata pelajaran Dasar-Dasar Otomotif bertujuan membekali peserta
didik dengan dasar-dasar pengetahuan, keterampilan, dan sikap
(hard skills dan soft skills) meliputi:
1.
memahami manajemen atau proses bisnis bidang otomotif secara
menyeluruh pada berbagai jenis dan merk kendaraan;
2.
memahami perkembangan teknologi otomotif dan dunia kerja
serta isu-isu global terkait dunia otomotif;
3.
memahami
profesi
dan
kewirausahaan
(job-profile
dan
technopreneurship), dan peluang usaha di bidang otomotif;
4.
menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan
Hidup (K3LH) di tempat kerja;
5.
menerapkan teknik dasar pemeliharaan dan perbaikan yang
terkait dengan seluruh proses bidang otomotif;
6.
menggambar teknik dasar sesuai standar yang digunakan;
7.
menggunakan peralatan dan perlengkapan di tempat kerja;
8.
memelihara komponen dengan alat sesuai Prosedur Operasional
Standar (POS);
9.
membuat rangkaian elektronika dasar otomotif sesuai Prosedur
Operasional Standar (POS);
10. memahami dasar-dasar sistem hidrolik dan pneumatik.
C. Karakteristik
Pada hakikatnya mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Otomotif
berfokus pada kompetensi yang bersifat mendasar yang harus
34
dimiliki oleh seorang teknisi otomotif atau kendaraan bermotor sesuai
dengan perkembangan dunia kerja, melalui pemahaman tentang
proses bisnis, perkembangan teknologi di industri dan dunia kerja,
isu-isu
global,
profesi
technopreneurship),
dan
kewirausahaan
Keselamatan
dan
(job
Kesehatan
profile
Kerja
dan
serta
Lingkungan Hidup (K3LH), budaya kerja industri, teknik dasar
pemeliharaan dan perbaikan kendaraan bermotor, gambar teknik,
peralatan dan perlengkapan tempat kerja, pemeliharaan komponen
otomotif, dasar elektronika otomotif, serta dasar sistem hidrolik dan
pneumatic. Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Otomotif terdiri atas
elemen-elemen berikut ini.
Elemen
Deskripsi
Proses bisnis bidang otomotif
secara menyeluruh
Meliputi proses bisnis bidang otomotif
secara menyeluruh pada berbagai jenis
dan merk kendaraan, serta pengelolaan
sumber daya manusia dengan
memperhatikan potensi dan kearifan
lokal.
Perkembangan teknologi
otomotif dan dunia kerja serta
isu-isu global
Meliputi perkembangan teknologi
otomotif dan dunia kerja serta isu-isu
global terkait dunia otomotif.
Profesi dan kewirausahaan
(job-profile dan
technopreneurship), serta
peluang usaha di bidang
otomotif.
Meliputi profesi dan kewirausahaan (jobprofile dan technopreneurship) serta
peluang usaha di bidang otomotif.
Keselamatan dan Kesehatan
Kerja serta Lingkungan Hidup
(K3LH) dan budaya kerja
industri
Meliputi penerapan K3LH dan budaya
kerja industri, antara lain: praktikpraktik kerja yang aman, bahaya-bahaya
di tempat kerja, prosedur-prosedur
dalam keadaan darurat, dan penerapan
budaya kerja industri, seperti 5R
(Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin), dan
etika kerja.
Teknik dasar pemeliharaan
dan perbaikan yang terkait
dengan seluruh proses bidang
otomotif.
Meliputi praktik dasar yang terkait
dengan seluruh proses bidang otomotif,
antara lain penggunaan alat ukur,
pemeliharaan, perbaikan, pembentukan
bodi kendaraan, perakitan, serta
pengenalan alat berat, dump-truck, dan
sejenisnya.
Gambar teknik
Meliputi menggambar teknik dasar,
termasuk pengenalan macam-macam
peralatan gambar, standarisasi dalam
pembuatan gambar, serta praktik
menggambar dan membaca gambar
teknik, dan menentukan letak dan posisi
komponen otomotif berdasarkan gambar
buku manual.
35
Elemen
Deskripsi
Peralatan dan perlengkapan
tempat kerja
Meliputi penggunaan peralatan dan
perlengkapan tempat kerja antara lain
alat-alat tangan (tools), alat ukur,
perlengkapan bengkel (equipment),
Special Service Tools (SST) serta alat
pengangkat.
Pemeliharaan komponen
otomotif
Meliputi pemeliharaan dan penggantian
komponen otomotif mencakup dan tidak
terbatas pada engine, chasis kelistrikan,
dan bodi kendaraan.
Dasar elektronika otomotif
Meliputi pembuatan rangkaian
elektronika dasar, termasuk pemahaman
fungsi dan cara kerja komponenkomponen elektronika dasar, perakitan,
gangguan rangkaian komponenkomponen elektronika dasar, perawatan
komponen-komponen elektronika dasar,
serta pematrian komponen sesuai
prosedur manual perbaikan
Dasar sistem hidrolik dan
pneumatic
Meliputi prinsip dasar sistem hidrolik
dan penumatik, termasuk komponen
sistem hidrolik dan pneumatik.
D. Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E (kelas X SMK/MAK) peserta didik akan
mendapatkan gambaran menyeluruh mengenai program keahlian
Otomotif, dalam rangka menumbuhkan renjana (passion), visi
(vision),
imajinasi,
dan
kreativitas untuk
merencanakan
dan
melaksanakan aktivitas belajar. Capaian pembelajaran pada elemenelemen mata pelajaran Dasar-dasar Otomotif dapat diuraikan sebagai
berikut:
Elemen
Capaian Pembelajaran
Proses bisnis bidang otomotif
secara menyeluruh
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami proses bisnis bidang otomotif
secara menyeluruh pada berbagai jenis
dan merk kendaraan, serta pengelolaan
sumber daya manusia dengan
memperhatikan potensi dan kearifan
lokal.
Perkembangan teknologi
otomotif dan dunia kerja
serta isu-isu global
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami perkembangan teknologi
otomotif dan dunia kerja serta
menganalisis isu-isu global terkait dunia
otomotif, antara lain penerapan
elektronik di otomotif, mobil listrik,
kendaraan dengan kendali jarak jauh
dan sejenisnya.
36
Elemen
Capaian Pembelajaran
Profesi dan kewirausahaan
(job-profile dan
technopreneurship)), serta
peluang usaha di bidang
otomotif.
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami profesi dan kewirausahaan
di bidang otomotif (job-profile dan
technopreneurship), serta peluang usaha
di bidang otomotif, untuk membangun
vision dan passion, dengan
melaksanakan pembelajaran berbasis
proyek nyata sebagai simulasi proyek
kewirausahaan.
Keselamatan dan Kesehatan
Kerja serta Lingkungan
Hidup (K3LH) dan budaya
kerja industri
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
menerapkan K3LH dan budaya kerja
industri, antara lain: praktik-praktik
kerja yang aman, bahaya-bahaya di
tempat kerja, prosedur-prosedur dalam
keadaan darurat, penerapan budaya
kerja industri, seperti 5R (Ringkas, Rapi,
Resik, Rawat, Rajin), dan etika kerja.
Teknik dasar pemeliharaan
dan perbaikan yang terkait
dengan seluruh proses
bidang otomotif.
Pada akhir fase E, peserta didik peserta
didik mampu memahami teknik dasar
bidang otomotif melalui pengenalan dan
praktik singkat penggunaan alat ukur,
pemeliharaan, perbaikan, pembentukan
body kendaraan, perakitan, serta
pengenalan alat berat, dump-truck, dan
sejenisnya.
Gambar teknik
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
menggambar teknik dasar, termasuk
pengenalan macam-macam peralatan
gambar, standarisasi dalam pembuatan
gambar, serta praktik menggambar dan
membaca gambar teknik, dan
menentukan letak dan posisi komponen
otomotif berdasarkan gambar buku
manual.
Peralatan dan perlengkapan Pada akhir fase E, peserta didik mampu
tempat kerja
menggunakan peralatan dan
perlengkapan kerja, antara lain
persiapan, kalibrasi, dan penggunaan
peralatan dan perlengkapan sesuai jenis,
fungsi dan manual perbaikan.
Pemeliharaan komponen
otomotif
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
menjelaskan fungsi dan cara kerja
komponen utama engine (pada proses
kerja motor 2 langkah dan 4 langkah),
komponen pemindah tenaga, komponen
casis, komponen tambahan dan
komponen perlengkapan lainya,
mengidentifikasi struktur, fungsi dan
lokasi komponen otomotif, menerapkan
persiapan form pemeriksaan sesuai
manual perbaikan, penggunaan tools
dan SST di tempat kerja, menerapkan
pemeriksaan komponen dengan alat
sesuai dengan manual perbaikan serta
menyimpan hasil pemeriksaan.
37
Elemen
Capaian Pembelajaran
Dasar elektronika otomotif
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
membuat rangkaian elektronika dasar,
termasuk pemahaman fungsi dan cara
kerja komponen-komponen elektronika
dasar, perakitan, diagnosa gangguan,
perawatan komponen-komponen
elektronika, serta pematrian komponen
sesuai prosedur manual perbaikan,
pemeriksaan hasil pematrian secara
visual, dan pengujian fungsi komponen
hasil pematrian.
Dasar sistem hidrolik dan
pneumatik
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami prinsip dasar sistem hidrolik
dan pneumatik, termasuk fungsi dan
cara kerja komponen sistem hidrolik dan
pneumatik, perawatan dan pengujian
komponen sistem hidrolik dan
pneumatik.
38
2.3.
CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR TEKNIK PENGELASAN DAN
FABRIKASI LOGAM
A. Rasional
Dasar-Dasar Teknik Pengelasan dan Fabrikasi Logam adalah mata
pelajaran
yang
berisi
kompetensi-kompetensi
yang
mendasari
penguasaan keahlian Teknik Pengelasan dan Fabrikasi Logam yaitu
keahlian dalam melakukan proses penyambungan dua buah bahan
atau lebih yang didasarkan pada prinsip-prinsip proses fusi, sehingga
terbentuk suatu sambungan melalui ikatan kimia yang dihasilkan dari
pemakaian panas dan tekanan serta proses pembuatan produk dari
bahan pelat melalui proses pemotongan, pembentukan, pengecoran
dan pengelasan. Mata pelajaran ini merupakan mata pelajaran dasar
kejuruan yang terdiri dari berbagai ilmu dasar sebagai penentu dalam
mempelajari mata pelajaran yang lain dalam program keahlian Teknik
Pengelasan dan Fabrikasi Logam, agar peserta didik memiliki dasar
kompetensi yang kuat dalam mempelajari mata pelajaran-mata
pelajaran pada konsentrasi keahlian di kelas XI dan XII.
Teknik pengelasan dan fabrikasi logam telah berkembang pesat dan
digunakan
dalam
berbagai
industri
pengelasan
konvensional,
pengelasan secara otomatis, pengelasan secara robotik, pembentukan
logam secara panas dan dingin, pengecoran logam fero dan non fero,
serta industri lain yang terkait dengan pengelasan dan fabrikasi
logam.
Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Pengelasan dan Fabrikasi Logam
berfungsi untuk menumbuhkembangkan keprofesionalan dalam
bidang pengelasan dan fabrikasi logam dan pembelajarannya dapat
dilakukan
dengan
menggunakan
berbagai
pendekatan,
model,
strategi, serta metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik
kompetensi yang dipelajari. Proses pembelajaran diharapkan dapat
dilaksanakan secara interaktif, aktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, dan memotivasi peserta didik, serta memberikan ruang
yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai dengan
bakat, minat, renjana, dan perkembangan fisik serta psikologis
peserta didik. Pembelajaran dapat dilakukan dengan pendekatan
contextual teaching learning, cooperative learning, maupun individual
39
learning. Model pembelajaran
yang dapat digunakan antara lain
project-based learning, problem-based learning, inquiry-based learning,
discovery-based learning, teaching factory, atau model pembelajaran
lainnya yang relevan.
Ada beberapa konsentrasi yang dimungkinkan untuk dibentuk pada
program keahlian Teknik Pengelasan dan Fabrikasi Logam antara lain
Teknik Pengelasan, Teknik Pengelasan Pesawat Udara,
Teknik
Pengelasan Kapal, Teknik Fabrikasi Logam dan Manufaktur, Teknik
Pengecoran Logam, dan sejenisnya. Mata pelajaran Dasar-Dasar
Teknik Pengelasan dan Fabrikasi Logam juga berkontribusi dalam
membentuk kompetensi (hard skills), soft skills dan karakter peserta
didik pada bidang teknik pemesinan dan pengepasan (Fitting and
Machining) sehingga menjadi warga yang beriman, bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global,
bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif. Mata pelajaran
Dasar-Dasar Teknik Pengelasan dan Fabrikasi Logam berkontribusi
dalam memampukan peserta didik agar menjadi warga negara yang
menguasai dasar program keahlian Teknik Pengelasan dan Fabrikasi
Logam, serta beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri,
dan kreatif.
B. Tujuan
Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Pengelasan dan Fabrikasi Logam
bertujuan membekali peserta didik dengan dasar-dasar pengetahuan,
keterampilan, dan sikap (hard skills dan soft skills) meliputi:
1. memahami proses bisnis bidang pengelasan dan fabrikasi logam
secara menyeluruh pada berbagai industri dan konstruksi;
2. memahami perkembangan teknologi di dunia industri dan dunia
kerja serta isu-isu global terkait dengan pengelasan dan fabrikasi
logam pada berbagai bidang;
3. memahami
profesi
dan
kewirausahaan
(job-profile
dan
technopreneurship), serta peluang usaha di bidang pengelasan;
4. menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan
Hidup (K3LH) di lingkungan kerjanya;
5. memahami teknik dasar yang terkait dengan seluruh proses
pengelasan dan fabrikasi logam;
40
6. menggambar teknik dasar yang terkait dengan pengelasan dan
fabrikasi logam;
7. memahami penggunaan perkakas bengkel; dan
8. memahami rutinitas pengelasan dasar dengan proses SMAW
(Shielded Metal Arc Welding) sesuai dengan WPS (Welding
Procedure Specification).
C. Karakteristik
Pada hakikatnya mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Pengelasan dan
Fabrikasi Logam berfokus pada kompetensi yang bersifat mendasar
yang harus dimiliki oleh seorang
teknisi pengelasan dan fabrikasi
logam sesuai dengan perkembangan dunia kerja, melalui pemahaman
tentang proses bisnis, perkembangan teknologi di industri dan dunia
kerja, isu-isu global, profesi dan kewirausahaan (job profile dan
technopreneurship),
Keselamatan
dan
Kesehatan
Kerja
serta
Lingkungan Hidup (K3LH), budaya kerja industri, teknik dasar pada
bidang teknologi pengelasan dan fabrikasi logam, gambar teknik,
penggunaan perkakas bengkel, dan pengelasan SMAW dasar.
Mata Pelajaran Dasar-Dasar Teknik Pengelasan dan Fabrikasi Logam
terdiri atas elemen-elemen berikut ini.
Elemen
Deskripsi
Proses bisnis bidang
pengelasan dan fabrikasi logam
Meliputi proses bisnis bidang
pengelasan dan fabrikasi logam secara
menyeluruh pada berbagai industri dan
konstruksi, antara lain konstruksi
baja, pemipaan, kapal, pesawat udara
dan lainnya, dan pengelolaan sumber
daya manusia dengan memperhatikan
potensi dan kearifan lokal.
Perkembangan teknologi di
bidang pengelasan dan
fabrikasi logam
Meliputi perkembangan teknologi di
bidang pengelasan dan fabrikasi logam
pada berbagai bidang antara lain
pengelasan otomatis pada pembuatan
pipa, pengelasan pada perakitan
kendaraan, pengelasan robotik, dan
konstruksi baja, konstruksi kapal,
maupun pesawat udara.
Profesi dan kewirausahaan (jobprofile dan technopreneurship),
serta peluang usaha di bidang
di bidang pengelasan dan
fabrikasi logam
Meliputi profesi dan kewirausahaan
(job-profile dan technopreneurship),
serta peluang usaha di bidang di
bidang di bidang pengelasan dan
fabrikasi logam.
41
Elemen
Deskripsi
Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Lingkungan Hidup (K3LH)
dan budaya kerja industri
Meliputi penerapan K3LH dan budaya
kerja industri, antara lain: praktikpraktik kerja yang aman, bahayabahaya di tempat kerja, prosedurprosedur dalam keadaan darurat, dan
penerapan budaya kerja industri
seperti 5R (Ringkas, Rapi, Resik,
Rawat, Rajin), dan etika kerja.
Teknik dasar pada bidang
teknologi pengelasan dan
fabrikasi logam
Meliputi kegiatan praktik yang terkait
dengan seluruh proses pengelasan dan
fabrikasi logam yang diaplikasikan
dalam industri dan konstruksi, antara
lain pengenalan dan praktik dasar
perkakas tangan dan bertenaga,
gambar teknik, pengelasan, Computer
Aided Design (CAD), dan sejenisnya.
Gambar teknik
Meliputi menggambar teknik dasar
lingkup pengelasan, antara lain
membuat sketsa tangan,
menginterpretasi detail sketsa tangan,
menginterpretasikan gambar teknik
dan dasar gambar bentangan, serta
menerapkan simbol las untuk
pekerjaan pengelasan dan fabrikasi
logam.
Penggunaan perkakas bengkel
Meliputi penggunaan alat ukur,
perkakas tangan, perkakas bertenaga
dan peralatan memotong dengan busur
api.
Pengelasan SMAW dasar
Meliputi mengidentifikasi spesifikasi
mesin SMAW, menyiapkan mesin
SMAW, menyiapkan bahan las,
mengidentifikasi elektroda SMAW,
melaksanakan pengelasan pelat baja
karbon di bawah tangan,
melaksanakan pemeriksaan hasil
pengelasan secara visual.
D. Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E, peserta didik mampu menerapkan prosedur
keselamatan dan kesehatan kerja dan lingkungan hidup dalam
menggunakan perkakas bengkel, dalam melakukan pengelasan dasar
sesuai
dengan
renjana
(passion)
dan
cita-cita
(vision)
yang
membangkitkan imajinasi dan kreativitas dalam menghasilkan
produk kreatif baik dalam perancangan maupun pekerjaan.
Elemen
Proses bisnis bidang
pengelasan dan fabrikasi
logam
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami proses bisnis bidang pengelasan
dan fabrikasi logam secara menyeluruh pada
berbagai industri dan konstruksi, antara lain
42
Elemen
Capaian Pembelajaran
konstruksi baja, pemipaan, kapal, pesawat
udara dan lainnya, dan pengelolaan sumber
daya manusia dengan memperhatikan potensi
dan kearifan lokal.
Perkembangan teknologi
di bidang pengelasan
dan fabrikasi logam
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami perkembangan teknologi
pengelasan dan fabrikasi logam pada berbagai
bidang antara lain pengelasan otomatis pada
pembuatan pipa, pengelasan pada perakitan
kendaraan, pengelasan robotik, dan
konstruksi baja, konstruksi kapal, maupun
pesawat udara serta menganalisis isu-isu
terkini terkait bidang pengelasan dan
fabrikasi logam.
Profesi dan
kewirausahaan (jobprofile dan
technopreneurship), serta
peluang usaha di bidang
di bidang pengelasan
dan fabrikasi logam
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami profesi dan kewirausahaan (jobprofile dan technopreneurship), serta peluang
usaha di bidang di bidang pengelasan dan
fabrikasi logam, untuk membangun vision
dan passion, dengan melaksanakan
pembelajaran berbasis proyek nyata sebagai
simulasi proyek kewirausahaan.
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
Lingkungan Hidup
(K3LH) dan budaya kerja
industri
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
menerapkan K3LH dan budaya kerja industri,
antara lain: praktik-praktik kerja yang aman,
bahaya-bahaya di tempat kerja, prosedurprosedur dalam keadaan darurat, dan
penerapan budaya kerja industri seperti 5R
(Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin), dan etika
kerja.
Teknik dasar pada
bidang teknologi
pengelasan dan fabrikasi
logam
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
mendeskripsikan proses pengelasan dan
fabrikasi logam yang diaplikasikan dalam
industri dan konstruksi, antara lain
pengenalan dan praktik dasar perkakas
tangan dan bertenaga, gambar teknik,
pengelasan, CAD, dan sejenisnya melalui
praktik singkat.
Gambar teknik
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
menggambar teknik dasar lingkup
pengelasan, antara lain membuat sketsa
tangan, menginterpretasi detail sketsa
tangan, menginterpretasikan gambar teknik
dan dasar gambar bentangan, serta
menerapkan simbol las untuk pekerjaan
pengelasan dan fabrikasi logam.
Penggunaan perkakas
bengkel
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
menggunakan alat ukur, perkakas tangan,
perkakas bertenaga, peralatan memotong
mekanik, dan peralatan memotong dengan
busur api.
Pengelasan SMAW dasar
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
mengidentifikasi spesifikasi mesin SMAW,
menyiapkan mesin SMAW, menyiapkan
bahan las, mengidentifikasi elektroda SMAW,
melaksanakan pengelasan pelat baja karbon
43
Elemen
Capaian Pembelajaran
di bawah tangan, dan melaksanakan
pemeriksaan hasil pengelasan secara visual.
44
2.4.
CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR TEKNIK LOGISTIK
A. Rasional
Dasar-Dasar Teknik Logistik adalah mata pelajaran yang mendasari
penguasaan keahlian teknik logistik, yang meliputi pengadaan,
penyimpanan dan pengiriman barang. Mata pelajaran ini merupakan
mata pelajaran dasar kejuruan yang terdiri dari berbagai ilmu dasar
sebagai penentu dalam mempelajari mata pelajaran yang lain dalam
program keahlian Teknik Logistik, agar peserta didik memiliki dasar
kompetensi yang kuat dalam mempelajari mata pelajaran-mata
pelajaran pada konsentrasi keahlian di kelas XI dan XII.
Teknik logistik telah berkembang pesat, baik dalam sistem pengadaan
dan pengelolaan barang di dalam pabrik/kantor, sistem penyimpanan
manual dan otomatis, serta metoda pengiriman dengan berbagai
sarana, yang didukung oleh teknologi informasi dan komunikasi yang
canggih. Di masa sekarang dan masa yang akan dating, teknik logistik
telah dan akan menjadi roda penggerak perekonomian, serta
berkembang menjadi lahan bisnis yang menjanjikan.
Mata
pelajaran
Dasar-Dasar
Teknik
Logistik
berfungsi
untuk
menumbuhkembangkan keprofesionalan dalam bidang teknik logistik
dan pembelajarannya dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai
pendekatan, model, strategi, serta metode pembelajaran yang sesuai
dengan karakteristik kompetensi yang dipelajari. Proses pembelajaran
diharapkan dapat dilaksanakan secara interaktif, aktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik, serta
memberikan
ruang
yang
cukup
bagi
prakarsa,
kreativitas,
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, renjana, dan perkembangan
fisik serta psikologis peserta didik. Pembelajaran dapat dilakukan
dengan pendekatan contextual teaching learning, cooperative learning,
maupun
individual
learning.
Model
pembelajaran
yang
dapat
digunakan antara lain project-based learning, problem-based learning,
inquiry-based learning, discovery-based learning, teaching factory, atau
model pembelajaran lainnya yang relevan.
45
Ada beberapa konsentrasi yang dimungkinkan untuk dibentuk pada
Program Keahlian Teknik Logistik antara lain Teknik Pengadaan,
Teknik Penyimpanan, Teknik Pengiriman, dan sejenisnya. Mata
pelajaran Dasar-Dasar Teknik Logistik juga berkontribusi dalam
membentuk kompetensi (hard skills), softskills dan karakter peserta
didik pada bidang teknik logistik sehingga menjadi warga yang
beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak
mulia, berkebinekaan global, bergotongroyong, mandiri, bernalar
kritis, dan kreatif.
B. Tujuan
Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Logistik bertujuan untuk
membekali peserta didik agar mampu memahami dan menerapkan
prinsip-prinsip dasar teknik Logistik yakni:
1. memahami proses bisnis bidang logistik atau teknik industri
secara menyeluruh pada berbagai industri;
2. memahami perkembangan sistem logistik di industri dan dunia
kerja serta isu-isu global terkait sistem logistik dan teknik industri;
3. memahami
profesi
dan
kewirausahaan
(job-profile
dan
technopreneurship), serta peluang usaha di bidang logistik pada
khususnya dan teknik industri pada umumnya;
4. mampu menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta
Lingkungan Hidup (K3LH) dalam kegiatan produksi;
5. mampu menerapkan Perbaikan Lingkungan Kerja dengan baik dan
benar;
6. mampu
memahami
kegiatan
administratif
dokumen
dan
operasional pengadaan;
7. mampu melakukan pelayanan pelanggan dengan baik dan benar;
8. mampu memahami pengelolaan gudang dasar yang meliputi
proses penerimaan, penyimpanan dan pengeluaran barang; dan
9. mampu memahami teknik distribusi dasar yang meliputi proses
pengelolaan dan pengiriman barang sampai ke konsumen.
C. Karakteristik
Pada hakikatnya mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Logistik
berfokus pada kompetensi yang bersifat mendasar yang harus dimiliki
oleh seorang petugas/operator logistik sesuai dengan perkembangan
46
dunia
kerja,
melalui
pemahaman
tentang
proses
bisnis,
perkembangan teknologi di industri dan dunia kerja, isu-isu global,
profesi dan kewirausahaan (job profile dan technopreneurship),
Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan Hidup (K3LH),
budaya kerja industri, proses pengelolaan logistik dan praktik teknik
produksi,
kegiatan
administratif
dokumen
dan
operasional
pengadaan, pelayanan pelanggan, pengelolaan gudang dan perbaikan
lingkungan kerja, dan teknik distribusi
Mata pelajaran Dasar–dasar Teknik Logistik meliputi:
Elemen
Proses bisnis bidang teknik
logistik atau teknik industri
secara menyeluruh pada
berbagai industri.
Perkembangan teknik logistik
dan dunia kerja serta isu-isu
global terkait dunia logistik
dan teknik industri
Profesi dan kewirausahaan
(job-profil dan
technopreneurship), serta
peluang usaha di bidang
logistik.
Keselamatan dan Kesehatan
Kerja serta Lingkungan Hidup
(K3LH) dan budaya kerja
industri
Proses pengelolaan logistik
dan praktik teknik produksi
pada industri manufaktur
Kegiatan administratif
dokumen dan operasional
pengadaan
Deskripsi
Meliputi proses bisnis bidang logistik
atau teknik industri secara menyeluruh
pada berbagai industri, mulai dari
perbaikan lingkungan kerja, kegiatan
administratif, pelayanan pelanggan,
pengelolaan pergudangan, dan teknik
distribusi.
Meliputi perkembangan sistem logistik di
industri dan dunia kerja serta isu-isu
global terkait sistem logistik dan teknik
industri, antara lain komputerisasi,
komunikasi dan pengendalian jarak
jauh, robotisasi pergudangan dan
sejenisnya.
Meliputi profesi bidang teknik logistik,
serta kewirausahaan (job-profil dan
technopreneurship), dan peluang usaha
di bidang logistik dan teknik industri,
antara lain scheduler, petugas PPIC, jasa
pengiriman paket, forwarder, dan
sejenisnya.
Meliputi penerapan K3LH dan budaya
kerja industri, antara lain: praktikpraktik kerja yang aman, bahaya-bahaya
di tempat kerja, prosedur-prosedur
dalam keadaan darurat, dan penerapan
budaya kerja industri seperti 5R
(Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin), dan
etika kerja.
Meliputi praktik singkat yang terkait
dengan seluruh proses pengelolaan
logistik dan teknik industri pada
berbagai industri, antara lain industri
logam, industri makanan dan minuman,
industri tekstil, dan sebagainya.
Meliputi kegiatan administrasi dokumen
dan administrasi operasional pengadaan
barang untuk keperluan produksi,
termasuk lain kode etik yang berlaku di
tempat kerja, peraturan penamaan file
kerja, peraturan format file kerja,
peraturan penyimpanan file kerja,
peraturan pengamanan file kerja.
47
Elemen
Deskripsi
Pelayanan pelanggan
Meliputi penerapan pelayanan pelanggan
secara prima, baik pelanggan internal
maupun eksternal.
Meliputi proses penerimaan barang,
penyimpanan, proses pengeluaran
barang dari gudang, perbaikan
lingkungan kerja di industri (Kaizen).
Teknik yang benar dalam pengelolaan
gudang, dikaitkan dengan pencapaian
nilai estetika.
Meliputi teknik pengumpulan,
pemrosesan, pengepakan, transportasi
dan pengantaran.
Pengelolaan gudang dan
perbaikan lingkungan kerja
Teknik distribusi
D. Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E (kelas X SMK), peserta didik akan mendapatkan
gambaran menyeluruh mengenai program keahlian Teknik Logistik,
dalam rangka menumbuhkan renjana (passion), visi (vision), imajinasi,
dan kreativitas untuk merencanakan dan melaksanakan aktivitas
belajar. Capaian pembelajaran pada elemen-elemen mata pelajaran
Dasar-Dasar Teknik Logistik dapat diuraikan sebagai berikut.
Elemen
Capaian Pembelajaran
Proses bisnis bidang teknik
logistik atau teknik industri
secara menyeluruh pada
berbagai industri.
Perkembangan teknik logistik
dan dunia kerja serta isu-isu
global terkait dunia logistik dan
teknik industri
Profesi dan kewirausahaan (jobprofile dan technopreneurship)
serta peluang usaha di bidang
logistik.
48
Pada akhir fase E, peserta didik
mampu memahami proses bisnis
bidang logistik atau teknik industri
secara menyeluruh pada berbagai
industri, mulai dari perbaikan
lingkungan kerja, kegiatan
administratif, pelayanan pelanggan,
pengelolaan pergudangan, dan teknik
distribusi.
Pada akhir fase E, peserta didik
mampu memahami perkembangan
sistem logistik di industri dan dunia
kerja serta menganalisis isu-isu global
terkait sistem logistik dan teknik
industri, antara lain komputerisasi,
komunikasi dan pengendalian jarak
jauh, robotisasi pergudangan dan
sejenisnya.
Pada akhir fase E, peserta didik
mampu memahami profesi dan
kewirausahaan (job-profile dan
technopreneurship), serta peluang
usaha di bidang logistik dan teknik
industri, antara lain scheduler, petugas
PPIC, jasa pengiriman paket, forwarder
dan sejenisnya, untuk membangun
vision dan passion, dengan
melaksanakan pembelajaran berbasis
proyek nyata sebagai simulasi proyek
kewirausahaan.
Elemen
Capaian Pembelajaran
Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Lingkungan Hidup (K3LH)
dan budaya kerja industri
Pada akhir fase E, peserta didik
mampu menerapkan K3LH dan budaya
kerja industri, antara lain: praktikpraktik kerja yang aman, bahayabahaya di tempat kerja, prosedurprosedur dalam keadaan darurat, dan
penerapan budaya kerja industri,
seperti 5R (Ringkas, Rapi, Resik,
Rawat, Rajin), dan etika kerja.
Pada akhir fase E, peserta didik
mampu menerapkan praktik singkat
yang terkait dengan seluruh proses
pengelolaan logistik dan teknik industri
pada berbagai industri, antara lain
industri logam, industri makanan dan
minuman, industri tekstil, dan
sebagainya.
Pada akhir fase E, peserta didik
mampu menerapkan kegiatan
administrasi dokumen dan
administrasi operasional pengadaan
barang untuk keperluan produksi,
termasuk kode etik yang berlaku di
tempat kerja, peraturan penamaan file
kerja, peraturan format file kerja,
peraturan penyimpanan file kerja,
peraturan pengamanan file kerja.
Pada akhir fase E, peserta didik
mampu menerapkan pelayanan
pelanggan secara prima.
Pada akhir fase E, peserta didik
mampu menerapkan proses
penerimaan barang, penyimpanan,
proses pengeluaran barang dari
gudang, perbaikan lingkungan kerja di
industri (Kaizen).
Pada akhir fase E, peserta didik
mampu menerapkan dasar-dasar
teknik pengumpulan, pemrosesan,
pengepakan, transportasi dan
pengantaran.
Proses pengelolaan logistik dan
praktik teknik produksi pada
industri manufaktur
Kegiatan administratif
dokumen dan operasional
pengadaan
Pelayanan pelanggan
Pengelolaan gudang dan
perbaikan lingkungan kerja
Teknik distribusi
49
1.
2.5. CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR TEKNIK ELEKTRONIKA
A. Rasional
Dasar-Dasar Teknik Elektronika adalah salah satu mata pelajaran
yang membekali peserta didik dengan kompetensi-kompetensi yang
mendasari
penguasaan
keahlian
Teknik
Elektronika,
yaitu
melaksanakan tugas spesifik dengan menggunakan alat, informasi,
dan prosedur kerja yang lazim dilakukan serta memecahkan masalah
sesuai dengan bidang pekerjaan.
Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Elektronika merupakan pondasi
bagi peserta didik dalam memahami isu-isu penting terkait dengan
teknologi manufaktur dan rekayasa pada fase berikutnya, dan
merupakan dasar yang harus dimiliki sebagai landasan pengetahuan
dan
keterampilan
dalam
mempelajari
materi
pelajaran
pada
pembelajaran konsentrasi di kelas XI dan XII program keahlian Teknik
Elektronika yang antara lain meliputi: Teknik Audio Video, Teknik
Elektronika Industri, Teknik Mekatronika, Teknik Elektronika Daya
dan Komunikasi, Instrumentasi Medik, Teknik Otomasi Industri,
Teknik Instrumentasi Logam, Instrumentasi dan Otomasi Proses,
Aviation
Electronics,
dan
konsentrasi
lain
sesuai
dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Elektronika bertujuan agar
peserta didik mengenal industri dan dunia kerja yang berkaitan
dengan dasar-dasar teknik elektronika dan isu-isu penting dalam
bidang manufaktur dan rekayasa, seperti optimasi otomasi dan
pengendalian limbah. Peserta didik dikenalkan dengan jenis-jenis
industri dan dunia kerja sebagai peluang untuk mengembangkan
karir setelah lulus, untuk menumbuhkan passion (renjana), vision
(visi), imajinasi, dan kreativitas melalui pembelajaran berbasis proyek
sederhana,
berinteraksi
dengan
alumni,
guru
tamu
dari
industri/praktisi bidang elektronika, dan berkunjung pada industri
yang relevan.
Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Elektronika berkontribusi dalam
membentuk peserta didik memiliki keahlian pada bidang teknik
50
elektronika, meningkatkan lebih lanjut kemampuan logika dan
teknologi digital (computational thinking), yaitu suatu cara berpikir
yang memungkinkan untuk menguraikan suatu masalah menjadi
beberapa bagian yang lebih kecil dan sederhana, menemukan pola
masalah, serta menyusun langkah-langkah solusi mengatasi masalah.
Penguasaan
kemampuan
dasar-dasar
teknik
elektronika
akan
membiasakan peserta didik bernalar kritis dalam menghadapi
permasalahan, bekerja mandiri, kreatif, inovatif dalam menemukan
solusi permasalahan kehidupan, serta menjadi warga negara yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, dan peduli terhadap lingkungannya.
B. Tujuan
Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Elektronika bertujuan membekali
peserta didik dengan dasar-dasar pengetahuan, keterampilan, dan
sikap (soft skills dan hard skills) yang meliputi:
1. memahami proses bisnis secara menyeluruh bidang manufaktur
dan rekayasa elektronika;
2. memahami perkembangan teknologi, dunia kerja, dan isu-isu
global terkait dunia industri manufaktur dan rekayasa elektronika;
3. memahami
profesi
technopreneurship),
dan
serta
kewirausahaan
peluang
usaha
(job-profile
dalam
dan
bidang
manufaktur dan rekayasa elektronika;
4. memahami
teknik
dasar
proses
produksi
pada
industri
manufaktur dan rekayasa elektronika;
5. memahami gambar teknik elektronika;
6. memahami sifat komponen aktif dan pasif; dan
7. memahami mesin-mesin listrik, elektronika, dan instrumentasi.
C. Karakteristik
Pada hakikatnya mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Elektronika
fokus pada kompetensi bersifat dasar yang harus dimiliki oleh tenaga
teknisi dan jabatan lain sesuai dengan perkembangan dunia kerja.
Selain itu peserta didik diberikan pemahaman tentang proses bisnis,
perkembangan penerapan teknologi dan isu-isu global, entrepreneur
profile, job profile, peluang usaha dan pekerjaan/profesi.
51
Mata Pelajaran Dasar-dasar Teknik Elektronika memiliki elemenelemen meliputi:
Elemen
Deskripsi
Proses bisnis secara
menyeluruh bidang
manufaktur dan rekayasa
elektronika
Meliputi proses bisnis bidang manufaktur
dan rekayasa elektronika secara
menyeluruh pada berbagai industri,
antara lain perancangan produk, mata
rantai pasok (Supply Chain), logistik,
proses produksi pada industri manufaktur
dan rekayasa elektronik, perawatan
peralatan produksi, dan pengelolaan
sumber daya manusia dengan
memperhatikan potensi dan kearifan lokal.
Meliputi perkembangan proses produksi
Perkembangan teknologi di
pada industri manufaktur dan rekayasa
dunia kerja dan isu-isu
global terkait dunia industri elektronika, mulai dari teknologi
konvensional sampai dengan teknologi
manufaktur dan rekayasa
modern, Industri 4.0, teknik digitalisasi di
elektronika
industri, Product Life Cycle, isu
pemanasan global, Waste Control,
perubahan iklim dan aspek- aspek
ketenagakerjaan.
Meliputi profesi dan kewirausahaan (job
Profesi dan kewirausahaan
profile dan technopreneur), serta peluang
(job profile dan
technopreneur), serta
usaha di bidang manufaktur dan rekayasa
peluang usaha di bidang
elektronika serta dunia kerja di bidang
manufaktur dan rekayasa
industri manufaktur dan rekayasa
elektronika
elektronika, untuk membangun vision dan
passion, dengan melaksanakan
pembelajaran berbasis projek nyata
sebagai simulasi projek kewirausahaan.
Meliputi teknik dasar proses produksi
Teknik dasar proses
melalui pengenalan dan praktik singkat
produksi industri
yang terkait dengan seluruh proses
manufaktur dan rekayasa
elektronika
produksi dan teknologi yang diaplikasikan
dalam industri elektronika, meliputi
praktik merangkai komponen elektronika
(soldering-desoldering), praktik
pengukuran elektronika dan
instrumentasi, karakteristik komponen
elektronika analog dan digital, serta
pengenalan elemen mesin-mesin listrik.
Keselamatan dan Kesehatan Meliputi penerapan K3LH dan budaya
Kerja serta Lingkungan
kerja industri, antara lain: praktik-praktik
Hidup (K3LH) dan budaya
kerja yang aman, bahaya-bahaya di
kerja industri
tempat kerja, prosedur- prosedur dalam
keadaan darurat, dan penerapan budaya
kerja industri seperti 5R (Ringkas, Rapi,
Resik, Rawat, Rajin) dan etika kerja.
Penggunaan perkakas
Meliputi jenis perkakas tangan,
tangan
penggunaan, dan pemeliharaan perkakas
tangan untuk pekerjaan elektronika.
Gambar teknik
Meliputi menggambar teknik listrik,
elektronika, dan instrumentasi termasuk
pengenalan macam- macam peralatan
gambar, simbol komponen dan rangkaian
listrik, elektronika, dan instrumentasi.
52
Elemen
Deskripsi
Alat ukur listrik,
elektronika, dan
instrumentasi
Meliputi jenis alat ukur, cara penggunaan,
penginterpretasian hasil pengukuran, dan
perawatan alat ukur listrik, elektronika,
dan instrumentasi.
Komponen elektronika aktif
dan pasif
Meliputi komponen elektronika pasif dan
aktif, membaca nilai komponen sesuai
kodenya, mengenal hukum elektronika
dasar (hukum Ohm - Kirchoff, dll).
Mesin-mesin listrik,
elektronika, dan
instrumentasi
Meliputi mesin-mesin listrik, peralatan
elektronika, peralatan instrumentasi, serta
komponen- komponen listrik dan
elektronika.
Konsep dasar kelistrikan
dan elektronika
Meliputi sistem bilangan, Aljabar Boole,
teknik dasar listrik, teknik elektronika
analog dan digital, rangkaian aplikasi
elektronika dasar dan elektronika optik.
D. Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E (Kelas X SMK), peserta didik mampu menerapkan
prosedur keselamatan, kesehatan kerja, dan lingkungan hidup,
menggunakan perkakas tangan dan alat ukur, memahami konsep
dasar komponen dan rangkaian elektronika, rangkaian listrik, dan
instrumentasi.
Elemen
Capaian Pembelajaran
Proses bisnis secara
menyeluruh bidang
manufaktur dan rekayasa
elektronika
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami proses bisnis bidang
manufaktur dan rekayasa elektronika
secara menyeluruh pada berbagai
industri, antara lain perancangan
produk, mata rantai pasok (Supply
Chain), logistik, proses produksi pada
industri manufaktur dan rekayasa
elektronik, perawatan peralatan
produksi, dan pengelolaan sumber daya
manusia dengan memperhatikan potensi
dan kearifan lokal.
Perkembangan teknologi di
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
dunia kerja dan isu-isu
memahami perkembangan proses
global terkait dunia industri produksi pada industri manufaktur dan
manufaktur dan rekayasa
rekayasa elektronika, mulai dari
elektronika
teknologi konvensional sampai dengan
teknologi modern, Industri 4.0, teknik
digitalisasi di industri, Product Life Cycle,
isu pemanasan global, Waste Control,
perubahan iklim dan aspek- aspek
ketenagakerjaan.
53
Elemen
Capaian Pembelajaran
Profesi dan kewirausahaan
(job profile dan
technopreneur), serta
peluang usaha di bidang
manufaktur dan rekayasa
elektronika
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami profesi dan kewirausahaan
(job profile dan technopreneur), serta
peluang usaha di bidang manufaktur dan
rekayasa elektronika serta dunia kerja di
bidang industri manufaktur dan rekayasa
elektronika, dalam membangun visi dan
passion, serta melakukan pembelajaran
berbasis projek nyata sebagai simulasi
projek kewirausahaan.
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
Teknik dasar proses
memahami teknik dasar proses produksi
produksi industri
manufaktur dan
melalui pengenalan dan praktik singkat
rekayasa elektronika
yang terkait dengan seluruh proses
produksi dan teknologi yang
diaplikasikan dalam industri elektronika,
meliputi praktik merangkai komponen
elektronika (soldering-desoldering),
praktik pengukuran elektronika dan
instrumentasi, karakteristik komponen
elektronika analog dan digital, serta
pengenalan elemen mesin-mesin listrik.
Keselamatan dan Kesehatan Pada akhir fase E, peserta didik mampu
menerapkan K3LH dan budaya kerja
Kerja Lingkungan Hidup
industri, antara lain: praktik-praktik
(K3LH) dan budaya kerja
kerja yang aman, bahaya-bahaya di
industri
tempat kerja, prosedur-prosedur dalam
keadaan darurat, dan penerapan budaya
kerja industri (Ringkas, Rapi, Resik,
Rawat, Rajin).
Penggunaan perkakas
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
tangan
memahami jenis-jenis perkakas tangan,
serta penggunaan dan pemeliharaan
perkakas tangan untuk pekerjaan
elektronika.
Gambar teknik elektronika
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
menggambar teknik listrik, elektronika,
dan instrumentasi termasuk pengenalan
macam- macam peralatan gambar,
simbol komponen dan rangkaian listrik,
elektronika, dan instrumentasi.
Alat ukur listrik,
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
elektronika, dan
memahami jenis-jenis alat ukur, cara
instrumentasi
penggunaan, penginterpretasian hasil
pengukuran, dan perawatan alat ukur
listrik, elektronika, dan instrumentasi.
Komponen elektronika aktif Pada akhir fase E, peserta didik mampu
dan pasif
memahami komponen elektronika pasif
dan aktif, membaca nilai komponen
sesuai kodenya, mengenal hukum
elektronika dasar (hukum Ohm Kirchoff, dll).
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
Mesin-mesin listrik,
memahami mesin-mesin listrik, peralatan
elektronika, dan
instrumentasi
elektronika, peralatan instrumentasi,
serta komponen-komponen listrik dan
elektronika.
54
Elemen
Konsep dasar kelistrikan
dan elektronika
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami sistem bilangan, Aljabar
Boole, teknik dasar listrik, teknik
elektronika analog dan digital, rangkaian
aplikasi elektronika dasar dan
elektronika optik.
55
2.6. CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR TEKNIK PESAWAT UDARA
A.
Rasional
Dasar-Dasar Teknik Pesawat Udara adalah mata pelajaran yang
berisi kompetensi-kompetensi yang mendasari penguasaan keahlian
Teknik Pesawat Udara. Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Pesawat
Udara merupakan gabungan kompetensi meliputi gambar teknik,
aerodynamic fundamental, aircraft material, aircraft hardware dan
tools equipment, aircraft structure, tenaga pendorong/power plant,
flight control, aircraft system, dan pengetahuan Civil Aviation Safety
Regulation (CASR).
Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Pesawat Udara berfungsi untuk
menumbuhkembangkan
keprofesionalan
dalam
bidang
teknik
pesawat udara dan pembelajarannya dapat dilakukan dengan
menggunakan berbagai pendekatan, model, strategi, serta metode
pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik kompetensi yang
dipelajari. Proses pembelajaran diharapkan dapat dilaksanakan
secara interaktif, aktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan
memotivasi peserta didik, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai dengan bakat, minat,
renjana, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Pembelajaran
dapat
dilakukan
dengan
pendekatan
contextual
teaching learning, cooperative learning, maupun individual learning.
Model pembelajaran yang dapat digunakan antara lain project-based
learning, problem-based learning, inquiry-based learning, discoverybased learning, teaching factory, atau model pembelajaran lainnya
yang relevan.
Beberapa konsentrasi yang dimungkinkan untuk dibentuk pada
Program Keahlian Teknik Pesawat Udara antara lain Airframe Power
Plant, Airframe Mechanic, Aircraft Electricity, Aviation Electronics,
Electrical Aviaonics, dan sejenisnya.
Mata
pelajaran
Dasar-Dasar
Teknik
Pesawat
Udara
juga
berkontribusi dalam membentuk kompetensi (hard skills), softskills
dan karakter peserta didik pada bidang teknik pesawat udara
56
sehingga menjadi warga yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha
Esa,
dan
berakhlak
mulia,
berkebinekaan
global,
bergotongroyong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif.
B.
Tujuan
Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Pesawat udara bertujuan
membekali
peserta
didik
dengan
dasar-dasar
pengetahuan,
keterampilan, dan sikap (hard skills dan soft skills) meliputi:
1. memahami proses bisnis secara menyeluruh bidang manufaktur
dan rekayasa pesawat udara;
2. memahami bagan perkembangan teknologi di dunia kerja dan
isu-isu global terkait dunia industri manufaktur dan rekayasa
pesawat udara;
3. memahami
profesi
dan
kewirausahaan
(job-profile
dan
technopreneurhip), serta peluang usaha dalam bidang manufaktur
dan rekayasa pesawat udara;
4. menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan
Hidup (K3LH) dan budaya kerja industri di lingkungan kerjanya;
5. memahami
teknik
dasar
proses
produksi
pada
industri
manufaktur dan rekayasa pesawat udara;
6. menggambar
teknik
dasar
pada
lingkup
manufaktur
dan
rekayasa pesawat udara;
7. memahami aerodynamic fundamental dengan baik;
8. memahami aircraft material dengan baik;
9. memahami aircraft hardware dan tools equipment dengan baik;
10. memahami aircraft structure dengan baik;
11. memahami tenaga pendorong/power plant dengan baik;
12. memahami flight control dengan benar;
13. memahami aircraft system dengan baik; dan
14. memahami Civil Aviation Safety Regulation (CASR) sesuai dengan
prosedur.
C.
Karakteristik
57
Pada hakikatnya mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Pesawat Udara
berfokus pada kompetensi yang bersifat mendasar yang harus dimiliki
oleh seorang teknisi Pesawat Udara sesuai dengan perkembangan
dunia
kerja,
melalui
pemahaman
tentang
proses
bisnis,
perkembangan teknologi di industri dan dunia kerja, isu-isu global,
profesi dan kewirausahaan (job profile dan technopreneurship),
Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan Hidup (K3LH),
teknik dasar proses produksi pada industri manufaktur dan rekayasa
pesawat udara, menggambar teknik dasar, aerodynamic fundamental,
aircraft material, aircraft hardware dan tools equipment dengan baik,
aircraft structure, tenaga pendorong/power plant, flight control, aircraft
system, dan Civil Aviation Safety Regulation (CASR) sesuai dengan
prosedur.
Mata Pelajaran Dasar-Dasar Teknik Pesawat Udara meliputi:
Elemen
Deskripsi
Proses bisnis secara
menyeluruh bidang
manufaktur dan
rekayasa pesawat
udara
Meliputi proses bisnis di bidang manufaktur
pesawat udara secara menyeluruh pada
berbagai industri, antara lain K3LH,
perancangan produk, mata rantai pasok
(supply chain), logistik, proses produksi pada
industri manufaktur dan rekayasa pesawat
udara, perawatan peralatan produksi, dan
pengelolaan sumber daya manusia dengan
memperhatikan potensi dan kearifan lokal.
Perkembangan teknologi
di dunia kerja dan isuisu global terkait dunia
industri manufaktur dan
rekayasa pesawat udara
Meliputi perkembangan proses produksi pada
industri manufaktur dan rekayasa pesawat
udara mulai dari teknologi konvensional
sampai dengan teknologi modern, Industri
4.0, teknik digitalisasi di industri, product life
cycle, isu pemanasan global, waste control,
perubahan iklim dan aspek-aspek
ketenagakerjaan.
Meliputi profesi dan kewirausahaan (job
profile dan technopreneurship), serta peluang
usaha di di bidang manufaktur dan rekayasa
pesawat udara.
Profesi dan
kewirausahaan (job
profile dan
technopreneurship),
serta peluang usaha di
bidang manufaktur dan
rekayasa pesawat
udara.
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja serta
Lingkungan Hidup
(K3LH) dan budaya kerja
industri
Meliputi penerapan K3LH dan budaya kerja
industri, antara lain: praktik-praktik kerja
yang aman, bahaya-bahaya di tempat kerja,
prosedur-prosedur dalam keadaan darurat,
dan penerapan budaya kerja industri
(Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin).
58
Elemen
Deskripsi
Teknis dasar proses
produksi pada industri
manufaktur dan rekayasa
pesawat udara
Meliputi praktik dasar yang terkait dengan
seluruh proses produksi dan teknologi yang
diaplikasikan dalam industri manufaktur
pesawat udara, antara lain praktik dasar alat
ukur, perkakas tangan dan bertenaga,
peralatan angkat dan pemindah bahan, serta
pengenalan teknik pemesinan, pengelasan,
praktik aerodynamic fundamental, praktik
aircraft material, praktik aircraft hardware
dan tools equipment, praktik aircraft structure,
praktik tenaga pendorong/ power plant,
praktik flight control, praktik aircraft system,
dan prosedur standar Civil Aviation Safety
Regulation (CASR).
Gambar teknik
Meliputi menggambar teknik dasar, termasuk
pengenalan macam-macam peralatan
gambar, diagram skematik, dan proyeksi
gambar untuk pekerjaan pemeliharaan
pesawat udara.
Prinsip dan perkembangan Meliputi gaya-gaya yang bekerja pada
Theory of Flight
pesawat udara, prinsip Bernoulli, hukum
Newton, hukum kekekalan energi. Elemen ini
berhubungan dengan pengetahuan yang
dibutuhkan dalam menjelaskan prinsip dan
perkembangan Theory of Flight.
Airfoil terhadap
Meliputi macam-macam, bagian-bagian, dan
karakteristik airfoil terhadap performa
performa pesawat
pesawat udara dari berbagai gaya
udara
aerodinamik pada pesawat serta stall dan
cara mengatasinya. Elemen ini berhubungan
dengan pengaruh karakteristik jenis-jenis
lapisan atmosfer terhadap penerbangan.
Aircraft material
Meliputi macam dan spesifikasi aircraft
material.
Aircraft hardware dan
tools equipment
Meliputi macam dan spesifikasi aircraft
hardware dan tools equipment.
Aircraft structure
Meliputi jenis-jenis pesawat udara, dan
bagian- bagian struktur pesawat udara
(aircraft structure).
Tenaga
pendorong/power
plant
Flight Control
Meliputi berbagai jenis tenaga pendorong
(power plant) yang digunakan oleh pesawat
udara.
Meliputi fungsi dan cara kerja flight control
pada pesawat udara. Elemen ini
berhubungan dengan aspek-aspek flight
stability and dynamics yang meliputi airplane
axes, flight stability and control (Static stability
& Dynamic stability), flight Control surfaces.
Meliputi berbagai sistem yang ada di pesawat
udara (aircraft system).
Aircraft system
Civil Aviation
Safety
Regulation
(CASR)
Meliputi penerapan Civil Aviation Safety
Regulation (CASR), antara lain CASR Part 21,
CASR Part 39, CASR Part 43, CASR Part 45,
CASR Part 47, CASR Part 65, CASR Part 145,
dan CASR Part 147.
59
D.
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E, peserta didik akan mendapatkan gambaran
mengenai program keahlian yang dipilihnya sehingga
menumbuhkan
mampu
passion dan vision untuk merencanakan
dan
melaksanakan aktivitas belajar. Selain itu pada akhir fase E pada
aspek hard skills peserta didik mampu memahami gambar teknik,
aerodynamic fundamental, aircraft material, aircraft hardware dan
tools equipment, aircraft structure, tenaga pendorong/power plant,
flight control, aircraft system, dan pengetahuan Civil Aviation Safety
Regulation (CASR).
Elemen
Proses bisnis secara
menyeluruh bidang
manufaktur dan rekayasa
pesawat udara
Perkembangan teknologi
di dunia kerja dan isuisu global terkait dunia
industri manufaktur dan
rekayasa pesawat udara
Profesi dan
kewirausahaan (job
profile dan
technopreneurship),
serta peluang usaha di
bidang manufaktur dan
rekayasa pesawat
udara.
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
Lingkungan Hidup
(K3LH) dan budaya kerja
industri
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami proses bisnis di bidang
manufaktur pesawat udara secara
menyeluruh pada berbagai industri, antara
lain K3LH, perancangan produk, Mata Rantai
Pasok (Supply Chain), logistik, proses
produksi pada industri
manufaktur dan rekayasa pesawat udara,
perawatan peralatan produksi, dan
pengelolaan sumber daya manusia dengan
memperhatikan potensi dan kearifan lokal.
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami bagan perkembangan proses
produksi pada industri manufaktur dan
rekayasa pesawat udara mulai dari teknologi
konvensional sampai dengan teknologi
modern, Industri 4.0, teknik digitalisasi di
industri, Product Life Cycle, isu pemanasan
global, Waste Control, perubahan iklim dan
aspek-aspek ketenagakerjaan.
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami profesi dan kewirausahaan
(job profile dan technopreneurship), serta
peluang usaha di di bidang manufaktur
dan rekayasa pesawat udara, untuk
membangun vision dan passion, dengan
melaksanakan pembelajaran berbasis
proyek nyata sebagai simulasi proyek
kewirausahaan.
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
menerapkan K3LH dan budaya kerja
industri, antara lain: praktik-praktik kerja
yang aman, bahaya-bahaya di tempat kerja,
prosedur- prosedur dalam keadaan darurat,
dan penerapan budaya kerja industri
(Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin).
60
Elemen
Teknis dasar proses
produksi pada industri
manufaktur dan
rekayasa pesawat
udara
Gambar teknik
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami praktik dasar yang terkait dengan
seluruh proses produksi dan teknologi yang
diaplikasikan dalam industri manufaktur
pesawat udara, antara lain praktik dasar alat
ukur, perkakas tangan dan bertenaga,
peralatan angkat dan pemindah bahan, serta
pengenalan teknik pemesinan, pengelasan,
praktik aerodynamic fundamental, praktik
aircraft material, praktik aircraft hardware
dan tools equipment, praktik aircraft structure,
praktik tenaga pendorong/ power plant,
praktik flight control, praktik aircraft system,
dan prosedur standar Civil Aviation Safety
Regulation (CASR).
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
menggambar teknik dasar, termasuk
pengenalan macam-macam peralatan
gambar, diagram skematik, dan proyeksi
gambar untuk pekerjaan pemeliharaan
pesawat udara.
Prinsip dan perkembangan Pada akhir fase E, peserta didik mampu
Theory of Flight
memahami gaya-gaya yang bekerja pada
pesawat udara, prinsip Bernoulli, hukum
Newton, hukum kekekalan energi. Elemen ini
berhubungan dengan pengetahuan yang
dibutuhkan dalam menjelaskan prinsip dan
perkembangan Theory of Flight.
Airfoil terhadap
performa pesawat
udara
Aircraft material
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami macam-macam, bagian-bagian,
dan karakteristik airfoil terhadap performa
pesawat udara dari berbagai gaya
aerodinamik pada pesawat serta stall dan
cara mengatasinya. Elemen ini
berhubungan dengan pengaruh
karakteristik jenis-jenis lapisan atmosfer
terhadap penerbangan.
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami macam dan spesifikasi aircraft
material.
Aircraft hardware dan
tools equipment
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami macam dan spesifikasi aircraft
hardware dan tools equipment.
Aircraft structure
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami jenis-jenis pesawat udara, dan
bagian-bagian struktur pesawat udara
(aircraft structure).
Tenaga pendorong/
power plant
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami berbagai jenis tenaga pendorong
(power plant) yang digunakan oleh pesawat
udara.
Flight Control
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami fungsi dan cara kerja flight
control pada pesawat udara. Elemen ini
berhubungan dengan aspek-aspek flight
stability and dynamics yang meliputi
airplane axes, flight stability and control
61
Elemen
Aircraft system
Civil Aviation Safety
Regulation (CASR)
Capaian Pembelajaran
(Static stability & Dynamic stability), flight
Control surfaces.
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami berbagai sistem yang ada di
pesawat udara (aircraft system).
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami Civil Aviation Safety Regulation
(CASR), antara lain CASR Part 21, CASR
Part 39, CASR Part 43, CASR Part 45, CASR
Part 47, CASR Part 65, CASR Part 145, dan
CASR Part 147.
62
2.7. CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR KONSTRUKSI KAPAL
A.
Rasional
Teknik Konstruksi Kapal adalah kegiatan pekerjaan konstruksi dan
perawatan bangunan/badan kapal yang dimulai dari perencana,
pelaksana
dan
pengawas
serta
evaluasi
kegiatan
konstruksi
bangunan kapal, khususnya konstruksi bangunan kapal yang
terbuat dari baja misalnya: kapal barang, kapal penumpang, kapal
tangki, kapal tunda dan lainnya. Teknik konstruksi kapal memiliki
peran/andil yang sangat besar bagi dunia tranportasi di air
khususnya Indonesia yang wilayahnya hampir 67% adalah lautan.
Dasar-Dasar Teknik Konstruksi Kapal merupakan mata pelajaran
yang berisikan kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki peserta
didik pada aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap untuk
mendasari mata pelajaran pada fase F.
Dasar-Dasar Teknik Konstruksi Kapal harus dikuasai dan menjadi
milik setiap peserta didik. Perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian
pembelajaran harus sesuai dengan karakteristik mata pelajaran dan
tujuan
yang
menggunakan
ingin
model
dicapai.
Pelaksanaan
pembelajaran
pembelajaran
berbasis
projek
dapat
sederhana
(project-based learning), discovery learning, pembelajaran berbasis
masalah (problem-based learning), atau inquiry learning, menekankan
proses pembelajaran melakukan pekerjaan (learning by doing), serta
metode antara lain seperti ceramah, tanya jawab, diskusi, observasi,
peragaan atau demonstrasi yang dipilih berdasarkan karakteristik
materi. Penilaian meliputi aspek pengetahuan melalui tes dan nontes, sikap melalui observasi, catatan kejadian menonjol (anecdotal
record), penilaian antar-teman, dan penilaian diri serta keterampilan
melalui penilaian proses, produk, portofolio dan studi kasus.
Pembelajaran Dasar-Dasar Teknik Konstruksi Kapal dapat dilakukan
secara sistem blok disesuaikan dengan karakteristik elemen materi
yang dipelajari.
Dasar-Dasar Teknik Konstruksi Kapal membekali peserta didik
mampu membaca dan menerapkan gambar konstruksi kapal sesuai
spesifikasinya,
menerapkan
prinsip-prinsip
Keselamatan
dan
Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup (K3LH), serta beriman,
63
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia,
bernalar kritis, mandiri, kreatif, bergotong royong dan peduli
terhadap lingkungan.
B.
Tujuan
Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Konstruksi Kapal bertujuan
membekali dasar-dasar pengetahuan, keterampilan, dan sikap (hard
skills dan soft skills) meliputi:
1. memahami proses bisnis secara menyeluruh bidang manufaktur
dan rekayasa konstruksi kapal;
2. memahami perkembangan teknologi di dunia kerja dan isu-isu
global terkait dunia industri manufaktur dan rekayasa konstruksi
kapal;
3. memahami
profesi
dan
kewirausahaan
(job-profile
dan
technopreneurship), serta peluang usaha di bidang manufaktur
dan rekayasa konstruksi kapal;
4. memahami
teknik
dasar
proses
produksi
pada
industri
manufaktur dan rekayasa konstruksi kapal;
5. menerapkan K3LH di tempat kerja;
6. menggambar konstruksi kapal;
7. menerapkan informasi dalam gambar dan spesifikasi; dan
8. memahami
penerapan
industri
4.0
pada
lingkup
Teknik
Konstruksi Kapal.
C.
Karakteristik
Pada hakikatnya mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Konstruksi
Kapal fokus pada kompetensi bersifat dasar yang harus dimiliki oleh
tenaga teknisi dan jabatan lain sesuai dengan perkembangan dunia
kerja. Selain itu peserta didik diberikan pemahaman tentang proses
bisnis, perkembangan penerapan teknologi dan isu-isu global,
entrepreneur profile, job profile, peluang usaha dan pekerjaan/profesi.
Mata Pelajaran Dasar-Dasar Teknik Konstruksi Kapal terdiri atas
elemen-elemen berikut ini:
Elemen
Proses bisnis secara
menyeluruh bidang
manufaktur dan rekayasa
konstruksi kapal
Deskripsi
Meliputi proses bisnis bidang manufaktur
konstruksi kapal secara menyeluruh pada
berbagai industri, antara lain perancangan
produk, Mata Rantai Pasok (Supply Chain),
logistik, proses produksi pada industri
64
D.
Elemen
Deskripsi
manufaktur dan rekayasa konstruksi kapal,
perawatan peralatan produksi, dan
pengelolaan sumber daya manusia dengan
memperhatikan potensi dan kearifan lokal.
Perkembangan teknologi
di dunia kerja dan isu-isu
global terkait dunia
industri manufaktur dan
rekayasa konstruksi kapal
Meliputi perkembangan proses produksi
pada industri manufaktur dan rekayasa
konstruksi kapal mulai dari teknologi
konvensional sampai dengan teknologi
modern, Industri 4.0, teknik digitalisasi di
industri, Product Life Cycle, isu pemanasan
global, waste control, perubahan iklim dan
aspek-aspek ketenagakerjaan.
Profesi dan
kewirausahaan (job-profile
dan technopreneurship),
serta peluang usaha di
bidang manufaktur dan
rekayasa konstruksi kapal
Meliputi profesi dan kewirausahaan (jobprofile dan technopreneurship), serta peluang
usaha di bidang manufaktur dan rekayasa
konstruksi kapal, untuk membangun vision
dan passion, dengan melaksanakan
pembelajaran berbasis proyek nyata sebagai
simulasi proyek kewirausahaan.
Teknis dasar proses
produksi pada industri
manufaktur dan rekayasa
bidang konstruksi kapal
Meliputi praktik dasar yang terkait dengan
seluruh proses produksi dan teknologi yang
diaplikasikan dalam bidang manufaktur dan
rekayasa konstruksi kapal, antara lain
praktik dasar alat ukur, membaca gambar
konstruksi kapal, menggambar konstruksi
kapal, mengelola informasi dalam gambar,
serta penerapan industri 4.0 pada lingkup
Teknik Konstruksi Kapal.
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
Lingkungan Hidup (K3LH)
dan budaya kerja industri
Meliputi penerapan K3LH dan budaya kerja
industri, antara lain: praktik-praktik kerja
yang aman, bahaya-bahaya di tempat kerja,
prosedur-prosedur dalam keadaan darurat,
dan penerapan budaya kerja industri seperti
5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin), dan
etika kerja.
Gambar teknik
Meliputi menggambar teknik dasar
konstruksi kapal, termasuk pengenalan
macam-macam peralatan gambar,
standarisasi dalam pembuatan gambar,
serta praktik menggambar dan membaca
gambar teknik menurut proyeksinya.
Gambar basic design
Melputi gambar basic design, antara lain
persyaratan gambar, fitur kunci perangkat
lunak CAD, cara mengakses perangkat
lunak dan menata gambar yang dikerjakan,
pembuatan elemen-elemen gambar, dan
pekerjaan CAD.
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E (kelas X SMK), peserta didik akan mendapatkan
gambaran
mengenai
program
keahlian
sehingga
mampu
menumbuhkan passion dan vision untuk merencanakan dan
melaksanakan aktivitas belajar. Selain itu, pada akhir fase E pada
65
aspek hard skills peserta didik mampu membaca, menginterpretasi,
menerapkan gambar teknik dan membuat gambar Basic Design atau
komponen konstruksi kapal.
Elemen
Proses bisnis secara
menyeluruh bidang
manufaktur dan rekayasa
konstruksi kapal
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami proses bisnis bidang manufaktur
konstruksi kapal secara menyeluruh pada
berbagai industri, antara lain perancangan
produk, Mata Rantai Pasok (Supply Chain),
logistik, proses produksi pada industri
manufaktur dan rekayasa konstruksi kapal,
perawatan peralatan produksi, dan
pengelolaan sumber daya manusia dengan
memperhatikan potensi dan kearifan lokal.
Perkembangan teknologi
di dunia kerja dan isu-isu
global terkait dunia
industri manufaktur dan
rekayasa konstruksi kapal
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami perkembangan proses produksi
pada industri manufaktur dan rekayasa
konstruksi kapal mulai dari teknologi
konvensional sampai dengan teknologi
modern, Industri 4.0, teknik digitalisasi di
industri, Product Life Cycle, isu pemanasan
global, Waste Control, perubahan iklim dan
aspek-aspek ketenagakerjaan.
Profesi dan
kewirausahaan (job-profile
dan technopreneurship),
serta peluang usaha di
bidang manufaktur dan
rekayasa konstruksi kapal
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami profesi dan kewirausahaan (jobprofile dan technopreneurship), serta peluang
usaha di bidang manufaktur dan rekayasa
konstruksi kapal, untuk membangun vision
dan passion, dengan melaksanakan
pembelajaran berbasis proyek nyata sebagai
simulasi proyek kewirausahaan.
Teknis dasar proses
produksi pada industri
manufaktur dan rekayasa
bidang konstruksi kapal
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami praktik dasar yang terkait
dengan seluruh proses produksi dan
teknologi yang diaplikasikan dalam bidang
manufaktur dan rekayasa konstruksi kapal,
antara lain praktik dasar alat ukur,
membaca gambar konstruksi kapal,
menggambar konstruksi kapal, mengelola
informasi dalam gambar, serta penerapan
industri 4.0 pada lingkup Teknik Konstruksi
Kapal.
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
Lingkungan Hidup (K3LH)
dan budaya kerja industri
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
menerapkan K3LH dan budaya kerja
industri, antara lain: praktik-praktik kerja
yang aman, bahaya-bahaya di tempat kerja,
prosedur-prosedur dalam keadaan darurat,
dan penerapan budaya kerja industri 5R
(Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin) serta
etika kerja.
Gambar teknik
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
menggambar teknik dasar konstruksi kapal,
termasuk pengenalan macam-macam
peralatan gambar, standarisasi dalam
pembuatan gambar, serta praktik
66
Elemen
Gambar basic design
Capaian Pembelajaran
menggambar dan membaca gambar teknik
menurut proyeksinya.
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
menggambar basic design, antara lain
persyaratan gambar, fitur kunci perangkat
lunak CAD, cara mengakses perangkat
lunak dan menata gambar yang dikerjakan,
pembuatan elemen-elemen gambar, dan
pekerjaan CAD.
67
2.8. CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR KIMIA ANALISIS
A.
Rasional
Dasar-Dasar Kimia Analisis adalah mata pelajaran yang berisi
kompetensi- kompetensi yang mendasari penguasaan keahlian Kimia
Analisis. Pada awal pembelajaran peserta didik dikenalkan pada
lapangan kerja, peluang usaha, peluang karir dan aneka profesi
setelah lulus dari konsentrasi yang ada pada Program Keahlian Kimia
Analisis. Mata Pelajaran ini mempelajari analisis kimia dasar, teknik
dasar pekerjaan laboratorium kimia dan pengelolaan laboratorium
kimia.
Mata pelajaran Dasar-Dasar Kimia Analisis sangat penting karena
berfungsi untuk membekali pengetahuan dan keterampilan dasar bagi
peserta didik untuk mempelajari mata pelajaran setiap konsentrasi
pada fase F pada Program Keahlian Kimia Analisis.
Mata pelajaran Dasar-Dasar Kimia Analisis mengajarkan tahapantahapan hard skills dan soft skills dengan model pembelajaran
berbasis projek (Project Based Learning), discovery learning, atau
model pembelajaran lain yang sesuai. Mata pelajaran ini dapat
menumbuhkan
passion
(renjana),
vision
(visi),
imajinasi,
dan
kreativitas peserta didik untuk berwirausaha atau berkarir sesuai
dengan kompetensi yang ada. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui
pembelajaran di kelas secara sistem blok, memanfaatkan literatur
terkait, laboratorium, projek sederhana, interaksi dengan alumni,
wirausahawan atau praktisi dari dunia kerja dan berkunjung ke
industri kimia yang relevan, mengarahkan peserta didik untuk
menemukan sendiri berbagai fakta, membangun konsep, dan nilainilai baru secara mandiri atau tim.
Mata pelajaran Dasar-Dasar Kimia Analisis berkontribusi dalam
meningkatkan kemampuan peserta didik agar menjadi tenaga
terampil pada bidang kimia analisis, memiliki rasa empati, mudah
untuk membuat keputusan dan memecahkan masalah, disiplin, relasi
interpersonal dan komunikasi yang baik, mudah mengatasi stres dan
mengontrol emosi, serta memiliki nalar kritis, mandiri, gotong royong,
kreatif dan adaptif dengan lingkungan hidup pada abad ke-21 serta
68
dapat menjadi masyarakat yang mandiri, beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
B.
Tujuan
Mata pelajaran Dasar-Dasar Kimia Analisis bertujuan membekali
peserta didik dengan dasar-dasar pengetahuan, keterampilan, dan
sikap (hard skills dan soft skills ) melalui proses pembelajaran sebagai
berikut:
1. memahami proses bisnis secara menyeluruh bidang manufaktur
dan laboratorium kimia analisis;
2. memahami perkembangan teknologi di dunia kerja dan isu - isu
global terkait dunia industri manufaktur dan laboratorium kimia
analisis;
3. memahami
profesi
dan
kewirausahaan
(job-profile
dan
technopreneurship), serta peluang usaha di bidang kimia analisis;
4. memahami
teknik
dasar
proses
produksi
pada
industri
manufaktur dan laboratorium kimia analisis;
5. memahami penerapan prosedur Keselamatan dan Kesehatan Kerja
serta Lingkungan Hidup (K3LH) sesuai prosedur operasional
standar;
6. memahami pengelolaan Laboratorium Kimia;
7. memahami Larutan Standar; dan
8. melakukan analisis kualitatif dan kuantitatif sederhana.
C.
Karakteristik
Mata
pelajaran
Dasar-Dasar
Kimia
Analisis
merupakan
mata
pelajaran prasyarat untuk mempelajari mata pelajaran konsentrasi
pada program keahlian Kimia Analisis. Selain itu peserta didik
diberikan
pemahaman
tentang
proses
bisnis,
perkembangan
penerapan teknologi dan isu-isu global, entrepreneur profile, job profile,
peluang usaha dan pekerjaan/profesi.
Mata Pelajaran Dasar-Dasar Kimia Analisis terdiri atas elemen-elemen
berikut ini.
Elemen
Proses bisnis secara
menyeluruh bidang
Deskripsi
Meliputi proses bisnis bidang kimia analisis
secara menyeluruh termasuk laboratorium
69
Elemen
kimia analisis
Perkembangan teknologi
di dunia kerja dan isuisu global terkait kimia
analisis
Profesi dan
kewirausahaan (jobprofile dan
technopreneurship), dan
peluang usaha di
bidang kimia analisis
Teknik dasar proses kerja
di bidang kimia analisis
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja serta
Lingkungan Hidup
(K3LH) dan budaya kerja
industri
Pengelolaan Laboratorium
Kimia
Pengelolaan Peralatan
Laboratorium
Larutan Standar
Analisis Kualitatif
dan Kuantitatif
Sederhana
Deskripsi
kimia analisis, industri yang melibatkan
kimia analisis, perawatan peralatan kimia
analisis, dan pengelolaan sumber daya
manusia dengan memperhatikan potensi dan
kearifan lokal.
Meliputi perkembangan teknologi kimia
analisis dan isu-isu global seputar
laboratorium kimia analisis dan industri yang
melibatkan kimia analisis, dari teknologi
konvensional sampai dengan teknologi
modern, Revolusi Industri 4.0, teknik
digitalisasi, perubahan iklim dan aspek-aspek
ketenagakerjaan.
Meliputi profesi dan kewirausahaan (jobprofile dan technopreneurship), dan peluang
usaha di bidang kimia analisis serta dunia
kerja bidang kimia analisis.
Meliputi teknik dasar proses kerja di bidang
kimia analisis melalui pengenalan dan
praktik yang mencakup seluruh proses
penerapan
kimia dasar, penggunaan alat laboratorium
dan instrumen, kalibrasi alat ukur dan
instrumen sederhana, perawatan alat
laboratorium dan instrumen, penyimpanan
alat, penyimpanan bahan kimia sesuai
dengan ketentuan Material Safety Data Sheet
(MSDS), membuat larutan dan pelabelan,
penerapan konsep mol dan hukum yang
berlaku, penerapan Susunan Periodik dan
analisis bahan kimia.
Meliputi penerapan K3LH dan budaya kerja
industri, antara lain: praktik-praktik kerja
yang aman, bahaya-bahaya di tempat kerja,
prosedur-prosedur dalam keadaan darurat,
dan penerapan budaya kerja industri
(Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin),
termasuk K3LH pada pengelolaan limbah B3
dan non B3, serta etika kerja.
Meliputi pengelolaan bahan, dan fasilitas
laboratorium, termasuk Laboratorium Kimia.
Meliputi pengelolaan peralatan laboratorium,
termasuk penggunaan dan perawatan
peralatan non gelas dan instrumen.
Meliputi jenis-jenis larutan standar primer
dan sekunder, konsentrasi larutan, macammacam indikator, pembuatan label, teknik
menyimpan bahan kimia dengan aman sesuai
dengan tanda bahaya atau piktogram.
Meliputi metode analisis kualitatif dan
kuantitatif secara sederhana yang meliputi
analisis anion, kation melalui uji nyala,
mutiara boraks dan analisis titrimetri dan
gravimetri sederhana.
70
D.
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E (kelas X SMK), peserta didik akan mendapatkan
gambaran mengenai program keahlian yang dipilihnya sehingga
mampu menumbuhkan passion dan vision untuk merencanakan dan
melaksanakan aktivitas belajar. Selain itu pada akhir fase E pada
aspek hard skills peserta didik mampu memahami Keselamatan dan
Kesehatan Kerja serta Lingkungan Hidup (K3LH), Pengelolaan
Laboratorium Kimia (PLK), Pengelolaan Peralatan Laboratorium (PPL),
Larutan Standar (LS), Analisis Kualitatif dan Kuantitatif sederhana
(AKK).
Elemen
Proses bisnis secara
menyeluruh bidang
kimia analisis
Perkembangan teknologi
di dunia kerja dan isuisu global terkait kimia
analisis
Profesi dan
kewirausahaan (jobprofile dan
technopreneur), dan
peluang usaha di bidang
kimia analisis
Teknik dasar proses kerja
di bidang kimia analisis
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja serta
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami proses bisnis bidang kimia
analisis secara menyeluruh termasuk
laboratorium kimia analisis, industri yang
melibatkan kimia analisis, perawatan
peralatan kimia analisis, dan pengelolaan
sumber daya manusia dengan
memperhatikan potensi dan kearifan lokal.
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami perkembangan teknologi kimia
analisis dan isu-isu global seputar
laboratorium kimia analisis dan industri yang
melibatkan kimia analisis, dari teknologi
konvensional sampai dengan teknologi
modern, Revolusi Industri 4.0, teknik
digitalisasi, perubahan iklim dan aspek-aspek
ketenagakerjaan.
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami profesi dan kewirausahaan (jobprofile dan technopreneur), dan peluang usaha
di bidang kimia analisis serta dunia kerja
bidang kimia analisis, untuk membangun
vision dan passion, dengan melaksanakan
pembelajaran berbasis proyek nyata sebagai
simulasi proyek kewirausahaan.
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
menerapkan teknik dasar proses kerja di
bidang kimia analisis melalui pengenalan dan
kegiatan praktik yang mencakup seluruh
proses penerapan kimia dasar, penggunaan
alat laboratorium dan instrumen, kalibrasi
alat ukur dan instrumen, perawatan alat
laboratorium dan instrumen, penyimpanan
alat, penyimpanan bahan kimia sesuai
dengan ketentuan Material Safety Data Sheet
(MSDS), membuat larutan dan pelabelan,
penerapan konsep mol dan hukum yang
berlaku, penerapan Susunan Periodik dan
analisis bahan kimia.
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
menerapkan K3LH dan budaya kerja industri,
71
Elemen
Lingkungan Hidup
(K3LH) dan budaya kerja
industri
Pengelolaan Laboratorium
Kimia
Pengelolaan Peralatan
Laboratorium
Larutan Standar
Analisis Kualitatif
dan Kuantitatif
Sederhana
Capaian Pembelajaran
antara lain: praktik-praktik kerja yang aman,
bahaya-bahaya di tempat kerja, prosedurprosedur dalam keadaan darurat, dan
penerapan budaya kerja industri (Ringkas,
Rapi, Resik, Rawat, Rajin), termasuk K3LH
pada pengelolaan limbah B3 dan non B3.
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
mengaplikasikan bahan, alat dan fasilitas
laboratorium, termasuk pengenalan jenisjenis laboratorium kimia.
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
mengaplikasikan peralatan laboratorium,
termasuk penggunaan dan perawatan
peralatan gelas, non gelas dan instrumen
sederhana, serta mengenal instrumen yang
sering digunakan di laboratorium
berdasarkan prinsip kerja meliputi
elektrometri spektrofotometri, dan
kromatografi
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
menerapkan jenis-jenis larutan standar
primer dan sekunder, konsentrasi larutan,
macam- macam indikator, pembuatan label,
teknik menyimpan bahan kimia dengan aman
sesuai dengan tanda bahaya atau
piktogram.
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
menerapkan metode analisis kualitatif dan
kuantitatif secara sederhana yang meliputi
analisis anion, kation melalui uji nyala,
mutiara boraks dan analisis titrimetri dan
gravimetri sederhana.
72
2.9. CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR TEKNIK KIMIA INDUSTRI
A.
Rasional
Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Kimia Industri adalah mata
pelajaran yang memuat kompetensi-kompetensi yang menjadi dasar
penguasaan Program Keahlian Teknik Kimia Industri. Teknik kimia
adalah cabang ilmu teknologi atau rekayasa yang mempelajari
pemrosesan bahan mentah menjadi barang yang lebih berguna, dapat
berupa barang jadi atau barang setengah jadi. Ilmu teknik kimia
diaplikasikan terutama dalam perancangan dan pemeliharaan prosesproses kimia, baik dalam skala kecil maupun dalam skala besar
seperti industri. Teknik kimia industri merupakan kombinasi dari
beberapa disiplin ilmu yang berkaitan dengan ilmu teknik kimia, ilmu
kimia, dan beberapa ilmu pendukung lain yang menjadi prinsip
pemrosesan bahan di suatu industri.
Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Kimia Industri adalah mata
pelajaran yang memuat ilmu dasar teknik kimia, ilmu dasar kimia,
dan beberapa ilmu dasar pendukung lain pada Program Keahlian
Teknik Kimia Industri yang berperan dalam membekali peserta didik
dengan penguasaan keilmuan Dasar Teknik Kimia Industri. Mata
pelajaran Dasar-Dasar Teknik Kimia Industri diberikan sebagai
prasyarat sebelum peserta didik mempelajari mata pelajaran kejuruan
yang lebih lanjut.
Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Kimia Industri dapat disampaikan
dengan
beberapa
pembelajaran
sederhana,
di
metode
antara
laboratorium,
interaksi
dengan
lain
pembelajaran
pembelajaran
alumnus
atau
di
dengan
praktisi
kelas,
projek
industri,
berkunjung pada industri yang relevan, maupun pembelajaran
mandiri
melalui
literatur-literatur
yang
relevan.
Pelaksanaan
pembelajaran menggunakan metode ceramah, tanya jawab, diskusi,
observasi,
peragaan/demonstrasi,
model
pembelajaran
berbasis
projek (project-based learning), discovery learning, pembelajaran
berbasis masalah (problem-based learning), inquiry learning, dan model
pembelajaran
lain
yang
sesuai
dengan
karakteristik
materi.
Pembelajaran Dasar-Dasar Teknik Kimia Industri dapat dilaksanakan
secara sistem blok atau disesuaikan dengan karakteristik elemen yang
73
dipelajari. Penguasaan peserta didik terhadap mata pelajaran DasarDasar Teknik Kimia Industri sangat penting karena mata pelajaran ini
menjadi dasar bagi semua mata pelajaran kejuruan pada Program
Keahlian Teknik Kimia Industri. Pada awal pembelajaran disampaikan
pada peserta didik bahwa perkembangan teknologi kimia industri
yang begitu pesat memegang peranan yang begitu penting di semua
bidang industri. Peserta didik dikenalkan dengan industri dan dunia
kerja yang berkaitan dengan Dasar-Dasar Teknik Kimia Industri dan
isu-isu penting dalam bidang manufaktur dan rekayasa seperti
optimasi otomasi dan pengendalian limbah. Peserta didik dikenalkan
dengan jenis-jenis industri dan dunia kerja sebagai peluang untuk
bekerja setelah lulus. Untuk menumbuhkan passion (renjana), vision
(visi), imajinasi, dan kreativitas dapat dilaksanakan melalui, kegiatan
pembelajaran berbasis projek sederhana, interaksi dengan alumni,
guru tamu dari industri/praktisi bidang kimia industri untuk
menumbuhkan minat dan motivasi siswa, kunjungan industri untuk
mengenalkan dunia kerja yang sesungguhnya, dan pencarian
informasi melalui media digital. Tahap internalisasi wawasan serta soft
skills ini membutuhkan porsi dominan (sekitar 75%) dari waktu yang
tersedia pada kelas X, sebelum mempelajari aspek hard skills yang
lebih spesifik.
Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Kimia Industri berkontribusi
dalam membentuk peserta didik menjadi insan yang tidak hanya ahli
pada bidang Teknik Kimia Industri, namun juga bernalar kritis,
mandiri, kreatif, dan adaptif. Peserta didik juga diharapkan dapat
menjadi insan yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa dan berakhlak mulia, bernalar kritis, mandiri, kreatif, bergotong
royong dan peduli terhadap lingkungan.
B.
Tujuan
Mata
pelajaran
membekali
Dasar-Dasar Teknik
peserta
didik
dengan
Kimia
Industri
dasar-dasar
bertujuan
pengetahuan,
keterampilan, dan sikap (hard skills dan soft skills) yang meliputi:
1. memahami proses bisnis secara menyeluruh bidang kimia
industri;
74
2. memahami perkembangan teknologi di dunia kerja dan isu-isu
global terkait dunia kimia industri;
3. memahami
profesi
dan
kewirausahaan
(job-profile
dan
technopreneurship), serta peluang usaha di bidang kimia industri;
4. memahami teknik dasar proses produksi pada bidang kimia
industri;
5. memahami penerapan teknik kimia;
6. memahami penerapan dasar kimia;
7. memahami penerapan dasar mikrobiologi;
8. menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan
Hidup (K3LH) di lingkungan kerjanya; dan
9. memahami teknik dasar pekerjaan laboratorium;
C.
Karakteristik
Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Kimia Industri memuat materi
dasar yang dibutuhkan pada program keahlian Teknik Kimia Industri.
Selain itu peserta didik diberikan pemahaman tentang proses bisnis,
perkembangan penerapan teknologi dan isu-isu global, entrepreneur
profile, job profile, peluang usaha dan pekerjaan/profesi. Mata
pelajaran Dasar-Dasar Teknik Kimia Industri terdiri atas elemenelemen berikut ini.
Elemen
Proses bisnis secara
menyeluruh bidang kimia
industri
Deskripsi
Meliputi proses bisnis bidang kimia industri
secara menyeluruh, antara lain perancangan
produk, Mata Rantai Pasok (Supply Chain),
logistik, proses produksi pada industri
kimia, perawatan peralatan produksi, dan
pengelolaan sumber daya manusia dengan
memperhatikan potensi dan kearifan lokal.
Perkembangan teknologi
di dunia kerja dan isu-isu
global terkait dunia kimia
industri
Meliputi perkembangan proses produksi
pada industri kimia, mulai dari teknologi
konvensional sampai dengan teknologi
modern, Industri 4.0, teknik digitalisasi di
industri, Product Life Cycle, isu pemanasan
global, Waste Control, perubahan iklim dan
aspek-aspek ketenagakerjaan.
Profesi dan
kewirausahaan (job-profile
dan technopreneurship),
serta peluang usaha di
bidang kimia industri
Teknik dasar proses
produksi pada bidang
kimia industri;
Profesi dan kewirausahaan (job-profile dan
technopreneurship), serta peluang usaha di
bidang kimia industri.
Meliputi praktik dasar yang terkait dengan
seluruh proses produksi dan teknologi yang
diaplikasikan di industri kimia antara lain
75
Elemen
D.
Deskripsi
praktik dasar kimia, praktik dasar
mikrobiologi, praktik dasar pekerjaan
laboratorium dan penerapan dasar industri
4.0 dalam lingkup teknik kimia industri.
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
Lingkungan Hidup (K3LH)
dan budaya kerja industri
Meliputi penerapan K3LH dan budaya kerja
industri, antara lain: praktik-praktik kerja
yang aman, bahaya-bahaya di tempat kerja,
prosedur-prosedur dalam keadaan darurat,
dan penerapan budaya kerja industri
(Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin),
termasuk K3LH pada pengendalian
pencemaran air, pengendalian pencemaran
udara, pengelolaan limbah B3 dan non B3
dengan menggunakan material safety data
sheet (MSDS) atau panduan lain yang sesuai
serta etika kerja,
Dasar kimia
Meliputi kimia organik dasar dan kimia
anorganik dasar (larutan standar, reaksi
kimia, stoikiometri, laju reaksi,
kesetimbangan kimia, sifat koligatif larutan,
redoks, dan elektrokimia).
Dasar mikrobiologi
Meliputi pengenalan mikrobiologi,
pengenalan media mikrobiologi, pembuatan
media mikrobiologi, teknik sterilisasi, teknik
isolasi dan inokulasi, dan perhitungan
jumlah bakteri/kapang.
Teknik dasar pekerjaan
laboratorium
Meliputi penggunaan peralatan dasar
laboratorium dan analisis dasar
laboratorium.
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E (kelas X SMK), peserta didik akan mendapatkan
gambaran
mengenai
menumbuhkan
vision
program
dan
keahlian
passion
untuk
sehingga
mampu
merencanakan
dan
melaksanakan aktivitas belajar.
Elemen
Proses bisnis secara
menyeluruh bidang kimia
industri
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami proses bisnis bidang kimia
industri secara menyeluruh, antara lain
perancangan produk, Mata Rantai Pasok
(Supply Chain), logistik, proses produksi
pada industri kimia, perawatan peralatan
produksi, dan pengelolaan sumber daya
manusia dengan memperhatikan potensi
dan kearifan lokal.
Perkembangan teknologi
di dunia kerja dan isu-isu
global terkait dunia kimia
industri
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami perkembangan proses produksi
pada industri kimia, mulai dari teknologi
konvensional sampai dengan teknologi
modern, Industri 4.0, teknik digitalisasi di
industri, Product Life Cycle, isu pemanasan
76
Elemen
Capaian Pembelajaran
global, Waste Control, perubahan iklim dan
aspek-aspek ketenagakerjaan.
Profesi dan
kewirausahaan (job-profile
dan technopreneurship),
serta peluang usaha di
bidang kimia industri
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami profesi dan kewirausahaan (jobprofile dan technopreneurship), serta peluang
usaha di bidang kimia industri, , untuk
membangun vision dan passion, dengan
melaksanakan pembelajaran berbasis proyek
nyata sebagai simulasi proyek
kewirausahaan.
Teknik dasar proses
produksi pada bidang
kimia industri;
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami teknik dasar proses industri
kimia melalui pengenalan dan praktik
singkat yang terkait dengan seluruh proses
produksi dan teknologi yang diaplikasikan di
industri kimia antara lain dasar teknik
kimia, dasar mikrobiologi, dasar pekerjaan
laboratorium dan penerapan industri 4.0
dalam lingkup teknik kimia industri.
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
Lingkungan Hidup (K3LH)
dan budaya kerja industri
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
menerapkan K3LH dan budaya kerja
industri, antara lain: praktik-praktik kerja
yang aman, bahaya-bahaya di tempat kerja,
prosedur-prosedur dalam keadaan darurat,
dan penerapan budaya kerja industri
(Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin),
termasuk K3LH pada pengendalian
pencemaran air, pengendalian pencemaran
udara, pengelolaan limbah B3 dan non B3
dengan menggunakan material safety data
sheet (MSDS) atau panduan lain yang sesuai
serta etika kerja.
Dasar kimia
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami kimia organik dasar dan kimia
anorganik dasar (larutan standar, reaksi
kimia, stoikiometri, laju reaksi,
kesetimbangan kimia, sifat koligatif larutan,
redoks, dan elektrokimia).
Dasar mikrobiologi
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami pengenalan mikrobiologi,
pengenalan media mikrobiologi, pembuatan
media mikrobiologi, teknik sterilisasi, teknik
isolasi dan inokulasi, dan perhitungan
jumlah bakteri/kapang.
Teknik dasar pekerjaan
laboratorium
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami penggunaan peralatan dasar
laboratorium dan analisis dasar
laboratorium.
77
2.10.
A.
CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR TEKNIK TEKSTIL
Rasional
Dasar-dasar Teknik Tekstil adalah mata pelajaran yang berisi
kompetensi-kompetensi yang mendasari penguasaan keahlian Teknik
Tekstil, yaitu bidang ilmu yang mempelajari proses pengolahan bahan
baku menjadi produk dalam bentuk serat tekstil, benang, kain mentah
atau kain yang disempurnakan. Mata pelajaran Dasar-dasar Teknik
Tekstil menjadi landasan untuk mendalami keahlian Teknik Tekstil
pada konsentrasi yang relevan.
Fungsi mata pelajaran Dasar-dasar Teknik Tekstil untuk menumbuh
kembangkan kebanggaan pada peserta didik dalam bekerja pada
bidang industri tekstil sebagai generasi muda pelaku industri tekstil
serta memberikan wawasan wirausaha pada bidang tekstil setelah
belajar pada program keahlian Teknik Tekstil. Pada kelas X peserta
didik akan mempelajari pengetahuan proses produksi dan jenis-jenis
mesin produksi yang ada di industri tekstil, sehingga diharapkan
peserta didik dapat memahami dan memiliki gambaran proses bekerja
pada industri tekstil yang selalu menerapkan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) Lingkungan Kerja, Prinsip Ringkas, Rapi, Resik,
Rawat, Rajin (prinsip 5R) dan Budaya Kerja sebagai kompetensi
penunjang. Pada tahap selanjutnya kelas XI dan XII akan lebih
diperdalam keilmuan Teknik Tekstil pada konsentrasi pembuatan
serat, pembuatan benang, pembuatan kain, penyempurnaan tekstil,
dan konsentrasi relevan lainnya. Peserta didik lulusan SMK Teknik
Tekstil tahap awal akan menjadi operator, teknisi atau analis bahan
tekstil di bidang proses pembuatan serat, proses pembuatan benang,
proses pembuatan kain dan proses penyempurnaan tekstil.
Proses pembelajaran Dasar-dasar Teknik Tekstil berpusat kepada
peserta didik (student centered learning) dengan prinsip pembelajaran
berbasis penyelidikan (inquiry based learning), pembelajaran berbasis
masalah (problem based learning), pembelajaran berbasis projek
(project based learning), pembelajaran berbasis penemuan (discovery
learning), pembelajaran berbasis produk (product based learning) atau
pembelajaran berbasis industri (teaching factory) sesuai dengan
karakteristik materi yang akan diberikan.
78
Mata pelajaran Dasar-dasar Teknik Tekstil berkontribusi agar peserta
didik menguasai keahlian pada bidang Teknik Tekstil dengan
memegang teguh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia terhadap manusia dan alam, bernalar kritis, mandiri,
kreatif, komunikatif dan adaptif terhadap lingkungan seiring dengan
perkembangan teknologi tekstil yang pesat.
B.
Tujuan
Mata Pelajaran Dasar-dasar Teknik Tekstil bertujuan membekali
peserta didik dengan dasar-dasar pengetahuan, keterampilan, dan
sikap (hard skills dan soft skills) meliputi:
1. memahami proses bisnis bidang teknik tekstil secara menyeluruh
pada berbagai industri tekstil mulai dari serat tekstil, pembuatan
benang dan kain;
2. memahami perkembangan teknologi tekstil dan dunia kerja serta
isu-isu global terkait dengan teknologi tekstil;
3. memahami
profesi
dan
kewirausahaan
(job-profile
dan
technopreneurship) serta peluang kerja di bidang teknologi tekstil;
4. memahami proses produksi dan teknologi yang diaplikasikan
dalam industri tekstil;
5. menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan
Hidup (K3LH), dan budaya kerja industri di lingkungan kerjanya;
6. memahami pengertian, klasifikasi, jenis-jenis dan karakteristik
serat tekstil;
7. memahami pengertian, klasifikasi, jenis-jenis dan karakteristik
benang; dan
8. memahami pengertian, klasifikasi, jenis-jenis dan karakteristik
kain;
C.
Karakteristik
Pada hakikatnya mata pelajaran Dasar-dasar Teknik Tekstil fokus
pada kompetensi bersifat dasar yang harus dimiliki oleh tenaga teknisi
dan jabatan lain sesuai dengan perkembangan dunia kerja. Selain itu
peserta
didik
diberikan
pemahaman
tentang
proses
bisnis,
perkembangan penerapan teknologi dan isu-isu global, entrepreneur
profile, job profile, peluang usaha dan pekerjaan/profesi.
79
Mata Pelajaran Dasar-dasar Teknik Tekstil terdiri atas elemen berikut
ini.
Elemen
Proses bisnis bidang
industri tekstil secara
menyeluruh
Deskripsi
Meliputi proses bisnis bidang industri
tekstil secara menyeluruh mulai dari
pembuatan serat, pembuatan benang,
pembuatan kain dan penyempurnaan
tekstil.
Meliputi perkembangan teknologi tekstil
Perkembangan teknologi
dan dunia kerja serta isu-isu global terkait
tekstil dan dunia kerja
serta isu-isu global terkait dengan teknologi tekstil, antara lain
dengan teknologi tekstil
komputerisasi mesin tekstil dan rekayasa
tekstil.
Profesi dan kewirausahaan Meliputi profesi dan kewirausahaan (job(job-profile dan
profile dan technopreneurship) serta peluang
kerja di bidang industri tekstil.
technopreneurship) serta
peluang kerja di bidang
teknologi tekstil
Pengenalan Teknologi
Tekstil
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja serta
Lingkungan Hidup (K3LH)
dan budaya kerja industri
Identifikasi Serat Tekstil
Identifikasi Benang
Identifikasi Kain
D.
Meliputi pengenalan proses produksi dan
teknologi yang diaplikasikan dalam industri
tekstil, meliputi proses pembuatan serat,
proses pembuatan benang, proses
pembuatan kain dan proses
penyempurnaan tekstil.
Meliputi penerapan K3LH dan budaya kerja
industri, antara lain: praktik-praktik kerja
yang aman, bahaya-bahaya di tempat kerja,
prosedur-prosedur dalam keadaan darurat,
dan penerapan budaya kerja 5R (Ringkas,
Rapi, Resik, Rawat, Rajin), serta etika kerja.
Meliputi persiapan proses identifikasi serat,
identifikasi serat berdasarkan bentuk
fisiknya, identifikasi jenis serat dengan uji
bakar dan identifikasi jenis serat dengan uji
pelarutan.
Meliputi persiapan proses identifikasi
benang, identifikasi benang berdasarkan
bentuk fisiknya, pengujian nomor benang
dan pengujian antihan (twist) benang.
Meliputi memahami desain struktur kain
berdasarkan desain anyaman dasar pada
kain, tetal lusi dan pakan, penomoran
benang dan berat kain per meter persegi
kain.
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E (kelas X SMK) peserta didik akan mendapatkan
gambaran mengenai program keahlian yang dipilihnya sehingga
mampu menumbuhkan passion dan vision untuk merencanakan dan
melaksanakan aktivitas belajar. Selain itu pada akhir fase E pada
aspek hard skills peserta didik mampu memahami elemen-elemen
80
kompetensi pada mata pelajaran Dasar-dasar Teknik Tekstil:
Elemen
Proses bisnis bidang
industri tekstil secara
menyeluruh
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami proses bisnis bidang industri
tekstil secara menyeluruh mulai dari proses
pembuatan serat, proses pembuatan
benang, proses pembuatan kain dan proses
penyempurnaan tekstil.
Perkembangan teknologi
tekstil dan dunia kerja
serta isu-isu global terkait
dengan teknologi tekstil
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami perkembangan teknologi tekstil
dan dunia kerja serta isu-isu global terkait
dengan teknologi tekstil, antara lain
komputerisasi mesin tekstil dan rekayasa
material atau proses tekstil.
Profesi dan kewirausahaan
(job-profile dan
technopreneurship) serta
peluang kerja di bidang
teknologi tekstil
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami profesi dan kewirausahaan (jobprofile dan technopreneurship) serta peluang
kerja di bidang teknologi tekstil, untuk
membangun vision dan passion dengan
melaksanakan pembelajaran berbasis
proyek nyata sebagai simulasi proyek
kewirausahaan.
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
mengenali proses produksi dan teknologi
yang diaplikasikan dalam industri tekstil,
meliputi proses pembuatan serat, proses
pembuatan benang, proses pembuatan kain
dan proses penyempurnaan tekstil.
Pengenalan Teknologi
Tekstil
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja serta
Lingkungan Hidup (K3LH)
dan budaya kerja industri
Identifikasi Serat Tekstil
Identifikasi Benang
Identifikasi Kain
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami penerapan K3LH dan budaya
kerja industri, antara lain: praktik-praktik
kerja yang aman, bahaya-bahaya di tempat
kerja, prosedur-prosedur dalam keadaan
darurat, dan penerapan budaya kerja
industri (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat,
Rajin), serta etika kerja.
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami persiapan proses identifikasi
serat, identifikasi serat berdasarkan bentuk
fisiknya, identifikasi jenis serat dengan uji
bakar dan identifikasi jenis serat dengan uji
pelarutan.
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami persiapan proses identifikasi
benang, identifikasi benang berdasarkan
bentuk fisiknya, pengujian nomor benang
dan pengujian antihan (twist) benang.
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami desain anyaman dasar pada
kain, tetal lusi dan pakan, penomoran
benang dan berat kain per meter persegi
kain.
81
3.1. CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR TEKNIK
KETENAGALISTRIKAN
A.
Rasional
Dasar-Dasar Teknik Ketenagalistrikan adalah mata pelajaran yang
berisi kompetensi-kompetensi yang mendasari penguasaan konsep
dasar ketenagalistrikan dan keterampilan praktik dasar. Mata
pelajaran Dasar-Dasar Teknik Ketenagalistrikan berfungsi untuk
memberikan bekal pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang akan
mendasari penguasaan pengetahuan dan keterampilan pada mata
pelajaran kejuruan lanjutan, antara lain Pembangkit Tenaga Listrik,
Transmisi Tenaga Listrik, Distribusi Tenaga Listrik, dan Instalasi
Pemanfaatan Tenaga Listrik di industri.
Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Ketenagalistrikan merupakan
pondasi bagi peserta didik dalam memahami tugas-tugas menjadi
pekerja pada bidang ketenagalistrikan, setelah belajar pada pada
program keahlian Teknik Ketenagalistrikan. Selain itu sebagai
landasan pengetahuan dan keterampilan dalam mempelajari materi
pelajaran pada pembelajaran kelas XI dan XII, antara lain meliputi
wawasan bidang ketenagalistrikan, prinsip-prinsip keselamatan,
kesehatan kerja, dan lingkungan hidup, alat tangan dan alat kerja
kelistrikan, alat ukur dan alat uji kelistrikan, perangkat lunak gambar
teknik listrik.
Pembelajaran dapat dilakukan menggunakan berbagai pendekatan,
strategi, metode serta model yang sesuai dengan karakteristik
kompetensi yang harus dipelajari, sehingga dapat menciptakan
pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi
peserta
didik
memberikan
ruang
yang
kemandirian
sesuai
untuk
cukup
dengan
berpartisipasi
bagi
bakat,
aktif,
prakarsa,
minat,
serta
kreativitas,
renjana,
dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Model-model
pembelajaran yang dapat digunakan antara lain project-based
learning, teaching factory, discovery learning, problem-based learning,
inquiry learning, atau model lainnya serta metode yang relevan.
82
Mata pelajaran Dasar–Dasar Teknik Ketenagalistrikan berkontribusi
dalam membentuk peserta didik memiliki keahlian pada bidang tenik
ketenagalistrikan, mengembangkan kapasitas peserta didik dalam
bernalar kritis, mandiri, kreatif dan adaptif. Melalui pembelajaran
Dasar-Dasar Teknik Ketenagalistrikan peserta didik akan mampu
membangun dirinya memiliki kepribadian yang berkebinekaan global,
mandiri, berpikir kritis, dan bertanggung jawab serta peduli
lingkungan.
B.
Tujuan
Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Ketenagalistrikan bertujuan
membekali
peserta
didik
dengan
sikap,
pengetahuan,
dan
keterampilan (soft skills dan hard skills):
1. memahami proses bisnis secara menyeluruh bidang industri
ketenagalistrikan;
2. memahami perkembangan teknologi yang digunakan dan isu-isu
global di bidang industri ketenagalistrikan;
3. memahami
profesi
dan
kewirausahaan
(job-profile
dan
technopreneur) serta peluang usaha di bidang ketenagalistrikan;
4. memahami kegiatan praktik yang terkait dengan seluruh proses
kerja
dan
teknologi
yang
diaplikasikan
dalam
bidang
ketenagalistrikan;
5. memahami penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, serta
Lingkungan Hidup (K3LH) di lingkungan kerjanya;
6. memahami
teori
dasar
listrik
dan
jenis-jenis
bahan
yang
digunakan dalam ketenagalistrikan;
7. menggunakan peralatan tangan dan alat kerja listrik;
8. melakukan pengukuran dan pengujian dengan menggunakan alat
yang sesuai; dan
9. memahami penggunaan software gambar teknik listrik.
C.
Karakteristik
Pada
hakikatnya
mata
pelajaran
Dasar-Dasar
Teknik
Ketenagalistrikan berfokus pada kompetensi bersifat dasar yang
harus dimiliki oleh operator listrik, teknisi listrik, konsultan
kelistrikan, petugas pemasangan dan pemeliharaan kabel serta
jabatan lain sesuai dengan perkembangan dunia kerja.
83
Selain itu peserta didik diberikan pemahaman tentang proses bisnis,
perkembangan penerapan teknologi dan isu-isu global, profileentrepreneur, job-profile, peluang usaha dan pekerjaan/profesi.
Mata pelajaran Dasar-Dasar Ketenagalistrikan terdiri atas elemenelemen berikut ini.
Elemen
Proses bisnis
menyeluruh di bidang
industri
ketenagalistrikan
Deskripsi
Meliputi proses bisnis pada bidang teknik
ketenagalistrikan, meliputi perencanaan
instalasi, pembuatan panel, pemeliharaan
dan perbaikan mesin yang menggunakan
arus listrik, termasuk perawatan peralatan
ketenagalistrikan, dan pengelolaan sumber
daya manusia dengan memperhatikan
potensi dan kearifan lokal.
Perkembangan teknologi
dan isu-isu global terkait
industri
ketenagalistrikan
Meliputi perkembangan industri
ketenagalistrikan yang mengalami
transformasi menuju Electricity 4.0,
digitalisasi, Internet of Things, dan
peralatan-peralatan cerdas seperti smart
meter, smart sensor, smart appliances and
devices, SCADA dan HMI.
Profesi dan
kewirausahaan (jobprofile dan
technopreneurship) serta
peluang usaha di bidang
ketenagalistrikan
Meliputi profesi dan kewirausahaan (jobprofile dan technopreneurship), serta
peluang usaha di bidang ketenagalistrikan.
Teknik dasar proses
kerja dan teknologi pada
bidang ketenagalistrikan
Meliputi praktik dasar yang terkait dengan
seluruh proses kerja dan teknologi yang
diaplikasikan dalam bidang
ketenagalistrikan, antara lain instalasi
listrik, teknik pengukuran, dan
pemeliharaan komponen ketenagalistrikan.
Teknik dasar proses
kerja dan teknologi pada
bidang ketenagalistrikan
Meliputi praktik dasar yang terkait dengan
seluruh proses kerja dan teknologi yang
diaplikasikan dalam bidang
ketenagalistrikan, antara lain instalasi
listrik, teknik pengukuran, dan
pemeliharaan komponen ketenagalistrikan.
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
Lingkungan Hidup
(K3LH) dan budaya kerja
industri
Meliputi penerapan K3LH dan budaya kerja
industri, antara lain: praktik-praktik kerja
yang aman, bahaya-bahaya di tempat kerja,
prosedur-prosedur dalam keadaan darurat,
dan penerapan budaya kerja industri
seperti 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat,
Rajin) dan etika kerja.
84
D.
Elemen
Teori dasar listrik dan
bahan yang digunakan
dalam ketenagalistrikan
Deskripsi
Meliputi tegangan, arus, tahanan,
kapasitansi dan rangkaian dasar
kelistrikan, serta jenis-jenis bahan yang
digunakan dalam ketenagalistrikan.
Alat tangan dan alat
kerja kelistrikan
Meliputi penggunaan alat tangan dan alat
kerja kelistrikan, serta pekerjaan dasar
penyambungan kabel dan pemasangan
konektor.
Alat ukur dan alat uji
kelistrikan
Meliputi penggunaan alat ukur dan alat uji
kelistrikan, yang menyangkut konsep dasar
kelistrikan, sistem tenaga listrik, dasar
elektronika, serta teknik digital.
Perangkat lunak gambar
teknik listrik
Meliputi perencanaan, pembuatan, dan
penginterpretasian gambar kerja dalam
pelaksanaan pekerjaan ketenagalistrikan.
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E (kelas X SMK/MAK) peserta didik akan
mendapatkan gambaran menyeluruh mengenai program keahlian
Teknik Ketenagalistrikan, dalam rangka menumbuhkan renjana
(passion), visi (vision), imajinasi, dan kreativitas untuk merencanakan
dan melaksanakan aktivitas belajar. Capaian Pembelajaran pada
elemen-elemen mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Ketenagalistrikan
dapat diuraikan sebagai berikut.
Elemen
Proses bisnis menyeluruh
di bidang industri
ketenagalistrikan
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami proses bisnis pada bidang
teknik ketenagalistrikan, meliputi
perencanaan instalasi, pembuatan panel,
pemeliharaan dan perbaikan mesin yang
menggunakan arus listrik, termasuk
perawatan peralatan ketenagalistrikan,
dan pengelolaan sumber daya manusia
dengan memperhatikan potensi dan
kearifan lokal.
Perkembangan teknologi
dan isu-isu global terkait
industri ketenagalistrikan
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami perkembangan industri
ketenagalistrikan yang mengalami
transformasi menuju Electricity 4.0,
digitalisasi, Internet of Things, dan
peralatan-peralatan cerdas seperti smart
meter, smart sensor, smart appliances and
devices, SCADA dan HMI.
Profesi dan kewirausahaan
(job-profile dan
technopreneurship) serta
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami profesi dan kewirausahaan
(job-profile dan technopreneurship), serta
85
Elemen
peluang usaha di bidang
ketenagalistrikan
Capaian Pembelajaran
peluang usaha di bidang
ketenagalistrikan, untuk membangun
vision dan passion, dengan melaksanakan
pembelajaran berbasis proyek nyata
sebagai simulasi proyek kewirausahaan.
Teknik dasar proses kerja
dan teknologi pada bidang
ketenagalistrikan
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami praktik dasar yang terkait
dengan seluruh proses kerja dan teknologi
yang diaplikasikan dalam bidang
ketenagalistrikan, antara lain instalasi
listrik, teknik pengukuran, dan
pemeliharaan komponen
ketenagalistrikan.
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
Lingkungan Hidup (K3LH)
dan budaya kerja industri
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
menerapkan K3LH dan budaya kerja
industri, antara lain: praktik-praktik kerja
yang aman, bahaya-bahaya di tempat
kerja, prosedur-prosedur dalam keadaan
darurat, dan penerapan budaya kerja
industri (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat,
Rajin).
Teori dasar listrik dan
bahan yang digunakan
dalam ketenagalistrikan
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami tegangan, arus, tahanan,
kapasitansi dan rangkaian dasar
kelistrikan, serta jenis-jenis bahan yang
digunakan dalam ketenagalistrikan.
Alat tangan dan alat kerja
kelistrikan
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
menggunakan alat tangan dan alat kerja
kelistrikan, serta melakukan pekerjaan
dasar penyambungan kabel dan
pemasangan konektor.
Alat ukur dan alat uji
kelistrikan
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
menggunakan alat ukur dan alat uji
kelistrikan, yang menyangkut konsep
dasar kelistrikan, sistem tenaga listrik,
dasar elektronika, serta teknik digital.
Perangkat lunak gambar
teknik listrik
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
merencanakan, membuat, dan
menginterpretasikan gambar kerja dalam
pelaksanaan pekerjaan ketenagalistrikan.
86
3.2. CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR TEKNIK ENERGI
TERBARUKAN
A.
Rasional
Dasar-dasar Teknik Energi Terbarukan adalah mata pelajaran yang
berisi kompetensi-kompetensi yang mendasari penguasaan program
keahlian Teknik Energi Terbarukan. Mata pelajaran Dasar-Dasar
Teknik Energi Terbarukan berfungsi untuk memberikan bekal
kemampuan
dasar
dalam
program
keahlian
Teknik
Energi
Terbarukan. Muatan kompetensinya meliputi teknik energi hidro dan
angin, teknik energi surya, bahan bakar nabati, serta pembangkit
energi biomassa.
Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Energi Terbarukan merupakan
pondasi bagi peserta didik dalam memahami tugas-tugas menjadi
pekerja pada bidang energi terbarukan. Selain itu mata pelajaran ini
berfungsi sebagai landasan pengetahuan dan keterampilan dalam
mempelajari materi pelajaran kelas XI dan XII, antara lain meliputi
wawasan
pada
bidang energi terbarukan, prinsip-prinsip K3LH
(Kesehatan dan Keselamatan Kerja serta Lingkungan Hidup), sketsa
membaca dan gambar teknik, konsep dasar dan perhitungan konversi
energi hidro, radiasi matahari, energi angin, dan energi biomassa,
alat ukur dan alat uji.
Pembelajaran dapat dilakukan menggunakan berbagai pendekatan,
strategi, metode serta model yang sesuai dengan karakteristik
kompetensi yang harus dipelajari, sehingga dapat menciptakan
pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi
peserta
didik
memberikan
ruang
yang
kemandirian
sesuai
untuk
cukup
dengan
berpartisipasi
bagi
bakat,
aktif,
prakarsa,
minat,
serta
kreativitas,
renjana,
dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Model-model
pembelajaran yang dapat digunakan antara lain project-based
learning, teaching factory, discovery learning, problem-based learning,
inquiry learning, atau model lainnya serta metode yang relevan.
Mata pelajaran Dasar–Dasar Teknik Energi Terbarukan berkontribusi
dalam membentuk peserta didik memiliki keahlian pada bidang
87
teknik energi terbarukan, mengembangkan kapasitas peserta didik
dalam bernalar kritis, mandiri, kreatif, adaptif, dan komunikatif.
Selain itu juga dapat membantu peserta didik menjadi insan yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, bernalar kritis, mandiri, kreatif, komunikatif dan adaptif
terhadap lingkungan.
B.
Tujuan
Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Energi Terbarukan bertujuan
membekali peserta didik dengan pengetahuan dan keterampilan
dasar yang terkait energi terbarukan untuk menumbuhkembangkan
minat peserta didik terhadap kompetensi keahliannya dengan dasardasar pengetahuan, keterampilan, dan sikap (hard skills dan soft
skills) meliputi:
1. memahami proses bisnis bidang teknik energi terbarukan;
2. memahami proses bisnis di bidang teknik energi terbarukan;
3. memahami perkembangan teknologi dan isu-isu global terkait
industri pada bidang energi terbarukan;
4. memahami
profesi
dan
kewirausahaan
(job-profile
dan
technopreneurship) serta peluang usaha di dunia kerja industri
energi terbarukan;
5. memahami pekerjaan dasar pada energi terbarukan;
6. menerapkan K3LH (Kesehatan dan Keselamatan Kerja serta
Lingkungan Hidup) di tempat kerja;
7. menggambar komponen alat lingkup energi terbarukan;
8. memahami konsep dasar dan perhitungan konversi energi hidro,
radiasi matahari, energi angin, dan energi biomassa; dan
9. memahami alat ukur dan alat uji untuk listrik dan elektronika.
C.
Karakteristik
Pada
hakikatnya
mata
pelajaran
Dasar-Dasar
Teknik
Ketenagalistrikan berfokus pada kompetensi bersifat dasar yang
harus dimiliki oleh operator mesin energi terbarukan, teknisi mesin
energi terbarukan, konsultan energi terbarukan, dan jabatan lain
sesuai dengan perkembangan dunia kerja.
88
Selain itu peserta didik diberikan pemahaman tentang proses bisnis,
perkembangan penerapan teknologi dan isu-isu global, profileentrepreneur, job-profile, peluang usaha dan pekerjaan/profesi.
Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Energi Terbarukan terdiri atas
elemen-elemen berikut ini.
Elemen
Deskripsi
Proses bisnis di bidang
teknik energi terbarukan
Meliputi proses bisnis di dunia energi
terbarukan mulai dari proses
perencanaan instalasi, pembuatan panel
dan pemeliharaan serta perbaikan alat
energi terbarukan seperti energi surya,
hidro dan angin serta energi biomassa.
Perkembangan teknologi dan
isu-isu global terkait
industri energi terbarukan
Meliputi perkembangan teknologi Energi
Baru Terbarukan (EBT) di Indonesia yang
dengan potensi cukup besar yakni
mencapai 417,80 GW dengan
pemanfaatannya baru mencapai 2,50
persen atau 10,40 GW.
Profesi dan kewirausahaan
(job-profile dan
technopreneurship) serta
peluang usaha di bidang
energi terbarukan
Meliputi jenis profesi dan kewirausahaan,
(job-profile dan technopreneurship), serta
peluang pasar dan usaha di bidang energi
terbarukan.
Teknik dasar teknik energi
terbarukan
Meliputi praktik dasar yang terkait
dengan seluruh proses produksi dan
teknologi yang diaplikasikan dalam energi
terbarukan, termasuk pengenalan
teknologi yang diaplikasikan dalam
pembangkit listrik tenaga air, tenaga
bayu, tenaga surya, biomassa.
Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Lingkungan Hidup
(K3LH) dan budaya kerja
industri
Meliputi penerapan K3LH dan budaya
kerja industri, antara lain: praktikpraktik kerja yang aman, bahaya-bahaya
di tempat kerja, prosedur-prosedur dalam
keadaan darurat, dan penerapan budaya
kerja industri seperti 5R (Ringkas, Rapi,
Resik, Rawat, Rajin) dan etika kerja.
Gambar teknik
Meliputi menggambar teknik dasar,
termasuk pengenalan macam-macam
peralatan gambar, standarisasi dalam
pembuatan gambar, serta praktik
menggambar dan membaca gambar
teknik menurut proyeksinya.
Konsep dasar dan
perhitungan konversi energi
hidro, energi surya, energi
angin, dan energi biomassa
Meliputi sumber-sumber energi
terbarukan dan perhitungan dasar
konversi energi air, energi surya, energi
angin dan energi biomassa.
Alat ukur dan alat uji
Meliputi pengenalan alat ukur dan alat
uji, fungsi alat ukur dan alat uji sesuai
dengan jenisnya, penggunaan alat ukur
dan alat uji.
89
D.
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E (kelas X SMK/MAK) peserta didik akan
mendapatkan gambaran menyeluruh mengenai program keahlian
Teknik Energi Terbarukan, dalam rangka menumbuhkan renjana
(passion), visi (vision), imajinasi, dan kreativitas untuk merencanakan
dan melaksanakan aktivitas belajar. Capaian Pembelajaran pada
elemen-elemen
mata
pelajaran
Dasar-dasar
Teknik
Energi
Terbarukan.
Elemen
Capaian Pembelajaran
Proses bisnis di bidang teknik
energi terbarukan
Pada akhir fase E, peserta didik
mampu memahami proses bisnis di
dunia energi terbarukan mulai dari
perencanaan instalasi, pembuatan
panel dan pemeliharaan serta
perbaikan alat energi terbarukan.
Perkembangan teknologi dan
isu-isu global terkait industri
energi terbarukan
Pada akhir fase E, peserta didik
mampu memahami perkembangan
teknologi Energi Baru Terbarukan
(EBT) di Indonesia yang dengan potensi
cukup besar yakni mencapai 417,80
GW dengan pemanfaatannya baru
mencapai 2,50 persen atau 10,40 GW.
Profesi dan kewirausahaan (jobprofile dan technopreneurship)
serta peluang usaha di bidang
energi terbarukan
Pada akhir fase E, peserta didik
mampu memahami jenis profesi dan
kewirausahaan, (job-profile dan
technopreneurship), serta peluang
pasar dan usaha di bidang energi
terbarukan, dengan melaksanakan
pembelajaran berbasis proyek nyata
sebagai simulasi proyek
kewirausahaan.
Teknik dasar teknik energi
terbarukan
Pada akhir fase E, peserta didik
mampu memahami pekerjaan dasar
pada energi terbarukan melalui
pengenalan dan praktik dasar yang
terkait dengan seluruh proses produksi
dan teknologi yang diaplikasikan
dalam energi terbarukan, termasuk
pengenalan teknologi yang
diaplikasikan dalam pembangkit listrik
tenaga air, tenaga bayu, tenaga surya,
biomassa.
Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Lingkungan Hidup (K3LH)
dan budaya kerja industri
Pada akhir fase E, peserta didik
mampu menerapkan K3LH dan budaya
kerja industri, antara lain: praktikpraktik kerja yang aman, bahayabahaya di tempat kerja, prosedurprosedur dalam keadaan darurat, dan
90
Elemen
Capaian Pembelajaran
penerapan budaya kerja industri
(Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin).
Gambar teknik
Pada akhir fase E, peserta didik
mampu menggambar teknik dasar,
termasuk pengenalan macam-macam
peralatan gambar, standarisasi dalam
pembuatan gambar, serta praktik
menggambar dan membaca gambar
teknik menurut proyeksinya.
Konsep dasar dan perhitungan
konversi energi hidro, energi
surya, energi angin, dan energi
biomassa
Pada akhir fase E, peserta didik
mampu memahami sumber-sumber
energi terbarukan dan perhitungan
dasar konversi energi air, energi surya,
energi angin dan energi biomassa.
Alat ukur dan alat uji
Pada akhir fase E, peserta didik
mampu memahami fungsi alat ukur
dan alat uji sesuai dengan jenisnya,
termasuk penggunaan alat ukur dan
alat uji.
91
3.3.
CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR TEKNIK GEOSPASIAL
A. Rasional
Dasar-Dasar Teknik Geospasial adalah mata pelajaran yang berisi
kompetensi-kompetensi yang mendasari penguasaan keahlian aspek
keruangan suatu objek atau kejadian yang mencakup lokasi, letak
dan posisinya. Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Geospasial
berfungsi untuk memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan
sikap
yang
akan
mendasari
penguasaan
pengetahuan
dan
keterampilan pada mata pelajaran kejuruan lanjutan. Mata pelajaran
kejuruan lanjutan yang akan dipelajari pada kelas XI dan XII,
meliputi: Kartografi, Survei Terestris, Survei Kadastral, Penginderaan
Jauh, Sistem Informasi Geografis dan Hidrografi.
Pemilihan materi mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Geospasial
mengacu pada Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI)
meliputi semua materi dasar kejuruan yang berkaitan dengan sikap
kerja, pengetahuan tentang keruangan dan penentuan posisi serta
keterampilan penggunaan alat sederhana. Materi-materi tersebut
adalah ruang lingkup geospasial, aturan dan kode etik surveyor dan
pemahaman tentang industri-industri di bidang geospasial serta
pengembangan minat dalam program keahlian Teknik Geospasial,
prinsip-prinsip keselamatan kesehatan kerja dan lingkungan kerja,
dasar gambar teknik, jenis dan fungsi alat pengukuran pada teknik
geospasial,
penerapan
alat-alat
sederhana
dalam
pengukuran
geospasial dasar, dasar-dasar perhitungan geospasial.
Pembelajaran dapat dilakukan menggunakan berbagai pendekatan,
strategi, metode serta model yang sesuai dengan karakteristik
kompetensi yang harus dipelajari, sehingga dapat menciptakan
pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi
peserta
didik
memberikan
ruang
yang
kemandirian
sesuai
untuk
cukup
dengan
berpartisipasi
bagi
bakat,
aktif,
prakarsa,
minat,
serta
kreativitas,
renjana,
dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Model-model
pembelajaran yang dapat digunakan antara lain project-based
learning, teaching factory, discovery learning, problem-based learning,
inquiry learning, atau model lainnya serta metode yang relevan.
92
Mata pelajaran ini berkontribusi dalam membentuk peserta didik
memiliki keahlian pada bidang teknik geospasial, meningkatkan lebih
lanjut kemampuan logika dan teknologi digital (computational
thinking), yaitu suatu cara berpikir yang memungkinkan untuk
menguraikan suatu masalah menjadi beberapa bagian yang lebih
kecil dan sederhana, menemukan pola masalah, serta menyusun
langkah-langkah solusi mengatasi masalah. Penguasaan kemampuan
dasar-dasar teknik geospasial akan membiasakan peserta didik
bernalar kritis dalam menghadapi permasalahan, bekerja mandiri,
serta kreatif dalam menemukan solusi permasalahan kehidupan.
B. Tujuan
Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Geospasial bertujuan membekali
peserta didik dengan dasar-dasar pengetahuan, keterampilan, dan
sikap (hard skills dan soft skills) meliputi:
1. memahami proses bisnis di bidang teknik geospasial;
2. memahami perkembangan teknologi dan isu-isu global bidang
teknik geospasial;
3. memahami
profesi
technopreneurship),
dan
serta
kewirausahaan
peluang
usaha
(job-profile
di
bidang
dan
teknik
geospasial, termasuk kode etik surveyor;
4. memahami teknik dasar geospasial secara menyeluruh;
5. memahami jenis dan bagian-bagian peta;
6. menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan
Hidup (K3LH); dan
7. menggambar teknik dasar untuk pekerjaan geospasial.
C. Karakteristik
Pada hakikatnya mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Geospasial
berfokus pada kompetensi bersifat dasar yang harus dimiliki oleh
teknisi pemetaan, operator penginderaan jauh, operator kartografi,
surveyor dan jabatan lain sesuai dengan perkembangan dunia kerja.
Selain itu peserta didik diberikan pemahaman tentang proses bisnis,
perkembangan penerapan teknologi dan isu-isu global, profileentrepreneur, job-profile, peluang usaha dan pekerjaan/profesi.
93
Mata pelajaran Dasar-dasar Teknik Geospasial terdiri atas elemenelemen berikut ini.
Elemen
Deskripsi
Proses bisnis di bidang teknik
geospasial
Meliputi proses bisnis bidang
pekerjaan teknik geospasial secara
menyeluruh meliputi setiap jenis
pekerjaan dan karir di bidang teknik
geospasial dalam sebuah makalah
yang dilakukan secara berkelompok
untuk dipresentasikan.
Perkembangan teknologi dan
isu-isu global bidang teknik
geospasial
Meliputi perkembangan teknologi dan
peralatan yang digunakan pada bidang
teknik geospasial dan isu-isu global
terkait dengan pelestarian lingkungan.
Profesi dan kewirausahaan
(job profile dan
technopreneurship), serta
peluang usaha di bidang
teknik geospasial
Meliputi jenis-jenis profesi dan
kewirausahaan (job profile dan
technopreneurship), serta peluang
usaha di bidang teknik geospasial
termasuk kode etik surveyor.
Teknik dasar geospasial
secara menyeluruh
Meliputi praktik dan konsep dasar
penentuan posisi (x,y,z) yang terkait
dengan seluruh proses kerja di bidang
geospasial, antara lain fungsi dan tata
cara perawatan semua jenis alat
pengukuran baik terestris maupun
berbagai aplikasi di bidang teknik
geospasial yang digunakan untuk
pengambilan, pengolahan, dan
penyajian data serta digunakan juga
untuk menentukan luas dan volume
sebuah areal.
Jenis dan bagian-bagian peta
Meliputi pengenalan gambar peta yang
dapat menunjukkan gambaran posisi
suatu tempat dengan
mempertimbangkan arah dan jarak
sesuai dengan kondisi sebenarnya di
lapangan.
Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Lingkungan Hidup
(K3LH) dan budaya kerja
industri
Meliputi penerapan K3LH dan budaya
kerja industri, antara lain: praktikpraktik kerja yang aman, bahayabahaya di tempat kerja, prosedurprosedur dalam keadaan darurat, dan
penerapan budaya kerja industri
seperti 5R (Ringkas, Rapi, Resik,
Rawat, Rajin) dan etika kerja.
94
Elemen
Deskripsi
Gambar teknik
Meliputi teknik dan prinsip
penggunaan alat gambar teknik yang
terkait dengan gambar objek hasil
pengamatan yang memiliki
karakteristik geografis berdasarkan
ketampakan di lapangan berupa
gambar sketsa dan gambar yang
menggunakan skala.
D. Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E (kelas X SMK/MAK) peserta didik akan
mendapatkan gambaran mengenai program keahlian yang dipilihnya
sehingga mampu menumbuhkan renjana (passion), visi (vision) untuk
merencanakan
dan
melaksanakan
aktivitas
belajar.
Capaian
Pembelajaran pada elemen-elemen mata pelajaran Dasar-Dasar
Teknik Geospasial dapat diuraikan sebagai berikut.
Elemen
Capaian Pembelajaran
Proses bisnis di bidang teknik
geospasial
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami proses bisnis bidang
pekerjaan teknik geospasial secara
menyeluruh meliputi proses bisnis
bidang pekerjaan teknik geospasial
secara menyeluruh meliputi setiap jenis
pekerjaan dan karir di bidang teknik
geospasial dalam sebuah makalah yang
dilakukan secara berkelompok untuk
dipresentasikan.
Perkembangan teknologi dan
isu-isu global bidang teknik
geospasial
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami perkembangan teknologi dan
peralatan yang digunakan pada bidang
teknik geospasial dan isu-isu global
terkait dengan pelestarian lingkungan.
Profesi dan kewirausahaan
(job profile dan
technopreneurship), serta
peluang usaha di bidang
teknik geospasial
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami jenis-jenis profesi dan
kewirausahaan (job profile dan
technopreneurship), serta peluang usaha
di bidang teknik geospasial termasuk
kode etik surveyor, untuk membangun
vision dan passion, dengan
melaksanakan pembelajaran berbasis
proyek nyata sebagai simulasi proyek
kewirausahaan.
Teknik dasar geospasial
secara menyeluruh
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami teknik geospasial dasar
meliputi praktik dan konsep dasar
penentuan posisi (x,y,z) yang terkait
dengan seluruh proses kerja di bidang
geospasial, antara lain fungsi dan tata
95
Elemen
Capaian Pembelajaran
cara perawatan semua jenis alat
pengukuran baik terestris maupun
berbagai aplikasi di bidang teknik
geospasial yang digunakan untuk
pengambilan, pengolahan dan penyajian
data serta digunakan juga untuk
menentukan luas dan volume sebuah
areal.
Jenis dan bagian-bagian peta
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami gambar peta yang dapat
menunjukkan gambaran posisi suatu
tempat dengan mempertimbangkan arah
dan jarak sesuai dengan kondisi
sebenarnya di lapangan.
Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Lingkungan Hidup
(K3LH) dan budaya kerja
industri
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
menerapkan K3LH dan budaya kerja
industri, antara lain: praktik-praktik
kerja yang aman, bahaya-bahaya di
tempat kerja, prosedur- prosedur dalam
keadaan darurat, dan penerapan
budaya kerja industri seperti 5R
(Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin) dan
etika kerja.
Gambar teknik
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami teknik dan prinsip
penggunaan alat gambar teknik yang
terkait dengan gambar objek hasil
pengamatan yang memiliki karakteristik
geografis berdasarkan ketampakan di
lapangan berupa gambar sketsa dan
gambar yang menggunakan skala.
96
3.4. CAPAIAN
PEMBELAJARAN
DASAR-DASAR
TEKNIK
GEOLOGI
PERTAMBANGAN
A.
Rasional
Dasar-Dasar Teknik Geologi Pertambangan adalah mata pelajaran
kelas X jenjang SMK/MAK pada program keahlian Teknik Geologi
Pertambangan yang berisi dasar-dasar kompetensi berupa aplikasi
dari ilmu geologi yang berfungsi untuk mendukung operasi pada
industri pertambangan. Dasar-Dasar Teknik Geologi Pertambangan
merupakan mata pelajaran yang mempelajari dasar-dasar tentang
bumi sebagai objek kajian dan ilmu pertambangan sebagai ilmu
terapannya dalam memanfaatkan potensi-potensi geologi tersebut
dengan mengutamakan aspek-aspek keselamatan kerja maupun
lingkungan hidup serta ditunjang dengan gambar teknik. DasarDasar Teknik Geologi Pertambangan juga sebagai mata pelajaran
fondasi dalam mempelajari kompetensi-kompetensi pada tingkat
selanjutnya, serta membekali lulusan dengan kompetensi-kompetensi
pada bidang geologi pertambangan antara lain pemboran, peledakan,
pemetaan topografi dan pemetaan geologi.
Dengan memahami Dasar-Dasar Teknik Geologi Pertambangan di
kelas X, peserta didik akan lebih mudah memahami dan menguasai
kompetensi-kompetensi yang lebih khusus di kelas XI dan XII, baik
dari aspek geologi (eksplorasi) maupun pertambangan (eksploitasi).
Dengan demikian peserta didik diarahkan untuk menemukan sendiri
berbagai fakta baik di kelas maupun di lapangan, membuka wawasan,
membangun konsep, dan menerima nilai-nilai baru secara mandiri
serta mampu berkomunikasi dan bekerja sama dengan baik dalam
suatu tim.
Pembelajaran dapat dilakukan menggunakan berbagai pendekatan,
strategi, metode serta model yang sesuai dengan karakteristik
kompetensi yang harus dipelajari, sehingga dapat menciptakan
pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi
peserta
didik
memberikan
ruang
yang
kemandirian
sesuai
untuk
cukup
dengan
berpartisipasi
bagi
bakat,
aktif,
prakarsa,
minat,
serta
kreativitas,
renjana,
dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Model-model
97
pembelajaran yang dapat digunakan antara lain project-based
learning, teaching factory, discovery learning, problem-based learning,
inquiry learning, atau model lainnya serta metode yang relevan.
Mata
pelajaran
Dasar-Dasar
Teknik
Geologi
Pertambangan
diharapkan mampu memberikan wawasan peserta didik tentang
teknik geologi pertambangan, tetapi juga memiliki karakter kuat,
berintegritas, tangguh, kreatif, bernalar kritis, mandiri, bergotong
royong, dan adaptif.
B.
Tujuan
Mata pelajaran Dasar-dasar Teknik Geologi Pertambangan bertujuan
membekali
peserta
didik
dengan
dasar-dasar
pengetahuan,
keterampilan, dan sikap (hard skills dan soft skills) meliputi:
1. memahami tahapan kegiatan/aktivitas pertambangan secara
menyeluruh;
2. memahami perkembangan teknologi pada industri pertambangan
dan isu-isu global terkait dalam bidang geologi pertambangan;
3. memahami
profesi
technopreneurship),
dan
serta
kewirausahaan
peluang
usaha
(job-profile
di
bidang
dan
geologi
pertambangan;
4. menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Hidup
(K3LH) dan budaya kerja industri (5R);
5. memahami standarisasi dalam pembuatan dan membaca gambar
menurut proyeksinya;
6. memahami dasar-dasar geologi, pengertian dan ruang lingkup
ilmu geologi; dan
7. memahami teknik dasar penambangan sesuai dengan prosedur
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Hidup (K3LH).
C.
Karakteristik
Pada hakikatnya mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Geologi
Pertambangan berfokus pada kompetensi bersifat dasar yang harus
dimiliki oleh teknis pertambangan, teknisi material dan jabatan lain
sesuai dengan perkembangan dunia kerja.
98
Selain itu peserta didik diberikan pemahaman tentang proses bisnis,
perkembangan penerapan teknologi dan isu-isu global, profileentrepreneur, job-profile, peluang usaha dan pekerjaan/profesi.
Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Geologi Pertambangan terdiri
atas elemen-elemen berikut ini.
Elemen
Deskripsi
Proses bisnis
pertambangan secara
menyeluruh
Meliputi proses bisnis aktivitas pertambangan,
antara lain: tahap prospeksi, tahap eksplorasi,
tahap perencanaan tambang, tahap
konstruksi, tahap penambangan (eksploitasi),
serta tahap reklamasi dan pascatambang.
Perkembangan teknologi
pada industri
pertambangan dan isu-isu
global terkait dalam bidang
geologi pertambangan
Meliputi perkembangan teknologi di bidang
teknik geologi pertambangan, mulai dari
teknologi konvensional sampai teknologi
modern, revolusi industri 4.0, penerapan
teknik digitalisasi industri pertambangan, isuisu globalisasi di bidang pertambangan,
perubahan iklim, aspek-aspek
ketenagakerjaan, sampai dengan umur
tambang (life of mine).
Profesi dan kewirausahaan
(job-profile dan
technopreneurship) dan
peluang usaha di bidang
geologi pertambangan
Meliputi profesi dan kewirausahaan (job-profile
dan technopreneurship), serta peluang usaha
di bidang geologi pertambangan.
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja serta
Lingkungan Hidup (K3LH)
dan budaya kerja industri
Meliputi penerapan K3LH dan budaya kerja
industri, antara lain: praktik-praktik kerja
yang aman, bahaya-bahaya di tempat kerja,
prosedur-prosedur dalam keadaan darurat,
dan penerapan budaya kerja industri seperti
5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin) dan
etika kerja.
Gambar teknik
Meliputi menggambar teknik dasar komponen
mesin, termasuk pengenalan macam-macam
peralatan gambar, standarisasi dalam
pembuatan gambar, serta praktik
menggambar dan membaca gambar teknik
menurut proyeksinya.
Dasar-dasar geologi,
pengertian dan ruang
lingkup ilmu geologi
Meliputi pengertian dan ruang lingkup geologi,
bagian-bagian bumi, teori pembentukan
batuan, jenis-jenis batuan, bentukan gaya
geologi dan bentang alam hasil gaya geologi
dan peralatan geologi lapangan.
Teknik dasar penambangan
Meliputi praktik dasar teknik penambangan,
penggunaan alat-alat pemboran dan
pengetahuan dasar teknik peledakan dalam
proses pemberaian batuan pada aktivitas
penambangan (eksploitasi).
99
D.
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E (kelas X SMK/MAK) peserta didik akan
mendapatkan gambaran yang tepat mengenai program keahlian yang
dipilihnya
melalui
Kewirausahaan
penguatan
serta
Wawasan
penguasaan
Dunia
elemen-elemen
Kerja
dan
pembelajaran
lainnya, sehingga dapat menumbuhkan renjana (passion) dan visi
(vision)
yang
dapat
memotivasi
dalam
merencanakan
serta
melaksanakan aktivitas belajar pada fase ini maupun fase berikutnya.
Capaian Pembelajaran pada elemen-elemen mata pelajaran DasarDasar Teknik Geologi Pertambangan dapat diuraikan sebagai berikut.
Elemen
Capaian Pembelajaran
Proses bisnis
pertambangan secara
menyeluruh
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami proses bisnis aktivitas
pertambangan, antara lain: tahap
prospeksi, tahap eksplorasi, tahap
perencanaan tambang, tahap konstruksi,
tahap penambangan (eksploitasi), serta
tahap reklamasi dan pascatambang.
Perkembangan teknologi
pada industri
pertambangan dan isuisu global terkait dalam
bidang geologi
pertambangan
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami perkembangan teknologi di
bidang teknik geologi pertambangan,
mulai dari teknologi konvensional sampai
teknologi modern, revolusi industri 4.0,
penerapan teknik digitalisasi industri
pertambangan, isu-isu globalisasi di
bidang pertambangan, perubahan iklim,
aspek-aspek ketenagakerjaan, sampai
dengan umur tambang (life of mine).
Profesi dan
kewirausahaan (jobprofile dan
technopreneur) dan
peluang usaha di bidang
geologi pertambangan
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami profesi dan kewirausahaan
(job-profile dan technopreneur), serta
peluang usaha di bidang geologi
pertambangan, untuk membangun
vision dan passion, dengan melaksanakan
pembelajaran berbasis proyek nyata
sebagai simulasi proyek kewirausahaan.
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja serta
Lingkungan Hidup
(K3LH) dan budaya
kerja industri
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
menerapkan K3LH dan budaya kerja
industri, antara lain: praktik-praktik kerja
yang aman, bahaya-bahaya di tempat
kerja, prosedur-prosedur dalam keadaan
darurat, dan penerapan budaya kerja
industri (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat,
Rajin).
Gambar teknik
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
menggambar teknik dasar lingkup geologi
pertambangan, termasuk pengenalan
macam-macam peralatan gambar,
standarisasi dalam pembuatan gambar,
serta praktik menggambar dan membaca
gambar teknik menurut proyeksinya.
100
Elemen
Capaian Pembelajaran
Dasar-dasar geologi,
pengertian dan ruang
lingkup ilmu geologi
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami pengertian dan ruang lingkup
geologi, bagian-bagian bumi, teori
pembentukan batuan, jenis-jenis batuan,
bentukan gaya geologi dan bentang alam
hasil gaya geologi dan peralatan geologi
lapangan.
Teknik dasar
penambangan
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami teknik dasar penambangan,
melalui pengenalan dan praktik dasar
penggunaan alat-alat pemboran dan
pengetahuan dasar teknik peledakan
dalam proses pemberaian batuan pada
aktivitas penambangan (eksploitasi).
101
3.5. CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR TEKNIK PERMINYAKAN
A.
Rasional
Dasar-Dasar Teknik Perminyakan adalah mata pelajaran yang berisi
materi yang mendasari penguasaan keahlian teknik perminyakan
yang diperlukan dalam pengelolaan perminyakan secara kompeten.
Pengelolaan sumber daya alam khususnya minyak dan gas bumi
memerlukan sumber daya manusia yang kompeten. Sumber daya
manusia yang kompeten tersebut harus dipersiapkan dan dirancang
secara sistematis melalui pendidikan dan latihan yang komprehensif,
sehingga diperoleh sumber daya manusia yang kreatif, mandiri, dan
mampu bekerja sama dalam team yang solid dan bertanggung jawab.
Industri perminyakan merupakan industri yang padat modal, padat
teknologi dan beresiko tinggi sehingga membutuhkan para pekerja
yang berkompeten di bidang tersebut serta sangat memperhatikan
penerapan prosedur Kesehatan dan Keselamatan kerja (K3) untuk
menghasilkan produk berupa minyak dan gas bumi yang dijadikan
sebagai sumber energi utama dan juga produk-produk sekunder
minyak bumi seperti bahan-bahan petrokimia, peralatan kantor dan
perabot rumah tangga, karet sintetis dan lain sebagainya. Para
pekerja di industri perminyakan harus mempunyai pengetahuan yang
baik tentang perminyakan dan K3.
Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Perminyakan diharapkan dapat
menumbuhkan motivasi yang kuat terhadap peserta didik untuk
mengembangkan minatnya dan mengenal lingkungan kerja di bidang
perminyakan. Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk saat ini merupakan
salah satu sumber energi utama yang pemakaiannya masih sangat
dibutuhkan, akan tetapi minyak dan gas bumi merupakan sumber
daya alam yang tidak dapat diperbaharui dan keberadaannya kian
sulit dijangkau sehingga memerlukan teknologi yang lebih maju,
untuk itu tantangan di masa depan pada industri ini adalah
mengembangkan
energi
yang
lebih
bersih
yaitu
dengan
mengembangkan produksi gas. Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik
Perminyakan berfungsi untuk membekali peserta didik dengan
pengetahuan dan kemampuan dari eksplorasi migas, pemboran migas
dan
produksi
migas
sampai
petrokimia.
102
dengan
pengolahan
migas
dan
Pembelajaran dapat dilakukan menggunakan berbagai pendekatan,
strategi, metode serta model yang sesuai dengan karakteristik
kompetensi yang harus dipelajari, sehingga dapat menciptakan
pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi
peserta
didik
memberikan
ruang
yang
kemandirian
sesuai
untuk
cukup
dengan
berpartisipasi
bagi
bakat,
aktif,
prakarsa,
minat,
serta
kreativitas,
renjana,
dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Model-model
pembelajaran yang dapat digunakan antara lain project-based
learning, teaching factory, discovery learning, problem-based learning,
inquiry learning, atau model lainnya serta metode yang relevan.
Peserta didik diharapkan memahami hakikat kemajuan teknologi
melalui mata pelajaran ini sehingga dapat menjadi warga negara
Indonesia yang mandiri dalam berteknologi, kreatif, inovatif dan
sekaligus menjadi warga dunia (global citizen) yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, bernalar
kritis, mandiri, kreatif, bergotong royong dan peduli terhadap
lingkungan.
B.
Tujuan
Mata
Pelajaran
membekali
Dasar–dasar
peserta
didik
Teknik
dengan
Perminyakan
dasar-dasar
bertujuan
pengetahuan,
keterampilan, dan sikap (hard skills dan soft skills) meliputi:
1. memahami proses bisnis di bidang teknik perminyakan;
2. memahami perkembangan teknologi dan isu-isu global terkait
industri perminyakan;
3. memahami
profesi
dan
kewirausahaan
(job-profile
dan
technopreneurship) serta peluang usaha di industri perminyakan;
4. memahami tahapan kegiatan eksplorasi minyak dan gas bumi;
5. menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan
Hidup (K3LH) di lingkungan kerjanya;
6. memahami proses mobilisasi/demobilisasi, moving, rig-up/rigdown dan melakukan pasang dan cabut pipa pemboran;
7. memahami proses pembuatan sumur produksi dan proses
separasi fluida reservoir; dan
103
8. melakukan pengukuran level dan perhitungan minyak dalam
tangki timbun dari hasil olahan kilang.
C.
Karakteristik
Pada hakikatnya mata pelajaran Dasar-dasar Teknik Perminyakan
berfokus pada kompetensi bersifat dasar yang harus dimiliki oleh
teknisi perminyakan, teknisi penyulingan minyak, dan jabatan lain
sesuai dengan perkembangan dunia kerja.
Selain itu peserta didik diberikan pemahaman tentang proses bisnis,
perkembangan penerapan teknologi dan isu-isu global, profileentrepreneur, job-profile, peluang usaha dan pekerjaan/profesi.
Mata pelajaran Dasar-dasar Teknik Perminyakan meliputi:
Elemen
Deskripsi
Proses bisnis di bidang
perminyakan
Meliputi proses bisnis pada bidang teknik
perminyakan meliputi kegiatan eksplorasi,
pemboran, dan proses pengolahan minyak
dan gas bumi.
Perkembangan teknologi dan
isu-isu global terkait industri
perminyakan
Meliputi perkembangan teknologi sektor
industri minyak dan perkembangan proses
produksi industri minyak dari teknologi
konvensional sampai dengan teknologi
modern, saat ini untuk menghasilkan Green
Diesel dan Green Jet Fuel, program
pembangunan unit hydrotreating untuk
produksi Low Sulfur Diesel, serta program
pengembangan kilang Refinery Development
Master Plan (RDMP) dan Grass Root Refinery
(GRR) yang telah mempertimbangan integrasi
antara Refinery dan Petrochemical.
Profesi dan kewirausahaan (jobprofile dan technopreneurship)
serta peluang usaha di industri
perminyakan
Meliputi jenis-jenis profesi dan
kewirausahaan (job-profile dan
technopreneurship), serta peluang usaha di
bidang industri perminyakan.
Tahapan kegiatan eksplorasi
minyak dan gas bumi
Meliputi jenis-jenis eksplorasi dan tahapan
pencarian sumber minyak dan gas bumi di
darat maupun perairan.
Keselamatan dan Kesehatan
Meliputi penerapan K3LH dan budaya kerja
Kerja Lingkungan Hidup (K3LH) industri, antara lain: praktik-praktik kerja
yang aman, bahaya-bahaya di tempat kerja,
dan budaya kerja industri
prosedur-prosedur dalam keadaan darurat,
dan penerapan budaya kerja industri
(Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin).
104
Elemen
D.
Deskripsi
Proses mobilisasi/demobilisasi,
moving, rig-up/rig-down dan
melakukan pasang dan cabut
pipa pemboran
Meliputi proses dalam tahap pemboran
meliputi mobilisasi/ demobilisasi, moving,
rig- up/rig-down, merangkai peralatan putar
dan peralatan penggerak, peralatan angkat,
peralatan sirkulasi dan pencegah semburan
liar.
Proses pembuatan sumur
produksi dan proses separasi
fluida reservoir
Meliputi metode, sistem penyelesaian sumur,
proses, dan peralatan produksi serta proses
separasi.
Pengukuran level dan
perhitungan minyak dalam
tangki timbun dari hasil olahan
kilang
Meliputi jenis produk, cara pemasangan alat
ukur, cara pengoperasian alat ukur, cara
pengukuran tinggi cairan, cara penghitungan
jumlah minyak dan penggunaan peralatan
bantu lain.
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E (kelas X SMK/MAK), peserta didik akan
mendapatkan gambaran mengenai program keahlian yang dipilihnya
sehingga mampu menumbuhkan renjana (passion) dan visi (vision)
untuk merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar. Selain itu
pada akhir fase E pada aspek hard skills peserta didik mampu
memahami elemen-elemen berikut ini.
Elemen
Proses bisnis di bidang
perminyakan
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami proses bisnis pada bidang teknik
perminyakan meliputi kegiatan eksplorasi,
pemboran, dan proses pengolahan minyak
dan gas bumi.
Perkembangan teknologi dan
isu-isu global terkait industri
perminyakan
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami perkembangan teknologi sektor
industri minyak dan perkembangan proses
produksi industri minyak dari teknologi
konvensional sampai dengan teknologi
modern, saat ini untuk menghasilkan Green
Diesel dan Green Jet Fuel, program
pembangunan unit hydrotreating untuk
produksi Low Sulfur Diesel, serta program
pengembangan kilang (RDMP dan GRR) yang
telah mempertimbangan integrasi antara
Refinery dan Petrochemical.
Profesi dan kewirausahaan (jobprofile dan technopreneurship)
serta peluang usaha di industri
perminyakan
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami jenis-jenis profesi dan
kewirausahaan (job-profile dan
technopreneurship), serta peluang usaha di
bidang industri perminyakan, untuk
membangun vision dan passion, dengan
melaksanakan pembelajaran berbasis proyek
105
Elemen
Capaian Pembelajaran
nyata sebagai simulasi proyek
kewirausahaan.
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami jenis-jenis eksplorasi dan
tahapan pencarian sumber minyak dan gas
bumi di darat maupun perairan melalui
pengenalan dan praktik dasar terkait
eksplorasi.
Tahapan kegiatan eksplorasi
minyak dan gas bumi
Keselamatan dan Kesehatan
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
Kerja Lingkungan Hidup (K3LH) menerapkan K3LH dan budaya kerja
industri, antara lain: praktik-praktik kerja
dan budaya kerja industri
yang aman, bahaya-bahaya di tempat kerja,
prosedur- prosedur dalam keadaan darurat,
dan penerapan budaya kerja industri
(Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin).
Proses mobilisasi/demobilisasi,
moving, rig-up/rig-down dan
melakukan pasang dan cabut
pipa pemboran
Proses pembuatan sumur
produksi dan proses separasi
fluida reservoir
Pengukuran level dan
perhitungan minyak dalam
tangki timbun dari hasil olahan
kilang
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami proses dalam tahap pemboran
meliputi mobilisasi/ demobilisasi, moving,
rig-up/rig-down, merangkai peralatan putar
dan peralatan penggerak, peralatan angkat,
peralatan sirkulasi dan pencegah semburan
liar.
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami metode, sistem penyelesaian
sumur, proses, dan peralatan produksi serta
proses separasi.
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami jenis produk, cara pemasangan
alat ukur, cara pengoperasian alat ukur, cara
pengukuran tinggi cairan, cara penghitungan
jumlah minyak dan penggunaan peralatan
bantu lain.
106
4.1. CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR PENGEMBANGAN
PERANGKAT LUNAK DAN GIM
A. Rasional
Dasar-Dasar Pengembangan Perangkat Lunak dan Gim adalah mata
pelajaran
yang
berisi
kompetensi-kompetensi
yang
mendasari
penguasaan keahlian pengembangan perangkat lunak dan teknologi
game. Mata pelajaran ini dilengkapi dengan kemampuan memahami
kebutuhan dan keinginan pelanggan serta User Experience (UX) dalam
proses desain sebagai penerapan prinsip customer oriented.
Mata pelajaran Dasar-Dasar Pengembangan Perangkat Lunak dan Gim
berfungsi membekali peserta didik dengan seperangkat pengetahuan,
keterampilan, dan sikap agar memiliki dasar yang kuat dalam
mempelajari mata pelajaran-mata pelajaran pada konsentrasi keahlian
di kelas XI dan XII. Lingkup materi mata pelajaran Dasar-Dasar
Pengembangan Perangkat Lunak dan Gim meliputi wawasan di bidang
pengembangan perangkat lunak, gim, dan pemrograman.
Pembelajaran dapat dilakukan menggunakan berbagai pendekatan,
strategi, metode serta
model yang sesuai dengan karakteristik
kompetensi yang harus dipelajari, sehingga dapat menciptakan
pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, renjana, dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik. Peserta didik diarahkan untuk menemukan
sendiri berbagai fakta, membangun konsep dan nilai-nilai baru secara
mandiri serta memahami dan menerapkan aspek digital consumer
behaviour. Model-model pembelajaran yang dapat digunakan antara
lain
Project-Based
Learning,
Teaching
Factory,
Discovery-Based
Learning, Problem-Based Learning, Inquiry-Based Learning, atau model
lainnya serta metode yang relevan.
Mata pelajaran ini berkontribusi dalam membentuk peserta didik
memiliki keahlian pada bidang Pengembangan Perangkat Lunak dan
Gim, meningkatkan lebih lanjut kemampuan logika dan teknologi
digital (computational thinking), yaitu suatu cara berpikir yang
107
memungkinkan untuk menguraikan suatu masalah menjadi beberapa
bagian yang lebih kecil dan sederhana, menemukan pola masalah, serta
menyusun langkah- langkah solusi mengatasi masalah sebagai
implementasi customer oriented. Penguasaan kemampuan Dasar-Dasar
Pengembangan Perangkat Lunak dan Gim akan membiasakan peserta
didik bernalar kritis dalam menghadapi permasalahan, bekerja
mandiri, serta kreatif dalam mengembangkan produk-produk yang
memegang
prinsip
kebhinekaan
global
dan
menemukan
solusi
permasalahan kehidupan.
B. Tujuan
Mata pelajaran Dasar-Dasar Pengembangan Perangkat Lunak dan Gim
bertujuan membekali peserta didik dengan dasar-dasar pengetahuan,
keterampilan, dan sikap (hard skills dan soft skills) yang diarahkan
untuk mengembangkan kemampuan sebagai berikut:
1. memahami proses bisnis di bidang
industri Pengembangan
Perangkat Lunak dan Gim;
2. mampu
mengembangkan
wawasan
tentang
perkembangan
teknologi dan isu-isu global bidang Perangkat Lunak dan Gim;
3. memahami
profesi
technopreneurship)
dan
serta
kewirausahan
peluang
usaha
(job
di
profile
bidang
dan
industri
Perangkat Lunak dan Gim;
4. memahami lingkup kerja bidang Pengembangan Perangkat Lunak
dan Gim; dan
5. memahami
pemrograman
terstruktur
dan
pemrograman
Dasar-Dasar
Pengembangan
berorientasi obyek.
C. Karakteristik
Pada
hakikatnya
mata
pelajaran
Perangkat Lunak dan Gim berfokus pada kompetensi bersifat dasar
yang harus dimiliki oleh tenaga pengembang IT, programmer, database
administrator, web engineer (merancang dan membangun website),
game developer (mengembangkan perangkat lunak multimedia gim) dan
jabatan lain sesuai dengan perkembangan dunia kerja. Selain itu
peserta
didik
diberikan
pemahaman
108
tentang
proses
bisnis,
perkembangan penerapan teknologi dan isu-isu global, entrepreneur
profile, job profile, peluang usaha dan pekerjaan/profesi.
Pengembangan
soft
skills
pada
mata
pelajaran
Dasar-Dasar
Pengembangan Perangkat Lunak dan Gim sangat penting sebagai
pembekalan
dasar
komunikasi,
critical
di
dalam
thinking,
membangun
kolaborasi,
etos
dan
kerja,
meliputi
kreativitas.
Mata
Pelajaran Dasar-Dasar Pengembangan Perangkat Lunak dan Gim
membangun soft skills yang menjadi pondasi dalam pengembangan
hard skills seperti pemodelan, implementasi, dokumentasi serta testing
perangkat lunak.
Elemen dan deskripsi mata pelajaran Dasar-Dasar Pengembangan
Perangkat Lunak dan Gim adalah sebagai berikut:
Elemen
Proses bisnis menyeluruh
bidang pengembangan
perangkat lunak dan gim
Deskripsi
Meliputi perencanaan, analisis, desain,
implementasi, integrasi, pemeliharaan,
pemasaran, dan distribusi perangkat lunak dan
gim termasuk di dalamnya adalah penerapan
budaya mutu, Keselamatan dan Kesehatan
Kerja serta Lingkungan Hidup (K3LH),
manajemen proyek, serta pemahaman terhadap
kebutuhan pelanggan, keinginan pelanggan,
dan validasi sesuai dengan User Experience
(UX).
Perkembangan dunia kerja Meliputi perkembangan teknologi pada
bidang perangkat lunak
pengembangan perangkat lunak dan gim
dan gim
termasuk penerapan industri 4.0 pada
manajemen pengembangan perangkat lunak
dan gim serta isu-isu penting bidang
pengembangan perangkat lunak dan gim.
Contohnya dampak positif dan negatif gim, IoT,
Cloud Computing, Big Data, Information
Security, HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual)
dan pelanggaran HAKI.
Profesi dan kewirausahan
(job profile dan
technopreneurship) serta
peluang usaha di bidang
industri perangkat lunak
dan gim
Meliputi jenis-jenis profesi dan kewirausahan
(job profile dan technopreneurship), personal
branding serta peluang usaha di bidang
industri perangkat lunak dan gim.
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
Lingkungan Hidup (K3LH)
dan budaya kerja industri
Meliputi penerapan K3LH dan budaya kerja
industri, antara lain: praktik-praktik kerja yang
aman, bahaya-bahaya di tempat kerja,
prosedur-prosedur dalam keadaan darurat, dan
penerapan budaya kerja industri (Ringkas,
Rapi, Resik, Rawat, Rajin), termasuk
pencegahan kecelakaan kerja dan prosedur
kerja.
109
Elemen
Deskripsi
Orientasi dasar
pengembangan perangkat
lunak dan gim
Meliputi kegiatan praktik singkat dengan
menggunakan peralatan/teknologi di bidang
pengembangan perangkat lunak dan gim
seperti basis data, tools pengembangan
perangkat lunak, ragam sistem operasi,
pengelolaan aset, user interface (grafis,
typography, warna, audio, video, interaksi
pengguna) dan prinsip dasar algoritma
pemrograman (varian dan invarian, alur logika
pemrograman, flowchart, dan teknik dasar
algoritma umum).
Pemrograman terstruktur
Meliputi konsep atau sudut pandang
pemrograman yang membagi-bagi program
berdasarkan fungsi atau prosedur yang
dibutuhkan program komputer, pengenalan
struktur data yang terdiri dari data statis (array
baik dimensi, panjang, tipe data, pengurutan)
dan data dinamis (list, stack), penggunaan tipe
data, struktur kontrol perulangan dan
percabangan.
Pemrograman berorientasi Meliputi penggunaan prosedur dan fungsi,
obyek
class, obyek, method, package, access modifier,
enkapsulasi, interface, pewarisan, dan
polymorphism.
D. Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E (kelas X SMK), peserta didik akan mendapatkan
gambaran yang tepat mengenai program keahlian Pengembangan
Perangkat Lunak dan Gim melalui penguatan wawasan dunia kerja dan
kewirausahaan
serta
penguasaan
elemen-elemen
pembelajaran
lainnya, sehingga dapat menumbuhkan passion serta vision yang dapat
memotivasi dalam merencanakan serta melaksanakan aktivitas belajar
pada fase ini maupun fase berikutnya.
Capaian pembelajaran pada elemen-elemen mata pelajaran DasarDasar Pengembangan Perangkat Lunak dan Gim dapat diuraikan
sebagai berikut:
Elemen
Capaian Pembelajaran
Proses bisnis menyeluruh Pada akhir fase E, peserta didik mampu
mendeskripsikan proses perencanaan, analisis,
bidang pengembangan
perangkat lunak dan gim desain, implementasi, integrasi, pemeliharaan,
pemasaran, dan distribusi perangkat lunak dan
gim termasuk di dalamnya adalah penerapan
budaya mutu, Keselamatan dan Kesehatan Kerja
serta Lingkungan Hidup (K3LH), manajemen
proyek, serta pemahaman terhadap kebutuhan
110
Elemen
Perkembangan dunia
kerja bidang perangkat
lunak dan gim
Capaian Pembelajaran
pelanggan, keinginan pelanggan, dan validasi
sesuai dengan User Experience (UX)
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
menjelaskan perkembangan teknologi pada
pengembangan perangkat lunak dan gim,
termasuk penerapan industri 4.0 pada
manajemen pengembangan perangkat lunak dan
gim, serta menganalisis isu-isu penting bidang
pengembangan perangkat lunak dan gim antara
lain: dampak positif dan negatif gim, IoT, Cloud
Computing, Information Security, Big Data, dan
permasalahan terkait HAKI (Hak Atas Kekayaan
Intelektual).
Profesi dan
kewirausahan (job profile
dan technopreneurship)
serta peluang usaha di
bidang industri perangkat
lunak dan gim
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
menjelaskan jenis-jenis profesi dan
kewirausahan (job profile dan technopreneurship,
personal branding serta peluang usaha di
bidang industri Perangkat Lunak dan Gim,
untuk membangun vision dan passion,
dengan melaksanakan pembelajaran berbasis
proyek nyata sebagai simulasi proyek
kewirausahaan.
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
Lingkungan Hidup (K3LH)
dan budaya kerja industri
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
menerapkan K3LH dan budaya kerja industri,
antara lain: praktik-praktik kerja yang aman,
bahaya-bahaya di tempat kerja, prosedurprosedur dalam keadaan darurat, dan
penerapan budaya kerja industri (Ringkas, Rapi,
Resik, Rawat, Rajin), termasuk pencegahan
kecelakaan kerja dan prosedur kerja.
Orientasi dasar
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
pengembangan perangkat menggunakan perangkat dan aplikasi di bidang
lunak dan gim
Perangkat Lunak dan Gim, seperti basis data,
tools pengembangan perangkat lunak, ragam
sistem operasi, penerapan pengelolaan aset dan
user interface (grafis, typography, warna, audio,
video, interaksi pengguna) dan menerapkan
prinsip dasar algoritma pemrograman (varian
dan invarian, alur logika pemrograman,
flowchart, dan teknik dasar algoritma umum).
Pemrograman terstruktur Pada akhir fase E, peserta didik mampu
melakukan pemrograman terstruktur, antara
lain penerapan struktur data yang terdiri dari
data statis (array baik dimensi, panjang, tipe
data, pengurutan) dan data dinamis (list, stack),
penggunaan tipe data, struktur kontrol
perulangan dan percabangan pada proyek
pengembangan perangkat lunak sederhana dan
gim.
111
Elemen
Pemrograman
berorientasi obyek
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
melakukan pemrograman berorientasi obyek
dengan menerapkan class, obyek, method, dan
package, membedakan berbagai macam access
modifier, menunjukkan enkapsulasi, interface,
pewarisan, dan polymorphism pada proyek
pengembangan perangkat lunak sederhana.
112
4.2. CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR TEKNIK JARINGAN
KOMPUTER DAN TELEKOMUNIKASI
A. Rasional
Mata
pelajaran
Dasar-Dasar
Teknik
Jaringan
Komputer
dan
Telekomunikasi berfungsi untuk membekali peserta didik dengan
seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan sikap agar memiliki dasar
yang kuat dalam mempelajari mata pelajaran konsentrasi keahlian di
kelas XI dan XII. Lingkup materi mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik
Jaringan Komputer dan Telekomunikasi meliputi wawasan sistem dan
cara
pengukuran
di
bidang
Teknik
Jaringan
Komputer
dan
Telekomunikasi.
Pembelajaran dapat dilakukan menggunakan berbagai pendekatan,
strategi, metode serta
model yang sesuai dengan karakteristik
kompetensi yang harus dipelajari, sehingga dapat menciptakan
pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, renjana, dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik. Peserta didik diarahkan untuk menemukan
sendiri berbagai fakta, membangun konsep dan nilai-nilai baru secara
mandiri serta memahami dan menerapkan aspek digital consumer
behaviour. Model-model pembelajaran yang dapat digunakan antara
lain
Project-Based
Learning,
Teaching
Factory,
Discovery-Based
Learning, Problem-Based Learning, Inquiry-Based Learning, atau model
lainnya serta metode yang relevan.
Mata pelajaran ini berkontribusi dalam membentuk peserta didik
memiliki keahlian pada bidang Teknik Jaringan Komputer dan
Telekomunikasi, meningkatkan lebih lanjut kemampuan logika dan
teknologi digital (computational thinking), yaitu suatu cara berpikir yang
memungkinkan untuk menguraikan suatu masalah menjadi beberapa
bagian yang lebih kecil dan sederhana, menemukan pola masalah, serta
menyusun langkah- langkah solusi mengatasi masalah. Penguasaan
kemampuan
Dasar-Dasar
Teknik
Jaringan
Komputer
dan
Telekomunikasi akan membiasakan peserta didik bernalar kritis dalam
113
menghadapi permasalahan, bekerja mandiri, serta kreatif dalam
mengembangkan solusi permasalahan di dunia usaha dan industri.
B. Tujuan
Mata
pelajaran
Dasar-Dasar
Teknik
Jaringan
Komputer
dan
Telekomunikasi bertujuan membekali peserta didik dengan dasardasar pengetahuan, keterampilan, dan sikap (hard skills dan soft skills)
yang diarahkan untuk mengembangkan kemampuan sebagai berikut:
1. memahami proses bisnis di bidang Teknik Jaringan Komputer dan
Telekomunikasi;
2. memahami wawasan perkembangan bidang Teknik Jaringan
Komputer dan Telekomunikasi;
3. memahami
profesi
dan
kewirausahaan
(job
profile
dan
technopreneurship), serta peluang usaha di bidang Teknik Jaringan
Komputer dan Telekomunikasi;
4. memahami lingkup kerja pada bidang Teknik Jaringan Komputer
dan Telekomunikasi;
5. menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan
Hidup (K3LH) di lingkungan kerjanya;
6. memahami penerapan media dan jaringan telekomunikasi; dan
7. memahami prinsip dasar pengukuran dalam Teknik Jaringan
Komputer dan Telekomunikasi.
C. Karakteristik
Mata
pelajaran
Dasar-Dasar
Teknik
Jaringan
Komputer
dan
Telekomunikasi memiliki elemen materi sebagai berikut: Proses bisnis
di bidang Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi, wawasan
perkembangan bidang Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi,
entrepreneurship dan job profile di bidang Teknik Jaringan Komputer
dan Telekomunikasi, Orientasi Dasar Teknik Jaringan Komputer dan
Telekomunikasi, Media dan Jaringan Telekomunikasi, dan Prinsip
Dasar Pengukuran.
Pada hakikatnya mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Jaringan
Komputer dan Telekomunikasi berfokus pada kompetensi bersifat
dasar yang harus dimiliki oleh tenaga admin database, analis sistem
114
komputer,
dosen
ilmu
komputer,
peneliti,
perancang
jaringan
komputer, perancang sistem komputer dan jabatan lain sesuai dengan
perkembangan dunia kerja. Selain itu peserta didik diberikan
pemahaman tentang proses bisnis, perkembangan penerapan teknologi
dan isu-isu global, entrepreneur profile, job profile, peluang usaha dan
pekerjaan/profesi.
Pengembangan soft skills pada mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik
Jaringan Komputer dan Telekomunikasi sangat penting sebagai bekal
dasar di dalam membangun etos kerja, meliputi: komunikasi, critical
thinking, kolaborasi, dan kreativitas. Soft skills pada mata pelajaran ini
menjadi fondasi dalam pengembangan hard skills seperti menginstalasi,
memelihara, dan penanganan gangguan (troubleshooting) dalam bidang
Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi.
Elemen dan deskripsi mata pelajaran Dasar-Dasar Jaringan Komputer
dan Telekomunikasi adalah sebagai berikut:
Elemen
Deskripsi
Proses bisnis di bidang
Meliputi proses bisnis pada bidang teknik
teknik jaringan komputer jaringan komputer dan telekomunikasi, meliputi
dan telekomunikasi
customer handling, perencanaan, analisis
kebutuhan pelanggan, strategi implementasi
(instalasi, konfigurasi, monitoring), dan
pelayanan pada pelanggan sebagai implementasi
penerapan budaya mutu.
Perkembangan teknologi
di bidang teknik jaringan
komputer dan
telekomunikasi
Meliputi perkembangan teknologi pada
perangkat teknik jaringan komputer dan
telekomunikasi termasuk 5G, Microwave Link,
IPV6, teknologi serat optik terkini, IoT, Data
Centre, Cloud Computing, dan Information
Security.
Profesi dan
Kewirausahaan (jobprofile dan
technopreneur) di bidang
teknik jaringan komputer
dan telekomunikasi
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
Lingkungan Hidup
(K3LH) dan budaya kerja
industri
Meliputi jenis-jenis profesi dan kewirausahaan
(job-profil dan technopreneur), personal branding
serta peluang usaha di bidang Teknik Jaringan
Komputer dan Telekomunikasi.
Meliputi penerapan K3LH dan budaya kerja
industri, antara lain: praktik-praktik kerja yang
aman, bahaya-bahaya di tempat kerja,
prosedur-prosedur dalam keadaan darurat, dan
penerapan budaya kerja industri (Ringkas, Rapi,
Resik, Rawat, Rajin), termasuk pencegahan
kecelakaan kerja di tempat tinggi dan prosedur
kerja di tempat tinggi (pemanjatan)
115
Elemen
Deskripsi
Dasar-dasar teknik
jaringan komputer dan
telekomunikasi
Meliputi pemahaman dasar penggunaan dan
konfigurasi peralatan/teknologi di bidang
jaringan komputer dan telekomunikasi.
Media dan Jaringan
Telekomunikasi
Meliputi pemahaman prinsip dasar sistem
IPV4/IPV6, TCP IP, Networking Service, Sistem
Keamanan Jaringan Telekomunikasi, Sistem
Seluler, Sistem Microwave, Sistem VSAT IP,
Sistem Optik, dan Sistem WLAN.
Penggunaan Alat Ukur
Jaringan
Meliputi pemahaman tentang jenis alat ukur
dan penggunaannya dalam pemeliharaan
jaringan komputer dan sistem telekomunikasi.
D. Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E (kelas X SMK), peserta didik akan mendapatkan
gambaran yang tepat mengenai program keahlian yang dipilihnya
melalui penguatan Wawasan Dunia Kerja dan Kewirausahaan. Capaian
pembelajaran
berikutnya
adalah
penguasaan
elemen-elemen
pembelajaran lainnya sehingga dapat menumbuhkan passion dan
vision yang dapat memotivasi dalam merencanakan, dan melaksanakan
aktivitas belajar pada fase ini maupun fase berikutnya. Capaian
Pembelajaran pada elemen-elemen mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik
Jaringan Komputer dan Telekomunikasi dapat diuraikan sebagai
berikut:
Elemen
Capaian Pembelajaran
Proses bisnis di bidang
teknik jaringan
komputer dan
telekomunikasi
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami proses bisnis pada bidang teknik
komputer dan telekomunikasi, meliputi customer
handling, perencanaan, analisis kebutuhan
pelanggan, strategi implementasi (instalasi,
konfigurasi, monitoring), dan pelayanan pada
pelanggan sebagai implementasi penerapan
budaya mutu.
Perkembangan teknologi
di bidang teknik
jaringan komputer dan
telekomunikasi
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami perkembangan teknologi pada
perangkat teknik jaringan komputer dan
telekomunikasi termasuk 5G, Microwave Link,
IPV6, teknologi serat optik terkini, IoT, Data
Centre, Cloud Computing, dan Information Security
serta isu- isu implementasi teknologi jaringan dan
telekomunikasi terkini antara lain keamanan
informasi, penetrasi Internet.
Profesi dan
Kewirausahaan (jobprofile dan
technopreneur) di
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami jenis-jenis profesi kewirausahaan (jobprofile dan technopreneurship, personal branding
serta peluang usaha di bidang Teknik Jaringan
116
Elemen
Capaian Pembelajaran
bidang teknik jaringan
komputer dan
telekomunikasi
Komputer dan Telekomunikasi, untuk
membangun vision dan passion, dengan
melaksanakan pembelajaran berbasis proyek
nyata sebagai simulasi proyek kewirausahaan.
Keselamatan dan
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
Kesehatan Kerja
menerapkan K3LH dan budaya kerja industri,
Lingkungan Hidup
antara lain: praktik-praktik kerja yang aman,
(K3LH) dan budaya kerja bahaya-bahaya di tempat kerja, prosedurindustri
prosedur dalam keadaan darurat, dan penerapan
budaya kerja industri (Ringkas, Rapi, Resik,
Rawat, Rajin), termasuk pencegahan kecelakaan
kerja di tempat tinggi dan prosedur kerja di
tempat tinggi (pemanjatan).
Dasar-dasar teknik
jaringan komputer dan
telekomunikasi
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami tentang jenis alat ukur dan
penggunaannya dalam pemeliharaan jaringan
komputer dan sistem telekomunikasi
Media dan jaringan
telekomunikasi
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami prinsip dasar sistem IPV4/IPV6, TCP
IP, Networking Service, Sistem Keamanan
Jaringan Telekomunikasi, Sistem Seluler, Sistem
Microwave, Sistem VSAT IP, Sistem Optik, dan
Sistem WLAN.
Penggunaan Alat Ukur
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
menggunakan alat ukur, termasuk pemeliharaan
alat ukur untuk seluruh jaringan komputer dan
sistem telekomunikasi.
117
5.1. CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR LAYANAN KESEHATAN
A. Rasional
Dasar-Dasar Layanan Kesehatan adalah mata pelajaran yang berisi
kompetensi-kompetensi yang mendasari penguasaan keahlian layanan
kesehatan. Kompetensi ini merupakan kemampuan yang harus dimiliki
asisten tenaga kesehatan dalam melakukan pelayanan prima dan esensial
terhadap individu, keluarga, dan masyarakat yang sehat maupun yang sakit
mencakup hajat hidup manusia untuk mencapai derajat kesehatan yang
optimal, serta langkah-langkah kerja dalam praktik layanan kesehatan.
Mata pelajaran Dasar-Dasar Layanan Kesehatan membekali peserta didik
dengan kemampuan melaksanakan kegiatan pelayanan sesuai dengan
kebutuhan klien meliputi: pelayanan kesehatan tanpa diskriminasi,
pemahaman tentang pelayanan prima kepada klien, teknik asesmen
kebutuhan klien, penyusunan tahapan pekerjaan dan proses pelayanan,
pelaksanaan pelayanan dan evaluasi hasil pelayanan.
Mata pelajaran ini berkontribusi dalam membentuk peserta didik yang
memiliki keahlian pada bidang layanan kesehatan, meningkatkan lebih
lanjut kemampuan logika dan teknologi digital (computational thinking),
yaitu suatu cara berpikir yang memungkinkan untuk menguraikan suatu
masalah menjadi beberapa bagian yang lebih kecil dan sederhana,
menemukan pola masalah, serta menyusun langkah-langkah solusi
mengatasi
masalah.
kesehatan
akan
menghadapi
Penguasaan
membiasakan
permasalahan,
kemampuan
peserta
bekerja
didik
dasar-dasar
bernalar
mandiri,
serta
layanan
kritis
dalam
kreatif
dalam
menemukan solusi permasalahan kehidupan.
Pembelajaran dapat dilakukan menggunakan berbagai pendekatan, strategi,
metode serta
model yang sesuai dengan karakteristik kompetensi yang
harus dipelajari, sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, kemandirian sesuai dengan bakat, minat, renjana, dan
perkembangan
fisik
serta
psikologis
peserta
didik.
Model-model
pembelajaran yang dapat digunakan antara lain project-based learning,
118
teaching factory, discovery-based learning, problem-based learning, inquirybased learning, atau model lainnya serta metode yang relevan.
Melalui lingkup materi tersebut diharapkan dapat membentuk peserta didik
menjadi pribadi yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
memiliki akhlak yang baik kepada sesama, mandiri, berpikir kritis, dan
kreatif.
B. Tujuan
Mata pelajaran Dasar-Dasar Layanan Kesehatan bertujuan membekali
peserta didik dengan dasar-dasar pengetahuan, keterampilan, sikap (hard
skills dan soft skills) meliputi:
1. memahami proses bisnis secara menyeluruh dalam bidang layanan
kesehatan yang meliputi penerimaan klien, identifikasi kebutuhan klien,
perencanaan pemberian layanan, pelaksanaan pemberian layanan,
evaluasi pemberian layanan;
2. memahami
perkembangan
jenis-jenis
layanan
kesehatan
serta
perkembangan teknologi fasilitas dan peralatan layanan kesehatan;
3. memahami profil healthpreneur, job profile, peluang usaha dan
bekerja/profesi di bidang layanan kesehatan;
4. memahami anatomi dan fisiologi manusia;
5. memahami teknik dasar layanan kesehatan dengan layanan prima; dan
6. memahami pertumbuhan dan perkembangan manusia;
C. Karakteristik
Pada hakikatnya mata pelajaran Dasar-Dasar Layanan Kesehatan berfokus
pada kompetensi bersifat dasar yang harus dimiliki oleh tenaga caregiver,
asisten dental dan asisten keperawatan serta jabatan lain sesuai dengan
perkembangan dunia kerja.
Oleh karena itu, dalam proses pembelajarannya memerlukan ketelitian,
ketekunan, keramahan dan kesabaran dalam pemberian layanan kepada
klien.
Selain itu, peserta didik diberikan pemahaman tentang proses bisnis,
perkembangan penerapan teknologi dan isu-isu global, profil healthpreneur,
job profile, peluang usaha dan pekerjaan/profesi.
Mata pelajaran Dasar-Dasar Layanan Kesehatan meliputi elemen sebagai
berikut.
119
Elemen
Deskripsi
Proses bisnis menyeluruh
bidang layanan kesehatan
Meliputi pemahaman tentang proses bisnis
secara menyeluruh bidang layanan kesehatan
termasuk meliputi K3, dasar-dasar layanan
kesehatan yang meliputi penerimaan klien,
identifikasi kebutuhan klien, perencanaan
pemberian layanan, pelaksanaan pemberian
layanan, dan evaluasi pemberian layanan, serta
pengelolaan SDM di fasilitas kesehatan.
Perkembangan teknologi dan
isu-isu global di bidang
layanan kesehatan
Meliputi pemahaman tentang perkembangan
teknologi yang digunakan di bidang layanan
kesehatan, mulai dari teknologi konvensional
sampai dengan penggunaan teknologi modern
yang sudah memanfaatkan industri 4.0, serta
jenis-jenis layanan kesehatan dan fasilitas atau
peralatan pelayanan kesehatan.
Profil healthpreneur, job
profile, dan peluang usaha/
bekerja di bidang layanan
kesehatan
Meliputi pemahaman tentang healthpreneur yang
mampu membaca peluang kerja dan usaha,
peluang pasar, dan peluang kerja/profesi di
bidang layanan kesehatan untuk membangun
visi dan passion.
Anatomi dan fisiologi
manusia
Meliputi pemahaman tentang anatomi fisiologi
sistem otot dan tulang, sistem jantung
pembuluh darah/limfatik, sistem pernapasan,
sistem pencernaan, sistem perkemihan, sistem
reproduksi, sistem endokrin, sistem persarafan
dan sistem indera
Teknik dasar layanan
kesehatan dengan layanan
prima
Meliputi pemahaman dan pengalaman praktik
dasar pekerjaan layanan kesehatan, etika dalam
layanan kesehatan, dan melakukan komunikasi
yang efektif baik verbal maupun nonverbal.
Pertumbuhan dan
perkembangan manusia
Meliputi pemahaman tentang tumbuh kembang
usia bayi, anak bawah tiga tahun, usia pra
sekolah, usia sekolah, usia remaja, usia dewasa
dan usia lansia.
D. Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E (kelas X), peserta didik memiliki gambaran yang tepat dan
menyeluruh mengenai program keahlian Layanan Kesehatan, peluang kerja
setelah lulus antara lain menjadi asisten tenaga kesehatan, dan konsentrasi
keahlian yang akan dipelajari di kelas XI dan XII, sehingga mampu
menumbuhkan passion dan vision untuk merencanakan dan melaksanakan
aktivitas belajar. Selain itu, peserta didik juga akan mampu memahami
perkembangan lingkup pekerjaan layanan kesehatan tradisional maupun
modern, termasuk isu dan moral dilema, prinsip etika dan etiket dalam
pelayanan kesehatan, komunikasi interpersonal dalam melaksanakan
120
pelayanan kesehatan, keterampilan dalam bidang layanan kesehatan,
pertumbuhan dan perkembangan manusia, anatomi fisiologi manusia, serta
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
Elemen
Capaian Pembelajaran
Proses bisnis menyeluruh
bidang layanan kesehatan
Pada akhir fase E, peserta didik dapat memahami
tentang proses bisnis secara menyeluruh bidang
layanan kesehatan termasuk meliputi K3; dasardasar layanan kesehatan yang meliputi:
penerimaan klien, identifikasi kebutuhan klien,
perencanaan pemberian layanan, pelaksanaan
pemberian layanan, dan evaluasi pemberian
layanan; serta pengelolaan SDM di fasilitas
kesehatan.
Perkembangan teknologi dan
isu-isu global di bidang
layanan kesehatan
Pada akhir fase E, peserta didik dapat memahami
perkembangan teknologi yang digunakan di
bidang layanan kesehatan, mulai dari teknologi
konvensional sampai dengan penggunaan
teknologi modern yang sudah memanfaatkan
industri 4.0, isu pemanasan global terkait
perubahan iklim, ketenagakerjaan, siklus hidup
produk layanan kesehatan, dan 3R (reuse, recycle,
and reduce), serta jenis-jenis layanan dan fasilitas
atau peralatan pelayanan kesehatan.
Profil healthpreneur, job
profile, dan peluang usaha/
bekerja di bidang layanan
kesehatan
Pada akhir fase E, peserta didik dapat
menjelaskan profil healthpreneur yang mampu
membaca peluang kerja dan usaha, peluang
pasar, dan peluang kerja/profesi di bidang
layanan kesehatan untuk membangun visi dan
passion.
Anatomi dan fisiologi
manusia
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
menjelaskan anatomi dan fisiologi sistem otot dan
tulang, sistem jantung pembuluh darah/limfatik,
sistem pernapasan, sistem pencernaan, sistem
perkemihan, sistem reproduksi, sistem endokrin,
sistem persarafan dan sistem indera.
Teknik dasar layanan
kesehatan dengan layanan
prima
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
menjelaskan secara komprehensif melalui praktik,
proses layanan kesehatan, mencakup praktik
dasar tenaga layanan kesehatan, memeriksa
tanda-tanda vital yang meliputi pemeriksaan
suhu tubuh, pemeriksaan denyut nadi, dan
pemeriksaan tekanan darah, menerapkan etika
etiket dalam melakukan komunikasi yang efektif
dengan klien maupun tim kerja sesuai dengan
budaya kerja di tempat kerja.
Pertumbuhan dan
perkembangan manusia
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
menjelaskan fase-fase usia tumbuh kembang
manusia dan permasalahan yang timbul di setiap
fase, meliputi usia bayi, anak bawah tiga tahun,
usia pra sekolah, usia sekolah, usia remaja, usia
dewasa dan usia lansia.
121
5.2.
CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR TEKNIK LABORATORIUM
MEDIK
A. Rasional
Dasar-Dasar Teknik Laboratorium Medik adalah mata pelajaran yang berisi
kompetensi-kompetensi yang mendasari penguasaan keahlian Teknik
Laboratorium Medik dalam melakukan pelayanan prima dan essential di
laboratorium medik yang berkualitas. Pada tingkat selanjutnya akan
diajarkan berbagai kompetensi seperti pengukuran, penetapan, dan
pengujian terhadap bahan yang berasal dari manusia untuk penentuan jenis
penyakit, penyebab penyakit, kondisi kesehatan dan faktor yang dapat
berpengaruh terhadap kesehatan perorangan dan masyarakat.
Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Laboratorium Medik berfungsi untuk
mempersiapkan peserta didik sebelum memperoleh pembekalan materi
pemeriksaan spesimen di laboratorium medik (pra-analitik). Dengan
demikian peserta didik diarahkan untuk menemukan sendiri berbagai fakta,
membangun sikap dan nilai-nilai baru secara mandiri. Membekali peserta
didik agar mampu menumbuhkan jiwa wirausaha atau bekerja dalam
jabatan-jabatan di dunia usaha dan dunia kerja di bidang pekerjaan
laboratorium medik juga mendukung untuk melanjutkan ke pendidikan
tinggi vokasi dengan jurusan yang sejenis.
Pembelajaran dapat dilakukan menggunakan berbagai pendekatan, strategi,
metode serta
model yang sesuai dengan karakteristik kompetensi yang
harus dipelajari, sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, kemandirian sesuai dengan bakat, minat, renjana, dan
perkembangan
pembelajaran
fisik
serta
psikologis
peserta
didik.
Model-model
yang dapat digunakan antara lain project-based learning,
teaching factory, discovery-based learning, problem-based learning, inquirybased learning, atau model lainnya serta metode yang relevan.
Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Laboratorium Medik membentuk
peserta didik memiliki keahlian pada bidang layanan laboratorium medik,
meningkatkan lebih lanjut kemampuan logika dan teknologi digital
122
(computational thinking), yaitu suatu cara berpikir yang memungkinkan
untuk menguraikan suatu masalah menjadi beberapa bagian yang lebih
kecil dan sederhana, menemukan pola masalah, serta menyusun langkahlangkah solusi mengatasi masalah. Penguasaan kemampuan Dasar-Dasar
Teknik Laboratorium Medik akan membiasakan peserta didik bernalar kritis
dalam menghadapi permasalahan, bekerja mandiri, serta kreatif dalam
menemukan solusi permasalahan kehidupan.
B. Tujuan
Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Laboratorium Medik bertujuan untuk
membekali peserta didik dengan dasar-dasar pengetahuan, keterampilan,
dan sikap (hard skill dan soft skill) meliputi:
1. memahami proses bisnis layanan laboratorium medik yang meliputi:
penerimaan klien, identifikasi kebutuhan klien, perencanaan pemberian
layanan, pelaksanaan pemberian layanan, evaluasi pemberian layanan;
2. memahami perkembangan jenis-jenis layanan laboratorium medik,
perkembangan teknologi fasilitas, dan peralatan layanan laboratorium
medik;
3. memahami teknik dasar layanan laboratorium medik;
4. memahami profil healthpreneur, job profile, peluang usaha dan
bekerja/profesi di bidang layanan laboratorium medik;
5. memahami peralatan laboratorium medik;
6. memahami bahan yang digunakan di laboratorium medik; dan
7. memahami penanganan sampel di laboratorium medik.
C. Karakteristik
Pada hakikatnya mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Laboratorium Medik
berfokus pada kompetensi bersifat dasar yang harus dimiliki oleh tenaga
asisten laboran serta jabatan lain sesuai dengan perkembangan dunia kerja.
Oleh karena itu, dalam proses pembelajarannya memerlukan ketelitian,
keakuratan, dan kecermatan.
Selain itu, peserta didik diberikan pemahaman tentang proses bisnis,
perkembangan penerapan teknologi dan isu-isu global, profil healthpreneur,
job profile, peluang usaha dan pekerjaan/profesi.
Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Laboratorium Medik meliputi elemen
sebagai berikut.
123
Elemen
Proses bisnis layanan
laboratorium medik
Deskripsi
Meliputi pemahaman tentang proses bisnis secara
menyeluruh bidang layanan laboratorium medik
termasuk K3, dasar-dasar layanan laboratorium
medik yang meliputi penerimaan klien,
identifikasi kebutuhan klien, perencanaan
pemberian layanan, pelaksanaan pemberian
layanan, dan evaluasi pemberian layanan, serta
pengelolaan SDM di fasilitas laboratorium medik.
Perkembangan teknologi
Meliputi pemahaman tentang perkembangan
dan isu-isu global di bidang teknologi yang digunakan di bidang layanan
layanan laboratorium medik laboratorium medik, mulai dari teknologi
konvensional sampai dengan penggunaan
teknologi modern yang sudah memanfaatkan
industri 4.0, serta jenis-jenis layanan dan fasilitas
atau peralatan pelayanan laboratorium medik.
Profil healthpreneur, job
profile, dan peluang
usaha/bekerja di bidang
layanan laboratorium medik
Meliputi pemahaman tentang healthpreneur yang
mampu membaca peluang kerja dan usaha,
peluang pasar, dan peluang kerja/profesi di
bidang layanan laboratorium medik untuk
membangun visi dan passion.
Teknik dasar laboratorium
medik
Meliputi pemahaman dan pengalaman praktik
dasar layanan laboratorium medik, prosedur kerja
yang benar, praktik laboratorium yang baik (good
laboratory practice), dan melakukan komunikasi
yang efektif baik verbal maupun non-verbal.
Peralatan laboratorium
medik
Meliputi pemahaman tentang jenis, fungsi, cara
penggunaan dan pemeliharaan peralatan
laboratorium medik.
Bahan kerja di laboratorium Meliputi pemahaman tentang jenis-jenis media
medik
dan reagensia/larutan, serta cara pembuatan
bahan-bahan kerja di laboratorium medik.
Penanganan sampel di
laboratorium medik
Meliputi pemahaman tentang jenis spesimen
medis, pengambilan spesimen, dan cara
penanganannya.
D. Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E (kelas X) peserta didik akan mendapatkan gambaran
menyeluruh mengenai program keahlian Teknik Laboratorium Medik, dalam
rangka menumbuhkan renjana (passion), visi (vision), imajinasi, dan
kreativitas untuk merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar.
Capaian pembelajaran setiap elemen-elemen mata pelajaran Dasar-dasar
Teknik Laboratorium Medik dapat diuraikan sebagai berikut.
124
Elemen
Capaian Pembelajaran
Proses bisnis layanan
laboratorium medik
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami proses bisnis secara menyeluruh
bidang layanan laboratorium medik termasuk K3:
dasar-dasar layanan laboratorium medik yang
meliputi penerimaan klien, identifikasi kebutuhan
klien, perencanaan pemberian layanan,
pelaksanaan pemberian layanan, dan evaluasi
pemberian layanan; serta pengelolaan SDM di
fasilitas laboratorium medik.
Perkembangan teknologi
dan isu-isu global di bidang
layanan laboratorium
medik
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami perkembangan teknologi yang
digunakan di bidang layanan laboratorium medik,
mulai dari teknologi konvensional sampai dengan
penggunaan teknologi modern yang sudah
memanfaatkan industri 4.0, serta jenis-jenis
layanan dan fasilitas atau peralatan pelayanan
laboratorium medik.
Profil healthpreneur, job
profile, dan peluang
usaha/bekerja di bidang
layanan laboratorium
medik
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami tentang healthpreneur yang mampu
membaca peluang kerja dan usaha, peluang
pasar, dan peluang kerja/profesi di bidang
layanan laboratorium medik untuk membangun
visi dan passion.
Teknik dasar laboratorium
medik
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami melalui pengalaman praktik dasar
layanan laboratorium medik, prosedur kerja yang
benar, praktik laboratorium yang baik (good
laboratory practice), dan melakukan komunikasi
yang efektif baik verbal maupun non-verbal.
Peralatan laboratorium
medik
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
menjelaskan tentang jenis, fungsi, cara
penggunaan dan pemeliharaan peralatan
laboratorium medik.
Bahan kerja di
laboratorium medik
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
menjelaskan tentang jenis-jenis media dan
reagensia/larutan, serta cara pembuatan bahanbahan kerja di laboratorium medik.
Penanganan sampel di
laboratorium medik
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
menjelaskan tentang jenis spesimen medis,
pengambilan spesimen, dan cara penanganannya.
125
5.3.
CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR TEKNOLOGI FARMASI
A. Rasional
Dasar-Dasar
Teknologi
Farmasi
merupakan
mata
pelajaran
yang
mempelajari tentang cara membuat, mencampur, meracik formulasi,
mengidentifikasi,
mengkombinasi,
menganalisis
dan
membakukan
(standardisasi) obat dan pengobatan, termasuk sifat-sifat, pendistribusian
dan penggunaan obat yang aman sebagai syarat pencapaian kompetensi
lulusan. Program keahlian Teknologi Farmasi dapat menjadi tenaga terampil
dengan kualifikasi operator atau asisten kefarmasian.
Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknologi Farmasi berfungsi sebagai dasar
mata pelajaran kejuruan di kelas XI dan XII dalam kelompok konsentrasi
antara lain farmasi industri dan farmasi klinis. Peserta didik diarahkan
untuk menemukan sendiri berbagai fakta, membangun konsep, dan nilainilai baru secara mandiri. Sehingga peserta didik mampu menumbuhkan
jiwa wirausaha, bekerja dalam jabatan dunia kerja pada bidang farmasi,
serta mendukung untuk melanjutkan ke pendidikan tinggi vokasi dengan
jurusan yang sejenis.
Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknologi Farmasi berkontribusi dalam
membentuk peserta didik menjadi ahli pada bidang teknologi farmasi,
sekaligus bernalar kritis, mandiri dalam hal melakukan pekerjaan
kefarmasian, kreatif dalam menangani permasalahan di lingkungan
sekitarnya, dan adaptif dengan kemajuan abad teknologi di bidang
kefarmasian.
Proses
pembelajaran
Dasar-Dasar
Teknologi
Farmasi
mengintegrasikan muatan sikap yang melatih peserta didik untuk mandiri
dan kreatif sehingga menjadi kekuatan peserta didik untuk bekerja secara
profesional dalam bidang farmasi.
Pembelajaran dapat dilakukan menggunakan berbagai pendekatan, strategi,
metode serta
model yang sesuai dengan karakteristik kompetensi yang
harus dipelajari, sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, kemandirian sesuai dengan bakat, minat, renjana, dan
perkembangan
fisik
serta
psikologis
126
peserta
didik.
Model-model
pembelajaran
yang dapat digunakan antara lain project-based learning,
teaching factory, discovery-based learning, problem-based learning, inquirybased learning, atau model lainnya serta metode yang relevan.
Mata pelajaran ini berkontribusi dalam membentuk peserta didik memiliki
keahlian pada bidang teknologi farmasi, meningkatkan lebih lanjut
kemampuan logika dan teknologi digital (computational thinking), yaitu suatu
cara berpikir yang memungkinkan untuk menguraikan suatu masalah
menjadi beberapa bagian yang lebih kecil dan sederhana, menemukan pola
masalah, serta menyusun langkah-langkah solusi mengatasi masalah.
Penguasaan
membiasakan
kemampuan
peserta
dasar-dasar
didik
bernalar
teknologi
kritis
kefarmasian
dalam
akan
menghadapi
permasalahan, bekerja mandiri, serta kreatif dalam menemukan solusi
permasalahan kehidupan.
B. Tujuan
Tujuan mata pelajaran Dasar-dasar Teknologi Farmasi adalah untuk
membekali peserta didik dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap
(hard skills dan soft skills) meliputi:
1. memahami proses bisnis secara menyeluruh bidang teknologi farmasi;
2. memahami perkembangan teknologi di dunia kerja dan isu-isu global di
dunia industri farmasi dan obat-obatan;
3. mengenal profil pelaku wirausaha bidang teknologi farmasi, peluang
usaha, dan peluang kerja/profesi di bidang teknologi farmasi;
4. memahami teknologi dasar kefarmasian;
5. memahami undang-undang kesehatan; dan
6. memahami tanaman obat beserta fungsi empirisnya.
C. Karakteristik
Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknologi Farmasi berfokus pada kompetensi
bersifat dasar yang harus dimiliki oleh asisten tenaga kesehatan
serta
jabatan lain sesuai dengan perkembangan dunia kerja.
Oleh karena itu, dalam proses pembelajarannya memerlukan ketelitian,
ketekunan dan pemahaman mendalam.
Selain itu, peserta didik diberikan pemahaman tentang proses bisnis,
perkembangan penerapan teknologi dan isu-isu global, profil healthpreneur,
job profile, peluang usaha dan pekerjaan/profesi.
127
Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknologi Farmasi terdiri atas 6 elemen berikut.
Elemen
Deskripsi
Proses bisnis secara
menyeluruh bidang teknologi
farmasi
Meliputi pemahaman tentang proses bisnis
bidang teknologi farmasi secara menyeluruh
pada berbagai industri, penerapan K3LH,
perencanaan produk, mata rantai pasok
(supply chain), logistik, proses produksi pada
industri industri farmasi, penggunaan dan
perawatan peralatan produksi, dan pengelolaan
sumber daya manusia dengan memperhatikan
potensi dan kearifan lokal.
Perkembangan teknologi dan
isu-isu global di dunia
industri farmasi dan obatobatan.
Meliputi pemahaman tentang perkembangan
teknologi dan proses produksi pada industri
farmasi, mulai dari teknologi konvensional
sampai dengan teknologi modern; Industri 4.0,
teknologi digitalisasi di industri, Product Life
Cycle, isu-isu global tentang farmasi dan obatobatan, Waste Control, dan aspek-aspek
ketenagakerjaan.
Profil pelaku healthpreneur
bidang farmasi, peluang
usaha, dan peluang kerja di
bidang teknologi farmasi
Meliputi pemahaman tentang profil pelaku
wirausaha bidang farmasi, peluang pasar dan
usaha farmasi, serta peluang kerja / profesi di
bidang kefarmasian.
Teknologi dasar kefarmasian
Meliputi pemahaman melalui praktik dasar
tentang proses pembuatan obat, mencakup
praktik laboratorium yang baik, praktik dasar
pemilihan obat, klasifikasi obat, dan jenis-jenis
bentuk sediaan obat.
Undang-Undang Kesehatan
Meliputi pemahaman tentang regulasi terkait
CDOB (Cara Distribusi Obat yang Baik), CPOB
(Cara Pembuatan Obat yang Baik), CPOTB
(Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik),
dan PO (Penggolongan Obat).
Tanaman obat
Meliputi pemahaman tentang nama-nama
tanaman obat Indonesia (simplisia) dan fungsi
empirisnya.
D. Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E (kelas X), peserta didik akan mendapatkan gambaran
menyeluruh mengenai program keahlian Teknologi Farmasi, dalam rangka
menumbuhkan renjana (passion), visi (vision), imajinasi, dan kreativitas
untuk
merencanakan
dan
melaksanakan
aktivitas
belajar.
Capaian
pembelajaran pada elemen-elemen mata pelajaran Dasar-Dasar Teknologi
Farmasi dapat diuraikan sebagai berikut.
128
Elemen
Capaian Pembelajaran
Proses bisnis secara
menyeluruh bidang teknologi
farmasi
Pada akhir fase E, peserta didik dapat
memahami proses bisnis pada bidang
teknologi farmasi secara menyeluruh pada
berbagai industri antara lain penerapan
K3LH, perencanaan produk, mata rantai
pasok (Supply Chain), logistik, proses
produksi pada industri industri farmasi,
penggunaan dan perawatan peralatan
produksi, dan pengelolaan sumber daya
manusia dengan memperhatikan potensi
dan kearifan lokal.
Perkembangan teknologi dan
isu-isu global di dunia
industri farmasi dan obatobatan.
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami tentang perkembangan teknologi
dan proses produksi pada industri farmasi,
mulai dari teknologi konvensional sampai
dengan teknologi modern; Industri 4.0,
teknologi digital di industri farmasi, Product
Life Cycle, isu-isu global tentang farmasi dan
obat-obatan, Waste Control, dan aspekaspek ketenagakerjaan.
Profil pelaku healthpreneur
bidang farmasi, peluang
usaha, dan peluang kerja di
bidang teknologi farmasi
Pada akhir fase E, peserta didik dan
menjelaskan tentang profil pelaku wirausaha
di bidang farmasi, peluang pasar dan usaha
farmasi, serta peluang kerja/profesi di
bidang kefarmasian.
Teknologi dasar kefarmasian
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami melalui praktik dasar tentang
proses pembuatan obat, mencakup praktik
laboratorium yang baik, praktik dasar
pemilihan obat, klasifikasi obat, dan jenisjenis bentuk sediaan obat.
Undang-Undang Kesehatan
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
menjelaskan regulasi tentang CDOB (Cara
Distribusi Obat yang Baik), CPOB (Cara
Pembuatan Obat yang Baik), CPOTB (Cara
Pembuatan Obat Tradisional yang Baik), dan
PO (Penggolongan Obat).
Tanaman obat
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
menjelaskan tentang jenis-jenis tanaman
obat Indonesia (simplisia), fungsi empiris
dan cara pengolahannya.
129
5.4.
CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR PEKERJAAN SOSIAL
A. Rasional
Dasar-Dasar Pekerjaan Sosial adalah mata pelajaran yang berisi
kompetensi-kompetensi
yang
mendasari
penguasaan
keahlian
Pekerjaan Sosial pada tingkat selanjutnya, mengajarkan tentang
berbagai muatan kompetensi relevan yang berasal dari psikologi,
komunikasi, sosiologi dan antropologi yang mendukung ilmu
pekerjaan
sosial
serta
langkah-langkah
kerja
dalam
praktik
pekerjaan sosial.
Materi mata pelajaran Dasar-Dasar Pekerjaan Sosial meliputi:
pelaksanaan kegiatan pelayanan sesuai dengan kebutuhan klien,
melakukan pelayanan sosial tanpa diskriminasi, pemahaman
tentang pelayanan prima kepada klien, teknik asesmen kebutuhan
klien, penyusunan tahapan pekerjaan dan proses pelayanan,
pelaksanaan pelayanan, dan evaluasi hasil pelayanan.
Mata pelajaran ini berkontribusi dalam membentuk peserta didik
memiliki keahlian pada bidang pekerjaan sosial, meningkatkan lebih
lanjut kemampuan berpikir kritis dengan menguraikan suatu
masalah menjadi beberapa bagian yang lebih kecil dan sederhana,
menemukan pola masalah, serta menyusun langkah-langkah solusi
mengatasi
masalah.
Penguasaan
kemampuan
dasar-dasar
pekerjaan sosial akan membiasakan peserta didik bernalar kritis
dalam menghadapi permasalahan, bekerja mandiri, serta kreatif
dalam menemukan solusi permasalahan kehidupan.
Pembelajaran dapat dilakukan menggunakan berbagai pendekatan,
strategi, metode serta
model yang sesuai dengan karakteristik
kompetensi yang harus dipelajari, sehingga dapat menciptakan
pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi
peserta
didik
memberikan
ruang
yang
kemandirian
sesuai
untuk
cukup
dengan
berpartisipasi
bagi
bakat,
aktif,
prakarsa,
minat,
serta
kreativitas,
renjana,
dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Model-model
pembelajaran
yang dapat digunakan antara lain project-based
learning, teaching factory, discovery-based learning, problem-based
130
learning, inquiry-based learning, atau model lainnya serta metode
yang relevan.
Melalui lingkup materi tersebut diharapkan dapat membentuk
peserta didik menjadi pribadi yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, memiliki akhlak yang baik kepada sesama,
mandiri, berpikir kritis, dan kreatif.
B. Tujuan
Mata pelajaran Dasar-Dasar Pekerjaan Sosial bertujuan untuk
membekali peserta didik dengan pengetahuan, keterampilan, dan
sikap (hard skill dan soft skill ) meliputi:
1. memahami proses bisnis atau pengelolaan secara menyeluruh
mengenai layanan pekerja sosial yang meliputi: penerimaan klien,
identifikasi kebutuhan klien, perencanaan pemberian layanan,
pelaksanaan pemberian layanan, evaluasi pemberian layanan;
2. memahami
perkembangan
jenis-jenis
layanan
sosial
serta
perkembangan teknologi fasilitas dan peralatan pelayanan sosial;
3. memahami profil filantropi dan lembaga-lembaga sosial;
4. memahami teknik dasar layanan pekerja sosial dengan layanan
prima; dan
5. menggunakan alat wawancara, observasi, dan dokumentasi.
C. Karakteristik
Mata pelajaran Dasar-Dasar Pekerjaan Sosial berfokus pada
kompetensi bersifat dasar yang harus dimiliki oleh tenaga asisten
pekerja sosial dan jabatan lain sesuai dengan perkembangan dunia
kerja.
Oleh karena itu, dalam proses pembelajarannya memerlukan
kesabaran, keramahan, dan kebersihan serta atensi sebagai bekal
dalam pemberian layanan.
Selain itu, peserta didik diberikan pemahaman tentang proses
bisnis, perkembangan penerapan teknologi dan isu-isu global, profil
filantropi, job profile, peluang usaha dan pekerjaan/profesi
131
Mata pelajaran Dasar-Dasar Pekerjaan Sosial
meliputi elemen
sebagai berikut.
Elemen
Deskripsi
Proses bisnis layanan
pekerjaan sosial
Meliputi pemahaman tentang proses bisnis
pada bidang pekerjaan sosial termasuk
penerapan K3, penerimaan klien,
identifikasi kebutuhan klien, perencanaan
pemberian layanan, pelaksanaan
pemberian layanan, evaluasi pemberian
layanan.
Perkembangan teknologi
layanan, fasilitas dan
peralatan pelayanan sosial
Meliputi pemahaman tentang
perkembangan teknologi pada pekerjaan
sosial mulai dari teknologi konvensional
sampai kepada teknologi revolusi industri
4.0, perkembangan jenis-jenis pelayanan
sosial, serta perkembangan fasilitas dan
peralatan pelayanan sosial.
Profil filantropi dan
lembaga-lembaga sosial
Meliputi pemahaman tentang profil pelaku
filantropi, job profile, peluang usaha dan
peluang kerja/profesi di bidang layanan
pekerjaan sosial.
Teknik dasar layanan
pekerja sosial dengan
layanan prima.
Meliputi pemahaman melalui praktik dasar
layanan sosial melalui komunikasi verbal
dan non verbal, observasi sederhana, dan
dokumentasi.
Alat wawancara, observasi,
dan dokumentasi
Meliputi pemahaman tentang penyusunan
pedoman wawancara, pelaksanaan
observasi, dan pembuatan dokumentasi
secara sederhana sesuai dengan tempat
observasi dengan mempergunakan
komunikasi yang efektif.
D. Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E (kelas X), peserta didik akan mendapatkan
gambaran menyeluruh mengenai program keahlian Pekerjaan Sosial
untuk menumbuhkan renjana (passion), visi (vision), imajinasi, dan
kreativitas dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas
belajar. Capaian pembelajaran setiap elemen mata pelajaran DasarDasar Pekerjaan Sosial dapat diuraikan sebagai berikut.
Elemen
Proses bisnis layanan
pekerjaan sosial
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami tentang proses bisnis pada
bidang pekerjaan sosial termasuk
penerapan K3, penerimaan klien,
132
Elemen
Capaian Pembelajaran
identifikasi kebutuhan klien, perencanaan
pemberian layanan, pelaksanaan
pemberian layanan, evaluasi pemberian
layanan.
Perkembangan teknologi
layanan, fasilitas dan
peralatan pelayanan sosial
Pada akhir fase E, peserta didik memahami
tentang perkembangan teknologi pada
pekerjaan sosial mulai dari teknologi
konvensional sampai kepada teknologi
revolusi industri 4.0, perkembangan jenisjenis pelayanan sosial, serta perkembangan
fasilitas dan peralatan pelayanan sosial.
Profil filantropi dan
lembaga-lembaga sosial
Pada akhir fase E, peserta didik dapat
menjelaskan tentang profil pelaku
filantropi, job profile, peluang usaha dan
peluang kerja/profesi di bidang layanan
pekerjaan sosial.
Teknik dasar layanan
pekerja sosial dengan
layanan prima.
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami melalui praktik dasar layanan
sosial melalui komunikasi verbal dan non
verbal, observasi sederhana, dan
dokumentasi.
Alat wawancara, observasi,
dan dokumentasi
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami penyusunan pedoman
wawancara, pelaksanaan observasi, dan
pembuatan dokumentasi secara sederhana
sesuai dengan tempat observasi dengan
mempergunakan komunikasi yang efektif.
133
6.1. CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR AGRIBISNIS TANAMAN
A. Rasional
Dasar-Dasar Agribisnis Tanaman merupakan mata pelajaran yang
berisi kompetensi yang mendasari penguasaan agribisnis tanaman,
yaitu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau
keseluruhan mata rantai produksi, pengelolaan, dan pemasaran hasil
produksi tanaman. Mata pelajaran ini, menjadi landasan bagi peserta
didik untuk mendalami agribisnis tanaman secara utuh pada
konsentrasi produksi tanaman pangan, hortikultura, perkebunan
untuk konsumsi, dan benih (perbenihan). Tanaman merupakan
komponen utama dalam ekosistem, sehingga penting dipelajari guna
menjaga ketahanan pangan secara berkelanjutan dalam menghadapi
perubahan iklim global.
Fungsi mata pelajaran Dasar-Dasar Agribisnis Tanaman untuk
menumbuh-kembangkan kebanggaan pada peserta didik dalam
melakukan proses agribisnis tanaman sebagai generasi muda
penerus pertanian dengan menjadi agripreneur muda dan atau
bekerja di industri produksi tanaman, setelah belajar pada program
keahlian
Agribisnis
Tanaman.
Selain
itu,
sebagai
landasan
pengetahuan dan keterampilan untuk mengembangkan kompetensi
produksi tanaman pada pembelajaran konsentrasi keahlian di kelas
XI dan XII.
Pembelajaran mata pelajaran ini dapat dilakukan menggunakan
berbagai pendekatan, strategi, metode serta
model yang sesuai
dengan karakteristik kompetensi yang harus dipelajari. Pembelajaran
tersebut harus
dapat menciptakan pembelajaran yang interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik
untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai dengan bakat, minat,
renjana, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Model-model pembelajaran yang dapat digunakan antara lain projectbased learning, teaching factory, discovery-based learning, problembased learning, inquiry-based learning, atau model lainnya serta
metode yang relevan.
Mata pelajaran Dasar-Dasar Agribisnis Tanaman berkontribusi
dalam membangun kemampuan dasar peserta didik menjadi pribadi
134
yang menguasai keahlian agribisnis tanaman dengan memegang
teguh iman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia terhadap manusia dan alam, bernalar kritis, mandiri, kreatif,
komunikatif,
kolaboratif,
dan
adaptif terhadap
perkembangan
teknologi dan lingkungan.
B. Tujuan
Mata pelajaran Dasar-Dasar Agribisnis Tanaman bertujuan untuk
membekali
peserta
didik
dengan
sikap,
pengetahuan,
dan
keterampilan (hard skill dan soft skill) meliputi:
1. memahami proses bisnis secara menyeluruh di bidang agribisnis
tanaman;
2. memahami perkembangan teknologi produksi tanaman dan isuisu global terkait dengan ketahanan pangan, perubahan iklim,
dan
pertanian
berkelanjutan
dalam
rangka
pelestarian
ekosistem;
3. memahami agripreneur, profesi, job profile, dan peluang usaha
dan bekerja di bidang agribisnis tanaman;
4. memahami penerapan teknis dasar proses produksi tanaman
secara taat asas, taat prosedur, dan presisi dengan menerapkan
K3; dan
5. memahami manajemen/pengelolaan secara menyeluruh
proses
kegiatan produksi tanaman.
C. Karakteristik
Pada hakikatnya mata pelajaran Dasar-Dasar Agribisnis Tanaman
berfokus pada kompetensi bersifat dasar yang harus dimiliki oleh
generasi muda penerus pertanian dengan menjadi agripreneur muda
dan atau bekerja di industri produksi tanaman sesuai dengan
perkembangan dunia kerja.
Selain itu peserta didik diberikan pemahaman tentang proses
bisnis, penerapan teknologi dan isu-isu global, profil entrepreneur,
job profile, peluang usaha dan pekerjaan/profesi.
Mata pelajaran Dasar-dasar Agribisnis Tanaman meliputi elemen
sebagai berikut.
135
Elemen
Deskripsi
Proses bisnis secara
Meliputi pemahaman proses bisnis secara
menyeluruh di bidang agribisnis menyeluruh manajemen produksi bidang
tanaman
agribisnis tanaman, antara lain penerapan
K3LH, perencanaan produk, mata rantai pasok
(Supply Chain), logistik, proses produksi,
penggunaan dan perawatan peralatan di bidang
agribisnis tanaman, serta pengelolaan sumber
daya manusia dengan memperhatikan potensi
dan kearifan lokal.
Perkembangan teknologi
produksi dan isu-isu global
terkait dengan agribisnis dan
industri tanaman
Meliputi pemahaman tentang perkembangan
proses produksi tanaman secara konvensional
sampai modern, pertanian perkotaan (urban
farming), alat dan mesin pertanian dari yang
konvensional sampai yang otomatis dan berbasis
IOT, smart farming dan isu pemanasan global,
perubahan iklim, ketersediaan pangan global,
regional dan lokal, sustainable farming
(pertanian berkelanjutan), serta penerapan
bioteknologi dalam pertanian.
Agripreneur, peluang usaha dan Meliputi pemahaman tentang profil agripreneur
yang mampu membaca peluang pasar dan
pekerjaan/profesi di bidang
agribisnis tanaman
usaha, profesi pemroduksi tanaman (petani)
dalam rangka menumbuhkan jiwa wirausaha,
serta peluang usaha dan peluang bekerja di
bidang agribisnis tanaman.
Teknis dasar proses produksi
tanaman
Meliputi pemahaman tentang pembiakan
tanaman, persiapan tanam, pemeliharaan
tanaman, panen dan penanganan pasca panen,
pengemasan, dan distribusi produk hasil panen.
Faktor-faktor yang berpengaruh Meliputi pemahaman tentang faktor-faktor yang
berpengaruh kepada proses produksi tanaman:
terhadap proses produksi
faktor edafik, climatic, genetic, biotik, dan pirik.
tanaman
Pembiakan tanaman
Meliputi pemahaman tentang pembiakan
tanaman secara generatif dan vegetatif, baik
konvensional maupun modern.
Pengelolaan menyeluruh proses Meliputi pemahaman tentang penerapan dan
produksi tanaman
pengelolaan K3, pengelolaan lahan, sumber daya
alam pendukung, sumber daya manusia,
produksi tanaman berkelanjutan, limbah dengan
prinsip 8R (Rethink, Reduce, Reuse, Refurbish,
Repair, Repurpose, dan Recycle), kelembagaan
pada rantai produksi dan pasar, serta
pelestarian kearifan lokal.
D. Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E (kelas X), peserta didik akan mendapatkan
gambaran
mengenai
agribisnis
tanaman
sehingga
mampu
menumbuhkan passion dan vision untuk merencanakan dan
melaksanakan aktivitas belajar.
Pada aspek hard skills peserta didik akan mampu memahami elemen136
elemen kompetensi pada mata pelajaran Dasar-Dasar Agribisnis
Tanaman sebagai berikut.
Elemen
Capaian Pembelajaran
Proses bisnis secara
menyeluruh di bidang
agribisnis tanaman
Pada akhir fase E, peserta didik dapat
memahami proses bisnis secara menyeluruh
manajemen produksi bidang agribisnis tanaman,
antara lain penerapan K3LH, perencanaan
produk, mata rantai pasok (Supply Chain),
logistik, proses produksi, penggunaan dan
perawatan peralatan di bidang agribisnis
tanaman, serta pengelolaan sumber daya
manusia dengan memperhatikan potensi dan
kearifan lokal.
Perkembangan teknologi
produksi dan isu-isu global
terkait dengan agribisnis dan
industri tanaman
Pada akhir fase E, peserta didik dapat
memahami perkembangan proses produksi
tanaman secara konvensional sampai modern,
pertanian perkotaan (urban farming), alat dan
mesin pertanian dari yang konvensional sampai
yang otomatis dan berbasis IOT, smart farming
dan isu pemanasan global, perubahan iklim,
ketersediaan pangan global, regional dan lokal,
sustainable farming (pertanian berkelanjutan),
serta penerapan bioteknologi dalam pertanian.
Agripreneur, peluang usaha
dan pekerjaan/profesi di
bidang agribisnis tanaman
Pada akhir fase E, peserta didik dapat
menjelaskan tentang profil agripreneur yang
mampu membaca peluang pasar dan usaha,
profesi pemroduksi tanaman (petani) dalam
rangka menumbuhkan jiwa wirausaha, serta
peluang usaha dan peluang bekerja di bidang
agribisnis tanaman.
Teknis dasar proses produksi
tanaman
Pada akhir fase E, peserta didik dapat
menjelaskan tentang pembiakan tanaman,
persiapan tanam, pemeliharaan tanaman, panen
dan penanganan pasca panen, pengemasan, dan
distribusi produk hasil panen.
Faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap proses
produksi tanaman
Pada akhir fase E, peserta didik dapat
menjelaskan tentang faktor-faktor yang
berpengaruh kepada proses produksi tanaman:
faktor edafik, climatic, genetic, biotik, dan pirik.
Pembiakan tanaman
Pada akhir fase E, peserta didik dapat
menjelaskan tentang pembiakan tanaman secara
generatif dan vegetatif, baik konvensional
maupun modern.
Pengelolaan menyeluruh
proses produksi tanaman
Pada akhir fase E, peserta didik dapat
memahami penerapan dan pengelolaan K3,
pengelolaan lahan, sumber daya alam
pendukung, sumber daya manusia, produksi
tanaman berkelanjutan, limbah dengan prinsip
8R (Rethink, Reduce, Reuse, Refurbish, Repair,
Repurpose, dan Recycle), kelembagaan pada
rantai produksi dan pasar, serta pelestarian
kearifan lokal.
137
6.2
CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR AGRIBISNIS TERNAK
A. Rasional
Dasar-Dasar Agribisnis Ternak adalah mata pelajaran dasar pada
program keahlian Agribisnis Ternak, merupakan mata pelajaran
prasyarat bagi mata pelajaran kejuruan pada program keahlian
Agribisnis Ternak.
Mata pelajaran ini berisi kemampuan yang mendasari penguasaan
keahlian Agribisnis Ternak agar peserta didik mampu berpikir
ilmiah, bersikap positif, dan berketerampilan sesuai standar
kompetensi yang dibutuhkan, mampu menemukan berbagai fakta,
membangun konsep, dan nilai-nilai baru secara mandiri. Mata
pelajaran ini menjadi dasar bagi peserta didik memahami proses
Agribisnis
Ternak
yang
meliputi:
menyiapkan
kandang,
mengoperasikan peralatan farm, mengidentifikasi bibit ternak,
membuat dan memberikan pakan, memelihara ternak, menjaga
kesehatan hewan, mengelola recording farm, memanen dan
memasarkan hasil panen sesuai standar. Mata pelajaran ini juga
membekali peserta didik mampu mengaplikasikan dasar-dasar
pemeliharaan ternak dalam berwirausaha dan/atau bekerja pada
jabatan-jabatan di dunia usaha bidang peternakan.
Mata pelajaran ini harus dipahami oleh peserta didik sebelum
mempelajari mata pelajaran lain pada program keahlian Agribisnis
Ternak, agar mereka ahli di bidang peternakan sekaligus bernalar
kritis, mandiri, kreatif, dan adaptif. Selain itu, mata pelajaran ini juga
memberikan wawasan bagi peserta didik tentang isu-isu global
terkait dengan ketahanan pangan, perubahan iklim, dan kelestarian
ekosistem.
Setelah mempelajari mata pelajaran ini diharapkan peserta didik
akan termotivasi untuk terus belajar dan mempelajari lebih lanjut
tentang agribisnis peternakan yang akan dipelajari di kelas XI dan
XII. Peserta didik juga diharapkan akan mampu mengembangkan
secara mandiri usaha agribisnis peternakan, atau dapat berkiprah di
dunia kerja sesuai tuntutan dan kebutuhan perkembangan industri
peternakan.
Pembelajaran mata pelajaran ini dapat dilakukan menggunakan
berbagai pendekatan, strategi, metode serta
model yang sesuai
dengan karakteristik kompetensi yang harus dipelajari. Pembelajaran
138
tersebut harus
dapat menciptakan pembelajaran yang interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik
untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai dengan bakat, minat,
renjana, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Model-model pembelajaran yang dapat digunakan antara lain projectbased learning, teaching factory, discovery-based learning, problembased learning, inquiry-based learning, atau model lainnya serta
metode yang relevan.
Mata pelajaran Dasar-dasar Agribisnis Ternak ini berkontribusi
dalam membangun kemampuan dasar peserta didik menjadi pribadi
yang menguasai keahlian agribisnis ternak dengan memegang teguh
iman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia
terhadap manusia dan alam, bernalar kritis, mandiri, kreatif,
komunikatif dan adaptif terhadap lingkungan.
B. Tujuan
Mata pelajaran Dasar-Dasar Agribisnis bertujuan untuk membekali
peserta
didik
dengan
dengan
dasar-dasar
pengetahuan,
keterampilan, dan sikap baik soft skills maupun hard skills sehingga
memiliki pemahaman yang utuh (komprehensif) tentang Program
Keahlian
Agribisnis
Ternak
setelah
menyelesaikan
proses
pembelajaran, meliputi:
1. memahami profil dan proses bisnis industri bidang agribisnis
ternak;
2. memahami perkembangan teknologi dan isu-isu global terkait
bidang agribisnis ternak;
3. memahami agripreneur, lapangan kerja, dan peluang usaha di
bidang agribisnis ternak;
4. memahami proses-proses dasar pekerjaan bidang peternakan;
dan
5. memahami penanganan komoditas ternak sesuai prosedur
Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan Hidup (K3LH).
139
C. Karakteristik
Pada hakikatnya mata pelajaran Dasar-Dasar Agribisnis Ternak
berfokus pada kompetensi bersifat dasar yang harus dimiliki oleh
generasi muda penerus agribisnis peternakan dengan menjadi
agripreneur muda dan atau bekerja di industri peternakan sesuai
dengan perkembangan dunia kerja.
Selain itu peserta didik diberikan pemahaman tentang proses
bisnis, perkembangan penerapan teknologi dan isu-isu global, profil
entrepreneur, job profile, peluang usaha dan pekerjaan/profesi.
Mata pelajaran Dasar-Dasar Agribisnis Ternak meliputi elemen
sebagai berikut.
Elemen
Deskripsi
Meliputi pemahaman proses bisnis
secara menyeluruh manajemen
produksi bidang agribisnis ternak,
antara lain penerapan K3LH,
perencanaan produk, mata rantai
pasok (Supply Chain), logistik,
proses produksi, penggunaan dan
perawatan peralatan di bidang
agribisnis ternak, serta
pengelolaan sumber daya manusia
dengan memperhatikan potensi
dan kearifan lokal.
Proses bisnis secara
menyeluruh di bidang
agribisnis ternak
Perkembangan teknologi
produksi dan isu-isu global
terkait dengan agribisnis dan
industri ternak
Meliputi pemahaman tentang
teknologi peternakan seperti
perkembangan bioteknologi,
otomatisasi, aplikasi digitalisasi dan
internet of things (IoT), serta isu-isu
pemanasan global, perubahan iklim,
ketersediaan pangan global, regional
dan lokal, pertanian berkelanjutan,
sistem kelembagaan pada rantai
produksi dan pasar, dan limbah
dengan prinsip 8R (Rethink, Refuse,
Reuse, Refurbish, Repair, Repurpose,
Recycle).
Agripreneur, peluang usaha
dan pekerjaan/profesi di
bidang agribisnis ternak
Meliputi pemahaman tentang profil
agripreneur yang mampu membaca
peluang pasar dan usaha, profesi
pemroduksi ternak (petani ternak)
dalam rangka menumbuhkan jiwa
wirausaha, serta peluang usaha dan
peluang bekerja di bidang agribisnis
ternak.
140
Elemen
Deskripsi
Proses-proses dasar pada
agribisnis ternak
Meliputi pemahaman tentang konsep,
prinsip dan prosedur peternakan
(pembibitan, pakan, perkandangan,
kesehatan ternak, pemeliharaan,
pemanenan dan pemasaran).
Penanganan komoditas
peternakan sesuai prosedur
Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3)
Meliputi pemahaman tentang
pengidentikasian karakteristik dan
penanganan komoditas peternakan
untuk disimpan, dikonsumsi, atau
diproses lebih lanjut menjadi produk
olahan setengah jadi, atau produk jadi
dengan menerapkan prinsip dan
prosedur K3.
D. Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E (kelas X), peserta didik akan mendapatkan
gambaran yang utuh mengenai program keahlian Agribisnis Ternak
sehingga mampu menumbuhkan kebanggaan, harapan besar,
passion dan vision untuk merencanakan dan melaksanakan aktivitas
belajar. Pada akhir fase E, rumusan capaian pembelajaran dari
masing-masing elemen pembelajaran sebagai berikut.
Elemen
Capaian Pembelajaran
Proses bisnis secara
menyeluruh di bidang
agribisnis ternak
Pada akhir fase E, peserta didik
mampu memahami tentang proses
bisnis secara menyeluruh manajemen
produksi bidang agribisnis ternak,
antara lain penerapan K3LH,
perencanaan produk, mata rantai
pasok (Supply Chain), logistik, proses
produksi, penggunaan dan perawatan
peralatan di bidang agribisnis ternak,
serta pengelolaan sumber daya
manusia dengan memperhatikan
potensi dan kearifan lokal.
Perkembangan teknologi
produksi dan isu-isu global
terkait dengan agribisnis
dan industri ternak
Pada akhir fase E, peserta didik
mampu memahami tentang teknologi
peternakan seperti perkembangan
bioteknologi, otomatisasi, aplikasi
digitalisasi dan internet of things (IoT),
serta isu-isu pemanasan global,
perubahan iklim, ketersediaan pangan
global, regional dan lokal, pertanian
berkelanjutan, sistem kelembagaan
pada rantai produksi dan pasar, dan
limbah dengan prinsip 8R (Rethink,
Refuse, Reuse, Refurbish, Repair,
Repurpose, Recycle).
141
Elemen
Agripreneur, peluang usaha
dan pekerjaan/profesi di
bidang agribisnis ternak
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E, peserta didik
mampu menjelaskan tentang profil
agripreneur yang mampu membaca
peluang pasar dan usaha, profesi
pemroduksi ternak (petani ternak)
dalam rangka menumbuhkan jiwa
wirausaha,
serta peluang usaha dan peluang
bekerja di bidang agribisnis ternak.
Proses-proses dasar pada
agribisnis ternak
Pada akhir fase E, peserta didik
mampu menjelaskan tentang konsep,
prinsip dan prosedur peternakan
(pembibitan, pakan, perkandangan,
kesehatan ternak, pemeliharaan,
pemanenan dan pemasaran).
Penanganan komoditas
peternakan sesuai prosedur
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3)
Pada akhir fase E, peserta didik
mampu menjelaskan tentang
pengidentikasian karakteristik dan
penanganan komoditas peternakan
untuk disimpan, dikonsumsi, atau
diproses lebih lanjut menjadi produk
olahan setengah jadi, atau produk
jadi dengan menerapkan prinsip dan
prosedur K3.
142
6.3
CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR AGRIBISNIS PERIKANAN
A.
Rasional
Dasar-Dasar Agribisnis Perikanan merupakan mata pelajaran yang
berisi kemampuan yang mendasari penguasaan keahlian agribisnis
perikanan. Mata pelajaran ini berfungsi membekali kemampuan agar
peserta didik berfikir ilmiah, bersikap positif dan berketerampilan
sesuai standar kompetensi yang dibutuhkan. Peserta didik diarahkan
untuk menemukan berbagai fakta, membangun konsep, dan nilainilai baru secara mandiri.
Mata pelajaran Dasar-Dasar Agribisnis Perikanan harus dipahami
oleh peserta didik sebelum mempelajari mata pelajaran lain pada
program keahlian Agribisnis Perikanan lebih lanjut dan berkontribusi
memampukan peserta didik menjadi ahli di bidang budidaya ikan,
sekaligus bernalar kritis, mandiri, kreatif dan adaptif. Mata pelajaran
ini
juga
merupakan
pembelajaran
dasar
untuk
memahami
penerapan bioteknologi dan teknologi budidaya pada kegiatan
budidaya perikanan, agar peserta didik dapat mengembangkan
kreativitas
dalam
meningkatkan
hasil
produksi
komoditas
perikanan.
Setelah mempelajari mata pelajaran ini diharapkan peserta didik
termotivasi untuk terus mempelajari lebih lanjut tentang agribisnis
perikanan secara utuh di kelas XI dan XII, hingga mampu
mengembangkan secara mandiri usaha agribisnis perikanan, atau
dapat berkiprah di dunia kerja sesuai tuntutan dan kebutuhan
industri agribisnis perikanan.
Agribisnis perikanan adalah industri yang berbasis budidaya
perairan, berperan penting dalam penyediaan bahan pangan, pakan,
dan produk lain yang bersumber dari hasil perikanan. Pada mata
pelajaran ini juga membahas isu-isu global tentang ketahanan
pangan, perubahan iklim dan kelestarian ekosistem.
Pembelajaran mata pelajaran ini dapat dilakukan menggunakan
berbagai pendekatan, strategi, metode serta
model yang sesuai
dengan karakteristik kompetensi yang harus dipelajari. Pembelajaran
tersebut harus
dapat menciptakan pembelajaran yang interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik
143
untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai dengan bakat, minat,
renjana, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Model-model pembelajaran yang dapat digunakan antara lain projectbased learning, teaching factory, discovery-based learning, problembased learning, inquiry-based learning, atau model lainnya serta
metode yang relevan.
Mata
pelajaran
Dasar-Dasar
Agribisnis
Perikanan
juga
berkontribusi dalam membangun kemampuan dasar peserta didik
menjadi pribadi yang menguasai keahlian agribisnis perikanan
yang memegang teguh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia terhadap sesama manusia dan alam, bernalar
kritis,
mandiri,
kreatif,
komunikatif
dan
adaptif
terhadap
lingkungan.
B.
Tujuan
Mata pelajaran Dasar-dasar Agribisnis Perikanan bertujuan untuk
membekali peserta didik dengan pengetahuan, keterampilan, dan
sikap (soft skills dan hard skills) meliputi:
1. memahami proses bisnis secara menyeluruh di bidang
agribisnis perikanan;
2. memahami
perkembangan
teknologi
industri
agribisnis
perikanan dan isu-isu global terkait dengan ketahanan
pangan, perubahan iklim, dan pertanian berkelanjutan dalam
rangka pelestarian ekosistem;
3. memahami agripreneur, profesi, job profile, dan peluang usaha
dan bekerja di bidang agribisnis perikanan;
4. memahami karakteristik komoditas perikanan;
5. memahami manajemen kegiatan agribisnis perikanan;
6. memahami teknis dasar produksi budidaya perikanan; dan
7. Memahami dasar analisa usaha dan pemasaran.
C.
Karakteristik
Mata pelajaran Dasar-Dasar Agribisnis Perikanan harus dipahami
peserta didik program keahlian Agribisnis Perikanan, mencakup
144
komoditas perikanan budidaya seperti ikan bersirip (finfish),
moluska (kekerangan), crustacea (udang dan kepiting) maupun
rumput laut, pemahaman tentang tentang potensi, profil dan
profesi di industri agribisnis perikanan, sistem teknologi budidaya,
prinsip ekologi perairan dan isu-isu global bidang budidaya
perikanan,
karakteristik
komoditas
perikanan,
teknis
dasar
produksi budidaya perikanan, pengenalan analisis usaha dan
pemasaran.
Pada hakikatnya mata pelajaran Dasar-Dasar Agribisnis Perikanan
berfokus pada kompetensi bersifat dasar yang harus dimiliki oleh
generasi
muda
penerus
usaha
perikanan
dengan
menjadi
agripreneur muda dan atau bekerja di industri perikanan sesuai
dengan perkembangan dunia kerja.
Selain itu peserta didik diberikan pemahaman tentang proses
bisnis, perkembangan penerapan teknologi dan isu-isu global, profil
entrepreneur, job profile, peluang usaha dan pekerjaan/profesi.
Mata pelajaran Dasar-Dasar Agribisnis Perikanan meliputi elemen
sebagai berikut.
Elemen
Deskripsi
Proses bisnis secara
menyeluruh di bidang
agribisnis perikanan
Meliputi pemahaman proses bisnis
secara menyeluruh industri agribisnis
perikanan antara lain tentang
perbenihan, pembesaran, pemanenan,
dan perlakuan pasca panen; penerapan
K3LH, perencanaan produk, mata
rantai pasok (Supply Chain), logistik,
proses produksi, penggunaan dan
perawatan peralatan di bidang
agribisnis perikanan, serta pengelolaan
sumber daya manusia dengan
memperhatikan potensi dan kearifan
lokal.
Perkembangan sistem
teknologi, ekologi
perairan dan isu-isu
global di bidang
agribisnis perikanan
ramah lingkungan
Meliputi perkembangan sistem
teknologi dan budidaya ramah
lingkungan yaitu bioteknologi,
otomatisasi, digitalisasi, Internet of
Things (IoT), ekologi perairan dan isuisu global terkait perkembangan
agribisnis perikanan seperti
environment-friendly aquaculture, smart
farming, pemanasan global, perubahan
iklim, ketersediaan pangan global,
regional dan lokal, serta sustainable
farming (pertanian berkelanjutan).
145
Elemen
D.
Deskripsi
Agripreneur, peluang
usaha dan
pekerjaan/profesi di
bidang agribisnis
perikanan
Meliputi pemahaman tentang profil
agripreneur yang mampu membaca
peluang pasar dan usaha, profesi
pemroduksi ikan (petani ikan) dalam
rangka menumbuhkan jiwa wirausaha,
serta peluang usaha dan peluang
bekerja di bidang agribisnis perikanan.
Teknis dasar budidaya
perikanan
Meliputi pemahaman melalui praktik
terbatas proses produksi budidaya
perikanan sesuai K3LH, persiapan
produksi budidaya perikanan dasar,
pemeliharaan ikan dasar, manajemen
pakan alami dan buatan dasar,
manajemen kualitas air dan hama
penyakit ikan dasar, panen dan
penanganan pasca panen dasar,
pengemasan dan distribusi produk
dasar.
Karakteristik komoditas
perikanan
Meliputi pemahaman tentang
karakteristik komoditas perikanan
yaitu morfologi, anatomi serta sistem
fisiologis pada berbagai komoditas
perikanan, seperti ikan bersirip
(finfish), kekerangan (moluska),
udang/kepiting/rajungan (crustacea),
dan rumput laut.
Manajemen kegiatan
agribisnis perikanan
Meliputi pemahaman tentang
manajemen kegiatan agribisnis
perikanan yaitu pengelolaan sumber
daya alam dasar, pengelolaan sumber
daya manusia, alur produksi perikanan
yang berkelanjutan, pengelolaan
limbah dengan prinsip 8R (Rethink,
Refuse, Reuse, Refurbish, Repair,
Repurpose, Recycle), serta pelestarian
kearifan lokal, Kesehatan, Keselamatan
Kerja dan Lingkungan Hidup (K3LH),
Pengenalan analisa
usaha dan pemasaran
Meliputi pemahaman tentang
perhitungan dasar analisa usaha,
survei pasar, pengidentifikasian produk
perikanan, pengidentifikasian jenisjenis pasar, pengenalan profil (biografi)
pengusaha, pengidentifikasian jenisjenis usaha, pengenalan rantai pasok
dan permintaan, dan pengenalan
tentang peningkatan nilai tambah
suatu produk.
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E (kelas X), peserta didik akan mendapatkan
gambaran menyeluruh mengenai program keahlian Agribisnis
Perikanan dalam rangka menumbuhkan renjana (passion), visi
(vision), imajinasi, dan kreativitas untuk merencanakan dan
melaksanakan aktivitas belajar. Capaian pembelajaran pada
elemen-elemen mata pelajaran Dasar-Dasar Agribisnis Perikanan
146
adalah sebagai berikut.
Elemen
Capaian Pembelajaran
Proses bisnis secara
menyeluruh di bidang
agribisnis tanaman
Pada akhir fase E, peserta didik
mampu memahami proses bisnis
secara menyeluruh industri agribisnis
perikanan antara lain tentang
perbenihan, pembesaran, pemanenan,
dan perlakuan pasca panen; penerapan
K3LH, perencanaan produk, mata
rantai pasok (Supply Chain), logistik,
proses produksi, penggunaan dan
perawatan peralatan di bidang
agribisnis perikanan, serta pengelolaan
sumber daya manusia dengan
memperhatikan potensi dan kearifan
lokal.
Perkembangan sistem
teknologi, ekologi
perairan dan isu-isu
global di bidang
agribisnis perikanan
ramah lingkungan
Pada akhir fase E, peserta didik
mampu menjelaskan perkembangan
sistem teknologi dan budidaya ramah
lingkungan yaitu bioteknologi,
otomatisasi, digitalisasi, Internet of
Thing (IoT), ekologi perairan dan isu-isu
global terkait perkembangan agribisnis
perikanan seperti environment-friendly
aquaculture, smart farming, pemanasan
global, perubahan iklim, ketersediaan
pangan global, regional dan lokal, serta
sustainable farming (pertanian
berkelanjutan).
Agripreneur, peluang
usaha dan
pekerjaan/profesi di
bidang agribisnis
perikanan
Pada akhir fase E, peserta didik
mampu menjelaskan tentang profil
agripreneur yang mampu membaca
peluang pasar dan usaha, profesi
pemroduksi ikan (petani ikan) dalam
rangka menumbuhkan jiwa wirausaha,
serta peluang usaha dan peluang
bekerja di bidang agribisnis perikanan.
Teknis dasar budidaya
perikanan
Pada akhir fase E, peserta didik
mampu memahami melalui praktik
terbatas tentang proses produksi
budidaya perikanan sesuai K3LH,
persiapan produksi budidaya
perikanan dasar, pemeliharaan ikan
dasar, manajemen pakan alami dan
buatan dasar, manajemen kualitas air
dan hama penyakit ikan dasar, panen
dan penanganan pasca panen dasar,
pengemasan dan distribusi produk
dasar.
Karakteristik komoditas
perikanan
Pada akhir fase E, peserta didik
mampu memahami tentang
karakteristik komoditas perikanan
yaitu morfologi, anatomi serta sistem
fisiologis pada berbagai komoditas
perikanan, seperti ikan bersirip
(finfish), kekerangan (moluska),
udang/kepiting/rajungan (crustacea),
dan rumput laut.
147
Elemen
Capaian Pembelajaran
Manajemen kegiatan
agribisnis perikanan
Pada akhir fase E, peserta didik
mampu memahami tentang
manajemen kegiatan agribisnis
perikanan yaitu pengelolaan sumber
daya alam dasar, pengelolaan sumber
daya manusia, alur produksi perikanan
yang berkelanjutan, pengelolaan
limbah dengan prinsip 8R (Rethink,
Refuse, Reuse, Refurbish, Repair,
Repurpose, Recycle), serta pelestarian
kearifan lokal, keselamatan, Kesehatan
Kerja dan Lingkungan Hidup (K3LH).
Pengenalan analisa
usaha dan pemasaran
Pada akhir fase E, peserta didik
mampu memahami tentang
perhitungan dasar analisa usaha,
survei pasar, pengidentifikasian produk
perikanan, pengidentifikasian jenisjenis pasar, pengenalan profil (biografi)
pengusaha, pengidentifikasian jenisjenis usaha, pengenalan rantai pasok
dan permintaan, dan pengenalan
tentang peningkatan nilai tambah
suatu produk.
148
6.4 CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR USAHA PERTANIAN
TERPADU
A. Rasional
Dasar-Dasar Usaha Pertanian Terpadu merupakan mata pelajaran
yang berisi kompetensi-kompetensi yang mendasari penguasaan
keahlian usaha pertanian yang memadukan dua usaha pertanian atau
lebih dalam pengelolaannya.
Usaha pertanian terpadu sangat penting pada masa sekarang di mana
dibutuhkan keterampilan pengelolaan dalam kondisi keterbatasan
lahan, air, dan sumber daya penting lainnya, serta dampak perubahan
iklim terhadap produktivitas pertanian. Selain itu, usaha pertanian
terpadu juga berperan dalam penyediaan bahan pangan, pakan dan
produk lain yang bersumber dari hasil pertanian atau hayati yang
berkelanjutan khususnya sesuai dengan kearifan lokal pertanian
berkelanjutan yang dimiliki Indonesia.
Mata pelajaran ini akan membuka minat dan bakat (passion) peserta
didik
tentang
usaha
pertanian
terpadu,
serta
menumbuhkan
kebanggaan sebagai penggiat bidang pertanian modern Indonesia yang
nantinya akan menjadi ujung tombak ketahanan pangan.
Usaha pertanian terpadu dibagi menjadi 3 (tiga) model sistem usaha,
yaitu: 1) sistem usaha pertanian terpadu berbasis tanaman, 2) sistem
usaha pertanian terpadu berbasis ternak, dan 3) sistem usaha
pertanian terpadu berbasis perikanan. Usaha pertanian terpadu ini
dapat dilakukan dengan cara horizontal dan vertikal. Usaha pertanian
terpadu secara horizontal adalah memadukan dua kegiatan usaha
atau lebih antar komoditas pertanian (misalnya: usaha budidaya
kacang tanah dengan usaha budidaya jagung, usaha budidaya padi
dengan usaha budidaya ikan, usaha budidaya ayam dengan usaha
budidaya ikan, usaha budidaya kelapa dengan usaha budidaya sapi,
dan lain sebagainya). Sedangkan usaha pertanian terpadu secara
vertikal adalah memadukan dua kegiatan usaha pertanian atau lebih,
bisa dalam satu komoditas ataupun berbeda komoditas. Usaha
pertanian terpadu secara vertikal dalam satu komoditas, misalnya:
usaha budidaya ternak sapi perah dengan pengolahan susunya, usaha
149
budidaya ternak sapi dengan pembuatan biogas dari kotoran sapinya,
usaha budidaya kedelai dengan usaha pembuatan tempenya dan lain
sebagainya. Sedangkan usaha pertanian terpadu secara vertikal
berbeda komoditas, misalnya: Usaha pembuatan tahu dengan usaha
memelihara ternak sapi yang diberikan makan limbah tahu (bungkil
tahu), usaha pembuatan tahu dengan usaha pembuatan pakan
dengan salah satu bahannya dari limbah tahu (bungkil tahu) dan lain
sebagainya.
Mata pelajaran ini memberikan pengetahuan dan keterampilan teknis
dasar bagi peserta didik tentang usaha pertanian terpadu; proses
pengolahan hasil pertanian mulai dari bahan baku, produksi, hingga
marketing dengan pendekatan holistic dan systematic thinking. Selain
itu, mata pelajaran ini penting bagi peserta didik dalam memahami
tentang isu-isu global tentang ketahanan pangan, perubahan iklim
dan kelestarian ekosistem, juga sebagai landasan pengetahuan dan
keterampilan untuk mengembangkan kompetensi Usaha Pertanian
Terpadu di kelas XI dan XII.
Pembelajaran mata pelajaran ini dapat dilakukan menggunakan
berbagai pendekatan, strategi, metode serta model yang sesuai dengan
karakteristik kompetensi yang harus dipelajari. Pembelajaran tersebut
harus
dapat menciptakan pembelajaran yang interaktif, inspiratif,
menyenangkan,
menantang,
memotivasi
peserta
didik
untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai dengan bakat, minat,
renjana, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Modelmodel pembelajaran yang dapat digunakan antara lain project-based
learning, teaching factory, discovery-based learning, problem-based
learning, inquiry-based learning, atau model lainnya serta metode yang
relevan.
Cara pembelajaran di atas akan mampu mengembangkan peserta didik
sebagai pribadi yang beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan
berakhlak mulia baik kepada diri sendiri, kepada sesama, maupun
kepada alam serta lingkungan, gotong royong, mandiri, kemampuan
menyelesaikan tugas dan pekerjaan tepat waktu, integritas, bernalar
kritis, kreatif khususnya berinovasi untuk mengembangkan pertanian
terpadu
yang
sesuai
dengan
150
kearifan
lokal
Indonesia
untuk
kemandirian pangan di masa depan.
B. Tujuan
Mata pelajaran Dasar-dasar Usaha Pertanian Terpadu bertujuan
membekali
peserta
didik
dengan
dasar-dasar
pengetahuan,
keterampilan, dan sikap (soft skills dan hard skills):
1. memahami profil industri, dunia usaha atau dunia kerja dan proses
bisnis di bidang usaha pertanian terpadu;
2. memahami perkembangan teknologi, proses produksi, dan isu-isu
global di bidang usaha pertanian terpadu;
3. memahami konsep dasar konservasi sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya;
4. memahami agripreneur, profesi, job profile, peluang usaha dan
peluang bekerja di bidang usaha pertanian terpadu;
5. memahami
penanganan
dasar
komoditas
pertanian
usaha
pertanian terpadu sesuai prosedur serta keselamatan, kesehatan
kerja, dan lingkungan hidup (K3LH); dan
6. memahami teknik dasar usaha pertanian terpadu.
C. Karakteristik
Mata Pelajaran Dasar-Dasar Usaha Pertanian Terpadu merupakan
dasar mempelajari kompetensi usaha pertanian terpadu selanjutnya.
Dasar-dasar usaha pertanian terpadu dapat membuka wawasan
peserta
didik
tentang
sistem
usaha
pertanian
terpadu
yang
memadukan 2 (dua) atau lebih kegiatan usaha di bidang pertanian, baik
secara horizontal maupun vertikal.
Pada hakikatnya mata pelajaran Dasar-Dasar Usaha Pertanian Terpadu
berfokus pada kompetensi bersifat dasar yang harus dimiliki oleh
generasi muda penerus usaha pertanian terpadu dengan menjadi
agripreneur muda dan atau bekerja di industri pertanian terpadu
sesuai dengan perkembangan dunia kerja.
Selain itu peserta didik diberikan pemahaman tentang proses bisnis,
perkembangan
penerapan
teknologi
dan
isu-isu
global,
entrepreneur, job profile, peluang usaha dan pekerjaan/profesi.
151
profil
Mata pelajaran Dasar-Dasar Usaha Pertanian Terpadu meliputi
elemen sebagai berikut.
Elemen
Deskripsi
Proses bisnis secara
menyeluruh di bidang usaha
pertanian terpadu
Meliputi pemahaman tentang proses
bisnis secara menyeluruh manajemen
produksi bidang usaha pertanian
terpadu, antara lain penerapan K3LH,
perencanaan produk, mata rantai pasok
(Supply Chain), logistik, proses produksi,
penggunaan dan perawatan peralatan di
bidang usaha pertanian terpadu, serta
pengelolaan sumber daya manusia
dengan memperhatikan potensi dan
kearifan lokal.
Perkembangan teknologi dan
isu-isu global terkait bidang
usaha pertanian terpadu
Meliputi pemahaman tentang
perkembangan proses produksi
pertanian terpadu secara konvensional
sampai modern, pertanian perkotaan
(urban farming), alat dan mesin
pertanian dari yang konvensional sampai
yang otomatis dan berbasis IOT, smart
farming dan isu pemanasan global,
perubahan iklim, ketersediaan pangan
global, regional dan lokal, sustainable
farming (pertanian berkelanjutan), serta
penerapan bioteknologi dalam pertanian.
Agripreneur, peluang usaha
dan pekerjaan/profesi di
bidang usaha pertanian
terpadu
Meliputi pemahaman tentang profil
agripreneur yang mampu membaca
peluang pasar dan usaha, profesi petani
terpadu dalam rangka menumbuhkan
jiwa wirausaha, serta peluang usaha dan
peluang bekerja di bidang usaha
pertanian terpadu.
Penanganan komoditas hasil
pertanian sesuai prosedur
serta Kesehatan,
Keselamatan Kerja dan
Lingkungan Hidup (K3LH)
Meliputi pemahaman tentang dasar
penanganan komoditas hasil pertanian
sesuai prosedur serta Kesehatan,
Keselamatan kerja dan Lingkungan
Hidup (K3LH), yaitu identifikasi
karakteristik dan penanganan hasil
pertanian pasca panen untuk disimpan,
dikonsumsi atau diproses lebih lanjut
menjadi produk olahan setengah jadi
atau produk jadi.
Teknik dasar usaha
pertanian terpadu
Meliputi pemahaman tentang teknik
dasar usaha pertanian terpadu sesuai
K3LH, yaitu teknik dasar budidaya
tanaman, teknik dasar budidaya ternak,
teknik dasar budidaya ikan, teknik
dasar pengolahan hasil pertanian, dan
teknik dasar usaha pertanian terpadu
mulai dari persiapan budidaya,
pelaksanaan budidaya sampai dengan
pemanenan.
152
D. Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E (kelas X), peserta didik akan mendapatkan gambaran
utuh mengenai program keahlian Usaha Pertanian Terpadu, sehingga
mampu menumbuhkan passion dan vision untuk merencanakan dan
melaksanakan aktivitas belajar. Selain itu pada akhir fase E, pada
aspek soft skills dan hard skills peserta didik mampu memahami profil
industri, dunia usaha atau dunia kerja dan profesi/wirausaha di
bidang usaha pertanian terpadu, perkembangan teknologi di bidang
usaha pertanian terpadu, isu-isu global terkait dengan usaha
pertanian terpadu dan upaya penanganannya pada tingkat lokal,
penanganan
komoditas
hasil
pertanian
sesuai
prosedur
dan
Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan Hidup (K3LH),
manajemen pada usaha pertanian terpadu secara holistik, teknik
dasar usaha pertanian terpadu. Capaian Pembelajaran tersebut seperti
di bawah ini.
Elemen
Capaian Pembelajaran
Proses bisnis secara
menyeluruh di bidang usaha
pertanian terpadu
Pada akhir fase E, peserta didik dapat
memahami proses bisnis secara
menyeluruh manajemen produksi
bidang usaha pertanian terpadu,
antara lain penerapan K3LH,
perencanaan produk, mata rantai
pasok (Supply Chain), logistik, proses
produksi, penggunaan dan perawatan
peralatan di bidang usaha pertanian
terpadu, serta pengelolaan sumber
daya manusia dengan memperhatikan
potensi dan kearifan lokal.
Perkembangan teknologi dan
isu-isu global terkait bidang
usaha pertanian terpadu
Pada akhir fase E, peserta didik dapat
memahami tentang perkembangan
proses produksi pertanian terpadu
secara konvensional sampai modern,
pertanian perkotaan (urban farming),
alat dan mesin pertanian dari yang
konvensional sampai yang otomatis
dan berbasis IOT, smart farming dan
isu pemanasan global, perubahan
iklim, ketersediaan pangan global,
regional dan lokal, sustainable farming
(pertanian berkelanjutan), serta
penerapan bioteknologi dalam
pertanian.
153
Elemen
Capaian Pembelajaran
Agripreneur, peluang usaha
dan pekerjaan/profesi di
bidang usaha pertanian
terpadu
Pada akhir fase E, peserta didik dapat
menjelaskan tentang profil agripreneur
yang mampu membaca peluang pasar
dan usaha, profesi petani terpadu
dalam rangka menumbuhkan jiwa
wirausaha, serta peluang usaha dan
peluang bekerja di bidang usaha
pertanian terpadu.
Penanganan komoditas hasil
pertanian sesuai prosedur
serta Kesehatan,
Keselamatan Kerja dan
Lingkungan Hidup (K3LH)
Pada akhir fase E, peserta didik dapat
menjelaskan penanganan komoditas
hasil pertanian sesuai prosedur serta
keselamatan, kesehatan kerja dan
lingkungan hidup (K3LH), yaitu
identifikasi karakteristik dan
penanganan hasil pertanian pasca
panen untuk disimpan, dikonsumsi
atau diproses lebih lanjut menjadi
produk olahan setengah jadi atau
produk jadi.
Teknik dasar usaha
pertanian terpadu
Pada akhir fase E, peserta didik dapat
menjelaskan teknik dasar usaha
pertanian terpadu sesuai K3LH, yaitu
teknik dasar budidaya tanaman, teknik
dasar budidaya ternak, teknik dasar
budidaya ikan, teknik dasar
pengolahan hasil pertanian, dan teknik
dasar usaha pertanian terpadu mulai
dari persiapan budidaya, pelaksanaan
budidaya sampai dengan pemanenan.
154
6.5
CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR AGRITEKNOLOGI
PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN
A.
Rasional
Dasar-Dasar Agriteknologi Pengolahan Hasil Pertanian merupakan
mata pelajaran yang berisi kemampuan-kemampuan dasar-dasar
penguasaan keahlian pengolahan hasil pertanian dan pengawasan
mutu hasil pertanian. Agriteknologi Pengolahan Hasil Pertanian
adalah industri yang berbasis bahan hasil pertanian atau industri
pertanian. Industri Pengolahan Hasil Pertanian merupakan industri
yang penting karena berperan dalam penyediaan bahan pangan,
pakan, dan produk lain yang bersumber dari hasil pertanian atau
hayati. Mata pelajaran ini akan menumbuhkan minat dan bakat
(passion)
peserta
agriteknologi
didik
tentang
pengolahan
hasil
hal
yang
pertanian,
berkaitan
dan
dengan
membangun
kebanggaan sebagai penggiat bidang pertanian modern.
Mata pelajaran ini memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar
bagi peserta didik tentang proses pengolahan hasil pertanian, mulai
dari bahan baku, produksi, hingga marketing dengan pendekatan
holistik. Salah satu pendekatan tersebut adalah konsep ekonomi
sirkuler, yaitu memadukan proses dari penanaman, pengelolaan
komoditas hasil panen, pengolahan hasil panen, limbah pasca panen,
dan keterkaitan hubungan dengan unit- unit usaha lainnya. Selain
itu, mata pelajaran ini akan melengkapi peserta didik dengan
kemampuan
pemahaman
dalam
merencanakan,
merancang,
menerapkan dan memanfaatkan teknologi di bidang agriteknologi
berdasarkan prinsip pertanian berkelanjutan. Mata pelajaran ini juga
penting bagi peserta didik dalam memahami isu-isu global tentang
ketahanan pangan, perubahan iklim, dan kelestarian ekosistem.
Mata
pelajaran
Dasar-Dasar
Agriteknologi
Pengolahan
Hasil
Pertanian membiasakan peserta didik berfikir ilmiah, bersikap positif,
dan berketerampilan sesuai standar. Peserta didik diarahkan untuk
menemukan sendiri berbagai fakta, membangun konsep, dan nilainilai baru secara mandiri, menjadi dasar untuk mengembangkan rasa
keingintahuan
tentang
pentingnya
berkelanjutan,
menggunakan
155
industri
metode
yang
pertanian
sesuai
yang
dengan
perkembangan
zaman
dalam
rangka
mewujudkan
ketahanan
pangan. Mata pelajaran ini menjadi landasan pengetahuan dan
keterampilan untuk pembelajaran lebih lanjut di kelas XI dan XII.
Pembelajaran mata pelajaran ini dapat dilakukan menggunakan
berbagai pendekatan, strategi, metode serta model yang sesuai
dengan karakteristik kompetensi yang harus dipelajari. Pembelajaran
tersebut harus
dapat menciptakan pembelajaran yang interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik
untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai dengan bakat, minat,
renjana, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Model-model pembelajaran yang dapat digunakan antara lain projectbased learning, teaching factory, discovery-based learning, problembased learning, inquiry-based learning, atau model lainnya serta
metode yang relevan.
Dasar-Dasar Agriteknologi Pengolahan Hasil Pertanian berkontribusi
dalam memampukan peserta didik menjadi ahli di bidang pengolahan
dan pengawasan mutu hasil pertanian (nabati/tanaman, hewani dan
ikan), karena memuat materi softskill dan hardskill yang bersifat
fundamental (mendasar) sekaligus membiasakan untuk bernalar
kritis, berupaya secara mandiri, berorietnasi kreatif dan mampu
beradaptasi
pada
keragaman
global
serta
mengedapankan
kegototongroyongan dalam pencapaian tujuan dan menyelesaikan
masalah. Peserta didik dibiasakan juga menerapkan etika bisnis
pengolahan hasil pertanian dan pengujian mutu hasil pertanian yang
dilandasi keimanan, ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
menampilkan diri sebagai individu dengan akhlak mulia, berwawasan
lingkungan dan kearifan lokal secara bertanggung jawab.
B.
Tujuan
Mata
pelajaran
Dasar-Dasar
Agriteknologi
Pengolahan
Hasil
Pertanian bertujuan membekali peserta didik dengan dasar-dasar
pengetahuan, keterampilan, dan sikap (soft skills dan hard skills):
1. memahami proses
bisnis
secara
menyeluruh
di
bidang
industri pengolahan hasil pertanian sebagai kesadaran untuk
156
berperan aktif dalam proses pembelajaran;
2. memahami perkembangan teknologi yang digunakan, proses
kerja, dan isu-isu global di bidang industri pengolahan hasil
pertanian sebagai peluang dan tantangan yang harus dicapai atau
diatasi dalam proses pembelajaran;
3. memahami agripreneur, lapangan kerja dan peluang usaha di
bidang industri pengolahan hasil pertanian sebagai kesadaran
untuk penguatan motivasi dalam pembelajaran;
4. memahami penanganan komoditas pertanian sesuai prosedur
Kesehatan dan Keselamatan Kerja serta Lingkungan Hidup
(K3LH);
5. memahami proses-proses dasar pada pengolahan hasil pertanian
sesuai prosedur K3LH; dan
6. memahami teknik dasar laboratorium pengujian mutu hasil
pertanian sesuai prosedur K3LH.
C.
Karakteristik
Mata
pelajaran
Pertanian
berisi
Dasar-Dasar
pengetahuan,
Agriteknologi
keterampilan,
Pengolahan
dan
sikap
Hasil
yang
diperlukan dalam memahami industri pengolahan hasil pertanian
sebagai bisnis yang menerapkan teknologi yang terus berkembang
untuk menjawab tantangan adanya isu-isu global dan kemampuan
dasar-dasar
proses
dan
pengolahan
hasil
pertanian,
serta
kemampuan dasar-dasar teknik kerja di laboratorium pengujian
mutu hasil peretanian.
Pada
hakikatnya
mata
pelajaran
Dasar-Dasar
Agriteknologi
Pengolahan Hasil Pertanian berfokus pada kompetensi bersifat dasar
yang harus dimiliki oleh generasi muda penerus usaha agriteknologi
pengolahan hasil pertanian dengan menjadi agripreneur muda dan
atau bekerja di industri agriteknologi pengolahan hasil pertanian
sesuai dengan perkembangan dunia kerja.
Selain itu peserta didik diberikan pemahaman tentang proses bisnis,
perkembangan penerapan teknologi dan isu-isu global, profil
entrepreneur, job profile, peluang usaha dan pekerjaan/profesi.
Mata
pelajaran
Dasar-Dasar
157
Agriteknologi
Pengolahan
Hasil
Pertanian meliputi elemen sebagai berikut.
Elemen
Deskripsi
Proses bisnis secara
menyeluruh di bidang
industri pengolahan hasil
pertanian;
Meliputi pemahaman tentang proses
bisnis industri pengolahan hasil
pertanian, antara lain tentang
klasifikasi industri, lingkup usaha,
penerapan K3LH, perencanaan
produk, mata rantai pasok (supply
chain), logistik, proses produksi,
penggunaan dan perawatan mesin
dan peralatan, serta pengelolaan
sumber daya dengan
memperhatikan potensi dan kearifan
lokal.
Perkembangan teknologi
yang digunakan, proses
kerja, dan isu- isu global
di bidang industri
pengolahan hasil
pertanian;
Meliputi pemahaman tentang
perkembangan teknologi pengolahan
hasil pertanian dan pengujian
mutunya, yaitu bioteknologi,
nanoteknologi, otomatisasi,
digitalisasi, Internet of Things (IoT);
pemahaman tentang pemanasan
global, perubahan iklim,
ketersediaan pangan global, regional
dan lokal, pertanian berkelanjutan,
sistem kelembagaan pada rantai
produksi dan pasar.
Agripreneur, lapangan
kerja dan peluang usaha
di bidang agriteknologi
pengolahan hasil
pertanian;
Meliputi pengenalan profil
agripreneur yang mampu membaca
peluang pasar dan usaha dalam
rangka menumbuhkan jiwa
wirausaha, profil profesi atau
jabatan dalam industri pengolahan
hasil pertanian yang menjaga
ketersediaan pangan dalam rangka
menumbuhkan sikap
profesionalisme dalam bekerja.
Proses dan teknik dasar
pengoperasian alat dan
mesin penanganan dan
pengolahan hasil
pertanian
Meliputi pemahaman tentang
konsep, prinsip, dan prosedur pada
proses-proses dasar penanganan
dan pengolahan hasil pertanian
(tanaman/nabati, ternak dan ikan)
meliputi proses pengecilan ukuran
(pemotongan, pengirisan,
pemarutan, pencacahan,
penghancuran, dan penggilingan),
proses termal (pendinginan,
pembekuan, pasteurisasi, sterilisasi,
pengeringan, pemanggangan,
penyangraian, dan penggorengan),
proses kimia dan biokimia
(penggaraman, penggulaan,
pengasaman/ fermentasi), dan
158
Elemen
Penanganan komoditas
pertanian sesuai
prosedur, Kesehatan,
Keselamatan Kerja dan
Lingkungan Hidup
(K3LH),
Prinsip dan teknik kerja
laboratorium pengujian
mutu hasil pertanian
Deskripsi
proses pemisahan (pengayakan,
penyaringan, destilasi, ekstraksi,
pengendapan, penggumpalan dan
evaporasi) serta proses
pencampuran bahan.
Meliputi pemahaman tentang
pengidentifikasian karakteristik dan
penanganan (sortasi, grading,
pengawetan, pengemasan,
pengepakan dan penyimpanan
dingin) hasil pertanian (tanaman,
ternak dan ikan) pasca panen untuk
disimpan, dikonsumsi atau diproses
lebih lanjut menjadi produk olahan
setengah jadi, atau produk jadi
dengan menerapkan prinsip dan
prosedur K3LH.
Meliputi pemahaman tentang
prinsip, prosedur penggunaan, dan
perawatan peralatan gelas (gelas alat
ukur volume, gelas wadah, gelas
aparatus destilasi, aparatus
ekstraksi, aparatus filtrasi, aparatus
titrasi, gelas wadah, gelas reaktor/
pencampur, dan alat gelas
penunjang), peralatan bukan gelas
(neraca analitik, oven, waterbath,
tanur, inkubator, autoclave, fume
hood atau fume-scrubber, hot plate,
bunsen atau burner, Laminary Air
Flow/LAF), pengenalan,
penanganan dan penggunaan bahan
kimia pereaksi dan bahan kimia
standar (pembuatan larutan dan
standardisasi larutan), teknik kerja
aseptik, sterilisasi peralatan dan
sterilisasi media, serta penanganan
limbah laboratorium.
159
D.
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E (kelas X), peserta didik akan mendapatkan
gambaran
lengkap
mengenai
program
keahlian
Agriteknologi
Pengolahan Hasil Pertanian, agar dapat menumbuhkan kebanggaan,
harapan besar, passion dan vision untuk merencanakan dan
melaksanakan aktivitas belajar. Rumusan capaian pembelajaran
masing-masing elemen pembelajaran adalah sebagai berikut.
Elemen
Capaian Pembelajaran
Proses bisnis secara
menyeluruh di bidang
industri pengolahan hasil
pertanian;
Pada akhir fase E, peserta didik
mampu memahami proses bisnis
industri pengolahan hasil pertanian,
antara lain tentang klasifikasi
industri, lingkup usaha, penerapan
K3LH, perencanaan produk, mata
rantai pasok (supply chain), logistik,
proses produksi, penggunaan dan
perawatan peralatan, serta
pengelolaan sumber daya dengan
memperhatikan potensi dan
kearifan lokal.
Perkembangan teknologi
yang digunakan, proses
kerja, dan isu-isu global
di bidang industri
pengolahan hasil
pertanian;
Pada akhir fase E, peserta didik
mampu menjelaskan perkembangan
teknologi pengolahan hasil
pertanian dan pengujian mutunya,
yaitu bioteknologi, nanoteknologi,
otomatisasi, digitalisasi, Internet of
Things (IoT); pemahaman tentang
pemanasan global, perubahan iklim,
ketersediaan pangan global, regional
dan lokal, pertanian berkelanjutan,
sistem kelembagaan pada rantai
produksi dan pasar.
Agripreneur, lapangan
kerja dan peluang usaha
di bidang agriteknologi
pengolahan hasil
pertanian;
Pada akhir fase E, peserta didik
mampu menjelaskan profil
agripreneur yang mampu membaca
peluang pasar dan usaha untuk
menumbuhkan jiwa wirausaha,
serta profil profesi atau jabatan di
industri pengolahan hasil pertanian
yang menjaga ketersediaan pangan
dalam rangka menumbuhkan sikap
profesionalisme dalam bekerja.
160
Elemen
Capaian Pembelajaran
Proses dan teknik dasar
pengoperasian alat dan
mesin penanganan dan
pengolahan hasil
pertanian
Pada akhir fase E, peserta didik
mampu memahami konsep, prinsip,
dan prosedur melalui praktik
terbatas proses-proses dasar
pengolahan hasil pertanian
(nabati/tanaman, hewani, dan ikan
meliputi pengecilan ukuran
(pemotongan, pengirisan,
pemarutan, pencacahan,
penghancuran, dan penggilingan),
proses termal (pendinginan,
pembekuan, pasteurisasi,
sterilisasi, pengeringan,
pemanggangan, penyangraian, dan
penggorengan), proses kimia dan
biokimia (penggaraman,
penggulaan,
pengasaman/fermentasi), dan
proses pemisahan (pengayakan,
penyaringan, destilasi, ekstraksi,
pengendapan, penggumpalan dan
evaporasi) serta proses
pencampuran bahan.
Penanganan komoditas
pertanian sesuai prosedur
Kesehatan Keselamatan
Kerja dan Lingkungan
Hidup (K3LH)
Pada akhir fase E, peserta didik
mampu memahami tentang
pengidentifikasian karakteristik dan
penanganan (sortasi, grading,
pengawetan, pengemasan,
pengepakan dan penyimpanan
dingin) hasil pertanian pasca panen
untuk disimpan, dikonsumsi atau
diproses lebih lanjut menjadi
produk olahan setengah jadi, atau
produk jadi dengan menerapkan
prinsip dan prosedur K3LH.
Prinsip dan teknik kerja
laboratorium pengujian
mutu hasil pertanian
Pada akhir fase E, peserta didik
mampu memahami prinsip,
prosedur penggunaan, dan
perawatan peralatan gelas (gelas
alat ukur volume, gelas wadah,
gelas aparatus destilasi, aparatus
ekstraksi, aparatus filtrasi,
aparatus titrasi, gelas wadah, gelas
reaktor/pencampur, dan alat gelas
penunjang), alat bukan gelas
(neraca analitik, oven, waterbath,
tanur, inkubator, autoclave, fume
hood atau fume-scrubber, hot plate,
bunsen atau burner, Laminary Air
Flow/LAF), penggunaan bahan
kimia pereaksi dan standar
(pembuatan larutan dan
161
Elemen
Capaian Pembelajaran
standardisasi larutan), teknik kerja
aseptik, sterilisasi peralatan dan
sterilisasi media, serta penanganan
limbah laboratorium.
162
6.6 CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR KEHUTANAN
A.
Rasional
Dasar-Dasar
Kehutanan
adalah
mata
pelajaran
yang
berisi
kompetensi yang mendasari penguasaan keahlian kehutanan secara
umum. Mata pelajaran Dasar-Dasar Kehutanan berfungsi membekali
peserta didik kemampuan mencari materi pelajaran melalui berbagai
aktivitas
saintifik
untuk
menemukan
sendiri
berbagai
fakta,
membangun konsep dan nilai-nilai baru.
Mata
Pelajaran
kemampuan
Dasar-Dasar
kepada
Peserta
Kehutanan
didik
ini
Teknik
juga
membekali
dasar
pekerjaan
kehutanan, Konsep dasar konservasi sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya,
Perlindungan
hutan,
Penanganan
pekerjaan/
komoditas kehutanan sesuai prosedur dan keselamatan dan
kesehatan kerja, Komunikasi efektif dalam melakukan pekerjaan di
bidang kehutanan. Selain itu, mata pelajaran tersebut menjadi
landasan mengembangkan kompetensi di bidang kehutanan pada
konsentrasi keahlian pada pembelajaran di kelas XI dan XII.
Mata
pelajaran
Dasar-dasar
Kehutanan
berperan
dalam
mempersiapkan generasi muda untuk memiliki pemahaman yang
utuh
tentang
pentingnya
hutan
bagi
dunia,
ekologi
hutan,
bagaimana pengelolaan hutan yang berkelanjutan baik secara
tradisional maupun secara modern. Mata pelajaran ini berkontribusi
dalam memampukan peserta didik menjadi ahli pada dasar-dasar
kehutanan dan memiliki karakter bernalar kritis (critical thinking),
berdisiplin, mandiri, bekerja-sama (teamwork), bertanggung- jawab,
berintegritas, berinisiatif, kreatif, menyelesaikan tugas dan pekerjaan
tepat waktu, komunikatif, kepemimpinan (leadership) dan adaptif.
Peserta didik yang memahami Dasar-Dasar Kehutanan diharapkan
dapat menjadi masyarakat yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
Pembelajaran mata pelajaran ini dapat dilakukan menggunakan
berbagai pendekatan, strategi, metode serta
model yang sesuai
dengan karakteristik kompetensi yang harus dipelajari. Pembelajaran
tersebut harus
dapat menciptakan pembelajaran yang interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik
163
untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai dengan bakat, minat,
renjana, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Model-model pembelajaran
yang dapat digunakan antara lain
project-based learning, teaching factory, discovery-based learning,
problem-based learning, inquiry-based learning, atau model lainnya
serta metode yang relevan.
B.
Tujuan
Mata
pelajaran
Dasar-dasar
Kehutanan
bertujuan
membekali
peserta didik dengan dasar-dasar pengetahuan, keterampilan dan
sikap (soft skills dan hard skills) meliputi:
1. memahami
proses
bisnis
secara
menyeluruh
di
bidang
kehutanan;
2. memahami perkembangan teknologi di bidang kehutanan dan
isu-isu global terkait kehutanan dan upaya penanggulangannya
pada tingkat lokal;
3. memahami profil agripreneur, peluang usaha dan peluang kerja
/profesi di bidang kehutanan;
4. menerapkan teknik dasar pekerjaan kehutanan;
5. memahami konsep dasar konservasi sumber daya alam hayati
dan ekosistemnya;
6. memahami perlindungan hutan;
7. memahami
penanganan
pekerjaan/komoditas
kehutanan
sesuai prosedur, keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan
hidup (K3LH); dan
8. menerapkan komunikasi efektif dalam melakukan pekerjaan di
bidang kehutanan.
C.
Karakteristik
Pada hakikatnya mata pelajaran Dasar-dasar Kehutanan berfokus
pada kompetensi bersifat dasar yang harus dimiliki oleh generasi
muda penerus usaha kehutanan dengan menjadi agripreneur muda
dan
atau
bekerja
di
industri
kehutanan
sesuai
dengan
perkembangan dunia kerja.
Selain itu peserta didik diberikan pemahaman tentang proses bisnis,
perkembangan penerapan teknologi dan isu-isu global, profil
164
entrepreneur, job profile, peluang usaha dan pekerjaan/profesi.
Mata pelajaran Dasar-Dasar Kehutanan meliputi:
Elemen
Proses bisnis secara
menyeluruh di bidang
kehutanan
Perkembangan teknologi
dan isu-isu global di
bidang kehutanan
Profil agripreneur,
peluang usaha dan
kerja/profesi di bidang
kehutanan
Teknik dasar pekerjaan
kehutanan
Konsep dasar konservasi
sumber daya alam hayati
dan ekosistemnya
Perlindungan hutan
Deskripsi
Meliputi pemahaman proses bisnis
secara menyeluruh di bidang
kehutanan, antara lain tentang
penerapan K3LH, perencanaan
produksi kehutanan, mata rantai
pasok (supply chain), logistik, proses
produksi, penggunaan dan
perawatan peralatan di bidang
kehutanan, serta pengelolaan
sumber daya manusia dengan
memperhatikan potensi dan
kearifan lokal.
Meliputi pemahaman perkembangan
teknologi di bidang kehutanan,
antara lain tentang bioteknologi,
otomatisasi, digitalisasi, Internet of
Things (IOT) pada proses-proses
penanganan bidang kehutanan,
proses pengolahan hasil bidang
kehutanan dan pengujian
laboratorium, serta isu-isu
pemanasan global, perubahan iklim,
ketersediaan pangan
global/regional/lokal, Sustainable
Goal Developments (SDGs).
Meliputi pemahaman tentang profil
agripreneur yang mampu membaca
peluang pasar dan usaha,
profesi/pekerjaan di bidang
kehutanan dalam rangka menjaga
kelestarian hutan serta
menumbuhkan jiwa wirausaha,
peluang usaha dan peluang kerja di
bidang kehutanan.
Meliputi penerapan praktik terbatas
tentang dasar-dasar pengelolaan
pekerjaan dan teknologi yang
digunakan di bidang kehutanan.
Meliputi pemahaman tentang
konsep konservasi, sumber daya
alam hayati, Tumbuhan dan Satwa
Liar (TSL), ekosistem, identifikasi
komponen ekosistem, prinsip
konservasi sumber daya alam hayati
dan ekosistemnya, konsep kawasan
hutan dengan nilai konservasi tinggi
atau High Conservation Value Forest
(HCVF).
Meliputi pemahaman tentang
165
Elemen
Deskripsi
Penanganan pekerjaan/
komoditas kehutanan
sesuai prosedur
Kesehatan, Keselamatan
Kerja dan Lingkungan
Hidup (K3LH)
Komunikasi efektif dalam
melakukan pekerjaan di
bidang kehutanan
D.
penyiapan pekerjaan perlindungan
hutan, pengelolaan alat
perlindungan hutan, identifikasi
kegiatan perlindungan hutan
berdasarkan sumber kerusakan,
pekerjaan perlindungan hutan,
pendokumentasian proses dan hasil
pekerjaan perlindungan hutan.
Meliputi pemahaman tentang
pengidentifikasian karakteristik dan
penanganan pekerjaan/komoditas
kehutanan dengan menerapkan
prinsip dan prosedur Kesehatan,
Keselamatan Kerja, dan Lingkungan
Hidup (K3LH).
Meliputi penerapan tentang strategi
komunikasi dan komunikasi efektif
dalam melakukan pekerjaan di
bidang kehutanan.
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E (kelas X), peserta didik akan mendapatkan
gambaran utuh mengenai program keahlian Kehutanan, sehingga
mampu menumbuhkan passion dan vision untuk merencanakan dan
melaksanakan aktivitas belajar. Selain itu pada akhir fase E, peserta
didik akan menguasai capaian pembelajaran sebagai berikut.
Elemen
Proses bisnis secara
menyeluruh di bidang
kehutanan
Perkembangan teknologi
dan isu-isu global di
bidang kehutanan
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E, peserta didik
mampu memahami proses bisnis
secara menyeluruh di bidang
kehutanan, antara lain tentang
penerapan K3LH, perencanaan
produksi kehutanan, mata rantai
pasok (supply chain), logistik, proses
produksi, penggunaan dan
perawatan peralatan di bidang
kehutanan, serta pengelolaan
sumber daya manusia dengan
memperhatikan potensi dan kearifan
lokal.
Pada akhir fase E, peserta didik
mampu memahami perkembangan
teknologi di bidang kehutanan,
meliputi perkembangan
bioteknologi, otomatisasi,
digitalisasi, internet of things (IOT)
pada proses-proses penanganan
bidang kehutanan, proses
166
Elemen
Profil agripreneur,
peluang usaha dan
kerja/profesi di bidang
kehutanan
Teknik dasar pekerjaan
kehutanan
Konsep dasar konservasi
sumber daya alam hayati
dan ekosistemnya
Perlindungan hutan
Penanganan pekerjaan/
komoditas kehutanan
sesuai prosedur dan
keselamatan dan
kesehatan kerja
Capaian Pembelajaran
pengolahan hasil bidang kehutanan
dan pengujian laboratorium serta
menganalisis isu-isu pemanasan
global, perubahan iklim,
ketersediaan pangan
global/regional/ lokal, Sustainable
Goal Developments (SDGs).
Pada akhir fase E, peserta didik
mampu memahami tentang profil
agripreneur yang mampu membaca
peluang pasar dan usaha,
profesi/pekerjaan di bidang
kehutanan dalam rangka menjaga
kelestarian hutan serta
menumbuhkan jiwa wirausaha,
peluang usaha dan peluang kerja di
bidang kehutanan.
Pada akhir fase E, peserta didik
mampu menerapkan praktik
terbatas tentang dasar-dasar
pengelolaan pekerjaan dan teknologi
yang digunakan di bidang
kehutanan.
Pada akhir fase E, peserta didik
mampu memahami tentang
konservasi, sumber daya alam
hayati, tumbuhan dan satwa liar
(TSL), ekosistem, identifikasi
komponen ekosistem, prinsip
konservasi sumber daya alam hayati
dan ekosistemnya, konsep kawasan
hutan dengan nilai konservasi tinggi
atau High Conservation Value Forest
(HCVF).
Pada akhir fase E, peserta didik
mampu memahami penyiapan
pekerjaan perlindungan hutan,
pengelolaan alat perlindungan
hutan, identifikasi kegiatan
perlindungan hutan berdasarkan
sumber kerusakan, pekerjaan
perlindungan hutan,
pendokumentasian proses dan hasil
pekerjaan perlindungan hutan.
Pada akhir fase E, peserta didik
mampu memahami tentang
pengidentifikasian karakteristik dan
penerapan penanganan komoditas
kehutanan dengan menerapkan
prinsip dan prosedur Kesehatan,
Keselamatan Kerja, dan Lingkungan
Hidup (K3LH).
167
Elemen
Capaian Pembelajaran
Komunikasi efektif dalam
melakukan pekerjaan di
bidang kehutanan
Pada akhir fase E, peserta didik
mampu menerapkan strategi
komunikasi dan komunikasi efektif
dalam melakukan pekerjaan di
bidang kehutanan.
168
7.1. CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR TEKNIKA KAPAL
PENANGKAPAN IKAN
A.
Rasional
Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknika Kapal Penangkapan Ikan
merupakan mata pelajaran yang berisi kompetensi-kompetensi yang
mendasari penguasaan tentang teknika kapal penangkapan ikan,
yaitu kesatuan kegiatan yang meliputi salah satu atau keseluruhan
cara mengoperasikan, menjaga dan merawat mesin-mesin kapal
penangkap ikan. Mata pelajaran ini berfungsi membekali peserta
didik dengan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan sikap agar
memiliki dasar yang kuat dalam mempelajari mata pelajaran-mata
pelajaran pada konsentrasi keahlian di fase F.
Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknika Kapal Penangkapan Ikan
merupakan pondasi bagi peserta didik dalam memahami tugas-tugas
seorang pelaut khususnya sebagai perwira mesin (Kepala Kamar
Mesin dan masinis), elektrikan dan juru minyak di kapal penangkap
ikan. Selain itu, sebagai landasan pengetahuan, keterampilan dan
sikap agar memiliki dasar yang kuat dalam mempelajari mata
pelajaran pada konsentrasi keahlian di Fase F.
Pembelajaran dapat dilakukan menggunakan berbagai pendekatan,
strategi, metode serta model yang sesuai dengan karakteristik
kompetensi yang harus dipelajari, sehingga dapat menciptakan
pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi
peserta
memberikan
ruang
kemandirian
sesuai
didik
yang
untuk
cukup
dengan
berpartisipasi
bagi
bakat,
aktif,
prakarsa,
minat,
serta
kreativitas,
renjana,
dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Model-model
pembelajaran yang dapat digunakan antara lain project-based
learning, discovery-based learning, problem-based learning, inquirybased learning, atau model lainnya serta metode yang relevan. Selain
itu tahapan pembelajaran serta pendekatan, strategi, metode, dan
model yang dipilih diharapkan juga dapat mengembangkan soft skill
atau keterampilan non teknis yang perlu dimiliki peserta didik untuk
memasuki fase belajar berikutnya dan dunia kerja.
Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknika Kapal Penangkapan Ikan
berkontribusi dalam membentuk peserta didik memiliki keahlian
pada bidang teknika kapal penangkapan ikan, mengembangkan
169
kapasitas peserta didik dalam bernalar kritis, mandiri, kreatif dan
adaptif.
Melalui
pembelajaran
Dasar-Dasar
Teknika
Kapal
Penangkapan Ikan peserta didik akan mampu membangun dirinya
memiliki kepribadian yang beriman, bertakwa kepada Tuhan yang
Maha Esa, berkebhinekaan global, mandiri, berpikir kritis, dan
bertanggung-jawab, peduli lingkungan serta mampu membangun
etos kerja tinggi, jiwa berwirausaha maupun melanjutkan pendidikan
ke jenjang lebih tinggi.
B.
Tujuan
Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknika Kapal Penangkapan Ikan
bertujuan
membekali
peserta
didik
dengan
pengetahuan,
keterampilan, dan sikap (soft skills dan hard skills):
1. memahami proses bisnis secara menyeluruh di bidang teknika
kapal penangkapan ikan;
2. memahami perkembangan teknologi yang digunakan, proses kerja,
dan isu-isu global di bidang teknika kapal penangkapan ikan;
3. memahami
technopreneur,
job-profile,
peluang
usaha
dan
pekerjaan/ profesi di bidang teknika kapal penangkapan ikan;
4. memahami lingkup kerja teknika kapal penangkapan ikan;
5. menerapkan prosedur darurat;
6. memahami hukum maritim dan perikanan;
7. memahami konstruksi dan stabilitas kapal penangkap ikan;
8. melakukan penanganan dan penyimpanan hasil tangkapan; dan
9. memahami mesin penggerak kapal penangkap ikan.
C.
Karakteristik
Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknika Kapal Penangkapan Ikan
berfokus pada pada dasar-dasar kompetensi yang harus dimiliki oleh
calon pelaut kapal penangkapan ikan. Selain itu peserta didik
diberikan
pemahaman
tentang
proses
bisnis,
perkembangan
penerapan teknologi dan isu-isu global, keselamatan dan kesehatan
kerja serta
dasar-dasar kompetensi dalam menghadapi keadaan
darurat di atas kapal. Peserta didik juga dikenalkan pada lapangan
kerja, jabatan kerja di atas kapal yang dapat dimasuki setelah lulus,
dan profil entrepreneur pada bidang teknika kapal penangkapan ikan.
Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknika Kapal Penangkapan Ikan terdiri
atas 9 elemen sebagai berikut:
170
Elemen
Proses bisnis menyeluruh
bidang teknika kapal
penangkapan ikan
Perkembangan teknologi,
proses kerja, dan isu-isu
global di bidang teknika
kapal penangkapan ikan
Technopreneur, job-profile,
peluang usaha dan
pekerjaan/profesi di bidang
teknika kapal penangkapan
ikan
Orientasi teknik dasar
teknika kapal penangkapan
ikan
Prosedur darurat
Tata Laksana perikanan
yang bertanggung jawab
atau Code of Conduct for
Responsible Fisheries
(CCRF) dan Hukum Maritim
dan Perikanan.
Konstruksi dan stabilitas
kapal penangkap ikan.
Penanganan dan
Deskripsi
Meliputi pemahaman tentang proses
bisnis teknika kapal penangkapan ikan
sebagai bagian integral dari bidang
pelayaran perikanan, antara lain tentang
penerapan prosedur darurat dan K3LH,
persyaratan kerja di kapal, kontrak kerja,
buku pelaut, sertifikasi, hukum maritim
dan hukum perikanan, penangkapan dan
penanganan pasca penangkapan ikan.
Meliputi pemahaman tentang
perkembangan teknologi mesin-mesin kapal
penangkap ikan konvensional, industri 4.0
sampai modern yang otomatis dan berbasis
Internet of Things (IoT); teknologi
penangkapan ikan berbasis smart
technology; isu-isu global terkait dengan
ketenagakerjaan pelanggaran hukum laut,
pelanggaran penangkapan ikan, polusi laut,
perompakan di tengah laut, pemanasan
global dan perubahan iklim, perlindungan
ekosistem laut, serta penerapan smart
technology dan ramah lingkungan pada
mesin-mesin kapal penangkap ikan.
Meliputi pemahaman tentang technopreneur
yang mampu membaca peluang job profile
atau profesi, industri, peluang usaha, dan
peluang kerja dalam rangka menumbuhkan
jiwa wirausaha, serta peluang usaha dan
peluang kerja di bidang permesinan kapal
penangkap ikan.
Meliputi pemahaman tentang dasar konsep,
praktik penggunaan peralatan, pengenalan
teknologi yang digunakan dalam
penangkapan ikan, penanganan hasil
tangkap, dan pemasaran hasil tangkap.
Meliputi pemahaman tentang materi
kesehatan dan keselamatan awak kapal
penangkap ikan, respons situasi darurat
kapal penangkap ikan, identifikasi jenisjenis keadaan darurat, prosedurprosedur darurat, penanggulangan
keadaan darurat, penggunaan isyarat
bahaya, pengorganisasian tindakan
dalam keadaan darurat, pemberian
bantuan pada situasi darurat,
pelaksanaan SAR untuk menolong orang
dan kapal lain.
Meliputi pemahaman tentang prinsip dan
panduan praktek tata laksana
penangkapan yang bertanggung jawab
atau Code of Conduct for Responsible
Fisheries (CCRF), selektivitas alat tangkap,
mengoptimalkan energi yang digunakan
dalam industri perikanan, menerapkan
persyaratan hukum maritim internasional
sesuai dengan perjanjian dan konvensi
internasional, mencegah pencemaran laut,
menerapkan hukum, peraturan, dan
perjanjian nasional lainnya yang relevan
(perikanan).
Meliputi pemahaman mengenai deskripsi
dan fungsi struktur kapal pada
pengoperasian kapal penangkap ikan dan
mempertahankan stabilitas kapal
Meliputi pemahaman tentang menyimpan
171
Elemen
penyimpanan hasil
tangkapan.
Deskripsi
dan menjaga hasil tangkapan dan alat
penangkap ikan, menangani operasi
pemuatan dan pembongkaran dengan
memperhatikan keseimbangan,
mengidentifikasi pengaruhnya terhadap
keselamatan kapal pada saat penanganan
hasil tangkap dan penyimpanan.
Meliputi pemahaman tentang mesin utama
penggerak kapal penangkap ikan, mesin
bantu kapal penangkap ikan.
Permesinan kapal
penangkap ikan.
D.
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E (kelas X), peserta didik akan mendapatkan
gambaran
utuh
mengenai
program
keahlian
Teknika
Kapal
Penangkapan Ikan melalui pengenalan wawasan dunia kerja dan
kewirausahaan
serta
penguasaan
elemen-elemen
pembelajaran
lainnya sehingga mampu menumbuhkan passion (renjana), vision
(visi)
yang
dapat
memotivasi
dalam
merencanakan
serta
melaksanakan aktivitas belajar pada fase ini maupun fase berikutnya.
Capaian pembelajaran pada elemen-elemen mata pelajaran DasarDasar Teknika Kapal Penangkapan Ikan dapat diuraikan sebagai
berikut.
Elemen
Proses bisnis menyeluruh
bidang teknika kapal
penangkapan ikan
Perkembangan teknologi,
proses kerja, dan isu-isu
global di bidang teknika
kapal penangkapan ikan
Technopreneur, job-profile,
peluang usaha dan
pekerjaan/profesi di bidang
teknika kapal penangkapan
ikan
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E, peserta didik dapat
memahami proses bisnis teknika kapal
penangkapan ikan sebagai bagian integral
dari bidang pelayaran perikanan, antara
lain tentang penerapan prosedur darurat
dan K3LH, persyaratan kerja di kapal,
kontrak kerja, buku pelaut, sertifikasi,
hukum maritim dan hukum perikanan,
penangkapan dan penanganan pasca
penangkapan ikan.
Pada akhir fase E, peserta didik dapat
menjelaskan tentang perkembangan
teknologi mesin-mesin kapal penangkap
ikan konvensional, industri 4.0 sampai
modern yang otomatis dan berbasis Internet
of Things (IoT); teknologi penangkapan ikan
berbasis smart technology; isu-isu global
terkait dengan ketenagakerjaan
pelanggaran hukum laut, pelanggaran
penangkapan ikan, polusi laut, perompakan
di tengah laut, pemanasan global dan
perubahan iklim, perlindungan ekosistem
laut, serta penerapan smart technology dan
ramah lingkungan pada mesin-mesin kapal
penangkap ikan.
Pada akhir fase E, peserta didik dapat
menjelaskan tentang technopreneur yang
mampu membaca peluang job profile atau
profesi, industri, peluang usaha, dan
peluang kerja dalam rangka menumbuhkan
jiwa wirausaha, serta peluang usaha dan
172
Elemen
Capaian Pembelajaran
peluang kerja di bidang permesinan kapal
penangkap ikan.
Orientasi teknik dasar
Pada akhir fase E, peserta didik dapat
teknika kapal penangkapan
memahami tentang tentang dasar konsep,
ikan
praktik penggunaan peralatan, pengenalan
teknologi yang digunakan dalam
penangkapan ikan, penangan hasil tangkap,
dan pemasaran hasil tangkap.
Prosedur darurat
Pada akhir fase E, peserta didik dapat
memahami tentang materi kesehatan dan
keselamatan awak kapal penangkap ikan,
respons situasi darurat kapal penangkap
ikan, identifikasi jenis-jenis keadaan
darurat, prosedur-prosedur darurat,
penanggulangan keadaan darurat,
penggunaan isyarat bahaya,
pengorganisasian tindakan dalam keadaan
darurat, pemberian bantuan pada situasi
darurat, pelaksanaan SAR untuk menolong
orang dan kapal lain.
Tata laksana perikanan yang Pada akhir fase E, peserta didik dapat
bertanggung jawab atau
memahami tentang prinsip dan panduan
Code of Conduct for
praktek tatalaksana penangkapan yang
Responsible Fisheries (CCRF) bertanggung jawab (CCRF), selektivitas alat
tangkap, mengoptimalkan energi yang
dan Hukum Maritim dan
Perikanan
digunakan dalam perikanan industri,
menerapkan persyaratan hukum maritim
internasional sesuai dengan perjanjian dan
konvensi internasional; mencegah
pencemaran laut; menerapkan hukum,
peraturan, dan perjanjian nasional lainnya
yang relevan (perikanan).
Konstruksi dan stabilitas
Pada akhir fase E, peserta didik memahami
kapal penangkap ikan
mengenai deskripsi dan fungsi struktur
kapal pada pengoperasian kapal penangkap
ikan dan mempertahankan stabilitas kapal.
Penanganan dan
Pada akhir fase E, peserta didik dapat
penyimpanan ikan hasil
memahami tentang tentang cara menjaga
tangkap
dan menyimpan hasil tangkap dan alat
penangkap ikan; menangani operasi
pemuatan dan pembongkaran dengan
memperhatikan keseimbangan;
mengidentifikasi pengaruhnya terhadap
keselamatan kapal penanganan hasil
tangkap dan faktor penyimpanan;
Permesinan Kapal penangkap Pada akhir fase E, peserta didik dapat
ikan
memahami tentang mesin utama penggerak
kapal penangkap ikan; mesin bantu kapal
penangkap ikan.
173
7.2. CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR NAUTIKA KAPAL
PENANGKAPAN IKAN
A.
Rasional
Dasar-Dasar Nautika Kapal Penangkapan Ikan merupakan mata
pelajaran
yang
berisi
kompetensi-kompetensi
yang
mendasari
penguasaan keahlian Nautika Kapal Penangkapan Ikan yaitu
kesatuan kegiatan yang meliputi salah satu atau keseluruhan cara
melayarkan sebuah kapal dengan menangkap ikan dari suatu tempat
ke tempat lainnya dengan cepat, tepat, selamat, aman, dan efisien.
Fungsi mata pelajaran Dasar-Dasar Nautika Kapal Penangkapan Ikan
untuk menumbuhkembangkan kebanggaan pada peserta didik dalam
melakukan proses menjadi pelaut muda yang mampu membawa
kapal dan bekerja sebagai perwira atau nahkoda di kapal penangkap
ikan. Selain itu juga sebagai landasan untuk mengembangkan
keahlian
di
bidang
Nautika
Kapal
Penangkapan
Ikan
pada
konsentrasi pembelajaran di fase F.
Pembelajaran dapat dilakukan menggunakan berbagai pendekatan,
strategi, metode serta model yang sesuai dengan karakteristik
kompetensi yang harus dipelajari, sehingga dapat menciptakan
pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi
peserta
memberikan
ruang
kemandirian
sesuai
didik
yang
untuk
cukup
dengan
berpartisipasi
bagi
bakat,
aktif,
prakarsa,
minat,
serta
kreativitas,
renjana,
dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Model-model
pembelajaran yang dapat digunakan antara lain project-based
learning, discovery-based learning, problem-based learning, inquirybased learning, atau model lainnya serta metode yang relevan.
Mata Pelajaran Dasar–dasar Nautika Kapal Penangkapan Ikan
berkontribusi dalam membentuk peserta didik memiliki keahlian
pada bidang nautika kapal penangkapan ikan, mengembangkan
kapasitas peserta didik dalam bernalar kritis, mandiri, kreatif dan
adaptif.
Melalui
pembelajaran
Dasar-Dasar
Nautika
Kapal
Penangkapan Ikan peserta didik akan mampu membangun dirinya
memiliki kepribadian yang beriman dan bertaqwa pada Tuhan Yang
Maha Esa, berkebhinekaan global, mandiri, berpikir kritis, dan
bertanggung-jawab, peduli lingkungan serta menerapkan budaya
kerja.
174
B.
Tujuan
Mata pelajaran Dasar-Dasar Nautika Kapal Penangkapan Ikan
bertujuan membekali para peserta didik dengan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap (hard skills dan soft skills):
1. memahami proses bisnis secara menyeluruh di bidang nautika
kapal penangkapan ikan;
2. memahami perkembangan teknologi yang digunakan, proses kerja,
dan isu-isu global di bidang nautika kapal penangkapan ikan;
3. memahami
technopreneur,
job-profile,
peluang
usaha
dan
pekerjaan/ profesi di bidang nautika kapal penangkapan ikan;
4. memahami
lingkup
pekerjaan
pada
bidang
nautika
kapal
penangkapan ikan;
5. memahami bangunan dan stabilitas kapal penangkap ikan;
6. memahami permesinan kapal penangkap ikan;
7. memahami
teknik
penangkapan
ikan,
penanganan,
dan
penyimpanan hasil tangkapan;
8. memahami tata laksana perikanan yang bertanggung jawab (Code
of Conduct for Responsible Fisheries/CCRF); dan
9. melakukan prosedur darurat.
C.
Karakteristik
Mata Pelajaran Dasar-Dasar Nautika Kapal Penangkapan Ikan
merupakan mata pelajaran yang berisi dasar-dasar kompetensi yang
harus dikuasai oleh pelaut perikanan, yaitu kemampuan dalam
menghadapi keadaan darurat dan memanfaatkan sumber daya
perikanan yang bertanggung jawab dengan memperhatikan hukum
maritim dan peraturan perikanan. Mata Pelajaran ini diajarkan
sebagai prasyarat pelaksanaan praktik ketahanan laut berupa
kegiatan berlayar menggunakan kapal perikanan one day fishing dan
melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL).
Peserta didik dikenalkan pada situasi lapangan pekerjaan sebagai
pelaut perikanan, organisasi di atas kapal, peluang usaha, peluang
kerja, prospek karir, dan konsentrasi keahlian yang dapat dipelajari
pada fase berikutnya.
Mata pelajaran Dasar-Dasar Nautika Kapal Penangkapan Ikan terdiri
dari 9 elemen antara lain sebagai berikut:
Elemen
Proses bisnis menyeluruh
bidang nautika kapal
Deskripsi
Meliputi pemahaman tentang proses bisnis
nautika kapal penangkapan ikan sebagai
175
Elemen
penangkapan ikan
Perkembangan teknologi,
proses kerja, dan isu-isu
global di bidang nautika
kapal penangkapan ikan
Technopreneur, job-profile,
peluang usaha dan
pekerjaan/profesi di
bidang nautika kapal
penangkapan ikan
Orientasi teknik dasar
nautika kapal
penangkapan ikan
Bangunan dan stabilitas
kapal penangkap ikan
Permesinan kapal
penangkap ikan
Teknik penangkapan,
penanganan dan
penyimpanan ikan hasil
tangkapan
Tata laksana perikanan
yang bertanggung jawab
atau Code of Conduct for
Responsible Fisheries
Deskripsi
bagian integral dari bisnis pelayaran
penangkap ikan, antara lain tentang
penerapan prosedur darurat dan K3LH,
persyaratan kerja di kapal, kontrak kerja,
buku pelaut, sertifikasi, hukum maritim dan
hukum perikanan, penangkapan dan
penanganan pasca penangkapan ikan.
Meliputi pemahaman tentang perkembangan
teknologi yang digunakan, proses kerja, dan
isu-isu global terkait di bidang nautika kapal
penangkapan ikan sebagai bagian dari bidang
pelayaran kapal penangkap ikan, misalnya
tentang pelanggaran kontrak kerja kapal,
pelanggaran hukum laut, polusi laut,
perompakan.
Meliputi pemahaman tentang profil
technopreneur, job profile atau profesi,
industri, peluang usaha, dan peluang kerja di
bidang nautika kapal penangkapan ikan.
Meliputi pemahaman tentang dasar konsep,
praktik penggunaan peralatan, pengenalan
teknologi yang digunakan dalam
penangkapan ikan, penanganan hasil
tangkap, dan pemasaran hasil tangkap,
pemahaman tentang hukum maritim dan
hukum perikanan, serta perlindungan
terhadap ekosistem lingkungan laut.
Meliputi pemahaman tentang fungsi bagianbagian utama dan struktur bangunan kapal
penangkap ikan, bentuk serta tipe kapal
penangkapan ikan, ketentuan dan
persyaratan sekat kedap air, dasar berganda
dan peralatan lensa dan ballast serta
penataan instalasi kemudi kapal dan poros
baling-baling, mempertahankan stabilitas
kapal, pengaturan muatan ikan hasil
tangkap, dan peraturan Biro Klasifikasi
Indonesia (BKI) untuk kapal penangkap ikan.
Meliputi pemahaman tentang pengoperasian
dan pemeliharaan mesin kapal penangkap
ikan, mesin bantu, prinsip kerja sistem
pengoperasian mesin kapal penangkap ikan,
pengoperasian sistem hidrolik mesin kapal
penangkap ikan, penghitungan kebutuhan
bahan bakar minyak.
Meliputi pemahaman tentang pengoperasian
jaring lingkar, jaring payang dan pukat
udang, jaring angkat dan jaring lempar,
jaring insang dan bubu, alat tangkap
berbahan utama tali dan pancing; perawatan
alat tangkap, penanganan cepat hasil
tangkapan di atas dek, penanganan berbagai
jenis ikan, pelagis besar, kecil dan demersal
secara higienis, menyimpan dan menjaga
mutu ikan di atas kapal, penanganan operasi
pemuatan dan pembongkaran dengan
perhatian khusus pada momen
keseimbangan alat tangkap ikan, mutu
penanganan hasil tangkapan dan faktor
penyimpanan.
Meliputi pemahaman tentang prinsip umum
Code of Conduct for Responsible Fisheries
(CCRF), kewajiban-kewajiban CCRF; Illegal,
Unreported, and Unregulated (IUU) Fishing;
176
Elemen
Deskripsi
(CCRF)
definisi regional terhadap peristilahan/
terminologi, selektivitas alat tangkap, ukuran
alat tangkap sesuai ketentuan peraturan
yang berlaku, tanggung jawab pemerintah
atas kapal dan awak kapal penangkap ikan,
tindakan yang dapat dilakukan oleh otoritas
pelabuhan atau pihak berwenang pelabuhan.
Prosedur darurat dan SAR Meliputi pemahaman tentang materi
kesehatan dan keselamatan awak kapal
penangkap ikan, respons situasi darurat
kapal penangkap ikan, identifikasi jenis-jenis
keadaan darurat, penanggulangan keadaan
darurat, penggunaan isyarat bahaya,
pengorganisasian tindakan dalam keadaan
darurat, pemberian bantuan pada situasi
darurat, pelaksanaan SAR untuk menolong
orang dan kapal lain sesuai SOP.
D.
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E, peserta didik akan mendapatkan gambaran utuh
mengenai Program Keahlian Nautika Kapal Penangkapan Ikan melalui
penguatan wawasan dunia kerja, kewirausahaan, dan penguasaan
elemen-
elemen
pembelajaran
lainnya,
sehingga
mampu
menumbuhkan passion (renjana), vision (visi) yang dapat memotivasi
dalam merencanakan serta melaksanakan aktivitas belajar. Capaian
Pembelajaran pada elemen-elemen mata pelajaran Dasar-Dasar
Nautika Kapal Penangkapan Ikan dapat diuraikan sebagai berikut.
Elemen
Proses bisnis menyeluruh
bidang nautika kapal
penangkapan ikan
Perkembangan teknologi,
proses kerja, dan isu-isu
global di bidang nautika
kapal penangkapan ikan
Technopreneur, job-profile,
peluang usaha dan
pekerjaan/profesi di
bidang nautika kapal
penangkapan ikan
Orientasi teknik dasar
nautika kapal
penangkapan ikan
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E, peserta didik dapat
memahami proses bisnis nautika kapal
penangkapan ikan sebagai bagian integral dari
bisnis pelayaran perikanan, antara lain
tentang penerapan prosedur darurat dan
K3LH, persyaratan kerja di kapal, kontrak
kerja, buku pelaut, sertifikasi, hukum maritim
dan hukum perikanan, penangkapan dan
penanganan pasca penangkapan ikan
Pada akhir fase E, peserta didik dapat
memahami tentang perkembangan teknologi
yang digunakan, proses kerja, dan isu-isu
global terkait di bidang nautika kapal
penangkapan ikan sebagai bagian dari bidang
pelayaran kapal penangkap ikan, misalnya
tentang pelanggaran kontrak kerja kapal,
pelanggaran hukum laut, polusi laut,
perompakan.
Pada akhir fase E, peserta didik dapat
memahami tentang profil technopreneur, job
profile atau profesi, industri, peluang usaha,
dan peluang kerja di bidang nautika kapal
penangkapan ikan
Pada akhir fase E, peserta didik dapat
memahami tentang dasar konsep, praktik
penggunaan peralatan, pengenalan teknologi
yang digunakan dalam penangkapan ikan,
penangan hasil tangkap, dan pemasaran hasil
177
Elemen
Bangunan dan stabilitas
kapal penangkap ikan
Permesinan kapal
penangkap ikan
Teknik penangkapan,
penanganan dan
penyimpanan ikan hasil
tangkapan
Tata laksana perikanan
yang bertanggung jawab
atau Code of Conduct for
Responsible Fisheries
(CCRF)
Prosedur darurat dan SAR
Capaian Pembelajaran
tangkap, pemahaman tentang hukum maritim
dan hukum perikanan, serta perlindungan
terhadap ekosistem lingkungan laut.
Pada akhir fase E, peserta didik dapat
memahami tentang fungsi bagian-bagian
utama dan struktur bangunan kapal
penangkap ikan, bentuk serta tipe kapal
penangkapan ikan, ketentuan dan persyaratan
sekat kedap air, dasar berganda dan peralatan
lensa dan ballast serta penataan instalasi
kemudi kapal dan poros baling-baling,
mempertahankan stabilitas kapal, pengaturan
muatan ikan hasil tangkap, dan peraturan
Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) untuk kapal
penangkap ikan
Pada akhir fase E, peserta didik dapat
menjelaskan tentang pengoperasian dan
pemeliharaan mesin kapal penangkap ikan,
mesin bantu, prinsip kerja sistem
pengoperasian mesin kapal penangkap ikan,
pengoperasian sistem hidrolik mesin kapal
penangkap ikan, penghitungan kebutuhan
bahan bakar minyak.
Pada akhir fase E, peserta didik dapat
menjelaskan tentang pengoperasian jaring
lingkar, jaring payang dan pukat udang, jaring
angkat dan jaring lempar, jaring insang dan
bubu, alat tangkap berbahan utama tali dan
pancing; perawatan alat tangkap, penanganan
cepat hasil tangkapan di atas dek,
penanganan berbagai jenis ikan, pelagis besar,
kecil dan demersal secara higienis,
menyimpan dan menjaga mutu ikan di atas
kapal, penanganan operasi pemuatan dan
pembongkaran dengan perhatian khusus pada
momen keseimbangan alat tangkap ikan,
mutu penanganan hasil tangkapan dan faktor
penyimpanan.
Pada akhir fase E, peserta didik dapat
memahami tentang prinsip umum Code of
Conduct for Responsible Fisheries (CCRF),
kewajiban-kewajiban CCRF; Illegal,
Unreported, and Unregulated (IUU) Fishing;
definisi regional terhadap peristilahan/
terminologi, selektivitas alat tangkap, ukuran
alat tangkap sesuai ketentuan peraturan yang
berlaku, tanggung jawab pemerintah atas
kapal dan awak kapal penangkap ikan,
tindakan yang dapat dilakukan oleh otoritas
pelabuhan atau pihak berwenang pelabuhan.
Pada akhir fase E, peserta didik dapat
memahami materi kesehatan dan keselamatan
awak kapal penangkap ikan, respon situasi
darurat kapal penangkap ikan, identifikasi
jenis-jenis keadaan darurat, penanggulangan
keadaan darurat, penggunaan isyarat bahaya,
pengorganisasian tindakan dalam keadaan
darurat, pemberian bantuan pada situasi
darurat, pelaksanaan SAR untuk menolong
orang dan kapal lain sesuai Prosedur
Operasional Standar (POS).
178
7.3. CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR TEKNIKA KAPAL NIAGA
A. Rasional
Dasar-Dasar Teknika Kapal Niaga adalah mata pelajaran yang berisi
kompetensi-kompetensi yang mendasari penguasaan keahlian Teknika
Kapal Niaga. Mata pelajaran ini berfungsi membekali peserta didik
dengan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan sikap agar
memiliki dasar yang kuat dalam mempelajari mata pelajaran-mata
pelajaran pada konsentrasi keahlian di fase F.
Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknika Kapal Niaga merupakan pondasi
bagi peserta didik dalam memahami tugas-tugas di bidang teknika
kapal niaga. Selain itu mata pelajaran ini juga dapat menumbuh
kembangkan kebanggaan peserta didik menjadi calon pelaut melalui
melalui rangkaian pembelajaran yang bermakna.
Pembelajaran dapat dilakukan menggunakan berbagai pendekatan,
strategi, metode serta model yang sesuai dengan karakteristik
kompetensi yang harus dipelajari, sehingga dapat menciptakan
pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan
ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai
dengan bakat, minat, renjana, dan perkembangan fisik serta psikologis
peserta didik. Model-model pembelajaran yang dapat digunakan antara
lain project-based learning, discovery-based learning, problem-based
learning, inquiry-based learning, atau model lainnya serta metode yang
relevan.
Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknika Kapal Niaga berkontribusi dalam
membentuk peserta didik memiliki keahlian pada bidang teknika kapal
niaga, mengembangkan kapasitas peserta didik dalam bernalar kritis,
mandiri, kreatif dan adaptif. Melalui pembelajaran Dasar-Dasar
Teknika Kapal Niaga peserta didik akan mampu membangun dirinya
memiliki
kepribadian
mandiri,
berpikir
berkebhinekaan
kritis
dan
lingkungan.
179
global,
bergotong-royong,
bertanggung-jawab
serta
peduli
B. Tujuan
Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknika Kapal Niaga bertujuan membekali
peserta didik dengan dasar-dasar pengetahuan, keterampilan dan
sikap (hard skills dan soft skills):
1. memahami proses bisnis secara menyeluruh di bidang bidang
teknika kapal niaga;
2. memahami perkembangan teknologi, proses kerja, dan isu-isu
global di bidang teknika kapal niaga;
3. memahami technopreneur, job-profile, peluang usaha dan
pekerjaan/profesi di bidang teknika kapal niaga;
4. memahami orientasi dasar teknis teknika kapal niaga;
5. melakukan prosedur darurat dan SAR;
6. memahami undang-undang pelayaran dan konvensi internasional;
7. menerapkan kepedulian lingkungan dan pencegahan polusi, serta
budaya dan keselamatan pelayaran; dan
8. memahami budaya keselamatan, keamanan, dan pelayanan (safety,
security and service culture).
C. Karakteristik
Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknika Kapal Niaga berfokus pada pada
kompetensi bersifat dasar yang harus dimiliki oleh calon pelaut kapal
niaga. Peserta didik dikenalkan pada lapangan kerja, jabatan kerja di
atas kapal yang dapat dimasuki setelah lulus, dan profil entrepreneur
pada bidang kapal niaga. Selain itu peserta didik juga diberikan
pemahaman tentang proses bisnis, perkembangan penerapan teknologi
dan isu-isu global, keselamatan dan kesehatan kerja serta dasar-dasar
kompetensi dalam menghadapi keadaan darurat di kapal niaga.
Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknika Kapal Niaga terdiri atas beberapa
elemen sebagai berikut:
Elemen
Proses bisnis
menyeluruh di bidang
teknika kapal niaga
Deskripsi
Meliputi pemahaman tentang proses
bisnis teknika kapal niaga sebagai bagian
integral dari bidang pelayaran kapal
niaga, antara lain tentang persyaratan
kerja di kapal, kontrak kerja, buku
pelaut, sertifikasi, pekerjaaan selama
pelayaran, serta pengetahuan tentang
lembaga yang terkait dengan pelayaran
kapal niaga.
180
Elemen
Deskripsi
Perkembangan teknologi,
proses kerja, dan isu-isu
global di bidang teknika
kapal niaga
Meliputi pemahaman tentang
perkembangan teknologi yang digunakan
dari yang konvensional hingga modern,
proses pekerjaan dan isu-isu global di
bidang teknika kapal niaga.
Technopreneur, jobprofile, peluang usaha
dan pekerjaan/profesi
di bidang teknika kapal
niaga
Orientasi dasar teknis
Teknika kapal niaga
Meliputi pemahaman tentang profil
technopreneur, job profile atau profesi,
industri, peluang usaha,dan peluang kerja
di bidang teknika kapal niaga.
Prosedur darurat dan
SAR (Emergency
Procedures and SAR)
Meliputi pemahaman tentang kesehatan
dan keselamatan pelayaran awak kapal
niaga, respon situasi darurat kapal niaga,
mengidentifikasi jenis-jenis keadaan
darurat, prosedur-prosedur darurat,
penanggulangan keadaan darurat,
penggunaan isyarat bahaya,
pengorganisasian tindakan dalam
keadaan darurat, pengidentifikasian lintas
penyelamatan diri dari kamar mesin dan
tempat berkumpul (muster station),
pemberian bantuan pada situasi
darurat, cara melakukan SAR untuk
menolong orang dan kapal lain sesuai
Prosedur Operasional Standar (POS).
Meliputi pemahaman tentang undang–
undang pelayaran yang berlaku secara
nasional dan internasional untuk
menjamin keselamatan pelayaran yang
telah dituangkan dalam SOLAS 1974,
mengatur tentang persyaratan konstruksi
keselamatan kapal, keselamatan manusia
dan barang-barang yang diangkut.
Meliputi pemahaman tentang materi
definisi dan tujuan MARPOL 73/78,
tindakan yang akan diambil untuk
mencegah pencemaran lingkungan laut,
prosedur yang dipersyaratkan untuk anti
polusi dan semua peralatan yang akan
digunakan untuk menanggulangi
pencemaran, tindakan proaktif untuk
melindungi lingkungan laut.
Meliputi pemahaman tentang dinas jaga
yang merupakan pekerjaan yang
berhubungan dengan pengambil alihan
tugas jaga dan menerima jaga, pentingnya
peraturan dan penetapan petugas jaga,
kebutuhan untuk pemakaian baju kerja
(wearpack), pelindung telinga (earplug),
safety shoes dan safety helmet; koordinasi
pekerjaan dengan planning, organizing,
actuating dan controlling; komunikasi
Undang-undang
Pelayaran dan
Konvensi Internasional
(Basic Knowledge of
IMO Convention)
Kepedulian lingkungan
dan pencegahan polusi
(Environment
Awareness and
Pollution of Prevention)
Budaya keselamatan,
keamanan, dan
pelayanan (Safety,
Security and Service
Culture)
Meliputi pemahaman melalui kegiatan
praktikal terbatas penggunaan
peralatan/teknologi di bidang teknika
kapal niaga sebagai proses adaptasi
dengan peralatan dan teknologi yang
digunakan pada kelas berikutnya.
181
Elemen
Deskripsi
yang baik antara kru kapal dan dengan
pihak luar, pelayanan secara maksimal
kepada pemakai jasa pelayaran,
penjagaan keselamatan dari anak buah
kapal yang bertugas jaga mesin;
pengetahuan tentang prinsip-prinsip
tugas jaga di kamar mesin, prosedur
keselamatan dan keadaan darurat serta
pengelolaan kamar mesin.
D. Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E (kelas X), peserta didik akan mendapatkan gambaran
mengenai Program Keahlian Teknika Kapal Niaga secara utuh sehingga
mampu menumbuhkan passion dan vision untuk merencanakan dan
melaksanakan aktivitas belajar.
Elemen
Proses bisnis
menyeluruh di bidang
teknika kapal niaga
Perkembangan teknologi,
proses kerja, dan isu-isu
global di bidang teknika
kapal niaga
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E, peserta didik dapat
mendeskripsikan proses bisnis teknika
kapal niaga sebagai bagian integral dari
bidang pelayaran kapal niaga, antara lain
tentang persyaratan kerja di kapal,
kontrak kerja, buku pelaut, sertifikasi,
pekerjaaan selama pelayaran, serta
pengetahuan tentang lembaga yang terkait
dengan pelayaran kapal niaga.
Pada akhir fase E, peserta didik dapat
menjelaskan tentang perkembangan
teknologi yang digunakan, proses kerja,
dan isu-isu global terkait dengan keahlian
teknik kapal niaga sebagai bagian dari
bidang pelayaran niaga, misalnya tentang
pelanggaran kontrak kerja kapal,
pelanggaran hukum laut, polusi laut,
perompakan.
Technopreneur, jobprofile, peluang usaha
dan pekerjaan/profesi
di bidang teknika kapal
niaga
Pada akhir fase E, peserta didik dapat
menjelaskan profil technopreneur, job profile
atau profesi, industri, peluang usaha, dan
peluang kerja di bidang teknika kapal
niaga.
Orientasi teknik dasar
teknika kapal niaga
Pada akhir fase E, peserta didik dapat
melakukan kegiatan praktikal terbatas
tentang penggunaan
peralatan/teknologi di bidang teknika
kapal niaga sebagai proses adaptasi
dengan peralatan/teknologi yang
digunakan pada kelas berikutnya.
182
Elemen
Prosedur darurat dan
SAR (Emergency
Procedures and SAR)
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E, peserta didik dapat
menjelaskan tentang kesehatan dan
keselamatan pelayaran awak kapal niaga,
respon situasi darurat kapal niaga,
mengidentifikasi jenis-jenis keadaan
darurat, prosedur-prosedur darurat,
penanggulangan keadaan darurat,
penggunaan isyarat bahaya,
pengorganisasian tindakan dalam
keadaan darurat, pengidentifikasian lintas
penyelamatan diri dari kamar mesin dan
tempat berkumpul (muster station),
pemberian bantuan pada situasi
darurat, cara melakukan SAR untuk
menolong orang dan kapal lain sesuai
Prosedur Operasional Standar (POS).
Undang-undang Pelayaran
dan Konvensi Internasional
(Basic Knowledge of IMO
Convention)
Pada akhir fase E, peserta didik dapat
menjelaskan undang–undang pelayaran
yang berlaku secara nasional dan
internasional untuk menjamin
keselamatan pelayaran yang telah
dituangkan dalam SOLAS1974, mengatur
tentang persyaratan konstruksi
keselamatan kapal, keselamatan manusia
dan barang-barang yang diangkut.
Kepedulian lingkungan
dan pencegahan polusi
(Environment Awareness
and Pollution of
Prevention)
Pada akhir fase E, peserta didik dapat
mendeskripsikan materi definisi dan
tujuan MARPOL 73/78, Tindakan yang
akan diambil untuk mencegah
pencemaran lingkungan laut, prosedur
yang dipersyaratkan untuk anti polusi
dan semua peralatan yang akan
digunakan untuk menanggulangi
pencemaran, Tindakan proaktif untuk
melindungi lingkungan laut.
Budaya keselamatan,
keamanan, dan
pelayanan (Safety,
Security and Service
Culture)
Pada akhir fase E, peserta didik dapat
menjelaskan dinas jaga yang merupakan
pekerjaan yang berhubungan dengan
pengambil alihan tugas jaga dan menerima
jaga, pentingnya peraturan dan penetapan
petugas jaga, kebutuhan untuk pemakaian
baju kerja (wearpack), pelindung telinga
(ear plug), safety shoes dan safety helmet;
koordinasi pekerjaan dengan planning,
organizing, actuating dan controlling;
komunikasi yang baik antara kru kapal
dan dengan pihak luar, pelayanan secara
maksimal kepada pemakai jasa pelayaran,
penjagaan keselamatan dari anak buah
kapal yang bertugas jaga mesin;
pengetahuan tentang prinsip-prinsip tugas
jaga di kamar mesin, prosedur keselamatan
dan keadaan darurat serta pengelolaan
kamar mesin.
183
7.4. CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR NAUTIKA KAPAL NIAGA
A.
Rasional
Mata
pelajaran
Dasar-Dasar
Nautika
Kapal
Niaga
berfungsi
membekali peserta didik mengimplementasikan kesadaran tentang
pentingnya proses bisnis, peluang kerja, lingkup kerja, perkembangan
teknologi, aturan-aturan yang berlaku, kepedulian lingkungan,
keselamatan, keamanan dan pelayanan di kapal, sijil keadaan darurat
serta membentuk sikap peserta didik, menghargai kerja individu dan
kelompok (gotong royong), mandiri, jujur, obyektif, terbuka, ulet,
kritis dalam aktivitas sehari-hari dan mampu menyelesaikan masalah
yang dihadapi.
Mata Pelajaran Dasar-Dasar Nautika Kapal Niaga merupakan pondasi
bagi peserta didik dalam memahami tugas-tugas menjadi pekerja
pada bidang Nautika Kapal Niaga, setelah belajar pada pada program
keahlian
Nautika
Kapal
Niaga.
Selain
itu
sebagai
landasan
pengetahuan dan keterampilan dalam mempelajari materi pelajaran
pada pembelajaran fase F.
Pembelajaran dapat dilakukan menggunakan berbagai pendekatan,
strategi, metode serta model yang sesuai dengan karakteristik
kompetensi yang harus dipelajari, sehingga dapat menciptakan
pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi
peserta
didik
memberikan
ruang
yang
kemandirian
sesuai
untuk
cukup
dengan
berpartisipasi
bagi
bakat,
aktif,
prakarsa,
minat,
serta
kreativitas,
renjana,
dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Model-model
pembelajaran yang dapat digunakan antara lain project-based
learning, discovery-based learning, problem-based learning, atau
model lainnya serta metode yang relevan.
Mata pelajaran Dasar-Dasar Nautika Kapal Niaga berkontribusi dalam
memampukan peserta didik menjadi ahli pada bidang Nautika Kapal
Niaga, membekali peserta didik dalam bernalar kritis, mandiri, dan
kreatif dan adaptif, bergotong royong, dan berkebhinekaan global.
Peserta didik yang memahami Dasar-Dasar Nautika Kapal Niaga
184
diharapkan mampu meningkatkan keimanan dengan mengakui
kebesaran Tuhan YME yang menciptakan bumi dan seisinya,
makhluk hidup yang tumbuh dan berkembang bertebaran di laut,
sehingga akan menumbuhkan rasa ingin tahu, jujur, bertanggungjawab, kritis dan peduli lingkungan.
B.
Tujuan
Mata
pelajaran
Dasar-Dasar
Nautika
Kapal
Niaga
bertujuan
membekali peserta didik dengan pengetahuan dan keterampilan
dasar yang terkait dengan operasionalisasi kapal niaga, termasuk
pengetahuan tentang bangunan atau konstruksi kapal dan stabilitas
kapal untuk menumbuh- kembangkan minat peserta didik terhadap
kompetensi
keahliannya
dengan
dasar-dasar
pengetahuan,
keterampilan, dan sikap (hard skills dan soft skills) meliputi:
1. memahami proses bisnis di dunia kerja bidang Nautika Kapal Niaga;
2. memahami perkembangan teknologi yang digunakan dan dunia
kerja bidang Nautika Kapal Niaga;
3. memahami
profil
entrepreneur,
job-profile,
dan
peluang
usaha/bekerja di bidang Nautika Kapal Niaga;
4. memahami lingkup kerja pada bidang Nautika Kapal Niaga;
5. melakukan Tindakan Penanganan Keadaan Darurat secara cepat,
tepat dan terkendali;
6. memahami Undang-undang Pelayaran dan Konvensi Internasional
(Basic Knowledge of IMO Convention) yang relevan pada keselamatan
kehidupan di laut, keamanan dan perlindungan lingkungan laut;
7. memahami
Kepedulian
lingkungan
dan
Pencegahan
polusi
(Environment Awareness and Pollution of Prevention) pencemaran
lingkungan laut;
8. menerapkan Budaya Keselamatan, keamanan dan pelayanan
(Safety, Security and Service Culture) terhadap rekan kerja kru kapal
maupun terhadap penumpang kapal; dan
9. memahami Konstruksi dan Stabilitas (Ship Construction and
Stability) dalam dunia pelayaran, agar kapal tidak mengalami
kecelakaan baik dari faktor internal (kapal sendiri) maupun faktor
eksternal (cuaca buruk).
185
C.
Karakteristik
Mata pelajaran Dasar-Dasar Nautika
Kapal Niaga
berfokus pada
pada kompetensi bersifat dasar yang harus dimiliki oleh calon pelaut
kapal niaga. Peserta didik dikenalkan pada lapangan kerja, jabatan
kerja di atas kapal yang dapat dimasuki setelah lulus, dan
profil
entrepreneur pada bidang kapal niaga. Selain itu peserta didik juga
diberikan pemahaman tentang
proses bisnis, perkembangan
penerapan teknologi dan isu-isu global, keselamatan dan kesehatan
kerja serta dasar-dasar kompetensi dalam menghadapi keadaan
darurat di kapal niaga.
Mata pelajaran Dasar-Dasar Nautika Kapal Niaga terdiri atas
beberapa elemen beserta deskripsinya seperti berikut:
Elemen
Deskripsi
Proses bisnis di dunia
kerja bidang Nautika
Kapal Niaga
Meliputi pemahaman tentang proses kerja di
kapal niaga antara lain persiapan pelayaran,
persyaratan kerja di kapal, kontrak kerja,
buku pelaut, pekerjaan selama pelayaran,
serta pengetahuan tentang lembaga yang
terkait dengan pelayaran kapal niaga.
Perkembangan
teknologi dan isu-isu
global di dunia bidang
nautika kapal niaga.
Meliputi pemahaman tentang perkembangan
teknologi yang digunakan dari yang
konvensional hingga modern, perkembangan
pekerjaan, dan isu-isu global di bidang
nautika kapal niaga.
Profil entrepreneur, jobprofile, peluang
usaha/kerja di bidang
nautika kapal niaga
Meliputi pengenalan tentang profil pelaku
wirausaha (entrepreneur) yang mampu
membaca peluang usaha, job profile, berbagai
peluang usaha/bekerja di bidang nautika
kapal niaga.
Orientasi dasar teknis
nautika kapal niaga
Meliputi pemahaman melalui kegiatan
praktikal singkat tentang penggunaan
peralatan/teknologi dan jenis-jenis pekerjaan
di bidang nautika kapal niaga dalam rangka
proses memahami dan beradaptasi untuk
pembelajaran berikutnya.
Prosedur darurat dan
SAR (Emergency
Procedure and SAR)
Meliputi pemahaman tentang prosedur
menghadapi keadaan darurat, tindakan
pencegahan saat menyandarkan kapal,
tindakan saat terdampar/kandas, penilaian
awal kerusakan dan penanganan kerusakan,
tindakan setelah tabrakan, pencegahan
kerusakan kapal dari kebakaran atau
ledakan, prosedur meninggalkan kapal,
penggunaan perangkat kemudi tambahan
dan rigging serta penggunaan pengaturan
kemudi darurat, melakukan SAR untuk
menolong orang dan kapal lain sesuai SOP.
186
Elemen
Undang-undang
Pelayaran dan Konvensi
Internasional
Kepedulian lingkungan
dan pencegahan polusi
Budaya keselamatan,
keamanan dan
pelayanan
Deskripsi
Meliputi pemahaman tentang hukum
maritim, konvensi tentang hukum laut, laut
teritorial dan zona yang bersebelahan, selat
internasional, penjelasan laut lepas,
perlindungan dan pelestarian lingkungan
laut, keselamatan, konvensi internasional
tentang jalur muatan, 1966 (LL 1966),
penerapan konvensi internasional untuk
keselamatan hidup di laut, 1974
sebagaimana telah diubah (SOLAS),
penerapan SOLAS, subdivisi dan stabilitas,
mesin dan instalasi listrik, penerapan
SOLAS, proteksi kebakaran, deteksi
kebakaran, kepunahan, penerapan SOLAS,
life- saving, appliances dan pengaturan,
penerapan SOLAS, radio telegraphy dan
radiotelephony dan penerapan manajemen
keselamatan internasional.
Meliputi pemahaman tentang definisi dan
tujuan MARPOL 73/78, penanganan dan
pencegahan polusi di laut, pengendalian
pembuangan minyak, Buku Catatan Minyak
(Bagian I, Operasi Ruang Mesin) dan (Bagian
II, Operasi Kargo/Ballast), Rencana Darurat
Pencemaran Minyak Kapal (SOPEP) termasuk
Rencana Darurat Pencemaran Laut Kapal
(SMPEP) untuk minyak dan/atau beracun,
zat cair dan Rencana Respons Kapal (VRP),
prosedur pengoperasian peralatan antipolusi, instalasi pembuangan limbah,
incenerator, comminutor, instalasi pengolahan
air ballast, Rencana Pengelolaan Senyawa
Organik Volatil (VOC), sistem pengelolaan
sampah, anti sistem-fouling, manajemen Air
Ballast dan kriteria pembuangannya dan
tindakan proaktif untuk melindungi
lingkungan laut.
Meliputi pemahaman tentang dinas jaga “di
era modern” (Watchkeepers at “The Cutting
Edge”), perencanaan dan pengorganisasian
(planning and organizing), mengarahkan dan
mengontrol (directing and controlling),
komunikasi dan kerja sama tim, kuesioner
penilaian diri (communications and teamwork.
self assessment questionnaire) faktor di balik
kesalahan manusia (factors behind human
error).
187
Elemen
Konstruksi dan
Stabilitas (Ship
Construction and
Stability)
D.
Deskripsi
Meliputi pemahaman tentang bagian kapal
niaga, dimensi pokok bangunan kapal,
bentuk- bentuk kapal, ukuran pokok,
tonnage, dasar berganda, gading, gading,
kulit kapal, geladak, sekat, pintu kedap air,
kemudi, dan bentuk profil. sehingga peserta
didik akan memperoleh pengetahuan yang
diperlukan untuk mengelola dan merawat
kapal dengan baik serta dapat melakukan
langkah-langkah cermat dan akurat dalam
menghitung stabilitas dan berbagai
perubahannya serta memiliki kemampuan,
pembiasaan dalam mengaplikasikan dengan
benar, baik melalui pengamatan, diskusi dan
melatih diri sehingga dapat melaksanakan
tugas dengan cermat, akurat, efektif dan
efisien sesuai kompetensi yang
dipersyaratkan.
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E (kelas X), peserta didik akan mendapatkan
gambaran mengenai program keahlian Nautika Kapal Niaga dengan
capaian pembelajaran sebagai berikut.
Elemen
Capaian Pembelajaran
Proses bisnis di dunia
kerja bidang Nautika
Kapal Niaga
Pada akhir fase E, peserta didik dapat
memahami tentang proses kerja di kapal
niaga antara lain persiapan pelayaran,
persyaratan kerja di kapal, kontrak kerja,
buku pelaut, pekerjaan selama pelayaran,
serta pengetahuan tentang lembaga yang
terkait dengan pelayaran kapal niaga.
Perkembangan
teknologi dan isu-isu
global di dunia bidang
nautika kapal niaga
Pada akhir fase E, peserta didik dapat
menjelaskan tentang perkembangan
teknologi yang digunakan dari yang
konvensional hingga modern, perkembangan
pekerjaan, dan isu-isu global di bidang
nautika kapal niaga.
Pada akhir fase E, peserta didik dapat
memahami tentang profil pelaku wirausaha
(entrepreneur) yang mampu membaca
peluang usaha, job profile, berbagai peluang
usaha/bekerja di bidang nautika kapal
niaga.
Pada akhir fase E, peserta didik dapat
memahami melalui kegiatan praktikal
singkat tentang penggunaan
peralatan/teknologi dan jenis-jenis
pekerjaan di bidang nautika kapal niaga
dalam rangka proses memahami dan
adaptasi untuk pembelajaran berikutnya.
Profil entrepreneur, jobprofile, peluang
usaha/kerja di bidang
nautika kapal niaga
Orientasi dasar teknis
Nautika Kapal Niaga
188
Elemen
Prosedur darurat dan
SAR (Emergency
Procedure and SAR)
Undang-undang
Pelayaran dan Konvensi
Internasional
Kepedulian lingkungan
dan pencegahan polusi
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E, peserta didik dapat
memahami tentang prosedur menghadapi
situasi darurat, tindakan pencegahan saat
mendaratkan kapal, tindakan saat
terdampar/kandas, penilaian awal kerusakan
dan pengendalian kerusakan, tindakan
setelah tabrakan, pencegahan kerusakan
kapal dari kebakaran atau ledakan, prosedur
meninggalkan kapal, penggunaan perangkat
kemudi tambahan dan rigging serta
penggunaan pengaturan kemudi darurat,
melakukan SAR untuk menolong orang dan
kapal lain sesuai SOP.
Pada akhir fase E, peserta didik dapat
memahami tentang hukum maritim, konvensi
tentang hukum laut, laut teritorial dan zona
yang bersebelahan, selat internasional,
penjelasan laut lepas, perlindungan dan
pelestarian lingkungan laut, keselamatan,
konvensi internasional tentang jalur muatan,
1966 (LL 1966), penerapan konvensi
internasional untuk keselamatan hidup di
laut, 1974 sebagaimana telah diubah
(SOLAS), penerapan SOLAS, subdivisi dan
stabilitas, mesin dan instalasi listrik,
penerapan SOLAS, proteksi kebakaran,
deteksi kebakaran, kepunahan, penerapan
SOLAS, life-saving, appliances dan
pengaturan, penerapan SOLAS, radio
telegraphy dan radiotelephony dan penerapan
manajemen keselamatan internasional.
Pada akhir fase E, peserta didik dapat
memahami tentang definisi dan tujuan
MARPOL 73/78, penanganan dan
pencegahan polusi di laut, pengendalian
pembuangan minyak, Buku Catatan Minyak
(Bagian I, Operasi Ruang Mesin) dan (Bagian
II, Operasi Kargo/Ballast), Rencana Darurat
Pencemaran Minyak Kapal (SOPEP)
termasuk Rencana Darurat Pencemaran
Laut Kapal (SMPEP) untuk Minyak dan/atau
Beracun, Zat Cair dan Rencana Respons
Kapal (VRP), prosedur pengoperasian
peralatan anti-polusi, instalasi pembuangan
limbah, insinerator, comminutor, instalasi
pengolahan air ballast, Rencana Pengelolaan
Senyawa Organik Volatil (VOC), Sistem
Pengelolaan Sampah, Anti sistem- fouling,
Manajemen Air Ballast dan kriteria
pembuangannya dan tindakan proaktif
untuk melindungi lingkungan laut.
189
Elemen
Capaian Pembelajaran
Budaya keselamatan,
keamanan dan
pelayanan
Pada akhir fase E, peserta didik dapat
memahami tentang Dinas Jaga “di era
modern” (Watchkeepers at “The Cutting
Edge”), Perencanaan dan Pengorganisasian
(Planning and Organizing), Mengarahkan dan
Mengontrol (Directing and Controlling),
Komunikasi dan kerja sama tim, kuesioner
penilaian diri (Communications and
Teamwork. Self Assessment Questionnaire)
Faktor di balik kesalahan manusia (Factors
behind human error).
Konstruksi dan
Stabilitas (Ship
Construction and
Stability)
Pada akhir fase E, peserta didik dapat
menjelaskan tentang bagian kapal niaga,
dimensi pokok bangunan kapal, bentukbentuk kapal, ukuran pokok, tonnage, dasar
berganda, gading, gading, kulit kapal,
geladak, sekat, pintu kedap air, kemudi, dan
bentuk profil. sehingga peserta didik akan
memperoleh pengetahuan yang diperlukan
untuk mengelola dan merawat kapal dengan
baik serta dapat melakukan langkah-langkah
cermat dan akurat dalam menghitung
stabilitas dan berbagai perubahannya serta
memiliki kemampuan, pembiasaan dalam
mengaplikasikannya dengan benar, baik
melalui pengamatan, diskusi dan melatih diri
sehingga dapat melaksanakan tugas dengan
cermat, akurat, efektif dan efisien sesuai
kompetensi yang dipersyaratkan.
190
8.1. CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR PEMASARAN
A. Rasional
Mata Pelajaran Dasar-Dasar Pemasaran adalah mata pelajaran
kejuruan yang terdiri dari berbagai ilmu dasar sebagai penentu dalam
mempelajari mata pelajaran yang lain dalam Program Keahlian
Pemasaran
yang
berfungsi
membekali
peserta
didik
dengan
seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan sikap agar memiliki dasar
yang kuat dalam mempelajari mata pelajaran-mata pelajaran pada
konsentrasi keahlian di kelas XI dan XII. Setelah mempelajari Mata
Pelajaran Dasar-Dasar Pemasaran dan materi lanjutan di kelas XI dan
XII, peserta didik dapat bekerja sebagai: kasir, pramuniaga, sales
executive,
merchandiser,
digital
marketer,
public
relation,
dan
wirausaha, serta jabatan lain sesuai dengan perkembangan dan
kebutuhan dunia kerja.
Pembelajaran dapat menggunakan berbagai pendekatan, strategi,
model, serta metode yang sesuai dengan karakteristik kompetensi yang
harus dipelajari, sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi
peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang
cukup bagi inisiatif, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat, renjana (passion), dan perkembangan fisik, serta psikologis
peserta didik. Model-model pembelajaran
yang dapat digunakan,
antara lain project based learning, problem based learning, discovery
and inquiry learning, teaching factory, serta model-model lainnya yang
relevan.
Mata Pelajaran Dasar-Dasar Pemasaran memuat kompetensi soft skills
dan hard skills. Soft skills berkontribusi untuk mengembangkan
kapasitas peserta didik dalam bernalar kritis, mandiri, kreatif, dan
adaptif. Selain itu, juga menumbuhkan sikap dan karakter beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, dan berkebhinekaan
global.
Sedangkan
hard
skills
difokuskan
untuk
penguasaan
kompetensi spesifik sesuai dengan pekerjaan di dunia kerja.
191
B. Tujuan
Mata Pelajaran Dasar-Dasar Pemasaran bertujuan untuk membekali
peserta didik dengan kemampuan soft skills dan hard skills yang
meliputi:
1. memahami proses bisnis bidang pemasaran di berbagai industri;
2. memahami perkembangan teknologi dan isu-isu terkini terkait
dunia pemasaran;
3. memahami profil pekerjaan/profesi (job profile) dan peluang usaha
di bidang pemasaran;
4. memahami prosedur kesehatan, keselamatan dan keamanan dalam
bekerja, menangani keadaan darurat, dan mempertahankan
standar penampilan pribadi;
5. memahami pola komunikasi dengan pelanggan;
6. memahami dasar-dasar dalam pemasaran barang dan jasa dengan
mengobservasi pasar dan mengidentifikasi Segmenting, Targeting,
dan Positioning (STP marketing) pada ritel modern maupun
tradisional, baik online maupun offline;
7. memahami
pola
pelayanan
pelanggan,
berdasarkan
prinsip
pelayanan prima dengan penuh percaya diri; dan
8. memahami perilaku konsumen dalam pembelian barang dan jasa,
dengan mengenali sinyal-sinyal calon pelanggan agar dapat
mewujudkan kepuasan pelanggan.
C. Karakteristik
Mata Pelajaran Dasar-Dasar Pemasaran berfokus pada kompetensi
yang bersifat dasar yang harus dimiliki oleh tenaga pemasar sesuai
dengan perkembangan dan kebutuhan dunia kerja.
Mata Pelajaran Dasar-Dasar Pemasaran membutuhkan daya nalar
kritis, inovatif, kreatif, kerja keras, dan ulet, kemampuan dalam
berkomunikasi dan bernegosiasi, serta membangun kolaborasi. Selain
itu mata pelajaran ini memberikan pemahaman kepada peserta didik
tentang proses bisnis, perkembangan teknologi dan isu-isu terkini, job
profile, serta peluang usaha di bidang pemasaran.
192
Mata Pelajaran Dasar-Dasar Pemasaran meliputi:
Elemen
Proses bisnis bidang
pemasaran di berbagai
industri
Perkembangan teknologi
dan isu-isu terkini terkait
dunia pemasaran
Profil pekerjaan/profesi (job
profile) dan peluang usaha
di bidang pemasaran
Prosedur kesehatan,
keselamatan, dan keamanan
dalam bekerja
Berkomunikasi dengan
pelanggan
Dasar-dasar dalam
pemasaran barang dan jasa
Perilaku konsumen
Deskripsi
Lingkup pembelajaran meliputi pengenalan
manajemen pemasaran secara menyeluruh
pada berbagai jenis industri dan usaha.
Lingkup pembelajaran meliputi
perkembangan pemasaran mulai dari
konvensional sampai dengan penerapan
teknologi modern, industri 4.0, Internet of
Things (IoT), teknologi digital dalam
pemasaran, isu-isu perkembangan yang
muncul dan hilang ke depan terkait dengan
dunia pemasaran, seperti digital marketing,
e-commerce, marketplace, media sosial, dan
sejenisnya.
Lingkup pembelajaran meliputi profil
pekerjaan/profesi (job profile) dalam bidang
pemasaran di masa sekarang dan dimasa
mendatang, seperti kasir, pramuniaga, sales
executive, merchandiser, digital marketer,
public relation, dan sejenisnya, serta peluang
usaha di bidang pemasaran, seperti
dropshipping, drop servicing, affiliate
marketing, marketing agency, content creator,
dan sejenisnya.
Elemen ini berhubungan dengan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja
yang dibutuhkan dengan lingkup
pembelajaran meliputi prosedur kesehatan,
keselamatan dan keamanan di tempat kerja,
menangani keadaan darurat dan
mengantisipasi, mempertahankan standar
penampilan pribadi, memberikan umpan
balik mengenai kesehatan, keselamatan, dan
keamanan.
Elemen ini berhubungan dengan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja
yang dibutuhkan dalam berkomunikasi
secara efektif dengan pelanggan, secara lisan
maupun tulisan, baik pelanggan offline
maupun online.
Lingkup pembelajaran meliputi pemahaman
proses dalam pemasaran sebuah bisnis,
yaitu memahami konsep pemasaran, ruang
lingkup pemasaran, mengobservasi pasar,
mengidentifikasi Segmenting, Targeting,
Positioning (STP marketing) pada ritel modern
dan tradisional, baik online maupun offline,
agar dapat membuat rencana pemasaran
yang baik dan memasarkan barang dan jasa
yang sesuai dengan target pasar (productmarket fit).
Lingkup pembelajaran meliputi pemahaman
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku konsumen dalam keputusan
pembelian barang dan jasa, serta mengenali
sinyal-sinyal calon pelanggan agar dapat
mewujudkan kepuasan pelanggan.
193
Elemen
Pelayanan penjualan
Deskripsi
Elemen ini berhubungan dengan
pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja
yang dibutuhkan untuk memberikan
pelayanan prima saat melakukan pelayanan
penjualan, serta mampu menggunakan
peralatan dan perlengkapan untuk barang
dan jasa yang sedang dipromosikan.
Elemen ini berhubungan dengan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja
yang dibutuhkan dalam mewujudkan
kepuasan pelanggan serta mengatasi
masalah komplain dari pelanggan.
Kepuasan pelanggan
D. Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E (kelas X SMK) peserta didik akan mendapatkan
gambaran
menyeluruh
mengenai
Program
Keahlian
Pemasaran,
memiliki gambaran karir dan rencana pengembangan diri di bidang
pemasaran yang sesuai dengan bakat, minat, dan renjana (passion),
serta mampu menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap
dalam elemen-elemen Mata Pelajaran Dasar-Dasar Pemasaran. Capaian
pembelajaran
pada
elemen-elemen
Mata
Pelajaran
Dasar-Dasar
Pemasaran dapat diuraikan sebagai berikut:
Elemen
Capaian Pembelajaran
Proses bisnis bidang
pemasaran di berbagai
industri
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
menjelaskan proses bisnis dalam bidang
pemasaran secara menyeluruh pada
berbagai jenis industri dan usaha.
Perkembangan teknologi dan
isu-isu terkini terkait dunia
pemasaran
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
menjelaskan perkembangan pemasaran
mulai dari konvensional sampai dengan
penerapan teknologi modern, industri 4.0,
Internet of Things (IoT), teknologi digital
dalam pemasaran, isu-isu perkembangan
yang muncul dan hilang ke depan terkait
dengan dunia pemasaran, seperti digital
marketing, e-commerce, marketplace, media
sosial, dan sejenisnya.
Profil pekerjaan/profesi (job
profile) dan peluang usaha di
bidang pemasaran
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
menjelaskan profil pekerjaan/profesi (job
profile) dalam bidang pemasaran di masa
sekarang dan dimasa mendatang, seperti
kasir, pramuniaga, sales executive,
merchandiser, digital marketer, public
relation, dan sejenisnya, serta peluang
usaha di bidang pemasaran, seperti
dropshipping, drop servicing, affiliate
marketing, marketing agency, content
creator, dan sejenisnya, serta mampu
menentukan karir di bidang pemasaran
194
Elemen
Capaian Pembelajaran
yang sesuai dengan bakat, minat, dan
renjana (passion).
Prosedur kesehatan,
keselamatan, dan keamanan
dalam bekerja
Berkomunikasi dengan
pelanggan
Pemasaran barang dan jasa
Perilaku konsumen
Pelayanan penjualan
Kepuasan pelanggan
Pada akhir fase E, siswa mampu
menerapkan prosedur kesehatan,
keselamatan dan keamanan di tempat
kerja, menangani keadaan darurat dan
mengantisipasi, mempertahankan standar
penampilan pribadi, memberikan umpan
balik mengenai kesehatan, keselamatan,
dan keamanan.
Pada akhir fase E, siswa mampu
berkomunikasi dengan efektif dan sesuai
dengan tata bahasa yang baik dan benar,
menunjukkan penampilan yang menarik,
berkesan, dan simpatik, mampu
menentukan teknik menjual yang tepat
yang sesuai dengan konsumen yang
dihadapi, serta berdasarkan jenis barang
dan jasa yang dipasarkan.
Pada akhir fase E, siswa mampu
menjelaskan konsep dan lingkup
pemasaran, menganalisis pasar,
menganalisis STP marketing (Segmenting,
Targeting, dan Positioning), membuat
rencana pemasaran, serta mampu
memasarkan barang dan jasa yang sesuai
dengan target pasar (product-market fit).
Pada akhir fase E, siswa mampu
menjelaskan tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku konsumen dalam
keputusan pembelian barang dan jasa,
mengidentifikasi sinyal-sinyal calon
pelanggan agar dapat mewujudkan
kepuasan pelanggan, serta mampu
menentukan bahasa pemasaran yang tepat
agar pelanggan tertarik dan puas membeli
barang dan jasa yang dipasarkan.
Pada akhir fase E, siswa mampu
memberikan pelayanan prima saat
melakukan pelayanan penjualan, serta
mampu menggunakan peralatan dan
perlengkapan untuk barang dan jasa yang
sedang dipromosikan.
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
mengukur tingkat kepuasan pelanggan,
serta mengatasi masalah komplain dari
pelanggan.
195
8.2. CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR MANAJEMEN PERKANTORAN
DAN LAYANAN BISNIS
A. Rasional
Dasar-Dasar Manajemen Perkantoran dan Layanan Bisnis adalah
mata pelajaran yang berisi kompetensi-kompetensi yang mendasari
penguasaan keahlian pekerjaan kantor dan layanan bisnis.
Mata Pelajaran Dasar-Dasar Manajemen Perkantoran dan Layanan
Bisnis merupakan mata pelajaran kejuruan yang terdiri dari berbagai
ilmu dasar sebagai penentu dalam mempelajari mata pelajaran yang
lain dalam Program Keahlian Manajemen Perkantoran dan Layanan
Bisnis yang berfungsi membekali peserta didik dengan seperangkat
pengetahuan, keterampilan, sikap dan renjana (passion) agar memiliki
dasar yang kuat dalam mempelajari mata pelajaran-mata pelajaran
pada konsentrasi keahlian di kelas XI dan XII.
Mata Pelajaran Dasar-Dasar Manajemen Perkantoran dan Layanan
Bisnis berfungsi untuk menumbuh kembangkan keprofesionalan dan
kebanggaan
pada
peserta
didik
terhadap
Program
Keahlian
Manajemen Perkantoran dan Layanan Bisnis, melalui pemahaman
tentang proses bisnis di dunia kerja, perkembangan teknologi dan isuisu terkini di industri, mengenali berbagai macam profesi, okupasi
kerja, dan peluang usaha, mengelola surat dan dokumen berbasis
digital, menggunakan peralatan dan aplikasi teknologi perkantoran,
mengelola
sistem
informasi,
melakukan
komunikasi,
serta
memberikan layanan bisnis dan logistik sesuai standar yang
ditentukan pada bidang manajemen perkantoran dan layanan bisnis.
Pembelajaran dapat dilakukan menggunakan berbagai pendekatan,
strategi, model, serta
metode yang sesuai dengan karakteristik
kompetensi yang harus dipelajari, sehingga dapat menciptakan
pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan
ruang yang cukup bagi inisiatif, kreativitas, kemandirian sesuai
dengan bakat, minat, renjana (passion), dan perkembangan fisik, serta
psikologis peserta didik. Model-model pembelajaran
yang dapat
digunakan antara lain project based learning, problem based learning,
196
discovery and inquiry learning, teaching factory,
serta model-model
lainnya yang relevan.
Mata Pelajaran Dasar-Dasar Manajemen Perkantoran dan Layanan
Bisnis berkontribusi dalam menjadikan peserta didik memiliki
kompetensi sebagai staf administrasi, resepsionis, asisten arsiparis,
asisten sekretaris, layanan pelanggan, dan sebagai tenaga operator
junior di bidang komputer dan otomatisasi perkantoran yang
berakhlak mulia, mampu berkomunikasi, bernegosiasi, mampu
bekerja dalam tim, mampu mengelola informasi dan gagasan, serta
menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, mandiri, dan
adaptif dalam menjalankan tugas dan fungsinya.
B. Tujuan
Mata Pelajaran Dasar-Dasar Manajemen Perkantoran dan Layanan
Bisnis bertujuan membekali peserta didik dengan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap (soft skills dan hard skills) yang meliputi:
1. memahami proses bisnis manajemen perkantoran dan layanan
bisnis di dunia kerja;
2. memahami perkembangan teknologi dan isu-isu terkini dalam
bidang manajemen perkantoran dan layanan bisnis;
3. memahami profil pekerjaan/profesi (job profile) dan peluang
usaha di bidang manajemen perkantoran dan layanan bisnis;
4. menerapkan teknik dasar aktivitas perkantoran di bidang
manajemen perkantoran dan layanan bisnis;
5. mengelola dokumen berbasis digital;
6. menggunakan peralatan dan aplikasi teknologi perkantoran;
7. mengelola sistem informasi dan komunikasi organisasi; dan
8. memberikan layanan bisnis dan logistik sesuai standar yang
ditentukan.
C. Karakteristik
Mata Pelajaran Dasar-Dasar Manajemen Perkantoran dan Layanan
Bisnis berfokus pada kompetensi yang bersifat dasar yang harus
dimiliki oleh tenaga administrasi dan otomatisasi perkantoran,
197
layanan bisnis, serta jabatan lain yang sesuai dengan perkembangan
dan kebutuhan dunia kerja.
Mata Pelajaran Dasar-Dasar Manajemen Perkantoran dan Layanan
Bisnis membutuhkan kemampuan kerja sama, ketelitian, percaya diri,
dan komunikasi yang efektif. Selain itu mata pelajaran ini memberikan
pemahaman
kepada
peserta
didik
tentang
proses
bisnis,
perkembangan teknologi dan isu-isu terkini, profil pekerjaan/profesi
(job profile), serta peluang usaha di bidang manajemen perkantoran
dan layanan bisnis.
Mata Pelajaran Dasar-Dasar Manajemen Perkantoran dan Layanan
Bisnis meliputi:
Elemen
Deskripsi
Proses bisnis
manajemen perkantoran
dan layanan bisnis di
dunia kerja
Meliputi pemahaman proses bisnis di
bidang manajemen perkantoran dan
layanan bisnis, tahapan fungsi manajemen
(perencanaan pengorganisasian,
pelaksanaan, dan pengendalian) dalam
lingkup pekerjaan kantor, serta pengenalan
rantai pasok (supply chain) dalam layanan
pengelolaan barang berbasis K3 industri
dan 5R.
Meliputi pemahaman tentang paradigma
manajemen perkantoran modern,
otomatisasi perkantoran, revolusi industri
4.0, budaya kerja, dan eco-green (ramah
lingkungan).
Perkembangan teknologi
dan isu-isu terkini
dalam bidang
manajemen perkantoran
dan layanan bisnis
Profil pekerjaan/profesi
(job profile) dan peluang
usaha di bidang bidang
manajemen perkantoran
dan layanan bisnis
Teknik dasar aktivitas
perkantoran di bidang
manajemen perkantoran
dan layanan bisnis
Dokumen berbasis
digital
Peralatan dan aplikasi
teknologi perkantoran
Meliputi pemahaman tentang berbagai
jenis profil pekerjaan/profesi (job profile)
di masa sekarang dan di masa
mendatang, serta peluang usaha di
bidang manajemen perkantoran dan
layanan bisnis.
Meliputi pemahaman tentang teknik
pelayanan prima (excellence service),
layanan pelanggan (customer service), serta
prosedur dan instruksi kerja.
Meliputi pemahaman tentang dasar-dasar
prosedur penanganan dokumen, jenis
peralatan pengelolaan dokumen, dan
prosedur penyimpanan dokumen berbasis
digital sesuai sistem yang digunakan di
dunia kerja.
Meliputi pemahaman tentang jenis
peralatan kantor, prosedur penggunaan
peralatan kantor, pemeliharaan peralatan
kantor, aplikasi perangkat lunak, prosedur
penggunaan aplikasi perangkat lunak dan
keras untuk perkantoran, dan prosedur
mencetak dokumen.
198
Elemen
Sistem informasi dan
komunikasi organisasi
Layanan bisnis dan
logistik sesuai standar
yang ditentukan
Deskripsi
Meliputi pemahaman tentang jenis data
dan informasi, prosedur penggunaan menu
home page, dasar-dasar komunikasi lisan
dan tulisan, serta prosedur komunikasi
melalui media elektronik
Meliputi pemahaman tentang konsep
layanan bisnis perkantoran, konsep
logistik, jenis dokumen logistik, layanan
administrasi dokumen pergudangan,
transportasi, distribusi dan pengiriman
(delivery).
D. Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E (kelas X), peserta didik akan mendapatkan
gambaran menyeluruh mengenai Program Keahlian Manajemen
Perkantoran dan Layanan Bisnis yang dipilihnya, sehingga mampu
memiliki gambaran karir dan rencana pengembangan diri di bidang
manajemen perkantoran dan layanan bisnis
yang sesuai dengan
bakat, minat, dan renjana (passion). Selain itu pada akhir
fase E
pada aspek soft skills peserta didik akan mampu menerapkan budaya
kerja sesuai tuntutan pekerjaan, memahami konsep diri yang positif
sesuai standar K3 dan 5R, mengembangkan kemampuan berpikir
kritis dalam memecahkan masalah dan mencari solusi, serta konsisten
dalam menerapkan budaya kerja dalam layanan bisnis. Sedangkan
pada aspek hard skills peserta didik mampu menerapkan elemenelemen kompetensi pada mata pelajaran Dasar-Dasar Manajemen
Perkantoran dan Layanan Bisnis sebagai berikut:
Elemen
Proses bisnis
manajemen perkantoran
dan layanan bisnis di
dunia kerja
Perkembangan teknologi
dan isu-isu terkini
terkait manajemen
perkantoran dan
layanan bisnis
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E peserta didik mampu
menjelaskan proses bisnis di bidang
manajemen perkantoran dan layanan
bisnis, tahapan fungsi manajemen
(perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan pengendalian) dalam
lingkup pekerjaan kantor, serta pengenalan
rantai pasok (supply chain) dalam layanan
pengelolaan barang berbasis K3 industri
dan 5R.
Pada akhir fase E peserta didik mampu
menjelaskan perkembangan manajemen
perkantoran modern, otomatisasi
perkantoran, perkembangan revolusi
industri 4.0 di bidang perkantoran dan
layanan bisnis, budaya kerja, dan eco-green
(ramah lingkungan).
199
Elemen
Capaian Pembelajaran
Profil pekerjaan/profesi
(job profile) dan peluang
usaha di bidang
manajemen perkantoran
dan layanan bisnis
Pada akhir fase E peserta didik mampu
menjelaskan profil pekerjaan/profesi (job
profile) di masa sekarang dan di masa
mendatang, serta peluang usaha di
bidang manajemen perkantoran dan
layanan bisnis.
Teknik dasar aktivitas
perkantoran di bidang
manajemen perkantoran
dan layanan bisnis
Pada akhir fase E peserta didik mampu
menjelaskan teknik pelayanan prima
(excellent service), layanan pelanggan
(customer service), serta prosedur dan
instruksi kerja.
Dokumen berbasis
digital
Pada akhir fase E peserta didik mampu
menjelaskan dasar-dasar prosedur
penanganan dokumen, jenis peralatan
pengelolaan dokumen, dan prosedur
penyimpanan dokumen berbasis digital
sesuai sistem yang digunakan di dunia
kerja.
Pada akhir fase E peserta didik mampu
mengidentifikasi jenis peralatan kantor,
menggunakan peralatan kantor,
menerapkan prosedur pemeliharaan
peralatan kantor, menggunakan aplikasi
perangkat lunak dan keras untuk
perkantoran, serta mampu menerapkan
prosedur mencetak dokumen.
Pada akhir fase E peserta didik mampu
menjelaskan jenis data dan informasi,
menerapkan prosedur penggunaan menu
home page, menerapkan dasar-dasar
komunikasi lisan dan tulisan, serta
menerapkan serta prosedur komunikasi
melalui media elektronik.
Pada akhir fase E peserta didik mampu
menjelaskan konsep layanan bisnis
perkantoran, konsep logistik, jenis
dokumen logistik, layanan administrasi
dokumen pergudangan, transportasi,
distribusi, dan pengiriman (delivery).
Peralatan dan aplikasi
teknologi perkantoran
Sistem informasi dan
komunikasi organisasi
Layanan bisnis dan
logistik sesuai standar
yang ditentukan
200
8.3. CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR AKUNTANSI DAN KEUANGAN
LEMBAGA
A. Rasional
Dasar-Dasar Akuntansi dan Keuangan Lembaga adalah salah satu
mata pelajaran yang berisi kompetensi yang mendasari penguasaan
akuntansi dan keuangan lembaga untuk profesi Teknisi Akuntansi
Junior, yaitu suatu proses yang diawali dengan membuat dokumen
keuangan, mencatat, mengelompokkan, mengolah, menyajikan data,
serta mencatat transaksi yang berhubungan dengan keuangan.
Mata Pelajaran Dasar-Dasar Akuntansi dan Keuangan Lembaga
berfungsi untuk menumbuhkembangkan minat dan renjana (passion)
peserta didik dalam memahami proses bisnis di dunia kerja,
memahami perkembangan teknologi dan isu-isu terkini di industri,
mengenali berbagai macam profesi, okupasi kerja, dan peluang usaha,
menerapkan
aspek-aspek
Keselamatan
dan
Kesehatan
Kerja
Lingkungan Hidup (K3LH), memahami prinsip-prinsip dan konsep
akuntansi dasar dan perbankan dasar, serta memahami penggunaan
aplikasi pengolah angka/spreadsheet. Selain itu, sebagai landasan
pengetahuan,
sikap,
dan
keterampilan
untuk
pembelajaran
konsentrasi keahlian di kelas XI dan XII.
Pembelajaran dapat dilakukan menggunakan berbagai pendekatan,
strategi, metode, serta model yang sesuai dengan karakteristik
kompetensi yang harus dipelajari, sehingga dapat menciptakan
pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi inisiatif, kreativitas, dan
kemandirian
sesuai
dengan
bakat,
minat,
renjana
(passion),
perkembangan fisik, serta psikologis peserta didik. Model-model
pembelajaran yang dapat digunakan antara lain project based learning,
problem based learning, discovery and inquiry learning, teaching factory,
atau model-model lainnya yang relevan.
Mata Pelajaran Dasar-Dasar Akuntansi dan Keuangan Lembaga
berkontribusi dalam menjadikan peserta didik memiliki kompetensi
sebagai staf administrasi keuangan, staf perpajakan, staf perbankan,
atau pekerjaan lainnya yang memiliki akhlak mulia, berintegritas
201
tinggi, mampu berkomunikasi, bernegosiasi, dan berinteraksi antar
budaya, mampu bekerjasama dalam tim, menumbuhkan kemampuan
berpikir kritis, gotong royong, kreatif, mandiri, kepekaan, serta
kepedulian terhadap situasi dan lingkungan kerja.
B. Tujuan
Mata Pelajaran Dasar-Dasar Akuntansi dan Keuangan Lembaga
bertujuan
membekali
peserta
didik
dengan
pengetahuan,
keterampilan, dan sikap (soft skills dan hard skills) yang meliputi:
1. memahami proses bisnis di bidang akuntansi dan keuangan
lembaga;
2. memahami perkembangan teknologi di industri dan dunia kerja,
serta isu-isu terkini di bidang akuntansi dan keuangan lembaga;
3. memahami profil pekerjaan/profesi (job profile) dan peluang usaha
di bidang akuntansi dan keuangan lembaga;
4. memahami lingkup kerja pada bidang akuntansi dan keuangan
lembaga;
5. menerapkan aspek-aspek Keselamatan, Kesehatan Kerja dan
Lingkungan Hidup (K3LH);
6. memahami etika profesi di bidang akuntansi dan keuangan
lembaga;
7. memahami prinsip-prinsip dan konsep akuntansi dasar dan
perbankan dasar; dan
8. memahami penggunaan aplikasi pengolah angka/spreadsheet.
C. Karakteristik
Mata Pelajaran Dasar-Dasar Akuntansi dan Keuangan Lembaga
memiliki karakteristik yang membutuhkan nalar dan pemikiran yang
mendalam, merupakan mata pelajaran yang hierarkis, dimana antara
materi dari awal sampai akhir saling berhubungan dan berkaitan,
serta membutuhkan ketelitian, ketekunan, dan kesabaran dalam
menyelesaikan materi pembelajaran.
Selain
karakteristik
pemahaman
kepada
di
atas,
peserta
mata
didik
pelajaran
tentang
ini
memberikan
proses
bisnis,
perkembangan teknologi dan isu-isu terkini, profil pekerjaan/profesi
202
(job profile), dan peluang usaha di bidang akuntansi dan keuangan
lembaga.
Mata Pelajaran Dasar-Dasar Akuntansi dan Keuangan Lembaga
meliputi:
Elemen
Deskripsi
Proses bisnis di bidang
Akuntansi dan
Keuangan Lembaga
Lingkup pembelajaran meliputi tahapan proses
akuntansi secara menyeluruh, baik akuntansi
pada perusahaan jasa, dagang, maupun
manufaktur, antara lain dengan menerapkan
prinsip praktik profesional dalam bekerja,
menerapkan praktik-praktik kesehatan dan
keselamatan di tempat kerja, memproses entry
jurnal, memproses buku besar, menyusun
laporan keuangan, serta mengoperasikan paket
program pengolah angka/spreadsheet.
Perkembangan teknologi
di industri dan dunia
kerja, serta isu-isu
terkini di bidang
akuntansi dan
keuangan lembaga
Lingkup pembelajaran meliputi perkembangan
standar akuntansi mulai dari pembukuan
secara manual sampai kepada penggunaan
teknologi sebagai alat bantu, serta mengikuti
perkembangan aplikasi komputer akuntansi
yang banyak digunakan di dunia industri dan
dunia kerja.
Profil peluang
pekerjaan/profesi (job
profile) dan peluang
usaha di bidang
akuntansi dan
keuangan lembaga
Lingkup pembelajaran meliputi pengenalan
jenis-jenis profesi akuntansi sehingga mampu
membaca peluang kerja akuntansi lulusan
SMK sebagai Level 2 KKNI Teknisi Akuntansi
Junior serta meningkat menjadi Level 4 KKNI
Teknisi Akuntansi Muda, dan mampu
menerapkan etika profesi akuntansi untuk
mendapatkan kepercayaan dari atasan
maupun kepuasan pengguna, sehingga
menginspirasi dalam terbangunnya renjana
(passion), rencana pengembangan diri, dan
kebanggaan terhadap profesi akuntansi, serta
mampu membaca peluang pasar dan usaha,
serta melaksanakan pembelajaran berbasis
projek nyata.
Lingkup kerja pada
bidang akuntansi dan
keuangan lembaga
Lingkup pembelajaran meliputi pengenalan
siklus akuntansi pada perusahaan jasa,
dagang, dan manufaktur, baik secara manual
maupun menggunakan aplikasi komputer
akuntansi.
Keselamatan, Kesehatan
Kerja dan Lingkungan
Hidup (K3LH)
Lingkup pembelajaran meliputi merapikan area
kerja, menyiapkan peralatan kerja,
menerapkan perilaku kerja saman di area
kerja, mengidentifikasi bahaya dan
pengendalian resiko yang mungkin terjadi,
menerapkan praktik-praktik kesehatan diri dan
keselamatan kerja, serta penerapan budaya
kerja industri (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat,
Rajin).
203
Elemen
Deskripsi
Etika profesi di bidang
akuntansi dan
keuangan lembaga
Lingkup pembelajaran meliputi melakukan
identifikasi pedoman, prosedur, dan aturan
yang berkaitan dengan industri jasa keuangan
dan profesi-profesi yang ada dalam industri
jasa keuangan, melakukan pengecekan etika
profesi dalam bidang akuntansi dan keuangan
dalam pelaksanaan pekerjaan, serta
mengidentifikasi kompetensi personal dalam
bidang akuntansi dan keuangan lembaga.
Prinsip-prinsip dan
konsep akuntansi dasar
dan perbankan dasar
Lingkup pembelajaran meliputi pengertian
akuntansi, tujuan pencatatan akuntansi,
pihak-pihak yang membutuhkan informasi
akuntansi, prinsip-prinsip akuntansi, serta
konsep akuntansi dasar dan perbankan dasar.
Penggunaan aplikasi
pengolah angka
(spreadsheet)
Lingkup pembelajaran meliputi
mengoperasikan paket program pengolah
angka (spreadsheet), mengolah data
berdasarkan karakter, mengolah data
berdasarkan rumus, mengolah data
menggunakan fungsi, membuat format, serta
membuat diagram.
D. Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E (kelas X), peserta didik akan mendapatkan gambaran
yang jelas tentang materi dasar-dasar akuntansi dan keuangan
lembaga
sehingga
terbangun
renjana
(passion),
rencana
pengembangan diri, dan kebanggaan terhadap profesi akuntansi dan
keuangan lembaga. Selain itu pada akhir fase E, peserta didik dapat
memahami aspek-aspek hard skills dan mampu menerapkan elemenelemen kompetensi dari Mata Pelajaran Dasar-Dasar Akuntansi dan
Keuangan Lembaga, serta soft skills yang menggambarkan profil
peserta didik yang memiliki integritas yang tinggi, gigih, berpikir kritis,
konsisten, mampu berkomunikasi secara verbal maupun nonverbal,
berpenampilan
menarik,
serta
mampu
mengelola
pekerjaan
dengan manajemen waktu yang baik. Capaian pembelajaran pada
elemen-elemen Mata Pelajaran Dasar-Dasar Akuntansi dan Keuangan
Lembaga meliputi.
204
Elemen
Capaian Pembelajaran
Proses bisnis di bidang
akuntansi dan
keuangan lembaga
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
menjelaskan tahapan proses akuntansi secara
menyeluruh baik akuntansi pada perusahaan
jasa, perusahaan dagang, dan perusahaan
manufaktur antara lain menerapkan prinsip
praktik profesional dalam bekerja, menerapkan
praktik-praktik kesehatan dan keselamatan di
tempat kerja, memproses entry jurnal,
memproses buku besar, menyusun laporan
keuangan, serta mengoperasikan paket program
pengolah angka/spreadsheet.
Perkembangan
teknologi di industri
dan dunia kerja serta
isu-isu terkini di
bidang akuntansi dan
keuangan lembaga
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
menjelaskan perkembangan standar akuntansi
mulai dari pembukuan secara manual sampai
kepada penggunaan teknologi sebagai alat
bantu, serta memahami perkembangan aplikasi
komputer akuntansi yang banyak digunakan di
dunia industri dan dunia kerja.
Profil
pekerjaan/profesi (job
profile) dan peluang
usaha di bidang
akuntansi dan
keuangan lembaga
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
menjelaskan profesi akuntansi lulusan SMK
untuk mendapatkan gambaran pekerjaan pada
Level 2 KKNI Teknisi Akuntansi Junior serta
meningkat menjadi Level 4 KKNI Teknisi
Akuntansi Muda sehingga terinspirasi untuk
mempelajari dengan tekun dan menumbuhkan
rasa ingin tahu untuk mengikuti pembelajaran,
menerapkan etika profesi akuntansi dengan
baik agar mendapatkan kepercayaan dari
atasan maupun kepuasan pengguna, sehingga
menginspirasi dalam terbangunnya renjana
(passion), rencana pengembangan diri, dan
kebanggaan terhadap profesi akuntansi, serta
mampu membaca peluang pasar dan usaha,
serta melaksanakan pembelajaran berbasis
projek nyata.
Lingkup kerja pada
bidang Akuntansi dan
Keuangan Lembaga
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
menjelaskan siklus akuntansi pada perusahaan
jasa, dagang, dan manufaktur, baik secara
manual maupun menggunakan aplikasi
komputer akuntansi.
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
Lingkungan Hidup
(K3LH)
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
merapikan area kerja, menyiapkan dan
mengecek peralatan kerja, menerapkan perilaku
kerja aman di area kerja, mengidentifikasi
bahaya dan pengendalian resiko, menerapkan
praktik-praktik kesehatan diri dan keselamatan
kerja, memahami upaya perlindungan kerja
dengan baik, sehingga selalu dalam keadaan
selamat dan sehat selama melakukan
pekerjaannya di tempat kerja serta menerapkan
budaya kerja industri (Ringkas, Rapi, Resik,
Rawat, Rajin).
205
Elemen
Capaian Pembelajaran
Etika profesi di bidang
akuntansi dan
keuangan lembaga
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
melakukan identifikasi pedoman, prosedur, dan
aturan yang berkaitan dengan industri jasa
keuangan dan profesi-profesi yang ada dalam
industri jasa keuangan, mengidentifikasi etika
profesi dalam bidang akuntansi dan keuangan
dalam pelaksanaan pekerjaan, mengidentifikasi
kompetensi personal dalam bidang akuntansi
dan keuangan lembaga.
Prinsip-prinsip dan
konsep akuntansi
dasar dan perbankan
dasar
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
menjelaskan pengertian akuntansi, tujuan
pencatatan akuntansi, pihak-pihak yang
membutuhkan informasi akuntansi, prinsipprinsip akuntansi, serta konsep akuntansi
dasar dan perbankan dasar.
Penggunaan aplikasi
pengolah angka
(spreadsheet)
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
mengoperasikan paket program pengolah angka
(spreadsheet), mengolah data berdasarkan
karakter, mengolah data berdasarkan rumus,
mengolah data menggunakan fungsi, membuat
format, serta membuat diagram.
206
9.1. CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR USAHA LAYANAN PARIWISATA
A.
Rasional
Dasar-Dasar Usaha Layanan Pariwisata merupakan mata pelajaran
yang berisi kompetensi yang mendasari penguasaan dalam program
keahlian Usaha Layanan Pariwisata. Mata pelajaran Dasar-Dasar
Usaha Layanan Pariwisata berisi perilaku (soft skills), pengetahuan
dan sikap yang harus dimiliki oleh peserta didik untuk menjadi
dasar bagi penguasaan kompetensi-kompetensi inti di bidang
Pariwisata. Soft skills yang dimiliki peserta didik program keahlian
Usaha
Layanan
Pariwisata
antara
lain
memiliki
kemampuan
komunikasi yang baik dengan rekan kerja, atasan, klien dan
memiliki percaya diri serta memiliki hospitality character. Peserta
didik diharapkan mampu menguasai bahasa Inggris dan bahasa
asing pilihan. Menguasai bahasa Inggris merupakan syarat untuk
meningkatkan kompetensi tenaga kerja muda Indonesia hingga
mampu mencapai standar kompetensi di tingkat ASEAN (Asean
Skills Standard). Peserta didik diharapkan memahami budaya lokal
dan kebudayaan Indonesia. Peserta didik juga harus berpikir kritis
(critical thinking) dan kreatif. Hard skills yang dimiliki peserta didik
program keahlian Usaha Layanan Pariwisata antara lain memiliki
keterampilan networking, mampu memahami dasar-dasar SEO
(Search
Engine
Optimizer)
dan
mampu
memahami
channel
management untuk aplikasi media sosial yang sekarang cenderung
digunakan dalam bidang pariwisata. Peserta didik program keahlian
Usaha Layanan Pariwisata mampu menguasai digital skill yaitu
memahami perkembangan budaya secara teknologi dan mengetahui
cara menggunakan sosial media yang baik sebagai personal
termasuk memahami dasar-dasar fotografi dengan ponsel pintar
(smartphone) atau kamera digital.
Perilaku (soft skills), pengetahuan dan sikap di dalam mata pelajaran
Dasar-Dasar Usaha Layanan Pariwisata mencakup tentang wawasan
industri pariwisata, wawasan kewirausahaan di bidang pariwisata,
kerja sama yang efektif dengan kolega dan pelanggan, kerja sama
dalam
lingkungan
sosial
yang
berbeda,
prosedur
kesehatan,
keselamatan dan keamanan dalam bekerja, komunikasi secara
efektif melalui telepon, dan penggunaan alat bantu bisnis dan
207
teknologi. Fungsi mata pelajaran ini antara lain: a) memberikan
wadah pembelajaran yang kontekstual sesuai dengan perkembangan
teknologi
yang
digunakan
di
dunia
kerja;
b)
memberikan
pengalaman belajar peserta didik sesuai dengan persyaratan yang
dituntut
oleh
dunia
kerja/konsumen;
c)
membangun
dan
menerapkan budaya dunia kerja bagi warga SMK; d) menyediakan
wahana kegiatan usaha bagi warga SMK; e) mengembangkan
kreativitas dan inovasi bagi warga SMK; f) menyiapkan peserta didik
untuk mendapatkan pengakuan dalam bentuk sertifikat kompetensi
dan produktivitas/kinerja dari dunia kerja.
Pelaksanaan
pembelajaran
menerapkan
model
pembelajaran
discovery learning, project-based learning, problem-based learning,
inquiry learning, teaching factory dan model pembelajaran lainnya
yang sesuai dan relevan dengan karakteristik materi.
Model
Pembelajaran yang digunakan diharapkan dapat mengintegrasikan
berbagai
mata
pembelajaran
berorientasi
pelajaran
selayaknya
pada
yang
dapat
pemecahan
diajarkan,
dilakukan
masalah
sehingga
dengan
yang
kegiatan
kolaboratif,
kontekstual
dan
menstimulus peserta didik untuk bernalar kritis dan kreatif.
Pembelajaran Dasar-Dasar Usaha Layanan Pariwisata idealnya
dilakukan secara block system dan harus disesuaikan dengan
karakteristik materi yang dipelajari.
Peserta
didik
yang
menguasai
Dasar-Dasar
Usaha
Layanan
Pariwisata diharapkan menjadi profil pelajar Pancasila yang dapat
mandiri dan beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, gotong royong, dan kebhinekaan global.
B.
Tujuan
Mata pelajaran Dasar-Dasar Usaha Layanan Pariwisata bertujuan
membekali peserta didik dengan kemampuan soft skills dan hard
skills melalui proses pembelajaran:
1. memahami proses bisnis industri pariwisata;
2. memahami kerja sama yang efektif dengan kolega dan pelanggan;
3. memahami kerja sama dalam lingkungan sosial yang berbeda;
4. memahami prosedur kesehatan, keselamatan dan keamanan
dalam bekerja;
5. memahami tentang peluang berwirausaha, jiwa kewirausahaan,
208
serta strategi berwirausaha di bidang Pariwisata;
6. menerapkan komunikasi secara efektif melalui telepon; dan
7. mengenal praktik dengan menggunakan alat bantu bisnis dan
teknologi dalam layanan pariwisata.
C.
Karakteristik
Mata pelajaran Dasar-Dasar Usaha Layanan Wisata menekankan
pada
aspek-aspek
lingkungan,
yang
berkaitan
kemampuan
dengan
berkomunikasi
kepedulian
yang
pada
efektif,
keramahtamahan, kesabaran, empati, rendah hati, ketelitian, safety,
kedisiplinan, responsive, kreatif, kebersihan, kerapian, healthy, dan
etika kerja sebagai seorang profesional dalam bidangnya. Adapun
aspek yang dipelajari adalah sebagai berikut.
Elemen
Proses Bisnis Industri
Pariwisata
Deskripsi
Meliputi mencari informasi pada industri
pariwisata dan pengetahuan dan
pemahaman untuk memperbaharui
pengetahuan industri pariwisata.
Kerja Sama yang Efektif
Meliputi berkomunikasi di tempat kerja,
dengan Kolega dan
menyediakan bantuan kepada pelanggan di
Pelanggan
dalam dan di luar perusahaan, memelihara
standar kinerja pribadi dan bekerja dalam
satu tim.
Kerja Sama dalam
Meliputi komunikasi dengan pelanggan dan
Lingkungan Sosial yang
kolega dari berbagai latar belakang dan
Berbeda
menghadapi kesalahpahaman antar budaya.
Prosedur Kesehatan,
Meliputi prosedur kesehatan, keselamatan
Keselamatan dan
dan keamanan di tempat kerja, menangani
Keamanan dalam Bekerja keadaan darurat dan mengantisipasi,
mempertahankan standar penampilan
pribadi, memberikan umpan balik mengenai
kesehatan, keselamatan dan keamanan.
Profesi dan
Meliputi pemahaman tentang profil
Kewirausahaan Bidang
pekerjaan, profesi dan wirausahawan yang
Pariwisata
mampu mengembangkan produk dan jasa,
mengembangkan pengetahuan pemasaran,
mempromosikan produk dan jasa dan
penerapan keterampilan menjual.
Komunikasi secara Efektif Meliputi menjawab telepon dan melakukan
Melalui Telepon
panggilan telepon.
Praktik Menggunakan Alat Meliputi praktik dengan menggunakan alat
Bantu Bisnis dan
bantu bisnis dan teknologi, memilih alat
Teknologi dalam Layanan bantu bisnis dan teknologi dan memelihara
Pariwisata
teknologi yang sesuai dalam pelayanan
pariwisata.
D.
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E (kelas X SMK), peserta didik akan mendapatkan
gambaran mengenai program keahlian yang dipilihnya sehingga
memiliki passion (renjana), vision (visi), imajinasi, dan kreativitas
209
peserta didik untuk mengikuti aktivitas pembelajaran. Pada akhir
fase E, pada aspek hard skills peserta didik mampu memahami
elemen-elemen kompetensi pada mata pelajaran Dasar-Dasar Usaha
Layanan Pariwisata:
Elemen
Proses Bisnis
Industri
Pariwisata
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
mengidentifikasi informasi dan wawasan secara
menyeluruh tentang industri pariwisata yang berkaitan
dengan produk dan jasa pariwisata, isu-isu global
industri pariwisata dan memperbaharui pengetahuan
industri pariwisata termasuk lapangan kerja dan
jabatan kerja dengan kemampuan, sikap, perhatian,
tindakan, tanggung jawab yang tercermin pada
penampilan untuk pelayanan prima.
Kerja Sama yang Pada akhir fase E, peserta didik mampu menjelaskan
Efektif dengan
bagaimana berkomunikasi di tempat kerja,
Kolega dan
menyediakan bantuan kepada pelanggan didalam dan
Pelanggan
di luar perusahaan, memelihara standar kinerja pribadi
dan bekerja dalam satu tim.
Kerja sama dalam Pada akhir fase E, peserta didik menjelaskan
lingkungan sosial bagaimana berkomunikasi dengan pelanggan dan
yang berbeda
kolega dari berbagai latar belakang dan menghadapi
kesalahpahaman antar budaya.
Pada akhir fase E, peserta didik mampu menjelaskan
Prosedur
prosedur kesehatan, keselamatan dan keamanan di
Kesehatan,
Keselamatan dan tempat kerja, menangani keadaan darurat dan
Keamanan dalam mengantisipasi, mempertahankan standar penampilan
Bekerja
pribadi, memberikan umpan balik mengenai kesehatan,
keselamatan dan keamanan.
Profesi dan
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
Kewirausahaan di mendeskripsikan profesi dan peluang berwirausaha
Bidang Pariwisata serta dibutuhkannya jiwa wirausaha (entrepreneurship)
dan berbagai strategi kewirausahaan termasuk di
dalamnya mengembangkan pengetahuan produk dan
jasa, mengembangkan pengetahuan pemasaran,
mempromosikan produk dan jasa dan penerapan
keterampilan menjual.
Komunikasi
Pada akhir fase E, peserta didik mampu menjelaskan
secara Efektif
prosedur menjawab telepon dan melakukan panggilan
Melalui Telepon
telepon kemudian menggunakan salah satu aplikasi
media sosial yang biasa digunakan di perusahaan
perjalanan seperti whatsapp, telegram, twitter,
Instagram, dll.
Praktik
Pada akhir fase E, peserta didik mampu melakukan
Menggunakan
praktik dasar secara menyeluruh tentang penggunaan
Alat Bantu Bisnis alat bantu bisnis dan teknologi, memilih alat bantu
dan Teknologi
bisnis dan teknologi dan memelihara teknologi yang
dalam Layanan
sesuai dalam pelayanan pariwisata untuk menguasai
Pariwisata
pemasaran termasuk keterampilan networking, mampu
memahami dasar-dasar SEO (Search Engine Optimizer)
dan mampu memahami channel management untuk
aplikasi media sosial, memahami cara menggunakan
sosial media yang baik sebagai personal termasuk
memahami dasar-dasar fotografi dengan ponsel pintar
(smartphone) atau kamera digital.
210
9.2. CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR PERHOTELAN
A.
Rasional
Mata pelajaran Dasar-Dasar Perhotelan adalah pelajaran yang berisi
kompetensi-kompetensi yang mendasari penguasaan tentang dasardasar pengetahuan, sikap dan keterampilan yang harus dikuasai
oleh seorang hotelier yaitu keseluruhan kompetensi soft skills dan
hard skills yang meliputi salah satu atau keseluruhan rangkaian
kegiatan operasional hotel dan menjadi landasan bagi peserta didik
untuk mendalami industri perhotelan, perkembangan penerapan
teknologi dan isu-isu global terkait dunia pariwisata dan perhotelan,
dasar penerapan layanan prima (excellent service) pada industri
perhotelan,
profil
entrepreneur,
peluang
usaha
dan
pekerjaan/profesi pelayanan jasa perhotelan, tahapan operasional
perhotelan secara menyeluruh dengan layanan prima (excellent
service).
Fungsi mata pelajaran Dasar-Dasar Perhotelan untuk membekali
dan menumbuhkembangkan kebanggaan pada peserta didik agar
memiliki sikap, pengetahuan dan keterampilan yang berkualitas,
profesional memiliki daya saing, kreativitas dan pencapaian dari
pengetahuan dasar tersebut untuk memotivasi diri sendiri agar
peserta didik mampu menghadapi tantangan global dan perubahan
zaman
sebagai
seorang
hotelier
yang
memiliki
kemampuan
berwirausaha dan problem solving. Topik pembelajaran atau kasus
yang ditentukan lebih menekankan pada kegiatan sehari-hari dan
diintegrasikan pada mata pelajaran Bahasa Inggris yang mengacu
pada standar kurikulum ASEAN yaitu Common ASEAN Tourism
Curriculum (CATC) serta Matematika, sehingga peserta didik dapat
mengekspresikan kemampuan berpikirnya secara terstruktur dan
memiliki
pemahaman
Bahasa
Inggris
yang
komunikatif
dan
membentuk kebiasaan berpikir logis. Sebagai landasan pengetahuan
dan keterampilan untuk mengembangkan kompetensi Dasar-Dasar
Perhotelan dan konsentrasi, dilaksanakan pembelajaran di kelas XI
dan XII.
Pelaksanaan pembelajaran dapat menggunakan model project-based
learning, discovery learning, problem-based learning, teaching factory
211
atau inquiry learning yang mengacu pada MRA-CATC tentang
sertifikasi standar ASEAN dan KKNI minimal level 2, disesuikan
dengan peta okupasi dan standar industri mitra. Pembelajaran
Dasar-Dasar Perhotelan dapat dilakukan secara sistem blok (block
system) disesuaikan dengan karakteristik elemen yang dipelajari.
Mata
pelajaran
Dasar-Dasar
Perhotelan
berkontribusi
dalam
memampukan peserta didik menguasai keahlian perhotelan yang
mengacu pada Profil pelajar Pancasila, dengan memegang teguh
iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia
terhadap manusia dan alam, bernalar kritis, mandiri, kreatif,
komunikatif dan adaptif terhadap lingkungan.
B.
Tujuan
Tujuan mata pelajaran Dasar-Dasar Perhotelan adalah untuk
membekali peserta didik dengan pengetahuan, keterampilan, dan
sikap (soft skills dan hard skills) meliputi:
1. memahami proses bisnis industri perhotelan;
2. memahami perkembangan penerapan teknologi dan isu-isu global
terkait dunia pariwisata dan perhotelan;
3. memahami profil entrepreneur, job profile, peluang usaha dan
pekerjaan/profesi pelayanan jasa perhotelan;
4. memahami dasar penerapan layanan prima (excellent service)
pada
industri
perhotelan/industri
pelayanan/industri
keramahtamahan; dan
5. memahami tahapan operasional perhotelan secara menyeluruh
dengan layanan prima (excellent service).
C.
Karakteristik
Mata pelajaran Dasar-Dasar Perhotelan menekankan pada aspekaspek
rendah
yang
hati,
berkaitan
kerapian,
dengan
kedisiplinan,
kebersihan,
keramahtamahan,
ketangguhan,
kesabaran,
ketelitian, komunikatif, kerja sama, empati, kreatif dan etika kerja
sebagai hotelier. Adapun aspek yang dipelajari adalah sebagai
berikut.
Elemen
Proses bisnis industri
perhotelan
Deskripsi
Meliputi pemahaman tentang konsep dasar
industri perhotelan, jenis fasilitas dan
layanan di hotel, layanan pendukung di
212
Elemen
Deskripsi
hotel.
Meliputi pemahaman tentang pengembangan
dan pemutakhiran pengetahuan industri
pariwisata, obyek dan daya tarik wisata serta
pengembangan daerah tujuan wisata yang
berkebhinekaan global sehingga
menginspirasi dalam membangun passion,
vision (Visi) dan kebanggaan terhadap
perkembangan industri pariwisata dan
perhotelan.
Profil entrepreneur, job
Meliputi pengenalan profil dan karakteristik
profile, peluang usaha dan hotelier/entrepreneur, Personal Branding dan
pekerjaan/profesi
HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual) yang
pelayanan jasa perhotelan mampu membaca peluang pasar dan usaha
perhotelan sehingga menginspirasi dalam
membangun passion dan kebanggaan
terhadap pekerjaan di bidangnya.
Dasar penerapan layanan Meliputi pemahaman tentang penampilan
prima (excellent service)
dan kerapian (Grooming), sikap pelayanan
pada industri
(Service Attitude/hospitality attitude),
perhotelan/industri
motivasi kerja, komunikasi dengan kolega
pelayanan/industri
dan pelanggan, komunikasi dalam
keramahtamahan
lingkungan sosial yang beragam, bekerja
dalam tim (teamwork), tata cara
berkomunikasi yang baik (Communication
Skills), dan penangan situasi konflik pada
industri perhotelan industri perhotelan
/industri pelayanan/industri
keramahtamahan.
Tahapan operasional
Meliputi pemahaman tentang penerapan
perhotelan secara
Cleanliness, Health, Safety and
menyeluruh dengan
Environmental Sustainability (CHSE),
layanan prima (excellent
personal grooming. Service
Attitude/hospitality attitude, team work, and
service)
Communication Skills.
Perkembangan penerapan
teknologi dan isu-isu
global terkait dunia
pariwisata dan perhotelan
D.
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E (kelas X SMK), peserta didik akan mendapatkan
gambaran mengenai program keahlian yang dipilihnya sehingga
mampu menumbuhkan passion dan vision untuk merencanakan
dan melaksanakan aktivitas belajar. Selain itu pada akhir fase E
pada aspek hard skills peserta didik mampu memahami elemenelemen kompetensi pada mata pelajaran Dasar-Dasar Perhotelan.
Elemen
Proses bisnis industri
perhotelan
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
menjelaskan tentang informasi dan wawasan
secara menyeluruh tentang konsep dasar
industri perhotelan, jenis fasilitas dan
layanan di hotel, layanan pendukung di
hotel.
Perkembangan penerapan
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
teknologi dan isu-isu global menjelaskan tentang informasi dan wawasan
terkait dunia pariwisata dan secara menyeluruh tentang pengembangan
213
Elemen
perhotelan
Capaian Pembelajaran
dan pemutakhiran pengetahuan industri
pariwisata dan isu-isu global, obyek dan daya
tarik wisata serta pengembangan daerah
tujuan wisata yang berkebhinekaan global
serta pemutakhiran hotel system (contoh:
room reservation menggunakan barcode)
sehingga menginspirasi dalam membangun
passion, vision (visi) dan kebanggaan
terhadap perkembangan industri pariwisata
dan perhotelan.
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
Profil entrepreneur, job
mendeskripsikan profil dan karakteristik
profile, peluang usaha dan
pekerjaan/profesi pelayanan seorang hotelier/entrepreneur, personal
jasa perhotelan
branding dan HAKI (Hak Atas Kekayaan
Intelektual) yang mampu membaca peluang
pasar dan usaha perhotelan (contoh: usaha
laundry services, home cleaning service, towel
art folding sehingga menginspirasi dalam
membangun passion dan kebanggaan
terhadap pekerjaan di bidangnya.
Dasar penerapan layanan
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
prima (excellent service)
menjelaskan informasi dan wawasan secara
pada industri perhotelan
menyeluruh tentang penampilan, kebersihan
/industri
dan kerapian (Grooming), motivasi kerja,
pelayanan/industri
komunikasi dengan kolega dan pelanggan,
keramahtamahan
komunikasi dalam lingkungan sosial yang
beragam, sikap pelayanan (Service
Attitude/hospitality attitude), bekerja dalam
tim (teamwork) serta tata cara berkomunikasi
yang baik (Communication Skills), menangani
situasi konflik.
Tahapan operasional
Pada akhir fase E, peserta didik menerapkan
perhotelan secara
Cleanliness, Health, Safety dan
menyeluruh dengan layanan Environmental Sustainability (CHSE), personal
prima (excellent service)
grooming, Service Attitude/hospitality attitude,
teamwork and Communication skills.
214
9.3. CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR KULINER
A.
Rasional
Dasar-Dasar Kuliner adalah mata pelajaran yang memuat materi
dasar dalam kegiatan mengolah makanan yang berasal dari bahan
yang masih mentah menjadi makanan yang siap dikonsumsi. Istilahistilah di bidang kuliner yang ada dalam mata pelajaran DasarDasar Kuliner dituliskan dengan bahasa Inggris sebagai landasan
untuk mempelajari bahasa inggris untuk kebutuhan belajar di fase
berikutnya melalui penyelarasan dgn kurikulum berstandar ASEAN
(Common ASEAN Tourism Curriculum/CATC).
Mata pelajaran Dasar-Dasar Kuliner berfungsi untuk memberikan
motivasi dan meningkatkan minat belajar peserta didik sebagai
bekal
untuk
mempelajari
materi
pada
kompetensi
keahlian
berikutnya. Pada dasar-dasar kuliner, peserta didik mempelajari
materi tentang dasar-dasar industri kuliner, perkembangan bidang
kuliner termasuk teknologi dan tren yang sedang berkembang,
foodpreneurs dan job profile dibidang kuliner sehingga dapat bekerja
di hotel, restaurant, rumah sakit, kapal pesiar, food stylist, atau
berwirausaha. Mata pelajaran Dasar-Dasar Kuliner juga merupakan
wahana belajar bagi peserta didik untuk mempelajari dasar-dasar
pengetahuan bahan makanan serta teknik dan metode pengolahan
makanan yang meliputi teknik memasak panas basah (moist heat)
dan panas kering (dry heat) agar hasil olahan sesuai dengan standar
yang telah ditentukan dengan mengikuti prinsip pelaksanaan
kebersihan, kesehatan, keselamatan, dan kelestarian lingkungan,
juga mempelajari tentang pengetahuan peralatan dapur, menu,
pengetahuan dasar masakan Indonesia, Oriental, Kontinental, serta
pengetahuan dasar Patiseri/pastry dan bakery. Soft skills yang
dibangun adalah bagaimana mereka mencintai pekerjaan yang
terkait industri kuliner, berkreativitas, membangun kerja tim,
berorientasi pada kualitas yang tinggi, dan membangun suatu
jaringan kerja (networking).
Pembelajaran sebaiknya dilakukan dengan menggunakan model
pembelajaran sperti discovery learning, inquiry learning, project based
learning, problem based learning, teaching factory atau model dan
215
metode lainnya yang relevan. Dengan model pembelajaran tersebut
diharapkan dapat tercipta pembelajaran yang lebih interaktif,
inspiratif dan eksploratif, sehingga memotivasi peserta didik untuk
mampu
membangun
sikap
kolaboratif
dan
mandiri.
Model
pembelajaran yang tepat akan dapat mengembangkan bakat, minat
dan renjana peserta didik.
Mata pelajaran Dasar-Dasar Kuliner membekali peserta didik
dengan serangkaian sikap, pengetahuan dan keterampilan yang
dibutuhkan
untuk
menghadapi
menunjang
pengembangan
tantangan
diri
melalui
perubahan
jalur
zaman,
studi
dan
pengembangan karir lebih lanjut sehingga bisa menjadi insan Profil
Pelajar Pancasila yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
bernalar kritis, mandiri, kreatif dan mampu bergotong royong.
B.
Tujuan
Mata pelajaran Dasar-Dasar Kuliner bertujuan memastikan peserta
didik dapat:
1. memahami proses bisnis bidang industri kuliner;
2. memahami perkembangan dan isu terkini bidang kuliner secara
global, dan perkembangan teknologi yang berkaitan dengan
bidang kuliner;
3. memahami profesi dan kewirausahaan (foodpreneurs dan job
profile) di bidang kuliner;
4. memahami dasar penerapan pelayanan prima (excellent service)
pada industri kuliner;
5. menerapkan prinsip Pelaksanaan CHSE (Cleanliness Hygiene
Safety and Environment Sustainability) dan HACCP (Hazard
Analysis Critical Control Point);
6. memahami
tahapan
operasional
persiapan
dasar
memasak
meliputi pengetahuan alat, bahan, dan metode dasar memasak;
7. memahami struktur menu masakan; dan
8. melaksanakan praktik dasar memasak masakan Indonesia,
oriental dan continental serta Pastry dan Bakery.
C.
Karakteristik
Mata Pelajaran Dasar-Dasar Kuliner menekankan pada aspek-aspek
yang
berkaitan
dengan
kedisiplinan,
216
ketangguhan,
keuletan,
ketelitian, responsif, akurat, kebersihan, kerjasama, ketekunan,
keramahtamahan, kreatif dan etika kerja
sebagai cook. Adapun
aspek yang dipelajari adalah sebagai berikut.
Elemen
Proses bisnis industri
kuliner
Deskripsi
Meliputi konsep industri kuliner, pentingnya
bidang kuliner di industri pariwisata dan
perhotelan, proses bisnis bidang kuliner
yang disesuaikan dengan unit kompetensi;
memelihara pengetahuan tentang industri
perhotelan, sehingga dapat meningkatkan
motivasi dan menumbuhkan kebanggaan diri
peserta didik dalam mempelajari bidang
kuliner.
Perkembangan bidang
Meliputi sejarah memasak, peran teknologi
kuliner secara global dan
dalam dunia kuliner dan perkembangannya
perkembangan teknologi
sejak jaman primitif sampai modern,
yang berkaitan dengan
komputerisasi pada industri kuliner serta
bidang kuliner
perkembangan terkini tentang bidang
kuliner, termasuk fusion food dan
gastronomy molecular; industri perhotelan;
pengetahuan tentang makanan dan
minuman, sehingga peserta didik memiliki
kemampuan untuk selalu memperbaharui
pengetahuannya dan mempunyai inovasi
sesuai perkembangan zaman.
Profesi dan kewirausahaan Meliputi pengenalan profesi atau okupasi
di bidang kuliner
dunia kerja bidang kuliner dan peluang
(foodpreneurs dan jobberwirausaha sehingga peserta didik
profile)
memiliki minat, motivasi dan kemauan
untuk belajar sesuai dengan konsentrasi
yang ingin ditekuninya.
Penerapan pelayanan
Meliputi berkomunikasi secara efektif
prima (excellent service)
melalui telepon, bekerjasama secara efektif
pada industri kuliner
dengan kolega dan pelanggan, dan bekerja
dalam lingkungan sosial yang berbeda.
Pelaksanaan Kebersihan, Meliputi standar dan prosedur keselamatan,
Kesehatan, Keselamatan, keamanan bahan makanan, keamanan
dan Kelestarian
peralatan dan area kerja, kebersihan area
Lingkungan/ Cleanliness
dan peralatan, kesehatan, prosedur dasar
Health Safety Environment pertolongan pertama dan keramahan
Sustainability (CHSE) dan lingkungan
HACCP (Hazard Analysius
Critical Control Point)
Praktik dasar memasak
Meliputi praktik dasar penyimpanan, dan
secara menyeluruh
perawatan peralatan dapur yang digunakan
pada industri kuliner, pengetahuan tentang
bahan makanan, pengetahuan menu dan
dasar-dasar masakan Indonesia, Oriental,
Kontinental dan Pastry Bakery, metode dasar
memasak, menyiapkan dan menyimpan
makanan secara aman dan higienis,
menerima dan menyimpan dengan aman
barang yang masuk, mengorganisir dan
menyiapkan makanan, menggunakan
metode dasar memasak, serta meningkatkan
dan memperbaharui pengetahuan lokal.
217
D.
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E (kelas X SMK/MAK), peserta didik akan
mendapatkan gambaran mengenai program keahlian yang dipilihnya
sehingga mampu menumbuhkan dorongan hati (passion) dan visi
untuk merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar.
Selain itu, pada akhir fase E peserta didik mampu menjelaskan
dasar-dasar
Industri
Kuliner,
Perkembangan
Bidang
Kuliner,
Entrepreneurship dan job profile di bidang kuliner, menerapkan
prosedur pelaksanaan Kebersihan, Kesehatan, Keselamatan, dan
Kelestarian Lingkungan/Cleanliness Health Safety Environmental
Sustainability (CHSE), serta menerapkan persiapan dasar memasak.
Elemen
Proses bisnis industri
kuliner
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
menjelaskan konsep industri kuliner,
pentingnya bidang kuliner di industri
pariwisata dan perhotelan, proses bisnis
bidang kuliner, secara mandiri.
Perkembangan Bidang
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
Kuliner secara global dan
menjelaskan dengan kreatif sejarah
perkembangan teknologi
memasak, peran teknologi dalam dunia
yang berkaitan dengan
kuliner dan perkembanganya sejak jaman
bidang kuliner
primitif sampai modern, komputerisasi pada
industri kuliner serta perkembangan terkini
tentang bidang kuliner, termasuk fusion food
dan gastronomy molecular.
Profesi dan kewirausahaan Pada akhir fase E, peserta didik mampu
di bidang kuliner
menjelaskan profesi atau okupasi dunia kerja
(foodpreneurs dan jobbidang kuliner dan peluang berwirausaha
profile)
dengan di bidang kuliner.
Penerapan pelayanan prima Pada akhir fase E, peserta didik mampu
(excellent service) pada
menerapkan pelayanan prima pada bidang
industri kuliner
kuliner.
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
Pelaksanaan Kebersihan,
menerapkan prosedur pelaksanaan
Kesehatan, Keselamatan,
kebersihan, kesehatan, keselamatan, dan
dan Kelestarian
kelestarian lingkungan secara mandiri,
Lingkungan/ Cleanliness
Health Safety Environmental kolaborasi dan konsisten, sehingga peserta
didik lebih berhati-hati dalam menangani
Sustainability
makanan dan memahami langkah mengelola
limbah di bidang kuliner sebagai bagian dari
pelestarian lingkungan.
Praktik dasar memasak
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
secara menyeluruh
menjelaskan dengan baik tentang peralatan
dapur yang digunakan pada industri kuliner,
bahan makanan, menu, dasar-dasar masakan
Indonesia, Oriental, Kontinental dan Pastry
Bakery, serta melaksanakan praktik dasar
memasak sebagai dasar memodifikasi
berbagai masakan dengan kreatif.
218
9.4. CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR KECANTIKAN DAN SPA
A.
Rasional
Dasar-Dasar Kecantikan dan Spa merupakan salah satu mata
pelajaran yang mempelajari kompetensi-kompetensi yang mendasari
penguasaan
tentang
keterampilan
yang
dasar-dasar
harus
dikuasai
pengetahuan,
oleh
seorang
sikap,
dan
Beautician,
Hairdresser, Makeup Artis, dan Therapist yang profesional yaitu
kompetensi yang meliputi salah satu atau keseluruhan rangkaian
kegiatan untuk membekali penguasaan keahlian kecantikan kulit,
rambut, dan Spa yang menjadi landasan bagi peserta didik untuk
mendalami Industri Kecantikan dan Spa serta industri kreatif pada
wirausaha bidang kecantikan (Influencer, Beauty Blogger, dan
Makeup Freelancer), Perkembangan penerapan teknologi dan isu-isu
global terkait dunia Kecantikan dan Spa, profil entrepreneur, peluang
usaha dan pekerjaan/profesi pelayanan jasa Spa dan Kecantikan,
tahapan
operasional
perawatan
Kecantikan
dan
Spa
secara
menyeluruh dengan pelayanan prima (excellent service).
Mata pelajaran Dasar-Dasar Kecantikan dan Spa merupakan fondasi
dari perawatan kulit wajah, tangan, kaki, badan dan rambut yang
menjadi sangat penting sebagai landasan peserta didik untuk
menambah pengetahuan dan keahlian kerja yang lebih spesifik.
Spesifikasi keahlian kerja Kecantikan dan Spa mampu memberikan
perspektif mudah untuk dijadikan pemikiran dalam pemilihan
kemampuan spesifik yang dapat diambil dan diasah oleh peserta
didik di tingkatan berikutnya kelas XI dan kelas XII.
Pembelajaran sebaiknya dilakukan dengan menggunakan model
pembelajaran seperti discovery learning, inquiry learning, project
based learning, problem based learning, teaching factory atau model
dan metode lainnya yang relevan. Dengan model pembelajaran
tersebut
diharapkan
dapat
tercipta
pembelajaran
yang
lebih
interaktif, inspiratif dan eksploratif, sehingga memotivasi peserta
didik untuk mampu membangun sikap kolaboratif dan mandiri.
Model pembelajaran yang tepat akan dapat mengembangkan bakat,
minat dan renjana peserta didik.
Masing-masing materi memuat soft skills, antara lain berpikir kritis
219
dan
pemecahan masalah,
kreativitas
dan
inovasi,
kerjasama,
keterampilan komunikasi, serta sadar mutu layanan, hard skills,
yaitu penguasaan kompetensi spesifik sesuai dengan pekerjaan di
dunia kerja; dan integritas, yaitu jujur, pekerja keras, menginspirasi,
sehat,
akhlak
mulia,
bertanggungjawab,
cinta
Indonesia,
keterampilan untuk hidup mandiri, sebagai bagian dari Profil Pelajar
Pancasila yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha
Esa, berakhlak mulia, bernalar kritis, mandiri, kreatif, bergotong
royong dan peduli terhadap lingkungan.
B.
Tujuan
Mata
pelajaran
memastikan
Dasar-Dasar
peserta
didik
Kecantikan
dengan
bertujuan
dasar-dasar
untuk
pengetahuan,
keterampilan, sikap (soft skills dan hard skills) meliputi:
1. memahami proses bisnis dan profil industri atau di dunia
Kecantikan dan Spa;
2. memahami perkembangan penerapan teknologi dan isu-isu global
terkait dunia pariwisata dan kecantikan;
3. memahami
profesi
dan
kewirausahaan
di
bidang
dunia
Kecantikan dan Spa;
4. dasar penerapan pelayanan prima (excellent service) pada industri
Kecantikan dan Spa;
5. memahami konsep dasar Sanitasi hygiene dan kesehatan dan
keselamatan kerja;
6. menerapkan konsep dasar anatomi fisiologi kulit dan rambut
serta memahami sel, serta jaringan dan organ tubuh manusia;
7. memahami
dasar
konsep
Spa
yang
meliputi
sejarah
dan
klasifikasi Spa; dan
8. melaksanakan praktik dasar proses kecantikan kulit dan rambut.
C.
Karakteristik
Mata pelajaran Dasar-Dasar Kecantikan dan Spa menekankan pada
aspek-aspek
yang
berkaitan
keindahan,
keserasian,
dengan
ketelitian,
kebersihan,
ketekunan,
kesehatan,
kesabaran,
komunikatif, keramahtamahan, dan etika kerja. Adapun aspek yang
dipelajari adalah sebagai berikut.
Elemen
Profil industri Kecantikan
Deskripsi
Meliputi pengenalan kecantikan dan spa,
220
Elemen
Deskripsi
dan Spa
profil dan karakteristik salon, klinik
kecantikan, rumah spa, serta Personal
Branding dalam membangun passion dan
kebanggaan terhadap pekerjaan di bidang
Kecantikan dan Spa.
Perkembangan penerapan Meliputi perkembangan dan pemutakhiran
teknologi dan isu-isu
pengetahuan industri Kecantikan dan Spa
global terkait dunia
dengan mengikuti perkembangan tren
teknologi di bidang skin care dan body
Kecantikan dan Spa
massage serta hairstyling yang mampu
membaca peluang kerja/usaha sehingga
menginspirasi dalam pembangun passion,
vision (visi), dan kebanggaan di bidang
Kecantikan dan Spa.
Profesi dan kewirausahaan Meliputi pemahaman HAKI (Hak Atas
di bidang industri
Kekayaan Intelektual) yang mampu
Kecantikan dan Spa
membaca peluang pasar dan usaha industri
Kecantikan dan Spa sehingga menginspirasi
menjadi wirausaha bidang kecantikan
(Beautician, Hairdresser, Makeup Artist, dan
Therapist) yang profesional.
Dasar penerapan
Meliputi pemahaman penampilan dan
pelayanan prima (excellent kerapihan (Grooming), sikap pelayanan
service) pada industri
(Service Attitude/hospitality attitude), dan
Kecantikan dan Spa
motivasi kerja serta komunikasi ditempat
kerja, penerapan Hospitality dalam
komunikasi saat menerima tamu,
komunikasi dengan pelanggan, teman
sejawat, staf kerja, dan pimpinan.
Sanitasi hygiene,
Meliputi penerapan Cleanliness, Health,
kesehatan, keselamatan
Safety & Environmental Sustainability (CHSE)
kerja dan budaya mutu
dan pengenalan tentang Penerapan
lingkungan kerja bersih dan aman sesuai
prinsip kesehatan dan keselamatan kerja
(K3) standar, proses, kebijakan, karakter dan
budaya mutu di industri Kecantikan dan
Spa.
Anatomi dan fisiologi
Meliputi pengetahuan dan pemahaman
anatomi dan fisiologi sebagai pengantar dan
mengaplikasikan terminologi anatomi dan
fisiologi untuk perawatan Kecantikan dan
Spa.
Dasar konsep Spa
Meliputi pengetahuan dasar Spa yang
meliputi karakteristik Spa, dan teknik dasar
massage.
Praktik dasar kecantikan
Meliputi perawatan kulit wajah tidak
kulit dan rambut
bermasalah, merias wajah sehari-hari,
merawat tangan dan mewarnai kuku,
merawat kaki dan mewarnai kuku. Lingkup
pembelajaran kecantikan Rambut meliputi
mencuci rambut, merawat kulit kepala dan
rambut, mengeringkan rambut dengan alat
pengering, melakukan penataan rambut
(styling).
D.
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E (Kelas X SMK), peserta didik akan mendapatkan
221
gambaran mengenai program keahlian Kecantikan dan Spa sehingga
mampu menumbuhkan passion dan vision untuk merencanakan
dan melaksanakan aktivitas belajar. Selain itu pada fase E aspek
hard
skills
peserta
didik
mampu
memahami
elemen-elemen
kompetensi pada Dasar-Dasar Kecantikan dan Spa.
Elemen
Profil industri
Kecantikan dan Spa
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami pengenalan kecantikan dan spa
menganalisis secara sederhana tentang wawasan
profil dan karakteristik pada industri Kecantikan
dan Spa seperti salon, klinik kecantikan, rumah
spa, serta Personal Branding sehingga terinspirasi
dan memiliki kebanggaan, harapan besar,
passion, dan vision (visi) untuk melaksanakan
pembelajaran pada program keahlian Kecantikan
dan Spa.
Perkembangan
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
penerapan teknologi
mendeskripsikan wawasan secara menyeluruh
dan isu-isu global
tentang pengetahuan pengembangan, dan
terkait dunia
pemutakhiran mengikuti perkembangan tren
Kecantikan dan Spa
teknologi di bidang skin care dan body massage
serta hairstyling yang mampu membaca peluang
kerja/usaha.
Profesi dan
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
kewirausahaan di
mendeskripsikan lingkup profesi serta peluang
bidang industri
pasar dan usaha industri Kecantikan dan Spa
Kecantikan dan Spa
sehingga menginspirasi menjadi wirausaha bidang
kecantikan (Beautician, Hairdresser, Makeup
Artist, dan Therapist) yang profesional.
Dasar penerapan
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
layanan prima
menjelaskan penampilan dan kerapihan
(excellent service) pada (Grooming), sikap pelayanan (Service
industri Kecantikan
Attitude/hospitality attitude) dan secara kerjasama
dan Spa
dengan tim melakukan komunikasi dalam lingkup
kerja, seperti: di tempat menerima tamu,
komunikasi dengan pelanggan, dengan teman
sejawat, staf kerja dan pimpinan.
Sanitasi hygiene dan
Pada akhir fase E peserta didik mampu
kesehatan keselamatan menerapkan Cleanliness, Health, Safety &
kerja
Environmental Sustainability (CHSE) dan tertib
kerja berdasarkan peraturan kesehatan dan
keselamatan kerja dan budaya mutu di industri
Kecantikan dan Spa, meliputi: 5R, lingkungan
tenang dan nyaman bagi pelanggan, menyiapkan
dan memelihara area kerja, memeriksa dan
memelihara peralatan dan perlengkapan kerja,
melakukan prosedur keselamatan dan keamanan
kerja, serta mematuhi prosedur - prosedur
keadaan darurat.
Pengetahuan anatomi
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
dan fisiologi untuk
mengaplikasikan terminologi anatomi dan fisiologi
perawatan kecantikan untuk perawatan kecantikan, mengaplikasikan
pengetahuan anatomi dan fisiologi, dan
mengaplikasikan pengetahuan sistem organ
tubuh pada perawatan kecantikan.
Dasar konsep Spa
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
222
Elemen
Praktik dasar
kecantikan kulit dan
rambut
Capaian Pembelajaran
menjelaskan, karakteristik Spa dan teknik dasar
massage.
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
melaksanakan praktik dasar kecantikan kulit dan
rambut, meliputi: analisa kulit wajah, merawat
kulit wajah tidak bermasalah, merias wajah
sehari-hari, merawat tangan dan mewarnai kuku,
merawat kaki dan mewarnai kuku; analisis kulit
kepala dan rambut, mencuci rambut, merawat
kulit kepala dan rambut, mengeringkan rambut
dengan alat pengering, serta melakukan penataan
rambut (styling).
223
10.1. CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR SENI RUPA
A. Rasional
Mata pelajaran Dasar-Dasar Seni Rupa merupakan mata pelajaran
kejuruan
yang
berisi
kompetensi-kompetensi
yang
mendasari
penguasaan keahlian pekerjaan seni rupa. Di dalamnya berisi
berbagai ilmu dasar sebagai bekal mempelajari mata pelajaran lain.
Keberadaannya
berfungsi
membekali
peserta
didik
dengan
seperangkat pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan passion (renjana)
supaya memiliki dasar yang kuat untuk mempelajari mata pelajaran
selanjutnya di kelas XI dan XII.
Mata
pelajaran
Dasar-Dasar
Seni
Rupa
berfungsi
untuk
menumbuhkembangkan keprofesionalan dan kebanggaan peserta
didik terhadap seni rupa melalui pemahaman secara utuh dan
menyeluruh tentang wawasan industri seni rupa, proses bisnis
berbagai industri seni rupa, profil technopreneur, peluang usaha dan
pekerjaan/profesi di bidang seni rupa, proses produksi bidang seni
rupa, desain dasar dua dimensional, desain dasar tiga dimensional,
menggambar, dan sketsa. Selain itu, sebagai landasan pengetahuan
dan ketrampilan untuk pembelajaran di kelas XI dan XII pada
konsentrasi keahlian yang bersangkutan.
Perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran dilakukan
sesuai dengan karakteristik mata pelajaran dan tujuan yang ingin
dicapai. Pembelajarannya menggunakan berbagai variasi model
pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk terlibat aktif, serta memberikan
ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai
bakat, minat, renjana, serta perkembangan fisik dan psikilogis
peserta didik. Model pembelajaran yang dapat digunakan antara lain:
project-based learning, problem-based learning, teaching factory,
discovery-based learning, inquiry-based learning, atau metode dan
model lain yang relevan.
Mata pelajaran Dasar-Dasar Seni Rupa berkontribusi menjadikan
peserta didik memiliki kompetensi sebagai seniman dalam bidang seni
rupa yang berakhlak mulia, mampu berkomunikasi, bernegoisasi dan
berinteraksi
antar
budaya,
224
mampu
bekerja
dalam
tim,
bertanggungjawab, memiliki kepekaan dan kepedulian terhadap
situasi dan lingkungan kerja, serta kritis dan kreatif.
B. Tujuan
Mata pelajaran Dasar-Dasar Seni Rupa bertujuan membekali peserta
didik dengan dasar-dasar pengetahuan, keterampilan, dan sikap
(hards kills, soft skills, karakter) yaitu:
1. memahami wawasan industri seni rupa;
2. memahami proses bisnis berbagai industri seni rupa;
3. memahami
profil
technopreneur,
peluang
usaha
dan
pekerjaan/profesi di bidang seni rupa;
4. memahami proses produksi bidang seni rupa;
5. memahami desain dasar dua dimensional;
6. memahami desain dasar tiga dimensional;
7. menggambar; dan
8. memahami sketsa.
C. Karakteristik
Pada hakekatnya mata pelajaran Dasar-Dasar Seni Rupa berfokus
pada kompetensi bersifat dasar yang harus dimiliki oleh seniman
dalam bidang seni rupa sesuai dengan perkembangan dunia kerja.
Selain itu, peserta didik diberikan pemahaman tentang proses bisnis,
perkembangan penerapan teknologi dan issu-issu global, profil
technopreneur, job profil, peluang usaha dan pekerjaan/profesi.
Pada awal pembelajaran peserta didik dikenalkan pada lapangan
kerja, jabatan kerja setelah lulus dari program keahlian Seni Rupa
dan konsentrasi yang dapat dipelajari pada kelas XI dan XII untuk
menumbuhkan passion (renjana), vision (visi), imajinasi, dan
kreativitas melalui:
1. pembelajaran di kelas;
2. pembelajaran di studio/bengkel/laboratorium;
3. pembelajaran di unit Teaching Factory;
4. projek sederhana;
5. berinteraksi dengan alumnus atau praktisi industri;
6. berkunjung pada industri yang relevan; dan
7. pencarian informasi melalui media digital.
225
Elemen
Deskripsi
Wawasan industri seni
rupa
Lingkup pembelajaran meliputi jenis industri,
jabatan, profesi, budaya kerja, dan
perkembangan desain dan proses produksi seni
rupa, khususnya dalam penerapan teknologi
digital, serta isu-isu budaya/karakter kerja dan
isu-isu terkait industri kreatif bidang seni rupa
dalam era revolusi industri 4.0 dan masyarakat
5.0.
Lingkup pembelajaran meliputi pemahaman
peserta didik tentang K3 dan 5R di bidang Seni
Rupa, proses produksi di industri,
pengetahuan tentang kepribadian yang
dibutuhkan agar dapat mengembangkan pola
pikir kreatif, proses kreasi untuk menghasilkan
karya seni yang tepat sasaran, aspek
perawatan peralatan, potensi lokal dan
kearifan lokal, dan pengelolaan SDM di
industri.
Lingkup pembelajaran meliputi technopreneur
dalam bidang Seni Rupa, profil pekerjaan, serta
peluang usaha di bidang seni dan ekonomi
kreatif yang mampu membaca peluang pasar
dan usaha, untuk membangun visi dan
passion, serta melakukan pembelajaran
berbasis projek nyata sebagai simulasi
projek/PjBL kewirausahaan.
Lingkup pembelajaran meliputi pengenalan
proses produksi bidang seni rupa meliputi
proses kreatif menuangkan ide dan gagasan,
pengetahuan alat dan bahan, teknik-teknik
pembuatan karya bidang seni rupa.
Lingkup pembelajaran meliputi dasar
perancangan seni rupa dan desain yang
bersifat dwimatra (dua dimensional) melalui
pengenalan pada unsur-unsur seni rupa dan
prinsip-prinsip seni rupa.
Lingkup pembelajaran meliputi karya seni rupa
yang bersifat trimatra (tiga dimensional),
memiliki tiga ukuran/sisi yaitu panjang, lebar
dan memiliki kedalaman (konfigurasi linier,
transformasi volumetric dan konfigurasi
ruang).
Lingkup pembelajaran meliputi gambar bentuk,
alam, benda, dan gambar teknik. Gambar
bentuk dan alam benda adalah aktivitas kreatif
untuk membentuk imaji atau gambar sebagai
bentuk ekspresi dalam menyampaikan gagasan
atau ide dengan menggunakan media, alat dan
bahan. Sedangkan gambar teknik adalah
penggambaran ukuran, lambang-lambang,
garis, gambar proyeksi dan perspektif.
Lingkup pembelajaran meliputi
gambar/lukisan kasar yang sifatnya cepat dan
digunakan sebagai dasar gambar/ lukisan
yang dapat berupa gambar rancangan, denah,
bagan, bentuk karya awal dan semacamnya.
Proses bisnis berbagai
industri seni rupa
Profil technopreneur,
peluang usaha dan
pekerjaan/profesi di
bidang seni rupa
Proses produksi
bidang seni rupa
Desain dasar dua
dimensional
Desain dasar tiga
dimensional
Menggambar
Sketsa
226
D. Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E (kelas X), peserta didik akan mendapatkan
gambaran mengenai program keahlian seni rupa yang dipilihnya,
sehingga
mampu
menumbuhkan
passion
dan
vision
untuk
merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar. Pada aspek soft
skill peserta didik akan mampu menerapkan budaya kerja sesuai
tuntutan pekerjaan, memahami konsep diri yang positif sesuai
standar K3 dan 5R dalam seni rupa, mengembangkan kemampuan
berfikir kritis dan memecahkan masalah dan mencari solusi,
konsisten menerapkan budaya kerja dalam berkesenian. Pada aspek
hard
skill
peserta
didik
mampu
memahami
elemen-elemen
kompetensi pada mata pelajaran Dasar-Dasar Seni Rupa.
Elemen
Wawasan industri
seni rupa
Proses bisnis berbagai
industri seni rupa
Profil technopreneur,
peluang usaha dan
pekerjaan/profesi di
bidang seni rupa
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami perkembangan industri kreatif seni
rupa di era revolusi industri 4.0 dan
masyarakat 5.0, dan mengkritisi teknologi
terbaru sehingga mampu menciptakan
pemikiran industri kreatif seni rupa dengan
teknologi modern (digital) terkait jabatan
profesi bidang seni rupa (meliputi 3D printing,
digital painting, digital drawing, design
software and technology). Peserta didik
menganalisis isu-isu terkait Hak atas
Kekayaan Intelektual (HaKI) industri kreatif
seni rupa, masalah budaya/karakter kerja dan
budaya berbagi, serta kebijakan yang
mempengaruhi seni dan budaya sebagai
penumbuhan integritas diri.
Pada akhir fase E, peserta didik dapat
memahami proses bisnis dan mengembangkan
kemampuan membuat keputusan secara
profesional di bidang seni rupa yang meliputi:
perencanaan dengan melihat tren pasar dan
melakukan riset, pengelolaan manajemen
dengan mempertimbangkan risiko, strategi
marketing/pemasaran inovatif berupa
terobosan baru, dan media pemasaran dengan
menyesuaikan pola pikir masyarakat saat ini.
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami pengertian kewirausahaan,
memahami profil pekerjaan yang akan
digelutinya, mempelajari pengalaman
keberhasilan dan kegagalan tokoh dalam
berwirausaha di bidang seni rupa, dan
mengenali potensi produk seni rupa Indonesia
sebagai upaya menciptakan usaha kreatifinovatif bidang seni rupa mulai dengan
menggunakan teknologi konvensional sampai
digital (meliputi 3D printing, digital painting,
digital drawing, dan design software and
227
Proses produksi
bidang seni rupa
Desain dasar dua
dimensional
Desain dasar tiga
dimensional
Menggambar
Sketsa
technology), dan menentukan strategi
pemasaran, serta media pemasaran yang tepat.
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami ide dan gagasan, menjelaskan
kegunaan alat dan bahan, dan menerapkan
teknik-teknik dasar pada pembuatan
karya/produksi bidang seni rupa serta
mempresentasikannya secara lisan dan
tertulis.
Peserta didik mampu memahami unsur-unsur
seni rupa (titik, garis, bidang, ruang, bentuk,
warna, gelap terang, dan tekstur), serta
prinsip-prinsip seni rupa meliputi
pengorganisasian, menyatukan, memusatkan
dan mengarahkan dalam pengembangan karya
desain dasar dua dimensional melalui inspirasi
eksplorasi budaya lokal dan atau global secara
kreatif-inovatif, dengan membiasakan
penerapan prosedur Keselamatan dan
Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup (K3LH)
pada bidang seni rupa.
Peserta didik mampu memahami desain dasar
tiga dimensional (yaitu konfigurasi linier,
transformasi volumetrik, dan konfigurasi
ruang), menuangkan ide gagasannya, dan
menerapkannya dalam pengembangan karya
secara estetis, kreatif, inovatif, dan imajinatif
sesuai prinsip-prinsip seni rupa melalui
inspirasi eksplorasi budaya lokal dan atau
global, dengan membiasakan penerapan
prosedur Keselamatan dan Kesehatan Kerja
dan Lingkungan Hidup (K3LH) pada bidang
seni rupa.
Peserta didik mampu memahami gambar
teknik yaitu proyeksi, perspektif, gambar
bentuk dan gambar alam benda, serta mampu
menerapkannya dalam pembuatan gambar
secara presisi, estetis dan fungsional sehingga
dapat dipahami dengan baik/komunikatif, juga
membiasakan penerapan prosedur
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan
Lingkungan Hidup (K3LH) pada bidang seni
rupa.
Peserta didik mampu memahami karya sketsa,
serta menerapkannya dalam pengembangan
sketsa dalam bentuk gambar rancangan,
denah, bagan, bentuk awal karya seni rupa
dan semacamnya secara estetis, kreatif,
inovatif, dan imajinatif dengan membiasakan
penerapan prosedur Keselamatan dan
Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup (K3LH)
pada bidang seni rupa.
228
10.2. CAPAIAN
PEMBELAJARAN
DASAR-DASAR
DESAIN
KOMUNIKASI
VISUAL
A.
Rasional
Mata pelajaran Dasar-Dasar Desain Komunikasi Visual merupakan
mata
pelajaran
kejuruan
berisi
kompetensi-kompetensi
yang
mendasari penguasaan keahlian pekerjaan desain komunikasi
visual. Di dalamnya berisi berbagai ilmu dasar sebagai bekal
mempelajari
membekali
mata
peserta
pelajaran
didik
lain.
dengan
Keberadaannya
seperangkat
berfungsi
pengetahuan,
ketrampilan, sikap, dan passion (renjana) supaya memiliki dasar
yang kuat untuk mempelajari mata pelajaran selanjutnya di kelas XI
dan XII.
Mata pelajaran Dasar-Dasar Desain Komunikasi Visual berfungsi
untuk menumbuhkembangkan keprofesionalan dan kebanggaan
peserta
didik
terhadap
desain
komunikasi
visual
melalui
pemahaman secara utuh dan menyeluruh profil technopreneur,
peluang usaha dan pekerjaan/profesi, proses bisnis di dunia
industri, perkembangan teknologi di industri dan dunia kerja serta
isu-isu
global,
teknik
dasar
proses
produksi
pada
industri,
ketrampilan membuat sketsa dan illustrasi untuk kebutuhan dasar
rancangan desain, komposisi tipografi untuk kebutuhan dasar
rancangan
desain,
prosedur
penggunaan
peralatan
fotografi,
komputer grafis. Selain itu, sebagai landasan pengetahuan dan
ketrampilan
untuk
pembelajaran
di
kelas
XI
dan
XII
pada
konsentrasi keahlian yang bersangkutan.
Perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran dilakukan
sesuai dengan karakteristik mata pelajaran dan tujuan yang ingin
dicapai. Pembelajarannya menggunakan berbagai variasi model
pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk terlibat aktif, serta memberikan
ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai
bakat, minat, renjana, serta perkembangan fisik dan psikilogis
peserta didik. Model pembelajaran yang dapat digunakan antara
lain: project-based learning, problem-based learning, teaching factory,
discovery-based learning, inquiry-based learning, atau metode dan
229
model lain yang relevan.
Mata
pelajaran
Dasar-Dasar
Desain
Komunikasi
Visual
berkontribusi menjadikan peserta didik memiliki kompetensi sebagai
seniman, dan/atau pekerja seni dalam bidang desain komunikasi
visual yang berakhlak mulia, mampu berkomunikasi, bernegoisasi
dan
berinteraksi
antar
budaya,
mampu
bekerja
dalam
tim,
bertanggungjawab, memiliki kepekaan dan kepedulian terhadap
situasi dan lingkungan kerja, serta kritis dan kreatif.
B.
Tujuan
Mata pelajaran Dasar-Dasar Desain Komunikasi Visual bertujuan
membekali
peserta
didik
dengan
dasar-dasar
pengetahuan,
keterampilan, dan sikap (hard skills dan soft skills, karakter)
meliputi:
1. memahami
profil
technopreneur,
peluang
usaha
dan
pekerjaan/profesi di bidang Desain Komunikasi Visual;
2. memahami proses bisnis berbagai industri di bidang Desain
Komunikasi Visual;
3. memahami perkembangan teknologi di industri dan dunia kerja
serta isu-isu global pada bidang Desain Komunikasi Visual;
4. memahami teknik dasar proses produksi pada industri Desain
Komunikasi Visual;
5. memahami keterampilan membuat sketsa dan ilustrasi untuk
kebutuhan dasar rancangan desain;
6. memahami
komposisi
tipografi
untuk
kebutuhan
dasar
rancangan desain;
7. memahami prosedur penggunaan peralatan fotografi; dan
8. memahami komputer grafis yang dibutuhkan pada pekerjaan
Desain Komunikasi Visual.
C.
Karakteristik
Pada hakekatnya mata pelajaran Dasar-Dasar Desain Komunikasi
Visual berfokus pada kompetensi bersifat dasar yang harus dimiliki
oleh
seniman,
dan/atau
pekerja
seni
dalam
bidang
desain
komunikasi visual sesuai dengan perkembangan dunia kerja.
Selain itu, peserta didik diberikan pemahaman tentang proses
bisnis, perkembangan penerapan teknologi dan isu-isu global, profil
230
technopreneur, job profil, peluang usaha dan pekerjaan/profesi.
Elemen
Profil technopreneur,
peluang usaha dan
pekerjaan/profesi bidang
Desain Komunikasi Visual
Deskripsi
Lingkup pembelajaran meliputi
technopreneur dalam bidang Desain
Komunikasi Visual, dan kewirausahaan serta
peluang usaha di bidang seni dan ekonomi
kreatif yang mampu membaca peluang pasar
dan usaha, untuk membangun visi dan
passion, serta melakukan pembelajaran
berbasis projek nyata sebagai simulasi
projek/PjBL kewirausahaan.
Proses bisnis berbagai
Lingkup pembelajaran meliputi pemahaman
industri di bidang Desain peserta didik tentang K3 di bidang Desain
Komunikasi Visual
Komunikasi Visual, proses produksi di
industri, pengetahuan tentang kepribadian
yang dibutuhkan agar dapat
mengembangkan pola pikir kreatif, proses
kreasi untuk menghasilkan solusi desain
yang tepat sasaran, aspek perawatan
peralatan, potensi lokal dan kearifan lokal,
dan pengelolaan SDM di industri.
Perkembangan teknologi di Lingkup pembelajaran meliputi pemahaman
industri dan dunia kerja
peserta didik tentang perkembangan proses
produksi industri Desain Komunikasi Visual
serta isu-isu global pada
bidang Desain Komunikasi mulai dari teknologi konvensional sampai
Visual
dengan teknologi modern, Industri 4.0,
Internet of Things, digital teknologi dalam
dunia industri, isu pemanasan global,
perubahan iklim, aspek-aspek
ketenagakerjaan, Life Cycle produk industri
sampai dengan reuse, recycling.
Teknik dasar proses
Lingkup pembelajaran meliputi Pengetahuan
produksi pada industri
tentang kepribadian yang dibutuhkan
Desain Komunikasi Visual peserta didik agar dapat mengembangkan
pola pikir kreatif melalui praktek secara
mandiri dengan berpikir kritis tentang
seluruh proses produksi dan teknologi serta
budaya kerja yang diaplikasikan dalam
industri DKV.
Sketsa dan Ilustrasi
Lingkup pembelajaran meliputi fungsi sketsa
dan ilustrasi dalam dunia Desain
Komunikasi Visual beserta penguasaan
teknik keterampilan membuat sketsa dan
ilustrasi untuk kebutuhan dasar rancangan
desain.
Komposisi typography
Lingkup pembelajaran meliputi sejarah
huruf, pengertian huruf, jenis-jenis huruf,
anatomi huruf, karakter huruf, dan fungsi
huruf.
Penguasaan keterampilan dalam
menghadirkan komposisi tipografi tentang
hirarki, leading, tracking, dan kerning.
ilustrasi untuk kebutuhan dasar rancangan
desain.
Fotografi dasar
Lingkup pembelajaran meliputi dasar-dasar
fotografi, prinsip, estetika fotografi, dan
prosedur penggunaan peralatan fotografi
seperti kamera, peralatan studio fotografi,
dan dapat mengidentifikasi alat yang
231
Elemen
Komputer grafis
D.
Deskripsi
digunakan dalam pemotretan. Menerapkan
pengetahuan dan keterampilan fotografi baik
penggunaan peralatan di dalam studio dan
luar studio.
Lingkup pembelajaran meliputi jenis-jenis
perangkat lunak komputer grafis berbasis
bitmap dan vector yang dibutuhkan dalam
eksekusi desain komunikasi visual.
Menerapkan keterampilan dasar tentang
penggunaan tools, menu, dan klasifikasi
warna dalam RGB dan CMYK untuk proses
produksi manual dan digital.
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E (kelas X), peserta didik akan mendapatkan
gambaran mengenai program keahlian Desain Komunikasi Visual
yang dipilihnya, sehingga mampu menumbuhkan passion dan vision
untuk merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar. Pada
aspek soft skill peserta didik akan mampu menerapkan budaya kerja
sesuai tuntutan pekerjaan, memahami konsep diri yang positif
sesuai standar K3 dan 5R dalam desain komunikasi visual,
mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan memecahkan
masalah dan mencari solusi, konsisten menerapkan budaya kerja
dalam berkesenian. Pada aspek hard skill peserta didik mampu
memahami elemen-elemen kompetensi pada mata pelajaran DasarDasar Desain Komunikasi Visual.
Elemen
Profil technopreneur,
peluang usaha dan
pekerjaan/profesi bidang
Desain Komunikasi Visual
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami pekerjaan atau profesi dalam
bidang Desain Komunikasi Visual, dan
kewirausahaan di bidang ekonomi kreatif yang
mampu membaca peluang pasar dan usaha,
untuk membangun visi dan passion, serta
melakukan pembelajaran berbasis projek
nyata sebagai simulasi projek kewirausahaan.
Proses bisnis berbagai
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
industri di bidang Desain
memahami manajemen produksi bidang
Komunikasi Visual
Desain secara menyeluruh pada berbagai
industri ekonomi kreatif lainnya, antara lain
K3LH, kreativitas dalam proses kreasi dasar
desain, dan menerapkannya dalam elemen
dasar perancangan dan proses desain dan
produksi dalam eksekusi kerja desain
komunikasi visual secara mandiri.
Perkembangan teknologi di Pada akhir fase E, peserta didik mampu
industri dan dunia kerja
memahami tentang perkembangan proses
serta isu-isu global pada
produksi industri Desain Komunikasi Visual
bidang Desain Komunikasi mulai dari teknologi konvensional sampai
Visual
dengan teknologi modern, Industri 4.0,
Internet of Things, digital teknologi dalam
232
Elemen
Isu-isu global pada bidang
Desain Komunikasi Visual
Teknik dasar proses
produksi pada industri
Desain Komunikasi Visual
Sketsa dan ilustrasi
Komposisi typography
Fotografi dasar
Komputer grafis
Capaian Pembelajaran
dunia industri, isu pemanasan global,
perubahan iklim, aspek-aspek
ketenagakerjaan, Life Cycle produk industri
sampai dengan reuse, recycling.
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami industri ekonomi kreatif mulai dari
teknologi konvensional sampai dengan
teknologi modern, Industri 4.0, Internet of
Things, teknologi Digital dalam dunia industri,
isu pemanasan global, perubahan iklim,
aspek-aspek ketenagakerjaan, Life Cycle
produk industri sampai dengan reuse,
recycling produk.
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami kepribadian yang dibutuhkan
peserta didik agar dapat mengembangkan pola
pikir kreatif melalui praktek secara mandiri
dengan berpikir kritis tentang seluruh proses
produksi dan teknologi serta budaya kerja
yang diaplikasikan dalam industri Desain
Komunikasi Visual.
Pada akhir fase E, melalui kreativitas dan
berpikir kritis, peserta didik mampu
menjelaskan konsep dasar karya dengan
sketsa dan ilustrasi, menyiapkan bahan
peralatan sketsa, mewujudkan sketsa,
menyempurnakan sketsa, dan membuat
ilustrasi dalam perancangan dan proses
produksi untuk dikembangkan dalam
eksekusi kerja Desain Komunikasi Visual.
Pada akhir fase E, peserta mampu memahami
jenis, fungsi, karakter, anatomi, lingkup
huruf dan dasar tipografi (hierarki, leading,
tracking dan kerning) yang umum digunakan
dalam desain dan menerapkannya dalam
perancangan dan proses produksi dalam
eksekusi kerja Desain Komunikasi Visual.
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami jenis kamera, menentukan
komposisi pemotretan dan mengatur
pencahayaan, melakukan pemotretan,
menyimpan data, dan melakukan pekerjaan
akhir dalam editing pada fotografi serta
menerapkannya dengan kreativitas dan
disiplin dalam perancangan dan proses
produksi dalam eksekusi kerja Desain
Komunikasi Visual.
Pada akhir fase E, peserta didik memahami
pengoperasian perangkat lunak desain dengan
memilih jenis perangkat lunak dan
menetapkan perangkat lunak berbasis bitmap
dan vector serta menggunakannya dalam
perancangan dan proses produksi dalam
eksekusi kerja Desain Komunikasi Visual.
233
10.3.
CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR DESAIN DAN PRODUKSI
KRIYA
A. Rasional
Mata pelajaran Dasar-Dasar Desain dan Produksi Kriya merupakan
mata pelajaran kejuruan berisi kompetensi-kompetensi yang
mendasari penguasaan keahlian pekerjaan desain dan produksi
kriya. Di dalamnya berisi berbagai ilmu dasar sebagai bekal
mempelajari
membekali
mata
peserta
pelajaran
didik
lain.
dengan
Keberadaannya
seperangkat
berfungsi
pengetahuan,
ketrampilan, sikap, dan passion (renjana) supaya memiliki dasar
yang kuat untuk mempelajari mata pelajaran selanjutnya di kelas
XI dan XII.
Mata pelajaran Dasar-Dasar Desain dan Produksi Kriya berfungsi
untuk menumbuhkembangkan keprofesionalan dan kebanggaan
peserta didik terhadap desain dan produksi kriya melalui
pemahaman secara utuh dan menyeluruh tentang profesi dan
industri seni kriya yang sedang berkembang, serta peran industri
kreatif kriya dalam meningkatkan ekonomi bangsa, memahami
prosedur Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan lingkungan hidup
(K3LH), memahami korelasi antara desain (prototipe), produksi,
dan pasar, serta dapat mendesain baik secara manual maupun
digital. Selain itu, sebagai landasan pengetahuan dan ketrampilan
untuk pembelajaran di kelas XI dan XII pada konsentrasi keahlian
yang bersangkutan.
Perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran dilakukan
sesuai dengan karakteristik mata pelajaran dan tujuan yang ingin
dicapai. Pembelajarannya menggunakan berbagai variasi model
pembelajaran
yang
interaktif,
inspiratif,
menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk terlibat aktif, serta
memberikan
ruang
yang
cukup
bagi
prakarsa,
kreativitas,
kemandirian sesuai bakat, minat, renjana, serta perkembangan
fisik dan psikilogis peserta didik. Model pembelajaran yang dapat
digunakan antara lain: project-based learning, problem based
learning, teaching factory, discovery-based learning, problem based
learning, inquiry-based learning, atau metode dan model lain yang
234
relevan.
Mata
pelajaran
Dasar-Dasar
Desain
dan
Produksi
Kriya
berkontribusi menjadikan peserta didik memiliki kompetensi
sebagai seniman, dan/atau pekerja seni dalam bidang desain dan
produksi kriya yang berakhlak mulia, mampu berkomunikasi,
bernegoisasi dan berinteraksi antar budaya, mampu bekerja dalam
tim,
bertanggungjawab,
memiliki
kepekaan
dan
kepedulian
terhadap situasi dan lingkungan kerja, serta kritis dan kreatif.
B. Tujuan
Mata pelajaran Dasar-Dasar Desain dan Produksi Kriya bertujuan
membekali
peserta
didik
dengan
dasar-dasar
pengetahuan,
keterampilan, dan sikap (hardskill, softskill, dan karakter) meliputi:
1. memahami proses bisnis di industri kreatif bidang desain dan
produksi kriya;
2. memahami perkembangan teknologi di industri dan dunia kerja
serta isu-isu global terkait dunia industri di bidang desain dan
produksi kriya;
3. memahami teknik dasar proses produksi pada industri Desain
dan Produksi Kriya;
4. memahami profil teknopreneur, peluang usaha dan dunia
pekerjaan/profesi dalam bidang desain dan produksi kriya;
5. memahami wawasan Seni, Desain, dan Kriya;
6. memahami Teknik Menggambar Desain dan Produksi Kriya;
7. memahami dasar-dasar Desain dan Produksi Kriya; dan
8. memahami portofolio Desain dan Produksi Kriya.
C. Karakteristik
Pada hakikatnya mata pelajaran Dasar-Dasar Desain dan Produksi
Kriya berfokus pada kompetensi bersifat dasar yang harus dimiliki
oleh seniman, dan/atau pekerja seni dalam bidang desain dan
produksi kriya sesuai dengan perkembangan dunia kerja.
Selain itu, peserta didik diberikan pemahaman tentang proses
bisnis, perkembangan penerapan teknologi dan isu-isu global,
profil
enterpreneur,
job
pekerjaan/profesi.
235
profile,
peluang
usaha
dan
Elemen
Deskripsi
Proses bisnis di industri
kreatif bidang desain dan
produksi kriya
Meliputi pemahaman dan penerapan
terkait Keselamatan dan Kesehatan
Kerja dan Lingkungan Hidup (K3LH dan
5R), proses desain produk kriya yang
berkelanjutan (sustainability design),
proses eksplorasi desain, proses Gambar
kerja manual dan Digital (2D dan 3D),
proses produksi kriya menggunakan alat
manual atau masinal, pengemasan
produk, distribusi produk antar bagian,
delivery produk kepada customer,
pengembangan SDM di industri desain
dan produksi kriya.
Perkembangan teknologi di
industri dan dunia kerja
serta isu-isu global terkait
dunia industri di bidang
desain dan produksi kriya
Meliputi pemahaman tentang wawasan
seni kriya kuno dan kini, perkembangan
proses produksi industri desain dan
produksi kriya yang masih konvensional
sampai dengan penggunaan alat/mesin
dengan teknologi modern, penggunaan
aplikasi gambar digital (Sketch Up,
AutoCad, 3DMax,Corel Draw, Photoshop,
dll), aplikasi Marketplace berbasis
Online, Industri 4.0, Internet of Things
(IOT), Digital Teknologi dalam dunia
industri, Fractal Art, isu pemanasan
global, perubahan iklim, aspek-aspek
(singkat) ketenagakerjaan, Product Life
Cycle (Pengertian, Tahapan,
Karakteristik dan Strategi) sampai
dengan reuse, recycling, dan reduce.
Teknik dasar proses
produksi pada industri
desain dan produksi kriya
Meliputi Pemahaman terkait dengan
seluruh proses produksi dan teknologi
yang diaplikasikan dalam industri;
meliputi praktek penerapan keselamatan
dan kesehatan kerja dan lingkungan
hidup, teknik komunikasi antar bagian,
eksplorasi desain yang kreatif, inovatif
dan imajinatif, pembuatan rancangan
desain produk kriya, pembuatan
prototype/mockup, penyiapan alat dan
bahan, pembuatan pola, perakitan
komponen baik secara manual maupun
masinal, proses finishing, uji kelayakan
dan presentasi produk kepada publik.
Profil technopreneur,
peluang usaha dan dunia
pekerjaan/profesi dalam
bidang desain dan produksi
kriya
Meliputi pengenalan tentang profil
technopreneur yang memiliki spesifikasi
pemahaman tentang industri kriya,
profesi dalam bidang kriya, peluang
usaha, dan proses produksi kriya dari
hulu sampai hilir dalam membangun
vision dan passion, serta melakukan
pembelajaran berbasis projek riil sebagai
simulasi projek kewirausahaan.
Wawasan seni, desain dan
kriya
Lingkup pembelajaran meliputi konsep
dasar seni, desain, dan kriya, serta
236
perkembangan desain, perkembangan
kriya, dan fungsi kriya (terapan dan
hiasan).
Gambar desain dan
produksi kriya
Lingkup pembelajaran meliputi
pengenalan desain dasar dua dan tiga
dimensional, gambar proyeksi,
perspektif, gambar ornamen, gambar
alam benda, dan gambar kerja baik
secara manual maupun digital.
Dasar-dasar desain dan
produksi kriya
Lingkup pembelajaran meliputi
keterampilan design brief (ringkasan
desain), riset pasar, pengembangan ide,
gambar kerja, perencanaan produksi,
proses produksi (prototype), uji produk,
serta evaluasi proses dan produk.
Portofolio desain dan
produksi kriya
Lingkup pembelajaran meliputi
keterampilan kerja
pengarsipan/arsiparis terkait
pembuatan desain dan produksi kriya,
serta teknik presentasi.
D. Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E (kelas X), peserta didik akan mendapatkan
gambaran mengenai program keahlian desain dan produksi kriya
yang dipilihnya, sehingga mampu menumbuhkan passion dan
vision untuk merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar.
Pada aspek soft skill peserta didik akan mampu menerapkan
budaya kerja sesuai tuntutan pekerjaan, memahami konsep diri
yang positif sesuai standar K3 dan 5R dalam desain dan produksi
kriya,
mengembangkan
kemampuan
berfikir
kritis
dan
memecahkan masalah dan mencari solusi, konsisten menerapkan
budaya kerja dalam berkesenian. Pada aspek hard skill peserta
didik mampu memahami elemen-elemen kompetensi pada mata
pelajaran Dasar-Dasar Desain dan Produk Kriya
Elemen
Proses bisnis di industri
kreatif bidang desain dan
produksi kriya
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E, peserta didik dapat
memahami manajemen/pengelolaan
secara menyeluruh dalam proses bisnis di
industri kreatif bidang desain dan
produksi kriya dan berbagai model
industri lainnya, serta menerapkan
lingkup pembelajaran tentang K3 dan
aspek perawatan peralatan sebagaimana
5R.
237
Perkembangan Teknologi
di industri dan dunia kerja
serta isu-isu global terkait
dunia industri di bidang
desain dan produksi kriya
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami wawasan seni kriya kuno dan
kini, perkembangan proses produksi
industri desain dan produksi kriya yang
masih konvensional sampai dengan
penggunaan alat/mesin dengan teknologi
modern, penggunaan aplikasi gambar
digital (SketchUp, AutoCad, 3DMax, Corel
Draw, Photoshop, dll), aplikasi Marketplace
berbasis online, Industri 4.0, Internet of
Things (IOT), digital teknologi dalam dunia
industri, Fractal Art, isu pemanasan
global, perubahan iklim, aspek-aspek
(singkat) ketenagakerjaan, Product Life
Cycle (Pengertian, tahapan, karakteristik
dan Strategi) sampai dengan reuse,
recycling, reduce secara bersama-sama,
individu, teliti dan bertanggung jawab.
Teknik dasar proses
produksi pada industri
desain dan produksi kriya
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami kegiatan praktikal yang
mencukupi untuk fase pengenalan, terkait
dengan seluruh proses produksi dan
teknologi yang diaplikasikan dalam
industri; meliputi praktek penerapan
keselamatan dan kesehatan kerja dan
lingkungan hidup, teknik komunikasi
antar bagian, eksplorasi desain yang
kreatif, inovatif dan imajinatif, pembuatan
rancangan desain produk kriya,
pembuatan prototype/mockup, penyiapan
alat dan bahan, pembuatan pola,
perakitan komponen baik secara manual
maupun masinal, proses finishing, uji
kelayakan dan presentasi produk kepada
public secara bersama-sama,
tanggungjawab, teliti.
Profil technopreneur,
peluang usaha dan dunia
pekerjaan/profesi dalam
bidang desain dan
produksi kriya
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memajhami profil technopreneur yang
meliputi spesifikasi pemahaman tentang
industri kriya, profesi dalam bidang kriya,
peluang usaha, dan proses produksi kriya
dari hulu sampai hilir dalam membangun
vision dan passion, serta melakukan
pembelajaran berbasis projek riil sebagai
simulasi projek kewirausahaan secara
kreatif, mandiri dan bersama, tanggung
jawab, jujur.
Wawasan seni, desain,
dan kriya
Pada akhir fase E, peserta didik dapat
memahami konsep dasar seni, desain, dan
kriya, serta perkembangan desain,
perkembangan kriya, dan fungsi kriya
(terapan dan hiasan) secara kritis,
mandiri, bersama, dan bertanggung
jawab.
Gambar desain dan
produksi kriya
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami pengalamannya saat membuat
gambar desain dasar dua dan tiga
238
dimensional, gambar proyeksi, perspektif,
gambar ornamen, gambar alam benda,
dan gambar kerja baik manual maupun
digital secara kreatif, mandiri dan
bersama, tanggung jawab, teliti.
Dasar-dasar desain dan
produksi kriya
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami lingkup design brief (ringkasan
desain), riset pasar, pengembangan ide,
gambar kerja, perencanaan produksi,
proses produksi (prototipe), uji produk,
serta evaluasi proses dan produk kreatif,
mandiri dan bersama, tanggung jawab,
teliti.
Portofolio desain dan
produksi kriya
Pada akhir fase E, peserta didik dapat
memahami pengarsipan/arsiparis terkait
pembuatan desain dan produksi kriya,
serta teknik presentasi secara jujur, teliti,
sehingga mampu mempengaruhi minat
dan selera orang lain terhadap produk
kriya.
239
10.4. CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR SENI PERTUNJUKAN
A. Rasional
Mata pelajaran Dasar-Dasar Seni Pertunjukan merupakan mata
pelajaran kejuruan berisi kompetensi-kompetensi yang mendasari
penguasaan keahlian pekerjaan seni pertunjukan. Di dalamnya berisi
berbagai ilmu dasar sebagai bekal mempelajari mata pelajaran lain.
Keberadaannya
berfungsi
membekali
peserta
didik
dengan
seperangkat pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan passion (renjana)
supaya memiliki dasar yang kuat untuk mempelajari mata pelajaran
selanjutnya di kelas XI dan XII.
Mata pelajaran Dasar-Dasar Seni Pertunjukan berfungsi untuk
menumbuhkembangkan keprofesionalan dan kebanggaan peserta
didik terhadap seni pertunjukan melalui pemahaman tentang proses
bisnis di dunia kerja, perkembangan teknologi dan isu-isu global di
masyarakat atau dunia industri, mengenali berbagai macam profesi
dan okupasi kerja dan peluang usaha, pemahaman tentang
enterpreneur, pemahaman konsep seni, pemahaman dasar-dasar
produksi, pemahaman sarana dan peralatan pementasan, serta
pemahaman teknik dasar. Selain itu, sebagai landasan pengetahuan
dan ketrampilan untuk pembelajaran di kelas XI dan XII pada
konsentrasi keahlian yang bersangkutan.
Perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran dilakukan
sesuai dengan karakteristik mata pelajaran dan tujuan yang ingin
dicapai. Pembelajarannya menggunakan berbagai variasi model
pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk terlibat aktif, serta memberikan
ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai
bakat, minat, renjana, serta perkembangan fisik dan psikilogis
peserta didik. Model pembelajaran yang dapat digunakan antara lain:
project-based learning, problem-based learning, teaching factory,
discovery-based learning, inquiry-based learning, atau metode dan
model lain yang relevan.
Mata
pelajaran
Dasar-Dasar
Seni
Pertunjukan
berkontribusi
menjadikan peserta didik memiliki kompetensi sebagai seniman
dalam bidang seni pertunjukan yang berakhlak mulia, mampu
240
berkomunikasi, bernegoisasi dan berinteraksi antar budaya, mampu
bekerja dalam tim, bertanggungjawab, memiliki kepekaan dan
kepedulian terhadap situasi dan lingkungan kerja, serta kritis dan
kreatif.
B. Tujuan
Mata pelajaran Dasar-Dasar Seni Pertunjukan bertujuan membekali
peserta didik melalui pengetahuan, keterampilan, dan sikap (soft skill
dan hard skill, karakter), yaitu:
1. memahami profil enterpreneur, peluang usaha dan
pekerjaan/profesi di bidang seni pertunjukan;
2. memahami proses bisnis di industri dan dunia kerja bidang seni
pertunjukan;
3. memahami perkembangan teknologi di industri dan dunia kerja
serta isu-isu global pada bidang seni pertunjukan;
4. memahami konsep seni pertunjukan;
5. memahami dasar-dasar produksi seni pertunjukan;
6. memahami sarana dan perlengkapan pementasan seni
pertunjukan; dan
7. memahami teknik dasar seni pertunjukan.
C. Karakteristik
Pada hakikatnya mata pelajaran Dasar-Dasar Seni Pertunjukan
berfokus pada kompetensi bersifat dasar yang harus dimiliki oleh
seniman dalam bidang seni pertunjukan sesuai dengan situasi,
kondisi, dan perkembangan dunia kerja.
Selain itu, peserta didik diberikan pemahaman tentang proses bisnis,
perkembangan
penerapan
teknologi
dan
isu-isu
global,
profil
enterpreneur, job profil, peluang usaha dan pekerjaan/profesi.
Elemen
Profil enterpreneur,
peluang usaha dan
pekerjaan/profesi di
bidang seni pertunjukan
Proses bisnis di industri
dan dunia kerja bidang
seni pertunjukan
Deskripsi
Lingkup pembelajaran meliputi pekerjaan
atau profesi dalam bidang seni pertunjukan,
peluang usaha di bidang seni dan ekonomi
kreatif untuk membangun visi dan passion,
yang diimplementasikan dalam
pembelajaran berbasis projek nyata sebagai
simulasi PJBL/kewirausahaan.
Lingkup pembelajaran meliputi pemahaman
peserta didik tentang K3 dan 5R terkait
aspek perawatan dan dampak peralatan di
bidang seni pertunjukan, proses bisnis di
industri atau dunia kerja, pengetahuan
241
Perkembangan teknologi
di industri dan dunia
kerja serta isu-isu global
pada bidang seni
pertunjukan
Konsep seni pertunjukan
Dasar-dasar produksi seni
pertunjukan
Sarana dan perlengkapan
pementasan seni
pertunjukan
Teknik dasar seni
pertunjukan
tentang kepribadian yang dibutuhkan
sebagai bagian dari kemampuan
berwirausaha dengan berorientasi pada
efektivitas, potensi lokal dan kearifan lokal,
serta pengelolaan SDM di Industri atau
dunia kerja.
Lingkup pembelajaran meliputi pemahaman
peserta didik tentang perkembangan
teknologi maupun isu global dalam seni
pertunjukan yang banyak dijumpai di
masyarakat sebagai bagian dari kemajuan
jaman yang harus diikuti dan diaplikasikan
dalam proses berkesenian, penggunaan
aplikasi dalam membuat karya digital,
penggunaan aplikasi Marketplace berbasis
Online, Industri 4.0, Internet of Things (IOT).
Lingkup pembelajaran meliputi pemberian
pengetahuan, wawasan, dan pemahaman
tentang unsur-unsur dalam seni
pertunjukan terdiri dari sejarah, fungsi,
jenis, cabang, ciri, estetika, dan apresiasi
yang dilakukan dengan kajian interdisiplin.
Lingkup pembelajaran adalah pengenalan
dasar-dasar produksi seni pertunjukan
meliputi kegiatan kreatif pengembangan
konten, produksi pertunjukan, dan
penyajian seni pertunjukan.
Lingkup pembelajaran adalah dasar-dasar
teknik pentas meliputi tata panggung, tata
rias, tata busana, tata cahaya, dan tata
suara.
Lingkup pembelajaran meliputi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan dasar sesuai
dengan kompetensi yang dipilih terdiri
teknik, etude, dan repertoar.
D. Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E (kelas X), peserta didik akan mendapatkan
gambaran mengenai program keahlian seni pertunjukan yang
dipilihnya, sehingga mampu menumbuhkan passion dan vision untuk
merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar. Pada aspek soft
skill peserta didik akan mampu menerapkan budaya kerja sesuai
tuntutan pekerjaan, memahami konsep diri yang positif sesuai
standar K3 dan 5R dalam seni pertunjukan, mengembangkan
kemampuan berfikir kritis dan memecahkan masalah dan mencari
solusi, konsisten menerapkan budaya kerja dalam berkesenian. Pada
aspek hard skill peserta didik mampu memahami elemen-elemen
kompetensi pada mata pelajaran Dasar-Dasar Seni Pertunjukan.
Elemen
Profil enterpreneur,
peluang usaha dan
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami lingkup pekerjaan atau profesi
242
pekerjaan/profesi di
bidang seni pertunjukan
Proses bisnis di industri
dan dunia kerja bidang
seni pertunjukan
Perkembangan teknologi
di industri dan dunia
kerja serta isu-isu global
pada bidang seni
pertunjukan
Konsep seni pertunjukan
Dasar-dasar produksi seni
pertunjukan
Sarana dan perlengkapan
pementasan seni
pertunjukan
Teknik dasar seni
pertunjukan
dalam bidang seni pertunjukan, peluang
usaha di bidang seni dan ekonomi kreatif
untuk membangun visi dan passion, yang
diimplementasikan dalam pembelajaran
berbasis projek nyata sebagai simulasi
PjBL/kewirausahaan.
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami lingkup pembelajaran tentang K3
dan 5R dalam aspek perawatan peralatan
sesuai kriteria di seni pertunjukan, proses
bisnis di industri atau dunia kerja,
pengetahuan tentang kepribadian yang
dibutuhkan sebagai bagian dari kemampuan
berwirausaha dengan berorientasi pada
efektivitas, potensi lokal dan kearifan lokal,
serta pengelolaan SDM di Industri atau
dunia kerja.
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami lingkup tentang perkembangan
teknologi maupun isu global dalam seni
pertunjukan yang banyak dijumpai di
masyarakat sebagai bagian dari kemajuan
jaman yang harus diikuti dan diaplikasikan
dalam proses berkesenian, penggunaan
aplikasi dalam membuat karya digital,
penggunaan aplikasi Marketplace berbasis
Online, Industri 4.0, Internet of Things (IOT).
Pada akhir fase E, peserta didik dapat
memahami pengetahuan dan wawasan
tentang unsur-unsur dalam seni
pertunjukan serta mampu menjelaskan
sejarah, fungsi, jenis, cabang, ciri, estetika,
dan apresiasi yang dilakukan dengan kajian
interdisiplin.
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami dasar-dasar produksi bidang
seni pertunjukan meliputi pengembangan
konten, produksi pertunjukan, dan
penyajian seni pertunjukan.
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami kebutuhan sarana dan
perlengkapan pementasan seni pertunjukan
meliputi tata panggung, tata rias, tata
busana, tata cahaya, dan tata suara.
Pada akhir fase E, peserta didik dapat
memahami teknik dasar seni pertunjukan
secara komprehensip meliputi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan dasar yang
terdiri teknik, etude, repertoar sesuai
dengan keahlian yang dipilih.
243
10.5. CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR BROADCASTING DAN
PERFILMAN
A.
Rasional
Dasar-Dasar Broadcasting dan Perfilman merupakan kumpulan
mata pelajaran pada Program Keahlian Broadcasting dan Perfilman
yang penting untuk diberikan. Mata pelajaran ini berisi dasar-dasar
mata pelajaran untuk penguasaan kompetensi pada produksi dan
siaran program radio, produksi siaran dan program televisi, produksi
film dan program televisi dan produksi film.
Mata pelajaran Dasar-Dasar Broadcasting dan Perfilman diharapkan
dapat menumbuhkan kreativitas, mengasah kepekaan estetis dan
teknis, dan sensitivitas terhadap fenomena alam dan lingkungan
kehidupan.
Peserta
didik
mengamati
fenomena
alam
serta
kehidupan secara objektif dan imajinatif, melakukan eksplorasi atau
eksperimen untuk mengolah media audio visual dengan estetis,
kreatif, dan imajinatif. Dengan ini, peserta didik didorong untuk
menemukan fakta-fakta, membangun konsep, melakukan eksplorasi
secara prosedural, serta membangun nilai-nilai baru secara mandiri.
Selain itu, sebagai landasan pengetahuan dan keterampilan untuk
mengembangkan kompetensi Broadcasting dan Perfilman pada
pembelajaran konsentrasi keahlian di kelas XI dan XII.
Pembelajaran dapat dilakukan menggunakan berbagai pendekatan,
strategi, metode serta
model yang sesuai dengan karakteristik
kompetensi yang harus dipelajari, sehingga dapat menciptakan
pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi
peserta
didik
memberikan
ruang
yang
kemandirian
sesuai
untuk
cukup
dengan
berpartisipasi
bagi
bakat,
aktif,
prakarsa,
minat,
serta
kreativitas,
renjana,
dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Model-model
pembelajaran
yang dapat digunakan antara lain project-based
learning, teaching factory, discovery-based learning, problem-based
learning, inquiry-based learning, atau model lainnya serta metode
yang relevan.
Mata
pelajaran
Dasar-Dasar
Broadcasting
dan
Perfilman
berkontribusi dalam membangun kemampuan dasar peserta didik
244
menguasai keahlian di bidang Broadcasting dan Perfilman dengan
memegang teguh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia terhadap manusia dan alam, bernalar kritis,
mandiri, kreatif, komunikatif dan adaptif terhadap lingkungan.
B.
Tujuan
Mata pelajaran Dasar-Dasar Broadcasting dan Perfilman bertujuan
membekali
peserta
didik
dengan
dasar-dasar
pengetahuan,
keterampilan, dan sikap (hard skill dan soft skill), serta terkait
dengan
kompetensi
kejuruan
serta
perkembangan
teknologi
komunikasi audio visual meliputi:
1.
memahami profesi dan proses bisnis yang sedang berkembang
dalam industri broadcasting dan perfilman;
2.
memahami perkembangan teknologi di industri dan dunia kerja
dan isu- isu global terkait broadcasting dan perfilman;
3.
memahami dan menerapkan Keselamatan, Kesehatan Kerja dan
Lingkungan Hidup (K3LH) dalam proses produksi;
4.
memahami profil technopreneur, peluang usaha dan dunia
kerja/profesi dalam industri broadcasting dan perfilman;
5.
memahami prototype Produksi dan Siaran Program Radio,
Produksi Siaran dan Program Televisi, Produksi Film dan
Program Televisi serta Produksi Film secara kreatif dan inovatif
berdasarkan tren pasar masa kini dan akan datang;
6.
memahami teknik dasar proses produksi pada industri
broadcasting dan perfilman;
7.
mengoperasikan peralatan audio video;
8.
menggunakan media digital;
9.
memahami dasar-dasar fotografi, tata kamera, tata artistik, tata
suara dan editing; dan
10. memahami estetika seni audio visual (EAV).
C.
Karakteristik
Pada hakikatnya mata pelajaran Dasar-Dasar Broadcasting dan
Perfilman merupakan mata pelajaran yang menjadi pondasi program
keahlian Broadcasting dan Perfilman sesuai dengan perkembangan
dunia kerja. Mata pelajaran ini mempunyai beberapa materi ajar
yang beragam yang dipelajari melalui pengetahuan dan praktik
dengan porsi dominan pada pemahaman, serta memiliki dinamika
245
yang tinggi karena selalu terkait dengan perkembangan teknologi.
Pada awal pembelajaran siswa dikenalkan pada lapangan kerja,
jabatan kerja setelah lulus dari program keahlian di satuan
pendidikan, dan konsentrasi yang dapat dipelajari pada kelas XI dan
XII untuk menumbuhkan passion (renjana), vision (visi), imajinasi,
dan kreativitas melalui:
1. pembelajaran di kelas;
2. pembelajaran di studio/bengkel/laboratorium;
3. pembelajaran di unit Teaching Factory;
4. proyek sederhana;
5. berinteraksi dengan alumnus atau praktisi industri;
6. berkunjung pada industri yang relevan; dan
7. pencarian informasi melalui media digital.
Tahap ini membutuhkan porsi dominan (75%) pada pembelajaran
soft skills sebelum mempelajari aspek hard skills sebagaimana
tercantum pada elemen mata pelajaran.
Perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran harus sesuai
dengan karakteristik mata pelajaran dan tujuan yang dicapai.
Pelaksanaan pembelajaran menggunakan berbagai variasi model
pembelajaran,
antara
lain
model
pembelajaran
project-based
learning, problem based learning, dan model-model pembelajaran
lainnya
sesuai
dengan
karakteristik
materi,
serta
metode
pembelajaran yang menyenangkan dan menumbuhkan kemandirian,
seperti
diskusi,
observasi,
eksperimen,
peragaan/demonstrasi.
Penilaian meliputi aspek pengetahuan (tes dan non tes), sikap
(observasi)
dan
Pembelajaran
keterampilan
Dasar-Dasar
(proses,
produk
Broadcasting
dan
dan
portofolio).
Perfilman
dimungkinkan untuk dapat diterapkan secara sistem blok (block
system) disesuaikan dengan karakteristik elemen yang dipelajari.
Mata pelajaran Dasar-Dasar Broadcasting dan perfilman terdiri atas
elemen-elemen meliputi.
Elemen
Profesi dalam industri
broadcasting dan
perfilman yang sedang
berkembang dan proses
Deskripsi
Lingkup pembelajaran meliputi pemahaman
potensi budaya serta kearifan lokal sebagai
ide produksi industri radio, pertelevisian dan
perfilman, bidang dan level pekerjaan,
246
Elemen
bisnis dalam broadcasting
dan perfilman
Deskripsi
Standard Operational Procedures (SOP) divisi
kerja, dan perawatan peralatan audio visual.
Perkembangan teknologi di
industri dan dunia kerja
dan isu-isu global terkait
broadcasting dan
perfilman
Lingkup pembelajaran meliputi
perkembangan proses produksi industri
broadcasting dari media analog sampai
dengan media digital, FTA dan OTT, podcast,
live streaming, live casting, streaming tv, web
series dan video on demand. , Industri 4.0,
Internet of Things, teknologi digital dalam
dunia industri, isu pemanasan global,
perubahan iklim, aspek-aspek (singkat)
ketenagakerjaan, Life Cycle produk industri
sampai dengan reuse, recycling.
Lingkup pembelajaran meliputi pengenalan
standar K3LH dalam proses produksi
Program Radio, Televisi, dan Film.
Keselamatan, Kesehatan
Kerja dan Lingkungan
Hidup (K3LH) dalam
proses produksi
Profil technopreneur,
peluang usaha dan dunia
kerja/profesi dalam
industri broadcasting dan
perfilman
Lingkup pembelajaran meliputi pengenalan
tentang profil technopreneur agar peserta
didik mampu membaca peluang pasar dan
usaha, serta memahami profesi dalam dunia
industri di bidang produksi Program Radio,
Televisi, dan Film membangun visi dan
passion, serta melakukan pembelajaran
berbasis projek riil sebagai simulasi projek
kewirausahaan.
Prototype produksi
Lingkup pembelajaran meliputi pemahaman
proses Program Radio, Televisi, dan
Film.secara kreatif dan inovatif berdasarkan
tren pasar masa kini dan akan datang.
Lingkup pembelajaran meliputi pemahaman
Teknik dasar proses
melalui kegiatan simulasi praktek sederhana
produksi pada industri
broadcasting dan
yang mewakili prosedur kerja industri dalam
perfilman
bentuk simulatif, pengenalan prosedur yang
meliputi seluruh proses produksi dan
pengenalan teknologi yang diaplikasikan
dalam industri.
Peralatan audio video
Lingkup pembelajaran meliputi praktik
singkat pada peralatan/teknologi Peralatan
Audio dan Video (PAV), identifikasi serta
penerapan pengoperasian mikrofon dan
kamera, jenis dan fungsi peralatan audio
visual.
Media digital
Lingkup pembelajaran meliputi pengenalan
tentang media digital, perkembangan media
digital, jenis media digital, format file dan
kompresi data, serta regulasi media digital
(menerapkan penyiaran sederhana dan
internet (medsos).
Dasar-dasar fotografi, tata Lingkup pembelajaran meliputi pengenalan
kamera, tata artistik, tata tentang fotografi dasar, tata kamera dasar,
suara dan editing
tata artistik dasar, dan tata suara dasar.
Editing dasar
Lingkup pembelajaran meliputi pengenalan
mengenai sifat dan karakteristik audio dan
video sebagai bahan digital untuk diolah
melalui software, organisasi file serta
prosedur pengolahan data digital dari
material audio video, dan sifat data digital
247
Elemen
Estetika seni audio visual
D.
Deskripsi
dari material audio video melalui simulasi.
Lingkup pembelajaran meliputi pengenalan
jenis seni auditory dan seni visual, jenis dan
fungsi seni audio visual, kepekaan terhadap
estetika audio dan visual, dan merespon
karya kreatif yang tidak hanya merujuk pada
sifat teknis dari karya.
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E (kelas X SMK/MAK), siswa akan mendapatkan
gambaran mengenai program keahlian yang dipilihnya sehingga
mampu menumbuhkan passion dan vision untuk merencanakan
dan melaksanakan aktivitas belajar di bidang Broadcasting dan
Perfilman.
Elemen
Profesi dalam industri
broadcasting dan
perfilman yang sedang
berkembang dan proses
bisnis dalam broadcasting
dan perfilman
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E, peserta didik dapat
memahami potensi budaya serta kearifan lokal
sebagai ide produksi industri radio,
pertelevisian dan perfilman, bidang dan level
pekerjaan, Standard Operational Procedures
(SOP) divisi kerja, dan perawatan peralatan
audio visual
Pada akhir fase E, peserta didik dapat
Perkembangan teknologi
memahami perkembangan proses produksi
di industri dan dunia
kerja dan isu-isu global
industri broadcasting dan perfilman dari media
terkait broadcasting dan
analog sampai dengan media digital, FTA dan
perfilman
OTT, podcast, live streaming, live casting,
streaming tv, web series dan video on demand,
industri 4.0, Internet of Things, teknologi digital
dalam dunia industri, isu pemanasan global,
perubahan iklim, aspek-aspek (singkat)
ketenagakerjaan, Life Cycle produk industri
sampai dengan reuse, recycling.
Keselamatan, Kesehatan
Pada akhir fase E, peserta didik dapat
memahami pengenalan standar K3LH dalam
Kerja dan Lingkungan
Hidup (K3LH) dalam
proses produksi Program Radio, Televisi, dan
proses produksi
Film.
Profil technopreneur,
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
peluang usaha dan dunia memahami profil technopreneur agar mampu
kerja/profesi dalam
membaca peluang pasar dan usaha, serta
industri broadcasting dan profesi dalam dunia industri di bidang produksi
perfilman
Program Radio, Televisi, dan Film. Membangun
visi dan passion, serta melakukan
pembelajaran berbasis projek riil sebagai
simulasi projek kewirausahaan.
Prototype produksi
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami proses Program Radio, Televisi, dan
Film.secara kreatif dan inovatif berdasarkan
tren pasar masa kini dan akan datang.
Teknik dasar proses
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
produksi pada industri
memahami kegiatan praktek sederhana yang
broadcasting dan
mewakili prosedur kerja industri dalam bentuk
perfilman
simulatif, pengenalan prosedur yang meliputi
seluruh proses produksi dan pengenalan
248
Elemen
Capaian Pembelajaran
teknologi yang diaplikasikan dalam industri.
Peralatan audio video
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami praktik singkat pada
peralatan/teknologi, pralatan audio dan video
(PAV), identifikasi serta penerapan
pengoperasian mikrofon dan kamera, jenis dan
fungsi peralatan audio visual.
Media digital
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami tentang media digital,
perkembangan media digital, jenis media
digital, format file dan kompresi data, serta
regulasi media digital (menerapkan penyiaran
sederhana dan internet (medsos).
Dasar-dasar fotografi, tata Pada akhir fase E, peserta didik dapat
kamera, tata artistik, tata memahami tentang fotografi dasar, tata
suara dan editing
kamera dasar, tata artistic dasar, dan tata
suara dasar.
Editing dasar
Pada akhir fase E, peserta didik dapat
memahami sifat dan karakteristik audio dan
video sebagai bahan digital untuk diolah
melalui software, organisasi file serta prosedur
pengolahan data digital dari material audio
video, dan sifat data digital dari material audio
video melalui simulasi.
Estetika seni audio visual Pada akhir fase E, peserta didik dapat
memahami jenis seni auditory dan seni visual,
jenis dan fungsi seni audio visual, kepekaan
terhadap estetika audio dan visual, dan
merespon karya kreatif yang tidak hanya
merujuk pada sifat teknis dari karya.
249
10.6. CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR ANIMASI
A. Rasional
Dasar-Dasar
Animasi
merupakan
kumpulan
muatan/materi
keahlian seni dan ekonomi kreatif pada program keahlian animasi.
Dasar-Dasar Animasi memiliki ruang lingkup bahasan yang meliputi
seni teknologi animasi, seni produksi animasi, seni gerak, seni
penceritaan, serta seni visual dan komposisi.
Seni Teknologi Animasi merupakan pengetahuan dan kemampuan
kerja terhadap pemakaian aplikasi atau tools yang dipergunakan di
dalam ekosistem industri animasi yang meliputi seni teknologi
analog dan seni teknologi digital pada bidang kerja 2 dimensi dan 3
dimensi. Seni Produksi merupakan pengetahuan dan kemampuan
peserta didik di dalam memahami dan mengimplementasikan
pipeline kerja animasi, yang meliputi pipeline kerja pra-produksi,
produksi,
dan
pasca
produksi.
Seni
visual
dan
komposisi
merupakan pengetahuan dan kemampuan kerja peserta didik
terhadap
bidang,
bentuk,
warna
dan
komposisi.
Seni
gerak
merupakan pengetahuan dan kemampuan dasar kerja terhadap
implementasi gerak dalam aplikasi kerja produksi. Seni penceritaan
merupakan pengetahuan dan kemampuan dasar kerja terhadap
bagaimana suatu cerita itu bisa berkomunikasi dengan penonton.
Dalam kaidah dasarnya, bercerita melalui visual adalah dasar
kemampuan yang perlu diasah, baik berupa susunan foto, video
maupun gambar. Teknik merangkai dan menyusun visual akan
membantu menciptakan komunikasi ide yang mudah dimengerti
orang lain.
Mata
pelajaran
menumbuhkan
Dasar-Dasar
kreativitas,
Animasi
mengasah
berfungsi
kepekaan
estetis,
untuk
dan
sensitivitas terhadap fenomena alam dan lingkungan kehidupan.
Peserta didik mengamati fenomena alam dan kehidupan secara
objektif dan imajinatif, melakukan eksplorasi atau eksperimen
untuk menemukan bentuk-bentuk visual yang estetis, kreatif,
inovatif, dan imajinatif, sehingga peserta didik didorong untuk
menemukan fakta-fakta, membangun konsep, melakukan eksplorasi
secara prosedural, serta membangun nilai-nilai baru secara mandiri.
250
Selain itu, sebagai landasan pengetahuan dan keterampilan untuk
mengembangkan
kompetensi
animasi
pada
pembelajaran
konsentrasi keahlian di kelas XI dan XII.
Pembelajaran dapat dilakukan menggunakan berbagai pendekatan,
strategi, metode serta
model yang sesuai dengan karakteristik
kompetensi yang harus dipelajari, sehingga dapat menciptakan
pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi
peserta
didik
memberikan
ruang
yang
kemandirian
sesuai
untuk
cukup
dengan
berpartisipasi
bagi
bakat,
aktif,
prakarsa,
minat,
serta
kreativitas,
renjana,
dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Model-model
pembelajaran
yang dapat digunakan antara lain project-based
learning, teaching factory, discovery-based learning, problem-based
learning, inquiry-based learning, atau model lainnya serta metode
yang relevan.
Mata
pelajaran
Dasar-Dasar
Animasi
berkontribusi
dalam
membangun kemampuan dasar peserta didik menguasai keahlian di
bidang animasi dengan memegang teguh iman dan takwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia terhadap manusia dan
alam, bernalar kritis, mandiri, kreatif, komunikatif dan adaptif
terhadap lingkungan.
B. Tujuan
Mata pelajaran Dasar-Dasar Animasi bertujuan membekali peserta
didik dengan dasar-dasar pengetahuan, keterampilan, dan sikap
(soft skills dan hard skills) meliputi:
1. memahami proses bisnis industri kreatif di bidang animasi;
2. memahami perkembangan teknologi di industri dan dunia kerja
serta isu-isu global pada bidang animasi;
3. memahami profil technopreneur, job profile, peluang usaha dan
pekerjaan/profesi di bidang animasi;
4. memahami teknik dasar proses produksi pada industri animasi;
5. memahami aspek legal pada produksi animasi;
6. memahami quality control pada produksi animasi;
7. memahami aplikasi berbasis teknologi untuk digunakan selaras
dengan kebutuhan industri;
251
8. memahami unsur visual untuk diterapkan dan diaplikasikan ke
dalam karya desain;
9. memahami dasar pergerakan buatan untuk diterapkan
berdasarkan instruksi kerja; dan
10. memahami cerita secara visual.
C. Karakteristik
Pada hakikatnya mata pelajaran Dasar-Dasar Animasi berfokus
pada kompetensi bersifat dasar yang harus dimiliki oleh tenaga
administrasi kantor, arsiparis, resepsionis dan jabatan lain sesuai
dengan perkembangan dunia kerja.
Selain itu peserta didik diberikan pemahaman tentang proses
keahlian animasi terakomodir pada 5 aspek keahlian dasar meliputi
seni teknologi animasi, seni produksi animasi, seni gerak, serta seni
visual
dan
komposisi,
dan
seni
penceritaan
perkembangan
penerapan teknologi dan isu-isu global, profil entrepreneur, job
profile, peluang usaha dan pekerjaan/profesi.
Pada awal pembelajaran peserta didik dikenalkan pada lapangan
kerja, jabatan kerja setelah lulus dari program keahlian Animasi,
dan konsentrasi yang dapat dipelajari pada kelas XI dan XII untuk
menumbuhkan
passion
(renjana),
vision
(visi),
imajinasi,
dan
kreativitas melalui:
1. pembelajaran di kelas;
2. pembelajaran di studio/bengkel/laboratorium;
3. pembelajaran di unit Teaching Factory;
4. proyek sederhana;
5. berinteraksi dengan alumnus atau praktisi industri;
6. berkunjung pada industri yang relevan; dan
7. pencarian informasi melalui media digital.
Tahap internalisasi wawasan serta soft skills ini membutuhkan porsi
dominan (sekitar 75%) dari waktu yang tersedia di kelas X, sebelum
mempelajari aspek-aspek hard skills yang lebih spesifik.
Perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran harus
sesuai dengan karakteristik mata pelajaran dan tujuan yang ingin
dicapai. Pelaksanaan pembelajaran dapat menggunakan model
252
pembelajaran berbasis projek (project-based learning), discovery
learning, pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning),
atau inquiry learning serta metode antara lain ceramah, tanya jawab,
diskusi,
observasi,
berdasarkan
peragaan
karakteristik
atau
materi
demonstrasi
dan
tujuan
yang
dipilih
pembelajaran.
Penilaian meliputi aspek pengetahuan melalui tes dan non tes,
aspek sikap melalui observasi, catatan kejadian menonjol (anecdotal
record), penilaian antar-teman, dan penilaian diri serta aspek
keterampilan melalui penilaian proses, produk, dan portofolio.
Pembelajaran Dasar-Dasar Animasi dapat dilakukan secara sistem
blok disesuaikan dengan karakteristik elemen materi yang dipelajari.
Mata pelajaran Dasar-Dasar Animasi meliputi.
Elemen
Deskripsi
Proses bisnis industri
Lingkup pembelajaran meliputi pemahaman
kreatif di bidang animasi peserta didik tentang kepribadian yang
dibutuhkan agar dapat mengembangkan pola
pikir kreatif, memadukan kearifan lokal dalam
proses kreatif untuk menghasilkan solusi
bisnis yang tepat sasaran, pengelolaan SDM di
industri animasi dengan melihat potensi lokal,
aspek pengetahuan media/platform dan
teknologi untuk mendukung proses bisnis
industri kreatif di bidang animasi.
Perkembangan teknologi
di industri dan dunia
kerja serta isu-isu global
pada bidang animasi
Lingkup pembelajaran meliputi pemahaman
peserta didik tentang sejarah perkembangan
teknologi dalam proses produksi animasi,
mulai dari teknik tradisional sampai dengan
teknologi modern, Industri 4.0, Internet of
Things (IOT), teknologi digital dalam dunia
industri, isu pemanasan global, perubahan
iklim, aspek-aspek ketenagakerjaan, Life Cycle
produk industri sampai dengan reuse dan
recycling.
Profil technopreneur, job
profile, peluang usaha
dan pekerjaan/profesi di
bidang animasi
Lingkup pembelajaran meliputi pemahaman
tentang profesi-profesi dalam industri animasi,
tugas dan tanggung jawab setiap profesi dalam
industri animasi, mampu membaca peluang
pasar dan usaha di bidang animasi dan
ekonomi kreatif, technopreneur/pelaku
wirausaha dalam bidang animasi untuk
membangun visi dan passion, serta melakukan
pembelajaran berbasis projek nyata sebagai
simulasi projek kewirausahaan.
Teknik dasar proses
produksi pada industri
animasi
Lingkup pembelajaran meliputi pemahaman
tentang proses produksi dan teknologi yang
diaplikasikan dalam industri animasi secara
tekun dan teliti, memahami perangkat kerja,
253
Elemen
Deskripsi
pemakaian aplikasi atau tools untuk
dioperasikan dalam ekosistem industri animasi
(perangkat kerja produksi animasi), memahami
sikap kerja dalam melakukan komunikasi dan
kerja sama tim, produksi animasi yang
meliputi istilah teknis atau bahasa, unit kerja,
proses (pipeline), workflow pekerjaan, fungsi
kerja (job desk) serta SOP pada produksi
animasi.
Aspek legal pada
produksi animasi
Lingkup pembelajaran meliputi pemahaman
tentang aspek legal dalam produksi animasi,
Intelectual Property (IP) atau hak kekayaan
intelektual (HAKI), serta kode etik yang berlaku
di industri animasi baik dalam lingkup
nasional maupun internasional,
Quality control pada
produksi animasi
Lingkup pembelajaran meliputi pemahaman
pengawasan mutu hasil yang dibuat para
pekerja animasi, dengan standar capaian yang
disepakati. Pengetahuan berbagai jenis produk
animasi dan kegunaanya disesuaikan dengan
tuntutan kualitas dari masing-masing jenis
animasi tersebut.
Aplikasi berbasis
teknologi untuk
digunakan selaras
dengan kebutuhan
industri
Lingkup pembelajaran meliputi pemahaman
tentang pengoperasian perangkat kerja
produksi baik yang digital maupun non-digital
yang dibutuhkan di area kerja pada bidang
kerja 2 dimensi maupun 3 dimensi, fungsi dan
kegunaan perangkat kerja, workflow perangkat
kerja, kapasitas perangkat kerja (digital/nondigital), area tools kerja pada perangkat kerja
sesuai dengan kebutuhan pasar maupun
partner industri.
Unsur visual untuk
diterapkan dan
diaplikasikan ke dalam
karya desain
Lingkup pembelajaran meliputi pemahaman
tentang unsur-unsur visual dalam produksi
animasi, penciptaan desain berdasarkan
prinsip dan unsur desain (bidang, bentuk,
warna dan komposisi), teknik yang benar
dalam bervisual, dikaitkan dengan pencapaian
nilai estetika
Dasar pergerakan
buatan untuk
diterapkan berdasarkan
instruksi kerja
Meliputi pemahaman tentang pengetahuan,
keterampilan dan sikap kerja yang dibutuhkan
dalam membuat gerak objek digital baik
character maupun non-character, dasar
pergerakan buatan berdasarkan instruksi kerja
pergerakan objek, meliputi unsur gerak dalam
kehidupan, suara, waktu, masa dan sifat objek
yang akan digerakan.
Cerita secara visual
Meliputi pemahaman tentang pembacaan
shot/scene/sequence storyboard ,
pengambilan gambar, adegan, dan urutan
storyboard serta menganalisis cerita, mampu
memahami tentang alur cerita serta unsurunsur dalam sebuah cerita.
254
D. Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E (kelas X), peserta didik akan mendapatkan
gambaran mengenai program keahlian yang dipilihnya sehingga
mampu menumbuhkan passion dan vision untuk merencanakan
dan melaksanakan aktivitas belajar.
Elemen
Capaian Pembelajaran
Proses bisnis industri
kreatif di bidang animasi
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
menjelaskan tentang kepribadian yang
dibutuhkan agar dapat mengembangkan
pola pikir kreatif, memadukan kearifan lokal
dalam proses kreatif untuk menghasilkan
solusi bisnis yang tepat sasaran,
pengelolaan SDM di industri animasi dengan
melihat potensi lokal, aspek pengetahuan
media/platform dan teknologi untuk
mendukung proses bisnis industri kreatif di
bidang animasi.
Perkembangan teknologi
di industri dan dunia kerja
serta isu-isu global pada
bidang animasi
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
menjelaskan tentang sejarah perkembangan
teknologi dalam proses produksi animasi,
mulai dari teknik tradisional sampai dengan
teknologi modern, Industri 4.0, Internet of
Things (IOT), teknologi digital dalam dunia
industri, isu pemanasan global, perubahan
iklim, aspek-aspek ketenagakerjaan, Life
Cycle produk industri sampai dengan reuse
dan recycling.
Profil technopreneur, job
profile, peluang usaha dan
pekerjaan/profesi di
bidang animasi
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
mendeskripsikan tentang profesi-profesi
dalam industri animasi, tugas dan tanggung
jawab setiap profesi dalam industri animasi,
mampu membaca peluang pasar dan usaha
di bidang animasi dan ekonomi kreatif,
technopreneur/pelaku wirausaha dalam
bidang animasi untuk membangun visi dan
passion, serta melakukan pembelajaran
berbasis projek nyata sebagai simulasi
projek kewirausahaan.
Teknik dasar proses
produksi pada industri
animasi
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
menjelaskan tentang proses produksi dan
teknologi yang diaplikasikan dalam industri
animasi secara tekun dan teliti, memahami
perangkat kerja, pemakaian aplikasi atau
tools untuk dioperasikan dalam ekosistem
industri animasi (perangkat kerja produksi
animasi), memahami sikap kerja dalam
melakukan komunikasi dan kerja sama tim,
produksi animasi yang meliputi istilah teknis
atau bahasa, unit kerja, proses (pipeline),
workflow pekerjaan, fungsi kerja (job desk)
serta SOP pada produksi animasi.
255
Elemen
Capaian Pembelajaran
Aspek legal pada produksi
animasi
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
menjelaskan tentang aspek legal dalam
produksi animasi, Intelectual Property (IP)
atau hak kekayaan intelektual (HAKI), serta
kode etik yang berlaku di industri animasi
baik dalam lingkup nasional maupun
internasional,
Quality control pada
produksi animasi
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
mendeskripsikan pengawasan mutu hasil
yang dibuat para pekerja animasi, dengan
standar capaian yang disepakati.
Pengetahuan berbagai jenis produk animasi
dan kegunaanya disesuaikan dengan
tuntutan kualitas dari masing-masing jenis
animasi tersebut.
Aplikasi berbasis teknologi
untuk digunakan selaras
dengan kebutuhan
industri
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
mengoperasikan pengoperasian perangkat
kerja produksi baik yang digital maupun
non-digital yang dibutuhkan di area kerja
pada bidang kerja 2 dimensi maupun 3
dimensi, fungsi dan kegunaan perangkat
kerja, workflow perangkat kerja, kapasitas
perangkat kerja (digital/non-digital), area
tools kerja pada perangkat kerja sesuai
dengan kebutuhan pasar maupun partner
industri.
Unsur visual untuk
diterapkan dan
diaplikasikan ke dalam
karya desain
Pada akhir fase E, peserta didik menjelaskan
tentang tentang unsur-unsur visual dalam
produksi animasi, penciptaan desain
berdasarkan prinsip dan unsur desain
(bidang, bentuk, warna dan komposisi),
teknik yang benar dalam bervisual,
dikaitkan dengan pencapaian nilai estetika
Dasar pergerakan buatan
untuk diterapkan
berdasarkan instruksi
kerja
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
menjelaskan pengetahuan, keterampilan dan
sikap kerja yang dibutuhkan dalam
membuat gerak objek digital baik character
maupun non-character, dasar pergerakan
buatan berdasarkan instruksi kerja
pergerakan objek, meliputi unsur gerak
dalam kehidupan, suara, waktu, masa dan
sifat objek yang akan digerakan.
Cerita secara visual
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
menjelaskan shot/scene/sequence
storyboard , pengambilan gambar, adegan,
dan urutan storyboard serta menganalisis
cerita, mampu memahami tentang alur
cerita serta unsur-unsur dalam sebuah
cerita.
256
10.7. CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR DASAR BUSANA (FESYEN)
A. Rasional
Dasar-Dasar Keahlian Busana (Fesyen) adalah pelajaran yang berisi
kompetensi-kompetensi
yang
mendasari
penguasaan
keahlian
busana (fesyen). Mata pelajaran Dasar-Dasar Keahlian Busana
(Fesyen) merupakan mata pelajaran kejuruan yang terdiri dari
berbagai ilmu dasar sebagai penentu dalam mempelajari mata
pelajaran yang lain dalam program keahlian Busana (Fesyen)
mencakup pemahaman akan gaya hidup, perubahan selera (trend)
hingga proses desain, produksi, dan marketing. Selain itu, sebagai
landasan
pengetahuan
dan
keterampilan
untuk
pembelajaran
konsentrasi keahlian di kelas XI dan XII
Pembelajaran dapat dilakukan menggunakan berbagai pendekatan,
strategi, metode serta
model yang sesuai dengan karakteristik
kompetensi yang harus dipelajari, sehingga dapat menciptakan
pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi
peserta
didik
memberikan
ruang
yang
kemandirian
sesuai
untuk
cukup
dengan
berpartisipasi
bagi
bakat,
aktif,
prakarsa,
minat,
serta
kreativitas,
renjana,
dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Model-model
pembelajaran yang dapat digunakan antara lain project-based
learning, teaching factory, discovery-based learning, problem-based
learning, inquiry-based learning, atau model lainnya serta metode
yang relevan.
Mata pelajaran Dasar-Dasar Keahlian Busana (Fesyen) tidak hanya
meliputi proses pembuatan busana mulai dari gambar, membuat
pola, dan menjahit, namun peserta didik diajak untuk memahami
secara menyeluruh ekosistem industri fashion yaitu kreasi, produksi
dan marketing. Mata pelajaran Dasar-Dasar Keahlian Busana
(Fesyen)
juga
meliputi
proses
pengamatan,
eksplorasi
serta
eksperimen untuk menumbuhkan kreativitas, mengasah kepekaan
estetis, menemukan bentuk visual yang inovatif dan imajinatif
disesuaikan dengan pemahaman konsep dan trend. Peserta didik juga
diajak untuk mengamati fenomena alam dan kehidupan melalui
pendekatan sustainable fashion yang menjadi dasar industri fashion
global.
257
B. Tujuan
Mata pelajaran Dasar-Dasar Keahlian Busana (Fesyen) bertujuan
membekali
peserta
didik
dengan
dasar-dasar
pengetahuan,
keterampilan, dan sikap (hard skills dan soft skills) meliputi:
1. memahami
profil
technopreneur,
peluang
usaha
dan
pekerjaan/profesi di bidang busana (fesyen);
2. memahami dunia industri dan perkembangan mode (DIPM);
3. memahami dasar branding dan marketing (DBM);
4. memahami dan menerapkan gambar mode;
5. memahami dan menerapkan dasar fashion desain (DFD);
6. memahami proses produksi busana;
7. memahami perkembangan teknologi di industri dan dunia kerja
serta isu-isu global pada bidang busana (fesyen);
8. memahami dan menerapkan dasar pola (DP); dan
9. memahami dan menerapkan teknik dasar menjahit (TDM).
C. Karakteristik
Pada hakikatnya mata pelajaran Dasar-Dasar Keahlian Busana
(Fesyen) fokus pada kompetensi bersifat dasar yang harus dimiliki
oleh tenaga keahlian busana (fesyen) yang bukan hanya mencakup
keterampilan teknis pembuatan busana namun meliputi sisi kreasi,
produksi, dan marketing.
Selain itu peserta didik diberikan pemahaman tentang proses Mata
pelajaran Dasar-Dasar Keahlian Busana (fesyen) perkembangan
penerapan teknologi dan isu-isu global, profil entrepreneur, job profile,
peluang usaha dan pekerjaan/profesi. Mata pelajaran Dasar-Dasar
Keahlian Busana (Fesyen) meliputi:
Elemen
Profil technopreneur,
peluang usaha dan
pekerjaan/profesi di
bidang busana (fesyen)
Dunia Industri dan
Perkembangan Mode
(DIPM)
Deskripsi
Lingkup pembelajaran meliputi pemahaman
profil technopreneur, pekerjaan atau profesi
dalam bidang busana (fesyen), kepribadian
dan sikap dalam bekerja di bidang busana
(fesyen), kemampuan membaca peluang
pasar dan usaha di bidang seni dan ekonomi
kreatif, untuk membangun visi dan passion,
serta melakukan pembelajaran berbasis
projek nyata sebagai simulasi projek
kewirausahaan.
Lingkup pembelajaran meliputi
pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja
yang dibutuhkan dalam memahami
258
Elemen
Dasar Branding dan
Marketing (DBM)
Menggambar Mode (MM)
Dasar Fashion Desain
(DFD)
Proses Produksi Busana
Perkembangan teknologi
di industri dan dunia
kerja serta isu-isu global
pada bidang busana
(fesyen)
Dasar Pola (DP)
Tehnik Dasar Menjahit
(TDM)
Deskripsi
ekosistem mode dan overview fashion
industry, model bisnis di lingkup industri
fashion, gaya dan selera sesuai dengan
perkembangan fashion dan trend, memahami
karya desainer dan produk fashion,
memahami konsep sustainable fashion,
memahami potensi lokal dan kearifan lokal
dalam produk fashion.
Lingkup pembelajaran meliputi
pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja
yang dibutuhkan untuk memahami branding
dan marketing, menjelaskan segmentasi
pasar, DNA brand, memahami pesaing dari
produk busana, definisi dan konsep
marketing dan digital marketing.
Lingkup pembelajaran meliputi
pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja
dalam menggambar mode, memahami
anatomi tubuh dan dasar ilustrasi,
mencampur warna, implementasi desain dan
detail ke anatomi tubuh, serta gambar teknis
secara digital.
Lingkup pembelajaran meliputi
pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja
yang dibutuhkan dalam menciptakan desain,
mulai dari pemahaman dasar-dasar desain,
pemahaman terhadap six basic style dan
look, proses mencari bentuk; cara
menemukan inspirasi, pembuatan desain
melalui proses pembuatan kolase hingga
pembuatan desain koleksi.
Lingkup pembelajaran meliputi pemahaman
peserta didik tentang K3 di bidang busana
(fesyen), proses produksi busana di Industri,
pengetahuan tentang aspek perawatan
peralatan, dan pengelolaan SDM di Industri.
Meliputi pemahaman peserta didik tentang
perkembangan proses produksi pada
industri busana (fesyen) mulai dari yang
masih konvensional sampai dengan
penggunaan alat/mesin dengan teknologi
modern, penggunaan aplikasi gambar
penunjang desain busana, penerapan
teknologi digital dalam dunia industri, isu
pemanasan global, perubahan iklim, aspekaspek (singkat) ketenagakerjaan, Product Life
Cycle (Pengertian, Tahapan, Karakteristik
dan Strategi) sampai dengan reuse, recycling,
dan reduce.
Lingkup pembelajaran meliputi
pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja
yang dibutuhkan dalam membuat dasar
pola, mulai dari memahami cara mengukur,
membuat pola dasar tehnik konstruksi,
hingga prosedur menggunting bahan.
Lingkup pembelajaran meliputi
pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja
yang dibutuhkan dalam membuat busana,
mulai dari pemahaman prosedur
259
Elemen
Deskripsi
pengoperasian dan pemeliharaan mesin jahit
dan mesin penyelesaian, teknik menjahit
sesuai dengan jenis-jenis bahan, standar
kualitas, finishing, hingga menjahit busana
sederhana.
D. Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E (kelas X SMK/MAK), peserta didik akan
mendapatkan gambaran mengenai program keahlian yang dipilihnya
sehingga
mampu
menumbuhkan
passion
dan
vision
untuk
merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar.
Elemen
Profil Technopreneur,
peluang usaha dan
pekerjaan/profesi di
bidang busana (fesyen)
Dunia Industri dan
Perkembangan Mode
(DIPM)
Dasar Branding dan
Marketing (DBM)
Menggambar Mode (MM)
Dasar Fashion Design
(DFD)
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami profil Technopreneur,
mendeskripsikan pekerjaan atau profesi
kewirausahaan di bidang busana (fesyen),
menjelaskan kepribadian dan sikap dalam
bekerja di bidang busana (fesyen), mampu
membaca peluang pasar dan usaha di
bidang seni dan ekonomi kreatif, untuk
membangun visi dan passion, serta
melakukan pembelajaran berbasis projek
nyata sebagai simulasi projek
kewirausahaan.
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
mendeskripsikan ekosistem industri mode
dan overview fashion industry, memahami
model bisnis di lingkup industri fashion,
memahami perubahan gaya dan selera
sesuai dengan perkembangan mode dan
trend, mengenal dan memahami karya
desainer dan produk fashion, memahami
konsep sustainable fashion, memahami
potensi lokal dan kearifan lokal dalam
produk fashion.
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami branding dan marketing,
menjelaskan segmentasi pasar, memahami
DNA brand, memahami pesaing dari produk
busana, menjelaskan definisi dan konsep
marketing dan digital marketing.
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
menerapkan dan membuat gambar anatomi
tubuh dan dasar ilustrasi, mencampur
warna, implementasi desain dan detail ke
anatomi tubuh, dan membuat desain teknis
secara digital.
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami proses penciptaan desain dengan
menerapkan dasar-dasar desain, memahami
dan membedakan style dan look,
menemukan inspirasi, membuat kolase,
menerapkan cara mencari bentuk dan
mengembangkan desain berdasarkan style
dan look.
260
Elemen
Proses Produksi Busana
Perkembangan teknologi
di industri dan dunia
kerja serta isu-isu global
pada bidang busana
(fesyen)
Dasar pola (DP)
Teknik Dasar Menjahit
(TDM)
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami tentang K3 di bidang busana
(fesyen), proses produksi busana di Industri,
pengetahuan tentang aspek perawatan
peralatan, dan pengelolaan SDM di Industri.
Pada akhir fase E, peserta didik memahami
perkembangan proses produksi pada
industri busana (fesyen) mulai dari
konvensional hingga penggunaan alat/mesin
dengan teknologi modern, penggunaan
aplikasi gambar penunjang desain busana,
penerapan teknologi digital dalam dunia
industri, isu pemanasan global, perubahan
iklim, aspek-aspek (singkat)
ketenagakerjaan, Product Life Cycle (reuse,
recycling, dan reduce).
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
memahami dan melakukan pengukuran
tubuh, serta menerapkan pembuatan pola
dasar teknik konstruksi.
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
menjelaskan sikap kerja dalam menjahit,
mengoperasikan dan memperbaiki mesin
jahit dan mesin penyelesaian, memahami
teknik menjahit sesuai dengan jenis-jenis
bahan, memahami standar kualitas dan
finishing hasil jahitan dan menjahit busana
sederhana.
261
11. CAPAIAN PEMBELAJARAN PROJEK ILMU PENGETAHUAN ALAM DAN
SOSIAL
A.
Rasional
Ilmu
adalah
terjemahan
dari
science
(sains).
Kata
Sains
diambil dari bahasa latin yaitu “Scientia“, secara etimologi (bahasa)
kata sains memiliki arti “Pengetahuan”, dalam hal ini pengetahuan
yang
diperoleh
melalui
pembelajaran
dan
pembuktian
atau
pengetahuan yang melingkupi suatu kebenaran umum dari hukumhukum alam yang terjadi, didapatkan dan dibuktikan melalui metode
ilmiah.
Ilmu (pengetahuan ilmiah/keilmuan) adalah pengetahuan yang
tersusun
secara
sistematis
dengan
menggunakan
kekuatan
pemikiran, dapat ditelaah dengan kritis oleh setiap orang yang ingin
mengetahuinya.
Mata pelajaran Projek Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial berfungsi
untuk
membekali
peserta
didik
agar
mampu
menyelesaikan
permasalahan di kehidupan nyata pada abad 21 ini yang berkaitan
dengan fenomena alam dan sosial di sekitarnya secara ilmiah dengan
menerapkan
konsep
sains.
Atau
dengan
kata
lain,
setelah
mempelajari mata pelajaran Projek Ilmu Pengetahuan Alam dan
Sosial, peserta didik dapat memperoleh kecakapan untuk mengambil
keputusan yang tepat secara ilmiah agar dapat hidup lebih nyaman,
lebih sehat, dan lebih baik.
Projek Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial meliputi integrasi antara
social sciences dan natural sciences menjadi kunci keberhasilan
dalam proses pembelajaran. Segala aspek kehidupan bersosial dalam
kebhinekaan, keberagaman agama, dan saling bergotong royong
tercakup dalam social sciences. Adapun interaksi antara manusia
dengan alam, serta melihat berbagai fenomena yang terjadi dengan
alam, mampu dijelaskan secara logis dan ilmiah dengan natural
science. Sehingga melalui integrasi keduanya (social science dan
natural science), kita mampu memanfaatkan kekayaan sumber daya
alam dengan arif dan bijaksana.
Permasalahan yang melibatkan aspek manusia dengan manusia
262
lainnya dan manusia dengan alam, terjadi akibat kurangnya
kesadarpahaman akan sains. Kita sebagai makhluk sosial tidak
hanya membutuhkan manusia lain dalam masyarakat, tetapi juga
sangat bergantung dengan alam. Oleh karena itu sains hadir untuk
memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan fenomena alam
dan sosial di sekitar secara ilmiah. Pada akhirnya peserta didik
setelah mempelajari mata pelajaran sains dapat memperoleh
kecakapan untuk mengambil keputusan yang tepat secara ilmiah
agar dapat hidup lebih nyaman, lebih sehat, dan lebih baik.
B.
Tujuan
Mata pelajaran Projek Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial bertujuan
untuk membekali peserta didik dengan dasar-dasar pengetahuan,
keterampilan, dan sikap (hardskill dan softskill), diantaranya:
1. menerapkan pola pikir, perilaku, dan membangun karakter
peserta didik untuk peduli dan bertanggung jawab terhadap
dirinya, masyarakat, dan alam semesta, serta permasalahan
yang dihadapi;
2. mampu menelaah manfaat potensial dan risiko dari penggunaan
Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial;
3. mampu membuat keputusan yang lebih berdasar dengan
menggunakan Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial serta
teknologi; dan
4. mampu menemukan solusi dari masalah yang dihadapi melalui
sains baik masalah individu maupun masyarakat.
C.
Karakteristik
Mata pelajaran Projek Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial memiliki
objek kajian berupa benda konkret dan non konkret yang terdapat di
alam dan dikembangkan berdasarkan pengalaman empirik, yaitu
pengalaman nyata yang dirasakan oleh setiap orang dan memiliki
langkah-langkah sistematis serta menggunakan cara berpikir yang
logis dan ilmiah.
Goodman dan Stivers (2010) mendefinisikan Project Based Learning
(PjBL) sebagai pendekatan pengajaran yang dibangun di atas
kegiatan pembelajaran dan tugas nyata yang memberikan tantangan
bagi peserta didik yang terkait dengan kehidupan sehari-hari untuk
263
dipecahkan secara berkelompok.
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial dikemas dalam
bentuk
projek
(project-based
learning)
yang
mengintegrasikan
beberapa elemen konten/materi. Tiap projek dilaksanakan untuk
mencapai elemen kompetensi Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial
yang terdiri dari tiga elemen dan dikontekskan dengan karakteristik
masing- masing bidang keahlian.
Pada elemen mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial
tersebut tercakup 7 (tujuh) aspek, yaitu: makhluk hidup dan
lingkungannya; zat dan perubahannya; energi dan perubahannya;
bumi dan antariksa; keruangan dan konektivitas antar ruang dan
waktu; interaksi, komunikasi, sosialisasi, institusi sosial dan
dinamika
sosial;
Pembelajaran
serta
yang
perilaku
dilaksanakan
ekonomi
pada
dan
mata
kesejahteraan.
pelajaran
Ilmu
Pengetahuan Alam dan Sosial berbasis projek.
Pada model PjBL peserta didik tidak hanya memahami konten, tetapi
juga menumbuhkan keterampilan pada peserta didik bagaimana
berperan di masyarakat. Keterampilan yang ditumbuhkan dalam PjBl
diantaranya keterampilan komunikasi dan presentasi, keterampilan
manajemen organisasi dan waktu, keterampilan penelitian dan
penyelidikan, keterampilan penilaian diri dan refleksi, partisipasi
kelompok dan kepemimpinan, dan pemikiran kritis.
Penilaian kinerja pada PjBL dapat dilakukan secara individual atau
kelompok dengan memperhitungkan proses dan kualitas produk
yang dihasilkan, kedalaman pemahaman konten yang ditunjukkan,
dan kontribusi yang
diberikan pada proses realisasi projek yang
sedang berlangsung. PjBL juga memungkinkan Peserta didik untuk
merefleksikan ide dan pendapat mereka sendiri, dan membuat
keputusan
yang
mempengaruhi
hasil
projek
dan
proses
pembelajaran secara umum, dan mempresentasikan hasil akhir
produk.
Berikut adalah aspek IPAS dan deskripsinya pada semua bidang
keahlian.
264
Aspek IPAS
Deskripsi
Makhluk hidup dan Aspek ini meliputi keterkaitan antara makhluk
lingkungannya
hidup yang terdiri dari manusia, tumbuhan dan
hewan yang saling bergantung kepada
lingkungannya baik berupa tanah, air, energi.
Hubungan makhluk hidup dan lingkungannya
dapat digambarkan sebagai individu - populasi komunitas - ekosistem - biosfer. Pertumbuhan dan
perkembangan makhluk hidup.
Zat dan
Aspek ini meliputi jenis dan sifat zat yang
Perubahannya
dibedakan secara kimia dan fisika, ciri-ciri dari
perubahan zat secara fisika, kimia dan biologi, serta
unsur senyawa campuran. Berbagai jenis zat dapat
dibedakan dari sifat dan perubahan secara fisika
dan kimia. Zat dapat tersusun atas unsur, senyawa
dan campuran yang dalam kehidupan sehari-hari
dapat ditinjau secara perspektif ekonomi kreatif dan
sosial.
Energi dan
Aspek ini meliputi dasar-dasar besaran dan
Perubahannya
pengukuran, energi dan perubahannya berkaitan
dengan segala sesuatu yang mampu membuat
sebuah benda untuk melakukan sebuah usaha dan
bentuk. Energi dan perubahannya mencakup
perubahan energi kimia, listrik, panas dan mekanik
serta energi terbarukan.
Bumi dan Antariksa Aspek bumi dan antariksa berkaitan dengan materi
gravitasi universal. Struktur Bumi yang terdiri dari
interior bumi, litosfer, lempeng tektonik, dan gempa
bumi. Struktur bumi meliputi hidrosfer, atmosfer,
dan medan magnet bumi. Materi ini juga mencakup
iklim, cuaca, musim, perubahan iklim serta mitigasi
bencana.
Keruangan dan
Aspek ini berkaitan dengan pemahaman terhadap
konektivitas antar
kondisi sosial dan lingkungan alam dalam konteks
ruang dan waktu
lokal dan regional, nasional, hingga global. Selain
itu, aspek ini juga terkait dengan pembelajaran
tentang kondisi geografis Indonesia dan
pengaruhnya terhadap aktivitas sosial, ekonomi,
dan politik. Mempelajari konektivitas dan interaksi,
mengasah kemampuan berpikir kritis, memahami
efek sebab dan akibat.
Interaksi,
Aspek ini berkaitan dengan pembentukan identitas
Komunikasi,
diri, merefleksikan keberadaan diri di tengah
Sosialisasi, Institusi keberagaman dan kelompok yang berbeda-beda,
Sosial, dan
serta mempelajari dan menjalankan peran sebagai
Dinamika
warga Indonesia dan bagian dari warga dunia.
Sosial
Mempelajari tentang interaksi dan institusi sosial,
peluang dan tantangannya, mempelajari
dinamika/problematika sosial, faktor penyebab dan
solusinya untuk mewujudkan pembangunan
berkelanjutan bagi kemaslahatan manusia dan
bumi.
Perilaku Ekonomi
Aspek ini berkaitan tentang peran diri, masyarakat
dan Kesejahteraan
serta negara dalam memenuhi kebutuhan bersama.
Menganalisis faktor-faktor penyebab kelangkaan,
permintaan, penawaran, harga pasar, bentukbentuk pasar, serta inflasi. Mengidentifikasi peran
lembaga keuangan, nilai, serta fungsi uang
konvensional dan digital). Mendeskripsikan
pengelolaan, sumber-sumber pendapatan dan
265
Aspek IPAS
D.
Deskripsi
pengeluaran keuangan keluarga, perusahaan serta
negara. Mengidentifikasi hak dan kewajiban dalam
jasa keuangan. Aspek ini menjadi salah satu ruang
berlatih bagi peserta didik untuk memberikan
kontribusi ke masyarakat, memenuhi kebutuhan
hidup di tingkat lokal namun dalam perspektif
global.
Capaian Pembelajaran
Projek Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial terdiri dari tiga elemen
kompetensi yang mengacu pada kompetensi literasi saintifik, yaitu
menjelaskan fenomena secara ilmiah, mendesain dan mengevaluasi
penyelidikan ilmiah, menerjemahkan data dan bukti-bukti secara
ilmiah. Berikut ini adalah elemen dan capaian pembelajaran pada
semua bidang keahlian:
Elemen
Menjelaskan
fenomena secara
ilmiah
Mendesain dan
mengevaluasi
penyelidikan
Ilmiah
Menerjemahkan
data dan buktibukti secara ilmiah
Capaian Pembelajaran
Peserta didik diharapkan dapat memahami
pengetahuan ilmiah dan menerapkannya; atau
membuat prediksi sederhana disertai dengan
pembuktiannya.
Peserta didik menjelaskan fenomena-fenomena
yang terjadi di lingkungan sekitarnya dilihat dari
berbagai aspek seperti makhluk hidup dan
lingkungannya; zat dan perubahannya; energi dan
perubahannya; bumi dan antariksa; keruangan
dan konektivitas antar ruang dan waktu; interaksi,
komunikasi, sosialisasi, institusi sosial dan
dinamika sosial; serta perilaku ekonomi dan
kesejahteraan. Peserta didik juga mengaitkan
fenomena-fenomena tersebut dengan
keterampilan teknis pada bidang keahliannya.
Peserta didik dapat menentukan dan mengikuti
prosedur yang tepat untuk melakukan
penyelidikan ilmiah, menjelaskan cara
penyelidikan yang tepat bagi suatu pertanyaan
ilmiah, serta diharapkan dapat mengidentifikasi
kekurangan atau kesalahan pada desain
percobaan ilmiah.
Peserta didik dapat menerjemahkan data dan bukti
dari berbagai sumber untuk membangun sebuah
argumen serta dapat mempertahankannya dengan
penjelasan ilmiah. Peserta didik diharapkan dapat
mengidentifikasi kesimpulan yang benar diambil
dari tabel hasil, grafik, atau sumber data lain.
Peserta didik merencanakan dan melaksanakan
aksi sebagai tindak lanjut, mengkomunikasikan
proses dan hasil pembelajarannya, melakukan
refleksi diri terhadap tahapan kegiatan yang
dilakukan.
Ketiga elemen tersebut disampaikan dalam bentuk satu projek.
Dalam satu projek dapat terdiri dari satu aspek atau gabungan dari
266
beberapa aspek. Masing-masing aspek mempunyai lingkup yang
berbeda disesuaikan dengan proporsi dan karakteristik bidang
keahliannya.
267
12.
CAPAIAN PEMBELAJARAN INFORMATIKA
A. Rasional
Informatika adalah sebuah disiplin ilmu yang mencari pemahaman
dan mengeksplorasi dunia di sekitar kita, baik natural maupun
artifisial yang secara khusus tidak hanya berkaitan dengan studi,
pengembangan, dan implementasi dari sistem komputer, tetapi juga
pemahaman terhadap prinsip-prinsip dasar pengembangan. Peserta
didik dapat menciptakan, merancang, dan mengembangkan produk
berupa artefak komputasional (computational artifact) dalam bentuk
perangkat keras, perangkat lunak (algoritma, program, atau aplikasi),
atau sistem berupa kombinasi perangkat keras dan lunak dengan
menggunakan teknologi dan perkakas (tools) yang sesuai. Informatika
mencakup prinsip keilmuan perangkat keras, data, informasi, dan
sistem komputasi yang mendasari proses pengembangan tersebut.
Oleh karena itu, Informatika mencakup sains, rekayasa, dan
teknologi
yang
berakar
pada
logika
dan
matematika.
Istilah
Informatika dalam bahasa Indonesia merupakan padanan kata yang
diadaptasi dari Computer Science atau Computing dalam bahasa
Inggris. Peserta didik mempelajari mata pelajaran Informatika tidak
hanya untuk menjadi pengguna komputer, tetapi juga untuk
menyadari perannya sebagai problem solver yang menguasai konsep
inti
(core
concept),
menggunakan
dan
terampil
dalam
mengembangkan
praktik
(core
teknologi
practices)
informasi
dan
komunikasi (TIK), serta berpandangan terbuka pada aspek lintas
bidang.
Mata
pelajaran
Informatika
memberikan
fondasi
berpikir
komputasional yang merupakan kemampuan problem solving yaitu
keterampilan generik yang penting seiring dengan perkembangan
teknologi
digital
yang
pesat.
Peserta
didik
ditantang
untuk
menyelesaikan persoalan komputasi yang berkembang mulai dari
kelas I sampai dengan kelas XII, mulai dari data sedikit sampai
dengan data banyak, mulai dari persoalan kecil dan sederhana
sampai dengan persoalan besar, kompleks, dan rumit, serta mulai
dari hal yang konkret sampai dengan abstrak dan samar atau ambigu.
Mata pelajaran Informatika juga meningkatkan kemampuan peserta
didik dalam logika, analisis, dan interpretasi data yang diperlukan
267
dalam literasi, numerasi, dan literasi sains, serta membekali peserta
didik dengan kemampuan pemrograman yang mendukung pemodelan
dan simulasi dalam sains komputasi (computational science) dengan
menggunakan TIK. Proses pembelajaran Informatika berpusat pada
peserta didik (student-centered learning) dengan prinsip pembelajaran
berbasis inkuiri (inquiry-based learning), pembelajaran berbasis
masalah (problem-based learning), dan pembelajaran berbasis projek
(project-based learning). Guru dapat menentukan tema atau kasus
sesuai dengan kondisi lokal, terutama tema atau kasus tentang
analisis data.
Mata pelajaran Informatika dilaksanakan secara inklusif bagi semua
peserta didik di seluruh Indonesia, sehingga pembelajarannya dapat
menggunakan
komputer
(plugged)
maupun
tanpa
komputer
(unplugged). Pembelajaran Informatika pada jenjang SD menekankan
pada
fondasi
berpikir
komputasional
(computational
thinking),
diintegrasikan dalam tema atau mata pelajaran lainnya terutama
dalam Bahasa, Matematika dan Sains. Pembelajaran Informatika
mendukung kemampuan peserta didik dalam mengekspresikan
kemampuan berpikir secara terstruktur dan pemahaman aspek
sintaksis maupun semantik dalam Bahasa, membentuk kebiasaan
peserta
didik
untuk
berpikir
logis
dalam
Matematika,
serta
kemampuan menganalisis dan menginterpretasi data dalam Sains.
Mata pelajaran Informatika berkontribusi terhadap profil pelajar
Pancasila dalam memampukan peserta didik menjadi warga yang
bernalar
kritis,
komputasional;
mandiri,
serta
kreatif
menjadi
melalui
warga
penerapan
yang
berakhlak
berpikir
mulia,
berkebinekaan global, bergotong-royong melalui Praktik Lintas
Bidang (core practices) untuk menghasilkan artefak komputasional
yang dikerjakan secara berkolaborasi dalam kerja kelompok baik
secara luring maupun daring dengan memanfaatkan Teknologi
Informasi dan Komunikasi. Kemampuan bekerja mandiri dan
berkolaborasi secara daring merupakan kemampuan penting sebagai
anggota masyarakat abad ke-21. Peserta didik diharapkan dapat
menjadi warga digital (digital citizen) yang beretika dan mandiri dalam
berteknologi informasi, sekaligus menjadi warga dunia (global citizen)
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME.
268
B. Tujuan
Mata pelajaran Informatika bertujuan untuk mengantarkan peserta
didik menjadi “computationally literate creators” yang menguasai
konsep dan praktik Informatika, yaitu:
1. berpikir komputasional, yaitu terampil menciptakan solusi-solusi
untuk menyelesaikan persoalan-persoalan secara sistematis,
kritis, analitis, dan kreatif;
2. memahami ilmu pengetahuan yang mendasari Informatika, yaitu
sistem komputer, jaringan komputer dan internet, analisis data,
algoritma
dan
pemrograman,
serta
menyadari
dampak
Informatika terhadap kehidupan bermasyarakat;
3. terampil berkarya dalam menghasilkan artefak komputasional
sederhana, dengan memanfaatkan teknologi dan menerapkan
proses rekayasa, serta mengintegrasikan pengetahuan bidangbidang lain yang membentuk solusi sistemik;
4. terampil
dalam
mengakses,
mengelola,
menginterpretasi,
mengintegrasikan, mengevaluasi informasi, serta menciptakan
informasi
baru
dari
himpunan
data
dan
informasi
yang
dikelolanya, dengan memanfaatkan TIK yang sesuai; dan
5. menunjukkan karakter baik sebagai anggota masyarakat digital,
sehingga mampu berkomunikasi, berkolaborasi, berkreasi dan
menggunakan perangkat teknologi informasi disertai kepedulian
terhadap dampaknya dalam kehidupan bermasyarakat.
C. Karakteristik
Mata pelajaran Informatika mengintegrasikan kemampuan berpikir
komputasional, keterampilan menerapkan pengetahuan Informatika,
serta pemanfaatan teknologi (khususnya TIK) secara tepat dan bijak
sebagai objek kajian dan alat bantu untuk menghasilkan solusi efisien
dan optimal dari persoalan yang dihadapi masyarakat dengan
menerapkan rekayasa dan prinsip keilmuan Informatika. Elemen
mata pelajaran Informatika saling terkait satu sama lain membentuk
keseluruhan mata pelajaran Informatika sebagaimana diilustrasikan
pada gambar bangunan Informatika di bawah ini.
269
TIK
PRAKTIK LINTAS BIDANG
S
K
J
K
I
A
D
A
P
D
S
I
BERPIKIR KOMPUTASIONAL
Keterangan:
TIK : Teknologi Informasi dan
Komunikasi
SK :
Sistem Komputer
JKI : Jaringan Komputer dan
Internet
AD :
Analisis Data
AP :
Algoritma dan
Pemrograman
DSI : Dampak Sosial
Informatika
Gambar Bangunan Informatika
Mata pelajaran Informatika terdiri atas delapan elemen berikut ini.
Elemen
Berpikir
komputasional
(BK)
Teknologi
Informasi dan
Komunikasi
(TIK)
Sistem
komputer (SK)
Jaringan
Komputer dan
Internet (JKI)
Analisis data
(AD)
Algoritma dan
Pemrograman
(AP)
Dampak Sosial
Informatika
(DSI)
Praktik Lintas
Bidang (PLB)
Deskripsi
Mengasah keterampilan problem solving yang efektif,
efisien, dan optimal sebagai landasan untuk
menghasilkan solusi dengan menerapkan penalaran
kritis, kreatif dan mandiri.
Menjadi perkakas dalam berkarya dan sekaligus objek
kajian yang memberikan inspirasi agar suatu hari
peserta didik menjadi pencipta karya-karya
berteknologi yang berlandaskan Informatika.
Pengetahuan tentang bagaimana perangkat keras dan
perangkat lunak berfungsi dan saling mendukung
dalam mewujudkan suatu layanan bagi pengguna baik
di luar maupun di dalam jaringan komputer/internet.
Memfasilitasi pengguna untuk menghubungkan sistem
komputer dengan jaringan lokal maupun internet.
Memberikan kemampuan untuk menginput,
memproses, memvisualisasi data dalam berbagai
tampilan, menganalisis, menginterpretasi, dan
memprediksi, serta mengambil kesimpulan serta
keputusan berdasarkan penalaran.
Mengarahkan peserta didik menuliskan langkah
penyelesaian solusi secara runtut dan menerjemahkan
solusi menjadi program yang dapat dijalankan oleh
mesin (komputer).
Menyadarkan peserta didik akan dampak Informatika
dalam: (a) kehidupan bermasyarakat dan dirinya,
khususnya dengan kehadiran dan pemanfaatan TIK,
dan (b) bergabungnya manusia dalam jaringan
komputer dan internet untuk membentuk masyarakat
digital.
Melatih peserta didik bergotong royong untuk untuk
menghasilkan artefak komputasional secara kreatif
dan inovatif dengan mengintegrasikan semua
pengetahuan Informatika maupun pengetahuan dari
mata pelajaran lain, menerapkan proses rekayasa atau
pengembangan (designing, implementing, debugging,
testing, refining), serta mendokumentasikan dan
mengomunikasikan hasil karyanya.
Beban belajar setiap elemen pada mata pelajaran Informatika tidak
sama. BK, AD, AP, dan PLB memiliki beban belajar paling besar yang
270
memungkinkan peserta didik berpikir kritis dan kreatif. SK dan JKI
diberikan terbatas pada pengetahuan dasar dan penggunaannya. TIK
dan DSI dapat diberikan sambil melakukan kegiatan yang berkaitan
dengan elemen lainnya, dimana perkakas TIK saat ini semakin intuitif
yang mudah dipelajari dan dimanfaatkan, sedangkan DSI merupakan
aspek
dari
setiap
area
pengetahuan
Informatika
untuk
menumbuhkan kepedulian pada masyarakat dan pembentukan
karakter baik sebagai warga dunia maupun warga digital.
D. Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E, peserta didik peserta didik mampu memahami
peran sistem operasi dan mekanisme internal yang terjadi pada
interaksi antara perangkat keras, perangkat lunak, dan pengguna,
menerapkan keamanan dalam penyambungan perangkat ke jaringan
lokal dan internet, mengumpulkan dan mengintegrasikan data dari
berbagai sumber baik secara manual atau otomatis dengan perkakas
yang sesuai, memahami fitur lanjut, otomasi, serta integrasi aplikasi
perkantoran,
menerapkan
strategi
algoritmik
standar
untuk
mengembangkan program komputer yang terstruktur dalam bahasa
pemrograman prosedural tekstual sebagai solusi atas persoalan
berbagai bidang yang mengandung data diskrit bervolume tidak kecil,
bergotong royong untuk menyelesaikan suatu persoalan kompleks
dengan
mengembangkan
(merancang,
mengimplementasi,
memperbaiki, menguji) artefak komputasional yang bersentuhan
dengan
bidang
lain
sesuai
kaidah
proses
rekayasa,
serta
mengomunikasikan rancangan produk, produk, dan prosesnya
secara lisan dan tertulis, memahami sejarah perkembangan komputer
dan tokoh-tokohnya, memahami hak kekayaan intelektual, lisensi,
aspek teknis, hukum, ekonomi, lingkungan, dan sosial dari produk
TIK, mengenal berbagai bidang studi dan profesi terkait Informatika
serta peran Informatika pada bidang lain.
Fase E Berdasarkan Elemen sebagai berikut.
Elemen
BK
TIK
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E, peserta didik mampu menerapkan
strategi algoritmik standar untuk menghasilkan beberapa
solusi persoalan dengan data diskrit bervolume tidak kecil
pada kehidupan sehari-hari maupun implementasinya
dalam program komputer.
Pada akhir fase E, peserta didik mampu memanfaatkan
berbagai aplikasi secara bersamaan dan optimal untuk
berkomunikasi, mencari sumber data yang akan diolah
271
Elemen
SK
JKI
AD
AP
DSI
PLB
Capaian Pembelajaran
menjadi informasi, baik di dunia nyata maupun di internet,
serta mahir menggunakan fitur lanjut aplikasi perkantoran
(pengolah kata, angka, dan presentasi) beserta otomasinya
untuk mengintegrasikan dan menyajikan konten aplikasi
dalam berbagai representasi yang memudahkan analisis
dan interpretasi konten tersebut.
Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami peran
sistem operasi dan mekanisme internal yang terjadi pada
interaksi antara perangkat keras, perangkat lunak, dan
pengguna.
Pada akhir fase E, peserta didik mampu menerapkan
konektivitas jaringan lokal, komunikasi data via ponsel,
konektivitas internet melalui jaringan kabel dan nirkabel
(bluetooth, wifi, internet), enkripsi untuk memproteksi data
pada saat melakukan penyambungan perangkat ke jaringan
lokal maupun internet yang tersedia.
Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami aspek
privasi dan keamanan data, mengumpulkan data secara
otomatis dari berbagai sumber data, memodelkan data
berbagai bidang, menerapkan siklus pengolahan data
(pengumpulan, pengolahan, visualisasi, analisis,
interpretasi, dan publikasi) dengan menggunakan perkakas
TIK yang sesuai, serta menerapkan strategi pengelolaan
data yang tepat guna dengan mempertimbangkan volume
dan kompleksitasnya.
Pada akhir fase E, peserta didik mampu menerapkan
praktik baik konsep pemrograman prosedural dalam salah
satu bahasa pemrograman prosedural dan mampu
mengembangkan program yang terstruktur dalam notasi
algoritma atau notasi lain, berdasarkan strategi algoritmik
yang tepat.
Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami sejarah
perkembangan komputer dan tokoh-tokohnya, memahami
hak kekayaan intelektual, lisensi, aspek teknis, hukum,
ekonomi, lingkungan, dan sosial dari produk TIK,
memahami berbagai bidang studi dan profesi bidang
Informatika serta peran Informatika pada bidang lain.
Pada akhir fase E, peserta didik mampu bergotong royong
dalam tim inklusif untuk mengerjakan projek bertema
Informatika dengan mengidentifikasi persoalan, merancang,
mengimplementasi, menguji, dan menyempurnakan
program komputer didasari strategi algoritma yang sesuai
sebagai solusi persoalan masyarakat serta
mengomunikasikan produk, proses pengembangan dan
manfaatnya bagi masyarakat secara lisan maupun tertulis.
KEPALA BADAN STANDAR, KURIKULUM,
DAN ASESMEN PENDIDIKAN,
TTD.
ANINDITO ADITOMO
272
Salinan sesuai dengan aslinya,
Kepala Subbagian Tata Usaha,
IFAN FIRMANSYAH
NIP 198210152009121003
273
SALINAN
LAMPIRAN II
KEPUTUSAN
KEPALA
BADAN
STANDAR,
KURIKULUM, DAN ASESMEN PENDIDIKAN
NOMOR 008/KR/2022
TENTANG
CAPAIAN PEMBELAJARAN
PADA PENDIDIKAN
ANAK USIA DINI, JENJANG PENDIDIKAN DASAR,
DAN JENJANG PENDIDIKAN MENENGAH
PADA KURIKULUM MERDEKA
CAPAIAN PEMBELAJARAN UNTUK SDLB, SMPLB, DAN SMALB
PADA KURIKULUM MERDEKA
I.
CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KHUSUS BAHASA INDONESIA
A. Rasional Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Bahasa
merupakan
bahasa,
manusia
media
berkomunikasi
mengekspresikan
dan
pikiran,
berpikir.
Melalui
perasaan,
dan
pemikirannya. Bahasa merupakan kesatuan suara, gestur, ekspresi
wajah, dan simbol dalam bentuk kata. Baik itu yang terucap, isyarat,
ataupun tertulis, yang terbentuk dalam konteks sosial budaya
tertentu. Karena itu, kompetensi berbahasa tak hanya menentukan
keterampilan peserta didik dalam berkomunikasi, tetapi juga berpikir
serta mencerna informasi dan pengetahuan.
Kemampuan berbahasa, bersastra, dan berpikir merupakan fondasi
dari kemampuan literasi. Semua bidang kajian, bidang kehidupan, dan
tujuan-tujuan sosial menggunakan kemampuan literasi. Elizabeth
Sulzby “1986”, literasi ialah kemampuan berbahasa yang dimiliki oleh
seseorang dalam berkomunikasi “membaca, berbicara, menyimak dan
menulis” dengan cara yang berbeda sesuai dengan tujuannya.
Literasi menjadi kemampuan sangat penting yang digunakan untuk
bekerja dan belajar sepanjang hayat. Dengan demikian, pembelajaran
bahasa Indonesia merupakan pembelajaran literasi untuk berbagai
tujuan berkomunikasi dalam konteks sosial budaya Indonesia.
Kemampuan literasi dikembangkan ke dalam pembelajaran menyimak,
membaca dan memirsa, menulis, berbicara dan mempresentasikan
1
untuk
berbagai
tujuan,
berbasis
genre
yang
terkait
dengan
penggunaan bahasa dalam kehidupan. Setiap genre memiliki tipe teks
yang didasarkan pada alur pikir—struktur—khas teks tertentu. Tipe
teks merupakan alur pikir yang dapat mengoptimalkan penggunaan
bahasa untuk bekerja dan belajar sepanjang hayat.
Model utama yang digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia
adalah pedagogi genre. Model ini memiliki empat tahapan, yaitu:
penjelasan (explaining), pemodelan (modelling), pembimbingan (joint
construction), dan pemandirian (independent construction). Di samping
pedagogi genre, pembelajaran bahasa Indonesia dapat dikembangkan
dengan model-model lain sesuai dengan pencapaian pembelajaran
tertentu.
Pembinaan dan pengembangan kemampuan berbahasa Indonesia akan
membentuk pribadi Pancasila yang beriman, bertakwa kepada Tuhan
yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, berfikir kritis, mandiri, kreatif,
bergotong royong, dan berkebinekaan global. Rasional sebagaimana
diuraikan di atas dapat dipaparkan pada gambar 1 sebagai berikut:
Gambar 1: Rasional Pembelajaran Bahasa Indonesia
Mata pelajaran Bahasa Indonesia bagi peserta didik berkebutuhan
khusus diharapkan membantu mengenal dirinya, budayanya dan
budaya
orang
lain,
mengemukakan
gagasan,
perasaan,
dan
berpartisipasi dalam masyarakat. Untuk hal tersebut diperlukan
strategi, model, media, dan pendekatan pembelajaran yang tepat. Di
dalam memahami sebuah teks, peserta didik dengan hambatan
2
penglihatan (tunanetra) menggunakan tulisan braille (tulisan timbul)
dan
peserta
didik
dengan
hambatan
pendengaran
(tunarungu)
menggunakan bahasa isyarat sebagai bahasa komunikasi. Selain itu
peserta didik diarahkan untuk memahami bahasa Indonesia dimulai
dari arti, makna, bentuk, dan fungsi pemakaiannya dalam berbagai
keperluan. Peserta didik memiliki rasa bangga dalam menggunakan
bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa pemersatu
bangsa. Pembelajaran Bahasa Indonesia akan bermakna jika diberikan
dengan materi yang sesuai dengan usia mental, kemampuan, dan
kebutuhan peserta didik. Kosakata yang diberikan kepada peserta
didik merupakan kosakata yang mudah dipahami dan sering didengar.
Materi yang ada juga sesuai dengan pengalaman peserta didik seharihari (pengalaman langsung) untuk mencapai tujuan pembelajaran.
B. Tujuan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan untuk membantu peserta
didik mengembangkan hal berikut.
1. Akhlak mulia dengan menggunakan bahasa Indonesia secara
santun;
2. Sikap pengutamaan dan penghargaan terhadap bahasa Indonesia
sebagai bahasa resmi negara Republik Indonesia;
3. Kemampuan berbahasa dengan berbagai teks multimodal (lisan,
tulis, visual, audio, audiovisual) untuk berbagai tujuan (genre) dan
konteks;
4. Kemampuan literasi (berbahasa, bersastra, dan bernalar) dalam
belajar dan bekerja;
5. Kepercayaan diri untuk berekspresi sebagai individu yang cakap,
mandiri, bergotong royong, dan bertanggung jawab;
6. Kepedulian terhadap budaya lokal dan lingkungan sekitarnya; dan
7. Kepedulian untuk berkontribusi sebagai warga Indonesia.
C. Karakteristik Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Mata pelajaran Bahasa Indonesia menjadi modal dasar untuk belajar
dan bekerja karena berfokus pada kemampuan literasi (berbahasa dan
berpikir).
Kemampuan
literasi
menjadi
indikator
kemajuan
dan
perkembangan anak-anak Indonesia, termasuk anak berkebutuhan
khusus.
Mata
pelajaran
bahasa
Indonesia
membina
dan
mengembangkan kepercayaan diri peserta didik sebagai komunikator,
3
pemikir kritis-kreatif-imajinatif, dan warga negara Indonesia yang
menguasai literasi digital dan informasional. Pembelajaran bahasa
Indonesia
membina
kemampuan
dan
literasi
mengembangkan
dalam
semua
pengetahuan
dan
komunikasi
yang
peristiwa
mendukung keberhasilan dalam pendidikan dan dunia kerja.
Mata pelajaran Bahasa Indonesia membentuk keterampilan berbahasa
reseptif
(menyimak,
membaca
dan
memirsa)
dan
keterampilan
berbahasa produktif (berbicara dan mempresentasikan, serta menulis).
Kompetensi berbahasa ini berdasar pada tiga hal yang saling
berhubungan
dan
saling
mendukung
untuk
mengembangkan
kompetensi peserta didik, yaitu bahasa (mengembangkan kompetensi
kebahasaan),
sastra
(kemampuan
memahami,
mengapresiasi,
menanggapi, menganalisis, dan mencipta karya sastra); dan berpikir
(kritis, kreatif, dan imajinatif). Pengembangan kompetensi berbahasa,
bersastra, dan berpikir diharapkan membentuk peserta didik yang
memiliki kemampuan literasi dan berkarakter Pancasila.
Karakteristik mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup beberapa
hal berikut ini.
1. Kemampuan reseptif (menyimak, membaca dan memirsa) dan
kemampuan produktif (berbicara dan mempresentasikan, menulis).
2. Menggunakan pendekatan berbasis genre melalui pemanfaatan
beragam tipe teks dan teks multimodal (lisan, tulis, visual, audio,
audiovisual). Model pembelajaran menggunakan pedagogi genre,
yaitu: penjelasan (explaining), pemodelan (modelling), pembimbingan
(joint construction), dan pemandirian (independent construction); serta
kegiatan yang mendorong peserta didik untuk berpikir kritis, kreatif,
dan imajinatif dalam proses pembelajaran.
3. Mata pelajaran Bahasa Indonesia dibelajarkan untuk meningkatkan:
a. kecakapan
hidup
peserta
didik
dalam
mengelola
diri
dan
lingkungan;
b. kesadaran dan kepedulian peserta didik terhadap lingkungan
alam, sosial, dan budaya.
Area
Pembelajaran
Elemen
Sub-Keterampilan
Menyimak
Membaca dan Memirsa
Berbicara dan Mempresentasikan
Menulis
Reseptif
Bahasa
Produktif
4
Pengertian kemampuan berbahasa diuraikan sebagai berikut.
Elemen
Menyimak
Membaca
Berbicara
Menulis
Deskripsi
Kemampuan peserta didik menerima, memahami
informasi yang didengar, dan menyiapkan tanggapan
secara relevan untuk memberikan apresiasi kepada
mitra tutur. Proses yang terjadi dalam menyimak
mencakup kegiatan seperti mendengarkan,
mengidentifikasi, memahami, menginterpretasi
tuturan bahasa, memaknainya, dan/atau
menyiapkan tanggapan terhadap mitra tutur.
Menyimak merupakan kemampuan komunikasi yang
penting sebab kemampuan menyimak menentukan
tingkat kemampuanpeserta didik memahami makna
(tersurat dan tersirat) paparan lisan, memahami ide
pokok dan pendukung pada konten informasi
maupun konteks yang melatari paparan tersebut.
Komponen-komponen yang dapat dikembangkan
dalam menyimak di antaranya kepekaan terhadap
bunyi bahasa, sistem isyarat, kosakata, struktur
bahasa (tata bahasa), makna, dan metakognisi.
Kemampuan peserta didik untuk memahami,
memaknai, menginterpretasi, dan merefleksi teks
sesuai tujuan dan kepentingannya untuk
mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan
potensinya. Memirsa merupakan kemampuan
seseorang untuk memahami, memaknai,
menginterpretasi, dan merefleksi sajian visual
dan/atau audio visual sesuai tujuan dan
kepentingannya untuk mengembangkan
pengetahuan, keterampilan, dan potensinya.
Komponen-komponen yang dapat dikembangkan
dalam membaca dan memirsa di antaranya kepekaan
terhadap fonem, huruf, sistem isyarat, kosakata,
struktur bahasa (tata bahasa), makna, dan
metakognisi.
Kemampuan menyampaikan gagasan, tanggapan, dan
perasaan dalam bentuk lisan. Mempresentasikan
merupakan kemampuan memaparkan gagasan atau
tanggapan secara fasih, akurat, bertanggung jawab,
dan/atau menyampaikan perasaan sesuai konteks
dengan cara yang komunikatif melalui beragam media
(visual, digital, audio, dan audiovisual). Komponenkomponen yang dapat dikembangkan dalam
berbicara dan mempresentasikan di antaranya
kepekaan terhadap bunyi bahasa, sistem isyarat,
kosakata, struktur bahasa (tata bahasa), makna, dan
metakognisi.
Kemampuan menyampaikan gagasan, tanggapan, dan
perasaan dalam bentuk tulis secara fasih, akurat,
bertanggung jawab, dan/atau menyampaikan
perasaan sesuai konteks. Komponen-komponen yang
dapat dikembangkan dalam menulis diantaranya
menerapkan penggunaan ejaan, kata, kalimat, dan
paragraf, struktur bahasa (tata bahasa), makna, dan
metakognisi dalam beragam tipe teks.
5
D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Setiap Fase
1. Fase A (Usia Mental ≤ 7 Tahun dan Umumnya Kelas I dan II)
Pada akhir Fase A, peserta didik mampu berbahasa sederhana
untuk berkomunikasi, memahami instruksi lisan sederhana, katakata yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari dan kata-kata baru
yang dibacakan dengan atau tanpa bantuan gambar. Peserta didik
mampu melafalkan kata dan dapat dipahami, bertanya jawab
berdasarkan topik sederhana.
Peserta didik mampu memahami teks cerita sederhana (tiga kata)
dan teks deskripsi sederhana serta melakukan kegiatan pramenulis
seperti: memegang alat tulis, menggambar, membuat coretan yang
bermakna, menulis di udara, menebalkan huruf, menyalin huruf,
serta menyalin suku kata dan kata sederhana.
Fase A Berdasarkan Elemen
Elemen
Menyimak
Capaian Pembelajaran
Peserta didik mampu menyimak dengan saksama
teks cerita sederhana dan teks deskripsi sederhana
yang disajikan dalam teks aural (teks yang
dibacakan), teks visual dan atau teks audio visual.
Peserta didik mampu merespons perintah/arahan
sederhana seperti: mencentang, menggambar dan
atau melakukan sesuatu.
Membaca dan
Peserta didik mampu melakukan kegiatan
Memirsa
pramembaca (cara memegang buku, jarak mata
dengan buku, cara membalik buku, dan memilih
pencahayaan untuk membaca). Mengenali dan
mengeja kombinasi alfabet pada suku kata. Peserta
didik mampu menjelaskan kata-kata yang sering
digunakan sehari-hari dan memahami kata-kata
baru dengan bantuan konteks kalimat sederhana
dan gambar/ilustrasi. Peserta didik mampu
membaca teks cerita sederhana (dua sampai tiga
kata) dan teks deskripsi sederhana yang disajikan
dalam teks aural, visual, dan atau audiovisual.
Berbicara dan
Peserta didik mampu melafalkan kata, tanya jawab
Mempresentasikan berdasarkan topik sederhana, melakukan
percakapan sederhana untuk mengungkapkan
keinginan secara lisan berdasarkan teks. Teks
tersebut berupa teks cerita sederhana dan teks
deskripsi sederhana dengan lafal yang jelas dan
dipahami serta intonasi yang tepat.
Menulis
Peserta didik mampu melakukan kegiatan
pramenulis seperti: memegang alat tulis,
menjiplak, menggambar, membuat coretan yang
bermakna, menulis di udara, menebalkan huruf,
menyalin huruf, menyalin suku kata dan kata
sederhana dari teks cerita sederhana dan teks
deskripsi sederhana.
6
2. Fase B (Usia Mental ± 8 Tahun dan Umumnya Kelas III dan IV)
Pada
akhir
Fase
B,
peserta
didik
mampu
merespons
perintah/arahan sederhana dan memahami pesan lisan atau
informasi dari media audio dan isi teks aural (teks yang dibacakan),
mampu merangkai suku kata (kombinasi kv dan kvk) menjadi kata
yang sering ditemui, memahami informasi dari tayangan yang
dipirsa dari teks cerita pengalaman dan teks arahan/petunjuk.
Peserta didik mampu melafalkan kalimat yang terdiri atas dua kata
sampai tiga kata dari teks petunjuk/arahan dan cerita pengalaman
dengan tepat, berbicara dengan santun, menggunakan intonasi
yang tepat sesuai konteks, dan menceritakan kembali suatu
informasi yang dibacakan guru atau didengar. Peserta didik juga
mampu menyalin kata dan kalimat dari teks cerita pengalaman dan
teks arahan/petunjuk dengan menggunakan huruf besar dan
huruf kecil yang terdiri atas dua sampai tiga kata, dapat menulis
suku kata, kata, dan kalimat sederhana.
Fase B Berdasarkan Elemen
Elemen
Menyimak
Capaian Pembelajaran
Peserta didik mampu merespons perintah/arahan
sederhana dengan menggunakan bahasa lisan atau
isyarat seperti: mencentang, menggambar,
membuat coretan yang bermakna dan atau
melakukan sesuatu, dan dapat memahami pesan
lisan atau informasi dari media audio, isi teks aural
(teks yang dibacakan) dari teks cerita pengalaman
dan teks arahan/petunjuk.
Membaca dan
Peserta didik merangkai suku kata (kombinasi kv
Memirsa
dan kvk) menjadi kata yang sering ditemui. Peserta
didik dapat memahami informasi dari tayangan
yang dipirsa dari teks cerita pengalaman dan teks
arahan/petunjuk. Peserta didik mampu menambah
kosakata baru dari teks yang dibacakan atau
tayangan yang dipirsa dengan bantuan
gambar/ilustrasi.
Berbicara dan
Peserta didik dapat melafalkan kalimat yang terdiri
Mempresentasikan atas dua kata dengan tepat, berbicara dengan
santun, menggunakan intonasi yang tepat sesuai
konteks dari teks cerita pengalaman dan teks
arahan/petunjuk. Peserta didik mampu bertanya
tentang sesuatu dan menjawab, pertanyaan orang
lain (teman, guru, dan orang dewasa) dalam suatu
percakapan. Peserta didik mampu menceritakan
kembali teks cerita pengalaman dan teks
petunjuk/arahan yang dibacakan guru atau
didengar.
Menulis
Peserta didik dapat menyalin kata dan kalimat dari
teks cerita pengalaman dan teks arahan/petunjuk
dengan menggunakan huruf besar dan huruf kecil
yang terdiri atas dua sampai tiga kata dan dapat
menulis suku kata, kata, serta kalimat sederhana.
7
3. Fase C (Usia Mental ± 8 Tahun dan Umumnya Kelas V dan VI)
Pada akhir Fase C, peserta didik mampu memahami pesan lisan
atau informasi dari media audio, audio visual dan isi teks aural
(teks yang dibacakan), merangkai kata menjadi kalimat sederhana
yang sering ditemui, memahami informasi dari tayangan yang
dipirsa dalam teks cerita sederhana dan teks laporan sederhana.
Peserta didik mampu melafalkan kata dari kalimat yang terdiri atas
tiga sampai empat kata dengan tepat, berbicara dengan santun,
menggunakan intonasi yang tepat, dan menceritakan kembali
informasi yang dibacakan guru atau didengar. Peserta didik
mampu menulis kata dan kalimat sederhana (tiga kata) dari teks
cerita sederhana dan teks laporan sederhana dengan atau tanpa
bantuan gambar.
Fase C Berdasarkan Elemen
Elemen
Menyimak
Capaian Pembelajaran
Menyimak dengan saksama, memahami instruksi
sederhana dan pesan lisan atau isyarat, memaknai
informasi dalam teks audiovisual dan teks aural
(teks yang dibacakan) dari teks cerita sederhana
dan teks laporan sederhana.
Membaca dan
Peserta didik mampu membaca nyaring kalimat
Memirsa
sederhana, melafalkan kata dari kalimat dengan
atau tanpa bantuan gambar/ilustrasi dan
melafalkannya dengan jelas. Peserta didik mampu
memahami isi teks cerita sederhana dan teks
laporan sederhana dari hasil membaca.
Berbicara dan
Peserta didik mampu melafalkan kata dari kalimat
Mempresentasikan yang terdiri atas tiga sampai empat kata dengan
tepat, berbicara dengan santun, dan menggunakan
intonasi yang tepat. Menceritakan kembali isi teks
cerita sederhana dan teks laporan sederhana
secara lisan dan atau isyarat dengan
memperhatikan volume suara saat berbicara
dengan teman, guru, dan orang dewasa.
Menulis
Peserta didik mampu menulis kata dan kalimat
sederhana (tiga kata) dengan atau tanpa bantuan
gambar dari berbagai teks sesuai dengan struktur
atau tata bahasa.
4. Fase D (Usia Mental ± 9 Tahun dan Umumnya Kelas VII, VIII, dan IX)
Pada akhir Fase D, peserta didik memiliki kemampuan berbahasa
untuk
berkomunikasi
sesuai
tujuan
dan
memahami
teks
arahan/petunjuk, teks cerita pendek, teks puisi sederhana, teks
drama, surat pribadi, dan surat resmi. Peserta didik mampu
memahami
isi
bacaan
sederhana
8
dan
meresponnya
dengan
berbagai bentuk, berbicara dengan sopan, santun, intonasi yang
jelas dan mudah dipahami. Peserta didik juga mampu menuliskan
kembali isi teks arahan/petunjuk, teks cerita pendek, teks puisi
sederhana, teks drama, surat pribadi, dan surat resmi.
Fase D Berdasarkan Elemen
Elemen
Menyimak
Capaian Pembelajaran
Peserta didik mampu menyimak dengan saksama,
memahami dan memaknai instruksi,
mengidentifikasi informasi berupa fakta atau
proses kejadian dari teks petunjuk/arahan
sederhana, teks cerita pendek, surat pribadi, teks
puisi, teks drama, dan surat resmi seperti surat
undangan dan surat pemberitahuan yang disajikan
dalam bentuk lisan atau isyarat, teks aural (teks
yang dibacakan) dan teks audiovisual.
Membaca dan
Peserta didik membaca dan memahami kata-kata
Memirsa
baru yang diperolehnya. Peserta didik mampu
membaca teks sederhana dengan lancar, membaca
teks petunjuk/arahan sederhana, cerita pendek,
teks puisi, teks drama, surat pribadi, dan surat
resmi.
Berbicara dan
Peserta didik mampu melakukan tanya jawab
Mempresentasikan dengan teman, guru, dan orang dewasa di
sekitarnya dengan santun berbahasa. Peserta didik
juga mampu menceritakan kembali isi teks
petunjuk/arahan sederhana, cerita pendek, teks
puisi, surat pribadi, dan surat resmi (surat
undangan atau pemberitahuan) serta memerankan
drama sederhana dengan lafal dan intonasi yang
sesuai.
Menulis
Peserta didik mampu menulis teks untuk
menyampaikan pengamatan dan pengalaman
dalam bentuk teks petunjuk/arahan sederhana,
teks cerita pendek, dan teks drama sederhana.
Peserta didik juga dapat menulis surat pribadi,
surat resmi, dan teks puisi dengan tulisan yang
jelas dan rapi.
5. Fase E (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas X)
Pada akhir Fase E, peserta didik memiliki kemampuan berbahasa
dengan santun untuk berkomunikasi sesuai dengan tujuan.
Peserta didik mampu memahami, mengolah, dan menginterpretasi
isi teks wawancara dan isi teks deskripsi dalam bentuk teks aural
(teks yang dibacakan) teks visual, dan atau teks audiovisual.
Peserta didik mengidentifikasi ide pokok dan ide pendukung.
Peserta didik mampu membaca lancar, memahami informasi, dan
kosakata baru. Peserta didik menanggapi dan mempresentasikan
informasi dengan bahasa lisan atau isyarat, serta melakukan
diskusi sederhana berkaitan dengan topik yang relevan. Peserta
9
didik mampu menuliskan hasil wawancara dan mendeskripsikan
sesuatu berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya.
Fase E Berdasarkan Elemen
Elemen
Menyimak
Capaian Pembelajaran
Peserta didik mampu memahami isi pesan lisan,
instruksi lisan atau isyarat yang berkaitan dengan
tujuan berkomunikasi, mengidentifikasi informasi
berupa fakta atau proses kejadian dalam teks
wawancara sederhana, memahami isi teks
deskripsi yang disajikan dalam bentuk lisan atau
isyarat, teks aural (teks yang dibacakan) dan teks
audiovisual.
Membaca dan
Peserta didik mampu membaca lancar dengan lafal
Memirsa
yang mudah dipahami, memahami informasi dan
kosakata baru yang terdapat dalam teks. Peserta
didik mampu mengidentifikasi ide pokok teks
wawancara sederhana dan teks deskripsi,
memahami informasi berupa gagasan, pikiran,
pandangan, arahan atau pesan dari teks aural,
visual dan atau audiovisual untuk menemukan
makna yang tersurat dan tersirat. Peserta didik
juga mampu menginterpretasikan informasi untuk
mengungkapkan kepedulian, empati atau
pendapat dari teks aural, visual dan atau
audiovisual.
Berbicara dan
Peserta didik mampu menyampaikan gagasan
Mempresentasikan untuk suatu tujuan, menyampaikan informasi
secara lisan atau isyarat dengan santun
menggunakan kosakata baru yang dikuasai dan
pilihan kata yang tepat. Peserta didik
memperhatikan volume suara saat berbicara dan
melakukan tanya jawab dengan teman, guru, atau
orang dewasa di sekitarnya dengan santun
berbahasa. Peserta didik berperan aktif dalam
diskusi sederhana dengan mempersiapkan materi
yang didiskusikan, menyampaikan informasi
menggunakan kalimat yang mudah dipahami
dengan memperhatikan santun berbahasa. Peserta
didik mampu mempresentasikan teks wawancara
dan teks deskripsi dengan percaya diri.
Menulis
Peserta didik mampu menulis gagasan, pikiran
dalam teks wawancara sederhana dan teks
deskripsi dengan tulisan yang jelas dan rapi, serta
memperhatikan ejaan dan tanda baca yang tepat
dalam menulis.
6. Fase F (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas XI dan XII)
Pada akhir fase F, peserta didik memiliki kemampuan berbahasa
dengan santun untuk berkomunikasi sesuai dengan tujuan.
Peserta didik mampu memahami, mengolah dan menginterpretasi
teks laporan hasil observasi, teks prosedur, teks eksplanasi, teks
berita dan surat resmi dalam bentuk teks aural, teks visual dan
atau teks audiovisual. Peserta didik mampu membaca lancar,
10
memahami informasi, dan kosakata baru dalam teks yang dibaca.
Peserta didik menanggapi dan mempresentasikan informasi dengan
bahasa lisan atau isyarat, serta melakukan diskusi sederhana
berkaitan dengan topik yang relevan. Peserta didik mampu
menuliskan tanggapannya terhadap paparan dan bacaan dengan
menggunakan pengalaman dan pengetahuannya.
Fase F Berdasarkan Elemen
Elemen
Menyimak
Membaca dan
Memirsa
Berbicara dan
Mempresentasikan
Menulis
Capaian Pembelajaran
Peserta didik mampu memahami isi pesan lisan
dan instruksi lisan yang berkaitan dengan tujuan
berkomunikasi, mengidentifikasi informasi berupa
fakta atau proses kejadian dari teks laporan hasil
observasi, teks prosedur, teks eksplanasi, teks
berita, dan surat resmi.
Peserta didik mampu membaca lancar dengan lafal
yang mudah dipahami, memahami informasi dan
kosakata baru yang terdapat dalam teks laporan
hasil observasi, teks prosedur, teks eksplanasi,
teks berita, dan surat resmi. Peserta didik mampu
mengidentifikasi ide pokok teks, memahami
informasi berupa gagasan, pikiran, pandangan,
arahan atau pesan dari teks aural, teks visual dan
atau teks audiovisual untuk menemukan makna
yang tersurat dan tersirat. Peserta didik juga
mampu menginterpretasikan informasi untuk
mengungkapkan kepedulian, empati atau
pendapat dari teks aural, teks visual dan atau teks
audiovisual.
Peserta didik mampu menyampaikan gagasan
untuk suatu tujuan, menyampaikan informasi
secara lisan atau isyarat dengan santun
menggunakan kosakata baru yang dikuasai dan
pilihan kata yang tepat. Memperhatikan volume
suara saat berbicara, melakukan tanya jawab
dengan teman, guru, dan orang dewasa di
sekitarnya dengan santun berbahasa. Peserta
didik berperan aktif dalam diskusi sederhana
dengan mempersiapkan materi yang didiskusikan,
Peserta didik mampu mempresentasikan teks
laporan hasil observasi, teks prosedur sederhana,
teks eksplanasi dan teks berita.
Peserta didik mampu menulis gagasan, pikiran
dalam teks laporan hasil observasi, teks prosedur
sederhana, teks eksplanasi, teks berita dan surat
resmi dengan tulisan yang jelas dan rapi
memperhatikan tanda baca yang tepat dalam
menulis.
11
II.
CAPAIAN
PEMBELAJARAN
PANCASILA
PENDIDIKAN
KHUSUS
PENDIDIKAN
menumbuh
kembangkan
A. Rasional Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila
Pendidikan
merupakan
kunci
untuk
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara berdasarkan
Pancasila
sesuai
tujuan
pendidikan
nasional,
yaitu
untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Pancasila adalah dasar negara, ideologi, dan pandangan hidup bangsa
Indonesia. Ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, musyawarah-mufakat,
dan keadilan adalah nilai-nilai yang harus ditumbuhkembangkan dan
diinternalisasikan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Nilai-nilai itu kemudian ditetapkan sebagai norma dasar
atau grundnorm Indonesia dan diberi nama Pancasila, sehingga menjadi
landasan filosofis bagi pengembangan seluruh aturan di Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Sebagai dasar negara, ideologi, dan pandangan hidup bangsa Indonesia,
nilai-nilai Pancasila semestinya mewujud dalam setiap sikap dan
perbuatan segenap warga negara Indonesia. Keterwujudan dalam sikap
dan perbuatan tersebut akan dapat mengantarkan seluruh bangsa pada
kehidupan yang adil makmur sebagaimana cita-cita kemerdekaan
bangsa Indonesia. Gambaran ideal cita-cita bangsa tersebut masih jauh
dari terwujud walaupun negara Indonesia telah menempuh perjalanan
lebih dari tiga perempat abad. Masih banyak tantangan yang harus
diatasi baik dalam kehidupan bermasyarakat maupun berbangsa dan
bernegara.
Dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara, setiap warga
negara perlu diarahkan menjadi warga negara yang cerdas dan baik
(smart and good citizen), sehingga dapat memahami negara dan bangsa
Indonesia, memiliki kepribadian Indonesia, memiliki rasa kebangsaan
Indonesia, dan mencintai tanah air. Dengan demikian, warga negara
Indonesia dapat melaksanakan hak dan kewajibannya sebagai warga
negara, juga turut aktif membentengi masyarakat, bangsa dan negara
Indonesia dari berbagai ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan
yang akan merusak ketahanan bangsa dan negara Indonesia.
12
Pendidikan Pancasila memuat nilai-nilai karakter Pancasila yang
ditumbuhkembangkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara untuk menyiapkan warga negara yang cerdas dan baik.
Pendidikan Pancasila berisi elemen: Pancasila, Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dalam upaya meningkatkan keyakinan dan pemahaman filosofi bangsa
perlu dilakukan perbaikan secara konten maupun proses pembelajaran
pada
mata
pelajaran
Pendidikan
Pancasila
yang
di
dalamnya
terkandung penumbuhkembangan karakter, literasi-numerasi, dan
kecakapan
abad
21
yang
disesuaikan
dengan
kebutuhan
dan
perubahan zaman. Dengan demikian, Pendidikan Pancasila akan
menghasilkan warganegara yang mampu berpikir global (think globally)
dengan cara-cara bertindak lokal (act locally) berdasarkan Pancasila
sebagai jati diri dan identitas bangsa.
Mata pelajaran Pendidikan Pancasila mempunyai kedudukan strategis
dalam upaya menanamkan dan mewariskan karakter yang sesuai
dengan Pancasila kepada setiap warga negara, dengan menjadikan nilainilai Pancasila sebagai bintang penuntun untuk mencapai Indonesia
emas
B. TUJUAN PENDIDIKAN PANCASILA
Setelah mempelajari Pendidikan Pancasila, peserta didik mampu:
1. Berakhlak mulia dengan didasari keimanan dan ketakwaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa melalui sikap mencintai sesama manusia,
mencintai negara dan lingkungannya untuk mewujudkan persatuan
dan keadilan sosial;
2. Memahami
makna
dan
nilai-nilai
Pancasila,
serta
proses
perumusannya sebagai dasar negara, ideologi, dan pandangan hidup
bangsa, serta mempraktikkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari;
3. Menganalisis
konstitusi
dan
menyelaraskan
hak
dan
bermasyarakat,
berbangsa
norma
yang
kewajibannya
dan
bernegara
berlaku,
dalam
di
serta
kehidupan
tengah-tengah
masyarakat global;
4. Memahami jati dirinya sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang
berbineka, serta mampu bersikap adil dan tidak membeda-bedakan
13
jenis kelamin, SARA (Suku Agama, Ras, Antargolongan), status
sosial-ekonomi, dan penyandang disabilitas;
5. Menganalisis karakteristik bangsa Indonesia dan kearifan lokal
masyarakat sekitarnya, dengan kesadaran dan komitmen untuk
menjaga lingkungan, mempertahankan keutuhan wilayah NKRI,
serta berperan aktif dalam kancah global.
C. KARAKTERISTIK PENDIDIKAN PANCASILA
1. Wahana
pengembangan
pendidikan
Pancasila
dan
pendidikan
kewarganegaraan dengan untuk mewujudkan warga negara yang
demokratis dan bertanggung jawab dalam rangka membangun
peradaban bangsa Indonesia;
2. Wahana edukatif dalam pengembangan peserta didik menjadi
manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air yang
dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila, Undang Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, semangat Bhinneka Tunggal Ika
dan komitmen Negara Kesatuan Republik Indonesia;
3. Wahana
untuk
mempraktikkan
perilaku
gotong
royong,
kekeluargaan, dan keadilan sosial yang dijiwai nilai-nilai Pancasila
guna terwujudnya persatuan dan kesatuan bangsa dalam kerangka
Bhinneka Tunggal Ika;
4. Berorientasi pada penumbuhkembangan karakter peserta didik
untuk menjadi warga negara yang cerdas dan baik serta memiliki
wawasan
kebangsaan
yang
menekankan
harmonisasi
sikap,
keterampilan, dan pengetahuan;
5. Berorientasi pada pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik
untuk menjadi pemimpin bangsa dan negara Indonesia di masa
depan yang amanah, jujur, cerdas, dan bertanggung jawab.
D. ELEMEN PENDIDIKAN PANCASILA
Pendidikan
Pancasila
memiliki
empat
elemen
cakupan/substansinya, sebagai berikut:
No
Elemen
Deskripsi Elemen
14
kunci
beserta
1.
Pancasila
Mengkaji Pancasila sebagai dasar negara, ideologi, dan
pandangan hidup bangsa. Mengkaji nilai-nilai Pancasila,
proses perumusan Pancasila, implementasi Pancasila dari
masa ke masa, serta reaktualisasi nilai-nilai yang
terkandung di dalamnya dalam kehidupan sehari-hari.
Penerapan
nilai-nilai
Pancasila
dalam
kehidupan
keseharian. Penerapan nilai-nilai Pancasila secara kolektif
dalam beragam kegiatan kelompok dengan membangun
kerja
sama
untuk
mencapai
tujuan
bersama.
Mengembangkan potensi sebagai kualitas personal yang
bermanfaat dalam kehidupannya, memberi bantuan yang
dianggap penting dan berharga kepada orang-orang yang
membutuhkan di masyarakat yang lebih luas dalam
konteks Indonesia dan kehidupan global.
2.
Undang-Undang
Dasar Negara
Republik
Indonesia Tahun
1945
Mengkaji konstitusi dan perwujudan norma yang berlaku
mulai dari lingkup terkecil (keluarga, dan masyarakat)
sampai pada lingkup negara dan global sehingga dapat
mengetahui dan mempraktikkan hak dan kewajibannya
baik sebagai manusia, bangsa Indonesia maupun sebagai
warga negara Indonesia dan dunia, termasuk menyuarakan
secara kritis terhadap pelanggaran hak asasi manusia.
Mempraktikkan sistem musyawarah dari lingkup kelas,
sekolah, dan keluarga. Menyadari dan menjadikan
musyawarah sebagai pilihan penting dalam mengambil
keputusan, menjaga persatuan, dan kehidupan yang
demokratis. Peserta didik dapat menganalisis konstitusi,
hubungan antarregulasi yang berlaku sehingga segala
peraturan perundang-undangan dapat diterapkan secara
kontekstual dan aktual.
3.
Bhinneka
Tunggal Ika
Mengenali dan menunjukkan rasa bangga terhadap jati
dirinya sebagai anak Indonesia yang berlandaskan
Pancasila, sikap hormat kepada bangsa yang beragam,
serta memahami dirinya menjadi bagian dari warga negara
dunia. Peserta didik dapat menanggapi secara memadai
terhadap kondisi dan keadaan yang ada di lingkungan dan
masyarakat untuk menghasilkan kondisi dan keadaan yang
lebih baik. Peserta didik juga menerima adanya kebinekaan
bangsa Indonesia, baik dari segi suku, ras, bahasa, agama
dan kelompok sosial. Terhadap kebinekaan tersebut,
peserta didik dapat bersikap adil dan menyadari bahwa
dirinya setara yang lain, sehingga ia tidak membedabedakan jenis kelamin dan SARA. Terhadap kebinekaan
itu, peserta didik juga dapat memiliki sikap tenggang rasa,
penghargaan, toleransi dan cinta damai sebagai bagian dari
jati diri bangsa yang perlu dilestarikan. Peserta didik secara
aktif
mempromosikan
kebinekaan,
mempertautkan
kearifan lokal dengan budaya global, serta mendahulukan
produk dalam negeri.
15
4.
Negara Kesatuan
Republik
Indonesia
Mengkaji karakteristik bangsa, kearifan lokal, mengenali
bahwa dirinya adalah bagian dari lingkungan sekitarnya,
sehingga muncul kesadaran untuk menjaga lingkungan
sekitarnya agar tetap nyaman dihuni. Bermula dari
kepedulian untuk mempertahankan lingkungan sekitarnya
yang
nyaman
tersebut,
peserta
didik
dapat
mengembangkan ke dalam skala yang lebih besar, yaitu
negara, sehingga dapat berperan dalam mempertahankan
keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
dengan menumbuh kembangkan jiwa kebangsaan akan
hak dan kewajiban bela negara sebagai suatu kehormatan
dan kebanggaan.Peserta didik dapat mengkaji secara nalar
dan kritis sebagai bagian dari sistem keamanan dan
pertahanan Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta
berperan aktif dalam kancah global.
E. CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA SETIAP FASE
1. Fase A (Umumnya kelas I dan II SDLB)
Pada fase ini, Peserta didik mampu:
Peserta didik mampu mengindentifikasi dan menceritakan simbol dan
sila-sila
Pancasila
dalam
lambang
negara
Garuda
Pancasila;
menyebutkan hubungan antara simbol dan sila dalam lambang negara
Garuda Pancasila; menerapkan nilai-nilai Pancasila di lingkungan
keluarga dan sekolah; Mengidentifikasi aturan di lingkungan keluarga
dan sekolah;
menceritakan contoh sikap mematuhi dan tidak
mematuhi aturan di keluarga dan sekolah; menunjukkan perilaku
mematuhi aturan di keluarga dan sekolah.
Mengidentifikasi
aturan
di
lingkungan
keluarga
dan
sekolah;
menceritakan contoh sikap mematuhi dan tidak mematuhi aturan di
keluarga dan sekolah; menunjukkan perilaku mematuhi aturan di
keluarga dan sekolah.
Mengidentifikasi
dan
menceritakan
bentuk
kerja
sama
dalam
keberagaman di lingkungan keluarga dan sekolah; mengenal ciri-ciri
fisik lingkungan keluarga dan sekolah, sebagai bagian tidak terpisahkan
dari wilayah NKRI; menyebutkan contoh sikap dan perilaku menjaga
lingkungan sekitar serta mempraktikkannya di lingkungan keluarga dan
sekolah.
Fase A Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
16
Pancasila
Undang-Undang
Dasar Negara
Republik
Indonesia
Tahun 1945
Peserta didik mampu mengindentifikasi dan menceritakan
simbol dan sila-sila Pancasila dalam lambang negara
Garuda Pancasila; menyebutkan hubungan antara simbol
dan sila dalam lambang negara Garuda Pancasila;
menerapkan nilai-nilai Pancasila di lingkungan keluarga
dan sekolah
Peserta didik mampu mengidentifikasi aturan di lingkungan
keluarga dan sekolah; menceritakan contoh sikap
mematuhi dan tidak mematuhi aturan di keluarga dan
sekolah; menunjukkan perilaku mematuhi aturan di
keluarga dan sekolah.
Bhinneka
Tunggal Ika
Peserta didik mampu mengidentifikasi aturan di lingkungan
keluarga dan sekolah;
menceritakan contoh sikap
mematuhi dan tidak mematuhi aturan di keluarga dan
sekolah; menunjukkan perilaku mematuhi aturan di
keluarga dan sekolah.
Negara
Kesatuan
Republik
Indonesia
Peserta didik mampu mengidentifikasi dan menceritakan
bentuk kerja sama dalam keberagaman di lingkungan
keluarga dan sekolah; mengenal ciri-ciri fisik lingkungan
keluarga dan sekolah, sebagai bagian tidak terpisahkan dari
wilayah NKRI; menyebutkan contoh sikap dan perilaku
menjaga lingkungan sekitar serta mempraktikkannya di
lingkungan keluarga dan sekolah.
2. Fase B (Umumnya kelas III dan IV SDLB)
Pada fase ini, Peserta didik mampu:
Memahami dan menjelaskan makna sila-sila Pancasila serta menceritakan
contoh penerapan sila Pancasila dalam kehidupan sehari-hari sesuai
dengan perkembangan dan konteks peserta didik; menerapkan nilai-nilai
Pancasila di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
mengidentifikasi aturan di keluarga, sekolah, dan lingkungan sekitar
tempat tinggal serta melaksanakannya dengan bimbingan orang tua dan
guru;
mengidentifikasi
kewajiban
sebagai
dan
anggota
menyajikan
keluarga
hasil
dan
identifikasi
sebagai
warga
hak
dan
sekolah;
melaksanakan kewajiban dan hak sebagai anggota keluarga dan sebagai
warga sekolah; menjelaskan identitas diri, keluarga, dan teman-temannya
sesuai budaya, minat, dan perilakunya; menemukenali dan menyebutkan
identitas diri (fisik dan non-fisik) orang di lingkungan sekitarnya. Peserta
didik; menghargai perbedaan karakteristik baik fisik (contoh : warna kulit,
jenis rambut, dll) maupun non fisik (contoh : miskin, kaya, dll) orang di
lingkungan sekitar serta menghargai kebinekaan suku bangsa, sosial
budaya, dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika.
Menjelaskan identitas diri, keluarga, dan teman-temannya sesuai budaya,
minat, dan perilakunya; mengidentifikasi dan menyebutkan identitas diri
17
(fisik dan non-fisik) orang di lingkungan sekitarnya. Peserta didik;
menghargai perbedaan karakteristik baik fisik (contoh : warna kulit, jenis
rambut, dll) maupun non fisik (contoh : miskin, kaya, dll) orang di
lingkungan sekitar serta menghargai kebinekaan suku bangsa, sosial
budaya, dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika.
Peserta didik mampu mengidentifikasi dan menyajikan berbagai bentuk
keberagaman
suku
bangsa,
sosial
budaya
di
lingkungan
sekitar;
memahami lingkungan sekitar (RT/RW/desa/kelurahan, dan kecamatan)
sebagai bagian tidak terpisahkan dari wilayah NKRI serta menampilkan
sikap kerja sama dalam berbagai bentuk keberagaman suku bangsa,
sosial, dan budaya di Indonesia yang terikat persatuan dan kesatuan.
Fase B Berdasarkan Elemen
Elemen
Pancasila
UndangUndang
Dasar
Negara
Republik
Indonesia
Tahun 1945
Bhinneka
Tunggal Ika
Negara
Kesatuan
Republik
Indonesia
Capaian Pembelajaran
Peserta didik mampu memahami dan menjelaskan makna silasila Pancasila serta menceritakan contoh penerapan sila
Pancasila dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan
perkembangan dan konteks peserta didik; menerapkan nilainilai Pancasila di lingkungan keluarga, sekolah, dan
masyarakat.
Peserta didik mampu mengidentifikasi aturan di keluarga,
sekolah, dan lingkungan sekitar tempat tinggal serta
melaksanakannya dengan bimbingan orang tua dan guru;
mengidentifikasi dan menyajikan hasil identifikasi hak dan
kewajiban sebagai anggota keluarga dan sebagai warga sekolah;
melaksanakan kewajiban dan hak sebagai anggota keluarga
dan sebagai warga sekolah.
Peserta didik mampu menjelaskan identitas diri, keluarga, dan
teman-temannya sesuai budaya, minat, dan perilakunya;
mengidentifikasi dan menyebutkan identitas diri (fisik dan nonfisik) orang di lingkungan sekitarnya. Peserta didik; menghargai
perbedaan karakteristik baik fisik (contoh : warna kulit, jenis
rambut, dll) maupun non fisik (contoh : miskin, kaya, dll) orang
di lingkungan sekitar serta menghargai kebinekaan suku
bangsa, sosial budaya, dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika.
Peserta didik mampu mengidentifikasi dan menyajikan berbagai
bentuk keberagaman suku bangsa, sosial budaya di lingkungan
sekitar; memahami lingkungan sekitar
(RT/RW/desa/kelurahan, dan kecamatan) sebagai bagian tidak
terpisahkan dari wilayah NKRI serta menampilkan sikap kerja
sama dalam berbagai bentuk keberagaman suku bangsa, sosial,
dan budaya di Indonesia yang terikat persatuan dan kesatuan.
3. Fase C (Umumnya Kelas V dan VI SDLB)
Pada Fase ini, peserta didik mampu:
Peserta didik mampu memahami dan menyajikan hubungan antarsila
18
dalam Pancasila sebagai suatu kesatuan yang utuh; mengidentifikasi dan
menyajikan
makna
nilai-nilai
Pancasila
sebagai
pandangan
hidup
berbangsa dan bernegara; menerapkan nilai-nilai Pancasila di lingkungan
keluarga, sekolah, dan masyarakat; mengidentifikasi dan menyajikan hasil
identifikasi bentuk-bentuk sederhana norma, aturan, hak, dan kewajiban
dalam kedudukannya sebagai anggota keluarga, warga sekolah dan bagian
dari masyarakat;
mengidentifikasi dan menyajikan hasil identifikasi
pelaksanaan norma, aturan, hak, dan kewajiban sebagai anggota keluarga,
dan warga sekolah; melaksanakan kewajiban dan hak sebagai anggota
keluarga, warga sekolah, dan bagian dari masyarakat; melaksanakan
praktik musyawarah untuk membuat kesepakatan dan aturan bersama
serta mematuhinya dalam lingkungan keluarga dan sekolah.
Peserta didik mampu mengidentifikasi, menyajikan hasil identifikasi,
menghormati, menjaga, dan melestarikan keragaman budaya dalam
bingkai Bhinneka Tunggal Ika di lingkungan sekitarnya.
Peserta
didik
mampu
mengenal
wilayahnya
dalam
konteks
kabupaten/kota, provinsi sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari
wilayah NKRI. Peserta didik mampu membangun kebersamaan, persatuan,
dan berkontribusi menciptakan kenyamanan di sekolah dan lingkungan
sekitar.
Fase C Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Pancasila
Peserta didik mampu memahami dan menyajikan hubungan
antarsila dalam Pancasila sebagai suatu kesatuan yang utuh;
mengidentifikasi dan menyajikan makna nilai-nilai Pancasila
sebagai pandangan hidup berbangsa dan bernegara;
menerapkan nilai-nilai Pancasila di lingkungan keluarga,
sekolah, dan masyarakat.
Undang-Undang
Dasar Negara
Republik
Indonesia
Tahun 1945
Peserta didik mampu mengidentifikasi dan menyajikan hasil
identifikasi bentuk-bentuk sederhana norma, aturan, hak,
dan kewajiban dalam kedudukannya sebagai anggota
keluarga, warga sekolah dan bagian dari masyarakat;
mengidentifikasi
dan
menyajikan
hasil
identifikasi
pelaksanaan norma, aturan, hak, dan kewajiban sebagai
anggota keluarga, dan warga sekolah; melaksanakan
kewajiban dan hak sebagai anggota keluarga, warga sekolah,
dan bagian dari masyarakat; melaksanakan praktik
musyawarah untuk membuat kesepakatan dan aturan
bersama serta mematuhinya dalam lingkungan keluarga dan
sekolah.
Peserta didik mampu mengidentifikasi, menyajikan hasil
Bhinneka
19
Tunggal Ika
identifikasi, menghormati, menjaga, dan melestarikan
keragaman budaya dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika di
lingkungan sekitarnya.
Peserta didik mampu mengenal wilayahnya dalam konteks
kabupaten/kota, provinsi sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari wilayah NKRI. Peserta didik mampu
membangun kebersamaan, persatuan, dan berkontribusi
menciptakan kenyamanan di sekolah dan lingkungan sekitar.
Negara
Kesatuan
Republik
Indonesia
4. FASE D (umumnya kelas VII, VIII dan IX SMPLB)
Pada fase ini, peserta didik mampu:
Peserta didik mampu
menceritakan
kronologis lahirnya Pancasila;
memahami fungsi dan kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan
pandangan hidup bangsa ; serta mengidentifikasi implementasi Pancasila
dalam kehidupan bernegara;
menyelaraskan tindakan sendiri dengan
tindakan orang lain untuk melaksanakan kegiatan dan mencapai tujuan
kelompok; memotivasi orang lain bekerja efektif untuk mencapai tujuan
bersama; dan menyadari adanya kelebihan dan kekurangan masingmasing anggota kelompok untuk saling melengkapi dalam mencapai tujuan
bersama;
dan
menerapkan
nilai-nilai
Pancasila
dalam
kehidupan
kesehariannya sesuai dengan perkembangan dan konteks peserta didik.
Menceritakan
kronologi
perubahan
Konstitusi
Negara
Indonesia;
memahami fungsi dan kedudukan UUD NRI Tahun 1945 sebagai dasar
norma
dan
aturan
bernegara;
memahami
tata
urutan
perundang-
undangan yang berlaku di Indonesia; menyadari pentingnya mematuhi
norma dan aturan; menyeimbangkan hak dan kewajiban; dan mampu
menjalankan nilai-nilai demokrasi yang mengutamakan musyawarah
mufakat.
Menceritakan perubahan budaya di lingkungan tempat tinggalnya, tingkat
lokal dan nasional; menerima
keragaman dan perubahan budaya
sebagai suatu kenyataan yang ada di dalam kehidupan bermasyarakat;
dan menanggapi secara proporsional terhadap kondisi yang ada di
lingkungan sesuai dengan peran dan kebutuhan yang ada di masyarakat;
memahami urgensi pelestarian
dan budaya
nilai tradisi,
kearifan lokal,
untuk mengembangkan identitas pribadi, sosial, dan
bangsa; dan berperan aktif menjaga dan melestarikan praktik nilai tradisi,
kearifan lokal, dan budaya di tengah-tengah masyarakat global.
20
Memahami wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai satu
kesatuan yang utuh dan berpartisipasi secara aktif untuk turut serta
menjaga
kedaulatan
wilayah;
memahami
sistem
penyelenggaraan
pemerintahan di tingkat kabupaten/kota, dan provinsi sebagai satu
kesatuan wilayah NKRI; mengidentifikasi landasan
Indonesia memilih
bentuk NKRI sebagai acuan sikap dan tindakan dalam membangun
keutuhan dan kerukunan bangsa; dan mengidentifikasi peran Indonesia di
Asia di masa mendatang dalam bingkai NKRI
Fase D Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Pancasila
Peserta didik mampu
menceritakan kronologis lahirnya
Pancasila; memahami fungsi dan kedudukan Pancasila
sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa ; serta
mengidentifikasi implementasi Pancasila dalam kehidupan
bernegara; menyelaraskan tindakan sendiri dengan tindakan
orang lain untuk melaksanakan kegiatan dan mencapai
tujuan kelompok; memotivasi orang lain bekerja efektif untuk
mencapai tujuan bersama; dan menyadari adanya kelebihan
dan kekurangan masing-masing anggota kelompok untuk
saling melengkapi dalam mencapai tujuan bersama; dan
menerapkan
nilai-nilai
Pancasila
dalam
kehidupan
kesehariannya sesuai dengan perkembangan dan konteks
peserta didik.
Undang-Undang
Dasar Negara
Republik
Indonesia
Tahun 1945
Peserta didik mampu menceritakan kronologi perubahan
Konstitusi Negara Indonesia; memahami fungsi dan
kedudukan UUD NRI Tahun 1945 sebagai dasar norma dan
aturan bernegara; memahami tata urutan perundangundangan yang berlaku di Indonesia; menyadari pentingnya
mematuhi norma dan aturan; menyeimbangkan hak dan
kewajiban; dan mampu menjalankan nilai-nilai demokrasi
yang mengutamakan musyawarah mufakat.
Bhinneka
Tunggal Ika
Peserta didik mampu menceritakan perubahan budaya di
lingkungan tempat tinggalnya, tingkat lokal dan nasional;
menerima
keragaman dan perubahan budaya sebagai
suatu kenyataan yang ada di dalam kehidupan
bermasyarakat; dan menanggapi secara proporsional terhadap
kondisi yang ada di lingkungan sesuai dengan peran dan
kebutuhan yang ada di masyarakat; memahami urgensi
pelestarian
nilai tradisi,
kearifan lokal, dan
budaya
untuk mengembangkan identitas pribadi, sosial,
dan bangsa; dan berperan aktif menjaga dan melestarikan
praktik nilai tradisi, kearifan lokal, dan budaya di tengahtengah masyarakat global.
Negara
Kesatuan
Republik
Indonesia
Peserta didik mampu
memahami wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia sebagai satu kesatuan yang utuh dan
berpartisipasi secara aktif untuk turut serta menjaga
kedaulatan wilayah; memahami sistem penyelenggaraan
pemerintahan di tingkat kabupaten/kota, dan provinsi sebagai
satu kesatuan wilayah NKRI; mengidentifikasi landasan
Indonesia memilih bentuk NKRI sebagai acuan sikap dan
21
tindakan dalam membangun keutuhan dan kerukunan
bangsa; dan mengidentifikasi peran Indonesia di Asia di masa
mendatang dalam bingkai NKRI.
5. Fase E (Kelas 10 SMALB)
Pada fase ini, peserta didik mampu: melaksanakan sebuah kegiatan
bersama atau gotong royong dalam praktik hidup sehari-hari untuk
membangun masyarakat sekitar dan masyarakat Indonesia berdasarkan
nilai-nilai
Pancasila;
mempromosikan
Bhinneka
Tunggal
Ika;
mengidentifikasi hak dan kewajiban warga negara yang diatur dalam
Undang-Undang
Dasar
Negara
Republik
Indonesia
Tahun
1945;
mendemonstrasikan praktik kemerdekaan berpendapat warga negara
dalam era keterbukaan informasi sesuai dengan nilai-nilai Pancasila;
menganalisis secara sederhana kasus pelanggaran hak dan pengingkaran
kewajiban sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 dan memberi solusi untuk memecahkan
kasus pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban; memberi contoh dan
memiliki kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga sekolah, warga
masyarakat dan warga negara; memahami peran dan kedudukannya
sebagai Warga Negara Indonesia; mengidentifikasi cara pandang para
pendiri negara tentang rumusan Pancasila sebagai dasar negara; mengenal
fungsi dan kedudukan Pancasila sebagai dasar negara, ideologi negara, dan
identitas nasional; mengenali dan menggunakan produk dalam negeri
sekaligus mempromosikan budaya lokal dan nasional.
Fase E Berdasarkan Elemen
Elemen
Pancasila
Undang-Undang
Dasar Negara
Republik
Indonesia Tahun
1945
Capaian Pembelajaran
Peserta didik mampu mengidentifikasi cara pandang para
pendiri negara tentang rumusan Pancasila sebagai dasar
negara; mengenal fungsi dan kedudukan Pancasila sebagai
dasar negara, ideologi negara, dan identitas nasional;
mengenali dan menggunakan produk dalam negeri sekaligus
mempromosikan budaya lokal dan nasional.
Peserta didik mampu mengidentifikasi hak dan kewajiban
warga negara yang diatur dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945; mendemonstrasikan
praktik kemerdekaan berpendapat warga negara dalam era
keterbukaan informasi sesuai dengan nilai-nilai Pancasila;
menganalisis secara sederhana kasus pelanggaran hak dan
pengingkaran kewajiban sebagaimana diatur dalam UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan
memberi solusi untuk memecahkan kasus pelanggaran hak
dan pengingkaran kewajiban.
22
Bhinneka
Tunggal Ika
Negara Kesatuan
Republik
Indonesia
Peserta didik mampu menginisiasi sebuah kegiatan bersama
atau gotong royong dalam praktik hidup sehari-hari untuk
membangun masyarakat sekitar dan masyarakat Indonesia
berdasarkan nilai-nilai Pancasila; serta berperan aktif
mempromosikan Bhinneka Tunggal Ika.
Peserta didik mampu memberi contoh dan memiliki
kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga sekolah,
warga masyarakat dan warga negara; serta memahami peran
dan kedudukannya sebagai Warga Negara Indonesia.
Fase F (Umumnya Kelas XI dan XII SMALB )
Pada fase ini, peserta didik mampu: mengidentifikasi potensi konflik dan
solusinya di tengah keragaman dalam masyarakat; mengidentifikasi salah
satu produk perundang-undangan; mempraktikkan sikap dan perilaku
sebagai warga negara dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia; mengidentifikasi peran Indonesia dalam hubungan antar bangsa
dan negara; memahami sistem pertahanan dan keamanan nasional;
menganalisis secara sederhana dan memberi solusi terhadap ancaman,
tantangan, hambatan, dan gangguan (ATHG) yang dihadapi Indonesia
sebagai negara kesatuan; mengidentifikasi kedudukan Pancasila sebagai
ideologi terbuka serta peluang dan tantangan penerapan nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupan global; menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari.
Fase F Berdasarkan Elemen
Elemen
Pancasila
Undang-Undang
Dasar Negara
Republik
Indonesia Tahun
1945
Bhinneka
Tunggal Ika
Negara Kesatuan
Republik
Indonesia
Deskripsi Cakupan/Substansi
Peserta didik mampu mengidentifikasi kedudukan Pancasila
sebagai ideologi terbuka serta peluang dan tantangan
penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan global;
menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan seharihari.
Peserta didik mampu mengidentifikasi salah satu produk
perundang-undangan; mempraktikkan sikap dan perilaku
sebagai warga negara dalam menjaga keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Peserta didik mampu mengidentifikasi potensi konflik dan
solusinya di tengah keragaman dalam masyarakat.
Peserta didik mampu mengidentifikasi peran Indonesia dalam
hubungan antar bangsa dan negara; memahami sistem
pertahanan dan keamanan nasional; menganalisis secara
sederhana dan memberi solusi terhadap ancaman,
tantangan, hambatan, dan gangguan (ATHG) yang dihadapi
Indonesia sebagai negara kesatuan.
23
III.1 CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KHUSUS PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM DAN BUDI PEKERTI
A. Rasional Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti merupakan usaha sadar dan
terencana untuk menyiapkan peserta didik dalam meyakini, memahami,
manghayati,
dan
mengamalkan
ajaran
Islam
melalui
kegiatan
pembimbingan, pengajaran, dan pelatihan. Peserta didik dipandang
sebagai makhluk Tuhan dengan fitrah yang dimiliki, sebagai makhluk
individu dan makhluk sosial. Setiap peserta didik memiliki perbedaan
minat, kemampuan, kesenangan, pengalaman, dan cara belajar yang
berbeda-beda. Oleh karena itu, pendidikan, khususnya Pendidikan
Agama Islam dan Budi Pekerti, tidak hanya diberikan kepada anak
regular, tetapi juga diberikan kepada anak yang berkebutuhan khusus.
Pendidikan bagi peserta didik berkebutuhan khusus harus dipahami
sebagai proses pemberian bantuan dan pendampingan kepada mereka
untuk menjadi pribadi yang optimal (sesuai dengan perkembangan dan
potensi
yang
dimilikinya).
Tidak
hanya
dalam
hal
memperoleh
pendidikan, dalam hal menjalani hukum dan aturan dalam kehidupan,
anak berkebutuhan khusus juga masih dibebani hukum taklif untuk
menjalankan syariat. Hanya saja, pembebanan hukum taklif kepada
mereka tentu berbeda dengan manusia pada umumnya, artinya sesuai
dengan kemampuan yang dimilikinya. Sebab Allah Swt. pun tidak
membebani, kecuali sesuai dengan kapasitas yang dimiliki seseorang dan
manusia sendiri pun diperintahkan Allah Swt. untuk bertakwa sesuai
dengan kemampuannya. Berdasarkan hal tersebut, maka pendidikan
agama Islam menjadi mutlak diperlukan bagi mereka untuk mengetahui
dasar-dasar syariat Islam, mengembangkan, sekaligus mengamalkannya
sesuai dengan kadar kemampuan yang dimilikinya.
Untuk tujuan tersebut, secara bertahap dan holistik pendidikan agama
Islam diarahkan untuk menyiapkan peserta didik berkebutuhan khusus
(PDBK) agar memiliki akidah yang benar, berakhlak mulia, dan memiliki
pemahaman akan dasar-dasar agama Islam serta cara penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari dalam wadah Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti secara umum harus
mengarahkan peserta didik berkebutuhan khusus, yaitu (1) tumbuhnya
akidah yang benar, (2) kecenderungan kepada kebaikan (al-ḥanifiyyah),
24
(3) sikap memperkenankan (al-samḥah), (3) akhlak mulia (makārim alakhlāq), dan (4) kasih sayang untuk diri sendiri, sesama warga negara,
sesama manusia, dan alam semesta (rahmat li al-ālamĩn). Dasar-dasar
tersebut dengan Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti kemudian
diterapkan oleh peserta didik berkebutuhan khusus dalam beriman dan
bertakwa kepada Allah Swt., menjaga diri, peduli atas kemanusiaan dan
lingkungan alam. Deskripsi dari penerapan ini akan tampak dalam
beberapa elemen Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti terutama
dalam akhlak pribadi dan sosial, akidah, syari’at, dan sejarah peradaban
Islam.
Agar proses pembelajaran agama Islam bagi peserta didik berkebutuhan
khusus tercapai, secara umum setiap pendidik haruslah berpegang pada
prinsip-prinsip pembelajaran agama Islam sebagai berikut. 1) Berpusat
pada peserta didik. Hal ini dapat dipahami bahwa peserta didik memiliki
perbedaan satu sama lain (farq al-fardhiyyah). Perbedaan tersebut dapat
dilihat dari berbagai aspek, di antaranya perbedaan minat dan perhatian;
perbedaan cara belajar (kinestetik, auditif, visual, dan intelektual); dan
perbedaan kecerdasan, kecenderungan, dan bakat masing-masing, serta
perbedaan dari segi ketunaannya yang harus didekati dengan metode
dan pendekatan pembelajaran yang berbeda-beda. 2) Mengembangkan
kemampuan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini
mensyaratkan bahwa pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti di kelas haruslah diintegrasikan dengan iptek, dalam konteks
anak berkebutuhan khusus, penggunanan teknologi sangat membantu
memudahkan peserta didik belajar lebih menyenangkan dan fokus. 3)
Menumbuhkan kesadaran sebagai warga negara yang baik. Pendidikan
Agama Islam dan Budi Pekerti harus menjadi pelopor tumbuhnya
kecintaan kepada tanah air dan bangsanya. 4) Menjadi pembelajar
sepanjang hayat. 5) Mengembangkan semangat berkompetisi, kolaborasi,
dan
solidaritas.
6)
Belajar
melalui
keteladanan/peniruan
yang
dicontohkan oleh guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti kepada
peserta didik. (7) Belajar melalui pembiasaan yang akan bisa dimulai
sedini mungkin. 8) Belajar untuk fokus. Hal ini diperlukan karena
peserta didik berkebutuhan khusus dengan karakteristik tertentu sangat
sulit untuk mencapai fokus.
Konteks pendidikan khusus (special education), dengan latar belakang
peserta didik yang beragam dari segi ketunaan (impairment), kelainan
25
(disabilities), kebutuhan kekhususan (special need), dan kesenjangan
kemampuan
intelektual
(intelektual
disparity).
Pendidikan
khusus
menggunakan capaian pembelajaran yang bersifat generik ini (capaian
pembelajaran
untuk
seluruh
ketunaan).
Guru
sebagai
pengguna
hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum
dan pembelajaran pendidikan khusus sebagai berikut.
1. Prinsip modifikasi (substitusi, duplikasi, dan adaptasi)
2. Prinsip individualisasi
3. Prinsip identifikasi dan asesmen
4. Prinsip terapis
5. Prinsip kesiapan
6. Prinsip motivasi
7. Prinsip kasih sayang
8. Prinsip keperagaan
9. Prinsip habitualisasi
10. Prinsip optimalisasi potensi
11. Prinsip keterampilaan dan kompetensi
12. Prinsip remedial
13. Prinsip-prinsip lain yang relevan.
Muatan
materi
yang
disajikannya
dalam
lima
elemen
keilmuan
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti antara lain Al-Qur’an dan
hadis, akidah, akhlak, fikih, dan sejarah peradaban Islam (SPI). Pelajaran
agama Islam dapat berkontribusi dan menguatkan terbentuknya Profil
Pelajar Pancasila sebagai pelajar sepanjang hayat (min al-mahdi ila allahdi) yang beriman dan bertakwa serta berakhlak mulia. Selain itu,
peserta
didik
mampu
memperbaiki
dampak
ketunaannya
sendiri
sehingga dapat hidup mandiri.
B. Tujuan Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
Tujuan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti adalah
sebagai berikut.
1. Memberikan bimbingan kepada peserta didik agar memiliki akidah
yang benar, berakhlak mulia, selalu menjadikan kasih sayang dan
sikap toleran sebagai landasan dalam hidupnya.
2. Membentuk peserta didik agar menjadi pribadi yang memahami
dengan baik prinsip-prinsip agama Islam terkait akhlak mulia,
akidah yang benar (`aqîdah sahĩhah) berdasar paham ahlus sunnah
wal jamā`ah, syariat, dan perkembangan sejarah peradaban Islam.
26
Selain itu, peserta didik dapat menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari, baik dalam hubungannya dengan sang pencipta, diri
sendiri,
sesama
warga
negara,
sesama
manusia,
maupun
lingkungan alamnya dalam wadah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
3. Membimbing peserta didik agar mampu menerapkan prinsip-prinsip
Islam dalam berpikir sehingga benar, tepat, dan arif dalam
menyimpulkan sesuatu dan mengambil keputusan.
4. Membantu
dan
membimbing
peserta
didik
agar
mampu
memperbaiki dampak ketunaannya sendiri, menyayangi lingkungan
alam sekitarnya, dan menumbuhkan rasa tanggung jawabnya
sebagai khalifah Allah di bumi. Peserta didik dapat aktif dalam
mewujudkan upaya-upaya melestarikan dan merawat lingkungan
sekitarnya.
5. Membentuk peserta didik yang menjunjung tinggi nilai persatuan
sehingga
(ukhuwwah
dapat
menguatkan
basyariyyah),
persaudaraan
persaudaraan
seagama
kemanusiaan
(ukhuwwah
Islāmiyyah), dan persaudaraan sebangsa dan senegara (ukhuwwah
waťaniyyah)
dengan
segenap
kebinekaan
agama,
suku,
dan
budayanya.
C. Karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti mencakup elemen keilmuan
yang meliputi aspek: (1) Al-Quran dan hadis, (2) Akidah, (3) Akhlak, (4)
Fikih, dan (5) Sejarah Peradaban Islam.
Elemen-elemen Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti
Elemen
Deskripsi
Al-Qur’an dan
Hadis
Pendidikan
Agama
Islam
dan
Budi
Pekerti
menekankan kemampuan baca dan tulis Al-Quran
dan hadis dengan baik dan benar. Mengantarkan
peserta didik dalam memahami makna secara tekstual
dan kontekstual serta mengamalkan kandungannya
dalam kehidupan sehari-hari. Menekankan cinta dan
penghargaan yang tinggi kepada Al-Quran dan hadis
nabi sebagai pedoman hidup utama seorang muslim.
Akidah
Berkaitan dengan prinsip kepercayaan yang akan
mengantarkan peserta didik dalam mengenal Allah,
para malaikat, kitab-kitab Allah, para nabi dan rasul,
serta memahami konsep tentang hari akhir serta
qadāʾ’ dan qadr. Keimanan inilah yang kemudian
menjadi landasan dalam melakukan amal saleh,
berakhlak mulia, dan taat hukum.
27
Elemen
Deskripsi
Akhlak
Merupakan perilaku yang menjadi buah dari ilmu dan
keimanan. Akhlak akan menjadi mahkota yang
mewarnai keseluruhan elemen dalam Pendidikan
Agama Islam dan Budi Pekerti . Ilmu akhlak
mengantarkan peserta didik dalam memahami
pentingnya akhlak mulia pribadi dan akhlak sosial,
serta dalam membedakan antara perilaku baik
(maḥmūdah) dan tercela (mazmūmah). Dengan
memahami perbedaan ini, peserta didik bisa
menyadari pentingnya menjauhkan diri dari perilaku
tercela dan mendisiplinkan diri dengan perilaku mulia
dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam konteks
pribadi maupun sosialnya. Peserta didik juga akan
memahami pentingnya melatih (riyādah), disiplin
(tahzīb),
dan
upaya
sungguh-sungguh
dalam
mengendalikan diri (mujāhadah). Dengan akhlak,
peserta didik menyadari bahwa landasan dari
perilakunya, baik untuk Tuhan, dirinya sendiri,
sesama manusia, dan alam sekitarnya adalah cinta
(mahabbah). Pendidikan akhlak juga mengarahkan
mereka untuk menghormati dan menghargai sesama
manusia sehingga tidak ada kebencian atau
prasangka buruk atas perbedaan agama atau ras yang
ada. Aspek atau elemen akhlak ini harus menjadi
mahkota yang masuk pada semua topik bahasan pada
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti , akhlak harus menghiasi keseluruhan konten
dan menjadi buah dari pelajaran Pendidikan Agama
Islam dan Budi Pekerti .
Fikih
Merupakan interpretasi atas syariat. Fikih merupakan
aturan hukum yang berkaitan dengan perbuatan
manusia dewasa (mukallaf) yang mencakup ritual atau
hubungan dengan Allah Swt. (‘ubudiyyah) dan
kegiatan yang berhubungan dengan sesama manusia
(mu’āmalah). Fikih mengulas berbagai pemahaman
mengenai tata cara pelaksanaan dan ketentuan
hukum dalam Islam serta implementasinya dalam
ibadah dan muʿāmalah.
Sejarah
Peradaban Islam
Menguraikan catatan perkembangan perjalanan hidup
manusia dalam membangun peradaban dari masa ke
masa.
Pembelajaran
SPI
menekankan
pada
kemampuan mengambil hikmah dari sejarah masa
lalu. Kemudian menganalisis bermacam peristiwa dan
menyerap
berbagai
kebijaksanaan
yang
telah
dipaparkan oleh para generasi terdahulu. Dengan
refleksi atas kisah-kisah sejarah tersebut, peserta
didik mempunyai pijakan historis dalam menghadapi
permasalahan
dan
menghindari
terulangnya
kesalahan untuk masa sekarang maupun masa
depan. Aspek ini akan menjadi keteladanan (‘ibrah)
dan menjadi inspirasi generasi penerus bangsa dalam
menyikapi dan menyelesaikan fenomena sosial,
budaya, politik, ekonomi, iptek, seni, dan lain-lain
dalam rangka membangun peradaban di zamannya.
28
D. Capaian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti setiap
Fase
1. Fase A (Usia Mental ≤ 7 Tahun, Umumnya Kelas I dan II)
Pada akhir Fase A, pada aspek Al-Qur’an dan hadis peserta didik
dapat
mengenal
huruf
hijaiah
dan
harakatnya,
melafazkan
taawwudz, basmalah, dan hamdalah. Pada aspek akidah, peserta
didik mampu menyebutkan rukun iman terutama iman kepada Allah
melalui asmaulhusna, mengenal Allah lewat bacaan asmaulhusna,
dan mampu menyebutkan nama-nama malaikat Allah beserta tugastugasnya. Pada aspek akhlak, peserta didik terbiasa mempraktikkan
nilai-nilai baik dalam kehidupan sehari-hari untuk dirinya maupun
sesama
manusia.
Pada
aspek
ibadah,
peserta
didik
mampu
membaca dua kalimah syahadat (syahadatain) dan memahami
maknanya, mampu menerapkan tata cara bersuci dengan baik, dan
memahami hikmah hidup bersih. Mengenal ketentuan dan namanama shalat fardu serta waktu pelaksanaannya. Pada aspek sejarah
peradaban Islam, peserta didik mampu menceritakan kisah beberapa
nabi yang wajib diimani.
Fase A Berdasarkan Elemen
Elemen
Deskripsi
Al-Qur`an dan
Hadis
Peserta didik mampu mengenal huruf hijaiah dan
harakatnya, terutama harakat fathah, kasroh, dan
dommah, mampu melafazkan taawwudz, basmalah,
dan hamdalah.
Akidah
Peserta didik mampu menyebutkan rukun iman
terutama iman kepada Allah melalui nama-nama-Nya
yang agung (asmaulhusna) al-Ahad, dan mampu
menyebutkan nama-nama malaikat Allah beserta
tugas-tugasnya, mengenal Allah lewat bacaan
asmaulhusna ar-Rahman dan ar-Rahim, al-Malik dan
al-Quddus.
Akhlak
Peserta didik terbiasa mempraktikkan nilai-nilai baik
dalam kehidupan sehari-hari dalam ungkapanungkapan positif, baik untuk dirinya maupun sesama
manusia, seperti ucapan terima kasih, terbiasa
bertutur kata lembut dan jujur, terutama kepada
orang tua, guru, dan teman. Peserta didik memahami
pentingnya menyayangi dan berempati kepada
sesama. Peserta didik juga terbiasa hidup bersih, rapi,
dan teratur sebagai cerminan dari nilai keimanan.
Fikih
Peserta didik mampu membaca dua kalimah syahadat
(syahadatain)
dengan
benar
dan
memahami
maknanya sebagai tanda keislaman. Peserta didik
mampu menerapkan tata cara bersuci dengan baik
dan mampu mempraktikkan ketentuan wudu dan doa
29
setelahnya, serta hikmah hidup bersih. Peserta didik
juga mengenal ketentuan dan nama-nama shalat
fardu dan waktu pelaksanaannya.
Sejarah Peradaban
Islam
Peserta didik mampu menceritakan kisah beberapa
nabi yang wajib diimani dan mampu menceritakan
secara sederhana masa anak-anak, remaja, dan
dewasa Nabi Muhammad saw.
2. Fase B (Usia Mental ± 8 Tahun, Umumnya Kelas III dan IV)
Pada akhir Fase B, pada aspek Al-Qur`an dan hadis peserta didik
mampu mengenal huruf hijaiah bersambung dan berharkat, serta
mempraktikkannya dalam bacaan surah-surah pendek Al-Qur`an.
Pada aspek akidah, peserta didik mengenal para nabi dan rasul Allah
Swt. dan mengenal nama-nama Allah melalui nama-nama-Nya yang
agung (asmaulhusna). Pada aspek akhlak, peserta didik mampu
menjelaskan dan menerapkan adab berpakaian menurut syariat
Islam, mampu menyebutkan tanda berbakti kepada kedua orang tua
dan guru, menghormati orang lain, mampu membaca kalimah
tayyibah beserta artinya, dan mampu menunjukkan adab bergaul
dengan
teman.
Pada
aspek
fikih,
peserta
didik
mampu
mempraktikkan shalat fardu, menirukan bacaan zikir sesudah
shalat, mengenal ketentuan dan hikmah puasa. Pada aspek sejarah
peradaban Islam, peserta didik mampu mengenal kisah-kisah
beberapa nabi.
Fase B Berdasarkan Elemen
Elemen
Deskripsi
Al-Qur`an dan
Hadis
Peserta didik mampu mengenal huruf hijaiah
bersambung dan berharakat serta mempraktikkannya
dalam bacaan surah-surah pendek Al-Qur`an.
Akidah
Peserta didik mampu mengenal para nabi dan rasul
Allah Swt., mengenal nama-nama Allah yang agung
(asmaulhusna) as-Salam, al-Khaliq, al-Maalik, alQuddus, as-Salam, al- Mukmin.
Akhlak
Peserta didik mampu menjelaskan dan menerapkan
adab berpakaian menurut syariat Islam, mampu
menyebutkan tanda berbakti kepada kedua orang tua
dan guru, menghormati orang lain, baik yang
seagama maupun berbeda agama, mampu membaca
kalimah tayyibah subhānāllah, māsyā Allāh, insyā
Allāh, dan Allāhu akbar beserta artinya, serta mampu
menunjukkan adab bergaul dengan teman baik yang
seagama maupun beda agama.
Fikih
Peserta didik mampu mengenal, mempraktikkan
gerakan, serta menghafal bacaan shalat fardu dengan
30
baik, mampu menirukan bacaan zikir sesudah shalat,
mengenal ketentuan dan hikmah puasa.
Sejarah Peradaban
Islam
Peserta didik mampu mengenal kisah-kisah beberapa
nabi, seperti kisah dan keteladanan Nabi Adam a.s.,
Nabi Ibrahim a.s., Nabi Ismail a.s., dan Nabi Nuh a.s.
3. Fase C (Usia Mental ± 8 Tahun, Umumnya Kelas V dan VI)
Pada akhir Fase C, pada aspek Al-Qur’an dan hadis, peserta didik
mampu
membaca
Al-Qur’an
dengan
baik
dan
benar
serta
menjelaskan kandungan beberapa surat pendek yang dihafalnya.
Pada aspek akidah, peserta didik mengetahui asmaulhusna, iman
kepada hari akhir, iman kepada kitab-kitab yang diturunkan melalui
nabinya, juga mampu menjelaskan arti qadāʾ dan qadar dengan
sederhana. Pada aspek akhlak, peserta didik mulai mengenal arti
perilaku menghargai dan menghormati sesama manusia, memahami
makna meminta maaf dan memberi maaf, serta memahami makna
peduli terhadap lingkungan hayati. Pada aspek fikih, peserta didik
mampu menjelaskan secara sederhana makna usia balig atau
dewasa serta dampak yang menyertainya, ketentuan dan praktik
shalat dhuha, memahami arti zakat fitrah, sedekah, dan hadiah,
serta ketentuan agama terkait makanan. Pada aspek sejarah
peradaban Islam, peserta didik mampu menghayati pembelajaran
yang dapat diambil (`ibrah) penerapan akhlak dari beberapa kisah
nabi, dan keteladanan dari beberapa sahabat Nabi Muhammad saw.
Fase C Berdasarkan Elemen
Elemen
Deskripsi
Al-Qur`an dan
Hadis
Peserta didik mampu membaca Al-Qur`an dengan
baik dan benar serta menjelaskan kandungan
beberapa surat pendek yang dihafalnya dengan
bahasa sederhana.
Akidah
Peserta didik mengetahui asmaulhusna, iman kepada
hari akhir, iman kepada kitab-kitab yang diturunkan
melalui nabinya, serta mampu menjelaskan arti qadāʾ
dan qadar dengan bahasa yang sederhana.
Akhlak
Peserta didik mulai mengenal ketentuan Allah Swt.
tentang arti perilaku menghargai dan menghormati
sesama manusia, baik yang seagama maupun beda
agama. Peserta didik juga memahami makna
meminta maaf dan memberi maaf sehingga terbentuk
pribadi yang penyayang dan memahami makna peduli
terhadap lingkungan hayati sebagai bagian dari
ajaran Islam yang utama.
Fikih
Peserta didik mampu menjelaskan secara sederhana
31
beberapa konsep terkait makna usia balig atau
dewasa serta dampak yang menyertainya, baik dari
tinjauan fikih atau ilmu biologi. Peserta didik juga
mampu memahami ketentuan dan praktik shalat
dhuha, arti zakat fitrah, sedekah, hadiah, serta
ketentuan agama terkait makanan yang halal dan
haram.
Sejarah
Peradaban Islam
Peserta didik mampu menghayati pembelajaran yang
bisa diambil (`ibrah) dari beberapa kisah dari Nabi Isa
a.s., Nabi Ismail a.s., dan keteladanan dari sahabat
nabi, yaitu Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Umar bin
Khattab.
4. Fase D (Usia Mental ± 9 Tahun, Umumnya Kelas VII, VIII dan IX)
Pada akhir fase D, pada aspek Al-Qur`an dan hadis, peserta didik
mampu membaca, melafalkan, menulis, menyalin, dan memahami
dengan sederhana pesan pokok dari Al-Qur`an surat-surat pilihan.
Pada aspek akidah, peserta didik mampu memberi contoh penerapan
iman kepada Allah melalui beberapa asmaulhusna. Peserta didik
memahami manfaat iman kepada malaikat, iman kepada kitab-kitab
yang diturunkan Allah kepada para nabi, serta iman kepada hari
akhir. Pada aspek akhlak, peserta didik mampu memahami hakikat
shalat dan zikir sebagai pencegah dari perbuatan keji dan mungkar.
Selain itu, peserta didik mampu memberi contoh perilaku yang baik
di masyarakat, memahami manfaat sikap jujur dan amanah dalam
kehidupan. Peserta didik mampu menceritakan keteladanan dari
sifat tidak pendendam dan pemaaf dari kisah nabi. Melaksanakan
ketentuan syariat Islam dalam bergaul dengan orang lain. Pada
aspek fikih, peserta didik diharapkan mampu memahami ketentuan,
tata cara, dan praktik shalat wajib lima waktu dan shalat sunah
rawatibnya. Selain itu peserta didik memahami ketentuan dan tata
cara puasa, syarat dan ketentuan shalat Jumat, ketentuan ibadah
haji, dan penyembelihan hewan kurban, serta hukum halal dan
haram.
Pada
aspek
sejarah
peradaban
Islam,
peserta
didik
diharapkan mampu menceritakan kembali kisah dan keteladanan
Nabi Muhammad saw. dan beberapa sahabatnya.
Fase D Berdasarkan Elemen
Elemen
Al-Qur’an dan
Hadis
Deskripsi
Peserta didik mampu membaca, melafalkan,
menulis, menyalin, dan memahami dengan
sederhana pesan pokok dari Q.S. al-Quraish, al-
32
Akidah
Akhlak
Fikih
Sejarah Peradaban
Islam
Takatsur, al-Qari`ah, dan adh-Dhuha.
Peserta didik mampu memberi contoh penerapan
iman kepada Allah melalui nama-nama Allah yang
agung (asmaulhusna) al-‘Alīm dan al-Khabir. Peserta
didik juga mampu memahami manfaat iman kepada
malaikat, iman kepada kitab-kitab yang diturunkan
Allah melalui nabi-nabinya, serta iman kepada hari
akhir.
Peserta didik mampu memahami hakikat shalat
dan zikir sebagai pencegah perbuatan keji dan
mungkar. Peserta didik mampu memberi contoh
(berucap, bertindak, berperilaku, dan berpakaian)
yang baik di masyarakat sehingga membuat hati
tenteram, memahami manfaat sikap jujur dan
amanah dalam kehidupan sehari-hari, serta
mampu menceritakan keteladanan dari sifat tidak
pendendam dan pemaaf dari kisah nabi. Peserta
didik juga diharapkan mampu melaksanakan
ketentuan syariat Islam dalam bergaul dengan
orang lain baik yang mahram maupun bukan
mahram sehingga dapat menunjukkan perilaku
beretika.
Peserta didik mampu memahami ketentuan, tata
cara, dan praktik shalat wajib lima waktu, shalat
sunah rawatib, shalat Jumat, ketentuan ibadah haji
dan penyembelihan hewan kurban, serta hukum
halal dan haram.
Peserta didik mampu menceritakan kembali kisah
keteladanan dari sahabat nabi, yaitu Usman bin
Affan dan Ali bin Abi Thalib. Peserta didik mampu
menceritakan kisah keteladanan nabi di masa
muda dan dewasa serta saat beliau diangkat
menjadi rasul beserta bukti kerasulannya.
5. Fase E (Usia Mental ± 10 Tahun, Umumnya Kelas X)
Pada akhir fase E, aspek Al-Qur`an dan hadis, peserta didik mampu
memahami kandungan ayat Al-Qur`an dan hadis tentang perintah
untuk berkompetisi dalam kebaikan dan etos kerja serta larangan
pergaulan bebas dan zina. Selain itu, peserta didik dapat melafalkan
Al-Qur`an dengan tartil dan fasih serta menghafal ayat Al-Qur`an
dan hadis terkait. Pada aspek akidah, peserta didik memahami dan
menyakini makna syu’abul īmān (cabang-cabang iman), pengertian,
dalil, macam, dan manfaatnya. Pada aspek akhlak, peserta didik
mampu menerapkan dan menyakini manfaat menghindari akhlak
maẑmūmah,
membiasakan
diri
untuk
menghindari
akhlak
maẑmūmah, dan menampilkan akhlak mahmūdah dalam kehidupan
sehari- hari. Pada aspek fikih, peserta didik mampu menerapkan dan
menyakini ajaran Islam tentang fikih muamalah dan al-kulliyât alkhamsah
(lima
prinsip
dasar
33
hukum
Islam)
serta
mampu
menumbuhkan jiwa kemandirian, kewirausahaan, kepedulian, dan
kepekaan sosial. Pada aspek sejarah peradaban Islam, peserta didik
mampu
mengenal
dan
menyakini sejarah
perkembangan
dan
perjuangan dakwah Islam periode Makkah dan Madinah sebagai
sunnatullah; dan meneladani keagungan akhlak Nabi Muhammad
saw.dan
para
sahabatnya
dalam
mendakwahkan
Islam
yang
rahmatan lil alamin.
Fase E Berdasarkan Elemen
Elemen
Deskripsi
Al-Qur`an dan
Hadis
Peserta didik mampu mampu memahami ayat AlQur`an dan hadis tentang perintah untuk berkompetisi
dalam kebaikan dan etos kerja serta larangan
pergaulan bebas dan zina; dapat melafalkan Al-Qur`an
dengan tartil dan fasih; menghafal ayat Al-Qur`an dan
hadis tentang kompetisi dalam kebaikan, etos kerja,
serta bahaya pergaulan bebas dan zina; dapat
menyebutkan konten dan paparan tentang perintah
untuk berkompetisi dalam kebaikan dan etos kerja
serta larangan pergaulan bebas dan zina; meyakini
bahwa sikap kompetitif dalam kebaikan dan etos kerja
serta menghindari pergaulan bebas dan perbuatan zina
adalah perintah agama; dan membiasakan sikap
kompetitif dalam kebaikan dan etos kerja serta
menghindari pergaulan bebas dan perbuatan zina
dengan lebih berhati-hati dan menjaga kehormatan
diri.
Akidah
Peserta didik memahami makna syu’abul īmān
(cabang- cabang iman), pengertian, dalil, macam, dan
manfaatnya; menunjukkan makna syu’abul īmān
(cabang-cabang iman), pengertian, dalil, macam, dan
manfaatnya; meyakini bahwa dalam iman terdapat
banyak cabangnya; serta menerapkan beberapa sikap
dan karakter sebagai cerminan cabang iman dalam
kehidupan.
Akhlak
Peserta didik menerapkan manfaat menghindari
akhlak maẑmūmah; mendemonstrasikan perilaku yang
mengandung konten yaitu manfaat menghindari sikap
maẑmūmah; meyakini bahwa akhlak maẑmūmah
adalah larangan dan akhlak mahmūdah adalah
perintah agama; serta membiasakan diri untuk
menghindari akhlak maẑmūmah dan menampilkan
akhlak mahmūdah dalam kehidupan sehari- hari.
Fikih
Peserta didik mampu menerapkan fikih muamalah dan
al- kulliyât al-khamsah (lima prinsip dasar hukum
Islam); menggunakan paparan tentang fikih muamalah
dan al-kulliyât al-khamsah; meyakini bahwa ketentuan
fikih muamalah dan al-kulliyât al-khamsah adalah
ajaran
agama;
serta
menumbuhkan
jiwa
kewirausahaan, kepedulian, dan kepekaan sosial.
Sejarah Peradaban
Islam
Peserta didik mampu mengenal sejarah perkembangan
dan perjuangan dakwah Islam periode Makkah dan
Madinah; dapat menceritakan sejarah perkembangan
34
dan perjuangan dakwah Islam periode Makkah dan
Madinah; meyakini bahwa sejarah perkembangan dan
perjuangan dakwah Islam periode Makkah dan
Madinah adalah sebuah sunnatullah; serta meneladani
keagungan akhlak Nabi Muhammad saw. dan para
sahabatnya dalam mendakwahkan Islam yang
rahmatan lil alamin sehingga Islam tersebar ke seluruh
dunia.
6. Fase F (Usia Mental ± 10 Tahun, Umumnya Kelas XI dan XII)
Pada akhir fase F, pada aspek Al-Qur`an dan hadis, peserta didik
dapat memahami, membaca, dan menghafal ayat Al-Qur`an dan
hadis tentang berpikir kritis, ilmu pengetahuan dan teknologi,
toleransi, memelihara kehidupan manusia, musibah, ujian, cinta
tanah air, dan moderasi beragama adalah ajaran agama. Pada aspek
akidah, peserta didik mampu memahami, mempresentasikan, dan
menyakini cabang-cabang iman, keterkaitan antara iman, Islam, dan
ihsan, serta dasar-dasar, tujuan, dan manfaat ilmu kalam. Pada
aspek akhlak, peserta didik dapat menerapkan cara mengatasi
masalah perkelahian antarpelajar, minuman keras (miras), dan
narkoba; memahami adab menggunakan media sosial dalam Islam,
dampak negatif sikap munafik, keras hati, dan keras kepala dalam
kehidupan sehari hari, sikap inovatif dan etika berorganisasi. Pada
aspek
fikih,
peserta
didik
mampu
menerapkan
ketentuan
pelaksanaan khotbah, tablig, dan dakwah, ketentuan pernikahan
dalam Islam, mawaris, merawat jenazah, dan konsep ijtihad. Pada
aspek sejarah peradaban Islam, peserta didik mampu mengenal
sejarah masuknya Islam di Indonesia, mengetahui sejarah dan
keteladanan Wali Songo, serta peran dan fungsi organisasi Islam di
Indonesia dan MUI dalam menyebarkan dakwah Islam yang moderat,
santun, dan rahmatan lil aalamin.
Fase F Berdasarkan Elemen
Elemen
Al-Qur`an dan
Hadis
Deskripsi
Peserta didik mampu memahami pesan-pesan ayat AlQur`an dan hadis tentang berpikir kritis, ilmu
pengetahuan dan teknologi, toleransi, memelihara
kehidupan manusia, musibah, ujian, cinta tanah air,
dan moderasi beragama; membaca dan menghafal ayat
Al-Qur`an dan hadis dengan tartil tentang pentingnya
berpikir kritis ilmu pengetahuan dan teknologi,
toleransi, memelihara kehidupan manusia, musibah,
ujian, cinta tanah air, dan moderasi beragama;
35
membiasakan diri membaca Al-Qur`an dengan
meyakini bahwa berpikir kritis, ilmu pengetahuan dan
teknologi, toleransi, memelihara kehidupan manusia,
musibah, ujian, cinta tanah air, dan moderasi
beragama adalah ajaran agama; membiasakan sikap
rasa ingin tahu, berpikir kritis, kreatif, dan adaptif
terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, toleransi, peduli sosial, cinta damai,
semangat kebangsaan, dan tanggung jawab, sabar,
tabah, pantang menyerah, tawakal, dan selalu
berprasangka baik kepada Allah Swt. ketika
menghadapi ujian dan musibah.
Akidah
Peserta didik mampu memahami cabang-cabang iman,
keterkaitan antara iman, Islam, dan ihsan, serta dasardasar, tujuan, dan manfaat ilmu kalam; mempresentasikan cabang-cabang iman, dasar-dasar, tujuan dan
manfaat ilmu kalam; meyakini bahwa cabang-cabang
iman, keterkaitan antara iman, Islam, dan ihsan, serta
dasar-dasar, tujuan, dan manfaat ilmu kalam adalah
ajaran agama; membiasakan sikap tanggung jawab,
memenuhi janji, mensyukuri nikmat, memelihara
lisan, menutup aib orang lain, jujur, peduli sosial,
ramah, konsisten, cinta damai, rasa ingin tahu, dan
pembelajar sepanjang hayat.
Akhlak
Peserta didik mampu menerapkan cara mengatasi
masalah perkelahian antarpelajar, minuman keras
(miras), dan narkoba dalam Islam; memahami adab
menggunakan media sosial dalam Islam, dampak
negatif sikap munafik, keras hati, dan keras kepala
dalam kehidupan sehari hari, sikap inovatif dan etika
berorganisasi;
memeragakan
cara
memecahkan
masalah perkelahian antarpelajar dan dampak
pengiringnya, minuman keras (miras), dan narkoba;
mengimplemen-tasikan adab menggunakan media
sosial dalam Islam; menghindarkan diri dari dampak
negatif sikap munafik, keras hati, dan keras kepala
dalam kehidupan sehari hari; meyakini bahwa agama
melarang
melakukan
perkelahian
antarpelajar,
minuman keras, dan narkoba, munafik, keras hati,
dan keras kepala; meyakini bahwa adab menggunakan
media sosial dalam Islam dapat memberi keselamatan
bagi individu dan masyarakat; meyakini bahwa sikap
inovatif dan etika berorganisasi merupakan perintah
agama; dan membiasakan sikap taat pada aturan,
peduli sosial, tanggung jawab, cinta damai, santun,
saling menghormati, semangat kebangsaan, jujur,
inovatif, dan rendah hati.
Fikih
Peserta
didik
mampu
menerapkan
ketentuan
pelaksanaan khotbah, tablig, dan dakwah, ketentuan
pernikahan dalam Islam, mawaris, dan konsep ijtihad;
membedakaan dan memdemonstrasikan ketentuan
pelaksanaan khotbah, tablig, dan dakwah, ketentuan
pernikahan dalam Islam, mawaris, dan konsep ijtihad;
menerapkan ketentuan khotbah, tablig, dan dakwah,
ketentuan pernikahan dalam Islam, merawat jenazah,
dan meyakini bahwa ijtihad merupakan salah satu
sumber
hukum
Islam;
membiasakan
sikap
menebarkan Islam rahmatan li al- ālamīn, komitmen,
bertanggung jawab, menepati janji, adil, amanah,
36
terbuka terhadap ilmu pengetahuan, dan menghargai
perbedaan pendapat.
Sejarah Peradaban
Islam
Peserta didik mampu mengenal sejarah masuknya
Islam di Indonesia, mengetahui sejarah dan
keteladanan Wali Songo sebagai ulama penyebar
ajaran Islam di Indonesia. Peserta didik mampu
menyebutkan peran dan fungsi organisasi Islam di
Indonesia dan MUI dalam menyebarkan dakwah Islam
yang moderat, santun, dan rahmatan lil aalamin.
Peserta didik mampu membiasakan sikap gemar
membaca, menulis, berprestasi, dan kerja keras,
tanggung jawab, bernalar kritis, semangat kebangsaan,
berkebinekaan global, menebarkan Islam rahmatan li
al- ālamīn, rukun, damai, dan saling bekerja sama.
37
III. 2 CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI
PEKERTI
A. Rasional Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti
Pendidikan agama merupakan dasar dari pembangunan karakter
keimanan. Pembangunan karakter itu akan menghasilkan peserta
didik yang beriman kepada Tuhan, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab. Pembangunan karakter itu berlangsung dari
masa-masa anak-anak sampai dewasa, dari peserta didik belajar di
pendidikan dasar, pendidikan menengah sampai pendidikan tinggi.
Hal tersebut sejalan dengan fungsi Pendidikan Agama Kristen (PAK)
yang merupakan usaha sengaja gereja untuk membina dan mendidik
semua warganya untuk mencapai tingkat kedewasaan dalam iman,
pengharapan dan kasih guna melaksanakan misi-Nya di dunia ini
sambil menantikan kedatangan-Nya yang kedua (Ismail, 2003).
Melalui Pendidikan Agama Kristen, peserta didik diperlengkapi untuk
mampu menyoroti berbagai masalah hidup dan menjadi pemeluk
agama Kristen yang setia pada Tuhan dalam pelaksanaan tugas
masing-masing sesuai dengan konteks hidupnya tersebut.
Hakikat pendidikan agama Kristen berdasarkan hasil Lokakarya
Strategi Pendidikan Agama Kristen di Indonesia tahun 1999 adalah:
“Usaha yang dilakukan secara terencana dan berkelanjutan dalam
rangka mengembangkan kemampuan peserta didik agar dengan
pertolongan Roh Kudus dapat memahami dan menghayati kasih
Tuhan Allah di dalam Yesus Kristus yang dinyatakan dalam kehidupan
sehari-hari, terhadap sesama dan lingkungan hidupnya”. Setiap orang
yang terlibat dalam proses pembelajaran PAK memiliki keterpanggilan
untuk mewujudkan kebenaran dan tanda-tanda Kerajaan Allah dalam
kehidupan pribadi maupun sebagai bagian dari komunitas dalam
konteks masyarakat majemuk. Masyarakat Indonesia yang majemuk
dipandang sebagai berkat Tuhan, dan dalam konteks pemahaman
iman Kristen merupakan medan layan bagi orang Kristen untuk
membangun kehidupan bersama yang adil dan setara. Panggilan iman
orang Kristen ini secara historis telah dibangun sejak proklamasi
Kemerdekaan Indonesia. Oleh karena itu, hakikat pendidikan agama
Kristen yang kontekstual menegaskan peran hidup orang beriman
dalam
mewujudkan
tanggung
38
jawabnya
membangun
bangsa
Indonesia yang berketuhanan, bersatu, setara dan berkeadilan, serta
menghargai kemajemukan dalam masyarakat dan bangsa. Di dalam
mengejawantahkan pernyataan tersebut, implementasi pendidikan
agama Kristen di Indonesia dikembangkan menjadi empat elemen,
yaitu:
1. Allah berkarya, dengan sub-elemen: a) Allah Pencipta, b) Allah
Pemelihara, c) Allah Penyelamat, dan d) Allah Pembaru;
2. manusia dan nilai-nilai kristiani, dengan sub-elemen: a) hakikat
manusia, dan b) nilai-nilai kristiani;
3. gereja dan masyarakat majemuk, dengan sub-elemen: a) tugas
panggilan gereja, dan b) masyarakat majemuk; dan
4. alam dan lingkungan hidup, dengan sub-elemen: a) alam ciptaan
Allah, dan b) Tanggung jawab manusia terhadap alam.
Pendidikan Agama Kristen harus mampu menyikapi perkembangan
zaman sehingga peserta didik mampu menyelesaikan dan menjawab
segala
problematika
yang
dihadapi.
Peserta
didik
merasakan
pentingnya pendidikan agama Kristen dalam kehidupannya. Dengan
demikian,
pendidikan
agama
Kristen
harus
memiliki
muatan
pembelajaran kontekstual. Artinya, materi yang ada di dalam
pendidikan agama Kristen selalu dikaitkan dengan situasi dan konteks
agar dapat menjelaskan kasus-kasus yang dialami dalam kehidupan
nyata. Fakta yang diperoleh dari kajian bagi program pendidikan
agama Kristen, yaitu: 1) pelaku telah diberi karunia Roh; 2) bertujuan
mendewasakan umat melayani; 3) menghasilkan dan hubungan
harmonis; 4) bersifat kebenaran teologis; 5) penuh kasih karunia dan
kebenaran; dan 6) saling membantu dan berkembang secara
harmonis. Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti, disajikan
dalam bentuk mata pelajaran pada semua jalur, jenis, dan jenjang
pendidikan. Secara khusus, Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen
dan Budi Pekerti bagi peserta didik berkebutuhan khusus diharapkan
membantu mereka untuk memahami karya Allah dalam dirinya yang
istimewa, memahami manusia dan nilai-nilai kristiani, peran mereka
di gereja dan masyarakat majemuk, serta tanggung jawab mereka
terhadap alam dan lingkungan hidup. Untuk hal tersebut, diperlukan
strategi, model, media, dan pendekatan pembelajaran yang tepat.
Dalam memahami sebuah teks, peserta didik dengan hambatan
39
penglihatan (tunanetra) menggunakan tulisan Braille (tulisan timbul)
atau mendengarkan penjelasan guru. Peserta didik dengan hambatan
pendengaran (tunarungu) menggunakan bahasa isyarat sebagai
bahasa komunikasi. Selain itu, peserta didik diarahkan untuk
memahami konten atau materi secara bertahap dimulai dari arti,
makna, tujuan, dan penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Peserta
didik merasa dirinya adalah ciptaan Allah yang istimewa. Peserta didik
memiliki rasa bangga menganut agama Kristen di tengah masyarakat
yang majemuk. Pembelajaran pendidikan agama Kristen akan
bermakna jika diberikan dengan materi yang sesuai dengan usia
mental, kemampuan, dan kebutuhan peserta didik. Kosakata yang
diberikan kepada peserta didik merupakan kosakata yang mudah
dipahami dan sering didengar serta materi yang sesuai dengan
pengalaman peserta didik sehari-hari (pengalaman langsung) untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
B. Tujuan Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti
Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti bertujuan
untuk membantu peserta didik:
1.
mengenal serta mengimani Allah yang berkarya menciptakan
alam semesta dan manusia;
2.
mengimani keselamatan yang kekal dalam karya penyelamatan
Yesus Kristus;
3.
mensyukuri Allah yang berkarya dalam Roh Kudus sebagai
Penolong dan Pembaru hidup manusia;
4.
mewujudkan imannya dalam sikap dan perbuatan hidup setiap
hari dalam interaksi dengan sesama dan memelihara lingkungan
hidup;
5.
memahami hak dan kewajibannya sebagai warga gereja dan
warga negara serta cinta tanah air;
6.
mampu menghayati imannya secara bertanggung jawab dan
berakhlak mulia serta mampu menerapkan prinsip moderasi
beragama dalam masyarakat majemuk;
7.
memiliki kedewasaan berpikir, berkata-kata, dan bertindak
sehingga menampakkan karakter kristiani dalam sikap dan
perilaku hidup;
40
8.
memiliki sikap keterbukaan dalam mewujudkan kerukunan
intern dan antara umat beragama, serta umat beragama dengan
pemerintah;
9.
mengembangkan kreativitas dalam berpikir dan bertindak
berdasarkan Firman Allah; dan
10. mewujudkan peran nyatanya di tengah keluarga, sekolah, gereja,
dan masyarakat Indonesia yang majemuk.
C.
Karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen dan Budi
Pekerti
Pendidikan Agama Kristen (PAK) di Indonesia berlangsung dalam
keluarga, gereja, dan lembaga pendidikan formal. Pelaksanaan
Pendidikan Agama Kristen (PAK) di lembaga pendidikan formal
menjadi tanggung jawab utama Direktorat Jenderal Bimbingan
Masyarakat
Kristen,
Kementerian
Agama,
dan
Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan. Oleh karena itu, kerja sama yang
bersinergi antara lembaga-lembaga tersebut perlu terus dibangun.
Elemen dan deskripsi Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti
Elemen
Allah Berkarya
Manusia dan
Nilai-nilai
Kristiani
Deskripsi
Pada elemen Allah Berkarya peserta didik belajar
tentang Tuhan Allah yang diimaninya, Allah
Pencipta, Pemelihara, Penyelamat, dan Pembaru.
Pada Elemen Manusia dan Nilai-nilai Kristiani
peserta didik belajar tentang hakikat manusia
sebagai ciptaan Allah yang terbatas. Dalam
keterbatasannya, manusia diberi hak dan tanggung
jawab oleh Allah sebagai insan yang telah
diselamatkan.
Gereja dan
Masyarakat
Majemuk
Pada elemen Gereja dan Masyarakat Majemuk
peserta didik belajar tentang hidup bergereja dan
bermasyarakat yang memiliki hak dan kewajiban
yang harus dipenuhi sebagai warga gereja dan
warga negara, tanggung jawab terhadap Tuhan dan
terhadap bangsa dan negara.
Alam dan
Lingkungan
Hidup
Pada elemen Alam dan Lingkungan Hidup, peserta
didik belajar membangun harmonisasi dengan
alam, bahwa manusia memiliki tanggung jawab
dalam menjaga, memelihara serta melestarikan
alam ciptaan Allah.
Secara holistik, capaian pembelajaran dan lingkup materi mengacu
pada empat elemen tersebut di atas dan selalu diintegrasikan dengan
Alkitab. Elemen-elemen tersebut mengikat capaian pembelajaran dan
materi dalam satu kesatuan yang utuh pada semua jenjang.
Implementasi berbagai elemen dan sub-elemen di atas, proses
41
penalarannya bersumber dari kitab suci, tradisi kekristenan, dan
pengalaman hidup peserta didik. Peserta didik belajar membaca dan
merenungkan kitab suci yang berisi pengajaran iman Kristen sebagai
acuan dalam kehidupan dan menghubungkannya dengan berbagai
pengalaman hidup yang dimilikinya.
Elemen dan Sub-Elemen Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti
Elemen
Allah Berkarya
Manusia dan Nilai-Nilai
Kristiani
Gereja dan Masyarakat
Majemuk
Alam dan Lingkungan
Hidup
Sub Elemen
Allah Pencipta
Allah Pemelihara
Allah Penyelamat
Allah Pembaharu
Hakikat Manusia
Nilai-nilai Kristiani
Tugas Panggilan Gereja
Masyarakat Majemuk
Alam Ciptaan Allah
Tanggung jawab Manusia Terhadap Alam
Implementasi elemen dan sub-elemen di atas, proses penalarannya
bersumber dari Kitab Suci. Peserta didik belajar membaca dan
merenungkan Kitab Suci yang berisi pengajaran iman Kristen sebagai
acuan dalam kehidupan.
D.
Capaian Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti
setiap Fase
Capaian Pembelajaran (CP) ditempatkan dalam fase-fase menurut
usia dan jenjang pendidikan yang dikelompokkan dalam kelas mulai
dari fase A hingga fase F. Capaian pembelajaran setiap fase untuk
pendidikan khusus pembagiannya menurut kelas, usia mental, dan
usia kronologis.
Fase
Kelas
Fase A
Fase B
Fase C
Fase D
Fase E
Fase F
Kelas
Kelas
Kelas
Kelas
Kelas
Kelas
I dan II
III dan IV
V dan VI
VII, VIII, dan IX
X
XI dan XII
Usia Mental
(Samuel Kirk dan
Shantorck)
≤ 7 Tahun
± 8 Tahun
± 8 Tahun
± 9 Tahun
± 10 Tahun
± 10 Tahun
Usia Kronologis
≤ 6–8 Tahun
9–10 Tahun
11–12 Tahun
13–17 Tahun
16–17 Tahun
17–23 Tahun
Perumusan capaian pembelajaran (CP) mencerminkan kompetensi
sikap
spiritual,
sosial,
pengetahuan,
dan
keterampilan
yang
dirumuskan sedemikian rupa sehingga mencerminkan kemampuan
peserta
didik
secara
holistik
dalam
semua
ranah
tujuan
pembelajaran. Jadi, rumusan CP menggambarkan penghayatan nilai42
nilai iman Kristen dan pembentukan karakter kristiani dalam
interaksi dengan sesama, alam lingkungan, dan Tuhannya.
Rumusan elemen dan capaian pembelajaran dalam pendidikan
khusus mengacu pada kurikulum reguler, tetapi disesuaikan dengan
kebutuhan
peserta
pembelajaran
didik
pada
berdasarkan
fase
pendidikan
khusus.
pembelajaran,
Capaian
dikembangkan
berdasarkan elemen pembelajaran mencakup seluruh fase umum dan
capaian pembelajaran per tahun.
1. Fase A (Usia Mental ≤ 7 Tahun, Umumnya Kelas I dan II)
Pada fase ini, peserta didik menerima Allah menciptakan dan
memelihara dirinya dengan anggota tubuh dan fungsinya. Peserta
didik juga menerima dirinya sebagai bagian dari gereja dan
masyarakat. Peserta didik menerima Allah menciptakan alam dan
lingkugan hidup. Peserta didik pada fase ini memiliki pemahaman
yang terbatas, di mana pemahaman terhadap Allah diajarkan
melalui dirinya dan lingkungan sekitar yang nyata.
Fase A Berdasarkan Elemen
Elemen
1. Allah Berkarya
2.Manusia dan Nilai-nilai Kristiani
3. Gereja dan Masyarakat
4. Alam dan Lingkungan Hidup
Deskripsi
Menerima Allah menciptakan dan
memelihara dirinya
Menggunakan anggota tubuhnya
Menerima dirinya sebagai bagian
dari gereja dan masyarakat
Menerima Allah menciptakan
alam dan lingkungan hidup
2. Fase B (Usia Mental ± 8 Tahun, Umumnya Kelas III dan IV)
Pada fase ini, sosialisasi peserta didik masih terbatas. Lingkungan
pertama
bagi
dirinya
adalah
keluarga.
Oleh
karena
itu,
pembelajaran PAK pada fase ini dibatasi pada lingkup terdekat,
yaitu keluarga. Pada fase ini, peserta didik menerima bahwa Allah
berkarya melalui ciptaan-Nya, termasuk diri dan keluarganya.
Allah menciptakan dan memelihara dirinya serta keluarganya.
Sebagai ungkapan syukur peserta didik atas pemeliharaan Allah,
mereka bertanggung jawab memelihara anggota tubuh, menerima
dirinya sebagai bagian dari keluarga, serta mensyukuri alam dan
lingkungan hidup pemberian Allah secara bertanggung jawab.
Fase B Berdasarkan Elemen
Elemen
Deskripsi
43
1. Allah Berkarya
2. Manusia dan Nilai-nilai
Kristiani
3. Gereja dan Masyarakat
4. Alam dan Lingkungan Hidup
Menerima karya Allah dalam
menciptakan dan memelihara
manusia di tengah kehidupan
keluarga
Bertanggung jawab memelihara
anggota tubuh
Menerima dirinya sebagai bagian
dari keluarga
Mensyukuri alam dan lingkungan
hidup pemberian Allah dengan
bertanggung jawab
3. Fase C (Usia Mental ± 8 Tahun, Umumnya Kelas V dan VI)
Pada
fase
ini,
peserta
didik
menerima
karya
Allah
yang
menciptakan dan memelihara dirinya sehingga peserta didik
mampu
beraktivitas
di
sekolah,
mengenal
lingkungan
dan
peraturannya, menerima keberagaman, serta mensyukuri alam
lingkungan hidup secara bertanggung jawab.
Fase C Berdasarkan Elemen
Elemen
1. Allah Berkarya
2. Manusia dan Nilai-Nilai
Kristiani
3. Gereja dan Masyarakat
4. Alam dan Lingkungan Hidup
Deskripsi
Menerima karya Allah mencipta
dan memelihara manusia di
tengah kehidupan di sekolah
Mengenal
lingkungan
dan
peraturan di sekolah
Menerima keberagaman
Mensyukuri alam dan lingkungan
hidup pemberian Allah dengan
bertanggung jawab
4. Fase D (Usia Mental ± 9 Tahun, Umumnya Kelas VII, VIII, dan IX)
Pada fase ini, peserta didik menerima karya Allah dalam Yesus
Kristus yang telah menyelamatkan manusia dan dunia. Peserta
didik belajar menerima bahwa Allah yang sudah memelihara
dirinya juga yang mengampuni dan menyelamatkan hidupnya.
Selanjutnya, peserta didik diharapkan berperilaku sesuai dengan
nilai-nilai kristiani dalam kehidupan sehari-hari, dan melakukan
aktivitas dalam kegiatan gereja, masyarakat dan lingkungan
sekitarnya.
Fase D Berdasarkan Elemen
Elemen
Deskripsi
Menerima karya pemeliharaan,
pengampunan dan penyelamatan
Allah
Meneladani Yesus mewujudkan
nilainilai
kristiani
dalam
kehidupan
1. Allah Berkarya
2. Manusia dan Nilai-Nilai
Kristiani
44
Menghayati karya Allah dalam
pelayanan gereja dan masyarakat
Menerima Allah memelihara alam
dan lingkungan hidup
3. Gereja dan Masyarakat
4. Alam dan Lingkungan Hidup
5. Fase E (Usia Mental ± 10 Tahun, Umumnya Kelas X)
Pada fase ini, peserta didik bersyukur karena memahami karya
Allah dalam pertumbuhan diri sebagai pribadi mandiri dalam hal
spiritual, fisik, dan sosial. Peserta didik melakukan kasih dalam
kehidupan
keluarga
dan
di
lingkungan
sekolah
serta
mengembangkan sikap toleran dan bertanggung jawab memelihara
alam lingkungan hidup.
Fase E Berdasarkan Elemen
Elemen
1. Allah Berkarya
2. Manusia dan Nilai-Nilai
Kristiani
3. Gereja dan Masyarakat
4. Alam dan Lingkungan Hidup
Deskripsi
Memahami karya Allah dalam
pertumbuhan diri sebagai pribadi
mandiri dalam hal spiritual, fisik,
sosial, dan emosional
Melakukan
kasih
dalam
kehidupan
keluarga
dan
di
lingkungan sekolah
Mengembangkan sikap toleran
dalam gereja dan masyarakat
Bertanggung jawab memelihara
alam lingkungan hidup
6. Fase F (Usia Mental ± 10 Tahun, Umumnya Kelas XI dan XII)
Pada fase ini, peserta didik mensyukuri karya Allah dalam
pertumbuhan diri sebagai pribadi mandiri dalam aspek sosial,
intelektual, dan budaya. Peserta didik melaksanakan tanggung
jawab sosial dalam lingkungan masyarakat, menerapkan aturan
dalam masyarakat, melaksanakan tanggung jawab demokrasi,
serta berperan aktif dalam masyarakat majemuk. Selain itu,
peserta didik dapat menerapkan sikap ugahari dalam melestarikan
alam lingkungan hidup.
Fase F Berdasarkan Elemen
Elemen
Deskripsi
Mensyukuri karya Allah dalam
pertumbuhan diri sebagai pribadi
mandiri dalam aspek sosial,
intelektual, dan budaya
Melaksanakan tanggung jawab
sosial
dalam
lingkungan
masyarakat
Menerapkan
aturan
dalam
masyarakat dan tanggung jawab
1. Allah Berkarya
2. Manusia dan Nilai-nilai
Kristiani
3. Gereja dan Masyarakat
45
4. Alam dan Lingkungan Hidup
46
demokrasi serta perannya dalam
masyarakat majemuk
Menerapkan sikap ugahari untuk
kelestarian alam lingkungan hidup
III. 3 CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI
PEKERTI
A. Rasional Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti
Pendidikan pada dasarnya merupakan tanggung jawab utama dan
pertama orang tua, demikian pula dalam hal pendidikan iman anak.
Pendidikan iman pertama-tama harus dimulai dan dilaksanakan di
lingkungan keluarga, tempat anak mulai mengenal dan mengembangkan
iman.
Pendidikan
iman
yang
dimulai
dalam
keluarga
perlu
dikembangkan lebih lanjut dalam Gereja (Umat Allah), dengan bantuan
pastor paroki, katekis, dan guru Pendidikan Agama Katolik di Sekolah
Luar Biasa (SLB).
Manusia adalah mahkluk ciptaan yang bermartabat luhur, diciptakan
secara istimewa oleh Allah dan disebut sebagai Citra Allah (bdk. Kej 1:26)
dengan
segala
kekhasan
yang
dimiliki.
Gereja
pada
prinsipnya
menegaskan pentingnya pendidikan bagi semua orang tanpa kecuali,
termasuk penyandang disabilitas, atau anak berkebutuhan khusus.
Dalam Alkitab, kita menemukan banyak hal tentang bagaimana kasih
Allah dinyatakan kepada setiap manusia ciptaan-Nya. Selama hidup-Nya,
Yesus telah memperlihatkan kasih Allah dengan “membuat orang buta
melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli
mendengar…”
(bdk:
Luk
7:22;
4:18-19).
Dalam
kelemahan
dan
penderitaan-Nya, Yesus Kristus memancarkan sukacita dan harapan
akan Kerajaan Allah. Dimensi biblis-eklesiologis yang menjadi dasar
pandangan ini ialah gambaran Gereja sebagai Tubuh Kristus. Tubuh
Kristus merangkul setiap pribadi, baik kelebihan dan kekurangannya.
Setiap anggota merupakan bagian dari Tubuh Kristus (1 Kor 12);
masing-masing merupakan bagian dari satu Tubuh, sesuai perannya.
Dalam Tubuh Kristus, tidak ada tempat bagi anggota yang mengklaim
paling berjasa; justru yang tampak lemah memberi peran penting. Dalam
perspektif ini, pribadi disabilitas diterima sebagai kekayaan dalam
komunitas. Disabilitas ditempatkan dalam kerangka formasi kematangan
pribadi
dalam
komunitas:
Setiap
orang
perlu
belajar
menerima
kelemahannya dalam hidup bersama. Keterbatasan fisik dan mental
bukan alasan yang mengurangi keluhuran martabat seseorang sebagai
anggota persekutuan. Dalam hal inilah, Konsili Vatikan II dalam
pernyataannya tentang Pendidikan Kristen (Gravisium Educationis)
47
menandaskan bahwa, “Semua orang dari suku, kondisi atau usia
manapun juga, berdasarkan martabat mereka selaku pribadi mempunyai
hak yang tak dapat diganggu gugat atas pendidikan....”
Semangat dan perhatian Gereja pada pendidikan di SLB sejalan dengan
semangat negara Indonesia dalam mewujudkan pendidikan yang
berlandaskan pada nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945. Negara menjamin
hak setiap peserta didik untuk memperoleh pendidikan iman sesuai
dengan
agama
dan
kepercayaan
masing-masing.
Hal
tersebut
ditegaskan lagi pada Undang-undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang
Penyandang Disabilitas. Negara Kesatuan Republik Indonesia menjamin
kelangsungan hidup setiap warga negara, termasuk menjamin hak para
penyandang disabilitas untuk memperoleh pendidikan. Salah satu
bentuk perwujudannya adalah dengan
menyelenggarakan pendidikan
iman (agama) secara formal di SLB, di antaranya, melalui Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti bagi peserta didik
berkebutuhan
khusus
dengan
hambatan
intelektual.
Hal
ini
dimaksudkan untuk mengembangkan potensi peserta didik secara
optimal sesuai kemampuannya.
Belajar Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti mendorong peserta
didik
menjadi
pribadi
beriman
yang
mampu
menghayati
dan
mewujudkan imannya dalam kehidupan sehari-hari. Mata pelajaran
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti membekali peserta didik
dengan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang bersumber dari Kitab
Suci, Tradisi, Ajaran Gereja (Magisterium), dan pengalaman iman peserta
didik. Kurikulum Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti diharapkan
mampu
mengembangkan
memahami,
menghayati,
kemampuan
mengenal,
mengungkapkan,
mengetahui,
mensyukuri,
dan
mewujudkan iman para peserta didik. Mata pelajaran Pendidikan Agama
Katolik
dan
Budi
Pekerti
disusun
secara
terencana
dan
berkesinambungan dalam rangka mengembangkan kemampuan peserta
didik untuk memperteguh iman dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang
Maha
Esa
sesuai
ajaran
iman
Gereja
Katolik,
dengan
tetap
memperhatikan penghormatan terhadap agama dan kepercayaan lain.
Hal ini dimaksudkan juga untuk menciptakan hubungan yang harmonis
antar umat beragama dalam masyarakat Indonesia yang majemuk demi
terwujudnya persatuan nasional berdasarkan nilai-nilai semangat
Pancasila dan UUD 1945.
48
B. Tujuan Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti
Mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti bertujuan:
1. agar peserta didik memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap
membangun hidup yang semakin beriman (beraklak mulia);
2. membangun hidup beriman Kristiani yang berarti membangun
kesetiaan pada Injil Yesus Kristus, yang memiliki keprihatinan
tunggal, yakni Kerajaan Allah. Kerajaan Allah merupakan situasi
dan
peristiwa
perdamaian
penyelamatan,
dan
keadilan,
situasi
dan
kebahagiaan
perjuangan
dan
untuk
kesejahteraan,
persaudaraan dan kesetiaan, serta kelestarian lingkungan hidup;
dan
3. mendidik
peserta
didik
menjadi
manusia
paripurna
yang
berkarakter mandiri, bernalar kritis, kreatif, bergotong royong, dan
berkebinekaan global sesuai dengan tata paham dan tata nilai yang
diajarkan dan dicontohkan oleh Yesus Kristus sehingga nilai-nilai
yang dihayati dapat tumbuh dan membudaya dalam sikap dan
perilaku peserta didik (Profil Pelajar Pancasila).
C. Karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti
Mata
pelajaran
Pendidikan
Agama
Katolik
dan
Budi
Pekerti
diorganisasikan dalam lingkup empat elemen konten dan tujuh
kecakapan. Empat elemen konten tersebut adalah:
Elemen
Pribadi Peserta Didik
Yesus Kristus
Gereja
Masyarakat
Deskripsi
Elemen ini membahas tentang diri sebagai laki-laki
atau perempuan yang memiliki kemampuan dan
keterbatasan, kelebihan dan kekurangan, yang
dipanggil untuk membangun relasi dengan sesama
serta lingkungannya sesuai dengan Tradisi Katolik.
Elemen ini membahas tentang pribadi Yesus Kristus
yang mewartakan Allah Bapa dan Kerajaan Allah,
seperti yang terungkap dalam Kitab Suci Perjanjian
Lama dan Perjanjian Baru, agar peserta didik berelasi
dengan Yesus Kristus dan meneladani-Nya.
Elemen ini membahas tentang makna Gereja agar
peserta didik mampu mewujudkan kehidupan
menggereja.
Elemen ini membahas tentang perwujudan iman
dalam hidup bersama di tengah masyarakat sesuai
dengan Tradisi Katolik.
Kecakapan dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi
Pekerti
adalah
mengenal,
mengetahui,
49
memahami,
menghayati,
mengungkapkan, mensyukuri, dan mewujudkan. Dengan memiliki
kecakapan mengenal, mengetahui, dan memahami, peserta didik
diharapkan memiliki pengenalan, pengetahuan, dan pemahaman ajaran
iman Katolik yang otentik. Kecakapan menghayati membantu peserta
didik
memiliki
penghayatan
iman
Katolik
sehingga
mampu
mengungkapkan dan mensyukuri iman dalam berbagai ritual ungkapan
iman dan pada akhirnya mampu mewujudkan iman dalam kehidupan
sehari-hari
di
masyarakat.
Kecakapan
ini
merupakan
dasar
pengembangan konsep belajar Pendidikan Agama Katolik dan Budi
Pekerti.
Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan
Budi
Pekerti
pendidikan
khusus
mengacu
pada
peserta
didik
berkebutuhan khusus dengan hambatan intelektual. Peserta didik
berhambatan intelektual yang dimaksud adalah tunagrahita, autis,
tunanetra dengan hambatan intelektual, tunarungu dengan hambatan
intelektual,
dan
tunadaksa
dengan
hambatan
intelektual.
Oleh
karenanya, Capaian Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi
Pekerti bagi peserta didik berkebutuhan khusus yang mempunyai
hambatan intelektual atau retardasi mental diklasifikasikan menjadi
enam fase berdasarkan usia mental. Adapun keenam fase usia mental
tersebut adalah: fase A umumnya usia mental ≤ 7 tahun untuk kelas I
dan II, fase B umumnya usia mental ± 8 tahun untuk kelas III dan IV, fase
C umumnya usia mental ± 8 tahun untuk kelas V dan VI, fase D
umumnya usia mental ± 9 tahun untuk kelas VII, VIII dan IX, fase E
umumnya usia mental ±10 tahun untuk kelas X, dan fase F umumnya
usia mental ±10 tahun untuk kelas XI dan XII.
D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan
Budi Pekerti setiap Fase
1. Fase A (Usia Mental ≤ 7 Tahun, Umumnya Kelas I dan II)
Pada akhir fase A, peserta didik dapat mengenal bahwa dirinya
dicintai Tuhan, mengenal anggota tubuhnya, merawat anggota
tubuhnya (pola hidup sehat, bersih, dan santun berpakaian), mengenal
kisah kelahiran Yesus, mengenal sikap berdoa dan membuat tanda
salib, mengenal diri dan keluarganya, mengenal diri dan temannya di
lingkungan rumah, mengenal
kisah Keluarga Yesus tinggal di Nazaret,
mengenal doa Bapa Kami dan doa Salam Maria. Pada akhirnya peserta
50
didik dapat menghayati, mensyukuri
dan mewujudkan apa yang
dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari.
Fase A Berdasarkan Elemen
Elemen
Deskripsi
Pribadi Peserta Didik
Peserta didik mampu mengenal bahwa dirinya
dicintai Tuhan dengan berbagai macam anugerah
yang telah didapatkannya, antara lain anggota
tubuh dan keluarga; serta mewujudkan rasa syukur
dengan merawat anggota tubuh.
Peserta didik mengenal teman-teman yang ada di
lingkungan rumah.
Yesus Kristus
Peserta didik mengenal kisah kelahiran Yesus dan
keluarga Yesus yang tinggal di Nazaret.
Gereja
Peserta didik mampu mengenal sikap berdoa dan
membuat tanda salib dengan baik dan benar, serta
membiasakan diri berdoa Bapa Kami dan Salam
Maria.
Masyarakat
-
2. Fase B (Usia Mental ± 8 Tahun, Umumnya Kelas III dan IV)
Pada akhir fase B, peserta didik mengenal temannya di lingkungan
sekolah, mengenal kisah Allah menciptakan langit dan bumi, Yesus di
persembahkan di bait Allah, mengenal Doa Kemuliaan, mengenal
bagaimana merawat lingkungan sekitarnya,
mengenal diri dan
bangga diciptakan sebagai laki-laki atau perempuan, mengenal Kisah
Nuh, kisah Yesus diketemukan di Bait Allah, mengenal makna gereja
sebagai tempat ibadat umat Katolik, mengenal Syahadat Para Rasul
dan mengenal bagaimana hidup rukun dengan tetangga. Pada
akhirnya
peserta
didik
dapat
menghayati,
mensyukuri
dan
mewujudkan apa yang dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari.
Fase B Berdasarkan Elemen
Elemen
Deskripsi
Pribadi Peserta Didik
Peserta didik mampu mengenal diri dan bangga
diciptakan sebagai laki-laki atau perempuan.
Peserta didik mengenal teman di lingkungan
sekolah.
Yesus Kristus
Peserta didik mengenal karya keselamatan Allah
melalui kisah penciptaan langit dan bumi serta kisah
Nabi Nuh dan Bahteranya.
Peserta didik mengenal karya keselamatan Allah
melalui kisah Yesus dipersembahkan di bait Allah,
dan Yesus diketemukan di Bait Allah.
Gereja
Peserta didik mengenal gereja sebagai tempat ibadat
51
umat Katolik.
Peserta didik mengenal aneka doa dalam Gereja,
antara lain Doa Kemuliaan dan Syahadat Para
Rasul.
Masyarakat
Peserta didik mengenal perwujudan iman dalam
hidup bersama dengan cara merawat lingkungan
sekitar, dan hidup rukun dengan tetangga.
3. Fase C (Usia Mental ± 8 tahun, Umumnya kelas V dan VI)
Pada akhir fase C, peserta didik dapat mengenal talentanya, mengenal
kisah Abraham Bapa Bangsa, kisah mukjizat lima roti dan dua ikan,
mengenal alat liturgi, petugas liturgi, dan sikap liturgi, mengenal
kegiatan kerja bakti membersihkan lingkungan, mengenal sikap peduli
kepada
teman,
mengenal
kisah
keteladanan
Daud,
kisah
kebijaksanaan Salomo, mengenal keanekaragaman agama dan tempat
ibadah di Indonesia dan keanekaragaman budaya di Indonesia. Pada
akhirnya
peserta
didik
dapat
menghayati,
mensyukuri
dan
mewujudkan apa yang dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari.
Fase C Berdasarkan Elemen
Elemen
Deskripsi
Pribadi Peserta Didik
Peserta didik mampu mengenal talenta yang
dimilikinya.
Peserta didik mampu mengenal dan memiliki sikap
peduli kepada teman sesuai dengan ajaran Gereja
Katolik.
Yesus Kristus
Peserta didik mampu mengenal karya keselamatan
Allah melalui kisah Abraham Bapa Bangsa, Daud,
dan kebijaksanaan Salomo.
Peserta didik mengenal Yesus dan keteladanNya
melalui kisah mukjizat lima roti dan dua ikan.
Gereja
Peserta didik mengenal alat-alat liturgi, petugas
liturgi, dan sikap liturgi.
Masyarakat
Peserta didik mampu mengenal perwujudan iman
dalam hidup bersama melalui kerja bakti.
Peserta didik mengenal keanekaragaman agama dan
tempat ibadah, serta budaya di Indonesia.
4. Fase D (Usia Mental ± 9 tahun, Umumnya Kelas VII, VIII dan IX)
Pada akhir fase D, peserta didik mampu mengetahui ciri khas dirinya
sebagai laki-laki atau perempuan, mengetahui bahwa dirinya mampu
berbuat baik, mengetahui kisah Yusuf, kisah Yosua, kisah Yesus
dibaptis, Yesus sebagai Pendoa, Yesus mengampuni, Sakramen Baptis,
Syahadat Para Rasul, mengetahui dirinya mampu berbuat baik,
52
mengetahui kisah Yosua, Yesus Mengampuni, Sakramen Tobat,
Sakramen Ekaristi dan mengetahui cara melestarikan lingkungan
alam, mengetahui tugasnya sebagai laki-laki atau perempuan,
mengetahui kisah Musa, kisah Yesus memberi makan lima ribu orang,
Sakramen Krisma dan persaudaraan sejati dalam keberagaman. Pada
akhirnya,
peserta
didik
dapat
menghayati,
mensyukuri
dan
mewujudkan apa yang dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari.
Fase D Berdasarkan Elemen
Elemen
Deskripsi
Pribadi Peserta Didik
Peserta didik mengetahui ciri khas dan tugasnya
sebagai laki-laki atau perempuan.
Peserta
didik
mengetahui
kelebihan
dan
kekurangannya agar mampu berbuat baik.
Yesus Kristus
Peserta didik mengetahui karya keselamatan Allah
melalui kisah Yusuf menyelamatkan keluarganya
dari bencana kelaparan, Yosua menyeberangkan
umat Israel di sungai Yordan ke Tanah Kanaan, dan
kelahiran Musa.
Peserta didik mengetahui karya keselamatan Allah
melalui kisah Yesus dibabtis, Yesus sebagai pendoa,
Yesus yang mengampuni, dan Yesus memberi
makan lima ribu orang.
Gereja
Peserta didik mengetahui beberapa sakramen dalam
Gereja Katolik, antara lain sakramen Baptis,
sakramen Tobat, sakramen Ekaristi, sakramen
Krisma; dan mengetahui Syahadat Para Rasul.
Masyarakat
Peserta didik mengetahui perwujudan iman dalam
hidup
bersama
dengan
cara
melestarikan
lingkungan alam, dan mengupayakan persaudaraan
sejati dalam keberagaman.
5. Fase E (Usia Mental ± 10 tahun, Umumnya Kelas X)
Pada akhir fase E, peserta didik mampu mengetahui panggilan hidup:
berkeluarga dan karya/profesi, mengetahui kisah pembebasan bangsa
Israel, Sepuluh Perintah Allah sebagai pedoman hidup, Yesus
mewartakan Kerajaan Allah melalui perumpamaan, doa pribadi dan
menghormati
orang
tua.
Pada
akhirnya,
peserta
didik
dapat
menghayati, mensyukuri dan mewujudkan apa yang dipelajarinya
dalam kehidupan sehari-hari.
Fase E Berdasarkan Elemen
Elemen
Pribadi Peserta Didik
Deskripsi
Peserta didik mengetahui
berkeluarga dan karya/profesi.
53
panggilan
hidup:
Yesus Kristus
Peserta didik mengetahui karya keselamatan Allah
melalui kisah penyeberangan Laut Merah dan
Sepuluh Perintah Allah sebagai pedoman hidup.
Peserta didik mengetahui karya keselamatan Allah
melalui kisah Yesus yang mewartakan Kerajaan
Allah melalui perumpamaan.
Gereja
Peserta didik mengetahui perwujudan
menggereja melalui doa pribadi.
Masyarakat
Peserta didik mengetahui perwujudan iman dengan
cara menghormati orang tua.
hidup
6. Fase F (Usia Mental ± 10 tahun, Umumnya Kelas XI dan XII)
Pada akhir fase F, peserta didik mampu mengetahui cita-citanya,
makna Lima Perintah Gereja, makna mukjizat-mukjizat Yesus, makna
Gereja sebagai persekutuan umat Allah, makna doa bersama, makna
menghormati kehidupan (manusia, hewan dan tumbuhan, bebas miras
dan narkoba), cara mengembangkan dirinya, makna Allah memberkati
para pemimpin Israel: Samuel, Saul dan Daud, sengsara, wafat dan
kebangkitan Yesus, makna Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus dan
makna saling menghormati keberagaman. Pada akhirnya, peserta didik
dapat
menghayati,
mensyukuri
dan
mewujudkan
apa
yang
dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari.
Fase F Berdasarkan Elemen
Elemen
Deskripsi
Pribadi Peserta Didik
Peserta didik mengetahui kemampuan dan
keterbatasannya agar dapat menentukan cita-cita
serta cara pengembangan diri.
Yesus Kristus
Peserta didik mengetahui karya keselamatan Allah
melalui kisah Allah yang memberkati pemimpin
Israel: Samuel, Saul, dan Daud.
Peserta didik mengetahui karya keselamatan Allah
melalui kisah mukjizat-mukjizat Yesus, kisah
sengsara, wafat, dan kebangkitan Yesus, serta
mengenal Allah Bapa, Putra, dan Roh Kudus.
Gereja
Peserta
didik
mengetahui
Gereja
sebagai
persekutuan Umat Allah dan Lima Perintah Gereja.
Peserta didik mengetahui cara mewujudkan
kehidupan menggereja melalui kegiatan doa
bersama.
Masyarakat
Peserta didik mengetahui perwujudan iman dalam
hidup bersama melalui penghormatan terhadap
kehidupan dan keberagaman.
54
III.4 REVIEW CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KHUSUS PENDIDIKAN
AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI
A. Rasional Mata Pelajaran
Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang sangat cepat
menimbulkan perubahan pada perilaku yang dapat mempengaruhi
berbagai aspek kehidupan. Dalam menghadapi perkembangan tersebut,
pendidikan agama menjadi sangat penting karena pendidikan agama
berfungsi untuk membentuk manusia Indonesia yang unggul dan
mempunyai akhlak mulia. Pendidikan Agama Hindu dapat memberikan
kendali atau kontrol pada umatnya untuk menghindarkan diri dari
pengaruh negatif akibat perkembangan zaman.
Di dalam konteks kehidupan sebagai warga negara, umat Hindu memiliki
konsep
Dharma
Negara
dan
Dharma
Agama,
berdasarkan
hasil
pesamuhan agung Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat. Dengan
demikian, secara otomatis agama Hindu mendukung keutuhan NKRI
karena alasan berikut.
1. Agama Hindu selalu mengajarkan konsep Tri Hita Karana (hubungan
antara manusia dengan Hyang Widhi Wasa, hubungan manusia
dengan manusia, dan hubungan manusia dengan alam lingkungan.
2. Agama Hindu selalu menanamkan ajaran Tri Kaya Parisudha (berpikir
baik, berkata baik, dan berbuat baik) pada setiap umatnya.
Selain itu, banyak konsepsi ajaran Hindu yang terkait nilai-nilai
ketuhanan, kemanusiaan, cinta tanah air, musyawarah, dan keadilan
sosial. Di antaranya, Sraddha dan Bhakti, Tat Twam Asi, Wasudhaiwa
Kutumbakam, Asah-Asih-Asuh, dan seterusnya sesuai dengan kearifan
lokal Hindu di Nusantara. Ide, gagasan, dan konsep-konsep tersebut
tertuang dalam kurikulum Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti.
Kurikulum mata pelajaran pendidikan agama Hindu dan budi pekerti
berfokus pada:
1. Kitab suci Weda sebagai sumber ajaran agama Hindu yang
menekankan kepada pemahaman nilai-nilai kebenaran (Satyam),
kesucian (Siwam), dan keindahan (Sundaram);
2. Tattwa yang terkait dengan aspek keimanan dan ketakwaan terhadap
Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa sebagai sumber ciptaan
alam semesta beserta isinya;
55
3. Susila yang merupakan konsepsi akhlak mulia dalam ajaran agama
Hindu yang menekankan pada penguasaan etika dan moral baik
sehingga tercipta insan-insan Hindu yang Sādhu (bijaksana), Siddha
(kerja keras), Śuddha (bersih), dan Siddhi (cerdas);
4. Acara merupakan implementasi Weda dalam praktik keagamaan
(ibadah) agama Hindu sesuai dengan kearifan lokal Hindu di
Nusantara;
5. Sejarah agama Hindu yang menekankan pada sejarah perkembangan
agama dan kebudayaan Hindu lokal dan nasional.
Kecakapan yang diharapkan dari peserta didik adalah mampu merespons,
mengenal, menunjukkan, mengetahui, memahami, menghayati, dan
menerapkan ajaran agama Hindu dalam kehidupan sehari-hari, baik di
lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara yang selaras
dengan nilai-nilai Pancasila dalam rangka membangun hubungan
manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan
alam. Kecakapan ini diharapkan dapat menciptakan kerukunan intern
beragama, antarumat beragama, dan moderasi beragama dalam bingkai
kebangsaan serta tumbuhnya sikap toleransi terhadap suku, agama, ras,
dan antar-golongan berdasarkan Pancasila, UUD 1945, Negara Kesatuan
Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika.
B. Tujuan Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti
Tujuan pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi
Pekerti adalah agar peserta didik mampu:
1. Menjiwai dan menghayati nilai-nilai universal yang terkandung dalam
kitab suci Weda;
2. Menunjukkan sikap dan perilaku yang dilandasi Sraddha dan Bhakti
(beriman dan bertakwa), menumbuhkembangkan dan meningkatkan
kualitas diri, antara lain: percaya diri, rasa ingin tahu, santun, disiplin,
jujur, mandiri, peduli, toleransi, bersahabat, dan bertanggung jawab
dalam hidup bermasyarakat, serta mencerminkan pribadi yang
berbudi pekerti luhur dan cinta tanah air;
3. Menumbuhkan sikap bersyukur, ksama (pemaaf), disiplin, satya
(jujur), ahimsa (tidak melakukan kekerasan), karuna (menyayangi),
rajin, bertanggung jawab, tekun, mandiri, mampu bekerja sama,
gotong royong dengan lingkungan sosial dan alam;
56
4. Memahami kitab suci Weda, tattwa (Sradha Bhakti, keimanan), susila
(etika),
acara,
dan
sejarah
agama
Hindu
secara
konseptual,
substansial, prosedural, dan spiritual;
5. Berpikir dan bertindak efektif secara sekala (nyata) dan niskala (tidak
nyata) melalui Puja Bhakti: doa, sembahyang, Chanda (Dharmagita,
nyanyian Tuhan, kidung, tembang, suluk, kandayu, bhajan, dan
sejenisnya), upacara, upakara, Yoga Asanas, Dharma Wacana, dan
Dharma Tula; dan
6. Berperan aktif dalam melestarikan budaya, tradisi, adat istiadat
berdasarkan nilai-nilai kearifan lokal Hindu di Nusantara serta
membangun masyarakat yang damai dan inklusif dengan menjunjung
tinggi
nilai-nilai
toleransi,
gotong
royong,
berkeadilan
sosial,
berorientasi pada pembangunan berkelanjutan, dan memenuhi
kewajiban sebagai warga negara untuk mewujudkan kehidupan yang
selaras, serasi, dan harmonis.
C. Karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti
Karakteristik mata pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti
adalah turunan dari Profil Pelajar Pancasila yang disusun oleh tim
Kemdikbud dan dikembangkan menjadi elemen konten dan elemen
kecakapan sebagai berikut.
1. Mata
Pelajaran
Pendidikan
Agama
Hindu
dan
Budi
Pekerti
diorganisasikan dalam 5 elemen (strand) konten.
2. Elemen kecakapan yang ada dalam mata pelajaran Pendidikan Agama
Hindu dan Budi Pekerti terdiri atas: empati, komunikasi, refleksi,
berpikir kritis, kreatif, dan kolaborasi.
Elemen Kecakapan mata pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi
Pekerti.
Elemen
Empati
Deskripsi
Kepedulian terhadap diri sendiri, lingkungan,
dan situasi di mana dia berada. Hal ini
diwujudkan
dengan
sikap
saling
menghormati dan menghargai orang lain
serta alam di mana dia berada sehingga
tercipta rasa kesetiakawanan tanpa batas
dengan menunjung tinggi prinsip Tat Twam
Asi dan Wasudhaiwa Kutumbakam.
57
Komunikasi
Interaksi, baik verbal maupun nonverbal,
untuk menunjang hubungan, baik personal,
antarpersonal, maupun intrapersonal. Hal ini
ditunjukkan dengan pembelajaran agama
Hindu yang berorientasi pada ajaran Tri Hita
Karana (jalinan hubungan antara manusia
dengan Tuhan, manusia dengan manusia,
dan
manusia
dengan
alam)
dengan
mengemban prinsip Tri Kaya Parisudha
(berpikir, berkata dan berbuat yang baik.
Refleksi
Melihat kenyataan sebagai bagian dari upaya
pembelajaran
untuk
meningkatkan
kemampuan diri, kepekaan sosial dalam
kaitannya dengan kemampuan personal. Hal
ini tampak pada pembelajaran agama Hindu
yang mengarahkan peserta didik untuk
menjadi orang yang mulat sarira (introspeksi
diri) dengan menasihati dirinya sendiri
(dama) untuk kebaikan dan kualitas diri
dalam kehidupan sehingga dapat mengatasi
permasalahan hidup
Kemampuan untuk berpikir secara logis
(nyaya),
reflektif
(dhyana),
sistematis
(kramika), dan produktif (saphala) yang
diaplikasikan dalam menilai situasi untuk
membuat pertimbangan dan keputusan yang
baik. Hal ini diwujudkan pada pembelajaran
agama Hindu yang mengarahkan peserta
didik untuk menganalisis sesuatu dalam
situasi dan kondisi apa pun guna mencapai
kebenaran, baik dalam lingkup diri sendiri,
orang lain, maupun masyarakat luas sebagai
bentuk penerapan nilai-nilai Prasada atau
berpikir dan berhati suci serta tanpa pamrih.
Berpikir Kritis
Kreatif
Kreatif artinya dapat mengkreasikan atau
memiliki kemampuan untuk menciptakan
sesuatu yang baru. Hal ini diwujudkan dalam
pembelajaran
agama
Hindu
yang
mengarahkan peserta didik untuk berkreasi
dan mengupayakan agar nilai-nilai agama
Hindu dapat dipahami secara fleksibel sesuai
kearifan lokal Hindu di Nusantara.
Kolaborasi
Suatu bentuk proses sosial yang di dalamnya
terdapat aktivitas tertentu yang ditujukan
untuk mencapai tujuan bersama dengan
saling membantu dan saling memahami
aktivitas masing-masing. Hal ini tampak
pada pembelajaran agama Hindu yang
mengarahkan peserta didik untuk dapat
hidup berdampingan satu dengan yang lain,
saling bekerja sama, dan bergotong royong
berdasarkan nilai-nilai Tri Kaya Parisudha.
3. Elemen konten dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan
Budi Pekerti terdiri atas kitab suci Weda, Tattwa, Susila, Acara, dan
58
Sejarah. Adapun penjelasan dari masing-masing elemen konten ini
sebagai berikut.
Elemen konten dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan
Budi Pekerti
Elemen
Deskripsi
Kitab Suci Weda (Sebagai Kitab suci Weda adalah sumber ajaran agama
Sumber Ajaran Hindu)
Hindu berdasarkan wahyu Tuhan (Hyang Widhi
Wasa). Kitab suci Weda ini bersifat Sanatana dan
Nutana Dharma (abadi dan fleksibel sesuai
kearifan lokal yang ada), Apauruseya (bukan
karangan manusia), dan Anadi Ananta (tidak
berawal dan tidak berakhir). Secara umum,
kodifikasi kitab suci Weda oleh Maharsi Wyasa
terdiri atas dua bagian utama sebagai berikut.
1) Weda Sruti
Weda Sruti adalah wahyu yang diterima dan
didengarkan secara langsung oleh para
Maharsi. Weda Sruti terbagi menjadi empat,
yakni (1) Rg Weda, (2) Yajur Weda, (3) Sama
Weda, dan (4) Atharwa Weda, yang masingmasing memiliki kitab Mantra, Brahmana,
Aranyaka, dan Upanisad.
2) Weda Smerti
Weda Smerti adalah Weda yang berdasarkan
ingatan Maharsi dan tafsir atau penjelasan dari
Weda Sruti. Weda Smerti terdiri atas Wedangga
(Siksa, Nirukta, Jyotisa, Chanda, Wyakarana,
dan Kalpa) dan Upaweda (Arthasastra,
Ayurweda, Gandharwaweda, Dhanurweda),
dan Nibanda. Peserta didik diharapkan dapat
memahami dan menghayati alur sejarah kitab
suci Weda, pembagiannya, masing-masing
serta menerapkan nilai-nilai ajaran Weda
dalam kehidupan sehari-hari.
Tattwa (Sebagai Pokok
Keimanan dan
Ketaqwaan Hindu)
Tattwa adalah pokok keimanan Hindu yang berisi
ajaran-ajaran kebenaran untuk meyakinkan umat
Hindu agar memiliki rasa Sraddha dan Bhakti yang
kokoh. Dalam berbagai teks Jawa Kuna dan
bahasa daerah di Nusantara, istilah tattwa
menunjuk
pada
prinsip-prinsip
kebenaran
tertinggi. Tattwa agama Hindu di Indonesia
merupakan hasil konstruksi ajaran filosofis kitab
suci Weda. Peserta didik diharapkan dapat
meyakini
ajaran
Panca
Sraddha
untuk
menumbuhkan rasa bhakti serta mengamalkan
nilai-nilai
kebenaran,
kesucian,
dan
keharmonisan dalam masyarakat.
59
Susila (Sebagai Konsepsi
dan Aplikasi Akhlak
Mulia dalam Hindu)
Susila adalah ajaran etika dan moralitas dalam
kehidupan untuk kesejahteraan dalam tatanan
masyarakat. Peserta didik mampu menerapkan
nilai-nilai Susila berdasarkan wiweka, prinsip Tri
Hita Karana, Tri Kaya Parisudha, Tat Twam Asi,
dan Wasudaiwa Kutumbhakam. Selain itu, peserta
didik peka terhadap persoalan persoalan sosial
yang berkembang di masyarakat
Acara (Sebagai
Penerapan Praktik
Keagamaan atau Ibadah
dalam Hindu)
Acara merupakan praktik keagamaan Hindu yang
diterapkan dalam bentuk pelaksanaan Yajña atau
korban suci yang tulus ikhlas sesuai dengan
kearifan lokal Hindu di Nusantara. Peserta didik
dapat memahami dan menerapkan nilai-nilai
acara agama dalam berbagai bentuk aktivitas
keagamaan Hindu sesuai kearifan lokal dan
budaya setempat yang harus dilestarikan sebagai
kekayaan budaya bangsa.
Sejarah Agama Hindu
Sejarah adalah kajian tertulis tentang peristiwa
yang benar-benar terjadi pada masa lampau.
Peserta didik mampu mengenal, mengetahui,
memahami tokoh dan peristiwa pada masa lampau
yang terkait dengan perkembangan agama dan
kebudayaan Hindu. Selanjutnya, peserta didik
mampu meneladani nilai-nilai ketokohan Hindu
yang relevan dengan kehidupan masyarakat lokal
dan nasional. Pembelajaran sejarah agama Hindu
diharapkan dapat membentuk jati diri peserta
didik sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang
menjujung tinggi nilai luhur budaya lokal dan
nasional untuk mempererat jalinan persaudaraan,
persatuan,
dan
kesatuan
bangsa
tanpa
membedakan
suku,
agama,
ras,
dan
antargolongan.
D. Capaian Pembelajaran Setiap Fase
1. Fase A (Usia Mental
7 Tahun, Umumnya Kelas I dan II)
Pada akhir Fase A, peserta didik mampu mengenal ciptaan Hyang
Widhi Wasa dalam aspek Keyakinan dan Ketuhanan, nilai-nilai Tri
Kaya Parisudha dan perilaku orang suci di lingkungan keluarga dan
sekolah, serta mengenal hari-hari suci dalam agama Hindu.
Fase A Berdasarkan Elemen
Elemen
Deskripsi
Kitab Suci Weda (Sebagai
Sumber Ajaran Hindu) *)
Tattwa (Sebagai Pokok
Keimanan dan Ketaqwaan
Hindu)
Peserta didik mampu mengenal ciptaan
Hyang Widhi Wasa dalam aspek Keyakinan
dan Ketuhanan
60
Susila (Sebagai Konsepsi dan
Aplikasi Akhlak Mulia dalam
Hindu)
Peserta didik mampu mengenal nilai-nilai Tri
Kaya Parisudha dan perilaku orang suci di
lingkungan keluarga dan sekolah.
Acara (Sebagai Penerapan
Praktik Keagamaan atau
Ibadah dalam Hindu)
Peserta didik mampu mengenal hari-hari suci
dalam agama Hindu.
Sejarah Agama Hindu *)
(*): Mata pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti
terdiri atas 5 elemen. Elemen yang bertanda (*) pada tabel di atas
tidak dideskripsikan karena tidak dibelajarkan pada Fase ini.
2. Fase B (Usia Mental ± 8 Tahun, Umumnya Kelas III dan IV)
Pada akhir Fase B, peserta didik mampu mengenal Tri Parartha,
mampu memahami Subha Asubha Karma dan sifat Wiweka. Peserta
didik juga mampu menerapkan Tri Sandhya, Dainika Upasana, dan
mampu memahami tempat suci.
Fase B Berdasarkan elemen
Elemen
Deskripsi
Kitab Suci Weda (Sebagai
Sumber Ajaran Hindu) *)
Tattwa (Sebagai Pokok
Keimanan dan Ketaqwaan
Hindu) *)
Susila (Sebagai Konsepsi dan
Aplikasi Akhlak Mulia dalam
Hindu)
Peserta didik mampu mengenal Tri Parartha,
memahami Subha Asubha Karma, dan sifat
Wiweka.
Acara (Sebagai Penerapan
Praktik Keagamaan atau
Ibadah dalam Hindu)
Peserta didik mampu menerapkan Tri
Sandhya dan Dainika Upasana, serta mampu
memahami tempat suci.
Sejarah Agama Hindu *)
(*) : Mata pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti
terdiri atas 5 elemen. Elemen yang bertanda (*) pada tabel di atas
tidak dideskripsikan karena tidak dibelajarkan pada Fase ini.
3. Fase C (Usia Mental ± 8 Tahun, Umumnya Kelas V dan VI)
Pada akhir Fase C, peserta didik mampu mengenal karakter tokohtokoh dalam cerita Mahabharata sebagai tuntunan hidup. Peserta
didik juga mampu memahami ajaran Catur Guru dalam ajaran etika
Hindu, ajaran Tri Hita Karana untuk mencapai kebahagiaan hidup,
korban suci (Panca Yājña) sebagai bagian pelaksanaan kehidupan
61
sosial
agama
Hindu,
dan
mampu
memahami
sarana
persembahyangan.
Fase C Berdasarkan Elemen
Elemen
Deskripsi
Kitab Suci Weda (Sebagai
Sumber Ajaran Hindu)
Peserta didik mampu mengenal karakter
tokoh-tokoh dalam cerita Mahabharata
sebagai tuntunan hidup.
Tattwa (Sebagai Pokok
Keimanan dan Ketaqwaan
Hindu) *)
Susila (Sebagai Konsepsi dan Peserta didik mampu memahami ajaran Catur
Aplikasi Akhlak Mulia dalam Guru dalam ajaran etika Hindu dan mampu
Hindu)
memahami ajaran Tri Hita Karana untuk
mencapai kebahagiaan hidup.
Acara (Sebagai Penerapan
Praktik Keagamaan atau
Ibadah dalam Hindu)
Peserta didik mampu memahami korban suci
(Panca Yājña) sebagai bagian pelaksanaan
kehidupan sosial agama Hindu dan mampu
memahami sarana persembahyangan.
Sejarah Agama Hindu *)
(*) : Mata pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti
terdiri atas 5 elemen. Elemen yang bertanda (*) pada tabel di atas
tidak dideskripsikan karena tidak dibelajarkan pada Fase ini.
4. Fase D (Usia Mental ± 9 Tahun, Umumnya Kelas VII dan IX)
Pada akhir Fase D, peserta didik mampu mengenal karakter tokohtokoh dalam cerita Ramayana sebagai tuntunan hidup. Peserta didik
juga mampu memahami unsur Panca Mahabhuta, Karmaphala
sebagai hukum sebab akibat, dan Cadu Sakti sebagai kemahakuasaan
Hyang Widhi Wasa. Selain itu, peserta didik juga mampu memahami
Catur Asrama, Catur Purusartha, dan Catur Warna sebagai aplikasi
nilai-nilai
susila
dalam
kehidupan
sehari-hari,
dan
mampu
menerapkan budaya hidup bersih dan sehat, serta melestarikan
tradisi budaya adiluhung.
Fase D Berdasarkan Elemen
Elemen
Deskripsi
Kitab Suci Weda (Sebagai
Sumber Ajaran Hindu)
Peserta didik mampu mengenal karakter
tokoh-tokoh dalam cerita Ramayana sebagai
tuntunan hidup.
Tattwa (Sebagai Pokok
Keimanan dan Ketaqwaan
Hindu)
Peserta didik mampu memahami unsur
Panca Mahabhuta, Karmaphala sebagai
hukum sebab akibat, dan Cadu Sakti sebagai
kemahakuasaan Hyang Widhi Wasa.
62
Susila (Sebagai Konsepsi dan
Aplikasi Akhlak Mulia dalam
Hindu)
Peserta didik mampu memahami Catur
Asrama, Catur Purusartha, dan Catur Warna
sebagai aplikasi nilai-nilai susila dalam
kehidupan sehari-hari.
Acara (Sebagai Penerapan
Praktik Keagamaan atau
Ibadah dalam Hindu)
Peserta didik mampu menerapkan budaya
hidup bersih dan sehat; melestarikan tradisi
budaya adiluhung.
Sejarah Agama Hindu*)
(*) : Mata pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti
terdiri atas 5 elemen. Elemen yang bertanda (*) pada tabel di atas
tidak dideskripsikan karena tidak dibelajarkan pada Fase ini.
5. Fase E (Usia Mental ± 10 Tahun, Umumnya Kelas X)
Pada akhir Fase E, peserta didik mampu memahami Catur Marga
dalam kehidupan sosial keagamaan, mampu menerapkan nilai-nilai
susila Hindu tentang ajaran Panca Yama dan Niyama Brata, dan
mampu memahami nilai-nilai positif sejarah perkembangan Hindu di
Indonesia sebelum kemerdekaan.
Fase E berdasarkan Elemen
Elemen
Deskripsi
Kitab Suci Weda (Sebagai
Sumber Ajaran Hindu) *)
Tattwa (Sebagai Pokok
Keimanan dan Ketaqwaan
Hindu)
Peserta didik mampu memahami Catur Marga
dalam kehidupan sosial keagamaan.
Susila (Sebagai Konsepsi dan
Aplikasi Akhlak Mulia dalam
Hindu)
Peserta didik mampu menerapkan nilai-nilai
susila Hindu tentang ajaran Panca Yama dan
Niyama Brata.
Acara (Sebagai Penerapan
Praktik Keagamaan atau
Ibadah dalam Hindu) *)
Sejarah Agama Hindu
Peserta didik mampu memahami nilai-nilai
positif sejarah perkembangan Hindu di
Indonesia sebelum kemerdekaan.
(*) : Mata pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti
terdiri atas 5 elemen. Elemen yang bertanda (*) pada tabel di atas
tidak dideskripsikan karena tidak dibelajarkan pada Fase ini.
6. Fase F (Usia Mental ± 10 tahun, Umumnya Kelas XI dan XII)
Pada akhir Fase F, peserta didik mampu mengenal mitologi Hindu
dalam Purana berwawasan kearifan lokal, mampu menganalisis ajaran
Tri Guna dan mampu mengenal nilai-nilai susila Hindu dalam lingkup
keluarga Sukinah. Peserta didik juga mampu menerapkan ajaran Yoga
63
sebagai pengamalan nilai-nilai sosial religius dalam kehidupan. Selain
itu, peserta didik mampu memahami nilai-nilai positif sejarah
perkembangan Hindu di Indonesia setelah kemerdekaan.
Fase F Berdasarkan elemen
Elemen
Kitab Suci Weda (Sebagai
Sumber Ajaran Hindu)
Deskripsi
Peserta didik mampu mengenal mitologi
Hindu dalam Purana berwawasan kearifan
lokal.
Tattwa (Sebagai Pokok
Keimanan dan Ketaqwaan
Hindu) *)
Susila (Sebagai Konsepsi dan
Aplikasi Akhlak Mulia dalam
Hindu)
Peserta didik mampu menganalisis ajaran Tri
Guna dan mampu mengenal nilai-nilai susila
Hindu dalam lingkup keluarga Sukinah.
Acara (Sebagai Penerapan
Praktik Keagamaan atau
Ibadah dalam Hindu)
Peserta didik mampu menerapkan ajaran
Yoga sebagai pengamalan nilai-nilai sosial
religius dalam kehidupan.
Sejarah Agama Hindu
Peserta didik mampu memahami nilai-nilai
positif sejarah perkembangan Hindu di
Indonesia setelah kemerdekaan.
(*) : Mata pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti
terdiri atas 5 elemen. Elemen yang bertanda (*) pada tabel di atas
tidak dideskripsikan karena tidak dibelajarkan pada Fase ini.
64
III.5 CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KHUSUS PENDIDIKAN AGAMA
BUDDHA DAN BUDI PEKERTI
A. Rasional Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti
Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti membentuk peserta didik
menjadi Pelajar Pancasila yang memiliki pengetahuan, keterampilan,
serta sikap dan kepribadian yang berakhlak mulia dan berkebinekaan
global berlandaskan pada nilai-nilai agama Buddha yang moderat serta
nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara. Muatan materi belajar dari
agama merupakan nilai-nilai agama Buddha yang terintegrasi dalam
ajaran moralitas, meditasi, serta kebijaksanaan yang diselaraskan
dengan nilai-nilai Pancasila dasar negara. Pendidikan Agama Buddha
dan Budi Pekerti secara holistik menginternalisasi peserta didik dengan
nilai-nilai agama Buddha diselaraskan dengan nilai-nilai Pancasila
dasar negara melalui pembelajaran nilai, pembelajaran berpusat pada
siswa, keteladanan, dan pembiasaan. Belajar dari agama Buddha akan
membentuk
mental
peserta
didik
dengan
kesadaran
dapat
mengamalkan cara hidup, dalam keterhubungannya dengan Tuhan
Yang Maha Esa dan Tiratana, diri sendiri, sesama manusia, negara dan
bangsa yang majemuk, makhluk lain, dan lingkungan alam. Pendidikan
agama
Buddha
dan
budi
pekerti
membantu
peserta
didik
menumbuhkembangkan karakter, potensi diri dengan menyelami empat
pengembangan holistik sebagai entitas pendidikan agama Buddha yang
mencakup pengembangan fisik, pengembangan moral dan sosial,
pengembangan
mental,
serta
pengembangan
pengetahuan
dan
kebijaksanaan. Rasional sebagaimana diuraikan di atas diilustrasikan
pada Gambar 1 berikut.
65
Gambar 1 Rasional Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti
Implementasi mata pelajaran Pendidikan Agama Buddha dan Budi
Pekerti bagi peserta didik berkebutuhan khusus memerlukan strategi,
model, media, dan pendekatan pembelajaran yang tepat. Untuk
memahami
dan
menghayati
nilai-nilai
ajaran
Buddha
dalam
pembelajaran, khusus peserta didik dengan hambatan penglihatan
(tunanetra) dibantu menggunakan tulisan timbul (Braille) dan peserta
didik dengan hambatan pendengaran (tunarungu) menggunakan bahasa
isyarat sebagai bahasa komunikasi. Pembelajaran Pendidikan Agama
Buddha dan Budi Pekerti diarahkan untuk menginternalisasi nilai-nilai
ajaran Buddha melalui pemahaman teori (pariyatti), praktik (patipatti),
dan pencapaian (pativedha). Melalui pembelajaran pendidikan agama
Buddha, peserta didik akan terbentuk menjadi individu mandiri,
produktif,
dan
bermanfaat
untuk
diri
sendiri
dan
masyarakat.
Pembelajaran pendidikan agama Buddha dan budi pekerti akan
bermakna jika disesuaikan dengan usia mental, kemampuan, dan
kebutuhan peserta didik. Pembelajaran Pendidikan Agama Buddha dan
Budi Pekerti dilakukan dengan memanfaatkan alat, teknologi, dan
media pembelajaran yang disesuaikan dengan jenis ketunaan melalui
pengalaman langsung dan konteks kehidupan sehari-hari.
B. Tujuan Pembelajaran Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti
Pendidikan
Agama
Buddha
dan
Budi
Pekerti
bertujuan
untuk
mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menerima dan
menghayati nilai-nilai agama Buddha serta nilai-nilai Pancasila dasar
negara dan menyelaraskan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni. Secara khusus, melalui mata pelajaran Pendidikan Agama Buddha
dan Budi Pekerti, peserta didik diharapkan dapat:
1. mengembangkan rasa ingin tahu terhadap nilai-nilai agama Buddha
yang selaras dengan nilai-nilai Pancasila dasar negara sebagai fondasi
moral sehingga dapat memengaruhi cara hidup sebagai individu,
anggota masyarakat yang majemuk, warga negara, dan bagian alam
semesta;
2. memiliki
kesadaran
untuk
mengembangkan
pribadi,
menjaga
moralitas, meditasi, dan kebijaksanaan selaras dengan nilai-nilai
Pancasila dasar negara dalam kehidupan nyata, sebagai perwujudan
66
keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Tiratana, mencintai diri
sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan negaranya;
3. mengembangkan keterampilan belajar inovasi, berpikir kritis, kreatif,
dan mandiri sebagai individu, anggota masyarakat, bagian alam
semesta, dan warga negara yang baik berdasarkan nilai-nilai agama
Buddha;
4. menghormati, menghargai, dan menjaga kemajemukan (kebinekaan)
agama atau kepercayaan dan kearifan lokal, serta gotong-royong
dalam peningkatan kualitas kehidupan manusia sebagai warga
Indonesia dan warga dunia.
C. Karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha dan Budi
Pekerti
Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti berorientasi untuk
membentuk peserta didik yang berakhlak mulia dan berkebinekaan
global berlandaskan nilai-nilai agama Buddha serta nilai-nilai Pancasila
yang terintegrasi dalam ajaran moralitas, meditasi, dan kebijaksanaan.
Menurut Grimmitt (2000) belajar dari agama melibatkan peserta didik
dalam mengevaluasi apa yang telah mereka pelajari tentang agama, baik
secara impersonal maupun personal. Mata pelajaran Pendidikan Agama
Buddha dan Budi Pekerti diarahkan untuk mempelajari konten ajaran
Buddha pada penerapan esensi nilai, tidak hanya berada pada ranah
pengetahuan keagamaan.
Proses pelaksanaan Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti harus
didukung oleh pendidik dan lingkungan sosial yang membudayakan
pengembangan kebijaksanaan dan cinta kasih serta dilakukan melalui
tiga tahapan belajar Dharma yang terintegrasi, yaitu pemahaman teori,
praktik, dan pencapaian realisasi. Proses pembelajaran Pendidikan
Agama Buddha dan Budi Pekerti dilakukan dengan: (1) belajar dari
nilai-nilai
agama
Buddha
dan
Pancasila
dasar
negara
melalui
internalisasi nilai oleh pendidik dan lingkungan dengan menerapkan
pembelajaran nilai dan pembelajaran berpusat pada siswa, melalui
teladan, dan pembiasaan untuk mengamalkan nilai-nilai; (2) praktik
nilai-nilai agama Buddha serta nilai-nilai Pancasila dasar negara dengan
menerima dan menghayatinya; dan (3) mencapai hasil belajar nilai-nilai
agama Buddha serta nilai-nilai Pancasila dasar negara, yaitu menjadi
Pelajar Pancasila yang berakhlak mulia dan berkebinekaan global
67
dengan
memiliki
empat
pengembangan
holistik
mencakup
pengembangan fisik, pengembangan moral dan sosial, pengembangan
mental, serta pengembangan pengetahuan dan kebijaksanaan.
Pengembangan fisik (kāya-bhāvanā) adalah perilaku peserta didik yang
dikembangkan dalam keterhubungannya dengan lingkungan fisik dan
lingkungan alam. Pengembangan dilakukan menggunakan indra dan
pikiran dengan penuh kesadaran melalui kegiatan ritual, meditasi, dan
aktivitas fisik lainnya untuk memperhatikan jasmani dan perilaku
secara bijaksana dalam keterhubungannya dengan lingkungan dan
alam. Melalui pengembangan fisik, peserta didik memiliki dasar
keterampilan hidup dan perilaku yang baik, menghayati kebenaran,
mampu menghayati kehidupan secara bijak, dan penuh perhatian
terhadap aktivitas jasmani.
Pengembangan moral atau sosial (sīla-bhāvanā) adalah perilaku baik
yang
dikembangkan
dalam
keterhubungan
peserta
didik
dengan
lingkungan sosial yang berbeda, negara dan bangsa yang majemuk, dan
makhluk lain. Pengembangan moral dan sosial merupakan perilaku
yang berlandaskan ajaran moralitas dan disiplin yang tercermin melalui
ucapan
benar,
perbuatan
benar,
mata
pencaharian
benar,
dan
kebijaksanaan sebagai bentuk keterampilan hidup di lingkungan sosial.
Pengembangan
mental
(citta-bhāvanā)
adalah
kesadaran
yang
dikembangkan melalui usaha benar, perhatian benar, dan meditasi
benar, didukung kegiatan ritual, dan menghayati ajaran kebenaran.
Pengembangan
mental
menghasilkan
konsentrasi,
kesadaran,
kesehatan mental, kecerdasan emosional, senang belajar, dan kemauan
meningkatkan kualitas diri maupun batin. Pengembangan mental
peserta didik tercermin melalui ucapan dan perilaku yang berlandaskan
pikiran cinta kasih, belas kasih, simpati, dan keseimbangan batin.
Perilaku peserta didik yang memiliki mental sehat akan memiliki rasa
terima kasih, murah hati, malu berbuat jahat, takut akibat perbuatan
jahat, bersikap hormat, lemah lembut, tidak serakah, semangat, sabar,
jujur, dan bahagia dalam keterhubungannya dengan diri sendiri,
lingkungan sosial, dan lingkungan alam.
Pengembangan
pengetahuan
atau
kebijaksanaan
(paññā-bhāvanā)
adalah pengembangan pengetahuan terhadap nilai-nilai agama Buddha
yang
dikembangkan
melalui
pandangan
68
benar
dan
berdasarkan
keyakinan yang bijaksana terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Tiratana,
dan hukum kebenaran. Pengembangan pengetahuan dan kebijaksanaan
diarahkan pada kemampuan berpikir kritis dan berpikir benar bagi
peserta didik yang berfungsi untuk mengikis keserakahan, kebencian,
dan kebodohan batin. Pengembangan pengetahuan dan kebijaksanaan
tercermin dari pengalaman keagamaan peserta didik yang mampu
memaknai hidup, memaknai diri sendiri, mengontrol emosi, penuh
kesadaran, membedakan baik dan buruk, mampu berkomunikasi, serta
mampu mengelola dan memecahkan permasalahan dalam semua aspek
kehidupan, berlandaskan pengetahuan terhadap nilai-nilai agama
Buddha serta nilai-nilai Pancasila dasar negara. Nilai-nilai agama
Buddha
menjadi
fondasi
peserta
didik
untuk
memiliki
empat
pengembangan sehingga menjadi peserta didik yang berakhlak mulia
dan berkebinekaan global.
Secara operasional, proses dan tahapan Pendidikan Agama Buddha dan
Budi Pekerti untuk membentuk peserta didik menjadi Pelajar Pancasila
dicapai melalui tiga elemen berikut:
Elemen
Sejarah
Etika
Deskripsi
Elemen sejarah memuat sejarah dan kisah sebagai sarana untuk
menyampaikan nilai-nilai sejarah agama Buddha, nilai-nilai
Pancasila dasar negara, nilai-nilai sejarah Negara Kesatuan Republik
Indonesia, dan nilai-nilai kebudayaan Indonesia. Pengetahuan pada
elemen sejarah bersumber dari kitab suci agama Buddha, kitab
komentar, kitab subkomentar, catatan peristiwa menurut urutan
waktu kejadiannya kronik, biografi, autobiografi, tinggalan sejarah,
tinggalan budaya, dan sumber sejarah lainnya. Sejarah dan kisah
agama Buddha mencakup sejarah penyiaran agama, sejarah kitab
suci agama Buddha, kisah kehidupan Buddha, kisah kehidupan
Bodhisattva, kisah kehidupan siswa utama, kisah kehidupan
penyokong dan pendukung agama Buddha, kisah kehidupan tokoh
inspiratif Buddhis, identitas agama Buddha, dan identitas diri
sebagai bagian dari agama Buddha. Nilai-nilai sejarah Negara
Kesatuan Republik Indonesia mencakup nilai-nilai Pancasila, nilainilai musyawarah dalam pendirian bangsa, tokoh pendiri bangsa,
serta keterhubungannya dengan identitas diri sebagai bagian
keluarga, bagian lingkungan sosial, bagian lingkungan tempat tinggal
di wilayah NKRI, serta identitas diri yang terbentuk oleh budaya dan
bahasa sebagai bagian dari keragaman budaya bangsa. Nilai-nilai
dalam elemen sejarah menjadi sumber internalisasi, sumber teladan,
dan sumber kesadaran peserta didik dalam mengamalkan nilai-nilai
Pancasila dasar negara serta dalam mengekspresikan emosi
keagamaannya secara bijaksana. Hasil belajar dari elemen sejarah
tercermin melalui cara berpikir, berucap, bersikap bijaksana sebagai
bentuk pengembangan fisik, moral atau sosial, mental, serta
pengetahuan
atau
kebijaksanaan
yang
terbuka
terhadap
kemajemukan dan keragaman budaya agama Buddha maupun
budaya bangsa.
Elemen ritual merupakan sarana internalisasi pengetahuan tentang
keragaman dan nilai-nilai ritual dari berbagai aliran atau tradisi
69
Elemen
Riual
Deskripsi
dalam agama Buddha serta keragaman agama dan kepercayaan di
Indonesia. Pengetahuan keragaman dan nilai-nilai ritual dalam
agama Buddha secara holistik menjadi landasan pengamalan nilainilai Pancasila dasar negara, sarana memperkuat keyakinan,
pengembangan keterampilan keagamaan, pembentukan mental,
kesadaran moral, disiplin, serta sikap religius peserta didik.
Pengalaman nyata elemen ritual diwujudkan dalam kegiatan ibadah,
hidup berkesadaran, upacara, perayaan, ziarah, menggunakan
peralatan ritual dan upacara, melibatkan diri dalam menjalankan
tradisi dalam aliran atau tradisi agama Buddha. Kegiatan ritual
dalam kegiatan sehari-hari merupakan wujud akhlak mulia dilandasi
keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tiratana serta
sebagai bentuk ekspresi emosi dan pengamalan keagamaan peserta
didik.
Sikap
religius
mendukung
peserta
didik
dalam
mengembangkan moralitas, meditasi, dan kebijaksanaan dalam
keterhubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa dan Tiratana, diri
sendiri, agamanya, lingkungan sosial, negara, dan lingkungan alam.
Elemen ritual yang berhubungan dengan keragaman ritual atau
tradisi dalam agama Buddha serta keragaman agama dan
kepercayaan di Indonesia merupakan sarana memperteguh
pengamalan Pancasila dasar negara, serta untuk menumbuhkan
sikap inklusif peserta didik yang bersikap terbuka terhadap
kemajemukan dan perbedaan. Pengetahuan dan pemahaman
terhadap elemen ritual diperdalam dengan pengalaman langsung
melalui kunjungan dan dialog antaraliran atau antartradisi agama
Buddha, serta antaragama dan kepercayaan di Indonesia sehingga
terbentuk peserta didik yang bersikap terbuka dan bijaksana dalam
menghargai dan menghormati keragaman intern agama Buddha dan
antarumat beragama.
Elemen etika merupakan etika Buddhis selaras dengan nilai-nilai
Pancasila dasar negara yang minimal mencakup etika sosial, etika
ekonomi, dan etika alam. Elemen etika berfungsi sebagai sarana
membentuk peserta didik yang berakhlak mulia dan berkebinekaan
global serta sebagai pedoman bagi peserta didik untuk hidup dengan
mengembangkan secara holistik antara pengembangan fisik, moral
dan sosial, mental, serta pengetahuan atau kebijaksanaan.
Secara filosofis, etika Buddhis merupakan hasil proses pencarian
makna kehidupan berdasarkan nilai-nilai Buddha Dharma, Hukum
Kebenaran yang terdiri atas Empat Kebenaran Mulia, Hukum
Kelahiran Kembali, Hukum Karma, Hukum Tiga Corak Universal,
dan Hukum Sebab Musabab yang Saling Bergantungan selaras
dengan nilai-nilai Pancasila dasar negara. Nilai-nilai pokok agama
Buddha yang selaras dengan nilai-nilai Pancasila dasar negara
sebagai fondasi dalam mengamalkan etika Buddhis adalah
kemurahan hati, moralitas, perbuatan baik, kediaman luhur, jalan
bodhisattva, sila bodhisattva, meditasi, kebijaksanaan, nilai-nilai
Buddha Dharma lainnya, dan nilai-nilai musyawarah dalam
pendirian bangsa. Melalui elemen etika, peserta didik dapat
mengklasifikasikan dan memilih nilai etis untuk diamalkan dalam
keterhubungannya dengan diri sendiri, lembaga sosial keagamaan,
lingkungan sosial yang beragam dan majemuk, makhluk lain,
kehidupan global, isu-isu sosial, isu ekonomi, dan isu lingkungan
alam yang dilandasi oleh moralitas, meditasi, dan kebijaksanaan.
D. Capaian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Setiap
Fase
1. Fase A (Usia Mental ≤ 7 Tahun,Umumnya Kelas I dan II)
70
Pada akhir Fase A, peserta didik mengidentifikasi informasi dan
menerima dengan cinta kasih tentang identitas diri dan keluarga
dengan meneladan sifat-sifat tokoh inspiratif agama Buddha yang
menghargai diri sendiri dan orang lain; serta menghargai dan
menghormati
keluarga,
tempat
sekolah,
tinggalnya
komunitas
sendiri
sebagai
keagamaan,
dan
bagian
dari
bermasyarakat
dengan meneladan sifat menghargai dari Bodhisattva dalam Kisah
Jataka. Peserta didik juga menghargai keberagaman identitas dan
menerima makna simbol-simbol keagamaan agama Buddha dan
agama lain serta kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
sebagai bagian dari masyarakat yang beragam. Peserta didik juga
menjalankan
aturan,
tata
krama,
dan
sopan
santun
dalam
berbicara, berpakaian, dan berperilaku serta membantu sesama di
rumah, sekolah, rumah ibadah, dan masyarakat sebagai bentuk
penghayatan nilai-nilai Hukum Karma.
Fase A Berdasarkan Elemen
Elemen
Deskripsi
Sejarah
Peserta didik mampu mengidentifikasi informasi dan
menerima dengan cinta kasih tentang identitas diri dan
keluarga dengan meneladan sifat-sifat tokoh inspiratif
agama Buddha yang menghargai diri sendiri dan orang lain;
serta menghargai dan menghormati tempat tinggalnya
sendiri sebagai bagian dari keluarga, sekolah, komunitas
keagamaan, dan bermasyarakat dengan meneladan sifat
menghargai dari Bodhisattva dalam Kisah Jataka.
Ritual
Peserta didik terbiasa menghargai keberagaman identitas
dan menerima makna simbol-simbol keagamaan agama
Buddha dan agama lain serta Kepercaya-an terhadap Tuhan
Yang Maha Esa sebagai bagian dari masyarakat yang
beragam.
Etika
Peserta didik terbiasa menjalankan aturan, tata krama, dan
sopan santun dalam berbica-ra, berpakaian, dan
berperilaku, serta membantu sesama di rumah, sekolah,
rumah
ibadah,
dan
masyarakat
sebagai
bentuk
penghayatan nilai-nilai Hukum Karma.
2. Fase B (Usia Mental ± 8 Tahun, Umumnya Kelas III dan IV)
Pada akhir Fase B, peserta didik mengenal informasi dan mengolah
dengan
cinta
kasih
identitas
Buddha
Gotama
sebagai dasar
keyakinan; menerima perbedaan budaya di rumah, komunitas,
sekolah, rumah ibadah, dan masyarakat; dan meneladan sifat-sifat
luhur siswa-siswa utama Buddha dalam pergaulan yang berbeda
budaya dan bahasa (bahasa nasional dan bahasa agama Buddha)
71
sebagai pembentuk identitas diri. Peserta didik juga mengamalkan
ragam doa agama Buddha dalam kegiatan sehari-hari di rumah,
sekolah,
rumah
keragaman
ibadah,
kegiatan
dan
masyarakat;
keagamaan
serta
Buddha
menghargai
(Fang
Sen,
Ulambana/Patidana, Pindapata, dan lain-lain). Peserta didik juga
melaksanakan aturan dan sopan santun serta menjaga kebersihan
dan kelestarian lingkungan di rumah, komunitas, sekolah, rumah
ibadah, dan masyarakat berdasarkan nilai-nilai Pancasila Buddhis
dan kesempurnaan (parami).
Fase B Berdasarkan Elemen
Elemen
Deskripsi
Sejarah
Peserta didik mampu mengenal informasi dan mengolah
dengan cinta kasih identitas Buddha Gotama sebagai dasar
keyakinan; menerima perbedaan budaya di rumah,
komunitas, sekolah, rumah ibadah, dan masyarakat; dan
meneladan sifat-sifat luhur siswa-siswa utama Buddha
dalam pergaulan yang berbeda budaya dan bahasa (bahasa
nasional dan bahasa agama Buddha) sebagai pembentuk
identitas diri.
Ritual
Peserta didik terbiasa mengamalkan ragam doa agama
Buddha dalam kegiatan sehari-hari di rumah, sekolah,
rumah ibadah, dan masyarakat; serta menghargai
keragaman kegiatan keagamaan Buddha (Fang Sen,
Ulambana/Patidana, Pindapata, dan lain-lain).
Etika
Peserta didik terbiasa melaksanakan aturan dan sopan
santun serta menjaga kebersihan dan kelestarian
lingkungan di rumah, komunitas, sekolah, rumah ibadah,
dan masyarakat berdasarkan nilai-nilai Pancasila Buddhis
dan
3. Fase C (Usia Mental ± 8 Tahun, Umumnya Kelas V dan VI)
Pada akhir Fase C, peserta didik menyimpulkan informasi dan
meneladan sifat Bodhisattva dan nilai-nilai moral dari riwayat
Pangeran Siddharta dalam berterima kasih dan dalam menghadapi
hambatan untuk meraih kesuksesan; serta meneladan sifat-sifat
Buddha dalam menyelesaikan masalah kehidupan pribadi, keluarga,
masyarakat,
bangsa,
dan
negara
dengan
cara
jalan
tengah/menghindari jalan ekstrem (moderat) dan toleran. Peserta
didik juga menerima keragaman peralatan puja dari berbagai aliran
atau tradisi dalam agama Buddha; serta melaksanakan peribadatan
keagamaan Buddha dan menghargai peribadatan agama orang lain.
Peserta didik juga mengamalkan nilai-nilai Buddha Dharma untuk
melestarikan lingkungan dan sumber daya alam di rumah, sekolah,
72
dan rumah ibadah; serta untuk melaksanakan hak dan kewajiban
sebagai anak, siswa, anggota masyarakat.
Fase C berdasarkan elemen
Elemen
Sejarah
Deskripsi
Peserta didik mampu menyimpulkan informasi dan
meneladan sifat Bodhisattva dan nilai-nilai moral dari
riwayat Pangeran Siddharta dalam berterima kasih dan
dalam menghadapi hambatan untuk meraih kesuksesan;
serta meneladan sifat-sifat Buddha dalam menyelesaikan
masalah kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa,
dan negara dengan cara jalan tengah/menghindari jalan
ekstrem (moderat) dan toleran.
Peserta didik terbiasa menerima keragaman peralatan puja
dari berbagai aliran atau tradisi dalam agama Buddha; serta
melaksanakan peribadatan keagamaan Buddha dan
menghargai peribadatan agama orang lain.
Peserta didik terbiasa mengamalkan nilai-nilai Buddha
Dharma untuk melestarikan lingkungan dan sumber daya
alam di rumah, sekolah, dan rumah ibadah; serta untuk
melaksanakan hak dan kewajiban sebagai anak, siswa,
anggota masyarakat.
Ritual
Etika
4. Fase D (Usia Mental ± 9 Tahun, Umumnya Kelas VII, VIII dan IX)
Pada akhir Fase D, peserta didik meneladan sikap penyokong agama
Buddha dalam menghargai keragaman serta sejarah kitab suci
agama Buddha; keberadaan budaya dan peninggalan Buddhis di
Indonesia; serta meneladan nilai-nilai moral Buddha Gotama dalam
menyayangi dan peduli terhadap diri sendiri serta sesama manusia;
dan
nilai-nilai
peristiwa
peninggalan
bersejarah
(monumental)
setelah Buddha Gotama wafat dalam melestarikan ajaran Buddha.
Peserta didik juga mengamalkan tata cara hidup berkesadaran dan
budaya menghormat kepada yang patut dihormati dalam kehidupan
sehari-hari; menghayati puja pada perayaan hari raya dalam agama
Buddha dan menghargai perayaan hari raya agama lain di
Indonesia; serta menghayati kegiatan ziarah ke tempat-tempat suci
agama Buddha dan menghargai tempat-tempat suci agama lain.
Peserta didik juga menghayati ajaran moralitas untuk menjalankan
hak dan kewajiban sebagai warga negara yang patuh terhadap
hukum dan konstitusi; mengamalkan nilai-nilai ajaran perbuatan
baik
dalam
pergaulan
dengan
teman
sebaya,
bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara; serta mengamalkan nilai-nilai ajaran
agama Buddha untuk menciptakan hidup damai selaras dengan hak
73
asasi manusia; dan untuk pemenuhan kebutuhan ekonomi diri
sendiri dan keluarga didasari dengan hidup berkesadaran.
Fase D Berdasarkan Elemen
Elemen
Deskripsi
Sejarah
Peserta didik mampu meneladan sikap penyokong Agama
Buddha dalam menghargai keragaman serta sejarah kitab
suci agama Buddha; keberadaan budaya dan peninggalan
Buddhis di Indonesia; serta meneladan nilai-nilai moral
Buddha Gotama dalam menyayangi dan peduli terhadap diri
sendiri serta sesama manusia; dan nilai-nilai peristiwa
pening-galan bersejarah (monumental) setelah Buddha
Gotama wafat dalam melestarikan ajaran Buddha.
Ritual
Peserta didik terbbiasa mengamalkan tata cara hidup
berkesadaran dan budaya menghormat kepada yang patut
dihormati dalam kehidupan sehari-hari; menghayati puja
pada perayaan hari raya dalam agama Buddha dan
menghargai perayaan hari raya agama lain di Indonesia;
serta menghayati kegiatan ziarah ke tempat-tempat suci
agama Buddha dan menghargai tempat-tempat suci agama
lain.
Etika
Peserta didik terbbiasa menghayati ajaran moralitas untuk
menjalankan hak dan kewajiban sebagai warga negara yang
patuh terhadap hukum dan konstitusi; mengamalkan nilainilai ajaran perbuatan baik dalam pergaulan dengan teman
sebaya, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara; serta
mengamalkan nilai-nilai ajaran Agama Buddha untuk
menciptakan hidup damai selaras dengan hak asasi
manusia; dan untuk pemenuhan kebutuhan ekonomi diri
sendiri dan keluarga didasari oleh hidup berkesadaran.
5. Fase E (Usia Mental ± 10 Tahun, Umumnya Kelas X)
Pada akhir Fase E, peserta didik menyimpulkan dan menunjukkan
kesadaran meneladan perjuangan pelaku sejarah agama Buddha di
Indonesia dalam berperan mengembangkan agama Buddha di
Indonesia yang beragam serta meneladan sifat keterbukaan tokoh
pendiri
bangsa
terhadap
keragaman
budaya.
Peserta
didik
menghayati upacara keagamaan Buddha pada peristiwa bahagia
(manggala) dan duka (avamanggala). Peserta didik juga menghargai
ilmu pengetahuan dan teknologi bagi kehidupan manusia dan
memanfaatkan iptek untuk kelestarian agama Buddha sebagai
wujud manusia beragama, berbangsa, dan bernegara.
Fase E Berdasarkan Elemen
Elemen
Sejarah
Deskripsi
Peserta didik mampu menyimpulkan dan menunjukkan
kesadaran meneladan perjuangan pelaku sejarah agama
Buddha di Indonesia dalam berperan mengembangkan
74
agama Buddha di Indonesia yang beragam; dan meneladan
sifat keterbukaan tokoh pendiri bangsa terhadap keragaman
budaya.
Ritual
Peserta didik terbiasa menghayati upacara keagamaan
Buddha pada peristiwa bahagia (manggala) dan duka
(avamanggala).
Etika
Peserta didik terbiasa menghargai ilmu pengetahuan dan
teknologi bagi kehidupan manusia dan memanfaatkan iptek
untuk kelestarian agama Buddha sebagai wujud manusia
beragama, berbangsa, dan bernegara.
6. Fase F (Usia Mental ± 10 Tahun,Umumnya Kelas XI dan XII)
Pada akhir Fase F, peserta didik meneladan tokoh pendukung
agama Buddha dan pelaku sejarah lokal dan nasional terhadap
keragaman agama dan budaya Indonesia serta meneladan sikap
tokoh
pendukung
agama
Buddha
dunia
yang
mendukung
keberagaman agama dan budaya Buddhis. Peserta didik menghayati
nilai-nilai meditasi dengan hidup berkesadaran dalam kehidupan
sehari-hari dan berinteraksi dengan orang lain. Peserta didik juga
mengembangkan dan melestarikan seni dan budaya yang selaras
dengan nilai-nilai agama Buddha; menjaga keseimbangan alam
semesta dan alam kehidupan (alam bahagia/menderita); serta
keseimbangan moral dan sosial berpedoman pada nilai-nilai agama
Buddha (moralitas, meditasi, dan kebijaksanaan) dan Pancasila
dasar negara sebagai wujud manusia beragama, berbangsa, dan
bernegara.
Fase F Berdasarkan Elemen
Elemen
Deskripsi
Sejarah
Peserta didik mampu meneladan tokoh pendukung agama
Buddha dan pelaku sejarah lokal dan nasional terhadap
keragaman agama dan budaya Indonesia; serta meneladan
sikap tokoh pendukung agama Buddha dunia yang
mendukung keberagaman agama dan budaya Buddhis.
Ritual
Peserta didik terbiasa menghayati nilai-nilai meditasi
dengan hidup berkesadaran dalam kehidupan sehari-hari
dan berinteraksi dengan orang lain.
Etika
Peserta didik terbiasa mengembangkan dan melestarikan
seni dan budaya yang selaras dengan nilai-nilai agama
Buddha; menjaga keseimbangan alam semesta dan alam
kehidupan (alam bahagia/menderita); serta keseimbangan
moral dan sosial berpedoman pada nilai-nilai agama
Buddha (moralitas, meditasi, dan kebijaksanaan) dan
Pancasila dasar negara sebagai wujud manusia beragama,
berbangsa, dan bernegara.
75
III.6 CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KHUSUS PENDIDIKAN AGAMA
KHONGHUCU DAN BUDI PEKERTI
A.
Rasional Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Agama
Khonghucu dan Budi Pekerti
Hakikat dan esensi pendidikan agama Khonghucu tertuang dalam
makna makna mendidik. Tersurat dalam Kitab Liji bagian Catatan
Kesusilaan tersurat bahwa pendidikan sangat penting untuk
mengubah rakyat dan menyempurnakan adat istiadat masyarakat,
yakni urusan dalam dan luar menjadi harmonis; negara dan rumah
tangga teratur sebagaimana mestinya. Rakyat harus mengerti hal
yang baik dan buruk terlebih dahulu sebelum dapat berubah
(mampu memilih hal yang baik). Hal ini dapat diumpamakan ada
makanan lezat, tetapi jika tidak memakannya, bagaimana dapat
merasakan kelezatannya?
Rakyat tidak dapat memahami jalan suci tanpa adanya pendidikan.
Mendidik adalah proses atau usaha menumbuhkan sifat-sifat baik
manusia dan menolong dari kekhilafannya. Tersurat dalam Catatan
Kesusilaan (Liji) tentang 4 (empat) kekhilafan seorang pelajar, yaitu:
khilaf karena terlalu banyak yang dipelajari (duo shi); khilaf karena
terlalu
sedikit
yang
dipelajari
(gua
shi);
khilaf
karena
menggampangkan (yi shi); dan khilaf karena ingin segera berhenti
belajar (zhi shi). Keempat masalah ini timbul tidak sama di hati setiap
orang. Jika seseorang dapat mengenali hatinya, niscaya dapat
menolong dari kekhilafannya tersebut.
76
Pendidikan berhak diterima oleh setiap individu tanpa memandang
perbedaan latar belakang, termasuk Anak Berkebutuhan Khusus
(ABK), terlebih bagi anak dengan hambatan intelektual. Dalam
Lunyu Jilid XV ayat ke-39 Nabi Kongzi bersabda, “Ada pendidikan,
tiada perbedaan.” Hal ini mengandung arti bahwa jika setiap insan
dididik, ia akan menjadi mampu dan tidak berbeda dengan yang
lainnya, termasuk dengan ABK. Lebih lanjut, Nabi Kongzi dalam
Zhongyong Bab XIX ayat 20 – 21 memberikan bimbingan jika orang
lain dapat melakukan sekali, diri sendiri harus berani melakukan
seratus kali. Jika orang lain dapat melakukan sepuluh kali, diri
sendiri harus berani melakukan seribu kali. Hasil yang dapat dicapai
dengan cara ini, sekalipun orang yang tidak pandai, akan menjadi
mengerti; sekalipun orang yang lemah, akan menjadi kuat.
Pendidikan merupakan proses memberdayakan setiap peserta didik
dengan menumbuhkembangkan sifat-sifat baik watak sejatinya.
Pendidikan pada hakikatnya adalah sebuah proses pembelajaran
menjadi manusia seutuhnya di tengah tantangan hambatan
intelektual yang dimiliki. Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi
Pekerti berusaha mengembangkan potensi peserta didik agar
bermanfaat bagi dirinya, keluarga, dan masyarakat.
Belajar menjadi manusia seutuhnya perlu distimulasi dengan
adanya proses pendidikan yang penuh kasih dan mendorong setiap
anak untuk mengenali dirinya (self-knowledge), meningkatkan
kemandirian, kebahagiaan, rasa aman serta empati sebagai bagian
dari masyarakat sesuai dengan kemampuan masing-masing. Hal ini
merupakan urgensi mata pelajaran Pendidikan Agama Khonghucu
dan Budi Pekerti. Melalui mata pelajaran inilah, diharapkan peserta
didik beragama Khonghucu mampu menjadi seorang junzi yang juga
memiliki karakter pelajar Pancasila. Pelajar Pancasila merupakan
generasi yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, kreatif, berkebinekaan global, bergotong royong,
dan mandiri.
77
Dalam kitab Liji Bab III Bagian V.14 tersurat “Orang yang bisu, tuli,
timpang, dan orang patah anggota badannya, cebol dan para tukang,
semuanya mendapatkan makanan dari apa yang mampu mereka
kerjakan.” Hal ini menunjukkan pentingnya memotivasi ABK untuk
memiliki keterampilan dan jiwa mandiri, serta pantang menyerah
menyikapi keterbatasannya. Meskipun demikian, Nabi Kongzi sangat
memperhatikan anak yatim piatu, janda, duda, orang tua yang
sebatang kara, dan orang sakit. Mereka tergolong kelompok yang
membutuhkan perhatian dan perawatan.
Pendidikan dilaksanakan dengan landasan bahwa watak sejati
manusia pada hakikatnya adalah baik. Atas dasar landasan tersebut,
esensi pendidikan adalah proses menumbuhkan sifat-sifat baik
orang agar tetap menjadi baik, bertahan pada fitrah atau kodrat
alaminya (xing), mengembangkan potensi yang dimilikinya selaras
dengan hukum Tian – Di – Ren (Tian, alam, dan manusia).
Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti secara khusus
bertujuan membentuk manusia berbudi luhur (junzi) yang mampu
menggemilangkan Kebajikan Watak Sejatinya, mengasihi sesama
dan berhenti pada Puncak Kebaikan. Pribadi yang luhur inilah
merupakan pondasi dalam menjawab tantangan perubahan zaman
dan membangun peradaban manusia dari masa ke masa. Oleh
karena itu, pendidikan secara umum bertujuan untuk mengubah
rakyat dan menyempurnakan adat istiadatnya. Tersurat dalam
catatan
kesusilaan,
“Bila
penguasa
selalu
memikirkan
atau
memperhatikan perundang-undangan, dan mencari orang baik dan
tulus, ini cukup untuk mendapat pujian, tetapi tidak cukup untuk
menggerakkan orang banyak. Bila ia berusaha mengembangkan
masyarakat yang bajik dan bijak, dan dapat memahami mereka yang
jauh, ini cukup untuk menggerakkan rakyat, tetapi belum cukup untuk
mengubah rakyat. Bila ingin mengubah rakyat dan menyempurnakan
adat istiadatnya, dapatkah kita tidak harus melalui pendidikan?” (Liji.
XVI: 1).
78
Peran dan fungsi pendidikan agama Khonghucu sangat erat
hubungannya dengan keteladanan dan nasihat Nabi Kongzi yang
terdapat dalam kitab Sishu dan Wujing. Misalnya kitab Zhongyong
Bab
Utama
ayat
pertama,
dijelaskan
bahwa
agama
adalah
bimbingan menempuh jalan suci (dao). Inilah peran agama dalam
perspektif agama Khonghucu. Melalui bimbingan agama, seseorang
menjadi sadar dan beriman. Iman adalah jalan suci Tian dan
berusaha beroleh iman itulah jalan suci manusia. Iman merupakan
semua kenyataan yang ada di alam semesta yang menunjukkan
kemuliaan sifat-sifat Tian itu sendiri yakni, Yuan, Heng, Li, dan Zhen.
Iman tidak berhenti setelah mampu membina diri, melainkan juga
menyempurnakan segenap wujud.
Melalui bimbingan agama, seseorang mengenal watak sejatinya,
yang
merupakan
karunia
daya
hidup
rohaninya;
dan
juga
memahami nafsu-nafsu, yang merupakan karunia daya hidup
jasmani yang telah dikaruniakan Tian. Berpadu harmonisnya antara
daya hidup rohani dan daya hidup jasmani inilah fungsi dari
pengajaran
pendidikan
kehidupan
jasmani
agama
dan
Khonghucu.
rohani
harus
Oleh
berjalan
karena
itu,
beriringan.
Pembinaan kehidupan rohani tidak boleh mematikan daya hidup
jasmani. Sebaliknya, daya hidup jasmani tidak boleh selalu dituruti
sehingga mengabaikan daya hidup rohani. Pembinaan diri di dunia
ini merupakan proses kembali keharibaan kebajikan Tian (Pei Tian).
Bagaimana dapat kembali kepada Sang Khalik jika belum mampu
membina diri dalam kehidupan ini? Demikianlah sehingga agama
Khonghucu menekankan perbuatan bajik sebagai satu-satunya
jalan kembali kepada Sang Khalik. Hanya dan oleh kebajikan Tuhan
berkenan!
Ruang lingkup Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti
meliputi usaha memuliakan hubungan manusia dengan Tuhan
sebagai pencipta dengan prinsip satya kepada Tuhan (Zhong Yu Tian);
memuliakan hubungan dengan manusia sebagai sesama, dengan
prinsip tepaselira/tenggang rasa kepada sesama (Shu Yu Ren), dan
usaha memuliakan hubungan dengan alam sebagai sarana, dengan
prinsip selaras/harmonis dengan alam semesta (He Yu Di).
79
Prinsip pembelajaran pendidikan agama Khonghucu terdiri atas 3
hal:
1. Mengutamakan hal-hal pokok yang menjadikan pendidikan
berhasil
Dalam kitab Liji Bab XVI ayat ke-13 disebutkan, “Seorang junzi
atau susilawan yang mengerti apa yang menjadikan pendidikan
berhasil dan berkembang, dan mengerti apa yang menjadikan
pendidikan hancur, ia boleh menjadi guru orang. Maka cara
seorang junzi memberi pendidikan, jelasnya demikian: ia
membimbing berjalan dan tidak menyeret; ia menguatkan dan
tidak menjerakan; ia membuka jalan tetapi tidak menuntun
sampai
akhir
Menimbulkan
pencapaian,
keharmonisan,
menjadikan
memberi
orang
berpikir.
kemudahan
dan
menjadikan orang berpikir, itulah jelasnya pendidikan yang baik.”
Mendidik pada hakikatnya adalah proses transfer pengetahuan,
sikap, dan keterampilan menjadi lebih baik dari sebelumnya,
bukan
sekadar
menyelesaikan
penyampaian
materi
(administrasi pendidikan).
2. Setiap peserta didik adalah unik
Pendidikan agama Khonghucu memandang bahwa setiap peserta
didik adalah unik, masing-masing memiliki kelebihan dan
kekurangannya. Oleh karena itu, seorang guru harus dapat
meragamkan cara mendidiknya. Pernah suatu ketika Gong Xi
Hua heran mendengar jawaban Nabi Kongzi terhadap pertanyaan
yang sama dari Ran Qiu dan Zhong You, tetapi memberikan
jawaban berbeda. Nabi Kongzi menjelaskan bahwa Ran Qiu
sangat lambat, maka didorong maju; sedangkan Zhong You
sangat tangkas, maka ditahan oleh Nabi. (Lunyu Jilid XI ayat 22).
Lebih lanjut, Mengzi menjelaskan cara mengajar seorang junzi
ada 5 (lima) macam, yakni ada kalanya memberi pelajaran seperti
menanam padi di musim hujan, ada kalanya menyempurnakan
kebajikan muridnya, ada kalanya membantu perkembangan
bakat muridnya, ada kalanya ia berdiskusi, ada kalanya
membangkitkan usaha murid itu sendiri (Mengzi Jilid VII A ayat
40.1-40.6). Ada kalanya memberi pelajaran seperti menanam
80
padi di musim hujan mengandung makna guru menyampaikan
sebuah konsep atau materi kepada peserta didik dengan cara
yang menarik. Contohnya dalam penyampaian materi 4 (empat)
pantangan dapat dipergunakan metode lagu dan gerak. Ada
kalanya membangkitkan usaha murid itu sendiri mengandung
makna guru memberikan kesempatan kepada peserta didik
menyelesaikan tugas yang telah diberikan secara mandiri.
Peserta didik diberikan kesempatan untuk mencoba dan
mengeksplorasi tugas yang diberikan. Guru mengapresiasi
usaha peserta didik meskipun belum mengerjakan tugasnya
dengan baik. Hal ini bertujuan untuk membangkitkan daya
juang dan rasa percaya diri peserta didik.
3. Bersikap proaktif
Nabi Kongzi mengajarkan bahwa ketika diberi tahu satu sudut,
maka berusaha mencari ketiga sudut yang lainnya. Nabi Kongzi
tidak mau menjelaskan lebih lanjut kepada orang yang tidak
mau mencari ketiga sudut yang lain. Sikap proaktif sangat
menentukan keberhasilan pembelajaran. Bahkan, Nabi Kongzi
mengajarkan dalam belajar, hendaklah seperti tidak dapat
mengejar dan khawatir seperti akan kehilangan (Lunyu Jilid VIII
ayat 17).
B.
Tujuan Pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Agama Khonghucu
dan Budi Pekerti
Mata pelajaran Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti
bertujuan:
1. Membentuk manusia yang beriman, bertakwa dan satya kepada
Tian Yang Maha Esa.
2. Mampu mengenali diri sendiri, alam sekitar, dan Sang Maha
Pencipta.
3. Mengembangkan diri menjadi pribadi berakhlak mulia/berbudi
luhur (junzi) dengan memiliki sifat-sifat baik, dan menjauhkan
dari kekhilafan.
4. Menumbuhkan
rasa
gembira,
rasa
aman,
percaya
kemandirian, dan kerja sama peserta didik dengan baik.
81
diri,
5. Mampu
mengendalikan
emosi
dan
perasaan
dengan
mengoptimalkan pancaindra.
6. Mampu memahami peran diri sendiri sebagai anak, saudara,
teman, dan pelajar serta dapat mengembangkan talenta yang
dimiliki untuk berkarya secara mandiri.
7. Mampu
menyesuaikan
diri,
meningkatkan
interaksi,
dan
komunikasi (people skill) dengan baik di rumah, sekolah dan
masyarakat.
C.
Karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan Agama Khonghucu dan
Budi Pekerti
Mata pelajaran Pendidikan Agama Khonghucu digambarkan melalui
5 elemen yang meliputi:
1. Sejarah Suci;
2. Kitab Suci;
3. Keimanan;
4. Tata Ibadah; dan
5. Perilaku Junzi.
Kelima elemen tersebut dicapai dengan kecakapan dalam pembinaan
diri, empati, komunikasi, refleksi, berpikir kritis, kreatif, dan
kolaborasi.
Elemen-Elemen Mata Pelajaran Pendidikan Agama Khonghucu
sebagai berikut.
Elemen
Sejarah Suci
Deskripsi
Peserta didik memahami keteladanan tokohtokoh dalam agama Khonghucu yaitu Nabi
Kongzi, murid-murid Nabi, Para Raja Suci, dan
shenming sebagai panutan untuk dapat dijadikan
teladan dan diterapkan dalam kehidupan dalam
kehidupan sehari-hari. Kisah hidup mereka
diharapkan
bisa
dijadikan
refleksi
dan
keteladanan tentang perilaku cinta kasih,
kebenaran, kesusilaan, dan kebijaksanaan.
82
Elemen
Deskripsi
Kitab Suci
Peserta didik memahami makna yang terkandung
dalam Kitab Suci agama Khonghucu yang terdiri
dari Kitab Yang Pokok yaitu Kitab Sishu dan
Kitab Yang Mendasari yaitu kitab Wujing. Kitab
Suci tersebut merupakan pedoman dan isi dari
seluruh ajaran agama Khonghucu serta sebagai
fondasi dasar dalam perilaku junzi. Peserta didik
dapat
mengenali
ayat-ayat
singkat
atau
sederhana dari kitab suci, dan menerapkan
dalam kehidupan sehari-hari sebagai pedoman
hidup
untuk
menjalankan
tugas-tugas
kemanusiaan terkait hubungan dengan sesama
manusia, alam semesta, dan Sang Pencipta.
Keimanan
Peserta didik meyakini peran leluhur serta para
suci (shenming) sebagai wakil dari Sang Pencipta
yang wajib dimuliakan dan dihormati dalam
dimensi spiritualitas. Peserta didik dapat
meyakini dan memuliakan Tian Yang Maha Esa
sebagai pencipta alam semesta dan menyadari
bahwa manusia memiliki hubungan spiritual
yang kuat dengan Tian, serta berusaha selalu
menjaga hubungan spiritual tersebut. Peserta
didik meyakini Nabi Kongzi sebagai pembimbing
umat
manusia
dan
diharapkan
dapat
menjalankan ajaran-ajaran Nabi Kongzi sehingga
menjadi pribadi yang dapat menjaga hubungan
dengan sesama manusia, alam semesta dan Tian.
Tata Ibadah
Peserta didik dapat membiasakan diri dalam
ritual persembahyangan kepada Tian YME, Nabi
Kongzi, para leluhur, dan para suci (shenming);
sikap bersembahyang, serta sikap tata cara
menghormati sesama manusia. Selain itu,
peserta didik juga mengenal makna yang
terkandung dalam setiap perayaan hari raya
persembahyangan umat Khonghucu sebagai
perwujudan sikap susila dan penerapan
pedoman pelaksanaan tata ibadah.
Perilaku Junzi
Peserta didik dapat mengenali dirinya sendiri
sebagai individu, bagian dari masyarakat, dan
lingkungannya.
Peserta
didik
mampu
menjalankan peran sebagai anak, saudara,
teman, dan pelajar serta warga negara Indonesia
yang baik dengan membiasakan diri untuk
menjadi manusia berbudi luhur dengan
menerapkan 5 (lima) kebajikan (wuchang), yaitu
cinta
kasih,
kebenaran,
kesusilaan,
kebijaksanaan, dan dapat dipercaya; selalu
berbakti
kepada
orang
tua,
keluarga,
masyarakat, dan alam semesta; selalu belajar
dari tempat rendah terus maju menuju tinggi
menempuh jalan suci (dao); serta tidak keluh
gerutu kepada Tian dan sesal penyalahan
terhadap sesama manusia.
83
D.
Capaian Pembelajaran Setiap Fase Mata Pelajaran Pendidikan
Agama Khonghucu dan Budi Pekerti
1. Fase A (Usia Mental ≤ 7 Tahun, Umumnya Kelas I-II)
Pada akhir fase A, pada elemen Sejarah Suci, peserta didik dapat
dapat mengetahui kelahiran sampai dengan masa kecil Nabi
Kongzi dan keteladanan masa kecil Nabi Kongzi (suka belajar dan
bersembahyang). Pada elemen Kitab Suci, peserta didik dapat
mengenal secara sederhana kitab suci agama Khonghucu yaitu
kitab Sishu dan Wujing. Dalam elemen Keimanan, peserta didik
dapat mengetahui Tian Maha Pencipta meliputi manusia yang
dilahirkan melalui ayah dan ibu, alam sekitar serta Nabi Kongzi
sebagai pembimbing manusia. Pada elemen Tata Ibadah, peserta
didik dapat bersikap baoxin bade dan bao daiji bade, mengetahui
tingkatan sikap hormat (baoxin bade), mempraktikkan hormat
dengan bai (merangkap tangan), jugong (membungkukkan badan),
dan gui (sujud). Dan pada elemen Perilaku Junzi, peserta didik
dapat mengetahui cara merawat tubuh (mandi, sikat gigi, berganti
pakaian setelah mandi), mempraktikkan tutur kata santun (salam,
senyum, sapa), sikap jujur kepada orang tua, dan membiasakan
berdoa kepada Tian (sebelum dan sesudah belajar serta sebelum
makan).
Fase A Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Sejarah Suci
Peserta didik dapat dapat mengetahui
kelahiran sampai dengan masa kecil Nabi
Kongzi dan keteladanan masa kecil Nabi
Kongzi (suka belajar dan bersembahyang).
Kitab Suci
Peserta didik dapat mengenal secara
sederhana kitab suci agama Khonghucu yaitu
kitab Sishu dan Wujing.
Keimanan
Peserta didik dapat mengetahui Tian Maha
Pencipta meliputi manusia yang dilahirkan
melalui ayah dan ibu, alam sekitar serta Nabi
Kongzi sebagai pembimbing manusia.
Tata Ibadah
Peserta didik dapat bersikap baoxin bade dan
bao daiji bade, mengetahui tingkatan sikap
hormat (baoxin bade), mempraktikkan
hormat dengan bai (merangkap tangan),
84
Elemen
Perilaku Junzi
Capaian Pembelajaran
jugong (membungkukkan badan), dan gui
(sujud).
Peserta didik dapat mengetahui cara merawat
tubuh (mandi, sikat gigi, berganti pakaian
setelah mandi), mempraktikkan tutur kata
santun (salam, senyum, sapa), sikap jujur
kepada orang tua, dan membiasakan berdoa
kepada Tian (sebelum dan sesudah belajar
serta sebelum makan).
2. Fase B (Usia Mental ± 8 Tahun, Umumnya Kelas III-IV)
Pada akhir fase B, pada elemen Sejarah Suci, peserta didik dapat
mengenal dan meneladani kisah Kong Rong, Huang Xiang, Sima
Guang, dan Mengzi. Pada elemen Kitab Suci, peserta didik dapat
membiasakan perilaku anak berbakti yang terdapat dalam kitab
Bakti (Xiaojing) seperti merawat tubuh dan membantu orang tua
di rumah; mengetahui makna kitab Sishu sebagai pedoman hidup.
Dalam elemen Keimanan, peserta didik dapat mengenal sifat Tian
Yang Maha Pemberkah dan Nabi Kongzi sebagai pembimbing
hidup umat manusia. Pada elemen Tata Ibadah, peserta didik
dapat mempraktikkan doa sederhana kepada Tian, membiasakan
berdoa pagi dan sore hari atau sebelum tidur, mengenal
sembahyang syukur pagi hari kepada Tian, mengetahui jumlah
penggunaan
dupa
(xiang),
serta
mempraktikkan
cara
menancapkan dupa dalam sembahyang kepada Tian. Dan pada
elemen Perilaku Junzi, peserta didik dapat mengenal rasa syukur,
terima kasih (menghargai) terhadap pemberian (tubuh dan
barang-barang) yang diterima sehingga dapat menunjukkan sikap
merawat diri (seperti mengenakan pakaian sopan) dan barangbarang hasil pemberian; membiasakan berkomunikasi santun,
jujur dan peduli kepada orang tua serta menunjukkan sikap mau
bergaul dengan teman baik di rumah maupun di sekolah.
Fase B Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
85
Sejarah Suci
Peserta
didik
dapat
mengenal
dan
meneladani kisah Kong Rong, Huang Xiang,
Sima Guang, dan Mengzi.
Kitab Suci
Peserta didik dapat membiasakan perilaku
anak berbakti yang terdapat dalam kitab
Bakti (Xiaojing) seperti merawat tubuh dan
membantu orang tua di rumah; mengetahui
makna kitab Sishu sebagai pedoman hidup.
Keimanan
Peserta didik dapat mengenal sifat Tian Yang
Maha Pemberkah dan Nabi Kongzi sebagai
pembimbing hidup umat manusia.
Tata Ibadah
Peserta didik dapat mempraktikkan doa
sederhana kepada Tian, membiasakan
berdoa pagi dan sore hari atau sebelum tidur,
mengenal sembahyang syukur pagi hari
kepada Tian, mengetahui jumlah penggunaan
dupa (xiang), serta mempraktikkan cara
menancapkan dupa dalam sembahyang
kepada Tian.
Perilaku Junzi
Peserta didik dapat mengenal rasa syukur,
terima
kasih
(menghargai)
terhadap
pemberian (tubuh dan barang-barang) yang
diterima sehingga dapat menunjukkan sikap
merawat diri (seperti mengenakan pakaian
sopan) dan barang-barang hasil pemberian;
membiasakan berkomunikasi santun, jujur
dan peduli kepada orang tua serta
menunjukkan sikap mau bergaul dengan
teman baik di rumah maupun di sekolah.
3. Fase C (Usia Mental ± 8 Tahun, Umumnya Kelas V-VI)
Pada akhir fase C, pada elemen Sejarah Suci, peserta didik dapat
mengetahui keteladanan dari kisah Raja Suci Yu Shun yang
berbakti dan kisah Raja Suci Yu Agung yang hormat akan
tugasnya. Pada elemen Kitab Suci, peserta didik dapat mengenal
dan membiasakan perilaku 8 (delapan) kebajikan yang terdapat
dalam kitab Sishu, yaitu: bakti (xiao) dan rendah hati (ti). Dalam
elemen Keimanan, Peserta didik dapat mengenal alam sebagai
karunia Tian yang dipergunakan dan harus dijaga sebaik-baiknya
oleh manusia agar tetap lestari dan tidak rusak. Pada elemen Tata
Ibadah, Peserta didik dapat mengetahui makna sikap berdoa
(sikap baoxin bade), mengenal dan menyusun perlengkapan
sembahyang di altar leluhur serta dapat menggunakan dupa
dalam bersembahyang kepada leluhur. Dan pada elemen Perilaku
Junzi, peserta didik dapat menampilkan sikap hormat kepada
86
orang tua sebagai wujud bakti dan terima kasih; membiasakan
berkomunikasi yang sopan/santun, jujur, peduli kepada saudara;
mengenal keberagaman antar kawan serta menerapkan sikap
saling menghormati.
Fase C Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Sejarah Suci
Peserta didik dapat mengetahui keteladanan
dari kisah Raja Suci Yu Shun yang berbakti
dan kisah Raja Suci Yu Agung yang hormat
akan tugasnya.
Kitab Suci
Peserta
didik
dapat
mengenal
dan
membiasakan perilaku 8 (delapan) kebajikan
yang terdapat dalam kitab Sishu, yaitu: bakti
(xiao) dan rendah hati (ti).
Keimanan
Peserta didik dapat mengenal alam sebagai
karunia Tian yang dipergunakan dan harus
dijaga sebaik-baiknya oleh manusia agar
tetap lestari dan tidak rusak.
Tata Ibadah
Peserta didik dapat mengetahui makna sikap
berdoa (sikap baoxin bade), mengenal dan
menyusun perlengkapan sembahyang di
altar leluhur serta dapat menggunakan dupa
dalam bersembahyang kepada leluhur.
Perilaku Junzi
Peserta didik dapat menampilkan sikap
hormat kepada orang tua sebagai wujud
bakti dan terima kasih; membiasakan
berkomunikasi yang sopan/santun, jujur,
peduli
kepada
saudara;
mengenal
keberagaman
antar
kawan
serta
menerapkan sikap saling menghormati.
4. Fase D (Usia Mental ± 9 Tahun, Umumnya Kelas VII-IX)
Pada akhir fase D, dalam elemen Sejarah Suci, peserta didik dapat
mengenal keteladanan murid utama Nabi Kongzi (Yan Hui yang
suka belajar, Zi Lu yang gagah berani, Zi Gong yang setia, Zengzi
yang berbakti). Pada elemen Kitab Suci, peserta didik dapat
mengenal dan membiasakan perilaku 8 (delapan) kebajikan yang
terdapat dalam kitab Sishu, yaitu: satya (zhong), dapat dipercaya
(xin)
dan
mengetahui
4
(empat)
pantangan
(siwu)
seperti
menghindari narkoba, minuman keras serta perbuatan yang tidak
baik lainnya. Dalam elemen Keimanan, peserta didik dapat
memahami bahwa manusia diciptakan Tian melalui kedua orang
tua, mengenal keluarga besar dari ayah dan ibu serta konsep
87
leluhur. Pada elemen Tata Ibadah, peserta didik dapat mengetahui
jenis dan makna hari raya/sembahyang kepada Tian, Nabi, para
shenming, dan para leluhur. Dan pada elemen Perilaku Junzi,
peserta didik dapat membiasakan berbakti kepada orang tua,
kakek
dan
nenek
menunjukkan
sikap
sebagai
wujud
mau
hormat
mengalah
kepada
kepada
Tian;
saudara;
membiasakan bersikap hormat kepada keluarga besar ayah dan
ibu; bersikap mandiri, bertanggung jawab menyelesaikan tugas
sederhana, menerapkan sikap hidup sederhana, dan susila dalam
bergaul.
Fase D Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Sejarah Suci
Peserta didik dapat mengenal keteladanan
murid utama Nabi Kongzi (Yan Hui yang suka
belajar, Zi Lu yang gagah berani, Zi Gong
yang setia, Zengzi yang berbakti).
Kitab Suci
Peserta
didik
dapat
mengenal
dan
membiasakan perilaku 8 (delapan) kebajikan
yang terdapat dalam kitab Sishu, yaitu: satya
(zhong), dapat dipercaya (xin) dan mengetahui
4
(empat)
pantangan
(siwu)
seperti
menghindari narkoba, minuman keras serta
perbuatan yang tidak baik lainnya.
Keimanan
Peserta didik dapat memahami bahwa
manusia diciptakan Tian melalui kedua orang
tua, mengenal keluarga besar dari ayah dan
ibu serta konsep leluhur.
Tata Ibadah
Peserta didik dapat mengetahui jenis dan
makna hari raya/sembahyang kepada Tian,
Nabi, para shenming, dan para leluhur.
Perilaku Junzi
Peserta didik dapat membiasakan berbakti
kepada orang tua, kakek dan nenek sebagai
wujud hormat kepada Tian; menunjukkan
sikap mau mengalah kepada saudara;
membiasakan bersikap hormat kepada
keluarga besar ayah dan ibu; bersikap
mandiri, bertanggung jawab menyelesaikan
tugas sederhana, menerapkan sikap hidup
sederhana, dan susila dalam bergaul.
5. Fase E (Usia Mental ± 10 Tahun, Umumnya Kelas X)
Pada akhir fase E, dalam elemen Sejarah Suci, peserta didik dapat
mengenal keteladanan Nabi Kongzi pada masa dewasa. Pada
elemen
Kitab
Suci,
peserta
88
didik
dapat
mengenal
dan
membiasakan dua perilaku perilaku 8 (delapan) kebajikan yang
terdapat dalam kitab Sishu, yaitu: susila (li) dan menjunjung
kebenaran (yi). Dalam elemen Keimanan, peserta didik dapat
memahami sembahyang sebagai pokok agama dan mengenal
konsep shenming. Pada elemen Tata Ibadah, peserta didik dapat
mempraktikkan sembahyang kepada leluhur, mengenal tempat
ibadah agama Khonghucu dan mampu mengikuti kebaktian di
litang/miao/kelenteng. Dan pada elemen Perilaku Junzi, peserta
didik dapat membiasakan berkomunikasi santun, jujur, serta
peduli kepada teman; melatih sikap tanggung jawab terhadap diri
sendiri, seperti membiasakan mengenakan pakaian sopan; dan
menerapkan sikap saling mengasihi sesama manusia.
Fase E Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Sejarah Suci
Peserta didik dapat mengenal keteladanan
Nabi Kongzi pada masa dewasa.
Kitab Suci
Peserta
didik
dapat
mengenal
dan
membiasakan dua perilaku perilaku 8
(delapan) kebajikan yang terdapat dalam kitab
Sishu, yaitu: susila (li) dan menjunjung
kebenaran (yi).
Keimanan
Peserta didik dapat memahami sembahyang
sebagai pokok agama dan mengenal konsep
shenming.
Tata Ibadah
Peserta
didik
dapat
mempraktikkan
sembahyang kepada leluhur, mengenal tempat
ibadah agama Khonghucu dan mampu
mengikuti kebaktian di litang/miao/kelenteng.
Perilaku Junzi
Peserta
didik
dapat
membiasakan
berkomunikasi santun, jujur, peduli kepada
teman; melatih sikap tanggung jawab terhadap
diri sendiri, seperti membiasakan mengenakan
pakaian sopan; dan menerapkan sikap saling
mengasihi sesama manusia.
6. Fase F (Usia Mental ± 10 Tahun, Umumnya Kelas XI-XII)
Pada akhir fase F, dalam elemen Sejarah Suci, peserta didik dapat
memahami
Nabi
Kongzi
sebagai
Tian
Zhi
Muduo
(cerita
pengembaraan selama 13 tahun). Pada elemen Kitab Suci, peserta
didik dapat mengenal dan membiasakan perilaku 8 (delapan)
kebajikan yang terdapat dalam kitab Sishu, yaitu: suci hati (lian)
89
dan tahu malu (chi) serta mengenal tiga kesukaan yang membawa
faedah dan tiga kesukaan yang membawa celaka. Dalam elemen
Keimanan, peserta didik dapat mengenal makna sembahyang
sebagai cara memuliakan Tian, Nabi Kongzi, shenming, dan para
leluhur. mengetahui sikap utama dalam bersembahyang (chengxin-zhong-jing), mengetahui makna xinnian (Hari Raya Tahun Baru
Kongzili).
Pada
mengetahui
elemen
Tata
macam-macam
Ibadah,
peserta
persembahyangan
didik
dapat
kepada
Tian;
mengetahui keteladanan shenming Guanyin Niangniang dan Guan
Yu; mempraktikkan sembahyang kepada Tian dan Nabi Kongzi
serta mengetahui lagu pujian agama Khonghucu. Dan pada
elemen
Perilaku
Junzi,
peserta
didik
dapat
membiasakan
berperilaku mawas diri, berani mengakui kesalahan dan membina
diri; melatih sikap mudah bergaul dengan para sahabat di
lingkungan masyarakat.
Fase F berdasarkan Elemen:
Elemen
Capaian Pembelajaran
Sejarah Suci
Peserta didik dapat memahami Nabi Kongzi
sebagai Tian Zhi Muduo (cerita pengembaraan
selama 13 tahun).
Kitab Suci
Peserta
didik
dapat
mengenal
dan
membiasakan perilaku 8 (delapan) kebajikan
yang terdapat dalam kitab Sishu, yaitu: suci
hati (lian) dan tahu malu (chi) serta mengenal
tiga kesukaan yang membawa faedah dan tiga
kesukaan yang membawa celaka.
Keimanan
Peserta didik dapat memahami makna
sembahyang sebagai cara memuliakan Tian,
Nabi Kongzi, shenming, dan para leluhur;
mengetahui
sikap
utama
dalam
bersembahyang (cheng-xin-zhong-jing); dan
mengetahui makna xinnian (Hari Raya Tahun
Baru Kongzili).
Tata Ibadah
Peserta didik dapat mengetahui macammacam persembahyangan kepada Tian;
mengetahui keteladanan shenming Guanyin
Niangniang dan Guan Yu; mempraktikkan
sembahyang kepada Tian dan Nabi Kongzi
serta
mengetahui
lagu
pujian
agama
Khonghucu.
Perilaku Junzi
Peserta didik dapat membiasakan berperilaku
mawas diri, berani mengakui kesalahan dan
membina diri; melatih sikap mudah bergaul
90
dengan
para
masyarakat.
91
sahabat
di
lingkungan
III.7 CAPAIAN
PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN
KHUSUS
PENDIDIKAN
KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA
A. Rasional Mata Pelajaran Pendidikan Kepercayaan Terhadap Tuhan
Yang Maha Esa
Negara Indonesia memiliki dasar negara dan landasan ideologi, yaitu
Pancasila. Pancasila merupakan kristalisasi nilai-nilai budaya bangsa
Indonesia. Sila pertama yang menjiwai dan meliputi sila-sila dalam
Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Perwujudan sila pertama
di antaranya adalah Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
selanjutnya ditulis Kepercayaan. Kepercayaan merupakan salah satu
modal dasar pembangunan nasional yang meyakini nilai-nilai budaya
yang lahir dan rujukan pembentukan karakter bangsa Indonesia.
Pentingnya pendidikan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
pada pendidikan khusus yaitu untuk menjawab makna dan tujuan
utama kehidupan melalui budi pekerti (Sumiyati dan Sumarwanto,
2017), dasarnya Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
(Hernandi, 2017), martabat spiritual, masalah larangan dan kewajiban,
dan arti menjadi manusia. Pendidikan Kepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa tentang budi pekerti meliputi budi pekerti kepada
sesama makhluk, kepada masyarakat, kepada lingkungan, kepada
bangsa dan negara, dengan mematuhi kewajiban serta menjauhi segala
larangannya. Pendidikan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
melalui pelaksanaan kegiatan martabat spiritual, meliputi unsurunsur dan bentuk martabat spiritual kepercayaan, seperti aktivitas
seni tradisional (contoh: seni rupa, seni tari, dan seni musik) dan
ekspresi budaya spiritual (contoh: doa, ritual, dan sujud).Pendidikan
Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa berkontribusi dalam
memberikan layanan pada satuan pendidikan bagi peserta didik yang
mempunyai kemampuan intelektual dan kognitif yang berada di bawah
rata-rata (tunagrahita) dibandingkan anak pada umumnya sehingga
dapat tumbuh kemampuan dan potensi pada dirinya untuk dapat
berkembang dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan Kepercayaan
terhadap
Tuhan
menumbuhkan
Yang
rasa
Maha
saling
Esa
berkontribusi
menghormati
dan
juga
untuk
toleransi
dalam
masyarakat beragam. Pendidikan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa ini juga menawarkan refleksi pribadi untuk membangun ke-
92
Indonesia-an (Basuki, 2005) dan perkembangan spiritual nusantara
sehingga memperdalam pemahaman tentang pentingnya nilai-nilai
kearifan lokal dalam kehidupan berbangsa dan bernegara pada situasi
keberagaman global.
B. Tujuan Mata Pelajaran Pendidikan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa
Tujuan mata pelajaran Pendidikan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa pada pendidikan khusus ialah agar peserta didik:
1. Meyakini adanya Tuhan, meyakini kemahaesaan Tuhan, meyakini
kemahakuasaan Tuhan, mengenal dan mensyukuri karunia Tuhan
berupa alam semesta beserta isinya;
2. Memiliki kepedulian dalam berbagai peristiwa kehidupan, baik
lingkungan diri sendiri, keluarga, teman, dan lingkungan terdekat
dengan masyarakat di sekitarnya pada khususnya serta kehidupan
berbangsa dan bernegara pada umumnya, bersikap jujur, disiplin,
dan bertanggung jawab terhadap tugas dan kewajiban yang
diembannya serta memiliki sikap santun, pemaaf, adiluhung yang
merupakan budaya asli pemahaman dari ajaran budi pekerti luhur;
3. Memiliki sikap toleransi terhadap sesama manusia untuk dapat
menerima perbedaan pada masyarakat yang beragam, baik secara
lokal maupun global dengan cara berkomunikasi secara santun
dan saling menghargai sebagai bukti penumbuhan budi pekerti
luhur serta pengembangan kedewasaan diri;
4. Mencintai budaya spiritual Nusantara dan kearifan lokal masingmasing daerah, serta mampu menunjukkan sikap percaya diri
sebagai penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
warisan dari leluhur bangsa yang berkebinekaan;
5. Membedakan antara perbuatan baik dan tidak baik sehingga dapat
mengamalkan perbuatan baik dan benar dalam lingkungan diri
sendiri, keluarga, sekolah, dan lingkungan sekitarnya.
C. Karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan Kepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa
93
Mata pelajaran Pendidikan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa pada pendidikan khusus digambarkan dalam empat elemen
sebagai berikut:
Elemen
Deskripsi
Keagungan Tuhan
Budi Pekerti
Martabat Spiritual
Larangan dan
Kewajiban
Pada elemen ini, peserta didik mengenal konsep
Tuhan dan pengertian sifat-sifat Tuhan serta
hukum alam semesta.
Pada elemen ini, peserta didik menunjukkan dan
mengamalkan perilaku budi pekerti luhur dan
keteladanan dengan cara menghayati peran serta
dan sumbangsih penghayat Kepercayaan dalam
kegiatan kemasyarakatan serta kehidupan
berbangsa dan bernegara.
Pada elemen ini, peserta didik mempelajari
keragaman budaya spiritual Nusantara dan
kearifan lokal, macam-macam seni, ritual, serta
menunjukkan sikap religius dengan kecerdasan
spiritual.
Pada
elemen
ini,
peserta
didik
dapat
membedakan perbuatan baik dan tidak baik
serta menghindari larangan dan melaksanakan
kewajiban dalam Kepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa
D. Capaian Pembelajaran Pendidikan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang
Maha Esa
1. Fase A (Usia Mental ≤ 7 Tahun, Umumnya Kelas I dan II)
Peserta didik dapat mengenal ajaran Kepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa yang ditunjukkan dengan perilaku budi pekerti
luhur dalam berinteraksi di lingkungan keluarga dengan cara
mengenal
dirinya
dengan
berbagai
aturan
dalam
ajaran
Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa di lingkungan
keluarga. Peserta didik juga dapat mengenal anggota tubuh sebagai
makhluk ciptaan Tuhan dan benda-benda di sekitar rumah
sehingga dapat mengetahui rasa syukur atas adanya kekuasaan
dan keberadaan Tuhan. Selain itu, peserta didik juga mengenal
martabat spiritual (seperti: doa, ritual, dan manyembah) dalam
tindakan yang mencerminkan anak berperilaku budi pekerti luhur,
mengenal simbol-simbol Kepercayaannya serta mengenal simbolsimbol keyakinan/agama lain yang beragam. Pada akhir fase ini,
peserta didik dapat mengenal kewajiban dan larangan dalam ajaran
Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Fase A Berdasarkan Elemen
94
Elemen
Deskripsi
Keagungan Tuhan Yang Pada akhir fase A, peserta didik dapat
mengenal sikap bersyukur atas karunia,
Maha Esa
mengenal kebesaran, dan sifat-sifat Tuhan
Yang Maha Esa dalam berinteraksi dengan
lingkungan keluarga.
Budi Pekerti
Pada akhir fase A, peserta didik dapat
mengenal sikap sopan (contoh: berpakaian
sesuai norma kepantasan), santun, patuh,
jujur, menghormati, pemaaf, rajin, percaya
diri, disiplin, peduli, tanggung jawab, hak dan
kewajiban, kreatif dan kerja keras, welas
asih, menghargai, gotong royong, dan
toleransi dalam berinteraksi di lingkungan
keluarga.
Martabat Spiritual
Pada akhir fase A, peserta didik dapat
mengenal
perilaku
budaya
spiritual
Nusantara dan ajaran Kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa.
Pada akhir fase A, peserta didik dapat
mengenal adat istiadat dan tradisi kearifan
lokal daerahnya.
Pada akhir fase A, peserta didik dapat
mengenal martabat sujud (doa, manembah,
ritual, hening, sembah sujud, semedi:
disesuaikan dengan bahasa setempat) dan
mengenalkan sasana sarasehan (contoh:
sanggar,
pasewakan,
padepokan,
bale
pasogit, ruma parsantian).
Larangan dan
Kewajiban
Pada akhir fase A, peserta didik dapat
mengenal kewajiban aturan perbuatan baik
dan larangan dalam Kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa (contoh larangan:
minuman dan makanan yang mengganggu
kesehatan lahir dan batin) di lingkungan
keluarga.
2. Fase B (Usia Mental ± 8 Tahun, Umumnya Kelas III dan IV)
Peserta didik dapat merespons perilaku dalam ajaran Kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa dengan cara merespons perilaku
budi pekerti luhur dalam berinteraksi di lingkungan keluarga dan
sekolah. Selain itu, peserta didik dapat merespons beberapa aturan
dalam ajaran Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa di
lingkungan keluarga dan sekolah sehingga dapat merespons
perilaku bersyukur atas adanya kekuasaan dan keberadaan Tuhan.
Peserta didik juga merespons hasil karya martabat spiritual dalam
tindakan yang mencerminkan anak berperilaku budi pekerti luhur
serta adanya keragaman budaya spiritual maupun beberapa tradisi
agama lain yang ada di sekitarnya. Pada akhir fase ini, peserta
95
didik dapat merespons kewajiban dan larangan dalam ajaran
Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa di lingkungan
keluarga, sekolah, dan lingkungan sekitarnya.
Fase B Berdasarkan Elemen
Elemen
Deskripsi
Keagungan Tuhan Yang
Maha Esa
Pada akhir fase B, peserta didik dapat
merespons sikap bersyukur atas karunia,
kebesaran, dan sifat-sifat Tuhan Yang Maha
Esa dalam berinteraksi dengan lingkungan
keluarga dan sekolah.
Budi Pekerti
Pada akhir fase B, peserta didik dapat
merespons sikap sopan (contoh: berpakaian
sesuai norma kepantasan), santun, patuh,
jujur, menghormati, pemaaf, rajin, percaya
diri, disiplin, peduli, tanggung jawab, hak dan
kewajiban, kreatif dan kerja keras, welas asih,
menghargai, gotong royong, dan toleransi
dalam berinteraksi di lingkungan keluarga
dan sekolah.
Martabat Spiritual
Pada akhir fase B, peserta didik dapat
merespons nilai budaya spiritual Nusantara
dan ajaran Kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa.
Pada akhir fase B, peserta didik dapat
merespons adat istiadat dan tradisi kearifan
lokal daerahnya
Pada akhir fase B, peserta didik dapat
merespons martabat sujud (doa, manembah,
ritual, hening, sembah sujud, semedi:
disesuaikan dengan bahasa setempat) dan
mengenalkan sasana sarasehan (contoh:
sanggar, pasewakan, padepokan, bale pasogit,
ruma parsantian).
Larangan dan
Kewajiban
Pada akhir fase B, peserta didik dapat
merespons kewajiban aturan perbuatan baik
dan mengenal larangan dalam Kepercayaan
terhadap Tuhan Yang
3. Fase C (Usia Mental ± 8 Tahun, Umumnya Kelas V dan VI)
Peserta didik dapat meniru perilaku dalam ajaran Kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa sehingga dapat menirukan sikap
budi pekerti luhur dalam berinteraksi di lingkungan keluarga dan
sekolah. Peserta didik juga dapat meniru sikap bersyukur sebagai
makhluk ciptaan Tuhan di lingkungan keluarga, sekolah, dan
lingkungan sekitarnya. Peserta didik dapat menunjukkan contoh
dan menirukan sikap saling menghargai penghayat kepercayaan
atau penganut agama yang berbeda-beda. Peserta didik dapat
96
menirukan sikap melakukan beberapa kewajiban dan mengenal
dengan menunjukkan sikap menjauhi larangan dalam ajaran
Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa di lingkungan
keluarga, sekolah, dan lingkungan sekitarnya. Pada akhir fase ini,
peserta didik dapat menirukan sikap budi pekerti luhur dengan
cara menirukan kewajiban dan mengenal larangan dalam ajaran
Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa di lingkungan
keluarga, sekolah, dan lingkungan sekitarnya.
Fase C Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian
Keagungan Tuhan Yang
Maha Esa
Pada akhir fase C, peserta didik dapat
meniru sikap bersyukur atas karunia,
kebesaran, dan sifat-sifat Tuhan Yang Maha
Esa dalam berinteraksi dengan keluarga,
sekolah, dan lingkungan sekitarnya.
Budi Pekerti
Pada
akhir
fase
C,
peserta didik dapat meniru sikap sopan
(contoh:
berpakaian
sesuai
norma
kepantasan),
santun,
patuh,
jujur,
menghormati, pemaaf, rajin, percaya diri,
disiplin, peduli, tanggung jawab, hak dan
kewajiban, kreatif dan kerja keras, welas
asih, menghargai, gotong royong, dan
toleransi dalam berinteraksi di lingkungan
keluarga,
sekolah,
dan
lingkungan
sekitarnya.
Martabat Spiritual
Pada akhir fase C, peserta didik dapat
meniru budaya spiritual Nusantara dan
ajaran Kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa
Pada akhir fase C, peserta didik dapat
meniru adat istiadat dan tradisi kearifan lokal
daerahnya.
Pada akhir fase C, peserta didik dapat meniru
martabat sujud (doa, manembah, ritual,
hening, sembah sujud, semedi: disesuaikan
dengan bahasa setempat) dan mengenalkan
sasana
sarasehan
(contoh:
sanggar,
pasewakan, padepokan, bale pasogit, ruma
parsantian).
Larangan dan
Kewajiban
Pada akhir fase C, peserta didik dapat meniru
kewajiban aturan perbuatan baik dan
menjauhi larangan dalam Kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa (contoh
larangan: minuman dan makanan yang
mengganggu kesehatan lahir dan batin) di
lingkungan
keluarga,
sekolah,
dan
lingkungan sekitarnya.
97
4. Fase D (Usia Mental ± 9 Tahun, Umumnya Kelas VII, VIII dan IX)
Peserta didik dapat menerima ajaran Kepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa sehingga dapat menerima sikap budi pekerti luhur
dalam berinteraksi di lingkungan keluarga dan sekolah. Peserta
didik juga dapat menerima dirinya sebagai makhluk ciptaan Tuhan
dan benda-benda di sekitarnya, baik di lingkungan rumah maupun
di sekolah, serta tempat bermainnya sehingga dapat menerima rasa
syukur atas adanya kekuasaan dan keberadaan Tuhan. Peserta
didik dapat menunjukkan contoh dan menerima sikap saling
menghargai penghayat kepercayaan atau penganut agama yang
berbeda-beda. Di akhir fase ini, peserta didik dapat menerima sikap
budi pekerti luhur dengan cara menerima kewajiban dan menjauhi
larangan dalam ajaran Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa di lingkungan keluarga dan sekolah. Peserta didik juga dapat
mempraktikkan dengan bimbingan menirukan ritual sujud yang
sederhana
dalam
martabat
budaya
kepercayaannya
spiritual
dan
tertentu
mendemonstrasikan
yang
sesuai
taraf
perkembangan dan minatnya.
Fase D Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian
Keagungan Tuhan Yang
Maha Esa
Pada akhir fase D, peserta didik dapat
menerima sikap bersyukur atas karunia,
kebesaran, dan sifat-sifat Tuhan Yang Maha
Esa dalam berinteraksi dengan keluarga,
sekolah, dan lingkungan sekitarnya
Budi Pekerti
Pada akhir fase D, peserta didik dapat
menerima sikap sopan (contoh: berpakaian
sesuai norma kepantasan), santun, patuh,
jujur, menghormati, pemaaf, rajin, percaya
diri, disiplin, peduli, tanggung jawab, hak
dan kewajiban, kreatif dan kerja keras,
welas asih, menghargai, gotong royong, dan
toleransi dalam berinteraksi di lingkungan
keluarga,
sekolah,
dan
lingkungan
sekitarnya.
Martabat Spiritual
Pada akhir fase D, peserta didik dapat
menerima
pentingnya
budaya
spiritual
Nusantara dan ajaran Kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa
Pada akhir fase D, peserta didik dapat
menerima adat istiadat dan tradisi kearifan
lokal daerahnya
Pada akhir fase D, peserta didik dapat
98
Elemen
Capaian
menerima martabat sujud (doa, manembah,
ritual, hening, sembah sujud, semedi:
disesuaikan dengan bahasa setempat) dan
mengenalkan sasana sarasehan
(contoh: sanggar, pasewakan,
bale pasogit, ruma parsantian).
Larangan dan
Kewajiban
padepokan,
Pada akhir fase D, peserta didik dapat
menerima kewajiban aturan perbuatan baik
dan menjauhi larangan dalam Kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa (contoh
larangan: minuman dan makanan yang
mengganggu kesehatan lahir dan batin) di
lingkungan
keluarga,
sekolah,
dan
lingkungan sekitarnya.
5. Fase E (Usia Mental ± 10 Tahun, Umumnya Kelas X)
Peserta didik dapat memahami pentingnya ajaran Kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa sehingga dapat menunjukkan
sikap
budi
pekerti
luhur
dalam
berinteraksi
di
lingkungan
keluarga, sekolah, dan lingkungan sekitarnya. Peserta didik juga
dapat menunjukkan jati dirinya sebagai makhluk ciptaan Tuhan
dan benda-benda di sekitarnya, baik di lingkungan rumah maupun
di sekolah, serta tempat bermainnya sehingga dapat menunjukkan
rasa syukur atas adanya kekuasaan dan keberadaan Tuhan, serta
menghargai keberagaman keyakinan dengan sikap inklusif dalam
pergaulan sehari-hari. Pada akhir fase ini, peserta didik dapat
menunjukkan sikap budi pekerti luhur dengan cara melakukan
kewajiban dan menjauhi larangan dalam ajaran Kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa di lingkungan keluarga, sekolah
dan masyarakat dengan proses pembimbingan minimal.
Fase E berdasarkan elemen
Elemen
Deskripsi
Keagungan Tuhan Yang
Maha Esa
Pada akhir fase E, peserta didik dapat
menunjukkan sikap bersyukur atas karunia,
kebesaran, dan sifat-sifat Tuhan Yang Maha
Esa dalam berinteraksi dengan keluarga,
sekolah, dan masyarakat
99
Elemen
Deskripsi
Budi Pekerti
Pada akhir fase E, peserta didik dapat
menunjukkan
melalui
pembimbingan
minimal perilaku sikap sopan (contoh:
berpakaian sesuai norma kepantasan),
santun, patuh, jujur, menghormati, pemaaf,
rajin, percaya diri, disiplin, peduli, tanggung
jawab, hak dan kewajiban, kreatif dan kerja
keras, welas asih, menghargai, gotong
royong, dan toleransi dalam berinteraksi di
lingkungan
keluarga,
sekolah,
dan
masyarakat.
Martabat Spiritual
Pada akhir fase E, peserta didik dapat
menunjukkan
melalui
pembimbingan
minimal perilaku budaya spiritual Nusantara
dan ajaran Kepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa.
Pada akhir fase E, peserta didik dapat
menunjukkan
melalui
pembimbingan
minimal adat istiadat dan tradisi kearifan
lokal daerahnya.
Pada akhir fase E, peserta didik dapat
menunjukkan
melalui
pembimbingan
minimal martabat sujud (doa, manembah,
ritual, hening, sembah sujud, semedi:
disesuaikan dengan bahasa setempat) dan
mengenalkan sasana sarasehan (contoh:
sanggar,
pasewakan,
padepokan,
bale
pasogit, ruma parsantian).
Larangan dan
Kewajiban
Pada akhir fase E, peserta didik dapat
menunjukkan kewajiban aturan perbuatan
baik melalui pembimbingan minimal dan
menjauhi larangan dalam Kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa (contoh
larangan: minuman dan makanan yang
mengganggu kesehatan lahir dan batin) di
lingkungan
keluarga,
sekolah,
dan
masyarakat.
6. Fase F (Usia Mental ± 10 Tahun, Umumnya Kelas XI dan XII)
Peserta didik dapat mengimplementasikan ajaran Kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa dengan cara melakukan perilaku
budi pekerti luhur dalam berinteraksi di lingkungan keluarga,
sekolah, dan lingkungan sekitarnya. Peserta didik juga dapat
menunjukkan jati dirinya sebagai makhluk ciptaan Tuhan dan
benda-benda di sekitarnya, baik di lingkungan rumah maupun di
sekolah, serta tempat bermainnya sehingga dapat melaksanakan
perilaku martabat spiritual untuk menunjukkan rasa syukur atas
adanya kekuasaan dan keberadaan Tuhan. Peserta didik dapat
menghargai perbedaan keyakinan atau agama. Pada akhir fase ini,
100
peserta didik dapat mengimplementasikan sikap budi pekerti luhur
dengan cara melaksanakan kewajiban dan menjauhi larangan
dalam ajaran Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa di
lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, bangsa dan negara.
Fase F berdasarkan elemen
Elemen
Capaian
Keagungan Tuhan Yang
Maha Esa
Pada akhir fase F, peserta didik dapat
mengimplementasikan sikap bersyukur atas
karunia, kebesaran, dan sifat-sifat Tuhan
Yang Maha Esa dalam berinteraksi dengan
keluarga, sekolah, masyarakat, bangsa, dan
negara.
Budi Pekerti
Pada akhir fase F, peserta didik dapat
mengimplementasikan secara konsisten
sikap sopan (contoh: berpakaian sesuai
norma kepantasan), santun, patuh, jujur,
menghormati, pemaaf, rajin, percaya diri,
disiplin, peduli, tanggung jawab, hak dan
kewajiban, kreatif dan kerja keras, welas
asih, menghargai, gotong royong, dan
toleransi dalam berinteraksi di lingkungan
keluarga, sekolah, masyarakat, bangsa, dan
negara.
Martabat Spiritual
Pada akhir fase F, peserta didik dapat
mengimplementasikan
budaya
spiritual
Nusantara dan ajaran Kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa
Pada akhir fase F, peserta didik dapat
mengimplementasikan adat istiadat dan
tradisi kearifan lokal daerahnya.
Pada akhir fase F, peserta didik dapat
mengimplementasikan martabat sujud (doa,
manembah, ritual, hening, sembah sujud,
semedi:
disesuaikan
dengan
bahasa
setempat)
dan
mengenalkan
sasana
sarasehan (contoh: sanggar, pasewakan,
padepokan, bale pasogit, ruma parsantian).
Larangan dan
Kewajiban
Pada akhir fase F, peserta didik dapat
mengimplementasikan
secara
konsisten
kewajiban aturan perbuatan baik dan
menjauhi larangan dalam Kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa (contoh
larangan: minuman dan makanan yang
mengganggu kesehatan lahir dan batin) di
lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat,
bangsa, dan negara.
101
IV. CAPAIAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA PENDIDIKAN KHUSUS
A. Rasional Mata Pelajaran Matematika
Matematika merupakan ilmu atau pengetahuan tentang belajar atau
berpikir logis yang sangat dibutuhkan manusia untuk hidup yang
mendasari perkembangan teknologi modern. Matematika mempunyai
peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir
manusia. Matematika dipandang sebagai materi pembelajaran yang
harus dipahami sekaligus sebagai alat konseptual untuk mengonstruksi
dan merekonstruksi materi tersebut, mengasah, dan melatih kecakapan
berpikir yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah dalam
kehidupan. Belajar matematika dapat meningkatkan kemampuan
pebelajar dalam berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif, dan
mandiri. Kompetensi tersebut diperlukan agar pebelajar memiliki
kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi
untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, penuh
dengan ketidakpastian, dan bersifat kompetitif.
Mata pelajaran Matematika membekali peserta didik tentang cara
berpikir, bernalar, dan berlogika melalui aktivitas mental tertentu yang
membentuk alur berpikir berkesinambungan dan berujung pada
pembentukan
alur
pemahaman
terhadap
materi
pembelajaran
matematika berupa fakta, konsep, prinsip, operasi, relasi, masalah, dan
solusi matematis tertentu yang bersifat formal-universal. Proses mental
tersebut dapat memperkuat disposisi peserta didik untuk merasakan
makna dan manfaat matematika dan belajar matematika serta nilai-nilai
moral dalam belajar Mata Pelajaran Matematika, meliputi kebebasan,
kemahiran, penaksiran, keakuratan, kesistematisan, kerasionalan,
kesabaran,
kemandirian,
kedisiplinan,
ketekunan,
ketangguhan,
kepercayaan diri, keterbukaan pikiran, dan kreativitas. Dengan
demikian, relevansinya dengan Profil Pelajar Pancasila, mata pelajaran
Matematika
ditujukan
untuk
mengembangkan
kemandirian,
kemampuan bernalar kritis, dan kreativitas peserta didik. Adapun
materi pembelajaran pada mata pelajaran Matematika di setiap jenjang
pendidikan
dikemas
melalui
bidang
kajian
Bilangan,
Aljabar,
Pengukuran, Geometri, Analisis Data dan Peluang dan kalkulus. Peserta
didik berkebutuhan khusus yang memiliki hambatan intelektual atau
disertai hambatan lainnya (tunanetra, tunarungu, tunadaksa dan autis)
dalam kehidupan sehari tetap membutuhkan matematika. Namun,
102
matematika yang dipelajari bersifat fungsional artinya sering mereka
jumpai dalam kegiatan keseharian sehingga kemandirian peserta didik
akan berkembang optimal. Misalnya, pada elemen Bilangan, dalam
kehidupan banyak dijumpai salah satunya menemukan alamat rumah
(nomerisasi). Selain itu, banyak elemen matematika lainnya yang
berkaitan dengan kegiatan keseharian mereka yang perlu dipelajari
sehingga mereka menjadi mandiri dan tidak kebergantungan pada orang
lain. Mengingat karakteristik peserta didik dengan hambatan intelektual
dalam pembelajarannya memerlukan bantuan benda konkrit agar
mudah dipahami mereka, maka pada elemen matematika aljabar dan
kalkulus tidak diberikan karena materi tersebut abstrak.
B. Tujuan Mata Pelajaran Matematika
Mata pelajaran Matematika bertujuan untuk membekali peserta didik
agar dapat:
1. memahami materi pembelajaran matematika berupa fakta,
konsep,
prinsip,
operasi,
dan
relasi
matematis
dan
mengaplikasikannya secara luwes, akurat, efisien, dan tepat
dalam penyelesaian masalah matematis (pemahaman matematis);
2. menggunakan
penalaran
pada
pola
dan
sifat,
melakukan
manipulasi matematis dalam membuat generalisasi, menyusun
bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika
(penalaran dan pembuktian matematis);
3. menyelesaikan masalah yang meliputi kemampuan memahami
masalah, merancang model matematis, menyelesaikan model atau
menafsirkan
solusi
yang
diperoleh
(penyelesaian
masalah
matematis);
4. mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau
media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, serta
menyajikan suatu situasi kedalam simbol atau model matematis
(komunikasi dan representasi matematis);
5. mengaitkan materi pembelajaran matematika berupa fakta,
konsep, prinsip, operasi, dan relasi matematis pada suatu bidang
kajian, lintas bidang kajian, lintas bidang ilmu, dan dengan
kehidupan (koneksi matematis);
6. memiliki
sikap
menghargai
kegunaan
matematika
dalam
kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat
103
dalam mempelajari matematika, serta sikap kreatif, sabar,
mandiri, tekun, terbuka, tangguh, ulet, dan percaya diri dalam
penyelesaian masalah (disposisi matematis).
C. Karakteristik Mata Pelajaran Matematika
Mata pelajaran Matematika diorganisasikan dalam lingkup lima Elemen
konten (dengan tambahan 1 elemen sebagai pilihan untuk kelas XI dan
XII pada jenjang SMA/SMK regular) dan lima elemen proses.
1.
Elemen konten dalam mata pelajaran Matematika, terkait dengan
pandangan bahwa matematika sebagai materi pembelajaran
(subject matter) yang harus dipahami peserta didik. Pemahaman
matematis terkait erat dengan pembentukan alur pemahaman
terhadap materi pembelajaran matematika berupa fakta, konsep,
prinsip, operasi, dan relasi yang bersifat formal-universal.
Elemen
Deskripsi
Bilangan
Bidang kajian Bilangan membahas tentang angka
sebagai simbol bilangan, konsep bilangan, operasi
hitung bilangan, dan relasi antara berbagai operasi
hitung bilangan dalam subElemen representasi visual,
sifat urutan, dan operasi.
Aljabar
Bidang kajian Aljabar membahas tentang aljabar nonformal dalam bentuk simbol gambar sampai dengan
aljabar formal dalam bentuk simbol huruf yang
mewakili bilangan tertentu dalam subElemen
persamaan dan pertidaksamaan, relasi dan pola
bilangan, serta rasio dan proporsi. Pada bidang kajian
Aljabar sulit untuk dipelajari oleh peserta didik
dengan hambatan intelektual karena materi dalam
elemen ini memerlukan proses berpikir lebih dari satu
tahapan, sulit memahami persamaan atau
pertidaksamaan dengan bahasa simbol karena
kecenderungan mempelajari yang bersifat konkret.
Pengukuran
Bidang kajian Pengukuran membahas tentang
besaran-besaran pengukuran, cara mengukur
besaran tertentu, dan membuktikan prinsip atau
teorema terkait besaran tertentu dalam subElemen
pengukuran besaran geometris dan non-geometris.
Geometri
Bidang kajian Geometri membahas tentang berbagai
bentuk bangun datar dan bangun ruang, serta ciricirinya dalam subElemen geometri datar dan geometri
ruang.
Analisis Data
dan Peluang
Bidang kajian Analisis Data dan Peluang membahas
tentang pengertian data, jenis-jenis data, pengolahan
data dalam berbagai bentuk representasi, dan analisis
data kuantitatif terkait pemusatan dan penyebaran
data serta peluang munculnya suatu data atau
kejadian tertentu dalam subElemen data dan
representasinya, serta ketidakpastian dan peluang.
104
Kalkulus
(sebagai
pilihan untuk
kelas XI dan
XII)
2.
Bidang kajian kalkulus membahas tentang laju
perubahan sesaat dari suatu fungsi kontinu, dan
mencakup topik limit, diferensial, dan integral, serta
penggunaannya. Pada bidang kajian kalkulus sulit
untuk dipelajarai oleh peserta didik dengan hambatan
intelektual karena materi dalam elemen ini memiliki
proses berpikir lebih dari satu tahapan, sulit
memahami topik limit diferensial, dan integral serta
penggunaannya sementara dasar operasi hitung dari
matematika seperti penjumlahan, pengurangan,
perkalian dan pembagian masih mengalami kesulitan.
Elemen proses dalam mata pelajaran Matematika terkait dengan
pandangan bahwa matematika sebagai alat konseptual untuk
mengonstruksi
dan
merekonstruksi
materi
pembelajaran
matematika berupa aktivitas mental yang membentuk alur berpikir
dan alur pemahaman yang dapat mengembangkan kecakapankecakapan.
105
Elemen
Deskripsi
Penalaran
dan
Pembuktian
Matematis
Penalaran terkait dengan proses penggunaan pola
hubungan dalam menganalisis situasi untuk
menyusun serta menyelidiki praduga. Pembuktian
matematis terkait proses membuktikan kebenaran
suatu prinsip, rumus, atau teorema tertentu.
Pemecahan
Masalah
Matematis
Pemecahan masalah matematis terkait dengan
proses penyelesaian masalah matematis atau
masalah sehari- hari dengan cara menerapkan dan
mengadaptasi berbagai strategi yang efektif. Proses
ini juga mencakup konstruksi dan rekonstruksi
pemahaman matematika melalui pemecahan
masalah.
Komunikasi
Komunikasi matematis terkait dengan
pembentukan alur pemahaman materi
pembelajaran matematika melalui cara
mengomunikasikan pemikiran matematis
menggunakan bahasa matematis yang tepat.
Komunikasi matematis juga mencakup proses
menganalisis dan mengevaluasi pemikiran
matematis orang lain.
Representasi
Matematis
Representasi matematis terkait dengan proses
membuat dan menggunakan simbol, tabel,
diagram, atau bentuk lain untuk
mengomunikasikan gagasan dan pemodelan
matematika. Proses ini juga mencakup fleksibilitas
dalam mengubah dari satu bentuk representasi ke
bentuk representasi lainnya, dan memilih
representasi yang paling sesuai untuk
memecahkan masalah.
Koneksi
Matematis
Koneksi matematis terkait dengan proses
mengaitkan antar materi pembelajaran
matematika pada suatu bidang kajian, lintas
bidang kajian, lintas bidang ilmu, dan dengan
kehidupan.
D. Capaian Pembelajaran Setiap Fase
1. Fase A (Usia Mental ≤ 7 Tahun dan Umumnya Kelas I dan II)
Pada akhir Fase A, peserta didik dapat memahami, membilang dan
menuliskan bilangan asli sampai dengan 20 menggunakan benda
konkret, menunjukkan cara melakukan penjumlahan bilangan asli
yang hasilnya maksimal 10, mengurutkan dan membandingkan
banyak-sedikit dengan benda konkret sampai dengan 10, memahami
besar kecil suatu benda. Peserta didik dapat membandingkan tinggirendah, panjang-pendek benda konkret. Peserta didik dapat mengenal
benda-benda
bangun
ruang
(kubus,
balok,
dan
mengelompokkan bangun ruang sesuai jenis dan sifatnya.
Fase A Berdasarkan Elemen
106
bola),
Elemen
Capaian Pembelajaran
Bilangan
Pada akhir Fase A, peserta didik dapat membilang
lambang bilangan asli sampai dengan 20,
mengurutkan bilangan asli sampai dengan 20
menggunakan benda konkret, dan menuliskan
lambang bilangan asli sampai dengan 20,
menunjukkan cara penjumlahan bilangan asli yang
hasilnya maksimal 10 dengan menggunakan benda
konkret.
Aljabar
-
Pengukuran
Pada akhir Fase A, peserta didik dapat
membandingkan tinggi-rendah, panjang-pendek
benda konkret
Geometri
Pada akhir Fase A, peserta didik dapat mengenal
benda-benda bangun ruang (kubus, balok, dan bola)
mengelompokkan bangun ruang sesuai jenis dan
sifatnya.
Analisis Data dan
Peluang
Pada akhir Fase A, peserta didik dapat
mengurutkan, membandingkan banyak-sedikit,
dengan benda konkret sampai dengan 10,
memahami besar kecil suatu benda.
2. Fase B (Usia Mental ± 8 Tahun dan Umumnya Kelas III dan IV)
Pada akhir Fase B, peserta didik dapat membilang, mengurutkan
bilangan asli sampai dengan 50 menggunakan benda konkret, dan
menuliskan lambang bilangan asli sampai dengan 50, mengenal nilai
tempat (puluhan dan satuan), peserta didik menunjukkan cara
melakukan penjumlahan dua bilangan yang hasilnya sampai 20,
menghitung hasil penjumlahan dua bilangan sampai dengan 20,
menunjukkan cara melakukan pengurangan dua bilangan maksimal
sampai 20, menghitung hasil pengurangan dua bilangan maksimal 20
dengan
menggunakan
benda
konkrit,
menunjukkan
dan
menggunakan mata uang rupiah, menuliskan kesetaraan nilai uang
Rp500,00 sampai Rp20.000,00. Peserta didik dapat mengidentifikasi
berat–ringan
benda
dengan
menggunakan
benda
konkret,
mengurutkan benda dari berat ke ringan atau sebaliknya, mengenal
waktu berupa hari, tanggal dan bulan. Peserta didik dapat
mengidentifikasi benda-benda bangun datar, menggambar bangun
datar dengan mengikuti pola, mengilustrasikan gambar bangun datar
dengan gerakan. Peserta didik dapat mengurutkan, membandingkan
banyak-sedikit, dengan benda konkret maksimal 20 benda.
107
Fase B Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Bilangan
Pada akhir Fase B, peserta didik dapat membilang
lambang bilangan asli sampai dengan 50,
mengurutkan bilangan asli sampai dengan 50
menggunakan benda konkret, dan menuliskan
lambang bilangan asli sampai dengan 50, mengenal
nilai tempat (puluhan dan satuan), menunjukkan
cara melakukan penjumlahan dua bilangan yang
hasilnya sampai 20 dengan menggunakan benda
konkret, menghitung hasil penjumlahan dua
bilangan sampai dengan 20 dengan benda konkret,
menunjukkan cara melakukan pengurangan dua
bilangan maksimal 20 dengan menggunakan benda
konkret, menghitung hasil pengurangan dua
bilangan maksimal 20 dengan benda konkret,
menunjukkan dan menggunakan uang rupiah
Rp500,00 sampai maksimal Rp20.000,00,
menuliskan kesetaraan nilai uang Rp500,00 sampai
Rp20.000,00.
(Catatan: Jika kesetaraan nilai uang sulit dipahami
peserta didik sebaiknya tidak terlalu dipaksakan,
karena akan dibelajarkan kembali pada Fase C).
Aljabar
-
Pengukuran
Pada akhir Fase B, peserta didik dapat
mengidentifikasi berat–ringan benda dengan
menggunakan benda-benda di sekitar rumah,
sekolah dan tempat bermain, mengurutkan benda
dari berat ke ringan atau sebaliknya, mengenal
waktu (hari, tanggal dan bulan).
Geometri
Pada akhir Fase B, Peserta didik dapat
mengidentifikasi benda-benda bangun datar
(segiempat, segitiga dan lingkaran), menggambar
bangun datar (segiempat, segitiga dan lingkaran)
dengan mengikuti pola, mengilustrasikan gambar
bangun datar dengan gerakan.
Analisis Data dan
Peluang
Pada akhir Fase B, peserta didik dapat
mengurutkan, membandingkan banyak-sedikit,
dengan benda konkret sampai dengan 20.
3. Fase C (Usia Mental ± 8 Tahun dan Umumnya Kelas V dan VI)
Pada akhir Fase C, peserta didik dapat membilang, mengurutkan
bilangan asli menggunakan benda konkret, dan menuliskan lambang
bilangan asli sampai dengan 100, memahami nilai tempat (satuan dan
puluhan), menunjukkan cara melakukan penjumlahan dua bilangan
yang hasilnya sampai 50 dengan menggunakan benda konkret,
menghitung hasil penjumlahan dua bilangan sampai dengan 50
dengan benda konkret, menunjukkan cara melakukan pengurangan
dua bilangan maksimal 50 dengan menggunakan benda konkret,
108
menghitung hasil pengurangan dua bilangan maksimal 50 dengan
benda
konkret,
menunjukkan
uang
rupiah
Rp500,00
sampai
Rp50.000,00, menuliskan kesetaraan nilai uang Rp500,00 sampai
Rp50.000,00.
Peserta
didik
dapat
memahami
pengukuran
menggunakan satuan baku dan satuan tidak baku, melakukan
pengukuran menggunakan satuan tidak baku dan satuan baku
panjang, mengenal satuan waktu jam dan menit. Peserta didik dapat
mengidentifikasi benda-benda jenis bangun ruang, mengidentifikasi
unsur-unsur bangun ruang kubus dan balok (titik sudut, garis, dan
bidang), mengelompokkan bangun ruang sesuai jenis dan sifatnya.
Peserta
didik
dapat
mengumpulkan
suatu
kumpulan
data
berdasarkan karakteristik tertentu, menuliskan suatu kumpulan
data, menyajikan data dalam bentuk tabel.
Fase C Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Bilangan
Pada akhir Fase C, peserta didik dapat membilang
lambang bilangan asli sampai dengan 100,
mengurutkan bilangan asli sampai dengan 100
menggunakan benda konkret, dan menuliskan
lambang bilangan asli sampai dengan 100,
memahami nilai tempat (satuan dan puluhan),
menunjukkan cara melakukan penjumlahan dua
bilangan yang hasilnya sampai 50 dengan
menggunakan benda konkret, menghitung hasil
penjumlahan dua bilangan sampai dengan 50
dengan benda konkret, menunjukkan cara
melakukan pengurangan dua bilangan maksimal 50
dengan menggunakan benda konkret, menghitung
hasil pengurangan dua bilangan maksimal 50
dengan benda konkret, menunjukkan uang rupiah
Rp500,00 sampai Rp50.000,00, menuliskan
kesetaraan nilai uang Rp500,00 sampai
Rp50.000,00.
(Catatan: Jika peserta didik sulit memahami nilai
tempat tidak perlu dipaksakan sampai paham, yang
penting dapat menjumlah bilangan sampai dengan
50).
Aljabar
-
Pengukuran
Pada akhir Fase C, peserta didik dapat melakukan
pengukuran menggunakan satuan tidak baku
(jengkal dan langkah), melakukan pengukuran
panjang dengan satuan baku panjang (centimeter
dan meter), mengenal satuan waktu (jam dan
menit).
Geometri
Pada akhir Fase C, peserta didik dapat
mengidentifikasi benda-benda bangun ruang
(tabung, dan kerucut), mengidentifikasi unsur-
109
Elemen
Capaian Pembelajaran
unsur bangun ruang kubus dan balok (titik sudut,
garis, dan bidang), mengelompokkan bangun ruang
sesuai jenis dan sifatnya.
Analisis Data dan
Peluang
Pada akhir Fase C, peserta didik dapat
mengumpulkan suatu kumpulan data berdasarkan
karakteristik tertentu (warna, bentuk, dan jenis
kelamin), menuliskan suatu kumpulan data,
menyajikan data dalam bentuk tabel.
4. Fase D (Usia Mental ± 9 Tahun dan Umumnya Kelas VII, VIII, dan IX)
Pada akhir fase D, peserta diidik dapat menunjukkan cara melakukan
penjumlahan, dan menghitung hasil penjumlahan dua angka,
menunjukkan cara melakukan pengurangan, dan menghitung hasil
penjumlahan dua bilangan sampai dengan 100 dengan benda
konkret. Melakukan operasi hitung perkalian dan pembagian sampai
20, mengenal bilangan pecahan sederhana, menuliskan bilangan
pecahan
sederhana,
menghitung
hasil
penjumlahan
atau
pengurangan dua pecahan dengan penyebut sama, mengenal cara
penggunaan alat bantu hitung secara sederhana dalam kehidupan
sehari-hari, memahami operasi hitung (penjumlahan, pengurangan,
perkalian dan pembagian) menggunakan alat bantu hitung secara
sederhana dalam kehidupan sehari-hari, menunjukkan pecahan
uang,
menuliskan
kesetaraan
nilai
uang
Rp500,00
sampai
Rp100.000,00. Peserta didik dapat mengenal ukuran satuan berat,
melakukan pengukuran satuan berat, mengenal satuan volume,
menakar volume suatu benda menggunakan literan (takaran yang
isinya 1 liter). Peserta didik dapat menunjukkan cara menentukan
keliling segitiga, persegi, dan persegi panjang menggunakan benda
konkret, menghitung keliling segitiga, persegi, dan persegi panjang.
Peserta didik dapat mengidentifikasi dan membandingkan harga
barang dalam kehidupan sehari-hari.
Fase D Berdasarkan Elemen
Elemen
Bilangan
Capaian Pembelajaran
Pada akhir Fase D, peserta didik dapat
menunjukkan cara melakukan penjumlahan dua
angka maksimal 100 dengan menggunakan benda
konkret, menghitung hasil penjumlahan dua angka
maksimal 100 dengan benda konkret, menunjukkan
cara melakukan pengurangan dua angka maksimal
100 dengan menggunakan benda konkret,
menghitung hasil penjumlahan dua bilangan sampai
110
Elemen
Capaian Pembelajaran
dengan 100 dengan benda konkret,. Melakukan
operasi hitung perkalian sampai 20, melakukan
operasi hitung pembagian sampai 20, mengenal
bilangan pecahan sederhana menggunakan benda
konkret, menuliskan bilangan pecahan sederhana,
menghitung hasil penjumlahan dua pecahan dengan
penyebut sama, menghitung hasil pengurangan
pecahan dengan penyebut sama, mengenal cara
penggunaan alat bantu hitung secara sederhana
dalam kehidupan sehari-hari, memahami operasi
hitung (penjumlahan, pengurangan, perkalian dan
pembagian) menggunakan alat bantu hitung secara
sederhana dalam kehidupan sehari-hari,
menunjukkan pecahan uang Rp500,00 sampai
Rp100.000,00, menuliskan kesetaraan nilai uang
Rp500,00 sampai Rp100.000,00.
Aljabar
-
Pengukuran
Pada akhir Fase D, peserta didik dapat
menunjukkan ukuran satuan berat (gram dan kg)
dalam kehidupan sehari-hari, melakukan
pengukuran satuan berat (gram dan kg), mengenal
satuan volume (liter), menakar volume suatu benda
menggunakan alat takar literan.
Geometri
Pada akhir Fase D, peserta didik dapat
menunjukkan cara menentukan keliling segitiga,
persegi, dan persegi panjang menggunakan benda
konkret (benang, tali, batang korek api, lidi dan
berbagai benda yang dapat digunakan sebagai satu
satuan panjang), menghitung keliling segitiga,
persegi, dan persegi panjang menggunakan benda
konkret yang dapat digunakan sebagai satu satuan
panjang.
Analisis Data dan
Peluang
Pada akhir Fase D, peserta didik dapat
mengidentifikasi harga barang dalam kehidupan
sehari-hari (lebih mahal dan lebih murah),
membandingkan harga barang (lebih mahal dan
lebih murah) dalam kehidupan sehari-hari.
5. Fase E (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas X)
Pada akhir Fase E, peserta didik dapat melakukan operasi hitung
bilangan asli (penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian)
dalam penyelesaian masalah pada kehidupan sehari-hari, mengenal
bilangan desimal satu angka dibelakang koma 0,1 sampai 1,9,
menunjukkan bentuk persen, menghitung bentuk persen dengan alat
bantu hitung. Peserta didik dapat menentukan satuan panjang,
satuan berat benda, dan satuan volume dalam kehidupan sehari-hari,
111
menggunakan benda konkret menunjukkan satuan luas (cm2 dan
m2), menghitung luas bangun datar (persegi, persegi panjang dan
segitiga) dengan menggunakan satuan luas. Peserta didik dapat
mengidentifikasi daftar tabel dalam kaitannya dengan kegiatan
keterampilan vokasional, membuat daftar tabel kebutuhan uang
untuk belanja barang.
Fase E Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Bilangan
Pada akhir Fase E, peserta didik dapat melakukan
operasi hitung bilangan asli (penjumlahan,
pengurangan, perkalian, dan pembagian) dalam
penyelesaian masalah pada kehidupanan seharihari, mengenal bilangan desimal satu angka
dibelakang koma 0,1 sampai 1,9, menunjukkan
bentuk persen dalam kehidupan sehari-hari,
menghitung bentuk persen dengan alat bantu
hitung dalam kehidupan sehari-hari
Aljabar
-
Pengukuran
Pada akhir Fase E, peserta didik dapat menentukan
satuan panjang benda dengan menggunakan alat
ukur, menentukan berat benda (gram dan kg),
menentukan volume (liter dan ml) dalam kehidupan
sehari-hari.
Geometri
Pada akhir Fase E, peserta didik dapat
menggunakan benda konkret menunjukkan satuan
luas (cm² dan m²), menghitung luas bangun datar
(persegi, persegi panjang dan segitiga) dengan
menggunakan satuan luas.
Analisis Data dan
Peluang
Pada akhir Fase E, peserta didik dapat
mengidentifikasi daftar table kegiatan keterampilan
vokasional, membuat tabel kebutuhan uang untuk
belanja barang.
6. Fase F (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas XI dan XII)
Pada akhir Fase F, peserta didik dapat melakukan operasi hitung
bilangan asli pembagian, menghitung operasi campuran bilangan asli
(penjumlahan dan pengurangan), menghitung operasi campuran
bilangan asli (perkalian dan penjumlahan), melakukan operasi hitung
penjumlahan desimal satu angka di belakang koma tanpa teknik
menyimpan, melakukan operasi hitung pengurangan desimal satu
angka di belakang koma tanpa teknik meminjam, mengidentifikasi
dan menghitung untung atau rugi dalam kegiatan jual beli,
menunjukkan pemanfaatan bentuk bangun datar dan pemanfaatan
112
bangun ruang, menerapkan pemanfaatan bentuk bangun datar dan
pemanfaatan bangun ruang dalam kehidupan sehari-hari, satuan
waktu, membaca dan membuat tabel daftar harga/barang yang
berkaitan dengan proses jual beli.
Fase F Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Bilangan
Pada akhir Fase F, peserta didik dapat melakukan
operasi hitung bilangan asli pembagian, menghitung
operasi campuran bilangan asli (penjumlahan dan
pengurangan), melakukan operasi hitung
penjumlahan desimal satu angka di belakang koma
tanpa teknik menyimpan, melakukan operasi hitung
pengurangan desimal satu angka di belakang koma
tanpa teknik meminjam, menghitung operasi
campuran bilangan asli (perkalian dan
penjumlahan) dalam penyelesaian masalah pada
kehidupan sehari-hari, mengidentifikasi untung
atau rugi dalam jual beli pada kehidupan seharihari, menghitung untung atau rugi dalam kegiatan
jual beli menggunakan alat bantu hitung.
Aljabar
-
Pengukuran
Pada akhir Fase F, peserta didik dapat menentukan
dan menerapkan satuan waktu (jam dan menit)
dalam kehidupan sehari-hari.
Geometri
Pada akhir Fase F, peserta didik dapat
menunjukkan keberadaan bentuk bangun datar dan
bangun ruang dalam kehidupan sehari-hari,
pemanfaatan benda-benda berbentuk bangun
bangun ruang dalam kehidupan sehari-hari,
menyusun benda berbentuk bangun ruang dari
benda-benda berbentuk bangun datar
Analisis Data dan
Peluang
Pada akhir Fase F, peserta didik dapat membaca
tabel daftar harga/barang yang berkaitan dengan
proses jual beli.
Kalkulus
_
113
V. CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KHUSUS BAHASA INGGRIS
A. Rasional Mata Pelajaran Bahasa Inggris
Bahasa Inggris pendidikan khusus diberikan untuk memfasilitasi
peserta didik mempelajari bahasa Inggris dengan lebih komprehensif
dan terfokus. Bahasa Inggris pendidikan khusus ini, diharapkan
dapat membantu peserta didik berhasil mencapai kemampuan
akademik yang ditargetkan serta ‘life skills’ yang diperlukan untuk
dapat hidup dalam tatanan dunia dan teknologi yang berubah dengan
cepat. Selain life skills, di dalam pembelajaran bahasa Inggris
pendidikan khusus jugamenekankan pada keterampilan Abad ke-21
(berpikir kritis, kreatif, komunikatif, dan kolaboratif), pengembangan
karakter, dan literasi sesuai kebutuhan.
Pengajaran Bahasa Inggris ini memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk mengembangkan kemampuan bahasa Inggris.
Kemampuan
yang
dikembangkan
keterampilan
bahasa
yang
pada
meliputi
tiga
berbicara
pasang
dan
domain
menyimak,
membaca dan memirsa, serta menulis dan mempresentasikan.
Peserta didik
dalam percakapan sehari-hari dapat confident atau
percaya diri, secara mandiri di berbagai lingkungan akademik dan
profesional menggunakan bahasa Inggris, meskipun dengan berbagai
nuansa dan keakuratan yang terbatas.
Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran bahasa Inggris
pendidikan khusus ini adalah pendekatan berbasis teks (genre-based
approach). Pendekatan ini
difokuskan pada teks, dalam berbagai
moda,
visual,
baik
lisan,
tulis,
audio,
maupun
multimodal.
Pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman dalam
menggunakan teks-teks berbahasa Inggris untuk memahami dan
menerapkan
pengetahuan
faktual,
konseptual,
dan
prosedural
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, dan budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata. Teks
menjadi fokus pembelajaran, seperti dikatakan oleh Halliday dan
Mathiesen (2014: 3) bahwa “When people speak or write, they produce
text, and text is what listeners and readers engage with and interpret.”
Untuk itu, pengajaran juga difokuskan pada penguatan kemampuan
menggunakan bahasa Inggris dalam pada tiga pasang domain
keterampilan bahasa Inggris dalam tiga jenis teks, yakni procedure,
114
recount, dan naratif. Terdapat empat tahap pada pengajaran bahasa
yang
menggunakan
pendekatan
berbasis
teks:
tahap
pertama
Building Knowledge of Field; guru dan peserta didik membangun
konteks budaya, berbagi pengalaman, membahas kosakata, pola-pola
kalimat, dan sebagainya. Pada tahap kedua, Modelling of Text; guru
menunjukkan teks model (lisan atau tulis) dari jenis teks yang sedang
dipelajari. Tahap ketiga, Joint Construction of Text; peserta didik
mencoba memproduksi teks secara berkelompok dan dengan bantuan
guru. Tahap keempat, Independent Construction; peserta didik diberi
kesempatan untuk menulis secara mandiri, dengan bimbingan
pendidik yang minimal, hanya kalau diperlukan.
Pembelajaran Bahasa Inggris pendidikan khusus juga dirancang
untuk membentuk Profil Pelajar Pancasila seperti beriman dan
berahlak mulia, mandiri, bernalar kritis, kreatif, gotong royong, dan
berkebinekaan global baik secara langsung maupun tidak langsung
dalam berinteraksi dengan lingkungan sosial dan alam melalui
pembelajaran yang bersifat kontekstual. Kaitannya dengan tujuan
pembentukan Profil Pelajar Pancasila, pengajaran bahasa Inggris
pendidikan khusus diharapkan dapat mewujudkan peserta didik yang
merdeka, yakni menjadi pengguna bahasa Inggris yang mandiri dan
percaya diri, selain itu, pembentukan Profil Pelajar Pancasila juga
dapat
dicapai
melalui
berbagai
aktivitas
pembelajaran
dengan
berbagai jenis teks.
B. Tujuan Mata Pelajaran Bahasa Inggris
Mata pelajaran Bahasa Inggris bertujuan untuk memastikan peserta
didik agar:
1. mengembangkan kompetensi komunikatif dalam bahasa Inggris
dengan
berbagai teks multimoda (lisan, tulisan, visual, dan
audiovisual);
2. mengembangkan kompetensi interkultural untuk memahami dan
menghargai perspektif, praktik, dan produk budaya Indonesia dan
budaya asing;
3. mengembangkan kepercayaan diri untuk berekspresi sebagai
individu yang mandiri dan bertanggung jawab;
4. mengembangkan keterampilan bernalar kritis dan kreatif;
5. menempatkan peserta didik untuk memiliki hak dan kesempatan
115
yang sama dalam mempelajari bahasa Inggris; dan
6. menjadikan peserta didik dapat belajar lebih banyak tentang dunia
melalui bahasa Inggris.
C. Karakteristik Mata Pelajaran Bahasa Inggris
Karakteristik mata pelajaran Bahasa Inggris seperti berikut.
1. Bahasa Inggris merupakan bahasa asing yang dapat dipelajari
sesuai dengan kesiapan setiap peserta didik. Oleh karena itu,
penentuan capaian pembelajaran dalam pembelajaran bahasa
Inggris dikategorikan dalam bentuk fase kesiapan berbahasa dan
tidak terikat oleh usia.
2. Capaian
pembelajaran
dalam
pembelajaran
dikelompokkan menjadi enam fase, setiap
bahasa
Inggris
satu fase memiliki
rentang dua tahun untuk mencapainya, kecuali pada tingkatan
SMA kelas X. Penentuan umur yang dituliskan dalam dokumen ini
hanya rekomendasi. Setiap satuan pendidikan dapat menyesuaikan
dengan kesiapan peserta didik maupun kesiapan sumber daya
manusia (SDM) yang berada dalam satuan pendidikan tersebut.
3. Pembelajaran bahasa Inggris untuk peserta didik berkebutuhan
khusus ini, terdiri atas mata pelajaran Bahasa Inggris dasar.
Pembelajaran Bahasa Inggris lanjutan tidak direkomendasikan bagi
peserta didik berkebutuhan khusus dengan hambatan kognitif.
Pembelajaran
bahasa
Inggris
mencakup
sederhana (menyimak, membaca, dan
serta
keterampilan
mempresentasikan
ekspresif
secara
keterampilan
reseptif
memirsa secara sederhana),
(berbicara,
sederhana).
menulis,
Keterampilan
dan
membaca,
memirsa, menulis, dan mempresentasikan tidak direkomendasikan
untuk diajarkan di fase A, B, dan C. Pada rentang usia
fase ini,
peserta didik berfokus pada keterampilan komunikasi secara lisan.
Elemen-Elemen Mata Pelajaran serta Deskripsinya
Elemen
Menyimak
Deskripsi
Keterampilan
seseorang
menerima informasi,
memberikan apresiasi kepada lawan bicara, dan
memahami
informasi,
sehingga
ia
dapat
menyampaikan tanggapan secara relevan dan
kontekstual. Proses yang terjadi dalam menyimak
mencakup kegiatan seperti mendengarkan dan atau
mengamati bahasa isyarat dan atau gerak bibir,
mengidentifikasi,
memahami,
menginterpretasi
bunyi
bahasa
lalu
menyimpulkan
makna.
Keterampilan
menyimak
juga
merupakan
116
Elemen
Berbicara
Membaca
Memirsa
Menulis
Mempresentasikan
Deskripsi
kemampuan komunikasi nonverbal yang mencakup
seberapa baik seseorang menangkap makna
(tersirat dan tersurat) pada sebuah paparan lisan
dan memahami ide pokok dan pendukung pada
konten informasi maupun konteks yang melatari
paparan tersebut (Petri, 2017).
Keterampilan
untuk
menyampaikan
gagasan,pikiran, serta perasaan secara lisan dan
atau isyarat dalam interaksi sosial.
Keterampilan
seseorang
untuk
memahami,
menggunakan, dan merefleksi teks sesuai tujuan
dan kepentingannya, untuk mengembangkan
pengetahuan dan potensinya agar ia dapat
berpartisipasi dengan masyarakat (OECD,2000).
Keterampilan
seseorang
untuk
memahami,
menggunakan, dan merefleksi teks visual sesuai
tujuan dan kepentingannya.
Keterampilan seseorang untuk menyampaikan,
menggomunikasikan gagasan, mengekspresikan
kreativitas dan mencipta dalam beragam genre teks
tertulis, dengan cara yang efektif dan dapat
dipahami serta diminati oleh pembaca.
Keterampilan untuk memaparkan gagasan secara
fasih,akurat,
dapat
dipertanggung
jawabkan,
dengan cara yang komunikatif melalui beragam
media (visual,digital, dan audiovisual) dan dapat
dipahami oleh pendengar. Penyampaian dalam
berbicara dan mempresentasikan perlu disusun dan
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan atau
karakteristik penyimak.
D. Capaian Pembelajaran Setiap Fase
1. Fase A (Usia Mental ≤ 7 Tahun dan Umumnya Kelas I dan II)
Pada Fase A, peserta didik memahami bahwa bahasa Inggris lisan
dapat membantu mereka berinteraksi dengan orang lain dalam
situasi
sosial
sehari-hari
dan
konteks
kelas.
Di
dalam
mengembangkan keterampilan menyimak dan berbicara, peserta
didik mengikuti/merespon instruksi atau pertanyaan sederhana
dalam
bahasa
Inggris
dan
membagikan
informasi
dengan
kosakata sederhana. Pada fase ini, peserta didik menggunakan
alat bantu visual dan/atau auditif untuk membantu mereka
berkomunikasi secara verbal dan atau nonverbal. Teknik yang
digunakan disesuaikan dengan hambatan masing-masing.
Fase A Berdasarkan Elemen
Elemen
Menyimak-Berbicara
Listening-Speaking
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase A, peserta didik
menggunakan bahasa Inggris sederhana
untuk berinteraksi dalam situasi sosial
117
Elemen
Membaca-Memirsa
Reading-Viewing
Capaian Pembelajaran
dan
kelas
seperti
berkenalan,
memberikan
informasi
diri,
mengucapkan salam dan selamat
tinggal.
By the end of Phase A students use basic
English to interact in social and
classroom situations such as introducing
themselves,
sharing
personal
information,
greeting
and
bidding
farewell.
Belum menjadi fokus pembelajaran
pada fase ini
Menulis-Mempresentasikan
Writing-Presenting
Belum menjadi fokus pembelajaran
pada fase ini.
2. Fase B (Usia Mental ± 8 Tahun dan Umumnya Kelas III dan IV)
Pada Fase B, peserta didik memahami bahwa bahasa Inggris lisan
dapat membantu mereka berinteraksi dengan orang lain dalam
situasi
sosial
sehari-hari
dan
konteks
kelas.
Di
dalam
mengembangkan keterampilan menyimak dan berbicara, peserta
didik mengikuti/merespons instruksi atau pertanyaan sederhana
dalam
bahasa
Inggris
dan
membagikan
informasi
dengan
kosakata sederhana. Pada fase ini, peserta didik menggunakan
alat bantu visual dan/atau auditif untuk membantu mereka
berkomunikasi secara verbal dan nonverbal. (teknik disesuaikan
dengan
ketunaan
masing-masing).
Peserta
didik
memahami
bahwa kegiatan membaca merupakan kegiatan individu maupun
berkelompok yang bisa dilakukan untuk memberikan kesenangan
(reading for pleasure). Mereka memahami bahwa gambar yang
terdapat dalam buku yang dibacakan oleh guru atau gambar yang
peserta didik amati memiliki arti. Mereka merespons secara lisan,
visual, dan/atau komunikasi nonverbal terhadap teks sederhana
yang dibacakan atau gambar yang dilihatnya.
Fase B Berdasarkan Elemen
Elemen
Menyimak-Berbicara
Listening-Speaking
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase B, peserta didik
merespon instruksi sederhana dengan
gerakan
tubuh
atau
menjawab
pertanyaan pendek sederhana dengan
kata, frasa atau kalimat sederhana.
By the end of Phase B,students respond
to simple instructions with action-related
language or answer to short, simple
questions with simple words, phrases or
118
sentences.
Membaca-Memirsa
Reading-Viewing
Pada akhir fase B, peserta didik
merespons secara lisan terhadap teks
pendek
sederhana
dan
familier,
berbentuk teks tulis yang dibacakan
oleh guru.
By the end of Phase B, students respond
orally to short, simple, familiar texts in
the form of print texts read by teachers.
Menulis-Mempresentasikan
Writing-Presenting
Belum menjadi fokus pembelajaran
pada fase ini.
3. Fase C (Usia Mental ± 8 Tahun dan Umumnya Kelas V dan VI)
Pada Fase C, peserta didik memahami bahwa bahasa Inggris lisan
dapat membantu mereka berinteraksi dengan orang lain dalam
situasi
sosial
sehari-hari
dan
konteks
kelas.
Di
dalam
mengembangkan keterampilan menyimak dan berbicara, peserta
didik mengikuti/merespon instruksi atau pertanyaan sederhana
dalam
bahasa
Inggris
dan
membagikan
informasi
dengan
kosakata sederhana. Pada fase ini, peserta didik menggunakan
alat bantu visual dan/atau auditif untuk membantu mereka
berkomunikasi
secara verbal dan nonverbal. Teknik yang
digunakan disesuaikan dengan hambatan masing-masing. Peserta
didik memahami bahwa kegiatan membaca merupakan kegiatan
individu
maupun
memberikan
berkelompok
kesenangan
yang
(reading
bisa
for
dilakukan
pleasure).
untuk
Mereka
memahami bahwa gambar yang terdapat dalam buku yang
dibacakan oleh guru atau gambar/visual
yang peserta didik
amati memiliki arti. Mereka merespons secara lisan, sederhana,
dan spontan dan/atau komunikasi nonverbal terhadap teks
sederhana yang dibacakan atau gambar/visual yang dilihatnya.
Fase C Berdasarkan Elemen
Elemen
Menyimak-Berbicara
Listening-Speaking
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase C, peserta didik
memahami ide pokok dari informasi
yang disampaikan secara lisan dan atau
isyarat dengan bantuan audio atau
visual
menggunakan kosa kata
sederhana. Mereka dapat menggunakan
teks atau gambar untuk membantu
mereka berkomunikasi.
By the end of Phase C,students identify
key points of information in visually and
or sign supported oral presentations
containing familiar vocabulary. They use
119
texts
or
picture
communicate.
to
help
them
Membaca-Memirsa
Reading-Viewing
Pada akhir fase C, Peserta didik
menunjukkan pemahaman teks yang
dibacakan atau gambar/ilustrasi yang
diperlihatkan padanya, menggunakan
komunikasi non-verbal.
By the end of Phase C, students show
understanding of texts being read to or
pictures/illustration being shown, using
verbal or non-verbal communication.
Menulis-Mempresentasikan
Writing-Presenting
Belum menjadi
pada fase ini.
fokus
pembelajaran
4. Fase D (Usia Mental ± 9 Tahun dan Umumnya Kelas VII dan IX)
Pada Fase D, peserta didik memahami dan merespons teks
bahasa Inggris sederhana secara lisan, tulisan, dan visual. Mereka
memahami hubungan bunyi-huruf pada kosakata dalam bahasa
Inggris sederhana untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan
orang lain dalam situasi sosial sehari-hari dan konteks kelas.
Peserta didik menggunakan bahasa Inggris sederhana untuk
memahami dan memproduksi teks tulisan dan visual dengan
bantuan contoh dan media audio-visual.
Fase D Berdasarkan Elemen
Elemen
Menyimak-Berbicara
Listening-Speaking
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase D, peserta didik
menggunakan
bahasa
Inggris
sederhana untuk berinteraksi dalam
lingkup situasi sosial dan situasi kelas.
Peserta didik menggunakan kosakata
sederhana dalam bahasa Inggris untuk
kegiatan
rutinitas di kelas dan
aktivitas
belajar,
seperti
menyampaikan
perasaan,
menyampaikan
kebutuhan,
dan
meminta
pertolongan,
meminta
klarifikasi, dan meminta izin. Peserta
didik
mengidentifikasi informasi
penting dalam berbagai konteks,
seperti meminta pembicara untuk
mengulangi atau berbicara dengan
lebih pelan, atau bertanya arti sebuah
kata. Peserta didik menggunakan
kosakata berkaitan dengan instruksi
sederhana tentang prosedur kelas dan
aktivitas
belajar.
Peserta
didik
memahami ide pokok dari informasi
yang disampaikan secara lisan dan
tulisan dengan bantuan media audiovisual dan menggunakan kosakata
120
Elemen
Membaca-Memirsa
Reading-Viewing
Menulis-Mempresentasikan
Writing-Presenting
121
Capaian Pembelajaran
sederhana.
By the end of phase D, students use
English to interact in an expanding
formulaic language range of predictable
social and classroom situations. They
use formulaic language to participate in
classroom
routines
and
learning
activities
such
as
expressing
feelings,expressing needs, requesting
help,
asking
simple
questions,
requesting clarification and seeking
permission. They use some strategies to
identify key information in most contexts
such as asking a speaker to repeat or to
speak slowly, or asking what a word
means. They follow a series of simple
instructions
related
to
classroomprocedures
and
learning
activities.
Pada akhir fase D, peserta didik
memahami kata-kata yang sering
digunakan sehari-hari dan memahami
kata-kata
baru
dengan
bantuan
gambar/ilustrasi dan atau media
audio-visual. Peserta didik membaca
dan memberikan respons terhadap
teks pendek, sederhana, dan familier
dalam bentuk tulisan atau digital,
termasuk teks visual, multimodal, atau
interaktif. Peserta didik menemukan
informasi pada sebuah kalimat dan
menjelaskan topik sebuah teks yang
dibaca atau diamatinya.
By the end of phase D, students
understand
familiar
and
new
vocabulary with support from visual
cues or context clues. They read and
respond to a wide range of short,
simple, familiar texts in the form of print
or digital texts, including visual,
multimodal or interactive texts. They
find basic information in a sentence and
explain a topic in a text read or viewed.
Pada akhir fase D, peserta didik
mengomunikasikan
ide
dan
pengalamannya seperti menyampaikan
perasaan, menyampaikan kebutuhan,
dan meminta pertolongan, meminta
klarifikasi dan meminta izin, meminta
pembicara untuk mengulangi berbicara
dengan lebih pelan, atau bertanya arti
sebuah kata melalui bantuan guru,
gambar dan atau media audio-visual.
Peserta didik menulis teks bahasa
Inggris
dengan
kaidah
yang
disesuaikan dengan konteks dan
tujuannya serta menggunakan tanda
baca dan penggunaan huruf kapital.
Dalam
menulis,
peserta
didik
Elemen
Capaian Pembelajaran
menggunakan kosakata yang berkaitan
dengan lingkungan kelas dan rumah
serta menggunakan beberapa strategi
dasar, seperti menyalin kata atau frasa
dari
buku
atau
daftar
kata,
menggunakan gambar dan atau media
audio-visual.
By the end of phase D, students
communicate
their
ideas
and
experiencethrough drawings, copied
writing and their own basic writing,
showing evidence of a developing
understanding
of
the
writing
process.
They
demonstrate an early awareness that
written texts in English are presented
through conventions, which change
according to context and purpose. With
teachers’ support, they produce simple
descriptions, recounts and procedures
using formulaic language and modeled
examples at word and simple sentence
level.
They show awareness of the need for
basic
punctuation
and
capitalization.They
demonstrate
knowledge
of
some
English letter-sound relationships and
the spelling of high-frequency words. In
their writing, they use vocabulary
related to their class and home
environments, and use basic strategies,
such as copying words or phrases from
books or word lists, using images and
asking how to write a word.
5. Fase E (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas X)
Pada akhir Fase E, peserta didik menggunakan teks lisan, tulisan,
dan visual dalam bahasa Inggris untuk berkomunikasi sesuai
dengan situasi, tujuan, dan pemirsa/pembacanya. Jenis teks
berupa deskripsi menjadi rujukan utama dalam mempelajari
bahasa Inggris. Peserta didik menggunakan bahasa Inggris untuk
menyampaikan keinginan/perasaan dan berdiskusi mengenai
topik yang dekat dengan keseharian. Mereka membaca teks tulisan
untuk mempelajari sesuatu/mendapatkan informasi.
Fase E Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Menyimak-Berbicara
Listening- Speaking
Pada akhir fase E, peserta didik
menggunakan
bahasa
Inggris
sederhana untuk berinteraksi dalam
situasi sosial maupun kelas yang sering
122
Elemen
Capaian Pembelajaran
digunakan sehari-hari. Peserta didik
dapat menggunakan bahasa yang
tersusun dalam kegiatan belajar seperti
membuat
pertanyaan
sederhana.
Peserta didik mengidentifikasi teks
deskripsi sederhana.
By the end of phase E, students use
English to interact in expanding
language range of predictable social and
classroom situations. They use formulaic
language to participate in learning
activities such as asking simple
questions. Students identify simple
descriptive text.
Membaca-Memirsa
Reading-Viewing
Pada akhir fase E, peserta didik
memahami kata-kata yang sering
digunakan sehari-hari dan memahami
kata-kata
baru
dengan
bantuan
gambar/ilustrasi serta kalimat dalam
konteks yang dipahami peserta didik.
Peserta didik memahami kosakata
akrab dan baru dengan dukungan dari
isyarat visual atau petunjuk konteks.
Mereka membaca dan menanggapi teks
deskripsi sederhana dan familier dalam
bentuk
teks
cetak atau
digital,
termasuk teks visual, multimodal atau
interaktif.
Mereka
menemukan
informasi dasar dalam sebuah kalimat
dan menjelaskan topik dalam teks yang
dibaca atau dilihat.
At the end of phase E, students
understand words that are often used
daily and understand new words with
the help of pictures/illustrations and
sentences in the context that students
understand.
Learners
understand
familiar and new vocabulary with the
support of visual cues or context clues.
They read and respond to simple,
familiar descriptive texts in printed or
digital form, including visual, multimodal
or interactive text. They find basic
information in a sentence and explain
the topic in the text they read or viewed.
Menulis-Mempresentasikan
Writing-Presenting
Pada akhir fase E, peserta didik
mengomunikasikan
ide
dan
pengalamannya
melalui
tulisan
sederhana dengan kalimatnya sendiri
serta
menunjukkan
perkembangan
pemahaman terhadap proses menulis.
Peserta didik dapat menuliskan teks
deskripsi sederhana dalam bahasa
Inggris yang ditulis dengan kaidah
(konvensi) sesuai dengan konteks dan
tujuannya.
By the end of phase E, students
communicate their ideas and experience
123
Elemen
Capaian Pembelajaran
through their own basic writing, showing
evidence of a developing understanding
of the writing process. They demonstrate
an early awareness that written simple
descriptive text in English are presented
through conventions, which change
according to context and purpose
6. Fase F (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas XI dan XII)
Pada akhir Fase F, peserta didik menggunakan teks lisan, tulisan,
dan visual dalam bahasa Inggris untuk berkomunikasi sesuai
dengan situasi, tujuan, dan pemirsa/pembacanya. Berbagai jenis
teks deskripsi, prosedur, dan narasi menjadi rujukan dalam
mempelajari
bahasa
Inggris
pada
fase
ini.
Peserta
didik
menggunakan bahasa Inggris sederhana untuk berdiskusi dan
menyampaikan keinginan/perasaan. Peserta didik menggunakan
keterampilan berbahasa Inggris untuk mengeksplorasi berbagai
teks dalam berbagai macam topik kontekstual. Mereka membaca
teks tulisan untuk mempelajari sesuatu/mendapatkan informasi
dan untuk kesenangan. Pemahaman mereka terhadap teks tulisan
semakin
mendalam.
Keterampilan
inferensi
tersirat
ketika
memahami informasi dan kemampuan evaluasi berbagai jenis teks
dalam bahasa Inggris sudah berkembang. Mereka memproduksi
teks lisan dan tulisan serta visual dalam bahasa Inggris yang
terstruktur dengan kosakata yang lebih beragam. Peserta didik
memproduksi beragam teks tulisan dan visual.
Fase F Berdasarkan Elemen
Elemen
Menyimak-Berbicara
Listening- Speaking
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase F, peserta didik
mengidentifikasi informasi penting/inti
dalam dua teks (prosedur dan narasi)
sederhana. Teks dapat berbentuk cetak
atau digital termasuk teks visual,
multimodal, atau interaktif.
Peserta
didik
menggunakan
dan
merespons pertanyaan pembicara atau
bertanya arti sebuah kata. Mereka
mengikuti
rangkaian
instruksi
sederhana yang berkaitan dengan
prosedur kelas dan aktivitas belajar.
By the end of phase F students identify
124
Elemen
Capaian Pembelajaran
important information in 2 simple texts
(procedures and narratives). Text can be
printed or digital including visual,
multimodal or interactive text. Students
use and respond to speaker questions or
ask the meaning of a word. They follow a
series of simple instructions relating to
classroom procedures and learning
activities.
Membaca-Memirsa
Reading-Viewing
Pada akhir fase F, peserta didik
membaca dan memberikan respons
terhadap beragam teks sederhana
(prosedur dan narasi), dalam bentuk
tulisan atau digital, termasuk teks
visual, multimodal, atau interaktif.
Mereka menemukan informasi pada
sebuah kalimat dan menjelaskan topik
sebuah
teks
yang
dibaca
atau
diamatinya.
By the end of phase F students read and
respond to a variety of simple texts
(procedures and narratives), in written or
digital form, including visual, multimodal
or interactive text. They find information
in a sentence and explain the topic of a
text that they read or observe.
Menulis-Mempresentasikan
Writing-Presenting
Pada akhir fase F, dengan bantuan
guru, peserta didik menghasilkan teks
prosedur
dan
narasi
sederhana
menggunakan tata bahasa dan kalimat
sederhana.
Mereka
menunjukkan
kesadaran atas pentingnya tanda baca
dasar dan penggunaan huruf kapital.
Mereka
menunjukkan
pemahaman
terhadap beberapa hubungan bunyihuruf dalam bahasa Inggris dan ejaan
dari kata-kata yang umum digunakan.
Dalam menulis mereka menggunakan
kosakata
yang
berkaitan
dengan
lingkungan kelas dan rumah. Mereka
juga menggunakan beberapa strategi
dasar, seperti menyalin kata atau frasa
dari
buku
atau
daftar
kata,
menggunakan gambar dan bertanya
bagaimana cara menuliskan sebuah
kata. Peserta didik mengomunikasikan
ide, pengalaman melalui dua jenis teks
(prosedur dan narasi) sederhana.
By the end of phase F, with teachers’
support,
they
produce
simple
descriptions, recounts and procedures
using formulaic language and modelled
examples at word and simple sentence
level. They show awareness of the need
for basic punctuation and capitalization.
They demonstrate knowledge of some
English letter-sound relationships and
the spelling of high-frequency words. In
125
Elemen
Capaian Pembelajaran
their writing, they use vocabulary related
to their class and home environments,
and use basic strategies, such as copying
words or phrases from books or word
lists, using images and asking how to
write a word.
126
VI. CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KHUSUS ILMU PENGETAHUAN
ALAM DAN SOSIAL (IPAS) SD
A. Rasional Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS)
Ilmu pengetahuan diartikan sebagai gabungan berbagai pengetahuan
yang disusun secara logis dan bersistem dengan memperhitungkan
sebab dan akibat (KBBI). Pengetahuan ini melingkupi pengetahuan
alam dan pengetahuan sosial.
Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial yang disingkat dengan IPAS adalah
ilmu pengetahuan yang mengaji tentang makhluk hidup dan benda tak
hidup di alam semesta serta mengaji kehidupan manusia sebagai
individu sekaligus sebagai makhluk sosial yang berinteraksi dengan
lingkungannya.
llmu
Pengetahuan
Alam
dan
Aosial
membantu
peserta
didik
menumbuhkan keingintahuannya terhadap fenomena alam semesta
yang terjadi di sekitarnya. Keingintahuan ini dapat memicu peserta
didik
untuk
memahami
bagaimana
alam
semesta
bekerja
dan
berinteraksi dengan kehidupan manusia di muka bumi. Pemahaman
ini dapat dimanfaatkan untuk mengidentifikasi berbagai permasalahan
yang dihadapi dan menemukan solusi untuk mencapai tujuan
pembangunan berkelanjutan.
Sebagai negara yang kaya akan budaya dan kearifan lokal, melalui
IPAS diharapkan peserta didik menggali kekayaan kearifan lokal yang
berkaitan dengan IPAS termasuk penggunaannya dalam memecahkan
masalah. Pendidikan IPAS memiliki peran dalam mewujudkan Profil
Pelajar Pancasila sebagai gambaran ideal profil peserta didik Indonesia.
Prinsip-prinsip dasar metodologi ilmiah dalam pembelajaran IPAS akan
melatih sikap ilmiah (keingintahuan yang tinggi, kemampuan berpikir
kritis, analitis, dan kemampuan mengambil kesimpulan yang tepat)
yang melahirkan kebijaksanaan dalam diri peserta didik.
Fokus utama yang ingin dicapai dari pembelajaran IPAS di jenjang
pendidikan dasar bukanlah pada seberapa banyak konten materi yang
dapat diserap oleh peserta didik, akan tetapi dari seberapa besar
kompetensi peserta didik dalam memanfaatkan pengetahuan yang
dimiliki. Untuk memberikan pemahaman ini kepada peserta didik,
pembelajaran ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan sosial
127
perlu dipadukan menjadi satu kesatuan yang kemudian kita sebut
dengan istilah IPAS.
Peserta didik berkebutuhan khusus merupakanpeserta didik dengan
karakteristik khusus yang berbeda dengan peserta didik
pada
umumnya dilihat dari segi fisik, intelektual, dan emosional yang lebih
rendah ataupun lebih tinggi. Hal tersebut berdampak pada kebutuhan
akan pendidikan dan layanan khusus untuk mengoptimalkan potensi
yang dimiliki
B. Tujuan Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS)
Tujuan mata pelajaran IPAS adalah agar peserta didik mampu:
1. mengembangkan ketertarikan serta rasa ingin tahu sehingga
peserta didik terpicu untuk mengaji fenomena yang ada di sekitar
manusia,
memahami
alam
semesta
dan
kaitannya
dengan
kehidupan manusia;
2. berperan aktif dalam memelihara, menjaga, melestarikan alam,
mengelola sumber daya alam, dan lingkungan dengan bijak secara
sederhana;
3. mengembangkan keterampilan inkuiri untuk mengidentifikasi,
merumuskan, hingga menyelesaikan masalah melalui aksi nyata
secara sederhana;
4. mengerti siapa dirinya, memahami bagaimana lingkungan sosial
bekerja,
memaknai
bagaimanakah
kehidupan
manusia
dan
masyarakat berubah dari waktu ke waktu;
5. memahami konsep anggota suatu kelompok masyarakat sehingga
dapat berkontribusi dalam menyelesaikan permasalahan yang
berkaitan dengan dirinya dan lingkungan sekitarnya;
6. mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep di
dalam IPAS serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
C. Karakteristik Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS)
Ilmu pengetahuan merupakan sebuah sistem pengetahuan tentang
dunia fisik serta fenomena terkait yang memerlukan observasi tanpa
bias serta eksperimentasi yang sistematis (Gregersen, 2020).
Seiring
dengan
perkembangan
zaman,
ilmu
pengetahuan
juga
senantiasa mengalami perkembangan. Apa yang kita ketahui sebagai
sebuah kebenaran ilmiah di masa lampau boleh jadi mengalami
128
pergeseran di masa kini ataupun masa depan. Ilmu pengetahuan
bersifat dinamis dan merupakan sebuah upaya terus menerus yang
dilakukan
oleh
manusia
untuk
mengungkap
kebenaran
dan
memanfaatkannya untuk kehidupan (Sammel, 2014).
Pendidikan IPAS fokus pada kompetensi penerapan kaidah penelitian
ilmiah dalam proses belajar. Dengan demikian, setelah menguasai IPAS
diharapkan peserta didik memiliki landasan berpikir dan bertindak
yang kokoh di atas dasar pemahaman kaidah penelitian ilmiah. Di
dalam pembelajaran IPAS, ada dua elemen utama yakni pemahaman
IPAS (sains dan sosial) dan keterampilan proses dalam kehidupan
sehari-hari secara sederhana sesuai dengan tahapan perkembangan
mental dan tahapan pembelajarannya. Setiap elemen ini berkaitan
dengan delapan cakupan konten yang meliputi: makhluk hidup; zat
dan sifatnya; energi dan perubahannya; bumi dan antariksa; manusia,
tempat, dan lingkungan; waktu, keberlanjutan, dan perubahan;
individu, kelompok, dan lembaga/sistem sosial dan budaya; produksi,
distribusi, dan konsumsi/pemenuhan kebutuhan dan kelangkaan.
Elemen-Elemen Mata Pelajaran IPAS
Elemen
Pemahaman IPAS
(sains dan sosial)
Keterampilan proses
Deskripsi
Ilmu pengetahuan mengambil peran penting dalam
mengembangkan teori-teori yang membantu kita
memahami bagaimana dunia bekerja. Lebih jauh
lagi, ilmu pengetahuan telah membantu kita
mengembangkan teknologi dan sistem tata kelola
yang mendukung terciptanya kehidupan yang lebih
baik. Dengan menguasai ilmu pengetahuan kita
dapat melakukan banyak hal untuk menyelesaikan
permasalahan atau menghadapi tantangan yang
ada.
Pemahaman IPAS yang dimiliki merupakan bukti
seseorang memilih dan mengintegrasikan
pengetahuan ilmiah yang tepat untuk menjelaskan
serta memprediksi suatu fenomena atau fakta dan
menerapkan pengetahuan tersebut dalam situasi
yang berbeda. Pengetahuan ilmiah ini berkaitan
dengan fakta, konsep, prinsip, hukum, teori, dan
model yang telah ditetapkan oleh para ilmuwan.
Keterampilan proses adalah sebuah proses
intensional dalam melakukan diagnosa terhadap
situasi, memformulasikan permasalahan,
mengkritisi suatu eksperimen dan menemukan
perbedaan dari alternatif-alternatif yang ada,
mencari opini yang dibangun berdasarkan informasi
yang kurang lengkap, merancang investigasi,
menemukan informasi, menciptakan model,
mendebat rekan sejawat menggunakan fakta serta
membentuk argumen yang koheren (Linn, Davis, &
Bell 2004). Inkuiri sangat direkomendasikan sebagai
129
Elemen
Deskripsi
bentuk pendekatan dalam pengajaran karena hal ini
terbukti membuat peserta didik lebih terlibat dalam
pembelajaran (Anderson, 2002). Keterampilan proses
tidak selalu merupakan urutan langkah, melainkan
suatu siklus yang dinamis yang dapat disesuaikan
berdasarkan perkembangan dan kemampuan
peserta didik.
Di dalam pengajaran IPAS, terdapat dua pendekatan
pedagogis: pendekatan deduktif dan induktif
(Constantinou et.al, 2018). Peran guru dalam
pendekatan deduktif adalah menyajikan suatu
konsep berikut logika terkait dan memberikan
contoh penerapan. Pendekatan ini, peserta didik
diposisikan sebagai pembelajar yang pasif (hanya
menerima materi). Sebaliknya, dalam pendekatan
induktif, peserta didik diberikan kesempatan yang
lebih leluasa untuk melakukan observasi,
melakukan eksperimen dan dibimbing oleh guru
untuk membangun konsep berdasarkan
pengetahuan yang dimiliki (Rocard, et.al., 2007).
Pembelajaran berbasis inkuiri memiliki peran
penting dalam pendidikan sains (e.g. Blumenfeld et
al., 1991; Linn, Pea, & Songer, 1994; National
Research Council, 1996; Rocard et al., 2007). Hal ini
didasarkan pada pengakuan bahwa sains secara
esensial didorong oleh pertanyaan, proses yang
terbuka, kerangka berpikir yang dapat
dipertanggungjawabkan, dapat diprediksi. Oleh
karena itu, peserta didik perlu mendapatkan
pengalaman personal dalam menerapkan inkuiri
saintifik agar aspek fundamental IPAS ini dapat
membudaya dalam dirinya (Linn, Songer, & Eylon,
1996; NRC, 1996).
Menurut Ash (2000) dan diadopsi dari Murdoch
(2015), sekurang-kurangnya ada enam keterampilan
inkuiri yang perlu dimiliki peserta didik, yaitu
keterampilan berikut.
1. Mengamati
Melakukan pengamatan terhadap sebuah fenomena
dan peristiwa merupakan awal dari proses inkuiri
yang akan terus berlanjut ke tahapan-tahapan
berikutnya. Pada saat melakukan pengamatan,
peserta didik memperhatikan fenomena dan
peristiwa dengan saksama, mencatat, serta
membandingkan informasi yang dikumpulkan
untuk melihat persamaan dan perbedaannya.
Pengamatan dapat dilakukan langsung atau
menggunakan instrumen lain seperti kuisioner
danwawancara.
2. Mempertanyakan dan Memprediksi
Peserta didik didorong untuk menyusun pertanyaan
tentang hal-hal yang ingin diketahui pada saat
melakukan pengamatan. Pada tahap ini, peserta
didik juga menghubungkan pengetahuan yang
dimiliki dengan pengetahuan baru yang akan
dipelajari sehingga dapat memprediksi apa yang
akan terjadi dengan hukum sebab akibat.
3. Merencanakan dan Melakukan Penyelidikan
Setelah mempertanyakan dan membuat prediksi
berdasarkan pengetahuan dan informasi yang
130
Elemen
Deskripsi
dimiliki, peserta didik membuat rencana dan
menyusun langkah-langkah operasional
berdasarkan referensi yang benar. Peserta didik
dapat menjawab pertanyaan dan membuktikan
prediksi dengan melakukan penyelidikan. Tahapan
ini juga mencakup identifikasi dan inventarisasi
faktor- faktor operasional baik internal maupun
eksternal di lapangan yang mendukung dan
menghambat kegiatan. Berdasarkan perencanaan
tersebut, peserta didik mengambil data dan
melakukan serangkaian tindakan yang dapat
digunakan untuk mendapatkan temuan-temuan.
Memproses serta Menganalisis Data dan Informasi
Peserta didik memilih dan mengorganisasikan
informasi yang diperoleh. Ia menafsirkan informasi
yang didapatkan dengan jujur dan bertanggung
jawab. Selanjutnya, menganalisis menggunakan alat
dan metode yang tepat, menilai relevansi informasi
yang ditemukan dengan mencantumkan referensi
rujukan, serta menyimpulkan hasil penyelidikan.
5. Mengevaluasi dan Refleksi
Pada tahapan ini, peserta didik menilai apakah
kegiatan yang dilakukan sesuai dengan tujuan yang
direncanakan atau tidak. Pada akhir siklus ini,
peserta didik juga meninjau kembali proses belajar
yang dijalani dan hal-hal yang perlu dipertahankan
dan/atau diperbaiki pada masa yang akan datang.
Peserta didik melakukan refleksi tentang bagaimana
pengetahuan baru yang dimilikinya dapat
bermanfaat bagi diri sendiri, orang lain, dan
lingkungan sekitar dalam perspektif global untuk
masa depan berkelanjutan.
6. Mengomunikasikan Hasil
Peserta didik melaporkan hasil secara terstruktur
melalui lisan atau tulisan, menggunakan bagan,
diagram maupun ilustrasi, serta dikreasikan ke
dalam media digital dan non-digital untuk
mendukung penjelasan. Peserta didik lalu
mengomunikasikan hasil temuannya dengan
memublikasikan hasil laporan dalam berbagai
media, baik digital dan atau nondigital. Pelaporan
dapat dilakukan berkolaborasi dengan berbagai
pihak.
D. Capaian Pembelajaran Setiap Fase
1. Fase A (Usia Mental ≤ 7 Tahun dan Umumnya Kelas I dan II)
Di akhir fase A, peserta didik terbiasa melakukan proses inkuiri, yaitu
mengidentifikasi dan mengajukan pertanyaan tentang apa yang ada
pada dirinya maupun kondisi di lingkungan rumah dan sekolah serta
mengidentifikasi permasalahan sederhana yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari.
Selanjutnya,
memprediksi,
peserta
didik
mengamati,
merencanakan
131
dan
mempertanyakan
melakukan
dan
penyelidikan,
memproses, menganalisis data dan informasi, mengevaluasi dan
refleksi serta mengomunikasikan proses inkuiri yang dilalui sesuai
dengan tahap perkembangannya. Peserta didik menunjukkan perilaku
yang mencerminkan keberpihakannya terhadap objektivitas suatu hal.
Peserta
didik
mengoptimalkan
penggunaan
pancaindra
untuk
melakukan pengamatan dan bertanya tentang makhluk hidup dan
keluarga ketika diberikan perlakuan. Peserta didik menggunakan hasil
pengamatan untuk menjelaskan pola sebab akibat sederhana dengan
menggunakan beberapa media.
Peserta didik mengenal bagian-bagian anggota tubuh manusia dan
pancaidera. Mereka mulai memodelkan kegunaan dari setiap anggota
tubuh dan pancaindra. Peserta didik mengenal waktu, siang dan
malam dan mengenal nama-nama hari dan bulan. Peserta didik
menerapkan cara merawat anggota tubuh dalam kehidupan seharihari. Peserta didik menyebutkan identitas diri dan anggota keluarga.
Mereka
mulai
rumahnya.
memahami
Peserta
didik
keberadaan
memahami
keluarga
keberadaan
di
lingkungan
anggota
dan
kedudukan keluarga yang ada di lingkungan rumah dan menceritakan
kegiatannya bersama keluarga. Peserta didik mengidentifikasi bentuk
kasih sayang di lingkungan keluarga melalui pengamatan. Peserta
didik memahami cara memelihara kesehatan dalam kehidupan seharihari.
Fase A Berdasarkan Elemen
Elemen
Pemahaman IPAS
(sains dan sosial)
Keterampilan proses
Capaian Pembelajaran
Peserta didik mengenal bagian-bagian anggota
tubuh manusia dan pancaidera. Mereka mulai
memodelkan kegunaan dari masing-masing anggota
tubuh dan pancaindra. Peserta didik menerapkan
cara merawat anggota tubuh dalam kehidupan
sehari-hari. Peserta didik mengenal waktu, siang
dan malam, dan mengenal nama-nama hari dan
bulan. Peserta didik menyebutkan identitas diri dan
anggota keluarga. Mereka mulai memahami
keberadaan keluarga di lingkungan rumahnya.
Peserta didik memahami keberadaan anggota dan
kedudukan keluarga yang ada di lingkungan rumah
dan menceritakan kegiatannya bersama keluarga.
Peserta didik mengidentifikasi bentuk kasih sayang
di lingkungan keluarga melalui pengamatan. Peserta
didik memahami cara memelihara kesehatan dalam
kehidupan sehari-hari.
Mengamati
Peserta didik mengamati fenomena dan peristiwa
secara sederhana menggunakan pancaindra.
132
Elemen
Capaian Pembelajaran
Mempertanyakan dan memprediksi
Peserta didik menyusun dan menjawab pertanyaan
tentang hal-hal yang ingin diketahui saat
melakukan pengamatan. Peserta didik membuat
prediksi mengenai objek dan peristiwa di lingkungan
sekitar.
Merencanakan dan melakukan penyelidikan
Dengan panduan, peserta didik berpartisipasi dalam
penyelidikan untuk mengeksplorasi dan menjawab
pertanyaan. Melakukan pengukuran dengan alat
sederhana yang ada di sekitarnya untuk
mendapatkan data.
Memproses, menganalisis data dan informasi
Peserta didik menggunakan berbagai metode untuk
mengorganisasikan informasi, termasuk gambar,
tabel. Peserta didik mendiskusikan dan
membandingkan antara hasil pengamatan dengan
prediksi.
Mengevaluasi dan refleksi
Dengan panduan, peserta didik membandingkan
hasil pengamatan yang berbeda dengan mengacu
pada teori.
Mengomunikasikan hasil
Peserta didik mengomunikasikan hasil penyelidikan
secara verbal dan tertulis dengan format sederhana.
2. Fase B (Usia Mental ± 8 Tahun dan Umumnya Kelas III dan IV)
Di akhir fase B, peserta didik terbiasa melakukan proses inkuiri, yaitu
mengidentifikasi dan mengajukan pertanyaan tentang apa yang ada
pada dirinya maupun kondisi di lingkungan rumah dan sekolah serta
mengidentifikasi permasalahan sederhana yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari.
Peserta
didik
mengamati,
mempertanyakan
dan
memprediksi,
merencanakan dan melakukan penyelidikan, memproses, menganalisis
data
dan
informasi,
mengevaluasi
dan
refleksi
serta
mengomunikasikan proses inkuiri yang dilalui sesuai dengan tahap
perkembangannya.
Peserta
didik
menunjukkan
perilaku
yang
mencerminkan keberpihakannya terhadap objektivitas suatu hal.
Peserta
didik
mengoptimalkan
penggunaan
pancaindra
untuk
melakukan pengamatan dan bertanya tentang makhluk hidup dan
benda
tak
hidup
ketika
diberikan
perlakuan.
Peserta
didik
menggunakan hasil pengamatan untuk menjelaskan pola sebab akibat
sederhana dengan menggunakan beberapa media.
Peserta didik mengenal hewan dan tumbuhan yang ada di lingkungan
sekitarnya melalui pengamatan dan eksplorasi. Mereka menggunakan
133
hasil
pengamatannya
untuk
mengetahui
bagian
tubuh
dan
pertumbuhan hewan dan tumbuhan. Peserta didik mengidentifikasi
benda-benda yang ada di lingkungan sekitar. Peserta didik mampu
mengenali orang-lain yang memiliki hubungan keluarga maupun yang
tidak memiliki hubungan keluarga melalui dokumen diri dan keluarga.
Peserta didik mampu mengidentifikasi dan membuat silsilah keluarga
inti. Peserta didik mengenal uang dan kegunaannya secara sederhana.
Peserta didik mendeskripsikan dengan nyaman tentang kegiatan
keluarganya di rumah dan bagaimana mereka bekerja sama dan
berbagi tugas. Peserta didik mengenal konsep rumah sehat dan
lingkungan sehat sebagai cara sederhana menanggulangi bencana
melalui pengamatan dan bertanya. Peserta didik mengidentifikasi
bentuk kerja sama yang terjadi di lingkungan rumah.
Fase B Berdasarkan Elemen
Elemen
Pemahaman IPAS
(sains dan sosial)
Keterampilan proses
Capaian Pembelajaran
Peserta didik mengenal hewan dan tumbuhan yang
ada di lingkungan sekitarnya melalui pengamatan
dan eksplorasi. Mereka menggunakan hasil
pengamatannya untuk mengetahui bagian tubuh
dan pertumbuhan hewan dan tumbuhan. Peserta
didik mengidentifikasi benda-benda yang ada di
lingkungan sekitar. Peserta didik mampu mengenali
orang-lain yang memiliki hubungan keluarga
maupun yang tidak memiliki hubungan keluarga
melalui dokumen diri dan keluarga. Peserta didik
mampu mengidentifikasi dan membuat silsilah
keluarga inti. Peserta didik mengenal uang dan
kegunaannya secara sederhana. Peserta didik
mendeskripsikan dengan nyaman tentang kegiatan
keluarganya di rumah dan bagaimana mereka
bekerja sama dan berbagi tugas. Peserta didik
mengenal konsep rumah sehat dan lingkungan
sehat sebagai cara sederhana menanggulangi
bencana melalui pengamatan dan bertanya. Peserta
didik mengidentifikasi bentuk kerja sama yang
terjadi di lingkungan rumah.
Mengamati
Peserta didik mengamati fenomena dan peristiwa
secara sederhana menggunakan pancaindra.
Mempertanyakan dan memprediksi
Peserta didik menyusun dan menjawab pertanyaan
tentang hal-hal yang ingin diketahui saat
melakukan pengamatan. Peserta didik membuat
prediksi mengenai objek dan peristiwa di lingkungan
sekitar.
Merencanakan dan melakukan penyelidikan
Dengan panduan, peserta didik berpartisipasi dalam
penyelidikan untuk mengeksplorasi dan menjawab
pertanyaan. Melakukan pengukuran dengan alat
sederhana yang ada di sekitarnya untuk
mendapatkan data.
134
Elemen
Capaian Pembelajaran
Memproses, menganalisis data dan informasi
Peserta didik menggunakan berbagai metode untuk
mengorganisasikan informasi, termasuk gambar,dan
tabel. Peserta didik mendiskusikan dan
membandingkan antara hasil pengamatan dengan
prediksi.
Mengevaluasi dan refleksi
Dengan panduan, peserta didik membandingkan
hasil pengamatan yang berbeda dengan mengacu
pada teori.
Mengomunikasikan hasil
Peserta didik mengomunikasikan hasil penyelidikan
secara verbal dan tertulis dengan format sederhana.
3. Fase C (Usia Mental ± 8 Tahun dan Umumnya Kelas V dan VI)
Di akhir fase C, peserta didik terbiasa melakukan proses inkuiri, yaitu
mengidentifikasi dan mengajukan pertanyaan tentang apa yang ada
pada dirinya maupun kondisi di lingkungan rumah dan sekolah serta
mengidentifikasi permasalahan sederhana yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari.
Selanjutnya,
peserta
memprediksi,
didik
mengamati,
merencanakan
dan
mempertanyakan
melakukan
dan
penyelidikan,
memproses, menganalisis data dan informasi, mengevaluasi dan
refleksi serta mengomunikasikan proses inkuiri yang dilalui sesuai
dengan tahap perkembangannya. Peserta didik menunjukkan perilaku
yang mencerminkan keberpihakannya terhadap objektivitas suatu hal.
Peserta
didik
mengoptimalkan
penggunaan
pancaindra
untuk
melakukan pengamatan dan bertanya tentang makhluk hidup dan
perubahan
benda
ketika
diberikan
perlakuan.
Peserta
didik
menggunakan hasil pengamatan untuk menjelaskan pola sebab akibat
sederhana dengan menggunakan beberapa media.
Peserta didik mengenal ciri-ciri benda cair, padat dan gas melalui
pengamatan
pengamatannya
dan
eksplorasi.
untuk
membuat
Mereka
menggunakan
simulasi
menggunakan
hasil
alat
sederhana tentang perubahan wujud zat (mencair dan membeku).
Peserta didik mulai mengenal berbagai musim di Indonesia melalui
pengamatan
dalam
kehidupan
sehari-hari.
Peserta
didik
mengidentifikasi tempat hidup makhluk hidup (hewan dan tumbuhan).
Mereka
menggunakan
hasil
identifikasi
tersebut
untuk
mengklasifikasikan ke dalam kelompok makhluk hidup (hewan dan
tumbuhan) yang menguntungkan dan merugikan. Peserta didik
135
mengidentifikasi sumber energi yang ada di lingkungan sekitarnya
melalui pengamatan dan proses diskusi. Peserta didik mengidentifikasi
peran setiap anggota keluarga dan peristiwa penting dalam keluarga
melalui pengamatan dan bertanya. Peserta didik mulai mengenal
keragaman masyarakat, tokoh, peninggalan dan peristiwa sejarah yang
meliputi agama, suku, bangsa, bahasa, sosial dan ekonomi melalui
pengamatan dan eksplorasi.
Fase C Berdasarkan Elemen
Elemen
Pemahaman IPAS
(sains dan sosial)
Keterampilan proses
Capaian Pembelajaran
Peserta didik mengenal ciri-ciri benda cair, padat
dan gas melalui pengamatan dan eksplorasi. Mereka
menggunakan hasil pengamatannya untuk
membuat simulasi menggunakan alat sederhana
tentang perubahan wujud zat (mencair dan
membeku). Peserta didik mulai mengenal berbagai
musim di Indonesia melalui pengamatan dalam
kehidupan sehari-hari. Peserta didik
mengidentifikasi tempat hidup makhluk hidup
(hewan dan tumbuhan). Mereka menggunakan hasil
identifikasi tersebut untuk mengklasifikasikan ke
dalam kelompok makhluk hidup (hewan dan
tumbuhan) yang menguntungkan dan merugikan.
Peserta didik mengidentifikasi sumber energi yang
ada di setiap anggota keluarga dan peristiwa penting
dalam keluarga melalui pengamatan dan bertanya.
Peserta didik mulai mengenal keragaman
masyarakat, tokoh, peninggalan dan peristiwa
sejarah yang meliputi agama, suku, bangsa, bahasa,
sosial dan ekonomi melalui pengamatan dan
eksplorasi.
Mengamati
Mengamati fenomena dan peristiwa secara
sederhana dengan menggunakan pancaindra dan
dapat mencatat hasil pengamatannya.
Mempertanyakan dan memprediksi
Dengan menggunakan panduan, peserta didik
mengidentifikasi pertanyaan yang dapat diselidiki
secara ilmiah dan membuat prediksi berdasarkan
pengetahuan yang dimiliki sebelumnya.
Merencanakan dan melakukan penyelidikan
Dengan panduan, peserta didik membuat rencana
dan melakukan langkah-langkah operasional untuk
menjawab pertanyaan yang diajukan. Menggunakan
alat dan bahan yang sesuai dengan mengutamakan
keselamatan. Peserta didik menggunakan alat bantu
pengukuran untuk mendapatkan data yang akurat.
Memproses, menganalisis data dan informasi
Peserta didik menggunakan berbagai metode untuk
mengorganisasikan informasi, termasuk gambar,
tabel. Peserta didik mendiskusikan dan
membandingkan antara hasil pengamatan dengan
prediksi. Mengorganisasikan data dalam bentuk
tabel dan grafik sederhana untuk menyajikan data
dan mengidentifikasi pola. Peserta didik
membandingkan antara hasil pengamatan dengan
136
prediksi dan memberikan alasan yang bersifat
ilmiah.
Mengevaluasi dan refleksi
Mengevaluasi kesimpulan melalui perbandingan
dengan teori yang ada. Menunjukkan kelebihan dan
kekurangan proses penyelidikan.
Mengomunikasikan hasil
Mengomunikasikan hasil penyelidikan secara verbal
dan tertulis dalam berbagai format.
137
VII. CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KHUSUS ILMU PENGETAHUAN
ALAM (IPA) SMP
A. Rasional Mata Pelajaran IPA
Istilah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dikenal juga dengan istilah ilmu
sains (IPA). Kata sains (IPA) berasal dari bahasa Latin, yaitu “scientia”,
yang secara harfiah berarti pengetahuan, tetapi dalam perkembangan
pengertiannya menjadi khusus Ilmu Pengetahuan Alam atau Sains
(IPA).
Ilmu
Pengetahuan
Alam
(IPA) adalah
pengetahuan
yang
sistematis dan berlaku secara umum (universal) yang membahas
tentang sekumpulan data mengenai gejala alam yang dihasilkan
berdasarkan
hasil
observasi,
penyusunan
teori.
Dalam
eksperimen,
kehidupan
penyimpulan,
sehari-hari,
dan
masyarakat
memaknai sains (IPA) hanya meliputi ilmu pengetahuan alam
(eksakta), jika dipahami dari makna sebenarnya, sains (IPA) meliputi
ilmu pengetahuan sosial dan hal-hal lain yang didapatkan serta teruji
melalui kaidah penelitian ilmiah. Agar tidak terjadi kesalahan
pemaknaan, dalam dokumen ini, disepakati yang menjadi ruang
lingkup
capaian
pembelajaran
IPA
hanya
melingkupi
ilmu
pengetahuan alam. Sains Dasar yang meliputi pengetahuan alam dan
pengetahuan sosial sudah dibahas di satuan pendidikan SDLB
dengan sebutan IPAS.
IPA membantu Profil Pelajar Pancasila, yang selanjutnya disebut
Peserta
Didik
keingintahuan
Berkebutuhan
terhadap
Khusus
fenomena
alam
(PDBK),
semesta
menumbuhkan
yang
terjadi.
Keingintahuan ini memicu peserta didik memahami bagaimana alam
semesta bekerja melalui pendekatan-pendekatan empiris yang dapat
dipertanggungjawabkan. Pemahaman ini dapat dimanfaatkan untuk
melakukan rekayasa sehingga tercipta teknologi atau langkahlangkah yang dapat menyelesaikan berbagai permasalahan yang
dihadapi masyarakat dalam upaya mencapai tujuan pembangunan
berkelanjutan. Peserta didik merupakan pelajar dengan karakteristik
khusus yang berbeda dengan peserta didik pada umumnya dilihat
dari segi fisik, intelektual, dan emosional yang lebih rendah ataupun
lebih
tinggi.
Hal
tersebut
berdampak
pada
kebutuhan
akan
pendidikan dan layanan khusus untuk mengoptimalkan potensi yang
dimilikinya.
138
Prinsip-prinsip dasar metodologi ilmiah dalam pembelajaran IPA akan
melatih sikap ilmiah (rasa keingintahuan yang tinggi, kemampuan
berpikir kritis, analitis, dan kemampuan mengambil kesimpulan yang
tepat) yang melahirkan kebijaksanaan dalam diri peserta didik. Fokus
utama yang ingin dicapai dari pembelajaran IPA di Satuan Pendidikan
SMPLB dan SMALB bukanlah pada berapa banyak konten materi
yang dapat diserap oleh peserta didik, tapi pada kompeten peserta
didik
dalam
hipotesis
mengamati,
(dugaan
membuat
sementara),
pertanyaan,
merancang
dan
mengusulkan
mengadakan
penelitian, mengolah data/informasi hingga menarik kesimpulan.
Sehingga kompetensi ini dapat diterapkan untuk sebagian besar
materi peserta didik.
Pada pendidikan khusus di satuan pendidikan di SMPLB SMALB
lebih ditekankan pada konsep pengetahuan dan keterampilan serta
kemampuan fungsional praktis untuk menunjang kehidupan seharihari secara faktual dan kontekstual, bukan pada konsep pemahaman
teori
saja.
Peserta
didik
akan
dapat
menemukan
dan
mengembangkan pengetahuan-pengetahuan dasar IPA yang dapat
diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari secara fungsional
dan bermakna, dengan mengedepankan nilai-nilai karakter Pancasila.
B. Tujuan Mata Pelajaran IPA
Tujuan mata Pelajaran Ilmu pengetahuan Alam di tingkat SMPLB dan
SMALB sebagai berikut.
1. Mengembangkan ketertarikan serta rasa ingin tahu, sehingga
peserta didik terpicu untuk mengaji fenomena yang ada di sekitar
manusia,
memahami
alam
semesta
dan
kaitannya
dengan
kehidupan manusia.
2. Berperan
aktif
dalam
memelihara,
menjaga,
melestarikan
lingkungan alam, mengelola sumber daya alam dan lingkungan
dengan bijak.
3. Mengembangkan keterampilan inkuiri untuk mengidentifikasi,
merumuskan hingga menyelesaikan masalah melalui aksi nyata.
4. Mengerti siapa dirinya, memahami bagaimana lingkungan sosial
dia berada, memaknai bagaimanakah kehidupan manusia dan
masyarakat berubah dari waktu ke waktu.
5. Memahami
persyaratan-persyaratan
139
yang
diperlukan
peserta
didik untuk menjadi anggota suatu kelompok masyarakat dan
bangsa serta mengerti arti menjadi anggota masyarakat bangsa
dan dunia, sehingga dia dapat berkontribusi dalam menyelesaikan
permasalahan yang berkaitan dengan dirinya dan lingkungan di
sekitarnya.
6. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep di
dalam IPAS serta menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
C. Karakteristik Mata Pelajaran IPA
Pendidikan
IPA
berfokus
pada
kompetensi
penerapan
kaidah
penelitian ilmiah dalam proses belajar. Setelah menguasai IPA,
peserta didik tingkat SMPLB dan SMALB diharapkan memiliki
landasan
berpikir
dan
bertindak
yang
kokoh
di
atas
dasar
pemahaman kaidah penelitian ilmiah. Dalam pembelajaran IPA, ada 3
elemen
utama
yang
akan
dipelajari,
yaitu
pemahaman
IPA,
keterampilan melakukan percobaan sederhana, serta penerapan IPA
secara kontekstual dalam kehidupan sehari-hari dengan sederhana.
Hal ini dapat menerapak nilai dan laku dengan memahami peran IPA
dalam
membantu
manusia
untuk
memecahkan
masalah
dan
mengambil keputusan dalam menyelesaikan permasalahan sesuai
dengan tahapan pembelajarannya.
Setiap elemen ini berkaitan dengan 4 cakupan konten yang meliputi
makhluk hidup dan proses kehidupan, benda dan sifatnya, energi
dan perubahannya, Bumi dan antariksa. Seluruh elemen ini tercakup
dalam rumusan fase dan konten tiap kelas yang juga menuangkan
nilai-nilai dalam profil pelajar pancasila melalui implementasi yang
bermakna dan bermanfaat bagi hidup mandiri peserta didik dan
lingkungannya.
Elemen-Elemen Mata Pelajaran IPA
Dalam pembelajaran IPA, ada 2 elemen utama yakni pemahaman IPA
dan keterampilan proses. Kedua elemen ini tak dapat dipisahkan satu
sama lain karena merupakan satu kesatuan yang utuh dan saling
terkait dalam membentuk profil pelajar Pancasila. Kedua elemen ini
disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan peserta didik secara
sederhana.
Elemen
Pemahaman IPAS
Deskripsi
Peserta didik tingkat SMPLB dan SMALB diharapkan
140
Elemen
(sains dan sosial)
Keterampilan
proses
Deskripsi
memiliki kompetensi berpikir ilmiah dan memiliki
pemahaman IPA yang utuh. Dalam IPA, kemampuan
berpikir juga tidak akan banyak berguna bagi
pengembangan ilmu pengetahuan jika seseorang
tidak memiliki pemahaman terhadap bidang
keilmuan tertentu. Dalam mencapai kompetensi itu,
peserta didik diharapkan memiliki pengetahuan dan
pemahaman konsep IPA yang sesuai dengan
cakupan setiap konten dan perkembangan usia.
Pemahaman atas cakupan konten yang akan
dibangun dalam diri peserta didik haruslah saling
terkait satu sama lain. Peserta didik diharapkan
memahami IPA tidak secara parsial dan hanya
untuk cakupan konten tertentu, melainkan
menyeluruh, meliputi hubungan antar konsep,
hubungan kausalitas (sebab-akibat) serta tingkat
hierarkis suatu konsep sederhana.
Hasil utama dari proses pembelajaran IPA di tingkat
SMPLB dan SMALB adalah menumbuhkan
kompetensi peserta didik menerapkan proses
berpikir dan bersikap ilmiah dalam konteks
kehidupan sehari-hari. Untuk itu keterampilan
peserta didik dalam melakukan sebuah penelitian
ilmiah sederhana, membuat suatu produk ataupun
melakukan suatu aksi, harus senantiasa
ditumbuhkembangkan dalam pendampingan.
Keterampilan proses adalah sebuah proses
intensional dalam melakukan diagnosa terhadap
situasi, memformulasikan permasalahan,
mengkritisi suatu eksperimen dan menemukan
perbedaan dari alternatif-alternatif yang ada,
mencari opini yang dibangun berdasarkan informasi
yang kurang lengkap, merancang investigasi,
menemukan informasi, menciptakan model,
mendebat rekan sejawat menggunakan fakta serta
membentuk argumen yang koheren (Linn, Davis, &
Bell 2004). Inkuiri sangat direkomendasikan sebagai
bentuk pendekatan dalam pengajaran karena hal ini
terbukti membuat siswa lebih terlibat dalam
pembelajaran (Anderson, 2002).
Di dalam pengajaran IPAS, terdapat dua pendekatan
pedagogis: pendekatan deduktif dan induktif
(Constantinou et.al, 2018). Peran guru dalam
pendekatan deduktif adalah menyajikan suatu
konsep berikut logika terkait dan memberikan
contoh penerapan. Dalam pendekatan ini, siswa
diposisikan sebagai pembelajar yang pasif (hanya
menerima materi). Sebaliknya, dalam pendekatan
induktif, siswa diberikan kesempatan yang lebih
leluasa untuk melakukan observasi, melakukan
eksperimen dan dibimbing oleh guru untuk
membangun konsep berdasarkan pengetahuan yang
dimiliki (Rocard, et.al., 2007).
Pembelajaran berbasis inkuiri memiliki peran
penting dalam pendidikan sains (e.g. Blumenfeld et
al., 1991; Linn, Pea, & Songer, 1994; National
Research Council, 1996; Rocard et al., 2007). Hal ini
didasarkan pada pengakuan bahwa sains secara
esensial didorong oleh pertanyaan, proses yang
terbuka, kerangka berpikir yang dapat
141
Elemen
Deskripsi
dipertanggungjawabkan, dapat diprediksi. Oleh
karenanya siswa perlu mendapatkan pengalaman
personal dalam menerapkan inkuiri saintifik agar
aspek fundamental IPAS ini dapat membudaya
dalam dirinya (Linn, Songer, & Eylon, 1996; NRC,
1996).
Menurut Ash (2000) dan diadopsi dari Murdoch
(2015), sekurang-kurangnya ada enam keterampilan
inkuiri yang perlu dimiliki peserta didik, yaitu
seperti berikut.
1. Mengamati
Melakukan pengamatan terhadap sebuah fenomena
dan peristiwa merupakan awal dari proses inkuiri
yang akan terus berlanjut ke tahapan-tahapan
berikutnya. Pada saat melakukan pengamatan,
peserta didik memperhatikan fenomena dan
peristiwa dengan saksama, mencatat, serta
membandingkan informasi yang dikumpulkan untuk
melihat persamaan dan perbedaannya. Pengamatan
bisa dilakukan langsung atau menggunakan
instrumen lain seperti kuisioner dan wawancara.
2. Mempertanyakan dan Memprediksi
Peserta didik didorong untuk menyusun pertanyaan
tentang hal-hal yang ingin diketahui pada saat
melakukan pengamatan. Pada tahap ini peserta
didik juga menghubungkan pengetahuan yang
dimiliki dengan pengetahuan baru yang akan
dipelajari sehingga bisa memprediksi apa yang akan
terjadi dengan hukum sebab akibat.
3. Merencanakan dan Melakukan Penyelidikan
Setelah mempertanyakan dan membuat prediksi
berdasarkan pengetahuan dan informasi yang
dimiliki, peserta didik membuat rencana dan
menyusun langkah-langkah operasional
berdasarkan referensi yang benar. Peserta didik
dapat menjawab pertanyaan dan membuktikan
prediksi dengan melakukan penyelidikan. Tahapan
ini juga mencakup identifikasi dan inventarisasi
faktor-faktor operasional baik internal maupun
eksternal di lapangan yang mendukung dan
menghambat kegiatan. Berdasarkan perencanaan
tersebut, peserta didik mengambil data dan
melakukan serangkaian tindakan yang dapat
digunakan untuk mendapatkan temuan-temuan.
Memproses serta Menganalisis Data dan Informasi
Peserta didik memilih dan mengorganisasikan
informasi yang diperoleh. Ia menafsirkan informasi
yang didapatkan dengan jujur dan bertanggung
jawab. Selanjutnya, menganalisis menggunakan alat
dan metode yang tepat, menilai relevansi informasi
yang ditemukan dengan mencantumkan referensi
rujukan, serta menyimpulkan hasil penyelidikan.
5. Mengevaluasi dan Refleksi
Pada tahapan ini, peserta didik menilai apakah
kegiatan yang dilakukan sesuai dengan tujuan yang
direncanakan atau tidak. Pada akhir siklus ini,
peserta didik juga meninjau kembali proses belajar
yang dijalani dan hal-hal yang perlu dipertahankan
dan/atau diperbaiki pada masa yang akan datang.
Peserta didik melakukan refleksi tentang bagaimana
142
Elemen
Deskripsi
pengetahuan baru yang dimilikinya dapat
bermanfaat bagi diri sendiri, orang lain, dan
lingkungan sekitar dalam perspektif global untuk
masa depan berkelanjutan.
6. Mengomunikasikan Hasil
Peserta didik melaporkan hasil secara terstruktur
melalui lisan atau tulisan, menggunakan bagan,
diagram maupun ilustrasi, serta dikreasikan ke
dalam media digital dan non-digital untuk
mendukung penjelasan. Peserta didik lalu
mengomunikasikan hasil temuannya dengan
mempublikasikan hasil laporan dalam berbagai
media, baik digital dan atau non digital. Pelaporan
dapat dilakukan berkolaborasi dengan berbagai
pihak.
Keterampilan proses tidak selalu merupakan urutan
langkah, melainkan suatu siklus yang dinamis yang
dapat disesuaikan berdasarkan perkembangan dan
kemampuan peserta didik.
D. Capaian Pembelajaran Setiap Fase
1. Fase D (Usia Mental ± 9 Tahun dan Umumnya Kelas VII, VIII, dan
IX)
Di akhir fase D, peserta didik diharapkan dapat melakukan proses
inkuiri,
yaitu
mengamati,
mengidentifikasi
dan
mengajukan
pertanyaan tentang permasalahan yang dialami dalam kehidupan
sehari-hari. Selanjutnya, peserta didik melakukan investigasi,
menyimpulkan,
mengomunikasikan,
merefleksikan,
mengaplikasikan dan melakukan tindak lanjut atas proses inkuiri
yang sudah dilakukan.
Peserta didik melakukan proses inkuiri tentang daur hidup
beberapa jenis hewan, mengidentifikasi cara perkembangbiakan
hewan (bertelur dan melahirkan), menelaah berbagai perubahan
wujud benda (menguap dan mengembun), mengidentifikasi rotasi
bumi
(perubahan
siang
dan
malam),
menelaah
tahapan
pertumbuhan dan perkembangan manusia, mengidentifikasi cara
perkembangbiakan tumbuhan, mendeskripsikan sumber energi
dalam
kehidupan
sehari-hari
(matahari,
air
dan
angin),
mengidentifikasi penggunaan sumber energi matahari, air, dan
angin dalam kehidupan sehari-hari, mengidentifikasi ciri fisik laki
laki dan perempuan pada masa pubertas, menelaah cara merawat
dan memelihara hewan, mendeskripsikan cara merawat dan
143
memelihara
tumbuhan,
mengidentifikasi
panca
indra
dan
fungsinya.
Berdasarkan pemahaman terhadap konsep daur hidup beberapa
jenis hewan, mengidentifikasi cara perkembangbiakan hewan
(bertelur dan melahirkan) peserta didik dapat megamati video serta
gambar
dalam
kehidupan
sehari-hari.
Peserta
didik
dapat
mendemonstrasikan berbagai perubahan wujud benda (menguap
dan mengembun) yang dapat dilakukan dengan berbagai percobaan
baik secara individu atau kelompok yang dapat dimanfaatkan
dalam kehidupan sehari-hari.
Peserta didik juga dapat mendemonstrasikan terjadinya perubahan
siang dan malam melalui alat sederhana, melihat video pergantian
siang dan malam, atau menceritakan secara real ciri-ciri yang
nampak pada siang dan malam yang dapat dirasakan secara
langsung maupun secara tidak langsung.
Peserta didik dapat mengidentifikasi tahapan pertumbuhan dan
perkembangan manusia dan tumbuhan melalui metode ceramah
dan tanya jawab yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran
kemudian peserta didik menceritakan dengan bahasanya sendiri
secara sederhana.
Peserta
didik
dapat
mendeskripsikan
sumber
energi
dalam
kehidupan sehari-hari (matahari, air dan angin), mengidentifikasi
penggunaan sumber energi matahari, air, dan angin melalui
percobaan dengan alat atau dengan demonstrasi secara langsung
dalam
kehidupan
sehari
kemudian
peserta
didik
dapat
menceritakan hasil percobaan tersebut dengan bahasanya sendiri
secara sederhana.
Peserta didik dapat mendeskripsikan dan mengidentifikasi ciri fisik
laki laki dan perempuan pada masa pubertas melalui metode
ceramah dan tanya jawab, juga bisa dengan memanfaatkan IT
untuk melihat perbedaan yang terlihat antara laki-laki dan
perempuan secara nyata.
Peserta
didik
memelihara
dapat
hewan,
mendeskripsikan
mendeskripsikan
cara
cara
merawat
dan
merawat
dan
memelihara tumbuhan dengan cara mendemonstrasikan di luar
144
atau di dalam kelas dan bisa mempraktikkan dalam kehidupan
sehari-hari.
Peserta didik dapat mengidentifikasi pancaindra dan fungsinya
dengan cara mendengarkan ceramah dan juga tanya jawab dan
bisa
mengomunikasikan
dengan
bahasanya
sendiri
secara
sederhana.
Fase D Berdasarkan Elemen
Elemen
Pemahaman
IPAS (sains dan
sosial)
Keterampilan
proses
Capaian Pembelajaran
Peserta didik diharapkan memiliki pengetahuan dan
pemahaman konsep IPA yang sesuai dengan
cakupan setiap konten dan perkembangan usia.
Selain itu, pemahaman atas cakupan konten yang
akan dibangun dalam diri peserta didik haruslah
saling terkait satu sama lain. Peserta didik
diharapkan tidak memahami IPA secara parsial
hanya untuk cakupan konten tertentu, melainkan
menyeluruh, meliputi hubungan antar konsep,
hubungan kausalitas (sebab-akibat) serta tingkat
hierarkis suatu konsep sederhana.
Mengamati
Peserta didik memperhatikan fenomena dan
peristiwa dengan seksama, mencatat, serta
membandingkan informasi yang dikumpulkan untuk
melihat persamaan dan perbedaannya, pengamatan
bisa dilakukan langsung atau menggunakan
instrumen lain seperti kuisoner dan wawancara.
Mempertanyakan dan memprediksi
Peserta didik didorong untuk mengajukan serta
mengembangkan pertanyaan inkuiri terkait topik
yang akan dibahas. Pertanyaan inkuiri yang
diajukan dapat digunakan untuk menentukan apa
yang ingin diketahui, mendefinisikan permasalahan.
Berdasarkan pertanyaan yang diajukan, peserta
didik membuat hipotesis terkait suatu hal yang akan
diselidiki.
Merencanakan dan melakukan penyelidikan
Peserta didik membuat perencanaan, melakukan
eksperimen dan eksplorasi, melakukan observasi
sehingga peserta didik mendapatkan informasi dan
data yang dibutuhkan untuk menjawab hipotesis
yang diajukan. Peserta didik menganalisis serta
melakukan interpretasi data informasi yang
diperoleh.Memproses, menganalisis data dan
informasi
Memproses, Menganalisis Data dan Informasi
Peserta didik menafsirkan informasi yang
didapatkan dengan jujur dan bertanggung jawab.
Selanjutnya, menganalisis menggunakan alat dan
metode yang tepat, menilai relevansi informasi yang
ditemukan dengan mencantumkan referensi
rujukan, serta menyimpulkan hasil penyelidikan.
Mengevaluasi dan refleksi
Peserta didik membuat kesimpulan berdasarkan
investigasi yang dilakukan sebelumnya dan elaborasi
terhadap teori yang ada. Peserta didik dapat menalar
145
Elemen
Capaian Pembelajaran
menggunakan suatu model, membuat jastifikasi,
menemukan pola, mencari keterkaitan antara fakta
dan teori untuk membantunya membuat
kesimpulan.
Mengomunikasikan hasil
Peserta didik dapat menyampaikan pendapat,
berbagi, melakukan debat, menyanggah,
mempresentasikan pemikirannya di setiap tahapan.
Pada tahapan ini peserta didik juga melakukan
refleksi, mengevaluasi, membandingkan dengan
konsep yang ada, menguji pemikirannya,
merasionalkan pendapatnya sehingga peserta didik
mendapatkan pemahaman yang lebih utuh terhadap
proses inkuiri yang dijalani.
Peserta didik tingkat SMPLB dan SMALB, secara lahiriah dan usia
kalender sama dengan peserta didik lainnya. Namun dalam tingkat
pemahaman, penalaran, serta keterampilannya berada dalam
rentang yang berbeda secara signifikan.
2. Fase E (Usia mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas X)
Pada akhir Fase E, peserta didik tingkat SMALB diharapkan
memiliki kemampuan untuk memahami dan mempresentasikan
pengetahuan
faktual
tentang
makhluk
ciptaan
Tuhan
dan
kegiatannya, benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah,
dan
tempat
bermain.
Menerapkan
pengetahuan
IPA
dalam
kehidupan sehari-hari dengan membiasakan nilai-nilai karakter
jujur, mandiri, bergotong royong, kreatif, dan peduli untuk
memberikan manfaat bagi diri dan lingkungannya secara mandiri.
Peserta
didik
mendeskripsikan
dan
menyimulasikan
secara
sederhana tentang hewan dan mafaatnya bagi manusia dalam
kehidupan sehari-hari bagi manusia, serta bagaimana menjaga dan
melestarikannya. Menerapkan secara sederhana cara merawat
pancaindra dalam kehidupan sehari-hari secara mandiri.
Peserta didik memahami penerapan secara faktual konsep sumber,
sifat
bunyi,
dan
hubunganya
dengan
indra
pendengaran.
Penerapan secara faktual sumber cahaya, sifat cahaya, dan
hubungannya dengan indra penglihatan.
Peserta didik diharapkan minimal bisa ikut berperan serta dalam
kegiatan memanfaatkan, merawat, dan meyimpan benda yang
sudah digunakan di dalam rumah, sekolah, ataupun lingkungan
masyarakat. Semua sub elemen dilakukan dengan disiplin, penuh
146
tanggung jawab, santun, mandiri, kreatif, penuh kepedulian, dan
rasa cinta tanah air dalam kebhinekaan global.
Fase E Berdasarkan Elemen
Elemen
Pemahaman
IPAS (sains dan
sosial)
Keterampilan
proses
Capaian Pembelajaran
Pada akhir Fase E, peserta didik tingkat SMALB
diharapkan memiliki ke-mampuan untuk memahami
dan mempresentasikan pengetahuan faktual tentang
makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, bendabenda yang dijumpainya di rumah, di sekolah, dan
tempat bermain.
Mendeskripsikan dan menyimulasikan secara
sederhana manfaat hewan bagi manusia,
perkembangbiakan hewan dan tumbuhan serta
tahapan perkembangan manusia, energi, sumber
daya alam, serta pemanfaaatnya dalam kehidupan
sehari-hari.
Memahami konsep bunyi dan cahaya juga
hubunganya dengan perawatan pancaindra, manfaat
hewan bagi manusia, serta kegiatan manusia dalam
berbagai aspek kehidupan.
Pada akhir Fase E, peserta didik tingkat SMALB
memiliki kemampuan keterampilan inkuiri dalam
mengomunikasikan dan mempresentasikan
pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas,
sistematis, dan logis, dalam karya yang estetis,
dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan
dalam tindakan yang mencermin-kan perilaku anak
beriman dan berakhlak mulia. Kemampuan tersebut
di atas juga dilakukan melalui proses pembelajaran
lang-sung dan tidak langsung dalam koridor
intrakurikuler, kokurikuler maupun ekstrakurikuler baik secara individu ataupun kelompok.
Mengamati
Peserta didik mampu memilih alat bantu yang tepat
untuk melakukan pengukuran dan pengamatan.
Memperhatikan detail yang relevan dari objek yang
diamati.
Mempertanyakan dan Memprediksi
Peserta didik mengidentifikasi pertanyaan dan
permasalahan yang dapat diselidiki secara ilmiah.
Peserta didik menghubungkan pengetahuan yang
telah dimiliki dengan pengetahuan baru untuk
membuat prediksi.
Merencanakan dan Melakukan Penyelidikan
Peserta didik meren-canakan penyilidikan ilmiah
dan melaku-kan langkah-langkah operasional
berdasarkan referensi yang benar untuk menjawab
pertanyaan. Peserta didik melakukan pengukuran
atau membandingkan variabel dengan menggunakan alat yang sesuai serta memperhatikan
kaidah ilmiah.
Memproses, Menganalisis Data dan Informasi
Peserta didik menafsirkan informasi yang
didapatkan dengan jujur dan bertanggung jawab.
Menganalisis menggunakan alat dan metode yang
tepat, menilai relevansi informasi yang ditemukan
dengan mencan-tumkan referensi rujukan, serta
menyimpulkan hasil penyelidikan.
147
Elemen
Capaian Pembelajaran
Mengevaluasi dan Refleksi
Peserta didik mengevaluasi kesimpulan melalui
perbandingan dengan teori yang ada. Menunjukkan
kelebihan dan kekurangan proses penyelidikan dan
efeknya pada data. Menunjukkan permasa-lahan
pada metodologi dan mengusulkan saran per-baikan
untuk proses penyelidikan selanjutnya.
Mengomunikasikan Hasil
Peserta didik mengomunikasikan hasil penyelidikan
secara utuh termasuk di dalamnya pertimbangan
keamanan, lingkungan, dan etika yang ditunjang
dengan argumen, bahasa serta konvensi sains yang
sesuai konteks penyelidikan.
Menunjukkan pola berpikir sistematis sesuai format
yang ditentukan.
3. Fase F (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas XI dan XII)
Pada akhir Fase F, peserta didik tingkat SMALB diharapkan
memiliki kemampuan untuk memahami dan mempresentasikan
pengetahuan
faktual
tentang
makhluk
ciptaan
Tuhan
dan
kegiatannya, benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah,
dan tempat bermain.
Peserta didik memahami manfaat tumbuhan bagi manusia dan
mendeskripsikan secara sederhana, menelaah energi listrik dan
pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari. Mengidentifikasi
benda sebagai sumber bunyi, dan mengenal serta mengidentifikasi
bagian organ tubuh manusida dan fungsinya, serta fungsi rangka
manusia. Semua pemahaman tersebut dilakukan melalui proses
pembelajaran langsung (direct teaching) dan tidak langsung
(indirect
teaching)
dalam
koridor
intrakurikuler,
kokurikuler,
maupun ekstrakurikuler. Peserta didik mampu membedakan
minimal dua konsep atau teori sederhana yang berbeda. Peserta
didik dapat memperkirakan sesuatu dan memperluas wawasan
pemahaman sains yang telah dipelajarinya. Menerapkannya secara
sederhana
untuk
kebermanfaatan
dan
kelangsungan
hidup
manusia.
Peserta didik diharapkan minimal bisa ikut berperan serta dalam
kegiatan memanfaatkan, merawat, dan meyimpan benda yang
sudah digunakan di dalam rumah, sekolah, dan lingkungan
masyarakat. Semua dilakukan dengan jujur, disiplin, penuh
tanggung jawab, santun, mandiri, semangat gotong royong, kreatif,
dan penuh kepedulian di dalam masyarakat baik secara lisan,
tulisan, maupun isyarat secara mandiri.
148
Fase F Berdasarkan Elemen
Elemen
Pemahaman
IPAS (sains dan
sosial)
Keterampilan
proses
Capaian Pembelajaran
Pada akhir Fase F, peserta didik tingkat SMALB
diharapkan memiliki kemam-puan untuk memahami
dan mempresentasikan pengetahuan faktual tentang
makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, bendabenda yang dijumpainya di rumah, di sekolah, dan
tempat bermain.
Mengidentifikasi organ dan rangka manusia, sumber
bunyi, dan sifat cahaya, serta pemanfaatan energi
listrik dan tumbuhan bagi kelangsungan hidup
manusia. Mendeskripsikan secara sederhana fungsi
dan manfaat rangka serta organ manusia,
penghematan energi demi kelestarian lingkungan
alam.
Pada akhir Fase F, peserta didik tingkat SMALB
memiliki kemampuan keterampilan inkuiri
sederhana dalam mengomunikasikan dan
mempresentasikan pengetahuan faktual dalam
bahasa yang jelas, sistematis, dan logis, dalam karya
yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan
anak sehat, dan dalam tindakan yang
mencerminkan perilaku anak beriman dan
berakhlak mulia. Kemampuan tersebut juga
dilakukan melalui proses pembelajaran langsung
dan tidak langsung dalam koridor intrakurikuler,
kokurikuler maupun ekstrakurikuler baik baik
secara individual ataupun kelompok.
1. Mengamati
Peserta didik mampu memilih alat bantu yang tepat
untuk melakukan pengukuran dan pengamatan.
Memperhatikan detail yang relevan dari obyek yang
diamati.
2. Mempertanyakan dan Memprediksi
Peserta didik merumuskan pertanyaan ilmiah dan
hipotesis yang dapat diselidiki secara ilmiah.
3. Merencanakan dan Melakukan Penyelidikan
Peserta didik merencanakan dan memilih metode
yang sesuai berdasarkan referensi untuk
mengumpulkan data yang dapat dipercaya,
mempertimbangkan risiko serta isu-isu etik dalam
penggunaan metode tersebut. Peserta didik memilih
dan menggunakan alat dan bahan, termasuk
penggunaan teknologi digital yang sesuai untuk
mengumpulkan serta mencatat data secara
sistematis dan akurat.
4. Memproses serta Menganalisis Data dan Informasi
Peserta didik menafsirkan informasi yang
didapatkan dengan jujur dan bertanggung jawab.
Menggunakan berbagai metode untuk menganalisa
pola dan kecenderungan pada data.
Mendeskripsikan hubungan antar variabel serta
mengidentifkasi inkon-sistensi yang terjadi.
Menggunakan pengetahuan ilmiah untuk menarik
kesimpulan yang konsisten dengan hasil
penyelidikan.
5. Mengevaluasi dan Refleksi
Peserta didik mengevaluasi kesimpulan melalui
perbandingan dengan teori yang ada. Menunjukkan
kelebihan dan kekurangan proses penyelidikan dan
149
efeknya pada data. Menunjukkan permasalahan
pada metodologi dan mengusulkan saran perbaikan
untuk proses penyelidikan selanjutnya.
6. Mengomunikasikan Hasil
Peserta didik mengomunikasikan hasil penyelidikan
secara utuh termasuk di dalamnya pertimbangan
keamanan, lingkungan, dan etika yang ditunjang
dengan argumen, bahasa serta konvensi sains yang
sesuai konteks penyelidikan. Menunjukkan pola
berpikir sistematis sesuai format yang ditentukan.
150
VIII. CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KHUSUS ILMU PENGETAHUAN
SOSIAL
A. Rasional Mata Pelajaran
Tantangan yang dihadapi umat manusia kian bertambah dari waktu ke
waktu. Permasalahan yang dihadapi saat ini tidak lagi sama dengan
permasalahan yang dihadapi satu dekade atau bahkan satu abad yang
lalu. Ilmu pengetahuan dan teknologi terus dikembangkan untuk
menyelesaikan setiap tantangan yang dihadapi. Oleh karenanya, pola
pendidikan
Ilmu
Pengetahuan
Alam
dan
Sosial
(IPAS)
perlu
disesuaikan agar generasi muda dapat menjawab dan menyelesaikan
tantangan- tantangan yang dihadapi di masa yang akan datang.
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan ilmu yang mengkaji
seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi, temuan-temuan
penelitian yang berkaitan dengan isu sosial. Peserta didik IPS
merupakan suatu program keseluruhan yang mempersoalkan manusia
dalam
lingkungan
fisik
maupun
dalam
lingkungan
sosial.
Pembelajaran ilmu sosial di tingkat menengah merupakan kelanjutan
dari ilmu pengetahuan alam dan sosial (IPAS) yang diartikan sebagai
pengetahuan
sistematis
yang
diperoleh
dari
suatu
observasi,
penelitian, dan uji coba yang mengarah pada penentuan sifat dasar
atau prinsip sesuatu yang sedang diselidiki, di peserta didik, dan
sebagainya.
Pada masa yang akan datang peserta didik berkebutuhan khusus
(PDBK)
akan
masyarakat
menghadapi
global
selalu
tantangan
mengalami
berat
karena
perubahan
kehidupan
setiap
saat.
Pembelajaran ilmu pengetahuan sosial membantu manusia dalam
memenuhi kebutuhan materi, budaya, pemanfaatan sumber daya yang
ada di permukaan bumi, mengatur kesejahteraan, dan lain sebagainya
untuk mempertahankan kehidupan di dalam masyarakat.
Pembelajaran IPS menjadi sangat penting bagi penerapan Profil Pelajar
Pancasila karena perbedaan karakteristik peserta didik dan latar
belakang dari lingkungan yang berbeda-beda. Pendidikan IPAS juga
memiliki peran dalam mewujudkan Profil Pelajar Pancasila sebagai
gambaran ideal profil peserta didik Indonesia.
Pengenalan mereka tentang masyarakat tempat mereka menjadi
anggota
masyarakat,
diwarnai
151
oleh
lingkungan
mereka
serta
perkembangan dunia yang sekarang telah mengalami perubahanperubahan yang sangat cepat di segala bidang. Oleh karena itu,
peserta didik perlu dibekali dengan rasa kesadaran bahwa kita
berhadapan dengan kehidupan yang penuh tantangan yang harus
didorong oleh kepekaan terhadap dirinya dan kehidupan sosial.
Pengenalan tentang masyarakat dan kehidupan sosial bagi peserta
didik harus lebih bermakna, maka informasi yang diperoleh harus
disistematisasikan. Dengan pendekatan pembelajaran inkuiri yang
berpusat pada peserta didik. Pelajaran IPS menjadi sarana untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan terkait dinamika
kehidupan masyarakat dengan lingkungannya.
Sesuai dengan tingkat perkembangannya, peserta didik memerlukan
bimbingan untuk memahami keluasan dan kedalaman masalahmasalah sosial secara utuh. Melalui pembelajaran IPS, membantu
peserta didik dapat memeroleh pengetahuan, keterampilan, sikap
adaptif, dan kepekaan untuk menghadapi hidup dan tantangantantangannya.
Selanjutnya
diharapkan
mereka
kelak
mampu
bertindak secara rasional dalam memecahkan masalah-masalah sosial
yang dihadapi melalui arahan, bimbingan, dan bantuan untuk menjadi
warga negara Indonesia yang bertanggung jawab dan demokratis serta
dapat mengambil keputusan untuk berpartisipasi dalam kegiatan
masyarakat di tingkat lokal, regional, maupun global. Pemahaman ini
dapat dimanfaatkan untuk mengidentifikasi berbagai permasalahan
yang dihadapi dan menemukan solusi untuk mencapai tujuan
pembangunan berkelanjutan. Prinsip-prinsip dasar metodologi ilmiah
dalam pembelajaran IPS akan melatih sikap ilmiah (keingintahuan
yang tinggi, kemampuan berpikir kritis, analitis, dan kemampuan
mengambil kesimpulan yang tepat) yang melahirkan kebijaksanaan
dalam diri peserta didik.
Proses pembelajaran ilmu pengetahuan sosial diharapkan peserta didik
memiliki karakter mandiri, gotong-royong, dan kebhinekaan global
sesuai dengan nilia-niai yang tertuang dalam Profil Pelajar Pancasila.
Mandiri berarti mampu mengaplikasikan konsep ilmu pengetahuan
sosial dalam konteks bertanggung jawab dalam mempertahankan dan
meningkatkan kualitas hidupnya melalui pemanfaatan sumber daya
dan
teknologi
yang
ada.
Bergotong-royong
berati
mampu
mengaplikasikan ilmu pengetahuan sosial dalam konteks bekerja sama
152
dengan seluruh unsur masyarakat untuk memecahkan masalah sosial
yang dihadapi. Sedangkan berwawasan kebinekaan global berarti
mampu mengenal keragaman fenomena-fenomena sosial dan alam di
lingkungan lokal, nasional, dan global untuk mampu bertahan hidup
dalam kehidupannya.
Dengan mempertimbangkan bahwa anak usia SMPLB dan SMALB
dengan hambatan intelektual masih melihat segala sesuatu secara apa
adanya, utuh, dan terpadu maka pembelajaran IPS disederhanakan.
Hal ini juga dilakukan dengan pertimbangan anak usia SMPLB dan
SMALB dengan hambatan intelektual masih dalam tahap berpikir
konkret/sederhana,
holistik,
komprehensif,
namun
tidak
detail.
Pembelajaran di SMPLB perlu memberikan peserta didik kesempatan
untuk
melakukan
eksplorasi,
investigasi,
dan
mengembangkan
pemahaman terkait lingkungan di sekitarnya. Jadi mempelajari
fenomena
alam
serta
interaksi
manusia
dengan
alam
dan
antarmanusia sangat penting dilakukan di tahapan ini.
B. Tujuan Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial bertujuan sebagai berikut.
1. Mengembangkan ketertarikan serta rasa ingin tahu sehingga
terpicu untuk memahami tentang manusia dan konsep-konsep
berkaitan
dengan
kehidupan
masyarakat
dan
lingkungannya
menjadi lebih bermakna dalam kehidupan manusia.
2. Berperan
aktif
dalam
memelihara,
menjaga,
melestarikan
lingkungan alam, menjaga harmonisasi hubungan dan interaksi
sosial, mengelola sumber daya alam, dan lingkungan dengan bijak.
3. Mengembangkan keterampilan inkuiri untuk mengembangkan
kemampuan dasar berpikir logis, kritis, sikap lebih peka, memiliki
komitmen, kesadaran terhadap nilai-nilai sosial, dan kemanusiaan,
serta tanggap untuk memecahkan masalah terhadap berbagai
masalah sosial secara rasional dan bertanggung jawab dalam
kehidupan sosial agar menjadi peserta didik yang mandiri.
4. Memahami persyaratan-persyaratan yang diperlukan peserta didik
untuk menjadi anggota suatu kelompok masyarakat dan bangsa
serta mengerti arti menjadi anggota masyarakat bangsa dan dunia,
sehingga dapat berkontribusi dalam menyelesaikan permasalahan
yang berkaitan dengan dirinya dan lingkungan di sekitarnya.
5. Menumbuhkembangkan sikap/nilai terhadap sesama dan alam
153
sebagai perwujudan iman kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga
dapat berperan aktif dalam menciptakan dan mempertahakan
keseimbangan alam serta lingkungan sosial dari dirinya, keluarga,
dan masyarakat dengan cara berkontribusi dan berperan aktif
dalam menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari
secara
kontekstual
melalui
kemampuan
berkomunikasi,
bekerjasama dan berkompetisi berkaitan dengan dirinya dan
lingkungan di sekitarnya dalam masyarakat yang majemuk di
tingkat lokal, nasional, dan global dengan nilai gotong-royong dan
kebinekaan global.
C. Karakteristik Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) berfokus pada kompetensi
penerapan dalam memecahkan masalah berdasarkan kaidah penelitian
ilmiah dalam proses belajar. Melalui pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial yang berlandasan berpikir dan bertindak yang kokoh di atas
dasar pemahaman kaidah penelitian ilmiah, diharapkan peserta didik
akan
membentuk
nilai-nilai
kemandirian,
gotong-royong,
dan
kebinekaan global. Di alam pembelajaran ilmu pengetahuan sosial, ada
dua elemen utama yakni pemahaman IPS dan keterampilan proses.
Setiap elemen ini berkaitan dengan empat cakupan konten meliputi:
manusia,
tempat,
dan
lingkungan;
waktu,
keberlanjutan,
dan
perubahan; individu, kelompok, dan lembaga/sistem sosial dan
budaya;
serta
produksi,
distribusi,
dan
konsumsi/pemenuhan
kebutuhan dan kelangkaan.
Elemen Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dan Deskripsinya
Elemen
Pemahaman
Deskripsi
Ilmu pengetahuan mengambil peran penting dalam
mengembangkan teori-teori yang membantu kita
memahami bagaimana dunia kita bekerja. Lebih jauh
lagi, ilmu pengetahuan telah membantu kita
mengembangkan teknologi dan sistem tata kelola
yang mendukung terciptanya kehidupan manusia
yang lebih baik. Dengan menguasai ilmu pengetahuan
kita dapat melakukan banyak hal untuk
menyelesaikan permasalahan atau menghadapi
tantangan yang ada.
Memiliki pemahaman IPS merupakan bukti ketika
seseorang memilih dan mengintegrasikan
pengetahuan ilmiah yang tepat untuk menjelaskan
serta memprediksi suatu fenomena atau fakta, dan
menerapkan pengetahuan tersebut dalam situasi yang
berbeda. Pengetahuan ilmiah ini berkaitan dengan
154
Elemen
Keterampilan
Proses
Deskripsi
fakta, konsep, prinsip, hukum, teori, dan model yang
telah ditetapkan oleh para ilmuwan.
Untuk membantu peserta didik memiliki kompetensi
ilmu pengetahuan sosial, peserta didik perlu memiliki
pemahaman konsep sosial yang utuh. Dalam ilmu
pengetahuan sosial, kemampuan berpikir harus
diimbangi dengan pemahaman terhadap bidang
keilmuan pengetahuan sosial. Oleh karena itu, dalam
mencapai kompetensi tersebut peserta didik
diharapkan memiliki pengetahuan dan pemahaman
konsep ilmu pengertahuan sosial yang sesuai dengan
cakupan setiap konten dan perkembangan usia.
Selain itu, pemahaman atas cakupan konten yang
akan dibangun dalam diri peserta didik haruslah
saling terkait satu sama lain. Peserta didik
diharapkan memahami ilmu pengetahuan sosial
secara menyeluruh meliputi hubungan antar konsep,
hubungan kausalitas (sebab-akibat), serta tingkat
hierarkis suatu konsep sederhana.
Keterampilan proses adalah sebuah proses
intensional dalam melakukan diagnosa terhadap
situasi, memformulasikan permasalahan, mengkritisi
suatu eksperimen dan menemukan perbedaan dari
alternatif-alternatif yang ada, mencari opini yang
dibangun berdasarkan informasi yang kurang
lengkap, merancang investigasi, menemukan
informasi, menciptakan model, mendebat rekan
sejawat menggunakan fakta serta membentuk
argumen yang koheren (Linn, Davis, & Bell 2004).
Inkuiri sangat direkomendasikan sebagai bentuk
pendekatan dalam pengajaran karena hal ini terbukti
membuat peserta didik lebih terlibat dalam
pembelajaran (Anderson, 2002).
Pengajaran IPS, terdapat dua pendekatan pedagogis:
pendekatan deduktif dan induktif (Constantinou et.al,
2018). Peran guru dalam pendekatan deduktif adalah
menyajikan suatu konsep berikut logika terkait dan
memberikan contoh penerapan. Dalam pendekatan
ini, peserta didik diposisikan sebagai pembelajar yang
pasif(hanya menerima materi). Sebaliknya, dalam
pendekatan induktif, peserta didik diberikan
kesempatan yang lebih leluasa untuk melakukan
observasi, melakukan eksperimen dan dibimbing oleh
guru untuk membangun konsep berdasarkan
pengetahuan yang dimiliki (Rocard, et.al., 2007).
Pembelajaran berbasis inkuiri memiliki peran penting
dalam pendidikan sains (e.g. Blumenfeld et al., 1991;
Linn, Pea, & Songer, 1994; National Research Council,
1996; Rocard et al., 2007). Hal ini didasarkan pada
pengakuan bahwa sains secara esensial didorong oleh
pertanyaan, proses yang terbuka, kerangka berpikir
yang dapat dipertanggung jawabkan, dan dapat
diprediksi. Oleh karenanya, peserta didik perlu
mendapatkan pengalaman personal dalam
menerapkan inkuiri saintifik agar aspek fundamental
IPAS ini dapat membudaya dalam dirinya (Linn,
Songer, & Eylon, 1996; NRC, 1996).
Menurut Ash (2000) dan diadopsi dari Murdoch
(2015), sekurang-kurangnya ada enam keterampilan
inkuiri yang perlu dimiliki peserta didik, yaitu sebagai
155
Elemen
Deskripsi
berikut.
Mengamati
Melakukan pengamatan terhadap sebuah fenomena
dan peristiwa merupakan awal dari proses inkuiri
yang akan terus berlanjut ke tahapan-tahapan
berikutnya. Pada saat melakukan pengamatan,
peserta didik memperhatikan fenomena dan peristiwa
dengan saksama, mencatat, serta membandingkan
informasi yang dikumpulkan untuk melihat
persamaan dan perbedaannya. Pengamatan dapat
dilakukan langsung atau menggunakan instrumen
lain seperti kuisioner dan wawancara.
Mempertanyakan dan Memprediksi
Peserta didik didorong untuk menyusun pertanyaan
tentang hal-hal yang ingin diketahui pada saat
melakukan pengamatan. Pada tahap ini peserta didik
juga menghubungkan pengetahuan yang dimiliki
dengan pengetahuan baru yang akan dipelajari
sehingga dapat memprediksi apa yang akan terjadi
dengan hukum sebab-akibat.
Merencanakan dan Melakukan Penyelidikan
Setelah mempertanyakan dan membuat prediksi
berdasarkan pengetahuan dan informasi yang
dimiliki, peserta didik membuat rencana dan
menyusun langkah-langkah operasional berdasarkan
referensi yang benar. Peserta didik dapat menjawab
pertanyaan dan membuktikan prediksi dengan
melakukan penyelidikan. Tahapan ini juga mencakup
identifikasi dan inventarisasi faktor- faktor
operasional baik internal maupun eksternal di
lapangan yang mendukung dan menghambat
kegiatan. Berdasarkan perencanaan tersebut, Peserta
didik mengambil data dan melakukan serangkaian
tindakan yang dapat digunakan untuk mendapatkan
temuan-temuan, memproses, menganalisis data dan
informasi
Peserta didik memilih dan mengorganisasikan
informasi yang diperoleh. Ia menafsirkan informasi
yang didapatkan dengan jujur dan bertanggung
jawab. Selanjutnya, menganalisis menggunakan alat
dan metode yang tepat, menilai relevansi informasi
yang ditemukan dengan mencantumkan referensi
rujukan, serta menyimpulkan hasil penyelidikan.
d. Mengevaluasi dan Refleksi
Pada tahapan ini peserta didik menilai apakah
kegiatan yang dilakukan sesuai dengan tujuan yang
direncanakan atau tidak. Pada akhir siklus ini,
peserta didik juga meninjau kembali proses belajar
yang dijalani dan hal-hal yang perlu dipertahankan
dan/atau diperbaiki pada masa yang akan datang.
Peserta didik melakukan refleksi tentang bagaimana
pengetahuan baru yang dimilikinya dapat bermanfaat
bagi diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sekitar
dalam perspektif global untuk masa depan
berkelanjutan.
e. Mengomunikasikan Hasil
Peserta didik melaporkan hasil secara terstruktur
melalui lisan atau tulisan, menggunakan bagan,
diagram, maupun ilustrasi, serta dikreasikan ke
dalam media digital dan nondigital untuk mendukung
156
Elemen
Deskripsi
penjelasan. Peserta didik lalu mengomunikasikan
hasil temuannya dengan mempublikasikan hasil
laporan dalam berbagai media, baik digital dan atau
nondigital. Pelaporan dapat dilakukan berkolaborasi
dengan berbagai pihak.
Keterampilan proses tidak selalu merupakan urutan
langkah, melainkan suatu siklus yang dinamis yang
dapat disesuaikan berdasarkan perkembangan dan
kemampuan peserta didik.
D. Capaian Pembelajaran Setiap Fase
Peserta didik tingkat SMPLB dan SMALB, secara lahiriah dan usia
kalender sama dengan peserta didik lainnya. Namun, dalam tingkat
pemahaman dan penalaran serta keterampilannya berada dalam
rentang yang berbeda secara signifikan untuk itu hasil asesmen harus
dijadkan dasar dalam menetukan capaian pembelajaran IPS bagi anak
berkebutuhan khusus dengan hambatan intelektual.
1. Fase D (Usia Mental ± 9 Tahun dan Umumnya Kelas VII, VIII, dan
IX)
Pada akhir Fase D, peserta didik diharapkan memiliki kemampuan
untuk memahami dan menyajikan pengetahuan faktual tentang
makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya serta fenomena sosial dan
alam yang dijumpai di lingkungan sekitar.
Memahami dan mengidentifikasi pengetahuan faktual pengaruh
cuaca, iklim, dan musim serta dampaknya terhadap kehidupan
sehari-hari, kenampakan alam yang ada di lingkungan sekitar serta
pengaruhnya
terhadap
perilaku
dan
aktivitas
manusia
bagi
kehidupan masyarakat, sumber daya alam yang ada di lingkungan,
serta mengaplikasikan manfaatnya terhadap kehidupan seharihari, memahami peta lingkungan, mengidentifikasi jenis-jenis dan
perkembangan teknologi beserta dampaknya yang ada di daerah
setempat untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Peserta
didik
mampu
memahami
dan
menerapkan
materi
pembelajaran melalui siklus inkuiri dalam proses belajarnya, yaitu
mengamati,
merumuskan
pertanyaan,
dan
mengkategorikan
pertanyaan-pertanyaan berdasarkan kriteria tertentu, memprediksi
apa yang akan terjadi dengan rumusan sebab-akibat. Peserta didik
juga
dapat
merencanakan
dan
mengembangkan
ide
dengan
penyelidikan fakta-fakta. Peserta didik mencari dan mengumpulkan
157
informasi, mengolah informasi, dan menganalisis informasi baik
dengan pendekatan kualitatif, kuantitatif, maupun campuran.
Peserta didik melakukan suatu kegiatan yang tertata untuk
mengukur hasil suatu kegiatan, apakah telah sesuai dengan tujuan
yang direncanakan atau tidak. Peserta didik menarik kesimpulan,
merumuskan dan melaksanakan aksi nyata atau membuat karya
terkait dengan materi yang dipelajari dengan melakukan refleksi
dalam setiap tahapan siklus. Selain itu, peserta didik juga dapat
mengkomunikasi ide, gagasan, produk, maupun aksi-aksi nyata
yang telah dilakukan dengan baik melalui laporan sederhana,
presentasi, maupun melalui pameran dari peranan cuaca, iklim
dan musim bagi kehidupan manusia dan pengaruh kenampakan
alam dan buatan bagi kehidupan sosial dan budaya, sumber daya
alam yang ada di lingkungan, serta mengaplikasikan manfaatnya
terhadap
kehidupan
sehari-hari,
serta
menemukan
dan
menganalisa masalah yang timbul dari dampak pemanfaatan
sumber daya alam, menggunakan peta dalam kehidupan seharihari, jenis-jenis dan perkembangan teknologi beserta dampaknya,
serta
mampu
memberikan
solusi
atas
permasahan
yang
ditimbulkan dari perkembangan teknologi dan dampaknya, serta
mengaplikasikan,
memecahkan
masalah
dan
mengambil
keputusan sehingga dapat berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan
nyata yang berdampak positif terhadap perkembangan dirinya.
Fase D Berdasarkan Elemen
Elemen
Pemahaman
Sosial
Ketrampilan
Proses
Capaian Pembelajaran
Pada akhir Fase D, Peserta didik Memahami dan
mengidentifikasi pengetahuan faktual pengaruh
cuaca, iklim dan musim serta dampaknya terhadap
kehidupan sehari-hari, kenampakan alam dan
buatan yang ada di lingkungan sekitar serta
pengaruhnya terhadap perilaku dan aktivitas
manusia bagi kehidupan masyarakat, sumber daya
alam yang ada di lingkungan serta
mengaplikasikan manfaatnya terhadap kehidupan
sehari-hari, memahami peta lingkungan,
mengidentifikasi jenis-jenis dan perkembangan
teknologi beserta dampaknya yang ada di daerah
setempat untuk diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
Mengamati
Peserta didik mengamati fenomena dan peristiwa
secara sederhana dengan mencari informasi yang
ingin diketahui dan bagaimana cara mendapatkan
informasi tersebut dengan melakukan berbagai
158
Elemen
Capaian Pembelajaran
aktivitas bertujuan mendapatkan informasi tentang
cuaca, iklim dan musim bagi kehidupan manusia
dan kenampakan alam dan buatan, sumber daya
alam, peta lingkungan dan perkembangan teknologi
beserta dampaknya yang ada di daerah setempat
untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Mempertanyakan dan memprediksi
Peserta didik menyusun dan menjawab pertanyaan
tentang hal-hal yang ingin diketahui saat
melakukan pengamatan. Peserta didik membuat
prediksi mengenai objek dan peristiwa di
lingkungan sekitar tentang cuaca, iklim dan musim
bagi kehidupan manusia dan kenampakan alam
dan buatan, sumber daya alam, peta lingkungan
dan perkembangan teknologi beserta dampaknya
yang ada di daerah setempat untuk diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari.
Merencanakan dan melakukan penyelidikan
Dengan panduan, peserta didik berpartisipasi
dalam penyelidikan untuk mengeksplorasi dan
menjawab pertanyaan. Melakukan pengukuran
dengan alat sederhana yang ada di sekitarnya
untuk mendapatkan data tentang cuaca, iklim dan
musim bagi kehidupan manusia dan kenampakan
alam dan buatan, sumber daya alam, peta
lingkungan dan perkembangan teknologi beserta
dampaknya yang ada di daerah setempat untuk
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk
mendapatkan jawaban atas hipotesis serta
melakukan interpretasi data dan informasi yang
diperoleh yang disesuaikan dengan kemampuan
dan tingkat pembelajaran peserta didik
Memproses, menganalisa data dan informasi
Peserta didik menggunakan berbagai metode untuk
mengorganisasikan informasi, termasuk gambar,
grafik, tabel dan lain-lain. Peserta didik
mendiskusikan dan membandingkan antara hasil
pengamatan dengan prediksi tentang cuaca, iklim
dan musim bagi kehidupan manusia dan
kenampakan alam dan buatan, sumber daya alam,
peta lingkungan dan perkembangan teknologi
beserta dampaknya yang ada di daerah setempat
untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
serta diungkapkan secara lisan, tulisan dan kreasi
dalam bentuk digital dan non-digital disesuakan
dengan kemampuan dan tingkat pembelajaran
peserta didik.
Mengevaluasi dan refleksi
Dengan panduan, peserta didik membandingkan
hasil pengamatan yang berbeda dengan mengacu
pada teori tentang cuaca, iklim dan musim bagi
kehidupan manusia dan kenampakan alam dan
buatan, sumber daya alam, peta lingkungan dan
perkembangan teknologi beserta dampaknya yang
ada di daerah setempat untuk diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari disesuakan dengan
kemampuan dan tingkat pembelajaran peserta
didik. Peserta didik melakukan refleksi mengenai
pengetahuan baru yang dimiliki untuk
159
Elemen
Capaian Pembelajaran
kebermanfaatan bagi diri sendiri, orang lain, dan
lingkungan sekitar dalam perspektif global untuk
masa depan berkelanjutan.
Mengomunikasikan hasil
Peserta didik mengomunikasikan,
mempresentasikan, menceritakan, menerangkan
hasil penyelidikan dengan menggunakan bahasa
yang baik secara lisan, tulisan maupun isyarat
dengan memanfaatkan berbagai media publikasi
seperti media cetak, media elektronik, multimedia,
media sosial secara bijak berdasarkan pengalaman
belajar yang sedang atau sudah dilaksanakan di
lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan
lingkungan tentang cuaca, iklim dan musim bagi
kehidupan manusia dan kenampakan alam dan
buatan, sumber daya alam, peta lingkungan dan
perkembangan teknologi beserta dampaknya yang
ada di daerah setempat untuk diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
2. Fase E (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas X)
Di akhir Fase E, peserta didik terbiasa melakukan melakukan
proses inkuiri, yaitu mengidentifikasi dan mengajukan pertanyaan
tentang apa yang ada pada dirinya maupun kondisi di lingkungan
rumah
dan
sekolah
serta
mengidentifikasi
permasalahan
sederhana yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
Selanjutnya, peserta didik mengamati, mempertanyakan dan
memprediksi,
merencanakan
dan
melakukan
penyelidikan,
memproses, menganalisis data dan informasi, mengevaluasi dan
refleksi serta mengomunikasikan proses inkuiri yang dilalui
sesuai
dengan
tahap
perkembangannya.
Peserta
didik
menunjukkan perilaku yang mencerminkan keberpihakannya
terhadap objektivitas suatu hal.
Peserta didik mengoptimalkan penggunaan pancaindra untuk
melakukan
pengamatan
dan
bertanya
tentang
profesi
dan
meneladani patriotisme ketika diberikan perlakuan. Peserta didik
menggunakan hasil pengamatan untuk menjelaskan pola sebab
akibat sederhana dengan menggunakan beberapa media.
Peserta didik mengenal jenis-jenis profesi yang ada di masyarakat.
Mereka mulai memodelkan jenis-jenis profesi dan mengenal
karaktristik dari setiap profesi. Melalui pengamatan, peserta didik
mengidentifikasi jenis-jenis profesi. Peserta didik mulai memahami
160
jenis-jenis profesi di masyarakat. Mereka mengidentifikasi jenisjenis profesi berdasarkan perbedaan karakteristik setiap profesi.
Peserta didik mengenal semangat dalam bekerja di setiap profesi.
Mereka memahami pentingnya semangat dalam bekerja. Peserta
didik mengelaborasikan pemahaman tentang semangat bekerja
dalam keterkaitannya dengan aktivitas sehari-hari.
Peserta didik mengenal tokoh-tokoh pahlawan. Mengidentifikasi
tokoh
pahlawan
di
wilayah
setempat,
lokal,
dan
nasional.
Membedakan tokoh pahlawan berdasarkan bidangnya. Peserta
didik
mengelaborasikan
pemahaman
tentang
meneladani
patriotisme dalam keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari.
Fase E Berdasarkan Elemen
Elemen
Pemahaman
Sosial
Capaian Pembelajaran
Pada akhir Fase E, peserta didik mengoptimalkan
penggunaan pancaindra untuk melakukan
pengamatan dan bertanya tentang profesi dan
meneladani patriotisme ketika diberikan perlakuan.
Peserta didik menggunakan hasil pengamatan
untuk menjelaskan pola sebab akibat sederhana
dengan menggunakan beberapa media.
Peserta didik mengenal jenis-jenis profesi yang ada
di masyarakat. Mereka mulai memodelkan jenisjenis profesi dan mengenal karaktristik dari setiap
profesi. Melalui pengamatan peserta didik
mengidentifikasi jenis-jenis profesi, peserta didik
mulai memahami jenis-jenis profesi di masyarakat.
Mereka mengidentifikasi jenis-jenis profesi
berdasarkan perbedaan karakteristik setiap profesi.
Peserta didik mengenal semangat dalam bekerja di
setiap profesi. Mereka memahami pentingnya
semangat dalam bekerja. Peserta didik
mengelaborasikan pemahaman tentang semangat
bekerja dalam keterkaitannya dengan aktivitas
sehari-hari.
Peserta didik mengenal tokoh-tokoh pahlawan.
Mengidentifikasi tokoh pahlawan di wilayah
setempat, lokal, dan nasional. Membedakan tokoh
pahlawan berdasarkan bidangnya. Peserta didik
mengelaborasikan pemahaman tentang meneladani
patriotisme dalam keterkaitannya dengan
kehidupan sehari-hari.
Keterampilan Proses Mengamati
Peserta didik mengamati fenomena dan peristiwa
secara sederhana menggunakan
pancaindra dengan inisiatif dan bekerja mandiri.
Mempertanyakan dan memprediksi
Peserta didik menyusun dan menjawab pertanyaan
tentang hal-hal yang ingin diketahui saat
melakukan pengamatan. Peserta didik membuat
prediksi mengenai objek dan peristiwa di
lingkungan sekitar melalui penalaran kritis.
161
Merencanakan dan melakukan penyelidikan
Peserta didik berpartisipasi dalam penyelidikan
untuk mengeksplorasi dan menjawab pertanyaan
secara mandiri. Melakukan pengukuran dengan
alat sederhana yang ada di sekitarnya untuk
mendapatkan data melalui penalaran kritis dan
tanggap terhadap lingkungan sosial
Memproses, menganalisis data dan informasi
Peserta didik menggunakan berbagai metode untuk
mengorganisasikan informasi, termasuk gambar,
tabel. Peserta didik mendiskusikan dan
membandingkan antara hasil pengamatan dengan
prediksi melalui penalaran kritis dan berkoordinasi
dengan teman sebaya
Mengevaluasi dan refleksi
Peserta didik membandingkan hasil pengamatan
yang berbeda dengan mengacu pada teori melalui
penalaran kritis dan mempertimbangkan dan
menumbuhkan berbagai perfektif
Mengomunikasikan hasil
Peserta didik mengomunikasikan hasil penyelidikan
secara verbal dan tertulis dengan format sederhana
dengan percaya diri dan adaptif
3. Fase F (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas XI dan XII)
Di akhir Fase F, peserta didik terbiasa melakukan melakukan
proses inkuiri, yaitu mengidentifikasi dan mengajukan pertanyaan
tentang apa yang ada pada dirinya maupun kondisi di lingkungan
rumah dan sekolah serta mengidentifikasi permasalahan sederhana
yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
Selanjutnya,
memprediksi,
peserta
didik
mengamati,
merencanakan
dan
mempertanyakan
melakukan
dan
penyelidikan,
memproses, menganalisis data dan informasi, mengevaluasi dan
refleksi serta mengomunikasikan proses inkuiri yang dilalui sesuai
dengan tahap perkembangannya. Peserta didik menunjukkan
perilaku
yang
mencerminkan
keberpihakannya
terhadap
objektivitas suatu hal.
Peserta didik mengoptimalkan penggunaan pancaindra untuk
melakukan pengamatan dan bertanya tentang koperasi; usaha dan
kegiatan ekonomi; serta masalah sosial ketika diberikan perlakuan.
Peserta didik menggunakan hasil pengamatan untuk menjelaskan
pola sebab akibat sederhana dengan menggunakan beberapa
media.
Peserta didik mengenal jenis-jenis koperasi yang ada di masyarakat
melalui pengamatan dan eksplorasi. Mereka menggunakan hasil
162
pengamatannya untuk mengetahui tujuan dan manfaat koperasi
bagi kehidupan. Peserta didik memahami pentingnya usaha
bersama melalui koperasi.
Peserta didik mengenal jenis-jenis usaha dalam bidang ekonomi.
Mengidentifikasi kegiatan ekonomi di lingkungan sekitar melalui
pengamatan dan eksplorasi. Mengenal kegiatan ekonomi dalam
skala nasional. Memahami pentingnya kegiatan ekonomi bagi
kehidupan manusia.
Fase F Berdasarkan Elemen
Elemen
Pemahaman
Sosial
Capaian Pembelajaran
Pada akhir Fase F, peserta didik mengoptimalkan
penggunaan pancaindra untuk melakukan
pengamatan dan bertanya tentang koperasi; usaha
dan kegiatan ekonomi; serta masalah sosial ketika
diberikan perlakuan. Peserta didik menggunakan
hasil pengamatan untuk menjelaskan pola sebab
akibat sederhana dengan menggunakan beberapa
media.
Peserta didik mengenal jenis-jenis koperasi yang
ada di masyarakat melalui pengamatan dan
eksplorasi. Mereka menggunakan hasil
pengamatannya untuk mengetahui tujuan dan
manfaat koperasi bagi kehidupan. Peserta didik
memahami pentingnya usaha bersama melalui
koperasi.
Peserta didik mengenal jenis-jenis usaha dalam
bidang ekonomi. Mengidentifikasi kegiatan ekonomi
di lingkungan sekitar melalui pengamatan dan
eksplorasi. Mengenal kegiatan ekonomi dalam skala
nasional. Memahami pentingnya kegiatan ekonomi
bagi kehidupan manusia.
Peserta didik mengenal masalah-masalah sosial
yang terjadi di masyarakat. Mengenal secara
sederhana cara mengatasi masalah sosial. Peserta
didik mengelaborasikan pemahaman tentang
masalah sosial dalam keterkaitannya dengan
aktivitas sehari-hari.
Keterampilan Proses Mengamati
Peserta didik mengamati fenomena dan peristiwa
secara sederhana menggunakan
pancaindra dengan inisiatif dan bekerja mandiri
Mempertanyakan dan memprediksi
Peserta didik menyusun dan menjawab pertanyaan
tentang hal-hal yang ingin diketahui saat
melakukan pengamatan. Peserta didik membuat
prediksi mengenai objek dan peristiwa di
lingkungan sekitar melalui penalaran kritis.
Merencanakan dan melakukan penyelidikan
Peserta didik berpartisipasi dalam penyelidikan
untuk mengeksplorasi dan menjawab pertanyaan
secara mandiri. Melakukan pengukuran dengan
alat sederhana yang ada di sekitarnya untuk
mendapatkan data melalui penalaran kritis dan
163
tanggap terhadap lingkungan sosial.
Memproses, menganalisis data dan informasi
Peserta didik menggunakan berbagai metode untuk
mengorganisasikan informasi, termasuk gambar,
tabel. Peserta didik mendiskusikan dan
membandingkan antara hasil pengamatan dengan
prediksi melalui penalaran kritis dan berkoordinasi
dengan teman sebaya.
Mengevaluasi dan refleksi
Peserta didik membandingkan hasil pengamatan
yang berbeda dengan mengacu pada teori melalui
penalaran kritis dan mempertimbangkan dan
menumbuhkan berbagai perfektif.
Mengomunikasikan hasil
Peserta didik mengomunikasikan hasil penyelidikan
secara verbal dan tertulis dengan format sederhana
dengan percaya diri dan adaptif.
164
IX.1. CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KHUSUS SENI MUSIK
A. Rasional Mata Pelajaran Seni Musik
Mata pelajaran Seni dikembangkan sesuai dengan tantangan abad ke21, di mana penguasaan dan pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi
menjadi
bagian
dari
pembelajaran.
Untuk
itu,
kemampuan penggunaan dan pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi menjadi faktor penting agar seni dapat disesuaikan
dengan karakteristik pembelajaran yang mampu menjawab tantangan
abad ke-21. Selain penggunaan dan pemanfaatan teknonolgi,
pembelajaran seni budaya menjawab tantangan abad ke-21 yang
memperhatikan kebutuhan daerah dan peserta didik. Dengan
demikian, mata pelajaran ini dapat menjadi filter dari masuknya
kebudayaan asing sekaligus mendorong peserta didik untuk memiliki
kearifan terhadap budaya lokal atau budaya masyarakatnya.
Mata pelajaran Seni memiliki sifat multilingual, multidimensional,
dan
multikultural.
Multilingual
bermakna
pengembangan
kemampuan mengekspresikan diri secara kreatif dengan berbagai
cara dan media, seperti bahasa rupa, bunyi, gerak, peran, dan
berbagai perpaduannya. Multidimensional bermakna pengembangan
beragam kompetensi, meliputi konsepsi (pengetahuan, pemahaman,
analisis, evaluasi), apresiasi, dan
kreasi dengan cara memadukan
secara harmonis unsur estetika, logika, kinestetika, dan etika. Sifat
multikultural
mengandung
makna
menumbuhkembangkan
kesadaran dan kemampuan apresiasi terhadap beragam seni budaya.
Hal ini merupakan wujud pembentukan sikap demokratis yang
memungkinkan seseorang hidup secara beradab serta toleran dalam
masyarakat dan budaya yang majemuk.
Musik dalam mengembangkan kemampuan mengekspresikan diri
melalui bunyi merupakan aktivitas ekspresi, respons, dan apresiasi
terhadap berbagai fenomena kehidupan, baik dari dalam diri maupun
dari budaya, sejarah, alam, dan lingkungan hidup seseorang. Musik
pada dasarnya merupakan nada atau suara yang disusun sedemikian
rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan (KBHI,
Depdiknas,2001). Musik mendorong manusia untuk mengindra,
merasakan, dan mengekspresikan keindahan melalui penataan
bunyi-suara dan sunyi. Melalui pendidikan musik, manusia diajak
165
untuk berpikir dan bekerja secara artistik estetik agar mandiri,
kreatif, memiliki apresiasi, menghargai kebinekaan global, serta
sejahtera jasmani, mental (psikologis), dan rohani sesuai dengan nilainilai Pancasila. Selanjutnya Pendidikan musik memberi dampak pada
kehidupan manusia (diri sendiri dan orang lain) juga pada
pengembangan pribadi setiap orang dalam proses pembelajaran yang
berkesinambungan
(terus-menerus).
Aktivitas
bermusik
yang
melibatkan gerak dan atau gambar dapat menstimulasi anak
berkebutuhan khusus (ABK) untuk meningkatkan fungsi mental,
motorik, dan intelegensinya serta dapat dijadikan medium untuk
meningkatkan kualitas hidup.
B. Tujuan Mata Pelajaran Seni Musik
Tujuan mata pelajaran Seni Musik adalah untuk memastikan agar
peserta didik:
1. mampu mengekspresikan diri atas fenomena kehidupan;
2. peka terhadap persoalan diri secara pribadi dan dunia sekitar;
3. mampu mengasah dan mengembangkan musikalitas, terlibat
dengan praktik-praktik bermusik dengan cara yang sesuai, tepat,
dan bermanfaat, serta turut ambil bagian dan mampu menjawab
tantangan dalam kehidupan sehari-hari; dan
4. secara sadar dan bermartabat mengusahakan perkembangan
kepribadian, karakter, dan kehidupannya baik untuk diri sendiri
maupun untuk sesama dan alam sekitar.
C. Karakteristik Mata Pelajaran Seni Musik
Mata pelajaran Seni Musik memiliki karakteristik seperti berikut.
1. Pelajaran Seni Musik mencakup pengembangan musikalitas;
kebebasan berekspresi; pengembangan imajinasi secara luas;
menjalani
disiplin
kreatif;
penghargaan
akan
nilai-nilai
keindahan; pengembangan rasa kemanusiaan, toleransi, dan
menghargai perbedaan; pengembangan karakter/kepribadian
manusia secara utuh (jasmani, mental/psikologis, dan rohani)
sehingga dapat memberikan dampak dalam kehidupan manusia.
2. Pelajaran
musik
membantu
mengembangkan
musikalitas,
kemampuan bermusik peserta didik dalam berbagai macam
praktiknya dengan baik:
166
a. dengan ekspresif dan indah;
b. dengan kesadaran, pemahaman, dan penghayatan akan
unsur-unsur/elemen-elemen
bunyi-sunyi-musik
dan
kaidah-kaidahnya;
c. dengan eksekusi yang tepat, sesuai, dan sebaik-baiknya.
Gambar 1. Lima Elemen/Domain Landasan Pembelajaran Seni Musik
Landasan pembelajaran Seni Musik memiliki lima elemen yang
mandiri dan berjalan beriringan sebagai kesatuan yang saling
memengaruhi dan mendukung.
Setiap elemen bukanlah sebuah
urutan atau prasyarat dari elemen lainnya. Masing-masing mampu
berdiri sendiri secara mandiri, tetapi memiliki keterhubungan dalam
peran antarelemen.
Deskripsi Elemen dalam Seni Musik
Elemen
Mengalami
(Experiencing)
Deskripsi
1. Mengindrai, mengenali, merasakan, menyimak,
mencobakan/bereksperimen, dan merespons
bunyi-sunyi dari beragam sumber, dan beragam
jenis/ bentuk musik dari berbagai konteks
budaya
2. Eksplorasi bunyi dan beragam karya-karya
musik, bentuk musik, alat-alat yang
menghasilkan bunyi-musik, dan penggunaan
teknologi dalam praktik bermusik
167
3. Mengamati, mengumpulkan, dan merekam
pengalaman dari beragam praktik bermusik,
menumbuhkan kecintaan pada musik, dan
mengusahakan dampak bagi diri sendiri, orang
lain, dan masyarakat
Menciptakan
(Making/Creating)
1. Memilih penggunaan beragam media dan teknik
bermusik untuk menghasilkan karya musik
sesuai dengan konteks, kebutuhan, dan
ketersedian serta kemampuan bermusik
masyarakat, sejalan dengan perkembangan
teknologi
2. Menciptakan karya-karya musik dengan
standar musikalitas yang baik dan sesuai
dengan kaidah/ budaya dan kebutuhan, dapat
dipertanggungjawabkan, berdampak pada diri
sendiri dan orang lain dalam beragam bentuk
praktiknya.
Merefleksikan
(Reflecting
1. Menyematkan nilai-nilai yang generatif-lestari
pada pengalaman dan pembelajaran artistikestetik yang berkesinambungan (terusmenerus).
2. Mengamati, memberikan penilaian, dan
membuat hubungan antara karya pribadi dan
orang lain sebagai bagian dari proses berpikir
dan bekerja artistik-estetik, dalam konteks
unjuk karya musik.
Berpikir dan Bekerja
secara Artistik
(Thinking and
Working Artistically)
1. Merancang, menata, menghasilkan,
mengembangkan, menciptakan, mereka ulang,
dan mengomunikasikan ide melalui proses
mengalami, menciptakan, dan merefleksikan
2. Mengeksplorasi dan menemukan sendiri bentuk
karya dan praktik musik (elaborasi dengan
bidang keilmuan yang lain: seni rupa, seni tari,
drama, dan nonseni) yang membangun dan
bermanfaat untuk menanggapi setiap tantangan
hidup dan kesempatan berkarya secara mandiri
3. Meninjau dan memperbarui karya pribadi
sesuai dengan kebutuhan masyarakat, zaman,
konteks fisik-psikis, budaya, dan kondisi alam
4. Menjalani kebiasaan/disiplin kreatif sebagai
sarana melatih kelancaran dan keluwesan
dalam praktik bermusik
Berdampak bagi diri
sendiri dan orang
lain (Impacting)
1. Memilih, menganalisis, dan menghasilkan
karya-karya musik dengan kesadaran untuk
terus mengembangkan kepribadian dan
karakter bagi diri sendiri dan sesama
2. Memilih, menganalisis, dan menghasilkan
karya-karya musik dengan kesadaran untuk
terus membangun persatuan dan kesatuan
bangsa
3. Memilih, menganalisis, dan menghasilkan
karya-karya musik dengan kesadaran untuk
terus meningkatkan cinta kasih kepada sesama
manusia dan alam semesta
4. Menjalani kebiasaan/disiplin kreatif dalam
praktik-praktik bermusik sebagai sarana
melatih pengembangan pribadi dan bersama,
168
semakin baik waktu demi waktu, tahap demi
tahap.
D. Capaian Pembelajaran Seni Musik Setiap Fase
1. Fase A (Usia Mental ≤ 7 Tahun dan Umumnya Kelas I dan II)
Pada akhir Fase A, peserta didik mengemukakan pencapaian diri
dalam mengenal unsur-unsur bunyi baik intrinsik maupun
ekstrinsik, mengimitasi bunyi bersumber dari musik sederhana
dan mengembangkannya melalui bernyanyi dengan lagu bertanda
birama dua dan tiga sehingga muncul dan tumbuh rasa percaya
diri, berani, dan rasa ingin tahu.
Fase A Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Mengalami
Mengimitasi bunyi bersumber dari musik
sederhana dengan mengenal unsur-unsur bunyi
melalui lagu bertanda birama dua dan tiga
Menciptakan
Membuat musik sederhana dengan unsurunsur bunyi intrinsik maupun ekstrinsik
Merefleksikan
Praktik musik sederhana melalui aktivitas
bernyanyi lagu bertanda birama dua dan tiga
atau bermain alat/media musik, baik sendiri
maupun bersama-sama
Berpikir dan
Bekerja Artistik
Kebiasaan beraktivitas musik yang baik dan
rutin dalam praktik musik sederhana melalui
lagu birama dua dan tiga
Berdampak
Peserta didik mendapat pengalaman, kesan,
dan terbiasa aktif, baik, dan rutin dalam
praktik musik dan kegiatan-kegiatan bermusik
lewat bernyanyi lagu bertanda birama dua, tiga
dan memainkan media bunyi musik sederhana
2. Fase B (Usia Mental ± 8 Tahun dan Umumnya Kelas III dan IV)
Pada akhir Fase B, peserta didik mampu mengemukakan
pencapaian diri dalam mengenal unsur-unsur bunyi intrinsik dan
ekstrinsik, mengimitasi, dan menata bunyi berupa musik
sederhana berupa irama musik ritmis dan mengembangkannya
melalui bernyanyi dengan lagu bertanda birama empat dengan
iringan musik ritmik sehingga muncul dan tumbuh rasa percaya
diri, berani, dan rasa ingin tahu.
Fase B Berdasarkan Elemen
Elemen
Mengalami
Capaian Pembelajaran
Peserta didik menata bunyi sederhana
bedasarkan imitasi akan kepekaan unsur-unsur
169
Elemen
Capaian Pembelajaran
bunyi, baik intrinsik maupun ekstrinsik melalui
lagu birama empat dan irama musik ritmis.
Menciptakan
Peserta didik membuat bunyi musik sederhana
menjadi pola baru dengan menggunakan
unsur-unsur bunyi musik instrinsik maupun
ekstrinsik dengan menggunakan pola irama
musik ritmis.
Merefleksikan
Mengenali diri sendiri, sesama, dan lingkungan
yang beragam (berkebinekaan), serta mampu
memberi kesan atas praktik bermusik lewat
bernyanyi lagu birama empat atau bermain
alat/media musik, baik sendiri maupun
bersama-sama dengan menggunakan pola
irama musik ritmis
Berpikir dan
Bekerja Artistik
Menyimak, mendokumentasikan secara
sederhana, dan menjalani kebiasaan bermusik
yang baik dan rutin dalam praktik musik sejak
dari persiapan, saat bermusik, maupun usai
berpraktik musik, serta memilih secara aktif
dan memainkan karya musik sederhana secara
artistik dengan mengandung nilai-nilai
positifnya
Berdampak
Menjalani bermusik yang baik dan rutin dalam
berpraktik musik dan aktif dalam kegiatankegiatan bermusik lewat bernyanyi lagu birama
empat dan memainkan media bunyi-musik
sederhana dengan pola irama musik ritmis serta
mendapatkan pengalaman dan kesan baik bagi
diri sendiri.
3. Fase C (Usia Mental ± 8 Tahun dan Umumnya Kelas V dan VI)
Pada akhir Fase C, peserta didik mampu mengemukakan
pencapaian diri dalam mengenal irama musik ritmis dan melodis
dengan mengangkat kearifan local serta pengembangannya
dilakukan melalui bernyanyi lagu dengan iringan alat musik
ritmis dan melodis sehingga muncul dan tumbuh rasa percaya
diri, berani, dan rasa ingin tahu.
Fase C Berdasarkan Elemen
Elemen
Mengalami
Menciptakan
Merefleksikan
Capaian Pembelajaran
Mengolah pola/tata bunyi dan unsur-unsur
bunyi baik intrinsik maupun ekstrinsik melalui
lagu berirama ritmis dan melodis
Menata dan mengolah pola/tata bunyi musik
sederhana untuk lebih peka terhadap unsur
bunyi musik dengan pola irama musik ritmis
dan melodis
Mengenali dan memberi kesan atas praktik
bermusik lewat bernyanyi lagu berirama ritmis
dan melodis atau bermain alat/media musik
170
Berpikir dan
Bekerja Artistik
Berdampak
baik sendiri maupun bersama-sama dalam
bentuk yang bisa diacu dan dikomunikasikan
secara lebih umum
Menjalani kebiasaan baik dan rutin dalam
berpraktik musik sejak dari persiapan, saat,
maupun usai berpraktik musik ritmis dan
melodis, serta memilih, memainkan, dan
menghasilkan karya-karya musik sederhana
yang mengandung nilai-nilai kearifan lokal
global dan positif, secara aktif, kreatif, dan
artistik
Menjalani kebiasaan baik dan rutin dalam
berpraktik musik dan kegiatan-kegiatan
bermusik melalui bernyanyi lagu berirama
ritmis dan melodis serta mendapatkan
pengalaman dan kesan baik bagi perbaikan dan
mutunya
4. Fase D (Usia Mental ± 9 Tahun dan Umumnya Kelas VII, VIII, dan
IX)
Pada akhir Fase D, peserta didik mampu mengemukakan
pencapaian diri dalam mengenal lagu wajib maksimal 8 ruas
birama dan atau lebih, lagu-lagu nusantara, permainan alat
musik ritmis dan melodis, serta pengembangannya dilakukan
melalui bernyanyi lagu wajib 8 ruas birama atau lebih dan lagu
nusantara dengan diiringi alat musik ritmis dan melodis sehingga
muncul dan tumbuh rasa percaya diri, berani, dan rasa ingin
tahu.
Fase D Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Mengalami
Menyimak, melibatkan diri secara aktif dalam
pengalaman atas bunyi, menunjukkan
kepekaan akan konteks, serta mampu secara
aktif berpartisipasi dalam sajian musik ritmis
dan melodis serta lagu wajib maksimal 8 atau
lebih ruas birama serta lagu nusantara
Menciptakan
Menghasilkan gagasan hingga menjadi karya
musik yang otentik dalam sebuah sajian dengan
kepekaan akan unsur-unsur bunyi musik, baik
intrinsik maupun ekstrinsik berupa, keragaman
konteks, baik secara terencana maupun
situasional sesuai dan sadar akan kaidah tata
bunyi/ musik ritmis dan melodis.
Merefleksikan
Mengenali, memberi kesan, dan merekam
beragam praktik bermusik ritmis dan melodis,
baik sendiri maupun bersama-sama yang
berfungsi sebagai dokumentasi maupun alat
komunikasi secara lebih umum serta menyadari
hubungannya dengan konteks dan praktikpraktik lain yang lebih luas
171
Berpikir dan
Bekerja Artistik
Menjalani kebiasaan baik dan rutin dalam
berpraktik musik sejak dari persiapan, saat,
maupun usai berpraktik musik untuk
perkembangan dan perbaikan kelancaran serta
keluwesan bermusik, serta memilih,
memainkan, menghasilkan, dan menganalisis
karya-karya musik secara aktif, kreatif, artistik,
musikal, dan mengandung nilai-nilai kearifan
lokal, baik secara individu maupun secara
berkelompok
Berdampak
Menjalani kebiasaan baik dan rutin dalam
berpraktik musik dan aktif dalam kegiatankegiatan bermusik lewat bernyanyi lagu wajib
maksimal 8 atau lebih ruas birama serta lagu
nusantara, memainkan media bunyi-musik dan
memperluas ragam praktik musiknya serta
terus berusaha mendapatkan pengalaman dan
kesan baik serta berharga bagi perbaikan dan
kemajuan diri sendiri secara utuh dan bersama
5. Fase E (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas X)
Pada akhir Fase E, peserta didik mampu mengemukakan
pencapaian diri dalam mengenal lagu daerah dan alat musik
daerah setempat serta secara sadar melibatkan konteks sajian
musik dan berpartisipasi aktif dalam sajian musik yang berguna
bagi perbaikan hidup baik untuk diri sendiri, sesama, dan
lingkungan. Pengembangannya dilakukan melalui bernyanyi lagu
daerah dan memainkan musik daerah setempat sehingga muncul
dan tumbuh rasa percaya diri, berani, dan rasa ingin tahu.
Fase E Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Mengalami
Menyimak, melibatkan diri secara aktif dalam
pengalaman atas kesan terhadap bunyi/musik,
peka dan paham, serta secara sadar melibatkan
konteks sajian musik dan lagu daerah setempat
serta berpartisipasi aktif dalam sajian musik
yang berguna bagi perbaikan hidup baik untuk
diri sendiri, sesama, lingkungan, dan alam
semesta
Menciptakan
Menghasilkan gagasan dan karya musik yang
otentik dalam sebuah sajian dengan kepekaan
akan unsur-unsur bunyi musik baik intrinsik
maupun ekstrinsik, keragaman konteks,
melibatkan praktik-praktik selain musik
(bentuk seni yang lain) baik secara terencana
maupun situasional yang berguna bagi
perbaikan hidup diri sendiri, sesama,
lingkungan, dan alam semesta
Merefleksikan
Mengenali, memberi kesan, mengkaji, merekam,
dan merefleksi secara aktif beragam praktik
172
bermusik yang berasal dari daerah setempat,
baik sendiri maupun bersama-sama yang
berfungsi sebagai dokumentasi maupun alat
komunikasi secara lebih umum serta menyadari
hubungannya dengan konteks dan praktikpraktik lain yang lebih luas untuk perbaikan
hidup, baik diri sendiri, sesama, lingkungan,
dan alam semesta
Berpikir dan
Bekerja Artistik
Menjalani kebiasaan baik dan rutin dalam
berpraktik musik sejak dari persiapan, saat,
maupun usai berpraktik musik dengan
kesadaran untuk perkembangan dan perbaikan
kelancaran serta keluwesan bermusik yang
berasal dari daerah setempat, serta memilih,
memainkan, menghasilkan, menganalisis, dan
merefleksi karya-karya musik secara aktif,
kreatif, artistik, dan musikal secara bebas dan
bertanggung jawab serta sensitif terhadap
fenomena kehidupan manusia.
Berdampak
Menjalani kebiasaan baik dan rutin dalam
berpraktik musik dan aktif dalam kegiatankegiatan bermusik lewat bernyanyi lagu yang
berasal dari daerah setempat, memainkan
media bunyi-musik dan memperluas wilayah
praktik musiknya dengan praktik-praktik lain di
luar musik, serta terus berusaha mendapatkan
pengalaman dan kesan baik serta berharga bagi
perbaikan dan kemajuan diri sendiri secara
utuh dan bersama.
6. Fase F (Usia Mental ± 10 tahun dan Umumnya Kelas XI dan XII)
Pada akhir Fase F, peserta didik mampu mengemukakan
pencapaian diri dalam mengenal lagu dan alat musik nusantara
serta lagu mancanegara dan alat musik modern serta secara
sadar melibatkan konteks sajian musik dan berpartisipasi aktif
dalam sajian musik yang berguna bagi perbaikan hidup baik
untuk diri sendiri, sesama, dan lingkungan. Pengembangannya
dilakukan melalui bernyanyi lagu Nusantara dan mancanegara
serta memainkan musik Nusantara dan alat musik modern
sehingga muncul dan tumbuh rasa percaya diri, berani, dan rasa
ingin tahu.
Fase F Berdasarkan Elemen
Elemen
Mengalami
Capaian Pembelajaran
Menyimak dengan baik dan cermat, melibatkan
diri secara aktif dalam pengalaman atas bunyimusik, peka dan paham, serta secara sadar
melibatkan konteks sajian musik modern dan
berpartisipasi aktif dalam sajian musik secara
luas
173
Menciptakan
Menghasilkan gagasan dan karya musik yang
otentik dalam sebuah sajian dengan kepekaan
akan unsur-unsur bunyi-musik baik intrinsik
maupun ekstrinsik, keragaman konteks,
melibatkan praktik-praktik selain musik
(bentuk seni yang lain, penerapan dan
penggunaan teknologi yang sesuai) baik secara
terencana maupun situasional sesuai dan sadar
akan kaidah tata bunyi/musik modern
Merefleksikan
Menganalisis, merefleksikan secara aktif dan
kreatif (peka), serta merekam beragam praktik
bermusik berupa jenis musik modern, baik
sendiri maupun bersama-sama yang berfungsi
sebagai dokumentasi maupun alat komunikasi
secara lebih umum serta menyadari
hubungannya dengan konteks dan praktikpraktik lain yang sesuai dengan kaidah-kaidah
bermusik secara sadar, mendalam, dan otentik,
secara terencana maupun situasional
Berpikir dan
Bekerja Artistik
Menyimak dan menjalani kebiasaan bermusik
secara baik dan cermat, serta menunjukkan
tingkat kepekaan yang tinggi akan unsur-unsur
bunyi-musik, pengetahuan dan pemahaman
bermusik berupa jenis musik modern, serta
keberagaman konteks musik, dalam praktik
musik yang terencana secara sadar maupun
situasional akan kaidah tata bunyi/musik.
Berdampak
Menjalani kebiasaan baik dan rutin dalam
berpraktik musik dan aktif dalam kegiatan
bermusik berupa jenis musik modern lewat
bernyanyi lagu nusantara dan mancanegara,
memainkan media bunyi-musik dan
memperluas wilayah praktik musiknya dengan
praktik-praktik lain di luar musik, serta
penambahan wawasan akan keberagaman
konteks bermusik: lirik lagu, kegunaan musik
yang dimainkan, era, style, kondisi sosial
budaya, ekologis, dan lain-lainnya, yang dapat
berdampak bagi perbaikan dan kemajuan diri
sendiri secara utuh dan bersama
174
IX.2. CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KHUSUS SENI BUDAYA (SENI
RUPA)
A. Rasional Mata Pelajaran Seni Budaya (Seni Rupa)
Seni merupakan salah satu produk budaya bangsa yang tercipta dari
individu atau suatu kelompok masyarakat, seperti seni rupa, musik,
tari, dan teater. Perkembangan kesenian berkaitan dengan perubahan
yang dicapai sesuai dengan perkembangan zaman. Pemahaman tentang
seni sangat luas. Banyak orang yang mengungkapkan pendapat tentang
seni. Para tokoh, seniman, atau orang-orang yang bergelut di bidang
pendidikan
seni
mengungkapkannya
dengan
pemahaman
dan
bahasanya masing-masing. Mata pelajaran seni dikembangkan sesuai
dengan tantangan abad ke-21, di mana penguasaan dan pemanfaatan
teknologi informasi dan komunikasi menjadi bagian dari pembelajaran.
Untuk itu, kemampuan penggunaan dan pemanfaatan teknologi
informasi dan komunikasi menjadi faktor penting agar seni dapat
disesuaikan dengan karakteristik pembelajaran yang mampu menjawab
tantangan abad ke-21. Selain penggunaan dan pemanfaatan teknologi,
pembelajaran seni budaya menjawab tantangan abad ke-21 yang
memperhatikan kebutuhan daerah dan peserta didik. Dengan demikian,
mata pelajaran ini dapat menjadi filter dari masuknya kebudayaan asing
sekaligus mendorong peserta didik untuk memiliki kearifan terhadap
budaya lokal atau budaya masyarakatnya.
Pembelajaran seni rupa memiliki sifat multilingual, multidimensional,
dan multikultural. Multilingual bermakna pengembangan kemampuan
mengekspresikan diri secara kreatif dengan berbagai cara dan media,
seperti bahasa rupa, bunyi, gerak, peran, dan berbagai perpaduannya.
Multidimensional
bermakna
pengembangan
beragam
kompetensi,
meliputi konsepsi (pengetahuan, pemahaman, analisis, evaluasi),
apresiasi, dan kreasi dengan cara memadukan secara harmonis unsur
estetika, logika, kinestetika, dan etika. Sifat multikultural mengandung
makna menumbuhkembangkan kesadaran dan kemampuan apresiasi
terhadap beragam seni budaya. Hal ini merupakan wujud pembentukan
sikap demokratis yang memungkinkan seseorang hidup secara beradab
serta toleran dalam masyarakat dan budaya yang majemuk.
Pembelajaran seni rupa mempunyai pengertian sebagai seni yang lahir
menggunakan penglihatan dan perasaan dalam membentuk karya seni
175
dengan media yang dapat ditangkap mata dan dirasakan dengan
rabaan. Kesan ini diciptakan dengan mengolah konsep titik, garis,
bidang, bentuk, volume, warna, tekstur, dan pencahayaan dengan
acuan estetika. Dalam seni rupa peserta didik dapat mempelajari seni
rupa murni dan seni rupa terapan (kriya) dengan jenis dua dimensi (2D)
dan tiga dimensi (3D).
Pada
dasarnya,
manusia
memiliki
kemampuan
untuk
melihat,
merasakan, dan mengalami sebuah keindahan. Bahkan, berbagai
kemungkinan dan potensi dalam hidup dapat diprediksi. Hal inilah yang
membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya di muka bumi
ini. Kepekaan terhadap keindahan membantu manusia untuk dapat
memaknai hidup dan menjalani hidupnya dengan optimal. Melalui
pembelajaran seni rupa, kepekaan tersebut dibangun secara universal,
yakni dapat ditangkap oleh mata dan menembus sekat-sekat perbedaan,
termasuk perbedaan bahasa. Semenjak zaman prehistori, manusia
mengandalkan bahasa rupa sebagai perwujudan sebuah gagasan.
Bahkan, tanpa disadari, kehidupan manusia tidak luput dari bahasa
rupa sebagai citra yang memiliki daya dan dampak luar biasa dalam
menyampaikan pesan, menghibur, melestarikan, menghancurkan, dan
menginspirasi hingga kurun waktu tak terhingga.
Pembelajaran Seni Rupa mengajak peserta didik Indonesia dapat
berpikir terbuka, apresiatif, empatik, serta menghargai perbedaan dan
keberagaman. Selain itu, peserta didik Indonesia juga memperoleh
pengalaman estetik sebagai hasil proses perenungan dari dalam
maupun luar diri mereka yang dituangkan dalam karya seni rupa.
Dengan demikian, muncul karya yang mencerminkan emosi dari hasil
pemikiran yang berdampak pada diri, lingkungan, maupun masyarakat.
Pembelajaran seni rupa merupakan pembelajaran yang masuk dalam
rumpun seni budaya. Melalui pendidikan Seni Rupa, manusia diajak
untuk berpikir dan bekerja secara artistik estetik agar mandiri, kreatif,
memiliki apresiasi, menghargai kebinekaan global, serta sejahtera
jasmani, mental (psikologis), dan rohani sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila, untuk selanjutnya memberi dampak pada kehidupan
manusia (diri sendiri dan orang lain) juga pada pengembangan pribadi
setiap orang dalam proses pembelajaran yang berkesinambungan
(terus-menerus).
176
B. Tujuan Mata Pelajaran Seni Budaya (Seni Rupa)
Pembelajaran seni rupa adalah untuk memastikan agar peserta didik:
1. Mampu mengekspresikan diri atas fenomena kehidupan;
2. Peka terhadap persoalan diri secara pribadi dan dunia sekitar;
3. Mampu mengasah dan mengembangkan seni rupa, baik seni rupa
murni maupun seni rupa terapan (kriya);
4. Terlibat dalam praktik seni rupa dengan cara yang sesuai, tepat, dan
bermanfaat, serta turut ambil bagian dan mampu menjawab
tantangan dalam kehidupan sehari-hari;
5. Secara sadar dan bermartabat mengusahakan perkembangan
kepribadian, karakter, dan kehidupannya, baik untuk diri sendiri
maupun untuk sesama dan alam sekitar;dan
6. Mampu menciptakan sebuah karya atau produk sehingga menjadi
peluang usaha dan mendayagunakan sumber daya yang dimiliki
untuk lebih mandiri, kreatif dan inovatif.
C. Karakteristik Mata Pelajaran Seni Budaya (Seni Rupa)
Kreativitas peserta didik tumbuh dan berkembang melalui ruang
kebebasan dalam mencari, melihat, mengamati, merasakan dari
berbagai sudut pandang, kemudian membangun pemahaman kembali
dan mengembangkannya dalam berbagai gagasan, proses, dan bentuk
melalui medium seni rupa.
Menumbuhkan kepekaan dan daya apresiasi peserta didik terbentuk
melalui pengalaman mencipta, menikmati, mengetahui, memahami,
bersimpati, berempati, peduli, dan toleransi terhadap beragam nilai,
budaya, proses, dan karya.
Keterampilan peserta didik dalam bekerja artistik berkembang melalui
kemampuan
merancang,
menggambar,
membentuk,
memotong,
menyambungkan berbagai medium seni rupa.
Karya seni rupa yang dihasilkan oleh peserta didik memiliki kontribusi
yang berdampak pada diri dan lingkungannya sebagai respons positif
dari sebuah permasalahan, baik secara global maupun internasional.
Peserta didik mampu berkolaborasi dan terhubung erat antar-keilmuan
seni maupun bidang ilmu lainnya sebagai upaya bersama dalam
mencari solusi dalam permasalahan di berbagai aspek kehidupan.
Didalam mempelajari seni rupa, sejumlah elemen berikut menjadi
177
landasan pendekatan pembelajaran.
Gambar 1. Lima Elemen/ Domain Landasan Pembelajaran Seni Rupa
Landasan pembelajaran seni rupa memiliki lima elemen/domain yang
mandiri
dan
berjalan
beriringan
sebagai
kesatuan
yang
saling
memengaruhi dan mendukung. Setiap elemen bukanlah sebuah urutan
atau prasyarat dari elemen lainnya. Masing-masing mampu berdiri
sendiri secara mandiri, namun memiliki keterhubungan dalam peran
antarelemen.
Deskripsi Elemen dalam Seni Budaya (Seni Rupa)
Elemen
Deskripsi
Mengalami
(Experiencing)
1. Mengindra, mengenali, merasakan, menyimak,
mencobakan/ bereksperimen, dan merespons
bentuk rupa dari beragam sumber, dan
beragam jenis/bentuk seni rupa dari berbagai
konteks budaya.
2. Eksplorasi bentuk seni rupa dan beragam
karya-karya rupa, alat-alat yang digunakan,
dan penggunaan teknologi dalam praktik
membuat karya seni rupa.
3. Mengamati, mengumpulkan, dan merekam
pengalaman dari beragam praktik,
menumbuhkan kecintaan pada seni rupa, dan
mengusahakan dampak bagi diri sendiri, orang
lain, dan masyarakat.
Menciptakan
(Making/Creating)
1. Memilih penggunaan beragam media dan
teknik dalam seni rupa untuk menghasilkan
karya rupa sesuai dengan konteks, kebutuhan,
dan ketersedian serta kemampuan
178
Elemen
Deskripsi
menciptakan karya, sejalan dengan
perkembangan teknologi.
2. Menciptakan karya-karya seni rupa dengan
standar unsur dan prinsip seni rupa yang baik
dan sesuai dengan kaidah/ budaya dan
kebutuhan, dapat dipertanggungjawabkan,
berdampak pada diri sendiri dan orang lain,
dalam beragam bentuk praktiknya.
Merefleksikan
(Reflecting)
1. Menyematkan nilai-nilai yang generatif-lestari
pada pengalaman dan pembelajaran artistikestetik yang berkesinambungan (terusmenerus).
2. Mengamati, memberikan penilaian, dan
membuat hubungan antara karya pribadi dan
orang lain sebagai bagian dari proses berpikir
dan bekerja artistik-estetik dalam konteks
unjuk karya rupa.
Berpikir dan Bekerja
secara Artistik
(Thinking and
Working Artistically)
1. Merancang, menata, menghasilkan,
mengembangkan, menciptakan, mereka ulang,
dan mengomunikasikan ide melalui proses
mengalami, menciptakan, dan merefleksikan.
2. Mengeksplorasi dan menemukan sendiri
bentuk karya dan teknik dalam seni rupa serta
kolaborasi dengan bidang keilmuan yang lain:
seni musik, tari, drama, dan nonseni) yang
membangun dan bermanfaat untuk
menanggapi setiap tantangan hidup dan
kesempatan berkarya secara mandiri.
3. Meninjau dan memperbarui karya pribadi
sesuai dengan kebutuhan masyarakat, zaman,
konteks fisik-psikis, budaya, dan kondisi alam.
4. Menjalani kebiasaan/disiplin kreatif sebagai
sarana melatih kelancaran dan keluwesan
dalam praktik seni rupa.
Berdampak bagi Diri
Sendiri dan Orang
Lain (Impacting)
1. Memilih, menganalisis, menghasilkan karyakarya seni rupa dengan kesadaran untuk terus
mengembangkan kepribadian dan karakter bagi
diri sendiri dan sesama.
2. Memilih, menganalisis, menghasilkan karyakarya seni rupa dengan kesadaran untuk terus
membangun persatuan dan kesatuan bangsa.
3. Memilih, menganalisis, menghasilkan karyakarya seni rupa dengan kesadaran untuk terus
meningkatkan cinta kasih kepada sesama
manusia dan alam semesta.
4. Menjalani kebiasaan/ disiplin kreatif dalam
praktik-praktik seni rupa sebagai sarana
melatih pengembangan pribadi dan bersama,
makin baik waktu demi waktu, tahap demi
tahap.
4.
D. Capaian Pembelajaran Seni Rupa Setiap Fase
Di
dalam
memahami
menunjang
kebutuhan
karakteristik
peserta
179
dan
untuk
didik,
guru
mengetahui
dapat
serta
memahami
perkembangan seni rupa anak-anak berdasarkan rujukan periodisasi
perkembangan seni rupa Viktor Lowenfeld dan Lambert Brittain (1982).
Akan tetapi, untuk jenjang Sekolah Luar Biasa (SLB) ada beberapa
perbedaan usia kronologis pada setiap jenjang. Oleh karena itu, capaian
pembelajaran setiap fase dalam seni rupa dibagi sebagai berikut.
1. Fase A (Usia Mental ≤ 7 Tahun dan Umumnya Kelas I dan II)
Pada akhir Fase A, peserta didik mampu mengamati, mengenal,
merekam, dan menuangkan kembali secara visual sesuai periodisasi
perkembangan seni rupa anak pada masa prabagan atau masa dimana
peserta didik baru mengenal objek 2 dimensi atau 3 dimensi. pada tahap
ini, objek yang digambarkan peserta didik biasanya berupa gambar
bentuk geometris. Masa prabagan biasanya menggambarkan sebuah
lingkaran sebagai objek kepala kemudian pada bagian bawahnya ada
dua garis sebagai pengganti kedua kaki. Pada masa prabagan biasanya
warna belum ada hubungannya dengan objek. Gambar manusia bisa
saja hijau, biru atau warna lainnya. Pada akhir fase A, peserta didik
mampu menuangkan pengalamannya melalui karya visual berupa
bentuk-bentuk dasar geometris yang terdapat pada beberapa unsur seni
rupa sebagai ungkapan ekspresi kreatif.
Fase A Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Mengalami
Peserta didik mampu mengamati, mengenal,
merekam, dan menuangkan pengalamannya
secara visual sesuai tahap perkembangan seni
rupa tahap prabagan dengan bentuk-bentuk dasar
geometris. Peserta didik mengeksplorasi alat dan
bahan dasar dalam berkarya seperti kertas, alat
menggambar, mewarnai, membentuk, memotong,
dan merekat.
Menciptakan
Peserta didik mampu menciptakan karya dengan
mengeksplorasi dan menggunakan elemen seni
rupa berupa garis, bentuk, tekstur, ruang, dan
warna secara visual sesuai tahap perkembangan
seni rupa anak tahap prabagan dimana peserta
didik telah menggunakan bentuk-bentuk dasar
geometris untuk memberi kesan objek dari dunia
sekitarnya.
Merefleksikan
Peserta didik mampu mengenali dan menceritakan
karya yang diciptakannya.
Berpikir dan
Bekerja Artistik
Peserta didik mampu mengenali dan membiasakan
diri dengan berbagai prosedur dasar sederhana
untuk berkarya dengan aneka pilihan media yang
180
tersedia di sekitar. Peserta didik mengetahui dan
memahami faktor keselamatan dalam bekerja.
Berdampak
Peserta didik mampu menciptakan karya sendiri
yang sesuai dengan perasaan atau minatnya.
2. Fase B (Usia Mental ± 8 Tahun dan Umumnya Kelas III dan IV)
Pada akhir Fase B, peserta didik mampu mengenal unsur rupa dan
dapat menggunakan keterampilan atau pengetahuan dasar tentang
bahan, alat, teknik, teknologi, dan prosedur dalam menuangkan
kembali secara visual dalam bentuk karya pada Masa Bagan. Masa
bagan merupakan masa dimana peserta didik mengulang-ulang bentuk
dan penafsiran gambar yang bersifat subjektif. Pada masa ini juga,
peserta didik sudah bisa memahami waktu dan ruang seperti
membedakan warna langit siang dan sore. Pada akhir fase B, peserta
didik mampu menuangkan pengalamannya melalui bentuk yang lebih
rinci dengan pemahaman unsur rupa ditunjang keterampilan atau
pengetahuan dasar tentang bahan, alat, teknik, teknologi, dan prosedur
yang sesuai dalam menciptakan karya 2 dan 3 dimensi yang dipilih
sesuai dengan kemampuan peserta didik.
Fase B Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Mengalami
Peserta didik mampu mengamati, mengenal,
merekam, dan menuangkan pengalamannya
secara visual sesuai tahap perkembangan seni
rupa masa bagan. Peserta didik mengenali dan
dapat menggunakan alat, bahan dan prosedur
dasar dalam menggambar, mewarnai, membentuk,
memotong dan merekat
Menciptakan
Peserta didik mampu menciptakan karya dengan
bimbingan guru atau dengan mengeksplorasi dan
menggunakan elemen seni rupa berupa garis,
bentuk, tekstur, ruang, dan warna secara visual
sesuai tahap perkembangan seni rupa anak tahap
masa bagan, dimana peserta didik telah
menggunakan bentuk-bentuk dasar geometris
untuk memberi kesan objek dari dunia sekitarnya.
Sehingga mampu menciptakan karya 2 atau 3
dimensi sesuai dengan tahap perkembangannya.
Merefleksikan
Peserta didik mampu mengenali dan menceritakan
karya yang diciptakannya.
Berpikir dan
Bekerja Artistik
Peserta didik mampu mengenali dan membiasakan
diri dengan berbagai prosedur dasar sederhana
untuk berkarya dengan aneka pilihan media yang
tersedia di sekitar. Peserta didik mengetahui dan
memahami faktor keselamatan dalam bekerja.
Berdampak
Peserta didik mampu menciptakan karya sendiri
yang sesuai dengan perasaan atau minatnya.
181
3. Fase C (Usia Mental ± 8 Tahun dan Umumnya Kelas V dan VI)
Pada akhir Fase C, peserta didik mampu bekerja mandiri atau
berkelompok
dalam
mengeksplorasi,
menemukan,
memilih,
menggabungkan unsur rupa dengan pertimbangan nilai artistik dan
estetik karya yang didukung oleh medium, teknik, dan prosedur
berkarya dimana peserta didik masuk dalam masa realisme awal. Masa
realisme awal peserta didik mulai menguasai konsep dan ruang.
Sehingga letak objek tidak lagi bertumpu pada garis dasar. Selain itu
pemahaman warna mulai sadar sehingga dapat dikenalkan warna dan
ruang. Pada akhir fase C, peserta didik mampu menuangkan
pengalamannya melalui visual dan mampu melakukan kegiatan
apresiasi dan berkreasi dengan menunjukkan kerja artistik berdasarkan
perasaan, empati, dan penilaian pada sebuah karya seni rupa.
Fase C Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Mengalami
Peserta didik mampu mengamati, mengenal,
merekam, dan menuangkan pengalamannya
secara visual sesuai tahap perkembangan seni
rupa tahap bagan dan realisme awal. Peserta didik
mulai dikenalkan dengan proporsi dan warna.
Menciptakan
Peserta didik mampu menciptakan karya dengan
bimbingan guru atau mengeksplorasi dalam
menggunakan elemen seni rupa berupa garis,
bentuk, tekstur, ruang, dan warna secara visual
sesuai tahap perkembangan seni rupa anak tahap
bagan dan realisme awal. Dimana kesadaran
perspektif mulai muncul, namun berdasarkan
penglihatan sendiri. Perhatian kepada objek sudah
mulai rinci. Namun demikian, dalam
menggambarkan objek, peserta didik belum
sepenuhnya menguasai proporsi (perbandingan
ukuran).
Merefleksikan
Peserta didik mampu mengenali dan menceritakan
fokus dari karya yang diciptakan serta
pengalaman dan perasaannya mengenai karya
tersebut.
Berpikir dan
Bekerja Artistik
Peserta didik mulai terbiasa secara mandiri
menggunakan berbagai prosedur dasar sederhana
untuk berkarya dengan aneka pilihan media yang
tersedia di sekitar. Peserta didik mengetahui dan
mulai mengutamakan faktor keselamatan dalam
bekerja.
Berdampak
Peserta didik mampu menciptakan karya sendiri
yang sesuai dengan perasaan, minat, atau konteks
lingkungannya.
182
4. Fase D (Usia Mental ± 9 Tahun dan Umumnya Kelas VII, VIII, dan IX)
Pada akhir Fase D, peserta didik mulai menguasai konsep ruang,
proporsi dan gestur. Pada akhir fase ini, peserta didik juga mengenal
bentuk seni rupa dengan tema flora dan fauna sebagai bentuk pada
perkembangan masa realisme awal. Pada perkembangan masa realisme
awal pemahaman tentang warna sudah mulai disadari sehingga muncul
dan tumbuh rasa percaya diri, berani, dan rasa ingin tahu. Selain itu,
peserta didik juga dapat menyampaikan pesan lisan atau tertulis
tentang karya seni rupa berdasarkan pada pengamatan terhadap karya
seni rupa tersebut. Fase D, masuk kedalam masa realisme awal dan
masa naturalisme semu dimana peserta didik mampu mengamati setiap
objek
melalui
kesadaran
sosialnya
yang
semakin
berkembang.
Penguasaan rasa perbandingan (proporsi) serta gerak tubuh obyek
gambar lebih meningkat. Misalnya gambar objek orang dewasa
digambarkan lebih besar dari pada gambar objek anak-anak.
Fase D Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Mengalami
Peserta didik mampu mengamati, mengenal,
merekam, dan menuangkan pengalamannya
secara visual sesuai tahap perkembangan seni
rupa realisme awal dan tahap naturalisme semu.
Peserta didik mulai menggunakan proporsi, gestur
dan ruang. Peserta didik terbiasa menggunakan
alat, bahan dan prosedur dasar yang tepat dalam
menggambar, mewarnai, membentuk, memotong,
dan merekat.
Menciptakan
Peserta didik mampu menciptakan karya seni
dengan bimbingan guru atau mandiri dengan
menggunakan dan menggabungkan pengetahuan
elemen seni rupa atau prinsip seni rupa dalam
keterampilan yang telah dipelajari sebelumnya
dalam konteks ekspresi pribadi atau sesuai topik
tertentu (tema).
Merefleksikan
Peserta didik mampu mengenali dan menceritakan
fokus dari karya yang diciptakan serta
pengalaman dan perasaannya mengenai karya
tersebut
Berpikir dan
Bekerja Artistik
Peserta didik mulai terbiasa secara mandiri
menggunakan berbagai prosedur dasar sederhana
untuk berkarya dengan aneka pilihan media yang
tersedia di sekitar. Peserta didik mengetahui dan
mulai mengutamakan faktor keselamatan dalam
bekerja.
Berdampak
Peserta didik mampu menciptakan karya sendiri
yang sesuai dengan perasaan, minat, atau konteks
lingkungannya.
183
5. Fase E (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas X)
Pada akhir Fase E, peserta didik mampu bekerja mandiri atau
berkelompok
dalam
menghasilkan
sebuah
karya,
mengapresiasi
berdasarkan perasaan, empati, dan penilaian pada karya seni rupa dua
dimensi atau tiga dimensi. Peserta didik mampu menguasai konsep
ruang, proporsi dan gestur serta memiliki kesadaran sosial yang makin
berkembang. Penguasaan rasa perbandingan (proporsi) serta gerak
tubuh objek lebih meningkat sesuai dengan kemampuannya pada masa
naturalisme semu. Pada fase E, peserta didik masuk dalam masa
penentuan
dimana
peserta
didik
tumbuh
kesadaran
tentang
kemampuan diri.
Pada akhir Fase E, peserta didik mampu berkarya dan mengapresiasi
berdasarkan perasaan, empati, dan penilaian pada karya seni rupa.
Selain itu, peserta didik dapat menyampaikan pesan lisan atau tertulis
tentang karya seni rupa menggunakan kosakata seni rupa atau bahasa
rupa yang tepat sesuai dengan kemampuannya.
Fase E Berdasarkan Elemen
Elemen
Mengalami
Menciptakan
Merefleksikan
Berpikir dan
Bekerja Artistik
Capaian Pembelajaran
Peserta didik mampu mengamati, mengenal,
merekam, dan menuangkan pengalaman dan
pengamatannya terhadap lingkungan, perasaan,
atau topik tertentu secara visual sesuai tahap
perkembangan seni rupa Masa Penentuan dimana
peserta didik mampu berpikir serta memiliki
kesadaran sosial yang makin berkembang.
Karya peserta didik mencerminkan penguasaan
terhadap bahan, alat, teknik, teknologi dan
prosedur yang dipilihnya (sesuai minat dan
kemampuannya).
Peserta didik mampu menciptakan karya dengan
bimbingan guru atau bisa mengeksplorasi secara
mandiri dengan menggunakan elemen seni rupa
berupa garis, bentuk, tekstur, ruang, dan warna
secara visual sesuai tahap perkembangan seni
rupa anak masa naturalisme semu dan masa
penentuan. Dimana kesadaran perspektif mulai
muncul, dan penguasaan objek dan proporsi mulai
berkembang.
Peserta didik mampu mengenali dan menceritakan
fokus dari karya yang diciptakan serta
pengalaman dan perasaannya mengenai karya
tersebut, serta menggunakan informasi tersebut
untuk merencanakan langkah pembelajaran
selanjutnya.
Peserta didik mulai terbiasa secara mandiri
menggunakan berbagai prosedur dasar sederhana
untuk berkarya dengan aneka pilihan media yang
tersedia di sekitar. Peserta didik mengetahui dan
184
Berdampak
mulai mengutamakan faktor keselamatan dalam
bekerja.
Peserta didik mampu menciptakan karya sesuai
dengan bimbingan guru atau karya sendiri yang
sesuai dengan perasaan, minat, atau konteks
lingkungannya.
6. Fase F (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas XI dan XII)
Pada akhir Fase F, peserta didik mampu berkarya baik mandiri maupun
berkelompok. Peserta didik juga mampu menyampaikan pesan lisan
atau tertulis tentang karya seni rupa dan hasil pengamatannya terhadap
efektivitas pesan, gagasan, medium, dan penggunaan unsur-unsur rupa
atau prinsip seni rupa dalam karya tersebut secara runut, terperinci,
dan menggunakan kosakata seni rupa atau bahasa rupa yang tepat.
Fase F, merupakan Masa penentuan dimana peserta didik dapat
memilih bentuk, jenis dan ragam karya seni rupa sesuai dengan
kemampuannya. Dalam hal ini peserta didik dapat membuat karya 2
dimensi seperti gambar dan lukisan atau karya 3 dimensi seperti patung
dan kriya (Kriya anyam, kriya keramik, kriya tekstil, kriya kayu). Masa
penentuan merupakan masa akhir dimana peranan guru sangat penting
untuk menentukan minat dan bakat peserta didik dalam seni rupa.
Fase F Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Mengalami
Peserta didik mampu mengamati, mengenal,
merekam, dan menuangkan pengalaman dan
pengamatannya terhadap lingkungan, perasaan,
atau topik tertentu secara visual sesuai tahap
perkembangan seni rupa: tahap Masa Penentuan
(Period of Decision), di mana peserta didik tumbuh
kesadaran akan kemampuan diri.
Menciptakan
Peserta didik mampu menciptakan karya seni yang
menunjukkan pilihan keterampilan, medium, dan
pengetahuan elemen seni rupa atau prinsip desain
tertentu yang sesuai dengan tujuan karyanya,
dalam konteks ekspresi pribadi atau sesuai topik
tertentu.
Merefleksikan
Peserta didik mampu secara kritis mengevaluasi
dan menganalisis efektivitas pesan dan
penggunaan medium sebuah karya, baik pribadi
maupun orang lain serta menggunakan informasi
tersebut untuk merencanakan langkah
pembelajaran selanjutnya.
Berpikir dan
Bekerja Artistik
Peserta didik mampu berkarya dan mengapresiasi
berdasarkan perasaan, empati, dan penilaian pada
karya seni secara ekspresif, produktif, inventif,
dan inovatif.
Peserta didik mampu menggunakan
185
kreativitasnya, mengajukan pertanyaan yang
bermakna, dan mengembangkan gagasan serta
menggunakan berbagai sudut pandang untuk
mendapatkan gagasan, menciptakan peluang,
menjawab tantangan, dan menyelesaikan masalah
dalam kehidupan sehari-hari.
Peserta didik juga mampu bekerja secara mandiri,
bergotong royong, maupun berkolaborasi dengan
bidang keilmuan lain atau masyarakat di
lingkungan sekitar.
Berdampak
Peserta didik mampu membuat karya sendiri atas
dasar perasaan, minat, nalar, dan sesuai akar
budaya pada masyarakatnya.
186
IX. CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KHUSUS SENI TARI
A. Rasional Mata Pelajaran Seni Tari
Seni merupakan respons dan ekspresi serta apresiasi manusia
terhadap berbagai fenomena kehidupan. Di dalam (diri) dan di luar
(budaya, sejarah, alam dan lingkungan) seseorang diekspresikan
melalui media (tari, musik, rupa, dan lakon/teater). Seni memiliki sifat
multilingual
yang
bermakna
pengembangan
kemampuan
mengekspresikan diri secara kreatif dengan berbagai cara dan media
seperti bahasa rupa, bunyi, gerak, peran, dan berbagai perpaduan.
Multidimensional bermakna pengembangan beragam kompetensi.
Pengembangan tersebut meliputi konsepsi (pengetahuan, pemahaman,
analisis, evaluasi), apresiasi, dan kreasi dengan cara memadukan
secara harmonis unsur estetika, logika, kinestetika, dan etika.
Multikultural mengandung makna menumbuhkembang-kan kesadaran
dan kemampuan apresiasi terhadap beragam seni budaya.
Seni tari sebagai bagian dari pendidikan seni dapat meningkatkan
kemampuan motorik gerak, sesuai dengan kebutuhan. Selain itu,
mengolah emosi seperti menyadari tubuhnya sendiri. Peserta didik lebih
paham akan pentingnya kelenturan anggota badan, memahami bahwa
apa pun yang dirasakan dalam hati, dapat diolah oleh pikiran yang
disalurkan oleh ekspresi wajah secara tidak sadar. Peserta didik dapat
mengungkapkan perasaan yang tidak dapat diungkapkan secara terbuka
lewat suara kepada orang lain, menjadi lebih percaya diri, dan lebih
berani. Seni tari sebagai terapi yang dilakukan secara tidak langsung
untuk membantu meningkatkan keseimbangan badan dan anggota
badan yang kaku. Menggali potensi peserta didik, mengolah rasa,
menumbuhkan
keberanian,
berinteraksi
dan
beradaptasi
serta
berkolaborasi dengan lingkungannya. Seni tari dapat menumbuhkan
rasa percaya diri, mendorong munculnya ide, kreativitas, bekerja sama,
memiliki kepekaan estetis, dan berkehidupan sosial. Dengan demikian,
peserta didik memiliki kompetensi dan perilaku kreatif, gotong royong,
berkebinekaan, dan mandiri.
Untuk
memahami
dan
menanggapi
tari,
perlu
pengetahuan
penggunaan tari dalam budaya dan konteks sosial. Hal itu didapat
melalui
pengalaman
melihat
tari
dari
berbagai
sumber
seperti
pertunjukan langsung, koreografi antarrekan, mengundang seniman
187
tari, dan melihat tayangan video rekaman. Peserta didik diajak untuk
merasakan
pengalaman
dalam
berkesenian,
pengalaman
dalam
menari, dan mengatur sebuah pertunjukan tari sederhana dalam
proses pembelajaran yang berulang-ulang dan berkesinambungan.
B. Tujuan Mata Pelajaran Seni Tari
Tujuan mata palajaran Seni Tari sebagai berikut.
1. Memahami gerak anggota tubuh.
2. Meningkatkan kemampuan motorik gerak tubuh.
3. Mengembangkan fleksibilitas, keseimbangan, dan kesadaran diri.
4. Mengekspresikan ide dan perasaan ke dalam gerak tubuh.
5. Memahami bahwa gerak tari merupakan bentuk komunikasi
6. Mengembangkan kemampuan dalam pertunjukan tari.
C. Karakteristik Mata Pelajaran Seni Tari
Karakteristik mata pelajaran Seni Tari sebagai berikut.
1. Seni Tari merupakan pembelajaran yang berbasis pada psikomotor
dengan memperhatikan keindahan sesuai dengan norma yang
berlaku di lingkungannya. Seni Tari sangat erat kaitannya dengan
budaya dan pola pikir masyarakat setempat. Di dalam Seni Tari,
peserta didik juga diasah kreativitasnya dalam mengapresiasi seni
pertunjukan dan memaknai fenomena kehidupan. Peserta didik
diharapkan dapat mengekspresikan kembali melalui karya tari
yang sesuai dengan gaya/karakteristik peserta didik.
2. Muatan pembelajaran Seni Tari, selain memahami gerak yang
meliputi ruang, waktu, dan tenaga, juga harus memperhatikan
unsur pendukung lainnya. Unsur pendukung tersebut seperti
musik, properti tari, desain lantai, tata rias dan busana, serta
komposisi dalam sebuah pertunjukan tari agar menjadi karya yang
indah dan bisa dinikmati orang lain.
3. Dalam pembelajaran Seni Tari, dibutuhkan pendekatan berupa
elemen-elemen
yang
berkaitan
dengan
mengalami,
mencipta,
refleksi, yang bermuara pada berpikir dan bekerja artistik sehingga
berdampak bagi dirinya dan orang lain. Elemen ini merupakan
siklus yang dapat dilihat pada skema berikut ini.
188
Gambar 1 Elemen Siklus Seni Tari
Deskripsi Elemen dalam Seni Tari
Elemen
Mengalami
Mencipta
Refleksi
Berpikir dan
Bekerja Artistik
Berdampak
Deskripsi
a. Mengenal, mengamati, menyimak, menggali,
berbagai macam pertunjukan tari dalam konteks
budaya.
b. Mendapat kesempatan untuk mengamati
pertunjukan tari dari sumber langsung atau
rekaman.
c. Memahami gerak anggota tubuh dari pertunjukan.
d. Mengembangkan kepercayaan diri dalam eksplorasi
gerak tubuh melalui fleksibilitas, koordinasi tubuh,
keseimbangan, dan kekuatan.
a. Mengidentifikasi, menemukenali, merangkai,
membuat, dan menciptakan tari dengan sangat
sederhana.
b. Meningkatkan kreativitas dalam mengekspresikan
diri melalui gerak yang diciptakan.
a. Mengemukakan, menghargai, mengevaluasi hasil
karya tari berdasarkan pengalaman sesuai dengan
kemampuan.
b. Menilai, membandingkan kekuatan dan kelemahan
untuk mengembangkan kemampuan diri.
a. Merancang, menata, mencipta ulang, menghasilkan
dan menunjukkan ide tari, baik secara individual
maupun berkelompok yang diperoleh dari hasil
berpikirnya sampai menemukan karakteristik gaya
secara personal.
b. Mengembangkan ide dengan memperhatikan unsur
utama dan pendukung tari seperti musik, properti,
tata rias, tata busana, panggung, dan juga
merancang pertunjukannya.
a. Respons dirinya atau keadaan di sekitar untuk
dikomunikasikan dalam bentuk karya tari sehingga
dapat memengaruhi orang lain dan lingkungan
sekitar.
189
Elemen
Deskripsi
b. Menganalisis, menghasilkan karya tari dengan
kesadaran untuk terus mengembangkan
kepribadian dan karakter bagi diri sendiri, sesama
dan persatuan nusa dan bangsa.
D. Capaian Pembelajaran Seni Tari Setiap Fase
1. Fase A (Usia Mental ≤ 7 Tahun dan Umumnya Kelas I dan II)
Pada
akhir
Fase
A,
peserta
didik
mampu
mengemukakan
pencapaian diri dalam mengamati bentuk tari sebagai pengetahuan
dasar untuk membuat gerak berdasarkan unsur utama tari (gerak,
ruang, waktu, dan tenaga), gerak di tempat dan gerak berpindah
dengan
percaya
diri,
sehingga
dapat
menumbuhkan
rasa
keingintahuan dan antusiasme. Peserta didik mampu mengenal
gerak sebagai unsur utama tari.
Fase A Berdasarkan Elemen
Elemen
Mengalami
Menciptakan
Refleksi
Berpikir dan
Bekerja Artistik
Berdampak
Capaian Pembelajaran
Pada fase ini, peserta didik mampu mengenal dan
memahami gerak bagian-bagian anggota tubuh
dengan tidak berpindah dan berpindah tempat
dalam kehidupan sehari-hari (sesuai dengan
kemampuan) menggunakan tempo, irama dan kode
ketukan, sebagai media komunikasi secara
berulang-ulang dengan bimbingan.
Pada fase ini, peserta didik mampu merangkai gerak
bagian-bagian anggota tubuh dengan tidak
berpindah dan berpindah tempat dalam sehari-hari
dengan sangat sederhana menggunakan irama dan
kode ketukan yang memiliki kesatuan gerak.
Pada fase ini, peserta didik mampu menemukan
pencapaian diri secara lisan dan kinestetik dalam
gerak sehari-hari bagian-bagian anggota tubuh
dengan tidak berpindah dan berpindah tempat
menggunakan irama dan kode ketukan yang
memiliki kesatuan gerak.
Pada fase ini, peserta didik mampu menunjukkan
hasil gerak sangat sederhana tidak berpindah dan
berpindah tempat dengan percaya diri saat
mengekspresikan kepada penonton di lingkungan
sekitar.
Pada fase ini, peserta didik mampu menumbuhkan
keingintahuan, menunjukan antusias saat proses
pembelajaran tari yang berdampak pada
kemampuan diri dalam pembelajaran tari dengan
kreatif dan mandiri.
2. Fase B (Usia Mental ± 8 Tahun dan Umumnya Kelas III dan IV)
Pada akhir Fase B, peserta didik mampu menilai hasil pencapaian
diri. Hal ini didapat melalui pengamatan bentuk penyajian tari
berdasarkan
latar
belakang
190
serta
pengidentifikasian
dalam
menerapkan unsur utama tari, level, perubahan arah, sebagai
bentuk ekspresi tari kelompok yang dapat menumbuhkan rasa
cinta pada seni tari. Peserta didik mampu mengenal tari sebagai
wujud ekspresi diri.
Fase B Berdasarkan Elemen
Elemen
Mengalami
Menciptakan
Refleksi
Berpikir dan
Bekerja Artistik
Berdampak
Capaian Pembelajaran
Pada fase ini, peserta didik mampu mengenal,
mengidentifikasi gerak sehari-hari dengan kode
ketukan, berdasarkan level, dengan
memperhatikan tempo, dan tema menjadi gerak
tari sangat sederhana dengan bimbingan sesuai
tari daerah setempat.
Pada fase ini, peserta didik mampu merangkai
gerak sehari-hari dengan kode ketukan,
berdasarkan level, dengan memperhatikan tempo,
dan tema sesuai dengan tari daerah setempat,
menjadi gerak tari sangat sederhana yang memiliki
kesatuan gerak.
Pada fase ini, peserta didik mampu menilai
pencapaian diri saat melakukan kegiatan gerak
tari sangat sederhana dengan kode ketukan,
berdasarkan level, dengan memperhatikan tempo,
dan tema sesuai dengan tari daerah setempat.
Pada fase ini, peserta didik mampu menunjukkan
rangkaian gerak tari sangat sederhana dengan
kode ketukan, berdasarkan level, dengan
memperhatikan tempo, dan tema sesuai dengan
tari daerah setempat melalui kerjasama.
Pada fase ini, peserta didik mampu menumbuhkan
rasa cinta pada gerak sehari-hari dengan kode
ketukan, berdasarkan level, dengan
memperhatikan tempo, dan tema sesuai dengan
tari daerah setempat yang berdampak pada
kemampuan diri dan kreativitas.
3. Fase C (Usia Mental ± 8 Tahun dan Umumnya Kelas V dan VI)
Pada akhir Fase C, peserta didik mampu menghargai hasil
pencapaian karya tari. Hal ini didapat melalui pengamatan
berbagai bentuk tari tradisi yang dapat dijadikan inspirasi untuk
merespons
fenomena
di
lingkungan
sekitar
dengan
mempertimbangkan pendapat orang lain. Peserta didik mampu
mengenal ragam tari tradisi.
Fase C Berdasarkan Elemen
Elemen
Mengalami
Menciptakan
Capaian Pembelajaran
Pada fase ini, peserta didik mampu mengenal dan
memahami berbagai bentuk gerak tari daerah
dengan unsur-unsur tari, memperhatikan irama
dan busana.
Pada fase ini, peserta didik mampu
mengaplikasikan gerak tari daerah dengan unsur-
191
Refleksi
Berpikir dan
Bekerja Artistik
Berdampak
unsur tari, memperhatikan irama dan busana
sesuai dengan kemampuan peserta didik.
Pada fase ini, peserta didik mampu menghargai
hasil pencapaian karya tari daerah dengan unsurunsur memperhatikan irama dan busana dengan
mempertimbangkan pendapat orang lain dan
mengekspresikan diri.
Pada fase ini, peserta didik mampu menunjukkan
hasil merangkai gerak tari daerah dengan unsurtari, memperhatikan irama dan busana dengan
kooperatif dan berperan aktif dalam kelompok.
Pada fase ini, peserta didik mampu merespon
fenomena di lingkungan sekitar melalui jenis-jenis
tari daerah yang dipentaskan, dengan unsurunsur tari. memperhatikan irama dan busana
yang berdampak pada kemandirian.
4. Fase D (Usia Mental ± 9 Tahun dan Umumnya Kelas VII, VIII, dan
IX)
Pada akhir Fase D, peserta didik mampu mengukur hasil
pencapaian karya tari dalam menggali latar belakang tari tradisi.
Latar belakang tersebut berdasarkan jenis, fungsi, dan nilai sebagai
inspirasi
dalam
membuat
gerak
tari
kreasi
dengan
mempertimbangkan unsur utama dan unsur pendukung tari
sebagai wujud ekspresi. Hal itu bertujuan untuk mengajak orang
lain atau penonton bangga terhadap warisan budaya indonesia.
Peserta didik mampu mengembangkan tari kreasi untuk membuat
karya tari yang berpijak dari tari tradisi.
Fase D Berdasarkan Elemen
Elemen
Mengalami
Menciptakan
Refleksi
Berpikir dan
Bekerja Artistik
Capaian Pembelajaran
Pada fase ini, peserta didik mampu menganalisis
secara sederhana dengan bimbingan mengenai tari
daerah, pola lantai, tari nusantara, dinamika gerak
tari nusantara, unsur wiraga, wirasa, dan wirama,
tari kreasi baru serta pementasan sedehana
dengan pengamatan alam sekitar sesuai
kemampuan peserta didik.
Pada fase ini, peserta didik mampu membuat
gerak tari nusantara dan kreasi sederhana yang
merefleksikan nilai, jenis dan fungsi dari tari
tradisi dengan mempertimbangkan unsur utama
dan pendukung tari sesuai dengan kemampuan
peserta didik.
Pada fase ini, peserta didik mampu mengevaluasi
hasil penciptaan karya tari dengan mengapresiasi
nilai estetis tari nusantara dan kreasi dalam
menciptakan ide-ide baru ke dalam karyanya.
Pada fase ini, peserta didik mampu
mempertunjukkan hasil gerak tari nusantara dan
kreasi sangat sederhana berdasarkan nilai, jenis
192
Capaian Pembelajaran
Elemen
Berdampak
dan fungsi dari tari tradisi dalam berbagai bentuk
penyajian baik individu ataupun kelompok dengan
unsur utama dan pendukung tari.
Pada fase ini, peserta didik mampu mengajak
orang lain untuk mencintai dan merasa bangga
atas warisan keanekaragaman budaya Indonesia
khususnya tari nusantara dan kreasi melalui
proses kreatif yang dilakukan berulang-ulang.
5. Fase E (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas X)
Pada akhir Fase E, peserta didik mampu mengevaluasi hasil
penciptaan karya tari dalam menggali tari tradisi. Evaluasi yang
dilakukan berdasarkan makna dan simbol sebagai inspirasi dalam
membuat gerak tari kreasi secara individu ataupun kelompok
sebagai wujud aktualisasi diri. Peserta didik mengekspresikan diri
dengan menciptakan karya tari berpijak dari tradisi.
Fase E Berdasarkan Elemen
Elemen
Mengalami
Menciptakan
Refleksi
Berpikir dan
Bekerja Artistik
Berdampak
Capaian Pembelajaran
Pada fase ini, peserta didik mampu memahami dan
menggali makna dari unsur gerak tari pada tari
nusantara dan kreasi modern dalam bentuk karya
seni melalui pengamatan sebuah video atau
pementasan secara langsung.
Pada fase ini, peserta didik mampu mencipta karya
gerak tari kreasi modern atau tari nusantara
sangat sederhana berdasarkan makna dan unsur
tari dari tari tradisi modern atau tari nusantara
sesuai dengan kemampuan peserta didik.
Pada fase ini, peserta didik mampu mengevaluasi
hasil penciptaan karya gerak tari nusantara dan
tari modern dengan mengapresiasi nilai estetis
dalam menciptakan ide-ide baru ke dalam
karyanya dengan kreatif dan mandiri.
Pada fase ini, peserta didik mampu menunjukkan
hasil karya gerak tari kreasi nusantara atau
modern sederhana secara individu maupun
kelompok.
Pada fase ini, peserta didik mampu
mengaktualisasikan diri melalui pertunjukan tari
pada lingkungan sekitar dan menumbuhkan rasa
keanekaragaman, kreatif, juga mandiri.
6. Fase F (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas XI dan XII)
Pada akhir Fase F, peserta didik mampu mengevaluasi hasil
penciptaan karya tari dengan membandingkan berbagai macam
pertunjukkan tari tradisi dan kreasi berdasarkan makna, simbol,
nilai estetis dari perspektif berbagai aspek seni yang dapat
dijadikan inspirasi untuk menciptakan karya tari secara individu
193
ataupun
kelompok
sebagai
bentuk
aktualisasi
diri
dalam
mempengaruhi orang lain. Peserta didik mampu mencipta karya
seni tari sederhana.
Fase F Berdasarkan Elemen
Elemen
Mengalami
Menciptakan
Refleksi
Berpikir dan
Bekerja Artistik
Berdampak
Capaian Pembelajaran
Pada fase ini, peserta didik mampu memahami dan
membandingkan berbagai macam pertunjukan tari
kreasi baru, tari kontemporer, tari mancanegara
berdasarkan makna, unsur tari, nilai estetis dari
perspektif berbagai aspek seni sesuai dengan
pengalaman dan wawasan.
Pada fase ini, peserta didik mampu menciptakan
tari kreasi sederhana yang terinspirasi dari hasil
membandingkan berbagai pertunjukkan tari
tradisi, kreasi dan kontemporer berdasarkan
kemampuan masing-masing.
Pada fase ini, peserta didik mampu mengevaluasi
hasil penciptaan karya tari dengan mengapresiasi
nilai estetis tari tradisi sesuai kemampuan.
Pada fase ini, peserta didik mampu menunjukan
hasil penciptaan tari kreasi baru, tari
kontemporer, tari mancanegara secara individu
maupun kelompok dalam pertunjukan.
Pada fase ini, peserta didik mampu
mengaktualisasikan diri dalam mempengaruhi
orang lain untuk mengapresiasi pertunjukan tari
tradisi, kreasi, dan kontemporer berdasarkan
kemampuan masing-masing.
194
IX.4. CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KHUSUS SENI TEATER
A. Rasional Mata Pelajaran Seni Teater
Mata pelajaran Seni Teater dikembangkan sesuai dengan tantangan
abad ke-21. Penguasaan dan pemanfaatan tekhnologi informasi dan
komunikasi menjadi bagian dari pembelajaran. Untuk itu, kemampuan
penggunaan dan pemanfaatan tekhnologi informasi dan komunikasi
menjadi
faktor
penting
agar
seni
dapat
disesuaikan
dengan
karakteristik pembelajaran yang mampu menjawab tantangan abad
ke-21. Selain penggunaan dan pemanfaatan teknologi, pembelajaran
seni menjawab tantangan abad ke-21 yang memperhatikan kebutuhan
daerah dan peserta didik. Mata pelajaran ini dapat menjadi filter dari
masuknya budaya asing sekaligus mendorong peserta didik untuk
memiliki kearifan terhadap budaya lokal atau budaya masyarakat
setempat.
Mata
pelajaran
Seni
Teater
memiliki
multidimensional,
dan
multikultural.
sifat
multilingual,
Multilingual
bermakna
pengembangan kemampuan mengekspresikan diri secara kreatif
dengan berbagai cara dan media seperti bahasa rupa, bunyi, gerak,
peran, dan berbagai perpaduannya. Multidimensional bermakna
pengembangan beragam kompetensi meliputi konsepsi (pengetahuan,
pemahaman, analisis, evaluasi), apresiasi, dan kreasi dengan cara
memadukan secara harmonis unsur estetika, logika, kinestetika, dan
etika. Sifat multikultural mengandung makna menumbuhkembangkan
kesadaran dan kemampuan apresiasi terhadap beragam seni budaya.
Hal ini merupakan wujud pembentukan sikap demokratis yang
memungkinkan seseorang hidup secara beradab serta toleran dalam
masyarakat dan budaya yang majemuk.
Seni teater menawarkan berbagai sarana untuk pengembangan diri
peserta didik. Pengembangan yang dimaksud ialah dalam hal daya
kreasi, dengan terlibat langsung dalam proses kreativitas seni
pemeranan. Di dalam dunia pendidikan, seni teater memiliki peranan
besar
untuk
memotivasi,
melatih
proses
sensorik,
motorik,
pengendalian emosi dan membangkitkan rasa percaya diri peserta
didik dalam berkomunikasi dan berinteraksi. Hal ini dapat dicapai
melalui ragam kegiatan permainan teater yang menyenangkan dan
bermakna, dalam kelompok kecil atau besar. Secara tidak sadar,
195
kegiatan seni teater dapat membantu peserta didik mengasah daya
pikir dan imajinasi mengenal potensi diri. Pada akhirnya, memberikan
ruang untuk mencipta yang merupakan kompetensi tertinggi yang
peserta didik mampu raih dalam pembelajaran.
Seni teater dalam dunia pendidikan memiliki manfaat, yaitu setiap
peserta didik memiliki kesempatan dan hak yang sama untuk
merasakan tanpa membedakan asal usul, sarana maupun fisik
seseorang, termasuk di antaranya peserta didik dengan kebutuhan
khusus. Seni teater dapat menjawab tantangan para guru untuk
membantu peserta didik melatih kesadaran motorik dan spasial dalam
bersosialisasi agar peserta didik dapat berinteraksi dengan lingkungan
sekitar dengan rasa percaya diri.
Seni teater merupakan salah satu media terapi bagi peserta didik
untuk menumbuhkan keberanian, berinteraksi, dan beradapatasi
dengan lingkungan. Dengan demikian, peserta didik memiliki rasa
percaya diri, beraktivitas kesenian, mendorong munculnya ide, bekerja
sama, dan berkolaborasi. Hal tersebut tertuang berdasarkan Perdirjen
Nomor 10 Tahun 2017 untuk Ketunaan A, B, C, D, dan autis dengan
hambatan lainnya. Peserta didik adalah bagian dari komunitas sosial
yang dapat memberikan kontribusi dalam masyarakat. Seni teater
akan memberikan jalan kepada peserta didik untuk menjadi lebih
mandiri,
mampu
menggunakan
kelebihan,
dan
mengatasi
kekurangannya untuk berkarya.
B. Tujuan Mata Pelajaran Seni Teater
Tujuan mata pelajaran Seni Teater adalah agar peserta didik mampu:
1. bersosialisasi di dalam kelompok kecil dan kelompok besar seperti
pengenalan aturan main dan kedisiplinan secara sederhana
sehingga dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
menyalurkan energinya dengan positif;
2. mengomunikasikan gagasan sederhana;
3. mampu berkonsentrasi untuk mengamati, melibatkan diri, meniru,
dan menciptakan karya;
4. mengekspresikan emosi dan perasaan melalui sebuah karya;
196
5. menggunakan semua pancaindra untuk berkomunikasi secara
visual dan aural, untuk mengasah kepekaannya terhadap potensi
diri sendiri (dan kemungkinan orang lain);
6. menggunakan semua pancaindra untuk mengenali fungsi dan
kemudian menggunakan properti panggung, musik, media gambar,
dan blocking panggung sederhana untuk membangkitkan imajinasi;
7. meningkatkan interaksi/komunikasi dengan baik bersama temantemannya;
8. meningkatkan rasa percaya diri pada peserta didik;
9. menumbuhkan rasa kerja sama dengan peserta didik lain.
C. Karakteristik Mata Pelajaran Seni Teater
Pelajaran Seni Teater memiliki karakter sebagai berikut.
1. Memberikan ruang kreativitas bagi peserta didik untuk dapat
mengenali dan kemudian menyalurkan, selanjutnya mengendalikan
emosi dan energinya melalui pengalaman bermain peran di atas
panggung.
2. Memberikan ruang berkomunikasi kepada peserta didik untuk dapat
berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain melalui seni peran
sederhana.
3. Memberikan ruang bermain bagi peserta didik untuk menikmati
replika kehidupan sehari-hari atau fiksi sederhana melalui kegiatan
bermain peran, berdongeng atau bernyanyi.
4. Memberikan
ruang
kepada
peserta
didik
untuk
mengenal
lingkungan sekitarnya dengan kegiatan bermain peran dengan tema
kehidupan sehari-hari.
5. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengenal dan
memfungsikan properti yang dimainkan.
6. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memahami
alur cerita yang dimainkan.
Pada praktik pengajarannya, Seni Teater menggunakan sejumlah
elemen pendekatan berikut.
197
Elemen
1. Mengalami
(Experiencing)
2. Menciptakan
(Making/creating)
3. Merefleksikan
(Reflecting)
4. Berpikir dan
bekerja secara
artistik (Thinking
and Working
Artistically)
Deskripsi
Meniru, memahami, merasakan, merespons, dan
sedikit bereksperimen dengan contoh situasi rekaan
atau peristiwa dalam aneka permainan teater.
Kegiatan mengalami terjadi ketika peserta didik
melakukan olah tubuh, suara, eksplorasi ruang, dan
alat sederhana. Ini mengajarkan tentang penyaluran
emosi dan energi ke arah yang positif dan taat kepada
aturan permainan, serta belajar berinteraksi sesuai
dengan perannya masing-masing.
Menciptakan, memberikan kesempatan peserta didik
untuk dapat menampilkan gambaran dasar sebuah
karya, yang merupakan penyatuan unsur lokomotor
dan nonlokomotor, blocking, bunyi/suara dan
penggunaan properti. Melalui proses penciptaan,
peserta didik dapat belajar untuk berimajinasi,
mengomunikasikan emosi dan gagasan, dengan
meniru, menambahkan, dan menyusun kembali
cerita sederhana, berdasarkan pengalaman seharihari (real) atau khayal.
Melalui elemen merefleksikan, peserta didik belajar
untuk
membentuk
ingatan
jangka
panjang
sederhana tentang alur cerita, karakter, blocking
sesuai dengan perannya masing-masing. Seni teater
mengajarkan peserta didik untuk melakukan
apresiasi secara sederhana atas karya diri orang lain.
Dari proses merefleksikan ini, peserta didik mampu
meningkatkan daya ingatan emosi atas proses
pembelajaran mengalami, menciptakan, dan berpikir
secara artistik secara simultan.
Seni teater memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk; memakai dan merancang secara
sederhana unsur artistik panggung (kostum, rias,
properti, multimedia) untuk menunjang penampilan,
sesuai dengan perannya masing-masing. Melalui
proses berpikir dan bekerja secara artistik, peserta
didik mampu memahami fungsi tata artistik
198
panggung secara sederhana dan penggunaannya
dalam sebuah pertunjukan.
Seni teater akan menimbulkan perubahan positif
kepada peserta didik. Peserta didik akan akan tampil
lebih percaya diri untuk berkomunikasi dan
berinteraksi dengan teman sebaya atau kelompok,
dan terutama menyalurkan emosi dan energi peserta
didik ke arah yang lebih positif, sesuai dengan nilainilai Profil Pelajar Pancasila. Dampak ini tercermin
dalam proses dan hasil karya akhir peserta didik.
5. Berdampak bagi
diri sendiri dan
orang lain
(Impacting)
D. Capaian Pembelajaran Seni Teater Setiap Fase
1. Fase A (Usia Mental ≤ 7 Tahun dan Umumnya Kelas I dan II)
Pada akhir Fase A, peserta didik mampu terlibat dalam kegiatan
bermain teater sederhana untuk melatih dan mengendalikan
gerakan nonlokomotor. Kegiatan ini dilakukan dengan cara peniruan
dan pengulangan gerakan-gerakan sederhana seperti menggerakkan
satu sampai dua anggota tubuh secara bergantian dan mengikuti
ritme
bunyi
dengan
bimbingan.
Peserta
didik
memahami
pengalaman berteater sebagai cara untuk belajar berekspresi melalui
eksplorasi gerakan nonlokomotor dan mimesis (peniruan) benda
atau karakter lingkungan sekitar, secara real atau khayali. Melalui
pengalaman ini, peserta didik mulai mengenali peran masing-masing
dalam sebuah cerita atau pertunjukan kecil di kelas.
Fase A Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Mengalami
Pada fase ini, peserta didik mampu mengenal teater
(tokoh, gerak, dialog), dan pantomim (gerak tubuh,
ekspresi wajah) melalui pengamatan langsung dan
tidak langsung pertunjukan sederhana dengan
bimbingan.
Menciptakan
Pada fase ini, peserta didik mampu meniru teater
(tokoh, gerak, dialog), dan pantomim (gerak tubuh,
ekspresi wajah) yang sangat sederhana dengan
bimbingan.
Merefleksikan
Pada fase ini, peserta didik mampu menemukan,
menilai teater (tokoh), dan pantomim (gerak tubuh,
ekspresi wajah) yang sudah dimaiinkan dengan
bimbingan.
Berpikir dan
Bekerja Artistik
Pada fase ini, peserta didik mampu menunjukan
kostum, riasan, dan hands props dengan bantuan.
199
Berdampak
Pada fase ini, peserta didik mampu menumbuhkan
keinginantahuan dan menunjukkan antusias saat
proses pembelajaran teater, pantomim.
2. Fase B (Usia Mental ± 8 Tahun dan Umumnya Kelas III dan IV)
Pada akhir Fase B, peserta didik mampu terlibat dalam ragam
kegiatan bermain berteater yang berfokus untuk melatih dan
mengendalikan gerakan lokomotor dan nonlokomotor. Kegiatan ini
dilakukan dengan meniru dan mengulang gerakan-gerakan yang
lebih bervariasi seperti menggerakkan kombinasi anggota tubuh
secara bergantian, mengikuti ritme bunyi dan musik dengan
bimbingan. Peserta didik memahami pengalaman berteater sebagai
cara untuk menyampaikan cerita melalui: eksplorasi gerakan
nonlokomotor, lokomotor, dan mimesis (peniruan) benda-benda atau
karakter lingkungan sekitar secara real atau khayali. Melalui
pengalaman ini, peserta didik mulai mengenali peran masing-masing
dalam sebuah cerita atau pertunjukan kecil di kelas.
Fase B Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Mengalami
Pada fase ini, peserta didik mampu mengenal teater
(tokoh, gerak, dialog) dan pantomim (gerak tubuh,
ekspresi wajah) melalui pengamatan langsung dan
tidak langsung pertunjukan sederhana dengan
bimbingan.
Menciptakan
Pada fase ini, peserta didik mampu memainkan,
meniru teater (tokoh, gerak, dialog), dan pantomim
(gerak tubuh, ekspresi wajah), melalui pertunjukan
yang sangat sederhana dengan bimbingan.
Merefleksikan
Pada fase ini, peserta didik mampu menemukan,
menilai teater (peran) dan pantomim (gerak tubuh,
ekspresi wajah) yang sudah dimaiinkan dengan
bimbingan.
Berpikir dan
Bekerja Artistik
Pada fase ini, peserta didik mampu menunjukan,
menggunakan kostum, riasan, dan hands props
dengan bantuan.
Berdampak
Pada fase ini, peserta didik mampu menumbuh kan
rasa cinta pada teater yang berdampak pada proses
pembelajaran teater, dan pantomim.
3. Fase C (Usia Mental ± 8 Tahun dan Umumnya Kelas V dan VI)
Pada akhir Fase C, peserta didik mampu terlibat dalam ragam
kegiatan bermain teater untuk memulai bekerja sama dalam
kelompok kecil dengan bimbingan. Peserta didik mulai memahami
ilmu bermain teater sederhana. Kegiatan ini dilakukan dengan cara
200
mengidentifikasi dan mengingat kembali karakter/tokoh atau benda
lingkungan sekitar yang diamati, dan kemudian memainkan
gerakan-gerakan
penokohan
tersebut
dengan
sedikit
variasi
improvisasi tanpa bimbingan. Pada akhir fase ini, peserta didik
mampu berinteraksi dengan mengingat dialog dan merespons
percakapan
singkat
dalam
pertunjukan
sederhana.
Melalui
pengalaman ini, peserta didik mulai mengenali konsep bermain
teater secara utuh menurut karakter dan alur cerita.
Fase C Berdasarkan Elemen
Elemen
Mengalami
Menciptakan
Merefleksikan
Berpikir dan
Bekerja Artistik
Berdampak
Capaian Pembelajaran
Pada fase ini, peserta didik mampu mengidentifikasi
teater (tokoh, gerak, dialog), juga pantomim (gerak
tubuh, ekspresi wajah) melalui pengamatan
langsung dan tidak langsung pertunjukan
sederhana dengan bimbingan.
Pada fase ini, peserta didik mampu memainkan,
meniru teater (tokoh, gerak, dialog), dan pantomim
(gerak tubuh, ekspresi wajah), melalui pertunjukan
yang sangat sederhana dengan bimbingan.
Pada fase ini, peserta didik mampu menemukan,
menilai (peran) dalam teater, pantomim yang sudah
dimainkan dengan bimbingan.
Pada fase ini, peserta didik mampu menggunakan
kostum, riasan, dan hands props dengan bantuan.
Pada fase ini, peserta didik mampu menumbuhan
kreativitas
dan
rasa
cinta
pada
teater
jugapantomim.
4. Fase D (Usia Mental ± 9 Tahun dan Umumnya Kelas VII, VIII, dan IX)
Pada akhir Fase D, peserta didik mampu bekerja sama dan
memahami ilmu teater. Kegiatan ini dilakukan dengan cara terlibat
secara aktif dalam kegiatan bermain pantomim dan improvisasi,
untuk mengolah tubuh menjadi karakter/tokoh atau objek apa saja
sesuai dengan pengamatan dan mengeksplorasi blocking panggung
sesuai tema. Selanjutnya, peserta didik mulai belajar bermain peran
dengan
penghayatan
menyampaikannya
melalui
kembali
secara
dramatic
reading
utuh
runut.
dan
dan
Melalui
keterampilan tersebut, peserta didik memahami bahwa setiap tokoh
yang dimainkannya memiliki karakteristik gerak-gerik tubuh dan
ekspresi wajah untuk mencerminkan pesan dalam sebuah cerita.
Melalui pengalaman ini, peserta didik memahami konsep bermain
teater secara utuh menurut karakter, pesan, dan alur cerita.
Fase D Berdasarkan Elemen
201
Elemen
Mengalami
Menciptakan
Merefleksikan
Berpikir dan
Bekerja Artistik
Berdampak
Capaian Pembelajaran
Pada fase ini, peserta didik mampu menganalisis
teater (tokoh, karakter, gerak, dan dialog),
pantomim (gerak tubuh, ekspresi wajah), dan
dramatik
reading
(bedah
naskah)
melalui
pengamatan langsung dan tidak langsung dengan
bimbingan.
Pada fase ini, peserta didik mampu memainkan
teater dan pantomim melalui pertunjukan yang
sangat sederhana dengan tema kehidupan seharisehari, menceritakan isi naskah dengan benar dan
utuh disertai bimbingan.
Pada fase ini, peserta didik mampu mengevaluasi
teater, dramatik reading, dan pantomim, yang
sudah dimainkan dengan kosakata sederhana dan
bimbingan.
Pada fase ini, peserta didik mampu mengenal
fungsi, menggunakan kostum, riasan dan properti
dengan bantuan.
Pada
fase
ini,
peserta
didik
mampu
mengaktualisasikan diri dalam sebuah pertunjukan
teater, dramatic reading, dan pantomim dengan
mandiri dan percaya diri.
5. Fase E (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas X)
Pada akhir Fase E, peserta didik sudah memahami ilmu bermain
teater (seni peran) sebagai cara mengelola diri sendiri (tubuh dan
suara) untuk bermain peran dengan tema kehidupan sehari hari.
Peserta didik mulai memahami bahwa mimik wajah, suara dan gerak
tubuh menjadi cara untuk menyampaikan pesan atau emosi, melalui
serangkaian latihan dasar berteater pantomim, gerakan menari atau
olah vokal. Selanjutnya, peserta didik dengan panduan melakukan
kegiatan berinovasi bedah naskah untuk kemudian dimainkan
kembali. Melalui pengalaman ini, peserta didik mulai memperkaya
diri dengan wawasan tentang diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
melalui tema cerita yang dibawakan dan mengenali konsep bermain
teater secara utuh menurut karakter, pesan, dan alur cerita.
Fase E Berdasarkan Elemen
Elemen
Mengalami
Menciptakan
Capaian Pembelajaran
Pada fase ini, peserta didik mampu menganalisis
teater (tokoh, karakter, gerak, dialog), drama audio
(naskah, dialog), dan pantomim (gerak tubuh,
ekspresi wajah) melalui pengamatan langsung dan
tidak langsung.
Pada fase ini, peserta didik mampu memainkan,
merancang pertunjukan teater, drama audio, dan
pantomim melalui pertunjukan yang sederhana dan
berdurasi singkat.
202
Merefleksikan
Berpikir dan
Bekerja Artistik
Berdampak
Pada fase ini, peserta didik mampu mengevaluasi
pertunjukan teater, drama audio, dan pantomim,
yang sudah dimainkan dengan kosakata sederhana.
Pada fase ini, peserta didik mampu merancang dan
menggunakan kostum, riasan, properti, dan
multimedia secara sederhana dengan mandiri.
Pada
fase
ini,
peserta
didik
mampu
mengaktualisasikan diri dalam sebuah pertunjukan
teater, drama audio, pantomim dengan mandiri,
percaya diri, dan bekerja sama.
6. Fase F (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas XI dan XII)
Pada akhir Fase F, peserta didik telah mampu mengekspresikan diri
melalui bentuk dan teknik dasar teater. Kegiatan yang dilakukan
seperti pantomim, dramatic reading, dan drama audio dengan
mimesis (peniruan) berdasarkan observasi tokoh (secara fisik)
melalui serangkaian latihan dasar olah tubuh serta suara dan
penguasaan alat bantu untuk dapat menjiwai peran. Peserta didik
dapat mengaktualisasi diri secara spontan atau terstruktur dalam
ragam kegiatan improvisasi teater dan pertunjukan singkat di kelas
dengan mandiri dan percaya diri. Pada akhir fase ini, peserta didik
telah memahami fungsi teater dan penggunaan seluruh unsur tata
artistik pemanggungan dalam pertunjukan secara utuh (unity).
Fase F Berdasarkan Elemen
Elemen
Mengalami
Menciptakan
Merefleksikan
Berpikir dan
Bekerja Artistik
Berdampak
Capaian Pembelajaran
Pada fase ini, peserta didik mampu menganalisis
teater (tokoh, karakter, gerak, dialog), drama audio
(naskah, dialog), pantomim (gerak tubuh, ekspresi
wajah), melalui pengamatan langsung dan tidak
langsung.
Pada fase ini, peserta didik mampu memainkan,
merancang pertunjukan teater, drama audio,
pantomim, melalui pertunjukan yang sederhana
dan berdurasi singkat.
Pada fase ini, peserta didik mampu mengevaluasi
pertunjukan teater, drama audio, pantomim, yang
sudah dimainkan dengan kosakata sederhana.
Pada fase ini, peserta didik mampu merancang dan
menggunakan kostum, riasan, properti, multimedia
secara sederhana, dengan mandiri.
Pada
fase
ini,
peserta
didik
mampu
mengaktualisasikan diri dalam sebuah pertunjukan
teater, drama audio, pantomim dengan mandiri,
percaya diri, dan bekerja sama.
203
X. CAPAIAN
PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN
KHUSUS
PENDIDIKAN
JASAMANI, OLAHRAGA, DAN KESEHATAN (PJOK)
A. Rasional Mata Pelajaran PJOK
Pendidikan jasmani, yang di Indonesia dikenal sebagai Pendidikan
Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (PJOK), menurut William H Freeman
(2007: 27-28) adalah pendidikan yang menggunakan aktivitas jasmani
untuk menghasilkan peningkatan secara menyeluruh jasmani, mental,
dan emosional peserta didik. Pendidikan jasmani memperlakukan setiap
peserta didik sebagai satu kesatuan yang utuh antara jiwa dan raganya.
Oleh karena itu, pendidikan jasmani merupakan bidang kajian yang
luas dan menitikberatkan pada peningkatan gerak manusia (human
movement).
Pembelajaran pendidikan jasmani dilaksanakan dengan menggunakan
berbagai pendekatan, model, strategi, metode, gaya, dan teknik sesuai
dengan karakteristik tugas gerak, peserta didik, dan lingkungan belajar.
Semua
itu
diarahkan
untuk
meningkatkan
pertumbuhan
dan
perkembangan seluruh ranah (psikomotor, kognitif, dan afektif) setiap
peserta didik dengan menekankan pada kualitas kebugaran jasmani dan
aktivitas gerak. Pembelajaran dengan berbagai pendekatan tersebut
dilaksanakan secara terencana, bertahap, dan berkelanjutan agar dapat
mengembangkan sikap positif dan menghargai manfaat aktivitas
jasmani untuk meningkatkan kualitas hidup peserta didik secara
menyeluruh.
Dengan demikian, pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan bukan
semata-mata berurusan dengan pembentukan tubuh, tetapi melibatkan
seluruh aspek perkembangan manusia yang sesuai dengan cita-cita
terbentuknya Profil Pelajar Pancasila yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan yang Maha Esa, kreatif, gotong royong, berkebinekaan
global, bernalar kritis, dan mandiri.
B. Tujuan Mata Pelajaran PJOK
Tujuan mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan
adalah sebagai berikut:
1. mengembangkan kesadaran tentang arti penting aktivitas jasmani
untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan tubuh serta gaya
hidup aktif sepanjang hayat;
2. mengembangkan
keterampilan
204
pengelolaan
diri
dalam
upaya
pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani, mengelola
kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kemampuan, serta
mengembangkan pola hidup sehat;
3. mengembangkan pola gerak dasar dan keterampilan gerak (motorik)
yang dilandasi dengan penerapan konsep, prinsip, strategi, dan
taktik secara umum sesuai dengan kemampuan;
4. meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi
nilai-nilai kepercayaan diri, sportif, jujur, disiplin, tanggung jawab,
kerja sama, pengendalian diri, kepemimpinan, dan demokratis
dalam melakukan aktivitas jasmani;
5. menciptakan suasana yang rekreatif, berisi tantangan, dan ekspresi
diri dalam interaksi sosial;
6. mengembangkan pengetahuan dan keterampilan untuk memiliki
pola hidup aktif serta memelihara dan meningkatkan kesehatan dan
kebugaran pribadi sepanjang hayat; dan
7. mengembangkan Profil Pelajar Pancasila yang beriman dan bertakwa
kepada
Tuhan
Yang
Maha
Esa,
kreatif,
gotong
royong,
berkebinekaan global, bernalar kritis, dan mandiri melalui aktivitas
jasmani.
C. Karakteristik Mata Pelajaran PJOK
Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan sebagai sebuah bidang
kajian memiliki karakteristik sebagai berikut.
1. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan melibatkan peserta
didik dalam pengalaman langsung, real dan otentik untuk
meningkatkan
kreativitas,
penalaran
kritis,
kolaborasi,
dan
keterampilan berkomunikasi, serta berfikir tingkat tinggi melalui
aktivitas jasmani.
2. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan di dalam proses
pembelajarannya mempertimbangkan karakteristik peserta didik,
tugas gerak (movement task), dan dukungan lingkungan yang
berprinsip developmentally appropriate practices (DAP).
3. Penyelenggaraan Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan
membentuk individu-individu yang terliterasi secara jasmani dan
menerapkannya dalam kehidupan sepanjang hayat.
205
4. Penyelenggaraan Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan di
sekolah didasari nilai-nilai luhur bangsa untuk membentuk Profil
Pelajar Pancasila.
5. Pendidikan jasmani mengandung elemen-elemen: keterampilan
gerak, pengetahuan gerak, pemanfaatan gerak, pengembangan
karakter,
nilai-nilai
gerak.
Adapun
elemen-elemen
tersebut
dijelaskan dalam tabel berikut:
Elemen-Elemen Mata Pelajaran PJOK serta Deskripsinya
No
1.
Elemen
Keterampilan Gerak
2.
Pengetahuan Gerak
3.
Pemanfaatan Gerak
4.
Pengembangan
Karakter
5.
Nilai-Nilai Gerak
Deskripsi
Elemen ini berupa kekhasan dari
pembelajaran PJOK yang merupakan proses
pendidikan tentang dan melalui aktivitas
jasmani, terdiri dari sub elemen: 1) Aktivitas
pola gerak dasar, 2) Aktivitas senam, 3)
Aktivitas gerak berirama, 4) Aktivitas pilihan
permainan dan olahraga, serta 5) Aktivitas
permainan dan aktivitas olahraga air
(kondisional).
Elemen ini berupa penerapan pengetahuan
(konsep, prinsip, prosedur, taktik, dan
strategi) sebagai landasan dalam melakukan
keterampilan gerak, kinerja, dan budaya
hidup aktif pada setiap sub elemen: 1)
Aktivitas pola gerak dasar, 2) Aktivitas
senam, 3) Aktivitas gerak berirama, 4)
Aktivitas pilihan permainan dan Olahraga
sederhana dan/atau tradisional, serta 5)
Aktivitas permainan dan aktivitas olahraga
air (kondisional).
Elemen ini berupa pemanfaatan gerak di
dalam kehidupan sehari-hari yang terdiri
dari sub elemen: 1) Aktivitas jasmani untuk
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, 2)
Aktivitas kebugaran jasmani untuk
kesehatan, serta 3) Pola perilaku hidup
sehat.
Elemen ini berupa pengembangan karakter
secara gradual yang dirancang melalui
berbagai aktivitas jasmani, terdiri dari: 1)
Pengembangan tanggung jawab personal
(jujur, disiplin, patuh dan taat pada aturan,
menghormati diri sendiri, dan lain-lain) dan
2) Pengembangan tanggung jawab sosial
(kerjasama, toleran, peduli, empati,
menghormati orang lain, gotong-royong, dan
sebagainya)
Elemen ini berupa nilai-nilai yang
terkandung dan dikembangkan di dalam dan
melalui aktivitas jasmani pada setiap elemen
dan sub elemen capaian pembelajaran PJOK
yang terdiri dari: 1) Nilai-nilai aktivitas
jasmani untuk kesehatan, 2) Nilai-nilai
aktivitas jasmani untuk kegembiraan dan
tantangan, serta 3) Nilai-nilai aktivitas
206
jasmani untuk ekspresi diri dan interaksi
sosial.
Capaian Pembelajaran PJOK
Capaian pembelajaran PJOK adalah menyiapkan peserta didik yang
terliterasi secara jasmani., peserta didik yang memiliki motivasi,
kepercayaan diri, pengetahuan, pemahaman, dan kompetensi jasmani
agar dapat menghargai serta mengambil tanggung jawab untuk terlibat
dalam aktivitas jasmani secara reguler. Peserta didik tersebut: 1)
memiliki kemampuan keterampilan berupa pola-pola gerak dasar
(fundamental movement patterns) dan berbagai keterampilan gerak
(motor skills) yang baik, 2) menerapkan pengetahuan (konsep, prinsip,
prosedur, taktik, dan strategi) terkait gerak, kinerja, dan budaya hidup
aktif, 3) menunjukkan pengetahuan dan keterampilan aktivitas jasmani
dan
kebugaran
untuk
memelihara
dan
meningkatkan
derajat
kesehatan, 4) menunjukkan perilaku tanggung jawab secara personal
dan sosial yang menghargai diri-sendiri dan orang lain, serta 5)
mengakui nilai-nilai aktivitas jasmani untuk kesehatan, kesenangan,
tantangan, ekspresi diri, dan interaksi sosial.
D. Capaian Pembelajaran PJOK Setiap Fase
1. Fase A (Usia Mental ≤ 7 Tahun dan Umumnya Kelas I dan II)
Pada akhir Fase A, peserta didik dapat menunjukkan berbagai
aktivitas pola gerak dasar dan keterampilan gerak sebagai hasil
peniruan dari berbagai sumber. Selain itu, mengetahui konsep dan
prinsip gerak yang benar, mengetahui dan mempraktikkan aktivitas
jasmani dan kebugaran untuk kesehatan, menunjukkan perilaku
awal tanggung jawab personal dan sosial, serta mengenal nilai-nilai
aktivitas jasmani.
Fase A Berdasarkan Elemen
Elemen
Keterampilan Gerak
Pengetahuan Gerak
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase ini, peserta didik menunjukkan
kemampuan dalam menirukan aktivitas gerak
dasar, permainan dan olahraga, aktivitas senam
lantai sederhana, aktivitas gerak berirama, dan
aktivitas air yang disesuaikan dengan kemampuan
dan karakteristik peserta didik (kondisional).
Pada akhir fase ini, peserta didik mengetahui
prosedur dalam melakukan gerak dasar,
permainan dan olahraga, aktivitas senam lantai
sederhana, aktivitas gerak berirama, dan aktivitas
olahraga air yang disesuaikan dengan
kemampuan juga karakteristik peserta didik
(kondisional).
207
Elemen
Pemanfaatan Gerak
Pengembangan
Karakter
Nilai-Nilai Gerak
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase ini, peserta didik mengetahui
prosedur gerak dasar dan mampu mempraktikkan
latihan pengembangan kebugaran jasmani untuk
kesehatan dan menunjukkan kemampuan dalam
mengenali nama dan fungsi tubuh dan anggota
tubuh, menjaga kebersihan diri dan lingkungan
yang disesuaikan dengan kemampuan juga
karakteristik peserta didik.
Pada akhir fase ini, peserta didik menunjukkan
perilaku bertanggung jawab dalam menyimak
arahan dan umpan balik yang diberikan guru
serta mulai dapat menghormati orang lain yang
disesuaikan dengan kemampuan dan
karakteristik peserta didik.
Pada akhir fase ini, peserta didik mengenali ragam
aktivitas jasmani yang dapat digunakan untuk
menjaga kesehatan, sekaligus merasakan adanya
keberhasilan dalam tantangan dan sebagai
wahana dalam mengekspresikan diri ketika
berinteraksi sosial yang disesuaikan dengan
kemampuan dan karakteristik peserta didik
2. Fase B (Usia Mental ± 8 Tahun dan Umumnya Kelas III dan IV)
Pada akhir Fase B, peserta didik dapat menunjukkan kemampuan
dalam memvariasikan dan mengombinasikan berbagai aktivitas pola
gerak dasar dan keterampilan gerak dilandasi dengan pengetahuan
yang benar secara mandiri. Selain itu, menerapkan prosedur aktivitas
jasmani dan kebugaran untuk kesehatan, menunjukkan perilaku
tanggung jawab personal dan sosial dalam jangka waktu tertentu
secara konsisten, serta menerapkan nilai-nilai aktivitas jasmani.
Fase B Berdasarkan Elemen
Elemen
Keterampilan Gerak
Pengetahuan Gerak
Pemanfaatan Gerak
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase ini, peserta didik menunjukkan
kemampuan dalam mempraktikkan variasi dan
kombinasi aktivitas pola gerak dasar, permainan
dan olahraga, aktivitas senam lantai sederhana,
aktivitas gerak berirama, dan aktivitas olahraga
air yang disesuaikan dengan kemampuan juga
karakteristik peserta didik (kondisional).
Pada akhir fase ini, peserta didik memahami
prosedur variasi dan kombinasi pola gerak dasar,
permainan dan olahraga, aktivitas senam lantai
sederhana, aktivitas gerak berirama, dan aktivitas
olahraga air yang disesuaikan dengan
kemampuan juga karakteristik peserta didik
(kondisional).
Pada akhir fase ini, peserta didik dapat
memahami prosedur dan mempraktikkan latihan
pengembangan kebugaran jasmani, menunjukkan
kemampuan dalam menerapkan pola hidup sehat
(perlunya aktivitas jasmani, istirahat, pengisian
waktu luang, serta memilih makanan bergizi dan
seimbang). Peserta didik juga dapat menunjukkan
208
Elemen
Pengembangan
Karakter
Nilai-Nilai Gerak
Capaian Pembelajaran
kemampuan dalam menerapkan konsep
pemeliharaan kebersihan dan kesehatan alat
reproduksi, serta kesehatan diri dan orang lain
dari penyakit menular dan tidak menular
sesuaikan dengan kemampuan dan karakteristik
peserta didik.
Pada akhir fase ini, peserta didik dapat
menunjukkan perilaku bertanggung jawab untuk
belajar mengarahkan diri dalam proses
pembelajaran serta menerima dan
mengimplementasikan arahan dan umpan balik
yang diberikan guru yang disesuaikan dengan
kemampuan dan karakteristik peserta didik.
Pada akhir fase ini, peserta didik dapat memahami
ukuran dan intensitas aktivitas jasmani (ringan,
sedang, dan berat) yang berhubungan dengan
kesehatan, menumbuhkembangkan unsur
kegembiraan, tantangan, percaya diri, serta dapat
mengekspresikan diri ketika berinteraksi sosial
yang disesuaikan dengan kemampuan dan
karakteristik peserta didik.
3. Fase C (Usia Mental ± 8 Tahun dan Umumnya Kelas V dan VI)
Pada akhir Fase C, siswa mampu memvariasikan dan mengombinasikan
keterampilan sesuai dengan tuntutan dari bentuk gerak terpilih dan
memodifikasi gerak melalui bentuk-bentuk permainan bola besar dan bola
kecil sehingga dapat berpartisipasi secara mandiri atau berkelompok dalam
upaya peningkatan kesehatan dan kebugaran jasmani melalui aktivitas
keterampilan gerak yang lebih kompleks sebagai ekspresi perasaan dan
kemampuan memecahkan masalah/tantangan melalui analisa sebab-akibat
dan potensi pemecahannya bersama-sama dan dapat bekerjasama dalam
situasi yang berbeda budaya, etnis, dan SARA serta mampu menunjukkan
sikap dan perilaku toleran, peduli, empati, dan simpati dalam situasi
pelaksanaan aktivitas jasmani.
Fase C berdasarkan elemen
Elemen
Keterampilan Gerak
Pengetahuan Gerak
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase ini, peserta didik dapat
mempraktikkan variasi dan kombinasi gerak
dasar lokomotor dan nonlokomotor dalam
permainan bola besar, bola kecil, aktivitas gerak
berirama, gerak dasar senam lantai sederhana,
dan gerak dasar tendangan dan kayuhan pada
aktivitas air yang disesuaikan dengan kemampuan
juga karakteristik peserta didik (kondisional).
Pada akhir fase ini, peserta didik dapat
mengetahui variasi dan kombinasi gerak dasar
lokomotor dan nonlokomotor dalam permainan
bola besar, bola kecil, gerak dasar atletik jalan
cepat dan lari, aktivitas gerak berirama, gerak
dasar statis dan dinamis pada senam lantai
sederhana, dan gerak dasar tendangan tungkai
209
Elemen
Pemanfaatan Gerak
Pengembangan
Karakter
Nilai-Nilai Gerak
Capaian Pembelajaran
dan kayuhan lengan pada aktivitas air yang
disesuaikan dengan kemampuan juga
karakteristik peserta didik (kondisional).
Pada akhir fase ini, peserta didik menerapkan dan
mempraktikkan prosedur pengukuran status
kebugaran jasmani terkait kesehatan (physical
fittness related health) untuk mengetahui status
kebugaran pribadi. Pada fase ini, peserta didik
juga memiliki pengetahuan tentang makanan
bergizi dan jajanan sehat, serta memiliki
pengetahuan dan kemampuan untuk mengetahui
pengaruh aktivitas fisik dan istirahat yang cukup
bagi pertumbuhan dan perkembangan
disesuaikan dengan kemampuan juga
karakteristik peserta didik.
Pada akhir fase ini, peserta didik terlibat aktif
secara penuh dalam proses pembelajaran yang
didasari kesadaran dan tanggung jawab personal,
bertanggung jawab atas penggunaan alat dan
fasilitas pembelajaran, dan menghargai orang lain
sesuai dengan kemampuan juga karakteristik
peserta didik.
Pada akhir fase ini, peserta didik dapat
membandingkan perbedaan pengaruh berbagai
aktivitas jasmani yang digunakan untuk
memelihara dan meningkatkan kebugaran
jasmani untuk kesehatan serta
menumbuhkembangkan unsur kegembiraan,
tantangan, percaya diri, serta dapat
mengekspresikan diri dalam situasi berolahraga
termasuk menerima kemenangan atau kekalahan
secara wajar yang disesuaikan dengan
kemampuan juga karakteristik peserta didik.
4. Fase D (Usia Mental ± 9 Tahun dan Umumnya Kelas VII, VIII, dan IX)
Pada akhir Fase D, peserta didik dapat berpartisipasi aktif
menampilkan
berbagai
keterampilan
pola
gerak
dasar
dalam
beberapa jenis permainan, olahraga, dan atau aktivitas lainnya dalam
suasana
kompetisi
dan
rekreasi
sehingga
dapat
menerima
keunggulan dan kelemahan antar individu atau kelompok serta dapat
meningkatkan derajat kesehatan dan kebugaran jasmani.
Fase D berdasarkan elemen
Elemen
Keterampilan Gerak
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase ini, peserta didik dapat
menunjukkan kemampuan dalam mempraktikkan
variasi dan kombinasi pola gerak dasar lokomotor,
nonlokomotor, dan manipulatif dalam permainan
dan atau olahraga tradisional bola besar dan bola
kecil yang dimodifikasi, kombinasi pola gerak
dasar pada aktivitas senam lantai sederhana,
variasi dan kombinasi pada aktivitas gerak
berirama, dan aktivitas air yang disesuaikan
210
Elemen
Capaian Pembelajaran
dengan kemampuan, juga karakteristik peserta
didik (kondisional).
Pada akhir fase ini, peserta didik dapat memahami
fakta dan prosedur variasi dan kombinasi pola
gerak dasar lokomotor, nonlokomotor, dan
manipulatif dalam permainan dan atau olahraga
tradisional bola besar dan bola kecil yang
dimodifikasi, kombinasi pola gerak dasar pada
aktivitas senam lantai sederhana, variasi dan
kombinasi pada aktivitas gerak berirama, dan
aktivitas air yang disesuaikan dengan kemampuan
juga karakteristik peserta didik (kondisional).
Pada akhir fase ini, peserta didik dapat memahami
fakta, konsep dan prosedur latihan
pengembangan kebugaran jasmani terkait
kesehatan (physical fittness related health) dan
kebugaran jasmani terkait keterampilan (physical
fittness related skills), berdasarkan prinsip latihan
(frequency, intensity, time, type/FITT) untuk
mendapatkan kebugaran dengan status baik.
Peserta didik juga dapat menerapkan konsep gaya
hidup sehat untuk mencegah berbagai penyakit
dan peran aktivitas fisik terhadap pencegahan
penyakit disesuaikan dengan kemampuan juga
karakteristik peserta didik.
Pada akhir fase ini, peserta didik proaktif
melakukan dan mengajak untuk memelihara dan
memonitor peningkatan derajat kebugaran
jasmani dan kemampuan aktivitas jasmani
lainnya, serta menunjukkan keterampilan bekerja
sama dengan merujuk peraturan dan pedoman
untuk menyelesaikan perbedaan dan konflik
antarindividu sesuai dengan kemampuan dan
karakteristik peserta didik.
Pada akhir fase ini, peserta didik dapat
menganalisis hubungan antara aktivitas jasmani
dan kesehatan, untuk dapat memilih aktivitas
yang berperan sebagai media
menumbuhkembangkan unsur kegembiraan,
tantangan, percaya diri, serta dapat
mengekspresikan diri dalam berinteraksi di
lingkungan sosial sesuai dengan kemampuan dan
karakteristik peserta didik.
Pengetahuan Gerak
Elemen Pemanfaatan
Gerak
Elemen
Pengembangan
Karakter
Elemen Nilai-Nilai
Gerak
5. Fase E (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas X)
Pada
akhir
Fase
E,
peserta
didik
dapat
berpartisipasi
aktif
menampilkan berbagai prosedur variasi dan kombinasi keterampilan
gerak dasar dalam berbagai permainan dan atau olahraga tradisional
yang dimodifikasi, juga dapat mengevaluasi sikap dan kebiasaan
sebagai individu yang sehat dan aktif.
Fase E Berdasarkan Elemen
Elemen
Keterampilan Gerak
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase ini, peserta didik dapat
menunjukkan kemampuan dalam mempraktikkan
211
Elemen
Pengetahuan Gerak
Pemanfaatan Gerak
Pengembangan
Karakter
Nilai-Nilai Gerak
Capaian Pembelajaran
hasil evaluasi aktivitas jasmani dan olahraga,
aktivitas senam, aktivitas gerak berirama, dan
aktivitas permainan dan aktivitas olahraga air
sesuai dengan kemampuan dan karakteristik
peserta didik (kondisional).
Pada akhir fase ini, peserta didik dapat
mengevaluasi fakta, konsep, prinsip, dan prosedur
dalam melakukan evaluasi aktivitas jasmani dan
olahraga, aktivitas senam, aktivitas gerak
berirama, dan aktivitas permainan dan aktivitas
olahraga air sesuai dengan kemampuan juga
karakteristik peserta didik (kondisional).
Pada akhir fase ini, peserta didik dapat
mengevaluasi fakta,konsep, prinsip, dan prosedur
dan mempraktikkan latihan pengembangan
kebugaran jasmani terkait kesehatan (physicsl
fittness related health) dan kebugaran jasmani
terkait keterampilan (physical fittness related
skills), berdasarkan prinsip latihan (frequency,
intensity, time, type/FITT) untuk mendapatkan
kebugaran. Peserta didik juga dapat menunjukkan
kemampuan dalam menerapkan konsep dan
prinsip pergaulan yang sehat disesuaikan dengan
kemampuan juga karakteristik peserta didik.
Pada akhir fase ini, peserta didik mengembangkan
tanggung jawab sosialnya dalam kelompok kecil
untuk melakukan perubahan positif,
menunjukkan etika yang baik, saling
menghormati, dan mengambil bagian dalam kerja
kelompok pada aktivitas jasmani atau kegiatan
sosial lainnya sesuai dengan kemampuan dan
karakteristik peserta didik.
Pada akhir fase ini, peserta didik dapat
mengevaluasi sikap dan kebiasaan untuk menjadi
individu yang sehat, aktif, menyukai tantangan
dan cara menghadapinya secara positif dalam
konteks aktivitas jasmani dengan menunjukkan
perilaku menghormati diri sendiri dan orang lain
sesuai dengan kemampuan dan karakteristik
peserta didik.
6. Fase F (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas XI dan XII)
Pada akhir Fase F, peserta didik dapat menunjukkan kemampuan
berbagai aktivitas jasmani dan olahraga sebagai hasil evaluasi
pengetahuan,
mengevaluasi
dan
mempraktikkan
latihan
pengembangan kebugaran jasmani terkait kesehatan (physical
fittness related health) dan kebugaran jasmani terkait keterampilan
(physical fittness related skills), menunjukkan perilaku dalam
memimpin kelompok kecil untuk melakukan perubahan positif, juga
dapat mengevaluasi sikap dan kebiasaan sebagai individu yang sehat
dan aktif.
Fase F Berdasarkan Elemen
212
Elemen
Keterampilan Gerak
Pengetahuan Gerak
Pemanfaatan Gerak
Pengembangan
Karakter
Nilai-Nilai Gerak
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase ini, peserta didik dapat
menunjukkan kemampuan dalam mempraktikkan
hasil evaluasi aktivitas jasmani dan olahraga,
aktivitas senam, aktivitas gerak berirama, dan
aktivitas permainan dan aktivitas air yang
disesuaikan dengan kemampuan juga
karakteristik peserta didik (kondisional).
Pada akhir fase ini, peserta didik dapat
mengevaluasi fakta, konsep, prinsip, dan prosedur
dalam melakukan evaluasi aktivitas jasmani dan
olahraga, aktivitas senam, aktivitas gerak
berirama, dan aktivitas permainan dan aktivitas
air yang disesuaikan dengan kemampuan juga
karakteristik peserta didik (kondisional).
Pada akhir fase ini, peserta didik dapat
mengevaluasi fakta,konsep, prinsip, dan prosedur
dan mempraktikkan latihan pengembangan
kebugaran jasmani terkait kesehatan (physical
fittness related health) dan kebugaran jasmani
terkait keterampilan (physical fittness related
skills), berdasarkan prinsip latihan (frequency,
intensity, time, type/FITT) untuk mendapatkan
kebugaran dengan status baik. Peserta didik juga
dapat menunjukkan kemampuan dalam
menerapkan konsep, prinsip, dan prosedur
menjaga kesehatan tubuh dan P3K pada kejadian
darurat, baik pada diri sendiri maupun pada
orang lain disesuaikan dengan kemampuan dan
karakteristik peserta didik.
Pada akhir fase ini, peserta didik mengembangkan
tanggung jawab sosialnya dalam kelompok kecil
untuk melakukan perubahan positif,
menunjukkan etika yang baik, saling
menghormati, dan mengambil bagian dalam kerja
kelompok pada aktivitas jasmani atau kegiatan
sosial lainnya sesuai dengan kemampuan dan
karakteristik peserta didik.
Pada akhir fase ini, peserta didik dapat
mengevaluasi sikap dan kebiasaan untuk menjadi
individu yang sehat, aktif, menyukai tantangan
dan cara menghadapinya secara positif dalam
konteks aktivitas jasmani dengan menunjukkan
perilaku menghormati diri sendiri dan orang lain
sesuai dengan kemampuan dan karakteristik
peserta didik.
213
XI. CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN
PERBENGKELAN SEPEDA MOTOR
KHUSUS
KETERAMPILAN
A. Rasional Mata Pelajaran Perbengkelan Sepeda Motor
Mata pelajaran Perbengkelan Sepeda Motor merupakan mata pelajaran
yang membekali peserta didik memiliki sikap, pengetahuan, dan
keterampilan untuk menyelesaikan tugas yang diperoleh melalui latihan
secara
kontinu.
Pendidikan
keterampilan
merupakan
pendidikan
kecakapan hidup (life skill), yaitu proses membantu peserta didik
mengembangkan kemampuan, kesanggupan, dan keterampilan yang
diperlukan
dalam
menjalankan
kehidupan
untuk
mencapai
kesejahteraan. Sebagai prasyarat mata pelajaran Perbengkelan Sepeda
Motor, perlu keterampilan yang diasah melalui training, yaitu literasi
dasar
(basic
keterampilan
literacy
skill),
interpersonal
keterampilan
(interpersonal
teknis
skill),
(technical
dan
skill),
keterampilan
penyelesaian masalah (problem solving).
Mata pelajaran Perbengkelan Sepeda Motor merupakan keterampilan
pilihan yang dipelajari peserta didik dari jenjang SMPLB hingga SMALB.
Selama 6 tahun, peserta didik diberikan pembelajaran mengenai
keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan; memahami fungsi dan
menggunakan
peralatan
tangan
perbengkelan;
merawat
mesin,
kelistrikan dan rangka. Diharapkan, peserta didik yang memiliki
keterbatasan intelegensi atau disertai kebutuhan khusus lainnya
(tunanetra, tunarungu, tunadaksa, dan autis) memiliki kecakapan hidup,
keahlian
dalam
bekerja,
dan
kesejahteraan.
Selain
itu,
dengan
mempelajari Keterampilan Perbengkelan Sepeda Motor, dapat terbentuk
sikap sesuai Profil Pelajar Pancasila, yaitu beriman, bertakwa kepada
Tuhan yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, berpikir kritis, mandiri,
kreatif, bergotong royong, dan berkebinekaan global.
Capaian pembelajaran pada elemen dan materi ini menjadikan gambaran
pembelajaran yang dapat dipelajari peserta didik untuk memiliki keahlian
dalam
bidang
perbengkelan
sepeda
motor.
Adapun
pada
pembelajarannya dapat dikembangkan menyesuaikan dengan sarana
dan prasarana, kemampuan peserta didik, lingkungan yang berkenaan
dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri, serta kewirausahaan.
214
B. Tujuan Mata Pelajaran Perbengkelan Sepeda Motor
Mata pelajaran Perbengkelan Sepeda Motor bertujuan untuk membekali
peserta didik agar dapat melakukan hal-hal berikut.
1. Menerapkan prosedur keselamatan, kesehatan kerja, dan lingkungan
(K3L).
2. Menyiapkan,
menggunakan,
dan
merawat
peralatan
tangan
perbengkelan.
3. Menyiapkan dan menerapkan prosedur perawatan mesin.
4. Menyiapkan dan menerapkan prosedur perawatan kelistrikan.
5. Menyiapkan dan menerapkan prosedur perawatan bagian rangka.
6. Memiliki sikap dan etos kerja (tanggung jawab, tekun, jujur, dan
disiplin).
7. Memiliki rasa ingin tahu akan perkembangan teknologi sepeda motor.
8. Menyelesaikan
masalah
yang
meliputi
kemampuan
memahami
masalah dan solusi menyelesaikan masalah.
9. Memberikan
bekal
kemampuan
(sikap,
pengetahuan,
dan
keterampilan) yang dapat bermanfaat bagi siswa dalam kehidupan
sebagai anggota masyarakat maupun sebagai warga negara yang
kreatif dan produktif sesuai dengan keterbatasan yang dihadapi anak.
C. Karakteristik Mata Pelajaran Perbengkelan Sepeda Motor
1. Deskripsi Umum
Mata pelajaran Perbengkelan Sepeda Motor terdiri atas 5 elemen
(komponen), yaitu 2 komponen umum (Keselamatan, Kesehatan Kerja
dan Lingkungan serta Peralatan Tangan Perbengkelan) dan 3
komponen
inti
(Perawatan
Mesin,
Perawatan
Kelistrikan,
dan
Perawatan Rangka).
Komponen umum dimaksud ialah komponen yang saling berkaitan
dengan komponen inti, misalnya perawatan pada rangka akan
berhubungan dengan peralatan yang dibutuhkan serta kewajiban
dalam melindungi keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan.
Begitupun elemen lainnya yang saling berkaitan menyesuaikan materi
yang diajarkan pada fase dan atau kelas.
Pembelajaran Keterampilan Perbengkelan Sepeda Motor dilaksanakan
melalui:
1. pembelajaran di kelas,
2. pembelajaran di ruang praktik (bengkel keterampilan),
3. magang keterampilan pada bengkel sepeda motor,
215
4. berkunjung pada sekolah menengah kejuruan dan industri yang
relevan.
Alur proses pembelajaran Keterampilan Perbengkelan Sepeda Motor
sebagai berikut.
1. Materi tentang pengetahuan dan penerapan keselamatan, kesehatan
kerja dan lingkungan (K3L) diberikan paling awal sebelum materi
yang lain. Namun, selalu diterapkan sebagai pendahuluan pada
materi lanjutan.
2. Setelah mempelajari materi tentang pengetahuan dan penerapan
keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan (K3L), peserta didik
akan mempelajari materi tentang alat tangan pada perbengkelan
sepeda motor.
3. Setelah mempelajari materi tentang pengetahuan dan penerapan
keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan (K3L) dan alat tangan
pada perbengkelan sepeda motor, peserta didik akan mempelajari
materi komponen inti, yaitu mesin, kelistrikan, dan rangka.
4. Materi inti, mesin, kelistrikan, dan rangka akan dilaksanakan pada
bagian menyiapkan dan melakukan perawatan bagian tertentu saja
Penilaian meliputi aspek pengetahuan (tes dan non tes), sikap
(observasi),
dan
keterampilan
(proses,
hasil,
dan
portofolio).
Pembelajaran Keterampilan Perbengkelan Sepeda Motor dilakukan
secara block system disesuaikan dengan karakteristik elemen yang
dipelajari.
2. Elemen Mata Pelajaran Perbengkelan Sepeda Motor
Elemen Mata Pelajaran Perbengkelan Sepeda Motor dan Deskripsinya
Elemen
Deskripsi
Keselamatan,
Kesehatan
Kerja, dan
Lingkungan
Elemen yang berhubungan dengan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang diperlukan untuk
melaksanakan
prosedur
keselamatan
kerja
di
perbengkelan sepeda motor. Cakupannya meliputi
mengikuti
prosedur
pada
tempat
kerja
untuk
mengidentifikasi bahaya dan cara menghindarinya;
memelihara kebersihan peralatan dan area kerja;
menempatkan dan mengidentifikasi jenis pemadam
kebakaran, penggunaannya, dan prosedur pengoperasian
di tempat kerja; dan mengikuti prosedur pada tempat kerja
untuk pengamanan dan pengendalian limbah. K3L
merupakan kompetensi umum yang harus dikuasai
sebelum mengerjakan pekerjaan inti (perawatan mesin,
kelistrikan dan sistem rangka).
Peralatan
Tangan
Perbengkelan
Elemen
ini
berhubungan
dengan
pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang diperlukan untuk
menggunakan dan memelihara peralatan tangan di
perbengkelan sepeda motor. Cakupannya meliputi
216
Elemen
Deskripsi
menyiapkan
identifikasi
peralatan
tangan
yang
disesuaikan
untuk
memenuhi
jenis
pekerjaan;
menggunakan
peralatan
tangan
secara
aman;
menggunakan dan merawat alat ukur servis ringan.
Dengan penguasaan pengetahuan dan keterampilan alat
tangan, peserta didik akan lebih mudah menerapkannya
pada pekerjaan perbengkelan sepeda motor.
Perawatan
Mesin
Perawatan mesin merupakan pekerjaan rutin yang
dilakukan secara kontinu agar sepeda motor dapat
dikendarai dengan aman dan nyaman. Perawatan mesin
mencakup pengetahuan dan keterampilan keselamatan,
kesehatan kerja dan lingkungan; kompresor udara;
merawat sistem pendinginan; merawat filter udara;
mengganti oli mesin; mengganti busi; dan merawat sistem
kopling; merawat sistem Continous Variable Transmission
(CVT) sepeda motor; menyiapkan perawatan karburator
sepeda motor; melakukan pemeriksaan komponen dari
sistem bahan bakar sepeda motor; memastikan kinerja
karburator sepeda motor sesuai standar; menyiapkan dan
melakukan perawatan sistem injeksi sepeda motor.
Perawatan
Kelistrikan
Elemen yang berhubungan dengan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang diperlukan untuk membaca
wiring diagram (perkabelan) sistem kelistrikan di
perbengkelan sepeda motor, melakukan perawatan
baterai sepeda motor, melakukan perawatan instrumen
kelistrikan (sistem penerangan dan sinyal) sepeda motor.
Cakupannya meliputi menyiapkan buku manual sistem
kelistrikan sepeda motor; membaca wiring diagram sistem
kelistrikan sepeda motor; menyiapkan perawatan baterai
sepeda motor; melakukan pemeriksaan baterai sepeda
motor; memastikan kinerja baterai sepeda motor sesuai
standar; menyiapkan perawatan instrumen kelistrikan
(sistem penerangan dan sinyal) sepeda motor; melakukan
pemeriksaan komponen dari instrumen kelistrikan
(sistem penerangan dan sinyal) sepeda motor; serta
memastikan kinerja instrumen kelistrikan (sistem
penerangan dan sinyal) sepeda motor sesuai standar.
Perawatan
Sistem Rangka
Perawatan
sistem
rangka
berhubungan
dengan
pengetahuan, keterampilan, sikap yang diperlukan untuk
memelihara sistem hidrolik di perbengkelan sepeda motor,
merawat sistem rem sepeda motor, merawat bantalan
sistem kemudi, melepas dan memasang roda sepeda
motor, memelihara rantai roda sepeda motor, memelihara
bodi/pencucian sepeda motor. Cakupannya meliputi
menyiapkan perlengkapan pemeliharaan sistem hidrolik
sepeda motor; memelihara sistem hidrolik sepeda motor;
menyiapkan perawatan sistem rem sepeda motor;
melakukan pemeriksaan pada sistem rem sepeda motor;
memastikan kinerja rem sepeda motor sesuai standar;
menyiapkan perawatan bantalan sistem kemudi;
memastikan bantalan sistem kemudi dalam kondisi
normal; melakukan perawatan sistem suspensi sepeda
motor; menyiapkan perawatan sistem suspensi sepeda
motor; melakukan pemeriksaan komponen dari sistem
suspensi sepeda motor; memastikan kinerja suspensi
sepeda motor sesuai standar; mengidentifikasi konstruksi
jenis roda sepeda motor dan sistem pemasangannya;
melepas roda-roda sepeda motor; memeriksa roda sepeda
217
Elemen
Deskripsi
motor; memasang roda sepeda motor; menyiapkan
perlengkapan pemeliharaan rantai roda sepeda motor;
memelihara
rantai
roda
sepeda
motor
berikut
komponennya; menyiapkan perlengkapan pemeliharaan
bodi/pencucian
sepeda
motor;
serta memelihara
bodi/pencucian sepeda motor.
D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Perbengkelan Sepeda Motor Setiap
Fase
1. Fase D (Usia Mental ± 9 Tahun dan Umumnya Kelas VII, VIII, dan IX)
Pada
akhir
Fase
D,
peserta
didik
memiliki
kemampuan
mengidentifikasi bahaya dan cara menghindarinya, memelihara
kebersihan peralatan dan area kerja dan mengikuti prosedur pada
tempat
kerja
untuk
pengamanan
dan
pengendalian
limbah;
menyiapkan dan menggunakan peralatan tangan; menyiapkan buku
manual
sistem
kelistrikan
sepeda
motor;
menyiapkan
dan
menggunakan alat ukur; memelihara kompresor udara, menyiapkan
perawatan sistem pendinginan sepeda motor; menyiapkan dan
memeriksa baterai sepeda motor, sistem rem, dan sistem kemudi
sepeda motor.
Fase D Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Keselamatan
dan Kesehatan
Kerja
Pada akhir Fase D, peserta didik mampu mengikuti
prosedur pada tempat kerja untuk mengidentifikasi
bahaya
dan
cara
menghindarinya,
memelihara
kebersihan peralatan dan area kerja, serta mengikuti
prosedur pada tempat kerja untuk pengamanan dan
pengendalian limbah.
Peralatan
Tangan
Perbengkelan
Pada akhir Fase D, peserta didik mampu menyiapkan
pemilihan
peralatan
tangan
di
tempat
kerja,
menggunakan peralatan tangan di tempat kerja secara
aman, memelihara peralatan tangan, menyiapkan
pemilihan alat ukur servis ringan di tempat kerja, dan
memelihara alat ukur servis ringan.
Perawatan
Mesin
Pada akhir Fase D, peserta didik mampu menyiapkan
perlengkapan
pemeliharaan
kompresor
udara,
memelihara kompresor udara, menyiapkan perawatan
sistem
pendinginan
sepeda
motor,
melakukan
pemeriksaan komponen sistem pendinginan sepeda
motor, memastikan kinerja sistem pendinginan sepeda
motor sesuai standar, menyiapkan perawatan filter udara
sepeda motor, melakukan pemeriksaan sistem filter
udara sepeda motor, dan memastikan kinerja sistem filter
udara sepeda motor sesuai standar.
Perawatan
Kelistrikan
Pada akhir Fase D, peserta didik mampu memastikan
kinerja instrumen kelistrikan (sistem penerangan dan
sinyal) sepeda motor sesuai standar.
218
Elemen
Capaian Pembelajaran
Pada akhir Fase D, peserta didik mampu memastikan
kinerja suspensi sepeda motor sesuai standar,
memastikan fungsi setiap bagian roda sepeda motor, dan
memeriksa roda sepeda motor.
Perawatan
Rangka
2. Fase E (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas X)
Pada
akhir
Fase
E,
peserta
didik
memiliki
kemampuan
mengidentifikasi bahaya dan cara menghindarinya; memelihara
kebersihan
peralatan
dan
area
kerja
sesuai
prosedur
serta
pengendalian limbah; menyiapkan, menggunakan, dan memelihara
peralatan tangan, alat ukur, filter udara; mengganti oli dan busi;
membaca wiring diagram sistem kelistrikan, pemeriksaan roda dan
komponennya; serta melepas dan memasang roda sepeda motor.
Fase E Berdasarkan Elemen
Elemen
Keselamatan
dan Kesehatan
Kerja
Peralatan
Tangan
Perbengkelan
Perawatan
Mesin
Perawatan
Kelistrikan
Perawatan
Rangka
Capaian Pembelajaran
Pada akhir Fase E, peserta didik mampu melakukan
prosedur pada tempat kerja untuk mengidentifikasi
bahaya dan cara menghindarinya; memelihara
kebersihan peralatan dan area kerja; dan mengikuti
prosedur pada tempat kerja untuk pengamanan dan
pengendalian limbah.
Pada akhir Fase E, peserta didik mampu menyiapkan
pemilihan peralatan tangan di tempat kerja;
menggunakan peralatan tangan di tempat kerja secara
aman; memelihara peralatan tangan; menyiapkan
pemilihan alat ukur servis ringan di tempat kerja; dan
memelihara alat ukur servis ringan.
Pada akhir Fase E, peserta didik mampu menyiapkan
perawatan filter udara sepeda motor; melakukan
pemeriksaan sistem filter udara sepeda motor;
memastikan kinerja sistem filter udara sepeda motor
sesuai standar; menyiapkan penggantian oli mesin
sepeda motor; mengganti oli mesin; menyiapkan
perawatan busi sepeda motor; dan memastikan busi
terpasang dengan benar.
Pada akhir Fase E, peserta didik mampu membaca
wiring diagram sistem kelistrikan sepeda motor;
melakukan pemeriksaan baterai sepeda motor; dan
melakukan
pemeriksaan
komponen
instrumen
kelistrikan (sistem penerangan dan sinyal) sepeda
motor.
Pada akhir Fase E, peserta didik mampu memelihara
sistem hidrolik sepeda motor; menyiapkan perawatan
sistem injeksi sepeda motor; menyiapkan perawatan
sistem rem sepeda motor; menyiapkan perawatan
sistem
suspensi
sepeda
motor;
menyiapkan
pemeriksaan roda sepeda motor; serta mengidentifikasi
konstruksi jenis roda sepeda motor dan sistem
pemasangannya.
3. Fase F (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas XI dan XII)
219
Pada
akhir
Fase
F,
peserta
didik
memiliki
kemampuan
mengidentifikasi bahaya dan cara menghindarinya; memelihara
kebersihan
peralatan
dan
area
kerja
sesuai
prosedur
serta
pengendalian limbah; menyiapkan, menggunakan, dan memelihara
peralatan tangan, alat ukur, filter udara; mengganti oli dan busi;
merawat sistem kopling; merawat sistem CVT; merawat karburator
dan sistem injeksi; memastikan kinerja baterai sesuai standar;
memelihara rantai roda; memastikan kinerja instrumen kelistrikan
(sistem penerangan dan sinyal) sepeda motor sesuai standar; serta
melakukan pencucian/perawatan bodi sepeda motor.
Fase F Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Keselamatan
dan
Kesehatan
Kerja
Pada akhir Fase F, peserta didik mampu melakukan
prosedur pada tempat kerja untuk mengidentifikasi
bahaya
dan
cara
menghindarinya;
memelihara
kebersihan peralatan dan area kerja; serta mengikuti
prosedur pada tempat kerja untuk pengamanan dan
pengendalian limbah.
Pada akhir Fase F, peserta didik mampu menyiapkan
pemilihan
peralatan
tangan
di
tempat
kerja;
Peralatan
menggunakan peralatan tangan di tempat kerja secara
Tangan
aman; memelihara peralatan tangan; menyiapkan
Perbengkelan pemilihan alat ukur servis ringan di tempat kerja;
mengukur dimensi; dan memelihara alat ukur servis
ringan.
Perawatan
Mesin
Pada akhir Fase F, peserta didik mampu menyiapkan
penggantian oli mesin sepeda motor; mengganti oli mesin;
menyiapkan perawatan busi sepeda motor; memastikan
busi terpasang dengan benar; menyiapkan perawatan
sistem kopling sepeda motor; melakukan pemeriksaan
komponen sistem kopling sepeda motor; memastikan
kinerja sistem kopling sepeda motor sesuai standar;
menyiapkan perawatan,pemeriksaan dan memastikan
kinerja CVT sepeda motor sesuai standar; menyiapkan
perawatan karburator sepeda motor dan melakukan
pemeriksaan komponen dari sistem bahan bakar sepeda
motor; serta menyiapkan dan melakukan perawatan
sistem injeksi sepeda motor.
Perawatan
Kelistrikan
Pada akhir Fase F, peserta didik mampu membaca wiring
diagram sistem kelistrikan sepeda motor; melakukan
pemeriksaan baterai sepeda motor; memastikan kinerja
baterai sepeda motor sesuai standar; dan melakukan
pemeriksaan komponen dari instrumen kelistrikan
(sistem penerangan dan sinyal) sepeda motor.
Perawatan
Rangka
Pada akhir Fase F, peserta didik mampu menyiapkan
Perlengkapan pemeliharaan sistem hidrolik sepeda
motor, melakukan pemeriksaan komponen dari sistem
injeksi sepeda motor, melakukan pemeriksaan pada
sistem rem sepeda motor, menyiapkan perawatan
bantalan sistem kemudi, melakukan pemeriksaan
komponen dari sistem suspensi sepeda motor,
220
Elemen
Capaian Pembelajaran
melakukan pemeriksaan fungsi roda sepeda motor,
melepas
roda-roda
sepeda
motor,
menyiapkan
perlengkapan pemeliharaan rantai roda sepeda motor,
menyiapkan perlengkapan pemeliharaan bodi /
Pencucian sepeda motor, menyiapkan pembersihan
injektor bahan bakar sepeda motor.
221
XII. CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KHUSUS KETERAMPILAN SENI
MEMBATIK
A. Rasional Mata Pelajaran Seni Membatik
Batik merupakan warisan budaya yang dimiliki Indonesia, bahkan UNESCO
telah mengukuhkan batik sebagai warisan kemanusiaan untuk Budaya
Lisan dan Nonbendawi pada tahun 2009. Kita sebagai bagian dari bangsa
Indonesia bangga dan wajib melestarikan batik dengan memperkenalkan
pada generasi muda melalui pembelajaran di sekolah.
Seni Membatik yang dikembangkan di sekolah berkaitan dengan langkahlangkah proses pembuatan batik dengan berbagai teknik seperti teknik
batik ciprat, cap, tulis dan kombinasi yang dimodifikasi sesuai karakteristik
peserta didik dan wilayah tempat tinggal atau kearifan lokal setiap daerah.
Di
jenjang
SMPLB,
materi
dititikberatkan
pada
pengenalan
sikap
berwirausaha (entrepreneurship), K3, pengenalan batik ciprat dan tulis serta
penerapannya pada bentuk karya, sebagai dasar untuk mengikuti materi
lanjutan
pada
jenjang
berikutnya/SMALB.
Kalaupun
tidak
dapat
melanjutkan pada jenjang berikutnya, peserta didik telah memiliki bekal
dan dapat mengembangkan dari pembelajaran yang telah diikuti untuk
berkarya di masyarakat. Di jenjang SMALB, materi yang dipelajari lebih luas
dan mendalam hingga mencapai produksi. Di antaranya penerapan sikap
berwirausaha (entrepreneurhip), K3, teknik batik cap dan batik kombinasi
serta membuat beragam karya yang sesuai dengan perkembangan pasar,
sebagai bekal berwirausaha mandiri maupun bekerja pada bidang garmen.
Setiap
materi
yang
disampaikan
mengajarkan
tahapan-tahapan
penguasaan hardskill dan softskill dengan model pembelajaran berbasis
proyek (project based learning).
Mata pelajaran Seni Membatik membekali peserta didik dengan serangkaian
sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dibutuhkan untuk menghadapi
tantangan perubahan zaman, menunjang pengembangan diri dalam hal
rasa dan karya melalui jalur studi, dan pengembangan karier lebih lanjut
sehingga dapat menjadi insan yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, memiliki akhlak mulia, bernalar kritis, meningkatkan kedisiplinan,
menumbuhkan kreativitas dan gotong royong, serta mandiri.
B. Tujuan Mata Pelajaran Seni Membatik
Mata pelajaran Seni Membatik bertujuan untuk membekali peserta didik
agar dapat:
222
1.
menerapkan prosedur keselamatan dan kesehatan kerja (k3) proses
membatik di tempat kerja;
2.
memberikan pelayanan prima kepada pelanggan;
3.
menentukan alat dan bahan pembuatan batik;
4.
mengenal teknik membatik ciprat, cap, tulis dan kombinasi;
5.
membuat karya dengan proses batik ciprat;
6.
membuat karya dengan proses batik cap;
7.
membuat karya dengan proses batik tulis;
8.
membuat karya dengan proses batik kombinasi;
9.
praktik membuat motif batik unsur geometris dan non-geometris;
10. penyelesaian akhir hasil kain batik;
11. melaporkan kegiatan proses pembuatan batik.
C. Karateristik Mata Pelajaran Seni Membatik
1. Deskripsi Umum Mata Pelajaran
Mata
pelajaran
Seni
Membatik
mengajarkan
tahapan-tahapan
penguasaan hardskill dan softskill dengan model pembelajaran berbasis
proyek (project based learning). Kompetensi yang dikembangkan ialah
sikap, pengetahuan, dan keterampilan dengan konten teknik pembuatan
batik ciprat, cap, tulis, dan kombinasi serta penerapannya dalam
berbagai karya hias maupun fungsional.
Pembelajaran softskill wajib disampaikan baik pada jenjang SMPLB
maupun SMALB. Peserta didik diharapkan dapat menerapkan K3 dan
memberikan pelayanan prima saat persiapan, proses membatik, maupun
promosi karya. Khusus jenjang SMPLB, peserta didik diharapkan
memahami berbagai teknik membatik, yaitu batik jenis ciprat, cap, tulis
dan kombinasi, menerapkan proses batik ciprat dan tulis. Makin tinggi
kelas, ukuran kain batik yang dibuat makin lebar serta motif yang dibuat
makin beragam. Pada jenjang SMALB, peserta didik akan diarahkan
untuk membuat produk-produk batik teknik cap, tulis dan kombinasi
sebagai suvenir maupun perlengkapan rumah tangga yang siap
dipasarkan secara luas.
Agar proses pembelajaran menyenangkan sehingga peserta didik
termotivasi untuk selalu menumbuhkan imajinasi dan kreativitas,
berbagai strategi pembelajaran melalui:
1. pembelajaran di kelas,
223
2. pembelajaran di ruang praktik,
3. proyek sederhana,
4. berinteraksi dengan tim kerja dan pelanggan,
5. berinteraksi dengan alumnus atau praktisi industry,
6. berkunjung pada industri yang relevan.
Alur proses pembelajaran mata pelajaran seni membatik sebagai berikut.
1. Materi pengetahuan tentang prosedur Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) sebelum masuk ke materi yang lain.
2. Materi
Pelayanan
Prima
kepada
pelanggan
diberikan
setelah
mempelajari materi K3.
3. Materi pengenalan nama-nama, fungsi alat, dan bahan diberikan
sebelum mempelajari proses membuat batik.
4. Materi teknik membuat batik ciprat dan batik tulis (SMPLB), teknik
membuat batik cap, batik tulis dan batik kombinasi (SMALB) sesuai
geometris dan non-geometris dikuasai setelah menguasai materi alat
dan bahan membatik.
5. Materi penyelesaian akhir hasil kain batik diberikan setelah
menguasai teknik membuat batik ciprat dan batik tulis (SMPLB),
teknik membuat batik cap, batik tulis dan batik kombinasi (SMALB).
6. Materi
laporan
kegiatan
pembuatan
batik
diberikan
setelah
menguasai kegiatan penyelesaian akhis hasil kain batik.
Penilaian meliputi aspek pengetahuan (tes dan nontes), sikap (observasi)
dan keterampilan (proses, produk dan portofolio). Materi dan proses
pembelajaran keterampilan Seni Membatik dilakukan secara bertahap
menyesuaikan dengan kemampuan karakteristik peserta didik yang unik
dan potensi wilayah setiap daerah.
2. Elemen Mata Pelajaran Seni Membatik
Mata pelajaran seni membatik memuat enam elemen berikut ini.
1. Prosedur Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
2. Pelayanan Prima kepada pelanggan
3. Alat dan bahan
4. Proses Membatik
5. Penyelasaian akhir hasil kain batik
6. Pelaporan membatik
Elemen Mata Pelajaran Seni Membatik dan Deskripsinya
224
Elemen
Prosedur
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
Proses Membatik
Pelayanan Prima
pada Pelanggan
Persiapan Alat dan
Bahan Pembuatan
Batik
Proses Membatik
Deskripsi
Prosedur yang berhubungan dengan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap merupakan segala kegiatan
untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan
kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja seperti
penerapan keselamatan kerja di lingkungan tempat
kerja, penerapan penggunaan alat pelindng diri (APD),
kesehatan dan penyakit akibat kerja, simbol-simbol
keselamatan dan kesehatan, mengenal alat dan bahan
yang berbahaya sehingga diharapkan peserta didik lebih
berhati-hati dalam bekerja.
Merupakan aspek pengetahuan, keterampilan, dan
sikap kerja yang terintegrasi dalam kegiatan
mengenalkan tata cara menyampaikan hasil produk
kain batik dengan bahasa yang sopan dan santun serta
penampilan yang baik saat menjual hasil kain batik
kepada pelanggan, menggunakan bahasa yang baik
dengan sikap ramah saat berkomunikasi membeli alat
dan bahan untuk persiapan membatik serta
menggunakanya dengan baik saat memperlihatkan
kepada pelanggan tata cara membatik saat pameran
memasarkan hasil kain batik.
Merupakan kegiatan tahap awal, yakni mempersiapkan
semua peralatan yang digunakan di ruang membatik
untuk proses belajar membatik. Setiap peralatan
membatik mempunyai bentuk dan fungsi yang berbeda
disesuaikan dengan karakteristik peserta didik. Apabila
motorik peserta didik belum mampu menggunakan
canting, dimudahkan dengan menggunakan kuas saat
menorehkan/ mengoleskan lilin malam ke permukaan
kain. Apabila di lingkungan sekolah belum memiliki cap
tembaga, dipermudah dengan menggunakan cap yang
terbuat dari kertas atau kayu. Persiapan bahan
membatik merupakan persiapan mengukur/menakar
lilin malam yang dibutuhkan saat dicairkan di wajan
serta takaran pewarna bubuk yang dicairkan sesuai
aturan pewarnaan dan ukuran bahan yang
dipersiapkan untuk membatik kain sapu tangan, slayer
serta cukin (syal batik) untuk SMPLB dan untuk
membatik taplak meja makan, taplak meja tamu dan
kain jarik serta perlengkapan rumah tangga untuk
SMALB. Selain itu, merapikan dan menyimpan
peralatan dan bahan ke tempat semula setelah
mengikuti pembelajaran membatik.
Kegiatan yang diawali dengan mengukur bahan kain
mori; mengguntingnya sesuai ukuran sapu tangan,
slayer, dan cukin (syal batik) untuk SMPLB dan
ukuran taplak meja makan, taplak meja tamu dan kain
jarik serta perlengkapan rumah tangga untuk SMALB;
menjiplak (ngeblat) pola gambar desain motif batik
unsur geometris dan non-geometris sesuai lingkungan
daerah sekitar dari kertas ke permukaan kain pada
pembuatan batik tulis; mengenal beberapa teknik
membatik seperti batik ciprat, batik cap, batik tulis
dan batik kombinasi apabila pembuatan batik cap
hanya merangkai pola desain sesuai posisi motif batik
unsur geometris dan non-geomteris sesuai lingkungan
daerah sekitar pada kain, lalu mencap kain sesuai
rangkainya yang telah ditentukan. Pada pembuatan
225
Elemen
Penyelesaian
Akhir Hasil Kain
Batik
Laporan Kegiatan
Membatik
Deskripsi
batik tulis, langkah selanjutnya ialah menorehkan atau
mengoleskan lilin malam cair menggunakan
canting/kuas sesuai gambar desain pola motif batik,
lalu mewarnai kain dengan teknik colet/usap/celup
sampai pewarna kering; merebus kain dengan air
panas sampai lilin malam terlepas dari permukaan
kain (nglorod), dan membilas menggunakan air bersih,
dan menjemur kain sampai kering. Kegiatan membatik
disesuaikan dengan karakteristik motorik peserta
didik. Apabila belum mampu, dipermudah atau
dimodifikasi seperti mengganti peralatan dari canting
menjadi kuas saat menorehkan lilin malam ke
permukaan kain, kemudian menyederhanakan alat cap
membatik yang terbuat dari tembaga menjadi cap yang
terbuat dari kayu atau kertas. Jenjang SMPLB
membuat batik ciprat dan batik tulis. Jenjang SMALB
membuat batik cap, batik tulis dan batik kombinasi.
Suatu kegiatan penyelesaian akhir hasil kain batik,
yaitu menyetrika hasil kain batik yang sudah kering,
kemudian melitap hasil kain batik, memberi label nama
instansi produk kain batik; memasukkan hasil kain
batik ke dalam plastik atau kemasan yang rapi dan
menarik sehingga dapat menjadi suatu produk bernilai
yang dapat ditentukan harga jual untuk dipasarkan di
lingkungan sekolah atau di pameran kebudayaan
keterampilan.
Merupakan kegiatan melaporkan hasil kerja dengan
mengisi ceklis: penerapan prosedur kesehatan dan
keselamatan kerja, penerapan pelayanan prima kepada
pelanggan, mempersiapkan alat dan bahan pembuatan
batik, proses membatik, dan penyelesan akhir hasil kain
batik.
D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Seni Membatik Setiap Fase
1. Fase D (Usia Mental ± 9 Tahun dan Umumnya Kelas VII, VIII, dan IX)
Pada akhir Fase D, peserta didik dapat menerapkan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3); mempersiapkan alat dan bahan membatik;
mengenal nama serta fungsi dari alat dan bahan membatik; mengenal
pelayanan prima kepada pelanggan; mengenal nama-nama warna
dasar/primer/tersier/campuran; mengenal sumber pewarna alam;
mengenal tiga motif batik unsur geometris dan non-geometris sesuai
lingkungan sekitar (contohnya
motif tumbuhan seperti daun dan
bunga, alam seperti matahari dan awan, binatang seperti ikan dan
kupu-kupu dan lain sebagainya); mengenal ukuran alat dan takaran
bahan yang akan digunakan untuk membatik; mengenal teknik
membatik ciprat, cap, tulis dan kombinasi; menerapkan proses
membatik ciprat; menerapkan proses membatik tulis; mengenal teknik
ngeblat; mengenal teknik colet mewarnai kain; mengenal teknik usap
226
mewarnai kain; mengenal teknik nglorod; menerapkan penyelesain akhir
hasil kain batik; serta mengisi ceklis laporan hasil kegiatan membatik.
Fase D Berdasarkan Elemen
Elemen
Prosedur
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
(K3)
Capaian Pelajaran
Pada akhir Fase D, peserta didik dapat menerapkan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), menggunakan
Alat Pelindung Diri (APD), menerapkan sikap yang baik
untuk pencegahan penyakit akibat kerja sesuai simbolsimbol K3, mengenal alat dan bahan yang berbahaya
sehingga diharapkan peserta didik lebih berhati-hati
dalam bekerja.
Pelayanan Prima
kepada Pelanggan
Pada akhir Fase D, peserta didik dapat menggunakan
bahasa yang baik, bersikap sopan santun ramah tamah
saat membatik, mengkomunikasikan hasil kain batik
dengan sopan.
Alat dan Bahan
Pada akhir Fase D, peserta didik dapat menyiapkan
peralatan dan bahan membuat batik, mengelompokkan
jenis peralatan, mengidentifikasi fungsi peralatan dan
bahan, mengenal bagian- bagian dari peralatan,
mengetahui ukuran kain sapu tangan, slayer dan
cukin (syal batik) yang akan digunakan saat membatik
dan dapat menakar bahan pewarna bubuk sebelum
dicairkan untuk dipakai saat mewarnai kain, merapikan
alat dan bahan setelah digunakan ke tempatnya
semula.
Proses Membatik
Pada akhir Fase D, peserta didik dapat mengukur dan
menggunting kain sesuai ukuran yang dibutuhkan
untuk membatik kain sapu tangan, slayer, dan cukin
(syal batik) disesuaikan dengan karakteristik peserta
didik; mengetahui jenis-jenis pola desain motif batik
unsur geometris dan non-geometris sesuai lingkungan
daerah sekitar; mengetahui teknik batik ciprat, cap,
tulis dan kombinasi; menjiplak (ngeblat) gambar desain
motif batik unsur geometris dan non-geomtris sesuai
lingkungan daerah sekitar; menjiplak (ngeblat) pola
gambar ke bagian permukaan kain; mengoleskan atau
menorehkan lilin malam pada kain sesuai desain motif
batik tulis disesuaikan dengan karakteristik motorik
peserta didik; apabila belum mampu menggunakan
canting, dipermudah menggunakan kuas saat
mengoleskan lilin malam kepermukaan kain;
mencipratkan lilin malam panas menggunakan kuas di
atas permukaan kain; mengetahui nama-nama warna
dasar; mengetahui sumber pewarna alam; melepaskan
lilin malam pada kain dengan cara direbus (nglorod);
serta menjemur kain sampai kering.
Penyelasaian
Akhir Hasil Kain
Batik
Pada akhir Fase D, peserta didik dapat menerapkan
penyelesaian akhir hasil kain batik meliputi: menyetrika
hasil kain batik, melipat hasil kain batik sampai rapi,
memasukkan hasil kain batik ke dalam kemasan,
menempel label nama produk dan identitas instansi
pembuat kain batik, menentukan harga jual hasil kain
batik, dan menempelkan harga yang telah ditentukan
untuk dijual.
Pelaporan
Membatik
Pada akhir Fase D, peserta didik dapat secara mandiri
mengisi ceklis laporan kegiatan penyelesaian akhir saat
227
Capaian Pelajaran
membatik meliputi: penerapan keselamatan dan
kesehatan kerja (K3), pelayanan prima kepada
pelanggan, persiapan alat dan bahan membatik, proses
membatik, serta penyelesaian akhir hasil kain batik.
Elemen
2. Fase E (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas X)
Pada akhir Fase E, peserta didik dapat menerapkan Keselamatan dan
Kesehatan
Kerja
(K3);
mengetahui
pengertian
membatik;
mempersiapkan alat dan bahan membatik; mengenal nama serta fungsi
dari alat dan bahan membatik; mengenal pelayanan prima kepada
pelanggan; mengenal nama-nama warna dasar dan campuran sumber
pewarna alami; mengenal teknik colet dan usap mewarnai kain;
mengenal lima motif batik unsur geometris dan non-geometris sesuai
lingkungan daerah sekitar (contoh motif tumbuhan seperti pohon,
contoh motif binatang seperti burung, contoh motif alam seperti gunung
dan lain sebagainya); mengenal ukuran alat dan takaran bahan yang
akan digunakan untuk membatik; mengenal teknik membatik tulis;
menerapkan penyelesain akhir hasil kain batik dan mengisi ceklis
laporan hasil kegiatan membatik.
Fase E Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Prosedur
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
(K3)
Pada akhir Fase E, peserta didik dapat menerapkan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3); menggunakan
Alat Pelindung Diri (APD); menerapkan sikap yang baik
untuk pencegahan penyakit akibat kerja sesuai simbolsimbol K3; mengenal alat dan bahan yang berbahaya
sehingga diharapkan peserta didik lebih berhati-hati
dalam bekerja.
Pelayanan Prima
kepada Pelanggan
Pada akhir Fase E, peserta didik dapat menggunakan
bahasa yang baik; bersikap sopan, santun, dan ramah
tamah saat membatik; mengomunikasikan hasil kain
batik dengan sopan.
Alat dan Bahan
Pada akhir Fase E, peserta didik dapat menyiapkan
peralatan dan bahan membuat batik; mengelompokkan
jenis peralatan; mengidentifikasi fungsi peralatan dan
bahan; mengenal bagian-bagian dari peralatan;
mengetahui ukuran kain taplak meja tamu, taplak meja
makan, kain jarik yang akan digunakan saat membatik,
menakar bahan pewarna bubuk sebelum dicairkan
untuk dipakai saat mewarnai kain; serta merapikan alat
dan bahan setelah digunakan ke tempatnya semula.
Proses Membatik
Pada akhir Fase E, peserta didik dapat mengukur dan
menggunting kain sesuai ukuran yang dibutuhkan
untuk membatik kain taplak meja tamu, taplak meja
makan, kain jarik disesuaikan dengan karakteristik
peserta didik; mengetahui jenis-jenis pola desain motif
228
Elemen
Capaian Pembelajaran
batik unsur geometris dan non-geometris; mengetahui
teknik batik tulis; menjiplak (ngeblat) gambar desain
motif batik unsur geometris dan non-geomtris;
mengoleskan atau menorehkan lilin malam pada kain
sesuai desain motif batik tulis disesuaikan dengan
karakteristik motorik peserta didik; apabila belum
mampu menggunakan canting, dipermudah
menggunakan kuas saat mengoleskan lilin malam
kepermukaan kain; mewarnai kain dengan teknik
colet/usap/celup sesuai karakteristik peserta didik;
mengetahui nama-nama warna dasar; mengetahui
sumber pewarna alam; melepaskan lilin malam pada
kain dengan cara direbus (nglorod); serta menjemur
kain sampai kering.
Penyelasaian
Akhir Hasil Kain
Batik
Pada akhir Fase E, peserta didik dapat menerapkan
penyelesaian akhir hasil kain batik meliputi menyetrika
hasil kain batik; melipat hasil kain batik sampai rapi;
memasukkan hasil kain batik kedalam kemasan;
menempel label nama produk dan identitas instantsi
pembuat kain batik; menentukan harga jual hasil kain
batik; dan menempelkan harga yang telah ditentukan
untuk dijual.
Pelaporan
Membatik
Pada akhir Fase E, peserta didik dapat secara mandiri
mengisi ceklis laporan kegiatan penyelesaian akhir saat
membatik meliputi: penerapan keselamatan dan
kesehatan kerja (K3), pelayanan prima kepada
pelanggan, persiapan alat dan bahan membatik, proses
membatik, serta penyelesaian akhir hasil kain batik.
3. Fase F (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas XI dan XII)
Pada akhir Fase F, peserta didik dapat menerapkan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3); mempersiapkan alat dan bahan membatik cap
dan kombinasi lima unsur geometris dan non geometris sesuai
lingkungan daerah sekitar; mengenal lima motif batik unsur geometris
dan non geometris sesuai lingkungan daerah sekitar; mengenal nama
serta fungsi dari alat dan bahan membatik cap dan kombinasi unsur
geometris dan non geometris; mengenal pelayanan prima kepada
pelanggan; mengenal sumber pewarna alami; mengenal ukuran alat dan
takaran bahan yang akan digunakan untuk membatik cap dan batik
kombinasi; mengenal teknik membatik cap dan kombinasi; menerapkan
proses membatik cap dan kombinasi; menerapkan penyelesain akhir
hasil kain batik cap dan batik kombinasi; serta mengisi ceklis laporan
hasil kegiatan membatik cap dan kombinasi.
Fase F Berdasarkan Elemen
229
Elemen
Capaian Pembelajaran
Prosedur
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
(K3)
Pada akhir Fase F, peserta didik dapat menerapkan
kesehatan dan keselamatan di lingkungan tempat kerja;
pencegahan kecelakaan kerja;penerapaan Pertolongan
Pertama pada Kecelakaan Kerja (P3K); menggunakan
APD masker, celemek, dan sarung tangan karet;
mengenal simbol-simbol K3; mengetahui posisi yang
baik saat mencairkan lilin malam; menggunakan
kompor yang panas; menerapkan sikap yang baik untuk
pencegahan penyakit akibat kerja; mengenal alat dan
bahan yang berbahaya sehingga diharapkan peserta
didik lebih berhati-hati dalam bekerja.
Pelayanan Prima
kepada Pelanggan
Pada akhir Fase F, peserta didik dapat bersikap sopan,
santun, dan ramah tamah kepada pelanggan;
berkomunikasi dengan pemilihan kata yang sesuai
aturan kaidah bahasa Indonesia; memberikan bantuan
kepada pelanggan; melakukan pekerjaan secara tim
bekerja sama atau gotong royong saat membatik.
Alat dan Bahan
Pada akhir Fase F, peserta didik dapat mengetahui
nama dan fungsi peralatan serta bahan membatik tulis;
mengenal jenis dan mutu bahan kain mori untuk
pembuatan batik tulis; mengenal bahan pewarna
alam/sintetis/tekstil; mengenal bagian-bagian dari
peralatan membatik cap dan kombinasi; membersihkan
peralatan setelah digunakan; menakar bahan pewarna
bubuk; merapikan alat dan bahan yang telah digunakan
ke tempat semula.
Proses Batik Cap
dan Kombinasi
Pada akhir Fase F, peserta didik dapat menerapkan
pengukuran dan pemotongan kain ukuran taplak meja
tamu, taplak meja makan, kain jarik dan perlengkapan
rumah tangga; menjiplak gambar desain motif batik dari
kertas ke kain (ngeblat); mengoleskan lilin malam pada
teknik batik cap dan kombinasi disesuaikan dengan
karakteristik motorik peserta didik; apabila belum
mampu menggunakan canting, dipermudah
menggunakan kuas saat mengoleskan lilin malam ke
permukaan kain; menerapkan teknik colet mewarnai
kain batik cap dan kombinasi; menerapkan proses
nglorod; serta menjemur kain batik cap dan kombinasi.
Penyelasaian
Akhir Hasil Kain
Batik Cap dan
Kombinasi
Pada akhir Fase F, peserta didik dapat menyetrika hasil
kain batik cap dan kombinasi; melipat hasil kain batik
cap dan kombinasi; memasukkan hasil kain batik cap
dan kombinasi ke dalam kemasan; menempel label
nama produk dan identitas instantsi pembuat kain
batik cap dan kombinasi, menentukan harga jual hasil
kain batik cap dan, menempelkan harga yang telah
ditentukan untuk dijual.
Pelaporan Batik
Cap dan
Kombinasi
Pada akhir Fase F, peserta didik dapat menceklis
laporan kegiatan penyelesaian akhir yang diperlukan
saat membatik meliputi: penerapan keselamatan dan
kesehatan kerja (K3), pelayanan prima kepada
pelanngan, persiapan alat dan bahan membatik, proses
membatik, dan penyelesaian akhir hasil kain batik.
230
XIII. CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KHUSUS KETERAMPILAN
TATA GRAHA
A. Rasional Mata Pelajaran Tata Graha
Mata pelajaran Tata Graha merupakan mata pelajaran yang membekali
peserta didik memiliki sikap, pengetahuan, dan keterampilan untuk
menyelesaikan tugas yang diperoleh melalui latihan secara kontinu.
Perkembangan dunia pariwisata di Indonesia begitu pesat dengan
jumlah wisatawan dari dalam negeri dan luar negeri terus
bertambah.
Peningkatan
jumlah
wisatawan
di
Indonesia
memberikan peluang pada tempat penginapan seperti hotel. Dalam
menjalankan
operasional
hotel,
hotel
mempunyai
beberapa
departemen. Salah satu departemen yang memiliki peran penting di
hotel ialah house keeping department. House keeping department
merupakan departemen yang bertanggung jawab untuk menjaga
kebersihan dan keindahan hotel di semua area hotel.
Peserta didik berkebutuhan khusus perlu dibekali dengan program
keterampilan pilihan sesuai dengan bakat dan minat masingmasing. Dengan demikian, setelah menyelesaikan pendidikan,
mereka
mampu
mandiri,
dapat
memanfaatkan
peluang
dan
kesempatan pasar serta potensi yang ada di daerah masing-masing.
Keterampilan yang dikembangkan melalui program kemandirian
adalah keterampilan kerja praktis dan memerlukan legalitas formal
akademis, mudah dilakukan serta berorientasi kerja.
Melalui pembelajaran tata graha, diharapkan peserta didik yang
memiliki keterbatasan intelegensi atau disertai kebutuhan khusus
lainnya
(tunanetra,
melakukan
tunarungu,
persiapan
alat
dan
tunadaksa,
bahan,
dan
mampu
autis)
mampu
menggunakan
peralatan, kelengkapan kerja dan bahan pembersih yang dapat
diterapkan dalam kehidupan, memiliki kecakapan hidup, keahlian
dalam bekerja dan kesejahteraan untuk keluarga, saudara serta
lingkungan sekitarnya. Selain itu, dengan mempelajari tata graha,
pada diri peserta didik dapat terbentuk karakter Profil Pelajar
Pancasila, yaitu beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, dan
berakhlak mulia, berpikir kritis, mandiri, kreatif, bergotong royong, dan
berkebinekaan global.
231
Capaian pembelajaran ini menjadi gambaran pembelajaran yang dapat
dipelajari peserta didik untuk memiliki keahlian dalam bidang tata
graha.
Adapun
pada
pembelajarannya
dapat
dikembangkan
menyesuaikan sarana dan prasarana, kemampuan peserta didik dan
lingkungan.
B. Tujuan Mata Pelajaran Tata Graha
1. Tujuan Umum
Mata
pelajaran
Tata
Graha
bertujuan
untuk
memberikan
pemahaman bagi peserta didik tentang manajemen klining service,
manajemen Tata Graha (housekeeping Management), Merangkai
Bunga (Florist), Taman (Land Scape), dan manajemen Binatu
(laundry Management).
2. Tujuan Khusus
Mata pelajaran Tata Graha bertujuan untuk memberikan arah dan
peluang yang jelas kepada peserta didik tentang kompetensi kerja
dan mempersiapkan tenaga kerja penyandang kerja mandiri,
kompetitif di bidangnya serta dapat bersaing di lingkungan terdekat,
wilayah maupun nasional.
C. Karakteristik Mata Pelajaran Tata Graha
1. Deskripsi Umum Mata Pelajaran
Mata pelajaran Tata Graha mempelajari kegiatan menjaga,
memelihara, merawat kebersihan, kerapian, dan kelengkapan
suatu bangunan, baik indoor maupun outdoor, agar selalu
tampak bersih, terasa nyaman, higienis, dan asri. Bangunan yang
dimaksud bisa berupa rumah, apartemen, gedung perkantoran,
hotel, rumah sakit, kompleks pabrik, pusat berbelanjaan dan
lainnya.
Mata pelajaran Tata Graha diberikan secara teori dan praktik
tentang pengetahuan dasar bidang jasa kebersihan (cleaning
service), dan penerapan K3 pada pengoperasian berbagai jenis
peralatan kebersihan, mengenal alat kebersihan, persiapan diri
dalam bekerja, melakukan persiapan peralatan dan bahan serta
pengoperasikan
kebersihan.
peralatan
dan
tenik
Materi penerapan K3
perawatan
dalam
bekerja
peralatan
mencakup
melaksanakan prosedur kesehatan dan keselamatan kerja dan
melakukan
standar
profesi
kerja
dalam
upaya
menjamin
keselamatan dan kesehatan selama berada di area kerja, mencegah
232
terjadinya kecelakaan kerja dan langkah penanganan bila terjadi
kecelakaan kerja.
Materi
persiapan
diri
dan
persiapan
peralatan
terdiri
atas
menggunakan peralatan, kelengkapan kerja dan bahan pembersih,
menyiapkan bahan pembersih keramik, disinfektan, sabun untuk
mencuci
tangan,
pembersih
kaca
dan
pembersih
kayu,
pembersihan area basah dan kering, limbah umum, ruangan kantor,
loundry, merangkai bunga. dan menata taman.
Materi pengoperasian peralatan kebersihan meliputi peralatan
manual kelompok sapu dan sikat, manual kontainer dan manual
kelompok linen pada proses pekerjaan membersihkan permukaan
lantai, media kaca, kamar mandi, aksesori dinding, dan sarana
ibadah, pembersihan area basah dan kering, limbah umum,
ruangan kantor, loundry, merangkai bunga, dan menata taman.
Pembelajaran Tata Graha sifatnya mengenalkan pekerjaan yang
dapat dipergunakan sebagai pilihan pekerjaan. Memperkuat dan
memperdalam serta menyesuaikan pekerjaan dilakukan dengan
praktik langsung di tempat yang sesuai sebagai kelanjutan untuk
menuju kewirausahaan dan kemandirian.
2. Elemen Mata Pelajaran
Elemen Mata Pelajaran Tata Graha Dan Deskripsinya
Elemen
Deskripsi
Pengetahuan
Bidang Jasa
Kebersihan
Mengenal konsep dasar jasa kebersihan (cleaning
service).
Pengetahuan
Industri
Perhotelan
Konsep dasar industri perhotelan, struktur
organisasi di departemen house keeping, dan
informasi tentang industri perhotelan.
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
(K3)
Pengetahuan, keterampilan, dan sikap tentang
prosedur keselamatan dan kesehatan kerja pada
tempat kerja untuk mengidentifikasi bahaya dan
cara menghindarinya, memelihara kebersihan
peralatan dan area kerja, dan mengikuti prosedur
pada tempat kerja, penerapan penggunaan alat
pelindung diri (APD). Keselamatan dan kesehatan
kerja pada pengoperasian berbagai jenis peralatan
kebersihan dan dan alat pelindung diri.
Persiapan Alat dan
Bahan
Mengenal peralatan dan bahan yang akan
digunakan dalam pekerjaan pembersihan, alat
kebersihan manual sapu dan sikat, kontainer dan
kelompok linen, keramik, disinfektan, sabun
untuk mencuci tangan, pembersih kaca dan
233
Elemen
Deskripsi
pembersih kayu, permukaan lantai, kamar mandi,
aksesori dinding, dan sarana ibadah.
Pengoperasian
Peralatan
Mengenal pengoperasian peralatan kebersihan
kelompok sapu dan sikat, container, dan linen
dengan menerapkan pada proses pekerjaan
membersihkan permukaan lantai, media kaca,
kamar mandi, aksesori dinding, dan sarana
ibadah. Selanjutnya, mengidentifikasi peralatan
yang disesuaikan untuk memenuhi jenis pekerjaan,
pembersihan area basah dan kering, limbah umum,
ruangan kantor, loundry, merangkai bunga, dan
menata taman.
Proses Pekerjaan
Proses pekerjaannya mencakup membersihkan
area kering dan basah, membersihkan limbah,
membersihkan ruangan kantor, loundry (menyortir
cucian, mencuci, mengeringkan; mencuci dry
cleaning,
mengeringkan,
menggantung
dan
mengepak), merangkai bunga (bentuk bulat dan
sudut) dan menata taman (taman di dalam ruangan
dan luar ruangan).
Perawatan Alat
Segala
kegiatan
dalam
merawat
alat-alat
kebersihan yang sudah dipakai melalui kegiatan
membersihkan, merapikan, dan menyimpan alatalat kebersihan manual mencakup sapu dan sikat,
container, dan kelompok linen, bahan pembersih
disinfektan, sabun untuk mencuci tangan, bahan
pembersih keramik, bahan pembersih kaca, bahan
pembersih kayu alat, bahan pembersih kamar
mandi, aksesori dinding, merawat sarana ibadah,
alat-alat kebersihan limbah umum, alat-alat
kebersihan area kering dan basah, alat-alat
merangkai bunga, alat-alat menata taman, dan
alat-alat makinal antara lain penyedot debu dan
mesin cuci pakaian di tempat yang benar.
Pelaporan
Mengenal cara mengisi ceklis untuk melaporkan
kerja harian maupun berkala sesuai proses
pekerjaan yang dilakukan, mengisi laporan
kegiatan kerja dengan cara menceklis pada buku
laporan, dan dapat mengomunikasikan hasil
laporan yang diisi dengan cara menceklis.
D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Tata Graha Setiap Fase
1. Fase D (Usia Mental ± 9 Tahun dan Umumnya Kelas VII, VIII, dan IX)
Pada akhri Fase D, peserta didik dapat memperoleh gambaran
mengenai program keahlian yang dipilihnya sehingga mampu
menumbuhkan motivasi dalam melaksanakan aktivitas belajar.
Selain itu, mampu mengenal pengetahuan tentang bidang jasa
kebersihan
(cleaning
service);
mempunyai
pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang diperlukan untuk melaksanakan
prosedur keselamatan kerja di Tata Graha; menyiapkan alat dan
bahan kebersihan; mengoperasikan alat kebersihan manual, dan
234
melaporkan dengan mengisi ceklis: persiapan ruang kerja, pakaian
kerja (APD), alat, kelengkapan bahan, kelengkapan komponen alat
dan bahan yang sesuai, serta kualitas hasil melaksanakan
pekerjaan.
Fase D Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Pengetahuan
Bidang Jasa
Kebersihan
Pada akhir Fase D, peserta didik mampu mengenal
pengetahuan tentang konsep dasar jasa kebersihan
(cleaning service).
Keselamatan
dan Kesehatan
Kerja (K3)
Pada akhir Fase D, peserta didik mampu mengenal dan
menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap
yang diperlukan untuk melaksanakan prosedur
keselamatan kerja di tata graha yang meliputi prosedur
pada tempat kerja untuk mengidentifikasi bahaya dan
cara menghindarinya, memelihara kebersihan peralatan
dan area kerja, mengikuti prosedur pada tempat kerja,
serta penerapan penggunaan alat pelindung diri (APD).
Persiapan Alat
dan Bahan
Pada akhir Fase D, peserta didik mampu memilih alat
dan bahan yang akan digunakan dalam pekerjaan
kebersihan yang mencakup mengenal alat kebersihan
manual sapu dan sikat, container dan kelompok linen,
permukaan lantai, bahan pembersih keramik,
disinfektan, sabun untuk mencuci tangan, pembersih
kaca, pembersih kayu, aksesori dinding, dan sarana
ibadah.
Pengoperasian
Peralatan
Kebersihan
Pada akhir Fase D, peserta didik mampu
mengoperasikan peralatan kebersihan kelompok sapu
dan sikat, kelompok kontainer, dan kelompok linen
dengan
menerapkan
pada
proses
pekerjaan
membersihkan permukaan lantai, media kaca, kamar
mandi, aksesori dinding, dan sarana ibadah.
Perawatan Alat
Pada akhir Fase D, peserta didik mampu
membersihkan, merapikan, dan menyimpan alat-alat
kebersihan manual mencakup alat-alat kebersihan
limbah umum, alat-alat kebersihan area kering dan
basah, alat-alat merangkai bunga, serta alat-alat
menata taman di tempat yang benar.
Pelaporan
Pada akhir Fase D, peserta didik mampu mengisi
laporan dengan cara menceklis poin-poin yang sudah
disediakan tentang persiapan ruang kerja dan dapat
mengomunikasikan hasil laporan yang diisi dengan
cara menceklis.
2. Fase E (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas X)
Pada akhir Fase E, peserta didik dapat memperoleh gambaran
mengenai
program
keahlian
Tata
Graha
sehingga
mampu
menumbuhkan passion dan vision untuk merencanakan dan
melaksanakan aktivitas belajar. Selain itu, mampu mengembangkan
pengetahuan tentang industri perhotelan; menerapkan prosedur
235
keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan (K3L); memiliki
kemampuan berkomunikasi dengan pelanggan; memiliki sikap dan
etos kerja (tanggung jawab, tekun, jujur, dan disiplin); menerapkan
kerja
dalam
lingkungan
yang
beragam;
menyiapkan,
mengoperasikan, dan merawat alat kebersihan machinal makinal
(alat dengan mesin dan listrik); serta menyiapkan, dan menerapkan
prosedur membersihkan area kering dan basah.
Fase E Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Pengetahuan
Industri
Perhotelan
Pada akhir Fase E, peserta didik mampu
mengembangkan pengetahuan tentang industri
perhotelan.
Keselamatan
dan Kesehatan
Kerja
Pada akhir Fase E, peserta didik mampu menerapkan
prosedur keselamatan dan kesehatan kerja pada
pengoperasian berbagai jenis peralatan kebersihan
dan alat pelindung diri.
Persiapan
Peralatan
Pada akhir Fase E, peserta didik mampu
mengidentifikasi peralatan yang disesuaikan untuk
memenuhi jenis pekerjaan, pembersihan limbah
umum, pembersihan area basah dan kering.
Proses
Pekerjaan
Pada akhir Fase E, peserta didik mampu melakukan
pembersihan dengan peralatan kebersihan makinal,
dan menerapkan prosedur pembersihan limbah
umum, pembersihan area basah dan kering.
Perawatan Alat
Pada akhir Fase E, peserta didik mampu
membersihkan, merapikan, dan menyimpan peralatan
kebersihan makinal antara lain penyedot debu dan
mesin cuci pakaian dengan baik dan benar.
Pada akhir Fase E, peserta didik mampu mengisi
laporan dengan cara menceklis poin-poin yang sudah
disediakan tentang persiapan ruang kerja dan
kelengkapan bahan selanjutnya dapat
mengomunikasikan hasil laporan yang diisi dengan
cara menceklis.
Pelaporan
3. Fase F (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas XI dan XII)
Pada akhir Fase F, peserta didik akan mempelajari materi pelajaran
yang berkaitan dengan wirausaha dan kemandirian yang mengacu
kepada
kebutuhan
di
masyarakat
yang
disesuaikan
dengan
kemampuan dan kondisi lingkungan sekitar. Selain itu, peserta didik
mampu mengembangkan pengetahuan keterampilan kerja praktis
dan memerlukan legalitas formal akademis, mudah dilakukan serta
berorientasi kerja tentang industri perhotelan, menerapkan prosedur
keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan (K3L), memiliki
kemampuan berkomunikasi dengan pelanggan, memiliki sikap dan
236
etos kerja (tanggung jawab, tekun, jujur dan disiplin), menerapkan
kerja
dalam
lingkungan
yang
beragam,
dalam
pekerjaan
membersihkan limbah umum, membersihkan ruangan kantor,
loundry, merangkai bunga, dan menata taman.
Fase F Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Pengetahuan
Industri
Perhotelan
Pada
akhir
Fase
F,
peserta
didik
mengembangkan
pengetahuan
tentang
perhotelan.
Keselamatan
dan Kesehatan
Kerja
Pada akhir Fase F, peserta didik mampu menerapkan
prosedur keselamatan dan kesehatan kerja pada
pengoperasian berbagai jenis peralatan kebersihan dan
dan alat pelindung diri.
Persiapan
Peralatan dan
Bahan
Pada
akhir
Fase
F,
peserta
didik
mampu
mengidentifikasi peralatan yang disesuaikan untuk
memenuhi jenis pekerjaan pembersihan limbah umum,
ruangan kantor, loundry, merangkai bunga, dan
menata taman.
Proses
Pekerjaan
Pada akhir Fase F, peserta didik mampu melakukan
pembersihan dengan peralatan pembersihan limbah
umum, ruangan kantor, loundry, merangkai bunga,
dan menata taman.
Perawatan
Alat
Pada
akhir
Fase
F,
peserta
didik
mampu
membersihkan, merapikan, dan menyimpan peralatan
pembersihan limbah umum, membersihkan ruangan
kantor dengan baik, membersihkan, membersihkan
alat-alat untuk merangkai bunga, alat-alat menata
taman, dan menyimpan alat-alat makinal misalnya
penyedot debu dan mesin cuci.
Pada akhir Fase F, peserta didik dapat mengisi laporan
dengan cara menceklis poin-poin yang sudah
disediakan tentang persiapan ruang kerja, kelengkapan
bahan, dan kelengkapan hasil pelaksanaan pekerjaan
pembersihan limbah umum, serta mengomunikasikan
hasil laporan yang diisi dengan cara menceklis.
Pelaporan
237
mampu
industri
XIV. CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KHUSUS KETERAMPILAN PIJAT
(MASSAGE)
A. Rasional Mata Pelajaran Pijat (Massage)
Pijat (massage) adalah teknik perawatan tubuh dengan cara usapan dan
penekanan menggunakan anggota gerak tubuh seperti tangan, jari, siku,
dan atau alat bantu lainnya pada permukaan tubuh yang memberikan
efek stimulasi dan relaksasi, melancarkan sistem peredaran darah,
melancarkan sistem peredaran limfe (getah bening) dan penguatan sistem
tubuh
lainnya,
dimaksudkan
untuk
meningkatkan
kesehatan
dan
kebugaran tubuh.
Sesuai dengan konsep pendidikan yang mengandalkan keterampilan
sebagai kecakapan hidup, maka pijat (massage) menjadi mata pelajaran
penting untuk dipelajari oleh anak berkebutuhan khusus. Oleh karena itu,
Sekolah Luar Biasa menyelenggarakan pembelajaran keterampilan pijat
(massage)
Pijat (massage) untuk anak berkebutuhan khusus bertujuan untuk
memberikan serangkaian pemahaman dan keterampilan yang akan
meningkatkan keseimbangan antara keterampilan hard skill dan soft skill.
Terdapat tiga kemampuan yang akan dikembangkan dan dioptimalkan
pada
peserta
didik
yaitu
pengetahuan,
keterampilan,
dan
sikat.
Kemampuan ini sangat erat kaitannya dalam membentuk peserta didik
sesuai Profil Pelajar Pancasila di antaranya: pengetahuan bertujuan untuk
meningkatkan
mengasah
daya
kreativitas
bernalar
dan
kritis.
Keterampilan
kemandirian.
Sikap
bertujuan
untuk
bertujuan
untuk
membentuk insan yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki
akhlak baik, dan meningkatkan kedisiplinan serta sikap bergotong royong.
Mata pelajaran Pijat (Massage) untuk anak berkebutuhan khusus
mengacu pada prinsip pembelajaran yang relevan dengan kehidupan
sehari-hari dan keterampilan yang fungsional di keluarga dan masyarakat,
sebelum akhirnya dapat berkontribusi dalam industri kecantikan. Ruang
lingkup materi yang akan dipelajari dalam mata pelajaran Pijat (Massage)
adalah
pengetahuan
dan
keterampilan
menerapkan
area
kerja,
menerapkan persiapan alat dan bahan, persiapan diri dan pelanggan,
teknik pengurutan badan di daerah Indonesia, teknik pengembangan
massage, merawat area kerja, serta menyimpan kembali kosmetik, alat,
dan bahan massage. Adapun pembelajarannya dapat dikembangkan
238
menyesuaikan sarana dan prasarana, kemampuan peserta didik dan
budaya lokal.
B. Tujuan Mata Pelajaran Pijat (Massage)
1. Tujuan Umum
Mata
pelajaran
Pijat
(Massage)
bertujuan
untuk
memberikan
pemahaman bagi peserta didik tentang layanan pijat (massage) yang
sesuai dengan kebutuhan pelanggan dengan menerapkan prinsipprinsip kesehatan.
2. Tujuan Khusus
Mata pelajaran Pijat (Massage) bertujuan untuk membekali peserta
didik
agar
memperoleh
pengetahuan,
keterampilan,
dan
sikap
meliputi:
1. Menyiapkan area kerja
2. Menyiapkan alat, lenan, dan bahan
3. Melakukan persiapan diri dan pelanggan
4. Melakukan teknik pemijatan badan di daerah Indonesia
5. Merawat area kerja
6. Menyimpan kosmetik alat dan lenan
7. Melakukan teknik pengembangan massage
C. Karakteristik Mata Pelajaran Pijat (Massage)
1. Deskripsi Umum Mata Pelajaran
Mata pelajaran Pijat (Massage) mempelajari kegiatan melakukan
prosedur di lingkungan kerja yang bersih dan aman, menyiapkan area
kerja
yang
bersih,
menyiapkan
kelengkapan
pijat,
menyambut
pelanggan, menjaga penampilan diri, melakukan pemijatan sesuai
teknik dasar dan teknik pengembangan massage. Mata pelajaran Pijat
(Massage) diberikan secara teori dan praktik meliputi pengetahuan
dasar mulai dari persiapan area kerja, persiapan kelengkapan pijat,
persiapan diri dan menyambut pelanggan, membersihkan bed massage
dan matras massage, mempersiapkan pelanggan sebelum pelaksanaan
massage badan tradisional, menawarkan menu pra perawatan untuk
dipilih pelanggan, mempelajari teknik dasar massage dan teknik
pengembangan massage untuk dapat dipraktikkan sesuai tata cara
massage
dalam
melakukan
memberikan
Javanese
pelayanan
massage,
pada
melakukan
para
Balinese
membersihkan dan menyimpan bed massage dan matras.
239
pelanggan,
massage,
Pada awal pembelajaran sebelum memasuki materi pokok, peserta didik
dikenalkan manfaat mempelajari pijat (massage). Sebagai contoh, setelah
belajar pijat (massage), peserta didik mampu melakukan massage untuk diri
sendiri dan keluarga sebelum akhirnya dapat terjun ke dunia industri.
Pembelajaran pijat (massage) dilaksanakan melalui:
1. pembelajaran di kelas,
2. pembelajaran di ruang praktikum (salon),
3. proyek tugas sederhana,
4. berkunjung pada sekolah menengah kejuruan kompetensi spa dan
kecantikan, dan industri yang relevan.
Alur proses pembelajaran keterampilan pijat (massage) sebagai berikut.
1. Menerapkan area kerja meliputi lingkungan kerja bersih dan aman
sesuai prinsip kesehatan dan keselamatan kerja (K3), persiapan
area lantai dan bed massage. Materi ini diberikan paling awal
sebelum materi yang lain.
2. Setelah
mempelajari
tentang
pengetahuan
keselamatan
dan
Kesehatan kerja di lingkungan kerja massage, peserta didik akan
mempelajari tentang persiapan alat dan bahan.
3. Persiapan
diri
dan
pelanggan
dipelajari
setelah
mempelajari
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) serta persiapan alat, bahan,
dan lenan.
4. Materi tentang teknik dasar massage merupakan awal dari dasar
pemijatan
badan
di
daerah
Indonesia
maupun
pengurutan
pengembangan yang sangat perlu dikuasai peserta didik.
5. Materi tentang teknik pemijatan badan di daerah Indonesia
merupakan
pengembangan
dari
dasar
pengurutan
yang
berhubungan dengan pengurutan tradisional Indonesia, yaitu:
javanese massage, balines massage, dan perawatan masker badan
tradisional (tradisional body mask).
6. Jika
pemijatan
badan
di
daerah
Indonesia
telah
dikuasai,
dilanjutkan dengan mempelajari teknik pengembangan massage
7. Materi tentang merawat area kerja, yaitu merapikan bed dan matras
massage sesudah digunakan.
8. Materi tentang menyimpan kembali kosmetik massage, mencuci
lenan, dan menyimpan lenan serta menyimpan peralatan massage.
Penilaian
(observasi),
meliputi
dan
aspek
pengetahuan
keterampilan
240
(proses,
(tes
dan
produk,
nontes),
dan
sikap
portofolio).
Pembelajaran
pijat
(massage)
dilakukan
secara
block
system
disesuaikan dengan karakteristik elemen yang dipelajari.
2. Elemen Mata Pelajaran
Elemen Mata Pelajaran Pijat (Massge) dan Deskripsinya
Elemen
Persiapan
Area Kerja
Persiapan Alat,
Lenan, dan Bahan
Persiapan Diri dan
Pelanggan
Penerapan Teknik
Dasar Massage
Penerapan Teknik
Pemijatan Badan di
Daerah Indonesia
Penerapan Teknik
Pengembangan
Massage
Deskripsi
Prosedur menyiapkan area kerja adalah segala
kegiatan untuk menjamin Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja
dan penyakit akibat kerja serta menerapkan prosedur
sanitasi higiene meliputi menjaga kebersihan diri
(personal hygiene), memastikan kebersihan dan
keamanan peralatan dan perlengkapan kerja,
membersihkan lantai massage dengan bahan steril,
dan membersihkan bed massage
Merupakan kegiatan tahap awal yang berhubungan
dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja
yang dibutuhkan dalam melakukan persiapan alat
massage: melakukan persiapan wadah kosmetik
massage, melakukan persiapan kosmetik massage,
melakukan persiapan bahan pelengkap massage, dan
melakukan persiapan lenan massage.
Menyiapkan mental dengan penuh percaya diri dan
penampilan diri (kebersihan kuku, kebersihan mulut,
kebersihan badan, merias wajah, pakaian kerja, dan
sepatu) sesuai SOP sebagai seorang maseur untuk
menyambut pelanggan serta melakukan persiapan
untuk pelanggan massage tradisional.
Suatu proses kegiatan tahap awal massage yang
menjelaskan pengetahuan, keterampilan, dan sikap
yang berhubungan dengan teknik dasar massage yang
menyangkut berbagai macam gerakan massage
Effleurage/stroking, Petrissage, Tapotement, Friction
dan Vibrate sesuai dengan area dan fungsi.
Segala
kegiatan
yang
berhubungan
dengan
pengetahuan dan keterampilan dan sikap yang
diperlukan saat melakukan berbagai paket massage
termasuk dalam konteks budaya lokal, yaitu pijat
tradisional meliputi Effleurage/stroking, Petrissage,
Tapotement, Friction dan Vibrate dengan berirama pada
javanese
massage
memijat
badan
dengan
menggunakan kosmetika massage dan lulur jawa
dengan bahan alami yang jadi maupun segar (diramu
sendiri)
melakukan
balinese
massage
dengan
kosmetika massage dan lulur Bali, melakukan
perawatan masker badan tradisional (tradisional body
mask), melakukan massage kulit kepala, massage
bahu dan leher (back area) yang diperlukan untuk
kesehatan,
kesegaran
dan
kenyamanan
fisik,
keseimbangan fisik, jiwa dan pikiran) serta memenuhi
peraturan kesehatan dan keselamatan kerja.
Segala
kegiatan
yang
berhubungan
dengan
pengetahuan dan keterampilan dan sikap yang
diperlukan saat melakukan massage acupressure
punggung dengan memperhatikan kondisi pelanggan
yang tidak boleh dilakukan massage pada daerah yang
akan dipijat apabila kondisi pelanggan adanya luka
bakar sinar matahari, luka baru atau yang sedang
241
Elemen
Perawatan Area
Kerja
Penyimpanan
Kosmetik, Alat, dan
Lenan
Deskripsi
mengering, peradangan, demam, dan iritasi serta
infeksi kulit, melakukan foot massage dan shiatsu
agar tubuh lebih rileks.
Segala
kegiatan
yang
berhubungan
dengan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang
dibutuhkan dalam menstrerilkan dan merapikan
kembali bed massage dan matras setelah digunakan.
Kegiatan yang berhubungan dengan pengetahauan,
keterampilan, dan sikap kerja yang dibutuhkan dalam
melakukan
penyimpanan
kosmetik
massage
tradisional setelah digunakan, melakukan pencucian
lenan massage, melakukan penyimpanan lenan
massage, melakukan perawatan dan penyimpanan
peralatan massage yang sudah dibersihkan
D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Pijat (Massage) Setiap Fase
1. Fase D (Umumnya Kelas VII, VIII, dan IX)
Pada akhir Fase D, peserta didik dapat menjalankan prosedur
kesehatan dan keselamatan kerja (K3), mematuhi prosedur pencegahan
kecelakaan kerja, sebagai contoh adalah menggunakan alat pelindung
diri (APD) dan menggunakan peralatan dan perlengkapan kerja;
menerapkan standar higiene pribadi, sanitasi peralatan, perlengkapan,
dan tempat kerja; menyiapkan area kerja, menyiapkan alat, bahan dan
lenan, menyiapkan persiapan diri dan pelanggan, serta melakukan
teknik pemijatan badan di daerah.
Fase D Berdasarkan Elemen
Elemen
Persiapan Area Kerja
Persiapan Alat,
Lenan, dan Bahan
Capaian Pembelajaran
Pada akhir Fase D, peserta didik dapat melakukan
prosedur di lingkungan kerja yang bersih dan aman
sesuai standar K3; memastikan dipastikan kebersihan
dan keamanan peralatan dan perlengkapan kerja;
menerapkan standar higiene pribadi, sanitasi
peralatan,
perlengkapan
dan
tempat
kerja;
menggunakan alat pelindung diri atau APD sesuai
dengan fungsinya, melakukan sanitasi peralatan dan
perlengkapan kerja, melakukan sanitasi pada tempat
kerja, menentukan peralatan dan bahan pembersihan
lantai massage; melakukan pembersihan lantai;
mempersiapkan perlengkapan; membersihkan bed
massage; serta mendokumentasikan laporan sesuai
prosedur secara mandiri dan gotong royong.
Pada
akhir
Fase
D,
peserta
didik
dapat
mempersiapkan peralatan massage yang sudah
dibersihkan/disanitasi,
mempersiapkan
wadah
kosmetik
massage,
mempersiapkan
kosmetik
massage, mempersiapkan bahan pelengkap massage,
mempersiapkan lenan massage, dan melakukan
persiapan pribadi sesuai kebutuhan kerja, serta
memeriksa kelayakannya sesuai SOP secara mandiri
242
Elemen
Persiapan Diri dan
Pelanggan
Penerapan Teknik
Dasar Massage
Perawatan Area Kerja
Penyimpanan
Kosmetik, Alat, dan
Lenan
Capaian Pembelajaran
dan jujur.
Pada akhir Fase D, peserta didik dapat melakukan
persiapan pribadi (kebersihan diri dan penampilan),
menyambut
pelanggan,
melakukan
persiapan
pelanggan massage tradisional dengan ramah dan
sopan, sesuai prinsip-prinsip komunikasi secara jujur
dan tanggung penuh jawab.
Pada akhir Fase D, peserta didik dapat melakukan
teknik dasar massage yang menyangkut berbagai
macam
gerakan
massage
Effleurage/stroking,
Petrissage, Tapotement, Friction dan Vibrate sesuai
dengan area dan fungsi, secara teliti, jujur, dan
tanggung jawab.
Pada akhir Fase D, peserta didik dapat merapikan
kembali bed massage dan matras setelah digunakan
dengan penuh tanggung jawab.
Pada akhir Fase D, peserta didik dapat menyimpan
kosmetik massage tradisional setelah digunakan,
mencuci lenan, menyimpan lenan, dan menyimpan
peralatan massage dengan teliti dan jujur.
2. Fase E (Umumnya Kelas X)
Pada akhir Fase E, peserta didik dapat memperoleh gambaran mengenai
program
pilihan
keterampilan
yang
dipilihnya
sehingga
mampu
menumbuhkan motivasi dalam melaksanakan aktivitas belajar. Adapun
pengetahuan dan keterampilan di bidang pilihan keterampilan pijat
(massage) meliputi menyiapkan area kerja; menyiapkan alat, lenan, dan
bahan; melakukan persiapan diri dan pelanggan; melakukan teknik
pemijatan badan di daerah; merawat area kerja; serta menyimpan
kosmetik, alat, dan lenan.
Fase E Berdasarkan Elemen
Elemen
Persiapan Area Kerja
Persiapan Alat,
Lenan, dan Bahan
Capaian Pembelajaran
Pada akhir Fase E, peserta didik mampu melakukan
prosedur di lingkungan kerja yang bersih dan aman
sesuai standar K3; memastikan kebersihan dan
keamanan
peralatan
dan
perlengkapan
kerja;
menerapkan
standar
higiene
pribadi, sanitasi
peralatan,
perlengkapan
dan
tempat
kerja;
menggunakan alat pelindung diri atau APD sesuai
dengan fungsinya; melakukan sanitasi peralatan dan
perlengkapan kerja, melakukan sanitasi pada tempat
kerja, menentukan peralatan dan bahan pembersihan
lantai massage; melakukan pembersihan lantai;
mempersiapkan perlengkapan; membersihkan bed
massage; serta mendokumentasikan laporan sesuai
prosedur secara mandiri dan gotong royong.
Pada akhir Fase E, peserta didik mampu
mempersiapkan peralatan massage yang sudah
dibersihkan/disanitasi,
mempersiapkan
wadah
kosmetik
massage,
mempersiapkan
kosmetik
massage, mempersiapkan bahan pelengkap massage,
243
Elemen
Persiapan Diri dan
Pelanggan
Penerapan Teknik
Pemijatan Badan di
Daerah Indonesia
Perawatan Area Kerja
Penyimpanan
Kosmetik, Alat, dan
Lenan
Capaian Pembelajaran
mempersiapkan lenan massage dan melakukan
persiapan pribadi sesuai kebutuhan kerja serta
memeriksa kelayakannya sesuai SOP secara mandiri
dan jujur.
Pada akhir Fase E, peserta didik mampu melakukan
persiapan pribadi (kebersihan diri dan penampilan),
menyambut
pelanggan,
melakukan
persiapan
pelanggan massage tradisional dengan ramah dan
sopan, sesuai prinsip-prinsip komunikasi secara jujur
dan tanggung penuh jawab
Pada akhir Fase E, peserta didik mampu melakukan
dasar pemijatan, melakukan pemijatan badan
tradisional Indonesia meliputi Effleurage/stroking,
Petrissage, Tapotement, Friction dan Vibrate dengan
berirama pada javanese massage memijat badan
dengan menggunakan kosmetika massage dan lulur
jawa dengan bahan alami yang jadi maupun segar
(diramu sendiri), melakukan Balinese Massage dan
melakukan perawatan masker badan tradisional
(tradisional body mask) dengan teliti dan kreatif serta
tanggung jawab.
Pada akhir Fase E, peserta didik mampu mensterilkan
dan merapikan kembali bed massage dan matras
setelah digunakan dengan penuh tanggung jawab dan
teliti.
Pada akhir Fase E, peserta mampu menyimpan
kosmetik massage setelah digunakan; mencuci lenan;
menyimpan lenan; dan menyimpan peralatan massage
yang sudah dibersihkan dengan teliti dan jujur.
3. Fase F (Umumnya Kelas XI dan XII)
Pada akhir Fase E, peserta didik dapat memperoleh gambaran mengenai
program
pilihan
keterampilan
yang
dipilihnya,
sehingga
mampu
menumbuhkan motivasi dalam melaksanakan aktivitas belajar. Adapun
penegetahuan dan keterampilan dibidang pilihan keterampilan pijat
(massage) tentang menyiapkan area kerja, menyiapkan alat, lenan dan
bahan, melakukan persiapan diri dan pelanggan, melakukan teknik
pemijatan badan di daerah, melakukan Teknik pengembangan massage,
merawat area kerja, dan menyimpan kosmetik, alat serta lenan.
Fase F Berdasarkan Elemen
Elemen
Persiapan Area Kerja
Capaian Pembelajaran
Pada akhir Fase F, peserta didik mampu melakukan
prosedur di lingkungan kerja yang bersih dan aman
sesuai standar K3; memastikan kebersihan dan
keamanan
peralatan
dan
perlengkapan
kerja;
menerapkan
standar
higiene
pribadi, sanitasi
peralatan,
perlengkapan
dan
tempat
kerja;
menggunakan alat pelindung diri atau APD sesuai
dengan fungsinya; melakukan sanitasi peralatan dan
perlengkapan kerja, melakukan sanitasi pada tempat
244
Elemen
Capaian Pembelajaran
kerja, menentukan peralatan dan bahan pembersihan
lantai massage; melakukan pembersihan lantai;
mempersiapkan perlengkapan dan membersihkan bed
massage; serta mendokumentasikan laporan sesuai
prosedur secara mandiri dan gotong royong.
Persiapan Alat,
Pada
akhir
Fase
F,
peserta
didik
mampu
Lenan, dan Bahan
mempersiapkan peralatan massage yang sudah
dibersihkan/disanitasi;
mempersiapkan
wadah
kosmetik
massage;
mempersiapkan
kosmetik
massage; mempersiapkan bahan pelengkap massage;
mempersiapkan lenan massage; dan melakukan
persiapan pribadi sesuai kebutuhan kerja dan
diperiksa kelayakannya sesuai SOP secara mandiri
dan jujur.
Persiapan Diri dan
Pada akhir Fase F, peserta didik mampu melakukan
Pelanggan
persiapan pribadi (kebersihan diri dan penampilan),
menyambut
pelanggan,
Melakukan
persiapan
pelanggan massage tradisional dengan ramah dan
sopan, sesuai prinsip-prinsip komunikasi secara jujur
dan tanggung penuh jawab.
Penerapan Teknik
Pada akhir Fase F, peserta didik mampu melakukan
Pemijatan Badan di
dasar pemijatan, melakukan pemijatan badan
Daerah Indonesia
tradisional Indonesia yaitu pijat tradisional meliputi
Effleurage/stroking, Petrissage, Tapotement, Friction
dan Vibrate dengan berirama pada javanese massage
memijat badan dengan menggunakan kosmetika
massage dan lulur jawa dengan bahan alami yang jadi
maupun segar (diramu sendiri), melakukan Balinese
Massage, dan melakukan perawatan masker badan
tradisional (tradisional body mask) melakukan
massage kulit kepala, massage bahu dan leher (back
area) yang diperlukan untuk kesehatan, kesegaran
dan kenyamanan fisik, keseimbangan fisik, jiwa dan
pikiran) serta memenuhi peraturan kesehatan dan
keselamatan kerja dengan teliti dan kreatif serta
tanggung jawab.
Penerapan Teknik
Pada akhir Fase F, peserta didik mampu melakukan
Pengembangan
teknik
massage
akupresur
punggung
dengan
Massage
memperhatikan kondisi pelanggan yang tidak boleh
dilakukan massage pada daerah yang akan dimassage apabila kondisi pelanggan adanya luka bakar
sinar matahari, luka baru atau yang sedang
mengering, peradangan, demam, dan iritasi serta
infeksi kulit, melakukan foot massage, dan melakukan
teknik shiatsu dengan teliti dan kreatif.
Perawatan Area Kerja Pada akhir Fase F, peserta didik mampu mensterilkan
dan merapikan kembali bed massage dan matras
setelah digunakan dengan penuh tanggung jawab dan
teliti.
Penyimpanan
Pada akhir Fase F, peserta didik mampu menyimpan
Kosmetik, Alat, dan
kosmetik massage setelah digunakan, mencuci lenan,
Lenan
menyimpan lenan, dan menyimpan peralatan massage
yang sudah dibersihkan dengan teliti dan jujur
245
XV. CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KHUSUS KETERAMPILAN BUDI
DAYA PETERNAKAN UNGGAS
A. Rasional Mata Pelajaran Budi Daya Peternakan Unggas
Peternakan adalah segala urusan yang berkaitan dengan sumber daya
fisik, benih, bibit dan/atau bakalan, pakan, alat dan mesin peternakan,
budi daya ternak, panen, pascapanen, pengolahan, pemasaran, dan
pengusahaannya. Mata pelajaran Budi daya Peternakan Unggas di
Sekolah Menegah Pertama Luar Biasa (SMPLB) ini berguna untuk
membekali pengetahuan dan keterampilan awal peserta didik sebelum
mempelajari materi lanjutan di Sekolah Menengah Atas Luar Biasa
(SMALB).
Sekolah Luar Biasa sebagai lembaga pemberi layanan pendidikan vokasi
bagi peserta didik penyandang disabilitas bertugas memberikan
pengalaman belajar dan mencetak lulusan yang kompeten dengan
memberikan pengalaman belajar hard skill dan soft skill. Bekal
pengalaman belajar hard skill dan soft skill dapat mewujudkan
penyandang disabilitas yang kompeten dan sesuai dengan Profil Pelajar
Pancasila, yaitu beriman, bertaqwa kepada Tuhan YME dan berakhak
mulia, berkebinekaan global, bernalar kritis, kreatif, mandiri, disiplin
dan gotong royong sehingga mampu bersaing di dunia kerja baik
tergabung dalam kelompok kerja (industri) ataupun mendirikan usaha
secara mandiri.
Materi yang dipelajari dalam keterampilan budi daya peternakan SMPLB
meliputi ruang lingkup: standar profesi kerja; Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3); jenis dan macam-macam ternak unggas;
kebersihan kerja dan lingkungan; program biosekuriti; program
vaksinasi; pemberian obat; menyiapkan pakan; memformulasikan
pakan; membuat pakan; menyimpan pakan; teknik penyimpanan pakan
ternak unggas; faktor-faktor yang memengaruhi kualitas pakan saat di
simpan; macam-macam kandang ternak unggas; bahan dan peralatan
membuat kandang ternak unggas; daftar peralatan kandang ternak
unggas; pemeliharaan hewan ternak unggas periode grower dan layer;
pengelolaan hasil, yaitu teknik dan prosedur mulai dari memanen hasil
unggas (telur tetas, telur konsumsi, pullet, anak unggas, dan unggas
pedaging);
menyortir;
memasarkan; dan
246
menetaskan
telur
yang
dihasilkan; teknik dan prosedur penetasan telur tetas; dan menghitung
hasil usaha unggas dan membuat laporan.
B. Tujuan Mata Pelajaran Budi Daya Peternakan Unggas
Mata pelajaran Budi Daya Peternakan Unggas bertujuan untuk
memberikan pengetahuan dan keterampilan awal agar peserta didik
dapat:
1. membentuk peserta didik yang berakhlak mulia, jujur, disiplin, dan
dapat dipercaya;
2. mewujudkan peserta didik yang kompeten, terampil, mandiri dan
kreatif dalam bidang peternakan;
3. menerapkan prosedur kesehatan dan keselamatan kerja (k3)
meliputi kebersihan diri, kebersihan lingkungan, dan keamanan
sekitar peternakan secara mandiri dan dalam kelompok;
4. mengenali, membedakan, dan menjabarkan jenis-jenis unggas
ternak;
5. memahami proses program biosekuriti pada ternak unggas;
6. memahami proses program vaksinasi pada ternak unggas;
7. menganalisis pentingnya program biosekuriti dan vaksinasi unggas
ternak;
8. mengidentifikasi, menganalisis kebutuhan, dan menggambar 2
dimensi bentuk kandang koloni unggas ternak sederhana dan
peralatan kandang unggas ternak tersebut;
9. menjabarkan, mengidentifikasi, menghitung, dan membuat daftar
bahan dan alat untuk membuat kandang unggas ternak yang telah
siap bertelur;
10. menganalisis jenis-jenis, sifat, kualitas, dan menentukan pakan
jadi unggas ternak periode grower dan layer;
11. menghitung, menaksir, dan menyiapkan kebutuhan pakan jadi
unggas ternak periode grower dan layer;
12. menentukan lokasi, mengidentifikasi tata letak gudang, dan
menerapkan prosedur penyimpanan pakan unggas ternak yang
aman;
13. mengenalkan prosedur kegiatan pemeliharaan unggas periode
grower dan layer;
14. mampu melakukan kegiatan pemeliharaan unggas periode starter;
15. mampu melakukan kegiatan pemeliharaan unggas periode finisher;
247
16. mengenalkan prosedur dan mengelola telur yang dihasilkan mulai
dari
memanen,
menyortir,
memasarkan
telur
infertil,
dan
menetaskan telur;
17. mengenalkan prosedur penetasan telur unggas ternak dengan
mesin penetas;
18. membuat catatan laporan hasil panen telur dan pendapatan
penjualan;
19. menghitung secara cerdas dan kritis hasil usaha produk unggas;
20. menganalisis secara cerdas dan kritis karakteristik peluang pasar
untuk mengembangkan yang mampu bersaing dipasaran;
21. mampu berkolaborasi dalam tim kerja;
22. menginspirasi peserta didik berkebutuhan khusus lainnya untuk
berkarya dan berinovasi dengan memanfaatkan sumber daya dan
peluang secara kreatif.
C. Karakteristik Mata Pelajaran Budi Daya Peternakan Unggas
1. Deskripsi Umum Mata Pelajaran
Pelajaran Budi Daya Peternakan di satuan pendidikan SMPLB berisi
tentang pengetahuan yang di dalamnya terdapat teori dasar seputar
peternakan
dan
kegiatan
praktik
yang
disesuaikan
dengan
kemampuan peserta didik di antaranya mengenai keselamatan dan
kesehatan kerja, hewan ternak unggas, biosekuriti, vaksin ternak
unggas serta metode pemberiannya, jenis dan jumlah kebutuhan
pakan jadi ternak unggas serta teknik penyimpanannya, kandang
ternak unggas dan peralatannya, pemeliharaan ternak unggas
periode grower, pemeliharaan ternak unggas periode layer, panen dan
pascapanen telur ternak unggas. Pelajaran peternakan di jenjang
SMALB
mempelajari
teori
dan
praktik
tentang
keselamatan
kesehatan kerja, perlengapan kandang, program biosekuriti, program
vaksinasi, pemberian obat, penyiapan bahan pakan dan pakan,
pemiliharaan unggas periode Starter, pemeliharaan unggas periode
Finisher, pemanenan hasil, dan penghitungan hasil usaha unggas.
Mencakup pengetahuan dan praktik seputar penerapan prosedur
keselamatan, kesehatan, kebersihan dan keamanan di lingkungan
kerja, alat pelindung diri (APD), penyebab kecelakaan, penyakit
akibat kerja, pencegahan dan penanganannya, perawatan kandang
dan peralatan kandang serta gudang ternak unggas, kebersihan diri
248
sebelum dan sesudah kegiatan, pencegahan terjadinya kecelakaan
kerja dan langkah penanganan jika terjadi kecelakaan kerja. Materi
hewan ternak unggas mencakup pengetahuan seputar pembagian
jenis-jenis hewan ternak unggas, macam-macam ras unggas petelur
unggul, macam-macam ras unggas pedaging (broiler) unggul. Materi
biosekuriti mencakup pengetahuan tentang konsep dasar, fungsi dan
pengenalan zona merah, kuning, dan hijau serta analisis pentingnya
zona
biosekuriti.
Materi
vaksin
ternak
unggas
mencakup
pengetahuan tentang jenis dan macam-macam vaksin ternak unggas
sesuai jenis penyakit guna tujuan pencegahannya serta praktik
metode pemberiannya melalui ilustrasi. Materi pakan jadi ternak
unggas mencakup pengetahuan dan praktik tentang jenis, jumlah
kebutuhan, penyediaan dan penerapan pemberian pakan jadi ternak
unggas periode grower dan layer, serta tujuan, fungsi, dan penerapan
teknik prosedur penyimpanan pakan dengan memperhatikan faktorfaktor yang memengaruhi kualitas pakan saat disimpan. Materi
kandang
ternak
unggas
mencakup
pengetahuan
seputar
karakteristik dan gambar kandang (koloni) ternak unggas, peralatan
kandang (koloni) ternak unggas, peralatan dan bahan membuat
kandang (koloni) sekaligus gudangnya serta praktik membuat
gambar
2
dimensi
kandang
(koloni)
ternak
unggas.
Materi
pemeliharaan ternak unggas mencakup pengetahuan dan praktik
tentang teknik prosedur penerapan pemeliharaan dan perawatan
ternak unggas periode grower, dan teknik prosedur penerapan
pemeliharaan dan perawatan ternak unggas periode layer. Materi
panen dan pascapanen mencakup praktik kegiatan seputar teknik
prosedur pemanenan, penyortiran, dan penyimpanan telur yang
dihasilkan hingga melakukan pemasaran telur infertil, kemudian
pengetahuan tentang teknik prosedur penggunaan mesin tetas dalam
prosedur penetasan telur tetas, dan format pembuatan catatan/
laporan hasil panen telur, jumlah ternak unggas, dan pendapatan
hasil penjualan telur.
2. Elemen Mata Pelajaran
Keterampilan Budi Daya Peternakan pada fase D, E, dan F untuk
peserta didik berkebutuhan khusus membahas pengetahuan dan
praktik yang difokuskan enam elemen beserta deskripsinya sebagai
berikut.
249
Elemen
Mata
Pelajaran
Budi
Daya
Peternakan
Unggas
dan
Deskripsinya
Elemen
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3)
Hewan Ternak
Unggas
Deskripsi
Elemen ini mencakup penerapan keselamatan
kerja di lingkungan tempat kerja, penerapan
penggunaan alat pelindung diri (APD), kesehatan
dan penyakit akibat kerja serta pencegahan dan
penangananya, kebersihan kandang dan
lingkungan sekitar kandang, perawatan kandang
sekaligus peralatan kandang ternak unggas serta
gudangnya, dan penerapan kebersihan diri
sebelum dan sesudah kegiatan dengan mandiri.
Elemen ini mencakup tentang pembagian ternak
unggas, macam-macam ras ternak unggas
petelur unggul, macam-macam ras ternak unggas
pedaging unggul. Kegiatan identifikasi jenis
ternak unggas petelur dan pedaging dilakukan
dengan berbagai cara baik menggunakan media
seperti gambar, video, ataupun pengamatan
secara langsung dengan bernalar kritis.
Pengelolaan
Kesehatan Hewan
Elemen ini mencakup tentang analisis
pentingnya 3 zona biosekuriti, tata letak 3 zona
tersebut sesuai lokasi kandang, dan
mempraktikkan dengan ilustrasi dalam kelas,
peserta didik mempelajari jenis-jenis vaksin
ternak unggas, nama-nama vaksin berdasarkan
tujuan pencegahan penyakitnya serta
mempraktikkan metode pemberiannya melalui
ilustrasi, tahapan akhir dari elemen ini ialah
merancang, menyiapakan kebutuhan, dan
melaksanakan progam biosekuriti dengan
menyiapkan 3 zona biosekuriti, merancang
program vaksinasi, memilih vaksin secara tepat,
memilih metode pemberian vaksin yang tepat,
menyiapkan alat vaksin yang tepat untuk
unggas, melakukan vaksin dan merapihkan
kembali alat yang di gunakan.
Pengelolaan Pakan
Elemen ini mencakup tentang kegiatan
menyiapkan pakan jadi ternak unggas periode
starter, finisher, grower, dan layer, menyimpan
pakan ternak unggas, menyiapkan, memisahkan,
menghitung jumlah kebutuhan pakan dengan
alat ukur, memberikan pakan jadi ternak unggas
sesuai periode starter, finisher, grower dan layer.
Selanjutnya, tahapan ini mulai memformulasikan
pakan sesuai kebutuhan unggas, membuat
pakan, dan menyimpan bahan pakan dan pakan
unggas ternak.
Pengelolaan Produksi
Elemen ini mencakup tentang membuat
rancangan kandang (koloni) ternak unggas dalam
gambar 2 dimensi, mengidentifikasi macammacam kandang ternak unggas, membedakan
macam-macam kandang ternak unggas,
menentukan tempat dibangunnya kandang dan
gudang pakan ternak unggas, dan menentukan
bentuk kandang (koloni) lengkap dengan
peralatan kandangnya serta gudang yang sesuai
dengan luas dan lokasi yang tersedia,
250
Deskripsi
menyiapkan peralatan kandang dan prosedur
penggunaan peralatan kandang, merapikan
kembali kandang dan peralatan kandang setelah
mengikuti pembelajaran.
Kemudian, kegiatan produksi tahap akhir di fase
D, E, dan F, yaitu peserta didik mulai
memelihara dan merawat ternak unggas mulai
dari periode starter, finisher, grower, dan layer.
Elemen
Pengelolaan Panen
Dan Pascapanen
Elemen ini mencakup tentang pengelolaan hasil
produksi ternak unggas mulai dari memanennya,
menyortir dari segi ukuran, pembuahan, dan
kualitas (retak, berat, kondisi kulit, dsb).
Prosedur penetasan telur, pemanenan anak
unggas, penentuan jenis kelamin, pemanenan
produksi unggas pedaging, pemanenan pullet,
dan pemanenan telur konsumsi. Kegiatan
pascapanen yang dilakukan peserta didik adalah
membuat catatan hasil panen unggas per hari
dan jumlah ternak unggas, kemudian
menentukan harga jual produksi hasil unggas,
melakukan pemasaran produksi hasil unggas,
dilanjutkan dengan membuat catatan laporan
hasil penjualan tersebut guna menghitung
pendapatan.
D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Budi Daya Peternakan Unggas
Sesuai Fase
1. Fase D (Usia Mental ± 9 Tahun dan Umumnya Kelas VII, VIII, dan IX)
Pada akhir Fase D, peserta didik dapat menerapkan keselamatan dan
kesehatan kerja (K3); menentukan hewan ternak unggas; memahami
pentingnya program biosekuriti dan vaksin ternak unggas dengan
tujuan pencegahan penyakit serta memahami metode pemberiannya
dengan bernalar kritis; menyiapkan pakan jadi setelah menghitung
sesuai jumlah kebutuhan pada periode grower; menyiapkan pakan
jadi setelah menghitung sesuai jumlah kebutuhan pada periode layer
serta menerapkan teknik penyimpanan pakannya secara mandiri
maupun bergotong royong; merancang gambar 2 dimensi kandang
(koloni) ternak unggas sesuai kondisi dan lokasi secara mandiri;
menerapkan teknik prosedur pemeliharaan dan perawatan ternak
unggas
periode
grower
secara
mandiri
maupun
kelompok;
menerapkan teknik prosedur pemeliharaan dan perawatan ternak
unggas periode layer secara mandiri maupun kelompok; menerapkan
teknik prosedur pemanenan, penyortiran, pemasaran, dan pelaporan
hasil panen serta pendapatan hasil pemasaran secara mandiri
maupun kelompok.
251
Fase D Berdasarkan Elemen
Elemen
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3)
Hewan Ternak
Unggas
Capaian Pembelajaran
Pada akhir Fase D, peserta didik dapat
menerapkan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3) yang meliputi penerapaan kesehatan dan
keselamatan di lingkungan tempat kerja,
pencegahan kecelakaan kerja, penyakit, dan
penerapaan Pertolongan Pertama pada
Kecelakaan Kerja (P3K), penggunaan Alat
Pelindung Diri (APD) seperti masker, sarung
tangan, sepatu safety, dan baju pelindung saat
kontak langsung dengan ternak unggas. Peserta
didik dapat menerapkan pembersihan dan
perawatan kandang ternak unggas. Peserta didik
dapat menerapkan pembersihan dan perawatan
peralatan kandang ternak unggas seperti tempat
menaruh pakan, tempat menaruh minum, lampu
dan jerami untuk mengatur suhu, dan
pengamanan kandang. Peserta didik dapat
menerapkan pembersihan dan perawatan
lingkungan sekitar kandang ternak ungas.
Peserta didik dapat menerapkan kebersihan dan
perawatan personal hygiene meliputi kebersihan
diri dan seragam kerja (uniform) di dalam baju
pelapis (pelindung diri) sebelum dan sesudah
kegiatan.
Pada akhir Fase D, peserta didik dapat
menjelaskan jenis-jenis ternak ungags;
menyebutkan ciri-ciri unggas petelur dan
pedaging; membedakan unggas petelur dan
pedaging; menyatakan jenis unggas petelur atau
pedaging; dan memilih jenis ternak unggas yang
sesuai pada kondisi lingkungan tempat tinggal
dengan mengidentifikasi saingan pasar.
Pengelolaan
Kesehatan Hewan
Pada akhir Fase D, peserta didik dapat
memahami pentingnya dan mengikuti program
biosekuriti dan vaksinasi ternak unggas. Pada
program biosekuriti peserta didik dapat:
menyebutkan 3 zona biosekuriti, menyebutkan
ciri-ciri 3 zona biosekuriti, menentukan letak 3
zona biosekuriti, menyatakan zona biosekuriti
berdasarkan fungsinya, dan membedakan 3 zona
biosekuriti. Pada program vaksinasi ternak
ungags, peserta didik dapat: menyebutkan
macam-macam vaksin ternak unggas sesuai
tujuan pencegahan penyakitnya, memilih vaksin
ternak unggas berdasarkan kegunaannya,
membedakan vaksin ternak unggas berdasarkan
kegunaannya, dan menentukan vaksin ternak
unggas yang tepat berdasarkan tujuannya.
Peserta didik dapat menyebutkan macam-macam
metode pemberian vaksin ternak unggas,
membedakan metode pemberian vaksin ternak
unggas berdasarkan tempat masuknya, dan
menentukan metode pemberian vaksin ternak
unggas yang efektif sesuai kondisi kandang,
jumlah ternak unggas, dan tujuannya.
Pengelolaan Pakan
Pada akhir Fase D, peserta didik dapat
menerapkan kemampuan memperkirakan dan
252
Elemen
Capaian Pembelajaran
menyiapkan pakan ternak unggas dengan
tahapan mengenali macam-macam pakan jadi
ternak unggas, menentukan pakan jadi ternak
unggas periode grower dan layer, dan
membedakan pakan jadi ternak unggas periode
grower dengan layer. Kemudian, pada
penyimpanan pakan ternak ungags, peserta didik
dapat: menentukan lokasi penyimpanan pakan
jadi ternak unggas dan menerapkan teknik
prosedur penyimpanan pakan jadi ternak
unggas.
Pengelolaan Produksi
Pada akhir Fase D, peserta didik dapat
menerapkan kemampuan merancang dengan
gambar 2 dimensi kandang (koloni) ternak
unggas dengan tahapan peserta didik dapat
mengenali macam-macam kandang ternak
unggas, menunjukkan kandang ternak unggas
periode grower dan layer, membedakan kandang
ternak unggas periode grower dengan layer,
menentukan kandang ternak unggas periode
grower dan layer, menggambar 2 dimensi bentuk
kandang (koloni) ternak unggas periode grower
dan layer. Peserta didik dapat mengidentifikasi
dan mendaftar bahan dan peralatan untuk
membuat kandang ternak unggas,
mengidentifikasi peralatan kandang ternak
unggas, dan menerapkan penggunaan peralatan
kandang untuk menunjang hidup ternak unggas.
Peserta didik dapat menerapkan prosedur
pemeliharaan dan perawatan ternak unggas
periode grower dan atau periode layer.
Pengelolaan Panen
Dan Pascapanen
Pada akhir Fase D, peserta didik dapat
menerapkan teknik prosedur pemanen telur
ternak unggas, melakukan penyortiran dari segi
ukuran dan kualitas, melakukan penyortiran
telur hasil panen yang fertil dan infertil,
memasarkan telur infertil, menerapkan teknik
prosedur penetasan telur dengan mesin penetas,
dan menerapkan teknik prosedur penggunaan
mesin penetas berikut masalah dan
penanganannya yang sederhana secara umum.
Peserta didik dapat melaporkan jumlah hasil
panen telur per hari, jumlah hewan ternak
unggas, dan hasil penjualan telur dalam catatan
laporan kegiatan pascapanen.
2. Fase E (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas X)
Pada akhir Fase E, Peserta didik akan mendapatkan gambaran
tentang
menerapkan
keselamatan
dan
kesehatan
kerja
(K3);
merancang kandang yang sesuai; menyiapkan peralatan kandang
dan perlengkapan kandang yang dibutuhkan secara mandiri;
melaksanakan progam biosekuriti dan program vaksinasi ternak
unggas; memilih unggas ternak periode stater; menghitung jumlah
253
kebutuhan pakan unggas ternak periode starter; menyiapkan pakan,
menyimpan pakan, melakukan prosedur memelihara unggas ternak
periode
starter;
menghitung
melakukan
hasil
usaha
pemanenan
unggas
anak
pembibitan
unggas
dan
(Breeding)
dan
penetasan secara bergotong royong baik dalam kelompok maupun
mandiri.
Fase E Berdasarkan Elemen
Elemen
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3)
Hewan Ternak
Unggas
Pengelolaan
Kesehatan Hewan
Pengelolaan Pakan
Pengelolaan Produksi
Capaian Pembelajaran
Pada akhir Fase E, peserta didik dapat mengenali
simbol-simbol K3; menerapkan prosedur
kesehatan dan keselamatan di tempat kerja;
menyiapkan APD (alat pelindung diri) di tempat
kerja; menggunakan APD secara mandiri sesuai
prosedur; menyiapkan dan merapikan kembali
tempat kerja secara mandiri; melaporkan
keadaan bahaya yang muncul secara kritis.
Pada akhir Fase E, peserta didik dapat membaca
dan memahami prosedur perawatan dan
pemeliharaan unggas ternak serta
mengklasifikasikan unggas ternak sesuai dengan
periode unggas ternak.
Pada akhir Fase E, peserta didik dapat
merancang, menyiapkan kebutuhan progam
biosekuriti dengan menyiapkan 3 zona
biosekuriti; merancang program vaksinasi
dengan cermat dan bernalar kritis; memilih
vaksin secara tepat; memilih metode pemberian
vaksin yang tepat dengan penalaran kritis;
menyiapkan alat vaksin yang tepat untuk
unggas; melakukan vaksin dan merapikan
kembali alat yang digunakan secara mandiri.
Pada akhir Fase E, peseta didik dapat
menghitung jumlah kebutuhan pakan unggas
periode starter; memberi pakan unggas ternak
periode finisher; memformulasikan pakan dengan
bernalar kritis sesuai kebutuhan unggas;
membuat pakan; serta menyimpan bahan pakan
dan pakan unggas ternak dilakukan secara
bersama.
Pada akhir Fase E, peseta didik dapat merancang
kandang; mengenal nama dan fungsi bagaian
dari kandang; menyiapkan kandang yang tepat
sesuai periode unggas ternak; menyiapkan
peralatan kandang, prosedur penggunaan
peralatan kandang, merapikan kembali kandang,
dan peralatan kandang setelah mengikuti
pembelajaran budi daya peternakan. Merupakan
kegiatan merawat unggas pada periode finisher
secara bergotong royong baik mandiri maupun
berkelompok. Pada kegiatan pemeliharaan ini,
peserta didik harus bernalar kritis
memperhatikan ukuran kandang, jumlah dan
nutrisi pakan supaya pertumbuhan unggas
petelur dapat optimal dengan tingkat
produktiviktas yang tinggi serta berkualitas.
254
Elemen
Pengelolaan Panen
dan Pascapanen
Capaian Pembelajaran
Pada akhir Fase E, peserta didik mampu
melakukan klasifikasi pemanenan dalam
beberapa jenis meliputi; pemanenan telur tetas,
pemanenan pullet, dan pemanenan telur
konsumsi. Menghitung hasil usaha produk
unggas pullet, konsumsi, pembibitan (breeding)
dan penetasan.
3. Fase F (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas XI dan XII)
Pada akhir Fase F, peserta didik akan mendapatkan gambaran
tentang
menerapkan
keselamatan
dan
kesehatan
kerja
(K3);
melakukan pemanenan telur tetas; melakukan pemanenan pullet;
melakukan pemanenan telur konsumsi; melakukan penentuan jenis
kelamin unggas ternak; melakukan pemanenan anak unggas;
melakukan pemanenan produksi unggas pedaging; mengemas hasil
panen unggas ternak ke dalam kemasan; menghitung hasil usaha
poduk unggas pedaging; menghitung hasil usaha produk unggas
pullet; menghitung hasil usaha produk unggas telur konsumsi;
menghitung hasil usaha produk unggas pembibitan (breeding) dan
penetasan; melakukan pengolahan (prosesing) unggas sembelihan;
melakukan pascapanen daging unggas ternak.
Fase F Berdasarkan Elemen
Elemen
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3)
Hewan Ternak
Unggas
Pengelolaan
Kesehatan Hewan
Capaian Pembelajaran
Pada akhir Fase F, peserta didik dapat mengenali
simbol-simbol K3; menerapkan prosedur
kesehatan dan keselamatan di tempat kerja;
menyiapkan APD (alat pelindung diri) di tempat
kerja; menggunakan APD secara mandiri sesuai
prosedur; menyiapkan dan merapikan kembali
tempat kerja secara mandiri; serta melaporkan
keadaan bahaya yang muncul secara kritis.
Pada akhir Fase F, peserta didik dapat membaca
dan memahami prosedur perawatan dan
pemeliharaan unggas ternak serta
mengklasifikasi unggas ternak sesuai dengan
periode unggas ternak.
Pada akhir Fase F, peserta didik dapat
merancang dan menyiapakan kebutuhan progam
biosekuriti dengan menyiapkan 3 zona
biosekuriti; merancang program vaksinasi
dengan cermat dan bernalar kritis; memilih
vaksin secara tepat; memilih metode pemberian
vaksin yang tepat dengan penalaran kritis;
menyiapkan alat vaksin yang tepat untuk
unggas; melakukan vaksin; serta merapikan
kembali alat yang digunakan secara mandiri.
255
Elemen
Pengelolaan Pakan
Capaian Pembelajaran
Pada akhir Fase F, peserta didik dapat
menghitung jumlah kebutuhan pakan unggas
periode starter; memberi pakan unggas ternak
periode stater; memformulasikan pakan dengan
bernalar kritis sesuai kebutuhan unggas;
membuat pakan dan menyimpan bahan pakan
unggas ternak dilakukan secara bersama.
Pengelolaan Produksi
Pada akhir Fase F, peseta didik dapat merancang
kandang; mengenal nama dan fungsi bagaian
dari kandang; menyiapkan kandang yang tepat
sesuai periode unggas ternak; serta menyiapkan
peralatan kandang, prosedur penggunaan
peralatan kandang, merapikan kembali kandang,
dan peralatan kandang setelah mengikuti
pembelajaran budi daya peternakan. Merupakan
kegiatan merawat unggas pada periode finisher
secara bergotong royong baik mandiri maupun
berkelompok. Pada kegiatan pemeliharaan ini,
peserta didik harus bernalar kritis
memperhatikan ukuran kandang serta jumlah
dan nutrisi pakan supaya pertumbuhan unggas
petelur dapat optimal dengan tingkat
produktiviktas yang tinggi serta berkualitas.
Pengelolaan Panen
dan Pascapanen
Pada akhir Fase F, peserta didik mampu
melakukan klasifikasi pemanenan dalam
beberapa jenis meliputi: pemanenan telur tetas,
pemanenan anak unggas, penentuan jenis
kelamin, pemanenan produksi unggas pedaging,
pemanenan pullet, dan pemanenan telur
konsumsi; menghitung hasil usaha produk
unggas; menghitung hasil usaha poduk pullet;
menghitung hasil usaha produk telur konsumsi;
menghitung hasil usaha pembibitan (breeding)
dan penetasan; melakukan pengelolahan
(prosesing) unggas sembelih; melakukan
pengemasn dan penyimpanan hasil produk
unggas; serta melakukan pascapanen daging
unggas dengan bernalar kritis.
256
XVI. CAPAIAN
PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN
KHUSUS
KETERAMPILAN
CETAK SABLON
A. Rasional Mata Pelajaran Cetak Sablon
Keterampilan pilihan Cetak Sablon merupakan salah satu mata
pelajaran yang dipelajari oleh peserta didik penyandang disabilitas di
Sekolah Luar Biasa. Mata pelajaran
Cetak Sablon mengajarkan
membuat berbagai produk cetak, stiker, plastik, kain, kaos/T-shirt,
dari tahapan menyiapkan alat dan bahan, pembuatan produk,
penyelesaian
hingga
pelaporan,
baik
secara
individu maupun
kelompok, dengan menerapkan prosedur keselamatan dan kesehatan
kerja pada setiap tahapannya.
Seiring dengan perkembangan dunia industri, cetak sablon saat ini
banyak sekali macam dan tekniknya, di antaranya, cetak saring. Cetak
saring merupakan salah satu teknik cetak tertua dan termudah dari
semua proses pencetakan. Teknik ini banyak dipakai untuk mencetak
gambar atau tulisan pada benda yang memiliki permukaan datar
maupun rata. Bentuk permukaan benda datar yang dapat dipakai
antara lain kartu, poster, spanduk, dan kaos. Sementara, bentuk
permukaan tidak datar tetapi rata, antara lain gelas, botol, ballpoint,
kayu, dan kulit. Cetak sablon digital adalah teknik menyablon dengan
menggunakan transfer paper dan mesin heat press. Peralatan yang
diperlukan ialah komputer untuk mendesain, printer sebagai alat
pencetak,
transfer
paper
sebagai
media
cetak
desain
untuk
memindahkan desain ke media. Hasil karya cetak sablon digital di
antaranya adalah produk merchandise seperti kaos, label, mug,
payung, pin, tumbler, stiker, dan produk fotografi (pasfoto, foto album,
kolase foto).
Di Sekolah Menegah Pertama Luar Biasa (SMPLB) dan Sekolah
Menengah Atas Luar Biasa (SMALB), mata pelajaran Cetak Sablon
merupakan salah satu jenis keterampilan pilihan yang ada di SLB dari
20 jenis keterampilan yang disediakan oleh pemerintah melalui
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Mata pelajaran ini yang
bertujuan untuk memberikan pengetahuan cetak sablon dasar kepada
peserta didik yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari,
serta persiapan menuju dunia kerja atau membuka wirausaha sendiri.
Dengan mempelajari mata pelajaran Cetak Sablon manual dan digital,
peserta didik diharapkan mampu mengembangkan hard skill dan soft
skill diri mereka sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila, yaitu beriman,
bertakwa kepada TYME, berakhlak mulia, bernalar kritis, kreatif,
mandiri, disiplin dan gotong royong.
257
Dalam mempelajari mata pelajaran Cetak Sablon manual dan digital,
peserta didik akan dikembangkan dan dioptimalkan kemampuan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap untuk menjadi sumber daya
manusia yang kompeten. Pengoptimalan tiga kemampuan ini sangat
berhubungan erat dalam membentuk peserta didik sesuai Profil
Pelajar Pancasila di antaranya
pengetahuan untuk meningkatkan
daya bernalar kritis dan kreativitas. Keterampilan untuk mengasah
kreativitas dan kemandirian. Sikap untuk menanamkan akhlak baik,
meningkatkan kedisiplinan dan sikap bergotong royong.
Ruang lingkup materi Cetak Sablon yang akan dipelajari meliputi
pengetahuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), pengetahunan
mempersiapkan dan menggunakan peralatan dan perlengkapan
untuk melaksanakan cetak sablon manual dan digital, menentukan
teknik cetak sablon manual dan digital, memproduksi jenis-jenis cetak
sablon manual dan digital seperti melaksanakan proses afdruk,
proses produksi pada berbagai macam media, serta menerapkan
kebersihan dan kerapian peralatan dan perlengkapan cetak sablon
manual dan digital.
B. Tujuan Mata Pelajaran Cetak Sablon
Setelah mengikuti pembelajaran Cetak Sablon manual dan digital,
peserta didik dapat:
1. mengembangkan potensi diri dan memiliki sikap sesuai dengan
Profil Pelajar Pancasila;
2. mengikuti Prosedur Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) baik
secara mandiri maupun bekerja sama dalam tim;
3. menerapkan kegunaan dan perawatan alat dan bahan cetak sablon
manual dan digital;
4. melaksanakan proses afdruk;
5. menerapkan berbagai teknik cetak sablon manual dan digital;
6. mempraktikkan teknik
cetak sablon manual dan digital dengan
berbagai media;
7. menerapkan kebersihan dan kerapian peralatan dan perlengkapan
cetak sablon manual dan digital;
8. menentukan harga hasil produksi cetak sablon manual dan digital;
9. memasarkan produk hasil karya cetak sablon manual dan digital.
C. Karakteristik Mata Pelajaran Cetak Sablon
1. Deskripsi Umum Mata Pelajaran
Mata pelajaran Cetak Sablon mempelajari teori dan praktik tentang
keselamatan kesehatan kerja, alat, dan bahan menyablon, proses
membuat produk, penyelesaian, dan pelaporan. Materi keselamatan
258
kesehatan kerja mencakup teori dan praktik dalam upaya menjamin
keselamatan
dan
kesehatan
selama
berada
di
area
kerja,
pencegahan terjadinya kecelakaan kerja, dan langkah penanganan
jika terjadi kecelakaan kerja. Materi alat mencakup pengenalan
nama
dan
fungsi
alat,
teori
dan praktik
terkait prosedur
pengoperasian dan perawatan alat yang digunakan dalam proses
pembuatan produk cetak sablon. Materi bahan mencakup teori dan
praktik tentang nama, asal, karakter, fungsi penggunaan, dan
perawatan bahan. Proses membuat produk merupakan rangkaian
pembelajaran teori dan praktik yang dimulai dengan kegiatan
membuat desain film positif (jika tidak memungkinkan, dapat
disiapkan guru), mengafdruk,
dan memproduksi cetak sablon
sesuai dengan prosedur. Produk yang dibuat merupakan produk
stiker, plastik, kain, kaos/T-shirt, dan lain lain. Materi penyelesaian
meliputi
pengepakan
pemasangan
label.
Materi
pelaporan
mencakup teori dan praktik pelaporan pada tiap tahapan kerja dan
mengomunikasikan hasil laporan.
Proses belajar menggunakan model pembelajaran project based
learning dengan memperhatikan pembelajaran abad ke-21 dan
memiliki
karakater
Profil
Pelajar
Pancasila.
Pembelajaran
dilaksanakan dengan sistem ganda, yaitu di lingkungan sekolah
dan di industri. Pembelajaran teori dan praktik di sekolah
dilaksanakan pada ruang praktik keterampilan sebagai miniatur
ruang kerja di dunia usaha dan industri serta dapat menghadirkan
praktisi dari industri sebagai guru tamu. Pembelajaran di industri
dilaksankan melalui program kunjungan industri dan praktik
industri. Pembelajaran Cetak Sablon berorientasi pada kebutuhan
dan kemandirian peserta didik.
Ilmu Cetak Sablon manual dan digital memiliki fungsi yang sangat
penting sebagai pengetahuan dasar yang harus dimiliki untuk
membekali peserta didik dalam mengembangkan keterampilan
cetak sablon. Dengan menguasai pelajaran Cetak Sablon, peserta
didik akan dapat mengembangkan kompetensinya dengan baik
sehingga pada fase berikutnya dalam jenjang yang lebih tinggi,
setiap materi tersebut mengajarkan tahapan-tahapan hard skill dan
soft skill dengan model belajar Project Based Learning yang akan
menginternalisasikan sikap sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila.
2. Elemen Mata Pelajaran
Cetak Sablon pada fase D, E, dan F membahas materi yang akan
dikembangkan sebagai dasar pengetahuan dan kemampuan untuk
259
memasuki materi pada jenjang yang lebih tinggi. Elemen kunci mata
pelajaran Cetak Sablon tampak di tabel berikut.
Elemen Mata Pelajaran Cetak Sablon
Elemen
Deskripsi
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
Peserta didik dapat: menerapan keselamatan kerja
di
lingkungan
tempat
kerja;
menerapkan
penggunaan alat pelindung diri (APD), kesehatan,
dan penyakit akibat kerja dan personal hygiene;
mengikuti Standar Operasional Prosesedural (SOP)
penggunaan alat.
Persiapan Alat dan
Bahan Cetak
Sablon Manual
dan Digital
Peserta didik dapat: mempersiapkan peralatan yang
dipergunakan di ruang cetak sablon; memahami
fungsi alat dan bahan cetak sablon manual dan
digital;
mempersiapkan bahan menyablon;
mempersiapkan tempat, alat dan bahan untuk
mengikuti pembelajaran Cetak Sablon; merapikan
dan menyimpan peralatan; merapikan alat dan
bahan ke tempat semula.
Proses Cetak
Sablon Manual
dan Digital
Peserta didik dapat: membuat film positif cetak
sablon manual, menerapkan proses afdruk cetak
sablon manual, menerapkan proses persiapan
desain cetak sablon digital, menerapkan teknik
cetak sablon manual dan digital, mempersiapkan
bahan cetak, serta melakukan proses produksi
cetak sablon manual dan digital pada berbagai
media.
Penyelesaian
Akhir
Peserta didik dapat: menerapkan kebersihan dan
kerapian peralatan dan perlengkapan cetak sablon
manual dan digital.
Pelaporan
Peserta didik dapat: melaporkan hasil kerja dengan
mengisi ceklis tentang persiapan alat, pemeriksaan
kelengkapan bahan dan hasil cetak sablon manual
dan digital.
D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Cetak Sablon Setiap Fase
1. Fase D (Usia Mental ± 9 Tahun dan Umumnya Kelas VII, VIII, dan
IX)
Pada akhir Fase D, peserta didik mampu menerapkan Kesehatan
dan Keselamatan Kerja (K3), mempersiapkan alat dan bahan cetak
sablon manual melakukan pemindahan film positif cetak sabon
manual, proses afdruk cetak sablon manual basis minyak, proses
afdruk cetak sablon basis air, menerapkan berbagai teknik cetak
sablon manual, melakukan proses cetak sablon manual satu warna
pada berbagai media, mendemonstrasikan berbagai teknik cetak
sablon manual satu warna pada berbagai media, mempersiapkan
alat dan bahan cetak sablon digital, mempersiapkan desain pada
cetak sablon digital, mengolah gambar, mengenal jenis software
yang dibutuhkan, mengenal layout, menerapkan fungsi toolbox,
mempersiapkan bahan cetak sablon digital, melakukan proses
produksi
cetak
sablon
digital
pada
berbagai
media,
mendemonstrasikan berbagai teknik cetak sablon digital pada
260
berbagai macam media dan mengisi laporan hasil kerja dengan
ceklis.
Fase D Berdasarkan Elemen
Elemen
Kesehatan dan
Keselamatan
Kerja
Persiapan Alat
dan Bahan Cetak
Sablon Manual
dan Digital
Proses Cetak
Sablon Manual
dan Digital
Capaian Pembelajaran
Pada akhir Fase D, peserta didik dapat menerapkan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang meliputi
penerapaan kesehatan dan keselamatan di
lingkungan tempat kerja, pencegahan kecelakaan
kerja, penerapaan Pertolongan Pertama pada
Kecelakaan Kerja (P3K), penggunaan Alat Pelindung
Diri (APD), pemeliharaan peralatan secara berkala,
pencegahan penyakit akibat kerja, pembersihan
area ruang sablon atau kelas untuk belajar,
penyimpanan alat bantu dan perlengkapan
menyablon, personal hygiene meliputi merawat
kebersihan diri dan seragam kerja praktik/uniform,
mengikuti prosedur penggunaan alat.
Pada akhir Fase D, peserta didik dapat
mengidentifikasi alat dan bahan pembuatan produk
cetak sablon manual dan digital mengelompokkan
jenis
peralatan,
mengidentifikasi
kegunaan
peralatan, melakukan pemeliharaan berkala pada
alat cetak sablon manual dan digital, membersihkan
peralatan setelah digunakan, serta melakukan
penyimpanan peralatan. Peserta didik dapat
mengidentifikasi kebutuhan bahan untuk membuat
produk cetak sablon manual dan digital. Memilih
media yang sesuai dengan kebutuhan untuk
membuat produk cetak sablon manual dan digital
secara mandiri.
Pada akhir Fase D, peserta didik dapat menentukan
jenis alat dan bahan cetak sablon; melakukan proses
cetak sablon manual; melakukan pembuatan film
positif pada screen; melakukan proses afdruk;
memilih jenis obat afdruk; mencampurkan obat
afdruk;
melakukan
pelapisan
obat
afdruk;
mengeringkan screen yang sudah dilapisi obat
afdruk dengan hairdryer; melakukan penyinaran
pada meja afdruk untuk memindahkan gambar pada
screen; menyiram screen dengan air pada bagian luar
dan dalamnya dilanjutkan dengan penyemprotan
screen menggunakan sprayer sampai semua gambar
pada screen berlubang dan tampak jelas; melakukan
pentusiran pada screen; mengoleskan tinta warna
pada screen; mengolesi Hidronal G atau lem kain
pada meja sablon; meletakkan bahan yang akan
disablon secara mendatar dan rata; memasang anleg
dan catok; meletakkan screen di atas bahan yang
akan di sablon, menuang tinta pada bagian dalam
screen; menyaput warna menggunakan rakel,
mengangkat
screen
setelah
penyaputan,
mendemonstrasikan berbagai teknik cetak sablon
manual satu warna pada media stiker, plastik, dan
kain; menentukan jenis alat dan bahan cetak sablon
digital; mempersiapkan desain pada cetak sablon
digital; mengolah gambar; mengenal jenis software
yang dibutuhkan dalam mengolah gambar;
mengenal
layout;
mengenal
fungsi
toolbox;
mempersiapkan bahan cetak sablon digital;
melakukan proses produksi cetak sablon manual
dan
digital
pada
berbagai
media;
mendemonstrasikan berbagai teknik cetak sablon
manual satu warna pada media stiker, kain, dan
kaos; serta mendemonstrasikan berbagai teknik
261
Elemen
Penyelesaian
Akhir
Pelaporan
Capaian Pembelajaran
cetak sablon digital pada berbagai macam media
kertas foto, pin, gantungan kunci, dan mug.
Pada akhir Fase D, peserta didik dapat
membersihkan peralatan dan perlengkapan cetak
sablon manual dan digital mengelompokkan jenis
peralatan, mengidentifikasi kegunaan peralatan,
melakukan pemeliharaan berkala pada alat cetak
sablon manual dan digital serta melakukan
penyimpanan peralatan dengan rapi baik secara
mandiri maupun bersama-sama.
Pada akhir Fase D, peserta didik dapat mengisi ceklis
laporan persiapan alat, pemeriksaan kelengkapan
bahan, dan menghitung hasil cetak sablon manual
dan digital yang berhasil dibuat baik secara mandiri
mapun bersama tim.
2. Fase E (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas X)
Pada akhir Fase E, peserta didik mampu menerapkan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3), mempersiapkan alat dan bahan cetak
sablon, melakukan pembuatan film positif cetak sablon, proses
afdruk cetak sablon basis minyak dan basis air, teknik menerapkan
teknik cetak sablon manual, melakukan proses cetak sablon dua
warna pada media kain, media kaos, media plastik, melakukan
pembuatan desain berbagai media sablon digital dengan software
yang dibutuhkan, melakukan produksi sablon digital pada media
botol sport, label baju dengan kreatif, dan mengisi laporan hasil
kerja dengan cek list.
Fase E Berdasarkan Elemen
Elemen
Keselamatan
dan Kesehatan
Kerja (K3)
Capaian Pembelajaran
Pada akhir Fase E, peserta didik dapat mengenali
simbol-simbol K3, menerapkan prosedur keselamatan
dan kesehatan di tempat kerja baik secara mandiri
dan bergotong royong, menerapkan prosedur
penggunaan APD, pencegahan penyakit akibat kerja,
kebersihan lingkungan kerja, penyimpanan pelengkap
kerja dan personal hygiene, mengikuti standar
operasional prosedural (SOP) penggunaan alat.
Persiapan Alat Pada akhir Fase E, Peserta didik dapat memilih bahan
dan Bahan
dan alat sesuai kebutuhan, media yang sesuai untuk
membuat produk cetak sablon secara mandiri,
bergotong royong melakukan pemeliharan peralatan
secara berkala.
Proses Produksi Pada akhir Fase E, peserta didik dapat menentukan
jenis alat dan bahan cetak sablon sesuai kebutuhan
produksi yang akan dilakukan secara mandiri,
melakukan pembuatan film positif melakukan proses
pengafdrukan, melakukan proses produksi cetak
sablon dengan berbagai media, mendemonstrasikan
berbagai teknik cetak sablon manual dua warna pada
media stiker, plastik, kain, dan kaos/T-shirt dengan
kreatif, melakukan pembuatan desain berbagai media
sablon digital melalui berbagai software yang
dibutuhkan, melakukan proses produksi cetak sablon
digital pada media botol sport, label baju dengan
kreatif.
Penyelesaian
Pada akhir Fase E, peserta didik dapat melakukan
262
Elemen
Akhir
Pelaporan
Capaian Pembelajaran
teknik pengemasan dari hasil produksi secara mandiri
atau bergotong royong, membersihkan peralatan dan
perlengkapan cetak sablon, mengelompokkan jenis
peralatan, mengidentifikasi kegunaan peralatan,
melakukan pemeliharaan berkala pada alat cetak
sablon, serta melakukan penyimpanan peralatan
dengan rapi baik secara mandiri maupun bersamasama.
Pada akhir Fase E, peserta didik dapat mengisi ceklis
laporan persiapan alat, pemeriksaan kelengkapan
bahan, dan menghitung hasil cetak sablon yang
berhasil dibuat baik secara mandiri maupun bersama
tim dengan jujur.
3. Fase F (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas XI dan XII)
Pada akhir Fase F peserta didik mampu menerapkan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3), mempersiapkan alat dan bahan cetak
saring/sablon, melakukan pembuatan film positif cetak sabon,
proses afdruk cetak sablon basis minyak dan basis air, teknik
menerapkan teknik cetak sablon manual, melakukan proses cetak
sablon tiga warna (kelas XI) pada media kain, media kaos/T-shirt,
media stiker, teknik menerapkan cetak saring/sablon 4 warna
(kelas XII) pada media kain, media kaos/T-shirt, media stiker,
melakukan pembuatan desain berbagai media sablon digital melalui
berbagai software yang dibutuhkan, melakukan proses produksi
cetak sablon digital pada media
kaos/T-shirt, ID Card, cutting
stiker, masker sublime dengan kreatif, dan mengisi laporan hasil
kerja dengan ceklis.
Fase F Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Keselamatan
Pada akhir Fase F, peserta didik dapat mengenali
dan kesehatan simbol-simbol K3, menerapkan prosedur keselamatan
kerja (K3)
dan kesehatan kerja di tempat kerja baik secara
mandiri dan bergotong royong, menerapkan prosedur
penggunaan APD, pencegahan penyakit akibat kerja,
kebersihan
lingkungan
kerja,
penyimpanan
perlengakap kerja dan personal hygiene, mengikuti
standar operasional prosedural (SOP) penggunaan alat.
Persiapan alat Pada akhir Fase F, peserta didik dapat memilih bahan
dan bahan
dan alat sesuai kebutuhan, media yang sesuai untuk
membuat produk cetak sablon secara mandiri,
bergotong royong melakukan pemeliharaan peralatan
secara berkala.
Proses produksi
Pada akhir Fase F, peserta didik dapat menentukan
jenis alat dan bahan cetak sablon sesuai kebutuhan
produksi yang akan dilakukan secara mandiri,
melakukan pembuatan film positif, melakukan proses
pengafdrukan, melakukan proses produksi cetak
saring/sablon
dengan
berbagai
media,
mendemonstrasikan berbagai teknik cetak sablon tiga
warna dan empat warna pada media stiker, plastik,
kain, dan kaos/T-shirt dengan kreatif, melakukan
pembuatan desain berbagai media sablon digital
melalui
berbagai
software
yang
dibutuhkan,
263
melakukan proses produksi cetak sablon digital pada
media kaos/T-shirt, ID Card, cutting stiker, masker
sublime dengan kreatif.
Penyelesaian
akhir
Pada akhir Fase F, peserta didik dapat melakukan
teknik pengemasan dari hasil produksi secara mandiri
atau bergotong royong, membersihkan peralatan dan
perlengkapan cetak sablon, mengelompokkan jenis
peralatan, mengidentifikasi kegunaan peralatan,
melakukan pemeliharaan berkala pada alat cetak
sablon, serta melakukan penyimpanan peralatan
dengan rapi baik secara mandiri maupun bersamasama, dapat menghitung modal produksi cetak sablon,
melakukan pengepakan/pengemasan dan pelabelan
serta memasarkan hasil karya produk cetak sablon.
Pelaporan
Pada akhir Fase F, peserta didik dapat mengisi ceklis
laporan persiapan alat, pemeriksaan kelengkapan
bahan, dan menghitung hasil cetak sablon yang
berhasil dibuat baik secara mandiri mapun bersama
tim dengan jujur.
264
XVII.
CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KHUSUS KETERAMPILAN BUDI
DAYA PERIKANAN
A. Rasional Mata Pelajaran Budi Daya Perikanan
Budi Daya Perikanan merupakan salah satu mata pelajaran yang
dipelajari oleh peserta didik penyandang disabilitas di Sekolah Luar
Biasa. Mata pelajaran Budi Daya Perikanan mengajarkan bagaimana
peserta didik dapat membudidayakan berbagai jenis ikan dengan
menyesuaikan setiap kondisi wilayah Sekolah Luar Biasa yang berada
di Indonesia. Pada satuan pendidikan SMPLB dan SMALB, ilmu budi
daya perikanan bertujuan untuk mewujudkan penyandang disabilitas
yang kompeten, terampil, mandiri, kreatif dalam bidang budi daya
perikanan serta beriman, bertaqwa dan berakhlak mulia.
Perkembangan dunia usaha yang makin pesat dan persaingan kerja
yang ketat menuntut Sekolah Luar Biasa untuk responsif terhadap
tantangan ini. Sekolah Luar Biasa bertugas memberikan pengalaman
belajar dan mencetak lulusan yang kompeten dengan memberikan
pengalaman belajar hard skill dan soft skill. Bekal pengalaman belajar
hard skill dan soft skill dapat mewujudkan penyandang disabilitas
yang kompeten dan sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila, yaitu
beriman, bertaqwa kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia,
berkebhinekaan global, bernalar kritis, kreatif, mandiri, disiplin, dan
gotong-royong sehingga mampu bersaing di dunia kerja baik
tergabung dalam kelompok kerja (industri) ataupun mendirikan
usaha secara mandiri.
Ruang lingkup materi yang akan dipelajari dalam mata pelajaran Budi
Daya Perikanan lebih dikhususkan pada budi daya ikan hias adalah:
membina kerja sama sesama rekan sekerja, memenuhi Persyaratan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), mengenal jenis ikan hias,
melakukan pemilahan dan sortir sesuai berkualitas, jenis dan ukuran
ikan hias, mengenal ikan hias jantan dan betina, mengenal tandatanda indukan siap dipijahkan, mengenal cara menetaskan telur ikan
hias, mengenal perawatan benih ikan hias, mengenal pemilihan dan
pemberian pakan bibit ikan hias, mempersiapkan kegiatan produksi
ikan hias, memijahkan induk ikan hias, memelihara ikan hias,
memanen ikan hias, memasarkan, melaporkan, serta melakukan
pembukuan keuangan dan dokumentasi.
265
B. Tujuan Mata Pelajaran Budi Daya Perikanan
Mata pelajaran Budi Daya Perikanan bertujuan untuk membekali
peserta didik agar dapat melakukan hal-hal berikut.
1. Membina kerja sama sesama rekan kerja.
2. Memenuhi Persyaratan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
3. Mengenal jenis-jenis ikan termasuk ikan hias.
4. Mempraktikkan cara menyiapkan dan mengukur kualitas air.
5. Mengenal kegiatan pemeliharaan ikan hias.
6. Mempersiapkan perlengkapan produksi ikan hias.
7. Memijah induk ikan hias.
8. Merawat bibit ikan hias.
9. Memelihara ikan hias.
10. Memanen ikan hias.
11. Memasarkan ikan hias.
C. Karakteristik Mata Pelajaran Budi Daya Perikanan
1. Deskripsi Umum Mata Pelajaran
Mata pelajaran Budi Daya Perikanan merupakan salah satu mata
pelajaran keterampilan pilihan yang diajarkan di Sekolah Luar
Biasa (SLB). Mata pelajaran budi daya ini difokuskan pada budi
daya ikan hias yang pembelajarannya dirancang secara sederhana
agar lebih mudah dilakukan oleh peserta didik berkebutuhan
khusus dengan hambatan intelektual. Mata pelajaran ini bertujuan
untuk membekali peserta didik agar memiliki kemampuan dasar
dalam
bidang
perikanan
yang
sangat
diperlukan
untuk
mengembangkan keterampilan sehingga bisa mandiri di kemudian
hari. Sebelum memasuki materi pokok, peserta didik diperkenalkan
tujuan dan manfaat mempelajari budi daya ikan hias. Sebagai
contoh, setelah belajar budi daya ikan hias, peserta didik mampu
mempraktikkan
proses
dan
menghasilkan
ikan
hias
yang
berkualitas serta memiliki nilai jual. Di samping itu peserta didik
diharapkan mampu mandiri dengan keterampilan yang dimiliki
tersebut. Pembelajaran budi daya ikan hias dilaksanakan melalui:
1. pembelajaran di kelas,
2. pembelajaran di ruang praktikum (tempat budi daya ikan hias),
3. proyek tugas sederhana,
266
4. kegiatan guru kunjung atau praktisi/pengusaha budi daya ikan
hias, serta
5. praktek kerja lapangan di dunia usaha/ industri.
Proses pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik dengan
model
pembelajaran
project
based
learning
dalam
rangka
pembentukan karakater Pelajar Pancasila. Pembelajaran diawali
dengan asesmen minat dan bakat peserta didik, potensi dukungan
keluarga dan kondisi masyarakat di sekitar tempat tinggal peserta
didik.
Apabila
di
Sekolah
Luar
Biasa
setempat
tidak
memungkinkan untuk melaksanakan keterampilan budi daya ikan
hias, maka sekolah bisa mengembangkan kegiatan pembelajaran
budi daya perikanan dengan cara lain sesuai kondisi yang ada di
satuan pendidikan, peserta didik, dan daerah.
Penilaian meliputi aspek pengetahuan (tes dan nontes), sikap
(pengamatan), dan keterampilan (proses, produk, dan portofolio).
Pembelajaran budi daya ikan hias dilakukan dengan sistem
pembelajaran dimana terdapat restrukturisasi untuk membuat
unit waktu masing-masing kelas (block system), disesuaikan
dengan karakteristik elemen yang dipelajari dan kondisi peserta
didik.
2. Elemen Mata Pelajaran
Mata
pelajaran
Budi
Daya
Perikanan
pada
peserta
didik
berkebutuhan khusus dengan hambatan intelektual memfokuskan
materi pada tujuh elemen berikut.
1. Membina Kerja Sama Sesama Rekan Sekerja
2. Memenuhi Persyaratan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
3. Mengenal Jenis Ikan Hias
4. Mempersiapkan Perlengkapan Produksi Ikan Hias
5. Memijahkan Induk Ikan Hias
6. Memelihara Ikan Hias
7. Memanen Ikan Hias
8. Memasarkan Ikan Hias
Elemen Mata Pelajaran Budi Daya Perikanan dan Deskripsinya
Elemen
Membina Kerja Sama
Sesama Rekan
Deskripsi
1. Mengenal komunikasi dengan rekan sekerja,
memahami tugas, peran, dan tanggung jawab
267
Elemen
Sekerja
Deskripsi
sesama rekan sekerja, mengenal cara menghormati
dan menghargai kepada sesama rekan sekerja pada
keterampilan budi daya ikan hias.
2. Melaksanakan kegiatan komunikasi dengan rekan
sekerja,
melaksanakan
kegiatan
bersama,
melaksanakan tugas peran dan tanggung jawab
sesama
rekan
sekerja,
melakukan
sikap
menghormati dan menghargai kepada sesama rekan
sekerja pada keterampilan budi daya ikan hias.
Memenuhi
Persyaratan
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3)
1. Mengenal alat dan bahan untuk penerapan K3 pada
budidaya ikan hias, mengenal tindakan keselamatan
kesehatan kerja dan memahami cara memelihara
alat dan bahan K3. Mengidentifikasi alat yang
diperlukan
dan
menyiapkan
bahan
untuk
penerapan K3 pada budidaya ikan hias, menerapkan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) sesuai
prosedur,
penggunaan
alat,
membersihkan
peralatan setelah digunakan, melakukan standar
perawatan
berkesinambungan,
menyimpan
peralatan ditempat yang sudah disediakan dan
dalam kondisi siap pakai, dan menyimpan bahanbahan kimia menurut aturan standar kesehatan
lingkungan dengan mengikuti prosedur.
2. Merupakan kegiatan untuk menyiapkan alat dan
bahan untuk penerapan K3 pada budidaya ikan hias,
melakukan tindakan keselamatan kesehatan kerja
dan memelihara alat dan bahan K3.
Mengenal Jenis Ikan
Hias
1. Merupakan pengetahuan tahap awal yaitu mengenal
macam-macam jenis ikan hias, mengenal macammacam jenis pakan ikan hias, memahami ciri-ciri
jenis ikan hias, mengenal perawatan ikan hias.
2. Mengidentifikasi
macam-macam
jenis
ikan
hias,membedakan jenis ikan hias, mengidentifikasi
macam-macam jenis pakan ikan hias, melakukan
perawatan ikan hias dan melakukan kultur pakan
ikan hias alami.
Mempersiapkan
Kegiatan Produksi
Ikan Hias
1. Mengenal tempat/wadah, alat, dan bahan untuk
produksi ikan hias. Mengenal proses filterisasi air
pada budi daya ikan hias, mengenal cara
penggunaan alat dan bahan produksi ikan hias.
Mengidentifikasi jenis peralatan dan memeriksa
peralatan yang akan digunakan untuk budi daya
ikan hias. Menyiapkan dan memeriksa wadah ikan
hias. Melakukan pengendapan air, menyiapkan
bahan filter air, dan mengontrol proses filter air
sesuai kebutuhan masing masing ikan hias.
2. Menyiapkan tempat, alat, bahan dan wadah untuk
produksi ikan hias, melakukan filter air budi daya
ikan hias, prosedur penggunaan alat dan bahan,
merapikan kembali tempat, alat dan bahan produksi
ikan hias.
Memijahkan Induk
Ikan Hias
1. Mengenal peralatan dan wadah pemijahan,
mengenal karakteristik calon induk ikan hias,
mengenal prosedur memijahkan induk ikan hias,
dan mengenal prosedur menetaskan telur ikan hias.
Menerapkan proses memijahkan induk ikan hias
dimulai dari memilih induk jantan dan betina ikan
hias, merawat calon indukan ikan hias, mengontrol
268
Elemen
Deskripsi
kualitas dan kuantitas air, mengendalikan hama
penyakit sesuai prosedur, menyiapkan peralatan,
wadah dan media pemijahan, memilih induk siap
pijah, memijahkan ikan hias, memeriksa hasil
pemijahan secara mandiri, menyiapkan peralatan
dan wadah penetasan, sampai merawat telur serta
mengontrol kualitas dan kuantitas air penetasan
telur.
2. Menyiapkan peralatan dan wadah pemijahan,
memilih calon induk ikan hias, memijahkan induk
ikan hias, dan menetaskan telur ikan hias.
Memelihara Ikan Hias 1. Mengenal cara mengukur kualitas air media budi
daya ikan hias, mengenal cara memelihara larva ikan
hias, mengenal cara membesarkan benih ikan hias,
mengenal pakan ikan hias dan mengenal prosedur
mengendalikan hama dan penyakit ikan hias.
2. Membesarkan komoditas ikan hias meliputi
memelihara larva ikan hias, menebar larva ikan dan
memberi pakan larva pada ikan hias secara mandiri.
Menyiapkan pembesaran benih ikan hias, menebar
benih ikan hias, mengontrol kualitas dan kuantitas
air, memberi pakan, mengendalikan hama dan
penyakit pada ikan hias, menyiapkan pakan untuk
ikan hias, dan memberi pakan secara rutin pada
ikan hias sesuai kebutuhan masing masing ikan
hias.
Memanen Ikan Hias
1. Mengenal proses memanen hasil ikan hias,
menyiapkan wadah penampungan sementara agar
memudahkan dalam menghitung jumlah ikan hias
yang akan panen dan mudah dalam penyortiran ikan
hias, mengontrol kegagalan pemanenan dilakukan
atas dasar pengamatan.
2. Memanen hasil ikan hias, memanen ikan hias
dilakukan sesuai prosedur yang telah ditetapkan,
melakukan sortasi berdasarkan ukuran, warna dan
bentuk fisiologis ikan hias ditentukan sesuai kriteria
yang telah ditetapkan.
Memasarkan Ikan
Hias
1. Mengenal prosedur memasarkan hasil ikan hias
secara online maupun transaksi langsung, mengenal
proses mengemas dan mengirim ikan hias sesuai
prosedur.
2. Membuat promosi dan menyiapkan kuota/target
secara inisiatif, memasarkan ikan hias, melakukan
transaksi penjualan secara langsung dan online,
mengemas dan mengirim ikan hias sesuai standar.
3. Melakukan evaluasi pemasaran ikan hias.
D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Budi Daya Perikanan Setiap
Fase
1. Fase D (Usia Mental ± 9 Tahun dan Umumnya Kelas VII, VIII, dan
IX)
Pada akhir Fase D, peserta didik dapat mengenal prosedur
membina kerja sama sesama rekan sekerja, mengenal Persyaratan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), mengenal jenis ikan hias,
269
memahami
kegiatan
produksi
ikan
hias,
mengenal
proses
pemijahan induk ikan hias, mengenal prosedur pemeliharaan ikan
hias, serta mengenal proses pemanenan ikan hias.
Fase D Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Membina Kerja Sama
Sesama Rekan
Sekerja
Pada akhir fase D, peserta didik mampu mengenal
komunikasi dengan rekan sekerja, memahami tugas
peran dan tanggung jawab sesama rekan sekerja,
mengenal cara menghormati dan menghargai kepada
sesama rekan sekerja pada keterampilan budi daya
ikan hias.
Memenuhi
Persyaratan
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3)
Pada akhir fase D, peserta didik mampu mengenal alat
dan bahan untuk penerapan K3 pada budi daya ikan
hias, mengenal tindakan keselamatan kesehatan kerja
dan memahami cara memelihara alat dan bahan K3.
Mengenal Jenis Ikan
Hias
Pada akhir fase D, peserta didik mampu mengenal
macam-macam jenis ikan hias, mengenal macammacam jenis pakan ikan hias, memahami ciri-ciri jenis
ikan hias, dan mengenal perawatan ikan hias.
Mempersiapkan
Kegiatan Produksi
Ikan Hias
Pada akhir fase D, peserta didik mampu mengenal
tempat, alat, bahan, dan wadah untuk produksi ikan
hias; mengenal proses filter air budi daya ikan hias;
mengenal cara penggunaan alat dan bahan produksi
ikan hias.
2. Fase E (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas X)
Pada akhir Fase E, peserta didik dapat melakukan kerja sama
sesama rekan sekerja, menyiapkan alat dan bahan untuk
penerapan K3 pada budi daya ikan hias, melakukan tindakan
keselamatan dan kesehatan kerja, memelihara alat dan bahan K3,
mengenal jenis ikan hias, memijahkan ikan hias, memelihara ikan
hias, serta memanen ikan hias.
Fase E Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Membina Kerja Sama
Sesama Rekan
Sekerja
Pada akhir fase E, peserta didik mampu berkomunikasi
sesama rekan sekerja dan dilakukan secara intensif
sesuai prosedur; melaksanakan kegiatan bersama
dengan rekan sekerja secara mandiri; memahami
tugas, peran, dan tanggung jawab masing-masing
antarsesama rekan sekerja dengan baik; serta saling
menghormati dan menghargai sesama rekan sekerja
pada keterampilan budi daya ikan hias dengan baik.
Memenuhi
Persyaratan
Kesehatan dan
Keselamatan Kerja
(K3)
Pada akhir fase E, peserta didik dapat mengidentifikasi
alat yang diperlukan dan menyiapkan bahan untuk
penerapan K3 pada budi daya ikan hias; menerapkan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) sesuai prosedur
penggunaan alat; membersihkan peralatan setelah
digunakan;
melakukan
standar
perawatan
270
Elemen
Capaian Pembelajaran
berkesinambungan; menyimpan peralatan di tempat
yang sudah disediakan dan dalam kondisi siap pakai;
serta menyimpan bahan-bahan kimia menurut aturan
standar kesehatan lingkungan dengan mengikuti
prosedur secara mandiri.
Mengenal Jenis Ikan
Hias
Pada akhir fase E, peserta didik dapat mengenal
macam-macam jenis ikan hias, mengenal macammacam jenis pakan untuk ikan hias, melakukan proses
kultur pakan ikan hias alami, dan memahami cara
perawatan setiap jenis ikan hias secara mandiri.
Memijahkan Induk
Ikan Hias
Pada akhir fase E, peserta didik mampu
peralatan
dan
wadah
pemijahan,
karakteristik calon induk ikan hias,
prosedur memijah induk ikan hias, serta
prosedur menetaskan telur ikan hias.
Memelihara Ikan
Hias
Pada akhir fase E, peserta didik mampu mengenal cara
mengukur kualitas air media budi daya ikan hias,
mengenal cara memelihara larva ikan hias, mengenal
cara membesarkan benih ikan hias, mengenal pakan
ikan hias serta mengenal prosedur mengendalikan
hama dan penyakit ikan hias.
Memanen Ikan Hias
Pada akhir fase E, peserta didik mampu mengenal
proses memanen hasil ikan hias.
mengenal
mengenal
mengenal
mengenal
3. Fase F (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas XI dan Kelas
XII)
Pada akhir Fase F, peserta didik dapat melakukan kerja sama
dengan sesama rekan sekerja, menyiapkan alat dan bahan untuk
penerapan K3 pada budidaya ikan hias, melakukan tindakan
keselamatan kesehatan kerja, memelihara alat dan bahan K3,
mempersiapkan kegiatan produksi ikan hias, memijahkan induk
ikan hias, memelihara ikan hias, memanen hasil ikan hias, serta
memasarkan ikan hias.
Fase F Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Membina Kerja Sama
Sesama Rekan
Sekerja
Pada akhir fase F, peserta didik mampu berkomunikasi
sesama rekan sekerja dan dilakukan secara intensif
sesuai prosedur; melaksanakan kegiatan bersama
dengan rekan sekerja secara mandiri; memahami
tugas, peran, dan tanggung jawab masing-masing
antarsesama rekan sekerja dengan baik; serta saling
menghormati dan menghargai kepada sesama rekan
sekerja pada keterampilan budi daya ikan hias dengan
baik.
Memenuhi
Persyaratan
Kesehatan dan
Pada akhir fase F, peserta didik dapat mengidentifikasi
alat yang diperlukan dan menyiapkan bahan untuk
penerapan K3 pada budi daya ikan hias; menerapkan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) sesuai prosedur
271
Elemen
Keselamatan Kerja
(K3)
Capaian Pembelajaran
penggunaan alat; membersihkan peralatan setelah
digunakan;
melakukan
standar
perawatan
berkesinambungan; menyimpan peralatan di tempat
yang sudah disediakan dan dalam kondisi siap pakai;
serta menyimpan bahan-bahan kimia menurut aturan
standar kesehatan lingkungan dengan mengikuti
prosedur secara mandiri.
Mempersiapkan
Kegiatan Produksi
Ikan Hias
Pada akhir fase F, peserta didik dapat mengidentifikasi
jenis peralatan, mengontrol atau memeriksa peralatan
yang akan digunakan untuk budi daya ikan hias,
menyiapkan wadah budi daya ikan hias, mengontrol
atau memeriksa wadah ikan hias, melakukan
pengendapan air, menyiapkan bahan filter air,
filterisasi air, dan mengontrol proses filter air sesuai
kebutuhan setiap ikan hias yang akan dibudidayakan
secara mandiri.
Memijahkan Induk
Ikan Hias
Pada akhir fase F, peserta didik dapat menerapkan
proses memijahkan induk ikan hias dimulai dari
memilih induk jantan dan betina ikan hias; merawat
calon indukan ikan hias, mengontrol kualitas dan
kuantitas air media; mengendalikan hama dan
penyakit sesuai prosedur; menyiapkan peralatan,
wadah, dan media pemijahan; memilih induk siap
pijah; memijahkan ikan hias; memeriksa hasil
pemijahan secara mandiri; menyiapkan peralatan dan
wadah penetasan; sampai merawat telur serta
mengontrol kualitas dan kuantitas air penetasan telur
secara mandiri.
Memelihara Ikan
Hias
Pada akhir fase F, peserta didik dapat memahami
metode pengukuran kualitas air dan mengukur biologi
air sesuai prosedur; menyiapkan peralatan dan wadah
ikan hias; membesarkan komoditas ikan hias meliputi
memelihara larva ikan hias, menebar larva ikan,
mengontrol kualitas dan kuantitas air pemeliharaan,
dan memberi pakan larva ikan hias secara mandiri;
menyiapkan pembesaran benih ikan hias; menebar
benih ikan hias; mengontrol kualitas dan kuantitas air
pemeliharaan; memberi pakan; mengendalikan hama
dan penyakit pada ikan hias; menyiapkan pakan untuk
ikan hias; serta memberi pakan secara rutin pada ikan
hias sesuai kebutuhan setiap ikan hias secara mandiri.
Memanen Ikan Hias
Pada akhir fase F, peserta didik dapat menyiapkan
wadah penampungan sementara agar memudahkan
dalam menghitung jumlah ikan hias yang akan panen
dan mudah dalam penyortiran ikan hias; mengontrol
kegagalan
pemanenan
dilakukan
atas
dasar
pengamatan; memanen ikan hias dilakukan sesuai
prosedur
yang
telah
ditetapkan;
melakukan
penyortiran berdasarkan ukuran, warna, dan bentuk
fisiologis ikan hias ditentukan sesuai kriteria yang
telah ditetapkan.
Memasarkan Ikan
Hias
Pada akhir fase F, peserta didik dapat mengenal
prosedur memasarkan hasil ikan hias secara online
maupun transaksi langsung, mengenal proses
mengemas dan mengirim ikan hias sesuai prosedur;
membuat promosi dan menyiapkan kuota/target
secara inisiatif, memasarkan ikan hias, melakukan
272
Elemen
Capaian Pembelajaran
transaksi penjualan secara langsung dan online,
mengemas dan mengirim ikan hias sesuai standar;
melakukan evaluasi pemasaran ikan hias.
273
XVIII. CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KHUSUS KETERAMPILAN
FOTOGRAFI
A. Rasional Mata Pelajaran Fotografi
Fotografi adalah proses atau metode untuk menghasilkan gambar
dengan cara merekam hasil pantulan cahaya menggunakan sensor
elektronis peka cahaya. Mata pelajaran Fotografi melatih kemampuan
peserta didik untuk memiliki sikap, pengetahuan, dan keterampilan
dalam memahami dasar-dasar fotografi, menyelesaikan tugas yang
diperoleh
melalui
pembelajaran
dan
latihan
secara
berkesinambungan serta terarah. Pada pelajaran Fotografi, peserta
didik
akan
mempelajari
tentang
cara
menerapkan
prosedur
keselamatan kerja dan kesehatan di tempat kerja, mengenal
peralatan-peralatan
fotografi,
mengenal
teknik-teknik
fotografi,
melakukan proses kerja pemotretan, dan melakukan pengelolaan
pasca pemotretan.
Materi-materi tersebut mengajarkan peserta didik untuk memiliki
keterampilan fotografi yang mumpuni dalam menyongsong masa
depan setelah lulus nanti. Peserta didik diharapkan dapat menjadi
seorang fotografer yang memiliki karya-karya yang bernilai jual baik
dan berprestasi dalam dunia kerja.
Mata pelajaran Fotografi mengajarkan dan membekali peserta didik
dalam mengenal proses sebuah foto dihasilkan dari sikap bergotong
royong dalam sebuah tim fotografi dengan peran dan tugasnya
masing-masing, sikap mandiri dalam menyelesaikan setiap tugas
yang diberikan, bernalar kritis dalam melaksanakan tugas-tugas
dalam sebuah proyek, dan melatih agar peserta didik lebih kreatif
dalam menghasilkan karya yang baik.
B. Tujuan Mata Pelajaran Fotografi
Mata pelajaran Fotografi memiliki tujuan untuk membekali peserta
didik agar dapat:
1. menerapkan prosedur keselamatan kerja dan kesehatan di tempat
kerja
2. mengenal dan menentukan peralatan fotografi
3. merawat peralatan fotografi
4. meningkatkan keterampilan dalam variabel pemotretan
5. meningkatkan keterampilan dalam proses pemotretan
274
6. meningkatkan keterampilan dalam pengelolaan pasca pemotretan
7. memiliki rasa ingin tahu akan perkembangan dunia fotografi
8. memiliki sikap kreatif, disiplin, dan bernalar kritis dalam
melaksanakan kegiatan fotografi
9. memiliki sikap dan etos kerja yang baik
10. melakukan kerja lapangan di perusahaan profesional
C. Karakteristik Mata Pelajaran Fotografi
1. Deskripsi Umum Mata Pelajaran
Mata pelajaran Fotografi bertujuan untuk membekali peserta didik
agar memiliki pengetahuan dan keterampilan di bidang fotografi
yang akan sangat berguna dalam menyongsong kehidupan setelah
lulus nantinya.
Mata pelajaran Fotografi pada dasarnya dibagi menjadi beberapa
tahap pembelajaran, antara lain: Pembelajaran tahap 1, peserta
didik akan dibekali cara menentukan, menyiapkan kamera digital,
dan mengoperasikan peralatan fotografi. Pembelajaran tahap 2,
peserta didik dibekali dengan keterampilan mengenai variabel
pemotretan seperti menentukan ketajaman foto, menentukan titik
fokus,
menentukan
pengaturan
pencahayaan,
menentukan
pengaturan komposisi gambar, dan menentukan pengaturan sudut
pandang. Pembelajaran tahap 3, peserta didik diberikan pelatihan
melalui proyek-proyek kecil pemotretan seperti mengerjakan
pemotretan benda sederhana, mengerjakan pemotretan orang,
mengerjakan pemotretan individu dan grup, serta melakukan
pemotretan dokumentasi. Pembelajaran tahap 4, peserta didik
melakukan proses pengelolaan pasca pemotretan seperti menyalin
dan menyimpan data gambar, melakukan seleksi foto digital,
mengedit foto digital, melaksanakan cetak foto digital, serta
pengemasan hasil cetak foto digital. Selain itu, pembelajaran
fotografi akan dilaksanakan melalui:
1. pembelajaran di kelas,
2. pembelajaran di ruang praktikum (studio),
3. proyek tugas sederhana,
4. pameran karya fotografi,
5. praktik kerja di perusahaan profesional.
2. Elemen Mata Pelajaran
275
Elemen Mata Pelajaran Fotografi dan Deskripsinya
Elemen
Deskripsi
Keselamatan
dan Kesehatan
Kerja
Merupakan kegiatan yang berhubungan dengan
pengetahuan,
keterampilan,
dan
sikap
yang
diperlukan untuk melaksanakan keselamatan dan
kesehatan saat bekerja dengan cara mengidentifikasi
bahaya dan cara menghindarinya, memelihara
kebersihan tempat kerja, menerapkan prosedur
penyimpanan dan perawatan peralatan fotografi,
menginventarisasi kelengkapan peralatan fotografi,
mengidentifikasi jenis dan cara pengoperasian alat
pemadam kebakaran, dan mengikuti prosedur tempat
kerja dalam pengamanan dan pengendalian limbah.
Peralatan
Fotografi
Merupakan kegiatan yang berhubungan dengan
pengetahuan,
keterampilan,
dan
sikap
yang
diperlukan dalam mengidentifikasi dan menentukan
jenis kamera serta perangkat penunjang kebutuhan,
melaksanakan prosedur penggunaan alat fotografi,
memeriksa fungsi kamera digital, dan mengoperasikan
peralatan studio.
Variabel
Pemotretan
Merupakan kegiatan yang berhubungan dengan
pengetahuan,
keterampilan,
dan
sikap
yang
diperlukan dalam menentukan ketajaman foto dan titik
fokus
yang
tepat,
menentukan
pengaturan
pencahayaan, menentukan pengaturan komposisi
gambar, dan menentukan pengaturan sudut pandang.
Proses
Pemotretan
Merupakan kegiatan yang berhubungan dengan
pengetahuan,
keterampilan,
dan
sikap
yang
diperlukan dalam mengerjakan pemotretan benda
sederhana,
mengerjakan
pemotretan
orang,
mengerjakan
pemotretan
individu
dan
grup,
melakukan
pemotretan
dokumentasi,
hingga
memberikan pelayanan prima kepada pelanggan.
Pengelolaan
Pasca
Pemotretan
Merupakan kegiatan yang berhubungan dengan
pengetahuan,
keterampilan,
dan
sikap
yang
diperlukan dalam menyalin dan menyimpan data
gambar, melakukan seleksi foto digital, mengedit foto
digital, melaksanakan cetak foto digital, dan
pengemasan hasil cetak foto digital.
D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Fotografi Setiap Fase
1. Fase D (Usia Mental ± 9 Tahun dan Umumnya Kelas VII, VIII, dan
IX)
Pada akhir Fase D, peserta didik dapat mempersiapkan dan
menerapkan prosedur Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3),
menginventarisasi
prosedur
kelengkapan
penyimpanan
dan
alat
fotografi,
perawatan
menerapkan
peralatan
peralatan
fotografi, dan menghindari bahaya saat menggunakan alat fotografi,
mengidentifikasi jenis dan bagian kamera dan mengidentifikasi
perangkat
penunjang
kamera,
melaksanakan
prosedur
penggunaan alat fotografi, menentukan kamera dan perangkat
276
penunjang sesuai dengan kebutuhan, menentukan ketajaman foto
berdasarkan objek, menentukan sistem titik fokus yang tepat,
menentukan pencahayaan, mengidentifikasi karakter benda yang
akan di potret dan mengelola pemotretan benda (tunggal dan dua
benda atau lebih yang berbeda jenis dan karakter), menyalin dan
menyimpan data digital.
Fase D Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Kesehatan dan
Keselamatan
Kerja
Pada akhir Fase D, peserta didik mampu bernalar
kritis, mandiri, bergotong royong dalam melaksanakan
prosedur keselamatan dan kesehatan kerja pada
kegiatan fotografi dengan mempersiapkan prosedur
dasar K3 di ruang praktik serta menerapkan K3 di
ruang praktik, memeriksa kelengkapan alat fotografi,
melaksanakan prosedur penyimpanan peralatan
fotografi dan melakukan perawatan peralatan fotografi,
menghindari bahaya saat menggunakan alat fotografi.
Peralatan
Fotografi
Pada akhir Fase D, peserta didik mampu bernalar kritis
dan mandiri dalam mengidentifikasi kamera (jenis dan
bagian kamera) dan perangkat penunjangnya,
menentukan kamera dan perangkat penunjang sesuai
kebutuhan, melaksanakan prosedur penggunaan alat
fotografi.
Variabel
Pemotretan
Pada akhir Fase D, peserta didik mampu bernalar
kritis, mandiri, dan kreatif dalam menentukan
pencahayaan, menentukan ketajaman foto dan
menentukan sistem titik fokus yang tepat berdasarkan
objek.
Proses
Pemotretan
Pada akhir Fase D, peserta didik mampu bernalar
kritis, mandiri, dan kreatif dalam mengidentifikasi
karakter benda yang akan dipotret dan mengelola
pemotretan benda sederhana.
Pengelolaan
Pasca
Pemotretan
Pada akhir Fase D, peserta didik mampu bernalar
kritis, mandiri, dan kreatif dalam menyalin data
gambar digital dan menyimpan data gambar digital.
277
2. Fase E (Usia Mental + 10 Tahun dan Umumnya Kelas X)
Pada akhir Fase E, peserta didik dapat melaksanakan prosedur
kesehatan dan keselamatan kerja, mematuhi prosedur pencegahan
kecelakaan kerja, memeriksa fungsi peralatan fotografi yang akan
digunakan, melakukan perawatan alat, menentukan pengaturan
cahaya sesuai kebutuhan, mengoperasikan kamera, melakukan
proses pemotretan sesuai tema, menyeleksi hasil pemotretan dan
menyimpan gambar.
Fase E Berdasarkan Elemen
Elemen
Kesehatan dan
Keselamatan
Kerja
Peralatan
Fotografi
Variabel
Pemotretan
Proses
Pemotretan
Pengelolaan
Pasca
Pemotretan
Capaian Pembelajaran
Pada akhir Fase E, peserta didik dapat dengan mandiri
atau bergotong royong mematuhi prosedur kesehatan
dan kesalamatan kerja, melaksanakan prosedur
penyimpanan peralatan dengan memperhatikan
kelembaban dan suhu penyimpanan sesuai standar
perawatan.
Pada akhir Fase E, peserta didik dapat bernalar kritis
dan mandiri dalam mempersiapkan kamera digital
bekaitan dengan fungsi-fungsi pada bodi kamera dan
lensa yang akan dipakai sesuai kebutuhan.
Pada akhir Fase E, peserta didik dapat bernalar kritis
dan
mandiri
dalam
menentukan
pengaturan
pencahayaan saat melakukan pemotretan dengan
mengoperasikan
masing-masing
komponen
pencahayaan yang ada pada kamera.
Pada akhir Fase E, peserta didik dapat bernalar kritis,
mandiri, kreatif dan kerja bergotong royong dalam
mengerjakan
pemotretan
orang
dengan
mengidentifikasi tujuan pemotretan, merencanakan
pemotretan manusia, dan melaksanakan pemotretan
di luar dan di dalam ruangan sehingga dapat
memberikan pelayanan prima.
Pada akhir Fase E, peserta didik dapat bernalar kritis,
mandiri, kreatif, dan kerja bergotong royong dalam
melakukan seleksi foto digital yang diawali dengan
mengidentifikasi metode penyeleksian gambar hingga
penyeleksian berdasarkan kualitas teknis dan tujuan
pemotretan.
3. Fase F (Usia Mental + 10 Tahun) Umumnya Kelas XI dan XII
Pada akhir Fase F, peserta didik dapat melaksanakan prosedur
kesehatan dan keselamatan kerja, mematuhi prosedur pencegahan
kecelakaan kerja, mengoperasikan lampu studio, menentukan
pengaturan komposisi gambar, menentukan pengaturan sudut
pandang, mengerjakan pemotretan individu dan grup, melakukan
278
pemotretan dokumentasi, mengedit foto digital, melaksanakan
cetak foto digital, dan pengemasan hasil cetak foto digital.
Fase F Berdasarkan Elemen
Elemen
Keselamatan
dan Kesehatan
Kerja
Peralatan
Fotografi
Variabel
Pemotretan
Proses
Pemotretan
Pengelolaan
Pasca
Pemotretan
Capaian Pembelajaran
Pada akhir Fase F, peserta didik dapat dengan mandiri
atau bergotong royong mematuhi prosedur kesehatan
dan kesalamatan kerja, melaksanakan prosedur
penyimpanan peralatan dengan memperhatikan
kelembaban dan suhu penyimpanan sesuai standar
perawatan
dan
memperhatikan
limbah
hasil
pencetakan foto digital.
Pada akhir Fase F, peserta didik dapat mandiri dan
bernalar kritis dalam mengoperasikan lampu studio
yang diawali dengan mengidentifikasi penggunaan
peralatan studio, mengidentifikasi alat yang digunakan
dalam memotret hingga penggunaan lampu studio saat
memotret.
Pada akhir Fase F, peserta didik dapat mandiri, kreatif,
dan bernalar kritis dalam menentukan pengaturan
komposisi gambar dengan menentukan posisi objek
utama dan elemen pendukung serta menentukan
pengaturan sudut pandang.
Pada akhir Fase F, peserta didik dapat bernalar kritis,
mandiri, kreatif, dan kerja bergotong royong dalam
mengerjakan
pemotretan
individu
dan
grup,
melakukan pemotretan dokumentasi hingga dapat
memberikan pelayanan prima.
Pada akhir Fase F, peserta didik dapat bernalar kritis,
mandiri, kreatif, dan kerja bergotong royong dalam
mengedit foto digital, melaksanakan cetak foto digital,
hingga pengemasan hasil cetak foto digital.
279
XIX. CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KHUSUS KETERAMPILAN
TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI
A. Rasional Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi
Teknologi Informasi dan Komunikasi yang selanjutnya disingkat TIK
adalah segala kegiatan yang terkait dengan pemrosesan, pengelolaan
dan penyampaian atau pemindahan informasi antar sarana/media.
Kegiatan-kegiatan
informasi
dan
tersebut
merupakan
komunikasi
dalam
pemanfaatan
kehidupan
teknologi
bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara yang sudah menjadi tuntutan kita bersama
baik pemerintah, dunia usaha, maupun masyarakat.
Dalam rangka menyiapkan bangsa Indonesia untuk memasuki
tatanan masyarakat informasi dan global, perlu disiapkan sumber
daya
manusia
(SDM)
yang
dapat
mengembangkan
dan
mendayagunakan infrastruktur informasi dan komunikasi tersebut.
Persiapan pengembangan SDM mulai dikenalkan di dunia pendidikan
dan berkolaborasi dengan stakeholder (Dunia Usaha Dunia-Industri)
sebagai daya dukung berkelanjutan dalam pengembangan keahlian.
Dalam dunia Pendidikan, mata pelajaran TIK di SLB dipelajari di
satuan pendidikan SMPLB dan SMALB. Di SMPLB, peserta didik
mengenal dasar-dasar dunia teknologi komputer dan diperdalam di
SMALB dengan harapan peserta didik memiliki kemampuan dalam
bidang komputer untuk bekal kemandirian dan profesi.
Peserta didik akan mempelajari materi tentang kesehatan dan
keselamatan kerja, perangkat komputer, perangkat pengolah kata,
perangkat penjelajah (browser); mengoperasikan sistem operasi,
software
antivirus
dan
aplikasi
lainnya,
penanganan
awal
(troubleshooting) atas masalah pada komputer, dan utilitas dasar
untuk
backup,
restore,
data recovery, jaringan
dan internet;
mengoperasikan surel dan media sosial; mengoperasikan perangkat
lunak lembar sebar (spreadsheet) dan perangkat lunak presentasi –
tingkat dasar; serta integrasi data dari berbagai aplikasi perkantoran.
Materi dapat dikembangkan atau dimodifikasi sesuai kemampuan
peserta didik. Materi TIK ini diperuntukkan bagi peserta didik yang
disertai hambatan intelektual.
Setiap materi mengajarkan penguasaan hardskill dan softskill dengan
model pembelajaran penyingkapan (discovery learning) dan model
pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning). Dalam
280
melaksanakan tugas, peserta didik dituntut untuk mampu bekerja
sama dan berkomunikasi, menyusun laporan tertulis dalam lingkup
terbatas, dan memiliki inisiatif, serta bertanggung jawab pada
pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung jawab atas hasil kerja
orang lain serta menyelesaikan masalah yang dihadapi (problem
solving). Hal itu dibutuhkan peserta didik di Dunia Usaha dan Dunia
Industri kelak dengan kepribadian yang beriman, bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berkebinekaan global,
bernalar kritis, mandiri, kreatif dan mampu bergotong royong.
B. Tujuan Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi
Mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) bertujuan
untuk membekali peserta didik dapat:
1. menerapkan
penggunaan
perangkat
TIK
dengan
mempertimbangkan aspek kesehatan, keselamatan, keamanan,
praktik baik, dan etika;
2. memanfaatkan perangkat TIK sebagai sarana assistive dan
adaptive technology bagi penyandang disabilitas, penunjang
komunikasi, media belajar, sarana hiburan, sarana bersosialisasi,
dan membantu kehidupan sehari-hari;
3. terampil
dan
menginterpretasi,
mandiri
dalam
mengakses,
mengintegrasikan,
mengevaluasi
mengelola,
informasi
dengan memanfaatkan TIK yang sesuai;
4. menunjukkan karakter baik sebagai anggota masyarakat digital,
sehingga mampu berkomunikasi, berkolaborasi, berkreasi dan
menggunakan perangkat teknologi informasi disertai kepedulian
terhadap dampaknya dalam kehidupan bermasyarakat; dan
5. menerapkan perbaikan dan perawatan perangkat TIK sederhana
untuk menunjang perangkat TIK sesuai dengan fungsinya.
C. Karakteristik Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi
1. Deskripsi Umum Mata Pelajaran
Mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi memiliki
fungsi yang sangat penting karena berisikan materi-materi yang
diperuntukkan
untuk
menunjang
pengembangan
sikap,
pengetahuan, dan keterampilan pada kompetensi di kelas
berikutnya.
281
Pada awal pembelajaran sebelum memasuki materi pokok, peserta
didik dikenalkan lapangan pekerjaan berkaitan dengan Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK) dan jenis pekerjaan seperti
Computer technical support specialist, Technical support specialist
dan Computer technical support. Materi tersebut setelah lulus yang
diharapkan menjadi motivasi pembelajaran peserta didik serta
menumbuhkan passion, mandiri dan kreatif. Pemberian materi
melalui proses berikut.
1) Pembelajaran di kelas.
2) Pembelajaran di ruang praktik (Laboratorium Komputer)
3) Projek sederhana.
4) Berinteraksi dengan alumnus, masyarakat, dan praktisi
industri (DUDI).
5) Berkunjung pada industri (DUDI) yang relevan.
Tahap ini penilaian yang diberikan yakni aspek pengetahuan (tes
dan nontes) dan keterampilan (proses, projek, dan portofolio).
Dalam pembelajaran porsi pengetahuan 30% dan keterampilan
70% sebagaimana tercantum pada elemen mata pelajaran.
Adapun Alur proses pembelajaran Teknologi Informasi dan
Komunikasi sebagai berikut.
1) Materi keselamatan dan kesehatan kerja paling awal sebelum
materi lainnya atau diberikan bersamaan dengan materi
lainnya.
2) Materi
tentang
sistem
operasi
dan
aplikasi
diberikan
bersamaan dengan pelayanan prima, pengetahuan kode etik
dan Hak atas Kekayaan Intelektual (HAKI), dan prosedur
mutu.
3) Materi
jaringan
komputer
diberikan
bersamaan
dengan
pelayanan prima, komunikasi timbal balik, tugas rutin sesuai
perencanaan, keamanan informasi, dan melakukan praktik
baik sesuai prosedur. Materi ini juga dapat diberikan pada
akhir kegiatan menyesuaikan materi yang akan diajarkan.
4) Materi perbaikan dan perawatan ringan diberikan bersamaan
dengan pengetahuan komunikasi timbal balik, tugas rutin
sesuai rencana dan materi dapat diberikan di akhir atau
sebelum materi sistem operasi dan aplikasi menyesuaikan
materi yang disajikan serta peserta didik dapat menguasai
282
materi keselamatan dan kesehatan kerja, sistem operasi dan
aplikasi
serta
koneksi
jaringan
komputer
sesuai
kemampuannya.
2. Elemen Mata Pelajaran
Mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi memuat
empat elemen seperti tampak di tabel berikut.
Elemen TIK dan Deskripsinya
Elemen
Deskripsi
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
Elemen ini berhubungan dengan praktik baik
keselamatan dan kesehatan dalam dunia TIK
meliputi praktik kerja yang aman, melaporkan
bahaya di tempat kerja, dan prosedur darurat,
serta bentuk kegiatan untuk menjamin dan
melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga
kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja serta
pencegahan penyalahgunaan TIK seperti
internet positif dan aman, sikap dan etika
penggunaan internet, cyberbullying, berita
bohong (hoaks), dan pembajakan.
Sistem Operasi
dan Aplikasi
Elemen ini berhubungan dengan kemampuan
peserta didik dalam menggunakan telepon
seluler, komputer, dan aplikasi untuk assistive
dan adaptive technology bagi penyandang
disabilitas dengan praktik baik, mengoperasikan
perangkat lunak pengolah kata sampai dengan
mencetak dokumen, instalasi dan setting sistem
operasi dan BIOS, setting konfigurasi,
pengelolaan file pada sistem operasi, instalasi
dan mengoperasikan perangkat lunak aplikasi,
perangkat lunak lembar sebar (spreadsheet),
perangkat lunak presentasi, perangkat lunak
utilitas dasar, dan integrasi konten dari
berbagai aplikasi dan mengedepankan problem
solving.
Jaringan Komputer
Elemen ini berhubungan dengan kemampuan
menggunakan telepon seluler dan koneksi ke
jaringannya, pengoperasian komputer yang
tersambung ke jaringan (network) kabel maupun
nirkabel, pengoperasian peramban web (web
browser) di perangkat komputer pada kondisi
normal sesuai dengan petunjuk penggunaan
(user manual), tetapi dibatasi pada kemampuan
mengenali menu, mengenali URL, mengakses
situs tertentu, mencari informasi spesifik pada
halaman web, memanfaatkan mesin pencari
(search engine), menggunakan email berbasis
web, mengunggah dan mengunduh file. Selain
itu mampu mengelola dan setting koneksi
jaringan internet sederhana dengan password
atau fitur keamanan lainnya serta membuat
dan memanfaatkan email dan media sosial
dengan mengedepankan problem solving.
283
Elemen
Deskripsi
Perbaikan dan
Perawatan Ringan
Elemen ini berhubungan dengan kemampuan
peserta didik untuk mengenal bagian dan cara
merawat perangkat telepon seluler dan
komputer. Selain itu, juga berkaitan dengan
mengenali dan mengidentifikasi permasalahan
pada telepon seluler, komputer, dan
infrastruktur komputer dalam suatu lingkungan
kerja tertentu secara sederhana, pemahaman
tentang cara kerja komputer dan penanganan
apabila komputer tersebut tidak bekerja dengan
baik, perawatan komponen komputer.
D. Capaian Pembelajaran TIK Setiap Fase
1. Fase D (Usia Mental ± 9 Tahun dan Umumnya Kelas VII, VIII, dan
IX)
Pada akhir Fase D, peserta didik memiliki kemampuan menerapkan
praktik baik yang aman dalam menggunakan perangkat telepon
seluler/komputer,
mengidentifikasi
perangkat
pada
telepon
seluler/komputer, pengoperasian perangkat, pengelolaan file pada
folder,
mengenal
menggunakan
perlengkapan
aplikasi/perangkat
dan
lunak
prosedur
darurat,
untuk
assistive
technology, pengolah kata, dan menggunakan aplikasi web
browser.
Fase D Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
Pada akhir Fase D, peserta didik mampu
melaksanakan praktik baik dan praktik kerja aman
penggunaan telepon seluler/komputer dengan
memperhatikan persiapan sebelum menggunakan,
saat menggunakan, dan setelah menggunakan secara
mandiri, peserta didik juga mampu mengenali simbol
keselamatan dan kesehatan kerja serta mengenal
prosedur darurat dengan bernalar kritis
Sistem Operasi dan
Aplikasi
Pada akhir Fase D, peserta didik mampu menerapkan
praktik baik menggunakan aplikasi telepon
seluler/komputer yang menunjang komunikasi,
assistive dan adaptive technology untuk
mempermudah kehidupan, dan media hiburan,
menerapkan praktik baik menggunakan komputer,
mengoperasikan perintah dan menu/ikon,
menerapkan pengelolaan file pada folder, membuat
dokumen pada perangkat lunak pengolah kata,
melakukan edit dokumen, melakukan format naskah,
menerapkan teknik format tabel, mencetak dokumen
secara mandiri dengan mengedepankan problem
solving.
Jaringan Komputer
Pada akhir Fase D, peserta didik mampu
mengidentifikasi keberadaan dan kualitas sinyal
284
telepon seluler/komputer serta koneksi jaringan
nirkabel, menggunakan aplikasi web browser pada
telepon seluler/komputer untuk melakukan jelajah
situs dengan aman dan memperhatikan aspek privasi,
mengunggah dan mengunduh file hasil browsing
secara mandiri.
Perbaikan dan
Perawatan Ringan
Pada akhir Fase D, peserta didik dapat
mengidentifikasi bagian-bagian telepon seluler/
komputer, mengidentifikasi jenis perangkat keras,
mampu merawat perangkat telepon seluler/komputer
dengan baik dan mengedepankan problem solving.
2. Fase E (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas X)
Pada akhir Fase E, peserta didik dapat mengetahui internet positif,
etika penggunaan internet dan simbol-simbol berinternet, hoaks,
dan
cyberbullying,
melakukan
pengaturan,
instalasi,
mengoperasikan dan memutuskan koneksi internet pada jaringan
lokal (wifi/kabel) dan jaringan internet lainnya. Peserta didik juga
dapat mengidentifikasi tata cara kerja komputer dan tindakan awal
penanganan (troubleshooting) sederhana pada jaringan lokal dan
internet dengan bernalar kritis dan mandiri, mengoperasikan
utilitas dasar (backup, restore dan recovery data) dengan mandiri.
Fase E Berdasarkan Elemen
Elemen
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
Sistem Operasi dan
Aplikasi
Jaringan Komputer
Perbaikan Dan
Perawatan Ringan
Capaian Pembelajaran
Pada akhir Fase E, peserta didik dapat mengetahui
internet positif dan aman, sikap dan etika
penggunaan internet, berita bohong (hoaks), simbolsimbol berinternet, cyberbullying dan mencegah,
melaporkan bahaya di tempat kerja dan menerapkan
prosedur darurat dengan mandiri.
Pada akhir Fase E, peserta didik dapat menerapkan
praktik baik mengoperasikan utilitas dasar untuk
backup, restore dan data recovery dengan mandiri dan
mengedepankan problem solving.
Pada akhir Fase E, peserta didik dapat melakukan
pengaturan dan menggunakan password dan internet,
instalasi dan pengelolaan koneksi jaringan lokal
(kabel/nirkabel) pada komputer, menelusuri dan
memanfaatkan situs (web browser) serta mesin
pencari (search engine) dengan mandiri/gotong
royong.
Pada akhir Fase E, peserta didik dapat
mengidentifikasi tata cara kerja komputer dan
tindakan awal penanganan atas masalah
(troubleshooting) pada jaringan lokal dan internet
dengan mengedepankan problem solving.
3. Fase F (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas XI dan XII)
Pada akhir Fase F, peserta didik dapat melakukan praktik baik
ketika menggunakan laptop dan komputer, perlengkapan, alat,
285
simbol-simbol keselamatan dan kesehatan kerja dengan mandiri,
larangan atas pembajakan aplikasi, melakukan instalasi sistem
operasi, mengunduh, mengoperasikan software aplikasi dan
antivirus serta menghapusnya. Peserta didik dapat juga dapat
mengoperasikan piranti lunak lembar spreadsheet dan presentasi
tingkat dasar dengan mandiri, mengkonversikan format ekstensi
dari aplikasi serta melaporkan bahaya ditempat kerja dan
menerapkan prosedur darurat dengan kreatif dan mandiri,
membuat dan memanfaatkan email dan media sosial dengan
mandiri. Peserta didik juga dapat mengidentifikasi tindakan awal
penanganan (troubleshooting) sederhana pada aplikasi dengan
bernalar kritis dan mandiri.
Fase F Berdasarkan Elemen
Elemen
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
Sistem Operasi dan
Aplikasi
Jaringan Komputer
Perbaikan dan
Perawatan Ringan
Capaian Pembelajaran
Pada akhir Fase F, peserta didik dapat menerapkan
praktik baik penggunaan perangkat TIK (laptop dan
komputer) dengan mandiri dan tanggung jawab,
menerapkan perlengkapan dan alat keselamatan kerja
dan simbol-simbol keselamatan dan kesehatan kerja
dengan mandiri serta memahami Hak Atas Kekayaan
Intelektual dengan tidak melakukan pembajakan
perangkat lunak, dll.
Pada akhir Fase F, peserta didik dapat menerapkan
praktik baik instalasi sistem operasi dan setting BIOS,
mengunduh, menginstall, dan mengoperasikan
software aplikasi dan perangkat lunak anti virus,
serta menghapus atau uninstall aplikasi. Peserta didik
juga dapat mengoperasikan piranti lunak lembar
sebar (spreadsheet) tingkat dasar khusus,
mengoperasikan piranti lunak presentasi tingkat
dasar khusus dan integrasi konten dari berbagai
aplikasi serta mengedepankan kreatif, mandiri/gotong
royong dan problem solving.
Pada akhir Fase F, peserta didik mampu membuat
akun email dan media sosial serta memanfaatkannya
dengan kreatif dan mandiri/gotong royong.
Pada akhir Fase F, peserta didik dapat
mengidentifikasi tata cara kerja komputer dan
melakukan tindakan awal penanganan atas masalah
(troubleshooting) pada aplikasi dengan
mengedepankan problem solving.
286
XX. CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KHUSUS KETERAMPILAN TATA
BUSANA
A. Rasional Mata Pelajaran Tata Busana
Perkembangan dunia industri yang makin pesat mengharuskan setiap
industri meningkatkan daya saing melalui peningkatan efisiensi dan
produktivitas sumber daya alam dan sumber daya manusianya. Begitu
pula
dengan
perkembangan
kebutuhan
bidang
busana
dan
kelengkapannya yang makin menuntut pelaku pasar berinovasi untuk
memenuhi kebutuhan pasar. Satuan pendidikan khusus sebagai
lembaga pendidikan vokasi bagi peserta didik penyandang disabilitas
harus responsif terhadap tantangan ini, dengan menyiapkan tenaga
kerja disabilitas di berbagai bidang keterampilan yang dibutuhkan
masyarakat, Industri, Dunia Usaha dan Dunia Kerja (IDUKA) sesuai
dengan potensi peserta didik.
Penyandang disabilitas berhak mendapatkan pengalaman belajar
hardskill dan softskill, agar terwujud penyandang disabilitas yang
kompeten sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila, yaitu beriman,
bertaqwa kepada Tuhan YME dan berakhak mulia, berkebinekaan
global, bernalar kritis, kreatif, disiplin, dan gotong royong. Dengan
demikian, nantinya akan terampil dan mandiri dalam memenuhi
kebutuhan sendiri, mampu mengaplikasikan pengetahuannya dalam
kehidupan sehari-hari (SMPLB) dan mampu bersaing di dunia kerja baik
tergabung dalam kelompok kerja (industri) ataupun berwirausaha dan
berkolaborasi dengan stakeholder lain (SMALB). Untuk peserta didik
yang mengalami hambatan pengoprasian alat tata busana, pengguna
dapat menyesuaikan materi dan akomodasinya.
Ruang lingkup materi yang akan dipelajari dalam mata pelajaran Tata
Busana ialah: pelayanan prima, standar profesi kerja, kesehatan,
keselamatan dan keamanan dalam bekerja (K3), alat dan bahan
menjahit, dasar-dasar tusuk jahit, teknik mengoperasikan mesin jahit,
dasar keseluruhan pembuatan busana, pelengkap busana, teknik jahit,
menjahit produk lenan rumah tangga, menghias dan penyelesaian
busana, pengepresan, pengemasan busana serta pemasaran produk
busana.
B. Tujuan Mata Pelajaran Tata Busana
Setelah mengikuti pembelajaran Tata Busana, diharapkan peserta didik
dapat:
287
1. mengembangkan potensi diri sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila
yaitu berakhlak mulia, jujur, bernalar kritis, kreatif, disiplin,
mandiri, gotong-royong, mencintai sesama manusia dan lingkungan
serta
menghargai
keberagaman
bakat
dan
potensi,
untuk
mewujudkan keadilan sosial;
2. mewujudkan peserta didik yang kompeten, terampil, mandiri dan
kreatif dalam bidang wirausaha tata busana;
3. menerapkan Prosedur Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) baik
secara mandiri maupun bekerja sama dalam tim;
4. menerapkan prosedur pelayanan yang prima dengan sikap ramah
dan sopan, komunikasi kerja tim, tehnik produksi serta pemasaran
bidang tata busana;
5. kreatif dalam memilih bahan jahit;
6. menyiapkan ruang kerja dan peralatan menjahit secara aman dan
mandiri;
7. mengoperasikan mesin jahit dan mesin pelengkap lainnya, serta
perawatan rutin alat-alat jahit;
8. mempraktikkan berbagai ragam tusuk dasar dalam penyelesaian
menjahit;
9. mempraktikkan teknik ragam kampuh dalam pembuatan produk
sederhana lenan rumah tangga dan milineris busana;
10. mampu melaksanakaan prosedur menyiapkan pola, memotong
bahan, menjahit, menghias, menyelesaikan produk secara kreatif
dan mandiri;
11. melakukan penyelesaian akhir (finishing) produk antara lain
pengepresan (pressing), penyelesaikan dengan jahit tangan (hand
sewing) dan memotong benang sisa jahitan secara mandiri, dapat
dipertanggungjawabkan kerapian hasil jahitan dan kualitasnya;
12. menganalisis secara cerdas dan kritis karakteristik peluang pasar
untuk mengembangkan karya yang mampu bersaing di pasaran;
13. terlibat di industri, dunia usaha dan dunia kerja
14. menginspirasi peserta didik berkebutuhan khusus lainnya untuk
berkarya dan berinovasi dengan memanfaakan sumber daya dan
peluang secara kreatif.
C. Karakteristik Mata Pelajaran Tata Busana
Mata Pelajaran Tata Busana memiliki karakteristik seperti berikut.
288
1. Merupakan pembelajaran yang memberikan bekal hard skill dan soft
skill pada setiap tahapan yang mendukung dunia industri garmen;
dengan pendekatan belajar Project Based Learning yang akan
menginternalisasikan sikap jujur, disiplin, bernalar kritis, kreatif,
mandiri dan bergotong royong sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila.
2. Ilmu Tata Busana memiliki fungsi yang sangat penting karena
merupakan materi-materi yang mengajarkan tentang penerapan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), pengetahuan peralatan
menjahit, dasar-dasar tusuk jahit, pengenalan jenis-jenis tekstil,
teknik pengoperasian mesin jahit manual dan otomatis, berbagai
teknik menjahit sebagai pengetahuan dasar pembuatan produk
busana.
3. Lingkup materi tata busana terdiri atas busana, aksesori, pelengkap
busana, dan lenan rumah tangga.
4. Penentuan potensi diawali dengan asesmen minat bakat peserta didik,
potensi keluarga dan kondisi masyarakat sekitar tempat tinggal
peserta didik.
5. Pembelajaran dilaksanakan secara teori dan praktik pada ruang
praktik pembelajaran dengan mengikuti trend dan perkembangan
industri, dunia usaha dan dunia kerja.
6. Pembelajaran dilaksanakan dengan sistem ganda, yaitu di lingkungan
sekolah dan di industri melalui program praktik industri.
7. Berorientasi pada kebutuhan dan kemandirian peserta didik.
8. Dengan menguasai pelajaran Tata Busana, peserta didik akan dapat
mengaplikasikan kompetensinya dengan baik dalam kehidupan
sehari- hari dan sebagai bekal dalam memasuki IDUKA sebagai
pekerja maupun wirausahawan mandiri.
9. Penilaian meliputi aspek pengetahuan (tes dan nontes), sikap
(observasi), dan keterampilan (proses, produk dan portofolio).
Pembelajaran
Tata
Busana
dilakukan
secara
block
system
disesuaikan dengan karakteristik elemen yang dipelajari.
Mata pelajaran Tata Busana pada peserta didik penyandang disabilitas
memfokuskan materi pada lima elemen kunci beserta cakupan/subtansinya
yang saling terkait.
Elemen Mata Pelajaran Tata Busana dan Deskripsinya
Elemen
Deskripsi
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan segala
kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan
289
Elemen
Persiapan Alat
dan Bahan
Proses Produksi
Deskripsi
dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja seperti
penerapan keselamatan kerja di lingkungan tempat kerja,
penerapan penggunaan alat pelindung diri (APD),
kesehatan dan penyakit akibat kerja dan personal
hygiene.
Merupakan kegiatan tahap awal, yakni mempersiapkan
semua peralatan yang dipergunakan di ruang menjahit
untuk proses belajar menjahit. Setiap peralatan menjahit
mempunyai bentuk dan fungsi yang berbeda dan risiko
masing-masing jika tidak digunakan sesuai dengan
fungsinya. Persiapan bahan menjahit merupakan
persiapan tempat, alat, dan bahan untuk mengikuti
pembelajaran Tata Busana; merapikan dan menyimpan
peralatan; merapikan kembali tempat, alat, dan bahan
setelah mengikuti pembelajaran Tata Busana.
Merupakan
kegiatan
proses
menjahit
dengan
mengoperasikan mesin jahit maupun alat bantu jahit
tangan sesuai prosedur, yaitu suatu proses menyambung
atau menjahit bagian-bagian busana atau potongan
bahan yang dimulai sejak pemilihan bahan, pemotongan
bahan sesuai pola jadi yang sudah dipotong dan
rancangan. Proses ini harus memperhatikan kualitas,
kerapian, keamanan bahan kain, kesesuaian antara
warna benang dan bahan, kesesuaian antara jenis jarum
dengan bahan dan seni dan estetika hasil produk jahitan.
Penyelesaian
Akhir
Suatu kegiatan akhir dari proses menjahit, yaitu
melaksanakan penyelesaian hasil jahit sesuai dengan
prosedur. Kegiatan itu merupakan suatu pekerjaan akhir
busana antara lain menghias busana, menyelesaikan
dengan tusuk kelim atau flannel, menyetrika, mengemas,
dan menyimpan produk busana.
Pelaporan
Merupakan kegiatan melaporkan hasil kerja dengan
mengisi ceklis: persiapan alat, pemeriksaan kelengkapan
bahan, dan hasil jahit secara mandiri.
D. Capaian Pembelajaran Tata Busana Setiap Fase
1. Fase D (Usia Mental ≤ 9 Tahun dan Umumnya Kelas VII, VIII dan IX)
Pada akhir Fase D, peserta didik dapat menerapkan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3); mempersiapkan alat dan bahan menjahit;
mengenal nama dan fungsi peralatan menjahit; mengenal pelayanan
prima kepada pelanggan; mengoperasikan mesin jahit dan obras;
mengenal ragam tusuk dasar menjahit; mengenal berbagai teknik
menjahit; mengenal ragam kampuh; menerapkan depun dan serip
dalam busana; membuat fragmen pemasangan berbagai jenis kancing
dan tutup tarik; mengenal berbagai jenis tekstil; mengidentifikasi dan
mengatasi masalah dalam menjahit; membuat berbagai produk
290
busana; menerapkan penyelesaian akhir dengan setrika; pengemasan
dan penyimpanan; serta mengisi pelaporan dengan mengisi ceklis.
Fase D Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Kesehatan dan
Keselamatan
Kerja (K3)
Pada akhir Fase D, peserta didik dapat menerapkan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yaitu:
menerapkan
kesehatan
dan
keselamatan
di
lingkungan tempat kerja atau tempat belajar;
pencegahan
kecelakaan
kerja;
menerapkan
Pertolongan
Pertama
pada
Kecelakaan
(P3K);
menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) seperti
masker, risiko kecelakaan, dan penyakit akibat kerja,
pembersihan ruang jahit atau kelas untuk belajar
menjahit dan menyimpan alat bantu menjahit,
personal hygiene merawat kebersihan diri dan uniform.
Proses Produksi
Pada akhir Fase D, peserta didik dapat:
melakukan komunikasi dua arah dengan ramah dan
sopan; memberikan bantuan kepada pelanggan;
melakukan pekerjaan dalam tim secara gotong royong
sebagai perwujudan dari Profil Pelajar Pancasila;
mendemonstrasikan berbagai teknik dasar menjahit
lurus dan mendatar pada lenan rumah tangga;
mendemonstrasikan berbagai teknik dasar menjahit
lengkung pada lenan rumah tangga dan handicraft
lainnya; mendemonstrasikan berbagai teknik dasar
menjahit zig zag pada lenan rumah tangga dan
handicraft lainnya; mengoperasikan mesin obras untuk
mengobras kampuh berbagai lenan rumah tangga dan
handicraft yang dijahit; membuat fragmen berbagai
jenis kampuh, yaitu kampuh terbuka, balik, pipih,
tutup, searah; serta dapat menerapkan berbagai jenis
kampuh pada lenan rumah tangga dan berbagai
handicraft lainnya.
Penyelesaian
Akhir
Pada akhir Fase D, peserta didik dapat:
membersihkan sisa benang pada pakaian atau produk
busana menggunakan gunting benang. memastikan
tidak
ada
benang
yang
menempel.
dan
mengidentifikasi pakaian yang sudah dibersihkan sisa
benangnya setelah selesai dijahit; memeriksa kualitas
pakaian sesuai standar, mengatur suhu setrika sesuai
dengan
karakter
bahan,
melaksanakan
penyetrikaan/pengepresan akhir pakaian yang telah
lolos pemeriksaan kualitas; memeriksa kualitas
pakaian yang akan lipat, memeriksa kelengkapan alat
pada produk busana, melipat pakaian sesuai dengan
bentuk dan ukuran yang ditentukan, menghitung dan
menyusun pakaian yang sudah dilipat; memasukkan
pakaian yang telah dilipat ke dalam kemasan sesuai
dengan prosedur dan memastikan kualitas hasil
pengemasan.
Pelaporan
Pada akhir Fase D. peserta didik dapat mengisi ceklist
laporan persiapan diri, persiapan alat dan bahan,
proses menjahit, penyelesaian dan penyimpanan atau
menghitung jumlah produk yang telah berhasil
diselesaikan.
291
2. Fase E (Usia Mental ≤ 10 Tahun dan Umumnya Kelas X)
Pada akhir Fase E, peserta didik dapat: menerapkan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3); melakukan komunikasi dan kerja sama dalam
kelompok; menyiapkan alat pokok dan alat tambahan menjahit;
menyiapkan bahan utama dan bahan pelengkap membuat busana;
lenan rumah tangga dan pelengkap busana sesuai desain yang ada;
membuat produk dengan menggunakan jahitan lurus, lengkung dan
zig-zag; mengobras sesuai prosedur; membuat kelim dengan tusuk
sembunyi;
merapikan
dan
mengemas
produk
sesuai
dengan
prosedur; mengisi ceklis laporan.
Fase E Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
(K3)
Pada akhir Fase E, peserta didik dapat mengenali
simbol-simbol K3; menerapkan prosedur kesehatan
dan keselamatan di tempat kerja; menyiapkan APD
(alat pelindung diri) di tempat kerja; menggunakan
APD secara mandiri sesuai prosedur; menyiapkan dan
merapikan kembali tempat kerja secara mandiri; dan
melaporkan keadaan bahaya yang muncul secara
kritis.
Persiapan Alat
dan Bahan
Pada
akhir
Fase
E,
peserta
didik
dapat
mengidentifikasi peralatan jahit yang diperlukan untuk
suatu pekerjaan; menyiapkan mesin jahit; menyiapkan
peralatan
jahit
tambahan
yang
diperlukan;
melaksanakan perawatan alat jahit; memeriksa hasil
jahit; mengatur tegangan benang mesin jahit secara
mandiri dan menyampaikan laporan hasil menyiapkan
alat; menyiapkan tempat bahan; mengidentifikasi
bahan yang akan digunakan secara kreatif;
menyiapkan bahan; memeriksa kelengkapan dan
kualitas bahan secara mandiri.
Proses Produksi
Pada akhir Fase E, peserta didik dapat melakukan
komunikasi dua arah dengan ramah dan sopan;
memberikan bantuan kepada pelanggan; melakukan
pekerjaan secara gotong royong dalam sebuah tim;
mengidentifikasi adanya tata tertib di tempat kerja;
melaksanakan tata tertib yang berlaku; memahami
struktur
organisasi;
memahami
urain
tugas;
memahami
prosedur
kerja; mengomunikasikan
kejadian khusus; membuat laporan kerja harian;
menyampaikan hasil kerja secara kritis dan mandiri;
mengidentifikasi bagian-bagian pola dengan kritis;
menjiplak pola dan memotong pola jiplak secara
mandiri; meletakkan pola di atas bahan; memberi
tanda potong pada bahan; memotong bahan; menjiplak
kode pola dan menyimpan pola secara mandiri;
memanaskan setrika atau alat pres sesuai dengan
prosedur; mengatur suhu setrika atau alat pres;
memastikan bahan utama dalam keadaan licin;
menyusun interfacing pada bagian buruk bahan utama
dan mengepres interfacing secara mandiri sesuai
292
Elemen
Capaian Pembelajaran
dengan prosedur; menjahit lurus sesuai tanda pola;
menjahit lengkung sesuai dengan tanda pola; menjahit
zig-zag sesuai dengan tanda pola; memeriksa hasil
jahit; memperbaiki hasil jahit yang tidak sesuai
standar dengan kreatif; mengomunikasikan hasil jahit
yang
tidak
sesuai
dengan
standar
dan
mengomunikasikan permasalahan yang muncul dalam
proses menjahit secara mandiri.
Penyelesaian
Akhir
Pada akhir Fase E, peserta didik dapat membuat kelim
menggunakan tusuk sembunyi sesuai prosedur secara
mandiri; mengobras kain sesuai dengan standar secara
mandiri; membersihkan sisa benang pada pakaian
menggunakan gunting benang; memeriksa kualitas
pakaian sesuai standar; mengatur suhu setrika sesuai
dengan
karakter
bahan;
melaksanakan
penyetrikaan/pengeprsan akhir pakaian yang telah
lolos pemeriksaan kualitas secara mandiri; memeriksa
kualitas pakaian yang akan lipat; memeriksa
kelengkapan alat melipat pakaian; melipat pakaian
sesuai dengan bentuk dan ukuran yang ditentukan;
menghitung dan menyusun pakaian yang sudah dilipat
secara mandiri; memasukkan pakaian yang telah
dilipat ke dalam kemasan sesuai dengan prosedur dan
memastikan kualitas hasil pengemasan secara
mandiri.
Pelaporan
Pada akhir Fase E, peserta didik dapat mengisi mengisi
ceklis: persiapan ruang kerja, pakaian kerja (APD),
alat, kelengkapan bahan, kelengkapan komponen pola
jiplak, kelengkapan hasil pemotongan bahan, kualitas
hasil jahit; mengomunikasikan ceklis yang sudah diisi;
serta menghitung kebutuhan bahan dan biaya
produksi secara mandiri.
3. Fase F (Usia Mental ≤ 10 Tahun dan Umumnya Kelas XI dan XII)
Pada akhir Fase F, peserta didik dapat: menerapkan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3); melakukan komunikasi dan kerja sama dalam
kelompok; menyiapkan alat pokok dan alat tambahan menjahit;
menyiapkaan bahan utama dan bahan pelengkap membuat produk
(busana, lenan rumah tangga, dan pelengkap busana) sesuai desain
yang ada; membuat produk dengan menggunakan jahitan lurus,
lengkung, dan zig-zag; menjahit serip, depun dan bisban; membuat
hiasan bordir,sulam, hiasan aplikasi dan burci; memasang kancing
secara manual dan dengan mesin khusus; membuat lubang kancing;
membuat kelim dengan tusuk feston; merapikan dan mengemas
produk sesuai dengan prosedur; mengisis ceklis laporan.
293
Fase F Berdasarkan Elemen
Elemen
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
(K3)
Persiapan Alat
dan Bahan
Capaian Pembelajaran
Pada akhir Fase F, peserta didik dapat mengenali
simbol-simbol K3, menerapkan prosedur kesehatan
dan keselamatan di tempat kerja; menyiapkan APD
(alat pelindung diri) di tempat kerja; menggunakan
APD sesuai prosedur secara mandiri; menyiapkan dan
merapikan kembali tempat kerja secara mandiri;
melaporkan keadaan bahaya yang muncul secara
kritis.
Pada akhir Fase F, peserta didik dapat mengidentifikasi
peralatan jahit yang diperlukan untuk suatu
pekerjaan; menyiapkan mesin jahit; menyiapkan
peralatan
jahit
tambahan
yang
diperlukan;
melaksanakan perawatan alat jahit; memeriksa hasil
jahit; mengatur tegangan benang mesin jahit secara
mandiri dan menyampaikan laporan hasil menyiapkan
alat; menyiapkan tempat bahan; mengidentifikasi
bahan yang akan digunakan secara kreatif;
menyiapkan bahan; memeriksa kelengkapan dan
kualitas bahan secara mandiri.
Proses Produksi
Pada akhir Fase F, peserta didik dapat melakukan
komunikasi dua arah dengan ramah dan sopan;
memberikan bantuan kepada pelanggan; melakukan
pekerjaan secara gotong royong dalam sebuah tim;
mengidentifikasi bagian-bagian pola dengan kritis;
menjiplak pola dan memotong pola jiplak secara
mandiri; meletakkan pola di atas bahan; memberi
tanda potong pada bahan; memotong bahan; menjiplak
kode pola dan menyimpan pola secara mandiri;
memanaskan setrika atau alat pres sesuai dengan
prosedur; mengatur suhu setrika atau alat pres;
memastikan bahan utama dalam keadaan licin;
menyusun interfacing pada bagian buruk bahan utama
dan mengepres interfacing secara mandiri sesuai
dengan prosedur; menjahit lurus sesuai tanda pola;
menjahit lengkung sesuai dengan tanda pola; menjahit
zig-zag sesuai dengan tanda pola; memeriksa hasil
jahit; memperbaiki hasil jahit yang tidak sesuai
standar dengan kreatif; mengomunikasikan hasil jahit
yang
tidak
sesuai
dengan
standar
dan
mengomunikasikan permasalahan yang muncul dalam
proses menjahit secara mandiri; menjahit serip secara
kreatif sesuai dengan prosedur; memeriksa kualitas
hasil jahit serip; menjahit depun secara kreatif sesuai
dengan prosedur; memeriksa kualitas hasil jahit
depun; memperbaiki hasil jahit yang tidak sesuai
dengan kualitas secara mandiri.
Penyelesaian
Akhir
Pada akhir Fase F, peserta didik dapat menentukan
letak hiasan bordir sesuai dengan gambar desain
secara kreatif; menyemat hiasan bordir yang akan
dipasang pada posisi yang telah ditentukan; menjahit
motif bordir tepat pada garis tepi hiasan bordir secara
mandiri; menentukan posisi hiasan sulam sesuai
gambar desain secara kreatif; memindahkan motif
hiasan sulam pada posisi yang telah ditentukan;
membuat hiasan sulam sesuai dengan desain;
memeriksa kualitas hasil sulaman; memperbaiki
294
Elemen
Pelaporan
Capaian Pembelajaran
sulam yang tidak sesuai kualitas secara mandiri;
menentukan hiasan aplikasi yang akan digunakan;
menentukan letak hiasan aplikasi; memasang hiasan
aplikasi, memasang hiasan burci; melipat kelim sesuai
dengan ukuran; membuat kelim menggunakan tusuk
flanel dengan jarak sesuai dengan ukuran yang
ditentukan secara mandiri; menentukan posisi lubang
kancing; memasang benang pada mesin lubang
kancing; membuat stik lubang kancing sesuai dengan
ukuran kancing dan prosedur; membuat sobekan
lubang kancing sesuai prosedur; memeriksa kualitas
hasil pembuatan lubang kancing secara mandiri;
menentukan posisi pemasangan kancing; memasang
kancing menggunakan benang sewarna dengan
kancing; memeriksa kualitas hasil pemasangan
kancing; memperbaiki hasil pemasangan kancing yang
tidak
sesuai
kualitasnya
secara
mandiri;
membersihkan
sisa
benang
pada
pakaian
menggunakan gunting benang; memastikan tidak ada
benang yang menempel; menghitung jumlah pakaian
yang sudah dibersihkan sisa benangnya secara
mandiri; memeriksa kualitas pakaian sesuai standar;
mengatur suhu setrika sesuai dengan karakter bahan;
melaksanakan
penyetrikaan/pengepresan
akhir
pakaian yang telah lolos pemeriksaan kualitas secara
mandiri; memeriksa kualitas pakaian yang akan lipat;
memeriksa kelengkapan alat melipat pakaian; melipat
pakaian sesuai dengan bentuk dan ukuran yang
ditentukan; menghitung dan menyusun pakaian yang
sudah dilipat secara mandiri; dapat memasukkan
pakaian yang telah dilipat ke dalam kemasan sesuai
dengan prosedur; serta memastikan kualitas hasil
pengemasan secara mandiri.
Pada akhir Fase F, peserta didik dapat mengisi mengisi
ceklis: persiapan ruang kerja, pakaian kerja (APD),
alat, kelengkapan bahan, kelengkapan komponen pola
jiplak, kelengkapan hasil pemotongan bahan, kualitas
hasil jahit; mengomunikasikan ceklis yang sudah diisi;
serta menghitung kebutuhan bahan dan biaya
produksi secara mandiri.
295
XXI. CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KHUSUS KETERAMPILAN TATA
BOGA
A. Rasional Mata Pelajaran Tata Boga
Tata boga adalah pengetahuan yang berisi seni mengolah masakan
yang mencakup ruang lingkup makanan, mulai dari persiapan
pengolahan sampai dengan menghidangkan makanan itu sendiri yang
bersifat tradisional maupun internasional. Berbagai prinsip dasar
utama dan tata cara memasak umum dilaksanakan di bagian tata boga.
Seiring dengan perkembangan industri pariwisata yang berbasis
kearifan lokal dalam bidang usaha yang menghasilkan produk maupun
jasa pelayanan yang dibutuhkan oleh wisatawan, salah satu yang
menjadi daya tarik wisatawan ialah kuliner. Bidang kuliner merupakan
satu dari beberapa komponen penting dalam industri pariwisata.
Kuliner menjadi bagian dari tujuan wisatawan yang tidak dapat
diabaikan karena kuliner merupakan salah satu kebutuhan pokok
manusia. Pendidikan vokasional khususnya Tata Boga memiliki peran
yang strategis dalam pengembangan kuliner.
Dalam
upaya
mencapai
sumber
daya
manusia
yang
memiliki
kemampuan produktif, sesuai bidang keahlian dan berkontribusi
dalam industri kuliner, satuan pendidikan SMPLB dan SMALB
menyelenggarakan pembalajaran Keterampilan Tata Boga. Sesuai
dengan konsep pendidikan yang mengandalkan keterampilan sebagai
kecakapan hidup, Tata Boga menjadi mata pelajaran penting untuk
dipelajari oleh anak berkebutuhan khusus.
Di Sekolah Menegah Pertama Luar Biasa (SMPLB), mata pelajaran Tata
Boga bertujuan untuk memberikan pengetahuan tata boga dasar
kepada peserta didik sehingga menjadi bekal awal peserta didik
sebelum memasuki materi lanjutan di tingkat Sekolah Menengah Atas
Luar Biasa (SMALB). Setelah memiliki ilmu tersebut, peserta didik yang
belum mampu untuk melanjutkan ke tingkat SMALB diharapkan dapat
memiliki bekal untuk hidup mandiri di masyarkat. Adapun bagi peserta
didik yang melanjutkan ke tingkat SMALB, mereka akan dipersiapkan
menjadi sumber daya manusia yang produktif, mampu bekerja
mandiri, memiliki jiwa wirausaha, gigih dalam bekerja dalam dunia
usaha maupun dunia industri.
296
Dengan
mempelajari
mata
pelajaran
Tata
Boga,
peserta
didik
diharapkan mampu mengembangkan hard skill dan soft skill diri
mereka sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila yaitu, bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, bernalar kritis, kreatif,
mandiri, disiplin, dan gotong royong.
Dalam mempelajari mata pelajaran Tata Boga, peserta didik akan
dikembangkan
dan
dioptimalkan
kemampuan
pengetahuan,
keterampilan, dan sikap untuk menjadi sumber daya manusia yang
kompeten. Pengoptimalan tiga kemampuan ini sangat berhubungan
erat dalam membentuk peserta didik sesuai profil pelajar pancasila
diantaranya: pengetahuan meningkatkan daya bernalar kritis dan
kreativitas.
Keterampilan
untuk
mengasah
kreativitas
dan
kemandirian. Sikap bertujuan untuk menanamkan akhlak baik,
meningkatkan kedisiplinan, dan sikap bergotong royong.
Mata pelajaran Tata Boga untuk anak berkebutuhan khusus mengacu
pada prinsip pembelajaran yang relevan dengan kehidupan sehari-hari
dan keterampilan yang fungsional di keluarga dan masyarakat. Sebagai
contoh, menyiapkan makanan dan minuman untuk dirinya dan
keluarga sebelum akhirnya dapat berkontribusi dalam dunia usaha
dan dunia industri makanan dan minuman.
Ruang lingkup materi tata boga dasar yang akan dipelajari di tingkat
SMPLB dan SMALB meliputi Prosedur Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3), Persiapan Alat dan Bahan kemudian Pengolahan makanan
dan minuman, Membuat Hidangan dan serta Penyajian Makanan dan
Minuman.
B. Tujuan Mata Pelajaran Tata Boga
Mata pelajaran Tata Boga bertujuan untuk membekali peserta didik
agar dapat:
1. menerapkan prosedur kesehatan dan keselamatan kerja (K3);
2. meningkatkan pengetahuan tentang alat memasak dan bahan
makanan;
3. mengenal resep makanan dan minuman;
4. mengaplikasikan proses persiapan, pembuatan hingga penyajian
dan pengemasan makanan dan minuman;
5. memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan bagi peserta
didik dalam kehidupan sebagai anggota masyarakat maupun
297
sebagai warga negara yang kreatif dan produktif sesuai dengan
jenis kekhususan yang disandangnya.
C. Karakteristik Mata Pelajaran Tata Boga
1. Deskripsi Umum Mata Pelajaran
Mata pelajaran Tata Boga mempelajari materi tata boga dasar dan
tata boga lanjutan yang diperlukan peserta didik untuk menunjang
pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Dengan
demikian, menjadikan peserta didik sumber daya manusia yang
mandiri dan siap untuk terjun di dunia usaha dan dunia industri.
Kegiatan pembelajaran Tata Boga diberikan secara teori dan praktik.
Kegiatan tersebut meliputi empat elemen, yaitu prosedur kesehatan
dan keselamatan kerja, persiapan peralatan dan bahan memasak,
proses pengolahan atau memasak makanan dan minuman, serta
cara penyajian hidangan.
Materi prosedur Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang
dilakukan di area kerja seperti dapur di antaranya menggunakan
alat pelindung diri (APD), mengetahui cara menggunakan Alat
Pemadam Kebakaran (APAR), kemudian menjaga personal hygiene,
food hygiene, dan kitchen hygiene.
Materi persiapan alat dan bahan terdiri atas mempersiapkan kitchen
utensils dan kitchen equipment, cara menggunakan peralatan, cara
membersihkan alat, dan cara penyimpanan alat. Kemudian, pada
persiapan bahan terdiri atas menyediakan bahan, pembersihan
bahan, pemotongan bahan dan penyimpanan bahan berdasarkan
jenisnya perishable food dan groceries food dan memberikan label
atau tanggal penyimpanan makanan, serta melakukan penerapan
prosedur first in first out (FIFO).
Materi
pengolahan
makanan
dan
minuman
meliputi
proses
pengolahan bahan makanan yang menerapkan serangkaian tahapan
memasak sejak pengadaan bahan makanan berdasarkan kebutuhan
resep,
proses
membersihkan
bahan
makanan,
teknik
dasar
memasak panas basah dan panas kering atau tanpa melalui proses
pemasakan kemudian untuk pengolahan minuman membuat
minuman non alkohol yang disajikan secara panas ataupun dingin.
298
Materi penyajian makanan dan minuman meliputi memorsi hidangan
(platting) dan memberikan hiasan berupa garnish sesuai dengan jenis
hidangan.
2. Elemen Mata Pelajaran
Elemen Mata Pelajaran Tata Boga dan Deskripsinya
Elemen
Deskripsi
Kesehatan dan
Keselamatan Kerja
(K3)
Pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja seperti penerapan keselamatan
kerja di lingkungan tempat kerja, penerapan
penggunaan alat pelindung diri (APD),
kesehatan dan penyakit akibat kerja, food
hygiene, personal hygiene, dan kitchen hygiene.
Persiapan Alat dan
Bahan
Pengenalan kitchen equipment dan utensil, cara
penggunaan alat, cara membersihkan alat dan
cara penyimpanan alat; pemilihan bahan,
pembersihan bahan, pemotongan bahan dan
penyimpanan bahan berdasarkan jenis
perishable food dan groceries food.
Pengolahan/Mengolah Proses pengolahan makanan dengan berbagai
Makanan dan
teknik dasar memasak, membuat bumbu dasar,
Minuman
membuat soup, membuat dan menyimpan
gravy/sauce, membuat sandwich, memasak
hidangan berbahan utama nabati dan hewani,
serta hidangan nasi berbumbu; membuat
hidangan kue tradisional Indonesia dan produk
pastry dan bakery; membuat minuman panas
dan dingin.
Penyajian Makanan
dan Minuman
Melakukan platting serta membuat garnish
makanan dan minuman.
D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Tata Boga Setiap Fase
1. Fase D (Usia Mental ± 9 Tahun dan Umumnya Kelas VII, VIII, dan IX)
Pada akhir Fase D, peserta didik dapat menerapkan prosedur
kesehatan dan keselamatan kerja (K3); mempersiapkan bahan dan
peralatan sesuai dengan resep; menerapkan prosedur penyimpanan
bahan makanan perishable dan groceries food; menerapkan teknik
dasar
memasak
seperti
merebus,
mengukus,
menggoreng,
membakar, dan memanggang; membuat minuman panas dan
dingin; serta menerapkan platting dan membuat ganish untuk
makanan dan minuman. Fase D berdasarkan elemen seperti berikut
ini.
Fase D Berdasarkan Elemen
299
Elemen
Capaian Pembelajaran
Kesehatan dan
Keselamatan Kerja
(K3)
Pada akhir Fase D, peserta didik dapat
menerapkan kesehatan dan keselamatan kerja
(K3) yang meliputi penerapaan kesehatan dan
keselamatan di lingkungan tempat kerja
(pencegahan kecelakaan kerja, penerapaan
Pertolongan Pertama pada Kecelakaan Kerja
(P3K), penggunaan Alat Pelindung Diri (APD),
resiko dan penanganan kebakaran, penyakit
akibat kerja), food hygiene, kitchen hygiene, dan
personal hygiene secara mandiri.
Persiapan Alat dan
Bahan
Pada akhir Fase D, peserta didik dapat:
menerapkan kemampuan membaca resep, yaitu,
mengidentifikasi jenis dan mutu bahan untuk
makanan yang direbus, dikukus, digoreng,
dipanggang, dan dibakar serta minuman panas
dan minuman dingin secara mandiri;
mengelompokkan jenis peralatan (utensil dan
kitchen equipment); mengidentifikasi fungsi
peralatan; mengenali bagian-bagian dari
peralatan; memahami dan melakukan perakitan
peralatan dapur untuk merebus, mengukus,
menggoreng, memanggang, membakar,
membuat minuman panas dan minuman dingin;
menggunakan peralatan untuk merebus,
mengukus, menggoreng, memanggang,
membakar dan membuat minuman panas dan
minuman dingin; membersihkan peralatan serta
melakukan penyimpanan peralatan dengan
disiplin; mengidentifikasi kebutuhan bahan
untuk membuat makanan yang direbus,
dikukus, digoreng, dipanggang dan dibakar,
serta minuman panas dan minuman dingin;
memilih bahan sesuai dengan kebutuhan untuk
membuat makanan yang direbus, dikukus,
digoreng, dipanggang dan dibakar serta
minuman panas dan minuman dingin;
mengolah bahan makanan dan minuman
menjadi siap untuk diolah seperti: memotong,
mencuci, membumbui (memarinasi) dan
sebagainya; serta melakukan prosedur
penyimpanan bahan makanan dan minuman
sesuai dengan jenisnya yaitu perishable food
dan groceries food dengan disiplin.
Pengolahan Makanan
dan Minuman
Pada akhir Fase D, peserta didik dapat:
menentukan jenis bahan makanan dan
peralatan yang dapat digunakan untuk
merebus, mengukus, menggoreng, memanggang
dan membakar; melakukan teknik memasak
merebus, mengukus, menggoreng, memanggang,
dan membakar; menentukan jenis bahan-bahan
dan peralatan yang dapat digunakan untuk
membuat minuman panas dan minuman dingin
serta membuat minuman panas dan dingin
secara mandiri dan kreatif.
Penyajian Makanan
dan Minuman
Pada akhir Fase D, peserta didik dapat:
mengidentifikasi bahan garnish, menentukan
jenis hidangan untuk diberikan garnish sayur
dan buah, menentukan peralatan dan bahan
300
Elemen
Capaian Pembelajaran
untuk membuat garnish sayur dan buah,
menyiapkan peralatan dan bahan untuk
membuat garnish sayur dan buah serta
melakukan teknik meng-garnish dari sayur dan
buah sesuai dengan prosedur; serta
mengidentifikasi jenis hidangan, menentukan
komposisi platting sesuai dengan jenis
hidangan, menentukan peralatan, jenis garnish
serta melakukan platting secara mandiri dan
kreatif.
2. Fase E (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas X)
Pada akhir Fase E, peserta didik dapat menerapkan prosedur
keselamatan dan kesehatan kerja; memahami pengertian resep
masakan, mengetahui jenis alat memasak; mengetahui jenis bahan
makanan;
memahami
memasak;
memahami
cara
cara
penggunaan
dan
penanganan
perawatan
bahan
alat
makanan;
mengetahui cara penyimpanan alat dan bahan; menerapkan
pembuatan bumbu
dasar, soup, sauce, sandwich;
membuat
hidangan berbahan dasar nabati dan hidangan nasi berbumbu; serta
menerapkan
cara
penyajian,
penyimpanan,
dan
pengemasan
hidangan. Fase E berdasarkan elemen seperti berikut ini.
Fase E Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Kesehatan dan
Keselamatan Kerja
(K3)
Pada akhir Fase E, peserta didik dapat:
mematuhi prosedur kesehatan dan keselamatan
kerja dengan disiplin dan bergotong royong;
menggunakan alat pelindung diri (APD);
menerapkan penggunaan alat pelindung diri
(APD); memahami tata cara menggunakan alat
pemadam kebakaran/APAR memahami tata cara
penggunaan alat P3K; menerapkan prosedur
personal hygiene, food hygiene dan kitchen
hygiene.
Persiapan Alat dan
Bahan
Pada akhir Fase E, peserta didik dapat:
membaca dan memahami isi resep serta
bernalar kritis dalam mengidentifikasi
kebutuhan alat dan bahan; menyiapkan alat dan
bahan; membersihkan alat dan bahan yang
perlu dibersihkan terlebih dahulu; menyimpan
bahan yang sudah disiapkan pada wadah yang
sesuai; serta melakukan inventaris alat dan
bahan bahan dengan tertib dan jujur.
Membuat Hidangan
Pada akhir Fase E, peserta didik dapat:
membaca dan memahami isi resep serta
bernalar kritis dalam melaksanakan proses
pembuatan bumbu dasar, pembuatan soup,
pembuatan dan penyimpanan gravy/sauce,
pembuatan sandwich, memasak hidangan
301
Elemen
Menyajikan
Hidangan
Capaian Pembelajaran
berbahan utama nabati dan hidangan nasi
berbumbu.
Pada akhir Fase E, peserta didik dapat:
membaca dan memahami isi resep serta
bernalar kritis dalam melaksanakan proses
penyajian, penyimpanan atau pengemasan
hidangan dengan memberikan garnish
berdasarkan kreativitas yang dimiliki peserta
didik.
3. Fase F (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas XI dan XII)
Pada akhir Fase F, peserta didik dapat menerapkan prosedur
keselamatan dan kesehatan kerja; memahami pengertian resep
masakan; mengetahui jenis alat memasak; mengetahui jenis bahan
makanan;
memasak;
memahami
memahami
cara
cara
penggunaan
dan
penanganan
perawatan
bahan
alat
makanan;
mengetahui cara penyimpanan alat dan bahan; membuat hidangan
berbahan dasar utama hewani; membuat aneka hidangan kue
tradisional Indonesia; membuat aneka produk pastry dan bakery;
serta menerapkan cara penyajian, penyimpanan, dan pengemasan
hidangan. Fase F berdasarkan elemen seperti berikut ini.
Fase F Berdasarkan Elemen
Elemen
Kesehatan dan
Keselamatan Kerja
(K3)
Persiapan Alat dan
Bahan
Membuat Hidangan
Capaian Pembelajaran
Pada akhir Fase F, peserta didik dapat:
mematuhi prosedur kesehatan dan keselamatan
kerja dengan disiplin dan bergotong royong;
menggunakan alat pelindung diri (APD);
menerapkan penggunaan alat pelindung diri
(APD); memahami tata cara menggunakan alat
pemadam kebakaran/APAR; memahami tata
cara penggunaan alat P3K; serta menerapkan
prosedur personal hygiene, food hygiene dan
kitchen hygiene.
Pada akhir Fase F, peserta didik dapat:
membaca dan memahami isi resep serta
bernalar kritis dalam mengidentifikasi
kebutuhan alat dan bahan, menyiapkan alat dan
bahan, membersihkan alat dan bahan yang
perlu dibersihkan terlebih dahulu, menyimpan
bahan yang sudah disiapkan pada wadah yang
sesuai, serta melakukan inventaris alat dan
bahan bahan dengan tertib dan jujur.
Pada akhir Fase F, peserta didik dapat:
membaca dan memahami isi resep serta
bernalar kritis dalam melaksanakan proses
pembuatan hidangan berbahan dasar hewani,
302
Elemen
Menyajikan
Hidangan
Capaian Pembelajaran
pembuatan kue tradisional Indonesia, dan
pembuatan produk pastry dan bakery.
Pada akhir Fase F, peserta didik dapat:
membaca dan memahami isi resep serta
bernalar kritis dalam melaksanakan proses
penyajian, penyimpanan atau pengemasan
hidangan dengan memberikan garnish
berdasarkan kreatifitas yang dimiliki peserta
didik.
303
XXII. CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KHUSUS KETERAMPILAN BUDI
DAYA TANAMAN HORTIKULTURA
A. Rasional Mata Pelajaran Budi Daya Tanaman Hortikultura
Pendidikan menghendaki adanya perubahan pada diri peserta didik.
Perubahan yang diharapkan ialah dalam aspek sikap, pengetahuan,
dan keterampilan. Perubahan menghendaki adanya transparansi
proses sehingga perubahan yang dimiliki merupakan perubahan yang
bersifat permanen dalam arti akan menjadi milik dari peserta didik.
Perubahan tersebut diharapkan akan menjadi bekal dalam kehidupan
peserta didik. Demikian pula bagi peserta didik berkebutuhan khusus
yang
berhak
menerima
perubahan.
Termasuk
peserta
didik
berkebutuhan khusus yang memiliki hambatan intelektual.
Bagi
peserta
intelektual,
kompensasi
didik
berkebutuhan
pengembangan
dari
khusus
keterampilan
keterbatasan
mereka
dengan
hambatan
merupakan
secara
bentuk
akademik.
Keterampilan-keterampilan sederhana atau yang sedikit lebih rumit
pun dapat diberikan sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki.
Dalam hal ini, butuh perjuangan dari semua stakeholder untuk
mewujudkan cita-cita utama yang didambakan oleh peserta didik
dengan hambatan intelektual, yaitu pribadi yang mandiri. Salah satu
usaha yang dilakukan ialah dengan memberikan bekal berupa
keterampilan yang dapat
langsung dirasakan manfaatnya dalam
kehidupan sehari-hari.
Di antara jenis keterampilan yang dapat diberikan kepada peserta
didik berkebutuhan khusus dengan hambatan intelektual
budi
daya
hortikultura.
Budi
daya
hortikultura
berupa
merupakan
pengembangan dari kebiasaan sebagian besar penduduk Indonesia
untuk memenuhi kebutuhan pangannya, yaitu bertani. Bertani
merupakan budaya sebagian besar penduduk Indonesia yang
memiliki wilayah agraris. Seiring perkembangan ilmu pengetahuan
dan
teknologi,
budaya
bertani
di
Indonesia
pun
mengalami
perkembangan.
Keterampilan budi daya hortikultura dianggap cocok dijadikan bekal
keterampilan bagi peserta didik berkebutuhan khusus dengan
hambatan intelektual di satuan pendidikan SMPLB dan SMALB. Pada
usia ini, diharapkan peserta didik mampu menerima transfer
304
pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diberikan guru karena
kematangan secara fisik dan motorik dianggap sudah memungkinkan
untuk diberikan keterampilan budi daya hortikultura.
Selain pribadi yang mandiri, diharapkan juga dengan keterampilan
yang diberikan, peserta didik dengan hambatan intelektual mampu
menjadi pribadi yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha
Esa,
berakhlak
mulia,
berkebhinekaan
global,
mampu
bergotong royong, bernalar kritis, dan kreatif. Diharapkan dengan
cakupan materi yang lengkap dan komprehensif, peserta didik
memiliki
sikap,
pengetahuan,
dan
keterampilan
yang
dapat
membekali dirinya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian,
setelah lulus, peserta didik memiliki keahlian keterampilan di bidang
pertanian, khususnya budi daya tanaman hortikultura dengan
menyesuaikan keadaan lingkungan di sekitarnya. Ruang lingkup dari
Budi Daya Tanaman Hortikultura meliputi pengenalan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3), menyiapkan lahan atau media tanam,
menyiapkan bibit, penanaman dan perawatan tanaman, memanen
serta tindak lanjut setelah panen.
B. Tujuan Mata Pelajaran Budi Daya Tanaman Hortikultura
Tujuan dari mata pelajaran Budi Daya Tanaman Hortikultura adalah
membekali
peserta
didik
dengan
pengetahuan,
sikap,
dan
keterampilan untuk:
a. mengenal dan mampu melaksanakan prosedur K3 dalam
kegiatan budi daya hortikultura khususnya tanaman sayuran,
buah semusim, dan tanaman hias;
b. mengenal dan memahami budi daya hortikultura khususnya
jenis tanaman sayuran, buah semusim, dan tanaman hias;
c. mengenal dan memahami pengolahan jenis lahan atau media
tanam budi daya hortikultura tanaman sayuran, buah semusim,
dan tanaman hias;
d. mengenal dan mampu melakukan pembibitan budi daya
hortikultura tanaman sayuran, buah semusim, dan tanaman
hias;
e. mengenal dan mampu melakukan tata cara penanaman dan
perawatan budi daya hortikultura tanaman sayuran, buah
semusim, dan tanaman hias;
305
f.
mengenal dan memahami tata cara panen dan alat yang
digunakan khususnya jenis tanaman sayuran, buah semusim,
dan tanaman hias;
g. mengenal dan mampu melaksanakan panen tanaman sayuran,
buah semusim, dan tanaman hias sesuai tahapannya;
h. mengenal
dan
mampu
melaksanakan
pengemasan
dan
pemasaran hasil panen tanaman sayuran, buah semusim, dan
tanaman hias.
C. Karakteristik Mata Pelajaran Budi Daya Tanaman Hortikultura
1. Deskripsi Umum Mata Pelajaran
Dalam mata pelajaran
Budi Daya Tanaman Hortikultura,
diharapkan peserta didik dapat memiliki pengetahuan dan
keterampilan untuk melakukan hal-hal yang biasa dilakukan
dalam sebuah proses budi daya. Mulai dari penyiapan lahan/media
tanam, penyiapan bibit, penanaman, perawatan, panen, dan
pemasaran.
Tentunya,
kegiatan
yang
dilaksanakan
telah
disesuaikan dengan kemampuan peserta didik. Penyesuaian
tersebut dapat pada jenis tanaman yang dipilih untuk ditanam.
Tanaman hortikultura merupakan cabang dari Agronomi. Macammacam tanaman hortikultura terbagi menjadi 5 bagian, yakni
tanaman sayuran (olerikultura), tanaman buah (frutikultur/
pomologi), tanaman hias bunga (florikultura), tanaman obat
(biofarmaka), dan taman (lanskap). Tingkat SMPLB akan belajar
tentang tanaman sayuran.
Tingkat SMALB akan belajar tentang
tanaman buah semusim dan tanaman hias. Pemilihan tanaman
yang dipelajari disesuaikan dengan taraf kemampuan peserta
didik. Dengan demikian, diharapkan peserta didik tidak mengalami
kesulitan untuk mengikuti kegiatan budi daya hortikultura. Tahap
ini membuat porsi pengetahuan 30% dan keterampilan 70%.
Proses pembelajaran mata pelajaran
Budi Daya Tanaman
Hortikultura berada di jenjang pendidikan SMPLB yang merupakan
Fase D (usia mental ± 9 tahun) hingga tingkat SMALB yang
merupakan fase E dan F (usia mental ± 10 tahun). Alur proses
pembelajaran mata pelajaran Budi Daya Tanaman Hortikultura
meliputi seperti berikut.
306
a. Pengetahuan
dan
penerapan
prosedur
Kesehatan
dan
Keselamatan Kerja (K3).
b. Pengetahuan akan tanaman.
c. Pengetahuan dan keterampilan penyemaian tanaman.
d. Pengetahuan dan keterampilan penanaman bibit tanaman.
e. Pengetahuan dan keterampilan penyediaan, pengolahan, dan
pemasaran produk tanaman.
Ada banyak tanaman yang dapat ditanam pada budi daya
hortikultura. Akan tetapi, alur proses pembelajaran pada mata
pelajaran Budi Daya Tanaman Hortikultura ini difokuskan pada
tanaman sayuran, buah semusim, dan tanaman hias. Fase D akan
fokus pada tanaman sayuran, Fase E fokus pada tanaman buah
semusim, dan Fase F fokus pada tanaman hias.
Penilaian meliputi aspek pengetahuan (tes dan nontes), sikap
(observasi), dan keterampilan (proses, produk, dan portofolio).
Pembelajaran Budi Daya Tanaman Hortikultura dapat dilakukan
secara block system, disesuaikan dengan karakteristik elemen yang
dipelajari.
2. Elemen Mata Pelajaran Budi Daya Tanaman Hortikultura
Elemen Mata Pelajaran Budi Daya Tanaman Hortikultura dan
Deskripsinya
Elemen
Penerapan Prosedur
Kesehatan dan
Keselamatan Kerja
(K3)
Pengenalan Jenis
Tanaman Sayuran
Penyemaian Bibit
Tanaman Sayuran
Penanaman Bibit
Tanaman Sayuran
Deskripsi
Elemen ini meliputi pengidentifikasian
peralatan dan bahan yang mengandung zat
kimia (pupuk dan pestisida) serta mengikuti
prosedur kesehatan dan keselamatan kerja
secara mandiri, bergotong royong, teliti, kritis,
dan bertanggung jawab.
Elemen ini memberikan pengetahuan tentang
mengenal macam-macam, ciri-ciri, dan jenis
tanaman sayuran yang sesuai dengan kondisi
lingkungan tempat tinggal secara mandiri,
teliti, dan kritis.
Elemen ini memberikan pengetahuan tentang
mengenal jenis media tanamnya, menyiapkan
persemaian hingga menyeleksi bibit tanaman
sayuran secara mandiri, bergotong royong,
teliti, kritis, dan bertanggung jawab.
Elemen ini mengajak peserta didik untuk
melakukan praktik menanam bibit tanaman
buah semusim dari menyiapkan lahan tanam,
proses menanam, hingga melakukan
perawatan tanaman sayuran secara mandiri,
bergotong royong, teliti, kritis, dan
bertanggung jawab.
307
Elemen
Deskripsi
Penyediaan Produk
Hasil Tanaman
Sayuran
Elemen ini mengajak peserta didik untuk
melakukan praktik proses memanen,
penanganan pascapanen buah semusim,
hingga penjualan produk tanaman sayuran
secara mandiri, bergotong royong, teliti, kritis,
bertanggung jawab, dan berwawasan
kebhinekaan global.
Pengenalan Tanaman
Buah Semusim
Elemen ini memberikan pengetahuan tentang
mengenal macam-macam, ciri-ciri, dan jenis
tanaman buah semusim yang sesuai dengan
kondisi lingkungan tempat tinggal secara
mandiri, teliti, dan kritis.
Elemen ini memberikan pengetahuan tentang
mengenal jenis tanaman buah semusim, jenis
media tanamnya, menyiapkan persemaian
hingga menyeleksi bibit tanaman buah
semusim secara mandiri, bergotong royong,
teliti, kritis, dan bertanggung jawab.
Elemen ini mengajak peserta didik untuk
melakukan praktik menanam bibit tanaman
buah semusim dari menyiapkan lahan tanam,
proses menanam, hingga melakukan
perawatan tanaman buah semusim secara
mandiri, bergotong royong, teliti, kritis, dan
bertanggung jawab.
Penyemaian Bibit
Tanaman Buah
Semusim
Penanaman Bibit
Tanaman Buah
Semusim
Penyediaan Produk
Hasil Tanaman Buah
Semusim
Elemen ini mengajak peserta didik untuk
melakukan praktik proses memanen,
penanganan pascapanen buah semusim,
hingga penjualan produk tanaman buah
semusim secara mandiri, bergotong royong,
teliti, kritis, bertanggung jawab, dan
berwawasan kebhinekaan global.
Pengenalan Tanaman
Hias
Elemen ini memberikan pengetahuan tentang
mengenal macam-macam, ciri-ciri, dan jenis
tanaman hias yang sesuai dengan kondisi
lingkungan tempat tinggal secara mandiri,
teliti, dan kritis.
Elemen ini memberikan pengetahuan tentang
mengenal jenis tanaman hias, jenis media
tanaman, hingga keterampilan menyemai bibit
tanaman hias, serta menyeleksi bibit tanaman
hias secara mandiri, bergotong royong, teliti,
kritis, dan bertanggung jawab.
Elemen ini mengajak peserta didik untuk
melakukan praktik menanam tanaman hias
mulai dari menyiapkan lahan tanam, proses
menanam, hingga perawatan tanaman hias
secara mandiri, bergotong royong, teliti, kritis,
dan bertanggung jawab.
Penyemaian Bibit
Tanaman Hias
Penanaman Bibit
Tanaman Hias
Penyediaan Produk
Hasil Tanaman Hias
Elemen ini mengajak peserta didik untuk
melakukan praktik proses memanen,
penanganan pascapanen, hingga menjual
produk tanaman hias secara mandiri,
bergotong royong, teliti, kritis, bertanggung
jawab, dan berwawasan kebhinekaan global.
308
D. Capaian
Pembelajaran
Mata
Pelajaran
Budi
Daya
Tanaman
Hortikultura Setiap Fase
1. Fase D ( Usia Mental ± 9 Tahun dan Umumnya Kelas VII, VIII, dan
IX)
Pada akhir Fase D, peserta didik mampu mempersiapkan dan
menerapkan prosedur Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3),
mengidentifikasi jenis tanaman sayuran, dan mempraktikkan budi
daya tanaman hortikultura dengan jenis tanaman sayuran meliputi
penyemaian bibit, penanaman bibit, hingga menyediakan produk.
Fase D Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Penerapan Prosedur
Kesehatan dan
Keselamatan Kerja
(K3)
Pada akhir Fase D, peserta didik mampu
mengidentifikasi peralatan dan bahan yang
mengandung zat kimia (pupuk dan pestisida),
mengikuti prosedur kesehatan dan
keselamatan kerja (K3) secara mandiri, gotong
royong, teliti, kritis, dan bertanggung jawab.
Pengenalan Tanaman
Sayuran
Pada akhir Fase D, peserta didik mampu
mengidentifikasi macam-macam, ciri-ciri, dan
jenis tanaman sayuran yang sesuai dengan
kondisi lingkungan tempat tinggal secara
mandiri, teliti, dan kritis.
Penyemaian Bibit
Tanaman Sayuran
Pada akhir fase D, peserta didik mengenal jenis
media tanam tanaman sayuran, mampu
menyiapkan alat dan bahan penyemaian
tanaman sayuran, menyemai, menanam
bahan/bibit tanaman sayuran, menyeleksi
bibit tanaman sayuran, mengidentifikasi dan
menyebutkan ciri-ciri, dan contoh tanaman
sayuran secara mandiri, gotong royong, teliti,
kritis, dan bertanggung jawab.
Penanaman Bibit
Tanaman Sayuran
Pada akhir Fase D, peserta didik dapat
memisahkan bibit dari media semai dan
menanam bibit pada media tanam yang sudah
disiapkan dengan cara yang benar;
melakukan perawatan tanaman sayuran
seperti penyiraman, pemupukan, penyiangan,
pemberantasan hama/gulma secara mandiri,
gotong royong, teliti, kritis, dan bertanggung
jawab.
Penyediaan Produk
Hasil Tanaman
Sayuran
Pada akhir Fase D, peserta didik dapat
menyiapkan keperluan alat dan wadah untuk
menampung hasil panen tanaman sayuran,
memilih dan memilah hasil panen tanaman
sayuran yang baik untuk dilakukan
pengemasan yang sesuai dengan karakteristik
tanaman sayuran yang dipanen.
2. Fase E (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas X)
309
Pada akhir Fase E, peserta didik mampu mempersiapkan dan
menerapkan prosedur Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3),
mematuhi
prosedur
mengidentifikasi
pencegahan
jenis
tanaman
kecelakaan
buah
semusim,
kerja,
dan
mempraktikkan budi daya tanaman hortikultura dengan jenis
tanaman buah semusim meliputi penyemaian bibit, hingga
penanaman bibit.
Fase E Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Penerapan Prosedur
Kesehatan dan
Keselamatan Kerja
(K3)
Pada akhir Fase E diharapkan peserta didik
mampu mengidentifikasi bahaya dan cara
menghindarinya dalam melaksanakan
prosedur kesehatan dan keselamatan kerja
(K3) secara mandiri, gotong royong, teliti, kritis,
dan bertanggung jawab.
Pengenalan Tanaman
Buah Semusim
Pada akhir Fase E, peserta didik mampu
mengidentifikasi macam-macam, ciri-ciri, dan
jenis tanaman buah semusim yang sesuai
dengan kondisi lingkungan tempat tinggal
secara mandiri, teliti, dan kritis.
Penyemaian Bibit
Tanaman Buah
Semusim
Pada akhir Fase E, peserta didik mampu
mengembangkan pengetahunan dan
keterampilan tentang jenis media tanaman
buah semusim, mempersiapkan benih dan
peralatan persemaian, melakukan persemaian
hingga menyeleksi bibit tanaman buah
semusim secara mandiri, gotong royong, teliti,
kritis, dan bertanggung jawab.
Penanaman Bibit
Tanaman Buah
Semusim
Pada akhir Fase E, peserta didik mampu
memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam
mempersiapkan lahan tanam, proses
menanam bibit, dan melakukan perawatan
tanaman buah semusim secara mandiri,
gotong royong, teliti, kritis, dan bertanggung
jawab.
3. Fase F (Usia Mental ±10 Tahun dan Umumnya Kelas XI dan XII)
Pada akhir Fase F, peserta didik mampu melaksanakan prosedur
penyediaan produk hasil tanaman buah semusim yang merupakan
kelanjutan dari Fase E, mengidentifikasi jenis tanaman hias, dan
mempraktikkan budi daya tanaman hortikultura dengan jenis
tanaman hias meliputi penyemaian bibit, penanaman bibit, hingga
menyediakan produk.
Fase F Berdasarkan Elemen
310
Elemen
Capaian Pembelajaran
Penyediaan Produk
Hasil Tanaman Buah
Semusim
Pada akhir fase F, peserta didik mampu
memiliki pengetahuan dan keterampilan pada
proses memanen, penanganan pascapanen,
dan penjualan produk tanaman buah semusim
secara jujur, mandiri, gotong royong, teliti,
kritis, bertanggung jawab, dan berwawasan
kebhinekaan global.
Pengenalan Tanaman
Hias
Pada akhir Fase F, peserta didik mampu
mengidentifikasi macam-macam, ciri-ciri, dan
jenis tanaman hias yang sesuai dengan kondisi
lingkungan tempat tinggal secara mandiri,
teliti, dan kritis.
Penyemaian Bibit
Tanaman Hias
Pada akhir Fase F, peserta didik mampu
mengembangkan pengetahunan dan
keterampilan tentang jenis tanaman hias, jenis
media tanaman, mempersiapkan benih dan
peralatan persemaian, melakukan persemaian
hingga menyeleksi bibit tanaman hias secara
mandiri, gotong royong, teliti, kritis, dan
bertanggung jawab.
Penanaman Bibit
Tanaman Hias
Pada akhir Fase F, peserta didik mampu
memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam
mempersiapkan lahan tanam, proses
menanam bibit, dan melakukan perawatan
tanaman hias secara mandiri, gotong royong,
teliti, kritis, dan bertanggung jawab.
Penyediaan Produk
Hasil Tanaman Hias
Pada akhir Fase F, peserta didik mampu
memiliki pengetahuan dan keterampilan pada
proses memanen, penanganan pascapanen,
dan penjualan produk tanaman hias secara
jujur, mandiri, gotong royong, teliti, kritis,
bertanggung jawab, dan berwawasan
kebhinekaan global.
311
XXIII. CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KHUSUS TATA KECANTIKAN
A. Rasional Mata Pelajaran Tata Kecantikan
Tata Kecantikan adalah mata pelajaran yang memuat materi dasar
teknik perawatan, pelayanan jasa kecantikan kulit, dan rambut. Peserta
didik akan belajar merawat dan mempercantik kulit untuk menjaga
kesehatan
kulit,
dan
mencerahkan
mempertahankan,
hingga
meremajakan kulit dan rambut yang meningkatkan penampilan
seseorang. Peserta didik yang memiliki hambatan intelektual atau
disertai kebutuhan khusus lainnya diharapkan akan mampu merawat
diri setiap hari, meningkatkan penampilan tanpa harus ke salon,
memiliki kecakapan hidup, keahlian untuk bekerja, dan berperan dalam
meningkatkan kesejahteraan keluarga serta lingkungannya.
Pada fase D mata pelajaran tata kecantikan
bertujuan untuk
memberikan pengetahuan tata kecantikan dasar kepada peserta didik
sehingga menjadi bekal awal peserta didik sebelum memasuki materi
lanjutan di fase E dan F. Dengan mempelajari mata pelajaran tata
kecantikan,
peserta
didik
diharapkan
mampu
mengembangkan
hardskill dan softskill diri mereka sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila,
yaitu beriman, bertakwa kepada tuhan yang maha esa, dan berakhlak
mulia, bernalar kritis, kreatif, mandiri, disiplin dan gotong-royong.
Tata
Kecantikan
mengembangkan
peserta
didik
secara
optimal
pengetahuan, keterampilan, dan sikap untuk menjadi sumber daya
manusia yang kompeten untuk menghadapi tantangan perubahan
zaman,
menunjang
pengembangan
diri
melalui
jalur
studi,
pengembangan karier, dan bekerja di bidang tata kecantikan. Setiap
materi
mengajarkan
tahapan-tahapan
penguasaan
hardskill
dan
softskill dengan model pembelajaran penyingkapan (discovery learning),
model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), dan
model pembelajaran berbasis proyek (project based learning). Secara
holistik akan terbentuk karakter Profil Pelajar Pancasila sehingga
menjadi insan yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
dan berakhlak mulia, bernalar kritis, mandiri, kreatif, mampu bergotong
royong dan berkebinekaan global.
Materi
tingkat
lanjutan
pada
elemen
pengetahuan
menerapkan
lingkungan kerja bersih dan aman, sesuai prinsip keselamatan dan
kesehatan kerja, menerapkan perawatan kulit wajah dan rias wajah,
312
melakukan perawatan tangan dan kaki, merawat kulit kepala dan
rambut, perawatan kulit wajah bermasalah, menggunakan dan menjual
produk kecantikan.
Capaian pembelajaran pada elemen dan materi ini menjadi gambaran
pembelajaran yang dapat dipelajari peserta didik untuk memiliki
keahlian dalam bidang tata kecantikan seiring kebutuhan masyarakat.
Pembelajaran
dapat
dikembangkan
menyesuaikan
sarana
dan
prasarana, kemampuan peserta didik, dan lingkungan.
B. Tujuan Mata Pelajaran Tata Kecantikan
Mata pelajaran Tata Kecantikan bertujuan untuk membekali peserta
didik agar dapat:
1. Menerapkan prosedur lingkungan kerja bersih dan aman.
2. Melakukan komunikasi di tempat bekerja.
3. Meningkatkan pengetahuan anatomi dan gizi untuk perawatan
kecantikan.
4. Melakukan persiapan alat, bahan dan lenan.
5. Meningkatkan keterampilan perawatan kulit dan rambut.
6. Memiliki rasa ingin tahu, persiapan diri dan area kerja.
7. Meningkatkan keterampilan perawatan kulit wajah dan rias wajah.
8. Meningkatkan keterampilan perawatan tangan dan kaki.
9. Memiliki sikap dan etos kerja yang baik, kreatif, disiplin dan bernalar
kritis dalam melakukan perawatan kulit wajah bermasalah.
10. Melakukan kerja lapangan secara profesional.
C. Karakteristik Mata Pelajaran Tata Kecantikan
1. Deskripsi Umum Mata Pelajaran
Mata pelajaran Tata Kecantikan memiliki fungsi yang sangat penting
dalam bidang perawatan kulit dan rambut karena berisi materi dasar
yang
diperlukan
untuk
menunjang
pengembangan
sikap,
pengetahuan, dan keterampilan pada kompetensi di kelas berikutnya.
Pada awal pembelajaran sebelum memasuki materi pokok, peserta
didik diperkenalkan lapangan pekerjaan yang berkaitan dengan dunia
jasa perawatan kulit dan rambut, serta jenis pekerjaan yang terkait
setelah lulus nanti.
Pembelajaran Tata Kecantikan dilaksanakan melalui:
313
1. Pembelajaran di kelas.
2. Pembelajaran di ruang praktikum (ruang tata kecantikan/salon).
3. Proyek tugas sederhana.
4. Berkunjung
pada
sekolah
menengah
kejuruan
jurusan
kecantikan dan industri yang relevan.
2. Elemen Mata Pelajaran
Elemen Mata Pelajaran Tata Kecantikan dan Deskripsinya
Elemen
Deskripsi
Lingkungan kerja
bersih dan aman,
sesuai prinsip
keselamatan dan
kesehatan kerja.
Merupakan semua kegiatan yang berhubungan dengan
pengetahuan dan keterampilan kerja yang diperlukan
untuk menerapkan lingkungan kerja bersih dan aman,
sesuai prinsip keselamatan dan kesehatan kerja,
menerapkan tertib kerja, menyediakan lingkungan
tenang dan nyaman bagi pelanggan, menyiapkan dan
memelihara area kerja dan peralatan, mematuhi
prosedur-prosedur keadaan darurat.
Komunikasi di
tempat bekerja.
Merupakan kegiatan tahap awal yang berhubungan
dengan pengetahuan dan keterampilan kerja yang
diperlukan untuk melakukan komunikasi dengan
pelanggan, menerima kehadiran pelanggan (costumer
service)
di
tempat
kerja,
menjelaskan
perawatan/praperawatan, proses perawatan, pasca
perawatan, menangani ketidakpuasan pelanggan.
Melakukan komunikasi dengan teman sejawat di
tempat kerja, memberikan bantuan untuk kolega,
menjaga standar presentasi personal, bekerja dalam
tim.
Pengetahuan
anatomi dan fisiologi
untuk perawatan
kecantikan.
Suatu proses yang menjelaskan pengetahuan dan
keterampilan
kerja
yang
diperlukan
untuk
menerapkan pengetahuan anatomi dan fisiologi untuk
perawatan kecantikan dan menerapkan pengetahuan
sistem organ tubuh pada perawatan kecantikan.
Pengetahuan gizi
pada perawatan
kecantikan.
Pengetahuan gizi merupakan pengetahuan tentang
pentingnya zat gizi dan pengetahuan tentang sistem
tubuh pada perawatan kecantikan kulit dan rambut
dan memberikan nasihat tentang diet atau makanan.
Persiapan alat,
lenan, dan bahan.
Elemen ini berhubungan dengan pengetahuan,
keterampilan, sikap kerja yang diperlukan dalam
melakukan persiapan alat, lenan, bahan kosmetik
pada perawatan kulit dan rambut.
Persiapan diri dan
area kerja.
Menyiapkan mental dengan penuh percaya diri dan
penampilan diri ( kebersihan kuku, mulut, badan,
merias wajah, pakaian kerja, dan sepatu) sesuai SOP
sebagai
seorang beautician untuk menyambut
pelanggan serta melakukan persiapan area kerja
sebelum
dan
sesudah
melakukan
perawatan
kecantikan.
Perawatan kulit
wajah dan rias wajah
sehari-hari.
Suatu proses menjelaskan pengetahuan, keterampilan,
dan sikap kerja yang diperlukan untuk merawat kulit
wajah dan rias wajah sehari-hari, konsultasi dan
menyiapkan pelanggan. Analisa kulit wajah, perawatan,
pembersihan, memberikan saran dan nasihat pasca
314
Elemen
Deskripsi
perawatan. Membersihkan area kerja, alat, bahan dan
kosmetika, mematuhi peraturan pemerintah tentang
kesehatan dan keselamatan kerja.
Perawatan tangan
dan mewarnai kuku
(Manicure).
Elemen ini berhubungan dengan perawatan tangan dan
mewarnai kuku, meliputi pengetahuan, keterampilan,
dan sikap kerja yang diperlukan dalam melakukan
persiapan alat, lenan dan bahan kosmetik
pada
perawatan tangan dan mewarnai kuku dengan teliti dan
mandiri. Melakukan perawatan tangan dengan cara
memotong, membersihkan, membentuk kuku yang ideal
serta
mewarnainya
sehingga
meningkatkan
penampilan.
Perawatan kaki dan
mewarnai kuku
(Pedicure).
Elemen ini berhubungan dengan perawatan kaki dan
mewarani kuku, meliputi pengetahuan, keterampilan,
dan sikap kerja yang diperlukan dalam melakukan
persiapan alat, lenan dan bahan kosmetik
pada
perawatan kaki dan mewarnai kuku dengan teliti dan
mandiri.
Melakukan perawatan kaki dengan cara
memotong, membersihkan, membentuk kuku yang ideal
serta
mewarnainya
sehingga
meningkatkan
penampilan.
Kulit kepala dan
rambut.
Suatu proses perawatan yang berkaitan dengan
kesehatan kulit kepala dan rambut.
Rangkaian
perawatan ini diawali dengan pencucian, pengeringan
dan penataan rambut dengan bertanggungjawab.
Merias wajah
panggung.
Melakukan riasan wajah yang digunakan untuk
penampilan khusus di panggung baik dari jarak dekat
maupun jarak jauh menggunakan alas bedak anti air
(waterproof) dengan mempertegas garis-garis wajah,
menampilkan karakter dan menggunakan teknik
tertentu dengan teliti dan kreatif.
Merias wajah fantasi.
Melakukan riasan wajah yang digunakan untuk
penampilan
khusus
fantasi
bagian
wajah,
menggunakan
cosmetic
face
painting
dengan
menampilkan karakter, menggunakan teknik dan tema
tertentu dengan teliti dan kreatif.
Perawatan kulit
wajah bermasalah.
Melakukan pembersihan dengan kosmetika sesuai
dengan kulit berjerawat, penguapan, acupressure,
mengeluarkan jerawat dan penggunaan masker sesuai
dengan jenis kulit dan prosedur yang benar dan mandiri.
Menata hair piece.
Melakukan penataan dan pembentukan hair piece
untuk dijadikan sanggul atau penataan khusus sesuai
desain yang direncanakan dengan teliti dan kreatif.
Penataan rambut
teknik lepas, kepang,
dan pilin.
Melakukan penataan rambut lepas dan dengan cara
dikepang, pilin (twist) dan berbagai modifikasi dengan
kreatif dan mandiri sesuai keinginan.
Menjual produk dan
jasa kecantikan.
Menjual produk kecantikan rambut, produk kecantikan
kulit dan wajah, produk perawatan rambut, kulit dan
wajah, serta menjual jasa kecantikan kulit, perawatan
kulit dan menjual jasa kecantikan rambut dengan jujur
dan teliti.
D. Capaian Pembelajaran Tata Kecantikan Setiap Fase
1. Fase D (Usia Mental ± 9 Tahun dan Umumnya Kelas VII, VIII, dan IX)
315
Pada akhir Fase D, peserta didik mampu menerapkan sesuai prosedur
lingkungan kerja bersih dan aman sesuai prinsip keselamatan dan
kesehatan
kerja,
melakukan
komunikasi
di
tempat
bekerja,
mengaplikasikan pengetahuan anatomi dan fisiologi, serta menerapkan
pengetahuan gizi pada perawatan kecantikan.
Fase D Berdasarkan Elemen
Elemen
Lingkungan kerja
bersih dan aman,
sesuai prinsip
keselamatan dan
kesehatan kerja.
Komunikasi di
tempat bekerja.
Pengetahuan
anatomi dan fisiologi
untuk perawatan
kecantikan.
Pengetahuan gizi
pada perawatan
kecantikan.
Alat, lenan, dan
bahan.
Persiapan diri dan
area kerja.
Perawatan kulit
wajah dan rias wajah
sehari-hari.
Capaian Pembelajaran
Pada akhir Fase D, peserta didik dapat melakukan
prosedur kerja yang dilaksanakan sesuai prosedur
standar keselamatan dan kesehatan kerja, situasi
darurat
dan potensi bahaya diidentifikasi sesuai
peraturan K3, peralatan dan perlengkapan kerja
dipastikan kebersihan dan keamanannya.
Alat
pelindung diri (APD) digunakan sesuai dengan
fungsinya.
Standar
sanitasi
peralatan
dan
perlengkapan kerja pada tempat kerja, keadaan
darurat dilakukan dan dikomunikasikan kepada yang
berwenang. Peserta didik melakukannya dengan jujur,
bertanggungjawab dan gotong royong.
Pada akhir Fase D, peserta didik dapat melakukan
komunikasi dengan pelanggan dan teman sejawat yang
dilakukan sesuai prosedur serta prinsip-prinsip
komunikasi secara jujur dan bertanggungjawab.
Pada akhir Fase D, peserta didik dapat mengenali
anatomi dan fisiologi kulit dan rambut serta bernalar
kritis untuk perawatan kecantikan, menerapkan
pengetahuan tersebut sesuai dengan kemampuan yang
dilakukan dengan prinsip aman dan bermanfaat bagi
pelanggan secara jujur dan bertanggungjawab.
Pada akhir Fase D, peserta didik dapat memiliki
pengetahuan gizi serta menerapkanya dan bernalar
kritis dilakukan secara mandiri, jujur dan teliti.
Pada
akhir
Fase
D,
peserta
didik
dapat
mengidentifikasi
kebutuhan,
menyiapkan,
menggunakan,
membersihkan
dan
melakukan
inventaris alat dan lenan dengan jujur. Menyiapkan
bahan perawatan, mengidentifikasi kebutuhan bahan,
memilih bahan sesuai kebutuhan, membersihkan
bahan, menyimpan pada wadah yang sesuai,
melakukan inventaris bahan dengan jujur dan
mandiri.
Pada akhir Fase D, peserta didik dapat membaca dan
memahami, serta bernalar kritis. Menyiapkan mental
dengan penuh percaya diri dan penampilan diri
(kebersihan kuku,
mulut, badan, merias wajah,
pakaian kerja, dan sepatu) sesuai SOP sebagai seorang
beautician untuk menyambut pelanggan serta
melakukan persiapan area kerja sebelum dan sesudah
melakukan perawatan kecantikan secara mandiri,
jujur, kreatif dan bertanggungjawab.
Pada akhir Fase D, peserta didik dapat membaca dan
memahami, serta bernalar kritis. Menyiapkan alat dan
bahan
secara
mandiri.
Melaksanakan
proses
perawatan kulit wajah dan rias wajah sehari-hari,
melakukan konsultasi, menyiapkan pelanggan, analisa
316
Elemen
2. Fase E
Capaian Pembelajaran
kulit wajah, melakukan perawatan, pembersihan,
memberikan saran dan nasihat pasca perawatan.
Membersihkan area kerja, alat, bahan dan kosmetik,
serta mematuhi peraturan pemerintah tentang
kesehatan dan keselamatan kerja.
(Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas X)
Pada akhir Fase E, peseta didik dapat menerapkan lingkungan kerja
bersih dan aman, mematuhi prosedur pencegahan kecelakaan kerja,
melakukan proses perawatan tangan dan kaki, serta menentukan
perawatan kulit kepala dan rambut.
Fase E Berdasarkan Elemen
Elemen
Lingkungan kerja
bersih dan aman,
sesuai prinsip
keselamatan dan
kesehatan kerja.
Perawatan tangan
dan mewarnai kuku
(manicure).
Perawatan kaki dan
mewarnai kuku
(pedicure).
Perawatan kulit
kepala dan rambut.
Capaian Pembelajaran
Pada akhir Fase E, peserta didik mampu melakukan
segala
kegiatan
yang
berhubungan
dengan
pengetahuan dan keterampilan kerja yang diperlukan
untuk menerapkan lingkungan kerja bersih dan aman,
sesuai prinsip keselamatan dan kesehatan kerja,
menerapkan tertib kerja berdasarkan peraturan
keselamatan dan kesehatan kerja, menyediakan
lingkungan tenang dan nyaman bagi pelanggan,
menyiapkan dan memelihara area kerja, memeriksa
dan memelihara peralatan dan perlengkapan kerja,
melakukan prosedur keselamatan dan keamanan
kerja, mematuhi prosedur-prosedur keadaan darurat
dengan mandiri dan bertanggungjawab.
Pada akhir Fase E, peserta didik memiliki pengetahuan,
keterampilan, dan sikap kerja sehingga mampu
melakukan perawatan tangan, mewarnai kuku dan
membuat kreasi nail art, meliputi persiapan alat, proses
pewarnaan dasar, kreasi hingga topcoat, lenan dan
bahan kosmetik secara teliti, mandiri, kreatif, dan
bertanggungjawab.
Pada akhir Fase E, peserta didik memiliki pengetahuan,
keterampilan, dan sikap kerja sehingga mampu
melakukan perawatan kaki, mewarnai kuku kaki,
persiapan alat, membuat kreasi nail art, proses
pewarnaan dasar, kreasi hingga topcoat, lenan dan
bahan kosmetik secara teliti, kreatif, mandiri, dan
bertanggungjawab.
Pada akhir Fase E, peserta didik mampu melakukan
perawatan kulit kepala dan rambut yang sesuai dengan
kemampuan dilakukan dengan prinsip aman dan
bermanfaat bagi pelanggan; menerapkan perawatan
kulit kepala dan rambut secara basah (creambath) dan
dengan masker, mulai dari pencucian, penggunaan
kream rambut secara merata, pemijatan, hair
steaming, membilas, serta mengeringkan rambut
dengan alat yang lebih modern yaitu hair dryer
317
Elemen
Merias wajah
panggung.
Capaian Pembelajaran
dilakukan
secara
mandiri,
jujur,
teliti
dan
bertanggungjawab.
Pada akhir Fase E, peserta didik mampu merias wajah
panggung sesuai dengan tema atau karakter tertentu
untuk penampilan di panggung secara mandiri, kreatif,
teliti, dan bertanggungjawab.
3. Fase F (Usia Mental ≤ 10 Tahun dan Umumnya Kelas XI dan XII)
Pada akhir Fase E, peserta didik dapat menentukan rias wajah fantasi,
perawatan kulit wajah bermasalah, dan melakukan penataan rambut hair
piece.
Fase F Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Merias wajah fantasi.
Pada akhir Fase F, peserta didik mampu merias wajah
fantasi (face painting) baik fantasi nasional (fancy)
maupun fantasi internasional sesuai dengan tema atau
karakter tertentu secara mandiri, kreatif, dan
bertanggungjawab.
Perawatan kulit
wajah bermasalah.
Pada akhir Fase F, peserta didik mampu merawat kulit
wajah
kering,
kusam,
berjerawat/berkomedo,
berpigmentasi, kering kasar (dehidrasi), dan menua
(aging skin) secara manual, teliti, mandiri dan
bertanggungjawab.
Menata hair piece
(wig) rambut
asli/sintesis.
Pada akhir Fase F, peserta didik dapat melakukan
penataan atau membentuk, mencuci, mengeringkan,
dan menyimpan hair piece. Membersihkan dan
merapikan area kerja dengan sesuai SOP seorang
beautician
secara
mandiri,
teliti,
dan
bertanggungjawab.
Penataan rambut
teknik lepas, kepang,
pilin dan simpul.
Pada akhir Fase F, peserta didik mampu melakukan
penataan rambut teknik lepas, kepang (strand braid),
pilin (twist), dan simpul (knot) sesuai kreasi dengan
berbagai model menghasilkan penataan yang anggun,
apik dan trendi, secara kreatif, dan mandiri.
Pada akhir Fase F, peserta didik mampu menjual
produk kecantikan dan jasa kecantikan. Menjual
produk kecantikan rambut, kulit dan wajah, serta
menjual jasa kecantikan kulit, wajah, dan rambut
dengan berani, jujur, kreatif, dan bertanggungjawab.
Menjual produk dan
jasa kecantikan.
E. Glosarium
Acupressure
:Istilah
yang
rangsangan
digunakan
titik
untuk
akupunktur
penekanan atau teknik mekanik.
318
memberikan
dengan
teknik
Aging skin
:Kondisi kulit yang berubah seiring bertambahnya
usia
dengan
ciri-ciri
kulit
tampak
kendur,
berkerut, menipis, dan dipenuhi flek hitam.
Anatomi
:Ilmu yang mempelajari susunan tubuh dan
bentuk tubuh makhluk hidup.
APD
:Alat Pelindung Diri adalah kelengkapan yang wajib
digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan risiko
kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu
sendiri dan orang di sekelilingnya.
Beautician
:Tenaga profesional yang bekerja di salon maupun
klinik kecantikan yang berhubungan langsung
dengan klien atau pelanggan.
costumer service :Divisi yang memainkan peranan penting dalam
proses
pertahanan
sebuah
perusahaan
yang
berhubungan langsung dengan pelanggan.
Cosmetic face painting: Make up dekoratif yang biasa digunakan
untuk make up karakter di acara tertentu, seperti
pertunjukan
drama
kolosal,
drama
musikal,
syuting film, acara festival dan lain lain.
Creambath
:Perawatan rambut dan kulit kepala untuk
melembapkan
rambut
yang
kering,
melembutkan dan memberi nutrisi pada
rambut,
serta
mencegah
rambut
dari
kerusakan.
Dehidrasi
:Kondisi ketika cairan tubuh yang hilang
lebih banyak daripada yang dikonsumsi.
Discovery learning
:Model
pembelajaran
penyingkapan/penemuan
memahami konsep,
melalui
proses
arti,
intuitif
adalah
dan
hubungan
untuk
akhirnya
sampai kepada suatu kesimpulan.
Face painting
:Seni melukis wajah manusia dengan cat
khusus.
Fancy
:Istilah yang digunakan untuk jenis tata rias
fantasi
nasional,
rias yang
masih
menampilkan wajah yang cantik sesuai
dengan ide yang didapat.
319
Fisiologi
:Ilmu faal (dibaca fa-al) adalah salah satu
dari cabang-cabang biologi yang mempelajari
berlangsungnya sistem kehidupan.
Hardskill
:Kemampuan spesifik yang harus dimiliki
untuk suatu pekerjaan tertentu.
Hair piece
:Aksesori
yang
sangat
berperan
memperindah tata rambut.
Hair dryer
:Alat pengering genggam, untuk menata dan
mengeringkan rambut.
Hair steaming
:Proses
memberi
penyerapan
uap
nutrisi
rambut
bisa
sehingga
berjalan
lebih
maksimal.
Hair piece
:Aksesori
yang
sangat
berperan
memperindah tata rambut.
Knot
:Istilah yang digunakan untuk cara menata
rambut yang
membentuk
cepol
seolah
terikat simpul.
Komedo
:Kotoran kecil yang muncul di pori-pori kulit,
dan merupakan cikal bakal jerawat.
Kosmetik
:Zat
perawatan
yang
digunakan
untuk
meningkatkan penampilan.
Lenan
:Merupakan bahan yang terbuat dari serat
tumbuhan.
Manicure
:Perawatan kecantikan kosmetik untuk kuku
dan tangan yang dilakukan di rumah atau di
salon kuku.
Nail art
:Cara kreatif untuk melukis, menghias,
mempercantik, dan memperindah kuku.
Pedicure
:Rangkaian
perawatan
kecantikan
yang
dikhususkan untuk merawat kuku jari – jari
kaki.
Pilin (twist)
:Jenis teknik dasar
penataan rambut
dengan cara memegang ujung rambut dan
memutarnya perlahan kearah yang sama
seperti spiral atau kawat.
Pigmentasi
:Proses pewarnaan alami akibat adanya
pigmen kulit.
320
Problem based learning :Pembelajaran Berbasis Masalah yaitu jenis
model pembelajaran yang melibatkan siswa
dalam
suatu
kegiatan
(proyek)
untuk
menghasilkan suatu produk.
Softskill
:Kemampuan internal dari pribadi seseorang,
atribut
personal,
serta
kemampuan
komunikasi yang dibutuhkan untuk sukses
dalam sebuah pekerjaan.
SOP
:Standar Operasional Prosedur yang dapat
disingkat
sebagai
SOP,
adalah
suatu
alur/cara kerja yang sudah terstandarisasi,
Standar Operasional Prosedur ini memiliki
kekuatan sebagai suatu petunjuk.
Waterproof
:Produk kosmetik yang diformulasikan agar
dapat tahan terhadap air sehingga riasan
lebih kuat dan tahan lama.
Sanitasi
:Perilaku
disengaja
dalam
pembudayaan
hidup bersih dengan maksud mencegah
manusia
bersentuhan
langsung
dengan
kotoran dan bahan buangan berbahaya
lainnya, dengan harapan akan menjaga dan
meningkatkan kesehatan manusia.
strand braid
:Istilah yang digunakan untuk teknik kepang
untai.
Topcoat
:Pengaplikasian kuteks warna, digunakan
untuk membuat warna kutek menjadi lebih
cerah
dan
goresan
menghalangi
yang
mungkin
cat
kuku
terjadi
dari
ketika
beraktivitas.
Wig
:Rambut palsu adalah kepala rambut yang
terbuat dari bulu binatang atau bahan
sintetis yang dipakai di kepala untuk mode
atau berbagai alasan estetika dan gaya
lainnya.
321
XXIV. CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KHUSUS KETERAMPILAN
SUVENIR
A. Rasional Mata Pelajaran Suvenir
Suvenir merupakan produk kerajinan yang dibuat dengan tujuan
sebagai tanda mata atau kenang-kenangan yang menampilkan ciri
khas budaya atau peristiwa tertentu. Kerajinan suvenir sudah
menjadi kebutuhan masyarakat di Indonesia. Suvenir di setiap
daerah memiliki ciri khas dan keunikan masing-masing. Hal ini
dikarenakan Indonesia terdiri atas banyak suku dan budaya. Pada
saat ini, suvenir menjadi kebutuhan masyarakat dan wisatawan
lokal maupun mancanegara sebagai cinderamata atau buah tangan.
Memproduksi suvenir dapat menjadi peluang bisnis bagi masyarakat
Indonesia. Dengan demikian, dibutuhkan suatu kerja sama dan
kemitraan antara dunia pendidikan dan dunia usaha sehingga di
kurikulum sekolah luar biasa, perlu dimasukkan keterampilan
vokasional yang link and match dengan dunia usaha.
Suvenir merupakan salah satu mata pelajaran keterampilan pilihan
yang dapat dipelajari oleh peserta didik penyandang disabilitas di
Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB). Mata pelajaran
Suvenir
bertujuan
keterampilan
untuk
pembuatan
memberikan
suvenir
sebelum
pengetahuan
dasar
memasuki
materi
kompetensi keahlian lanjutan di tingkat Sekolah Menengah Atas
Luar Biasa (SMALB).
Ruang lingkup materi Suvenir di tingkat SMPLB dan SMALB
meliputi pengetahuan dan keterampilan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3), komunikasi dan kerja sama tim, persiapan tempat kerja,
peralatan dan bahan pembuatan suvenir, pengolahan suvenir yang
terdiri atas aneka teknik pembuatan suvenir dan proses pembuatan
suvenir, pemasaran produk suvenir, pembuatan laporan, serta
prosedur merapikan tempat kerja setelah selesai digunakan.
Materi pembelajaran Suvenir disusun berdasarkan tahapan-tahapan
kegiatan untuk mencapai penguasaan keterampilan hard skill dan
soft
skill
melalui
model
pembelajaran
penemuan
(Discovery
Learning), model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based
Learning) serta model pembelajaran berbasis proyek (Project Based
Learning).
322
Mata pelajaran Suvenir membekali peserta didik dengan serangkaian
sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dibutuhkan untuk
menghadapi
tantangan
perubahan
zaman,
menunjang
pengembangan diri melalui jalur studi dan pengembangan karir
sehingga menjadi insan yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, dan berakhlak mulia, bernalar kritis, mandiri, dan kreatif
serta mampu bergotong royong.
B. Tujuan Mata Pelajaran Suvenir
Tujuan mata pelajaran
Suvenir untuk membekali peserta didik
agar dapat:
1. membentuk peserta didik yang berakhlak mulia, jujur, disiplin,
dan dapat dipercaya;
2. mewujudkan peserta didik yang kompeten, terampil, mandiri dan
kreatif dalam bidang suvenir;
3. menerapkan prosedur keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
secara tepat;
4. melakukan komunikasi dan kerja sama tim dengan percaya diri;
5. menyiapkan tempat kerja dengan rapi;
6. menyiapkan peralatan suvenir secara tepat;
7. menyiapkan aneka bahan pembuatan suvenir dengan teliti;
8. menerapkan berbagai teknik pembuatan suvenir dengan kreatif
dan aman;
9. melakukan proses pembuatan suvenir dengan penuh percaya
diri;
10. merapikan tempat kerja secara mandiri;
11. membuat laporan produksi dan pemasaran suvenir dengan teliti;
12. memasarkan produk suvenir secara langsung dan tidak langsung
dalam lingkungan terbatas dan luas dengan penuh percaya diri.
C. Karakteristik Mata Pelajaran Suvenir
1. Deskripsi Umum Mata Pelajaran
Mata pelajaran Suvenir berisi tentang aneka teknik pembuatan
dan
prosedur
pembuatan
suvenir
yang
diperlukan
untuk
menunjang pengembangan kompetensi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan
yang
berkesinambungan
di
setiap
jenjang
pendidikan dengan menyesuaikan karakteristik peserta didik.
323
Pada proses awal pembelajaran, peserta didik diperkenalkan
dengan lapangan kerja yang berkaitan dengan dunia usaha
suvenir, jenis pekerjaan dan peluang kerjanya. Hal ini untuk
menumbuhkan kecenderungan atau keinginan peserta didik
melakukan sesuatu yang disukai dan dianggap penting dalam
bidang
pekerjaannya
pekerjaan/profesi
di
masa
(passion),
depan
cara
(vision),
memandang
imajinasi,
dan
kreativitas. Semua itu dilakukan melalui:
a. pembelajaran di kelas;
b. pembelajaran di ruang praktik keterampilan;
c. proyek tugas sederhana;
d. berkunjung ke sekolah menengah kejuruan, berkunjung ke
pusat cinderamata setempat, mengunjungi pameran suvenir
serta mengunjungi Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI)
yang relevan;
e. menghadirkan narasumber/praktisi dari Lembaga Pendidikan
Keterampilan (LPK) atau entrepreneur di bidang suvenir yang
berkembang di daerah masing-masing sebagai guru tamu.
Alur proses pembelajaran Suvenir ialah sebagai berikut.
a. Materi tentang pengetahuan dan penerapan Keselamatan
Kesehatan Kerja (K3) diberikan paling awal sebelum materi
yang lain.
b. Materi tentang komunikasi dan kerja sama tim terintegrasi
dalam setiap elemen capaian pembelajaran.
c. Materi tentang persiapan tempat, alat dan bahan pembuatan
suvenir menjadi proses awal dari tahapan pembelajaran
sebelum proses pembuatan suvenir.
d. Materi proses pembuatan suvenir berisi tentang aneka teknik
dan prosedur pembuatan suvenir.
e. Materi proses akhir berisi tentang pembuatan laporan hasil
produksi dan pemasaran serta teknik memasaran produk
suvenir secara langsung maupun tidak langsung dalam
lingkungan terbatas dan luas.
f. Materi tentang mengondisikan tempat kerja diberikan di akhir
rangkaian proses pembelajaran.
324
Penilaian
keterampilan
pengetahuan
(tes
dan
pilihan
suvenir
nontes),
sikap
meliputi
(observasi),
aspek
dan
keterampilan (proses, produk, dan portofolio). Materi dan
proses
pembelajaran
Suvenir
dilakukan
secara
bertahap
menyesuaikan dengan karakteristik peserta didik yang unik
dan potensi wilayah setiap daerah.
2. Elemen Mata Pelajaran
Mata pelajaran Suvenir memuat lima elemen kunci beserta
cakupan/substansinya sebagai berikut.
a. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
b. Komunikasi dan Kerja Sama Tim
c. Persiapan Tempat, Alat, dan Bahan
d. Proses Pembuatan Suvenir
e. Proses Akhir
Elemen Mata Pelajaran Suvenir dan Deskripsinya
Elemen
Deskripsi
Keselamatan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan
dan Kesehatan prosedur yang berhubungan dengan pengetahuan,
Kerja (K3)
keterampilan dan sikap dalam kegiatan untuk
menjamin keselamatan dan kesehatan selama
bekerja dan penyakit akibat berada di area kerja
melalui pencegahan terjadinya kecelakaan, serta
langkah penanganan jika terjadi kecelakaan kerja.
Komunikasi
Komunikasi dan kerja sama tim merupakan aspek
dan Kerja
pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang
Sama Tim
terintegrasi dalam setiap proses kegiatan pembuatan
suvenir dengan mengembangkan komunikasi secara
verbal dan/atau nonverbal menyesuaikan
karakteristik peserta didik.
Persiapan
Persiapan tempat, alat dan bahan merupakan
Tempat, Alat,
rangkaian proses menyiapkan peralatan dan
dan Bahan
perlengkapan tempat kerja, menyiapkan peralatan
pembuatan suvenir, dan menyiapkan bahan
pembuatan suvenir.
Proses
Proses pembuatan merupakan kegiatan mengolah
Pembuatan
aneka bahan dengan menggunakan peralatan dan
Suvenir
menerapkan aneka teknik pembuatan suvenir untuk
membentuk dan membungkus aneka suvenir kado
bentuk beraturan dan tidak beraturan, buku tamu,
tempat perhiasan; mengkreasi aneka suvenir
etnik/kedaerahan tanpa wadah; membentuk seni
lipat tanpa potong tanpa wadah dan dengan wadah;
serta menghias benda, tempat perhiasan, wadah
hantaran pernikahan dan dukacita dengan aneka
bahan menyesuaikan karakteristik peserta didik dan
potensi wilayah.
Proses Akhir
Proses akhir merupakan rangkaian proses
menyimpan peralatan suvenir, menyimpan sisa
bahan suvenir, dan membersihkan tempat kerja
sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP);
membuat laporan hasil pemasaran; merencanakan
325
Elemen
Deskripsi
teknik pemasaran dan memasarkan produk suvenir
secara langsung maupun tidak langsung dalam
lingkungan terbatas dan luas.
D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Suvenir Setiap Fase
1. Fase D (Usia Mental ± 9 Tahun dan Umumnya Kelas VII, VIII,
dan IX)
Pada akhir Fase D, peserta didik dapat: menerapkan prosedur
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3); melakukan komunikasi
dengan pembimbing, teman sejawat, pelanggan dan kerja sama
tim; menyiapkan tempat kerja; menyiapkan peralatan dan bahan
pembuatan suvenir; menerapkan aneka teknik membentuk dan
membungkus kado sederhana bentuk beraturan dan tidak
beraturan;
menerapkan
etnik/kedaerahan;
aneka
teknik
menerapkan
aneka
pembuatan
teknik
suvenir
pembuatan
aksesoris bunga; menerapkan aneka teknik menghias undangan
dengan
aksesoris
bunga;
membersihkan
tempat
kerja;
memasarkan produk suvenir pada lingkungan terbatas; dan
membuat laporan hasil pemasaran produk suvenir sesuai
prosedur.
Fase D Berdasarkan Elemen
Elemen
Keselamatan
dan Kesehatan
Kerja (K3)
Komunikasi
dan Kerja
sama Tim
Persiapan
Tempat, Alat
dan Bahan
Capaian Pembelajaran
Pada akhir Fase D, peserta didik dapat
mengidentifikasi simbol-simbol Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3); menerapkan prosedur
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3); menyiapkan
Alat Pelindung Diri (APD) ditempat kerja;
menggunakan APD secara mandiri sesuai prosedur;
melaporkan keadaan bahaya yang muncul secara
kritis.
Pada akhir Fase D, peserta didik dapat
mengidentifikasi bentuk dan fungsi komunikasi;
melakukan komunikasi dua arah secara verbal
dan/atau nonverbal dengan pembimbing, teman
sejawat dalam mempersiapkan tempat, alat, dan
bahan; komunikasi selama proses sampai akhir
pembuatan suvenir; melakukan komunikasi dua
arah dengan pelanggan di tempat menerima tamu
sesuai dengan prosedur; melaksanakan instruksi
pembimbing; melakukan kerja sama dengan tim
dalam proses menyiapkan tempat, alat, dan bahan;
melakukan kerja sama dalam proses pembuatan;
serta proses akhir pembuatan suvenir sesuai
prosedur.
Pada akhir Fase D, peserta didik dapat
mengidentifikasi peralatan dan perlengkapan dalam
menyiapkan tempat kerja; membersihkan peralatan
326
Elemen
Proses
Pembuatan
Suvenir
Proses Akhir
Capaian Pembelajaran
sesuai prosedur; menyalakan lampu ruangan;
menata meja dan kursi sesuai kebutuhan; serta
mengelap meja dan kursi dengan bersih sesuai
prosedur; mengidentifikasi peralatan dan
perlengkapan untuk membuat suvenir; menyiapkan
alat ukur; menyiapkan alat pemotong; menyiapkan
alat tembak lem; menyiapkan aneka jarum;
menyiapkan alat tulis dan stapler; memeriksa
kondisi peralatan; membersihkan peralatan sebelum
digunakan; memeriksa kelengkapan peralatan;
menggunakan peralatan sesuai prosedur;
mengidentifikasi bahan pembuatan suvenir;
menyiapkan aneka bahan sesuai jenis dan
fungsinya; dan menyiapkan bahan sesuai
kebutuhan; menata bahan di wadah; dan memeriksa
kelengkapan bahan sesuai prosedur.
Pada akhir Fase D, peserta didik dapat menerapkan
aneka teknik pembuatan suvenir dan prosedur
mengolah aneka bahan dengan menggunakan
peralatan suvenir untuk membentuk dan
membungkus bentuk kado beraturan dan tidak
beraturan, membuat aneka suvenir
etnik/kedaerahan; membuat aneka aksesoris bunga;
dan menghias undangan dengan aksesoris bunga
sesuai prosedur.
Pada akhir Fase D, peserta didik dapat
mengidentifikasi peralatan untuk membuat suvenir
sesuai jenis dan fungsinya; membersihkan peralatan
setelah dipakai; memeriksa kelengkapan peralatan
sesudah dipakai; menyimpan peralatan sesuai
wadahnya; menempatkan peralatan pada area
penyimpanan dengan rapi sesuai prosedur;
mengidentifikasi sisa bahan pembuatan suvenir;
memilah sisa bahan sesuai jenisnya; menyimpan
sisa bahan sesuai wadahnya; menempatkan wadah
yang berisi sisa bahan di area penyimpanan;
membuang sisa bahan yang tidak dapat digunakan
secara teliti sesuai prosedur; mengidentifikasi,
menyiapkan, mengoperasikan peralatan kebersihan
sesuai dengan jenis dan fungsinya; mengelap meja
dan kursi dengan bersih; menata meja dan kursi
dengan rapi; membuang sampah; menyapu lantai;
mengepel; mematikan lampu ruangan; peralatan
kebersihan disimpan pada tempatnya sesuai
prosedur; peserta didik dapat merencanakan teknik
pemasaran dan memasarkan produk suvenir secara
langsung maupun tidak langsung pada lingkungan
terbatas serta membuat laporan hasil pemasaran
produk suvenir sesuai prosedur.
2. Fase E (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas X)
Pada akhir Fase E, peserta didik dapat: menerapkan prosedur
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) serta memahami simbolsimbol K3; melakukan komunikasi dan kerjasama dengan tim;
menyiapkan tempat kerja; menyiapkan peralatan dan bahan
pembuatan suvenir; menghias buku tamu; membungkus buku
327
tamu sesuai acara; menghias wadah hantaran pernikahan;
merapikan tempat kerja sesuai prosedur; memasarkan produk
suvenir secara langsung dan tidak langsung pada lingkungan
terbatas maupun luas; dan membuat laporan hasil pemasaran
produk suvenir sesuai prosedur. Capaian pembelajaran setiap
fase diberikan secara bertahap disesuaikan jenis pekerjaan.
Fase E Berdasarkan Elemen
Elemen
Menerapkan
Prosedur
Kesehatan dan
Keselamatan
Kerja
Capaian Pembelajaran
Pada akhir Fase E, peserta didik dapat mengartikan
prosedur Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
serta memahami simbol-simbol K3, menjalankan
prosedur kesehatan kerja dan lingkungan dengan
mengikuti prosedur di tempat kerja untuk medeteksi
bahaya serta cara menghindarinya, mengikuti
prosedur pada tempat kerja untuk pengamanan dan
pengendalian, secara mandiri sesuai prosedur, dan
melaporkan keadaan sangat berbahaya yang muncul
secara kritis tanpa bisa diatasi sendiri.
Komunikasi
Pada akhir Fase E, peserta didik dapat
dan Kerjasama berkomunikasi dua arah secara sopan baik verbal
tim
dan/atau nonverbal dengan teman sejawat dalam
persiapan tempat, alat, dan bahan; melakukan
komunikasi dalam proses pembuatan serta proses
akhir pembuatan suvenir; melakukan komunikasi
dua arah dengan pelanggan di tempat terima tamu
sesuai dengan prosedur; melakukan kerja sama
dengan tim dalam proses menyiapkan tempat, alat,
dan bahan; melakukan kerja sama dalam proses
pembuatan; serta proses akhir pembuatan suvenir
sesuai prosedur.
Menyiapkan
Pada akhir Fase E, peserta didik dapat melakukan
tempat alat
persiapan tempat sesuai petunjuk; mengidentifikasi
dan bahan
kebutuhan peralatan; menyiapkan peralatan;
menggunakan alat; membersihkan peralatan;
melakukan inventaris alat dengan jujur;
menerapkan pengunaan peralatan; mengidentifikasi
kebutuhan peralatan; menyiapkan peralatan;
menggunakan alat; membersihkan peralatan;
melakukan inventaris alat dengan jujur;
mengklasifikasi menggunakan bahan; menyiapkan
bahan; mengidentifikasi kebutuhan bahan; memilih
bahan sesuai kebutuhan; mengolah bahan;
menyelaraskan ide dengan bahan; menyimpan
bahan; melakukan inventaris bahan dengan jujur.
Proses
Pada akhir Fase E, peserta didik dapat melakukan
pembutan
proses pembuatan suvenir dengan kreatif dan
suvenir
disiplin sesuai petunjuk; mengukur permukaan
buku tamu sesuai rumus pembungkusan; menghias
buku tamu acara khusus; melaksanakan proses
pembuatan buku tamu ; menentukan hiasan buku
tamu; menghias buku tamu dengan bentuk dan
warna (kombinasi) sesuai jenis acara.
Proses Akhir
Pada akhir Fase E, peserta didik dapat melakukan
proses akhir pembuatan komponen suvenir sesuai
petunjuk; menyimpan peralatan suvenir; menyimpan
328
Elemen
Capaian Pembelajaran
sisa bahan suvenir; membersihkan tempat kerja;
mengidentifikasi peralatan suvenir sesuai jenis dan
fungsinya; memeriksa kelengkapan peralatan;
menyimpan peralatan sesuai wadahnya;
menempatkan peralatan pada area penyimpanan
dengan rapi sesuai prosedur; membuat laporan hasil
produksi; merencanakan teknik pemasaran;
memasarkan produk suvenir secara langsung
maupun tidak langsung pada lingkungan terbatas
dan luas; serta membuat laporan hasil pemasaran
produk suvenir sesuai prosedur.
3. Fase F (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas XI dan XII)
Pada akhir Fase F, peserta didik dapat: menerapkan prosedur
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) serta memahami simbolsimbol K3; melakukan komunikasi dan kerja sama dengan tim;
menyiapkan tempat kerja; menyiapkan peralatan dan bahan
pembuatan suvenir; membentuk dan membuat seni lipat bahan
kain; membuat seni lipat tekstil tanpa potong tanpa wadah;
membuat
seni
lipat
tekstil
tanpa
potong
dengan
wadah;
membuat hantaran pernikahan; membuat hantaran dukacita;
menghias hantaran dukacita; menata dan mengemas produk
suvenir; menata dan memajang produk suvenir;
merapikan
tempat kerja; dan memasarkan produk suvenir secara langsung
dan tidak langsung pada lingkungan terbatas maupun luas; dan
membuat laporan hasil pemasaran produk suvenir sesuai
prosedur. Capaian pembelajaran setiap fase diberikan secara
bertahap disesuaikan jenis pekerjaan.
Fase F Berdasarkan Elemen
Elemen
Keselamatan
dan Kesehatan
Kerja (K3)
Capaian Pembelajaran
Pada akhir Fase F, peserta didik dapat mengartikan
prosedur Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
serta menganalisis simbol-simbol K3, kesehatan
kerja dan lingkungan dengan mengikuti prosedur di
tempat kerja untuk medeteksi bahaya dan cara
menghindarinya; mengikuti prosedur pada tempat
kerja untuk pengamanan dan mengendalikan secara
mandiri sesuai prosedur; dan melaporkan keadaan
sangat berbahaya yang muncul secara kritis tanpa
bisa diatasi sendiri.
Komunikasi
Pada akhir Fase F, peserta didik dapat
dan Kerjasama berkomunikasi dua arah secara sopan baik verbal
tim
dan/atau nonverbal meliputi kegiatan komunikasi
secara sopan dan baik dengan pembimbing, teman
sejawat dalam proses menyiapkan tempat, alat,
bahan serta proses pembuatan suvenir sesuai
prosedur; melakukan komunikasi dengan ramah
dan sopan selama proses sampai akhir pembuatan
329
Elemen
Persiapan
Tempat Alat
dan Bahan
Proses
Pembuatan
Suvenir
Proses Akhir
Capaian Pembelajaran
suvenir; berkomunikasi dua arah dengan pelanggan
di tempat menerima tamu sesuai dengan prosedur;
melaksanakan instruksi pembimbing; melakukan
kerja sama dengan tim dalam proses menyiapkan
tempat, alat, dan bahan; melakukan kerja sama
dalam proses pembuatan serta proses akhir
pembuatan suvenir sesuai prosedur.
Pada akhir Fase F, peserta didik dapat menyiapkan
tempat kerja secara mandiri dan berkelompok
(gotong royong); menerapkan peralatan dan
perlengkapan dalam menyiapkan tempat kerja;
menyalakan lampu ruangan; menata meja dan kursi
sesuai kebutuhan; mengelap meja dan kursi;
menyapu lantai; mengepel lantai; menata peralatan
sesuai jenis dan fungsinya di wadah secara rapi;
membersihkan peralatan suvenir sesuai prosedur;
menerapkan peralatan dan perlengkapan membuat
karya suvenir; menyiapkan alat ukur; menyiapkan
alat pemotong; menyiapkan alat tembak lem;
menyiapkan aneka jarum; menyiapkan alat tulis dan
hekter; memeriksa kelengkapan peralatan;
memeriksa kondisi peralatan; membersihkan
peralatan sebelum digunakan; menggunakan
peralatan sesuai prosedur; menerapkan bahan
pembuatan suvenir; menyiapkan bahan aneka
kertas; menyiapkan bahan aneka bahan alami;
menyiapkan bahan aneka pita; menyiapkan bahan
aneka renda; menyiapkan bahan perekat; memilih
bahan sesuai jenis dan fungsinya; menata bahan di
wadah sesuai fungsi dan jenisnya; memeriksa
kelengkapan bahan; menyimpan sisa bahan setelah
digunakan; menggunakan bahan sesuai prosedur.
Pada akhir Fase F, peserta didik dapat membentuk
seni lipat tekstil secara kreatif dan dispilin;
memindahkan aksesoris pada posisi yang telah
ditentukan; memadukan aksesoris bunga dengan
komponen bahan lainnya; memeriksa hasil lipatan
yang telah dihias tanpa potong tanpa wadah dengan
teliti sesuai prosedur; membentuk seni lipat tekstil
secara kreatif; memindahkan aksesoris pada posisi
yang telah ditentukan; memadukan aksesoris bunga
dengan komponen bahan lainnya; memeriksa hasil
lipatan yang telah dihias tanpa potong dengan
wadah secara teliti sesuai prosedur; menunjukkan
jenis, ukuran, bentuk dan warna bahan aksesoris;
memilah pola, komponen, bahan aksesoris sesuai
bentuk dan acara; membuat bentuk aksesoris sesuai
desain; mengombinasikan aksesoris dengan bahan
sesuai kebutuhan secara teliti sesuai prosedur;
menentukan posisi aksesoris bunga sesuai gambar
desain secara kreatif; memindahkan aksesoris bunga
pada posisi yang telah ditentukan; memadukan
aksesoris bunga dengan komponen bahan lainnya;
memeriksa hasil undangan yang telah dihias dengan
teliti sesuai prosedur.
Pada akhir Fase F, peserta didik dapat
mengidentifikasi secara disiplin serta berkerja sama
dalam mengunakan peralatan suvenir sesuai jenis
dan fungsinya; memeriksa kelengkapan peralatan
sesudah dipakai; membersihkan peralatan setelah
330
Elemen
Capaian Pembelajaran
dipakai; menyimpan peralatan sesuai wadahnya;
menempatkan peralatan pada area penyimpanan
dengan rapi sesuai prosedur; mengklasifikasi sisa
bahan pembuatan suvenir; memilah sisa bahan
sesuai jenisnya; menyimpan sisa bahan sesuai
wadahnya; menempatkan wadah yang berisi sisa
bahan di area penyimpanan; membuang sisa bahan
yang tidak dapat digunakan secara teliti sesuai
prosedur; mengoperasikan peralatan kebersihan;
menyiapkan peralatan kebersihan; mengoperasikan
peralatan sesuai fungsinya; menyapu lantai;
mengepel lantai; mengelap meja dan kursi; menata
meja dan kursi dengan rapi; membuang sampah;
mematikan lampu ruangan; menyimpan peralatan
kebersihan sesuai tempat dan prosedur;
mengklasifikasi produk suvenir yang akan
dipromosikan; membuat daftar nama produk dan
harga yang akan dipromosikan; memeriksa kondisi
produk; membuat laporan hasil produksi;
merencanakan teknik pemasaran; memasarkan
produk suvenir secara langsung dan tidak langsung
pada lingkungan terbatas dan luas; serta membuat
laporan hasil pemasaran produk suvenir sesuai
dengan prosedur.
331
XXV. CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KHUSUS KETERAMPILAN
ELEKTRONIKA ALAT RUMAH TANGGA
A. Rasional Mata Pelajaran Elektronika Alat Rumah Tangga
Mata pelajaran Elektronika Alat Rumah Tangga merupakan mata
pelajaran
yang
di
dalamnya
terdapat
peralatan
elektrik
dan
elektronika, peralatan tersebut harus ada perawatan dan perbaikan
dalam pengoperasiannya, oleh karena itu membekali peserta didik
memiliki sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diperoleh melalui
latihan secara kontinu. Pendidikan keterampilan (life skill) merupakan
pendidikan kecakapan hidup, yaitu proses membantu peserta didik
mengembangkan kemampuan, kesanggupan, dan keterampilan yang
diperlukan
dalam
menjalankan
kehidupan
untuk
mencapai
kesejahteraan. Sebagai prasyarat mata pelajaran elektronika alat
rumah tangga perlu keterampilan yang diasah, yaitu ada empat
kategori keterampilan melalui training yaitu: literasi dasar (basic
literacy skill), keterampilan teknis (technical skill), keterampilan
intrapersonal
(interpersonal skill),
dan
keterampilan
pemecahan
masalah (problem solving).
Materi mata pelajaran Elektronika Alat Rumah Tangga jenjang SMALB
merupakan kesinambungan dan pendalaman materi dari jenjang
SMPLB yang mencakup elemen keselamatan dan kesehatan kerja,
memahami
fungsi
mengidentifikasi
dan
dan
menggunakan
menggunakan
peralatan
komponen
kerja
praktik,
elektrik
dan
elektronika, dan memperbaiki peralatan elektronika alat rumah
tangga. Dengan mempelajari elemen tersebut diharapkan peserta didik
yang memiliki keterbatasan intelegensi atau disertai kebutuhan
khusus lainnya (tunanetra, tunarungu, tunadaksa, dan autis) mampu
merawat dan memperbaiki peralatan elektronika alat rumah tangga
dalam kehidupan sehari-hari, memiliki kecakapan hidup, keahlian
dalam bekerja, dan kesejahteraan. Selain itu dengan mempelajari
elektronika alat rumah tangga peserta didik dapat terbentuk karakter
profil pelajar pancasila yaitu beriman, bertakwa kepada Tuhan yang
Maha Esa, dan berakhlak mulia, berpikir kritis, mandiri, kreatif,
bergotong royong, dan berkebinekaan global.
Capaian pembelajaran pada elemen dan materi ini menjadikan
gambaran pembelajaran yang dapat dipelajari peserta didik untuk
332
memiliki keahlian dalam bidang elektronika alat rumah tangga.
Adapun
pada
proses
pembelajarannya
dapat
dikembangkan
menyesuaikan sarana dan prasarana, kemampuan peserta didik dan
lingkungan yang berkenaan dengan Dunia Usaha, Dunia Industri dan
Dunia kerja serta kewirausahaan.
B. Tujuan Mata Pelajaran Elektronika Alat Rumah Tangga
Mata pelajaran Elektronika Alat Rumah Tangga bertujuan untuk
membekali peserta didik agar dapat:
1. melakukan
prosedur
keselamatan,
kesehatan
kerja,
dan
lingkungan (K3L);
2. menyiapkan, menggunakan dan merawat peralatan rumah tangga
sesuai bidang pekerjaan;
3. mengenali, menyiapkan, dan menggunakan peralatan tangan yang
baku;
4. menyiapkan dan menggunakan alat ukur dan alat uji yang baku;
5. menyiapkan dan menerapkan prosedur perawatan dan perbaikan
sederhana alat elektronik rumah tangga;
6. mempersiapkan dan menginterpretasikan gambar teknik;
7. mengidentifikasi dan menggunakan komponen dasar elektrik dan
elektronika;
8. mengidentifikasi kerusakan dan memperbaiki kerusakan pada
produk elektronika alat rumah tangga;
9. memiliki sikap dan etos kerja (tanggung jawab, tekun, jujur, dan
disiplin);
10. memberikan
bekal
kemampuan
(sikap,
pengetahuan,
dan
keterampilan) yang dapat bermanfaat bagi siswa dalam kehidupan
sebagai anggota masyarakat maupun sebagai warga negara yang
kreatif
dan
produktif
sesuai
dengan
jenis
kelainan
yang
disandangnya.
C. Karakteristik Mata Pelajaran Elektronika Alat Rumah Tangga
1. Deskripsi Umum Mata Pelajaran
Mata pelajaran Elektronika Alat Rumah Tangga terdiri atas 5 elemen,
yaitu elemen umum (Keselamatan, Kesehatan Kerja dan peralatan
kerja
praktik),
komponen
inti
(identifikasi
dan
penggunaan
komponen elektrik dan elektronika, dan perawatan/perbaikan
peralatan elektronika rumah tangga).
333
Elemen umum dimaksud ialah komponen saling berkaitan dengan
elemen inti. Misalnya, perbaikan peralatan elektronika alat rumah
tangga akan berhubungan dengan peralatan yang dibutuhkan dan
kewajiban dalam melindungi keselamatan dan kesehatan kerja.
Begitupun elemen lainnya yang saling berkaitan satu sama lain
menyesuaikan materi yang diajarkan pada fase dan atau kelas.
Pada awal pembelajaran sebelum memasuki materi pokok, siswa
dikenalkan komponen-komponen alat elektronik rumah tangga,
peralatan/perkakas yang akan digunakan dalam proses perawatan/
perbaikan
peralatan
elektronika
alat
rumah
tangga,
dengan
memperhatikan prosedur keselamatan, kesehatan, dan lingkungan
kerja. Juga dikenalkan lapangan kerja yang berkaitan dengan
perawatan dan perbaikan peralatan elektronika alat rumah tangga,
jenis pekerjaan setelah lulus, serta konsentrasi yang dapat dipelajari
pada kelas XI dan XII untuk menumbuhkan passion (semangat),
vision (visi), imajinasi, dan kreativitas melalui:
a. pembelajaran di kelas;
b. pembelajaran di luar kelas dan ruang praktik;
c. proyek sederhana;
d. berinteraksi dengan dunia usaha, dunia industry, dan dunia
kerja;
e. berkunjung pada industri yang relevan.
Tahap ini membutuhkan porsi dominan (70%) pada pembelajaran
sebelum mempelajari aspek hardskills sebagaimana tercantum pada
elemen mata pelajaran.
Alur proses pembelajaran keterampilan elektronika alat rumah
tangga sebagai berikut.
1) Materi mengenai pengetahuan cara penggunaan dan prosedur
keselamatan dan kesehatan kerja diberikan paling awal sebelum
materi yang lain.
2) Setelah mempelajari materi keselamatan dan kesehatan kerja
peserta didik akan mempelajari materi mengenai peralatan kerja
praktik.
3) Setelah mempelajari materi keselamatan dan kesehatan kerja dan
mempelajari materi peralatan kerja praktik, selanjutnya, peserta
didik akan mempelajari materi mengenai komponen elektrik dan
elektronika rumah tangga.
334
4) Materi mengenai cara perawatan/perbaikan sederhana peralatan
elektrik dan elektronika rumah tangga dan materi cara pelaporan
hasil perawatan dan perbaikan diberikan di akhir rangkaian
pembelajaran setelah peserta didik berhasil menguasai materi
keselamatan dan kesehatan kerja, materi peralatan kerja praktik
dan materi komponen elektrik dan elektronika rumah tangga.
Penilaian pembelajaran keterampilan elektronik alat rumah tangga
meliputi aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Penilaian
aspek pengetahuan melalui tes dan nontes, aspek sikap melalui
observasi, dan
aspek keterampilan melalui penilaian proses dan
portofolio.
2. Elemen-Elemen Mata Pelajaran
Mata pelajaran Elektronika Alat Rumah Tangga memuat lima
elemen berikut.
a. Keselamatan dan kesehatan kerja
b. Peralatan kerja praktik
c. Komponen elektrik dan elektronika rumah tangga
d. Perawatan/perbaikan sederhana alat elektronika rumah tangga
e. Pelaporan hasil perawata/perbaikan
Elemen
Deskripsi
Keselamatan
dan Kesehatan
Kerja
Merupakan segala kegiatan untuk menjamin dan
melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja
melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja. Selamat di
tempat kerja sehingga dapat menyelamatkan peralatan
dan produknya. Perusahaan dan pekerja harus
mengetahui tentang keselamatan kerja sesuai dengan
standar yang berlaku, salah satunya menggunakan Alat
Pelindung Diri (APD) sesuai dengan standar.
Peralatan
Kerja Praktik
Merupakan peralatan yang digunakan untuk memperbaiki perangkat elektrik dan elektronika atau
merakit rangkaian elektronika sehingga menjadi
perangkat elektronika rumah tangga.
Komponen
Elektrik dan
Elektronika
Rumah Tangga
Merupakan komponen elektrik dan elektronika sulit
dibedakan karena setiap perangkat elektronika pasti
membutuhkan komponen elektrik, dan sebaliknya.
Seperti komponen elektronika pasif, komponen
elektronika aktif, serta komponen elektrik dan
elektronika lainnya.
Memperbaiki
Peralatan
Elektrik dan
Elektronika
Rumah Tangga
Merupakan perbaikan pada komponen atau peralatan
elektrik dan elektronika rumah tangga yang rusak
sehingga peralatan tersebut dapat dipergunakan
kembali.
Pelaporan
Hasil
Perbaikan
Merupakan laporan pelaksanaan dan hasil pekerjaan
dari persiapan sampai hasil perbaikan peralatan
elektrik dan elektronika rumah tangga.
335
D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Elektronika Alat Rumah
Tangga Setiap Fase
1. Fase D (Usia Mental + 9 tahun Tahun dan Umumnya Kelas VII, VIII,
dan IX)
Pada akhir Fase D, peserta didik mampu mengenali simbol-simbol
K3L dan mengikuti prosedur keselamatan, kesehatan kerja, dan
lingkungan tempat kerja; menyiapkan APD (alat pelindung diri) dan
APK (alat pelindung kerja) dalam proses perawatan dan perbaikian
level sederhana alat elektronik rumah tangga; menyiapkan dan
memelihara
kebersihan
mengidentifikasi,
peralatan
menghindari,
dan
dan
lingkungan
melaporkan
bahaya
kerja,
yang
muncul; mengidentifikasi peralatan dan material alat elektronik
rumah tangga;
mengidentifikasi alat tangan, ukur, dan uji
kelistrikan serta mampu mempersiapkan dan mempraktikkan penggunaannya;
mengidentifikasi
elektronika
peralatan
rumah
komponen
tangga;
dasar
elektrik
mengenali
dan
perbedaan
komponen dasar alat elektrik dan alat elektronik, serta mengenali
fungsi
normal
alat
elektrik
dan
alat
elektronik;
melakukan
perawatan dan perbaikan level sederhana, seperti menyolder
komponen elektronika, memasang pengkabelan, dan melakukan
proses pengukuran elektrik dan elektronik standar; serta membuat
laporan sederhana proses dan hasil perawatan dan perbaikan level
sederhana.
Fase D Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
(K3)
Pada akhir Fase D, peserta didik mampu mengenali
simbol-simbol K3, menerapkan prosedur keselamatan dan kesehatan di tempat kerja, menyiapkan
dan menggunakan APD (alat pelindung diri) dan
APK (alat pelindung kerja) sesuai prosedur di
tempat kerja. Menyiapkan dan merapikan kembali
tempat kerja secara mandiri. Melaporkan keadaan
bahaya yang muncul.
Peralatan Kerja
Praktik
Pada akhir Fase D, peserta didik mampu
mengidentifikasi
dan
mempersiapkan
peralatan/perlengkapan kerja berupa alat tangan,
alat ukur, dan alat uji kelistrikan dan elektronik,
praktik penggunaannya, lalu membersihkan dan
menempatkan kembali peralatan/perlengkapan
tersebut sesuai dengan pedoman penggunaan yang
berlaku dalam proses perawatan/perbaikan peralatan elektronika rumah tangga.
336
Elemen
Capaian Pembelajaran
Komponen Elektrik
dan Elektronika
Rumah Tangga
Pada akhir Fase D, peserta didik mampu
mengidentifikasi komponen dasar elektrik dan
elektronika peralatan rumah tangga, mengenali
perbedaan komponen dasar alat elektrik dan alat
elektronik, serta mengenali fungsi normal alat
elektrik dan alat elektronik.
Perawatan/
Perbaikan
Sederhana
Peralatan Elektrik
dan Elektronika
Rumah Tangga
Pada akhir Fase D, peserta didik mampu
mempersiapkan dan menginterpretasikan gambar
teknik dalam proses perawatan dan perbaikan
sederhana elektronik alat rumah tangga, misalnya
berupa
tindak
pembersihan,
pemasangan
pengkabelan, atau penyolderan komponen dan
melakukan proses pengukuran elektrik dan
elektronik standar.
Pelaporan Sederhana Proses dan
Hasil Perawatan/
Perbaikan
Pada akhir Fase D, peserta didik mampu membuat
laporan mengenai proses dan hasil perawatan/perbaikan
level
sederhana,
meliputi
laporan
dokumentasi
kelengkapan
komponen,
keberfungsian, dan hasil perawatan/ perbaikan
alat elektronik rumah tangga.
2. Fase E (Usia Mental + 10 tahun Tahun dan Umumnya Kelas X)
Pada akhir Fase E, peserta didik akan mendapatkan gambaran
mengenai program keahlian yang dipilihnya sehingga mampu
menumbuhkan passion dan vision untuk merencanakan dan
melaksanakan aktivitas belajar; menerapkan prosedur keselamatan
dan kesehatan kerja; memelihara lingkungan kerja; mempersiapkan
peralatan dan materi; menggunakan alat tangan untuk kelistrikan;
menggunakan
menggunakan
alat
uji
dan
komponen
mempersiapkan
dan
alat
dasar
ukur;
mengidentifikasi
elektrik
menginterpretasikan
dan
dan
elektronika;
gambar
Teknik;
menerapkan teknik reparasi peralatan elektronika; memperbaiki
dispenser listrik (electric dispenser); serta membuat dokumentasi
kerusakan dan perbaikan perangkat elektronika.
Fase E Berdasarkan Elemen
Elemen
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
(K3)
Peralatan Kerja
Praktik
Capaian Pembelajaran
Pada akhir Fase E, peserta didik dapat mengenali
simbol-simbol K3, menerapkan prosedur keselamatan dan kesehatan di tempat kerja, menyiapkan
APD (alat pelindung diri) dan APK (alat pelindung
kerja) di tempat kerja, menggunakan APD dan APK
secara mandiri sesuai prosedur. Menyiapkan dan
merapikan kembali tempat kerja secara mandiri.
Melaporkan keadaan bahaya yang muncul secara
kritis.
Pada akhir Fase E, peserta didik mampu memelihara
kebersihan dan kerapian dari lingkungan/area kerja
sesuai dengan prosedur. Peralatan dan perlengkapan
337
Elemen
Komponen
Elektrik dan
Elektronika
Rumah Tangga
Memperbaiki
Peralatan
Elektrik dan
Elektronika
Rumah Tangga
Pelaporan Hasil
Perbaikan
Capaian Pembelajaran
kerja dibersihkan dan ditempatkan sesuai dengan
manual pabrikan. Mampu menggunakan fungsi
peralatan kerja kelistrikan sesuai dengan pedoman
penggunaan peralatan yang berlaku. Mampu
mempersiapkan perlengkapan peralatan dan material
sesuai dengan kebutuhan pekerjaan. Mampu
menggunakan alat ukur dan alat uji dalam
pemeliharaan dan perbaikan peralatan elektronika
rumah tangga.
Pada akhir Fase E, peserta didik mampu
mengidentifikasi dan menggunakan komponenkomponen dasar elektrik dan elektronika.
Pada akhir Fase E, peserta didik mampu
mempersiapkan dan menginterpretasikan Gambar
teknik yang dipilih dengan benar sesuai dengan
kebutuhan pekerjaan. Mampu menerapkan teknik
reparasi pada perangkat elektronika. Reparasi
dilakukan melalui tahapan pengidentifikasian,
pengukuran dan perbaikan. Mampu melakukan
pemeliharaan dan perbaikan piranti dispenser listrik.
Pada akhir Fase E, peserta didik mampu membuat
dokumentasi kerusakan kecil dan perbaikan kecil
perangkat
elektronika.
Dokumen
kerusakan
perangkat elektronika berisikan hasil identifikasi
kesalahan kinerja dari perangkat yang diuji
sedangkan dokumen perbaikan berisikan data hasil
perbaikan pada perangkat yang dilakukan reparasi.
3. Fase F (Usia Mental + 10 Tahun dan Umumnya Kelas XI dan XII)
Pada akhir Fase F, peserta didik mampu menerapkan prosedur
keselamatan dan kesehatan kerja; memelihara lingkungan kerja;
mempersiapkan peralatan dan materi; menggunakan alat tangan
untuk
kelistrikan;
menggunakan
alat
uji
dan
alat
ukur;
mengidentifikasi dan menggunakan komponen dasar elektrik dan
elektronika; mampu memperbaiki setrika listrik (electric iron);
memperbaikai perangkat audio; memperbaiki kipas angin; serta
membuat dokumentasi kerusakan serta perbaikan perangkat
elektronika.
Fase F Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
Pada akhir Fase F, peserta didik mampu mengenali
simbol-simbol
K3,
menerapkan
prosedur
keselamatan dan kesehatan di tempat kerja,
menyiapkan APD (alat pelindung diri) dan APK (alat
pelindung kerja) di tempat kerja, menggunakan APD
dan APK secara mandiri sesuai prosedur. Menyiapkan
dan merapikan kembali tempat kerja secara mandiri.
Melaporkan keadaan bahaya yang muncul secara
kritis.
338
Elemen
Peralatan Kerja
Praktik
Capaian Pembelajaran
Pada akhir Fase F, peserta didik mampu menggunakan fungsi peralatan tangan kerja kelistrikan
sesuai dengan manual/pedoman penggunaan peralatan yang berlaku. Mampu mempersiapkan
perlengkapan peralatan dan material sesuai dengan
kebutuhan pekerjaan. Mampu menggunakan alat
ukur dan alat uji dalam pemeliharaan dan perbaikan
peralatan elektronika rumah tangga.
Komponen
Elektrik dan
Elektronika
Rumah Tangga
Pada akhir Fase F, peserta didik mampu mengidentifikasi dan menggunakan komponen-komponen
dasar elektrik dan elektronika.
Memperbaiki
Peralatan
Elektrik dan
Elektronika
Rumah Tangga
Pada akhir Fase F, peserta didik mampu melakukan
pengecekan dan perbaikan perangkat audio. Mampu
melakukan pemeliharaan dan perbaikan sertika
listrik (electric iron). Mampu melakukan pemeliharaan
dan perbiakan kipas angin.
Pelaporan Hasil
Perbaikan
Pada akhir Fase F, peserta didik mampu membuat
dokumentasi kerusakan dan dokumentasi perbaikan
perangkat
elektronika.
Dokumen
kerusakan
perangkat elektronika berisikan hasil identifikasi
kesalahan kinerja dari perangkat yang diuji
sedangkan dokumen perbaikan berisikan data hasil
perbaikan pada perangkat yang dilakukan reparasi.
339
XXVI. CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KHUSUS KETERAMPILAN SENI
TARI
A. Rasional Mata Pelajaran Keterampilan Seni Tari
Keterampilan Seni Tari merupakan salah satu mata pelajaran yang
dipelajari oleh peserta didik penyandang disabilitas di Sekolah Luar
Biasa. Mata pelajaran Keterampilan Seni Tari mengajarkan bagaimana
peserta didik dapat membuat berbagai karya seni tari, gerakan-gerakan
tari sederhana baik yang berpijak pada gerakan-gerakan tari tradisional
maupun gerakan gerakan kontemporer hingga pengembangan gerak tari
dari tahapan eksplorasi, improvisasi, pembuatan gerak tari, dan
penyelesaian karya tari hingga pelaporan, baik secara individu maupun
kelompok, dengan menerapkan prosedur keselamatan dan kesehatan
kerja pada setiap tahapannya.
Seiring dengan perkembangan dunia industri kesenian saat ini, banyak
sekali macam karya tari, beragam festival tari yang telah menjadi agenda
tetap dari setiap negara di dunia, tidak terbatas pada kegiatan
pengembangan seni pertunjukan, acara-acara yang bersifat formal
kenegaraan, kemasyarakatan, identitas, serta hiburan juga melibatkan
seni tari.
Pada Sekolah Menegah Pertama Luar Biasa (SMPLB) dan Sekolah
Menengah Atas Luar Biasa (SMALB), mata pelajaran Keterampilan Seni
Tari merupakan salah satu jenis keterampilan pilihan dari 20 jenis yang
disediakan oleh pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan seni tari
kepada peserta didik. Dengan demikian, seni tari dapat diaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari, persiapan menuju dunia kerja, atau
membuka wirausaha sendiri. Dengan mempelajari mata pelajaran
Keterampilan
Seni
Tari,
peserta
didik
diharapkan
mampu
mengembangkan hard skill dan soft skill diri mereka sesuai dengan profil
pelajar Pancasila, yaitu beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa dan berakhlak mulia, berkebhinekaan global, bernalar kritis,
kreatif, mandiri, dan bergotong-royong.
Dalam mempelajari mata pelajaran Keterampilan Seni Tari, peserta didik
akan
dikembangkan
dan
dioptimalkan
kemampuan
pengetahuan,
keterampilan, dan sikap untuk menjadi sumber daya manusia yang
kompeten. Pengoptimalan tiga kemampuan ini sangat berhubungan erat
dalam membentuk peserta didik sesuai Profil Pelajar Pancasila. Di
340
antaranya:
pengetahuan
meningkatkan
daya
bernalar
kritis
dan
kreativitas. Keterampilan untuk mengasah kreativitas dan kemandirian.
Sikap bertujuan untuk menanamkan akhlak baik, meningkatkan
kedisiplinan dan sikap bergotong royong.
Ruang lingkup materi Keterampilan Seni Tari yang akan dipelajari
meliputi
pengetahuan
pengetahuan
Kesehatan
mempersiapkan
dan
dan
Keselamatan
menggunakan
Kerja
(K3),
peralatan
dan
perlengkapan untuk melaksanakan kegiatan seni tari, menentukan
teknik ragam gerak dasar tari, ragam gerak tari, serta proses pembuatan
karya tari dengan berbagai macam media, serta menerapkan kebersihan
dan kerapian peralatan dan perlengkapan menari.
B. Tujuan Mata Pelajaran Keterampilan Seni Tari
Setelah mengikuti pembelajaran Keterampilan Seni Tari, diharapkan
peserta didik dapat:
1. mengembangkan potensi diri dan memiliki sikap sesuai dengan Profil
Pelajar Pancasila, yaitu bernalar kritis, kreatif menghasilkan gagasan
yang orsinal, gotong-royong berkolaborasi dengan teman serta
meningkatkan kerjasama, komunikasi untuk mencapai tujuan dan
saling ketergantungan, dan mandiri dengan mengenal kualitas diri,
memiliki inisiatif, mengembangkan kendali dan disiplin diri, percaya
diri, resilien dan adaptif;
2. mengikuti prosedur kesehatan dan keselamatan kerja (K3) baik secara
mandiri maupun bekerja sama dalam tim;
3. melaksanakan proses gerak dasar tari, bentuk ragam gerak tari, dan
melakukan improvisasi gerak tari;
4. melakukan pengembangan dalam kemampuan menari;
5. mempraktikkan gerak seni tari dengan berbagai media;
6. menerapkan kebersihan dan kerapian peralatan dan perlengkapan
menari;
7. melakukan pengembangan interaksi sosial;
8. menyajikan pementasan bentuk karya seni tari.
C. Karakteristik Mata Pelajaran Keterampilan Seni Tari
1. Deskripsi Umum Mata Pelajaran
Pelajaran Keterampilan Seni Tari di jenjang SMPLB dan SMALB
mempelajari teori dan praktik tentang keselamatan kesehatan kerja,
alat dan perlengkapan gerak dasar dan bentuk ragam gerak tari,
341
proses pementasan karya seni tari, pembuatan video menari,
penyelesaian dan pelaporan. Materi keselamatan kesehatan kerja
mencakup teori dan praktik dalam upaya menjamin keselamatan dan
kesehatan selama berada di area kerja, pencegahan terjadinya
kecelakaan kerja dan langkah penanganan jika terjadi kecelakaan
kerja.
Materi alat dan perlengkapan gerak dasar dan bentuk gerak tari
mencakup pengenalan nama dan fungsi alat, teori dan praktik terkait
prosedur penggunaan dan perawatan alat yang digunakan dalam
proses pelaksanaan gerak dasar dan bentuk ragam gerak tari. Materi
proses pementasan dan pembuatan video mencakup teori dan praktik
tentang nama, media, fungsi pementasan dan pembuatan video.
Proses pementasan dan pembuatan video merupakan rangkaian
pembelajaran teori dan praktik yang dimulai dengan kegiatan
melakukan proses gerak dasar dan ekplorasi serta improvisasi gerak
tari. Materi pelaporan mencakup teori dan praktik pelaporan pada tiap
tahapan kerja dan mengkomunikasikan hasil laporan.
Setiap materi tersebut mengajarkan tahapan-tahapan hard skill dan
soft skill dengan pendekatan belajar Project Based Learning yang akan
menginternalisasikan sikap jujur, disiplin, bernalar kritis, kreatif,
mandiri dan bergotong royong sesuai dengan profil pelajar Pancasila.
Pembelajaran dilaksanakan dengan sistem ganda, yaitu di lingkungan
sekolah dan di sanggar tari. Pembelajaran teori dan praktik di sekolah
dilaksanakan pada ruang yang memadai sehingga pembelajaran
dapat berlangsung dengan baik, dapat juga menghadirkan praktisi
dari sanggar tari sebagai guru tamu. Pembelajaran di sanggar tari
dengan cara membawa peserta didik ke sanggar tari. Pembelajaran
keterampilan seni tari berorientasi pada kebutuhan dan kemandirian
peserta didik.
Keterampilan gerak dasar seni tari memiliki fungsi yang sangat
penting sebagai pengetahuan dasar yang harus dimiliki untuk
membekali peserta didik dalam mengembangkan keterampilan tari.
Materi-materi dasar untuk mengembangkan pengetahuan dan
kemampuan pada fase berikutnya antara lain, yaitu mengajarkan
tentang penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Dengan
menguasai pelajaran Keterampilan Seni Tari, peserta didik akan dapat
342
mengembangkan kompetensinya dengan baik pada fase SMPLB dan
fase SMALB atau ke jenjang yang lebih tinggi.
2. Elemen Mata Pelajaran
Keterampilan Seni Tari pada fase D, E, dan F membahas materi yang
akan dikembangkan sebagai dasar pengetahuan dan kemampuan
untuk memasuki materi pada jenjang yang lebih tinggi, antara lain:
1. pengetahuan tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3);
2. pengetahuan peralatan dan perlengkapan untuk melaksanakan
bentuk gerak dasar tari, ragam gerak tari dan penampilan karya
seni tari;
3. proses penampilan gerak dasar tari, ragam gerak tari dan
penampilan karya seni tari;
4. melaksanakan proses penampilan gerak dasar tari, ragam gerak
tari, dan penampilan karya seni tari dengan berbagai macam
media;
5. melaporkan hasil kerja.
Elemen Mata Pelajaran Keterampilan Seni Tari dan Deskripsinya
Elemen
Deskripsi
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
Penerapan keselamatan kerja di lingkungan tempat
kerja, penerapan penggunaan alat pelindung diri (APD),
kesehatan dan penyakit akibat kerja dan personal
hygiene, mengikuti Standar Operasional Prosedural
(SOP) penggunaan alat.
Persiapan Alat dan
Perlengkapan
Mempersiapkan peralatan yang dipergunakan di ruang
tari, serta persiapan tempat dan perlengkapan yang
digunakan untuk mengikuti pembelajaran keterampilan
seni tari; merapikan dan menyimpan peralatan dan
perlengkapan latihan ke tempat semula.
Proses Penampilan
Gerak Dasar Tari,
Ragam Gerak Tari,
dan Penampilan
Karya Seni Tari
Menerapkan proses ragam gerak tari, menerapkan
proses persiapan eksplorasi gerak, melakukan proses
gerak dasar dan improvisasi gerak tari; melakukan
pembuatan video dan pementasan ragam gerak dasar
serta karya seni tari, pada berbagai media.
Penyelesaian Akhir
Menerapkan kebersihan dan kerapian peralatan dan
perlengkapan penampilan gerak dasar tari, ragam gerak
tari, dan penampilan karya seni tari.
Pelaporan
Melaporkan hasil kerja dengan mengisi ceklis: persiapan
alat, pemeriksaan kelengkapan, dan hasil pementasan
bentuk dan karya seni tari.
D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Seni Tari Setiap Fase
1. Fase D (Usia Mental + 9 Tahun dan Umumnya Kelas VII, VIII, IX)
343
Pada akhir Fase D, peserta didik mampu menerapkan Kesehatan dan
Keselamatan
Kerja
(K3);
mengidentifikasi
kebutuhan
alat;
mempersiapkan peralatan, audio tari, rias busana; dan properti
dalam pementasan tari; mempersiapkan alat music live (disesuaikan
dengan kondisi sekolah); melakukan gerak olah tubuh; melakukan
teknik gerak dasar tari (kepala, badan, tangan dan kaki); melakukan
unsur tari (gerak, ruang, waktu dan tenaga); melakukan ragam gerak
tari bagian awal, bagian inti, dan ragam gerak tari bagian akhir
berdasarkan tempo iringan musik; melakukan pementasan dan
pembuatan video pementasan ragam gerak dasar serta karya seni tari
pada berbagai media baik secara mandiri ataupun kelompok;
membersihkan dan membereskan peralatan, mengelompokkan jenis
peralatan dan perlengkapan; melakukan pemeliharaan berkala pada
alat dan properti secara bersama-sama dan bergotong royong
bersama temannya; serta melaporkan hasil pementasan.
Fase D Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
Pada akhir Fase D, peserta didik dapat menerapkan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang meliputi:
penerapaan kesehatan dan keselamatan di lingkungan
tempati menari, penerapaan Pertolongan Pertama pada
Kecelakaan (P3K), pemeliharaan peralatan secara
berkala, pencegahan pembersihan area ruang kelas
untuk belajar menari baik mandiri maupun secara
bergotong royong berkolaborasi dengan teman,
penyimpanan alat bantu dan perlengkapan menari,
personal hygiene meliputi merawat kebersihan diri dan
pakaian saat praktik/uniform menari, mengikuti
prosedur penggunaan alat.
Persiapan Alat dan
Perlengkapan
Pada akhir Fase D, peserta didik dapat mengidentifikasi
kebutuhan alat; mempersiapkan peralatan;
mempersiapkan audio tari; mempersiapkan rias busana
dan properti dalam pementasan tari; mempersiapkan alat
music live (disesuaikan dengan kondisi sekolah);
melakukan pemeliharaan berkala pada alat dan properti
tari; membersihkan peralatan setelah digunakan dalam
kegiatan latihan bentuk gerak dasar dan ragam gerak tari
serta penampilan karya seni tari; melakukan
penyimpanan peralatan secara bergotong royong; memilih
dan menggunakan media yang sesuai dengan kebutuhan
untuk membuat video pementasan seni tari secara
mandiri dan kelompok, seperti memanfaatkan media
youtube, tiktok, Instagram.
Proses Penampilan
Gerak Dasar Tari,
Ragam Gerak Tari dan
Penampilan Karya
Seni Tari
Pada akhir Fase D, peserta didik dapat melakukan gerak
olah tubuh; melakukan teknik gerak dasar tari (kepala,
badan, tangan, kaki, meniru gerakan hewan); melakukan
unsur tari (gerak, ruang, waktu dan tenaga); melakukan
ragam gerak tari bagian awal, bagian inti, bagian akhir
berdasarkan tempo iringan musik; melakukan
344
Elemen
Capaian Pembelajaran
pementasan dan pembuatan video pementasan ragam
gerak dasar serta karya seni tari pada berbagai media
baik secara mandiri ataupun kelompok.
Penyelesaian Akhir
Pada akhir Fase D, peserta didik dapat membersihkan
dan membereskan peralatan, mengelompokkan jenis
peralatan dan perlengkapan yang telah digunakan dalam
penampilan gerak dasar tari secara bersama-sama dan
bergotong royong, berkolaborasi dan bekerjasama dengan
temannya sebagai wujud perilaku yang sesuai dengan
profil pelajar Pancasila.
Pelaporan
Pada akhir Fase D, peserta didik dapat mengisi ceklis
laporan persiapan alat secara bersama-sama, melakukan
pemeriksaan kelengkapan peralatan dan perlengkapan
secara mandiri, serta melaporkan hasil pementasan.
2. Fase E (Usia Mental + 10 Tahun dan Umumnya Kelas X)
Pada akhir Fase E, peserta didik mampu menerapkan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3), mempersiapkan alat dan perlengkapan
praktik seni tari, melakukan gerak tari berdasarkan materi tari yang
dihafalkan sesuai urutan gerak dan iringan tari untuk penampilan
tari tunggal dan berpasangan yang akan dilakukan secara mandiri
maupun kelompok, melakukan pembuatan video tari dengan
menampilkan tarian tunggal dan berpasangan sesuai dengan
karakter yang diperankan, dan mengisi laporan hasil kerja dengan
ceklis.
Fase E Berdasarkan Elemen
Elemen
Keselamatan
dan
Kesehatan
Kerja (K3)
Persiapan Alat
Dan
Perlengkapan
Proses
Penyelesaian
Akhir
Capaian Pembelajaran
Pada akhir Fase E, peserta didik dapat memahami dan
menerapkan prosedur keselamatan dan kesehatan di tempat
kerja baik secara mandiri dan bergotong royong; menerapkan
prosedur penggunaan APD, pencegahan penyakit akibat kerja,
kebersihan lingkungan kerja, penyimpanan pelengkap kerja
dan personal hygiene; mengikuti standar operasional
prosedural (SOP) penggunaan alat.
Pada akhir Fase E, peserta didik dapat memilih peralatan dan
perlengkapan sesuai kebutuhan, media yang sesuai untuk
praktik menari, bergotong royong melakukan pemeliharan
peralatan secara berkala.
Pada akhir Fase E, peserta didik dapat melakukan gerak tari
berdasarkan materi tari yang dihafalkan sesuai urutan gerak
dan iringan tari untuk penampilan tari tunggal dan
berpasangan yang akan dilakukan secara mandiri, melakukan
pembuatan video tari dengan menampilkan tarian tunggal dan
berpasangan sesuai dengan karakter yang diperankan.
Pada akhir Fase E, peserta didik dapat melakukan
pementasan seni tari secara mandiri atau bergotong royong;
membersihkan peralatan dan perlengkapan yang digunakan
saat praktik menari; mengelompokkan jenis peralatan;
mengidentifikasi kegunaan peralatan; melakukan
pemeliharaan berkala pada alat-alat properti tari; serta
345
Elemen
Pelaporan
Capaian Pembelajaran
melakukan penyimpanan peralatan dengan rapi baik secara
mandiri maupun bersama-sama.
Pada akhir Fase E, peserta didik dapat mengisi ceklis laporan
persiapan alat, pemeriksaan kelengkapan perlengkapan tari
(properti tari, busana tari, tape untuk iringan tari) dan laporan
penampilan tari tunggal/tari berpasangan berdasarkan materi
tari yang dihafalkan sesuai urutan gerak dan iringan tari yang
dibuat baik secara mandiri maupun bersama tim dengan
jujur.
3. Fase F (Usia Mental + 10 Tahun dan Umumnya Kelas XI dan XII )
Pada akhir Fase F, peserta didik mampu menerapkan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3), dapat menentukan dan menggunakan alat
serta perlengkapan sesuai kebutuhan pementasan karya seni tari
yang akan dilakukan secara mandiri, memilih peralatan dan
perlengkapan sesuai kebutuhan, media yang sesuai untuk praktik
menari, menentukan jenis alat dan perlengkapan sesuai kebutuhan
pementasan karya seni tari, melakukan pembuatan video menari,
melakukan proses eksplorasi dan improvisasi gerak tari dengan
berbagai media, mendemonstrasikan berbagai ragam gerak tari hasil
improvisasi dengan kreatif, melakukan proses pembuatan karya seni
tari yang ditampilkan secara digital melalui media sosial, melakukan
pementasan karya seni tari, melakukan pembuatan video dan
pementasan serta menampilkan hasil karya seni tari, melaporkan
persiapan
alat,
pemeriksaan
kelengkapan
bahan,
serta
menampilkan improvisasi gerak tari yang dibuat baik secara mandiri
maupun bersama tim dengan jujur.
Fase F Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Keselamatan
dan
Kesehatan
Kerja (K3)
Pada akhir Fase F, peserta didik dapat mengenali simbolsimbol K3; menerapkan prosedur keselamatan dan kesehatan
kerja di tempat kerja baik secara mandiri dan bergotong
royong (berkelompok dengan teman sekelas); serta
menerapkan prosedur penggunaan APD, pencegahan penyakit
akibat kerja, kebersihan lingkungan kerja, penyimpanan
perlengakap kerja dan personal hygiene, mengikuti standar
operasional prosedural (SOP) penggunaan alat.
Persiapan Alat
dan
Perlengkapan
Pada akhir Fase F, peserta didik dapat memilih peralatan dan
perlengkapan sesuai kebutuhan; media yang sesuai untuk
praktik menari; membuat improvisai gerak tari secara mandiri;
bergotong royong (bersama-sama teman satu kelas)
melakukan pemeliharan peralatan secara berkala.
Proses
Pada akhir Fase F, peserta didik dapat menentukan jenis alat
dan perlengkapan sesuai kebutuhan pementasan karya seni
tari yang akan dilakukan secara mandiri; melakukan
pembuatan video menari; melakukan proses eksplorasi dan
346
Elemen
Capaian Pembelajaran
improvisasi gerak tari dengan berbagai media;
mendemonstrasikan berbagai ragam gerak tari hasil
improvisasi dengan kreatif; melakukan proses pembuatan
karya seni tari yang ditampilkan secara digital melalui media
sosial dengan kreatif.
Penyelesaian
Akhir
Pada akhir Fase F, peserta didik dapat melakukan pementasan
karya seni tari secara mandiri atau bergotong royong;
membersihkan peralatan dan perlengkapan praktik menari;
mengelompokkan jenis peralatan; mengidentifikasi kegunaan
peralatan; melakukan pemeliharaan berkala pada alat-alat dan
properti tari; melakukan penyimpanan peralatan dengan rapi,
baik secara mandiri maupun bersama-sama; melakukan
pembuatan video dan pementasan serta menampilkan hasil
karya seni tari.
Pelaporan
Pada akhir Fase F, peserta didik dapat mengisi ceklis laporan
persiapan alat, pemeriksaan kelengkapan bahan, dan
menampilkan improvisasi gerak tari yang dibuat baik secara
mandiri maupun bersama tim dengan jujur.
347
XXVII.CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KHUSUS KETERAMPILAN
DESAIN GRAFIS
A. Rasional Mata Keterampilan Pelajaran Desain Grafis
Desain Grafis merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari oleh
peserta didik penyandang disabilitas di Sekolah Luar Biasa. Desain grafis
adalah pekerjaan dalam bidang komunikasi visual yang berhubungan
dengan grafika (cetakan) dan/atau pada bidang dua dimensi, serta statis
(tidak bergerak dan bukan time-based image). Secara khusus, desain
grafis adalah keahlian menyusun dan merancang unsur visual menjadi
informasi yang dimengerti publik/masyarakat. Desain grafis mempunyai
peran dalam mengomunikasikan pesan dan informasi kepada pengguna
melalui sentuhan visual yang terdiri atas warna, garis, bidang, bentuk,
tipografi, ilustrasi, fotografi, bagan, infografis, layout yang diolah menjadi
rancangan yang menarik. Desain grafis sering dikategorikan sebagai seni
komersial (commercial art). Hal ini dikarenakan desain grafis merupakan
paduan antara seni rupa dan komunikasi. Seiring berjalannya waktu,
perkembangan desain grafis terbilang cukup pesat, hal ini terbukti dari
banyaknya perusahaan maupun industri yang menggunakan produk
desain grafis dalam memperkenalkan produknya kepada masyarakat.
Pada Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB) dan Sekolah
Menengah Atas Luar Biasa (SMALB), mata pelajaran desain grafis
merupakan salah satu jenis keterampilan pilihan dari 20 jenis
keterampilan yang disediakan oleh pemerintah melalui Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek)
yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan desain grafis dasar
kepada peserta didik yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan seharihari dan juga merupakan persiapan menuju dunia kerja atau membuka
wirausaha sendiri. Dengan mempelajari mata pelajaran Desain Grafis,
peserta didik diharapkan mampu mengembangkan kemempuan yang
dibutuhkan untuk suatu pekerjaan( hard skill) dan kepribadiaan, serta
kemampuan berkomunikasi dalam sebuah pekerjaan (soft skill) sesuai
dengan profil pelajar Pancasila yaitu: Beriman, Bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, Berakhlak Mulia, Bernalar Kritis, Kreatif, Mandiri,
Disiplin, dan Gotong Royong. Dalam mempelajari mata pelajaran Desain
Grafis, peserta didik berkebutuhan khusus dengan hambatan intelektual
akan dikembangkan dan dioptimalkan kemampuan pengertahuan,
keterampilan, dan sikap untuk menjadi sumber daya manusia yang
348
kompeten. Pengoptimalan tiga kemampuan ini sangat berhubungan erat
dalam membentuk peserta didik sesuai Profil Pelajar Pancasila di
antaranya: pengetahuan meningkatkan daya bernalar kritis
dan
kreativitas. Keterampilan untuk mengasah kreativitas dan kemandirian.
Sikap bertujuan untuk menanamkan akhlak baik, meningkatkan
kedisiplinan dan sikap bergotong royong. Ruang lingkup materi Desain
Grafis yang akan dipelajari meliputi pengetahuan Keselamatan Kerja (K3),
persiapan alat dan bahan, proses produksi
seperti: pengetahuan
produksi desain, menerapkan bentuk gambaran awal suatu proyek
(project brief), menerapkan bentuk gambaran awal suatu proyek yang
telah disepakati (design brief), menetapkan strategi desain, menetapkan
konsep desain, mengoperasikan perangkat lunak desain, menciptakan
karya desain, mengevaluasi hasil karya desain, mempresentasikan karya
desain, membuat materi siap produksi, mengelola proses produksi dan
menerapkan serta menyajikan karya proyek tugas akhir.
B. Tujuan Mata Pelajaran Keterampilan Desain Grafis
Mata pelajaran keterampilan Desain Grafis bertujuan untuk membantu
peserta didik:
1. mengembangkan potensi diri dan memiliki sikap sesuai dengan Profil
Pelajar Pancasila, yaitu bersikap jujur, bernalar kritis, kreatif,
disiplin, gotong royong, dan mandiri.
2. mengikuti prosedur Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) baik
secara mandiri maupun bekerja sama dalam tim.
3. memperkenalkan dunia desain grafis kepada peserta didik agar dapat
mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari[hari;
4. memperkenalkan peserta didik pada aplikasi-aplikasi desain grafis;
5. mempersiapkan peserta didik agar dapat memahami dengan mudah
pesan-pesan yang disampaikan dalam bentuk grafis;
6. menerapkan berbagai teknik dasar desain grafis;
7. mempraktikkan teknik desain grafis;
8. membuat berbagai produk desain grafis;
9. menerapkan kebersihan dan kerapian peralatan dan perlengkapan
desain grafis;
10. memasarkan produk hasil karya desain grafis;
C. Karakteristik Mata Pelajaran Keterampilan Desain Grafis
1. Deskripsi Umum Mata Pelajaran
349
Pelajaran Desain Grafis pada jenjang Sekolah Menengah Pertama Luar
Biasa (SMPLB) dan Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB)
mempelajari teori dan praktik tentang keselamatan kesehatan kerja, alat
dan bahan, proses membuat produk, penyelesaian dan pelaporan. Materi
keselamatan kesehatan kerja mencakup teori dan praktik dalam upaya
menjamin keselamatan dan kesehatan selama berada di area kerja,
pencegahan terjadinya kecelakaan kerja dan langkah penanganan jika
terjadi kecelakaan kerja. Proses desain grafis merupakan rangkaian
pembelajaran teori dan praktik yang dimulai dengan kegiatan membuat
mencari
ide
berkarya,
perencanaan
pembuatan
karya,
dan
mengaplikasikan karya tersebut dengan menggunakan software yang
diperlukan.
Materi pelaporan mencakup teori dan praktik pelaporan
pada tiap tahapan kerja dan mengomunikasikan hasil laporan. Materi
pembelajaran desain grafis mengajarkan tahapan-tahapan hard skill dan
soft skill degan pendekatan belajar Project Based Learning yang akan
menginternalisasikan sikap jujur, disiplin, bernalar kritis, kreatif,
mandiri dan bergotong royong sesuai dengan profil pelajar Pancasila.
Pembelajaran teori dan praktik di sekolah dilaksanakan di ruang atau
kelas komputer sebagai miniatur ruang kerja di dunia usaha dan
industri. Pada proses pembelajaran, diharapkan dapat menghadirkan
praktisi sebagai guru tamu dari dunia usaha atau dunia industri.
Pembelajaran keterampilan desain grafis berorientasi pada kebutuhan
dan kemandirian peserta didik. Dengan menguasai pelajaran desain
grafis, peserta didik diharapkan dapat mengembangkan kompetensinya
dengan optimal.
2. Elemen Mata Pelajaran
Mata pelajaran Desain Grafis pada fase D, E, dan F membahas materi
yang akan dikembangkan sebagai dasar pengetahuan dan kemampuan
untuk memasuki materi pada jenjang yang lebih tinggi, antara lain:
1. Pengetahuan dan penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
2. Persiapan alat dan bahan desain grafis.
3. Proses desain grafis.
4. Melaksanakan proses desain grafis.
5. Melaporkan hasil kerja.
Elemen Mata Pelajaran Keterampilan Desain Grafis dan Deskripsinya
350
Elemen
Deskripsi
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
(K3)
Penerapan keselamatan kerja di lingkungan tempat
kerja, menjaga kesehatan dan penyakit akibat kerja dan
kebersihan diri (personal hygiene) mengikuti Standar
Operasional Prosesedur (SOP) penggunaan piranti
lunak.
Persiapan Alat dan
Bahan Desain Grafis
Mempersiapkan peralatan yang digunakan di ruang
komputer; keberfungsian komputer; aplikasi desain
grafis dan kelengkapan peralatan lainnya yang
dibutuhkan; menyiapkan bahan seperti kertas, alat
tulis, bahan pewarna; serta merapikan dan menyimpan
kembali peralatan setelah selesai digunakan.
Proses Desain Grafis
Membuat gambar menggunakan unsur-unsur dasar
desain grafis; melakukan karya
desain grafis;
menerapkan prinsip-prinsip desain dengan komunikasi;
melakukan karya desain dengan media komunikasi
teknik meletakan menempelkan (Paste Up) ;
menunjukkan jenis-jenis perangkat lunak desain grafis;
memahami menu dan tool perangkat lunak desain
grafis; mengoperasikan menu dan tool perangkat lunak
desain grafis; melakukan teknik merealisasikan ide
menjadi desain grafis; melakukan prosedur pembuatan
sketsa karya desain grafis; menerapkan prosedur
pembuatan dummy karya desain grafis,menerapkan
dan melakukan teknik display dummy karya desain
grafis; melakukan prosedur pembuatan sketsa karya
desain grafis; melakukan prosedur pembuatan dummy
karya desain grafis; melakukan teknik display dummy
karya desain grafis; mempresentasikan karya desain
grafis; memahami jenis-jenis produk desain grafis;
melakukan pengelompokan jenis-jenis produk desain
grafis; menunjukkan piranti lunak, pengoperasian
piranti lunak Vector Drawing untuk desain grafis;
membuat desain produk self identity, corporate identity
menggunakan piranti lunak Vector Drawing; membuat
karya pra-desain media cetak; membuat karya desain
media cetak indoor; membuat desain sesuai contoh
produk seperti buku kenangan akhir tahun, media
cetak untuk
promosi; menerapkan prosedur
pembuatan pra-desain media cetak; membuat karya
pra-desain media cetak; membuat karya desain media
cetak; dan mencetak karya desain media
cetak
menggunakan printer; serta menyajikan pameran karya
desain media cetak.
Penyelesaian Akhir
Melakukan revisi dari materi final yang sudah disetujui
(final artwork) setelah desain selesai di-proofing (print
preview hasil cetak mesin sebelum diperbanyak)
Pelaporan
Melaporkan hasil karya desain grafis sesuai prosedur
dengan mengisi daftar ceklis, persiapan alat,
pemeriksaan kelengkapan bahan, dan hasil desain
grafis.
D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Keterampilan Desain Grafis Setiap
Fase
1. Fase D (Usia Mental ± 9 Tahun dan Umumnya Kelas VII, VIII, dan IX
Pada akhir Fase D, peserta didik mampu menerapkan Kesehatan dan
351
Keselamatan Kerja (K3), mempersiapkan peralatan
dan bahan desain
grafis, mengidentifikasi alat dan bahan untuk pembuatan produk desain
grafis, merapkan unsur-unsur dasar desain grafis, membuat gambar
menggunakan unsur-unsur dasar desain grafis, memahami karya desain
grafis, membuat karya desain dengan media komunikasi teknik Paste Up;
memahami jenis-jenis perangkat lunak desain grafis, memahami menu
dan tool perangkat, menerapkan teknik merealisasikan ide menjadi
desain grafis, menerapkan prosedur pembuatan sketsa karya desain
grafis, menerapkan prosedur pembuatan dummy karya desain grafis,
melakukan teknik display dummy karya desain grafis atau menyusun,
menampilkan teknik presentasi karya desain grafis dan membuat karya
desain grafis,
mengidentifikasi penyelesaian akhir yang diperlukan,
serta membuat laporan hasil karya desain grafis sesuai prosedur.
Fase D Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3)
Pada akhir Fase D, peserta didik dapat menerapkan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang meliputi
penerapaan kesehatan dan keselamatan di lingkungan
tempat kerja dengan tidak memindahkan, mengubah
dan merusak komponen komputer, tidak membawa
makanan dan minuman ke dalam ruang komputer
atau membawa benda yang membahayakan, tidak
keluar atau berpindah tempat duduk tanpa izin,
mengenakan kaos kaki dalam ruang komputer,
menyalakan dan mematikan komputer sesuai
prosedur. Melakukan pencegahan kecelakaan kerja,
penerapaan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan
Kerja (P3K), pencegahan penyakit akibat kerja seperti
iritasi mata, kesalahan posisi duduk yang dapat
mengakibatkan cedera punggung,, safety tools area
kerja/kelas untuk belajar, personal hygiene atau
kebersihan diri meliputi merawat kebersihan diri
dengan mengikuti Standar Operasional Prosedur (SOP)
yang berlaku di sekolah.
Persiapan Alat dan
Bahan
Pada akhir Fase D, peserta didik dapat menerapkan
kemampuan mempersiapkan peralatan dan bahan
desain grafis; mengidentifikasi alat dan bahan untuk
pembuatan produk desain grafis; memastikan
peralatan yang digunakan dalam kondisi aman dan
siap pakai; mengidentifikasi keberfungsian peralatan;
memahami dan melakukan pemeliharaan berkala pada
alat desain grafis; memelihara, membersihkan, dan
merapikan kembali
peralatan setelah selesai
digunakan.
Proses Desain Grafis
Pada akhir Fase D, peserta didik dapat merapkan
unsur-unsur dasar desain grafis; membuat gambar
menggunakan unsur-unsur dasar desain grafis;
352
Elemen
Capaian Pembelajaran
memahami karya desain grafis; membuat karya desain
grafis; menerapkan karya desain dengan media
komunikasi teknik Paste Up; membuat karya desain
dengan media komunikasi teknik Paste Up; memahami
jenis-jenis
perangkat
lunak
desain
grafis;
menunjukkan jenis-jenis perangkat lunak desain
grafis; memahami menu dan tool perangkat;
mengoperasikan menu dan tool perangkat lunak desain
grafis; merealisasikan ide menjadi desain grafis;
melakukan teknik merealisasikan ide menjadi desain
grafis; menerapkan konsep desain grafis dan membuat
konsep desain grafis;
menerapkan prosedur
pembuatan sketsa karya desain grafis; menerapkan
dan melakukan prosedur pembuatan dummy dan
display dummy karya desain grafis; membuat dan
mempresentasikan karya desain grafis.
Penyelesaian Akhir
Pada
akhir
Fase
D,
peserta
didik
dapat
mengidentifikasi penyelesaian akhir yang diperlukan
untuk menjaga hasil produk dalam kondisi baik;
melakukan finishing hasil karya produk desain grafis
(final artwork) yang sudah disetujui oleh guru untuk
melanjutkan pada proses produksi cetak.
Pelaporan
Pada akhir Fase D, peserta didik dapat melaporkan
hasil karya desain grafis sesuai prosedur dengan
mengisi daftarcek list: persiapan alat, pemeriksaan
kelengkapan bahan, dan hasil desain grafis.
2. Fase E (Usia Mental ±10 Tahun dan Umumnya Kelas X)
Pada akhir Fase E peserta didik mampu menerapkan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3), mampu mempersiapkan peralatan dan bahan
desain grafis, mengidentifikasi alat dan bahan untuk pembuatan produk
desain grafis, mengamati jenis-jenis produk desain grafis, melakukan
pengelompokan
jenis-jenis
produk
desain
grafis,
menerapkan
pengoperasian piranti lunak Vector Drawing untuk desain grafis,
membuat desain dan menggunakan piranti lunak Vector Drawing,
mengidentifikasi penyelesaian akhir yang diperlukan, serta
membuat
laporan hasil karya desain grafis sesuai prosedur.
Fase E Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3)
Pada akhir Fase E, peserta didik dapat menerapkan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang meliputi:
penerapaan kesehatan dan keselamatan di lingkungan
tempat kerja dengan tidak memindahkan, mengubah
dan merusak komponen computer; tidak membawa
makanan dan minuman ke dalam ruang komputer
atau membawa benda yang membahayakan; tidak
353
Elemen
Capaian Pembelajaran
keluar atau berpindah tempat duduk tanpa izin;
mengenakan kaos kaki dalam ruang komputer;
menyalakan dan mematikan komputer sesuai
prosedur; melakukan pencegahan kecelakaan kerja;
penerapaan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan
Kerja (P3K); pencegahan penyakit akibat kerja seperti
iritasi mata, kesalahan posisi duduk yang dapat
mengakibatkan cedera punggung, safety tools area
kerja/kelas untuk belajar, personal hygiene atau
kebersihan diri meliputi merawat kebersihan diri
dengan mengikuti Standar Operasional Prosedur (SOP)
yang berlaku di sekolah.
Persiapan Alat dan
Bahan
Pada akhir Fase E, peserta didik dapat menerapkan
kemampuan mempersiapkan peralatan dan bahan
desain grafis; mengidentifikasi alat dan bahan untuk
pembuatan produk desain grafis; memastikan
peralatan yang digunakan dalam kondisi aman dan
siap pakai; mengidentifikasi keberfungsian peralatan;
memahami dan melakukan pemeliharaan berkala pada
alat desain grafis; serta memelihara, membersihkan,
dan merapikan kembali
peralatan setelah selesai
digunakan.
Proses Desain Grafis
Pada akhir Fase E, peserta didik dapat mengamati
jenis-jenis
produk
desain
grafis;
melakukan
pengelompokan jenis-jenis produk desain grafis;
menerapkan pengoperasian piranti lunak Vector
Drawing untuk desain grafis, mengoperasikan piranti
lunak Vector Drawing untuk desain grafis; menerapkan
pembuatan desain corporate identity atau identitas
perusahaan (logo, amplop, kop surat, kartu nama,
poster, iklan, banner, dll) menggunakan piranti lunak
Vector Drawing,
membuat desain sesuai contoh
produk identitas perusahaan dengan menggunakan
piranti lunak Vector Drawing.
Penyelesaian Akhir
Pada akhir Fase E, peserta didik dapat mengidentifikasi
penyelesaian akhir yang diperlukan untuk menjaga
hasil produk dalam kondisi baik, melakukan
penyelesaian hasil karya produk desain grafis
(final artwork) yang sudah disetujui oleh guru untuk
melanjutkan pada proses produksi cetak.
Pelaporan
Pada akhir Fase E, peserta didik dapat melaporkan
hasil karya desain grafis sesuai prosedur dengan
mengisi daftar cek list, persiapan alat, pemeriksaan
kelengkapan bahan, dan hasil akhir desain grafis.
3. Fase F (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas XI dan Kelas XII)
Pada akhir Fase F, peserta didik mampu menerapkan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3), mampu mempersiapkan peralatan dan bahan
desain grafis, mengidentifikasi alat dan bahan untuk pembuatan produk
desain
grafis,
mengamati
konsep
pembuatan
ilustrasi
desain
menggunakan piranti lunak Vector Drawing dan image editing, membuat
354
ilustrasi desain menggunakan piranti lunak Vector Drawing dan image
editing, memahami konsep pembuatan desain produk media cetak indoor,
membuat desain produk media cetak indoor, membuat desain produk
buku kenangan akhir tahun, membuat desain produk media cetak untuk
promosi; menerapkan prosedur pameran karya desain media cetak dan
menyajikan pameran karya desain media cetak; mengidentifikasi
penyelesaian akhir yang diperlukan; serta membuat laporan hasil karya
desain grafis sesuai prosedur.
Fase F Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3)
Pada akhir Fase F, peserta didik dapat menerapkan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang meliputi
penerapaan kesehatan dan keselamatan di lingkungan
tempat kerja dengan tidak memindahkan, mengubah,
dan merusak komponen komputer, tidak membawa
makanan dan minuman ke dalam ruang komputer
atau membawa benda yang membahayakan, tidak
keluar atau berpindah tempat duduk tanpa izin,
mengenakan kaos kaki dalam ruang komputer,
menyalakan dan mematikan komputer sesuai
prosedur; melakukan pencegahan kecelakaan kerja,
penerapaan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan
Kerja (P3K), pencegahan penyakit akibat kerja seperti
iritasi mata, kesalahan posisi duduk yang dapat
mengakibatkan cedera punggung, safety tools area
kerja/kelas untuk belajar, kebersihan
diri atau
personal hygiene meliputi merawat kebersihan diri
dengan mengikuti Standar Operasional Prosedur (SOP)
yang berlaku di sekolah.
Persiapan Alat dan
Bahan
Pada akhir Fase F, peserta didik dapat menerapkan
kemampuan mempersiapkan peralatan dan bahan
desain grafis; mengidentifikasi alat dan bahan untuk
pembuatan produk desain grafis;
melakukan
persiapan menggunakan peralatan;
memastikan
peralatan yang digunakan dalam kondisi aman dan
siap pakai; mengidentifikasi keberfungsian peralatan;
memahami dan melakukan pemeliharaan berkala pada
alat desain grafis; serta memelihara, membersihkan
dan merapikan kembali peralatan setelah selesai
digunakan
Proses Desain Grafis
Pada akhir Fase F, peserta didik dapat mengamati
konsep pembuatan ilustrasi desain sesuai contoh
produk menggunakan piranti lunak Vector
Drawing dan image editing; membuat ilustrasi
desain sesuai contoh produk menggunakan
piranti lunak Vector Drawing dan image editing;
memahami konsep pembuatan desain sesuai
contoh produk media cetak indoor; membuat
desain sesuai contoh produk media cetak indoor;
memahami konsep desain sesuai contoh produk
355
Elemen
Capaian Pembelajaran
buku kenangan akhir tahun, meliputi membuat
image editing self identity data pribadi siswa dan
guru, membuat image editing corporate identity
atau profile sekolah, menggunakan vector drawing
dalam
penyusunan
data
pribadi
siswa,
menggunakan vector drawing dalam penyusunan
profile sekolah; membuat keseluruhan desain
sesuai contoh produk buku kenangan akhir
tahun; menerapkan prinsip desain sesuai contoh
produk media cetak untuk promosi (leaflet, flyer,
infografis, billboard, dll); membuat desain sesuai
contoh produk media cetak untuk promosi
menerapkan prosedur pembuatan karya pradesain media cetak; membuat karya pra-desain
media cetak; menerapkan prosedur dalam
mencetak karya desain media cetak menggunakan
printer; memahami prosedur pameran karya
desain media cetak; serta menyajikan pameran
karya desain media cetak
Penyelesaian Akhir
Pada akhir Fase F, peserta didik dapat mengidentifikasi
penyelesaian akhir yang diperlukan untuk menjaga
hasil produk dalam kondisi baik;
melakukan
penyelesaian hasil karya produk desain grafis (final
artwork) yang sudah disetujui
oleh guru untuk
melanjutkan pada proses produksi cetak.
Pelaporan
Pada akhir Fase F, peserta didik dapat melaporkan
hasil karya desain grafis sesuai prosedur dengan
mengisi daftar ceklis: persiapan alat, pemeriksaan
kelengkapan bahan, dan hasil desain grafis
356
XXVIII. CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KHUSUS KETERAMPILAN
PENYIARAN RADIO
A. Rasional Mata Pelajaran Penyiaran Radio
Penyiaran radio adalah media komunikasi massa dengar, yang
menyalurkan gagasan dan informasi dalam bentuk suara secara
umum
dan
terbuka,
berupa
program
yang
teratur
dan
berkesinambungan. Radio sebagai salah satu media massa
elektronik mempunyai potensi untuk memberikan dampak sosial
yang luas, baik positif maupun negatif. Radio dapat dinikmati oleh
siapa saja dan di mana saja, tanpa memandang kelas sosial, usia,
dan tempat. Radio dapat mengisi waktu seseorang dalam kurun
waktu
24
jam
terus-menerus.
Radio
juga
mampu
menginformasikan/memberitakan segala hal di mana pun segera
pada saat kejadiannya.
Di
Indonesia,
radio
siaran
merupakan
komponen
media
komunikasi massa yang memiliki peran dan hubungan timbal balik
dengan sejarah bangsa. Saat ini, lebih dari 2.800 stasiun radio yang
bekerja di frekuensi FM maupun digital, menyiarkan acaraacaranya kepada masyarakat luas di seluruh Indonesia.
Berdasar Undang -Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang
Penyiaran, tujuan penyiaran adalah untuk memperkukuh integrasi
nasional, terbinanya watak dan jati diri bangsa yang beriman dan
bertakwa,
mencerdaskan
kehidupan
bangsa,
memajukan
kesejahteraan umum, dalam rangka membangun masyarakat yang
mandiri, demokratis, adil dan sejahtera, serta menumbuhkan
industri
penyiaran
Indonesia.
Penyiaran
sebagai
kegiatan
komunikasi massa mempunyai fungsi sebagai media informasi,
pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial. Dalam
menjalankan fungsi tersebut, penyiaran juga mempunyai fungsi
ekonomi dan kebudayaan. Dengan demikian, isi siarannya sendiri
wajib mengandung informasi, pendidikan, hiburan, dan manfaat
untuk pembentukan intelektualitas, watak, moral, kemajuan,
kekuatan
bangsa,
menjaga
persatuan
dan
kesatuan,
serta
mengamalkan nilai-nilai agama dan budaya Indonesia.
Untuk memenuhi tujuan, fungsi, dan isi siaran penyiaran radio,
diperlukan sumber daya manusia pengelola dan pelaku penyiaran
357
radio yang profesional dan berkualitas tinggi. Peserta didik harus
mempunyai
kompetensi
tertentu
yang
memenuhi
standar
profesional di bidang penyiaran radio agar mampu berkompetisi
dalam bidang penyiaran di masa depan, dan mampu bekerja secara
taat azas serta menjunjung tinggi norma dan etika profesi sebagai
alternatif
profesi
pekerjaan
di
masyarakat
(dunia
kerja).
Terjaminnya profesionalitas sumber daya manusia di bidang
penyiaran radio ini akan memberikan manfaat yang jauh lebih
banyak bagi publik karena mampu menjalankan fungsi dan tujuan
penyiaran dengan sebaik-baiknya. Secara garis besar, ada berbagai
fungsi di dalam penyiaran radio, mulai dari fungsi pemrograman
dan produksi program radio, fungsi pemasaran, fungsi pengelolaan
teknis, fungsi pengelolaan administrasi umum, beserta turunan turunannya.
Capaian Pembelajaran ini mengacu pada Keputusan Menteri
Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 639 Tahun 2016
tentang Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
kategori Informasi dan Komunikasi Golongan Pokok Aktivitas
Penyiaran
dan
Pemrograman
Peraturan
Direktur
Pendidikan
Dasar,
Jenderal
Dan
Bidang
Penyiaran
Pendidikan
Pendidikan
Anak
Menengah
Radio
Usia
dan
Dini,
Kementerian
Pendidikan Dan Kebudayaan Tentang Standar Kompetensi Kerja
Khusus Bagi Penyandang Disabilitas Bidang Seni Dan Budaya Sub
Bidang Teknik Penyiaran Radio. Dalam penyusunan Capaian
Pembelajaran penyiaran radio ini, dilakukan beberapa penyesuaian
dan penambahan sesuai dengan kondisi kelompok disabilitas.
Dalam mata pelajaran Penyiaran Radio, diharapkan peserta didik
dapat terampil dalam melaksanakan profesi penyiaran radio
dengan dibekali teknik penyiaran radio. Teknik penyiaran radio
menjadi hal penting yang harus diperhatikan dan dikembangkan
sebagai upaya pemenuhan kebutuhan dan kepuasan pendengar
dalam menerima segala informasi serta menikmati segala bentuk
siaran yang dikemas dengan apik sesuai segmen maupun usia
pendengar
sesuai
dengan
Profil
Pelajar
Pancasila.
Capaian
Pembelajaran bersifat fleksibel sehingga dapat disesuaikan dengan
kondisi dan karaktersitik peserta didik berkebutuhan khusus.
358
B. Tujuan Mata Pelajaran Penyiaran Radio
Dengan mempelajari Penyiaran Radio, peserta didik berkesempatan
mengembangkan dirinya sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila dan
dapat:
1. berperan aktif dalam memelihara, menjaga, dan menjalankan
tugas pemeriksaan dan perangkat siar digital;
2. mengembangkan keterampilan penyiaran radio dalam berbagai
tema sesuai etika yang berlaku;
3. memahami dan terampil menulis naskah berita, hiburan,
wawacara, dan naskah siaran berdasarkan prinsip jurnalistik;
4. mengembangkan
menyusun
pengetahuan
acara
dan
dan
jadwal
keterampilan
siaran
radio
dalam
dengan
mempertimbangkan situasi;
5. meningkatkan keterampilan dalam menyelenggarakan siaran
radio sesuai tema yang telah ditentukan.
C. Karakteristik Mata Pelajaran Penyiaran Radio
1. Deskripsi Umum Mata Pelajaran
Teknik penyiaran radio merupakan kemampuan seni berbicara”
(art of talking) di depan mikrofon ruang siaran radio yang dapat
memberikan banyak informasi untuk khalayak ramai, mampu
mengembangkan gaya bahasa dan intonasi, serta kemampuan
improvisasi bahasa ekspresi selama penyiaran radio yang akan
memunculkan karakteristik khas penyiar radio. Dalam proses
kegiatan
penyiaran
menyelenggarakan
radio,
pengelolaan
peserta
penyiaran
didik
radio
mampu
dengan
maksimal mulai dari persiapan, pelaksanaan, sampai evaluasi
kegiatan penyiaran radio.
Aktivitas penyiaran radio menjadi salah satu bagian penting
dalam pengembangan potensi peserta didik yang memiliki
kekuatan pada aspek suara dalam upaya mengajak masyarakat
mengoptimalkan keunggulan radio dalam kondisi kekinian.
Kekuatan khas karakter radio adalah terletak pada suara
karena dengan suara, dapat tercipta “gambar imajiner yang tak
terbatas”. Kemampuan radio untuk menciptakan imajinasi
359
tanpa batas sering diistilahkan sebagai “Radio is theatre of
mind”.
2. Elemen Mata Pelajaran
Dalam pembelajaran Penyiapan Radio, ada 5 (lima) elemen
utama, seperti tampak di tabel berikut.
Elemen Mata Pelajaran Penyiaran Radio dan Deskripsinya
Elemen
Deskripsi
Pelaksanaan Tugas
Pemeriksaan
Elemen tugas pemeriksaan ini
berhubungan dengan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap kerja yang
dibutuhkan dalam memeriksa dan
memastikan fungsi peralatan audio siaran,
mempersiapkan pemeriksaan peralatan
audio siaran, melaksanakan proses
pemeriksaan peralatan audio siaran,
merangkai peralatan audio siaran radio,
serta merawat fungsi peralatan audio siaran
radio.
Penyiaran Radio
Elemen penyiaran siaran radio
berhubungan dengan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap kerja yang
dibutuhkan dalam menerapkan teknik
penyiaran naskah berita, menentukan
musik untuk playlist, mempersiapkan
hiburan yang akan disiarkan,
melaksanakan penyiaran hiburan radio,
melaksanakan penyiaran religi, dan
melaksanakan wawancara dengan
narasumber.
Penulisan Naskah
Elemen penulisan naskah berhubungan
dengan pengetahuan, keterampilan, dan
sikap kerja yang dibutuhkan dalam menulis
dan mengedit naskah yang berkaitan
dengan menulis naskah berita, hiburan,
iklan dan wawancara.
Penyusunan Siaran
Radio
Elemen penyusunan siaran radio
berhubungan dengan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap kerja yang
dibutuhkan dalam mempersiapkan jadwal
acara radio, menyusun jadwal acara radio,
mempersiapkan tayangan iklan radio,
menentukan penanyangan iklan radio,
mempersiapkan siaran berita radio dan
mengelola siaran berita radio.
Penyelenggaraan
Siaran Radio
Elemen penyelenggaraan siaran radio
berhubungan dengan melaksanakan
program siaran radio, mempresentasikan
program siaran sederhana;
mempresentasikan program siaran yang
beragam; melakukan wawancara radio;
mengeksplorasi topik secara on-air.
360
D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Penyiaran Radio Setiap
Fase
1. Fase D (Umumnya Kelas VII, VIII, dan IX)
Pada akhir Fase D, peserta didik memahami, menerapkan,
menganalisis,
dan
mengevaluasi
pengetahuan
faktual,
konseptual, operasional dasar/prosedural, dan metakognitif
sesuai dengan bidang pekerjaan pada tingkat teknis, spesifik,
dan kompleks berkenaan dengan penyiaran radio dalam
konteks pengembangan potensi diri sebagai bagian dari
keluarga, sekolah, dunia. Peserta didik melaksanakan tugas
spesifik dengan menggunakan alat, mengolah informasi, dan
mengikuti prosedur yang lazim dilakukan serta menyelesaikan
masalah sesuai dengan bidang pekerjaan penyiaran radio secara
efektif,
kreatif,
produktif,
kritis,
mandiri,
kolaboratif,
komunikatif, dan solutif pada ranah abstrak dan konkret
sehingga menampilkan kinerja yang terukur sesuai dengan
standar terkait pengembangan dari sekolah dan masyarakat
global.
Fase D Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Pelaksanaan Tugas
Pemeriksaan
Pada akhir Fase D, peserta didik dapat
memahami Keselamatan, Kesehatan Kerja
(K3) dan lingkungan di tempat kerja;
menerapkan Keselamatan, Kesehatan Kerja
(K3) dan lingkungan di tempat kerja dari
hal yang paling sederhana; menguraikan
media radio dan menggunakan media radio
dengan tepat; menerangkan etika penyiaran
siaran radio berita; memahami jenis dan
fungsi peralatan siaran radio;
mengelompokkan jenis dan fungsi
peralatan siaran radio; menguraikan
sistem/rangkaian peralatan siaran radio;
mengidentifikasi sistem/ rangkaian
peralatan siaran radio.
Penyiaran Radio
Pada akhir Fase D, peserta didik dapat
menerangkan etika penyiaran siaran radio
berita; peserta didik melaksanakan etika
penyiaran siaran radio berita dengan
percaya diri; menguraikan etika penyiaran
siaran radio hiburan; melaksanakan etika
penyiaran siaran radio hiburan sesuai
dengan sasaran penonton; menerangkan
etika penyiaran siaran radio wawancara;
serta melaksanakan etika penyiaran siaran
radio wawancara dengan baik dan percaya
diri.
361
Elemen
Penulisan Naskah
Capaian Pembelajaran
Pada akhir Fase D, peserta didik dapat
melaporkan naskah pembuka dan naskah
penutup siaran radio berita dikuatkan
dengan membuat naskah pembuka dan
naskah penutup siaran radio berita;
menceritakan naskah siaran berita beserta
tagline-nya tentang peristiwa di lingkungan
terdekat dengan siswa; merancang naskah
siaran berita tentang peristiwa di
lingkungan terdekat dengan siswa beserta
tagline-nya; mencontohkan naskah siaran
hiburan musik, lagu yang sedang popular,
dan lagu anak-anak beserta tagline-nya;
membuat naskah siaran hiburan music,
lagu yang sedang popular dan lagu anakanak beserta tagline-nya; menguraikan
secara lisan naskah wawancara beserta
tagline-nya tentang hal-hal yang terjadi di
lingkungan terdekat; membuat naskah
wawancara tentang hal-hal yang terjadi di
lingkungan terdekat beserta tagline-nya;
membedakan naskah pembuka dan naskah
penutup siaran radio hiburan musik lagu
religi dengan jenis musik lainnya beserta
tagline-nya; membuat naskah pembuka
dan naskah penutup siaran radio hiburan
music lagu religi beserta tagline-nya;
memperluas naskah siaran berita beserta
tagline-nya tentang tokoh terdekat;
menyimulasikan naskah siaran berita
beserta tagline-nya tentang tokoh terdekat;
menggali naskah siaran hiburan musik
lagu religi beserta tagline-nya; menyusun
naskah siaran hiburan musik lagu religi
dengan baik beserta tagline-nya;
menguraikan naskah wawancara tentang
tokoh di lingkungan terdekat beserta
tagline-nya; mencontohkan naskah
pembuka dan naskah penutup siaran radio
wawancara tentang tokoh di luar
lingkungan terdekat beserta tagline-nya;
merancang naskah pembuka dan naskah
penutup siaran radio wawancara tentang
tokoh di luar lingkungan terdekat beserta
taglinenya; menceritakan naskah siaran
berita beserta tagline-nya tentang fenomena
alam di luar lingkungan terdekat;
menggunakan naskah siaran berita berita
beserta tagline-nya tentang fenomena alam
di luar lingkungan terdekat; mencontohkan
naskah siaran hiburan musik berdasarkan
genre pop, dangdut, dan rock beserta
tagline-nya; menyusun naskah siaran
hiburan musik berdasarkan genre pop,
dangdut dan rock beserta tagline-nya;
merinci naskah wawancara beserta
taglinenya tentang tokoh di luar lingkungan
terdekat; mengatur naskah wawancara
362
Elemen
Capaian Pembelajaran
beserta taglinenya tentang tokoh di luar
lingkungan terdekat.
Penyusunan Siaran
Radio
Pada akhir Fase D, peserta didik
memahami jenis acara dan jadwal siaran
radio tentang peristiwa di lingkungan
terdekat dengan siswa; melalui stimulasi
dan demonstrasi peserta didik menyusun
acara dan jadwal siaran radio tentang
peristiwa di lingkungan terdekat dengan
siswa; merumuskan naskah wawancara
tentang tokoh di lingkungan terdekat;
menguraikan jenis acara dan jadwal siaran
radio tentang tokoh terdekat; menyusun
acara dan jadwal siaran radio tentang tokoh
terdekat; menguraikan jenis acara dan
jadwal siaran radio tentang tokoh di luar
lingkungan terdekat; menyusun acara dan
jadwal siaran radio tentang tokoh di luar
lingkungan terdekat.
Penyelenggaraan
Siaran Radio
Pada akhir Fase D, peserta didik
memahami pengelolaan siaran radio
hiburan music, lagu yang sedang popular
dan lagu anak-anak; mengelola siaran radio
hiburan music, lagu yang sedang popular
dan lagu anak-anak; menerangkan
pengelolaan siaran radio hiburan music
lagu religi; mengelola siaran radio hiburan
music lagu religi; menerangkan pengelolaan
siaran radio hiburan music berdasarkan
genre pop, dangdut dan rock; mengelola
siaran radio hiburan musik berdasarkan
genre pop, dangdut dan rock.
2. Fase E (Umumnya Kelas X)
Pada akhir fase E, Peserta didik Memahami, menerapkan,
menganalisis,
dan
mengevaluasi
pengetahuan
faktual,
konseptual, operasional dasar/prosedural, dan metakognitif
sesuai dengan bidang pekerjaan pada tingkat teknis, spesifik,
dan kompleks berkenaan dengan penyiaran radio dalam
konteks pengembangan potensi diri sebagai bagian dari
keluarga, sekolah, dunia. Peserta didik melaksanakan tugas
spesifik dengan menggunakan alat, mengolah informasi, dan
mengikuti prosedur yang lazim dilakukan serta menyelesaikan
masalah sesuai dengan bidang pekerjaan penyiaran radio secara
efektif,
kreatif,
produktif,
kritis,
mandiri,
kolaboratif,
komunikatif, dan solutif pada ranah abstrak dan konkret
sehingga menampilkan kinerja yang terukur sesuai dengan
363
standar terkait pengembangan dari sekolah dan masyarakat
global.
Fase E Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Pelaksanaan Tugas
Pemeriksaan
Pada akhir Fase E, peserta didik
nenjalankan tugas pemeriksaan memiliki
peranan penting dalam pelaksanaan
penyiaran radio; memahami tugas
pemeriksaan siaran radio berkenaan
dengan pentingnya keselamatan, kesehatan
kerja (K3) dan lingkungan di tempat kerja;
mulai menerapkan keselamatan, kesehatan
kerja (K3) dan lingkungan di tempat kerja
dari hal yang paling sederhana.
Penyiaran Radio
Pada akhir Fase E, peserta didik
menyiarkan siaran musik nostalgia menjadi
salah satu acara yang disajikan dengan
kemasan menarik dan menyenangkan serta
memanjakan pendengar radio/ audiens;
dan menyiarkan siaran musik radio
termasuk siaran musik nostalgia sesuai
dengan segmen pendengar radio/audiens
dengan mempertimbangkan daftar lagu
nostalgia serta durasi penyiaran.
Penulisan Naskah
Pada akhir Fase E, peserta didik
menyiarkan berita tentang peristiwa di luar
lingkungan terdekat menjadi konsep materi
penyiaran berita yang memenuhi
kebutuhani nformasi pendengar
radio/audiens; menyiarkan berita tentang
peristiwa di luar lingkungan terdekat
mengenai bencana banjir ataupun dampak
kemacetan terhadap berbagai aspek;
melalui simulasi peserta didik
mendemontrasikan wawancara tentang
peristiwa yang terjadi seperti bencana
banjir, dampak kemacetan yang dirasakan
masyarakat sekitar; melakukan wawancara
radio berdasarkan naskah yang sudah
tersedia; dan mengimpropisasi naskah
sesuai kondisi objek wawancara.
Penyusunan Siaran
Radio
Pada akhir Fase E, peserta didik dapat
merancang naskah musik lagu nostalgia
dengan membuat daftar lagu nostalgia
sesuai karakteristik pendengar
radio/audiens sebagai referensi untuk
kepentingan penyiaran musik hiburan
musik lagu nostalgia; menyusun acara
siaran musik nostalgia radio dan
melaksanakan siaran musik nostalgia di
radio dengan dilengkapi tagline yang
menarik; merancang naskah wawancara
tentang dampak kemacetan di luar
lingkungan terdekat dengan peserta didik,
mulai dari butir butir pertanyaan sampai
dengan menentukan durasi waktu yang
364
Elemen
Capaian Pembelajaran
diperlukan disesuaikan dengan
karakteristik pendengar radio/audiens;
merancang naskah wawancara tentang
dampak kemacetan di luar lingkungan
terdekat dengan peserta didik, mulai dari
butir butir pertanyaan sampai dengan
menentukan durasi waktu yang diperlukan
disesuaikan dengan karakteristik
pendengar radio/audiens; dan melalui
simulasi peserata didik mendemontrasikan
wawancara tentang peristiwa yang terjadi
seperti bencana banjir, dampak kemacetan
yang dirasakan masyarakat sekitar.
Penyelenggaraan
Siaran Radio
Pada akhir Fase E, peserta didik menyusun
acara sangat penting dalam program
penyiaran radio mencakup ruang lingkup
penyiaran radio; memahami ruang lingkup
penyiaran radio dengan mencoba
menyusun acara siaran musik radio dengan
menyiapkan lagu-lagu nostalgia.
3. Fase F (Umumnya Kelas XI dan XII)
Pada akhir Fase F, peserta didik memahami, menerapkan,
menganalisis,
dan
mengevaluasi
pengetahuan
faktual,
konseptual, operasional dasar/prosedural, dan metakognitif
sesuai dengan bidang pekerjaan pada tingkat teknis, spesifik,
dan kompleks berkenaan dengan penyiaran radio dalam
konteks pengembangan potensi diri sebagai bagian dari
keluarga, sekolah, dunia. Peserta didik melaksanakan tugas
spesifik dengan menggunakan alat, mengolah informasi, dan
mengikuti prosedur yang lazim dilakukan serta menyelesaikan
masalah sesuai dengan bidang pekerjaan penyiaran radio secara
efektif,
kreatif,
produktif,
kritis,
mandiri,
kolaboratif,
komunikatif, dan solutif pada ranah abstrak dan konkret
sehingga menampilkan kinerja yang terukur sesuai dengan
standar terkait pengembangan dari sekolah dan masyarakat
global.
Fase F Berdasarkan Elemen
Elemen
Pelaksanaan Tugas
Pemeriksaan
Capaian Pembelajaran
Pada akhir Fase F, peserta didik didik
memahami Keselamatan, Kesehatan Kerja
(K3) dan lingkungan di tempat kerja; mulai
menerapkan Keselamatan, Kesehatan Kerja
(K3) dan lingkungan di tempat kerja dari
hal yang paling sederhana; memeriksa
kondisi peralatan radio untuk kepentingan
365
Elemen
Capaian Pembelajaran
on air; memastikan kelengkapan peralatan
radio yang akan digunakan on air.
Penyiaran Radio
Pada akhir Fase F, peserta didik
menyiarkan siaran radio secara on-air;
dengan percaya diri melaksanakan siaran
berita tentang tokoh dengan lingkup yang
lebih luas secara on-air; menyiarkan musik
jingle identitas radio, musik jingle musik,
musik jingle iklan; melaksanakan siaran
radio tentang berita terkini; menyiarkan
musik berdasarkan tema siaran.
Penulisan Naskah
Pada akhir Fase F, peserta didik menulis
naskah berita tentang tokoh dalam lingkup
yang lebih luas beserta tagline-nya; menulis
naskah wawancara tentang hal-hal yang
terjadi di luar lingkungan terdekat beserta
tagline-nya; menulis naskah musik jingle
identitas radio, musik jingle musik, musik
jingle iklan beserta tagline-nya; menulis
naskah siaran berita terkini beserta taglinenya; menulis naskah musik berdasarkan
tema siaran beserta tagline-nya; menulis
naskah wawancara berdasarkan tema
siaran beserta tagline-nya.
Penyusunan Siaran
Radio
Pada akhir Fase F, peserta didik menyusun
siaran radio tentang tokoh terkenal dengan
lingkup yang luas; menyusun siaran musik
jingle identitas radio, music jingle music,
music jingle iklan; menyusun siaran berita
wawancara tentang hal-hal yang terjadi di
luar lingkungan terdekat; menyusun siaran
radio berita terkini; menyusun siaran berita
wawancara berdasarkan tema siaran; dan
menyusun siaran music berdasarkan tema
siaran.
Penyelenggaraan
Siaran Radio
Pada akhir Fase F, peserta didik
menyelenggarakan siaran radio siaran
tentang tokoh terkenal dengan lingkup
yang luas; menyelenggarakan acara siaran
music jingle identitas radio, musik jingle
music, music jingle iklan;
menyelenggarakan acara siaran berita
wawancara tentang hal-hal yang terjadi di
luar lingkungan terdekat;
menyelenggarakan siaran radio tentang
berita terkini berdasarkan SOP yang
berlaku; menyelenggarakan siaran radio
tentang wawancara berdasarkan tema
siaran berdasarkan SOP yang berlaku; dan
mengembangkan struktur penyiaran radio.
366
XXIX. CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KHUSUS KETERAMPILAN
SENI LUKIS
A. Rasional Mata Pelajaran Seni Lukis
Seni
Lukis
merupakan
bagian
dari
ilmu
Seni
Rupa
yang
dimanfaatkan untuk memberi atmosfer keindahan ruang. Melukis
adalah kegiatan mengolah objek tiga dimensi ke dalam media dua
dimensi untuk mendapatkan kesan tertentu. Lukisan merupakan
karya seni rupa dua dimensi yang terbentuk dan tersusun dari
unsur-unsur rupa; titik, garis, bidang, bentuk, ruang, warna,
tekstur, keseimbangan dan gelap terang. Dalam Seni Lukis, terdapat
berbagai ragam gaya yang dulu disebut aliran. Beberapa aliran yang
populer antara lain: realisme, naturalisme, abstrak, dekoratif,
impresionis, surealisme, kubisme, dan dadaisme. Seiring dengan
perkembangan, melukis saat ini banyak sekali teknik dan media
yang digunakan, di antaranya: teknik aquarel, teknik plakat, teknik
pointilis dan teknik tempra. Adapun alat dan bahan yang digunakan
di antaranya: pensil, penggaris, kuas, kertas, kanvas, cat air, cat
minyak, cat akrilik, palet, pisau palet, easel, konte,krayon, spidol
dan komputer.
Seseorang yang belajar seni lukis selain menjadi seniman murni,
juga bisa menjadi pekerja seni rupa atau (perupa). Bisa berprofesi
sebagai ilustrator, visualizer, animator, reproduser lukisan, dekorator,
dan pekerjaan-pekerjaan visual lainnya. Jadi, peluang kerja untuk
berbagai jabatan
dalam seni lukis
sangat terbuka.
Dengan
perkembangan teknologi digital saat ini, peluang kerja perupa
menjadi semakin luas. Teknologi digital dapat dimanfaatkan untuk
mengeksplorasi ide-ide barunya. Perkembangan teknologi ini telah
memunculkan media baru sehingga seniman tidak terbatas pada
bidang kanvas dan cat dalam berekspresi.
367
Keterampilan pilihan melukis merupakan salah satu mata pelajaran
yang dipelajari oleh peserta didik berkebutuhan khusus di Sekolah
Luar
Biasa.
Mata
pelajaran
keterampilan
pilihan
melukis
mengajarkan bagaimana peserta didik dapat membuat berbagai jenis
lukisan dengan berbagai media dari tahapan mencari objek sebagai
ide atau gagasan untuk melukis, menyiapkan alat dan bahan, proses
pembuatan lukisan,memamerkan hasil karya baik secara individu
maupun kelompok dengan menerapkan prosedur keselamatan dan
kesehatan kerja pada setiap tahapannya.
Adapun tujuan dari keterampilan pilihan melukis yaitu memberikan
pengetahuan melukis dasar kepada peserta didik yang dapat
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, serta persiapan menuju
dunia kerja atau membuka wirausaha sendiri.
Pendekatan yang digunakan dalam pelajaran keterampilan pilihan
melukis
diantaranya
Project
Based
Learning
yaitu
model
pembelajaran yang menggunakan proyek atau kegiatan sebagai
proses
pembelajaran
untuk
mencapai
kompetensi
sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Penekanan pembelajaran terletak
pada aktivitas peserta didik dalam menghasilkan produk dengan
menerapkan keterampilan meneliti, menganalisis, membuat, sampai
dengan mempresentasikan produk baik secara mandiri maupun
berkelompok.
Dengan mempelajari mata pelajaran keterampilan melukis, peserta
didik diharapkan mampu mengembangkan dan mengoptimalkan
hard skill dan soft skill yang mencakup 3 kemampuan yakni
Knowledge, Skill dan Attitude untuk menjadi sumber daya manusia
yang
kompeten.
Pengoptimalan
tiga
kemampuan
ini
sangat
berhubungan erat dalam membentuk peserta didik sesuai profil
pelajar Pancasila diantaranya: knowledge meningkatkan daya
bernalar kritis, dan kreatifitas. Skill untuk mengasah kreatifitas dan
kemandirian. Attitude bertujuan untuk menanamkan akhlak baik,
meningkatkan kedisiplinan dan sikap bergotong-royong.
B. Tujuan Mata Pelajaran Seni Lukis
Setelah mengikuti pembelajaran Seni Lukis, diharapkan peserta
didik dapat:
368
1. mengembangkan potensi diri dan memiliki sikap sesuai dengan
Profil Pelajar Pancasila, yaitu bersikap jujur, bernalar kritis,
kreatif, disiplin, gotong-royong dan mandiri;
2. mengikuti prosedur kesehatan dan keselamatan kerja (K3);
3. mengenal alat dan bahan untuk melukis;
4. mengenal media dan teknik dalam melukis;
5. mengembangkan objek sebagai ide atau gagasan untuk
melukis;
6. mengenal unsur-unsur rupa dalam melukis;
7. mengenal berbagai aliran dalam melukis;
8. menuangkan objek sebagai ide dan gagasan dalam melukis;
9. menerapkan
kebersihan
dan
kerapian
peralatan
dan
perlengkapan dalam melukis;
10. mengapresiasi karya seni lukis;
11. menentukan nilai jual hasil karya lukis;
12. memasarkan hasil karya lukis.
C. Karakteristik Mata Pelajaran Seni Lukis
1. Deskripsi Umum Mata Pelajaran
Pelajaran keterampilan melukis pada jenjang SMPLB dan SMALB
yaitu mempelajari teori dan praktik tentang keselamatan
kesehatan kerja, pencarian objek sebagai sumber ide atau
gagasan melukis, media alat dan bahan melukis, proses melukis,
penyelesaian
akhir
dan
pelaporan.
Materi
Keselamatan
kesehatan kerja mencakup teori dan praktik dalam upaya
menjamin keselamatan dan kesehatan selama berada di area
kerja, pencegahan terjadinya kecelakaan kerja dan langkah
penanganan jika terjadi kecelakaan kerja.
Materi alat dan bahan dalam membuat lukisan, mencakup
pengenalan nama dan fungsi alat melukis, teori dan praktik
terkait proses melukis dan perawatan alat yang digunakan dalam
proses pembuatan lukisan. Materi bahan mencakup teori dan
praktik tentang nama, jenis, tekstur, fungsi penggunaan dan
karakteristik bahan. Proses membuat lukisan merupakan
rangkaian pembelajaran teori dan praktik yang dimulai dengan
kegiatan pencarian objek untuk mengembangkan ide dan
gagasan (bila tidak memungkinkan dapat disiapkan guru),
dengan objek flora, fauna alam benda dan teknik dalam melukis
369
sesuai dengan prosedur. Lukisan yang dibuat merupakan hasil
pengembangan
ide
dan
gagasan
serta
imajinasi
yang
menghasilkan lukisan. Materi penyelesaian atau finishing
meliputi pemasangan figura dan laminasi pada lukisan. Materi
pelaporan mencakup teori dan praktik pelaporan pada tiap
tahapan kerja dan mengkomunikasikan hasil laporan.
Proses belajar menggunakan model pembelajaran project based
learning dengan memperhatikan pembelajaran abad 21 dan
memiliki sikap jujur, disiplin, bernalar kritis, kreatif mandiri dan
bergotong-royong
sesuai
dengan
karakater
Profil
Pelajar
Pancasila.
Pembelajaran dilaksanakan dengan sistem ganda yaitu di
lingkungan sekolah dan di studio lukis. Pembelajaran teori dan
praktik di sekolah dilaksanakan pada ruang keterampilan
melukis sebagai miniatur ruang kerja di studio lukis serta dapat
menghadirkan seniman lukis sebagai guru tamu. Pembelajaran
di studio lukis dilaksanakan melalui program kunjungan ke
pameran
berorientasi
lukisan.
pada
Pembelajaran
kebutuhan
keterampilan
dan
melukis
kemandirian,
serta
mengembangan imajinasi peserta didik.
Pengetahuan tentang lukisan memiliki fungsi yang sangat
penting sebagai pengetahuan dasar yang harus dimiliki untuk
membekali peserta didik dalam mengembangkan keterampilan
melukis.
Materi-materi
dasar
untuk
mengembangkan
pengetahuan dan kemampuan pada fase berikutnya antara lain,
yaitu
mengajarkan
tentang
penerapan
Kesehatan
dan
Keselamatan Kerja (K3), pengenalan objek lukisan sebagai
sumber ide dan gagasan, media, alat dan bahan melukis,
pengenalan kegunaan alat-alat untuk melukis, melaksanakan
pengenalann, tektur dan karakteristik bahan, mengenal berbagai
teknik melukis pada berbagai macam media, sebagai dasar
untuk membuat lukisan, sampai pada tahap penyelesaian yang
meliputi pemasangan pigura dan laminasi pada lukisan. Materi
pelaporan mencakup teori dan praktik pelaporan pada tiap
tahapan kerja dan mengkomunikasikan hasil laporan.
Dengan menguasai pelajaran melukis peserta didik diharapkan
dapat mengembangkan kompetensinya dengan baik sehingga
370
pada fase berikutnya dalam jenjang yang lebih tinggi atau SMALB
masing-masing materi tersebut mengajarkan tahapan-tahapan
hardskill dan soft skill dengan pendekatan belajar Project Based
Learning yang akan menginternalisasikan sikap jujur, disiplin,
bernalar kritis, kreatif, mandiri dan bergotong royong sesuai
dengan profil pelajar Pancasila.
2. Elemen Mata Pelajaran
Melukis pada fase D, E, dan F membahas materi yang akan
dikembangkan sebagai dasar pengetahuan dan kemampuan
untuk memasuki materi pada jenjang yang lebih tinggi, antara
lain:
1. Pengetahuan tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
2. Pengetahuan tentang alat dan bahan untuk melukis
3. Proses membuat karya seni lukis
4. Penyelesaian akhir
5. Pelaporan
Elemen Mata Pelajaran Seni Lukis dan Deskripsinya
Elemen
Deskripsi
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
Penerapan keselamatan kerja di lingkungan
tempat kerja, penerapan penggunaan alat
pelindung diri (APD), kesehatan dan
penyakit akibat kerja dan personal hygiene,
mengikuti
Standar Operasional Prosesedural (SOP)
penggunaan alat.
Persiapan Alat dan
Bahan Melukis
Mempersiapkan peralatan yang
dipergunakan di ruang lukis, fungsi alat dan
bahan melukis. Persiapan tempat, alat dan
bahan untuk mengikuti pembelajaran
keterampilan melukis. Merapikan dan
menyimpan alat dan bahan ke tempat
semula.
Proses Membuat
Karya Seni Lukis
Mengembangkan ide dan gagasan objek
karya seni lukis. Membuat sketsa sesuai
dengan ide dan gagasan. Membuat lukisan
sesuai dengan ide dan gagasan awal dengan
menerapkan unsur-unsur rupa (titik, garis,
bidang, bentuk, warna, tekstur dan
keseimbangan). Menerapkan corak atau
gaya dalam melukis,Melakukan finishing
pada karya seni lukis yaitu pemasangan
pigura dan laminasi.
Penyelesaian Akhir
Menerapkan kebersihan dan kerapian
peralatan dan perlengkapan melukis.
Pelaporan
Melaporkan hasil kerja dengan mengisi cek
list: persiapan alat dan bahan, pemeriksaan
371
Elemen
Deskripsi
kelengkapan alat dan bahan, serta
menampilkan hasil lukisan.
D. Capaian Setiap Fase Menurut Elemen
1. Fase D (Usia Mental ± 9 Tahun dan Umumnya Kelas VII, VIII,
dan IX)
Pada fase D, peserta didik memahami dan menerapkan Kesehatan
dan Keselamatan Kerja (K3), memilih bahan dan alat untuk
melukis sesuai dengan kebutuhan. Peserta didik melakukan
proses melukis dengan menerapkan berbagai teknik melukis
dengan objek flora, fauna dan alam benda pada media dua
dimensi. Peserta didik melakukan pemeliharaan alat lukis secara
berkala serta melaporkan hasil kerja dengan mengisi ceklis.
Fase D Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Kesehatan dan
Keselamatan Kerja
(K3)
Pada akhir fase D, peserta didik dapat
menerapkan Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) yang meliputi penerapaan
kesehatan dan keselamatan di lingkungan
tempat kerja, pencegahan kecelakaan kerja,
penerapaan Pertolongan Pertama pada
Kecelakaan Kerja (P3K), penggunaan Alat
Pelindung Diri (APD), pemeliharaan peralatan
secara berkala, pencegahan penyakit akibat
kerja, pembersihan area ruang lukis atau
kelas untuk belajar, penyimpanan alat bantu
dan perlengkapan melukis, personal hygiene
meliputi merawat kebersihan diri dan
seragam kerja praktik/uniform, mengikuti
prosedur penggunaan alat.
Persiapan Alat dan
Bahan Melukis
Pada akhir fase D, peserta didik dapat
mengidentifikasi alat dan bahan pembuatan
karya seni lukis, mengelompokkan jenis
peralatan, mengidentifikasi kegunaan
peralatan, melakukan pemeliharaan berkala
pada alat melukis, membersihkan peralatan
setelah digunakan, serta melakukan
penyimpanan peralatan; mengidentifikasi
kebutuhan bahan untuk membuat karya
lukis; memilih media yang sesuai dengan
kebutuhan untuk membuat karya lukis.
Proses Melukis
Pada akhir fase D, peserta didik dapat
menentukan jenis alat dan bahan yang tepat
untuk membuat sebuah karya lukis dengan
objek gambar flora, fauna dan alam benda
pada media dua dimensi; melakukan proses
melukis dengan objek flora, fauna dan alam
benda pada media dua dimensi dengan
372
menggunakan alat dan bahan sesuai langkahlangkah dalam melukis seperti menerapkan
berbagai teknik melukis, menggunkan media
yang digunakan dalam melukis; mencari ide
dan gagasan dalam melukis; memahami dan
menerapkan unsur-unsur rupa dalam
melukis.( titik, garis, bidang, bentuk,warna,
tekstur, keseimbangan); menentukan corak
atau gaya dalam melukis.
Penyelesaian Akhir
Pada akhir fase D, peserta didik dapat
membersihkan peralatan dan perlengkapan
melukis, mengelompokkan jenis peralatan,
mengidentifikasi kegunaan peralatan,
melakukan pemeliharaan berkala pada alat
melukis manual dan digital serta melakukan
penyimpanan peralatan dengan rapi baik
secara mandiri maupun bersama-sama.
Pelaporan
Pada akhir fase D, peserta didik dapat
melaporkan hasil kerja dengan mengisi cek
list: persiapan alat dan bahan, pemeriksaan
kelengkapan alat dan bahan, serta
menampilkan hasil lukisan, secara mandiri
maupun secara bersama-sama.
2. Fase E (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas X)
Pada fase E, peserta didik memahami dan menerapkan prosedur
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), memilih bahan dan alat
untuk
melukis
sesuai
dengan
kebutuhan.
Peserta
didik
melakukan proses melukis dengan menerapkan berbagai teknik
melukis dengan objek fauna pada media tiga dimensi. Peserta
didik melakukan pemeliharaan alat lukis secara berkala serta
melaporkan hasil kerja dengan mengisi ceklis.
Fase E Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3)
Pada akhir fase E, peserta didik dapat
mengenali simbol-simbol K3, menerapkan
prosedur keselamatan dan kesehatan di
tempat kerja baik secara mandiri dan
bergotong-royong, menerapkan prosedur
penggunaan APD, pencegahan penyakit
akibat kerja, kebersihan lingkungan kerja,
penyimpanan pelengkap kerja dan personal
hygiene, mengikuti standar operasional
prosedural (SOP) penggunaan alat.
Persiapan Alat dan
Bahan
Pada akhir fase E, peserta didik dapat
memilih bahan dan alat sesuai kebutuhan,
media yang sesuai untuk membuat lukisan
secara mandiri, bergotong royong melakukan
pemeliharan peralatan melukis secara
berkala.
373
Proses Melukis
Pada akhir fase E, peserta didik dapat
menentukan jenis alat dan bahan yang tepat
untuk membuat sebuah karya lukis dengan
objek gambar fauna, alam benda pada media
tiga dimensi; melakukan proses melukis
dengan objek flora pada media tiga dimensi
dengan menggunakan alat dan bahan sesuai
langkah-langkah dalam melukis seperti
menerapkan berbagai teknik melukis,
menggunkan media yang digunakan dalam
melukis; mencari ide dan gagasan dalam
melukis; memahami dan menerapkan unsurunsur rupa dalam melukis (titik, garis,
bidang, bentuk, warna, tekstur,
keseimbangan); menentukan corak atau gaya
dalam melukis.
Penyelesaian Akhir
Pada akhir fase E, peserta didik dapat
melakukan teknik finishing dengan
melaminasi karya seni lukis pada media tiga
dimensi, membersihkan peralatan dan
perlengkapan melukis, mengelompokkan jenis
peralatan, mengidentifikasi kegunaan
peralatan, melakukan pemeliharaan berkala
pada alat lukis, serta melakukan
penyimpanan peralatan dengan rapi baik
secara mandiri maupun secara bergotong
royong.
Pelaporan
Pada akhir fase E, peserta didik dapat mengisi
ceklist laporan, persiapan alat dan bahan,
pemeriksaan kesiapan alat dan bahan, serta
menampilkan hasil lukisan yang telah dibuat
secara mandiri maupun bersama dengan
jujur.
3. Fase F (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas XI dan Kelas
XII)
Pada fase F, peserta didik memahami dan menerapkan prosedur
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), memilih bahan dan alat
untuk
melukis
sesuai
dengan
kebutuhan.
Peserta
didik
melakukan proses melukis dengan menerapkan berbagai teknik
melukis dengan objek fauna dan alam benda pada media tiga
dimensi. Peserta didik melakukan pemeliharaan peralatan secara
berkala baik secara mandiri maupun gotong royong serta
melaporkan hasil kerja dengan mengisi cek list.
Fase F Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3)
Pada akhir fase F, peserta didik dapat
mengenali simbol-simbol K3, menerapkan
prosedur keselamatan dan kesehatan kerja di
tempat kerja baik secara mandiri dan
374
bergotong royong, menerapkan prosedur
penggunaan APD, pencegahan penyakit
akibat kerja, kebersihan lingkungan kerja,
penyimpanan perlengakap kerja dan personal
hygiene, mengikuti standar operasional
prosedural (SOP) penggunaan alat.
Persiapan Alat dan
Bahan Melukis
Proses Melukis
Pada akhir fase F, peserta didik dapat
memilih bahan, alat dan media untuk
melukis sesuai kebutuhan, media yang sesuai
untuk membuat lukisan secara mandiri,
bergotong royong melakukan pemeliharaan
peralatan secara berkala.
Pada akhir fase F, eserta didik dapat
menentukan jenis alat dan bahan yang tepat
untuk membuat sebuah karya lukis dengan
objek gambar fauna, alam benda pada media
tiga dimensi; melakukan proses melukis
dengan objek fauna dana lam benda pada
media tiga dimensi dengan menggunakan alat
dan bahan sesuai langkah-langkah dalam
melukis seperti menerapkan berbagai teknik
melukis, menggunkan media yang digunakan
dalam melukis; mencari ide dan gagasan
dalam melukis; memahami dan menerapkan
unsur-unsur rupa dalam melukis ( titik, garis,
bidang, bentuk, warna, tekstur,
keseimbangan); menentukan corak atau gaya
dalam melukis.
Penyelesaian Akhir
Pada akhir fase F peserta didik dapat
melakukan teknik finishing dengan
melaminasi karya seni lukis pada media tiga
dimensi, membersihkan peralatan dan
perlengkapan melukis, mengelompokkan jenis
peralatan, mengidentifikasi kegunaan
peralatan, melakukan pemeliharaan berkala
pada alat lukis, serta melakukan
penyimpanan peralatan dengan rapi baik
secara mandiri maupun secara bergotong
royong.
Pelaporan
Pada akhir fase F. peserta didik dapat mengisi
ceklist laporan, persiapan alat dan bahan,
pemeriksaan kesiapan alat dan bahan, serta
menampilkan hasil lukisan yang telah dibuat
secara mandiri maupun bersama dengan
jujur.
375
XXX. CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KHUSUS KETERAMPILAN SENI
MUSIK
A. Rasional Mata Pelajaran Seni Musik
Seni Musik merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari oleh
peserta didik berkebutuhan khusus di Sekolah Luar Biasa. Dalam
pelajaran Seni Musik, ada 3 bagian yang sangat penting, yaitu Bit,
Ritme, dan Harmoni. Mata pelajaran Seni Musik mengajarkan
bagaimana peserta didik dapat menampilkan karya musik secara
individu dan secara berkelompok dari tahapan explorasi terhadap
karya musik yang akan digunakan, mencipta atau mengaransemen
lagu, menyiapkan alat musik dan mengidentifikasi alat musik yang
dipergunakan, menampilkan karya musik secara individu maupun
berkelompok, serta mengapresiasi karya musik itu sendiri dengan
menerapkan prosedur keselamatan kerja dan kesehatan pada setiap
tahapannya.
Musik adalah bagian integral dari kehidupan. Oleh karena itu, musik
harus menjadi bagian integral dari pengalaman sekolah. Musik
adalah bahasa universal sehingga dapat diintegrasikan dalam semua
bidang studi untuk memberikan pembelajaran. Karena musik dapat
membantu sekolah menjadi tempat yang menyenangkan.
Seiring dengan perkembangan dunia industri kesenian saat ini
banyak sekali macam karya-karya Musik di antaranya, karya musik
kontenporer, musik daerah atau tradisional dan karya musik
mancanegara (Jazz, Klasic, rock, dst) dan karya musik tidak terbatas
pada kegiatan pengembangan seni pertunjukan, acara-acara yang
bersifat formal kenegaraan, kemasyarakatan, identitas, serta hiburan
juga melibatkan Seni Musik.
Pada Sekolah Menegah Pertama Luar Biasa (SMPLB) dan Sekolah
Menengah Atas Luar Biasa (SMALB), mata pelajaran Seni Musik
merupakan salah satu jenis keterampilan pilihan dari 20 jenis yang
disediakan oleh pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan seni
musik dasar kepada peserta didik yang dapat diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari, serta persiapan menuju dunia kerjadi industri
musik. Dengan mempelajari mata pelajaran Seni Musik, peserta didik
diharapkan mampu mengembangkan hard skill dan soft skill diri
376
mereka sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila, yaitu Beriman,
Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan Berakhlak Mulia,
Bernalar Kritis, Kreatif, Mandiri, Disiplin dan Gotong Royong.
Dalam mempelajari mata pelajaran Seni Musik, peserta didik akan
dikembangkan
dan
dioptimalkan
kemampuan
pengetahuan,
keterampilan, dan sikap untuk menjadi sumber daya manusia yang
kompeten. Pengoptimalan tiga kemampuan ini sangat berhubungan
erat dalam membentuk peserta didik sesuai profil pelajar pancasila,
diantaranya: pengetahuan meningkatkan daya bernalar kritis dan
kreativitas.
Keterampilan
untuk
mengasah
kreativitas
dan
kemandirian. Sikap bertujuan untuk menanamkan akhlak baik,
meningkatkan kedisiplinan dan sikap bergotong royong.
Ruang lingkup materi seni musik yang akan dipelajari meliputi
pengetahuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), pengetahuan
mempersipakan dan menggunakan instrumen musik, menentukan
instrumen musik sesuai dengan kebutuhan, menampilkan tehnik
meminkan instrumen musik, menampilkan karya musik hasil dari
aransemen musik baik secara individu maupun kelompok. Serta
proses memproduksi karya musik dalam berbagai media.
B. Tujuan Mata Pelajaran Seni Musik
Setelah mengikuti pembelajaran seni musik diharapkan peserta didik
dapat:
1. mengembangkan potensi diri dan memiliki sikap sesuai dengan
Profil Pelajar Pancasila, yaitu bersikap jujur, bernalar kritis,
kreatif, disiplin, gotong-royong dan mandiri;
2. mengikuti prosedur kesehatan dan keselamatan kerja (K3) baik
secara mandiri maupun bekerja sama dalam tim;
3. melaksanakan penciptaan karya musik yang meliputi mengekplor
ide lagu, menulis lirik dan not, mempresentasikan karya;
4. membuat
arasansement
dan
komposisi
lagu,
dengan
mengoprasikan perangkat lunak dan perangkat keras dan
mengaplikasikan ilmu harmonisasi dalam karya musik;
5. menampilkan
dan
memainkan
karya
seni
musik
dengan
instrumen musik secara berkelompok;
6. melakukan improvisasi dan menampilkan karya dihadapan
pengguna;
377
7. memainkan instrumen musik secara individu;
8. mengaplikasikan
teknik
bermain
secara
individu
dan
menampilkannya dihadapan pengguna.
C. Karakteristik Mata Pelajaran Seni Musik
1. Deskripsi Umum Mata Pelajaran
Pelajaran Seni Musik pada jenjang SMPLB dan SMALB mempelajari
teori dan praktik tentang keselamatan dan kesehatan kerja,
instrument alat musik, dan membuat karya musik, proses
membuat karya musik, penyelesaian karya, dan pelaporan karya
serta menunjukan hasil karya. Materi Keselamatan kesehatan kerja
mencakup teori dan praktik dalam upaya menjamin keselamatan
dan kesehatan selama berada di area kerja, pencegahan terjadinya
kecelakaan kerja dan langkah penanganan jika terjadi kecelakaan
kerja.
Materi instrumen mencakup pengenalan instrumen alat musik
terkait fungsi cara penggunaan alat yang digunakan proses
membuat karya dan menampilkan karya musik. Proses membuat
karya atau mengaransemen sebuah karya dengan menggunakan
berbagai macam media adalah rangkaian pembelajaran teori dan
praktik. Materi pelaporan mencakup teori dan praktik pelaporan
pada tiap tahapan kerja dan mengkomunikasikan hasil laporan.
Setiap materi tersebut mengajarkan tahapan-tahapan hard skill
dan soft skill degan pendekatan belajar Project Based Learning yang
akan menginternalisasikan sikap jujur, disiplin, bernalar kritis,
kreatif, mandiri dan bergotong royong sesuai dengan profil pelajar
Pancasila.
Pembelajaran
lingkungan
dilaksanakan
sekolah
dan
dengan
luar
sistem
sekolah
ganda,
(pengguna
yaitu
di
musik).
Pembelajaran teori dan praktik di sekolah dilaksanakan pada ruang
praktik keterampilan sebagai miniatur ruang kerja di dunia usaha
dan pengguna musik serta dapat menghadirkan praktisi dari
pengguna musik sebagai guru tamu. Pembelajaran di industri
dilaksankan melalui program pengguna dan praktik sesuai dengan
kebutuhan. Pembelajaran keterampilan seni musik berorientasi
pada kebutuhan dan kemandirian peserta didik.
378
Teori dasar musik adalah pengetahuan dasar yang harus dimiliki
untuk
membekali
keterampilan
peserta
seni
mengembangkan
musik.
pengetahuan
didik
dalam
Materi-materi
dan
mengembangkan
dasar
kemampuan
untuk
pada
fase
berikutnya antara lain, yaitu mengajarkan tentang penerapan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Dengan menguasai
pelajaran Seni Musik, peserta didik dapat mengembangkan
kompetensinya dengan baik sehingga pada fase SMPLB dan fase
SMALB atau ke jenjang yang lebih tinggi.
2. Elemen Mata Pelajaran
Seni Musik pada fase D, E, dan F membahas materi yang akan
dikembangkan sebagai dasar pengetahuan dan kemampuan untuk
memasuki materi pada jenjang yang lebih tinggi, antara lain:
1. Pengetahuan tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
2. Pengetahunan alat musik dan perlengkapan alat musik untuk
menampilkan karya musik
3. Proses membuat komposisi lagu dan penampilan karya musik
4. Melaksanakan proses produksi karya seni musik manual dan
digital pada berbagai macam media
5. Melaporkan hasil kerja
Elemen Mata Pelajaran Seni Musik dan Deskripsinya
Elemen
Deskripsi
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
Peserta didik mampu menerapkan Kesehatan
dan Keselamatan Kerja (K3) yang meliputi
penerapaan kesehatan dan keselamatan di
lingkungan tempat kerja, pencegahan
kecelakaan kerja, penerapaan Pertolongan
Pertama pada Kecelakaan Kerja (P3K),
penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) seperti
masker, masker, sarung tangan, sepatu, dan
celemek, pemeliharaan peralatan secara
berkala, pencegahan penyakit akibat kerja,
pembersihan area ruang sablon atau kelas
untuk belajar, penyimpanan alat bantu
menyablon, personal hygiene meliputi merawat
kebersihan diri dan seragam kerja praktik/
uniform, mengikuti standar operasional
procedural (SOP) penggunaaan alat.
Persiapan Instrumen
Musik
Peserta didik dapat menerapkan kemampuan
persiapan peralatan dan perlengkapan yang
meliputi, mengidentifikasi alat dan
perlengkapan untuk praktik di ruang musik.
Pada persiapan menggunakan peralatan
perserta didik dapat mengelompokkan jenis
instrumen, mengidentifikasi kegunaan
instrument, memahami dan melakukan
379
Elemen
Deskripsi
pemeliharaan berkala pada instrument music
dan perlengkapan, membersihkan peralatan
setelah digunakan, serta melakukan
penyimpanan peralatan. Kemudian pada
persiapan praktik karya musik , peserta didik
dapat mengidentifikasi kebutuhan peralatan
untuk praktik karya musik. Memilih media
yang sesuai dengan kebutuhan untuk karya
musik yang dimainkan
Proses Pembuatan
Karya Musik
Peserta didik dapat menentukan instrumen
musik yang tepat untuk pembuatan karya
musik. Peserta didik juga dapat melakukan
proses latihan dan pembuatan karya seni
musik dengan menggunakan instrumen musik
dan perlengkapan sesuai prosedur seperti
menerapkan berbagai teknik instrumen musik
dan instrumen penunjang lainnya.
Penyelesaian Akhir
Peserta didik dapat membereskan dan
mengembalikan instrument musik yang di
gunakan ketempat semula, serta menerapkan
kebersihan dan kerapian peralatan dan
perlengkapan musik yang sudah di
pergunakan.
Pelaporan
Peserta disik dapat melaporkan hasil kerja
dengan mengisi cek list: persiapan alat,
pemeriksaan kelengkapan bahan, dan hasil
seni musik manual dan digital.
D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Seni Musik Setiap Fase
1. Fase D (Usia Mental ± 9 Tahun dan Umumnya Kelas VII, VIII, dan
IX)
Pada akhir fase D, peserta didik mampu menerapkan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3), dengan bimbingan dan arahan guru peserta
didik dapat melakukan berbagai persiapan dalam membuat karya
musik, mengeksplorasi jenis lagu yang sesuai, menuliskan lirik lagu
dan notasi lagu; membuat komposisi dan aransemen musik serta
membuat inprovisasi pada vokal dan atau musik; menyiapkan
instrumen musik dalam mempraktikan hasil karya yang dibuat baik
dalam
bentuk
karya
vokal
(bernyanyi)
maupun
memainkan
instrumen musik yang sesuai; melaporkan laporan akhir setelah
proses pembuatan karya seni musik serta merapikan kembali
perlengkapan yang telah digunakan.
Fase D Berdasarkan Elemen
380
Elemen
Capaian Pembelajaran
Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja (K3)
Pada akhir fase D, peserta didik dengan
bimbingan dan arahan guru dapat memahami
dan menerapkan prosedur keselamatan dan
kesehatan di tempat kerja baik secara mandiri
dan bergotong-royong, menerapkan prosedur
penggunaan APD, pencegahan penyakit akibat
kerja, kebersihan lingkungan kerja,
penyimpanan pelengkap kerja dan personal
hygiene, mengikuti standar operasional
prosedural (SOP) penggunaan instrument musik
Persiapan Instrumen
Musik
Pada akhir fase D, peserta didik dengan
bimbingan dan arahan guru dapat menyiapkan
perlengkapan untuk mencoba menulis lirik dan
notasi lagu dan memilih instrumen musik yang
sesuai untuk membuat komposisi dan
aransemen pada musik, serta improvisasi pada
istrumen musik/vokal.
Proses Pembuatan
Karya Musik
Pada akhir fase D, peserta didik dengan
bimbingan dan arahan guru dapat
mengeksplorasi ide lagu, menulis lirik dan
notasi lagu; memilih atau menentukan
instrumen musik yang sesuai dalam membuat
komposisi dan aransemen musik berdasarkan
gendre serta inprovisasi yang sesuai dengan
gendre musik; melaksanakan hasil karya musik
yang dibuatnya.
Penyelesaian Akhir
Pada akhir fase D, peserta didik dengan
bimbingan dan arahan guru dapat
membersihkan peralatan musik dengan benar
dan kembali bersih, dapat mengelompokkan
jenis peralatan instrumen musik yang telah
dipergunakan serta melakukan penyimpanan
peralatan dengan rapi baik secara mandiri
maupun bersama-sama.
Pelaporan
Pada akhir fase D, peserta didik dengan
bimbingan dan arahan guru dapat mengisi
ceklist laporan persiapan instrumen musik dan
mengembalikan pada tempat semula.
2. Fase E (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas X)
Pada akhir Fase E, peserta didik mampu menerapkan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3, dengan arahan dan bimbingan, peserta
didik dapat memilih instrumen musik dan perlengkapan sesuai
kebutuhan dan keadaan sarana dan prasarana yang tersedia di
sekolah atau di studio musik, media yang sesuai untuk memainkan
karya musik, dapat menyelaraskan bunyi pada setiap alat musik
yang di pergunakan dengan menggunkan tunner agar setiap
instrumen musik dapat selaras; mengetahui tata letak instrumen
yang digunakan setiap para pemain; melakukan komunikasi dengan
381
para pemain musik ketika akan memulai; memainkan karya musik
berkelompok dengan selaras berdasarkan kosnep aransemen;
mendemonstrasikan karya musik secara berkelompok sesuai
dengan konsep aransemen; memainkan instrumen musik dengan
tehnik
yang
benar;
menampilkan
karya
musik
kelompok,
melakukan pemeliharaan berkala pada alat musik yang di gunakan,
mengisi ceklist laporan hasil kerja.
Fase E Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3)
Pada akhir fase E, peserta didik dapat
memahami dan menerapkan prosedur
keselamatan dan kesehatan di tempat kerja
baik secara mandiri dan bergotong-royong,
menerapkan prosedur penggunaan APD,
pencegahan penyakit akibat kerja, kebersihan
lingkungan kerja, penyimpanan pelengkap kerja
dan personal hygiene, mengikuti standar
operasional prosedural (SOP) penggunaan
instrumen musik.
Persiapan Instrumen
Musik
Pada akhir fase E, peserta didik dapat memilih
instrumen musik dan perlengkapan sesuai
kebutuhan, media yang sesuai untuk
memainkan karya musik, bergotong royong
melakukan pemeliharan peralatan secara
berkala.
Proses Pembuatan
Karya Musik
Pada akhir fase E, peserta didik dapat
menyelaraskan bunyi pada setiap alat musik
yang di pergunakan dengan menggunkan
tunner agar setiap instrumen musik dapat
selaras; mengetahui tata letak instrumen yang
digunakan setiap para pemain; melakukan
komunikasi dengan para pemain musik ketika
akan memulai; memaikan karya musik
berkelompok dengan selaras berdasarkan
kosnep aransemen; mendemonstrasikan karya
musik secara berkelompok sesuai dengan
konsep aransemen; memainkan instrumen
musik dengan tehnik yang benar; menampilkan
karya musik kelompok dengan harmonis
berdasarkan konsep yang ditulis.
Penyelesaian Akhir
Pada akhir fase E, peserta didik dapat
membersihkan peralatan musik dengan benar
dan kembali bersih, dapat mengelompokkan
jenis peralatan instrumen musik yang telah di
pergunakan, melakukan pemeliharaan berkala
pada alat musik yang di gunakan, serta
melakukan penyimpanan peralatan dengan rapi
baik secara mandiri maupun bersama-sama.
Pelaporan
Pada akhir fase E peserta didik dapat mengisi
ceklist laporan persiapan instrumen musik dan
mengembalikan pada tempat semula.
382
3. Fase F (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas XI dan XII)
Pada akhir Fase F, peserta didik mampu menerapkan Keselamatan
dan
Kesehatan
Kerja
(K3),
mempersiapkan
instrumen
keyboard/piano dan peralatan pendukung musik, melakukan
pembiasaan pemanasan pada instrumen vokal sebelum praktek
bernyanyi, melakukan pelarasan pada instrumen gitar sesuai bunyi
standar di instrumen keyboard/piano, melakukan pelarasan pada
instrumen gitar menggunakan tuner, memainkan instrumen musik
keyboard/piano dan gitar secara individu dengan menerapkan
teknik-teknik dasar bermain instrumen, menyanyikan instrumen
vokal secara individu dengan menerapkan teknik-teknik dasar
bernyanyi, mendemonstrasikan karya lagu dengan menerapkan
unsur ekspresi pada instrumen musik dengan pembimbingan dan
pendampingan, melaksanakan Prakerin dengan mengadakan recital
musik piano dan gitar; melaksanakan Prakerin dengan melakukan
pentas musik rutin di dunia usaha.
Fase F Berdasarkan Elemen
Elemen
Capaian Pembelajaran
Keselamatan dan
Kesehatan
Kerja
Pada akhir fase F, peserta didik dapat mengenali
simbol-simbol K3, menerapkan prosedur
keselamatan dan kesehatan kerja di tempat
kerja baik secara mandiri dan bergotong royong,
menerapkan prosedur penggunaan APD,
pencegahan penyakit akibat kerja, kebersihan
lingkungan kerja, penyimpanan perlengakap
kerja dan personal hygiene, mengikuti standar
operasional prosedural (SOP) penggunaan alat.
Persiapan Alat dan
Bahan
Pada akhir fase F, peserta didik dapat
menyiapkan instrumen musik (keyboard/piano
dan gitar). Melakukan persiapan/pemanasan
pada instrumen vokal sebelum menyanyikan
karya; menyiapkan perlengkapan pendukung
musik seperti tape recorder, amply, mic,
ruangan, dan stand partitur; melakukan
pelarasan instrumen gitar dengan
menyesuaikan bunyi standar pada
keyboard/piano, serta melakukan pelarasan
menggunakan tuner,
Proses Pembuatan
Karya Musik
Pada akhir fase F, peserta didik dapat
memainkan instrumen musik keyboard/piano
dan gitar secara individu dengan menerapkan
teknik-teknik dasar bermain instrumen. dapat
menyanyikan instrumen vokal secara individu
dengan menerapkan teknik-teknik dasar
bernyanyi, mendemonstrasikan karya lagu
dengan menerapkan unsur ekspresi pada
instrumen musik dengan pembimbingan dan
383
pendampingan; melaksanakan Prakerin dengan
mengadakan recital musik piano dan gitar;
melaksanakan Prakerin dengan melakukan
pentas musik rutin di dunia usaha.
Penyelesaian Akhir
Pada akhir fase F, peserta didik dapat
membersihkan peralatan dan perlengkapan
musik setelah digunakan seperti: mengelap alat
musik setelah digunakan, menjaga kesehatan
instrumen vokal, melakukan pemeliharaan
berkala pada alat musik, serta melakukan
penyimpanan peralatan dengan rapi baik secara
mandiri.
Pelaporan
Pada akhir fase F, peserta didik dapat mengisi
ceklist laporan persiapan alat, pemeriksaan
perlengkapan musik, dan menyimpan hasil
karya musik.
KEPALA BADAN STANDAR, KURIKULUM,
DAN ASESMEN PENDIDIKAN,
TTD.
ANINDITO ADITOMO
Salinan sesuai dengan aslinya,
Kepala Subbagian Tata Usaha,
IFAN FIRMANSYAH
NIP 198210152009121003
384