Academia.eduAcademia.edu

Pemikiran Abdurrahman Wahid Tentang Islam dan Pluralitas

2012, Humaniora

This article clarifies a research that concerned with Wahid's thoughts and actions that saw Islam from its basic value, not merely as a symbol. Therefore, Wahid presented Islam from democratic and cultural sides. To present the phylosophical analysis of Wahid's thoughts, the research applies hermeneutics approach and library research, especially reading Wahid's books as the primary sources, and others' books related to Wahid's thoughts as the secondary sources. It can be concluded that Islam presented by Wahid is the Islam that relates to softness, adoring loves, defending the weakness and minority, sustaining to lead the justice, having faith and honesty, tolerance, inclusive, and showing plualities.

View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk brought to you by CORE provided by Binus University Repository ABSTRACT This article clarifies a research that concerned with Wahid’s thoughts and actions that saw Islam from its basic value, not merely as a symbol. Therefore, Wahid presented Islam from democratic and cultural sides. To present the phylosophical analysis of Wahid’s thoughts, the research applies hermeneutics approach and library research, especially reading Wahid’s books as the primary sources, and others’ books related to Wahid’s thoughts as the secondary sources. It can be concluded that Islam presented by Wahid is the Islam that relates to softness, adoring loves, defending the weakness and minority, sustaining to lead the justice, having faith and honesty, tolerance, inclusive, and showing plualities. Keywords: Islam, Islam basic value, plurality ABSTRAK Artikel ini menjelaskan penelitian tentang pemikiran dan tindakan Wahid yang lebih menekankan keislaman pada nilai dasar Islam, bukan pada simbol belaka. Karena itu, Wahid menampilkan Islam pada wajah demokrasi dan kebudayaan. Sebagai suatu analisis filosofis terhadap pemikiran Wahid, secara metodologis, penelitian ini menggunakan pendekatan hermeneutik (hermeneutics approach) dan dalam pencarian data menggunakan penelitian kepustakaan (library research) dengan cara membaca buku karya Wahid sebagai data primer, dan buku karya pengarang lain yang berhubungan dengan telaah ini sebagai data sekunder. Disimpulkan bahwa Islam yang ditampilkan oleh Wahid adalah Islam yang penuh dengan kelembutan, Islam yang diliputi oleh cinta-kasih, Islam yang membela kaum yang lemah dan minoritas, Islam yang senantiasa menegakan keadilan, Islam yang setia pada kejujuran, dan Islam yang toleran, inklusif dan pluralis. Kata kunci: Islam, nilai dasar Islam, pluralitas
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI BADAN STANDAR, KURIKULUM, DAN ASESMEN PENDIDIKAN Jalan Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta 10270 Telepon (021) 5737102, 5733129, Faksimile (021) 5721244, 5721245 Laman litbang.kemdikbud.go.id SALINAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN STANDAR, KURIKULUM, DAN ASESMEN PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI NOMOR 008/H/KR/2022 TENTANG CAPAIAN PEMBELAJARAN PADA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, JENJANG PENDIDIKAN DASAR, DAN JENJANG PENDIDIKAN MENENGAH PADA KURIKULUM MERDEKA KEPALA BADAN STANDAR, KURIKULUM, DAN ASESMEN PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan kebijakan kurikulum Merdeka, perlu menetapkan Kurikulum, dan Kebudayaan, Keputusan Asesmen Riset, dan Kepala Badan Kementerian Teknologi Standar, Pendidikan, tentang Capaian Pembelajaran pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah Pada Kurikulum Merdeka; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2021 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 87, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6676) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2022 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2021 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara -2- Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6762); 3. Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2021 tentang Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 156); 4. Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 28 Tahun 2021 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 963); 5. Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 5 Tahun 2022 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 161); 6. Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 7 Tahun 2022 tentang Standar Isi pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 169); 8. Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 56/M/2022 tentang Pedoman Penerapan Kurikulum dalam Rangka Pemulihan Pembelajaran; MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA BADAN STANDAR, KURIKULUM, DAN ASESMEN PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI TENTANG CAPAIAN PEMBELAJARAN PADA PADA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, JENJANG PENDIDIKAN DASAR, DAN JENJANG PENDIDIKAN MENENGAH PADA KURIKULUM MERDEKA. -3- KESATU : Menetapkan Capaian Pembelajaran untuk PAUD pada Kurikulum Merdeka sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan ini. KEDUA : Menetapkan Capaian Pembelajaran untuk SD/MI/Program Paket A, SMP/MTs/Program Paket B, dan SMA/MA/Program Paket C pada Kurikulum Merdeka sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan ini. KETIGA : Menetapkan Capaian Pembelajaran Kelompok Kejuruan untuk SMK/MAK Mata Pelajaran pada Kurikulum Merdeka sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan ini. KEEMPAT : Menetapkan Capaian Pembelajaran untuk SDLB, SMPLB, dan SMALB pada Kurikulum Merdeka sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan ini. KELIMA : Capaian Pembelajaran sebagaiman dimaksud dalam Diktum KESATU, Diktum KEDUA, Diktum KETIGA, dan Diktum KEEMPAT mulai berlaku pada tahun ajaran 2022/2023. KEENAM : Pada saat Keputusan ini mulai berlaku: a. Keputusan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan Nomor 28 Tahun 2021 tentang Capaian Pembelajaran PAUD, SD, SMP, SMA, SDLB, SMPLB, DAN SMALB Pada Program Sekolah Penggerak; dan -4- b. Keputusan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan Nomor 29 Tahun 2021 tentang Capaian Pembelajaran tentang Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran pada Program SMK Pusat Keunggulan. dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. KETUJUH : Keputusan Kepala Badan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 15 Februari 2022 KEPALA BADAN STANDAR, KURIKULUM, DAN ASESMEN PENDIDIKAN, TTD. ANINDITO ADITOMO Salinan sesuai dengan aslinya, Kepala Subbagian Tata Usaha, IFAN FIRMANSYAH NIP 198210152009121003 SALINAN LAMPIRAN I KEPUTUSAN KEPALA BADAN STANDAR, ` KURIKULUM, DAN ASESMEN PENDIDIKAN NOMOR 008/KR/2022 TENTANG CAPAIAN PEMBELAJARAN PADA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, JENJANG PENDIDIKAN DASAR, DAN JENJANG PENDIDIKAN MENENGAH PADA KURIKULUM MERDEKA CAPAIAN PEMBELAJARAN UNTUK PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) PADA KURIKULUM MERDEKA CAPAIAN PEMBELAJARAN DI AKHIR JENJANG PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) A. Rasional Capaian Pembelajaran Penyusunan Capaian Pembelajaran di Pendidikan Anak Usia Dini (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) dapat dimaknai sebagai sebuah tanggapan terhadap adanya kebutuhan untuk menguatkan peran PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) sebagai fondasi jenjang pendidikan dasar. Capaian Pembelajaran merupakan masukan kurikulum yang digunakan oleh satuan PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) dalam merancang pembelajaran sehingga dapat mencapai STPPA. Capaian Pembelajaran memberikan kerangka pembelajaran yang memandu pendidik di satuan PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) dalam memberikan stimulasi yang dibutuhkan oleh anak usia dini. Stimulasi dirancang dengan cara memperkaya lingkungan yang akan menyuburkan interaksi anak dengan lingkungan di sekitar, termasuk pendidik dan orangtua. Kurikulum berdasarkan pendekatan konstruktivistik yang berasal dari teori Piaget dan Vygotsky juga percaya bahwa pembelajaran perlu melibatkan anak dalam interaksi aktif antara diri dan lingkungannya. Diharapkan proses stimulasi akan memberikan dampak yang optimal pada peningkatan karakter, keterampilan, maupun pengetahuan anak. Stimulasi tersebut dilakukan pada semua aspek perkembangan anak, baik dari aspek moral dan agama, fisik motorik, emosi dan sosial, bahasa, dan kognitif melalui kegiatan bermain. Peran guru dan orang tua pada stimulasi anak usia dini selaras dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara yaitu guru dan orang tua 1 berfungsi sebagai fasilitator, mentor, dan mitra anak dalam proses perkembangannya. Selanjutnya guru perlu bekerja sama dengan orang tua untuk memastikan keselarasan antara pendidikan di satuan PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) dan di rumah dalam keseharian anak. Secara umum, dapat dikatakan stimulasi bertujuan agar anak bertumbuh kembang optimal secara holistik dan siap bersekolah. Diharapkan mereka kelak membentuk pribadi yang dicita-citakan dalam profil pelajar Pancasila, yaitu sebagai pelajar sepanjang hayat yang kompeten, berkarakter, dan berperilaku sesuai nilai-nilai Pancasila. Proses membangun pengetahuan anak terjadi ketika ia sedang bermain dan berinteraksi dengan lingkungannya secara aktif. Proses tersebut berupa desain lingkungan belajar yang sesuai dari satuan PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) serta tantangan dan dukungan yang diberikan bagi tiap anak oleh pendidik untuk memastikan anak memperoleh kemampuan-kemampuan baru. Bermain bagi anak usia dini adalah belajar, yang didukung dengan masukan dari orang lain yang lebih berpengalaman di sekitarnya (pendidik, orang tua/wali, saudara yang lebih tua, dan sebagainya). Anak bertindak dari perilaku bermain dan model yang dicontohkan oleh orang dewasa atau anak-anak yang lebih tua. Mereka mengajukan pertanyaan untuk belajar lebih banyak, dan dapat dirangsang untuk belajar lebih banyak melalui dukungan dari orang dewasa yang terlibat, atau anak-anak yang lebih tua yang menanggapi minat anak, menjelaskan berbagai hal, mengajari mereka kata-kata untuk berbicara tentang apa yang mereka lakukan, dan mendorong anak untuk mengeksplorasi lebih cermat, atau berpikir lebih dalam. Bermain secara alami dan spontan yang berasal dari ide-ide anak merupakan kegiatan belajar yang menyenangkan yang dengan dukungan yang tepat, akan mengarah pada pembelajaran yang lebih dalam dan bermakna bagi anak tentang diri mereka menampilkan dan hal-hal dunianya. Melalui bermain, anak-anak yang ia ketahui tentang dunianya yang memberikan kesempatan yang tepat bagi pendidik atau orang tua/wali, untuk menstimulasi anak mengambil langkah berikutnya, atau mencoba tantangan berikutnya agar mereka belajar lebih banyak. Stimulasi bermain yang berkualitas, yang selaras dengan minat anak dan menantang secara tepat akan memberikan kesempatan kepada anak untuk menunjukkan Indonesia, dan mengeksplorasi, pengenalan tentang mendemonstrasikan memecahkan 2 dirinya sebagai kemampuannya masalah, berpikir anak dalam dan mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila. Anak tersebut akan memiliki kesadaran terhadap alam dan lingkungan, serta tumbuh dan berkembang menjadi anak yang kreatif, bugar, sehat, serta dapat berkomunikasi dan berekspresi dengan bahasa dan seni. Berikut adalah sejumlah rasional yang mendasari penyusunan Capaian Pembelajaran di jenjang PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA): Pertama, memberikan lebih banyak ruang kemerdekaan bagi satuan PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) untuk menetapkan kebutuhan pengajaran dan pembelajaran. Kebutuhan belajar mengajar PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) harus didasarkan pada kebutuhan anak. Ini membutuhkan pertimbangan kemampuan fisik, sosial, moral, linguistik, dan kognitif anak serta penyediaan berbagai lingkungan yang menantang dengan dukungan pendidik ke tiap anak yang memadai untuk memastikan potensi belajar anak terwujud. Lingkungan PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) perlu ramah dan dekat dengan anak agar ia merasa cukup percaya diri untuk dapat bermain dan menjelajah di dalamnya. Ini berarti pertimbangan harus diberikan pada konteks sosial dan budaya anak dan sumber daya yang tersedia. Orang tua/wali juga harus dilibatkan dalam kegiatan PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA), sehingga mereka dapat mendukung pembelajaran anak tentang diri mereka sendiri dan dunia mereka serta anak dapat memperluas eksplorasi. Pertimbangan juga harus diberikan pada sumber daya ekonomi dan masyarakat yang mungkin tersedia di lingkungan rumah dan satuan PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) untuk dapat memberikan dukungan yang memadai. Beragamnya keadaan sosial budaya ekonomi dan sumber daya masyarakat Indonesia adalah sinyal bahwa penjabaran mengenai apa yang perlu dipelajari di satuan PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) harus tetap menyediakan ruang kemerdekaan bagi satuan pendidikan dan ekosistemnya untuk menentukan bagaimana mereka akan menggunakan sumber dayanya untuk mencapai tujuan pembelajaran. Capaian Pembelajaran PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) merupakan fase fondasi, yang artinya fase ini merupakan pijakan pertama anak di dunia pendidikan dan tujuannya adalah memfasilitasi tumbuh kembang anak secara optimal, yang tidak hanya siap bersekolah, namun lebih siap menempuh perjalanannya dalam berkembang dan berperan di komunitas, negara, dan dunia. Selaras dengan semangat Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak, Capaian Pembelajaran tidak preskriptif (secara mengikat memberikan ketentuan baku) membatasi 3 ragam laju dan kebutuhan anak dalam belajar berdasarkan usia (karena anak unik dan tidak dapat dibandingkan satu dengan yang lainnya) – dan juga tidak preskriptif membatasi rangkaian pembelajaran yang dapat dilakukan satuan. Kedua, menguatkan transisi PAUD-SD. Kesinambungan pembelajaran di PAUD dan sekolah dasar, adalah peran kunci mengingat periode anak usia dini sebetulnya adalah usia 0-8 tahun (Shonkoff et al, 2016). Capaian Pembelajaran Jenjang PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) berupaya untuk menempatkan kurikulum PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) dan sekolah dasar dalam satu lajur pembelajaran (learning progression) sehingga ujung capaian kurikulum adalah titik berangkat di kelas 1 sekolah dasar, dan terus dibangun hingga usainya fase A, di kelas 2 sekolah dasar. Hal ini yang diharapkan akan mendukung kesiapan bersekolah anak dalam rentang usia tersebut. Kesiapan bersekolah dimaknai sebagai hadirnya hasil interaksi dari tiga dimensi: peserta didik yang siap (ready children), keluarga siap (ready family), dan sekolah yang siap (ready school) (UNICEF, 2012). Sesuai dengan teori Bronfenbrenner (1979 dan 1989), ketiga dimensi ini berada dalam sebuah ekosistem besar yang dipengaruhi oleh nilai budaya serta kerangka kebijakan yang berlaku. Kesiapan bersekolah merupakan kondisi yang terus dibangun berdasarkan kemitraan antara satuan PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA), keluarga, sekolah dasar kelas rendah. Komponen penting dari kesiapan bersekolah yang dapat didukung satuan PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) diantaranya adalah: ● Kematangan emosi yang cukup untuk mengatasi masalahnya seharihari. ● Keterampilan sosial yang memadai untuk berinteraksi sehat dengan teman sebaya. ● Kematangan kognitif yang cukup untuk berkonsentrasi saat bermain-belajar. ● Pengembangan keterampilan motorik dan perawatan diri yang memadai untuk dapat berpartisipasi di lingkungan sekolah secara mandiri. Keterampilan umum ini dipelajari di lingkungan dimana anak-anak memiliki kesempatan untuk berinteraksi, dimana ada masalah-masalah yang perlu mereka selesaikan ketika berinteraksi dengan teman. Pendidik juga perlu siap mendukung anak-anak untuk terlibat secara baik dengan orang lain, menyelesaikan perselisihan secara konstruktif, 4 dan mengelola emosi mereka. Pendidik juga perlu mengajari anak cara mendengarkan dengan cermat, dan memberikan stimulus untuk membangun konsentrasi dan keterampilan mengingat anak untuk mendukung kesiapan bersekolah. Ketiga, menguatkan artikulasi penanaman literasi, matematika, sains, teknologi, rekayasa, dan seni sejak di PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA). Literasi dan matematika awal tersirat di dalam kurikulum terdahulu namun dalam pelaksanaannya, masih ada satuan yang menghindari penggunaan aspek pembelajaran ini ditengarai karena kekhawatiran terjadinya schoolification (anak belajar secara klasikal di mana fokus lebih ke muatan pembelajaran di ruangan kelas dalam waktu lama dengan kertas dan pensil), sementara penting dalam pembelajarannya anak usia dini untuk mengeksplorasi diri dan lingkungan. Pengenalan pada sains, matematika, teknologi, rekayasa, dan seni dihadirkan di PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) untuk membantu anak memecahkan masalah dan berkreasi. Kemampuan literasi dan matematika di sini tidaklah diartikan sebagai keharusan membaca, menulis, atau berhitung karena semua pendidikan di PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) kembali pada prinsip berpusat pada kebutuhan anak. Artinya, kemampuan literasi dan matematika adalah kemampuan dasar yang dibutuhkan anak untuk dapat memahami dunia, serta kemampuan tersebut dalam kegiatan dapat menggunakan sehari-harinya. Agar anak memiliki kemampuan literasi dan matematika awal dalam makna yang luas, maka penggunaan metode drilling yang secara sempit memaknai kemampuan ini sebagai kemampuan baca, tulis, hitung – harus dihindarkan. Hal yang diperlukan adalah pemahaman yang meluas di satuan PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) dan komunitas orang tua mengenai perkembangan literasi dini, matematika awal, sains, teknologi, rekayasa, dan seni dalam PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) yang mencakup pengembangan: ● Kemampuan menyimak dan mengolah informasi. ● Kemahiran berbahasa yang memadai untuk berpartisipasi dalam percakapan sehari-hari, mengekspresikan gagasan, pendapat, dan perasaan, menjelaskan berbagai peristiwa yang dekat dengan kehidupan anak, mendengarkan secara efektif, dan merespons dengan tepat. ● Kecintaan pada buku, yang dipupuk dengan mendengarkan berbagai cerita serta teks informasi sederhana dan menarik sehingga dapat mendorong anak untuk mengekspresikan tanggapan mereka. 5 ● Pengalaman langsung yang memadai dalam menghitung di antaranya berbagai jenis jumlah kecil, menyortir objek yang berbeda dengan cara yang berbeda, menggunakan bahasa matematika untuk mengidentifikasi objek yang panjang, pendek, berat, ringan, penuh, kosong, cepat, lambat, dan juga untuk menjelaskan beberapa bentuk sederhana di lingkungan mereka; dan ● Pengalaman yang cukup dalam mengeksplorasi berbagai elemen lingkungan alam mereka serta alat-alat sederhana, teknologi dan bahan konstruksi agar mereka terbiasa dan mampu menggambarkan pengalaman mereka dan apa yang telah mereka pelajari. Keterampilan awal ini dikembangkan melalui kegiatan belajar-bermain dengan tetap memperhatikan keunikan anak. Setiap anak memiliki minat yang berbeda dan tingkat keterampilan yang berbeda, oleh karena itu pendidik perlu mengenali dan menanggapi hal ini. Keterampilan keaksaraan awal PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) harus fokus pada pengembangan keterampilan bahasa lisan. Anak perlu meningkatkan perbendaharaan kata dan keterampilan berbicara serta menyimak, dengan cara terlibat dalam percakapan dengan pendidik dan orang tua/wali. Percakapan ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas bahasa lisan reseptif dan ekspresif anak. Demikian pula, untuk mengembangkan keterampilan matematika awal, pendidik perlu terlibat dalam percakapan dengan setiap anak di mana mereka membantu anak untuk memahami dan menggunakan beberapa ide dan bahasa matematika sederhana yang berlaku dalam kegiatan bermain. Pengalaman sains, teknologi, dan kerekayasaan yang sesuai untuk anak-anak di PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) memerlukan penyediaan materi untuk dimainkan anak agar dapat merangsang eksplorasi mereka. Setiap elemen lingkungan alam yang menjadi bagian dari PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) dapat menjadi stimulus untuk mendorong anak berpikir secara ilmiah. Perangkat mekanis sederhana yang dapat digunakan anak untuk bermain dengan aman, atau bahan yang dapat digunakan untuk konstruksi memungkinkan anak untuk mengeksplorasi elemen teknologi dan kerekayasaan. Peran pendidik, sekali lagi, untuk terlibat dalam percakapan empat mata dengan setiap anak, setiap hari mencari tahu apa yang sedang dieksplorasi oleh anak, apa yang membuat mereka penasaran dan menanyakan jenis pertanyaan yang akan mendorong anak untuk mengeksplorasi lebih banyak dan memikirkan tentang hasilnya. 6 Keempat, lebih memberikan pijakan bagi anak untuk memahami dirinya dan dunia. Hasil pembelajaran di PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) menekankan pentingnya untuk membantu anak-anak memahami dan bangga akan identitas mereka, dan untuk memperkuat pemahaman mereka tentang dunia dimulai dengan menjelajahi lingkungan sekitarnya. Anak-anak membutuhkan kepercayaan diri dan kepercayaan pada kemampuan mereka agar dapat secara efektif menjelajahi dan belajar tentang dunia mereka. Mereka perlu merasa bangga terhadap dirinya sendiri, budaya asal mereka, penampilan dan cara hidup mereka. Pendidik perlu mendukung anak-anak untuk mengembangkan identitas yang kuat dan positif dengan menghormati dan menyambut masing-masing keunikan anak serta latar belakang sosial dan budaya mereka. Relevansi PAUD sangat ditentukan oleh manfaat yang dirasakan secara konkret oleh keluarga dan anak. Keluarga perlu melihat jejak serta dampak dari partisipasi anak-anaknya di PAUD (Smith, 1996), karenanya tujuan dari setiap pembelajaran perlu dikaitkan dengan pengalaman anak sehari-hari dan kontekstual (selaras dengan nilai sosial budaya lingkungan) sehingga menumbuhkan kesadaran bahwa dirinya adalah bagian dari lingkungannya serta meningkatkan kompetensi dirinya untuk dapat berperan dalam kegiatan seharihari. Capaian Pembelajaran PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) secara spesifik menekankan pentingnya pendampingan anak dalam menemukan jati dirinya, serta menguatkan pemahaman anak terhadap dunianya melalui eksplorasi terhadap lingkungan sekitar. B. Tujuan Capaian Pembelajaran Pembelajaran di PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) adalah pembelajaran yang mengintegrasikan semua aspek perkembangan anak dengan penekanan pada kesejahteraannya. Tujuan capaian pembelajaran di PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) adalah memberikan arah yang sesuai dengan usia perkembangan anak pada semua aspek perkembangan anak (nilai agama-moral, fisik motorik, emosi-sosial, bahasa, dan kognitif) dan menarasikan kompetensi pembelajaran yang diharapkan dicapai anak pada akhir PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA), agar anak siap mengikuti jenjang pendidikan selanjutnya. C. Karakteristik Pembelajaran PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) 7 Pembelajaran di PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) memiliki karakteristik yang memandang setiap anak dipandang unik dan memiliki potensi (kelebihan/kekuatan) masing-masing sehingga memungkinkan untuk dikembangkan lebih lanjut melalui dalam lingkungan yang dirancang dengan cermat di mana stimulasi bermain diberikan dan pembelajaran disediakan oleh pendidik. Scaffolding (perancah, dukungan belajar secara terstruktur) sangat penting diberikan pendidik dengan cara terlibat dalam percakapan sehari-hari dengan setiap anak, yang seiring waktu akan memberikan tantangan, dukungan dan bimbingan bagi anak untuk mengembangkan keterampilan motorik, keterampilan sosial dan nilai-nilai moral, keterampilan bahasa lisan dan kemampuan anak untuk secara produktif memikirkan dan mengeksplorasi lingkungan. Pembelajaran di PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) perlu memperhatikan beberapa karakteristik spesifik yaitu: 1. Mendukung terbentuknya kesejahteraan diri (well-being) anak. 2. Menghargai dan menghormati anak. 3. Mendorong rasa ingin tahu anak. 4. Menyesuaikan dengan usia, tahap perkembangan, minat dan kebutuhan anak. 5. Memberikan stimulasi secara holistik integratif. 6. Memberikan tantangan, bimbingan, dan dukungan pada pembelajaran tiap anak melalui percakapan dan interaksi bermakna dengan tiap anak. 7. Melibatkan keluarga sebagai mitra. 8. Memanfaatkan lingkungan dan teknologi sebagai sumber belajar. 9. Menggunakan penilaian otentik (penilaian yang diperoleh bersamaan dengan berlangsungnya proses pembelajaran). D. Lingkup Capaian Pembelajaran Lingkup capaian pembelajaran di PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) mencakup tiga elemen stimulasi yang saling terintegrasi. Tiga elemen stimulasi tersebut merupakan elaborasi aspek-aspek perkembangan nilai agama dan moral, fisik motorik, kognitif, sosial emosional, bahasa, dan nilai Pancasila serta bidang-bidang lain untuk optimalisasi tumbuh kembang anak sesuai dengan kebutuhan pendidikan abad 21 dalam konteks Indonesia. Tiap elemen stimulasi mengeksplorasi aspek-aspek perkembangan secara utuh dan tidak terpisah. Ketiga elemen stimulasi tersebut adalah: 1) Nilai agama dan budi pekerti, yang mencakup 8 kemampuan dasar-dasar agama dan akhlak mulia; 2) Jati diri mencakup pengenalan jati diri anak Indonesia yang sehat secara emosi dan sosial dan berlandaskan Pancasila, serta memiliki kemandirian fisik. 3) Dasar-dasar Literasi, Matematika, Sains, Teknologi, Rekayasa,dan Seni yang mencakup kemampuan memahami berbagai informasi dan berkomunikasi serta berpartisipasi dalam kegiatan pramembaca. Setiap elemen stimulasi harus digunakan sebagai dasar untuk mengeksplorasi aspek perkembangan anak secara keseluruhan, bukan secara terpisah. E. Rumusan Capaian Pembelajaran PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) Pada akhir fase fondasi, anak menunjukkan kegemaran mempraktikkan dasar-dasar nilai agama dan budi pekerti; kebanggaan terhadap dirinya; dasar-dasar kemampuan literasi, matematika, sains, teknologi, rekayasa, dan seni untuk membangun sikap positif terhadap belajar dan kesiapan untuk mengikuti pendidikan dasar. Elemen Capaian Pembelajaran 1. Nilai Agama dan Budi Pekerti: Anak percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, mulai mengenal dan mempraktikkan ajaran kepercayaanNya. Anak pokok sesuai berpartisipasi dengan aktif agama dalam dan menjaga kebersihan, kesehatan dan keselamatan diri sebagai bentuk rasa sayang terhadap dirinya dan rasa syukur pada Tuhan Yang Maha Esa. Anak menghargai sesama manusia dengan berbagai perbedaannya dan mempraktikkan perilaku baik dan berakhlak mulia. Anak menghargai alam dengan cara merawatnya dan menunjukkan rasa sayang terhadap makhluk hidup yang merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. 2. Jati Diri: Anak mengenali, mengekspresikan, dan mengelola emosi diri serta membangun hubungan sosial secara sehat. Anak mengenal dan memiliki perilaku positif terhadap diri dan lingkungan (keluarga, sekolah, masyarakat, negara, dan dunia) serta rasa bangga sebagai anak Indonesia yang berlandaskan Pancasila. Anak menyesuaikan diri dengan lingkungan, aturan, dan norma yang berlaku. Anak menggunakan fungsi gerak (motorik kasar, halus, dan taktil) untuk mengeksplorasi dan memanipulasi berbagai objek dan lingkungan sekitar sebagai bentuk pengembangan diri. 9 3. Dasar-dasar Literasi, Matematika, Sains, Teknologi, Rekayasa, dan Seni: Anak mengenali dan memahami berbagai informasi, mengomunikasikan perasaan dan pikiran secara lisan, tulisan, atau menggunakan berbagai media serta membangun percakapan. Anak menunjukkan minat, kegemaran, dan berpartisipasi dalam kegiatan pramembaca dan pramenulis. Anak mengenali dan menggunakan konsep pramatematika untuk memecahkan masalah di dalam kehidupan sehari-hari. Anak menunjukkan kemampuan dasar berpikir kritis, kreatif, dan kolaboratif. Anak menunjukkan rasa ingin tahu melalui observasi, eksplorasi, dan eksperimen dengan menggunakan lingkungan sekitar dan media sebagai sumber belajar, untuk mendapatkan gagasan mengenai fenomena alam dan sosial. Anak menunjukkan kemampuan awal menggunakan dan merekayasa teknologi serta untuk mencari informasi, gagasan, dan keterampilan secara aman dan bertanggung jawab. Anak mengeksplorasi berbagai proses seni, mengekspresikannya serta mengapresiasi karya seni. KEPALA BADAN STANDAR, KURIKULUM, DAN ASESMEN PENDIDIKAN, TTD. ANINDITO ADITOMO Salinan sesuai dengan aslinya, Kepala Subbagian Tata Usaha, IFAN FIRMANSYAH NIP 198210152009121003 10 SALINAN LAMPIRAN II KEPUTUSAN KEPALA BADAN STANDAR, KURIKULUM, DAN ASESMEN PENDIDIKAN NOMOR 008/KR/2022 TENTANG CAPAIAN PEMBELAJARAN PADA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, JENJANG PENDIDIKAN DASAR, DAN JENJANG PENDIDIKAN MENENGAH PADA KURIKULUM MERDEKA CAPAIAN PEMBELAJARAN UNTUK SD/MI/PROGRAM PAKET A, SMP/MTS/PROGRAM PAKET B, DAN SMA/MA/PROGRAM PAKET C PADA KURIKULUM MERDEKA I.1 CAPAIAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA A. Rasional Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kemampuan berbahasa, bersastra, dan berpikir merupakan fondasi dari kemampuan literasi. Semua bidang kajian, bidang kehidupan, dan tujuan-tujuan sosial menggunakan kemampuan literasi. Literasi menjadi kemampuan sangat penting yang digunakan untuk bekerja dan belajar sepanjang hayat. Dengan demikian, pembelajaran bahasa Indonesia merupakan pembelajaran literasi untuk berbagai tujuan berkomunikasi dalam konteks sosial budaya Indonesia. Kemampuan literasi dikembangkan ke dalam pembelajaran menyimak, membaca dan memirsa, menulis, berbicara, dan mempresentasikan untuk berbagai tujuan berbasis genre yang terkait dengan penggunaan bahasa dalam kehidupan. Setiap genre memiliki tipe teks yang didasarkan pada alur pikir—struktur—khas teks tertentu. Tipe teks merupakan alur pikir yang dapat mengoptimalkan penggunaan bahasa untuk bekerja dan belajar sepanjang hayat. Model utama yang digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah pedagogi genre. Model ini memiliki empat tahapan, yaitu: penjelasan untuk membangun konteks (explaining, building the context), pemodelan (modelling), pembimbingan (joint construction), dan pemandirian (independent construction). Di samping pedagogi 1 genre, pembelajaran bahasa Indonesia dapat dikembangkan dengan model-model lain sesuai dengan pencapaian pembelajaran tertentu. Pembinaan dan pengembangan kemampuan berbahasa Indonesia akan membentuk pribadi Pancasila yang beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia, berpikir kritis, mandiri, kreatif, bergotong royong, dan berkebinekaan global. Rasional sebagaimana diuraikan di atas dapat dipaparkan pada gambar 1 sebagai berikut. Gambar 1: Rasional Pembelajaran Bahasa Indonesia B. Tujuan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan untuk membantu peserta didik mengembangkan: 1. akhlak mulia dengan menggunakan bahasa Indonesia secara santun; 2. sikap pengutamaan dan penghargaan terhadap bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi negara Republik Indonesia; 3. kemampuan berbahasa dengan berbagai teks multimodal (lisan, tulis, visual, audio, audiovisual) untuk berbagai tujuan (genre) dan konteks; 4. kemampuan literasi (berbahasa, bersastra, dan bernalar kritiskreatif) dalam belajar dan bekerja; 5. kepercayaan diri untuk berekspresi sebagai individu yang cakap, mandiri, bergotong royong, dan bertanggung jawab; 6. kepedulian terhadap budaya lokal dan lingkungan sekitarnya; dan 7. kepedulian untuk berkontribusi sebagai warga Indonesia dan dunia yang demokratis dan berkeadilan. C. Karakteristik Mata Pelajaran Bahasa Indonesia 2 Mata pelajaran Bahasa Indonesia menjadi modal dasar untuk belajar dan bekerja karena berfokus pada kemampuan literasi (berbahasa dan berpikir). Kemampuan literasi menjadi indikator kemajuan dan perkembangan anak-anak Indonesia. Mata pelajaran Bahasa Indonesia membina dan mengembangkan kepercayaan diri peserta didik sebagai komunikator, pemikir kritis-kreatif-imajinatif dan warga negara Indonesia yang menguasai literasi digital dan informasional. Pembelajaran Bahasa Indonesia membina dan mengembangkan pengetahuan dan kemampuan literasi dalam semua peristiwa komunikasi yang mendukung keberhasilan dalam pendidikan dan dunia kerja. Mata pelajaran berbahasa Bahasa reseptif Indonesia (menyimak, membentuk membaca dan keterampilan memirsa) dan keterampilan berbahasa produktif (berbicara dan mempresentasikan, serta menulis). Kompetensi berbahasa ini berdasar pada tiga hal yang saling berhubungan dan saling mendukung untuk mengembangkan kompetensi peserta didik, yaitu bahasa (mengembangkan kompetensi kebahasaan), sastra (kemampuan memahami, mengapresiasi, menanggapi, menganalisis, dan mencipta karya sastra); dan berpikir (kritis, kreatif, dan imajinatif). Pengembangan kompetensi berbahasa, bersastra, dan berpikir diharapkan membentuk peserta didik yang memiliki kemampuan literasi tinggi dan berkarakter Pancasila. 1. Mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup kemampuan reseptif (menyimak, membaca dan memirsa) dan kemampuan produktif (berbicara dan mempresentasikan, menulis). 2. Mata pelajaran Bahasa Indonesia menggunakan pendekatan berbasis genre melalui pemanfaatan beragam tipe teks dan teks multimodal (lisan, tulis, visual, audio, audiovisual). Model pembelajaran menggunakan pedagogi genre, yaitu: penjelasan untuk membangun konteks (explaining, building the context), pemodelan (modelling), pembimbingan (joint construction), dan pemandirian (independent construction); serta kegiatan yang mendorong peserta didik untuk berpikir kritis, kreatif, dan imajinatif dalam proses pembelajaran. 3. Mata pelajaran Bahasa Indonesia dibelajarkan untuk meningkatkan: 3 a. kecakapan hidup peserta didik dalam mengelola diri dan lingkungan; b. kesadaran dan kepedulian peserta didik terhadap lingkungan alam, sosial, dan budaya. Area Pembelajaran Kemampuan Reseptif Bahasa Produktif Sub-kemampuan Menyimak Membaca dan memirsa Berbicara dan mempresentasikan Menulis Pengertian kemampuan berbahasa diuraikan sebagai berikut. Elemen Menyimak Deskripsi Menyimak adalah kemampuan peserta didik menerima, memahami, dan memaknai informasi yang didengar dengan sikap yang baik agar dapat menanggapi mitra tutur. Proses yang terjadi dalam menyimak mencakup kegiatan seperti mendengarkan dengan konsentrasi, mengidentifikasi, memahami pendapat, menginterpretasi tuturan bahasa, dan memaknainya berdasarkan konteks yang melatari tuturan tersebut. Komponen-komponen yang dapat dikembangkan dalam menyimak di antaranya kepekaan terhadap bunyi bahasa, sistem isyarat, kosakata, struktur bahasa (tata bahasa), makna, dan metakognisi. Membaca dan Membaca adalah kemampuan peserta didik untuk Memirsa memahami, memaknai, menginterpretasi, dan merefleksi teks sesuai tujuan dan kepentingannya untuk mengembangkan sikap, pengetahuan, keterampilan, dan potensinya. Memirsa merupakan kemampuan peserta didik untuk memahami, memaknai, menginterpretasi, dan merefleksi sajian cetak, visual dan/atau audiovisual sesuai tujuan dan kepentingannya untuk mengembangkan sikap, pengetahuan, keterampilan, dan potensinya. Komponenkomponen yang dapat dikembangkan dalam membaca dan memirsa di antaranya kepekaan terhadap fonem, huruf, sistem isyarat, kosakata, struktur bahasa (tata bahasa), makna, dan metakognisi. 4 Elemen Deskripsi Berbicara dan Berbicara adalah kemampuan peserta didik untuk Mempresenmenyampaikan gagasan, tanggapan, dan perasaan dalam tasikan bentuk lisan dengan santun. Mempresentasikan merupakan kemampuan memaparkan gagasan atau tanggapan secara fasih, akurat, bertanggung jawab, mengajukan dan/atau menanggapi pertanyaan/pernyataan , dan/atau menyampaikan perasaan secara lisan sesuai konteks dengan cara yang komunikatif dan santun melalui beragam media (visual, digital, audio, dan audiovisual). Komponen-komponen yang dapat dikembangkan dalam berbicara dan mempresentasikan di antaranya kepekaan terhadap bunyi bahasa, sistem isyarat, kosakata, struktur bahasa (tata bahasa), makna, dan metakognisi. Menulis Menulis adalah kemampuan menyampaikan gagasan, tanggapan, dan perasaan dalam bentuk tulis secara fasih, akurat, bertanggung jawab, dan/atau menyampaikan perasaan sesuai konteks. Komponen-komponen yang dapat dikembangkan dalam menulis di antaranya penggunaan ejaan, kosakata, kalimat, paragraf, struktur bahasa , makna, dan metakognisi dalam beragam jenis teks. D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Setiap Fase 1. Fase A (Umumnya untuk kelas I dan II SD/MI/Program Paket A) Peserta didik memiliki kemampuan berbahasa untuk berkomunikasi dan bernalar, sesuai dengan tujuan, kepada teman sebaya dan orang dewasa di sekitar tentang diri dan lingkungannya. Peserta didik menunjukkan minat serta mampu mengekspresikan memahami perasaan dan dan gagasan; menyampaikan pesan; berpartisipasi dalam percakapan dan diskusi sederhana dalam interaksi antarpribadi serta di depan banyak pendengar secara santun. Peserta didik mampu meningkatkan penguasaan kosakata baru melalui berbagai kegiatan berbahasa dan bersastra dengan topik yang beragam. Peserta didik juga mulai mampu mengungkapkan gagasannya secara lisan dan tulisan dengan sikap yang baik menggunakan kata-kata yang dikenalinya seharihari. Fase A Berdasarkan Elemen. 5 Elemen Capaian Pembelajaran Peserta didik mampu bersikap menjadi pendengar yang penuh perhatian. Peserta didik menunjukkan minat pada tuturan yang didengar serta mampu memahami pesan lisan dan informasi dari media audio, teks aural (teks yang dibacakan dan/atau didengar), instruksi lisan, dan percakapan yang berkaitan dengan tujuan berkomunikasi. Menyimak Peserta didik mampu bersikap menjadi pembaca dan pemirsa yang menunjukkan minat terhadap teks yang dibaca atau dipirsa. Peserta didik mampu membaca kata-kata yang dikenalinya sehari-hari dengan fasih. Peserta didik mampu memahami informasi dari bacaan dan tayangan yang dipirsa tentang diri dan lingkungan, narasi imajinatif, dan puisi anak. Peserta didik mampu memaknai kosakata baru dari teks yang dibaca atau tayangan yang dipirsa dengan bantuan ilustrasi. Membaca dan Memirsa Berbicara dan Mempresentasikan Menulis Peserta didik mampu berbicara dengan santun tentang beragam topik yang dikenali menggunakan volume dan intonasi yang tepat sesuai konteks. Peserta didik mampu merespons dengan bertanya tentang sesuatu, menjawab, dan menanggapi komentar orang lain (teman, guru, dan orang dewasa) dengan baik dan santun dalam suatu percakapan. Peserta didik mampu mengungkapkan gagasan secara lisan dengan atau tanpa bantuan gambar/ilustrasi. Peserta didik mampu menceritakan kembali suatu isi informasi yang dibaca atau didengar; dan menceritakan kembali teks narasi yang dibacakan atau dibaca dengan topik diri dan lingkungan. Peserta didik mampu menunjukkan keterampilan menulis permulaan dengan benar (cara memegang alat tulis, jarak mata dengan buku, menebalkan garis/huruf, dll.) di atas kertas dan/atau melalui media digital. Peserta didik mengembangkan tulisan tangan yang semakin baik. Peserta didik mampu menulis teks deskripsi dengan beberapa kalimat sederhana, menulis teks rekon tentang pengalaman diri, menulis kembali narasi berdasarkan teks fiksi yang dibaca atau didengar, menulis teks prosedur tentang kehidupan sehari-hari, dan menulis teks eksposisi tentang kehidupan seharihari. 2. Fase B (Umumnya untuk kelas III dan IV SD/MI/Program Paket A) Peserta didik memiliki kemampuan berbahasa untuk berkomunikasi dan bernalar, sesuai dengan tujuan, kepada teman sebaya dan orang dewasa tentang hal-hal menarik di lingkungan sekitarnya. Peserta didik menunjukkan menyampaikan minat terhadap gagasan dari teks, teks 6 mampu informatif, memahami serta dan mampu mengungkapkan gagasan dalam kerja kelompok dan diskusi, serta memaparkan pendapatnya secara lisan dan tertulis. Peserta didik mampu meningkatkan penguasaan kosakata baru melalui berbagai kegiatan berbahasa dan bersastra dengan topik yang beragam. Peserta didik mampu membaca dengan fasih dan lancar. Fase B Berdasarkan Elemen Elemen Menyimak Membaca dan Memirsa Capaian Pembelajaran Peserta didik mampu memahami ide pokok (gagasan) suatu pesan lisan, informasi dari media audio, teks aural (teks yang dibacakan dan/atau didengar), dan instruksi lisan yang berkaitan dengan tujuan berkomunikasi. Peserta didik mampu memahami dan memaknai teks narasi yang dibacakan atau dari media audio. Peserta didik mampu memahami pesan dan informasi tentang kehidupan sehari-hari, teks narasi, dan puisi anak dalam bentuk cetak atau elektronik. Peserta didik mampu membaca kata-kata baru dengan pola kombinasi huruf yang telah dikenalinya dengan fasih. Peserta didik mampu memahami ide pokok dan ide pendukung pada teks informatif. Peserta didik mampu menjelaskan hal-hal yang dihadapi oleh tokoh cerita pada teks narasi. Peserta didik mampu memaknai kosakata baru dari teks yang dibaca atau tayangan yang dipirsa sesuai dengan topik. Berbicara dan Mempresentasikan Peserta didik mampu berbicara dengan pilihan kata dan sikap tubuh/gestur yang santun, menggunakan volume dan intonasi yang tepat sesuai konteks. Peserta didik mengajukan dan menanggapi pertanyaan, jawaban, pernyataan, penjelasan dalam suatu percakapan dan diskusi dengan aktif. Peserta didik mampu mengungkapkan gagasan dalam suatu percakapan dan diskusi dengan mematuhi tata caranya. Peserta didik mampu menceritakan kembali suatu informasi yang dibaca atau didengar dari teks narasi dengan topik yang beraneka ragam. Menulis Peserta didik mampu menulis teks narasi, teks deskripsi, teks rekon, teks prosedur, dan teks eksposisi dengan rangkaian kalimat yang beragam, informasi yang rinci dan akurat dengan topik yang beragam. Peserta didik terampil menulis tegak bersambung. 3. Fase C (Umumnya untuk kelas V dan VI SD/MI/Program Paket A) Pada akhir fase C, peserta didik memiliki kemampuan berbahasa untuk berkomunikasi dan bernalar sesuai dengan tujuan dan konteks sosial. Peserta didik menunjukkan minat terhadap teks, mampu memahami, mengolah, dan menginterpretasi informasi dan pesan dari paparan lisan dan tulis tentang topik yang dikenali dalam teks narasi dan informatif. 7 Peserta didik mampu menanggapi dan mempresentasikan informasi yang dipaparkan; berpartisipasi tanggapannya terhadap aktif bacaan dalam diskusi; menggunakan menuliskan pengalaman dan pengetahuannya; menulis teks untuk menyampaikan pengamatan dan pengalamannya dengan lebih terstruktur. Peserta didik memiliki kebiasaan membaca untuk hiburan, menambah pengetahuan, dan keterampilan. Fase C Berdasarkan Elemen. Elemen Capaian Pembelajaran Menyimak Peserta didik mampu menganalisis informasi berupa fakta, prosedur dengan mengidentifikasikan ciri objek dan urutan proses kejadian dan nilai-nilai dari berbagai jenis teks informatif dan fiksi yang disajikan dalam bentuk lisan, teks aural (teks yang dibacakan dan/atau didengar) dan audio. Membaca dan Memirsa Peserta didik mampu membaca kata-kata dengan berbagai pola kombinasi huruf dengan fasih dan indah serta memahami informasi dan kosakata baru yang memiliki makna denotatif, literal, konotatif, dan kiasan untuk mengidentifikasi objek, fenomena, dan karakter. Peserta didik mampu mengidentifikasi ide pokok dari teks deskripsi, narasi dan eksposisi, serta nilai-nilai yang terkandung dalam teks sastra (prosa dan pantun, puisi) dari teks dan/atau audiovisual. Berbicara dan Mempresentasikan Peserta didik mampu menyampaikan informasi secara lisan untuk tujuan menghibur dan meyakinkan mitra tutur sesuai kaidah dan konteks. Menggunakan kosakata baru yang memiliki makna denotatif, konotatif, dan kiasan; pilihan kata yang tepat sesuai dengan norma budaya; menyampaikan informasi dengan fasih dan santun. Peserta didik menyampaikan perasaan berdasarkan fakta, imajinasi (dari diri sendiri dan orang lain) secara indah dan menarik dalam bentuk prosa dan puisi dengan penggunaan kosakata secara kreatif. Peserta didik mempresentasikan gagasan, hasil pengamatan, dan pengalaman dengan logis, sistematis, efektif, kreatif, dan kritis; mempresentasikan imajinasi secara kreatif. Menulis Peserta didik mampu menulis teks eksplanasi, laporan, dan eksposisi persuasif dari gagasan, hasil pengamatan, pengalaman, dan imajinasi; menjelaskan hubungan kausalitas, serta menuangkan hasil pengamatan untuk meyakinkan pembaca. Peserta didik mampu menggunakan kaidah kebahasaan dan kesastraan untuk menulis teks sesuai dengan konteks dan norma budaya; menggunakan kosakata baru yang memiliki makna denotatif, konotatif, dan kiasan. Peserta didik menyampaikan perasaan berdasarkan fakta, imajinasi (dari diri sendiri dan orang lain) secara indah dan menarik dalam bentuk prosa dan puisi 8 Elemen Capaian Pembelajaran dengan penggunaan kosakata secara kreatif. 4. Fase D (Umumnya untuk kelas VII, VIII dan IX SMP/MTs/Program Paket B) Pada akhir fase D, peserta didik memiliki kemampuan berbahasa untuk berkomunikasi dan bernalar sesuai dengan tujuan, konteks sosial, dan akademis. Peserta didik mampu memahami, mengolah, dan menginterpretasi informasi paparan tentang topik yang beragam dan karya sastra. Peserta didik mampu berpartisipasi aktif dalam diskusi, mempresentasikan, dan menanggapi informasi nonfiksi dan fiksi yang dipaparkan; Peserta didik menulis berbagai teks untuk menyampaikan pengamatan dan pengalamannya dengan lebih terstruktur, dan menuliskan tanggapannya terhadap paparan dan bacaan menggunakan pengalaman dan pengetahuannya. Peserta didik mengembangkan kompetensi diri melalui pajanan berbagai teks untuk penguatan karakter. Fase D Berdasarkan Elemen. Elemen Capaian Pembelajaran Menyimak Peserta didik mampu menganalisis dan memaknai informasi berupa gagasan, pikiran, perasaan, pandangan, arahan atau pesan yang tepat dari berbagai jenis teks (nonfiksi dan fiksi) audiovisual dan aural dalam bentuk monolog, dialog, dan gelar wicara. Peserta didik mampu mengeksplorasi dan mengevaluasi berbagai informasi dari topik aktual yang didengar. Membaca dan Memirsa Peserta didik memahami informasi berupa gagasan, pikiran, pandangan, arahan atau pesan dari berbagai jenis teks misalnya teks deskripsi, narasi, puisi, eksplanasi dan eksposisi dari teks visual dan audiovisual untuk menemukan makna yang tersurat dan tersirat. Peserta didik menginterpretasikan informasi untuk mengungkapkan simpati, kepedulian, empati atau pendapat pro dan kontra dari teks visual dan audiovisual. Peserta didik menggunakan sumber informasi lain untuk menilai akurasi dan kualitas data serta membandingkan informasi pada teks. Peserta didik mampu mengeksplorasi dan mengevaluasi berbagai topik aktual yang dibaca dan dipirsa. Berbicara dan Mempresentasikan Peserta didik mampu menyampaikan gagasan, pikiran, pandangan, arahan atau pesan untuk tujuan pengajuan usul, pemecahan masalah, dan pemberian solusi secara lisan dalam bentuk monolog dan dialog logis, kritis, dan kreatif. Peserta didik 9 Elemen Capaian Pembelajaran mampu menggunakan dan memaknai kosakata baru yang memiliki makna denotatif, konotatif, dan kiasan untuk berbicara dan menyajikan gagasannya. Peserta didik mampu menggunakan ungkapan sesuai dengan norma kesopanan dalam berkomunikasi. Peserta didik mampu berdiskusi secara aktif, kontributif, efektif, dan santun. Peserta didik mampu menuturkan dan menyajikan ungkapan simpati, empati, peduli, perasaan, dan penghargaan dalam bentuk teks informatif dan fiksi melalui teks multimoda. Peserta didik mampu mengungkapkan dan mempresentasikan berbagai topik aktual secara kritis. Menulis Peserta didik mampu menulis gagasan, pikiran, pandangan, arahan atau pesan tertulis untuk berbagai tujuan secara logis, kritis, dan kreatif. Peserta didik juga menuliskan hasil penelitian menggunakan metodologi sederhana dengan mengutip sumber rujukan secara etis. Menyampaikan ungkapan rasa simpati, empati, peduli, dan pendapat pro/kontra secara etis dalam memberikan penghargaan secara tertulis dalam teks multimodal. Peserta didik mampu menggunakan dan mengembangkan kosakata baru yang memiliki makna denotatif, konotatif, dan kiasan untuk menulis. Peserta didik menyampaikan tulisan berdasarkan fakta, pengalaman, dan imajinasi secara indah dan menarik dalam bentuk prosa dan puisi dengan penggunaan kosa kata secara kreatif. 5. Fase E (Umumnya untuk kelas X SMA/MA/Program Paket C) Pada akhir fase E, peserta didik memiliki kemampuan berbahasa untuk berkomunikasi dan bernalar sesuai dengan tujuan, konteks sosial, akademis, dan dunia kerja. Peserta didik mampu memahami, mengolah, menginterpretasi, dan mengevaluasi informasi dari berbagai tipe teks tentang topik yang beragam. Peserta didik mampu menyintesis gagasan dan pendapat dari berbagai sumber. Peserta didik mampu berpartisipasi aktif dalam diskusi dan debat. Peserta didik mampu menulis berbagai teks untuk menyampaikan pendapat dan mempresentasikan serta menanggapi informasi nonfiksi dan fiksi secara kritis dan etis. Fase E berdasarkan elemen. Elemen Menyimak Capaian Pembelajaran Peserta didik mampu mengevaluasi dan mengkreasi informasi berupa gagasan, pikiran, perasaan, pandangan, arahan atau pesan yang akurat dari menyimak berbagai jenis teks (nonfiksi dan fiksi) dalam bentuk monolog, dialog, dan gelar wicara. 10 Elemen Capaian Pembelajaran Membaca dan Memirsa Peserta didik mampu mengevaluasi informasi berupa gagasan,pikiran, pandangan, arahan atau pesan dari berbagai jenis teks, misalnya deskripsi, laporan, narasi, rekon, eksplanasi, eksposisi dan diskusi, dari teks visual dan audiovisual untuk menemukan makna yang tersurat dan tersirat. Peserta didik menginterpretasi informasi untuk mengungkapkan gagasan dan perasaan simpati, peduli, empati dan/atau pendapat pro/kontra dari teks visual dan audiovisual secara kreatif. Peserta didik menggunakan sumber lain untuk menilai akurasi dan kualitas data serta membandingkan isi teks. Berbicara dan Mempresentasikan Peserta didik mampu mengolah dan menyajikan gagasan, pikiran, pandangan, arahan atau pesan untuk tujuan pengajuan usul, perumusan masalah, dan solusi dalam bentuk monolog, dialog, dan gelar wicara secara logis, runtut, kritis, dan kreatif. Peserta didik mampu mengkreasi ungkapan sesuai dengan norma kesopanan dalam berkomunikasi. Peserta didik berkontribusi lebih aktif dalam diskusi dengan mempersiapkan materi diskusi, melaksanakan tugas dan fungsi dalam diskusi. Peserta didik mampu mengungkapkan simpati, empati, peduli, perasaan, dan penghargaan secara kreatif dalam bentuk teks fiksi dan nonfiksi multimodal. Menulis Peserta didik mampu menulis gagasan, pikiran, pandangan, arahan atau pesan tertulis untuk berbagai tujuan secara logis, kritis, dan kreatif dalam bentuk teks informasional dan/atau fiksi. Peserta didik mampu menulis teks eksposisi hasil penelitian dan teks fungsional dunia kerja. Peserta didik mampu mengalihwahanakan satu teks ke teks lainnya untuk tujuan ekonomi kreatif. Peserta didik mampu menerbitkan hasil tulisan di media cetak maupun digital. 6. Fase F (Umumnya untuk kelas XI dan XII SMA/MA/Paket C) Pada akhir fase F, peserta didik memiliki kemampuan berbahasa untuk berkomunikasi dan bernalar sesuai dengan tujuan, konteks sosial, akademis, dan dunia kerja. Peserta didik mampu memahami, mengolah, menginterpretasi, dan mengevaluasi berbagai tipe teks tentang topik yang beragam. Peserta didik mampu mengkreasi gagasan dan pendapat untuk berbagai tujuan. Peserta didik mampu berpartisipasi aktif dalam kegiatan berbahasa yang melibatkan banyak orang. Peserta didik mampu menulis berbagai teks untuk merefleksi dan mengaktualisasi diri untuk selalu berkarya dengan mengutamakan penggunaan bahasa Indonesia di berbagai media untuk memajukan peradaban bangsa. 11 Fase F berdasarkan elemen. Elemen Capaian Pembelajaran Menyimak Peserta didik mampu mengevaluasi berbagai gagasan dan pandangan berdasarkan kaidah logika berpikir dari menyimak berbagai jenis teks (nonfiksi dan fiksi) dalam bentuk monolog, dialog, dan gelar wicara; mengkreasi dan mengapresiasi gagasan dan pendapat untuk menanggapi teks yang disimak. Membaca dan Memirsa Peserta didik mampu mengevaluasi gagasan dan pandangan berdasarkan kaidah logika berpikir dari membaca berbagai tipe teks (nonfiksi dan fiksi) di media cetak dan elektronik. Peserta didik mampu mengapresiasi teks fiksi dan nonfiksi. Berbicara dan Mempresentasikan Peserta didik mampu menyajikan gagasan, pikiran, dan kreativitas dalam berbahasa dalam bentuk monolog, dialog, dan gelar wicara secara logis, sistematis, kritis, dan kreatif; mampu menyajikan karya sastra secara kreatif dan menarik. Peserta didik mampu mengkreasi teks sesuai dengan norma kesopanan dan budaya Indonesia. Peserta didik mampu menyajikan dan mempertahankan hasil penelitian, serta menyimpulkan masukan dari mitra diskusi. Menulis Peserta didik mampu menulis gagasan,pikiran, pandangan, pengetahuan metakognisi untuk berbagai tujuan secara logis, kritis, dan kreatif. Peserta didik mampu menulis berbagai jenis karya sastra. Peserta didik mampu menulis teks refleksi diri. Peserta didik mampu menulis hasil penelitian, teks fungsional dunia kerja, dan pengembangan studi lanjut. Peserta didik mampu memodifikasi/mendekonstruksikan karya sastra untuk tujuan ekonomi kreatif. Peserta didik mampu menerbitkan tulisan hasil karyanya di media cetak maupun digital. 12 I.2 CAPAIAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA TINGKAT LANJUT A. Rasional Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Tingkat Lanjut Kemampuan berbahasa, bersastra, dan berpikir merupakan fondasi dari kemampuan literasi. Semua bidang kajian, bidang kehidupan, dan tujuan-tujuan sosial menggunakan kemampuan literasi. Literasi menjadi kemampuan sangat penting yang digunakan untuk bekerja dan belajar sepanjang hayat. Dengan demikian, pembelajaran bahasa Indonesia merupakan pembelajaran literasi untuk berbagai tujuan berkomunikasi dalam konteks sosial budaya Indonesia. Kemampuan menyimak, literasi membaca dikembangkan dan memirsa, ke dalam menulis, pembelajaran berbicara dan mempresentasikan untuk berbagai tujuan, berbasis genre yang terkait dengan penggunaan bahasa dalam kehidupan. Setiap genre memiliki tipe teks yang didasarkan pada alur pikir—struktur—khas teks tertentu. Tipe teks merupakan alur pikir yang dapat mengoptimalkan penggunaan bahasa untuk bekerja dan belajar sepanjang hayat. Model utama yang digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah pedagogi genre. Model ini memiliki empat tahapan, yaitu: penjelasan (explaining, building the context), pemodelan (modelling), pembimbingan (joint construction), dan pemandirian (independent construction). Di samping pedagogi genre, pembelajaran bahasa Indonesia dapat dikembangkan dengan model-model lain sesuai dengan pencapaian pembelajaran tertentu. Pembinaan dan pengembangan kemampuan berbahasa Indonesia akan membentuk pribadi Pancasila yang beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, berpikir kritis, mandiri, kreatif, bergotong royong, dan berkebinekaan global. Rasional sebagaimana diuraikan di atas dapat dipaparkan pada gambar 1 sebagai berikut: 13 Gambar 1: Rasional Pembelajaran Bahasa Indonesia B. Tujuan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Tingkat Lanjut Mata pelajaran Bahasa Indonesia Tingkat Lanjut bertujuan untuk membantu peserta didik mengembangkan: 1. akhlak mulia dengan menggunakan bahasa Indonesia secara santun; 2. sikap pengutamaan dan penghargaan terhadap bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi negara Republik Indonesia; 3. kemampuan berbahasa dengan berbagai teks multimodal (lisan, tulis, visual, audio, audiovisual) untuk berbagai tujuan (genre) dan konteks; 4. kemampuan literasi (berbahasa, bersastra, dan bernalar kritiskreatif) dalam belajar dan bekerja; 5. kepercayaan diri untuk berekspresi sebagai individu yang cakap, mandiri, bergotong royong, dan bertanggung jawab; 6. kepedulian terhadap budaya lokal dan lingkungan sekitarnya; 7. kepedulian untuk berkontribusi sebagai warga Indonesia dan dunia yang demokratis dan berkeadilan; dan 8. Mengembangkan kemampuan berbahasa untuk bekerja pada bidang kerja yang membutuhkan kemampuan berbahasa setara KKNI level II. C. Karakteristik Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Tingkat Lanjut Mata pelajaran Bahasa Indonesia menjadi modal dasar untuk belajar dan bekerja karena berfokus pada kemampuan literasi (berbahasa dan berpikir). Kemampuan literasi menjadi indikator kemajuan dan perkembangan anak-anak Indonesia. Mata pelajaran 14 Bahasa Indonesia membina dan mengembangkan kepercayaan diri peserta didik sebagai komunikator, pemikir kritis-kreatif-imajinatif dan warga negara Indonesia yang menguasai literasi digital dan informasional. Pembelajaran Bahasa Indonesia membina dan mengembangkan pengetahuan dan kemampuan literasi dalam semua peristiwa komunikasi yang mendukung keberhasilan dalam pendidikan dan dunia kerja. Mata pelajaran berbahasa Bahasa reseptif keterampilan Indonesia (menyimak, berbahasa mempresentasikan, serta membentuk membaca produktif menulis). dan keterampilan memirsa) (berbicara Kompetensi dan dan berbahasa ini berdasar pada tiga hal yang saling berhubungan dan saling mendukung untuk mengembangkan kompetensi peserta didik, yaitu bahasa (mengembangkan kompetensi kebahasaan), sastra (kemampuan memahami, mengapresiasi, menanggapi, menganalisis, dan mencipta karya sastra); dan berpikir (kritis, kreatif, dan imajinatif). Pengembangan kompetensi berbahasa, bersastra, dan berpikir diharapkan membentuk peserta didik yang memiliki kemampuan literasi tinggi dan berkarakter Pancasila. 1. Mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup kemampuan reseptif (menyimak, membaca dan memirsa) dan kemampuan produktif (berbicara dan mempresentasikan, menulis). 2. Mata pelajaran Bahasa Indonesia menggunakan pendekatan berbasis genre melalui pemanfaatan beragam tipe teks dan teks multimodal (lisan, tulis, visual, audio, audiovisual). Model pembelajaran menggunakan pedagogi genre, yaitu: penjelasan (explaining, building the context), pemodelan (modelling), pembimbingan (joint construction), dan pemandirian (independent construction); serta kegiatan yang mendorong peserta didik untuk berpikir kritis, kreatif, dan imajinatif dalam proses pembelajaran. 3. Mata pelajaran Bahasa Indonesia dibelajarkan untuk meningkatkan: a. kecakapan hidup peserta didik dalam mengelola diri dan lingkungan; b. kesadaran dan kepedulian peserta didik terhadap lingkungan alam, sosial, dan budaya. 15 Area Pembelajaran Kemampuan Reseptif Bahasa Produktif Sub-kemampuan Menyimak Membaca dan memirsa Berbicara dan mempresentasikan Menulis Pengertian kemampuan berbahasa diuraikan sebagai berikut. Elemen Deskripsi Menyimak Kemampuan peserta didik menerima, memahami informasi yang didengar, dan menyiapkan tanggapan secara relevan untuk memberikan apresiasi kepada mitra tutur. Proses yang terjadi dalam menyimak mencakup kegiatan seperti mendengarkan, mengidentifikasi, memahami, menginterpretasi tuturan bahasa, memaknainya, dan/atau menyiapkan tanggapan terhadap mitra tutur. Menyimak merupakan kemampuan komunikasi yang penting sebab kemampuan menyimak menentukan tingkat kemampuan peserta didik memahami makna (tersurat dan tersirat) paparan lisan, memahami ide pokok dan pendukung pada konten informasi maupun konteks yang melatari paparan tersebut. Komponen-komponen yang dapat dikembangkan dalam menyimak di antaranya kepekaan terhadap bunyi bahasa, sistem isyarat, kosakata, struktur bahasa (tata bahasa), makna, dan metakognisi. Membaca dan Memirsa Kemampuan peserta didik untuk memahami, memaknai, menginterpretasi, dan merefleksi teks sesuai tujuan dan kepentingannya untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan potensinya. Memirsa merupakan kemampuan seseorang untuk memahami, memaknai, menginterpretasi, dan merefleksi sajian visual dan/atau audiovisual sesuai tujuan dan kepentingannya untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan potensinya. Komponen-komponen yang dapat dikembangkan dalam membaca dan memirsa di antaranya kepekaan terhadap fonem, huruf, sistem isyarat, kosakata, struktur bahasa (tata bahasa), makna, dan metakognisi. Berbicara dan Kemampuan menyampaikan gagasan, tanggapan, dan Mempresentasikan perasaan dalam bentuk lisan. Mempresentasikan merupakan kemampuan memaparkan gagasan atau tanggapan secara fasih, akurat, bertanggung jawab, dan/atau menyampaikan perasaan sesuai konteks dengan cara yang komunikatif melalui beragam media (visual, digital, audio, dan audiovisual). Komponenkomponen yang dapat dikembangkan dalam berbicara dan mempresentasikan di antaranya kepekaan terhadap bunyi bahasa, sistem isyarat, kosakata, struktur bahasa (tata bahasa), makna, dan metakognisi. Menulis Kemampuan menyampaikan gagasan, tanggapan, dan perasaan dalam bentuk tulis secara fasih, akurat, bertanggung jawab, dan/atau menyampaikan perasaan sesuai konteks. Komponen-komponen yang dapat 16 Elemen Deskripsi dikembangkan dalam menulis di antaranya menerapkan penggunaan ejaan, kata, kalimat, dan paragraf, struktur bahasa (tata bahasa), makna, dan metakognisi dalam beragam tipe teks. Kemampuan reseptif dan produktif dikembangkan saling berkaitan. Keterkaitan ini dikembangkan dalam proses pembelajaran dengan gambaran sebagai berikut: (1) peserta didik perlu dilibatkan dalam interaksi verbal (percakapan dan diskusi) yang didasarkan pada pemahamannya tentang teks, mengapresiasi estetika teks dan nilai budayanya, serta proses mencipta teks; (2) peserta didik juga perlu diberi kesempatan untuk membaca teks dalam beragam format (atau yang dikenal dengan teks multimodal (teks tertulis, teks audio, teks audiovisual, teks digital, dan teks kinestetik) serta beragam konten dan genre (deskripsi, laporan, rekon, eksplanasi, eksposisi, instruksi/prosedur, serta narasi); dan (3) peserta didik memiliki pengetahuan tentang tata bahasa bahasa Indonesia dengan baik dan benar serta cara penggunaannya yang efektif untuk mendukung kompetensi berbahasa. D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Tingkat Lanjut Setiap Fase Fase F (Umumnya untuk kelas XI dan XII SMA/MA/Program Paket C) Pada akhir fase F, peserta didik memiliki kemampuan berbahasa untuk berkomunikasi dan bernalar sesuai dengan tujuan, konteks sosial, akademis, dan dunia kerja. Peserta didik mampu memahami, mengolah, menginterpretasi, dan mengevaluasi berbagai tipe teks tentang topik yang beragam. Peserta didik mampu mengkreasi gagasan dan pendapat untuk berbagai tujuan. Peserta didik mampu berpartisipasi aktif dalam kegiatan berbahasa yang melibatkan banyak orang. Peserta didik mampu menulis berbagai teks untuk merefleksi dan mengaktualisasi diri untuk selalu berkarya dengan mengutamakan penggunaan bahasa Indonesia di berbagai media untuk memajukan peradaban bangsa. Peserta didik memiliki rasa tanggung jawab untuk menjunjung dan menjaga bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Peserta didik memiliki kecintaan terhadap karya sastra Indonesia dan mengembangkan kreativitas bersastra Indonesia. 17 Fase F berdasarkan elemen. Elemen Capaian Pembelajaran Menyimak Peserta didik mampu mengevaluasi berbagai gagasan dan pandangan berdasarkan kaidah logika berpikir dari menyimak berbagai tipe teks (deskripsi, laporan, rekon, eksplanasi, eksposisi, instruksi/prosedur, serta narasi) dalam bentuk monolog, dialog, dan gelar wicara; mengkreasi dan mengapresiasi gagasan dan pendapat untuk menanggapi teks yang disimak. Peserta didik mampu menyimak, menafsirkan, mengapresiasi, mengevaluasi, dan menciptakan teks sastra Nusantara (seperti puisi rakyat, pantun, syair, hikayat, gurindam) dan sastra universal seperti novel, puisi, prosa, drama, film, dan teks multimedia dan multimodal (lisan, audio, video, cetak, dan digital) Membaca dan Memirsa Peserta didik mampu mengevaluasi gagasan dan pandangan berdasarkan kaidah logika berpikir dari membaca berbagai tipe teks (nonfiksi dan fiksi) di media cetak dan elektronik. Peserta didik mampu mengapresiasi teks fiksi dan nonfiksi. Peserta didik mampu membaca dan memirsa, serta menafsirkan, mengapresiasi, mengevaluasi, dan menciptakan teks sastra Nusantara (seperti puisi rakyat, pantun, syair, hikayat, gurindam) dan sastra universal seperti novel, puisi, prosa, drama, film, dan teks multimedia lisan/cetak atau digital online. Berbicara dan Mempresentasikan Peserta didik mampu menyajikan gagasan, pikiran, dan kreativitas dalam berbahasa dalam bentuk monolog, dialog, dan gelar wicara secara logis, sistematis, kritis, dan kreatif; mampu menyajikan karya sastra secara kreatif dan menarik. Peserta didik mampu mengkreasi teks sesuai dengan norma kesopanan dan budaya Indonesia. Peserta didik mampu menyajikan dan mempertahankan hasil penelitian, serta menyimpulkan masukan dari mitra diskusi. Peserta didik mampu berbicara dan mempresentasikan teks sastra Nusantara (seperti puisi rakyat, pantun, syair, hikayat, gurindam) dan sastra universal seperti novel, puisi, prosa, drama, film, dan teks multimedia lisan/cetak, digital online atau dalam bentuk pergelaran. Menulis Peserta didik mampu menulis gagasan, pikiran, pandangan, pengetahuan metakognisi untuk berbagai tujuan secara logis, kritis, dan kreatif. Peserta didik mampu menulis karya sastra dalam berbagai genre. Peserta didik mampu menulis teks refleksi diri. Peserta didik mampu menulis hasil penelitian, teks fungsional dunia kerja, dan pengembangan studi lanjut. Peserta didik mampu memodifikasi/mendekonstruksikan karya sastra untuk tujuan ekonomi kreatif. Peserta didik mampu menulis teks sastra Nusantara (seperti puisi rakyat, pantun, syair, hikayat, gurindam) dan sastra universal seperti novel, puisi, prosa, drama, film, dan teks multimedia lisan/cetak atau digital online. Peserta didik mampu menerbitkan hasil tulisan baik di media cetak maupun digital. 18 II. CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA A. RASIONAL Pendidikan merupakan kunci untuk menumbuh kembangkan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara berdasarkan Pancasila sesuai tujuan pendidikan nasional, yaitu untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pancasila adalah dasar negara, ideologi, dan pandangan hidup bangsa Indonesia. Ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, musyawarah-mufakat, dan keadilan adalah nilai-nilai yang harus ditumbuhkembangkan dan diinternalisasikan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Nilai-nilai itu kemudian ditetapkan sebagai norma dasar atau grundnorm Indonesia dan diberi nama Pancasila, sehingga menjadi landasan filosofis bagi pengembangan seluruh aturan di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sebagai dasar negara, ideologi, dan pandangan hidup bangsa Indonesia, nilai-nilai Pancasila semestinya mewujud dalam setiap sikap dan perbuatan segenap warga negara Indonesia. Keterwujudan dalam sikap dan perbuatan tersebut akan dapat mengantarkan seluruh bangsa pada kehidupan yang adil makmur sebagaimana cita-cita kemerdekaan bangsa Indonesia. Gambaran ideal cita-cita bangsa tersebut masih jauh dari terwujud walaupun negara Indonesia telah menempuh perjalanan lebih dari tiga perempat abad. Masih banyak tantangan yang harus diatasi baik dalam kehidupan bermasyarakat maupun berbangsa dan bernegara. Dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara, setiap warga negara perlu diarahkan menjadi warga negara yang cerdas dan baik (smart and good citizen), sehingga dapat memahami negara dan bangsa Indonesia, memiliki kepribadian Indonesia, memiliki rasa kebangsaan Indonesia, dan mencintai tanah air. Dengan demikian, warga negara Indonesia dapat melaksanakan hak dan kewajibannya sebagai warga negara, juga turut aktif membentengi masyarakat, bangsa dan negara Indonesia dari berbagai ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan yang akan merusak ketahanan bangsa dan negara Indonesia. Pendidikan Pancasila memuat nilai-nilai karakter Pancasila yang ditumbuhkembangkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk menyiapkan warga negara yang cerdas dan baik. Pendidikan Pancasila berisi elemen: Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam upaya meningkatkan keyakinan dan pemahaman filosofi bangsa perlu dilakukan perbaikan secara konten maupun proses pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila yang di dalamnya terkandung penumbuhkembangan karakter, literasi-numerasi, dan kecakapan abad 19 21 yang disesuaikan dengan kebutuhan dan perubahan zaman. Dengan demikian, Pendidikan Pancasila akan menghasilkan warganegara yang mampu berpikir global (think globally) dengan cara-cara bertindak lokal (act locally) berdasarkan Pancasila sebagai jati diri dan identitas bangsa. Mata pelajaran Pendidikan Pancasila mempunyai kedudukan strategis dalam upaya menanamkan dan mewariskan karakter yang sesuai dengan Pancasila kepada setiap warga negara, dengan menjadikan nilai-nilai Pancasila sebagai bintang penuntun untuk mencapai Indonesia emas. B. TUJUAN PENDIDIKAN PANCASILA Setelah mempelajari Pendidikan Pancasila, peserta didik mampu: 1. Berakhlak mulia dengan didasari keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa melalui sikap mencintai sesama manusia, mencintai negara dan lingkungannya untuk mewujudkan persatuan dan keadilan sosial; 2. Memahami makna dan nilai-nilai Pancasila, serta proses perumusannya sebagai dasar negara, ideologi, dan pandangan hidup bangsa, serta mempraktikkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari; 3. Menganalisis konstitusi dan norma yang berlaku, serta menyelaraskan hak dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di tengah-tengah masyarakat global; 4. Memahami jati dirinya sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang berbineka, serta mampu bersikap adil dan tidak membeda-bedakan jenis kelamin, SARA (Suku Agama, Ras, Antargolongan), status sosialekonomi, dan penyandang disabilitas; 5. Menganalisis karakteristik bangsa Indonesia dan kearifan lokal masyarakat sekitarnya, dengan kesadaran dan komitmen untuk menjaga lingkungan, mempertahankan keutuhan wilayah NKRI, serta berperan aktif dalam kancah global. C. KARAKTERISTIK PENDIDIKAN PANCASILA 1. Wahana pengembangan pendidikan Pancasila dan pendidikan kewarganegaraan dengan untuk mewujudkan warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab dalam rangka membangun peradaban bangsa Indonesia; 2. Wahana edukatif dalam pengembangan peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air yang dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila, Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, semangat Bhinneka Tunggal Ika dan komitmen Negara Kesatuan Republik Indonesia; 3. Wahana untuk mempraktikkan perilaku gotong royong, kekeluargaan, dan keadilan sosial yang dijiwai nilai-nilai Pancasila guna terwujudnya persatuan dan kesatuan bangsa dalam kerangka Bhinneka Tunggal Ika; 20 4. Berorientasi pada penumbuhkembangan karakter peserta didik untuk menjadi warga negara yang cerdas dan baik serta memiliki wawasan kebangsaan yang menekankan harmonisasi sikap, keterampilan, dan pengetahuan; 5. Berorientasi pada pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik untuk menjadi pemimpin bangsa dan negara Indonesia di masa depan yang amanah, jujur, cerdas, dan bertanggung jawab. D. ELEMEN PENDIDIKAN PANCASILA Pendidikan Pancasila memiliki empat cakupan/substansinya, sebagai berikut: No Elemen elemen kunci beserta Deskripsi Elemen 1. Pancasila Mengkaji Pancasila sebagai dasar negara, ideologi, dan pandangan hidup bangsa. Mengkaji nilai-nilai Pancasila, proses perumusan Pancasila, implementasi Pancasila dari masa ke masa, serta reaktualisasi nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dalam kehidupan sehari-hari. Penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan keseharian. Penerapan nilai-nilai Pancasila secara kolektif dalam beragam kegiatan kelompok dengan membangun kerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Mengembangkan potensi sebagai kualitas personal yang bermanfaat dalam kehidupannya, memberi bantuan yang dianggap penting dan berharga kepada orang-orang yang membutuhkan di masyarakat yang lebih luas dalam konteks Indonesia dan kehidupan global. 2. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Mengkaji konstitusi dan perwujudan norma yang berlaku mulai dari lingkup terkecil (keluarga, dan masyarakat) sampai pada lingkup negara dan global sehingga dapat mengetahui dan mempraktikkan hak dan kewajibannya baik sebagai manusia, bangsa Indonesia maupun sebagai warga negara Indonesia dan dunia, termasuk menyuarakan secara kritis terhadap pelanggaran hak asasi manusia. Mempraktikkan sistem musyawarah dari lingkup kelas, sekolah, dan keluarga. Menyadari dan menjadikan musyawarah sebagai pilihan penting dalam mengambil keputusan, menjaga persatuan, dan kehidupan yang demokratis. Peserta didik dapat menganalisis konstitusi, hubungan antarregulasi yang berlaku sehingga segala peraturan perundang-undangan dapat diterapkan secara kontekstual dan aktual. 21 No Elemen Deskripsi Elemen 3. Bhinneka Tunggal Ika Mengenali dan menunjukkan rasa bangga terhadap jati dirinya sebagai anak Indonesia yang berlandaskan Pancasila, sikap hormat kepada bangsa yang beragam, serta memahami dirinya menjadi bagian dari warga negara dunia. Peserta didik dapat menanggapi secara memadai terhadap kondisi dan keadaan yang ada di lingkungan dan masyarakat untuk menghasilkan kondisi dan keadaan yang lebih baik. Peserta didik juga menerima adanya kebinekaan bangsa Indonesia, baik dari segi suku, ras, bahasa, agama dan kelompok sosial. Terhadap kebinekaan tersebut, peserta didik dapat bersikap adil dan menyadari bahwa dirinya setara yang lain, sehingga ia tidak membeda-bedakan jenis kelamin dan SARA. Terhadap kebinekaan itu, peserta didik juga dapat memiliki sikap tenggang rasa, penghargaan, toleransi dan cinta damai sebagai bagian dari jati diri bangsa yang perlu dilestarikan. Peserta didik secara aktif mempromosikan kebinekaan, mempertautkan kearifan lokal dengan budaya global, serta mendahulukan produk dalam negeri. 4. Negara Kesatuan Republik Indonesia Mengkaji karakteristik bangsa, kearifan lokal, mengenali bahwa dirinya adalah bagian dari lingkungan sekitarnya, sehingga muncul kesadaran untuk menjaga lingkungan sekitarnya agar tetap nyaman dihuni. Bermula dari kepedulian untuk mempertahankan lingkungan sekitarnya yang nyaman tersebut, peserta didik dapat mengembangkan ke dalam skala yang lebih besar, yaitu negara, sehingga dapat berperan dalam mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan menumbuh kembangkan jiwa kebangsaan akan hak dan kewajiban bela negara sebagai suatu kehormatan dan kebanggaan.Peserta didik dapat mengkaji secara nalar dan kritis sebagai bagian dari sistem keamanan dan pertahanan Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta berperan aktif dalam kancah global. E. CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA SETIAP FASE 1. FASE A (umumnya kelas 1 dan 2 SD/MI/Program Paket A) Pada fase ini, peserta didik mampu: Mengenal dan menceritakan simbol dan sila-sila Pancasila dalam lambang negara Garuda Pancasila; mengidentifikasi dan menjelaskan hubungan antara simbol dan sila dalam lambang negara Garuda 22 Pancasila; menerapkan nilai-nilai Pancasila di lingkungan keluarga dan sekolah; mengenal aturan di lingkungan keluarga dan sekola; menceritakan contoh sikap mematuhi dan tidak mematuhi aturan di keluarga dan sekolah; menunjukkan perilaku mematuhi aturan di keluarga dan sekolah. Menyebutkan identitas dirinya sesuai dengan jenis kelamin, ciri-ciri fisik, dan hobinya; menyebutkan identitas diri (fisik dan non fisik) keluarga dan teman-temannya di lingkungan rumah dan di sekolah; menceritakan dan menghargai perbedaan baik fisik (contoh : warna kulit, jenis rambut, dll) maupun nonfisik (contoh: miskin, kaya, dll) keluarga dan teman-temannya di lingkungan rumah dan sekolah. Mengidentifikasi dan menceritakan bentuk kerja sama dalam keberagaman di lingkungan keluarga dan sekolah; mengenal ciri-ciri fisik lingkungan keluarga dan sekolah, sebagai bagian tidak terpisahkan dari wilayah NKRI; dan menyebutkan contoh sikap dan perilaku menjaga lingkungan sekitar serta mempraktikkannya di lingkungan keluarga dan sekolah. Capaian Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Pancasila Peserta didik mampu mengenal dan menceritakan simbol dan sila-sila Pancasila dalam lambang negara Garuda Pancasila. Peserta didik mampu mengidentifikasi dan menjelaskan hubungan antara simbol dan sila dalam lambang negara Garuda Pancasila. Peserta didik mampu menerapkan nilainilai Pancasila di lingkungan keluarga dan sekolah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Peserta didik mampu mengenal aturan di lingkungan keluarga dan sekolah. Peserta didik mampu menceritakan contoh sikap mematuhi dan tidak mematuhi aturan di keluarga dan sekolah. Peserta didik mampu menunjukkan perilaku mematuhi aturan di keluarga dan sekolah. Bhinneka Tunggal Ika Peserta didik mampu menyebutkan identitas dirinya sesuai dengan jenis kelamin, ciri-ciri fisik, dan hobinya. Peserta didik mampu menyebutkan identitas diri (fisik dan non fisik) keluarga dan temantemannya di lingkungan rumah dan di sekolah. Peserta didik mampu menceritakan dan menghargai perbedaan baik fisik (contoh : warna kulit, jenis rambut, dll) maupun nonfisik (contoh : miskin, kaya, dll) keluarga dan teman-temannya di lingkungan rumah dan sekolah. Negara Kesatuan Republik Indonesia Peserta didik mampu mengidentifikasi dan menceritakan bentuk kerja sama dalam keberagaman di lingkungan keluarga dan sekolah. Peserta didik mampu mengenal ciri-ciri fisik lingkungan keluarga dan sekolah, sebagai bagian tidak terpisahkan dari 23 Elemen Capaian Pembelajaran wilayah NKRI. Peserta didik mampu menyebutkan contoh sikap dan perilaku menjaga lingkungan sekitar serta mempraktikkannya di lingkungan keluarga dan sekolah. 2. FASE B (umumnya kelas 3 dan 4 SD/MI/Program Paket A) Pada fase ini, peserta didik mampu: Memahami dan menjelaskan makna sila-sila Pancasila serta menceritakan contoh penerapan sila Pancasila dalam kehidupan sehari-hari; menerapkan nilai-nilai Pancasila di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat; mengidentifikasi aturan di keluarga, sekolah, dan lingkungan sekitar tempat tinggal serta melaksanakannya dengan bimbingan orang tua dan guru; mengidentifikasi dan menyajikan hasil identifikasi hak dan kewajiban sebagai anggota keluarga dan sebagai warga sekolah; dan melaksanakan kewajiban dan hak sebagai anggota keluarga dan sebagai warga sekolah. Menjelaskan identitas diri, keluarga, dan teman-temannya sesuai budaya, minat, dan perilakunya; mengenali dan menyebutkan identitas diri (fisik dan non-fisik) orang di lingkungan sekitarnya; menghargai perbedaan karakteristik baik fisik (contoh : warna kulit, jenis rambut, dll) maupun non fisik (contoh : miskin, kaya, dll) orang di lingkungan sekitar; menghargai kebinekaan suku bangsa, sosial budaya, dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika; mengidentifikasi dan menyajikan berbagai bentuk keberagaman suku bangsa, sosial budaya di lingkungan sekitar; memahami lingkungan sekitar (RT/RW/desa/kelurahan, dan kecamatan) sebagai bagian tidak terpisahkan dari wilayah NKRI; dan menampilkan sikap kerja sama dalam berbagai bentuk keberagaman suku bangsa, sosial, dan budaya di Indonesia yang terikat persatuan dan kesatuan. Capaian Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Pancasila Peserta didik mampu memahami dan menjelaskan makna sila-sila Pancasila serta menceritakan contoh penerapan sila Pancasila dalam kehidupan seharihari sesuai dengan perkembangan dan konteks peserta didik. Peserta didik mampu menerapkan nilai-nilai Pancasila di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Peserta didik mampu mengidentifikasi aturan di keluarga, sekolah, dan lingkungan sekitar tempat tinggal serta melaksanakannya dengan bimbingan orang tua dan guru. Peserta didik mampu 24 Elemen Capaian Pembelajaran 1945 mengidentifikasi dan menyajikan hasil identifikasi hak dan kewajiban sebagai anggota keluarga dan sebagai warga sekolah. Peserta didik melaksanakan kewajiban dan hak sebagai anggota keluarga dan sebagai warga sekolah. Bhinneka Tunggal Ika Peserta didik mampu menjelaskan identitas diri, keluarga, dan teman-temannya sesuai budaya, minat, dan perilakunya. Peserta didik mampu mengenali dan menyebutkan identitas diri (fisik dan non-fisik) orang di lingkungan sekitarnya. Peserta didik mampu menghargai perbedaan karakteristik baik fisik (contoh : warna kulit, jenis rambut, dll) maupun non fisik (contoh : miskin, kaya, dll) orang di lingkungan sekitar. Peserta didik mampu menghargai kebinekaan suku bangsa, sosial budaya, dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika. Negara Kesatuan Republik Indonesia Peserta didik mampu mengidentifikasi dan menyajikan berbagai bentuk keberagaman suku bangsa, sosial budaya di lingkungan sekitar. Peserta didik mampu memahami lingkungan sekitar (RT/RW/desa/kelurahan, dan kecamatan) sebagai bagian tidak terpisahkan dari wilayah NKRI. Peserta didik mampu menampilkan sikap kerja sama dalam berbagai bentuk keberagaman suku bangsa, sosial, dan budaya di Indonesia yang terikat persatuan dan kesatuan. 3. FASE C (umumnya kelas 5 dan 6 SD/MI/Program Paket A) Pada fase ini, peserta didik mampu: Memahami dan menyajikan hubungan antarsila dalam Pancasila sebagai suatu kesatuan yang utuh; mengidentifikasi dan menyajikan makna nilai-nilai Pancasila sebagai pandangan hidup berbangsa dan bernegara; menerapkan nilai-nilai Pancasila di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat; menganalisis dan menyajikan hasil analisis bentuk-bentuk sederhana norma, aturan, hak, dan kewajiban dalam kedudukannya sebagai anggota keluarga, warga sekolah, dan bagian dari masyarakat; menganalisis secara sederhana dan menyajikan hasil analisis pelaksanaan norma, aturan, hak, dan kewajiban sebagai anggota keluarga, dan warga sekolah; melaksanakan kewajiban dan hak sebagai anggota keluarga, warga sekolah, dan bagian dari masyarakat; dan mempraktikkan membuat kesepakatan dan aturan bersama serta menaatinya dalam kehidupan sehari-hari di keluarga dan di sekolah. Menganalisis, menyajikan hasil analisis, menghormati, menjaga, dan melestarikan keragaman budaya dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika di lingkungan sekitarnya; mengenal wilayahnya dalam konteks kabupaten/kota, provinsi sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari wilayah NKRI; dan membangun kebersamaan, persatuan, dan 25 berkontribusi menciptakan kenyamanan di sekolah dan lingkungan sekitar. Capaian Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Pancasila Peserta didik mampu memahami dan menyajikan hubungan antarsila dalam Pancasila sebagai suatu kesatuan yang utuh. Peserta didik mampu mengidentifikasi dan menyajikan makna nilai-nilai Pancasila sebagai pandangan hidup berbangsa dan bernegara. Peserta didik mampu menerapkan nilainilai Pancasila di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Peserta didik mampu menganalisis dan menyajikan hasil analisis bentuk-bentuk sederhana norma, aturan, hak, dan kewajiban dalam kedudukannya sebagai anggota keluarga, warga sekolah, dan bagian dari masyarakat. Peserta didik mampu menganalisis secara sederhana dan menyajikan hasil analisis pelaksanaan norma, aturan, hak, dan kewajiban sebagai anggota keluarga, dan warga sekolah. Peserta didik melaksanakan kewajiban dan hak sebagai anggota keluarga, warga sekolah, dan bagian dari masyarakat. Peserta didik mampu mempraktikkan membuat kesepakatan dan aturan bersama serta menaatinya dalam kehidupan sehari-hari di keluarga dan di sekolah. Bhinneka Tunggal Ika Peserta didik mampu menganalisis, menyajikan hasil analisis, menghormati, menjaga, dan melestarikan keragaman budaya dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika di lingkungan sekitarnya. Negara Kesatuan Republik Indonesia Peserta didik mampu mengenal wilayahnya dalam konteks kabupaten/kota, provinsi sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari wilayah NKRI. Peserta didik mampu membangun kebersamaan, persatuan, dan berkontribusi menciptakan kenyamanan di sekolah dan lingkungan sekitar. 4. FASE D (umumnya kelas 7, 8 dan 9 SMP/MTs/Program Paket B) Pada fase ini, peserta didik mampu: Menganalisis kronologis lahirnya Pancasila; mengkaji fungsi dan kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa, serta mengenal Pancasila sebagai ideologi negara; memahami implementasi Pancasila dalam kehidupan bernegara dari masa ke masa; mengidentifikasi hubungan Pancasila dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia; serta melaksanakan nilainilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari; dan mengidentifikasi kontribusi Pancasila sebagai pandangan hidup dalam menyelesaikan 26 persoalan lokal dan global dengan menggunakan sudut pandang Pancasila. Memahami periodisasi pemberlakuan dan perubahan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; memahami Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai sumber hukum tertinggi; memahami bentuk pemerintahan yang berlaku dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia; memahami peraturan perundang-undangan dan tata urutannya; dan mematuhi pentingnya norma dan aturan, menyeimbangkan hak dan kewajiban warga negara. Mengidentifikasi keberagaman suku, agama, ras dan antargolongan dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika, dan mampu menerima keragaman dan perubahan budaya sebagai suatu kenyataan yang ada di dalam kehidupan bermasyarakat, dan menanggapi secara proporsional terhadap kondisi yang ada di lingkungan sesuai dengan peran dan kebutuhan yang ada di masyarakat; memahami urgensi pelestarian nilai tradisi, kearifan lokal dan budaya; menunjukkan contoh pelestarian nilai tradisi, kearifan lokal dan budaya; dan menumbuhkan sikap tanggung jawab dan berperan aktif dalam menjaga dan melestarikan praktik nilai tradisi, kearifan lokal dan budaya dalam masyarakat global. Mengidentifikasi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai satu kesatuan utuh dan wawasan nusantara dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia; menjaga keutuhan wilayah NKRI; menunjukkan perwujudan demokrasi yang didasari oleh nilainilai Pancasila serta menunjukkan contoh serta praktik kemerdekaan berpendapat warga negara dalam era keterbukaan informasi; mengidentifikasi sistem pemerintahan Indonesia, kedudukan, tugas, wewenang, dan hubungan antarlembaga-lembaga negara, hubungan negara dengan warga negara baik di bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya maupun pertahanan dan keamanan; dan menyusun laporan singkat tentang sistem pemerintahan Indonesia, kedudukan, tugas, wewenang, dan hubungan antarlembaga-lembaga negara, hubungan negara dengan warga negara. Capaian Berdasarkan Elemen Elemen Pancasila Capaian Pembelajaran Peserta didik mampu menganalisis kronologis lahirnya Pancasila; mengkaji fungsi dan kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa, serta mengenal Pancasila sebagai ideologi negara. Peserta didik memahami implementasi Pancasila dalam kehidupan bernegara dari masa ke masa. Peserta didik mampu mengidentifikasi hubungan Pancasila dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan Republik 27 Elemen Capaian Pembelajaran Indonesia; serta melaksanakan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Peserta didik mengidentifikasi kontribusi Pancasila sebagai pandangan hidup dalam menyelesaikan persoalan lokal dan global dengan menggunakan sudut pandang Pancasila. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Peserta didik memahami periodisasi pemberlakuan dan perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; memahami UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai sumber hukum tertinggi. Peserta didik memahami bentuk pemerintahan yang berlaku dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Peserta didik memahami peraturan perundangundangan dan tata urutannya; mematuhi pentingnya norma dan aturan, menyeimbangkan hak dan kewajiban warga negara. Bhinneka Tunggal Ika Peserta didik mampu mengidentifikasi keberagaman suku, agama, ras dan antargolongan dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika, dan mampu menerima keragaman dan perubahan budaya sebagai suatu kenyataan yang ada di dalam kehidupan bermasyarakat, dan menanggapi secara proporsional terhadap kondisi yang ada di lingkungan sesuai dengan peran dan kebutuhan yang ada di masyarakat. Peserta didik memahami urgensi pelestarian nilai tradisi, kearifan lokal dan budaya; menunjukkan contoh pelestarian nilai tradisi, kearifan lokal dan budaya. Peserta didik menumbuhkan sikap tanggung jawab dan berperan aktif dalam menjaga dan melestarikan praktik nilai tradisi, kearifan lokal dan budaya dalam masyarakat global. Negara Kesatuan Republik Indonesia Peserta didik mampu mengidentifikasi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai satu kesatuan utuh dan wawasan nusantara dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia; peserta didik turut menjaga keutuhan wilayah NKRI. Peserta didik mampu menunjukkan perwujudan demokrasi yang didasari oleh nilai-nilai Pancasila serta menunjukkan contoh serta praktik kemerdekaan berpendapat warga negara dalam era keterbukaan informasi. Peserta didik mampu mengidentifikasi sistem pemerintahan Indonesia, kedudukan, tugas, wewenang, dan hubungan antarlembaga-lembaga negara, hubungan negara dengan warga negara baik di bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya maupun pertahanan dan keamanan. Peserta didik menyusun laporan singkat tentang sistem pemerintahan Indonesia, kedudukan, tugas, wewenang, dan hubungan antarlembaga-lembaga negara, hubungan negara dengan warga negara. 28 5. FASE E (umumnya kelas 10 SMA/MA/Program Paket C) Pada fase ini, peserta didik mampu: Menganalisis cara pandang para pendiri negara tentang rumusan Pancasila sebagai dasar negara; menganalisis fungsi dan kedudukan Pancasila sebagai dasar negara, ideologi negara, dan identitas nasional; mengenali dan menggunakan produk dalam negeri sekaligus mempromosikan budaya lokal dan nasional; menganalisis hak dan kewajiban warga negara yang diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; peserta didik mendemonstrasikan praktik kemerdekaan berpendapat warga negara dalam era keterbukaan informasi sesuai dengan nilai-nilai Pancasila; dan menganalisis kasus pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan perumusan solusi secara kreatif, kritis, dan inovatif untuk memecahkan kasus pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban. Peserta didik mampu menginisiasi kegiatan bersama atau gotong royong dalam praktik hidup sehari-hari untuk membangun masyarakat sekitar dan masyarakat Indonesia berdasarkan nilai-nilai Pancasila; memberi contoh dan memiliki kesadaran akan hak dan kewajibannya sebagai warga sekolah, warga masyarakat dan warga negara; dan memahami peran dan kedudukannya sebagai warga negara Indonesia. Capaian Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Pancasila Peserta didik mampu menganalisis cara pandang para pendiri negara tentang rumusan Pancasila sebagai dasar negara; Peserta didik mampu menganalisis fungsi dan kedudukan Pancasila sebagai dasar negara, ideologi negara, dan identitas nasional; peserta didik mengenali dan menggunakan produk dalam negeri sekaligus mempromosikan budaya lokal dan nasional. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Peserta didik mampu menganalisis hak dan kewajiban warga negara yang diatur dalam UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; peserta didik mendemonstrasikan praktik kemerdekaan berpendapat warga negara dalam era keterbukaan informasi sesuai dengan nilai-nilai Pancasila; peserta didik mampu menganalisis kasus pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan perumusan solusi secara kreatif, kritis, dan inovatif untuk memecahkan kasus pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban. 29 Elemen Capaian Pembelajaran Bhinneka Tunggal Ika Peserta didik mampu menginisiasi kegiatan bersama atau gotong royong dalam praktik hidup sehari-hari untuk membangun masyarakat sekitar dan masyarakat Indonesia berdasarkan nilai-nilai Pancasila; Negara Kesatuan Republik Indonesia Peserta didik mampu memberi contoh dan memiliki kesadaran akan hak dan kewajibannya sebagai warga sekolah, warga masyarakat dan warga negara; Peserta didik mampu memahami peran dan kedudukannya sebagai warga negara Indonesia. 6. FASE F (umumnya kelas 11 dan 12 SMA/MA/Program Paket C) Pada fase ini, peserta didik mampu: Menganalisis kedudukan Pancasila sebagai ideologi terbuka; serta peluang dan tantangan penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan global; menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari; menganalisis produk perundang-undangan dan mengevaluasi ketidaksesuaian antarproduk perundang-undangan; dan mempraktikkan sikap dan perilaku dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Peserta didik mampu menganalisis potensi konflik dan memberi solusi di tengah keragaman dalam masyarakat; berperan aktif mempromosikan Bhinneka Tunggal Ika; menganalisis dan memberi solusi terkait ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan (ATHG) yang dihadapi Indonesia; dan memahami sistem pertahanan dan keamanan negara; kemudian peserta didik mampu menganalisis peran Indonesia dalam hubungan antar bangsa dan negara. Capaian Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Pancasila Peserta didik mampu menganalisis kedudukan Pancasila sebagai ideologi terbuka; serta peluang dan tantangan penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan global; peserta didik mampu menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Peserta didik mampu menganalisis produk perundang-undangan dan mengevaluasi ketidaksesuaian antarproduk perundang-undangan; serta peserta didik mampu mempraktikkan sikap dan perilaku dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bhinneka Tunggal Ika Peserta didik mampu menganalisis potensi konflik dan memberi solusi di tengah keragaman dalam masyarakat; serta peserta didik berperan aktif mempromosikan Bhinneka Tunggal Ika. 30 Elemen Capaian Pembelajaran Negara Kesatuan Republik Indonesia Peserta didik mampu menganalisis dan memberi solusi terkait ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan (ATHG) yang dihadapi Indonesia; peserta didik mampu memahami sistem pertahanan dan keamanan negara; kemudian peserta didik mampu menganalisis peran Indonesia dalam hubungan antar bangsa dan negara. 31 III.1 CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI A. Rasional Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti secara bertahap dan holistik diarahkan untuk menyiapkan peserta didik agar mantap secara spiritual, berakhlak mulia, dan memiliki pemahaman akan dasar-dasar agama Islam serta cara penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pendidikan agama Islam dan Budi Pekerti secara umum harus mengarahkan peserta didik kepada (1) kecenderungan kepada kebaikan (al-ḥanīfiyyah), (2) sikap memperkenankan (al-samḥah), (3) akhlak mulia (makārim al-akhlāq), dan (4) kasih sayang untuk alam semesta (raḥmat li al-ālamīn). Dengan Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, dasar-dasar tersebut kemudian diterapkan oleh peserta didik dalam beriman dan bertakwa kepada Allah Swt., menjaga diri, peduli atas kemanusiaan dan lingkungan alam. Deskripsi dari penerapan ini akan tampak dalam beberapa elemen Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti terutama dalam akhlak pribadi dan sosial, akidah, syari’at dan sejarah peradaban Islam. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bisa menjadi pedoman bagi peserta didik dalam menjaga diri dan menerapkan akhlak mulia setiap hari. Berbagai persoalan di masyarakat seperti krisis akhlak, radikalisme dan krisis lingkungan hidup dan lain-lain mempunyai jawaban dalam tradisi agama Islam. Dengan mempelajari dan menghayati Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, peserta didik mampu menghindari segala perubahan negatif yang terjadi di dunia sehingga tidak mengganggu perkembangan dirinya baik dalam hubungannya dengan Tuhan, diri sendiri, sesama warga negara, sesama manusia, maupun alam semesta. Dengan konteks Indonesia pada abad 21 yang semakin kompleks, pemahaman yang mendalam tentang agama sangat dibutuhkan, terutama dalam menghormati dan menghargai perbedaan. Pelajaran agama tidak hanya membahas hubungan manusia dengan Allah (ḥabl min Allāh), namun juga hubungan dengan diri sendiri, sesama warga negara, sesama manusia (ḥabl min al-nās) dan alam semesta. Untuk itu, dibutuhkan pendekatan yang beragam dalam proses belajar agama yang 32 tidak hanya berupa ceramah, namun juga diskusi-interaktif, proses belajar yang bertumpu pada keingintahuan dan penemuan (inquiry and discovery learning), proses belajar yang berpihak pada anak (studentcentered learning), proses belajar yang berbasis pada pemecahan masalah (problem based learning), pembelajaran berbasis proyek nyata dalam kehidupan (project based learning), dan proses belajar yang kolaboratif (collaborative learning). Berbagai pendekatan ini memberi ruang bagi tumbuhnya keterampilan yang berharga seperti budaya berpikir kritis, kecakapan berkomunikasi dan berkolaborasi, dan menjadi peserta didik yang kreatif. Melalui muatan materi yang disajikannya dalam 5 (lima) elemen keilmuan Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti antara lain alQuran dan hadis, akidah, akhlak, fiqih, dan sejarah peradaban Islam, pelajaran agama Islam dapat berkontribusi dan menguatkan terbentuknya profil pelajar pancasila sebagai pelajar sepanjang hayat (min al-mahdi ila al-laḥdi) yang beriman dan bertakwa, serta berakhlak mulia, menyadari dirinya bagian dari penduduk dunia dengan berkepribadian dan punya kompetensi global, mandiri, kreatif, kritis, dan bergotong royong. B. Tujuan Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Pada praktiknya, pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti ditujukan untuk: 1. memberikan bimbingan kepada peserta didik agar mantap spiritual, berakhlak mulia, selalu menjadikan kasih sayang dan sikap toleran sebagai landasan dalam hidupnya; 2. membentuk peserta didik agar menjadi pribadi yang memahami dengan baik prinsip-prinsip agama Islam terkait akhlak mulia, akidah yang benar (‘aqīdah ṣaḥīḥah) berdasar paham ahlus sunnah wal jamā`ah, syariat, dan perkembangan sejarah peradaban Islam, serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari baik dalam hubungannya dengan sang pencipta, diri sendiri, sesama warga negara, sesama manusia, maupun lingkungan alamnya dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia; 3. membimbing peserta didik agar mampu menerapkan prinsip-prinsip Islam dalam berfikir sehingga benar, tepat, dan arif dalam menyimpulkan sesuatu dan mengambil keputusan; 33 4. mengkonstruksi kemampuan nalar kritis peserta didik dalam menganalisa perbedaan pendapat sehingga berperilaku moderat (wasaṫiyyah) dan terhindar dari radikalisme ataupun liberalisme; 5. membimbing peserta didik agar menyayangi lingkungan alam sekitarnya dan menumbuhkan rasa tanggung jawabnya sebagai khalifah Allah di bumi. Dengan demikian dia aktif dalam mewujudkan upaya-upaya melestarikan dan merawat lingkungan sekitarnya; dan 6. membentuk peserta didik yang menjunjung tinggi nilai persatuan sehingga dengan demikian dapat menguatkan persaudaraan kemanusiaan (ukhuwwah basyariyyah), persaudaraan seagama (ukhuwwah Islāmiyyah), dan juga persaudaraan sebangsa dan senegara (ukhuwwah waṫaniyyah) dengan segenap kebinekaan agama, suku dan budayanya. C. Karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti mencakup elemen keilmuan yang meliputi (1) Al-Qur’an-Hadis, (2) Akidah, (3) Akhlak, (4) Fikih, dan (5) Sejarah Peradaban Islam. Elemen-Elemen Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. Elemen Deskripsi Al-Qur’an dan Hadis Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti menekankan kemampuan baca dan tulis Al-Qur’an dan hadis dengan baik dan benar. Ia juga mengantar peserta didik dalam memahami makna secara tekstual dan kontekstual serta mengamalkan kandungannya dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti juga menekankan cinta dan penghargaan tinggi kepada Al-Qur’an dan Hadis Nabi sebagai pedoman hidup utama seorang muslim. Akidah Berkaitan dengan prinsip kepercayaan yang akan mengantarkan peserta didik dalam mengenal Allah, para malaikat, kitab-kitab Allah, para Nabi dan Rasul, serta memahami konsep tentang hari akhir serta qadā’ dan qadr. Keimanan inilah yang kemudian menjadi landasan dalam melakukan amal saleh, berakhlak mulia dan taat hukum. Akhlak Merupakan perilaku yang menjadi buah dari ilmu dan keimanan. Akhlak akan menjadi mahkota yang mewarnai keseluruhan elemen dalam Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. Ilmu akhlak mengantarkan peserta didik dalam memahami 34 Elemen Deskripsi pentingnya akhlak mulia pribadi dan akhlak sosial, dan dalam membedakan antara perilaku baik (maḥmūdah) dan tercela (mażmūmah). Dengan memahami perbedaan ini, peserta didik bisa menyadari pentingnya menjauhkan diri dari perilaku tercela dan mendisiplinkan diri dengan perilaku mulia dalam kehidupan sehari-hari baik dalam konteks pribadi maupun sosialnya. Peserta didik juga akan memahami pentingnya melatih (riyāḍah), disiplin (tahżīb) dan upaya sungguhsungguh dalam mengendalikan diri (mujāhadah). Dengan akhlak, peserta didik menyadari bahwa landasan dari perilakunya, baik untuk Tuhan, dirinya sendiri, sesama manusia dan alam sekitarnya adalah cinta (maḥabbah). Pendidikan Akhlak juga mengarahkan mereka untuk menghormati dan menghargai sesama manusia sehingga tidak ada kebencian atau prasangka buruk atas perbedaan agama atau ras yang ada. Elemen akhlak ini harus menjadi mahkota yang masuk pada semua topik bahasan pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, akhlak harus menghiasai keseluruhan konten dan menjadi buah dari pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti . Fikih Merupakan interpretasi atas syariat. Fikih merupakan aturan hukun yang berkaitan dengan perbuatan manusia dewasa (mukallaf) yang mencakup ritual atau hubungan dengan Allah Swt. (‘ubudiyyah) dan kegiatan yang berhubungan dengan sesama manusia (mu‘āmalah). Fikih mengulas berbagai pemahaman mengenai tata cara pelaksanaan dan ketentuan hukum dalam Islam serta implementasinya dalam ibadah dan mu‘āmalah. Sejarah Peradaban Islam Menguraikan catatan perkembangan perjalanan hidup manusia dalam membangun peradaban dari masa ke masa. Pembelajaran Sejarah Peradaban Islam (SPI) menekankan pada kemampuan mengambil hikmah dari sejarah masa lalu, menganalisa pelbagai macam peristiwa dan menyerap berbagai kebijaksanaan yang telah dipaparkan oleh para generasi terdahulu. Dengan refleksi atas kisah-kisah sejarah tersebut, peserta didik mempunyai pijakan historis dalam menghadapi permasalahan dan menghindari dari terulangnya kesalahan untuk masa sekarang maupun masa depan. Aspek ini akan menjadi keteladanaan (‘ibrah) dan menjadi inspirasi generasi penerus bangsa dalam menyikap dan menyelesaikan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek, seni, dan lain-lain dalam rangka membangun peradaban di zamannya. 35 D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Setiap Fase 1. Fase A (Umumnya untuk kelas I dan II SD/MI/Program Paket A) Pada akhir Fase A, pada elemen Al-Qur’an-Hadis peserta didik dapat mengenal huruf hijaiah dan harakatnya, huruf hijaiah bersambung, dan mampu membaca surah-surah pendek Al-Qur’an dengan baik. Dalam elemen akidah, peserta didik mengenal rukun iman, iman kepada Allah melalui nama-namanya yang agung (asmaulhusna) dan mengenal para malaikat dan tugas yang diembannya. Pada elemen akhlak, peserta didik terbiasa mempraktikkan nilai-nilai baik dalam kehidupan sehari-hari dalam ungkapan-ungkapan positif baik untuk dirinya maupun sesama manusia, terutama orang tua dan guru. Peserta didik juga memahami pentingnya tradisi memberi dalam ajaran agama Islam. Mereka mulai mengenal norma yang ada di lingkungan sekitarnya. Peserta didik juga terbiasa percaya diri mengungkapkan pendapat pribadinya dan belajar menghargai pendapat yang berbeda. Peserta didik juga terbiasa melaksanakan tugas kelompok serta memahami pentingnya mengenali kekurangan diri dan kelebihan temannya demi terwujudnya suasana saling mendukung satu sama lain. Dalam elemen fikih, peserta didik dapat mengenal rukun Islam dan kalimah syahadatain, menerapkan tata cara bersuci, salat fardu, azan, ikamah, zikir dan berdoa setelah salat. Dalam pemahamannya tentang sejarah, peserta didik mampu menceritakan secara sederhana kisah beberapa nabi yang wajib diimani. Fase A Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Al-Qur’an dan Hadis Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti menekankan kemampuan mengenal huruf hijaiah dan harakatnya, huruf hijaiah bersambung, dan kemampuan membaca surahsurah pendek Al-Qur’an dengan baik. Akidah Peserta didik mengenal rukun iman kepada Allah melalui nama-namanya yang agung (asmaulhusna) dan mengenal para malaikat dan tugas yang diembannya. Akhlak Peserta didik terbiasa mempraktikkan nilai-nilai baik dalam kehidupan sehari-hari dalam ungkapan-ungkapan positif baik untuk dirinya maupun sesama manusia, terutama orang tua dan guru. Peserta didik juga memahami pentingnya tradisi memberi dalam ajaran agama 36 Elemen Capaian Pembelajaran Islam. Mereka mulai mengenal norma yang ada di lingkungan sekitarnya. Peserta didik juga terbiasa percaya diri mengungkapkan pendapat pribadinya dan belajar menghargai pendapat yang berbeda. Peserta didik juga terbiasa melaksanakan tugas kelompok serta memahami pentingnya mengenali kekurangan diri dan kelebihan temannya demi terwujudnya suasana saling mendukung satu sama lain. Fikih Peserta didik mampu mengenal rukun Islam dan kalimah syahadatain, menerapkan tata cara bersuci, salat fardu, azan, ikamah, zikir dan berdoa setelah salat. Sejarah Peradaban Islam Peserta didik mampu menceritakan secara sederhana kisah beberapa nabi yang wajib diimani. 2. Fase B (Umumnya untuk kelas III dan IV SD/MI/Program Paket A) Pada akhir Fase B, pada elemen Al-Qur’an Hadis peserta didik mampu membaca surah-surah pendek atau ayat Al-Qur’an dan menjelaskan pesan pokoknya dengan baik. Peserta didik mengenal hadis tentang kewajiban salat dan menjaga hubungan baik dengan sesama serta mampu menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pada elemen akidah peserta didik memahami sifat-sifat bagi Allah, beberapa asmaulhusna, mengenal kitab-kitab Allah, para nabi dan rasul Allah yang wajib diimani. Pada elemen akhlak, peserta didik menghormati dan berbakti kepada orang tua dan guru, dan menyampaikan ungkapan-ungkapan positif (kalimah ṫayyibah) dalam keseharian. Peserta didik memahami arti keragaman sebagai sebuah ketentuan dari Allah Swt. (sunnatullāh). Peserta didik mengenal norma yang ada di lingkungan sekitarnya dan lingkungan yang lebih luas, percaya diri mengungkapkan pendapat pribadi, memahami pentingnya musyawarah untuk mencapai kesepakatan dan pentingnya persatuan. Pada elemen fikih, peserta didik dapat melaksanakan puasa, salat jumat dan salat sunah dengan baik, memahami konsep balig dan tanggung jawab yang menyertainya (taklīf). Dalam pemahamannya tentang sejarah, peserta didik mampu menceritakan kondisi Arab pra Islam, masa kanak-kanak dan remaja Nabi Muhammad saw. hingga diutus menjadi rasul, berdakwah, hijrah dan membangun Kota Madinah. 37 Fase B berdasarkan elemen Elemen Capaian Pembelajaran Al-Qur’an dan Hadis Peserta didik mampu membaca surah-surah pendek atau ayat Al-Qur’an dan menjelaskan pesan pokoknya dengan baik. Peserta didik mengenal hadis tentang kewajiban salat dan menjaga hubungan baik dengan sesama serta mampu menerapkan dalam kehidupan seharihari. Akidah Peserta didik memahami sifat-sifat bagi Allah, beberapa asmaulhusna, mengenal kitab-kitab Allah, para nabi dan rasul Allah yang wajib diimani. Akhlak Pada elemen akhlak, peserta didik menghormati dan berbakti kepada orang tua dan guru, dan menyampaikan ungkapan-ungkapan positif (kalimah ṫayyibah) dalam keseharian. Peserta didik memahami arti keragaman sebagai sebuah ketentuan dari Allah Swt. (sunnatullāh). Peserta didik mengenal norma yang ada di lingkungan sekitarnya dan lingkungan yang lebih luas, percaya diri mengungkapkan pendapat pribadi, memahami pentingnya musyawarah untuk mencapai kesepakatan dan pentingnya persatuan. Fikih Pada elemen fikih, peserta didik dapat melaksanakan puasa, salat jumat dan salat sunah dengan baik, memahami konsep balig dan tanggung jawab yang menyertainya (taklīf). Sejarah Peradaban Islam Dalam pemahamannya tentang sejarah, peserta didik mampu menceritakan kondisi Arab pra Islam, masa kanak-kanak dan remaja Nabi Muhammad saw. hingga diutus menjadi rasul, berdakwah, hijrah dan membangun Kota Madinah. 3. Fase C (Umumnya untuk kelas V dan VI SD/MI/Program Paket A) Pada akhir Fase C, pada elemen Al-Qur’an Hadis peserta didik mampu membaca, menghafal, menulis, dan memahami pesan pokok surah-surah pendek dan ayat Al-Qur’an tentang keragaman dengan baik dan benar. Pada elemen akidah, peserta didik dapat mengenal Allah melalui asmaulhusna, memahami keniscayaan peritiwa hari akhir, qadāʾ dan qadr. Pada elemen akhlak, peserta didik mengenal dialog antar agama dan kepercayaan dan menyadari peluang dan tantangan yang bisa muncul dari keragaman di Indonesia. Peserta didik memahami arti ideologi secara sederhana dan pandangan hidup dan memahami pentingnya menjaga kesatuan atas keberagaman. Peserta didik juga memahami pentingnya introspeksi diri untuk menjadi pribadi yang lebih baik setiap harinya. Peserta 38 didik memahami pentingnya pendapat yang logis, menerima perbedaan pendapat, dan menemukan titik kesamaan (kalimah sawā’) untuk mewujudkan persatuan dan kerukunan. Peserta didik memahami peran manusia sebagai khalifah Allah di bumi untuk menebarkan kasih sayang dan tidak membuat kerusakan di muka bumi. Pada elemen fikih, peserta didik mampu memahami zakat, infak, sedekah dan hadiah, memahami ketentuan haji, halal dan haram serta mempraktikkan puasa sunnah. Pada elemen sejarah, peserta didik menghayati ibrah dari kisah Nabi Muhammad saw. di masa separuh akhir kerasulannya serta kisah al-khulafā al-rāsyidūn. Fase C Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Al-Qur’an dan Hadis Peserta didik mampu membaca, menghafal, menulis, dan memahami pesan pokok surahsurah pendek dan ayat Al-Qur’an tentang keragaman dengan baik dan benar. Akidah Peserta didik dapat mengenal Allah melalui asmaulhusna, memahami keniscayaan peritiwa hari akhir, qadāʾ dan qadr. Akhlak Peserta didik mengenal dialog antar agama dan kepercayaan dan menyadari peluang dan tantangan yang bisa muncul dari keragaman di Indonesia. Peserta didik memahami arti ideologi secara sederhana dan pandangan hidup dan memahami pentingnya menjaga kesatuan atas keberagaman. Peserta didik juga memahami pentingnya introspeksi diri untuk menjadi pribadi yang lebih baik setiap harinya. Peserta didik memahami pentingnya pendapat yang logis, menerima perbedaan pendapat, dan menemukan titik kesamaan (kalimah sawāʾ) untuk mewujudkan persatuan dan kerukunan. Peserta didik memahami peran manusia sebagai khalifah Allah di bumi untuk menebarkan kasih sayang dan tidak membuat kerusakan di muka bumi. Fikih Pada elemen fikih, peserta didik mampu memahami zakat, infak, sedekah dan hadiah, memahami ketentuan haji, halal dan haram serta mempraktikkan puasa sunnah. Sejarah Peradaban Islam Pada elemen sejarah, peserta didik menghayati ibrah dari kisah Nabi Muhammad saw. di masa separuh akhir kerasulannya serta kisah alkhulafā al-rāsyidūn. 4. Fase D (Umumnya untuk kelas VII, VII, dan IX SMP/MTs/ Program Paket B) Pada akhir Fase D, pada elemen Al-Qur’an Hadis peserta didik memahami definisi Al-Qur’an dan Hadis Nabi dan posisinya sebagai 39 sumber ajaran agama Islam. Peserta didik juga memahami pentingnya pelestarian alam dan lingkungan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam ajaran Islam. Peserta didik juga mampu menjelaskan pemahamannya tentang sikap moderat dalam beragama. Peserta didik juga memahami tingginya semangat keilmuan beberapa intelektual besar Islam. Dalam elemen akidah, peserta didik mendalami enam rukun Iman. Dalam elemen akhlak, peserta didik mendalami peran aktivitas salat sebagai bentuk penjagaan atas diri sendiri dari keburukan. Peserta didik juga memahami pentingnya verifikasi (tabayyun) informasi sehingga dia terhindar dari kebohongan dan berita palsu. Peserta didik juga memahami definisi toleransi dalam tradisi Islam berdasarkan ayatayat Al-Qur’an dan Hadis-Hadis Nabi. Peserta didik juga mulai mengenal dimensi keindahan dan seni dalam Islam termasuk ekspresi-ekspresinya. Dalam elemen ibadah, peserta didik memahami internalisasi nilai-nilai dalam sujud dan ibadah salat, memahami konsep mu‘āmalah, riba, rukhsah, serta mengenal beberapa mazhab fikih, dan ketentuan mengenai ibadah qurban. Dalam elemen sejarah, peserta didik mampu menghayati penerapan akhlak mulia dari kisah-kisah penting dari Bani Umayyah, Abbasiyyah, Turki Usmani, Syafawi dan Mughal sebagai pengantar untuk memahami alur sejarah masuknya Islam ke Indonesia. Fase D Berdasarkan Elemen Elemen Al-Qur’an dan Hadis Akidah Akhlak Capaian Pembelajaran Peserta didik memahami definisi Al-Qur’an dan Hadis Nabi dan posisinya sebagai sumber ajaran agama Islam. Peserta didik juga memahami pentingnya pelestarian alam dan lingkungan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam ajaran Islam. Peserta didik juga mampu menjelaskan pemahamannya tentang sikap moderat dalam beragama. Peserta didik juga memahami tingginya semangat keilmuan beberapa intelektual besar Islam. Peserta didik mendalami enam rukun Iman. Peserta didik mendalami peran aktivitas salat sebagai bentuk penjagaan atas diri sendiri dari keburukan. Peserta didik juga memahami pentingnya verifikasi (tabayyun) informasi sehingga dia terhindar dari kebohongan dan berita palsu. Peserta didik juga memahami definisi toleransi dalam tradisi Islam berdasarkan ayat-ayat Al-Qur’an dan HadisHadis Nabi. Peserta didik juga mulai mengenal 40 Elemen Fikih Sejarah Peradaban Islam Capaian Pembelajaran dimensi keindahan dan seni dalam Islam termasuk ekspresi-ekspresinya. Peserta didik memahami internalisasi nilai-nilai dalam sujud dan ibadah salat, memahami konsep muʿāmalah, riba, rukhsah, serta mengenal beberapa mazhab fikih, dan ketentuan mengenai ibadah qurban. Peserta didik mampu menghayati penerapan akhlak mulia dari kisah-kisah penting dari Bani Umayyah, Abbasiyyah, Turki Usmani, Syafawi dan Mughal sebagai pengantar untuk memahami alur sejarah masuknya Islam ke Indonesia. 5. Fase E (Umumnya untuk kelas X SMA/MA/Program Paket C) Pada akhir Fase E, dalam elemen Al-Qur’an dan Hadis, peserta didik mampu menganalisis ayat Al-Qur’an dan Hadis tentang perintah untuk berkompetisi dalam kebaikan dan etos kerja serta larangan pergaulan bebas dan zina; dapat membaca Al-Qur’an dengan tartil, menghafal dengan fasih dan lancar ayat Al-Qur’an serta Hadis tentang perintah untuk berkompetisi dalam kebaikan dan etos kerja serta bahaya dari pergaulan bebas dan zina; dapat menyajikan konten dan paparan tentang perintah untuk berkompetisi dalam kebaikan dan etos kerja serta larangan pergaulan bebas dan zina; meyakini bahwa sikap kompetitif dalam kebaikan dan etos kerja serta menghindari pergaulan bebas dan perbuatan zina adalah perintah agama; dan membiasakan sikap kompetitif dalam kebaikan dan etos kerja serta menghindari pergaulan bebas dan perbuatan zina dengan lebih berhati-hati dan menjaga kehormatan diri. Dalam elemen akidah, peserta didik menganalisis makna syu‘ab alīmān (cabang-cabang iman), pengertian, dalil, macam dan manfaatnya; mempresentasikan makna syu‘ab al-īmān (cabangcabang iman), pengertian, dalil, macam dan manfaatnya; meyakini bahwa dalam iman terdapat banyak cabang-cabangnya; serta menerapkan beberapa sikap dan karakter sebagai cerminan cabang iman dalam kehidupan. Dari elemen akhlak, peserta didik menganalisis manfaat menghindari akhlak mażmūmah; membuat karya yang mengandung konten manfaat menghindari sikap mażmūmah; meyakini bahwa akhlak mażmūmah adalah larangan dan akhlak mahmūdah adalah perintah agama; serta membiasakan diri untuk menghindari akhlak 41 mażmūmah dan menampilkan akhlak mahmūdah dalam kehidupan sehari-hari. Dalam elemen fikih, peserta didik mampu menganalisis implementasi fikih mu‘āmalah dan al-kulliyyāt al-khamsah (lima prinsip dasar hukum Islam; menyajikan paparan tentang fikih mu‘āmalah dan al-kulliyyāt al-khamsah meyakini bahwa ketentuan fikih mu‘āmalah dan al-kulliyyāt al-khamsah adalah ajaran agama; serta menumbuhkan jiwa kewirausahaan, kepedulian, dan kepekaan sosial. Dalam elemen sejarah peradaban Islam, peserta didik mampu menganalisis sejarah dan peran tokoh ulama penyebar ajaran Islam di Indonesia; dapat membuat bagan timeline sejarah tokoh ulama penyebar ajaran Islam di Indonesia dan memaparkannya; meyakini bahwa perkembangan peradaban di Indonesia adalah sunatullah dan metode dakwah yang santun, moderat, bi al-ḥikmah wa almau‘iẓat al-ḥasanah adalah perintah Allah Swt.; membiasakan sikap kesederhanaan dan kesungguhan mencari ilmu, tekun, damai, serta semangat menghargai adat istiadat dan perbedaan keyakinan orang lain. Fase E Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Al-Qur’an dan Hadis Peserta didik mampu menganalisis ayat AlQur’an dan hadis tentang perintah untuk berkompetisi dalam kebaikan dan etos kerja serta larangan pergaulan bebas dan zina; dapat membaca Al-Qur’an dengan tartil, menghafal dengan fasih dan lancar ayat Al-Qur’an serta Hadis tentang perintah untuk berkompetisi dalam kebaikan dan etos kerja serta bahaya dari pergaulan bebas dan zina; dapat menyajikan konten dan paparan tentang perintah untuk berkompetisi dalam kebaikan dan etos kerja serta larangan pergaulan bebas dan zina; meyakini bahwa sikap kompetitif dalam kebaikan dan etos kerja serta menghindari pergaulan bebas dan perbuatan zina adalah perintah agama; dan membiasakan sikap kompetitif dalam kebaikan dan etos kerja serta menghindari pergaulan bebas dan perbuatan zina dengan lebih berhati-hati dan menjaga kehormatan diri. Akidah Peserta didik menganalisis makna syu‘ab alīmān (cabang-cabang iman), pengertian, dalil, macam dan manfaatnya; mempresentasikan makna syu‘ab al-īmān (cabang-cabang iman), 42 Elemen Capaian Pembelajaran pengertian, dalil, macam dan manfaatnya; meyakini bahwa dalam iman terdapat banyak cabang-cabangnya; serta menerapkan beberapa sikap dan karakter sebagai cerminan cabang iman dalam kehidupan. Akhlak Peserta didik menganalisis manfaat menghindari akhlak mażmūmah; membuat karya yang mengandung konten manfaat menghindari sikap mażmūmah; meyakini bahwa akhlak mażmūmah adalah larangan dan akhlak maḥmūdah adalah perintah agama; serta membiasakan diri untuk menghindari akhlak mażmūmah dan menampilkan akhlak maḥmūdah dalam kehidupan sehari-hari. Fikih Peserta didik mampu menganalisis implementasi fikih mu‘āmalah dan al-kulliyyāt al-khamsah (lima prinsip dasar hukum Islam; menyajikan paparan tentang fikih mu‘āmalah dan al-kulliyyāt al-khamsah meyakini bahwa ketentuan fikih mu‘āmalah dan al-kulliyyāt alkhamsah adalah ajaran agama; serta menumbuhkan jiwa kewirausahaan, kepedulian, dan kepekaan sosial. Sejarah Peradaban Islam Peserta didik mampu menganalisis sejarah dan peran tokoh ulama penyebar ajaran Islam di Indonesia; dapat membuat bagan timeline sejarah tokoh ulama penyebar ajaran Islam di Indonesia dan memaparkannya; meyakini bahwa perkembangan peradaban di Indonesia adalah sunatullah dan metode dakwah yang santun, moderat, bi al-ḥikmah wa al-mau‘iẓat alḥasanah adalah perintah Allah Swt.; membiasakan sikap kesederhanaan dan kesungguhan mencari ilmu, tekun, damai, serta semangat menghargai adat istiadat dan perbedaan keyakinan orang lain. 6. Fase F (Umumnya untuk kelas XI dan XII SMA/MA/Program Paket C) Pada akhir Fase F dalam elemen Al-Qur’an dan Hadis, peserta didik dapat menganalisis Al-Qur’an dan Hadis tentang berfikir kritis, ilmu pengetahuan dan teknologi, toleransi, memelihara kehidupan manusia, musibah, ujian, cinta tanah air dan moderasi beragama; mempresentasikan pesan-pesan Al-Qur’an dan Hadis tentang pentingnya berfikir kritis (critical thinking), ilmu pengetahuan dan teknologi, toleransi, memelihara kehidupan manusia, musibah, ujian, cinta tanah air dan moderasi beragama; membiasakan membaca Al-Qur’an dengan meyakini bahwa berfikir kritis, ilmu 43 pengetahuan dan teknologi, toleransi, memelihara kehidupan manusia, musibah, ujian, cinta tanah air dan moderasi beragama adalah ajaran agama; membiasakan sikap rasa ingin tahu, berfikir kritis, kreatif, dan adaptif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, dan teknologi, toleransi, peduli sosial, cinta damai, semangat kebangsaan, dan tanggung jawab, sabar, tabah, pantang menyerah, tawakal, dan selalu berprasangka baik kepada Allah Swt. dalam menghadapi ujian dan musibah, cinta tanah air, dan moderasi dalam beragama. Dalam elemen akidah, peserta didik menganalisis cabang-cabang iman, keterkaitan antara iman, Islam dan ihsan, serta dasar-dasar, tujuan dan manfaat ilmu kalam; mempresentasikan tentang cabangcabang iman, dasar-dasar, tujuan dan manfaat ilmu kalam; meyakini bahwa cabang-cabang iman, keterkaitan antara iman, Islam dan ihsan, serta dasar-dasar, tujuan dan manfaat ilmu kalam adalah ajaran agama; membiasakan sikap tanggung jawab, memenuhi janji, menyukuri nikmat, memelihara lisan, menutup aib orang lain, jujur, peduli sosial, ramah, konsisten, cinta damai, rasa ingin tahu dan pembelajar sepanjang hayat. Dari elemen akhlak, peserta didik dapat memecahkan masalah perkelahian antarpelajar, minuman keras (miras), dan narkoba dalam Islam; menganalisis adab menggunakan media sosial dalam Islam, menganalisis dampak negatif sikap munafik, keras hati, dan keras kepala dalam kehidupan sehari hari, sikap inovatif dan etika berorganisasi; mempresentasikan cara memecahkan masalah perkelahian antarpelajar dan dampak pengiringnya, minuman keras (miras), dan narkoba; menganalisis adab menggunakan media sosial dalam Islam, dampak negatif sikap munafik, keras hati, dan keras kepala dalam kehidupan sehari hari; meyakini bahwa agama melarang melakukan perkelahian antarpelajar, minuman keras, dan narkoba, munafik, keras hati, dan keras kepala, meyakini bahwa adab menggunakan media sosial dalam Islam dapat memberi keselamatan bagi individu dan masyarakat dan meyakini bahwa sikap inovatif dan etika berorganisasi merupakan perintah agama; membiasakan sikap taat pada aturan, peduli sosial, tanggung jawab, cinta damai, santun, saling menghormati, semangat kebangsaan, jujur, inovatif, dan rendah hati. 44 Dalam elemen fikih, peserta didik mampu menganalisis ketentuan pelaksanaan khutbah, tablig dan dakwah, ketentuan pernikahan dalam Islam, mawaris, dan konsep ijtihad; mempresentasikan tentang ketentuan pelaksanaan khutbah, tablig dan dakwah, ketentuan pernikahan dalam Islam, mawaris, dan konsep ijtihad; menerapkan ketentuan khutbah, tablig, dan dakwah, ketentuan pernikahan dalam Islam, mawaris, dan meyakini bahwa ijtihad merupakan salah satu sumber hukum Islam; membiasakan sikap menebarkan Islam raḥmat li al-ālamīn, komitmen, bertanggung jawab, menepati janji, adil, amanah, terbuka terhadap ilmu pengetahuan, dan menghargai perbedaan pendapat. Dalam elemen sejarah peradaban Islam, peserta didik mampu menganalisis peran dan keteladanan tokoh ulama penyebar ajaran Islam di Indonesia, perkembangan peradaban Islam di dunia, dan peran organisasi-organisasi Islam di Indonesia; mempresentasikan peran dan keteladanan tokoh ulama penyebar ajaran Islam di Indonesia, perkembangan peradaban Islam di dunia, dan peran ormas (organisasi masyarakat) Islam di Indonesia; mengakui keteladanan tokoh ulama Islam di Indonesia, meyakini kebenaran perkembangan peradaban Islam pada masa modern, peradaban Islam di dunia, meyakini pemikiran dan pergerakan organisasiorganisasi Islam berdasarkan ajaran agama; membiasakan sikap gemar membaca, menulis, berprestasi, dan kerja keras, tanggung jawab, bernalar kritis, semangat kebangsaan, berkebinekaan global, menebarkan Islam raḥmat li al-ālamīn, rukun, damai, dan saling bekerjasama. Fase F Berdasarkan Elemen Elemen Al-Qur’an dan Hadis Capaian Pembelajaran Peserta didik dapat menganalisis Al-Qur’an dan Hadis tentang berfikir kritis, ilmu pengetahuan dan teknologi, toleransi, memelihara kehidupan manusia, musibah, ujian, cinta tanah air dan moderasi beragama; mempresentasikan pesanpesan Al-Qur’an dan Hadis tentang pentingnya berfikir kritis (critical thinking), ilmu pengetahuan dan teknologi, toleransi, memelihara kehidupan manusia, musibah, ujian, cinta tanah air dan moderasi beragama; membiasakan membaca Al-Qur’an dengan meyakini bahwa berfikir kritis, ilmu pengetahuan dan teknologi, toleransi, memelihara kehidupan manusia, musibah, 45 Elemen Akidah Akhlak Fikih Capaian Pembelajaran ujian, cinta tanah air dan moderasi beragama adalah ajaran agama; membiasakan sikap rasa ingin tahu, berfikir kritis, kreatif, dan adaptif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, dan teknologi, toleransi, peduli sosial, cinta damai, semangat kebangsaan, dan tanggung jawab, sabar, tabah, pantang menyerah, tawakal, dan selalu berprasangka baik kepada Allah Swt. dalam menghadapi ujian dan musibah, cinta tanah air, dan moderasi dalam beragama. Peserta didik menganalisis cabang-cabang iman, keterkaitan antara iman, Islam dan ihsan, serta dasar-dasar, tujuan dan manfaat ilmu kalam; mempresentasikan tentang cabang-cabang iman, dasar-dasar, tujuan dan manfaat ilmu kalam; meyakini bahwa cabang-cabang iman, keterkaitan antara iman, Islam dan ihsan, serta dasar-dasar, tujuan dan manfaat ilmu kalam adalah ajaran agama; membiasakan sikap tanggung jawab, memenuhi janji, menyukuri nikmat, memelihara lisan, menutup aib orang lain, jujur, peduli sosial, ramah, konsisten, cinta damai, rasa ingin tahu dan pembelajar sepanjang hayat. Peserta didik dapat memecahkan masalah perkelahian antarpelajar, minuman keras (miras), dan narkoba dalam Islam; menganalisis adab menggunakan media sosial dalam Islam, menganalisis dampak negatif sikap munafik, keras hati, dan keras kepala dalam kehidupan sehari hari, sikap inovatif dan etika berorganisasi; mempresentasikan cara memecahkan masalah perkelahian antarpelajar dan dampak pengiringnya, minuman keras (miras), dan narkoba; menganalisis adab menggunakan media sosial dalam Islam, dampak negatif sikap munafik, keras hati, dan keras kepala dalam kehidupan sehari hari; meyakini bahwa agama melarang melakukan perkelahian antarpelajar, minuman keras, dan narkoba, munafik, keras hati, dan keras kepala, meyakini bahwa adab menggunakan media sosial dalam Islam dapat memberi keselamatan bagi individu dan masyarakat dan meyakini bahwa sikap inovatif dan etika berorganisasi merupakan perintah agama; membiasakan sikap taat pada aturan, peduli sosial, tanggung jawab, cinta damai, santun, saling menghormati, semangat kebangsaan, jujur, inovatif, dan rendah hati. Peserta didik mampu menganalisis ketentuan pelaksanaan khutbah, tablig dan dakwah, ketentuan pernikahan dalam Islam, mawaris, dan konsep ijtihad; mempresentasikan tentang ketentuan pelaksanaan khutbah, tablig dan dakwah, ketentuan pernikahan dalam Islam, mawaris, dan konsep ijtihad; menerapkan ketentuan khutbah, tabligh, dan dakwah, ketentuan pernikahan dalam Islam, mawaris, 46 Elemen Sejarah Peradaban Islam Capaian Pembelajaran dan meyakini bahwa ijtihad merupakan salah satu sumber hukum Islam; membiasakan sikap menebarkan Islam raḥmat li al-ālamīn, komitmen, bertanggung jawab, menepati janji, adil, amanah, terbuka terhadap ilmu pengetahuan, dan menghargai perbedaan pendapat. Peserta didik mampu menganalisis peran dan keteladanan tokoh ulama penyebar ajaran Islam di Indonesia, perkembangan peradaban Islam di dunia, dan peran organisasi-organisasi Islam di Indonesia; mempresentasikan peran dan keteladanan tokoh ulama penyebar ajaran Islam di Indonesia, perkembangan peradaban Islam di dunia, dan peran ormas (organisasi masyarakat) Islam di Indonesia; mengakui keteladanan tokoh ulama Islam di Indonesia, meyakini kebenaran perkembangan peradaban Islam pada masa modern, peradaban Islam di dunia, meyakini pemikiran dan pergerakan organisasi-organisasi Islam berdasarkan ajaran agama; membiasakan sikap gemar membaca, menulis, berprestasi, dan kerja keras, tanggung jawab, bernalar kritis, semangat kebangsaan, berkebinekaan global, menebarkan Islam raḥmat li al-ālamīn, rukun, damai, dan saling bekerjasama. 47 III. 2. CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI A. Rasional Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti. Pendidikan agama dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Dengan demikian, pendidikan agama dapat menjadi perekat bangsa dan memberikan anugerah yang sebesarsebesarnya bagi kemajuan dan kesejahteraan bangsa. Pendidikan agama memberikan penekanan pada pembentukan iman, takwa, dan akhlak mulia menyiratkan bahwa pendidikan agama bukan hanya bertujuan mengasah kecerdasan spiritual dan iman juga aspek ketaatan pada ajaran agama. Namun lebih dari itu, pendidikan agama harus mampu membentuk manusia yang manusiawi. Jadi, mengukur keberimanan peserta didik tidak hanya dilihat dari ketakwaan dan ketaatan pada ajaran agama serta pengetahuan secara kognitif melainkan apakah peserta didik telah menjadi manusia yang manusiawi. Hal tersebut sesuai dengan fungsi Pendidikan Agama Kristen yang memberikan pengajaran akan pengetahuan dan kehidupan iman serta perilaku yang sesuai dengan ajaran Tuhan Yesus yang terdapat dalam Alkitab. Pengajaran yang diberikan merupakan pengembangan pendidikan yang diarahkan bagi pembinaan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Agama diyakini sebagai acuan pembentukan sikap, moral, karakter, spiritualitas, berpikir dan bertindak sesuai keyakinan imannya. Berbagai harapan tersebut dapat dicapai melalui proses internalisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, dan bangsa Indonesia. Nilai moderasi beragama diimplementasikan dalam sikap keterbukaan, kebebasan berpikir, sadar akan keterbatasan, kerendahan hati, dan berpikir untuk kemanusiaan. Ajaran Kristen dalam nuansa moderasi beragama sangat dibutuhkan untuk menginternalisasikan karakter kekristenan yang toleran, terbuka, humanis, penuh kasih dan damai yang sejati. Keadaan ini bersandingan dengan tujuan pendidikan nasional yang diarahkan pada berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Mahaesa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Moderasi beragama merupakan wadah untuk menumbuhkan toleransi 48 dalam kehidupan bermasyarakat, bagi terwujudnya “Tri-Kerukunan Umat Agama” di Indonesia, yakni: kerukunan intern umat beragama, kerukunan antar umat beragama, dan kerukunan antara umat beragama dengan pemerintah. Nilai-nilai moderasi beragama senantiasa mejadi sikap penting bagi umat beragama melaksanakan tugas panggilan dalam interaksi dengan sesama. Seluruh eksistensi orang percaya dipanggil dan diutus melaksanakan pekerjaan Tuhan di dunia. Komponen esensial kepribadian manusia adalah nilai (values) dan kebajikan (virtues). Kondisi ini merupakan dasar pengembangan kehidupan manusia yang memiliki peradaban, kebaikan, dan kebahagiaan secara individual maupun sosial. Pelayanan pendidikan agama Kristen sebagai perpanjangan tangan gereja yang berfungsi sebagai penyemaian iman kristiani, pengembangan kedewasaan spiritualitas, dan jadi pelaku firman (bnd. Yakobus 1:22) serta menghasilkan buah (Yoh. 16:16). Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti, disajikan dalam bentuk mata pelajaran pada semua jalur, jenis, dan jenjang pendidikan yang mengacu pada capaian pembelajaran yang telah ditetapkan oleh Pemerintah. Penyusunan capaian pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti didasarkan pada dua elemen, yaitu: Allah Tritunggal dan Nilai-nilai Kristiani. Dua elemen tersebut masih sangat umum dan belum dapat menggambarkan substansi pembelajaran Pendidikan Agama Kristen secara spesifik. Secara sepesifik, kedua dua elemen dijabarkan menjadi empat elemen yaitu: Allah Berkarya, Manusia dan Nilai-nilai Kristiani, Gereja dan Masyarakat Majemuk, Alam dan Lingkungan Hidup, yang dapat mengakomodir seluruh substansi pembelajaran Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti pada jenjang SD/Program Paket A, SMP/Program Paket B, dan SMA/Program Paket C. Masing-masing elemen dan sub elemen merupakan pilar dalam pengembangan Capaian Pembelajaran dan materi pembelajaran. B. Tujuan Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti bertujuan untuk membantu peserta didik: 1. Mengenal serta mengimani Allah yang berkarya menciptakan alam semesta dan manusia; 2. Mengimani keselamatan kekal dalam karya penyelamatan Yesus 49 Kristus; 3. Mensyukuri Allah yang berkarya dalam Roh Kudus sebagai penolong dan pembaru hidup manusia; 4. Mewujudkan imannya dalam perbuatan hidup setiap hari dalam interaksi dengan sesama dan memelihara lingkungan hidup; 5. Memahami hak dan kewajibannya sebagai warga gereja dan warga negara serta cinta tanah air; 6. Membangun manusia Indonesia yang mampu menghayati imannya secara bertanggung jawab dan berakhlak mulia serta menerapkan prinsip moderasi beragama dalam masyarakat majemuk; 7. Membentuk diri menjadi anak-anak dan remaja Kristen yang memiliki kedewasaan berpikir, berkata-kata dan bertindak sehingga menampakkan karakter kristiani; 8. Membentuk sikap keterbukaan dalam mewujudkan kerukunan intern dan antara umat beragama, serta umat beragama dengan pemerintah; 9. Memiliki kesadaran dalam mengembangkan kreativitas dalam berpikir dan bertindak berdasarkan Firman Allah; dan 10. Mewujudkan peran nyata di tengah keluarga, sekolah, gereja, dan masyarakat Indonesia yang majemuk. C. Karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti Pendidikan Agama Kristen merupakan usaha yang dilakukan secara terencana dan berkelanjutan dalam rangka mengembangkan kemampuan peserta didik agar dengan pertolongan Roh Kudus dapat memahami dan menghayati kasih Tuhan Allah di dalam Yesus Kristus yang dinyatakan dalam kehidupan sehari-hari, terhadap sesama dan lingkungan. Setiap orang yang terlibat dalam proses pembelajaran PAK memiliki keterpanggilan untuk mewujudkan kebenaran dan tandatanda Kerajaan Allah dalam kehidupan pribadi maupun sebagai bagian dari komunitas dalam konteks masyarakat majemuk. Masyarakat Indonesia yang majemuk dipandang sebagai berkat Tuhan dan dalam konteks pemahaman iman Kristen merupakan medan layan bagi orang Kristen untuk membangun kehidupan bersama yang adil dan setara. Panggilan iman orang Kristen ini secara historis telah dibangun sejak proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Oleh karena itu, karakteristik Pendidikan Agama Kristen yang kontekstual harus menegaskan peran 50 hidup orang beriman dalam mewujudkan tanggungjawabnya membangun bangsa Indonesia yang berketuhanan, bersatu, setara, dan berkeadilan, serta menghargai kemajemukan dalam masyarakat dan bangsa Indonesia. Pendidikan Agama Kristen harus mampu menyikapi perkembangan zaman, sehingga peserta didik mampu menyelesaikan dan menjawab segala problematika yang dihadapi. Dengan demikian, Pendidikan Agama Kristen harus memiliki muatan pembelajaran kontekstual, artinya materi yang ada di dalam Pendidikan Agama Kristen selalu dikaitkan dengan situasi dan konteks agar dapat menjelaskan kasuskasus yang dialami dalam kehidupan nyata. Fakta yang diperoleh dari kajian bagi program pendidikan Kristen, yaitu: 1) Pelaku telah diberi karunia Roh; 2) Bertujuan mendewasakan umat melayani; 3) Menghasilkan dan hubungan harmonis; 4) Bersifat kebenaran teologis; 5) Penuh kasih karunia dan kebenaran; 6) Saling membantu dan berkembang secara harmonis. Pendidikan Agama Kristen di Indonesia berlangsung dalam keluarga, gereja dan lembaga pendidikan formal. Pelaksanaan Pendidikan Agama Kristen di lembaga pendidikan formal menjadi tanggung jawab utama Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen, Kementerian Agama, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan Gereja. Oleh karena itu kerjasama yang bersinergi antara lembaga-lembaga tersebut perlu terus dibangun. Berdasarkan karakteristik Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti disusun empat elemen yang mengikat capaian pembelajaran dan materi dalam satu kesatuan yang utuh pada semua jenjang. Secara holistik capaian pembelajaran dan lingkup materi mengacu pada empat elemen tersebut yang selalu diintegrasikan dengan Alkitab. Elemen dan deskripsi Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti No. 1. Elemen Allah Berkarya Deskripsi Pada elemen Allah berkarya peserta didik belajar untuk memahami Allah yang diimaninya sebagai Pencipta, Pemelihara, Penyelamat, dan Pembaru. Manusia diciptakan menurut gambar Allah yang diberi mandat untuk membangun, memanfaatkan, dan memelihara ciptaan Allah bagi kesejahteraan manusia. Allah memelihara manusia dengan menciptakan flora dan fauna bagi keseimbangan ekosistem dan kebutuhan manusia. Allah hadir dalam berbagai peristiwa kehidupan. Allah melengkapi manusia dengan 51 No. 2. 3. 4. Elemen Deskripsi kemampuan berpikir, berkarya dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Manusia diselamatkan melalui pengorbanan Yesus Kristus. Manusia menjalani kehidupan sebagai makhluk sosial yang berbudaya, mengembangkan demokrasi, dan hak azasi manusia. Allah membarui manusia melalui karya Roh Kudus. Manusia dan Pada elemen manusia dan nilai-nilai kristiani Nilai-nilai peserta didik belajar tentang hakikat manusia Kristiani sebagai ciptaan Allah yang terbatas. Dalam keterbatasannya, manusia diberi hak dan tanggung jawab. Memahami dan menerapkan nilai-nilai kristiani dalam kehidupan sehari-hari, melalui sikap rendah hati, peduli terhadap sesama, menerapkan kasih, setia dan keadilan. dalam kehidupan. Perwujudan nilai-nilai kristiani juga nampak melalui sikap kritis terhadap berbagai bentuk diskriminasi, menghargai perbedaan, rukun, toleran serta menerapkan disiplin hidup dalam masyarakat majemuk. Gereja dan Pada elemen gereja dan masyarakat majemuk Masyarakat peserta didik belajar tentang hidup bergereja dan Majemuk bermasyarakat serta memahami tanggung jawab terhadap gereja, bangsa dan negara. Peserta didik memahami makna kehadiran gereja bagi umat Kristen dan dunia serta mengkritisi berbagai bentuk pelayanan gereja. Mensyukuri keragaman suku, budaya bangsa, dan agama sebagai anugerah Allah. Mengembangkan kehidupan harmonis dalam kehidupan bersama melalui sikap terbuka, toleran, dan inklusif terhadap sesama dalam masyarakat majemuk. Memahami model-model dialog dan kerja sama antar umat beragama dalam rangka moderasi beragama. Alam dan Pada elemen alam dan lingkungan hidup, peserta Lingkungan Hidup didik belajar membangun hubungan yang harmonis dengan alam, memelihara dan melestarikan alam sebagai wujud syukur kepada Allah. Pada elemen ini peserta didik mensyukuri bahwa Allah Mahakuasa hadir melalui alam ciptaan. Menyadari bahwa manusia diberi tugas oleh Allah untuk mengolah dan memelihara alam dengan mengkritisi tindakan manusia yang merusak alam dan menerapkan sikap ugahari. Elemen dan Sub Elemen Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti No Elemen 1. Allah Berkarya 2. Manusia dan Nilai-nilai Kristiani Gereja dan Masyarakat Majemuk 3. Sub Elemen Allah Pencipta Allah Pemelihara Allah Penyelamat Allah Pembaharu Hakikat Manusia Nilai-nilai Kristiani Tugas Panggilan Gereja Masyarakat Majemuk 52 No 4. Elemen Sub Elemen Alam dan Lingkungan Hidup Alam Ciptaan Allah Tanggung Jawab Manusia Terhadap Alam Implementasi elemen dan sub elemen di atas, proses penalarannya bersumber dari Kitab Suci. Peserta didik belajar membaca dan merenungkan Kitab Suci yang berisi pengajaran iman Kristen sebagai acuan dalam kehidupan. D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti setiap Fase Capaian pembelajaran (CP) ditempatkan dalam fase-fase menurut usia dan jenjang pendidikan yang dikelompokkan dalam kelas mulai dari fase A hingga fase F. 1. Fase A (Umumnya untuk kelas I dan II SD/Program Paket A) Peserta didik memahami kasih Allah melalui keberadaan dirinya yang istimewa serta berterima kasih pada Allah dengan cara merawat tubuh, memelihara lingkungan sekitarnya, menjaga kerukunan di rumah dan sekolah, serta toleran dengan sesama yang berbeda dengan dirinya. Diharapkan peserta didik mampu memahami kasih Allah melalui keberadaan dirinya di dalam keluarga, sekolah, dan lingkungan terdekatnya. Pada kelas awal tingkat SD/Program Paket A peserta didik tentang Allah masih cukup abstrak. Karena itu, peserta didik membutuhkan visualisasi atau perwujudan dari sesuatu yang dapat menunjukkan siapa Allah itu. Mereka akan lebih mudah memahami siapa Allah dengan melihat keberadaan dirinya. Dengan demikian Allah yang mereka kenal adalah Allah yang menciptakan manusia dan semua anggota tubuh untuk dipakai dengan benar sesuai dengan fungsinya yaitu untuk tujuan mulia. Fase A Berdasarkan Elemen dan Sub Elemen Elemen Sub Elemen 1. Allah Berkarya Allah Pencipta 53 Capaian Fase A Memahami Allah menciptakan dirinya sebagai pribadi yang istimewa dalam hubungannya dengan keluarga, teman, guru sebagai orang-orang terdekat dan membangun interaksi yang baik melalui tindakan sederhana Elemen Sub Elemen Allah Pemelihara 2. Manusia dan Nilainilai Kristiani Allah Penyelamat Allah Pembaru Hakikat Manusia Nilai-nilai Kristiani 3. Gereja dan Tugas Masyarakat Panggilan Majemuk Gereja Masyarakat Majemuk 4. Alam dan Alam Ciptaan Lingkungan Allah Hidup Tanggung Jawab Manusia Terhadap Alam Capaian Fase A Memahami pemeliharaan Allah pada dirinya melalui kehadiran orang tua, keluarga, teman, dan guru serta melakukan tindakan nyata sebagai wujud syukur Memahami dirinya yang memiliki berbagai anggota tubuh dan bermanfaat untuk tujuan mulia, serta bersyukur pada Allah melalui tindakan nyata memelihara tubuhnya. Bergaul dengan semua orang, menghargai perbedaan, menjaga kerukunan di rumah dan di sekolah Menerima tugas panggilan gereja untuk bersekutu, bersaksi, dan melayani Mensyukuri keragaman suku, budaya, bangsa, dan agama sebagai anugerah Allah Mensyukuri Allah hadir dalam seluruh alam ciptaan Melakukan tindakan sederhana dalam upaya tanggung jawab terhadap alam dan lingkungan sekitarnya 2. Fase B (Umumnya untuk kelas III dan IV SD/Program Paket A) Setelah mempelajari mengenai Allah Maha kasih yang berkarya dalam dirinya pribadi, keluarga, sekolah, dan lingkungan sosial masyarakat yang terdekat dengannya, peserta didik juga belajar mengenal karya Allah melalui ciptaan lainnya. Manusia dan seluruh ciptaan yang ada di alam memerlukan pemeliharaan Allah. Langit dan bumi beserta isinya, tumbuhan, hewan peliharaan, hewan yang bebas di alam, benda langit pada saat siang dan malam, berbagai gejala alam seperti cuaca, peristiwa siang dan malam, angin, hujan, petir semua dalam pemeliharaan Allah. Dengan mempelajari semua kebesaran Allah itu, peserta didik hendaknya memiliki sikap mengasihi sesama, memelihara lingkungan, takluk, tunduk, dan taat pada kuasa Allah serta percaya kepada-Nya. Fase B Berdasarkan Elemen dan Sub Elemen Elemen Sub Elemen 1. Allah Berkarya Allah Pencipta 54 Capaian Fase B Memahami Allah menciptakan, manusia (perempuan dan laki-laki), flora dan fauna, dan melakukan tindakan nyata sebagai wujud syukur Elemen Sub Elemen Allah Pemelihara 2. Manusia dan Nilainilai Kristiani Allah Penyelamat Allah Pembaru Hakikat Manusia Nilai-nilai Kristiani 3. Gereja dan Tugas Masyarakat Panggilan Majemuk Gereja Masyarakat Majemuk Capaian Fase B Memahami pemeliharaan Allah pada manusia secara umum dan dirinya melalui kehadiran orang tua, keluarga, dan guru serta melakukan tindakan nyata sebagai wujud syukur Memahami dirinya memiliki berbagai anggota tubuh yang bermanfaat serta menunjukkan sikap bertanggung jawab menjaga tubuh untuk tetap sehat Mengasihi dan bergaul dengan semua orang, menghargai perbedaan, menjaga kerukunan, dan menerapkan hidup disiplin di rumah dan di sekolah Menerima tugas panggilan gereja untuk bersekutu, bersaksi, dan melayani Mensyukuri keragaman suku, budaya, bangsa, dan agama sebagai anugerah Allah 4. Alam dan Alam Ciptaan Mensyukuri Allah hadir dalam seluruh Lingkungan Allah alam ciptaan dan berbagai fenomena Hidup alam Tanggung Jawab Melakukan tindakan sederhana dalam Manusia upaya tanggung jawab terhadap alam Terhadap Alam dan lingkungan sekitarnya 3. Fase C (Umumnya untuk kelas IV dan V SD/Program Paket A) Peserta didik mengakui kemahakuasaan Allah yang hadir melalui berbagai peristiwa kemahakuasaan dalam Allah, kehidupannya. peserta didik Dengan memahami mengakui Allah yang Mahakuasa itu mengampuni dan menyelamatkan manusia melalui Yesus Kristus. Pemahaman terhadap keselamatan yang diberikan Allah kepada manusia memotivasi peserta didik untuk memahami arti pertobatan dan hidup dalam pertobatan. Hidup dalam pertobatan ditunjukkan melalui bersahabat dengan semua orang, berbela rasa, tolong-menolong tanpa membeda-bedakan suku bangsa, budaya, dan agama, serta memelihara alam dan lingkungan. Selanjutnya pada fase ini, peserta didik memahami bahwa Allah Pencipta hadir dalam kehidupan masyarakat. Pemahaman itu diwujudkan dengan mempraktikkan sikap peduli kepada sesama. Peserta didik juga belajar dari teladan tokoh-tokoh Alkitab yang berkaitan dengan pertobatan dan menjadi manusia baru. Dalam terang manusia baru peserta didik menerapkan nilai-nilai Kristiani 55 dalam interaksi dengan sesama untuk membangun kepekaan terhadap bentuk-bentuk ketidakadilan terhadap ketidakadilan mereka yang termasuk didalamnya berkebutuhan khusus, ketidakadilan terhadap alam dan lingkungan hidup. Fase ini merupakan fase akhir dari pendidikan di SD/Program Paket A, peserta didik mempersiapkan diri untuk masuk ke jenjang SMP/Program Paket B. Oleh karena itu peserta didik dibekali dengan pemahaman mendasar tentang Allah yang tidak pernah absen dari kehidupan manusia. Pemahaman ini memberikan penguatan pada peserta didik untuk lebih mendalami kasih Allah dalam hidupnya. Kelak ketika di SMA/Program Paket C mereka dapat bertumbuh menjadi manusia yang dewasa secara holistik. Fase C Berdasarkan Elemen dan Sub Elemen Elemen Sub Elemen 1. Allah Berkarya Allah Pencipta Capaian Fase C Memahami Allah Pencipta berkarya dalam kehidupan keluarga, sekolah, dan masyarakat Allah Memahami Allah memelihara seluruh Pemelihara umat manusia termasuk mereka yang berkebutuhan khusus, serta menyukuri pemeliharaan Allah dalam hidup manusia Allah Memahami Allah menyelamatkan Penyelamat manusia dalam diri Yesus Kristus dan mensyukuri keselamatan yang sudah diterimanya Allah Pembaru Memahami Allah membarui hidup manusia dan mempraktikkan sikap hidup manusia baru 2. Manusia Hakikat Memahami bahwa manusia berdosa dan NilaiManusia karena itu membutuhkan pertobatan nilai Nilai-nilai Memahami nilai-nilai kristiani dalam Kristiani Kristiani interaksi antar manusia serta bersikap kritis terhadap berbagai bentuk diskriminasi 3. Gereja dan Tugas Memahami makna pelayanan terhadap Masyarakat Panggilan sesama sebagai tanggung jawab orang Majemuk Gereja beriman dan mempraktikkannya dalam kehidupan Masyarakat Memahami keberagaman suku bangsa, Majemuk budaya, dan agama dalam masyarakat majemuk 4. Alam dan Alam Ciptaan Memahami dan menyukuri Lingkunga Allah kemahakuasaan Allah dalam berbagai n Hidup fenomena alam Tanggung Melakukan tindakan nyata dalam Jawab Manusia memelihara alam dan lingkungan Terhadap Alam sekitar sebagai wujud tanggung jawab orang beriman 56 4. Fase D (Umumnya untuk kelas VII, VIII dan IX SMP/Program Paket B) Peserta didik memahami karya Allah dalam Yesus Kristus yang menyelamatkan umat manusia dan dunia. Manusia berada dalam kuasa pemeliharaan Allah. Allah memelihara, menyelamatkan manusia melalui pengorbanan Yesus Kristus, dan memperbarui oleh kuasa Roh Kudus. Peserta didik menyadari bahwa karya Allah yang dirasakan dalam hidupnya harus diwujudkan dalam ucapan syukur. Pernyataan syukur diwujudkan dalam bentuk kasih terhadap Allah dan sesama manusia. Peserta didik mempraktikkan sikap hidup sebagai orang benar, beriman, dan berpengharapan. Pada fase ini peserta didik mampu mewujudkan pemahaman iman melalui pengakuan akan Allah Penyelamat yang berkarya dalam seluruh aspek kehidupan. Sikap hidup sebagai orang yang telah diselamatkan mewujud dalam kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri (Gal. 5:22-23). Sebagai implementasi dari keselamatan, manusia terhisap dalam persekutuan dengan Allah, terpanggil untuk bersaksi dan melayani. Hal ini tampak ketika peserta didik hidup sebagai manusia yang dapat mempertanggungjawabkan pikiran, perkataan dan perbuatan sebagai pribadi dan bagian dari komunitas di sekolah, keluarga, gereja, dan masyarakat. Peserta didik mampu memahami karya Allah melalui dan dalam pertumbuhan gereja. Dalam interaksi antar sesama dan berkarya dalam berbagai situasi, peserta didik akan memelihara lingkungan hidup sebagai amanah untuk menjaga keutuhan ciptaan dan wujud tanggung jawab umat yang diselamatkan. Fase D Berdasarkan Elemen dan Sub Elemen Elemen Sub Elemen 1. Allah Berkarya Allah Pencipta 57 Capaian Fase D Memahami Karya Allah dalam hidup manusia yang mengubah masa depan manusia dan dunia secara keseluruhan, mensyukuri perkembangan IPTEK dan bertanggungjawab terhadap IPTEK, memahami karya Allah melalui berbagai perubahan yang dihadirkan gereja. Elemen Sub Elemen Allah Pemelihara Capaian Fase D Memahami dan menyajikan bukti-bukti Allah memelihara seluruh ciptaan-Nya, bahwa hidup manusia yang dinamis berada dalam kuasa dan pemeliharaan Allah, meyakini bahwa Allah memelihara, memberi isnpirasi kehidupan dan mensyukuri pemeliharaan Allah sepanjang kehidupan. Allah Mengakui bahwa hanya Allah yang Penyelamat dapat mengampuni dan menyelamatkan manusia dalam Yesus Kristu dan meneladani Yesus dalam hidup beriman melalui berbagai aktifitas. Allah Pembaru Bersikap sebagai orang yang dipimpin dan dibaharui oleh Roh Kudus dan menerapkan makna hidup beriman dan berpengharapan dalam menghadapi berbagai tantangan. 2. Manusia Hakikat Memahami teladan Yesus Kristus dan dan NilaiManusia menerapkan-nya dalam kehidupan bagi nilai sesama manusia, memahami berbagai Kristiani bentuk fenomena dan tantangan pergaulan remaja masa kini. Nilai-nilai Menerapkan nilai-nilai kristiani dalam Kristiani kehidupan sehari-hari, bersikap rendah hati, dan peduli terhadap sesama. 3. Gereja dan Tugas Panggilan Memahami karya Allah dalam Masyarakat Gereja pelayanan gereja yang membawa Majemuk pembaruan bagi dunia secara keseluruhan, memperkenalkan misi pelayanan gereja masa kini serta memahami makna kehadiran gereja bagi umat Kristen dan bagi dunia, memahami berbagai bentuk pelayanan gereja masa kini dan mengkritisinya. Masyarakat Mengembangkan sikap terbuka, Majemuk toleran, dan inklusif terhadap sesama dalam masyarakat majemuk, memahami model-model dialog dan kerja sama antar agama dalam rangka moderasi beragama serta merencanakan kegiatan sederhana yang dapat menunjukkan sikap hidup inklusif dalam masyarakat majemuk. 4. Alam dan Alam Ciptaan Memahami bahwa pemeliharaan Allah Lingkunga Allah terus berlangsung terhadap alam dan n Hidup manusia dalam segala situasi dan manusia meresponsnya melalui tanggung jawab dan berbagai aktifitas memelihara alam. Tanggung Memahami bahwa manusia diberi Jawab Manusia tugas oleh Allah untuk mengolah serta Terhadap Alam memelihara alam dan lingkungan hidup. 58 5. Fase E (Umumnya untuk kelas X SMA/Program Paket C) Peserta didik bertumbuh sebagai manusia dewasa secara holistik, baik secara biologis, sosial maupun spiritual dan keyakinan iman. Aktualisasi pribadi yang dewasa harus didukung oleh kesadaran akan kemahakuasaan Allah. Rasa bersyukur dan kritis dalam menghadapi berbagai persoalan hidup termasuk dalam menyikapi konsekuensi logis perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sejalan dengan pertumbuhan menjadi dewasa, maka peserta didik memiliki hidup baru dalam Kristus. Menjadi manusia baru dibuktikan dengan cara mengembangkan kesetiaan, kasih, keadilan dan bela rasa terhadap sesama serta memiliki perspektif baru terhadap pemeliharaan dan perlindungan terhadap alam. Praktik hidup sebagai manusia dewasa yang sudah hidup baru diwujudkan juga dalam pemahamannya terhadap keluarga dan sekolah sebagai lembaga pendidik utama. Hidup sebagai manusia dewasa juga dibuktikan melalui komitmen dan praktik hidup yang berpihak pada penyelamatan alam. Terus membaharui diri dan membangun pemahaman yang komprehensive mengenai nilai-nilai iman Kristen yang diwujudkan dalam praktik kehidupan. Fase E Berdasarkan Elemen dan Sub Elemen Elemen 2. Allah Berkarya Sub Elemen Allah Pencipta Allah Pemelihara Allah Penyelamat Capaian Fase E Menganalisis pertumbuhan diri sebagai pribadi dewasa melalui cara berpikir, berkata dan bertindak Memahami bentuk-bentuk pemeliharaan Allah dalam kehidupan Memahami nilai-nilai iman Kristen dalam keluarga serta menjabarkan peran keluarga dan orang tua sebagai pendidik utama Allah Pembaru Mengakui bahwa Allah membarui hidup orang beriman 2. Manusia Hakikat Menganalisis indikator manusia yang dan NilaiManusia bertumbuh menjadi dewasa nilai Nilai-nilai Menerapkan prinsip kesetiaan, kasih Kristiani Kristiani dan keadilan dalam kehidupan sosial yang lebih luas 3. Gereja dan Tugas Panggilan Menganalisis issu-issu ras, etnis dan Masyaraka Gereja gender dalam rangka mewujudkan t Majemuk keadilan Masyarakat Memahami sekolah sebagai lembaga Majemuk pendidik 4. Alam dan Alam Ciptaan Memahami berbagai bentuk tindakan Lingkungan Allah pencegahan kerusakan alam Hidup Tanggung Mengkritisi tindakan manusia dalam Jawab Manusia tanggungawabnya memelihara alam 59 Elemen Sub Elemen Terhadap Alam Capaian Fase E ciptaan Allah 6. Fase F (Umumnya untuk kelas XI dan XII SMA/Program Paket C) Pada fase F peserta didik telah mencapai tahap sebagai manusia dewasa dan memiliki hidup baru, maka pada fase ini, peserta didik terus berproses menjadi lebih dewasa terutama dalam menjalankan tanggung jawab sosial kemasyarakatan. Identitas peserta didik sebagai remaja Indonesia yang beragama Kristen ditampakkan melalui tanggung jawab sebagai anggota gereja dan warga negara. Pada fase ini peserta didik memiliki tanggung jawab sosial kemasyarakatan yang lebih luas, Yaitu: turut serta memperjuangkan keadilan, kebenaran, kesetaraan, demokrasi, hak azasi manusia, serta moderasi beragama. Peserta didik menjadi pembawa damai sejahtera dalam kehidupan tanpa kehilangan identitas. Peserta didik memahami, menghayati, dan mewujudkan kedewasaan iman yang ditunjukkan melalui kemampuan peserta didik beradaptasi dalam berbagai kondisi. Aktualisasi kedewasaan didukung kesadaran akan adanya Allah yang berkarya, mencipta, memelihara, menyelamatkan dan membarui manusia serta dunia sebagai kesadaran akan harkat kemanusiaan dan penerapan nilai-nilai kristiani. Fase F Berdasarkan Elemen dan Sub Elemen Elemen 1. Allah Berkarya Sub Elemen Allah Pencipta Allah Pemelihara Allah Penyelamat Allah Pembaru 2. Manusia dan Nilainilai Kristiani Hakikat Manusia 60 Capaian Fase F Mengalisis perkembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi, memahami demokrasi dan HAM sebagai anugerah Allah dan menjabarkannya dalam praktik Mensyukuri dan mengembangkan talenta pemberian Allah dan menggunakannya untuk kepentingan bangsa Menganalisis tantangan dalam kehidupan keluarga dan membangun komunikasi yang baik serta mewujudkan nilai-nilai demokrasi dan HAM pada konteks lokal dan global Memahami bahwa Allah membaharui, memulihkan kehidupan keluarga, gereja dan bangsa Mewujudkan tanggung jawabnya sebagai manusia dewasa serta memahami keadilan sebagai dasar demokrasi dan HAM. Elemen Sub Elemen Nilai-nilai Kristiani Capaian Fase F Memahami nilai iman sebagai landasan hidup berkeluarga, bersikap proaktif dalam keluarga dan masyarakat serta memahami makna damai sejahtera menurut Alkitab dan memjadi pembawa damai sejahtera dalam kehidupan 3. Gereja dan Tugas Panggilan Menelaah karakter tokoh-tokoh dialog Masyarakat Gereja antar umat beragama yang Majemuk mengabdikan hidupanya bagi persaudaraan dan solidaritas serta menganalisis issu-issu ras, etnis, dan gender dalam rangka mewujudkan keadilan. Masyarakat Melakukan transformasi sosial dalam Majemuk lingkup masyarakat majemuk, serta berpartisipasi aktif dalam kegiatan sosial kemasyarakatan dalam rangka mewujudkan moderasi beragama 3. Alam dan Alam Ciptaan Memahami prinsip pemeliharaan dan Lingkunga Allah pelestarian alam serta keutuhan n Hidup ciptaan Allah. Tanggung taggung jawab memelihara alam dan Jawab Manusia memahami mewujudkannya dalam Terhadap Alam tindakan serta menerapkan sikap ugahari demi kelestarian alam. 61 III.3 CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI A. Rasional Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Pendidikan pada dasarnya merupakan tanggungjawab utama dan pertama orangtua, demikian pula dalam hal pendidikan iman anak. Pendidikan iman pertama-tama harus dimulai dan dilaksanakan di lingkungan keluarga, tempat dan lingkungan dimana anak mulai mengenal dan mengembangkan iman. Pendidikan iman yang dimulai dalam keluarga perlu dikembangkan lebih lanjut dalam Gereja (Umat Allah), dengan bantuan pastor paroki, katekis dan guru Pendidikan Agama Katolik di sekolah. Negara juga mempunyai kewajiban untuk memfasilitasi agar pendidikan iman bisa terlaksana dengan baik sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing. Salah satu bentuk dukungan negara adalah dengan menyelenggarakan pendidikan iman (agama) secara formal di sekolah yaitu Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti. Belajar Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti mendorong peserta didik menjadi pribadi beriman yang mampu menghayati dan mewujudkan imannya dalam kehidupan sehari-hari. Mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti membekali peserta didik dengan pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang bersumber dari Kitab Suci, Tradisi, Ajaran Gereja (Magisterium), dan pengalaman iman peserta didik. Kurikulum Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti diharapkan mampu mengembangkan kemampuan memahami, menghayati, mengungkapkan dan mewujudkan iman para peserta didik. Mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti disusun secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memperteguh iman dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai ajaran iman Gereja Katolik, dengan tetap memperhatikan penghormatan terhadap agama dan kepercayaan lain. Hal ini dimaksudkan juga untuk menciptakan hubungan antar umat beragama yang harmonis dalam masyarakat Indonesia yang majemuk demi terwujudnya persatuan nasional. 62 B. Tujuan Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti bertujuan: 1. agar peserta didik memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap membangun hidup yang semakin beriman (beraklak mulia); 2. membangun hidup beriman Kristiani yang berarti membangun kesetiaan pada Injil Yesus Kristus, yang memiliki keprihatinan tunggal, yakni Kerajaan Allah. Kerajaan Allah merupakan situasi dan peristiwa perdamaian penyelamatan, dan keadilan, situasi dan kebahagiaan perjuangan dan untuk kesejahteraan, persaudaraan dan kesetiaan, dan kelestarian lingkungan hidup; dan 3. mendidik pesera didik menjadi manusia paripurna yang berkarakter mandiri, bernalar kritis, kreatif, bergotong royong, dan berkebinekaan global sesuai dengan tata paham dan tata nilai yang diajarkan dan dicontohkan oleh Yesus Kristus sehingga nilai-nilai yang dihayati dapat tumbuh dan membudaya dalam sikap dan perilaku peserta didik. C. Karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti diorganisasikan dalam lingkup empat elemen konten dan empat kecakapan. Empat elemen konten tersebut adalah: Elemen Deskripsi Pribadi Peserta Didik Elemen ini membahas tentang diri sebagai laki-laki atau perempuan yang memiliki kemampuan dan keterbatasan kelebihan dan kekurangan, yang dipanggil untuk membangun relasi dengan sesama serta lingkungannya sesuai dengan Tradisi Katolik. Yesus Kristus Elemen ini membahas tentang pribadi Yesus Kristus yang mewartakan Allah Bapa dan Kerajaan Allah, seperti yang terungkap dalam Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, agar peserta didik berelasi dengan Yesus Kristus dan meneladani-Nya. Gereja Elemen ini membahas tentang makna Gereja agar peserta didik mampu mewujudkan kehidupan menggereja. Masyarakat Elemen ini membahas tentang perwujudan iman dalam hidup bersama di tengah masyarakat sesuai dengan Tradisi Katolik. 63 Kecakapan dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti adalah memahami, menghayati, mengungkapkan, dan mewujudkan. Dengan memiliki kecakapan memahami, peserta didik diharapkan memiliki pemahaman ajaran iman Katolik yang otentik. Kecakapan menghayati membantu peserta didik dapat menghayati iman Katoliknya sehingga mampu mengungkapkan iman dalam berbagai ritual ungkapan iman dan pada akhirnya mampu mewujudkan iman dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Kecakapan ini merupakan dasar pengembangan konsep belajar Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti. D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti setiap Fase 1. Fase A (Umumnya untuk kelas I dan II SD/Program Paket A) Pada akhir Fase A, peserta didik mengenal dirinya sebagai bagian dari keluarga, sekolah, dan lingkungan di sekitarnya, yang mampu mensyukuri dirinya sebagai ciptaan Tuhan, melalui kebiasaan doa sebagai anggota Gereja, mewujudkan imannya dengan cara melakukan perbuatan baik, sesuai dengan teladan Yesus dan tokohtokoh Kitab Suci, baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Fase A Berdasarkan Elemen Elemen Pribadi Peserta Didik Yesus Kristus Capaian Pembelajaran Peserta didik mampu mengenal dirinya sebagai pribadi yang dicintai Tuhan; yang memiliki anggota tubuh yang sangat berguna serta memahami cara merawatnya; mengenal temannya, lingkungan rumah dan sekolah tempat dirinya berkembang. Peserta didik mampu mengenal diri, lingkungan keluarga, serta teman-temannya, agar memiliki kebiasaan bekerja sama dengan anggota keluarga dan teman. Peserta didik menyadari bahwa bumi langit dan seluruh isinya adalah ciptaan Tuhan, serta menyadari bahwa manusia adalah ciptaan Tuhan yang istimewa. Peserta didik mengenal tokoh-tokoh iman di dalam Perjanjian Lama (Nuh, Abraham, Ishak dan Yakub); mengenal kisah kelahiran Tuhan Yesus dan tiga orang Majus, serta mengenal masa kanak-kanak Yesus yang menetap di Nasaret, dipersembahkan di Bait Allah dan diketemukan di Bait Allah. 64 Elemen Gereja Masyarakat Capaian Pembelajaran Peserta didik mampu mengungkapkan iman dalam hidup sehari-hari, dengan cara membuat tanda salib, berdoa Bapa Kami, berdoa salam Maria dan doa Kemuliaan. Peserta didik mampu mewujudkan imannya dengan melaksanakan perintah Allah, berjuang melawan godaan serta membiasakan diri berdoa pujian, syukur dan permohonan. Peserta didik mewujudkan imannya di tengah masyarakat melalui kebiasaan hidup rukun dengan tetangga serta mengembangkan kebiasaan bergotong royong merawat lingkungan. 2. Fase B (Umumnya untuk kelas III dan IV SD/Program Paket A) Pada akhir Fase B, peserta didik mengenal dirinya sebagai bagian dari keluarga, sekolah, dan lingkungan di sekitarnya (baik fisik maupun non fisik), mampu mensyukuri dirinya sebagai ciptaan Tuhan, melalui kebiasaan doa sebagai anggota Gereja, serta terpanggil untuk mengembangkan kemampuan yang dimiliki (seperti menyampaikan pendapat, bermusyawarah, dll) dan mewujudkan imannya dengan cara melakukan perbuatan baik, membangun semangat persatuan, sesuai dengan teladan Yesus dan tokoh-tokoh Kitab Suci, baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Fase B Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Pribadi Peserta Didik Peserta didik mampu mengenal diri sebagai pribadi yang tumbuh dan berkembang dan mampu melakukan kebaikan. Peserta didik mampu mengenal diri sebagai pribadi yang unik, sehingga memunculkan rasa syukur dan mau mengembangkan keunikan dirinya bersama orang lain atau lingkungannya. Yesus Kristus Peserta didik mengenal Allah yang menyelamatkan manusia sebagaimana tercermin pada tokoh Perjanjian Lama (Kisah Yusuf, Kisah Musa dan Kisah Yosua); dan di dalam diri Yesus yang dibaptis, Yesus yang memberi makan lima ribu orang dan Yesus yang mengampuni. Peserta didik memahami kisah-kisah suci dalam Perjanjian Lama (Sepuluh perintah Allah sebagai pedoman hidup, Bangsa Israel memasuki tanah terjanji, Allah memberkati para pemimpin Israel: Samuel, Saul dan Daud); dan Perjanjian Baru (kisah Yesus mewartakan Kerajaan Allah melalui Perumpamaan dan mukjizat-Nya). 65 Elemen Capaian Pembelajaran Gereja Peserta didik mengenal sakramen-sakramen dalam Gereja (sakramen baptis, sakramen ekaristi dan sakramen tobat). Peserta didik mampu mengungkapkan doa syukur, doa pribadi, doa bersama, serta mewujudkan semuanya itu melalui sikap dan tindakan dalam hidup sehari-hari. Masyarakat Peserta didik mewujudkan imannya di tengah masyarakat melalui kebiasaan menghormati pemimpin masyarakat, menghargai tradisi masyarakat serta melestarikan lingkungan alam. Peserta didik memiliki rasa hormat kepada orang tua, menghormati hidup, dan menghormati milik orang lain. 3. Fase C (Umumnya untuk kelas V dan VI SD/Program Paket A) Pada akhir Fase C, peserta didik memahami dirinya sebagai citra Allah, sebagai laki-laki atau perempuan, dan mampu mensyukurinya dengan melibatkan diri dalam kehidupan menggereja (melalui kebiasaan doa dan perayaan sakramen Baptis, Ekaristi dan Tobat, sebagai tanda keselamatan Allah), dan mewujudkan imannya dalam kehidupan bermasyarakat dengan menunjukkan rasa bangga sebagai warga negara Indonesia dengan menjunjung tinggi hati nurani, serta membangun semangat dialog antar agama dan kepercayaan, sesuai dengan ajaran Gereja dan teladan Yesus Kristus. Fase C Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Pribadi Peserta Didik Peserta didik mampu memahami diri sebagai perempuan atau laki-laki sebagai citra Allah, yang sederajat dan saling melengkapi. Peserta didik mampu memahami hak dan kewajiban sebagai warga negara dan bangga sebagai bangsa Indonesia, menyadari diri sebagai warga dunia, sehingga terdorong melakukan kegiatan dialog antar umat beragama dan berkepercayaan. Yesus Kristus Peserta didik mengenal tokoh-tokoh Perjanjian Lama (Daud sebagai pemimpin, Salomo yang bijaksana dan Ester perempuan pemberani) dan tokoh Perjanjian Baru (Maria dan Elisabet); meneladan Yesus yang taat kepada Allah, Yesus yang mengajarkan pengampunan dan memanggil orang berdosa; memahami Yesus yang menderita, wafat, dan bangkit, serta mengutus Roh Kudus untuk menguatkan para rasul, dan semua orang yang percaya. Peserta didik mengenal kisah jatuh bangun Israel di 66 Elemen Capaian Pembelajaran bawah bimbingan nabi Elia, nabi Amos pejuang keadilan, nabi Yesaya yang menubuatkan kedatangan juru selamat, mengenal kisah Yesus yang mewartakan kerajaan Allah dengan kata-kata, tindakan, dan seluruh pribadi-Nya. Gereja Peserta didik mewujudkan iman dalam hidup sehari-hari, dengan cara terlibat dalam hidup menggereja, hidup bersama yang dijiwai Roh Kudus. Peserta didik memahami Gereja yang Satu, Kudus, Katolik, dan Apostolik, serta persekutuan para kudus. Masyarakat Peserta didik terlibat dalam pelestarian lingkungan, dan mengembangkan sikap jujur. Peserta didik dapat bertindak menurut hati nurani, menegakkan keadilan, dan mewujudkan semuanya ini dalam hidupnya sehari-hari sebagai orang beriman kristiani. 4. Fase D (Umumnya untuk kelas VII, VIII, dan IX SMP/Program Paket B) Pada akhir Fase D, peserta didik menyadari dan mensyukuri diri sebagai citra Allah, sebagai laki-laki atau perempuan, yang memiliki kemampuan dan keterbatasan, untuk mengembangkan diri melalui peran keluarga, sekolah, teman, masyarakat dan Gereja dengan meneladani pribadi Yesus Kristus, sehingga terpanggil untuk mengungkapkan imannya dalam kehidupan menggereja (melalui kebiasaan doa, perayaan sakramen dan terlibat secara aktif di dalam kehidupan menggereja); serta mewujudkan imannya dalam hidup bermasyarakat (melaksanakan hak dan kewajiban, bersikap toleran, dan menghormati martabat manusia). Fase D Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Pribadi Peserta Didik Peserta didik mampu memahami manusia sebagai citra Allah yang unik, dan sederajat, baik sebagai perempuan ataupun laki-laki, yang memiliki kemampuan dan keterbatasan, sehingga bangga dan bersyukur. Peserta didik menyadari dirinya yang tumbuh dan berkembang berkat peran keluarga, teman, sekolah dan Gereja. Yesus Kristus Peserta didik mengenal dan memahami pribadi Yesus yang berbelas kasih dan pengampun sehingga mampu membangun relasi dengan-Nya. Peserta didik mampu memahami pribadi dan karya Yesus sebagai pemenuhan janji Allah, yang mewartakan Kerajaan Allah melalui sabda, tindakan, dan mukjizat-Nya; yang memanggil dan 67 Elemen Capaian Pembelajaran mengutus para murid-Nya, mengalami sengsara, wafat dan kebangkitan serta naik ke surga, selanjutnya mengutus Roh Kudus yang memberi daya dan kekuatan bagi para murid. Gereja Peserta didik memahami Gereja sebagai komunitas yang hidup, yang melakukan berbagai karya, dan menjadi tanda dan sarana keselamatan serta mewujudkan sakramen keselamatan, melalui sakramen Inisiasi dan Sakramen Penyembuhan. Pada akhirnya Peserta didik dapat mewujudkan dalam hidupnya sehari-hari sebagai murid-murid Yesus dan anggota Gereja. Peserta didik mampu memahami makna Sakramen Perkawinan, Sakramen Tahbisan, dan membangun masa depan. Masyarakat Peserta didik mewujudkan imannya melalui upaya membangun kehidupan bersama berlandaskan pada Kebebasan sebagai Anak-anak Allah dan Sabda Bahagia. Peserta didik mengimani Allah sebagai sumber keselamatan yang sejati dan menanggapinya dalam kebersamaan dengan jemaat serta meneladan Maria; beriman di tengah masyarakat dengan mewujudkan hak dan kewajiban sebagai anggota Gereja dan masyarakat, menghargai keluhuran martabat manusia dengan mengembangkan budaya kehidupan, mengembangkan keadilan dan kejujuran, bersahabat dengan alam; beriman dengan membangun persaudaraan dengan semua orang berdasar sikap Gereja Katolik terhadap agama dan kepercayaan lain sehingga dapat membangun kebersamaan. Akhirnya peserta didik dapat mewujudkan makna iman dalam perilaku hidupnya sehari-hari, karena iman tanpa perbuatan adalah mati. 5. Fase E (Umumnya untuk kelas X SMA/Program Paket C) Pada akhir Fase E, peserta didik memahami dirinya sebagai pibadi yang unik, sebagai laki-laki dan perempuan yang memiliki kesetaraan sebagai Citra Allah; yang memiliki suara hati, sehingga mampu bersikap kritis dan bertanggung jawab terhadap pengaruh media massa, ideologi dan gaya hidup yang berkembang saat ini; memahami Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium sebagai sumber untuk mengenal pribadi Yesus dan karya-Nya; memahami peran Roh Kudus dan Allah Tri Tunggal; meneladan Yesus sebagai idola, sahabat sejati, Putera Allah dan Juru selamat serta membangun hidup yang berpolakan pribadi Yesus Kristus dalam mewujudkan imannya di tengah masyarakat. 68 Fase E Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Pribadi Peserta Didik Peserta didik mampu memahami dirinya sebagai pibadi yang unik, setara antara laki-laki dan perempuan, serta memiliki kean sebagai Citra Allah; memiliki suara hati sehingga mampu bersikap kritis dan bertanggung jawab terhadap pengaruh media massa, ideologi dan gaya hidup yang berkembang saat ini. Yesus Kristus Peserta didik memahami Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, Tradisi Suci dan Magisterium sebagai sumber untuk mengenal pribadi Yesus dan karya-Nya yang mewartakan dan memperjuangkan Kerajaan Allah, sengsara, wafat, kebangkitan dan kenaikan Yesus ke surga; memahami peran Roh Kudus dan Allah Tri Tunggal. Pada akhirnya peserta didik mampu meneladan Yesus sebagai idola, sahabat sejati, Putera Allah dan Juru selamat serta membangun hidup yang berpolakan pribadi Yesus Kristus sebagai perwujudan imannya di tengah masyarakat. Gereja - Masyarakat - 6. Fase F (Umumnya untuk kelas X dan XII SMA/Program Paket C) Pada akhir Fase F, peserta didik memahami arti, makna, dan sifat Gereja; karya pastoral Gereja; peran hierarki dan awam; ajaran sosial dan Hak Asasi Manusia; mengembangkan budaya kasih, menghormati kehidupan; memahami makna panggilan hidup, nilainilai penting dalam masyarakat, menghargai keberagaman, membangun dialog dan kerjasama; mewujudkan sifat serta karya pastoral Gereja di dalam kehidupan sehari-hari di tengah keluarga, Gereja dan masyarakat. Fase F Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Pribadi Peserta Didik Peserta didik mampu memahami makna panggilan hidup (berkeluarga, membiara, karya/profesi). Yesus Kristus - Gereja Peserta didik mampu memahami arti dan makna Gereja, sifat Gereja (Satu, Kudus, Katolik, Apostolik), peran hierarki dan awam dalam Gereja, karya pastoral Gereja (Liturgia, Kerygma, Martyria, Koinonia, Diakonia). Masyarakat Peserta didik mampu memahami hubungan Gereja dan dunia, Ajaran Sosial Gereja, Hak Asasi Manusia dalam terang Kitab Suci dan Ajaran Gereja; mengembangkan budaya kasih, menyadari hidup itu 69 Elemen Capaian Pembelajaran milik Allah (contoh kasus moral aktual: aborsi, bunuh diri, euthanasia dan hukuman mati), memilih gaya hidup sehat (bebas dari HIV/AIDS dan obat terlarang). Pada akhirnya peserta didik dapat mengambil bagian dalam mewujudkan sifat-sifat dan karya pastoral Gereja dalam hidupnya serta menjadi agen dalam pengembangan moral hidup kristiani dalam masyarakat. Peserta didik mampu memperjuangkan nilai-nilai penting dalam masyarakat yang bermartabat seturut ajaran Yesus; menghargai keberagaman dalam masyarakat sebagai anugerah Allah, membangun dialog dan kerja sama antar umat beragama dan berkepercayaan serta berperan dalam pembangunan bangsa Indonesia, sebagai perwujudan imannya dalam hidup sehari-hari di tengah keluarga, Gereja dan masyarakat. 70 III. 4. CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI A. Rasional Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang sangat cepat menumbuhkan budaya-budaya baru dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Perkembangan yang pesat tersebut menimbulkan perubahan pada perilaku yang dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan. Pendidikan agama merupakan pendidikan yang berfungsi untuk membentuk manusia Indonesia yang unggul dan mempunyai moralitas yang mulia. Pendidikan Agama Hindu memiliki berbagai konsep yang dapat memberikan kendali atau kontrol pada umatnya untuk mengendalikan diri dari pengaruh negatif pada perkembangan zaman. Kehidupan sebagai warga negara, umat Hindu memiliki konsep Dharma Negara dan Dharma Agama, yang telah tertuang dalam pesamuhan agung Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat, tersurat dan tersirat baik secara langsung maupun tidak langsung, mendukung keutuhan NKRI, diantaranya: 1. Agama Hindu selalu mengajarkan konsep Tri Hita Karana (hubungan antara manusia dengan Sang Hyang Widhi, hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan alam lingkungan; 2. Agama Hindu selalu menanamkan pada setiap umat tentang ajaran tri kaya parisudha (berpikir baik, berkata baik, dan berbuat baik). Selain itu banyak konsepsi ajaran Hindu yang terkait nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, cinta tanah air, musyawarah, dan keadilan sosial seperti: sraddha dan bhakti, tat twam asi, wasudhaiwa kutumbakam, asah-asih-asuh, dan seterusnya yang berkaitan dengan kearifan lokal Hindu di Nusantara. Kurikulum rumpun Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti berfokus pada: 1. Pertama, Kitab Suci Weda sebagai sumber ajaran agama Hindu yang menekankan kepada pemahaman nilai-nilai kebenaran (satyam), kesucian (siwam) dan keindahan (sundaram); 71 2. Kedua, Sraddha dan Bhakti yang terkait dengan aspek keimanan dan ketaqwaan terhadap Hyang Widhi Tuhan Yang Maha Esa sebagai sumber ciptaan alam semesta beserta isinya; 3. Ketiga, Susila yang merupakan konsepsi tentang akhlak mulia dalam ajaran agama Hindu yang menekankan pada penguasaan etika dan moral yang baik sehingga tercipta insan-insan Hindu yang sādhu (bijaksana), siddha (kerja keras), śuddha (bersih), dan siddhi (cerdas); 4. Keempat, Acara yang merupakan implementasi dari Weda yang merupakan praktik keagamaan (ibadah) dalam agama Hindu sesuai dengan kearifan lokal Hindu di nusantara; 5. Kelima, Sejarah Agama Hindu yang menekankan kepada sejarah perkembangan agama dan kebudayaan Hindu di lokal, nasional, dan internasional. Kecakapan yang diharapkan adalah peserta didik mampu mengenal, mengetahui, memahami, menghayati, dan menerapkan ajaran agama Hindu dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara yang selaras dengan nilai-nilai Pancasila dalam rangka membangun hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia dan manusia dengan alam. Kecakapan ini diharapkan dapat menciptakan kerukunan intern beragama, antar umat beragama, dan kerukunan secara luas dalam bingkai kebangsaan serta tumbuhnya sikap toleransi terhadap suku, agama, ras, dan antar-golongan berdasarkan Pancasila, UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika. B. Tujuan Pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Tujuan dari pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti adalah agar peserta didik mampu: 1. Menjiwai dan menghayati nilai-nilai universal pesan moralitas yang terkandung dalam Weda; 2. Menunjukkan sikap dan perilaku yang dilandasi sraddha dan bhakti (beriman dan bertaqwa), menumbuhkembangkan dan meningkatkan kualitas diri antara lain: percaya diri, rasa ingin tahu, santun, disiplin, jujur, bertanggung mandiri, jawab peduli, dalam 72 toleransi, hidup bersahabat, bermasyarakat, dan serta mencerminkan pribadi yang berbudi pekerti luhur dan cinta tanah air; 3. Menumbuhkan sikap bersyukur, ksama (pemaaf), disiplin, satya (jujur), ahimsa (tidak melakukan kekerasan), karuna (menyayangi), rajin, bertanggungjawab, tekun, mandiri, mampu bekerjasama, gotong royong dengan lingkungan sosial dan alam; 4. Memahami Kitab Suci Weda, Sraddha dan Bhakti (tattwa dan keimanan), Susila (etika), Acara dan Sejarah Agama Hindu secara faktual, konseptual, substansial, prosedural dan meta kognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya yang berwawasan ketuhanan, kemanusiaan, kebangsaan, permusyawaratan, dan keadilan sesuai dengan perkembangan peradaban dunia; 5. Berpikir dan bertindak efektif secara sekala (konkret) dan niskala (abstrak) melalui puja bhakti (sembahyang, japa, dan doa), chanda (dharmagita, nyanyian Tuhan, kidung, tembang, suluk, kandayu, bhajan, dan sejenisnya), meditasi, upacara-upakara, tirthayatra (perjalanan suci), yoga, dharma wacana, dan dharma tula; 6. Berperan aktif dalam melestarikan budaya, tradisi, adat istiadat berdasarkan nilai-nilai kearifan lokal Hindu di Nusantara serta membangun masyarakat yang damai dan inklusif dengan menunjung tinggi nilai-nilai toleransi, gotong royong, berkeadilan sosial, berorientasi pada pembangunan berkelanjutan, dan memenuhi kewajiban sebagai warganegara untuk mewujudkan kehidupan yang selaras, serasi, dan harmonis. C. Karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Karakteristik mata pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti adalah: 1. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti diorganisasikan dalam 5 elemen (strand) kecakapan dan konten. 2. Elemen kecakapan yang ada dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti terdiri dari: empati, komunikasi, refleksi, berpikir kritis, kreatif, dan kolaborasi. No. 1 Elemen Kecakapan Empati Deksripsi Elemen Kecakapan Empati adalah kepedulian terhadap diri sendiri, lingkungan dan situasi di mana dia berada. Hal ini diwujudkan dengan sikap 73 No. Elemen Kecakapan Deksripsi Elemen Kecakapan saling menghormati dan menghargai orang lain serta alam di mana dia berada sehingga tercipta rasa kesetiakawanan tanpa batas dengan menunjung tinggi prinsip tat twam asi dan wasudhaiwa kutumbakam 2 Komunikasi Komunikasi merupakan interaksi baik verbal maupun non-verbal untuk menunjang hubungan baik personal, antar personal maupun intra personal. Hal ini ditunjukkan dengan pembelajaran agama Hindu yang berorientasi pada ajaran Tri Hita Karana (jalinan hubungan antara manusia dengan Tuhan, sesama manusia dan alam) dengan mengemban prinsip tri kaya parisudha (berpikir, berkata dan berbuat yang baik) 3 Refleksi Refleksi adalah melihat kenyataan sebagai bagian dari upaya pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan diri, kepekaan sosial dalam kaitannya dengan kemampuan personal. Hal ini tampak pada pembelajaran agama Hindu yang mengarahkan peserta didik untuk menjadi orang yang mulat sarira (introspeksi diri) dengan menasehati dirinya sendiri (dama) untuk kebaikan dan kualitas diri dalam kehidupan sehingga bisa mengatasi permasalahan hidup 4 Berpikir kritis Berpikir kritis adalah kemampuan untuk berpikir secara logis (nyaya), reflektif (dhyana), sistematis (kramika) dan produktif (saphala) yang diaplikasikan dalam menilai situasi untuk membuat pertimbangan dan keputusan yang baik. Hal ini diwujudkan pada pembelajaran agama Hindu yang mengarahkan peserta didik untuk menganalisis sesuatu dalam situasi dan kondisi apa pun guna mencapai kebenaran baik dalam lingkup diri sendiri, orang lain dan masyakarakat luas sebagai bentuk penerapan nilai-nilai prasada atau berpikir dan berhati suci serta tanpa pamrih. 5 Kreatif Kreatif artinya dapat mengkreasikan atau memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru. Hal ini diwujudkan dalam pembelajaran Agama Hindu yang mengarahkan peserta didik untuk berkreasi dan mengupayakan agar nilai-nilai Agama Hindu dapat dipahami secara fleksibel sesuai kearifan lokal Hindu di Nusantara berdasarkan prinsip desa, kala, dan patra (tempat, waktu, dan kondisi). 6 Kolaborasi Kolaborasi merupakan suatu bentuk proses sosial, di mana didalamnya terdapat aktivitas tertentu yang ditujukan untuk mencapai tujuan bersama dengan saling 74 No. 3. Elemen Kecakapan Deksripsi Elemen Kecakapan membantu dan saling memahami aktivitas masing-masing. Hal ini tampak pada pembelajaran agama Hindu yang mengarahkan peserta didik untuk dapat hidup berdampingan satu dengan yang lain, saling bekerjasama dan bergotongroyong Elemen konten dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti terdiri dari: Kitab Suci Weda, Sraddha dan Bhakti, Susila, Acara, dan Sejarah. Adapun penjelasan dari masing-masing elemen konten ini sebagai berikut. No. 1 2 Elemen Konten Deksripsi Elemen Konten Kitab Suci Weda (Sebagai Kitab Suci Weda adalah sumber Sumber Ajaran Hindu) ajaran agama Hindu yang berasal dari wahyu Tuhan (Hyang Widhi Wasa). Kitab Suci Weda ini bersifat sanatana dan nutana dharma (abadi dan fleksibel sesuai kearifan lokal yang ada), apauruseya (bukan karangan manusia), dan anadi ananta (tidak berawal dan tidak berakhir). Secara umum kodifikasi Kitab Suci Weda oleh Maharsi Wyasa terdiri dari 2 bagian utama yaitu: a. Weda Sruti Weda Sruti adalah wahyu yang didengarkan secara langsung oleh para maharsi. Weda Sruti terbagi menjadi: Rg Weda, Yajur Weda, Sama Weda, dan Atharwa Weda, yang masing-masing memiliki kitab Mantra, Brahmana, Aranyaka, dan Upanisad; b. Weda Smerti Weda Smerti adalah Weda yang berdasarkan ingatan Maharsi dan tafsir atau penjelasan dari Weda Sruti. Weda Smerti terdiri dari: Wedangga (Siksa, Nirukta, Jyotisa, Chanda, Wyakarana, dan Kalpa) dan Upaweda (Arthasastra, Ayurweda, Gandharwaweda, Dhanurweda), dan Nibanda. Peserta didik diharapkan dapat memahami dan menghayati alur sejarah kitab suci Weda, pembagiannya, pemahaman dari masing-masing kitab Suci Weda serta menerapkan nilai-nilai ajaran Weda dalam kehidupan sehari-hari. Sraddha dan Bhakti, Sraddha dan Bhakti adalah pokok (Sebagai pokok keimanan keimanan Hindu yang berisi ajaran dan ketaqwaan Hindu) tattwa atau ajaran kebenaran untuk meyakinkan umat Hindu agar memiliki rasa bhakti. Dalam berbagai teks Jawa Kuna dan bahasa daerah di Nusantara, istilah tattwa menunjuk 75 No. Elemen Konten 3 Susila (Sebagai Konsepsi dan Aplikasi Akhlak Mulia dalam Hindu) 4 Acara (Sebagai Penerapan Praktik Keagamaan atau Ibadah dalam Hindu) 5 Sejarah Agama Hindu 76 Deksripsi Elemen Konten pada prinsip-prinsip kebenaran tertinggi. Tattwa agama Hindu di Indonesia merupakan hasil konstruksi dari ajaran filosofis yang terkandung dalam kitab Suci Weda. Peserta didik dalam proses pembelajaran diharapkan dapat: meyakini ajaran Panca Sraddha untuk menumbuhkan rasa bhakti serta mengamalkan nilainilai kebenaran, kesucian dan keharmonisan dalam masyarakat lokal, nasional, dan internasional. Susila adalah ajaran etika dan moralitas dalam kehidupan untuk kesejahteraan dalam tatanan masyarakat lokal, nasional, dan internasional. Peserta didik mampu menerapkan nilai-nilai Susila berdasarkan wiweka, prinsip tri hita karana, tri kaya parisudha, tat twam asi, dan wasudaiwa kutumbhakam. Selain itu, peserta didik peka terhadap persoalan-persoalan sosial yang berkembang di bermasyarakat dan berpartisipasi aktif dalam pembangunan yang berkelanjutan Acara merupakan praktik keagamaan Hindu yang diterapkan dalam bentuk pelaksanaan yajna atau korban suci sesuai dengan kearifan lokal Hindu di Nusantara. Peserta didik dapat memahami dan menerapkan nilai-nilai acara agama dalam berbagai bentuk aktifitas keagamaan Hindu sesuai kearifan lokal dan budaya setempat antara lain berupa ritual dan seni yang harus dilestarikan sebagai kekayaan budaya bangsa. Sejarah adalah kajian tertulis tentang peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau. Peserta didik mampu mengenal, mengetahui, memahami dan menganalisis tokoh dan peristiwa pada masa lampau yang terkait dengan perkembangan agama dan kebudayaan Hindu. Selanjutnya peserta didik mampu meneladani nilai-nilai ketokohan Hindu yang relevan dengan kehidupan masyarakat lokal, nasional, dan internasional. Pembelajaran sejarah agama Hindu diharapkan dapat membentuk jati diri peserta didik sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang menjujung tinggi nilai luhur budaya local, nasional, dan internasional untuk mempererat jalinan persaudaraan, persatuan dan kesatuan bangsa tanpa membedakan suku, agama, ras, dan antargolongan. D. Capaian Pembelajaran Setiap Fase Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 1. Fase A (Umumnya Kelas I dan II SD/Program Paket A) Pada akhir Fase A, peserta didik meneladani tokoh yang ada dalam Ramayana dan Mahabharata. Dan membiasakan berdoa dan bersembahyang dan mengenal ciptaan Hyang Widhi Wasa. Selain itu, mampu mengenal ajaran tri kaya parisudha dan perilaku orang suci dalam kehidupan serta mengenal sarana persembahyangan. Fase A Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Sraddha dan Bhakti Peserta didik mengenal aspek Keyakinan dan Ketuhanan ini peserta didik dapat mengenal ciptaan Hyang Widhi Wasa. Susila Peserta didik dapat mengenal nilai-nilai tri kaya parisudha dan perilaku orang suci di keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan tempat tinggal. Acara Peserta didik mengenal bentuk korban suci yang ada dalam Hindu. Dalam hal ini peserta didik mampu mengembangkan keingintahuan tentang korban suci yang biasa dilakukan di lingkungan keluarga. Kitab suci Weda peserta didik dapat mengenal dan menunjukan karakter tokoh pada cerita Ramayana dan Mahabharata yang sering dijumpai di lingungan keluarga dan sekolah. Sejarah Peserta didik mampu mengenal kerajan Hindu di Indonesia. Hal ini bertujuan untuk mengetahui nama tokoh dan kerajaan bercorak Hindu di Nusantara. 2. Fase B (Umumnya Kelas III dan IV SD/Program Paket A) Pada akhir Fase B peserta didik mampu mengetahui nilai-nilai dalam kitab Ramayana dan Purana yang berwawasan kearifan lokal. Selanjutnya mengenal aspek panca sraddha dengan memahami ajaran Tri Murti sebagai perwujudan Hyang Widhi Wasa sekaligus menunjukan kemahakuasaan Hyang Widhi sebagai cadhu śakti. Selain itu pada aspek susila peserta didik memahami sad ripu sebagai perilaku yang harus dihindari, memahami ajaran subha dan asubha karma. Hal lain terkait dengan penghormatan terhadap bentuk tempat suci Agama Hindu yang ada di seluruh Indonesia sebagai bentuk penghayatan nilai-nilai kearifan lokal. Selain itu juga dapat mengambil keteladanan dari tokoh yang ada dalam sejarah Hindu. 77 Fase B Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Sraddha dan Bhakti Peserta didik mampu menunjukan kemahakuasaan Hyang Widhi Wasa sebagai pencipta alam semesta pada aspek trimurti dan caduśakti. Susila Peserta didik mampu memahami baik tri parartha dan subha asubha karma serta sifat wiweka (membedakan baik dan buruk), sehingga mampu menentukan aspek susila dalam ajaran Hindu untuk keselamatan diri dan lingkungan tempat tinggal. Acara Peserta didik dapat mengenal hari suci dan tempat suci sebagai dasar pelaksanaan panca yājña yang merupakan bagian integral dari pelaksanaan kehidupan sosial agama Hindu Kitab suci Weda Peserta didik dapat mengenal mitologi Hindu dalam Purana dan nilai-nilai dalam Ramayana. Sejarah Peserta didik mampu menceritakan kembali latar tokoh pada kerajaan tersebut dan meneladaninya dalam kehidupan baik di keluarga, sekolah dan lingkungan tempat tinggal. 3. Fase C (Umumnya Kelas V dan VI SD/Program Paket A) Pada akhir Fase C, peserta didik dapat memahami kitab suci Weda. Selain itu, mengetahui alam semesta beserta dengan isinya serta huku keadilan tertinggi di alam semesta. Kemudian, peserta didik memahami ajaran catur guru dan catur asrama sebagai aspek susila dalam kehidupan. Selain itu, dapat memahami panca yājña dalam kehidupan dan aspek sejarah perkembangan Hindu di Indonesia. Fase C Berdasarkan Elemen Elemen Sraddha dan Bhakti Susila Acara Capaian Pembelajaran Peserta didik memahami konsep ketuhanan dalam bentuk unsur panca mahabhuta dan hukum sebab akibat. Hal ini juga dapat diaktualisaiskan dalam kehidupan. Hal ini dilakukan untuk melatih dirinya untuk memahami akan kecintaanya kepada Hyang Widhi dan menerapkanya dalam kehidupan keluarga, sekolah. Peserta didik dapat menjabarkan Hindu pada aspek catur asrama dan catur guru dalam ajaran etika Hindu dengan isu yang teraktual untuk lebih memahami moralitas dalam bingkai sosial dan kenegaraan. Peserta didik dapat mengetahui korban suci atau lebih dikenal dengan panca yājña dan manggalaning yājña sebagai bagian integral dari pelaksanaan kehidupan sosial agama Hindu 78 Elemen Capaian Pembelajaran Kitab suci Weda Peserta didik dapat Mengetahui nilai-nilai dalam Mahabharata dan subbagian dari Weda Sruti dan Smrti sebagai pedoman dalam penerapan agama kaitannya dengan IPTEKS untuk menyelaraskan dharma agama dan dharma negara. Sejarah Peserta didik dapat mengetahui sejarah Hindu di Indonesia sebelum dan setelah kemerdekaan. Peserta didik dapat menjabarkan dinamika yang terjadi dalam perkembangannya. Hal ini dilakukan Sebagai pedoman dalam kehidupan, menghargai sejarah dan pelestarian agama dan budaya. 4. Fase D (Umumnya Kelas VII, VIII dan IX SMP/Program Paket B) Pada akhir Fase D, peserta didik dapat menguraikan upaweda, wedangga dan jyotisa dalam kerangka pemahaman umat Hindu pada kehidupan sehari-hari. Selanjutnya peserta didik memahami konsep atman serta kemahakuasaan Hyang Widhi sebagai asta aiswarya yang berkaitan dengan jalan menuju Hyang Widhi. Kemudian, peserta didik dalam aspek susila mampu memahami konsep tri hita karana, catur purusartha, panca yama, dan nyama bratha untuk membentuk karakter dalam rangka pembentukan jati diri. Selain itu, peserta didik mampu memahami sejarah perkembangan Agama Hindu di Asia, yang dalam penjabarannya memuat tentang ajaran Weda, kepemimpinan, ritual keagamaan (yājña). Dan peserta didik juga mampu memahami budaya hidup sehat dari sudut pandang kitab suci Weda serta dharma gita sesuai dengan kearifan lokal. Fase D Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Sraddha dan Bhakti Peserta didik dapat, menerapkan dan mengaplikasikan asta asiwarya dan catur marga dalam kehidupan sosial keagamaan. Hal ini dilakukan untuk melatih dirinya untuk memahami akan kecintaanya kepada Hyang Widhi Wasa dan menerapkanya dalam kehidupan keluarga, sekolah, masyarakat. Susila Peserta didik dapat menerapkan, menilai dari tri hita karana, catur purusartha dan panca yama dan nyama sebagai aplikasi nilai-nilai susila untuk diterapkan dalam kehidupan untuk keseimbangan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia dan manusia dengan alam agar terbentuk pribadi yang unggul. 79 Elemen Capaian Pembelajaran Acara Peserta didik dapat menganalisis dan mengidentifikasi bentuk kearifan lokal kaitannya dengan nilai-nilai budaya bangsa dan kebangsaan. Hal ini dilakukan untuk melestarikan budaya daerah dan penerapan nilai keagamaan Hindu di Nusantara. Kitab suci Weda Peserta didik dapat menganalisis kitab suci Hindu bagian upaweda, wedangga dan jyotisa dengan penerapan tri kerangka Hindu (tattwa, susila dan acara) sebagai pedoman kehidupan pada lingkup keluarga. Sejarah Peserta didik dapat menganalisis kontribusi sejarah Hindu dalam perkembangan kekinian. Peserta didik dapat menjadikan sejarah sebagai sumber pembelajaran positif pada kehidupan kekinian dan berupaya melestarikan peninggalan sejarah dan kebudayaan Hindu di Indonesia. 5. Fase E (Umumnya Kelas X SMA/Program Paket C) Pada akhir Fase E, peserta didik mampu menganalisis ajaran dharmasastra dalam kehidupan, punarbhawa untuk memperbaiki kualitas diri. Selanjutnya, peserta didik mampu menganalisa hakekat yājña yang terkandung dalam Ramayana. Selain itu, pada aspek susila peserta didik mampu memahami ajaran catur warna. Kemudian, serta memahami sejarah perkembangan kebudayaan peninggalan Hindu di Asia. Fase E Berdasarkan elemen Elemen Sraddha dan Bhakti Susila Acara Capaian Pembelajaran Peserta didik dapat menerapkan prinsipprinsip ajaran punarbhawa sebagai aspek untuk memperbaiki kualitas diri. Hal ini dilakukan untuk melatih dirinya untuk memahami akan kecintaanya kepada Hyang Widhi dan menerapkanya dalam kehidupan keluarga, sekolah, masyarakat, bangsa dan Negara. Peserta didik dapat menerapkan, menilai dan menciptakan dari nilai-nilai susila Hindu tentang catur warna untuk diterapkan dalam kehidupan untuk keseimbangan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia dan manusia dengan alam agar terbentuk pribadi yang unggul. Peserta didik dapat menganalisis, mengidentifikasi dan membuat kreatifitas yajna dalam Ramayana dan bentuk kearifan lokal kaitannya dengan nilai-nilai budaya bangsa dan kebangsaan. Hal ini dilakukan untuk melestarikan budaya daerah dan 80 Elemen Kitab suci Weda Sejarah Capaian Pembelajaran penerapan nilai keagamaan Hindu di Nusantara. Serta mewujudkan tri kerukunan umat beragama agar tercipta kehidupan harmonis. Peserta didik dapat menerapkan, menganalisis menilai kitab suci Hindu bagian dharmasastra sebagai sumber hukum Hindu dengan penerapan tri kerangka Hindu (tattwa, susila dan acara) sebagai pedoman kehidupan pada lingkup masyarakat. Peserta didik dapat menganalisis, mengkreasikan serta kontribusi sejarah Hindu dalam perkembangan kekinian. Peserta didik dapat menjadikan sejarah sebagai sumber pembelajaran positif pada kehidupan kekinian dan berupaya melestarikan peninggalan sejarah dan kebudayaan Hindu di Asia. 6. Fase F (Umumnya Kelas XI dan XII SMA/Program Paket C) Pada akhir Fase F, peserta didik mampu menganalisis ajaran upanisad, dharsana. Mokṣa sebagai tujuan akhir menurut agama Hindu, ajaran Yogacara dalam Hindu. Selanjutnya, peserta didik mampu menganalisa hakekat yājña yang terkandung dalam Mahabharata. Selain itu, pada aspek susila peserta didik mampu memahami ajaran triguna serta pilar keluarga Sukhinah menuju keluarga yang rukun, bahagia, sejahtera, dan damai. Kemudian, serta memahami sejarah perkembangan kebudayaan peninggalan Hindu di dunia. Fase F Berdasarkan Elemen Elemen Sraddha dan Bhakti Susila Acara Capaian Pembelajaran Peserta didik dapat menalar, menganalisis tentang darsana dan mokṣa. Hal ini dilakukan untuk melatih dirinya untuk memahami akan kecintaanya kepada Hyang Widhi Wasa dan menerapkan dalam kehidupan keluarga, sekolah, masyarakat, bangsa dan Negara serta warga global. Peserta didik dapat menerapkan, menilai dan menciptakan dari nilai-nilai susila Hindu pada lingkup keluarga sukinah dan triguna untuk diterapkan dalam kehidupan untuk keseimbangan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia dan manusia dengan alam agar terbentuk pribadi yang unggul. Peserta didik dapat menganalisis, mengidentifikasi dan membuat kreatifitas bentuk yajna dalam Mahabharata dan yogacara sesuai dengan kearifan lokal kaitannya dengan nilai-nilai budaya bangsa 81 Elemen Kitab suci Weda Sejarah Capaian Pembelajaran dan kebangsaan. Hal ini dilakukan untuk melestarikan budaya daerah dan penerapan nilai keagamaan Hindu di Nusantara. Serta mewujudkan tri kerukunan umat beragama agar tercipta kehidupan harmonis. Peserta didik dapat menerapkan, menganalisis menilai kitab suci Hindu bagian upanisad dan kodifikasi Weda dalam Hindu dengan penerapan tri kerangka Hindu (tattwa, susila dan acara) sebagai pedoman kehidupan pada lingkup berbangsa. Peserta didik dapat menganalisis, mengkreasikan serta kontribusi sejarah Hindu dalam perkembangan kekinian. Peserta didik dapat menjadikan sejarah sebagai sumber pembelajaran positif pada kehidupan kekinian dan berupaya melestarikan peninggalan sejarah dan kebudayaan Hindu di Dunia. 82 III. 5. CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI A. Rasional Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti membentuk peserta didik menjadi Pelajar Pancasila yang memiliki pengetahuan, keterampilan, serta sikap dan kepribadian yang berakhlak mulia dan berkebinekaan global berlandaskan pada nilai-nilai agama Buddha serta nilai-nilai Pancasila dasar negara. Muatan materi belajar dari agama merupakan nilai-nilai agama Buddha yang terintegrasi dalam ajaran moralitas, meditasi, serta kebijaksanaan, yang diselaraskan dengan nilai-nilai Pancasila dasar negara. Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti secara holistik menginternalisasi peserta didik dengan nilai-nilai agama Buddha diselaraskan dengan nilai-nilai Pancasila dasar negara melalui pembelajaran nilai, pembelajaran berpusat pada siswa, teladan, dan pembiasaan. Belajar dari agama Buddha akan membentuk mental peserta didik dengan kesadaran dapat mengamalkan cara hidup, dalam keterhubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa dan Tiratana, diri sendiri, sesama manusia, negara dan bangsa yang majemuk, makhluk lain, dan lingkungan alam. Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti membantu peserta didik menumbuhkembangkan karakter, dan potensi diri dengan menyelami empat pengembangan holistik sebagai entitas Pendidikan Agama Buddha yang mencakup pengembangan fisik, pengembangan moral atau sosial, pengembangan mental, serta pengembangan pengetahuan atau kebijaksanaan. B. Tujuan Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti bertujuan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menerima dan menghayati nilai-nilai agama Buddha serta nilai-nilai Pancasila dasar negara yang menyerasikan penguasaannya dalam ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Secara khusus, melalui Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti, peserta didik diharapkan dapat: 1. Mengembangkan rasa ingin tahu terhadap nilai-nilai agama Buddha yang selaras dengan nilai-nilai Pancasila dasar negara sebagai fondasi moral sehingga dapat memengaruhi cara hidup sebagai individu, anggota masyarakat yang majemuk, warga negara, dan bagian alam semesta; 83 2. Memiliki kesadaran untuk mengembangkan pribadi, menjaga moralitas, meditasi, dan kebijaksanaan selaras dengan nilai-nilai Pancasila dasar negara dalam kehidupan nyata, sebagai perwujudan keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Tiratana, mencintai diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan negaranya; 3. Mengembangkan keterampilan belajar inovasi, berpikir kritis, kreatif, dan mandiri sebagai individu, anggota masyarakat, bagian alam semesta, dan warga negara yang baik berdasarkan nilai-nilai agama Buddha; 4. Menghormati, menghargai, dan menjaga kemajemukan (kebinekaan) agama atau kepercayaan dan kearifan lokal, serta gotong-royong dalam peningkatan kualitas kehidupan manusia sebagai warga Indonesia dan warga dunia. C. Karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti berorientasi untuk membentuk peserta didik yang berakhlak mulia dan berkebinekaan global berlandaskan nilai-nilai agama Buddha serta nilai-nilai Pancasila yang terintegrasi dalam ajaran moralitas, meditasi, dan kebijaksanaan. Menurut Grimmitt (2000) belajar dari agama melibatkan peserta didik dalam mengevaluasi yang telah mereka pelajari tentang agama, baik secara impersonal maupun personal. Mata pelajaran Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti diarahkan untuk mempelajari konten Pendidikan Agama Buddha pada penerapan esensi nilai, tidak hanya berada pada ranah pengetahuan keagamaan. Auto kritik terhadap ajaran agama Buddha dimungkinkan terjadi, akan tetapi diarahkan pada pengembangan kondisi batin sesuai dengan entitas Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti. Proses pelaksanaan Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti harus didukung oleh pendidik dan lingkungan sosial yang membudayakan pengembangan kebijaksanaan dan cinta kasih serta dilakukan melalui tiga tahapan Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti yang terintegrasi yaitu antara mempelajari teori, mempraktikkan teori, dan memperoleh hasil dari mempraktikkan teori. Tiga tahapan tersebut merupakan tahapan belajar dharma atau Buddhasasana yang dalam 84 proses Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti dilakukan peserta didik dengan: (1) belajar dari nilai-nilai agama Buddha serta nilai-nilai Pancasila dasar negara melalui internalisasi nilai oleh pendidik dan lingkungan dengan menerapkan pembelajaran nilai dan pembelajaran berpusat pada siswa, melalui teladan, dan pembiasaan untuk mengamalkan nilai-nilai; (2) praktik nilai-nilai agama Buddha serta nilai-nilai Pancasila dasar negara dengan menerima dan menghayatinya; dan (3) mencapai hasil belajar nilai-nilai agama Buddha serta nilai-nilai Pancasila dasar negara yaitu menjadi Pelajar Pancasila yang berakhlak mulia dan berkebinekaan global dengan memiliki empat pengembangan holistik mencakup pengembangan fisik, pengembangan moral atau sosial, pengembangan mental, dan pengembangan pengetahuan atau kebijaksanaan. Pengembangan fisik adalah perilaku peserta didik yang dikembangkan dalam keterhubungannya dengan lingkungan fisik dan lingkungan alam. Pengembangan dilakukan menggunakan indra dan pikiran dengan penuh kesadaran melalui kegiatan ritual, meditasi, maupun aktivitas fisik lainnya untuk memperhatikan jasmani dan perilaku secara bijaksana dalam keterhubungannya dengan lingkungan dan alam. Melalui pengembangan fisik, peserta didik memiliki dasar keterampilan hidup dan perilaku yang baik, menghayati kebenaran, mampu menghayati kehidupan secara bijak, dan penuh perhatian terhadap aktivitas jasmani. Pengembangan moral atau sosial adalah perilaku baik yang dikembangkan dalam keterhubungan peserta didik dengan lingkungan sosial yang berbeda, negara dan bangsa yang majemuk, dan makhluk lain. Pengembangan moral dan sosial merupakan perilaku yang berlandaskan ajaran moralitas dan disiplin yang tercermin melalui ucapan benar, perbuatan benar, mata pencaharian benar, dan kebijaksanaan sebagai bentuk keterampilan hidup di lingkungan sosial. Pengembangan mental adalah kesadaran yang dikembangkan melalui usaha benar, perhatian, dan meditasi, didukung kegiatan ritual, dan menghayati ajaran kebenaran. Pengembangan mental menghasilkan konsentrasi, kesadaran, kesehatan mental, kecerdasan emosional, senang belajar, dan kemauan meningkatkan kualitas diri maupun batin. Pengembangan mental peserta didik tercermin melalui ucapan 85 dan perilaku yang berlandaskan pikiran cinta kasih, belas kasih, simpati, dan keseimbangan batin. Perilaku peserta didik yang memiliki mental sehat akan memiliki rasa terima kasih, murah hati, malu berbuat jahat, takut akibat perbuatan jahat, bersikap hormat, lemah lembut, tidak serakah, semangat, sabar, jujur, dan bahagia dalam keterhubungannya dengan diri sendiri, lingkungan sosial, dan lingkungan alam. Pengembangan pengetahuan atau kebijaksanaan adalah pengembangan pengetahuan terhadap nilai-nilai agama Buddha yang dikembangkan melalui pandangan benar dan berdasarkan keyakinan yang bijaksana terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Tiratana, dan hukum kebenaran. Pengembangan pengetahuan dan kebijaksanaan diarahkan pada kemampuan berpikir kritis dan berpikir benar bagi peserta didik yang berfungsi untuk mengikis keserakahan, kebencian, dan kebodohan batin. Pengembangan pengetahuan dan kebijaksanaan tercermin dari pengalaman keagamaan peserta didik yang mampu memaknai hidup, memaknai diri sendiri, mengontrol emosi, penuh kesadaran, membedakan baik dan buruk, mampu berkomunikasi, serta mampu mengelola dan memecahkan permasalahan dalam semua aspek kehidupan, berlandaskan pengetahuan terhadap nilai-nilai agama Buddha serta nilai-nilai Pancasila dasar negara. Nilai-nilai agama Buddha menjadi fondasi peserta didik untuk memiliki empat pengembangan, sehingga menjadiv peserta didik yang berakhlak mulia dan berkebinekaan global. Secara operasional, proses dan tahapan Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti untuk membentuk peserta didik menjadi Pelajar Pancasila dicapai melalui tiga elemen berikut. Elemen Sejarah Deskripsi Elemen sejarah memuat sejarah dan kisah sebagai sarana untuk menyampaikan nilai-nilai sejarah agama Buddha, nilai-nilai Pancasila dasar negara, nilai-nilai sejarah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan nilai-nilai kebudayaan Indonesia. Pengetahuan pada elemen sejarah bersumber dari kitab suci agama Buddha, kitab komentar, kitab subkomentar, kronik, biografi, autobiografi, tinggalan sejarah, tinggalan budaya, dan sumber sejarah lainnya. Sejarah dan kisah agama Buddha mencakup sejarah penyiaran agama, sejarah kitab suci agama Buddha, kisah kehidupan Buddha, kisah kehidupan Bodhisattva, kisah kehidupan siswa utama, kisah kehidupan penyokong dan pendukung agama Buddha, kisah kehidupan tokoh inspiratif Buddhis, identitas agama Buddha, dan identitas diri sebagai bagian dari agama 86 Elemen Ritual Etika Deskripsi Buddha. Nilai-nilai sejarah Negara Kesatuan Republik Indonesia mencakup nilai-nilai Pancasila, nilai-nilai musyawarah dalam pendirian bangsa, tokoh pendiri bangsa, serta keterhubungannya dengan identitas diri sebagai bagian keluarga, bagian lingkungan sosial, bagian lingkungan tempat tinggal di wilayah NKRI, serta identitas diri yang terbentuk oleh budaya dan bahasa sebagai bagian dari keragaman budaya bangsa. Nilai-nilai dalam elemen sejarah menjadi sumber internalisasi, sumber teladan, dan sumber kesadaran peserta didik dalam mengamalkan nilai-nilai Pancasila dasar negara serta dalam mengekspresikan emosi keagamaannya secara bijaksana. Hasil belajar dari elemen sejarah tercermin melalui cara berpikir, berucap, bersikap bijaksana sebagai bentuk pengembangan fisik, moral dan sosial, mental, serta pengetahuan dan kebijaksanaan yang terbuka terhadap kemajemukan dan keragaman budaya agama Buddha maupun budaya bangsa. Elemen ritual merupakan sarana internalisasi pengetahuan tentang keragaman dan nilai-nilai ritual dari berbagai aliran atau tradisi dalam agama Buddha serta keragaman agama dan kepercayaan di Indonesia. Pengetahuan keragaman dan nilai-nilai ritual dalam agama Buddha secara holistik menjadi landasan pengamalan nilai-nilai Pancasila dasar negara, sarana memperkuat keyakinan, pengembangan keterampilan keagamaan, dan pembentukan mental, kesadaran moral, disiplin, serta sikap religius peserta didik. Pengalaman nyata elemen ritual diwujudkan dalam kegiatan ibadah, hidup berkesadaran, upacara, perayaan, ziarah, menggunakan peralatan ritual dan upacara, melibatkan diri dalam menjalankan tradisi dalam aliran atau tradisi agama Buddha. Kegiatan ritual dalam kegiatan sehari-hari merupakan wujud akhlak mulia dilandasi keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tiratana serta sebagai bentuk ekspresi emosi dan pengamalan keagamaan peserta didik. Sikap religius mendukung peserta didik dalam mengembangkan moralitas, meditasi, dan kebijaksanaan dalam keterhubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa dan Tiratana, diri sendiri, agamanya, lingkungan sosial, negara, dan lingkungan alam. Elemen ritual yang berhubungan dengan keragaman ritual atau tradisi dalam agama Buddha serta keragaman agama dan kepercayaan di Indonesia merupakan sarana memperteguh pengamalan Pancasila dasar negara, serta untuk menumbuhkan sikap inklusif peserta didik yang bersikap terbuka terhadap kemajemukan dan perbedaan. Pengetahuan dan pemahaman terhadap elemen ritual diperdalam melalui pengalaman langsung melalui kunjungan dan dialog antaraliran atau antartradisi agama Buddha, serta antaragama dan kepercayaan di Indonesia, sehingga terbentuk peserta didik yang bersikap terbuka dan bijaksana dalam menghargai dan menghormati keragaman intern agama Buddha dan antarumat beragama. Elemen etika merupakan etika Buddhis selaras dengan nilainilai Pancasila dasar negara yang minimal mencakup etika sosial, etika ekonomi, dan etika alam. Elemen etika berfungsi sebagai sarana membentuk peserta didik yang berakhlak mulia dan berkebinekaan global serta sebagai pedoman bagi peserta didik untuk hidup dengan mengembangkan secara holistik antara pengembangan fisik, moral dan sosial, mental, serta pengetahuan dan kebijaksanaan. Secara filosofis, etika Buddhis merupakan hasil proses pencarian makna 87 Elemen Deskripsi kehidupan berdasarkan nilai-nilai dari Buddha Dhamma, hukum kebenaran yang terdiri dari Empat Kebenaran Mulia, Hukum Kelahiran Kembali, Hukum Karma, Hukum Tiga Corak Universal, dan Hukum Sebab Musabab yang Saling Bergantungan, yang diselaraskan dengan nilai-nilai Pancasila dasar negara. Nilai-nilai kunci agama Buddha yang selaras dengan nilai-nilai Pancasila dasar negara sebagai fondasi dalam mengamalkan etika Buddhis adalah kemurahan hati, moralitas, perbuatan baik, kediaman luhur, jalan bodhisattva, sila bodhisattva, meditasi, kebijaksanaan, nilainilai Buddha Dhamma lainnya, dan nilai-nilai musyawarah dalam pendirian bangsa. Melalui elemen etika, peserta didik dapat mengklasifikasikan dan memilih nilai etis untuk diamalkan dalam keterhubungannya dengan diri sendiri, lembaga sosial keagamaan, lingkungan sosial yang beragam dan majemuk, makhluk lain, kehidupan global, isu-isu sosial, isu ekonomi, dan isu lingkungan alam yang dilandasi oleh moralitas, meditasi, dan kebijaksanaan. D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti Setiap Fase 1. Fase A (Umumnya untuk kelas I dan II SD/Program Paket A) Pada akhir Fase A, peserta didik mengabstraksi informasi dan menerima dengan cinta kasih identitas dirinya dan identitas keluarganya serta memiliki keterbukaan untuk menghargai perbedaan identitas dan budaya teman-temannya di lingkungan sekolah, rumah, dan rumah ibadah; menghayati sifat-sifat bijaksana dan nilai-nilai kebajikan dari kehidupan para Bodhisattva, para Buddha, atau tokoh inspiratif Buddhis dalam menyayangi diri sendiri dengan menjaga kesehatan fisik dan batin di rumah dan di sekolah serta dalam membiasakan diri untuk bersikap hormat dan menjaga ucapan di lingkungan sekolah, rumah, dan masyarakat; menerima keteladanan Bodhisattva dalam kisah Jataka dengan menghargai sesama manusia di lingkungan terdekatnya dan lingkungan tempat tinggalnya. Peserta didik menerima keragaman identitas dan simbolsimbol keagamaan agama Buddha serta agama dan kepercayaan lain di lingkungan rumah dan sekolahnya; menyadari bahwa ia merupakan bagian dari suatu kelompok dengan anggota yang beragam identitas agama dan kepercayaannya di lingkungan rumah dan sekolahnya; menghargai keragaman simbol keagamaan di lingkungan rumah dan sekolahnya dengan melakukan kegiatan pengamatan atau kunjungan. Peserta didik menerima dan menjalankan nilai-nilai kediaman luhur dan Pancasila dasar negara berlandaskan pada kesadaran terhadap nilai-nilai umum Hukum 88 Karma dalam menjalankan aturan dan sopan santun di lingkungan rumah, sekolah, pergaulan dan dan rumah kebutuhan ibadah; memenuhi mempertahankan kebutuhan hidup dalam hubungannya dengan orang terdekatnya; membantu antarsesama di lingkungan rumah, sekolah, dan rumah ibadah; dan melakukan musyawarah sederhana untuk mufakat di lingkungan sekolahnya. Fase A Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Sejarah Pada akhir fase A, peserta didik mengabstraksi informasi dan menerima dengan cinta kasih identitas dirinya dan identitas keluarganya serta memiliki keterbukaan untuk menghargai perbedaan identitas dan budaya teman-temannya di lingkungan sekolah, rumah, dan rumah ibadah; menghayati sifat-sifat bijaksana dan nilai-nilai kebajikan dari kehidupan para Bodhisattva, para Buddha, atau tokoh inspiratif Buddhis dalam menyayangi diri sendiri dengan menjaga kesehatan fisik dan batin di rumah dan di sekolah serta dalam membiasakan diri untuk bersikap hormat dan menjaga ucapan di lingkungan sekolah, rumah, dan masyarakat; menerima keteladanan Bodhisattva dalam kisah Jataka dengan menghargai sesama manusia di lingkungan terdekatnya dan lingkungan tempat tinggalnya. Ritual Pada akhir fase A, peserta didik menerima keragaman identitas dan simbol-simbol keagamaan agama Buddha serta agama dan kepercayaan lain di lingkungan rumah dan sekolahnya; menyadari bahwa ia merupakan bagian dari suatu kelompok dengan anggota yang beragam identitas agama dan kepercayaannya di lingkungan rumah dan sekolahnya; menghargai keragaman simbol keagamaan di lingkungan rumah dan sekolahnya dengan melakukan kegiatan pengamatan atau kunjungan. Etika Pada akhir fase A, peserta didik menerima dan menjalankan nilai-nilai kediaman luhur dan Pancasila dasar negara berlandaskan pada kesadaran terhadap nilai-nilai umum Hukum Karma dalam menjalankan aturan dan sopan santun di lingkungan rumah, sekolah, dan rumah ibadah; memenuhi kebutuhan pergaulan dan kebutuhan mempertahankan hidup dalam hubungannya dengan orang terdekatnya; membantu antarsesama di lingkungan rumah, sekolah, dan rumah ibadah; dan melakukan musyawarah sederhana untuk mufakat di lingkungan sekolahnya. 2. Fase B (Umumnya untuk kelas III dan IV SD/Program Paket A) Pada akhir Fase B, peserta didik mengenal informasi dan mengolah dengan cinta kasih identitas Buddha Gotama sebagai dasar keyakinan terhadap agama Buddha, serta memiliki keterbukaan untuk menghargai perbedaan identitas dan budaya orang lain di lingkungan Siddharta tempat dalam tinggalnya; menghargai 89 meneladan sesama sifat-sifat manusia Pangeran dan dalam menyelesaikan masalah pergaulan di lingkungan terdekatnya, serta menghargai lingkungan sekolah dan lingkungan rumah ibadah; dan kebijaksanaan serta keterbukaan Bodhisattva terhadap keragaman di lingkungan sosialnya, serta mengakui peran budaya dan bahasa dalam agama Buddha maupun bangsa sebagai pembentuk identitas diri di lingkungan terdekatnya. Peserta didik menyusun rencana dan menjalankan secara rutin doa Buddhis dalam kegiatan sehari-hari disertai keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Tiratana; menjaga persatuan dan kesatuan melalui keterlibatannya dalam doa antaragama dan kepercayaan lain di lingkungan sekolahnya sebelum melakukan kegiatan sehari-hari; serta mengenali dan menghargai identitas masing-masing aliran atau tradisi dalam agama Buddha dan menunjukkan sikap bersatu dalam perbedaan dengan berperan serta mendukung kegiatan keagamaan aliran atau tradisi agama Buddha. Peserta didik mengklasifikasikan dan menjalankan nilainilai Pancasila Bodhisattva Buddhis, berlandaskan kesempurnaan pada kesadaran (parami), dan sila terhadap nilai-nilai sederhana Hukum Sebab Akibat yang Saling Bergantungan dalam melaksanakan aturan dan sopan santun di rumah, sekolah, dan rumah ibadah; memenuhi kebutuhan pergaulan dan kebutuhan mempertahankan hidup dalam hubungannya dengan orang terdekatnya; membantu antarsesama di lingkungan rumah, sekolah, dan rumah ibadah; dan melakukan musyawarah sederhana untuk mufakat dalam menyelesaikan masalah sosial di lingkungan sekolahnya serta masalah kebersihan dan kelestarian lingkungan sekitar. Fase B Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Sejarah Pada akhir fase B, peserta didik mengenal informasi dan mengolah dengan cinta kasih identitas Buddha Gotama sebagai dasar keyakinan terhadap agama Buddha, serta memiliki keterbukaan untuk menghargai perbedaan identitas dan budaya orang lain di lingkungan tempat tinggalnya; meneladan sifat-sifat Pangeran Siddharta dalam menghargai sesama manusia dan dalam menyelesaikan masalah pergaulan di lingkungan terdekatnya, serta menghargai lingkungan sekolah dan lingkungan rumah ibadah; dan kebijaksanaan serta keterbukaan Bodhisattva terhadap keragaman di lingkungan sosialnya, serta mengakui peran budaya dan bahasa dalam agama Buddha maupun bangsa sebagai pembentuk identitas diri di lingkungan terdekatnya. Ritual Pada akhir fase B, peserta didik menyusun rencana dan menjalankan secara rutin doa Buddhis dalam kegiatan sehari-hari 90 Elemen Etika Capaian Pembelajaran disertai keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Tiratana; menjaga persatuan dan kesatuan melalui keterlibatannya dalam doa antaragama dan kepercayaan lain di lingkungan sekolahnya sebelum melakukan kegiatan sehari-hari; serta mengenali dan menghargai identitas masing-masing aliran atau tradisi dalam agama Buddha dan menunjukkan sikap bersatu dalam perbedaan dengan berperan serta mendukung kegiatan keagamaan aliran atau tradisi agama Buddha. Pada akhir fase B, peserta didik mengklasifikasikan dan menjalankan nilai-nilai Pancasila Buddhis, kesempurnaan (parami), dan sila Bodhisattva berlandaskan pada kesadaran terhadap nilai-nilai sederhana Hukum Sebab Akibat yang Saling Bergantungan dalam melaksanakan aturan dan sopan santun di masyarakat; dan melakukan musyawarah sederhana untuk mufakat dalam menyelesaikan masalah sosial di lingkungan sekolahnya serta masalah kebersihan dan kelestarian lingkungan sekitar. 3. Fase C (Umumnya untuk kelas V dan VI SD/Program Paket A) Pada akhir Fase C, peserta didik menyimpulkan informasi dan meneladan sifat-sifat tokoh pendiri bangsa dalam mempertahankan NKRI dengan bersikap bijaksana dan terbuka terhadap keragaman budaya di lingkungan sosialnya, serta mengakui peran budaya dan bahasa dalam agama Buddha maupun bangsa sebagai pembentuk identitas dirinya di masyarakat; meneladan sifat-sifat Buddha, Bodhisattva dan nilai-nilai moral dari kisah kehidupan Pangeran Siddharta dalam berterima kasih, menghadapi hambatan untuk meraih kesuksesan, dan masalah kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara melalui musyawarah untuk mendapatkan kesepakatan. Peserta didik menyusun rencana dan menghargai keragaman cara dan peralatan puja dari berbagai aliran atau tradisi agama Buddha dengan dilandasi keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Tiratana; dan menunjukkan sikap bersatu dalam perbedaan dengan berperan serta melakukan dialog antaraliran atau antartradisi agama Buddha serta antar agama dan kepercayaan lain; menghormati pelaksanaan ibadah umat dari berbagai aliran atau tradisi agama Buddha, serta umat dari agama dan kepercayaan lain; dan menunjukkan sikap bersatu dalam perbedaan dengan berperan serta mendukung kegiatan puja dari berbagai aliran atau tradisi agama Buddha, serta kegiatan ibadah agama dan kepercayaan lain di sekolah maupun di lingkungan tempat tinggalnya. Peserta didik menyimpulkan dan mengamalkan nilai-nilai Buddha Dhamma, Pancasila Buddhis dan nilai-nilai 91 Pancasila dasar negara berlandaskan pada kesadaran terhadap nilai-nilai sederhana Hukum Sebab Akibat yang Saling Bergantungan; melaksanakan diskusi sederhana untuk menemukan solusi secara bijaksana terhadap permasalahan hak dan kewajiban sebagai siswa, sebagai anak, sebagai umat vihara, sebagai warga negara, dan sebagai warga masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya; serta dalam menemukan solusi terhadap masalah perbedaan, pelestarian sumber daya alam, dan lingkungan rumah, sekolah, dan rumah ibadah dengan menerapkan aturan musyawarah dilandasi sikap menghargai perbedaan. Fase C Berdasarkan Eleman Elemen Capaian Pembelajaran Sejarah Pada akhir fase C, peserta didik menyimpulkan informasi dan meneladan sifat-sifat tokoh pendiri bangsa dalam mempertahankan NKRI dengan bersikap bijaksana dan terbuka terhadap keragaman budaya di lingkungan sosialnya, serta mengakui peran budaya dan bahasa dalam agama Buddha maupun bangsa sebagai pembentuk identitas diri di masyarakat; meneladan sifat-sifat Buddha, Bodhisattva dan nilai-nilai moral dari kisah kehidupan Pangeran Siddharta dalam berterima kasih, dalam menghadapi hambatan untuk meraih kesuksesan, dan masalah kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara melalui musyawarah untuk mendapatkan kesepakatan. Ritual Pada akhir fase C, peserta didik menyusun rencana dan menghargai keragaman cara dan peralatan puja dari berbagai aliran atau tradisi agama Buddha dengan dilandasi keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Tiratana; dan menunjukkan sikap bersatu dalam perbedaan dengan berperan serta melakukan dialog antaraliran atau antartradisi agama Buddha serta antar agama dan kepercayaan lain; menghormati pelaksanaan ibadah umat dari berbagai aliran atau tradisi agama Buddha, serta umat dari agama dan kepercayaan lain; dan menunjukkan sikap bersatu dalam perbedaan dengan berperan serta mendukung kegiatan puja dari berbagai aliran atau tradisi agama Buddha, serta kegiatan ibadah agama dan kepercayaan lain di sekolah maupun di lingkungan tempat tinggalnya. Etika Pada akhir fase C, peserta didik menyimpulkan dan mengamalkan nilai-nilai Buddha Dhamma, Pancasila Buddhis, dan nilai-nilai Pancasila dasar negara berlandaskan pada kesadaran terhadap nilai-nilai sederhana Hukum Sebab Akibat yang Saling Bergantungan; melaksanakan diskusi sederhana untuk menemukan solusi secara bijaksana terhadap permasalahan hak dan kewajiban sebagai siswa, sebagai anak, sebagai umat vihara, dan sebagai warga masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya; serta dalam menemukan solusi terhadap masalah perbedaan, pelestarian sumber daya alam, dan lingkungan rumah, sekolah, dan rumah ibadah dengan menerapkan aturan musyawarah dilandasi sikap menghargai perbedaan. 92 4. Fase D (Umumnya untuk kelas VII, VIII dan IX SMP/Program Paket B) Pada akhir Fase D, peserta didik membuat rencana dan meneladan sikap Buddha dan penyokong Buddha dengan memiliki sikap bijaksana, sadar sejarah, dan terbuka serta menghargai keragaman budaya dan tradisi Buddhis di Indonesia dan dunia ditinjau dari sejarah dan tinggalan budaya masa klasik, keragaman kitab suci agama Buddha ditinjau dari berbagai aliran atau tradisi dan negara, serta keragaman budaya bangsa, minimal dengan melibatkan diri dalam kegiatan kunjungan sejarah dan festival budaya atau sejenisnya di lingkungan sosialnya. Peserta didik menyimpulkan informasi dan meneladan sifat-sifat dan nilai-nilai moral dalam riwayat kehidupan Pangeran Siddharta, kehidupan Buddha Gotama, kehidupan Buddha Gotama, kehidupan siswa utama Buddha, dan tokoh inspiratif Buddhis dalam menyayangi dan peduli terhadap diri sendiri, sesama manusia, negara, dan lingkungan alam sekitarnya. Peserta didik menyimpulkan informasi dan meneladan sifat-sifat dan nilai-nilai moral dalam riwayat Buddha Gotama dan peristiwaperistiwa monumental setelah Buddha wafat yang berpengaruh terhadap kelestarian ajaran Buddha hingga saat ini. Peserta didik menyusun rencana dan menghayati makna serta tata cara hidup berkesadaran (meditasi) dan budaya menghormat (puja), serta budaya perayaan hari raya berbagai aliran atau tradisi agama Buddha; menghargai keragaman hari raya agama Buddha serta hari raya agama dan kepercayaan lain dengan melibatkan diri dalam berbagai kegiatan aksi sosial dan pelestarian alam lintas aliran atau lintas tradisi agama Buddha, serta lintas agama dan kepercayaan di lingkungan sosialnya; menghargai dan menghayati makna ziarah ke tempat-tempat suci dalam agama Buddha serta agama dan kepercayaan lain dengan melakukan kebajikan, ziarah ke tempattempat suci agama Buddha terdekat, kunjungan ke tempat suci atau tempat ibadah agama dan kepercayaan lain, dan dengan dialog antaraliran atau antartradisi agama Buddha serta antaragama dan kepercayaan di lingkungan sosialnya. Peserta didik menyimpulkan, menerima, dan mengamalkan nilai-nilai ajaran moralitas, perbuatan baik, dan jalan Bodhisattva berlandaskan pada kesadaran terhadap nilai-nilai Hukum Karma dan Hukum Kelahiran Kembali dalam 93 menjalankan hak dan kewajiban moral terhadap sesama manusia, terhadap lembaga sosial keagamaan Buddha, terhadap teman, hak dan kewajiban konstitusional sebagai warga Negara Indonesia; dalam menentukan sikap terhadap kesetaraan gender, hak asasi manusia, hak hidup hewan, hak hidup damai tanpa perang, orientasi seksual, dan masalah remaja; dalam memenuhi kebutuhan ekonomi sejalan sikap Buddhis terhadap kekayaan; dan dalam pergaulan, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang majemuk secara bijaksana. Fase D Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Sejarah Pada akhir fase D, peserta didik membuat rencana dan meneladan sikap Buddha dan penyokong Buddha dengan memiliki sikap bijaksana, sadar sejarah, dan terbuka serta menghargai keragaman budaya dan tradisi Buddhis di Indonesia dan dunia ditinjau dari sejarah dan tinggalan budaya masa klasik, keragaman kitab suci agama Buddha ditinjau dari berbagai aliran atau tradisi dan negara, serta keragaman budaya bangsa, minimal dengan melibatkan diri dalam kegiatan kunjungan sejarah dan festival budaya atau sejenisnya di lingkungan sosialnya. Peserta didik menyimpulkan informasi dan meneladan sifat-sifat dan nilai-nilai moral dalam riwayat, kehidupan Buddha Gotama, kehidupan siswa utama Buddha, atau tokoh inspiratif Buddhis dalam menyayangi dan peduli terhadap diri sendiri, sesama manusia, negara, dan lingkungan alam sekitarnya. Peserta didik menyimpulkan informasi dan meneladan sifat-sifat dan nilai-nilai moral dalam riwayat Buddha Gotama dan peristiwa-peristiwa monumental setelah Buddha wafat yang berpengaruh terhadap kelestarian ajaran Buddha hingga saat ini. Ritual Pada akhir fase D, peserta didik menyusun rencana dan menghayati makna serta tata cara hidup berkesadaran (meditasi) dan budaya menghormat (puja), serta budaya perayaan hari raya berbagai aliran atau tradisi agama Buddha; menghargai keragaman hari raya agama Buddha serta hari raya agama dan kepercayaan lain dengan melibatkan diri dalam berbagai kegiatan aksi sosial dan pelestarian alam lintas aliran atau lintas tradisi agama Buddha, serta lintas agama dan kepercayaan di lingkungan sosialnya; menghargai dan menghayati makna ziarah ke tempat-tempat suci dalam agama Buddha serta agama dan kepercayaan lain dengan melaku-kan kebajikan, ziarah ke tempat-tempat suci agama Buddha terdekat, kunjung-an ke tempat suci atau tempat ibadah agama dan kepercayaan lain, dan dengan dialog antaraliran atau antartradisi agama Buddha serta antaragama dan kepercayaan di lingkungan sosialnya. Etika Pada akhir fase D, peserta didik menyimpulkan, menerima, dan mengamalkan nilai-nilai ajaran moralitas, perbuatan baik, dan jalan Bodhisattva berlandaskan pada kesadaran terhadap nilainilai Hukum Karma dan Hukum Kelahiran Kembali dalam menjalankan hak dan kewajiban moral terhadap sesama manusia, terhadap lembaga sosial keagamaan Buddha, terhadap teman, hak dan kewajiban konstitusional sebagai warga Negara 94 Elemen Capaian Pembelajaran Indonesia; dalam menentukan sikap terhadap kesetaraan gender, hak asasi manusia, hak hidup hewan, hak hidup damai tanpa perang, orientasi seksual, dan masalah remaja; dalam memenuhi kebutuhan ekonomi sejalan sikap Buddhis terhadap kekayaan; dan dalam pergaulan, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang majemuk secara bijaksana. 5. Fase E (Umumnya untuk kelas X SMA/Program Paket C) Pada akhir Fase E, peserta didik menyimpulkan dan menunjukkan kesadaran sejarah penyiaran agama Buddha dengan membuktikan bahwa agama Buddha Indonesia yang beragam merupakan titik temu antara nilai-nilai agama Buddha dengan kearifan lokal, dan meneladan perjuangan kontemporer melalui mengembangkan pelaku sejarah pertimbangan agama Buddha dan agama sikap Buddha dalam bangsa. masa berperan Peserta didik menyusun rencana dan melaksanakan meditasi disertai keyakinan dan kebijaksanaan melalui pengembangan batin sebagai wujud individu yang beragama dalam kehidupan beragama. Peserta didik mendeskripsikan peran nilai-nilai Hukum Kebenaran sebagai pola pikir dalam memaknai fenomena dan masalah kehidupan terkait ilmu pengetahuan dan teknologi dengan agama Buddha; dalam memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan mengamalkan nilai-nilai agama Buddha (moral, meditasi, dan kebijaksanaan) dan nilai-nilai Pancasila dasar negara; sebagai wujud manusia beragama, berbangsa, dan bernegara. Fase E Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Sejarah Pada akhir fase E, peserta didik menyimpulkan dan menunjukkan kesadaran sejarah penyiaran agama Buddha dengan membuktikan bahwa agama Buddha Indonesia yang beragam merupakan titik temu antara nilai-nilai agama Buddha dengan kearifan lokal, dan meneladan perjuangan pelaku sejarah agama Buddha masa kontemporer melalui pertimbangan sikap dalam berperan mengembangkan agama Buddha dan bangsa. Ritual Pada akhir Fase E, peserta didik menyusun rencana dan melaksanakan meditasi disertai keyakinan dan kebijaksanaan melalui pengembangan batin sebagai wujud individu yang beragama dalam kehidupan beragama. Etika Pada akhir fase E, peserta didik mendeskripsikan peran nilainilai Hukum Kebenaran sebagai pola pikir dalam memaknai fenomena dan masalah kehidupan terkait ilmu pengetahuan dan teknologi dengan agama Buddha; dalam memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan mengamalkan nilai-nilai agama Buddha (moral, meditasi, dan kebijaksanaan) dan nilainilai Pancasila dasar negara; sebagai wujud manusia beragama, berbangsa, dan bernegara. 95 6. Fase F (Umumnya untuk kelas XI dan XII SMA/Program Paket C) Pada akhir Fase F, peserta didik membuat rencana dan meneladan sikap tokoh pendukung agama Buddha dan pelaku sejarah Buddhis local, nasional, dunia masa kontemporer, atau tokoh lainnya yang relevan berdasarkan produk budayanya dengan bersikap bijaksana dan terbuka terhadap keragaman agama, bangsa dan budaya bangsa maupun budaya Buddhis ditinjau dari sejarah yang diekspresikan minimal melalui kegiatan komunikasi lintas budaya, lintas budaya agama Buddha, dan kegiatan lainnya. Peserta didik menyusun rencana dan melaksanakan hidup berkesadaran dan ritual keagamaan disertai keyakinan dan kebijaksanaan dengan menyadari bahwa ritual keagamaan merupakan cara mencapai tujuan ritual; mengembangkan meditasi melalui pengembangan batin dan hidup berkesadaran wujud individu yang beragama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara; serta menghargai orang lain yang melakukan ritual keagamaan sesuai dengan agama dan kepercayaannya, yang diperkuat dengan berperan aktif dalam kegiatan aksi sosial dan budaya maupun dalam dialog antaraliran atau antartradisi agama Buddha, serta antaragama dan kepercayaan di wilayahnya. Peserta didik mendeskripsikan peran nilai-nilai Hukum Kebenaran sebagai pola pikir dalam memaknai fenomena dan masalah kehidupan terkait seni dan budaya dengan agama Buddha; dalam melestarikan serta mengembangkan seni dan budaya selaras dengan nilai-nilai agama Buddha (moral, meditasi, dan kebijaksanaan) dan nilai-nilai Pancasila dasar negara sebagai wujud manusia beragama, berbangsa, dan bernegara. Peserta didik mendeskripsikan peran nilai-nilai Hukum Empat Kebenaran Mulia dan Hukum Tiga Corak Universal sebagai pola pikir dalam memaknai fenomena dan menghadapi masalah kehidupan terkait posisi dan peran manusia terhadap alam semesta, alam kehidupan, dalam menjaga keseimbangan alam; dan dalam berpartisipasi menghadapi masalah perekonomian di dunia modern, isu-isu global atau kontroversial lainnya, serta dalam menjaga keseimbangan moral dan keseimbangan sosial dengan mengembangkan pada nilai-nilai agama Buddha (moral, meditasi, dan kebijaksanaan) dan Pancasila dasar negara sebagai wujud manusia beragama, berbangsa, dan bernegara. 96 Fase F Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Sejarah Pada akhir fase F, peserta didik membuat rencana dan meneladan sikap tokoh pendukung agama Buddha dan pelaku sejarah Buddhis local, nasional, dam dunia masa kontemporer, atau tokoh lainnya yang relevan berdasarkan produk budayanya dengan bersikap bijaksana dan terbuka terhadap keragaman agama, bangsa maupun budaya Buddhis ditinjau dari sejarah yang diekspresikan minimal melalui kegiatan komunikasi lintas budaya, lintas budaya agama Buddha, dan kegiatan lainnya. Ritual Pada akhir Fase F, peserta didik menyusun rencana dan melaksanakan hidup berkesadaran dan ritual keagamaan disertai keyakinan dan kebijaksanaan dengan menyadari bahwa ritual keagamaan merupakan cara mencapai tujuan ritual; mengembangkan meditasi melalui pengembangan batin dan hidup berkesadaran wujud individu yang beragama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara; serta menghargai orang lain yang melakukan ritual keagamaan sesuai dengan agama dan kepercayaannya, yang diperkuat dengan berperan aktif dalam kegiatan aksi sosial dan budaya maupun dalam dialog antaraliran atau antartradisi agama Buddha, serta antaragama dan kepercayaan di wilayahnya. Etika Pada akhir fase F, peserta didik mendeskripsikan peran nilainilai Hukum Kebenaran sebagai pola pikir dalam memaknai fenomena dan masalah kehidupan terkait seni dan budaya dengan agama Buddha; dalam melestarikan serta mengembangkan seni dan budaya selaras dengan nilai-nilai agama Buddha (moral, meditasi, dan kebijaksanaan) dan nilainilai Pancasila dasar negara sebagai wujud manusia beragama, berbangsa, dan bernegara. Peserta didik mendeskripsikan peran nilai-nilai Hukum Empat Kebenaran Mulia dan Hukum Tiga Corak Universal sebagai pola pikir dalam memaknai fenomena dan menghadapi masalah kehidupan terkait posisi dan peran manusia terhadap alam semesta, alam kehidupan, dalam menjaga keseimbangan alam; dan dalam berpartisipasi menghadapi masalah perekonomian di dunia modern, isu-isu global atau kontroversial lainnya, serta dalam menjaga keseimbangan moral dan keseimbangan sosial dengan mengembangkan pada nilai-nilai agama Buddha (moral, meditasi, dan kebijaksanaan) dan Pancasila dasar negara sebagai wujud manusia beragama, berbangsa, dan bernegara. 97 III.6. CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KHONGHUCU DAN BUDI PEKERTI A. Rasional Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti Hakikat dan Esensi Pendidikan Agama Khonghucu tertuang dalam makna makna mendidik. Mendidik adalah proses atau usaha menumbuhkan sifat-sifat baik manusia dan menolong dari kekhilafannya. Tersurat dalam Catatan Kesusilaan (Liji) tentang empat kekhilafan seorang pelajar, yaitu: Khilaf karena terlalu banyak yang dipelajari (Duo Shi); khilaf karena terlalu sedikit yang dipelajari (Gua Shi); khilaf karena menggampangkan (Yi Shi); dan khilaf karena ingin segera berhenti belajar (Zhi Shi). Keempat masalah ini timbul di hati yang tidak sama. Bila diketahui akan hatinya, kemudian akan dapat menolong mereka dari kekhilafan itu. Sedangkan Pendidikan sangat menekankan adanya suatu pandangan bahwa watak sejati manusia itu pada dasarnya baik. Atas dasar keyakinan bahwa watak sejati manusia itu baik, maka esensi pendidikan adalah mengajar sekaligus mendewasakan, dan pendidikan dalam agama Khonghucu pada hakikatnya menjadikan orang tetap baik, bertahan pada fitrah atau kodrat alaminya (xing), dan menolong dari kekhilafan-kekhilafan. Tujuan Pendidikan membentuk Agama manusia Khonghucu berbudi luhur Secara khusus (Junzi) yang bertujuan mampu menggemilangkan Kebajikan Watak Sejatinya, mengasihi sesama dan berhenti pada Puncak Kebaikan. Pribadi yang luhur inilah merupakan pondasi dalam menjawab tantangan perubahan zaman dan membangun peradaban manusia dari masa ke masa. Oleh karena itu, pendidikan secara umum bertujuan untuk mengubah rakyat dan menyempurnakan adat istiadatnya. Tersurat dalam catatan kesusilaan, “Bila penguasa selalu memikirkan atau memperhatikan perundang-undangan, dan mencari orang baik dan tulus, ini cukup untuk mendapat pujian, tetapi tidak cukup untuk menggerakkan orang banyak. Bila ia berusaha mengembangkan masyarakat yang bajik dan bijak, dan dapat memahami mereka yang jauh, ini cukup untuk menggerakkan rakyat, tetapi belum cukup untuk mengubah rakyat. Bila ingin mengubah rakyat dan menyempurnakan adat istiadatnya, dapatkah kita tidak harus melalui pendidikan?” (Li Ji. XVI: 1) 98 Peran dan Fungsi Pendidikan Agama Khonghucu sangat erat hubungannya dengan keteladanan dan nasihat nabi Kongzi. Nabi Kongzi memberikan bimbingan untuk senantiasa meneliti hakikat tiap perkara sehingga mampu memiliki pengetahuan (hidup) yang cukup. Pengetahuan (hidup) yang cukup, maka dapatlah dicapai tekad yang beriman. Dan dengan tekad yang beriman, maka dapatlah meluruskan hati (mengendalikan nafsu) dan bersikap tepat. dengan hati lurus dan sikap yang tepat inilah seseorang mampu membina dirinya dengan baik. Diri yang terbina akan mampu membereskan rumah tangganya. dengan rumah tangga yang beres, maka barulah dapat dicapai negara teratur. dan negara yang teratur barulah dapat dicapai damai di dunia. Ajaran agama merupakan bagian tidak terpisahkan dari kehidupan manusia dan harus dapat memberikan kontribusi nyata dalam kehidupan. Sesuai dengan tujuan pendidikan di atas, pendidikan agama Khonghucu sangat berperan membentuk pribadi-pribadi yang luhur dan terbina. Diri yang terbina akan berpengaruh pada keberesan rumah tangga. Jika ada keberesan dalam setiap rumah tangga maka akan tercapai keteraturan dalam Negara. Jika setiap negara teratur maka akan dapat dicapai damai didunia. Tersurat di dalam kitab Daxue bab utama pasa 4 dan 5: “Orang jaman dahulu yang hendak menggemilangkan Kebajikan Yang Bercahaya itu pada tiap umat di dunia, ia lebih dahulu berusaha mengatur negerinya; untuk mengatur negerinya, ia lebih dahulu membereskan rumah tangganya; untuk membereskan rumah tangganya, ia lebih dahulu membina dirinya; untuk membina dirinya, ia lebih dahulu meluruskan hatinya; untuk meluruskan hatinya, ia lebih dahulu mengimankan tekadnya; untuk mengimankan tekadnya, ia lebih dahulu mencukupkan pengetahuannya; dan untuk mencukupkan pengetahuannya, ia meneliti hakekat tiap perkara dan “Dengan meneliti hakekat tiap perkara dapat cukuplah pengetahuannya; dengan cukup pengetahuannya akan dapatlah mengimankan tekadnya; dengan tekad yang beriman akan dapatlah meluruskan hatinya; dengan hati yang lurus akan dapatlah membina dirinya; dengan diri yang terbina akan dapatlah membereskan rumah tangganya; dengan rumah tangga yang beres akan dapatlah mengatur negerinya; dan dengan negeri yang teratur akan dapat dicapai damai di dunia.” 99 Semuanya itu dimulai dari pembinaan diri sebagai pokok. Apabila setiap insan mampu membina diri dengan baik maka Jalan Suci akan tumbuh dan berkembang baik. Oleh karena itu, perilaku Junzi merupakan tujuan utama yang ingin dan harus dicapai dalam pendidikan agama Khonghucu baik di rumah, di sekolah maupun dalam kelembagaan agama Khonghucu.Maka sudah sewajarnya aspek perilaku Junzi harus menjadi porsi terbesar dan utama dalam pendidikan agama Khonghucu di sekolah. Ruang lingkup Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti meliputi usaha memuliakan hubungan manusia dengan Tuhan sebagai pencipta dengan prinsip satya kepada Tuhan (Zhong Yu Tian); memuliakan hubungan dengan manusia sebagai sesama, dengan prinsip tepaselira/tenggang rasa kepada sesama (Shu Yu Ren), dan usaha memuliakan hubungan dengan alam sebagai sarana, dengan prinsip selaras/harmonis dengan alam semesta (He Yu Di). Prinsip Pembelajaran Pendidikan Agama Khonghucu terdiri atas 3 hal: (1) menerapkan nilai-nilai melalui keteladanan dan membangun kemauan, (2) siapa saja adakah guru, siapa saja adalah siswa, dan di mana saja adalah kelas, dan (3) mencari tahu, bukan diberi tahu. Secara mendetail dijelaskan sebagai berikut: (1) Menerapkan nilai-nilai melalui keteladanan dan membangun kemauan, Sebagaimana telah ditegaskan di atas tentang cara seorang bijaksana memberikan pendidikan: Di depan “… Ia membimbing berjalan dan tidak menyeret; di tengah, “Ia menguatkan dan tidak menjerakan; Di belakang, “Ia membuka jalan tetapi tidak menuntun sampai akhir pencapaian. Membimbing keharmonisan; berjalan, menguatkan dan tidak tidak menyeret menjerakan, menumbuhkan itu memberi kemudahan; dan, membukakan jalan tetapi tidak menuntun sampai akhir pencapaian, menjadikan orang berpikir. Menimbulkan keharmonisan, memberi kemudahan dan menjadikan orang berpikir, itu pendidikan yang baik.” (2) Siapa saja adalah guru, siapa saja adalah siswa, dan di mana saja adalah kelas, Kongzi bersabda, “Tiap kali jalan bertiga, niscaya ada yang dapat kujadikan guru; Kupilih yang baik, Ku ikuti dan yang tidak baik Ku perbaiki.” (Lunyu. VII: 22), “Di dalam kesusilaan (Li) ku dengar bagaimana mengambil seseorang sebagai suritauladan, tidak kudengar 100 bagaimana berupaya agar diambil sebagai teladan. Di dalam kesusilaan kudengar bagaimana orang datang untuk belajar, tidak kudengar bagaimana orang pergi untuk mendidik.” “Biar ada makanan lezat, bila tidak dimakan, orang tidak tahu bagaimana rasanya; biar ada Jalan Suci yang Agung, bila tidak belajar, orang tidak tahu bagaimana kebaikannya. Maka belajar menjadikan orang tahu kekurangan dirinya, dan mengajar menjadikan orang tahu kesulitannya. Dengan mengetahui kekurangan dirinya, orang dipacu mawas diri; dan dengan mengetahui kesulitannya, orang dipacu menguatkan diri (Zi Qiang). Maka dikatakan, “Mengajar dan belajar itu saling mendukung. “Nabi Yue bersabda, “Mengajar itu setengah belajar.” (Shu Jing IV. VIII. C. 5) Ini kiranya memaksudkan hal itu.” (Li Ji. XVI: 3) (3) Mencari tahu, bukan diberi tahu; Kongzi bersabda, “Jika diberi tahu satu sudut tetapi tidak mau mencari ketiga sudut lainnya, aku tidak mau memberi tahu lebih lanjut.”, “Kalau di dalam membimbing belajar orang hanya mencatat pertanyaan, itu belum memenuhi syarat sebagai guru orang. Tidak haruskah guru mendengar pertanyaan? Ya, tetapi bila murid tidak mampu bertanya, guru wajib memberi uraian penjelasan, setelah demikian, sekalipun dihentikan, itu masih boleh.” Mengajar bukanlah memindahkan pengetahuan dari guru kepeserta didik. Mengajar berarti berpartisipasi dengan peserta didik dalam membentuk pengetahuan, membuat makna, mempertanyakan kejelasan, bersikap kritis, mengadakan justifikasi. Guru berperan sebagai mediator dan fasilitator. “Kini, orang di dalam mengajar, (guru) bergumam membaca tablet (buku bilah dari bambu) yang diletakkan di hadapannya, setelah selesai lalu banyak-banyak memberi pertanyaan. Mereka hanya bicara tentang berapa banyak pelajaran yang telah dimajukan dan tidak diperhatikan apa yang telah dapat dihayati; ia menyuruh orang dengan tidak melalui cara yang tulus, dan mengajar orang dengan tidak sepenuh kemampuannya. Cara memberi pelajaran yang demikian ini bertentangan dengan kebenaran dan yang belajar patah semangat. Dengan cara itu, pelajar akan putus asa dan membenci gurunya; mereka dipahitkan oleh kesukaran dan tidak mengerti apa manfaatnya. Biarpun mereka nampak tamat tugas-tugasnya, tetapi dengan cepat akan meninggalkannya. Kegagalan pendidikan, bukankah karena hal itu?” (Li Ji. XVI: 10) 101 B. Tujuan Pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti Mata pelajaran Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti bertujuan: 1. Membentuk manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tian Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia dan mampu menjaga kedamaian dan kerukunan hubungan inter dan antara umat beragama” dalam kehiduapn pribadi, keluarga, masyrakat, berbangsa dan bernegara serta kehidupan masyarakat dunia. 2. Membentuk manusia berbudi luhur (Junzi) yang mampu mengembangkan Kebajikan Watak Sejatinya, mengasihi sesama dan berhenti pada Puncak Kebaikan. Menumbuhkan sifat-sifat baik peserta didik dan menolongnya dari kekhilafan. 3. Memastikan peserta didik teguh dalam usaha menumbuhkembangkan iman melalui pemahaman, penghayatan, pengamalan, tentang Watak Sejatinya (Xing) sehingga dapat bertahan pada kodrat suci yang difirmankan Tuhan. 4. Mengembangkan pemahaman mewujudkan manusia yang sadar tugas dan tanggung jawabnya baik secara vertikal kepada Tian, maupun secara horizontal kepada sesama manusia dan alam semesta. C. Karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti Mata pelajaran Pendidikan Agama Khonghucu digambarkan melalui 5 elemen yang meliputi (1) Sejarah Suci, (2) Kitab Suci, (3) Keimanan, (4) Tata Ibadah, dan (5) Perilaku Junzi. Kelima elemen tersebut dicapai dengan kecakapan dalam pembinaan diri, empati, komunikasi, refleksi, berpikir kritis, kreatif dan kolaborasi Elemen-Elemen Mata Pelajaran Pendidikan Agama Khonghucu seperti berikut: Elemen Sejarah Suci Deskripsi Mengkaji secara kritis dan komprehensif tentang rentan waktu perjalanan sejarah Agama Khonghucu, mengenal hikayat tokoh-tokoh teladan dalam agama Khonghucu yaitu Nabi Kongzi dan Murid-muridnya, Para Raja Suci (Shen Ming) sebagai panutan untuk dapat dijadikan teladan dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari sebagai refleksi dan pengetahuan keteladanan tentang sejarah perilaku Cinta Kasih, Kebenaran, Kesusilaan, Kebijaksanaan dalam perjalanan sejarah agama Khonghucu. 102 Elemen Kitab Suci Keimanan Tata Ibadah Perilaku Junzi D. Deskripsi Mengkaji karakteristik dan makna yang terkandung dalam Kitab Suci agama Khonghucu yang terdiri dari Kitab Yang Pokok yaitu Kitab Sishu dan Kitab Yang Mendasari yaitu kitab Wujing sebagai fondasi dasar dalam perilaku Junzi. Sebagai pedoman dan anjuran tentang isi dari seluruh ajaran agama Khonghucu untuk dapat direfleksikan dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari agar menjadi pedoman hidup dalam menjalankan tugas-tugas kemanusian dalam hubungan dengan sesama manusia, alam semesta dan Pencipta. Peserta didik dapat meyakini dan memuliakan eksistensi Tian Tuhan Yang Maha Esa sebagai Pencipta Alam Semesta dan memahami fungsi manusia sebagai co creator yang memiliki keterbatasan untuk dapat mendalami dimensi spiritualitas tentang hubungan manusia dengan penciptanya. Meyakini tugas kenabian Nabi Kongzi sebagai pembimbing dan penyelamat manusia dimana manusia diharapkan dengan konsisten menjalankan semua saran dan nasehat Nabi Kongzi untuk berguna sebagai salah satu makhluk ciptaan Tuhan yang dapat berkontribusi pada keharmonisan dalam seluruh alam semesta dan meyakini peran serta Leluhur serta Para Suci (Shen Ming) sebagai representasi dari Sang pencipta yang wajib dimuliakan dan dihormati dalam dimensi spiritualitas segala perilaku tiap manusia. Sebagai wujud dari kesusilaan, pedoman melaksanakan tata ibadah cara keteraturan dalam ritual persembahyangan kepada Tian Tuhan YME, Nabi Kongzi dan Para Leluhur serta Para Suci (Shen Ming), sikap dalam bersembahyang, sikap tata cara menghormati sesama manusia, mengetahui dan memaknai pentingnya makna yang terkandung dalam setiap perayaan Hari Raya persembahyangan umat Khonghucu. Peserta didik dapat mengenali dirinya sendiri, sebagai individu, bagian dari masyarakat dan lingkungannya, sebagai warga negara Indonesia dan warga negara dunia. Sebuah perilaku menjadi manusia yang berbudi luhur yang menjunjung cinta kasih, kebenaran, kesusilaan, kebijaksanaan dan dapat dipercaya yaitu Lima Kebajikan (Wu Chang), Lima Hubungan Kemasyarakatan (Wu Lun) dan Delapan Kebajikan (Ba De) serta selalu berbakti kepada orang tua, keluarga, masyarakat, negara dan alam semesta, sikap yang selalu ingin belajar dari tempat rendah terus maju menuju jalan Suci (Dao), sikap tidak keluh gerutu kepada Tian serta sesal penyalahan terhadap sesama manusia dan alam semesta Capaian Pembelajaran Setiap Fase Mata Pelajaran Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti 1. Fase A (Umumnya untuk kelas I dan II SD/Program Paket A) Pada akhir Fase A, pelajar mengenali bahwa ilmu pendidikan agama Khonghucu digunakan untuk Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya sehingga memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi 103 dengan keluarga, teman, dan guru, serta memiliki kemampuan untuk menjaga diri sendiri. Dalam elemen Sejarah Suci, peserta didik menceritakan riwayat dan keluarga Nabi Kongzi, menceritakan keteladan Nabi Kongzi semasa kecil (rajin belajar, sikap hormat kepada Tian). Menceritakan kisah dan keteladanan Min Sun, mengemukakan nilai-nilai berkaitan dengan keteladanan Nabi Kongzi, mengetahui kisah keteladanan sifat solidaritas sesama sahabat dari tokoh agama Khonghucu yakni Guan Yu, dan memahami makna keteladanan sifat suka menolong dari tokoh agama Khonghucu yakni Sima Kuang. Pada elemen Kitab Suci, Peserta Didik mengenal ayat-ayat suci yang terdapat dalam kitab Bakti, Sishu dan Wujing yang berkaitan dengan Kisah Anak Berbakti dan mengenal ayat-ayat suci yang terdapat dalam kitab Sishu dan Wujing yang berkaitan dengan keteladanan Nabi Kongzi dan semangat belajar. Dalam elemen Keimanan, Peserta didik mengenal konsep Tian dalam agama Khonghucu, memahami bahwa manusia diciptakan Tian melalui kedua orang tua. mengetahui bahwa Nabi Kongzi adalah manusia pilihan Tian dan menyakini tanda-tanda gaib (Gan Sheng) menjelang kelahirannya, meyakini Kuasa Tian sebagai Pencipta, meyakini Nabi Kongzi mengemban tugas sebagai Genta Rohani Tuhan (Tian Zi Mu Duo) untuk menyadarkan umat manusia dengan prinsip Cinta Kasih, Kebenaran, Kesusilaan, Kebijaksanaan dan Dapat dipercaya, meyakini Para leluhur sebagai representasi dari Tian untuk kita melanjutkan dan menjaga cita-cita mulia mereka. Pada elemen Tata Ibadah, peserta didik menjelaskan sikap dalam berdoa (sikap Ba De) serta makna sembahyang dan berdoa, menyebutkan sembahyang dan berdoa kepada Tuhan, dan Nabi Kongzi, mempraktekkan doa sederhana dan bersembahyang kepada Tian, Nabi Kongzi, dan Leluhur, mengetahui fungsi dan macam-macam dupa (xiang), menyebutkan perlengkapan sembahyang di altar leluhur, dan mempraktikkan hormat dengan Bai (merangkap tangan), Ju Gong (membungkukkan badan), Gui (hormat dengan berlutut) sesuai dengan tingkatan dan keperluannya. Dan pada elemen Perilaku Junzi, peserta didik membiasakan berdoa pagi, sore, sebelum makan, dan menjelang tidur, menghormati orang tua sebagai wujud hormat kepada Tian, bersikap bakti sebagai wujud terima kasih kepada orang tua, membiasakan bersyukur dan berterima kasih terhadap pemberian yang diterima, membantu pekerjaan di rumah 104 sebagai wujud rasa bakti dan rasa terima kasih kepada orang tua, merawat tubuh dan memanfaatkan ciptaan Tian di lingkungan rumah/ sekolah, membiasakan bergaul dengan semua teman yang berbeda agama, suku di lingkungan sekolah, bertutur kata santun dan jujur serta peduli kepada orang tua, guru, saudara, dan teman, menunjukkan sikap mau mengalah (bagi yang lebih tua) dan membantu kepada saudara yang lebih tua, bersikap bakti kepada kakek & nenek sebagai wujud terima kasih kepada keluarga, bersikap hormat paman dan bibi sebagai keluarga ayah dan ibu serta saudara sepupu, dan memiliki tanggung jawab terhadap kebutuhan diri sendiri, dan membiasakan bersikap saling menghormati antar teman yang berbeda agama, suku dan antar golongan. Fase A berdasarkan Elemen: Elemen Capaian Pembelajaran Sejarah Suci Peserta didik menceritakan riwayat dan keluarga Nabi Kongzi, menceritakan keteladan Nabi Kongzi semasa kecil (rajin belajar, sikap hormat kepada Tian). Menceritakan kisah dan keteladanan Min Sun, mengemukakan nilai-nilai berkaitan dengan keteladanan Nabi Kongzi, mengetahui kisah keteladanan sifat solidaritas sesama sahabat dari tokoh agama Khonghucu yakni Guan Yu, memahami makna keteladanan sifat suka menolong dari tokoh agama Khonghucu yakni Sima Kuang. Kitab Suci Peserta didik mengenal ayat-ayat suci yang terdapat dalam kitab Bakti, Sishu dan Wujing yang berkaitan dengan Kisah Anak Berbakti dan mengenal ayat-ayat suci yang terdapat dalam kitab Sishu dan Wujing yang berkaitan dengan keteladanan Nabi Kongzi dan semangat belajar. Keimanan Peserta didik mengenal konsep Tian dalam agama Khonghucu, memahami bahwa manusia diciptakan Tian melalui kedua orang tua. mengetahui bahwa Nabi Kongzi adalah manusia pilihan Tian dan menyakini tanda-tanda gaib (Gan Sheng) menjelang kelahirannya, meyakini Kuasa Tian sebagai Pencipta, meyakini Nabi Kongzi mengemban tugas sebagai Genta Rohani Tuhan (Tian Zi Mu Duo) untuk menyadarkan umat manusia dengan prinsip Cinta Kasih, Kebenaran, Kesusilaan, Kebijaksanaan dan Dapat dipercaya, meyakini Para leluhur sebagai representasi dari Tian untuk kita melanjutkan dan menjaga cita-cita mulia mereka. Tata Ibadah Peserta didik menjelaskan sikap dalam berdoa (sikap Ba De) serta makna sembahyang dan berdoa, menyebutkan sembahyang dan berdoa kepada Tuhan, dan Nabi Kongzi, mempraktekkan doa sederhana dan bersembahyang kepada Tian, Nabi Kongzi, dan Leluhur, mengetahui fungsi dan macam-macam dupa (xiang), menyebutkan perlengkapan sembahyang di altar 105 Elemen Capaian Pembelajaran leluhur, mempraktikkan hormat dengan Bai (merangkap tangan), Ju Gong (membungkukkan badan), Gui (hormat dengan berlutut) sesuai dengan tingkatan dan keperluannya Perilaku Junzi Peserta didik mampu membiasakan berdoa pagi, sore, sebelum makan, dan menjelang tidur, menghormati orang tua sebagai wujud hormat kepada Tian, bersikap bakti sebagai wujud terima kasih kepada orang tua, membiasakan bersyukur dan berterima kasih terhadap pemberian yang diterima, membantu pekerjaan di rumah sebagai wujud rasa bakti dan rasa terima kasih kepada orang tua, merawat tubuh dan memanfaatkan ciptaan Tian di lingkungan rumah/ sekolah, membiasakan bergaul dengan semua teman yang berbeda agama, suku di lingkungan sekolah, bertutur kata santun dan jujur serta peduli kepada orang tua, guru, saudara, dan teman, menunjukkan sikap mau mengalah (bagi yang lebih tua) dan membantu kepada saudara yang lebih tua, bersikap bakti kepada kakek & nenek sebagai wujud terima kasih kepada keluarga, bersikap hormat paman dan bibi sebagai keluarga ayah dan ibu serta saudara sepupu, memiliki tanggung jawab terhadap kebutuhan diri sendiri, dan membiasakan bersikap saling menghormati antar teman yang berbeda agama, suku dan antar golongan. 2. Fase B (Umumnya untuk kelas III dan IV SD/Program Paket A) Pada akhir Fase B, Pelajar membiasakan menjalankan ajaran agama yang dianutnya serta mulai mempelajari pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat, membaca, dan menanya) berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan di sekolah. Dalam elemen Sejarah Suci, peserta didik mempelajari kisah keteladanan dan prinsip-prinsip moral yang ditegakkan kembali oleh Mengzi tentang Watak Sejati (Xing), mengenal murid utama Nabi Kongzi (Yan Hui, Zi Lu, Zi Gong, Zeng Zi) dan keteladanny, menceritakan riwayat Nabi Kongzi sebagai Tianzhi Muduo, menelusuri pengembaraan Nabi Kongzi selama 13 tahun, mengetahui Zhuxi sebagai penyusun kitab Sishu, menceritakan kisah Ibunda nabi Kongzi, menceritakan kisah kebijaksanaan tiga ibunda agung (ibu Mengzi, ibu Ouyang Xiu, ibu Yue Fei), dan mempraktekkan hikmah nasehat cerita tiga ibunda agung dalam keseharian. Pada elemen Kitab Suci, peserta didik kesukaan yang membawa faedah dan tiga kesukaan yang membawa celaka yang terdapat dalam kitab Sishu dan Wujing, menyebutkan bagian-bagian kitab suci yang pokok (Sishu) dan yang 106 mendasari (Wujing), dan memilih salah satu ayat dalam kitab Sishu yang berkaitan dengan Ba De. Dalam elemen Keimanan, peserta didik meyakini makna ritual persembahyangan sebagai cara untuk memuliakan Tuhan, Nabi Kongzi, Para Leluhur, meyakini tanda-tanda khusus menjelang wafat Nabi Kongzi, menyebutkan poin-poin delapan keimanan (Ba Cheng Zhen Gui), memahami cita-cita mulia Nabi Kongzi, meneladani semangat belajar Nabi Kongzi, menelusuri pengembaraan Nabi Kongzi, dan meyakini bahwa Nabi Kongzi adalah utusan Tian (Genta Rohani Tian/Mu Duo Tian). Pada elemen Tata Ibadah, peserta didik menyusun peralatan dan perlengkapan sembahyang di altar leluhur, mengenal perlengkapan yang ada pada altar leluhur, mempraktikan cara menancapkan dupa dalam bersembahyang kepada Tian, Nabi, dan leluhur, menunjukan sikap tangan Bao Xin Ba De, mengikuti kebaktian di Litang/ Miao/ Kelenteng, dan menjelaskan urutan pelaksanaan kebaktian di Litang. Dan pada elemen Perilaku Junzi, peserta didik meneladani perilaku kebajikan luhur Nabi Kongzi, meneladani perilaku luhur murid-murid Nabi Kongzi, membiasakan diri sikap menghargai waktu, menunjukkan sikap lembut dan penuh perhitungan, menunjukan sikap saling mengasihi sesama manusia sesuai prinsip yang diajarkan Nabi Kongzi bahwa Semua Manusia di Dunia adalah Saudara, menunjukkan perilaku sesuai dengan Delapan Kebajikan (Ba De), menunjukkan sikap mudah bergaul dan berkawan dengan para sahabat yang membawa faedah yang berada di lingkungan sekolah, tetangga dan lainnya tanpa memandang suku, ras, agama dan golongan, dan menunjukkan semangat introspeksi dan mau segera mengakui kesalahan serta memperbaiki diri. Fase B berdasarkan Elemen: Elemen Sejarah Suci Capaian Pembelajaran Peserta didik mempelajari kisah keteladanan dan prinsip-prinsip moral yang ditegakkan kembali oleh Mengzi tentang Watak Sejati (Xing), mengenal murid utama Nabi Kongzi (Yan Hui, Zi Lu, Zi Gong, Zeng Zi) dan keteladanny, menceritakan riwayat Nabi Kongzi sebagai Tianzhi Muduo, menelusuri pengembaraan Nabi Kongzi selama 13 tahun, mengetahui Zhuxi sebagai penyusun kitab Sishu, menceritakan kisah Ibunda nabi Kongzi, menceritakan kisah kebijaksanaan tiga ibunda agung (ibu Mengzi, ibu Ouyang Xiu, ibu Yue Fei), mempraktekkan hikmah nasehat cerita tiga ibunda agung dalam keseharian. 107 Elemen Capaian Pembelajaran Kitab Suci Peserta didik menyebutkan tiga kesukaan yang membawa faedah dan tiga kesukaan yang membawa celaka yang terdapat dalam kitab Sishu dan Wujing, menyebutkan bagian-bagian kitab suci yang pokok (Sishu) dan yang mendasari (Wujing), memilih salah satu ayat dalam kitab Sishu yang berkaitan dengan Ba De. Keimanan Peserta didik meyakini makna ritual persembahyangan sebagai cara untuk memuliakan Tuhan, Nabi Kongzi, Para Leluhur, meyakini tanda-tanda khusus menjelang wafat Nabi Kongzi, menyebutkan poin-poin delapan keimanan (Ba Cheng Zhen Gui), memahami cita-cita mulia Nabi Kongzi, meneladani semangat belajar Nabi Kongzi, menelusuri pengembaraan Nabi Kongzi, meyakini bahwa Nabi Kongzi adalah utusan Tian (Genta Rohani Tian/Mu Duo Tian). Tata Ibadah Peserta didik menyusun peralatan dan perlengkapan sembahyang di altar leluhur, mengenal perlengkapan yang ada pada altar leluhur, mempraktikan cara menancapkan dupa dalam bersembahyang kepada Tian, Nabi, dan leluhur, menunjukan sikap tangan Bao Xin Ba De, mengikuti kebaktian di Litang/ Miao/ Kelenteng, menjelaskan urutan pelaksanaan kebaktian di Litang. Perilaku Junzi Peserta didik meneladani perilaku kebajikan luhur Nabi Kongzi, meneladani perilaku luhur murid-murid Nabi Kongzi, membiasakan diri sikap menghargai waktu, menunjukkan sikap lembut dan penuh perhitungan, menunjukan sikap saling mengasihi sesama manusia sesuai prinsip yang diajarkan Nabi Kongzi bahwa Semua Manusia di Dunia adalah Saudara, menunjukkan perilaku sesuai dengan Delapan Kebajikan (Ba De), menunjukkan sikap mudah bergaul dan berkawan dengan para sahabat yang membawa faedah yang berada di lingkungan sekolah, tetangga dan lainnya tanpa memandang suku, ras, agama dan golongan, dan menunjukkan semangat introspeksi dan mau segera mengakui kesalahan serta memperbaiki diri. 3. Fase C (Umumnya untuk kelas V dan VI SD/Program Paket A) Pada akhir Fase C, Pelajar memahami dan menerapkan pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat, membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan di sekolah. Pelajar menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman, berakhlak mulia dan toleran terhadap perbedaan. Dalam elemen Sejarah Suci, peserta didik meyakini Wahyu Tian yang diterima oleh para Nabi dan raja suci, menceritakan kisah nabi purba dan raja suci penerima wahyu Tian 108 dan karya-karya yang ditemukannya, menjelaskan sejarah perkembangan agama Khonghucu di Indonesia sejak lahirnya Tionghoa Hwe Koan sebagai organisasi/kelembagaan Khonghucu di Indonesia sampai dengan sejarah perkembangan organisasi MATAKIN di Indonesia, mengenal tokoh-tokoh agama Khonghucu: Dong Zhong Shu serta sumbangsih pemikirannya, dan menjelaskan sejarah dan makna Salam Kebajikan Wei De Dong Tian dan Xian You Yi De. Pada elemen Kitab Suci, peserta didik menemukan ayat-ayat dalam kitab Sishu yang menjelaskan Nabi sebagai Mu Duo Tian, menerapkan ayat ‘di empat penjuru lautan semua saudara’ dalam pergaulan dengan teman lintas agama dan suku, menemukan ayat suci dalam kitab Sishu dan Wujing yang berkaitan dengan rasa cinta tanah air, dan menjelaskan ayat suci tentang Si Wu (Empat Pantangan). Dalam elemen Keimanan, peserta didik meyakini bahwa sembahyang adalah pokok dari agama, meyakini keimanan dalam agama Khonghucu baik dari arti iman berdasarkan karakter huruf maupun pengakuan iman yang pokok umat Khonghucu (Cheng Xin Zhi Zhi), meyakini Hukum Yin Yang sebagai dasar hukum alam semesta, menjelaskan konsep Tiga Dasar Kenyataan (San Cai) Tian, Di, Ren, meyakini sifat-sifat Tian yang Yuan, Heng, Li, Zhen, meyakini Salam Kebajikan Wei De Dong Tian dan Xian You Yi De sebagai salam yang diperkenankan Tuhan, dan meyakini dengan bersembahyang maka akan mendapatkan berkah dari Tuhan dan Para Leluhur. Pada elemen Tata Ibadah, peserta didik menjelaskan hari raya/sembahyang persembahyangan agama kepada Tian Khonghucu dan Leluhur dan (Qing nilai-nilai Ming, hari persaudaraan, Xin Chun/tahun baru Yinli, Jing Tian Gong, Duan Yang, Dongzhi, Zhong Qiu. mengidentifikasi berbagai perlengkapan sembahyang di altar Nabi Kongzi, menyusun perlengkapan (piranti) pada altar Nabi Kongzi pada saat kebaktian di Litang/Miao, melakukan sembahyang memuliakan Para Shen Ming di Miao/Kelenteng, mempraktekan cara membersihkan peralatan sembahyang dengan baik dan benar, menjelaskan waktu persembahyangan sesuai dengan peredaran musim, dan menjelaskan Makna Hari Wafat Nabi Kongzi. Dan pada elemen Perilaku Junzi, peserta didik menunjukkan sikap mencintai sesama manusia dan seluruh makhluk ciptaan Tuhan, menunjukkan pribadi yang luhur yang cinta tanah air sesuai prinsip dimana kita hidup di situ kita wajib mengabdi, menunjukan sikap 109 kompak dan saling mendukung tanpa memandang latar belakang agama, suku, golongan sesuai prinsip ‘Apabila diri sendiri ingin maju maka bantulah orang lain untuk maju’, menunjukkan sikap mencintai sesama, menunjukkan sikap hidup tepa salira dan harmonis sebagai cara menempuh jalan suci di dunia, menunjukkan cara praktik belajar dengan berdiskusi dan menghargai pendapat orang lain sesuai prinsip pengajaran yang dilakukan oleh Nabi Kongzi dengan murid-muridnya, menunjukkan sikap semangat belajar tidak merasa jemu dan mengajar tidak merasa lelah, melakukan kegiatan atau membuat karya terkait dengan kebersihan lingkungan, pelestarian alam dengan teman yang berbeda agama, kunjungan ketempat ibadah agama lain sebagai wujud syukur dan bakti kepada San Cai, dan mempraktekkan salah satu prinsip Si Wu dari Wu Lun dalam keseharian. Fase C berdasarkan Elemen: Elemen Capaian Pembelajaran Sejarah Suci Peserta didik meyakini Wahyu Tian yang diterima oleh para Nabi dan raja suci, menceritakan kisah nabi purba dan raja suci penerima wahyu Tian dan karya-karya yang ditemukannya, menjelaskan sejarah perkembangan agama Khonghucu di Indonesia sejak lahirnya Tionghoa Hwe Koan sebagai organisasi/kelembagaan Khonghucu di Indonesia sampai dengan sejarah perkembangan organisasi MATAKIN di Indonesia, mengenal tokoh-tokoh agama Khonghucu: Dong Zhong Shu serta sumbangsih pemikirannya, dan menjelaskan sejarah dan makna Salam Kebajikan Wei De Dong Tian dan Xian You Yi De. Kitab Suci Peserta didik menemukan ayat-ayat dalam kitab Sishu yang menjelaskan Nabi sebagai Mu Duo Tian, menerapkan ayat ‘di empat penjuru lautan semua saudara’ dalam pergaulan dengan teman lintas agama dan suku, menemukan ayat suci dalam kitab Sishu dan Wujing yang berkaitan dengan rasa cinta tanah air, dan menjelaskan ayat suci tentang Si Wu (Empat Pantangan). Keimanan Peserta didik meyakini bahwa sembahyang adalah pokok dari agama, meyakini keimanan dalam agama Khonghucu baik dari arti iman berdasarkan karakter huruf maupun pengakuan iman yang pokok umat Khonghucu (Cheng Xin Zhi Zhi), meyakini Hukum Yin Yang sebagai dasar hukum alam semesta, menjelaskan konsep Tiga Dasar Kenyataan (San Cai) Tian, Di, Ren, meyakini sifat-sifat Tian yang Yuan, Heng, Li, Zhen, meyakini Salam Kebajikan Wei De Dong Tian dan Xian You Yi De sebagai salam yang diperkenankan Tuhan, dan meyakini dengan bersembahyang maka akan mendapatkan berkah dari Tuhan dan Para Leluhur Tata Ibadah Peserta didik menjelaskan hari raya/sembahyang agama Khonghucu dan nilai-nilai persembahyangan kepada 110 Elemen Capaian Pembelajaran Tian dan Leluhur (Qing Ming, hari persaudaraan, Xin Chun/tahun baru Yinli, Jing Tian Gong, Duan Yang, Dongzhi, Zhong Qiu. mengidentifikasi berbagai perlengkapan sembahyang di altar Nabi Kongzi, menyusun perlengkapan (piranti) pada altar Nabi Kongzi pada saat kebaktian di Litang/Miao, melakukan sembahyang memuliakan Para Shen Ming di Miao/Kelenteng, mempraktekan cara membersihkan peralatan sembahyang dengan baik dan benar, menjelaskan waktu persembahyangan sesuai dengan peredaran musim, dan menjelaskan Makna Hari Wafat Nabi Kongzi Perilaku Junzi Peserta didik menunjukkan sikap mencintai sesama manusia dan seluruh makhluk ciptaan Tuhan, menunjukkan pribadi yang luhur yang cinta tanah air sesuai prinsip dimana kita hidup di situ kita wajib mengabdi, menunjukan sikap kompak dan saling mendukung tanpa memandang latar belakang agama, suku, golongan sesuai prinsip ‘Apabila diri sendiri ingin maju maka bantulah orang lain untuk maju’, menunjukkan sikap mencintai sesama, menunjukkan sikap hidup tepa salira dan harmonis sebagai cara menempuh jalan suci di dunia, menunjukkan cara praktik belajar dengan berdiskusi dan menghargai pendapat orang lain sesuai prinsip pengajaran yang dilakukan oleh Nabi Kongzi dengan murid-muridnya, menunjukkan sikap semangat belajar tidak merasa jemu dan mengajar tidak merasa lelah, melakukan kegiatan atau membuat karya terkait dengan kebersihan lingkungan, pelestarian alam dengan teman yang berbeda agama, kunjungan ketempat ibadah agama lain sebagai wujud syukur dan bakti kepada San Cai, dan mempraktekkan salah satu prinsip Si Wu dari Wu Lun dalam keseharian. 4. Fase D (Umumnya untuk kelas VII, VIII dan IX SMP/Program Paket B) Pada akhir Fase D, pelajar mampu menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya terhadap lingkungan sosial, dan alam sekitar.Pelajar memiliki sikap tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan sosial dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan berperan aktif dalam menjaga kelestarian alam. Dalam elemen Sejarah Suci, peserta didik menghayati Nabi Kongzi sebagai Tian Zhi Muduo, membuat peta perjalanan Nabi Kongzi dalam pengembaraannya sebagai Tian Zi Mu Duo, mendiskusikan sikap dan perilaku Nabi Kongzi untuk menerapkan dalam kehidupan sehari-hari, menceritakan kisah Min Ziqian, menemukan makna tersirat dari rangkaian turunnya wahyu 111 dalam agama Khonghucu, menganalisis peta dan rangkuman sikap dan kebijaksanaan Nabi Kongzi dalam pengembaraan-nya sebagai Tian Zi Mu Duo, menelaah Kisah Zhuxi Menelaah kisah raja Zhou Gong Dan, mengenal Kisah Raja Cheng Tang, mengenal Kisah keteladanan Jenderal Yue Fei dalam sosok patriotisme dan cinta negara, Dan menceritakan fase-fase kehidupan Nabi Kongzi. Pada elemen Kitab Suci, peserta didik menyebutkan ayat suci yang terdapat dalam kitab Sishu yang berkaitan dengan Tian Zi Mu Duo, menemukan ayat dalam kitab Wujing yang berkaitan dengan Upacara Persembahyangan, membuat Struktur skematik isi kitab Sishu dan Wujing, mengkorelasikan secara garis besar bagian kitab Sishu dan kitab Xiao Jing, menemukan ayat suci yang terdapat dalam kitab Wujing (Liji) tentang persembahyangan kepada Tian, dan menemukan ayat suci dalam kitab Sishu yang berkaitan dengan upacara Li Yuan. Dalam elemen Keimanan, peserta didik meyakini ajaran agama sebagai pembimbing hidup menempuh Jalan suci, meyakini ajaran Khonghucu adalah wahyu Tian yang diturunkan melalui para nabi, menghayati makna dan nilai-nilai agama bagi kehidupan manusia, memahami keimanan yang pokok (Chen Xin Zhi Zhi), menganalisis Pengakuan Iman Yang Pokok (Chen Xin Zhi Zhi) dalam perilaku sehari-hari, menganalisis bahwa benih-benih kebajikan watak sejati (Xing) dalam diri manusia adalah Firman Tian, menegaskan makna bakti kepada orang tua adalah jalan untuk sujud dan taat kepada Tian. meyakini bahwa hidup menempuh jalan suci itulah yang diridhoi oleh Tuhan, meyakini bahwa melakukan sembahyang kepada Tian dan Nabi Kongzi merupakan kewajiban pokok yang harus selalu dilakukan dengan rutin, dan menghafal dan menghayati Pengakuan Iman sebagai kalimat yang wajib diingat dan di laksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Pada elemen Tata Ibadah, peserta didik menjelaskan definisi, makna, fungsi, dan tujuan upacara persembahyangan dalam pengajaran agama, Rutin melaksanakan kebaktian di Lithang/Miao sebagai bentuk kewajiban terhadap agama yang diimani, mengenal macam-macam tempattempat ibadah umat Khonghucu, mempraktikan cara bersujud kepada Tian, menguraikan tata cara bersalam dan menghormat, menganalisis dupa (Xiang) dan Meja Abu (altar) Leluhur, memaksimalkan praktek upacara sembahyang kepada leluhur, menguraikan penggunaan dupa dalam sembahyang kepada Tuhan setiap pagi dan sore, menganalisis 112 upacara sembahyang kepada Nabi Kongzi, mengenal upacara sembahyang kepada Tian, mengenal macam-macam upacara Li Yuan, memahami makna dan manfaat kebaktian bagi diri sendiri dan umat, mengenal upacara kepada Para Suci. Dan pada elemen Perilaku Junzi, peserta didik mengamalkan keimanan yang pokok, mempraktikkan sikap hati-hati, sungguh-sungguh, rendah hati, sederhana dan suka mengalah terhadap teman di lingkungan sekolah tanpa memandang suku dan agama, berpartisipasi aktif dalam kegiatan lintas agama sebagai bentuk syukur dan terima kasih atas kebijakan pemerintah yang memberikan pelayanan yang setara dengan agama lain, memahami ciri-ciri karakter dan perilaku Junzi, mempraktekkan Pokok-pokok ajaran moral agama Khonghucu, mempraktekan poinpoin delapan kebajikan (Ba De), melakukan kunjungan ke tempat ibadah agama lain sebagai bentuk persaudaraan terhadap sesama, menganalisis makna Kebajikan (De), menetapkan jadual kegiatan belajar dan menjalankannya dengan konsisten, menghayati pentingnya pembinaan diri sebagai kewajiban pokok, menunjukkan sikap bakti (Xiao) kepada Tuhan, Alam, dan orang tua, menunjukkan sikap hidup rukun dan toleran antar sesama umat beragama, mempraktikkan sikap mengasihi sesama manusia dan usaha berhenti pada puncak kebaikan dari salah-satu predikat yang disandang, dan mempraktikkan hormat dan patuh kepada orang tua di rumah sebagai bentuk perilaku bakti. Fase D berdasarkan Elemen: Elemen Capaian Pembelajaran Sejarah Suci Peserta didik menghayati Nabi Kongzi sebagai Tian Zhi Muduo, membuat peta perjalanan Nabi Kongzi dalam pengembaraannya sebagai Tian Zhi Mu Duo, mendiskusikan sikap dan perilaku Nabi Kongzi untuk menerapkan dalam kehidupan sehari-hari, menceritakan kisah Min Ziqian, menemukan makna tersirat dari rangkaian turunnya wahyu dalam agama Khonghucu, menganalisis peta dan rangkuman sikap dan kebijaksanaan Nabi Kongzi dalam pengembaraannya sebagai Tian Zhi Mu Duo, menelaah Kisah Zhuxi Menelaah kisah raja Zhou Gong Dan, mengenal Kisah Raja Cheng Tang, mengenal Kisah keteladanan Jenderal Yue Fei dalam sosok patriotisme dan cinta negara, Dan menceritakan fase-fase kehidupan Nabi Kongzi. Kitab Suci Peserta didik menyebutkan ayat suci yang terdapat dalam kitab Sishu yang berkaitan dengan Tian Zhi Mu Duo, menemukan ayat dalam kitab Wujing yang berkaitan dengan Upacara Persembahyangan, membuat 113 Elemen Capaian Pembelajaran Struktur skematik isi kitab Sishu dan Wujing, mengkorelasikan secara garis besar bagian kitab Sishu dan kitab Xiao Jing, menemukan ayat suci yang terdapat dalam kitab Wujing (Liji) tentang persembahyangan kepada Tian, dan menemukan ayat suci dalam kitab Sishu yang berkaitan dengan upacara Li Yuan. Keimanan Peserta didik meyakini ajaran agama sebagai pembimbing hidup menempuh Jalan suci, meyakini ajaran Khonghucu adalah wahyu Tian yang diturunkan melalui para nabi, menghayati makna dan nilai-nilai agama bagi kehidupan manusia, memahami keimanan yang pokok (Chen Xin Zhi Zhi), menganalisis Pengakuan Iman Yang Pokok (Chen Xin Zhi Zhi) dalam perilaku sehari-hari, menganalisis bahwa benih-benih kebajikan watak sejati (Xing) dalam diri manusia adalah Firman Tian, menegaskan makna bakti kepada orang tua adalah jalan untuk sujud dan taat kepada Tian. meyakini bahwa hidup menempuh jalan suci itulah yang diridhoi oleh Tuhan, meyakini bahwa melakukan sembahyang kepada Tian dan Nabi Kongzi merupakan kewajiban pokok yang harus selalu dilakukan dengan rutin, dan menghafal dan menghayati Pengakuan Iman sebagai kalimat yang wajib diingat dan di laksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Tata Ibadah Peserta didik menjelaskan definisi, makna, fungsi, dan tujuan upacara persembahyangan dalam pengajaran agama, Rutin melaksanakan kebaktian di Lithang/Miao sebagai bentuk kewajiban terhadap agama yang diimani, mengenal macam-macam tempat-tempat ibadah umat Khonghucu, mempraktikan cara bersujud kepada Tian, menguraikan tata cara bersalam dan menghormat, menganalisis dupa (Xiang) dan Meja Abu (altar) Leluhur, memaksimalkan praktek upacara sembahyang kepada leluhur, menguraikan penggunaan dupa dalam sembahyang kepada Tuhan setiap pagi dan sore, menganalisis upacara sembahyang kepada Nabi Kongzi, mengenal upacara sembahyang kepada Tian, mengenal macam-macam upacara Li Yuan, memahami makna dan manfaat kebaktian bagi diri sendiri dan umat, mengenal upacara kepada Para Suci. Perilaku Junzi Peserta didik mengamalkan keimanan yang pokok, mempraktikkan sikap hati-hati, sungguh-sungguh, rendah hati, sederhana dan suka mengalah terhadap teman di lingkungan sekolah tanpa memandang suku dan agama, berpartisipasi aktif dalam kegiatan lintas agama sebagai bentuk syukur dan terima kasih atas kebijakan pemerintah yang memberikan pelayanan yang setara dengan agama lain, memahami ciri-ciri karakter dan perilaku Junzi, mempraktekkan Pokok-pokok ajaran moral agama Khonghucu, mempraktekan poinpoin delapan kebajikan (Ba De), melakukan kunjungan ke tempat ibadah agama lain sebagai bentuk persaudaraan terhadap sesama, menganalisis makna Kebajikan (De), menetapkan jadual kegiatan belajar dan menjalankannya dengan konsisten, menghayati pentingnya pembinaan diri sebagai kewajiban pokok, menunjukkan sikap bakti (Xiao) kepada Tuhan, Alam, 114 Elemen Capaian Pembelajaran dan orang tua, menunjukkan sikap hidup rukun dan toleran antar sesama umat beragama, mempraktikkan sikap mengasihi sesama manusia dan usaha berhenti pada puncak kebaikan dari salah-satu predikat yang disandang, dan mempraktikkan hormat dan patuh kepada orang tua di rumah sebagai bentuk perilaku bakti. 5. Fase E (Umumnya untuk kelas X SMA/Program Paket C) Pada akhir Fase E, pelajar memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual, metakognitif berdasarkan rasa konseptual, ingin prosedural, dan tentang ilmu tahunya pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah, mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan. Dalam elemen Sejarah Suci, peserta didik menganalisis karya dan nilai keteladanan para Nabi dan Raja Suci, menganalisis sejarah masuknya agama Khonghucu, perkembangan, dan eksistensi agama Khonghucu di Indonesia, dan menceritakan kisah hidup Zilu, Zigong, dan Gong Ye Chang. Pada elemen Kitab Suci, peserta didik mengidentifikasi fase perkembagan kitab-kita suci agama Khonghucu dan menidentifikasi bagian-bagian kitab Wujing. Dalam elemen Keimanan, peserta didik meyakini kebesaran (jalan suci) Tian, dan kekuasaan (hukum suci) Tuhan, menganalisis kebesaran dan kekuasaan Tian atas hidup dan kehidupan di dunia ini, menghayati makna diturunkannya wahyu Tuhan bagi agama Khonghucu, dan mengidentifikasi konsep dasar dan prinsip-prinsip Yin Yang. Pada elemen Tata Ibadah, peserta didik menganalisisis hakikat dan makna ibadah dan menerapkan persembahyangan kepada Tian. Dan pada elemen Perilaku Junzi, peserta didik menunjukkan sikap toleran dalam kehidupan bermasyarakat dan beragama, menganalisis perbedaan dan pentingnya kerukunan antar umat beragama, dan hidup harmonis dengan sesama, dan mengidentifikasi hakikat dan sifat dasar manusia. Fase E berdasarkan Elemen: 115 Capaian Pembelajaran Elemen Sejarah Suci Peserta didik menganalisis karya dan nilai keteladanan para Nabi dan Raja Suci, menganalisis sejarah masuknya agama Khonghucu, perkembangan, dan eksistensi agama Khonghucu di Indonesia, dan menceritakan kisah hidup Zilu, Zigong, dan Gong Ye Chang. Kitab Suci Peserta didik mengidentifikasi fase perkembagan kitab-kita suci agama Khonghucu dan menidentifikasi bagian-bagian kitab Wujing. Keimanan Peserta didik meyakini kebesaran (jalan suci) Tian, dan kekuasaan (hukum suci) Tuhan, menganalisis kebesaran dan kekuasaan Tian atas hidup dan kehidupan di dunia ini, menghayati makna diturunkannya wahyu Tuhan bagi agama Khonghucu, dan mengidentifikasi konsep dasar dan prinsip-prinsip Yin Yang. Tata Ibadah Peserta didik menganalisisis hakikat dan makna ibadah dan menerapkan persembahyangan kepada Tian. Perilaku Junzi Peserta didik menunjukkan sikap toleran dalam kehidupan bermasyarakat dan beragama, menganalisis perbedaan dan pentingnya kerukunan antar umat beragama, dan hidup harmonis dengan sesama, dan mengidentifikasi hakikat dan sifat dasar manusia. 6. Fase F (Umumnya untuk kelas XI dan XII SMA/Program Paket C) Pada akhir Fase F, pelajar memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi metakognitif pengetahuan berdasarkan faktual, rasa konseptual, ingin tahunya prosedural, tentang dan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah, mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan, serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. Dalam elemen Sejarah Suci, peserta didik memperjelas Nabi Kongzi sebagai Tian Zhi Mu Duo, mengamalkan prinsip-prinsip moral yang diajarkan Mengzi, memperjelas peta sejarahperkembangan agama Khonghucu pada 116 zaman Neo Confucianism, memperjelas Kisah Raja Suci Yao dan Shun, menganalisis situs sejarah agama Khonghucu di Indonesia dan Tiongkok, mengaitkan kontribusi sejarah ajaran Khonghucu pada perdamaian dunia, menganalisis kisah Nabi Yiyin, menganalisis jabatan yang pernah diemban oleh Nabi Kongzi pada zaman Chunqiu. Pada elemen Kitab Suci, peserta didik memilih seluruh ayat yang terdapat dalam kitab Sishu yang berkaitan dengan Lima Kebajikan, memilih seluruh ayat yang terdapat dalam kitab Wujing yang berkaitan dengan Lima Hubungan Kemasyarakatan, mengamalkan kitab suci yang pokok (Sishu) dan kitab suci yang mendasari (Wujing), menganalisis seluruh ayat suci yang terdapat dalam kitab Sishu yang berkaitan dengan cita-cita Nabi Kongzi dan Masyarakat Kebersamaan Agung (Da Tong). Dalam elemen Keimanan, peserta didik meyakini persembahyangan kepada Tian, meyakini persembahyangan kepada Nabi Kongzi, meyakini persembahyangan kepada leluhur, mengamalkan sikap hidup Zhong Shu, menghayati sikap dan karakter Junzi sebagai pedoman hidup di dunia, dan menghayati bahwa manusia sebagai co creator yang diciptakan oleh Tian untuk membantu mengharmoniskan seluruh alam semesta. Pada elemen Tata Ibadah, peserta didik menampilkan upacara-upacara persembahyangan kepada leluhur, menampilkan upacara (sembahyang) kepada para Suci (Shen Ming), memperjelas upacara persembahyangan kepada Tian, Nabi dan leluhur, dan menganalisis makna agamis Xin Chun (tahun baru Kongzi-li) serta kaitannya dengan tradisi dan budaya. menetapkan makna dan kategori seluruh ritual persembahyangan agama Khonghucu yang dilakukan dalam satu tahun membedakan atribut yang digunakan oleh rohaniwan Khonghucu dalam melakukan persembahyangan. Dan pada elemen Perilaku Junzi, peserta didik menampilkan perilaku hormat kepada orang tua sebagai bentuk laku bakti, memberikan sumbangan dana untuk bakti social bagi saudara sebangsa dan setanah air pada momentum Hari Persaudaraan, memperjelaskan nilai-nilai yang berkaitan dengan perilaku bakti kepada orang tua, menampilkan perilaku yang berlandaskan cintakasih dan kebenaran, menganalisis konsep pembinaan diri sebagai kewajiban pokok setiap manusia, membuktikan Xiao sebagai pokok kebajikan, mengevaluasi pentingnya pendidikan dan belajar bagi manusia dalam rangka menggenapi kodrat 117 suci kemanusiaannya, menganalisis makna sikap hidup ‘Tengah Sempurna’, mengaplikasikan sikap dan perilaku berlandaskan Zhong dan Shu, menghayati semangat suka belajar, dan mengaplikasikan konsep Masyarakat Kebersamaan Agung dengan komunitas Lintas Agama. Fase F berdasarkan Elemen: Elemen Capaian Pembelajaran Sejarah Suci Peserta didik memperjelas Nabi Kongzi sebagai Tian Zhi Mu Duo, mengamalkan prinsip-prinsip moral yang diajarkan Mengzi, memperjelas peta sejarah perkembangan agama Khonghucu pada zaman Neo Confucianism, memperjelas Kisah Raja Suci Yao dan Shun, menganalisis situs sejarah agama Khonghucu di Indonesia dan Tiongkok, mengaitkan kontribusi sejarah ajaran Khonghucu pada perdamaian dunia, menganalisis kisah Nabi Yiyin, menganalisis jabatan yang pernah diemban oleh Nabi Kongzi pada zaman Chunqiu. Kitab Suci Peserta didik memilih seluruh ayat yang terdapat dalam kitab Sishu yang berkaitan dengan Lima Kebajikan, memilih seluruh ayat yang terdapat dalam kitab Wujing yang berkaitan dengan Lima Hubungan Kemasyarakatan, mengamalkan kitab suci yang pokok (Sishu) dan kitab suci yang mendasari (Wujing), menganalisis seluruh ayat suci yang terdapat dalam kitab Sishu yang berkaitan dengan cita-cita Nabi Kongzi dan Masyarakat Kebersamaan Agung (Da Tong) Keimanan Peserta didik meyakini persembahyangan kepada Tian, meyakini persembahyangan kepada Nabi Kongzi, meyakini persembahyangan kepada leluhur, mengamalkan sikap hidup Zhong Shu, menghayati sikap dan karakter Junzi sebagai pedoman hidup di dunia, dan menghayati bahwa manusia sebagai co creator yang diciptakan oleh Tian untuk membantu mengharmoniskan seluruh alam semesta. Tata Ibadah Peserta didik menampilkan upacara-upacara persembahyangan kepada leluhur, menampilkan upacara (sembahyang) kepada para Suci (Shen Ming), memperjelas upacara persembahyangan kepada Tian, Nabi dan leluhur, dan menganalisis makna agamis Xin Chun (tahun baru Kongzi-li) serta kaitannya dengan tradisi dan budaya. menetapkan makna dan kategori seluruh ritual persembahyangan agama Khonghucu yang dilakukan dalam satu tahun membedakan atribut yang digunakan oleh rohaniwan Khonghucu dalam melakukan persembahyangan Perilaku Junzi Peserta didik menampilkan perilaku hormat kepada orang tua sebagai bentuk laku bakti, memberikan sumbangan dana untuk bakti social bagi saudara sebangsa dan setanah air pada momentum Hari Persaudaraan, memperjelaskan nilai-nilai yang berkaitan dengan perilaku bakti kepada orang tua, menampilkan perilaku yang berlandaskan cintakasih dan kebenaran, menganalisis konsep pembinaan diri 118 Elemen Capaian Pembelajaran sebagai kewajiban pokok setiap manusia, membuktikan Xiao sebagai pokok kebajikan, mengevaluasi pentingnya pendidikan dan belajar bagi manusia dalam rangka menggenapi kodrat suci kemanusiaannya, menganalisis makna sikap hidup ‘Tengah Sempurna’, mengaplikasikan sikap dan perilaku berlandaskan Zhong dan Shu, menghayati semangat suka belajar, dan mengaplikasikan konsep Masyarakat Kebersamaan Agung dengan komunitas Lintas Agama. 119 III.7. CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA DAN BUDI PEKERTI A. Rasional Mata Pelajaran Pendidikan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Budi Pekerti Negara Indonesia memiliki dasar negara dan landasan ideologi, yaitu Pancasila. Pancasila merupakan kristalisasi nilai-nilai budaya Bangsa Indonesia. Sila pertama yang menjiwai dan meliputi sila-sila dalam Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Perwujudan sila pertama itu di antaranya adalah Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa selanjutnya ditulis Kepercayaan. Kepercayaan itu merupakan salah satu modal dasar pembangunan nasional yang meyakini nilai-nilai budaya yang lahir dan rujukan pembentukan karakter bangsa Indonesia. Pentingnya pendidikan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa untuk menjawab tentang sejarah asal usul Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa (Bustami, 2017), makna dan tujuan utama kehidupan melalui budi pekerti (Sumiyati & Sumarwanto, 2017), dasarnya Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa (Hernandi, 2017), martabat spiritual, masalah larangan dan kewajiban, dan arti menjadi manusia. Pendidikan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa tentang budi pekerti meliputi budi pekerti kepada sesama makhluk, kepada masyarakat, kepada lingkungan, kepada bangsa dan negara, serta anjuran serta larangan. Sejarah Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa di Indonesia meliputi asal usul ajaran, perkembangan Penghayat, dan peran dan sumbangsih dalam perjuangan dan pergerakan nasional serta pembangunan nasional. Pelindungan, pelayanan, dan pembinaan negara terhadap Penghayat menjadi bagian penting materi sejarah. Martabat spiritual meliputi unsur-unsur dan bentuk martabat spiritual bidang filsafat, seni, arsitektur, dan ekspresi budaya spiritual. Pendidikan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa berkontribusi dalam mempromosikan rasa saling menghormati dan toleransi dalam masyarakat beragam. Pendidikan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa ini juga menawarkan untuk refleksi pribadi untuk perkembangan membangun spiritual keindonesiaan nusantara 120 (Basuki, sehingga 2005) dan memperdalam pemahaman tentang pentingnya nila-nilai kearifan lokal dalam kehidupan berbangsa dan bernegara pada situasi keberagaman global. B. Tujuan Mata Pelajaran Pendidikan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Budi Pekerti Mata Pelajaran Pendidikan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa bertujuan untuk memastikan peserta didik: 1. Memahami sejarah Kepercayaan terhadap Tuhan YME untuk mengetahui keteladanan tentang kejujuran (tokoh, sosok, panutan) mengenai perjuangan, pendidikan, dan kemanusiaan; 2. Memiliki kepedulian dalam berbagai persitiwa kehidupan baik lingkungan dan masyarakat di sekitarnya pada khususnya serta kehidupan berbangsa dan bernegara pada umumnya, bersikap disiplin dan bertanggung jawab terhadap tugas dan kewajiban yang diembannya serta memiliki sikap santun, pemaaf, adi luhung yang merupakan budaya asli pemahaman dari ajaran budi pekerti luhur; 3. Memiliki sikap toleransi terhadap sesama manusia untuk bisa menerima perbedaan pada masyarakat yang beragam baik secara lokal maupun global dengan cara menyampaikan pendapat secara santun dan menghargai serta mendengarkan pendapat yang berbeda sebagai bukti penumbuhan budi pekerti luhur serta pengembangan kedewasaan diri. 4. Meyakini adanya Tuhan dan Tuhan itu Maha Esa, meyakini kemahakuasaan Tuhan, mengenal dan mensyukuri karunia Tuhan berupa alam semesta beserta isinya yang merupakan ciptaan Tuhan. 5. Mencintai budaya spiritual nusantara dan kearifan lokal masingmasing daerah, serta mampu menunjukkan percaya diri sebagai pengemban ajaran Kepercayaan warisan leluhur yang proaktif mempromosikan penghargaan kebhinekaan dan keragaman global. 6. Menunjukkan perbuatan baik dan menjauhkan perbuatan buruk serta mampu menjelaskan pentingnya menunaikan kewajiban untuk senantiasa mendasarkan budi luhur dalam semua tindakan dan mencegah perbuatan buruk yang ada di rumah, sekolah, dan lingkungan sekitarnya. 121 C. Karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Budi Pekerti Mata pelajaran pendidikan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa digambarkan dalam 5 elemen pendidikan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang meliputi (1) Sejarah, (2) Keagungan Tuhan, (3) Budi pekerti, (4) Martabat spiritual, (5) Larangan dan kewajiban. Secara rinci elemen-elemen Mata Pelajaran Pendidikan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah sebagai berikut: Elemen Sejarah Keagungan Tuhan Budi Pekerti Martabat Spiritual Larangan dan Kewajiban Deskripsi Pada elemen ini, peserta didik peserta didik dapat menguraikan catatan perkembangan sejarah Kepercayaan terhadap Tuhan YME, serta mengambil nilai kebijaksanaan dan tauladan dari sejarah tokoh penghayat Kepercayaan, serta pelaku dan pejuang Kepercayaan Pada elemen ini, peserta diarahkan untuk Memahami kebesaran Tuhan Yang Maha Esa sehingga dapat menunjukkan sikap taat kepada Tuhan Yang Maha Esa bedasarkan pengamatan terhadap dirinya dan alam sekitar baik secara mandiri serta penuh percaya diri dan tanggung jawab dengan menjalankan prilaku perilaku hidup bersih dan sehat serta sikap santun dan menghargai sesama manusia. Selain itu peserta dididk dapa mengakui dan menerima adanya keterbatasan dalam diri manusia Pada elemen ini, peserta didik menunjukkan perilaku budi pekerti luhur dan keteladanan dengan cara menghayati peran serta dan sumbangsih penghayat Kepercayaan dalam kegiatan kemasyarakatan serta di kehidupan berbangsa dan bernegara. Pada elemen ini, peserta didik mempelajari keragaman budaya nusantara dan kearifan lokal, bentuk-bentuk ritual, serta menunjukkan sikap religius dengan kecerdasan spiritual. Pada elemen ini, peserta didik memahami pentingnya berbuat baik dan menghindari perbuatan buruk serta melaksanakan kewajiban dalam Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa D. Capaian Pembelajaran Setiap Fase 1. Fase A (Umumnya untuk kelas I dan II SD/Program Paket A) Peserta didik mampu menerima ajaran Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang ditunjukkan dengan budi pekerti luhur dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru dan tetangganya dengan cara mengenal dirinya dengan berbagai 122 aturan dalam ajaran Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa di keluarga, sekolah, dan lingkungan sekitarnya. Peserta didik juga dapat memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya sebagai makhluk ciptaan Tuhan dan benda-benda di sekitarnya baik di rumah maupun di sekolah sehingga menumbuhkan rasa syukur atas adanya kekuasaan dan keberadaan Tuhan. Selain itu peserta didik juga mampu memperlihatkan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dalam karya martabat spiritual dalam tindakan yang mencerminkan anak berperilaku budi pekerti luhur. Diakhir fase ini, peserta didik mampu menunjukkan fakta dan contoh konkret terkait fenomena dan kejadian tampak mata berdasarkan pengalamannya sehari-hari melaksanakan sikap budi pekerti luhur, rasa bersyukur kepada Tuhan, serta nilai-nilai kebaikan yang dibawa dari rumah yang diaplikasikan di lingkungan sekolah. Peserta didik juga mampu menunjukkan sikap budi pekerti luhur dalam lingkungan keluarga dan sekolah. Fase A Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Sejarah - Keagungan Tuhan Pada akhir Fase A, peserta didik dapat mengenal kebesaran Tuhan melalui pengamatan tubuh. Peserta didik dapat mengenal dan menunjukkan anggota tubuh, fungsi pancaindra agar dapat menjaga kebersihan merawat anggota tubuh sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa. Budi Pekerti Pada akhir Fase A, peserta didik dapat mengenal budi pekerti. Peserta didik mulai mengenal hingga menunjukkan sikap-sikap dalam budi pekerti dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru. Martabat Spiritual Pada akhir Fase A, peserta didik dapat mengenal rasa bersyukur atas karunia ciptaan Tuhan dengan cara mengeksplorasi kecintaanya kepada dirinya orang tua, teman, dan guru, sebagai bukti ciptaan-Nya dalam lingkungan yang beragam. Peserta didik juga dapat mengikuti kegiatan ritual di tempat/bangunan peribadatan untuk memahami kapasitas dirinya sebagai ciptaanNya yang patut disyukuri yang dapat berupa martabat spiritual. 123 Elemen Capaian Pembelajaran Larangan dan Kewajiban Pada akhir Fase A peserta didik dapat belajar menahan diri terhadap larangan-larangan yang terdapat di lingkungan keluarga, teman, dan guru. Peserta didik dapat menunjukkan kewajiban dirinya dalam lingkungan keluarga, guru, dan temannya. 2. Fase B (Umumnya untuk kelas III dan IV SD/Program Paket A) Peserta didik mampu menerima dan menjalankan ajaran Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang ditunjukkan dengan budi pekerti luhur dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru dan tetangganya dengan cara mengenal berbagai aturan dalam ajaran Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa di keluarga, sekolah, dan lingkungan sekitarnya. Peserta didik juga dapat memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan bertanya atas kesamaan dan perbedaan dirinya dengan orang lain atas dasar rasa ingin tahu tentang dirinya dan orang lain sebagai makhluk ciptaan Tuhan dan benda-benda di sekitarnya baik menumbuhkan keberadaan di rasa Tuhan. rumah maupun syukur Selain atas itu di sekolah adanya peserta sehingga kekuasaan didik juga dan mampu memperlihatkan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis dalam karya martabat spiritual dalam tindakan yang mencerminkan anak berperilaku budi pekerti luhur. Diakhir fase ini, peserta didik mampu menjelaskan dengan bernalar kritis sederhana hubungan fakta dan konsep terkait fenomena dan kejadian tampak mata berdasarkan pengalamannya sehari-hari melaksanakan sikap budi pekerti luhur, rasa bersyukur kepada Tuhan, serta nilai-nilai kebaikan yang dibawa dari rumah yang diaplikasikan di lingkungan sekolah. Peserta didik juga mampu menunjukkan sikap budi pekerti luhur dalam lingkungan keluarga dan sekolah serta memahami perbedaan dirinya dan orang lain dengan melakukan dialog antar Agama dan Kepercayaan. Fase B Berdasarkan Elemen Elemen Sejarah Capaian Pembelajaran Pada akhir Fase B, peserta didik dapat mengenal asal usul Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dengan cara mengenal ajaran 124 Elemen Capaian Pembelajaran Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa serta sejarah penyebaran Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa di Indonesia Keagungan Tuhan Pada akhir Fase B, peserta didik dapat menunjukkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa dengan cara menunjukkan cara manembah di lingkungan rumahnya. Peserta didik dapat mengenal dan mengikuti hari-hari besar Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Budi Pekerti Pada akhir Fase B, peserta didik dapat menunjukkan budi pekerti. Peserta didik mulai mengenal hingga menunjukkan sikap-sikap dalam budi pekerti dalam berinteraksi dengan keluarga, lingkungan sekitarnya, teman, dan guru serta berdialog antar Agama dan Kepercayaan Martabat Spiritual Pada akhir Fase B, peserta didik dapat menunjukkan rasa bersyukur atas karunia ciptaan Tuhan dengan cara mengeksplorasi kecintaanya kepada orang tua, teman, dan guru, bangsa dan negara serta alam sekitarnya sebagai bukti ciptaan-Nya dalam lingkungan yang beragam. Peserta didik juga dapat mengikuti kegiatan ritual di tempat/bangunan peribadatan untuk memahami kapasitas dirinya dan penghayat lainnya sebagai ciptaan-Nya yang patut disyukuri yang dapat berupa martabat spiritual. Larangan dan Kewajiban Pada akhir Fase B peserta didik dapat belajar menerima terhadap larangan-larangan yang terdapat di lingkungan keluarga, teman, dan guru. Peserta didik dapat menunjukkan kewajiban dirinya dalam lingkungan keluarga, guru, dan temannya. 3. Fase C (Umumnya untuk kelas V dan VI SD/Program Paket A) Peserta didik mampu menjalankan dan menghargai ajaran Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa sehingga dapat menunjukkan sikap budi pekerti luhur dalam berinteraksi bukan hanya dengan keluarga, teman, guru, serta sekolah, bahkan dengan bangsa dan negaranya sebagai dasar kodrati. Peserta didik juga bukan hanya memahami pengetahuan faktual, tetapi juga pengetahuan konseptual dengan cara mengamati, menanya, dan mencoba berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya sebagai makhluk ciptaan Tuhan dan benda-benda di sekitarnya baik di rumah, sekolah, menumbuhkan rasa serta syukur tempat atas bermainnya adanya sehingga kekuasaan dan keberadaan Tuhan. Selain itu peserta didik juga harus mampu menyajikan pengetahuan faktual dan konseptual dalam bahasa 125 yang jelas, sistematis, dan logis dalam karya martabat spiritual melalui tindakan yang mencerminkan anak berperilaku budi pekerti luhur. Diakhir fase ini, peserta didik mampu mengunakan nalar kritis terkait fenomena dan kejadian tampak mata berupa fakta konkret dan konsep sederhana dalam mengidentifikasi keteladanan ajaran Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa baik ditingkat keluarga, tokoh, dan lingkungan sekitarnya sehingga peserta didik dapat menyimpulkan perbuatan budi pekerti luhur baik di lingkungan keluarga, teman, guru, serta sekolah bahkan dengan bangsa dan negaranya. Peserta didik juga mampu menunjukkan sikap budi pekerti luhur dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan lingkungan sekitarnya bahkan dengan bangsa dan negaranya serta memahami perbedaan pendapat dengan cara melakukan dialog antar Agama dan Kepercayaan. Fase C Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Sejarah Pada akhir Fase C, peserta didik dapat mengenal dan menjelaskan asal usul Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dengan cara mengenal ajaran Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa serta sejarah penyebaran Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa di Indonesia Keagungan Tuhan Pada akhir Fase C, peserta didik dapat menunjukkan sikap taat kepada Tuhan Yang Maha Esa bedasarkan pengamatan terhadap dirinya dan alam sekitar. Peserta didik dapat menunjukkan perilaku mandiri, percaya diri dan tanggung jawab, serta menunjukkan perilaku hidup bersih dan sehat, serta menunjukkan sikap santun dan menghargai sesama manusia Budi Pekerti Pada akhir Fase C, peserta didik dapat menunjukkan sikap budi pekerti dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru serta kehidupan berbangsa dan bernegara. Kokulikuler: Dialog antar Agama dan Kepercayaan Martabat Spiritual Pada akhir Fase C, peserta didik dapat menunjukkan perilaku bersyukur atas karunia ciptaan Tuhan dengan memperlihatkan rasa cinta kepada sesama manusia, hewan, bangsa, negara dan alam sekitar sebagai bukti ciptaan-Nya dalam lingkungan yang beragam. Peserta didik juga dapat menjalankan kegiatan ritual di tempat/bangunan peribadatan untuk memahami kapasitas diri serta lingkungannya sebagai ciptaan-Nya yang patut disyukuri yang dapat berupa martabat spiritual dengan menyajikan salah satu hasil karya Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 126 Elemen Capaian Pembelajaran Larangan dan Kewajiban Pada akhir Fase C peserta didik dapat mengendalikan dirinya terhadap larangan-larangan yang terdapat di lingkungan keluarga, teman, guru dan lingkungan sekitarnya. Peserta didik dapat menunjukkan kewajiban dalam lingkungan keluarga, guru, temannya dan lingkungan sekitarnya. 4. Fase D (Umumnya untuk kelas VII, VII, dan IX SMP/Program Paket B) Peserta didik mampu menghargai dan menghayati ajaran Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa sehingga dapat menunjukkan sikap budi pekerti luhur dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam pada jangkauan pergaulan dan keberadaannya. Peserta didik juga mampu memahami dan menggunakan pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural berdasarkan rasa ingin tahu tentang ilmu dan teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata sehingga menumbuhkan rasa syukur atas adanya kekuasaan dan keberadaan Tuhan. Selain itu, peserta didik juga harus mampu mengolah, menyajikan, dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan sudut padang yang sama dalam ajaran Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Diakhir fase ini, peserta didik mampu menyimpulkan dan menjelaskan secara nalar pentingnya budi pekerti luhur dalam ajaran Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa serta menjelaskan bukti-bukti kemahakuasaan Tuhan dalam berbagai kehidupan baik itu lingkungan keluarga, teman, guru, serta sekolah, bahkan di lingkungan berbangsa dan bernegara. Peserta didik juga mampu menunjukkan sikap budi pekerti luhur dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan lingkungan sekitarnya serta lingkungan sosial dan alam pada jangkuan pergaulan dan keberadaannya. Fase D Berdasarkan Elemen Elemen Sejarah Capaian Pembelajaran Pada akhir Fase D, peserta didik dapat mengaitkan sejarah keteladanan tokoh –tokoh Kepercayaan terhadap Tuhan YME untuk 127 Elemen Capaian Pembelajaran meningkatkan nilai penghayatan Kepercayaan. Peserta didik mengahayati ajaran Kepercayaan dan mengkontruksi sejarah dan perjuangan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa meliputi keteladanan dan perjuangan pendidikan dan kemanusiaan menjadi nilai yang terkristalisasi dalam lingkup pergaulan global Keagungan Tuhan Pada akhir Fase D, peserta didik dapat menceritakan adanya Tuhan dan Tuhan itu Maha Esa serta sifat-sifat Tuhan. Peserta didik dapat menceritakan kemahakuasaan Tuhan dalam berbagai peristiwa kehidupan. Peserta didik dapat mengakui dan menerima adanya keterbatasan dalam diri manusia. Budi Pekerti Pada akhir Fase D, peserta didik dapat Menunjukkan sikap kepedulian dalam berbagai peristiwa kehidupan dengan lingkungan dan masyarakat di sekitarnya serta kehidupan berbangsa dan bernegara. Martabat Spiritual Pada akhir Fase D, peserta didik dapat memahami dan menjelaskan perilaku bersyukur atas karunia ciptaan Tuhan dengan memperlihatkan rasa cinta kepada sesama makhluk Tuhan sebagai bukti ciptaan-Nya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta lingkungan yang beragam. Peserta didik juga dapat memperagakan budaya lokal daerah yang bersumber dari kearifan lokal yang dikuasai sebagai wujud rasa bersyukur. Peserta didik juga dapat menjelaskan Fungsi budaya nusantara, manfaat pengembangan budaya ritual, dan Interaksi budaya nusantara dan budaya global. Larangan dan Kewajiban Pada akhir Fase D, peserta didik dapat menunjukkan dan menjelaskan perbuatan baik dan perbuatan buruk. Peserta didik dapat menjelaskan pentingnya menunaikan kewajiban dalam Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa 5. Fase E (Umumnya untuk kelas X SMA/Program Paket C) Peserta didik mampu menghayati ajaran Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sehingga dapat menunjukkan perilaku budi pekerti luhur yang responsif dan proaktif untuk menjadi bagian dari solusi atas permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dan negara dalam pergaulan keragaman global. Peserta didik juga mampu menerapkan, menganalisis dan menilai pengetahuan faktual, konseptual, prosedural serta hasil kreasinya berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu dan 128 teknologi, seni, budaya terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah sehingga menumbuhkan rasa syukur atas adanya kekuasaan dan keberadaan Tuhan. Peserta didik juga harus mampu mengolah, menalar, menyajikan hasil analisis dan penilaiannya secara kreatif dalam ranah konkret dan abstrak terkait dengan pengkajian ajaran Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa secara mandiri serta bertindak secara efektif, kreatif, dan mampu menjalankan ajaran Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan yang luas dan beragam. Peserta didik dapat menjelaskan Sejarah Kepercayaan terhadap Tuhan YME dan Asal usul kehidupan. Peserta didik dapat menjelaskan konsep prosedural penumbuhan budi pekerti luhur dalam dirinya serta penerapan kehidupan. Peserta didik dapat mendeskripsikan unsur-unsur diri manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan YME dalam kehidupan dan penghidupannya. Peserta didik juga dapat mendeskripsikan pola ritual religius ajaran Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa serta mencintai nilai kearifan lokal lingkungan hidup dengan kreasi penerapannya dalam nilai ekospiritual dan teknologi kekinian. Peserta didik dapat mendeskripsikan ragam larangan dan kewajiban ajaran Kepercayaannya Diakhir fase ini, peserta didik mampu mengkomunikasikan hasil analisis dan penilaian tentang aspek sejarah Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dikaitkan dengan keragaman budaya spiritual nusantara serta makna berbudi pekerti luhur dalam ajaran Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam lingkungan yang luas dan beragam. Fase E Berdasarkan Elemen Elemen Sejarah Capaian Pembelajaran Pada akhir Fase E, peserta didik dapat mengamalkan Ajaran Kepercayaannya Peserta didik dapat mengkomunikasikan sejarah Kepercayaan terhadap Tuhan YME, dan Peserta didik juga dapat memberikan argumentasi pengetahuan tentang sistem Kepercayaan prosedural asal-usul 129 Elemen Capaian Pembelajaran hidup dan kehidupan dengan beberapa teori asal mula alam semesta. Keagungan Tuhan Pada akhir Fase E, peserta didik dapat menghayati keagungan Tuhan dengan rasa syukur atas karunia adanya ciptaan-Nya serta mendeskripsikan unsur-unsur diri dan kewajiban manusia sujud syukur sebagai makhluk ciptaan Tuhan YME, Budi Pekerti Pada akhir Fase E, peserta didik dapat mengamalkan dan mengkomunikasikan konsep prosedural penumbuhan sikap budi pekerti luhur dalam dirinya serta penerapannya dalam wujud sikap tanggungjawab, kerja keras dan peduli berbagi, sopan -menghargai, santun – menerima berbeda pendapat, serta sikap taat azas – terpercaya dalam kehidupannya berbangsa dan bernegara berdasarkan nilai nilai Pancasila Martabat Spiritual Pada akhir Fase E, peserta didik dapat menghayati dan mendeskripsikan pola ritual religius ajaran Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa di daerahnya serta mencintai nilai kearifan lokal lingkungan hidup Peserta didik mengamalkan nilai religius spiritual melalui kreasi penerpan nilai ekospiritual dan teknologi kekinian dalam kehidupan dan penghidupan. Larangan dan Kewajiban Pada akhir Fase E peserta didik dapat menghayati dan mengamalkan perbuatan baik menerapkan ajaran Kepercayaannya. Peserta didik dapat mendeskripsikan ragam larangan dan kewajiban ajaran Kepercayaannya 6. Fase F (Umumnya untuk kelas XI dan XII SMA/Program Paket C) Peserta didik mampu menghayati ajaran Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa sehingga dapat menunjukkan perilaku budi pekerti luhur yang responsif dan proaktif untuk menjadi bagian dari solusi atas permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dan negara dalam pergaulan keragaman global. Peserta didik juga mampu menerapkan, menganalisis dan menilai pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, serta metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang tentang ilmu dan teknologi, seni, budaya terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah sehingga menumbuhkan rasa syukur atas adanya kekuasaan dan keberadaan Tuhan. Peserta didik juga harus 130 mampu mengolah, menalar, menyajikan dan menciptakan dalam ranah konkret dan abstrak terkait dengan pengembangan ajaran Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa secara mandiri serta bertindak secara efektif, kreatif, dan mampu menjalankan ajaran Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan yang luas dan beragam. Pesert didik dapat mengkreasi Perjuangan dan eksistensi Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa di daerahnya serta mendeskripsikan nilai-nilai keteladanan tokoh Kepercayaan dalam lingkungan masyarakat, bangsa dan negara. Peserta didik dapat mendeskripsikan makna kebaikan, bertanggung jawab, percaya diri, mengamalkan sikap santun, sabar dan pemaaf; dan menyajikan praktik pengamalan nilai-nilai keteladanan berbudi pekerti luhur dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara. Peserta didik dapat mendeskripsikan pentingya perilaku bersyukur atas karunia dan rasa cinta kepada sesama makhluk ciptaan Tuhan. Peserta didik dapat menjelaskan konsep hubungan antara manusia dengan Tuhan dan alam semesta. Peserta didik mampu mengevaluasi kecerdasan spiritual dan kearifan local serta mengekspresikan wujud cinta budaya spiritual nusantara dengan membuat karya ilmiah dan atau atraksi kebudayaan. Peserta didik dapat menyajikan hasil analisis tahapan prosedural pencapaian menjalankan kewajiban dan tahapan menghindari larangan dalam Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa Diakhir fase ini, peserta didik mampu menghasilkan gagasan dan ide untuk mengkomunikasikan hasil kreasi dan penilaian tentang makna berbudi pekerti luhur dalam ajaran Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam lingkungan yang luas dan beragam. Peserta didik juga mampu menunjukkan sikap budi pekerti luhur dalam lingkungan sosial dan alam serta menempatkan diri sebagai cerminan kehidupan berbangsa dan bernegara dalam pergaulan keragaman global. Fase F Berdasarkan Elemen Elemen Sejarah Capaian Pembelajaran Pada akhir Fase F, peserta didik dapat memberikan argumentasi pengetahuan tentang prosedural asalusul hidup dan kehidupan dengan beberapa teori 131 Elemen Capaian Pembelajaran asal mula alam semesta. Peserta didik mengkontruksi sejarah dan perjuangan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa meliputi keteladanan dan perjuangan pendidikan dan kemanusiaan menjadi nilai yang terkristalisasi dalam lingkup pergaulan global. Keagungan Tuhan Pada akhir Fase F, peserta didik dapat menjelaskan hubungan Tuhan YME dengan asal-usul adanya sesuatu serta hidup dan kehidupan. Peserta didik dapat menjelaskan hubungan antara manusia dan Tuhan melalui pengenalan dirinya sebagai ciptaan-Nya, menyadari percikan energi semesta dan KeiIIahian dalam diri untuk kepentingn sesama manusia, yang selaras dengan hukum alam semesta Budi Pekerti Pada akhir Fase F, peserta didik dapat membangun nilai-nilai Luhur Keindonesiaan baik dalam lingkungan maupun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pada akhir pembelajaran peserta didik dapat mengamalkan dan meneladankan pribadi mandiri bertanggung jawab, sikap saling mengasihi sesama mahkluk, dan sikap memayu hayuning bawono (menjaga dan melestarikan alam semesta) di lingkungan hidupnya. Martabat Spiritual Pada akhir Fase F, peserta didik dapat mengamalkan sikap pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, Peserta didik dapat mengembangkan sikap saling mengasihi antar sesama hidup dalam kehidupan sehari-hari dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta keragaman global tanpa kehilangan jati diri penghayat dan ke-Indonesiaannya. Peserta didik dapat menerima dan memahami bisikan hati nurani dan tanggap terhadap tandatanda alam dalam upaya mencapai keselarasan hidup lahir dan batin. Larangan dan Kewajiban Pada akhir Fase F, peserta didik dapat mengamalkan ajaran Kepercayaan Peserta didik dapat memahami, menghadapi, dan mengatasi berbagai masalah dan tantangan hidup dengan kematangan jiwa dalam pengamalan budi pekerti luhur. 132 IV. CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN MATEMATIKA A. Rasional Mata Pelajaran Matematika Matematika merupakan ilmu atau pengetahuan tentang belajar atau berpikir logis yang sangat dibutuhkan manusia untuk hidup yang mendasari perkembangan teknologi modern. Matematika mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Matematika dipandang sebagai materi pembelajaran yang harus dipahami sekaligus sebagai alat konseptual untuk mengonstruksi dan merekonstruksi materi tersebut, mengasah, dan melatih kecakapan berpikir yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah dalam kehidupan. Belajar matematika dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif. Kompetensi tersebut diperlukan agar pembelajar memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, penuh dengan ketidakpastian, dan bersifat kompetitif. Mata Pelajaran Matematika membekali peserta didik tentang cara berpikir, bernalar, dan berlogika melalui aktivitas mental tertentu yang membentuk alur berpikir berkesinambungan dan berujung pada pembentukan alur pemahaman terhadap materi pembelajaran matematika berupa fakta, konsep, prinsip, operasi, relasi, masalah, dan solusi matematis tertentu yang bersifat formal-universal. Proses mental tersebut dapat memperkuat disposisi peserta didik untuk merasakan makna dan manfaat matematika dan belajar matematika serta nilai- nilai moral dalam belajar Mata Pelajaran Matematika, meliputi kebebasan, kemahiran, penaksiran, keakuratan, kesistematisan, kerasionalan, kesabaran, kemandirian, kedisiplinan, ketekunan, ketangguhan, kepercayaan diri, keterbukaan pikiran, dan kreativitas. Dengan demikian relevansinya dengan profil pelajar Pancasila, Mata Pelajaran Matematika ditujukan untuk mengembangkan kemandirian, kemampuan bernalar kritis, dan kreativitas peserta didik. Adapun materi pembelajaran pada Mata Pelajaran Matematika di setiap jenjang pendidikan dikemas melalui bidang kajian Bilangan, Aljabar, Pengukuran, Geometri, Analisis Data dan Peluang, dan Kalkulus (sebagai pilihan untuk kelas XI dan XII). 133 B. Tujuan Mata Pelajaran Matematika Mata Pelajaran Matematika bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat: 1. memahami konsep, materi prinsip, pembelajaran operasi, matematika dan relasi berupa matematis fakta, dan mengaplikasikannya secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah matematis (pemahaman matematis dan kecakapan prosedural), 2. menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematis dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika (penalaran dan pembuktian matematis), 3. memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematis, menyelesaikan model atau menafsirkan solusi yang diperoleh (pemecahan masalah matematis). 4. mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, serta menyajikan suatu situasi ke dalam simbol atau model matematis (komunikasi dan representasi matematis), 5. mengaitkan materi pembelajaran matematika berupa fakta, konsep, prinsip, operasi, dan relasi matematis pada suatu bidang kajian, lintas bidang kajian, lintas bidang ilmu, dan dengan kehidupan (koneksi matematis), dan 6. memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap kreatif, sabar, mandiri, tekun, terbuka, tangguh, ulet, dan percaya diri dalam pemecahan masalah (disposisi matematis). C. Karakteristik Mata Pelajaran Matematika Mata Pelajaran Matematika diorganisasikan dalam lingkup lima elemen konten (dengan tambahan 1 elemen sebagai pilihan untuk kelas XI dan XII) dan lima elemen proses. 1. Elemen konten dalam Mata Pelajaran Matematika terkait dengan pandangan bahwa matematika sebagai materi pembelajaran (subject matter) yang harus dipahami peserta didik. Pemahaman 134 matematis terkait erat dengan pembentukan alur pemahaman terhadap materi pembelajaran matematika berupa fakta, konsep, prinsip, operasi, dan relasi yang bersifat formal-universal. Elemen Deskripsi Bilangan Bidang kajian Bilangan membahas tentang angka sebagai simbol bilangan, konsep bilangan, operasi hitung bilangan, dan relasi antara berbagai operasi hitung bilangan dalam subelemen representasi visual, sifat urutan, dan operasi Aljabar Bidang kajian Aljabar membahas tentang aljabar nonformal dalam bentuk simbol gambar sampai dengan aljabar formal dalam bentuk simbol huruf yang mewakili bilangan tertentu dalam subelemen persamaan dan pertidaksamaan, relasi dan pola bilangan, serta rasio dan proporsi. Pengukuran Bidang kajian Pengukuran membahas tentang besaran- besaran pengukuran, cara mengukur besaran tertentu, dan membuktikan prinsip atau teorema terkait besaran tertentu dalam subelemen pengukuran besaran geometris dan non-geometris. Geometri Bidang kajian Geometri membahas tentang berbagai bentuk bangun datar dan bangun ruang baik dalam kajian Euclides maupun Non-Euclides serta ciricirinya dalam subelemen geometri datar dan geometri ruang. Analisis Data dan Peluang Bidang kajian Analisis Data dan Peluang membahas tentang pengertian data, jenis-jenis data, pengolahan data dalam berbagai bentuk representasi, dan analisis data kuantitatif terkait pemusatan dan penyebaran data serta peluang munculnya suatu data atau kejadian tertentu dalam subelemen data dan representasinya, serta ketidakpastian dan peluang. Kalkulus (sebagai pilihan untuk kelas XI dan XII) Bidang kajian Kalkulus membahas tentang laju perubahan sesaat dari suatu fungsi kontinu, dan mencakup topik limit, diferensial, dan integral, serta penggunaannya. 2. Elemen proses dalam mata pelajaran Matematika terkait dengan pandangan bahwa matematika sebagai alat konseptual untuk mengonstruksi dan merekonstruksi materi pembelajaran matematika berupa aktivitas mental yang membentuk alur berpikir dan alur pemahaman yang dapat mengembangkan kecakapan- kecakapan. 135 Elemen Deskripsi Penalaran dan Pembuktian Matematis Penalaran terkait dengan proses penggunaan pola hubungan dalam menganalisis situasi untuk menyusun serta menyelidiki praduga. Pembuktian matematis terkait proses membuktikan kebenaran suatu prinsip, rumus, atau teorema tertentu. Pemecahan Masalah Matematis Pemecahan masalah matematis terkait dengan proses penyelesaian masalah matematis atau masalah seharihari dengan cara menerapkan dan mengadaptasi berbagai strategi yang efektif. Proses ini juga mencakup konstruksi dan rekonstruksi pemahaman matematika melalui pemecahan masalah. Komunikasi Komunikasi matematis terkait dengan pembentukan alur pemahaman materi pembelajaran matematika melalui cara mengomunikasikan pemikiran matematis menggunakan bahasa matematis yang tepat. Komunikasi matematis juga mencakup proses menganalisis dan mengevaluasi pemikiran matematis orang lain. Representasi Matematis Representasi matematis terkait dengan proses membuat dan menggunakan simbol, tabel, diagram, atau bentuk lain untuk mengomunikasikan gagasan dan pemodelan matematika. Proses ini juga mencakup fleksibilitas dalam mengubah dari satu bentuk representasi ke bentuk representasi lainnya, dan memilih representasi yang paling sesuai untuk memecahkan masalah. Koneksi Matematis Koneksi matematis terkait dengan proses mengaitkan antar materi pembelajaran matematika pada suatu bidang kajian, lintas bidang kajian, lintas bidang ilmu, dan dengan kehidupan. D. Capaian Pembelajaran Matematika Setiap Fase 1. Fase A (Umumnya untuk kelas I dan II SD/MI/Program Paket A) Pada akhir fase A, peserta didik dapat menunjukkan pemahaman dan memiliki intuisi bilangan (number sense) pada bilangan cacah sampai 100, termasuk melakukan komposisi (menyusun) dan dekomposisi (mengurai) bilangan tersebut. Mereka dapat melakukan operasi penjumlahan dan pengurangan pada bilangan cacah sampai 20, dan dapat memahami pecahan setengah dan seperempat. Mereka dapat mengenali, meniru, dan melanjutkan pola-pola bukan bilangan. Mereka dapat membandingkan panjang, berat, dan durasi waktu, serta mengestimasi panjang menggunakan satuan tidak baku. Peserta didik dapat mengenal berbagai bangun datar dan bangun ruang, serta dapat menyusun dan mengurai bangun datar. Mereka dapat menentukan posisi benda terhadap benda lain. 136 Peserta didik dapat mengurutkan, menyortir, mengelompokkan, membandingkan, dan menyajikan data menggunakan turus dan piktogram paling banyak 4 kategori. Fase A Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Bilangan Pada akhir fase A, peserta didik menunjukkan pemahaman dan memiliki intuisi bilangan (number sense) pada bilangan cacah sampai 100, mereka dapat membaca, menulis, menentukan nilai tempat, membandingkan, mengurutkan, serta melakukan komposisi (menyusun) dan dekomposisi (mengurai) bilangan. Peserta didik dapat melakukan operasi penjumlahan dan pengurangan menggunakan benda-benda konkret yang banyaknya sampai 20. Peserta didik menunjukkan pemahaman pecahan sebagai bagian dari keseluruhan melalui konteks membagi sebuah benda atau kumpulan benda sama banyak, pecahan yang diperkenalkan adalah setengah dan seperempat. Aljabar Pada akhir Fase A, peserta didik dapat menunjukan pemahaman makna simbol matematika "=" dalam suatu kalimat matematika yang terkait dengan penjumlahan dan pengurangan bilangan cacah sampai 20 menggunakan gambar. Contoh: Peserta didik dapat mengenali, meniru, dan melanjutkan pola bukan bilangan (misalnya, gambar, warna, suara) Pengukuran Pada akhir Fase A, peserta didik dapat membandingkan panjang dan berat benda secara langsung, dan membandingkan durasi waktu. Mereka dapat mengukur dan mengestimasi panjang benda menggunakan satuan tidak baku. Geometri Pada akhir Fase A, peserta didik dapat mengenal berbagai bangun datar (segitiga, segiempat, segibanyak, lingkaran) dan bangun ruang (balok, kubus, kerucut, dan bola). Mereka dapat menyusun (komposisi) dan mengurai (dekomposisi) suatu bangun datar (segitiga, segiempat, dan segibanyak). Peserta didik juga dapat menentukan posisi benda terhadap benda lain (kanan, kiri, depan belakang). Analisis Data dan Peluang Pada akhir fase A, peserta didik dapat mengurutkan, menyortir, mengelompokkan, membandingkan, dan menyajikan data dari banyak benda dengan menggunakan turus dan piktogram paling banyak 4 kategori. 137 2. Fase B (Umumnya untuk kelas III dan IV SD/MI/Program Paket A) Pada akhir fase B, peserta didik dapat menunjukkan pemahaman dan intuisi bilangan (number sense) pada bilangan cacah sampai 10.000. Mereka dapat melakukan operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan cacah sampai 1.000, dapat melakukan operasi perkalian dan pembagian bilangan cacah, dapat mengisi nilai yang belum diketahui dalam sebuah kalimat matematika, dan dapat mengidentifikasi, meniru, dan mengembangkan pola gambar atau obyek sederhana dan pola bilangan yang berkaitan dengan penjumlahan dan pengurangan bilangan cacah sampai 100. Mereka dapat menyelesaikan masalah berkaitan dengan kelipatan dan menggunakan faktor, ribuan masalah berkaitan sebagai satuan. dengan uang Mereka dapat membandingkan dan mengurutkan antar-pecahan, serta dapat mengenali pecahan senilai. Mereka dapat menunjukkan pemahaman dan intuisi bilangan (number sense) pada bilangan desimal, dan dapat menghubungkan pecahan desimal dan perseratusan dengan persen. Peserta didik dapat mengukur panjang dan berat benda menggunakan satuan baku, dan dapat menentukan hubungan antar-satuan baku panjang. Mereka dapat mengukur dan mengestimasi luas dan volume menggunakan satuan tidak baku dan satuan baku berupa bilangan cacah. Peserta didik dapat mendeskripsikan ciri berbagai bentuk bangun datar dan dapat menyusun (komposisi) dan mengurai (dekomposisi) berbagai bangun datar dengan satu cara atau lebih jika memungkinkan. Peserta didik dapat mengurutkan, membandingkan, menyajikan, menganalisis dan menginterpretasi data dalam bentuk tabel, diagram gambar, piktogram, dan diagram batang (skala satu satuan). 138 Fase B Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Bilangan Pada akhir fase B, peserta didik menunjukkan pemahaman dan intuisi bilangan (number sense) pada bilangan cacah sampai 10.000. Mereka dapat membaca, menulis, menentukan nilai tempat, membandingkan, mengurutkan, menggunakan nilai tempat, melakukan komposisi dan dekomposisi bilangan tersebut. Mereka juga dapat menyelesaikan masalah berkaitan dengan uang menggunakan ribuan sebagai satuan.peserta didik dapat melakukan operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan cacah sampai 1.000. Mereka dapat melakukan operasi perkalian dan pembagian bilangan cacah sampai 100 menggunakan benda-benda konkret, gambar dan simbol matematika. Mereka juga dapat menyelesaikan masalah berkaitan dengan kelipatan dan faktor. Peserta didik dapat membandingkan dan mengurutkan antar-pecahan dengan pembilang satu (misalnya, , , ) dan antar-pecahan dengan penyebut yang sama (misalnya, , , ). Mereka dapat mengenali pecahan senilai menggunakan gambar dan simbol matematika. Peserta didik menunjukkan pemahaman dan intuisi bilangan (number sense) pada bilangan desimal. Mereka dapat menyatakan pecahan desimal persepuluhan dan perseratusan, serta menghubungkan pecahan desimal perseratusan dengan konsep persen. Aljabar Pada akhir Fase B, peserta didik dapat mengisi nilai yang belum diketahui dalam sebuah kalimat matematika yang berkaitan dengan penjumlahan dan pengurangan pada bilangan cacah sampai 100 (contoh: 10 + … = 19, 19 - … = 10 ) Peserta didik dapat mengidentifikasi, meniru, dan mengembangkan pola gambar atau obyek sederhana dan pola bilangan membesar dan mengecil yang melibatkan penjumlahan dan pengurangan pada bilangan cacah sampai 100. Pengukuran Pada akhir Fase B, peserta didik dapat mengukur panjang dan berat benda menggunakan satuan baku. Mereka dapat menentukan hubungan antar-satuan baku panjang (cm, m). Mereka dapat mengukur dan mengestimasi luas dan volume menggunakan satuan tidak baku dan satuan baku berupa bilangan cacah. Geometri Pada akhir Fase B, peserta didik dapat mendeskripsikan ciri berbagai bentuk bangun datar (segiempat, segitiga, segibanyak). Mereka dapat menyusun (komposisi) dan mengurai (dekomposisi) berbagai bangun datar dengan lebih dari satu cara jika memungkinkan. Analisa Data dan Peluang Pada akhir fase B, peserta didik dapat mengurutkan, membandingkan, menyajikan, menganalisis dan menginterpretasi data dalam bentuk tabel, diagram gambar, piktogram, dan diagram batang (skala satu satuan). 139 3. Fase C (Umumnya untuk kelas V dan VI SD/MI/Program Paket A) Pada akhir fase C, peserta didik dapat menunjukkan pemahaman dan intuisi bilangan (number sense) pada bilangan cacah dengan 1.000.000. Mereka dapat melakukan operasi aritmetika pada bilangan cacah sampai 100.000. Mereka dapat membandingkan dan mengurutkan penjumlahan dan berbagai pecahan, pengurangan melakukan pecahan, serta operasi melakukan operasi perkalian dan pembagian pecahan dengan bilangan asli. Mereka dapat membandingkan dan mengurutkan bilangan desimal dan mengubah pecahan menjadi desimal. Mereka dapat mengisi nilai yang belum diketahui dalam sebuah kalimat matematika yang berkaitan dengan operasi aritmetika pada bilangan cacah sampai 1000. Mereka dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan KPK dan FPB dan masalah yang berkaitan dengan uang. Mereka dapat mengidentifikasi, meniru, dan mengembangkan pola bilangan membesar yang melibatkan perkalian dan pembagian. Mereka dapat bernalar secara proporsional dan menggunakan operasi perkalian dan pembagian dalam menyelesaikan masalah sehari-hari dengan rasio dan atau yang terkait dengan proporsi. Peserta didik dapat menentukan keliling dan luas beberapa bentuk bangun datar dan gabungannya. Mereka dapat mengonstruksi dan mengurai beberapa bangun ruang dan gabungannya, dan mengenali visualisasi spasial. Mereka dapat membandingkan karakteristik antar bangun datar dan antar bangun ruang. Mereka dapat menentukan lokasi pada peta yang menggunakan sistem berpetak. Peserta didik dapat mengurutkan, membandingkan, menyajikan, dan menganalisis data banyak benda dan data hasil pengukuran dalam bentuk beberapa visualisasi dan dalam tabel frekuensi untuk mendapatkan informasi. Mereka dapat menentukan kejadian dengan kemungkinan yang lebih besar dalam suatu percobaan acak. 140 Fase C Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Bilangan Pada akhir fase C, peserta didik dapat menunjukkan pemahaman dan intuisi bilangan (number sense) pada bilangan cacah sampai 1.000.000. Mereka dapat membaca, menulis, menentukan nilai tempat, membandingkan, mengurutkan, melakukan komposisi dan dekomposisi bilangan tersebut. Mereka juga dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan uang. Mereka dapat melakukan operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian bilangan cacah sampai 100.000. Mereka juga dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan KPK dan FPB. Peserta didik dapat membandingkan dan mengurutkan berbagai pecahan termasuk pecahan campuran, melakukan operasi penjumlahan dan pengurangan pecahan, serta melakukan operasi perkalian dan pembagian pecahan dengan bilangan asli. Mereka dapat mengubah pecahan menjadi desimal, serta membandingkan dan mengurutkan bilangan desimal (satu angka di belakang koma) Aljabar Pada akhir fase C, peserta didik dapat mengisi nilai yang belum diketahui dalam sebuah kalimat matematika yang berkaitan dengan penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian pada bilangan cacah sampai 1000 (contoh : 10 x … = 900, dan 900 : … = 10) Peserta didik dapat mengidentifikasi, meniru, dan mengembangkan pola bilangan membesar dan mengecil yang melibatkan perkalian dan pembagian. Mereka dapat bernalar secara proporsional untuk menyelesaikan masalah sehari-hari dengan rasio satuan. Mereka dapat menggunakan operasi perkalian dan pembagian dalam menyelesaikan masalah sehari-hari yang terkait dengan proporsi. Pengukuran Pada akhir fase C, peserta didik dapat menentukan keliling dan luas berbagai bentuk bangun datar (segitiga, segiempat, dan segibanyak) serta gabungannya. Mereka dapat menghitung durasi waktu dan mengukur besar sudut. Geometri Pada akhir fase C, peserta didik dapat mengonstruksi dan mengurai bangun ruang (kubus, balok, dan gabungannya) dan mengenali visualisasi spasial (bagian depan, atas, dan samping). Mereka dapat membandingkan karakteristik antar bangun datar dan antar bangun ruang. Mereka dapat menentukan lokasi pada peta yang menggunakan sistem berpetak. Analisa Data dan Peluang Pada akhir fase C, peserta didik dapat mengurutkan, membandingkan, menyajikan, dan menganalisis data banyak benda dan data hasil pengukuran dalam bentuk gambar, piktogram, diagram batang, dan tabel frekuensi untuk mendapatkan informasi. Mereka dapat menentukan kejadian dengan kemungkinan yang lebih besar dalam suatu percobaan acak. 141 4. Fase D (Umumnya untuk kelas VII, VIII dan IX SMP/MTs/Paket B) Pada akhir fase D, peserta didik dapat menyelesaikan masalah kontekstual peserta didik dengan menggunakan konsep-konsep dan keterampilan matematika yang dipelajari pada fase ini. Mereka mampu mengoperasikan secara efisien bilangan bulat, bilangan rasional dan irasional, bilangan desimal, bilangan berpangkat bulat dan akar, bilangan dalam notasi ilmiah; melakukan pemfaktoran bilangan prima, menggunakan faktor skala, proporsi dan laju perubahan. Mereka dapat menyajikan dan menyelesaikan persamaan dan pertidaksamaan linier satu variabel dan sistem persamaan linier dengan dua variabel dengan beberapa cara, memahami dan menyajikan relasi dan fungsi. Mereka dapat menentukan luas permukaan dan volume bangun ruang (prisma, tabung, bola, limas dan kerucut) untuk menyelesaikan masalah yang terkait, menjelaskan pengaruh perubahan secara proporsional dari bangun datar dan bangun ruang terhadap ukuran panjang, luas, dan/atau volume. Mereka dapat membuat jaring-jaring bangun ruang (prisma, tabung, limas dan kerucut) dan membuat bangun ruang tersebut dari jaring-jaringnya. Mereka dapat menggunakan sifat-sifat hubungan sudut terkait dengan garis transversal, sifat kongruen dan kesebangunan pada segitiga dan segiempat. Mereka dapat menunjukkan kebenaran teorema Pythagoras dan menggunakannya. Mereka dapat melakukan transformasi geometri tunggal di bidang koordinat Kartesius. Mereka dapat membuat dan menginterpretasi diagram batang dan diagram lingkaran. Mereka dapat mengambil sampel yang mewakili suatu populasi, menggunakan mean, median, modus, range untuk menyelesaikan masalah; dan menginvestigasi dampak perubahan data terhadap pengukuran pusat. Mereka dapat menjelaskan dan menggunakan pengertian peluang, frekuensi relatif dan frekuensi harapan satu kejadian pada suatu percobaan sederhana. 142 Fase D Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Bilangan Di akhir fase D, peserta didik dapat membaca, menulis, dan membandingkan bilangan bulat, bilangan rasional dan irasional, bilangan desimal, bilangan berpangkat bulat dan akar, bilangan dalam notasi ilmiah. Mereka dapat menerapkan operasi aritmetika pada bilangan real, dan memberikan estimasi/perkiraan dalam menyelesaikan masalah (termasuk berkaitan dengan literasi finansial). Peserta didik dapat menggunakan faktorisasi prima dan pengertian rasio (skala, proporsi, dan laju perubahan) dalam penyelesaian masalah. Aljabar Di akhir fase D peserta didik dapat mengenali, memprediksi dan menggeneralisasi pola dalam bentuk susunan benda dan bilangan. Mereka dapat menyatakan suatu situasi ke dalam bentuk aljabar. Mereka dapat menggunakan sifat-sifat operasi (komutatif, asosiatif, dan distributif) untuk menghasilkan bentuk aljabar yang ekuivalen. Peserta didik dapat memahami relasi dan fungsi (domain, kodomain, range) dan menyajikannya dalam bentuk diagram panah, tabel, himpunan pasangan berurutan, dan grafik. Mereka dapat membedakan beberapa fungsi nonlinear dari fungsi linear secara grafik. Mereka dapat menyelesaikan persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel. Mereka dapat menyajikan, menganalisis, dan menyelesaikan masalah dengan menggunakan relasi, fungsi dan persamaan linear. Mereka dapat menyelesaikan sistem persaman linear dua variabel melalui beberapa cara untuk penyelesaian masalah. Pengukuran Di akhir fase D peserta didik dapat menjelaskan cara untuk menentukan luas lingkaran dan menyelesaikan masalah yang terkait. Mereka dapat menjelaskan cara untuk menentukan luas permukaan dan volume bangun ruang (prisma, tabung, bola, limas dan kerucut) dan menyelesaikan masalah yang terkait. Mereka dapat menjelaskan pengaruh perubahan secara proporsional dari bangun datar dan bangun ruang terhadap ukuran panjang, besar sudut, luas, dan/atau volume. 143 Elemen Capaian Pembelajaran Geometri Di akhir fase D peserta didik dapat membuat jaringjaring bangun ruang (prisma, tabung, limas dan kerucut) dan membuat bangun ruang tersebut dari jaring-jaringnya. Peserta didik dapat menggunakan hubungan antarsudut yang terbentuk oleh dua garis yang berpotongan, dan oleh dua garis sejajar yang dipotong sebuah garis transversal untuk menyelesaikan masalah (termasuk menentukan jumlah besar sudut dalam sebuah segitiga, menentukan besar sudut yang belum diketahui pada sebuah segitiga). Mereka dapat menjelaskan sifat-sifat kekongruenan dan kesebangunan pada segitiga dan segiempat, dan menggunakannya untuk menyelesaikan masalah. Mereka dapat menunjukkan kebenaran teorema Pythagoras dan menggunakannya dalam menyelesaikan masalah (termasuk jarak antara dua titik pada bidang koordinat Kartesius). Peserta didik dapat melakukan transformasi tunggal (refleksi, translasi, rotasi, dan dilatasi) titik, garis, dan bangun datar pada bidang koordinat Kartesius dan menggunakannya untuk menyelesaikan masalah. Analisa Data dan Peluang Di akhir fase D, peserta didik dapat merumuskan pertanyaan, mengumpulkan, menyajikan, dan menganalisis data untuk menjawab pertanyaan. Mereka dapat menggunakan diagram batang dan diagram lingkaran untuk menyajikan dan menginterpretasi data. Mereka dapat mengambil sampel yang mewakili suatu populasi untuk mendapatkan data yang terkait dengan mereka dan lingkungan mereka. Mereka dapat menentukan dan menafsirkan rerata (mean), median, modus, dan jangkauan (range) dari data tersebut untuk menyelesaikan masalah (termasuk membandingkan suatu data terhadap kelompoknya, membandingkan dua kelompok data, memprediksi, membuat keputusan). Mereka dapat menginvestigasi kemungkinan adanya perubahan pengukuran pusat tersebut akibat perubahan data. Peserta didik dapat menjelaskan dan menggunakan pengertian peluang dan frekuensi relatif untuk menentukan frekuensi harapan satu kejadian pada suatu percobaan sederhana (semua hasil percobaan dapat muncul secara merata). 5. Fase E (Umumnya untuk kelas X SMA/MA/Program Paket C) Pada akhir fase E, peserta didik dapat menggeneralisasi sifat-sifat operasi bilangan berpangkat (eksponen), serta menggunakan barisan dan deret (aritmetika dan geometri) dalam bunga tunggal dan bunga majemuk. Mereka dapat menggunakan sistem persamaan linear tiga variabel, sistem pertidaksamaan linear dua variabel, persamaan dan fungsi kuadrat dan persamaan dan 144 fungsi eksponensial dalam menyelesaikan masalah. Mereka dapat menentukan perbandingan trigonometri dan memecahkan masalah yang melibatkan segitiga siku-siku. Mereka juga dapat menginterpretasi dan membandingkan himpunan data berdasarkan distribusi data, menggunakan diagram pencar untuk menyelidiki hubungan data numerik, dan mengevaluasi laporan berbasis statistika. Mereka dapat menjelaskan peluang dan menentukan frekuensi harapan dari kejadian majemuk, dan konsep dari kejadian saling bebas dan saling lepas. Fase E Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Bilangan Di akhir fase E, peserta didik dapat menggeneralisasi sifat-sifat bilangan berpangkat (termasuk bilangan pangkat pecahan). Mereka dapat menerapkan barisan dan deret aritmetika dan geometri, termasuk masalah yang terkait bunga tunggal dan bunga majemuk. Aljabar and Fungsi Di akhir fase E, peserta didik dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linear tiga variabel dan sistem pertidaksamaan linear dua variabel. Mereka dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan persamaan dan fungsi kuadrat (termasuk akar imajiner), dan persamaan eksponensial (berbasis sama) dan fungsi eksponensial. Pengukuran - Geometri Di akhir fase E, peserta didik dapat menyelesaikan permasalahan segitiga siku-siku yang melibatkan perbandingan trigonometri dan aplikasinya. Analisis Data dan Peluang Di akhir fase E, peserta didik dapat merepresentasikan dan menginterpretasi data dengan cara menentukan jangkauan kuartil dan interkuartil. Mereka dapat membuat dan menginterpretasi box plot (box-andwhisker plot) dan menggunakannya untuk membandingkan himpunan data. Mereka dapat menggunakan dari box plot, histogram dan dot plot sesuai dengan natur data dan kebutuhan. Mereka dapat menggunakan diagram pencar untuk menyelidiki dan menjelaskan hubungan antara dua variabel numerik (termasuk salah satunya variabel bebas berupa waktu). Mereka dapat mengevaluasi laporan statistika di media berdasarkan tampilan, statistika dan representasi data. Peserta didik dapat menjelaskan peluang dan menentukan frekuensi harapan dari kejadian majemuk. Mereka menyelidiki konsep dari kejadian saling bebas dan saling lepas, dan menentukan peluangnya. 145 6. Fase F (Umumnya untuk kelas XI dan XII SMA/MA/Program Paket C) Pada akhir fase F, peserta didik dapat memodelkan pinjaman dan investasi dengan bunga majemuk dan anuitas. Mereka dapat menyatakan data dalam bentuk matriks, dan menentukan fungsi invers, komposisi fungsi dan transformasi fungsi untuk memodelkan situasi dunia nyata. Mereka dapat menerapkan teorema tentang lingkaran, dan menentukan panjang busur dan luas juring lingkaran untuk menyelesaikan masalah. Mereka juga dapat melakukan proses penyelidikan statistika untuk data bivariat dan mengevaluasi berbagai laporan berbasis statistik. Fase F Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Bilangan Di akhir fase F, peserta didik dapat memodelkan pinjaman dan investasi dengan bunga majemuk dan anuitas, serta menyelidiki (secara numerik atau grafis) pengaruh masing-masing parameter (suku bunga, periode pembayaran) dalam model tersebut. Aljabar dan Fungsi Di akhir fase F, peserta didik dapat menyatakan data dalam bentuk matriks. Mereka dapat menentukan fungsi invers, komposisi fungsi, dan transformasi fungsi untuk memodelkan situasi dunia nyata menggunakan fungsi yang sesuai (linear, kuadrat, eksponensial). Pengukuran - Geometri Di akhir fase F, peserta didik dapat menerapkan teorema tentang lingkaran, dan menentukan panjang busur dan luas juring lingkaran untuk menyelesaikan masalah (termasuk menentukan lokasi posisi pada permukaan Bumi dan jarak antara dua tempat di Bumi). Analisis Data dan Peluang Di akhir fase F, peserta didik dapat melakukan proses penyelidikan statistika untuk data bivariat. Mereka dapat mengidentifikasi dan menjelaskan asosiasi antara dua variabel kategorikal dan antara dua variabel numerikal. Mereka dapat memperkirakan model linear terbaik (best fit) pada data numerikal. Mereka dapat membedakan hubungan asosiasi dan sebab-akibat. Peserta didik memahami konsep peluang bersyarat dan kejadian yang saling bebas menggunakan konsep permutasi dan kombinasi. Kalkulus - 7. Fase F+ (Sebagai pilihan untuk kelas XI dan XII) Pada akhir fase F+, peserta didik dapat menyelesaikan masalah terkait polinomial, melakukan operasi aljabar pada matriks dan menerapkannya dalam transformasi geometri. Mereka dapat 146 menyatakan vektor pada bidang datar, melakukan operasi aljabar pada vektor dan menggunakan-nya pada pembuktian geometris. Mereka dapat mengenal berbagai fungsi dan menggunakannya untuk memodelkan fenomena, serta menyatakan sifat-sifat geometri dengan persamaan pada sistem koordinat. Mereka dapat mengevaluasi hasil keputusan dengan menggunakan distribusi peluang dengan menghitung nilai yang diharapkan, dan juga dapat menerapkan konsep dasar kalkulus di dalam konteks pemecahan masalah aplikasi dalam berbagai bidang. Fase F+ Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Bilangan - Aljabar dan Fungsi Di akhir fase F+, peserta didik dapat melakukan operasi aritmetika pada polinomial (suku banyak), menentukan faktor polinomial, dan menggunakan identitas polinomial untuk menyelesaikan masalah. Peserta didik dapat melakukan operasi aljabar pada matriks dan menerapkannya dalam transformasi geometri. Peserta didik dapat menyatakan fungsi trigonometri menggunakan lingkaran satuan, memodelkan fenomena periodik dengan fungsi trigonometri, dan membuktikan serta menerapkan identitas trigonometri dan aturan cosinus dan sinus. Peserta didik dapat mengenal berbagai fungsi (termasuk fungsi rasional, fungsi akar, fungsi eksponensial, fungsi logaritma, fungsi nilai mutlak, fungsi tangga dan fungsi piecewise) dan menggunakannya untuk memodelkan berbagai fenomena. Pengukuran - Geometri Di akhir fase F+, peserta didik dapat menyatakan vektor pada bidang datar, dan melakukan operasi aljabar pada vektor. Mereka dapat melakukan pembuktian geometris menggunakan vektor. Peserta didik dapat menyatakan sifat-sifat geometri dari persamaan lingkaran, elips dan persamaan garis singgung. Analisa Data dan Peluang Di akhir fase F+, peserta didik memahami variabel diskrit acak dan fungsi peluang, dan menggunakannya dalam memodelkan data. Mereka dapat menginterpretasi parameter distribusi data secara statistik (seragam, binomial dan normal), menghitung nilai harapan distribusi binomial dan normal, dan menggunakannya dalam penyelesaian masalah. 147 Kalkulus Di akhir fase F+, peserta didik dapat memahami laju perubahan dan laju perubahan rata-rata, serta laju perubahan sesaat sebagai konsep kunci derivatif (turunan), baik secara geometris maupun aljabar. Mereka dapat menentukan turunan dari fungsi polinomial, eksponensial, dan trigonometri, dan menerapkan derivatif (turunan) untuk membuat sketsa kurva, menghitung gradien dan menentukan persamaan garis singgung, menentukan kecepatan sesaat dan menyelesaikan soal optimasi. Mereka dapat memahami integral, baik sebagai proses yang merupakan kebalikan dari derivatif (turunan) dan juga sebagai cara menghitung luas. Mereka memahami teorema dasar kalkulus sebagai penghubung antara derivatif (turunan) dan integral. 148 V.1. CAPAIAN PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS A. Rasional Mata Pelajaran Bahasa Inggris Bahasa Inggris adalah salah satu bahasa yang dominan digunakan secara global dalam aspek pendidikan, bisnis, perdagangan, ilmu pengetahuan, hukum, pariwisata, hubungan internasional, kesehatan, dan teknologi. Mempelajari bahasa Inggris memberikan peserta didik kesempatan untuk berkomunikasi dengan warga dunia dari latar belakang budaya yang berbeda. Dengan menguasai bahasa Inggris, maka peserta didik akan memiliki kesempatan yang lebih besar untuk berinteraksi dengan menggunakan berbagai teks. Dari interaksi tersebut, mereka memperoleh pengetahuan, mempelajari berbagai keterampilan, dan perilaku manusia yang dibutuhkan untuk dapat hidup dalam budaya dunia yang beraneka ragam. Pembelajaran bahasa Inggris umum pada jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah (SD/MI/Program Paket A; SMP/MTs/Program Paket B; dan SMA/MA/Program Paket C) dalam kurikulum nasional memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk membuka wawasan yang berkaitan dengan diri sendiri, hubungan sosial, kebudayaan, dan kesempatan kerja yang tersedia secara global. Mempelajari bahasa Inggris memberikan peserta didik kemampuan untuk mendapatkan akses ke dunia luar dan memahami cara berpikir yang berbeda. Pemahaman mereka terhadap pengetahuan sosial-budaya dan interkultural ini dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Dengan memahami budaya lain dan interaksinya dengan budaya Indonesia, mereka mengembangkan pemahaman yang mendalam tentang budaya Indonesia, memperkuat identitas dirinya, dan dapat menghargai perbedaan. Pembelajaran bahasa Inggris difokuskan pada penguatan kemampuan menggunakan bahasa Inggris dalam enam keterampilan berbahasa, yakni menyimak, berbicara, membaca, memirsa, menulis, dan mempresentasikan secara terpadu, dalam berbagai jenis teks. Capaian Pembelajaran mengacu minimal pada keenam Common keterampilan European bahasa Framework of Inggris ini Reference for Languages: Learning, Teaching, Assessment (CEFR) dan setara level B1. Level B1 (CEFR) mencerminkan spesifikasi yang dapat dilihat dari kemampuan peserta didik untuk: 149 - mempertahankan interaksi dan menyampaikan sesuatu yang diinginkan, dalam berbagai konteks dengan artikulasi jelas; - mengungkapkan pokok pikiran utama yang ingin disampaikan secara komprehensif; dan - mempertahankan komunikasi walaupun terkadang masih terdapat jeda. Pembelajaran bahasa Inggris pada jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah (SD/MI/Program Paket A; SMP/MTs/Program Paket B; dan SMA/MA/Program Paket C) diharapkan dapat membantu peserta didik berhasil mencapai kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Inggris sebagai bagian dari life skills. Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran bahasa Inggris umum adalah pendekatan berbasis teks (genre-based approach), yakni pembelajaran difokuskan pada teks, dalam berbagai moda, baik lisan, tulisan, visual, audio, maupun multimodal. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikatakan oleh Halliday dan Mathiesen (2014: 3) bahwa “When people speak or write, they produce text, and text is what listeners and readers engage with and interpret.” Ada empat tahapan dalam pendekatan berbasis teks, dan keempat tahapan ini dilakukan dalam pembahasan mengenai topik yang sama. 1. Building Knowledge of the Field (BKOF): Guru membangun pengetahuan atau latar belakang pengetahuan peserta didik terhadap topik yang akan ditulis atau dibicarakan. Pada tahapan ini, guru juga membangun konteks budaya dari teks yang diajarkan. 2. Modelling of the Text (MOT): Guru memberikan model/contoh teks sebagai acuan bagi peserta didik dalam menghasilkan karya, baik secara lisan maupun tulisan. 3. Joint Construction of the Text (JCOT): Guru membimbing peserta didik dan bersama-sama memproduksi teks. 4. Independent Construction of the Text (ICOT): peserta didik memproduksi teks lisan dan tulisan secara mandiri (Emilia, 2011). Komunikasi akan terjadi pada tingkat teks, bukan hanya sekadar kalimat. Artinya, makna tidak hanya disampaikan oleh kata-kata, 150 melainkan harus didukung oleh konteks. Setiap teks memiliki tujuan, seperti mendeskripsikan, menjelaskan, bercerita, dsb. (Agustien, 2020). Pembelajaran bahasa Inggris umum di dalam kurikulum nasional membantu peserta didik untuk menyiapkan diri menjadi pembelajar sepanjang hayat, yang memiliki Profil Pelajar Pancasila seperti beriman dan berakhlak mulia, mandiri, bernalar kritis, kreatif, gotong royong, dan berkebhinekaan global. Profil ini dapat dikembangkan dalam pembelajaran bahasa Inggris umum, karena pembelajarannya yang bersifat dinamis dan fluid, yaitu memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk terlibat dalam pemilihan teks atau jenis aktivitas belajarnya. Pembelajaran bahasa Inggris memiliki peluang untuk mencapai Profil Pelajar Pancasila melalui materi teks tertulis, visual, teks oral, maupun aktivitas-aktivitas yang dikembangkan dalam proses belajar mengajar. Mata pelajaran Bahasa Inggris pada jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah (SD/MI/Program Paket A; SMP/MTs/Program Paket B; dan SMA/MA/Program Paket C) dapat diselenggarakan sebagai mata pelajaran pilihan bagi satuan pendidikan yang memiliki kesiapan sumber daya. Satuan pendidikan yang belum siap memberikan mata pelajaran Bahasa Inggris sebagai mata pelajaran pilihan dapat mengintegrasikan muatan Bahasa Inggris ke dalam mata pelajaran lain dan/atau ekstrakurikuler dengan melibatkan masyarakat, komite sekolah, relawan mahasiswa, dan/atau bimbingan orang tua. B. Tujuan Mata Pelajaran Bahasa Inggris Mata pelajaran bahasa Inggris bertujuan untuk memastikan peserta didik dapat melakukan hal-hal sebagai berikut. 1. Mengembangkan kompetensi komunikatif dalam bahasa Inggris dengan berbagai teks multimodal (lisan, tulisan, visual, dan audiovisual). 2. Mengembangkan kompetensi interkultural untuk memahami dan menghargai perspektif, praktik, dan produk budaya Indonesia dan budaya asing. 3. Mengembangkan kepercayaan diri untuk berekspresi sebagai individu yang mandiri dan bertanggung jawab. 4. Mengembangkan keterampilan bernalar kritis dan kreatif. 151 C. Karakteristik Mata Pelajaran Bahasa Inggris 1. Jenis teks yang diajarkan dalam bahasa Inggris umum beragam, misalnya narasi, deskripsi, eksposisi, prosedur, argumentasi, diskusi, teks khusus (pesan singkat, iklan), dan teks otentik. Beragam teks ini disajikan bukan hanya dalam bentuk teks tulisan saja, tetapi juga teks lisan (monolog atau dialog), teks visual, teks audio, dan teks multimodal (teks yang mengandung aspek verbal, visual dan audio), baik otentik maupun teks yang dibuat untuk tujuan pengajaran, baik tunggal maupun teks ganda, yang diproduksi dalam kertas maupun layar. Hal ini diupayakan untuk memfasilitasi peserta didik agar terampil menggunakan teknologi (literasi teknologi), sehingga dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam menavigasi informasi digital. 2. Guru dapat menentukan jenis teks yang ingin diajarkan sesuai dengan kondisi di kelas. Pembelajaran dapat dimulai dari jenis teks yang memuat topik yang sudah dikenal oleh peserta didik untuk membantu mereka memahami isi teks yang dibacanya dan kemudian mampu menghasilkan teks jenis tersebut dalam bentuk lisan dan tulisan. Selanjutnya, guru dapat memperkenalkan peserta didik dengan jenis teks yang baru diketahui oleh peserta didik. Guru dapat membantu mereka membangun pemahaman terhadap jenis teks baru tersebut, sehingga peserta didik mampu menghasilkan karya dalam jenis teks tersebut, baik lisan maupun tulisan. Pemilihan jenis teks juga dapat disesuaikan dengan kondisi yang sering dialami oleh peserta didik baik di dalam konteks sekolah, maupun konteks di rumah agar peserta didik memiliki kesempatan untuk mempelajari dan mempraktikkan teks tersebut dalam kehidupan nyata. 3. Proses belajar berfokus pada peserta didik (learner-centred) (Tyler, 1949, 1990), yakni bahwa proses belajar harus difokuskan pada upaya mengubah perilaku peserta didik (yang asalnya dari tidak mampu menjadi mampu), dalam menggunakan bahasa Inggris pada enam keterampilan berbahasa dalam berbagai jenis teks. 4. Pembelajaran bahasa Inggris umum difokuskan pada kemampuan berbahasa peserta didik sesuai dengan tahapan perkembangan kemampuan berbahasa. Pembelajaran 152 bahasa Inggris umum mencakup elemen keterampilan reseptif (menyimak, membaca, dan memirsa), serta keterampilan produktif (berbicara, menulis, dan mempresentasikan). Berikut elemen-elemen mata pelajaran serta deskripsinya Elemen Deskripsi Menyimak Kemampuan memahami informasi, memberikan apresiasi kepada lawan bicara, dan memahami informasi yang didengar, sehingga dapat menyampaikan tanggapan secara relevan dan kontekstual. Proses yang terjadi dalam menyimak mencakup kegiatan seperti mendengarkan, mengidentifikasi, memahami, menginterpretasi bunyi bahasa, lalu memahami makna. Keterampilan menyimak juga merupakan kemampuan komunikasi non-verbal yang mencakup seberapa baik seseorang menangkap makna (tersirat dan tersurat) pada sebuah paparan lisan dan memahami ide pokok dan pendukung pada konten informasi maupun konteks yang melatari paparan tersebut (Petri, 2017). Membaca Kemampuan memahami, menggunakan, dan merefleksi teks sesuai tujuan dan kepentingannya, untuk mengembangkan pengetahuan dan potensi seseorang agar ia dapat berpartisipasi dengan masyarakat (OECD, 2000). Memirsa Kemampuan memahami, menggunakan, dan merefleksi teks visual sesuai tujuan dan kepentingannya. Berbicara Kemampuan menyampaikan gagasan, pikiran, serta perasaan secara lisan dalam interaksi sosial. Menulis Kemampuan menyampaikan, mengomunikasikan gagasan, mengekspresikan kreativitas dan mencipta dalam berbagai genre teks tertulis, dengan cara yang efektif dan dapat dipahami, serta diminati oleh pembaca dengan struktur organisasi dan unsur kebahasaan yang tepat. Mempresentasikan Kemampuan memaparkan gagasan secara fasih, akurat, dapat dipertanggungjawabkan dengan cara yang komunikatif melalui beragam media (visual, digital, dan audiovisual), dan dapat dipahami oleh pendengar. Penyampaian dalam berbicara dan mempresentasikan perlu disusun dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan atau karakteristik penyimak. Pada pembelajaran bahasa Inggris umum di Fase A difokuskan pada pengenalan bahasa Inggris dan kemampuan berbahasa Inggris lisan. 153 Pada Fase B, pembelajaran difokuskan pada kemampuan bahasa Inggris lisan, tapi mulai diperkenalkan bahasa tulisan. Pada pembelajaran fase ini, guru perlu membantu peserta didik memahami bahwa cara pengucapan bahasa Inggris dengan penulisannya berbeda. Pada Fase C, di tingkat akhir jenjang (SD/MI/Program Paket A), pembelajaran difokuskan pada kemampuan bahasa Inggris lisan dan tulisan. Pada pembelajaran bahasa Inggris umum di Fase D (SMP/MTs/Program Paket B), pembelajaran berfokus pada penguatan berbahasa Inggris lisan dan penguatan kemampuan berbahasa tulisan. Pada pembelajaran bahasa Inggris umum di Fase E dan F (SMA/MA/Program Paket C), pembelajaran bahasa Inggris berfokus pada penguatan berbahasa lisan dan tulisan dengan target CEFR B1. D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Bahasa Inggris Setiap Fase 1. Fase A, Umumnya untuk Kelas I dan II (SD/MI/Program Paket A). Pada akhir Fase A, peserta didik memahami bahwa bahasa Inggris lisan dapat membantu mereka berinteraksi dengan orang lain dalam situasi sosial Dalam mengembangkan sehari-hari dan konteks kelas. keterampilan menyimak dan berbicara, peserta didik mengikuti/merespon instruksi atau pertanyaan sederhana dalam bahasa Inggris dan mengucapkan dengan baik kosakata sederhana. Pada Fase A, peserta didik banyak menggunakan alat bantu visual dan komunikasi non-verbal untuk membantu mereka berkomunikasi. Peserta didik memahami bahwa kegiatan membaca merupakan kegiatan individu maupun berkelompok yang bisa dilakukan untuk memberikan kesenangan (reading for pleasure). Mereka memahami bahwa gambar yang terdapat dalam buku yang dibacakan oleh guru atau gambar yang peserta didik amati memiliki arti. Mereka merespon secara lisan, visual, dan/atau komunikasi non-verbal terhadap teks sederhana yang dibacakan atau gambar yang dilihatnya. Elemen Menyimak – Berbicara Pada akhir Fase A, peserta didik menggunakan bahasa Inggris sederhana untuk berinteraksi dalam situasi sosial dan kelas seperti berkenalan, memberikan informasi diri, mengucapkan salam dan 154 selamat tinggal. Mereka merespon instruksi sederhana (dengan bantuan visual) melalui gerakan tubuh atau menjawab pertanyaan pendek sederhana dengan kata, frase atau kalimat sederhana. Mereka memahami ide pokok dari informasi yang disampaikan secara lisan dengan bantuan visual dan menggunakan kosakata sederhana. Mereka menggunakan alat bantu visual untuk membantu mereka berkomunikasi. By the end of Phase A, students use basic English to interact in social and classroom situations such as introducing themselves, sharing personal information, greeting and bidding farewell. They respond to simple instructions (with support from visual cues) with action-related language or answer to short, simple questions with simple words, phrases or sentences. They identify key points of information in visually supported oral presentations containing familiar vocabulary. They use visual texts to help them communicate. Elemen Membaca – Memirsa Pada akhir Fase A, peserta didik merespon secara lisan terhadap teks pendek sederhana dan familiar, berbentuk teks tulis yang dibacakan oleh guru. Peserta didik menunjukkan pemahaman teks yang dibacakan atau gambar/ilustrasi yang diperlihatkan padanya, menggunakan komunikasi non-verbal. By the end of Phase A, students respond orally to short, simple, familiar texts in the form of print texts read by teachers. They show understanding of texts being read to or pictures/illustration being shown, using nonverbal communication. Elemen Menulis – Mempresentasikan Belum menjadi fokus pembelajaran pada fase ini, karena peserta didik belum diminta untuk mengungkapkan gagasan secara tertulis (composing/producing). 2. Fase B, Umumnya untuk Kelas III dan IV (SD/MI/Program Paket A) Pada akhir Fase B, peserta didik memahami dan merespon teks lisan dan visual sederhana dalam bahasa Inggris. Dalam mengembangkan keterampilan menyimak dan berbicara, peserta didik mengikuti/merespon instruksi atau pertanyaan sederhana dalam bahasa Inggris dan membagikan informasi dengan kosakata sederhana. Peserta didik merespon berbagai teks/gambar secara lisan dan tulisan sederhana dengan alat bantu visual dan komunikasi non-verbal. Pada Fase B, peserta didik dapat berinteraksi dengan menggunakan bahasa Inggris sederhana. Elemen Menyimak – Berbicara Pada akhir Fase B, peserta didik menggunakan bahasa Inggris untuk berinteraksi dalam lingkup situasi sosial dan kelas yang makin luas, namun masih dapat diprediksi (rutin) menggunakan kalimat dengan 155 pola yang sesuai dengan konteks yang dibicarakan. Mereka mengubah/mengganti sebagian elemen kalimat untuk dapat berpartisipasi dalam rutinitas kelas dan aktivitas belajar, seperti menyampaikan perasaan, menyampaikan kebutuhan, dan meminta pertolongan. Mereka memahami ide pokok dari informasi yang disampaikan secara lisan dengan bantuan visual, serta menggunakan kosakata sederhana. Mereka mengikuti rangkaian instruksi sederhana yang berkaitan dengan prosedur kelas dan aktivitas belajar dengan bantuan visual. By the end of Phase B, students use English to interact in a range of predictable social and classroom situations using certain patterns of sentences. They change/substitute some sentence elements to participate in classroom routines and learning activities, such as expressing feelings, expressing needs and requesting help. They identify key points of information in visually supported oral presentations containing familiar vocabulary. Using visual cues, they follow a series of simple instructions related to classroom procedures and learning activities. Elemen Membaca – Memirsa Pada akhir fase B, peserta didik memahami kata-kata yang sering digunakan sehari-hari dengan bantuan gambar/ilustrasi. Mereka membaca dan memberikan respon terhadap teks pendek sederhana dan familiar dalam bentuk tulisan atau digital, termasuk teks visual, multimodal atau interaktif. By the end of Phase B, students understand everyday vocabulary with support from pictures/illustration. They read and respond to a range of short, simple, familiar texts in the form of print or digital texts, including visual, multimodal or interactive texts. Elemen Menulis – Mempresentasikan Pada akhir fase B, peserta didik mengomunikasikan ide dan pengalamannya melalui gambar dan salinan tulisan. Dengan bantuan guru, mereka menghasilkan teks deskripsi dan prosedur sederhana menggunakan kata/frasa sederhana dan gambar. Mereka menulis kosakata sederhana yang berkaitan dengan lingkungan kelas dan rumah dalam bahasa Inggris menggunakan ejaan yang diciptakan sendiri oleh anak. By the end of Phase B, students communicate their ideas and experience through drawings and copied writing. With teachers’ support, they produce simple descriptions and procedures using simple words/phrases and pictures. They use invented spelling in writing simple vocabulary related to their class and home environments. 3. Fase C, Umumnya untuk Kelas V dan VI (SD/MI/Program Paket A) Pada akhir Fase C, peserta didik memahami dan merespon teks lisan, tulisan, dan visual sederhana dalam bahasa Inggris. Mereka menggunakan bahasa Inggris sederhana untuk berinteraksi dan berkomunikasi dalam situasi yang familiar/lazim/rutin. Peserta didik memahami hubungan bunyi huruf pada kosakata sederhana dalam bahasa Inggris dan menggunakan pemahaman 156 tersebut untuk memahami dan memproduksi teks tulisan dan visual sederhana dalam bahasa Inggris dengan bantuan contoh. Elemen Menyimak – Berbicara Pada akhir Fase C, peserta didik menggunakan kalimat dengan pola tertentu dalam bahasa Inggris untuk berinteraksi pada lingkup situasi sosial dan kelas yang makin luas, namun masih dapat diprediksi atau bersifat rutin. Mereka mengubah/mengganti sebagian elemen kalimat untuk dapat berpartisipasi dalam aktivitas belajar, seperti membuat pertanyaan sederhana, meminta klarifikasi dan meminta izin. Mereka menggunakan beberapa strategi untuk mengidentifikasi informasi penting/inti dalam berbagai konteks, seperti meminta pembicara untuk mengulangi atau berbicara dengan lebih pelan, atau bertanya arti sebuah kata. Mereka mengikuti rangkaian instruksi sederhana yang berkaitan dengan prosedur kelas dan aktivitas belajar. By the end of Phase C, students use English to interact in a range of predictable social and classroom situations using certain patterns of sentences. They change/substitute some elements of sentences to participate in learning activities such as asking simple questions, requesting clarification and seeking permission. They use some strategies to identify key information in most contexts such as asking a speaker to repeat or to speak slowly, or asking what a word means. They follow a series of simple instructions related to classroom procedures and learning activities. Elemen Membaca – Memirsa Pada akhir Fase C, peserta didik memahami kata-kata yang sering digunakan sehari-hari dan memahami kata-kata baru dengan bantuan gambar/ilustrasi serta kalimat dalam konteks yang dipahami peserta didik. Mereka membaca dan memberikan respon terhadap beragam teks pendek, sederhana dan familiar dalam bentuk tulisan atau digital, termasuk teks visual, multimodal atau interaktif. Mereka menemukan informasi pada sebuah kalimat dan menjelaskan topik sebuah teks yang dibaca atau diamatinya. By the end of Phase C, students understand familiar and new vocabulary with support from visual cues or context clues. They read and respond to a wide range of short, simple, familiar texts in the form of print or digital texts, including visual, multimodal or interactive texts. They find basic information in a sentence and explain a topic in a text read or viewed. Elemen Menulis – Mempresentasikan Pada akhir Fase C, peserta didik mengomunikasikan ide dan pengalamannya melalui salinan tulisan dan tulisan sederhana mereka sendiri, serta menunjukkan perkembangan pemahaman terhadap proses menulis. Mereka menunjukkan kesadaran awal bahwa teks dalam bahasa Inggris ditulis dengan kaidah (konvensi) yang disesuaikan dengan konteks dan tujuannya. Dengan bantuan guru, mereka menghasilkan teks deskripsi, cerita, dan prosedur sederhana menggunakan kalimat dengan pola tertentu dan contoh pada tingkatan kata dan kalimat sederhana. Mereka menunjukkan kesadaran atas pentingnya tanda baca dasar dan penggunaan huruf kapital. Mereka menunjukkan pemahaman terhadap beberapa hubungan bunyi-huruf 157 dalam bahasa Inggris dan ejaan dari kata-kata yang umum digunakan. Dalam menulis, mereka menggunakan kosakata yang berkaitan dengan lingkungan kelas dan rumah, dan mereka juga menggunakan beberapa strategi dasar seperti menyalin kata atau frasa dari buku atau daftar kata, menggunakan gambar, dan bertanya bagaimana cara menuliskan sebuah kata. By the end of Phase C, students communicate their ideas and experience through copied writing and their own basic writing, showing evidence of a developing understanding of the writing process. They demonstrate an early awareness that written texts in English are presented through conventions, which change according to context and purpose. With teachers’ support, they produce simple descriptions, recounts and procedures using certain patterns of sentences and modelled examples at word and simple sentence level. They show awareness of the need for basic punctuation and capitalization. They demonstrate knowledge of some English letter-sound relationships and the spelling of high-frequency words. In their writing, they use vocabulary related to their class and home environments, and use basic strategies, such as copying words or phrases from books or word lists, using images and asking how to write a word. 4. Fase D, Umumnya untuk Kelas VII, VIII, dan IX (SMP/MTs/Program Paket B) Pada akhir Fase D, peserta didik menggunakan teks lisan, tulisan dan visual dalam bahasa Inggris untuk berinteraksi dan berkomunikasi dalam konteks yang lebih beragam dan dalam situasi formal dan informal. Peserta didik dapat menggunakan berbagai jenis teks seperti narasi, deskripsi, prosedur, teks khusus (pesan singkat, iklan) dan teks otentik menjadi rujukan utama dalam mempelajari bahasa Inggris di fase ini. Peserta didik menggunakan menyampaikan bahasa Inggris untuk keinginan/perasaan. berdiskusi Pemahaman terhadap teks tulisan semakin berkembang dan dan mereka keterampilan inferensi mulai tampak ketika memahami informasi tersirat. Mereka memproduksi teks tulisan dan visual dalam bahasa Inggris yang terstruktur dengan kosakata yang lebih beragam. Mereka memahami tujuan dan pemirsa ketika memproduksi teks tulisan dan visual dalam bahasa Inggris. Elemen Menyimak – Berbicara Pada akhir Fase D, peserta didik menggunakan bahasa Inggris untuk berinteraksi dan saling bertukar ide, pengalaman, minat, pendapat dan pandangan dengan guru, teman sebaya dan orang lain dalam berbagai macam konteks familiar yang formal dan informal. Dengan pengulangan dan penggantian kosakata, peserta didik memahami ide utama dan detil yang relevan dari diskusi atau presentasi mengenai berbagai macam 158 topik yang telah familiar dan dalam konteks kehidupan di sekolah dan di rumah. Mereka terlibat dalam diskusi, misalnya memberikan pendapat, membuat perbandingan dan menyampaikan preferensi. Mereka menjelaskan dan memperjelas jawaban mereka menggunakan struktur kalimat dan kata kerja sederhana. By the end of Phase D, students use English to interact and exchange ideas, experiences, interests, opinions and views with teachers, peers and others in an increasing variety of familiar formal and informal contexts. With some repetition and rewording, they comprehend the main ideas and relevant details of discussions or presentations on a variety of general interest topics. They engage in discussion such as giving opinions, making comparisons and stating preferences. They explain and clarify their answers using basic sentence structure and verb tenses. Elemen Membaca – Memirsa Pada akhir fase D, peserta didik membaca dan merespon teks familiar dan tidak familiar yang mengandung struktur yang telah dipelajari dan kosakata yang familiar secara mandiri. Mereka mencari dan mengevaluasi ide utama dan informasi spesifik dalam berbagai jenis teks. Teks ini dapat berbentuk cetak atau digital, termasuk diantaranya teks visual, multimodal atau interaktif. Mereka mengidentifikasi tujuan teks dan mulai melakukan inferensi untuk memahami informasi tersirat dalam sebuah teks. By the end of Phase D, students independently read and respond to familiar and unfamiliar texts containing predictable structures and familiar vocabulary. They locate and evaluate main ideas and specific information in texts of different genres. These texts may be in the form of print or digital texts, including visual, multimodal or interactive texts. They identify the purpose of texts and begin to make inference to comprehend implicit information in the text. Elemen Menulis – Mempresentasikan Pada akhir Fase D, peserta didik mengomunikasikan ide dan pengalaman mereka melalui paragraf sederhana dan terstruktur, menunjukkan perkembangan dalam penggunaan kosakata spesifik dan struktur kalimat sederhana. Menggunakan contoh, mereka membuat perencanaan, menulis, dan menyajikan teks informasi, imajinasi dan persuasi dengan menggunakan kalimat sederhana dan majemuk untuk menyusun argumen dan menjelaskan atau mempertahankan suatu pendapat. By the end of Phase D, students communicate their ideas and experience through simple, organized paragraphs, demonstrating a developing use of specific vocabulary and simple sentence structures. Using models, they plan, create and present informative, imaginative and persuasive texts in simple and compound sentences to structure arguments and to explain or justify a position. They include basic information and detail, and also vary their sentence construction in their writing. Students express ideas in the present, future, and past tenses. They use time markers, adverbs of frequency and common conjunctions to link ideas. Their attempts to spell new words are based on known English letter-sound relationships and they use punctuation and capitalization with consistency. 159 5. Fase E, Umumnya untuk Kelas X (SMA/MA/Program Paket C) Pada akhir Fase E, peserta didik menggunakan teks lisan, tulisan dan visual dalam bahasa Inggris untuk berkomunikasi sesuai dengan situasi, tujuan, dan pemirsa/pembacanya. Berbagai jenis teks seperti narasi, deskripsi, prosedur, eksposisi, recount, report, dan teks otentik menjadi rujukan utama dalam mempelajari bahasa Inggris di fase ini. Peserta didik menggunakan bahasa Inggris untuk menyampaikan keinginan/perasaan dan berdiskusi mengenai topik yang dekat dengan keseharian mereka atau isu yang hangat sesuai usia peserta didik di fase ini. Mereka membaca teks tulisan untuk mempelajari sesuatu/mendapatkan informasi. Keterampilan inferensi tersirat ketika memahami informasi, dalam bahasa Inggris mulai berkembang. Peserta didik memproduksi teks tulisan dan visual yang lebih beragam, dengan kesadaran terhadap tujuan dan target pembaca. Elemen Menyimak – Berbicara Pada akhir Fase E, peserta didik menggunakan bahasa Inggris untuk berkomunikasi dengan guru, teman sebaya dan orang lain dalam berbagai macam situasi dan tujuan. Mereka menggunakan dan merespon pertanyaan dan menggunakan strategi untuk memulai dan mempertahankan percakapan dan diskusi. Mereka memahami dan mengidentifikasi ide utama dan detail relevan dari diskusi atau presentasi mengenai topik yang dekat dengan kehidupan pemuda. Mereka menggunakan bahasa Inggris untuk menyampaikan opini terhadap isu yang dekat dengan kehidupan pemuda dan untuk membahas minat. Mereka memberikan pendapat dan membuat perbandingan. Mereka menggunakan elemen non-verbal seperti bahasa tubuh, kecepatan bicara, dan nada suara untuk dapat dipahami dalam sebagian konteks. By the end of Phase E, students use English to communicate with teachers, peers and others in a range of settings and for a range of purposes. They use and respond to questions and use strategies to initiate and sustain conversations and discussion. They understand and identify the main ideas and relevant details of discussions or presentations on youth-related topics. They use English to express opinions on youth-related issues and to discuss youth-related interests. They give and make comparisons. They use non-verbal elements such as gestures, speed and pitch to be understood in some contexts. Elemen Membaca – Memirsa Pada akhir Fase E, peserta didik membaca dan merespon berbagai macam teks seperti narasi, deskripsi, prosedur, eksposisi, recount, dan report. Mereka membaca untuk mempelajari sesuatu atau untuk mendapatkan informasi. Mereka mencari dan mengevaluasi detil spesifik dan inti dari berbagai macam jenis teks. Teks ini dapat berbentuk cetak atau digital, termasuk di antaranya teks visual, multimodal atau interaktif. Pemahaman mereka terhadap ide pokok, 160 isu-isu atau pengembangan plot dalam berbagai macam teks mulai berkembang. Mereka mengidentifikasi tujuan penulis dan mengembangkan keterampilannya untuk melakukan inferensi sederhana dalam memahami informasi tersirat dalam teks. By the end of Phase E, students read and respond to a variety of texts, such as narratives, descriptions, procedures, expositions, recount and report. They read to learn or to find information. They locate and evaluate specific details and main ideas of a variety of texts. These texts may be in the form print or digital texts, including visual, multimodal or interactive texts. They are developing understanding of main ideas, issues or plot development in a variety of texts. They identify the author’s purposes and are developing simple inferential skills to help them understand implied information from the texts. Elemen Menulis – Mempresentasikan Pada akhir Fase E, peserta didik menulis berbagai jenis teks fiksi dan non-fiksi, melalui aktivitas yang dipandu, menunjukkan kesadaran peserta didik terhadap tujuan dan target pembaca. Mereka membuat perencanaan, menulis, mengulas dan menulis ulang berbagai jenis tipe teks dengan menunjukkan strategi koreksi diri, termasuk tanda baca dan huruf besar. Mereka menyampaikan ide menggunakan kosakata dan kata kerja umum dalam tulisannya. Mereka menyajikan informasi menggunakan berbagai mode presentasi untuk menyesuaikan dengan pembaca/pemirsa dan untuk mencapai tujuan yang berbeda-beda, dalam bentuk cetak dan digital. By the end of phase E, students write a variety of fiction and non-fiction texts, through guided activities, showing an awareness of purpose and audience. They plan, write, review and redraft a range of text types with some evidence of self-correction strategies, including punctuation and capitalization. They express ideas and use common/daily vocabulary and verbs in their writing. They present information using different modes of presentation to suit different audiences and to achieve different purposes, in print and digital forms. 6. Fase F, Umumnya untuk Kelas XI dan XII (SMA/MA/Program Paket C) Pada akhir Fase F, peserta didik menggunakan teks lisan, tulisan dan visual dalam bahasa Inggris untuk berkomunikasi sesuai dengan situasi, tujuan, dan pemirsa/pembacanya. Berbagai jenis teks seperti narasi, deskripsi, eksposisi, prosedur, argumentasi, diskusi, dan teks otentik menjadi rujukan utama dalam mempelajari bahasa Inggris di fase ini. Peserta didik menggunakan bahasa Inggris untuk berdiskusi dan menyampaikan keinginan/perasaan. Peserta didik menggunakan keterampilan berbahasa Inggris untuk mengeksplorasi berbagai teks dalam berbagai macam topik kontekstual. Mereka membaca teks tulisan untuk mempelajari sesuatu/mendapatkan informasi dan untuk kesenangan. Pemahaman mereka terhadap teks tulisan semakin 161 mendalam. Keterampilan inferensi tersirat ketika memahami informasi, dan kemampuan evaluasi berbagai jenis teks dalam bahasa Inggris sudah berkembang. Mereka memproduksi teks lisan dan tulisan serta visual dalam bahasa Inggris yang terstruktur dengan kosakata yang lebih beragam. Peserta didik memproduksi beragam teks tulisan dan visual, fiksi maupun non-fiksi dengan kesadaran terhadap tujuan dan target pembaca/pemirsa. Elemen Menyimak – Berbicara Pada akhir Fase F, peserta didik menggunakan bahasa Inggris untuk berkomunikasi dengan guru, teman sebaya dan orang lain dalam berbagai macam situasi dan tujuan. Mereka menggunakan dan merespon pertanyaan terbuka dan menggunakan strategi untuk memulai, mempertahankan dan menyimpulkan percakapan dan diskusi. Mereka memahami dan mengidentifikasi ide utama dan detail relevan dari diskusi atau presentasi mengenai berbagai macam topik. Mereka menggunakan bahasa Inggris untuk menyampaikan opini terhadap isu sosial dan untuk membahas minat, perilaku dan nilainilai lintas konteks budaya yang dekat dengan kehidupan pemuda. Mereka memberikan dan mempertahankan pendapatnya, membuat perbandingan dan mengevaluasi perspektifnya. Mereka menggunakan strategi koreksi dan perbaikan diri, dan menggunakan elemen nonverbal seperti bahasa tubuh, kecepatan bicara dan nada suara untuk dapat dipahami dalam sebagian besar konteks. By the end of Phase F, students use English to communicate with teachers, peers and others in a range of settings and for a range of purposes. They use and respond to open-ended questions and use strategies to initiate, sustain and conclude conversations and discussion. They understand and identify the main ideas and relevant details of discussions or presentations on a wide range of topics. They use English to express opinions on social issues and to discuss youth-related interests, behaviours and values across cultural contexts. They give and justify opinions, make comparisons and evaluate perspectives. They employ self-correction and repair strategies, and use non-verbal elements such as gestures, speed and pitch to be understood in most contexts. Elemen Membaca – Memirsa Pada akhir Fase F, peserta didik membaca dan merespon berbagai macam teks seperti narasi, deskripsi, eksposisi, prosedur, argumentasi, dan diskusi secara mandiri. Mereka membaca untuk mempelajari sesuatu dan membaca untuk kesenangan. Mereka mencari, membuat sintesis dan mengevaluasi detil spesifik dan inti dari berbagai macam jenis teks. Teks ini dapat berbentuk cetak atau digital, termasuk di antaranya teks visual, multimodal atau interaktif. Mereka menunjukkan pemahaman terhadap ide pokok, isu-isu atau pengembangan plot dalam berbagai macam teks. Mereka mengidentifikasi tujuan penulis dan melakukan inferensi untuk memahami informasi tersirat dalam teks. By the end of Phase F, students independently read and respond to a wide range of texts such as narratives, descriptives, expositions, procedures, argumentatives and discussions. They read to learn and read for pleasure. They locate, synthesize and evaluate specific details and gist from a range of text genres. These texts may be in the form of print or 162 digital texts, including visual, multimodal or interactive texts. They demonstrate an understanding of the main ideas, issues or plot development in a range of texts. They identify the author’s purpose and make inference to comprehend implicit information in the text. Elemen Menulis – Mempresentasikan Pada akhir Fase F, peserta didik menulis berbagai jenis teks fiksi dan faktual secara mandiri, menunjukkan kesadaran peserta didik terhadap tujuan dan target pembaca. Mereka membuat perencanaan, menulis, mengulas dan menulis ulang berbagai jenis tipe teks dengan menunjukkan strategi koreksi diri, termasuk tanda baca, huruf besar, dan tata bahasa. Mereka menyampaikan ide kompleks dan menggunakan berbagai kosakata dan tata bahasa yang beragam dalam tulisannya. Mereka menuliskan kalimat utama dalam paragraf-paragraf mereka dan menggunakan penunjuk waktu untuk urutan, juga konjungsi, kata penghubung dan kata ganti orang ketiga untuk menghubungkan atau membedakan ide antar dan di dalam paragraf. Mereka menyajikan informasi menggunakan berbagai mode presentasi untuk menyesuaikan dengan pemirsa dan untuk mencapai tujuan yang berbeda-beda, dalam bentuk cetak dan digital. By the end of Phase F, students independently write an extensive range of fictional and factual text types, showing an awareness of purpose and audience. They plan, write, review and redraft a range of text types with some evidence of self-correction strategies, including punctuation, capitalization and tenses. They express complex ideas and use a wide range of vocabulary and verb tenses in their writing. They include topic sentences in their paragraphs and use time markers for sequencing, also conjunctions, connectives and pronoun references for linking or contrasting ideas between and within paragraphs. They present information using different modes of presentation to suit different audiences and to achieve different purposes, in print and digital forms. 163 V.2. CAPAIAN PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS TINGKAT LANJUT A. Rasional Mata Pelajaran Bahasa Inggris Tingkat Lanjut Bahasa Inggris Tingkat Lanjut adalah program di luar pengajaran bahasa Inggris wajib, yang diberikan untuk Kelas XI dan XII (SMA/MA/Program Paket C) dengan memfasilitasi peserta didik yang benar-benar berminat untuk mempelajari bahasa Inggris dengan lebih komprehensif dan terfokus. Program ini diharapkan dapat membantu peserta didik agar berhasil mencapai kemampuan akademik yang ditargetkan serta life skills yang diperlukan untuk dapat hidup dalam tatanan dunia dan teknologi yang berubah dengan cepat. Selain life skills, di dalam pembelajaran Bahasa Inggris Tingkat Lanjut juga menekankan pada keterampilan Abad 21 (berpikir kritis, kreativitas, komunikasi, dan kolaborasi), pengembangan karakter, dan literasi sesuai kebutuhan. Pengajaran Bahasa Inggris Tingkat Lanjut ini memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan kemampuan bahasa Inggris, pada keempat keterampilan bahasa Inggris yang meliputi menyimak, berbicara, membaca dan menulis, kepada tingkat yang lebih tinggi. Capaian Pembelajaran minimal keempat keterampilan Bahasa Inggris pada program Bahasa Inggris Tingkat Lanjut ini mengacu pada Common European Framework of Reference for Languages: Learning, Teaching, Assessment (CEFRL) dan setara Level B2. English Level B2 adalah tingkat keempat bahasa Inggris, yakni tingkat Upper Intermediate dalam Common European Framework of Reference (CEFR), suatu penentuan berbagai tingkat kecakapan bahasa yang disusun oleh Dewan Eropa. Dalam percakapan seharihari, tingkat ini biasa disebut sebagai confident atau percaya diri. Pada tingkat ini, peserta didik dapat berfungsi secara mandiri di berbagai lingkungan akademik dan profesional menggunakan bahasa Inggris, meskipun dengan berbagai nuansa dan keakuratan yang terbatas. (https://www.cambridgeenglish.org/exams-and-tests/cefr/; EF, CEFR, https://www.efset.org/id/cefr/b2/). Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran Bahasa Inggris Tingkat Lanjut ini adalah pendekatan berbasis teks (genre-based approach), yakni pembelajaran difokuskan pada teks, dalam berbagai moda, baik lisan, tulisan, visual, 164 audio, maupun multimodal. Pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman dalam menggunakan teks-teks berbahasa Inggris untuk memahami dan menerapkan berdasarkan pengetahuan rasa faktual, konseptual, keingintahuan (curiousity) dan prosedural tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya terkait fenomena dan kejadian tampak kasad mata. Teks menjadi fokus pembelajaran sebagaiamana yang dikatakan oleh Halliday dan Mathiesen (2014: 3) bahwa “When people speak or write, they produce text, and text is what listeners and readers engage with and interpret.” Untuk itu, pengajaran juga difokuskan pada penguatan kemampuan menggunakan bahasa Inggris dalam empat keterampilan berbahasa, yakni menyimak, berbicara, membaca dan menulis secara terpadu, dalam tiga jenis teks, yakni naratif, eksposisi, dan diskusi. Ada 4 tahap pada pengajaran bahasa yang menggunakan pendekatan berbasis teks: tahap pertama Building Knowledge of Field; guru dan peserta didik membangun konteks budaya, berbagi pengalaman, membahas kosakata, pola-pola kalimat, dan sebagainya. Pada tahap kedua, Modelling of Text; guru menunjukkan teks model (lisan atau tulisan) dari jenis teks yang sedang dipelajari. Tahap ketiga, Joint Construction of Text; peserta didik mencoba memproduksi teks secara berkelompok dengan bantuan guru. Tahap keempat, Independent Construction of Text; peserta didik diberi kesempatan untuk memproduksi teks lisan dan tulisan secara mandiri, dengan bimbingan guru yang minimal, hanya kalau diperlukan. Pembelajaran Bahasa Inggris Tingkat Lanjut juga dirancang untuk membentuk Profil Pelajar Pancasila seperti beriman dan berakhlak mulia, mandiri, bernalar kritis, kreatif, gotong royong, dan berkebhinekaan global, baik secara langsung maupun tidak langsung, dalam berinteraksi dengan lingkungan sosial dan alam melalui pembelajaran yang bersifat kontekstual. Dalam kaitannya dengan tujuan pembentukan Profil Pelajar Pancasila, pengajaran Bahasa Inggris Tingkat Lanjut diharapkan dapat mewujudkan peserta didik yang merdeka, yakni menjadi pengguna bahasa Inggris yang mandiri dan percaya diri, selain itu, pembentukan Profil Pelajar Pancasila juga dapat dicapai melalui berbagai aktivitas pembelajaran dengan berbagai jenis teks. 165 B. Tujuan Mata Pelajaran Bahasa Inggris Tingkat Lanjut Mata pelajaran Bahasa Inggris Tingkat Lanjut bertujuan untuk memastikan peserta didik sebagai berikut. 1. Menggunakan bahasa Inggris secara mandiri dan dengan rasa percaya diri untuk mencapai tujuan komunikasi baik lisan maupun tulisan dalam tiga jenis teks, yakni naratif, eksposisi, dan diskusi dalam empat keterampilan berbahasa secara terpadu, dengan kompetensi bahasa Inggris setara Level B2 CEFR. Pada Level B2 CEFR, peserta didik diharapkan mampu: a. memahami gagasan utama dari teks yang kompleks baik tentang topik konkrit terkait kejadian-kejadian di lingkungan sekitar, maupun abstrak terkait isu mutakhir atau topik terkait mata pelajaran lain dalam teks naratif, eksposisi, dan diskusi; b. berinteraksi dengan lancar, spontan, dan mampu berinteraksi secara teratur dengan penutur jati bahasa Inggris, serta cukup mungkin tanpa ada hambatan bagi kedua belah pihak yang berkomunikasi atau berinteraksi; c. memproduksi teks dengan struktur organisasi yang jelas dan detail, tentang berbagai topik dan menjelaskan pendapat atau pandangan terkait isu dalam topik tertentu dengan memberikan manfaat dan kelemahan (pro dan kontra) dari berbagai pilihan atau pendapat. Semua karakteristik kemampuan bahasa Inggris Level B2 di atas sesuai dengan tujuan dari teks naratif, eksposisi, dan diskusi. 2. Memiliki keterampilan Abad 21, termasuk berpikir kritis, kreatif, berkomunikasi lisan dan tulisan, dan mampu bekerja sama, serta mampu berliterasi digital. 3. Menjadi warga masyarakat global yang tetap memegang teguh nilainilai Pancasila sebagai falsafah hidup mengedepankan Profil Pelajar Pancasila bangsa dengan seperti beriman dan berakhlak mulia, mandiri, bernalar kritis, kreatif, gotong royong, dan berkebhinekaan global. C. Karakteristik Mata Pelajaran Bahasa Inggris Tingkat Lanjut 1. Pengajaran mencakup empat keterampilan berbahasa, yakni menyimak, berbicara, membaca dan menulis yang diajarkan secara terintegrasi dalam siklus pengajaran berbasis teks, khususnya 3 166 jenis teks, yakni naratif, eksposisi, dan diskusi. Teks naratif dipilih karena tiga alasan utama. Pertama, teks naratif merupakan life— worlds (Macken-Horarik, dkk, 2017: 32) peserta didik, tersedia di setiap masa, dalam setiap kalangan dan kelompok usia, dalam berbagai jenis dan topik, mulai dari topik sejarah sampai topik terkini. Kedua, teks naratif bertujuan untuk menghibur, dan merupakan bagian dari karya sastra. Hal ini diharapkan mampu menarik perhatian dan meningkatkan minat peserta didik untuk terus belajar bahasa Inggris. Alasan terakhir adalah naratif juga memainkan peran penting dalam menentukan cara pandang seseorang terhadap dunia (Bruner, 1986; Gee, 1989,1999, dalam Lopez-Bonilla, 2011:49). Teks eksposisi dan diskusi dipilih karena jenis teks ini mempunyai peranan yang sangat penting, tidak hanya di dunia akademik, tetapi juga di dunia kerja. Teks eksposisi dan diskusi menuntut peserta didik untuk mampu menggunakan bahasa Inggris untuk mengemukakan pendapat tentang suatu isu, dengan mengungkapkan argumen yang didukung fakta, data, dan pendapat para ahli terkait isu tersebut. Teks diskusi, khususnya, menuntut peserta didik untuk melihat satu isu dari berbagai perspektif, mendukung minimal dan dua perspektif, menentang. yakni Pengajaran perspektif teks diskusi yang dapat memfasilitasi peserta didik untuk berlatih berdebat dalam bahasa Inggris dan juga kemampuan yang sangat penting baik dalam dunia akademik maupun dalam dunia kerja dewasa ini. Kedua jenis teks ini, dengan argumen sebagai bagian utama, berperan penting dalam pengembangan kemampuan berpikir kritis dan mendapat perhatian besar dari pemerintah dewasa ini. 2. Ketiga teks ini disajikan bukan hanya dalam bentuk teks tulisan, tetapi juga teks lisan (monolog atau dialog), teks visual, teks audio, dan teks multimodal (teks yang mengandung aspek verbal, visual dan audio), baik otentik maupun teks yang dibuat untuk tujuan pengajaran, baik tunggal maupun teks ganda, yang diproduksi dalam kertas maupun layar. Hal ini diupayakan untuk memfasilitasi peserta didik supaya terampil menggunakan teknologi (literasi teknologi), sehingga kemampuan peserta didik meningkat dalam mengelola informasi digital. 3. Pengajaran sastra dan lintas 167 budaya menjadi bagian dari pengajaran Bahasa Inggris Tingkat Lanjut, karena teks merupakan konstruksi sosial, pembahasan teks tidak akan terlepas dari pembahasan budaya yang direfleksikan dalam setiap teks yang dibahas. Dengan demikian, pengajaran sastra dan budaya sudah inklusif dalam pengajaran pada 3 jenis teks di atas. 4. Konsep belajar yang digunakan adalah the zone of proximal development, yakni bahwa proses belajar harus menciptakan jarak antara tingkat penyelesaian perkembangan masalah aktual secara yang mandiri ditentukan dengan oleh tingkat perkembangan yang dicapai di bawah bimbingan orang dewasa (guru) atau kerja sama dengan teman sebaya yang lebih mampu (Vygotsky, 1978: 86). Dalam kaitannya dengan konsep merdeka belajar, pengajaran Bahasa Inggris Tingkat Lanjut diharapkan dapat mewujudkan para peserta didik yang merdeka, yakni menjadi pengguna bahasa Inggris yang mandiri dan percaya diri. 5. Proses belajar berlangsung berdasarkan konsep bahwa belajar merupakan proses sosial, dan peserta didik belajar bahasa, belajar melalui bahasa, dan belajar tentang bahasa (Halliday, dalam Feez and Joyce, 1998). 6. Proses belajar terjadi dalam kerangka apprenticeship (magang), di mana guru berperan sebagai ahli yang bisa memberikan bimbingan sampai peserta didik memiliki kemampuan yang diharapkan. Proses belajar selanjutnya berfokus pada peserta didik (learnercentred) (Tyler, 1949, 1990), yakni bahwa proses belajar harus difokuskan pada upaya mengubah perilaku peserta didik (yang asalnya dari tidak mampu menjadi mampu), dalam menggunakan bahasa Inggris pada empat keterampilan berbahasa dalam jenis teks naratif, eksposisi, dan diskusi. 7. Prinsip belajar adalah scaffolding, yakni bantuan tutorial yang diberikan oleh guru atau orang dewasa lain yang mengetahui cara mengontrol hal-hal yang berada di luar kapasitas peserta didik (Wood, Bruner and Ross, 1976; Wells, 1999). Guru berperan mengajarkan kepada peserta didik cara melakukan sesuatu, dalam hal ini cara menggunakan bahasa Inggris dan memberikan kesempatan untuk mempraktikkannya (Mendelsohn, 2008: 56). 168 Elemen-elemen mata pelajaran beserta deskripsinya Elemen Deskripsi Menyimak (Listening) Peserta didik diharapkan mencapai kemampuan yang ditargetkan dalam mata pelajaran Bahasa Inggris wajib dan mampu memahami gagasan utama dari teks dengaran yang kompleks baik tentang topik konkrit terkait kejadian-kejadian di lingkungan sekitar, maupun abstrak terkait isu mutakhir atau topik terkait mata pelajaran lain dalam teks naratif, eksposisi dan diskusi. Membaca (Reading) Peserta didik diharapkan mencapai kemampuan yang ditargetkan dalam mata pelajaran Bahasa Inggris wajib dan mampu memahami gagasan utama dari teks tulis, baik dalam bentuk cetak maupun dalam visual, baik teks tunggal maupun ganda, dan yang kompleks baik topik konkrit terkait kejadian-kejadian di lingkungan sekitar, maupun abstrak terkait isu mutakhir atau topik terkait mata pelajaran lain dalam teks naratif, eksposisi dan diskusi. Menulis (Writing) Peserta didik diharapkan mencapai kemampuan yang ditargetkan dalam mata pelajaran Bahasa Inggris wajib dan mampu memproduksi teks dengan struktur organisasi yang jelas dan detail dalam jenis teks naratif, eksposisi dan diskusi tentang berbagai topik dan menjelaskan pendapat atau pandangan terkait isu dalam topik tertentu dengan menjelaskan manfaat dan kelemahan atau argumen yang mendukung dan menentang tentang berbagai pilihan atau pendapat. Berbicara (Speaking) Peserta didik mencapai kemampuan yang ditargetkan dalam mata pelajaran Bahasa Inggris wajib dan mampu berinteraksi dengan lancar dan spontan secara teratur dengan penutur asli bahasa Inggris dan cukup mungkin tanpa ada hambatan bagi kedua belah pihak yang berkomunikasi atau berinteraksi dalam jenis teks naratif, eksposisi, diskusi. D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Bahasa Inggris Tingkat Lanjut Setiap Fase Fase F, Umumnya untuk Kelas XI dan XII (SMA/MA/Program Paket C) Pada akhir Fase F, peserta didik menggunakan teks lisan, tulisan dan visual dalam bahasa Inggris untuk berkomunikasi sesuai dengan situasi, tujuan, dan pemirsa/pembacanya. Berbagai jenis teks seperti naratif, eksposisi, diskusi, teks sastra, teks otentik maupun multiteks menjadi rujukan utama dalam mempelajari bahasa inggris pada fase ini. Peserta didik menggunakan kemampuan bahasa Inggris untuk mengeksplorasi teks naratif, eksposisi, dan diskusi dalam berbagai macam topik termasuk isu sosial dan konteks budaya. Pada fase ini, 169 bukan hanya kemampuan berbahasa peserta didik yang semakin berkembang, tetapi juga kemampuan berpikir kritis, kreatif, komunikatif, kolaboratif, dan percaya diri demi terwujudnya Profil Pelajar Pancasila. Elemen Menyimak (Listening) Capaian Pembelajaran Pada akhir Fase ini, peserta didik diharapkan mencapai kemampuan yang ditargetkan dalam mata pelajaran Bahasa Inggris wajib dan mampu memahami gagasan utama dari teks dengaran yang kompleks baik tentang topik konkrit terkait kejadian-kejadian di lingkungan sekitar, maupun abstrak terkait isu mutakhir atau topik terkait mata pelajaran lain dalam teks naratif, eksposisi dan diskusi. At the completion of Phase F, students are expected to achieve the targeted competence in the compulsory English subject and to comprehend main ideas of complex listened texts, on both concrete and abstract topics (on events in their surrounding and current issue), including those specialised ones relevant to other subjects in the curriculum in Narrative, Exposition and Discussion texts. Membaca (Reading) Pada akhir Fase ini, peserta didik diharapkan mencapai kemampuan yang ditargetkan dalam mata pelajaran Bahasa Inggris wajib dan mampu memahami gagasan utama dari teks tulisan, baik dalam bentuk cetak maupun dalam visual, baik teks tunggal maupun ganda, yang kompleks baik topik konkrit terkait kejadian-kejadian di lingkungan sekitar, maupun abstrak terkait isu mutakhir atau topik terkait mata pelajaran lain dalam teks naratif, eksposisi, dan diskusi. At the completion of Phase F, students are expected to achieve the targeted competence in the compulsory English subject, and can comprehend main ideas of complex written texts, both in print and on screen, single or multiple, both on concrete and abstract topics (on events in their surrounding and current issue), including the discussion on specialised ones relevant to other subjects in the curriculum in three text types: Narrative, Exposition and Discussion. Menulis (Writing) Pada akhir Fase ini, peserta didik diharapkan mencapai kemampuan yang ditargetkan dalam mata pelajaran Bahasa Inggris wajib dan mampu memproduksi teks dengan struktur organisasi yang jelas dan detail dalam jenis teks naratif, eksposisi dan diskusi tentang berbagai topik dan menjelaskan pendapat atau pandangan terkait isu 170 Elemen Capaian Pembelajaran dalam topik tertentu dengan menjelaskan manfaat dan kelemahan atau argumen yang mendukung dan menentang tentang berbagai pilihan atau pendapat. At the completion of Phase F, students are expected to achieve the targeted competence in the compulsory English subject, and can produce texts with a clear and detailed structure of organisation on different topics, and express ideas or opinions on a certain issues or topics by explaining the strengths and weaknesses or arguments for and against of different choices or opinions. Berbicara (Speaking) Pada akhir Fase ini, peserta didik mencapai kemampuan yang ditargetkan dalam mata pelajaran Bahasa Inggris wajib dan mampu berinteraksi dengan lancar dan spontan secara teratur dengan penutur asli Bahasa Inggris, serta cukup mungkin tanpa ada hambatan bagi kedua belah pihak yang berkomunikasi atau berinteraksi dalam jenis teks naratif, eksposisi, dan diskusi. At the end of this Phase, students are expected to achieve the targeted competence in the compulsory English subject and can interact fluently and spontaneously, and can interact regularly with English native speakers and quite possibly without hindrances for both sides of interactants or can interact in these text types that is Narrative, Exposition and Discussion. 171 VI. CAPAIAN PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DAN SOSIAL (IPAS) SD/MI/PROGRAM PAKET A A. Rasional Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS) Tantangan yang dihadapi umat manusia kian bertambah dari waktu ke waktu. Permasalahan yang dihadapi saat ini tidak lagi sama dengan permasalahan yang dihadapi satu dekade atau bahkan satu abad yang lalu. Ilmu pengetahuan dan teknologi terus dikembangkan untuk menyelesaikan setiap tantangan yang dihadapi. Oleh karenanya, pola pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS) perlu disesuaikan agar generasi muda dapat menjawab dan menyelesaikan tantangantantangan yang dihadapi di masa yang akan datang. Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS) adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji tentang makhluk hidup dan benda mati di alam semesta serta interaksinya, dan mengkaji kehidupan manusia sebagai individu sekaligus sebagai makhluk sosial yang berinteraksi dengan lingkungannya. Secara umum, ilmu pengetahuan diartikan sebagai gabungan berbagai pengetahuan yang disusun secara logis dan bersistem dengan memperhitungkan sebab dan akibat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2016). Pengetahuan ini melingkupi pengetahuan alam dan pengetahuan sosial. Pendidikan IPAS memiliki peran dalam mewujudkan Profil Pelajar Pancasila sebagai gambaran ideal profil peserta didik Indonesia. IPAS membantu peserta didik menumbuhkan keingintahuannya terhadap fenomena yang terjadi di sekitarnya. Keingintahuan ini dapat memicu peserta didik untuk memahami bagaimana alam semesta bekerja dan berinteraksi dengan kehidupan manusia di muka bumi. Pemahaman ini dapat dimanfaatkan untuk mengidentifikasi berbagai permasalahan yang dihadapi dan menemukan solusi untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. Prinsip-prinsip dasar metodologi ilmiah dalam pembelajaran IPAS akan melatih sikap ilmiah (keingintahuan yang tinggi, kemampuan berpikir kritis, analitis dan kemampuan mengambil kesimpulan yang tepat) yang melahirkan kebijaksanaan dalam diri peserta didik. Sebagai negara yang kaya akan budaya dan kearifan lokal, melalui IPAS diharapkan peserta didik menggali kekayaan kearifan lokal terkait IPAS termasuk menggunakannya dalam memecahkan masalah. Oleh karena 172 itu, fokus utama yang ingin dicapai dari pembelajaran IPAS di SD/MI/Program Paket A bukanlah pada seberapa banyak konten materi yang dapat diserap oleh peserta didik, akan tetapi dari seberapa besar kompetensi peserta didik dalam memanfaatkan pengetahuan yang dimiliki. Dengan mempertimbangkan bahwa anak usia SD/MI/Program Paket A masih melihat segala sesuatu secara apa adanya, utuh dan terpadu maka pembelajaran IPA dan IPS disederhanakan menjadi satu mata pelajaran yaitu IPAS. Hal ini juga dilakukan dengan pertimbangan anak usia SD/MI/Program Paket A masih dalam tahap berpikir konkrit/sederhana, holistik, komprehensif, dan tidak detail. Pembelajaran di SD/MI/Program Paket A perlu memberikan peserta didik kesempatan untuk melakukan eksplorasi, investigasi dan mengembangkan pemahaman terkait lingkungan di sekitar nya. Jadi mempelajari fenomena alam serta interaksi manusia dengan alam dan antar manusia sangat penting dilakukan di tahapan ini. B. Tujuan Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS) Dengan mempelajari IPAS, peserta didik mengembangkan dirinya sehingga sesuai dengan profil Pelajar Pancasila dan dapat: 1. mengembangkan ketertarikan serta rasa ingin tahu sehingga peserta didik terpicu untuk mengkaji fenomena yang ada di sekitar manusia, memahami alam semesta dan kaitannya dengan kehidupan manusia; 2. berperan aktif dalam memelihara, menjaga, melestarikan lingkungan alam, mengelola sumber daya alam dan lingkungan dengan bijak; 3. mengembangkan keterampilan inkuiri untuk mengidentifikasi, merumuskan hingga menyelesaikan masalah melalui aksi nyata; 4. mengerti siapa dirinya, memahami bagaimana lingkungan sosial dia berada, memaknai bagaimanakah kehidupan manusia dan masyarakat berubah dari waktu ke waktu; 5. memahami persyaratan yang diperlukan peserta didik untuk menjadi anggota suatu kelompok masyarakat dan bangsa serta memahami arti menjadi anggota masyarakat bangsa dan dunia, sehingga dia dapat berkontribusi dalam menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan dirinya dan lingkungan di sekitarnya; dan 173 6. mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep di dalam IPAS serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. C. Karakteristik Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS) Seiring dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan juga senantiasa mengalami perkembangan. Apa yang kita ketahui sebagai sebuah kebenaran ilmiah di masa lampau boleh jadi mengalami pergeseran di masa kini maupun masa depan. Itu sebabnya ilmu pengetahuan bersifat dinamis dan merupakan sebuah upaya terus menerus yang dilakukan oleh manusia untuk mengungkap kebenaran dan memanfaatkannya untuk kehidupan (Sammel, 2014). Daya dukung alam dalam memenuhi kebutuhan manusia dari waktu ke waktu juga semakin berkurang. Pertambahan populasi manusia yang terjadi secara eksponensial juga memicu banyaknya permasalahan yang dihadapi. Seringkali permasalahan yang muncul tidak dapat diselesaikan dengan melihat dari satu sudut pandang: keilmuan alam atau dari sudut pandang ilmu sosial saja, melainkan dibutuhkan pendekatan yang lebih holistik yang meliputi berbagai lintas disiplin ilmu (Yanitsky, 2017). Untuk memberikan pemahaman ini kepada peserta didik, pembelajaran ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan sosial perlu dipadukan menjadi satu kesatuan yang kemudian kita sebut dengan istilah IPAS. Dalam pembelajaran IPAS, ada 2 elemen utama yakni pemahaman IPAS (sains dan sosial), dan keterampilan Proses. Elemen Pemahaman IPAS (sains dan sosial) Deskripsi Ilmu pengetahuan mengambil peran penting dalam mengembangkan teori-teori yang membantu kita memahami bagaimana dunia kita bekerja. Lebih jauh lagi, ilmu pengetahuan telah membantu kita mengembangkan teknologi dan sistem tata kelola yang mendukung terciptanya kehidupan yang lebih baik. Dengan menguasai ilmu pengetahuan kita dapat melakukan banyak hal untuk menyelesaikan permasalahan atau menghadapi tantangan yang ada. Memiliki pemahaman IPAS merupakan bukti ketika seseorang memilih dan mengintegrasikan pengetahuan ilmiah yang tepat untuk menjelaskan serta memprediksi suatu fenomena atau fakta dan menerapkan pengetahuan tersebut dalam situasi yang berbeda. Pengetahuan ilmiah ini berkaitan dengan fakta, konsep, prinsip, 174 Elemen Deskripsi hukum, teori dan model yang telah ditetapkan oleh para ilmuwan. Keterampilan proses Dalam profil Pelajar Pancasila, disebutkan bahwa peserta didik Indonesia yang bernalar kritis mampu memproses informasi baik kualitatif maupun kuantitatif secara objektif, membangun keterkaitan antara berbagai informasi, menganalisis informasi, mengevaluasi, dan menyimpulkannya. Dengan memiliki keterampilan proses yang baik maka profil tersebut dapat dicapai. Keterampilan proses adalah sebuah proses intensional dalam melakukan diagnosa terhadap situasi, memformulasikan permasalahan, mengkritisi suatu eksperimen dan menemukan perbedaan dari alternatif-alternatif yang ada, mencari opini yang dibangun berdasarkan informasi yang kurang lengkap, merancang investigasi, menemukan informasi, menciptakan model, mendebat rekan sejawat menggunakan fakta, serta membentuk argumen yang koheren (Linn, Davis, & Bell 2004). Inkuiri sangat direkomendasikan sebagai bentuk pendekatan dalam pengajaran karena hal ini terbukti membuat peserta didik lebih terlibat dalam pembelajaran (Anderson, 2002). Dalam pengajaran IPAS, terdapat dua pendekatan pedagogis: pendekatan deduktif dan induktif (Constantinou et.al, 2018). Peran guru dalam pendekatan deduktif adalah menyajikan suatu konsep berikut logika terkait dan memberikan contoh penerapan. Dalam pendekatan ini, peserta didik diposisikan sebagai pembelajar yang pasif (hanya menerima materi). Sebaliknya, dalam pendekatan induktif, peserta didik diberikan kesempatan yang lebih leluasa untuk melakukan observasi, melakukan eksperimen dan dibimbing oleh guru untuk membangun konsep berdasarkan pengetahuan yang dimiliki (Rocard, et.al., 2007). Pembelajaran berbasis inkuiri memiliki peran penting dalam pendidikan sains (e.g. Blumenfeld et al., 1991; Linn, Pea, & Songer, 1994; National Research Council, 1996; Rocard et al., 2007). Hal ini didasarkan pada pengakuan bahwa sains secara esensial didorong oleh pertanyaan, proses yang terbuka, kerangka berpikir yang dapat dipertanggungjawabkan, dan dapat diprediksi. Oleh karenanya peserta didik perlu mendapatkan pengalaman personal dalam menerapkan inkuiri saintifik agar aspek fundamental IPAS ini dapat membudaya dalam dirinya (Linn, Songer, & Eylon, 1996; NRC, 1996). Menurut Ash (2000) dan diadopsi dari Murdoch (2015), sekurang-kurangnya ada enam 175 Elemen Deskripsi keterampilan inkuiri yang perlu dimiliki peserta didik. 1. Mengamati Mengamati sebuah fenomena dan peristiwa merupakan awal dari proses inkuiri yang akan terus berlanjut ke tahapan berikutnya. Pada saat melakukan pengamatan, peserta didik memperhatikan fenomena dan peristiwa dengan saksama, mencatat, serta membandingkan informasi yang dikumpulkan untuk melihat persamaan dan perbedaannya. Pengamatan bisa dilakukan langsung atau menggunakan instrumen lain seperti kuesioner, wawancara. 2. Mempertanyakan dan memprediksi Peserta didik didorong untuk mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang ingin diketahui pada saat melakukan pengamatan. Pada tahap ini peserta didik juga menghubungkan pengetahuan yang dimiliki dengan pengetahuan baru yang akan dipelajari sehingga bisa memprediksi apa yang akan terjadi dengan hukum sebab akibat. 3. Merencanakan dan melakukan penyelidikan Setelah mempertanyakan dan membuat prediksi berdasarkan pengetahuan dan informasi yang dimiliki, peserta didik membuat rencana dan menyusun langkahlangkah operasional berdasarkan referensi yang benar. Peserta didik dapat menjawab pertanyaan dan membuktikan prediksi dengan melakukan penyelidikan. Tahapan ini juga mencakup identifikasi dan inventarisasi faktor-faktor operasional baik internal maupun eksternal di lapangan yang mendukung dan menghambat kegiatan. Berdasarkan perencanaan tersebut, peserta didik mengambil data dan melakukan serangkaian tindakan yang dapat digunakan untuk mendapatkan temuan-temuan. 4. Memproses, menganalisis data dan informasi Peserta didik memilih dan mengorganisasikan informasi yang diperoleh. Ia menafsirkan informasi yang didapatkan dengan jujur dan bertanggung jawab. Selanjutnya, menganalisis menggunakan alat dan metode yang tepat, menilai relevansi informasi yang ditemukan dengan mencantumkan referensi rujukan, serta menyimpulkan hasil penyelidikan. 5. Mengevaluasi dan refleksi Pada tahapan ini peserta didik menilai apakah kegiatan yang dilakukan sesuai dengan tujuan yang direncanakan atau tidak. Pada akhir siklus ini, peserta didik juga meninjau kembali proses belajar yang dijalani dan halhal yang perlu dipertahankan dan/atau 176 Elemen Deskripsi diperbaiki pada masa yang akan datang. Peserta didik melakukan refleksi tentang bagaimana pengetahuan baru yang dimilikinya dapat bermanfaat bagi diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sekitar dalam perspektif global untuk masa depan berkelanjutan. 6. Mengomunikasikan hasil Peserta didik melaporkan hasil secara terstruktur melalui lisan atau tulisan, menggunakan bagan, diagram maupun ilustrasi, serta dikreasikan ke dalam media digital dan non-digital untuk mendukung penjelasan. Peserta didik lalu mengomunikasikan hasil temuannya dengan mempublikasikan hasil laporan dalam berbagai media, baik digital dan atau non digital. Pelaporan dapat dilakukan berkolaborasi dengan berbagai pihak. Keterampilan proses tidak selalu merupakan urutan langkah, melainkan suatu siklus yang dinamis yang dapat disesuaikan berdasarkan perkembangan dan kemampuan peserta didik. D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS) Setiap Fase 1. Fase A (Umumnya untuk kelas I dan II SD/MI/Program Paket A) Di fase ini, umumnya peserta didik bisa mengoptimalkan kemampuan indranya untuk mengamati, bertanya, mencoba, dan menceritakan pengalaman belajar yang telah diperolehnya terkait peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitarnya baik secara verbal maupun nonverbal dengan menggunakan berbagai media (gambar/ simbol/karya). Di akhir fase A, peserta didik diharapkan belajar untuk melakukan proses inkuiri, yaitu: mengamati dan mengajukan pertanyaan terkait apa yang ada pada dirinya maupun kondisi/fenomena/peristiwa sederhana yang terjadi di lingkungan sekitar rumah dan sekolah. Selanjutnya peserta didik mengusulkan ide/menalar, melakukan investigasi/ penyelidikan/ percobaan, mengomunikasikan, menyimpulkan, merefleksikan, dan mengaplikasikan pengalaman belajar dari proses inkuiri yang sudah dilakukannya. 177 Elemen Pemahaman IPAS (sains dan sosial) Capaian Pembelajaran Di akhir Fase A, peserta didik mengidentifikasi dan mengajukan pertanyaan tentang apa yang ada pada dirinya maupun kondisi di lingkungan rumah dan sekolah serta mengidentifikasi permasalahan sederhana yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Peserta didik mengoptimalkan penggunaan pancaindra untuk melakukan pengamatan dan bertanya tentang makhluk hidup dan perubahan benda ketika diberikan perlakuan tertentu. Peserta didik menggunakan hasil pengamatan untuk menjelaskan pola sebab akibat sederhana dengan menggunakan beberapa media/alat bantu. Peserta didik mengenal anggota tubuh manusia (pancaindra), menjelaskan fungsinya dan cara merawatnya dengan benar. Peserta didik dapat membedakan antara hewan dan tumbuhan sesuai dengan bentuk dan ciri-ciri umumnya. Peserta didik mampu mengelaborasikan pemahamannya tentang konsep waktu (pagisiang-sore-malam), mengenal nama-nama hari, nama bulan, kondisi cuaca dalam keterkaitannya dengan aktivitas sehari-hari. Peserta didik mampu mendeskripsikan identitas diri (ciri-ciri fisik, kegemaran) dan orang-orang di sekitarnya (keluarga, teman dan tetangga) sehingga dapat menerima perbedaan yang ada pada diri manusia. Peserta didik mampu mendeskripsikan silsilah keluarga, peran serta tanggung jawabnya sebagai anggota keluarga/kelompok/sekolah. Peserta didik dapat mendeskripsikan bendabenda di lingkungan sekitar sebagai bagian dari lingkungan alami dan buatan, mendeskripsikan kondisi lingkungan rumah dan sekolah dalam bentuk gambar/denah sederhana. Peserta didik dapat membedakan lingkungan sehat dan tidak sehat, mencerminkan perilaku hidup sehat dan ikut serta menjaga kebersihan lingkungan rumah dan sekolah. Keterampilan proses 1. Mengamati Di akhir fase A, peserta didik mengamati fenomena dan peristiwa secara sederhana dengan mengoptimalkan penggunaan pancaindra 2. Mempertanyakan dan memprediksi Menyusun dan menjawab pertanyaan tentang hal-hal yang ingin diketahui saat melakukan pengamatan. Peserta didik membuat prediksi mengenai objek dan peristiwa di lingkungan sekitar. 3. Merencanakan dan melakukan penyelidikan 178 Elemen Capaian Pembelajaran Dengan panduan, peserta didik berpartisipasi dalam penyelidikan untuk mengeksplorasi dan menjawab pertanyaan. Melakukan pengukuran tidak baku dengan cara sederhana untuk mendapatkan data. 4. Memproses, menganalisis data dan informasi Menggunakan berbagai metode untuk mengorganisasikan informasi, termasuk gambar, tabel. Peserta didik mendiskusikan dan membandingkan antara hasil pengamatan dengan prediksi. 5. Mengevaluasi dan refleksi Dengan panduan, peserta didik membandingkan hasil pengamatan yang berbeda dengan mengacu pada teori. 6. Mengomunikasikan hasil Mengomunikasikan hasil penyelidikan secara lisan dan tertulis dalam format sederhana 2. Fase B (Umumnya untuk kelas III dan IV SD/MI/Program Paket A) Pada Fase B peserta didik mengidentifikasi keterkaitan antara pengetahuan-pengetahuan yang baru saja diperoleh serta mencari tahu bagaimana konsep-konsep Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial berkaitan satu sama lain yang ada di lingkungan sekitar dalam kehidupan sehari-hari. Penguasaan peserta didik terhadap materi yang sedang dipelajari ditunjukkan dengan menyelesaikan tantangan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya peserta didik mengusulkan ide/menalar, melakukan investigasi/ penyelidikan/ percobaan, mengomunikasikan, menyimpulkan, merefleksikan, mengaplikasikan dan melakukan tindak lanjut dari proses inkuiri yang sudah dilakukannya. Elemen Pemahaman IPAS (sains dan sosial) Capaian Pembelajaran Peserta didik menganalisis hubungan antara bentuk serta fungsi bagian tubuh pada manusia (pancaindra). Peserta didik dapat membuat simulasi menggunakan bagan/alat bantu sederhana tentang siklus hidup makhluk hidup. Peserta didik dapat mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan pelestarian sumber daya alam di lingkungan sekitarnya dan kaitannya dengan upaya pelestarian makhluk hidup. 179 Elemen Capaian Pembelajaran Peserta didik mengidentifikasi proses perubahan wujud zat dan perubahan bentuk energi dalam kehidupan sehari-hari. Peserta didik mengidentifikasi sumber dan bentuk energi serta menjelaskan proses perubahan bentuk energi dalam kehidupan sehari-hari (contoh: energi kalor, listrik, bunyi, cahaya). Peserta didik memanfaatkan gejala kemagnetan dalam kehidupan sehari-hari, mendemonstrasikan berbagai jenis gaya dan pengaruhnya terhadap arah, gerak dan bentuk benda. Peserta didik mendeskripsikan terjadinya siklus air dan kaitannya dengan upaya menjaga ketersediaan air. Di akhir fase ini, peserta didik menjelaskan tugas, peran, dan tanggung jawab sebagai warga sekolah serta mendeskripsikan bagaimana interaksi sosial yang terjadi di sekitar tempat tinggal dan sekolah. Peserta didik mengidentifikasi ragam bentang alam dan keterkaitannya dengan profesi masyarakat. Peserta didik mampu menunjukkan letak kota/kabupaten dan provinsi tempat tinggalnya pada peta konvensional/digital. Peserta didik mendeskripsikan keanekaragaman hayati, keragaman budaya, kearifan lokal dan upaya pelestariannya. Peserta didik mengenal keragaman budaya, kearifan lokal, sejarah (baik tokoh maupun periodisasinya) di provinsi tempat tinggalnya serta menghubungkan dengan konteks kehidupan saat ini. Peserta didik mampu membedakan antara kebutuhan dan keinginan, mengenal nilai mata uang dan mendemonstrasikan bagaimana uang digunakan untuk mendapatkan nilai manfaat/ memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Keterampilan proses 1. Mengamati Di akhir fase ini, peserta didik mengamati fenomena dan peristiwa secara sederhana dengan menggunakan pancaindra dan dapat mencatat hasil pengamatannya. 2. Mempertanyakan dan memprediksi Dengan menggunakan panduan, peserta didik mengidentifikasi pertanyaan yang dapat diselidiki secara ilmiah dan membuat prediksi berdasarkan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya. 3. Merencanakan dan melakukan penyelidikan Dengan panduan, peserta didik membuat rencana dan melakukan langkah-langkah operasional untuk menjawab pertanyaan yang diajukan. Menggunakan alat dan bahan yang sesuai dengan mengutamakan 180 Elemen Capaian Pembelajaran keselamatan. Peserta didik menggunakan alat bantu pengukuran untuk mendapatkan data yang akurat. 4. Memproses, menganalisis data dan informasi Mengorganisasikan data dalam bentuk tabel dan grafik sederhana untuk menyajikan data dan mengidentifikasi pola. Peserta didik membandingkan antara hasil pengamatan dengan prediksi dan memberikan alasan yang bersifat ilmiah. 5. Mengevaluasi dan refleksi Mengevaluasi kesimpulan melalui perbandingan dengan teori yang ada. Menunjukkan kelebihan dan kekurangan proses penyelidikan. 6. Mengomunikasikan hasil Mengomunikasikan hasil penyelidikan secara lisan dan tertulis dalam berbagai format. 3. Fase C (Umumnya untuk kelas V dan VI SD/MI/Program Paket A) Pada Fase C peserta didik diperkenalkan dengan sistem - perangkat unsur yang saling terhubung satu sama lain dan berjalan dengan aturan-aturan tertentu untuk menjalankan fungsi tertentu khususnya yang berkaitan dengan bagaimana alam dan kehidupan sosial saling berkaitan dalam konteks kebhinekaan. Peserta didik melakukan suatu tindakan, mengambil suatu keputusan atau menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari berdasarkan pemahamannya terhadap materi yang telah dipelajari. Elemen Pemahaman IPAS (sains dan sosial) Capaian Pembelajaran Peserta didik melakukan simulasi dengan menggunakan gambar/bagan/alat/media sederhana tentang sistem organ tubuh manusia (sistem pernafasan/pencernaan/peredaran darah) yang dikaitkan dengan cara menjaga kesehatan organ tubuhnya dengan benar. Peserta didik menyelidiki bagaimana hubungan saling ketergantungan antar komponen biotikabiotik dapat memengaruhi kestabilan suatu ekosistem di lingkungan sekitarnya. Berdasarkan pemahamannya terhadap konsep gelombang (bunyi dan cahaya) peserta didik mendemonstrasikan bagaimana penerapannya 181 Elemen Capaian Pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari. Peserta didik mendeskripsikan adanya ancaman krisis energi yang dapat terjadi serta mengusulkan upayaupaya individu maupun kolektif yang dapat dilakukan untuk menghemat penggunaan energi dan serta penemuan sumber energi alternatif yang dapat digunakan menggunakan sumber daya yang ada di sekitarnya. Peserta didik mendemonstrasikan bagaimana sistem tata surya bekerja dan kaitannya dengan gerak rotasi dan revolusi bumi. Peserta didik merefleksikan bagaimana perubahan kondisi alam di permukaan bumi terjadi akibat faktor alam maupun perbuatan manusia, mengidentifikasi pola hidup yang menyebabkan terjadinya permasalahan lingkungan serta memprediksi dampaknya terhadap kondisi sosial kemasyarakatan, ekonomi. Di akhir fase ini peserta didik menggunakan peta konvensional/digital untuk mengenal letak dan kondisi geografis negara Indonesia. Peserta didik mengenal keragaman budaya nasional yang dikaitkan dengan konteks kebhinekaan. Peserta didik menceritakan perjuangan bangsa Indonesia dalam melawan imperialisme, merefleksikan perjuangan para pahlawan dalam upaya merebut dan mempertahankan kemerdekaan serta meneladani perjuangan pahlawan dalam tindakan nyata sehari-hari. Di akhir fase ini, peserta didik mengenal berbagai macam kegiatan ekonomi masyarakat dan ekonomi kreatif di lingkungan sekitar. Dengan penuh kesadaran, peserta didik melakukan suatu tindakan atau mengambil suatu keputusan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari berdasarkan pemahamannya terhadap kekayaan kearifan lokal yang berlaku di wilayahnya serta nilai-nilai ilmiah dari kearifan lokal tersebut. Keterampilan proses 1. Mengamati Pada akhir fase C, peserta didik mengamati fenomena dan peristiwa secara sederhana dengan menggunakan panca indra, mencatat hasil pengamatannya, serta mencari persamaan dan perbedaannya. 2. Mempertanyakan dan memprediksi Dengan panduan, peserta didik dapat mengajukan pertanyaan lebih lanjut untuk memperjelas hasil pengamatan dan membuat prediksi tentang penyelidikan ilmiah. 3. Merencanakan dan melakukan penyelidikan Secara mandiri, peserta didik merencanakan dan melakukan langkah-langkah 182 Elemen Capaian Pembelajaran operasional untuk menjawab pertanyaan yang diajukan. Menggunakan alat dan bahan yang sesuai dengan mengutamakan keselamatan. Peserta didik menggunakan alat bantu pengukuran untuk mendapatkan data yang akurat. 4. Memproses, menganalisis data dan informasi Menyajikan data dalam bentuk tabel atau grafik serta menjelaskan hasil pengamatan dan pola atau hubungan pada data secara digital atau non digital. Membandingkan data dengan prediksi dan menggunakannya sebagai bukti dalam menyusun penjelasan ilmiah. 5. Mengevaluasi dan refleksi Mengevaluasi kesimpulan melalui perbandingan dengan teori yang ada. Merefleksikan proses investigasi, termasuk merefleksikan validitas suatu tes. 6. Mengomunikasikan hasil Mengomunikasikan hasil penyelidikan secara utuh yang ditunjang dengan argumen, bahasa, serta konvensi sains yang umum sesuai format yang ditentukan. 183 VII. CAPAIAN PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SMP/MTs/ PROGRAM PAKET B A. Rasional Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) SMP/MTs/ Program Paket B Tantangan yang dihadapi umat manusia di alam semesta kian bertambah dari waktu ke waktu. Permasalahan yang dihadapi saat ini tidak lagi sama dengan permasalahan yang dihadapi satu dekade atau bahkan satu abad yang lalu. Ilmu pengetahuan dan teknologi terus dikembangkan untuk menyelesaikan setiap tantangan yang dihadapi. Oleh karena itu, pola pendidikan ilmu pengetahuan alam perlu disesuaikan agar kelak generasi muda dapat menjawab dan menyelesaikan tantangan-tantangan yang dihadapi di masa yang akan datang. Profil pelajar Pancasila, yang diharapkan dimiliki pada setiap peserta didik Indonesia, perlu diperkuat melalui pendidikan IPA. Ilmu pengetahuan alam atau sains diartikan sebagai pengetahuan sistematis yang diperoleh dari suatu observasi, penelitian, dan uji coba yang mengarah pada penentuan sifat dasar atau prinsip sesuatu yang sedang diselidiki, dipelajari, dan sebagainya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2016). Ilmu pengetahuan alam adalah aktivitas intelektual dan praktis yang di dalamnya meliputi studi sistematis tentang struktur dan perilaku alam semesta melalui kerja ilmiah. Aktivitas ini memberi pengalaman belajar untuk memahami cara kerja alam semesta melalui pendekatan-pendekatan empiris yang dapat dipertanggungjawabkan. Pemahaman ini dapat mendorong peserta didik untuk memecahkan berbagai permasalahan sains yang pada akhirnya terkait dengan sosial, ekonomi, dan kemanusiaan. Hasil karya peserta didik akan memberi dampak positif langsung pada lingkungannya. Ilmu pengetahuan alam (IPA) berperan sangat besar dalam kehidupan peserta didik sehingga mereka dapat menjaga keselamatan diri, orang lain, dan alam, mencari potensi-potensi yang terpendam dari alam, baik yang terbarukan maupun yang tidak terbarukan serta membantu manusia mengambil keputusan dalam menyelesaikan masalah. Di jenjang SMP/MTs/Program Paket B, ilmu pengetahuan alam menjadi satu mata pelajaran tersendiri agar peserta didik memiliki kesempatan yang lebih luas untuk mempelajari topik-topik dalam bidang keilmuan fisika, kimia, biologi, serta bumi dan antariksa. 184 Prinsip-prinsip dasar metodologi ilmiah dalam pembelajaran IPA akan melatih sikap ilmiah diharapkan akan melahirkan kebijaksanaan dalam diri peserta didik. Sikap ilmiah tersebut antara lain keingintahuan yang tinggi, berpikir kritis, analitis, terbuka, jujur, bertanggungjawab, objektif, tidak mudah putus asa, tekun, solutif, sistematis, dan mampu mengambil kesimpulan yang tepat. Pencapaian pembelajaran IPA diukur dari seberapa kompeten peserta didik dalam menggunakan pemahaman sains dan keterampilan proses (inkuiri; yakni mengamati, mengajukan pertanyaan, mengajukan hipotesis, memilih dan mengelola informasi, merencanakan dan melaksanakan kegiatan aksi serta melakukan refleksi diri), serta mempunyai sikap dan perilaku sehingga peserta didik dapat berkontribusi positif terhadap pengembangan dan kelestarian lingkungannya. B. Tujuan Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) SMP/MTs/Program Paket B Pelajaran IPA merupakan sarana yang strategis dalam mengembangkan profil pelajar Pancasila. Dalam kegiatan pembelajaran IPA, peserta didik akan mempelajari alam semesta ciptaan Tuhan serta berbagai tantangan yang ada didalamnya. Proses ini merupakan media Pembelajaran yang sangat strategis dalam membangun iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa yang berdampak pada sikap berakhlak mulia. Melalui proses saintifik maka diharapkan kemampuan peserta didik untuk bernalar kritis agar mampu memproses dan mengelola informasi baik kualitatif maupun kuantitatif secara objektif, membangun keterkaitan antara berbagai informasi, melakukan analisa, evaluasi, menarik kesimpulan dan menerapkan hal yang dipelajari dalam situasi baru. Mata pelajaran IPA diharapkan dapat memfasilitasi peserta didik untuk mandiri dan mampu berkolaborasi dengan orang lain. Selain itu peserta didik dapat menggali potensi yang dimiliki Indonesia, mengidentifikasi masalah yang ada di sekitarnya dalam perspektif global. Dengan mempelajari IPA secara terpadu, peserta didik mengembangkan dirinya sesuai dengan profil pelajar Pancasila dan dapat: 185 1. mengembangkan ketertarikan dan rasa ingin tahu sehingga peserta didik terpacu untuk mengkaji fenomena yang ada di sekitar manusia, memahami bagaimana sistem alam semesta bekerja dan memberikan dampak timbal-balik bagi kehidupan manusia; 2. berperan aktif dalam memelihara, menjaga, melestarikan lingkungan alam, mengelola sumber daya alam dan lingkungan dengan bijak; 3. mengembangkan keterampilan proses inkuiri untuk mengidentifikasi, merumuskan hingga menyelesaikan masalah melalui aksi nyata; 4. memahami persyaratan-persyaratan yang diperlukan peserta didik untuk menjadi anggota suatu kelompok masyarakat dan bangsa serta memahami arti menjadi anggota masyarakat bangsa dan dunia, sehingga dia dapat berkontribusi dalam menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan dirinya dan lingkungan di sekitarnya; dan 5. mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep di dalam IPA serta menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. C. Karakteristik Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) SMP/MTs/Program Paket B Ilmu pengetahuan (sains) merupakan sebuah sistem pengetahuan tentang dunia fisik serta fenomena terkait yang memerlukan observasi tanpa bias serta eksperimentasi yang sistematis (Gregersen, 2020). Ilmu pengetahuan berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Apa yang diketahui sebagai sebuah kebenaran ilmiah pada masa lampau mungkin mengalami pergeseran pada masa kini ataupun masa depan. Jadi, ilmu pengetahuan bersifat dinamis dan perlu terus dikembangkan untuk mengungkap kebenaran dan memanfaatkannya untuk kehidupan. Pendidikan IPA secara terpadu berfokus pada kompetensi penerapan kaidah penelitian ilmiah dalam proses belajar. Dengan demikian, diharapkan setelah menguasai IPA, peserta didik memiliki landasan berpikir dan bertindak yang kokoh yang didasarkan atas pemahaman kaidah penelitian ilmiah. 186 Dalam pengajaran sains, terdapat dua pendekatan pedagogis: pendekatan deduktif dan induktif (Constantinou et.al, 2018). Peran guru dalam pendekatan deduktif adalah menyajikan suatu konsep dengan logika terkait dan memberikan contoh penerapannya. Peserta didik diposisikan sebagai pembelajar pasif, yaitu hanya menerima materi. Sebaliknya, pendekatan proses inkuiri (yang merupakan pendekatan induktif), peserta didik diberikan kesempatan yang luas untuk melakukan observasi, melakukan eksperimen dan dibimbing oleh guru untuk membangun konsep berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya (Rocard, et.al., 2007). Ada dua elemen utama dalam pendidikan IPA yakni pemahaman IPA dan keterampilan proses (inkuiri) untuk menerapkan sains dalam kehidupan sehari-hari. Setiap elemen berlaku untuk empat cakupan konten yaitu makhluk hidup, zat dan sifatnya, energi dan perubahannya, serta bumi dan antariksa. Elemen Pemahaman IPA Deskripsi Peserta didik memiliki kompetensi berpikir ilmiah jika peserta didik memiliki pemahaman sains yang utuh. Kemampuan berpikir akan berdampak progresif bagi pengembangan ilmu pengetahuan jika seseorang memiliki pemahaman bidang keilmuan tertentu. Bernalar kritis dalam pemahaman cakupan konten merupakan hal yang diharapkan dari peserta didik. Pemahaman IPA selalu dapat dikaitkan dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS). Karenanya, dalam mencapai kompetensi itu peserta didik diharapkan memiliki pemahaman konsep sains yang sesuai dengan cakupan setiap konten dan perkembangan jenjang belajar. Pemahaman atas cakupan konten yang dibangun dalam diri peserta didik haruslah menunjukkan keterkaitan antara biologi, fisika dan kimia. Akibatnya, peserta didik memahami sains secara menyeluruh untuk cakupan konten tertentu. Pemahaman ini meliputi kemampuan berpikir sistemik, memahami konsep, hubungan antar konsep, hubungan kausalitas (sebab-akibat) serta tingkat hierarkis suatu konsep. Keterampilan proses Dalam profil Pelajar Pancasila, disebutkan bahwa peserta didik Indonesia yang bernalar kritis mampu memproses informasi baik kualitatif maupun kuantitatif secara objektif, membangun keterkaitan antara berbagai informasi, menganalisis informasi, mengevaluasi, dan menyimpulkannya. Dengan memiliki 187 Elemen Deskripsi keterampilan proses yang baik maka profil tersebut dapat dicapai. Keterampilan proses adalah sebuah proses intensional dalam melakukan diagnosa terhadap situasi, memformulasikan permasalahan, mengkritisi suatu eksperimen dan menemukan perbedaan dari alternatif-alternatif yang ada, mencari opini yang dibangun berdasarkan informasi yang kurang lengkap, merancang investigasi, menemukan informasi, menciptakan model, mendebat rekan sejawat menggunakan fakta, serta membentuk argumen yang koheren (Linn, Davis, & Bell 2004). Inkuiri sangat direkomendasikan sebagai bentuk pendekatan dalam pengajaran karena hal ini terbukti membuat peserta didik lebih terlibat dalam pembelajaran (Anderson, 2002). Dalam pembelajaran IPA, terdapat dua pendekatan pedagogis: pendekatan deduktif dan induktif (Constantinou et.al, 2018). Peran guru dalam pendekatan deduktif adalah menyajikan suatu konsep berikut logika terkait dan memberikan contoh penerapan. Dalam pendekatan ini, peserta didik diposisikan sebagai pembelajar yang pasif (hanya menerima materi). Sebaliknya, dalam pendekatan induktif, peserta didik diberikan kesempatan yang lebih leluasa untuk melakukan observasi, melakukan eksperimen dan dibimbing oleh guru untuk membangun konsep berdasarkan pengetahuan yang dimiliki (Rocard, et.al., 2007). Pembelajaran berbasis inkuiri memiliki peran penting dalam pendidikan sains (e.g. Blumenfeld et al., 1991; Linn, Pea, & Songer, 1994; National Research Council, 1996; Rocard et al., 2007). Hal ini didasarkan pada pengakuan bahwa sains secara esensial didorong oleh pertanyaan, proses yang terbuka, kerangka berpikir yang dapat dipertanggungjawabkan, dan dapat diprediksi. Oleh karenanya peserta didik perlu mendapatkan pengalaman personal dalam menerapkan inkuiri saintifik agar aspek fundamental IPAS ini dapat membudaya dalam dirinya (Linn, Songer, & Eylon, 1996; NRC, 1996). Menurut Ash (2000) dan diadopsi dari Murdoch (2015), sekurang-kurangnya ada enam keterampilan inkuiri yang perlu dimiliki peserta didik. 1. Mengamati Mengamati sebuah fenomena dan peristiwa merupakan awal dari proses inkuiri yang akan terus berlanjut ke tahapan berikutnya. Pada saat melakukan pengamatan, peserta didik memperhatikan fenomena dan peristiwa dengan saksama, mencatat, serta 188 Elemen Deskripsi 2. 3. 4. 5. 6. membandingkan informasi yang dikumpulkan untuk melihat persamaan dan perbedaannya. Pengamatan bisa dilakukan langsung atau menggunakan instrumen lain seperti kuisioner, wawancara. Mempertanyakan dan memprediksi Peserta didik didorong untuk mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang ingin diketahui pada saat melakukan pengamatan. Pada tahap ini peserta didik juga menghubungkan pengetahuan yang dimiliki dengan pengetahuan baru yang akan dipelajari sehingga bisa memprediksi apa yang akan terjadi dengan hukum sebab akibat. Merencanakan dan melakukan penyelidikan Setelah mempertanyakan dan membuat prediksi berdasarkan pengetahuan dan informasi yang dimiliki, peserta didik membuat rencana dan menyusun langkahlangkah operasional berdasarkan referensi yang benar. Peserta didik dapat menjawab pertanyaan dan membuktikan prediksi dengan melakukan penyelidikan. Tahapan ini juga mencakup identifikasi dan inventarisasi faktor-faktor operasional baik internal maupun eksternal di lapangan yang mendukung dan menghambat kegiatan. Berdasarkan perencanaan tersebut, peserta didik mengambil data dan melakukan serangkaian tindakan yang dapat digunakan untuk mendapatkan temuan-temuan. Memproses, menganalisis data dan informasi Peserta didik memilih dan mengorganisasikan informasi yang diperoleh. Ia menafsirkan informasi yang didapatkan dengan jujur dan bertanggung jawab. Selanjutnya, menganalisis menggunakan alat dan metode yang tepat, menilai relevansi informasi yang ditemukan dengan mencantumkan referensi rujukan, serta menyimpulkan hasil penyelidikan. Mengevaluasi dan refleksi Pada tahapan ini peserta didik menilai apakah kegiatan yang dilakukan sesuai dengan tujuan yang direncanakan atau tidak. Pada akhir siklus ini, peserta didik juga meninjau kembali proses belajar yang dijalani dan halhal yang perlu dipertahankan dan/atau diperbaiki pada masa yang akan datang. Peserta didik melakukan refleksi tentang bagaimana pengetahuan baru yang dimilikinya dapat bermanfaat bagi diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sekitar dalam perspektif global untuk masa depan berkelanjutan. Mengomunikasikan hasil Peserta didik melaporkan hasil secara terstruktur melalui lisan atau tulisan, 189 Elemen Deskripsi menggunakan bagan, diagram maupun ilustrasi, serta dikreasikan ke dalam media digital dan non-digital untuk mendukung penjelasan. Peserta didik lalu mengomunikasikan hasil temuannya dengan mempublikasikan hasil laporan dalam berbagai media, baik digital dan atau non digital. Pelaporan dapat dilakukan berkolaborasi dengan berbagai pihak. Keterampilan proses tidak selalu merupakan urutan langkah, melainkan suatu siklus yang dinamis yang dapat disesuaikan berdasarkan perkembangan dan kemampuan peserta didik. D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) SMP/MTs/Program Paket B Fase D (Umumnya untuk kelas VII sampai IX SMP/MTs/Program Paket B) Berbekal capaian pembelajaran yang telah diperoleh di fase sebelumnya, peserta didik mendeskripsikan bagaimana hukum-hukum alam terjadi pada skala mikro hingga skala makro dan membentuk sistem yang saling bergantung satu sama lain. Pada fase ini, peserta didik mengimplementasikan pemahaman terhadap konsep-konsep yang telah dipelajari untuk membuat keputusan serta menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Elemen Pemahaman IPA Capaian Pembelajaran Pada akhir fase D, peserta didik mampu melakukan klasifikasi makhluk hidup dan benda berdasarkan karakteristik yang diamati, mengidentifikasi sifat dan karakteristik zat, membedakan perubahan fisik dan kimia serta memisahkan campuran sederhana. Peserta didik dapat mendeskripsikan atom dan senyawa sebagai unit terkecil penyusun materi serta sel sebagai unit terkecil penyusun makhluk hidup, mengidentifikasi sistem organisasi kehidupan serta melakukan analisis untuk menemukan keterkaitan sistem organ dengan fungsinya serta kelainan atau gangguan yang muncul pada sistem organ tertentu (sistem pencernaan, sistem peredaran darah, sistem pernafasan dan sistem reproduksi). Peserta didik mengidentifikasi interaksi antar makhluk hidup dan lingkungannya, serta dapat merancang upaya-upaya mencegah dan mengatasi pencemaran dan perubahan iklim. Peserta didik 190 Elemen Capaian Pembelajaran mengidentifikasi pewarisan sifat dan penerapan bioteknologi dalam kehidupan sehari-hari. Peserta mampu melakukan pengukuran terhadap aspek fisis yang mereka temui dan memanfaatkan ragam gerak dan gaya (force), memahami hubungan konsep usaha dan energi, mengukur besaran suhu yang diakibatkan oleh energi kalor yang diberikan, sekaligus dapat membedakan isolator dan konduktor kalor Peserta didik memahami gerak, gaya dan tekanan, termasuk pesawat sederhana. Peserta didik memahami getaran dan gelombang, pemantulan dan pembiasan cahaya termasuk alat- alat optik sederhana yang sering dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari Peserta didik dapat membuat rangkaian listrik sederhana, memahami gejala kemagnetan dan kelistrikan untuk menyelesaikan tantangan atau masalah yang dihadapi dalam kehidupan seharihari. Peserta didik mengelaborasikan pemahamannya tentang posisi relatif bumi-bulan-matahari dalam sistem tata surya dan memahami struktur lapisan bumi untuk menjelaskan fenomena alam yang terjadi dalam rangka mitigasi bencana. Peserta didik mengenal pH sebagai ukuran sifat keasaman suatu zat serta menggunakannya untuk mengelompokkan materi (asam-basa berdasarkan pH nya). Dengan pemahaman ini peserta didik mengenali sifat fisika dan kimia tanah serta hubungannya dengan organisme serta pelestarian lingkungan. Peserta didik memiliki keteguhan dalam mengambil keputusan yang benar untuk menghindari zat aditif dan adiktif yang membahayakan dirinya dan lingkungan. Keterampilan proses 1. Mengamati Menggunakan berbagai alat bantu dalam melakukan pengukuran dan pengamatan. Memperhatikan detail yang relevan dari objek yang diamati. 2. Mempertanyakan dan memprediksi Secara mandiri, peserta didik dapat mengajukan pertanyaan lebih lanjut untuk memperjelas hasil pengamatan dan membuat prediksi tentang penyelidikan ilmiah. 3. Merencanakan dan melakukan penyelidikan Peserta didik merencanakan dan melakukan langkah-langkah operasional berdasarkan referensi yang benar untuk menjawab pertanyaan. Dalam penyelidikan, peserta 191 Elemen Capaian Pembelajaran didik menggunakan berbagai jenis variabel untuk membuktikan prediksi. 4. Memproses, menganalisis data dan informasi Menyajikan data dalam bentuk tabel, grafik, dan model serta menjelaskan hasil pengamatan dan pola atau hubungan pada data secara digital atau non digital. Mengumpulkan data dari penyelidikan yang dilakukannya, menggunakan data sekunder, serta menggunakan pemahaman sains untuk mengidentifikasi hubungan dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti ilmiah. 5. Mengevaluasi dan refleksi Mengevaluasi kesimpulan melalui perbandingan dengan teori yang ada. Menunjukkan kelebihan dan kekurangan proses penyelidikan dan efeknya pada data. Menunjukkan permasalahan pada metodologi. 6. Mengomunikasikan hasil Mengomunikasikan hasil penyelidikan secara utuh yang ditunjang dengan argumen, bahasa serta konvensi sains yang sesuai konteks penyelidikan. Menunjukkan pola berpikir sistematis sesuai format yang ditentukan. 192 VIII. CAPAIAN PEMBELAJARAN FISIKA SMA/MA/PROGRAM PAKET C A. Rasional Mata Pelajaran Fisika SMA/MA/Program Paket C Fisika adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang mengkaji sifat-sifat materi dalam ruang dan waktu beserta konsep-konsep gaya dan energi terkait. Fisika mengkaji fenomena alam mulai dari skala atomik hingga jagat raya dengan menggunakan nalar ilmiah secara objektif dan kuantitatif yang terwujud dalam proses pengamatan, pengukuran, perancangan model hubungan antar variabel yang terlibat yang mencerminkan keteraturan alam, serta penarikan kesimpulan yang terwujud dalam suatu teori yang valid dan dapat diaplikasikan. Fisika mendasari perkembangan khasanah bidang ilmu pengetahuan alam lainnya serta perkembangan teknologi modern yang memudahkan kehidupan manusia diawali dari perkembangan mekanik dan permesinan, otomotif, komputer dan otomasi, serta teknologi informasi dan komunikasi. Sebagai ilmu yang mempelajari fenomena alam, fisika juga memberikan pelajaran yang baik kepada manusia untuk hidup selaras berdasarkan hukum alam serta mengelola sumber daya alam dan lingkungan dengan bijak. Pemahaman yang baik tentang fisika mendukung upaya mitigasi dan pengurangan dampak bencana alam secara optimal. Pada proses pembelajaran fisika, peserta didik dilatih untuk melakukan penelitian sederhana mengenai fenomena alam. Peserta didik belajar menemukan permasalahan, membuat hipotesis, merancang percobaan sederhana, melakukan percobaan, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan hasil percobaan baik secara tertulis maupun secara lisan. Dari proses pembelajaran fisika peserta dilatih untuk memiliki penalaran ilmiah, kemampuan berfikir kritis serta keterampilan memecahkan masalah yang semuanya sejalan dengan upaya pengembangan profil pelajar Pancasila yakni beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, berkebhinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif. Pada tingkat SMA/MA/Program Paket C, fisika diajarkan sebagai mata pelajaran tersendiri pemahaman memecahkan fisika dengan yang masalah di beberapa benar dalam dan pertimbangan. mendalam kehidupan Pertama, berguna sehari-hari. untuk Kedua, pemahaman fisika yang kuat menjadi jembatan keberhasilan peserta didik dalam menempuh studi lanjut di perguruan tinggi baik pada ilmu- 193 ilmu dasar/sains maupun ilmu-ilmu keteknikan/rekayasa dan teknologi. B. Tujuan Mata Pelajaran Fisika SMA/MA/Program Paket C Dengan mempelajari ilmu fisika, peserta didik dapat: 1. membentuk sikap religius melalui fisika dengan menyadari keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa; 2. memupuk integritas dan sikap, jujur, adil, bertanggung jawab, menghormati martabat individu, kelompok, dan komunitas, serta berkebhinekaan global; 3. memperdalam pemahaman tentang prinsip-prinsip fisis alam semesta yang konsisten sehingga memiliki kemampuan berfikir kritis dilengkapi dengan keterampilan penalaran kuantitatif; 4. memiliki sikap ilmiah, mengembangkan rasa ingin tahu, pengalaman untuk dapat merumuskan masalah secara kreatif, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data, serta mengomunikasikan hasil percobaan baik lisan maupun tulisan secara mandiri; dan 5. memahami kekuatan dan keterbatasan diri untuk mendukung pembelajaran dan pengembangan diri, memiliki keinginan dalam mengembangkan pengalaman belajar, dan menjadi pemelajar sepanjang hayat. C. Karakteristik Mata Pelajaran Fisika SMA/MA/Program Paket C Mata pelajaran fisika diorganisasikan dalam 2 (dua) kategori, pemahaman fisika dan keterampilan proses. Elemen Pemahaman Fisika Keterampilan Proses Deskripsi Merupakan materi-materi yang perlu dikuasai peserta didik untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan dasar untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pemahaman fisika yang dikuasai adalah pengukuan, mekanika, fluida, getaran dan gelombang, termodinamika, listrik magnet, fisika modern dan radioaktifitas, teknologi digital,dan keberlangsungan energi dan lingkungan alam sekitar. Merupakan keterampilan saintifik dan rekayasa yang meliputi (1) mengamati, (2) mempertanyakan dan memprediksi, (3) merencanakan dan melakukan penyelidikan, (4) memproses dan menganalisis data dan informasi, (5) mencipta (6) mengevaluasi dan merefleksi dan (7) mengomunikasikan hasil 194 D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Fisika SMA/MA/Program Paket C Setiap Fase 1. Fase E (Umumnya untuk kelas X SMA/MA/Program Paket C) Pada akhir fase E, peserta didik memiliki kemampuan untuk responsif terhadap isu-isu global dan berperan aktif dalam memberikan penyelesaian masalah. Kemampuan tersebut antara lain mengamati, mempertanyakan dan memprediksi, merencanakan dan melakukan penyelidikan, memproses dan menganalisis data dan informasi, mengevaluasi dan refleksi, mengkomunikasikan hasil dalam bentuk projek sederhana atau simulasi visual menggunakan apilkasi teknologi yang tersedia terkait dengan energi alternatif, pemanasan global, pencemaran lingkungan, nano teknologi, bioteknologi, kimia dalam kehidupan sehari-hari, pemanfaatan limbah dan bahan alam, pandemi akibat infeksi virus. Semua upaya tersebut diarahkan pada pencapaian tujuan pembangunan yang berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs). Melalui pengembangan sejumlah pengetahuan tersebut dibangun pula berakhlak mulia dan sikap ilmiah seperti jujur, obyektif, bernalar kritis, kreatif, mandiri, inovatif, bergotong royong dan berkebhinekaan global. Fase E Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Pemahaman Fisika Peserta didik mampu mendeskripsikan gejala alam dalam cakupan keterampilan proses dalam pengukuran, perubahan iklim dan pemanasan global, pencemaran lingkungan, energi alternatif, dan pemanfaatannya. Keterampilan Proses 1. Mengamati Peserta didik mampu mengoptimalkan potensi menggunakan ragam alat bantu untuk melakukan pengukuran dan pengamatan. 2. Mempertanyakan dan memprediksi Peserta didik mampu mempertanyakan dan memprediksi berdasarkan hasil observasi, mampu merumuskan permasalahan yang ada dan mampu mengajukan pertanyaan kunci untuk menyelesaikan masalah. 3. Merencanakan dan melakukan penyelidikan Peserta didik mengidentifikasi latar belakang masalah, merumuskan tujuan, dan menggunakan referensi dalam perencanaan penyelidikan/penelitian. Peserta didik membedakan variabel, termasuk yang dikendalikan dan variabel bebas, 195 Elemen Capaian Pembelajaran menggunakan instrumen yang sesuai dengan tujuan penyelidikan. Peserta didik menentukan langkah langkah kerja dan cara pengumpulan data. 4. Memproses, menganalisis data dan informasi Peserta didik menyiapkan peralatan/ instrumen yang sesuai untuk penelitian ilmiah, menggunakan alat ukur secara teliti dan benar, mengenal keterbatasan dan kelebihan alat ukur yang dipakai. Peserta didik menerapkan teknis/ proses pengumpulan data, mengolah data sesuai jenisnya/sesuai keperluan, menganalisis data dan menyimpulkan hasil penelitian serta memberikan rekomendasi tindak lanjut/saran dari hasil penelitian. 5. Mencipta Peserta didik mampu menggunakan hasil analisis data dan informasi untuk menciptakan ide solusi ataupun rancang bangun untuk menyelesaikan suatu permasalahan. 6. Mengevaluasi dan refleksi Peserta didik berani dan santun dalam mengajukan pertanyaan dan berargumentasi, mengembangkan keingintahuan, dan memiliki kepedulian terhadap lingkungan. Peserta didik mengajukan argumentasi ilmiah dan kritis berani mengusulkan perbaikan atas suatu kondisi dan bertanggungjawab terhadap usulannya. Peserta didik bersikap jujur terhadap temuan data/fakta. 7. Mengomunikasikan hasil Peserta didik menyusun laporan tertulis hasil penelitian serta mengomunikasikan hasil penelitian, prosedur perolehan data, cara mengolah dan cara menganalisis data serta mengomunikasikan kesimpulan yang sesuai untuk menjawab masalah penelitian /penyelidikan secara lisan atau tulisan Peserta didik menyajikan hasil pengolahan data dalam bentuk tabel, grafik, diagram alur/ flowchart dan/atau peta konsep, menyajikan data dengan simbol dan standar internasional dengan benar, dan menggunakan media yang sesuai dalam penyajian hasil pengolahan data. Peserta didik mendeskripsikan kecenderungan hubungan, pola, dan keterkaitan variabel dan menggunakan bahasa, simbol dan peristilahan yang sesuai untuk bidang fisika. 196 2. Fase F (Umumnya untuk kelas XI dan XII SMA/MA/Program Paket C) Pada akhir fase F, peserta didik mampu menerapkan konsep dan prinsip vektor kedalam kinematika dan dinamika gerak partikel, usaha dan energi, fluida dinamis, getaran harmonis, gelombang bunyi dan gelombang cahaya dalam menyelesaikan masalah, serta menerapkan prinsip dan konsep energi kalor dan termodinamika dengan berbagai perubahannya dalam mesin kalor. Peserta didik mampu menerapkan konsep dan prinsip kelistrikan (baik statis maupun dinamis) dan kemagnetan dalam berbagai penyelesaian masalah dan berbagai produk teknologi, menerapkan konsep dan prinsip gejala gelombang elektromagnetik dalam menyelesaikan masalah. Peserta didik mampu menganalisis keterkaitan antara berbagai besaran fisis pada teori relativitas khusus, gejala kuantum dan menunjukkan penerapan konsep fisika inti dan radioaktivitas dalam kehidupan sehari-hari dan teknologi. Peserta didik mampu memberi penguatan pada aspek fisika sesuai dengan minat untuk ke perguruan tinggi yang berhubungan dengan bidang fisika. Melalui kerja ilmiah juga dibangun sikap ilmiah dan profil pelajar pancasila khususnya mandiri, inovatif, bernalar kritis, kreatif dan bergotong royong. Fase F Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Pemahaman Fisika Peserta didik mampu menerapkan konsep dan prinsip vektor, kinematika dan dinamika gerak, fluida, gejala gelombang bunyi dan gelombang cahaya dalam menyelesaikan masalah, serta menerapkan prinsip dan konsep kalor dan termodinamika, dengan berbagai perubahannya dalam mesin kalor. Peserta didik mampu menerapkan konsep dan prinsip kelistrikan (baik statis maupun dinamis) dan kemagnetan dalam berbagai penyelesaian masalah dan berbagai produk teknologi, menerapkan konsep dan prinsip gejala gelombang elektromagnetik dalam menyelesaikan masalah. Peserta didik mampu memahami prinsip-prinsip gerbang logika dan pemanafaatannya dalam sistem komputer dan perhitungan digital lainnya. Peserta didik mampu menganalisis keterkaitan antara berbagai besaran fisis pada teori relativitas khusus, gejala kuantum dan menunjukkan penerapan konsep fisika inti dan radioaktivitas dalam kehidupan sehari-hari dan teknologi. Keterampilan Proses 1. Mengamati Peserta didik mampu mengoptimalkan potensi 197 Elemen Capaian Pembelajaran menggunakan ragam alat bantu untuk melakukan pengamatan. 2. Mempertanyakan dan memprediksi Peserta didik mampu mempertanyakan dan memprediksi berdasarkan hasil observasi, mampu merumuskan permasalahan yang ada dan mampu mengajukan pertanyaan kunci untuk menyelesaikan masalah. 3. Merencanakan dan melakukan penyelidikan Peserta didik mengidentifikasi latar belakang masalah, merumuskan tujuan, dan menggunakan referensi dalam perencanaan penelitian. Peserta didik membedakan variabel, termasuk yang dikendalikan dan variabel bebas, menggunakan instrumen yang sesuai dengan tujuan penelitian. Peserta didik menentukan langkah langkah kerja dan cara pengumpulan data. 4. Memproses, menganalisis data dan informasi Peserta didik menyiapkan peralatan/ instrumen yang sesuai untuk penelitian ilmiah, menggunakan alat ukur secara teliti dan benar, mengenal keterbatasan dan kelebihan alat ukur yang dipakai. Peserta didik menerapkan teknis/ proses pengumpulan data, mengolah data sesuai jenisnya/sesuai keperluan, menganalisis data dan menyimpulkan hasil penelitian serta memberikan rekomendasi tindak lanjut/saran dari hasil penelitian. 5. Mencipta Peserta didik mampu menggunakan hasil analisis data dan informasi untuk menciptakan ide solusi ataupun rancang bangun untuk menyelesaikan suatu permasalahan. 6. Mengevaluasi dan refleksi Peserta didik berani dan santun dalam mengajukan pertanyaan dan berargumentasi, mengembangkan keingintahuan, dan memiliki kepedulian terhadap lingkungan. Peserta didik mengajukan argumentasi ilmiah dan kritis berani mengusulkan perbaikan atas suatu kondisi dan bertanggungjawab terhadap usulannya. Peserta didik bersikap jujur terhadap temuan data/fakta. 7. Mengomunikasikan hasil Peserta didik menyusun laporan tertulis hasil penelitian serta mengomunikasikan hasil penelitian, prosedur perolehan data, cara mengolah dan cara menganalisis data serta mengomunikasikan kesimpulan yang sesuai 198 Elemen Capaian Pembelajaran untuk menjawab masalah penelitian /penyelidikan secara lisan atau tulisan Peserta didik menyajikan hasil pengolahan data dalam bentuk tabel, grafik, diagram alur/ flowchart dan/atau peta konsep, menyajikan data dengan simbol dan standar internasional dengan benar, dan menggunakan media yang sesuai dalam penyajian hasil pengolahan data. Peserta didik mendeskripsikan kecenderungan hubungan, pola, dan keterkaitan variabel dan menggunakan bahasa, simbol dan peristilahan yang sesuai untuk bidang fisika. 199 IX. CAPAIAN PEMBELAJARAN KIMIA SMA/MA/PROGRAM PAKET C A. Rasional Mata Pelajaran Kimia SMA/MA/Program Paket C Kimia adalah kajian teoritis dan praktis mengenai interaksi, struktur dan sifat berbagai macam bahan. Penyelidikan dan pengertian pada tingkat atom yang mikroskopis memberikan pemahaman terhadap berbagai fenomena dunia nyata yang makroskopis. Pemahaman tentang struktur dan proses kimia digunakan untuk beradaptasi dan berinovasi guna memenuhi kebutuhan ekonomi, lingkungan dan sosial di dunia yang terus berkembang. Hal ini termasuk mengatasi tantangan perubahan iklim global dan keterbatasan energi dengan merancang proses untuk memaksimalkan penggunaan sumber daya bumi yang terbatas secara efisien. Kimia merupakan pembelajaran yang bersifat praktis. Peserta didik dilatih untuk melakukan penelitian kualitatif dan kuantitatif sederhana baik secara individu maupun kolaboratif mengenai berbagai fenomena kehidupan dunia nyata. Peserta didik belajar menemukan permasalahan, membuat hipotesis, merancang percobaan sederhana, melakukan percobaan, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan hasil percobaan baik secara tertulis maupun lisan. Secara tidak langsung, peserta didik dapat mengembangkan Profil Pelajar Pancasila yakni beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, berkebhinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif melalui belajar Kimia. Pada tingkat SMA/MA/Program Paket C, Kimia diajarkan sebagai mata pelajaran tersendiri dengan beberapa pertimbangan. Pertama, Kimia menumbuhkan kemampuan berpikir kritis dan terbuka yang diperlukan untuk memahami dan memecahkan masalah pada dunia nyata. Kedua, pemahaman Kimia membekali peserta didik dengan pengetahuan sesuai dengan minat dan karir masa depan dalam berbagai area seperti kedokteran, lingkungan hidup, teknologi terapan, farmasi, dan olahraga serta sains kimia. B. Tujuan Mata Pelajaran Kimia SMA/MA/Program Paket C Dengan mempelajari ilmu Kimia, peserta didik dapat: 1. membentuk sikap religius melalui Kimia dengan menyadari keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa; 200 2. memupuk integritas dan sikap, jujur, adil, bertanggung jawab, menghormati martabat individu, kelompok, dan komunitas, serta berkebhinekaan global 3. mengembangkan keahlian dalam melakukan serangkaian investigasi ilmiah secara mandiri maupun kolaboratif termasuk mengumpulkan, menganalisa, menafsirkan dan menjelaskan data kualitatif maupun kuantitatif. 4. mengkomunikasikan berbagai hasil investigasi secara lisan dan tertulis secara jelas dan terstruktur 5. mengembangkan kemampuan beradaptasi dan berinovasi untuk menghasilkan berbagai teknologi terapan yang dapat memecahkan masalah pada dunia nyata 6. memupuk kemampuan berpikir kritis untuk menganalisa berbagai klaim ilmiah dan mengevaluasi berbagai fenomena dalam kehidupan sehari-hari 7. memiliki pikiran yang terbuka untuk menerima pendapat orang lain dalam diskusi C. Karakteristik Mata Pelajaran Kimia SMA/MA/Program Paket C Kimia mempelajari materi, sifat-sifat materi, bagaimana dan mengapa zat bergabung atau terpisah untuk membentuk zat lain, serta energi yang menyertai perubahannya. Kontribusi Kimia mencakup bagaimana pengetahuan yang dimiliki dapat mempengaruhi sikap yang dapat diterapkan dalam menjawab permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sehari-hari baik lokal maupun global. Materi Kimia untuk fase A, B dan C difokuskan pada materi sederhana yang dekat dengan kehidupan peserta didik sehingga mudah untuk diamati dan dipahami. Materi Kimia untuk fase D dan E adalah dasar yang harus dikuasai oleh peserta didik agar siap belajar pada fase F. yaitu di kelas 11 dan 12. Pada kelas 11 peminatan dimulai, sehingga pada fase ini materi Kimia dipelajari lebih mendalam melalui materi perhitungan kimia; sifat, struktur dan interaksi partikel; energi, laju dan kesetimbangan reaksi kimia; dan asam-basa. Selain itu, fase ini juga mencakup transformasi energi kimia dan kimia organik. Ada 2 elemen dalam mata pelajaran Kimia yang mencakup (1) pemahaman Kimia, (2) keterampilan proses. Pemahaman Kimia mencakup semua materi yang 201 dipelajari. Keterampilan proses mencakup keseluruhan proses ilmiah dari mengamati sampai dengan mengkomunikaskan hasil penelitian. Elemen Deskripsi Pemahaman Kimia Menjelaskan konsep kimia dalam kehidupan sehari-hari; Menerapkan konsep kimia dalam pengelolaan lingkungan termasuk menjelaskan fenomena pemanasan global; Menuliskan reaksi kimia dan menerapkan hukum-hukum dasar kimia; Memahami struktur atom dan aplikasinya dalam nanoteknologi; Menerapkan operasi matematika dalam perhitungan kimia; Mempelajari sifat, struktur dan interaksi partikel dalam membentuk berbagai senyawa termasuk pengolahan dan penggunaannya dalam keseharian; Memahami dan menjelaskan aspek energi, laju dan kesetimbangan dalam reaksi kimia; Menggunakan konsep asam-basa dalam kehidupan sehari-hari; Menggunakan transformasi energi kimia dalam kehidupan sehari-hari termasuk termokimia dan elektrokimia; Memahami kimia organik termasuk penerapannya dalam keseharian. Keterampilan proses Proses melakukan penelitian yang dimulai dari mengamati, mempertanyakan dan memprediksi, merencanakan dan melakukan penyelidikan, memproses dan menganalisis data dan informasi, mengevaluasi dan refleksi, mengkomunikasikan hasil. D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Kimia SMA/MA/Program Paket C Setiap Fase 1. Fase E (Umumnya untuk kelas X SMA/MA/Program Paket C) Pada akhir fase E, peserta didik memliki kemampuan untuk merespon isu-isu global dan berperan aktif dalam memberikan penyelesaian masalah. mengidentifikasi, Kemampuan mengajukan tersebut gagasan, antara merancang lain solusi, mengambil keputusan, dan mengkomunikasikan dalam bentuk projek sederhana atau simulasi visual menggunakan aplikasi teknologi yang tersedia terkait dengan energi alternatif, pemanasan global, pencemaran lingkungan, nanoteknologi, bioteknologi, kimia dalam kehidupan sehari-hari, pemanfaatan limbah dan bahan alam, pandemi akibat infeksi virus. Semua upaya tersebut diarahkan pada pencapaian tujuan pembangunan yang berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs). 202 Melalui pengembangan sejumlah pengetahuan tersebut dibangun pula akhlak mulia dan sikap ilmiah seperti jujur, objektif, bernalar kritis, kreatif, mandiri, inovatif, bergotong royong, dan berkebhinekaan global. Fase E Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Pemahaman Kimia Peserta didik mampu mengamati, menyelidiki dan menjelaskan fenomena sesuai kaidah kerja ilmiah dalam menjelaskan konsep kimia dalam kehidupan sehari hari; menerapkan konsep kimia dalam pengelolaan lingkungan termasuk menjelaskan fenomena pemanasan global; menuliskan reaksi kimia dan menerapkan hukum-hukum dasar kimia; memahami struktur atom dan aplikasinya dalam nanoteknologi. Keterampilan proses 1. Mengamati Mampu memilih alat bantu yang tepat untuk melakukan pengukuran dan pengamatan. Memperhatikan detail yang relevan dari obyek yang diamati. 2. Mempertanyakan dan memprediksi Mengidentifikasi pertanyaan dan permasalahan yang dapat diselidiki secara ilmiah. Peserta didik menghubungkan pengetahuan yang telah dimiliki dengan pengetahuan baru untuk membuat prediksi. 3. Merencanakan dan melakukan penyelidikan Peserta didik merencanakan penyilidikan ilmiah dan melakukan langkah-langkah operasional berdasarkan referensi yang benar untuk menjawab pertanyaan. Peserta didik melakukan pengukuran atau membandingkan variabel terikat dengan menggunakan alat yang sesuai serta memperhatikan kaidah ilmiah. 4. Memproses, menganalisis data dan informasi Menafsirkan informasi yang didapatkan dengan jujur dan bertanggung jawab. Menganalisis menggunakan alat dan metode yang tepat, menilai relevansi informasi yang ditemukan dengan mencantumkan referensi rujukan, serta menyimpulkan hasil penyelidikan. 5. Mengevaluasi dan refleksi Peserta didik berani dan santun dalam Mengevaluasi kesimpulan melalui perbandingan dengan teori yang ada. Menunjukkan kelebihan dan kekurangan proses penyelidikan dan efeknya pada data. Menunjukkan permasalahan pada metodologi. 6. Mengomunikasikan hasil Mengomunikasikan hasil penyelidikan secara utuh termasuk di dalamnya pertimbangan 203 Elemen Capaian Pembelajaran keamanan, lingkungan, dan etika yang ditunjang dengan argumen, bahasa serta konvensi sains yang sesuai konteks penyelidikan. Menunjukkan pola berpikir sistematis sesuai format yang ditentukan. 2. Fase F (Umumnya untuk kelas XI dan XII SMA/MA/Program Paket C) Pada akhir fase F, peserta didik mampu menerapkan operasi matematika dalam perhitungan kimia; mempelajari sifat, struktur dan interaksi partikel dalam membentuk berbagai senyawa; memahami dan menjelaskan aspek energi, laju dan kesetimbangan reaksi kimia; menggunakan konsep asam-basa dalam keseharian; menggunakan transformasi energi kimia dalam keseharian; memahami kimia organik; memahami konsep kimia pada makhluk hidup. Peserta didik mampu menjelaskan penerapan berbagai konsep kimia dalam keseharian dan menunjukkan bahwa perkembangan ilmu kima menghasilkan berbagai inovasi. Peserta didik memliki pengetahuan Kimia yang lebih mendalam sehingga menumbuhkan minat sekaligus membantu peserta didik untuk dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan berikutnya agar dapat mencapai masa depan yang baik. Peserta didik diharapkan semakin memiliki pikiran kritis dan pikiran terbuka melalui kerja ilmiah dan sekaligus memantapkan profil pelajar pancasila khususnya jujur, objektif, bernalar kritis, kreatif, mandiri, inovatif, bergotong royong, dan berkebhinekaan global. Fase F Berdasarkan Elemen Elemen Pemahaman Kimia Capaian Pembelajaran Peserta didik mampu mengamati, menyelidiki dan menjelaskan fenomena sehari-hari sesuai kaidah kerja ilmiah dalam menjelaskan konsep kimia dalam keseharian; menerapkan operasi matematika dalam perhitungan kimia; mempelajari sifat, struktur dan interaksi partikel dalam membentuk berbagai senyawa termasuk pengolahan dan penerapannya dalam keseharian; memahami dan menjelaskan aspek energi, laju dan kesetimbangan reaksi kimia; menggunakan konsep asam-basa dalam keseharian; menggunakan transformasi energi kimia dalam keseharian termasuk termokimia dan 204 Elemen Capaian Pembelajaran elektrokimia; memahami kimia organik termasuk penerapannya dalam keseharian. Keterampilan proses 1. Mengamati Mampu memilih alat bantu yang tepat untuk melakukan pengukuran dan pengamatan. Memperhatikan detail yang relevan dari obyek yang diamati. 2. Mempertanyakan dan memprediksi Merumuskan pertanyaan ilmiah dan hipotesis yang dapat diselidiki secara ilmiah. 3. Peserta didik merencanakan dan memilih metode yang sesuai berdasarkan referensi untuk mengumpulkan data yang dapat dipercaya, mempertimbangkan resiko serta isu-isu etik dalam penggunaan metode tersebut. Peserta didik memilih dan menggunakan alat dan bahan, termasuk penggunaan teknologi digital yang sesuai untuk mengumpulkan serta mencatat data secara sistematis dan akurat. 4. Memproses, menganalisis data dan informasi Menafsirkan informasi yang didapatkan dengan jujur dan bertanggung jawab. Menggunakan berbagai metode untuk menganalisa pola dan kecenderungan pada data. Mendeskripsikan hubungan antar variabel serta mengidentifkasi inkonsistensi yang terjadi. Menggunakan pengetahuan ilmiah untuk menarik kesimpulan yang konsisten dengan hasil penyelidikan. 5. Mengevaluasi dan refleksi Mengevaluasi kesimpulan melalui perbandingan dengan teori yang ada. Menunjukkan kelebihan dan kekurangan proses penyelidikan dan efeknya pada data. Menunjukkan permasalahan pada metodologi dan mengusulkan saran perbaikan untuk proses penyelidikan selanjutnya. 6. Mengomunikasikan hasil Mengomunikasikan hasil penyelidikan secara utuh termasuk di dalamnya pertimbangan keamanan, lingkungan, dan etika yang ditunjang dengan argumen, bahasa serta konvensi sains yang sesuai konteks penyelidikan. Menunjukkan pola berpikir sistematis sesuai format yang ditentukan. 205 X. CAPAIAN PEMBELAJARAN BIOLOGI SMA/MA/PROGRAM PAKET C A. Rasional Mata Pelajaran Biologi SMA/MA/Program Paket C Kata “Biologi” pertama kali diciptakan oleh naturalis Jerman Gottfried Reinhold pada tahun 1802 tetapi pemahaman tentang organisme hidup baru mulai berkembang cepat dengan adanya teknik dan teknologi yang dikembangkan pada abad 18 dan 19 seperti penemuan mikroskop. Biologi adalah kajian fenomena kehidupan dan makhluk hidup yang mencakup struktur, fisiologi, morfologi, ruang hidup, serta asal muasal dan distribusinya. Dalam perkembangannya, Biologi tidak hanya mengkaji makhluk hidup dan proses kehidupan, tetapi juga perubahan makhluk hidup dari masa ke masa serta inovasi teknologi biologi. Biologi dalam kurikulum nasional sangat diperlukan untuk memahami, mengatasi, dan mengelola tantangan sumber daya alam, kualitas lingkungan, kesehatan dan penyakit, pencegahan dan penanggulangan penyakit, serta peggunaan teknologi biologi yang dihadapi masyarakat pada abad ke-21. mempertahankan Selain itu, ilmu keanekaragaman Biologi hayati, digunakan kelestarian dalam ekosistem, kesejahteraan manusia dan organisme lain beserta populasinya, serta keberlanjutan sumber daya hayati yang dimiliki Indonesia. Proses pembelajaran sains Biologi dilakukan melalui pendekatan kontekstual dan inkuiri yang seluruh kegiatan berpusat pada peserta didik. Melalui pendekatan ini, peserta didik diberikan pengalaman belajar secara otentik sehingga peserta didik terlatih dalam memecahkan permasalahan kehidupan sehari-hari melalui kerja ilmiah dimulai dari menemukan masalah, menyusun hipotesis, merancang percobaan, melalakukan percobaan, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan hasil percobaan. Hal ini akan berimplikasi pada kesiapan peserta didik dalam menghadapi hidupnya saat ini dan masa depannya. Materi Biologi pada tingkatan Sekolah Menengah Atas mencakup keanekaragaman makhluk hidup dan peranannya, virus, ekosistem, perubahan lingkungan, biologi sel, sistem organ, evolusi dan genetika serta pertumbuhan dan perkembangan, serta inovasi biologi. Pengenalan tingkatan kehidupan akan membantu peserta didik memecahkan masalah dalam menggunakan pengetahuan kehidupan yang 206 dimiliki sehari-hari dan dengan pengembangan keterampilan inkuri selama proses pembelajaran. Sebagai contoh peserta didik menggunakan pemahamannya dalam mengevaluasi hubungan sistem biologi dan perubahannya akibat dampak aktivitas manusia, maka dapat mengusulkan penyelesaian permasalahannya dalam konteks personal, lokal, dan global. Peserta didik juga dapat mengeksplorasi bagaimana para ahli bekerja secara kolaborasi dan individual dalam meningkatkan pemahaman tentang ilmu Biologi. Peserta didik dapat mengembangkan keterampilan proses berupa investigasi, analisis dan keterampilan komunikasi melalui lingkungan dan laboratorium. Selain itu, secara tidak langsung selama melakukan keterampilan proses, sikap ilmiah peserta didik dan Profil Pelajar Pancasila dapat terbentuk. Melalui kegiatan investigasi, peserta didik secara mandiri dapat mengasah nalar, memunculkan kreatifitas, mampu berkolaborasi dan berkomunikasi dengan peserta didik lainnya. Dengan demikian Biologi dapat mengembangkan pengetahuan dan keterampilan proses. Pembelajaran Biologi di Sekolah Menengah Atas memberikan keterampilan dan pemahaman berdaya guna dalam lingkup yang luas untuk keberlanjutan proses pembelajaran di perguruan tinggi dan/atau karirnya. Pemahaman terhadap konsep Biologi seperti pengetahuan dan keterampilan sains secara umum, sangat relevan untuk karir, seperti dunia kesehatan, peternakan, perikanan, industri makanan, biologi laut, agrikultur, bioteknologi, rehabilitasi lingkungan, konservasi, dan ekowisata. Biologi juga dapat dijadikan dasar bagi peserta didik dalam mengambil keputusan secara kritis tentang isu personal, lokal, dan global. B. Tujuan Mata Pelajaran Biologi SMA/MA/Program Paket C Dengan mempelajari ilmu Biologi, peserta didik dapat: 1. Memiliki rasa kagum dan bersyukur terhadap Pencipta (sikap spiritual) serta menghormati makhluk hidup dan ikut menjaga lingkungan; 2. Menghormati keragaman pendapat, budaya, dan karakteristik khas lingkungan; 3. Memiliki kemampuan berkomunikasi dan berkolaborasi dengan memperhatikan etika dan norma yang berlaku; 207 4. Memiliki pemahaman tentang sistem kehidupan yang saling berinteraksi ; adanya aliran materi dan energi; serta pertahanan dan perubahan; 5. Memahami esensi Biologi mulai proses subseluler hingga dinamika ekosistem; 6. Memahami perkembangan pengetahuan Biologi dari waktu ke waktu melalui dinamika proses kerja para ilmuwan yang mampu mempengaruhi masyarakat dalam konteks personal, lokal, dan global; 7. Memahami isu permasalahan biologi dalam lingkup individu, keluarga, lingkungan sekitar dan global serta menerapkan pengetahuan Biologi untuk mengatasi permasalahan tersebut; 8. Menghasilkan gagasan sebagai hasil adaptasi, adopsi, modifikasi, kreasi baru yang beragam berdasarkan hasil eksperimen; 9. Memiliki kemampuan merencanakan dan melaksanakan investigasi lapangan, laboratorium dan penelitian lainnya termasuk pengumpulan dan analisis data kualitatif maupun kuantitatif, serta interpretasi bukti. C. Karakteristik Mata Pelajaran Biologi SMA/MA/Program Paket C Biologi adalah kajian fenomena kehidupan dan makhluk hidup yang mencakup struktur, fisiologi, morfologi, ruang hidup, serta asal muasal dan distribusinya. Biologi juga mengkaji makhluk hidup dan karakteristik kehidupannya dari masa ke masa. Materi biologi untuk fase A, B dan C mencakup materi sederhana yang dekat dengan kehidupan peserta didik sehingga mudah memahaminya. Materi biologi untuk fase D dan E adalah materi dasar yang mengintegrasikan mata pelajaran fisika dan kimia yang harus dikuasai oleh peserta didik agar siap belajar pada fase F. Selain itu, Penerapan materi fase D dan E mengarah pada penelahaan isu-isu personal, lokal, dan global. Pada Fase F, cakupan materi biologi adalah struktur sel, bioproses dalam sel, genetika, evolusi, sistem organ, struktur, fisiologi pada manusia, pertumbuhan dan perkembangan, serta inovasi teknologi biologi Merujuk pada hakikat sains sebagai proses dan produk, maka ada dua elemen dalam mata pelajaran ini yang mencakup (1) pemahaman biologi dan (2) keterampilan proses. 208 Elemen Deskripsi Pemahaman Biologi Mencakup materi keanekaragaman hayati dan peranannya, virus dan peranannya, perubahan lingkungan, ekosistem, bioteknologi, biologi sel, sistem organ pada manusia, evolusi, genetika, pertumbuhan dan perkembangan, serta inovasi teknologi biologi. Keterampilan Proses Keterampilan saintifik yang mencakup (1) mengamati, (2) mempertanyakan dan memprediksi, (3) merencanakan dan melakukan penyelidikan, (4) memproses dan menganalisis data dan informasi, (5) mengevaluasi dan merefleksi dan (6) mengomunikasikan hasil D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Biologi SMA/MA/Program Paket C Setiap Fase 1. Fase E (Umumnya untuk kelas X SMA/MA/Program Paket C) Pada akhir fase E, peserta didik memiliki kemampuan untuk responsif terhadap isu-isu global dan berperan aktif dalam memberikan penyelesaian masalah. Kemampuan tersebut antara lain mengamati, mempertanyakan dan memprediksi, merencanakan dan melakukan penelitian, memproses dan menganalisis data dan informasi, mengevaluasi dan merefleksi, serta mengkomunikasikan dalam bentuk projek sederhana atau simulasi visual menggunakan aplikasi teknologi yang tersedia terkait dengan energi alternatif, pemanasan global, pencemaran lingkungan, nano teknologi, bioteknologi, kimia dalam kehidupan sehari-hari, pemanfaatan limbah dan bahan alam, pandemi akibat infeksi virus. Semua upaya tersebut diarahkan pada pencapaian tujuan pembangunan yang berkelanjutan (SDGs). Melalui keterampilan proses juga dibangun sikap ilmiah dan profil pelajar pancasila. Fase E Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Pemahaman Biologi Pada akhir fase E, peserta didik memiliki kemampuan menciptakan solusi atas permasalahan-permasalahan berdasarkan isu lokal, nasional atau global terkait pemahaman keanekaragaman makhluk hidup dan peranannya, virus dan peranannya, inovasi teknologi biologi, komponen ekosistem dan interaksi antar komponen serta perubahan lingkungan. Keterampilan proses 1. Mengamati Mampu memilih alat bantu yang tepat untuk melakukan pengukuran dan 209 Elemen 2. 3. 4. 5. 6. Capaian Pembelajaran pengamatan. Memperhatikan detail yang relevan dari obyek yang diamati. Mempertanyakan dan memprediksi Mengidentifikasi pertanyaan dan permasalahan yang dapat diselidiki secara ilmiah. Peserta didik menghubungkan pengetahuan yang telah dimiliki dengan pengetahuan baru untuk membuat prediksi. Merencanakan dan melakukan penyelidikan Peserta didik merencanakan penyilidikan ilmiah dan melakukan langkah-langkah operasional berdasarkan referensi yang benar untuk menjawab pertanyaan. Peserta didik melakukan pengukuran atau membandingkan variabel terikat dengan menggunakan alat yang sesuai serta memperhatikan kaidah ilmiah. Memproses, menganalisis data dan informasi Menafsirkan informasi yang didapatkan dengan jujur dan bertanggung jawab. Menganalisis menggunakan alat dan metode yang tepat, menilai relevansi informasi yang ditemukan dengan mencantumkan referensi rujukan, serta menyimpulkan hasil penyelidikan. Mengevaluasi dan refleksi Mengevaluasi kesimpulan melalui Mengevaluasi kesimpulan melalui perbandingan dengan teori yang ada. Menunjukkan kelebihan dan kekurangan proses penyelidikan dan efeknya pada data. Menunjukkan permasalahan pada metodologi dan mengusulkan saran perbaikan untuk proses penyelidikan selanjutnya. Mengomunikasikan hasil Mengomunikasikan hasil penyelidikan secara utuh termasuk di dalamnya pertimbangan keamanan, lingkungan, dan etika yang ditunjang dengan argumen, bahasa serta konvensi sains yang sesuai konteks penyelidikan. Menunjukkan pola berpikir sistematis sesuai format yang ditentukan. 2. Fase F (Umumnya untuk kelas XI dan XII SMA/MA/Program Paket C) Pada akhir fase F, peserta didik memiliki kemampuan mendeskripsikan bioproses yang terjadi dalam sel, dan menganalisis keterkaitan struktur organ pada sistem organ dengan fungsinya serta kelainan atau gangguan yang muncul pada sistem organ tersebut. Selanjutnya peserta 210 didik memiliki kemampuan menerapkan konsep pewarisan sifat, pertumbuhan dan perkembangan dalam kehidupan sehari-hari dan mengevaluasi gagasan baru mengenai evolusi. Konsep-kosep yang dipelajari diterapkan untuk memecahkan masalah kehidupan yang diselesaikan dengan keterampilan proses secara mandiri hingga menciptakan ide atau produk untuk mengatasi permasalah tersebut. Melalui keterampilan proses juga dibangun sikap ilmiah dan profil pelajar pancasila. Fase F Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Pemahaman Biologi Pada akhir fase F, peserta didik memiliki kemampuan mendeskripsikan struktur sel serta bioproses yang terjadi seperti transpor membran dan pembelahan sel; menganalisis keterkaitan struktur organ pada sistem organ dengan fungsinya serta kelainan atau gangguan yang muncul pada sistem organ tersebut; memahami fungsi enzim dan mengenal proses metabolisme yang terjadi dalam tubuh; serta memiliki kemampuan menerapkan konsep pewarisan sifat, pertumbuhan dan perkembangan, mengevaluasi gagasan baru mengenai evolusi, dan inovasi teknologi biologi. Keterampilan proses 1. Mengamati Mampu memilih alat bantu yang tepat untuk melakukan pengukuran dan pengamatan. Memperhatikan detail yang relevan dari obyek yang diamati. 2. Mempertanyakan dan memprediksi Merumuskan pertanyaan ilmiah dan hipotesis yang dapat diselidiki secara ilmiah. 3. Merencanakan dan melakukan penyelidikan Peserta didik merencanakan dan memilih metode yang sesuai berdasarkan referensi untuk mengumpulkan data yang dapat dipercaya, mempertimbangkan resiko serta isu-isu etik dalam penggunaan metode tersebut. Peserta didik memilih dan menggunakan alat dan bahan, termasuk penggunaan teknologi digital yang sesuai untuk mengumpulkan serta mencatat data secara sistematis dan akurat. 4. Memproses, menganalisis data dan informasi Menafsirkan informasi yang didapatkan dengan jujur dan bertanggung jawab. Menggunakan berbagai metode untuk menganalisa pola dan kecenderungan pada data. Mendeskripsikan hubungan antar variabel serta mengidentifkasi inkonsistensi yang terjadi. Menggunakan pengetahuan 211 Elemen Capaian Pembelajaran ilmiah untuk menarik kesimpulan yang konsisten dengan hasil penyelidikan. 5. Mengevaluasi dan refleksi Mengevaluasi kesimpulan melalui perbandingan dengan teori yang ada. Menunjukkan kelebihan dan kekurangan proses penyelidikan dan efeknya pada data. Menunjukkan permasalahan pada metodologi dan mengusulkan saran perbaikan untuk proses penyelidikan selanjutnya. 6. Mengomunikasikan hasil Mengomunikasikan hasil penyelidikan secara utuh termasuk di dalamnya pertimbangan keamanan, lingkungan, dan etika yang ditunjang dengan argumen, bahasa serta konvensi sains yang sesuai konteks penyelidikan. Menunjukkan pola berpikir sistematis sesuai format yang ditentukan. 212 XI. CAPAIAN PEMBELAJARAN INFORMATIKA A. Rasional Mata Pelajaran Informatika Informatika adalah sebuah disiplin ilmu yang mencari pemahaman dan mengeksplorasi dunia di sekitar kita, baik natural maupun artifisial yang secara khusus tidak hanya berkaitan dengan studi, pengembangan, dan implementasi dari sistem komputer, tetapi juga pemahaman terhadap prinsip-prinsip dasar pengembangan. Peserta didik dapat menciptakan, merancang, dan mengembangkan produk berupa artefak komputasional (computational artifact) dalam bentuk perangkat keras, perangkat lunak (algoritma, program, atau aplikasi), atau sistem berupa kombinasi perangkat keras dan lunak dengan menggunakan teknologi dan perkakas (tools) yang sesuai. Informatika mencakup prinsip keilmuan perangkat keras, data, informasi, dan sistem komputasi yang mendasari proses pengembangan tersebut. Oleh karena itu, Informatika mencakup sains, rekayasa, dan teknologi yang berakar pada logika dan matematika. Istilah Informatika dalam bahasa Indonesia merupakan padanan kata yang diadaptasi dari Computer Science atau Computing dalam bahasa Inggris. Peserta didik mempelajari mata pelajaran Informatika tidak hanya untuk menjadi pengguna komputer, tetapi juga untuk menyadari perannya sebagai problem solver yang menguasai konsep inti (core concept), terampil dalam praktik (core practices) menggunakan dan mengembangkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), serta berpandangan terbuka pada aspek lintas bidang. Mata pelajaran Informatika memberikan fondasi berpikir komputasional yang merupakan kemampuan problem solving yaitu keterampilan generik yang penting seiring dengan perkembangan teknologi digital yang pesat. Peserta didik ditantang untuk menyelesaikan persoalan komputasi yang berkembang mulai dari kelas I sampai dengan kelas XII, mulai dari data sedikit sampai dengan data banyak, mulai dari persoalan kecil dan sederhana sampai dengan persoalan besar, kompleks, dan rumit, serta mulai dari hal yang konkret sampai dengan abstrak dan samar atau ambigu. Mata pelajaran Informatika juga meningkatkan kemampuan peserta didik dalam logika, analisis, dan interpretasi data yang diperlukan dalam literasi, numerasi, dan literasi sains, serta membekali peserta didik dengan kemampuan pemrograman yang mendukung pemodelan dan simulasi dalam sains komputasi 213 (computational science) dengan menggunakan TIK. Proses pembelajaran Informatika berpusat pada peserta didik (student-centered learning) dengan prinsip pembelajaran berbasis inkuiri (inquiry-based learning), pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning), dan pembelajaran berbasis projek (project-based learning). Guru dapat menentukan tema atau kasus sesuai dengan kondisi lokal, terutama tema atau kasus tentang analisis data. Mata pelajaran Informatika dilaksanakan secara inklusif bagi semua peserta didik di seluruh Indonesia, sehingga pembelajarannya dapat menggunakan komputer (plugged) maupun tanpa komputer (unplugged). Pembelajaran Informatika pada jenjang SD menekankan pada fondasi berpikir komputasional (computational thinking), diintegrasikan dalam tema atau mata pelajaran lainnya terutama dalam Bahasa, Matematika dan Sains. Pembelajaran Informatika mendukung kemampuan peserta didik dalam mengekspresikan kemampuan berpikir secara terstruktur dan pemahaman aspek sintaksis maupun semantik dalam Bahasa, membentuk kebiasaan peserta didik untuk berpikir logis dalam Matematika, serta kemampuan menganalisis dan menginterpretasi data dalam Sains. Mata pelajaran Informatika berkontribusi terhadap profil pelajar Pancasila dalam memampukan peserta didik menjadi warga yang bernalar kritis, komputasional; mandiri, serta kreatif menjadi melalui warga yang penerapan berakhlak berpikir mulia, berkebinekaan global, bergotong-royong melalui Praktik Lintas Bidang (core practices) untuk menghasilkan artefak komputasional yang dikerjakan secara berkolaborasi dalam kerja kelompok baik secara luring maupun daring dengan memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi. Kemampuan bekerja mandiri dan berkolaborasi secara daring merupakan kemampuan penting sebagai anggota masyarakat abad ke-21. Peserta didik diharapkan dapat menjadi warga digital (digital citizen) yang beretika dan mandiri dalam berteknologi informasi, sekaligus menjadi warga dunia (global citizen) yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME. 214 B. Tujuan Mata Pelajaran Informatika Mata pelajaran Informatika bertujuan untuk mengantarkan peserta didik menjadi “computationally literate creators” yang menguasai konsep dan praktik Informatika, yaitu: 1. berpikir komputasional, yaitu terampil menciptakan solusi-solusi untuk menyelesaikan persoalan-persoalan secara sistematis, kritis, analitis, dan kreatif; 2. memahami ilmu pengetahuan yang mendasari Informatika, yaitu sistem komputer, jaringan komputer dan internet, analisis data, algoritma dan pemrograman, serta menyadari dampak Informatika terhadap kehidupan bermasyarakat; 3. terampil berkarya dalam menghasilkan artefak komputasional sederhana, dengan memanfaatkan teknologi dan menerapkan proses rekayasa, serta mengintegrasikan pengetahuan bidang-bidang lain yang membentuk solusi sistemik; 4. terampil dalam mengintegrasikan, mengakses, mengevaluasi mengelola, informasi, menginterpretasi, serta menciptakan informasi baru dari himpunan data dan informasi yang dikelolanya, dengan memanfaatkan TIK yang sesuai; dan 5. menunjukkan karakter baik sebagai anggota masyarakat digital, sehingga mampu berkomunikasi, berkolaborasi, berkreasi dan menggunakan perangkat teknologi informasi disertai kepedulian terhadap dampaknya dalam kehidupan bermasyarakat. C. Karakteristik Mata Pelajaran Informatika Mata pelajaran Informatika mengintegrasikan kemampuan berpikir komputasional, keterampilan menerapkan pengetahuan Informatika, serta pemanfaatan teknologi (khususnya TIK) secara tepat dan bijak sebagai objek kajian dan alat bantu untuk menghasilkan solusi efisien dan optimal dari persoalan yang dihadapi masyarakat dengan menerapkan rekayasa dan prinsip keilmuan Informatika. Elemen mata pelajaran Informatika saling terkait satu sama lain membentuk 215 keseluruhan mata pelajaran Informatika sebagaimana diilustrasikan pada gambar bangunan Informatika di bawah ini. Keterangan: TIK : Teknologi Informasi dan Komunikasi SK : Sistem Komputer JKI : Jaringan Komputer dan Internet AD : Analisis Data AP : Algoritma dan Pemrograman DSI : Dampak Sosial Informatika TIK Gambar Bangunan Informatika PRAKTIK LINTAS BIDANG S K J K I A D A P D S I Mata pelajaran terdiri atas Informatika delapan elemen berikut ini. BERPIKIR KOMPUTASIONAL Elemen Berpikir komputasional (BK) Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Sistem komputer (SK) Jaringan Komputer dan Internet (JKI) Analisis data (AD) Algoritma dan Pemrograman (AP) Dampak Sosial Informatika (DSI) Praktik Lintas Bidang (PLB) Deskripsi Mengasah keterampilan problem solving yang efektif, efisien, dan optimal sebagai landasan untuk menghasilkan solusi dengan menerapkan penalaran kritis, kreatif dan mandiri. Menjadi perkakas dalam berkarya dan sekaligus objek kajian yang memberikan inspirasi agar suatu hari peserta didik menjadi pencipta karya-karya berteknologi yang berlandaskan Informatika. Pengetahuan tentang bagaimana perangkat keras dan perangkat lunak berfungsi dan saling mendukung dalam mewujudkan suatu layanan bagi pengguna baik di luar maupun di dalam jaringan komputer/internet. Memfasilitasi pengguna untuk menghubungkan sistem komputer dengan jaringan lokal maupun internet. Memberikan kemampuan untuk menginput, memproses, memvisualisasi data dalam berbagai tampilan, menganalisis, menginterpretasi, dan memprediksi, serta mengambil kesimpulan serta keputusan berdasarkan penalaran. Mengarahkan peserta didik menuliskan langkah penyelesaian solusi secara runtut dan menerjemahkan solusi menjadi program yang dapat dijalankan oleh mesin (komputer). Menyadarkan peserta didik akan dampak Informatika dalam: (a) kehidupan bermasyarakat dan dirinya, khususnya dengan kehadiran dan pemanfaatan TIK, dan (b) bergabungnya manusia dalam jaringan komputer dan internet untuk membentuk masyarakat digital. Melatih peserta didik bergotong royong untuk untuk menghasilkan artefak komputasional secara kreatif dan 216 Elemen Deskripsi inovatif dengan mengintegrasikan semua pengetahuan Informatika maupun pengetahuan dari mata pelajaran lain, menerapkan proses rekayasa atau pengembangan (designing, implementing, debugging, testing, refining), serta mendokumentasikan dan mengomunikasikan hasil karyanya. Beban belajar setiap elemen pada mata pelajaran Informatika tidak sama. BK, AD, AP, dan PLB memiliki beban belajar paling besar yang memungkinkan peserta didik berpikir kritis dan kreatif. SK dan JKI diberikan terbatas pada pengetahuan dasar dan penggunaannya. TIK dan DSI dapat diberikan sambil melakukan kegiatan yang berkaitan dengan elemen lainnya, dimana perkakas TIK saat ini semakin intuitif yang mudah dipelajari dan dimanfaatkan, sedangkan DSI merupakan aspek dari setiap area pengetahuan Informatika untuk menumbuhkan kepedulian pada masyarakat dan pembentukan karakter baik sebagai warga dunia maupun warga digital. D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Informatika Setiap Fase 1. Fase A (Umumnya untuk kelas I dan II SD/MI/Program Paket A) Pada akhir fase A, peserta didik mampu menerapkan berpikir komputasional dalam menyelesaikan persoalan sehari-hari terkait objek konkret, menerapkan praktik baik penggunaan perangkat TIK yang sudah disiapkan untuk berkomunikasi, belajar, menggambar, dan berkarya kreatif, mengenali adanya sinyal komunikasi di sekitarnya, serta menjalankan instruksi sederhana untuk mencapai tujuan tertentu dan menjelaskan peristiwa yang dialami dengan urutan yang sistematis. Fase A Berdasarkan Elemen Elemen BK TIK SK Capaian Pembelajaran Pada akhir fase A, peserta didik mampu menerapkan berpikir komputasional dalam menyelesaikan persoalan sehari-hari yang dialami dengan mengidentifikasi, membandingkan, memilih, memilah, mengelompokkan, dan mengurutkan objek konkret. Pada akhir fase A, peserta didik mampu mengidentifikasi perangkat TIK di antara perangkat lainnya dan kehadiran komputer atau komponennya dalam perangkat sehari-hari, menggunakan perangkat TIK yang sudah dikonfigurasi sesuai konteks dan usianya untuk berkomunikasi, belajar, menggambar, dan berkarya kreatif serta menerapkan praktik baik yang memperhatikan aspek kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan. - 217 Elemen JKI AD AP DSI PLB Capaian Pembelajaran Pada akhir fase A, peserta didik mampu mengenali sinyal telepon seluler dan wifi, serta mengidentifikasi keberadaan dan kualitasnya. Pada akhir fase A, peserta didik mampu mengenali, mengelompokkan, membandingkan, dan mengurutkan data dalam bentuk objek konkret, menjelaskan ciri-cirinya, serta menyimpulkan kesamaan dan perbedaannya. Pada akhir fase A, peserta didik mampu menjelaskan pengalaman atau kejadian dengan runtut dan logis dalam bahasa sehari-hari, menjalankan instruksi sederhana dan menjelaskan maknanya yang secara semantik diasosiasikan dengan istilah pemrograman seperti kalimat kondisional dan pengulangan, serta mengkomposisi simbol dan mengenali struktur logis dari sebuah komposisi simbol. - 2. Fase B (Umumnya untuk kelas III dan IV SD/MI/Program Paket A) Pada akhir fase B, peserta didik mampu menerapkan berpikir komputasional untuk menghasilkan solusi dalam menyelesaikan persoalan sehari-hari dan mengabstraksikan benda konkret menjadi data, menerapkan praktik baik yang lebih mahir penggunaan berbagai perangkat TIK untuk berkomunikasi, belajar, mengetik, menggambar, berhitung, dan presentasi, mengenali adanya sistem komputer, sinyal komunikasi, dan internet di sekitarnya, menjalankan instruksi yang rumit sesuai dengan urutan yang sistematis dan ditentukan, menyadari dampak dan memiliki etika dalam berkomunikasi di dunia digital, serta mampu beraktivitas secara kreatif dalam kelompok kecil untuk membangun suatu produk sebagai analogi sistem komputasi. Fase B Berdasarkan Elemen Elemen BK TIK SK JKI Capaian Pembelajaran Pada akhir fase B, peserta didik mampu menerapkan berpikir komputasional untuk menghasilkan solusi dalam menyelesaikan persoalan sehari-hari dengan membandingkan, memilih, memilah, menyusun, mengelompokkan, dan mengurutkan himpunan data kecil hasil abstraksi benda konkret menggunakan berbagai cara dengan memanfaatkan perkakas yang disediakan. Pada akhir fase B, peserta didik mampu memanfaatkan berbagai jenis perangkat TIK yang ada di sekitarnya untuk berkomunikasi, belajar, mengetik, menggambar, berhitung, dan presentasi, dan menerapkan praktik baik yang memperhatikan aspek kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan. Pada akhir fase B, peserta didik mampu menyebutkan perangkat sistem komputer yang ada di sekitarnya. Pada akhir fase B, peserta didik mampu memahami praktik baik dalam berkomunikasi menggunakan alat komunikasi 218 Elemen AD AP DSI PLB Capaian Pembelajaran berbasis TIK yang memperhatikan aspek keamanan penggunaan internet dan jaringan lokal pada saat tersambung pada bluetooth, wifi, atau internet sesuai dengan batasan yang ditentukan. Pada akhir fase B, peserta didik mampu menuliskan representasi data numerik, teks, atau gambar dari suatu benda konkret, serta mengurutkan dan mengelompokkan data berdasarkan kategori tertentu. Pada akhir fase B, peserta didik mampu menjelaskan pengalaman atau kejadian dengan runtut dan logis dalam bahasa sehari-hari dan menuliskannya, menjalankan instruksi yang rumit dan menjelaskan maknanya menggunakan sekumpulan kosa kata atau simbol yang diberikan dan pola kalimat yang secara semantik diasosiasikan dengan istilah pemrograman seperti kalimat kondisional dan pengulangan, serta menyimpulkan struktur logis dalam teks dan simbol. Pada akhir fase B, peserta didik mampu mengenal dunia digital yang ada di sekitarnya, memahami dampak positif dan negatif dari kehadiran perangkat TIK, memiliki etika dalam berkomunikasi di dunia digital, serta mengenal dan menghargai hak karya digital. Pada akhir fase B, peserta didik beraktivitas secara kreatif dalam kelompok kecil untuk mencapai suatu tujuan yang ditetapkan dengan membangun suatu produk yang merupakan analogi dari sistem komputasi dalam dunia nyata. 3. Fase C (Umumnya untuk kelas V dan VI SD/MI/Program Paket A) Pada akhir fase C, peserta didik mampu menerapkan berpikir komputasional untuk menghasilkan lebih banyak solusi dalam menyelesaikan persoalan sehari-hari dan mengabstraksikan benda konkret yang lebih besar menjadi data, menggunakan aplikasi dan mengenali adanya banyak ragam sistem komputer di sekitarnya, berkomunikasi melalui jaringan komputer dan internet, menulis dan menjalankan instruksi tertulis yang lebih panjang dan rumit sesuai dengan urutan tertentu yang sistematis, memahami manfaat dan ancaman sistem komputasi serta pengaruhnya pada perkembangan kehidupan, dan mampu bergotong-royong untuk mengerjakan dan mengomunikasikan projek secara sistematis. Fase C Berdasarkan Elemen Elemen BK Capaian Pembelajaran Pada akhir fase C, peserta didik mampu menerapkan berpikir komputasional untuk menghasilkan lebih banyak solusi dalam menyelesaikan persoalan sehari-hari dengan membandingkan, menyusun, mengelompokkan, dan mengurutkan himpunan data hasil abstraksi benda konkret yang lebih besar menggunakan berbagai cara dengan pemanfaatan perkakas yang mengintegrasikan berpikir komputasional. 219 Elemen TIK SK JKI AD AP DSI PLB Capaian Pembelajaran Pada akhir fase C, peserta didik mampu memanfaatkan fitur sederhana dari aplikasi yang disediakan untuk mengolah teks, data, dan gambar, serta menerapkan teknik membaca berkas digital untuk menjelaskan maknanya dan refleksinya. Pada akhir fase C, peserta didik mampu menyebutkan dan menggunakan lebih banyak perangkat sistem komputer yang ada disekitarnya. Pada akhir fase C, peserta didik mampu menerapkan praktik baik dalam berkomunikasi menggunakan alat komunikasi berbasis TIK yang lebih bervariasi dari fase sebelumnya dengan memperhatikan dan menyadari lebih dalam dan luas tentang aspek keamanan penggunaan internet dan jaringan lokal pada saat tersambung pada bluetooth, wifi, atau internet sesuai dengan batasan yang ditentukan. Pada akhir fase C, peserta didik mampu menginterpretasi dan menuliskan representasi data numerik, teks, atau gambar dari suatu konsep, serta mengurutkan dan mengelompokkan data berdasarkan kategori tertentu. Pada akhir fase C, peserta didik mampu menemukan bacaan serta menuliskan dan menjelaskan pengalaman atau kejadian dengan runtut dan logis dalam bahasa sehari-hari, menjalankan instruksi yang rumit dan kompleks serta menjelaskan maknanya menggunakan sekumpulan kosa kata atau simbol yang diberikan dan pola kalimat yang secara semantik diasosiasikan dengan istilah pemrograman seperti kalimat kondisional dan pengulangan, serta menganalisis struktur logis dalam teks dan simbol. Pada akhir fase C, peserta didik mampu memahami manfaat dan ancaman kehadiran dan penggunaan perangkat TIK, serta memahami perkembangan kehidupan dengan hadirnya sistem komputasi. Pada akhir fase C, peserta didik mampu bergotong royong dalam kelompok yang lebih besar untuk mengerjakan suatu projek dan menjelaskan produk dan proses pengerjaannya secara sistematis dengan lisan dan tertulis dalam bentuk gambar, teks, atau infografis. 4. Fase D (Umumnya untuk kelas VII, VIII dan IX SMP/MTs/Program Paket B) Pada akhir fase D, peserta didik mampu memahami dampak dan menerapkan etika sebagai warga digital, memahami komponen, fungsi, cara kerja, dan kodifikasi data sebuah komputer serta proses kodifikasi dan penyimpanan data dalam sistem komputer, jaringan komputer, dan internet, mengakses, mengolah, dan mengelola data secara efisien, terstruktur, dan sistematis, menganalisis, menginterpretasi, dan melakukan prediksi berdasarkan data dengan menggunakan perkakas atau secara manual, menerapkan berpikir komputasional secara mandiri untuk menyelesaikan persoalan 220 dengan data diskrit bervolume kecil dan mendisposisikan berpikir komputasional dalam menyempurnakan bidang program lain, dalam mengembangkan bahasa blok atau (visual), menggunakan berbagai aplikasi untuk berkomunikasi, mencari, dan mengelola konten informasi, serta bergotong royong untuk menciptakan produk dan menjelaskan karakteristik serta fungsi produk dalam laporan dan presentasi yang menggunakan aplikasi. Fase D Berdasarkan Elemen Elemen BK TIK SK JKI AD AP DSI PLB Capaian Pembelajaran Pada akhir fase D, peserta didik mampu menerapkan berpikir komputasional untuk menghasilkan beberapa solusi dalam menyelesaikan persoalan dengan data diskrit bervolume kecil dan mendisposisikan berpikir komputasional dalam bidang lain terutama dalam literasi, numerasi, dan literasi sains (computationally literate) Pada akhir fase D, peserta didik mampu menerapkan praktik baik dalam memanfaatkan aplikasi surel untuk berkomunikasi, aplikasi peramban untuk pencarian informasi di internet, content management system (CMS) untuk pengelolaan konten digital, dan memanfaatkan perkakas TIK untuk mendukung pembuatan laporan, presentasi serta analisis dan interpretasi data. Pada akhir fase D, peserta didik mampu mendeskripsikan komponen, fungsi, dan cara kerja komputer yang membentuk sebuah sistem komputasi, serta menjelaskan proses dan penggunaan kodifikasi untuk penyimpanan data dalam memori komputer. Pada akhir fase D, peserta didik mampu memahami konektivitas jaringan lokal, komunikasi data via ponsel, konektivitas internet melalui jaringan kabel dan nirkabel (bluetooth, wifi, internet). Pada akhir fase D, peserta didik mampu mengakses, mengolah, mengelola, dan menganalisis data secara efisien, terstruktur, dan sistematis untuk menginterpretasi dan memprediksi sekumpulan data dari situasi konkret seharihari yang berasal dari suatu sumber data dengan menggunakan perkakas TIK atau manual. Pada akhir fase D, peserta didik mampu memahami objekobjek dan instruksi dalam sebuah lingkungan pemrograman blok (visual) untuk mengembangkan program visual sederhana berdasarkan contoh-contoh yang diberikan, mengembangkan karya digital kreatif (game, animasi, atau presentasi), menerapkan aturan translasi konsep dari satu bahasa visual ke bahasa visual lainnya, dan mengenal pemrograman tekstual sederhana. Pada akhir fase D, peserta didik mampu memahami ketersediaan data dan informasi lewat aplikasi media sosial, memahami keterbukaan informasi, memilih informasi yang bersifat publik atau privat, menerapkan etika dan menjaga keamanan dirinya dalam masyarakat digital. Pada akhir fase D, peserta didik mampu bergotong royong untuk mengidentifikasi persoalan, merancang, mengimplementasi, menguji, dan menyempurnakan artefak komputasional sebagai solusi persoalan masyarakat serta 221 Elemen Capaian Pembelajaran mengomunikasikan produk dan proses pengembangannya dalam bentuk karya kreatif yang menyenangkan secara lisan maupun tertulis. 5. Fase E (Umumnya untuk kelas X SMA/MA/SMK/MAK/Program Paket C) Pada akhir fase E, peserta didik peserta didik mampu memahami peran sistem operasi dan mekanisme internal yang terjadi pada interaksi antara perangkat keras, perangkat lunak, dan pengguna, menerapkan keamanan dalam penyambungan perangkat ke jaringan lokal dan internet, mengumpulkan dan mengintegrasikan data dari berbagai sumber baik secara manual atau otomatis dengan perkakas yang sesuai, memahami fitur lanjut, otomasi, serta integrasi aplikasi perkantoran, menerapkan strategi algoritmik standar untuk mengembangkan program komputer yang terstruktur dalam bahasa pemrograman prosedural tekstual sebagai solusi atas persoalan berbagai bidang yang mengandung data diskrit bervolume tidak kecil, bergotong royong untuk menyelesaikan suatu persoalan kompleks dengan mengembangkan (merancang, mengimplementasi, memperbaiki, menguji) artefak komputasional yang bersentuhan dengan bidang lain sesuai kaidah proses rekayasa, serta mengomunikasikan rancangan produk, produk, dan prosesnya secara lisan dan tertulis, memahami sejarah perkembangan komputer dan tokoh-tokohnya, memahami hak kekayaan intelektual, lisensi, aspek teknis, hukum, ekonomi, lingkungan, dan sosial dari produk TIK, mengenal berbagai bidang studi dan profesi terkait Informatika serta peran Informatika pada bidang lain. Fase E Berdasarkan Elemen Elemen BK TIK Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E, peserta didik mampu menerapkan strategi algoritmik standar untuk menghasilkan beberapa solusi persoalan dengan data diskrit bervolume tidak kecil pada kehidupan sehari-hari maupun implementasinya dalam program komputer. Pada akhir fase E, peserta didik mampu memanfaatkan berbagai aplikasi secara bersamaan dan optimal untuk berkomunikasi, mencari sumber data yang akan diolah menjadi informasi, baik di dunia nyata maupun di internet, serta mahir menggunakan fitur lanjut aplikasi perkantoran (pengolah kata, angka, dan presentasi) beserta otomasinya untuk mengintegrasikan dan menyajikan konten aplikasi dalam berbagai representasi yang memudahkan analisis dan interpretasi konten tersebut. 222 Elemen SK JKI AD AP DSI PLB Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami peran sistem operasi dan mekanisme internal yang terjadi pada interaksi antara perangkat keras, perangkat lunak, dan pengguna. Pada akhir fase E, peserta didik mampu menerapkan konektivitas jaringan lokal, komunikasi data via ponsel, konektivitas internet melalui jaringan kabel dan nirkabel (bluetooth, wifi, internet), enkripsi untuk memproteksi data pada saat melakukan penyambungan perangkat ke jaringan lokal maupun internet yang tersedia. Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami aspek privasi dan keamanan data, mengumpulkan data secara otomatis dari berbagai sumber data, memodelkan data berbagai bidang, menerapkan siklus pengolahan data (pengumpulan, pengolahan, visualisasi, analisis, interpretasi, dan publikasi) dengan menggunakan perkakas TIK yang sesuai, serta menerapkan strategi pengelolaan data yang tepat guna dengan mempertimbangkan volume dan kompleksitasnya. Pada akhir fase E, peserta didik mampu menerapkan praktik baik konsep pemrograman prosedural dalam salah satu bahasa pemrograman prosedural dan mampu mengembangkan program yang terstruktur dalam notasi algoritma atau notasi lain, berdasarkan strategi algoritmik yang tepat. Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami sejarah perkembangan komputer dan tokoh-tokohnya, memahami hak kekayaan intelektual, lisensi, aspek teknis, hukum, ekonomi, lingkungan, dan sosial dari produk TIK, memahami berbagai bidang studi dan profesi bidang Informatika serta peran Informatika pada bidang lain. Pada akhir fase E, peserta didik mampu bergotong royong dalam tim inklusif untuk mengerjakan projek bertema Informatika dengan mengidentifikasi persoalan, merancang, mengimplementasi, menguji, dan menyempurnakan program komputer didasari strategi algoritma yang sesuai sebagai solusi persoalan masyarakat serta mengomunikasikan produk, proses pengembangan dan manfaatnya bagi masyarakat secara lisan maupun tertulis. 6. Fase F (Umumnya untuk kelas XI dan XII SMA/MA/SMK/MAK/ Program Paket C) Pada akhir fase F, peserta didik peserta didik mengintegrasikan elemen-elemen dan mampu mengkaji berbagai strategi algoritmik yang menghasilkan lebih dari satu solusi persoalan, menganalisis setiap solusi, serta menentukan solusi yang paling efisien dan optimal untuk dikembangkan menjadi program komputer, mengkritisi kasus-kasus terkini terkait Informatika di masyarakat, merancang dan mengimplementasi struktur data abstrak yang lebih kompleks menggunakan beberapa library standar termasuk library untuk kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) dan library untuk pengolahan data bervolume besar, mengembangkan, melakukan 223 pemeliharaan, dan penyempurnaan kode sumber program dengan tetap memperhatikan kualitasnya serta menuliskan dokumentasi dan menjelaskan aspek statik dan dinamik dari program komputer (source code), menerjemahkan sebuah program dalam satu bahasa yang sudah dikenalnya ke bahasa lain berdasarkan kaidah translasi yang diberikan, memahami jaringan komputer dari sisi teknis, termasuk keamanan siber (cyber security), dan tata kelola untuk mengontrol akses data ke sistem, melakukan konfigurasi dan setting komputer ke jaringan komputer dan internet untuk menjamin keamanan dirinya, bergotong royong dengan menggunakan berbagai perkakas TIK untuk merancang, mengimplementasi, menguji, memperbaiki, menghasilkan prototipe perangkat lunak yang berinteraksi dengan single board computer/controller atau kit elektronika untuk edukasi yang bisa diprogram atau mengembangkan program untuk mengolah data bervolume besar serta mengomunikasikan produk dan proses pengembangan perangkat lunak yang dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak aplikasi. Fase F Berdasarkan Elemen Elemen BK TIK SK JKI AD AP Capaian Pembelajaran Pada akhir fase F, peserta didik mampu menganalisis beberapa strategi algoritmik secara kritis untuk menghasilkan banyak alternatif solusi dari satu persoalan dengan memberikan justifikasi efisiensi, kelebihan, dan keterbatasan dari setiap alternatif solusi, kemudian memilih dan menerapkan solusi terbaik, paling efisien, dan optimal dengan merancang struktur data yang lebih kompleks dan abstrak. Menghasilkan prototipe perangkat lunak yang berinteraksi dengan single board computer/controller atau kit elektronika untuk edukasi yang bisa diprogram, serta mampu mengomunikasikan produk dan proses pengembangan perangkat lunak yang dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak aplikasi. Pada akhir fase F, peserta didik memahami konsep lanjutan jaringan komputer dan internet meliputi topologi jaringan yang menghubungkan beberapa komputer, aspek teknis berbagai jaringan komputer, lapisan informasi dalam suatu sistem jaringan komputer (OSI Layer), komponen jaringan komputer, dan mekanisme pertukaran data, konsep cyber security, tata kelola kontrol akses data, serta faktor-faktor dan konfigurasi keamanan jaringan. Pada akhir fase F, peserta didik mampu mengembangkan program modular yang berukuran besar menggunakan bahasa pemrograman yang ditentukan, mampu memahami, 224 Elemen DSI PLB Capaian Pembelajaran memelihara, dan menyempurnakan struktur program (aspek statik) dan eksekusi (aspek dinamik) suatu source code, memahami algoritma standar dan strategi efisiensinya, merancang dan mengimplementasikan struktur data abstrak yang kompleks seperti beberapa library standar termasuk library untuk Artificial Intelligence dan library untuk pengolahan data bervolume besar, serta menerjemahkan sebuah program dalam satu bahasa yang sudah dikenalnya ke bahasa lain berdasarkan kaidah translasi yang diberikan. Pada akhir fase F, peserta didik mampu mengkaji, menganalisis, dan memberikan berbagai argumentasi dan rasional secara kritis pada kasus-kasus sosial terkini terkait produk TIK dan sistem komputasi. Pada akhir fase F, peserta didik mampu bergotong royong dalam tim inklusif untuk mengerjakan projek pengembangan sistem komputasi dengan menganalisis dan mengidentifikasi persoalan, merancang, mengimplementasi, menguji, dan menyempurnakan sistem komputasi sebagai solusi dari persoalan tersebut, serta mengomunikasikan produk, proses pengembangan dan manfaatnya secara lisan dan tertulis. 225 XII. CAPAIAN PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) SMP/MTs/ PROGRAM PAKET B A. Rasional Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SMP/MTs/ Program Paket B Indonesia merupakan bangsa dengan sumber daya manusia yang besar dan sumber daya alam yang melimpah, kaya dengan budaya, suku bangsa, bahasa, serta terdiri dari berbagai agama dan kepercayaan. Secara geografis letak Indonesia sangat strategis, sehingga menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang sangat diperhitungkan secara geopolitik dalam kancah internasional. Indonesia di tahun-tahun mendatang akan mengalami bonus demografi, yaitu jumlah penduduk usia produktif (berusia 15-64 tahun) lebih besar dibandingkan penduduk usia tidak produktif (berusia di bawah 15 tahun dan di atas 64 tahun). Keadaan ini membutuhkan solusi rasional serta terukur secara ilmiah, sehingga bonus demografi akan menjadi sumber kekuatan bangsa. Sumber daya manusia Indonesia terutama yang berusia produktif perlu memiliki kemampuan- kemampuan yang mendukungnya berkontribusi di masyarakat. Indonesia perlu menghasilkan sumber daya manusia yang mampu mengelola dan menjaga sumber daya alam untuk kesejahteraan bangsa berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan prinsip keadilan sosial. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) memiliki peran penting dalam hal ini. Akan tetapi, selama ini proses pembelajaran IPS lebih menekankan kepada dimensi pengetahuan. Kurang perhatian kepada dimensi keterampilan berpikir. Oleh karena itu dalam pembelajaran dengan paradigma baru diharapkan dimensi keterampilan berpikir lebih digali. Dengan pendekatan pembelajaran keterampilan proses yang berpusat pada peserta didik. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) memiliki peran penting dalam hal ini. Dengan pendekatan pembelajaran inkuiri yang berpusat pada peserta didik, Pendidikan IPS menjadi sarana untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan terkait kehidupan masyarakat dengan lingkungannya. Termasuk di dalamnya membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan yang akan menjadi modal untuk berkolaborasi dalam masyarakat yang majemuk, baik di tingkat lokal, nasional maupun global dengan tetap berpegang teguh kepada nilai-nilai Pancasila sebagai kepribadian bangsa. Pendidikan IPS merupakan perpaduan cabang226 cabang ilmu-ilmu sosial dan humaniora termasuk di dalamnya agama, filsafat, dan pendidikan. IPS juga dapat mengambil aspek-aspek tertentu dan ilmu-ilmu kealaman serta teknologi. B. Tujuan Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SMP/MTs/Program Paket B Tujuan pembelajaran IPS adalah agar peserta didik memiliki kemampuan untuk memahami konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat serta memiliki keterampilan penting di tengah perkembangan dunia untuk bisa berkontribusi menciptakan kondisi kehidupan yang lebih baik. Secara rinci tujuan pelajaran IPS adalah: 1. Memahami dan menganalisis konsep-konsep yang berkaitan dengan pola dan persebaran keruangan, interaksi sosial, pemenuhan kebutuhan, dan kesejarahan perkembangan kehidupan masyarakat; 2. Memiliki keterampilan dalam berpikir kritis, berkomunikasi, berkreativitas, dan berkolaborasi dalam kerangka perkembangan teknologi terkini; 3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial kemanusiaan dan lingkungan untuk menumbuhkan kecintaan terhadap bangsa dan negara sehingga mampu merefleksikan peran diri di tengah lingkungan sosialnya. 4. Menunjukkan pengasahan hasil pemahaman keterampilannya konsep dengan pengetahuan membuat dan karya atau Sosial (IPS) melakukan aksi sosial. C. Karakteristik Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan SMP/MTs/Program Paket B Karakteristik IPS adalah perilaku sosial, ekonomi, dan budaya manusia di masyarakat dalam konteks ruang dan waktu yang mengalami perubahan. Oleh karena itu, masyarakat menjadi sumber utama IPS. Perlu ditekankan bahwa materi-materi pembelajaran hanya kendaraan menuju capaian pembelajaran. Artinya proses pembelajaran tidak berfokus utama ketercapaian pada penyelesaian kompetensi. materi, Penyelenggara tapi pendidikan peluang untuk mengembangkan materi secara mandiri. 227 lebih kepada mempunyai Pembahasan materi pembelajaran tidak disampaikan secara terpisah antara Geografi, Ekonomi, Sejarah, Sosiologi, namun harus terintegrasi sehingga pelajar mendapatkan pemahaman dan keterampilan yang utuh yang sesuai dengan karakteristik pembelajaran abad ke-21. Adapun elemen serta ruang lingkup mata pelajaran IPS di SMP sebagai berikut: Elemen Pemahaman Deskripsi Mata pelajaran IPS terkait dengan pandangan bahwa IPS sebagai materi pembelajaran yang berkaitan dengan fakta, konsep, prosedur, dan metakognisi, maka cakupan materi dalam elemen ini adalah: 1. Keruangan dan konektivitas antar ruang dan waktu; materi ini berkaitan dengan pemahaman terhadap kondisi sosial dan lingkungan alam serta kesejarahan dalam konteks lokal dan regional, nasional, hingga global. Selain itu, materi ini juga terkait dengan pembelajaran tentang kondisi geografis Indonesia dan pengaruhnya terhadap aktivitas sosial, ekonomi, dan politik. Mempelajari konektivitas dan interaksi tersebut mengasah kemampuan berpikir kritis pelajar memahami efek sebab dan akibat. 2. Perkembangan masyarakat Indonesia dari masa pra aksara, kerajaan, kolonial, awal kemerdekaan sampai dengan sekarang; Selain pengetahuan mengenai perkembangan kehidupan masyarakat Indonesia, bagian ini menjadi sarana untuk merefleksikan kondisi kehidupan masyarakat dari masa pra aksara, Hindu, Budha, Islam, kolonialisme hingga kemerdekaan untuk memunculkan semangat kebangsaan. Materi ini juga menjadi sarana mengasah kesadaran untuk berpikir dari berbagai perspektif berdasarkan perbedaan historis, geografis, ekonomi, sosial dan budaya, serta menggunakan pengetahuan tersebut untuk kehidupan masa depan yang berkelanjutan. 3. Interaksi, Sosialisasi, institusi sosial, dan dinamika sosial; materi ini berkaitan dengan pembentukan identitas diri, merefleksikan keberadaan diri di tengah keberagaman dan kelompok yang berbedabeda, serta mempelajari dan menjalankan peran sebagai warga Indonesia dan bagian dari warga dunia ditinjau secara sosiologis, historis, geografis, maupun sebagai pelaku ekonomi. Peserta didik mempelajari tentang interaksi dan institusi sosial, peluang dan tantangannya untuk mewujudkan pembangunan keberlanjutan bagi kemaslahatan manusia dan bumi 4. Kegiatan manusia dalam memenuhi kebutuhannya dan berteknologi di era global; materi ini berkaitan tentang peran diri, masyarakat serta negara dalam memenuhi kebutuhan bersama. Peserta didik menganalisis 228 Elemen Keterampilan Proses Deskripsi sejarah manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Menganalisis faktor-faktor penyebab kelangkaan, permintaan, penawaran, harga pasar, serta inflasi. Mengidentifikasi peran lembaga keuangan, nilai, serta fungsi uang. Mendeskripsikan pengelolaan, sumber-sumber pendapatan dan pengeluaran keuangan keluarga, perusahaan serta negara. Mengidentifikasi hak dan kewajiban dalam jasa keuangan. Ruang lingkup ini menjadi salah satu ruang untuk peserta berlatih membangun kesadaran dan memberikan kontribusi ke masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup di tingkat lokal namun dalam perspektif global. Keterampilan Proses merupakan keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah (baik kognitif maupun psikomotor) yang dapat digunakan untuk menemukan suatu konsep, prinsip, atau teori untuk mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya, ataupun untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu penemuan (Indrawati dalam Trianto, 2008:72). Menurut Mulyasa (2007:99), Pendekatan Keterampilan Proses merupakan pendekatan pembelajaran yang menekankan pada proses belajar, aktivitas, dan kreativitas peserta didik dalam memperoleh pengetahuan, nilai dan sikap, serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Peserta didik perlu mengasah keterampilan berpikirnya sehingga pembelajaran yang dialaminya bermakna. Hal ini hanya bisa terjadi ketika peserta didik terlibat penuh dalam pembelajarannya. Oleh karena itu, penting bagi peserta didik untuk memiliki keterampilan inkuiri, yang menekankan penyelidikan dan penemuan oleh peserta didik dalam mempelajari IPS, sehingga ia bisa mencari tahu dan menemukan solusi secara aktif terkait perilaku sosial, ekonomi, dan budaya manusia di masyarakat dalam konteks ruang dan waktu yang mengalami perubahan. Guru perlu mempertimbangkan hal yang peserta didik harap dapat ia pahami lebih dalam, pengetahuan yang perlu ia miliki untuk mencapai hal tersebut, keterampilan apa yang dapat diasah, karya atau aksi apa yang dapat dilakukan peserta didik, serta karakter positif apa yang dapat diperkuat dalam melakukan pembelajaran inkuiri. Hal ini untuk mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang berpartisipasi secara cerdas dalam masyarakat yang berkebhinekaan global. Keterampilan berpikir inkuiri dimulai dari mengajukan pertanyaan dan mengidentifikasi masalah, mengumpulkan dan mengelola informasi, merencanakan dan mengembangkan ide solusi, mengambil kesimpulan dan merumuskan aksi, mencipta dan melaksanakan aksi, mengomunikasikan dan merefleksikan. Siklus keterampilan proses dijabarkan di bawah ini : Mengamati: Peserta didik melakukan kegiatan yang dilaksanakan secara sengaja dan terencana dengan maksud untuk mendapat informasi dari hasil 229 Elemen Deskripsi pengamatan. Pengamatan bisa dilakukan langsung atau menggunakan instrumen lain. 1. Menanya: Peserta didik menyusun pertanyaan tentang hal-hal yang ingin diketahuinya dan masalah apa yang ditemukan. Pada tahap ini ia juga menghubungkan pengetahuan yang dimiliki dengan pengetahuan baru yang akan dipelajari sehingga bisa menjelaskan permasalahan yang sedang diselidiki dengan rumus 5W 1H (apa, siapa, kapan, di mana, mengapa, dan bagaimana), dan memperkirakan apa yang akan terjadi berdasarkan jawaban atas pertanyaan. 2. Mengumpulkan Informasi: Peserta didik penyusunan langkah-langkah untuk mengumpulkan informasi melalui studi pustaka, studi dokumen, wawancara, observasi, kuesioner, dan teknik pengumpulan informasi lainnya. 3. Mengorganisasikan Informasi: Peserta didik memilih, mengolah dan menganalisis informasi yang diperoleh. Proses analisis informasi dilakukan dengan cara verifikasi, interpretasi, dan triangulasi informasi. 4. Menarik Kesimpulan: Peserta didik menjawab, mengukur dan mendeskripsikan serta menjelaskan permasalahan yang ada dengan memenuhi prosedur dan tahapan yang ditetapkan. 5. Mengomunikasikan: Peserta didik mengungkapkan seluruh hasil tahapan di atas secara lisan dan tulisan dalam bentuk media digital dan non-digital. Peserta didik lalu mengomunikasikan hasil temuannya dengan mempublikasikan hasil laporan dalam bentuk presentasi digital dan atau non digital, dan sebagainya. 6. Merefleksikan dan Merencanakan Proyek Lanjutan Secara Kolaboratif 7. Peserta didik mampu mengevaluasi pengalaman belajar yang telah dilalui dan diharapkan dapat merencanakan proyek lanjutan dengan melibatkan lintas mata pelajaran secara kolaboratif. D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SMP/MTs/Program Paket B Setiap Fase Fase D (Umumnya untuk kelas VII - IX SMP/MTs/Program Paket B) Pada akhir fase ini, peserta didik mampu memahami dan memiliki kesadaran akan keberadaan diri serta mampu berinteraksi dengan lingkungan terdekatnya. Ia mampu menganalisis hubungan antara kondisi geografis daerah dengan karakteristik masyarakat dan memahami potensi sumber daya alam serta kaitannya dengan mitigasi kebencanaan. keragaman Ia juga kondisi mampu geografis menganalisis nusantara 230 hubungan terhadap antara pembentukan kemajemukan budaya. Ia mampu memahami bagaimana masyarakat saling berupaya untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Ia mampu menganalisis peran pemerintah dan masyarakat dalam mendorong pertumbuhan perekonomian. Peserta didik juga mampu memahami dan memiliki kesadaran terhadap perubahan sosial yang sedang terjadi di era kontemporer. Ia dapat menganalisis perkembangan ekonomi di pembangunan era dan digital. Peserta potensi didik Indonesia memahami menjadi negara tantangan maju. Ia menyadari perannya sebagai bagian dari masyarakat Indonesia dan dunia di tengah isu-isu regional dan global yang sedang terjadi dan ikut memberikan kontribusi yang positif. Peserta didik mampu memahami dan menerapkan materi pembelajaran melalui pendekatan keterampilan proses dalam belajarnya, yaitu mengamati, menanya dengan rumus 5W 1H. Kemudian mampu memperkirakan apa yang akan terjadi berdasarkan jawaban-jawaban yang ditemukan. Peserta didik juga mampu mengumpulkan informasi melalui studi pustaka, studi dokumen, lapangan, wawancara, observasi, kuesioner, dan teknik pengumpulan informasi lainnya. Merencanakan dan mengembangkan penyelidikan. Peserta didik mengorganisasikan informasi dengan memilih, mengolah dan menganalisis informasi yang diperoleh. Proses analisis informasi dilakukan dengan cara verifikasi, interpretasi, dan triangulasi kesimpulan, menjawab, informasi. mengukur dan Peserta didik menarik mendeskripsikan serta menjelaskan permasalahan yang ada dengan memenuhi prosedur dan tahapan yang ditetapkan. Peserta didik mengungkapkan seluruh hasil tahapan di atas secara lisan dan tulisan dalam bentuk media digital dan non-digital. Peserta didik lalu mengomunikasikan hasil temuannya dengan mempublikasikan hasil laporan dalam bentuk presentasi digital dan atau non digital, dan sebagainya. Selain itu peserta didik mampu mengevaluasi pengalaman belajar yang telah dilalui dan diharapkan dapat merencanakan proyek lanjutan dengan melibatkan lintas mata pelajaran secara kolaboratif. Fase D berdasarkan elemen Elemen Capaian Pembelajaran Pemahaman Konsep Pada akhir fase ini, peserta didik mampu memahami dan memiliki kesadaran akan keberadaan diri serta mampu berinteraksi dengan lingkungan terdekatnya. Ia mampu menganalisis hubungan antara kondisi geografis daerah dengan karakteristik 231 Elemen Capaian Pembelajaran masyarakat dan memahami potensi sumber daya alam serta kaitannya dengan mitigasi kebencanaan . Ia juga mampu menganalisis hubungan antara keragaman kondisi geografis nusantara terhadap pembentukan kemajemukan budaya. Ia mampu memahami bagaimana masyarakat saling berupaya untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Ia mampu menganalisis peran pemerintah dan masyarakat dalam mendorong pertumbuhan perekonomian. Peserta didik juga mampu memahami dan memiliki kesadaran terhadap perubahan sosial yang sedang terjadi di era kontemporer. Ia dapat menganalisis perkembangan ekonomi di era digital. Peserta didik memahami tantangan pembangunan dan potensi Indonesia menjadi negara maju. Ia menyadari perannya sebagai bagian dari masyarakat Indonesia dan dunia di tengah isu-isu regional dan global yang sedang terjadi dan ikut memberikan kontribusi yang positif. Keterampilan Proses Pada akhir fase ini, Peserta didik mampu memahami dan menerapkan materi pembelajaran melalui pendekatan keterampilan proses dalam belajarnya, yaitu mengamati, menanya dengan rumus 5W 1H. Kemudian mampu memperkirakan apa yang akan terjadi berdasarkan jawaban-jawaban yang ditemukan. Peserta didik juga mampu mengumpulkan informasi melalui studi pustaka, studi dokumen, lapangan, wawancara, observasi, kuesioner, dan teknik pengumpulan informasi lainnya. merencanakan dan mengembangkan penyelidikan. Peserta didik mengorganisasikan informasi dengan memilih, mengolah dan menganalisis informasi yang diperoleh. Proses analisis informasi dilakukan dengan cara verifikasi, interpretasi, dan triangulasi informasi. Peserta didik menarik kesimpulan, menjawab, mengukur dan mendeskripsikan serta menjelaskan permasalahan yang ada dengan memenuhi prosedur dan tahapan yang ditetapkan. Peserta didik mengungkapkan seluruh hasil tahapan di atas secara lisan dan tulisan dalam bentuk media digital dan non-digital. Peserta didik lalu mengomunikasikan hasil temuannya dengan mempublikasikan hasil laporan dalam bentuk presentasi digital dan atau non digital, dan sebagainya. Selain itu peserta didik mampu mengevaluasi pengalaman belajar yang telah dilalui dan diharapkan dapat merencanakan proyek lanjutan dengan melibatkan lintas mata pelajaran secara kolaboratif. 232 XIII. CAPAIAN PEMBELAJARAN SEJARAH SMA/MA/PROGRAM PAKET C A. Rasional Mata Pelajaran Sejarah SMA/MA/Program Paket C Indonesia adalah anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa. Negeri lautan dengan taburan pulau-pulau di atasnya. Perpaduan lautan dan daratan dengan berbagai ragam potensi yang ada di dalamnya menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara Kepulauan (archipelago) terbesar di dunia. Secara fisik Kepulauan Indonesia memiliki 1.904.569 km² luas wilayah, 18.108 jumlah pulau, 81.000 km² garis pantai, dan 2,7 juta luas perairan atau 70% dari luas wilayah Indonesia yang membentang dari 6⁰ 08’ LU - 11⁰ 15’ LS dan 94⁰ 45’ BT – 141⁰ 05’ BT. Sedangkan secara kebudayaan, Indonesia adalah negara majemuk yang terdiri atas 1.331 suku bangsa, 652 bahasa daerah, 6 agama, dan 187 kelompok penghayat kepercayaan. Indonesia diapit oleh Benua Asia dan Australia serta Samudera Hindia dan Pasifik, sehingga secara geografis Indonesia menempati lokasi strategis dalam jalur lalu lintas masyarakat dunia. Sudah sejak lama Indonesia menjadi tempat persinggahan berbagai bangsa, mulai dari India, Arab, Cina, dan Eropa dengan masing-masing membawa ragam budaya dari tanah asalnya, serta berinteraksi dengan ragam budaya asli Indonesia. Proses ini melahirkan berbagai bentuk budaya baru yang bercampur dalam balutan kearifan lokal, kemudian membentuk model Indonesia dengan karakteristik Indonesia dan citarasa Indonesia. Selain itu posisi Indonesia sebagai pusat persemaian dan penyerbukan silang budaya ikut melahirkan kultur masyarakat yang inklusif, plural, serta mampu mengembangkan berbagai corak kebudayaan yang lebih banyak dibandingkan dengan kawasan dunia manapun. Pemahaman dan kesadaran mengenai keindonesiaan wajib diketahui oleh segenap bangsa Indonesia, pertanyaan dari mana kita berasal, bagaimana keadaan kita sekarang, dan kedepan mau berjalan kearah mana adalah berbagai pertanyaan menyangkut eksistensi kita sebagai bangsa atau bahkan manusia pada umumnya. Kita juga harus menyadari bahwa bangsa ini lahir bukan dari persamaan suku, ras, budaya, atau agama, melainkan karena adanya kesadaran serta kesepakatan untuk hidup bersama dalam sebuah bangsa yaitu Indonesia. Kesadaran dan kesepakatan bersama ini diikat oleh fakta bahwa kita berangkat dari sejarah yang sama. 233 Berbagai peristiwa penting yang terjadi di Indonesia mulai dari asal usul nenek moyang dan jalur rempah, masa Kerajaan Hindu-Buddha, masa Kerajaan Islam, masa penjajahan Bangsa Eropa, masa Pergerakan Kebangsaan Indonesia, masa Pendudukan Jepang, masa Proklamasi Kemerdekaan, masa usaha mempertahankan kemerdekaan, masa pemerintahan Demokrasi Liberal dan Demokrasi Terpimpin, masa Pemerintahan Orde Baru, sampai masa Pemerintahan Reformasi adalah sebuah perjalanan panjang melintasi ruang dan waktu, dimana banyak terkandung pelajaran di dalamnya. Perjalanan sejarah Indonesia juga dipengaruhi oleh berbagai peristiwa yang terjadi di dunia. Revolusi Besar Dunia, Perang Dunia I, Perang Dunia II, Perang Dingin, dan Peristiwa Kontemporer Dunia sampai Abad-21 adalah diantara peristiwa dunia yang berpengaruh secara langsung atau tidak langsung dengan Indonesia. Transformasi pengetahuan atas masa lalu untuk dikontekstualisasikan dalam kehidupan kekinian, dan sebagai bahan proyeksi untuk masa depan, sebagai upaya memperkuat jati diri manusia dalam dimensi lokal, nasional, dan global hanya mungkin dilakukan melalui mata pelajaran Sejarah. Dari sisi pengetahuan konten teknologi pembelajaran (pedagogical content technology knowledge) guru sejarah dalam mengajarkan sejarah harus utuh dan komprehensif. Laksana orang menenun, sejarah harus disampaikan memanjang jalur atas-bawah dan melebar jalur kiri-kanan, artinya berbagai pendekatan diakronis (kronologis) maupun sinkronis dapat digunakan untuk menjelaskan sebuah peristiwa sejarah secara utuh. Begitu juga dengan muatan-muatan lain dalam sejarah perlu diajarkan secara multidimensional, misalnya jika selama ini mempelajari sejarah lebih ditekankan kepada muatan politik atau militer, maka sekarang ini kita dapat juga mengangkat muatan lokal, muatan sosial, muatan Hak Asasi Manusia (HAM), muatan feminis, muatan maritim, muatan agraris, muatan teknologi, muatan lingkungan, muatan mitigasi, muatan kesehatan, muatan fashion, muatan kuliner, dan lain sebagainya secara terintegrasi dalam satu narasi sejarah. Penjelasan sejarah yang utuh dan komprehensif dari berbagai pendekatan, serta dengan memasukan berbagai muatan sejarah dan melibatkan ilmu-ilmu dikombinasikan dengan penggunaan 234 bantu lain, kemudian ragam model atau media pembelajaran inovatif berbasis teknologi, niscaya akan membuat pembelajaran sejarah menjadi semakin kaya, berbobot, dan bermakna bagi kehidupan anak bangsa. Peran guru sejarah dibutuhkan untuk membangun jembatan antara masa lalu, masa kini, dan masa depan dengan merangsang kebatinan serta nalar peserta didik melalui keterampilan imajinatif, kreatif, kritis, dan reflektif yang bersandar pada sumber-sumber autentik. Dari sini kita semakin menjadi yakin bahwa belajar sejarah sesungguhnya adalah belajar berpikir. Selain itu belajar sejarah jangan sampai hanya sebatas lambang pemujaan masa lalu, dimana generasi muda hanya dapat terpesona atau menjadi penikmat dari masa lalu yang gemilang, tanpa pernah berpikir untuk merencanakan bangunan masa depan mereka sendiri. Secara progresif pembelajaran sejarah harus mampu mengkontekstualisasikan berbagai peristiwa yang terjadi di masa lalu dengan berbagai peristiwa yang dialami sekarang, untuk kita dapat saling merenungi, mengevaluasi, membandingkan, atau mengambil keputusan, sekaligus sebagai orientasi untuk kehidupan masa depan yang lebih baik. Muara dari pembelajaran sejarah yang berorientasi pada keterampilan berpikir secara alamiah akan mendorong pembentukan manusia merdeka yang memiliki kesadaran sejarah dan selaras dengan Profil Pelajar Pancasila. B. Tujuan Belajar Sejarah Mata pelajaran Sejarah bertujuan untuk: 1. Menumbuhkembangkan kesadaran sejarah; 2. Menumbuhkembangkan pemahaman tentang diri sendiri; 3. Menumbuhkembangkan pemahaman kolektif sebagai bangsa; 4. Menumbuhkembangkan rasa bangga atas kegemilangan masa lalu; 5. Menumbuhkembangkan rasa nasionalisme dan patriotisme; 6. Menumbuhkembangkan nilai-nilai moral, kemanusiaan, nilai-nilai kebhinekaan dan lingkungan hidup; 7. Menumbuhkembangkan royong; 235 dan gotong 8. Menumbuhkembangkan pemahaman tentang dimensi manusia, yaitu kemampuan menganalisis pemikiran, suasana kebatinan, tindakan, maupun karya yang memiliki makna dalam sejarah; 9. Menumbuhkembangkan pemahaman tentang dimensi ruang, yaitu kemampuan menganalisis hubungan atau keterkaitan antara peristiwa yang terjadi secara lokal, nasional, serta global; 10. Menumbuhkembangkan pemahaman tentang waktu, yaitu kemampuan melihat peristiwa secara utuh meliputi dimensi masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang, serta menganalisis perkembangan, kesinambungan, pengulangan, dan perubahan dalam kehidupan manusia; 11. Melatih kecakapan berpikir diakronis (kronologi), sinkronis, kausalitas, imajinatif, kreatif, kritis, reflektif, kontekstual, dan multiperspektif; 12. Melatih keterampilan mencari sumber (heuristik), kritik dan seleksi sumber (verifikasi), analisis dan sintesis sumber (interpretasi), dan penulisan sejarah (historiografi); 13. Melatih keterampilan mengolah informasi sejarah secara non digital maupun digital dalam berbagai bentuk aplikasi sejarah, rekaman suara, film dokumenter, foto, maket, vlog, story board, timeline, infografis, videografis, komik, poster, dan lain-lain; C. Karakteristik Mata Pelajaran Sejarah Karakteristik mata pelajaran sejarah terikat oleh dimensi manusia, ruang, dan waktu. Dimensi manusia dilihat sebagai agen yang menciptakan sejarah, secara individu ataupun kolektif, dengan melihat dimensi pemikiran, mental kebatinan, rekam jejak atau karya yang menjadi latar belakang manusia tersebut. Lalu dimensi ruang dilihat dari tempat terjadinya sebuah peristiwa, dalam lingkup lokal, nasional, dan global, dengan menarik hubungan antara satu peristiwa di satu tempat, dengan peristiwa di tempat lainnya. Kemudian dimensi waktu dilihat secara kontekstual melewati masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang, dengan memperhatikan pola perkembangan, perubahan, keberlanjutan, atau keberulangan dari sebuah peristiwa. Dari sisi substansi, mata pelajaran sejarah berisikan berbagai peristiwa penting yang terjadi di Indonesia dalam lingkup lokal dan nasional, mulai dari asal usul nenek moyang dan jalur rempah, masa Kerajaan 236 Hindu-Buddha, masa Kerajaan Islam, masa penjajahan Bangsa Eropa, masa Pergerakan Kebangsaan Indonesia, masa Pendudukan Jepang, masa Proklamasi Kemerdekaan, masa usaha mempertahankan kemerdekaan, masa pemerintahan Demokrasi Liberal dan Terpimpin, masa pemerintahan Orde Baru, sampai masa pemerintahan Reformasi. Mata pelajaran Sejarah juga mencakup berbagai peristiwa global yang memiliki keterkaitan langsung maupun tidak langsung dengan Indonesia. Peristiwa global ini berbentuk muatan materi yang terintegrasi dalam perjalanan sejarah di Indonesia seperti pembentukan paham keindonesiaan yang dikaitkan dengan revolusi besar dunia, pergerakan kebangsaan dengan Perang Dunia I, Proklamasi kemerdekaan dengan Perang Dunia II, usaha mempertahankan kemerdekaan dengan Perang Dingin, serta masa reformasi dengan peristiwa kontemporer dunia sampai abad-21 Secara pendekatan, mata pelajaran sejarah dapat dikaji dengan menggunakan berbagai pendekatan khas sejarah seperti diakronis (kronologi) maupun sinkronis. Mata pelajaran sejarah juga memberikan pengalaman belajar saintifik yang diperoleh melalui tahapan mencari sumber (heuristik), kritik dan seleksi sumber (verifikasi), mengambil analisis dan kesimpulan sintesis dan sumber refleksi (interpretasi), yang dituliskan sampai secara historiografi. 1. Lingkup materi dalam mata pelajaran sejarah, yaitu: a. Pengantar Ilmu Sejarah b. Asal-Usul Nenek Moyang dan Jalur Rempah di Indonesia c. Kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia d. Kerajaan Islam di Indonesia e. Kolonisasi dan Perlawanan Bangsa Indonesia f. Pergerakan Kebangsaan Indonesia g. Pendudukan Jepang di Indonesia h. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia i. Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan j. Pemerintahan Demokrasi Liberal dan Demokrasi Terpimpin k. Pemerintahan Orde Baru l. Pemerintahan Reformasi 237 2. Lingkup Strands Kecakapan dalam mata pelajaran Sejarah, meliputi: a. Keterampilan Konsep Sejarah (Historical Conceptual Skills) b. Keterampilan Berpikir Sejarah (Historical Thinking Skills) c. Kesadaran Sejarah (Historical Consciousness) d. Penelitian Sejarah (Historical Research) e. Keterampilan Praktis Sejarah (Historical Practice Skills) Dari uraian di atas, maka mata pelajaran Sejarah meliputi elemen sebagai berikut: Elemen Keterampilan Konsep Kelas X Deskripsi Keterampilan Konsep Sejarah (Historical Conceptual Skills) berhubungan dengan konsepkonsep dasar ilmu sejarah, seperti manusia, ruang, waktu, diakronik (kronologi), sinkronik, historiografi, maupun konsepkonsep lain yang berhubungan dengan peristiwa sejarah seperti kolonialisme, imperialisme, pergerakan nasional, proklamasi, orde lama, orde baru, reformasi, dan lain-lain. Keterampilan konsep diperoleh Keterampilan Proses Sejarah Kelas X melalui pemahaman akan sebuah konsep, baik dalam dalam lingkup ilmu sejarah maupun lingkup ilmu lain yang memiliki relevansi dengan pembahasan sebuah peristiwa. Peserta didik tidak hanya sekedar tahu dan hafal tentang definisi konsep, tetapi juga harus tahu bagaimana menggunakan konsep sebagai bahan analisis untuk mengkaji sebuah peristiwa. Pemahaman konsep dibutuhkan untuk memperoleh penjelasan secara lebih luas dan bermakna tentang sebuah peristiwa. 1. Mengamati: Peserta didik melakukan kegiatan yang dilaksanakan secara sengaja dan terencana dengan maksud untuk mendapat informasi dari hasil pengamatan. Pengamatan dapat dilakukan langsung atau menggunakan instrumen lain. 2. Menanya: Peserta didik menyusun pertanyaan tentang hal-hal yang ingin diketahuinya dan masalah apa yang ditemukan. Pada tahap ini ia juga menghubungkan pengetahuan yang dimiliki dengan pengetahuan baru yang akan dipelajari sehingga dapat menjelaskan permasalahan yang sedang diselidiki dengan rumus 5W 1H (apa, siapa, kapan, di mana, mengapa, dan bagaimana), dan memperkirakan apa yang akan terjadi berdasarkan jawaban atas pertanyaan. 3. Mengumpulkan Informasi: Peserta didik menyusun langkah-langkah untuk mengumpulkan informasi melalui studi pustaka, studi dokumen, wawancara, observasi, kuesioner, dan teknik pengumpulan informasi lainnya. 238 Elemen Keterampilan Proses Sejarah Kelas XI dan XII Deskripsi 4. Mengorganisasikan Informasi: Peserta didik memilih, mengolah dan menganalisis informasi yang diperoleh. Proses analisis informasi dilakukan dengan cara verifikasi, interpretasi, dan triangulasi informasi. 5. Menarik Kesimpulan: Peserta didik menjawab, mengukur dan mendeskripsikan serta menjelaskan permasalahan yang ada dengan memenuhi prosedur dan tahapan yang ditetapkan. 6. Mengomunikasikan: Peserta didik mengungkapkan seluruh hasil tahapan di atas secara lisan dan tulisan dalam bentuk media digital dan non-digital. Peserta didik lalu mengomunikasikan hasil temuannya dengan mempublikasikan hasil laporan dalam bentuk presentasi digital dan/atau non digital. 7. Merefleksikan dan Merencanakan Proyek Lanjutan Secara Kolaboratif: Peserta didik mampu mengevaluasi pengalaman belajar yang telah dilalui dan diharapkan dapat merencanakan projek lanjutan dengan melibatkan lintas mata pelajaran secara kolaboratif. 1. Keterampilan Berpikir Sejarah (Historical Thinking Skills): Peserta didik mampu berpikir diakronis (kronologi); berpikir sinkronis; berpikir kausalitas; berpikir interpretasi; berpikir kritis; berpikir kreatif; berpikir kontekstual; berpikir imajinatif; berpikir multiperspektif; berpikir reflektif. 2. Kesadaran Sejarah (Historical Consciousness): Peserta didik mampu memahami dan menganalisis fakta sejarah; menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan; memaknai nilai-nilai masa lalu. 3. Penelitian Sejarah (Historical Research): Peserta didik mampu menentukan topik; mengumpulkan sumber (heuristik); mengritik dan menyeleksi sumber (verifikasi); menganalisis dan mensintesis sumber (interpretasi); menuliskan sejarah (historiografi). 4. Keterampilan Praktis Sejarah (Historical Practice Skills): Peserta didik mampu membaca buku teks, buku referensi, internet, dokumen sejarah, dan hasil wawancara; menuliskan cerita sejarah; menuturkan cerita sejarah; mengolah informasi sejarah non digital atau digital dalam berbagai bentuk aplikasi sejarah, rekaman suara, film dokumenter, foto, maket, vlog, timeline, story board, infografis, videografis, komik, poster, dan lain-lain. 239 D. Capaian Pembelajaran Sejarah Setiap Fase 1. Fase E (Umumnya Kelas X SMA/MA/Program Paket C) Pada akhir Fase E, peserta didik mampu memahami konsep-konsep dasar manusia, ruang, waktu, diakronis (kronologi), sinkronis, guna sejarah, sejarah dan teori sosial, metode penelitian sejarah, serta sejarah lokal. Melalui literasi, diskusi, kunjungan langsung ke tempat bersejarah, dan penelitian berbasis proyek kolaboratif peserta didik mampu menganalisis serta mengevaluasi berbagai peristiwa sejarah yang terjadi di Indonesia meliputi konsep asal-usul nenek moyang dan jalur rempah di Indonesia, kerajaan Hindu-Buddha, dan kerajaan Islam di Indonesia. Pada akhir Fase E, peserta didik mampu menggunakan sumber primer atau sekunder untuk melakukan penelitian sejarah lokal yang memiliki benang merah dengan keindonesiaan baik langsung ataupun tidak langsung, secara diakronis dan/atau sinkronis kemudian mengomunikasikannya dalam bentuk lisan, tulisan, dan/atau media lain. Selain itu mereka juga mampu menggunakan berbagai keterampilan sejarah untuk menjelaskan peristiwa sejarah serta memaknai nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Elemen Pemahaman Konsep Sejarah Pada akhir fase ini, peserta didik mampu memahami konsep dasar ilmu sejarah yang dapat digunakan untuk menjelaskan peristiwa sejarah; memahami konsep dasar ilmu sejarah sebagai bahan analisis untuk mengkaji peristiwa sejarah; memahami konsep dasar ilmu sejarah sebagai bahan evaluasi untuk mengkaji peristiwa sejarah; menganalisis serta mengevaluasi manusia sebagai subjek dan objek sejarah; menganalisis serta mengevaluasi peristiwa sejarah dalam ruang lingkup lokal, nasional, dan global; menganalisis serta mengevaluasi sejarah dalam dimensi masa lalu, masa kini, dan masa depan; menganalisis serta mengevaluasi sejarah dari aspek perkembangan, perubahan, keberlanjutan, dan keberulangan; memahami peristiwa sejarah secara diakronis (kronologi) maupun sinkronis. Peserta didik juga dapat memahami konsep dasar asal usul nenek moyang dan jalur rempah; menganalisis serta mengevaluasi manusia dalam asal usul nenek moyang dan jalur rempah; menganalisis serta mengevaluasi asal usul nenek moyang dan jalur rempah dalam ruang lingkup lokal, nasional, serta global; menganalisis serta mengevaluasi asal usul nenek moyang dan jalur rempah dalam dimensi masa lalu, masa kini, serta masa depan; menganalisis serta mengevaluasi asal usul nenek moyang dan jalur rempah dari pola perkembangan, perubahan, keberlanjutan, dan keberulangan; menganalisis serta mengevaluasi asal usul nenek moyang dan jalur rempah secara diakronis (kronologi) dan/atau sinkronis. Peserta didik memahami konsep dasar kerajaan Hindu-Buddha; menganalisis serta mengevaluasi manusia dalam kerajaan Hindu-Buddha; menganalisis serta mengevaluasi kerajaan Hindu-Buddha dalam ruang lingkup lokal, nasional, dan global; menganalisis serta mengevaluasi kerajaan Hindu-Buddha dalam dimensi masa lalu, masa kini, dan masa depan; menganalisis serta mengevaluasi kerajaan Hindu-Buddha dari pola 240 perkembangan, perubahan, keberlanjutan, dan keberulangan; menganalisis serta mengevaluasi kerajaan Hindu-Buddha secara diakronis (kronologi) dan/atau sinkronis. Peserta didik mampu memahami konsep dasar kerajaan Islam; menganalisis serta mengevaluasi manusia dalam kerajaan Islam; menganalisis serta mengevaluasi kerajaan Islam dalam ruang lingkup lokal, nasional, dan global; menganalisis serta mengevaluasi kerajaan Islam dalam dimensi masa lalu, masa kini, dan masa depan; menganalisis serta mengevaluasi kerajaan Islam dari pola perkembangan, perubahan, keberlanjutan, dan keberulangan; menganalisis serta mengevaluasi kerajaan Islam secara diakronis (kronologi) dan/atau sinkronis. Elemen Keterampilan Proses Sejarah Pada akhir fase ini, peserta didik mampu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengorganisasikan informasi, menarik kesimpulan, mengomunikasikan, merefleksikan dan merencanakan proyek lanjutan secara kolaboratif tentang pengantar dasar ilmu sejarah, jalur rempah dan asal usul nenek moyang bangsa Indonesia, kerajaan HinduBuddha, dan kerajaan Islam meliputi: 1. Penelitian sejarah lokal dimulai dari lingkungan terdekat (sejarah keluarga, sejarah sekolah, sejarah jalur rempah di daerah, sejarah kerajaan di daerah, dan lain-lain); mengumpulkan sumber-sumber primer maupun sekunder melalui sarana lingkungan sekitar, perpustakaan, dan internet; melakukan seleksi dan kritik terhadap sumber-sumber primer maupun sekunder; melakukan penafsiran untuk mendeskripsikan makna di balik sumber-sumber primer dan/atau sekunder; dan menuliskan hasil penelitian dalam bentuk historiografi. 2. Penjelasan peristiwa sejarah secara diakronis (kronologi) yang menitikberatkan pada proses dan/atau sinkronis yang menitikberatkan pada struktur; Penjelasan peristiwa sejarah berdasarkan hubungan kausalitas; Mengaitkan peristiwa sejarah dengan kehidupan sehari-hari; dan menempatkan peristiwa sejarah pada konteks zamannya. 3. Penjelasan peristiwa sejarah dalam perspektif masa lalu, masa kini, dan masa depan; Penjelasan peristiwa sejarah dari pola perkembangan, perubahan, keberlanjutan, dan keberulangan. 4. Penjelasan peristiwa sejarah dalam ruang lingkup lokal, nasional, dan global; Mengaitkan hubungan antara peristiwa sejarah lokal, nasional, dan global. 5. Memaknai nilai-nilai dari peristiwa sejarah dan dikontekstualisasikan dalam kehidupan masa kini. 6. Mengolah informasi sejarah secara non digital maupun digital dalam berbagai bentuk aplikasi sejarah, rekaman suara, film dokumenter, foto, maket, vlog, timeline, story board, infografis, videografis, komik, poster, dan lain-lain. 2. Fase F (Umumnya Kelas XI-XII SMA/MA/Program Paket C) Pada Fase F, peserta didik di Kelas XI dan XII mampu mengembangkan konsep-konsep dasar sejarah untuk mengkaji peristiwa sejarah dalam lintasan lokal, nasional, dan global. Melalui literasi, diskusi, kunjungan langsung ke tempat bersejarah, dan penelitian berbasis proyek kolaboratif peserta didik mampu menganalisis serta mengevaluasi berbagai peristiwa sejarah yang terjadi di Indonesia yang dapat dikaitkan atau dihubungkan dengan berbagai peristiwa lain yang terjadi di dunia pada periode yang sama meliputi Kolonialisme dan Perlawanan Bangsa Indonesia, Pergerakan Kebangsaan Indonesia, Pendudukan Jepang di 241 Indonesia, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan, Pemerintahan Demokrasi Liberal dan Demokrasi Terpimpin, Pemerintahan Orde Baru, serta Pemerintahan Reformasi Peserta didik di Kelas XI mampu menggunakan sumber primer dan/atau sekunder untuk melakukan penelitian sejarah secara diakronis dan/atau sinkronis kemudian mengomunikasikannya dalam bentuk lisan, tulisan, dan/atau media lain. Selain itu mereka juga mampu menggunakan keterampilan sejarah untuk menjelaskan, menganalisis, dan mengevaluasi peristiwa sejarah, serta memaknai nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Peserta didik di Kelas XII mampu menggunakan sumber primer dan sekunder untuk melakukan penelitian sejarah secara sinkronis dan/atau diakronis kemudian mengomunikasikannya dalam bentuk lisan, tulisan, dan/atau media lain. Selain itu mereka juga mampu menggunakan keterampilan sejarah untuk menjelaskan, menganalisis, dan mengevaluasi peristiwa sejarah dari berbagai perspektif serta mengaktualisasikan minat bakatnya dalam bidang sejarah melalui studi lanjutan atau kegiatan kesejarahan di luar sekolah. Keterampilan Konsep Sejarah (Historical Conceptual Skills) Elemen Pemahaman Konsep Sejarah Pada akhir fase kelas XI ini, peserta didik mampu mengembangkan konsep sejarah yang dapat digunakan untuk mengkaji peristiwa sejarah; mengidentifikasi kiprah orang-orang atau kelompok masyarakat dalam menciptakan dan menggerakan sejarah; mengidentifikasi peristiwa sejarah di Indonesia serta mengaitkan atau menghubungkannya dengan peristiwa sejarah di dunia pada periode yang sama; mengidentifikasi dan menganalisis pola perkembangan, keberlanjutan, perubahan, dan pengulangan dalam peristiwa sejarah; dan mengembangkan konsep diakronis (kronologi) dan/atau sinkronis untuk mendeskripsikan peristiwa sejarah. Pada akhir fase kelas XII ini, peserta didik mampu mengembangkan konsep sejarah yang dapat digunakan untuk menganalisis berbagai peristiwa aktual yang terjadi; mengidentifikasi kiprah orang-orang atau kelompok masyarakat pada masa kini yang membawa dampak bagi kehidupan manusia; mengidentifikasi keterkaitan atau hubungan antara peristiwa sejarah di Indonesia yang bersifat lokal dan nasional dengan peristiwa sejarah di dunia; membandingkan dan mengaitkan berbagai peristiwa yang terjadi secara aktual dengan peristiwa sejarah; dan mengembangkan konsep diakronis (kronologi) dan/atau sinkronis untuk menganalisis peristiwa sejarah. Elemen Keterampilan Proses Sejarah 242 Pada akhir fase Kelas XI dan XII ini, peserta didik Keterampilan Berpikir Sejarah mampu melakukan: 1. Menganalisis serta mengevaluasi peristiwa sejarah (Historical secara diakronis (kronologi) yang menitikberatkan Thinking Skills) pada proses dan/atau sinkronis yang menitikberatkan pada struktur; menganalisis serta mengevaluasi peristiwa sejarah berdasarkan hubungan kausalitas; mengaitkan peristiwa sejarah dengan kehidupan sehari-hari; dan menempatkan peristiwa sejarah pada konteks zamannya. 2. Menganalisis serta mengevaluasi peristiwa sejarah dalam perspektif masa lalu, masa kini, dan masa depan; menganalisis serta mengevaluasi peristiwa sejarah dari pola perkembangan, perubahan, keberlanjutan, dan keberulangan; memaknai nilainilai atau hikmah dari peristiwa sejarah. 3. Menganalisis serta mengevaluasi peristiwa sejarah dalam ruang lingkup lokal, nasional, dan global; mengaitkan hubungan antara peristiwa sejarah lokal, nasional, bahkan global. Kesadaran Pada akhir fase kelas XI dan XII ini, peserta didik Sejarah mampu Memahami fakta sejarah serta melihat (Historical keterkaitan antara masa lalu, masa kini, dan masa depan; mengaitkan peristiwa sejarah dengan realitas Consciousness) sosial dan mengevaluasi peristiwa sejarah; memaknai nilai-nilai yang terkandung dalam peristiwa sejarah; mengembangkan minat untuk memperdalam atau melanjutkan studi ilmu sejarah atau pendidikan sejarah; mengembangkan kepedulian untuk mengunjungi dan menjaga benda-benda atau situs-situs peninggalan sejarah; dan berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan kesejarahan. Pada akhir fase kelas XI ini, peserta didik mampu Penelitian melakukan penelitian sejarah dengan menerapkan Sejarah langkah-langkah mencari sumber (heuristik), kritik dan (Historical seleksi sumber (verifikasi), analisa dan sintesa sumber Research) (interpretasi), dan penulisan sejarah (historiografi); menuliskan biografi tokoh-tokoh sejarah. Pada akhir fase kelas XII ini, peserta didik mampu melakukan penelitian sejarah yang bersifat tematis (sejarah politik, sejarah sosial, sejarah maritim, sejarah agraris, sejarah IPTEK, sejarah kesehatan, sejarah mitigasi, dan lain-lain) dengan menerapkan langkahlangkah mencari sumber (heuristik), kritik dan seleksi sumber (verifikasi), analisa dan sintesa sumber (interpretasi), dan penulisan sejarah (historiografi); menuliskan biografi tokoh-tokoh sejarah. Keterampilan Praktis Sejarah (Historical Practice Skills) Pada akhir fase kelas XI ini diharapkan peserta didik mampu membaca buku teks, buku referensi, dan internet; menuliskan dan menuturkan sejarah Indonesia yang berkaitan atau memiliki hubungan dengan sejarah dunia; mengolah informasi sejarah secara non digital maupun digital dalam berbagai bentuk aplikasi sejarah, rekaman suara, film dokumenter, foto, maket, vlog, timeline, story board, infografis, videografis, komik, poster, dan lain-lain. Pada akhir fase kelas XII ini diharapkan peserta didik mampu membaca dokumen sejarah dan hasil wawancara; menuliskan dan menceritakan sejarah yang 243 bersifat tematis (sejarah politik, sejarah sosial, sejarah maritim, sejarah agraris, sejarah IPTEK, sejarah kesehatan, sejarah mitigasi, dan lain-lain); dan mengolah informasi sejarah secara non digital maupun digital dalam berbagai bentuk aplikasi sejarah, rekaman suara, film dokumenter, foto, maket, vlog, timeline, story board, infografis, videografis, komik, poster, dan lain-lain. 244 XIV. CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN GEOGRAFI SMA/MA/PROGRAM PAKET C A. Rasional Mata Pelajaran Geografi SMA/MA/Program Paket C Sains membantu peserta didik menumbuhkan keingintahuannya terhadap fenomena alam semesta yang terjadi. Keingintahuan ini dapat memacu peserta didik untuk memahami bagaimana alam semesta bekerja melalui pendekatan-pendekatan empiris yang dapat dipertanggungjawabkan. Pemahaman ini dapat dimanfaatkan untuk melakukan rekayasa sehingga tercipta teknologi yang dapat menyelesaikan berbagai permasalahan yang dihadapi masyarakat dunia secara berkelanjutan. Prinsip-prinsip dasar metodologi ilmiah dalam pembelajaran sains akan melatih sikap ilmiah yang melahirkan kebijakan dalam diri peserta didik. Hal ini sesuai dengan konsep Pelajar Pancasila tentang bernalar kritis. Geografi adalah salah satu cabang dari sains, yang mempelajari hubungan kausal gejala-gejala di permukaan bumi dan peristiwaperistiwa yang terjadi di permukaan bumi, baik secara fisik maupun yang menyangkut makhluk hidup beserta permasalahannya melalui pendekatan keruangan, ekologi, dan regional untuk kepentingan program, proses, dan keberhasilan pembangunan. Sementara Seminar dan lokakarya peningkatan kualitas pengajaran geografi pada tahun 1988, mendefinisikan geografi sebagai ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan atau kewilayahan dalam konteks keruangan. Belajar ilmu geografi pada dasarnya dituntut untuk dapat meneliti, menganalisis, menjelaskan, dan melukiskan tentang berbagai relasi antara manusia dengan alam sekitarnya. 245 Gambar 1. Objek Studi Geografi, Peter Hagget (2001) Geografi mempunyai objek kajian seluruh apa yang terdapat di permukaan bumi meliputi litosfer, pedosfer, atmosfer, hidrosfer, biosfer, dan antroposfer. Melalui geografi manusia mempelajari hubungan kausal berbagai gejala dan peristiwa di permukaan bumi. Belajar geografi membantu setiap orang untuk memahami kompleksitas dunia. Konsep dari geografi adalah menghubungkan topik-topik/fenomena/ gejala alam dan sosial menjadi suatu ide yang menolong setiap individu mengenal dirinya pada wilayah tempat tinggalnya dalam skala lokal, nasional, regional hingga global yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk menjawab tantangan dan masalah yang terjadi di sekitar maupun di luar wilayahnya. Bidang ilmu geografi pada dasarnya mempelajari berbagai komponen fisik muka bumi, makhluk hidup (tumbuhan, hewan, dan manusia) di atas muka bumi, ditinjau dari persamaan dan perbedaan dalam perspektif keruangan yang terbentuk akibat proses interaksi dan interrelasinya. Untuk mempermudah mempelajarinya, berbagai persoalan keruangan (spatial problems) dirumuskan dalam rangkaian pertanyaan : Apa jenis fenomenanya? Kapan terjadinya? Di mana fenomena tersebut terjadi? Bagaimana dan kenapa fenomena tersebut terjadi di daerah tersebut dan tidak terjadi di daerah lainnya? Melalui pemahaman kewilayahan, geografi menanamkan rasa cinta lingkungan dan cinta tanah air. Mempelajari geografi mengajak setiap individu menjaga dan melestarikan lingkungan sehingga dapat hidup selaras dengan alam, dapat beradaptasi dengan perubahan alam dan 246 mengupayakan pencegahan secara individu dan komunitas dari ancaman bencana yang diakibatkan oleh alam (mitigasi bencana). Mempelajari geografi akan mengenalkan batas-batas wilayahnya (laut, udara, darat) termasuk di dalamnya potensi alam, sumber daya alam seperti potensi tanah, wisata, tambang, dan sebagainya maupun potensi sosial seperti kemajemukan sosial yang menciptakan kreativitas untuk mengembangkan potensi wilayahnya, juga semangat mempertahankan wilayahnya dari ancaman luar. Secara teoritis, dalam menelaah suatu persoalan keruangan, geografi memiliki tiga pendekatan utama yaitu (1) analisis spasial; (2) analisis ekologis; dan (3) analisis komplek regional sebagai gabungan dari pendekatan (1) dan (2). Pendekatan ke tiga merupakan cara yang lebih tepat digunakan untuk menelaah fenomena geografis yang memiliki tingkat kerumitan tinggi karena banyaknya variabel pengaruh dan dalam lingkup multi dimensi (ekonomi, sosial, budaya, politik, dan keamanan). Salah satu contoh adalah telaah tentang pengembangan wilayah, analisa kebencanaan, dan lainnya. Geografi sebagai mata pelajaran di persekolahan menjadi sangat penting yang dapat memberikan sumbangsih dalam mengatasi permasalahan lokal regional maupun dunia, serta membentuk warga negara yang bertanggung jawab dan berkontribusi pada permasalahan bangsa dan dunia. Indonesia dengan hampir 5 juta km2 luas wilayah, dengan ribuan budaya, potensi sumber daya berlimpah, perbedaan ruang wilayah, dan penduduk yang besar, pasti perlu memahami sekali. Anugerah Tuhan Yang Maha Esa harus dijaga dan dimanfaatkan sebagai bekal kelangsungan hidup bangsa ini dan masyarakat dunia. Sesuai dengan konsep Pelajar Pancasila Berkebhinekaan global. Karakteristik keilmuan geografi sungguh tepat menjadi salah satu mata pelajaran yang diberikan dari pendidikan tingkat dasar, menengah, hingga tinggi. Sebagaimana bidang ilmu lain, ilmu geografi juga memiliki alat ukur keruangan seperti jarak antar dua tempat, baik dalam satuan panjang, satuan nilai ekonomi, satuan waktu, dan satuan luas (biasanya diekspresikan dalam bidang datar) dalam hektar atau km2, hasil perhitungan jumlah objek, baik berdiri sendiri maupun dalam satuan luas (kepadatan) atau dalam satuan ratio. Di samping disajikan dalam bentuk diagram, tabel atau gambar profil, sarana penyajian informasi 247 geografi paling efektif adalah dalam bentuk data spasial karena sebuah data spasial dapat memberikan penjelasan fenomena geografis dalam perspektif keruangan. Oleh karena keterbatasan media penyajian ruang muka bumi ke dalam bidang datar maka sebuah data spasial mensyaratkan adanya skala data spasial. B. Tujuan Mata Pelajaran Geografi SMA/MA/Program Paket C Mata Pelajaran Geografi bertujuan agar peserta didik : 1. Memahami wilayah tempat tinggal dan lingkungan sekitar (karakteristik, keunikan, persamaan–perbedaan wilayah). 2. Memahami proses yang memengaruhi lingkungan fisik dan sosial. 3. Memahami interaksi antar faktor/gejala fisik alam dan manusia yang berdampak bagi kehidupan. 4. Kemampuan menggunakan dan memahami data dan informasi geografis. 5. Mengenal cara mitigasi dan adaptasi terhadap bencana alam di lingkungan tempat tinggal dan negaranya. 6. Mampu menganalisa secara spasial fenomena geografi dalam kehidupan sehari-hari dan menarik manfaatnya. C. Karakteristik Mata Pelajaran Geografi SMA/MA/Program Paket C Mata pelajaran Geografi berorientasi pada penguatan keilmuan wawasan kewilayahan Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan mengedepankan pembentukan karakter, merencanakan, berpikir, dan bertindak secara terukur, memahami anugerah Tuhan yang memberikan banyak kelebihan dan ragam perbedaan wilayah pada negeri ini. Elemen-elemen Mata Pelajaran Geografi serta deskripsinya Elemen Keterampilan Proses Deskripsi Elemen keterampilan berpikir adalah elemen yang menekankan pembelajaran kepada tindakan mencari dan menemukan sesuatu. Pembelajaran ditekankan pada proses berpikir kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Elemen keterampilan berpikir terdiri atas: 1. Mengamati: Peserta didik melakukan kegiatan yang dilaksanakan secara sengaja dan terencana dengan maksud untuk 248 Elemen 2. 3. 4. 5. 6. 7. Pemahaman Geografi Deskripsi mendapat informasi dari hasil pengamatan. Pengamatan bisa dilakukan langsung atau menggunakan instrumen lain. Menanya: Peserta didik menyusun pertanyaan tentang hal-hal yang ingin diketahuinya dan masalah apa yang ditemukan. Pada tahap ini ia juga menghubungkan pengetahuan yang dimiliki dengan pengetahuan baru yang akan dipelajari sehingga bisa menjelaskan permasalahan yang sedang diselidiki dengan rumus 5W 1H (apa, siapa, kapan, di mana, mengapa, dan bagaimana), dan memperkirakan apa yang akan terjadi berdasarkan jawaban atas pertanyaan. Mengumpulkan Informasi: Peserta didik menyusun langkah-langkah untuk mengumpulkan informasi melalui studi pustaka, studi dokumen, wawancara, observasi, kuesioner, dan teknik pengumpulan informasi lainnya. Mengorganisasikan Informasi: Peserta didik memilih, mengolah, dan menganalisis informasi yang diperoleh. Proses analisis informasi dilakukan dengan cara verifikasi, interpretasi, dan triangulasi informasi. Menarik Kesimpulan: Peserta didik menjawab, mengukur, dan mendeskripsikan serta menjelaskan permasalahan yang ada dengan memenuhi prosedur dan tahapan yang ditetapkan. Mengomunikasikan: Peserta didik mengungkapkan seluruh hasil tahapan di atas secara lisan dan tulisan dalam bentuk media digital dan non-digital. Peserta didik lalu mengomunikasikan hasil temuannya dengan memublikasikan hasil laporan dalam bentuk presentasi digital dan atau non digital, dan sebagainya. Merefleksikan dan Merencanakan Projek Lanjutan Secara Kolaboratif: Peserta didik mampu mengevaluasi pengalaman belajar yang telah dilalui dan diharapkan dapat merencanakan projek lanjutan dengan melibatkan lintas mata pelajaran secara kolaboratif. Elemen pemahaman konsep adalah elemen di mana peserta didik mampu untuk mengidentifikasi, memahami, mendeskripsikan, memanfaatkan, dan memaparkan konsep atau teori geografi sesuai jenjang. Elemen pemahaman konten terdiri atas 5 komponen, yaitu: 1. Kewilayahan Negara Kesatuan Republik Indonesia yaitu untuk mengetahui apa dan bagaimana konsep atau pengetahuan geografi baik geografi fisik maupun nonfisik. 249 Elemen 2. 3. 4. 5. Deskripsi Kebhinekaan yaitu bagaimana mengembangkan kesadaran diri dan kesadaran hidup di dunia yang beragam. Keterampilan melakukan penelitian atau menggunakan alat bantu teknologi yaitu untuk penguatan keterampilan geografi. Berpikir kritis yaitu bagaimana menyusun informasi dan pengetahuan menjadi sebuah pengetahuan utuh (ideal). Analisa keruangan, yaitu kemampuan mentransfer ke dalam situasi atau konteks yang berbeda. D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Geografi Setiap Fase 1. Fase E (Umumnya untuk kelas X SMA/MA/Program Paket C) Di Akhir fase E, peserta didik mampu memahami Konsep Dasar Ilmu Geografi, Peta/Penginderaan jauh/GIS, Penelitian Geografi, dan Fenomena Geosfer, mampu mencari/mengolah informasi tentang keberagaman wilayah secara fisik dan sosial, mampu menganalisa wilayah berdasarkan ilmu pengetahuan dasar geografi, karakter fisik dan sosial wilayah (lokasi, keunikan, distribusi, persamaan dan perbedaan, dan lain-lain). Peserta didik mampu menguraikan permasalahan yang timbul dalam fenomena geosfer yang terjadi dan memberikan ide solusi terbaik untuk menghadapinya. Peserta didik mampu mengomunikasikan/ memublikasikan hasil penelitian dalam berbagai media. Elemen Capaian Pembelajaran Keterampilan Proses Pada akhir fase, peserta didik terampil dalam membaca dan menuliskan tentang Konsep Dasar Ilmu Geografi, Peta, Penelitian Geografi dan Fenomena Geosfer. Peserta didik mampu menyampaikan, mengomunikasikan ide antar mereka, dan mampu bekerja secara kelompok atau pun mandiri dengan alat bantu hasil produk sendiri berupa peta atau alat pembelajaran lainnya. Pemahaman Konsep Pada akhir fase, peserta didik mampu mengidentifikasi, memahami, berpikir kritis, dan menganalisa secara keruangan tentang Konsep Dasar Ilmu Geografi, Peta, Penelitian Geografi dan Lingkungan Geosfer, memaparkan ide, dan memublikasikannya di kelas atau pun media lain. 2. Fase F (Umumnya untuk kelas XI dan XII SMA/MA/Program Paket C) Pada akhir fase F peserta didik mampu mengembangkan pertanyaan tentang karakteristik wilayah dengan aktivitas tertentu akibat 250 perubahan fisik dan sosial, berupa Posisi Strategis, Pola Keanekaragaman Hayati Indonesia dan Dunia, Kebencanaan dan Lingkungan Hidup, Kewilayahan dan Pembangunan, serta Kerjasama antar Wilayah, mampu mengolah informasi karakteristik wilayah, mampu menganalisis aktivitas tertentu akibat perubahan fisik dan sosial berdasarkan pengamatan terencana dengan memanfatkan penggunaan peta, melalui pengamatan, kegiatan penelitian sederhana, mampu memprediksi perubahan kondisi alam dan sosial, dan mampu memaparkan hasil penelitian/projek tentang wilayah berupa keunggulan posisi strategis, sumber daya alam ataupun kebencanaan wilayah di Indonesia dengan memanfaatkan peta (tabel, data, dan lain-lain) dan pemanfaatan teknologi SIG, mampu memprediksi ide solusi perkembangan wilayah, posisi strategis, sumber daya, dan kebencanaan di Indonesia. Peserta didik mampu menganalisa perkembangan desa kota dalam konteks perkembangan wilayah dan kerjasama antar wilayah dalam bentuk projek terencana, mampu menganalisa data spasial dan numerik yang diperoleh dari berbagai metode tentang pengaruh pengembangan wilayah Indonesia dan kerjasama dengan negara-negara di sekitar atau dunia. Peserta didik mampu mengevaluasi fakta kerjasama antar wilayah dan menyajikannya dalam sebuah laporan sederhana. Elemen Capaian Pembelajaran Keterampilan Proses Pada akhir fase, peserta didik terampil dalam membaca dan menuliskan tentang Posisi Strategis, Pola Keanekaragaman Hayati Indonesia dan Dunia, Kebencanaan dan Lingkungan Hidup, Kewilayahan dan Pembangunan, serta Kerjasama antar Wilayah. Peserta didik mampu menyampaikan mengomunikasikan ide antar mereka, dan mampu bekerja secara kelompok atau pun mandiri dengan alat bantu hasil produk sendiri berupa peta atau alat pembelajaran. Pemahaman Konsep Pada akhir fase, peserta didik mampu mengidentifikasi, memahami, mengolah dan menganalisis, serta mengevaluasi secara keruangan tentang Posisi Strategis, Pola Keanekaragaman Hayati Indonesia dan Dunia, Kebencanaan dan Lingkungan Hidup, Kewilayahan dan Pembangunan, serta Kerjasama antar Wilayah, memaparkan ide, dan memublikasikannya. 251 XV. CAPAIAN PEMBELAJARAN EKONOMI SMA/MA/PROGRAM PAKET C A. Rasional Mata Pelajaran Ekonomi SMA/MA/Program Paket C Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa manusia pada perubahan besar dalam kehidupan masyarakat. Tingginya mobilitas orang, barang, jasa, dan informasi antar-ruang merupakan akibat dari perubahan besar dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut. Guna menyikapi dinamika tersebut, manusia harus senantiasa berupaya untuk meningkatkan kualitas dirinya agar sejalan dengan perubahan-perubahan tersebut sehingga manusia mampu untuk bertahan hidup serta memenuhi berbagai kebutuhan dasarnya sesuai dengan konteks zaman yang sedang terjadi. Berbagai perkembangan yang terjadi dalam lingkungan masyarakat tersebut telah memengaruhi berbagai aspek, salah satunya adalah aspek ekonomi. Banyak bertransformasi kegiatan sedemikian masyarakat rupa yang mengikuti telah berubah perkembangan dan zaman. Beberapa perubahan dan transformasi tersebut ditunjukkan melalui adanya kemudahan dalam mengakses informasi, kemudahan dalam melakukan pembayaran, kecepatan mobilitas barang dan jasa, dan semakin banyaknya bentuk usaha kerakyatan yang berbasis digital. Hal tersebut memberikan dampak pada berubahnya model pembelajaran mengenai ilmu ekonomi, khususnya yang diberikan di tingkat menengah atas. Perubahan belum tentu menjadikan sesuatu lebih baik, tetapi tanpa perubahan tak ada kemajuan, tak ada pembaharuan (Kasali, 2014:27). Termasuk sikap konsumtif masyarakat Indonesia yang dikomentari oleh Euromonitor (2006) dengan istilah “borrow money now, thing about paying later”. Meskipun di satu sisi konsumsi ini menyumbang pertumbuhan ekonomi sebanyak 70%, namun ini akan menghambat penumpukan modal serta memicu kriminalitas. tidakan-tindakan korupsi, kolusi, nepotisme, dan Perubahan paradigma yang diikuti dengan perubahan prilaku dalam menjalankan tindakan ekonomi seseorang menjadi efisien dan bertanggung jawab sebagai tujuan utama mempelajari mata pelajaran ekonomi pada pendidikan menengah. Pembelajaran ekonomi juga harus mampu mengatasi masalah-masalah sosial kontemporer pada masyarakat seperti rendahnya etos kerja dan menurunnya jiwa kewirausahaan. 252 Ilmu ekonomi adalah salah satu cabang ilmu yang fokus pada pembahasan mengenai berbagai upaya manusia dalam rangka mempertahankan hidupnya. Mata pelajaran ekonomi merupakan mata pelajaran yang mempunyai materi yang sangat kompleks dan mempunyai relevansi tinggi dalam kehidupan sehari-hari (Amir, 2016). Dalam konteks pembelajaran, masyarakat perlu dibekali dengan pendidikan ekonomi yang mendunia namun tetap berpijak pada kearifan lokal. Pendidikan ekonomi yang berkearifan lokal menjadi mutlak dilakukan agar masyarakat memiliki berbagai kompetensi yang dibutuhkan guna menyikapi berbagai fenomena dan tantangan perekonomian baik di lingkungan kecil seperti keluarga hingga di lingkungan besar seperti masyarakat internasional. Dalam konteks pembelajaran di sekolah, pendidikan ekonomi perlu dibangun dengan paradigma bahwa dunia dapat berubah dengan cepat mengikuti perkembangan zaman. Oleh sebab itu, paradigma pembelajaran ekonomi perlu diarahkan pada upaya: 1. mendorong peserta didik untuk mencari tahu dari berbagai sumber yang tersedia, bukan sekedar diberi tahu; 2. mendorong peserta didik untuk mampu merumuskan masalah dengan melatih kemampuan bertanya, bukan hanya menyelesaikan masalah dengan menjawab melalui bantuan mesin (komputer, ponsel pintar) yang dapat menyajikan dan memproses data secara cepat; 3. memotivasi peserta didik dan melatih berpikir analitis (pengambilan keputusan) bukan berpikir mekanis (rutin) yang dapat dilakukan oleh mesin yang terprogram; dan 4. menekankan pentingnya kerjasama dan kolaborasi dalam menyelesaikan masalah sehingga dapat mengomunikasikan informasi yang dihasilkan baik cara perolehan dan kegunaan informasi tersebut. Dengan mempelajari ilmu ekonomi, diharapkan pelajar memiliki karakter yang mandiri dan bernalar kritis sesuai dengan nilai-nilai yang tertuang dalam Profil Pelajar Pancasila. Mandiri berarti mampu mengaplikasikan konsep ilmu ekonomi mempertahankan dan dalam konteks meningkatkan bertanggung kualitas jawab hidupnya dalam melalui pemanfaatan sumber daya yang ada. Sedangkan bernalar kritis berarti mampu berpikir secara kritis terhadap isu atau masalah yang sedang terjadi serta mampu memberikan solusi atas isu atau permasalahan tersebut berdasarkan keterampilan literasi keuangan (financial literacy) 253 yang diperoleh melalui proses inquiry dan pemahaman konsep dalam ruang lingkup pembelajaran yang dilaksanakan. B. Tujuan Mata Pelajaran Ekonomi SMA/MA/Program Paket C Mata pelajaran Ekonomi bertujuan untuk memastikan pelajar: 1. Mensyukuri karunia Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan sumber daya yang tersedia melalui sikap pemanfaatan sumber daya secara efisien dan berkelanjutan. 2. Mampu memahami masalah ekonomi secara umum dan dapat menyelesaikan masalah ekonominya secara efisien dan bertanggung jawab. 3. Mampu memahami aktivitas ekonomi yang sifatnya selalu dinamis serta memahami dampak dari dinamika perekonomian tersebut. 4. Mampu membuat perencanaan masa depan berkaitan dengan kegiatan ekonomi yang dilakukan dan mengambil keputusan terkait isu atau masalahmasalah keuangan. 5. Mampu memahami lembaga jasa keuangan serta produk jasa keuangan termasuk fitur, manfaat dan risiko, hak dan kewajiban terkait produk dan jasa keuangan, serta memiliki keterampilan dalam memilih produk dan jasa keuangan sesuai dengan kebutuhannya. 6. Bersikap kritis dalam menyikapi kebijakan-kebijakan ekonomi di tingkat lokal, nasional, dan internasional serta mampu memetakan dampak suatu kebijakan ekonomi bagi para pihak/pemangku kepentingan. C. Karakteristik Mata Pelajaran Ekonomi SMA/MA/Program Paket C Mata pelajaran ekonomi merupakan mata pelajaran yang bersumber dari perilaku ekonomi dalam kehidupan sosial masyarakat yang diseleksi dengan menggunakan konsep-konsep ilmu ekonomi yang digunakan untuk kepentingan pembelajaran. Perubahan sosial disebabkan oleh adanya interaksi sosial baik antar individu maupun kelompok, hal ini bisa juga disebut sebagai globalisasi. Globalisasi menyebabkan interaksi yang serba cepat melewati batas ruang dan waktu, memunculkan daya saing dan akan saling mempengaruhi antar individu dan kelompok. Sistem nilai dari individu maupun kelompok saling berpengaruh dalam pola hubungan tersebut. Keluasan ilmu ekonomi untuk tingkat menengah mencakup konsep uang dan perbankan serta perekonomian terbuka. Rumusan kompetensi difokuskan pada fenomena empirik ekonomi yang ada di sekitar peserta didik sehingga peserta didik dapat memahami peristiwa ekonomi, 254 mengolah, menganalisis, menerapkan atau mempraktikkan, dan menyajikan hasil pengamatan, menanya, mengumpulkan informasi, menalar atau mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Mata pelajaran Ekonomi untuk tingkat menengah atas mengandung dua elemen yaitu pemahaman konsep dan keterampilan proses sehingga peserta didik selain menguasai ilmu ekonomi juga memiliki keterampilan literasi keuangan. Literasi keuangan yang ingin dibangun mencakup keterampilan pengambilan keputusan terhadap penggalian sumber keuangan dan penggunaannya. Semua ditekankan pada upaya untuk menghindari sumber keuangan dan pembelanjaan yang tidak efektif dan berpotensi pada tindakan tidak sah. Peserta didik didorong untuk menciptakan peluang adanya sumber keuangan yang sah lainnya, sesuai kapasitas mereka. Peserta didik tingkat menengah atas dapat diarahkan untuk bersikap menghargai pola kehidupan melalui pemanfaatan barang atau jasa yang memiliki nilai ekonomis sekaligus ekologis, seperti benda atau jasa yang keberadaannya tidak menimbulkan potensi dampak lingkungan. Lingkup mata pelajaran ekonomi meliputi: 1. Konsep dasar ilmu ekonomi mencakup konsep kelangkaan, analisis biaya dan manfaat, kegiatan ekonomi, dan konsep uang. 2. Sistem ekonomi mencakup jenis-jenis sistem ekonomi yang dianut oleh berbagai negara di dunia. 3. Mikroekonomi mencakup struktur pasar, kegagalan pasar, harga dan kompetisi. 4. Makroekonomi mencakup permintaan dan penawaran agregat, pertumbuhan dan pembangunan ekonomi, anggaran negara dan anggaran daerah, inflasi, kebijakan fiskal dan kebijakan moneter, serta pengangguran. 5. Dalam proses pembelajaran, guru dapat menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar seperti pasar tradisional, koperasi, lembaga keuangan bank dan bukan bank, industri kreatif, sumber daya kelautan, pesisir, hutan, dan sebagainya. Hal ini sejalan dengan berbagai riset yang menunjukkan bahwa pembelajaran yang kontekstual (contextual teaching and learning) dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Selain itu, guru juga diharapkan dapat menciptakan ruang di lingkungan sekolah sebagai fasilitas belajar bagi pelajar dalam mengembangkan kemampuan literasi keuangan. Guru dapat memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), buku teks pelajaran, lembar kerja pelajar (LKS), dan referensi lain yang relevan sebagai sumber 255 belajar, serta dapat diperkaya dengan konteks lokal sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah. Lembar kerja pelajar sedapat mungkin disusun oleh guru dengan memberi peluang untuk berkembangnya kreativitas pelajar yang terlibat dalam merancang prosedur kegiatan. Lembar kerja pelajar merupakan panduan bagi pelajar untuk melakukan sesuatu yang menghasilkan kemampuan berpikir. Elemen-elemen mata pelajaran dan deskripsinya Elemen Deskripsi Pemahaman Konsep Pembelajaran ekonomi diawali dengan pemahaman terhadap materi, meliputi definisi dan konsep yang dikaitkan dengan masalah atau peristiwa ekonomi yang terjadi. Pemahaman konsep akan difokuskan pada fokus dari marteri yang akan menjawab pertanyaan kunci yang juga dikaitkan dengan materi lain yang relevan sehingga perlu direkomendasikan materi ajar yang relevan. Elemen pemahaman konsep adalah elemen dimana peserta didik mampu untuk mendefinisikan, menafsirkan dan merumuskan konsep atau teori dengan bahasa mereka sendiri. Pada elemen ini, peserta didik tidak hanya hafal secara verbal tetapi juga memahami konsep dari masalah atau fakta yang ditanyakan. Keterampilan Proses Pendekatan keterampilan proses pada hakikatnya adalah suatu pengelolaan kegiatan belajar-mengajar yang berfokus pada pelibatan peserta didik secara aktif dan kreatif dalam proses pemerolehan hasil belajar. Rahayu (2011), mengatakan bahwa pendekatan keterampilan proses dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Pendekatan keterampilan proses pada hakikatnya adalah suatu pengelolaan kegiatan belajar-mengajar yang berfokus pada pelibatan peserta didik secara aktif dan kreatif dalam proses pemerolehan hasil belajar. Depdikbud (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2002: 138) menyatakan bahwa “Pendekatan Keterampilan Proses dapat diartikan sebagai pendekatan pembelajaran yang dapat mengembangkan keterampilan intelektual, sosial, dan fisik yang bersumber dari kemampuankemampuan dasar yang pada prinsipnya telah ada pada diri peserta didik”. Elemen keterampilan proses memuat sub elemen: 1. Mengamati 2. Menanya 3. Mengumpulkan informasi 4. Mengorganisasikan informasi 5. Menarik kesimpulan 6. Mengomunikasikan 7. Merefleksikan dan Merencanakan Proyek Lanjutan Secara Kolaboratif D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Ekonomi Setiap Fase 256 1. Fase E Mata Pelajaran Ekonomi (Umumnya untuk kelas X SMA/MA/Program Paket C) Pada akhir fase E, peserta didik di Kelas X mampu merefleksikan kembali konsep kelangkaan dalam kehidupan sehari-hari. Pelajar mampu membedakan dengan jelas antara kebutuhan (needs) dan keinginan (wants). Pelajar mampu menyusun skala prioritas kebutuhan mulai dari kebutuhan primer, kebutuhan sekunder, dan kebutuhan tersier. Pelajar memahami bahwa kegiatan ekonomi adalah suatu siklus yang terjadi dalam rangka upaya manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Pelajar memahami uang sebagai sumber daya yang perlu dimanfaatkan dan dikelola guna memenuhi kebutuhan saat ini dan merencanakan kebutuhan yang akan datang melalui perencanaan keuangan yang berbasiskan pemahaman atas berbagai manfaat produk keuangan perbankan maupun non-perbankan. Fase E Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pemahaman Konsep Pada akhir fase ini peserta didik mampu memahami kelangkaan sebagai inti dari masalah ilmu ekonomi. Peserta didik memahami skala prioritas sebagai acuan dalam menentukan berbagai kebutuhan yang harus dipenuhi. Peserta didik memahami pola hubungan antara kelangkaan dan biaya peluang. Peserta didik memahami konsep keseimbangan pasar serta memahami pemodelannya dalam bentuk tabel dan kurva. Peserta didik memahami konsep sistem pembayaran dan memahami konsep uang sebagai alat pembayaran. Peserta didik memahami berbagai bentuk alat pembayaran non-tunai yang berlaku di Indonesia serta memahami penggunaannya. Peserta didik memahami konsep bank dan industri keuangan non-bank dan memahami berbagai produk yang dihasilkan. Keterampilan Proses Pada akhir fase ini, peserta didik mampu melakukan kegiatan penelitian sederhana dengan menggunakan teknik atau metode yang sesuai untuk mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengorganisasikan informasi, menarik kesimpulan, dan mengomunikasikan hasil penelitian mengenai berbagai fenomena ekonomi berdasarkan konsep-konsep ekonomi. Peserta didik mampu merefleksikan dan merencanakan projek lanjutan secara kolaboratif. Peserta didik mencari dan menggunakan berbagai sumber belajar yang relevan terkait konten ilmu ekonomi, keseimbangan pasar, serta bank dan industri keuangan non-bank. Peserta didik mampu 257 Elemen Capaian menyusun skala prioritas kebutuhan dasar sesuai dengan kondisi di lingkungan sekitarnya. Peserta didik mengolah dan menyimpulkan berdasarkan data hasil pengamatan atau wawancara tentang terbentuknya keseimbangan pasar. Peserta didik menyimpulkan hubungan antara sistem pembayaran dengan alat pembayaran. Peserta didik membuat pola hubungan antara Otoritas Jasa Keuangan dan lembaga jasa keuangan serta menyimpulkan tentang lembaga jasa keuangan dalam perekonomian Indonesia. Peserta didik menyusun rencana investasi pribadi. 2. Fase F Mata Pelajaran Ekonomi (Umumnya untuk kelas XI dan XII SMA/MA/Program Paket C) Pada akhir fase F, peserta didik di Kelas XI dan XII mampu mengidentifikasi berbagai permasalahan ekonomi (mikro dan makro) berdasarkan fenomena yang terjadi di lingkungan (masyarakat, bangsa, dan antar-bangsa). Peserta didik mampu secara kritis dan kreatif memberikan solusi pemecahan masalah terhadap berbagai permasalahan ekonomi yang terjadi. Peserta didik mampu dalam mencari, mengolah, dan menginterpretasi data dari sumber terpercaya dalam rangka membuat suatu kesimpulan serta evaluasi mengenai konsep ekonomi mikro, ekonomi makro, dan ekonomi internasional. Fase F Berdasarkan Elemen Elemen Pemahaman Konsep Capaian Pada akhir fase ini, peserta didik mampu menjelaskan berbagai konsep ekonomi baik yang bersifat mikro maupun makro. Peserta didik mengidentifikasi berbagai permasalahan ekonomi akibat dari terjadinya berbagai kegiatan ekonomi mulai dari kegiatan produksi, distribusi, dan konsumsi. Peserta didik juga mampu menjelaskan dampak dari permasalahan ekonomi yang sedang terjadi berdasarkan konsep yang sudah dipelajari. Konsep ekonomi yang diharapkan dikuasai peserta didik pada fase ini yaitu Peran Pelaku Ekonomi, Teori Perilaku konsumen, Teori Perilaku Produsen (Pengusaha), Pengangguran, Inflasi, Pendapatan Nasional, Ketimpangan Distribusi Pendapatan, Permintaan dan Penawaran Agregat, Pertumbuhan Ekonomi, Pasar Uang, Kebijakan Fiskal dan Moneter, Perdagangan Internasional dan Hambatan, Neraca Pembayaran dan Perjanjian Perdagangan Internasional, Sistem dan Pelaku Ekonomi, serta Ekonomi Digital. 258 Elemen Keterampilan Proses Capaian Pada akhir fase ini, peserta didik mampu melakukan kegiatan penelitian sederhana dengan menggunakan teknik atau metode yang sesuai untuk mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengorganisasikan informasi, menarik kesimpulan, dan mengomunikasikan hasil penelitian mengenai berbagai fenomena ekonomi berdasarkan konsep-konsep ekonomi. Peserta didik mampu merefleksikan dan merencanakan projek lanjutan secara kolaboratif. 259 XVI. CAPAIAN PEMBELAJARAN SOSIOLOGI SMA/MA/PROGRAM PAKET C A. Rasional Mata Pelajaran Sosiologi SMA/MA/Program Paket C Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman ras, suku bangsa, agama, bahasa, dan tradisi. Pemersatu negara bangsa Indonesia adalah bukan kesamaan etnis dan agama, apalagi warna kulit. Dari Sabang sampai Merauke tidak disatukan oleh kesamaan identitas primordial, namun oleh sebuah solidaritas dan cita-cita politik sebagai sebuah nation, sebuah ‘komunitas yang terbayang’. Keragaman ini diikat oleh suatu komitmen kebangsaan dan solidaritas bersama. Berbeda-beda namun tetap satu jua, Bhinneka Tunggal Ika (Unity in Diversity). Keragaman Indonesia, jika dikelola dengan baik, keberagaman ini merupakan potensi dan energi yang begitu luar biasa yang dapat digunakan untuk mendorong kemajuan dan pembangunan. Semangat persatuan dalam perbedaan menjadi pondasi terpenting kebangsaan kita. Namun, sebaliknya, jika tidak dikelola dengan baik, perbedaan-perbedaan ini dapat mengakibatkan konflik sosial. Keragaman ini dapat memicu keretakan kohesi sosial dan membuka ancaman konflik sosial di masa mendatang jika tidak diantisipasi dengan baik. Dinamika konflik sosial yang terjadi belakangan ini menjadi keprihatinan yang mendalam. Fenomena tersebut membawa perubahan sosial dalam berbagai aspek, baik perubahan secara sosiologis maupun perubahan di ranah ekonomi maupun politik. Sementara masa depan bangsa Indonesia perlu diantisipasi dengan baik karena beragam tantangan yang dihadapi baik internal maupun eksternal. Kemajuan teknologi mengubah dunia dengan cepat, situasi sosial memasuki episode masyarakat digital dengan berbagai keunikan dan karakteristiknya. Menurut riset platform manajemen media sosial Hootsuite dan agensi marketing sosial We Are Social bertajuk "Global Digital Reports 2020", hampir 64 persen penduduk Indonesia sudah terkoneksi dengan jaringan internet. Riset yang dirilis pada akhir Januari 2020 tersebut menyebutkan, jumlah pengguna internet di Indonesia sudah mencapai 175,4 juta orang, sementara total jumlah penduduk Indonesia sekitar 272,1 juta. 260 Dibanding tahun 2019 lalu, jumlah pengguna internet di Indonesia meningkat sekitar 17 persen atau 25 juta pengguna. Terbentuknya masyarakat digital ini menjadi sebuah tantangan tersendiri dari sudut sosiologis. Era digital ini, beberapa pekerjaan manusia akan digantikan oleh robot atau mesin, namun di sisi lain membuka inovasi baru dalam bidang digital. Untuk itu pendidikan akan diarahkan pada kemampuan soft skill berupa sikap kritis, kreatif, dan kemampuan komunikasi serta kolaborasi untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan warga negara yang lebih baik dalam hidup berbangsa dan bernegara di tengah arus globalisasi dan kemajemukan masyarakat Indonesia. Perubahan perilaku masyarakat yang menyesuaikan dengan berbagai perubahan (ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi, dan aspek lainnya) yang menjadi bahan kajian mata pelajaran Sosiologi. Sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang masyarakat dengan segala kompleksitasnya dan hal-hal yang membentuknya, interaksi sosial dan akibat yang ditimbulkannya, serta perilaku manusia secara kolektif. Dalam kaitan itu, hal penting yang perlu dilakukan adalah membangun imajinasi sosiologi di kalangan peserta didik. Imajinasi sosiologi adalah cara untuk memahami permasalahan sosial dalam ranah personal dan ranah publik (Mills, 1959). Imajinasi sosiologi juga menjadikan sosiologi sebagai sebuah ilmu yang relevan untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam dinamika Interaksi sosial memungkinkan muncul berbagai realitas baru dan beragam gejala sosial yang terjadi dalam masyarakat. Di tengah dinamika sosial yang terus berubah sangat penting bagi peserta didik untuk mengenal identitas diri dan lingkungan sosialnya sehingga dapat menyikapi permasalahan dan perubahan sosial yang timbul di masyarakat secara adaptif dan solutif. Dalam konteks interaksi dengan dinamika kehidupan sosial yang terus berubah itu, etika sosial berperan penting dalam interaksi untuk membuat tatanan masyarakat dalam berbangsa dan bernegara lebih teratur dan konflik dapat diatasi dengan baik. Untuk itu, peserta didik yang menjadi bagian dari dinamika sosial itu, perlu dibekali dengan kompetensi dalam bermasyarakat dan memiliki etika sosial sebagai warga negara yang bertanggung jawab dalam bingkai Profil 261 Pelajar Pancasila. Pembelajaran sosiologi mengharapkan adanya perubahan pola pikir peserta didik di tengah perubahan masyarakat global yang terus dinamis yang difasilitasi dengan beragam projek Profil Pelajar Pancasila. Projek ini merupakan bentuk aplikasi dari pengetahuan sosiologi yang dimiliki peserta didik sehingga menumbuhkan sikap sebagai warga negara yang bertanggung jawab. B. Tujuan Mata Pelajaran Sosiologi SMA/MA/Program Paket C Merujuk dari deskripsi rasional di atas, maka tujuan pembelajaran Sosiologi adalah agar peserta didik: 1. Memiliki kemampuan adaptasi dengan perubahan sosial di sekitarnya. 2. Memiliki kesadaran akan identitas diri dalam hubungan dengan kelompok sosial dalam konteks lingkungan masyarakat sekitar. 3. Memiliki kepedulian terhadap masalah-masalah sosial atau konflik sosial di masyarakat sebagai orang dewasa atau warga negara yang bertanggung jawab terhadap lingkungan sekitar dan kehidupan publik. 4. Memiliki kemampuan menjalin kerjasama, melakukan tindakan kolektif memecahkan masalah-masalah publik, dan membangun kehidupan publik. C. Karakteristik Mata Pelajaran Sosiologi SMA Sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang masyarakat dengan segala dinamikanya dan hal-hal yang membentuknya, interaksi sosial dan segala akibat yang ditimbulkannya. Sosiologi penting untuk dipelajari sebagai bekal pengetahuan peserta didik dalam kehidupan nyata. Sifat masyarakat yang dinamis mendorong Sosiologi berkembang sesuai dengan perubahan-perubahan pada masyarakat. Mata pelajaran Sosiologi memiliki arti penting untuk meningkatkan kemampuan adaptasi peserta didik terhadap perubahan sosial di lingkungan sekitar. Tumbuhnya kesadaran akan identitas diri dalam hubungan dengan kelompok sosial dalam konteks lingkungan masyarakat sekitar penting dikembangkan. Demikian pula, kepedulian terhadap masalah-masalah sosial termasuk memahami konflik sosial di masyarakat sebagai orang dewasa 262 atau warga negara yang bertanggung jawab terhadap lingkungan sekitar dan kehidupan publik. Kemampuan peserta didik sebagaimana ditunjukkan dalam keterampilan sosialnya dalam menjalin kerjasama, melakukan tindakan kolektif memecahkan masalah-masalah publik, dan membangun kehidupan publik sangat diharapkan. Mata pelajaran Sosiologi di SMA menekankan kemampuan peserta didik dalam mempraktikkan pengetahuan Sosiologi dalam kehidupan sehari-hari sebagai permasalahan individu yang ada di dalam kelompok dalamnya. sosial Pembelajaran beserta Sosiologi ditujukan agar peserta didik dapat berpikir kritis, analitis, dan kolaboratif dalam penumbuhan kesadaran individu dan sosial dalam masyarakat yang beragam. Di samping itu, peserta didik juga diharapkan memiliki kepekaan dan kepedulian terhadap masalah-masalah sosial. Hal ini mencerminkan tanggung jawab sebagai warga negara (citizen responsibility). Apalagi perubahan sosial terjadi secara dramatis di seluruh sektor masyarakat. Kita bisa melihat berbagai isu dan masalah sosial yang sedang terjadi seperti revolusi teknologi, perubahan iklim, keadilan sosial dan demokratisasi, politik identitas. Menurut Zygmunt Bauman & May (2019), hal ini diperlukan kemampuan berpikir sosiologi (thinking sociologically) yang dapat dipraktikkan dengan praktik penelitian sosial di lingkungan sekitar peserta didik. Peserta didik juga mampu secara pemberdayaan sosial mandiri dan kolaboratif untuk memungkinkan melakukan menjadi aktor kewirausahaan sosial di tengah-tengah masyarakat untuk merespon perubahan tersebut dengan memegang teguh prinsip-prinsip metodologi ilmiah. Dari uraian di atas, maka mata pelajaran Sosiologi meliputi elemen sebagai berikut: Elemen-elemen mata pelajaran serta deskripsinya. Elemen Pemahaman konsep Deskripsi Merupakan kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu dan dapat melihatnya dalam berbagai dimensi. Seseorang dikatakan memahami suatu hal apabila ia dapat memberikan penjelasan dan meniru hal tersebut dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Seseorang dikatakan memahami konsep jika ia dapat mengaitkan konsep tersebut ke dalam 263 Elemen Keterampilan Proses Deskripsi pengetahuan yang dimilikinya. Pemahaman konsep dapat mengaitkan sesuatu dengan hal lainnya secara benar dan menyadari proses yang dilakukan. Peserta didik tidak hanya sekedar tahu dan hafal tentang definisi konsep Sosiologi, tetapi dia juga tahu bagaimana dan mengapa suatu realita dan gejala sosial dapat terjadi. Pemahaman seperti itu dapat digunakan untuk memperoleh penjelasan masalah yang lebih luas, komprehensif, dan lebih bermakna. Merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki suatu fenomena secara sistematis, kritis, analitis, dan logis. Keterampilan proses menuntut adanya keterlibatan intelektual dan kesadaran sosial yang dapat digunakan untuk melatih dan mengembangkan keterampilan. Selain itu juga dapat mengembangkan sikapsikap ilmiah dan kemampuan untuk menemukan serta mengembangkan fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan. Keterampilan proses dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari secara objektif dan rasional. Keterampilan proses dalam Sosiologi merupakan kegiatan penelitian sosial yang berfokus pada gejala-gejala sosial yang ada dalam masyarakat. Penelitian sosial ini digunakan untuk memahami sesuatu untuk mencari bukti yang berhubungan dengan masalah penelitian sehingga diperoleh solusi. Penelitian sosial berusaha untuk mengungkapkan kebenaran melalui kegiatan ilmiah berdasarkan penggunaan konsep dasar yang dikenal sebagai ilmu yang dilakukan dengan metode ilmiah yang terencana, sistematis, dan tepat sasaran. Dalam penelitian digunakan proses analisis secara rasional yang hasilnya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Elemen keterampilan proses memuat sub elemen: 1. Mengamati. 2. Menanya. 3. Mengumpulkan informasi. 4. Mengorganisasikan informasi. 5. Menarik kesimpulan. 6. Mengomunikasikan. 7. Merefleksikan dan Merencanakan Projek Lanjutan Secara Kolaboratif. 264 D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Sosiologi Setiap Fase 1. Fase E (Umumnya untuk Kelas X SMA/MA/Program Paket C) Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami fungsi sosiologi sebagai ilmu yang mengkaji masyarakat yang memberikan landasan berpikir kritis, analitis, dan kreatif dalam merespons gejala sosial yang terjadi di masyarakat. Dengan berbekal pengetahuan kritis itu, peserta didik mampu mempraktikkan pengetahuan sosiologi untuk mengenali identitas diri dan lingkungan sosial sekitarnya yang beragam sehingga mampu berperilaku sesuai dengan lingkungan sosial budaya masyarakatnya. Pemahaman tentang hubungan sosial mulai dari lingkungan terdekat hingga kelompok masyarakat yang lebih luas membantu dalam mewujudkan tertib sosial dalam masyarakat melalui berbagai lembaga sosial. Pengenalan dan pemahaman akan berbagai ragam gejala sosial dapat menumbuhkan sikap toleransi dan empati sosial dalam diri peserta didik dalam bingkai masyarakat multikultural. Dalam fase ini, peserta didik juga dibekali dengan kemampuan melakukan penelitian dasar berupa pengumpulan data untuk mengkaji realitas sosial dan gejala sosial serta mampu mengomunikasikan hasil penelitian secara sederhana. Fase E Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pemahaman Konsep Pada akhir fase ini, peserta didik mampu memahami fungsi sosiologi sebagai ilmu yang secara kritis mengkaji masyarakat. Di samping itu peserta didik mampu mengenal identitas diri, menjelaskan tindakan sosial, menjelaskan hubungan sosial, menjelaskan peran lembaga sosial dalam mewujudkan tertib sosial, dan memahami berbagai ragam gejala sosial yang ada di masyarakat multikultural melalui konsep-konsep dasar sosiologi. Keterampilan Proses Pada akhir fase ini, peserta didik mampu melakukan penelitian sosial sederhana dengan memilih metode yang tepat untuk mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengorganisasikan informasi, menarik kesimpulan, dan mengomunikasikan hasil penelitian tentang berbagai keragaman gejala sosial dengan konsep dasar sosiologi. Peserta didik mampu merefleksikan dan merencanakan projek lanjutan secara kolaboratif. 265 2. Fase F (Umumnya untuk Kelas XI dan XII SMA/MA/Program Paket C) Pada akhir fase F, peserta didik mampu mengidentifikasi berbagai permasalahan sosial akibat terjadinya kelompok sosial yang beragam sehingga berpotensi menyebabkan permasalahan sosial, konflik, dan kekerasan. Untuk itu, peserta didik mampu secara kritis dan kreatif memberikan pemecahan masalah yang solutif terhadap dinamika kehidupan sosial di tengah dinamika masyarakat digital saat ini. Penerapan prinsip kesetaraan dalam perbedaan sosial digunakan untuk mewujudkan masyarakat yang harmonis dan integratif. Peserta didik juga mampu menganalisis terjadinya perubahan sosial pada kelompok atau komunitas di tengah arus globalisasi dan mampu memberikan solusi terhadap dampak globalisasi dan perkembangan teknologi digital berupa ketimpangan sosial dan problem lainnya seperti perilaku asosial, dan lain-lain. Peserta didik juga mampu merancang strategi, melakukan dan mengevaluasi kegiatan/projek pemberdayaan komunitas berbasis kearifan lokal, serta mampu menyajikan hasil aksi pemberdayaan serta hasil pelibatan diri dalam kewirausahaan sosial. Fase F Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pemahaman Konsep Pada akhir fase ini, peserta didik mampu menjelaskan terjadinya kelompok sosial dan mengidentifikasi berbagai permasalahan sosial akibat hubungan antarkelompok sosial. Peserta didik juga mampu menerapkan prinsip kesetaraan dalam perbedaan sosial sehingga terwujud kehidupan sosial yang harmonis, menjelaskan konflik dan kekerasan dan upaya untuk menciptakan integrasi sosial di tengah dinamika masyarakat digital yang terus berubah. Di samping itu, peserta didik mampu menganalisis berbagai perubahan sosial, ketimpangan sosial, eksistensi kearifan lokal dalam kehidupan komunitas akibat dampak globalisasi dan perkembangan teknologi informasi. Keterampilan Proses Pada akhir fase ini, peserta didik mampu melakukan penelitian sosial berorientasi pemecahan masalah dari permasalahan sosial, konflik dan kekerasan yang terjadi di tengahtengah masyarakat dan mengomunikasikan hasil penelitiannya. Di samping itu, peserta didik juga mampu melakukan penelitian dan mengomunikasikan hasil penelitian tentang perubahan sosial akibat globalisasi dan 266 Elemen Capaian perkembangan teknologi informasi. Peserta didik juga mampu merancang, melakukan, mengevaluasi pemberdayaan komunitas berbasis kearifan lokal, menjadi aktor atau turut serta dalam proses kewirausahaan sosial dan menyajikan serta mengomunikasikan hasilnya. Peserta didik mampu merefleksikan dan merencanakan projek lanjutan secara kolaboratif. 267 VII. CAPAIAN PEMBELAJARAN ANTROPOLOGI SMA/MA/PROGRAM PAKET C A. Rasional Mata Pelajaran Antropologi SMA/MA/Program Paket C Indonesia adalah negeri yang kaya dan beragam. Kekayaan itu tidak hanya berasal dari limpahan sumber daya alam, tetapi juga kekayaan yang berasal dari kebudayaan yang dimiliki ribuan kelompok etnik yang tersebar di puluhan ribu pulau. Keragaman bahasa, etnik, ras, agama, kepercayaan, dan berbagai aspek lahiriah (bendawi) dan batiniah (nonbendawi) terbukti menjadi bagian tidak terpisahkan dari kekayaan kebudayaannya. Menafikan keragaman berarti juga menafikan kekayaan kebudayaannya. Keniscayaan perbedaan itu telah terekam baik dalam sila-sila Pancasila, dan ditegaskan dengan semangat Bhinneka Tunggal Ika. Pemahaman keragaman dan kekayaan kebudayaan tentu akan menghasilkan kesadaran identitas diri di tengah kelompok entitas lain yang berbeda. Kesadaran ini akan mendorong pelaku budaya, peserta didik, guru, dan masyarakat luas pada upaya mengelola perbedaan yang ada, baik atas nama dan dalam sudut pandang pelaku budayanya ataupun pengelolaan atas nama kepentingan yang lebih besar, yaitu negara. Dalam arti lain, pengelolaan keragaman itu berujung pada upaya mempertemukan (i) suatu kebudayaan lokal dengan kebudayan lokal lain yang memiliki dimensi emik (native point of view); dan (ii) kebudayaan lokal yang memiliki dimensi emik dengan kebudayaan lain atas nama kepentingan negara dan pihak lain yang cenderung memiliki dimensi etik (scientist’s viewpoint). Pengetahuan kebudayaan atas diri, masyarakatnya, dan kelompok lain beserta sesuatu di dalamnya menjadi urgensi pembelajaran antropologi. Antropologi yang dimaksud di sini adalah antropologi fisik, arkeologi, etnologi, dan antropologi sosial budaya. Dengan ranah antropologi tersebut, pembelajaran tidak sekadar pada pengetahuan atas produksi kebudayaan, tetapi juga ada proses penanaman nilai dan kesadaran atas kesejatian diri dari sebuah bangsa yang multikultural. Pemahaman mendalam dan internalisasi nilai atas keragaman dan kekayaan kebudayaan itu memungkinkan hadirnya sifat peserta didik yang menghargai dan menyemai harmoni atas kebhinekaan etnik, budaya, bahasa, agama, dan kepercayaan, serta segala aspek yang berbeda dengan identitas dirinya, baik lokal maupun global. Berdasarkan hal tersebut, maka rumpun pengetahuan ilmu sosial dan kemanusiaan, khususnya antropologi yang diajarkan pada jenjang 268 pendidikan menengah atas, akan memfokuskan diri pada proses identifikasi, penelusuran, dan pengungkapan makna atas keragaman dan kekayaan kebudayaan bendawi dan nonbendawi yang ada, termasuk kebudayaan dari entitas global di abad 21 ini. Hal penting lain, pembelajaran antropologi pada fase-fase tertentu adalah usaha dalam memberikan pemahaman mendalam dan memantik refleksi peserta didik terhadap keunikan kebudayaannya, serta segala nilai apapun yang terkandung di dalamnya. Dua upaya terakhir adalah ikhtiar dunia pendidikan dalam mendorong kesadaran diri peserta didik atas kesejatian kebudayaan dalam konteks ruang dan waktunya. Proses dalam memantik refleksi ini juga memungkinkan menguatnya nalar kritis, kreatifitas, dan empati peserta didik dalam memosisikan dan mengelola diri dengan tepat di tengah keragaman budaya. Seluruh proses pembelajarannya akan tertuju pada penggalian nilai utama (virtue ethic) yang terkandung pada kebudayaan, sehingga proses penanaman dan transmisi nilai-nilai pelajar Pancasila pun berjalan dinamis dan berkontribusi positif bagi pembentukan sumber daya manusia yang maju dan berkeadaban warga negara (civic virtue). B. Tujuan Mata Pelajaran Antropologi SMA/MA/Program Paket C Mata pelajaran Antropologi bertujuan untuk memastikan peserta didik: 1. Meningkatkan kemampuan mengidentifikasi, menelusuri, dan mengungkapkan secara kritis berbagai aspek cakupan atau ruang lingkup (object matter) bidang antropologi fisik, arkeologi, etnologi bahasa, dan antropologi sosial budaya yang mewujud pada bentuk kebudayaan bendawi ataupun non-bendawi. 2. Mendorong pemahaman mendalam para peserta didik atas makna di balik setiap ruang lingkup (object matter) bidang antropologi, sehingga dapat menggugah nalar kritis saat melihat dan mengalami proses produksi dan praktik kebudayaan pada konteks ruang dan waktunya. 3. Memantik refleksi para peserta didik atas nilai-nilai utama (virtue ethic) yang terkandung pada kebudayaan, baik bendawi maupun non bendawi dalam praktik kehidupannya, sehingga rekonstruksi pemikiran dan transformasi sosial dapat dilakukan dengan baik. 269 4. Meningkatkan pengetahuan secara mandiri dan kreatif atas berbagai kebudayaan, sehingga memiliki kesadaran pelestarian dan pemajuan kebudayaannya. 5. Menumbuhkembangkan empati peserta didik terhadap keragaman dan kekayaan kebudayaan, baik dalam arti entitas dan pelaku kebudayaan lokalnya ataupun kebudayaan lain, sehingga mampu beradaptasi dan menciptakan suasana harmoni dan berkeadaban publik (civic virtue). 6. Mengembangkan kemampuan beradaptasi dalam menerima kebudayaan lain, khususnya terkait kebhinekaan global, sehingga proses transformasi sosial dapat berkembang. 7. Menanamkan nilai-nilai utama dalam menciptakan bangsa yang beradab, menguatkan kegotongroyongan, dan responsif terhadap kebhinekaan global. C. Karakteristik Mata Pelajaran Antropologi Fase pembelajaran antropologi didasarkan pada pertimbangan usia peserta didik yang diasumsikan memiliki korelasi kuat dengan tingkat atau kelas pendidikan formalnya. Kondisi peserta didik pada setiap fase akan menentukan capaian minimum dari ruang lingkup atau elemen dari pembelajaran antropologi. Jika dilihat dari fase, maka pembelajaran antropologi disampaikan pada peserta didik yang berada pada tahap operasional formal (umur 11/12 sampai 18 tahun), sebagaimana disebut oleh Piaget. Ciri pokok perkembangan pada fase ini adalah anak sudah mampu berpikir abstrak dan logis dengan menggunakan pola berpikir "kemungkinan". Model berpikir ilmiah dengan tipe hypotheticodeductive methode (metode hipotesis deduktif) dan metode induktif dapat disiapkan sejak awal. Metode hipotesis deduktif akan dilakukan dengan empat proses dasar, yaitu (i) mengembangkan pertanyaan penelitian; (ii) merumuskan hipotesis atau preposisi (jawaban sementara); (iii) melakukan pengujian terhadap hipotesis; dan (iv) memformulasikan teori. Pendekatan ini berlandaskan pada asumsi bahwa semua peserta akan mendapatkan pemahaman terbaik tentang fenomena antropologi melalui analisis terhadap aspek-aspek yang ada di sekitarnya. Sedangkan pengembangan metode induktif, peserta didik akan diarahkan pada proses pembelajaran dari pengamatan atas data 270 antropologi di lingkungan sekitarnya, dan kemudian diangkat menjadi narasi temuan yang dikuatkan dengan berbagai teori ilmiah yang dirujuk dari berbagai literatur. Dalam pelaksanaan metode induktif, proses pembelajaran akan mencakup empat langkah dasar, yaitu: (i) identifikasi fenomena ruang lingkup antropologi di lingkungan sekitar; (ii) membuat pertanyaan dari temuan; (iii) menarasikan dan mendiskusikannya pada sebuah tulisan; dan (iv) menguatkannya dengan teori, atau mencari tahu titik perbedaan dari suatu teori yang ada. Keterampilan pembelajaran dengan dua pola (deduktif dan induktif) telah mulai diajarkan dan dimiliki peserta didik, khususnya dalam mengidentifikasi masalah, mencari jawaban dan menarik kesimpulan, serta menafsirkan dan mengembangkan pemahamannya. Pada tahap ini kondisi berpikir peserta didik sudah dapat: (i) Bekerja secara efektif dan sistematis; dan (ii) Menganalisis secara kombinasi. Dengan demikian telah diberikan dua kemungkinan penyebabnya, C1 dan C2 menghasilkan R, anak dapat merumuskan beberapa kemungkinan; (iii) Berpikir secara proporsional, yakni menentukan macam proporsional tentang C1, C2, dan R misalnya; dan (iv) Menarik generalisasi atau isu spesifik secara mendasar pada satu macam isi. Dengan karakter fase peserta didik di atas, maka gambaran fase dan standar capaian minimum pembelajaran antropologi sebagai berikut: 1. Memahami dan mendeskripsikan masalah yang berada pada ruang lingkup antropologi. 2. Mengidentifikasikan bentuk masalah sosial budaya di sekitar diri, keluarga, dan masyarakat yang menjadi ruang lingkup atau cakupan antropologi. 3. Melakukan analisis terkait masalah sosial budaya yang ada di sekitar diri, keluarga, dan masyarakatnya, baik di masa lalu atau sekarang ini. 4. Mendeskripsikan analisis problematika keanekaragaman sosial budaya yang menjadi cakupan dan ruang lingkup, baik di masa lalu atau sekarang ini. 5. Menjelaskan muatan nilai – nilai virtue ethic dan civic virtue yang terkandung pada cakupan dan ruang lingkup antropologi secara umum dan khususnya. 271 Selain itu, untuk mencapai kriteria minimum tersebut, pembelajaran antropologi juga didukung oleh elemen atau strands pembelajaran berikut: Elemen Deskripsi Pengantar Antropologi 1. Memahami antropologi sebagai ilmu yang mempelajari manusia dengan berbagai ragam kebudayaannya. 2. Memahami konsep yang didiskusikan dengan berbagai karakter lingkungan sekitar. 3. Memahami ruang lingkup antropologi dengan berbagai contoh dalam kehidupan lingkungan sekitarnya. Antropologi Ragawi 1. Mendeskripsikan cakupan antropologi ragawi, sehingga peserta didik dapat memahami perbedaan karakter dan keragaman manusia dari sisi fisik, perilaku, wilayah, dan karakter lainnya. 2. Menganalisis cakupan antropologi ragawi pada diri dan lingkungan secara kritismandiri. 3. Mendapatkan pemahaman kebudayaan ragawi dan menganalisis ragam keunikannya. 4. Memahami perbedaan karakter ragawi dirinya dengan karakter ragawi pelaku kebudayaan lainnya. 5. Menafsirkan cakupan antropologi ragawi yang ada di sekitarnya. Arkeologi 1. Mendeskripsikan cakupan arkeologi, sehingga siswa dapat memahami tinggalan dan proses sejarah dari manusia sebelumnya. 2. Menganalisis cakupan arkeologi yang berada di lingkungan sekitarnya. 3. Mendapatkan pemahaman dari contohcontoh arkeologi dan kemudian menganalisis keunikan dan perbedaan dengan tinggalan lainnya. 4. Memahami perbedaan karakter suatu tinggalan. 5. Menganalisis dan mencari korelasi (menghubungkan) proses penciptaan tinggalan dengan karakter lingkungan dan cara berpikir pelaku kebudayaannya. 6. Mengumpulkan dan menjelaskan berbagai tinggalan yang diketahui, baik di lingkungan wilayahnya ataupun di lingkungan keluarga batihnya. 7. Menafsirkan temuan dari tinggalan yang ada di sekitarnya. Etnologi Bahasa 1. Mendeskripsikan cakupan etnologi, khususnya dari aspek kebahasaan, sehingga peserta didik dapat memahami kelompok etniknya dan karakter kebahasaannya. 272 Elemen Deskripsi 2. Menganalisis cakupan etnologi yang berada di lingkungan sekitarnya. 3. Mendapatkan pemahaman dari contohcontoh bahasa dan kemudian menganalisis keunikan dan perbedaan dengan bahasa lainnya. 4. Memahami perbedaan karakter berbagai kelompok etnik dan bahasa. 5. Menganalisis dan mencari korelasi (menghubungkan) proses pembentukan kelompok etnik dan penciptaan kebahasaannya. 6. Mencontohkan cakupan etnologi dari lingkungan sekitarnya. 7. Menafsirkan temuan karakter kelompok etnik dan kebahasaan ibu atau sekerabat. 8. Mengkreasikan beberapa contoh keunikan kelompok etnik dan kebahasaan. Antropologi Sosial Budaya 1. Mendeskripsikan cakupan antropologi sosial budaya, khususnya aspek kebudayaan sebagai sesuatu paling unik dan mendasar dari kehidupan manusia. 2. Menganalisis cakupan antropologi sosial budaya di lingkungan sekitar. 3. Mendapatkan pemahaman dari praktikpraktik sosial budaya yang ada. 4. Menganalisis keunikan dan praktik sosial budaya dari satu lingkungan tertentu. 5. Memahami perbedaan karakter dan praktik kebudayaan dari lingkungan kebudayaan lain. 6. Menganalisis dan mencari korelasi (menghubungkan) proses pembentukan kebudayaan dengan berbagai aspek lain terkait ranah kebudayaannya (seperti worldview, sistem nilai, struktur sosial, dsb). 7. Mencontohkan dan menjelaskan cakupan antropologi sosial budaya lingkungan sekitar. 8. Menafsirkan temuan terkait karakter kebudayaan dan praktik sosial budaya lainnya di lingkungan sekitar atau lingkungan sekerabat di dalam keluarganya. Kebhinekaan Kelompok Etnik dan Perilaku Budaya Global 1. Memahami berbagai fenomena global dan pengaruhnya yang menerpa diri dan masyarakat di lingkungan wilayahnya. 2. Menguraikan proses pembentukan bangsabangsa beserta ikatan primordialisme di dalamnya, sehingga peserta didik dapat mengambil manfaat dari perjalanan sejarah suatu negara-bangsa. 3. Mengkarakteristik berbagai fenomena di lingkungan sekitar, sehingga mampu memahami perbedaan tentang karakter masyarakat yang agraris dan maritim. 273 Elemen Deskripsi 4. Melakukan kritik (mengkritisi) perilaku negara dan masyarakat maju yang memberikan pengaruh besar terhadap negara dan masyarakat berkembang. 5. Mengidentifikasi berbagai identitas dan entitas sosial budaya di lingkungan sekitar dan lingkungan lebih luas. 6. Menilai kelebihan dan kelemahan entitas dan identitas sosial budaya untuk kepentingan penghargaan atas pluralisme atau kebhhinekaan budaya yang ada. 7. Memotret proses pertemuan dan pembauran kebudayaan dari berbagai entitas dan identitas kebudayaan pada lintasan sejarahnya. 8. Menafsirkan pandangan-pandangan dan nilai-nilai sosial budaya yang mampu menciptakan toleransi dan penghargaan kepada kelompok-kelompok marjinal. 9. Memotret proses representasi dan hibriditas kebudayaan dalam berbagai aspeknya (kuliner, fashion, desain, permukiman, dsb). D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Antropologi Fase F (Umumnya untuk kelas XI dan XII SMA/MA/Program Paket C) Pada akhir fase ini, peserta didik dapat memahami dan meningkatkan keterampilan inquiry dalam ruang lingkup antropologi, sehingga mampu menumbuhkan pemikiran kritis dan kesadaran kebhinekaan lokal saat mencermati beragam fenomena di sekitarnya. Pemahaman dan refleksi ini akan menghasilkan praktik keadaban publik (civic virtue) dan semangat kegotongroyongan tanpa membedakan kelompok dan entitas sosial primordialnya. Internalisasi nilai dapat dilakukan bersamaan saat kegiatan pembelajaran secara langsung di lapangan (masyarakat terdekat). Fase F berdasarkan elemen Elemen Capaian Pembelajaran Pengantar Antropologi Peserta didik dapat memahami pengertian dasar dari antropologi beserta segala sesuatu terkait di dalamnya, seperti ruang lingkup dan sejarahnya, ranah, posisi manusia dan kebudayaannya, dan mampu menjelaskan perbedaan antara antropologi ragawi, arkeologi, etnologi, sosial budaya, dan potensinya dalam pembangunan. Antropologi Ragawi Peserta didik dapat memahami cakupan antropologi ragawi dan menjelaskan 274 Elemen Capaian Pembelajaran perbedaannya dengan mata pelajaran lainnya. Peserta didik juga dapat menjelaskan persoalan perkembangan manusia, evolusi beserta penyebarannya, variasi dan karakter ras manusia, wilayah dan pembentukan karakternya, pembentukan identitas diri dan sosial, dan menjelaskan proses produksi kebudayaan bendawi di dalamnya. Arkeologi Peserta didik dapat menjelaskan ruang lingkup dari pengembangan lebih lanjut antropologi fisik, khususnya yang berhubungan dengan tinggalan-tinggalan bendawi di masa lalu. Peserta didik juga dapat memahami dan menjelaskan berbagai kebudayaan pra sejarah, tinggalan bendawi, pembentukan perkampungan, benda-benda dalam siklus kehidupan, penemuan pengetahuan dan teknologi yang ada yang mampu mendukung kehidupannya, memahami perubahan masyarakat dari yang pada awalnya bersifat nomaden ke menetap, dan termasuk pembentukan kelompok suku dan bangsa di berbagai wilayah. Etnologi Peserta didik memahami keanekaragaman bahasa lokal atau bahasa ibu di lingkungan sekitarnya, baik atas dasar dari garis ibu ataupun dari garis ayahnya, sehingga mereka dapat menjelaskan secara kritis dan kreatif dalam menjaga kebhinnekaan lokal dan globalnya dari sisi kebahasaan. Antropologi Sosial Budaya Peserta didik memahami secara kreatif dan kritis terhadap pengertian dan ruang lingkup kebudayaan, sistem sosial dan perangkatnya, struktur dan perilaku sosial yang saling memengaruhi, pengenalan siklus kehidupan manusia dan segala upacara yang diadakan, relasi kuasa dan pembentukan legitimasi dari para pelaku. Pemahaman atas aspek antropologi sosial ini diharapkan mampu membawa para peserta didik pada suatu prinsip menciptakan keadaban, kegotongroyongan dalam berbagai nilai luhur yang ditemukan dan digalinya, serta kesadaran atas kebhinekaan global yang menguatkan proses transformasi sosialnya. Kebhinnekaan Kelompok Etnik dan Perilaku Budaya Global Peserta didik memahami fenomena kebudayaan tradisional di tengah kebudayaan global. Peserta didik diharapkan dapat menghubungkan berbagai fenomena global dan kebudayaan lain sebagai faktor pemengaruh atas fenomena kebhinekaan lokal dan global yang ada di lingkungan budayanya. Peserta didik juga dapat memahami dan menguraikan aspek-aspek 275 Elemen Capaian Pembelajaran terkait ikatan sosial, pembentukan kelompok bangsa pasca kolonial, dan munculnya poros kekuasaan dan fungsi sosial berbagai elemen masyarakat. Proses pemahaman itu akan menghasilkan kemampuan menganalisa fenomena representasi identitas dan rekonstruksi sosial, poskolonial, hibriditas budaya, serta globalisasi dan komodifikasi budaya yang menyertainya. 276 XVIII.1. CAPAIAN PEMBELAJARAN SENI MUSIK A. Rasional Mata Pelajaran Seni Musik Seni musik merupakan ekspresi, respon, dan apresiasi manusia terhadap berbagai fenomena kehidupan, baik dari dalam diri maupun dari budaya, sejarah, alam dan lingkungan hidup seseorang, dalam beragam bentuk tata dan olah bunyi-musik. Musik bersifat individu sekaligus universal, mampu menembus sekat-sekat perbedaan, serta menyuarakan isi hati dan buah pikiran manusia yang paling dalam, termasuk yang tidak dapat diwakili oleh bahasa verbal. Musik mendorong manusia untuk merasakan, dan mengekspresikan keindahan melalui penataan bunyi-suara. Melalui pendidikan seni musik, manusia diajak untuk berpikir dan bekerja artistik-estetik secara kreatif, memiliki daya apresiasi, menerima perbedaan, menghargai kebhinekaan global, sejahtera secara utuh (jasmani, mental-psikologis, dan rohani), yang pada akhirnya akan berdampak terhadap kehidupan manusia (diri sendiri dan orang lain) dan pengembangan pribadi setiap orang dalam proses pembelajaran yang berkesinambungan (terus menerus). B. Tujuan Mata Pelajaran Seni Musik 1. Peserta didik mampu mengekspresikan diri atas fenomena kehidupan. 2. Peserta didik peka terhadap persoalan diri secara pribadi dan dunia sekitar. 3. Peserta didik mampu mengasah dan mengembangkan musikalitas, terlibat dengan praktik-praktik bermusik dengan cara yang sesuai, tepat, dan bermanfaat, serta turut ambil bagian dan mampu menjawab tantangan dalam kehidupan sehari-hari. 4. Secara sadar dan bermartabat peserta didik mengusahakan perkembangan kepribadian, karakter, dan kehidupannya baik untuk diri sendiri maupun untuk sesama dan alam sekitar. C. Karakteristik Mata Pelajaran Seni Musik 1. Pelajaran seni musik mencakup: pengembangan musikalitas; kebebasan berekspresi; pengembangan imajinasi secara luas; menjalani disiplin kreatif; penghargaan akan nilai-nilai keindahan; pengembangan rasa kemanusiaan, toleransi dan menghargai perbedaan; pengembangan karakter/kepribadian manusia secara 277 utuh (jasmani, mental/psikologis, dan rohani) yang dapat memberikan dampak dalam kehidupan manusia. 2. Pelajaran musik membantu mengembangkan musikalitas, kemampuan bermusik peserta didik melalui berbagai macam praktik musik yang baik secara: a. Ekspresif dan indah b. Kesadaran, pemahaman dan penghayatan akan unsur-unsur/ elemen-elemen bunyi-musik dan kaidah-kaidahnya c. Dengan penerapan yang tepat guna Dalam pembelajaran praktik Seni Musik mencakup elemen-elemen sebagai berikut: Elemen Mengalami (Experiencing) Deskripsi ● Peserta didik mengenali, merasakan, menyimak, mencoba/bereksperimen, dan merespon bunyimusik dari beragam sumber, dan beragam jenis/ bentuk musik dari berbagai konteks budaya dan era. ● Peserta didik mengeksplorasi bunyi dan beragam karya-karya musik, bentuk musik, alat-alat yang menghasilkan bunyi-musik, dan penggunaan teknologi dalam praktik bermusik. ● Peserta didik mengamati, mengumpulkan, dan merekam pengalaman dari beragam praktik bermain musik, menumbuhkan kecintaan pada musik dan mengusahakan dampak bagi diri sendiri, orang lain, dan masyarakat. 278 Elemen Deskripsi Merefleksikan (Reflecting) ● Peserta didik memiliki nilai-nilai yang generatiflestari dalam pengalaman dan pembelajaran bermusik secara artistik-estetik yang berkesinambungan (terus-menerus). ● Peserta didik mengamati, memberikan penilaian dan membuat hubungan antara karya pribadi dan orang lain sebagai bagian dari proses berpikir dan bekerja artistik-estetik, dalam konteks unjuk karya musik. Berpikir dan Bekerja Secara Artistik (Thinking and Working Artistically) ● Peserta didik merancang, menata, menghasilkan, mengembangkan, me-reka ulang, dan mengkomunikasikan ide melalui proses mengalami, merefleksikan, dan menciptakan. ● Peserta didik mengeksplorasi dan menemukan sendiri bentuk karya dan praktik musik (elaborasi dengan bidang keilmuan yang lain: seni-rupa, tari, drama/lakon, dan non-seni) yang membangun, dan bermanfaat untuk menanggapi setiap tantangan hidup dan kesempatan berkarya secara mandiri. ● Peserta didik meninjau dan memperbarui karya pribadi sesuai dengan kebutuhan masyarakat, jaman, konteks fisik-psikis, budaya, dan kondisi alam. ● Peserta didik menjalani kebiasaan/disiplin secara kreatif sebagai sarana melatih kelancaran, keluwesan, dan kemampuan bermusik. Menciptakan (Creating) ● Peserta Berdampak (Impacting) bagi diri sendiri dan orang lain ● Peserta didik memilih, menganalisis, menghasilkan karya-karya musik dengan kesadaran untuk terus mengembangkan kepribadian dan karakter bagi diri sendiri dan sesama. ● Peserta didik memilih, menganalisis menghasilkan karya-karya musik dengan kesadaran untuk terus membangun persatuan dan kesatuan bangsa. ● Peserta didik memilih, menganalisis, menghasilkan karya-karya musik dengan kesadaran untuk terus meningkatkan cinta kasih kepada sesama manusia dan alam semesta. ● Peserta didik menjalani kebiasaan/disiplin kreatif dalam praktik musik sebagai sarana melatih pengembangan pribadi dan bersama, dan menjadi semakin baik (waktu demi waktu, tahap demi tahap). didik memilih penggunaan beragam media dan teknik bermain dalam praktik musik untuk menghasilkan karya musik sesuai dengan konteks, kebutuhan dan ketersediaan, serta kemampuan praktik musik masyarakat, sejalan dengan perkembangan teknologi. ● Peserta didik menciptakan karya-karya musik dengan standar musikalitas yang baik dan sesuai dengan kaidah/budaya dan kebutuhan, dapat dipertanggungjawabkan, berdampak pada diri sendiri dan orang lain, dalam beragam bentuk praktik musik. 279 D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Seni Musik setiap Fase 1. Fase A (Umumnya untuk kelas I dan II SD/MI/Program Paket A) Pada akhir Fase A, peserta didik mampu menyimak, melibatkan diri secara aktif dalam pengalaman atas bunyi-musik (bernyanyi, bermain alat/media musik, mendengarkan), mengimitasi bunyimusik serta dapat mengembangkannya menjadi pola baru yang sederhana. Peserta didik mengenali diri sendiri, sesama, dan lingkungannya serta mengalami keberagaman/kebhinekaan sebagai bahan dasar berkegiatan musik seperti yang terwujud dalam pengenalan kualitas-kualitas dan unsur-unsur sederhana dalam bunyi/musik beserta konteks yang menyertainya seperti: lirik lagu dan kegunaan musik yang dimainkan. Fase A berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Mengalami (Experiencing) Pada akhir fase ini, peserta didik mampu mengimitasi bunyi-musik sederhana dengan mengenal unsur-unsur bunyi-musik baik intrinsik maupun ekstrinsik. Merefleksikan (Reflecting) Pada akhir fase ini, peserta didik mampu mengenali diri sendiri, sesama, dan lingkungan yang beragam (berkebhinekaan), serta mampu memberi kesan atas praktik bermusik lewat bernyanyi atau bermain alat/media musik baik sendiri maupun bersama-sama dalam bentuk sederhana. Berpikir dan Bekerja Secara Artistik (Thinking and Working Artistically) Pada akhir fase ini, peserta didik mampu menyimak, mengenali, dan mengimitasi bunyimusik dan menerapkan kebiasaan bermusik yang baik dan rutin dalam berpraktik musik sederhana sejak dari persiapan, saat bermusik, maupun usai berpraktik musik, serta memilih secara aktif dan memainkan karya musik sederhana secara artistik, yang mengandung nilai-nilai positif dan membangun. Menciptakan (Creating) Pada akhir fase ini, peserta didik mampu mengembangkan imitasi bunyi-musik menjadi pola baru yang sederhana dengan mengenal unsur-unsur bunyi-musik baik intrinsik maupun ekstrinsik. Berdampak (Impacting) bagi diri sendiri dan orang lain Pada akhir fase ini, peserta didik mampu menjalani kebiasaan bermusik yang baik dan rutin dalam berpraktik musik dan aktif dalam kegiatan-kegiatan bermusik lewat bernyanyi dan memainkan media bunyi-musik sederhana serta mendapatkan pengalaman dan kesan baik bagi diri sendiri, sesama, dan lingkungan. 280 2. Fase B (Umumnya untuk kelas III dan IV SD/MI/Program Paket A) Pada akhir Fase B, peserta didik dapat memberi kesan dan mendokumentasikan musik yang dialaminya dalam bentuk lisan, tulisan, gambar, maupun bentuk lainnya. Peserta didik menjalani kebiasaan praktik musik yang baik dan rutin (disiplin kreatif) dalam berpraktik musik sederhana untuk kelancaran dan keluwesannya menjalani dan mengembangkan kemampuan musikalitas baik bagi diri sendiri maupun secara bersama-sama serta mendapatkan kesan baik atas pengalamannya tersebut. Peserta didik semakin dapat menyimak, melibatkan diri secara aktif dalam praktik-praktik bermusik (bernyanyi, bermain alat/media musik, mendengarkan, membuat musik), semakin lancar dalam mengimitasi bunyi-musik sederhana. Fase B Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Mengalami (Experiencing Pada akhir fase ini, peserta didik mampu mengimitasi dan menata bunyi-musik sederhana dengan menunjukkan kepekaan akan unsur-unsur bunyi-musik baik intrinsik maupun ekstrinsik. Merefleksikan (Reflecting) Pada akhir fase ini, peserta didik mampu mengenali diri sendiri, sesama, dan lingkungan yang beragam (berkebhinekaan), serta mampu memberi kesan atas praktik bermusik lewat bernyanyi atau bermain alat/media musik baik sendiri maupun bersama-sama dalam beragam bentuk: lisan, tulisan/gambar, atau referensi lainnya. Berpikir dan Bekerja Secara Artistik (Thinking and Working Artistically) Pada akhir fase ini, peserta didik mampu menyimak, mendokumentasikan secara sederhana, dan menjalani kebiasaan bermusik yang baik dan rutin dalam berpraktik musik sejak dari persiapan, saat bermusik, maupun usai berpraktik musik, serta memilih secara aktif dan memainkan karya musik sederhana secara artistik, yang mengandung nilai-nilai positif dan membangun. Menciptakan (Creating) Pada akhir fase ini, peserta didik mampu mengembangkan, mengimitasi, dan menata bunyi-musik sederhana menjadi pola baru dengan mempertimbangkan unsur-unsur bunyi-musik intrinsik maupun ekstrinsik. Berdampak (Impacting) bagi diri sendiri dan orang lain Pada akhir fase ini, peserta didik mampu menjalani, mendokumentasikan kebiasaan bermusik yang baik dan rutin dalam berpraktik musik dan aktif dalam kegiatan-kegiatan bermusik lewat bernyanyi dan memainkan media bunyi-musik sederhana serta 281 Elemen Capaian Pembelajaran mendapatkan pengalaman dan kesan baik bagi diri sendiri, sesama, dan lingkungan. 3. Fase C (Umumnya Kelas V dan VI SD/MI/Program Paket A) Pada akhir Fase C, peserta didik menunjukkan kepekaannya terhadap unsur-unsur bunyi-musik dan konteks sederhana dari sajian musik seperti: lirik lagu, kegunaan musik yang dimainkan, serta keragaman budaya yang melatarbelakanginya. Peserta didik mampu berpartisipasi dalam aktivitas musikal dan mampu memberikan respon yang memadai dengan lancar dan luwes, sederhana, terencana/situasional, baik secara individu maupun kelompok (bersama-sama, dengan menyadari pentingnya orang/pihak lain, persatuan, kekompakan, dan kebersamaan). Peserta didik mampu memberi kesan dan mendokumentasikan musik yang dialaminya dalam bentuk yang dapat dikomunikasikan secara lebih umum seperti: lisan, tulisan gambar, notasi musik, dan audio. Peserta didik mampu menjalani kebiasaan praktik musik yang baik dan rutin dalam melakukan praktik musik mulai persiapan, penyajian, hingga setelah musik selesai disajikan. Peserta didik perlu memiliki kemampuan memilih, memainkan dan menghasilkan karya-karya musik sederhana yang mengandung nilai-nilai lokal-global yang positif, berperan secara aktif, kreatif, artistik, untuk mendapatkan pengalaman dan kesan baik untuk perbaikan dan kemajuan diri sendiri dan bersama. Fase C Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Mengalami (Experiencing Pada akhir fase ini, peserta didik mampu mengolah pola/tata bunyi-musik dan semakin menunjukkan tingkat kepekaan akan unsurunsur bunyi-musik baik intrinsik maupun ekstrinsik. Merefleksikan (Reflecting) Pada akhir fase ini, peserta didik mampu mengenali dan memberi kesan atas praktik bermusik lewat bernyanyi atau bermain alat/ media musik baik sendiri maupun bersamasama dalam bentuk-bentuk yang bisa diacu dan dikomunikasikan secara lebih umum dalam bentuk: lisan, tulisan/gambar, notasi musik, maupun audio. Berpikir dan Bekerja Secara Artistik Pada akhir fase ini, peserta didik mampu menjalani kebiasaan baik dan rutin dalam berpraktik musik sejak dari persiapan, saat, 282 Elemen (Thinking and Working Artistically) Capaian Pembelajaran maupun usai berpraktik musik, serta memilih, memainkan dan menghasilkan karya-karya musik sederhana yang mengandung nilai-nilai kearifan lokal-global dan positif, secara aktif, kreatif, dan artistik. Menciptakan (Creating) Pada akhir fase ini, peserta didik mampu menata dan mengolah pola/ tata bunyi-musik dalam konteks sederhana dan semakin menunjukkan tingkat kepekaan akan unsurunsur bunyi-musik baik intrinsik maupun ekstrinsik baik secara terencana maupun situasional. Berdampak (Impacting) bagi diri sendiri dan orang lain Pada akhir fase ini, peserta didik mampu menjalani kebiasaan baik dan rutin dalam berpraktik musik dan aktif dalam kegiatankegiatan bermusik lewat bernyanyi dan memainkan media bunyi-musik serta mendapatkan pengalaman dan kesan baik bagi perbaikan dan kemajuan diri sendiri dan bersama. 4. Fase D (Umumnya untuk kelas VII, VIII, dan IX SMP/MTs/Program Paket B) Pada akhir Fase D, peserta didik mampu menyimak dengan baik, serta mampu melibatkan diri secara aktif dalam pengalaman atas bunyi-musik. Peserta didik menunjukkan kepekaannya terhadap unsur-unsur bunyi-musik dan konteks sederhana dari sajian musik seperti: lirik lagu, kegunaan musik yang dimainkan, budaya, era, dan style. Peserta didik menghasilkan gagasan yang kemudian ditindaklanjuti hingga menjadi karya musik yang otentik dalam sebuah sajian sebagai perwujudan kepekaan akan unsur-unsur bunyi-musik dengan menunjukkan pengetahuan dan keluasan ragam konteks, baik secara terencana maupun situasional sesuai dan sadar akan kaidah tata bunyi-musik. Peserta didik mampu memberi kesan, dan merekam beragam praktik bermusik baik sendiri maupun bersama-sama yang berfungsi sebagai dokumentasi maupun alat komunikasi secara lebih umum serta menyadari hubungannya dengan konteks dan praktik-praktik lain (di luar musik) yang lebih luas. Peserta didik mampu menjalani kebiasaan praktik musik yang baik dan rutin. Mulai persiapan, saat penyajian, maupun setelah praktik musik untuk perkembangan dan perbaikan kelancaran serta keluwesan dalam melakukan praktik musik. Peserta didik memiliki kemampuan dalam memilih, memainkan, menghasilkan, dan menganalisis karya-karya musik secara aktif, 283 kreatif, artistik, musikal yang mengandung nilai-nilai kearifan lokal dan global serta mendapatkan pengalaman dan kesan baik dan berharga bagi perbaikan dan kemajuan diri sendiri secara utuh dan bagi kemajuan bersama. Fase D Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Mengalami (Experiencing Pada akhir fase ini, peserta didik menyimak, melibatkan diri secara aktif dalam pengalaman atas bunyi-musik, menunjukkan kepekaan akan konteks serta mampu secara aktif berpartisipasi dalam sajian musik. Merefleksikan (Reflecting) Pada akhir fase ini, peserta didik mampu menyimak, melibatkan diri secara aktif dalam pengalaman atas bunyi-musik, menunjukkan kepekaan akan konteks serta mampu secara aktif berpartisipasi dalam sajian musik. Berpikir dan Bekerja Secara Artistik (Thinking and Working Artistically) Pada akhir fase ini, peserta didik mampu menjalani kebiasaan baik dan rutin dalam berpraktik musik sejak dari persiapan, saat, maupun usai berpraktik musik untuk perkembangan dan perbaikan kelancaran serta keluwesan bermusik, serta memilih, memainkan, menghasilkan, dan menganalisis karya-karya musik secara aktif, kreatif, artistik, musikal, dan mengandung nilai-nilai kearifan lokal baik secara individu maupun secara berkelompok. Menciptakan (Creating) Pada akhir fase ini, peserta didik mampu menghasilkan gagasan hingga menjadi karya musik yang otentik dalam sebuah sajian dengan kepekaan akan unsur-unsur bunyi-musik baik intrinsik maupun ekstrinsik, keragaman konteks, baik secara terencana maupun situasional sesuai dan sadar akan kaidah tata bunyi/musik. Berdampak (Impacting) bagi diri sendiri dan orang lain Pada akhir fase ini, Peserta didik mampu menjalani kebiasaan baik dan rutin dalam berpraktik musik dan aktif dalam kegiatankegiatan bermusik lewat bernyanyi, memainkan media bunyi-musik dan memperluas ragam praktik musiknya serta terus mengusahakan mendapatkan pengalaman dan kesan baik dan berharga bagi perbaikan dan kemajuan diri sendiri secara utuh dan bersama. 5. Fase E (Umumnya untuk kelas X SMA/MA/Program Paket C) Pada akhir Fase E, peserta didik mampu menyimak dengan baik dan cermat, melibatkan diri secara aktif dalam pengalaman atas bunyimusik. Peserta didik dapat mengkaji, memberi kesan, dan merekam beragam praktik bermusik baik sendiri maupun bersama-sama baik sebagai dokumentasi maupun alat komunikasi secara umum serta 284 menyadari hubungannya dengan konteks dan praktik-praktik lain (di luar musik) yang lebih luas untuk perbaikan hidup baik diri sendiri, sesama, lingkungan dan alam semesta. Peserta didik mampu menjalani kebiasaan praktik musik yang baik dan rutin dalam melakukan praktik musik mulai persiapan, penyajian, maupun setelah melakukan praktik musik dengan kesadaran untuk perkembangan, perbaikan, melakukan praktik musik. kelancaran serta keluwesan dalam Peserta didik mampu memilih, memainkan, menghasilkan, menganalisis, merefleksi karya-karya musik secara aktif, kreatif, artistik, dan musikal secara bebas dan bertanggung jawab, serta sensitif terhadap fenomena kehidupan manusia serta terus mengusahakan mendapatkan pengalaman dan kesan baik dan berharga bagi perbaikan dan kemajuan diri sendiri secara utuh dan bagi kemajuan bersama. Fase E Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Mengalami (Experiencing Pada akhir fase ini, peserta didik mampu menyimak, melibatkan diri secara aktif dalam pengalaman atas kesan terhadap bunyi-musik, peka dan paham, serta secara sadar melibatkan konteks sajian musik dan berpartisipasi aktif dalam sajian musik yang berguna bagi perbaikan hidup baik untuk diri sendiri. sesama, lingkungan, dan alam semesta. Merefleksikan (Reflecting) Pada akhir fase ini, peserta didik mampu menyimak, melibatkan diri secara aktif dalam pengalaman atas kesan terhadap bunyi-musik, peka dan paham, serta secara sadar melibatkan konteks sajian musik dan berpartisipasi aktif dalam sajian musik yang berguna bagi perbaikan hidup baik untuk diri sendiri. sesama, lingkungan, dan alam semesta. Berpikir dan Bekerja Secara Artistik (Thinking and Working Artistically) Pada akhir fase ini, peserta didik mampu menjalani kebiasaan baik dan rutin dalam berpraktik musik sejak dari persiapan, saat, maupun usai berpraktik musik dengan kesadaran untuk perkembangan dan perbaikan kelancaran serta keluwesan bermusik, serta memilih, memainkan, menghasilkan, menganalisis, dan merefleksi karya-karya musik secara aktif, kreatif, artistik, dan musikal secara bebas dan bertanggung jawab, serta sensitif terhadap fenomena kehidupan manusia. Menciptakan (Creating) Pada akhir fase ini, peserta didik mampu menghasilkan gagasan dan karya musik yang otentik dalam sebuah sajian dengan kepekaan akan unsur-unsur bunyi-musik baik intrinsik maupun ekstrinsik, keragaman konteks, 285 Elemen Capaian Pembelajaran melibatkan praktik-praktik selain musik (bentuk seni yang lain) baik secara terencana maupun situasional yang berguna bagi perbaikan hidup diri sendiri, sesama, lingkungan, dan alam semesta. Berdampak (Impacting) bagi diri sendiri dan orang lain Pada akhir fase ini, peserta didik mampu menjalani kebiasaan baik dan rutin dalam berpraktik musik dan aktif dalam kegiatankegiatan bermusik lewat bernyanyi, memainkan media bunyi-musik dan memperluas wilayah praktik musiknya dengan praktik-praktik lain di luar musik serta terus mengusahakan mendapatkan pengalaman dan kesan baik dan berharga bagi perbaikan dan kemajuan diri sendiri secara utuh dan bersama. 6. Fase F (Umumnya untuk kelas XI dan XII SMA/MA/Program Paket C) Pada akhir Fase F, peserta didik mampu menyimak dengan baik dan cermat, melibatkan diri secara aktif dan kreatif dalam pengalaman atas bunyi-musik. terhadap Peserta unsur-unsur didik menunjukkan bunyi-musik dan kepekaannya kepekaan serta menunjukan adanya penambahan wawasan atas beragam konteks dari sajian musik seperti: lirik lagu, kegunaan musik yang dimainkan, era, style, kondisi sosial-budaya, ekologis, dan sebagainya. Peserta didik menghasilkan gagasan dan karya musik yang otentik dengan menunjukkan kepekaan terhadap unsur-unsur bunyi-musik dan memperlihatkan pengetahuan dan pemahaman atas keragaman konteks. Peserta didik mampu melibatkan praktikpraktik selain musik (bentuk seni lain, pelibatan dan penggunaan teknologi yang sesuai) baik secara terencana maupun situasional sesuai kaidah tata bunyi/musik. Fase F Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Mengalami (Experiencing Pada akhir fase ini, peserta didik mampu menyimak dengan baik dan cermat, melibatkan diri secara aktif dalam pengalaman atas bunyimusik, peka dan paham, serta secara sadar melibatkan konteks sajian musik dan berpartisipasi aktif dalam sajian musik secara luas. Merefleksikan (Reflecting) Pada akhir fase ini, peserta didik mampu menyimak dengan baik dan cermat, melibatkan diri secara aktif dalam pengalaman atas bunyimusik, peka dan paham, serta secara sadar melibatkan konteks sajian musik dan 286 Elemen Capaian Pembelajaran berpartisipasi aktif dalam sajian musik secara luas. Berpikir dan Bekerja Secara Artistik (Thinking and Working Artistically) Pada akhir fase ini, peserta didik mampu menyimak dan menjalani kebiasaan bermusik secara baik dan cermat, serta menunjukkan tingkat kepekaan yang tinggi akan unsur-unsur bunyi-musik, pengetahuan dan pemahaman bermusik, serta keberagaman konteks musik, dalam praktik musik yang terencana secara sadar maupun situasional akan kaidah tata bunyi-musik. Menciptakan (Creating) Pada akhir fase ini, peserta didik mampu menghasilkan gagasan dan karya musik yang otentik dalam sebuah sajian dengan kepekaan akan unsur-unsur bunyi-musik baik intrinsik maupun ekstrinsik, keragaman konteks, melibatkan praktik-praktik selain musik (bentuk seni yang lain, penerapan dan penggunaan teknologi yang sesuai) baik secara terencana maupun situasional sesuai dan sadar akan kaidah tata bunyi/musik. Berdampak (Impacting) bagi diri sendiri dan orang lain Pada akhir fase ini, peserta didik mampu menjalani kebiasaan baik dan rutin dalam berpraktik musik dan aktif dalam kegiatankegiatan bermusik lewat bernyanyi, memainkan media bunyi-musik dan memperluas wilayah praktik musiknya dengan praktik-praktik lain di luar musik, serta penambahan wawasan akan keberagaman konteks bermusik: lirik lagu, kegunaan musik yang dimainkan, era, style, kondisi sosial-budaya, ekologis, dan lainlainnya, yang dapat berdampak bagi perbaikan dan kemajuan diri sendiri secara utuh dan bersama. 287 XVIII.2. CAPAIAN PEMBELAJARAN SENI RUPA A. Rasional Mata Pelajaran Seni Rupa Setiap manusia memiliki kemampuan untuk melihat, merasakan dan mengalami sebuah keindahan. Kepekaan terhadap keindahan membantu manusia untuk dapat memaknai hidupnya dan menjalani hidupnya dengan optimal. Diharapkan melalui pembelajaran seni rupa, kepekaan tersebut dapat dibangun sejak dini. Semenjak zaman prehistorik, bahasa rupa merupakan citra yang memiliki daya dan dampak luar biasa dalam menyampaikan pesan, menghibur, melestarikan, menghancurkan dan menginspirasi hingga kurun waktu tak terhingga. Pembelajaran seni rupa mendorong terbentuknya Profil Pelajar Pancasila. Melalui seni rupa, peserta didik dibiasakan dapat berpikir terbuka, kreatif, apresiatif, empatik, serta menghargai perbedaan dan keberagaman. Selain itu, peserta didik juga memperoleh pengalaman mengamati dan menikmati keindahan serta mengalami proses perenungan dari dalam maupun luar diri mereka untuk diekspresikan pada karya seni rupa yang berdampak pada diri, lingkungan maupun masyarakat. Melalui pembelajaran seni rupa, peserta didik menyadari bahwa seni rupa dapat membentuk sejarah, budaya dan peradaban sebuah bangsa maupun seluruh dunia. Peserta didik menghargai dan melestarikan budaya Indonesia yang menjunjung tinggi kearifan lokal, kebinnekaan global, dan perkembangan teknologi. Dengan demikian, peserta didik diharapkan memiliki kemampuan mengembangkan nilai-nilai estetika, logika dan etika dalam dirinya untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila sesuai tujuan pendidikan nasional. B. Tujuan Mata Pelajaran Seni Rupa Pembelajaran seni rupa bertujuan mengembangkan kreativitas dan kepekaan terhadap estetika, logika dan etika untuk membantu peserta didik meningkatkan kualitas hidupnya. Di samping itu, kemampuan peserta didik dalam mengamati, mengenal, merasakan, memahami dan mengalami nilai-nilai keindahan, semakin terasah dalam merespon sebuah gagasan, peluang dan tantangan. 288 C. Karakteristik Mata Pelajaran Seni Rupa ● Pembelajaran berpusat pada peserta didik; dimana mereka memiliki ruang kreativitas untuk menemukan gagasan dan caranya sendiri dalam berkarya, sesuai dengan kemampuan, minat, bakat dan kecepatan belajarnya masing-masing. ● Pembelajaran melalui pengalaman mengamati, mencipta, menikmati, mengetahui, memahami, bersimpati, berempati, peduli dan toleransi terhadap beragam nilai, budaya, proses dan karya. ● Pembelajaran yang menyenangkan, bermakna, relevan, dan mengembangkan keterampilan bekerja dan berpikir artistik bagi kehidupan sehari-hari. ● Pembelajaran seni rupa merayakan keunikan individu dan bersifat khas/kontekstual sesuai potensi yang dimiliki peserta didik, satuan pendidikan dan daerahnya. ● Pembelajaran seni rupa terhubung erat dengan aspek seni maupun bidang ilmu lainnya dan mendorong kolaborasi interdisipliner. ● Pembelajaran seni rupa memiliki dampak bagi diri peserta didik dan lingkungannya. Kesadaran akan dampak sebuah karya akan mendorong terbentuknya sikap bertanggung jawab. Gambar 1. Lima elemen/domain landasan pembelajaran seni rupa 289 Landasan Pembelajaran Seni Rupa memiliki lima elemen/domain yang mandiri dan berjalan beriringan sebagai kesatuan yang saling mempengaruhi dan mendukung. Setiap elemen bukan sebuah urutan atau prasyarat dari elemen lainnya. Masing-masing mampu berdiri sendiri secara mandiri namun memiliki hubungan dalam peran antar elemen: Elemen Deskripsi Mengalami (Experiencing) Mengarahkan peserta didik untuk mendapatkan pengalaman secara langsung dengan; mengamati, mengumpulkan, dan merekam informasi visual dari kehidupan sehari-hari sebagai sumber gagasan dalam berkarya. Peserta didik mengeksplorasi dan bereksperimen dengan berbagai bahan, alat, dan prosedur dalam menciptakan sebuah karya seni rupa. Menciptakan (Making/Creating) Memotivasi peserta didik sebuah karya seni rupa. Merefleksikan (Reflecting) Peserta didik mengevaluasi perkembangan diri, mampu menjelaskan, memberi komentar, dan umpan balik secara kritis atas karya pribadi maupun karya orang lain dengan mempresentasikannya secara runut, terperinci dan menggunakan kosa kata yang tepat. untuk menciptakan Berpikir dan Bekerja Peserta didik menggunakan berbagai sudut Artistik (Thinking and pandang, pengetahuan dan keterampilan artistik dalam menciptakan sebuah peluang, menjawab Working Artistically) tantangan dan menyelesaikan permasalahan kehidupan sehari-hari. Peserta didik memiliki kebebasan dalam mengeksplorasi dan bereksperimen dengan alat, bahan dan prosedur sehingga menemukan cara mereka sendiri dalam mengembangkan gagasannya. Berdampak (Impacting) Pembelajaran dan karya seni rupa peserta didik diharapkan memiliki dampak positif pada dirinya, lingkungan dan masyarakat serta dapat dipertanggungjawabkan. D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Seni Rupa setiap Fase 1. Fase A (Kelas I dan II SD/MI/Program Paket A) Di akhir fase A, peserta didik mampu mengamati, mengenal, merekam, merespon dan mengekspresikan pengalaman kesehariannya secara visual dalam karya 2 atau 3 dimensi dengan menggunakan bentuk-bentuk dasar geometris yang menunjukkan konsep bentuk yang jelas. 290 Fase A Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Mengalami (Experiencing) Pada akhir fase A, peserta didik mampu mengamati elemen-elemen rupa di lingkungan kesehariannya dan menuangkan pengalaman kesehariannya secara visual dengan menggunakan bentuk-bentuk dasar geometris. Peserta didik mengeksplorasi alat dan bahan dasar dalam berkarya seperti kertas, alat menggambar, mewarnai, membentuk, memotong, dan merekat. Menciptakan (Making/Creating) Pada akhir fase A, peserta didik mampu menciptakan karya dengan mengeksplorasi dan menggunakan elemen seni rupa berupa garis, bentuk dan warna. Merefleksikan (Reflecting) Pada akhir fase A, peserta didik mampu mengenali dan menceritakan fokus dari karya yang diciptakan atau dilihatnya (dari teman sekelas karya seni dari orang lain) serta pengalaman dan perasaannya mengenai karya tersebut. Berpikir dan Bekerja Pada akhir fase A, peserta didik mampu Artistik (Thinking and mengenali dan membiasakan diri dengan Working Artistically) berbagai prosedur dasar sederhana untuk berkarya dengan aneka pilihan media yang tersedia di sekitar. Peserta didik mengetahui dan memahami keutamaan faktor keselamatan dalam bekerja. Berdampak (Impacting) Pada akhir fase A, peserta didik mampu menciptakan karya sendiri yang sesuai dengan perasaan atau minatnya. 2. Fase B (Kelas III dan IV SD/MI/Program Paket A) Di akhir fase B, peserta didik mampu menuangkan pengalamannya secara visual sebagai ungkapan ekspresi kreatif dengan rinci walaupun hasilnya belum menunjukkan proporsi yang optimal. Diharapkan pada akhir fase ini, peserta didik mampu mengenal dan dapat menggunakan keterampilan atau pengetahuan dasar tentang unsur rupa garis, bentuk, tekstur, ruang, dan warna dengan bahan, alat, dan prosedur yang dipilih dalam menciptakan karya 2 dan 3 dimensi. Fase B Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Mengalami (Experiencing) Pada akhir fase B, peserta didik mampu mengamati, mengenal, merekam dan menuangkan pengalaman kesehariannya secara visual dengan menggunakan garis pijak 291 Elemen Capaian Pembelajaran dan proporsi walaupun masih berdasarkan penglihatan sendiri. Peserta didik mengenali dan dapat menggunakan alat, bahan dan prosedur dasar dalam menggambar, mewarnai, membentuk, memotong, dan merekat. Menciptakan (Making/Creating) Pada akhir fase B, peserta didik mampu menciptakan karya 2 atau 3 dimensi dengan mengeksplorasi dan menggunakan elemen seni rupa berupa garis, bentuk, tekstur, ruang dan warna. Merefleksikan (Reflecting) Pada akhir fase B, peserta didik mampu mengenali dan menceritakan fokus dari karya yang diciptakan atau dilihatnya (dari teman sekelas karya seni dari orang lain atau era atau budaya tertentu) serta pengalaman dan perasaannya mengenai karya tersebut. Berpikir dan Bekerja Pada akhir fase B, peserta didik mulai mulai Artistik (Thinking and terbiasa secara mandiri menggunakan berbagai prosedur dasar sederhana untuk berkarya Working Artistically) dengan aneka pilihan media yang tersedia di sekitar. Peserta didik mengetahui, memahami dan mulai konsisten mengutamakan faktor keselamatan dalam bekerja. Berdampak (Impacting) Pada akhir fase B, peserta didik mampu menciptakan karya sendiri yang sesuai dengan perasaan, minat atau konteks lingkungannya. 3. Fase C (Kelas V dan VI SD/MI/Program Paket A) Di akhir fase C, peserta didik mampu menuangkan pengalamannya secara visual sebagai ekspresi kreatif dengan rinci, ditandai penguasaan ruang dengan penggunaan garis horizon dalam karyanya. Diharapkan pada akhir fase ini, proses kreatif dan kegiatan apresiasi peserta didik telah mencerminkan penguasaan terhadap bahan, alat, dan prosedur yang mewakili perasaan dan empati peserta didik. Fase C Berdasarkan Elemen Elemen Mengalami (Experiencing) Capaian Pembelajaran Pada akhir fase C, peserta didik mampu mengamati, mengenal, merekam dan menuangkan pengalaman kesehariannya secara visual dengan menggunakan garis pijak dan proporsi. Peserta didik terbiasa menggunakan alat, bahan dan prosedur dasar yang tepat dalam menggambar, mewarnai, membentuk, memotong, dan merekat. 292 Elemen Capaian Pembelajaran Menciptakan (Making/Creating) Pada akhir fase C, peserta didik mampu menciptakan karya 2 atau 3 dimensi dengan mengeksplorasi, menggunakan dan menggabungkan elemen seni rupa berupa garis, bentuk, tekstur dan ruang. Peserta didik mulai menggunakan garis horizon dalam karya 2 dimensi. Selain itu, peserta didik mulai menerapkan keseimbangan dan irama/ritme dalam warna, garis atau bentuk dalam karyanya. Merefleksikan (Reflecting) Pada akhir fase C, peserta didik mampu mengenali dan menceritakan fokus dari karya yang diciptakan atau dilihatnya (dari teman sekelas karya seni dari orang lain atau era atau budaya tertentu) serta pengalaman dan perasaannya mengenai karya tersebut. Berpikir dan Bekerja Artistik (Thinking and Working Artistically) Pada akhir fase C, peserta didik secara mandiri secara mandiri menggunakan berbagai prosedur dasar sederhana untuk berkarya dengan aneka pilihan media yang tersedia di sekitar. Peserta didik mulai mengenal alternatif bahan, alat atau prosedur dasar dasar dalam menggambar, mewarnai, membentuk, memotong, dan merekat. Peserta didik mengetahui, memahami dan konsisten mengutamakan faktor keselamatan dalam bekerja. Berdampak (Impacting) Pada akhir fase C, peserta didik mampu menciptakan karya sendiri yang sesuai dengan perasaan, minat atau konteks lingkungannya. 4. Fase D (Kelas VII, VIII, dan IX SMP/MTs/Program Paket B) Di akhir fase D, peserta didik mampu menuangkan pengalamannya secara visual sebagai ekspresi kreatif dengan rinci, ditandai penguasaan ruang, proporsi dan gestur, baik secara mandiri dan/atau berkelompok. Diharapkan pada akhir fase ini, proses kreatif dan kegiatan apresiasi peserta didik telah mencerminkan penguasaan terhadap bahan, alat, teknik, teknologi dan prosedur yang mewakili perasaan dan empati peserta didik. Selain itu, peserta didik juga dapat menyampaikan pesan lisan atau tertulis tentang karya seni rupa berdasarkan pada pengamatannya terhadap karya seni rupa tersebut. Fase D Berdasarkan Elemen Elemen Mengalami (Experiencing) Capaian Pembelajaran Pada akhir fase D, peserta didik mampu mengamati, mengenal, merekam dan 293 Elemen Capaian Pembelajaran menuangkan pengalaman dan pengamatannya terhadap lingkungan, perasaan atau empatinya secara visual dengan menggunakan proporsi, gestur dan ruang. Peserta didik terbiasa menggunakan alat, bahan dan prosedur dasar yang tepat dalam menggambar, mewarnai, membentuk, memotong, dan merekat. Menciptakan (Making/Creating) Pada akhir fase D, peserta didik mampu menciptakan karya seni dengan menggunakan dan menggabungkan pengetahuan elemen seni rupa atau prinsip desain dan keterampilan yang telah dipelajari sebelumnya, dalam konteks ekspresi pribadi atau sesuai topik tertentu. Merefleksikan (Reflecting) Pada akhir fase D, peserta didik mampu mengevaluasi dan menganalisa efektivitas pesan dan penggunaan medium sebuah karya pribadi maupun orang lain, serta menggunakan informasi tersebut untuk merencanakan langkah pembelajaran selanjutnya. Berpikir dan Bekerja Artistik (Thinking and Working Artistically) Pada akhir fase D, peserta didik mampu berkarya dan mengapresiasi berdasarkan perasaan, empati dan penilaian pada karya seni secara ekspresif, produktif, inventif dan inovatif. Peserta didik mampu menggunakan kreativitasnya, mengajukan pertanyaan yang bermakna dan mengembangkan gagasan untuk memecahkan masalah, menjawab tantangan dan peluang yang ada di lingkungan sekitarnya. Peserta didik mampu melihat hubungan dengan bidang keilmuan lainnya. Peserta didik mampu mencari alternatif alat, dan bahan untuk membuat karya, berdasarkan ketersediaan sumber daya di sekitarnya Berdampak(Impacting) Pada akhir fase D, peserta didik mampu membuat karya sendiri atas dasar perasaan, minat, dan sesuai akar budaya sehari-hari. 5. Fase E (Kelas X SMA/MA/Program Paket C) Di akhir fase E, peserta didik diharapkan memiliki nalar kritis, menghasilkan atau mengembangkan gagasan dalam proses kreatif dalam merespon lingkungannya secara mandiri dan/atau berkelompok. Dalam proses kreatif tersebut, peserta didik telah memahami ruang, proporsi, gesture dan menentukan bahan, alat, teknik, teknologi dan prosedur yang sesuai dengan tujuan karyanya. Selain itu, peserta didik juga dapat menyampaikan pesan dan gagasan secara lisan dan/atau tertulis tentang karya 294 seni rupa berdasarkan pada pengamatan dan pengalamannya, secara efektif, runut, terperinci dan menggunakan kosa kata seni rupa yang tepat. Fase E Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Mengalami (Experiencing) Pada akhir fase E, peserta didik mampu mengamati, mengenal, merekam dan menuangkan pengalaman dan pengamatannya terhadap lingkungan, perasaan, empati atau penilaiannya secara visual dengan menggunakan proporsi, gestur, ruang yang rinci. Karya peserta didik mencerminkan penguasaan terhadap bahan, alat, teknik, teknologi dan prosedur yang dipilihnya (sesuai minat dan kemampuannya). Menciptakan (Making/Creating) Pada akhir fase E, peserta didik mampu menciptakan karya seni yang menunjukkan pilihan keterampilan,medium dan pengetahuan elemen seni rupa atau prinsip desain tertentu yang sesuai dengan tujuan karyanya, dalam konteks ekspresi pribadi atau sesuai topik tertentu. Merefleksikan (Reflecting) Pada akhir fase E, peserta didik mampu secara kritis mengevaluasi dan menganalisa efektivitas pesan dan penggunaan medium sebuah karya, pribadi maupun orang lain serta menggunakan informasi tersebut untuk merencanakan langkah pembelajaran selanjutnya. Berpikir dan Bekerja Artistik (Thinking and Working Artistically) Pada akhir fase E, peserta didik mampu berkarya dan mengapresiasi berdasarkan perasaan, empati dan penilaian pada karya seni secara ekspresif, produktif, inventif dan inovatif. Peserta didik mampu menggunakan kreativitasnya, mengajukan pertanyaan yang bermakna dan mengembangkan gagasan dan menggunakan berbagai sudut pandang untuk mendapatkan gagasan, menciptakan peluang, menjawab tantangan dan menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Peserta didik juga mampu bekerja secara mandiri, bergotong royong maupun berkolaborasi dengan bidang keilmuan lain atau masyarakat di lingkungan sekitar. Berdampak (Impacting) Pada akhir fase E, peserta didik mampu membuat karya sendiri atas dasar perasaan, minat, nalar dan sesuai akar budaya pada masyarakatnya. 6. Fase F (Kelas XI dan XII SMA/MA/Program Paket C) Di akhir fase F, peserta didik diharapkan memiliki nalar kritis, menghasilkan atau mengembangkan gagasan dalam proses kreatif 295 dalam merespon keterkaitan diri dan lingkungannya secara mandiri dan/atau berkelompok. Dalam proses kreatif tersebut, peserta didik sudah dapat menentukan bahan, alat, teknik, teknologi dan prosedur yang sesuai dengan tujuan karyanya. Peserta didik juga diharapkan sudah dapat bekerja secara produktif, inventif atau inovatif baik secara mandiri maupun berkelompok. Selain itu, diharapkan peserta didik mampu melihat hubungan interdisipliner antara seni rupa dengan bidang keilmuan lain atau masyarakat dan berkolaborasi dengan bidang keilmuan lain atau masyarakat. Peserta didik juga dapat menyampaikan pesan dan gagasan secara lisan dan/atau tertulis tentang karya seni rupa berdasarkan pada pengamatan dan pengalamannya, secara efektif, runut, terperinci dan menggunakan kosa kata seni rupa yang tepat. Fase F Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Mengalami (Experiencing) Pada akhir fase F, peserta didik mampu mengamati, mengenal, merekam dan menuangkan pengalaman dan pengamatannya terhadap keterlibatan seni rupa dalam kehidupan sehari -hari secara visual dengan menggunakan proporsi, gestur, ruang yang rinci. Peserta didik bereksperimen dengan bahan, alat, teknik, teknologi dan prosedur yang dipilihnya (sesuai minat, kemampuan dan ketersediaan di daerahnya). Menciptakan (Making/Creating) Pada akhir fase F, peserta didik mampu menciptakan karya seni yang menunjukkan penguasaan atas pilihan keterampilan, medium, pengetahuan elemen seni rupa atau prinsip desain tertentu yang sesuai dengan tujuan karyanya, dalam konteks ekspresi pribadi atau sesuai topik tertentu. Merefleksikan (Reflecting) Pada akhir fase F, peserta didik mampu secara kritis dan mendalam mengevaluasi dan menganalisa efektivitas dampak karya pribadi maupun orang lain serta menggunakan informasi tersebut untuk merencanakan langkah pembelajaran selanjutnya. Berpikir dan Bekerja Artistik (Thinking and Working Artistically) Pada akhir fase F, peserta didik mampu berkarya dan mengapresiasi berdasarkan perasaan, empati dan penilaian pada karya seni secara ekspresif, produktif, inventif dan inovatif. Peserta didik mampu menggunakan kreativitasnya, mengajukan pertanyaan yang bermakna dan mengembangkan gagasan dan menggunakan berbagai sudut pandang untuk 296 Elemen Capaian Pembelajaran mendapatkan gagasan, menciptakan peluang, menjawab tantangan dan menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Peserta didik juga mampu bekerja secara mandiri, bergotong royong maupun berkolaborasi dengan bidang keilmuan lain atau masyarakat di lingkungan sekitar. Berdampak (Impacting) Pada akhir fase F, peserta didik mampu membuat karya sendiri dengan mendeskripsikan konsep atas dasar perasaan, minat, nalar dan sesuai akar budaya dan perkembangannya yang ada di masyarakatnya. 297 XVIII.3. CAPAIAN PEMBELAJARAN SENI TARI A. Rasional Mata Pelajaran Seni Tari Seni merupakan respon, ekspresi, dan apresiasi manusia terhadap berbagai fenomena kehidupan, baik di dalam (diri) dan di luar (budaya, sejarah, alam, lingkungan) seseorang, yang diekspresikan melalui media (tari, musik, rupa, lakon/teater). Belajar dengan seni mengajak manusia untuk mengalami, merasakan, mengekspresikan keindahan, dan untuk berpikir serta bekerja secara artistik. Sedangkan belajar tentang seni membentuk manusia menjadi kreatif, memiliki apresiasi estetis, menghargai kebhinekaan global, dan sejahtera secara psikologis. Untuk belajar melalui seni berdampak pada kehidupan dan pembelajaran yang berkesinambungan. Oleh karenanya, pembelajaran seni dapat dilakukan melalui pendekatan belajar dengan seni, belajar tentang seni, dan belajar melalui seni. Seni tari dapat membantu peserta didik memiliki kepekaan sosial dan estetis, mengembangkan sensitivitas, multi kecerdasan, kreativitas, dan nilai nilai kehidupan, sehingga membentuk karakter serta kepribadian yang positif. Pembelajaran seni tari haruslah membentuk intradisipliner dari pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang digunakan untuk memperhatikan budaya dan konteks sosial melalui pengalaman mengalami, menciptakan, refleksi, berpikir bekerja artistik, dan berdampak sesuai elemen pada capaian pembelajaran seni. Kegiatan mengeksplorasi dan mengekspresikan diri dalam tari menggunakan tubuh sebagai media komunikasi dengan memperhatikan unsur keindahan sesuai norma yang berlaku di masyarakat setempat. Seni tari juga memberikan kontribusi dalam perkembangan keterampilan abad ke-21 yang terkait dengan berpikir kritis, kreatif, komunikatif, dan kolaboratif untuk menjawab tantangan di era global yang mencerminkan profil pelajar pancasila. Profil Pelajar Pancasila meliputi 1) beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia; 2) mandiri; 3) bernalar kritis; 4) kreatif; 5) gotong royong; dan 6) berkebhinekaan global. Berdasarkan profil pelajar pancasila tersebut, harapannya peserta didik dapat memahami dirinya sendiri melalui proses kreatif sesuai dengan konteks budaya dalam mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan. 298 B. Tujuan Mata Pelajaran Seni Tari Seni tari bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan untuk: 1. meningkatkan multi kecerdasan, khususnya kinestetik sebagai ungkapan ekspresi, melalui gagasan, perasaan, kreativitas, dan imajinasi yang memiliki nilai estetis dan artistik, kehalusan budi sehingga dapat meningkatkan kemampuan mengontrol dan mengatur tubuh sebagai media untuk mengungkapkan gagasan dengan percaya diri; 2. mengolah tubuh untuk mengembangkan fleksibilitas, keseimbangan, dan kesadaran diri yang mengasah kreatifitas dan imajinasi untuk diungkapkan melalui gerak tari sebagai bentuk komunikasi yang memiliki keindahan dan artistik; 3. meningkatkan kepekaan rasa dan nilai estetis, seni, dan budaya tari dalam konteks masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang; 4. Memahami budaya Indonesia meliputi sejarah dan tari tradisi melalui berbagai sumber daya dan aktivitas seni yang bermakna sebagai pembentukan identitas diri dan bangsa dalam menghargai keberagaman serta pelestarian budaya seni tari Indonesia; 5. mengembangkan tari tradisi Indonesia dan menyebarluaskannya sebagai usaha menjalin interaksi sosial serta komunikasi antarbudaya dalam konteks global; dan 6. Menjawab tantangan perkembangan dan perubahan di abad ke-21. C. Karakteristik Mata Pelajaran Seni Tari Seni tari merupakan pembelajaran berbasis pada kecerdasan kinestetik dengan memperhatikan norma yang erat kaitannya dengan budaya dan pola pikir masyarakat setempat. Melalui seni tari, peserta didik dapat meningkatkan kreativitas dan apresiasi dalam berkarya seni dan dapat memaknai fenomena kehidupan yang diimplementasikan dalam keseharian. Dalam membelajarkan seni tari, dibutuhkan pendekatan berupa elemen-elemen yang saling berkaitan, yaitu mengalami, mencipta, dan refleksi yang bermuara pada berpikir dan bekerja artistik, sehingga berdampak bagi dirinya dan orang lain. Elemen ini merupakan siklus yang dapat dilihat pada skema berikut ini. 299 Gambar. 1 Skema Elemen Capaian Pembelajaran Seni Capaian pembelajaran seni tari diejawantahkan dan dideskripsikan sesuai dengan fase-fase yang telah ditetapkan. Tahapan dari setiap fase merupakan siklus bukan taksonomi, sehingga untuk lebih jelasnya dapat dijabarkan dalam kolom di bawah ini. Elemen Deskripsi Berpikir dan bekerja artistik (Thinking and working artistically) ● Merancang, menata, mencipta ulang, menghasilkan, dan menunjukkan ide tari secara artistik, baik secara individual maupun berkelompok yang diperoleh dari hasil berpikirnya sampai menemukan karakteristik gaya secara personal. ● Mengembangkan ide dengan memperhatikan unsur utama dan pendukung tari seperti musik, properti, tata rias, tata busana, panggung, dan juga merancang manajemen pertunjukannya. ● Mengeksplorasi dan menemukan sendiri bentuk karya yang bisa mengelaborasi aspek seni yang lain: seni-rupa, tari, drama, bahkan non-seni yang membangun dan bermanfaat untuk menanggapi setiap tantangan hidup dan kesempatan berkarya artistik. Mengalami (Experiencing) ● Mengamati, merasakan, menggali, dan membandingkan berbagai macam pertunjukkan tari dalam konteks sejarah dan budaya. ● Mendapatkan kesempatan untuk melihat seni pertunjukan tari dari berbagai sumber seperti pertunjukan langsung, koreografi dari rekan, dan rekaman. ● Memahami nilai dari pertunjukan tersebut 300 Elemen Deskripsi melalui latar belakang, fungsi, makna, simbol, dan nilai estetis dalam menciptakan karya. ● Mengembangkan kepercayaan diri dalam eksplorasi gerak tubuh melalui fleksibilitas, koordinasi tubuh, keseimbangan, dan kekuatan. Menciptakan (Creating) ● Mengidentifikasi, menemukenali, merangkai, membuat, dan menciptakan tari dengan menerapkan prinsip dan prosedur penciptaan tari. ● Meningkatkan kreativitas dalam mengekspresikan diri melalui gerak yang diciptakan dengan memperhatikan keorisinalitasan. Hal ini akan menumbuhkan motivasi berkreasi dalam diri yang berpengaruh terhadap penemuan-penemuan bentuk gerak tari yang inovatif. Merefleksikan (Reflecting) ● Mengemukakan, menghargai, mengukur, dan mengevaluasi hasil karya tari dengan mempertimbangkan ide-ide dan pengalaman. ● Berupaya menilai kekuatan atau kelemahan untuk mendukung dan mengembangkan kemampuan diri atau pribadinya. Berdampak (Impacting) ● Merespon dirinya atau keadaan di sekitar untuk dikomunikasikan dalam bentuk karya tari sehingga dapat mempengaruhi orang lain dan lingkungan sekitar. ● Memilih, menganalisa, dan menghasilkan karya tari dengan kesadaran untuk terus mengembangkan kepribadian dan karakter bagi diri sendiri, sesama, dan persatuan nusa bangsa. D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Seni Tari setiap Fase 1. Fase A (Umumnya untuk kelas I dan II SD/MI/Program Paket A) Pada akhir fase, peserta didik mampu mengemukakan pencapaian diri dalam mengenal unsur utama tari, gerak di tempat, dan gerak berpindah tempat, melalui pengamatan bentuk tari sebagai pengetahuan dasar dalam membuat gerak tari yang dipertunjukkan sesuai norma/perilaku dengan percaya diri sehingga dapat menumbuhkan rasa keingintahuan dan antusiasme. Fase A Berdasarkan Elemen Elemen Berpikir dan bekerja artistik (Thinking and working artistically) Capaian Pembelajaran Pada akhir fase ini, peserta didik mampu menunjukkan hasil gerak berdasarkan norma/perilaku yang sesuai dalam menari dengan keyakinan dan percaya diri saat 301 Elemen Capaian Pembelajaran mengekspresikan ide dan perasaan kepada penonton atau lingkungan sekitar. Mengalami (Experiencing) Pada akhir fase ini, peserta didik mampu mengamati bentuk tari sebagai media komunikasi serta mengembangkan kesadaran diri dalam mengeksplorasi unsur utama tari meliputi gerak, ruang, waktu, tenaga, serta gerak di tempat dan gerak berpindah. Menciptakan (Creating) Pada akhir fase ini, peserta didik mampu mengidentifikasi unsur utama tari (gerak, ruang, waktu, dan tenaga), gerak di tempat dan gerak berpindah untuk membuat gerak yang memiliki kesatuan gerak yang indah. Merefleksikan (Reflecting) Pada akhir fase ini, peserta didik mampu mengemukakan pencapaian diri secara lisan, tulisan, dan kinestetik. Berdampak (Impacting) Pada akhir fase ini, peserta didik mampu menumbuhkan keingintahuan, menunjukkan antusiasme saat proses pembelajaran tari yang berpengaruh pada kemampuan diri dalam menyelesaikan aktivitas pembelajaran tari. 2. Fase B (Umumnya untuk kelas III dan IV SD/MI/Program Paket A) Pada akhir fase, peserta didik mampu menilai hasil pencapaian diri dalam mengenal tari sebagai wujud ekspresi diri, melalui pengamatan bentuk penyajian tari berdasarkan latar belakang serta pengidentifikasian dalam menerapkan unsur utama tari, level, perubahan arah, sebagai bentuk ekspresi tari kelompok yang dapat menumbuhkan rasa cinta pada seni tari. Fase B Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Berpikir dan bekerja artistik (Thinking and working artistically) Pada akhir fase ini, peserta didik mampu menunjukkan hasil tari kelompok dengan bekerja secara kooperatif untuk mengembangkan kemampuan bekerja sama dan saling menghargai demi tercapainya tujuan bersama. Mengalami (Experiencing) Pada akhir fase ini, peserta didik mampu mengamati bentuk penyajian tari berdasarkan latar belakang serta mengeksplorasi unsur utama tari sesuai level, perubahan arah hadap, dan desain lantai. Menciptakan (Creating) Pada akhir fase ini, peserta didik mampu mengidentifikasi dan membuat gerak dengan unsur utama tari, level, dan perubahan arah hadap. 302 Elemen Capaian Pembelajaran Merefleksikan (Reflecting) Pada akhir fase ini, peserta didik mampu menilai pencapaian dirinya saat melakukan aktivitas pembelajaran tari. Berdampak (Impacting) Pada akhir fase ini, peserta didik mampu menumbuhkan rasa cinta pada seni tari yang berpengaruh pada kemampuan diri dalam menyelesaikan aktivitas pembelajaran tari. 3. Fase C (Umumnya untuk kelas V dan VI SD/MI/Program Paket A) Pada akhir fase, peserta didik mampu menghargai hasil pencapaian karya tari dengan mengenal ragam tari tradisi menggunakan unsur pendukung tari dan menerapkan desain kelompok pada pertunjukkan melalui pengamatan berbagai bentuk tari tradisi yang dapat dijadikan inspirasi untuk merespon fenomena di lingkungan sekitar dengan mempertimbangkan pendapat orang lain. Fase C Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Berpikir dan bekerja artistik (Thinking and working artistically) Pada akhir fase ini, peserta didik mampu menunjukkan hasil merangkai gerak tari menggunakan unsur pendukung tari dengan bekerja kooperatif dan berperan aktif dalam kelompok. Mengalami (Experiencing) Pada akhir fase ini, peserta didik mampu mengamati berbagai bentuk tari tradisi yang dapat digunakan untuk mengekspresikan diri melalui unsur pendukung tari. Menciptakan (Creating) Pada akhir fase ini, peserta didik mampu merangkai gerak tari yang berpijak pada tradisi dengan menerapkan desain kelompok. Merefleksikan (Reflecting) Pada akhir fase ini, peserta didik mampu menghargai hasil pencapaian karya tari dengan mempertimbangkan pendapat orang lain. Berdampak (Impacting) Pada akhir fase ini, peserta didik mampu merespon fenomena di lingkungan sekitar melalui tari yang dikomunikasikan kepada penonton atau masyarakat sekitar. 4. Fase D (Umumnya untuk kelas VII, VIII dan IX SMP/MTs/Program Paket B) Pada akhir fase, peserta didik mampu menilai hasil pencapaian karya tari dalam mengembangkan tari kreasi untuk membuat karya tari yang berpijak dari tari tradisi dengan menggali latar belakang tari tradisi berdasarkan jenis, fungsi, dan nilai sebagai inspirasi dalam membuat gerak tari kreasi yang mempertimbangkan unsur utama dan unsur pendukung tari sebagai wujud ekspresi untuk 303 mengajak orang lain atau penonton bangga terhadap warisan budaya Indonesia. Fase D Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Berpikir dan bekerja artistik (Thinking and working artistically) Pada akhir fase ini, peserta didik mampu menunjukkan hasil gerak tari kreasi berdasarkan nilai, jenis, dan fungsi dari tari tradisi dalam berbagai bentuk penyajian baik individu ataupun kelompok menggunakan unsur utama dan pendukung tari. Mengalami (Experiencing) Pada akhir fase ini, peserta didik mampu menggali latar belakang nilai, jenis, dan fungsi tari dalam konteks budaya. Menciptakan (Creating) Pada akhir fase ini, peserta didik mampu membuat gerak tari kreasi yang merefleksikan nilai, jenis, dan fungsi dari tari tradisi dengan mempertimbangkan unsur utama dan pendukung tari. Merefleksikan (Reflecting) Pada akhir fase ini, peserta didik mampu menilai hasil pencapaian karya tari dengan mempraktekkan tari tradisi berdasarkan nilai, jenis, dan fungsi. Berdampak (Impacting) Pada akhir fase ini, peserta didik mampu mengajak orang lain untuk mencintai dan merasa bangga atas warisan budaya Indonesia, khususnya tari tradisi melalui proses kreatif yang dilakukannya. 5. Fase E (Umumnya untuk kelas X SMA/MA/Program Paket C) Pada akhir fase, peserta didik mampu mengevaluasi hasil penciptaan karya tari dalam mengekspresikan diri dengan menciptakan karya tari yang berpijak dari tari tradisi berdasarkan makna dan simbol sebagai inspirasi saat membuat gerak tari kreasi secara individu ataupun kelompok sebagai wujud aktualisasi diri. Fase E Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Berpikir dan bekerja artistik (Thinking and working artistically) Pada akhir fase ini, peserta didik mampu menunjukkan hasil karya tari kreasi secara individu maupun berkelompok. Mengalami (Experiencing) Pada akhir fase ini, peserta didik mampu menggali makna dan simbol pada tari tradisi dan kreasi ke dalam bentuk karya seni pertunjukkan. Menciptakan (Creating) Pada akhir fase ini, peserta didik mampu mencipta karya tari kreasi berdasarkan makna 304 Elemen Capaian Pembelajaran dan simbol dari tari tradisi ke dalam bentuk karya seni pertunjukkan. Merefleksikan (Reflecting) Pada akhir fase ini, peserta didik mampu mengevaluasi hasil penciptaan karya tari dengan mengapresiasi makna dan simbol tari tradisi dan kreasi saat menciptakan ide-ide baru ke dalam karyanya. Berdampak (Impacting) Pada akhir fase ini, peserta didik mampu mengaktualisasikan diri melalui pertunjukan tari. 6. Fase F (Umumnya untuk kelas XI dan XII SMA/MA/Program Paket C) Pada akhir fase, peserta didik mampu mengevaluasi hasil penciptaan karya tari dalam mencipta karya seni dengan menggunakan prinsipprinsip manajemen produksi dan membandingkan berbagai macam pertunjukkan tari tradisi maupun kreasi berdasarkan makna, simbol, dan nilai estetis dari perspektif berbagai aspek seni yang dapat dijadikan inspirasi untuk menciptakan karya tari secara individu ataupun kelompok sebagai bentuk aktualisasi diri dalam mempengaruhi orang lain. Fase F Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Berpikir dan bekerja artistik (Thinking and working artistically) Pada akhir fase ini, peserta didik mampu menunjukkan hasil penciptaan tari kreasi secara individu ataupun kelompok dengan manajemen pertunjukan. Mengalami (Experiencing) Pada akhir fase ini, peserta didik mampu membandingkan berbagai macam pertunjukkan tari tradisi dan kreasi berdasarkan makna, simbol, dan nilai estetis dari perspektif berbagai aspek seni sesuai dengan pengalaman dan wawasan. Menciptakan (Creating) Pada akhir fase ini, peserta didik mampu menciptakan tari kreasi yang terinspirasi dari hasil membandingkan berbagai pertunjukkan tari tradisi dan kreasi berdasarkan makna, simbol, dan nilai estetis dari perspektif berbagai aspek seni. Merefleksikan (Reflecting) Pada akhir fase ini, peserta didik mampu mengevaluasi hasil penciptaan karya tari dengan mengapresiasi nilai estetis tari tradisi berdasarkan makna dan simbol. Berdampak (Impacting) Pada akhir fase ini, peserta didik mampu mengaktualisasikan diri dalam mempengaruhi orang lain untuk mengapresiasi pertunjukan tarinya. 305 XVIII.4. CAPAIAN PEMBELAJARAN SENI TEATER A. Rasional Mata Pelajaran Seni Teater Seni Teater merupakan ekspresi manusia terhadap berbagai fenomena melalui media yang lebih kompleks, dengan menggabungkan semua bidang seni, baik bidang seni tari, musik, akting, seni rupa, dan multimedia. Manusia memiliki sifat homo ludens (manusia bermain), sehingga sejak usia dini teater dapat diajarkan sebagai bentuk pengenalan, pemahaman, pengolahan, peniruan (mimesis) dan pengekspresian emosi melalui tubuhnya. Melalui bermain peran, seni teater dapat membantu peserta didik sejak dini untuk mengasah daya pikir (imajinasi dan bernalar kritis), mengenali dan mengembangkan potensi diri (mandiri) serta meningkatkan kepercayaan diri. Seni teater dapat menjawab potensi manusia sebagai homo socius (makhluk sosial). Seni teater dapat mengajarkan cara berkomunikasi baik secara verbal maupun non-verbal agar peserta didik dapat berinteraksi dan menyampaikan pesan dengan lebih baik dan menarik lagi dengan lingkungan sekitar. Hal ini dapat dipraktikkan dalam bentuk eksperimen pertunjukan di kelas, dalam kegiatan ini peserta didik dapat bekerja sama dalam permainan peran, menulis naskah, atau latihan repetisi dalam gladi bersih. Kerja teater adalah kerja ansambel, sehingga semua bidang adalah penting dan setiap orang memiliki peran untuk bersama mencapai tujuan bersama (gotong royong). Manusia sebagai makhluk yang mampu berinovasi (homo creator) dapat diarahkan untuk dapat melihat persoalan-persoalan di sekitarnya. Manusia dapat mencari lebih jauh permasalahan, dan menggunakan media seni teater untuk berkreasi dan berinovasi untuk mengulik, menyampaikan atau mencari alternatif jawaban terhadap persoalan tersebut (berpikir kritis, kreatif dan asas berkebhinekaan global). Untuk mengasah potensi homo creator, peserta didik dapat berperan serta dalam proses membuat dan mempersiapkan pertunjukan menurut kemampuan masing-masing. Seni teater dapat mengajarkan empati dan tanggung jawab kepada sesama, dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menggali dan mengeksplorasi potensi individu, kerja sama, dan unity menuju kreativitas estetis, 306 berdasarkan norma yang berlaku (beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa). Oleh karena itu, mata pelajaran Seni Teater dapat membentuk Profil Pelajar Pancasila dengan sikap beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, kritis (mengasah daya pikir, memahami persoalan di sekitarnya), mandiri (mengenali dan mengembangkan potensi diri), gotong royong (memahami kerja ansambel sehingga semua peserta didik memiliki peran untuk mencapai tujuan bersama), kreatif (mencari solusi terhadap berbagai persoalan yang dihadapi di lingkungan sekitarnya), dan memiliki sikap hormat dan toleransi pada kebhinekaan sebagai bagian dari masyarakat global. B. Tujuan Mata Pelajaran Seni Teater 1. Peserta didik mampu mengasah kepekaannya terhadap persoalan diri dan mampu mencari solusi, baik untuk diri sendiri, sesama, maupun dunia sekitarnya; serta mampu mengekspresikan diri secara kreatif dan inovatif melalui tubuh, ruang, waktu. 2. Peserta didik menguasai teknik, eksplorasi alat, bahan, teknologi, dan mampu memanfaatkannya sesuai dengan prosedur dan teknik, untuk dapat menjawab kesempatan dan tantangan dalam kehidupan sehari-hari. 3. Peserta didik membutuhkan imajinasi untuk tumbuh, berkreasi, berpikir, dan bermain. Teater adalah satu-satunya media paling sesuai untuk menjelajahi kemungkinan tidak terbatas dari proses imajinasi mereka pada sesuatu yang dapat mereka lakukan. 4. Peserta didik mampu mengembangkan diri dan mengomunikasikan gagasan, serta karya dengan lebih baik. Seni Teater dapat berdampak secara langsung maupun tidak langsung kepada perubahan cara pandang dan pembentukan kepribadian dan karakter peserta didik. C. Karakteristik Mata Pelajaran Seni Teater ● Memberikan ruang kreativitas bagi peserta didik untuk dapat mengenal, memahami, mengelola dan mengekspresikan emosi melalui tubuh, suara, dan pikiran dengan berbagai media seni dan budaya. ● Memiliki kemampuan untuk menghargai keindahan, kemanusiaan, empati, dan toleransi melalui proses penciptaan karya seni teater; 307 ● Menghargai, melestarikan dan mempererat ekosistem kesenian di Indonesia; menghargai keunikan dan kemajemukan ide, nilai, dan budaya melalui eksplorasi seni tari, pantomim, musik, akting, seni rupa, dan multimedia. ● Seni teater terkait erat dengan disiplin ilmu lainnya dan berbagai macam aspek kehidupan manusia (humaniora), seperti agama, psikologi, sosial, antropologi; budaya, sejarah, memberikan komunikasi, kontribusi politik penting dan dalam mengomunikasikan legenda, sejarah, budaya dan sosio-ekonomi bangsa. ● Melalui teater, peserta didik dibawa ke dalam cerita tentang karakter dari berbagai latar belakang yang bisa dibayangkan. Pertunjukan langsung menghargai semua mengajari karakterisasi peserta tokoh didik bagaimana dan bagaimana menghormati sudut pandang orang lain. Seni Teater mengajarkan manusia untuk bersikap kritis dan mampu memberi solusi untuk menyelesaikan masalah, sehingga melalui Seni Teater, peserta didik mampu memahami berbagai persoalan yang terjadi dalam diri dan lingkungannya. Pada praktik pengajarannya, Seni Teater menggunakan sejumlah elemen pendekatan sebagai berikut. Gambar 1. Skema Elemen Capaian Pembelajaran Seni 308 Elemen Deskripsi Berpikir dan Bekerja Secara Artistik (Thinking Artistically) Seni Teater memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengelaborasi elemen tata artistik panggung dan keaktoran dan proses penyatuan (unity) semua elemen tersebut ke dalam wujud karya atau produk yang dipresentasikan dalam sebuah pertunjukan. Melalui proses berpikir dan bekerja secara artistik, peserta didik akan menghasilkan, mengembangkan, menciptakan dan mengomunikasikan ide-ide kreatifnya untuk menggunakan alat, media dan teknologi. Berpikir dan bekerja secara artistik menghubungkan hasil proses mengalami, mencipta, dan merefleksi. Mengalami (Experiencing) Melalui pendidikan Seni Teater, peserta didik dapat memahami, mengalami, merasakan, merespon dan bereksperimen dengan ragam pengetahuan, gaya dan konsep Seni Teater. Kegiatan mengalami terjadi ketika peserta didik melakukan olah rasa, tubuh, suara, eksplorasi alat, media, atau mengumpulkan informasi melalui observasi dan interaksi dengan seniman untuk memperkaya wawasan dan pengalaman dalam berteater. Lebih lanjut melalui proses mengalami, memungkinkan peserta didik untuk melangkah ke posisi orang lain dan melihat bentuk lain dari sudut pandang mereka. Ini mengajarkan tentang empati dan relativitas budaya. Menciptakan (Making/Creating) Menciptakan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk dapat menampilkan gambaran dasar karya, yang merupakan penyatuan dari unsur artistik, alat, media, dan teknologi. Melalui pendidikan Seni Teater, peserta didik dapat belajar berkreasi dan mengekspresikan dirinya untuk menggali karakter/tokoh, membuat rangkaian cerita dengan tata artistik panggung, alat, media atau teknologi dalam wujud sebuah produk yang akan dipresentasikan dan dipentaskan. Proses ini dapat mempertajam daya imajinasi dalam penciptaan ragam karya teater, kepekaan terhadap berbagai situasi dan kondisi untuk mencari solusi dalam berkreasi, serta dapat mengembangkan keahlian berimprovisasi sesuai tujuan dan tugas peran yang diberikan. Merefleksikan (Reflecting) Seni teater mampu menggali pengalaman dan ingatan emosi melalui hasil pengamatan, membaca, apresiasi, dan kontak sosial individu dan kelompok. Pengalaman dan ingatan emosi selama atau sesudah proses berseni Teater merupakan pantulan kesadaran yang timbul untuk melakukan evaluasi dan perbaikan atas karya atau produk yang telah dihasilkan melalui proses berpikir dan bekerja secara artistik. Elemen merefleksikan dalam seni teater mencakup proses apresiasi, kritik dan saran atas karya diri sendiri atau orang lain. Terdapat proses berpikir kritis dan kreatif secara simultan. 309 Elemen Berdampak (Impacting) Deskripsi Seni Teater akan menimbulkan perubahan positif dan berjangka panjang kepada peserta didik. Perubahan ini mencakup cara berpikir, kemampuan dan sikap peserta didik, seperti lebih mandiri, percaya diri, berpikir kritis dan kreatif sehingga pada akhirnya bertujuan untuk menghargai perbedaan, sesuai dengan nilai-nilai Profil Pelajar Pancasila. Dampak ini akan jelas tercermin dalam proses mengalami, menciptakan, mengevaluasi dan presentasi hasil akhir karya peserta didik. D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Seni Teater setiap Fase 1. Fase A, (Umumnya untuk Kelas I dan II (SD/MI/MTs/Program Paket A) Pada akhir Fase A, peserta didik memahami elemen-elemen dasar acting melalui proses bermain seperti gerakan-gerakan sederhana, respon terhadap sumber bunyi dan suara, serta cerita atau kejadian sehari-hari dengan cara penyampaian melalui proses peniruan (mimesis). Melalui pengalaman ini, peserta didik mulai memperkaya diri dengan wawasan tentang mengenal diri sendiri, orang lain dan lingkungan melalui eksplorasi mimik, suara dan gerak tubuh. Pada akhir fase ini, peserta didik mulai mengenali secara sadar dan kemudian mengekspresikan ragam emosi, belajar berdisiplin dalam mengikuti instruksi permainan teater. Fase A Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Berpikir dan Bekerja Secara Artistik (Thinking Artistically) Bermain dengan tata artistik panggung dilakukan untuk mengenal bentuk dan fungsi tata artistik panggung dan memahami tata kerja ansambel dengan mengenalkan dan melatih cara bekerja sama dengan orang lain. Mengalami (Experiencing) Proses mengalami dilakukan dengan observasi dan konsentrasi dengan cara melihat dan mencatat kebiasaan diri sendiri; secara aplikasi dilakukan dengan olah tubuh dan vokal untuk mengenal fungsi gerak tubuh, melatih ekspresi wajah dan melakukan pernafasan. Menciptakan (Making/Creating) Menciptakan dilakukan melalui Imajinasi dengan cara memainkan dan menirukan tokoh; peserta didik pun dilatih untuk merancang pertunjukan dengan cara terlibat dalam sebuah pertunjukan dengan bimbingan. 310 Elemen Merefleksikan (Reflecting) Capaian Pembelajaran Refleksi dilakukan dengan metode menguatkan ingatan emosi melalui menggali suasana hati dari peristiwa yang dialami pemain dengan menyesuaikan peristiwa tokoh. Proses lain dilakukan dengan jalan apresiasi karya seni dalam menggali kelebihan dan kekurangan karya sendiri. Berdampak (Impacting) Proses belajar dan produk akhir mencerminkan Profil Pelajar Pancasila melalui menggali potensi diri (mandiri) dan kreatif. 2. Fase B, Umumnya untuk Kelas III dan IV (SD/MI/MTs/Program Paket A) Pada akhir Fase B, peserta didik telah mampu memahami berbagai teknik dasar akting (pemeranan) melalui proses meniru (mimesis), memahami gerak tubuh, suara/vokal secara lebih mendalam sesuai tokoh/peran. Selanjutnya, peserta didik mulai mengenal aneka peran yang berbeda dalam memproduksi pertunjukan, menyumbang gagasan dan hasil latihan bersama orang lain sebagai wujud dari kemampuan bekerja sama. Melalui pengalaman ini, peserta didik diharapkan mampu berkolaborasi untuk mencapai pertunjukan dengan mengenal peran dan fungsi masing-masing serta mampu mengendalikan emosi dalam berkolaborasi. Fase B Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Berpikir dan Bekerja Secara Artistik (Thinking Artistically) Bermain dengan tata artistik panggung dilakukan dalam proses bertahap secara mandiri, termasuk di dalamnya dapat menggunakan properti sesuai dengan fungsi tokoh yang diembannya. Proses kerja ansambel dilakukan dengan melatih inisiatif dalam merancang permainan atau cerita bersama (kooperatif). Mengalami (Experiencing) Proses observasi dan konsentrasi dengan cara melihat dan mencatat kebiasaan diri sendiri dan orang lain, serta melakukan latihan olah tubuh dan vokal, sehingga peserta didik mampu mengenal fungsi gerak tubuh, ekspresi wajah dan suara. Tingkat selanjutnya adalah memahami irama dalam membaca dialog pada sebuah cerita sesuai karakter. 311 Elemen Capaian Pembelajaran Menciptakan (Making/Creating) Cara menciptakan imajinasi adalah proses memainkan dan menirukan tokoh, dan menceritakan ulang kejadian/cerita yang diamati. Selain itu, dalam menciptakan imajinasi perlu dirancang pertunjukan dengan secara langsung terlibat dalam sebuah pertunjukan, dilakukan dengan bimbingan. Merefleksikan (Reflecting) Refleksi dilakukan dalam penggalian ingatan emosi sesuai suasana hati tokoh yang diperankan dengan mengambil peristiwa serupa pada ingatan masa lalu pemeran. Selain itu, proses refleksi dilakukan melalui apresiasi karya seni dengan menggali kelebihan dan kekurangan hasil karya sendiri. Berdampak (Impacting) Proses belajar dan produk akhir mencerminkan Profil Pelajar Pancasila secara kooperatif (gotong royong), mandiri dan kreatif. 3. Fase C, Umumnya untuk Kelas V dan VI (SD/MI/MTs/Program Paket A) Pada akhir Fase C, peserta didik memahami ragam teknik berteater sederhana; seperti akting (pemeranan) dan dinamika kelompok seperti improvisasi, atau elaborasi penokohan melalui aksi dan reaksi. Selanjutnya, peserta didik memahami adanya aturan dalam bermain teater dan kerja ansambel, gambaran susunan pertunjukan seperti alur cerita, latar dan tokoh dalam proses produksi pertunjukan sederhana. Pada fase ini, peserta didik dapat mulai diperkenalkan dengan tema cerita tradisi untuk memperkaya wawasan kebudayaan. Melalui pengalaman ini, peserta didik diharapkan mampu berkolaborasi dalam mencapai pertunjukan, belajar bertanggung jawab atas peran masing-masing, mampu memberi respon dan antisipasi untuk menguasai panggung, baik secara individual maupun kelompok. Fase C Berdasarkan Elemen Elemen Berpikir dan Bekerja Secara Artistik (Thinking Artistically) Capaian Pembelajaran Proses berpikir dan bermain dengan tata artistik panggung dilakukan dengan mengatur ulang tata artistik panggung dan memainkannya sesuai alur pertunjukan, sedangkan kerja ansambel dilakukan dengan cara latihan bertanggung jawab atas peran masing masing dalam pertunjukan. 312 Elemen Capaian Pembelajaran Mengalami (Experiencing) Olah tubuh dan vokal sebagai latihan dasar pemeranan harus dilakukan sebagai cara penguasaan respon melalui gerak tubuh dalam berinteraksi (aksi dan reaksi), Penguasaan membaca naskah dengan artikulasi vokal yang jelas, sesuai karakter dan situasi. Pencarian tokoh dilakukan dengan cara observasi dan konsentrasi melalui pengamatan dan mencatat kebiasaan orang lain di sekitar kita yang sesuai dengan tokoh yang diemban untuk membentuk karakter, mencatat dan merekam sampai pada proses gladi resik. Menciptakan (Making/Creating) Menciptakan tokoh dilakukan dengan cara imajinasi untuk memainkan dan menirukan tokoh, menyusun kembali cerita dan alur pertunjukan, menciptakan naskah orisinil sederhana (alur permulaan, klimaks dan akhir) dengan bimbingan. Secara umum, dalam merancang pertunjukan dilakukan dengan membuat desain pertunjukan dan menampilkan sebuah pertunjukan secara sederhana dengan sedikit bimbingan, dan terlibat atau tampil secara mandiri dalam pertunjukan. Merefleksikan (Reflecting) Penggalian ingatan emosi dengan mengingat peristiwa di masa lampau dari pribadi pemeran yang disesuaikan dengan kejadian dari tokoh sesuai subteks dalam naskah. Berikutnya adalah mencoba melakukan evaluasi dalam bentuk apresiasi karya seni dengan menggali kelebihan dan kekurangan karya sendiri dan karya orang lain serta mulai memberi saran perbaikan. Berdampak (Impacting) Proses belajar dan produk akhir mencerminkan Profil Pelajar Pancasila dengan improvisasi, atau elaborasi penokohan melalui aksi dan reaksi (kreatif) dan memperkaya wawasan kebudayaan (berkebhinekaan global), memahami adanya aturan dalam bermain teater dan kerja ansambel serta mampu berkolaborasi dalam mencapai pertunjukan (gotong royong). 4. Fase D, Umumnya untuk Kelas VII, VIII dan IX (SMP/MTs/Program Paket B) Pada akhir Fase D, peserta didik dapat memahami penggunaan sederhana seluruh elemen pertunjukan teater secara utuh (unity) termasuk di dalamnya teknik keaktoran, penyutradaraan dan memahami fungsi elemen artistik seperti kostum, properti, musik, dan tata panggung untuk menyampaikan cerita, terutama yang 313 berhubungan dengan tema- tema yang bersifat remaja atau faktual. Pada akhir fase ini, selanjutnya peserta didik telah diperkenalkan dengan ragam bentuk teknik dan genre teater seperti teater realis, teater komedi, atau teknik dramatic reading. Melalui pengalaman ini, peserta didik diharapkan mampu menyusun skema pertunjukan sederhana secara mandiri dan kemudian menuangkan ide dan gagasan ke dalam bentuk naskah dan desain sederhana pertunjukan. Peserta didik mampu mengaplikasikan proses peniruan tokoh atau karakter (mimesis) berdasar pada analisis karakter tokoh (fisik, psikologis dan sosiologis) agar mampu menafsir dan menjiwai peran tokoh secara akurat dan meyakinkan. Fase D Berdasarkan Elemen Elemen Berpikir dan Bekerja Secara Artistik (Thinking Artistically) Mengalami (Experiencing) Capaian Pembelajaran Proses dilakukan oleh peserta didik berpikir dan bermain dengan tata artistik panggung, mulai dari mengeksplorasi, merancang, dan memfungsikan tata artistik panggung. Konsep ini dilakukan dengan kerja ansambel untuk melatih peserta didik bertanggung jawab atas peran masing masing dalam pertunjukan. Latihan olah tubuh dan vokal merupakan dasar keaktoran yang dilakukan untuk penguasaan gerak tubuh agar mampu memainkan beragam karakter, kemudian penguasaan membaca dialog atau naskah dengan penekanan kuat pada ekspresi wajah, artikulasi dan intonasi. Proses mengalami dilakukan ketika observasi dan mulai fokus dalam konsentrasi dengan mencatat dan merekam tokoh dan perwatakannya berdasar analisis fisik, fisiologis dan sosiologis, mencatat dan merekam hasil investigasi dan riset teknik/genre teater, serta mencatat dan merekam proses gladi resik, Menciptakan (Making/Creating) Imajinasi adalah proses menciptakan biografi tokoh hasil analisis peran, sekaligus menyusun kembali cerita dan alur pertunjukan, dan menciptakan naskah orisinil (alur permulaan, klimaks dan akhir, tensi, emosi). Proses berikutnya adalah merancang pertunjukan yaitu dengan membuat konsep dan menampilkan sebuah pertunjukan sederhana dengan menggunakan panduan. Secara empirik peserta didik terlibat atau tampil secara mandiri dalam pertunjukan. Merefleksikan (Reflecting) Refleksi dalam tahap berikutnya adalah bagaimana peserta didik mampu menggali 314 Elemen Capaian Pembelajaran ingatan emosi dan latar belakang tokoh yang diembannya sekaligus memberikan pembelajaran agar persoalan-persoalan yang ada dalam lakon menginspirasi dalam kehidupan. Bentuk apresiasi karya seni dilakukan untuk menggali kelebihan dan kekurangan karya sendiri dan orang lain, proses ini pun dapat memberi saran perbaikan menggunakan terminologi teater sederhana. Berdampak (Impacting) Proses belajar dan produk akhir mencerminkan Profil Pelajar Pancasila dengan menyusun skema pertunjukan sederhana secara unity (mandiri) dan kemudian menuangkan ide dan gagasan ke dalam bentuk naskah dan desain sederhana pertunjukan, juga mengenal teknik dan genre teater (kreatif), memahami cerita sesuai dengan fakta di lingkungannya (kritis), dan mampu menjawab persoalan faktual dalam aturan negara dan agama (beriman dan taqwa pada Tuhan Yang Maha Esa. 5. Fase E, Umumnya untuk Kelas X (SMA/MA/Program Paket C) Pada akhir Fase E, peserta didik mampu bertindak sebagai penjelajah, dengan melakukan observasi, mengumpulkan data serta peristiwa sebagai dasar untuk membuat lakon yang berlatar pada persoalan kehidupan di sekitarnya. Peserta didik juga mampu memahami ragam teater ber-genre propaganda seperti perpaduan teater realis dan non-realis dalam bentuk teater gerak, teater politik, musikalisasi puisi, atau bereksperimen dengan proses penulisan struktur cerita dramatis yang lebih bervariasi melalui kegiatan improvisasi. Selanjutnya peserta didik memahami bagaimana tubuh, pikiran, suara, dan tata artistik serta teknologi berpadu dalam proses kreatif untuk membentuk pertunjukan berdasar riset dan cara kerja kolaborasi. Melalui pengalaman ini, peserta didik diharapkan mampu mengenali situasi lapangan yang dihadapi, menghadirkan solusi, serta berempati terhadap sesama dan lingkungannya. Fase E Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Berpikir dan Bekerja Secara Artistik (Thinking Artistically) Proses dilakukan oleh peserta didik berpikir dan bermain dengan tata artistik panggung, mulai dari mengeksplorasi, merancang, dan 315 Elemen Capaian Pembelajaran memproduksi, dan memainkan tata artistik panggung. Konsep ini dilakukan dengan kerja ansambel untuk melatih peserta didik bertanggung jawab atas peran masing masing dalam pertunjukan, baik secara artistik maupun non-artistik, untuk mengusung dan mensukseskan pertunjukan bersama. Mengalami (Experiencing) Latihan olah tubuh dan vokal merupakan dasar keaktoran yang dilakukan untuk penguasaan gerak tubuh agar mampu memainkan beragam karakter, kemudian penguasaan membaca dialog atau naskah dengan penekanan kuat pada ekspresi wajah, artikulasi dan intonasi. Eksplorasi bahasa tubuh, wajah, dan suara untuk menunjukkan kepekaan terhadap persoalan sosial, dan eksplorasi komunikasi non-verbal. Proses mengalami dilakukan ketika observasi dan mulai fokus pada konsentrasi dengan mencatat dan merekam: tokoh dan perwatakannya berdasar analisis fisik, fisiologis dan sosiologis, hasil investigasi dan riset teknik/ genre teater, serta mencatat dan merekam proses gladi resik. Menciptakan (Making/Creating) Imajinasi adalah proses menciptakan biografi tokoh hasil analisis peran, sekaligus menyusun kembali cerita dan alur pertunjukan, dan menciptakan naskah orisinil (alur permulaan, klimaks dan akhir, tensi, emosi). Proses merancang pertunjukan dimulai dengan membuat konsep dan menampilkan sebuah pertunjukan sederhana sesuai dengan panduan. Secara empirik peserta didik terlibat atau tampil secara mandiri dalam pertunjukan. Merefleksikan (Reflecting) Refleksi dalam tahap berikutnya adalah bagaimana peserta didik mampu menggali ingatan emosi dan latar belakang tokoh yang diembannya sekaligus memberikan pembelajaran agar persoalan-persoalan yang ada dalam lakon menginspirasi dalam kehidupan. Bentuk apresiasi karya seni dilakukan untuk menggali kelebihan dan kekurangan karya sendiri dan karya orang lain, proses ini pun dapat memberi saran perbaikan menggunakan terminologi teater sederhana serta memberikan argumentasi dengan pembuktian, serta mulai mengkritisi produksi seniman profesional sesuai dengan terminologi teater. Berdampak (Impacting) Proses belajar dan produk akhir mencerminkan Profil Pelajar Pancasila dengan observasi, pengumpulan data serta peristiwa sebagai dasar untuk membuat lakon (kritis, kreatif), menghadirkan solusi, serta berempati terhadap sesama dan lingkungan (mandiri dan berkebhinekaan global). 316 6. Fase F, Umumnya untuk Kelas XI dan XII (SMA/MA/Program Paket C) Pada akhir Fase F, peserta didik mampu merancang atau memproduksi teater orisinil dengan sentuhan baru berdasarkan tema remaja/isu kekinian atau, menganalisis dan mengevaluasi karya sendiri mengetahui dan karya bagaimana profesional kualitas yang estetik bertujuan digunakan untuk dalam menyampaikan maksud, ide-ide ekspresif, serta makna. Melalui proses kreatif, pada akhir fase, peserta didik mampu merancang atau memproduksi pertunjukan teater dengan variasi genre teater, tata artistik dan teknologi yang telah dipelajari. Melalui pengalaman ini, pada akhir Fase F, peserta didik diharapkan tidak hanya peka terhadap kondisi lingkungan yang dihadapi, tetapi juga mampu berpikir kritis dalam melihat dan menyampaikan sebuah karya, serta berpikir kreatif dalam memanfaatkan media, teknologi serta sumber daya yang tersedia di sekitarnya untuk menyampaikan pesan melalui Seni Teater. Fase F Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Berpikir dan Bekerja Secara Artistik (Thinking Artistically) Proses dilakukan oleh peserta didik berpikir dan bermain dengan tata artistik panggung, mulai dari mengeksplorasi, merancang, memproduksi, dan memainkan dan mengkritisi konsep tata artistik panggung. Konsep ini dilakukan dengan kerja ansambel untuk melatih peserta didik bertanggung jawab atas peran masing masing dalam pertunjukan, baik secara artistik maupun non-artistik, untuk mengusung dan mensukseskan pertunjukan bersama. Mengalami (Experiencing) Latihan olah tubuh dan vokal merupakan dasar keaktoran yang dilakukan untuk penguasaan gerak tubuh agar mampu memainkan beragam karakter, termasuk penguasaan membaca dialog atau naskah dengan penekanan kuat pada ekspresi wajah, artikulasi dan intonasi. Eksplorasi bahasa tubuh, wajah, dan suara dilakukan untuk menunjukkan kepekaan terhadap persoalan sosial, dan eksplorasi komunikasi non-verbal. Proses mengalami dilakukan ketika observasi dan fokus pada konsentrasi dengan mencatat dan merekam tokoh dan perwatakannya berdasar analisis fisik, fisiologis dan sosiologis, mencatat dan merekam hasil investigasi dan riset teknik/genre teater, mencatat dan merekam ragam ide penokohan, peristiwa dan bentuk lakon modern 317 Elemen Capaian Pembelajaran dengan melakukan analisis pertunjukan karya teman sebaya atau profesional, termasuk di dalamnya mencatat dan merekam proses gladi resik. Menciptakan (Making/Creating) Imajinasi adalah proses menciptakan penokohan baru (biografi tokoh hasil analisis peran), sekaligus menyusun kembali cerita dan alur pertunjukan, dan menciptakan naskah orisinil (alur permulaan, klimaks dan akhir, tensi, emosi) dengan mengkombinasikan ragam gaya/genre teater menjadi alur cerita berkonsep atau berbentuk baru. Proses berikutnya adalah merancang pertunjukan yaitu dengan membuat konsep dan menampilkan sebuah pertunjukan sederhana dengan menggunakan panduan. Secara empirik peserta didik terlibat atau tampil secara mandiri dalam merancang, dan mempresentasikan proposal pertunjukan orisinil atau adaptasi, sepenuhnya terlibat dalam manajemen produksi pertunjukan. Merefleksikan (Reflecting) Refleksi dalam tahap berikutnya adalah bagaimana peserta didik mampu menggali ingatan emosi dan latar belakang tokoh yang diembannya sekaligus memberikan pembelajaran agar persoalan-persoalan yang ada dalam lakon menginspirasi dalam kehidupan. Bentuk apresiasi karya seni dilakukan untuk menggali kelebihan dan kekurangan karya sendiri dan karya orang lain. Proses ini dapat memberi saran perbaikan dengan menggunakan terminologi teater sederhana serta memberikan argumentasi dengan pembuktian, serta mulai mengkritisi produksi seniman profesional dengan menggunakan terminologi teater. Berdampak (Impacting) Proses belajar dan produk akhir mencerminkan Profil Pelajar Pancasila dengan merancang atau memproduksi pertunjukan teater (kreatif), manajemen produksi pertunjukan (gotong royong), menganalisis dan mengevaluasi karya sendiri dan karya profesional (kritis, mandiri). 318 XVIII.5. CAPAIAN PEMBELAJARAN PRAKARYA-BUDI DAYA A. Rasional Mata Pelajaran Prakarya-Budi Daya Kehidupan manusia dalam bermasyarakat, sejak dahulu telah mengembangkan olah pikir dan olah rasa, untuk membantu menjalani kehidupan, memecahkan masalah, maupun menghasilkan produk budi daya yang dapat membantu meningkatkan kualitas hidup. Karya manusia sebagai produk budaya, terlihat dalam tiga ranah: fisik (material), sistem (langkah-langkah, metoda dan strategi memproduksi) dan ide (gagasan dan latar belakang memproduksi). Menyikapi perkembangan dan perubahan teknologi, budaya dan gaya hidup yang terjadi dengan cepat di dunia saat ini, maka dunia pendidikan di Indonesia mengantisipasi melalui penguatan keterampilan dan jiwa kewirausahaan peserta didik. Salah satu mata pelajaran yang mengembangkan keterampilan dan jiwa kewirausahaan adalah Prakarya, yang terdiri dari empat sub bidang keterampilan yaitu kerajinan, rekayasa, budi daya dan pengolahan. Prakarya-Budi daya mengembangkan keterampilan peserta didik melalui kepekaan terhadap lingkungan, ide dan kreativitas untuk bertahan hidup mandiri dan ekonomis. Seiring berkembangnya zaman, mental generasi muda perlu dibangun agar mampu mengatasi berbagai persoalan termasuk masalah lapangan pekerjaan. Indonesia memiliki potensi besar bagi pasar dunia industri, maka generasi muda perlu memiliki jiwa yang tangguh untuk berwirausaha, memahami strategi wirausaha, dan keberanian untuk terjun ke dalam dunia usaha. Kemampuan keterampilan kreatif Prakarya-Budi daya berpeluang mewujudkan jiwa kewirausahaan dimulai sejak pendidikan dasar hingga pendidikan menengah melatih kemampuan kepemimpinan (leadership), berinisiatif tinggi dan merespon kebutuhan sekitar, kerja sama (team work), serta berani mengambil resiko (risk-taking). Mata pelajaran Prakarya-Budi daya mengacu pada konsep hasta karya Ki Hajar Dewantara yaitu mengembangkan cipta, rasa, dan karsa dengan menghasilkan produk yang berdampak pada diri serta lingkungan menuju keseimbangan antara nature dan culture. Prakarya Budi daya mengembangkan kemampuan dan keterampilan peserta didik dengan mengintegrasikan, mengkorelasikan, dan mengkolaborasikan 319 berbagai pengetahuan dan disiplin ilmu berbasis STEAM (Sains/Science, Teknologi/technology, Teknik/Engineering, Seni/Art dan Matematika/ Mathematic) untuk menciptakan inovasi produk yang efektif dan efisien melalui pembelajaran kolaborasi dengan dunia kerja dan dunia pendidikan lanjut. Mata pelajaran Prakarya pada jenjang Sekolah Dasar (Fase A-C) diintegrasikan dengan tema atau mata pelajaran lainnya seperti Seni, Bahasa, Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial, atau mata pelajaran lain yang relevan. Kurikulum Prakarya Budi daya berorientasi mengembangkan kompetensi merencanakan dan menghasilkan produk budi daya yang aman berdampak individu maupun sosial. Proses perencanaan produk budi daya memperhatikan ekosistem. Kompetensi ini membutuhkan penguasaan ilmu pengetahuan alam (biologi, kimia, dan fisika), dan teknologi serta pendidikan kewirausahaan dan kecerdasan naturalis. Kompetensi pembelajaran terdiri dari kemampuan mengeksplorasi dan mengembangkan bahan, alat, teknik, dan sistem budi daya. Pengalaman pembelajaran diperoleh dari sekolah, keluarga dan masyarakat. Di samping itu, peserta didik dilatih kemampuan berpikir kreatif-inovatif, logis, sistematis dan global (komprehensif). Pengembangan materi pembelajaran bersifat kontekstual, yaitu menggali potensi kearifan lokal melalui apresiasi, perencanaan observasi, produksi. dan Proses eksplorasi produksi untuk budi membuat daya melalui eksperimentasi, dan modifikasi bahan, alat, teknik dan sistem produksi dengan memberi kesempatan merefleksi dan mengevaluasi. Akhirnya, melalui penguasaan ilmu dan pengetahuan alam, teknologi budi daya, budaya, ekonomi dengan semangat kewirausahaan diharapkan dapat terwujud Profil Pelajar Pancasila. B. Tujuan Mata Pelajaran Prakarya-Budi Daya Prakarya-Budi daya memiliki tujuan sebagai berikut: 1. menghasilkan produk budi daya yang aman melalui penguasaan eksplorasi bahan, alat, teknik dan sistem dengan mengembangkan, pengetahuan alam, dan teknologi budi daya berbasis kecerdasan naturalis; 2. mengapresiasi, mengevaluasi dan merefleksi produk budi daya teman sendiri maupun masyarakat sistematis ilmiah; dan 320 berdasarkan pendekatan 3. menumbuhkembangkan jiwa kewirausahaan melalui kepemimpinan, kerja sama dan berani mengambil risiko. C. Karakteristik Mata Pelajaran Prakarya - Budi Daya Kurikulum Prakarya-Budi daya menerapkan: (1) kurikulum progresif (progresive curriculum) yaitu kurikulum yang mengikuti perkembangan Ilmu, Pengetahuan, Teknologi, dan Seni (IPTEKS), sehingga materi, metode pembelajaran menyesuaikan dengan perkembangan teknologi budi daya; (2) kurikulum terpadu (integrated curriculum) yaitu mengkolaborasikan sesama aspek mata pelajaran Prakarya maupun mata pelajaran lainnya; (3) kurikulum korelatif (corralated curriculum) yaitu kurikulum yang memberikan kesempatan melaksanakan pembelajaran berbasis project based learning dengan sesama aspek Prakarya atau mata pelajaran lainnya untuk menghasilkan satu produk yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; (4) kurikulum mandiri (single subject curriculum) yaitu kurikulum yang dilaksanakan secara mandiri dapat menghasilkan karya yang berguna bagi mata pelajaran yang lain baik secara transfer of training, transfer of knowledge maupun transfer of value. Pembelajaran Prakarya Budi daya berorientasi mengembangkan kemampuan mengkonservasi dan memperbanyak sumber daya hayati secara berkelanjutan (sustainable). Peserta didik diberi kesempatan melakukan kegiatan eksplorasi, merencanakan produksi, evaluasi dan refleksi dengan memanfaatkan teknologi dan sumber daya. Melalui pembelajaran budi daya peserta didik dapat mengasah kecerdasan naturalis untuk memelihara dan/atau mengembangkan tanaman ataupun hewan secara berkelanjutan untuk mendapatkan hasil dan manfaat secara maksimal. Pembelajaran Prakarya Budi daya diharapkan terwujudnya Profil Pelajar Pancasila dan dihasilkannya peserta didik yang menguasai teknologi tepat guna melalui sikap analitis, logis, kreatif, inovatif, konstruktif, dan prediktif serta tanggap terhadap lingkungan dan perkembangan zaman. Lingkup materi Prakarya Budi daya mencakup pertanian (tanaman sayuran, tanaman pangan, tanaman hias, tanaman obat), perikanan (ikan konsumsi dan ikan hias, baik tawar maupun laut) dan peternakan (hewan peliharaan, unggas pedaging, unggas petelur, satwa harapan) yang diselenggarakan secara mandiri, sinergi, dan gradasi dengan 321 menyesuaikan memperhatikan kondisi daerah/lingkungan kelestarian dan ekosistem. masing-masing Pembelajaran serta secara mandiri artinya pembelajaran yang dilaksanakan sesuai minat dan kemampuan peserta didik dengan supervisi dari guru atau sekolah melalui pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) ataupun pembelajaran penemuan (Discovery Learning). Pembelajaran sinergi adalah model pembelajaran yang membuka kesempatan bagi peserta didik dan sekolah untuk bekerjasama dengan dunia usaha/dunia kerja yang ada di lingkungannya meliputi kegiatan kunjungan ataupun magang. Pembelajaran dilaksanakan secara gradasi yaitu dimulai sejak pendidikan dasar dengan orientasi pengembangan lifeskill dan homeskill serta berorientasi pada home industry untuk tingkat pendidikan menengah. Kurikulum Prakarya Budi daya berisi empat elemen kompetensi yaitu observasi dan eksplorasi; desain/perencanaan, produksi, serta refleksi dan evaluasi seperti berikut: Elemen Deskripsi Observasi dan Eksplorasi Elemen observasi dan eksplorasi adalah pengamatan dan penggalian (bahan, alat dan teknik) secara sistematis dan kontekstual untuk memperoleh peluang menciptakan produk. Desain/Perencanaan Elemen desain atau perencanaan adalah penyusunan atau pengembangan rencana produk (penciptaan, rekonstruksi, dan modifikasi) berdasarkan hasil observasi dan eksplorasi. Produksi Elemen Produksi adalah keterampilan pembuatan atau penciptaan produk setengah jadi dan/atau produk jadi yang kreatif dan atau inovatif melalui eksperimen dan penelitian yang menumbuhkan jiwa kewirausahaan. Refleksi dan Evaluasi Elemen refleksi dan evaluasi adalah kemampuan pengamatan, apresiasi, identifikasi, analisis, penilaian, dan pemberian saran perbaikan/pengembangan produk/kelayakan produk. Elemen pada mata pelajaran Prakarya Budi daya saling berkaitan dapat digambarkan sebagai berikut: 322 Bagan Pembelajaran Prakarya Budi daya D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Prakarya-Budi Daya setiap Fase 1. Fase A (Umumnya untuk kelas I dan II SD/MI/Program Paket A) Pada akhir Fase A (Kelas I dan II SD/MI/Program Paket A) peserta didik mampu mengamati dan menjelaskan karakteristik produk budi daya untuk kebutuhan sehari-hari dan memberikan tanggapan. Fase A Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Observasi dan Eksplorasi Peserta didik mampu mengamati dan menjelaskan karakteristik produk budi daya (warna, bentuk, ukuran) untuk kebutuhan sehari-hari dan menjelaskan secara lisan. Desain/Perencanaan Peserta didik merencanakan pemeliharaan dan/atau perawatan objek budi daya dengan bimbingan berdasarkan hasil pengamatan. Produksi Peserta didik mampu merawat dan atau memelihara objek budi daya yang aman untuk kebutuhan sehari-hari secara kerja sama dengan bimbingan sesuai perencanaan. Refleksi dan Evaluasi Peserta didik mampu memberikan tanggapan terhadap produk budi daya kebutuhan seharihari. 2. Fase B (Umumnya untuk kelas III dan IV SD/MI/Program Paket A) Pada akhir Fase B (Kelas III dan IV SD/MI/Program Paket A) peserta didik mampu menghasilkan produk budi daya untuk kebutuhan diri dan keluarga sesuai potensi lingkungan berdasarkan pengamatan bahan, alat, dan langkah-langkahnya, serta memberikan tanggapan. Fase B Berdasarkan Elemen 323 Elemen Capaian Pembelajaran Observasi dan Eksplorasi Peserta didik mampu mengamati produk budi daya di lingkungan sekitar dan menjelaskan bahan, alat, dan prosedur budi daya. Desain/Perencanaan Peserta didik mampu menentukan dan menyusun rencana kegiatan budi daya sesuai potensi lingkungan berdasarkan hasil pengamatannya. Produksi Peserta didik mampu menghasilkan produk budi daya yang aman untuk kebutuhan diri dan keluarga secara mandiri dan/atau kerja sama sesuai potensi lingkungan dan perencanaannya. Refleksi dan Evaluasi Peserta didik mampu mengapresiasi (menanggapi dan memberikan ulasan) produk budi daya untuk kebutuhan diri dan keluarga. 3. Fase C (Umumnya untuk kelas V dan VI SD/MI/Program Paket A) Pada akhir Fase C (Kelas V dan VI SD/MI/Program Paket A) peserta didik mampu menghasilkan produk budi daya sesuai potensi lingkungan dengan memodifikasi bahan dan alat. Pada fase ini, peserta didik mampu merefleksikan kelebihan dan kekurangan produk yang dihasilkan. Fase C Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Observasi dan Eksplorasi Peserta didik mampu mengamati dan mendeskripsikan produk budi daya berdasarkan modifikasi bahan dan alat yang sesuai potensi lingkungan/kearifan lokal. Desain/Perencanaan Peserta didik menentukan dan menyusun rencana kegiatan budi daya dengan memodifikasi bahan dan alat sesuai potensi lingkungan/kearifan lokal berdasarkan pengamatannya. Produksi Peserta didik mampu menghasilkan produk budi daya yang aman berdasarkan potensi lingkungan/kearifan lokal dengan modifikasi bahan dan alat secara mandiri dan/atau kerja sama sesuai perencanaannya. Refleksi dan Evaluasi Peserta didik mampu merefleksikan produk budi daya hasil modifikasi bahan dan alat sesuai potensi lingkungan/kearifan lokal 324 Elemen Capaian Pembelajaran berdasarkan produk. manfaat dan karakteristik 4. Fase D (Umumnya Kelas VII, VIII, dan IX SMP/MTs/Program Paket B) Pada akhir Fase D (Kelas VII, VIII dan IX SMP/MTs/Program Paket B) peserta didik mampu menghasilkan produk budi daya berdasarkan modifikasi bahan, alat, dan teknik sesuai potensi lingkungan/kearifan lokal untuk mengembangkan jiwa wirausaha. Pada fase ini, peserta didik mampu memberikan penilaian produk budi daya berdasarkan fungsi/nilai budaya/nilai ekonomis secara lisan dan tertulis. Fase D Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Observasi dan Eksplorasi Peserta didik mampu mengamati secara sistematis modifikasi bahan, alat dan teknik sesuai potensi lingkungan/kearifan lokal serta mendeskripsikan produk budi daya dari berbagai sumber. Desain/Perencanaan Peserta didik mampu menyusun rencana kegiatan budi daya dan menentukan kelayakan produksi berdasarkan modifikasi bahan, alat, teknik sesuai potensi lingkungan dan kearifan lokal berdasarkan hasil pengamatan. Produksi Peserta didik mampu menghasilkan produk budi daya yang aman secara bertanggung jawab berdasarkan potensi lingkungan/kearifan lokal dengan modifikasi bahan, alat, dan teknik, serta ditampilkan dalam pengemasan yang menarik sesuai perencanaan yang dibuatnya. Refleksi dan Evaluasi Peserta didik mampu memberi penilaian produk budi daya hasil sendiri atau orang lain berdasarkan modifikasi bahan, alat dan teknik yang bernilai ekonomis sesuai potensi lingkungan/kearifan lokal. 5. Fase E (Umumnya untuk kelas X SMA/MA/Program Paket C) Pada akhir Fase E (Kelas X SMA/MA/Program Paket C) peserta didik mampu mengembangkan produk budi daya berdasarkan analisis kebutuhan dan kelayakan pasar melalui eksplorasi bahan, alat dan 325 teknik, serta mempresentasikan secara lisan, tertulis, visual dan virtual. Pada fase ini, peserta didik mampu mengevaluasi dan memberikan saran produk budi daya berdasarkan dampak lingkungan/budaya/ teknologi tepat guna. Fase E Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Observasi dan Eksplorasi Peserta didik mampu mengeksplorasi bahan, alat, teknik, prosedur, dan sistem budi daya produk bernilai ekonomis dari berbagai sumber. Desain/Perencanaan Peserta didik mampu menyusun rencana pengembangan kegiatan budi daya berdasarkan analisis kebutuhan dan kelayakan pasar berdasarkan potensi lingkungan dan hasil eksplorasi. Produksi Peserta didik mampu mengembangkan produk budi daya yang aman berbasis usaha, serta menampilkan dalam bentuk pengemasan secara kreatif-inovatif dan dipromosikan melalui media visual maupun virtual berdasarkan perencanaannya. Refleksi dan Evaluasi Peserta didik mampu memberi penilaian dan saran pengembangan produk budi daya berdasarkan kajian mutu, teknologi budi daya dan ekonomi, serta dampak lingkungan/budaya. 6. Fase F (Umumnya Kelas XI dan XII SMA/MA/Program Paket C) Pada akhir Fase F (Kelas XI dan XII SMA/MA/Program Paket C) peserta didik mampu mengembangkan sistem produksi budi daya berdasarkan proposal rancangan usaha melalui analisis kebutuhan, kelayakan pasar, dan kajian ilmiah, serta mempresentasikan produk secara lisan dan tertulis pada media sosial, virtual, maupun visual. Pada fase ini, peserta didik mengevaluasi, memberikan kritik dan solusi pengembangan produk budi daya sesuai dengan nilai kewirausahaan/dampak lingkungan/teknologi tepat guna. Elemen Observasi dan Eksplorasi Capaian Pembelajaran Peserta didik mampu mengeksplorasi sistem produksi budi daya bernilai ekonomis dari berbagai sumber, berdasarkan analisis ekonomi, teknologi, ekosistem dan pemasaran. 326 Elemen Capaian Pembelajaran Desain/Perencanaan Peserta didik mampu mengembangkan sistem produksi budi daya dalam bentuk proposal usaha melalui analisis berdasarkan kajian ilmiah, teknologi, ekosistem dan analisis usaha sesuai potensi lingkungan/kearifan lokal dan hasil eksplorasi. Produksi Peserta didik mampu mengembangkan sistem produksi budi daya yang aman berbasis usaha berdasarkan proposal dan ditampilkan dalam bentuk pengemasan yang kreatif-inovatif serta bertanggung jawab mempromosikan secara visual dan virtual. Refleksi dan Evaluasi Peserta didik mampu memberikan penilaian, argumentasi dan rekomendasi pengembangan sistem produksi budi daya yang aman berdasarkan kajian mutu, teknologi budi daya dan ekonomi, serta dampak lingkungan/budaya. 327 XVIII.6. CAPAIAN PEMBELAJARAN PRAKARYA-KERAJINAN A. Rasional Mata Pelajaran Prakarya-Kerajinan Kehidupan manusia dalam bermasyarakat, sejak dahulu telah mengembangkan olah pikir dan olah rasa, untuk membantu menjalani kehidupan, memecahkan masalah, maupun menghasilkan produk yang dapat membantu meningkatkan kualitas hidup. Karya manusia sebagai produk budaya, terlihat dalam tiga ranah: fisik (material), sistem (langkah-langkah, metoda dan strategi memproduksi) dan Ide (gagasan dan latar belakang memproduksi). Menyikapi perkembangan dan perubahan teknologi, budaya dan gaya hidup yang terjadi dengan cepat di dunia saat ini, maka dunia pendidikan di Indonesia mengantisipasi melalui penguatan keterampilan dan jiwa kewirausahaan peserta didik. Salah satu mata pelajaran yang mengembangkan keterampilan dan jiwa kewirausahaan adalah Prakarya yang terdiri dari empat sub bidang keterampilan yaitu kerajinan, rekayasa, budi daya dan pengolahan. Prakarya Kerajinan melatih peserta didik menggunakan kepekaan terhadap lingkungan, ide dan kreativitas, serta keterampilan untuk bertahan hidup secara mandiri dan ekonomis. Seiring berkembangnya zaman, mental generasi muda perlu dibangun agar mampu mengatasi berbagai persoalan hidup termasuk masalah lapangan pekerjaan. Indonesia memiliki potensi besar bagi pasar dunia industri, maka generasi muda perlu memiliki jiwa yang tangguh untuk berwirausaha, memahami strategi wirausaha dan keberanian untuk terjun ke dalam dunia usaha. Kemampuan keterampilan kreatif Prakarya Kerajinan berpeluang untuk mewujudkan kewirausahaan dimulai sejak pendidikan dasar hingga pendidikan menengah melatih kemampuan kepemimpinan (leadership), berinisiatif tinggi dan merespon kebutuhan sekitar, kerja sama (team work), serta berani mengambil resiko (risktaking). Mata pelajaran Prakarya Kerajinan mengacu pada konsep hasta karya Ki Hajar Dewantara yaitu mengembangkan cipta, rasa, dan karsa dengan menciptakan produk kerajinan yang berdampak pada diri serta lingkungan menuju keseimbangan antara alam (nature) dan budaya (culture). Prakarya Kerajinan mengembangkan kemampuan dan keterampilan peserta didik dengan mengintegrasikan, mengkorelasikan 328 dan mengkolaborasikan berbagai pengetahuan dan disiplin ilmu diantaranya melalui Teknologi/technology, pendekatan STEAM Teknik/Engineering, (Sains/Science, Seni/Art dan Matematika/Mathematic) untuk menciptakan inovasi produk yang efektif dan efisien melalui pembelajaran kolaboratif dengan dunia kerja dan dunia pendidikan lanjut. Mata pelajaran Prakarya pada jenjang Sekolah Dasar (Fase A-C) diintegrasikan dengan tema atau mata pelajaran lainnya seperti Seni, Bahasa, Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial, atau mata pelajaran lain yang relevan. Kurikulum Prakarya Kerajinan mengembangkan kompetensi merancang dan menciptakan produk kerajinan yang berdampak individu maupun sosial secara kontekstual dan ergonomis. Kompetensi ini membutuhkan penguasaan ilmu dan pengetahuan: seni, desain, teknologi, budaya dan ekonomi serta kewirausahaan. Kompetensi pembelajaran terdiri dari menggali (exploration) mengembangkan bahan, alat, dan teknik berkarya serta memproduksi. Pengalaman pembelajaran diperoleh dari sekolah, keluarga dan masyarakat. Di samping itu peserta didik dilatih mampu berpikir kreatif-inovatif, logis, sistematis dan global (komprehensif). Pengembangan materi pembelajaran bersifat kontekstual yaitu menggali kearifan lokal melalui kemampuan apresiasi, observasi dan eksplorasi untuk membuat desain/perencanaan. Proses produksi kerajinan melalui eksperimentasi, modifikasi dan sentuhan akhir (finishing touch) produksi dengan memberi kesempatan merefleksi dan mengevaluasi. Akhirnya, melalui penguasaan ilmu dan pengetahuan: seni, desain, teknologi, budaya, ekonomi dengan semangat kewirausahaan diharapkan dapat terwujud Profil Pelajar Pancasila. B. Tujuan Mata Pelajaran Prakarya-Kerajinan Prakarya Kerajinan memiliki tujuan sebagai berikut: 1. merancang dan menghasilkan produk kerajinan yang kreatif melalui penguasaan menggali (exploration) bahan, alat, teknik, dan prosedur dengan mengembangkan pengetahuan seni, kerajinan, teknologi, desain, dan budaya, 2. mengapresiasi, mengevaluasi dan merefleksi karya diri, teman, dan perajin berdasarkan pendekatan sistematis ilmiah, 3. menumbuhkembangkan jiwa kewirausahaan kepemimpinan, kerja sama dan berani mengambil resiko. 329 melalui C. Karakteristik Mata Pelajaran Prakarya-Kerajinan Kurikulum Prakarya Kerajinan menerapkan: (1) kurikulum progresif (progressive curriculum) yaitu kurikulum yang mengikuti perkembangan Ilmu, Pengetahuan, Teknologi, dan Seni (IPTEKS), sehingga materi dan metode pembelajaran menyesuaikan terhadap perkembangan teknologi yang ada; (2) kurikulum terpadu (integrated curriculum) yaitu mengkolaborasikan dengan sesama aspek mata pelajaran Prakarya maupun mata pelajaran lainnya; (3) kurikulum korelatif (corralated curriculum) yaitu kurikulum yang memberikan kesempatan melaksanakan pembelajaran berbasis project based learning dengan sesama aspek Prakarya atau mata pelajaran lainnya untuk menghasilkan satu karya yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; (4) kurikulum mandiri (single subject curriculum) yaitu kurikulum yang dilaksanakan secara mandiri dapat menghasilkan karya yang berguna bagi mata pelajaran yang lain baik secara transfer of training, transfer of knowledge maupun transfer of value. Pembelajaran Prakarya Kerajinan berorientasi pada pengembangan kemampuan mengeksplorasi bahan, alat, teknik, dan prosedur untuk membuat produk kerajinan kebutuhan sehari-hari dan produk komersial berbasis kewirausahaan. Materi pembelajaran Prakarya Kerajinan dapat menggali potensi daerah/lokal dengan memperhatikan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle) sebagai upaya pelestarian budaya dan ekosistem dalam mewujudkan benda fungsional yang bernilai estetis, ekonomis, dan ergonomis. Pembelajaran Prakarya Kerajinan diharapkan terwujudnya Profil Pelajar Pancasila dan dihasilkannya peserta didik yang menguasai teknologi tepat guna melalui sikap analitis, logis, kreatif, inovatif, konstruktif, dan prediktif serta tanggap terhadap lingkungan dan perkembangan zaman. Lingkup materi Prakarya Kerajinan adalah pembuatan produk dengan memanfaatkan bahan (alam, buatan, limbah organik dan anorganik, lunak, keras, tekstil, artefak, dan objek budaya), alat (peralatan khas sesuai teknik), teknik (teknik potong, sambung, tempel, ukir, anyam, batik, butsir, cukil, sulam, tenun, dan lainnya) dan prosedur serta mengembangkan display produk untuk pameran dan kemasan (packaging) sesuai kondisi daerah/lingkungan masing-masing, potensi lokal, nusantara hingga mancanegara. Pembelajaran Prakarya Kerajinan dilakukan juga secara mandiri, sinergi, dan gradasi. Pembelajaran 330 secara mandiri artinya pembelajaran yang dilaksanakan sesuai minat dan kemampuan peserta didik dengan supervisi dari guru atau sekolah melalui pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) ataupun pembelajaran penemuan (Discovery Learning). Pembelajaran sinergi adalah model pembelajaran yang membuka kesempatan bagi peserta didik dan sekolah untuk bekerjasama dengan dunia usaha/dunia kerja yang ada di lingkungannya meliputi kegiatan kunjungan ataupun magang. Pembelajaran dilaksanakan secara gradasi yaitu dimulai sejak pendidikan dasar dengan orientasi pengembangan lifeskill dan homeskill serta berorientasi pada home industry untuk tingkat pendidikan menengah. Kurikulum Prakarya Kerajinan berisi empat elemen kompetensi yaitu observasi dan eksplorasi, desain/perancangan, produksi, serta refleksi dan evaluasi seperti berikut: Elemen Deskripsi Observasi dan Eksplorasi Elemen observasi dan eksplorasi adalah pengamatan dan penggalian (bahan, alat dan teknik) secara sistematis dan kontekstual untuk memperoleh peluang menciptakan produk. Desain/Perencanaan Elemen desain atau perencanaan adalah penyusunan atau pengembangan rencana produk (penciptaan, rekonstruksi, dan modifikasi) berdasarkan hasil observasi dan eksplorasi. Produksi Elemen Produksi adalah keterampilan pembuatan atau penciptaan produk setengah jadi dan/atau produk jadi yang kreatif dan atau inovatif melalui eksperimen dan penelitian yang menumbuhkan jiwa kewirausahaan. Refleksi dan Evaluasi Elemen refleksi dan evaluasi adalah kemampuan pengamatan, apresiasi, identifikasi, analisis, penilaian, dan pemberian saran perbaikan/pengembangan produk/kelayakan produk. 331 Elemen pada mata pelajaran Prakarya Kerajinan saling berkaitan dapat digambarkan sebagai berikut: Bagan Pembelajaran Prakarya Kerajinan D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Prakarya-Kerajinan Setiap Fase 1. Fase A (Umumnya untuk kelas I dan II SD/MI/Program Paket A) Pada akhir Fase A (Kelas I dan II SD/MI/Program Paket A) peserta didik mampu membuat produk kerajinan kebutuhan sehari-hari berdasarkan karakteristik bahan, produk, dan memberikan tanggapan. Fase A Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Observasi dan Eksplorasi Peserta didik mampu mengamati dan menjelaskan bentuk, warna, tekstur, dan fungsi produk kerajinan untuk kebutuhan sehari-hari. Desain/Perencanaan Peserta didik mampu menyusun rencana pembuatan produk kerajinan kebutuhan sehari-hari dengan bimbingan. Produksi Peserta didik mampu membuat produk kerajinan untuk kebutuhan sehari-hari secara mandiri maupun bekerjasama dengan bimbingan sesuai dengan perencanaan. Refleksi dan Evaluasi Peserta didik mampu memberikan tanggapan terhadap produk kerajinan kebutuhan seharihari. 332 2. Fase B (Umumnya untuk kelas III dan IV SD/MI/Program Paket A) Pada akhir Fase B (Kelas III dan IV SD) peserta didik mampu membuat produk kerajinan sesuai potensi lingkungan dan menjelaskan bahan, alat dan langkah-langkahnya. Fase B Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Observasi dan Eksplorasi Peserta didik mampu mengamati dan menjelaskan karakteristik bentuk, warna, tekstur, fungsi produk dan prosedur kerajinan sesuai potensi pembuatan lingkungan. Desain/Perencanaan Peserta didik mampu merancang kerajinan sesuai potensi lingkungan. Produksi Peserta didik mampu membuat produk kerajinan sesuai potensi lingkungan berdasarkan hasil rancangannya secara mandiri dan/atau kerja sama. Refleksi dan Evaluasi Peserta didik mampu menanggapi dan memberikan ulasan hasil pembuatan produk kerajinan sesuai potensi lingkungan. produk 3. Fase C (Umumnya untuk kelas V dan VI SD/MI/Program Paket A) Pada akhir Fase C (Kelas V dan VI SD) peserta didik mampu menciptakan produk sesuai potensi lingkungan/kearifan lokal dengan memodifikasi bahan, alat atau teknik, dan merefleksikan kelebihan atau kekurangan pada produk. Fase C Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Observasi dan Eksplorasi Peserta didik mampu mengamati produk kerajinan hasil modifikasi yang sesuai potensi lingkungan/kearifan lokal dan mendeskripsikan bahan, alat, teknik serta prosedur pembuatan. Desain/Perencanaan Peserta didik mampu merancang produk kerajinan dengan memodifikasi bahan, alat dan teknik sesuai potensi lingkungan/kearifan lokal berdasarkan hasil pengamatannya. Produksi Peserta didik mampu membuat produk kerajinan kreatif berdasarkan potensi lingkungan/kearifan lokal dengan modifikasi 333 Elemen Capaian Pembelajaran bahan, alat atau teknik sesuai hasil desainnya secara mandiri dan/atau kerja sama. Refleksi dan Evaluasi Peserta didik mampu merefleksikan hasil pembuatan modifikasi produk kerajinan yang dibuatnya berdasarkan manfaat dan karakteristik produk sesuai potensi lingkungan/kearifan lokal. 4. Fase D (Umumnya untuk kelas VII, VIII, dan IX SMP/MTs/Program Paket B) Pada akhir Fase D (Kelas VII, VIII, dan IX SMP/MTs/Program Paket B) peserta didik mampu merancang dan memodifikasi desain produk kerajinan berdasarkan kajian ergonomis sesuai potensi lingkungan dan/atau kearifan lokal yang berbasis kewirausahaan. Pada fase ini, peserta didik mampu memberikan penilaian produk kerajinan berdasarkan fungsi/nilai budaya/nilai ekonomis secara tertulis dan lisan. Fase D Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Observasi dan Eksplorasi Peserta didik mampu mengeksplorasi bentuk, bahan, alat, teknik dan prosedur pembuatan produk kerajinan hasil modifikasi yang bernilai ekonomis serta karakteristik display/kemasan dari berbagai sumber. Desain/Perencanaan Peserta didik mampu merancang desain produk kerajinan melalui modifikasi bentuk, bahan, alat dan teknik berdasarkan kajian ergonomis dengan mempertimbangkan potensi lingkungan/kearifan lokal yang berbasis kewirausahaan. Produksi Peserta didik mampu membuat produk kerajinan modifikasi sesuai dengan rancangannya berdasarkan kajian ergonomis dan potensi lingkungan dan/atau kearifan lokal yang berbasis kewirausahaan serta menampilkan melalui display dan/atau kemasan yang menarik. Refleksi dan Evaluasi Peserta didik mampu memberi penilaian produk kerajinan modifikasi hasil rancangan sendiri atau orang lain yang bernilai ekonomis berdasarkan potensi lingkungan dan/atau kearifan lokal. 334 5. Fase E (Umumnya untuk kelas X SMA/MA/Program Paket C) Pada akhir Fase E (Kelas X SMA/MA/Program Paket C) peserta didik mampu membuat produk kerajinan nusantara berdasarkan desain. Pembuatan desain melalui analisis kebutuhan, kelayakan pasar, eksplorasi bentuk, bahan, alat dan teknik, serta mempresentasikan secara lisan, visual, dan grafis. Pada fase ini, peserta didik mampu mengevaluasi dan memberikan saran terhadap produk kerajinan berdasarkan dampak lingkungan, budaya atau teknologi tepat guna. Fase E Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Observasi dan Eksplorasi Peserta didik mampu mengeksplorasi desain produk kerajinan nusantara berdasarkan aspek ergonomis dan nilai ekonomis dari berbagai sumber. Desain/Perencanaan Peserta didik mampu membuat rancangan pengembangan produk kerajinan melalui modifikasi bentuk, bahan, alat dan teknik berdasarkan hasil eksplorasi, studi kelayakan pasar dan potensi sumber daya nusantara. Produksi Peserta didik mampu mengembangkan produk kerajinan nusantara berbasis kewirausahaan berdasarkan desain yang dibuat dan ditampilkan dengan display dan/atau kemasan yang menarik serta dipromosikan melalui berbagai media informasi dan komunikasi secara verbal maupun visual. Refleksi dan Evaluasi Peserta didik mampu memberi penilaian dan saran pengembangan produk kerajinan nusantara berdasarkan penggunaan teknologi tepat guna atau aspek ergonomis serta dampaknya terhadap lingkungan atau budaya secara lisan, visual, dan grafis. 6. Fase F (Umumnya untuk kelas XI dan XII SMA/MA/Program Paket C) Pada akhir Fase F (Kelas XI dan XII SMA/MA/Program Paket C) peserta didik mampu mengembangkan dan/atau menciptakan produk kerajinan nusantara dan/atau mancanegara yang memiliki nilai jual berdasarkan proposal. Penyusunan proposal melalui kajian ekosistem/kajian ilmiah/analisis kebutuhan/kelayakan pasar. Produk kerajinan tersebut dipresentasikan secara lisan, visual, dan grafis pada berbagai media informasi dan komunikasi secara verbal 335 maupun visual. Pada fase ini, peserta didik mampu mengevaluasi, memberikan kritik, saran, dan solusi terhadap pengembangan produk kerajinan berdasarkan nilai kewirausahaan/dampak lingkungan/teknologi produksinya. Fase F Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Observasi dan Eksplorasi Peserta didik mampu mengeksplorasi desain produk kerajinan nusantara dan mancanegara berdasarkan nilai ergonomis, ekonomis, teknik, prosedur, display atau kemasan dan aspek pemasaran dari berbagai sumber. Desain/Perencanaan Peserta didik mampu membuat rancangan produk kerajinan nusantara dan mancanegara sesuai proposal berdasarkan kajian teknologi produksi/ergonomi, studi kelayakan pasar serta potensi sumber daya yang tersedia. Produksi Peserta didik mampu mengembangkan produk kerajinan nusantara dan mancanegara berdasarkan proposal atau desain dan ditampilkan dalam bentuk display atau kemasan yang menarik serta dipromosikan melalui berbagai media informasi dan komunikasi secara verbal maupun visual. Refleksi dan Evaluasi Peserta didik mampu memberikan penilaian, argumentasi, dan rekomendasi produk kerajinan nusantara dan mancanegara berdasarkan kajian teknologi produksi/ergonomis dan dampaknya terhadap lingkungan/budaya secara lisan, visual, dan grafis. 336 XVIII.7. CAPAIAN PEMBELAJARAN PRAKARYA-PENGOLAHAN A. Rasional Mata Pelajaran Prakarya-Pengolahan Kehidupan manusia dalam bermasyarakat, sejak dahulu telah mengembangkan kemampuan olah pikir dan olah rasa, untuk membantu menjalani kehidupan, memecahkan masalah, maupun menghasilkan produk olahan yang dapat membantu meningkatkan kualitas hidup. Karya manusia sebagai produk budaya, terlihat dalam tiga ranah: fisik (material), sistem (langkah-langkah, metoda dan strategi memproduksi) dan ide (gagasan dan latar belakang memproduksi). Menyikapi perkembangan dan perubahan teknologi, budaya dan gaya hidup yang terjadi dengan cepat di dunia saat ini, maka dunia pendidikan di Indonesia mengantisipasi melalui penguatan keterampilan dan jiwa kewirausahaan peserta didik. Salah satu mata pelajaran yang mengembangkan keterampilan dan jiwa kewirausahaan adalah Prakarya, yang terdiri dari empat sub bidang keterampilan yaitu kerajinan, rekayasa, budidaya dan pengolahan. Prakarya Pengolahan mengembangkan keterampilan peserta didik melalui kepekaan terhadap lingkungan, ide dan kreativitas untuk bertahan hidup secara mandiri dan ekonomis. Seiring berkembangnya zaman, mental generasi muda perlu dibangun agar mampu mengatasi berbagai persoalan hidup termasuk masalah lapangan pekerjaan. Indonesia memiliki potensi besar bagi pasar dunia industri, maka generasi muda perlu memiliki jiwa yang tangguh untuk berwirausaha, memahami strategi wirausaha dan keberanian untuk terjun ke dalam dunia usaha. Kemampuan keterampilan kreatif Prakarya Pengolahan berpeluang mewujudkan jiwa kewirausahaan dimulai sejak pendidikan dasar hingga pendidikan menengah melatih kemampuan kepemimpinan (leadership), berinisiatif tinggi dan merespon kebutuhan sekitar, kerja sama (team work), serta berani mengambil resiko (risk-taking). Mata pelajaran Prakarya Pengolahan mengacu pada konsep hasta karya Ki Hajar Dewantara yaitu mengembangkan cipta, rasa, dan karsa dengan menciptakan produk olahan pangan dan non pangan yang berdampak pada diri serta lingkungan secara kontekstual dan higienis. Prakarya Pengolahan mengembangkan kemampuan dan keterampilan peserta didik dengan mengintegrasikan, 337 mengkorelasikan, dan mengkolaborasikan berbagai pengetahuan dan disiplin ilmu berbasis STEAM (Sains/Science, Teknologi/technology, Teknik/Engineering, Seni/Art dan Matematika/Mathematic) untuk menciptakan inovasi produk yang efektif dan efisien melalui pembelajaran kolaborasi dengan dunia kerja dan dunia pendidikan lanjut. Mata pelajaran Prakarya pada jenjang Sekolah Dasar (Fase A-C) diintegrasikan dengan tema atau mata pelajaran lainnya seperti Seni, Bahasa, Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial, atau mata pelajaran lain yang relevan. Kurikulum Prakarya Pengolahan mengembangkan kompetensi merencanakan dan menghasilkan produk olahan pangan dan non pangan yang berdampak individu maupun sosial dan berbasis ekosistem. Kompetensi ini membutuhkan penguasaan ilmu pengetahuan (biologi, kimia dan fisika), dan teknologi, serta pendidikan kewirausahaan. Kompetensi pembelajaran terdiri dari kemampuan mengeksplorasi dan mengembangkan bahan, alat, teknik (pencampuran, pemanasan, pengawetan, dan modifikasi), serta sistem pengolahan. Pengalaman pembelajaran diperoleh dari sekolah, keluarga dan masyarakat. Di samping itu, peserta didik dilatih kemampuan berpikir kreatif-inovatif, logis, sistematis, dan global (komprehensif). Pengembangan materi pembelajaran bersifat kontekstual yaitu menggali potensi kearifan lokal melalui kemampuan apresiasi, observasi, dan eksplorasi untuk membuat desain/perencanaan. Proses produksi pengolahan melalui eksperimen, modifikasi, dan penyajian sebagai sentuhan akhir (finishing touch) produksi dengan memberi kesempatan merefleksi dan mengevaluasi. Akhirnya, melalui penguasaan ilmu dan pengetahuan seni, desain, teknologi, budaya, ekonomi dengan semangat kewirausahaan diharapkan dapat terwujud Profil Pelajar Pancasila. B. Tujuan Mata Pelajaran Prakarya-Pengolahan Prakarya Pengolahan memiliki tujuan sebagai berikut: 1. menghasilkan produk pengolahan pangan sehat/higienis dan non pangan yang ekonomis melalui eksplorasi bahan, teknik, alat dengan mengembangkan pengetahuan dan prinsip teknologi pengolahan. 2. mengapresiasi, mengevaluasi dan merefleksi karya produk teknologi olahan pangan dan non pangan masyarakat maupun teman sendiri berdasarkan pendekatan sistematis ilmiah. 3. menumbuhkembangkan jiwa kewirausahaan kepemimpinan, kerja sama dan berani mengambil resiko. 338 melalui C. Karakteristik Mata Pelajaran Prakarya-Pengolahan Kurikulum Prakarya Pengolahan menerapkan: (1) kurikulum progresif (progressive curriculum) yaitu kurikulum yang mengikuti perkembangan Ilmu, Pengetahuan, Teknologi, dan Seni (IPTEKS), sehingga materi dan metode pembelajaran menyesuaikan terhadap perkembangan teknologi yang ada; (2) kurikulum terpadu (integrated curriculum) yaitu mengkolaborasikan dengan sesama aspek mata pelajaran Prakarya maupun mata pelajaran lainnya; (3) kurikulum korelatif (corralated curriculum) yaitu kurikulum yang memberikan kesempatan melaksanakan pembelajaran berbasis project based learning dengan sesama aspek Prakarya atau mata pelajaran lainnya untuk menghasilkan satu karya yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; (4) kurikulum mandiri (single subject curriculum) yaitu kurikulum yang dilaksanakan secara mandiri dapat menghasilkan karya yang berguna bagi mata pelajaran yang lain baik secara transfer of training, transfer of knowledge maupun transfer of value. Pembelajaran Prakarya Pengolahan berorientasi pada pengembangan kemampuan mengolah bahan pangan secara higienis dan non pangan menjadi produk jadi dan produk setengah jadi dalam bentuk sajian/kemasan yang menarik berbasis kewirausahaan. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pengolahan melalui metoda kolaborasi, sinergi dan sintesa untuk mengkaji, memecahkan, mengevaluasi dan merefleksikan dalam kegiatan pengolahan bahan, teknik dan alat. Sistem pengetahuan prakarya-pengolahan diperoleh melalui learning by doing (pembelajaran teori praktis). Pelaksanaan pembelajaran materi Prakarya Pengolahan menyesuaikan kondisi dan potensi lingkungan sosial, budaya, dan alam dengan memperhatikan kelestarian dengan pendekatan pengetahuan hayati serta ekosistem. Pembelajaran Prakarya Pengolahan diharapkan terwujudnya Profil Pelajar Pancasila dan dihasilkannya peserta didik yang menguasai teknologi tepat guna melalui sikap analitis, logis, kreatif, inovatif, konstruktif, dan prediktif serta tanggap terhadap lingkungan dan perkembangan zaman. Lingkup materi pembelajaran Prakarya Pengolahan meliputi bahan nabati (buah, sayur, umbi, serealia), hewani (daging ternak besar, daging unggas, ikan, telur, susu), herbal (tanaman berkhasiat/obat), perkebunan (kopi, teh, cokelat, kelapa dan sawit), dan uji organoleptik yang diselenggarakan sesuai kondisi daerah/lingkungan masing-masing 339 serta memperhatikan potensi lingkungan, kearifan lokal, nusantara hingga mancanegara. Pembelajaran Prakarya Pengolahan dilakukan juga secara mandiri, sinergi, dan gradasi. Pembelajaran secara mandiri artinya pembelajaran yang dilaksanakan sesuai minat dan kemampuan peserta didik dengan supervisi dari guru atau sekolah melalui pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) ataupun pembelajaran penemuan (Discovery Learning). Pembelajaran sinergi adalah model pembelajaran yang membuka kesempatan bagi peserta didik dan sekolah untuk bekerjasama dengan dunia usaha/dunia kerja yang ada di lingkungannya meliputi kegiatan kunjungan ataupun magang. Pembelajaran dilaksanakan secara gradasi yaitu dimulai sejak pendidikan dasar dengan orientasi pengembangan lifeskill dan homeskill serta berorientasi pada home industry untuk tingkat pendidikan menengah. Kurikulum Prakarya Pengolahan berisi empat elemen kompetensi yaitu observasi dan eksplorasi, desain/perancangan, produksi, serta refleksi dan evaluasi seperti berikut: Elemen Deskripsi Observasi dan Eksplorasi Elemen observasi dan eksplorasi adalah pengamatan dan penggalian (bahan, alat dan teknik) secara sistematis dan kontekstual untuk memperoleh peluang menciptakan produk. Desain/Perencanaan Elemen desain atau perencanaan adalah penyusunan atau pengembangan rencana produk (penciptaan, rekonstruksi, dan modifikasi) berdasarkan hasil observasi dan eksplorasi. Produksi Elemen Produksi adalah keterampilan pembuatan atau penciptaan produk setengah jadi dan/atau produk jadi yang kreatif dan atau inovatif melalui eksperimen dan penelitian yang menumbuhkan jiwa kewirausahaan. Refleksi dan Evaluasi Elemen refleksi dan evaluasi adalah kemampuan pengamatan, apresiasi, identifikasi, analisis, penilaian, dan pemberian saran perbaikan/pengembangan produk/kelayakan produk. Elemen pada mata pelajaran Prakarya Pengolahan saling berkaitan dapat digambarkan sebagai berikut: 340 Bagan Pembelajaran Prakarya Pengolahan D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Prakarya-Pengolahan Setiap Fase 1. Fase A (Umumnya untuk kelas I dan II SD/MI/Program Paket A) Pada akhir Fase A (Kelas I dan II SD/MI/Program Paket A) peserta didik mampu membuat produk olahan pangan sehat berdasarkan karakteristik bahan pangan untuk kebutuhan sehari-hari dan memberikan tanggapan. Fase A Berdasarkan Elemen Elemen Observasi Eksplorasi Capaian Pembelajaran dan Peserta didik mampu mengamati karakteristik bahan pangan sehat (warna, rasa, aroma, tekstur) untuk kebutuhan sehari-hari dan menjelaskan secara lisan. Desain/Perencanaan Peserta didik mampu menyusun rencana pembuatan produk olahan pangan sehat untuk kebutuhan sehari-hari dengan bimbingan. Produksi Peserta didik mampu membuat produk olahan pangan sehat untuk kebutuhan sehari-hari secara kerja sama di bawah bimbingan. Refleksi dan Evaluasi Peserta didik mampu memberikan tanggapan terhadap hasil pembuatan olahan pangan sehat kebutuhan sehari-hari. 341 2. Fase B (Umumnya untuk kelas III dan IV SD/MI/Program Paket A) Pada akhir Fase B (Kelas III dan IV SD/MI/Program Paket A) peserta didik mampu membuat produk olahan pangan sehat untuk kebutuhan diri maupun keluarga berdasarkan pengamatan bahan, alat, dan langkah-langkahnya, serta memberikan tanggapan. Fase B Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Observasi dan Eksplorasi Peserta didik mampu mengamati secara organoleptik dan menjelaskan bahan, alat, dan prosedur pembuatan produk olahan pangan sehat dari lingkungan sekitar. Desain/Perencanaan Peserta didik menentukan dan menyusun rencana pembuatan produk olahan pangan sehat sesuai potensi lingkungan. Produksi Peserta didik membuat produk olahan pangan sehat untuk kebutuhan diri dan keluarga secara mandiri dan atau kerja sama, serta menyajikan secara menarik. Refleksi dan Evaluasi Peserta didik mampu mengapresiasi hasil pembuatan produk olahan pangan sehat untuk kebutuhan diri dan keluarga. 3. Fase C (Umumnya Kelas V dan VI SD/MI/Program Paket A) Pada akhir Fase C (Kelas V dan VI SD/MI/Program Paket A) peserta didik mampu membuat dan menyajikan produk olahan pangan sehat sesuai potensi lingkungan berdasarkan modifikasi bahan, alat, atau teknik. Pada fase ini, peserta didik mampu merefleksikan kelebihan dan kekurangan produk yang dibuatnya. Fase C Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Observasi dan Eksplorasi Peserta didik mampu mengamati modifikasi produk olahan pangan sehat yang sesuai potensi lingkungan dan mendeskripsikan bahan, alat, teknik dan prosedur pembuatan. Desain/Perencanaan Peserta didik menentukan dan menyusun rencana pembuatan produk olahan pangan sehat dengan memodifikasi bahan, peralatan, bentuk, dan tampilan sesuai kearifan lokal. Produksi Peserta didik mampu membuat produk olahan pangan sehat berdasarkan potensi lingkungan dengan modifikasi bahan, peralatan atau 342 Elemen Capaian Pembelajaran teknik secara mandiri dan atau kerja sama, serta menyajikan secara menarik. Refleksi dan Evaluasi Peserta didik mampu merefleksikan hasil pembuatan modifikasi produk olahan pangan sehat sesuai potensi lingkungan berdasarkan manfaat dan karakteristik produk. 4. Fase D (Umumnya Kelas VII, VIII, dan IX SMP/MTs/Program Paket B) Pada akhir Fase D (Kelas VII, VIII dan IX SMP) peserta didik mampu membuat, memodifikasi dan menyajikan produk olahan pangan higienis dan non pangan sesuai potensi lingkungan dan atau kearifan lokal untuk mengembangkan jiwa wirausaha. Pada fase ini, peserta didik mampu memberikan penilaian produk olahan pangan berdasarkan fungsi/nilai budaya/nilai ekonomis secara tertulis dan lisan. Fase D Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Observasi dan Eksplorasi Peserta didik mampu mengeksplorasi bahan, alat, teknik dan prosedur pembuatan produk olahan pangan higienis hasil modifikasi kearifan lokal/potensi lingkungan dan produk non pangan yang bernilai ekonomis dari berbagai sumber, serta karakteristik penyajian dan kemasan. Desain/Perencanaan Peserta didik mampu menyusun rencana pembuatan produk olahan pangan higienis dan non pangan melalui modifikasi bahan, peralatan dan teknik berdasarkan studi kelayakan produksi dan potensi lingkungan serta kearifan lokal. Produksi Peserta didik mampu membuat produk olahan pangan higienis dan non pangan secara bertanggung jawab berdasarkan potensi lingkungan dan atau kearifan lokal dengan modifikasi bahan, peralatan atau teknik, serta ditampilkan dalam bentuk penyajian dan pengemasan yang menarik. Refleksi dan Evaluasi Peserta didik mampu memberi penilaian hasil pembuatan modifikasi produk olahan pangan higienis dan non pangan yang bernilai ekonomis berdasarkan potensi lingkungan dan atau kearifan lokal. 343 5. Fase E (Umumnya untuk kelas X SMA/MA/Program Paket C) Pada akhir Fase E (Kelas X SMA/MA/Program Paket C) peserta didik mampu mengembangkan produk olahan pangan higienis nusantara atau non pangan berdasarkan analisis kebutuhan dan kelayakan pasar melalui eksplorasi bahan, alat dan teknik, serta mempresentasikan secara lisan, visual dan grafis. Pada fase ini, peserta didik mampu mengevaluasi dan memberikan saran produk olahan pangan dan non pangan berdasarkan dampak lingkungan/budaya/ teknologi tepat guna. Fase E Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Observasi dan Eksplorasi Peserta didik mampu mengeksplorasi produk olahan pangan higienis nusantara atau produk non pangan yang bernilai ekonomis dari berbagai sumber, menganalisis karakteristik bahan, alat, teknik dan prosedur pengolahan, serta penyajian dan kemasan. Desain/Perencanaan Peserta didik mampu menyusun rencana pembuatan produk olahan pangan higienis atau produk non pangan berdasarkan analisis usaha, ketersediaan bahan, peralatan, bentuk, serta tampilan sesuai potensi nusantara dan hasil eksplorasi. Produksi Peserta didik mampu mengembangkan produk olahan pangan nusantara higienis atau produk non pangan berbasis usaha, serta menampilkan dalam bentuk penyajian dan pengemasan secara kreatif-inovatif dan dipromosikan melalui media visual maupun virtual. Refleksi dan Evaluasi Peserta didik mampu memberi penilaian dan saran pengembangan produk olahan pangan nusantara higienis atau produk non pangan berdasarkan kajian mutu, teknologi pangan dan ekonomi, serta dampak lingkungan/budaya. 6. Fase F (Umumnya untuk kelas XI dan XII SMA/MA/Program Paket C). Pada akhir Fase F (Kelas XI dan XII SMA/MA/Program Paket C) peserta didik mampu mengembangkan dan/atau menciptakan produk olahan pangan higienis nusantara dan/atau mancanegara atau produk non pangan berdasarkan proposal rancangan usaha melalui analisis kebutuhan, kelayakan pasar, dan kajian ilmiah, 344 serta mempresentasikan produk secara lisan dan tertulis pada media sosial virtual maupun visual. Pada fase ini, peserta didik mengevaluasi dan memberikan kritik serta solusi pengembangan produk olahan pangan dan non pangan sesuai dengan nilai kewirausahaan/dampak lingkungan/teknologi tepat guna. Fase F Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Observasi dan Eksplorasi Peserta didik mampu mengeksplorasi produk olahan pangan higienis nusantara dan atau mancanegara atau produk non pangan yang bernilai ekonomis dari berbagai sumber, berdasarkan analisis ekonomi, teknologi, penyajian, dan pemasaran. Desain/Perencanaan Peserta didik mampu menyusun rencana dalam bentuk proposal pembuatan produk olahan pangan higienis atau produk non pangan berdasarkan kajian ilmiah, teknologi, dan analisis usaha sesuai potensi nusantara dan atau mancanegara dan hasil eksplorasi. Produksi Peserta didik mampu mengembangkan produk olahan pangan higienis nusantara dan atau mancanegara atau produk non pangan berbasis usaha berdasarkan proposal dan ditampilkan dalam bentuk penyajian dan pengemasan yang kreatif-inovatif serta bertanggung jawab mempromosikan secara visual dan virtual. Refleksi dan Evaluasi Peserta didik mampu memberikan penilaian, argumentasi dan rekomendasi produk pengolahan pangan higienis atau produk non pangan berdasarkan kajian mutu, teknologi pangan dan ekonomi, serta dampak lingkungan/budaya. 345 XVIII.8. CAPAIAN PEMBELAJARAN PRAKARYA-REKAYASA A. Rasional Mata Pelajaran Prakarya-Rekayasa Kehidupan manusia mengembangkan dalam bermasyarakat, kemampuan olah pikir sejak dan dahulu telah rasa untuk olah membantu menjalani kehidupan, memecahkan masalah, maupun menghasilkan produk yang dapat membantu meningkatkan kualitas hidup. Karya manusia sebagai produk budaya, terlihat dalam tiga ranah: fisik (material), sistem (langkah-langkah, metoda dan strategi memproduksi) dan ide (gagasan dan latar belakang memproduksi). Menyikapi perkembangan dan perubahan teknologi, budaya dan gaya hidup yang terjadi dengan cepat di dunia saat ini, maka dunia pendidikan di Indonesia mengantisipasi melalui penguatan keterampilan dan jiwa kewirausahaan peserta didik. Salah satu mata pelajaran yang mengembangkan keterampilan dan jiwa kewirausahaan adalah Prakarya, yang terdiri dari empat sub bidang keterampilan yaitu kerajinan, Rekayasa rekayasa, budidaya mengembangkan dan keterampilan pengolahan. peserta didik Prakarya melalui kepekaan terhadap lingkungan, ide dan kreativitas untuk bertahan hidup mandiri dan ekonomis. Seiring berkembangnya zaman, mental generasi muda perlu dibangun agar mampu mengatasi berbagai persoalan hidup termasuk masalah lapangan pekerjaan. Indonesia memiliki potensi besar bagi pasar dunia industri, maka generasi muda perlu memiliki jiwa yang tangguh untuk berwirausaha, memahami strategi wirausaha dan keberanian untuk terjun ke dalam dunia usaha. Kemampuan keterampilan kreatif Prakarya-Rekayasa berpeluang mewujudkan jiwa kewirausahaan dimulai sejak pendidikan dasar hingga pendidikan menengah melatih kemampuan kepemimpinan (leadership), berinisiatif tinggi dan merespon kebutuhan sekitar, kerja sama (team work), serta berani mengambil resiko (risk-taking). Mata pelajaran Prakarya Rekayasa mengacu pada konsep hasta karya Ki Hajar Dewantara yaitu mengembangkan cipta, rasa, dan karsa dengan menciptakan produk rekayasa yang berdampak pada diri serta lingkungan menuju keseimbangan antara alam (nature) dan budaya (culture). Prakarya Rekayasa mengembangkan kemampuan dan keterampilan peserta didik dengan mengintegrasikan, mengkorelasikan 346 dan mengkolaborasikan berbagai pengetahuan dan disiplin ilmu berbasis STEAM Teknik/Engineering, menciptakan (Sains/Science, Seni/Art dan inovasi produk Teknologi/technology, Matematika/Mathematic) untuk yang efektif dan efisien melalui pembelajaran kolaborasi dengan dunia kerja dan dunia pendidikan lanjut. Mata pelajaran Prakarya pada jenjang Sekolah Dasar (Fase A-C) diintegrasikan dengan tema atau mata pelajaran lainnya seperti Seni, Bahasa, Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial, atau mata pelajaran lain yang relevan. Kurikulum Prakarya Rekayasa mengembangkan kompetensi merencanakan dan menghasilkan produk teknologi yang berdampak dan bernilai guna pada individu, sosial dan berbasis ekosistem. Kompetensi ini membutuhkan penguasaan ilmu pengetahuan (matematika, fisika, kimia, biologi), mekanika teknik, teknologi dan pendidikan kewirausahaan. Kompetensi pembelajaran kompetensi terdiri dari kemampuan mengeksplorasi dan mengembangkan bahan, alat, prosedur dan teknik berkarya, dengan pengalaman pembelajaran di sekolah, keluarga dan masyarakat. Di samping itu, peserta didik dilatih kemampuan berpikir kreatif-inovatif, logis, sistematis, dan global (komprehensif). Pengembangan materi pembelajaran bersifat kontekstual yaitu menggali potensi kearifan lokal melalui kemampuan apresiasi, observasi, dan desain/perencanaan. Proses eksplorasi untuk produksi rekayasa membuat melalui eksperimentasi, modifikasi, dan membuat produk dengan memberi kesempatan merefleksi dan mengevaluasi. Akhirnya, melalui penguasaan ilmu dan pengetahuan seni, desain, teknologi, budaya, ekonomi dengan semangat kewirausahaan diharapkan dapat terwujud Profil Pelajar Pancasila. B. Tujuan Mata Pelajaran Prakarya-Rekayasa Prakarya Rekayasa memiliki tujuan sebagai berikut: 1. merancang dan menghasilkan produk rekayasa melalui penguasaan menggali (exploration) bahan, teknik, alat dan prosedur dengan mengembangkan rekonstruksi pengetahuan, desain, seni dan teknologi; 2. mengapresiasi, masyarakat mengevaluasi maupun teman sistematis ilmiah; dan 347 dan merefleksi sendiri karya berdasarkan teknologi pendekatan 3. menumbuhkembangkan jiwa kewirausahaan melalui kepemimpinan, kerja sama dan berani mengambil resiko. C. Karakteristik Mata Pelajaran Prakarya-Rekayasa Kurikulum Prakarya Rekayasa menerapkan: (1) kurikulum progresif (progresive curriculum) yaitu kurikulum yang mengikuti perkembangan Ilmu, Pengetahuan, Teknologi, dan Seni (IPTEKS), sehingga materi, metode pembelajaran menyesuaikan dengan perkembangan teknologi yang ada; (2) kurikulum terpadu (integrated curriculum) yaitu mengkolaborasikan dengan sesama aspek mata pelajaran Prakarya maupun mata pelajaran lainnya; (3) kurikulum korelatif (corralated curriculum) yaitu kurikulum yang memberikan kesempatan melaksanakan pembelajaran berbasis project based learning dengan sesama aspek Prakarya atau mata pelajaran lainnya untuk menghasilkan satu produk yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; (4) kurikulum mandiri (single subject curriculum) yaitu kurikulum yang dilaksanakan secara mandiri dapat menghasilkan karya yang berguna bagi mata pelajaran yang lain baik secara transfer of training, transfer of knowledge maupun transfer of value. Pembelajaran Prakarya Rekayasa berorientasi pada pengembangan kemampuan mengeksplorasi bahan, teknik, alat dan prosedur untuk membuat produk eksperimentasi, kebutuhan sehari-hari dan produk komersial dilandasi dengan semangat kewirausahaan. Materi pembelajaran Prakarya Rekayasa dapat menggali potensi daerah/lokal serta memperhatikan Pelaksanaan mendesain, karakteristik pembelajaran bahan Prakarya mengkomunikasikan, yang Rekayasa mengevaluasi, dikembangkan. dimulai dan dengan merefleksi berdasarkan identifikasi kebutuhan sumber daya, teknologi dan prosedur berkarya. Prinsip dalam rekayasa adalah dengan memanfaatkan sistem, bahan, serta teknologi untuk ide produk rekayasa yang disesuaikan dengan perkembangan kebutuhan manusia. Pembelajaran Prakarya Rekayasa diharapkan terwujudnya Profil Pelajar Pancasila dan dihasilkannya peserta didik yang menguasai teknologi tepat guna melalui sikap analitis, logis, kreatif, inovatif, konstruktif, dan prediktif serta tanggap terhadap lingkungan dan perkembangan zaman. 348 Lingkup materi Prakarya Rekayasa dikaitkan dengan kemampuan teknologi dalam merancang, merekonstruksi, dan membuat produk yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari dengan pendekatan pemecahan masalah meliputi pembuatan produk teknologi rekayasa sederhana (mekanis maupun non-mekanis), teknologi rekayasa tepat guna berbasis masalah (elektronika, sistem pengendali, otomasi), dan teknologi terapan yang disesuaikan dengan potensi lingkungan serta kearifan lokal. Prosedur pembuatan produk rekayasa meliputi proses konstruksi penyambungan kayu, tali, plastik, kertas, dan lainnya untuk menghasilkan produk yang kuat baik secara mekanik maupun elektronika harus dilakukan dengan prinsip ketepatan, dan ergonomis agar aman dan nyaman digunakan. Materi pembelajaran prakarya rekayasa menyesuaikan kondisi dan potensi lingkungan sosial, budaya dan alam dengan memperhatikan kelestarian dengan pendekatan pengetahuan teknologi serta ekosistem menuju modifikasi dan inovasi. Prakarya Rekayasa dilakukan secara mandiri, sinergi, dan gradasi. Pembelajaran secara mandiri artinya pembelajaran yang dilaksanakan sesuai minat dan kemampuan peserta didik dengan supervisi dari guru atau sekolah melalui pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) ataupun pembelajaran penemuan (Discovery Learning). Pembelajaran sinergi adalah model pembelajaran yang membuka kesempatan bagi peserta didik dan sekolah untuk bekerjasama dengan dunia usaha/dunia kerja yang ada di lingkungannya meliputi kegiatan kunjungan ataupun magang. Pembelajaran dilaksanakan secara gradasi yaitu dimulai sejak pendidikan dasar dengan orientasi pengembangan lifeskill dan homeskill serta berorientasi pada home industry untuk tingkat pendidikan menengah. Prakarya Rekayasa di Sekolah Dasar (SD) berorientasi menumbuhkan kepedulian lingkungan serta kebiasaan masyarakat untuk mempersiapkan dan melatih dasar kecakapan hidup (life skill). Prakarya Rekayasa menyelaraskan antara di Sekolah pengetahuan Menengah dasar Pertama teknologi (SMP) terhadap pembentukan nilai-nilai kewirausahaan, melatih pengetahuan dan keterampilan teknis (family life skill). Prakarya Rekayasa jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) bertujuan melatih jiwa kewirausahaan sebagai persiapan hidup mandiri (home economy/industry) dan studi lebih lanjut. 349 Kurikulum Prakarya Rekayasa berisi empat elemen kompetensi yaitu observasi dan eksplorasi, desain/perancangan, produksi, serta refleksi dan evaluasi seperti berikut: Elemen Observasi dan Eksplorasi Desain/Perencanaan Produksi Refleksi dan Evaluasi Deskripsi Elemen observasi dan eksplorasi adalah pengamatan dan penggalian (bahan, alat dan teknik) secara sistematis dan kontekstual untuk memperoleh peluang menciptakan produk. Elemen desain atau perencanaan adalah penyusunan atau pengembangan rencana produk (penciptaan, rekonstruksi, dan modifikasi) berdasarkan hasil observasi dan eksplorasi. Elemen Produksi adalah keterampilan pembuatan atau penciptaan produk setengah jadi dan/atau produk jadi yang kreatif dan atau inovatif melalui eksperimentasi dan penelitian yang menumbuhkan jiwa kewirausahaan. Elemen refleksi dan evaluasi adalah kemampuan pengamatan, apresiasi, identifikasi, analisis, penilaian, dan pemberian saran perbaikan/pengembangan produk/kelayakan produk. Elemen pada mata pelajaran Prakarya Rekayasa saling berkaitan dapat digambarkan sebagai berikut: Bagan Pembelajaran Prakarya Rekayasa D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Prakarya-Rekayasa setiap Fase 1. Fase A (Umumnya untuk kelas I dan II SD/MI/Program Paket A) Pada akhir Fase A (Kelas I dan II SD/MI/Program Paket A) peserta didik mampu membuat produk rekayasa sederhana melalui pengamatan dan identifikasi bahan, teknik, alat dan produk ciptaannya serta memberikan tanggapan di bawah bimbingan. 350 Fase A Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Observasi dan Eksplorasi Peserta didik mampu mengamati dan menunjukkan secara lisan karakteristik (sifat, fungsi, dan bentuk) bahan produk rekayasa sederhana. Desain/Perencanaan Peserta didik mampu membuat rancangan/dummy rekayasa sederhana. Produksi Peserta didik mampu menciptakan produk rekayasa sederhana di bawah bimbingan. Refleksi dan Evaluasi Peserta didik mampu memberi tanggapan terhadap produk rekayasa sederhana secara lisan. 2. Fase B (Umumnya untuk kelas III dan IV SD/MI/Program Paket A) Pada akhir Fase B (Kelas III dan IV SD/MI/Program Paket A) peserta didik mampu menghasilkan produk rekayasa yang memanfaatkan energi melalui pengamatan dan identifikasi potensi lingkungan sekitar serta memberikan tanggapan di bawah bimbingan. Fase B Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Observasi dan Eksplorasi Peserta didik mampu mengamati, mengidentifikasi dan menjelaskan karakteristik (sifat, fungsi, dan bentuk) bahan, alat dan prosedur pembuatan produk rekayasa yang memanfaatkan energi sesuai potensi lingkungan, serta mengeksplorasi dari berbagai sumber. Desain/Perencanaan Peserta didik mampu membuat rancangan/dummy rekayasa sederhana dengan memperhatikan potensi lingkungan. Produksi Peserta didik mampu menciptakan produk rekayasa sederhana dengan teknik modifikasi, merubah fungsi produk yang sudah ada secara mandiri mapupun kerjasama kelompok serta mempresentasikan secara lisan. Refleksi dan Evaluasi Peserta didik mampu mengapresiasi produk rekayasa sederhana di lapangan atau dari sumber yang lain dan merefleksikan terhadap karya produk ciptaannya secara lisan maupun tertulis. 3. Fase C (Umumnya untuk kelas V dan VI SD/MI/Program Paket A) Pada akhir Fase C (Kelas V dan VI SD/MI/Program Paket A) peserta didik mampu menghasilkan produk rekayasa yang memanfaatkan 351 energi melalui identifikasi bahan, alat, teknik dan prosedur produk rekayasa energi yang ada. Pada fase ini peserta didik mampu merefleksikan kelebihan atau kekurangan produk ciptaan. Fase C Berdasarkan Elemen Elemen Observasi dan Eksplorasi Desain/Perencanaan Produksi Refleksi dan Evaluasi Capaian Pembelajaran Peserta didik mampu mengamati dan mengidentifikasi, mengeksplorasi bahan, alat, teknik dan prosedur pembuatan produk rekayasa yang memanfaatkan energi sesuai potensi lingkungan. Peserta didik mampu membuat rancangan/dummy rekayasa energi dengan memperhatikan potensi dan dampak lingkungan. Peserta didik mampu menciptakan produk rekayasa energi melalui modifikasi mengubah bentuk dan/atau fungsi hasil rancangan di atas dan mempresentasikan secara lisan maupun tertulis. Peserta didik mampu merefleksikan produk rekayasa energi di lapangan atau dari sumber yang lain terhadap karya ciptaannya berdasarkan fungsi dan nilai guna yang dihasilkan secara lisan dan tertulis. 4. Fase D (Umumnya untuk kelas VII, VIII dan IX SMP/MTs/Program Paket B) Pada akhir Fase D (Kelas VII, VIII, dan IX SMP/MTs/Program Paket B) peserta didik mampu menghasilkan rekayasa teknologi tepat guna melalui identifikasi dan rekonstruksi desain produk dan menjelaskan keterkaitan teori, perakitan dan teknik dalam proses produksi. Pada fase ini peserta didik mampu memberikan penilaian produk berdasarkan fungsi dan manfaat secara tertulis dan lisan. Fase D Berdasarkan Elemen Elemen Observasi dan Eksplorasi Desain/Perencanaan Produksi Capaian Pembelajaran Peserta didik mampu mengamati perkembangan teknologi tepat guna dan mengeskplorasi karakteristik bahan, alat, teknik, prosedur pembuatan sebagai alternatif menciptakan produk rekayasa yang kreatif dan inovatif. Peserta didik mampu membuat rancangan/dummy rekayasa teknologi tepat guna dengan memperhatikan potensi dan dampak lingkungan yang siap dikembangkan menjadi model. Peserta didik mampu menciptakan produk rekayasa teknologi tepat guna sesuai dengan kebutuhan lingkungan melalui modifikasi 352 Elemen Capaian Pembelajaran Refleksi dan Evaluasi bentuk, alat, teknik dan prosedur pembuatan yang berdampak pada lingkungan maupun kehidupan sehari-hari serta mempresentasikan dalam bentuk lisan, tertulis, visual maupun virtual. Peserta didik mampu memberi penilaian produk rekayasa teknologi tepat guna teman sendiri maupun dari sumber yang lain dan merefleksikan terhadap karya ciptaannya berdasarkan fungsi dan nilai guna yang dihasilkan secara lisan dan tertulis, visual maupun virtual. 5. Fase E (Umumnya untuk kelas X SMA/MA/Program Paket C) Pada akhir Fase E (Kelas X SMA/MA/Program Paket C) peserta didik mampu menghasilkan prototype/dummy/model produk rekayasa teknologi terapan melalui analisis kebutuhan dan nilai guna secara mandiri dan atau kelompok serta dipresentasikan secara lisan dan tertulis. Pada fase ini peserta didik mampu mengevaluasi dan memberikan saran perbaikan berdasarkan analisis dampak lingkungan/teknologi terapan. Fase E Berdasarkan Elemen Elemen Observasi dan Eksplorasi Desain/Perencanaan Produksi Refleksi dan Evaluasi Capaian Pembelajaran Peserta didik mampu mengeksplorasi karakteristik bahan, alat, teknik, prosedur pembuatan produk, prototype/dummy/model rekayasa teknologi terapan berdasarkan analisis kebutuhan dan kelayakan fungsi. Peserta didik mampu membuat rancangan/dummy rekayasa teknologi terapan dari hasil mengeksplorasi bahan, teknik, alat dan prosedur serta memperhatikan potensi dan dampak lingkungan yang siap dikembangkan menjadi model/prototype. Peserta didik mampu menciptakan produk rekayasa teknologi terapan sesuai dengan kebutuhan lingkungan melalui eksperimentasi dan atau modifikasi bentuk, alat, teknik dan prosedur pembuatan yang berdampak pada lingkungan maupun kehidupan sehari-hari serta mempresentasikan dalam bentuk lisan, tertulis, visual maupun virtual. Peserta didik mampu memberi penilaian dan saran produk rekayasa teknologi terapan karya teman sendiri maupun dari sumber yang lain serta merefleksikan terhadap karya ciptaannya berdasarkan kajian ilmiah terhadap fungsi dan nilai guna secara lisan dan tertulis, visual maupun virtual. 353 6. Fase F (Umumnya untuk kelas XI dan XII SMA/MA/Program Paket C) Pada akhir Fase F (Kelas XI dan XII SMA/MA/Program Paket C) peserta didik mampu membuat produk rekayasa teknologi terapan berdasarkan proposal rancangan produk yang dihasilkan melalui kajian ilmiah, analisis kebutuhan dan kelayakan fungsi serta mempresentasikan produk secara lisan dan tertulis pada media visual dan virtual. Pada fase ini peserta didik mampu mengevaluasi dan memberikan saran perbaikan berdasarkan analisis dampak lingkungan/teknologi terapan. Fase F Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Observasi dan Eksplorasi Peserta didik mampu mengeksplorasi karakteristik produk, prototype/dummy/model untuk menyusun rancangan produk rekayasa teknologi terapan berdasarkan penelitian dan analisis kebutuhan, kelayakan, kajian ilmiah, serta dampak lingkungan. Desain/Perencanaan Peserta didik mampu membuat rancangan/dummy/prototype gambar teknik rekayasa teknologi terapan dari hasil mengeksplorasi bahan, teknik, alat dan prosedur serta memperhatikan potensi dan dampak lingkungan. Produksi Peserta didik mampu menciptakan produk rekayasa teknologi terapan sesuai dengan rancangan/desain/proposal berdasarkan analisis ilmiah, ekonomi, teknologi serta melalui eksperimentasi dan atau modifikasi bentuk, alat, teknik dan prosedur pembuatan yang berdampak pada lingkungan maupun kehidupan sehari-hari serta mempresentasikan dalam bentuk lisan, tertulis, visual maupun virtual. Refleksi dan Evaluasi Peserta didik mampu memberi penilaian, argumentasi dan rekomendasi produk rekayasa teknologi terapan karya teman sendiri maupun dari sumber yang lain serta merefleksikan terhadap karya ciptaannya berdasarkan kajian ilmiah, analisis ekonomi, teknologi dan dampak lingkungan terhadap ciptaannya secara lisan dan tertulis, visual maupun virtual. 354 XIX. CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, DAN KESEHATAN (PJOK) A. Rasional Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (PJOK) Pendidikan jasmani, yang di Indonesia dikenal sebagai Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan, menurut William H Freeman (2007: 27-28) adalah pendidikan yang menggunakan aktivitas jasmani untuk meningkatkan individu peserta didik secara menyeluruh berupa aspek jasmani, mental, dan emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan setiap peserta didik sebagai satu kesatuan utuh antara jiwa dan raga. Pernyataan tersebut menjadikan pendidikan jasmani sebagai bidang kajian yang sangat luas dan menarik dengan titik berat pada peningkatan pergerakan manusia (human movement). Pembelajaran pendidikan jasmani dilaksanakan dengan menggunakan berbagai pendekatan, model, strategi, metode, gaya, dan teknik sesuai dengan karakteristik tugas gerak, peserta didik, dan lingkungan belajar. Pembelajaran diarahkan untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah (psikomotor, kognitif, dan afektif) setiap peserta didik dengan menekankan pada kualitas kebugaran jasmani dan perbendaharaan gerak. Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan dilaksanakan di sekolah secara terencana, bertahap, dan berkelanjutan agar dapat mengembangkan sikap positif peserta didik yang dapat menghargai manfaat aktivitas jasmani untuk meningkatkan kualitas hidup secara menyeluruh. Berbagai penjelasan ini menyiratkan bahwa pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan bukan semata-mata berurusan dengan pembentukan raga, tetapi melibatkan seluruh aspek perkembangan manusia sesuai dengan cita-cita terbentuknya Profil Pelajar Pancasila yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, kreatif, gotong royong, berkebinekaan global, bernalar kritis, dan mandiri. B. Tujuan Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (PJOK) Tujuan mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah membentuk individu yang terliterasi secara jasmani, dengan uraian sebagai berikut: 1. Mengembangkan kesadaran arti penting aktivitas jasmani untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan individu, serta gaya hidup aktif sepanjang hayat. 355 2. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya meningkatkan dan memelihara kebugaran jasmani, kesejahteraan diri, serta pola perilaku hidup sehat. 3. Mengembangkan pola gerak dasar (fundamental movement pattern) dan keterampilan gerak (motor skills) yang dilandasi dengan penerapan konsep, prinsip, strategi, dan taktik secara umum. 4. Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai kepercayaan diri, sportif, jujur, disiplin, kerja sama, pengendalian diri, kepemimpinan, dan demokratis dalam melakukan tanggung jawab aktivitas personal jasmani dan sebagai sosial cerminan (personal and rasa social responsibility). 5. Menciptakan suasana rekreatif yang berisi keriangan, interaksi sosial, tantangan, dan ekspresi diri. 6. Mengembangkan Profil Pelajar Pancasila yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, kreatif, gotong royong, berkebinekaan global, bernalar kritis, dan mandiri melalui aktivitas jasmani. C. Karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (PJOK) Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan sebagai sebuah bidang kajian memiliki karakteristik: 1. Diorientasikan pada pembentukan peserta didik yang terliterasi secara jasmani dan mampu menerapkannya dalam kehidupan nyata sepanjang hayat. 2. Melibatkan peserta didik dalam pengalaman langsung, riil, dan otentik untuk meningkatkan kreativitas, penalaran kritis, kolaborasi, dan keterampilan berkomunikasi, serta berfikir ke tingkat yang lebih tinggi melalui aktivitas jasmani. 3. Mempertimbangkan karakteristik peserta didik, tugas gerak (movement task), dan dukungan lingkungan yang berprinsip developmentally appropriate practices (DAP). 4. Penyelenggaraan di sekolah didasari nilai-nilai luhur bangsa untuk membentuk Profil Pelajar Pancasila. 5. Memuat elemen-elemen keterampilan gerak, pengetahuan gerak, pemanfaatan gerak, serta pengembangan karakter dan internalisasi nilai-nilai gerak. Adapun elemen-elemen tersebut dideskripsikan sebagaimana dalam tabel berikut. 356 Elemen-elemen Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran PJOK serta Deskripsinya No D. Elemen Deskripsi 1. Keterampilan Gerak Elemen ini berupa kekhasan pembelajaran PJOK yang merupakan proses pendidikan tentang dan melalui aktivitas jasmani, terdiri dari sub elemen: a) Aktivitas Pengembangan Pola Gerak Dasar (Fundamental Movement Pattern), dan b) Aktivitas Pengembangan Keterampilan Gerak (Motor Skills) berupa Aktivitas Pilihan Permainan dan Olahraga, Aktivitas Senam, Aktivitas Gerak Berirama, serta Aktivitas Permainan dan Olahraga Air (kondisional) 2. Pengetahuan Gerak Elemen ini berupa pemahaman, penerapan, analisis, evaluasi, serta kreasi konsep, prinsip, prosedur, taktik dan strategi gerak sebagai landasan dalam melakukan keterampilan, kinerja, serta budaya hidup aktif pada setiap sub elemen: a) Aktivitas Pengembangan Pola Gerak Dasar (Fundamental Movement Pattern), dan b) Aktivitas Pengembangan Keterampilan Gerak (Motor Skills) berupa Aktivitas Pilihan Permainan dan Olahraga, Aktivitas Senam, Aktivitas Gerak Berirama, serta Aktivitas Permainan dan Olahraga Air (kondisional) 3. Pemanfaatan Gerak Elemen ini berupa pengetahuan dan keterampilan gerak serta pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari, terdiri dari sub elemen: a) Aktivitas Pemeliharaan dan Peningkatan Kebugaran Jasmani Terkait Kesehatan dan Keterampilan, dan b) Pola Perilaku Hidup Sehat 4. Pengembangan Karakter dan Internalisasi Nilainilai Gerak Elemen ini berupa pengembangan karakter dan internalisasi nilai-nilai gerak secara gradual yang dirancang melalui berbagai aktivitas jasmani, terdiri dari sub elemen: a) Tanggung Jawab Personal dan Sosial, serta b) Nilai-nilai Keriangan, Tantangan, Ekspresi Diri, dan Interaksi Sosial Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (PJOK) Setiap Fase 1. Fase A (Umumnya Kelas I dan II SD/MI/Program Paket A) Pada akhir fase A, peserta didik dapat menunjukkan berbagai aktivitas pola gerak dasar dan keterampilan gerak sebagai hasil peniruan dari berbagai sumber, memahami konsep dan prinsip gerak yang benar, memahami dan mempraktikkan aktivitas jasmani untuk pengembangan kebugaran dan pola perilaku hidup sehat, menunjukkan perilaku awal tanggung jawab personal dan sosial, serta menerima nilai-nilai aktivitas jasmani. 357 Elemen Capaian Pembelajaran Elemen Keterampilan Gerak Pada akhir fase A peserta didik menunjukkan kemampuan dalam menirukan aktivitas pola gerak dasar, aktivitas senam, aktivitas gerak berirama, dan aktivitas permainan dan olahraga air (kondisional). Elemen Pengetahuan Gerak Pada akhir fase A peserta didik memahami prosedur dalam melakukan pola gerak dasar, aktivitas senam, aktivitas gerak berirama, dan aktivitas permainan dan olahraga air (kondisional). Elemen Pemanfaatan Gerak Pada akhir fase A peserta didik memahami prosedur dan mampu mempraktikkan latihan pengembangan kebugaran jasmani terkait kesehatan. Peserta didik juga memahami prosedur dan mampu mempraktikkan pola perilaku hidup sehat berupa mengenali nama dan fungsi anggota tubuh, serta menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Elemen Pengembangan Karakter dan Internalisasi Nilainilai Gerak Pada akhir fase A peserta didik menunjukkan perilaku bertanggung jawab dalam menyimak arahan dan umpan balik yang diberikan guru, mulai dapat menghormati orang lain, serta menerima ragam keriangan yang didapat melalui aktivitas jasmani. 2. Fase B (Umumnya Kelas III dan IV SD/MI/Program Paket A) Pada akhir fase B, peserta didik dapat menunjukkan kemampuan dalam memvariasikan dan mengombinasikan berbagai aktivitas pola gerak dasar dan keterampilan gerak secara mandiri (tanpa meniru contoh) dilandasi dengan penerapan prosedur gerak yang benar, menerapkan prosedur aktivitas jasmani untuk pengembangan kebugaran dan pola perilaku hidup sehat, menunjukkan perilaku tanggung jawab personal dan sosial dalam jangka waktu tertentu secara konsisten, serta mendukung nilai-nilai aktivitas jasmani. Elemen Capaian Pembelajaran Elemen Keterampilan Gerak Pada akhir fase B peserta didik menunjukkan kemampuan dalam mempraktikkan variasi dan kombinasi aktivitas pola gerak dasar dan keterampilan gerak secara mandiri (tanpa meniru contoh) berupa permainan dan olahraga, aktivitas senam, aktivitas gerak berirama, dan aktivitas permainan dan olahraga air (kondisional). Elemen Pengetahuan Gerak Pada akhir fase B peserta didik menerapkan prosedur variasi dan kombinasi pola gerak dasar dan keterampilan gerak berupa permainan dan olahraga, aktivitas senam, aktivitas gerak berirama, dan aktivitas permainan dan olahraga air (kondisional). Elemen Pemanfaatan Gerak Pada akhir fase B peserta didik dapat menerapkan prosedur dan mempraktikkan latihan pengembangan kebugaran jasmani sesuai ukuran dan intensitas aktivitas jasmani (ringan hingga sedang), menunjukkan kemampuan dalam menerapkan pola perilaku hidup sehat berupa perlunya aktivitas jasmani, istirahat, 358 Elemen Capaian Pembelajaran pengisian waktu luang, serta memilih makanan bergizi dan seimbang. Peserta didik juga dapat menunjukkan kemampuan dalam menerapkan prosedur pemeliharaan kebersihan dan kesehatan alat reproduksi, serta kesehatan diri dan orang lain dari penyakit menular dan tidak menular. Elemen Pengembangan Karakter dan Internalisasi Nilai-nilai Gerak Pada akhir fase B peserta didik dapat menunjukkan perilaku bertanggung jawab untuk belajar mengarahkan diri dalam proses pembelajaran, menerima dan mengimplementasikan arahan dan umpan balik yang diberikan guru, serta mendukung adanya keriangan di dalam aktivitas jasmani. 3. Fase C (Umumnya Kelas V dan VI SD/MI/Program Paket A) Pada akhir fase C, peserta didik dapat menunjukkan kemampuan dalam mempraktikkan modifikasi berbagai aktivitas pola gerak dasar dan keterampilan gerak, dilandasi dengan penerapan konsep dan prinsip gerak yang benar, menerapkan konsep dan prinsip aktivitas untuk pengembangan kebugaran jasmani, serta pola perilaku hidup sehat, menunjukkan perilaku tanggung jawab personal dan sosial dalam jangka waktu yang lebih lama secara konsisten, serta meyakini nilai-nilai aktivitas jasmani. Elemen Capaian Pembelajaran Elemen Keterampilan Gerak Pada akhir fase C peserta didik dapat menunjukkan kemampuan dalam mempraktikkan modifikasi berbagai aktivitas pola gerak dasar dan keterampilan gerak berupa permainan dan olahraga, aktivitas senam, aktivitas gerak berirama, dan aktivitas permainan dan olahraga air (kondisional). Elemen Pengetahuan Gerak Pada akhir fase C peserta didik dapat menerapkan konsep dan prinsip modifikasi berbagai aktivitas pola gerak dasar dan keterampilan gerak berupa permainan dan olahraga, aktivitas senam, aktivitas gerak berirama, dan aktivitas permainan dan olahraga air (kondisional). Elemen Pemanfaatan Gerak Pada akhir fase C peserta didik dapat menerapkan konsep dan prinsip serta mempraktikkan aktivitas untuk pengembangan kebugaran jasmani terkait kesehatan (physical fittness related health), dan prosedur pengukurannya untuk mengetahui status kebugaran pribadi. Pada fase ini, peserta didik juga memiliki pengetahuan pengembangan pola perilaku hidup sehat berupa bahaya merokok, meminum minuman keras, dan menyalahgunakan narkotika, zat-zat aditif (NAPZA) dan obat berbahaya lainnya, serta memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk menghindari cidera dan berbagai risiko dalam aktivitas jasmani dan olahraga. 359 Elemen Elemen Pengembangan Karakter dan Internalisasi Nilai-nilai Gerak Capaian Pembelajaran Pada akhir fase C peserta didik terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran yang didasari kesadaran personal dan tanggung jawab sosial berupa penggunaan alat dan fasilitas pembelajaran, serta menghargai orang lain. Selain itu peserta didik juga meyakini adanya interaksi sosial melalui aktivitas jasmani. 4. Fase D (Umumnya Kelas VII, VIII, dan IX SMP/MTs/Program Paket B) Pada akhir fase D, peserta didik dapat menunjukkan kemampuan dalam mempraktikkan keterampilan gerak spesifik sebagai hasil analisis pengetahuan yang benar, melakukan latihan aktivitas jasmani dan kebugaran untuk kesehatan sesuai dengan prinsip latihan, menunjukkan perilaku tanggung jawab personal dan sosial serta memonitornya secara mandiri, selain itu juga dapat mempertahankan nilai-nilai aktivitas jasmani. Elemen Capaian Pembelajaran Elemen Keterampilan Gerak Pada akhir fase D peserta didik dapat menunjukkan kemampuan dalam mempraktikkan hasil analisis keterampilan gerak spesifik berupa permainan dan olahraga, aktivitas senam, aktivitas gerak berirama, dan aktivitas permainan dan olahraga air (kondisional). Elemen Pengetahuan Gerak Pada akhir fase D peserta didik dapat menganalisis fakta, konsep, dan prosedur dalam melakukan berbagai keterampilan gerak spesifik berupa permainan dan olahraga, aktivitas senam, aktivitas gerak berirama, dan aktivitas permainan dan olahraga air (kondisional). Elemen Pemanfaatan Gerak Pada akhir fase D peserta didik dapat menganalisis fakta, konsep, dan prosedur serta mempraktikkan latihan pengembangan kebugaran jasmani terkait kesehatan (physicsl fittness related health) dan kebugaran jasmani terkait keterampilan (physicsl fittness related skills), berdasarkan prinsip latihan (Frequency, Intensity, Time, Type/FITT) untuk mendapatkan kebugaran dengan status baik. Peserta didik juga dapat menunjukkan kemampuan dalam mengembangkan pola perilaku hidup sehat berupa melakukan pencegahan bahaya pergaulan bebas dan memahami peran aktivitas jasmani terhadap pencegahan penyakit tidak menular disebabkan kurangnya aktivitas jasmani. Elemen Pengembangan Karakter dan Internalisasi Nilai-nilai Gerak Pada akhir fase D peserta didik proaktif melakukan dan mengajak untuk memelihara dan memonitor peningkatan derajat kebugaran jasmani dan kemampuan aktivitas jasmani lainnya, serta menunjukkan keterampilan bekerja sama dengan merujuk peraturan dan pedoman untuk menyelesaikan perbedaan dan konflik antar individu. Peserta didik juga dapat 360 Elemen Capaian Pembelajaran mempertahankan adanya interaksi sosial yang baik dalam aktivitas jasmani. 5. Fase E (Umumnya Kelas X SMA/MA/SMK/MAK/Program Paket C) Pada akhir fase E, peserta didik dapat menunjukkan kemampuan berbagai penerapan keterampilan gerak pada permainan, aktivitas jasmani lainnya, dan kehidupan nyata sehari-hari sebagai hasil evaluasi pengetahuan yang benar, mengevaluasi dan mempraktikkan latihan pengembangan kebugaran jasmani terkait kesehatan (physicsl fittness related health) dan kebugaran jasmani terkait keterampilan (physical fittness related skills), pola perilaku hidup sehat, serta menunjukkan perilaku dalam menumbuhkembangkan nilai-nilai aktivitas jasmani. Elemen Capaian Pembelajaran Elemen Keterampilan Gerak Pada akhir fase E peserta didik dapat menunjukkan kemampuan dalam mempraktikkan hasil evaluasi penerapan keterampilan gerak berupa permainan dan olahraga, aktivitas senam, aktivitas gerak berirama, dan aktivitas permainan dan olahraga air (kondisional) secara matang pada permainan, aktivitas jasmani lainnya, dan kehidupan nyata sehari-hari. Elemen Pengetahuan Gerak Pada akhir fase E peserta didik dapat mengevaluasi fakta, konsep, prinsip, dan prosedur dalam melakukan evaluasi penerapan keterampilan gerak berupa permainan dan olahraga, aktivitas senam, aktivitas gerak berirama, dan aktivitas permainan dan olahraga air (kondisional) pada permainan, aktivitas jasmani lainnya, dan kehidupan nyata seharihari. Elemen Pemanfaatan Gerak Pada akhir fase E peserta didik dapat mengevaluasi fakta,konsep, prinsip, dan prosedur dan mempraktikkan latihan pengembangan kebugaran jasmani terkait kesehatan (physicsl fittness related health) dan kebugaran jasmani terkait keterampilan (physical fittness related skills), berdasarkan prinsip latihan (Frequency, Intensity, Time, Type/FITT) untuk mendapatkan kebugaran dengan status baik. Peserta didik juga dapat menunjukkan kemampuan dalam mengembangkan pola perilaku hidup sehat berupa penerapan konsep dan prinsip pergaulan sehat antar remaja dan orang lain di sekitarnya. Elemen Pengembangan Karakter dan Internalisasi Nilai-nilai Gerak Pada akhir fase E peserta didik mengembangkan tanggung jawab sosialnya dalam kelompok kecil untuk melakukan perubahan positif, menunjukkan etika yang baik, saling menghormati, dan mengambil bagian dalam kerja kelompok pada aktivitas jasmani atau kegiatan sosial lainnya. Peserta didik juga dapat menumbuhkembangkan cara menghadapi tantangan dalam aktivitas jasmani. 361 6. Fase F (Umumnya Kelas XI dan XII SMA/MA/SMK/MAK/Program Paket C ) Pada akhir fase F, peserta didik dapat menunjukkan kemampuan merancang dengan mengikuti beragam pola yang ada dan mempraktikkan berbagai aktivitas penerapan keterampilan gerak (motor skills) dilandasi dengan pengetahuan yang benar, merancang dengan mengikuti beragam pola yang ada dan mempraktikkan program latihan pengembangan kebugaran jasmani terkait kesehatan (physicsl fittness related health) dan kebugaran jasmani terkait keterampilan (physicsl fittness related skills) dan pengukurannya, pola perilaku hidup sehat, serta menunjukkan perilaku mengambil peran sebagai pemimpin kelompok kecil dengan menjunjung tinggi moral dan etika dalam menerapkan nilai-nilai aktivitas jasmani. Elemen Capaian Pembelajaran Elemen Keterampilan Gerak Pada akhir fase F peserta didik dapat menunjukkan kemampuan dalam mempraktikkan hasil rancangan sesuai ragam pola yang ada berupa penerapan keterampilan gerak (motor skills) permainan dan olahraga, aktivitas senam, aktivitas gerak berirama, dan aktivitas permainan dan olahraga air (kondisional) dengan berbagai bentuk taktik dan strategi. Elemen Pengetahuan Gerak Pada akhir fase F peserta didik dapat merancang prosedur, strategi, dan taktik dengan mengikuti beragam pola yang ada terkait dengan aktivitas penerapan keterampilan gerak (motor skills) berupa permainan dan olahraga, aktivitas senam, aktivitas gerak berirama, dan aktivitas permainan dan olahraga air (kondisional). Elemen Pemanfaatan Gerak Pada akhir fase F peserta didik dapat merancang dan mempraktikkan program latihan pengembangan kebugaran jasmani terkait kesehatan (physicsl fittness related health) dan kebugaran jasmani terkait keterampilan (physicsl fittness related skills) sesuai ragam pola yang ada, serta penggunaan instrumen pengukurannya untuk mendapatkan kebugaran dengan status baik. Peserta didik juga dapat menganalisis bahaya, cara penularan, dan cara pencegahan HIV/AIDS, serta menganalisis langkah-langkah melindungi diri dan orang lain dari Penyakit Menular Seksual (PMS). Elemen Pengembangan Karakter dan Internalisasi Nilai-nilai Gerak Pada akhir fase F peserta didik dapat mengambil peran sebagai pemimpin kelompok yang lebih besar dalam aktivitas jasmani dan olahraga dengan tetap menjunjung tinggi moral dan etika. Selain itu peserta didik dapat menginisiasi pembentukan komunitas peminatan agar orang lain menjalankan etika yang baik, saling menghormati, dan mengambil bagian dalam kerja kelompok sosial lainnya. Peserta didik juga dapat memengaruhi kelompoknya dalam mengekspresikan diri melalui aktivitas jasmani. 362 XX. CAPAIAN PEMBELAJARAN BAHASA ARAB SMA/MA/PROGRAM PAKET C A. Rasional Mata Pelajaran Bahasa Arab SMA/MA/Program Paket C Bahasa Arab berasal dari bahasa semit. Semit diambil dari kata Samiyah atau Sam anak Nabi Nuh (Bakalla, 2006). Bahasa Arab adalah bahasa internasional yang digunakan oleh 25 negara sebagai bahasa komunikasi sehari-hari, khususnya di kawasan Timur Tengah dan Afrika. Mayoritas penutur bahasa Arab terkonsentrasi di Afrika Utara, Jazirah Arab, dan Timur Tengah, yang dikenal sebagai dunia Arab. Negara yang mengklaim bahasa Arab sebagai bahasa resmi atau co-official, di antaranya Aljazair, Bahrain, Chad, Komoro, Djibouti, Mesir, Eritrea, Irak, Yordania, Kuwait, Libanon, Libya, Mauritania, Maroko, Oman, Palestina, Qatar, Arab Saudi, Somalia, Sudan, Suriah, Tanzania, Tunisia, Uni Emirat Arab, dan Yaman (Republika.co.id., 25 Agustus 2020). Terdapat enam negara berdaulat yang menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa nasional atau bahasa minoritas yang diakui yaitu Iran, Turki, Niger, Senegal, Mali, dan Siprus. Selain itu penutur bahasa Arab juga tersebar di seluruh dunia. Penutur ini terdapat di tempat jutaan migran Arab bermukim selama beberapa generasi terakhir, seperti Brasil, Eropa utara dan tengah, Amerika Serikat, dan Asia Tenggara. Jika menghitung semua ragam bahasa Arab saat ini, ada sekitar 313 juta penutur bahasa Arab di seluruh dunia, menjadikannya bahasa kelima yang paling banyak digunakan secara global setelah Mandarin, Spanyol, Inggris, dan Hindi. Mesir memegang rekor populasi pengguna bahasa Arab standar modern terbesar dengan sekitar 65 juta orang. Berikutnya Aljazair, yang memiliki sekitar 29 juta. Kemudian Sudan dengan 27 juta dan diikuti Irak, Arab Saudi, dan Maroko. Ada banyak penutur bahasa Arab di dunia seperti di Eropa, dengan hampir 4 persen populasi Belgia, sekitar 2,5 persen populasi Prancis, dan hampir 1,5 persen populasi Inggris yang berbicara bahasa Arab sebagai bahasa ibu. Amerika Serikat memiliki lebih dari satu juta penutur bahasa Arab. Di Brasil terdapat beberapa juta penutur bahasa Arab, yang merupakan migran Arab. Bahasa Arab menjadi bahasa dunia yang penting karena bahasa Arab selain bahasa komunikasi juga merupakan bahasa dunia Islam. Dengan mengetahui bahasa Arab fusha (baku) akan membantu 363 berkomunikasi dengan ratusan juta penutur di seluruh dunia. Bahasa Arab juga digunakan dalam ritual ibadah salat setiap hari bagi umat Islam di seluruh dunia. Peserta didik yang menguasai bahasa Arab akan mudah memahami ajaran Islam yang bersumber dari Alquran dan alhadits. Selain itu, menguasai bahasa Arab penting juga dalam ranah pengembangan bisnis. Terutama di industri energi, konstruksi, teknologi, dan real estate, yang telah memberikan dorongan ekonomi yang besar bagi banyak negara penghasil minyak, seperti Arab Saudi yang mengklaim bahasa Arab sebagai bahasa resmi. Sebagai bahasa internasional, selain berfungsi untuk komunikasi, bahasa Arab juga digunakan sebagai bahasa ilmu pengetahuan, bisnis, diplomatik, seni dan budaya, teknologi, akademik, dan pariwisata. Oleh karena itu bahasa Arab sangat penting dipelajari oleh para peserta didik di Indonesia sebagai bekal masa depan. Beberapa tahun ini sangat intens adanya ibadah umrah kaum milenial, sehingga peserta didik yang kompeten dalam berbahasa Arab dapat menjadi pembimbing (guide) umrah dari kalangan muda. Hal ini sangat mendukung misi sebagai pelajar Indonesia yang relijius, berwawasan maju, dan kompetetif di era global. Sebagai pelajar Indonesia yang memiliki keunggulan global, sudah selayaknya pelajar memiliki di Indonesia dapat mempelajari, memahami, dan keterampilan berbahasa Arab. Keunggulan dalam berkomunikasi, menghargai perbedaan dan budaya, cinta tanah air, dan bernalar kritis, serta menjadi manusia yang agamis merupakan pengejawantahan dari sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa. Hal inilah yang diharapkan dari Profil Pelajar Pancasila yang dapat hidup dalam suasana keagamaan dan keberagamaan yang harmonis. B. Tujuan Belajar Bahasa Arab SMA/MA/Program Paket C Mata pelajaran bahasa Arab bertujuan untuk memastikan peserta didik mampu: 1. melafalkan ungkapan bahasa Arab sehari-hari dengan baik dan benar sesuai dengan lahjah fusha (bahasa Arab baku/standar); 2. menerapkan keterampilan berbahasa Arab melalui mendengar (alistima’), berbicara (al-kalam), membaca (al-qiraah), dan menulis (al- 364 kitabah) yang diintegrasikan dengan pemahaman lintas budaya Arab di dalamnya; 3. menganalisis teks-teks bahasa Arab yang di dalamnya memuat nilai-nilai yang bermanfaat sebagai bekal pelajar di era global; 4. mengomunikasikan pesan-pesan positif kepada orang lain dalam bahasa Arab; dan 5. menyampaikan informasi dalam teks-teks bahasa Arab kepada orang lain terkait pengenalan diri, keluarga, kehidupan di sekolah, aktivitas sehari-hari, pengalaman-pengalaman hidup dan sebagainya serta informasi lainnya dengan penuh kesantunan berbahasa dan pemahaman lintas budaya (tafahum tsaqafi); C. Karakteristik Mata Pelajaran Bahasa Arab SMA/MA/Program Paket C Bahasa Arab memiliki karakteristik yang unik dan universal. Unik karena bahasa Arab memiliki ciri khas yang membedakannya dengan bahasa lainnya, Universal berarti adanya kesamaan nilai antara bahasa Arab dengan bahasa lainnya. Adapun beberapa ciri-ciri khusus bahasa Arab yang dianggap unik dan tidak dimiliki bahasa-bahasa lain di dunia adalah sebagai berikut. 1. Aspek Sistem Bunyi (Nizham Shauty) Bahasa pada hakikatnya adanya bunyi, yaitu berupa gelombang udara yang keluar dari paru-paru melalui pipa suara dan melintasi organ-organ speech atau alat bunyi. Bahasa Arab sebagai salah satu rumpun bahasa Semit memiliki ciri-ciri khusus dalam aspek bunyi yang tidak dimiliki bahasa lain. Ciri-ciri khusus itu antara lain: a. Vokal panjang dianggap sebagai fonem (َ‫ ﺃ‬، ‫ ِﺇﻱ‬، ‫) ﺃُﻭ‬. b. Bunyi tenggorokan (‫)ﺃﺻﻮﺍﺕ ﺍﻟﺤﻠﻖ‬, yaitu ‫ ﺡ‬dan ‫ﻉ‬ c. Bunyi tebal ( ‫)ﺃﺻﻮﺍﺕ ﻣﻄﺒﻘﺔ‬, yaitu ‫ ﺹ‬, ‫ﺽ‬, ‫ ﻁ‬dan ‫ ﻅ‬. d. Tekanan bunyi dalam kata atau stress (‫) ﺍﻟﻨﺒﺮ‬ e. Bunyi bilabial dental (‫) ﺷﻔﻮﻯ ﺃﺳﻨـﺎﻧﻰ‬, yaitu ‫ﻑ‬ 2. Aspek Sistem Kata (Nizham Sharfy) Pada aspek sistem ini kata dibangun dengan aturan-aturan pembentukan kata dan hubungannya satu dengan kata lainnya. Pada aspek sistem ini, di dalam bahasa Arab dikenal beberapa hal yang spesifik yaitu: 365 a. kata untuk tunggal (mufrad), kata untuk dua (mutsanna), dan kata untuk lebih dari 2 (jamak); b. kata maskulin (mudzakkar) dan kata feminin (muannats);dan c. Adanya isytiqaq, seperti dari kata “kitab”, bisa diubah menjadi kataba, yaktubu, uktub, katib, maktub, kutub, dan sebagainya. 3. Aspek Sistem Kalimat (Nizham Nahwi) 3.1. I’râb Bahasa Arab adalah sistem i’râb terlengkap yang bahasa mungkin yang tidak memiliki dimiliki oleh bahasa lain. I’râb adalah perubahan bunyi akhir kata, baik berupa harakat ataupun berupa huruf sesuai dengan jabatan atau kedudukan kata dalam suatu kalimat. I’râb berfungsi untuk membedakan antara jabatan suatu kata dengan kata yang lain yang sekaligus dapat mengubah pengertian kalimat tersebut. Contoh: ٌ‫ﺍﺳﻤﻲ ﺧﺎﻟﺪ‬ ‫ﺭﺃﻳﺖ ﺧﺎﻟﺪَﺍ‬ ‫ﺫﻫﺒﺖ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻤﺪﺭﺳﺔ ﻣﻊ ﺧﺎﻟ ٍﺪ‬ 3.2. Jumlah Ismiyyah dan Jumlah Fi’liyyah Komponen kalimat dalam bahasa pada dasarnya sama, yaitu subyek, predikat, dan obyek. Perbedaan antara satu bahasa dengan bahasa lainnya adalah struktur atau susunan (tarkib) kalimat itu. Bahasa Arab jumlah ismiyyah adalah kalimat yang diawali dengan ism atau kata benda, sedangkan jumlah fi’liyyah adalah kalimat yang diawali dengan fi’il atau kata kerja. Contoh pola kalimat sederhana dalam bahasa Arab. ‫ ﺍﺳﻢ‬+ ‫ﺍﺳﻢ‬ Contoh: ‫ﻣﺤﻤﺪ ﻣﺪﺭﺱ‬ ‫ﻓﺎﻁﻤﺔ ﻣﺪﺭﺳﺔ‬ ‫ ﺍﺳﻢ‬+ ‫ﻓﻌﻞ‬ Contoh: ‫ﻳﺪﺭﺱ ﻋﻘﻴﻞ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﺪﺭﺳﺔ‬ ّ ‫ﺗﺪﺭﺱ ﻓﺎﻁﻤﺔ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﺪﺭﺳﺔ‬ ّ 366 ‫ ﺍﺳﻢ‬+ ‫ ﺍﺳﻢ‬+ ‫ﻓﻌﻞ‬ Contoh: ‫ﻗﺮﺃ ﺍﻟﺘﻠﻤﻴﺬ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ‬ ‫ﺳﺎﻋﺪ ﻋﻘﻴﻞ ﺍﻷﻡ‬ 3.3. Muthabaqah (Kesesuaian) Ciri yang sangat menonjol dalam susunan kalimat bahasa Arab antara adalah diharuskannya muthâbaqah atau beberapa bentuk kalimat. Misalnya kesesuaian harus ada muthâbaqah antara mubtada’ dan khabar dalam hal jumlah (‘adad) seperti kata bermakna tunggal (mufrad), kata bermakna dua (mutsannâ), dan kata bermakna lebih dari dua (jama’)., Jenis misalnya untuk maskulin (mudzakkar) dan feminin (muannats), harus ada muthâbaqah antara maushûf dan shifat terkait jumlah (‘adad), jenis perubahan akhir kata (i’râb) seperti baris dhammah (rafa’), baris fathah (nasab), baris kasrah (jar), kata yang belum definitif (nakirah), serta kata yang definitif (ma’rifah), dan sejenisnya. Elemen-elemen mata pelajaran bahasa Arab adalah sebagai berikut. Elemen Deskripsi Menyimak (al-Istima’) Menyimak (al-Istima’) merupakan aktivitas yang melibatkan penggunaan alat pendengaran (telinga), pikiran dan konsentrasi penuh terhadap apa yang sedang didengar. Aktivitas menyimak ini memuat kegiatan peserta didik untuk mendengarkan huruf hijaiyah, kosakata bahasa Arab (mufradat) keseharian minimal 500 kosakata, kalimat-kalimat bahasa Arab (al-jumlah al-arabiyyah), paragraf (al-faqrah), teks-teks sederhana (al-nushus al-Arabiyyah), serta lagulagu (al-ughniyyah) yang didengarkan (fahm almasmu’) melalui media HP, radio, televisi, internet, dan media lainnya. Adapun subelemen dari menyimak bahasa Arab, antara lain: a. mengidentifikasi bunyi; b. melafalkan ulang kata yang diperdengarkan; c. emahami ujaran; d. memahami teks sederhana dalam bentuk dialog (menentukan fakta atau informasi); dan e. emahami teks dalam bentuk narasi (menentukan informasi atau fakta, menentukan informasi tersirat, dan menyimpulkan). Berbicara (al-Kalam) Berbicara (al-kalam) merupakan kegiatan untuk mengungkapkan dan menjelaskan sesuatu sesuai 367 Elemen Deskripsi dengan maksud pembicara. Kegiatan berbicara dalam bahasa Arab memuat kegiatan pelajar untuk memberi salam, menyapa, berterima kasih (taqdim al-syukr), memberi informasi, bertanya jawab (al-su’al wa al-jawab), berdialog dengan orang lain (muhawarah/muhadatsah), berdiskusi (munaqasyah), menjelaskan maksud, menjabarkan sifat seseorang dan benda, menyampaikan pesan-pesan, mempresentasikan suatu aktivitas sehari-hari (al-a’mal alyaumiyyah), bercerita tentang keluarga (al-usrah), wisata (al-rihlah), kehidupan di sekolah (al-hayat fi al-madrasah), serta menganalisis muatan dari teks yang memiliki nilai-nilai positif dalam hidup peserta didik. Adapun subelemen dari berbicara antara lain: a. menggunakan bentuk ungkapan baku (memberi salam, berterima kasih (taqdim alsyukr), meminta maaf (i’tizar), meminta izin (isti’zan), salam perpisahan (wada’an), ucapan selamat (tahni’ah), dan sebagainya. b. memperkenalkan diri (ta’aruf) dengan baik, sopan santun dan sesuai dengan pemahaman lintas budaya. c. menceritakan gambar tunggal/foto/film singkat/kartu (bithaqah syakhsiyyah, bithaqah al-tullab). d. menceritakan gambar berseri (suwar musalsalah). e. mendeskripsikan sifat seseorang, hewan, dan benda. f. mendeskripsikan obyek (misalnya kelas atau peristiwa) dan suatu suasana (perasaan hati, pegunungan, pantai, dan sebagainya). g. melakukan dialog, diskusi, dan wawancara singkat. Membaca (al-Qira’ah) Membaca (al-qira’ah) merupakan kegiatan memahami huruf, kata, dan kalimat dalam teks bahasa Arab. Kegiatan membaca (al-qira’ah) ini memuat kegiatan peserta didik yang terkait dengan aktivitas memahami, menganalisis makna dan pesan dari teks-teks bahasa Arab, menyimpulkan isi teks, dan menangkap makna yang tersurat dan tersirat (fahm al maqru’) dari buku, internet, koran, makalah, brosur, dan ragam teks lainnya. Secara umum subelemen dari kegiatan membaca (al-qira’ah) dalam bahasa Arab meliputi: a. membaca huruf, kata dan kalimat serta teks bahasa Arab dengan lancar, cermat, dan tepat; b. menentukan arti kosa kata dalam konteks kalimat tertentu; c. menemukan fakta tersurat dalam teks; d. menemukan makna tersirat dalam teks; e. menemukan ide pokok dalam paragraf; f. menghubungkan ide-ide yang terdapat dalam 368 Elemen Deskripsi bacaan; g. menyimpulkan ide pokok bacaan; dan h. menjelaskan budaya dalam teks bacaan. Menulis (al-Kitabah) Menulis (al-kitabah) merupakan kegiatan berbahasa yang melibatkan aktivitas kekuatan pikiran dalam bernalar, kekuatan dan kelenturan tangan untuk membentuk huruf dan kata menjadi kalimat dan teks, serta kekuatan penglihatan (mata) untuk membantu tangan dan pikiran. Kegiatan menulis (al-kitabah) bahasa Arab ini memuat kegiatan peserta didik yang terkait dengan keterampilan menulis huruf hijaiyah dengan benar dan tepat, indah (khat), menulis kosakata (mufradat) dan kalimat (jumlah) serta teks dalam bahasa Arab, menjawab pertanyaan, menjelaskan suatu kegiatan, mengungkapkan perasaan, memberikan informasi, membuat kesimpulan, menguraikan keadaan/suasana di suatu tempat, dan menganalisis teks dalam bahasa Arab secara tertulis dengan benar. Adapun subelemen dari kegiatan menulis (alkitabah) antara lain: a. mengurutkan huruf dan kata menjadi kalimat; b. menyusun kalimat menjadi teks sesuai topik dan konteks; c. mengisi formulir biodata (bayanat syakhsiyyah) d. menyusun teks berdasarkan gambar; e. menyusun kalimat berdasarkan ragam tulisan (narasi/qasasi dan deskripsi/washfi); f. mengurutkan kalimat menjadi paragraf; g. mendeskripsikan sifat orang, benda, obyek atau gambar, foto, film singkat, dan kartu. h. mendeskripsikan suasana dan tempat (suasana hati, perasaan, tempat wisata seperti pantai, dan sebagainya) i. menyusun kalimat atau teks berdasarkan pertanyaan; j. mendeskripsikan obyek; k. mendeskripsikan gambar berseri; dan l. menyusun paragraf berdasarkan pertanyaan. D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Bahasa Arab SMA/MA/Program Paket C Setiap Fase Fase F (Umumnya untuk kelas XI dan XII SMA/MA/Program Paket C) Pada akhir fase F, peserta didik diharapkan dapat: 1) menyimak hurufhuruf hijaiyah minimal 500 kosakata dan kalimat-kalimat bahasa Arab; 2) mengungkapkan kosakata dan kalimat bahasa Arab; 3) 369 memahami teks-teks dialog/percakapan, cerita narasi, dan deskripsi; dan 4) menyusun karangan yang berisi dialog/percakapan, cerita narasi, dan deskripsi bahasa Arab. Fase F Berdasarkan Elemen Elemen Menyimak (al-Istima’) Pada akhir fase ini diharapkan peserta didik dapat menyimak huruf-huruf hijaiyah minimal 500 kosakata dan kalimat-kalimat bahasa Arab. Menyimak huruf hijaiyah. Pada fase ini peserta didik dapat menyimak huruf-huruf hijaiyah yang sesuai dengan pelafalannya. Peserta didik dapat membedakan huruf-huruf yang keluar secara tepat (makharij alhuruf) dengan benar dan menirukan huruf-huruf yang didengarnya. Selain itu, peserta didik dapat menyimak dan menirukan kata-kata (mufradat) dan kalimat (jumlah basithah). Menyimak kosakata, kalimat, dan teks bahasa Arab. Pada fase ini peserta didik dapat menyampaikan kembali kosakata dan kalimat yang didengar dengan baik dan benar terkait menjawab sapaan, berterima kasih (taqdim al-syukr), meminta izin (isti’zan), meminta maaf (i’tizar), ungkapan perpisahan (wada’an), ungkapan selamat (tahni’ah) mengungkapkan persetujuan (almuwafaqah), dan teks-teks bahasa arab lainnya. Menyimak dialog, monolog, dan deskripsi tentang sesuatu dan cerita singkat. Pada fase ini peserta didik dapat mendengar teksteks dialog, monolog, teks-teks deskripsi tentang sesuatu (orang, hewan, dan benda), dan cerita bahasa Arab dengan baik dan dapat menuliskannya dengan benar, baik, dan indah (khat). Elemen Berbicara (al-Kalam) Pada akhir fase ini diharapkan peserta didik dapat mengungkapkan kosakata dan kalimat bahasa Arab dengan penguasaan minimal 500 kosakata. Merespon ungkapan sehari-hari sesuai pemahaman lintas budaya Pada fase ini peserta didik dapat mengungkapkan jawaban atau merespon pertanyaan-pertanyaan terkait menjawab sapaan, berterima kasih (taqdim al-syukr), meminta izin (isti’zan), meminta maaf (i’tizar), dan ungkapan perpisahan (wada’an), ungkapan selamat (tahni’ah) dan mengungkapkan persetujuan (al-muwafaqah) dengan baik, santun, dan sesuai dengan pemahaman lintas budaya (tafahum tsaqafi). Menyampaikan informasi. Pada fase ini peserta didik dapat menyampaikan informasi terkait perkenalan diri (ta’aruf), keluarga (usrah), kegiatan sekolah (amaliyyah fi al-madrasah), fasilitas di sekolah (al-marafiq fi almadrasah), tempat wisata (al-amakin al-nuzhah), dan waktu dalam kegiatan sehari-hari (al-a’mal al-yaumiyyah) secara lisan. Menyampaikan isi pesan suatu teks. Pada fase ini peserta didik dapat menyampaikan pesan dalam teks secara lisan tentang isi teks narasi (qasasi), deskripsi (washfi), surat 370 (risalah/khitobah), teks prosedural, dan cara membuat sesuatu secara singkat, iklan, dan laporan singkat secara lisan. Elemen Membaca (al-Qira’ah) Pada akhir fase ini diharapkan peserta didik dapat memahami teks-teks dialog/percakapan, cerita narasi, dan deskripsi bahasa Arab yang yang menunjukkan peserta didik telah menguasai minimal 500 kosakata. Membaca huruf, kosakata, kalimat, dan teks dengan tepat, baik, dan benar. Pada fase ini peserta didik dapat membaca kosakata, kalimat-kalimat dan teks-teks bahasa Arab dengan lancar, cermat, dan tepat sesuai dengan harakat dan tata bahasa (qawaid) yang benar terkait teks perkenalan diri (ta’aruf), keluarga (usrah), kegiatan sekolah (al-amaliyyah fi al-madrasah), fasilitas di sekolah (al-marafiq fi al-madrasah), tempat wisata (al-amakin alnuzhah), dan waktu dalam kegiatan sehari-hari (al-a’mal al-yaumiyyah). Menangkap makna kosakata dan menerjemah kalimat dalam teks. Pada fase ini peserta didik dapat menangkap makna kosakata dan menerjemah kalimat dalam teks bahasa Arab terkait dialog/percakapan (muhawarah/muhadatsah), narasi (qasasi) dan deskripsi (washfi), dan surat (risalah/khitobah). Menganalisis pemahaman lintas budaya (tafahum tsaqafi) dalam teks bahasa Arab. Pada fase ini peserta didik dapat menganalisis pemahaman lintas budaya (tafahum tsaqafi) yang ada dalam teks-teks bahasa Arab, dari kebiasaan (al-taqalid), adat istiadat (al-adat), lingkungan (albi’ah), latar belakang (al-khalfiyyah), agama/keyakinan (al-adyan), karakter (al-sifat), gerak tangan (harakah al-yadi), mimik wajah (surat al-wajh), nada suara (nagham al-shaut), gerak tubuh (harakah al-badan), dan lainnya. Elemen Menulis (Al-Kitabah) Pada akhir fase ini diharapkan peserta didik dapat menyusun karangan yang berisi dialog/percakapan, cerita narasi, dan deskripsi bahasa Arab yang menunjukkan peserta didik telah menguasai minimal 500 kosakata. Subelemen: Menulis huruf, kata, dan kalimat. Pada fase ini peserta didik dapat menulis huruf hijaiyah, kata dan kalimat bahasa Arab dengan tepat, benar, dan indah (khat). Subelemen: Pada fase ini peserta didik dapat menyusun jawaban dari pertanyaan secara tertulis dalam Menyusun jawaban bahasa Arab dengan baik dan benar. pertanyaan dalam teks Subelemen: Menyusun karangan singkat (insya mujaz) Pada fase ini peserta didik dapat menyusun formulir atau biodata (bayanat syakhsiyyah), karangan secara tertulis dalam bahasa Arab secara sederhana dengan baik dan benar terkait perkenalan diri (ta’aruf), keluarga (usrah), kegiatan sekolah (al-a’mal fi al-madrasah), fasilitas di sekolah (al-marafiq fi al-madrasah), tempat wisata (al-amakin al-nuzhah), dan waktu dalam kegiatan sehari-hari (al-a’mal alyaumiyyah), baik dengan ragam tulisan narasi maupun deskripsi serta teks prosedur. 371 XXI. CAPAIAN PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG SMA/MA/PROGRAM PAKET C A. Rasional Mata Pelajaran Bahasa Jepang SMA/MA/Program Paket C Seiring dengan kemajuan zaman yang diikuti dengan perkembangan teknologi digital, dunia semakin terbuka. Hal itu memberikan banyak peluang dan kesempatan untuk mengembangkan diri dan bersaing di dunia internasional. Penguasaan bahasa Jepang sebagai bahasa asing akan mempermudah interaksi dan menyerap berbagai perkembangan teknologi. Pemahaman lintas budaya seperti adat istiadat, kebiasaan, norma-norma, bahasa, dan cara berkomunikasi akan tertuang dalam teks-teks yang dipelajari sehingga dapat menumbuhkan rasa cinta terhadap budaya bangsa sendiri. Oleh karena itu, keterampilan berbahasa Jepang dapat digunakan dalam berinteraksi dengan masyarakat Jepang di dunia bisnis, perdagangan, industri, pariwisata, pendidikan, dan menjadi sarana refleksi diri terhadap budaya bangsa sendiri. Dengan menguasai bahasa Jepang, peserta didik akan memiliki peluang meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi atau bekerja di perusahaan Jepang baik di dalam maupun di mancanegara. Kurikulum mata pelajaran Bahasa Jepang di jenjang pendidikan menengah adalah setara level A2 (pemula) JF Standard. Dalam JF Standard terdapat Can-do CEFR dan Can-do JF. Can-do CEFR adalah deskripsi umum yang abstrak, sedangkan Can-do JF memberikan situasi penggunaan bahasa Jepang sebagai gambaran kegiatan bahasa yang konkret. pembelajaran, Dengan menjadikan dimungkinkan Can-do merancang sebagai target pembelajaran untuk mencapai kemampuan berkomunikasi yang sesungguhnya dengan minimal alokasi waktu 5 JP per minggu. Pendekatan pembelajaran Bahasa Jepang tetap mengacu pada level kompetensi Taksonomi Bloom atau Anderson Krathwohl yang disesuaikan dengan kemampuan individual peserta didik. Oleh karena itu, pengajar (communicative harus menggunakan approach), bukan pendekatan pendekatan komunikatif gramatikal dan penerjemahan dengan memperhatikan tahapan taksonomi tersebut. Selain itu, dengan belajar bahasa Jepang, peserta didik dapat memahami pengetahuan sosial-budaya dan interkultural sehingga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Dengan memahami 372 budaya Jepang serta interaksinya dengan budaya Indonesia, mereka dapat mengembangkan pemahaman yang mendalam tentang budaya Indonesia, memperkuat identitas dirinya, dan dapat menghargai perbedaan. Pembelajaran bahasa Jepang membantu peserta didik menyiapkan diri untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat yang reflektif, kritis, kreatif, serta memiliki kebinekaan global sesuai tujuan yang ingin dicapai yaitu Profil Pelajar Pancasila. B. Tujuan Mata Pelajaran Bahasa Jepang SMA/MA/Program Paket C Mata pelajaran Bahasa Jepang bertujuan untuk memastikan peserta didik mencapai kemampuan berkomunikasi level A2 (pemula) JF Standar dengan memperhatikan butir- butir berikut: 1. mengembangkan kompetensi komunikatif dalam bahasa Jepang dengan berbagai teks multimodal (lisan, tulisan, visual, audiovisual); 2. mengembangkan kompetensi interkultural untuk memahami dan menghargai perspektif, praktik, produk budaya Jepang, sekaligus mampu merefleksi budaya sendiri; 3. mengembangkan kepercayaan diri untuk berekspresi sebagai individu yang mandiri dan bertanggung jawab; 4. mengembangkan creative, keterampilan communicative, abad collaborative, ke-21 (critical curiocity, thinking, computational thinking); 5. memfasilitasi peserta didik yang berminat untuk mempelajari dan menguasai bahasa Jepang secara menyeluruh; dan 6. memperkaya peserta didik dengan pengetahuan bahasa Jepang yang lebih luas dan komprehensif. C. Karakteristik Mata Pelajaran Bahasa Jepang SMA/MA/Program Paket C Karakteristik dalam bahasa Jepang diklasifikasikan ke dalam lima kelompok, yaitu hatsuon (pelafalan), moji (huruf), goi (kosakata), bunpou (tata bahasa), dan hyougen (ungkapan) yang harus dipelajari secara menyeluruh dan terintegrasi. Pembelajaran bahasa Jepang tingkat SMA/MA/Program Paket C mengasah kemampuan berkomunikasi peserta didik berdasarkan JF Standard dengan memperhatikan hal-hal berikut. 373 1. Komunikasi Aktivitas komunikasi merupakan suatu kegiatan manusia sebagai individu dan antarindividu satu dengan lainnya. Halliday dalam Brown (2007) menyebutkan bahwa salah satu fungsi bahasa adalah sebagai sarana interaksi, bertujuan untuk menjamin serta memantapkan ketahanan dan kelangsungan komunikasi, juga interaksi sosial. Keberhasilan komunikasi seperti ini menuntut pengetahuan secukupnya mengenai banyak segi, seperti budaya, tata krama pergaulan, cerita rakyat, dan sebagainya. Mempelajari bahasa asing tidak terlepas dari pengetahuan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis atau lebih dikenal dengan istilah empat keterampilan berbahasa. Dalam bahasa Jepang, hal itu disebut dengan yon-ginou (4技能). Menyimak adalah keterampilan mendengarkan atau memperhatikan dengan baik-baik apa yang diucapkan dan dibaca oleh seseorang. Berbicara adalah keterampilan untuk menyampaikan gagasan, pikiran, serta perasaan secara lisan dalam interaksi sosial. Membaca adalah keterampilan melihat/mengamati serta memahami isi dari apa yang tertulis dengan melisankan atau di dalam hati. Menulis adalah keterampilan dalam merangkai huruf menjadi sebuah sebagainya, kata/frasa/kalimat/paragraf, menjadi sesuatu yang angka, bermakna dan untuk dikomunikasikan/disampaikan. 2. Reseptif Aktivitas reseptif adalah aktivitas menyimak dan memahami tuturan dalam bentuk tulis yang dapat dipadankan dengan aktivitas membaca. Pada aktivitas menyimak sangat dibutuhkan kemampuan untuk memperhatikan dan mendengarkan dengan baik apa yang diucapkan oleh orang lain dalam bentuk monolog maupun dialog. Contohnya siaran berita, pengumuman informasi di bandara mengenai jadwal keberangkatan, orang yang sedang bercakap-cakap di telepon, dan sebagainya. Adapun pada aktivitas membaca dibutuhkan kemampuan untuk memahami isi tulisan orang lain. Contohnya, membaca di dalam hati atau dilisankan, yakni berupa pengumuman, ulasan berita surat kabar, iklan mengenai lowongan kerja, surat, dan sebagainya. 374 3. Produktif Produktif adalah proses untuk menghasilkan sesuatu berupa ujaran atau dalam bentuk tulisan. Suatu ujaran yang dihasilkan setelah melalui proses pemahaman tuturan orang lain dapat dipadankan dengan aktivitas berbicara. Aktivitas menulis merujuk pada proses menghasilkan suatu tulisan, seperti berupa huruf, angka, dan sebagainya. Kemahiran berbicara dan menulis termasuk ke dalam kategori keterampilan yang bersifat produktif 4. Kompetensi Linguistik Kompetensi linguistik seseorang berkaitan dengan pengetahuan akan sistem bahasa, struktur bahasa, kosakata, hingga seluruh aspek kebahasaan tersebut saling berhubungan untuk membentuk makna. Indikator kompetensi linguistik yang berkaitan dengan kemampuan berbicara meliputi: (1) kecakapan menggunakan kata dengan makna khusus yang berkaitan dengan ungkapan dalam percakapan sehari-hari; (2) kecakapan memahami bentuk kata dan pola kalimat yang tepat dalam sebuah percakapan, mulai dari percakapan pendek hingga panjang; (3) kecakapan menafsirkan dengan tepat apa yang didengar kemudian dilisankan dengan baik. Kompetensi sosiolinguistik adalah kemampuan untuk memahami konteks sosial di mana bahasa tersebut digunakan. Kompetensi sosiolinguistik meliputi peran pendengar dan pembicara, informasi yang mereka bagi, serta fungsi dan tujuan interaksi. 5. Interaksi Interaksi dapat dikategorikan secara verbal maupun nonverbal. Interaksi bentuk verbal dapat berupa pemaparan tuturan, yakni penggunaan kata-kata sendiri, penggunaan contoh, penggunaan rekonstruksi kalimat, dan penggunaan analogi serta penciptaan kata, yakni berupa bagian kata atau frasa, penggunaan sinonim, dan penggunaan asosiasi kata. Interaksi bentuk nonverbal meliputi penggunaan isyarat atau gestur, penggunaan gerakan, intonasi, dan sikap yang ditunjukkan kepada lawan bicara. Mata pelajaran bahasa Jepang memiliki 4 elemen, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Berikut adalah penjelasan tentang hal tersebut. 375 Elemen Menyimak Deskripsi Menyimak adalah keterampilan seseorang menerima informasi, memberikan apresiasi kepada lawan bicara, dan memahami informasi yang didengar sehingga peserta didik dapat menyampaikan tanggapan secara relevan dan kontekstual. Proses yang terjadi dalam menyimak mencakup kegiatan seperti mendengarkan, mengidentifikasi, memahami, menginterpretasi bunyi bahasa, lalu menyimpulkan makna. Keterampilan menyimak juga merupakan kemampuan komunikasi nonverbal yang mencakup seberapa baik seseorang menangkap makna (tersirat dan tersurat) pada sebuah paparan lisan dan memahami ide pokok dan pendukung pada konten informasi maupun konteks yang melatari paparan tersebut. Berbicara Berbicara adalah keterampilan seseorang untuk menyampaikan gagasan, pikiran, serta perasaan secara lisan dalam interaksi sosial. Membaca Membaca adalah keterampilan seseorang untuk memahami, menggunakan, dan merefleksi teks sesuai tujuan dan kepentingannya untuk mengembangkan pengetahuan dan potensinya agar peserta didik dapat berpartisipasi dengan masyarakat. Menulis Menulis adalah keterampilan seseorang untuk menyampaikan, mengomunikasikan gagasan, mengekspresikan kreativitas, dan mencipta dalam beragam genre teks tertulis, dengan cara yang efektif dan dapat dipahami serta diminati oleh pembaca. D. Capaian Pembelajaran Bahasa Jepang SMA/MA/Program Paket C Setiap Fase Fase F (Umumnya untuk kelas XI dan XII SMA/MA/Program Paket C) Pada akhir fase F, peserta didik mampu berinteraksi dengan orang lain dalam situasi/kondisi sehari-hari dan lingkup sekolah. Dalam mengembangkan keterampilan menyimak dan berbicara, peserta didik mengikuti/merespons instruksi atau pertanyaan sederhana dalam bahasa Jepang dan membagikan informasi kepada orang lain dengan kosakata sederhana . Peserta mampu berkomunikasi dengan mencari informasi mandiri melalui berbagai sumber, seperti internet, majalah, lagu, film, dan sebagainya didik menggunakan alat bantu visual dan komunikasi nonverbal. Peserta didik merespons berbagai wacana dalam bahasa Jepang dan menggunakan bahasa Jepang sederhana untuk berinteraksi dan berkomunikasi dalam kegiatan sehari-hari. Peserta didik memahami rangkaian bunyi huruf pada kosakata 376 sederhana dalam bahasa Jepang dan menggunakan pemahaman tersebut untuk memproduksi berbagai wacana sederhana dalam bahasa Jepang dengan bantuan contoh baik secara individu ataupun berkolaborasi dalam kelompok. Peserta didik mampu memahami, menggunakan, menganalisis teks lisan, tulisan, dan visual dalam bahasa Jepang sederhana untuk berkomunikasi sesuai dengan tujuan dan situasi/kondisi yang nyata. Fase F Berdasarkan Elemen. Elemen Menyimak Capaian Pembelajaran Peserta didik mampu mengidentifikasi sebuah teks/ujaran, memperkirakan, menafsirkan, menginterpretasikan maksud dan tujuan sebuah teks/informasi, memahami informasi yang disampaikan, menggunakan teks/informasi yang diperlukan, menyimpulkan dan menganalisis sebuah teks/informasi sederhana yang disampaikan. Berbicara Peserta didik mampu menyebutkan dan mengulang sebuah teks/informasi yang disampaikan, menjelaskan tentang teks/informasi yang diperoleh, menerapkan dan menanggapi teks/informasi yang diterima, membandingkan dan menceritakan kembali tentang sebuah topik Membaca Peserta didik mampu mengidentifikasi dan memahami sebuah teks/informasi, membaca dengan jelas dan tepat, menentukan teks/informasi penting, menganalisis dan menghubungkan suatu teks/informasi penting sederhana dan jelas. Menulis Peserta didik mampu mengidentifikasi sebuah pesan/konten/informasi, menuliskan pesan/konten/informasi singkat, menyampaikan pesan/ konten/informasi sederhana, menganalisis dan menyimpulkan sebuah pesan/konten/informasi secara sederhana, menyusun/mengarang pesan/konten/informasi sederhana sebuah topik. 377 XXII. CAPAIAN PEMBELAJARAN BAHASA JERMAN A. Rasional Mata Pelajaran Bahasa Jerman SMA/MA/Program Paket C Bahasa Jerman merupakan salah satu mata pelajaran bahasa asing yang ditawarkan di sekolah pada jenjang menengah atas (SMA/SMK/MA). Pembelajaran bahasa Jerman difokuskan bukan hanya pada penguasaan keterampilan berbahasa, melainkan juga diarahkan pada pengembangan wawasan, karakter, dan kepribadian peserta didik. Bahasa Jerman tidak hanya digunakan sebagai bahasa resmi di negara Jerman. Hampir 130 juta orang di Jerman, Austria, Swiss, Luxemburg, Belgia, Liechtenstein, dan Südtirol (Italia) memakai bahasa Jerman sebagai bahasa ibu atau sebagai bahasa kedua yang digunakan secara rutin. Penggunaan bahasa Jerman juga meningkat di negara-negara kuat baru, seperti Tiongkok, India, dan Brasil, seperti halnya juga di kawasan Asia. Sebagai bahasa asing, bahasa Jerman dipelajari oleh puluhan juta orang, baik di Asia maupun di Afrika. (Sumber: https://www.tatsachen-über-deutschland.de). Hasil survei terakhir yang dilakukan oleh Deutsche Welle, Goethe Institut, dan DAAD di Berlin setiap lima tahun "German as a foreign language worldwide" (Jerman sebagai bahasa asing di seluruh dunia) menunjukkan ada 15,4 juta orang yang belajar bahasa Jerman. Tahun 2000 jumlahnya meningkat, yaitu 20,1 juta orang. Harus dicatat juga, survei tidak mengikutsertakan mereka yang belajar sendiri. (Sumber: https://www.dw.com tanggal 06.06.2020) Secara global bahasa Jerman banyak digunakan di bidang pendidikan, pekerjaan, ilmu pengetahuan dan teknologi, pariwisata, seni, dan budaya. Bahasa Jerman merupakan bahasa terpenting kedua untuk bidang ilmu pengetahuan. Negara Jerman menduduki tempat ketiga di dunia dalam pemberian beasiswa riset/penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan bagi negara-negara luar termasuk Indonesia. Jerman juga menyediakan banyak beasiswa untuk kuliah di Jerman. Selain itu, peluang untuk dapat berkunjung ke Jerman dalam rangka mempelajari bahasa dan budaya Jerman juga terbuka bagi siswa sekolah menengah atas dan mahasiswa melalui pemberian beasiswa di bidang pertukaran siswa dan mahasiswa. Bagi warga asing usia muda terdapat visa khusus yang memungkinkan bekerja sambil berlibur, sedangkan untuk profesi tertentu 378 terdapat kemudahan untuk memperoleh izin kerja. Saat ini negara Jerman juga membuka peluang bagi warga asing usia muda untuk mengikuti pendidikan vokasi (Ausbildung) dan dapat langsung bekerja di Jerman atau kembali ke negara asal untuk bekerja dengan kompetensi di bidangnya, seperti bidang pariwisata dan perhotelan, gastronomi, perkantoran, teknik informatika, serta bidang kesehatan. Jerman menjadi salah satu pasar utama pariwisata Indonesia di kawasan Eropa. Wisatawan asal Jerman saat ini berada di peringkat ketiga untuk wilayah Eropa setelah Inggris dan Prancis. Meski secara umum angka turis global mengalami penurunan, namun jumlah wisatawan Jerman ke Indonesia meningkat. Rata-rata wisatawan mancanegara (wisman) asal Jerman yang berkunjung ke Indonesia menghabiskan waktu selama dua minggu dengan pengeluaran berkisar US$ 2 ribu – US$ 2.500. (Internationale Tourism Bourse - ITB Berlin 2019 6 Maret 2019). Selain itu, Jerman juga banyak melahirkan sastrawan dan seniman dengan karya besarnya. Beberapa yang sangat dikenal adalah J.W. von Goethe, Friedrich Schiller, Günther Grass, Heinrich Heine, dan Ludwig van Beethoven. Di Indonesia, beberapa perusahaan Jerman juga memberikan kontribusi bagi roda perekonomian Indonesia. Bahasa Jerman membuka peluang bagi siswa untuk membekali masa depannya dalam meraih peluang-peluang di semua bidang. Peluang untuk meraih kesempatan di semua bidang di Jerman dan penyiapan peserta didik agar menjadi pribadi yang siap dengan perubahan secara global merupakan dasar pengembangan pembelajaran bahasa Jerman. Pengembangan program pembelajaran bahasa Jerman perlu mempertimbangkan kebijakan yang berlaku di negara-negara penutur bahasa Jerman. Bertitik tolak dari dasar pengembangan tersebut, maka pembelajaran bahasa Jerman merujuk pada standar yang berlaku sebagai Europӓische “paspor Referenzrahmen bahasa”, fϋr yaitu Sprachen Standar (GER) Gemeinsame (eng. Common European Framework of Reference for Languages (CEFR)). Bahasa Jerman memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk membuka wawasan yang berkaitan dengan diri sendiri, hubungan sosial, dan kebudayaan. Mempelajari bahasa Jerman memberikan peserta didik kemampuan untuk mendapatkan akses ke dunia luar, memahami cara berpikir yang berbeda, dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Bahasa Jerman mendorong peserta didik menggunakan kemampuan 379 kognitif dan kemampuan linguistik melalui aktivitas mengamati, menganalisis, menginterpretasi, mengelaborasi, menerapkan pengetahuan budaya, memecahkan masalah tentang topik yang dibicarakan, menyimpulkan, dan mempresentasikan topik secara lisan dan tulis. Dengan memahami budaya lain dan interaksinya dengan budaya Indonesia, peserta didik mengembangkan pemahaman yang mendalam tentang budaya Indonesia, memperkuat identitas dirinya sebagai manusia Indonesia, dan dapat menghargai perbedaan. Bahasa Jerman membantu peserta didik memiliki wawasan kebinekaan global dalam rangka menyiapkan diri sebagai warga global (global citizenship). Standar GER menetapkan estimasi jumlah jam pelajaran untuk mencapai kemampuan berbahasa Jerman pada tingkat tertentu. Tabel di bawah ini menyajikan jumlah jam pelajaran dan tingkat kemampuan berbahasa Jerman. (Sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/Common European Framework of Reference for Languages) Selama kelas XI dan XII peserta didik belajar bahasa Jerman dengan alokasi waktu minimal lima (5) jam pelajaran per minggu. Apabila dihitung total alokasi waktu untuk belajar bahasa Jerman selama dua (2) tahun atau empat (4) semester, peserta didik dapat mencapai kemampuan berbahasa Jerman setara tingkat A2. Berdasarkan data dan fakta tentang peluang, tujuan, kebermaknaan penguasaan bahasa Jerman, dan total alokasi waktu belajar yang tersedia, maka capaian pembelajaran bahasa Jerman mengacu pada standar GER tingkat A2. Oleh sebab itu, pembelajaran bahasa Jerman menetapkan pencapaian minimal setara tingkat A2 standar GER bagi peserta didik yang belajar bahasa Jerman. B. Tujuan Belajar Mata Pelajaran Bahasa Jerman SMA/MA/Program Paket C Mata pelajaran bahasa Jerman bertujuan untuk memastikan peserta didik mampu: 1. mengembangkan kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Jerman tulis dan lisan dalam konteks kehidupan sehari-hari dan 380 lingkungan sekitar peserta didik setara dengan tingkat A2 standar Gemeinsame Europӓische Referenzrahmen fϋr Sprachen (GER); 2. mengembangkan pemahaman lintas budaya untuk memahami dan menghargai budaya yang berbeda dan meningkatkan pemahaman terhadap budaya sendiri; 3. mengembangkan kepercayaan diri untuk berekspresi sebagai individu yang religius, mandiri, berkepribadian, dan bertanggung jawab dalam rangka mempersiapkan diri menjadi warga global (global citizenship); 4. mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif; 5. mengembangkan kemampuan literasi melalui pengembangan strategi membaca berbagai jenis teks sederhana berbahasa Jerman; 6. mengembangkan karakter peserta didik sehingga menjadi individu yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, memiliki semangat gotong royong, kreativitas, serta kemandirian. C. Karakteristik Mata Pelajaran Bahasa Jerman SMA/MA/Program Paket C Pembelajaran bahasa Jerman mencakup keterampilan berbahasa reseptif (menyimak dan membaca) dan produktif (berbicara dan menulis). Pembelajaran keempat keterampilan berbahasa disajikan secara terintegrasi. Keterampilan reseptif terdiri atas subketerampilan penguasaan Wortschatz (kosakata) dan Grammatik (kaidah tata bahasa), yang dilengkapi dengan subketerampilan membedakan secara auditif untuk keterampilan menyimak (Hören) dan subketerampilan membedakan secara ortografis untuk keterampilan membaca (Lesen). Keterampilan produktif terdiri atas subketerampilan penguasaan dan penerapan Wortschatz (kosakata) dan Grammatik (kaidah tata bahasa) yang dilengkapi menggunakan dengan tanda-tanda subketerampilan auditif untuk membedakan keterampilan dan berbicara (Sprechen) dan sub keterampilan membedakan dan menggunakan tanda-tanda ortografis untuk keterampilan menulis (Schreiben). Pembelajaran unsur kebahasaan dilakukan secara terintegrasi dalam empat keterampilan berbahasa. Keempat keterampilan tersebut dilatihkan dan digunakan dalam konteks komunikasi sehingga harus disajikan secara kontekstual sesuai konteks budaya yang tepat. 1. Bahasa Jerman memiliki karakteristik yang membedakannya dengan bahasa lainnya. Beberapa ciri khusus bahasa Jerman 381 misalnya yang terkait dengan unsur kebahasaan adalah sebagai berikut. a. Unsur Kosakata (Wortschatz) b. Kelas Kata yang Mengalami Proses Fleksi c. Substantiv atau kata benda (Hauptwort) meliputi benda, makhluk hidup, dan hal-hal abstrak. Proses fleksi kata benda yang berdasarkan kasus disebut deklinasi. Contoh: Haus – Hauses, Pferd – Pferden, dan sebagainya 2. Artikel menemani kata benda. Bentuk sesuai dengan numerous (jumlah), genus, dan kasus. Contoh: der, die, das dan ein, eine, ein 3. Kata ganti atau pronominal (Fürwort) dapat berdiri sendiri atau menggantikan kata benda dan bentuknya sesuai dengan jumlah, genus, dan kasus. Kata ganti terdiri atas Personalpronomen, Possessivpronomen, Reflexivpronomen, Demonstrativpronomen, Relativpronomen, Interrogativpronomen, dan Indefinitpronomen. Contoh: er, sein, sich, dieser, der, wer?, manch, seine Tochter, dieses Kindes. 4. Kata sifat atau Adjektiv (Eigenschaftswort) menyatakan sifat atau ciri suatu benda, orang, atau Sachverhalten. Apabila sebuah kata sifat terletak sebelum kata benda, kata tersebut mengikuti jumlah, genus, dan kasusnya. Apabila kata sifat tersebut menyatakan proses tingkatan, substantiva yang diacunya merupakan bagian dari perbandingan. Contoh: schön, europäisch, kompliziert. Das schöne Haus, die schönere Villa. Meine Dachwohnung ist am schönsten. 5. Kata kerja atau verba (Tätigkeitswort) menyatakan kegiatan, keadaan, dan proses. Kelas kata ini menunjukkan waktu kejadian serta difleksi dan dikonjugasi berdasarkan subjek kalimat. Contoh: essen, geschehen, sein, haben, werden Ich schlafe, du schliefst, es wird schneien 382 6. Kelas Kata yang Tidak Mengalami Proses Fleksi 7. Adverb (Umstandswort) menggambarkan sesuatu yang berhubungan dengan waktu dan tempat suatu keadaan atau menggambarkan bagaimana sesuatu terjadi. Contoh: höchsten, täglich, sehr, gerne, damals, dort Konjunktion (das Bindewort) berfungsi menghubungkan kata atau kalimat. Contoh: Max oder Nora hat den Kuchen gegessen und Waldi hat er auch geschmeckt. 8. Partikel (das Füllwort) merupakan kata pendek yang digunakan untuk menekankan suatu pernyataan atau diarahkan pada makna tertentu. Contoh: ja, wohl, ziemlich Das ist ziemlich viel Arbeit. Präposition (das Verhältniswort) menyatakan hubungan yang menunjukkan ruang dan waktu. Preposisi ini menentukan kasus dari kata yang mengikutinya. Contoh: unter, bei, hinter, während, auf dem Schrank, neben dem Sofa Numeral (Zahlwort) menunjukkan jumlah. Contoh: eins, zwei, drei, der erste Baum, der zweite Baum Interjektion (kata seru)/(das Empfindungswort) adalah kata untuk mengungkapkan perasaan atau suasana hati secara spontan. Contoh: autsch, ah, au ja 9. Pembentukan kata melalui morfem (Ableitung = kata turunan) dan gabungan kata (Komposita), contoh fahren - abfahren, schön – Schönheit, krank + das Haus = das Krankenhaus, schreiben + der Tisch = der Schreibtisch. 10. Wortschatz disajikan dalam konteks, termasuk konteks budaya. Wortschatz aktif menjadi titik berat penyajian Wortschatz untuk 383 memudahkan peserta didik memahami dan menggunakan kosakata. 11. Unsur Gramatika (Grammatik) 12. Dalam hal struktur kalimat, contoh ciri khas bahasa Jerman adalah terdapat perubahan bentuk kata kerja untuk setiap subjek kalimat; dalam kalimat berita kata kerja selalu menempati urutan kedua. 13. Genus; bahasa Jerman mengenal tiga genus, yaitu Maskulin, Feminin, dan neutrum. 14. Kasus; terdapat empat kasus dalam bahasa Jerman, yaitu Nominativ, Genitiv, Dativ, dan Akkusativ. 15. Numerus (jumlah) yang terdiri atas Singular atau Plural. 16. Bentuk personal, yaitu orang pertama, kedua, atau ketiga. Bentuk personal Singular meliputi ich, du, dan er/sie/es. Sementara bentuk personal Plural meliputi wir, ihr, dan sie. Perubahan bentuk kata karena "kasus“ Grammatik, misalnya kata ich (saya) sebagai subjek kalimat akan berubah bentuk menjadi mich (objek penderita), mir (objek penyerta). 17. Tempus (waktu secara gramatikal), misalnya lampau, sekarang, dan akan datang. 18. Genus verba, dalam hal ini bentuk aktif atau pasif. 19. Grammatik disajikan secara induktif. Pengembangan kemandirian dan berpikir kritis peserta didik dilakukan dengan menemukan sendiri kaidah tata bahasa melalui pengamatan, analisis, dan penyimpulan. 20. Unsur Phonetik (Aussprache und Intonation) Sistem Vokal Sistem vokal dalam bahasa Jerman relatif lebih banyak dibandingkan dengan bahasa Indonesia, misalnya, a, e, i, o, u, ä, ö, dan ü. Vokal dari suku kata yang diberi tekanan dibagi secara berpasang-pasangan, misalnya /a:/ dan /a/, /e:/ dan /ɛ/, /i:/ dan /ɪ/, /o:/ dan /ɔ/, /u:/ dan /ʊ/, /ɛ:/ dan /ɛ/, /ø:/ dan /œ/ seperti /y:/ dan /ʏ/. a. Vokal yang mirip di dalam bahasa Jerman sering ditemukan meskipun kedua vokal tersebut berbeda, seperti bunyi /ɛ:/ pada kata Käse dan kata lese diucapkan sama. 384 b. Vokal yang diucapkan pendek (kurzer, offener vorderer bis hinterer ungerundeter Vokal) contohnya kamm, mann [a] c. Vokal yang diucapkan panjang (langer, halboffener vorderer ungerundeter vokal) contoh käse, lesen [ɛ:]. 21. Sistem Konsonan Konsonan adalah produksi bunyi yang mengalami hambatan. Dalam bahasa Jerman, ini termasuk kelompok penghalang (Plosif, Frikatif, Affrikaten) dan kelompok Sonoranten (Liquide / Laterale, Nasale) serta semi-vokal atau semi-konsonan / j /. 22. Dalam bahasa Jerman, konsonan biasanya berhubungan dengan huruf: B, C, D, F, G, H, J, K, L, M, N, P, Q, R, S, ß, T, V, W, X, Z. 23. Unsur Ortografi (Orthographie) Contoh ciri khas penulisan kata dalam bahasa Jerman adalah bahwa kata benda selalu ditulis dengan huruf besar dan memiliki artikel, contoh das Buch (buku). Ortografi dan pengucapan dalam bahasa Jerman sangat berpengaruh. Jika penulisan salah, pengucapannya juga akan terpengaruh. 24. Selain unsur kebahasaan di atas, pembelajaran bahasa Jerman juga menyiapkan peserta didik agar memiliki pemahaman lintas budaya. Unsur budaya menjadi bagian yang melekat pada bahasa sehingga disajikan secara terintegrasi ke dalam pembelajaran bahasa Jerman. Menurut Weimann dan Höst (1991;134-142) dalam pembelajaran bahasa Jerman juga dikenal pendekatan budaya. Unsur budaya tidak hanya berupa data atau fakta tentang negara Jerman (faktische Landeskunde), tetapi juga melekat pada komunikasi bahasa Jerman (kommunikative Landeskunde). Peserta didik belajar menumbuhkan pemahaman lintas budaya (interkulturelle Landeskunde) sehingga mereka tidak hanya dapat memahami dan menghargai budaya yang berbeda, tetapi mereka juga dapat memahami budaya mereka sendiri dengan lebih baik. 25. Pengembangan kemampuan berpikir kritis, mandiri, berkepribadian, dan bertanggung jawab peserta didik dilakukan dengan menyajikan desain pembelajaran bahasa Jerman yang menggunakan berbagai strategi, metode, dan teknik pembelajaran. Pembelajaran dilakukan dengan memberi ruang bagi peserta didik untuk menggali potensi dirinya dengan menyediakan aktivitasaktivitas pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Aktivitas- 385 aktivitas belajar dapat dilakukan di dalam atau di luar kelas, secara tatap muka atau jarak jauh. Pembelajaran bahasa Jerman memungkinkan peserta didik dapat belajar juga secara mandiri dengan memanfaatkan laman-laman pembelajaran bahasa Jerman. 26. Pengembangan materi pembelajaran bahasa Jerman di sekolah mempertimbangkan aspek fleksibilitas karena beberapa hal. Misalnya faktor sarana prasarana, aksesibilitas sumber belajar, kemampuan peserta didik yang berbeda, dan sosiokultural di daerahnya. Guru dan peserta didik dapat memiliki ruang yang leluasa untuk mengembangkan pembelajaran bahasa Jerman sesuai dengan situasi, kondisi, dan sosiokultural di daerahnya. Topik atau materi dapat mengalami pengulangan pada jenjang kelas yang berbeda, namun yang membedakan pada setiap jenjang kelas adalah tingkat keluasan dan kedalaman materi. Elemen-elemen mata pelajaran Bahasa Jerman serta deskripsinya Elemen Deskripsi Menyimak (Hӧren) Memahami ungkapan-ungkapan komunikatif sehari-hari, hal-hal konkret dan rutin dalam kehidupan sehari-hari dan lingkungan sekitar yang bersumber dari teks lisan sederhana Berbicara (Sprechen) Mengungkapkan ide, pikiran, atau perasaan secara lisan tentang hal-hal konkret dan rutin dalam kehidupan sehari-hari dan lingkungan sekitar dengan menggunakan ungkapanungkapan komunikatif yang sederhana. Membaca (Lesen) Memahami informasi yang terkait dengan ungkapan-ungkapan komunikatif sehari-hari, hal-hal konkret dan rutin dalam kehidupan sehari-hari dan lingkungan sekitar yang bersumber dari teks tulis sederhana. Menulis (Schreiben) Mengungkapkan ide, pikiran, atau perasaan secara tulis tentang hal-hal konkret dan rutin dalam kehidupan sehari-hari dan lingkungan sekitar dengan menggunakan ungkapanungkapan komunikatif yang sederhana. D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Bahasa Jerman Setiap Fase Fase F (Umumnya untuk kelas XI dan XII SMA/MA/Program Paket C) Pada akhir fase F, peserta didik memiliki kemampuan berbahasa Jerman setara Referenzrahmen tingkat fϋr A2 Sprachen standar (GER, Gemeinsame eng. CEFR) Europӓische yaitu dapat berkomunikasi secara lisan dan tulis dalam situasi rutinitas seharihari, ditandai dengan adanya kemampuan bertukar informasi secara langsung mengenai hal-hal yang biasa dijumpai sehari-hari dan 386 mengungkapkan asal usul, pendidikan, lingkungan terdekat, serta halhal yang berhubungan dengan kebutuhan primer dengan menggunakan kalimat-kalimat yang sederhana. Peserta didik memiliki kemampuan berpikir kritis dengan menggunakan kemampuan kognitif dan kemampuan linguistik melalui aktivitas mengamati, menganalisis, menginterpretasi, mengelaborasi, menerapkan pengetahuan budaya, memecahkan masalah tentang topik yang dibicarakan, serta menyimpulkan dan mempresentasikan topik secara lisan dan tulis. Peserta didik memiliki pemahaman terhadap budaya lain dan interaksinya dengan budaya Indonesia yang dapat mengembangkan pemahaman yang mendalam tentang budaya Indonesia, memperkuat identitas dirinya sebagai manusia Indonesia, dan dapat menghargai perbedaan dalam rangka menyiapkan diri sebagai warga global (global citizenship). Peserta didik juga mempunyai karakteristik individu yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, memiliki semangat gotong royong, kreativitas, dan kemandirian. Fase F Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Menyimak Peserta didik dapat memahami informasi umum, selektif, dan atau rinci dari teks lisan sederhana tentang kehidupan sehari-hari dan lingkungan sekitar. Berbicara Peserta didik dapat memproduksi teks lisan sederhana dalam bentuk dialog atau monolog tentang kehidupan sehari-hari dan lingkungan sekitar. Membaca Peserta didik dapat memahami informasi umum, selektif, dan atau rinci dari berbagai jenis teks tulis sederhana tentang kehidupan sehari-hari dan lingkungan sekitar. Menulis Peserta didik dapat menyusun teks tulis sederhana dalam bentuk dialog, formulir isian, email, dan atau teks sederhana lainnya tentang kehidupan sehari-hari dan lingkungan sekitar. 387 XIII. CAPAIAN PEMBELAJARAN BAHASA KOREA SMA/MA/PROGRAM PAKET C A. Rasional Mata Pelajaran Bahasa Korea SMA/MA/Program Paket C Bahasa Korea (한국어) adalah bahasa yang digunakan di Semenanjung Korea. Saat ini terdapat sekitar 78 juta penutur bahasa Korea di seluruh dunia termasuk kelompok-kelompok besar di Amerika Serikat, Kanada, dan Jepang. Bahasa Korea menjadi salah satu bahasa yang paling diminati di seluruh dunia setelah merebaknya gelombang budaya Korea “Hallyu”. Berdasarkan National Institute of Korean Language, lonjakan bahasa Korea disebut dengan “most widely spoken language” di dunia. Hal tersebut dapat terlihat dari meningkatnya rangking bahasa Korea pada tahun 2014, dari sebelumnya di rangking 18 menjadi ke 13. “Hallyu” mewabah di banyak negara termasuk Indonesia. Di awal tahun 2000-an, kebudayaan Korea masuk ke Indonesia berupa Kdrama, K-movie, dan K-Pop. Sejak saat itu, bukan hanya entertainment yang masuk dari Korea tetapi mencakup pariwisata, makanan, dan kosmetik, bahkan pakaian ala Korea pun makin disukai oleh orang Indonesia. Kerja sama Indonesia-Korea di bidang ekonomi juga meningkat tajam. Banyak perusahaan Korea membuka kantor atau pabriknya di Indonesia. Oleh karena itu, SDM yang mampu berbahasa Korea semakin dibutuhkan. Tidak mengherankan bila masyarakat Indonesia semakin tertarik untuk dapat belajar bahasa Korea, baik di Indonesia maupun di Korea. Pendaftar ujian TOPIK (Test of proficiency in Korean), yang menjadi salah satu syarat untuk mendaftar kuliah di Korea, juga semakin meningkat, dan peserta ujian EPS-TOPIK (Employment Permit System- Test of Proficiency in Korean) untuk syarat bekerja di Korea dalam bidang manufaktur, kontruksi, pertanian, dan perikanan juga ramai peminat. Indonesia dan Korea Selatan telah menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) saat Presiden Lee Myung Bak berkunjung ke Jakarta pada tahun 2009. Bentuk kerja sama dalam MoU tersebut adalah proyek penelitian bersama, pertukaran pengajar, peserta didik, peneliti dan ahli lainnya, pertukaran informasi, pertemuan berkala, konferensi, seminar, pameran, pertukaran bahan-bahan yang diperlukan, pendirian pusat riset pendidikan atau pelatihan, dan bentuk kerja sama pendidikan lainnya (KBRI Seoul, Korea Selatan). Dalam sistem pendidikan di 388 Indonesia, sejak tahun 2013, bahasa Korea telah ditetapkan sebagai salah satu mata pelajaran peminatan bahasa asing oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Hal tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri Nomor 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Sistem penulisan bahasa Korea disebut Hangeul, merupakan sistem yang silabik dan fonetik. Huruf ini dikenalkan oleh Raja Sejong pada abad ke-15, dikenal sebagai Hunmin Jeongeum. Awalnya Hangeul dipakai oleh orang-orang tidak berpendidikan, wanita, dan anak-anak. Namun pada perkembangannya, Hangeul makin banyak digunakan bahkan pada abad ke-19 dan permulaan abad ke-20. Hangeul terdiri atas 24 huruf dasar dengan 14 konsonan dasar dan 10 vokal dasar. Belajar Hangeul melibatkan belajar bagaimana menggabungkan konsonan dan vokal untuk menghasilkan suku kata dalam bahasa Korea, yang sesuai dengan blok suku kata dalam bentuk tertulisnya. Saat peserta didik belajar Hangeul, mereka juga belajar tentang dasar filosofis, ilmiah, linguistik, dan budayanya. Tiga elemen huruf vokal (•, ㅡ, ㅣ) melambangkan tiga elemen masing-masing dalam kosmologi oriental langit, bumi, dan manusia. Adapun konsonan huruf melambangkan bentuk alat bicara bibir, gigi, lidah, dan tenggorokan. Bahasa Korea merupakan bahasa aglutinatif. Peserta didik belajar menggabungkan berbagai partikel atau sufiks ke nominal atau kata kerja untuk mengekspresikan berbagai informasi tata bahasa, semantik atau pragmatis. Urutan kata dalam bahasa Korea merupakan subjek-objek-kata kerja (SOV). Namun, peserta didik juga dapat memahami jika urutan kata dalam bahasa Korea adalah fleksibel selama kata kerja ada akhir kalimat. Hal ini bisa dipahami karena secara kontekstual dapat dibiarkan terekspresikan dalam wacana Korea. Budaya menghormati adalah salah satu fitur penting dalam budaya Korea. Peserta didik yang mempelajari bahasa Korea harus memperhatikan fungsi tindak tutur dan unsur sosial dan budayanya. Pembelajaran bahasa Korea di tingkat SMA/MA dalam kerangka profil pelajar Pancasila bertujuan agar peserta didik memiliki kebinekaan global dengan memberikan kesempatan bagi mereka untuk membuka 389 wawasan tentang diri, bangsa, dan dunia. Peserta didik yang mempelajari bahasa Korea akan memberi kemampuan dan pengetahuan tentang budaya, etos kerja, dan pola pikir bangsa lain. Selain itu, proses interkultural dapat meningkatkan penghargaan terhadap budaya memperkuat lain, identitas pemahaman diri, dan tentang kemampuan budaya bangsa, berpikir kritis. Pembelajaran bahasa Korea dapat membantu peserta didik untuk siap menjadi SDM yang memahami nilai-nilai Pancasila sekaligus berwawasan global. B. Tujuan Mata Pelajaran Bahasa Korea SMA/MA/Program Paket C Mata pelajaran bahasa Korea bertujuan untuk memastikan peserta didik: 1. Mengembangkan kompetensi komunikatif dalam Bahasa Korea dengan berbagai teks multimodal (lisan, tulisan, visual, audiovisual). 2. Mengembangkan kompetensi interkultural untuk memahami dan menghargai perspektif, praktik, dan produk budaya Indonesia dan budaya asing. 3. Mengembangkan keterampilan bernalar kritis dan kreatif dalam hal melihat perbandingan bahasa dan budaya antara Indonesia dan Korea. 4. Mengembangkan kepercayaan diri untuk berekspresi sebagai individu yang mandiri dan bertanggung jawab. C. Karakteristik Mata Pelajaran Bahasa Korea SMA/MA/Program Paket C 1. Bahasa Korea adalah verb-final language, bahasa yang verbanya selalu berada di akhir kalimat (Iksop, 2006). Bahasa Korea juga merupakan bahasa aglutinatif yang melekatkan bentuk gramatikal untuk menandai fungsi kata dalam kalimatnya. 2. Ruang lingkup materi pembelajaran bahasa Korea disesuaikan dengan kesiapan peserta didik SMA/MA. Capaian pembelajaran bahasa Korea dikategorikan pada fase F, umumnya pada kelas 11 dan 12 . 3. Capaian pembelajaran Bahasa Korea mengacu pada kemahiran tingkat dasar yang setara dengan A1 pada CEFR. Tingkat kemahiran dasar itu dapat dipelajari pada jenjang MA/SMA dalam rentang 2 (dua) tahun dan kemahiran yang diharapkan dapat 390 dicapai pada akhir masa pembelajaran adalah setara Topik level dasar (level 1). 4. Pembelajaran Bahasa Korea dilakukan secara terpadu yang mencakup keterampilan menyimak, membaca, berbicara, dan menulis pada satu pertemuan. Elemen-elemen mata pelajaran serta deskripsinya Elemen Deskripsi Menyimak Keterampilan untuk menerima informasi, memberikan apresiasi kepada lawan bicara, dan memahami informasi yang didengar, sehingga peserta didik dapat menyampaikan tanggapan secara relevan dan kontekstual. Proses yang terjadi dalam menyimak mencakup kegiatan seperti mendengarkan, mengidentifikasi, memahami, menginterpretasi bunyi bahasa lalu menyimpulkan makna. Kemampuan peserta didik berkomunikasi non verbal yang mencakup seberapa baik menangkap makna (tersirat dan tersurat) pada sebuah paparan lisan. Berbicara Keterampilan untuk menyampaikan gagasan, pikiran, serta perasaan secara lisan dalam interaksi sosial secara sederhana. Mampu melakukan percakapan sederhana yang berkaitan dengan rutinitas seharihari, seperti meminta bantuan, menggunakan fasilitas publik, berinteraksi dengan lingkungan sekolah, dan tempat tinggal. Membaca Keterampilan untuk dapat mengartikulasikan bunyi sesuai dengan aturan pelafalan dalam Bahasa Korea, memahami, menggunakan, dan merefleksi kalimat dan teks sederhana sesuai tujuan dan kepentingannya, untuk mengembangkan pengetahuan dan potensinya. Menulis Keterampilan untuk menuliskan kembali kosakata atau kalimat (받아 쓰기), menyampaikan gagasan sederhana, membuat kalimat formal dan informal yang sesuai dengan konteks, serta membuat teks deskripsi, narasi dan teks prosedur sangat sederhana menggunakan aksara Hangeul. D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Bahasa Korea Setiap Fase Fase F (Umumnya untuk kelas XI dan XII SMA/MA/Program Paket C) Pada akhir Fase F, peserta didik mengenal hubungan bunyi, huruf, bilangan, dan mampu menggabungkannya menjadi kosakata dalam bahasa Korea serta memproduksi tulisan berupa kalimat, frase, paragraf, teks narasi, deskripsi, dan prosedur sederhana. Peserta didik memahami bahwa bahasa Korea memiliki tingkatan bahasa, yaitu informal, semi-formal, formal, dan bentuk Honorifik sederhana. Peserta didik juga mampu memahami bahasa Korea lisan untuk membantu 391 mereka berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain dalam situasi sosial sehari-hari yang familiar/lazim/rutin, baik dalam situasi formal maupun informal. Fase F Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Menyimak 듣기 Peserta didik menggunakan Bahasa Korea untuk berinteraksi dalam lingkup situasi sosial dan sekolah yang makin luas namun masih dapat diprediksi (rutin). Berbicara 말하기 Peserta didik menggunakan bahasa formula untuk berpartisipasi dalam rutinitas kelas dan aktivitas belajar seperti menyampaikan perasaan, menyampaikan kebutuhan, meminta pertolongan, membuat pertanyaan sederhana, meminta klarifikasi dan meminta izin. Mereka menggunakan beberapa strategi untuk mengidentifikasi informasi penting/inti dalam berbagai konteks seperti meminta pembicara untuk mengulangi atau berbicara dengan lebih pelan, atau bertanya arti sebuah kata, serta mengikuti rangkaian instruksi sederhana yang berkaitan dengan prosedur kelas dan aktivitas belajar Membaca 읽기 Peserta didik memahami kata-kata yang sering digunakan sehari-hari dan memahami kata-kata baru dengan bantuan gambar/ilustrasi serta kalimat dalam konteks yang dipahami peserta didk, mereka membaca dan memberikan respon terhadap kalimat dan teks pendek, sederhana dan familiar dalam bentuk tulisan maupun digital, serta menemukan informasi pada sebuah kalimat dan menjelaskan topik dari teks sederhana yang dibaca atau diamatinya. Menulis 쓰기 Peserta didik menunjukkan pemahaman terhadap beberapa hubungan bunyi-huruf dalam Bahasa Korea dan ejaan dari kata-kata yang umum digunakan dalam menulis, dan menggunakan kosakata yang berkaitan dengan lingkungan sekolah dan rumah, juga menggunakan beberapa strategi dasar seperti menyalin kata atau frasa dari buku. Mereka mengomunikasikan ide dan pengalamannya melalui gambar, salinan tulisan, dan tulisan sederhana serta menunjukkan perkembangan pemahaman terhadap proses menulis untuk menghasilkan kalimat dan teks sederhana. 392 XIV. CAPAIAN PEMBELAJARAN BAHASA MANDARIN SMA/MA/PROGRAM PAKET C A. Rasional Mata Pelajaran Bahasa Mandarin SMA/MA/Program Paket C Bahasa Mandarin, bahasa nasional negara RRC, merupakan salah satu bahasa resmi PBB dan salah satu bahasa yang paling banyak dituturkan di seluruh dunia. Hal ini sejalan dengan perkembangan ekonomi dan kemajuan teknologi negara RRC dalam era revolusi industri 4.0 dan kebijakan OBOR (One Belt One Road) sebagai salah satu bentuk dari fenomena globalisasi yang menciptakan efek borderless bagi setiap negara yang dilaluinya. Sebagai projek konektivitas global yang dicanangkan pemerintah RRC melalui pembangunan infrastruktur dan jalur transportasi darat dan laut yang menghubungkan negara RRC dengan kawasan Asia, Eropa, dan Afrika, kebijakan OBOR ini menciptakan potensi dan tantangan berupa persaingan ekonomi dan persaingan antara tenaga kerja lokal dan tenaga kerja asal RRC. Keadaan ini menciptakan kebutuhan SDM yang mampu berbahasa Mandarin (Wibawati, 2018). Karakteristik bahasa Mandarin jauh berbeda dengan bahasa Indonesia, mulai dari segi fonetik, tata bahasa, hingga aksara Han atau karakter Cina atau Hanzi sebagai bahasa tulisnya. Oleh karena itu, sangat diperlukan suatu pendekatan pembelajaran yang tidak hanya memberi dasar pengetahuan kebahasaan (empat unsur kebahasaan dan pengetahuan kebudayaan), tetapi juga melatih empat keterampilan berbahasa. Pendekatan komunikatif menjadi pendekatan yang dapat digunakan dalam pembelajaran terpadu pada masing-masing satuan pendidikan. Selain melibatkan keikutsertaan aktif peserta didik, pendekatan ini berjalan bersama dengan pembelajaran berbasis teks yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik dan mengembangkan bukan hanya pengetahuan, melainkan juga keterampilan berbahasa. Dengan mempelajari bahasa Mandarin, diharapkan peserta didik memiliki kompetensi global dengan tetap mempertahankan nilai-nilai luhur bangsa dalam rangka berkontribusi pada masyarakat luas sebagai perwujudan manusia yang berakhlak mulia. Pembelajaran bahasa Mandarin juga mendorong pelajar menjadi kreatif, percaya diri, aktif, bernalar kritis, bermotivasi, dan mandiri sebagai perwujudan Profil Pelajar Pancasila. 393 B. Tujuan Belajar Mata Pelajaran Bahasa Mandarin SMA/MA/Program Paket C Pembelajaran bahasa Mandarin bertujuan agar peserta didik: 1. memiliki pengetahuan dasar tentang unsur kebahasaan bahasa Mandarin yang menyeluruh dan komprehensif mencakupi ranah fonetik, kosakata, struktur tata bahasa, dan aksara Cina (Hanzi); 2. mengembangkan keterampilan berkomunikasi yang kreatif dan inovatif dalam bahasa Mandarin lisan dan tulis dengan penguasaan kosakata dan tata bahasa yang terdapat dalam HSK 1 atau yang setara dengan CEFR A1; 3. memiliki pemahaman lintas budaya Cina–Indonesia yang terintegrasi dengan pengetahuan kebahasaan bahasa Mandarin sehingga mampu menggunakan bahasa Mandarin dalam berkomunikasi lisan dan tulis sesuai konteks situasi, kondisi, dan lawan bicara dengan kaidah bahasa Mandarin yang baik dan benar. C. Karakteristik Mata Pelajaran Bahasa Mandarin SMA/MA/Program Paket C 1. Sebagai bahasa tonal atau bahasa yang memiliki ton/tona sebagai segmen suprasegmental, bahasa Mandarin memiliki keunikan dalam tataran fonetik atau tata bunyi, yaitu memiliki ton/tona berbeda yang berfungsi membedakan arti. Perbedaan ton/tona tersebut memengaruhi makna, baik makna kata maupun makna kalimat secara keseluruhan. Oleh karena itu, pembelajaran tona bahasa Mandarin menjadi bagian atau tahap krusial yang memiliki porsi khusus yang dibelajarkan, baik secara terpisah maupun terintegrasi dalam pembelajaran fonetik secara keseluruhan. 2. Bahasa Mandarin pun memiliki keunikan dalam pembentukan kata (morfologi), struktur kalimat, serta penulisan aksara yang memiliki perbedaan yang cukup jauh dari bahasa Indonesia. 3. Tulisan bahasa Mandarin berupa Hanzi merupakan bagian tersulit dalam pembelajaran bahasa Mandarin karena jumlah aksara yang banyak (kira-kira tiga ribu aksara) serta bentuk yang kompleks berupa guratan membentuk gambar bermakna. 4. Mata pelajaran bahasa Mandarin saat ini dibelajarkan sesuai kesepakatan para penyelenggara pendidikan. Ada institusi pendidikan yang menjadikan mata pelajaran bahasa Mandarin 394 sebagai salah satu mata pelajaran intrakurikuler, ada yang memasukkannya sebagai mata pelajaran muatan lokal, ada pula yang menjadikannya sebagai mata pelajaran ekstrakurikuler. 5. Peserta didik yang pernah mempelajari bahasa Mandarin pada jenjang pendidikan sebelumnya diberikan tes awal untuk mengetahui kemampuan dasar yang telah dimiliki sekaligus untuk membuat standardisasi pengetahuan dan keterampilan peserta didik. 6. Berkaitan dengan alokasi waktu pada mata pelajaran bahasa Mandarin, pembelajaran bahasa Mandarin dilaksanakan sebagai sebuah mata pelajaran terpadu dengan model pembelajaran fragmented. 7. Pembelajaran empat keterampilan kebahasaan dibelajarkan dalam setiap pertemuan dengan persentase yang berbeda pada setiap keterampilan. Pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara diutamakan. Keterampilan membaca lebih diutamakan pada membaca Hanyu Pinyin (sistem Latinisasi Hanzi) dan bukan pada membaca Hanzi. Sementara itu, keterampilan menulis juga hanya memberi dasar-dasar penulisan guratan dan urutan penulisan Hanzi dan bukan pada keterampilan menulis kalimat atau karangan dengan Hanzi. Elemen-elemen mata pelajaran serta deskripsinya Elemen Deskripsi Menyimak Menyimak merupakan keterampilan menerima input lisan yang didengar dalam bentuk beragam bunyi ujaran dan kemudian mengolah input tersebut sehingga mampu memahami informasi yang disampaikan, baik berupa kosakata, struktur kalimat, makna, dan sebagainya. Keterampilan menyimak merupakan salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki untuk mencapai tujuan berkomunikasi. Oleh karena itu, dibutuhkan pengetahuan kebahasaan dan pengetahuan nonkebahasaan. Pengetahuan kebahasaan mencakupi pengetahuan fonetik, kosakata, tata bahasa, dan wacana. Pengetahuan nonkebahasaan mencakupi pengetahuan tentang konteks (situasi dan latar budaya), pragmatis atau penggunaan bahasa, pengetahuan keilmuan lain, pengetahuan umum keseharian, serta pengetahuan lain (Zhu, 2018). Berbicara Keterampilan berbicara bukan hanya mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata yang mengekspresikan, menyatakan, atau menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan, terlebih lagi, 395 Elemen Deskripsi berbicara. Keterampilan berbicara merupakan suatu cara mengomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai kebutuhan pendengar atau penyimak. Karena berbicara merupakan alat komunikasi sosial, berbicara setidaknya memiliki tiga tujuan umum, yaitu memberitahukan atau melaporkan (to inform), menjamu dan menghibur (to entertain), serta membujuk, mengajak, mendesak, dan menyakinkan (to persuade) (Tarigan, 2013). Membaca Membaca merupakan keterampilan yang dimiliki seseorang sebagai suatu proses mengolah simbolsimbol tertulis yang dilihatnya. Keterampilan ini merupakan suatu proses mereka/ memperkirakan, mengidentifikasi, memilih, dan memahami informasi yang terdapat dalam bahan/teks bacaan. Keterampilan membaca dalam bahasa Mandarin secara khusus memerlukan pemahaman mendasar terhadap Hanzi yang tersimpan di dalam memori yang memungkinkan seseorang menangkap makna setiap aksara dan makna kata serta makna kalimat (Yang, 2007). Menulis Keterampilan menulis meliputi cara menuliskan Hanzi, frasa, dan kalimat pendek dengan benar sesuai kaidah penulisan aksara Han. Pada awal pembelajaran, keterampilan menulis aksara Han dititikberatkan pada penulisan guratan, urutan guratan, serta pengetahuan dasar terkait radikal dan komponen aksara Han (Hanban, 2008). D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Bahasa Mandarin SMA/MA/Program Paket C Setiap Fase Fase F (Umumnya untuk kelas XI dan XII SMA/MA/Program Paket C) Pada akhir fase F, peserta didik memiliki kemampuan berkomunikasi dengan teks interaksional dan transaksional, baik lisan maupun tulis dengan memperhatikan fungsi sosial, struktur teks, unsur kebahasaan, dan pengetahuan lintas budaya sesuai konteks penggunaannya. Peserta didik mengaplikasikan kosakata dan struktur tata bahasa untuk mengekspresikan gagasannya secara lisan dan tulisan dalam beragam ujaran sederhana melalui keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis setara HSK 1 atau CEFR A1. Fase F Berdasarkan Elemen Elemen Menyimak Capaian Pembelajaran Peserta didik mampu menangkap ide, gagasan, dan informasi dalam bahasa Mandarin lisan yang sangat sederhana. Peserta didik memiliki kemampuan dasar berkomunikasi dan memiliki kemampuan untuk belajar bahasa Mandarin lebih lanjut dalam ranah bahasa lisan secara reseptif dengan memperhatikan 396 Elemen Berbicara Membaca Menulis Capaian Pembelajaran struktur teks dan fungsi sosial. Peserta didik memiliki kemampuan dasar berkomunikasi dan memiliki kemampuan untuk belajar bahasa Mandarin lebih lanjut dalam ranah bahasa lisan secara produktif dengan memperhatikan struktur teks dan fungsi sosial. Peserta didik diharapkan mampu melafalkan ulang setiap ujaran dengan benar, merespons sapaan orang lain, memperkenalkan identitas diri, serta mengungkapkan kebutuhan sendiri atau meminta bantuan dengan atau tanpa bantuan alat/ bahasa tubuh. Peserta didik mampu menangkap ide, gagasan, dan informasi dalam teks bahasa Mandarin tulis yang sangat sederhana. Peserta didik diharapkan mampu mengerti dan mengenali beberapa aksara dan kalimat sederhana untuk berkomunikasi, untuk belajar bahasa Mandarin lebih lanjut dalam ranah bahasa tulis secara reseptif. Pada pembelajaran membaca bahasa Mandarin tingkat dasar, pengenalan aksara Han tidak menjadi yang utama. Pembelajaran membaca lebih diutamakan pada pemahaman bacaan yang ditulis dalam bentuk Hanyu Pinyin. Peserta didik mampu menulis Hanzi dasar sesuai kaidah penulisan yang benar, seperti arah guratan, urutan guratan, komposisi, dan radikal dengan menguasai 100–300 kosakata terkait kehidupan sehari-hari dan kehidupan sekolah. 397 XXV. CAPAIAN PEMBELAJARAN BAHASA PRANCIS SMA/MA/PROGRAM PAKET C A. Rasional Mata Pelajaran Bahasa Prancis SMA/MA/Program Paket C Bahasa Prancis merupakan bahasa internasional yang resmi dipakai di PBB dan organisasi internasional lainnya serta memiliki penutur lebih dari 300 juta di dunia. Posisi negara Prancis di bidang penelitian telah diakui oleh dunia karena keberhasilannya dalam meraih 69 hadiah Nobel dan 14 medali Fields bidang matematika. Bahasa Prancis memiliki peran penting di beberapa bidang, misalnya industri dan teknologi untuk bidang aeronautika, satelit, agroteknologi, kimia dan obat-obatan, serta industri berbasis generasi 4.0 menjadi unggulan pada pendidikan tinggi dan bidang penelitian. Selain itu, banyak karya sastra besar yang ditulis oleh sastrawan Prancis dan bahasa Prancis juga merupakan bahasa utama yang digunakan dalam bidang kuliner dan mode. Berdasarkan hal-hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa bahasa Prancis memiliki peranan yang penting di dunia. Dengan demikian, bahasa Prancis penting untuk diajarkan di Indonesia untuk tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA/MA/Program Paket C). Pembelajar bahasa Prancis di SMA/MA/Program Paket C diharapkan mampu menguasai bahasa Prancis sebagai bahasa asing sesuai standar level A2.2 CECRL (Cadre Européen Commun de Références pour Les Langues) yaitu penutur dapat memahami dan menggunakan istilah dan kosakata dasar yang sederhana dan biasa digunakan sehari-hari. Penutur dapat mengerti ungkapan-ungkapan dan kosakata yang berhubungan dengan keluarga, jual-beli, lingkungan, dan pekerjaan. Pemahaman teks berupa iklan, jadwal, dan pesan singkat. Penutur dapat memperkenalkan diri dan orang lain, bisa bertanya dan menjawab pertanyaan mengenai data diri seperti tempat tinggal, orang sekitar, dan barang miliknya. Ia bisa berinteraksi secara sederhana dan jelas mengenai keluarga, kondisi dan kehidupan orang-orang sekitarnya, dan kehidupan profesionalnya. Penutur dapat juga membuat surat sederhana. Dengan demikian mempelajari bahasa Prancis dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik bukan hanya berlatih meningkatkan kecerdasan intelektual tetapi juga menjadi sarana untuk memperkaya budaya para peserta didik karena keterampilan berbahasa Prancis akan sangat berguna untuk menunjang karir masa depan mereka. Untuk menunjang karir masa 398 depan mereka tidak hanya dibekali oleh keterampilan berbahasa tetapi juga pemahaman dan pengenalan budaya Prancis, seperti dunia mode, intervieu pekerjaan, sistem pendidikan, dan kuliner yang khas ala Prancis sebagai pengenalan budaya Prancis pada peserta didik. Standar CECRL menetapkan estimasi jumlah jam pelajaran untuk mencapai kemampuan berbahasa Prancis pada tingkat tertentu. Tabel di bawah ini menyajikan jumlah jam pelajaran dan tingkat kemampuan berbahasa Prancis. NIVEAUX DE LANGUE ET NOMBRES D’HEURES Niveaux de langue et nombre d’heures Échelle du cadre européen Examens DELF/DALF Nombre d’heures A1 – Niveau Introductif 96 DELF A1 A2 – Niveau Intermédiaire 240 DELF A2 B1 – Niveau Seuil 400 DELF B1 B2 – Niveau Avancé 600 DELF B2 C1 – Niveau Autonome 900 DALF C1 C2 – Niveau Maîtrise 1000+ DALF C2 (Sumber : http://www.af.org.hu/spip.php?article775&lang=fr) Selama kelas XI dan XII peserta didik belajar bahasa Prancis dengan alokasi waktu enam (6) jam pelajaran per minggu setara dengan 324 Jam baik di kelompok bahasa maupun peminatan. Apabila dihitung total alokasi waktu untuk belajar bahasa Prancis selama dua (2) tahun atau empat (4) semester, maka peserta didik dapat mencapai tingkat A2.2 bahkan dapat mencapai A2. Berdasarkan data dan fakta tentang peluang, tujuan, kebermaknaan penguasaan bahasa Prancis, dan total alokasi waktu belajar yang tersedia, maka capaian pembelajaran bahasa Prancis mengacu pada standar CECRL tingkat A2.2 setara A2. Mata pelajaran bahasa Prancis diajarkan dengan menggunakan beberapa pendekatan (berbasis teks, penyingkapan bahasa, dan berbasis proyek) melalui pemanfaatan beragam teks (lisan, tulis, visual, audiovisual), serta kegiatan yang mendorong peserta didik untuk berkomunikasi dan berinteraksi menggunakan bahasa. 399 Profil Pelajar Pancasila merupakan karakter dan kompetensi yang ingin dituju sebagai luaran jangka panjang. Keenam dimensi profil pelajar Pancasila harus diterapkan dan diapliaksikan di kelas pembelajaran bahasa Prancis. Selama proses pembelajaran peserta didik diharapkan untuk mandiri seperti mencari sumber rujukan yang ditugaskan oleh guru di internet. Ketika guru menerangkan suatu wacana peserta didik diaharapkan dapat menganalisa berdasarkan sumber yang mereka baca. Dengan banyaknya jumlah peserta didik di kelas (antara 30 s.d 48 peserta didik) proses pembelajaran seharusnya dilakukan secara berkelompok. Guru memberikan tugas dengan Project Based Learning. Tujuan pendekatan ini agar peserta didik bisa bekerja bersama (Gotong Royong) menghargai satu sama lain (Berkebhinekaan Global) dan membuat mereka kreatif. B. Tujuan Mata Pelajaran Bahasa Prancis SMA/MA/Program Paket C Mata pelajaran bahasa Prancis bertujuan untuk memastikan peserta didik : 1. Menguasai dan mengembangkan kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Prancis tulis dan lisan dalam konteks kehidupan sehari-hari dan lingkungan sekitar peserta didik; 2. Menguasai keterampilan berbahasa Prancis minimal setara dengan tingkat A2 standar CECRL (Cadre Européen Commun de Références pour Les Langues); 3. Mengembangkan pemahaman lintas budaya untuk memahami dan menghargai budaya yang berbeda dan meningkatkan pemahaman terhadap budaya sendiri; 4. Mengembangkan kepercayaan diri untuk berekspresi sebagai individu yang religius, mandiri, berkepribadian, dan bertanggungjawab dalam rangka mempersiapkan diri menjadi warga global (global citizenship); 5. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif; dan 6. Mengembangkan kemampuan literasi melalui pengembangan strategi membaca berbagai jenis teks sedehana berbahasa Prancis. C. Karakteristik Mata Pelajaran Bahasa Prancis SMA/MA/Program Paket C 1. Mata pelajaran bahasa Prancis diberikan melalui materi yang memuat : a. peningkatan kecakapan hidup peserta didik melalui ungkapan sehari-hari yang sederhana untuk memperkenalkan diri atau 400 orang lain, mengajukan dan menjawab pertanyaan tentang tempat tinggal, hubungan keluarga, hobi atau kegemaran serta kepemilikan benda; dan b. peningkatan kesadaran dan kepedulian peserta didikterhadap lingkungan fisik dan lingkungan sosial budayanya. 2. Mata pelajaran bahasa Prancis terdiri atas keterampilan reseptif yang mencakup menyimak dan membaca, dan keterampilan produktif yaitu berbicara dan menulis sesuai standar level A2.2 CECRL. Area Pembelajaran Bahasa Prancis Keterampilan Sub-keterampilan Reseptif Menyimak Membaca Berbicara Menulis Produktif Elemen bahasa Prancis dan deskripsinya. Elemen Menyimak (Compréhension orale) Berbicara (Production orale) Deskripsi Keterampilan seseorang menerima informasi, memberikan apresiasi kepada lawan bicara, dan memahami informasi yang didengar, sehingga ia dapat menyampaikan tanggapan secara relevan dan kontekstual berkaitan dengan ungkapan-ungkapan komunikatif sehari-hari, hal-hal konkrit dan rutin dalam kehidupan sehari-hari dan lingkungan sekitar, yang bersumber dari teks lisan sederhana. Keterampilan untuk menyampaikan gagasan, pikiran, serta perasaan secara lisan dalam interaksi sosial dengan cara yang sederhana, perlahan, jelas, dan kooperatif untuk mengungkapkan sesuatu dan berinteraksi: ide, pikiran atau perasaan secara lisan tentang hal-hal konkret dan rutin dalam kehidupan sehari-hari dan lingkungan sekitar dengan menggunakan ungkapanungkapan komunikatif yang sederhana. Membaca (Compréhension écrite) Keterampilan seseorang untuk memahami, menggunakan, dan merefleksi teks sesuai tujuan dan kepentingannya untuk mengembangkan pengetahuan dan potensinya agar ia dapat berpartisipasi dengan masyarakat untuk memahami informasi yang terkait dengan ungkapan-ungkapan komunikatif sehari-hari, hal-hal konkrit dan rutin dalam kehidupan sehari-hari dan lingkungan sekitar, yang bersumber dari teks tulis sederhana. Menulis (Production écrite) Keterampilan seseorang untuk menyampaikan, mengomunikasikan gagasan, mengisi formulir; 401 Elemen Deskripsi menulis beberapa kalimat dan ungkapan sederhana tentang dirinya atau lingkungan terdekatnya sesuai konteks untuk mengungkapkan ide, pikiran atau perasaan secara tulis tentang hal-hal konkrit dan rutin dalam kehidupan sehari-hari dan lingkungan sekitar dengan menggunakan ungkapanungkapan komunikatif yang sederhana. Pembelajaran bahasa Prancis mencakup keterampilan berbahasa reseptif (menyimak dan membaca) dan produktif (berbicara dan menulis). Pembelajaran keempat keterampilan berbahasa disajikan secara terintegrasi. Keterampilan reseptif terdiri dari sub-keterampilan penguasaan Vocabulaires (kosakata) dan Grammaires (kaidah tata bahasa), yang dilengkapi dengan sub-keterampilan membedakan secara auditif untuk keterampilan menyimak (Compréhension orale) dan sub-keterampilan membedakan secara ortografis untuk keterampilan membaca (Compréhension écrite). Keterampilan produktif terdiri dari sub-keterampilan penguasaan dan penerapan Vocabulaires (kosakata) dan Grammaires (kaidah tata bahasa), yang dilengkapi dengan sub-keterampilan membedakan dan menggunakan tandatanda auditif untuk keterampilan berbicara (Production orale) dan subketerampilan membedakan dan menggunakan tanda-tanda ortografis untuk keterampilan menulis (Production écrite). Pembelajaran unsur kebahasaan dilakukan secara terintegrasi dalam empat keterampilan berbahasa. Keempat keterampilan tersebut dilatihkan dan digunakan dalam konteks komunikasi sehingga harus disajikan secara kontekstual sesuai konteks budaya yang tepat. Bahasa Prancis memiliki karakteristik yang membedakannya dengan bahasa lainnya. Misalnya : 1. ‘Articles’  Artikel menemani kata benda. Articles indéfinis, articles définis, dan articles contractés. Contoh: Un, une, des,le, la, les, au, à là, aux. 2. Kata kerja atau verba (Verbes) yang mengalami perubahan (conjugaison) Contoh: infinitif être: Je suis , tu es, il/elle est, nous sommes, vous êtes, ils/elles sont. 402 3. Angka : 17 : dix-sept, 70 : soixante-dix, 80 : quatre vingts. Di samping pembelajaran melalui bahasa, peserta didik juga disiapkan untuk memiliki pemahaman lintas budaya. Bahasa tidak luput dari unsur budaya maka penyajian budaya terintegrasi pembelajaran bahasa Prancis. Pembelajaran budaya tidak hanya berupa data atau fakta tentang negara Prancis (civilisation française), namun juga melekat pada komunikasi bahasa Prancis. Tujuan pemahaman lintas budaya agar peserta didik dapat memahami dan menghargai budaya mereka lebih baik. Peserta didik diharapkan dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis, mandiri, berkepribadian, dan bertanggungjawab. Oleh karena itu penyajian desain pembelajaran bahasa Prancis menggunakan berbagai strategi, metode dan teknik pembelajaran. Peserta didik diharapkan dapat menggali potensi dirinya secara aktif dan mandiri dalam proses pembelajaran baik secara tatap muka atau jarak jauh. Keberhasilan proses pembelajaran tidak hanya melalui proses pembelajaran saja tetapi juga melalui sarana prasarana, aksesbilitas sumber-sumber belajar, kemampuan peserta didik yang berbeda, dan sosio-kultural di daerahnya. Guru dan peserta didik dapat memiliki ruang yang leluasa untuk mengembangkan pembelajaran Bahasa Prancis sesuai dengan situasi, kondisi dan sosio-kultural di daerahnya. Topik atau materi dapat mengalami pengulangan pada jenjang kelas yang berbeda, namun yang membedakan pada tiap jenjang kelas adalah tingkat keluasan dan kedalaman materi. D. Capaian Pembelajaran Bahasa Prancis Setiap Fase Fase F (Umumnya untuk kelas XI dan XII SMA/MA/Program Paket C) Pada akhir fase F, peserta didik memiliki kemampuan berbahasa Prancis minimal setara tingkat A2.2 CECRL (Cadre Européen Commun de Références pour Les Langues) yaitu dapat berkomunikasi secara lisan dan tulis dalam situasi rutinitas sehari-hari, ditandai dengan adanya kemampuan bertukar informasi secara langsung mengenai halhal yang biasa dijumpai sehari-hari, dan mengungkapkan asal usul, pendidikan, lingkungan terdekat serta hal-hal yang berhubungan dengan kebutuhan primer dengan menggunakan kalimat-kalimat yang sederhana. 403 Fase F Berdasarkan Elemen. Elemen Capaian Pembelajaran Menyimak Pada fase ini peserta didik dapat menemukan informasi umum dari teks lisan sederhana tentang kehidupan sehari-hari dan lingkungan sekitar. Contoh: Peserta didik dapat mengerti dan menjawab tema dari tiga atau empat teks lisan tentang situasi sehari-hari. Peserta didik juga dapat menemukan informasi selektif dan atau rinci dari teks lisan sederhana tentang kehidupan sehari-hari dan lingkungan sekitar. Contoh: Peserta didik dapat mengerti dan menjawab tema dari tiga atau empat teks lisan tentang situasi sehari-hari. Berbicara Pada fase ini peserta didik dapat memperkenalkan diri, memperkenalkan seseorang atau sesuatu secara sederhana. Peserta didik dapat mempresentasikan suatu peristiwa, kegiatan, rencana, dan lain-lain secara sederhana serta bertanya dan memberikan informasi tentang kehidupan sehari-hari secara sederhana dengan menggunakan ungkapan-ungkapan sehari-hari. Membaca Pada fase ini peserta didik dapat menemukan informasi umum dari berbagai jenis teks tulis sederhana tentang kehidupan sehari-hari dan lingkungan sekitar. Peserta didik juga dapat menemukan informasi selektif dan atau rinci dari berbagai jenis teks tulis sederhana tentang kehidupan sehari-hari dan lingkungan sekitar. Contoh : Peserta didik dapat mengerti dan menjawab tema dari tiga atau empat teks tertulis tentang situasi sehari-hari. Menulis Pada fase ini peserta didik dapat menuliskan aktivitas sehari-hari dalam bentuk surat tidak resmi, pos-el, atau media sosial lainnya antara 60 s.d. 80 kata serta balasan dari undangan, pos-el, surat tidak resmi tentang kehidupan sehari-hari dan lingkungan sekitar minimal 60 kata. KEPALA BADAN STANDAR, KURIKULUM, DAN ASESMEN PENDIDIKAN, TTD. ANINDITO ADITOMO Salinan sesuai dengan aslinya, Kepala Subbagian Tata Usaha, IFAN FIRMANSYAH NIP 198210152009121003 404 SALINAN LAMPIRAN II KEPUTUSAN KEPALA BADAN STANDAR, KURIKULUM, DAN ASESMEN PENDIDIKAN NOMOR 008/KR/2022 TENTANG CAPAIAN PEMBELAJARAN PADA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, JENJANG PENDIDIKAN DASAR, DAN JENJANG PENDIDIKAN MENENGAH PADA KURIKULUM MERDEKA CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN KELOMPOK KEJURUAN UNTUK SMK/MAK PADA KURIKULUM MERDEKA Capaian Pembelajaran untuk semua mata pelajaran dalam kelompok umum, mata pelajaran Matematika dan mata pelajaran Bahasa Inggris dalam kelompok kejuruan untuk SMK/MAK mengacu pada Capaian Pembelajaran untuk SMA/MA. Adapun Capaian Pembelajaran mata pelajaran dalam kelompok kejuruan lainnya sebagai berikut. 1.1. CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR TEKNIK PERAWATAN GEDUNG A. Rasional Dasar-Dasar Teknik Perawatan Gedung adalah mata pelajaran yang berisi kompetensi-kompetensi yang mendasari penguasaan keahlian dalam pekerjaan perawatan bangunan gedung diantaranya kegiatan memperbaiki dan/atau mengganti bagian bangunan gedung, komponen, bahan bangunan, dan/atau sarana prasarana secara rutin/berkala agar bangunan gedung tetap dapat berfungsi secara maksimal. Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Perawatan Gedung merupakan mata pelajaran kejuruan yang terdiri dari berbagai ilmu dasar sebagai penentu dalam mempelajari mata pelajaran yang lain dalam program keahlian Teknik Perawatan Gedung, membekali peserta didik dengan seperangkat pengetahuan, keterampilan, sikap, dan passion (renjana), yang merupakan kesatuan kegiatan pekerjaan 1 meliputi penguasaan perencanaan, pelaksanaan dan perawatan bangunan gedung, agar memiliki dasar yang kuat dalam mempelajari mata pelajaran-mata pelajaran pada konsentrasi keahlian di fase F. Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Perawatan Gedung berfungsi untuk menumbuhkembangkan keprofesionalan dan kebanggaan pada peserta didik terhadap keahlian teknik perawatan gedung, melalui pemahaman perkembangan tentang proses bisnis di dunia kerja, teknologi, mengenali berbagai macam profesi dan okupasi kerja dan peluang usaha, sesuai dengan perkembangan teknologi berbasis green material dan berbagai jenis pekerjaan konstruksi yang mengedepankan pekerjaan perawatan gedung terkait isu global green building dan sustainable building. Dalam mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Perawatan Gedung ini, pembelajaran dapat dilakukan menggunakan berbagai pendekatan, strategi, metode serta model yang sesuai dengan karakteristik kompetensi yang harus dipelajari, sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik memberikan ruang yang kemandirian sesuai untuk cukup dengan berpartisipasi bagi bakat, aktif, prakarsa, minat, serta kreativitas, renjana, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Model-model pembelajaran yang dapat digunakan antara lain project-based learning, teaching factory, discovery learning, problem-based learning, inquiry learning, atau model lainnya serta metode yang relevan. Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Perawatan Gedung berkontribusi dalam menjadikan peserta didik memiliki kompetensi sebagai juru perawatan gedung dan sebagai tenaga operator junior di bidang perawatan gedung yang berakhlak mulia, mampu berkomunikasi, bernegosiasi dan berinteraksi antar budaya, mampu bekerja dalam tim, memiliki kepekaan dan kepedulian terhadap situasi dan lingkungan kerja, mampu mengelola informasi/gagasan serta menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, mandiri, dan adaptif dalam menjalankan tugas dan fungsinya. B. Tujuan Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Perawatan Gedung bertujuan 2 membekali peserta didik dengan kompetensi hard skill dan soft skill sebagai berikut: 1. memahami proses bisnis pada pekerjaan perawatan gedung; 2. memahami perkembangan dunia kerja perawatan gedung; 3. memahami profesi dan kewirausahaan di bidang perawatan gedung (job-profile dan entrepreneurship); 4. memahami kegiatan praktik yang terkait dengan pekerjaan teknik perawatan gedung; 5. menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan Hidup (K3LH) dan budaya kerja industri di lingkungan kerjanya; 6. memahami ilmu statika bangunan untuk mendasari perhitungan konstruksi bangunan gedung; 7. memahami spesifikasi dan karakteristik bahan bangunan dengan berbasis green material dan berbagai jenis pekerjaan konstruksi yang mendasari pelaksanaan pekerjaan perawatan gedung dengan mengangkat isu-isu global terkait green building dan sustainable building; dan 8. menggambar teknik dasar dengan memanfaatkan peralatan manual dan teknologi yang sesuai dengan standar industri. C. Karakteristik Pada hakikatnya mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Perawatan Gedung berfokus pada kompetensi bersifat dasar yang harus dimiliki oleh tenaga kerja dalam bidang perawatan gedung sesuai dengan perkembangan dunia kerja. Selain itu peserta didik diberikan pemahaman tentang proses bisnis, perkembangan penerapan teknologi dan isu-isu global, entrepreneur profile, job profile, peluang usaha dan pekerjaan/profesi. Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Perawatan Gedung terdiri atas elemen-elemen berikut ini. Elemen Proses bisnis pada pekerjaan perawatan gedung Deskripsi Meliputi proses bisnis pada pekerjaan perawatan gedung meliputi perencanaan, pelaksanaan dan perawatan gedung, dan perancangan prosedur kepuasan pelanggan. 3 Elemen D. Deskripsi Perkembangan dunia kerja di bidang perawatan gedung Meliputi berbagai jenis pekerjaan perawatan gedung terkait isu global green building dan sustainable building, serta spesifikasi dan karakteristik bahan bangunan sesuai dengan perkembangan teknologi berbasis green material. Profesi dan kewirausahaan (jobprofile dan entrepreneurship), bidang perawatan gedung Meliputi pengenalan profesi dan kewirausahaan (job-profile dan entrepreneurship), serta peluang usaha dalam bidang perawatan gedung. Teknik dasar pekerjaan perawatan gedung Meliputi pengenalan dan praktik singkat pada peralatan dan teknologi yang digunakan di dunia kerja, antara lain ukur tanah, perencanaan dan pelaksanaan perawatan gedung. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Hidup (K3LH) dan budaya kerja industri Meliputi penerapan K3LH dan budaya kerja industri, antara lain: praktik-praktik kerja yang aman, bahaya-bahaya di tempat kerja, prosedur-prosedur dalam keadaan darurat, dan penerapan budaya kerja industri (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin). Statika bangunan Meliputi elemen-elemen struktur bangunan, keseimbangan gaya pada struktur bangunan, gaya batang pada konstruksi rangka sederhana sebagai dasar perhitungan pekerjaan konstruksi pada struktur bangunan. Dasar konstruksi bangunan Meliputi spesifikasi dan karakteristik bahan bangunan dengan berbasis green material dan berbagai jenis pekerjaan yang mendasari pelaksanaan pekerjaan perawatan gedung dengan mengangkat isu-isu global terkait green building dan sustainable building yang dijadikan dasar dalam pelaksanaan pekerjaan perawatan gedung. Gambar teknik Meliputi teknik dan prinsip penggunaan alat gambar teknik, pemahaman dalam menerapkan standar gambar teknik, dasar gambar proyeksi orthogonal (2D) dan proyeksi piktorial (3D) baik secara manual maupun menggunakan aplikasi perangkat lunak. Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E (umumnya untuk kelas X SMK/MAK) peserta didik akan mendapatkan gambaran mengenai program keahlian yang dipilihnya melalui Kewirausahaan serta penguatan Wawasan penguasaan Dunia elemen-elemen Kerja dan pembelajaran lainnya, sehingga mampu menumbuhkan passion dan vision untuk merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar serta memiliki kemampuan dasar teknik perawatan gedung. 4 Elemen Capaian Pembelajaran Proses bisnis pada pekerjaan perawatan gedung Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami proses bisnis pada pekerjaan perawatan gedung meliputi perencanaan, pelaksanaan dan perawatan gedung, dan perancangan prosedur kepuasan pelanggan. Perkembangan dunia kerja di bidang perawatan gedung Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami berbagai jenis pekerjaan perawatan gedung terkait isu global green building dan sustainable building, serta spesifikasi dan karakteristik bahan bangunan sesuai dengan perkembangan teknologi berbasis green material. Profesi dan kewirausahaan (jobprofile dan entrepreneurship), bidang perawatan gedung Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami profesi dan kewirausahaan (job-profile dan entrepreneurship), serta peluang usaha dalam bidang perawatan gedung dengan melaksanakan pembelajaran berbasis proyek nyata sebagai simulasi proyek kewirausahaan. Teknik dasar pekerjaan perawatan gedung Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami praktik dasar secara keseluruhan pada bidang perawatan gedung, termasuk penggunaan peralatan dan teknologi yang digunakan di dunia kerja, antara lain ukur tanah, perencanaan dan pelaksanaan perawatan gedung. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Hidup (K3LH) dan budaya kerja industri Pada akhir fase E, peserta didik mampu menerapkan K3LH dan budaya kerja industri, antara lain: praktik-praktik kerja yang aman, bahaya-bahaya di tempat kerja, prosedurprosedur dalam keadaan darurat, dan penerapan budaya kerja industri (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin). Statika bangunan Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami elemen-elemen struktur bangunan, keseimbangan gaya pada struktur bangunan, gaya batang pada konstruksi rangka sederhana sebagai dasar perhitungan pekerjaan konstruksi pada struktur bangunan. Dasar konstruksi bangunan Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami spesifikasi dan karakteristik bahan bangunan dengan berbasis green material dan berbagai jenis pekerjaan yang mendasari pelaksanaan pekerjaan perawatan gedung dengan mengangkat isu-isu global terkait green building dan sustainable building yang dijadikan dasar dalam pelaksanaan pekerjaan perawatan gedung. Gambar teknik Pada akhir fase E, peserta didik mampu menggambar teknik dasar, antara lain penggunaan alat gambar teknik, pemahaman dalam menerapkan standar gambar teknik, dasar gambar proyeksi orthogonal (2D) dan proyeksi piktorial (3D) baik secara manual maupun menggunakan aplikasi perangkat lunak. 5 1.2. CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR KONSTRUKSI DAN PERAWATAN BANGUNAN SIPIL A. Rasional Konstruksi dan Perawatan Bangunan Sipil adalah kegiatan pekerjaan konstruksi dan perawatan bangunan sipil yang dimulai dari perencana, pelaksana dan pengawas serta evaluasi kegiatan konstruksi pada proyek bangunan sipil, khususnya konstruksi jalan, irigasi, jembatan. Aktivitas kegiatan tersebut berulang dengan mengembangkan dan memperhatikan fasilitas sosial dan lingkungan supaya berfungsi secara maksimal. Konstruksi dan perawatan bangunan sipil merupakan satu kesatuan yang harus dipenuhi dalam kebutuhan dan kenyamanan bagi masyarakat. Mata pelajaran DasarDasar Konstruksi dan Perawatan Bangunan Sipil merupakan mata pelajaran kejuruan yang terdiri dari berbagai ilmu dasar sebagai penentu dalam mempelajari mata pelajaran yang lain dalam Program Keahlian Konstruksi dan Perawatan Bangunan Sipil, membekali peserta didik dengan seperangkat pengetahuan, keterampilan, sikap, dan passion (renjana), yang merupakan kesatuan kegiatan pekerjaan meliputi penguasaan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pekerjaan konstruksi dan perawatan bangunan sipil, agar memiliki dasar yang kuat dalam mempelajari mata pelajaran-mata pelajaran pada konsentrasi keahlian di fase F. Mata pelajaran Dasar-Dasar Konstruksi dan Perawatan Bangunan Sipil berfungsi untuk menumbuhkembangkan keprofesionalan dan kebanggaan pada peserta didik terhadap keahlian Konstruksi dan Perawatan Bangunan Sipil, melalui pemahaman tentang proses bisnis di dunia kerja, perkembangan teknologi, mengenali berbagai macam profesi dan okupasi kerja dan peluang usaha, sesuai dengan perkembangan teknologi berbasis green material dan berbagai jenis pekerjaan konstruksi yang mengedepankan pekerjaan konstruksi dan perawatan bangunan sipil terkait isu global green building dan sustainable building. Dalam mata pelajaran Konstruksi dan Perawatan Bangunan Sipil ini, pembelajaran dapat dilakukan menggunakan berbagai pendekatan, strategi, metode serta model yang sesuai dengan karakteristik 6 kompetensi yang harus dipelajari, sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik memberikan ruang yang kemandirian sesuai untuk cukup dengan berpartisipasi bagi bakat, aktif, prakarsa, minat, serta kreativitas, renjana, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Model-model pembelajaran yang dapat digunakan antara lain project-based learning, teaching factory, discovery learning, problem-based learning, inquiry learning, atau model lainnya serta metode yang relevan. Mata pelajaran Dasar-Dasar Konstruksi dan Perawatan Bangunan Sipil berkontribusi kompetensi sebagai dalam menjadikan peserta didik perencana atau pelaksana pada memiliki pekerjaan konstruksi dan perawatan bangunan sipil yang berakhlak mulia, mampu berkomunikasi, bernegosiasi dan berinteraksi antar budaya, mampu bekerja dalam tim, memiliki kepekaan dan kepedulian terhadap situasi dan lingkungan kerja, mampu mengelola informasi/gagasan serta menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, mandiri, bergotong royong dan peduli terhadap lingkungan, dan adaptif dalam menjalankan tugas dan fungsinya. B. Tujuan Mata pelajaran Dasar-dasar Perawatan Bangunan Sipil bertujuan membekali peserta didik dengan kompetensi hard skill dan soft skill sebagai berikut: 1. memahami proses bisnis pada pekerjaan konstruksi dan perawatan bangunan sipil; 2. memahami perkembangan dunia kerja konstruksi dan perawatan bangunan sipil; 3. memahami profesi dan kewirausahaan (job profile dan technopreneurship), serta peluang usaha di bidang konstruksi dan perawatan bangunan sipil; 4. memahami kegiatan praktik yang terkait dengan pekerjaan teknik konstruksi dan perawatan bangunan sipil; 5. menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan Hidup (K3LH) dan budaya kerja industri di lingkungan kerjanya; 6. memahami proses perhitungan mekanika teknik pada konstruksi 7 bangunan sebagai dasar perhitungan karakteristik bangunan sipil; 7. memahami ilmu bahan bangunan yang mendasari pelaksanaan pekerjaan dasar konstruksi bangunan sipil; 8. memahami penggunaan peralatan pengukuran termasuk menghitung data hasil pekerjaan pengukuran; dan 9. menggambar teknik dasar dengan memanfaatkan peralatan manual dan teknologi yang sesuai dengan standar industri. C. Karakteristik Pada hakikatnya mata pelajaran Dasar-Dasar Konstruksi dan Perawatan Bangunan Sipil berfokus pada kompetensi bersifat dasar yang harus dimiliki oleh tenaga kerja dalam bidang pekerjaan konstruksi dan perawatan bangunan sipil sesuai dengan perkembangan dunia kerja. Selain itu peserta didik diberikan pemahaman tentang proses bisnis, perkembangan penerapan teknologi dan isu-isu global, entrepreneur profile, job profile, peluang usaha dan pekerjaan/profesi. Mata pelajaran Dasar-Dasar Konstruksi dan Perawatan Bangunan Sipil terdiri atas elemen-elemen berikut ini. Elemen Proses bisnis pada pekerjaan konstruksi dan perawatan bangunan sipil Deskripsi Meliputi proses bisnis pada pekerjaan konstruksi dan perawatan bangunan sipil meliputi perencana, pelaksana pada proyek bangunan sipil, khususnya konstruksi jalan, irigasi, jembatan, dan perancangan prosedur kepuasan pelanggan termasuk di dalamnya penerapan budaya mutu dan K3LH. Perkembangan dunia kerja konstruksi dan perawatan bangunan sipil Meliputi berbagai jenis pekerjaan konstruksi dan perawatan bangunan sipil terkait isu global green building dan sustainable building, serta spesifikasi dan karakteristik bahan bangunan sesuai dengan perkembangan teknologi berbasis green material. Profesi dan kewirausahaan (jobprofile dan technopreneurship), serta peluang kerja di bidang perawatan bangunan sipil Meliputi pengenalan profesi dan kewirausahaan (job-profile dan technopreneurship), serta peluang berwirausaha sebagai perencana, pelaksana pada proyek bangunan sipil, khususnya konstruksi jalan, irigasi, dan jembatan. 8 D. Elemen Teknik dasar pekerjaan teknik konstruksi dan perawatan bangunan sipil Deskripsi Meliputi teknik dasar konstruksi dan perawatan bangunan sipil melalui pengenalan dan kegiatan praktik singkat pada peralatan/teknologi yang digunakan di dunia kerja yang meliputi penguasaan perencanaan dan pelaksanaan konstruksi. Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan Hidup (K3LH) dan budaya kerja industri Meliputi penerapan K3LH dan budaya kerja industri, antara lain: praktik-praktik kerja yang aman, bahaya-bahaya di tempat kerja, prosedurprosedur dalam keadaan darurat, dan penerapan budaya kerja industri (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin). Statika bangunan Meliputi elemen-elemen struktur bangunan, keseimbangan gaya pada struktur bangunan, gaya batang pada rangka sederhana, tegangan pada balok dan kolom. Dasar konstruksi bangunan Meliputi spesifikasi dan karakteristik macammacam bahan bangunan dan berbagai jenis pekerjaan konstruksi. Ukur tanah Meliputi pengoperasian peralatan pengukuran dan prosedur teknik perawatan peralatan pengukuran, pekerjaan pengukuran dengan alat ukur manual/digital, dan menghitung hasil pekerjaan pengukuran. Gambar teknik Meliputi teknik dan prinsip penggunaan alat gambar teknik, standar gambar teknik, gambar proyeksi orthogonal (2D) dan proyeksi piktoral (3D) secara manual maupun penggunaan aplikasi perangkat lunak. Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E (umumnya untuk kelas X SMK/MAK) peserta didik akan mendapatkan gambaran mengenai program keahlian yang dipilihnya sehingga mampu menumbuhkan passion dan vision untuk merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar serta memiliki kemampuan dasar konstruksi. Elemen Proses bisnis pada pekerjaan konstruksi dan perawatan bangunan sipil Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami proses bisnis pada pekerjaan konstruksi dan perawatan bangunan sipil meliputi perencana, dan pelaksana pada proyek bangunan sipil, khususnya konstruksi jalan, irigasi, jembatan, serta perancangan prosedur kepuasan pelanggan termasuk di dalamnya penerapan budaya mutu dan K3LH. Perkembangan dunia kerja konstruksi dan perawatan bangunan sipil Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami tentang berbagai jenis pekerjaan konstruksi dan Perawatan Bangunan Sipil terkait isu global green building dan sustainable building, serta spesifikasi dan karakteristik bahan bangunan sesuai dengan perkembangan teknologi berbasis green material. 9 Elemen Profesi dan kewirausahaan (job profile dan technopreneurship), serta peluang usaha di bidang konstruksi dan perawatan bangunan sipil Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami profesi dan kewirausahaan serta peluang berwirausaha sebagai perencana, pelaksana pada proyek bangunan sipil, khususnya konstruksi jalan, irigasi, dan jembatan, dengan melaksanakan pembelajaran berbasis proyek nyata sebagai simulasi proyek kewirausahaan. Teknik dasar pekerjaan teknik konstruksi dan perawatan bangunan sipil Pada akhir fase E, peserta didik memahami teknik dasar konstruksi dan perawatan bangunan sipil melalui pengenalan dan praktik singkat yang terkait dengan peralatan/teknologi yang digunakan di dunia kerja termasuk perencanaan dan pelaksanaan konstruksi. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Hidup (K3LH) dan budaya kerja industri Pada akhir fase E, peserta didik mampu menerapkan K3LH dan budaya kerja industri, antara lain: praktikpraktik kerja yang aman, bahaya-bahaya di tempat kerja, prosedur-prosedur dalam keadaan darurat, dan penerapan budaya kerja industri (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin). Perhitungan statika bangunan Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami cara perhitungan statika bangunan, meliputi elemenelemen struktur bangunan, keseimbangan gaya pada struktur bangunan, gaya batang pada konstruksi rangka sederhana, sebagai dasar perhitungan pekerjaan konstruksi pada struktur bangunan sipil. Dasar konstruksi bangunan Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami dasar konstruksi bangunan, meliputi spesifikasi dan karakteristik bahan bangunan dengan berbasis green material dan berbagai jenis pekerjaan konstruksi yang mendasari pelaksanaan pekerjaan perawatan bangunan sipil dengan mengangkat isu-isu global terkait green building dan sustainable building. Ukur tanah Pada akhir fase E, peserta didik mampu mengoperasikan peralatan pengukuran dan prosedur teknik perawatan peralatan pengukuran, pelaksanaan pekerjaan pengukuran dengan alat ukur manual/digital, serta memahami dalam menghitung hasil pekerjaan pengukuran dan mampu menyajikan data lapangan dari hasil pemetaan lokasi menjadi data ukur yang dapat digunakan sebagai dasar pekerjaan tingkat selanjutnya. Gambar teknik Pada akhir fase E, peserta didik mampu menggambar teknik dasar meliputi teknik dan prinsip penggunaan alat gambar teknik, standar gambar teknik, dasar gambar proyeksi orthogonal (2D) dan proyeksi piktorial (3D) baik secara manual maupun menggunakan aplikasi perangkat lunak. 10 1.3. CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR TEKNIK KONSTRUKSI DAN PERUMAHAN A. Rasional Konstruksi dan perumahan adalah kegiatan pembangunan perumahan yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kegiatan konstruksi. Aktivitas kegiatan tersebut berulang dengan mengembangkan dan memperhatikan fasilitas sosial dan lingkungan supaya berfungsi secara maksimal. Konstruksi dan perumahan merupakan satu kesatuan dalam memenuhi kebutuhan dan kenyamanan bagi penghuninya. Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Konstruksi dan Perumahan merupakan mata pelajaran kejuruan yang terdiri dari berbagai ilmu dasar sebagai penentu dalam mempelajari mata pelajaran yang lain dalam Program Keahlian Teknik Konstruksi dan Perumahan, membekali peserta didik dengan seperangkat pengetahuan, keterampilan, sikap, dan passion (renjana), yang merupakan kesatuan kegiatan pekerjaan meliputi penguasaan perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan konstruksi dan perumahan, agar memiliki dasar yang kuat dalam mempelajari mata pelajaran-mata pelajaran pada konsentrasi keahlian di fase F. Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Konstruksi dan Perumahan berfungsi untuk menumbuhkembangkan keprofesionalan dan kebanggaan pada peserta didik terhadap keahlian Teknik Konstruksi dan Perumahan, melalui pemahaman tentang proses bisnis di dunia kerja, perkembangan teknologi, mengenali berbagai macam profesi dan okupasi kerja dan peluang usaha, sesuai dengan perkembangan teknologi berbasis green material dan berbagai jenis pekerjaan konstruksi yang mengedepankan pekerjaan konstruksi dan perumahan terkait isu global green building dan sustainable building. Dalam mata pelajaran Teknik Konstruksi dan Perumahan ini, pembelajaran dapat dilakukan menggunakan berbagai pendekatan, strategi, metode serta model yang sesuai dengan karakteristik kompetensi yang harus dipelajari, sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik memberikan ruang yang untuk cukup 11 berpartisipasi bagi prakarsa, aktif, serta kreativitas, kemandirian sesuai dengan bakat, minat, renjana, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Model-model pembelajaran yang dapat digunakan antara lain project-based learning, teaching factory, discovery learning, problem-based learning, inquiry learning, atau model lainnya serta metode yang relevan. Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Konstruksi dan Perumahan berkontribusi dalam menjadikan peserta didik memiliki kompetensi sebagai perencana, pelaksana, atau pengembang (developer) pada pekerjaan konstruksi dan perumahan yang berakhlak mulia, mampu berkomunikasi, bernegosiasi dan berinteraksi antar budaya, mampu bekerja dalam tim, memiliki kepekaan dan kepedulian terhadap situasi dan lingkungan kerja, mampu mengelola informasi/gagasan serta menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, mandiri, bergotong royong dan peduli terhadap lingkungan, dan adaptif dalam menjalankan tugas dan fungsinya. B. Tujuan Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Konstruksi dan Perumahan bertujuan membekali peserta didik dengan dasar-dasar soft skills dan hard skills sebagai berikut: 1. memahami proses bisnis pada pekerjaan konstruksi dan perumahan; 2. memahami perkembangan teknologi dan dunia kerja di bidang konstruksi dan perumahan; 3. memahami profesi dan kewirausahaan (job profile dan technopreneurship), serta peluang usaha pada bidang pekerjaan konstruksi dan perumahan; 4. memahami lingkup kerja teknik konstruksi dan perumahan; 5. menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan Hidup (K3LH) dan budaya kerja industri di lingkungan kerjanya; 6. memahami ilmu statika bangunan untuk mendasari perhitungan kekuatan konstruksi bangunan; 7. memahami spesifikasi dan karakteristik bahan bangunan dan jenis pekerjaan konstruksi yang mendasari pelaksanaan pekerjaan konstruksi dan perumahan; 8. Memahami penggunaan peralatan pengukuran serta mampu 12 menghitung data hasil pekerjaan pengukuran; dan 9. Memahami dasar menggambar teknik menggunakan peralatan manual dan perangkat lunak atau digital. C. Karakteristik Pada hakikatnya mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Konstruksi dan Perumahan berfokus pada kompetensi bersifat dasar yang harus dimiliki oleh tenaga kerja dalam bidang pekerjaan konstruksi dan perumahan sesuai dengan perkembangan dunia kerja. Selain itu peserta didik diberikan pemahaman tentang proses bisnis, perkembangan penerapan teknologi dan isu-isu global, entrepreneur profile, job profile, peluang usaha dan pekerjaan/profesi. Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Konstruksi dan Perumahan terdiri atas elemen-elemen berikut ini. Elemen Deskripsi Proses bisnis pada pekerjaan konstruksi dan perumahan Meliputi proses bisnis pada pekerjaan konstruksi dan perumahan meliputi perencanaan dan pelaksanaan pembangunan perumahan. Perkembangan teknologi dan dunia kerja konstruksi dan perumahan Meliputi berbagai jenis pekerjaan di bidang konstruksi dan perumahan, perkembangan teknologi dalam bidang konstruksi dan perumahan, isu-isu global terkait green building. Profesi dan kewirausahaan (jobprofile dan technopreneurship) serta peluang usaha pada pekerjaan konstruksi dan perumahan Meliputi profesi dan kewirausahaan (job-profile dan technopreneurship), serta peluang berwirausaha dalam bidang konstruksi dan perumahan. Teknik dasar pekerjaan konstruksi dan perumahan Meliputi praktik dasar secara menyeluruh pada penggunaan peralatan dan teknologi yang digunakan di bidang konstruksi dan perumahan. Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan Hidup (K3LH) dan budaya kerja industri Meliputi penerapan K3LH dan budaya kerja industri, antara lain: praktik-praktik kerja yang aman, bahaya-bahaya di tempat kerja, prosedurprosedur dalam keadaan darurat, dan penerapan budaya kerja industri (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin). Perhitungan statika bangunan Meliputi elemen-elemen struktur bangunan, perhitungan keseimbangan gaya pada struktur bangunan, dan perhitungan gaya batang pada rangka sederhana. 13 Elemen D. Deskripsi Dasar konstruksi bangunan dan perumahan Meliputi spesifikasi dan karakteristik bahan bangunan sesuai dengan perkembangan teknologi berbasis green material, jenis pekerjaan konstruksi yang mendasari pelaksanaan pekerjaan konstruksi dan perumahan. Ukur tanah Meliputi jenis-jenis alat ukur, cara pengoperasian dan perawatan alat ukur sederhana maupun profesional (manual/digital) serta menghitung data hasil pengukuran. Gambar teknik Meliputi teknik dan prinsip penggunaan alat gambar, pemahaman standar gambar teknik, gambar proyeksi orthogonal dan proyeksi piktoral, dan gambar 2D serta 3D baik secara manual maupun menggunakan aplikasi perangkat lunak. Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E (umumnya untuk kelas X SMK/MAK), peserta didik akan mendapatkan gambaran mengenai program keahlian yang dipilihnya sehingga mampu menumbuhkan passion dan vision untuk merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar. Selain itu pada akhir fase E pada aspek hard skills peserta didik mampu memahami elemen-elemen kompetensi pada mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Konstruksi dan Perumahan. Elemen Capaian Pembelajaran Proses bisnis pada Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami pekerjaan konstruksi proses bisnis pada pekerjaan konstruksi dan dan perumahan perumahan meliputi perencanaan dan pelaksanaan pembangunan perumahan. Perkembangan teknologi dan dunia kerja konstruksi dan perumahan Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami berbagai jenis pekerjaan di bidang konstruksi dan perumahan, perkembangan teknologi dalam bidang konstruksi dan perumahan, isu-isu global terkait green building dan sustainable building, serta spesifikasi dan karakteristik bahan bangunan sesuai dengan perkembangan teknologi berbasis green material. Profesi dan kewirausahaan (jobprofile dan technopreneurship), serta peluang usaha pada pekerjaan konstruksi dan perumahan Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami profesi dan kewirausahaan (job-profile dan technopreneurship), serta peluang berwirausaha dalam bidang konstruksi dan perumahan, dengan melaksanakan pembelajaran berbasis proyek nyata sebagai simulasi proyek kewirausahaan. Teknik dasar pekerjaan teknik konstruksi dan perumahan Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami teknik dasar konstruksi dan perumahan melalui pengenalan dan praktik dasar secara menyeluruh pada penggunaan peralatan dan teknologi yang digunakan di bidang konstruksi dan perumahan. 14 Elemen Capaian Pembelajaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan Hidup (K3LH) dan budaya kerja industri Pada akhir fase E, peserta didik mampu menerapkan K3LH dan budaya kerja industri, antara lain: praktik-praktik kerja yang aman, bahaya-bahaya di tempat kerja, prosedur- prosedur dalam keadaan darurat, dan penerapan budaya kerja industri (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin). Perhitungan statika bangunan Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami elemen-elemen struktur bangunan, perhitungan keseimbangan gaya pada struktur bangunan, dan perhitungan gaya batang pada rangka sederhana. Dasar konstruksi bangunan dan perumahan Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami spesifikasi dan karakteristik bahan bangunan, jenis pekerjaan konstruksi yang mendasari pelaksanaan pekerjaan konstruksi dan perumahan. Ukur tanah Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami jenis-jenis alat ukur, cara pengoperasian dan perawatan alat ukur sederhana maupun profesional (manual/digital) serta menghitung data hasil pengukuran. Gambar teknik Pada akhir fase E, peserta didik mampu menggambar teknik dasar, termasuk penggunaan alat gambar, pemahaman standar gambar teknik, gambar proyeksi orthogonal dan proyeksi piktoral, dan gambar 2D serta 3D baik secara manual maupun menggunakan aplikasi perangkat lunak. 15 1.4. CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR DESAIN PEMODELAN DAN INFORMASI BANGUNAN A. Rasional Desain Pemodelan dan Informasi Bangunan adalah program keahlian yang mempelajari tentang perencanaan, pelaksanaan dan perbaikan bangunan mulai dari pengukuran lahan, pra rencana bangunan, perhitungan konstruksi hingga tersaji desain akhir dengan didampingi hasil perhitungan rencana anggaran biaya, rencana kerja, dan syarat (RKS) pelaksanaan kerja. Desain Pemodelan dan Informasi Bangunan mempunyai peran dalam kontribusi pada penataan lahan kota/kabupaten, karena informasi dari rencana tata kota/kabupaten membantu dalam berkesinambungan pada perencanaan bangunan untuk mengurangi ketidakpastian desain, menemukan masalah dan penyelesaiannya, meningkatkan keselamatan, dan simulasi proses pembangunan serta menganalisis dampak masalah potensial yang mungkin timbul. Mata pelajaran Dasar-Dasar Desain Pemodelan dan Informasi Bangunan merupakan mata pelajaran kejuruan yang terdiri dari berbagai ilmu dasar sebagai penentu dalam mempelajari mata pelajaran yang lain dalam program keahlian Desain Pemodelan dan Informasi Bangunan, membekali peserta didik dengan seperangkat pengetahuan, keterampilan, sikap, dan passion (renjana), yang merupakan kesatuan kegiatan pekerjaan meliputi penguasaan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pekerjaan desain dan informasi bangunan, mempelajari mata agar memiliki pelajaran-mata dasar pelajaran yang pada kuat dalam konsentrasi keahlian di fase F. Mata pelajaran Dasar-Dasar Desain Pemodelan dan Informasi Bangunan berfungsi untuk menumbuh kembangkan keprofesionalan dan kebanggaan pada peserta didik terhadap keahlian desain pemodelan dan informasi bangunan, melalui pemahaman tentang proses bisnis di dunia kerja, perkembangan teknologi, mengenali berbagai macam profesi dan okupasi kerja dan peluang usaha, sesuai dengan perkembangan teknologi berbasis green material dan berbagai jenis pekerjaan konstruksi yang mengedepankan pekerjaan desain pemodelan dan informasi bangunan terkait isu global green building dan sustainable building. 16 Dalam mata pelajaran Dasar-Dasar Desain Pemodelan dan Informasi Bangunan ini, pembelajaran dapat dilakukan menggunakan berbagai pendekatan, strategi, metode serta model yang sesuai dengan karakteristik kompetensi yang harus dipelajari, sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai dengan bakat, minat, renjana, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Model-model pembelajaran yang dapat digunakan antara lain project-based learning, teaching factory, discovery learning, problem-based learning, inquiry learning, atau model lainnya serta metode yang relevan. Mata pelajaran Dasar-Dasar Desain Pemodelan dan Informasi Bangunan berkontribusi dalam menjadikan peserta didik memiliki kompetensi sebagai perencana atau pelaksana pada pekerjaan desain pemodelan dan informasi bangunan yang berakhlak mulia, mampu berkomunikasi, bernegosiasi dan berinteraksi antar budaya, mampu bekerja dalam tim, memiliki kepekaan dan kepedulian terhadap situasi dan lingkungan kerja, mampu mengelola informasi/gagasan serta menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, mandiri, bergotong royong dan peduli terhadap lingkungan, dan adaptif dalam menjalankan tugas dan fungsinya. B. Tujuan Mata pelajaran Dasar-Dasar Desain Pemodelan dan Informasi Bangunan bertujuan untuk membekali peserta didik dengan dasardasar soft skills dan hard skills sebagai berikut: 1. memahami proses bisnis menyeluruh pada bidang desain pemodelan dan informasi bangunan; 2. memahami perkembangan teknologi dan isu-isu global pada desain pemodelan dan informasi bangunan; 3. memahami profesi dan kewirausahaan (job-profile dan technopreneurship), serta peluang usaha dan pekerjaan/profesi di bidang desain pemodelan dan informasi bangunan; 4. memahami kegiatan praktik yang terkait dengan pekerjaan desain pemodelan dan informasi bangunan, antara lain peralatan gambar, peralatan ukur, analisis hasil pekerjaan pengukuran, teknik 17 desain pemodelan dan informasi bangunan, serta standar dan peraturan- peraturan yang berlaku terkait dengan bangunan; 5. menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan Hidup (K3LH), dan budaya kerja industri; 6. menggambar teknik dasar pada bidang bangunan; 7. memahami Building Information Modelling; 8. memahami ilmu statika bangunan untuk mendasari perhitungan kekuatan konstruksi bangunan; dan 9. memahami spesifikasi dan karakteristik bahan bangunan berbasis green material dan pekerjaan konstruksi. C. Karakteristik Pada hakikatnya mata pelajaran Dasar-Dasar Desain Pemodelan dan Informasi Bangunan fokus pada kompetensi bersifat dasar yang harus dimiliki oleh tenaga kerja dalam bidang desain pemodelan dan informasi bangunan sesuai dengan perkembangan dunia kerja. Selain itu peserta didik diberikan pemahaman tentang proses bisnis, perkembangan penerapan teknologi dan isu-isu global, entrepreneur profile, job profile, peluang usaha dan pekerjaan/profesi. Mata pelajaran Dasar-Dasar Desain Pemodelan dan Informasi Bangunan terdiri atas elemen-elemen berikut ini. Elemen Deskripsi Proses bisnis menyeluruh pada bidang desain pemodelan dan informasi bangunan Meliputi proses bisnis pekerjaan pemodelan dan informasi bangunan mulai dari perencanaan, teknik pemodelan, gambar rumah sederhana dan bertingkat, dan sistem informasi bangunan, termasuk di dalamnya adalah penerapan budaya mutu, Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan Hidup (K3LH), dan manajemen proyek. Perkembangan teknologi dan isu-isu global pada desain pemodelan dan informasi bangunan Meliputi perkembangan teknologi dan isu-isu global terkait green building dan sustainable building yang dijadikan dasar dalam penggambaran konstruksi bangunan. Profesi dan kewirausahaan (jobprofil dan technopreneurship) serta peluang usaha di bidang desain pemodelan dan informasi bangunan Meliputi lingkup profesi dan peluang usaha sebagai wirausahawan (technopreneur) dan atau konsultan pada bidang perencanaan, pelaksanaan, pengawasan bangunan, dan juga dapat melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. 18 D. Elemen Deskripsi Teknik dasar pada pekerjaan desain pemodelan dan informasi bangunan Meliputi pengenalan dan praktik dasar yang terkait dengan pekerjaan desain pemodelan dan informasi bangunan, antara lain peralatan gambar, peralatan ukur, pengoperasian dan perawatan alat ukur, analisis hasil pekerjaan pengukuran, teknik desain pemodelan dan informasi bangunan, serta standar dan peraturan-peraturan yang berlaku terkait dengan bangunan. Gambar teknik Meliputi teknik dan prinsip penggunaan alat gambar, standar gambar teknik, dasar gambar proyeksi orthogonal (2D) dan proyeksi piktorial (3D) baik secara manual maupun menggunakan aplikasi perangkat lunak, yang dijadikan dasar dalam desain pemodelan dan informasi bangunan. Building Information Modelling Meliputi pengertian, fungsi dan contoh Building Information Modelling (BIM) sehingga peserta didik dapat membayangkan konstruksi virtual sebelum konstruksi fisik dibangun, untuk mengurangi ketidakpastian, meningkatkan keselamatan, menyelesaikan masalah, dan mensimulasikan serta menganalisis dampak potensial yang mungkin timbul. Perhitungan statika bangunan Meliputi elemen-elemen struktur bangunan, perhitungan keseimbangan gaya pada struktur bangunan, dan perhitungan gaya batang pada konstruksi rangka sederhana sebagai dasar perhitungan pekerjaan konstruksi bangunan. Spesifikasi dan karakteristik bahan bangunan berbasis green material dan pekerjaan konstruksi Meliputi spesifikasi dan karakteristik bahan bangunan dengan berbasis green material dan berbagai jenis pekerjaan konstruksi yang mendasari gambar konstruksi gedung, dengan mengangkat isu-isu global terkait green building dan sustainable building yang dijadikan dasar dalam penggambaran konstruksi, serta pengenalan, pengoperasian dan perawatan alat ukur tanah sederhana maupun profesional (manual/digital), serta menuangkan data hasil analisis dalam bentuk gambar dengan cara manual atau aplikasi perangkat lunak dengan kegiatan mengevaluasi hasil pekerjaan pengukuran. Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E (umumnya untuk kelas X SMK/MAK) peserta didik akan mendapatkan gambaran mengenai program keahlian yang dipilihnya sehingga mampu menumbuhkan passion dan vision untuk merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar. Selain itu pada akhir fase ini peserta didik mampu menggambar teknik dasar, memahami Building Information Modelling, melaksanakan pekerjaan 19 dasar konstruksi bangunan dan ilmu ukur tanah, dengan menerapkan prosedur proses Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan Hidup (K3LH). Elemen Proses bisnis menyeluruh pada bidang desain pemodelan dan informasi bangunan Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami proses bisnis pekerjaan pemodelan dan informasi bangunan mulai dari perencanaan, teknik pemodelan, gambar rumah sederhana dan bertingkat, dan sistem informasi bangunan, termasuk di dalamnya adalah penerapan budaya mutu, Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan Hidup (K3LH), dan manajemen proyek. Perkembangan teknologi dan isu-isu global pada desain pemodelan dan informasi bangunan Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami perkembangan teknologi dan isu-isu global terkait green building dan sustainable building yang dijadikan dasar dalam penggambaran konstruksi bangunan. Profesi dan kewirausahaan (jobprofile dan technopreneurship) serta peluang usaha di bidang desain pemodelan dan informasi bangunan Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami profesi dan kewirausahaan (job-profile dan technopreneurship) serta peluang usaha di bidang desain pemodelan dan informasi bangunan, untuk membangun vision dan passion, dengan melaksanakan pembelajaran berbasis proyek nyata sebagai simulasi proyek kewirausahaan. Teknik dasar pada pekerjaan desain pemodelan dan informasi bangunan Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami teknik dasar pekerjaan desain pemodelan dan informasi bangunan melalui pengenalan dan praktik dasar yang terkait dengan pekerjaan desain pemodelan dan informasi bangunan, antara lain peralatan gambar, peralatan ukur, pengoperasian dan perawatan alat ukur, analisis hasil pekerjaan pengukuran, teknik desain pemodelan dan informasi bangunan, serta standar dan peraturanperaturan yang berlaku terkait dengan bangunan. Gambar teknik Pada akhir fase E, peserta didik mampu menggambar teknik dasar antara lain penggunaan alat gambar, standar gambar teknik, dasar gambar proyeksi orthogonal (2D) dan proyeksi piktorial (3D) baik secara manual maupun menggunakan aplikasi perangkat lunak yang dijadikan dasar dalam desain pemodelan dan informasi bangunan. Building Information Modelling Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami pengertian, fungsi dan contoh Building Information Modelling (BIM) sehingga peserta didik dapat membayangkan konstruksi virtual sebelum konstruksi fisik dibangun, untuk mengurangi ketidakpastian, meningkatkan keselamatan, menyelesaikan masalah, dan mensimulasikan serta menganalisis dampak potensial yang mungkin timbul. 20 Elemen Perhitungan statika bangunan Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami elemen-elemen struktur bangunan, perhitungan keseimbangan gaya pada struktur bangunan, dan perhitungan gaya batang pada rangka sederhana sebagai dasar perhitungan pekerjaan konstruksi bangunan. Spesifikasi dan karakteristik bahan bangunan berbasis green material dan pekerjaan konstruksi Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami spesifikasi dan karakteristik bahan bangunan dengan berbasis green material dan berbagai jenis pekerjaan konstruksi yang mendasari gambar konstruksi gedung, dengan mengangkat isu-isu global terkait green building dan sustainable building yang dijadikan dasar dalam penggambaran konstruksi, serta pengenalan, pengoperasian dan perawatan alat ukur tanah sederhana maupun professional (manual/digital), serta menuangkan data hasil analisis dalam bentuk gambar dengan cara manual atau aplikasi perangkat lunak dengan kegiatan mengevaluasi hasil pekerjaan pengukuran. 21 1.5. CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR TEKNIK FURNITUR A. Rasional Teknik furnitur adalah kegiatan proses pembuatan furnitur khususnya produksi furnitur secara manual maupun masal mekanis dengan cepat dan murah, yang semula menggunakan kayu utuh digantikan oleh kayu olahan atau bahan/material baru lainnya, dan bagaimana menyajikan furnitur yang tepat dalam sebuah ruangan, untuk menjawab isu kemajuan teknologi untuk kesejahteraan umat manusia dan lingkungan tempat tinggalnya. Mata pelajaran DasarDasar Teknik Furnitur merupakan mata pelajaran kejuruan yang terdiri dari berbagai ilmu dasar sebagai penentu dalam mempelajari mata pelajaran yang lain dalam Program Keahlian Teknik Furnitur, membekali peserta keterampilan, sikap, didik dan dengan passion seperangkat (renjana), pengetahuan, yang merupakan pekerjaan dasar produksi furnitur, agar memiliki dasar yang kuat dalam mempelajari mata pelajaran-mata pelajaran pada konsentrasi keahlian di fase F. Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Furnitur berfungsi untuk menumbuhkembangkan keprofesionalan dan kebanggaan pada peserta didik terhadap keahlian Teknik Furnitur, melalui pemahaman tentang proses bisnis di dunia kerja, perkembangan teknologi, mengenali berbagai macam profesi dan okupasi kerja dan peluang usaha, sesuai dengan perkembangan teknologi berbasis green material dan berbagai jenis pekerjaan konstruksi yang mengedepankan pekerjaan teknik furnitur terkait isu-isu global bidang teknik furnitur seperti bagaimana mewujudkan eco-friendly dan sustainable furniture, serta produksi furnitur yang ramah lingkungan. Dalam mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Furnitur ini, pembelajaran dapat dilakukan menggunakan berbagai pendekatan, strategi, metode serta model yang sesuai dengan karakteristik kompetensi yang harus dipelajari, sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai dengan bakat, minat, renjana, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Model- 22 model pembelajaran yang dapat digunakan antara lain project-based learning, teaching factory, discovery learning, problem-based learning, inquiry learning, atau model lainnya serta metode yang relevan. Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Furnitur berkontribusi dalam menjadikan peserta didik memiliki kompetensi sebagai tenaga kerja dalam bidang produksi furnitur yang berakhlak mulia, mampu berkomunikasi, bernegosiasi dan berinteraksi antar budaya, mampu bekerja dalam tim, memiliki kepekaan dan kepedulian terhadap situasi dan lingkungan kerja, mampu mengelola informasi/gagasan serta menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, mandiri, bergotong royong dan peduli terhadap lingkungan, dan adaptif dalam menjalankan tugas dan fungsinya. B. Tujuan Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Furnitur bertujuan membekali peserta didik dengan dasar-dasar soft skills dan hard skills meliputi: 1. memahami proses bisnis dan profil industri furnitur; 2. memahami perkembangan penerapan teknologi dan isu-isu global pada industri furnitur; 3. memahami profesi dan kewirausahaan (job-profile dan technopreneurship), serta peluang usaha di bidang furnitur; 4. memahami teknik dasar proses produksi pada industri furnitur; 5. menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan Hidup (K3LH) dan budaya kerja industri di lingkungan kerjanya; 6. memahami dasar-dasar gambar teknik; 7. memahami karakteristik dan perlakuan bahan untuk produksi furnitur; 8. memahami pembuatan konstruksi furnitur dengan peralatan tangan dan mesin; dan 9. memahami perawatan peralatan tangan dan mesin. C. Karakteristik Pada hakikatnya mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Furnitur fokus pada kompetensi bersifat dasar yang harus dimiliki oleh tenaga kerja dalam bidang pekerjaan furnitur sesuai dengan perkembangan dunia kerja. Selain itu peserta didik diberikan pemahaman tentang proses 23 bisnis, perkembangan penerapan teknologi dan isu-isu global, entrepreneur profile, job profile, peluang usaha dan pekerjaan/profesi. Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Furnitur terdiri atas elemenelemen berikut ini. Elemen Deskripsi Proses bisnis industri furnitur Meliputi proses bisnis secara menyeluruh bidang industri furnitur mulai dari pemilihan bahan, desain furnitur, pengerjaan dengan manual maupun mesin dan finishing. Perkembangan penerapan teknologi dan isu-isu global pada industri furnitur Meliputi perkembangan teknologi industri furnitur saat ini antara lain pengerjaan dengan mesin CNC, sampai finishing dengan berbagai teknologi dan isu-isu global bidang teknik furnitur seperti bagaimana mewujudkan ecofriendly dan sustainable furniture. Profesi dan kewirausahaan (jobprofile dan technopreneurship), serta peluang usaha di bidang furnitur Meliputi profesi dan kewirausahaan (job-profile dan technopreneurship) serta peluang usaha pada bidang furnitur. Teknik dasar proses produksi pada industri furnitur Meliputi kegiatan praktik singkat yang terkait dengan seluruh proses produksi dan teknologi yang diaplikasikan dalam industri furnitur, antara lain pengenalan dan praktik dasar kayu, mesin kayu, CAD, simulasi CAM-CNC, furnitur non kayu, dan sejenisnya. Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan Hidup (K3LH) dan budaya kerja industri Meliputi penerapan K3LH dan budaya kerja industri, antara lain: praktik-praktik kerja yang aman, bahaya-bahaya di tempat kerja, prosedurprosedur dalam keadaan darurat, dan penerapan budaya kerja industri (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin). Dasar-dasar gambar teknik Meliputi penerapan teknik dan prinsip penggunaan alat gambar, pemahaman dalam menerapkan standar gambar teknik, dasar gambar proyeksi orthogonal (2D) dan proyeksi piktorial (3D) baik secara manual maupun menggunakan aplikasi perangkat lunak, yang dijadikan dasar dalam desain furnitur. Pemilihan kayu untuk produksi furnitur Meliputi sifat, karakteristik, dan jenis kayu. Pembuatan sambungan dengan peralatan tangan dan mesin tangan Meliputi pembuatan macam-macam sambungan dengan peralatan tangan dan mesin tangan dan cara penggunaannya sesuai standar, memahami dan menerapkan macam-macam sambungan pada furnitur. Perawatan peralatan tangan dan mesin tangan Meliputi cara menajamkan, menyetel, dan menyimpan peralatan tangan dan mesin tangan sesuai standar. 24 D. Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E (umumnya untuk kelas X SMK/MAK) peserta didik akan mendapatkan gambaran menyeluruh mengenai program keahlian Teknik Furnitur, dalam rangka menumbuhkan renjana (passion), visi (vision), imajinasi, dan kreativitas untuk merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar. Capaian Pembelajaran pada elemen-elemen mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Furnitur: Elemen Proses bisnis industri furnitur Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami proses bisnis dan profil industri furnitur, meliputi: perencanaan, analisis kebutuhan pelanggan, strategi implementasi (instalasi dan konfigurasi), dan perancangan prosedur kepuasan pelanggan. Perkembangan penerapan teknologi dan isu-isu global pada industri furnitur Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami penerapan teknologi dan menganalisis isu-isu global terkait industri furnitur. Profesi dan kewirausahaan (jobprofile dan technopreneurship), serta peluang usaha di bidang furnitur Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami profesi dan kewirausahaan (job-profile dan technopreneurship), serta peluang usaha di bidang industri furnitur, dengan melaksanakan pembelajaran berbasis proyek nyata sebagai simulasi proyek kewirausahaan. Teknik dasar proses produksi pada industri furnitur Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami teknik dasar proses produksi pada industri furnitur, melalui pengenalan dan praktik dasar yang terkait dengan seluruh proses produksi dan teknologi yang diaplikasikan dalam industri furnitur, antara lain pengenalan dan praktik dasar kayu, mesin kayu, CAD, simulasi CAM-CNC, furnitur non kayu, dan sejenisnya. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Hidup (K3LH) dan budaya kerja industri Pada akhir fase E, peserta didik mampu menerapkan K3LH dan budaya kerja industri, antara lain: praktik-praktik kerja yang aman, bahaya-bahaya di tempat kerja, prosedur-prosedur dalam keadaan darurat, dan penerapan budaya kerja industri (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin). Gambar teknik Pada akhir fase E, peserta didik mampu menggambar teknik dasar antara lain penggunaan alat gambar, standar gambar teknik, dasar gambar proyeksi orthogonal (2D) dan proyeksi piktorial (3D) baik secara manual serta menggunakan aplikasi perangkat lunak, yang dijadikan dasar dalam menggambar furnitur. Pemilihan kayu untuk produksi furnitur Pada akhir fase E, peserta didik mampu memilih kayu untuk produksi furnitur secara mandiri. Pembuatan Pada akhir fase E, peserta didik mampu 25 Elemen sambungan dengan peralatan tangan dan mesin tangan Capaian Pembelajaran menggunakan bermacam-macam peralatan tangan dan mesin tangan berikut cara penggunaannya sesuai standar, membuat macam-macam sambungan pada konstruksi furnitur baik secara individu atau kerja sama kelompok. Perawatan peralatan tangan dan mesin tangan Pada akhir fase E, peserta didik mampu merawat, termasuk menajamkan, menyetel, dan menyimpan peralatan tangan dan mesin tangan sesuai standar. 26 2.1. CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR TEKNIK MESIN A. Rasional Dasar-Dasar Teknik Mesin adalah mata pelajaran yang berisi kompetensi-kompetensi yang mendasari penguasaan keahlian teknik pemesinan dan pengepasan (fitting and machining). Mata pelajaran ini merupakan mata pelajaran dasar kejuruan yang terdiri dari berbagai ilmu dasar sebagai penentu dalam mempelajari mata pelajaran yang lain dalam program keahlian Teknik Mesin, agar peserta didik memiliki dasar kompetensi yang kuat dalam mempelajari mata pelajaran-mata pelajaran pada konsentrasi keahlian di kelas XI dan XII. Teknik mesin atau teknik mekanik adalah salah satu disiplin ilmu teknik yang luas dan merupakan aplikasi dari prinsip fisika untuk merancang, mengembangkan, membuat (manufaktur), menguji dan memelihara sebuah sistem mekanik. Pengetahuan dan keahlian teknik mesin dapat dimanfaatkan untuk mendesain dan membuat (manufaktur) kendaraan, pesawat, kapal laut, pabrik industri, peralatan, mesin industri, alat kesehatan dan peralatan lainnya. Teknik mesin mulai berkembang sebagai suatu ilmu setelah adanya revolusi industri pertama di Eropa pada abad ke-18 dan terus berkembang hingga kini memasuki era revolusi industri keempat (Industri 4.0). Saat ini keilmuan teknik mesin berkembang semakin canggih ke bidang material komposit, mekatronika, robotika dan nanoteknologi. Ilmu ini juga memiliki andil dalam memberikan solusi pada keilmuan lain seperti teknik penerbangan, teknik perkapalan, teknik perkeretaapian, teknik otomotif, teknik sipil, teknik listrik, teknik perminyakan, dan teknik kimia, bahkan hingga ke bidang kedokteran, kesehatan dan obat-obatan. Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Mesin berfungsi untuk menumbuhkembangkan keprofesionalan dalam bidang pemesinan dan pengepasan (fitting and machining) dan pembelajarannya dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai pendekatan, model, strategi, serta metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik kompetensi yang dipelajari. Proses pembelajaran diharapkan dapat dilaksanakan secara interaktif, aktif, inspiratif, menyenangkan, 27 menantang, dan memotivasi peserta didik, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai dengan bakat, minat, renjana, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Pembelajaran dapat dilakukan dengan pendekatan contextual teaching learning, cooperative learning, maupun individual learning. Model pembelajaran project-based learning, yang dapat digunakan antara lain problem-based learning, inquiry-based learning, discovery-based learning, teaching factory, atau model pembelajaran lainnya yang relevan. Ada beberapa konsentrasi yang dimungkinkan untuk dibentuk pada program keahlian Teknik Mesin antara lain Teknik Pemesinan, Teknik Pemesinan Pesawat Udara, Teknik Pemesinan Kapal, Teknik Instrumentasi Logam, Teknik Perancangan dan Gambar Mesin, Teknik Pembuatan Perkakas (Tool Making), Teknik Pembuatan Alat Penepat dan Penjepit (Jig and Fixture) dan sejenisnya. Mata pelajaran Dasar-dasar Teknik Mesin juga berkontribusi dalam membentuk kompetensi (hard skills), softskills dan karakter peserta didik pada bidang teknik pemesinan dan pengepasan (Fitting and Machining) sehingga menjadi warga yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif. B. Tujuan Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Mesin bertujuan untuk memastikan peserta didik dibekali dengan dasar-dasar pengetahuan, keterampilan dan karakter (hard skills dan soft skills) meliputi: 1. memahami proses bisnis bidang manufaktur mesin secara menyeluruh; 2. memahami perkembangan teknologi di industri dan dunia kerja serta isu-isu global terkait dunia manufaktur mesin; 3. memahami profesi dan kewirausahaan di bidang manufaktur (job profile dan technopreneurship), serta peluang usaha di bidang manufaktur mesin; 4. menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan Hidup (K3LH) dan budaya kerja industri di lingkungan kerjanya; 5. memahami kegiatan praktik yang terkait dengan seluruh proses 28 produksi dan teknologi yang diaplikasikan dalam industri manufaktur mesin; 6. memahami jenis-jenis bahan, sifat fisik, sifat kimia, sifat mampu listrik dan mampu mekanik terkait fungsi-fungsinya dalam proses manufaktur; 7. memahami jenis sambungan, tumpuan (bushing & bearing), transmisi mesin, dan pemipaan; dan 8. menggambar teknik dasar lingkup teknik mesin. C. Karakteristik Pada hakikatnya mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Mesin berfokus pada kompetensi yang bersifat mendasar yang harus dimiliki oleh seorang operator atau teknisi pemesinan dan pengepasan (fitting and machining) sesuai dengan perkembangan dunia kerja, melalui pemahaman tentang proses bisnis, perkembangan teknologi di industri dan dunia kerja, isu-isu global, profesi dan kewirausahaan (job profile dan technopreneurship), Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan Hidup (K3LH), budaya kerja industri, teknik dasar proses pemesinan, pengetahuan bahan (material science), dasar sistem mekanik, dan gambar teknik sesuai standar yang ditentukan pada bidang teknik mesin. Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Mesin terdiri atas elemen-elemen berikut ini. Elemen Deskripsi Proses bisnis bidang manufaktur mesin secara menyeluruh. Meliputi proses bisnis bidang manufaktur secara menyeluruh, antara lain perancangan produk (Design For X), Mata Rantai Pasok (Supply Chain), logistik, proses produksi pada industri manufaktur dan rekayasa, perawatan mesin, dan pengelolaan sumber daya manusia dengan memperhatikan potensi dan kearifan lokal. Perkembangan teknologi di industri dan dunia kerja serta isu-isu global terkait dunia manufaktur mesin. Meliputi perkembangan proses produksi industri manufaktur mulai dari teknologi konvensional sampai dengan teknologi modern, Internet of Thing, teknologi digital dalam dunia industri, isu pemanasan global, perubahan iklim, aspek-aspek ketenagakerjaan, life cycle produk industri sampai dengan reuse, recycling produk. Profesi dan kewirausahaan (job profile dan Meliputi profesi dan kewirausahaan (job profile dan technopreneurship), serta 29 Elemen Deskripsi technopreneurship), serta peluang usaha di bidang manufaktur mesin. peluang usaha di bidang manufaktur mesin. Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan Hidup (K3LH) dan budaya kerja industri Meliputi penerapan K3LH dan budaya kerja industri, antara lain: praktikpraktik kerja yang aman, bahaya-bahaya di tempat kerja, prosedur- prosedur dalam keadaan darurat, dan penerapan budaya kerja industri, seperti 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin), dan etika kerja. Teknik dasar proses produksi pada bidang manufaktur mesin. Meliputi praktik dasar yang terkait dengan seluruh proses produksi dan teknologi yang diaplikasikan dalam industri manufaktur, antara lain praktik dasar alat ukur, perkakas tangan dan bertenaga, peralatan angkat dan pemindah bahan, serta pengenalan teknik pemesinan, pengelasan, CAD, simulasi CAM-CNC, 3D Printing, mould and dies, plastic moulding, jig and fixtures, dan sejenisnya. Pengetahuan bahan (material science) Meliputi jenis-jenis bahan, sifat fisik, sifat kimia, sifat mampu listrik dan mampu mekanik terkait fungsi-fungsinya dalam proses manufaktur mesin. Dasar sistem mekanik Meliputi jenis sambungan, tumpuan (bushing & bearing), transmisi mesin, dan pemipaan. Gambar teknik Meliputi menggambar teknik dasar komponen mesin, termasuk pengenalan macam-macam peralatan gambar, standarisasi dalam pembuatan gambar, serta praktik menggambar dan membaca gambar teknik menurut proyeksinya. D. Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E (kelas X SMK/MAK), peserta didik akan mendapatkan gambaran menyeluruh mengenai program keahlian Teknik Mesin, dalam rangka menumbuhkan renjana (passion), visi (vision), imajinasi, dan kreativitas untuk merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar. Capaian Pembelajaran pada elemenelemen mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Mesin dapat diuraikan sebagai berikut: 30 Elemen Capaian Pembelajaran Proses bisnis bidang manufaktur secara menyeluruh. Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami proses bisnis bidang manufaktur secara menyeluruh, antara lain perancangan produk (Design For X), Mata Rantai Pasok (Supply Chain), logistik, proses produksi pada industri manufaktur dan rekayasa, perawatan mesin, dan pengelolaan sumber daya manusia dengan memperhatikan potensi dan kearifan lokal. Perkembangan teknologi di industri dan dunia kerja serta isu-isu global terkait dunia manufak-tur mesin. Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami perkembangan proses produksi industri manufaktur mesin mulai dari teknologi konvensional sampai dengan teknologi modern, Internet of Things, teknologi digital dalam dunia industri, isu pemanasan global, perubahan iklim, aspek-aspek ketenagakerjaan, life cycle produk industri sampai dengan reuse, recycling produk. Profesi dan kewirausahaan (job- profile dan technopreneurship), serta peluang usaha di bidang manufaktur mesin. Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami profesi dan kewirausahaan (job-profile dan technopreneurship), serta peluang usaha di bidang manufaktur mesin, untuk membangun vision dan passion, dengan melaksanakan pembelajaran berbasis proyek nyata sebagai simulasi proyek kewirausahaan. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Hidup (K3LH) dan budaya kerja industri Pada akhir fase E, peserta didik mampu menerapkan K3LH dan budaya kerja industri, antara lain: praktik-praktik kerja yang aman, bahaya-bahaya di tempat kerja, prosedur- prosedur dalam keadaan darurat, dan penerapan budaya kerja industri, seperti 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin), dan etika kerja. Teknik dasar proses produksi pada bidang manufaktur mesin. Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami teknik dasar proses produksi melalui pengenalan dan praktik singkat yang terkait dengan seluruh proses produksi dan teknologi cutting dan non cutting terdiri dari bentuk bulat, persegi dan profil khusus yang diaplikasikan dalam industri, antara lain perkakas tangan dan bertenaga, peralatan angkat dan pemindah bahan, pemesinan, CAD, simulasi CAM-CNC, 3D Printing, mould and dies, plastic moulding, jig and fixture, pengelasan, dan sejenisnya. Pengetahuan bahan (material science) Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami jenis-jenis bahan, sifat fisik, sifat kimia, sifat mampu listrik dan mampu mekanik terkait fungsifungsinya dalam proses manufaktur. 31 Elemen Capaian Pembelajaran Dasar sistem mekanik Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami jenis sambungan, tumpuan (bushing & bearing), transmisi mesin, dan pemipaan. Gambar teknik Pada akhir fase E, peserta didik mampu menggambar teknik dasar komponen mesin, termasuk pengenalan macammacam peralatan gambar, standarisasi dalam pembuatan gambar, serta praktik menggambar dan membaca gambar teknik menurut proyeksinya. 32 2.2. CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR OTOMOTIF A. Rasional Dasar-Dasar Teknik Otomotif adalah mata pelajaran yang berisi kompetensi-kompetensi yang mendasari penguasaan keahlian teknik otomotif atau kendaraan bermotor mulai dari sepeda motor, kendaraan ringan hingga alat berat. Mata pelajaran ini merupakan mata pelajaran dasar kejuruan yang terdiri dari berbagai ilmu dasar sebagai penentu dalam mempelajari mata pelajaran yang lain dalam program keahlian Teknik Otomotif, agar peserta didik memiliki dasar kompetensi yang kuat dalam mempelajari mata pelajaran-mata pelajaran pada konsentrasi keahlian di kelas XI dan XII. Teknik Otomotif berkembang seiring dengan perkembangan kebutuhan masyarakat terhadap kendaraan bermotor, dan menjadi salah satu industri terbesar di dunia. Dalam perkembangannya teknik otomotif menjadi semakin canggih seiring dengan perkembangan teknologi lainnya yang berkaitan dengan otomotif seperti teknik mesin, teknik otomasi, dan teknik elektronika, bahkan teknologi informasi dan komunikasi. Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Otomotif berfungsi untuk menumbuhkembangkan keprofesionalan dalam bidang otomotif dari pemeliharaan dan perbaikan kendaraan bermotor, dari sepeda motor, kendaraan ringan, hingga alat berat, dan pembelajarannya dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai pendekatan, model, strategi, serta metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik kompetensi yang dipelajari. Proses pembelajaran diharapkan dapat dilaksanakan secara interaktif, aktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai dengan bakat, minat, renjana, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Pembelajaran dapat dilakukan dengan pendekatan contextual teaching learning, cooperative learning, maupun individual learning. Model pembelajaran project-based learning, yang dapat digunakan antara lain problem-based learning, inquiry-based learning, discovery-based learning, teaching factory, atau model pembelajaran lainnya yang relevan. 33 Ada beberapa konsentrasi yang dimungkinkan untuk dibentuk pada program keahlian Teknik Otomotif antara lain Teknik Kendaraan Ringan, Teknik Bisnis Sepeda Motor, Teknik Alat Berat, Teknik Bodi Otomotif, Teknik Ototronik, Teknik dan Manajemen Perawatan Otomotif dan sejenisnya. Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Otomotif juga berkontribusi dalam membentuk kompetensi (hard skills), softskills dan karakter peserta didik pada bidang pemeliharaan dan perbaikan kendaraan bermotor sehingga menjadi warga yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif. B. Tujuan Mata pelajaran Dasar-Dasar Otomotif bertujuan membekali peserta didik dengan dasar-dasar pengetahuan, keterampilan, dan sikap (hard skills dan soft skills) meliputi: 1. memahami manajemen atau proses bisnis bidang otomotif secara menyeluruh pada berbagai jenis dan merk kendaraan; 2. memahami perkembangan teknologi otomotif dan dunia kerja serta isu-isu global terkait dunia otomotif; 3. memahami profesi dan kewirausahaan (job-profile dan technopreneurship), dan peluang usaha di bidang otomotif; 4. menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan Hidup (K3LH) di tempat kerja; 5. menerapkan teknik dasar pemeliharaan dan perbaikan yang terkait dengan seluruh proses bidang otomotif; 6. menggambar teknik dasar sesuai standar yang digunakan; 7. menggunakan peralatan dan perlengkapan di tempat kerja; 8. memelihara komponen dengan alat sesuai Prosedur Operasional Standar (POS); 9. membuat rangkaian elektronika dasar otomotif sesuai Prosedur Operasional Standar (POS); 10. memahami dasar-dasar sistem hidrolik dan pneumatik. C. Karakteristik Pada hakikatnya mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Otomotif berfokus pada kompetensi yang bersifat mendasar yang harus 34 dimiliki oleh seorang teknisi otomotif atau kendaraan bermotor sesuai dengan perkembangan dunia kerja, melalui pemahaman tentang proses bisnis, perkembangan teknologi di industri dan dunia kerja, isu-isu global, profesi technopreneurship), dan kewirausahaan Keselamatan dan (job Kesehatan profile Kerja dan serta Lingkungan Hidup (K3LH), budaya kerja industri, teknik dasar pemeliharaan dan perbaikan kendaraan bermotor, gambar teknik, peralatan dan perlengkapan tempat kerja, pemeliharaan komponen otomotif, dasar elektronika otomotif, serta dasar sistem hidrolik dan pneumatic. Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Otomotif terdiri atas elemen-elemen berikut ini. Elemen Deskripsi Proses bisnis bidang otomotif secara menyeluruh Meliputi proses bisnis bidang otomotif secara menyeluruh pada berbagai jenis dan merk kendaraan, serta pengelolaan sumber daya manusia dengan memperhatikan potensi dan kearifan lokal. Perkembangan teknologi otomotif dan dunia kerja serta isu-isu global Meliputi perkembangan teknologi otomotif dan dunia kerja serta isu-isu global terkait dunia otomotif. Profesi dan kewirausahaan (job-profile dan technopreneurship), serta peluang usaha di bidang otomotif. Meliputi profesi dan kewirausahaan (jobprofile dan technopreneurship) serta peluang usaha di bidang otomotif. Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan Hidup (K3LH) dan budaya kerja industri Meliputi penerapan K3LH dan budaya kerja industri, antara lain: praktikpraktik kerja yang aman, bahaya-bahaya di tempat kerja, prosedur-prosedur dalam keadaan darurat, dan penerapan budaya kerja industri, seperti 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin), dan etika kerja. Teknik dasar pemeliharaan dan perbaikan yang terkait dengan seluruh proses bidang otomotif. Meliputi praktik dasar yang terkait dengan seluruh proses bidang otomotif, antara lain penggunaan alat ukur, pemeliharaan, perbaikan, pembentukan bodi kendaraan, perakitan, serta pengenalan alat berat, dump-truck, dan sejenisnya. Gambar teknik Meliputi menggambar teknik dasar, termasuk pengenalan macam-macam peralatan gambar, standarisasi dalam pembuatan gambar, serta praktik menggambar dan membaca gambar teknik, dan menentukan letak dan posisi komponen otomotif berdasarkan gambar buku manual. 35 Elemen Deskripsi Peralatan dan perlengkapan tempat kerja Meliputi penggunaan peralatan dan perlengkapan tempat kerja antara lain alat-alat tangan (tools), alat ukur, perlengkapan bengkel (equipment), Special Service Tools (SST) serta alat pengangkat. Pemeliharaan komponen otomotif Meliputi pemeliharaan dan penggantian komponen otomotif mencakup dan tidak terbatas pada engine, chasis kelistrikan, dan bodi kendaraan. Dasar elektronika otomotif Meliputi pembuatan rangkaian elektronika dasar, termasuk pemahaman fungsi dan cara kerja komponenkomponen elektronika dasar, perakitan, gangguan rangkaian komponenkomponen elektronika dasar, perawatan komponen-komponen elektronika dasar, serta pematrian komponen sesuai prosedur manual perbaikan Dasar sistem hidrolik dan pneumatic Meliputi prinsip dasar sistem hidrolik dan penumatik, termasuk komponen sistem hidrolik dan pneumatik. D. Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E (kelas X SMK/MAK) peserta didik akan mendapatkan gambaran menyeluruh mengenai program keahlian Otomotif, dalam rangka menumbuhkan renjana (passion), visi (vision), imajinasi, dan kreativitas untuk merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar. Capaian pembelajaran pada elemenelemen mata pelajaran Dasar-dasar Otomotif dapat diuraikan sebagai berikut: Elemen Capaian Pembelajaran Proses bisnis bidang otomotif secara menyeluruh Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami proses bisnis bidang otomotif secara menyeluruh pada berbagai jenis dan merk kendaraan, serta pengelolaan sumber daya manusia dengan memperhatikan potensi dan kearifan lokal. Perkembangan teknologi otomotif dan dunia kerja serta isu-isu global Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami perkembangan teknologi otomotif dan dunia kerja serta menganalisis isu-isu global terkait dunia otomotif, antara lain penerapan elektronik di otomotif, mobil listrik, kendaraan dengan kendali jarak jauh dan sejenisnya. 36 Elemen Capaian Pembelajaran Profesi dan kewirausahaan (job-profile dan technopreneurship)), serta peluang usaha di bidang otomotif. Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami profesi dan kewirausahaan di bidang otomotif (job-profile dan technopreneurship), serta peluang usaha di bidang otomotif, untuk membangun vision dan passion, dengan melaksanakan pembelajaran berbasis proyek nyata sebagai simulasi proyek kewirausahaan. Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan Hidup (K3LH) dan budaya kerja industri Pada akhir fase E, peserta didik mampu menerapkan K3LH dan budaya kerja industri, antara lain: praktik-praktik kerja yang aman, bahaya-bahaya di tempat kerja, prosedur-prosedur dalam keadaan darurat, penerapan budaya kerja industri, seperti 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin), dan etika kerja. Teknik dasar pemeliharaan dan perbaikan yang terkait dengan seluruh proses bidang otomotif. Pada akhir fase E, peserta didik peserta didik mampu memahami teknik dasar bidang otomotif melalui pengenalan dan praktik singkat penggunaan alat ukur, pemeliharaan, perbaikan, pembentukan body kendaraan, perakitan, serta pengenalan alat berat, dump-truck, dan sejenisnya. Gambar teknik Pada akhir fase E, peserta didik mampu menggambar teknik dasar, termasuk pengenalan macam-macam peralatan gambar, standarisasi dalam pembuatan gambar, serta praktik menggambar dan membaca gambar teknik, dan menentukan letak dan posisi komponen otomotif berdasarkan gambar buku manual. Peralatan dan perlengkapan Pada akhir fase E, peserta didik mampu tempat kerja menggunakan peralatan dan perlengkapan kerja, antara lain persiapan, kalibrasi, dan penggunaan peralatan dan perlengkapan sesuai jenis, fungsi dan manual perbaikan. Pemeliharaan komponen otomotif Pada akhir fase E, peserta didik mampu menjelaskan fungsi dan cara kerja komponen utama engine (pada proses kerja motor 2 langkah dan 4 langkah), komponen pemindah tenaga, komponen casis, komponen tambahan dan komponen perlengkapan lainya, mengidentifikasi struktur, fungsi dan lokasi komponen otomotif, menerapkan persiapan form pemeriksaan sesuai manual perbaikan, penggunaan tools dan SST di tempat kerja, menerapkan pemeriksaan komponen dengan alat sesuai dengan manual perbaikan serta menyimpan hasil pemeriksaan. 37 Elemen Capaian Pembelajaran Dasar elektronika otomotif Pada akhir fase E, peserta didik mampu membuat rangkaian elektronika dasar, termasuk pemahaman fungsi dan cara kerja komponen-komponen elektronika dasar, perakitan, diagnosa gangguan, perawatan komponen-komponen elektronika, serta pematrian komponen sesuai prosedur manual perbaikan, pemeriksaan hasil pematrian secara visual, dan pengujian fungsi komponen hasil pematrian. Dasar sistem hidrolik dan pneumatik Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami prinsip dasar sistem hidrolik dan pneumatik, termasuk fungsi dan cara kerja komponen sistem hidrolik dan pneumatik, perawatan dan pengujian komponen sistem hidrolik dan pneumatik. 38 2.3. CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR TEKNIK PENGELASAN DAN FABRIKASI LOGAM A. Rasional Dasar-Dasar Teknik Pengelasan dan Fabrikasi Logam adalah mata pelajaran yang berisi kompetensi-kompetensi yang mendasari penguasaan keahlian Teknik Pengelasan dan Fabrikasi Logam yaitu keahlian dalam melakukan proses penyambungan dua buah bahan atau lebih yang didasarkan pada prinsip-prinsip proses fusi, sehingga terbentuk suatu sambungan melalui ikatan kimia yang dihasilkan dari pemakaian panas dan tekanan serta proses pembuatan produk dari bahan pelat melalui proses pemotongan, pembentukan, pengecoran dan pengelasan. Mata pelajaran ini merupakan mata pelajaran dasar kejuruan yang terdiri dari berbagai ilmu dasar sebagai penentu dalam mempelajari mata pelajaran yang lain dalam program keahlian Teknik Pengelasan dan Fabrikasi Logam, agar peserta didik memiliki dasar kompetensi yang kuat dalam mempelajari mata pelajaran-mata pelajaran pada konsentrasi keahlian di kelas XI dan XII. Teknik pengelasan dan fabrikasi logam telah berkembang pesat dan digunakan dalam berbagai industri pengelasan konvensional, pengelasan secara otomatis, pengelasan secara robotik, pembentukan logam secara panas dan dingin, pengecoran logam fero dan non fero, serta industri lain yang terkait dengan pengelasan dan fabrikasi logam. Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Pengelasan dan Fabrikasi Logam berfungsi untuk menumbuhkembangkan keprofesionalan dalam bidang pengelasan dan fabrikasi logam dan pembelajarannya dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai pendekatan, model, strategi, serta metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik kompetensi yang dipelajari. Proses pembelajaran diharapkan dapat dilaksanakan secara interaktif, aktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai dengan bakat, minat, renjana, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Pembelajaran dapat dilakukan dengan pendekatan contextual teaching learning, cooperative learning, maupun individual 39 learning. Model pembelajaran yang dapat digunakan antara lain project-based learning, problem-based learning, inquiry-based learning, discovery-based learning, teaching factory, atau model pembelajaran lainnya yang relevan. Ada beberapa konsentrasi yang dimungkinkan untuk dibentuk pada program keahlian Teknik Pengelasan dan Fabrikasi Logam antara lain Teknik Pengelasan, Teknik Pengelasan Pesawat Udara, Teknik Pengelasan Kapal, Teknik Fabrikasi Logam dan Manufaktur, Teknik Pengecoran Logam, dan sejenisnya. Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Pengelasan dan Fabrikasi Logam juga berkontribusi dalam membentuk kompetensi (hard skills), soft skills dan karakter peserta didik pada bidang teknik pemesinan dan pengepasan (Fitting and Machining) sehingga menjadi warga yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif. Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Pengelasan dan Fabrikasi Logam berkontribusi dalam memampukan peserta didik agar menjadi warga negara yang menguasai dasar program keahlian Teknik Pengelasan dan Fabrikasi Logam, serta beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, dan kreatif. B. Tujuan Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Pengelasan dan Fabrikasi Logam bertujuan membekali peserta didik dengan dasar-dasar pengetahuan, keterampilan, dan sikap (hard skills dan soft skills) meliputi: 1. memahami proses bisnis bidang pengelasan dan fabrikasi logam secara menyeluruh pada berbagai industri dan konstruksi; 2. memahami perkembangan teknologi di dunia industri dan dunia kerja serta isu-isu global terkait dengan pengelasan dan fabrikasi logam pada berbagai bidang; 3. memahami profesi dan kewirausahaan (job-profile dan technopreneurship), serta peluang usaha di bidang pengelasan; 4. menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan Hidup (K3LH) di lingkungan kerjanya; 5. memahami teknik dasar yang terkait dengan seluruh proses pengelasan dan fabrikasi logam; 40 6. menggambar teknik dasar yang terkait dengan pengelasan dan fabrikasi logam; 7. memahami penggunaan perkakas bengkel; dan 8. memahami rutinitas pengelasan dasar dengan proses SMAW (Shielded Metal Arc Welding) sesuai dengan WPS (Welding Procedure Specification). C. Karakteristik Pada hakikatnya mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Pengelasan dan Fabrikasi Logam berfokus pada kompetensi yang bersifat mendasar yang harus dimiliki oleh seorang teknisi pengelasan dan fabrikasi logam sesuai dengan perkembangan dunia kerja, melalui pemahaman tentang proses bisnis, perkembangan teknologi di industri dan dunia kerja, isu-isu global, profesi dan kewirausahaan (job profile dan technopreneurship), Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan Hidup (K3LH), budaya kerja industri, teknik dasar pada bidang teknologi pengelasan dan fabrikasi logam, gambar teknik, penggunaan perkakas bengkel, dan pengelasan SMAW dasar. Mata Pelajaran Dasar-Dasar Teknik Pengelasan dan Fabrikasi Logam terdiri atas elemen-elemen berikut ini. Elemen Deskripsi Proses bisnis bidang pengelasan dan fabrikasi logam Meliputi proses bisnis bidang pengelasan dan fabrikasi logam secara menyeluruh pada berbagai industri dan konstruksi, antara lain konstruksi baja, pemipaan, kapal, pesawat udara dan lainnya, dan pengelolaan sumber daya manusia dengan memperhatikan potensi dan kearifan lokal. Perkembangan teknologi di bidang pengelasan dan fabrikasi logam Meliputi perkembangan teknologi di bidang pengelasan dan fabrikasi logam pada berbagai bidang antara lain pengelasan otomatis pada pembuatan pipa, pengelasan pada perakitan kendaraan, pengelasan robotik, dan konstruksi baja, konstruksi kapal, maupun pesawat udara. Profesi dan kewirausahaan (jobprofile dan technopreneurship), serta peluang usaha di bidang di bidang pengelasan dan fabrikasi logam Meliputi profesi dan kewirausahaan (job-profile dan technopreneurship), serta peluang usaha di bidang di bidang di bidang pengelasan dan fabrikasi logam. 41 Elemen Deskripsi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Hidup (K3LH) dan budaya kerja industri Meliputi penerapan K3LH dan budaya kerja industri, antara lain: praktikpraktik kerja yang aman, bahayabahaya di tempat kerja, prosedurprosedur dalam keadaan darurat, dan penerapan budaya kerja industri seperti 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin), dan etika kerja. Teknik dasar pada bidang teknologi pengelasan dan fabrikasi logam Meliputi kegiatan praktik yang terkait dengan seluruh proses pengelasan dan fabrikasi logam yang diaplikasikan dalam industri dan konstruksi, antara lain pengenalan dan praktik dasar perkakas tangan dan bertenaga, gambar teknik, pengelasan, Computer Aided Design (CAD), dan sejenisnya. Gambar teknik Meliputi menggambar teknik dasar lingkup pengelasan, antara lain membuat sketsa tangan, menginterpretasi detail sketsa tangan, menginterpretasikan gambar teknik dan dasar gambar bentangan, serta menerapkan simbol las untuk pekerjaan pengelasan dan fabrikasi logam. Penggunaan perkakas bengkel Meliputi penggunaan alat ukur, perkakas tangan, perkakas bertenaga dan peralatan memotong dengan busur api. Pengelasan SMAW dasar Meliputi mengidentifikasi spesifikasi mesin SMAW, menyiapkan mesin SMAW, menyiapkan bahan las, mengidentifikasi elektroda SMAW, melaksanakan pengelasan pelat baja karbon di bawah tangan, melaksanakan pemeriksaan hasil pengelasan secara visual. D. Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E, peserta didik mampu menerapkan prosedur keselamatan dan kesehatan kerja dan lingkungan hidup dalam menggunakan perkakas bengkel, dalam melakukan pengelasan dasar sesuai dengan renjana (passion) dan cita-cita (vision) yang membangkitkan imajinasi dan kreativitas dalam menghasilkan produk kreatif baik dalam perancangan maupun pekerjaan. Elemen Proses bisnis bidang pengelasan dan fabrikasi logam Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami proses bisnis bidang pengelasan dan fabrikasi logam secara menyeluruh pada berbagai industri dan konstruksi, antara lain 42 Elemen Capaian Pembelajaran konstruksi baja, pemipaan, kapal, pesawat udara dan lainnya, dan pengelolaan sumber daya manusia dengan memperhatikan potensi dan kearifan lokal. Perkembangan teknologi di bidang pengelasan dan fabrikasi logam Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami perkembangan teknologi pengelasan dan fabrikasi logam pada berbagai bidang antara lain pengelasan otomatis pada pembuatan pipa, pengelasan pada perakitan kendaraan, pengelasan robotik, dan konstruksi baja, konstruksi kapal, maupun pesawat udara serta menganalisis isu-isu terkini terkait bidang pengelasan dan fabrikasi logam. Profesi dan kewirausahaan (jobprofile dan technopreneurship), serta peluang usaha di bidang di bidang pengelasan dan fabrikasi logam Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami profesi dan kewirausahaan (jobprofile dan technopreneurship), serta peluang usaha di bidang di bidang pengelasan dan fabrikasi logam, untuk membangun vision dan passion, dengan melaksanakan pembelajaran berbasis proyek nyata sebagai simulasi proyek kewirausahaan. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Hidup (K3LH) dan budaya kerja industri Pada akhir fase E, peserta didik mampu menerapkan K3LH dan budaya kerja industri, antara lain: praktik-praktik kerja yang aman, bahaya-bahaya di tempat kerja, prosedurprosedur dalam keadaan darurat, dan penerapan budaya kerja industri seperti 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin), dan etika kerja. Teknik dasar pada bidang teknologi pengelasan dan fabrikasi logam Pada akhir fase E, peserta didik mampu mendeskripsikan proses pengelasan dan fabrikasi logam yang diaplikasikan dalam industri dan konstruksi, antara lain pengenalan dan praktik dasar perkakas tangan dan bertenaga, gambar teknik, pengelasan, CAD, dan sejenisnya melalui praktik singkat. Gambar teknik Pada akhir fase E, peserta didik mampu menggambar teknik dasar lingkup pengelasan, antara lain membuat sketsa tangan, menginterpretasi detail sketsa tangan, menginterpretasikan gambar teknik dan dasar gambar bentangan, serta menerapkan simbol las untuk pekerjaan pengelasan dan fabrikasi logam. Penggunaan perkakas bengkel Pada akhir fase E, peserta didik mampu menggunakan alat ukur, perkakas tangan, perkakas bertenaga, peralatan memotong mekanik, dan peralatan memotong dengan busur api. Pengelasan SMAW dasar Pada akhir fase E, peserta didik mampu mengidentifikasi spesifikasi mesin SMAW, menyiapkan mesin SMAW, menyiapkan bahan las, mengidentifikasi elektroda SMAW, melaksanakan pengelasan pelat baja karbon 43 Elemen Capaian Pembelajaran di bawah tangan, dan melaksanakan pemeriksaan hasil pengelasan secara visual. 44 2.4. CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR TEKNIK LOGISTIK A. Rasional Dasar-Dasar Teknik Logistik adalah mata pelajaran yang mendasari penguasaan keahlian teknik logistik, yang meliputi pengadaan, penyimpanan dan pengiriman barang. Mata pelajaran ini merupakan mata pelajaran dasar kejuruan yang terdiri dari berbagai ilmu dasar sebagai penentu dalam mempelajari mata pelajaran yang lain dalam program keahlian Teknik Logistik, agar peserta didik memiliki dasar kompetensi yang kuat dalam mempelajari mata pelajaran-mata pelajaran pada konsentrasi keahlian di kelas XI dan XII. Teknik logistik telah berkembang pesat, baik dalam sistem pengadaan dan pengelolaan barang di dalam pabrik/kantor, sistem penyimpanan manual dan otomatis, serta metoda pengiriman dengan berbagai sarana, yang didukung oleh teknologi informasi dan komunikasi yang canggih. Di masa sekarang dan masa yang akan dating, teknik logistik telah dan akan menjadi roda penggerak perekonomian, serta berkembang menjadi lahan bisnis yang menjanjikan. Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Logistik berfungsi untuk menumbuhkembangkan keprofesionalan dalam bidang teknik logistik dan pembelajarannya dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai pendekatan, model, strategi, serta metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik kompetensi yang dipelajari. Proses pembelajaran diharapkan dapat dilaksanakan secara interaktif, aktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai dengan bakat, minat, renjana, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Pembelajaran dapat dilakukan dengan pendekatan contextual teaching learning, cooperative learning, maupun individual learning. Model pembelajaran yang dapat digunakan antara lain project-based learning, problem-based learning, inquiry-based learning, discovery-based learning, teaching factory, atau model pembelajaran lainnya yang relevan. 45 Ada beberapa konsentrasi yang dimungkinkan untuk dibentuk pada Program Keahlian Teknik Logistik antara lain Teknik Pengadaan, Teknik Penyimpanan, Teknik Pengiriman, dan sejenisnya. Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Logistik juga berkontribusi dalam membentuk kompetensi (hard skills), softskills dan karakter peserta didik pada bidang teknik logistik sehingga menjadi warga yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotongroyong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif. B. Tujuan Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Logistik bertujuan untuk membekali peserta didik agar mampu memahami dan menerapkan prinsip-prinsip dasar teknik Logistik yakni: 1. memahami proses bisnis bidang logistik atau teknik industri secara menyeluruh pada berbagai industri; 2. memahami perkembangan sistem logistik di industri dan dunia kerja serta isu-isu global terkait sistem logistik dan teknik industri; 3. memahami profesi dan kewirausahaan (job-profile dan technopreneurship), serta peluang usaha di bidang logistik pada khususnya dan teknik industri pada umumnya; 4. mampu menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan Hidup (K3LH) dalam kegiatan produksi; 5. mampu menerapkan Perbaikan Lingkungan Kerja dengan baik dan benar; 6. mampu memahami kegiatan administratif dokumen dan operasional pengadaan; 7. mampu melakukan pelayanan pelanggan dengan baik dan benar; 8. mampu memahami pengelolaan gudang dasar yang meliputi proses penerimaan, penyimpanan dan pengeluaran barang; dan 9. mampu memahami teknik distribusi dasar yang meliputi proses pengelolaan dan pengiriman barang sampai ke konsumen. C. Karakteristik Pada hakikatnya mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Logistik berfokus pada kompetensi yang bersifat mendasar yang harus dimiliki oleh seorang petugas/operator logistik sesuai dengan perkembangan 46 dunia kerja, melalui pemahaman tentang proses bisnis, perkembangan teknologi di industri dan dunia kerja, isu-isu global, profesi dan kewirausahaan (job profile dan technopreneurship), Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan Hidup (K3LH), budaya kerja industri, proses pengelolaan logistik dan praktik teknik produksi, kegiatan administratif dokumen dan operasional pengadaan, pelayanan pelanggan, pengelolaan gudang dan perbaikan lingkungan kerja, dan teknik distribusi Mata pelajaran Dasar–dasar Teknik Logistik meliputi: Elemen Proses bisnis bidang teknik logistik atau teknik industri secara menyeluruh pada berbagai industri. Perkembangan teknik logistik dan dunia kerja serta isu-isu global terkait dunia logistik dan teknik industri Profesi dan kewirausahaan (job-profil dan technopreneurship), serta peluang usaha di bidang logistik. Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan Hidup (K3LH) dan budaya kerja industri Proses pengelolaan logistik dan praktik teknik produksi pada industri manufaktur Kegiatan administratif dokumen dan operasional pengadaan Deskripsi Meliputi proses bisnis bidang logistik atau teknik industri secara menyeluruh pada berbagai industri, mulai dari perbaikan lingkungan kerja, kegiatan administratif, pelayanan pelanggan, pengelolaan pergudangan, dan teknik distribusi. Meliputi perkembangan sistem logistik di industri dan dunia kerja serta isu-isu global terkait sistem logistik dan teknik industri, antara lain komputerisasi, komunikasi dan pengendalian jarak jauh, robotisasi pergudangan dan sejenisnya. Meliputi profesi bidang teknik logistik, serta kewirausahaan (job-profil dan technopreneurship), dan peluang usaha di bidang logistik dan teknik industri, antara lain scheduler, petugas PPIC, jasa pengiriman paket, forwarder, dan sejenisnya. Meliputi penerapan K3LH dan budaya kerja industri, antara lain: praktikpraktik kerja yang aman, bahaya-bahaya di tempat kerja, prosedur-prosedur dalam keadaan darurat, dan penerapan budaya kerja industri seperti 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin), dan etika kerja. Meliputi praktik singkat yang terkait dengan seluruh proses pengelolaan logistik dan teknik industri pada berbagai industri, antara lain industri logam, industri makanan dan minuman, industri tekstil, dan sebagainya. Meliputi kegiatan administrasi dokumen dan administrasi operasional pengadaan barang untuk keperluan produksi, termasuk lain kode etik yang berlaku di tempat kerja, peraturan penamaan file kerja, peraturan format file kerja, peraturan penyimpanan file kerja, peraturan pengamanan file kerja. 47 Elemen Deskripsi Pelayanan pelanggan Meliputi penerapan pelayanan pelanggan secara prima, baik pelanggan internal maupun eksternal. Meliputi proses penerimaan barang, penyimpanan, proses pengeluaran barang dari gudang, perbaikan lingkungan kerja di industri (Kaizen). Teknik yang benar dalam pengelolaan gudang, dikaitkan dengan pencapaian nilai estetika. Meliputi teknik pengumpulan, pemrosesan, pengepakan, transportasi dan pengantaran. Pengelolaan gudang dan perbaikan lingkungan kerja Teknik distribusi D. Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E (kelas X SMK), peserta didik akan mendapatkan gambaran menyeluruh mengenai program keahlian Teknik Logistik, dalam rangka menumbuhkan renjana (passion), visi (vision), imajinasi, dan kreativitas untuk merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar. Capaian pembelajaran pada elemen-elemen mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Logistik dapat diuraikan sebagai berikut. Elemen Capaian Pembelajaran Proses bisnis bidang teknik logistik atau teknik industri secara menyeluruh pada berbagai industri. Perkembangan teknik logistik dan dunia kerja serta isu-isu global terkait dunia logistik dan teknik industri Profesi dan kewirausahaan (jobprofile dan technopreneurship) serta peluang usaha di bidang logistik. 48 Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami proses bisnis bidang logistik atau teknik industri secara menyeluruh pada berbagai industri, mulai dari perbaikan lingkungan kerja, kegiatan administratif, pelayanan pelanggan, pengelolaan pergudangan, dan teknik distribusi. Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami perkembangan sistem logistik di industri dan dunia kerja serta menganalisis isu-isu global terkait sistem logistik dan teknik industri, antara lain komputerisasi, komunikasi dan pengendalian jarak jauh, robotisasi pergudangan dan sejenisnya. Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami profesi dan kewirausahaan (job-profile dan technopreneurship), serta peluang usaha di bidang logistik dan teknik industri, antara lain scheduler, petugas PPIC, jasa pengiriman paket, forwarder dan sejenisnya, untuk membangun vision dan passion, dengan melaksanakan pembelajaran berbasis proyek nyata sebagai simulasi proyek kewirausahaan. Elemen Capaian Pembelajaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Hidup (K3LH) dan budaya kerja industri Pada akhir fase E, peserta didik mampu menerapkan K3LH dan budaya kerja industri, antara lain: praktikpraktik kerja yang aman, bahayabahaya di tempat kerja, prosedurprosedur dalam keadaan darurat, dan penerapan budaya kerja industri, seperti 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin), dan etika kerja. Pada akhir fase E, peserta didik mampu menerapkan praktik singkat yang terkait dengan seluruh proses pengelolaan logistik dan teknik industri pada berbagai industri, antara lain industri logam, industri makanan dan minuman, industri tekstil, dan sebagainya. Pada akhir fase E, peserta didik mampu menerapkan kegiatan administrasi dokumen dan administrasi operasional pengadaan barang untuk keperluan produksi, termasuk kode etik yang berlaku di tempat kerja, peraturan penamaan file kerja, peraturan format file kerja, peraturan penyimpanan file kerja, peraturan pengamanan file kerja. Pada akhir fase E, peserta didik mampu menerapkan pelayanan pelanggan secara prima. Pada akhir fase E, peserta didik mampu menerapkan proses penerimaan barang, penyimpanan, proses pengeluaran barang dari gudang, perbaikan lingkungan kerja di industri (Kaizen). Pada akhir fase E, peserta didik mampu menerapkan dasar-dasar teknik pengumpulan, pemrosesan, pengepakan, transportasi dan pengantaran. Proses pengelolaan logistik dan praktik teknik produksi pada industri manufaktur Kegiatan administratif dokumen dan operasional pengadaan Pelayanan pelanggan Pengelolaan gudang dan perbaikan lingkungan kerja Teknik distribusi 49 1. 2.5. CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR TEKNIK ELEKTRONIKA A. Rasional Dasar-Dasar Teknik Elektronika adalah salah satu mata pelajaran yang membekali peserta didik dengan kompetensi-kompetensi yang mendasari penguasaan keahlian Teknik Elektronika, yaitu melaksanakan tugas spesifik dengan menggunakan alat, informasi, dan prosedur kerja yang lazim dilakukan serta memecahkan masalah sesuai dengan bidang pekerjaan. Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Elektronika merupakan pondasi bagi peserta didik dalam memahami isu-isu penting terkait dengan teknologi manufaktur dan rekayasa pada fase berikutnya, dan merupakan dasar yang harus dimiliki sebagai landasan pengetahuan dan keterampilan dalam mempelajari materi pelajaran pada pembelajaran konsentrasi di kelas XI dan XII program keahlian Teknik Elektronika yang antara lain meliputi: Teknik Audio Video, Teknik Elektronika Industri, Teknik Mekatronika, Teknik Elektronika Daya dan Komunikasi, Instrumentasi Medik, Teknik Otomasi Industri, Teknik Instrumentasi Logam, Instrumentasi dan Otomasi Proses, Aviation Electronics, dan konsentrasi lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Elektronika bertujuan agar peserta didik mengenal industri dan dunia kerja yang berkaitan dengan dasar-dasar teknik elektronika dan isu-isu penting dalam bidang manufaktur dan rekayasa, seperti optimasi otomasi dan pengendalian limbah. Peserta didik dikenalkan dengan jenis-jenis industri dan dunia kerja sebagai peluang untuk mengembangkan karir setelah lulus, untuk menumbuhkan passion (renjana), vision (visi), imajinasi, dan kreativitas melalui pembelajaran berbasis proyek sederhana, berinteraksi dengan alumni, guru tamu dari industri/praktisi bidang elektronika, dan berkunjung pada industri yang relevan. Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Elektronika berkontribusi dalam membentuk peserta didik memiliki keahlian pada bidang teknik 50 elektronika, meningkatkan lebih lanjut kemampuan logika dan teknologi digital (computational thinking), yaitu suatu cara berpikir yang memungkinkan untuk menguraikan suatu masalah menjadi beberapa bagian yang lebih kecil dan sederhana, menemukan pola masalah, serta menyusun langkah-langkah solusi mengatasi masalah. Penguasaan kemampuan dasar-dasar teknik elektronika akan membiasakan peserta didik bernalar kritis dalam menghadapi permasalahan, bekerja mandiri, kreatif, inovatif dalam menemukan solusi permasalahan kehidupan, serta menjadi warga negara yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, dan peduli terhadap lingkungannya. B. Tujuan Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Elektronika bertujuan membekali peserta didik dengan dasar-dasar pengetahuan, keterampilan, dan sikap (soft skills dan hard skills) yang meliputi: 1. memahami proses bisnis secara menyeluruh bidang manufaktur dan rekayasa elektronika; 2. memahami perkembangan teknologi, dunia kerja, dan isu-isu global terkait dunia industri manufaktur dan rekayasa elektronika; 3. memahami profesi technopreneurship), dan serta kewirausahaan peluang usaha (job-profile dalam dan bidang manufaktur dan rekayasa elektronika; 4. memahami teknik dasar proses produksi pada industri manufaktur dan rekayasa elektronika; 5. memahami gambar teknik elektronika; 6. memahami sifat komponen aktif dan pasif; dan 7. memahami mesin-mesin listrik, elektronika, dan instrumentasi. C. Karakteristik Pada hakikatnya mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Elektronika fokus pada kompetensi bersifat dasar yang harus dimiliki oleh tenaga teknisi dan jabatan lain sesuai dengan perkembangan dunia kerja. Selain itu peserta didik diberikan pemahaman tentang proses bisnis, perkembangan penerapan teknologi dan isu-isu global, entrepreneur profile, job profile, peluang usaha dan pekerjaan/profesi. 51 Mata Pelajaran Dasar-dasar Teknik Elektronika memiliki elemenelemen meliputi: Elemen Deskripsi Proses bisnis secara menyeluruh bidang manufaktur dan rekayasa elektronika Meliputi proses bisnis bidang manufaktur dan rekayasa elektronika secara menyeluruh pada berbagai industri, antara lain perancangan produk, mata rantai pasok (Supply Chain), logistik, proses produksi pada industri manufaktur dan rekayasa elektronik, perawatan peralatan produksi, dan pengelolaan sumber daya manusia dengan memperhatikan potensi dan kearifan lokal. Meliputi perkembangan proses produksi Perkembangan teknologi di pada industri manufaktur dan rekayasa dunia kerja dan isu-isu global terkait dunia industri elektronika, mulai dari teknologi konvensional sampai dengan teknologi manufaktur dan rekayasa modern, Industri 4.0, teknik digitalisasi di elektronika industri, Product Life Cycle, isu pemanasan global, Waste Control, perubahan iklim dan aspek- aspek ketenagakerjaan. Meliputi profesi dan kewirausahaan (job Profesi dan kewirausahaan profile dan technopreneur), serta peluang (job profile dan technopreneur), serta usaha di bidang manufaktur dan rekayasa peluang usaha di bidang elektronika serta dunia kerja di bidang manufaktur dan rekayasa industri manufaktur dan rekayasa elektronika elektronika, untuk membangun vision dan passion, dengan melaksanakan pembelajaran berbasis projek nyata sebagai simulasi projek kewirausahaan. Meliputi teknik dasar proses produksi Teknik dasar proses melalui pengenalan dan praktik singkat produksi industri yang terkait dengan seluruh proses manufaktur dan rekayasa elektronika produksi dan teknologi yang diaplikasikan dalam industri elektronika, meliputi praktik merangkai komponen elektronika (soldering-desoldering), praktik pengukuran elektronika dan instrumentasi, karakteristik komponen elektronika analog dan digital, serta pengenalan elemen mesin-mesin listrik. Keselamatan dan Kesehatan Meliputi penerapan K3LH dan budaya Kerja serta Lingkungan kerja industri, antara lain: praktik-praktik Hidup (K3LH) dan budaya kerja yang aman, bahaya-bahaya di kerja industri tempat kerja, prosedur- prosedur dalam keadaan darurat, dan penerapan budaya kerja industri seperti 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin) dan etika kerja. Penggunaan perkakas Meliputi jenis perkakas tangan, tangan penggunaan, dan pemeliharaan perkakas tangan untuk pekerjaan elektronika. Gambar teknik Meliputi menggambar teknik listrik, elektronika, dan instrumentasi termasuk pengenalan macam- macam peralatan gambar, simbol komponen dan rangkaian listrik, elektronika, dan instrumentasi. 52 Elemen Deskripsi Alat ukur listrik, elektronika, dan instrumentasi Meliputi jenis alat ukur, cara penggunaan, penginterpretasian hasil pengukuran, dan perawatan alat ukur listrik, elektronika, dan instrumentasi. Komponen elektronika aktif dan pasif Meliputi komponen elektronika pasif dan aktif, membaca nilai komponen sesuai kodenya, mengenal hukum elektronika dasar (hukum Ohm - Kirchoff, dll). Mesin-mesin listrik, elektronika, dan instrumentasi Meliputi mesin-mesin listrik, peralatan elektronika, peralatan instrumentasi, serta komponen- komponen listrik dan elektronika. Konsep dasar kelistrikan dan elektronika Meliputi sistem bilangan, Aljabar Boole, teknik dasar listrik, teknik elektronika analog dan digital, rangkaian aplikasi elektronika dasar dan elektronika optik. D. Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E (Kelas X SMK), peserta didik mampu menerapkan prosedur keselamatan, kesehatan kerja, dan lingkungan hidup, menggunakan perkakas tangan dan alat ukur, memahami konsep dasar komponen dan rangkaian elektronika, rangkaian listrik, dan instrumentasi. Elemen Capaian Pembelajaran Proses bisnis secara menyeluruh bidang manufaktur dan rekayasa elektronika Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami proses bisnis bidang manufaktur dan rekayasa elektronika secara menyeluruh pada berbagai industri, antara lain perancangan produk, mata rantai pasok (Supply Chain), logistik, proses produksi pada industri manufaktur dan rekayasa elektronik, perawatan peralatan produksi, dan pengelolaan sumber daya manusia dengan memperhatikan potensi dan kearifan lokal. Perkembangan teknologi di Pada akhir fase E, peserta didik mampu dunia kerja dan isu-isu memahami perkembangan proses global terkait dunia industri produksi pada industri manufaktur dan manufaktur dan rekayasa rekayasa elektronika, mulai dari elektronika teknologi konvensional sampai dengan teknologi modern, Industri 4.0, teknik digitalisasi di industri, Product Life Cycle, isu pemanasan global, Waste Control, perubahan iklim dan aspek- aspek ketenagakerjaan. 53 Elemen Capaian Pembelajaran Profesi dan kewirausahaan (job profile dan technopreneur), serta peluang usaha di bidang manufaktur dan rekayasa elektronika Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami profesi dan kewirausahaan (job profile dan technopreneur), serta peluang usaha di bidang manufaktur dan rekayasa elektronika serta dunia kerja di bidang industri manufaktur dan rekayasa elektronika, dalam membangun visi dan passion, serta melakukan pembelajaran berbasis projek nyata sebagai simulasi projek kewirausahaan. Pada akhir fase E, peserta didik mampu Teknik dasar proses memahami teknik dasar proses produksi produksi industri manufaktur dan melalui pengenalan dan praktik singkat rekayasa elektronika yang terkait dengan seluruh proses produksi dan teknologi yang diaplikasikan dalam industri elektronika, meliputi praktik merangkai komponen elektronika (soldering-desoldering), praktik pengukuran elektronika dan instrumentasi, karakteristik komponen elektronika analog dan digital, serta pengenalan elemen mesin-mesin listrik. Keselamatan dan Kesehatan Pada akhir fase E, peserta didik mampu menerapkan K3LH dan budaya kerja Kerja Lingkungan Hidup industri, antara lain: praktik-praktik (K3LH) dan budaya kerja kerja yang aman, bahaya-bahaya di industri tempat kerja, prosedur-prosedur dalam keadaan darurat, dan penerapan budaya kerja industri (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin). Penggunaan perkakas Pada akhir fase E, peserta didik mampu tangan memahami jenis-jenis perkakas tangan, serta penggunaan dan pemeliharaan perkakas tangan untuk pekerjaan elektronika. Gambar teknik elektronika Pada akhir fase E, peserta didik mampu menggambar teknik listrik, elektronika, dan instrumentasi termasuk pengenalan macam- macam peralatan gambar, simbol komponen dan rangkaian listrik, elektronika, dan instrumentasi. Alat ukur listrik, Pada akhir fase E, peserta didik mampu elektronika, dan memahami jenis-jenis alat ukur, cara instrumentasi penggunaan, penginterpretasian hasil pengukuran, dan perawatan alat ukur listrik, elektronika, dan instrumentasi. Komponen elektronika aktif Pada akhir fase E, peserta didik mampu dan pasif memahami komponen elektronika pasif dan aktif, membaca nilai komponen sesuai kodenya, mengenal hukum elektronika dasar (hukum Ohm Kirchoff, dll). Pada akhir fase E, peserta didik mampu Mesin-mesin listrik, memahami mesin-mesin listrik, peralatan elektronika, dan instrumentasi elektronika, peralatan instrumentasi, serta komponen-komponen listrik dan elektronika. 54 Elemen Konsep dasar kelistrikan dan elektronika Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami sistem bilangan, Aljabar Boole, teknik dasar listrik, teknik elektronika analog dan digital, rangkaian aplikasi elektronika dasar dan elektronika optik. 55 2.6. CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR TEKNIK PESAWAT UDARA A. Rasional Dasar-Dasar Teknik Pesawat Udara adalah mata pelajaran yang berisi kompetensi-kompetensi yang mendasari penguasaan keahlian Teknik Pesawat Udara. Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Pesawat Udara merupakan gabungan kompetensi meliputi gambar teknik, aerodynamic fundamental, aircraft material, aircraft hardware dan tools equipment, aircraft structure, tenaga pendorong/power plant, flight control, aircraft system, dan pengetahuan Civil Aviation Safety Regulation (CASR). Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Pesawat Udara berfungsi untuk menumbuhkembangkan keprofesionalan dalam bidang teknik pesawat udara dan pembelajarannya dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai pendekatan, model, strategi, serta metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik kompetensi yang dipelajari. Proses pembelajaran diharapkan dapat dilaksanakan secara interaktif, aktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai dengan bakat, minat, renjana, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Pembelajaran dapat dilakukan dengan pendekatan contextual teaching learning, cooperative learning, maupun individual learning. Model pembelajaran yang dapat digunakan antara lain project-based learning, problem-based learning, inquiry-based learning, discoverybased learning, teaching factory, atau model pembelajaran lainnya yang relevan. Beberapa konsentrasi yang dimungkinkan untuk dibentuk pada Program Keahlian Teknik Pesawat Udara antara lain Airframe Power Plant, Airframe Mechanic, Aircraft Electricity, Aviation Electronics, Electrical Aviaonics, dan sejenisnya. Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Pesawat Udara juga berkontribusi dalam membentuk kompetensi (hard skills), softskills dan karakter peserta didik pada bidang teknik pesawat udara 56 sehingga menjadi warga yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotongroyong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif. B. Tujuan Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Pesawat udara bertujuan membekali peserta didik dengan dasar-dasar pengetahuan, keterampilan, dan sikap (hard skills dan soft skills) meliputi: 1. memahami proses bisnis secara menyeluruh bidang manufaktur dan rekayasa pesawat udara; 2. memahami bagan perkembangan teknologi di dunia kerja dan isu-isu global terkait dunia industri manufaktur dan rekayasa pesawat udara; 3. memahami profesi dan kewirausahaan (job-profile dan technopreneurhip), serta peluang usaha dalam bidang manufaktur dan rekayasa pesawat udara; 4. menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan Hidup (K3LH) dan budaya kerja industri di lingkungan kerjanya; 5. memahami teknik dasar proses produksi pada industri manufaktur dan rekayasa pesawat udara; 6. menggambar teknik dasar pada lingkup manufaktur dan rekayasa pesawat udara; 7. memahami aerodynamic fundamental dengan baik; 8. memahami aircraft material dengan baik; 9. memahami aircraft hardware dan tools equipment dengan baik; 10. memahami aircraft structure dengan baik; 11. memahami tenaga pendorong/power plant dengan baik; 12. memahami flight control dengan benar; 13. memahami aircraft system dengan baik; dan 14. memahami Civil Aviation Safety Regulation (CASR) sesuai dengan prosedur. C. Karakteristik 57 Pada hakikatnya mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Pesawat Udara berfokus pada kompetensi yang bersifat mendasar yang harus dimiliki oleh seorang teknisi Pesawat Udara sesuai dengan perkembangan dunia kerja, melalui pemahaman tentang proses bisnis, perkembangan teknologi di industri dan dunia kerja, isu-isu global, profesi dan kewirausahaan (job profile dan technopreneurship), Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan Hidup (K3LH), teknik dasar proses produksi pada industri manufaktur dan rekayasa pesawat udara, menggambar teknik dasar, aerodynamic fundamental, aircraft material, aircraft hardware dan tools equipment dengan baik, aircraft structure, tenaga pendorong/power plant, flight control, aircraft system, dan Civil Aviation Safety Regulation (CASR) sesuai dengan prosedur. Mata Pelajaran Dasar-Dasar Teknik Pesawat Udara meliputi: Elemen Deskripsi Proses bisnis secara menyeluruh bidang manufaktur dan rekayasa pesawat udara Meliputi proses bisnis di bidang manufaktur pesawat udara secara menyeluruh pada berbagai industri, antara lain K3LH, perancangan produk, mata rantai pasok (supply chain), logistik, proses produksi pada industri manufaktur dan rekayasa pesawat udara, perawatan peralatan produksi, dan pengelolaan sumber daya manusia dengan memperhatikan potensi dan kearifan lokal. Perkembangan teknologi di dunia kerja dan isuisu global terkait dunia industri manufaktur dan rekayasa pesawat udara Meliputi perkembangan proses produksi pada industri manufaktur dan rekayasa pesawat udara mulai dari teknologi konvensional sampai dengan teknologi modern, Industri 4.0, teknik digitalisasi di industri, product life cycle, isu pemanasan global, waste control, perubahan iklim dan aspek-aspek ketenagakerjaan. Meliputi profesi dan kewirausahaan (job profile dan technopreneurship), serta peluang usaha di di bidang manufaktur dan rekayasa pesawat udara. Profesi dan kewirausahaan (job profile dan technopreneurship), serta peluang usaha di bidang manufaktur dan rekayasa pesawat udara. Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan Hidup (K3LH) dan budaya kerja industri Meliputi penerapan K3LH dan budaya kerja industri, antara lain: praktik-praktik kerja yang aman, bahaya-bahaya di tempat kerja, prosedur-prosedur dalam keadaan darurat, dan penerapan budaya kerja industri (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin). 58 Elemen Deskripsi Teknis dasar proses produksi pada industri manufaktur dan rekayasa pesawat udara Meliputi praktik dasar yang terkait dengan seluruh proses produksi dan teknologi yang diaplikasikan dalam industri manufaktur pesawat udara, antara lain praktik dasar alat ukur, perkakas tangan dan bertenaga, peralatan angkat dan pemindah bahan, serta pengenalan teknik pemesinan, pengelasan, praktik aerodynamic fundamental, praktik aircraft material, praktik aircraft hardware dan tools equipment, praktik aircraft structure, praktik tenaga pendorong/ power plant, praktik flight control, praktik aircraft system, dan prosedur standar Civil Aviation Safety Regulation (CASR). Gambar teknik Meliputi menggambar teknik dasar, termasuk pengenalan macam-macam peralatan gambar, diagram skematik, dan proyeksi gambar untuk pekerjaan pemeliharaan pesawat udara. Prinsip dan perkembangan Meliputi gaya-gaya yang bekerja pada Theory of Flight pesawat udara, prinsip Bernoulli, hukum Newton, hukum kekekalan energi. Elemen ini berhubungan dengan pengetahuan yang dibutuhkan dalam menjelaskan prinsip dan perkembangan Theory of Flight. Airfoil terhadap Meliputi macam-macam, bagian-bagian, dan karakteristik airfoil terhadap performa performa pesawat pesawat udara dari berbagai gaya udara aerodinamik pada pesawat serta stall dan cara mengatasinya. Elemen ini berhubungan dengan pengaruh karakteristik jenis-jenis lapisan atmosfer terhadap penerbangan. Aircraft material Meliputi macam dan spesifikasi aircraft material. Aircraft hardware dan tools equipment Meliputi macam dan spesifikasi aircraft hardware dan tools equipment. Aircraft structure Meliputi jenis-jenis pesawat udara, dan bagian- bagian struktur pesawat udara (aircraft structure). Tenaga pendorong/power plant Flight Control Meliputi berbagai jenis tenaga pendorong (power plant) yang digunakan oleh pesawat udara. Meliputi fungsi dan cara kerja flight control pada pesawat udara. Elemen ini berhubungan dengan aspek-aspek flight stability and dynamics yang meliputi airplane axes, flight stability and control (Static stability & Dynamic stability), flight Control surfaces. Meliputi berbagai sistem yang ada di pesawat udara (aircraft system). Aircraft system Civil Aviation Safety Regulation (CASR) Meliputi penerapan Civil Aviation Safety Regulation (CASR), antara lain CASR Part 21, CASR Part 39, CASR Part 43, CASR Part 45, CASR Part 47, CASR Part 65, CASR Part 145, dan CASR Part 147. 59 D. Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E, peserta didik akan mendapatkan gambaran mengenai program keahlian yang dipilihnya sehingga menumbuhkan mampu passion dan vision untuk merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar. Selain itu pada akhir fase E pada aspek hard skills peserta didik mampu memahami gambar teknik, aerodynamic fundamental, aircraft material, aircraft hardware dan tools equipment, aircraft structure, tenaga pendorong/power plant, flight control, aircraft system, dan pengetahuan Civil Aviation Safety Regulation (CASR). Elemen Proses bisnis secara menyeluruh bidang manufaktur dan rekayasa pesawat udara Perkembangan teknologi di dunia kerja dan isuisu global terkait dunia industri manufaktur dan rekayasa pesawat udara Profesi dan kewirausahaan (job profile dan technopreneurship), serta peluang usaha di bidang manufaktur dan rekayasa pesawat udara. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Hidup (K3LH) dan budaya kerja industri Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami proses bisnis di bidang manufaktur pesawat udara secara menyeluruh pada berbagai industri, antara lain K3LH, perancangan produk, Mata Rantai Pasok (Supply Chain), logistik, proses produksi pada industri manufaktur dan rekayasa pesawat udara, perawatan peralatan produksi, dan pengelolaan sumber daya manusia dengan memperhatikan potensi dan kearifan lokal. Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami bagan perkembangan proses produksi pada industri manufaktur dan rekayasa pesawat udara mulai dari teknologi konvensional sampai dengan teknologi modern, Industri 4.0, teknik digitalisasi di industri, Product Life Cycle, isu pemanasan global, Waste Control, perubahan iklim dan aspek-aspek ketenagakerjaan. Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami profesi dan kewirausahaan (job profile dan technopreneurship), serta peluang usaha di di bidang manufaktur dan rekayasa pesawat udara, untuk membangun vision dan passion, dengan melaksanakan pembelajaran berbasis proyek nyata sebagai simulasi proyek kewirausahaan. Pada akhir fase E, peserta didik mampu menerapkan K3LH dan budaya kerja industri, antara lain: praktik-praktik kerja yang aman, bahaya-bahaya di tempat kerja, prosedur- prosedur dalam keadaan darurat, dan penerapan budaya kerja industri (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin). 60 Elemen Teknis dasar proses produksi pada industri manufaktur dan rekayasa pesawat udara Gambar teknik Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami praktik dasar yang terkait dengan seluruh proses produksi dan teknologi yang diaplikasikan dalam industri manufaktur pesawat udara, antara lain praktik dasar alat ukur, perkakas tangan dan bertenaga, peralatan angkat dan pemindah bahan, serta pengenalan teknik pemesinan, pengelasan, praktik aerodynamic fundamental, praktik aircraft material, praktik aircraft hardware dan tools equipment, praktik aircraft structure, praktik tenaga pendorong/ power plant, praktik flight control, praktik aircraft system, dan prosedur standar Civil Aviation Safety Regulation (CASR). Pada akhir fase E, peserta didik mampu menggambar teknik dasar, termasuk pengenalan macam-macam peralatan gambar, diagram skematik, dan proyeksi gambar untuk pekerjaan pemeliharaan pesawat udara. Prinsip dan perkembangan Pada akhir fase E, peserta didik mampu Theory of Flight memahami gaya-gaya yang bekerja pada pesawat udara, prinsip Bernoulli, hukum Newton, hukum kekekalan energi. Elemen ini berhubungan dengan pengetahuan yang dibutuhkan dalam menjelaskan prinsip dan perkembangan Theory of Flight. Airfoil terhadap performa pesawat udara Aircraft material Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami macam-macam, bagian-bagian, dan karakteristik airfoil terhadap performa pesawat udara dari berbagai gaya aerodinamik pada pesawat serta stall dan cara mengatasinya. Elemen ini berhubungan dengan pengaruh karakteristik jenis-jenis lapisan atmosfer terhadap penerbangan. Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami macam dan spesifikasi aircraft material. Aircraft hardware dan tools equipment Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami macam dan spesifikasi aircraft hardware dan tools equipment. Aircraft structure Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami jenis-jenis pesawat udara, dan bagian-bagian struktur pesawat udara (aircraft structure). Tenaga pendorong/ power plant Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami berbagai jenis tenaga pendorong (power plant) yang digunakan oleh pesawat udara. Flight Control Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami fungsi dan cara kerja flight control pada pesawat udara. Elemen ini berhubungan dengan aspek-aspek flight stability and dynamics yang meliputi airplane axes, flight stability and control 61 Elemen Aircraft system Civil Aviation Safety Regulation (CASR) Capaian Pembelajaran (Static stability & Dynamic stability), flight Control surfaces. Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami berbagai sistem yang ada di pesawat udara (aircraft system). Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami Civil Aviation Safety Regulation (CASR), antara lain CASR Part 21, CASR Part 39, CASR Part 43, CASR Part 45, CASR Part 47, CASR Part 65, CASR Part 145, dan CASR Part 147. 62 2.7. CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR KONSTRUKSI KAPAL A. Rasional Teknik Konstruksi Kapal adalah kegiatan pekerjaan konstruksi dan perawatan bangunan/badan kapal yang dimulai dari perencana, pelaksana dan pengawas serta evaluasi kegiatan konstruksi bangunan kapal, khususnya konstruksi bangunan kapal yang terbuat dari baja misalnya: kapal barang, kapal penumpang, kapal tangki, kapal tunda dan lainnya. Teknik konstruksi kapal memiliki peran/andil yang sangat besar bagi dunia tranportasi di air khususnya Indonesia yang wilayahnya hampir 67% adalah lautan. Dasar-Dasar Teknik Konstruksi Kapal merupakan mata pelajaran yang berisikan kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki peserta didik pada aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap untuk mendasari mata pelajaran pada fase F. Dasar-Dasar Teknik Konstruksi Kapal harus dikuasai dan menjadi milik setiap peserta didik. Perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran harus sesuai dengan karakteristik mata pelajaran dan tujuan yang menggunakan ingin model dicapai. Pelaksanaan pembelajaran pembelajaran berbasis projek dapat sederhana (project-based learning), discovery learning, pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning), atau inquiry learning, menekankan proses pembelajaran melakukan pekerjaan (learning by doing), serta metode antara lain seperti ceramah, tanya jawab, diskusi, observasi, peragaan atau demonstrasi yang dipilih berdasarkan karakteristik materi. Penilaian meliputi aspek pengetahuan melalui tes dan nontes, sikap melalui observasi, catatan kejadian menonjol (anecdotal record), penilaian antar-teman, dan penilaian diri serta keterampilan melalui penilaian proses, produk, portofolio dan studi kasus. Pembelajaran Dasar-Dasar Teknik Konstruksi Kapal dapat dilakukan secara sistem blok disesuaikan dengan karakteristik elemen materi yang dipelajari. Dasar-Dasar Teknik Konstruksi Kapal membekali peserta didik mampu membaca dan menerapkan gambar konstruksi kapal sesuai spesifikasinya, menerapkan prinsip-prinsip Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup (K3LH), serta beriman, 63 bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, bernalar kritis, mandiri, kreatif, bergotong royong dan peduli terhadap lingkungan. B. Tujuan Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Konstruksi Kapal bertujuan membekali dasar-dasar pengetahuan, keterampilan, dan sikap (hard skills dan soft skills) meliputi: 1. memahami proses bisnis secara menyeluruh bidang manufaktur dan rekayasa konstruksi kapal; 2. memahami perkembangan teknologi di dunia kerja dan isu-isu global terkait dunia industri manufaktur dan rekayasa konstruksi kapal; 3. memahami profesi dan kewirausahaan (job-profile dan technopreneurship), serta peluang usaha di bidang manufaktur dan rekayasa konstruksi kapal; 4. memahami teknik dasar proses produksi pada industri manufaktur dan rekayasa konstruksi kapal; 5. menerapkan K3LH di tempat kerja; 6. menggambar konstruksi kapal; 7. menerapkan informasi dalam gambar dan spesifikasi; dan 8. memahami penerapan industri 4.0 pada lingkup Teknik Konstruksi Kapal. C. Karakteristik Pada hakikatnya mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Konstruksi Kapal fokus pada kompetensi bersifat dasar yang harus dimiliki oleh tenaga teknisi dan jabatan lain sesuai dengan perkembangan dunia kerja. Selain itu peserta didik diberikan pemahaman tentang proses bisnis, perkembangan penerapan teknologi dan isu-isu global, entrepreneur profile, job profile, peluang usaha dan pekerjaan/profesi. Mata Pelajaran Dasar-Dasar Teknik Konstruksi Kapal terdiri atas elemen-elemen berikut ini: Elemen Proses bisnis secara menyeluruh bidang manufaktur dan rekayasa konstruksi kapal Deskripsi Meliputi proses bisnis bidang manufaktur konstruksi kapal secara menyeluruh pada berbagai industri, antara lain perancangan produk, Mata Rantai Pasok (Supply Chain), logistik, proses produksi pada industri 64 D. Elemen Deskripsi manufaktur dan rekayasa konstruksi kapal, perawatan peralatan produksi, dan pengelolaan sumber daya manusia dengan memperhatikan potensi dan kearifan lokal. Perkembangan teknologi di dunia kerja dan isu-isu global terkait dunia industri manufaktur dan rekayasa konstruksi kapal Meliputi perkembangan proses produksi pada industri manufaktur dan rekayasa konstruksi kapal mulai dari teknologi konvensional sampai dengan teknologi modern, Industri 4.0, teknik digitalisasi di industri, Product Life Cycle, isu pemanasan global, waste control, perubahan iklim dan aspek-aspek ketenagakerjaan. Profesi dan kewirausahaan (job-profile dan technopreneurship), serta peluang usaha di bidang manufaktur dan rekayasa konstruksi kapal Meliputi profesi dan kewirausahaan (jobprofile dan technopreneurship), serta peluang usaha di bidang manufaktur dan rekayasa konstruksi kapal, untuk membangun vision dan passion, dengan melaksanakan pembelajaran berbasis proyek nyata sebagai simulasi proyek kewirausahaan. Teknis dasar proses produksi pada industri manufaktur dan rekayasa bidang konstruksi kapal Meliputi praktik dasar yang terkait dengan seluruh proses produksi dan teknologi yang diaplikasikan dalam bidang manufaktur dan rekayasa konstruksi kapal, antara lain praktik dasar alat ukur, membaca gambar konstruksi kapal, menggambar konstruksi kapal, mengelola informasi dalam gambar, serta penerapan industri 4.0 pada lingkup Teknik Konstruksi Kapal. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Hidup (K3LH) dan budaya kerja industri Meliputi penerapan K3LH dan budaya kerja industri, antara lain: praktik-praktik kerja yang aman, bahaya-bahaya di tempat kerja, prosedur-prosedur dalam keadaan darurat, dan penerapan budaya kerja industri seperti 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin), dan etika kerja. Gambar teknik Meliputi menggambar teknik dasar konstruksi kapal, termasuk pengenalan macam-macam peralatan gambar, standarisasi dalam pembuatan gambar, serta praktik menggambar dan membaca gambar teknik menurut proyeksinya. Gambar basic design Melputi gambar basic design, antara lain persyaratan gambar, fitur kunci perangkat lunak CAD, cara mengakses perangkat lunak dan menata gambar yang dikerjakan, pembuatan elemen-elemen gambar, dan pekerjaan CAD. Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E (kelas X SMK), peserta didik akan mendapatkan gambaran mengenai program keahlian sehingga mampu menumbuhkan passion dan vision untuk merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar. Selain itu, pada akhir fase E pada 65 aspek hard skills peserta didik mampu membaca, menginterpretasi, menerapkan gambar teknik dan membuat gambar Basic Design atau komponen konstruksi kapal. Elemen Proses bisnis secara menyeluruh bidang manufaktur dan rekayasa konstruksi kapal Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami proses bisnis bidang manufaktur konstruksi kapal secara menyeluruh pada berbagai industri, antara lain perancangan produk, Mata Rantai Pasok (Supply Chain), logistik, proses produksi pada industri manufaktur dan rekayasa konstruksi kapal, perawatan peralatan produksi, dan pengelolaan sumber daya manusia dengan memperhatikan potensi dan kearifan lokal. Perkembangan teknologi di dunia kerja dan isu-isu global terkait dunia industri manufaktur dan rekayasa konstruksi kapal Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami perkembangan proses produksi pada industri manufaktur dan rekayasa konstruksi kapal mulai dari teknologi konvensional sampai dengan teknologi modern, Industri 4.0, teknik digitalisasi di industri, Product Life Cycle, isu pemanasan global, Waste Control, perubahan iklim dan aspek-aspek ketenagakerjaan. Profesi dan kewirausahaan (job-profile dan technopreneurship), serta peluang usaha di bidang manufaktur dan rekayasa konstruksi kapal Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami profesi dan kewirausahaan (jobprofile dan technopreneurship), serta peluang usaha di bidang manufaktur dan rekayasa konstruksi kapal, untuk membangun vision dan passion, dengan melaksanakan pembelajaran berbasis proyek nyata sebagai simulasi proyek kewirausahaan. Teknis dasar proses produksi pada industri manufaktur dan rekayasa bidang konstruksi kapal Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami praktik dasar yang terkait dengan seluruh proses produksi dan teknologi yang diaplikasikan dalam bidang manufaktur dan rekayasa konstruksi kapal, antara lain praktik dasar alat ukur, membaca gambar konstruksi kapal, menggambar konstruksi kapal, mengelola informasi dalam gambar, serta penerapan industri 4.0 pada lingkup Teknik Konstruksi Kapal. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Hidup (K3LH) dan budaya kerja industri Pada akhir fase E, peserta didik mampu menerapkan K3LH dan budaya kerja industri, antara lain: praktik-praktik kerja yang aman, bahaya-bahaya di tempat kerja, prosedur-prosedur dalam keadaan darurat, dan penerapan budaya kerja industri 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin) serta etika kerja. Gambar teknik Pada akhir fase E, peserta didik mampu menggambar teknik dasar konstruksi kapal, termasuk pengenalan macam-macam peralatan gambar, standarisasi dalam pembuatan gambar, serta praktik 66 Elemen Gambar basic design Capaian Pembelajaran menggambar dan membaca gambar teknik menurut proyeksinya. Pada akhir fase E, peserta didik mampu menggambar basic design, antara lain persyaratan gambar, fitur kunci perangkat lunak CAD, cara mengakses perangkat lunak dan menata gambar yang dikerjakan, pembuatan elemen-elemen gambar, dan pekerjaan CAD. 67 2.8. CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR KIMIA ANALISIS A. Rasional Dasar-Dasar Kimia Analisis adalah mata pelajaran yang berisi kompetensi- kompetensi yang mendasari penguasaan keahlian Kimia Analisis. Pada awal pembelajaran peserta didik dikenalkan pada lapangan kerja, peluang usaha, peluang karir dan aneka profesi setelah lulus dari konsentrasi yang ada pada Program Keahlian Kimia Analisis. Mata Pelajaran ini mempelajari analisis kimia dasar, teknik dasar pekerjaan laboratorium kimia dan pengelolaan laboratorium kimia. Mata pelajaran Dasar-Dasar Kimia Analisis sangat penting karena berfungsi untuk membekali pengetahuan dan keterampilan dasar bagi peserta didik untuk mempelajari mata pelajaran setiap konsentrasi pada fase F pada Program Keahlian Kimia Analisis. Mata pelajaran Dasar-Dasar Kimia Analisis mengajarkan tahapantahapan hard skills dan soft skills dengan model pembelajaran berbasis projek (Project Based Learning), discovery learning, atau model pembelajaran lain yang sesuai. Mata pelajaran ini dapat menumbuhkan passion (renjana), vision (visi), imajinasi, dan kreativitas peserta didik untuk berwirausaha atau berkarir sesuai dengan kompetensi yang ada. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui pembelajaran di kelas secara sistem blok, memanfaatkan literatur terkait, laboratorium, projek sederhana, interaksi dengan alumni, wirausahawan atau praktisi dari dunia kerja dan berkunjung ke industri kimia yang relevan, mengarahkan peserta didik untuk menemukan sendiri berbagai fakta, membangun konsep, dan nilainilai baru secara mandiri atau tim. Mata pelajaran Dasar-Dasar Kimia Analisis berkontribusi dalam meningkatkan kemampuan peserta didik agar menjadi tenaga terampil pada bidang kimia analisis, memiliki rasa empati, mudah untuk membuat keputusan dan memecahkan masalah, disiplin, relasi interpersonal dan komunikasi yang baik, mudah mengatasi stres dan mengontrol emosi, serta memiliki nalar kritis, mandiri, gotong royong, kreatif dan adaptif dengan lingkungan hidup pada abad ke-21 serta 68 dapat menjadi masyarakat yang mandiri, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. B. Tujuan Mata pelajaran Dasar-Dasar Kimia Analisis bertujuan membekali peserta didik dengan dasar-dasar pengetahuan, keterampilan, dan sikap (hard skills dan soft skills ) melalui proses pembelajaran sebagai berikut: 1. memahami proses bisnis secara menyeluruh bidang manufaktur dan laboratorium kimia analisis; 2. memahami perkembangan teknologi di dunia kerja dan isu - isu global terkait dunia industri manufaktur dan laboratorium kimia analisis; 3. memahami profesi dan kewirausahaan (job-profile dan technopreneurship), serta peluang usaha di bidang kimia analisis; 4. memahami teknik dasar proses produksi pada industri manufaktur dan laboratorium kimia analisis; 5. memahami penerapan prosedur Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan Hidup (K3LH) sesuai prosedur operasional standar; 6. memahami pengelolaan Laboratorium Kimia; 7. memahami Larutan Standar; dan 8. melakukan analisis kualitatif dan kuantitatif sederhana. C. Karakteristik Mata pelajaran Dasar-Dasar Kimia Analisis merupakan mata pelajaran prasyarat untuk mempelajari mata pelajaran konsentrasi pada program keahlian Kimia Analisis. Selain itu peserta didik diberikan pemahaman tentang proses bisnis, perkembangan penerapan teknologi dan isu-isu global, entrepreneur profile, job profile, peluang usaha dan pekerjaan/profesi. Mata Pelajaran Dasar-Dasar Kimia Analisis terdiri atas elemen-elemen berikut ini. Elemen Proses bisnis secara menyeluruh bidang Deskripsi Meliputi proses bisnis bidang kimia analisis secara menyeluruh termasuk laboratorium 69 Elemen kimia analisis Perkembangan teknologi di dunia kerja dan isuisu global terkait kimia analisis Profesi dan kewirausahaan (jobprofile dan technopreneurship), dan peluang usaha di bidang kimia analisis Teknik dasar proses kerja di bidang kimia analisis Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan Hidup (K3LH) dan budaya kerja industri Pengelolaan Laboratorium Kimia Pengelolaan Peralatan Laboratorium Larutan Standar Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Sederhana Deskripsi kimia analisis, industri yang melibatkan kimia analisis, perawatan peralatan kimia analisis, dan pengelolaan sumber daya manusia dengan memperhatikan potensi dan kearifan lokal. Meliputi perkembangan teknologi kimia analisis dan isu-isu global seputar laboratorium kimia analisis dan industri yang melibatkan kimia analisis, dari teknologi konvensional sampai dengan teknologi modern, Revolusi Industri 4.0, teknik digitalisasi, perubahan iklim dan aspek-aspek ketenagakerjaan. Meliputi profesi dan kewirausahaan (jobprofile dan technopreneurship), dan peluang usaha di bidang kimia analisis serta dunia kerja bidang kimia analisis. Meliputi teknik dasar proses kerja di bidang kimia analisis melalui pengenalan dan praktik yang mencakup seluruh proses penerapan kimia dasar, penggunaan alat laboratorium dan instrumen, kalibrasi alat ukur dan instrumen sederhana, perawatan alat laboratorium dan instrumen, penyimpanan alat, penyimpanan bahan kimia sesuai dengan ketentuan Material Safety Data Sheet (MSDS), membuat larutan dan pelabelan, penerapan konsep mol dan hukum yang berlaku, penerapan Susunan Periodik dan analisis bahan kimia. Meliputi penerapan K3LH dan budaya kerja industri, antara lain: praktik-praktik kerja yang aman, bahaya-bahaya di tempat kerja, prosedur-prosedur dalam keadaan darurat, dan penerapan budaya kerja industri (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin), termasuk K3LH pada pengelolaan limbah B3 dan non B3, serta etika kerja. Meliputi pengelolaan bahan, dan fasilitas laboratorium, termasuk Laboratorium Kimia. Meliputi pengelolaan peralatan laboratorium, termasuk penggunaan dan perawatan peralatan non gelas dan instrumen. Meliputi jenis-jenis larutan standar primer dan sekunder, konsentrasi larutan, macammacam indikator, pembuatan label, teknik menyimpan bahan kimia dengan aman sesuai dengan tanda bahaya atau piktogram. Meliputi metode analisis kualitatif dan kuantitatif secara sederhana yang meliputi analisis anion, kation melalui uji nyala, mutiara boraks dan analisis titrimetri dan gravimetri sederhana. 70 D. Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E (kelas X SMK), peserta didik akan mendapatkan gambaran mengenai program keahlian yang dipilihnya sehingga mampu menumbuhkan passion dan vision untuk merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar. Selain itu pada akhir fase E pada aspek hard skills peserta didik mampu memahami Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan Hidup (K3LH), Pengelolaan Laboratorium Kimia (PLK), Pengelolaan Peralatan Laboratorium (PPL), Larutan Standar (LS), Analisis Kualitatif dan Kuantitatif sederhana (AKK). Elemen Proses bisnis secara menyeluruh bidang kimia analisis Perkembangan teknologi di dunia kerja dan isuisu global terkait kimia analisis Profesi dan kewirausahaan (jobprofile dan technopreneur), dan peluang usaha di bidang kimia analisis Teknik dasar proses kerja di bidang kimia analisis Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami proses bisnis bidang kimia analisis secara menyeluruh termasuk laboratorium kimia analisis, industri yang melibatkan kimia analisis, perawatan peralatan kimia analisis, dan pengelolaan sumber daya manusia dengan memperhatikan potensi dan kearifan lokal. Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami perkembangan teknologi kimia analisis dan isu-isu global seputar laboratorium kimia analisis dan industri yang melibatkan kimia analisis, dari teknologi konvensional sampai dengan teknologi modern, Revolusi Industri 4.0, teknik digitalisasi, perubahan iklim dan aspek-aspek ketenagakerjaan. Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami profesi dan kewirausahaan (jobprofile dan technopreneur), dan peluang usaha di bidang kimia analisis serta dunia kerja bidang kimia analisis, untuk membangun vision dan passion, dengan melaksanakan pembelajaran berbasis proyek nyata sebagai simulasi proyek kewirausahaan. Pada akhir fase E, peserta didik mampu menerapkan teknik dasar proses kerja di bidang kimia analisis melalui pengenalan dan kegiatan praktik yang mencakup seluruh proses penerapan kimia dasar, penggunaan alat laboratorium dan instrumen, kalibrasi alat ukur dan instrumen, perawatan alat laboratorium dan instrumen, penyimpanan alat, penyimpanan bahan kimia sesuai dengan ketentuan Material Safety Data Sheet (MSDS), membuat larutan dan pelabelan, penerapan konsep mol dan hukum yang berlaku, penerapan Susunan Periodik dan analisis bahan kimia. Pada akhir fase E, peserta didik mampu menerapkan K3LH dan budaya kerja industri, 71 Elemen Lingkungan Hidup (K3LH) dan budaya kerja industri Pengelolaan Laboratorium Kimia Pengelolaan Peralatan Laboratorium Larutan Standar Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Sederhana Capaian Pembelajaran antara lain: praktik-praktik kerja yang aman, bahaya-bahaya di tempat kerja, prosedurprosedur dalam keadaan darurat, dan penerapan budaya kerja industri (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin), termasuk K3LH pada pengelolaan limbah B3 dan non B3. Pada akhir fase E, peserta didik mampu mengaplikasikan bahan, alat dan fasilitas laboratorium, termasuk pengenalan jenisjenis laboratorium kimia. Pada akhir fase E, peserta didik mampu mengaplikasikan peralatan laboratorium, termasuk penggunaan dan perawatan peralatan gelas, non gelas dan instrumen sederhana, serta mengenal instrumen yang sering digunakan di laboratorium berdasarkan prinsip kerja meliputi elektrometri spektrofotometri, dan kromatografi Pada akhir fase E, peserta didik mampu menerapkan jenis-jenis larutan standar primer dan sekunder, konsentrasi larutan, macam- macam indikator, pembuatan label, teknik menyimpan bahan kimia dengan aman sesuai dengan tanda bahaya atau piktogram. Pada akhir fase E, peserta didik mampu menerapkan metode analisis kualitatif dan kuantitatif secara sederhana yang meliputi analisis anion, kation melalui uji nyala, mutiara boraks dan analisis titrimetri dan gravimetri sederhana. 72 2.9. CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR TEKNIK KIMIA INDUSTRI A. Rasional Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Kimia Industri adalah mata pelajaran yang memuat kompetensi-kompetensi yang menjadi dasar penguasaan Program Keahlian Teknik Kimia Industri. Teknik kimia adalah cabang ilmu teknologi atau rekayasa yang mempelajari pemrosesan bahan mentah menjadi barang yang lebih berguna, dapat berupa barang jadi atau barang setengah jadi. Ilmu teknik kimia diaplikasikan terutama dalam perancangan dan pemeliharaan prosesproses kimia, baik dalam skala kecil maupun dalam skala besar seperti industri. Teknik kimia industri merupakan kombinasi dari beberapa disiplin ilmu yang berkaitan dengan ilmu teknik kimia, ilmu kimia, dan beberapa ilmu pendukung lain yang menjadi prinsip pemrosesan bahan di suatu industri. Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Kimia Industri adalah mata pelajaran yang memuat ilmu dasar teknik kimia, ilmu dasar kimia, dan beberapa ilmu dasar pendukung lain pada Program Keahlian Teknik Kimia Industri yang berperan dalam membekali peserta didik dengan penguasaan keilmuan Dasar Teknik Kimia Industri. Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Kimia Industri diberikan sebagai prasyarat sebelum peserta didik mempelajari mata pelajaran kejuruan yang lebih lanjut. Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Kimia Industri dapat disampaikan dengan beberapa pembelajaran sederhana, di metode antara laboratorium, interaksi dengan lain pembelajaran pembelajaran alumnus atau di dengan praktisi kelas, projek industri, berkunjung pada industri yang relevan, maupun pembelajaran mandiri melalui literatur-literatur yang relevan. Pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode ceramah, tanya jawab, diskusi, observasi, peragaan/demonstrasi, model pembelajaran berbasis projek (project-based learning), discovery learning, pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning), inquiry learning, dan model pembelajaran lain yang sesuai dengan karakteristik materi. Pembelajaran Dasar-Dasar Teknik Kimia Industri dapat dilaksanakan secara sistem blok atau disesuaikan dengan karakteristik elemen yang 73 dipelajari. Penguasaan peserta didik terhadap mata pelajaran DasarDasar Teknik Kimia Industri sangat penting karena mata pelajaran ini menjadi dasar bagi semua mata pelajaran kejuruan pada Program Keahlian Teknik Kimia Industri. Pada awal pembelajaran disampaikan pada peserta didik bahwa perkembangan teknologi kimia industri yang begitu pesat memegang peranan yang begitu penting di semua bidang industri. Peserta didik dikenalkan dengan industri dan dunia kerja yang berkaitan dengan Dasar-Dasar Teknik Kimia Industri dan isu-isu penting dalam bidang manufaktur dan rekayasa seperti optimasi otomasi dan pengendalian limbah. Peserta didik dikenalkan dengan jenis-jenis industri dan dunia kerja sebagai peluang untuk bekerja setelah lulus. Untuk menumbuhkan passion (renjana), vision (visi), imajinasi, dan kreativitas dapat dilaksanakan melalui, kegiatan pembelajaran berbasis projek sederhana, interaksi dengan alumni, guru tamu dari industri/praktisi bidang kimia industri untuk menumbuhkan minat dan motivasi siswa, kunjungan industri untuk mengenalkan dunia kerja yang sesungguhnya, dan pencarian informasi melalui media digital. Tahap internalisasi wawasan serta soft skills ini membutuhkan porsi dominan (sekitar 75%) dari waktu yang tersedia pada kelas X, sebelum mempelajari aspek hard skills yang lebih spesifik. Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Kimia Industri berkontribusi dalam membentuk peserta didik menjadi insan yang tidak hanya ahli pada bidang Teknik Kimia Industri, namun juga bernalar kritis, mandiri, kreatif, dan adaptif. Peserta didik juga diharapkan dapat menjadi insan yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, bernalar kritis, mandiri, kreatif, bergotong royong dan peduli terhadap lingkungan. B. Tujuan Mata pelajaran membekali Dasar-Dasar Teknik peserta didik dengan Kimia Industri dasar-dasar bertujuan pengetahuan, keterampilan, dan sikap (hard skills dan soft skills) yang meliputi: 1. memahami proses bisnis secara menyeluruh bidang kimia industri; 74 2. memahami perkembangan teknologi di dunia kerja dan isu-isu global terkait dunia kimia industri; 3. memahami profesi dan kewirausahaan (job-profile dan technopreneurship), serta peluang usaha di bidang kimia industri; 4. memahami teknik dasar proses produksi pada bidang kimia industri; 5. memahami penerapan teknik kimia; 6. memahami penerapan dasar kimia; 7. memahami penerapan dasar mikrobiologi; 8. menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan Hidup (K3LH) di lingkungan kerjanya; dan 9. memahami teknik dasar pekerjaan laboratorium; C. Karakteristik Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Kimia Industri memuat materi dasar yang dibutuhkan pada program keahlian Teknik Kimia Industri. Selain itu peserta didik diberikan pemahaman tentang proses bisnis, perkembangan penerapan teknologi dan isu-isu global, entrepreneur profile, job profile, peluang usaha dan pekerjaan/profesi. Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Kimia Industri terdiri atas elemenelemen berikut ini. Elemen Proses bisnis secara menyeluruh bidang kimia industri Deskripsi Meliputi proses bisnis bidang kimia industri secara menyeluruh, antara lain perancangan produk, Mata Rantai Pasok (Supply Chain), logistik, proses produksi pada industri kimia, perawatan peralatan produksi, dan pengelolaan sumber daya manusia dengan memperhatikan potensi dan kearifan lokal. Perkembangan teknologi di dunia kerja dan isu-isu global terkait dunia kimia industri Meliputi perkembangan proses produksi pada industri kimia, mulai dari teknologi konvensional sampai dengan teknologi modern, Industri 4.0, teknik digitalisasi di industri, Product Life Cycle, isu pemanasan global, Waste Control, perubahan iklim dan aspek-aspek ketenagakerjaan. Profesi dan kewirausahaan (job-profile dan technopreneurship), serta peluang usaha di bidang kimia industri Teknik dasar proses produksi pada bidang kimia industri; Profesi dan kewirausahaan (job-profile dan technopreneurship), serta peluang usaha di bidang kimia industri. Meliputi praktik dasar yang terkait dengan seluruh proses produksi dan teknologi yang diaplikasikan di industri kimia antara lain 75 Elemen D. Deskripsi praktik dasar kimia, praktik dasar mikrobiologi, praktik dasar pekerjaan laboratorium dan penerapan dasar industri 4.0 dalam lingkup teknik kimia industri. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Hidup (K3LH) dan budaya kerja industri Meliputi penerapan K3LH dan budaya kerja industri, antara lain: praktik-praktik kerja yang aman, bahaya-bahaya di tempat kerja, prosedur-prosedur dalam keadaan darurat, dan penerapan budaya kerja industri (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin), termasuk K3LH pada pengendalian pencemaran air, pengendalian pencemaran udara, pengelolaan limbah B3 dan non B3 dengan menggunakan material safety data sheet (MSDS) atau panduan lain yang sesuai serta etika kerja, Dasar kimia Meliputi kimia organik dasar dan kimia anorganik dasar (larutan standar, reaksi kimia, stoikiometri, laju reaksi, kesetimbangan kimia, sifat koligatif larutan, redoks, dan elektrokimia). Dasar mikrobiologi Meliputi pengenalan mikrobiologi, pengenalan media mikrobiologi, pembuatan media mikrobiologi, teknik sterilisasi, teknik isolasi dan inokulasi, dan perhitungan jumlah bakteri/kapang. Teknik dasar pekerjaan laboratorium Meliputi penggunaan peralatan dasar laboratorium dan analisis dasar laboratorium. Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E (kelas X SMK), peserta didik akan mendapatkan gambaran mengenai menumbuhkan vision program dan keahlian passion untuk sehingga mampu merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar. Elemen Proses bisnis secara menyeluruh bidang kimia industri Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami proses bisnis bidang kimia industri secara menyeluruh, antara lain perancangan produk, Mata Rantai Pasok (Supply Chain), logistik, proses produksi pada industri kimia, perawatan peralatan produksi, dan pengelolaan sumber daya manusia dengan memperhatikan potensi dan kearifan lokal. Perkembangan teknologi di dunia kerja dan isu-isu global terkait dunia kimia industri Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami perkembangan proses produksi pada industri kimia, mulai dari teknologi konvensional sampai dengan teknologi modern, Industri 4.0, teknik digitalisasi di industri, Product Life Cycle, isu pemanasan 76 Elemen Capaian Pembelajaran global, Waste Control, perubahan iklim dan aspek-aspek ketenagakerjaan. Profesi dan kewirausahaan (job-profile dan technopreneurship), serta peluang usaha di bidang kimia industri Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami profesi dan kewirausahaan (jobprofile dan technopreneurship), serta peluang usaha di bidang kimia industri, , untuk membangun vision dan passion, dengan melaksanakan pembelajaran berbasis proyek nyata sebagai simulasi proyek kewirausahaan. Teknik dasar proses produksi pada bidang kimia industri; Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami teknik dasar proses industri kimia melalui pengenalan dan praktik singkat yang terkait dengan seluruh proses produksi dan teknologi yang diaplikasikan di industri kimia antara lain dasar teknik kimia, dasar mikrobiologi, dasar pekerjaan laboratorium dan penerapan industri 4.0 dalam lingkup teknik kimia industri. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Hidup (K3LH) dan budaya kerja industri Pada akhir fase E, peserta didik mampu menerapkan K3LH dan budaya kerja industri, antara lain: praktik-praktik kerja yang aman, bahaya-bahaya di tempat kerja, prosedur-prosedur dalam keadaan darurat, dan penerapan budaya kerja industri (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin), termasuk K3LH pada pengendalian pencemaran air, pengendalian pencemaran udara, pengelolaan limbah B3 dan non B3 dengan menggunakan material safety data sheet (MSDS) atau panduan lain yang sesuai serta etika kerja. Dasar kimia Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami kimia organik dasar dan kimia anorganik dasar (larutan standar, reaksi kimia, stoikiometri, laju reaksi, kesetimbangan kimia, sifat koligatif larutan, redoks, dan elektrokimia). Dasar mikrobiologi Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami pengenalan mikrobiologi, pengenalan media mikrobiologi, pembuatan media mikrobiologi, teknik sterilisasi, teknik isolasi dan inokulasi, dan perhitungan jumlah bakteri/kapang. Teknik dasar pekerjaan laboratorium Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami penggunaan peralatan dasar laboratorium dan analisis dasar laboratorium. 77 2.10. A. CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR TEKNIK TEKSTIL Rasional Dasar-dasar Teknik Tekstil adalah mata pelajaran yang berisi kompetensi-kompetensi yang mendasari penguasaan keahlian Teknik Tekstil, yaitu bidang ilmu yang mempelajari proses pengolahan bahan baku menjadi produk dalam bentuk serat tekstil, benang, kain mentah atau kain yang disempurnakan. Mata pelajaran Dasar-dasar Teknik Tekstil menjadi landasan untuk mendalami keahlian Teknik Tekstil pada konsentrasi yang relevan. Fungsi mata pelajaran Dasar-dasar Teknik Tekstil untuk menumbuh kembangkan kebanggaan pada peserta didik dalam bekerja pada bidang industri tekstil sebagai generasi muda pelaku industri tekstil serta memberikan wawasan wirausaha pada bidang tekstil setelah belajar pada program keahlian Teknik Tekstil. Pada kelas X peserta didik akan mempelajari pengetahuan proses produksi dan jenis-jenis mesin produksi yang ada di industri tekstil, sehingga diharapkan peserta didik dapat memahami dan memiliki gambaran proses bekerja pada industri tekstil yang selalu menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Lingkungan Kerja, Prinsip Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin (prinsip 5R) dan Budaya Kerja sebagai kompetensi penunjang. Pada tahap selanjutnya kelas XI dan XII akan lebih diperdalam keilmuan Teknik Tekstil pada konsentrasi pembuatan serat, pembuatan benang, pembuatan kain, penyempurnaan tekstil, dan konsentrasi relevan lainnya. Peserta didik lulusan SMK Teknik Tekstil tahap awal akan menjadi operator, teknisi atau analis bahan tekstil di bidang proses pembuatan serat, proses pembuatan benang, proses pembuatan kain dan proses penyempurnaan tekstil. Proses pembelajaran Dasar-dasar Teknik Tekstil berpusat kepada peserta didik (student centered learning) dengan prinsip pembelajaran berbasis penyelidikan (inquiry based learning), pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), pembelajaran berbasis projek (project based learning), pembelajaran berbasis penemuan (discovery learning), pembelajaran berbasis produk (product based learning) atau pembelajaran berbasis industri (teaching factory) sesuai dengan karakteristik materi yang akan diberikan. 78 Mata pelajaran Dasar-dasar Teknik Tekstil berkontribusi agar peserta didik menguasai keahlian pada bidang Teknik Tekstil dengan memegang teguh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia terhadap manusia dan alam, bernalar kritis, mandiri, kreatif, komunikatif dan adaptif terhadap lingkungan seiring dengan perkembangan teknologi tekstil yang pesat. B. Tujuan Mata Pelajaran Dasar-dasar Teknik Tekstil bertujuan membekali peserta didik dengan dasar-dasar pengetahuan, keterampilan, dan sikap (hard skills dan soft skills) meliputi: 1. memahami proses bisnis bidang teknik tekstil secara menyeluruh pada berbagai industri tekstil mulai dari serat tekstil, pembuatan benang dan kain; 2. memahami perkembangan teknologi tekstil dan dunia kerja serta isu-isu global terkait dengan teknologi tekstil; 3. memahami profesi dan kewirausahaan (job-profile dan technopreneurship) serta peluang kerja di bidang teknologi tekstil; 4. memahami proses produksi dan teknologi yang diaplikasikan dalam industri tekstil; 5. menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan Hidup (K3LH), dan budaya kerja industri di lingkungan kerjanya; 6. memahami pengertian, klasifikasi, jenis-jenis dan karakteristik serat tekstil; 7. memahami pengertian, klasifikasi, jenis-jenis dan karakteristik benang; dan 8. memahami pengertian, klasifikasi, jenis-jenis dan karakteristik kain; C. Karakteristik Pada hakikatnya mata pelajaran Dasar-dasar Teknik Tekstil fokus pada kompetensi bersifat dasar yang harus dimiliki oleh tenaga teknisi dan jabatan lain sesuai dengan perkembangan dunia kerja. Selain itu peserta didik diberikan pemahaman tentang proses bisnis, perkembangan penerapan teknologi dan isu-isu global, entrepreneur profile, job profile, peluang usaha dan pekerjaan/profesi. 79 Mata Pelajaran Dasar-dasar Teknik Tekstil terdiri atas elemen berikut ini. Elemen Proses bisnis bidang industri tekstil secara menyeluruh Deskripsi Meliputi proses bisnis bidang industri tekstil secara menyeluruh mulai dari pembuatan serat, pembuatan benang, pembuatan kain dan penyempurnaan tekstil. Meliputi perkembangan teknologi tekstil Perkembangan teknologi dan dunia kerja serta isu-isu global terkait tekstil dan dunia kerja serta isu-isu global terkait dengan teknologi tekstil, antara lain dengan teknologi tekstil komputerisasi mesin tekstil dan rekayasa tekstil. Profesi dan kewirausahaan Meliputi profesi dan kewirausahaan (job(job-profile dan profile dan technopreneurship) serta peluang kerja di bidang industri tekstil. technopreneurship) serta peluang kerja di bidang teknologi tekstil Pengenalan Teknologi Tekstil Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan Hidup (K3LH) dan budaya kerja industri Identifikasi Serat Tekstil Identifikasi Benang Identifikasi Kain D. Meliputi pengenalan proses produksi dan teknologi yang diaplikasikan dalam industri tekstil, meliputi proses pembuatan serat, proses pembuatan benang, proses pembuatan kain dan proses penyempurnaan tekstil. Meliputi penerapan K3LH dan budaya kerja industri, antara lain: praktik-praktik kerja yang aman, bahaya-bahaya di tempat kerja, prosedur-prosedur dalam keadaan darurat, dan penerapan budaya kerja 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin), serta etika kerja. Meliputi persiapan proses identifikasi serat, identifikasi serat berdasarkan bentuk fisiknya, identifikasi jenis serat dengan uji bakar dan identifikasi jenis serat dengan uji pelarutan. Meliputi persiapan proses identifikasi benang, identifikasi benang berdasarkan bentuk fisiknya, pengujian nomor benang dan pengujian antihan (twist) benang. Meliputi memahami desain struktur kain berdasarkan desain anyaman dasar pada kain, tetal lusi dan pakan, penomoran benang dan berat kain per meter persegi kain. Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E (kelas X SMK) peserta didik akan mendapatkan gambaran mengenai program keahlian yang dipilihnya sehingga mampu menumbuhkan passion dan vision untuk merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar. Selain itu pada akhir fase E pada aspek hard skills peserta didik mampu memahami elemen-elemen 80 kompetensi pada mata pelajaran Dasar-dasar Teknik Tekstil: Elemen Proses bisnis bidang industri tekstil secara menyeluruh Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami proses bisnis bidang industri tekstil secara menyeluruh mulai dari proses pembuatan serat, proses pembuatan benang, proses pembuatan kain dan proses penyempurnaan tekstil. Perkembangan teknologi tekstil dan dunia kerja serta isu-isu global terkait dengan teknologi tekstil Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami perkembangan teknologi tekstil dan dunia kerja serta isu-isu global terkait dengan teknologi tekstil, antara lain komputerisasi mesin tekstil dan rekayasa material atau proses tekstil. Profesi dan kewirausahaan (job-profile dan technopreneurship) serta peluang kerja di bidang teknologi tekstil Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami profesi dan kewirausahaan (jobprofile dan technopreneurship) serta peluang kerja di bidang teknologi tekstil, untuk membangun vision dan passion dengan melaksanakan pembelajaran berbasis proyek nyata sebagai simulasi proyek kewirausahaan. Pada akhir fase E, peserta didik mampu mengenali proses produksi dan teknologi yang diaplikasikan dalam industri tekstil, meliputi proses pembuatan serat, proses pembuatan benang, proses pembuatan kain dan proses penyempurnaan tekstil. Pengenalan Teknologi Tekstil Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan Hidup (K3LH) dan budaya kerja industri Identifikasi Serat Tekstil Identifikasi Benang Identifikasi Kain Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami penerapan K3LH dan budaya kerja industri, antara lain: praktik-praktik kerja yang aman, bahaya-bahaya di tempat kerja, prosedur-prosedur dalam keadaan darurat, dan penerapan budaya kerja industri (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin), serta etika kerja. Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami persiapan proses identifikasi serat, identifikasi serat berdasarkan bentuk fisiknya, identifikasi jenis serat dengan uji bakar dan identifikasi jenis serat dengan uji pelarutan. Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami persiapan proses identifikasi benang, identifikasi benang berdasarkan bentuk fisiknya, pengujian nomor benang dan pengujian antihan (twist) benang. Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami desain anyaman dasar pada kain, tetal lusi dan pakan, penomoran benang dan berat kain per meter persegi kain. 81 3.1. CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR TEKNIK KETENAGALISTRIKAN A. Rasional Dasar-Dasar Teknik Ketenagalistrikan adalah mata pelajaran yang berisi kompetensi-kompetensi yang mendasari penguasaan konsep dasar ketenagalistrikan dan keterampilan praktik dasar. Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Ketenagalistrikan berfungsi untuk memberikan bekal pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang akan mendasari penguasaan pengetahuan dan keterampilan pada mata pelajaran kejuruan lanjutan, antara lain Pembangkit Tenaga Listrik, Transmisi Tenaga Listrik, Distribusi Tenaga Listrik, dan Instalasi Pemanfaatan Tenaga Listrik di industri. Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Ketenagalistrikan merupakan pondasi bagi peserta didik dalam memahami tugas-tugas menjadi pekerja pada bidang ketenagalistrikan, setelah belajar pada pada program keahlian Teknik Ketenagalistrikan. Selain itu sebagai landasan pengetahuan dan keterampilan dalam mempelajari materi pelajaran pada pembelajaran kelas XI dan XII, antara lain meliputi wawasan bidang ketenagalistrikan, prinsip-prinsip keselamatan, kesehatan kerja, dan lingkungan hidup, alat tangan dan alat kerja kelistrikan, alat ukur dan alat uji kelistrikan, perangkat lunak gambar teknik listrik. Pembelajaran dapat dilakukan menggunakan berbagai pendekatan, strategi, metode serta model yang sesuai dengan karakteristik kompetensi yang harus dipelajari, sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik memberikan ruang yang kemandirian sesuai untuk cukup dengan berpartisipasi bagi bakat, aktif, prakarsa, minat, serta kreativitas, renjana, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Model-model pembelajaran yang dapat digunakan antara lain project-based learning, teaching factory, discovery learning, problem-based learning, inquiry learning, atau model lainnya serta metode yang relevan. 82 Mata pelajaran Dasar–Dasar Teknik Ketenagalistrikan berkontribusi dalam membentuk peserta didik memiliki keahlian pada bidang tenik ketenagalistrikan, mengembangkan kapasitas peserta didik dalam bernalar kritis, mandiri, kreatif dan adaptif. Melalui pembelajaran Dasar-Dasar Teknik Ketenagalistrikan peserta didik akan mampu membangun dirinya memiliki kepribadian yang berkebinekaan global, mandiri, berpikir kritis, dan bertanggung jawab serta peduli lingkungan. B. Tujuan Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Ketenagalistrikan bertujuan membekali peserta didik dengan sikap, pengetahuan, dan keterampilan (soft skills dan hard skills): 1. memahami proses bisnis secara menyeluruh bidang industri ketenagalistrikan; 2. memahami perkembangan teknologi yang digunakan dan isu-isu global di bidang industri ketenagalistrikan; 3. memahami profesi dan kewirausahaan (job-profile dan technopreneur) serta peluang usaha di bidang ketenagalistrikan; 4. memahami kegiatan praktik yang terkait dengan seluruh proses kerja dan teknologi yang diaplikasikan dalam bidang ketenagalistrikan; 5. memahami penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, serta Lingkungan Hidup (K3LH) di lingkungan kerjanya; 6. memahami teori dasar listrik dan jenis-jenis bahan yang digunakan dalam ketenagalistrikan; 7. menggunakan peralatan tangan dan alat kerja listrik; 8. melakukan pengukuran dan pengujian dengan menggunakan alat yang sesuai; dan 9. memahami penggunaan software gambar teknik listrik. C. Karakteristik Pada hakikatnya mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Ketenagalistrikan berfokus pada kompetensi bersifat dasar yang harus dimiliki oleh operator listrik, teknisi listrik, konsultan kelistrikan, petugas pemasangan dan pemeliharaan kabel serta jabatan lain sesuai dengan perkembangan dunia kerja. 83 Selain itu peserta didik diberikan pemahaman tentang proses bisnis, perkembangan penerapan teknologi dan isu-isu global, profileentrepreneur, job-profile, peluang usaha dan pekerjaan/profesi. Mata pelajaran Dasar-Dasar Ketenagalistrikan terdiri atas elemenelemen berikut ini. Elemen Proses bisnis menyeluruh di bidang industri ketenagalistrikan Deskripsi Meliputi proses bisnis pada bidang teknik ketenagalistrikan, meliputi perencanaan instalasi, pembuatan panel, pemeliharaan dan perbaikan mesin yang menggunakan arus listrik, termasuk perawatan peralatan ketenagalistrikan, dan pengelolaan sumber daya manusia dengan memperhatikan potensi dan kearifan lokal. Perkembangan teknologi dan isu-isu global terkait industri ketenagalistrikan Meliputi perkembangan industri ketenagalistrikan yang mengalami transformasi menuju Electricity 4.0, digitalisasi, Internet of Things, dan peralatan-peralatan cerdas seperti smart meter, smart sensor, smart appliances and devices, SCADA dan HMI. Profesi dan kewirausahaan (jobprofile dan technopreneurship) serta peluang usaha di bidang ketenagalistrikan Meliputi profesi dan kewirausahaan (jobprofile dan technopreneurship), serta peluang usaha di bidang ketenagalistrikan. Teknik dasar proses kerja dan teknologi pada bidang ketenagalistrikan Meliputi praktik dasar yang terkait dengan seluruh proses kerja dan teknologi yang diaplikasikan dalam bidang ketenagalistrikan, antara lain instalasi listrik, teknik pengukuran, dan pemeliharaan komponen ketenagalistrikan. Teknik dasar proses kerja dan teknologi pada bidang ketenagalistrikan Meliputi praktik dasar yang terkait dengan seluruh proses kerja dan teknologi yang diaplikasikan dalam bidang ketenagalistrikan, antara lain instalasi listrik, teknik pengukuran, dan pemeliharaan komponen ketenagalistrikan. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Hidup (K3LH) dan budaya kerja industri Meliputi penerapan K3LH dan budaya kerja industri, antara lain: praktik-praktik kerja yang aman, bahaya-bahaya di tempat kerja, prosedur-prosedur dalam keadaan darurat, dan penerapan budaya kerja industri seperti 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin) dan etika kerja. 84 D. Elemen Teori dasar listrik dan bahan yang digunakan dalam ketenagalistrikan Deskripsi Meliputi tegangan, arus, tahanan, kapasitansi dan rangkaian dasar kelistrikan, serta jenis-jenis bahan yang digunakan dalam ketenagalistrikan. Alat tangan dan alat kerja kelistrikan Meliputi penggunaan alat tangan dan alat kerja kelistrikan, serta pekerjaan dasar penyambungan kabel dan pemasangan konektor. Alat ukur dan alat uji kelistrikan Meliputi penggunaan alat ukur dan alat uji kelistrikan, yang menyangkut konsep dasar kelistrikan, sistem tenaga listrik, dasar elektronika, serta teknik digital. Perangkat lunak gambar teknik listrik Meliputi perencanaan, pembuatan, dan penginterpretasian gambar kerja dalam pelaksanaan pekerjaan ketenagalistrikan. Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E (kelas X SMK/MAK) peserta didik akan mendapatkan gambaran menyeluruh mengenai program keahlian Teknik Ketenagalistrikan, dalam rangka menumbuhkan renjana (passion), visi (vision), imajinasi, dan kreativitas untuk merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar. Capaian Pembelajaran pada elemen-elemen mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Ketenagalistrikan dapat diuraikan sebagai berikut. Elemen Proses bisnis menyeluruh di bidang industri ketenagalistrikan Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami proses bisnis pada bidang teknik ketenagalistrikan, meliputi perencanaan instalasi, pembuatan panel, pemeliharaan dan perbaikan mesin yang menggunakan arus listrik, termasuk perawatan peralatan ketenagalistrikan, dan pengelolaan sumber daya manusia dengan memperhatikan potensi dan kearifan lokal. Perkembangan teknologi dan isu-isu global terkait industri ketenagalistrikan Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami perkembangan industri ketenagalistrikan yang mengalami transformasi menuju Electricity 4.0, digitalisasi, Internet of Things, dan peralatan-peralatan cerdas seperti smart meter, smart sensor, smart appliances and devices, SCADA dan HMI. Profesi dan kewirausahaan (job-profile dan technopreneurship) serta Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami profesi dan kewirausahaan (job-profile dan technopreneurship), serta 85 Elemen peluang usaha di bidang ketenagalistrikan Capaian Pembelajaran peluang usaha di bidang ketenagalistrikan, untuk membangun vision dan passion, dengan melaksanakan pembelajaran berbasis proyek nyata sebagai simulasi proyek kewirausahaan. Teknik dasar proses kerja dan teknologi pada bidang ketenagalistrikan Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami praktik dasar yang terkait dengan seluruh proses kerja dan teknologi yang diaplikasikan dalam bidang ketenagalistrikan, antara lain instalasi listrik, teknik pengukuran, dan pemeliharaan komponen ketenagalistrikan. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Hidup (K3LH) dan budaya kerja industri Pada akhir fase E, peserta didik mampu menerapkan K3LH dan budaya kerja industri, antara lain: praktik-praktik kerja yang aman, bahaya-bahaya di tempat kerja, prosedur-prosedur dalam keadaan darurat, dan penerapan budaya kerja industri (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin). Teori dasar listrik dan bahan yang digunakan dalam ketenagalistrikan Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami tegangan, arus, tahanan, kapasitansi dan rangkaian dasar kelistrikan, serta jenis-jenis bahan yang digunakan dalam ketenagalistrikan. Alat tangan dan alat kerja kelistrikan Pada akhir fase E, peserta didik mampu menggunakan alat tangan dan alat kerja kelistrikan, serta melakukan pekerjaan dasar penyambungan kabel dan pemasangan konektor. Alat ukur dan alat uji kelistrikan Pada akhir fase E, peserta didik mampu menggunakan alat ukur dan alat uji kelistrikan, yang menyangkut konsep dasar kelistrikan, sistem tenaga listrik, dasar elektronika, serta teknik digital. Perangkat lunak gambar teknik listrik Pada akhir fase E, peserta didik mampu merencanakan, membuat, dan menginterpretasikan gambar kerja dalam pelaksanaan pekerjaan ketenagalistrikan. 86 3.2. CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR TEKNIK ENERGI TERBARUKAN A. Rasional Dasar-dasar Teknik Energi Terbarukan adalah mata pelajaran yang berisi kompetensi-kompetensi yang mendasari penguasaan program keahlian Teknik Energi Terbarukan. Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Energi Terbarukan berfungsi untuk memberikan bekal kemampuan dasar dalam program keahlian Teknik Energi Terbarukan. Muatan kompetensinya meliputi teknik energi hidro dan angin, teknik energi surya, bahan bakar nabati, serta pembangkit energi biomassa. Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Energi Terbarukan merupakan pondasi bagi peserta didik dalam memahami tugas-tugas menjadi pekerja pada bidang energi terbarukan. Selain itu mata pelajaran ini berfungsi sebagai landasan pengetahuan dan keterampilan dalam mempelajari materi pelajaran kelas XI dan XII, antara lain meliputi wawasan pada bidang energi terbarukan, prinsip-prinsip K3LH (Kesehatan dan Keselamatan Kerja serta Lingkungan Hidup), sketsa membaca dan gambar teknik, konsep dasar dan perhitungan konversi energi hidro, radiasi matahari, energi angin, dan energi biomassa, alat ukur dan alat uji. Pembelajaran dapat dilakukan menggunakan berbagai pendekatan, strategi, metode serta model yang sesuai dengan karakteristik kompetensi yang harus dipelajari, sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik memberikan ruang yang kemandirian sesuai untuk cukup dengan berpartisipasi bagi bakat, aktif, prakarsa, minat, serta kreativitas, renjana, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Model-model pembelajaran yang dapat digunakan antara lain project-based learning, teaching factory, discovery learning, problem-based learning, inquiry learning, atau model lainnya serta metode yang relevan. Mata pelajaran Dasar–Dasar Teknik Energi Terbarukan berkontribusi dalam membentuk peserta didik memiliki keahlian pada bidang 87 teknik energi terbarukan, mengembangkan kapasitas peserta didik dalam bernalar kritis, mandiri, kreatif, adaptif, dan komunikatif. Selain itu juga dapat membantu peserta didik menjadi insan yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, bernalar kritis, mandiri, kreatif, komunikatif dan adaptif terhadap lingkungan. B. Tujuan Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Energi Terbarukan bertujuan membekali peserta didik dengan pengetahuan dan keterampilan dasar yang terkait energi terbarukan untuk menumbuhkembangkan minat peserta didik terhadap kompetensi keahliannya dengan dasardasar pengetahuan, keterampilan, dan sikap (hard skills dan soft skills) meliputi: 1. memahami proses bisnis bidang teknik energi terbarukan; 2. memahami proses bisnis di bidang teknik energi terbarukan; 3. memahami perkembangan teknologi dan isu-isu global terkait industri pada bidang energi terbarukan; 4. memahami profesi dan kewirausahaan (job-profile dan technopreneurship) serta peluang usaha di dunia kerja industri energi terbarukan; 5. memahami pekerjaan dasar pada energi terbarukan; 6. menerapkan K3LH (Kesehatan dan Keselamatan Kerja serta Lingkungan Hidup) di tempat kerja; 7. menggambar komponen alat lingkup energi terbarukan; 8. memahami konsep dasar dan perhitungan konversi energi hidro, radiasi matahari, energi angin, dan energi biomassa; dan 9. memahami alat ukur dan alat uji untuk listrik dan elektronika. C. Karakteristik Pada hakikatnya mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Ketenagalistrikan berfokus pada kompetensi bersifat dasar yang harus dimiliki oleh operator mesin energi terbarukan, teknisi mesin energi terbarukan, konsultan energi terbarukan, dan jabatan lain sesuai dengan perkembangan dunia kerja. 88 Selain itu peserta didik diberikan pemahaman tentang proses bisnis, perkembangan penerapan teknologi dan isu-isu global, profileentrepreneur, job-profile, peluang usaha dan pekerjaan/profesi. Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Energi Terbarukan terdiri atas elemen-elemen berikut ini. Elemen Deskripsi Proses bisnis di bidang teknik energi terbarukan Meliputi proses bisnis di dunia energi terbarukan mulai dari proses perencanaan instalasi, pembuatan panel dan pemeliharaan serta perbaikan alat energi terbarukan seperti energi surya, hidro dan angin serta energi biomassa. Perkembangan teknologi dan isu-isu global terkait industri energi terbarukan Meliputi perkembangan teknologi Energi Baru Terbarukan (EBT) di Indonesia yang dengan potensi cukup besar yakni mencapai 417,80 GW dengan pemanfaatannya baru mencapai 2,50 persen atau 10,40 GW. Profesi dan kewirausahaan (job-profile dan technopreneurship) serta peluang usaha di bidang energi terbarukan Meliputi jenis profesi dan kewirausahaan, (job-profile dan technopreneurship), serta peluang pasar dan usaha di bidang energi terbarukan. Teknik dasar teknik energi terbarukan Meliputi praktik dasar yang terkait dengan seluruh proses produksi dan teknologi yang diaplikasikan dalam energi terbarukan, termasuk pengenalan teknologi yang diaplikasikan dalam pembangkit listrik tenaga air, tenaga bayu, tenaga surya, biomassa. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Hidup (K3LH) dan budaya kerja industri Meliputi penerapan K3LH dan budaya kerja industri, antara lain: praktikpraktik kerja yang aman, bahaya-bahaya di tempat kerja, prosedur-prosedur dalam keadaan darurat, dan penerapan budaya kerja industri seperti 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin) dan etika kerja. Gambar teknik Meliputi menggambar teknik dasar, termasuk pengenalan macam-macam peralatan gambar, standarisasi dalam pembuatan gambar, serta praktik menggambar dan membaca gambar teknik menurut proyeksinya. Konsep dasar dan perhitungan konversi energi hidro, energi surya, energi angin, dan energi biomassa Meliputi sumber-sumber energi terbarukan dan perhitungan dasar konversi energi air, energi surya, energi angin dan energi biomassa. Alat ukur dan alat uji Meliputi pengenalan alat ukur dan alat uji, fungsi alat ukur dan alat uji sesuai dengan jenisnya, penggunaan alat ukur dan alat uji. 89 D. Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E (kelas X SMK/MAK) peserta didik akan mendapatkan gambaran menyeluruh mengenai program keahlian Teknik Energi Terbarukan, dalam rangka menumbuhkan renjana (passion), visi (vision), imajinasi, dan kreativitas untuk merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar. Capaian Pembelajaran pada elemen-elemen mata pelajaran Dasar-dasar Teknik Energi Terbarukan. Elemen Capaian Pembelajaran Proses bisnis di bidang teknik energi terbarukan Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami proses bisnis di dunia energi terbarukan mulai dari perencanaan instalasi, pembuatan panel dan pemeliharaan serta perbaikan alat energi terbarukan. Perkembangan teknologi dan isu-isu global terkait industri energi terbarukan Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami perkembangan teknologi Energi Baru Terbarukan (EBT) di Indonesia yang dengan potensi cukup besar yakni mencapai 417,80 GW dengan pemanfaatannya baru mencapai 2,50 persen atau 10,40 GW. Profesi dan kewirausahaan (jobprofile dan technopreneurship) serta peluang usaha di bidang energi terbarukan Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami jenis profesi dan kewirausahaan, (job-profile dan technopreneurship), serta peluang pasar dan usaha di bidang energi terbarukan, dengan melaksanakan pembelajaran berbasis proyek nyata sebagai simulasi proyek kewirausahaan. Teknik dasar teknik energi terbarukan Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami pekerjaan dasar pada energi terbarukan melalui pengenalan dan praktik dasar yang terkait dengan seluruh proses produksi dan teknologi yang diaplikasikan dalam energi terbarukan, termasuk pengenalan teknologi yang diaplikasikan dalam pembangkit listrik tenaga air, tenaga bayu, tenaga surya, biomassa. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Hidup (K3LH) dan budaya kerja industri Pada akhir fase E, peserta didik mampu menerapkan K3LH dan budaya kerja industri, antara lain: praktikpraktik kerja yang aman, bahayabahaya di tempat kerja, prosedurprosedur dalam keadaan darurat, dan 90 Elemen Capaian Pembelajaran penerapan budaya kerja industri (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin). Gambar teknik Pada akhir fase E, peserta didik mampu menggambar teknik dasar, termasuk pengenalan macam-macam peralatan gambar, standarisasi dalam pembuatan gambar, serta praktik menggambar dan membaca gambar teknik menurut proyeksinya. Konsep dasar dan perhitungan konversi energi hidro, energi surya, energi angin, dan energi biomassa Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami sumber-sumber energi terbarukan dan perhitungan dasar konversi energi air, energi surya, energi angin dan energi biomassa. Alat ukur dan alat uji Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami fungsi alat ukur dan alat uji sesuai dengan jenisnya, termasuk penggunaan alat ukur dan alat uji. 91 3.3. CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR TEKNIK GEOSPASIAL A. Rasional Dasar-Dasar Teknik Geospasial adalah mata pelajaran yang berisi kompetensi-kompetensi yang mendasari penguasaan keahlian aspek keruangan suatu objek atau kejadian yang mencakup lokasi, letak dan posisinya. Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Geospasial berfungsi untuk memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan sikap yang akan mendasari penguasaan pengetahuan dan keterampilan pada mata pelajaran kejuruan lanjutan. Mata pelajaran kejuruan lanjutan yang akan dipelajari pada kelas XI dan XII, meliputi: Kartografi, Survei Terestris, Survei Kadastral, Penginderaan Jauh, Sistem Informasi Geografis dan Hidrografi. Pemilihan materi mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Geospasial mengacu pada Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) meliputi semua materi dasar kejuruan yang berkaitan dengan sikap kerja, pengetahuan tentang keruangan dan penentuan posisi serta keterampilan penggunaan alat sederhana. Materi-materi tersebut adalah ruang lingkup geospasial, aturan dan kode etik surveyor dan pemahaman tentang industri-industri di bidang geospasial serta pengembangan minat dalam program keahlian Teknik Geospasial, prinsip-prinsip keselamatan kesehatan kerja dan lingkungan kerja, dasar gambar teknik, jenis dan fungsi alat pengukuran pada teknik geospasial, penerapan alat-alat sederhana dalam pengukuran geospasial dasar, dasar-dasar perhitungan geospasial. Pembelajaran dapat dilakukan menggunakan berbagai pendekatan, strategi, metode serta model yang sesuai dengan karakteristik kompetensi yang harus dipelajari, sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik memberikan ruang yang kemandirian sesuai untuk cukup dengan berpartisipasi bagi bakat, aktif, prakarsa, minat, serta kreativitas, renjana, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Model-model pembelajaran yang dapat digunakan antara lain project-based learning, teaching factory, discovery learning, problem-based learning, inquiry learning, atau model lainnya serta metode yang relevan. 92 Mata pelajaran ini berkontribusi dalam membentuk peserta didik memiliki keahlian pada bidang teknik geospasial, meningkatkan lebih lanjut kemampuan logika dan teknologi digital (computational thinking), yaitu suatu cara berpikir yang memungkinkan untuk menguraikan suatu masalah menjadi beberapa bagian yang lebih kecil dan sederhana, menemukan pola masalah, serta menyusun langkah-langkah solusi mengatasi masalah. Penguasaan kemampuan dasar-dasar teknik geospasial akan membiasakan peserta didik bernalar kritis dalam menghadapi permasalahan, bekerja mandiri, serta kreatif dalam menemukan solusi permasalahan kehidupan. B. Tujuan Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Geospasial bertujuan membekali peserta didik dengan dasar-dasar pengetahuan, keterampilan, dan sikap (hard skills dan soft skills) meliputi: 1. memahami proses bisnis di bidang teknik geospasial; 2. memahami perkembangan teknologi dan isu-isu global bidang teknik geospasial; 3. memahami profesi technopreneurship), dan serta kewirausahaan peluang usaha (job-profile di bidang dan teknik geospasial, termasuk kode etik surveyor; 4. memahami teknik dasar geospasial secara menyeluruh; 5. memahami jenis dan bagian-bagian peta; 6. menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan Hidup (K3LH); dan 7. menggambar teknik dasar untuk pekerjaan geospasial. C. Karakteristik Pada hakikatnya mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Geospasial berfokus pada kompetensi bersifat dasar yang harus dimiliki oleh teknisi pemetaan, operator penginderaan jauh, operator kartografi, surveyor dan jabatan lain sesuai dengan perkembangan dunia kerja. Selain itu peserta didik diberikan pemahaman tentang proses bisnis, perkembangan penerapan teknologi dan isu-isu global, profileentrepreneur, job-profile, peluang usaha dan pekerjaan/profesi. 93 Mata pelajaran Dasar-dasar Teknik Geospasial terdiri atas elemenelemen berikut ini. Elemen Deskripsi Proses bisnis di bidang teknik geospasial Meliputi proses bisnis bidang pekerjaan teknik geospasial secara menyeluruh meliputi setiap jenis pekerjaan dan karir di bidang teknik geospasial dalam sebuah makalah yang dilakukan secara berkelompok untuk dipresentasikan. Perkembangan teknologi dan isu-isu global bidang teknik geospasial Meliputi perkembangan teknologi dan peralatan yang digunakan pada bidang teknik geospasial dan isu-isu global terkait dengan pelestarian lingkungan. Profesi dan kewirausahaan (job profile dan technopreneurship), serta peluang usaha di bidang teknik geospasial Meliputi jenis-jenis profesi dan kewirausahaan (job profile dan technopreneurship), serta peluang usaha di bidang teknik geospasial termasuk kode etik surveyor. Teknik dasar geospasial secara menyeluruh Meliputi praktik dan konsep dasar penentuan posisi (x,y,z) yang terkait dengan seluruh proses kerja di bidang geospasial, antara lain fungsi dan tata cara perawatan semua jenis alat pengukuran baik terestris maupun berbagai aplikasi di bidang teknik geospasial yang digunakan untuk pengambilan, pengolahan, dan penyajian data serta digunakan juga untuk menentukan luas dan volume sebuah areal. Jenis dan bagian-bagian peta Meliputi pengenalan gambar peta yang dapat menunjukkan gambaran posisi suatu tempat dengan mempertimbangkan arah dan jarak sesuai dengan kondisi sebenarnya di lapangan. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Hidup (K3LH) dan budaya kerja industri Meliputi penerapan K3LH dan budaya kerja industri, antara lain: praktikpraktik kerja yang aman, bahayabahaya di tempat kerja, prosedurprosedur dalam keadaan darurat, dan penerapan budaya kerja industri seperti 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin) dan etika kerja. 94 Elemen Deskripsi Gambar teknik Meliputi teknik dan prinsip penggunaan alat gambar teknik yang terkait dengan gambar objek hasil pengamatan yang memiliki karakteristik geografis berdasarkan ketampakan di lapangan berupa gambar sketsa dan gambar yang menggunakan skala. D. Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E (kelas X SMK/MAK) peserta didik akan mendapatkan gambaran mengenai program keahlian yang dipilihnya sehingga mampu menumbuhkan renjana (passion), visi (vision) untuk merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar. Capaian Pembelajaran pada elemen-elemen mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Geospasial dapat diuraikan sebagai berikut. Elemen Capaian Pembelajaran Proses bisnis di bidang teknik geospasial Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami proses bisnis bidang pekerjaan teknik geospasial secara menyeluruh meliputi proses bisnis bidang pekerjaan teknik geospasial secara menyeluruh meliputi setiap jenis pekerjaan dan karir di bidang teknik geospasial dalam sebuah makalah yang dilakukan secara berkelompok untuk dipresentasikan. Perkembangan teknologi dan isu-isu global bidang teknik geospasial Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami perkembangan teknologi dan peralatan yang digunakan pada bidang teknik geospasial dan isu-isu global terkait dengan pelestarian lingkungan. Profesi dan kewirausahaan (job profile dan technopreneurship), serta peluang usaha di bidang teknik geospasial Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami jenis-jenis profesi dan kewirausahaan (job profile dan technopreneurship), serta peluang usaha di bidang teknik geospasial termasuk kode etik surveyor, untuk membangun vision dan passion, dengan melaksanakan pembelajaran berbasis proyek nyata sebagai simulasi proyek kewirausahaan. Teknik dasar geospasial secara menyeluruh Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami teknik geospasial dasar meliputi praktik dan konsep dasar penentuan posisi (x,y,z) yang terkait dengan seluruh proses kerja di bidang geospasial, antara lain fungsi dan tata 95 Elemen Capaian Pembelajaran cara perawatan semua jenis alat pengukuran baik terestris maupun berbagai aplikasi di bidang teknik geospasial yang digunakan untuk pengambilan, pengolahan dan penyajian data serta digunakan juga untuk menentukan luas dan volume sebuah areal. Jenis dan bagian-bagian peta Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami gambar peta yang dapat menunjukkan gambaran posisi suatu tempat dengan mempertimbangkan arah dan jarak sesuai dengan kondisi sebenarnya di lapangan. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Hidup (K3LH) dan budaya kerja industri Pada akhir fase E, peserta didik mampu menerapkan K3LH dan budaya kerja industri, antara lain: praktik-praktik kerja yang aman, bahaya-bahaya di tempat kerja, prosedur- prosedur dalam keadaan darurat, dan penerapan budaya kerja industri seperti 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin) dan etika kerja. Gambar teknik Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami teknik dan prinsip penggunaan alat gambar teknik yang terkait dengan gambar objek hasil pengamatan yang memiliki karakteristik geografis berdasarkan ketampakan di lapangan berupa gambar sketsa dan gambar yang menggunakan skala. 96 3.4. CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR TEKNIK GEOLOGI PERTAMBANGAN A. Rasional Dasar-Dasar Teknik Geologi Pertambangan adalah mata pelajaran kelas X jenjang SMK/MAK pada program keahlian Teknik Geologi Pertambangan yang berisi dasar-dasar kompetensi berupa aplikasi dari ilmu geologi yang berfungsi untuk mendukung operasi pada industri pertambangan. Dasar-Dasar Teknik Geologi Pertambangan merupakan mata pelajaran yang mempelajari dasar-dasar tentang bumi sebagai objek kajian dan ilmu pertambangan sebagai ilmu terapannya dalam memanfaatkan potensi-potensi geologi tersebut dengan mengutamakan aspek-aspek keselamatan kerja maupun lingkungan hidup serta ditunjang dengan gambar teknik. DasarDasar Teknik Geologi Pertambangan juga sebagai mata pelajaran fondasi dalam mempelajari kompetensi-kompetensi pada tingkat selanjutnya, serta membekali lulusan dengan kompetensi-kompetensi pada bidang geologi pertambangan antara lain pemboran, peledakan, pemetaan topografi dan pemetaan geologi. Dengan memahami Dasar-Dasar Teknik Geologi Pertambangan di kelas X, peserta didik akan lebih mudah memahami dan menguasai kompetensi-kompetensi yang lebih khusus di kelas XI dan XII, baik dari aspek geologi (eksplorasi) maupun pertambangan (eksploitasi). Dengan demikian peserta didik diarahkan untuk menemukan sendiri berbagai fakta baik di kelas maupun di lapangan, membuka wawasan, membangun konsep, dan menerima nilai-nilai baru secara mandiri serta mampu berkomunikasi dan bekerja sama dengan baik dalam suatu tim. Pembelajaran dapat dilakukan menggunakan berbagai pendekatan, strategi, metode serta model yang sesuai dengan karakteristik kompetensi yang harus dipelajari, sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik memberikan ruang yang kemandirian sesuai untuk cukup dengan berpartisipasi bagi bakat, aktif, prakarsa, minat, serta kreativitas, renjana, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Model-model 97 pembelajaran yang dapat digunakan antara lain project-based learning, teaching factory, discovery learning, problem-based learning, inquiry learning, atau model lainnya serta metode yang relevan. Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Geologi Pertambangan diharapkan mampu memberikan wawasan peserta didik tentang teknik geologi pertambangan, tetapi juga memiliki karakter kuat, berintegritas, tangguh, kreatif, bernalar kritis, mandiri, bergotong royong, dan adaptif. B. Tujuan Mata pelajaran Dasar-dasar Teknik Geologi Pertambangan bertujuan membekali peserta didik dengan dasar-dasar pengetahuan, keterampilan, dan sikap (hard skills dan soft skills) meliputi: 1. memahami tahapan kegiatan/aktivitas pertambangan secara menyeluruh; 2. memahami perkembangan teknologi pada industri pertambangan dan isu-isu global terkait dalam bidang geologi pertambangan; 3. memahami profesi technopreneurship), dan serta kewirausahaan peluang usaha (job-profile di bidang dan geologi pertambangan; 4. menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Hidup (K3LH) dan budaya kerja industri (5R); 5. memahami standarisasi dalam pembuatan dan membaca gambar menurut proyeksinya; 6. memahami dasar-dasar geologi, pengertian dan ruang lingkup ilmu geologi; dan 7. memahami teknik dasar penambangan sesuai dengan prosedur Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Hidup (K3LH). C. Karakteristik Pada hakikatnya mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Geologi Pertambangan berfokus pada kompetensi bersifat dasar yang harus dimiliki oleh teknis pertambangan, teknisi material dan jabatan lain sesuai dengan perkembangan dunia kerja. 98 Selain itu peserta didik diberikan pemahaman tentang proses bisnis, perkembangan penerapan teknologi dan isu-isu global, profileentrepreneur, job-profile, peluang usaha dan pekerjaan/profesi. Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Geologi Pertambangan terdiri atas elemen-elemen berikut ini. Elemen Deskripsi Proses bisnis pertambangan secara menyeluruh Meliputi proses bisnis aktivitas pertambangan, antara lain: tahap prospeksi, tahap eksplorasi, tahap perencanaan tambang, tahap konstruksi, tahap penambangan (eksploitasi), serta tahap reklamasi dan pascatambang. Perkembangan teknologi pada industri pertambangan dan isu-isu global terkait dalam bidang geologi pertambangan Meliputi perkembangan teknologi di bidang teknik geologi pertambangan, mulai dari teknologi konvensional sampai teknologi modern, revolusi industri 4.0, penerapan teknik digitalisasi industri pertambangan, isuisu globalisasi di bidang pertambangan, perubahan iklim, aspek-aspek ketenagakerjaan, sampai dengan umur tambang (life of mine). Profesi dan kewirausahaan (job-profile dan technopreneurship) dan peluang usaha di bidang geologi pertambangan Meliputi profesi dan kewirausahaan (job-profile dan technopreneurship), serta peluang usaha di bidang geologi pertambangan. Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan Hidup (K3LH) dan budaya kerja industri Meliputi penerapan K3LH dan budaya kerja industri, antara lain: praktik-praktik kerja yang aman, bahaya-bahaya di tempat kerja, prosedur-prosedur dalam keadaan darurat, dan penerapan budaya kerja industri seperti 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin) dan etika kerja. Gambar teknik Meliputi menggambar teknik dasar komponen mesin, termasuk pengenalan macam-macam peralatan gambar, standarisasi dalam pembuatan gambar, serta praktik menggambar dan membaca gambar teknik menurut proyeksinya. Dasar-dasar geologi, pengertian dan ruang lingkup ilmu geologi Meliputi pengertian dan ruang lingkup geologi, bagian-bagian bumi, teori pembentukan batuan, jenis-jenis batuan, bentukan gaya geologi dan bentang alam hasil gaya geologi dan peralatan geologi lapangan. Teknik dasar penambangan Meliputi praktik dasar teknik penambangan, penggunaan alat-alat pemboran dan pengetahuan dasar teknik peledakan dalam proses pemberaian batuan pada aktivitas penambangan (eksploitasi). 99 D. Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E (kelas X SMK/MAK) peserta didik akan mendapatkan gambaran yang tepat mengenai program keahlian yang dipilihnya melalui Kewirausahaan penguatan serta Wawasan penguasaan Dunia elemen-elemen Kerja dan pembelajaran lainnya, sehingga dapat menumbuhkan renjana (passion) dan visi (vision) yang dapat memotivasi dalam merencanakan serta melaksanakan aktivitas belajar pada fase ini maupun fase berikutnya. Capaian Pembelajaran pada elemen-elemen mata pelajaran DasarDasar Teknik Geologi Pertambangan dapat diuraikan sebagai berikut. Elemen Capaian Pembelajaran Proses bisnis pertambangan secara menyeluruh Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami proses bisnis aktivitas pertambangan, antara lain: tahap prospeksi, tahap eksplorasi, tahap perencanaan tambang, tahap konstruksi, tahap penambangan (eksploitasi), serta tahap reklamasi dan pascatambang. Perkembangan teknologi pada industri pertambangan dan isuisu global terkait dalam bidang geologi pertambangan Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami perkembangan teknologi di bidang teknik geologi pertambangan, mulai dari teknologi konvensional sampai teknologi modern, revolusi industri 4.0, penerapan teknik digitalisasi industri pertambangan, isu-isu globalisasi di bidang pertambangan, perubahan iklim, aspek-aspek ketenagakerjaan, sampai dengan umur tambang (life of mine). Profesi dan kewirausahaan (jobprofile dan technopreneur) dan peluang usaha di bidang geologi pertambangan Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami profesi dan kewirausahaan (job-profile dan technopreneur), serta peluang usaha di bidang geologi pertambangan, untuk membangun vision dan passion, dengan melaksanakan pembelajaran berbasis proyek nyata sebagai simulasi proyek kewirausahaan. Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan Hidup (K3LH) dan budaya kerja industri Pada akhir fase E, peserta didik mampu menerapkan K3LH dan budaya kerja industri, antara lain: praktik-praktik kerja yang aman, bahaya-bahaya di tempat kerja, prosedur-prosedur dalam keadaan darurat, dan penerapan budaya kerja industri (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin). Gambar teknik Pada akhir fase E, peserta didik mampu menggambar teknik dasar lingkup geologi pertambangan, termasuk pengenalan macam-macam peralatan gambar, standarisasi dalam pembuatan gambar, serta praktik menggambar dan membaca gambar teknik menurut proyeksinya. 100 Elemen Capaian Pembelajaran Dasar-dasar geologi, pengertian dan ruang lingkup ilmu geologi Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami pengertian dan ruang lingkup geologi, bagian-bagian bumi, teori pembentukan batuan, jenis-jenis batuan, bentukan gaya geologi dan bentang alam hasil gaya geologi dan peralatan geologi lapangan. Teknik dasar penambangan Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami teknik dasar penambangan, melalui pengenalan dan praktik dasar penggunaan alat-alat pemboran dan pengetahuan dasar teknik peledakan dalam proses pemberaian batuan pada aktivitas penambangan (eksploitasi). 101 3.5. CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR TEKNIK PERMINYAKAN A. Rasional Dasar-Dasar Teknik Perminyakan adalah mata pelajaran yang berisi materi yang mendasari penguasaan keahlian teknik perminyakan yang diperlukan dalam pengelolaan perminyakan secara kompeten. Pengelolaan sumber daya alam khususnya minyak dan gas bumi memerlukan sumber daya manusia yang kompeten. Sumber daya manusia yang kompeten tersebut harus dipersiapkan dan dirancang secara sistematis melalui pendidikan dan latihan yang komprehensif, sehingga diperoleh sumber daya manusia yang kreatif, mandiri, dan mampu bekerja sama dalam team yang solid dan bertanggung jawab. Industri perminyakan merupakan industri yang padat modal, padat teknologi dan beresiko tinggi sehingga membutuhkan para pekerja yang berkompeten di bidang tersebut serta sangat memperhatikan penerapan prosedur Kesehatan dan Keselamatan kerja (K3) untuk menghasilkan produk berupa minyak dan gas bumi yang dijadikan sebagai sumber energi utama dan juga produk-produk sekunder minyak bumi seperti bahan-bahan petrokimia, peralatan kantor dan perabot rumah tangga, karet sintetis dan lain sebagainya. Para pekerja di industri perminyakan harus mempunyai pengetahuan yang baik tentang perminyakan dan K3. Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Perminyakan diharapkan dapat menumbuhkan motivasi yang kuat terhadap peserta didik untuk mengembangkan minatnya dan mengenal lingkungan kerja di bidang perminyakan. Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk saat ini merupakan salah satu sumber energi utama yang pemakaiannya masih sangat dibutuhkan, akan tetapi minyak dan gas bumi merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui dan keberadaannya kian sulit dijangkau sehingga memerlukan teknologi yang lebih maju, untuk itu tantangan di masa depan pada industri ini adalah mengembangkan energi yang lebih bersih yaitu dengan mengembangkan produksi gas. Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Perminyakan berfungsi untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dari eksplorasi migas, pemboran migas dan produksi migas sampai petrokimia. 102 dengan pengolahan migas dan Pembelajaran dapat dilakukan menggunakan berbagai pendekatan, strategi, metode serta model yang sesuai dengan karakteristik kompetensi yang harus dipelajari, sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik memberikan ruang yang kemandirian sesuai untuk cukup dengan berpartisipasi bagi bakat, aktif, prakarsa, minat, serta kreativitas, renjana, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Model-model pembelajaran yang dapat digunakan antara lain project-based learning, teaching factory, discovery learning, problem-based learning, inquiry learning, atau model lainnya serta metode yang relevan. Peserta didik diharapkan memahami hakikat kemajuan teknologi melalui mata pelajaran ini sehingga dapat menjadi warga negara Indonesia yang mandiri dalam berteknologi, kreatif, inovatif dan sekaligus menjadi warga dunia (global citizen) yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, bernalar kritis, mandiri, kreatif, bergotong royong dan peduli terhadap lingkungan. B. Tujuan Mata Pelajaran membekali Dasar–dasar peserta didik Teknik dengan Perminyakan dasar-dasar bertujuan pengetahuan, keterampilan, dan sikap (hard skills dan soft skills) meliputi: 1. memahami proses bisnis di bidang teknik perminyakan; 2. memahami perkembangan teknologi dan isu-isu global terkait industri perminyakan; 3. memahami profesi dan kewirausahaan (job-profile dan technopreneurship) serta peluang usaha di industri perminyakan; 4. memahami tahapan kegiatan eksplorasi minyak dan gas bumi; 5. menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan Hidup (K3LH) di lingkungan kerjanya; 6. memahami proses mobilisasi/demobilisasi, moving, rig-up/rigdown dan melakukan pasang dan cabut pipa pemboran; 7. memahami proses pembuatan sumur produksi dan proses separasi fluida reservoir; dan 103 8. melakukan pengukuran level dan perhitungan minyak dalam tangki timbun dari hasil olahan kilang. C. Karakteristik Pada hakikatnya mata pelajaran Dasar-dasar Teknik Perminyakan berfokus pada kompetensi bersifat dasar yang harus dimiliki oleh teknisi perminyakan, teknisi penyulingan minyak, dan jabatan lain sesuai dengan perkembangan dunia kerja. Selain itu peserta didik diberikan pemahaman tentang proses bisnis, perkembangan penerapan teknologi dan isu-isu global, profileentrepreneur, job-profile, peluang usaha dan pekerjaan/profesi. Mata pelajaran Dasar-dasar Teknik Perminyakan meliputi: Elemen Deskripsi Proses bisnis di bidang perminyakan Meliputi proses bisnis pada bidang teknik perminyakan meliputi kegiatan eksplorasi, pemboran, dan proses pengolahan minyak dan gas bumi. Perkembangan teknologi dan isu-isu global terkait industri perminyakan Meliputi perkembangan teknologi sektor industri minyak dan perkembangan proses produksi industri minyak dari teknologi konvensional sampai dengan teknologi modern, saat ini untuk menghasilkan Green Diesel dan Green Jet Fuel, program pembangunan unit hydrotreating untuk produksi Low Sulfur Diesel, serta program pengembangan kilang Refinery Development Master Plan (RDMP) dan Grass Root Refinery (GRR) yang telah mempertimbangan integrasi antara Refinery dan Petrochemical. Profesi dan kewirausahaan (jobprofile dan technopreneurship) serta peluang usaha di industri perminyakan Meliputi jenis-jenis profesi dan kewirausahaan (job-profile dan technopreneurship), serta peluang usaha di bidang industri perminyakan. Tahapan kegiatan eksplorasi minyak dan gas bumi Meliputi jenis-jenis eksplorasi dan tahapan pencarian sumber minyak dan gas bumi di darat maupun perairan. Keselamatan dan Kesehatan Meliputi penerapan K3LH dan budaya kerja Kerja Lingkungan Hidup (K3LH) industri, antara lain: praktik-praktik kerja yang aman, bahaya-bahaya di tempat kerja, dan budaya kerja industri prosedur-prosedur dalam keadaan darurat, dan penerapan budaya kerja industri (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin). 104 Elemen D. Deskripsi Proses mobilisasi/demobilisasi, moving, rig-up/rig-down dan melakukan pasang dan cabut pipa pemboran Meliputi proses dalam tahap pemboran meliputi mobilisasi/ demobilisasi, moving, rig- up/rig-down, merangkai peralatan putar dan peralatan penggerak, peralatan angkat, peralatan sirkulasi dan pencegah semburan liar. Proses pembuatan sumur produksi dan proses separasi fluida reservoir Meliputi metode, sistem penyelesaian sumur, proses, dan peralatan produksi serta proses separasi. Pengukuran level dan perhitungan minyak dalam tangki timbun dari hasil olahan kilang Meliputi jenis produk, cara pemasangan alat ukur, cara pengoperasian alat ukur, cara pengukuran tinggi cairan, cara penghitungan jumlah minyak dan penggunaan peralatan bantu lain. Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E (kelas X SMK/MAK), peserta didik akan mendapatkan gambaran mengenai program keahlian yang dipilihnya sehingga mampu menumbuhkan renjana (passion) dan visi (vision) untuk merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar. Selain itu pada akhir fase E pada aspek hard skills peserta didik mampu memahami elemen-elemen berikut ini. Elemen Proses bisnis di bidang perminyakan Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami proses bisnis pada bidang teknik perminyakan meliputi kegiatan eksplorasi, pemboran, dan proses pengolahan minyak dan gas bumi. Perkembangan teknologi dan isu-isu global terkait industri perminyakan Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami perkembangan teknologi sektor industri minyak dan perkembangan proses produksi industri minyak dari teknologi konvensional sampai dengan teknologi modern, saat ini untuk menghasilkan Green Diesel dan Green Jet Fuel, program pembangunan unit hydrotreating untuk produksi Low Sulfur Diesel, serta program pengembangan kilang (RDMP dan GRR) yang telah mempertimbangan integrasi antara Refinery dan Petrochemical. Profesi dan kewirausahaan (jobprofile dan technopreneurship) serta peluang usaha di industri perminyakan Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami jenis-jenis profesi dan kewirausahaan (job-profile dan technopreneurship), serta peluang usaha di bidang industri perminyakan, untuk membangun vision dan passion, dengan melaksanakan pembelajaran berbasis proyek 105 Elemen Capaian Pembelajaran nyata sebagai simulasi proyek kewirausahaan. Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami jenis-jenis eksplorasi dan tahapan pencarian sumber minyak dan gas bumi di darat maupun perairan melalui pengenalan dan praktik dasar terkait eksplorasi. Tahapan kegiatan eksplorasi minyak dan gas bumi Keselamatan dan Kesehatan Pada akhir fase E, peserta didik mampu Kerja Lingkungan Hidup (K3LH) menerapkan K3LH dan budaya kerja industri, antara lain: praktik-praktik kerja dan budaya kerja industri yang aman, bahaya-bahaya di tempat kerja, prosedur- prosedur dalam keadaan darurat, dan penerapan budaya kerja industri (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin). Proses mobilisasi/demobilisasi, moving, rig-up/rig-down dan melakukan pasang dan cabut pipa pemboran Proses pembuatan sumur produksi dan proses separasi fluida reservoir Pengukuran level dan perhitungan minyak dalam tangki timbun dari hasil olahan kilang Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami proses dalam tahap pemboran meliputi mobilisasi/ demobilisasi, moving, rig-up/rig-down, merangkai peralatan putar dan peralatan penggerak, peralatan angkat, peralatan sirkulasi dan pencegah semburan liar. Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami metode, sistem penyelesaian sumur, proses, dan peralatan produksi serta proses separasi. Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami jenis produk, cara pemasangan alat ukur, cara pengoperasian alat ukur, cara pengukuran tinggi cairan, cara penghitungan jumlah minyak dan penggunaan peralatan bantu lain. 106 4.1. CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK DAN GIM A. Rasional Dasar-Dasar Pengembangan Perangkat Lunak dan Gim adalah mata pelajaran yang berisi kompetensi-kompetensi yang mendasari penguasaan keahlian pengembangan perangkat lunak dan teknologi game. Mata pelajaran ini dilengkapi dengan kemampuan memahami kebutuhan dan keinginan pelanggan serta User Experience (UX) dalam proses desain sebagai penerapan prinsip customer oriented. Mata pelajaran Dasar-Dasar Pengembangan Perangkat Lunak dan Gim berfungsi membekali peserta didik dengan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan sikap agar memiliki dasar yang kuat dalam mempelajari mata pelajaran-mata pelajaran pada konsentrasi keahlian di kelas XI dan XII. Lingkup materi mata pelajaran Dasar-Dasar Pengembangan Perangkat Lunak dan Gim meliputi wawasan di bidang pengembangan perangkat lunak, gim, dan pemrograman. Pembelajaran dapat dilakukan menggunakan berbagai pendekatan, strategi, metode serta model yang sesuai dengan karakteristik kompetensi yang harus dipelajari, sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai dengan bakat, minat, renjana, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Peserta didik diarahkan untuk menemukan sendiri berbagai fakta, membangun konsep dan nilai-nilai baru secara mandiri serta memahami dan menerapkan aspek digital consumer behaviour. Model-model pembelajaran yang dapat digunakan antara lain Project-Based Learning, Teaching Factory, Discovery-Based Learning, Problem-Based Learning, Inquiry-Based Learning, atau model lainnya serta metode yang relevan. Mata pelajaran ini berkontribusi dalam membentuk peserta didik memiliki keahlian pada bidang Pengembangan Perangkat Lunak dan Gim, meningkatkan lebih lanjut kemampuan logika dan teknologi digital (computational thinking), yaitu suatu cara berpikir yang 107 memungkinkan untuk menguraikan suatu masalah menjadi beberapa bagian yang lebih kecil dan sederhana, menemukan pola masalah, serta menyusun langkah- langkah solusi mengatasi masalah sebagai implementasi customer oriented. Penguasaan kemampuan Dasar-Dasar Pengembangan Perangkat Lunak dan Gim akan membiasakan peserta didik bernalar kritis dalam menghadapi permasalahan, bekerja mandiri, serta kreatif dalam mengembangkan produk-produk yang memegang prinsip kebhinekaan global dan menemukan solusi permasalahan kehidupan. B. Tujuan Mata pelajaran Dasar-Dasar Pengembangan Perangkat Lunak dan Gim bertujuan membekali peserta didik dengan dasar-dasar pengetahuan, keterampilan, dan sikap (hard skills dan soft skills) yang diarahkan untuk mengembangkan kemampuan sebagai berikut: 1. memahami proses bisnis di bidang industri Pengembangan Perangkat Lunak dan Gim; 2. mampu mengembangkan wawasan tentang perkembangan teknologi dan isu-isu global bidang Perangkat Lunak dan Gim; 3. memahami profesi technopreneurship) dan serta kewirausahan peluang usaha (job di profile bidang dan industri Perangkat Lunak dan Gim; 4. memahami lingkup kerja bidang Pengembangan Perangkat Lunak dan Gim; dan 5. memahami pemrograman terstruktur dan pemrograman Dasar-Dasar Pengembangan berorientasi obyek. C. Karakteristik Pada hakikatnya mata pelajaran Perangkat Lunak dan Gim berfokus pada kompetensi bersifat dasar yang harus dimiliki oleh tenaga pengembang IT, programmer, database administrator, web engineer (merancang dan membangun website), game developer (mengembangkan perangkat lunak multimedia gim) dan jabatan lain sesuai dengan perkembangan dunia kerja. Selain itu peserta didik diberikan pemahaman 108 tentang proses bisnis, perkembangan penerapan teknologi dan isu-isu global, entrepreneur profile, job profile, peluang usaha dan pekerjaan/profesi. Pengembangan soft skills pada mata pelajaran Dasar-Dasar Pengembangan Perangkat Lunak dan Gim sangat penting sebagai pembekalan dasar komunikasi, critical di dalam thinking, membangun kolaborasi, etos dan kerja, meliputi kreativitas. Mata Pelajaran Dasar-Dasar Pengembangan Perangkat Lunak dan Gim membangun soft skills yang menjadi pondasi dalam pengembangan hard skills seperti pemodelan, implementasi, dokumentasi serta testing perangkat lunak. Elemen dan deskripsi mata pelajaran Dasar-Dasar Pengembangan Perangkat Lunak dan Gim adalah sebagai berikut: Elemen Proses bisnis menyeluruh bidang pengembangan perangkat lunak dan gim Deskripsi Meliputi perencanaan, analisis, desain, implementasi, integrasi, pemeliharaan, pemasaran, dan distribusi perangkat lunak dan gim termasuk di dalamnya adalah penerapan budaya mutu, Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan Hidup (K3LH), manajemen proyek, serta pemahaman terhadap kebutuhan pelanggan, keinginan pelanggan, dan validasi sesuai dengan User Experience (UX). Perkembangan dunia kerja Meliputi perkembangan teknologi pada bidang perangkat lunak pengembangan perangkat lunak dan gim dan gim termasuk penerapan industri 4.0 pada manajemen pengembangan perangkat lunak dan gim serta isu-isu penting bidang pengembangan perangkat lunak dan gim. Contohnya dampak positif dan negatif gim, IoT, Cloud Computing, Big Data, Information Security, HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual) dan pelanggaran HAKI. Profesi dan kewirausahan (job profile dan technopreneurship) serta peluang usaha di bidang industri perangkat lunak dan gim Meliputi jenis-jenis profesi dan kewirausahan (job profile dan technopreneurship), personal branding serta peluang usaha di bidang industri perangkat lunak dan gim. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Hidup (K3LH) dan budaya kerja industri Meliputi penerapan K3LH dan budaya kerja industri, antara lain: praktik-praktik kerja yang aman, bahaya-bahaya di tempat kerja, prosedur-prosedur dalam keadaan darurat, dan penerapan budaya kerja industri (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin), termasuk pencegahan kecelakaan kerja dan prosedur kerja. 109 Elemen Deskripsi Orientasi dasar pengembangan perangkat lunak dan gim Meliputi kegiatan praktik singkat dengan menggunakan peralatan/teknologi di bidang pengembangan perangkat lunak dan gim seperti basis data, tools pengembangan perangkat lunak, ragam sistem operasi, pengelolaan aset, user interface (grafis, typography, warna, audio, video, interaksi pengguna) dan prinsip dasar algoritma pemrograman (varian dan invarian, alur logika pemrograman, flowchart, dan teknik dasar algoritma umum). Pemrograman terstruktur Meliputi konsep atau sudut pandang pemrograman yang membagi-bagi program berdasarkan fungsi atau prosedur yang dibutuhkan program komputer, pengenalan struktur data yang terdiri dari data statis (array baik dimensi, panjang, tipe data, pengurutan) dan data dinamis (list, stack), penggunaan tipe data, struktur kontrol perulangan dan percabangan. Pemrograman berorientasi Meliputi penggunaan prosedur dan fungsi, obyek class, obyek, method, package, access modifier, enkapsulasi, interface, pewarisan, dan polymorphism. D. Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E (kelas X SMK), peserta didik akan mendapatkan gambaran yang tepat mengenai program keahlian Pengembangan Perangkat Lunak dan Gim melalui penguatan wawasan dunia kerja dan kewirausahaan serta penguasaan elemen-elemen pembelajaran lainnya, sehingga dapat menumbuhkan passion serta vision yang dapat memotivasi dalam merencanakan serta melaksanakan aktivitas belajar pada fase ini maupun fase berikutnya. Capaian pembelajaran pada elemen-elemen mata pelajaran DasarDasar Pengembangan Perangkat Lunak dan Gim dapat diuraikan sebagai berikut: Elemen Capaian Pembelajaran Proses bisnis menyeluruh Pada akhir fase E, peserta didik mampu mendeskripsikan proses perencanaan, analisis, bidang pengembangan perangkat lunak dan gim desain, implementasi, integrasi, pemeliharaan, pemasaran, dan distribusi perangkat lunak dan gim termasuk di dalamnya adalah penerapan budaya mutu, Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan Hidup (K3LH), manajemen proyek, serta pemahaman terhadap kebutuhan 110 Elemen Perkembangan dunia kerja bidang perangkat lunak dan gim Capaian Pembelajaran pelanggan, keinginan pelanggan, dan validasi sesuai dengan User Experience (UX) Pada akhir fase E, peserta didik mampu menjelaskan perkembangan teknologi pada pengembangan perangkat lunak dan gim, termasuk penerapan industri 4.0 pada manajemen pengembangan perangkat lunak dan gim, serta menganalisis isu-isu penting bidang pengembangan perangkat lunak dan gim antara lain: dampak positif dan negatif gim, IoT, Cloud Computing, Information Security, Big Data, dan permasalahan terkait HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual). Profesi dan kewirausahan (job profile dan technopreneurship) serta peluang usaha di bidang industri perangkat lunak dan gim Pada akhir fase E, peserta didik mampu menjelaskan jenis-jenis profesi dan kewirausahan (job profile dan technopreneurship, personal branding serta peluang usaha di bidang industri Perangkat Lunak dan Gim, untuk membangun vision dan passion, dengan melaksanakan pembelajaran berbasis proyek nyata sebagai simulasi proyek kewirausahaan. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Hidup (K3LH) dan budaya kerja industri Pada akhir fase E, peserta didik mampu menerapkan K3LH dan budaya kerja industri, antara lain: praktik-praktik kerja yang aman, bahaya-bahaya di tempat kerja, prosedurprosedur dalam keadaan darurat, dan penerapan budaya kerja industri (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin), termasuk pencegahan kecelakaan kerja dan prosedur kerja. Orientasi dasar Pada akhir fase E, peserta didik mampu pengembangan perangkat menggunakan perangkat dan aplikasi di bidang lunak dan gim Perangkat Lunak dan Gim, seperti basis data, tools pengembangan perangkat lunak, ragam sistem operasi, penerapan pengelolaan aset dan user interface (grafis, typography, warna, audio, video, interaksi pengguna) dan menerapkan prinsip dasar algoritma pemrograman (varian dan invarian, alur logika pemrograman, flowchart, dan teknik dasar algoritma umum). Pemrograman terstruktur Pada akhir fase E, peserta didik mampu melakukan pemrograman terstruktur, antara lain penerapan struktur data yang terdiri dari data statis (array baik dimensi, panjang, tipe data, pengurutan) dan data dinamis (list, stack), penggunaan tipe data, struktur kontrol perulangan dan percabangan pada proyek pengembangan perangkat lunak sederhana dan gim. 111 Elemen Pemrograman berorientasi obyek Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E, peserta didik mampu melakukan pemrograman berorientasi obyek dengan menerapkan class, obyek, method, dan package, membedakan berbagai macam access modifier, menunjukkan enkapsulasi, interface, pewarisan, dan polymorphism pada proyek pengembangan perangkat lunak sederhana. 112 4.2. CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR TEKNIK JARINGAN KOMPUTER DAN TELEKOMUNIKASI A. Rasional Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi berfungsi untuk membekali peserta didik dengan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan sikap agar memiliki dasar yang kuat dalam mempelajari mata pelajaran konsentrasi keahlian di kelas XI dan XII. Lingkup materi mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi meliputi wawasan sistem dan cara pengukuran di bidang Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi. Pembelajaran dapat dilakukan menggunakan berbagai pendekatan, strategi, metode serta model yang sesuai dengan karakteristik kompetensi yang harus dipelajari, sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai dengan bakat, minat, renjana, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Peserta didik diarahkan untuk menemukan sendiri berbagai fakta, membangun konsep dan nilai-nilai baru secara mandiri serta memahami dan menerapkan aspek digital consumer behaviour. Model-model pembelajaran yang dapat digunakan antara lain Project-Based Learning, Teaching Factory, Discovery-Based Learning, Problem-Based Learning, Inquiry-Based Learning, atau model lainnya serta metode yang relevan. Mata pelajaran ini berkontribusi dalam membentuk peserta didik memiliki keahlian pada bidang Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi, meningkatkan lebih lanjut kemampuan logika dan teknologi digital (computational thinking), yaitu suatu cara berpikir yang memungkinkan untuk menguraikan suatu masalah menjadi beberapa bagian yang lebih kecil dan sederhana, menemukan pola masalah, serta menyusun langkah- langkah solusi mengatasi masalah. Penguasaan kemampuan Dasar-Dasar Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi akan membiasakan peserta didik bernalar kritis dalam 113 menghadapi permasalahan, bekerja mandiri, serta kreatif dalam mengembangkan solusi permasalahan di dunia usaha dan industri. B. Tujuan Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi bertujuan membekali peserta didik dengan dasardasar pengetahuan, keterampilan, dan sikap (hard skills dan soft skills) yang diarahkan untuk mengembangkan kemampuan sebagai berikut: 1. memahami proses bisnis di bidang Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi; 2. memahami wawasan perkembangan bidang Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi; 3. memahami profesi dan kewirausahaan (job profile dan technopreneurship), serta peluang usaha di bidang Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi; 4. memahami lingkup kerja pada bidang Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi; 5. menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan Hidup (K3LH) di lingkungan kerjanya; 6. memahami penerapan media dan jaringan telekomunikasi; dan 7. memahami prinsip dasar pengukuran dalam Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi. C. Karakteristik Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi memiliki elemen materi sebagai berikut: Proses bisnis di bidang Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi, wawasan perkembangan bidang Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi, entrepreneurship dan job profile di bidang Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi, Orientasi Dasar Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi, Media dan Jaringan Telekomunikasi, dan Prinsip Dasar Pengukuran. Pada hakikatnya mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi berfokus pada kompetensi bersifat dasar yang harus dimiliki oleh tenaga admin database, analis sistem 114 komputer, dosen ilmu komputer, peneliti, perancang jaringan komputer, perancang sistem komputer dan jabatan lain sesuai dengan perkembangan dunia kerja. Selain itu peserta didik diberikan pemahaman tentang proses bisnis, perkembangan penerapan teknologi dan isu-isu global, entrepreneur profile, job profile, peluang usaha dan pekerjaan/profesi. Pengembangan soft skills pada mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi sangat penting sebagai bekal dasar di dalam membangun etos kerja, meliputi: komunikasi, critical thinking, kolaborasi, dan kreativitas. Soft skills pada mata pelajaran ini menjadi fondasi dalam pengembangan hard skills seperti menginstalasi, memelihara, dan penanganan gangguan (troubleshooting) dalam bidang Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi. Elemen dan deskripsi mata pelajaran Dasar-Dasar Jaringan Komputer dan Telekomunikasi adalah sebagai berikut: Elemen Deskripsi Proses bisnis di bidang Meliputi proses bisnis pada bidang teknik teknik jaringan komputer jaringan komputer dan telekomunikasi, meliputi dan telekomunikasi customer handling, perencanaan, analisis kebutuhan pelanggan, strategi implementasi (instalasi, konfigurasi, monitoring), dan pelayanan pada pelanggan sebagai implementasi penerapan budaya mutu. Perkembangan teknologi di bidang teknik jaringan komputer dan telekomunikasi Meliputi perkembangan teknologi pada perangkat teknik jaringan komputer dan telekomunikasi termasuk 5G, Microwave Link, IPV6, teknologi serat optik terkini, IoT, Data Centre, Cloud Computing, dan Information Security. Profesi dan Kewirausahaan (jobprofile dan technopreneur) di bidang teknik jaringan komputer dan telekomunikasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Hidup (K3LH) dan budaya kerja industri Meliputi jenis-jenis profesi dan kewirausahaan (job-profil dan technopreneur), personal branding serta peluang usaha di bidang Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi. Meliputi penerapan K3LH dan budaya kerja industri, antara lain: praktik-praktik kerja yang aman, bahaya-bahaya di tempat kerja, prosedur-prosedur dalam keadaan darurat, dan penerapan budaya kerja industri (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin), termasuk pencegahan kecelakaan kerja di tempat tinggi dan prosedur kerja di tempat tinggi (pemanjatan) 115 Elemen Deskripsi Dasar-dasar teknik jaringan komputer dan telekomunikasi Meliputi pemahaman dasar penggunaan dan konfigurasi peralatan/teknologi di bidang jaringan komputer dan telekomunikasi. Media dan Jaringan Telekomunikasi Meliputi pemahaman prinsip dasar sistem IPV4/IPV6, TCP IP, Networking Service, Sistem Keamanan Jaringan Telekomunikasi, Sistem Seluler, Sistem Microwave, Sistem VSAT IP, Sistem Optik, dan Sistem WLAN. Penggunaan Alat Ukur Jaringan Meliputi pemahaman tentang jenis alat ukur dan penggunaannya dalam pemeliharaan jaringan komputer dan sistem telekomunikasi. D. Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E (kelas X SMK), peserta didik akan mendapatkan gambaran yang tepat mengenai program keahlian yang dipilihnya melalui penguatan Wawasan Dunia Kerja dan Kewirausahaan. Capaian pembelajaran berikutnya adalah penguasaan elemen-elemen pembelajaran lainnya sehingga dapat menumbuhkan passion dan vision yang dapat memotivasi dalam merencanakan, dan melaksanakan aktivitas belajar pada fase ini maupun fase berikutnya. Capaian Pembelajaran pada elemen-elemen mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi dapat diuraikan sebagai berikut: Elemen Capaian Pembelajaran Proses bisnis di bidang teknik jaringan komputer dan telekomunikasi Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami proses bisnis pada bidang teknik komputer dan telekomunikasi, meliputi customer handling, perencanaan, analisis kebutuhan pelanggan, strategi implementasi (instalasi, konfigurasi, monitoring), dan pelayanan pada pelanggan sebagai implementasi penerapan budaya mutu. Perkembangan teknologi di bidang teknik jaringan komputer dan telekomunikasi Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami perkembangan teknologi pada perangkat teknik jaringan komputer dan telekomunikasi termasuk 5G, Microwave Link, IPV6, teknologi serat optik terkini, IoT, Data Centre, Cloud Computing, dan Information Security serta isu- isu implementasi teknologi jaringan dan telekomunikasi terkini antara lain keamanan informasi, penetrasi Internet. Profesi dan Kewirausahaan (jobprofile dan technopreneur) di Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami jenis-jenis profesi kewirausahaan (jobprofile dan technopreneurship, personal branding serta peluang usaha di bidang Teknik Jaringan 116 Elemen Capaian Pembelajaran bidang teknik jaringan komputer dan telekomunikasi Komputer dan Telekomunikasi, untuk membangun vision dan passion, dengan melaksanakan pembelajaran berbasis proyek nyata sebagai simulasi proyek kewirausahaan. Keselamatan dan Pada akhir fase E, peserta didik mampu Kesehatan Kerja menerapkan K3LH dan budaya kerja industri, Lingkungan Hidup antara lain: praktik-praktik kerja yang aman, (K3LH) dan budaya kerja bahaya-bahaya di tempat kerja, prosedurindustri prosedur dalam keadaan darurat, dan penerapan budaya kerja industri (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin), termasuk pencegahan kecelakaan kerja di tempat tinggi dan prosedur kerja di tempat tinggi (pemanjatan). Dasar-dasar teknik jaringan komputer dan telekomunikasi Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami tentang jenis alat ukur dan penggunaannya dalam pemeliharaan jaringan komputer dan sistem telekomunikasi Media dan jaringan telekomunikasi Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami prinsip dasar sistem IPV4/IPV6, TCP IP, Networking Service, Sistem Keamanan Jaringan Telekomunikasi, Sistem Seluler, Sistem Microwave, Sistem VSAT IP, Sistem Optik, dan Sistem WLAN. Penggunaan Alat Ukur Pada akhir fase E, peserta didik mampu menggunakan alat ukur, termasuk pemeliharaan alat ukur untuk seluruh jaringan komputer dan sistem telekomunikasi. 117 5.1. CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR LAYANAN KESEHATAN A. Rasional Dasar-Dasar Layanan Kesehatan adalah mata pelajaran yang berisi kompetensi-kompetensi yang mendasari penguasaan keahlian layanan kesehatan. Kompetensi ini merupakan kemampuan yang harus dimiliki asisten tenaga kesehatan dalam melakukan pelayanan prima dan esensial terhadap individu, keluarga, dan masyarakat yang sehat maupun yang sakit mencakup hajat hidup manusia untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal, serta langkah-langkah kerja dalam praktik layanan kesehatan. Mata pelajaran Dasar-Dasar Layanan Kesehatan membekali peserta didik dengan kemampuan melaksanakan kegiatan pelayanan sesuai dengan kebutuhan klien meliputi: pelayanan kesehatan tanpa diskriminasi, pemahaman tentang pelayanan prima kepada klien, teknik asesmen kebutuhan klien, penyusunan tahapan pekerjaan dan proses pelayanan, pelaksanaan pelayanan dan evaluasi hasil pelayanan. Mata pelajaran ini berkontribusi dalam membentuk peserta didik yang memiliki keahlian pada bidang layanan kesehatan, meningkatkan lebih lanjut kemampuan logika dan teknologi digital (computational thinking), yaitu suatu cara berpikir yang memungkinkan untuk menguraikan suatu masalah menjadi beberapa bagian yang lebih kecil dan sederhana, menemukan pola masalah, serta menyusun langkah-langkah solusi mengatasi masalah. kesehatan akan menghadapi Penguasaan membiasakan permasalahan, kemampuan peserta bekerja didik dasar-dasar bernalar mandiri, serta layanan kritis dalam kreatif dalam menemukan solusi permasalahan kehidupan. Pembelajaran dapat dilakukan menggunakan berbagai pendekatan, strategi, metode serta model yang sesuai dengan karakteristik kompetensi yang harus dipelajari, sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai dengan bakat, minat, renjana, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Model-model pembelajaran yang dapat digunakan antara lain project-based learning, 118 teaching factory, discovery-based learning, problem-based learning, inquirybased learning, atau model lainnya serta metode yang relevan. Melalui lingkup materi tersebut diharapkan dapat membentuk peserta didik menjadi pribadi yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki akhlak yang baik kepada sesama, mandiri, berpikir kritis, dan kreatif. B. Tujuan Mata pelajaran Dasar-Dasar Layanan Kesehatan bertujuan membekali peserta didik dengan dasar-dasar pengetahuan, keterampilan, sikap (hard skills dan soft skills) meliputi: 1. memahami proses bisnis secara menyeluruh dalam bidang layanan kesehatan yang meliputi penerimaan klien, identifikasi kebutuhan klien, perencanaan pemberian layanan, pelaksanaan pemberian layanan, evaluasi pemberian layanan; 2. memahami perkembangan jenis-jenis layanan kesehatan serta perkembangan teknologi fasilitas dan peralatan layanan kesehatan; 3. memahami profil healthpreneur, job profile, peluang usaha dan bekerja/profesi di bidang layanan kesehatan; 4. memahami anatomi dan fisiologi manusia; 5. memahami teknik dasar layanan kesehatan dengan layanan prima; dan 6. memahami pertumbuhan dan perkembangan manusia; C. Karakteristik Pada hakikatnya mata pelajaran Dasar-Dasar Layanan Kesehatan berfokus pada kompetensi bersifat dasar yang harus dimiliki oleh tenaga caregiver, asisten dental dan asisten keperawatan serta jabatan lain sesuai dengan perkembangan dunia kerja. Oleh karena itu, dalam proses pembelajarannya memerlukan ketelitian, ketekunan, keramahan dan kesabaran dalam pemberian layanan kepada klien. Selain itu, peserta didik diberikan pemahaman tentang proses bisnis, perkembangan penerapan teknologi dan isu-isu global, profil healthpreneur, job profile, peluang usaha dan pekerjaan/profesi. Mata pelajaran Dasar-Dasar Layanan Kesehatan meliputi elemen sebagai berikut. 119 Elemen Deskripsi Proses bisnis menyeluruh bidang layanan kesehatan Meliputi pemahaman tentang proses bisnis secara menyeluruh bidang layanan kesehatan termasuk meliputi K3, dasar-dasar layanan kesehatan yang meliputi penerimaan klien, identifikasi kebutuhan klien, perencanaan pemberian layanan, pelaksanaan pemberian layanan, dan evaluasi pemberian layanan, serta pengelolaan SDM di fasilitas kesehatan. Perkembangan teknologi dan isu-isu global di bidang layanan kesehatan Meliputi pemahaman tentang perkembangan teknologi yang digunakan di bidang layanan kesehatan, mulai dari teknologi konvensional sampai dengan penggunaan teknologi modern yang sudah memanfaatkan industri 4.0, serta jenis-jenis layanan kesehatan dan fasilitas atau peralatan pelayanan kesehatan. Profil healthpreneur, job profile, dan peluang usaha/ bekerja di bidang layanan kesehatan Meliputi pemahaman tentang healthpreneur yang mampu membaca peluang kerja dan usaha, peluang pasar, dan peluang kerja/profesi di bidang layanan kesehatan untuk membangun visi dan passion. Anatomi dan fisiologi manusia Meliputi pemahaman tentang anatomi fisiologi sistem otot dan tulang, sistem jantung pembuluh darah/limfatik, sistem pernapasan, sistem pencernaan, sistem perkemihan, sistem reproduksi, sistem endokrin, sistem persarafan dan sistem indera Teknik dasar layanan kesehatan dengan layanan prima Meliputi pemahaman dan pengalaman praktik dasar pekerjaan layanan kesehatan, etika dalam layanan kesehatan, dan melakukan komunikasi yang efektif baik verbal maupun nonverbal. Pertumbuhan dan perkembangan manusia Meliputi pemahaman tentang tumbuh kembang usia bayi, anak bawah tiga tahun, usia pra sekolah, usia sekolah, usia remaja, usia dewasa dan usia lansia. D. Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E (kelas X), peserta didik memiliki gambaran yang tepat dan menyeluruh mengenai program keahlian Layanan Kesehatan, peluang kerja setelah lulus antara lain menjadi asisten tenaga kesehatan, dan konsentrasi keahlian yang akan dipelajari di kelas XI dan XII, sehingga mampu menumbuhkan passion dan vision untuk merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar. Selain itu, peserta didik juga akan mampu memahami perkembangan lingkup pekerjaan layanan kesehatan tradisional maupun modern, termasuk isu dan moral dilema, prinsip etika dan etiket dalam pelayanan kesehatan, komunikasi interpersonal dalam melaksanakan 120 pelayanan kesehatan, keterampilan dalam bidang layanan kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan manusia, anatomi fisiologi manusia, serta Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Elemen Capaian Pembelajaran Proses bisnis menyeluruh bidang layanan kesehatan Pada akhir fase E, peserta didik dapat memahami tentang proses bisnis secara menyeluruh bidang layanan kesehatan termasuk meliputi K3; dasardasar layanan kesehatan yang meliputi: penerimaan klien, identifikasi kebutuhan klien, perencanaan pemberian layanan, pelaksanaan pemberian layanan, dan evaluasi pemberian layanan; serta pengelolaan SDM di fasilitas kesehatan. Perkembangan teknologi dan isu-isu global di bidang layanan kesehatan Pada akhir fase E, peserta didik dapat memahami perkembangan teknologi yang digunakan di bidang layanan kesehatan, mulai dari teknologi konvensional sampai dengan penggunaan teknologi modern yang sudah memanfaatkan industri 4.0, isu pemanasan global terkait perubahan iklim, ketenagakerjaan, siklus hidup produk layanan kesehatan, dan 3R (reuse, recycle, and reduce), serta jenis-jenis layanan dan fasilitas atau peralatan pelayanan kesehatan. Profil healthpreneur, job profile, dan peluang usaha/ bekerja di bidang layanan kesehatan Pada akhir fase E, peserta didik dapat menjelaskan profil healthpreneur yang mampu membaca peluang kerja dan usaha, peluang pasar, dan peluang kerja/profesi di bidang layanan kesehatan untuk membangun visi dan passion. Anatomi dan fisiologi manusia Pada akhir fase E, peserta didik mampu menjelaskan anatomi dan fisiologi sistem otot dan tulang, sistem jantung pembuluh darah/limfatik, sistem pernapasan, sistem pencernaan, sistem perkemihan, sistem reproduksi, sistem endokrin, sistem persarafan dan sistem indera. Teknik dasar layanan kesehatan dengan layanan prima Pada akhir fase E, peserta didik mampu menjelaskan secara komprehensif melalui praktik, proses layanan kesehatan, mencakup praktik dasar tenaga layanan kesehatan, memeriksa tanda-tanda vital yang meliputi pemeriksaan suhu tubuh, pemeriksaan denyut nadi, dan pemeriksaan tekanan darah, menerapkan etika etiket dalam melakukan komunikasi yang efektif dengan klien maupun tim kerja sesuai dengan budaya kerja di tempat kerja. Pertumbuhan dan perkembangan manusia Pada akhir fase E, peserta didik mampu menjelaskan fase-fase usia tumbuh kembang manusia dan permasalahan yang timbul di setiap fase, meliputi usia bayi, anak bawah tiga tahun, usia pra sekolah, usia sekolah, usia remaja, usia dewasa dan usia lansia. 121 5.2. CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR TEKNIK LABORATORIUM MEDIK A. Rasional Dasar-Dasar Teknik Laboratorium Medik adalah mata pelajaran yang berisi kompetensi-kompetensi yang mendasari penguasaan keahlian Teknik Laboratorium Medik dalam melakukan pelayanan prima dan essential di laboratorium medik yang berkualitas. Pada tingkat selanjutnya akan diajarkan berbagai kompetensi seperti pengukuran, penetapan, dan pengujian terhadap bahan yang berasal dari manusia untuk penentuan jenis penyakit, penyebab penyakit, kondisi kesehatan dan faktor yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan perorangan dan masyarakat. Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Laboratorium Medik berfungsi untuk mempersiapkan peserta didik sebelum memperoleh pembekalan materi pemeriksaan spesimen di laboratorium medik (pra-analitik). Dengan demikian peserta didik diarahkan untuk menemukan sendiri berbagai fakta, membangun sikap dan nilai-nilai baru secara mandiri. Membekali peserta didik agar mampu menumbuhkan jiwa wirausaha atau bekerja dalam jabatan-jabatan di dunia usaha dan dunia kerja di bidang pekerjaan laboratorium medik juga mendukung untuk melanjutkan ke pendidikan tinggi vokasi dengan jurusan yang sejenis. Pembelajaran dapat dilakukan menggunakan berbagai pendekatan, strategi, metode serta model yang sesuai dengan karakteristik kompetensi yang harus dipelajari, sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai dengan bakat, minat, renjana, dan perkembangan pembelajaran fisik serta psikologis peserta didik. Model-model yang dapat digunakan antara lain project-based learning, teaching factory, discovery-based learning, problem-based learning, inquirybased learning, atau model lainnya serta metode yang relevan. Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Laboratorium Medik membentuk peserta didik memiliki keahlian pada bidang layanan laboratorium medik, meningkatkan lebih lanjut kemampuan logika dan teknologi digital 122 (computational thinking), yaitu suatu cara berpikir yang memungkinkan untuk menguraikan suatu masalah menjadi beberapa bagian yang lebih kecil dan sederhana, menemukan pola masalah, serta menyusun langkahlangkah solusi mengatasi masalah. Penguasaan kemampuan Dasar-Dasar Teknik Laboratorium Medik akan membiasakan peserta didik bernalar kritis dalam menghadapi permasalahan, bekerja mandiri, serta kreatif dalam menemukan solusi permasalahan kehidupan. B. Tujuan Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Laboratorium Medik bertujuan untuk membekali peserta didik dengan dasar-dasar pengetahuan, keterampilan, dan sikap (hard skill dan soft skill) meliputi: 1. memahami proses bisnis layanan laboratorium medik yang meliputi: penerimaan klien, identifikasi kebutuhan klien, perencanaan pemberian layanan, pelaksanaan pemberian layanan, evaluasi pemberian layanan; 2. memahami perkembangan jenis-jenis layanan laboratorium medik, perkembangan teknologi fasilitas, dan peralatan layanan laboratorium medik; 3. memahami teknik dasar layanan laboratorium medik; 4. memahami profil healthpreneur, job profile, peluang usaha dan bekerja/profesi di bidang layanan laboratorium medik; 5. memahami peralatan laboratorium medik; 6. memahami bahan yang digunakan di laboratorium medik; dan 7. memahami penanganan sampel di laboratorium medik. C. Karakteristik Pada hakikatnya mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Laboratorium Medik berfokus pada kompetensi bersifat dasar yang harus dimiliki oleh tenaga asisten laboran serta jabatan lain sesuai dengan perkembangan dunia kerja. Oleh karena itu, dalam proses pembelajarannya memerlukan ketelitian, keakuratan, dan kecermatan. Selain itu, peserta didik diberikan pemahaman tentang proses bisnis, perkembangan penerapan teknologi dan isu-isu global, profil healthpreneur, job profile, peluang usaha dan pekerjaan/profesi. Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknik Laboratorium Medik meliputi elemen sebagai berikut. 123 Elemen Proses bisnis layanan laboratorium medik Deskripsi Meliputi pemahaman tentang proses bisnis secara menyeluruh bidang layanan laboratorium medik termasuk K3, dasar-dasar layanan laboratorium medik yang meliputi penerimaan klien, identifikasi kebutuhan klien, perencanaan pemberian layanan, pelaksanaan pemberian layanan, dan evaluasi pemberian layanan, serta pengelolaan SDM di fasilitas laboratorium medik. Perkembangan teknologi Meliputi pemahaman tentang perkembangan dan isu-isu global di bidang teknologi yang digunakan di bidang layanan layanan laboratorium medik laboratorium medik, mulai dari teknologi konvensional sampai dengan penggunaan teknologi modern yang sudah memanfaatkan industri 4.0, serta jenis-jenis layanan dan fasilitas atau peralatan pelayanan laboratorium medik. Profil healthpreneur, job profile, dan peluang usaha/bekerja di bidang layanan laboratorium medik Meliputi pemahaman tentang healthpreneur yang mampu membaca peluang kerja dan usaha, peluang pasar, dan peluang kerja/profesi di bidang layanan laboratorium medik untuk membangun visi dan passion. Teknik dasar laboratorium medik Meliputi pemahaman dan pengalaman praktik dasar layanan laboratorium medik, prosedur kerja yang benar, praktik laboratorium yang baik (good laboratory practice), dan melakukan komunikasi yang efektif baik verbal maupun non-verbal. Peralatan laboratorium medik Meliputi pemahaman tentang jenis, fungsi, cara penggunaan dan pemeliharaan peralatan laboratorium medik. Bahan kerja di laboratorium Meliputi pemahaman tentang jenis-jenis media medik dan reagensia/larutan, serta cara pembuatan bahan-bahan kerja di laboratorium medik. Penanganan sampel di laboratorium medik Meliputi pemahaman tentang jenis spesimen medis, pengambilan spesimen, dan cara penanganannya. D. Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E (kelas X) peserta didik akan mendapatkan gambaran menyeluruh mengenai program keahlian Teknik Laboratorium Medik, dalam rangka menumbuhkan renjana (passion), visi (vision), imajinasi, dan kreativitas untuk merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar. Capaian pembelajaran setiap elemen-elemen mata pelajaran Dasar-dasar Teknik Laboratorium Medik dapat diuraikan sebagai berikut. 124 Elemen Capaian Pembelajaran Proses bisnis layanan laboratorium medik Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami proses bisnis secara menyeluruh bidang layanan laboratorium medik termasuk K3: dasar-dasar layanan laboratorium medik yang meliputi penerimaan klien, identifikasi kebutuhan klien, perencanaan pemberian layanan, pelaksanaan pemberian layanan, dan evaluasi pemberian layanan; serta pengelolaan SDM di fasilitas laboratorium medik. Perkembangan teknologi dan isu-isu global di bidang layanan laboratorium medik Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami perkembangan teknologi yang digunakan di bidang layanan laboratorium medik, mulai dari teknologi konvensional sampai dengan penggunaan teknologi modern yang sudah memanfaatkan industri 4.0, serta jenis-jenis layanan dan fasilitas atau peralatan pelayanan laboratorium medik. Profil healthpreneur, job profile, dan peluang usaha/bekerja di bidang layanan laboratorium medik Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami tentang healthpreneur yang mampu membaca peluang kerja dan usaha, peluang pasar, dan peluang kerja/profesi di bidang layanan laboratorium medik untuk membangun visi dan passion. Teknik dasar laboratorium medik Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami melalui pengalaman praktik dasar layanan laboratorium medik, prosedur kerja yang benar, praktik laboratorium yang baik (good laboratory practice), dan melakukan komunikasi yang efektif baik verbal maupun non-verbal. Peralatan laboratorium medik Pada akhir fase E, peserta didik mampu menjelaskan tentang jenis, fungsi, cara penggunaan dan pemeliharaan peralatan laboratorium medik. Bahan kerja di laboratorium medik Pada akhir fase E, peserta didik mampu menjelaskan tentang jenis-jenis media dan reagensia/larutan, serta cara pembuatan bahanbahan kerja di laboratorium medik. Penanganan sampel di laboratorium medik Pada akhir fase E, peserta didik mampu menjelaskan tentang jenis spesimen medis, pengambilan spesimen, dan cara penanganannya. 125 5.3. CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR TEKNOLOGI FARMASI A. Rasional Dasar-Dasar Teknologi Farmasi merupakan mata pelajaran yang mempelajari tentang cara membuat, mencampur, meracik formulasi, mengidentifikasi, mengkombinasi, menganalisis dan membakukan (standardisasi) obat dan pengobatan, termasuk sifat-sifat, pendistribusian dan penggunaan obat yang aman sebagai syarat pencapaian kompetensi lulusan. Program keahlian Teknologi Farmasi dapat menjadi tenaga terampil dengan kualifikasi operator atau asisten kefarmasian. Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknologi Farmasi berfungsi sebagai dasar mata pelajaran kejuruan di kelas XI dan XII dalam kelompok konsentrasi antara lain farmasi industri dan farmasi klinis. Peserta didik diarahkan untuk menemukan sendiri berbagai fakta, membangun konsep, dan nilainilai baru secara mandiri. Sehingga peserta didik mampu menumbuhkan jiwa wirausaha, bekerja dalam jabatan dunia kerja pada bidang farmasi, serta mendukung untuk melanjutkan ke pendidikan tinggi vokasi dengan jurusan yang sejenis. Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknologi Farmasi berkontribusi dalam membentuk peserta didik menjadi ahli pada bidang teknologi farmasi, sekaligus bernalar kritis, mandiri dalam hal melakukan pekerjaan kefarmasian, kreatif dalam menangani permasalahan di lingkungan sekitarnya, dan adaptif dengan kemajuan abad teknologi di bidang kefarmasian. Proses pembelajaran Dasar-Dasar Teknologi Farmasi mengintegrasikan muatan sikap yang melatih peserta didik untuk mandiri dan kreatif sehingga menjadi kekuatan peserta didik untuk bekerja secara profesional dalam bidang farmasi. Pembelajaran dapat dilakukan menggunakan berbagai pendekatan, strategi, metode serta model yang sesuai dengan karakteristik kompetensi yang harus dipelajari, sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai dengan bakat, minat, renjana, dan perkembangan fisik serta psikologis 126 peserta didik. Model-model pembelajaran yang dapat digunakan antara lain project-based learning, teaching factory, discovery-based learning, problem-based learning, inquirybased learning, atau model lainnya serta metode yang relevan. Mata pelajaran ini berkontribusi dalam membentuk peserta didik memiliki keahlian pada bidang teknologi farmasi, meningkatkan lebih lanjut kemampuan logika dan teknologi digital (computational thinking), yaitu suatu cara berpikir yang memungkinkan untuk menguraikan suatu masalah menjadi beberapa bagian yang lebih kecil dan sederhana, menemukan pola masalah, serta menyusun langkah-langkah solusi mengatasi masalah. Penguasaan membiasakan kemampuan peserta dasar-dasar didik bernalar teknologi kritis kefarmasian dalam akan menghadapi permasalahan, bekerja mandiri, serta kreatif dalam menemukan solusi permasalahan kehidupan. B. Tujuan Tujuan mata pelajaran Dasar-dasar Teknologi Farmasi adalah untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap (hard skills dan soft skills) meliputi: 1. memahami proses bisnis secara menyeluruh bidang teknologi farmasi; 2. memahami perkembangan teknologi di dunia kerja dan isu-isu global di dunia industri farmasi dan obat-obatan; 3. mengenal profil pelaku wirausaha bidang teknologi farmasi, peluang usaha, dan peluang kerja/profesi di bidang teknologi farmasi; 4. memahami teknologi dasar kefarmasian; 5. memahami undang-undang kesehatan; dan 6. memahami tanaman obat beserta fungsi empirisnya. C. Karakteristik Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknologi Farmasi berfokus pada kompetensi bersifat dasar yang harus dimiliki oleh asisten tenaga kesehatan serta jabatan lain sesuai dengan perkembangan dunia kerja. Oleh karena itu, dalam proses pembelajarannya memerlukan ketelitian, ketekunan dan pemahaman mendalam. Selain itu, peserta didik diberikan pemahaman tentang proses bisnis, perkembangan penerapan teknologi dan isu-isu global, profil healthpreneur, job profile, peluang usaha dan pekerjaan/profesi. 127 Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknologi Farmasi terdiri atas 6 elemen berikut. Elemen Deskripsi Proses bisnis secara menyeluruh bidang teknologi farmasi Meliputi pemahaman tentang proses bisnis bidang teknologi farmasi secara menyeluruh pada berbagai industri, penerapan K3LH, perencanaan produk, mata rantai pasok (supply chain), logistik, proses produksi pada industri industri farmasi, penggunaan dan perawatan peralatan produksi, dan pengelolaan sumber daya manusia dengan memperhatikan potensi dan kearifan lokal. Perkembangan teknologi dan isu-isu global di dunia industri farmasi dan obatobatan. Meliputi pemahaman tentang perkembangan teknologi dan proses produksi pada industri farmasi, mulai dari teknologi konvensional sampai dengan teknologi modern; Industri 4.0, teknologi digitalisasi di industri, Product Life Cycle, isu-isu global tentang farmasi dan obatobatan, Waste Control, dan aspek-aspek ketenagakerjaan. Profil pelaku healthpreneur bidang farmasi, peluang usaha, dan peluang kerja di bidang teknologi farmasi Meliputi pemahaman tentang profil pelaku wirausaha bidang farmasi, peluang pasar dan usaha farmasi, serta peluang kerja / profesi di bidang kefarmasian. Teknologi dasar kefarmasian Meliputi pemahaman melalui praktik dasar tentang proses pembuatan obat, mencakup praktik laboratorium yang baik, praktik dasar pemilihan obat, klasifikasi obat, dan jenis-jenis bentuk sediaan obat. Undang-Undang Kesehatan Meliputi pemahaman tentang regulasi terkait CDOB (Cara Distribusi Obat yang Baik), CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik), CPOTB (Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik), dan PO (Penggolongan Obat). Tanaman obat Meliputi pemahaman tentang nama-nama tanaman obat Indonesia (simplisia) dan fungsi empirisnya. D. Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E (kelas X), peserta didik akan mendapatkan gambaran menyeluruh mengenai program keahlian Teknologi Farmasi, dalam rangka menumbuhkan renjana (passion), visi (vision), imajinasi, dan kreativitas untuk merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar. Capaian pembelajaran pada elemen-elemen mata pelajaran Dasar-Dasar Teknologi Farmasi dapat diuraikan sebagai berikut. 128 Elemen Capaian Pembelajaran Proses bisnis secara menyeluruh bidang teknologi farmasi Pada akhir fase E, peserta didik dapat memahami proses bisnis pada bidang teknologi farmasi secara menyeluruh pada berbagai industri antara lain penerapan K3LH, perencanaan produk, mata rantai pasok (Supply Chain), logistik, proses produksi pada industri industri farmasi, penggunaan dan perawatan peralatan produksi, dan pengelolaan sumber daya manusia dengan memperhatikan potensi dan kearifan lokal. Perkembangan teknologi dan isu-isu global di dunia industri farmasi dan obatobatan. Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami tentang perkembangan teknologi dan proses produksi pada industri farmasi, mulai dari teknologi konvensional sampai dengan teknologi modern; Industri 4.0, teknologi digital di industri farmasi, Product Life Cycle, isu-isu global tentang farmasi dan obat-obatan, Waste Control, dan aspekaspek ketenagakerjaan. Profil pelaku healthpreneur bidang farmasi, peluang usaha, dan peluang kerja di bidang teknologi farmasi Pada akhir fase E, peserta didik dan menjelaskan tentang profil pelaku wirausaha di bidang farmasi, peluang pasar dan usaha farmasi, serta peluang kerja/profesi di bidang kefarmasian. Teknologi dasar kefarmasian Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami melalui praktik dasar tentang proses pembuatan obat, mencakup praktik laboratorium yang baik, praktik dasar pemilihan obat, klasifikasi obat, dan jenisjenis bentuk sediaan obat. Undang-Undang Kesehatan Pada akhir fase E, peserta didik mampu menjelaskan regulasi tentang CDOB (Cara Distribusi Obat yang Baik), CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik), CPOTB (Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik), dan PO (Penggolongan Obat). Tanaman obat Pada akhir fase E, peserta didik mampu menjelaskan tentang jenis-jenis tanaman obat Indonesia (simplisia), fungsi empiris dan cara pengolahannya. 129 5.4. CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR PEKERJAAN SOSIAL A. Rasional Dasar-Dasar Pekerjaan Sosial adalah mata pelajaran yang berisi kompetensi-kompetensi yang mendasari penguasaan keahlian Pekerjaan Sosial pada tingkat selanjutnya, mengajarkan tentang berbagai muatan kompetensi relevan yang berasal dari psikologi, komunikasi, sosiologi dan antropologi yang mendukung ilmu pekerjaan sosial serta langkah-langkah kerja dalam praktik pekerjaan sosial. Materi mata pelajaran Dasar-Dasar Pekerjaan Sosial meliputi: pelaksanaan kegiatan pelayanan sesuai dengan kebutuhan klien, melakukan pelayanan sosial tanpa diskriminasi, pemahaman tentang pelayanan prima kepada klien, teknik asesmen kebutuhan klien, penyusunan tahapan pekerjaan dan proses pelayanan, pelaksanaan pelayanan, dan evaluasi hasil pelayanan. Mata pelajaran ini berkontribusi dalam membentuk peserta didik memiliki keahlian pada bidang pekerjaan sosial, meningkatkan lebih lanjut kemampuan berpikir kritis dengan menguraikan suatu masalah menjadi beberapa bagian yang lebih kecil dan sederhana, menemukan pola masalah, serta menyusun langkah-langkah solusi mengatasi masalah. Penguasaan kemampuan dasar-dasar pekerjaan sosial akan membiasakan peserta didik bernalar kritis dalam menghadapi permasalahan, bekerja mandiri, serta kreatif dalam menemukan solusi permasalahan kehidupan. Pembelajaran dapat dilakukan menggunakan berbagai pendekatan, strategi, metode serta model yang sesuai dengan karakteristik kompetensi yang harus dipelajari, sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik memberikan ruang yang kemandirian sesuai untuk cukup dengan berpartisipasi bagi bakat, aktif, prakarsa, minat, serta kreativitas, renjana, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Model-model pembelajaran yang dapat digunakan antara lain project-based learning, teaching factory, discovery-based learning, problem-based 130 learning, inquiry-based learning, atau model lainnya serta metode yang relevan. Melalui lingkup materi tersebut diharapkan dapat membentuk peserta didik menjadi pribadi yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki akhlak yang baik kepada sesama, mandiri, berpikir kritis, dan kreatif. B. Tujuan Mata pelajaran Dasar-Dasar Pekerjaan Sosial bertujuan untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap (hard skill dan soft skill ) meliputi: 1. memahami proses bisnis atau pengelolaan secara menyeluruh mengenai layanan pekerja sosial yang meliputi: penerimaan klien, identifikasi kebutuhan klien, perencanaan pemberian layanan, pelaksanaan pemberian layanan, evaluasi pemberian layanan; 2. memahami perkembangan jenis-jenis layanan sosial serta perkembangan teknologi fasilitas dan peralatan pelayanan sosial; 3. memahami profil filantropi dan lembaga-lembaga sosial; 4. memahami teknik dasar layanan pekerja sosial dengan layanan prima; dan 5. menggunakan alat wawancara, observasi, dan dokumentasi. C. Karakteristik Mata pelajaran Dasar-Dasar Pekerjaan Sosial berfokus pada kompetensi bersifat dasar yang harus dimiliki oleh tenaga asisten pekerja sosial dan jabatan lain sesuai dengan perkembangan dunia kerja. Oleh karena itu, dalam proses pembelajarannya memerlukan kesabaran, keramahan, dan kebersihan serta atensi sebagai bekal dalam pemberian layanan. Selain itu, peserta didik diberikan pemahaman tentang proses bisnis, perkembangan penerapan teknologi dan isu-isu global, profil filantropi, job profile, peluang usaha dan pekerjaan/profesi 131 Mata pelajaran Dasar-Dasar Pekerjaan Sosial meliputi elemen sebagai berikut. Elemen Deskripsi Proses bisnis layanan pekerjaan sosial Meliputi pemahaman tentang proses bisnis pada bidang pekerjaan sosial termasuk penerapan K3, penerimaan klien, identifikasi kebutuhan klien, perencanaan pemberian layanan, pelaksanaan pemberian layanan, evaluasi pemberian layanan. Perkembangan teknologi layanan, fasilitas dan peralatan pelayanan sosial Meliputi pemahaman tentang perkembangan teknologi pada pekerjaan sosial mulai dari teknologi konvensional sampai kepada teknologi revolusi industri 4.0, perkembangan jenis-jenis pelayanan sosial, serta perkembangan fasilitas dan peralatan pelayanan sosial. Profil filantropi dan lembaga-lembaga sosial Meliputi pemahaman tentang profil pelaku filantropi, job profile, peluang usaha dan peluang kerja/profesi di bidang layanan pekerjaan sosial. Teknik dasar layanan pekerja sosial dengan layanan prima. Meliputi pemahaman melalui praktik dasar layanan sosial melalui komunikasi verbal dan non verbal, observasi sederhana, dan dokumentasi. Alat wawancara, observasi, dan dokumentasi Meliputi pemahaman tentang penyusunan pedoman wawancara, pelaksanaan observasi, dan pembuatan dokumentasi secara sederhana sesuai dengan tempat observasi dengan mempergunakan komunikasi yang efektif. D. Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E (kelas X), peserta didik akan mendapatkan gambaran menyeluruh mengenai program keahlian Pekerjaan Sosial untuk menumbuhkan renjana (passion), visi (vision), imajinasi, dan kreativitas dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar. Capaian pembelajaran setiap elemen mata pelajaran DasarDasar Pekerjaan Sosial dapat diuraikan sebagai berikut. Elemen Proses bisnis layanan pekerjaan sosial Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami tentang proses bisnis pada bidang pekerjaan sosial termasuk penerapan K3, penerimaan klien, 132 Elemen Capaian Pembelajaran identifikasi kebutuhan klien, perencanaan pemberian layanan, pelaksanaan pemberian layanan, evaluasi pemberian layanan. Perkembangan teknologi layanan, fasilitas dan peralatan pelayanan sosial Pada akhir fase E, peserta didik memahami tentang perkembangan teknologi pada pekerjaan sosial mulai dari teknologi konvensional sampai kepada teknologi revolusi industri 4.0, perkembangan jenisjenis pelayanan sosial, serta perkembangan fasilitas dan peralatan pelayanan sosial. Profil filantropi dan lembaga-lembaga sosial Pada akhir fase E, peserta didik dapat menjelaskan tentang profil pelaku filantropi, job profile, peluang usaha dan peluang kerja/profesi di bidang layanan pekerjaan sosial. Teknik dasar layanan pekerja sosial dengan layanan prima. Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami melalui praktik dasar layanan sosial melalui komunikasi verbal dan non verbal, observasi sederhana, dan dokumentasi. Alat wawancara, observasi, dan dokumentasi Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami penyusunan pedoman wawancara, pelaksanaan observasi, dan pembuatan dokumentasi secara sederhana sesuai dengan tempat observasi dengan mempergunakan komunikasi yang efektif. 133 6.1. CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR AGRIBISNIS TANAMAN A. Rasional Dasar-Dasar Agribisnis Tanaman merupakan mata pelajaran yang berisi kompetensi yang mendasari penguasaan agribisnis tanaman, yaitu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan mata rantai produksi, pengelolaan, dan pemasaran hasil produksi tanaman. Mata pelajaran ini, menjadi landasan bagi peserta didik untuk mendalami agribisnis tanaman secara utuh pada konsentrasi produksi tanaman pangan, hortikultura, perkebunan untuk konsumsi, dan benih (perbenihan). Tanaman merupakan komponen utama dalam ekosistem, sehingga penting dipelajari guna menjaga ketahanan pangan secara berkelanjutan dalam menghadapi perubahan iklim global. Fungsi mata pelajaran Dasar-Dasar Agribisnis Tanaman untuk menumbuh-kembangkan kebanggaan pada peserta didik dalam melakukan proses agribisnis tanaman sebagai generasi muda penerus pertanian dengan menjadi agripreneur muda dan atau bekerja di industri produksi tanaman, setelah belajar pada program keahlian Agribisnis Tanaman. Selain itu, sebagai landasan pengetahuan dan keterampilan untuk mengembangkan kompetensi produksi tanaman pada pembelajaran konsentrasi keahlian di kelas XI dan XII. Pembelajaran mata pelajaran ini dapat dilakukan menggunakan berbagai pendekatan, strategi, metode serta model yang sesuai dengan karakteristik kompetensi yang harus dipelajari. Pembelajaran tersebut harus dapat menciptakan pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai dengan bakat, minat, renjana, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Model-model pembelajaran yang dapat digunakan antara lain projectbased learning, teaching factory, discovery-based learning, problembased learning, inquiry-based learning, atau model lainnya serta metode yang relevan. Mata pelajaran Dasar-Dasar Agribisnis Tanaman berkontribusi dalam membangun kemampuan dasar peserta didik menjadi pribadi 134 yang menguasai keahlian agribisnis tanaman dengan memegang teguh iman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia terhadap manusia dan alam, bernalar kritis, mandiri, kreatif, komunikatif, kolaboratif, dan adaptif terhadap perkembangan teknologi dan lingkungan. B. Tujuan Mata pelajaran Dasar-Dasar Agribisnis Tanaman bertujuan untuk membekali peserta didik dengan sikap, pengetahuan, dan keterampilan (hard skill dan soft skill) meliputi: 1. memahami proses bisnis secara menyeluruh di bidang agribisnis tanaman; 2. memahami perkembangan teknologi produksi tanaman dan isuisu global terkait dengan ketahanan pangan, perubahan iklim, dan pertanian berkelanjutan dalam rangka pelestarian ekosistem; 3. memahami agripreneur, profesi, job profile, dan peluang usaha dan bekerja di bidang agribisnis tanaman; 4. memahami penerapan teknis dasar proses produksi tanaman secara taat asas, taat prosedur, dan presisi dengan menerapkan K3; dan 5. memahami manajemen/pengelolaan secara menyeluruh proses kegiatan produksi tanaman. C. Karakteristik Pada hakikatnya mata pelajaran Dasar-Dasar Agribisnis Tanaman berfokus pada kompetensi bersifat dasar yang harus dimiliki oleh generasi muda penerus pertanian dengan menjadi agripreneur muda dan atau bekerja di industri produksi tanaman sesuai dengan perkembangan dunia kerja. Selain itu peserta didik diberikan pemahaman tentang proses bisnis, penerapan teknologi dan isu-isu global, profil entrepreneur, job profile, peluang usaha dan pekerjaan/profesi. Mata pelajaran Dasar-dasar Agribisnis Tanaman meliputi elemen sebagai berikut. 135 Elemen Deskripsi Proses bisnis secara Meliputi pemahaman proses bisnis secara menyeluruh di bidang agribisnis menyeluruh manajemen produksi bidang tanaman agribisnis tanaman, antara lain penerapan K3LH, perencanaan produk, mata rantai pasok (Supply Chain), logistik, proses produksi, penggunaan dan perawatan peralatan di bidang agribisnis tanaman, serta pengelolaan sumber daya manusia dengan memperhatikan potensi dan kearifan lokal. Perkembangan teknologi produksi dan isu-isu global terkait dengan agribisnis dan industri tanaman Meliputi pemahaman tentang perkembangan proses produksi tanaman secara konvensional sampai modern, pertanian perkotaan (urban farming), alat dan mesin pertanian dari yang konvensional sampai yang otomatis dan berbasis IOT, smart farming dan isu pemanasan global, perubahan iklim, ketersediaan pangan global, regional dan lokal, sustainable farming (pertanian berkelanjutan), serta penerapan bioteknologi dalam pertanian. Agripreneur, peluang usaha dan Meliputi pemahaman tentang profil agripreneur yang mampu membaca peluang pasar dan pekerjaan/profesi di bidang agribisnis tanaman usaha, profesi pemroduksi tanaman (petani) dalam rangka menumbuhkan jiwa wirausaha, serta peluang usaha dan peluang bekerja di bidang agribisnis tanaman. Teknis dasar proses produksi tanaman Meliputi pemahaman tentang pembiakan tanaman, persiapan tanam, pemeliharaan tanaman, panen dan penanganan pasca panen, pengemasan, dan distribusi produk hasil panen. Faktor-faktor yang berpengaruh Meliputi pemahaman tentang faktor-faktor yang berpengaruh kepada proses produksi tanaman: terhadap proses produksi faktor edafik, climatic, genetic, biotik, dan pirik. tanaman Pembiakan tanaman Meliputi pemahaman tentang pembiakan tanaman secara generatif dan vegetatif, baik konvensional maupun modern. Pengelolaan menyeluruh proses Meliputi pemahaman tentang penerapan dan produksi tanaman pengelolaan K3, pengelolaan lahan, sumber daya alam pendukung, sumber daya manusia, produksi tanaman berkelanjutan, limbah dengan prinsip 8R (Rethink, Reduce, Reuse, Refurbish, Repair, Repurpose, dan Recycle), kelembagaan pada rantai produksi dan pasar, serta pelestarian kearifan lokal. D. Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E (kelas X), peserta didik akan mendapatkan gambaran mengenai agribisnis tanaman sehingga mampu menumbuhkan passion dan vision untuk merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar. Pada aspek hard skills peserta didik akan mampu memahami elemen136 elemen kompetensi pada mata pelajaran Dasar-Dasar Agribisnis Tanaman sebagai berikut. Elemen Capaian Pembelajaran Proses bisnis secara menyeluruh di bidang agribisnis tanaman Pada akhir fase E, peserta didik dapat memahami proses bisnis secara menyeluruh manajemen produksi bidang agribisnis tanaman, antara lain penerapan K3LH, perencanaan produk, mata rantai pasok (Supply Chain), logistik, proses produksi, penggunaan dan perawatan peralatan di bidang agribisnis tanaman, serta pengelolaan sumber daya manusia dengan memperhatikan potensi dan kearifan lokal. Perkembangan teknologi produksi dan isu-isu global terkait dengan agribisnis dan industri tanaman Pada akhir fase E, peserta didik dapat memahami perkembangan proses produksi tanaman secara konvensional sampai modern, pertanian perkotaan (urban farming), alat dan mesin pertanian dari yang konvensional sampai yang otomatis dan berbasis IOT, smart farming dan isu pemanasan global, perubahan iklim, ketersediaan pangan global, regional dan lokal, sustainable farming (pertanian berkelanjutan), serta penerapan bioteknologi dalam pertanian. Agripreneur, peluang usaha dan pekerjaan/profesi di bidang agribisnis tanaman Pada akhir fase E, peserta didik dapat menjelaskan tentang profil agripreneur yang mampu membaca peluang pasar dan usaha, profesi pemroduksi tanaman (petani) dalam rangka menumbuhkan jiwa wirausaha, serta peluang usaha dan peluang bekerja di bidang agribisnis tanaman. Teknis dasar proses produksi tanaman Pada akhir fase E, peserta didik dapat menjelaskan tentang pembiakan tanaman, persiapan tanam, pemeliharaan tanaman, panen dan penanganan pasca panen, pengemasan, dan distribusi produk hasil panen. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses produksi tanaman Pada akhir fase E, peserta didik dapat menjelaskan tentang faktor-faktor yang berpengaruh kepada proses produksi tanaman: faktor edafik, climatic, genetic, biotik, dan pirik. Pembiakan tanaman Pada akhir fase E, peserta didik dapat menjelaskan tentang pembiakan tanaman secara generatif dan vegetatif, baik konvensional maupun modern. Pengelolaan menyeluruh proses produksi tanaman Pada akhir fase E, peserta didik dapat memahami penerapan dan pengelolaan K3, pengelolaan lahan, sumber daya alam pendukung, sumber daya manusia, produksi tanaman berkelanjutan, limbah dengan prinsip 8R (Rethink, Reduce, Reuse, Refurbish, Repair, Repurpose, dan Recycle), kelembagaan pada rantai produksi dan pasar, serta pelestarian kearifan lokal. 137 6.2 CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR AGRIBISNIS TERNAK A. Rasional Dasar-Dasar Agribisnis Ternak adalah mata pelajaran dasar pada program keahlian Agribisnis Ternak, merupakan mata pelajaran prasyarat bagi mata pelajaran kejuruan pada program keahlian Agribisnis Ternak. Mata pelajaran ini berisi kemampuan yang mendasari penguasaan keahlian Agribisnis Ternak agar peserta didik mampu berpikir ilmiah, bersikap positif, dan berketerampilan sesuai standar kompetensi yang dibutuhkan, mampu menemukan berbagai fakta, membangun konsep, dan nilai-nilai baru secara mandiri. Mata pelajaran ini menjadi dasar bagi peserta didik memahami proses Agribisnis Ternak yang meliputi: menyiapkan kandang, mengoperasikan peralatan farm, mengidentifikasi bibit ternak, membuat dan memberikan pakan, memelihara ternak, menjaga kesehatan hewan, mengelola recording farm, memanen dan memasarkan hasil panen sesuai standar. Mata pelajaran ini juga membekali peserta didik mampu mengaplikasikan dasar-dasar pemeliharaan ternak dalam berwirausaha dan/atau bekerja pada jabatan-jabatan di dunia usaha bidang peternakan. Mata pelajaran ini harus dipahami oleh peserta didik sebelum mempelajari mata pelajaran lain pada program keahlian Agribisnis Ternak, agar mereka ahli di bidang peternakan sekaligus bernalar kritis, mandiri, kreatif, dan adaptif. Selain itu, mata pelajaran ini juga memberikan wawasan bagi peserta didik tentang isu-isu global terkait dengan ketahanan pangan, perubahan iklim, dan kelestarian ekosistem. Setelah mempelajari mata pelajaran ini diharapkan peserta didik akan termotivasi untuk terus belajar dan mempelajari lebih lanjut tentang agribisnis peternakan yang akan dipelajari di kelas XI dan XII. Peserta didik juga diharapkan akan mampu mengembangkan secara mandiri usaha agribisnis peternakan, atau dapat berkiprah di dunia kerja sesuai tuntutan dan kebutuhan perkembangan industri peternakan. Pembelajaran mata pelajaran ini dapat dilakukan menggunakan berbagai pendekatan, strategi, metode serta model yang sesuai dengan karakteristik kompetensi yang harus dipelajari. Pembelajaran 138 tersebut harus dapat menciptakan pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai dengan bakat, minat, renjana, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Model-model pembelajaran yang dapat digunakan antara lain projectbased learning, teaching factory, discovery-based learning, problembased learning, inquiry-based learning, atau model lainnya serta metode yang relevan. Mata pelajaran Dasar-dasar Agribisnis Ternak ini berkontribusi dalam membangun kemampuan dasar peserta didik menjadi pribadi yang menguasai keahlian agribisnis ternak dengan memegang teguh iman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia terhadap manusia dan alam, bernalar kritis, mandiri, kreatif, komunikatif dan adaptif terhadap lingkungan. B. Tujuan Mata pelajaran Dasar-Dasar Agribisnis bertujuan untuk membekali peserta didik dengan dengan dasar-dasar pengetahuan, keterampilan, dan sikap baik soft skills maupun hard skills sehingga memiliki pemahaman yang utuh (komprehensif) tentang Program Keahlian Agribisnis Ternak setelah menyelesaikan proses pembelajaran, meliputi: 1. memahami profil dan proses bisnis industri bidang agribisnis ternak; 2. memahami perkembangan teknologi dan isu-isu global terkait bidang agribisnis ternak; 3. memahami agripreneur, lapangan kerja, dan peluang usaha di bidang agribisnis ternak; 4. memahami proses-proses dasar pekerjaan bidang peternakan; dan 5. memahami penanganan komoditas ternak sesuai prosedur Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan Hidup (K3LH). 139 C. Karakteristik Pada hakikatnya mata pelajaran Dasar-Dasar Agribisnis Ternak berfokus pada kompetensi bersifat dasar yang harus dimiliki oleh generasi muda penerus agribisnis peternakan dengan menjadi agripreneur muda dan atau bekerja di industri peternakan sesuai dengan perkembangan dunia kerja. Selain itu peserta didik diberikan pemahaman tentang proses bisnis, perkembangan penerapan teknologi dan isu-isu global, profil entrepreneur, job profile, peluang usaha dan pekerjaan/profesi. Mata pelajaran Dasar-Dasar Agribisnis Ternak meliputi elemen sebagai berikut. Elemen Deskripsi Meliputi pemahaman proses bisnis secara menyeluruh manajemen produksi bidang agribisnis ternak, antara lain penerapan K3LH, perencanaan produk, mata rantai pasok (Supply Chain), logistik, proses produksi, penggunaan dan perawatan peralatan di bidang agribisnis ternak, serta pengelolaan sumber daya manusia dengan memperhatikan potensi dan kearifan lokal. Proses bisnis secara menyeluruh di bidang agribisnis ternak Perkembangan teknologi produksi dan isu-isu global terkait dengan agribisnis dan industri ternak Meliputi pemahaman tentang teknologi peternakan seperti perkembangan bioteknologi, otomatisasi, aplikasi digitalisasi dan internet of things (IoT), serta isu-isu pemanasan global, perubahan iklim, ketersediaan pangan global, regional dan lokal, pertanian berkelanjutan, sistem kelembagaan pada rantai produksi dan pasar, dan limbah dengan prinsip 8R (Rethink, Refuse, Reuse, Refurbish, Repair, Repurpose, Recycle). Agripreneur, peluang usaha dan pekerjaan/profesi di bidang agribisnis ternak Meliputi pemahaman tentang profil agripreneur yang mampu membaca peluang pasar dan usaha, profesi pemroduksi ternak (petani ternak) dalam rangka menumbuhkan jiwa wirausaha, serta peluang usaha dan peluang bekerja di bidang agribisnis ternak. 140 Elemen Deskripsi Proses-proses dasar pada agribisnis ternak Meliputi pemahaman tentang konsep, prinsip dan prosedur peternakan (pembibitan, pakan, perkandangan, kesehatan ternak, pemeliharaan, pemanenan dan pemasaran). Penanganan komoditas peternakan sesuai prosedur Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Meliputi pemahaman tentang pengidentikasian karakteristik dan penanganan komoditas peternakan untuk disimpan, dikonsumsi, atau diproses lebih lanjut menjadi produk olahan setengah jadi, atau produk jadi dengan menerapkan prinsip dan prosedur K3. D. Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E (kelas X), peserta didik akan mendapatkan gambaran yang utuh mengenai program keahlian Agribisnis Ternak sehingga mampu menumbuhkan kebanggaan, harapan besar, passion dan vision untuk merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar. Pada akhir fase E, rumusan capaian pembelajaran dari masing-masing elemen pembelajaran sebagai berikut. Elemen Capaian Pembelajaran Proses bisnis secara menyeluruh di bidang agribisnis ternak Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami tentang proses bisnis secara menyeluruh manajemen produksi bidang agribisnis ternak, antara lain penerapan K3LH, perencanaan produk, mata rantai pasok (Supply Chain), logistik, proses produksi, penggunaan dan perawatan peralatan di bidang agribisnis ternak, serta pengelolaan sumber daya manusia dengan memperhatikan potensi dan kearifan lokal. Perkembangan teknologi produksi dan isu-isu global terkait dengan agribisnis dan industri ternak Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami tentang teknologi peternakan seperti perkembangan bioteknologi, otomatisasi, aplikasi digitalisasi dan internet of things (IoT), serta isu-isu pemanasan global, perubahan iklim, ketersediaan pangan global, regional dan lokal, pertanian berkelanjutan, sistem kelembagaan pada rantai produksi dan pasar, dan limbah dengan prinsip 8R (Rethink, Refuse, Reuse, Refurbish, Repair, Repurpose, Recycle). 141 Elemen Agripreneur, peluang usaha dan pekerjaan/profesi di bidang agribisnis ternak Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E, peserta didik mampu menjelaskan tentang profil agripreneur yang mampu membaca peluang pasar dan usaha, profesi pemroduksi ternak (petani ternak) dalam rangka menumbuhkan jiwa wirausaha, serta peluang usaha dan peluang bekerja di bidang agribisnis ternak. Proses-proses dasar pada agribisnis ternak Pada akhir fase E, peserta didik mampu menjelaskan tentang konsep, prinsip dan prosedur peternakan (pembibitan, pakan, perkandangan, kesehatan ternak, pemeliharaan, pemanenan dan pemasaran). Penanganan komoditas peternakan sesuai prosedur Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Pada akhir fase E, peserta didik mampu menjelaskan tentang pengidentikasian karakteristik dan penanganan komoditas peternakan untuk disimpan, dikonsumsi, atau diproses lebih lanjut menjadi produk olahan setengah jadi, atau produk jadi dengan menerapkan prinsip dan prosedur K3. 142 6.3 CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR AGRIBISNIS PERIKANAN A. Rasional Dasar-Dasar Agribisnis Perikanan merupakan mata pelajaran yang berisi kemampuan yang mendasari penguasaan keahlian agribisnis perikanan. Mata pelajaran ini berfungsi membekali kemampuan agar peserta didik berfikir ilmiah, bersikap positif dan berketerampilan sesuai standar kompetensi yang dibutuhkan. Peserta didik diarahkan untuk menemukan berbagai fakta, membangun konsep, dan nilainilai baru secara mandiri. Mata pelajaran Dasar-Dasar Agribisnis Perikanan harus dipahami oleh peserta didik sebelum mempelajari mata pelajaran lain pada program keahlian Agribisnis Perikanan lebih lanjut dan berkontribusi memampukan peserta didik menjadi ahli di bidang budidaya ikan, sekaligus bernalar kritis, mandiri, kreatif dan adaptif. Mata pelajaran ini juga merupakan pembelajaran dasar untuk memahami penerapan bioteknologi dan teknologi budidaya pada kegiatan budidaya perikanan, agar peserta didik dapat mengembangkan kreativitas dalam meningkatkan hasil produksi komoditas perikanan. Setelah mempelajari mata pelajaran ini diharapkan peserta didik termotivasi untuk terus mempelajari lebih lanjut tentang agribisnis perikanan secara utuh di kelas XI dan XII, hingga mampu mengembangkan secara mandiri usaha agribisnis perikanan, atau dapat berkiprah di dunia kerja sesuai tuntutan dan kebutuhan industri agribisnis perikanan. Agribisnis perikanan adalah industri yang berbasis budidaya perairan, berperan penting dalam penyediaan bahan pangan, pakan, dan produk lain yang bersumber dari hasil perikanan. Pada mata pelajaran ini juga membahas isu-isu global tentang ketahanan pangan, perubahan iklim dan kelestarian ekosistem. Pembelajaran mata pelajaran ini dapat dilakukan menggunakan berbagai pendekatan, strategi, metode serta model yang sesuai dengan karakteristik kompetensi yang harus dipelajari. Pembelajaran tersebut harus dapat menciptakan pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik 143 untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai dengan bakat, minat, renjana, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Model-model pembelajaran yang dapat digunakan antara lain projectbased learning, teaching factory, discovery-based learning, problembased learning, inquiry-based learning, atau model lainnya serta metode yang relevan. Mata pelajaran Dasar-Dasar Agribisnis Perikanan juga berkontribusi dalam membangun kemampuan dasar peserta didik menjadi pribadi yang menguasai keahlian agribisnis perikanan yang memegang teguh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia terhadap sesama manusia dan alam, bernalar kritis, mandiri, kreatif, komunikatif dan adaptif terhadap lingkungan. B. Tujuan Mata pelajaran Dasar-dasar Agribisnis Perikanan bertujuan untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap (soft skills dan hard skills) meliputi: 1. memahami proses bisnis secara menyeluruh di bidang agribisnis perikanan; 2. memahami perkembangan teknologi industri agribisnis perikanan dan isu-isu global terkait dengan ketahanan pangan, perubahan iklim, dan pertanian berkelanjutan dalam rangka pelestarian ekosistem; 3. memahami agripreneur, profesi, job profile, dan peluang usaha dan bekerja di bidang agribisnis perikanan; 4. memahami karakteristik komoditas perikanan; 5. memahami manajemen kegiatan agribisnis perikanan; 6. memahami teknis dasar produksi budidaya perikanan; dan 7. Memahami dasar analisa usaha dan pemasaran. C. Karakteristik Mata pelajaran Dasar-Dasar Agribisnis Perikanan harus dipahami peserta didik program keahlian Agribisnis Perikanan, mencakup 144 komoditas perikanan budidaya seperti ikan bersirip (finfish), moluska (kekerangan), crustacea (udang dan kepiting) maupun rumput laut, pemahaman tentang tentang potensi, profil dan profesi di industri agribisnis perikanan, sistem teknologi budidaya, prinsip ekologi perairan dan isu-isu global bidang budidaya perikanan, karakteristik komoditas perikanan, teknis dasar produksi budidaya perikanan, pengenalan analisis usaha dan pemasaran. Pada hakikatnya mata pelajaran Dasar-Dasar Agribisnis Perikanan berfokus pada kompetensi bersifat dasar yang harus dimiliki oleh generasi muda penerus usaha perikanan dengan menjadi agripreneur muda dan atau bekerja di industri perikanan sesuai dengan perkembangan dunia kerja. Selain itu peserta didik diberikan pemahaman tentang proses bisnis, perkembangan penerapan teknologi dan isu-isu global, profil entrepreneur, job profile, peluang usaha dan pekerjaan/profesi. Mata pelajaran Dasar-Dasar Agribisnis Perikanan meliputi elemen sebagai berikut. Elemen Deskripsi Proses bisnis secara menyeluruh di bidang agribisnis perikanan Meliputi pemahaman proses bisnis secara menyeluruh industri agribisnis perikanan antara lain tentang perbenihan, pembesaran, pemanenan, dan perlakuan pasca panen; penerapan K3LH, perencanaan produk, mata rantai pasok (Supply Chain), logistik, proses produksi, penggunaan dan perawatan peralatan di bidang agribisnis perikanan, serta pengelolaan sumber daya manusia dengan memperhatikan potensi dan kearifan lokal. Perkembangan sistem teknologi, ekologi perairan dan isu-isu global di bidang agribisnis perikanan ramah lingkungan Meliputi perkembangan sistem teknologi dan budidaya ramah lingkungan yaitu bioteknologi, otomatisasi, digitalisasi, Internet of Things (IoT), ekologi perairan dan isuisu global terkait perkembangan agribisnis perikanan seperti environment-friendly aquaculture, smart farming, pemanasan global, perubahan iklim, ketersediaan pangan global, regional dan lokal, serta sustainable farming (pertanian berkelanjutan). 145 Elemen D. Deskripsi Agripreneur, peluang usaha dan pekerjaan/profesi di bidang agribisnis perikanan Meliputi pemahaman tentang profil agripreneur yang mampu membaca peluang pasar dan usaha, profesi pemroduksi ikan (petani ikan) dalam rangka menumbuhkan jiwa wirausaha, serta peluang usaha dan peluang bekerja di bidang agribisnis perikanan. Teknis dasar budidaya perikanan Meliputi pemahaman melalui praktik terbatas proses produksi budidaya perikanan sesuai K3LH, persiapan produksi budidaya perikanan dasar, pemeliharaan ikan dasar, manajemen pakan alami dan buatan dasar, manajemen kualitas air dan hama penyakit ikan dasar, panen dan penanganan pasca panen dasar, pengemasan dan distribusi produk dasar. Karakteristik komoditas perikanan Meliputi pemahaman tentang karakteristik komoditas perikanan yaitu morfologi, anatomi serta sistem fisiologis pada berbagai komoditas perikanan, seperti ikan bersirip (finfish), kekerangan (moluska), udang/kepiting/rajungan (crustacea), dan rumput laut. Manajemen kegiatan agribisnis perikanan Meliputi pemahaman tentang manajemen kegiatan agribisnis perikanan yaitu pengelolaan sumber daya alam dasar, pengelolaan sumber daya manusia, alur produksi perikanan yang berkelanjutan, pengelolaan limbah dengan prinsip 8R (Rethink, Refuse, Reuse, Refurbish, Repair, Repurpose, Recycle), serta pelestarian kearifan lokal, Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan Hidup (K3LH), Pengenalan analisa usaha dan pemasaran Meliputi pemahaman tentang perhitungan dasar analisa usaha, survei pasar, pengidentifikasian produk perikanan, pengidentifikasian jenisjenis pasar, pengenalan profil (biografi) pengusaha, pengidentifikasian jenisjenis usaha, pengenalan rantai pasok dan permintaan, dan pengenalan tentang peningkatan nilai tambah suatu produk. Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E (kelas X), peserta didik akan mendapatkan gambaran menyeluruh mengenai program keahlian Agribisnis Perikanan dalam rangka menumbuhkan renjana (passion), visi (vision), imajinasi, dan kreativitas untuk merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar. Capaian pembelajaran pada elemen-elemen mata pelajaran Dasar-Dasar Agribisnis Perikanan 146 adalah sebagai berikut. Elemen Capaian Pembelajaran Proses bisnis secara menyeluruh di bidang agribisnis tanaman Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami proses bisnis secara menyeluruh industri agribisnis perikanan antara lain tentang perbenihan, pembesaran, pemanenan, dan perlakuan pasca panen; penerapan K3LH, perencanaan produk, mata rantai pasok (Supply Chain), logistik, proses produksi, penggunaan dan perawatan peralatan di bidang agribisnis perikanan, serta pengelolaan sumber daya manusia dengan memperhatikan potensi dan kearifan lokal. Perkembangan sistem teknologi, ekologi perairan dan isu-isu global di bidang agribisnis perikanan ramah lingkungan Pada akhir fase E, peserta didik mampu menjelaskan perkembangan sistem teknologi dan budidaya ramah lingkungan yaitu bioteknologi, otomatisasi, digitalisasi, Internet of Thing (IoT), ekologi perairan dan isu-isu global terkait perkembangan agribisnis perikanan seperti environment-friendly aquaculture, smart farming, pemanasan global, perubahan iklim, ketersediaan pangan global, regional dan lokal, serta sustainable farming (pertanian berkelanjutan). Agripreneur, peluang usaha dan pekerjaan/profesi di bidang agribisnis perikanan Pada akhir fase E, peserta didik mampu menjelaskan tentang profil agripreneur yang mampu membaca peluang pasar dan usaha, profesi pemroduksi ikan (petani ikan) dalam rangka menumbuhkan jiwa wirausaha, serta peluang usaha dan peluang bekerja di bidang agribisnis perikanan. Teknis dasar budidaya perikanan Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami melalui praktik terbatas tentang proses produksi budidaya perikanan sesuai K3LH, persiapan produksi budidaya perikanan dasar, pemeliharaan ikan dasar, manajemen pakan alami dan buatan dasar, manajemen kualitas air dan hama penyakit ikan dasar, panen dan penanganan pasca panen dasar, pengemasan dan distribusi produk dasar. Karakteristik komoditas perikanan Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami tentang karakteristik komoditas perikanan yaitu morfologi, anatomi serta sistem fisiologis pada berbagai komoditas perikanan, seperti ikan bersirip (finfish), kekerangan (moluska), udang/kepiting/rajungan (crustacea), dan rumput laut. 147 Elemen Capaian Pembelajaran Manajemen kegiatan agribisnis perikanan Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami tentang manajemen kegiatan agribisnis perikanan yaitu pengelolaan sumber daya alam dasar, pengelolaan sumber daya manusia, alur produksi perikanan yang berkelanjutan, pengelolaan limbah dengan prinsip 8R (Rethink, Refuse, Reuse, Refurbish, Repair, Repurpose, Recycle), serta pelestarian kearifan lokal, keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup (K3LH). Pengenalan analisa usaha dan pemasaran Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami tentang perhitungan dasar analisa usaha, survei pasar, pengidentifikasian produk perikanan, pengidentifikasian jenisjenis pasar, pengenalan profil (biografi) pengusaha, pengidentifikasian jenisjenis usaha, pengenalan rantai pasok dan permintaan, dan pengenalan tentang peningkatan nilai tambah suatu produk. 148 6.4 CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR USAHA PERTANIAN TERPADU A. Rasional Dasar-Dasar Usaha Pertanian Terpadu merupakan mata pelajaran yang berisi kompetensi-kompetensi yang mendasari penguasaan keahlian usaha pertanian yang memadukan dua usaha pertanian atau lebih dalam pengelolaannya. Usaha pertanian terpadu sangat penting pada masa sekarang di mana dibutuhkan keterampilan pengelolaan dalam kondisi keterbatasan lahan, air, dan sumber daya penting lainnya, serta dampak perubahan iklim terhadap produktivitas pertanian. Selain itu, usaha pertanian terpadu juga berperan dalam penyediaan bahan pangan, pakan dan produk lain yang bersumber dari hasil pertanian atau hayati yang berkelanjutan khususnya sesuai dengan kearifan lokal pertanian berkelanjutan yang dimiliki Indonesia. Mata pelajaran ini akan membuka minat dan bakat (passion) peserta didik tentang usaha pertanian terpadu, serta menumbuhkan kebanggaan sebagai penggiat bidang pertanian modern Indonesia yang nantinya akan menjadi ujung tombak ketahanan pangan. Usaha pertanian terpadu dibagi menjadi 3 (tiga) model sistem usaha, yaitu: 1) sistem usaha pertanian terpadu berbasis tanaman, 2) sistem usaha pertanian terpadu berbasis ternak, dan 3) sistem usaha pertanian terpadu berbasis perikanan. Usaha pertanian terpadu ini dapat dilakukan dengan cara horizontal dan vertikal. Usaha pertanian terpadu secara horizontal adalah memadukan dua kegiatan usaha atau lebih antar komoditas pertanian (misalnya: usaha budidaya kacang tanah dengan usaha budidaya jagung, usaha budidaya padi dengan usaha budidaya ikan, usaha budidaya ayam dengan usaha budidaya ikan, usaha budidaya kelapa dengan usaha budidaya sapi, dan lain sebagainya). Sedangkan usaha pertanian terpadu secara vertikal adalah memadukan dua kegiatan usaha pertanian atau lebih, bisa dalam satu komoditas ataupun berbeda komoditas. Usaha pertanian terpadu secara vertikal dalam satu komoditas, misalnya: usaha budidaya ternak sapi perah dengan pengolahan susunya, usaha 149 budidaya ternak sapi dengan pembuatan biogas dari kotoran sapinya, usaha budidaya kedelai dengan usaha pembuatan tempenya dan lain sebagainya. Sedangkan usaha pertanian terpadu secara vertikal berbeda komoditas, misalnya: Usaha pembuatan tahu dengan usaha memelihara ternak sapi yang diberikan makan limbah tahu (bungkil tahu), usaha pembuatan tahu dengan usaha pembuatan pakan dengan salah satu bahannya dari limbah tahu (bungkil tahu) dan lain sebagainya. Mata pelajaran ini memberikan pengetahuan dan keterampilan teknis dasar bagi peserta didik tentang usaha pertanian terpadu; proses pengolahan hasil pertanian mulai dari bahan baku, produksi, hingga marketing dengan pendekatan holistic dan systematic thinking. Selain itu, mata pelajaran ini penting bagi peserta didik dalam memahami tentang isu-isu global tentang ketahanan pangan, perubahan iklim dan kelestarian ekosistem, juga sebagai landasan pengetahuan dan keterampilan untuk mengembangkan kompetensi Usaha Pertanian Terpadu di kelas XI dan XII. Pembelajaran mata pelajaran ini dapat dilakukan menggunakan berbagai pendekatan, strategi, metode serta model yang sesuai dengan karakteristik kompetensi yang harus dipelajari. Pembelajaran tersebut harus dapat menciptakan pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai dengan bakat, minat, renjana, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Modelmodel pembelajaran yang dapat digunakan antara lain project-based learning, teaching factory, discovery-based learning, problem-based learning, inquiry-based learning, atau model lainnya serta metode yang relevan. Cara pembelajaran di atas akan mampu mengembangkan peserta didik sebagai pribadi yang beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia baik kepada diri sendiri, kepada sesama, maupun kepada alam serta lingkungan, gotong royong, mandiri, kemampuan menyelesaikan tugas dan pekerjaan tepat waktu, integritas, bernalar kritis, kreatif khususnya berinovasi untuk mengembangkan pertanian terpadu yang sesuai dengan 150 kearifan lokal Indonesia untuk kemandirian pangan di masa depan. B. Tujuan Mata pelajaran Dasar-dasar Usaha Pertanian Terpadu bertujuan membekali peserta didik dengan dasar-dasar pengetahuan, keterampilan, dan sikap (soft skills dan hard skills): 1. memahami profil industri, dunia usaha atau dunia kerja dan proses bisnis di bidang usaha pertanian terpadu; 2. memahami perkembangan teknologi, proses produksi, dan isu-isu global di bidang usaha pertanian terpadu; 3. memahami konsep dasar konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya; 4. memahami agripreneur, profesi, job profile, peluang usaha dan peluang bekerja di bidang usaha pertanian terpadu; 5. memahami penanganan dasar komoditas pertanian usaha pertanian terpadu sesuai prosedur serta keselamatan, kesehatan kerja, dan lingkungan hidup (K3LH); dan 6. memahami teknik dasar usaha pertanian terpadu. C. Karakteristik Mata Pelajaran Dasar-Dasar Usaha Pertanian Terpadu merupakan dasar mempelajari kompetensi usaha pertanian terpadu selanjutnya. Dasar-dasar usaha pertanian terpadu dapat membuka wawasan peserta didik tentang sistem usaha pertanian terpadu yang memadukan 2 (dua) atau lebih kegiatan usaha di bidang pertanian, baik secara horizontal maupun vertikal. Pada hakikatnya mata pelajaran Dasar-Dasar Usaha Pertanian Terpadu berfokus pada kompetensi bersifat dasar yang harus dimiliki oleh generasi muda penerus usaha pertanian terpadu dengan menjadi agripreneur muda dan atau bekerja di industri pertanian terpadu sesuai dengan perkembangan dunia kerja. Selain itu peserta didik diberikan pemahaman tentang proses bisnis, perkembangan penerapan teknologi dan isu-isu global, entrepreneur, job profile, peluang usaha dan pekerjaan/profesi. 151 profil Mata pelajaran Dasar-Dasar Usaha Pertanian Terpadu meliputi elemen sebagai berikut. Elemen Deskripsi Proses bisnis secara menyeluruh di bidang usaha pertanian terpadu Meliputi pemahaman tentang proses bisnis secara menyeluruh manajemen produksi bidang usaha pertanian terpadu, antara lain penerapan K3LH, perencanaan produk, mata rantai pasok (Supply Chain), logistik, proses produksi, penggunaan dan perawatan peralatan di bidang usaha pertanian terpadu, serta pengelolaan sumber daya manusia dengan memperhatikan potensi dan kearifan lokal. Perkembangan teknologi dan isu-isu global terkait bidang usaha pertanian terpadu Meliputi pemahaman tentang perkembangan proses produksi pertanian terpadu secara konvensional sampai modern, pertanian perkotaan (urban farming), alat dan mesin pertanian dari yang konvensional sampai yang otomatis dan berbasis IOT, smart farming dan isu pemanasan global, perubahan iklim, ketersediaan pangan global, regional dan lokal, sustainable farming (pertanian berkelanjutan), serta penerapan bioteknologi dalam pertanian. Agripreneur, peluang usaha dan pekerjaan/profesi di bidang usaha pertanian terpadu Meliputi pemahaman tentang profil agripreneur yang mampu membaca peluang pasar dan usaha, profesi petani terpadu dalam rangka menumbuhkan jiwa wirausaha, serta peluang usaha dan peluang bekerja di bidang usaha pertanian terpadu. Penanganan komoditas hasil pertanian sesuai prosedur serta Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan Hidup (K3LH) Meliputi pemahaman tentang dasar penanganan komoditas hasil pertanian sesuai prosedur serta Kesehatan, Keselamatan kerja dan Lingkungan Hidup (K3LH), yaitu identifikasi karakteristik dan penanganan hasil pertanian pasca panen untuk disimpan, dikonsumsi atau diproses lebih lanjut menjadi produk olahan setengah jadi atau produk jadi. Teknik dasar usaha pertanian terpadu Meliputi pemahaman tentang teknik dasar usaha pertanian terpadu sesuai K3LH, yaitu teknik dasar budidaya tanaman, teknik dasar budidaya ternak, teknik dasar budidaya ikan, teknik dasar pengolahan hasil pertanian, dan teknik dasar usaha pertanian terpadu mulai dari persiapan budidaya, pelaksanaan budidaya sampai dengan pemanenan. 152 D. Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E (kelas X), peserta didik akan mendapatkan gambaran utuh mengenai program keahlian Usaha Pertanian Terpadu, sehingga mampu menumbuhkan passion dan vision untuk merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar. Selain itu pada akhir fase E, pada aspek soft skills dan hard skills peserta didik mampu memahami profil industri, dunia usaha atau dunia kerja dan profesi/wirausaha di bidang usaha pertanian terpadu, perkembangan teknologi di bidang usaha pertanian terpadu, isu-isu global terkait dengan usaha pertanian terpadu dan upaya penanganannya pada tingkat lokal, penanganan komoditas hasil pertanian sesuai prosedur dan Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan Hidup (K3LH), manajemen pada usaha pertanian terpadu secara holistik, teknik dasar usaha pertanian terpadu. Capaian Pembelajaran tersebut seperti di bawah ini. Elemen Capaian Pembelajaran Proses bisnis secara menyeluruh di bidang usaha pertanian terpadu Pada akhir fase E, peserta didik dapat memahami proses bisnis secara menyeluruh manajemen produksi bidang usaha pertanian terpadu, antara lain penerapan K3LH, perencanaan produk, mata rantai pasok (Supply Chain), logistik, proses produksi, penggunaan dan perawatan peralatan di bidang usaha pertanian terpadu, serta pengelolaan sumber daya manusia dengan memperhatikan potensi dan kearifan lokal. Perkembangan teknologi dan isu-isu global terkait bidang usaha pertanian terpadu Pada akhir fase E, peserta didik dapat memahami tentang perkembangan proses produksi pertanian terpadu secara konvensional sampai modern, pertanian perkotaan (urban farming), alat dan mesin pertanian dari yang konvensional sampai yang otomatis dan berbasis IOT, smart farming dan isu pemanasan global, perubahan iklim, ketersediaan pangan global, regional dan lokal, sustainable farming (pertanian berkelanjutan), serta penerapan bioteknologi dalam pertanian. 153 Elemen Capaian Pembelajaran Agripreneur, peluang usaha dan pekerjaan/profesi di bidang usaha pertanian terpadu Pada akhir fase E, peserta didik dapat menjelaskan tentang profil agripreneur yang mampu membaca peluang pasar dan usaha, profesi petani terpadu dalam rangka menumbuhkan jiwa wirausaha, serta peluang usaha dan peluang bekerja di bidang usaha pertanian terpadu. Penanganan komoditas hasil pertanian sesuai prosedur serta Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan Hidup (K3LH) Pada akhir fase E, peserta didik dapat menjelaskan penanganan komoditas hasil pertanian sesuai prosedur serta keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan hidup (K3LH), yaitu identifikasi karakteristik dan penanganan hasil pertanian pasca panen untuk disimpan, dikonsumsi atau diproses lebih lanjut menjadi produk olahan setengah jadi atau produk jadi. Teknik dasar usaha pertanian terpadu Pada akhir fase E, peserta didik dapat menjelaskan teknik dasar usaha pertanian terpadu sesuai K3LH, yaitu teknik dasar budidaya tanaman, teknik dasar budidaya ternak, teknik dasar budidaya ikan, teknik dasar pengolahan hasil pertanian, dan teknik dasar usaha pertanian terpadu mulai dari persiapan budidaya, pelaksanaan budidaya sampai dengan pemanenan. 154 6.5 CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR AGRITEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN A. Rasional Dasar-Dasar Agriteknologi Pengolahan Hasil Pertanian merupakan mata pelajaran yang berisi kemampuan-kemampuan dasar-dasar penguasaan keahlian pengolahan hasil pertanian dan pengawasan mutu hasil pertanian. Agriteknologi Pengolahan Hasil Pertanian adalah industri yang berbasis bahan hasil pertanian atau industri pertanian. Industri Pengolahan Hasil Pertanian merupakan industri yang penting karena berperan dalam penyediaan bahan pangan, pakan, dan produk lain yang bersumber dari hasil pertanian atau hayati. Mata pelajaran ini akan menumbuhkan minat dan bakat (passion) peserta agriteknologi didik tentang pengolahan hasil hal yang pertanian, berkaitan dan dengan membangun kebanggaan sebagai penggiat bidang pertanian modern. Mata pelajaran ini memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar bagi peserta didik tentang proses pengolahan hasil pertanian, mulai dari bahan baku, produksi, hingga marketing dengan pendekatan holistik. Salah satu pendekatan tersebut adalah konsep ekonomi sirkuler, yaitu memadukan proses dari penanaman, pengelolaan komoditas hasil panen, pengolahan hasil panen, limbah pasca panen, dan keterkaitan hubungan dengan unit- unit usaha lainnya. Selain itu, mata pelajaran ini akan melengkapi peserta didik dengan kemampuan pemahaman dalam merencanakan, merancang, menerapkan dan memanfaatkan teknologi di bidang agriteknologi berdasarkan prinsip pertanian berkelanjutan. Mata pelajaran ini juga penting bagi peserta didik dalam memahami isu-isu global tentang ketahanan pangan, perubahan iklim, dan kelestarian ekosistem. Mata pelajaran Dasar-Dasar Agriteknologi Pengolahan Hasil Pertanian membiasakan peserta didik berfikir ilmiah, bersikap positif, dan berketerampilan sesuai standar. Peserta didik diarahkan untuk menemukan sendiri berbagai fakta, membangun konsep, dan nilainilai baru secara mandiri, menjadi dasar untuk mengembangkan rasa keingintahuan tentang pentingnya berkelanjutan, menggunakan 155 industri metode yang pertanian sesuai yang dengan perkembangan zaman dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan. Mata pelajaran ini menjadi landasan pengetahuan dan keterampilan untuk pembelajaran lebih lanjut di kelas XI dan XII. Pembelajaran mata pelajaran ini dapat dilakukan menggunakan berbagai pendekatan, strategi, metode serta model yang sesuai dengan karakteristik kompetensi yang harus dipelajari. Pembelajaran tersebut harus dapat menciptakan pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai dengan bakat, minat, renjana, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Model-model pembelajaran yang dapat digunakan antara lain projectbased learning, teaching factory, discovery-based learning, problembased learning, inquiry-based learning, atau model lainnya serta metode yang relevan. Dasar-Dasar Agriteknologi Pengolahan Hasil Pertanian berkontribusi dalam memampukan peserta didik menjadi ahli di bidang pengolahan dan pengawasan mutu hasil pertanian (nabati/tanaman, hewani dan ikan), karena memuat materi softskill dan hardskill yang bersifat fundamental (mendasar) sekaligus membiasakan untuk bernalar kritis, berupaya secara mandiri, berorietnasi kreatif dan mampu beradaptasi pada keragaman global serta mengedapankan kegototongroyongan dalam pencapaian tujuan dan menyelesaikan masalah. Peserta didik dibiasakan juga menerapkan etika bisnis pengolahan hasil pertanian dan pengujian mutu hasil pertanian yang dilandasi keimanan, ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, menampilkan diri sebagai individu dengan akhlak mulia, berwawasan lingkungan dan kearifan lokal secara bertanggung jawab. B. Tujuan Mata pelajaran Dasar-Dasar Agriteknologi Pengolahan Hasil Pertanian bertujuan membekali peserta didik dengan dasar-dasar pengetahuan, keterampilan, dan sikap (soft skills dan hard skills): 1. memahami proses bisnis secara menyeluruh di bidang industri pengolahan hasil pertanian sebagai kesadaran untuk 156 berperan aktif dalam proses pembelajaran; 2. memahami perkembangan teknologi yang digunakan, proses kerja, dan isu-isu global di bidang industri pengolahan hasil pertanian sebagai peluang dan tantangan yang harus dicapai atau diatasi dalam proses pembelajaran; 3. memahami agripreneur, lapangan kerja dan peluang usaha di bidang industri pengolahan hasil pertanian sebagai kesadaran untuk penguatan motivasi dalam pembelajaran; 4. memahami penanganan komoditas pertanian sesuai prosedur Kesehatan dan Keselamatan Kerja serta Lingkungan Hidup (K3LH); 5. memahami proses-proses dasar pada pengolahan hasil pertanian sesuai prosedur K3LH; dan 6. memahami teknik dasar laboratorium pengujian mutu hasil pertanian sesuai prosedur K3LH. C. Karakteristik Mata pelajaran Pertanian berisi Dasar-Dasar pengetahuan, Agriteknologi keterampilan, Pengolahan dan sikap Hasil yang diperlukan dalam memahami industri pengolahan hasil pertanian sebagai bisnis yang menerapkan teknologi yang terus berkembang untuk menjawab tantangan adanya isu-isu global dan kemampuan dasar-dasar proses dan pengolahan hasil pertanian, serta kemampuan dasar-dasar teknik kerja di laboratorium pengujian mutu hasil peretanian. Pada hakikatnya mata pelajaran Dasar-Dasar Agriteknologi Pengolahan Hasil Pertanian berfokus pada kompetensi bersifat dasar yang harus dimiliki oleh generasi muda penerus usaha agriteknologi pengolahan hasil pertanian dengan menjadi agripreneur muda dan atau bekerja di industri agriteknologi pengolahan hasil pertanian sesuai dengan perkembangan dunia kerja. Selain itu peserta didik diberikan pemahaman tentang proses bisnis, perkembangan penerapan teknologi dan isu-isu global, profil entrepreneur, job profile, peluang usaha dan pekerjaan/profesi. Mata pelajaran Dasar-Dasar 157 Agriteknologi Pengolahan Hasil Pertanian meliputi elemen sebagai berikut. Elemen Deskripsi Proses bisnis secara menyeluruh di bidang industri pengolahan hasil pertanian; Meliputi pemahaman tentang proses bisnis industri pengolahan hasil pertanian, antara lain tentang klasifikasi industri, lingkup usaha, penerapan K3LH, perencanaan produk, mata rantai pasok (supply chain), logistik, proses produksi, penggunaan dan perawatan mesin dan peralatan, serta pengelolaan sumber daya dengan memperhatikan potensi dan kearifan lokal. Perkembangan teknologi yang digunakan, proses kerja, dan isu- isu global di bidang industri pengolahan hasil pertanian; Meliputi pemahaman tentang perkembangan teknologi pengolahan hasil pertanian dan pengujian mutunya, yaitu bioteknologi, nanoteknologi, otomatisasi, digitalisasi, Internet of Things (IoT); pemahaman tentang pemanasan global, perubahan iklim, ketersediaan pangan global, regional dan lokal, pertanian berkelanjutan, sistem kelembagaan pada rantai produksi dan pasar. Agripreneur, lapangan kerja dan peluang usaha di bidang agriteknologi pengolahan hasil pertanian; Meliputi pengenalan profil agripreneur yang mampu membaca peluang pasar dan usaha dalam rangka menumbuhkan jiwa wirausaha, profil profesi atau jabatan dalam industri pengolahan hasil pertanian yang menjaga ketersediaan pangan dalam rangka menumbuhkan sikap profesionalisme dalam bekerja. Proses dan teknik dasar pengoperasian alat dan mesin penanganan dan pengolahan hasil pertanian Meliputi pemahaman tentang konsep, prinsip, dan prosedur pada proses-proses dasar penanganan dan pengolahan hasil pertanian (tanaman/nabati, ternak dan ikan) meliputi proses pengecilan ukuran (pemotongan, pengirisan, pemarutan, pencacahan, penghancuran, dan penggilingan), proses termal (pendinginan, pembekuan, pasteurisasi, sterilisasi, pengeringan, pemanggangan, penyangraian, dan penggorengan), proses kimia dan biokimia (penggaraman, penggulaan, pengasaman/ fermentasi), dan 158 Elemen Penanganan komoditas pertanian sesuai prosedur, Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan Hidup (K3LH), Prinsip dan teknik kerja laboratorium pengujian mutu hasil pertanian Deskripsi proses pemisahan (pengayakan, penyaringan, destilasi, ekstraksi, pengendapan, penggumpalan dan evaporasi) serta proses pencampuran bahan. Meliputi pemahaman tentang pengidentifikasian karakteristik dan penanganan (sortasi, grading, pengawetan, pengemasan, pengepakan dan penyimpanan dingin) hasil pertanian (tanaman, ternak dan ikan) pasca panen untuk disimpan, dikonsumsi atau diproses lebih lanjut menjadi produk olahan setengah jadi, atau produk jadi dengan menerapkan prinsip dan prosedur K3LH. Meliputi pemahaman tentang prinsip, prosedur penggunaan, dan perawatan peralatan gelas (gelas alat ukur volume, gelas wadah, gelas aparatus destilasi, aparatus ekstraksi, aparatus filtrasi, aparatus titrasi, gelas wadah, gelas reaktor/ pencampur, dan alat gelas penunjang), peralatan bukan gelas (neraca analitik, oven, waterbath, tanur, inkubator, autoclave, fume hood atau fume-scrubber, hot plate, bunsen atau burner, Laminary Air Flow/LAF), pengenalan, penanganan dan penggunaan bahan kimia pereaksi dan bahan kimia standar (pembuatan larutan dan standardisasi larutan), teknik kerja aseptik, sterilisasi peralatan dan sterilisasi media, serta penanganan limbah laboratorium. 159 D. Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E (kelas X), peserta didik akan mendapatkan gambaran lengkap mengenai program keahlian Agriteknologi Pengolahan Hasil Pertanian, agar dapat menumbuhkan kebanggaan, harapan besar, passion dan vision untuk merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar. Rumusan capaian pembelajaran masing-masing elemen pembelajaran adalah sebagai berikut. Elemen Capaian Pembelajaran Proses bisnis secara menyeluruh di bidang industri pengolahan hasil pertanian; Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami proses bisnis industri pengolahan hasil pertanian, antara lain tentang klasifikasi industri, lingkup usaha, penerapan K3LH, perencanaan produk, mata rantai pasok (supply chain), logistik, proses produksi, penggunaan dan perawatan peralatan, serta pengelolaan sumber daya dengan memperhatikan potensi dan kearifan lokal. Perkembangan teknologi yang digunakan, proses kerja, dan isu-isu global di bidang industri pengolahan hasil pertanian; Pada akhir fase E, peserta didik mampu menjelaskan perkembangan teknologi pengolahan hasil pertanian dan pengujian mutunya, yaitu bioteknologi, nanoteknologi, otomatisasi, digitalisasi, Internet of Things (IoT); pemahaman tentang pemanasan global, perubahan iklim, ketersediaan pangan global, regional dan lokal, pertanian berkelanjutan, sistem kelembagaan pada rantai produksi dan pasar. Agripreneur, lapangan kerja dan peluang usaha di bidang agriteknologi pengolahan hasil pertanian; Pada akhir fase E, peserta didik mampu menjelaskan profil agripreneur yang mampu membaca peluang pasar dan usaha untuk menumbuhkan jiwa wirausaha, serta profil profesi atau jabatan di industri pengolahan hasil pertanian yang menjaga ketersediaan pangan dalam rangka menumbuhkan sikap profesionalisme dalam bekerja. 160 Elemen Capaian Pembelajaran Proses dan teknik dasar pengoperasian alat dan mesin penanganan dan pengolahan hasil pertanian Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami konsep, prinsip, dan prosedur melalui praktik terbatas proses-proses dasar pengolahan hasil pertanian (nabati/tanaman, hewani, dan ikan meliputi pengecilan ukuran (pemotongan, pengirisan, pemarutan, pencacahan, penghancuran, dan penggilingan), proses termal (pendinginan, pembekuan, pasteurisasi, sterilisasi, pengeringan, pemanggangan, penyangraian, dan penggorengan), proses kimia dan biokimia (penggaraman, penggulaan, pengasaman/fermentasi), dan proses pemisahan (pengayakan, penyaringan, destilasi, ekstraksi, pengendapan, penggumpalan dan evaporasi) serta proses pencampuran bahan. Penanganan komoditas pertanian sesuai prosedur Kesehatan Keselamatan Kerja dan Lingkungan Hidup (K3LH) Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami tentang pengidentifikasian karakteristik dan penanganan (sortasi, grading, pengawetan, pengemasan, pengepakan dan penyimpanan dingin) hasil pertanian pasca panen untuk disimpan, dikonsumsi atau diproses lebih lanjut menjadi produk olahan setengah jadi, atau produk jadi dengan menerapkan prinsip dan prosedur K3LH. Prinsip dan teknik kerja laboratorium pengujian mutu hasil pertanian Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami prinsip, prosedur penggunaan, dan perawatan peralatan gelas (gelas alat ukur volume, gelas wadah, gelas aparatus destilasi, aparatus ekstraksi, aparatus filtrasi, aparatus titrasi, gelas wadah, gelas reaktor/pencampur, dan alat gelas penunjang), alat bukan gelas (neraca analitik, oven, waterbath, tanur, inkubator, autoclave, fume hood atau fume-scrubber, hot plate, bunsen atau burner, Laminary Air Flow/LAF), penggunaan bahan kimia pereaksi dan standar (pembuatan larutan dan 161 Elemen Capaian Pembelajaran standardisasi larutan), teknik kerja aseptik, sterilisasi peralatan dan sterilisasi media, serta penanganan limbah laboratorium. 162 6.6 CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR KEHUTANAN A. Rasional Dasar-Dasar Kehutanan adalah mata pelajaran yang berisi kompetensi yang mendasari penguasaan keahlian kehutanan secara umum. Mata pelajaran Dasar-Dasar Kehutanan berfungsi membekali peserta didik kemampuan mencari materi pelajaran melalui berbagai aktivitas saintifik untuk menemukan sendiri berbagai fakta, membangun konsep dan nilai-nilai baru. Mata Pelajaran kemampuan Dasar-Dasar kepada Peserta Kehutanan didik ini Teknik juga membekali dasar pekerjaan kehutanan, Konsep dasar konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, Perlindungan hutan, Penanganan pekerjaan/ komoditas kehutanan sesuai prosedur dan keselamatan dan kesehatan kerja, Komunikasi efektif dalam melakukan pekerjaan di bidang kehutanan. Selain itu, mata pelajaran tersebut menjadi landasan mengembangkan kompetensi di bidang kehutanan pada konsentrasi keahlian pada pembelajaran di kelas XI dan XII. Mata pelajaran Dasar-dasar Kehutanan berperan dalam mempersiapkan generasi muda untuk memiliki pemahaman yang utuh tentang pentingnya hutan bagi dunia, ekologi hutan, bagaimana pengelolaan hutan yang berkelanjutan baik secara tradisional maupun secara modern. Mata pelajaran ini berkontribusi dalam memampukan peserta didik menjadi ahli pada dasar-dasar kehutanan dan memiliki karakter bernalar kritis (critical thinking), berdisiplin, mandiri, bekerja-sama (teamwork), bertanggung- jawab, berintegritas, berinisiatif, kreatif, menyelesaikan tugas dan pekerjaan tepat waktu, komunikatif, kepemimpinan (leadership) dan adaptif. Peserta didik yang memahami Dasar-Dasar Kehutanan diharapkan dapat menjadi masyarakat yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pembelajaran mata pelajaran ini dapat dilakukan menggunakan berbagai pendekatan, strategi, metode serta model yang sesuai dengan karakteristik kompetensi yang harus dipelajari. Pembelajaran tersebut harus dapat menciptakan pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik 163 untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai dengan bakat, minat, renjana, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Model-model pembelajaran yang dapat digunakan antara lain project-based learning, teaching factory, discovery-based learning, problem-based learning, inquiry-based learning, atau model lainnya serta metode yang relevan. B. Tujuan Mata pelajaran Dasar-dasar Kehutanan bertujuan membekali peserta didik dengan dasar-dasar pengetahuan, keterampilan dan sikap (soft skills dan hard skills) meliputi: 1. memahami proses bisnis secara menyeluruh di bidang kehutanan; 2. memahami perkembangan teknologi di bidang kehutanan dan isu-isu global terkait kehutanan dan upaya penanggulangannya pada tingkat lokal; 3. memahami profil agripreneur, peluang usaha dan peluang kerja /profesi di bidang kehutanan; 4. menerapkan teknik dasar pekerjaan kehutanan; 5. memahami konsep dasar konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya; 6. memahami perlindungan hutan; 7. memahami penanganan pekerjaan/komoditas kehutanan sesuai prosedur, keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan hidup (K3LH); dan 8. menerapkan komunikasi efektif dalam melakukan pekerjaan di bidang kehutanan. C. Karakteristik Pada hakikatnya mata pelajaran Dasar-dasar Kehutanan berfokus pada kompetensi bersifat dasar yang harus dimiliki oleh generasi muda penerus usaha kehutanan dengan menjadi agripreneur muda dan atau bekerja di industri kehutanan sesuai dengan perkembangan dunia kerja. Selain itu peserta didik diberikan pemahaman tentang proses bisnis, perkembangan penerapan teknologi dan isu-isu global, profil 164 entrepreneur, job profile, peluang usaha dan pekerjaan/profesi. Mata pelajaran Dasar-Dasar Kehutanan meliputi: Elemen Proses bisnis secara menyeluruh di bidang kehutanan Perkembangan teknologi dan isu-isu global di bidang kehutanan Profil agripreneur, peluang usaha dan kerja/profesi di bidang kehutanan Teknik dasar pekerjaan kehutanan Konsep dasar konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya Perlindungan hutan Deskripsi Meliputi pemahaman proses bisnis secara menyeluruh di bidang kehutanan, antara lain tentang penerapan K3LH, perencanaan produksi kehutanan, mata rantai pasok (supply chain), logistik, proses produksi, penggunaan dan perawatan peralatan di bidang kehutanan, serta pengelolaan sumber daya manusia dengan memperhatikan potensi dan kearifan lokal. Meliputi pemahaman perkembangan teknologi di bidang kehutanan, antara lain tentang bioteknologi, otomatisasi, digitalisasi, Internet of Things (IOT) pada proses-proses penanganan bidang kehutanan, proses pengolahan hasil bidang kehutanan dan pengujian laboratorium, serta isu-isu pemanasan global, perubahan iklim, ketersediaan pangan global/regional/lokal, Sustainable Goal Developments (SDGs). Meliputi pemahaman tentang profil agripreneur yang mampu membaca peluang pasar dan usaha, profesi/pekerjaan di bidang kehutanan dalam rangka menjaga kelestarian hutan serta menumbuhkan jiwa wirausaha, peluang usaha dan peluang kerja di bidang kehutanan. Meliputi penerapan praktik terbatas tentang dasar-dasar pengelolaan pekerjaan dan teknologi yang digunakan di bidang kehutanan. Meliputi pemahaman tentang konsep konservasi, sumber daya alam hayati, Tumbuhan dan Satwa Liar (TSL), ekosistem, identifikasi komponen ekosistem, prinsip konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, konsep kawasan hutan dengan nilai konservasi tinggi atau High Conservation Value Forest (HCVF). Meliputi pemahaman tentang 165 Elemen Deskripsi Penanganan pekerjaan/ komoditas kehutanan sesuai prosedur Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan Hidup (K3LH) Komunikasi efektif dalam melakukan pekerjaan di bidang kehutanan D. penyiapan pekerjaan perlindungan hutan, pengelolaan alat perlindungan hutan, identifikasi kegiatan perlindungan hutan berdasarkan sumber kerusakan, pekerjaan perlindungan hutan, pendokumentasian proses dan hasil pekerjaan perlindungan hutan. Meliputi pemahaman tentang pengidentifikasian karakteristik dan penanganan pekerjaan/komoditas kehutanan dengan menerapkan prinsip dan prosedur Kesehatan, Keselamatan Kerja, dan Lingkungan Hidup (K3LH). Meliputi penerapan tentang strategi komunikasi dan komunikasi efektif dalam melakukan pekerjaan di bidang kehutanan. Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E (kelas X), peserta didik akan mendapatkan gambaran utuh mengenai program keahlian Kehutanan, sehingga mampu menumbuhkan passion dan vision untuk merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar. Selain itu pada akhir fase E, peserta didik akan menguasai capaian pembelajaran sebagai berikut. Elemen Proses bisnis secara menyeluruh di bidang kehutanan Perkembangan teknologi dan isu-isu global di bidang kehutanan Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami proses bisnis secara menyeluruh di bidang kehutanan, antara lain tentang penerapan K3LH, perencanaan produksi kehutanan, mata rantai pasok (supply chain), logistik, proses produksi, penggunaan dan perawatan peralatan di bidang kehutanan, serta pengelolaan sumber daya manusia dengan memperhatikan potensi dan kearifan lokal. Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami perkembangan teknologi di bidang kehutanan, meliputi perkembangan bioteknologi, otomatisasi, digitalisasi, internet of things (IOT) pada proses-proses penanganan bidang kehutanan, proses 166 Elemen Profil agripreneur, peluang usaha dan kerja/profesi di bidang kehutanan Teknik dasar pekerjaan kehutanan Konsep dasar konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya Perlindungan hutan Penanganan pekerjaan/ komoditas kehutanan sesuai prosedur dan keselamatan dan kesehatan kerja Capaian Pembelajaran pengolahan hasil bidang kehutanan dan pengujian laboratorium serta menganalisis isu-isu pemanasan global, perubahan iklim, ketersediaan pangan global/regional/ lokal, Sustainable Goal Developments (SDGs). Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami tentang profil agripreneur yang mampu membaca peluang pasar dan usaha, profesi/pekerjaan di bidang kehutanan dalam rangka menjaga kelestarian hutan serta menumbuhkan jiwa wirausaha, peluang usaha dan peluang kerja di bidang kehutanan. Pada akhir fase E, peserta didik mampu menerapkan praktik terbatas tentang dasar-dasar pengelolaan pekerjaan dan teknologi yang digunakan di bidang kehutanan. Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami tentang konservasi, sumber daya alam hayati, tumbuhan dan satwa liar (TSL), ekosistem, identifikasi komponen ekosistem, prinsip konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, konsep kawasan hutan dengan nilai konservasi tinggi atau High Conservation Value Forest (HCVF). Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami penyiapan pekerjaan perlindungan hutan, pengelolaan alat perlindungan hutan, identifikasi kegiatan perlindungan hutan berdasarkan sumber kerusakan, pekerjaan perlindungan hutan, pendokumentasian proses dan hasil pekerjaan perlindungan hutan. Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami tentang pengidentifikasian karakteristik dan penerapan penanganan komoditas kehutanan dengan menerapkan prinsip dan prosedur Kesehatan, Keselamatan Kerja, dan Lingkungan Hidup (K3LH). 167 Elemen Capaian Pembelajaran Komunikasi efektif dalam melakukan pekerjaan di bidang kehutanan Pada akhir fase E, peserta didik mampu menerapkan strategi komunikasi dan komunikasi efektif dalam melakukan pekerjaan di bidang kehutanan. 168 7.1. CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR TEKNIKA KAPAL PENANGKAPAN IKAN A. Rasional Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknika Kapal Penangkapan Ikan merupakan mata pelajaran yang berisi kompetensi-kompetensi yang mendasari penguasaan tentang teknika kapal penangkapan ikan, yaitu kesatuan kegiatan yang meliputi salah satu atau keseluruhan cara mengoperasikan, menjaga dan merawat mesin-mesin kapal penangkap ikan. Mata pelajaran ini berfungsi membekali peserta didik dengan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan sikap agar memiliki dasar yang kuat dalam mempelajari mata pelajaran-mata pelajaran pada konsentrasi keahlian di fase F. Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknika Kapal Penangkapan Ikan merupakan pondasi bagi peserta didik dalam memahami tugas-tugas seorang pelaut khususnya sebagai perwira mesin (Kepala Kamar Mesin dan masinis), elektrikan dan juru minyak di kapal penangkap ikan. Selain itu, sebagai landasan pengetahuan, keterampilan dan sikap agar memiliki dasar yang kuat dalam mempelajari mata pelajaran pada konsentrasi keahlian di Fase F. Pembelajaran dapat dilakukan menggunakan berbagai pendekatan, strategi, metode serta model yang sesuai dengan karakteristik kompetensi yang harus dipelajari, sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta memberikan ruang kemandirian sesuai didik yang untuk cukup dengan berpartisipasi bagi bakat, aktif, prakarsa, minat, serta kreativitas, renjana, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Model-model pembelajaran yang dapat digunakan antara lain project-based learning, discovery-based learning, problem-based learning, inquirybased learning, atau model lainnya serta metode yang relevan. Selain itu tahapan pembelajaran serta pendekatan, strategi, metode, dan model yang dipilih diharapkan juga dapat mengembangkan soft skill atau keterampilan non teknis yang perlu dimiliki peserta didik untuk memasuki fase belajar berikutnya dan dunia kerja. Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknika Kapal Penangkapan Ikan berkontribusi dalam membentuk peserta didik memiliki keahlian pada bidang teknika kapal penangkapan ikan, mengembangkan 169 kapasitas peserta didik dalam bernalar kritis, mandiri, kreatif dan adaptif. Melalui pembelajaran Dasar-Dasar Teknika Kapal Penangkapan Ikan peserta didik akan mampu membangun dirinya memiliki kepribadian yang beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berkebhinekaan global, mandiri, berpikir kritis, dan bertanggung-jawab, peduli lingkungan serta mampu membangun etos kerja tinggi, jiwa berwirausaha maupun melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi. B. Tujuan Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknika Kapal Penangkapan Ikan bertujuan membekali peserta didik dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap (soft skills dan hard skills): 1. memahami proses bisnis secara menyeluruh di bidang teknika kapal penangkapan ikan; 2. memahami perkembangan teknologi yang digunakan, proses kerja, dan isu-isu global di bidang teknika kapal penangkapan ikan; 3. memahami technopreneur, job-profile, peluang usaha dan pekerjaan/ profesi di bidang teknika kapal penangkapan ikan; 4. memahami lingkup kerja teknika kapal penangkapan ikan; 5. menerapkan prosedur darurat; 6. memahami hukum maritim dan perikanan; 7. memahami konstruksi dan stabilitas kapal penangkap ikan; 8. melakukan penanganan dan penyimpanan hasil tangkapan; dan 9. memahami mesin penggerak kapal penangkap ikan. C. Karakteristik Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknika Kapal Penangkapan Ikan berfokus pada pada dasar-dasar kompetensi yang harus dimiliki oleh calon pelaut kapal penangkapan ikan. Selain itu peserta didik diberikan pemahaman tentang proses bisnis, perkembangan penerapan teknologi dan isu-isu global, keselamatan dan kesehatan kerja serta dasar-dasar kompetensi dalam menghadapi keadaan darurat di atas kapal. Peserta didik juga dikenalkan pada lapangan kerja, jabatan kerja di atas kapal yang dapat dimasuki setelah lulus, dan profil entrepreneur pada bidang teknika kapal penangkapan ikan. Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknika Kapal Penangkapan Ikan terdiri atas 9 elemen sebagai berikut: 170 Elemen Proses bisnis menyeluruh bidang teknika kapal penangkapan ikan Perkembangan teknologi, proses kerja, dan isu-isu global di bidang teknika kapal penangkapan ikan Technopreneur, job-profile, peluang usaha dan pekerjaan/profesi di bidang teknika kapal penangkapan ikan Orientasi teknik dasar teknika kapal penangkapan ikan Prosedur darurat Tata Laksana perikanan yang bertanggung jawab atau Code of Conduct for Responsible Fisheries (CCRF) dan Hukum Maritim dan Perikanan. Konstruksi dan stabilitas kapal penangkap ikan. Penanganan dan Deskripsi Meliputi pemahaman tentang proses bisnis teknika kapal penangkapan ikan sebagai bagian integral dari bidang pelayaran perikanan, antara lain tentang penerapan prosedur darurat dan K3LH, persyaratan kerja di kapal, kontrak kerja, buku pelaut, sertifikasi, hukum maritim dan hukum perikanan, penangkapan dan penanganan pasca penangkapan ikan. Meliputi pemahaman tentang perkembangan teknologi mesin-mesin kapal penangkap ikan konvensional, industri 4.0 sampai modern yang otomatis dan berbasis Internet of Things (IoT); teknologi penangkapan ikan berbasis smart technology; isu-isu global terkait dengan ketenagakerjaan pelanggaran hukum laut, pelanggaran penangkapan ikan, polusi laut, perompakan di tengah laut, pemanasan global dan perubahan iklim, perlindungan ekosistem laut, serta penerapan smart technology dan ramah lingkungan pada mesin-mesin kapal penangkap ikan. Meliputi pemahaman tentang technopreneur yang mampu membaca peluang job profile atau profesi, industri, peluang usaha, dan peluang kerja dalam rangka menumbuhkan jiwa wirausaha, serta peluang usaha dan peluang kerja di bidang permesinan kapal penangkap ikan. Meliputi pemahaman tentang dasar konsep, praktik penggunaan peralatan, pengenalan teknologi yang digunakan dalam penangkapan ikan, penanganan hasil tangkap, dan pemasaran hasil tangkap. Meliputi pemahaman tentang materi kesehatan dan keselamatan awak kapal penangkap ikan, respons situasi darurat kapal penangkap ikan, identifikasi jenisjenis keadaan darurat, prosedurprosedur darurat, penanggulangan keadaan darurat, penggunaan isyarat bahaya, pengorganisasian tindakan dalam keadaan darurat, pemberian bantuan pada situasi darurat, pelaksanaan SAR untuk menolong orang dan kapal lain. Meliputi pemahaman tentang prinsip dan panduan praktek tata laksana penangkapan yang bertanggung jawab atau Code of Conduct for Responsible Fisheries (CCRF), selektivitas alat tangkap, mengoptimalkan energi yang digunakan dalam industri perikanan, menerapkan persyaratan hukum maritim internasional sesuai dengan perjanjian dan konvensi internasional, mencegah pencemaran laut, menerapkan hukum, peraturan, dan perjanjian nasional lainnya yang relevan (perikanan). Meliputi pemahaman mengenai deskripsi dan fungsi struktur kapal pada pengoperasian kapal penangkap ikan dan mempertahankan stabilitas kapal Meliputi pemahaman tentang menyimpan 171 Elemen penyimpanan hasil tangkapan. Deskripsi dan menjaga hasil tangkapan dan alat penangkap ikan, menangani operasi pemuatan dan pembongkaran dengan memperhatikan keseimbangan, mengidentifikasi pengaruhnya terhadap keselamatan kapal pada saat penanganan hasil tangkap dan penyimpanan. Meliputi pemahaman tentang mesin utama penggerak kapal penangkap ikan, mesin bantu kapal penangkap ikan. Permesinan kapal penangkap ikan. D. Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E (kelas X), peserta didik akan mendapatkan gambaran utuh mengenai program keahlian Teknika Kapal Penangkapan Ikan melalui pengenalan wawasan dunia kerja dan kewirausahaan serta penguasaan elemen-elemen pembelajaran lainnya sehingga mampu menumbuhkan passion (renjana), vision (visi) yang dapat memotivasi dalam merencanakan serta melaksanakan aktivitas belajar pada fase ini maupun fase berikutnya. Capaian pembelajaran pada elemen-elemen mata pelajaran DasarDasar Teknika Kapal Penangkapan Ikan dapat diuraikan sebagai berikut. Elemen Proses bisnis menyeluruh bidang teknika kapal penangkapan ikan Perkembangan teknologi, proses kerja, dan isu-isu global di bidang teknika kapal penangkapan ikan Technopreneur, job-profile, peluang usaha dan pekerjaan/profesi di bidang teknika kapal penangkapan ikan Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E, peserta didik dapat memahami proses bisnis teknika kapal penangkapan ikan sebagai bagian integral dari bidang pelayaran perikanan, antara lain tentang penerapan prosedur darurat dan K3LH, persyaratan kerja di kapal, kontrak kerja, buku pelaut, sertifikasi, hukum maritim dan hukum perikanan, penangkapan dan penanganan pasca penangkapan ikan. Pada akhir fase E, peserta didik dapat menjelaskan tentang perkembangan teknologi mesin-mesin kapal penangkap ikan konvensional, industri 4.0 sampai modern yang otomatis dan berbasis Internet of Things (IoT); teknologi penangkapan ikan berbasis smart technology; isu-isu global terkait dengan ketenagakerjaan pelanggaran hukum laut, pelanggaran penangkapan ikan, polusi laut, perompakan di tengah laut, pemanasan global dan perubahan iklim, perlindungan ekosistem laut, serta penerapan smart technology dan ramah lingkungan pada mesin-mesin kapal penangkap ikan. Pada akhir fase E, peserta didik dapat menjelaskan tentang technopreneur yang mampu membaca peluang job profile atau profesi, industri, peluang usaha, dan peluang kerja dalam rangka menumbuhkan jiwa wirausaha, serta peluang usaha dan 172 Elemen Capaian Pembelajaran peluang kerja di bidang permesinan kapal penangkap ikan. Orientasi teknik dasar Pada akhir fase E, peserta didik dapat teknika kapal penangkapan memahami tentang tentang dasar konsep, ikan praktik penggunaan peralatan, pengenalan teknologi yang digunakan dalam penangkapan ikan, penangan hasil tangkap, dan pemasaran hasil tangkap. Prosedur darurat Pada akhir fase E, peserta didik dapat memahami tentang materi kesehatan dan keselamatan awak kapal penangkap ikan, respons situasi darurat kapal penangkap ikan, identifikasi jenis-jenis keadaan darurat, prosedur-prosedur darurat, penanggulangan keadaan darurat, penggunaan isyarat bahaya, pengorganisasian tindakan dalam keadaan darurat, pemberian bantuan pada situasi darurat, pelaksanaan SAR untuk menolong orang dan kapal lain. Tata laksana perikanan yang Pada akhir fase E, peserta didik dapat bertanggung jawab atau memahami tentang prinsip dan panduan Code of Conduct for praktek tatalaksana penangkapan yang Responsible Fisheries (CCRF) bertanggung jawab (CCRF), selektivitas alat tangkap, mengoptimalkan energi yang dan Hukum Maritim dan Perikanan digunakan dalam perikanan industri, menerapkan persyaratan hukum maritim internasional sesuai dengan perjanjian dan konvensi internasional; mencegah pencemaran laut; menerapkan hukum, peraturan, dan perjanjian nasional lainnya yang relevan (perikanan). Konstruksi dan stabilitas Pada akhir fase E, peserta didik memahami kapal penangkap ikan mengenai deskripsi dan fungsi struktur kapal pada pengoperasian kapal penangkap ikan dan mempertahankan stabilitas kapal. Penanganan dan Pada akhir fase E, peserta didik dapat penyimpanan ikan hasil memahami tentang tentang cara menjaga tangkap dan menyimpan hasil tangkap dan alat penangkap ikan; menangani operasi pemuatan dan pembongkaran dengan memperhatikan keseimbangan; mengidentifikasi pengaruhnya terhadap keselamatan kapal penanganan hasil tangkap dan faktor penyimpanan; Permesinan Kapal penangkap Pada akhir fase E, peserta didik dapat ikan memahami tentang mesin utama penggerak kapal penangkap ikan; mesin bantu kapal penangkap ikan. 173 7.2. CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR NAUTIKA KAPAL PENANGKAPAN IKAN A. Rasional Dasar-Dasar Nautika Kapal Penangkapan Ikan merupakan mata pelajaran yang berisi kompetensi-kompetensi yang mendasari penguasaan keahlian Nautika Kapal Penangkapan Ikan yaitu kesatuan kegiatan yang meliputi salah satu atau keseluruhan cara melayarkan sebuah kapal dengan menangkap ikan dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan cepat, tepat, selamat, aman, dan efisien. Fungsi mata pelajaran Dasar-Dasar Nautika Kapal Penangkapan Ikan untuk menumbuhkembangkan kebanggaan pada peserta didik dalam melakukan proses menjadi pelaut muda yang mampu membawa kapal dan bekerja sebagai perwira atau nahkoda di kapal penangkap ikan. Selain itu juga sebagai landasan untuk mengembangkan keahlian di bidang Nautika Kapal Penangkapan Ikan pada konsentrasi pembelajaran di fase F. Pembelajaran dapat dilakukan menggunakan berbagai pendekatan, strategi, metode serta model yang sesuai dengan karakteristik kompetensi yang harus dipelajari, sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta memberikan ruang kemandirian sesuai didik yang untuk cukup dengan berpartisipasi bagi bakat, aktif, prakarsa, minat, serta kreativitas, renjana, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Model-model pembelajaran yang dapat digunakan antara lain project-based learning, discovery-based learning, problem-based learning, inquirybased learning, atau model lainnya serta metode yang relevan. Mata Pelajaran Dasar–dasar Nautika Kapal Penangkapan Ikan berkontribusi dalam membentuk peserta didik memiliki keahlian pada bidang nautika kapal penangkapan ikan, mengembangkan kapasitas peserta didik dalam bernalar kritis, mandiri, kreatif dan adaptif. Melalui pembelajaran Dasar-Dasar Nautika Kapal Penangkapan Ikan peserta didik akan mampu membangun dirinya memiliki kepribadian yang beriman dan bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa, berkebhinekaan global, mandiri, berpikir kritis, dan bertanggung-jawab, peduli lingkungan serta menerapkan budaya kerja. 174 B. Tujuan Mata pelajaran Dasar-Dasar Nautika Kapal Penangkapan Ikan bertujuan membekali para peserta didik dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap (hard skills dan soft skills): 1. memahami proses bisnis secara menyeluruh di bidang nautika kapal penangkapan ikan; 2. memahami perkembangan teknologi yang digunakan, proses kerja, dan isu-isu global di bidang nautika kapal penangkapan ikan; 3. memahami technopreneur, job-profile, peluang usaha dan pekerjaan/ profesi di bidang nautika kapal penangkapan ikan; 4. memahami lingkup pekerjaan pada bidang nautika kapal penangkapan ikan; 5. memahami bangunan dan stabilitas kapal penangkap ikan; 6. memahami permesinan kapal penangkap ikan; 7. memahami teknik penangkapan ikan, penanganan, dan penyimpanan hasil tangkapan; 8. memahami tata laksana perikanan yang bertanggung jawab (Code of Conduct for Responsible Fisheries/CCRF); dan 9. melakukan prosedur darurat. C. Karakteristik Mata Pelajaran Dasar-Dasar Nautika Kapal Penangkapan Ikan merupakan mata pelajaran yang berisi dasar-dasar kompetensi yang harus dikuasai oleh pelaut perikanan, yaitu kemampuan dalam menghadapi keadaan darurat dan memanfaatkan sumber daya perikanan yang bertanggung jawab dengan memperhatikan hukum maritim dan peraturan perikanan. Mata Pelajaran ini diajarkan sebagai prasyarat pelaksanaan praktik ketahanan laut berupa kegiatan berlayar menggunakan kapal perikanan one day fishing dan melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL). Peserta didik dikenalkan pada situasi lapangan pekerjaan sebagai pelaut perikanan, organisasi di atas kapal, peluang usaha, peluang kerja, prospek karir, dan konsentrasi keahlian yang dapat dipelajari pada fase berikutnya. Mata pelajaran Dasar-Dasar Nautika Kapal Penangkapan Ikan terdiri dari 9 elemen antara lain sebagai berikut: Elemen Proses bisnis menyeluruh bidang nautika kapal Deskripsi Meliputi pemahaman tentang proses bisnis nautika kapal penangkapan ikan sebagai 175 Elemen penangkapan ikan Perkembangan teknologi, proses kerja, dan isu-isu global di bidang nautika kapal penangkapan ikan Technopreneur, job-profile, peluang usaha dan pekerjaan/profesi di bidang nautika kapal penangkapan ikan Orientasi teknik dasar nautika kapal penangkapan ikan Bangunan dan stabilitas kapal penangkap ikan Permesinan kapal penangkap ikan Teknik penangkapan, penanganan dan penyimpanan ikan hasil tangkapan Tata laksana perikanan yang bertanggung jawab atau Code of Conduct for Responsible Fisheries Deskripsi bagian integral dari bisnis pelayaran penangkap ikan, antara lain tentang penerapan prosedur darurat dan K3LH, persyaratan kerja di kapal, kontrak kerja, buku pelaut, sertifikasi, hukum maritim dan hukum perikanan, penangkapan dan penanganan pasca penangkapan ikan. Meliputi pemahaman tentang perkembangan teknologi yang digunakan, proses kerja, dan isu-isu global terkait di bidang nautika kapal penangkapan ikan sebagai bagian dari bidang pelayaran kapal penangkap ikan, misalnya tentang pelanggaran kontrak kerja kapal, pelanggaran hukum laut, polusi laut, perompakan. Meliputi pemahaman tentang profil technopreneur, job profile atau profesi, industri, peluang usaha, dan peluang kerja di bidang nautika kapal penangkapan ikan. Meliputi pemahaman tentang dasar konsep, praktik penggunaan peralatan, pengenalan teknologi yang digunakan dalam penangkapan ikan, penanganan hasil tangkap, dan pemasaran hasil tangkap, pemahaman tentang hukum maritim dan hukum perikanan, serta perlindungan terhadap ekosistem lingkungan laut. Meliputi pemahaman tentang fungsi bagianbagian utama dan struktur bangunan kapal penangkap ikan, bentuk serta tipe kapal penangkapan ikan, ketentuan dan persyaratan sekat kedap air, dasar berganda dan peralatan lensa dan ballast serta penataan instalasi kemudi kapal dan poros baling-baling, mempertahankan stabilitas kapal, pengaturan muatan ikan hasil tangkap, dan peraturan Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) untuk kapal penangkap ikan. Meliputi pemahaman tentang pengoperasian dan pemeliharaan mesin kapal penangkap ikan, mesin bantu, prinsip kerja sistem pengoperasian mesin kapal penangkap ikan, pengoperasian sistem hidrolik mesin kapal penangkap ikan, penghitungan kebutuhan bahan bakar minyak. Meliputi pemahaman tentang pengoperasian jaring lingkar, jaring payang dan pukat udang, jaring angkat dan jaring lempar, jaring insang dan bubu, alat tangkap berbahan utama tali dan pancing; perawatan alat tangkap, penanganan cepat hasil tangkapan di atas dek, penanganan berbagai jenis ikan, pelagis besar, kecil dan demersal secara higienis, menyimpan dan menjaga mutu ikan di atas kapal, penanganan operasi pemuatan dan pembongkaran dengan perhatian khusus pada momen keseimbangan alat tangkap ikan, mutu penanganan hasil tangkapan dan faktor penyimpanan. Meliputi pemahaman tentang prinsip umum Code of Conduct for Responsible Fisheries (CCRF), kewajiban-kewajiban CCRF; Illegal, Unreported, and Unregulated (IUU) Fishing; 176 Elemen Deskripsi (CCRF) definisi regional terhadap peristilahan/ terminologi, selektivitas alat tangkap, ukuran alat tangkap sesuai ketentuan peraturan yang berlaku, tanggung jawab pemerintah atas kapal dan awak kapal penangkap ikan, tindakan yang dapat dilakukan oleh otoritas pelabuhan atau pihak berwenang pelabuhan. Prosedur darurat dan SAR Meliputi pemahaman tentang materi kesehatan dan keselamatan awak kapal penangkap ikan, respons situasi darurat kapal penangkap ikan, identifikasi jenis-jenis keadaan darurat, penanggulangan keadaan darurat, penggunaan isyarat bahaya, pengorganisasian tindakan dalam keadaan darurat, pemberian bantuan pada situasi darurat, pelaksanaan SAR untuk menolong orang dan kapal lain sesuai SOP. D. Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E, peserta didik akan mendapatkan gambaran utuh mengenai Program Keahlian Nautika Kapal Penangkapan Ikan melalui penguatan wawasan dunia kerja, kewirausahaan, dan penguasaan elemen- elemen pembelajaran lainnya, sehingga mampu menumbuhkan passion (renjana), vision (visi) yang dapat memotivasi dalam merencanakan serta melaksanakan aktivitas belajar. Capaian Pembelajaran pada elemen-elemen mata pelajaran Dasar-Dasar Nautika Kapal Penangkapan Ikan dapat diuraikan sebagai berikut. Elemen Proses bisnis menyeluruh bidang nautika kapal penangkapan ikan Perkembangan teknologi, proses kerja, dan isu-isu global di bidang nautika kapal penangkapan ikan Technopreneur, job-profile, peluang usaha dan pekerjaan/profesi di bidang nautika kapal penangkapan ikan Orientasi teknik dasar nautika kapal penangkapan ikan Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E, peserta didik dapat memahami proses bisnis nautika kapal penangkapan ikan sebagai bagian integral dari bisnis pelayaran perikanan, antara lain tentang penerapan prosedur darurat dan K3LH, persyaratan kerja di kapal, kontrak kerja, buku pelaut, sertifikasi, hukum maritim dan hukum perikanan, penangkapan dan penanganan pasca penangkapan ikan Pada akhir fase E, peserta didik dapat memahami tentang perkembangan teknologi yang digunakan, proses kerja, dan isu-isu global terkait di bidang nautika kapal penangkapan ikan sebagai bagian dari bidang pelayaran kapal penangkap ikan, misalnya tentang pelanggaran kontrak kerja kapal, pelanggaran hukum laut, polusi laut, perompakan. Pada akhir fase E, peserta didik dapat memahami tentang profil technopreneur, job profile atau profesi, industri, peluang usaha, dan peluang kerja di bidang nautika kapal penangkapan ikan Pada akhir fase E, peserta didik dapat memahami tentang dasar konsep, praktik penggunaan peralatan, pengenalan teknologi yang digunakan dalam penangkapan ikan, penangan hasil tangkap, dan pemasaran hasil 177 Elemen Bangunan dan stabilitas kapal penangkap ikan Permesinan kapal penangkap ikan Teknik penangkapan, penanganan dan penyimpanan ikan hasil tangkapan Tata laksana perikanan yang bertanggung jawab atau Code of Conduct for Responsible Fisheries (CCRF) Prosedur darurat dan SAR Capaian Pembelajaran tangkap, pemahaman tentang hukum maritim dan hukum perikanan, serta perlindungan terhadap ekosistem lingkungan laut. Pada akhir fase E, peserta didik dapat memahami tentang fungsi bagian-bagian utama dan struktur bangunan kapal penangkap ikan, bentuk serta tipe kapal penangkapan ikan, ketentuan dan persyaratan sekat kedap air, dasar berganda dan peralatan lensa dan ballast serta penataan instalasi kemudi kapal dan poros baling-baling, mempertahankan stabilitas kapal, pengaturan muatan ikan hasil tangkap, dan peraturan Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) untuk kapal penangkap ikan Pada akhir fase E, peserta didik dapat menjelaskan tentang pengoperasian dan pemeliharaan mesin kapal penangkap ikan, mesin bantu, prinsip kerja sistem pengoperasian mesin kapal penangkap ikan, pengoperasian sistem hidrolik mesin kapal penangkap ikan, penghitungan kebutuhan bahan bakar minyak. Pada akhir fase E, peserta didik dapat menjelaskan tentang pengoperasian jaring lingkar, jaring payang dan pukat udang, jaring angkat dan jaring lempar, jaring insang dan bubu, alat tangkap berbahan utama tali dan pancing; perawatan alat tangkap, penanganan cepat hasil tangkapan di atas dek, penanganan berbagai jenis ikan, pelagis besar, kecil dan demersal secara higienis, menyimpan dan menjaga mutu ikan di atas kapal, penanganan operasi pemuatan dan pembongkaran dengan perhatian khusus pada momen keseimbangan alat tangkap ikan, mutu penanganan hasil tangkapan dan faktor penyimpanan. Pada akhir fase E, peserta didik dapat memahami tentang prinsip umum Code of Conduct for Responsible Fisheries (CCRF), kewajiban-kewajiban CCRF; Illegal, Unreported, and Unregulated (IUU) Fishing; definisi regional terhadap peristilahan/ terminologi, selektivitas alat tangkap, ukuran alat tangkap sesuai ketentuan peraturan yang berlaku, tanggung jawab pemerintah atas kapal dan awak kapal penangkap ikan, tindakan yang dapat dilakukan oleh otoritas pelabuhan atau pihak berwenang pelabuhan. Pada akhir fase E, peserta didik dapat memahami materi kesehatan dan keselamatan awak kapal penangkap ikan, respon situasi darurat kapal penangkap ikan, identifikasi jenis-jenis keadaan darurat, penanggulangan keadaan darurat, penggunaan isyarat bahaya, pengorganisasian tindakan dalam keadaan darurat, pemberian bantuan pada situasi darurat, pelaksanaan SAR untuk menolong orang dan kapal lain sesuai Prosedur Operasional Standar (POS). 178 7.3. CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR TEKNIKA KAPAL NIAGA A. Rasional Dasar-Dasar Teknika Kapal Niaga adalah mata pelajaran yang berisi kompetensi-kompetensi yang mendasari penguasaan keahlian Teknika Kapal Niaga. Mata pelajaran ini berfungsi membekali peserta didik dengan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan sikap agar memiliki dasar yang kuat dalam mempelajari mata pelajaran-mata pelajaran pada konsentrasi keahlian di fase F. Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknika Kapal Niaga merupakan pondasi bagi peserta didik dalam memahami tugas-tugas di bidang teknika kapal niaga. Selain itu mata pelajaran ini juga dapat menumbuh kembangkan kebanggaan peserta didik menjadi calon pelaut melalui melalui rangkaian pembelajaran yang bermakna. Pembelajaran dapat dilakukan menggunakan berbagai pendekatan, strategi, metode serta model yang sesuai dengan karakteristik kompetensi yang harus dipelajari, sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai dengan bakat, minat, renjana, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Model-model pembelajaran yang dapat digunakan antara lain project-based learning, discovery-based learning, problem-based learning, inquiry-based learning, atau model lainnya serta metode yang relevan. Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknika Kapal Niaga berkontribusi dalam membentuk peserta didik memiliki keahlian pada bidang teknika kapal niaga, mengembangkan kapasitas peserta didik dalam bernalar kritis, mandiri, kreatif dan adaptif. Melalui pembelajaran Dasar-Dasar Teknika Kapal Niaga peserta didik akan mampu membangun dirinya memiliki kepribadian mandiri, berpikir berkebhinekaan kritis dan lingkungan. 179 global, bergotong-royong, bertanggung-jawab serta peduli B. Tujuan Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknika Kapal Niaga bertujuan membekali peserta didik dengan dasar-dasar pengetahuan, keterampilan dan sikap (hard skills dan soft skills): 1. memahami proses bisnis secara menyeluruh di bidang bidang teknika kapal niaga; 2. memahami perkembangan teknologi, proses kerja, dan isu-isu global di bidang teknika kapal niaga; 3. memahami technopreneur, job-profile, peluang usaha dan pekerjaan/profesi di bidang teknika kapal niaga; 4. memahami orientasi dasar teknis teknika kapal niaga; 5. melakukan prosedur darurat dan SAR; 6. memahami undang-undang pelayaran dan konvensi internasional; 7. menerapkan kepedulian lingkungan dan pencegahan polusi, serta budaya dan keselamatan pelayaran; dan 8. memahami budaya keselamatan, keamanan, dan pelayanan (safety, security and service culture). C. Karakteristik Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknika Kapal Niaga berfokus pada pada kompetensi bersifat dasar yang harus dimiliki oleh calon pelaut kapal niaga. Peserta didik dikenalkan pada lapangan kerja, jabatan kerja di atas kapal yang dapat dimasuki setelah lulus, dan profil entrepreneur pada bidang kapal niaga. Selain itu peserta didik juga diberikan pemahaman tentang proses bisnis, perkembangan penerapan teknologi dan isu-isu global, keselamatan dan kesehatan kerja serta dasar-dasar kompetensi dalam menghadapi keadaan darurat di kapal niaga. Mata pelajaran Dasar-Dasar Teknika Kapal Niaga terdiri atas beberapa elemen sebagai berikut: Elemen Proses bisnis menyeluruh di bidang teknika kapal niaga Deskripsi Meliputi pemahaman tentang proses bisnis teknika kapal niaga sebagai bagian integral dari bidang pelayaran kapal niaga, antara lain tentang persyaratan kerja di kapal, kontrak kerja, buku pelaut, sertifikasi, pekerjaaan selama pelayaran, serta pengetahuan tentang lembaga yang terkait dengan pelayaran kapal niaga. 180 Elemen Deskripsi Perkembangan teknologi, proses kerja, dan isu-isu global di bidang teknika kapal niaga Meliputi pemahaman tentang perkembangan teknologi yang digunakan dari yang konvensional hingga modern, proses pekerjaan dan isu-isu global di bidang teknika kapal niaga. Technopreneur, jobprofile, peluang usaha dan pekerjaan/profesi di bidang teknika kapal niaga Orientasi dasar teknis Teknika kapal niaga Meliputi pemahaman tentang profil technopreneur, job profile atau profesi, industri, peluang usaha,dan peluang kerja di bidang teknika kapal niaga. Prosedur darurat dan SAR (Emergency Procedures and SAR) Meliputi pemahaman tentang kesehatan dan keselamatan pelayaran awak kapal niaga, respon situasi darurat kapal niaga, mengidentifikasi jenis-jenis keadaan darurat, prosedur-prosedur darurat, penanggulangan keadaan darurat, penggunaan isyarat bahaya, pengorganisasian tindakan dalam keadaan darurat, pengidentifikasian lintas penyelamatan diri dari kamar mesin dan tempat berkumpul (muster station), pemberian bantuan pada situasi darurat, cara melakukan SAR untuk menolong orang dan kapal lain sesuai Prosedur Operasional Standar (POS). Meliputi pemahaman tentang undang– undang pelayaran yang berlaku secara nasional dan internasional untuk menjamin keselamatan pelayaran yang telah dituangkan dalam SOLAS 1974, mengatur tentang persyaratan konstruksi keselamatan kapal, keselamatan manusia dan barang-barang yang diangkut. Meliputi pemahaman tentang materi definisi dan tujuan MARPOL 73/78, tindakan yang akan diambil untuk mencegah pencemaran lingkungan laut, prosedur yang dipersyaratkan untuk anti polusi dan semua peralatan yang akan digunakan untuk menanggulangi pencemaran, tindakan proaktif untuk melindungi lingkungan laut. Meliputi pemahaman tentang dinas jaga yang merupakan pekerjaan yang berhubungan dengan pengambil alihan tugas jaga dan menerima jaga, pentingnya peraturan dan penetapan petugas jaga, kebutuhan untuk pemakaian baju kerja (wearpack), pelindung telinga (earplug), safety shoes dan safety helmet; koordinasi pekerjaan dengan planning, organizing, actuating dan controlling; komunikasi Undang-undang Pelayaran dan Konvensi Internasional (Basic Knowledge of IMO Convention) Kepedulian lingkungan dan pencegahan polusi (Environment Awareness and Pollution of Prevention) Budaya keselamatan, keamanan, dan pelayanan (Safety, Security and Service Culture) Meliputi pemahaman melalui kegiatan praktikal terbatas penggunaan peralatan/teknologi di bidang teknika kapal niaga sebagai proses adaptasi dengan peralatan dan teknologi yang digunakan pada kelas berikutnya. 181 Elemen Deskripsi yang baik antara kru kapal dan dengan pihak luar, pelayanan secara maksimal kepada pemakai jasa pelayaran, penjagaan keselamatan dari anak buah kapal yang bertugas jaga mesin; pengetahuan tentang prinsip-prinsip tugas jaga di kamar mesin, prosedur keselamatan dan keadaan darurat serta pengelolaan kamar mesin. D. Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E (kelas X), peserta didik akan mendapatkan gambaran mengenai Program Keahlian Teknika Kapal Niaga secara utuh sehingga mampu menumbuhkan passion dan vision untuk merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar. Elemen Proses bisnis menyeluruh di bidang teknika kapal niaga Perkembangan teknologi, proses kerja, dan isu-isu global di bidang teknika kapal niaga Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E, peserta didik dapat mendeskripsikan proses bisnis teknika kapal niaga sebagai bagian integral dari bidang pelayaran kapal niaga, antara lain tentang persyaratan kerja di kapal, kontrak kerja, buku pelaut, sertifikasi, pekerjaaan selama pelayaran, serta pengetahuan tentang lembaga yang terkait dengan pelayaran kapal niaga. Pada akhir fase E, peserta didik dapat menjelaskan tentang perkembangan teknologi yang digunakan, proses kerja, dan isu-isu global terkait dengan keahlian teknik kapal niaga sebagai bagian dari bidang pelayaran niaga, misalnya tentang pelanggaran kontrak kerja kapal, pelanggaran hukum laut, polusi laut, perompakan. Technopreneur, jobprofile, peluang usaha dan pekerjaan/profesi di bidang teknika kapal niaga Pada akhir fase E, peserta didik dapat menjelaskan profil technopreneur, job profile atau profesi, industri, peluang usaha, dan peluang kerja di bidang teknika kapal niaga. Orientasi teknik dasar teknika kapal niaga Pada akhir fase E, peserta didik dapat melakukan kegiatan praktikal terbatas tentang penggunaan peralatan/teknologi di bidang teknika kapal niaga sebagai proses adaptasi dengan peralatan/teknologi yang digunakan pada kelas berikutnya. 182 Elemen Prosedur darurat dan SAR (Emergency Procedures and SAR) Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E, peserta didik dapat menjelaskan tentang kesehatan dan keselamatan pelayaran awak kapal niaga, respon situasi darurat kapal niaga, mengidentifikasi jenis-jenis keadaan darurat, prosedur-prosedur darurat, penanggulangan keadaan darurat, penggunaan isyarat bahaya, pengorganisasian tindakan dalam keadaan darurat, pengidentifikasian lintas penyelamatan diri dari kamar mesin dan tempat berkumpul (muster station), pemberian bantuan pada situasi darurat, cara melakukan SAR untuk menolong orang dan kapal lain sesuai Prosedur Operasional Standar (POS). Undang-undang Pelayaran dan Konvensi Internasional (Basic Knowledge of IMO Convention) Pada akhir fase E, peserta didik dapat menjelaskan undang–undang pelayaran yang berlaku secara nasional dan internasional untuk menjamin keselamatan pelayaran yang telah dituangkan dalam SOLAS1974, mengatur tentang persyaratan konstruksi keselamatan kapal, keselamatan manusia dan barang-barang yang diangkut. Kepedulian lingkungan dan pencegahan polusi (Environment Awareness and Pollution of Prevention) Pada akhir fase E, peserta didik dapat mendeskripsikan materi definisi dan tujuan MARPOL 73/78, Tindakan yang akan diambil untuk mencegah pencemaran lingkungan laut, prosedur yang dipersyaratkan untuk anti polusi dan semua peralatan yang akan digunakan untuk menanggulangi pencemaran, Tindakan proaktif untuk melindungi lingkungan laut. Budaya keselamatan, keamanan, dan pelayanan (Safety, Security and Service Culture) Pada akhir fase E, peserta didik dapat menjelaskan dinas jaga yang merupakan pekerjaan yang berhubungan dengan pengambil alihan tugas jaga dan menerima jaga, pentingnya peraturan dan penetapan petugas jaga, kebutuhan untuk pemakaian baju kerja (wearpack), pelindung telinga (ear plug), safety shoes dan safety helmet; koordinasi pekerjaan dengan planning, organizing, actuating dan controlling; komunikasi yang baik antara kru kapal dan dengan pihak luar, pelayanan secara maksimal kepada pemakai jasa pelayaran, penjagaan keselamatan dari anak buah kapal yang bertugas jaga mesin; pengetahuan tentang prinsip-prinsip tugas jaga di kamar mesin, prosedur keselamatan dan keadaan darurat serta pengelolaan kamar mesin. 183 7.4. CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR NAUTIKA KAPAL NIAGA A. Rasional Mata pelajaran Dasar-Dasar Nautika Kapal Niaga berfungsi membekali peserta didik mengimplementasikan kesadaran tentang pentingnya proses bisnis, peluang kerja, lingkup kerja, perkembangan teknologi, aturan-aturan yang berlaku, kepedulian lingkungan, keselamatan, keamanan dan pelayanan di kapal, sijil keadaan darurat serta membentuk sikap peserta didik, menghargai kerja individu dan kelompok (gotong royong), mandiri, jujur, obyektif, terbuka, ulet, kritis dalam aktivitas sehari-hari dan mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi. Mata Pelajaran Dasar-Dasar Nautika Kapal Niaga merupakan pondasi bagi peserta didik dalam memahami tugas-tugas menjadi pekerja pada bidang Nautika Kapal Niaga, setelah belajar pada pada program keahlian Nautika Kapal Niaga. Selain itu sebagai landasan pengetahuan dan keterampilan dalam mempelajari materi pelajaran pada pembelajaran fase F. Pembelajaran dapat dilakukan menggunakan berbagai pendekatan, strategi, metode serta model yang sesuai dengan karakteristik kompetensi yang harus dipelajari, sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik memberikan ruang yang kemandirian sesuai untuk cukup dengan berpartisipasi bagi bakat, aktif, prakarsa, minat, serta kreativitas, renjana, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Model-model pembelajaran yang dapat digunakan antara lain project-based learning, discovery-based learning, problem-based learning, atau model lainnya serta metode yang relevan. Mata pelajaran Dasar-Dasar Nautika Kapal Niaga berkontribusi dalam memampukan peserta didik menjadi ahli pada bidang Nautika Kapal Niaga, membekali peserta didik dalam bernalar kritis, mandiri, dan kreatif dan adaptif, bergotong royong, dan berkebhinekaan global. Peserta didik yang memahami Dasar-Dasar Nautika Kapal Niaga 184 diharapkan mampu meningkatkan keimanan dengan mengakui kebesaran Tuhan YME yang menciptakan bumi dan seisinya, makhluk hidup yang tumbuh dan berkembang bertebaran di laut, sehingga akan menumbuhkan rasa ingin tahu, jujur, bertanggungjawab, kritis dan peduli lingkungan. B. Tujuan Mata pelajaran Dasar-Dasar Nautika Kapal Niaga bertujuan membekali peserta didik dengan pengetahuan dan keterampilan dasar yang terkait dengan operasionalisasi kapal niaga, termasuk pengetahuan tentang bangunan atau konstruksi kapal dan stabilitas kapal untuk menumbuh- kembangkan minat peserta didik terhadap kompetensi keahliannya dengan dasar-dasar pengetahuan, keterampilan, dan sikap (hard skills dan soft skills) meliputi: 1. memahami proses bisnis di dunia kerja bidang Nautika Kapal Niaga; 2. memahami perkembangan teknologi yang digunakan dan dunia kerja bidang Nautika Kapal Niaga; 3. memahami profil entrepreneur, job-profile, dan peluang usaha/bekerja di bidang Nautika Kapal Niaga; 4. memahami lingkup kerja pada bidang Nautika Kapal Niaga; 5. melakukan Tindakan Penanganan Keadaan Darurat secara cepat, tepat dan terkendali; 6. memahami Undang-undang Pelayaran dan Konvensi Internasional (Basic Knowledge of IMO Convention) yang relevan pada keselamatan kehidupan di laut, keamanan dan perlindungan lingkungan laut; 7. memahami Kepedulian lingkungan dan Pencegahan polusi (Environment Awareness and Pollution of Prevention) pencemaran lingkungan laut; 8. menerapkan Budaya Keselamatan, keamanan dan pelayanan (Safety, Security and Service Culture) terhadap rekan kerja kru kapal maupun terhadap penumpang kapal; dan 9. memahami Konstruksi dan Stabilitas (Ship Construction and Stability) dalam dunia pelayaran, agar kapal tidak mengalami kecelakaan baik dari faktor internal (kapal sendiri) maupun faktor eksternal (cuaca buruk). 185 C. Karakteristik Mata pelajaran Dasar-Dasar Nautika Kapal Niaga berfokus pada pada kompetensi bersifat dasar yang harus dimiliki oleh calon pelaut kapal niaga. Peserta didik dikenalkan pada lapangan kerja, jabatan kerja di atas kapal yang dapat dimasuki setelah lulus, dan profil entrepreneur pada bidang kapal niaga. Selain itu peserta didik juga diberikan pemahaman tentang proses bisnis, perkembangan penerapan teknologi dan isu-isu global, keselamatan dan kesehatan kerja serta dasar-dasar kompetensi dalam menghadapi keadaan darurat di kapal niaga. Mata pelajaran Dasar-Dasar Nautika Kapal Niaga terdiri atas beberapa elemen beserta deskripsinya seperti berikut: Elemen Deskripsi Proses bisnis di dunia kerja bidang Nautika Kapal Niaga Meliputi pemahaman tentang proses kerja di kapal niaga antara lain persiapan pelayaran, persyaratan kerja di kapal, kontrak kerja, buku pelaut, pekerjaan selama pelayaran, serta pengetahuan tentang lembaga yang terkait dengan pelayaran kapal niaga. Perkembangan teknologi dan isu-isu global di dunia bidang nautika kapal niaga. Meliputi pemahaman tentang perkembangan teknologi yang digunakan dari yang konvensional hingga modern, perkembangan pekerjaan, dan isu-isu global di bidang nautika kapal niaga. Profil entrepreneur, jobprofile, peluang usaha/kerja di bidang nautika kapal niaga Meliputi pengenalan tentang profil pelaku wirausaha (entrepreneur) yang mampu membaca peluang usaha, job profile, berbagai peluang usaha/bekerja di bidang nautika kapal niaga. Orientasi dasar teknis nautika kapal niaga Meliputi pemahaman melalui kegiatan praktikal singkat tentang penggunaan peralatan/teknologi dan jenis-jenis pekerjaan di bidang nautika kapal niaga dalam rangka proses memahami dan beradaptasi untuk pembelajaran berikutnya. Prosedur darurat dan SAR (Emergency Procedure and SAR) Meliputi pemahaman tentang prosedur menghadapi keadaan darurat, tindakan pencegahan saat menyandarkan kapal, tindakan saat terdampar/kandas, penilaian awal kerusakan dan penanganan kerusakan, tindakan setelah tabrakan, pencegahan kerusakan kapal dari kebakaran atau ledakan, prosedur meninggalkan kapal, penggunaan perangkat kemudi tambahan dan rigging serta penggunaan pengaturan kemudi darurat, melakukan SAR untuk menolong orang dan kapal lain sesuai SOP. 186 Elemen Undang-undang Pelayaran dan Konvensi Internasional Kepedulian lingkungan dan pencegahan polusi Budaya keselamatan, keamanan dan pelayanan Deskripsi Meliputi pemahaman tentang hukum maritim, konvensi tentang hukum laut, laut teritorial dan zona yang bersebelahan, selat internasional, penjelasan laut lepas, perlindungan dan pelestarian lingkungan laut, keselamatan, konvensi internasional tentang jalur muatan, 1966 (LL 1966), penerapan konvensi internasional untuk keselamatan hidup di laut, 1974 sebagaimana telah diubah (SOLAS), penerapan SOLAS, subdivisi dan stabilitas, mesin dan instalasi listrik, penerapan SOLAS, proteksi kebakaran, deteksi kebakaran, kepunahan, penerapan SOLAS, life- saving, appliances dan pengaturan, penerapan SOLAS, radio telegraphy dan radiotelephony dan penerapan manajemen keselamatan internasional. Meliputi pemahaman tentang definisi dan tujuan MARPOL 73/78, penanganan dan pencegahan polusi di laut, pengendalian pembuangan minyak, Buku Catatan Minyak (Bagian I, Operasi Ruang Mesin) dan (Bagian II, Operasi Kargo/Ballast), Rencana Darurat Pencemaran Minyak Kapal (SOPEP) termasuk Rencana Darurat Pencemaran Laut Kapal (SMPEP) untuk minyak dan/atau beracun, zat cair dan Rencana Respons Kapal (VRP), prosedur pengoperasian peralatan antipolusi, instalasi pembuangan limbah, incenerator, comminutor, instalasi pengolahan air ballast, Rencana Pengelolaan Senyawa Organik Volatil (VOC), sistem pengelolaan sampah, anti sistem-fouling, manajemen Air Ballast dan kriteria pembuangannya dan tindakan proaktif untuk melindungi lingkungan laut. Meliputi pemahaman tentang dinas jaga “di era modern” (Watchkeepers at “The Cutting Edge”), perencanaan dan pengorganisasian (planning and organizing), mengarahkan dan mengontrol (directing and controlling), komunikasi dan kerja sama tim, kuesioner penilaian diri (communications and teamwork. self assessment questionnaire) faktor di balik kesalahan manusia (factors behind human error). 187 Elemen Konstruksi dan Stabilitas (Ship Construction and Stability) D. Deskripsi Meliputi pemahaman tentang bagian kapal niaga, dimensi pokok bangunan kapal, bentuk- bentuk kapal, ukuran pokok, tonnage, dasar berganda, gading, gading, kulit kapal, geladak, sekat, pintu kedap air, kemudi, dan bentuk profil. sehingga peserta didik akan memperoleh pengetahuan yang diperlukan untuk mengelola dan merawat kapal dengan baik serta dapat melakukan langkah-langkah cermat dan akurat dalam menghitung stabilitas dan berbagai perubahannya serta memiliki kemampuan, pembiasaan dalam mengaplikasikan dengan benar, baik melalui pengamatan, diskusi dan melatih diri sehingga dapat melaksanakan tugas dengan cermat, akurat, efektif dan efisien sesuai kompetensi yang dipersyaratkan. Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E (kelas X), peserta didik akan mendapatkan gambaran mengenai program keahlian Nautika Kapal Niaga dengan capaian pembelajaran sebagai berikut. Elemen Capaian Pembelajaran Proses bisnis di dunia kerja bidang Nautika Kapal Niaga Pada akhir fase E, peserta didik dapat memahami tentang proses kerja di kapal niaga antara lain persiapan pelayaran, persyaratan kerja di kapal, kontrak kerja, buku pelaut, pekerjaan selama pelayaran, serta pengetahuan tentang lembaga yang terkait dengan pelayaran kapal niaga. Perkembangan teknologi dan isu-isu global di dunia bidang nautika kapal niaga Pada akhir fase E, peserta didik dapat menjelaskan tentang perkembangan teknologi yang digunakan dari yang konvensional hingga modern, perkembangan pekerjaan, dan isu-isu global di bidang nautika kapal niaga. Pada akhir fase E, peserta didik dapat memahami tentang profil pelaku wirausaha (entrepreneur) yang mampu membaca peluang usaha, job profile, berbagai peluang usaha/bekerja di bidang nautika kapal niaga. Pada akhir fase E, peserta didik dapat memahami melalui kegiatan praktikal singkat tentang penggunaan peralatan/teknologi dan jenis-jenis pekerjaan di bidang nautika kapal niaga dalam rangka proses memahami dan adaptasi untuk pembelajaran berikutnya. Profil entrepreneur, jobprofile, peluang usaha/kerja di bidang nautika kapal niaga Orientasi dasar teknis Nautika Kapal Niaga 188 Elemen Prosedur darurat dan SAR (Emergency Procedure and SAR) Undang-undang Pelayaran dan Konvensi Internasional Kepedulian lingkungan dan pencegahan polusi Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E, peserta didik dapat memahami tentang prosedur menghadapi situasi darurat, tindakan pencegahan saat mendaratkan kapal, tindakan saat terdampar/kandas, penilaian awal kerusakan dan pengendalian kerusakan, tindakan setelah tabrakan, pencegahan kerusakan kapal dari kebakaran atau ledakan, prosedur meninggalkan kapal, penggunaan perangkat kemudi tambahan dan rigging serta penggunaan pengaturan kemudi darurat, melakukan SAR untuk menolong orang dan kapal lain sesuai SOP. Pada akhir fase E, peserta didik dapat memahami tentang hukum maritim, konvensi tentang hukum laut, laut teritorial dan zona yang bersebelahan, selat internasional, penjelasan laut lepas, perlindungan dan pelestarian lingkungan laut, keselamatan, konvensi internasional tentang jalur muatan, 1966 (LL 1966), penerapan konvensi internasional untuk keselamatan hidup di laut, 1974 sebagaimana telah diubah (SOLAS), penerapan SOLAS, subdivisi dan stabilitas, mesin dan instalasi listrik, penerapan SOLAS, proteksi kebakaran, deteksi kebakaran, kepunahan, penerapan SOLAS, life-saving, appliances dan pengaturan, penerapan SOLAS, radio telegraphy dan radiotelephony dan penerapan manajemen keselamatan internasional. Pada akhir fase E, peserta didik dapat memahami tentang definisi dan tujuan MARPOL 73/78, penanganan dan pencegahan polusi di laut, pengendalian pembuangan minyak, Buku Catatan Minyak (Bagian I, Operasi Ruang Mesin) dan (Bagian II, Operasi Kargo/Ballast), Rencana Darurat Pencemaran Minyak Kapal (SOPEP) termasuk Rencana Darurat Pencemaran Laut Kapal (SMPEP) untuk Minyak dan/atau Beracun, Zat Cair dan Rencana Respons Kapal (VRP), prosedur pengoperasian peralatan anti-polusi, instalasi pembuangan limbah, insinerator, comminutor, instalasi pengolahan air ballast, Rencana Pengelolaan Senyawa Organik Volatil (VOC), Sistem Pengelolaan Sampah, Anti sistem- fouling, Manajemen Air Ballast dan kriteria pembuangannya dan tindakan proaktif untuk melindungi lingkungan laut. 189 Elemen Capaian Pembelajaran Budaya keselamatan, keamanan dan pelayanan Pada akhir fase E, peserta didik dapat memahami tentang Dinas Jaga “di era modern” (Watchkeepers at “The Cutting Edge”), Perencanaan dan Pengorganisasian (Planning and Organizing), Mengarahkan dan Mengontrol (Directing and Controlling), Komunikasi dan kerja sama tim, kuesioner penilaian diri (Communications and Teamwork. Self Assessment Questionnaire) Faktor di balik kesalahan manusia (Factors behind human error). Konstruksi dan Stabilitas (Ship Construction and Stability) Pada akhir fase E, peserta didik dapat menjelaskan tentang bagian kapal niaga, dimensi pokok bangunan kapal, bentukbentuk kapal, ukuran pokok, tonnage, dasar berganda, gading, gading, kulit kapal, geladak, sekat, pintu kedap air, kemudi, dan bentuk profil. sehingga peserta didik akan memperoleh pengetahuan yang diperlukan untuk mengelola dan merawat kapal dengan baik serta dapat melakukan langkah-langkah cermat dan akurat dalam menghitung stabilitas dan berbagai perubahannya serta memiliki kemampuan, pembiasaan dalam mengaplikasikannya dengan benar, baik melalui pengamatan, diskusi dan melatih diri sehingga dapat melaksanakan tugas dengan cermat, akurat, efektif dan efisien sesuai kompetensi yang dipersyaratkan. 190 8.1. CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR PEMASARAN A. Rasional Mata Pelajaran Dasar-Dasar Pemasaran adalah mata pelajaran kejuruan yang terdiri dari berbagai ilmu dasar sebagai penentu dalam mempelajari mata pelajaran yang lain dalam Program Keahlian Pemasaran yang berfungsi membekali peserta didik dengan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan sikap agar memiliki dasar yang kuat dalam mempelajari mata pelajaran-mata pelajaran pada konsentrasi keahlian di kelas XI dan XII. Setelah mempelajari Mata Pelajaran Dasar-Dasar Pemasaran dan materi lanjutan di kelas XI dan XII, peserta didik dapat bekerja sebagai: kasir, pramuniaga, sales executive, merchandiser, digital marketer, public relation, dan wirausaha, serta jabatan lain sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan dunia kerja. Pembelajaran dapat menggunakan berbagai pendekatan, strategi, model, serta metode yang sesuai dengan karakteristik kompetensi yang harus dipelajari, sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi inisiatif, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, renjana (passion), dan perkembangan fisik, serta psikologis peserta didik. Model-model pembelajaran yang dapat digunakan, antara lain project based learning, problem based learning, discovery and inquiry learning, teaching factory, serta model-model lainnya yang relevan. Mata Pelajaran Dasar-Dasar Pemasaran memuat kompetensi soft skills dan hard skills. Soft skills berkontribusi untuk mengembangkan kapasitas peserta didik dalam bernalar kritis, mandiri, kreatif, dan adaptif. Selain itu, juga menumbuhkan sikap dan karakter beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, dan berkebhinekaan global. Sedangkan hard skills difokuskan untuk penguasaan kompetensi spesifik sesuai dengan pekerjaan di dunia kerja. 191 B. Tujuan Mata Pelajaran Dasar-Dasar Pemasaran bertujuan untuk membekali peserta didik dengan kemampuan soft skills dan hard skills yang meliputi: 1. memahami proses bisnis bidang pemasaran di berbagai industri; 2. memahami perkembangan teknologi dan isu-isu terkini terkait dunia pemasaran; 3. memahami profil pekerjaan/profesi (job profile) dan peluang usaha di bidang pemasaran; 4. memahami prosedur kesehatan, keselamatan dan keamanan dalam bekerja, menangani keadaan darurat, dan mempertahankan standar penampilan pribadi; 5. memahami pola komunikasi dengan pelanggan; 6. memahami dasar-dasar dalam pemasaran barang dan jasa dengan mengobservasi pasar dan mengidentifikasi Segmenting, Targeting, dan Positioning (STP marketing) pada ritel modern maupun tradisional, baik online maupun offline; 7. memahami pola pelayanan pelanggan, berdasarkan prinsip pelayanan prima dengan penuh percaya diri; dan 8. memahami perilaku konsumen dalam pembelian barang dan jasa, dengan mengenali sinyal-sinyal calon pelanggan agar dapat mewujudkan kepuasan pelanggan. C. Karakteristik Mata Pelajaran Dasar-Dasar Pemasaran berfokus pada kompetensi yang bersifat dasar yang harus dimiliki oleh tenaga pemasar sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan dunia kerja. Mata Pelajaran Dasar-Dasar Pemasaran membutuhkan daya nalar kritis, inovatif, kreatif, kerja keras, dan ulet, kemampuan dalam berkomunikasi dan bernegosiasi, serta membangun kolaborasi. Selain itu mata pelajaran ini memberikan pemahaman kepada peserta didik tentang proses bisnis, perkembangan teknologi dan isu-isu terkini, job profile, serta peluang usaha di bidang pemasaran. 192 Mata Pelajaran Dasar-Dasar Pemasaran meliputi: Elemen Proses bisnis bidang pemasaran di berbagai industri Perkembangan teknologi dan isu-isu terkini terkait dunia pemasaran Profil pekerjaan/profesi (job profile) dan peluang usaha di bidang pemasaran Prosedur kesehatan, keselamatan, dan keamanan dalam bekerja Berkomunikasi dengan pelanggan Dasar-dasar dalam pemasaran barang dan jasa Perilaku konsumen Deskripsi Lingkup pembelajaran meliputi pengenalan manajemen pemasaran secara menyeluruh pada berbagai jenis industri dan usaha. Lingkup pembelajaran meliputi perkembangan pemasaran mulai dari konvensional sampai dengan penerapan teknologi modern, industri 4.0, Internet of Things (IoT), teknologi digital dalam pemasaran, isu-isu perkembangan yang muncul dan hilang ke depan terkait dengan dunia pemasaran, seperti digital marketing, e-commerce, marketplace, media sosial, dan sejenisnya. Lingkup pembelajaran meliputi profil pekerjaan/profesi (job profile) dalam bidang pemasaran di masa sekarang dan dimasa mendatang, seperti kasir, pramuniaga, sales executive, merchandiser, digital marketer, public relation, dan sejenisnya, serta peluang usaha di bidang pemasaran, seperti dropshipping, drop servicing, affiliate marketing, marketing agency, content creator, dan sejenisnya. Elemen ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang dibutuhkan dengan lingkup pembelajaran meliputi prosedur kesehatan, keselamatan dan keamanan di tempat kerja, menangani keadaan darurat dan mengantisipasi, mempertahankan standar penampilan pribadi, memberikan umpan balik mengenai kesehatan, keselamatan, dan keamanan. Elemen ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang dibutuhkan dalam berkomunikasi secara efektif dengan pelanggan, secara lisan maupun tulisan, baik pelanggan offline maupun online. Lingkup pembelajaran meliputi pemahaman proses dalam pemasaran sebuah bisnis, yaitu memahami konsep pemasaran, ruang lingkup pemasaran, mengobservasi pasar, mengidentifikasi Segmenting, Targeting, Positioning (STP marketing) pada ritel modern dan tradisional, baik online maupun offline, agar dapat membuat rencana pemasaran yang baik dan memasarkan barang dan jasa yang sesuai dengan target pasar (productmarket fit). Lingkup pembelajaran meliputi pemahaman tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam keputusan pembelian barang dan jasa, serta mengenali sinyal-sinyal calon pelanggan agar dapat mewujudkan kepuasan pelanggan. 193 Elemen Pelayanan penjualan Deskripsi Elemen ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang dibutuhkan untuk memberikan pelayanan prima saat melakukan pelayanan penjualan, serta mampu menggunakan peralatan dan perlengkapan untuk barang dan jasa yang sedang dipromosikan. Elemen ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang dibutuhkan dalam mewujudkan kepuasan pelanggan serta mengatasi masalah komplain dari pelanggan. Kepuasan pelanggan D. Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E (kelas X SMK) peserta didik akan mendapatkan gambaran menyeluruh mengenai Program Keahlian Pemasaran, memiliki gambaran karir dan rencana pengembangan diri di bidang pemasaran yang sesuai dengan bakat, minat, dan renjana (passion), serta mampu menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam elemen-elemen Mata Pelajaran Dasar-Dasar Pemasaran. Capaian pembelajaran pada elemen-elemen Mata Pelajaran Dasar-Dasar Pemasaran dapat diuraikan sebagai berikut: Elemen Capaian Pembelajaran Proses bisnis bidang pemasaran di berbagai industri Pada akhir fase E, peserta didik mampu menjelaskan proses bisnis dalam bidang pemasaran secara menyeluruh pada berbagai jenis industri dan usaha. Perkembangan teknologi dan isu-isu terkini terkait dunia pemasaran Pada akhir fase E, peserta didik mampu menjelaskan perkembangan pemasaran mulai dari konvensional sampai dengan penerapan teknologi modern, industri 4.0, Internet of Things (IoT), teknologi digital dalam pemasaran, isu-isu perkembangan yang muncul dan hilang ke depan terkait dengan dunia pemasaran, seperti digital marketing, e-commerce, marketplace, media sosial, dan sejenisnya. Profil pekerjaan/profesi (job profile) dan peluang usaha di bidang pemasaran Pada akhir fase E, peserta didik mampu menjelaskan profil pekerjaan/profesi (job profile) dalam bidang pemasaran di masa sekarang dan dimasa mendatang, seperti kasir, pramuniaga, sales executive, merchandiser, digital marketer, public relation, dan sejenisnya, serta peluang usaha di bidang pemasaran, seperti dropshipping, drop servicing, affiliate marketing, marketing agency, content creator, dan sejenisnya, serta mampu menentukan karir di bidang pemasaran 194 Elemen Capaian Pembelajaran yang sesuai dengan bakat, minat, dan renjana (passion). Prosedur kesehatan, keselamatan, dan keamanan dalam bekerja Berkomunikasi dengan pelanggan Pemasaran barang dan jasa Perilaku konsumen Pelayanan penjualan Kepuasan pelanggan Pada akhir fase E, siswa mampu menerapkan prosedur kesehatan, keselamatan dan keamanan di tempat kerja, menangani keadaan darurat dan mengantisipasi, mempertahankan standar penampilan pribadi, memberikan umpan balik mengenai kesehatan, keselamatan, dan keamanan. Pada akhir fase E, siswa mampu berkomunikasi dengan efektif dan sesuai dengan tata bahasa yang baik dan benar, menunjukkan penampilan yang menarik, berkesan, dan simpatik, mampu menentukan teknik menjual yang tepat yang sesuai dengan konsumen yang dihadapi, serta berdasarkan jenis barang dan jasa yang dipasarkan. Pada akhir fase E, siswa mampu menjelaskan konsep dan lingkup pemasaran, menganalisis pasar, menganalisis STP marketing (Segmenting, Targeting, dan Positioning), membuat rencana pemasaran, serta mampu memasarkan barang dan jasa yang sesuai dengan target pasar (product-market fit). Pada akhir fase E, siswa mampu menjelaskan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam keputusan pembelian barang dan jasa, mengidentifikasi sinyal-sinyal calon pelanggan agar dapat mewujudkan kepuasan pelanggan, serta mampu menentukan bahasa pemasaran yang tepat agar pelanggan tertarik dan puas membeli barang dan jasa yang dipasarkan. Pada akhir fase E, siswa mampu memberikan pelayanan prima saat melakukan pelayanan penjualan, serta mampu menggunakan peralatan dan perlengkapan untuk barang dan jasa yang sedang dipromosikan. Pada akhir fase E, peserta didik mampu mengukur tingkat kepuasan pelanggan, serta mengatasi masalah komplain dari pelanggan. 195 8.2. CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR MANAJEMEN PERKANTORAN DAN LAYANAN BISNIS A. Rasional Dasar-Dasar Manajemen Perkantoran dan Layanan Bisnis adalah mata pelajaran yang berisi kompetensi-kompetensi yang mendasari penguasaan keahlian pekerjaan kantor dan layanan bisnis. Mata Pelajaran Dasar-Dasar Manajemen Perkantoran dan Layanan Bisnis merupakan mata pelajaran kejuruan yang terdiri dari berbagai ilmu dasar sebagai penentu dalam mempelajari mata pelajaran yang lain dalam Program Keahlian Manajemen Perkantoran dan Layanan Bisnis yang berfungsi membekali peserta didik dengan seperangkat pengetahuan, keterampilan, sikap dan renjana (passion) agar memiliki dasar yang kuat dalam mempelajari mata pelajaran-mata pelajaran pada konsentrasi keahlian di kelas XI dan XII. Mata Pelajaran Dasar-Dasar Manajemen Perkantoran dan Layanan Bisnis berfungsi untuk menumbuh kembangkan keprofesionalan dan kebanggaan pada peserta didik terhadap Program Keahlian Manajemen Perkantoran dan Layanan Bisnis, melalui pemahaman tentang proses bisnis di dunia kerja, perkembangan teknologi dan isuisu terkini di industri, mengenali berbagai macam profesi, okupasi kerja, dan peluang usaha, mengelola surat dan dokumen berbasis digital, menggunakan peralatan dan aplikasi teknologi perkantoran, mengelola sistem informasi, melakukan komunikasi, serta memberikan layanan bisnis dan logistik sesuai standar yang ditentukan pada bidang manajemen perkantoran dan layanan bisnis. Pembelajaran dapat dilakukan menggunakan berbagai pendekatan, strategi, model, serta metode yang sesuai dengan karakteristik kompetensi yang harus dipelajari, sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi inisiatif, kreativitas, kemandirian sesuai dengan bakat, minat, renjana (passion), dan perkembangan fisik, serta psikologis peserta didik. Model-model pembelajaran yang dapat digunakan antara lain project based learning, problem based learning, 196 discovery and inquiry learning, teaching factory, serta model-model lainnya yang relevan. Mata Pelajaran Dasar-Dasar Manajemen Perkantoran dan Layanan Bisnis berkontribusi dalam menjadikan peserta didik memiliki kompetensi sebagai staf administrasi, resepsionis, asisten arsiparis, asisten sekretaris, layanan pelanggan, dan sebagai tenaga operator junior di bidang komputer dan otomatisasi perkantoran yang berakhlak mulia, mampu berkomunikasi, bernegosiasi, mampu bekerja dalam tim, mampu mengelola informasi dan gagasan, serta menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, mandiri, dan adaptif dalam menjalankan tugas dan fungsinya. B. Tujuan Mata Pelajaran Dasar-Dasar Manajemen Perkantoran dan Layanan Bisnis bertujuan membekali peserta didik dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap (soft skills dan hard skills) yang meliputi: 1. memahami proses bisnis manajemen perkantoran dan layanan bisnis di dunia kerja; 2. memahami perkembangan teknologi dan isu-isu terkini dalam bidang manajemen perkantoran dan layanan bisnis; 3. memahami profil pekerjaan/profesi (job profile) dan peluang usaha di bidang manajemen perkantoran dan layanan bisnis; 4. menerapkan teknik dasar aktivitas perkantoran di bidang manajemen perkantoran dan layanan bisnis; 5. mengelola dokumen berbasis digital; 6. menggunakan peralatan dan aplikasi teknologi perkantoran; 7. mengelola sistem informasi dan komunikasi organisasi; dan 8. memberikan layanan bisnis dan logistik sesuai standar yang ditentukan. C. Karakteristik Mata Pelajaran Dasar-Dasar Manajemen Perkantoran dan Layanan Bisnis berfokus pada kompetensi yang bersifat dasar yang harus dimiliki oleh tenaga administrasi dan otomatisasi perkantoran, 197 layanan bisnis, serta jabatan lain yang sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan dunia kerja. Mata Pelajaran Dasar-Dasar Manajemen Perkantoran dan Layanan Bisnis membutuhkan kemampuan kerja sama, ketelitian, percaya diri, dan komunikasi yang efektif. Selain itu mata pelajaran ini memberikan pemahaman kepada peserta didik tentang proses bisnis, perkembangan teknologi dan isu-isu terkini, profil pekerjaan/profesi (job profile), serta peluang usaha di bidang manajemen perkantoran dan layanan bisnis. Mata Pelajaran Dasar-Dasar Manajemen Perkantoran dan Layanan Bisnis meliputi: Elemen Deskripsi Proses bisnis manajemen perkantoran dan layanan bisnis di dunia kerja Meliputi pemahaman proses bisnis di bidang manajemen perkantoran dan layanan bisnis, tahapan fungsi manajemen (perencanaan pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian) dalam lingkup pekerjaan kantor, serta pengenalan rantai pasok (supply chain) dalam layanan pengelolaan barang berbasis K3 industri dan 5R. Meliputi pemahaman tentang paradigma manajemen perkantoran modern, otomatisasi perkantoran, revolusi industri 4.0, budaya kerja, dan eco-green (ramah lingkungan). Perkembangan teknologi dan isu-isu terkini dalam bidang manajemen perkantoran dan layanan bisnis Profil pekerjaan/profesi (job profile) dan peluang usaha di bidang bidang manajemen perkantoran dan layanan bisnis Teknik dasar aktivitas perkantoran di bidang manajemen perkantoran dan layanan bisnis Dokumen berbasis digital Peralatan dan aplikasi teknologi perkantoran Meliputi pemahaman tentang berbagai jenis profil pekerjaan/profesi (job profile) di masa sekarang dan di masa mendatang, serta peluang usaha di bidang manajemen perkantoran dan layanan bisnis. Meliputi pemahaman tentang teknik pelayanan prima (excellence service), layanan pelanggan (customer service), serta prosedur dan instruksi kerja. Meliputi pemahaman tentang dasar-dasar prosedur penanganan dokumen, jenis peralatan pengelolaan dokumen, dan prosedur penyimpanan dokumen berbasis digital sesuai sistem yang digunakan di dunia kerja. Meliputi pemahaman tentang jenis peralatan kantor, prosedur penggunaan peralatan kantor, pemeliharaan peralatan kantor, aplikasi perangkat lunak, prosedur penggunaan aplikasi perangkat lunak dan keras untuk perkantoran, dan prosedur mencetak dokumen. 198 Elemen Sistem informasi dan komunikasi organisasi Layanan bisnis dan logistik sesuai standar yang ditentukan Deskripsi Meliputi pemahaman tentang jenis data dan informasi, prosedur penggunaan menu home page, dasar-dasar komunikasi lisan dan tulisan, serta prosedur komunikasi melalui media elektronik Meliputi pemahaman tentang konsep layanan bisnis perkantoran, konsep logistik, jenis dokumen logistik, layanan administrasi dokumen pergudangan, transportasi, distribusi dan pengiriman (delivery). D. Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E (kelas X), peserta didik akan mendapatkan gambaran menyeluruh mengenai Program Keahlian Manajemen Perkantoran dan Layanan Bisnis yang dipilihnya, sehingga mampu memiliki gambaran karir dan rencana pengembangan diri di bidang manajemen perkantoran dan layanan bisnis yang sesuai dengan bakat, minat, dan renjana (passion). Selain itu pada akhir fase E pada aspek soft skills peserta didik akan mampu menerapkan budaya kerja sesuai tuntutan pekerjaan, memahami konsep diri yang positif sesuai standar K3 dan 5R, mengembangkan kemampuan berpikir kritis dalam memecahkan masalah dan mencari solusi, serta konsisten dalam menerapkan budaya kerja dalam layanan bisnis. Sedangkan pada aspek hard skills peserta didik mampu menerapkan elemenelemen kompetensi pada mata pelajaran Dasar-Dasar Manajemen Perkantoran dan Layanan Bisnis sebagai berikut: Elemen Proses bisnis manajemen perkantoran dan layanan bisnis di dunia kerja Perkembangan teknologi dan isu-isu terkini terkait manajemen perkantoran dan layanan bisnis Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E peserta didik mampu menjelaskan proses bisnis di bidang manajemen perkantoran dan layanan bisnis, tahapan fungsi manajemen (perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian) dalam lingkup pekerjaan kantor, serta pengenalan rantai pasok (supply chain) dalam layanan pengelolaan barang berbasis K3 industri dan 5R. Pada akhir fase E peserta didik mampu menjelaskan perkembangan manajemen perkantoran modern, otomatisasi perkantoran, perkembangan revolusi industri 4.0 di bidang perkantoran dan layanan bisnis, budaya kerja, dan eco-green (ramah lingkungan). 199 Elemen Capaian Pembelajaran Profil pekerjaan/profesi (job profile) dan peluang usaha di bidang manajemen perkantoran dan layanan bisnis Pada akhir fase E peserta didik mampu menjelaskan profil pekerjaan/profesi (job profile) di masa sekarang dan di masa mendatang, serta peluang usaha di bidang manajemen perkantoran dan layanan bisnis. Teknik dasar aktivitas perkantoran di bidang manajemen perkantoran dan layanan bisnis Pada akhir fase E peserta didik mampu menjelaskan teknik pelayanan prima (excellent service), layanan pelanggan (customer service), serta prosedur dan instruksi kerja. Dokumen berbasis digital Pada akhir fase E peserta didik mampu menjelaskan dasar-dasar prosedur penanganan dokumen, jenis peralatan pengelolaan dokumen, dan prosedur penyimpanan dokumen berbasis digital sesuai sistem yang digunakan di dunia kerja. Pada akhir fase E peserta didik mampu mengidentifikasi jenis peralatan kantor, menggunakan peralatan kantor, menerapkan prosedur pemeliharaan peralatan kantor, menggunakan aplikasi perangkat lunak dan keras untuk perkantoran, serta mampu menerapkan prosedur mencetak dokumen. Pada akhir fase E peserta didik mampu menjelaskan jenis data dan informasi, menerapkan prosedur penggunaan menu home page, menerapkan dasar-dasar komunikasi lisan dan tulisan, serta menerapkan serta prosedur komunikasi melalui media elektronik. Pada akhir fase E peserta didik mampu menjelaskan konsep layanan bisnis perkantoran, konsep logistik, jenis dokumen logistik, layanan administrasi dokumen pergudangan, transportasi, distribusi, dan pengiriman (delivery). Peralatan dan aplikasi teknologi perkantoran Sistem informasi dan komunikasi organisasi Layanan bisnis dan logistik sesuai standar yang ditentukan 200 8.3. CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR AKUNTANSI DAN KEUANGAN LEMBAGA A. Rasional Dasar-Dasar Akuntansi dan Keuangan Lembaga adalah salah satu mata pelajaran yang berisi kompetensi yang mendasari penguasaan akuntansi dan keuangan lembaga untuk profesi Teknisi Akuntansi Junior, yaitu suatu proses yang diawali dengan membuat dokumen keuangan, mencatat, mengelompokkan, mengolah, menyajikan data, serta mencatat transaksi yang berhubungan dengan keuangan. Mata Pelajaran Dasar-Dasar Akuntansi dan Keuangan Lembaga berfungsi untuk menumbuhkembangkan minat dan renjana (passion) peserta didik dalam memahami proses bisnis di dunia kerja, memahami perkembangan teknologi dan isu-isu terkini di industri, mengenali berbagai macam profesi, okupasi kerja, dan peluang usaha, menerapkan aspek-aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Hidup (K3LH), memahami prinsip-prinsip dan konsep akuntansi dasar dan perbankan dasar, serta memahami penggunaan aplikasi pengolah angka/spreadsheet. Selain itu, sebagai landasan pengetahuan, sikap, dan keterampilan untuk pembelajaran konsentrasi keahlian di kelas XI dan XII. Pembelajaran dapat dilakukan menggunakan berbagai pendekatan, strategi, metode, serta model yang sesuai dengan karakteristik kompetensi yang harus dipelajari, sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi inisiatif, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, renjana (passion), perkembangan fisik, serta psikologis peserta didik. Model-model pembelajaran yang dapat digunakan antara lain project based learning, problem based learning, discovery and inquiry learning, teaching factory, atau model-model lainnya yang relevan. Mata Pelajaran Dasar-Dasar Akuntansi dan Keuangan Lembaga berkontribusi dalam menjadikan peserta didik memiliki kompetensi sebagai staf administrasi keuangan, staf perpajakan, staf perbankan, atau pekerjaan lainnya yang memiliki akhlak mulia, berintegritas 201 tinggi, mampu berkomunikasi, bernegosiasi, dan berinteraksi antar budaya, mampu bekerjasama dalam tim, menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, gotong royong, kreatif, mandiri, kepekaan, serta kepedulian terhadap situasi dan lingkungan kerja. B. Tujuan Mata Pelajaran Dasar-Dasar Akuntansi dan Keuangan Lembaga bertujuan membekali peserta didik dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap (soft skills dan hard skills) yang meliputi: 1. memahami proses bisnis di bidang akuntansi dan keuangan lembaga; 2. memahami perkembangan teknologi di industri dan dunia kerja, serta isu-isu terkini di bidang akuntansi dan keuangan lembaga; 3. memahami profil pekerjaan/profesi (job profile) dan peluang usaha di bidang akuntansi dan keuangan lembaga; 4. memahami lingkup kerja pada bidang akuntansi dan keuangan lembaga; 5. menerapkan aspek-aspek Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup (K3LH); 6. memahami etika profesi di bidang akuntansi dan keuangan lembaga; 7. memahami prinsip-prinsip dan konsep akuntansi dasar dan perbankan dasar; dan 8. memahami penggunaan aplikasi pengolah angka/spreadsheet. C. Karakteristik Mata Pelajaran Dasar-Dasar Akuntansi dan Keuangan Lembaga memiliki karakteristik yang membutuhkan nalar dan pemikiran yang mendalam, merupakan mata pelajaran yang hierarkis, dimana antara materi dari awal sampai akhir saling berhubungan dan berkaitan, serta membutuhkan ketelitian, ketekunan, dan kesabaran dalam menyelesaikan materi pembelajaran. Selain karakteristik pemahaman kepada di atas, peserta mata didik pelajaran tentang ini memberikan proses bisnis, perkembangan teknologi dan isu-isu terkini, profil pekerjaan/profesi 202 (job profile), dan peluang usaha di bidang akuntansi dan keuangan lembaga. Mata Pelajaran Dasar-Dasar Akuntansi dan Keuangan Lembaga meliputi: Elemen Deskripsi Proses bisnis di bidang Akuntansi dan Keuangan Lembaga Lingkup pembelajaran meliputi tahapan proses akuntansi secara menyeluruh, baik akuntansi pada perusahaan jasa, dagang, maupun manufaktur, antara lain dengan menerapkan prinsip praktik profesional dalam bekerja, menerapkan praktik-praktik kesehatan dan keselamatan di tempat kerja, memproses entry jurnal, memproses buku besar, menyusun laporan keuangan, serta mengoperasikan paket program pengolah angka/spreadsheet. Perkembangan teknologi di industri dan dunia kerja, serta isu-isu terkini di bidang akuntansi dan keuangan lembaga Lingkup pembelajaran meliputi perkembangan standar akuntansi mulai dari pembukuan secara manual sampai kepada penggunaan teknologi sebagai alat bantu, serta mengikuti perkembangan aplikasi komputer akuntansi yang banyak digunakan di dunia industri dan dunia kerja. Profil peluang pekerjaan/profesi (job profile) dan peluang usaha di bidang akuntansi dan keuangan lembaga Lingkup pembelajaran meliputi pengenalan jenis-jenis profesi akuntansi sehingga mampu membaca peluang kerja akuntansi lulusan SMK sebagai Level 2 KKNI Teknisi Akuntansi Junior serta meningkat menjadi Level 4 KKNI Teknisi Akuntansi Muda, dan mampu menerapkan etika profesi akuntansi untuk mendapatkan kepercayaan dari atasan maupun kepuasan pengguna, sehingga menginspirasi dalam terbangunnya renjana (passion), rencana pengembangan diri, dan kebanggaan terhadap profesi akuntansi, serta mampu membaca peluang pasar dan usaha, serta melaksanakan pembelajaran berbasis projek nyata. Lingkup kerja pada bidang akuntansi dan keuangan lembaga Lingkup pembelajaran meliputi pengenalan siklus akuntansi pada perusahaan jasa, dagang, dan manufaktur, baik secara manual maupun menggunakan aplikasi komputer akuntansi. Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup (K3LH) Lingkup pembelajaran meliputi merapikan area kerja, menyiapkan peralatan kerja, menerapkan perilaku kerja saman di area kerja, mengidentifikasi bahaya dan pengendalian resiko yang mungkin terjadi, menerapkan praktik-praktik kesehatan diri dan keselamatan kerja, serta penerapan budaya kerja industri (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin). 203 Elemen Deskripsi Etika profesi di bidang akuntansi dan keuangan lembaga Lingkup pembelajaran meliputi melakukan identifikasi pedoman, prosedur, dan aturan yang berkaitan dengan industri jasa keuangan dan profesi-profesi yang ada dalam industri jasa keuangan, melakukan pengecekan etika profesi dalam bidang akuntansi dan keuangan dalam pelaksanaan pekerjaan, serta mengidentifikasi kompetensi personal dalam bidang akuntansi dan keuangan lembaga. Prinsip-prinsip dan konsep akuntansi dasar dan perbankan dasar Lingkup pembelajaran meliputi pengertian akuntansi, tujuan pencatatan akuntansi, pihak-pihak yang membutuhkan informasi akuntansi, prinsip-prinsip akuntansi, serta konsep akuntansi dasar dan perbankan dasar. Penggunaan aplikasi pengolah angka (spreadsheet) Lingkup pembelajaran meliputi mengoperasikan paket program pengolah angka (spreadsheet), mengolah data berdasarkan karakter, mengolah data berdasarkan rumus, mengolah data menggunakan fungsi, membuat format, serta membuat diagram. D. Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E (kelas X), peserta didik akan mendapatkan gambaran yang jelas tentang materi dasar-dasar akuntansi dan keuangan lembaga sehingga terbangun renjana (passion), rencana pengembangan diri, dan kebanggaan terhadap profesi akuntansi dan keuangan lembaga. Selain itu pada akhir fase E, peserta didik dapat memahami aspek-aspek hard skills dan mampu menerapkan elemenelemen kompetensi dari Mata Pelajaran Dasar-Dasar Akuntansi dan Keuangan Lembaga, serta soft skills yang menggambarkan profil peserta didik yang memiliki integritas yang tinggi, gigih, berpikir kritis, konsisten, mampu berkomunikasi secara verbal maupun nonverbal, berpenampilan menarik, serta mampu mengelola pekerjaan dengan manajemen waktu yang baik. Capaian pembelajaran pada elemen-elemen Mata Pelajaran Dasar-Dasar Akuntansi dan Keuangan Lembaga meliputi. 204 Elemen Capaian Pembelajaran Proses bisnis di bidang akuntansi dan keuangan lembaga Pada akhir fase E, peserta didik mampu menjelaskan tahapan proses akuntansi secara menyeluruh baik akuntansi pada perusahaan jasa, perusahaan dagang, dan perusahaan manufaktur antara lain menerapkan prinsip praktik profesional dalam bekerja, menerapkan praktik-praktik kesehatan dan keselamatan di tempat kerja, memproses entry jurnal, memproses buku besar, menyusun laporan keuangan, serta mengoperasikan paket program pengolah angka/spreadsheet. Perkembangan teknologi di industri dan dunia kerja serta isu-isu terkini di bidang akuntansi dan keuangan lembaga Pada akhir fase E, peserta didik mampu menjelaskan perkembangan standar akuntansi mulai dari pembukuan secara manual sampai kepada penggunaan teknologi sebagai alat bantu, serta memahami perkembangan aplikasi komputer akuntansi yang banyak digunakan di dunia industri dan dunia kerja. Profil pekerjaan/profesi (job profile) dan peluang usaha di bidang akuntansi dan keuangan lembaga Pada akhir fase E, peserta didik mampu menjelaskan profesi akuntansi lulusan SMK untuk mendapatkan gambaran pekerjaan pada Level 2 KKNI Teknisi Akuntansi Junior serta meningkat menjadi Level 4 KKNI Teknisi Akuntansi Muda sehingga terinspirasi untuk mempelajari dengan tekun dan menumbuhkan rasa ingin tahu untuk mengikuti pembelajaran, menerapkan etika profesi akuntansi dengan baik agar mendapatkan kepercayaan dari atasan maupun kepuasan pengguna, sehingga menginspirasi dalam terbangunnya renjana (passion), rencana pengembangan diri, dan kebanggaan terhadap profesi akuntansi, serta mampu membaca peluang pasar dan usaha, serta melaksanakan pembelajaran berbasis projek nyata. Lingkup kerja pada bidang Akuntansi dan Keuangan Lembaga Pada akhir fase E, peserta didik mampu menjelaskan siklus akuntansi pada perusahaan jasa, dagang, dan manufaktur, baik secara manual maupun menggunakan aplikasi komputer akuntansi. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Hidup (K3LH) Pada akhir fase E, peserta didik mampu merapikan area kerja, menyiapkan dan mengecek peralatan kerja, menerapkan perilaku kerja aman di area kerja, mengidentifikasi bahaya dan pengendalian resiko, menerapkan praktik-praktik kesehatan diri dan keselamatan kerja, memahami upaya perlindungan kerja dengan baik, sehingga selalu dalam keadaan selamat dan sehat selama melakukan pekerjaannya di tempat kerja serta menerapkan budaya kerja industri (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin). 205 Elemen Capaian Pembelajaran Etika profesi di bidang akuntansi dan keuangan lembaga Pada akhir fase E, peserta didik mampu melakukan identifikasi pedoman, prosedur, dan aturan yang berkaitan dengan industri jasa keuangan dan profesi-profesi yang ada dalam industri jasa keuangan, mengidentifikasi etika profesi dalam bidang akuntansi dan keuangan dalam pelaksanaan pekerjaan, mengidentifikasi kompetensi personal dalam bidang akuntansi dan keuangan lembaga. Prinsip-prinsip dan konsep akuntansi dasar dan perbankan dasar Pada akhir fase E, peserta didik mampu menjelaskan pengertian akuntansi, tujuan pencatatan akuntansi, pihak-pihak yang membutuhkan informasi akuntansi, prinsipprinsip akuntansi, serta konsep akuntansi dasar dan perbankan dasar. Penggunaan aplikasi pengolah angka (spreadsheet) Pada akhir fase E, peserta didik mampu mengoperasikan paket program pengolah angka (spreadsheet), mengolah data berdasarkan karakter, mengolah data berdasarkan rumus, mengolah data menggunakan fungsi, membuat format, serta membuat diagram. 206 9.1. CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR USAHA LAYANAN PARIWISATA A. Rasional Dasar-Dasar Usaha Layanan Pariwisata merupakan mata pelajaran yang berisi kompetensi yang mendasari penguasaan dalam program keahlian Usaha Layanan Pariwisata. Mata pelajaran Dasar-Dasar Usaha Layanan Pariwisata berisi perilaku (soft skills), pengetahuan dan sikap yang harus dimiliki oleh peserta didik untuk menjadi dasar bagi penguasaan kompetensi-kompetensi inti di bidang Pariwisata. Soft skills yang dimiliki peserta didik program keahlian Usaha Layanan Pariwisata antara lain memiliki kemampuan komunikasi yang baik dengan rekan kerja, atasan, klien dan memiliki percaya diri serta memiliki hospitality character. Peserta didik diharapkan mampu menguasai bahasa Inggris dan bahasa asing pilihan. Menguasai bahasa Inggris merupakan syarat untuk meningkatkan kompetensi tenaga kerja muda Indonesia hingga mampu mencapai standar kompetensi di tingkat ASEAN (Asean Skills Standard). Peserta didik diharapkan memahami budaya lokal dan kebudayaan Indonesia. Peserta didik juga harus berpikir kritis (critical thinking) dan kreatif. Hard skills yang dimiliki peserta didik program keahlian Usaha Layanan Pariwisata antara lain memiliki keterampilan networking, mampu memahami dasar-dasar SEO (Search Engine Optimizer) dan mampu memahami channel management untuk aplikasi media sosial yang sekarang cenderung digunakan dalam bidang pariwisata. Peserta didik program keahlian Usaha Layanan Pariwisata mampu menguasai digital skill yaitu memahami perkembangan budaya secara teknologi dan mengetahui cara menggunakan sosial media yang baik sebagai personal termasuk memahami dasar-dasar fotografi dengan ponsel pintar (smartphone) atau kamera digital. Perilaku (soft skills), pengetahuan dan sikap di dalam mata pelajaran Dasar-Dasar Usaha Layanan Pariwisata mencakup tentang wawasan industri pariwisata, wawasan kewirausahaan di bidang pariwisata, kerja sama yang efektif dengan kolega dan pelanggan, kerja sama dalam lingkungan sosial yang berbeda, prosedur kesehatan, keselamatan dan keamanan dalam bekerja, komunikasi secara efektif melalui telepon, dan penggunaan alat bantu bisnis dan 207 teknologi. Fungsi mata pelajaran ini antara lain: a) memberikan wadah pembelajaran yang kontekstual sesuai dengan perkembangan teknologi yang digunakan di dunia kerja; b) memberikan pengalaman belajar peserta didik sesuai dengan persyaratan yang dituntut oleh dunia kerja/konsumen; c) membangun dan menerapkan budaya dunia kerja bagi warga SMK; d) menyediakan wahana kegiatan usaha bagi warga SMK; e) mengembangkan kreativitas dan inovasi bagi warga SMK; f) menyiapkan peserta didik untuk mendapatkan pengakuan dalam bentuk sertifikat kompetensi dan produktivitas/kinerja dari dunia kerja. Pelaksanaan pembelajaran menerapkan model pembelajaran discovery learning, project-based learning, problem-based learning, inquiry learning, teaching factory dan model pembelajaran lainnya yang sesuai dan relevan dengan karakteristik materi. Model Pembelajaran yang digunakan diharapkan dapat mengintegrasikan berbagai mata pembelajaran berorientasi pelajaran selayaknya pada yang dapat pemecahan diajarkan, dilakukan masalah sehingga dengan yang kegiatan kolaboratif, kontekstual dan menstimulus peserta didik untuk bernalar kritis dan kreatif. Pembelajaran Dasar-Dasar Usaha Layanan Pariwisata idealnya dilakukan secara block system dan harus disesuaikan dengan karakteristik materi yang dipelajari. Peserta didik yang menguasai Dasar-Dasar Usaha Layanan Pariwisata diharapkan menjadi profil pelajar Pancasila yang dapat mandiri dan beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, gotong royong, dan kebhinekaan global. B. Tujuan Mata pelajaran Dasar-Dasar Usaha Layanan Pariwisata bertujuan membekali peserta didik dengan kemampuan soft skills dan hard skills melalui proses pembelajaran: 1. memahami proses bisnis industri pariwisata; 2. memahami kerja sama yang efektif dengan kolega dan pelanggan; 3. memahami kerja sama dalam lingkungan sosial yang berbeda; 4. memahami prosedur kesehatan, keselamatan dan keamanan dalam bekerja; 5. memahami tentang peluang berwirausaha, jiwa kewirausahaan, 208 serta strategi berwirausaha di bidang Pariwisata; 6. menerapkan komunikasi secara efektif melalui telepon; dan 7. mengenal praktik dengan menggunakan alat bantu bisnis dan teknologi dalam layanan pariwisata. C. Karakteristik Mata pelajaran Dasar-Dasar Usaha Layanan Wisata menekankan pada aspek-aspek lingkungan, yang berkaitan kemampuan dengan berkomunikasi kepedulian yang pada efektif, keramahtamahan, kesabaran, empati, rendah hati, ketelitian, safety, kedisiplinan, responsive, kreatif, kebersihan, kerapian, healthy, dan etika kerja sebagai seorang profesional dalam bidangnya. Adapun aspek yang dipelajari adalah sebagai berikut. Elemen Proses Bisnis Industri Pariwisata Deskripsi Meliputi mencari informasi pada industri pariwisata dan pengetahuan dan pemahaman untuk memperbaharui pengetahuan industri pariwisata. Kerja Sama yang Efektif Meliputi berkomunikasi di tempat kerja, dengan Kolega dan menyediakan bantuan kepada pelanggan di Pelanggan dalam dan di luar perusahaan, memelihara standar kinerja pribadi dan bekerja dalam satu tim. Kerja Sama dalam Meliputi komunikasi dengan pelanggan dan Lingkungan Sosial yang kolega dari berbagai latar belakang dan Berbeda menghadapi kesalahpahaman antar budaya. Prosedur Kesehatan, Meliputi prosedur kesehatan, keselamatan Keselamatan dan dan keamanan di tempat kerja, menangani Keamanan dalam Bekerja keadaan darurat dan mengantisipasi, mempertahankan standar penampilan pribadi, memberikan umpan balik mengenai kesehatan, keselamatan dan keamanan. Profesi dan Meliputi pemahaman tentang profil Kewirausahaan Bidang pekerjaan, profesi dan wirausahawan yang Pariwisata mampu mengembangkan produk dan jasa, mengembangkan pengetahuan pemasaran, mempromosikan produk dan jasa dan penerapan keterampilan menjual. Komunikasi secara Efektif Meliputi menjawab telepon dan melakukan Melalui Telepon panggilan telepon. Praktik Menggunakan Alat Meliputi praktik dengan menggunakan alat Bantu Bisnis dan bantu bisnis dan teknologi, memilih alat Teknologi dalam Layanan bantu bisnis dan teknologi dan memelihara Pariwisata teknologi yang sesuai dalam pelayanan pariwisata. D. Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E (kelas X SMK), peserta didik akan mendapatkan gambaran mengenai program keahlian yang dipilihnya sehingga memiliki passion (renjana), vision (visi), imajinasi, dan kreativitas 209 peserta didik untuk mengikuti aktivitas pembelajaran. Pada akhir fase E, pada aspek hard skills peserta didik mampu memahami elemen-elemen kompetensi pada mata pelajaran Dasar-Dasar Usaha Layanan Pariwisata: Elemen Proses Bisnis Industri Pariwisata Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E, peserta didik mampu mengidentifikasi informasi dan wawasan secara menyeluruh tentang industri pariwisata yang berkaitan dengan produk dan jasa pariwisata, isu-isu global industri pariwisata dan memperbaharui pengetahuan industri pariwisata termasuk lapangan kerja dan jabatan kerja dengan kemampuan, sikap, perhatian, tindakan, tanggung jawab yang tercermin pada penampilan untuk pelayanan prima. Kerja Sama yang Pada akhir fase E, peserta didik mampu menjelaskan Efektif dengan bagaimana berkomunikasi di tempat kerja, Kolega dan menyediakan bantuan kepada pelanggan didalam dan Pelanggan di luar perusahaan, memelihara standar kinerja pribadi dan bekerja dalam satu tim. Kerja sama dalam Pada akhir fase E, peserta didik menjelaskan lingkungan sosial bagaimana berkomunikasi dengan pelanggan dan yang berbeda kolega dari berbagai latar belakang dan menghadapi kesalahpahaman antar budaya. Pada akhir fase E, peserta didik mampu menjelaskan Prosedur prosedur kesehatan, keselamatan dan keamanan di Kesehatan, Keselamatan dan tempat kerja, menangani keadaan darurat dan Keamanan dalam mengantisipasi, mempertahankan standar penampilan Bekerja pribadi, memberikan umpan balik mengenai kesehatan, keselamatan dan keamanan. Profesi dan Pada akhir fase E, peserta didik mampu Kewirausahaan di mendeskripsikan profesi dan peluang berwirausaha Bidang Pariwisata serta dibutuhkannya jiwa wirausaha (entrepreneurship) dan berbagai strategi kewirausahaan termasuk di dalamnya mengembangkan pengetahuan produk dan jasa, mengembangkan pengetahuan pemasaran, mempromosikan produk dan jasa dan penerapan keterampilan menjual. Komunikasi Pada akhir fase E, peserta didik mampu menjelaskan secara Efektif prosedur menjawab telepon dan melakukan panggilan Melalui Telepon telepon kemudian menggunakan salah satu aplikasi media sosial yang biasa digunakan di perusahaan perjalanan seperti whatsapp, telegram, twitter, Instagram, dll. Praktik Pada akhir fase E, peserta didik mampu melakukan Menggunakan praktik dasar secara menyeluruh tentang penggunaan Alat Bantu Bisnis alat bantu bisnis dan teknologi, memilih alat bantu dan Teknologi bisnis dan teknologi dan memelihara teknologi yang dalam Layanan sesuai dalam pelayanan pariwisata untuk menguasai Pariwisata pemasaran termasuk keterampilan networking, mampu memahami dasar-dasar SEO (Search Engine Optimizer) dan mampu memahami channel management untuk aplikasi media sosial, memahami cara menggunakan sosial media yang baik sebagai personal termasuk memahami dasar-dasar fotografi dengan ponsel pintar (smartphone) atau kamera digital. 210 9.2. CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR PERHOTELAN A. Rasional Mata pelajaran Dasar-Dasar Perhotelan adalah pelajaran yang berisi kompetensi-kompetensi yang mendasari penguasaan tentang dasardasar pengetahuan, sikap dan keterampilan yang harus dikuasai oleh seorang hotelier yaitu keseluruhan kompetensi soft skills dan hard skills yang meliputi salah satu atau keseluruhan rangkaian kegiatan operasional hotel dan menjadi landasan bagi peserta didik untuk mendalami industri perhotelan, perkembangan penerapan teknologi dan isu-isu global terkait dunia pariwisata dan perhotelan, dasar penerapan layanan prima (excellent service) pada industri perhotelan, profil entrepreneur, peluang usaha dan pekerjaan/profesi pelayanan jasa perhotelan, tahapan operasional perhotelan secara menyeluruh dengan layanan prima (excellent service). Fungsi mata pelajaran Dasar-Dasar Perhotelan untuk membekali dan menumbuhkembangkan kebanggaan pada peserta didik agar memiliki sikap, pengetahuan dan keterampilan yang berkualitas, profesional memiliki daya saing, kreativitas dan pencapaian dari pengetahuan dasar tersebut untuk memotivasi diri sendiri agar peserta didik mampu menghadapi tantangan global dan perubahan zaman sebagai seorang hotelier yang memiliki kemampuan berwirausaha dan problem solving. Topik pembelajaran atau kasus yang ditentukan lebih menekankan pada kegiatan sehari-hari dan diintegrasikan pada mata pelajaran Bahasa Inggris yang mengacu pada standar kurikulum ASEAN yaitu Common ASEAN Tourism Curriculum (CATC) serta Matematika, sehingga peserta didik dapat mengekspresikan kemampuan berpikirnya secara terstruktur dan memiliki pemahaman Bahasa Inggris yang komunikatif dan membentuk kebiasaan berpikir logis. Sebagai landasan pengetahuan dan keterampilan untuk mengembangkan kompetensi Dasar-Dasar Perhotelan dan konsentrasi, dilaksanakan pembelajaran di kelas XI dan XII. Pelaksanaan pembelajaran dapat menggunakan model project-based learning, discovery learning, problem-based learning, teaching factory 211 atau inquiry learning yang mengacu pada MRA-CATC tentang sertifikasi standar ASEAN dan KKNI minimal level 2, disesuikan dengan peta okupasi dan standar industri mitra. Pembelajaran Dasar-Dasar Perhotelan dapat dilakukan secara sistem blok (block system) disesuaikan dengan karakteristik elemen yang dipelajari. Mata pelajaran Dasar-Dasar Perhotelan berkontribusi dalam memampukan peserta didik menguasai keahlian perhotelan yang mengacu pada Profil pelajar Pancasila, dengan memegang teguh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia terhadap manusia dan alam, bernalar kritis, mandiri, kreatif, komunikatif dan adaptif terhadap lingkungan. B. Tujuan Tujuan mata pelajaran Dasar-Dasar Perhotelan adalah untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap (soft skills dan hard skills) meliputi: 1. memahami proses bisnis industri perhotelan; 2. memahami perkembangan penerapan teknologi dan isu-isu global terkait dunia pariwisata dan perhotelan; 3. memahami profil entrepreneur, job profile, peluang usaha dan pekerjaan/profesi pelayanan jasa perhotelan; 4. memahami dasar penerapan layanan prima (excellent service) pada industri perhotelan/industri pelayanan/industri keramahtamahan; dan 5. memahami tahapan operasional perhotelan secara menyeluruh dengan layanan prima (excellent service). C. Karakteristik Mata pelajaran Dasar-Dasar Perhotelan menekankan pada aspekaspek rendah yang hati, berkaitan kerapian, dengan kedisiplinan, kebersihan, keramahtamahan, ketangguhan, kesabaran, ketelitian, komunikatif, kerja sama, empati, kreatif dan etika kerja sebagai hotelier. Adapun aspek yang dipelajari adalah sebagai berikut. Elemen Proses bisnis industri perhotelan Deskripsi Meliputi pemahaman tentang konsep dasar industri perhotelan, jenis fasilitas dan layanan di hotel, layanan pendukung di 212 Elemen Deskripsi hotel. Meliputi pemahaman tentang pengembangan dan pemutakhiran pengetahuan industri pariwisata, obyek dan daya tarik wisata serta pengembangan daerah tujuan wisata yang berkebhinekaan global sehingga menginspirasi dalam membangun passion, vision (Visi) dan kebanggaan terhadap perkembangan industri pariwisata dan perhotelan. Profil entrepreneur, job Meliputi pengenalan profil dan karakteristik profile, peluang usaha dan hotelier/entrepreneur, Personal Branding dan pekerjaan/profesi HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual) yang pelayanan jasa perhotelan mampu membaca peluang pasar dan usaha perhotelan sehingga menginspirasi dalam membangun passion dan kebanggaan terhadap pekerjaan di bidangnya. Dasar penerapan layanan Meliputi pemahaman tentang penampilan prima (excellent service) dan kerapian (Grooming), sikap pelayanan pada industri (Service Attitude/hospitality attitude), perhotelan/industri motivasi kerja, komunikasi dengan kolega pelayanan/industri dan pelanggan, komunikasi dalam keramahtamahan lingkungan sosial yang beragam, bekerja dalam tim (teamwork), tata cara berkomunikasi yang baik (Communication Skills), dan penangan situasi konflik pada industri perhotelan industri perhotelan /industri pelayanan/industri keramahtamahan. Tahapan operasional Meliputi pemahaman tentang penerapan perhotelan secara Cleanliness, Health, Safety and menyeluruh dengan Environmental Sustainability (CHSE), layanan prima (excellent personal grooming. Service Attitude/hospitality attitude, team work, and service) Communication Skills. Perkembangan penerapan teknologi dan isu-isu global terkait dunia pariwisata dan perhotelan D. Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E (kelas X SMK), peserta didik akan mendapatkan gambaran mengenai program keahlian yang dipilihnya sehingga mampu menumbuhkan passion dan vision untuk merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar. Selain itu pada akhir fase E pada aspek hard skills peserta didik mampu memahami elemenelemen kompetensi pada mata pelajaran Dasar-Dasar Perhotelan. Elemen Proses bisnis industri perhotelan Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E, peserta didik mampu menjelaskan tentang informasi dan wawasan secara menyeluruh tentang konsep dasar industri perhotelan, jenis fasilitas dan layanan di hotel, layanan pendukung di hotel. Perkembangan penerapan Pada akhir fase E, peserta didik mampu teknologi dan isu-isu global menjelaskan tentang informasi dan wawasan terkait dunia pariwisata dan secara menyeluruh tentang pengembangan 213 Elemen perhotelan Capaian Pembelajaran dan pemutakhiran pengetahuan industri pariwisata dan isu-isu global, obyek dan daya tarik wisata serta pengembangan daerah tujuan wisata yang berkebhinekaan global serta pemutakhiran hotel system (contoh: room reservation menggunakan barcode) sehingga menginspirasi dalam membangun passion, vision (visi) dan kebanggaan terhadap perkembangan industri pariwisata dan perhotelan. Pada akhir fase E, peserta didik mampu Profil entrepreneur, job mendeskripsikan profil dan karakteristik profile, peluang usaha dan pekerjaan/profesi pelayanan seorang hotelier/entrepreneur, personal jasa perhotelan branding dan HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual) yang mampu membaca peluang pasar dan usaha perhotelan (contoh: usaha laundry services, home cleaning service, towel art folding sehingga menginspirasi dalam membangun passion dan kebanggaan terhadap pekerjaan di bidangnya. Dasar penerapan layanan Pada akhir fase E, peserta didik mampu prima (excellent service) menjelaskan informasi dan wawasan secara pada industri perhotelan menyeluruh tentang penampilan, kebersihan /industri dan kerapian (Grooming), motivasi kerja, pelayanan/industri komunikasi dengan kolega dan pelanggan, keramahtamahan komunikasi dalam lingkungan sosial yang beragam, sikap pelayanan (Service Attitude/hospitality attitude), bekerja dalam tim (teamwork) serta tata cara berkomunikasi yang baik (Communication Skills), menangani situasi konflik. Tahapan operasional Pada akhir fase E, peserta didik menerapkan perhotelan secara Cleanliness, Health, Safety dan menyeluruh dengan layanan Environmental Sustainability (CHSE), personal prima (excellent service) grooming, Service Attitude/hospitality attitude, teamwork and Communication skills. 214 9.3. CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR KULINER A. Rasional Dasar-Dasar Kuliner adalah mata pelajaran yang memuat materi dasar dalam kegiatan mengolah makanan yang berasal dari bahan yang masih mentah menjadi makanan yang siap dikonsumsi. Istilahistilah di bidang kuliner yang ada dalam mata pelajaran DasarDasar Kuliner dituliskan dengan bahasa Inggris sebagai landasan untuk mempelajari bahasa inggris untuk kebutuhan belajar di fase berikutnya melalui penyelarasan dgn kurikulum berstandar ASEAN (Common ASEAN Tourism Curriculum/CATC). Mata pelajaran Dasar-Dasar Kuliner berfungsi untuk memberikan motivasi dan meningkatkan minat belajar peserta didik sebagai bekal untuk mempelajari materi pada kompetensi keahlian berikutnya. Pada dasar-dasar kuliner, peserta didik mempelajari materi tentang dasar-dasar industri kuliner, perkembangan bidang kuliner termasuk teknologi dan tren yang sedang berkembang, foodpreneurs dan job profile dibidang kuliner sehingga dapat bekerja di hotel, restaurant, rumah sakit, kapal pesiar, food stylist, atau berwirausaha. Mata pelajaran Dasar-Dasar Kuliner juga merupakan wahana belajar bagi peserta didik untuk mempelajari dasar-dasar pengetahuan bahan makanan serta teknik dan metode pengolahan makanan yang meliputi teknik memasak panas basah (moist heat) dan panas kering (dry heat) agar hasil olahan sesuai dengan standar yang telah ditentukan dengan mengikuti prinsip pelaksanaan kebersihan, kesehatan, keselamatan, dan kelestarian lingkungan, juga mempelajari tentang pengetahuan peralatan dapur, menu, pengetahuan dasar masakan Indonesia, Oriental, Kontinental, serta pengetahuan dasar Patiseri/pastry dan bakery. Soft skills yang dibangun adalah bagaimana mereka mencintai pekerjaan yang terkait industri kuliner, berkreativitas, membangun kerja tim, berorientasi pada kualitas yang tinggi, dan membangun suatu jaringan kerja (networking). Pembelajaran sebaiknya dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran sperti discovery learning, inquiry learning, project based learning, problem based learning, teaching factory atau model dan 215 metode lainnya yang relevan. Dengan model pembelajaran tersebut diharapkan dapat tercipta pembelajaran yang lebih interaktif, inspiratif dan eksploratif, sehingga memotivasi peserta didik untuk mampu membangun sikap kolaboratif dan mandiri. Model pembelajaran yang tepat akan dapat mengembangkan bakat, minat dan renjana peserta didik. Mata pelajaran Dasar-Dasar Kuliner membekali peserta didik dengan serangkaian sikap, pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk menghadapi menunjang pengembangan tantangan diri melalui perubahan jalur zaman, studi dan pengembangan karir lebih lanjut sehingga bisa menjadi insan Profil Pelajar Pancasila yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, bernalar kritis, mandiri, kreatif dan mampu bergotong royong. B. Tujuan Mata pelajaran Dasar-Dasar Kuliner bertujuan memastikan peserta didik dapat: 1. memahami proses bisnis bidang industri kuliner; 2. memahami perkembangan dan isu terkini bidang kuliner secara global, dan perkembangan teknologi yang berkaitan dengan bidang kuliner; 3. memahami profesi dan kewirausahaan (foodpreneurs dan job profile) di bidang kuliner; 4. memahami dasar penerapan pelayanan prima (excellent service) pada industri kuliner; 5. menerapkan prinsip Pelaksanaan CHSE (Cleanliness Hygiene Safety and Environment Sustainability) dan HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point); 6. memahami tahapan operasional persiapan dasar memasak meliputi pengetahuan alat, bahan, dan metode dasar memasak; 7. memahami struktur menu masakan; dan 8. melaksanakan praktik dasar memasak masakan Indonesia, oriental dan continental serta Pastry dan Bakery. C. Karakteristik Mata Pelajaran Dasar-Dasar Kuliner menekankan pada aspek-aspek yang berkaitan dengan kedisiplinan, 216 ketangguhan, keuletan, ketelitian, responsif, akurat, kebersihan, kerjasama, ketekunan, keramahtamahan, kreatif dan etika kerja sebagai cook. Adapun aspek yang dipelajari adalah sebagai berikut. Elemen Proses bisnis industri kuliner Deskripsi Meliputi konsep industri kuliner, pentingnya bidang kuliner di industri pariwisata dan perhotelan, proses bisnis bidang kuliner yang disesuaikan dengan unit kompetensi; memelihara pengetahuan tentang industri perhotelan, sehingga dapat meningkatkan motivasi dan menumbuhkan kebanggaan diri peserta didik dalam mempelajari bidang kuliner. Perkembangan bidang Meliputi sejarah memasak, peran teknologi kuliner secara global dan dalam dunia kuliner dan perkembangannya perkembangan teknologi sejak jaman primitif sampai modern, yang berkaitan dengan komputerisasi pada industri kuliner serta bidang kuliner perkembangan terkini tentang bidang kuliner, termasuk fusion food dan gastronomy molecular; industri perhotelan; pengetahuan tentang makanan dan minuman, sehingga peserta didik memiliki kemampuan untuk selalu memperbaharui pengetahuannya dan mempunyai inovasi sesuai perkembangan zaman. Profesi dan kewirausahaan Meliputi pengenalan profesi atau okupasi di bidang kuliner dunia kerja bidang kuliner dan peluang (foodpreneurs dan jobberwirausaha sehingga peserta didik profile) memiliki minat, motivasi dan kemauan untuk belajar sesuai dengan konsentrasi yang ingin ditekuninya. Penerapan pelayanan Meliputi berkomunikasi secara efektif prima (excellent service) melalui telepon, bekerjasama secara efektif pada industri kuliner dengan kolega dan pelanggan, dan bekerja dalam lingkungan sosial yang berbeda. Pelaksanaan Kebersihan, Meliputi standar dan prosedur keselamatan, Kesehatan, Keselamatan, keamanan bahan makanan, keamanan dan Kelestarian peralatan dan area kerja, kebersihan area Lingkungan/ Cleanliness dan peralatan, kesehatan, prosedur dasar Health Safety Environment pertolongan pertama dan keramahan Sustainability (CHSE) dan lingkungan HACCP (Hazard Analysius Critical Control Point) Praktik dasar memasak Meliputi praktik dasar penyimpanan, dan secara menyeluruh perawatan peralatan dapur yang digunakan pada industri kuliner, pengetahuan tentang bahan makanan, pengetahuan menu dan dasar-dasar masakan Indonesia, Oriental, Kontinental dan Pastry Bakery, metode dasar memasak, menyiapkan dan menyimpan makanan secara aman dan higienis, menerima dan menyimpan dengan aman barang yang masuk, mengorganisir dan menyiapkan makanan, menggunakan metode dasar memasak, serta meningkatkan dan memperbaharui pengetahuan lokal. 217 D. Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E (kelas X SMK/MAK), peserta didik akan mendapatkan gambaran mengenai program keahlian yang dipilihnya sehingga mampu menumbuhkan dorongan hati (passion) dan visi untuk merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar. Selain itu, pada akhir fase E peserta didik mampu menjelaskan dasar-dasar Industri Kuliner, Perkembangan Bidang Kuliner, Entrepreneurship dan job profile di bidang kuliner, menerapkan prosedur pelaksanaan Kebersihan, Kesehatan, Keselamatan, dan Kelestarian Lingkungan/Cleanliness Health Safety Environmental Sustainability (CHSE), serta menerapkan persiapan dasar memasak. Elemen Proses bisnis industri kuliner Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E, peserta didik mampu menjelaskan konsep industri kuliner, pentingnya bidang kuliner di industri pariwisata dan perhotelan, proses bisnis bidang kuliner, secara mandiri. Perkembangan Bidang Pada akhir fase E, peserta didik mampu Kuliner secara global dan menjelaskan dengan kreatif sejarah perkembangan teknologi memasak, peran teknologi dalam dunia yang berkaitan dengan kuliner dan perkembanganya sejak jaman bidang kuliner primitif sampai modern, komputerisasi pada industri kuliner serta perkembangan terkini tentang bidang kuliner, termasuk fusion food dan gastronomy molecular. Profesi dan kewirausahaan Pada akhir fase E, peserta didik mampu di bidang kuliner menjelaskan profesi atau okupasi dunia kerja (foodpreneurs dan jobbidang kuliner dan peluang berwirausaha profile) dengan di bidang kuliner. Penerapan pelayanan prima Pada akhir fase E, peserta didik mampu (excellent service) pada menerapkan pelayanan prima pada bidang industri kuliner kuliner. Pada akhir fase E, peserta didik mampu Pelaksanaan Kebersihan, menerapkan prosedur pelaksanaan Kesehatan, Keselamatan, kebersihan, kesehatan, keselamatan, dan dan Kelestarian kelestarian lingkungan secara mandiri, Lingkungan/ Cleanliness Health Safety Environmental kolaborasi dan konsisten, sehingga peserta didik lebih berhati-hati dalam menangani Sustainability makanan dan memahami langkah mengelola limbah di bidang kuliner sebagai bagian dari pelestarian lingkungan. Praktik dasar memasak Pada akhir fase E, peserta didik mampu secara menyeluruh menjelaskan dengan baik tentang peralatan dapur yang digunakan pada industri kuliner, bahan makanan, menu, dasar-dasar masakan Indonesia, Oriental, Kontinental dan Pastry Bakery, serta melaksanakan praktik dasar memasak sebagai dasar memodifikasi berbagai masakan dengan kreatif. 218 9.4. CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR KECANTIKAN DAN SPA A. Rasional Dasar-Dasar Kecantikan dan Spa merupakan salah satu mata pelajaran yang mempelajari kompetensi-kompetensi yang mendasari penguasaan tentang keterampilan yang dasar-dasar harus dikuasai pengetahuan, oleh seorang sikap, dan Beautician, Hairdresser, Makeup Artis, dan Therapist yang profesional yaitu kompetensi yang meliputi salah satu atau keseluruhan rangkaian kegiatan untuk membekali penguasaan keahlian kecantikan kulit, rambut, dan Spa yang menjadi landasan bagi peserta didik untuk mendalami Industri Kecantikan dan Spa serta industri kreatif pada wirausaha bidang kecantikan (Influencer, Beauty Blogger, dan Makeup Freelancer), Perkembangan penerapan teknologi dan isu-isu global terkait dunia Kecantikan dan Spa, profil entrepreneur, peluang usaha dan pekerjaan/profesi pelayanan jasa Spa dan Kecantikan, tahapan operasional perawatan Kecantikan dan Spa secara menyeluruh dengan pelayanan prima (excellent service). Mata pelajaran Dasar-Dasar Kecantikan dan Spa merupakan fondasi dari perawatan kulit wajah, tangan, kaki, badan dan rambut yang menjadi sangat penting sebagai landasan peserta didik untuk menambah pengetahuan dan keahlian kerja yang lebih spesifik. Spesifikasi keahlian kerja Kecantikan dan Spa mampu memberikan perspektif mudah untuk dijadikan pemikiran dalam pemilihan kemampuan spesifik yang dapat diambil dan diasah oleh peserta didik di tingkatan berikutnya kelas XI dan kelas XII. Pembelajaran sebaiknya dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran seperti discovery learning, inquiry learning, project based learning, problem based learning, teaching factory atau model dan metode lainnya yang relevan. Dengan model pembelajaran tersebut diharapkan dapat tercipta pembelajaran yang lebih interaktif, inspiratif dan eksploratif, sehingga memotivasi peserta didik untuk mampu membangun sikap kolaboratif dan mandiri. Model pembelajaran yang tepat akan dapat mengembangkan bakat, minat dan renjana peserta didik. Masing-masing materi memuat soft skills, antara lain berpikir kritis 219 dan pemecahan masalah, kreativitas dan inovasi, kerjasama, keterampilan komunikasi, serta sadar mutu layanan, hard skills, yaitu penguasaan kompetensi spesifik sesuai dengan pekerjaan di dunia kerja; dan integritas, yaitu jujur, pekerja keras, menginspirasi, sehat, akhlak mulia, bertanggungjawab, cinta Indonesia, keterampilan untuk hidup mandiri, sebagai bagian dari Profil Pelajar Pancasila yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, bernalar kritis, mandiri, kreatif, bergotong royong dan peduli terhadap lingkungan. B. Tujuan Mata pelajaran memastikan Dasar-Dasar peserta didik Kecantikan dengan bertujuan dasar-dasar untuk pengetahuan, keterampilan, sikap (soft skills dan hard skills) meliputi: 1. memahami proses bisnis dan profil industri atau di dunia Kecantikan dan Spa; 2. memahami perkembangan penerapan teknologi dan isu-isu global terkait dunia pariwisata dan kecantikan; 3. memahami profesi dan kewirausahaan di bidang dunia Kecantikan dan Spa; 4. dasar penerapan pelayanan prima (excellent service) pada industri Kecantikan dan Spa; 5. memahami konsep dasar Sanitasi hygiene dan kesehatan dan keselamatan kerja; 6. menerapkan konsep dasar anatomi fisiologi kulit dan rambut serta memahami sel, serta jaringan dan organ tubuh manusia; 7. memahami dasar konsep Spa yang meliputi sejarah dan klasifikasi Spa; dan 8. melaksanakan praktik dasar proses kecantikan kulit dan rambut. C. Karakteristik Mata pelajaran Dasar-Dasar Kecantikan dan Spa menekankan pada aspek-aspek yang berkaitan keindahan, keserasian, dengan ketelitian, kebersihan, ketekunan, kesehatan, kesabaran, komunikatif, keramahtamahan, dan etika kerja. Adapun aspek yang dipelajari adalah sebagai berikut. Elemen Profil industri Kecantikan Deskripsi Meliputi pengenalan kecantikan dan spa, 220 Elemen Deskripsi dan Spa profil dan karakteristik salon, klinik kecantikan, rumah spa, serta Personal Branding dalam membangun passion dan kebanggaan terhadap pekerjaan di bidang Kecantikan dan Spa. Perkembangan penerapan Meliputi perkembangan dan pemutakhiran teknologi dan isu-isu pengetahuan industri Kecantikan dan Spa global terkait dunia dengan mengikuti perkembangan tren teknologi di bidang skin care dan body Kecantikan dan Spa massage serta hairstyling yang mampu membaca peluang kerja/usaha sehingga menginspirasi dalam pembangun passion, vision (visi), dan kebanggaan di bidang Kecantikan dan Spa. Profesi dan kewirausahaan Meliputi pemahaman HAKI (Hak Atas di bidang industri Kekayaan Intelektual) yang mampu Kecantikan dan Spa membaca peluang pasar dan usaha industri Kecantikan dan Spa sehingga menginspirasi menjadi wirausaha bidang kecantikan (Beautician, Hairdresser, Makeup Artist, dan Therapist) yang profesional. Dasar penerapan Meliputi pemahaman penampilan dan pelayanan prima (excellent kerapihan (Grooming), sikap pelayanan service) pada industri (Service Attitude/hospitality attitude), dan Kecantikan dan Spa motivasi kerja serta komunikasi ditempat kerja, penerapan Hospitality dalam komunikasi saat menerima tamu, komunikasi dengan pelanggan, teman sejawat, staf kerja, dan pimpinan. Sanitasi hygiene, Meliputi penerapan Cleanliness, Health, kesehatan, keselamatan Safety & Environmental Sustainability (CHSE) kerja dan budaya mutu dan pengenalan tentang Penerapan lingkungan kerja bersih dan aman sesuai prinsip kesehatan dan keselamatan kerja (K3) standar, proses, kebijakan, karakter dan budaya mutu di industri Kecantikan dan Spa. Anatomi dan fisiologi Meliputi pengetahuan dan pemahaman anatomi dan fisiologi sebagai pengantar dan mengaplikasikan terminologi anatomi dan fisiologi untuk perawatan Kecantikan dan Spa. Dasar konsep Spa Meliputi pengetahuan dasar Spa yang meliputi karakteristik Spa, dan teknik dasar massage. Praktik dasar kecantikan Meliputi perawatan kulit wajah tidak kulit dan rambut bermasalah, merias wajah sehari-hari, merawat tangan dan mewarnai kuku, merawat kaki dan mewarnai kuku. Lingkup pembelajaran kecantikan Rambut meliputi mencuci rambut, merawat kulit kepala dan rambut, mengeringkan rambut dengan alat pengering, melakukan penataan rambut (styling). D. Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E (Kelas X SMK), peserta didik akan mendapatkan 221 gambaran mengenai program keahlian Kecantikan dan Spa sehingga mampu menumbuhkan passion dan vision untuk merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar. Selain itu pada fase E aspek hard skills peserta didik mampu memahami elemen-elemen kompetensi pada Dasar-Dasar Kecantikan dan Spa. Elemen Profil industri Kecantikan dan Spa Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami pengenalan kecantikan dan spa menganalisis secara sederhana tentang wawasan profil dan karakteristik pada industri Kecantikan dan Spa seperti salon, klinik kecantikan, rumah spa, serta Personal Branding sehingga terinspirasi dan memiliki kebanggaan, harapan besar, passion, dan vision (visi) untuk melaksanakan pembelajaran pada program keahlian Kecantikan dan Spa. Perkembangan Pada akhir fase E, peserta didik mampu penerapan teknologi mendeskripsikan wawasan secara menyeluruh dan isu-isu global tentang pengetahuan pengembangan, dan terkait dunia pemutakhiran mengikuti perkembangan tren Kecantikan dan Spa teknologi di bidang skin care dan body massage serta hairstyling yang mampu membaca peluang kerja/usaha. Profesi dan Pada akhir fase E, peserta didik mampu kewirausahaan di mendeskripsikan lingkup profesi serta peluang bidang industri pasar dan usaha industri Kecantikan dan Spa Kecantikan dan Spa sehingga menginspirasi menjadi wirausaha bidang kecantikan (Beautician, Hairdresser, Makeup Artist, dan Therapist) yang profesional. Dasar penerapan Pada akhir fase E, peserta didik mampu layanan prima menjelaskan penampilan dan kerapihan (excellent service) pada (Grooming), sikap pelayanan (Service industri Kecantikan Attitude/hospitality attitude) dan secara kerjasama dan Spa dengan tim melakukan komunikasi dalam lingkup kerja, seperti: di tempat menerima tamu, komunikasi dengan pelanggan, dengan teman sejawat, staf kerja dan pimpinan. Sanitasi hygiene dan Pada akhir fase E peserta didik mampu kesehatan keselamatan menerapkan Cleanliness, Health, Safety & kerja Environmental Sustainability (CHSE) dan tertib kerja berdasarkan peraturan kesehatan dan keselamatan kerja dan budaya mutu di industri Kecantikan dan Spa, meliputi: 5R, lingkungan tenang dan nyaman bagi pelanggan, menyiapkan dan memelihara area kerja, memeriksa dan memelihara peralatan dan perlengkapan kerja, melakukan prosedur keselamatan dan keamanan kerja, serta mematuhi prosedur - prosedur keadaan darurat. Pengetahuan anatomi Pada akhir fase E, peserta didik mampu dan fisiologi untuk mengaplikasikan terminologi anatomi dan fisiologi perawatan kecantikan untuk perawatan kecantikan, mengaplikasikan pengetahuan anatomi dan fisiologi, dan mengaplikasikan pengetahuan sistem organ tubuh pada perawatan kecantikan. Dasar konsep Spa Pada akhir fase E, peserta didik mampu 222 Elemen Praktik dasar kecantikan kulit dan rambut Capaian Pembelajaran menjelaskan, karakteristik Spa dan teknik dasar massage. Pada akhir fase E, peserta didik mampu melaksanakan praktik dasar kecantikan kulit dan rambut, meliputi: analisa kulit wajah, merawat kulit wajah tidak bermasalah, merias wajah sehari-hari, merawat tangan dan mewarnai kuku, merawat kaki dan mewarnai kuku; analisis kulit kepala dan rambut, mencuci rambut, merawat kulit kepala dan rambut, mengeringkan rambut dengan alat pengering, serta melakukan penataan rambut (styling). 223 10.1. CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR SENI RUPA A. Rasional Mata pelajaran Dasar-Dasar Seni Rupa merupakan mata pelajaran kejuruan yang berisi kompetensi-kompetensi yang mendasari penguasaan keahlian pekerjaan seni rupa. Di dalamnya berisi berbagai ilmu dasar sebagai bekal mempelajari mata pelajaran lain. Keberadaannya berfungsi membekali peserta didik dengan seperangkat pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan passion (renjana) supaya memiliki dasar yang kuat untuk mempelajari mata pelajaran selanjutnya di kelas XI dan XII. Mata pelajaran Dasar-Dasar Seni Rupa berfungsi untuk menumbuhkembangkan keprofesionalan dan kebanggaan peserta didik terhadap seni rupa melalui pemahaman secara utuh dan menyeluruh tentang wawasan industri seni rupa, proses bisnis berbagai industri seni rupa, profil technopreneur, peluang usaha dan pekerjaan/profesi di bidang seni rupa, proses produksi bidang seni rupa, desain dasar dua dimensional, desain dasar tiga dimensional, menggambar, dan sketsa. Selain itu, sebagai landasan pengetahuan dan ketrampilan untuk pembelajaran di kelas XI dan XII pada konsentrasi keahlian yang bersangkutan. Perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran dilakukan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran dan tujuan yang ingin dicapai. Pembelajarannya menggunakan berbagai variasi model pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk terlibat aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai bakat, minat, renjana, serta perkembangan fisik dan psikilogis peserta didik. Model pembelajaran yang dapat digunakan antara lain: project-based learning, problem-based learning, teaching factory, discovery-based learning, inquiry-based learning, atau metode dan model lain yang relevan. Mata pelajaran Dasar-Dasar Seni Rupa berkontribusi menjadikan peserta didik memiliki kompetensi sebagai seniman dalam bidang seni rupa yang berakhlak mulia, mampu berkomunikasi, bernegoisasi dan berinteraksi antar budaya, 224 mampu bekerja dalam tim, bertanggungjawab, memiliki kepekaan dan kepedulian terhadap situasi dan lingkungan kerja, serta kritis dan kreatif. B. Tujuan Mata pelajaran Dasar-Dasar Seni Rupa bertujuan membekali peserta didik dengan dasar-dasar pengetahuan, keterampilan, dan sikap (hards kills, soft skills, karakter) yaitu: 1. memahami wawasan industri seni rupa; 2. memahami proses bisnis berbagai industri seni rupa; 3. memahami profil technopreneur, peluang usaha dan pekerjaan/profesi di bidang seni rupa; 4. memahami proses produksi bidang seni rupa; 5. memahami desain dasar dua dimensional; 6. memahami desain dasar tiga dimensional; 7. menggambar; dan 8. memahami sketsa. C. Karakteristik Pada hakekatnya mata pelajaran Dasar-Dasar Seni Rupa berfokus pada kompetensi bersifat dasar yang harus dimiliki oleh seniman dalam bidang seni rupa sesuai dengan perkembangan dunia kerja. Selain itu, peserta didik diberikan pemahaman tentang proses bisnis, perkembangan penerapan teknologi dan issu-issu global, profil technopreneur, job profil, peluang usaha dan pekerjaan/profesi. Pada awal pembelajaran peserta didik dikenalkan pada lapangan kerja, jabatan kerja setelah lulus dari program keahlian Seni Rupa dan konsentrasi yang dapat dipelajari pada kelas XI dan XII untuk menumbuhkan passion (renjana), vision (visi), imajinasi, dan kreativitas melalui: 1. pembelajaran di kelas; 2. pembelajaran di studio/bengkel/laboratorium; 3. pembelajaran di unit Teaching Factory; 4. projek sederhana; 5. berinteraksi dengan alumnus atau praktisi industri; 6. berkunjung pada industri yang relevan; dan 7. pencarian informasi melalui media digital. 225 Elemen Deskripsi Wawasan industri seni rupa Lingkup pembelajaran meliputi jenis industri, jabatan, profesi, budaya kerja, dan perkembangan desain dan proses produksi seni rupa, khususnya dalam penerapan teknologi digital, serta isu-isu budaya/karakter kerja dan isu-isu terkait industri kreatif bidang seni rupa dalam era revolusi industri 4.0 dan masyarakat 5.0. Lingkup pembelajaran meliputi pemahaman peserta didik tentang K3 dan 5R di bidang Seni Rupa, proses produksi di industri, pengetahuan tentang kepribadian yang dibutuhkan agar dapat mengembangkan pola pikir kreatif, proses kreasi untuk menghasilkan karya seni yang tepat sasaran, aspek perawatan peralatan, potensi lokal dan kearifan lokal, dan pengelolaan SDM di industri. Lingkup pembelajaran meliputi technopreneur dalam bidang Seni Rupa, profil pekerjaan, serta peluang usaha di bidang seni dan ekonomi kreatif yang mampu membaca peluang pasar dan usaha, untuk membangun visi dan passion, serta melakukan pembelajaran berbasis projek nyata sebagai simulasi projek/PjBL kewirausahaan. Lingkup pembelajaran meliputi pengenalan proses produksi bidang seni rupa meliputi proses kreatif menuangkan ide dan gagasan, pengetahuan alat dan bahan, teknik-teknik pembuatan karya bidang seni rupa. Lingkup pembelajaran meliputi dasar perancangan seni rupa dan desain yang bersifat dwimatra (dua dimensional) melalui pengenalan pada unsur-unsur seni rupa dan prinsip-prinsip seni rupa. Lingkup pembelajaran meliputi karya seni rupa yang bersifat trimatra (tiga dimensional), memiliki tiga ukuran/sisi yaitu panjang, lebar dan memiliki kedalaman (konfigurasi linier, transformasi volumetric dan konfigurasi ruang). Lingkup pembelajaran meliputi gambar bentuk, alam, benda, dan gambar teknik. Gambar bentuk dan alam benda adalah aktivitas kreatif untuk membentuk imaji atau gambar sebagai bentuk ekspresi dalam menyampaikan gagasan atau ide dengan menggunakan media, alat dan bahan. Sedangkan gambar teknik adalah penggambaran ukuran, lambang-lambang, garis, gambar proyeksi dan perspektif. Lingkup pembelajaran meliputi gambar/lukisan kasar yang sifatnya cepat dan digunakan sebagai dasar gambar/ lukisan yang dapat berupa gambar rancangan, denah, bagan, bentuk karya awal dan semacamnya. Proses bisnis berbagai industri seni rupa Profil technopreneur, peluang usaha dan pekerjaan/profesi di bidang seni rupa Proses produksi bidang seni rupa Desain dasar dua dimensional Desain dasar tiga dimensional Menggambar Sketsa 226 D. Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E (kelas X), peserta didik akan mendapatkan gambaran mengenai program keahlian seni rupa yang dipilihnya, sehingga mampu menumbuhkan passion dan vision untuk merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar. Pada aspek soft skill peserta didik akan mampu menerapkan budaya kerja sesuai tuntutan pekerjaan, memahami konsep diri yang positif sesuai standar K3 dan 5R dalam seni rupa, mengembangkan kemampuan berfikir kritis dan memecahkan masalah dan mencari solusi, konsisten menerapkan budaya kerja dalam berkesenian. Pada aspek hard skill peserta didik mampu memahami elemen-elemen kompetensi pada mata pelajaran Dasar-Dasar Seni Rupa. Elemen Wawasan industri seni rupa Proses bisnis berbagai industri seni rupa Profil technopreneur, peluang usaha dan pekerjaan/profesi di bidang seni rupa Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami perkembangan industri kreatif seni rupa di era revolusi industri 4.0 dan masyarakat 5.0, dan mengkritisi teknologi terbaru sehingga mampu menciptakan pemikiran industri kreatif seni rupa dengan teknologi modern (digital) terkait jabatan profesi bidang seni rupa (meliputi 3D printing, digital painting, digital drawing, design software and technology). Peserta didik menganalisis isu-isu terkait Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI) industri kreatif seni rupa, masalah budaya/karakter kerja dan budaya berbagi, serta kebijakan yang mempengaruhi seni dan budaya sebagai penumbuhan integritas diri. Pada akhir fase E, peserta didik dapat memahami proses bisnis dan mengembangkan kemampuan membuat keputusan secara profesional di bidang seni rupa yang meliputi: perencanaan dengan melihat tren pasar dan melakukan riset, pengelolaan manajemen dengan mempertimbangkan risiko, strategi marketing/pemasaran inovatif berupa terobosan baru, dan media pemasaran dengan menyesuaikan pola pikir masyarakat saat ini. Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami pengertian kewirausahaan, memahami profil pekerjaan yang akan digelutinya, mempelajari pengalaman keberhasilan dan kegagalan tokoh dalam berwirausaha di bidang seni rupa, dan mengenali potensi produk seni rupa Indonesia sebagai upaya menciptakan usaha kreatifinovatif bidang seni rupa mulai dengan menggunakan teknologi konvensional sampai digital (meliputi 3D printing, digital painting, digital drawing, dan design software and 227 Proses produksi bidang seni rupa Desain dasar dua dimensional Desain dasar tiga dimensional Menggambar Sketsa technology), dan menentukan strategi pemasaran, serta media pemasaran yang tepat. Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami ide dan gagasan, menjelaskan kegunaan alat dan bahan, dan menerapkan teknik-teknik dasar pada pembuatan karya/produksi bidang seni rupa serta mempresentasikannya secara lisan dan tertulis. Peserta didik mampu memahami unsur-unsur seni rupa (titik, garis, bidang, ruang, bentuk, warna, gelap terang, dan tekstur), serta prinsip-prinsip seni rupa meliputi pengorganisasian, menyatukan, memusatkan dan mengarahkan dalam pengembangan karya desain dasar dua dimensional melalui inspirasi eksplorasi budaya lokal dan atau global secara kreatif-inovatif, dengan membiasakan penerapan prosedur Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup (K3LH) pada bidang seni rupa. Peserta didik mampu memahami desain dasar tiga dimensional (yaitu konfigurasi linier, transformasi volumetrik, dan konfigurasi ruang), menuangkan ide gagasannya, dan menerapkannya dalam pengembangan karya secara estetis, kreatif, inovatif, dan imajinatif sesuai prinsip-prinsip seni rupa melalui inspirasi eksplorasi budaya lokal dan atau global, dengan membiasakan penerapan prosedur Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup (K3LH) pada bidang seni rupa. Peserta didik mampu memahami gambar teknik yaitu proyeksi, perspektif, gambar bentuk dan gambar alam benda, serta mampu menerapkannya dalam pembuatan gambar secara presisi, estetis dan fungsional sehingga dapat dipahami dengan baik/komunikatif, juga membiasakan penerapan prosedur Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup (K3LH) pada bidang seni rupa. Peserta didik mampu memahami karya sketsa, serta menerapkannya dalam pengembangan sketsa dalam bentuk gambar rancangan, denah, bagan, bentuk awal karya seni rupa dan semacamnya secara estetis, kreatif, inovatif, dan imajinatif dengan membiasakan penerapan prosedur Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup (K3LH) pada bidang seni rupa. 228 10.2. CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR DESAIN KOMUNIKASI VISUAL A. Rasional Mata pelajaran Dasar-Dasar Desain Komunikasi Visual merupakan mata pelajaran kejuruan berisi kompetensi-kompetensi yang mendasari penguasaan keahlian pekerjaan desain komunikasi visual. Di dalamnya berisi berbagai ilmu dasar sebagai bekal mempelajari membekali mata peserta pelajaran didik lain. dengan Keberadaannya seperangkat berfungsi pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan passion (renjana) supaya memiliki dasar yang kuat untuk mempelajari mata pelajaran selanjutnya di kelas XI dan XII. Mata pelajaran Dasar-Dasar Desain Komunikasi Visual berfungsi untuk menumbuhkembangkan keprofesionalan dan kebanggaan peserta didik terhadap desain komunikasi visual melalui pemahaman secara utuh dan menyeluruh profil technopreneur, peluang usaha dan pekerjaan/profesi, proses bisnis di dunia industri, perkembangan teknologi di industri dan dunia kerja serta isu-isu global, teknik dasar proses produksi pada industri, ketrampilan membuat sketsa dan illustrasi untuk kebutuhan dasar rancangan desain, komposisi tipografi untuk kebutuhan dasar rancangan desain, prosedur penggunaan peralatan fotografi, komputer grafis. Selain itu, sebagai landasan pengetahuan dan ketrampilan untuk pembelajaran di kelas XI dan XII pada konsentrasi keahlian yang bersangkutan. Perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran dilakukan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran dan tujuan yang ingin dicapai. Pembelajarannya menggunakan berbagai variasi model pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk terlibat aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai bakat, minat, renjana, serta perkembangan fisik dan psikilogis peserta didik. Model pembelajaran yang dapat digunakan antara lain: project-based learning, problem-based learning, teaching factory, discovery-based learning, inquiry-based learning, atau metode dan 229 model lain yang relevan. Mata pelajaran Dasar-Dasar Desain Komunikasi Visual berkontribusi menjadikan peserta didik memiliki kompetensi sebagai seniman, dan/atau pekerja seni dalam bidang desain komunikasi visual yang berakhlak mulia, mampu berkomunikasi, bernegoisasi dan berinteraksi antar budaya, mampu bekerja dalam tim, bertanggungjawab, memiliki kepekaan dan kepedulian terhadap situasi dan lingkungan kerja, serta kritis dan kreatif. B. Tujuan Mata pelajaran Dasar-Dasar Desain Komunikasi Visual bertujuan membekali peserta didik dengan dasar-dasar pengetahuan, keterampilan, dan sikap (hard skills dan soft skills, karakter) meliputi: 1. memahami profil technopreneur, peluang usaha dan pekerjaan/profesi di bidang Desain Komunikasi Visual; 2. memahami proses bisnis berbagai industri di bidang Desain Komunikasi Visual; 3. memahami perkembangan teknologi di industri dan dunia kerja serta isu-isu global pada bidang Desain Komunikasi Visual; 4. memahami teknik dasar proses produksi pada industri Desain Komunikasi Visual; 5. memahami keterampilan membuat sketsa dan ilustrasi untuk kebutuhan dasar rancangan desain; 6. memahami komposisi tipografi untuk kebutuhan dasar rancangan desain; 7. memahami prosedur penggunaan peralatan fotografi; dan 8. memahami komputer grafis yang dibutuhkan pada pekerjaan Desain Komunikasi Visual. C. Karakteristik Pada hakekatnya mata pelajaran Dasar-Dasar Desain Komunikasi Visual berfokus pada kompetensi bersifat dasar yang harus dimiliki oleh seniman, dan/atau pekerja seni dalam bidang desain komunikasi visual sesuai dengan perkembangan dunia kerja. Selain itu, peserta didik diberikan pemahaman tentang proses bisnis, perkembangan penerapan teknologi dan isu-isu global, profil 230 technopreneur, job profil, peluang usaha dan pekerjaan/profesi. Elemen Profil technopreneur, peluang usaha dan pekerjaan/profesi bidang Desain Komunikasi Visual Deskripsi Lingkup pembelajaran meliputi technopreneur dalam bidang Desain Komunikasi Visual, dan kewirausahaan serta peluang usaha di bidang seni dan ekonomi kreatif yang mampu membaca peluang pasar dan usaha, untuk membangun visi dan passion, serta melakukan pembelajaran berbasis projek nyata sebagai simulasi projek/PjBL kewirausahaan. Proses bisnis berbagai Lingkup pembelajaran meliputi pemahaman industri di bidang Desain peserta didik tentang K3 di bidang Desain Komunikasi Visual Komunikasi Visual, proses produksi di industri, pengetahuan tentang kepribadian yang dibutuhkan agar dapat mengembangkan pola pikir kreatif, proses kreasi untuk menghasilkan solusi desain yang tepat sasaran, aspek perawatan peralatan, potensi lokal dan kearifan lokal, dan pengelolaan SDM di industri. Perkembangan teknologi di Lingkup pembelajaran meliputi pemahaman industri dan dunia kerja peserta didik tentang perkembangan proses produksi industri Desain Komunikasi Visual serta isu-isu global pada bidang Desain Komunikasi mulai dari teknologi konvensional sampai Visual dengan teknologi modern, Industri 4.0, Internet of Things, digital teknologi dalam dunia industri, isu pemanasan global, perubahan iklim, aspek-aspek ketenagakerjaan, Life Cycle produk industri sampai dengan reuse, recycling. Teknik dasar proses Lingkup pembelajaran meliputi Pengetahuan produksi pada industri tentang kepribadian yang dibutuhkan Desain Komunikasi Visual peserta didik agar dapat mengembangkan pola pikir kreatif melalui praktek secara mandiri dengan berpikir kritis tentang seluruh proses produksi dan teknologi serta budaya kerja yang diaplikasikan dalam industri DKV. Sketsa dan Ilustrasi Lingkup pembelajaran meliputi fungsi sketsa dan ilustrasi dalam dunia Desain Komunikasi Visual beserta penguasaan teknik keterampilan membuat sketsa dan ilustrasi untuk kebutuhan dasar rancangan desain. Komposisi typography Lingkup pembelajaran meliputi sejarah huruf, pengertian huruf, jenis-jenis huruf, anatomi huruf, karakter huruf, dan fungsi huruf. Penguasaan keterampilan dalam menghadirkan komposisi tipografi tentang hirarki, leading, tracking, dan kerning. ilustrasi untuk kebutuhan dasar rancangan desain. Fotografi dasar Lingkup pembelajaran meliputi dasar-dasar fotografi, prinsip, estetika fotografi, dan prosedur penggunaan peralatan fotografi seperti kamera, peralatan studio fotografi, dan dapat mengidentifikasi alat yang 231 Elemen Komputer grafis D. Deskripsi digunakan dalam pemotretan. Menerapkan pengetahuan dan keterampilan fotografi baik penggunaan peralatan di dalam studio dan luar studio. Lingkup pembelajaran meliputi jenis-jenis perangkat lunak komputer grafis berbasis bitmap dan vector yang dibutuhkan dalam eksekusi desain komunikasi visual. Menerapkan keterampilan dasar tentang penggunaan tools, menu, dan klasifikasi warna dalam RGB dan CMYK untuk proses produksi manual dan digital. Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E (kelas X), peserta didik akan mendapatkan gambaran mengenai program keahlian Desain Komunikasi Visual yang dipilihnya, sehingga mampu menumbuhkan passion dan vision untuk merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar. Pada aspek soft skill peserta didik akan mampu menerapkan budaya kerja sesuai tuntutan pekerjaan, memahami konsep diri yang positif sesuai standar K3 dan 5R dalam desain komunikasi visual, mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan memecahkan masalah dan mencari solusi, konsisten menerapkan budaya kerja dalam berkesenian. Pada aspek hard skill peserta didik mampu memahami elemen-elemen kompetensi pada mata pelajaran DasarDasar Desain Komunikasi Visual. Elemen Profil technopreneur, peluang usaha dan pekerjaan/profesi bidang Desain Komunikasi Visual Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami pekerjaan atau profesi dalam bidang Desain Komunikasi Visual, dan kewirausahaan di bidang ekonomi kreatif yang mampu membaca peluang pasar dan usaha, untuk membangun visi dan passion, serta melakukan pembelajaran berbasis projek nyata sebagai simulasi projek kewirausahaan. Proses bisnis berbagai Pada akhir fase E, peserta didik mampu industri di bidang Desain memahami manajemen produksi bidang Komunikasi Visual Desain secara menyeluruh pada berbagai industri ekonomi kreatif lainnya, antara lain K3LH, kreativitas dalam proses kreasi dasar desain, dan menerapkannya dalam elemen dasar perancangan dan proses desain dan produksi dalam eksekusi kerja desain komunikasi visual secara mandiri. Perkembangan teknologi di Pada akhir fase E, peserta didik mampu industri dan dunia kerja memahami tentang perkembangan proses serta isu-isu global pada produksi industri Desain Komunikasi Visual bidang Desain Komunikasi mulai dari teknologi konvensional sampai Visual dengan teknologi modern, Industri 4.0, Internet of Things, digital teknologi dalam 232 Elemen Isu-isu global pada bidang Desain Komunikasi Visual Teknik dasar proses produksi pada industri Desain Komunikasi Visual Sketsa dan ilustrasi Komposisi typography Fotografi dasar Komputer grafis Capaian Pembelajaran dunia industri, isu pemanasan global, perubahan iklim, aspek-aspek ketenagakerjaan, Life Cycle produk industri sampai dengan reuse, recycling. Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami industri ekonomi kreatif mulai dari teknologi konvensional sampai dengan teknologi modern, Industri 4.0, Internet of Things, teknologi Digital dalam dunia industri, isu pemanasan global, perubahan iklim, aspek-aspek ketenagakerjaan, Life Cycle produk industri sampai dengan reuse, recycling produk. Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami kepribadian yang dibutuhkan peserta didik agar dapat mengembangkan pola pikir kreatif melalui praktek secara mandiri dengan berpikir kritis tentang seluruh proses produksi dan teknologi serta budaya kerja yang diaplikasikan dalam industri Desain Komunikasi Visual. Pada akhir fase E, melalui kreativitas dan berpikir kritis, peserta didik mampu menjelaskan konsep dasar karya dengan sketsa dan ilustrasi, menyiapkan bahan peralatan sketsa, mewujudkan sketsa, menyempurnakan sketsa, dan membuat ilustrasi dalam perancangan dan proses produksi untuk dikembangkan dalam eksekusi kerja Desain Komunikasi Visual. Pada akhir fase E, peserta mampu memahami jenis, fungsi, karakter, anatomi, lingkup huruf dan dasar tipografi (hierarki, leading, tracking dan kerning) yang umum digunakan dalam desain dan menerapkannya dalam perancangan dan proses produksi dalam eksekusi kerja Desain Komunikasi Visual. Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami jenis kamera, menentukan komposisi pemotretan dan mengatur pencahayaan, melakukan pemotretan, menyimpan data, dan melakukan pekerjaan akhir dalam editing pada fotografi serta menerapkannya dengan kreativitas dan disiplin dalam perancangan dan proses produksi dalam eksekusi kerja Desain Komunikasi Visual. Pada akhir fase E, peserta didik memahami pengoperasian perangkat lunak desain dengan memilih jenis perangkat lunak dan menetapkan perangkat lunak berbasis bitmap dan vector serta menggunakannya dalam perancangan dan proses produksi dalam eksekusi kerja Desain Komunikasi Visual. 233 10.3. CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR DESAIN DAN PRODUKSI KRIYA A. Rasional Mata pelajaran Dasar-Dasar Desain dan Produksi Kriya merupakan mata pelajaran kejuruan berisi kompetensi-kompetensi yang mendasari penguasaan keahlian pekerjaan desain dan produksi kriya. Di dalamnya berisi berbagai ilmu dasar sebagai bekal mempelajari membekali mata peserta pelajaran didik lain. dengan Keberadaannya seperangkat berfungsi pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan passion (renjana) supaya memiliki dasar yang kuat untuk mempelajari mata pelajaran selanjutnya di kelas XI dan XII. Mata pelajaran Dasar-Dasar Desain dan Produksi Kriya berfungsi untuk menumbuhkembangkan keprofesionalan dan kebanggaan peserta didik terhadap desain dan produksi kriya melalui pemahaman secara utuh dan menyeluruh tentang profesi dan industri seni kriya yang sedang berkembang, serta peran industri kreatif kriya dalam meningkatkan ekonomi bangsa, memahami prosedur Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan lingkungan hidup (K3LH), memahami korelasi antara desain (prototipe), produksi, dan pasar, serta dapat mendesain baik secara manual maupun digital. Selain itu, sebagai landasan pengetahuan dan ketrampilan untuk pembelajaran di kelas XI dan XII pada konsentrasi keahlian yang bersangkutan. Perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran dilakukan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran dan tujuan yang ingin dicapai. Pembelajarannya menggunakan berbagai variasi model pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk terlibat aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai bakat, minat, renjana, serta perkembangan fisik dan psikilogis peserta didik. Model pembelajaran yang dapat digunakan antara lain: project-based learning, problem based learning, teaching factory, discovery-based learning, problem based learning, inquiry-based learning, atau metode dan model lain yang 234 relevan. Mata pelajaran Dasar-Dasar Desain dan Produksi Kriya berkontribusi menjadikan peserta didik memiliki kompetensi sebagai seniman, dan/atau pekerja seni dalam bidang desain dan produksi kriya yang berakhlak mulia, mampu berkomunikasi, bernegoisasi dan berinteraksi antar budaya, mampu bekerja dalam tim, bertanggungjawab, memiliki kepekaan dan kepedulian terhadap situasi dan lingkungan kerja, serta kritis dan kreatif. B. Tujuan Mata pelajaran Dasar-Dasar Desain dan Produksi Kriya bertujuan membekali peserta didik dengan dasar-dasar pengetahuan, keterampilan, dan sikap (hardskill, softskill, dan karakter) meliputi: 1. memahami proses bisnis di industri kreatif bidang desain dan produksi kriya; 2. memahami perkembangan teknologi di industri dan dunia kerja serta isu-isu global terkait dunia industri di bidang desain dan produksi kriya; 3. memahami teknik dasar proses produksi pada industri Desain dan Produksi Kriya; 4. memahami profil teknopreneur, peluang usaha dan dunia pekerjaan/profesi dalam bidang desain dan produksi kriya; 5. memahami wawasan Seni, Desain, dan Kriya; 6. memahami Teknik Menggambar Desain dan Produksi Kriya; 7. memahami dasar-dasar Desain dan Produksi Kriya; dan 8. memahami portofolio Desain dan Produksi Kriya. C. Karakteristik Pada hakikatnya mata pelajaran Dasar-Dasar Desain dan Produksi Kriya berfokus pada kompetensi bersifat dasar yang harus dimiliki oleh seniman, dan/atau pekerja seni dalam bidang desain dan produksi kriya sesuai dengan perkembangan dunia kerja. Selain itu, peserta didik diberikan pemahaman tentang proses bisnis, perkembangan penerapan teknologi dan isu-isu global, profil enterpreneur, job pekerjaan/profesi. 235 profile, peluang usaha dan Elemen Deskripsi Proses bisnis di industri kreatif bidang desain dan produksi kriya Meliputi pemahaman dan penerapan terkait Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup (K3LH dan 5R), proses desain produk kriya yang berkelanjutan (sustainability design), proses eksplorasi desain, proses Gambar kerja manual dan Digital (2D dan 3D), proses produksi kriya menggunakan alat manual atau masinal, pengemasan produk, distribusi produk antar bagian, delivery produk kepada customer, pengembangan SDM di industri desain dan produksi kriya. Perkembangan teknologi di industri dan dunia kerja serta isu-isu global terkait dunia industri di bidang desain dan produksi kriya Meliputi pemahaman tentang wawasan seni kriya kuno dan kini, perkembangan proses produksi industri desain dan produksi kriya yang masih konvensional sampai dengan penggunaan alat/mesin dengan teknologi modern, penggunaan aplikasi gambar digital (Sketch Up, AutoCad, 3DMax,Corel Draw, Photoshop, dll), aplikasi Marketplace berbasis Online, Industri 4.0, Internet of Things (IOT), Digital Teknologi dalam dunia industri, Fractal Art, isu pemanasan global, perubahan iklim, aspek-aspek (singkat) ketenagakerjaan, Product Life Cycle (Pengertian, Tahapan, Karakteristik dan Strategi) sampai dengan reuse, recycling, dan reduce. Teknik dasar proses produksi pada industri desain dan produksi kriya Meliputi Pemahaman terkait dengan seluruh proses produksi dan teknologi yang diaplikasikan dalam industri; meliputi praktek penerapan keselamatan dan kesehatan kerja dan lingkungan hidup, teknik komunikasi antar bagian, eksplorasi desain yang kreatif, inovatif dan imajinatif, pembuatan rancangan desain produk kriya, pembuatan prototype/mockup, penyiapan alat dan bahan, pembuatan pola, perakitan komponen baik secara manual maupun masinal, proses finishing, uji kelayakan dan presentasi produk kepada publik. Profil technopreneur, peluang usaha dan dunia pekerjaan/profesi dalam bidang desain dan produksi kriya Meliputi pengenalan tentang profil technopreneur yang memiliki spesifikasi pemahaman tentang industri kriya, profesi dalam bidang kriya, peluang usaha, dan proses produksi kriya dari hulu sampai hilir dalam membangun vision dan passion, serta melakukan pembelajaran berbasis projek riil sebagai simulasi projek kewirausahaan. Wawasan seni, desain dan kriya Lingkup pembelajaran meliputi konsep dasar seni, desain, dan kriya, serta 236 perkembangan desain, perkembangan kriya, dan fungsi kriya (terapan dan hiasan). Gambar desain dan produksi kriya Lingkup pembelajaran meliputi pengenalan desain dasar dua dan tiga dimensional, gambar proyeksi, perspektif, gambar ornamen, gambar alam benda, dan gambar kerja baik secara manual maupun digital. Dasar-dasar desain dan produksi kriya Lingkup pembelajaran meliputi keterampilan design brief (ringkasan desain), riset pasar, pengembangan ide, gambar kerja, perencanaan produksi, proses produksi (prototype), uji produk, serta evaluasi proses dan produk. Portofolio desain dan produksi kriya Lingkup pembelajaran meliputi keterampilan kerja pengarsipan/arsiparis terkait pembuatan desain dan produksi kriya, serta teknik presentasi. D. Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E (kelas X), peserta didik akan mendapatkan gambaran mengenai program keahlian desain dan produksi kriya yang dipilihnya, sehingga mampu menumbuhkan passion dan vision untuk merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar. Pada aspek soft skill peserta didik akan mampu menerapkan budaya kerja sesuai tuntutan pekerjaan, memahami konsep diri yang positif sesuai standar K3 dan 5R dalam desain dan produksi kriya, mengembangkan kemampuan berfikir kritis dan memecahkan masalah dan mencari solusi, konsisten menerapkan budaya kerja dalam berkesenian. Pada aspek hard skill peserta didik mampu memahami elemen-elemen kompetensi pada mata pelajaran Dasar-Dasar Desain dan Produk Kriya Elemen Proses bisnis di industri kreatif bidang desain dan produksi kriya Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E, peserta didik dapat memahami manajemen/pengelolaan secara menyeluruh dalam proses bisnis di industri kreatif bidang desain dan produksi kriya dan berbagai model industri lainnya, serta menerapkan lingkup pembelajaran tentang K3 dan aspek perawatan peralatan sebagaimana 5R. 237 Perkembangan Teknologi di industri dan dunia kerja serta isu-isu global terkait dunia industri di bidang desain dan produksi kriya Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami wawasan seni kriya kuno dan kini, perkembangan proses produksi industri desain dan produksi kriya yang masih konvensional sampai dengan penggunaan alat/mesin dengan teknologi modern, penggunaan aplikasi gambar digital (SketchUp, AutoCad, 3DMax, Corel Draw, Photoshop, dll), aplikasi Marketplace berbasis online, Industri 4.0, Internet of Things (IOT), digital teknologi dalam dunia industri, Fractal Art, isu pemanasan global, perubahan iklim, aspek-aspek (singkat) ketenagakerjaan, Product Life Cycle (Pengertian, tahapan, karakteristik dan Strategi) sampai dengan reuse, recycling, reduce secara bersama-sama, individu, teliti dan bertanggung jawab. Teknik dasar proses produksi pada industri desain dan produksi kriya Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami kegiatan praktikal yang mencukupi untuk fase pengenalan, terkait dengan seluruh proses produksi dan teknologi yang diaplikasikan dalam industri; meliputi praktek penerapan keselamatan dan kesehatan kerja dan lingkungan hidup, teknik komunikasi antar bagian, eksplorasi desain yang kreatif, inovatif dan imajinatif, pembuatan rancangan desain produk kriya, pembuatan prototype/mockup, penyiapan alat dan bahan, pembuatan pola, perakitan komponen baik secara manual maupun masinal, proses finishing, uji kelayakan dan presentasi produk kepada public secara bersama-sama, tanggungjawab, teliti. Profil technopreneur, peluang usaha dan dunia pekerjaan/profesi dalam bidang desain dan produksi kriya Pada akhir fase E, peserta didik mampu memajhami profil technopreneur yang meliputi spesifikasi pemahaman tentang industri kriya, profesi dalam bidang kriya, peluang usaha, dan proses produksi kriya dari hulu sampai hilir dalam membangun vision dan passion, serta melakukan pembelajaran berbasis projek riil sebagai simulasi projek kewirausahaan secara kreatif, mandiri dan bersama, tanggung jawab, jujur. Wawasan seni, desain, dan kriya Pada akhir fase E, peserta didik dapat memahami konsep dasar seni, desain, dan kriya, serta perkembangan desain, perkembangan kriya, dan fungsi kriya (terapan dan hiasan) secara kritis, mandiri, bersama, dan bertanggung jawab. Gambar desain dan produksi kriya Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami pengalamannya saat membuat gambar desain dasar dua dan tiga 238 dimensional, gambar proyeksi, perspektif, gambar ornamen, gambar alam benda, dan gambar kerja baik manual maupun digital secara kreatif, mandiri dan bersama, tanggung jawab, teliti. Dasar-dasar desain dan produksi kriya Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami lingkup design brief (ringkasan desain), riset pasar, pengembangan ide, gambar kerja, perencanaan produksi, proses produksi (prototipe), uji produk, serta evaluasi proses dan produk kreatif, mandiri dan bersama, tanggung jawab, teliti. Portofolio desain dan produksi kriya Pada akhir fase E, peserta didik dapat memahami pengarsipan/arsiparis terkait pembuatan desain dan produksi kriya, serta teknik presentasi secara jujur, teliti, sehingga mampu mempengaruhi minat dan selera orang lain terhadap produk kriya. 239 10.4. CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR SENI PERTUNJUKAN A. Rasional Mata pelajaran Dasar-Dasar Seni Pertunjukan merupakan mata pelajaran kejuruan berisi kompetensi-kompetensi yang mendasari penguasaan keahlian pekerjaan seni pertunjukan. Di dalamnya berisi berbagai ilmu dasar sebagai bekal mempelajari mata pelajaran lain. Keberadaannya berfungsi membekali peserta didik dengan seperangkat pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan passion (renjana) supaya memiliki dasar yang kuat untuk mempelajari mata pelajaran selanjutnya di kelas XI dan XII. Mata pelajaran Dasar-Dasar Seni Pertunjukan berfungsi untuk menumbuhkembangkan keprofesionalan dan kebanggaan peserta didik terhadap seni pertunjukan melalui pemahaman tentang proses bisnis di dunia kerja, perkembangan teknologi dan isu-isu global di masyarakat atau dunia industri, mengenali berbagai macam profesi dan okupasi kerja dan peluang usaha, pemahaman tentang enterpreneur, pemahaman konsep seni, pemahaman dasar-dasar produksi, pemahaman sarana dan peralatan pementasan, serta pemahaman teknik dasar. Selain itu, sebagai landasan pengetahuan dan ketrampilan untuk pembelajaran di kelas XI dan XII pada konsentrasi keahlian yang bersangkutan. Perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran dilakukan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran dan tujuan yang ingin dicapai. Pembelajarannya menggunakan berbagai variasi model pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk terlibat aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai bakat, minat, renjana, serta perkembangan fisik dan psikilogis peserta didik. Model pembelajaran yang dapat digunakan antara lain: project-based learning, problem-based learning, teaching factory, discovery-based learning, inquiry-based learning, atau metode dan model lain yang relevan. Mata pelajaran Dasar-Dasar Seni Pertunjukan berkontribusi menjadikan peserta didik memiliki kompetensi sebagai seniman dalam bidang seni pertunjukan yang berakhlak mulia, mampu 240 berkomunikasi, bernegoisasi dan berinteraksi antar budaya, mampu bekerja dalam tim, bertanggungjawab, memiliki kepekaan dan kepedulian terhadap situasi dan lingkungan kerja, serta kritis dan kreatif. B. Tujuan Mata pelajaran Dasar-Dasar Seni Pertunjukan bertujuan membekali peserta didik melalui pengetahuan, keterampilan, dan sikap (soft skill dan hard skill, karakter), yaitu: 1. memahami profil enterpreneur, peluang usaha dan pekerjaan/profesi di bidang seni pertunjukan; 2. memahami proses bisnis di industri dan dunia kerja bidang seni pertunjukan; 3. memahami perkembangan teknologi di industri dan dunia kerja serta isu-isu global pada bidang seni pertunjukan; 4. memahami konsep seni pertunjukan; 5. memahami dasar-dasar produksi seni pertunjukan; 6. memahami sarana dan perlengkapan pementasan seni pertunjukan; dan 7. memahami teknik dasar seni pertunjukan. C. Karakteristik Pada hakikatnya mata pelajaran Dasar-Dasar Seni Pertunjukan berfokus pada kompetensi bersifat dasar yang harus dimiliki oleh seniman dalam bidang seni pertunjukan sesuai dengan situasi, kondisi, dan perkembangan dunia kerja. Selain itu, peserta didik diberikan pemahaman tentang proses bisnis, perkembangan penerapan teknologi dan isu-isu global, profil enterpreneur, job profil, peluang usaha dan pekerjaan/profesi. Elemen Profil enterpreneur, peluang usaha dan pekerjaan/profesi di bidang seni pertunjukan Proses bisnis di industri dan dunia kerja bidang seni pertunjukan Deskripsi Lingkup pembelajaran meliputi pekerjaan atau profesi dalam bidang seni pertunjukan, peluang usaha di bidang seni dan ekonomi kreatif untuk membangun visi dan passion, yang diimplementasikan dalam pembelajaran berbasis projek nyata sebagai simulasi PJBL/kewirausahaan. Lingkup pembelajaran meliputi pemahaman peserta didik tentang K3 dan 5R terkait aspek perawatan dan dampak peralatan di bidang seni pertunjukan, proses bisnis di industri atau dunia kerja, pengetahuan 241 Perkembangan teknologi di industri dan dunia kerja serta isu-isu global pada bidang seni pertunjukan Konsep seni pertunjukan Dasar-dasar produksi seni pertunjukan Sarana dan perlengkapan pementasan seni pertunjukan Teknik dasar seni pertunjukan tentang kepribadian yang dibutuhkan sebagai bagian dari kemampuan berwirausaha dengan berorientasi pada efektivitas, potensi lokal dan kearifan lokal, serta pengelolaan SDM di Industri atau dunia kerja. Lingkup pembelajaran meliputi pemahaman peserta didik tentang perkembangan teknologi maupun isu global dalam seni pertunjukan yang banyak dijumpai di masyarakat sebagai bagian dari kemajuan jaman yang harus diikuti dan diaplikasikan dalam proses berkesenian, penggunaan aplikasi dalam membuat karya digital, penggunaan aplikasi Marketplace berbasis Online, Industri 4.0, Internet of Things (IOT). Lingkup pembelajaran meliputi pemberian pengetahuan, wawasan, dan pemahaman tentang unsur-unsur dalam seni pertunjukan terdiri dari sejarah, fungsi, jenis, cabang, ciri, estetika, dan apresiasi yang dilakukan dengan kajian interdisiplin. Lingkup pembelajaran adalah pengenalan dasar-dasar produksi seni pertunjukan meliputi kegiatan kreatif pengembangan konten, produksi pertunjukan, dan penyajian seni pertunjukan. Lingkup pembelajaran adalah dasar-dasar teknik pentas meliputi tata panggung, tata rias, tata busana, tata cahaya, dan tata suara. Lingkup pembelajaran meliputi sikap, pengetahuan, dan keterampilan dasar sesuai dengan kompetensi yang dipilih terdiri teknik, etude, dan repertoar. D. Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E (kelas X), peserta didik akan mendapatkan gambaran mengenai program keahlian seni pertunjukan yang dipilihnya, sehingga mampu menumbuhkan passion dan vision untuk merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar. Pada aspek soft skill peserta didik akan mampu menerapkan budaya kerja sesuai tuntutan pekerjaan, memahami konsep diri yang positif sesuai standar K3 dan 5R dalam seni pertunjukan, mengembangkan kemampuan berfikir kritis dan memecahkan masalah dan mencari solusi, konsisten menerapkan budaya kerja dalam berkesenian. Pada aspek hard skill peserta didik mampu memahami elemen-elemen kompetensi pada mata pelajaran Dasar-Dasar Seni Pertunjukan. Elemen Profil enterpreneur, peluang usaha dan Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami lingkup pekerjaan atau profesi 242 pekerjaan/profesi di bidang seni pertunjukan Proses bisnis di industri dan dunia kerja bidang seni pertunjukan Perkembangan teknologi di industri dan dunia kerja serta isu-isu global pada bidang seni pertunjukan Konsep seni pertunjukan Dasar-dasar produksi seni pertunjukan Sarana dan perlengkapan pementasan seni pertunjukan Teknik dasar seni pertunjukan dalam bidang seni pertunjukan, peluang usaha di bidang seni dan ekonomi kreatif untuk membangun visi dan passion, yang diimplementasikan dalam pembelajaran berbasis projek nyata sebagai simulasi PjBL/kewirausahaan. Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami lingkup pembelajaran tentang K3 dan 5R dalam aspek perawatan peralatan sesuai kriteria di seni pertunjukan, proses bisnis di industri atau dunia kerja, pengetahuan tentang kepribadian yang dibutuhkan sebagai bagian dari kemampuan berwirausaha dengan berorientasi pada efektivitas, potensi lokal dan kearifan lokal, serta pengelolaan SDM di Industri atau dunia kerja. Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami lingkup tentang perkembangan teknologi maupun isu global dalam seni pertunjukan yang banyak dijumpai di masyarakat sebagai bagian dari kemajuan jaman yang harus diikuti dan diaplikasikan dalam proses berkesenian, penggunaan aplikasi dalam membuat karya digital, penggunaan aplikasi Marketplace berbasis Online, Industri 4.0, Internet of Things (IOT). Pada akhir fase E, peserta didik dapat memahami pengetahuan dan wawasan tentang unsur-unsur dalam seni pertunjukan serta mampu menjelaskan sejarah, fungsi, jenis, cabang, ciri, estetika, dan apresiasi yang dilakukan dengan kajian interdisiplin. Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami dasar-dasar produksi bidang seni pertunjukan meliputi pengembangan konten, produksi pertunjukan, dan penyajian seni pertunjukan. Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami kebutuhan sarana dan perlengkapan pementasan seni pertunjukan meliputi tata panggung, tata rias, tata busana, tata cahaya, dan tata suara. Pada akhir fase E, peserta didik dapat memahami teknik dasar seni pertunjukan secara komprehensip meliputi sikap, pengetahuan, dan keterampilan dasar yang terdiri teknik, etude, repertoar sesuai dengan keahlian yang dipilih. 243 10.5. CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR BROADCASTING DAN PERFILMAN A. Rasional Dasar-Dasar Broadcasting dan Perfilman merupakan kumpulan mata pelajaran pada Program Keahlian Broadcasting dan Perfilman yang penting untuk diberikan. Mata pelajaran ini berisi dasar-dasar mata pelajaran untuk penguasaan kompetensi pada produksi dan siaran program radio, produksi siaran dan program televisi, produksi film dan program televisi dan produksi film. Mata pelajaran Dasar-Dasar Broadcasting dan Perfilman diharapkan dapat menumbuhkan kreativitas, mengasah kepekaan estetis dan teknis, dan sensitivitas terhadap fenomena alam dan lingkungan kehidupan. Peserta didik mengamati fenomena alam serta kehidupan secara objektif dan imajinatif, melakukan eksplorasi atau eksperimen untuk mengolah media audio visual dengan estetis, kreatif, dan imajinatif. Dengan ini, peserta didik didorong untuk menemukan fakta-fakta, membangun konsep, melakukan eksplorasi secara prosedural, serta membangun nilai-nilai baru secara mandiri. Selain itu, sebagai landasan pengetahuan dan keterampilan untuk mengembangkan kompetensi Broadcasting dan Perfilman pada pembelajaran konsentrasi keahlian di kelas XI dan XII. Pembelajaran dapat dilakukan menggunakan berbagai pendekatan, strategi, metode serta model yang sesuai dengan karakteristik kompetensi yang harus dipelajari, sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik memberikan ruang yang kemandirian sesuai untuk cukup dengan berpartisipasi bagi bakat, aktif, prakarsa, minat, serta kreativitas, renjana, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Model-model pembelajaran yang dapat digunakan antara lain project-based learning, teaching factory, discovery-based learning, problem-based learning, inquiry-based learning, atau model lainnya serta metode yang relevan. Mata pelajaran Dasar-Dasar Broadcasting dan Perfilman berkontribusi dalam membangun kemampuan dasar peserta didik 244 menguasai keahlian di bidang Broadcasting dan Perfilman dengan memegang teguh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia terhadap manusia dan alam, bernalar kritis, mandiri, kreatif, komunikatif dan adaptif terhadap lingkungan. B. Tujuan Mata pelajaran Dasar-Dasar Broadcasting dan Perfilman bertujuan membekali peserta didik dengan dasar-dasar pengetahuan, keterampilan, dan sikap (hard skill dan soft skill), serta terkait dengan kompetensi kejuruan serta perkembangan teknologi komunikasi audio visual meliputi: 1. memahami profesi dan proses bisnis yang sedang berkembang dalam industri broadcasting dan perfilman; 2. memahami perkembangan teknologi di industri dan dunia kerja dan isu- isu global terkait broadcasting dan perfilman; 3. memahami dan menerapkan Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup (K3LH) dalam proses produksi; 4. memahami profil technopreneur, peluang usaha dan dunia kerja/profesi dalam industri broadcasting dan perfilman; 5. memahami prototype Produksi dan Siaran Program Radio, Produksi Siaran dan Program Televisi, Produksi Film dan Program Televisi serta Produksi Film secara kreatif dan inovatif berdasarkan tren pasar masa kini dan akan datang; 6. memahami teknik dasar proses produksi pada industri broadcasting dan perfilman; 7. mengoperasikan peralatan audio video; 8. menggunakan media digital; 9. memahami dasar-dasar fotografi, tata kamera, tata artistik, tata suara dan editing; dan 10. memahami estetika seni audio visual (EAV). C. Karakteristik Pada hakikatnya mata pelajaran Dasar-Dasar Broadcasting dan Perfilman merupakan mata pelajaran yang menjadi pondasi program keahlian Broadcasting dan Perfilman sesuai dengan perkembangan dunia kerja. Mata pelajaran ini mempunyai beberapa materi ajar yang beragam yang dipelajari melalui pengetahuan dan praktik dengan porsi dominan pada pemahaman, serta memiliki dinamika 245 yang tinggi karena selalu terkait dengan perkembangan teknologi. Pada awal pembelajaran siswa dikenalkan pada lapangan kerja, jabatan kerja setelah lulus dari program keahlian di satuan pendidikan, dan konsentrasi yang dapat dipelajari pada kelas XI dan XII untuk menumbuhkan passion (renjana), vision (visi), imajinasi, dan kreativitas melalui: 1. pembelajaran di kelas; 2. pembelajaran di studio/bengkel/laboratorium; 3. pembelajaran di unit Teaching Factory; 4. proyek sederhana; 5. berinteraksi dengan alumnus atau praktisi industri; 6. berkunjung pada industri yang relevan; dan 7. pencarian informasi melalui media digital. Tahap ini membutuhkan porsi dominan (75%) pada pembelajaran soft skills sebelum mempelajari aspek hard skills sebagaimana tercantum pada elemen mata pelajaran. Perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran harus sesuai dengan karakteristik mata pelajaran dan tujuan yang dicapai. Pelaksanaan pembelajaran menggunakan berbagai variasi model pembelajaran, antara lain model pembelajaran project-based learning, problem based learning, dan model-model pembelajaran lainnya sesuai dengan karakteristik materi, serta metode pembelajaran yang menyenangkan dan menumbuhkan kemandirian, seperti diskusi, observasi, eksperimen, peragaan/demonstrasi. Penilaian meliputi aspek pengetahuan (tes dan non tes), sikap (observasi) dan Pembelajaran keterampilan Dasar-Dasar (proses, produk Broadcasting dan dan portofolio). Perfilman dimungkinkan untuk dapat diterapkan secara sistem blok (block system) disesuaikan dengan karakteristik elemen yang dipelajari. Mata pelajaran Dasar-Dasar Broadcasting dan perfilman terdiri atas elemen-elemen meliputi. Elemen Profesi dalam industri broadcasting dan perfilman yang sedang berkembang dan proses Deskripsi Lingkup pembelajaran meliputi pemahaman potensi budaya serta kearifan lokal sebagai ide produksi industri radio, pertelevisian dan perfilman, bidang dan level pekerjaan, 246 Elemen bisnis dalam broadcasting dan perfilman Deskripsi Standard Operational Procedures (SOP) divisi kerja, dan perawatan peralatan audio visual. Perkembangan teknologi di industri dan dunia kerja dan isu-isu global terkait broadcasting dan perfilman Lingkup pembelajaran meliputi perkembangan proses produksi industri broadcasting dari media analog sampai dengan media digital, FTA dan OTT, podcast, live streaming, live casting, streaming tv, web series dan video on demand. , Industri 4.0, Internet of Things, teknologi digital dalam dunia industri, isu pemanasan global, perubahan iklim, aspek-aspek (singkat) ketenagakerjaan, Life Cycle produk industri sampai dengan reuse, recycling. Lingkup pembelajaran meliputi pengenalan standar K3LH dalam proses produksi Program Radio, Televisi, dan Film. Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup (K3LH) dalam proses produksi Profil technopreneur, peluang usaha dan dunia kerja/profesi dalam industri broadcasting dan perfilman Lingkup pembelajaran meliputi pengenalan tentang profil technopreneur agar peserta didik mampu membaca peluang pasar dan usaha, serta memahami profesi dalam dunia industri di bidang produksi Program Radio, Televisi, dan Film membangun visi dan passion, serta melakukan pembelajaran berbasis projek riil sebagai simulasi projek kewirausahaan. Prototype produksi Lingkup pembelajaran meliputi pemahaman proses Program Radio, Televisi, dan Film.secara kreatif dan inovatif berdasarkan tren pasar masa kini dan akan datang. Lingkup pembelajaran meliputi pemahaman Teknik dasar proses melalui kegiatan simulasi praktek sederhana produksi pada industri broadcasting dan yang mewakili prosedur kerja industri dalam perfilman bentuk simulatif, pengenalan prosedur yang meliputi seluruh proses produksi dan pengenalan teknologi yang diaplikasikan dalam industri. Peralatan audio video Lingkup pembelajaran meliputi praktik singkat pada peralatan/teknologi Peralatan Audio dan Video (PAV), identifikasi serta penerapan pengoperasian mikrofon dan kamera, jenis dan fungsi peralatan audio visual. Media digital Lingkup pembelajaran meliputi pengenalan tentang media digital, perkembangan media digital, jenis media digital, format file dan kompresi data, serta regulasi media digital (menerapkan penyiaran sederhana dan internet (medsos). Dasar-dasar fotografi, tata Lingkup pembelajaran meliputi pengenalan kamera, tata artistik, tata tentang fotografi dasar, tata kamera dasar, suara dan editing tata artistik dasar, dan tata suara dasar. Editing dasar Lingkup pembelajaran meliputi pengenalan mengenai sifat dan karakteristik audio dan video sebagai bahan digital untuk diolah melalui software, organisasi file serta prosedur pengolahan data digital dari material audio video, dan sifat data digital 247 Elemen Estetika seni audio visual D. Deskripsi dari material audio video melalui simulasi. Lingkup pembelajaran meliputi pengenalan jenis seni auditory dan seni visual, jenis dan fungsi seni audio visual, kepekaan terhadap estetika audio dan visual, dan merespon karya kreatif yang tidak hanya merujuk pada sifat teknis dari karya. Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E (kelas X SMK/MAK), siswa akan mendapatkan gambaran mengenai program keahlian yang dipilihnya sehingga mampu menumbuhkan passion dan vision untuk merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar di bidang Broadcasting dan Perfilman. Elemen Profesi dalam industri broadcasting dan perfilman yang sedang berkembang dan proses bisnis dalam broadcasting dan perfilman Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E, peserta didik dapat memahami potensi budaya serta kearifan lokal sebagai ide produksi industri radio, pertelevisian dan perfilman, bidang dan level pekerjaan, Standard Operational Procedures (SOP) divisi kerja, dan perawatan peralatan audio visual Pada akhir fase E, peserta didik dapat Perkembangan teknologi memahami perkembangan proses produksi di industri dan dunia kerja dan isu-isu global industri broadcasting dan perfilman dari media terkait broadcasting dan analog sampai dengan media digital, FTA dan perfilman OTT, podcast, live streaming, live casting, streaming tv, web series dan video on demand, industri 4.0, Internet of Things, teknologi digital dalam dunia industri, isu pemanasan global, perubahan iklim, aspek-aspek (singkat) ketenagakerjaan, Life Cycle produk industri sampai dengan reuse, recycling. Keselamatan, Kesehatan Pada akhir fase E, peserta didik dapat memahami pengenalan standar K3LH dalam Kerja dan Lingkungan Hidup (K3LH) dalam proses produksi Program Radio, Televisi, dan proses produksi Film. Profil technopreneur, Pada akhir fase E, peserta didik mampu peluang usaha dan dunia memahami profil technopreneur agar mampu kerja/profesi dalam membaca peluang pasar dan usaha, serta industri broadcasting dan profesi dalam dunia industri di bidang produksi perfilman Program Radio, Televisi, dan Film. Membangun visi dan passion, serta melakukan pembelajaran berbasis projek riil sebagai simulasi projek kewirausahaan. Prototype produksi Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami proses Program Radio, Televisi, dan Film.secara kreatif dan inovatif berdasarkan tren pasar masa kini dan akan datang. Teknik dasar proses Pada akhir fase E, peserta didik mampu produksi pada industri memahami kegiatan praktek sederhana yang broadcasting dan mewakili prosedur kerja industri dalam bentuk perfilman simulatif, pengenalan prosedur yang meliputi seluruh proses produksi dan pengenalan 248 Elemen Capaian Pembelajaran teknologi yang diaplikasikan dalam industri. Peralatan audio video Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami praktik singkat pada peralatan/teknologi, pralatan audio dan video (PAV), identifikasi serta penerapan pengoperasian mikrofon dan kamera, jenis dan fungsi peralatan audio visual. Media digital Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami tentang media digital, perkembangan media digital, jenis media digital, format file dan kompresi data, serta regulasi media digital (menerapkan penyiaran sederhana dan internet (medsos). Dasar-dasar fotografi, tata Pada akhir fase E, peserta didik dapat kamera, tata artistik, tata memahami tentang fotografi dasar, tata suara dan editing kamera dasar, tata artistic dasar, dan tata suara dasar. Editing dasar Pada akhir fase E, peserta didik dapat memahami sifat dan karakteristik audio dan video sebagai bahan digital untuk diolah melalui software, organisasi file serta prosedur pengolahan data digital dari material audio video, dan sifat data digital dari material audio video melalui simulasi. Estetika seni audio visual Pada akhir fase E, peserta didik dapat memahami jenis seni auditory dan seni visual, jenis dan fungsi seni audio visual, kepekaan terhadap estetika audio dan visual, dan merespon karya kreatif yang tidak hanya merujuk pada sifat teknis dari karya. 249 10.6. CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR-DASAR ANIMASI A. Rasional Dasar-Dasar Animasi merupakan kumpulan muatan/materi keahlian seni dan ekonomi kreatif pada program keahlian animasi. Dasar-Dasar Animasi memiliki ruang lingkup bahasan yang meliputi seni teknologi animasi, seni produksi animasi, seni gerak, seni penceritaan, serta seni visual dan komposisi. Seni Teknologi Animasi merupakan pengetahuan dan kemampuan kerja terhadap pemakaian aplikasi atau tools yang dipergunakan di dalam ekosistem industri animasi yang meliputi seni teknologi analog dan seni teknologi digital pada bidang kerja 2 dimensi dan 3 dimensi. Seni Produksi merupakan pengetahuan dan kemampuan peserta didik di dalam memahami dan mengimplementasikan pipeline kerja animasi, yang meliputi pipeline kerja pra-produksi, produksi, dan pasca produksi. Seni visual dan komposisi merupakan pengetahuan dan kemampuan kerja peserta didik terhadap bidang, bentuk, warna dan komposisi. Seni gerak merupakan pengetahuan dan kemampuan dasar kerja terhadap implementasi gerak dalam aplikasi kerja produksi. Seni penceritaan merupakan pengetahuan dan kemampuan dasar kerja terhadap bagaimana suatu cerita itu bisa berkomunikasi dengan penonton. Dalam kaidah dasarnya, bercerita melalui visual adalah dasar kemampuan yang perlu diasah, baik berupa susunan foto, video maupun gambar. Teknik merangkai dan menyusun visual akan membantu menciptakan komunikasi ide yang mudah dimengerti orang lain. Mata pelajaran menumbuhkan Dasar-Dasar kreativitas, Animasi mengasah berfungsi kepekaan estetis, untuk dan sensitivitas terhadap fenomena alam dan lingkungan kehidupan. Peserta didik mengamati fenomena alam dan kehidupan secara objektif dan imajinatif, melakukan eksplorasi atau eksperimen untuk menemukan bentuk-bentuk visual yang estetis, kreatif, inovatif, dan imajinatif, sehingga peserta didik didorong untuk menemukan fakta-fakta, membangun konsep, melakukan eksplorasi secara prosedural, serta membangun nilai-nilai baru secara mandiri. 250 Selain itu, sebagai landasan pengetahuan dan keterampilan untuk mengembangkan kompetensi animasi pada pembelajaran konsentrasi keahlian di kelas XI dan XII. Pembelajaran dapat dilakukan menggunakan berbagai pendekatan, strategi, metode serta model yang sesuai dengan karakteristik kompetensi yang harus dipelajari, sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik memberikan ruang yang kemandirian sesuai untuk cukup dengan berpartisipasi bagi bakat, aktif, prakarsa, minat, serta kreativitas, renjana, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Model-model pembelajaran yang dapat digunakan antara lain project-based learning, teaching factory, discovery-based learning, problem-based learning, inquiry-based learning, atau model lainnya serta metode yang relevan. Mata pelajaran Dasar-Dasar Animasi berkontribusi dalam membangun kemampuan dasar peserta didik menguasai keahlian di bidang animasi dengan memegang teguh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia terhadap manusia dan alam, bernalar kritis, mandiri, kreatif, komunikatif dan adaptif terhadap lingkungan. B. Tujuan Mata pelajaran Dasar-Dasar Animasi bertujuan membekali peserta didik dengan dasar-dasar pengetahuan, keterampilan, dan sikap (soft skills dan hard skills) meliputi: 1. memahami proses bisnis industri kreatif di bidang animasi; 2. memahami perkembangan teknologi di industri dan dunia kerja serta isu-isu global pada bidang animasi; 3. memahami profil technopreneur, job profile, peluang usaha dan pekerjaan/profesi di bidang animasi; 4. memahami teknik dasar proses produksi pada industri animasi; 5. memahami aspek legal pada produksi animasi; 6. memahami quality control pada produksi animasi; 7. memahami aplikasi berbasis teknologi untuk digunakan selaras dengan kebutuhan industri; 251 8. memahami unsur visual untuk diterapkan dan diaplikasikan ke dalam karya desain; 9. memahami dasar pergerakan buatan untuk diterapkan berdasarkan instruksi kerja; dan 10. memahami cerita secara visual. C. Karakteristik Pada hakikatnya mata pelajaran Dasar-Dasar Animasi berfokus pada kompetensi bersifat dasar yang harus dimiliki oleh tenaga administrasi kantor, arsiparis, resepsionis dan jabatan lain sesuai dengan perkembangan dunia kerja. Selain itu peserta didik diberikan pemahaman tentang proses keahlian animasi terakomodir pada 5 aspek keahlian dasar meliputi seni teknologi animasi, seni produksi animasi, seni gerak, serta seni visual dan komposisi, dan seni penceritaan perkembangan penerapan teknologi dan isu-isu global, profil entrepreneur, job profile, peluang usaha dan pekerjaan/profesi. Pada awal pembelajaran peserta didik dikenalkan pada lapangan kerja, jabatan kerja setelah lulus dari program keahlian Animasi, dan konsentrasi yang dapat dipelajari pada kelas XI dan XII untuk menumbuhkan passion (renjana), vision (visi), imajinasi, dan kreativitas melalui: 1. pembelajaran di kelas; 2. pembelajaran di studio/bengkel/laboratorium; 3. pembelajaran di unit Teaching Factory; 4. proyek sederhana; 5. berinteraksi dengan alumnus atau praktisi industri; 6. berkunjung pada industri yang relevan; dan 7. pencarian informasi melalui media digital. Tahap internalisasi wawasan serta soft skills ini membutuhkan porsi dominan (sekitar 75%) dari waktu yang tersedia di kelas X, sebelum mempelajari aspek-aspek hard skills yang lebih spesifik. Perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran harus sesuai dengan karakteristik mata pelajaran dan tujuan yang ingin dicapai. Pelaksanaan pembelajaran dapat menggunakan model 252 pembelajaran berbasis projek (project-based learning), discovery learning, pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning), atau inquiry learning serta metode antara lain ceramah, tanya jawab, diskusi, observasi, berdasarkan peragaan karakteristik atau materi demonstrasi dan tujuan yang dipilih pembelajaran. Penilaian meliputi aspek pengetahuan melalui tes dan non tes, aspek sikap melalui observasi, catatan kejadian menonjol (anecdotal record), penilaian antar-teman, dan penilaian diri serta aspek keterampilan melalui penilaian proses, produk, dan portofolio. Pembelajaran Dasar-Dasar Animasi dapat dilakukan secara sistem blok disesuaikan dengan karakteristik elemen materi yang dipelajari. Mata pelajaran Dasar-Dasar Animasi meliputi. Elemen Deskripsi Proses bisnis industri Lingkup pembelajaran meliputi pemahaman kreatif di bidang animasi peserta didik tentang kepribadian yang dibutuhkan agar dapat mengembangkan pola pikir kreatif, memadukan kearifan lokal dalam proses kreatif untuk menghasilkan solusi bisnis yang tepat sasaran, pengelolaan SDM di industri animasi dengan melihat potensi lokal, aspek pengetahuan media/platform dan teknologi untuk mendukung proses bisnis industri kreatif di bidang animasi. Perkembangan teknologi di industri dan dunia kerja serta isu-isu global pada bidang animasi Lingkup pembelajaran meliputi pemahaman peserta didik tentang sejarah perkembangan teknologi dalam proses produksi animasi, mulai dari teknik tradisional sampai dengan teknologi modern, Industri 4.0, Internet of Things (IOT), teknologi digital dalam dunia industri, isu pemanasan global, perubahan iklim, aspek-aspek ketenagakerjaan, Life Cycle produk industri sampai dengan reuse dan recycling. Profil technopreneur, job profile, peluang usaha dan pekerjaan/profesi di bidang animasi Lingkup pembelajaran meliputi pemahaman tentang profesi-profesi dalam industri animasi, tugas dan tanggung jawab setiap profesi dalam industri animasi, mampu membaca peluang pasar dan usaha di bidang animasi dan ekonomi kreatif, technopreneur/pelaku wirausaha dalam bidang animasi untuk membangun visi dan passion, serta melakukan pembelajaran berbasis projek nyata sebagai simulasi projek kewirausahaan. Teknik dasar proses produksi pada industri animasi Lingkup pembelajaran meliputi pemahaman tentang proses produksi dan teknologi yang diaplikasikan dalam industri animasi secara tekun dan teliti, memahami perangkat kerja, 253 Elemen Deskripsi pemakaian aplikasi atau tools untuk dioperasikan dalam ekosistem industri animasi (perangkat kerja produksi animasi), memahami sikap kerja dalam melakukan komunikasi dan kerja sama tim, produksi animasi yang meliputi istilah teknis atau bahasa, unit kerja, proses (pipeline), workflow pekerjaan, fungsi kerja (job desk) serta SOP pada produksi animasi. Aspek legal pada produksi animasi Lingkup pembelajaran meliputi pemahaman tentang aspek legal dalam produksi animasi, Intelectual Property (IP) atau hak kekayaan intelektual (HAKI), serta kode etik yang berlaku di industri animasi baik dalam lingkup nasional maupun internasional, Quality control pada produksi animasi Lingkup pembelajaran meliputi pemahaman pengawasan mutu hasil yang dibuat para pekerja animasi, dengan standar capaian yang disepakati. Pengetahuan berbagai jenis produk animasi dan kegunaanya disesuaikan dengan tuntutan kualitas dari masing-masing jenis animasi tersebut. Aplikasi berbasis teknologi untuk digunakan selaras dengan kebutuhan industri Lingkup pembelajaran meliputi pemahaman tentang pengoperasian perangkat kerja produksi baik yang digital maupun non-digital yang dibutuhkan di area kerja pada bidang kerja 2 dimensi maupun 3 dimensi, fungsi dan kegunaan perangkat kerja, workflow perangkat kerja, kapasitas perangkat kerja (digital/nondigital), area tools kerja pada perangkat kerja sesuai dengan kebutuhan pasar maupun partner industri. Unsur visual untuk diterapkan dan diaplikasikan ke dalam karya desain Lingkup pembelajaran meliputi pemahaman tentang unsur-unsur visual dalam produksi animasi, penciptaan desain berdasarkan prinsip dan unsur desain (bidang, bentuk, warna dan komposisi), teknik yang benar dalam bervisual, dikaitkan dengan pencapaian nilai estetika Dasar pergerakan buatan untuk diterapkan berdasarkan instruksi kerja Meliputi pemahaman tentang pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang dibutuhkan dalam membuat gerak objek digital baik character maupun non-character, dasar pergerakan buatan berdasarkan instruksi kerja pergerakan objek, meliputi unsur gerak dalam kehidupan, suara, waktu, masa dan sifat objek yang akan digerakan. Cerita secara visual Meliputi pemahaman tentang pembacaan shot/scene/sequence storyboard , pengambilan gambar, adegan, dan urutan storyboard serta menganalisis cerita, mampu memahami tentang alur cerita serta unsurunsur dalam sebuah cerita. 254 D. Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E (kelas X), peserta didik akan mendapatkan gambaran mengenai program keahlian yang dipilihnya sehingga mampu menumbuhkan passion dan vision untuk merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar. Elemen Capaian Pembelajaran Proses bisnis industri kreatif di bidang animasi Pada akhir fase E, peserta didik mampu menjelaskan tentang kepribadian yang dibutuhkan agar dapat mengembangkan pola pikir kreatif, memadukan kearifan lokal dalam proses kreatif untuk menghasilkan solusi bisnis yang tepat sasaran, pengelolaan SDM di industri animasi dengan melihat potensi lokal, aspek pengetahuan media/platform dan teknologi untuk mendukung proses bisnis industri kreatif di bidang animasi. Perkembangan teknologi di industri dan dunia kerja serta isu-isu global pada bidang animasi Pada akhir fase E, peserta didik mampu menjelaskan tentang sejarah perkembangan teknologi dalam proses produksi animasi, mulai dari teknik tradisional sampai dengan teknologi modern, Industri 4.0, Internet of Things (IOT), teknologi digital dalam dunia industri, isu pemanasan global, perubahan iklim, aspek-aspek ketenagakerjaan, Life Cycle produk industri sampai dengan reuse dan recycling. Profil technopreneur, job profile, peluang usaha dan pekerjaan/profesi di bidang animasi Pada akhir fase E, peserta didik mampu mendeskripsikan tentang profesi-profesi dalam industri animasi, tugas dan tanggung jawab setiap profesi dalam industri animasi, mampu membaca peluang pasar dan usaha di bidang animasi dan ekonomi kreatif, technopreneur/pelaku wirausaha dalam bidang animasi untuk membangun visi dan passion, serta melakukan pembelajaran berbasis projek nyata sebagai simulasi projek kewirausahaan. Teknik dasar proses produksi pada industri animasi Pada akhir fase E, peserta didik mampu menjelaskan tentang proses produksi dan teknologi yang diaplikasikan dalam industri animasi secara tekun dan teliti, memahami perangkat kerja, pemakaian aplikasi atau tools untuk dioperasikan dalam ekosistem industri animasi (perangkat kerja produksi animasi), memahami sikap kerja dalam melakukan komunikasi dan kerja sama tim, produksi animasi yang meliputi istilah teknis atau bahasa, unit kerja, proses (pipeline), workflow pekerjaan, fungsi kerja (job desk) serta SOP pada produksi animasi. 255 Elemen Capaian Pembelajaran Aspek legal pada produksi animasi Pada akhir fase E, peserta didik mampu menjelaskan tentang aspek legal dalam produksi animasi, Intelectual Property (IP) atau hak kekayaan intelektual (HAKI), serta kode etik yang berlaku di industri animasi baik dalam lingkup nasional maupun internasional, Quality control pada produksi animasi Pada akhir fase E, peserta didik mampu mendeskripsikan pengawasan mutu hasil yang dibuat para pekerja animasi, dengan standar capaian yang disepakati. Pengetahuan berbagai jenis produk animasi dan kegunaanya disesuaikan dengan tuntutan kualitas dari masing-masing jenis animasi tersebut. Aplikasi berbasis teknologi untuk digunakan selaras dengan kebutuhan industri Pada akhir fase E, peserta didik mampu mengoperasikan pengoperasian perangkat kerja produksi baik yang digital maupun non-digital yang dibutuhkan di area kerja pada bidang kerja 2 dimensi maupun 3 dimensi, fungsi dan kegunaan perangkat kerja, workflow perangkat kerja, kapasitas perangkat kerja (digital/non-digital), area tools kerja pada perangkat kerja sesuai dengan kebutuhan pasar maupun partner industri. Unsur visual untuk diterapkan dan diaplikasikan ke dalam karya desain Pada akhir fase E, peserta didik menjelaskan tentang tentang unsur-unsur visual dalam produksi animasi, penciptaan desain berdasarkan prinsip dan unsur desain (bidang, bentuk, warna dan komposisi), teknik yang benar dalam bervisual, dikaitkan dengan pencapaian nilai estetika Dasar pergerakan buatan untuk diterapkan berdasarkan instruksi kerja Pada akhir fase E, peserta didik mampu menjelaskan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang dibutuhkan dalam membuat gerak objek digital baik character maupun non-character, dasar pergerakan buatan berdasarkan instruksi kerja pergerakan objek, meliputi unsur gerak dalam kehidupan, suara, waktu, masa dan sifat objek yang akan digerakan. Cerita secara visual Pada akhir fase E, peserta didik mampu menjelaskan shot/scene/sequence storyboard , pengambilan gambar, adegan, dan urutan storyboard serta menganalisis cerita, mampu memahami tentang alur cerita serta unsur-unsur dalam sebuah cerita. 256 10.7. CAPAIAN PEMBELAJARAN DASAR DASAR BUSANA (FESYEN) A. Rasional Dasar-Dasar Keahlian Busana (Fesyen) adalah pelajaran yang berisi kompetensi-kompetensi yang mendasari penguasaan keahlian busana (fesyen). Mata pelajaran Dasar-Dasar Keahlian Busana (Fesyen) merupakan mata pelajaran kejuruan yang terdiri dari berbagai ilmu dasar sebagai penentu dalam mempelajari mata pelajaran yang lain dalam program keahlian Busana (Fesyen) mencakup pemahaman akan gaya hidup, perubahan selera (trend) hingga proses desain, produksi, dan marketing. Selain itu, sebagai landasan pengetahuan dan keterampilan untuk pembelajaran konsentrasi keahlian di kelas XI dan XII Pembelajaran dapat dilakukan menggunakan berbagai pendekatan, strategi, metode serta model yang sesuai dengan karakteristik kompetensi yang harus dipelajari, sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik memberikan ruang yang kemandirian sesuai untuk cukup dengan berpartisipasi bagi bakat, aktif, prakarsa, minat, serta kreativitas, renjana, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Model-model pembelajaran yang dapat digunakan antara lain project-based learning, teaching factory, discovery-based learning, problem-based learning, inquiry-based learning, atau model lainnya serta metode yang relevan. Mata pelajaran Dasar-Dasar Keahlian Busana (Fesyen) tidak hanya meliputi proses pembuatan busana mulai dari gambar, membuat pola, dan menjahit, namun peserta didik diajak untuk memahami secara menyeluruh ekosistem industri fashion yaitu kreasi, produksi dan marketing. Mata pelajaran Dasar-Dasar Keahlian Busana (Fesyen) juga meliputi proses pengamatan, eksplorasi serta eksperimen untuk menumbuhkan kreativitas, mengasah kepekaan estetis, menemukan bentuk visual yang inovatif dan imajinatif disesuaikan dengan pemahaman konsep dan trend. Peserta didik juga diajak untuk mengamati fenomena alam dan kehidupan melalui pendekatan sustainable fashion yang menjadi dasar industri fashion global. 257 B. Tujuan Mata pelajaran Dasar-Dasar Keahlian Busana (Fesyen) bertujuan membekali peserta didik dengan dasar-dasar pengetahuan, keterampilan, dan sikap (hard skills dan soft skills) meliputi: 1. memahami profil technopreneur, peluang usaha dan pekerjaan/profesi di bidang busana (fesyen); 2. memahami dunia industri dan perkembangan mode (DIPM); 3. memahami dasar branding dan marketing (DBM); 4. memahami dan menerapkan gambar mode; 5. memahami dan menerapkan dasar fashion desain (DFD); 6. memahami proses produksi busana; 7. memahami perkembangan teknologi di industri dan dunia kerja serta isu-isu global pada bidang busana (fesyen); 8. memahami dan menerapkan dasar pola (DP); dan 9. memahami dan menerapkan teknik dasar menjahit (TDM). C. Karakteristik Pada hakikatnya mata pelajaran Dasar-Dasar Keahlian Busana (Fesyen) fokus pada kompetensi bersifat dasar yang harus dimiliki oleh tenaga keahlian busana (fesyen) yang bukan hanya mencakup keterampilan teknis pembuatan busana namun meliputi sisi kreasi, produksi, dan marketing. Selain itu peserta didik diberikan pemahaman tentang proses Mata pelajaran Dasar-Dasar Keahlian Busana (fesyen) perkembangan penerapan teknologi dan isu-isu global, profil entrepreneur, job profile, peluang usaha dan pekerjaan/profesi. Mata pelajaran Dasar-Dasar Keahlian Busana (Fesyen) meliputi: Elemen Profil technopreneur, peluang usaha dan pekerjaan/profesi di bidang busana (fesyen) Dunia Industri dan Perkembangan Mode (DIPM) Deskripsi Lingkup pembelajaran meliputi pemahaman profil technopreneur, pekerjaan atau profesi dalam bidang busana (fesyen), kepribadian dan sikap dalam bekerja di bidang busana (fesyen), kemampuan membaca peluang pasar dan usaha di bidang seni dan ekonomi kreatif, untuk membangun visi dan passion, serta melakukan pembelajaran berbasis projek nyata sebagai simulasi projek kewirausahaan. Lingkup pembelajaran meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang dibutuhkan dalam memahami 258 Elemen Dasar Branding dan Marketing (DBM) Menggambar Mode (MM) Dasar Fashion Desain (DFD) Proses Produksi Busana Perkembangan teknologi di industri dan dunia kerja serta isu-isu global pada bidang busana (fesyen) Dasar Pola (DP) Tehnik Dasar Menjahit (TDM) Deskripsi ekosistem mode dan overview fashion industry, model bisnis di lingkup industri fashion, gaya dan selera sesuai dengan perkembangan fashion dan trend, memahami karya desainer dan produk fashion, memahami konsep sustainable fashion, memahami potensi lokal dan kearifan lokal dalam produk fashion. Lingkup pembelajaran meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang dibutuhkan untuk memahami branding dan marketing, menjelaskan segmentasi pasar, DNA brand, memahami pesaing dari produk busana, definisi dan konsep marketing dan digital marketing. Lingkup pembelajaran meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja dalam menggambar mode, memahami anatomi tubuh dan dasar ilustrasi, mencampur warna, implementasi desain dan detail ke anatomi tubuh, serta gambar teknis secara digital. Lingkup pembelajaran meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang dibutuhkan dalam menciptakan desain, mulai dari pemahaman dasar-dasar desain, pemahaman terhadap six basic style dan look, proses mencari bentuk; cara menemukan inspirasi, pembuatan desain melalui proses pembuatan kolase hingga pembuatan desain koleksi. Lingkup pembelajaran meliputi pemahaman peserta didik tentang K3 di bidang busana (fesyen), proses produksi busana di Industri, pengetahuan tentang aspek perawatan peralatan, dan pengelolaan SDM di Industri. Meliputi pemahaman peserta didik tentang perkembangan proses produksi pada industri busana (fesyen) mulai dari yang masih konvensional sampai dengan penggunaan alat/mesin dengan teknologi modern, penggunaan aplikasi gambar penunjang desain busana, penerapan teknologi digital dalam dunia industri, isu pemanasan global, perubahan iklim, aspekaspek (singkat) ketenagakerjaan, Product Life Cycle (Pengertian, Tahapan, Karakteristik dan Strategi) sampai dengan reuse, recycling, dan reduce. Lingkup pembelajaran meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang dibutuhkan dalam membuat dasar pola, mulai dari memahami cara mengukur, membuat pola dasar tehnik konstruksi, hingga prosedur menggunting bahan. Lingkup pembelajaran meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang dibutuhkan dalam membuat busana, mulai dari pemahaman prosedur 259 Elemen Deskripsi pengoperasian dan pemeliharaan mesin jahit dan mesin penyelesaian, teknik menjahit sesuai dengan jenis-jenis bahan, standar kualitas, finishing, hingga menjahit busana sederhana. D. Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E (kelas X SMK/MAK), peserta didik akan mendapatkan gambaran mengenai program keahlian yang dipilihnya sehingga mampu menumbuhkan passion dan vision untuk merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar. Elemen Profil Technopreneur, peluang usaha dan pekerjaan/profesi di bidang busana (fesyen) Dunia Industri dan Perkembangan Mode (DIPM) Dasar Branding dan Marketing (DBM) Menggambar Mode (MM) Dasar Fashion Design (DFD) Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami profil Technopreneur, mendeskripsikan pekerjaan atau profesi kewirausahaan di bidang busana (fesyen), menjelaskan kepribadian dan sikap dalam bekerja di bidang busana (fesyen), mampu membaca peluang pasar dan usaha di bidang seni dan ekonomi kreatif, untuk membangun visi dan passion, serta melakukan pembelajaran berbasis projek nyata sebagai simulasi projek kewirausahaan. Pada akhir fase E, peserta didik mampu mendeskripsikan ekosistem industri mode dan overview fashion industry, memahami model bisnis di lingkup industri fashion, memahami perubahan gaya dan selera sesuai dengan perkembangan mode dan trend, mengenal dan memahami karya desainer dan produk fashion, memahami konsep sustainable fashion, memahami potensi lokal dan kearifan lokal dalam produk fashion. Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami branding dan marketing, menjelaskan segmentasi pasar, memahami DNA brand, memahami pesaing dari produk busana, menjelaskan definisi dan konsep marketing dan digital marketing. Pada akhir fase E, peserta didik mampu menerapkan dan membuat gambar anatomi tubuh dan dasar ilustrasi, mencampur warna, implementasi desain dan detail ke anatomi tubuh, dan membuat desain teknis secara digital. Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami proses penciptaan desain dengan menerapkan dasar-dasar desain, memahami dan membedakan style dan look, menemukan inspirasi, membuat kolase, menerapkan cara mencari bentuk dan mengembangkan desain berdasarkan style dan look. 260 Elemen Proses Produksi Busana Perkembangan teknologi di industri dan dunia kerja serta isu-isu global pada bidang busana (fesyen) Dasar pola (DP) Teknik Dasar Menjahit (TDM) Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami tentang K3 di bidang busana (fesyen), proses produksi busana di Industri, pengetahuan tentang aspek perawatan peralatan, dan pengelolaan SDM di Industri. Pada akhir fase E, peserta didik memahami perkembangan proses produksi pada industri busana (fesyen) mulai dari konvensional hingga penggunaan alat/mesin dengan teknologi modern, penggunaan aplikasi gambar penunjang desain busana, penerapan teknologi digital dalam dunia industri, isu pemanasan global, perubahan iklim, aspek-aspek (singkat) ketenagakerjaan, Product Life Cycle (reuse, recycling, dan reduce). Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami dan melakukan pengukuran tubuh, serta menerapkan pembuatan pola dasar teknik konstruksi. Pada akhir fase E, peserta didik mampu menjelaskan sikap kerja dalam menjahit, mengoperasikan dan memperbaiki mesin jahit dan mesin penyelesaian, memahami teknik menjahit sesuai dengan jenis-jenis bahan, memahami standar kualitas dan finishing hasil jahitan dan menjahit busana sederhana. 261 11. CAPAIAN PEMBELAJARAN PROJEK ILMU PENGETAHUAN ALAM DAN SOSIAL A. Rasional Ilmu adalah terjemahan dari science (sains). Kata Sains diambil dari bahasa latin yaitu “Scientia“, secara etimologi (bahasa) kata sains memiliki arti “Pengetahuan”, dalam hal ini pengetahuan yang diperoleh melalui pembelajaran dan pembuktian atau pengetahuan yang melingkupi suatu kebenaran umum dari hukumhukum alam yang terjadi, didapatkan dan dibuktikan melalui metode ilmiah. Ilmu (pengetahuan ilmiah/keilmuan) adalah pengetahuan yang tersusun secara sistematis dengan menggunakan kekuatan pemikiran, dapat ditelaah dengan kritis oleh setiap orang yang ingin mengetahuinya. Mata pelajaran Projek Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial berfungsi untuk membekali peserta didik agar mampu menyelesaikan permasalahan di kehidupan nyata pada abad 21 ini yang berkaitan dengan fenomena alam dan sosial di sekitarnya secara ilmiah dengan menerapkan konsep sains. Atau dengan kata lain, setelah mempelajari mata pelajaran Projek Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial, peserta didik dapat memperoleh kecakapan untuk mengambil keputusan yang tepat secara ilmiah agar dapat hidup lebih nyaman, lebih sehat, dan lebih baik. Projek Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial meliputi integrasi antara social sciences dan natural sciences menjadi kunci keberhasilan dalam proses pembelajaran. Segala aspek kehidupan bersosial dalam kebhinekaan, keberagaman agama, dan saling bergotong royong tercakup dalam social sciences. Adapun interaksi antara manusia dengan alam, serta melihat berbagai fenomena yang terjadi dengan alam, mampu dijelaskan secara logis dan ilmiah dengan natural science. Sehingga melalui integrasi keduanya (social science dan natural science), kita mampu memanfaatkan kekayaan sumber daya alam dengan arif dan bijaksana. Permasalahan yang melibatkan aspek manusia dengan manusia 262 lainnya dan manusia dengan alam, terjadi akibat kurangnya kesadarpahaman akan sains. Kita sebagai makhluk sosial tidak hanya membutuhkan manusia lain dalam masyarakat, tetapi juga sangat bergantung dengan alam. Oleh karena itu sains hadir untuk memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan fenomena alam dan sosial di sekitar secara ilmiah. Pada akhirnya peserta didik setelah mempelajari mata pelajaran sains dapat memperoleh kecakapan untuk mengambil keputusan yang tepat secara ilmiah agar dapat hidup lebih nyaman, lebih sehat, dan lebih baik. B. Tujuan Mata pelajaran Projek Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial bertujuan untuk membekali peserta didik dengan dasar-dasar pengetahuan, keterampilan, dan sikap (hardskill dan softskill), diantaranya: 1. menerapkan pola pikir, perilaku, dan membangun karakter peserta didik untuk peduli dan bertanggung jawab terhadap dirinya, masyarakat, dan alam semesta, serta permasalahan yang dihadapi; 2. mampu menelaah manfaat potensial dan risiko dari penggunaan Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial; 3. mampu membuat keputusan yang lebih berdasar dengan menggunakan Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial serta teknologi; dan 4. mampu menemukan solusi dari masalah yang dihadapi melalui sains baik masalah individu maupun masyarakat. C. Karakteristik Mata pelajaran Projek Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial memiliki objek kajian berupa benda konkret dan non konkret yang terdapat di alam dan dikembangkan berdasarkan pengalaman empirik, yaitu pengalaman nyata yang dirasakan oleh setiap orang dan memiliki langkah-langkah sistematis serta menggunakan cara berpikir yang logis dan ilmiah. Goodman dan Stivers (2010) mendefinisikan Project Based Learning (PjBL) sebagai pendekatan pengajaran yang dibangun di atas kegiatan pembelajaran dan tugas nyata yang memberikan tantangan bagi peserta didik yang terkait dengan kehidupan sehari-hari untuk 263 dipecahkan secara berkelompok. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial dikemas dalam bentuk projek (project-based learning) yang mengintegrasikan beberapa elemen konten/materi. Tiap projek dilaksanakan untuk mencapai elemen kompetensi Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial yang terdiri dari tiga elemen dan dikontekskan dengan karakteristik masing- masing bidang keahlian. Pada elemen mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial tersebut tercakup 7 (tujuh) aspek, yaitu: makhluk hidup dan lingkungannya; zat dan perubahannya; energi dan perubahannya; bumi dan antariksa; keruangan dan konektivitas antar ruang dan waktu; interaksi, komunikasi, sosialisasi, institusi sosial dan dinamika sosial; Pembelajaran serta yang perilaku dilaksanakan ekonomi pada dan mata kesejahteraan. pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial berbasis projek. Pada model PjBL peserta didik tidak hanya memahami konten, tetapi juga menumbuhkan keterampilan pada peserta didik bagaimana berperan di masyarakat. Keterampilan yang ditumbuhkan dalam PjBl diantaranya keterampilan komunikasi dan presentasi, keterampilan manajemen organisasi dan waktu, keterampilan penelitian dan penyelidikan, keterampilan penilaian diri dan refleksi, partisipasi kelompok dan kepemimpinan, dan pemikiran kritis. Penilaian kinerja pada PjBL dapat dilakukan secara individual atau kelompok dengan memperhitungkan proses dan kualitas produk yang dihasilkan, kedalaman pemahaman konten yang ditunjukkan, dan kontribusi yang diberikan pada proses realisasi projek yang sedang berlangsung. PjBL juga memungkinkan Peserta didik untuk merefleksikan ide dan pendapat mereka sendiri, dan membuat keputusan yang mempengaruhi hasil projek dan proses pembelajaran secara umum, dan mempresentasikan hasil akhir produk. Berikut adalah aspek IPAS dan deskripsinya pada semua bidang keahlian. 264 Aspek IPAS Deskripsi Makhluk hidup dan Aspek ini meliputi keterkaitan antara makhluk lingkungannya hidup yang terdiri dari manusia, tumbuhan dan hewan yang saling bergantung kepada lingkungannya baik berupa tanah, air, energi. Hubungan makhluk hidup dan lingkungannya dapat digambarkan sebagai individu - populasi komunitas - ekosistem - biosfer. Pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup. Zat dan Aspek ini meliputi jenis dan sifat zat yang Perubahannya dibedakan secara kimia dan fisika, ciri-ciri dari perubahan zat secara fisika, kimia dan biologi, serta unsur senyawa campuran. Berbagai jenis zat dapat dibedakan dari sifat dan perubahan secara fisika dan kimia. Zat dapat tersusun atas unsur, senyawa dan campuran yang dalam kehidupan sehari-hari dapat ditinjau secara perspektif ekonomi kreatif dan sosial. Energi dan Aspek ini meliputi dasar-dasar besaran dan Perubahannya pengukuran, energi dan perubahannya berkaitan dengan segala sesuatu yang mampu membuat sebuah benda untuk melakukan sebuah usaha dan bentuk. Energi dan perubahannya mencakup perubahan energi kimia, listrik, panas dan mekanik serta energi terbarukan. Bumi dan Antariksa Aspek bumi dan antariksa berkaitan dengan materi gravitasi universal. Struktur Bumi yang terdiri dari interior bumi, litosfer, lempeng tektonik, dan gempa bumi. Struktur bumi meliputi hidrosfer, atmosfer, dan medan magnet bumi. Materi ini juga mencakup iklim, cuaca, musim, perubahan iklim serta mitigasi bencana. Keruangan dan Aspek ini berkaitan dengan pemahaman terhadap konektivitas antar kondisi sosial dan lingkungan alam dalam konteks ruang dan waktu lokal dan regional, nasional, hingga global. Selain itu, aspek ini juga terkait dengan pembelajaran tentang kondisi geografis Indonesia dan pengaruhnya terhadap aktivitas sosial, ekonomi, dan politik. Mempelajari konektivitas dan interaksi, mengasah kemampuan berpikir kritis, memahami efek sebab dan akibat. Interaksi, Aspek ini berkaitan dengan pembentukan identitas Komunikasi, diri, merefleksikan keberadaan diri di tengah Sosialisasi, Institusi keberagaman dan kelompok yang berbeda-beda, Sosial, dan serta mempelajari dan menjalankan peran sebagai Dinamika warga Indonesia dan bagian dari warga dunia. Sosial Mempelajari tentang interaksi dan institusi sosial, peluang dan tantangannya, mempelajari dinamika/problematika sosial, faktor penyebab dan solusinya untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan bagi kemaslahatan manusia dan bumi. Perilaku Ekonomi Aspek ini berkaitan tentang peran diri, masyarakat dan Kesejahteraan serta negara dalam memenuhi kebutuhan bersama. Menganalisis faktor-faktor penyebab kelangkaan, permintaan, penawaran, harga pasar, bentukbentuk pasar, serta inflasi. Mengidentifikasi peran lembaga keuangan, nilai, serta fungsi uang konvensional dan digital). Mendeskripsikan pengelolaan, sumber-sumber pendapatan dan 265 Aspek IPAS D. Deskripsi pengeluaran keuangan keluarga, perusahaan serta negara. Mengidentifikasi hak dan kewajiban dalam jasa keuangan. Aspek ini menjadi salah satu ruang berlatih bagi peserta didik untuk memberikan kontribusi ke masyarakat, memenuhi kebutuhan hidup di tingkat lokal namun dalam perspektif global. Capaian Pembelajaran Projek Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial terdiri dari tiga elemen kompetensi yang mengacu pada kompetensi literasi saintifik, yaitu menjelaskan fenomena secara ilmiah, mendesain dan mengevaluasi penyelidikan ilmiah, menerjemahkan data dan bukti-bukti secara ilmiah. Berikut ini adalah elemen dan capaian pembelajaran pada semua bidang keahlian: Elemen Menjelaskan fenomena secara ilmiah Mendesain dan mengevaluasi penyelidikan Ilmiah Menerjemahkan data dan buktibukti secara ilmiah Capaian Pembelajaran Peserta didik diharapkan dapat memahami pengetahuan ilmiah dan menerapkannya; atau membuat prediksi sederhana disertai dengan pembuktiannya. Peserta didik menjelaskan fenomena-fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya dilihat dari berbagai aspek seperti makhluk hidup dan lingkungannya; zat dan perubahannya; energi dan perubahannya; bumi dan antariksa; keruangan dan konektivitas antar ruang dan waktu; interaksi, komunikasi, sosialisasi, institusi sosial dan dinamika sosial; serta perilaku ekonomi dan kesejahteraan. Peserta didik juga mengaitkan fenomena-fenomena tersebut dengan keterampilan teknis pada bidang keahliannya. Peserta didik dapat menentukan dan mengikuti prosedur yang tepat untuk melakukan penyelidikan ilmiah, menjelaskan cara penyelidikan yang tepat bagi suatu pertanyaan ilmiah, serta diharapkan dapat mengidentifikasi kekurangan atau kesalahan pada desain percobaan ilmiah. Peserta didik dapat menerjemahkan data dan bukti dari berbagai sumber untuk membangun sebuah argumen serta dapat mempertahankannya dengan penjelasan ilmiah. Peserta didik diharapkan dapat mengidentifikasi kesimpulan yang benar diambil dari tabel hasil, grafik, atau sumber data lain. Peserta didik merencanakan dan melaksanakan aksi sebagai tindak lanjut, mengkomunikasikan proses dan hasil pembelajarannya, melakukan refleksi diri terhadap tahapan kegiatan yang dilakukan. Ketiga elemen tersebut disampaikan dalam bentuk satu projek. Dalam satu projek dapat terdiri dari satu aspek atau gabungan dari 266 beberapa aspek. Masing-masing aspek mempunyai lingkup yang berbeda disesuaikan dengan proporsi dan karakteristik bidang keahliannya. 267 12. CAPAIAN PEMBELAJARAN INFORMATIKA A. Rasional Informatika adalah sebuah disiplin ilmu yang mencari pemahaman dan mengeksplorasi dunia di sekitar kita, baik natural maupun artifisial yang secara khusus tidak hanya berkaitan dengan studi, pengembangan, dan implementasi dari sistem komputer, tetapi juga pemahaman terhadap prinsip-prinsip dasar pengembangan. Peserta didik dapat menciptakan, merancang, dan mengembangkan produk berupa artefak komputasional (computational artifact) dalam bentuk perangkat keras, perangkat lunak (algoritma, program, atau aplikasi), atau sistem berupa kombinasi perangkat keras dan lunak dengan menggunakan teknologi dan perkakas (tools) yang sesuai. Informatika mencakup prinsip keilmuan perangkat keras, data, informasi, dan sistem komputasi yang mendasari proses pengembangan tersebut. Oleh karena itu, Informatika mencakup sains, rekayasa, dan teknologi yang berakar pada logika dan matematika. Istilah Informatika dalam bahasa Indonesia merupakan padanan kata yang diadaptasi dari Computer Science atau Computing dalam bahasa Inggris. Peserta didik mempelajari mata pelajaran Informatika tidak hanya untuk menjadi pengguna komputer, tetapi juga untuk menyadari perannya sebagai problem solver yang menguasai konsep inti (core concept), menggunakan dan terampil dalam mengembangkan praktik (core teknologi practices) informasi dan komunikasi (TIK), serta berpandangan terbuka pada aspek lintas bidang. Mata pelajaran Informatika memberikan fondasi berpikir komputasional yang merupakan kemampuan problem solving yaitu keterampilan generik yang penting seiring dengan perkembangan teknologi digital yang pesat. Peserta didik ditantang untuk menyelesaikan persoalan komputasi yang berkembang mulai dari kelas I sampai dengan kelas XII, mulai dari data sedikit sampai dengan data banyak, mulai dari persoalan kecil dan sederhana sampai dengan persoalan besar, kompleks, dan rumit, serta mulai dari hal yang konkret sampai dengan abstrak dan samar atau ambigu. Mata pelajaran Informatika juga meningkatkan kemampuan peserta didik dalam logika, analisis, dan interpretasi data yang diperlukan 267 dalam literasi, numerasi, dan literasi sains, serta membekali peserta didik dengan kemampuan pemrograman yang mendukung pemodelan dan simulasi dalam sains komputasi (computational science) dengan menggunakan TIK. Proses pembelajaran Informatika berpusat pada peserta didik (student-centered learning) dengan prinsip pembelajaran berbasis inkuiri (inquiry-based learning), pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning), dan pembelajaran berbasis projek (project-based learning). Guru dapat menentukan tema atau kasus sesuai dengan kondisi lokal, terutama tema atau kasus tentang analisis data. Mata pelajaran Informatika dilaksanakan secara inklusif bagi semua peserta didik di seluruh Indonesia, sehingga pembelajarannya dapat menggunakan komputer (plugged) maupun tanpa komputer (unplugged). Pembelajaran Informatika pada jenjang SD menekankan pada fondasi berpikir komputasional (computational thinking), diintegrasikan dalam tema atau mata pelajaran lainnya terutama dalam Bahasa, Matematika dan Sains. Pembelajaran Informatika mendukung kemampuan peserta didik dalam mengekspresikan kemampuan berpikir secara terstruktur dan pemahaman aspek sintaksis maupun semantik dalam Bahasa, membentuk kebiasaan peserta didik untuk berpikir logis dalam Matematika, serta kemampuan menganalisis dan menginterpretasi data dalam Sains. Mata pelajaran Informatika berkontribusi terhadap profil pelajar Pancasila dalam memampukan peserta didik menjadi warga yang bernalar kritis, komputasional; mandiri, serta kreatif menjadi melalui warga penerapan yang berakhlak berpikir mulia, berkebinekaan global, bergotong-royong melalui Praktik Lintas Bidang (core practices) untuk menghasilkan artefak komputasional yang dikerjakan secara berkolaborasi dalam kerja kelompok baik secara luring maupun daring dengan memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi. Kemampuan bekerja mandiri dan berkolaborasi secara daring merupakan kemampuan penting sebagai anggota masyarakat abad ke-21. Peserta didik diharapkan dapat menjadi warga digital (digital citizen) yang beretika dan mandiri dalam berteknologi informasi, sekaligus menjadi warga dunia (global citizen) yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME. 268 B. Tujuan Mata pelajaran Informatika bertujuan untuk mengantarkan peserta didik menjadi “computationally literate creators” yang menguasai konsep dan praktik Informatika, yaitu: 1. berpikir komputasional, yaitu terampil menciptakan solusi-solusi untuk menyelesaikan persoalan-persoalan secara sistematis, kritis, analitis, dan kreatif; 2. memahami ilmu pengetahuan yang mendasari Informatika, yaitu sistem komputer, jaringan komputer dan internet, analisis data, algoritma dan pemrograman, serta menyadari dampak Informatika terhadap kehidupan bermasyarakat; 3. terampil berkarya dalam menghasilkan artefak komputasional sederhana, dengan memanfaatkan teknologi dan menerapkan proses rekayasa, serta mengintegrasikan pengetahuan bidangbidang lain yang membentuk solusi sistemik; 4. terampil dalam mengakses, mengelola, menginterpretasi, mengintegrasikan, mengevaluasi informasi, serta menciptakan informasi baru dari himpunan data dan informasi yang dikelolanya, dengan memanfaatkan TIK yang sesuai; dan 5. menunjukkan karakter baik sebagai anggota masyarakat digital, sehingga mampu berkomunikasi, berkolaborasi, berkreasi dan menggunakan perangkat teknologi informasi disertai kepedulian terhadap dampaknya dalam kehidupan bermasyarakat. C. Karakteristik Mata pelajaran Informatika mengintegrasikan kemampuan berpikir komputasional, keterampilan menerapkan pengetahuan Informatika, serta pemanfaatan teknologi (khususnya TIK) secara tepat dan bijak sebagai objek kajian dan alat bantu untuk menghasilkan solusi efisien dan optimal dari persoalan yang dihadapi masyarakat dengan menerapkan rekayasa dan prinsip keilmuan Informatika. Elemen mata pelajaran Informatika saling terkait satu sama lain membentuk keseluruhan mata pelajaran Informatika sebagaimana diilustrasikan pada gambar bangunan Informatika di bawah ini. 269 TIK PRAKTIK LINTAS BIDANG S K J K I A D A P D S I BERPIKIR KOMPUTASIONAL Keterangan: TIK : Teknologi Informasi dan Komunikasi SK : Sistem Komputer JKI : Jaringan Komputer dan Internet AD : Analisis Data AP : Algoritma dan Pemrograman DSI : Dampak Sosial Informatika Gambar Bangunan Informatika Mata pelajaran Informatika terdiri atas delapan elemen berikut ini. Elemen Berpikir komputasional (BK) Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Sistem komputer (SK) Jaringan Komputer dan Internet (JKI) Analisis data (AD) Algoritma dan Pemrograman (AP) Dampak Sosial Informatika (DSI) Praktik Lintas Bidang (PLB) Deskripsi Mengasah keterampilan problem solving yang efektif, efisien, dan optimal sebagai landasan untuk menghasilkan solusi dengan menerapkan penalaran kritis, kreatif dan mandiri. Menjadi perkakas dalam berkarya dan sekaligus objek kajian yang memberikan inspirasi agar suatu hari peserta didik menjadi pencipta karya-karya berteknologi yang berlandaskan Informatika. Pengetahuan tentang bagaimana perangkat keras dan perangkat lunak berfungsi dan saling mendukung dalam mewujudkan suatu layanan bagi pengguna baik di luar maupun di dalam jaringan komputer/internet. Memfasilitasi pengguna untuk menghubungkan sistem komputer dengan jaringan lokal maupun internet. Memberikan kemampuan untuk menginput, memproses, memvisualisasi data dalam berbagai tampilan, menganalisis, menginterpretasi, dan memprediksi, serta mengambil kesimpulan serta keputusan berdasarkan penalaran. Mengarahkan peserta didik menuliskan langkah penyelesaian solusi secara runtut dan menerjemahkan solusi menjadi program yang dapat dijalankan oleh mesin (komputer). Menyadarkan peserta didik akan dampak Informatika dalam: (a) kehidupan bermasyarakat dan dirinya, khususnya dengan kehadiran dan pemanfaatan TIK, dan (b) bergabungnya manusia dalam jaringan komputer dan internet untuk membentuk masyarakat digital. Melatih peserta didik bergotong royong untuk untuk menghasilkan artefak komputasional secara kreatif dan inovatif dengan mengintegrasikan semua pengetahuan Informatika maupun pengetahuan dari mata pelajaran lain, menerapkan proses rekayasa atau pengembangan (designing, implementing, debugging, testing, refining), serta mendokumentasikan dan mengomunikasikan hasil karyanya. Beban belajar setiap elemen pada mata pelajaran Informatika tidak sama. BK, AD, AP, dan PLB memiliki beban belajar paling besar yang 270 memungkinkan peserta didik berpikir kritis dan kreatif. SK dan JKI diberikan terbatas pada pengetahuan dasar dan penggunaannya. TIK dan DSI dapat diberikan sambil melakukan kegiatan yang berkaitan dengan elemen lainnya, dimana perkakas TIK saat ini semakin intuitif yang mudah dipelajari dan dimanfaatkan, sedangkan DSI merupakan aspek dari setiap area pengetahuan Informatika untuk menumbuhkan kepedulian pada masyarakat dan pembentukan karakter baik sebagai warga dunia maupun warga digital. D. Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E, peserta didik peserta didik mampu memahami peran sistem operasi dan mekanisme internal yang terjadi pada interaksi antara perangkat keras, perangkat lunak, dan pengguna, menerapkan keamanan dalam penyambungan perangkat ke jaringan lokal dan internet, mengumpulkan dan mengintegrasikan data dari berbagai sumber baik secara manual atau otomatis dengan perkakas yang sesuai, memahami fitur lanjut, otomasi, serta integrasi aplikasi perkantoran, menerapkan strategi algoritmik standar untuk mengembangkan program komputer yang terstruktur dalam bahasa pemrograman prosedural tekstual sebagai solusi atas persoalan berbagai bidang yang mengandung data diskrit bervolume tidak kecil, bergotong royong untuk menyelesaikan suatu persoalan kompleks dengan mengembangkan (merancang, mengimplementasi, memperbaiki, menguji) artefak komputasional yang bersentuhan dengan bidang lain sesuai kaidah proses rekayasa, serta mengomunikasikan rancangan produk, produk, dan prosesnya secara lisan dan tertulis, memahami sejarah perkembangan komputer dan tokoh-tokohnya, memahami hak kekayaan intelektual, lisensi, aspek teknis, hukum, ekonomi, lingkungan, dan sosial dari produk TIK, mengenal berbagai bidang studi dan profesi terkait Informatika serta peran Informatika pada bidang lain. Fase E Berdasarkan Elemen sebagai berikut. Elemen BK TIK Capaian Pembelajaran Pada akhir fase E, peserta didik mampu menerapkan strategi algoritmik standar untuk menghasilkan beberapa solusi persoalan dengan data diskrit bervolume tidak kecil pada kehidupan sehari-hari maupun implementasinya dalam program komputer. Pada akhir fase E, peserta didik mampu memanfaatkan berbagai aplikasi secara bersamaan dan optimal untuk berkomunikasi, mencari sumber data yang akan diolah 271 Elemen SK JKI AD AP DSI PLB Capaian Pembelajaran menjadi informasi, baik di dunia nyata maupun di internet, serta mahir menggunakan fitur lanjut aplikasi perkantoran (pengolah kata, angka, dan presentasi) beserta otomasinya untuk mengintegrasikan dan menyajikan konten aplikasi dalam berbagai representasi yang memudahkan analisis dan interpretasi konten tersebut. Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami peran sistem operasi dan mekanisme internal yang terjadi pada interaksi antara perangkat keras, perangkat lunak, dan pengguna. Pada akhir fase E, peserta didik mampu menerapkan konektivitas jaringan lokal, komunikasi data via ponsel, konektivitas internet melalui jaringan kabel dan nirkabel (bluetooth, wifi, internet), enkripsi untuk memproteksi data pada saat melakukan penyambungan perangkat ke jaringan lokal maupun internet yang tersedia. Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami aspek privasi dan keamanan data, mengumpulkan data secara otomatis dari berbagai sumber data, memodelkan data berbagai bidang, menerapkan siklus pengolahan data (pengumpulan, pengolahan, visualisasi, analisis, interpretasi, dan publikasi) dengan menggunakan perkakas TIK yang sesuai, serta menerapkan strategi pengelolaan data yang tepat guna dengan mempertimbangkan volume dan kompleksitasnya. Pada akhir fase E, peserta didik mampu menerapkan praktik baik konsep pemrograman prosedural dalam salah satu bahasa pemrograman prosedural dan mampu mengembangkan program yang terstruktur dalam notasi algoritma atau notasi lain, berdasarkan strategi algoritmik yang tepat. Pada akhir fase E, peserta didik mampu memahami sejarah perkembangan komputer dan tokoh-tokohnya, memahami hak kekayaan intelektual, lisensi, aspek teknis, hukum, ekonomi, lingkungan, dan sosial dari produk TIK, memahami berbagai bidang studi dan profesi bidang Informatika serta peran Informatika pada bidang lain. Pada akhir fase E, peserta didik mampu bergotong royong dalam tim inklusif untuk mengerjakan projek bertema Informatika dengan mengidentifikasi persoalan, merancang, mengimplementasi, menguji, dan menyempurnakan program komputer didasari strategi algoritma yang sesuai sebagai solusi persoalan masyarakat serta mengomunikasikan produk, proses pengembangan dan manfaatnya bagi masyarakat secara lisan maupun tertulis. KEPALA BADAN STANDAR, KURIKULUM, DAN ASESMEN PENDIDIKAN, TTD. ANINDITO ADITOMO 272 Salinan sesuai dengan aslinya, Kepala Subbagian Tata Usaha, IFAN FIRMANSYAH NIP 198210152009121003 273 SALINAN LAMPIRAN II KEPUTUSAN KEPALA BADAN STANDAR, KURIKULUM, DAN ASESMEN PENDIDIKAN NOMOR 008/KR/2022 TENTANG CAPAIAN PEMBELAJARAN PADA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, JENJANG PENDIDIKAN DASAR, DAN JENJANG PENDIDIKAN MENENGAH PADA KURIKULUM MERDEKA CAPAIAN PEMBELAJARAN UNTUK SDLB, SMPLB, DAN SMALB PADA KURIKULUM MERDEKA I. CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KHUSUS BAHASA INDONESIA A. Rasional Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Bahasa merupakan bahasa, manusia media berkomunikasi mengekspresikan dan pikiran, berpikir. Melalui perasaan, dan pemikirannya. Bahasa merupakan kesatuan suara, gestur, ekspresi wajah, dan simbol dalam bentuk kata. Baik itu yang terucap, isyarat, ataupun tertulis, yang terbentuk dalam konteks sosial budaya tertentu. Karena itu, kompetensi berbahasa tak hanya menentukan keterampilan peserta didik dalam berkomunikasi, tetapi juga berpikir serta mencerna informasi dan pengetahuan. Kemampuan berbahasa, bersastra, dan berpikir merupakan fondasi dari kemampuan literasi. Semua bidang kajian, bidang kehidupan, dan tujuan-tujuan sosial menggunakan kemampuan literasi. Elizabeth Sulzby “1986”, literasi ialah kemampuan berbahasa yang dimiliki oleh seseorang dalam berkomunikasi “membaca, berbicara, menyimak dan menulis” dengan cara yang berbeda sesuai dengan tujuannya. Literasi menjadi kemampuan sangat penting yang digunakan untuk bekerja dan belajar sepanjang hayat. Dengan demikian, pembelajaran bahasa Indonesia merupakan pembelajaran literasi untuk berbagai tujuan berkomunikasi dalam konteks sosial budaya Indonesia. Kemampuan literasi dikembangkan ke dalam pembelajaran menyimak, membaca dan memirsa, menulis, berbicara dan mempresentasikan 1 untuk berbagai tujuan, berbasis genre yang terkait dengan penggunaan bahasa dalam kehidupan. Setiap genre memiliki tipe teks yang didasarkan pada alur pikir—struktur—khas teks tertentu. Tipe teks merupakan alur pikir yang dapat mengoptimalkan penggunaan bahasa untuk bekerja dan belajar sepanjang hayat. Model utama yang digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah pedagogi genre. Model ini memiliki empat tahapan, yaitu: penjelasan (explaining), pemodelan (modelling), pembimbingan (joint construction), dan pemandirian (independent construction). Di samping pedagogi genre, pembelajaran bahasa Indonesia dapat dikembangkan dengan model-model lain sesuai dengan pencapaian pembelajaran tertentu. Pembinaan dan pengembangan kemampuan berbahasa Indonesia akan membentuk pribadi Pancasila yang beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, berfikir kritis, mandiri, kreatif, bergotong royong, dan berkebinekaan global. Rasional sebagaimana diuraikan di atas dapat dipaparkan pada gambar 1 sebagai berikut: Gambar 1: Rasional Pembelajaran Bahasa Indonesia Mata pelajaran Bahasa Indonesia bagi peserta didik berkebutuhan khusus diharapkan membantu mengenal dirinya, budayanya dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan, perasaan, dan berpartisipasi dalam masyarakat. Untuk hal tersebut diperlukan strategi, model, media, dan pendekatan pembelajaran yang tepat. Di dalam memahami sebuah teks, peserta didik dengan hambatan 2 penglihatan (tunanetra) menggunakan tulisan braille (tulisan timbul) dan peserta didik dengan hambatan pendengaran (tunarungu) menggunakan bahasa isyarat sebagai bahasa komunikasi. Selain itu peserta didik diarahkan untuk memahami bahasa Indonesia dimulai dari arti, makna, bentuk, dan fungsi pemakaiannya dalam berbagai keperluan. Peserta didik memiliki rasa bangga dalam menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa pemersatu bangsa. Pembelajaran Bahasa Indonesia akan bermakna jika diberikan dengan materi yang sesuai dengan usia mental, kemampuan, dan kebutuhan peserta didik. Kosakata yang diberikan kepada peserta didik merupakan kosakata yang mudah dipahami dan sering didengar. Materi yang ada juga sesuai dengan pengalaman peserta didik seharihari (pengalaman langsung) untuk mencapai tujuan pembelajaran. B. Tujuan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan untuk membantu peserta didik mengembangkan hal berikut. 1. Akhlak mulia dengan menggunakan bahasa Indonesia secara santun; 2. Sikap pengutamaan dan penghargaan terhadap bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi negara Republik Indonesia; 3. Kemampuan berbahasa dengan berbagai teks multimodal (lisan, tulis, visual, audio, audiovisual) untuk berbagai tujuan (genre) dan konteks; 4. Kemampuan literasi (berbahasa, bersastra, dan bernalar) dalam belajar dan bekerja; 5. Kepercayaan diri untuk berekspresi sebagai individu yang cakap, mandiri, bergotong royong, dan bertanggung jawab; 6. Kepedulian terhadap budaya lokal dan lingkungan sekitarnya; dan 7. Kepedulian untuk berkontribusi sebagai warga Indonesia. C. Karakteristik Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Mata pelajaran Bahasa Indonesia menjadi modal dasar untuk belajar dan bekerja karena berfokus pada kemampuan literasi (berbahasa dan berpikir). Kemampuan literasi menjadi indikator kemajuan dan perkembangan anak-anak Indonesia, termasuk anak berkebutuhan khusus. Mata pelajaran bahasa Indonesia membina dan mengembangkan kepercayaan diri peserta didik sebagai komunikator, 3 pemikir kritis-kreatif-imajinatif, dan warga negara Indonesia yang menguasai literasi digital dan informasional. Pembelajaran bahasa Indonesia membina kemampuan dan literasi mengembangkan dalam semua pengetahuan dan komunikasi yang peristiwa mendukung keberhasilan dalam pendidikan dan dunia kerja. Mata pelajaran Bahasa Indonesia membentuk keterampilan berbahasa reseptif (menyimak, membaca dan memirsa) dan keterampilan berbahasa produktif (berbicara dan mempresentasikan, serta menulis). Kompetensi berbahasa ini berdasar pada tiga hal yang saling berhubungan dan saling mendukung untuk mengembangkan kompetensi peserta didik, yaitu bahasa (mengembangkan kompetensi kebahasaan), sastra (kemampuan memahami, mengapresiasi, menanggapi, menganalisis, dan mencipta karya sastra); dan berpikir (kritis, kreatif, dan imajinatif). Pengembangan kompetensi berbahasa, bersastra, dan berpikir diharapkan membentuk peserta didik yang memiliki kemampuan literasi dan berkarakter Pancasila. Karakteristik mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup beberapa hal berikut ini. 1. Kemampuan reseptif (menyimak, membaca dan memirsa) dan kemampuan produktif (berbicara dan mempresentasikan, menulis). 2. Menggunakan pendekatan berbasis genre melalui pemanfaatan beragam tipe teks dan teks multimodal (lisan, tulis, visual, audio, audiovisual). Model pembelajaran menggunakan pedagogi genre, yaitu: penjelasan (explaining), pemodelan (modelling), pembimbingan (joint construction), dan pemandirian (independent construction); serta kegiatan yang mendorong peserta didik untuk berpikir kritis, kreatif, dan imajinatif dalam proses pembelajaran. 3. Mata pelajaran Bahasa Indonesia dibelajarkan untuk meningkatkan: a. kecakapan hidup peserta didik dalam mengelola diri dan lingkungan; b. kesadaran dan kepedulian peserta didik terhadap lingkungan alam, sosial, dan budaya. Area Pembelajaran Elemen Sub-Keterampilan Menyimak Membaca dan Memirsa Berbicara dan Mempresentasikan Menulis Reseptif Bahasa Produktif 4 Pengertian kemampuan berbahasa diuraikan sebagai berikut. Elemen Menyimak Membaca Berbicara Menulis Deskripsi Kemampuan peserta didik menerima, memahami informasi yang didengar, dan menyiapkan tanggapan secara relevan untuk memberikan apresiasi kepada mitra tutur. Proses yang terjadi dalam menyimak mencakup kegiatan seperti mendengarkan, mengidentifikasi, memahami, menginterpretasi tuturan bahasa, memaknainya, dan/atau menyiapkan tanggapan terhadap mitra tutur. Menyimak merupakan kemampuan komunikasi yang penting sebab kemampuan menyimak menentukan tingkat kemampuanpeserta didik memahami makna (tersurat dan tersirat) paparan lisan, memahami ide pokok dan pendukung pada konten informasi maupun konteks yang melatari paparan tersebut. Komponen-komponen yang dapat dikembangkan dalam menyimak di antaranya kepekaan terhadap bunyi bahasa, sistem isyarat, kosakata, struktur bahasa (tata bahasa), makna, dan metakognisi. Kemampuan peserta didik untuk memahami, memaknai, menginterpretasi, dan merefleksi teks sesuai tujuan dan kepentingannya untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan potensinya. Memirsa merupakan kemampuan seseorang untuk memahami, memaknai, menginterpretasi, dan merefleksi sajian visual dan/atau audio visual sesuai tujuan dan kepentingannya untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan potensinya. Komponen-komponen yang dapat dikembangkan dalam membaca dan memirsa di antaranya kepekaan terhadap fonem, huruf, sistem isyarat, kosakata, struktur bahasa (tata bahasa), makna, dan metakognisi. Kemampuan menyampaikan gagasan, tanggapan, dan perasaan dalam bentuk lisan. Mempresentasikan merupakan kemampuan memaparkan gagasan atau tanggapan secara fasih, akurat, bertanggung jawab, dan/atau menyampaikan perasaan sesuai konteks dengan cara yang komunikatif melalui beragam media (visual, digital, audio, dan audiovisual). Komponenkomponen yang dapat dikembangkan dalam berbicara dan mempresentasikan di antaranya kepekaan terhadap bunyi bahasa, sistem isyarat, kosakata, struktur bahasa (tata bahasa), makna, dan metakognisi. Kemampuan menyampaikan gagasan, tanggapan, dan perasaan dalam bentuk tulis secara fasih, akurat, bertanggung jawab, dan/atau menyampaikan perasaan sesuai konteks. Komponen-komponen yang dapat dikembangkan dalam menulis diantaranya menerapkan penggunaan ejaan, kata, kalimat, dan paragraf, struktur bahasa (tata bahasa), makna, dan metakognisi dalam beragam tipe teks. 5 D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Setiap Fase 1. Fase A (Usia Mental ≤ 7 Tahun dan Umumnya Kelas I dan II) Pada akhir Fase A, peserta didik mampu berbahasa sederhana untuk berkomunikasi, memahami instruksi lisan sederhana, katakata yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari dan kata-kata baru yang dibacakan dengan atau tanpa bantuan gambar. Peserta didik mampu melafalkan kata dan dapat dipahami, bertanya jawab berdasarkan topik sederhana. Peserta didik mampu memahami teks cerita sederhana (tiga kata) dan teks deskripsi sederhana serta melakukan kegiatan pramenulis seperti: memegang alat tulis, menggambar, membuat coretan yang bermakna, menulis di udara, menebalkan huruf, menyalin huruf, serta menyalin suku kata dan kata sederhana. Fase A Berdasarkan Elemen Elemen Menyimak Capaian Pembelajaran Peserta didik mampu menyimak dengan saksama teks cerita sederhana dan teks deskripsi sederhana yang disajikan dalam teks aural (teks yang dibacakan), teks visual dan atau teks audio visual. Peserta didik mampu merespons perintah/arahan sederhana seperti: mencentang, menggambar dan atau melakukan sesuatu. Membaca dan Peserta didik mampu melakukan kegiatan Memirsa pramembaca (cara memegang buku, jarak mata dengan buku, cara membalik buku, dan memilih pencahayaan untuk membaca). Mengenali dan mengeja kombinasi alfabet pada suku kata. Peserta didik mampu menjelaskan kata-kata yang sering digunakan sehari-hari dan memahami kata-kata baru dengan bantuan konteks kalimat sederhana dan gambar/ilustrasi. Peserta didik mampu membaca teks cerita sederhana (dua sampai tiga kata) dan teks deskripsi sederhana yang disajikan dalam teks aural, visual, dan atau audiovisual. Berbicara dan Peserta didik mampu melafalkan kata, tanya jawab Mempresentasikan berdasarkan topik sederhana, melakukan percakapan sederhana untuk mengungkapkan keinginan secara lisan berdasarkan teks. Teks tersebut berupa teks cerita sederhana dan teks deskripsi sederhana dengan lafal yang jelas dan dipahami serta intonasi yang tepat. Menulis Peserta didik mampu melakukan kegiatan pramenulis seperti: memegang alat tulis, menjiplak, menggambar, membuat coretan yang bermakna, menulis di udara, menebalkan huruf, menyalin huruf, menyalin suku kata dan kata sederhana dari teks cerita sederhana dan teks deskripsi sederhana. 6 2. Fase B (Usia Mental ± 8 Tahun dan Umumnya Kelas III dan IV) Pada akhir Fase B, peserta didik mampu merespons perintah/arahan sederhana dan memahami pesan lisan atau informasi dari media audio dan isi teks aural (teks yang dibacakan), mampu merangkai suku kata (kombinasi kv dan kvk) menjadi kata yang sering ditemui, memahami informasi dari tayangan yang dipirsa dari teks cerita pengalaman dan teks arahan/petunjuk. Peserta didik mampu melafalkan kalimat yang terdiri atas dua kata sampai tiga kata dari teks petunjuk/arahan dan cerita pengalaman dengan tepat, berbicara dengan santun, menggunakan intonasi yang tepat sesuai konteks, dan menceritakan kembali suatu informasi yang dibacakan guru atau didengar. Peserta didik juga mampu menyalin kata dan kalimat dari teks cerita pengalaman dan teks arahan/petunjuk dengan menggunakan huruf besar dan huruf kecil yang terdiri atas dua sampai tiga kata, dapat menulis suku kata, kata, dan kalimat sederhana. Fase B Berdasarkan Elemen Elemen Menyimak Capaian Pembelajaran Peserta didik mampu merespons perintah/arahan sederhana dengan menggunakan bahasa lisan atau isyarat seperti: mencentang, menggambar, membuat coretan yang bermakna dan atau melakukan sesuatu, dan dapat memahami pesan lisan atau informasi dari media audio, isi teks aural (teks yang dibacakan) dari teks cerita pengalaman dan teks arahan/petunjuk. Membaca dan Peserta didik merangkai suku kata (kombinasi kv Memirsa dan kvk) menjadi kata yang sering ditemui. Peserta didik dapat memahami informasi dari tayangan yang dipirsa dari teks cerita pengalaman dan teks arahan/petunjuk. Peserta didik mampu menambah kosakata baru dari teks yang dibacakan atau tayangan yang dipirsa dengan bantuan gambar/ilustrasi. Berbicara dan Peserta didik dapat melafalkan kalimat yang terdiri Mempresentasikan atas dua kata dengan tepat, berbicara dengan santun, menggunakan intonasi yang tepat sesuai konteks dari teks cerita pengalaman dan teks arahan/petunjuk. Peserta didik mampu bertanya tentang sesuatu dan menjawab, pertanyaan orang lain (teman, guru, dan orang dewasa) dalam suatu percakapan. Peserta didik mampu menceritakan kembali teks cerita pengalaman dan teks petunjuk/arahan yang dibacakan guru atau didengar. Menulis Peserta didik dapat menyalin kata dan kalimat dari teks cerita pengalaman dan teks arahan/petunjuk dengan menggunakan huruf besar dan huruf kecil yang terdiri atas dua sampai tiga kata dan dapat menulis suku kata, kata, serta kalimat sederhana. 7 3. Fase C (Usia Mental ± 8 Tahun dan Umumnya Kelas V dan VI) Pada akhir Fase C, peserta didik mampu memahami pesan lisan atau informasi dari media audio, audio visual dan isi teks aural (teks yang dibacakan), merangkai kata menjadi kalimat sederhana yang sering ditemui, memahami informasi dari tayangan yang dipirsa dalam teks cerita sederhana dan teks laporan sederhana. Peserta didik mampu melafalkan kata dari kalimat yang terdiri atas tiga sampai empat kata dengan tepat, berbicara dengan santun, menggunakan intonasi yang tepat, dan menceritakan kembali informasi yang dibacakan guru atau didengar. Peserta didik mampu menulis kata dan kalimat sederhana (tiga kata) dari teks cerita sederhana dan teks laporan sederhana dengan atau tanpa bantuan gambar. Fase C Berdasarkan Elemen Elemen Menyimak Capaian Pembelajaran Menyimak dengan saksama, memahami instruksi sederhana dan pesan lisan atau isyarat, memaknai informasi dalam teks audiovisual dan teks aural (teks yang dibacakan) dari teks cerita sederhana dan teks laporan sederhana. Membaca dan Peserta didik mampu membaca nyaring kalimat Memirsa sederhana, melafalkan kata dari kalimat dengan atau tanpa bantuan gambar/ilustrasi dan melafalkannya dengan jelas. Peserta didik mampu memahami isi teks cerita sederhana dan teks laporan sederhana dari hasil membaca. Berbicara dan Peserta didik mampu melafalkan kata dari kalimat Mempresentasikan yang terdiri atas tiga sampai empat kata dengan tepat, berbicara dengan santun, dan menggunakan intonasi yang tepat. Menceritakan kembali isi teks cerita sederhana dan teks laporan sederhana secara lisan dan atau isyarat dengan memperhatikan volume suara saat berbicara dengan teman, guru, dan orang dewasa. Menulis Peserta didik mampu menulis kata dan kalimat sederhana (tiga kata) dengan atau tanpa bantuan gambar dari berbagai teks sesuai dengan struktur atau tata bahasa. 4. Fase D (Usia Mental ± 9 Tahun dan Umumnya Kelas VII, VIII, dan IX) Pada akhir Fase D, peserta didik memiliki kemampuan berbahasa untuk berkomunikasi sesuai tujuan dan memahami teks arahan/petunjuk, teks cerita pendek, teks puisi sederhana, teks drama, surat pribadi, dan surat resmi. Peserta didik mampu memahami isi bacaan sederhana 8 dan meresponnya dengan berbagai bentuk, berbicara dengan sopan, santun, intonasi yang jelas dan mudah dipahami. Peserta didik juga mampu menuliskan kembali isi teks arahan/petunjuk, teks cerita pendek, teks puisi sederhana, teks drama, surat pribadi, dan surat resmi. Fase D Berdasarkan Elemen Elemen Menyimak Capaian Pembelajaran Peserta didik mampu menyimak dengan saksama, memahami dan memaknai instruksi, mengidentifikasi informasi berupa fakta atau proses kejadian dari teks petunjuk/arahan sederhana, teks cerita pendek, surat pribadi, teks puisi, teks drama, dan surat resmi seperti surat undangan dan surat pemberitahuan yang disajikan dalam bentuk lisan atau isyarat, teks aural (teks yang dibacakan) dan teks audiovisual. Membaca dan Peserta didik membaca dan memahami kata-kata Memirsa baru yang diperolehnya. Peserta didik mampu membaca teks sederhana dengan lancar, membaca teks petunjuk/arahan sederhana, cerita pendek, teks puisi, teks drama, surat pribadi, dan surat resmi. Berbicara dan Peserta didik mampu melakukan tanya jawab Mempresentasikan dengan teman, guru, dan orang dewasa di sekitarnya dengan santun berbahasa. Peserta didik juga mampu menceritakan kembali isi teks petunjuk/arahan sederhana, cerita pendek, teks puisi, surat pribadi, dan surat resmi (surat undangan atau pemberitahuan) serta memerankan drama sederhana dengan lafal dan intonasi yang sesuai. Menulis Peserta didik mampu menulis teks untuk menyampaikan pengamatan dan pengalaman dalam bentuk teks petunjuk/arahan sederhana, teks cerita pendek, dan teks drama sederhana. Peserta didik juga dapat menulis surat pribadi, surat resmi, dan teks puisi dengan tulisan yang jelas dan rapi. 5. Fase E (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas X) Pada akhir Fase E, peserta didik memiliki kemampuan berbahasa dengan santun untuk berkomunikasi sesuai dengan tujuan. Peserta didik mampu memahami, mengolah, dan menginterpretasi isi teks wawancara dan isi teks deskripsi dalam bentuk teks aural (teks yang dibacakan) teks visual, dan atau teks audiovisual. Peserta didik mengidentifikasi ide pokok dan ide pendukung. Peserta didik mampu membaca lancar, memahami informasi, dan kosakata baru. Peserta didik menanggapi dan mempresentasikan informasi dengan bahasa lisan atau isyarat, serta melakukan diskusi sederhana berkaitan dengan topik yang relevan. Peserta 9 didik mampu menuliskan hasil wawancara dan mendeskripsikan sesuatu berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya. Fase E Berdasarkan Elemen Elemen Menyimak Capaian Pembelajaran Peserta didik mampu memahami isi pesan lisan, instruksi lisan atau isyarat yang berkaitan dengan tujuan berkomunikasi, mengidentifikasi informasi berupa fakta atau proses kejadian dalam teks wawancara sederhana, memahami isi teks deskripsi yang disajikan dalam bentuk lisan atau isyarat, teks aural (teks yang dibacakan) dan teks audiovisual. Membaca dan Peserta didik mampu membaca lancar dengan lafal Memirsa yang mudah dipahami, memahami informasi dan kosakata baru yang terdapat dalam teks. Peserta didik mampu mengidentifikasi ide pokok teks wawancara sederhana dan teks deskripsi, memahami informasi berupa gagasan, pikiran, pandangan, arahan atau pesan dari teks aural, visual dan atau audiovisual untuk menemukan makna yang tersurat dan tersirat. Peserta didik juga mampu menginterpretasikan informasi untuk mengungkapkan kepedulian, empati atau pendapat dari teks aural, visual dan atau audiovisual. Berbicara dan Peserta didik mampu menyampaikan gagasan Mempresentasikan untuk suatu tujuan, menyampaikan informasi secara lisan atau isyarat dengan santun menggunakan kosakata baru yang dikuasai dan pilihan kata yang tepat. Peserta didik memperhatikan volume suara saat berbicara dan melakukan tanya jawab dengan teman, guru, atau orang dewasa di sekitarnya dengan santun berbahasa. Peserta didik berperan aktif dalam diskusi sederhana dengan mempersiapkan materi yang didiskusikan, menyampaikan informasi menggunakan kalimat yang mudah dipahami dengan memperhatikan santun berbahasa. Peserta didik mampu mempresentasikan teks wawancara dan teks deskripsi dengan percaya diri. Menulis Peserta didik mampu menulis gagasan, pikiran dalam teks wawancara sederhana dan teks deskripsi dengan tulisan yang jelas dan rapi, serta memperhatikan ejaan dan tanda baca yang tepat dalam menulis. 6. Fase F (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas XI dan XII) Pada akhir fase F, peserta didik memiliki kemampuan berbahasa dengan santun untuk berkomunikasi sesuai dengan tujuan. Peserta didik mampu memahami, mengolah dan menginterpretasi teks laporan hasil observasi, teks prosedur, teks eksplanasi, teks berita dan surat resmi dalam bentuk teks aural, teks visual dan atau teks audiovisual. Peserta didik mampu membaca lancar, 10 memahami informasi, dan kosakata baru dalam teks yang dibaca. Peserta didik menanggapi dan mempresentasikan informasi dengan bahasa lisan atau isyarat, serta melakukan diskusi sederhana berkaitan dengan topik yang relevan. Peserta didik mampu menuliskan tanggapannya terhadap paparan dan bacaan dengan menggunakan pengalaman dan pengetahuannya. Fase F Berdasarkan Elemen Elemen Menyimak Membaca dan Memirsa Berbicara dan Mempresentasikan Menulis Capaian Pembelajaran Peserta didik mampu memahami isi pesan lisan dan instruksi lisan yang berkaitan dengan tujuan berkomunikasi, mengidentifikasi informasi berupa fakta atau proses kejadian dari teks laporan hasil observasi, teks prosedur, teks eksplanasi, teks berita, dan surat resmi. Peserta didik mampu membaca lancar dengan lafal yang mudah dipahami, memahami informasi dan kosakata baru yang terdapat dalam teks laporan hasil observasi, teks prosedur, teks eksplanasi, teks berita, dan surat resmi. Peserta didik mampu mengidentifikasi ide pokok teks, memahami informasi berupa gagasan, pikiran, pandangan, arahan atau pesan dari teks aural, teks visual dan atau teks audiovisual untuk menemukan makna yang tersurat dan tersirat. Peserta didik juga mampu menginterpretasikan informasi untuk mengungkapkan kepedulian, empati atau pendapat dari teks aural, teks visual dan atau teks audiovisual. Peserta didik mampu menyampaikan gagasan untuk suatu tujuan, menyampaikan informasi secara lisan atau isyarat dengan santun menggunakan kosakata baru yang dikuasai dan pilihan kata yang tepat. Memperhatikan volume suara saat berbicara, melakukan tanya jawab dengan teman, guru, dan orang dewasa di sekitarnya dengan santun berbahasa. Peserta didik berperan aktif dalam diskusi sederhana dengan mempersiapkan materi yang didiskusikan, Peserta didik mampu mempresentasikan teks laporan hasil observasi, teks prosedur sederhana, teks eksplanasi dan teks berita. Peserta didik mampu menulis gagasan, pikiran dalam teks laporan hasil observasi, teks prosedur sederhana, teks eksplanasi, teks berita dan surat resmi dengan tulisan yang jelas dan rapi memperhatikan tanda baca yang tepat dalam menulis. 11 II. CAPAIAN PEMBELAJARAN PANCASILA PENDIDIKAN KHUSUS PENDIDIKAN menumbuh kembangkan A. Rasional Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila Pendidikan merupakan kunci untuk kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara berdasarkan Pancasila sesuai tujuan pendidikan nasional, yaitu untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pancasila adalah dasar negara, ideologi, dan pandangan hidup bangsa Indonesia. Ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, musyawarah-mufakat, dan keadilan adalah nilai-nilai yang harus ditumbuhkembangkan dan diinternalisasikan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Nilai-nilai itu kemudian ditetapkan sebagai norma dasar atau grundnorm Indonesia dan diberi nama Pancasila, sehingga menjadi landasan filosofis bagi pengembangan seluruh aturan di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sebagai dasar negara, ideologi, dan pandangan hidup bangsa Indonesia, nilai-nilai Pancasila semestinya mewujud dalam setiap sikap dan perbuatan segenap warga negara Indonesia. Keterwujudan dalam sikap dan perbuatan tersebut akan dapat mengantarkan seluruh bangsa pada kehidupan yang adil makmur sebagaimana cita-cita kemerdekaan bangsa Indonesia. Gambaran ideal cita-cita bangsa tersebut masih jauh dari terwujud walaupun negara Indonesia telah menempuh perjalanan lebih dari tiga perempat abad. Masih banyak tantangan yang harus diatasi baik dalam kehidupan bermasyarakat maupun berbangsa dan bernegara. Dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara, setiap warga negara perlu diarahkan menjadi warga negara yang cerdas dan baik (smart and good citizen), sehingga dapat memahami negara dan bangsa Indonesia, memiliki kepribadian Indonesia, memiliki rasa kebangsaan Indonesia, dan mencintai tanah air. Dengan demikian, warga negara Indonesia dapat melaksanakan hak dan kewajibannya sebagai warga negara, juga turut aktif membentengi masyarakat, bangsa dan negara Indonesia dari berbagai ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan yang akan merusak ketahanan bangsa dan negara Indonesia. 12 Pendidikan Pancasila memuat nilai-nilai karakter Pancasila yang ditumbuhkembangkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk menyiapkan warga negara yang cerdas dan baik. Pendidikan Pancasila berisi elemen: Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam upaya meningkatkan keyakinan dan pemahaman filosofi bangsa perlu dilakukan perbaikan secara konten maupun proses pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila yang di dalamnya terkandung penumbuhkembangan karakter, literasi-numerasi, dan kecakapan abad 21 yang disesuaikan dengan kebutuhan dan perubahan zaman. Dengan demikian, Pendidikan Pancasila akan menghasilkan warganegara yang mampu berpikir global (think globally) dengan cara-cara bertindak lokal (act locally) berdasarkan Pancasila sebagai jati diri dan identitas bangsa. Mata pelajaran Pendidikan Pancasila mempunyai kedudukan strategis dalam upaya menanamkan dan mewariskan karakter yang sesuai dengan Pancasila kepada setiap warga negara, dengan menjadikan nilainilai Pancasila sebagai bintang penuntun untuk mencapai Indonesia emas B. TUJUAN PENDIDIKAN PANCASILA Setelah mempelajari Pendidikan Pancasila, peserta didik mampu: 1. Berakhlak mulia dengan didasari keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa melalui sikap mencintai sesama manusia, mencintai negara dan lingkungannya untuk mewujudkan persatuan dan keadilan sosial; 2. Memahami makna dan nilai-nilai Pancasila, serta proses perumusannya sebagai dasar negara, ideologi, dan pandangan hidup bangsa, serta mempraktikkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari; 3. Menganalisis konstitusi dan menyelaraskan hak dan bermasyarakat, berbangsa norma yang kewajibannya dan bernegara berlaku, dalam di serta kehidupan tengah-tengah masyarakat global; 4. Memahami jati dirinya sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang berbineka, serta mampu bersikap adil dan tidak membeda-bedakan 13 jenis kelamin, SARA (Suku Agama, Ras, Antargolongan), status sosial-ekonomi, dan penyandang disabilitas; 5. Menganalisis karakteristik bangsa Indonesia dan kearifan lokal masyarakat sekitarnya, dengan kesadaran dan komitmen untuk menjaga lingkungan, mempertahankan keutuhan wilayah NKRI, serta berperan aktif dalam kancah global. C. KARAKTERISTIK PENDIDIKAN PANCASILA 1. Wahana pengembangan pendidikan Pancasila dan pendidikan kewarganegaraan dengan untuk mewujudkan warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab dalam rangka membangun peradaban bangsa Indonesia; 2. Wahana edukatif dalam pengembangan peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air yang dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila, Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, semangat Bhinneka Tunggal Ika dan komitmen Negara Kesatuan Republik Indonesia; 3. Wahana untuk mempraktikkan perilaku gotong royong, kekeluargaan, dan keadilan sosial yang dijiwai nilai-nilai Pancasila guna terwujudnya persatuan dan kesatuan bangsa dalam kerangka Bhinneka Tunggal Ika; 4. Berorientasi pada penumbuhkembangan karakter peserta didik untuk menjadi warga negara yang cerdas dan baik serta memiliki wawasan kebangsaan yang menekankan harmonisasi sikap, keterampilan, dan pengetahuan; 5. Berorientasi pada pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik untuk menjadi pemimpin bangsa dan negara Indonesia di masa depan yang amanah, jujur, cerdas, dan bertanggung jawab. D. ELEMEN PENDIDIKAN PANCASILA Pendidikan Pancasila memiliki empat elemen cakupan/substansinya, sebagai berikut: No Elemen Deskripsi Elemen 14 kunci beserta 1. Pancasila Mengkaji Pancasila sebagai dasar negara, ideologi, dan pandangan hidup bangsa. Mengkaji nilai-nilai Pancasila, proses perumusan Pancasila, implementasi Pancasila dari masa ke masa, serta reaktualisasi nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dalam kehidupan sehari-hari. Penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan keseharian. Penerapan nilai-nilai Pancasila secara kolektif dalam beragam kegiatan kelompok dengan membangun kerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Mengembangkan potensi sebagai kualitas personal yang bermanfaat dalam kehidupannya, memberi bantuan yang dianggap penting dan berharga kepada orang-orang yang membutuhkan di masyarakat yang lebih luas dalam konteks Indonesia dan kehidupan global. 2. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Mengkaji konstitusi dan perwujudan norma yang berlaku mulai dari lingkup terkecil (keluarga, dan masyarakat) sampai pada lingkup negara dan global sehingga dapat mengetahui dan mempraktikkan hak dan kewajibannya baik sebagai manusia, bangsa Indonesia maupun sebagai warga negara Indonesia dan dunia, termasuk menyuarakan secara kritis terhadap pelanggaran hak asasi manusia. Mempraktikkan sistem musyawarah dari lingkup kelas, sekolah, dan keluarga. Menyadari dan menjadikan musyawarah sebagai pilihan penting dalam mengambil keputusan, menjaga persatuan, dan kehidupan yang demokratis. Peserta didik dapat menganalisis konstitusi, hubungan antarregulasi yang berlaku sehingga segala peraturan perundang-undangan dapat diterapkan secara kontekstual dan aktual. 3. Bhinneka Tunggal Ika Mengenali dan menunjukkan rasa bangga terhadap jati dirinya sebagai anak Indonesia yang berlandaskan Pancasila, sikap hormat kepada bangsa yang beragam, serta memahami dirinya menjadi bagian dari warga negara dunia. Peserta didik dapat menanggapi secara memadai terhadap kondisi dan keadaan yang ada di lingkungan dan masyarakat untuk menghasilkan kondisi dan keadaan yang lebih baik. Peserta didik juga menerima adanya kebinekaan bangsa Indonesia, baik dari segi suku, ras, bahasa, agama dan kelompok sosial. Terhadap kebinekaan tersebut, peserta didik dapat bersikap adil dan menyadari bahwa dirinya setara yang lain, sehingga ia tidak membedabedakan jenis kelamin dan SARA. Terhadap kebinekaan itu, peserta didik juga dapat memiliki sikap tenggang rasa, penghargaan, toleransi dan cinta damai sebagai bagian dari jati diri bangsa yang perlu dilestarikan. Peserta didik secara aktif mempromosikan kebinekaan, mempertautkan kearifan lokal dengan budaya global, serta mendahulukan produk dalam negeri. 15 4. Negara Kesatuan Republik Indonesia Mengkaji karakteristik bangsa, kearifan lokal, mengenali bahwa dirinya adalah bagian dari lingkungan sekitarnya, sehingga muncul kesadaran untuk menjaga lingkungan sekitarnya agar tetap nyaman dihuni. Bermula dari kepedulian untuk mempertahankan lingkungan sekitarnya yang nyaman tersebut, peserta didik dapat mengembangkan ke dalam skala yang lebih besar, yaitu negara, sehingga dapat berperan dalam mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan menumbuh kembangkan jiwa kebangsaan akan hak dan kewajiban bela negara sebagai suatu kehormatan dan kebanggaan.Peserta didik dapat mengkaji secara nalar dan kritis sebagai bagian dari sistem keamanan dan pertahanan Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta berperan aktif dalam kancah global. E. CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA SETIAP FASE 1. Fase A (Umumnya kelas I dan II SDLB) Pada fase ini, Peserta didik mampu: Peserta didik mampu mengindentifikasi dan menceritakan simbol dan sila-sila Pancasila dalam lambang negara Garuda Pancasila; menyebutkan hubungan antara simbol dan sila dalam lambang negara Garuda Pancasila; menerapkan nilai-nilai Pancasila di lingkungan keluarga dan sekolah; Mengidentifikasi aturan di lingkungan keluarga dan sekolah; menceritakan contoh sikap mematuhi dan tidak mematuhi aturan di keluarga dan sekolah; menunjukkan perilaku mematuhi aturan di keluarga dan sekolah. Mengidentifikasi aturan di lingkungan keluarga dan sekolah; menceritakan contoh sikap mematuhi dan tidak mematuhi aturan di keluarga dan sekolah; menunjukkan perilaku mematuhi aturan di keluarga dan sekolah. Mengidentifikasi dan menceritakan bentuk kerja sama dalam keberagaman di lingkungan keluarga dan sekolah; mengenal ciri-ciri fisik lingkungan keluarga dan sekolah, sebagai bagian tidak terpisahkan dari wilayah NKRI; menyebutkan contoh sikap dan perilaku menjaga lingkungan sekitar serta mempraktikkannya di lingkungan keluarga dan sekolah. Fase A Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran 16 Pancasila Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Peserta didik mampu mengindentifikasi dan menceritakan simbol dan sila-sila Pancasila dalam lambang negara Garuda Pancasila; menyebutkan hubungan antara simbol dan sila dalam lambang negara Garuda Pancasila; menerapkan nilai-nilai Pancasila di lingkungan keluarga dan sekolah Peserta didik mampu mengidentifikasi aturan di lingkungan keluarga dan sekolah; menceritakan contoh sikap mematuhi dan tidak mematuhi aturan di keluarga dan sekolah; menunjukkan perilaku mematuhi aturan di keluarga dan sekolah. Bhinneka Tunggal Ika Peserta didik mampu mengidentifikasi aturan di lingkungan keluarga dan sekolah; menceritakan contoh sikap mematuhi dan tidak mematuhi aturan di keluarga dan sekolah; menunjukkan perilaku mematuhi aturan di keluarga dan sekolah. Negara Kesatuan Republik Indonesia Peserta didik mampu mengidentifikasi dan menceritakan bentuk kerja sama dalam keberagaman di lingkungan keluarga dan sekolah; mengenal ciri-ciri fisik lingkungan keluarga dan sekolah, sebagai bagian tidak terpisahkan dari wilayah NKRI; menyebutkan contoh sikap dan perilaku menjaga lingkungan sekitar serta mempraktikkannya di lingkungan keluarga dan sekolah. 2. Fase B (Umumnya kelas III dan IV SDLB) Pada fase ini, Peserta didik mampu: Memahami dan menjelaskan makna sila-sila Pancasila serta menceritakan contoh penerapan sila Pancasila dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan perkembangan dan konteks peserta didik; menerapkan nilai-nilai Pancasila di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. mengidentifikasi aturan di keluarga, sekolah, dan lingkungan sekitar tempat tinggal serta melaksanakannya dengan bimbingan orang tua dan guru; mengidentifikasi kewajiban sebagai dan anggota menyajikan keluarga hasil dan identifikasi sebagai warga hak dan sekolah; melaksanakan kewajiban dan hak sebagai anggota keluarga dan sebagai warga sekolah; menjelaskan identitas diri, keluarga, dan teman-temannya sesuai budaya, minat, dan perilakunya; menemukenali dan menyebutkan identitas diri (fisik dan non-fisik) orang di lingkungan sekitarnya. Peserta didik; menghargai perbedaan karakteristik baik fisik (contoh : warna kulit, jenis rambut, dll) maupun non fisik (contoh : miskin, kaya, dll) orang di lingkungan sekitar serta menghargai kebinekaan suku bangsa, sosial budaya, dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika. Menjelaskan identitas diri, keluarga, dan teman-temannya sesuai budaya, minat, dan perilakunya; mengidentifikasi dan menyebutkan identitas diri 17 (fisik dan non-fisik) orang di lingkungan sekitarnya. Peserta didik; menghargai perbedaan karakteristik baik fisik (contoh : warna kulit, jenis rambut, dll) maupun non fisik (contoh : miskin, kaya, dll) orang di lingkungan sekitar serta menghargai kebinekaan suku bangsa, sosial budaya, dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika. Peserta didik mampu mengidentifikasi dan menyajikan berbagai bentuk keberagaman suku bangsa, sosial budaya di lingkungan sekitar; memahami lingkungan sekitar (RT/RW/desa/kelurahan, dan kecamatan) sebagai bagian tidak terpisahkan dari wilayah NKRI serta menampilkan sikap kerja sama dalam berbagai bentuk keberagaman suku bangsa, sosial, dan budaya di Indonesia yang terikat persatuan dan kesatuan. Fase B Berdasarkan Elemen Elemen Pancasila UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Bhinneka Tunggal Ika Negara Kesatuan Republik Indonesia Capaian Pembelajaran Peserta didik mampu memahami dan menjelaskan makna silasila Pancasila serta menceritakan contoh penerapan sila Pancasila dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan perkembangan dan konteks peserta didik; menerapkan nilainilai Pancasila di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Peserta didik mampu mengidentifikasi aturan di keluarga, sekolah, dan lingkungan sekitar tempat tinggal serta melaksanakannya dengan bimbingan orang tua dan guru; mengidentifikasi dan menyajikan hasil identifikasi hak dan kewajiban sebagai anggota keluarga dan sebagai warga sekolah; melaksanakan kewajiban dan hak sebagai anggota keluarga dan sebagai warga sekolah. Peserta didik mampu menjelaskan identitas diri, keluarga, dan teman-temannya sesuai budaya, minat, dan perilakunya; mengidentifikasi dan menyebutkan identitas diri (fisik dan nonfisik) orang di lingkungan sekitarnya. Peserta didik; menghargai perbedaan karakteristik baik fisik (contoh : warna kulit, jenis rambut, dll) maupun non fisik (contoh : miskin, kaya, dll) orang di lingkungan sekitar serta menghargai kebinekaan suku bangsa, sosial budaya, dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika. Peserta didik mampu mengidentifikasi dan menyajikan berbagai bentuk keberagaman suku bangsa, sosial budaya di lingkungan sekitar; memahami lingkungan sekitar (RT/RW/desa/kelurahan, dan kecamatan) sebagai bagian tidak terpisahkan dari wilayah NKRI serta menampilkan sikap kerja sama dalam berbagai bentuk keberagaman suku bangsa, sosial, dan budaya di Indonesia yang terikat persatuan dan kesatuan. 3. Fase C (Umumnya Kelas V dan VI SDLB) Pada Fase ini, peserta didik mampu: Peserta didik mampu memahami dan menyajikan hubungan antarsila 18 dalam Pancasila sebagai suatu kesatuan yang utuh; mengidentifikasi dan menyajikan makna nilai-nilai Pancasila sebagai pandangan hidup berbangsa dan bernegara; menerapkan nilai-nilai Pancasila di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat; mengidentifikasi dan menyajikan hasil identifikasi bentuk-bentuk sederhana norma, aturan, hak, dan kewajiban dalam kedudukannya sebagai anggota keluarga, warga sekolah dan bagian dari masyarakat; mengidentifikasi dan menyajikan hasil identifikasi pelaksanaan norma, aturan, hak, dan kewajiban sebagai anggota keluarga, dan warga sekolah; melaksanakan kewajiban dan hak sebagai anggota keluarga, warga sekolah, dan bagian dari masyarakat; melaksanakan praktik musyawarah untuk membuat kesepakatan dan aturan bersama serta mematuhinya dalam lingkungan keluarga dan sekolah. Peserta didik mampu mengidentifikasi, menyajikan hasil identifikasi, menghormati, menjaga, dan melestarikan keragaman budaya dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika di lingkungan sekitarnya. Peserta didik mampu mengenal wilayahnya dalam konteks kabupaten/kota, provinsi sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari wilayah NKRI. Peserta didik mampu membangun kebersamaan, persatuan, dan berkontribusi menciptakan kenyamanan di sekolah dan lingkungan sekitar. Fase C Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Pancasila Peserta didik mampu memahami dan menyajikan hubungan antarsila dalam Pancasila sebagai suatu kesatuan yang utuh; mengidentifikasi dan menyajikan makna nilai-nilai Pancasila sebagai pandangan hidup berbangsa dan bernegara; menerapkan nilai-nilai Pancasila di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Peserta didik mampu mengidentifikasi dan menyajikan hasil identifikasi bentuk-bentuk sederhana norma, aturan, hak, dan kewajiban dalam kedudukannya sebagai anggota keluarga, warga sekolah dan bagian dari masyarakat; mengidentifikasi dan menyajikan hasil identifikasi pelaksanaan norma, aturan, hak, dan kewajiban sebagai anggota keluarga, dan warga sekolah; melaksanakan kewajiban dan hak sebagai anggota keluarga, warga sekolah, dan bagian dari masyarakat; melaksanakan praktik musyawarah untuk membuat kesepakatan dan aturan bersama serta mematuhinya dalam lingkungan keluarga dan sekolah. Peserta didik mampu mengidentifikasi, menyajikan hasil Bhinneka 19 Tunggal Ika identifikasi, menghormati, menjaga, dan melestarikan keragaman budaya dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika di lingkungan sekitarnya. Peserta didik mampu mengenal wilayahnya dalam konteks kabupaten/kota, provinsi sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari wilayah NKRI. Peserta didik mampu membangun kebersamaan, persatuan, dan berkontribusi menciptakan kenyamanan di sekolah dan lingkungan sekitar. Negara Kesatuan Republik Indonesia 4. FASE D (umumnya kelas VII, VIII dan IX SMPLB) Pada fase ini, peserta didik mampu: Peserta didik mampu menceritakan kronologis lahirnya Pancasila; memahami fungsi dan kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa ; serta mengidentifikasi implementasi Pancasila dalam kehidupan bernegara; menyelaraskan tindakan sendiri dengan tindakan orang lain untuk melaksanakan kegiatan dan mencapai tujuan kelompok; memotivasi orang lain bekerja efektif untuk mencapai tujuan bersama; dan menyadari adanya kelebihan dan kekurangan masingmasing anggota kelompok untuk saling melengkapi dalam mencapai tujuan bersama; dan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan kesehariannya sesuai dengan perkembangan dan konteks peserta didik. Menceritakan kronologi perubahan Konstitusi Negara Indonesia; memahami fungsi dan kedudukan UUD NRI Tahun 1945 sebagai dasar norma dan aturan bernegara; memahami tata urutan perundang- undangan yang berlaku di Indonesia; menyadari pentingnya mematuhi norma dan aturan; menyeimbangkan hak dan kewajiban; dan mampu menjalankan nilai-nilai demokrasi yang mengutamakan musyawarah mufakat. Menceritakan perubahan budaya di lingkungan tempat tinggalnya, tingkat lokal dan nasional; menerima keragaman dan perubahan budaya sebagai suatu kenyataan yang ada di dalam kehidupan bermasyarakat; dan menanggapi secara proporsional terhadap kondisi yang ada di lingkungan sesuai dengan peran dan kebutuhan yang ada di masyarakat; memahami urgensi pelestarian dan budaya nilai tradisi, kearifan lokal, untuk mengembangkan identitas pribadi, sosial, dan bangsa; dan berperan aktif menjaga dan melestarikan praktik nilai tradisi, kearifan lokal, dan budaya di tengah-tengah masyarakat global. 20 Memahami wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai satu kesatuan yang utuh dan berpartisipasi secara aktif untuk turut serta menjaga kedaulatan wilayah; memahami sistem penyelenggaraan pemerintahan di tingkat kabupaten/kota, dan provinsi sebagai satu kesatuan wilayah NKRI; mengidentifikasi landasan Indonesia memilih bentuk NKRI sebagai acuan sikap dan tindakan dalam membangun keutuhan dan kerukunan bangsa; dan mengidentifikasi peran Indonesia di Asia di masa mendatang dalam bingkai NKRI Fase D Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Pancasila Peserta didik mampu menceritakan kronologis lahirnya Pancasila; memahami fungsi dan kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa ; serta mengidentifikasi implementasi Pancasila dalam kehidupan bernegara; menyelaraskan tindakan sendiri dengan tindakan orang lain untuk melaksanakan kegiatan dan mencapai tujuan kelompok; memotivasi orang lain bekerja efektif untuk mencapai tujuan bersama; dan menyadari adanya kelebihan dan kekurangan masing-masing anggota kelompok untuk saling melengkapi dalam mencapai tujuan bersama; dan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan kesehariannya sesuai dengan perkembangan dan konteks peserta didik. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Peserta didik mampu menceritakan kronologi perubahan Konstitusi Negara Indonesia; memahami fungsi dan kedudukan UUD NRI Tahun 1945 sebagai dasar norma dan aturan bernegara; memahami tata urutan perundangundangan yang berlaku di Indonesia; menyadari pentingnya mematuhi norma dan aturan; menyeimbangkan hak dan kewajiban; dan mampu menjalankan nilai-nilai demokrasi yang mengutamakan musyawarah mufakat. Bhinneka Tunggal Ika Peserta didik mampu menceritakan perubahan budaya di lingkungan tempat tinggalnya, tingkat lokal dan nasional; menerima keragaman dan perubahan budaya sebagai suatu kenyataan yang ada di dalam kehidupan bermasyarakat; dan menanggapi secara proporsional terhadap kondisi yang ada di lingkungan sesuai dengan peran dan kebutuhan yang ada di masyarakat; memahami urgensi pelestarian nilai tradisi, kearifan lokal, dan budaya untuk mengembangkan identitas pribadi, sosial, dan bangsa; dan berperan aktif menjaga dan melestarikan praktik nilai tradisi, kearifan lokal, dan budaya di tengahtengah masyarakat global. Negara Kesatuan Republik Indonesia Peserta didik mampu memahami wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai satu kesatuan yang utuh dan berpartisipasi secara aktif untuk turut serta menjaga kedaulatan wilayah; memahami sistem penyelenggaraan pemerintahan di tingkat kabupaten/kota, dan provinsi sebagai satu kesatuan wilayah NKRI; mengidentifikasi landasan Indonesia memilih bentuk NKRI sebagai acuan sikap dan 21 tindakan dalam membangun keutuhan dan kerukunan bangsa; dan mengidentifikasi peran Indonesia di Asia di masa mendatang dalam bingkai NKRI. 5. Fase E (Kelas 10 SMALB) Pada fase ini, peserta didik mampu: melaksanakan sebuah kegiatan bersama atau gotong royong dalam praktik hidup sehari-hari untuk membangun masyarakat sekitar dan masyarakat Indonesia berdasarkan nilai-nilai Pancasila; mempromosikan Bhinneka Tunggal Ika; mengidentifikasi hak dan kewajiban warga negara yang diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; mendemonstrasikan praktik kemerdekaan berpendapat warga negara dalam era keterbukaan informasi sesuai dengan nilai-nilai Pancasila; menganalisis secara sederhana kasus pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan memberi solusi untuk memecahkan kasus pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban; memberi contoh dan memiliki kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga sekolah, warga masyarakat dan warga negara; memahami peran dan kedudukannya sebagai Warga Negara Indonesia; mengidentifikasi cara pandang para pendiri negara tentang rumusan Pancasila sebagai dasar negara; mengenal fungsi dan kedudukan Pancasila sebagai dasar negara, ideologi negara, dan identitas nasional; mengenali dan menggunakan produk dalam negeri sekaligus mempromosikan budaya lokal dan nasional. Fase E Berdasarkan Elemen Elemen Pancasila Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Capaian Pembelajaran Peserta didik mampu mengidentifikasi cara pandang para pendiri negara tentang rumusan Pancasila sebagai dasar negara; mengenal fungsi dan kedudukan Pancasila sebagai dasar negara, ideologi negara, dan identitas nasional; mengenali dan menggunakan produk dalam negeri sekaligus mempromosikan budaya lokal dan nasional. Peserta didik mampu mengidentifikasi hak dan kewajiban warga negara yang diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; mendemonstrasikan praktik kemerdekaan berpendapat warga negara dalam era keterbukaan informasi sesuai dengan nilai-nilai Pancasila; menganalisis secara sederhana kasus pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban sebagaimana diatur dalam UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan memberi solusi untuk memecahkan kasus pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban. 22 Bhinneka Tunggal Ika Negara Kesatuan Republik Indonesia Peserta didik mampu menginisiasi sebuah kegiatan bersama atau gotong royong dalam praktik hidup sehari-hari untuk membangun masyarakat sekitar dan masyarakat Indonesia berdasarkan nilai-nilai Pancasila; serta berperan aktif mempromosikan Bhinneka Tunggal Ika. Peserta didik mampu memberi contoh dan memiliki kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga sekolah, warga masyarakat dan warga negara; serta memahami peran dan kedudukannya sebagai Warga Negara Indonesia. Fase F (Umumnya Kelas XI dan XII SMALB ) Pada fase ini, peserta didik mampu: mengidentifikasi potensi konflik dan solusinya di tengah keragaman dalam masyarakat; mengidentifikasi salah satu produk perundang-undangan; mempraktikkan sikap dan perilaku sebagai warga negara dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia; mengidentifikasi peran Indonesia dalam hubungan antar bangsa dan negara; memahami sistem pertahanan dan keamanan nasional; menganalisis secara sederhana dan memberi solusi terhadap ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan (ATHG) yang dihadapi Indonesia sebagai negara kesatuan; mengidentifikasi kedudukan Pancasila sebagai ideologi terbuka serta peluang dan tantangan penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan global; menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Fase F Berdasarkan Elemen Elemen Pancasila Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Bhinneka Tunggal Ika Negara Kesatuan Republik Indonesia Deskripsi Cakupan/Substansi Peserta didik mampu mengidentifikasi kedudukan Pancasila sebagai ideologi terbuka serta peluang dan tantangan penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan global; menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan seharihari. Peserta didik mampu mengidentifikasi salah satu produk perundang-undangan; mempraktikkan sikap dan perilaku sebagai warga negara dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Peserta didik mampu mengidentifikasi potensi konflik dan solusinya di tengah keragaman dalam masyarakat. Peserta didik mampu mengidentifikasi peran Indonesia dalam hubungan antar bangsa dan negara; memahami sistem pertahanan dan keamanan nasional; menganalisis secara sederhana dan memberi solusi terhadap ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan (ATHG) yang dihadapi Indonesia sebagai negara kesatuan. 23 III.1 CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KHUSUS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI A. Rasional Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti merupakan usaha sadar dan terencana untuk menyiapkan peserta didik dalam meyakini, memahami, manghayati, dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan pembimbingan, pengajaran, dan pelatihan. Peserta didik dipandang sebagai makhluk Tuhan dengan fitrah yang dimiliki, sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Setiap peserta didik memiliki perbedaan minat, kemampuan, kesenangan, pengalaman, dan cara belajar yang berbeda-beda. Oleh karena itu, pendidikan, khususnya Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, tidak hanya diberikan kepada anak regular, tetapi juga diberikan kepada anak yang berkebutuhan khusus. Pendidikan bagi peserta didik berkebutuhan khusus harus dipahami sebagai proses pemberian bantuan dan pendampingan kepada mereka untuk menjadi pribadi yang optimal (sesuai dengan perkembangan dan potensi yang dimilikinya). Tidak hanya dalam hal memperoleh pendidikan, dalam hal menjalani hukum dan aturan dalam kehidupan, anak berkebutuhan khusus juga masih dibebani hukum taklif untuk menjalankan syariat. Hanya saja, pembebanan hukum taklif kepada mereka tentu berbeda dengan manusia pada umumnya, artinya sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Sebab Allah Swt. pun tidak membebani, kecuali sesuai dengan kapasitas yang dimiliki seseorang dan manusia sendiri pun diperintahkan Allah Swt. untuk bertakwa sesuai dengan kemampuannya. Berdasarkan hal tersebut, maka pendidikan agama Islam menjadi mutlak diperlukan bagi mereka untuk mengetahui dasar-dasar syariat Islam, mengembangkan, sekaligus mengamalkannya sesuai dengan kadar kemampuan yang dimilikinya. Untuk tujuan tersebut, secara bertahap dan holistik pendidikan agama Islam diarahkan untuk menyiapkan peserta didik berkebutuhan khusus (PDBK) agar memiliki akidah yang benar, berakhlak mulia, dan memiliki pemahaman akan dasar-dasar agama Islam serta cara penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti secara umum harus mengarahkan peserta didik berkebutuhan khusus, yaitu (1) tumbuhnya akidah yang benar, (2) kecenderungan kepada kebaikan (al-ḥanifiyyah), 24 (3) sikap memperkenankan (al-samḥah), (3) akhlak mulia (makārim alakhlāq), dan (4) kasih sayang untuk diri sendiri, sesama warga negara, sesama manusia, dan alam semesta (rahmat li al-ālamĩn). Dasar-dasar tersebut dengan Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti kemudian diterapkan oleh peserta didik berkebutuhan khusus dalam beriman dan bertakwa kepada Allah Swt., menjaga diri, peduli atas kemanusiaan dan lingkungan alam. Deskripsi dari penerapan ini akan tampak dalam beberapa elemen Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti terutama dalam akhlak pribadi dan sosial, akidah, syari’at, dan sejarah peradaban Islam. Agar proses pembelajaran agama Islam bagi peserta didik berkebutuhan khusus tercapai, secara umum setiap pendidik haruslah berpegang pada prinsip-prinsip pembelajaran agama Islam sebagai berikut. 1) Berpusat pada peserta didik. Hal ini dapat dipahami bahwa peserta didik memiliki perbedaan satu sama lain (farq al-fardhiyyah). Perbedaan tersebut dapat dilihat dari berbagai aspek, di antaranya perbedaan minat dan perhatian; perbedaan cara belajar (kinestetik, auditif, visual, dan intelektual); dan perbedaan kecerdasan, kecenderungan, dan bakat masing-masing, serta perbedaan dari segi ketunaannya yang harus didekati dengan metode dan pendekatan pembelajaran yang berbeda-beda. 2) Mengembangkan kemampuan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini mensyaratkan bahwa pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di kelas haruslah diintegrasikan dengan iptek, dalam konteks anak berkebutuhan khusus, penggunanan teknologi sangat membantu memudahkan peserta didik belajar lebih menyenangkan dan fokus. 3) Menumbuhkan kesadaran sebagai warga negara yang baik. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti harus menjadi pelopor tumbuhnya kecintaan kepada tanah air dan bangsanya. 4) Menjadi pembelajar sepanjang hayat. 5) Mengembangkan semangat berkompetisi, kolaborasi, dan solidaritas. 6) Belajar melalui keteladanan/peniruan yang dicontohkan oleh guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti kepada peserta didik. (7) Belajar melalui pembiasaan yang akan bisa dimulai sedini mungkin. 8) Belajar untuk fokus. Hal ini diperlukan karena peserta didik berkebutuhan khusus dengan karakteristik tertentu sangat sulit untuk mencapai fokus. Konteks pendidikan khusus (special education), dengan latar belakang peserta didik yang beragam dari segi ketunaan (impairment), kelainan 25 (disabilities), kebutuhan kekhususan (special need), dan kesenjangan kemampuan intelektual (intelektual disparity). Pendidikan khusus menggunakan capaian pembelajaran yang bersifat generik ini (capaian pembelajaran untuk seluruh ketunaan). Guru sebagai pengguna hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum dan pembelajaran pendidikan khusus sebagai berikut. 1. Prinsip modifikasi (substitusi, duplikasi, dan adaptasi) 2. Prinsip individualisasi 3. Prinsip identifikasi dan asesmen 4. Prinsip terapis 5. Prinsip kesiapan 6. Prinsip motivasi 7. Prinsip kasih sayang 8. Prinsip keperagaan 9. Prinsip habitualisasi 10. Prinsip optimalisasi potensi 11. Prinsip keterampilaan dan kompetensi 12. Prinsip remedial 13. Prinsip-prinsip lain yang relevan. Muatan materi yang disajikannya dalam lima elemen keilmuan Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti antara lain Al-Qur’an dan hadis, akidah, akhlak, fikih, dan sejarah peradaban Islam (SPI). Pelajaran agama Islam dapat berkontribusi dan menguatkan terbentuknya Profil Pelajar Pancasila sebagai pelajar sepanjang hayat (min al-mahdi ila allahdi) yang beriman dan bertakwa serta berakhlak mulia. Selain itu, peserta didik mampu memperbaiki dampak ketunaannya sendiri sehingga dapat hidup mandiri. B. Tujuan Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Tujuan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti adalah sebagai berikut. 1. Memberikan bimbingan kepada peserta didik agar memiliki akidah yang benar, berakhlak mulia, selalu menjadikan kasih sayang dan sikap toleran sebagai landasan dalam hidupnya. 2. Membentuk peserta didik agar menjadi pribadi yang memahami dengan baik prinsip-prinsip agama Islam terkait akhlak mulia, akidah yang benar (`aqîdah sahĩhah) berdasar paham ahlus sunnah wal jamā`ah, syariat, dan perkembangan sejarah peradaban Islam. 26 Selain itu, peserta didik dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam hubungannya dengan sang pencipta, diri sendiri, sesama warga negara, sesama manusia, maupun lingkungan alamnya dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. 3. Membimbing peserta didik agar mampu menerapkan prinsip-prinsip Islam dalam berpikir sehingga benar, tepat, dan arif dalam menyimpulkan sesuatu dan mengambil keputusan. 4. Membantu dan membimbing peserta didik agar mampu memperbaiki dampak ketunaannya sendiri, menyayangi lingkungan alam sekitarnya, dan menumbuhkan rasa tanggung jawabnya sebagai khalifah Allah di bumi. Peserta didik dapat aktif dalam mewujudkan upaya-upaya melestarikan dan merawat lingkungan sekitarnya. 5. Membentuk peserta didik yang menjunjung tinggi nilai persatuan sehingga (ukhuwwah dapat menguatkan basyariyyah), persaudaraan persaudaraan seagama kemanusiaan (ukhuwwah Islāmiyyah), dan persaudaraan sebangsa dan senegara (ukhuwwah waťaniyyah) dengan segenap kebinekaan agama, suku, dan budayanya. C. Karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti mencakup elemen keilmuan yang meliputi aspek: (1) Al-Quran dan hadis, (2) Akidah, (3) Akhlak, (4) Fikih, dan (5) Sejarah Peradaban Islam. Elemen-elemen Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Elemen Deskripsi Al-Qur’an dan Hadis Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti menekankan kemampuan baca dan tulis Al-Quran dan hadis dengan baik dan benar. Mengantarkan peserta didik dalam memahami makna secara tekstual dan kontekstual serta mengamalkan kandungannya dalam kehidupan sehari-hari. Menekankan cinta dan penghargaan yang tinggi kepada Al-Quran dan hadis nabi sebagai pedoman hidup utama seorang muslim. Akidah Berkaitan dengan prinsip kepercayaan yang akan mengantarkan peserta didik dalam mengenal Allah, para malaikat, kitab-kitab Allah, para nabi dan rasul, serta memahami konsep tentang hari akhir serta qadāʾ’ dan qadr. Keimanan inilah yang kemudian menjadi landasan dalam melakukan amal saleh, berakhlak mulia, dan taat hukum. 27 Elemen Deskripsi Akhlak Merupakan perilaku yang menjadi buah dari ilmu dan keimanan. Akhlak akan menjadi mahkota yang mewarnai keseluruhan elemen dalam Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti . Ilmu akhlak mengantarkan peserta didik dalam memahami pentingnya akhlak mulia pribadi dan akhlak sosial, serta dalam membedakan antara perilaku baik (maḥmūdah) dan tercela (mazmūmah). Dengan memahami perbedaan ini, peserta didik bisa menyadari pentingnya menjauhkan diri dari perilaku tercela dan mendisiplinkan diri dengan perilaku mulia dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam konteks pribadi maupun sosialnya. Peserta didik juga akan memahami pentingnya melatih (riyādah), disiplin (tahzīb), dan upaya sungguh-sungguh dalam mengendalikan diri (mujāhadah). Dengan akhlak, peserta didik menyadari bahwa landasan dari perilakunya, baik untuk Tuhan, dirinya sendiri, sesama manusia, dan alam sekitarnya adalah cinta (mahabbah). Pendidikan akhlak juga mengarahkan mereka untuk menghormati dan menghargai sesama manusia sehingga tidak ada kebencian atau prasangka buruk atas perbedaan agama atau ras yang ada. Aspek atau elemen akhlak ini harus menjadi mahkota yang masuk pada semua topik bahasan pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti , akhlak harus menghiasi keseluruhan konten dan menjadi buah dari pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti . Fikih Merupakan interpretasi atas syariat. Fikih merupakan aturan hukum yang berkaitan dengan perbuatan manusia dewasa (mukallaf) yang mencakup ritual atau hubungan dengan Allah Swt. (‘ubudiyyah) dan kegiatan yang berhubungan dengan sesama manusia (mu’āmalah). Fikih mengulas berbagai pemahaman mengenai tata cara pelaksanaan dan ketentuan hukum dalam Islam serta implementasinya dalam ibadah dan muʿāmalah. Sejarah Peradaban Islam Menguraikan catatan perkembangan perjalanan hidup manusia dalam membangun peradaban dari masa ke masa. Pembelajaran SPI menekankan pada kemampuan mengambil hikmah dari sejarah masa lalu. Kemudian menganalisis bermacam peristiwa dan menyerap berbagai kebijaksanaan yang telah dipaparkan oleh para generasi terdahulu. Dengan refleksi atas kisah-kisah sejarah tersebut, peserta didik mempunyai pijakan historis dalam menghadapi permasalahan dan menghindari terulangnya kesalahan untuk masa sekarang maupun masa depan. Aspek ini akan menjadi keteladanan (‘ibrah) dan menjadi inspirasi generasi penerus bangsa dalam menyikapi dan menyelesaikan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek, seni, dan lain-lain dalam rangka membangun peradaban di zamannya. 28 D. Capaian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti setiap Fase 1. Fase A (Usia Mental ≤ 7 Tahun, Umumnya Kelas I dan II) Pada akhir Fase A, pada aspek Al-Qur’an dan hadis peserta didik dapat mengenal huruf hijaiah dan harakatnya, melafazkan taawwudz, basmalah, dan hamdalah. Pada aspek akidah, peserta didik mampu menyebutkan rukun iman terutama iman kepada Allah melalui asmaulhusna, mengenal Allah lewat bacaan asmaulhusna, dan mampu menyebutkan nama-nama malaikat Allah beserta tugastugasnya. Pada aspek akhlak, peserta didik terbiasa mempraktikkan nilai-nilai baik dalam kehidupan sehari-hari untuk dirinya maupun sesama manusia. Pada aspek ibadah, peserta didik mampu membaca dua kalimah syahadat (syahadatain) dan memahami maknanya, mampu menerapkan tata cara bersuci dengan baik, dan memahami hikmah hidup bersih. Mengenal ketentuan dan namanama shalat fardu serta waktu pelaksanaannya. Pada aspek sejarah peradaban Islam, peserta didik mampu menceritakan kisah beberapa nabi yang wajib diimani. Fase A Berdasarkan Elemen Elemen Deskripsi Al-Qur`an dan Hadis Peserta didik mampu mengenal huruf hijaiah dan harakatnya, terutama harakat fathah, kasroh, dan dommah, mampu melafazkan taawwudz, basmalah, dan hamdalah. Akidah Peserta didik mampu menyebutkan rukun iman terutama iman kepada Allah melalui nama-nama-Nya yang agung (asmaulhusna) al-Ahad, dan mampu menyebutkan nama-nama malaikat Allah beserta tugas-tugasnya, mengenal Allah lewat bacaan asmaulhusna ar-Rahman dan ar-Rahim, al-Malik dan al-Quddus. Akhlak Peserta didik terbiasa mempraktikkan nilai-nilai baik dalam kehidupan sehari-hari dalam ungkapanungkapan positif, baik untuk dirinya maupun sesama manusia, seperti ucapan terima kasih, terbiasa bertutur kata lembut dan jujur, terutama kepada orang tua, guru, dan teman. Peserta didik memahami pentingnya menyayangi dan berempati kepada sesama. Peserta didik juga terbiasa hidup bersih, rapi, dan teratur sebagai cerminan dari nilai keimanan. Fikih Peserta didik mampu membaca dua kalimah syahadat (syahadatain) dengan benar dan memahami maknanya sebagai tanda keislaman. Peserta didik mampu menerapkan tata cara bersuci dengan baik dan mampu mempraktikkan ketentuan wudu dan doa 29 setelahnya, serta hikmah hidup bersih. Peserta didik juga mengenal ketentuan dan nama-nama shalat fardu dan waktu pelaksanaannya. Sejarah Peradaban Islam Peserta didik mampu menceritakan kisah beberapa nabi yang wajib diimani dan mampu menceritakan secara sederhana masa anak-anak, remaja, dan dewasa Nabi Muhammad saw. 2. Fase B (Usia Mental ± 8 Tahun, Umumnya Kelas III dan IV) Pada akhir Fase B, pada aspek Al-Qur`an dan hadis peserta didik mampu mengenal huruf hijaiah bersambung dan berharkat, serta mempraktikkannya dalam bacaan surah-surah pendek Al-Qur`an. Pada aspek akidah, peserta didik mengenal para nabi dan rasul Allah Swt. dan mengenal nama-nama Allah melalui nama-nama-Nya yang agung (asmaulhusna). Pada aspek akhlak, peserta didik mampu menjelaskan dan menerapkan adab berpakaian menurut syariat Islam, mampu menyebutkan tanda berbakti kepada kedua orang tua dan guru, menghormati orang lain, mampu membaca kalimah tayyibah beserta artinya, dan mampu menunjukkan adab bergaul dengan teman. Pada aspek fikih, peserta didik mampu mempraktikkan shalat fardu, menirukan bacaan zikir sesudah shalat, mengenal ketentuan dan hikmah puasa. Pada aspek sejarah peradaban Islam, peserta didik mampu mengenal kisah-kisah beberapa nabi. Fase B Berdasarkan Elemen Elemen Deskripsi Al-Qur`an dan Hadis Peserta didik mampu mengenal huruf hijaiah bersambung dan berharakat serta mempraktikkannya dalam bacaan surah-surah pendek Al-Qur`an. Akidah Peserta didik mampu mengenal para nabi dan rasul Allah Swt., mengenal nama-nama Allah yang agung (asmaulhusna) as-Salam, al-Khaliq, al-Maalik, alQuddus, as-Salam, al- Mukmin. Akhlak Peserta didik mampu menjelaskan dan menerapkan adab berpakaian menurut syariat Islam, mampu menyebutkan tanda berbakti kepada kedua orang tua dan guru, menghormati orang lain, baik yang seagama maupun berbeda agama, mampu membaca kalimah tayyibah subhānāllah, māsyā Allāh, insyā Allāh, dan Allāhu akbar beserta artinya, serta mampu menunjukkan adab bergaul dengan teman baik yang seagama maupun beda agama. Fikih Peserta didik mampu mengenal, mempraktikkan gerakan, serta menghafal bacaan shalat fardu dengan 30 baik, mampu menirukan bacaan zikir sesudah shalat, mengenal ketentuan dan hikmah puasa. Sejarah Peradaban Islam Peserta didik mampu mengenal kisah-kisah beberapa nabi, seperti kisah dan keteladanan Nabi Adam a.s., Nabi Ibrahim a.s., Nabi Ismail a.s., dan Nabi Nuh a.s. 3. Fase C (Usia Mental ± 8 Tahun, Umumnya Kelas V dan VI) Pada akhir Fase C, pada aspek Al-Qur’an dan hadis, peserta didik mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar serta menjelaskan kandungan beberapa surat pendek yang dihafalnya. Pada aspek akidah, peserta didik mengetahui asmaulhusna, iman kepada hari akhir, iman kepada kitab-kitab yang diturunkan melalui nabinya, juga mampu menjelaskan arti qadāʾ dan qadar dengan sederhana. Pada aspek akhlak, peserta didik mulai mengenal arti perilaku menghargai dan menghormati sesama manusia, memahami makna meminta maaf dan memberi maaf, serta memahami makna peduli terhadap lingkungan hayati. Pada aspek fikih, peserta didik mampu menjelaskan secara sederhana makna usia balig atau dewasa serta dampak yang menyertainya, ketentuan dan praktik shalat dhuha, memahami arti zakat fitrah, sedekah, dan hadiah, serta ketentuan agama terkait makanan. Pada aspek sejarah peradaban Islam, peserta didik mampu menghayati pembelajaran yang dapat diambil (`ibrah) penerapan akhlak dari beberapa kisah nabi, dan keteladanan dari beberapa sahabat Nabi Muhammad saw. Fase C Berdasarkan Elemen Elemen Deskripsi Al-Qur`an dan Hadis Peserta didik mampu membaca Al-Qur`an dengan baik dan benar serta menjelaskan kandungan beberapa surat pendek yang dihafalnya dengan bahasa sederhana. Akidah Peserta didik mengetahui asmaulhusna, iman kepada hari akhir, iman kepada kitab-kitab yang diturunkan melalui nabinya, serta mampu menjelaskan arti qadāʾ dan qadar dengan bahasa yang sederhana. Akhlak Peserta didik mulai mengenal ketentuan Allah Swt. tentang arti perilaku menghargai dan menghormati sesama manusia, baik yang seagama maupun beda agama. Peserta didik juga memahami makna meminta maaf dan memberi maaf sehingga terbentuk pribadi yang penyayang dan memahami makna peduli terhadap lingkungan hayati sebagai bagian dari ajaran Islam yang utama. Fikih Peserta didik mampu menjelaskan secara sederhana 31 beberapa konsep terkait makna usia balig atau dewasa serta dampak yang menyertainya, baik dari tinjauan fikih atau ilmu biologi. Peserta didik juga mampu memahami ketentuan dan praktik shalat dhuha, arti zakat fitrah, sedekah, hadiah, serta ketentuan agama terkait makanan yang halal dan haram. Sejarah Peradaban Islam Peserta didik mampu menghayati pembelajaran yang bisa diambil (`ibrah) dari beberapa kisah dari Nabi Isa a.s., Nabi Ismail a.s., dan keteladanan dari sahabat nabi, yaitu Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Umar bin Khattab. 4. Fase D (Usia Mental ± 9 Tahun, Umumnya Kelas VII, VIII dan IX) Pada akhir fase D, pada aspek Al-Qur`an dan hadis, peserta didik mampu membaca, melafalkan, menulis, menyalin, dan memahami dengan sederhana pesan pokok dari Al-Qur`an surat-surat pilihan. Pada aspek akidah, peserta didik mampu memberi contoh penerapan iman kepada Allah melalui beberapa asmaulhusna. Peserta didik memahami manfaat iman kepada malaikat, iman kepada kitab-kitab yang diturunkan Allah kepada para nabi, serta iman kepada hari akhir. Pada aspek akhlak, peserta didik mampu memahami hakikat shalat dan zikir sebagai pencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Selain itu, peserta didik mampu memberi contoh perilaku yang baik di masyarakat, memahami manfaat sikap jujur dan amanah dalam kehidupan. Peserta didik mampu menceritakan keteladanan dari sifat tidak pendendam dan pemaaf dari kisah nabi. Melaksanakan ketentuan syariat Islam dalam bergaul dengan orang lain. Pada aspek fikih, peserta didik diharapkan mampu memahami ketentuan, tata cara, dan praktik shalat wajib lima waktu dan shalat sunah rawatibnya. Selain itu peserta didik memahami ketentuan dan tata cara puasa, syarat dan ketentuan shalat Jumat, ketentuan ibadah haji, dan penyembelihan hewan kurban, serta hukum halal dan haram. Pada aspek sejarah peradaban Islam, peserta didik diharapkan mampu menceritakan kembali kisah dan keteladanan Nabi Muhammad saw. dan beberapa sahabatnya. Fase D Berdasarkan Elemen Elemen Al-Qur’an dan Hadis Deskripsi Peserta didik mampu membaca, melafalkan, menulis, menyalin, dan memahami dengan sederhana pesan pokok dari Q.S. al-Quraish, al- 32 Akidah Akhlak Fikih Sejarah Peradaban Islam Takatsur, al-Qari`ah, dan adh-Dhuha. Peserta didik mampu memberi contoh penerapan iman kepada Allah melalui nama-nama Allah yang agung (asmaulhusna) al-‘Alīm dan al-Khabir. Peserta didik juga mampu memahami manfaat iman kepada malaikat, iman kepada kitab-kitab yang diturunkan Allah melalui nabi-nabinya, serta iman kepada hari akhir. Peserta didik mampu memahami hakikat shalat dan zikir sebagai pencegah perbuatan keji dan mungkar. Peserta didik mampu memberi contoh (berucap, bertindak, berperilaku, dan berpakaian) yang baik di masyarakat sehingga membuat hati tenteram, memahami manfaat sikap jujur dan amanah dalam kehidupan sehari-hari, serta mampu menceritakan keteladanan dari sifat tidak pendendam dan pemaaf dari kisah nabi. Peserta didik juga diharapkan mampu melaksanakan ketentuan syariat Islam dalam bergaul dengan orang lain baik yang mahram maupun bukan mahram sehingga dapat menunjukkan perilaku beretika. Peserta didik mampu memahami ketentuan, tata cara, dan praktik shalat wajib lima waktu, shalat sunah rawatib, shalat Jumat, ketentuan ibadah haji dan penyembelihan hewan kurban, serta hukum halal dan haram. Peserta didik mampu menceritakan kembali kisah keteladanan dari sahabat nabi, yaitu Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Peserta didik mampu menceritakan kisah keteladanan nabi di masa muda dan dewasa serta saat beliau diangkat menjadi rasul beserta bukti kerasulannya. 5. Fase E (Usia Mental ± 10 Tahun, Umumnya Kelas X) Pada akhir fase E, aspek Al-Qur`an dan hadis, peserta didik mampu memahami kandungan ayat Al-Qur`an dan hadis tentang perintah untuk berkompetisi dalam kebaikan dan etos kerja serta larangan pergaulan bebas dan zina. Selain itu, peserta didik dapat melafalkan Al-Qur`an dengan tartil dan fasih serta menghafal ayat Al-Qur`an dan hadis terkait. Pada aspek akidah, peserta didik memahami dan menyakini makna syu’abul īmān (cabang-cabang iman), pengertian, dalil, macam, dan manfaatnya. Pada aspek akhlak, peserta didik mampu menerapkan dan menyakini manfaat menghindari akhlak maẑmūmah, membiasakan diri untuk menghindari akhlak maẑmūmah, dan menampilkan akhlak mahmūdah dalam kehidupan sehari- hari. Pada aspek fikih, peserta didik mampu menerapkan dan menyakini ajaran Islam tentang fikih muamalah dan al-kulliyât alkhamsah (lima prinsip dasar 33 hukum Islam) serta mampu menumbuhkan jiwa kemandirian, kewirausahaan, kepedulian, dan kepekaan sosial. Pada aspek sejarah peradaban Islam, peserta didik mampu mengenal dan menyakini sejarah perkembangan dan perjuangan dakwah Islam periode Makkah dan Madinah sebagai sunnatullah; dan meneladani keagungan akhlak Nabi Muhammad saw.dan para sahabatnya dalam mendakwahkan Islam yang rahmatan lil alamin. Fase E Berdasarkan Elemen Elemen Deskripsi Al-Qur`an dan Hadis Peserta didik mampu mampu memahami ayat AlQur`an dan hadis tentang perintah untuk berkompetisi dalam kebaikan dan etos kerja serta larangan pergaulan bebas dan zina; dapat melafalkan Al-Qur`an dengan tartil dan fasih; menghafal ayat Al-Qur`an dan hadis tentang kompetisi dalam kebaikan, etos kerja, serta bahaya pergaulan bebas dan zina; dapat menyebutkan konten dan paparan tentang perintah untuk berkompetisi dalam kebaikan dan etos kerja serta larangan pergaulan bebas dan zina; meyakini bahwa sikap kompetitif dalam kebaikan dan etos kerja serta menghindari pergaulan bebas dan perbuatan zina adalah perintah agama; dan membiasakan sikap kompetitif dalam kebaikan dan etos kerja serta menghindari pergaulan bebas dan perbuatan zina dengan lebih berhati-hati dan menjaga kehormatan diri. Akidah Peserta didik memahami makna syu’abul īmān (cabang- cabang iman), pengertian, dalil, macam, dan manfaatnya; menunjukkan makna syu’abul īmān (cabang-cabang iman), pengertian, dalil, macam, dan manfaatnya; meyakini bahwa dalam iman terdapat banyak cabangnya; serta menerapkan beberapa sikap dan karakter sebagai cerminan cabang iman dalam kehidupan. Akhlak Peserta didik menerapkan manfaat menghindari akhlak maẑmūmah; mendemonstrasikan perilaku yang mengandung konten yaitu manfaat menghindari sikap maẑmūmah; meyakini bahwa akhlak maẑmūmah adalah larangan dan akhlak mahmūdah adalah perintah agama; serta membiasakan diri untuk menghindari akhlak maẑmūmah dan menampilkan akhlak mahmūdah dalam kehidupan sehari- hari. Fikih Peserta didik mampu menerapkan fikih muamalah dan al- kulliyât al-khamsah (lima prinsip dasar hukum Islam); menggunakan paparan tentang fikih muamalah dan al-kulliyât al-khamsah; meyakini bahwa ketentuan fikih muamalah dan al-kulliyât al-khamsah adalah ajaran agama; serta menumbuhkan jiwa kewirausahaan, kepedulian, dan kepekaan sosial. Sejarah Peradaban Islam Peserta didik mampu mengenal sejarah perkembangan dan perjuangan dakwah Islam periode Makkah dan Madinah; dapat menceritakan sejarah perkembangan 34 dan perjuangan dakwah Islam periode Makkah dan Madinah; meyakini bahwa sejarah perkembangan dan perjuangan dakwah Islam periode Makkah dan Madinah adalah sebuah sunnatullah; serta meneladani keagungan akhlak Nabi Muhammad saw. dan para sahabatnya dalam mendakwahkan Islam yang rahmatan lil alamin sehingga Islam tersebar ke seluruh dunia. 6. Fase F (Usia Mental ± 10 Tahun, Umumnya Kelas XI dan XII) Pada akhir fase F, pada aspek Al-Qur`an dan hadis, peserta didik dapat memahami, membaca, dan menghafal ayat Al-Qur`an dan hadis tentang berpikir kritis, ilmu pengetahuan dan teknologi, toleransi, memelihara kehidupan manusia, musibah, ujian, cinta tanah air, dan moderasi beragama adalah ajaran agama. Pada aspek akidah, peserta didik mampu memahami, mempresentasikan, dan menyakini cabang-cabang iman, keterkaitan antara iman, Islam, dan ihsan, serta dasar-dasar, tujuan, dan manfaat ilmu kalam. Pada aspek akhlak, peserta didik dapat menerapkan cara mengatasi masalah perkelahian antarpelajar, minuman keras (miras), dan narkoba; memahami adab menggunakan media sosial dalam Islam, dampak negatif sikap munafik, keras hati, dan keras kepala dalam kehidupan sehari hari, sikap inovatif dan etika berorganisasi. Pada aspek fikih, peserta didik mampu menerapkan ketentuan pelaksanaan khotbah, tablig, dan dakwah, ketentuan pernikahan dalam Islam, mawaris, merawat jenazah, dan konsep ijtihad. Pada aspek sejarah peradaban Islam, peserta didik mampu mengenal sejarah masuknya Islam di Indonesia, mengetahui sejarah dan keteladanan Wali Songo, serta peran dan fungsi organisasi Islam di Indonesia dan MUI dalam menyebarkan dakwah Islam yang moderat, santun, dan rahmatan lil aalamin. Fase F Berdasarkan Elemen Elemen Al-Qur`an dan Hadis Deskripsi Peserta didik mampu memahami pesan-pesan ayat AlQur`an dan hadis tentang berpikir kritis, ilmu pengetahuan dan teknologi, toleransi, memelihara kehidupan manusia, musibah, ujian, cinta tanah air, dan moderasi beragama; membaca dan menghafal ayat Al-Qur`an dan hadis dengan tartil tentang pentingnya berpikir kritis ilmu pengetahuan dan teknologi, toleransi, memelihara kehidupan manusia, musibah, ujian, cinta tanah air, dan moderasi beragama; 35 membiasakan diri membaca Al-Qur`an dengan meyakini bahwa berpikir kritis, ilmu pengetahuan dan teknologi, toleransi, memelihara kehidupan manusia, musibah, ujian, cinta tanah air, dan moderasi beragama adalah ajaran agama; membiasakan sikap rasa ingin tahu, berpikir kritis, kreatif, dan adaptif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, toleransi, peduli sosial, cinta damai, semangat kebangsaan, dan tanggung jawab, sabar, tabah, pantang menyerah, tawakal, dan selalu berprasangka baik kepada Allah Swt. ketika menghadapi ujian dan musibah. Akidah Peserta didik mampu memahami cabang-cabang iman, keterkaitan antara iman, Islam, dan ihsan, serta dasardasar, tujuan, dan manfaat ilmu kalam; mempresentasikan cabang-cabang iman, dasar-dasar, tujuan dan manfaat ilmu kalam; meyakini bahwa cabang-cabang iman, keterkaitan antara iman, Islam, dan ihsan, serta dasar-dasar, tujuan, dan manfaat ilmu kalam adalah ajaran agama; membiasakan sikap tanggung jawab, memenuhi janji, mensyukuri nikmat, memelihara lisan, menutup aib orang lain, jujur, peduli sosial, ramah, konsisten, cinta damai, rasa ingin tahu, dan pembelajar sepanjang hayat. Akhlak Peserta didik mampu menerapkan cara mengatasi masalah perkelahian antarpelajar, minuman keras (miras), dan narkoba dalam Islam; memahami adab menggunakan media sosial dalam Islam, dampak negatif sikap munafik, keras hati, dan keras kepala dalam kehidupan sehari hari, sikap inovatif dan etika berorganisasi; memeragakan cara memecahkan masalah perkelahian antarpelajar dan dampak pengiringnya, minuman keras (miras), dan narkoba; mengimplemen-tasikan adab menggunakan media sosial dalam Islam; menghindarkan diri dari dampak negatif sikap munafik, keras hati, dan keras kepala dalam kehidupan sehari hari; meyakini bahwa agama melarang melakukan perkelahian antarpelajar, minuman keras, dan narkoba, munafik, keras hati, dan keras kepala; meyakini bahwa adab menggunakan media sosial dalam Islam dapat memberi keselamatan bagi individu dan masyarakat; meyakini bahwa sikap inovatif dan etika berorganisasi merupakan perintah agama; dan membiasakan sikap taat pada aturan, peduli sosial, tanggung jawab, cinta damai, santun, saling menghormati, semangat kebangsaan, jujur, inovatif, dan rendah hati. Fikih Peserta didik mampu menerapkan ketentuan pelaksanaan khotbah, tablig, dan dakwah, ketentuan pernikahan dalam Islam, mawaris, dan konsep ijtihad; membedakaan dan memdemonstrasikan ketentuan pelaksanaan khotbah, tablig, dan dakwah, ketentuan pernikahan dalam Islam, mawaris, dan konsep ijtihad; menerapkan ketentuan khotbah, tablig, dan dakwah, ketentuan pernikahan dalam Islam, merawat jenazah, dan meyakini bahwa ijtihad merupakan salah satu sumber hukum Islam; membiasakan sikap menebarkan Islam rahmatan li al- ālamīn, komitmen, bertanggung jawab, menepati janji, adil, amanah, 36 terbuka terhadap ilmu pengetahuan, dan menghargai perbedaan pendapat. Sejarah Peradaban Islam Peserta didik mampu mengenal sejarah masuknya Islam di Indonesia, mengetahui sejarah dan keteladanan Wali Songo sebagai ulama penyebar ajaran Islam di Indonesia. Peserta didik mampu menyebutkan peran dan fungsi organisasi Islam di Indonesia dan MUI dalam menyebarkan dakwah Islam yang moderat, santun, dan rahmatan lil aalamin. Peserta didik mampu membiasakan sikap gemar membaca, menulis, berprestasi, dan kerja keras, tanggung jawab, bernalar kritis, semangat kebangsaan, berkebinekaan global, menebarkan Islam rahmatan li al- ālamīn, rukun, damai, dan saling bekerja sama. 37 III. 2 CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI A. Rasional Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti Pendidikan agama merupakan dasar dari pembangunan karakter keimanan. Pembangunan karakter itu akan menghasilkan peserta didik yang beriman kepada Tuhan, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pembangunan karakter itu berlangsung dari masa-masa anak-anak sampai dewasa, dari peserta didik belajar di pendidikan dasar, pendidikan menengah sampai pendidikan tinggi. Hal tersebut sejalan dengan fungsi Pendidikan Agama Kristen (PAK) yang merupakan usaha sengaja gereja untuk membina dan mendidik semua warganya untuk mencapai tingkat kedewasaan dalam iman, pengharapan dan kasih guna melaksanakan misi-Nya di dunia ini sambil menantikan kedatangan-Nya yang kedua (Ismail, 2003). Melalui Pendidikan Agama Kristen, peserta didik diperlengkapi untuk mampu menyoroti berbagai masalah hidup dan menjadi pemeluk agama Kristen yang setia pada Tuhan dalam pelaksanaan tugas masing-masing sesuai dengan konteks hidupnya tersebut. Hakikat pendidikan agama Kristen berdasarkan hasil Lokakarya Strategi Pendidikan Agama Kristen di Indonesia tahun 1999 adalah: “Usaha yang dilakukan secara terencana dan berkelanjutan dalam rangka mengembangkan kemampuan peserta didik agar dengan pertolongan Roh Kudus dapat memahami dan menghayati kasih Tuhan Allah di dalam Yesus Kristus yang dinyatakan dalam kehidupan sehari-hari, terhadap sesama dan lingkungan hidupnya”. Setiap orang yang terlibat dalam proses pembelajaran PAK memiliki keterpanggilan untuk mewujudkan kebenaran dan tanda-tanda Kerajaan Allah dalam kehidupan pribadi maupun sebagai bagian dari komunitas dalam konteks masyarakat majemuk. Masyarakat Indonesia yang majemuk dipandang sebagai berkat Tuhan, dan dalam konteks pemahaman iman Kristen merupakan medan layan bagi orang Kristen untuk membangun kehidupan bersama yang adil dan setara. Panggilan iman orang Kristen ini secara historis telah dibangun sejak proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Oleh karena itu, hakikat pendidikan agama Kristen yang kontekstual menegaskan peran hidup orang beriman dalam mewujudkan tanggung 38 jawabnya membangun bangsa Indonesia yang berketuhanan, bersatu, setara dan berkeadilan, serta menghargai kemajemukan dalam masyarakat dan bangsa. Di dalam mengejawantahkan pernyataan tersebut, implementasi pendidikan agama Kristen di Indonesia dikembangkan menjadi empat elemen, yaitu: 1. Allah berkarya, dengan sub-elemen: a) Allah Pencipta, b) Allah Pemelihara, c) Allah Penyelamat, dan d) Allah Pembaru; 2. manusia dan nilai-nilai kristiani, dengan sub-elemen: a) hakikat manusia, dan b) nilai-nilai kristiani; 3. gereja dan masyarakat majemuk, dengan sub-elemen: a) tugas panggilan gereja, dan b) masyarakat majemuk; dan 4. alam dan lingkungan hidup, dengan sub-elemen: a) alam ciptaan Allah, dan b) Tanggung jawab manusia terhadap alam. Pendidikan Agama Kristen harus mampu menyikapi perkembangan zaman sehingga peserta didik mampu menyelesaikan dan menjawab segala problematika yang dihadapi. Peserta didik merasakan pentingnya pendidikan agama Kristen dalam kehidupannya. Dengan demikian, pendidikan agama Kristen harus memiliki muatan pembelajaran kontekstual. Artinya, materi yang ada di dalam pendidikan agama Kristen selalu dikaitkan dengan situasi dan konteks agar dapat menjelaskan kasus-kasus yang dialami dalam kehidupan nyata. Fakta yang diperoleh dari kajian bagi program pendidikan agama Kristen, yaitu: 1) pelaku telah diberi karunia Roh; 2) bertujuan mendewasakan umat melayani; 3) menghasilkan dan hubungan harmonis; 4) bersifat kebenaran teologis; 5) penuh kasih karunia dan kebenaran; dan 6) saling membantu dan berkembang secara harmonis. Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti, disajikan dalam bentuk mata pelajaran pada semua jalur, jenis, dan jenjang pendidikan. Secara khusus, Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti bagi peserta didik berkebutuhan khusus diharapkan membantu mereka untuk memahami karya Allah dalam dirinya yang istimewa, memahami manusia dan nilai-nilai kristiani, peran mereka di gereja dan masyarakat majemuk, serta tanggung jawab mereka terhadap alam dan lingkungan hidup. Untuk hal tersebut, diperlukan strategi, model, media, dan pendekatan pembelajaran yang tepat. Dalam memahami sebuah teks, peserta didik dengan hambatan 39 penglihatan (tunanetra) menggunakan tulisan Braille (tulisan timbul) atau mendengarkan penjelasan guru. Peserta didik dengan hambatan pendengaran (tunarungu) menggunakan bahasa isyarat sebagai bahasa komunikasi. Selain itu, peserta didik diarahkan untuk memahami konten atau materi secara bertahap dimulai dari arti, makna, tujuan, dan penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Peserta didik merasa dirinya adalah ciptaan Allah yang istimewa. Peserta didik memiliki rasa bangga menganut agama Kristen di tengah masyarakat yang majemuk. Pembelajaran pendidikan agama Kristen akan bermakna jika diberikan dengan materi yang sesuai dengan usia mental, kemampuan, dan kebutuhan peserta didik. Kosakata yang diberikan kepada peserta didik merupakan kosakata yang mudah dipahami dan sering didengar serta materi yang sesuai dengan pengalaman peserta didik sehari-hari (pengalaman langsung) untuk mencapai tujuan pembelajaran. B. Tujuan Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti bertujuan untuk membantu peserta didik: 1. mengenal serta mengimani Allah yang berkarya menciptakan alam semesta dan manusia; 2. mengimani keselamatan yang kekal dalam karya penyelamatan Yesus Kristus; 3. mensyukuri Allah yang berkarya dalam Roh Kudus sebagai Penolong dan Pembaru hidup manusia; 4. mewujudkan imannya dalam sikap dan perbuatan hidup setiap hari dalam interaksi dengan sesama dan memelihara lingkungan hidup; 5. memahami hak dan kewajibannya sebagai warga gereja dan warga negara serta cinta tanah air; 6. mampu menghayati imannya secara bertanggung jawab dan berakhlak mulia serta mampu menerapkan prinsip moderasi beragama dalam masyarakat majemuk; 7. memiliki kedewasaan berpikir, berkata-kata, dan bertindak sehingga menampakkan karakter kristiani dalam sikap dan perilaku hidup; 40 8. memiliki sikap keterbukaan dalam mewujudkan kerukunan intern dan antara umat beragama, serta umat beragama dengan pemerintah; 9. mengembangkan kreativitas dalam berpikir dan bertindak berdasarkan Firman Allah; dan 10. mewujudkan peran nyatanya di tengah keluarga, sekolah, gereja, dan masyarakat Indonesia yang majemuk. C. Karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti Pendidikan Agama Kristen (PAK) di Indonesia berlangsung dalam keluarga, gereja, dan lembaga pendidikan formal. Pelaksanaan Pendidikan Agama Kristen (PAK) di lembaga pendidikan formal menjadi tanggung jawab utama Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen, Kementerian Agama, dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Oleh karena itu, kerja sama yang bersinergi antara lembaga-lembaga tersebut perlu terus dibangun. Elemen dan deskripsi Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti Elemen Allah Berkarya Manusia dan Nilai-nilai Kristiani Deskripsi Pada elemen Allah Berkarya peserta didik belajar tentang Tuhan Allah yang diimaninya, Allah Pencipta, Pemelihara, Penyelamat, dan Pembaru. Pada Elemen Manusia dan Nilai-nilai Kristiani peserta didik belajar tentang hakikat manusia sebagai ciptaan Allah yang terbatas. Dalam keterbatasannya, manusia diberi hak dan tanggung jawab oleh Allah sebagai insan yang telah diselamatkan. Gereja dan Masyarakat Majemuk Pada elemen Gereja dan Masyarakat Majemuk peserta didik belajar tentang hidup bergereja dan bermasyarakat yang memiliki hak dan kewajiban yang harus dipenuhi sebagai warga gereja dan warga negara, tanggung jawab terhadap Tuhan dan terhadap bangsa dan negara. Alam dan Lingkungan Hidup Pada elemen Alam dan Lingkungan Hidup, peserta didik belajar membangun harmonisasi dengan alam, bahwa manusia memiliki tanggung jawab dalam menjaga, memelihara serta melestarikan alam ciptaan Allah. Secara holistik, capaian pembelajaran dan lingkup materi mengacu pada empat elemen tersebut di atas dan selalu diintegrasikan dengan Alkitab. Elemen-elemen tersebut mengikat capaian pembelajaran dan materi dalam satu kesatuan yang utuh pada semua jenjang. Implementasi berbagai elemen dan sub-elemen di atas, proses 41 penalarannya bersumber dari kitab suci, tradisi kekristenan, dan pengalaman hidup peserta didik. Peserta didik belajar membaca dan merenungkan kitab suci yang berisi pengajaran iman Kristen sebagai acuan dalam kehidupan dan menghubungkannya dengan berbagai pengalaman hidup yang dimilikinya. Elemen dan Sub-Elemen Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti Elemen Allah Berkarya Manusia dan Nilai-Nilai Kristiani Gereja dan Masyarakat Majemuk Alam dan Lingkungan Hidup Sub Elemen Allah Pencipta Allah Pemelihara Allah Penyelamat Allah Pembaharu Hakikat Manusia Nilai-nilai Kristiani Tugas Panggilan Gereja Masyarakat Majemuk Alam Ciptaan Allah Tanggung jawab Manusia Terhadap Alam Implementasi elemen dan sub-elemen di atas, proses penalarannya bersumber dari Kitab Suci. Peserta didik belajar membaca dan merenungkan Kitab Suci yang berisi pengajaran iman Kristen sebagai acuan dalam kehidupan. D. Capaian Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti setiap Fase Capaian Pembelajaran (CP) ditempatkan dalam fase-fase menurut usia dan jenjang pendidikan yang dikelompokkan dalam kelas mulai dari fase A hingga fase F. Capaian pembelajaran setiap fase untuk pendidikan khusus pembagiannya menurut kelas, usia mental, dan usia kronologis. Fase Kelas Fase A Fase B Fase C Fase D Fase E Fase F Kelas Kelas Kelas Kelas Kelas Kelas I dan II III dan IV V dan VI VII, VIII, dan IX X XI dan XII Usia Mental (Samuel Kirk dan Shantorck) ≤ 7 Tahun ± 8 Tahun ± 8 Tahun ± 9 Tahun ± 10 Tahun ± 10 Tahun Usia Kronologis ≤ 6–8 Tahun 9–10 Tahun 11–12 Tahun 13–17 Tahun 16–17 Tahun 17–23 Tahun Perumusan capaian pembelajaran (CP) mencerminkan kompetensi sikap spiritual, sosial, pengetahuan, dan keterampilan yang dirumuskan sedemikian rupa sehingga mencerminkan kemampuan peserta didik secara holistik dalam semua ranah tujuan pembelajaran. Jadi, rumusan CP menggambarkan penghayatan nilai42 nilai iman Kristen dan pembentukan karakter kristiani dalam interaksi dengan sesama, alam lingkungan, dan Tuhannya. Rumusan elemen dan capaian pembelajaran dalam pendidikan khusus mengacu pada kurikulum reguler, tetapi disesuaikan dengan kebutuhan peserta pembelajaran didik pada berdasarkan fase pendidikan khusus. pembelajaran, Capaian dikembangkan berdasarkan elemen pembelajaran mencakup seluruh fase umum dan capaian pembelajaran per tahun. 1. Fase A (Usia Mental ≤ 7 Tahun, Umumnya Kelas I dan II) Pada fase ini, peserta didik menerima Allah menciptakan dan memelihara dirinya dengan anggota tubuh dan fungsinya. Peserta didik juga menerima dirinya sebagai bagian dari gereja dan masyarakat. Peserta didik menerima Allah menciptakan alam dan lingkugan hidup. Peserta didik pada fase ini memiliki pemahaman yang terbatas, di mana pemahaman terhadap Allah diajarkan melalui dirinya dan lingkungan sekitar yang nyata. Fase A Berdasarkan Elemen Elemen 1. Allah Berkarya 2.Manusia dan Nilai-nilai Kristiani 3. Gereja dan Masyarakat 4. Alam dan Lingkungan Hidup Deskripsi Menerima Allah menciptakan dan memelihara dirinya Menggunakan anggota tubuhnya Menerima dirinya sebagai bagian dari gereja dan masyarakat Menerima Allah menciptakan alam dan lingkungan hidup 2. Fase B (Usia Mental ± 8 Tahun, Umumnya Kelas III dan IV) Pada fase ini, sosialisasi peserta didik masih terbatas. Lingkungan pertama bagi dirinya adalah keluarga. Oleh karena itu, pembelajaran PAK pada fase ini dibatasi pada lingkup terdekat, yaitu keluarga. Pada fase ini, peserta didik menerima bahwa Allah berkarya melalui ciptaan-Nya, termasuk diri dan keluarganya. Allah menciptakan dan memelihara dirinya serta keluarganya. Sebagai ungkapan syukur peserta didik atas pemeliharaan Allah, mereka bertanggung jawab memelihara anggota tubuh, menerima dirinya sebagai bagian dari keluarga, serta mensyukuri alam dan lingkungan hidup pemberian Allah secara bertanggung jawab. Fase B Berdasarkan Elemen Elemen Deskripsi 43 1. Allah Berkarya 2. Manusia dan Nilai-nilai Kristiani 3. Gereja dan Masyarakat 4. Alam dan Lingkungan Hidup Menerima karya Allah dalam menciptakan dan memelihara manusia di tengah kehidupan keluarga Bertanggung jawab memelihara anggota tubuh Menerima dirinya sebagai bagian dari keluarga Mensyukuri alam dan lingkungan hidup pemberian Allah dengan bertanggung jawab 3. Fase C (Usia Mental ± 8 Tahun, Umumnya Kelas V dan VI) Pada fase ini, peserta didik menerima karya Allah yang menciptakan dan memelihara dirinya sehingga peserta didik mampu beraktivitas di sekolah, mengenal lingkungan dan peraturannya, menerima keberagaman, serta mensyukuri alam lingkungan hidup secara bertanggung jawab. Fase C Berdasarkan Elemen Elemen 1. Allah Berkarya 2. Manusia dan Nilai-Nilai Kristiani 3. Gereja dan Masyarakat 4. Alam dan Lingkungan Hidup Deskripsi Menerima karya Allah mencipta dan memelihara manusia di tengah kehidupan di sekolah Mengenal lingkungan dan peraturan di sekolah Menerima keberagaman Mensyukuri alam dan lingkungan hidup pemberian Allah dengan bertanggung jawab 4. Fase D (Usia Mental ± 9 Tahun, Umumnya Kelas VII, VIII, dan IX) Pada fase ini, peserta didik menerima karya Allah dalam Yesus Kristus yang telah menyelamatkan manusia dan dunia. Peserta didik belajar menerima bahwa Allah yang sudah memelihara dirinya juga yang mengampuni dan menyelamatkan hidupnya. Selanjutnya, peserta didik diharapkan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai kristiani dalam kehidupan sehari-hari, dan melakukan aktivitas dalam kegiatan gereja, masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Fase D Berdasarkan Elemen Elemen Deskripsi Menerima karya pemeliharaan, pengampunan dan penyelamatan Allah Meneladani Yesus mewujudkan nilainilai kristiani dalam kehidupan 1. Allah Berkarya 2. Manusia dan Nilai-Nilai Kristiani 44 Menghayati karya Allah dalam pelayanan gereja dan masyarakat Menerima Allah memelihara alam dan lingkungan hidup 3. Gereja dan Masyarakat 4. Alam dan Lingkungan Hidup 5. Fase E (Usia Mental ± 10 Tahun, Umumnya Kelas X) Pada fase ini, peserta didik bersyukur karena memahami karya Allah dalam pertumbuhan diri sebagai pribadi mandiri dalam hal spiritual, fisik, dan sosial. Peserta didik melakukan kasih dalam kehidupan keluarga dan di lingkungan sekolah serta mengembangkan sikap toleran dan bertanggung jawab memelihara alam lingkungan hidup. Fase E Berdasarkan Elemen Elemen 1. Allah Berkarya 2. Manusia dan Nilai-Nilai Kristiani 3. Gereja dan Masyarakat 4. Alam dan Lingkungan Hidup Deskripsi Memahami karya Allah dalam pertumbuhan diri sebagai pribadi mandiri dalam hal spiritual, fisik, sosial, dan emosional Melakukan kasih dalam kehidupan keluarga dan di lingkungan sekolah Mengembangkan sikap toleran dalam gereja dan masyarakat Bertanggung jawab memelihara alam lingkungan hidup 6. Fase F (Usia Mental ± 10 Tahun, Umumnya Kelas XI dan XII) Pada fase ini, peserta didik mensyukuri karya Allah dalam pertumbuhan diri sebagai pribadi mandiri dalam aspek sosial, intelektual, dan budaya. Peserta didik melaksanakan tanggung jawab sosial dalam lingkungan masyarakat, menerapkan aturan dalam masyarakat, melaksanakan tanggung jawab demokrasi, serta berperan aktif dalam masyarakat majemuk. Selain itu, peserta didik dapat menerapkan sikap ugahari dalam melestarikan alam lingkungan hidup. Fase F Berdasarkan Elemen Elemen Deskripsi Mensyukuri karya Allah dalam pertumbuhan diri sebagai pribadi mandiri dalam aspek sosial, intelektual, dan budaya Melaksanakan tanggung jawab sosial dalam lingkungan masyarakat Menerapkan aturan dalam masyarakat dan tanggung jawab 1. Allah Berkarya 2. Manusia dan Nilai-nilai Kristiani 3. Gereja dan Masyarakat 45 4. Alam dan Lingkungan Hidup 46 demokrasi serta perannya dalam masyarakat majemuk Menerapkan sikap ugahari untuk kelestarian alam lingkungan hidup III. 3 CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI A. Rasional Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Pendidikan pada dasarnya merupakan tanggung jawab utama dan pertama orang tua, demikian pula dalam hal pendidikan iman anak. Pendidikan iman pertama-tama harus dimulai dan dilaksanakan di lingkungan keluarga, tempat anak mulai mengenal dan mengembangkan iman. Pendidikan iman yang dimulai dalam keluarga perlu dikembangkan lebih lanjut dalam Gereja (Umat Allah), dengan bantuan pastor paroki, katekis, dan guru Pendidikan Agama Katolik di Sekolah Luar Biasa (SLB). Manusia adalah mahkluk ciptaan yang bermartabat luhur, diciptakan secara istimewa oleh Allah dan disebut sebagai Citra Allah (bdk. Kej 1:26) dengan segala kekhasan yang dimiliki. Gereja pada prinsipnya menegaskan pentingnya pendidikan bagi semua orang tanpa kecuali, termasuk penyandang disabilitas, atau anak berkebutuhan khusus. Dalam Alkitab, kita menemukan banyak hal tentang bagaimana kasih Allah dinyatakan kepada setiap manusia ciptaan-Nya. Selama hidup-Nya, Yesus telah memperlihatkan kasih Allah dengan “membuat orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar…” (bdk: Luk 7:22; 4:18-19). Dalam kelemahan dan penderitaan-Nya, Yesus Kristus memancarkan sukacita dan harapan akan Kerajaan Allah. Dimensi biblis-eklesiologis yang menjadi dasar pandangan ini ialah gambaran Gereja sebagai Tubuh Kristus. Tubuh Kristus merangkul setiap pribadi, baik kelebihan dan kekurangannya. Setiap anggota merupakan bagian dari Tubuh Kristus (1 Kor 12); masing-masing merupakan bagian dari satu Tubuh, sesuai perannya. Dalam Tubuh Kristus, tidak ada tempat bagi anggota yang mengklaim paling berjasa; justru yang tampak lemah memberi peran penting. Dalam perspektif ini, pribadi disabilitas diterima sebagai kekayaan dalam komunitas. Disabilitas ditempatkan dalam kerangka formasi kematangan pribadi dalam komunitas: Setiap orang perlu belajar menerima kelemahannya dalam hidup bersama. Keterbatasan fisik dan mental bukan alasan yang mengurangi keluhuran martabat seseorang sebagai anggota persekutuan. Dalam hal inilah, Konsili Vatikan II dalam pernyataannya tentang Pendidikan Kristen (Gravisium Educationis) 47 menandaskan bahwa, “Semua orang dari suku, kondisi atau usia manapun juga, berdasarkan martabat mereka selaku pribadi mempunyai hak yang tak dapat diganggu gugat atas pendidikan....” Semangat dan perhatian Gereja pada pendidikan di SLB sejalan dengan semangat negara Indonesia dalam mewujudkan pendidikan yang berlandaskan pada nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945. Negara menjamin hak setiap peserta didik untuk memperoleh pendidikan iman sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing. Hal tersebut ditegaskan lagi pada Undang-undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas. Negara Kesatuan Republik Indonesia menjamin kelangsungan hidup setiap warga negara, termasuk menjamin hak para penyandang disabilitas untuk memperoleh pendidikan. Salah satu bentuk perwujudannya adalah dengan menyelenggarakan pendidikan iman (agama) secara formal di SLB, di antaranya, melalui Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti bagi peserta didik berkebutuhan khusus dengan hambatan intelektual. Hal ini dimaksudkan untuk mengembangkan potensi peserta didik secara optimal sesuai kemampuannya. Belajar Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti mendorong peserta didik menjadi pribadi beriman yang mampu menghayati dan mewujudkan imannya dalam kehidupan sehari-hari. Mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti membekali peserta didik dengan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang bersumber dari Kitab Suci, Tradisi, Ajaran Gereja (Magisterium), dan pengalaman iman peserta didik. Kurikulum Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti diharapkan mampu mengembangkan memahami, menghayati, kemampuan mengenal, mengungkapkan, mengetahui, mensyukuri, dan mewujudkan iman para peserta didik. Mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti disusun secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memperteguh iman dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai ajaran iman Gereja Katolik, dengan tetap memperhatikan penghormatan terhadap agama dan kepercayaan lain. Hal ini dimaksudkan juga untuk menciptakan hubungan yang harmonis antar umat beragama dalam masyarakat Indonesia yang majemuk demi terwujudnya persatuan nasional berdasarkan nilai-nilai semangat Pancasila dan UUD 1945. 48 B. Tujuan Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti bertujuan: 1. agar peserta didik memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap membangun hidup yang semakin beriman (beraklak mulia); 2. membangun hidup beriman Kristiani yang berarti membangun kesetiaan pada Injil Yesus Kristus, yang memiliki keprihatinan tunggal, yakni Kerajaan Allah. Kerajaan Allah merupakan situasi dan peristiwa perdamaian penyelamatan, dan keadilan, situasi dan kebahagiaan perjuangan dan untuk kesejahteraan, persaudaraan dan kesetiaan, serta kelestarian lingkungan hidup; dan 3. mendidik peserta didik menjadi manusia paripurna yang berkarakter mandiri, bernalar kritis, kreatif, bergotong royong, dan berkebinekaan global sesuai dengan tata paham dan tata nilai yang diajarkan dan dicontohkan oleh Yesus Kristus sehingga nilai-nilai yang dihayati dapat tumbuh dan membudaya dalam sikap dan perilaku peserta didik (Profil Pelajar Pancasila). C. Karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti diorganisasikan dalam lingkup empat elemen konten dan tujuh kecakapan. Empat elemen konten tersebut adalah: Elemen Pribadi Peserta Didik Yesus Kristus Gereja Masyarakat Deskripsi Elemen ini membahas tentang diri sebagai laki-laki atau perempuan yang memiliki kemampuan dan keterbatasan, kelebihan dan kekurangan, yang dipanggil untuk membangun relasi dengan sesama serta lingkungannya sesuai dengan Tradisi Katolik. Elemen ini membahas tentang pribadi Yesus Kristus yang mewartakan Allah Bapa dan Kerajaan Allah, seperti yang terungkap dalam Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, agar peserta didik berelasi dengan Yesus Kristus dan meneladani-Nya. Elemen ini membahas tentang makna Gereja agar peserta didik mampu mewujudkan kehidupan menggereja. Elemen ini membahas tentang perwujudan iman dalam hidup bersama di tengah masyarakat sesuai dengan Tradisi Katolik. Kecakapan dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti adalah mengenal, mengetahui, 49 memahami, menghayati, mengungkapkan, mensyukuri, dan mewujudkan. Dengan memiliki kecakapan mengenal, mengetahui, dan memahami, peserta didik diharapkan memiliki pengenalan, pengetahuan, dan pemahaman ajaran iman Katolik yang otentik. Kecakapan menghayati membantu peserta didik memiliki penghayatan iman Katolik sehingga mampu mengungkapkan dan mensyukuri iman dalam berbagai ritual ungkapan iman dan pada akhirnya mampu mewujudkan iman dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Kecakapan ini merupakan dasar pengembangan konsep belajar Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti pendidikan khusus mengacu pada peserta didik berkebutuhan khusus dengan hambatan intelektual. Peserta didik berhambatan intelektual yang dimaksud adalah tunagrahita, autis, tunanetra dengan hambatan intelektual, tunarungu dengan hambatan intelektual, dan tunadaksa dengan hambatan intelektual. Oleh karenanya, Capaian Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti bagi peserta didik berkebutuhan khusus yang mempunyai hambatan intelektual atau retardasi mental diklasifikasikan menjadi enam fase berdasarkan usia mental. Adapun keenam fase usia mental tersebut adalah: fase A umumnya usia mental ≤ 7 tahun untuk kelas I dan II, fase B umumnya usia mental ± 8 tahun untuk kelas III dan IV, fase C umumnya usia mental ± 8 tahun untuk kelas V dan VI, fase D umumnya usia mental ± 9 tahun untuk kelas VII, VIII dan IX, fase E umumnya usia mental ±10 tahun untuk kelas X, dan fase F umumnya usia mental ±10 tahun untuk kelas XI dan XII. D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti setiap Fase 1. Fase A (Usia Mental ≤ 7 Tahun, Umumnya Kelas I dan II) Pada akhir fase A, peserta didik dapat mengenal bahwa dirinya dicintai Tuhan, mengenal anggota tubuhnya, merawat anggota tubuhnya (pola hidup sehat, bersih, dan santun berpakaian), mengenal kisah kelahiran Yesus, mengenal sikap berdoa dan membuat tanda salib, mengenal diri dan keluarganya, mengenal diri dan temannya di lingkungan rumah, mengenal kisah Keluarga Yesus tinggal di Nazaret, mengenal doa Bapa Kami dan doa Salam Maria. Pada akhirnya peserta 50 didik dapat menghayati, mensyukuri dan mewujudkan apa yang dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari. Fase A Berdasarkan Elemen Elemen Deskripsi Pribadi Peserta Didik Peserta didik mampu mengenal bahwa dirinya dicintai Tuhan dengan berbagai macam anugerah yang telah didapatkannya, antara lain anggota tubuh dan keluarga; serta mewujudkan rasa syukur dengan merawat anggota tubuh. Peserta didik mengenal teman-teman yang ada di lingkungan rumah. Yesus Kristus Peserta didik mengenal kisah kelahiran Yesus dan keluarga Yesus yang tinggal di Nazaret. Gereja Peserta didik mampu mengenal sikap berdoa dan membuat tanda salib dengan baik dan benar, serta membiasakan diri berdoa Bapa Kami dan Salam Maria. Masyarakat - 2. Fase B (Usia Mental ± 8 Tahun, Umumnya Kelas III dan IV) Pada akhir fase B, peserta didik mengenal temannya di lingkungan sekolah, mengenal kisah Allah menciptakan langit dan bumi, Yesus di persembahkan di bait Allah, mengenal Doa Kemuliaan, mengenal bagaimana merawat lingkungan sekitarnya, mengenal diri dan bangga diciptakan sebagai laki-laki atau perempuan, mengenal Kisah Nuh, kisah Yesus diketemukan di Bait Allah, mengenal makna gereja sebagai tempat ibadat umat Katolik, mengenal Syahadat Para Rasul dan mengenal bagaimana hidup rukun dengan tetangga. Pada akhirnya peserta didik dapat menghayati, mensyukuri dan mewujudkan apa yang dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari. Fase B Berdasarkan Elemen Elemen Deskripsi Pribadi Peserta Didik Peserta didik mampu mengenal diri dan bangga diciptakan sebagai laki-laki atau perempuan. Peserta didik mengenal teman di lingkungan sekolah. Yesus Kristus Peserta didik mengenal karya keselamatan Allah melalui kisah penciptaan langit dan bumi serta kisah Nabi Nuh dan Bahteranya. Peserta didik mengenal karya keselamatan Allah melalui kisah Yesus dipersembahkan di bait Allah, dan Yesus diketemukan di Bait Allah. Gereja Peserta didik mengenal gereja sebagai tempat ibadat 51 umat Katolik. Peserta didik mengenal aneka doa dalam Gereja, antara lain Doa Kemuliaan dan Syahadat Para Rasul. Masyarakat Peserta didik mengenal perwujudan iman dalam hidup bersama dengan cara merawat lingkungan sekitar, dan hidup rukun dengan tetangga. 3. Fase C (Usia Mental ± 8 tahun, Umumnya kelas V dan VI) Pada akhir fase C, peserta didik dapat mengenal talentanya, mengenal kisah Abraham Bapa Bangsa, kisah mukjizat lima roti dan dua ikan, mengenal alat liturgi, petugas liturgi, dan sikap liturgi, mengenal kegiatan kerja bakti membersihkan lingkungan, mengenal sikap peduli kepada teman, mengenal kisah keteladanan Daud, kisah kebijaksanaan Salomo, mengenal keanekaragaman agama dan tempat ibadah di Indonesia dan keanekaragaman budaya di Indonesia. Pada akhirnya peserta didik dapat menghayati, mensyukuri dan mewujudkan apa yang dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari. Fase C Berdasarkan Elemen Elemen Deskripsi Pribadi Peserta Didik Peserta didik mampu mengenal talenta yang dimilikinya. Peserta didik mampu mengenal dan memiliki sikap peduli kepada teman sesuai dengan ajaran Gereja Katolik. Yesus Kristus Peserta didik mampu mengenal karya keselamatan Allah melalui kisah Abraham Bapa Bangsa, Daud, dan kebijaksanaan Salomo. Peserta didik mengenal Yesus dan keteladanNya melalui kisah mukjizat lima roti dan dua ikan. Gereja Peserta didik mengenal alat-alat liturgi, petugas liturgi, dan sikap liturgi. Masyarakat Peserta didik mampu mengenal perwujudan iman dalam hidup bersama melalui kerja bakti. Peserta didik mengenal keanekaragaman agama dan tempat ibadah, serta budaya di Indonesia. 4. Fase D (Usia Mental ± 9 tahun, Umumnya Kelas VII, VIII dan IX) Pada akhir fase D, peserta didik mampu mengetahui ciri khas dirinya sebagai laki-laki atau perempuan, mengetahui bahwa dirinya mampu berbuat baik, mengetahui kisah Yusuf, kisah Yosua, kisah Yesus dibaptis, Yesus sebagai Pendoa, Yesus mengampuni, Sakramen Baptis, Syahadat Para Rasul, mengetahui dirinya mampu berbuat baik, 52 mengetahui kisah Yosua, Yesus Mengampuni, Sakramen Tobat, Sakramen Ekaristi dan mengetahui cara melestarikan lingkungan alam, mengetahui tugasnya sebagai laki-laki atau perempuan, mengetahui kisah Musa, kisah Yesus memberi makan lima ribu orang, Sakramen Krisma dan persaudaraan sejati dalam keberagaman. Pada akhirnya, peserta didik dapat menghayati, mensyukuri dan mewujudkan apa yang dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari. Fase D Berdasarkan Elemen Elemen Deskripsi Pribadi Peserta Didik Peserta didik mengetahui ciri khas dan tugasnya sebagai laki-laki atau perempuan. Peserta didik mengetahui kelebihan dan kekurangannya agar mampu berbuat baik. Yesus Kristus Peserta didik mengetahui karya keselamatan Allah melalui kisah Yusuf menyelamatkan keluarganya dari bencana kelaparan, Yosua menyeberangkan umat Israel di sungai Yordan ke Tanah Kanaan, dan kelahiran Musa. Peserta didik mengetahui karya keselamatan Allah melalui kisah Yesus dibabtis, Yesus sebagai pendoa, Yesus yang mengampuni, dan Yesus memberi makan lima ribu orang. Gereja Peserta didik mengetahui beberapa sakramen dalam Gereja Katolik, antara lain sakramen Baptis, sakramen Tobat, sakramen Ekaristi, sakramen Krisma; dan mengetahui Syahadat Para Rasul. Masyarakat Peserta didik mengetahui perwujudan iman dalam hidup bersama dengan cara melestarikan lingkungan alam, dan mengupayakan persaudaraan sejati dalam keberagaman. 5. Fase E (Usia Mental ± 10 tahun, Umumnya Kelas X) Pada akhir fase E, peserta didik mampu mengetahui panggilan hidup: berkeluarga dan karya/profesi, mengetahui kisah pembebasan bangsa Israel, Sepuluh Perintah Allah sebagai pedoman hidup, Yesus mewartakan Kerajaan Allah melalui perumpamaan, doa pribadi dan menghormati orang tua. Pada akhirnya, peserta didik dapat menghayati, mensyukuri dan mewujudkan apa yang dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari. Fase E Berdasarkan Elemen Elemen Pribadi Peserta Didik Deskripsi Peserta didik mengetahui berkeluarga dan karya/profesi. 53 panggilan hidup: Yesus Kristus Peserta didik mengetahui karya keselamatan Allah melalui kisah penyeberangan Laut Merah dan Sepuluh Perintah Allah sebagai pedoman hidup. Peserta didik mengetahui karya keselamatan Allah melalui kisah Yesus yang mewartakan Kerajaan Allah melalui perumpamaan. Gereja Peserta didik mengetahui perwujudan menggereja melalui doa pribadi. Masyarakat Peserta didik mengetahui perwujudan iman dengan cara menghormati orang tua. hidup 6. Fase F (Usia Mental ± 10 tahun, Umumnya Kelas XI dan XII) Pada akhir fase F, peserta didik mampu mengetahui cita-citanya, makna Lima Perintah Gereja, makna mukjizat-mukjizat Yesus, makna Gereja sebagai persekutuan umat Allah, makna doa bersama, makna menghormati kehidupan (manusia, hewan dan tumbuhan, bebas miras dan narkoba), cara mengembangkan dirinya, makna Allah memberkati para pemimpin Israel: Samuel, Saul dan Daud, sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus, makna Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus dan makna saling menghormati keberagaman. Pada akhirnya, peserta didik dapat menghayati, mensyukuri dan mewujudkan apa yang dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari. Fase F Berdasarkan Elemen Elemen Deskripsi Pribadi Peserta Didik Peserta didik mengetahui kemampuan dan keterbatasannya agar dapat menentukan cita-cita serta cara pengembangan diri. Yesus Kristus Peserta didik mengetahui karya keselamatan Allah melalui kisah Allah yang memberkati pemimpin Israel: Samuel, Saul, dan Daud. Peserta didik mengetahui karya keselamatan Allah melalui kisah mukjizat-mukjizat Yesus, kisah sengsara, wafat, dan kebangkitan Yesus, serta mengenal Allah Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Gereja Peserta didik mengetahui Gereja sebagai persekutuan Umat Allah dan Lima Perintah Gereja. Peserta didik mengetahui cara mewujudkan kehidupan menggereja melalui kegiatan doa bersama. Masyarakat Peserta didik mengetahui perwujudan iman dalam hidup bersama melalui penghormatan terhadap kehidupan dan keberagaman. 54 III.4 REVIEW CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KHUSUS PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI A. Rasional Mata Pelajaran Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang sangat cepat menimbulkan perubahan pada perilaku yang dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan. Dalam menghadapi perkembangan tersebut, pendidikan agama menjadi sangat penting karena pendidikan agama berfungsi untuk membentuk manusia Indonesia yang unggul dan mempunyai akhlak mulia. Pendidikan Agama Hindu dapat memberikan kendali atau kontrol pada umatnya untuk menghindarkan diri dari pengaruh negatif akibat perkembangan zaman. Di dalam konteks kehidupan sebagai warga negara, umat Hindu memiliki konsep Dharma Negara dan Dharma Agama, berdasarkan hasil pesamuhan agung Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat. Dengan demikian, secara otomatis agama Hindu mendukung keutuhan NKRI karena alasan berikut. 1. Agama Hindu selalu mengajarkan konsep Tri Hita Karana (hubungan antara manusia dengan Hyang Widhi Wasa, hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan alam lingkungan. 2. Agama Hindu selalu menanamkan ajaran Tri Kaya Parisudha (berpikir baik, berkata baik, dan berbuat baik) pada setiap umatnya. Selain itu, banyak konsepsi ajaran Hindu yang terkait nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, cinta tanah air, musyawarah, dan keadilan sosial. Di antaranya, Sraddha dan Bhakti, Tat Twam Asi, Wasudhaiwa Kutumbakam, Asah-Asih-Asuh, dan seterusnya sesuai dengan kearifan lokal Hindu di Nusantara. Ide, gagasan, dan konsep-konsep tersebut tertuang dalam kurikulum Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti. Kurikulum mata pelajaran pendidikan agama Hindu dan budi pekerti berfokus pada: 1. Kitab suci Weda sebagai sumber ajaran agama Hindu yang menekankan kepada pemahaman nilai-nilai kebenaran (Satyam), kesucian (Siwam), dan keindahan (Sundaram); 2. Tattwa yang terkait dengan aspek keimanan dan ketakwaan terhadap Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa sebagai sumber ciptaan alam semesta beserta isinya; 55 3. Susila yang merupakan konsepsi akhlak mulia dalam ajaran agama Hindu yang menekankan pada penguasaan etika dan moral baik sehingga tercipta insan-insan Hindu yang Sādhu (bijaksana), Siddha (kerja keras), Śuddha (bersih), dan Siddhi (cerdas); 4. Acara merupakan implementasi Weda dalam praktik keagamaan (ibadah) agama Hindu sesuai dengan kearifan lokal Hindu di Nusantara; 5. Sejarah agama Hindu yang menekankan pada sejarah perkembangan agama dan kebudayaan Hindu lokal dan nasional. Kecakapan yang diharapkan dari peserta didik adalah mampu merespons, mengenal, menunjukkan, mengetahui, memahami, menghayati, dan menerapkan ajaran agama Hindu dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara yang selaras dengan nilai-nilai Pancasila dalam rangka membangun hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam. Kecakapan ini diharapkan dapat menciptakan kerukunan intern beragama, antarumat beragama, dan moderasi beragama dalam bingkai kebangsaan serta tumbuhnya sikap toleransi terhadap suku, agama, ras, dan antar-golongan berdasarkan Pancasila, UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika. B. Tujuan Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Tujuan pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti adalah agar peserta didik mampu: 1. Menjiwai dan menghayati nilai-nilai universal yang terkandung dalam kitab suci Weda; 2. Menunjukkan sikap dan perilaku yang dilandasi Sraddha dan Bhakti (beriman dan bertakwa), menumbuhkembangkan dan meningkatkan kualitas diri, antara lain: percaya diri, rasa ingin tahu, santun, disiplin, jujur, mandiri, peduli, toleransi, bersahabat, dan bertanggung jawab dalam hidup bermasyarakat, serta mencerminkan pribadi yang berbudi pekerti luhur dan cinta tanah air; 3. Menumbuhkan sikap bersyukur, ksama (pemaaf), disiplin, satya (jujur), ahimsa (tidak melakukan kekerasan), karuna (menyayangi), rajin, bertanggung jawab, tekun, mandiri, mampu bekerja sama, gotong royong dengan lingkungan sosial dan alam; 56 4. Memahami kitab suci Weda, tattwa (Sradha Bhakti, keimanan), susila (etika), acara, dan sejarah agama Hindu secara konseptual, substansial, prosedural, dan spiritual; 5. Berpikir dan bertindak efektif secara sekala (nyata) dan niskala (tidak nyata) melalui Puja Bhakti: doa, sembahyang, Chanda (Dharmagita, nyanyian Tuhan, kidung, tembang, suluk, kandayu, bhajan, dan sejenisnya), upacara, upakara, Yoga Asanas, Dharma Wacana, dan Dharma Tula; dan 6. Berperan aktif dalam melestarikan budaya, tradisi, adat istiadat berdasarkan nilai-nilai kearifan lokal Hindu di Nusantara serta membangun masyarakat yang damai dan inklusif dengan menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi, gotong royong, berkeadilan sosial, berorientasi pada pembangunan berkelanjutan, dan memenuhi kewajiban sebagai warga negara untuk mewujudkan kehidupan yang selaras, serasi, dan harmonis. C. Karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Karakteristik mata pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti adalah turunan dari Profil Pelajar Pancasila yang disusun oleh tim Kemdikbud dan dikembangkan menjadi elemen konten dan elemen kecakapan sebagai berikut. 1. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti diorganisasikan dalam 5 elemen (strand) konten. 2. Elemen kecakapan yang ada dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti terdiri atas: empati, komunikasi, refleksi, berpikir kritis, kreatif, dan kolaborasi. Elemen Kecakapan mata pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti. Elemen Empati Deskripsi Kepedulian terhadap diri sendiri, lingkungan, dan situasi di mana dia berada. Hal ini diwujudkan dengan sikap saling menghormati dan menghargai orang lain serta alam di mana dia berada sehingga tercipta rasa kesetiakawanan tanpa batas dengan menunjung tinggi prinsip Tat Twam Asi dan Wasudhaiwa Kutumbakam. 57 Komunikasi Interaksi, baik verbal maupun nonverbal, untuk menunjang hubungan, baik personal, antarpersonal, maupun intrapersonal. Hal ini ditunjukkan dengan pembelajaran agama Hindu yang berorientasi pada ajaran Tri Hita Karana (jalinan hubungan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam) dengan mengemban prinsip Tri Kaya Parisudha (berpikir, berkata dan berbuat yang baik. Refleksi Melihat kenyataan sebagai bagian dari upaya pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan diri, kepekaan sosial dalam kaitannya dengan kemampuan personal. Hal ini tampak pada pembelajaran agama Hindu yang mengarahkan peserta didik untuk menjadi orang yang mulat sarira (introspeksi diri) dengan menasihati dirinya sendiri (dama) untuk kebaikan dan kualitas diri dalam kehidupan sehingga dapat mengatasi permasalahan hidup Kemampuan untuk berpikir secara logis (nyaya), reflektif (dhyana), sistematis (kramika), dan produktif (saphala) yang diaplikasikan dalam menilai situasi untuk membuat pertimbangan dan keputusan yang baik. Hal ini diwujudkan pada pembelajaran agama Hindu yang mengarahkan peserta didik untuk menganalisis sesuatu dalam situasi dan kondisi apa pun guna mencapai kebenaran, baik dalam lingkup diri sendiri, orang lain, maupun masyarakat luas sebagai bentuk penerapan nilai-nilai Prasada atau berpikir dan berhati suci serta tanpa pamrih. Berpikir Kritis Kreatif Kreatif artinya dapat mengkreasikan atau memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru. Hal ini diwujudkan dalam pembelajaran agama Hindu yang mengarahkan peserta didik untuk berkreasi dan mengupayakan agar nilai-nilai agama Hindu dapat dipahami secara fleksibel sesuai kearifan lokal Hindu di Nusantara. Kolaborasi Suatu bentuk proses sosial yang di dalamnya terdapat aktivitas tertentu yang ditujukan untuk mencapai tujuan bersama dengan saling membantu dan saling memahami aktivitas masing-masing. Hal ini tampak pada pembelajaran agama Hindu yang mengarahkan peserta didik untuk dapat hidup berdampingan satu dengan yang lain, saling bekerja sama, dan bergotong royong berdasarkan nilai-nilai Tri Kaya Parisudha. 3. Elemen konten dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti terdiri atas kitab suci Weda, Tattwa, Susila, Acara, dan 58 Sejarah. Adapun penjelasan dari masing-masing elemen konten ini sebagai berikut. Elemen konten dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Elemen Deskripsi Kitab Suci Weda (Sebagai Kitab suci Weda adalah sumber ajaran agama Sumber Ajaran Hindu) Hindu berdasarkan wahyu Tuhan (Hyang Widhi Wasa). Kitab suci Weda ini bersifat Sanatana dan Nutana Dharma (abadi dan fleksibel sesuai kearifan lokal yang ada), Apauruseya (bukan karangan manusia), dan Anadi Ananta (tidak berawal dan tidak berakhir). Secara umum, kodifikasi kitab suci Weda oleh Maharsi Wyasa terdiri atas dua bagian utama sebagai berikut. 1) Weda Sruti Weda Sruti adalah wahyu yang diterima dan didengarkan secara langsung oleh para Maharsi. Weda Sruti terbagi menjadi empat, yakni (1) Rg Weda, (2) Yajur Weda, (3) Sama Weda, dan (4) Atharwa Weda, yang masingmasing memiliki kitab Mantra, Brahmana, Aranyaka, dan Upanisad. 2) Weda Smerti Weda Smerti adalah Weda yang berdasarkan ingatan Maharsi dan tafsir atau penjelasan dari Weda Sruti. Weda Smerti terdiri atas Wedangga (Siksa, Nirukta, Jyotisa, Chanda, Wyakarana, dan Kalpa) dan Upaweda (Arthasastra, Ayurweda, Gandharwaweda, Dhanurweda), dan Nibanda. Peserta didik diharapkan dapat memahami dan menghayati alur sejarah kitab suci Weda, pembagiannya, masing-masing serta menerapkan nilai-nilai ajaran Weda dalam kehidupan sehari-hari. Tattwa (Sebagai Pokok Keimanan dan Ketaqwaan Hindu) Tattwa adalah pokok keimanan Hindu yang berisi ajaran-ajaran kebenaran untuk meyakinkan umat Hindu agar memiliki rasa Sraddha dan Bhakti yang kokoh. Dalam berbagai teks Jawa Kuna dan bahasa daerah di Nusantara, istilah tattwa menunjuk pada prinsip-prinsip kebenaran tertinggi. Tattwa agama Hindu di Indonesia merupakan hasil konstruksi ajaran filosofis kitab suci Weda. Peserta didik diharapkan dapat meyakini ajaran Panca Sraddha untuk menumbuhkan rasa bhakti serta mengamalkan nilai-nilai kebenaran, kesucian, dan keharmonisan dalam masyarakat. 59 Susila (Sebagai Konsepsi dan Aplikasi Akhlak Mulia dalam Hindu) Susila adalah ajaran etika dan moralitas dalam kehidupan untuk kesejahteraan dalam tatanan masyarakat. Peserta didik mampu menerapkan nilai-nilai Susila berdasarkan wiweka, prinsip Tri Hita Karana, Tri Kaya Parisudha, Tat Twam Asi, dan Wasudaiwa Kutumbhakam. Selain itu, peserta didik peka terhadap persoalan persoalan sosial yang berkembang di masyarakat Acara (Sebagai Penerapan Praktik Keagamaan atau Ibadah dalam Hindu) Acara merupakan praktik keagamaan Hindu yang diterapkan dalam bentuk pelaksanaan Yajña atau korban suci yang tulus ikhlas sesuai dengan kearifan lokal Hindu di Nusantara. Peserta didik dapat memahami dan menerapkan nilai-nilai acara agama dalam berbagai bentuk aktivitas keagamaan Hindu sesuai kearifan lokal dan budaya setempat yang harus dilestarikan sebagai kekayaan budaya bangsa. Sejarah Agama Hindu Sejarah adalah kajian tertulis tentang peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau. Peserta didik mampu mengenal, mengetahui, memahami tokoh dan peristiwa pada masa lampau yang terkait dengan perkembangan agama dan kebudayaan Hindu. Selanjutnya, peserta didik mampu meneladani nilai-nilai ketokohan Hindu yang relevan dengan kehidupan masyarakat lokal dan nasional. Pembelajaran sejarah agama Hindu diharapkan dapat membentuk jati diri peserta didik sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang menjujung tinggi nilai luhur budaya lokal dan nasional untuk mempererat jalinan persaudaraan, persatuan, dan kesatuan bangsa tanpa membedakan suku, agama, ras, dan antargolongan. D. Capaian Pembelajaran Setiap Fase 1. Fase A (Usia Mental 7 Tahun, Umumnya Kelas I dan II) Pada akhir Fase A, peserta didik mampu mengenal ciptaan Hyang Widhi Wasa dalam aspek Keyakinan dan Ketuhanan, nilai-nilai Tri Kaya Parisudha dan perilaku orang suci di lingkungan keluarga dan sekolah, serta mengenal hari-hari suci dalam agama Hindu. Fase A Berdasarkan Elemen Elemen Deskripsi Kitab Suci Weda (Sebagai Sumber Ajaran Hindu) *) Tattwa (Sebagai Pokok Keimanan dan Ketaqwaan Hindu) Peserta didik mampu mengenal ciptaan Hyang Widhi Wasa dalam aspek Keyakinan dan Ketuhanan 60 Susila (Sebagai Konsepsi dan Aplikasi Akhlak Mulia dalam Hindu) Peserta didik mampu mengenal nilai-nilai Tri Kaya Parisudha dan perilaku orang suci di lingkungan keluarga dan sekolah. Acara (Sebagai Penerapan Praktik Keagamaan atau Ibadah dalam Hindu) Peserta didik mampu mengenal hari-hari suci dalam agama Hindu. Sejarah Agama Hindu *) (*): Mata pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti terdiri atas 5 elemen. Elemen yang bertanda (*) pada tabel di atas tidak dideskripsikan karena tidak dibelajarkan pada Fase ini. 2. Fase B (Usia Mental ± 8 Tahun, Umumnya Kelas III dan IV) Pada akhir Fase B, peserta didik mampu mengenal Tri Parartha, mampu memahami Subha Asubha Karma dan sifat Wiweka. Peserta didik juga mampu menerapkan Tri Sandhya, Dainika Upasana, dan mampu memahami tempat suci. Fase B Berdasarkan elemen Elemen Deskripsi Kitab Suci Weda (Sebagai Sumber Ajaran Hindu) *) Tattwa (Sebagai Pokok Keimanan dan Ketaqwaan Hindu) *) Susila (Sebagai Konsepsi dan Aplikasi Akhlak Mulia dalam Hindu) Peserta didik mampu mengenal Tri Parartha, memahami Subha Asubha Karma, dan sifat Wiweka. Acara (Sebagai Penerapan Praktik Keagamaan atau Ibadah dalam Hindu) Peserta didik mampu menerapkan Tri Sandhya dan Dainika Upasana, serta mampu memahami tempat suci. Sejarah Agama Hindu *) (*) : Mata pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti terdiri atas 5 elemen. Elemen yang bertanda (*) pada tabel di atas tidak dideskripsikan karena tidak dibelajarkan pada Fase ini. 3. Fase C (Usia Mental ± 8 Tahun, Umumnya Kelas V dan VI) Pada akhir Fase C, peserta didik mampu mengenal karakter tokohtokoh dalam cerita Mahabharata sebagai tuntunan hidup. Peserta didik juga mampu memahami ajaran Catur Guru dalam ajaran etika Hindu, ajaran Tri Hita Karana untuk mencapai kebahagiaan hidup, korban suci (Panca Yājña) sebagai bagian pelaksanaan kehidupan 61 sosial agama Hindu, dan mampu memahami sarana persembahyangan. Fase C Berdasarkan Elemen Elemen Deskripsi Kitab Suci Weda (Sebagai Sumber Ajaran Hindu) Peserta didik mampu mengenal karakter tokoh-tokoh dalam cerita Mahabharata sebagai tuntunan hidup. Tattwa (Sebagai Pokok Keimanan dan Ketaqwaan Hindu) *) Susila (Sebagai Konsepsi dan Peserta didik mampu memahami ajaran Catur Aplikasi Akhlak Mulia dalam Guru dalam ajaran etika Hindu dan mampu Hindu) memahami ajaran Tri Hita Karana untuk mencapai kebahagiaan hidup. Acara (Sebagai Penerapan Praktik Keagamaan atau Ibadah dalam Hindu) Peserta didik mampu memahami korban suci (Panca Yājña) sebagai bagian pelaksanaan kehidupan sosial agama Hindu dan mampu memahami sarana persembahyangan. Sejarah Agama Hindu *) (*) : Mata pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti terdiri atas 5 elemen. Elemen yang bertanda (*) pada tabel di atas tidak dideskripsikan karena tidak dibelajarkan pada Fase ini. 4. Fase D (Usia Mental ± 9 Tahun, Umumnya Kelas VII dan IX) Pada akhir Fase D, peserta didik mampu mengenal karakter tokohtokoh dalam cerita Ramayana sebagai tuntunan hidup. Peserta didik juga mampu memahami unsur Panca Mahabhuta, Karmaphala sebagai hukum sebab akibat, dan Cadu Sakti sebagai kemahakuasaan Hyang Widhi Wasa. Selain itu, peserta didik juga mampu memahami Catur Asrama, Catur Purusartha, dan Catur Warna sebagai aplikasi nilai-nilai susila dalam kehidupan sehari-hari, dan mampu menerapkan budaya hidup bersih dan sehat, serta melestarikan tradisi budaya adiluhung. Fase D Berdasarkan Elemen Elemen Deskripsi Kitab Suci Weda (Sebagai Sumber Ajaran Hindu) Peserta didik mampu mengenal karakter tokoh-tokoh dalam cerita Ramayana sebagai tuntunan hidup. Tattwa (Sebagai Pokok Keimanan dan Ketaqwaan Hindu) Peserta didik mampu memahami unsur Panca Mahabhuta, Karmaphala sebagai hukum sebab akibat, dan Cadu Sakti sebagai kemahakuasaan Hyang Widhi Wasa. 62 Susila (Sebagai Konsepsi dan Aplikasi Akhlak Mulia dalam Hindu) Peserta didik mampu memahami Catur Asrama, Catur Purusartha, dan Catur Warna sebagai aplikasi nilai-nilai susila dalam kehidupan sehari-hari. Acara (Sebagai Penerapan Praktik Keagamaan atau Ibadah dalam Hindu) Peserta didik mampu menerapkan budaya hidup bersih dan sehat; melestarikan tradisi budaya adiluhung. Sejarah Agama Hindu*) (*) : Mata pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti terdiri atas 5 elemen. Elemen yang bertanda (*) pada tabel di atas tidak dideskripsikan karena tidak dibelajarkan pada Fase ini. 5. Fase E (Usia Mental ± 10 Tahun, Umumnya Kelas X) Pada akhir Fase E, peserta didik mampu memahami Catur Marga dalam kehidupan sosial keagamaan, mampu menerapkan nilai-nilai susila Hindu tentang ajaran Panca Yama dan Niyama Brata, dan mampu memahami nilai-nilai positif sejarah perkembangan Hindu di Indonesia sebelum kemerdekaan. Fase E berdasarkan Elemen Elemen Deskripsi Kitab Suci Weda (Sebagai Sumber Ajaran Hindu) *) Tattwa (Sebagai Pokok Keimanan dan Ketaqwaan Hindu) Peserta didik mampu memahami Catur Marga dalam kehidupan sosial keagamaan. Susila (Sebagai Konsepsi dan Aplikasi Akhlak Mulia dalam Hindu) Peserta didik mampu menerapkan nilai-nilai susila Hindu tentang ajaran Panca Yama dan Niyama Brata. Acara (Sebagai Penerapan Praktik Keagamaan atau Ibadah dalam Hindu) *) Sejarah Agama Hindu Peserta didik mampu memahami nilai-nilai positif sejarah perkembangan Hindu di Indonesia sebelum kemerdekaan. (*) : Mata pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti terdiri atas 5 elemen. Elemen yang bertanda (*) pada tabel di atas tidak dideskripsikan karena tidak dibelajarkan pada Fase ini. 6. Fase F (Usia Mental ± 10 tahun, Umumnya Kelas XI dan XII) Pada akhir Fase F, peserta didik mampu mengenal mitologi Hindu dalam Purana berwawasan kearifan lokal, mampu menganalisis ajaran Tri Guna dan mampu mengenal nilai-nilai susila Hindu dalam lingkup keluarga Sukinah. Peserta didik juga mampu menerapkan ajaran Yoga 63 sebagai pengamalan nilai-nilai sosial religius dalam kehidupan. Selain itu, peserta didik mampu memahami nilai-nilai positif sejarah perkembangan Hindu di Indonesia setelah kemerdekaan. Fase F Berdasarkan elemen Elemen Kitab Suci Weda (Sebagai Sumber Ajaran Hindu) Deskripsi Peserta didik mampu mengenal mitologi Hindu dalam Purana berwawasan kearifan lokal. Tattwa (Sebagai Pokok Keimanan dan Ketaqwaan Hindu) *) Susila (Sebagai Konsepsi dan Aplikasi Akhlak Mulia dalam Hindu) Peserta didik mampu menganalisis ajaran Tri Guna dan mampu mengenal nilai-nilai susila Hindu dalam lingkup keluarga Sukinah. Acara (Sebagai Penerapan Praktik Keagamaan atau Ibadah dalam Hindu) Peserta didik mampu menerapkan ajaran Yoga sebagai pengamalan nilai-nilai sosial religius dalam kehidupan. Sejarah Agama Hindu Peserta didik mampu memahami nilai-nilai positif sejarah perkembangan Hindu di Indonesia setelah kemerdekaan. (*) : Mata pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti terdiri atas 5 elemen. Elemen yang bertanda (*) pada tabel di atas tidak dideskripsikan karena tidak dibelajarkan pada Fase ini. 64 III.5 CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KHUSUS PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI A. Rasional Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti membentuk peserta didik menjadi Pelajar Pancasila yang memiliki pengetahuan, keterampilan, serta sikap dan kepribadian yang berakhlak mulia dan berkebinekaan global berlandaskan pada nilai-nilai agama Buddha yang moderat serta nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara. Muatan materi belajar dari agama merupakan nilai-nilai agama Buddha yang terintegrasi dalam ajaran moralitas, meditasi, serta kebijaksanaan yang diselaraskan dengan nilai-nilai Pancasila dasar negara. Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti secara holistik menginternalisasi peserta didik dengan nilai-nilai agama Buddha diselaraskan dengan nilai-nilai Pancasila dasar negara melalui pembelajaran nilai, pembelajaran berpusat pada siswa, keteladanan, dan pembiasaan. Belajar dari agama Buddha akan membentuk mental peserta didik dengan kesadaran dapat mengamalkan cara hidup, dalam keterhubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa dan Tiratana, diri sendiri, sesama manusia, negara dan bangsa yang majemuk, makhluk lain, dan lingkungan alam. Pendidikan agama Buddha dan budi pekerti membantu peserta didik menumbuhkembangkan karakter, potensi diri dengan menyelami empat pengembangan holistik sebagai entitas pendidikan agama Buddha yang mencakup pengembangan fisik, pengembangan moral dan sosial, pengembangan mental, serta pengembangan pengetahuan dan kebijaksanaan. Rasional sebagaimana diuraikan di atas diilustrasikan pada Gambar 1 berikut. 65 Gambar 1 Rasional Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti Implementasi mata pelajaran Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti bagi peserta didik berkebutuhan khusus memerlukan strategi, model, media, dan pendekatan pembelajaran yang tepat. Untuk memahami dan menghayati nilai-nilai ajaran Buddha dalam pembelajaran, khusus peserta didik dengan hambatan penglihatan (tunanetra) dibantu menggunakan tulisan timbul (Braille) dan peserta didik dengan hambatan pendengaran (tunarungu) menggunakan bahasa isyarat sebagai bahasa komunikasi. Pembelajaran Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti diarahkan untuk menginternalisasi nilai-nilai ajaran Buddha melalui pemahaman teori (pariyatti), praktik (patipatti), dan pencapaian (pativedha). Melalui pembelajaran pendidikan agama Buddha, peserta didik akan terbentuk menjadi individu mandiri, produktif, dan bermanfaat untuk diri sendiri dan masyarakat. Pembelajaran pendidikan agama Buddha dan budi pekerti akan bermakna jika disesuaikan dengan usia mental, kemampuan, dan kebutuhan peserta didik. Pembelajaran Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti dilakukan dengan memanfaatkan alat, teknologi, dan media pembelajaran yang disesuaikan dengan jenis ketunaan melalui pengalaman langsung dan konteks kehidupan sehari-hari. B. Tujuan Pembelajaran Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti bertujuan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menerima dan menghayati nilai-nilai agama Buddha serta nilai-nilai Pancasila dasar negara dan menyelaraskan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Secara khusus, melalui mata pelajaran Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti, peserta didik diharapkan dapat: 1. mengembangkan rasa ingin tahu terhadap nilai-nilai agama Buddha yang selaras dengan nilai-nilai Pancasila dasar negara sebagai fondasi moral sehingga dapat memengaruhi cara hidup sebagai individu, anggota masyarakat yang majemuk, warga negara, dan bagian alam semesta; 2. memiliki kesadaran untuk mengembangkan pribadi, menjaga moralitas, meditasi, dan kebijaksanaan selaras dengan nilai-nilai Pancasila dasar negara dalam kehidupan nyata, sebagai perwujudan 66 keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Tiratana, mencintai diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan negaranya; 3. mengembangkan keterampilan belajar inovasi, berpikir kritis, kreatif, dan mandiri sebagai individu, anggota masyarakat, bagian alam semesta, dan warga negara yang baik berdasarkan nilai-nilai agama Buddha; 4. menghormati, menghargai, dan menjaga kemajemukan (kebinekaan) agama atau kepercayaan dan kearifan lokal, serta gotong-royong dalam peningkatan kualitas kehidupan manusia sebagai warga Indonesia dan warga dunia. C. Karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti berorientasi untuk membentuk peserta didik yang berakhlak mulia dan berkebinekaan global berlandaskan nilai-nilai agama Buddha serta nilai-nilai Pancasila yang terintegrasi dalam ajaran moralitas, meditasi, dan kebijaksanaan. Menurut Grimmitt (2000) belajar dari agama melibatkan peserta didik dalam mengevaluasi apa yang telah mereka pelajari tentang agama, baik secara impersonal maupun personal. Mata pelajaran Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti diarahkan untuk mempelajari konten ajaran Buddha pada penerapan esensi nilai, tidak hanya berada pada ranah pengetahuan keagamaan. Proses pelaksanaan Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti harus didukung oleh pendidik dan lingkungan sosial yang membudayakan pengembangan kebijaksanaan dan cinta kasih serta dilakukan melalui tiga tahapan belajar Dharma yang terintegrasi, yaitu pemahaman teori, praktik, dan pencapaian realisasi. Proses pembelajaran Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti dilakukan dengan: (1) belajar dari nilai-nilai agama Buddha dan Pancasila dasar negara melalui internalisasi nilai oleh pendidik dan lingkungan dengan menerapkan pembelajaran nilai dan pembelajaran berpusat pada siswa, melalui teladan, dan pembiasaan untuk mengamalkan nilai-nilai; (2) praktik nilai-nilai agama Buddha serta nilai-nilai Pancasila dasar negara dengan menerima dan menghayatinya; dan (3) mencapai hasil belajar nilai-nilai agama Buddha serta nilai-nilai Pancasila dasar negara, yaitu menjadi Pelajar Pancasila yang berakhlak mulia dan berkebinekaan global 67 dengan memiliki empat pengembangan holistik mencakup pengembangan fisik, pengembangan moral dan sosial, pengembangan mental, serta pengembangan pengetahuan dan kebijaksanaan. Pengembangan fisik (kāya-bhāvanā) adalah perilaku peserta didik yang dikembangkan dalam keterhubungannya dengan lingkungan fisik dan lingkungan alam. Pengembangan dilakukan menggunakan indra dan pikiran dengan penuh kesadaran melalui kegiatan ritual, meditasi, dan aktivitas fisik lainnya untuk memperhatikan jasmani dan perilaku secara bijaksana dalam keterhubungannya dengan lingkungan dan alam. Melalui pengembangan fisik, peserta didik memiliki dasar keterampilan hidup dan perilaku yang baik, menghayati kebenaran, mampu menghayati kehidupan secara bijak, dan penuh perhatian terhadap aktivitas jasmani. Pengembangan moral atau sosial (sīla-bhāvanā) adalah perilaku baik yang dikembangkan dalam keterhubungan peserta didik dengan lingkungan sosial yang berbeda, negara dan bangsa yang majemuk, dan makhluk lain. Pengembangan moral dan sosial merupakan perilaku yang berlandaskan ajaran moralitas dan disiplin yang tercermin melalui ucapan benar, perbuatan benar, mata pencaharian benar, dan kebijaksanaan sebagai bentuk keterampilan hidup di lingkungan sosial. Pengembangan mental (citta-bhāvanā) adalah kesadaran yang dikembangkan melalui usaha benar, perhatian benar, dan meditasi benar, didukung kegiatan ritual, dan menghayati ajaran kebenaran. Pengembangan mental menghasilkan konsentrasi, kesadaran, kesehatan mental, kecerdasan emosional, senang belajar, dan kemauan meningkatkan kualitas diri maupun batin. Pengembangan mental peserta didik tercermin melalui ucapan dan perilaku yang berlandaskan pikiran cinta kasih, belas kasih, simpati, dan keseimbangan batin. Perilaku peserta didik yang memiliki mental sehat akan memiliki rasa terima kasih, murah hati, malu berbuat jahat, takut akibat perbuatan jahat, bersikap hormat, lemah lembut, tidak serakah, semangat, sabar, jujur, dan bahagia dalam keterhubungannya dengan diri sendiri, lingkungan sosial, dan lingkungan alam. Pengembangan pengetahuan atau kebijaksanaan (paññā-bhāvanā) adalah pengembangan pengetahuan terhadap nilai-nilai agama Buddha yang dikembangkan melalui pandangan 68 benar dan berdasarkan keyakinan yang bijaksana terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Tiratana, dan hukum kebenaran. Pengembangan pengetahuan dan kebijaksanaan diarahkan pada kemampuan berpikir kritis dan berpikir benar bagi peserta didik yang berfungsi untuk mengikis keserakahan, kebencian, dan kebodohan batin. Pengembangan pengetahuan dan kebijaksanaan tercermin dari pengalaman keagamaan peserta didik yang mampu memaknai hidup, memaknai diri sendiri, mengontrol emosi, penuh kesadaran, membedakan baik dan buruk, mampu berkomunikasi, serta mampu mengelola dan memecahkan permasalahan dalam semua aspek kehidupan, berlandaskan pengetahuan terhadap nilai-nilai agama Buddha serta nilai-nilai Pancasila dasar negara. Nilai-nilai agama Buddha menjadi fondasi peserta didik untuk memiliki empat pengembangan sehingga menjadi peserta didik yang berakhlak mulia dan berkebinekaan global. Secara operasional, proses dan tahapan Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti untuk membentuk peserta didik menjadi Pelajar Pancasila dicapai melalui tiga elemen berikut: Elemen Sejarah Etika Deskripsi Elemen sejarah memuat sejarah dan kisah sebagai sarana untuk menyampaikan nilai-nilai sejarah agama Buddha, nilai-nilai Pancasila dasar negara, nilai-nilai sejarah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan nilai-nilai kebudayaan Indonesia. Pengetahuan pada elemen sejarah bersumber dari kitab suci agama Buddha, kitab komentar, kitab subkomentar, catatan peristiwa menurut urutan waktu kejadiannya kronik, biografi, autobiografi, tinggalan sejarah, tinggalan budaya, dan sumber sejarah lainnya. Sejarah dan kisah agama Buddha mencakup sejarah penyiaran agama, sejarah kitab suci agama Buddha, kisah kehidupan Buddha, kisah kehidupan Bodhisattva, kisah kehidupan siswa utama, kisah kehidupan penyokong dan pendukung agama Buddha, kisah kehidupan tokoh inspiratif Buddhis, identitas agama Buddha, dan identitas diri sebagai bagian dari agama Buddha. Nilai-nilai sejarah Negara Kesatuan Republik Indonesia mencakup nilai-nilai Pancasila, nilainilai musyawarah dalam pendirian bangsa, tokoh pendiri bangsa, serta keterhubungannya dengan identitas diri sebagai bagian keluarga, bagian lingkungan sosial, bagian lingkungan tempat tinggal di wilayah NKRI, serta identitas diri yang terbentuk oleh budaya dan bahasa sebagai bagian dari keragaman budaya bangsa. Nilai-nilai dalam elemen sejarah menjadi sumber internalisasi, sumber teladan, dan sumber kesadaran peserta didik dalam mengamalkan nilai-nilai Pancasila dasar negara serta dalam mengekspresikan emosi keagamaannya secara bijaksana. Hasil belajar dari elemen sejarah tercermin melalui cara berpikir, berucap, bersikap bijaksana sebagai bentuk pengembangan fisik, moral atau sosial, mental, serta pengetahuan atau kebijaksanaan yang terbuka terhadap kemajemukan dan keragaman budaya agama Buddha maupun budaya bangsa. Elemen ritual merupakan sarana internalisasi pengetahuan tentang keragaman dan nilai-nilai ritual dari berbagai aliran atau tradisi 69 Elemen Riual Deskripsi dalam agama Buddha serta keragaman agama dan kepercayaan di Indonesia. Pengetahuan keragaman dan nilai-nilai ritual dalam agama Buddha secara holistik menjadi landasan pengamalan nilainilai Pancasila dasar negara, sarana memperkuat keyakinan, pengembangan keterampilan keagamaan, pembentukan mental, kesadaran moral, disiplin, serta sikap religius peserta didik. Pengalaman nyata elemen ritual diwujudkan dalam kegiatan ibadah, hidup berkesadaran, upacara, perayaan, ziarah, menggunakan peralatan ritual dan upacara, melibatkan diri dalam menjalankan tradisi dalam aliran atau tradisi agama Buddha. Kegiatan ritual dalam kegiatan sehari-hari merupakan wujud akhlak mulia dilandasi keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tiratana serta sebagai bentuk ekspresi emosi dan pengamalan keagamaan peserta didik. Sikap religius mendukung peserta didik dalam mengembangkan moralitas, meditasi, dan kebijaksanaan dalam keterhubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa dan Tiratana, diri sendiri, agamanya, lingkungan sosial, negara, dan lingkungan alam. Elemen ritual yang berhubungan dengan keragaman ritual atau tradisi dalam agama Buddha serta keragaman agama dan kepercayaan di Indonesia merupakan sarana memperteguh pengamalan Pancasila dasar negara, serta untuk menumbuhkan sikap inklusif peserta didik yang bersikap terbuka terhadap kemajemukan dan perbedaan. Pengetahuan dan pemahaman terhadap elemen ritual diperdalam dengan pengalaman langsung melalui kunjungan dan dialog antaraliran atau antartradisi agama Buddha, serta antaragama dan kepercayaan di Indonesia sehingga terbentuk peserta didik yang bersikap terbuka dan bijaksana dalam menghargai dan menghormati keragaman intern agama Buddha dan antarumat beragama. Elemen etika merupakan etika Buddhis selaras dengan nilai-nilai Pancasila dasar negara yang minimal mencakup etika sosial, etika ekonomi, dan etika alam. Elemen etika berfungsi sebagai sarana membentuk peserta didik yang berakhlak mulia dan berkebinekaan global serta sebagai pedoman bagi peserta didik untuk hidup dengan mengembangkan secara holistik antara pengembangan fisik, moral dan sosial, mental, serta pengetahuan atau kebijaksanaan. Secara filosofis, etika Buddhis merupakan hasil proses pencarian makna kehidupan berdasarkan nilai-nilai Buddha Dharma, Hukum Kebenaran yang terdiri atas Empat Kebenaran Mulia, Hukum Kelahiran Kembali, Hukum Karma, Hukum Tiga Corak Universal, dan Hukum Sebab Musabab yang Saling Bergantungan selaras dengan nilai-nilai Pancasila dasar negara. Nilai-nilai pokok agama Buddha yang selaras dengan nilai-nilai Pancasila dasar negara sebagai fondasi dalam mengamalkan etika Buddhis adalah kemurahan hati, moralitas, perbuatan baik, kediaman luhur, jalan bodhisattva, sila bodhisattva, meditasi, kebijaksanaan, nilai-nilai Buddha Dharma lainnya, dan nilai-nilai musyawarah dalam pendirian bangsa. Melalui elemen etika, peserta didik dapat mengklasifikasikan dan memilih nilai etis untuk diamalkan dalam keterhubungannya dengan diri sendiri, lembaga sosial keagamaan, lingkungan sosial yang beragam dan majemuk, makhluk lain, kehidupan global, isu-isu sosial, isu ekonomi, dan isu lingkungan alam yang dilandasi oleh moralitas, meditasi, dan kebijaksanaan. D. Capaian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Setiap Fase 1. Fase A (Usia Mental ≤ 7 Tahun,Umumnya Kelas I dan II) 70 Pada akhir Fase A, peserta didik mengidentifikasi informasi dan menerima dengan cinta kasih tentang identitas diri dan keluarga dengan meneladan sifat-sifat tokoh inspiratif agama Buddha yang menghargai diri sendiri dan orang lain; serta menghargai dan menghormati keluarga, tempat sekolah, tinggalnya komunitas sendiri sebagai keagamaan, dan bagian dari bermasyarakat dengan meneladan sifat menghargai dari Bodhisattva dalam Kisah Jataka. Peserta didik juga menghargai keberagaman identitas dan menerima makna simbol-simbol keagamaan agama Buddha dan agama lain serta kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sebagai bagian dari masyarakat yang beragam. Peserta didik juga menjalankan aturan, tata krama, dan sopan santun dalam berbicara, berpakaian, dan berperilaku serta membantu sesama di rumah, sekolah, rumah ibadah, dan masyarakat sebagai bentuk penghayatan nilai-nilai Hukum Karma. Fase A Berdasarkan Elemen Elemen Deskripsi Sejarah Peserta didik mampu mengidentifikasi informasi dan menerima dengan cinta kasih tentang identitas diri dan keluarga dengan meneladan sifat-sifat tokoh inspiratif agama Buddha yang menghargai diri sendiri dan orang lain; serta menghargai dan menghormati tempat tinggalnya sendiri sebagai bagian dari keluarga, sekolah, komunitas keagamaan, dan bermasyarakat dengan meneladan sifat menghargai dari Bodhisattva dalam Kisah Jataka. Ritual Peserta didik terbiasa menghargai keberagaman identitas dan menerima makna simbol-simbol keagamaan agama Buddha dan agama lain serta Kepercaya-an terhadap Tuhan Yang Maha Esa sebagai bagian dari masyarakat yang beragam. Etika Peserta didik terbiasa menjalankan aturan, tata krama, dan sopan santun dalam berbica-ra, berpakaian, dan berperilaku, serta membantu sesama di rumah, sekolah, rumah ibadah, dan masyarakat sebagai bentuk penghayatan nilai-nilai Hukum Karma. 2. Fase B (Usia Mental ± 8 Tahun, Umumnya Kelas III dan IV) Pada akhir Fase B, peserta didik mengenal informasi dan mengolah dengan cinta kasih identitas Buddha Gotama sebagai dasar keyakinan; menerima perbedaan budaya di rumah, komunitas, sekolah, rumah ibadah, dan masyarakat; dan meneladan sifat-sifat luhur siswa-siswa utama Buddha dalam pergaulan yang berbeda budaya dan bahasa (bahasa nasional dan bahasa agama Buddha) 71 sebagai pembentuk identitas diri. Peserta didik juga mengamalkan ragam doa agama Buddha dalam kegiatan sehari-hari di rumah, sekolah, rumah keragaman ibadah, kegiatan dan masyarakat; keagamaan serta Buddha menghargai (Fang Sen, Ulambana/Patidana, Pindapata, dan lain-lain). Peserta didik juga melaksanakan aturan dan sopan santun serta menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan di rumah, komunitas, sekolah, rumah ibadah, dan masyarakat berdasarkan nilai-nilai Pancasila Buddhis dan kesempurnaan (parami). Fase B Berdasarkan Elemen Elemen Deskripsi Sejarah Peserta didik mampu mengenal informasi dan mengolah dengan cinta kasih identitas Buddha Gotama sebagai dasar keyakinan; menerima perbedaan budaya di rumah, komunitas, sekolah, rumah ibadah, dan masyarakat; dan meneladan sifat-sifat luhur siswa-siswa utama Buddha dalam pergaulan yang berbeda budaya dan bahasa (bahasa nasional dan bahasa agama Buddha) sebagai pembentuk identitas diri. Ritual Peserta didik terbiasa mengamalkan ragam doa agama Buddha dalam kegiatan sehari-hari di rumah, sekolah, rumah ibadah, dan masyarakat; serta menghargai keragaman kegiatan keagamaan Buddha (Fang Sen, Ulambana/Patidana, Pindapata, dan lain-lain). Etika Peserta didik terbiasa melaksanakan aturan dan sopan santun serta menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan di rumah, komunitas, sekolah, rumah ibadah, dan masyarakat berdasarkan nilai-nilai Pancasila Buddhis dan 3. Fase C (Usia Mental ± 8 Tahun, Umumnya Kelas V dan VI) Pada akhir Fase C, peserta didik menyimpulkan informasi dan meneladan sifat Bodhisattva dan nilai-nilai moral dari riwayat Pangeran Siddharta dalam berterima kasih dan dalam menghadapi hambatan untuk meraih kesuksesan; serta meneladan sifat-sifat Buddha dalam menyelesaikan masalah kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara dengan cara jalan tengah/menghindari jalan ekstrem (moderat) dan toleran. Peserta didik juga menerima keragaman peralatan puja dari berbagai aliran atau tradisi dalam agama Buddha; serta melaksanakan peribadatan keagamaan Buddha dan menghargai peribadatan agama orang lain. Peserta didik juga mengamalkan nilai-nilai Buddha Dharma untuk melestarikan lingkungan dan sumber daya alam di rumah, sekolah, 72 dan rumah ibadah; serta untuk melaksanakan hak dan kewajiban sebagai anak, siswa, anggota masyarakat. Fase C berdasarkan elemen Elemen Sejarah Deskripsi Peserta didik mampu menyimpulkan informasi dan meneladan sifat Bodhisattva dan nilai-nilai moral dari riwayat Pangeran Siddharta dalam berterima kasih dan dalam menghadapi hambatan untuk meraih kesuksesan; serta meneladan sifat-sifat Buddha dalam menyelesaikan masalah kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara dengan cara jalan tengah/menghindari jalan ekstrem (moderat) dan toleran. Peserta didik terbiasa menerima keragaman peralatan puja dari berbagai aliran atau tradisi dalam agama Buddha; serta melaksanakan peribadatan keagamaan Buddha dan menghargai peribadatan agama orang lain. Peserta didik terbiasa mengamalkan nilai-nilai Buddha Dharma untuk melestarikan lingkungan dan sumber daya alam di rumah, sekolah, dan rumah ibadah; serta untuk melaksanakan hak dan kewajiban sebagai anak, siswa, anggota masyarakat. Ritual Etika 4. Fase D (Usia Mental ± 9 Tahun, Umumnya Kelas VII, VIII dan IX) Pada akhir Fase D, peserta didik meneladan sikap penyokong agama Buddha dalam menghargai keragaman serta sejarah kitab suci agama Buddha; keberadaan budaya dan peninggalan Buddhis di Indonesia; serta meneladan nilai-nilai moral Buddha Gotama dalam menyayangi dan peduli terhadap diri sendiri serta sesama manusia; dan nilai-nilai peristiwa peninggalan bersejarah (monumental) setelah Buddha Gotama wafat dalam melestarikan ajaran Buddha. Peserta didik juga mengamalkan tata cara hidup berkesadaran dan budaya menghormat kepada yang patut dihormati dalam kehidupan sehari-hari; menghayati puja pada perayaan hari raya dalam agama Buddha dan menghargai perayaan hari raya agama lain di Indonesia; serta menghayati kegiatan ziarah ke tempat-tempat suci agama Buddha dan menghargai tempat-tempat suci agama lain. Peserta didik juga menghayati ajaran moralitas untuk menjalankan hak dan kewajiban sebagai warga negara yang patuh terhadap hukum dan konstitusi; mengamalkan nilai-nilai ajaran perbuatan baik dalam pergaulan dengan teman sebaya, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara; serta mengamalkan nilai-nilai ajaran agama Buddha untuk menciptakan hidup damai selaras dengan hak 73 asasi manusia; dan untuk pemenuhan kebutuhan ekonomi diri sendiri dan keluarga didasari dengan hidup berkesadaran. Fase D Berdasarkan Elemen Elemen Deskripsi Sejarah Peserta didik mampu meneladan sikap penyokong Agama Buddha dalam menghargai keragaman serta sejarah kitab suci agama Buddha; keberadaan budaya dan peninggalan Buddhis di Indonesia; serta meneladan nilai-nilai moral Buddha Gotama dalam menyayangi dan peduli terhadap diri sendiri serta sesama manusia; dan nilai-nilai peristiwa pening-galan bersejarah (monumental) setelah Buddha Gotama wafat dalam melestarikan ajaran Buddha. Ritual Peserta didik terbbiasa mengamalkan tata cara hidup berkesadaran dan budaya menghormat kepada yang patut dihormati dalam kehidupan sehari-hari; menghayati puja pada perayaan hari raya dalam agama Buddha dan menghargai perayaan hari raya agama lain di Indonesia; serta menghayati kegiatan ziarah ke tempat-tempat suci agama Buddha dan menghargai tempat-tempat suci agama lain. Etika Peserta didik terbbiasa menghayati ajaran moralitas untuk menjalankan hak dan kewajiban sebagai warga negara yang patuh terhadap hukum dan konstitusi; mengamalkan nilainilai ajaran perbuatan baik dalam pergaulan dengan teman sebaya, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara; serta mengamalkan nilai-nilai ajaran Agama Buddha untuk menciptakan hidup damai selaras dengan hak asasi manusia; dan untuk pemenuhan kebutuhan ekonomi diri sendiri dan keluarga didasari oleh hidup berkesadaran. 5. Fase E (Usia Mental ± 10 Tahun, Umumnya Kelas X) Pada akhir Fase E, peserta didik menyimpulkan dan menunjukkan kesadaran meneladan perjuangan pelaku sejarah agama Buddha di Indonesia dalam berperan mengembangkan agama Buddha di Indonesia yang beragam serta meneladan sifat keterbukaan tokoh pendiri bangsa terhadap keragaman budaya. Peserta didik menghayati upacara keagamaan Buddha pada peristiwa bahagia (manggala) dan duka (avamanggala). Peserta didik juga menghargai ilmu pengetahuan dan teknologi bagi kehidupan manusia dan memanfaatkan iptek untuk kelestarian agama Buddha sebagai wujud manusia beragama, berbangsa, dan bernegara. Fase E Berdasarkan Elemen Elemen Sejarah Deskripsi Peserta didik mampu menyimpulkan dan menunjukkan kesadaran meneladan perjuangan pelaku sejarah agama Buddha di Indonesia dalam berperan mengembangkan 74 agama Buddha di Indonesia yang beragam; dan meneladan sifat keterbukaan tokoh pendiri bangsa terhadap keragaman budaya. Ritual Peserta didik terbiasa menghayati upacara keagamaan Buddha pada peristiwa bahagia (manggala) dan duka (avamanggala). Etika Peserta didik terbiasa menghargai ilmu pengetahuan dan teknologi bagi kehidupan manusia dan memanfaatkan iptek untuk kelestarian agama Buddha sebagai wujud manusia beragama, berbangsa, dan bernegara. 6. Fase F (Usia Mental ± 10 Tahun,Umumnya Kelas XI dan XII) Pada akhir Fase F, peserta didik meneladan tokoh pendukung agama Buddha dan pelaku sejarah lokal dan nasional terhadap keragaman agama dan budaya Indonesia serta meneladan sikap tokoh pendukung agama Buddha dunia yang mendukung keberagaman agama dan budaya Buddhis. Peserta didik menghayati nilai-nilai meditasi dengan hidup berkesadaran dalam kehidupan sehari-hari dan berinteraksi dengan orang lain. Peserta didik juga mengembangkan dan melestarikan seni dan budaya yang selaras dengan nilai-nilai agama Buddha; menjaga keseimbangan alam semesta dan alam kehidupan (alam bahagia/menderita); serta keseimbangan moral dan sosial berpedoman pada nilai-nilai agama Buddha (moralitas, meditasi, dan kebijaksanaan) dan Pancasila dasar negara sebagai wujud manusia beragama, berbangsa, dan bernegara. Fase F Berdasarkan Elemen Elemen Deskripsi Sejarah Peserta didik mampu meneladan tokoh pendukung agama Buddha dan pelaku sejarah lokal dan nasional terhadap keragaman agama dan budaya Indonesia; serta meneladan sikap tokoh pendukung agama Buddha dunia yang mendukung keberagaman agama dan budaya Buddhis. Ritual Peserta didik terbiasa menghayati nilai-nilai meditasi dengan hidup berkesadaran dalam kehidupan sehari-hari dan berinteraksi dengan orang lain. Etika Peserta didik terbiasa mengembangkan dan melestarikan seni dan budaya yang selaras dengan nilai-nilai agama Buddha; menjaga keseimbangan alam semesta dan alam kehidupan (alam bahagia/menderita); serta keseimbangan moral dan sosial berpedoman pada nilai-nilai agama Buddha (moralitas, meditasi, dan kebijaksanaan) dan Pancasila dasar negara sebagai wujud manusia beragama, berbangsa, dan bernegara. 75 III.6 CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KHUSUS PENDIDIKAN AGAMA KHONGHUCU DAN BUDI PEKERTI A. Rasional Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti Hakikat dan esensi pendidikan agama Khonghucu tertuang dalam makna makna mendidik. Tersurat dalam Kitab Liji bagian Catatan Kesusilaan tersurat bahwa pendidikan sangat penting untuk mengubah rakyat dan menyempurnakan adat istiadat masyarakat, yakni urusan dalam dan luar menjadi harmonis; negara dan rumah tangga teratur sebagaimana mestinya. Rakyat harus mengerti hal yang baik dan buruk terlebih dahulu sebelum dapat berubah (mampu memilih hal yang baik). Hal ini dapat diumpamakan ada makanan lezat, tetapi jika tidak memakannya, bagaimana dapat merasakan kelezatannya? Rakyat tidak dapat memahami jalan suci tanpa adanya pendidikan. Mendidik adalah proses atau usaha menumbuhkan sifat-sifat baik manusia dan menolong dari kekhilafannya. Tersurat dalam Catatan Kesusilaan (Liji) tentang 4 (empat) kekhilafan seorang pelajar, yaitu: khilaf karena terlalu banyak yang dipelajari (duo shi); khilaf karena terlalu sedikit yang dipelajari (gua shi); khilaf karena menggampangkan (yi shi); dan khilaf karena ingin segera berhenti belajar (zhi shi). Keempat masalah ini timbul tidak sama di hati setiap orang. Jika seseorang dapat mengenali hatinya, niscaya dapat menolong dari kekhilafannya tersebut. 76 Pendidikan berhak diterima oleh setiap individu tanpa memandang perbedaan latar belakang, termasuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), terlebih bagi anak dengan hambatan intelektual. Dalam Lunyu Jilid XV ayat ke-39 Nabi Kongzi bersabda, “Ada pendidikan, tiada perbedaan.” Hal ini mengandung arti bahwa jika setiap insan dididik, ia akan menjadi mampu dan tidak berbeda dengan yang lainnya, termasuk dengan ABK. Lebih lanjut, Nabi Kongzi dalam Zhongyong Bab XIX ayat 20 – 21 memberikan bimbingan jika orang lain dapat melakukan sekali, diri sendiri harus berani melakukan seratus kali. Jika orang lain dapat melakukan sepuluh kali, diri sendiri harus berani melakukan seribu kali. Hasil yang dapat dicapai dengan cara ini, sekalipun orang yang tidak pandai, akan menjadi mengerti; sekalipun orang yang lemah, akan menjadi kuat. Pendidikan merupakan proses memberdayakan setiap peserta didik dengan menumbuhkembangkan sifat-sifat baik watak sejatinya. Pendidikan pada hakikatnya adalah sebuah proses pembelajaran menjadi manusia seutuhnya di tengah tantangan hambatan intelektual yang dimiliki. Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti berusaha mengembangkan potensi peserta didik agar bermanfaat bagi dirinya, keluarga, dan masyarakat. Belajar menjadi manusia seutuhnya perlu distimulasi dengan adanya proses pendidikan yang penuh kasih dan mendorong setiap anak untuk mengenali dirinya (self-knowledge), meningkatkan kemandirian, kebahagiaan, rasa aman serta empati sebagai bagian dari masyarakat sesuai dengan kemampuan masing-masing. Hal ini merupakan urgensi mata pelajaran Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti. Melalui mata pelajaran inilah, diharapkan peserta didik beragama Khonghucu mampu menjadi seorang junzi yang juga memiliki karakter pelajar Pancasila. Pelajar Pancasila merupakan generasi yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, kreatif, berkebinekaan global, bergotong royong, dan mandiri. 77 Dalam kitab Liji Bab III Bagian V.14 tersurat “Orang yang bisu, tuli, timpang, dan orang patah anggota badannya, cebol dan para tukang, semuanya mendapatkan makanan dari apa yang mampu mereka kerjakan.” Hal ini menunjukkan pentingnya memotivasi ABK untuk memiliki keterampilan dan jiwa mandiri, serta pantang menyerah menyikapi keterbatasannya. Meskipun demikian, Nabi Kongzi sangat memperhatikan anak yatim piatu, janda, duda, orang tua yang sebatang kara, dan orang sakit. Mereka tergolong kelompok yang membutuhkan perhatian dan perawatan. Pendidikan dilaksanakan dengan landasan bahwa watak sejati manusia pada hakikatnya adalah baik. Atas dasar landasan tersebut, esensi pendidikan adalah proses menumbuhkan sifat-sifat baik orang agar tetap menjadi baik, bertahan pada fitrah atau kodrat alaminya (xing), mengembangkan potensi yang dimilikinya selaras dengan hukum Tian – Di – Ren (Tian, alam, dan manusia). Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti secara khusus bertujuan membentuk manusia berbudi luhur (junzi) yang mampu menggemilangkan Kebajikan Watak Sejatinya, mengasihi sesama dan berhenti pada Puncak Kebaikan. Pribadi yang luhur inilah merupakan pondasi dalam menjawab tantangan perubahan zaman dan membangun peradaban manusia dari masa ke masa. Oleh karena itu, pendidikan secara umum bertujuan untuk mengubah rakyat dan menyempurnakan adat istiadatnya. Tersurat dalam catatan kesusilaan, “Bila penguasa selalu memikirkan atau memperhatikan perundang-undangan, dan mencari orang baik dan tulus, ini cukup untuk mendapat pujian, tetapi tidak cukup untuk menggerakkan orang banyak. Bila ia berusaha mengembangkan masyarakat yang bajik dan bijak, dan dapat memahami mereka yang jauh, ini cukup untuk menggerakkan rakyat, tetapi belum cukup untuk mengubah rakyat. Bila ingin mengubah rakyat dan menyempurnakan adat istiadatnya, dapatkah kita tidak harus melalui pendidikan?” (Liji. XVI: 1). 78 Peran dan fungsi pendidikan agama Khonghucu sangat erat hubungannya dengan keteladanan dan nasihat Nabi Kongzi yang terdapat dalam kitab Sishu dan Wujing. Misalnya kitab Zhongyong Bab Utama ayat pertama, dijelaskan bahwa agama adalah bimbingan menempuh jalan suci (dao). Inilah peran agama dalam perspektif agama Khonghucu. Melalui bimbingan agama, seseorang menjadi sadar dan beriman. Iman adalah jalan suci Tian dan berusaha beroleh iman itulah jalan suci manusia. Iman merupakan semua kenyataan yang ada di alam semesta yang menunjukkan kemuliaan sifat-sifat Tian itu sendiri yakni, Yuan, Heng, Li, dan Zhen. Iman tidak berhenti setelah mampu membina diri, melainkan juga menyempurnakan segenap wujud. Melalui bimbingan agama, seseorang mengenal watak sejatinya, yang merupakan karunia daya hidup rohaninya; dan juga memahami nafsu-nafsu, yang merupakan karunia daya hidup jasmani yang telah dikaruniakan Tian. Berpadu harmonisnya antara daya hidup rohani dan daya hidup jasmani inilah fungsi dari pengajaran pendidikan kehidupan jasmani agama dan Khonghucu. rohani harus Oleh berjalan karena itu, beriringan. Pembinaan kehidupan rohani tidak boleh mematikan daya hidup jasmani. Sebaliknya, daya hidup jasmani tidak boleh selalu dituruti sehingga mengabaikan daya hidup rohani. Pembinaan diri di dunia ini merupakan proses kembali keharibaan kebajikan Tian (Pei Tian). Bagaimana dapat kembali kepada Sang Khalik jika belum mampu membina diri dalam kehidupan ini? Demikianlah sehingga agama Khonghucu menekankan perbuatan bajik sebagai satu-satunya jalan kembali kepada Sang Khalik. Hanya dan oleh kebajikan Tuhan berkenan! Ruang lingkup Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti meliputi usaha memuliakan hubungan manusia dengan Tuhan sebagai pencipta dengan prinsip satya kepada Tuhan (Zhong Yu Tian); memuliakan hubungan dengan manusia sebagai sesama, dengan prinsip tepaselira/tenggang rasa kepada sesama (Shu Yu Ren), dan usaha memuliakan hubungan dengan alam sebagai sarana, dengan prinsip selaras/harmonis dengan alam semesta (He Yu Di). 79 Prinsip pembelajaran pendidikan agama Khonghucu terdiri atas 3 hal: 1. Mengutamakan hal-hal pokok yang menjadikan pendidikan berhasil Dalam kitab Liji Bab XVI ayat ke-13 disebutkan, “Seorang junzi atau susilawan yang mengerti apa yang menjadikan pendidikan berhasil dan berkembang, dan mengerti apa yang menjadikan pendidikan hancur, ia boleh menjadi guru orang. Maka cara seorang junzi memberi pendidikan, jelasnya demikian: ia membimbing berjalan dan tidak menyeret; ia menguatkan dan tidak menjerakan; ia membuka jalan tetapi tidak menuntun sampai akhir Menimbulkan pencapaian, keharmonisan, menjadikan memberi orang berpikir. kemudahan dan menjadikan orang berpikir, itulah jelasnya pendidikan yang baik.” Mendidik pada hakikatnya adalah proses transfer pengetahuan, sikap, dan keterampilan menjadi lebih baik dari sebelumnya, bukan sekadar menyelesaikan penyampaian materi (administrasi pendidikan). 2. Setiap peserta didik adalah unik Pendidikan agama Khonghucu memandang bahwa setiap peserta didik adalah unik, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangannya. Oleh karena itu, seorang guru harus dapat meragamkan cara mendidiknya. Pernah suatu ketika Gong Xi Hua heran mendengar jawaban Nabi Kongzi terhadap pertanyaan yang sama dari Ran Qiu dan Zhong You, tetapi memberikan jawaban berbeda. Nabi Kongzi menjelaskan bahwa Ran Qiu sangat lambat, maka didorong maju; sedangkan Zhong You sangat tangkas, maka ditahan oleh Nabi. (Lunyu Jilid XI ayat 22). Lebih lanjut, Mengzi menjelaskan cara mengajar seorang junzi ada 5 (lima) macam, yakni ada kalanya memberi pelajaran seperti menanam padi di musim hujan, ada kalanya menyempurnakan kebajikan muridnya, ada kalanya membantu perkembangan bakat muridnya, ada kalanya ia berdiskusi, ada kalanya membangkitkan usaha murid itu sendiri (Mengzi Jilid VII A ayat 40.1-40.6). Ada kalanya memberi pelajaran seperti menanam 80 padi di musim hujan mengandung makna guru menyampaikan sebuah konsep atau materi kepada peserta didik dengan cara yang menarik. Contohnya dalam penyampaian materi 4 (empat) pantangan dapat dipergunakan metode lagu dan gerak. Ada kalanya membangkitkan usaha murid itu sendiri mengandung makna guru memberikan kesempatan kepada peserta didik menyelesaikan tugas yang telah diberikan secara mandiri. Peserta didik diberikan kesempatan untuk mencoba dan mengeksplorasi tugas yang diberikan. Guru mengapresiasi usaha peserta didik meskipun belum mengerjakan tugasnya dengan baik. Hal ini bertujuan untuk membangkitkan daya juang dan rasa percaya diri peserta didik. 3. Bersikap proaktif Nabi Kongzi mengajarkan bahwa ketika diberi tahu satu sudut, maka berusaha mencari ketiga sudut yang lainnya. Nabi Kongzi tidak mau menjelaskan lebih lanjut kepada orang yang tidak mau mencari ketiga sudut yang lain. Sikap proaktif sangat menentukan keberhasilan pembelajaran. Bahkan, Nabi Kongzi mengajarkan dalam belajar, hendaklah seperti tidak dapat mengejar dan khawatir seperti akan kehilangan (Lunyu Jilid VIII ayat 17). B. Tujuan Pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti Mata pelajaran Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti bertujuan: 1. Membentuk manusia yang beriman, bertakwa dan satya kepada Tian Yang Maha Esa. 2. Mampu mengenali diri sendiri, alam sekitar, dan Sang Maha Pencipta. 3. Mengembangkan diri menjadi pribadi berakhlak mulia/berbudi luhur (junzi) dengan memiliki sifat-sifat baik, dan menjauhkan dari kekhilafan. 4. Menumbuhkan rasa gembira, rasa aman, percaya kemandirian, dan kerja sama peserta didik dengan baik. 81 diri, 5. Mampu mengendalikan emosi dan perasaan dengan mengoptimalkan pancaindra. 6. Mampu memahami peran diri sendiri sebagai anak, saudara, teman, dan pelajar serta dapat mengembangkan talenta yang dimiliki untuk berkarya secara mandiri. 7. Mampu menyesuaikan diri, meningkatkan interaksi, dan komunikasi (people skill) dengan baik di rumah, sekolah dan masyarakat. C. Karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti Mata pelajaran Pendidikan Agama Khonghucu digambarkan melalui 5 elemen yang meliputi: 1. Sejarah Suci; 2. Kitab Suci; 3. Keimanan; 4. Tata Ibadah; dan 5. Perilaku Junzi. Kelima elemen tersebut dicapai dengan kecakapan dalam pembinaan diri, empati, komunikasi, refleksi, berpikir kritis, kreatif, dan kolaborasi. Elemen-Elemen Mata Pelajaran Pendidikan Agama Khonghucu sebagai berikut. Elemen Sejarah Suci Deskripsi Peserta didik memahami keteladanan tokohtokoh dalam agama Khonghucu yaitu Nabi Kongzi, murid-murid Nabi, Para Raja Suci, dan shenming sebagai panutan untuk dapat dijadikan teladan dan diterapkan dalam kehidupan dalam kehidupan sehari-hari. Kisah hidup mereka diharapkan bisa dijadikan refleksi dan keteladanan tentang perilaku cinta kasih, kebenaran, kesusilaan, dan kebijaksanaan. 82 Elemen Deskripsi Kitab Suci Peserta didik memahami makna yang terkandung dalam Kitab Suci agama Khonghucu yang terdiri dari Kitab Yang Pokok yaitu Kitab Sishu dan Kitab Yang Mendasari yaitu kitab Wujing. Kitab Suci tersebut merupakan pedoman dan isi dari seluruh ajaran agama Khonghucu serta sebagai fondasi dasar dalam perilaku junzi. Peserta didik dapat mengenali ayat-ayat singkat atau sederhana dari kitab suci, dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai pedoman hidup untuk menjalankan tugas-tugas kemanusiaan terkait hubungan dengan sesama manusia, alam semesta, dan Sang Pencipta. Keimanan Peserta didik meyakini peran leluhur serta para suci (shenming) sebagai wakil dari Sang Pencipta yang wajib dimuliakan dan dihormati dalam dimensi spiritualitas. Peserta didik dapat meyakini dan memuliakan Tian Yang Maha Esa sebagai pencipta alam semesta dan menyadari bahwa manusia memiliki hubungan spiritual yang kuat dengan Tian, serta berusaha selalu menjaga hubungan spiritual tersebut. Peserta didik meyakini Nabi Kongzi sebagai pembimbing umat manusia dan diharapkan dapat menjalankan ajaran-ajaran Nabi Kongzi sehingga menjadi pribadi yang dapat menjaga hubungan dengan sesama manusia, alam semesta dan Tian. Tata Ibadah Peserta didik dapat membiasakan diri dalam ritual persembahyangan kepada Tian YME, Nabi Kongzi, para leluhur, dan para suci (shenming); sikap bersembahyang, serta sikap tata cara menghormati sesama manusia. Selain itu, peserta didik juga mengenal makna yang terkandung dalam setiap perayaan hari raya persembahyangan umat Khonghucu sebagai perwujudan sikap susila dan penerapan pedoman pelaksanaan tata ibadah. Perilaku Junzi Peserta didik dapat mengenali dirinya sendiri sebagai individu, bagian dari masyarakat, dan lingkungannya. Peserta didik mampu menjalankan peran sebagai anak, saudara, teman, dan pelajar serta warga negara Indonesia yang baik dengan membiasakan diri untuk menjadi manusia berbudi luhur dengan menerapkan 5 (lima) kebajikan (wuchang), yaitu cinta kasih, kebenaran, kesusilaan, kebijaksanaan, dan dapat dipercaya; selalu berbakti kepada orang tua, keluarga, masyarakat, dan alam semesta; selalu belajar dari tempat rendah terus maju menuju tinggi menempuh jalan suci (dao); serta tidak keluh gerutu kepada Tian dan sesal penyalahan terhadap sesama manusia. 83 D. Capaian Pembelajaran Setiap Fase Mata Pelajaran Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti 1. Fase A (Usia Mental ≤ 7 Tahun, Umumnya Kelas I-II) Pada akhir fase A, pada elemen Sejarah Suci, peserta didik dapat dapat mengetahui kelahiran sampai dengan masa kecil Nabi Kongzi dan keteladanan masa kecil Nabi Kongzi (suka belajar dan bersembahyang). Pada elemen Kitab Suci, peserta didik dapat mengenal secara sederhana kitab suci agama Khonghucu yaitu kitab Sishu dan Wujing. Dalam elemen Keimanan, peserta didik dapat mengetahui Tian Maha Pencipta meliputi manusia yang dilahirkan melalui ayah dan ibu, alam sekitar serta Nabi Kongzi sebagai pembimbing manusia. Pada elemen Tata Ibadah, peserta didik dapat bersikap baoxin bade dan bao daiji bade, mengetahui tingkatan sikap hormat (baoxin bade), mempraktikkan hormat dengan bai (merangkap tangan), jugong (membungkukkan badan), dan gui (sujud). Dan pada elemen Perilaku Junzi, peserta didik dapat mengetahui cara merawat tubuh (mandi, sikat gigi, berganti pakaian setelah mandi), mempraktikkan tutur kata santun (salam, senyum, sapa), sikap jujur kepada orang tua, dan membiasakan berdoa kepada Tian (sebelum dan sesudah belajar serta sebelum makan). Fase A Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Sejarah Suci Peserta didik dapat dapat mengetahui kelahiran sampai dengan masa kecil Nabi Kongzi dan keteladanan masa kecil Nabi Kongzi (suka belajar dan bersembahyang). Kitab Suci Peserta didik dapat mengenal secara sederhana kitab suci agama Khonghucu yaitu kitab Sishu dan Wujing. Keimanan Peserta didik dapat mengetahui Tian Maha Pencipta meliputi manusia yang dilahirkan melalui ayah dan ibu, alam sekitar serta Nabi Kongzi sebagai pembimbing manusia. Tata Ibadah Peserta didik dapat bersikap baoxin bade dan bao daiji bade, mengetahui tingkatan sikap hormat (baoxin bade), mempraktikkan hormat dengan bai (merangkap tangan), 84 Elemen Perilaku Junzi Capaian Pembelajaran jugong (membungkukkan badan), dan gui (sujud). Peserta didik dapat mengetahui cara merawat tubuh (mandi, sikat gigi, berganti pakaian setelah mandi), mempraktikkan tutur kata santun (salam, senyum, sapa), sikap jujur kepada orang tua, dan membiasakan berdoa kepada Tian (sebelum dan sesudah belajar serta sebelum makan). 2. Fase B (Usia Mental ± 8 Tahun, Umumnya Kelas III-IV) Pada akhir fase B, pada elemen Sejarah Suci, peserta didik dapat mengenal dan meneladani kisah Kong Rong, Huang Xiang, Sima Guang, dan Mengzi. Pada elemen Kitab Suci, peserta didik dapat membiasakan perilaku anak berbakti yang terdapat dalam kitab Bakti (Xiaojing) seperti merawat tubuh dan membantu orang tua di rumah; mengetahui makna kitab Sishu sebagai pedoman hidup. Dalam elemen Keimanan, peserta didik dapat mengenal sifat Tian Yang Maha Pemberkah dan Nabi Kongzi sebagai pembimbing hidup umat manusia. Pada elemen Tata Ibadah, peserta didik dapat mempraktikkan doa sederhana kepada Tian, membiasakan berdoa pagi dan sore hari atau sebelum tidur, mengenal sembahyang syukur pagi hari kepada Tian, mengetahui jumlah penggunaan dupa (xiang), serta mempraktikkan cara menancapkan dupa dalam sembahyang kepada Tian. Dan pada elemen Perilaku Junzi, peserta didik dapat mengenal rasa syukur, terima kasih (menghargai) terhadap pemberian (tubuh dan barang-barang) yang diterima sehingga dapat menunjukkan sikap merawat diri (seperti mengenakan pakaian sopan) dan barangbarang hasil pemberian; membiasakan berkomunikasi santun, jujur dan peduli kepada orang tua serta menunjukkan sikap mau bergaul dengan teman baik di rumah maupun di sekolah. Fase B Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran 85 Sejarah Suci Peserta didik dapat mengenal dan meneladani kisah Kong Rong, Huang Xiang, Sima Guang, dan Mengzi. Kitab Suci Peserta didik dapat membiasakan perilaku anak berbakti yang terdapat dalam kitab Bakti (Xiaojing) seperti merawat tubuh dan membantu orang tua di rumah; mengetahui makna kitab Sishu sebagai pedoman hidup. Keimanan Peserta didik dapat mengenal sifat Tian Yang Maha Pemberkah dan Nabi Kongzi sebagai pembimbing hidup umat manusia. Tata Ibadah Peserta didik dapat mempraktikkan doa sederhana kepada Tian, membiasakan berdoa pagi dan sore hari atau sebelum tidur, mengenal sembahyang syukur pagi hari kepada Tian, mengetahui jumlah penggunaan dupa (xiang), serta mempraktikkan cara menancapkan dupa dalam sembahyang kepada Tian. Perilaku Junzi Peserta didik dapat mengenal rasa syukur, terima kasih (menghargai) terhadap pemberian (tubuh dan barang-barang) yang diterima sehingga dapat menunjukkan sikap merawat diri (seperti mengenakan pakaian sopan) dan barang-barang hasil pemberian; membiasakan berkomunikasi santun, jujur dan peduli kepada orang tua serta menunjukkan sikap mau bergaul dengan teman baik di rumah maupun di sekolah. 3. Fase C (Usia Mental ± 8 Tahun, Umumnya Kelas V-VI) Pada akhir fase C, pada elemen Sejarah Suci, peserta didik dapat mengetahui keteladanan dari kisah Raja Suci Yu Shun yang berbakti dan kisah Raja Suci Yu Agung yang hormat akan tugasnya. Pada elemen Kitab Suci, peserta didik dapat mengenal dan membiasakan perilaku 8 (delapan) kebajikan yang terdapat dalam kitab Sishu, yaitu: bakti (xiao) dan rendah hati (ti). Dalam elemen Keimanan, Peserta didik dapat mengenal alam sebagai karunia Tian yang dipergunakan dan harus dijaga sebaik-baiknya oleh manusia agar tetap lestari dan tidak rusak. Pada elemen Tata Ibadah, Peserta didik dapat mengetahui makna sikap berdoa (sikap baoxin bade), mengenal dan menyusun perlengkapan sembahyang di altar leluhur serta dapat menggunakan dupa dalam bersembahyang kepada leluhur. Dan pada elemen Perilaku Junzi, peserta didik dapat menampilkan sikap hormat kepada 86 orang tua sebagai wujud bakti dan terima kasih; membiasakan berkomunikasi yang sopan/santun, jujur, peduli kepada saudara; mengenal keberagaman antar kawan serta menerapkan sikap saling menghormati. Fase C Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Sejarah Suci Peserta didik dapat mengetahui keteladanan dari kisah Raja Suci Yu Shun yang berbakti dan kisah Raja Suci Yu Agung yang hormat akan tugasnya. Kitab Suci Peserta didik dapat mengenal dan membiasakan perilaku 8 (delapan) kebajikan yang terdapat dalam kitab Sishu, yaitu: bakti (xiao) dan rendah hati (ti). Keimanan Peserta didik dapat mengenal alam sebagai karunia Tian yang dipergunakan dan harus dijaga sebaik-baiknya oleh manusia agar tetap lestari dan tidak rusak. Tata Ibadah Peserta didik dapat mengetahui makna sikap berdoa (sikap baoxin bade), mengenal dan menyusun perlengkapan sembahyang di altar leluhur serta dapat menggunakan dupa dalam bersembahyang kepada leluhur. Perilaku Junzi Peserta didik dapat menampilkan sikap hormat kepada orang tua sebagai wujud bakti dan terima kasih; membiasakan berkomunikasi yang sopan/santun, jujur, peduli kepada saudara; mengenal keberagaman antar kawan serta menerapkan sikap saling menghormati. 4. Fase D (Usia Mental ± 9 Tahun, Umumnya Kelas VII-IX) Pada akhir fase D, dalam elemen Sejarah Suci, peserta didik dapat mengenal keteladanan murid utama Nabi Kongzi (Yan Hui yang suka belajar, Zi Lu yang gagah berani, Zi Gong yang setia, Zengzi yang berbakti). Pada elemen Kitab Suci, peserta didik dapat mengenal dan membiasakan perilaku 8 (delapan) kebajikan yang terdapat dalam kitab Sishu, yaitu: satya (zhong), dapat dipercaya (xin) dan mengetahui 4 (empat) pantangan (siwu) seperti menghindari narkoba, minuman keras serta perbuatan yang tidak baik lainnya. Dalam elemen Keimanan, peserta didik dapat memahami bahwa manusia diciptakan Tian melalui kedua orang tua, mengenal keluarga besar dari ayah dan ibu serta konsep 87 leluhur. Pada elemen Tata Ibadah, peserta didik dapat mengetahui jenis dan makna hari raya/sembahyang kepada Tian, Nabi, para shenming, dan para leluhur. Dan pada elemen Perilaku Junzi, peserta didik dapat membiasakan berbakti kepada orang tua, kakek dan nenek menunjukkan sikap sebagai wujud mau hormat mengalah kepada kepada Tian; saudara; membiasakan bersikap hormat kepada keluarga besar ayah dan ibu; bersikap mandiri, bertanggung jawab menyelesaikan tugas sederhana, menerapkan sikap hidup sederhana, dan susila dalam bergaul. Fase D Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Sejarah Suci Peserta didik dapat mengenal keteladanan murid utama Nabi Kongzi (Yan Hui yang suka belajar, Zi Lu yang gagah berani, Zi Gong yang setia, Zengzi yang berbakti). Kitab Suci Peserta didik dapat mengenal dan membiasakan perilaku 8 (delapan) kebajikan yang terdapat dalam kitab Sishu, yaitu: satya (zhong), dapat dipercaya (xin) dan mengetahui 4 (empat) pantangan (siwu) seperti menghindari narkoba, minuman keras serta perbuatan yang tidak baik lainnya. Keimanan Peserta didik dapat memahami bahwa manusia diciptakan Tian melalui kedua orang tua, mengenal keluarga besar dari ayah dan ibu serta konsep leluhur. Tata Ibadah Peserta didik dapat mengetahui jenis dan makna hari raya/sembahyang kepada Tian, Nabi, para shenming, dan para leluhur. Perilaku Junzi Peserta didik dapat membiasakan berbakti kepada orang tua, kakek dan nenek sebagai wujud hormat kepada Tian; menunjukkan sikap mau mengalah kepada saudara; membiasakan bersikap hormat kepada keluarga besar ayah dan ibu; bersikap mandiri, bertanggung jawab menyelesaikan tugas sederhana, menerapkan sikap hidup sederhana, dan susila dalam bergaul. 5. Fase E (Usia Mental ± 10 Tahun, Umumnya Kelas X) Pada akhir fase E, dalam elemen Sejarah Suci, peserta didik dapat mengenal keteladanan Nabi Kongzi pada masa dewasa. Pada elemen Kitab Suci, peserta 88 didik dapat mengenal dan membiasakan dua perilaku perilaku 8 (delapan) kebajikan yang terdapat dalam kitab Sishu, yaitu: susila (li) dan menjunjung kebenaran (yi). Dalam elemen Keimanan, peserta didik dapat memahami sembahyang sebagai pokok agama dan mengenal konsep shenming. Pada elemen Tata Ibadah, peserta didik dapat mempraktikkan sembahyang kepada leluhur, mengenal tempat ibadah agama Khonghucu dan mampu mengikuti kebaktian di litang/miao/kelenteng. Dan pada elemen Perilaku Junzi, peserta didik dapat membiasakan berkomunikasi santun, jujur, serta peduli kepada teman; melatih sikap tanggung jawab terhadap diri sendiri, seperti membiasakan mengenakan pakaian sopan; dan menerapkan sikap saling mengasihi sesama manusia. Fase E Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Sejarah Suci Peserta didik dapat mengenal keteladanan Nabi Kongzi pada masa dewasa. Kitab Suci Peserta didik dapat mengenal dan membiasakan dua perilaku perilaku 8 (delapan) kebajikan yang terdapat dalam kitab Sishu, yaitu: susila (li) dan menjunjung kebenaran (yi). Keimanan Peserta didik dapat memahami sembahyang sebagai pokok agama dan mengenal konsep shenming. Tata Ibadah Peserta didik dapat mempraktikkan sembahyang kepada leluhur, mengenal tempat ibadah agama Khonghucu dan mampu mengikuti kebaktian di litang/miao/kelenteng. Perilaku Junzi Peserta didik dapat membiasakan berkomunikasi santun, jujur, peduli kepada teman; melatih sikap tanggung jawab terhadap diri sendiri, seperti membiasakan mengenakan pakaian sopan; dan menerapkan sikap saling mengasihi sesama manusia. 6. Fase F (Usia Mental ± 10 Tahun, Umumnya Kelas XI-XII) Pada akhir fase F, dalam elemen Sejarah Suci, peserta didik dapat memahami Nabi Kongzi sebagai Tian Zhi Muduo (cerita pengembaraan selama 13 tahun). Pada elemen Kitab Suci, peserta didik dapat mengenal dan membiasakan perilaku 8 (delapan) kebajikan yang terdapat dalam kitab Sishu, yaitu: suci hati (lian) 89 dan tahu malu (chi) serta mengenal tiga kesukaan yang membawa faedah dan tiga kesukaan yang membawa celaka. Dalam elemen Keimanan, peserta didik dapat mengenal makna sembahyang sebagai cara memuliakan Tian, Nabi Kongzi, shenming, dan para leluhur. mengetahui sikap utama dalam bersembahyang (chengxin-zhong-jing), mengetahui makna xinnian (Hari Raya Tahun Baru Kongzili). Pada mengetahui elemen Tata macam-macam Ibadah, peserta persembahyangan didik dapat kepada Tian; mengetahui keteladanan shenming Guanyin Niangniang dan Guan Yu; mempraktikkan sembahyang kepada Tian dan Nabi Kongzi serta mengetahui lagu pujian agama Khonghucu. Dan pada elemen Perilaku Junzi, peserta didik dapat membiasakan berperilaku mawas diri, berani mengakui kesalahan dan membina diri; melatih sikap mudah bergaul dengan para sahabat di lingkungan masyarakat. Fase F berdasarkan Elemen: Elemen Capaian Pembelajaran Sejarah Suci Peserta didik dapat memahami Nabi Kongzi sebagai Tian Zhi Muduo (cerita pengembaraan selama 13 tahun). Kitab Suci Peserta didik dapat mengenal dan membiasakan perilaku 8 (delapan) kebajikan yang terdapat dalam kitab Sishu, yaitu: suci hati (lian) dan tahu malu (chi) serta mengenal tiga kesukaan yang membawa faedah dan tiga kesukaan yang membawa celaka. Keimanan Peserta didik dapat memahami makna sembahyang sebagai cara memuliakan Tian, Nabi Kongzi, shenming, dan para leluhur; mengetahui sikap utama dalam bersembahyang (cheng-xin-zhong-jing); dan mengetahui makna xinnian (Hari Raya Tahun Baru Kongzili). Tata Ibadah Peserta didik dapat mengetahui macammacam persembahyangan kepada Tian; mengetahui keteladanan shenming Guanyin Niangniang dan Guan Yu; mempraktikkan sembahyang kepada Tian dan Nabi Kongzi serta mengetahui lagu pujian agama Khonghucu. Perilaku Junzi Peserta didik dapat membiasakan berperilaku mawas diri, berani mengakui kesalahan dan membina diri; melatih sikap mudah bergaul 90 dengan para masyarakat. 91 sahabat di lingkungan III.7 CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KHUSUS PENDIDIKAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA A. Rasional Mata Pelajaran Pendidikan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa Negara Indonesia memiliki dasar negara dan landasan ideologi, yaitu Pancasila. Pancasila merupakan kristalisasi nilai-nilai budaya bangsa Indonesia. Sila pertama yang menjiwai dan meliputi sila-sila dalam Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Perwujudan sila pertama di antaranya adalah Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa selanjutnya ditulis Kepercayaan. Kepercayaan merupakan salah satu modal dasar pembangunan nasional yang meyakini nilai-nilai budaya yang lahir dan rujukan pembentukan karakter bangsa Indonesia. Pentingnya pendidikan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa pada pendidikan khusus yaitu untuk menjawab makna dan tujuan utama kehidupan melalui budi pekerti (Sumiyati dan Sumarwanto, 2017), dasarnya Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa (Hernandi, 2017), martabat spiritual, masalah larangan dan kewajiban, dan arti menjadi manusia. Pendidikan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa tentang budi pekerti meliputi budi pekerti kepada sesama makhluk, kepada masyarakat, kepada lingkungan, kepada bangsa dan negara, dengan mematuhi kewajiban serta menjauhi segala larangannya. Pendidikan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa melalui pelaksanaan kegiatan martabat spiritual, meliputi unsurunsur dan bentuk martabat spiritual kepercayaan, seperti aktivitas seni tradisional (contoh: seni rupa, seni tari, dan seni musik) dan ekspresi budaya spiritual (contoh: doa, ritual, dan sujud).Pendidikan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa berkontribusi dalam memberikan layanan pada satuan pendidikan bagi peserta didik yang mempunyai kemampuan intelektual dan kognitif yang berada di bawah rata-rata (tunagrahita) dibandingkan anak pada umumnya sehingga dapat tumbuh kemampuan dan potensi pada dirinya untuk dapat berkembang dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan Kepercayaan terhadap Tuhan menumbuhkan Yang rasa Maha saling Esa berkontribusi menghormati dan juga untuk toleransi dalam masyarakat beragam. Pendidikan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa ini juga menawarkan refleksi pribadi untuk membangun ke- 92 Indonesia-an (Basuki, 2005) dan perkembangan spiritual nusantara sehingga memperdalam pemahaman tentang pentingnya nilai-nilai kearifan lokal dalam kehidupan berbangsa dan bernegara pada situasi keberagaman global. B. Tujuan Mata Pelajaran Pendidikan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa Tujuan mata pelajaran Pendidikan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa pada pendidikan khusus ialah agar peserta didik: 1. Meyakini adanya Tuhan, meyakini kemahaesaan Tuhan, meyakini kemahakuasaan Tuhan, mengenal dan mensyukuri karunia Tuhan berupa alam semesta beserta isinya; 2. Memiliki kepedulian dalam berbagai peristiwa kehidupan, baik lingkungan diri sendiri, keluarga, teman, dan lingkungan terdekat dengan masyarakat di sekitarnya pada khususnya serta kehidupan berbangsa dan bernegara pada umumnya, bersikap jujur, disiplin, dan bertanggung jawab terhadap tugas dan kewajiban yang diembannya serta memiliki sikap santun, pemaaf, adiluhung yang merupakan budaya asli pemahaman dari ajaran budi pekerti luhur; 3. Memiliki sikap toleransi terhadap sesama manusia untuk dapat menerima perbedaan pada masyarakat yang beragam, baik secara lokal maupun global dengan cara berkomunikasi secara santun dan saling menghargai sebagai bukti penumbuhan budi pekerti luhur serta pengembangan kedewasaan diri; 4. Mencintai budaya spiritual Nusantara dan kearifan lokal masingmasing daerah, serta mampu menunjukkan sikap percaya diri sebagai penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa warisan dari leluhur bangsa yang berkebinekaan; 5. Membedakan antara perbuatan baik dan tidak baik sehingga dapat mengamalkan perbuatan baik dan benar dalam lingkungan diri sendiri, keluarga, sekolah, dan lingkungan sekitarnya. C. Karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa 93 Mata pelajaran Pendidikan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa pada pendidikan khusus digambarkan dalam empat elemen sebagai berikut: Elemen Deskripsi Keagungan Tuhan Budi Pekerti Martabat Spiritual Larangan dan Kewajiban Pada elemen ini, peserta didik mengenal konsep Tuhan dan pengertian sifat-sifat Tuhan serta hukum alam semesta. Pada elemen ini, peserta didik menunjukkan dan mengamalkan perilaku budi pekerti luhur dan keteladanan dengan cara menghayati peran serta dan sumbangsih penghayat Kepercayaan dalam kegiatan kemasyarakatan serta kehidupan berbangsa dan bernegara. Pada elemen ini, peserta didik mempelajari keragaman budaya spiritual Nusantara dan kearifan lokal, macam-macam seni, ritual, serta menunjukkan sikap religius dengan kecerdasan spiritual. Pada elemen ini, peserta didik dapat membedakan perbuatan baik dan tidak baik serta menghindari larangan dan melaksanakan kewajiban dalam Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa D. Capaian Pembelajaran Pendidikan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa 1. Fase A (Usia Mental ≤ 7 Tahun, Umumnya Kelas I dan II) Peserta didik dapat mengenal ajaran Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang ditunjukkan dengan perilaku budi pekerti luhur dalam berinteraksi di lingkungan keluarga dengan cara mengenal dirinya dengan berbagai aturan dalam ajaran Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa di lingkungan keluarga. Peserta didik juga dapat mengenal anggota tubuh sebagai makhluk ciptaan Tuhan dan benda-benda di sekitar rumah sehingga dapat mengetahui rasa syukur atas adanya kekuasaan dan keberadaan Tuhan. Selain itu, peserta didik juga mengenal martabat spiritual (seperti: doa, ritual, dan manyembah) dalam tindakan yang mencerminkan anak berperilaku budi pekerti luhur, mengenal simbol-simbol Kepercayaannya serta mengenal simbolsimbol keyakinan/agama lain yang beragam. Pada akhir fase ini, peserta didik dapat mengenal kewajiban dan larangan dalam ajaran Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Fase A Berdasarkan Elemen 94 Elemen Deskripsi Keagungan Tuhan Yang Pada akhir fase A, peserta didik dapat mengenal sikap bersyukur atas karunia, Maha Esa mengenal kebesaran, dan sifat-sifat Tuhan Yang Maha Esa dalam berinteraksi dengan lingkungan keluarga. Budi Pekerti Pada akhir fase A, peserta didik dapat mengenal sikap sopan (contoh: berpakaian sesuai norma kepantasan), santun, patuh, jujur, menghormati, pemaaf, rajin, percaya diri, disiplin, peduli, tanggung jawab, hak dan kewajiban, kreatif dan kerja keras, welas asih, menghargai, gotong royong, dan toleransi dalam berinteraksi di lingkungan keluarga. Martabat Spiritual Pada akhir fase A, peserta didik dapat mengenal perilaku budaya spiritual Nusantara dan ajaran Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Pada akhir fase A, peserta didik dapat mengenal adat istiadat dan tradisi kearifan lokal daerahnya. Pada akhir fase A, peserta didik dapat mengenal martabat sujud (doa, manembah, ritual, hening, sembah sujud, semedi: disesuaikan dengan bahasa setempat) dan mengenalkan sasana sarasehan (contoh: sanggar, pasewakan, padepokan, bale pasogit, ruma parsantian). Larangan dan Kewajiban Pada akhir fase A, peserta didik dapat mengenal kewajiban aturan perbuatan baik dan larangan dalam Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa (contoh larangan: minuman dan makanan yang mengganggu kesehatan lahir dan batin) di lingkungan keluarga. 2. Fase B (Usia Mental ± 8 Tahun, Umumnya Kelas III dan IV) Peserta didik dapat merespons perilaku dalam ajaran Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dengan cara merespons perilaku budi pekerti luhur dalam berinteraksi di lingkungan keluarga dan sekolah. Selain itu, peserta didik dapat merespons beberapa aturan dalam ajaran Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa di lingkungan keluarga dan sekolah sehingga dapat merespons perilaku bersyukur atas adanya kekuasaan dan keberadaan Tuhan. Peserta didik juga merespons hasil karya martabat spiritual dalam tindakan yang mencerminkan anak berperilaku budi pekerti luhur serta adanya keragaman budaya spiritual maupun beberapa tradisi agama lain yang ada di sekitarnya. Pada akhir fase ini, peserta 95 didik dapat merespons kewajiban dan larangan dalam ajaran Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa di lingkungan keluarga, sekolah, dan lingkungan sekitarnya. Fase B Berdasarkan Elemen Elemen Deskripsi Keagungan Tuhan Yang Maha Esa Pada akhir fase B, peserta didik dapat merespons sikap bersyukur atas karunia, kebesaran, dan sifat-sifat Tuhan Yang Maha Esa dalam berinteraksi dengan lingkungan keluarga dan sekolah. Budi Pekerti Pada akhir fase B, peserta didik dapat merespons sikap sopan (contoh: berpakaian sesuai norma kepantasan), santun, patuh, jujur, menghormati, pemaaf, rajin, percaya diri, disiplin, peduli, tanggung jawab, hak dan kewajiban, kreatif dan kerja keras, welas asih, menghargai, gotong royong, dan toleransi dalam berinteraksi di lingkungan keluarga dan sekolah. Martabat Spiritual Pada akhir fase B, peserta didik dapat merespons nilai budaya spiritual Nusantara dan ajaran Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Pada akhir fase B, peserta didik dapat merespons adat istiadat dan tradisi kearifan lokal daerahnya Pada akhir fase B, peserta didik dapat merespons martabat sujud (doa, manembah, ritual, hening, sembah sujud, semedi: disesuaikan dengan bahasa setempat) dan mengenalkan sasana sarasehan (contoh: sanggar, pasewakan, padepokan, bale pasogit, ruma parsantian). Larangan dan Kewajiban Pada akhir fase B, peserta didik dapat merespons kewajiban aturan perbuatan baik dan mengenal larangan dalam Kepercayaan terhadap Tuhan Yang 3. Fase C (Usia Mental ± 8 Tahun, Umumnya Kelas V dan VI) Peserta didik dapat meniru perilaku dalam ajaran Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sehingga dapat menirukan sikap budi pekerti luhur dalam berinteraksi di lingkungan keluarga dan sekolah. Peserta didik juga dapat meniru sikap bersyukur sebagai makhluk ciptaan Tuhan di lingkungan keluarga, sekolah, dan lingkungan sekitarnya. Peserta didik dapat menunjukkan contoh dan menirukan sikap saling menghargai penghayat kepercayaan atau penganut agama yang berbeda-beda. Peserta didik dapat 96 menirukan sikap melakukan beberapa kewajiban dan mengenal dengan menunjukkan sikap menjauhi larangan dalam ajaran Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa di lingkungan keluarga, sekolah, dan lingkungan sekitarnya. Pada akhir fase ini, peserta didik dapat menirukan sikap budi pekerti luhur dengan cara menirukan kewajiban dan mengenal larangan dalam ajaran Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa di lingkungan keluarga, sekolah, dan lingkungan sekitarnya. Fase C Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Keagungan Tuhan Yang Maha Esa Pada akhir fase C, peserta didik dapat meniru sikap bersyukur atas karunia, kebesaran, dan sifat-sifat Tuhan Yang Maha Esa dalam berinteraksi dengan keluarga, sekolah, dan lingkungan sekitarnya. Budi Pekerti Pada akhir fase C, peserta didik dapat meniru sikap sopan (contoh: berpakaian sesuai norma kepantasan), santun, patuh, jujur, menghormati, pemaaf, rajin, percaya diri, disiplin, peduli, tanggung jawab, hak dan kewajiban, kreatif dan kerja keras, welas asih, menghargai, gotong royong, dan toleransi dalam berinteraksi di lingkungan keluarga, sekolah, dan lingkungan sekitarnya. Martabat Spiritual Pada akhir fase C, peserta didik dapat meniru budaya spiritual Nusantara dan ajaran Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa Pada akhir fase C, peserta didik dapat meniru adat istiadat dan tradisi kearifan lokal daerahnya. Pada akhir fase C, peserta didik dapat meniru martabat sujud (doa, manembah, ritual, hening, sembah sujud, semedi: disesuaikan dengan bahasa setempat) dan mengenalkan sasana sarasehan (contoh: sanggar, pasewakan, padepokan, bale pasogit, ruma parsantian). Larangan dan Kewajiban Pada akhir fase C, peserta didik dapat meniru kewajiban aturan perbuatan baik dan menjauhi larangan dalam Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa (contoh larangan: minuman dan makanan yang mengganggu kesehatan lahir dan batin) di lingkungan keluarga, sekolah, dan lingkungan sekitarnya. 97 4. Fase D (Usia Mental ± 9 Tahun, Umumnya Kelas VII, VIII dan IX) Peserta didik dapat menerima ajaran Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sehingga dapat menerima sikap budi pekerti luhur dalam berinteraksi di lingkungan keluarga dan sekolah. Peserta didik juga dapat menerima dirinya sebagai makhluk ciptaan Tuhan dan benda-benda di sekitarnya, baik di lingkungan rumah maupun di sekolah, serta tempat bermainnya sehingga dapat menerima rasa syukur atas adanya kekuasaan dan keberadaan Tuhan. Peserta didik dapat menunjukkan contoh dan menerima sikap saling menghargai penghayat kepercayaan atau penganut agama yang berbeda-beda. Di akhir fase ini, peserta didik dapat menerima sikap budi pekerti luhur dengan cara menerima kewajiban dan menjauhi larangan dalam ajaran Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa di lingkungan keluarga dan sekolah. Peserta didik juga dapat mempraktikkan dengan bimbingan menirukan ritual sujud yang sederhana dalam martabat budaya kepercayaannya spiritual dan tertentu mendemonstrasikan yang sesuai taraf perkembangan dan minatnya. Fase D Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Keagungan Tuhan Yang Maha Esa Pada akhir fase D, peserta didik dapat menerima sikap bersyukur atas karunia, kebesaran, dan sifat-sifat Tuhan Yang Maha Esa dalam berinteraksi dengan keluarga, sekolah, dan lingkungan sekitarnya Budi Pekerti Pada akhir fase D, peserta didik dapat menerima sikap sopan (contoh: berpakaian sesuai norma kepantasan), santun, patuh, jujur, menghormati, pemaaf, rajin, percaya diri, disiplin, peduli, tanggung jawab, hak dan kewajiban, kreatif dan kerja keras, welas asih, menghargai, gotong royong, dan toleransi dalam berinteraksi di lingkungan keluarga, sekolah, dan lingkungan sekitarnya. Martabat Spiritual Pada akhir fase D, peserta didik dapat menerima pentingnya budaya spiritual Nusantara dan ajaran Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa Pada akhir fase D, peserta didik dapat menerima adat istiadat dan tradisi kearifan lokal daerahnya Pada akhir fase D, peserta didik dapat 98 Elemen Capaian menerima martabat sujud (doa, manembah, ritual, hening, sembah sujud, semedi: disesuaikan dengan bahasa setempat) dan mengenalkan sasana sarasehan (contoh: sanggar, pasewakan, bale pasogit, ruma parsantian). Larangan dan Kewajiban padepokan, Pada akhir fase D, peserta didik dapat menerima kewajiban aturan perbuatan baik dan menjauhi larangan dalam Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa (contoh larangan: minuman dan makanan yang mengganggu kesehatan lahir dan batin) di lingkungan keluarga, sekolah, dan lingkungan sekitarnya. 5. Fase E (Usia Mental ± 10 Tahun, Umumnya Kelas X) Peserta didik dapat memahami pentingnya ajaran Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sehingga dapat menunjukkan sikap budi pekerti luhur dalam berinteraksi di lingkungan keluarga, sekolah, dan lingkungan sekitarnya. Peserta didik juga dapat menunjukkan jati dirinya sebagai makhluk ciptaan Tuhan dan benda-benda di sekitarnya, baik di lingkungan rumah maupun di sekolah, serta tempat bermainnya sehingga dapat menunjukkan rasa syukur atas adanya kekuasaan dan keberadaan Tuhan, serta menghargai keberagaman keyakinan dengan sikap inklusif dalam pergaulan sehari-hari. Pada akhir fase ini, peserta didik dapat menunjukkan sikap budi pekerti luhur dengan cara melakukan kewajiban dan menjauhi larangan dalam ajaran Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat dengan proses pembimbingan minimal. Fase E berdasarkan elemen Elemen Deskripsi Keagungan Tuhan Yang Maha Esa Pada akhir fase E, peserta didik dapat menunjukkan sikap bersyukur atas karunia, kebesaran, dan sifat-sifat Tuhan Yang Maha Esa dalam berinteraksi dengan keluarga, sekolah, dan masyarakat 99 Elemen Deskripsi Budi Pekerti Pada akhir fase E, peserta didik dapat menunjukkan melalui pembimbingan minimal perilaku sikap sopan (contoh: berpakaian sesuai norma kepantasan), santun, patuh, jujur, menghormati, pemaaf, rajin, percaya diri, disiplin, peduli, tanggung jawab, hak dan kewajiban, kreatif dan kerja keras, welas asih, menghargai, gotong royong, dan toleransi dalam berinteraksi di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Martabat Spiritual Pada akhir fase E, peserta didik dapat menunjukkan melalui pembimbingan minimal perilaku budaya spiritual Nusantara dan ajaran Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Pada akhir fase E, peserta didik dapat menunjukkan melalui pembimbingan minimal adat istiadat dan tradisi kearifan lokal daerahnya. Pada akhir fase E, peserta didik dapat menunjukkan melalui pembimbingan minimal martabat sujud (doa, manembah, ritual, hening, sembah sujud, semedi: disesuaikan dengan bahasa setempat) dan mengenalkan sasana sarasehan (contoh: sanggar, pasewakan, padepokan, bale pasogit, ruma parsantian). Larangan dan Kewajiban Pada akhir fase E, peserta didik dapat menunjukkan kewajiban aturan perbuatan baik melalui pembimbingan minimal dan menjauhi larangan dalam Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa (contoh larangan: minuman dan makanan yang mengganggu kesehatan lahir dan batin) di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. 6. Fase F (Usia Mental ± 10 Tahun, Umumnya Kelas XI dan XII) Peserta didik dapat mengimplementasikan ajaran Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dengan cara melakukan perilaku budi pekerti luhur dalam berinteraksi di lingkungan keluarga, sekolah, dan lingkungan sekitarnya. Peserta didik juga dapat menunjukkan jati dirinya sebagai makhluk ciptaan Tuhan dan benda-benda di sekitarnya, baik di lingkungan rumah maupun di sekolah, serta tempat bermainnya sehingga dapat melaksanakan perilaku martabat spiritual untuk menunjukkan rasa syukur atas adanya kekuasaan dan keberadaan Tuhan. Peserta didik dapat menghargai perbedaan keyakinan atau agama. Pada akhir fase ini, 100 peserta didik dapat mengimplementasikan sikap budi pekerti luhur dengan cara melaksanakan kewajiban dan menjauhi larangan dalam ajaran Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, bangsa dan negara. Fase F berdasarkan elemen Elemen Capaian Keagungan Tuhan Yang Maha Esa Pada akhir fase F, peserta didik dapat mengimplementasikan sikap bersyukur atas karunia, kebesaran, dan sifat-sifat Tuhan Yang Maha Esa dalam berinteraksi dengan keluarga, sekolah, masyarakat, bangsa, dan negara. Budi Pekerti Pada akhir fase F, peserta didik dapat mengimplementasikan secara konsisten sikap sopan (contoh: berpakaian sesuai norma kepantasan), santun, patuh, jujur, menghormati, pemaaf, rajin, percaya diri, disiplin, peduli, tanggung jawab, hak dan kewajiban, kreatif dan kerja keras, welas asih, menghargai, gotong royong, dan toleransi dalam berinteraksi di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, bangsa, dan negara. Martabat Spiritual Pada akhir fase F, peserta didik dapat mengimplementasikan budaya spiritual Nusantara dan ajaran Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa Pada akhir fase F, peserta didik dapat mengimplementasikan adat istiadat dan tradisi kearifan lokal daerahnya. Pada akhir fase F, peserta didik dapat mengimplementasikan martabat sujud (doa, manembah, ritual, hening, sembah sujud, semedi: disesuaikan dengan bahasa setempat) dan mengenalkan sasana sarasehan (contoh: sanggar, pasewakan, padepokan, bale pasogit, ruma parsantian). Larangan dan Kewajiban Pada akhir fase F, peserta didik dapat mengimplementasikan secara konsisten kewajiban aturan perbuatan baik dan menjauhi larangan dalam Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa (contoh larangan: minuman dan makanan yang mengganggu kesehatan lahir dan batin) di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, bangsa, dan negara. 101 IV. CAPAIAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA PENDIDIKAN KHUSUS A. Rasional Mata Pelajaran Matematika Matematika merupakan ilmu atau pengetahuan tentang belajar atau berpikir logis yang sangat dibutuhkan manusia untuk hidup yang mendasari perkembangan teknologi modern. Matematika mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Matematika dipandang sebagai materi pembelajaran yang harus dipahami sekaligus sebagai alat konseptual untuk mengonstruksi dan merekonstruksi materi tersebut, mengasah, dan melatih kecakapan berpikir yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan. Belajar matematika dapat meningkatkan kemampuan pebelajar dalam berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif, dan mandiri. Kompetensi tersebut diperlukan agar pebelajar memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, penuh dengan ketidakpastian, dan bersifat kompetitif. Mata pelajaran Matematika membekali peserta didik tentang cara berpikir, bernalar, dan berlogika melalui aktivitas mental tertentu yang membentuk alur berpikir berkesinambungan dan berujung pada pembentukan alur pemahaman terhadap materi pembelajaran matematika berupa fakta, konsep, prinsip, operasi, relasi, masalah, dan solusi matematis tertentu yang bersifat formal-universal. Proses mental tersebut dapat memperkuat disposisi peserta didik untuk merasakan makna dan manfaat matematika dan belajar matematika serta nilai-nilai moral dalam belajar Mata Pelajaran Matematika, meliputi kebebasan, kemahiran, penaksiran, keakuratan, kesistematisan, kerasionalan, kesabaran, kemandirian, kedisiplinan, ketekunan, ketangguhan, kepercayaan diri, keterbukaan pikiran, dan kreativitas. Dengan demikian, relevansinya dengan Profil Pelajar Pancasila, mata pelajaran Matematika ditujukan untuk mengembangkan kemandirian, kemampuan bernalar kritis, dan kreativitas peserta didik. Adapun materi pembelajaran pada mata pelajaran Matematika di setiap jenjang pendidikan dikemas melalui bidang kajian Bilangan, Aljabar, Pengukuran, Geometri, Analisis Data dan Peluang dan kalkulus. Peserta didik berkebutuhan khusus yang memiliki hambatan intelektual atau disertai hambatan lainnya (tunanetra, tunarungu, tunadaksa dan autis) dalam kehidupan sehari tetap membutuhkan matematika. Namun, 102 matematika yang dipelajari bersifat fungsional artinya sering mereka jumpai dalam kegiatan keseharian sehingga kemandirian peserta didik akan berkembang optimal. Misalnya, pada elemen Bilangan, dalam kehidupan banyak dijumpai salah satunya menemukan alamat rumah (nomerisasi). Selain itu, banyak elemen matematika lainnya yang berkaitan dengan kegiatan keseharian mereka yang perlu dipelajari sehingga mereka menjadi mandiri dan tidak kebergantungan pada orang lain. Mengingat karakteristik peserta didik dengan hambatan intelektual dalam pembelajarannya memerlukan bantuan benda konkrit agar mudah dipahami mereka, maka pada elemen matematika aljabar dan kalkulus tidak diberikan karena materi tersebut abstrak. B. Tujuan Mata Pelajaran Matematika Mata pelajaran Matematika bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat: 1. memahami materi pembelajaran matematika berupa fakta, konsep, prinsip, operasi, dan relasi matematis dan mengaplikasikannya secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam penyelesaian masalah matematis (pemahaman matematis); 2. menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematis dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika (penalaran dan pembuktian matematis); 3. menyelesaikan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematis, menyelesaikan model atau menafsirkan solusi yang diperoleh (penyelesaian masalah matematis); 4. mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, serta menyajikan suatu situasi kedalam simbol atau model matematis (komunikasi dan representasi matematis); 5. mengaitkan materi pembelajaran matematika berupa fakta, konsep, prinsip, operasi, dan relasi matematis pada suatu bidang kajian, lintas bidang kajian, lintas bidang ilmu, dan dengan kehidupan (koneksi matematis); 6. memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat 103 dalam mempelajari matematika, serta sikap kreatif, sabar, mandiri, tekun, terbuka, tangguh, ulet, dan percaya diri dalam penyelesaian masalah (disposisi matematis). C. Karakteristik Mata Pelajaran Matematika Mata pelajaran Matematika diorganisasikan dalam lingkup lima Elemen konten (dengan tambahan 1 elemen sebagai pilihan untuk kelas XI dan XII pada jenjang SMA/SMK regular) dan lima elemen proses. 1. Elemen konten dalam mata pelajaran Matematika, terkait dengan pandangan bahwa matematika sebagai materi pembelajaran (subject matter) yang harus dipahami peserta didik. Pemahaman matematis terkait erat dengan pembentukan alur pemahaman terhadap materi pembelajaran matematika berupa fakta, konsep, prinsip, operasi, dan relasi yang bersifat formal-universal. Elemen Deskripsi Bilangan Bidang kajian Bilangan membahas tentang angka sebagai simbol bilangan, konsep bilangan, operasi hitung bilangan, dan relasi antara berbagai operasi hitung bilangan dalam subElemen representasi visual, sifat urutan, dan operasi. Aljabar Bidang kajian Aljabar membahas tentang aljabar nonformal dalam bentuk simbol gambar sampai dengan aljabar formal dalam bentuk simbol huruf yang mewakili bilangan tertentu dalam subElemen persamaan dan pertidaksamaan, relasi dan pola bilangan, serta rasio dan proporsi. Pada bidang kajian Aljabar sulit untuk dipelajari oleh peserta didik dengan hambatan intelektual karena materi dalam elemen ini memerlukan proses berpikir lebih dari satu tahapan, sulit memahami persamaan atau pertidaksamaan dengan bahasa simbol karena kecenderungan mempelajari yang bersifat konkret. Pengukuran Bidang kajian Pengukuran membahas tentang besaran-besaran pengukuran, cara mengukur besaran tertentu, dan membuktikan prinsip atau teorema terkait besaran tertentu dalam subElemen pengukuran besaran geometris dan non-geometris. Geometri Bidang kajian Geometri membahas tentang berbagai bentuk bangun datar dan bangun ruang, serta ciricirinya dalam subElemen geometri datar dan geometri ruang. Analisis Data dan Peluang Bidang kajian Analisis Data dan Peluang membahas tentang pengertian data, jenis-jenis data, pengolahan data dalam berbagai bentuk representasi, dan analisis data kuantitatif terkait pemusatan dan penyebaran data serta peluang munculnya suatu data atau kejadian tertentu dalam subElemen data dan representasinya, serta ketidakpastian dan peluang. 104 Kalkulus (sebagai pilihan untuk kelas XI dan XII) 2. Bidang kajian kalkulus membahas tentang laju perubahan sesaat dari suatu fungsi kontinu, dan mencakup topik limit, diferensial, dan integral, serta penggunaannya. Pada bidang kajian kalkulus sulit untuk dipelajarai oleh peserta didik dengan hambatan intelektual karena materi dalam elemen ini memiliki proses berpikir lebih dari satu tahapan, sulit memahami topik limit diferensial, dan integral serta penggunaannya sementara dasar operasi hitung dari matematika seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian masih mengalami kesulitan. Elemen proses dalam mata pelajaran Matematika terkait dengan pandangan bahwa matematika sebagai alat konseptual untuk mengonstruksi dan merekonstruksi materi pembelajaran matematika berupa aktivitas mental yang membentuk alur berpikir dan alur pemahaman yang dapat mengembangkan kecakapankecakapan. 105 Elemen Deskripsi Penalaran dan Pembuktian Matematis Penalaran terkait dengan proses penggunaan pola hubungan dalam menganalisis situasi untuk menyusun serta menyelidiki praduga. Pembuktian matematis terkait proses membuktikan kebenaran suatu prinsip, rumus, atau teorema tertentu. Pemecahan Masalah Matematis Pemecahan masalah matematis terkait dengan proses penyelesaian masalah matematis atau masalah sehari- hari dengan cara menerapkan dan mengadaptasi berbagai strategi yang efektif. Proses ini juga mencakup konstruksi dan rekonstruksi pemahaman matematika melalui pemecahan masalah. Komunikasi Komunikasi matematis terkait dengan pembentukan alur pemahaman materi pembelajaran matematika melalui cara mengomunikasikan pemikiran matematis menggunakan bahasa matematis yang tepat. Komunikasi matematis juga mencakup proses menganalisis dan mengevaluasi pemikiran matematis orang lain. Representasi Matematis Representasi matematis terkait dengan proses membuat dan menggunakan simbol, tabel, diagram, atau bentuk lain untuk mengomunikasikan gagasan dan pemodelan matematika. Proses ini juga mencakup fleksibilitas dalam mengubah dari satu bentuk representasi ke bentuk representasi lainnya, dan memilih representasi yang paling sesuai untuk memecahkan masalah. Koneksi Matematis Koneksi matematis terkait dengan proses mengaitkan antar materi pembelajaran matematika pada suatu bidang kajian, lintas bidang kajian, lintas bidang ilmu, dan dengan kehidupan. D. Capaian Pembelajaran Setiap Fase 1. Fase A (Usia Mental ≤ 7 Tahun dan Umumnya Kelas I dan II) Pada akhir Fase A, peserta didik dapat memahami, membilang dan menuliskan bilangan asli sampai dengan 20 menggunakan benda konkret, menunjukkan cara melakukan penjumlahan bilangan asli yang hasilnya maksimal 10, mengurutkan dan membandingkan banyak-sedikit dengan benda konkret sampai dengan 10, memahami besar kecil suatu benda. Peserta didik dapat membandingkan tinggirendah, panjang-pendek benda konkret. Peserta didik dapat mengenal benda-benda bangun ruang (kubus, balok, dan mengelompokkan bangun ruang sesuai jenis dan sifatnya. Fase A Berdasarkan Elemen 106 bola), Elemen Capaian Pembelajaran Bilangan Pada akhir Fase A, peserta didik dapat membilang lambang bilangan asli sampai dengan 20, mengurutkan bilangan asli sampai dengan 20 menggunakan benda konkret, dan menuliskan lambang bilangan asli sampai dengan 20, menunjukkan cara penjumlahan bilangan asli yang hasilnya maksimal 10 dengan menggunakan benda konkret. Aljabar - Pengukuran Pada akhir Fase A, peserta didik dapat membandingkan tinggi-rendah, panjang-pendek benda konkret Geometri Pada akhir Fase A, peserta didik dapat mengenal benda-benda bangun ruang (kubus, balok, dan bola) mengelompokkan bangun ruang sesuai jenis dan sifatnya. Analisis Data dan Peluang Pada akhir Fase A, peserta didik dapat mengurutkan, membandingkan banyak-sedikit, dengan benda konkret sampai dengan 10, memahami besar kecil suatu benda. 2. Fase B (Usia Mental ± 8 Tahun dan Umumnya Kelas III dan IV) Pada akhir Fase B, peserta didik dapat membilang, mengurutkan bilangan asli sampai dengan 50 menggunakan benda konkret, dan menuliskan lambang bilangan asli sampai dengan 50, mengenal nilai tempat (puluhan dan satuan), peserta didik menunjukkan cara melakukan penjumlahan dua bilangan yang hasilnya sampai 20, menghitung hasil penjumlahan dua bilangan sampai dengan 20, menunjukkan cara melakukan pengurangan dua bilangan maksimal sampai 20, menghitung hasil pengurangan dua bilangan maksimal 20 dengan menggunakan benda konkrit, menunjukkan dan menggunakan mata uang rupiah, menuliskan kesetaraan nilai uang Rp500,00 sampai Rp20.000,00. Peserta didik dapat mengidentifikasi berat–ringan benda dengan menggunakan benda konkret, mengurutkan benda dari berat ke ringan atau sebaliknya, mengenal waktu berupa hari, tanggal dan bulan. Peserta didik dapat mengidentifikasi benda-benda bangun datar, menggambar bangun datar dengan mengikuti pola, mengilustrasikan gambar bangun datar dengan gerakan. Peserta didik dapat mengurutkan, membandingkan banyak-sedikit, dengan benda konkret maksimal 20 benda. 107 Fase B Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Bilangan Pada akhir Fase B, peserta didik dapat membilang lambang bilangan asli sampai dengan 50, mengurutkan bilangan asli sampai dengan 50 menggunakan benda konkret, dan menuliskan lambang bilangan asli sampai dengan 50, mengenal nilai tempat (puluhan dan satuan), menunjukkan cara melakukan penjumlahan dua bilangan yang hasilnya sampai 20 dengan menggunakan benda konkret, menghitung hasil penjumlahan dua bilangan sampai dengan 20 dengan benda konkret, menunjukkan cara melakukan pengurangan dua bilangan maksimal 20 dengan menggunakan benda konkret, menghitung hasil pengurangan dua bilangan maksimal 20 dengan benda konkret, menunjukkan dan menggunakan uang rupiah Rp500,00 sampai maksimal Rp20.000,00, menuliskan kesetaraan nilai uang Rp500,00 sampai Rp20.000,00. (Catatan: Jika kesetaraan nilai uang sulit dipahami peserta didik sebaiknya tidak terlalu dipaksakan, karena akan dibelajarkan kembali pada Fase C). Aljabar - Pengukuran Pada akhir Fase B, peserta didik dapat mengidentifikasi berat–ringan benda dengan menggunakan benda-benda di sekitar rumah, sekolah dan tempat bermain, mengurutkan benda dari berat ke ringan atau sebaliknya, mengenal waktu (hari, tanggal dan bulan). Geometri Pada akhir Fase B, Peserta didik dapat mengidentifikasi benda-benda bangun datar (segiempat, segitiga dan lingkaran), menggambar bangun datar (segiempat, segitiga dan lingkaran) dengan mengikuti pola, mengilustrasikan gambar bangun datar dengan gerakan. Analisis Data dan Peluang Pada akhir Fase B, peserta didik dapat mengurutkan, membandingkan banyak-sedikit, dengan benda konkret sampai dengan 20. 3. Fase C (Usia Mental ± 8 Tahun dan Umumnya Kelas V dan VI) Pada akhir Fase C, peserta didik dapat membilang, mengurutkan bilangan asli menggunakan benda konkret, dan menuliskan lambang bilangan asli sampai dengan 100, memahami nilai tempat (satuan dan puluhan), menunjukkan cara melakukan penjumlahan dua bilangan yang hasilnya sampai 50 dengan menggunakan benda konkret, menghitung hasil penjumlahan dua bilangan sampai dengan 50 dengan benda konkret, menunjukkan cara melakukan pengurangan dua bilangan maksimal 50 dengan menggunakan benda konkret, 108 menghitung hasil pengurangan dua bilangan maksimal 50 dengan benda konkret, menunjukkan uang rupiah Rp500,00 sampai Rp50.000,00, menuliskan kesetaraan nilai uang Rp500,00 sampai Rp50.000,00. Peserta didik dapat memahami pengukuran menggunakan satuan baku dan satuan tidak baku, melakukan pengukuran menggunakan satuan tidak baku dan satuan baku panjang, mengenal satuan waktu jam dan menit. Peserta didik dapat mengidentifikasi benda-benda jenis bangun ruang, mengidentifikasi unsur-unsur bangun ruang kubus dan balok (titik sudut, garis, dan bidang), mengelompokkan bangun ruang sesuai jenis dan sifatnya. Peserta didik dapat mengumpulkan suatu kumpulan data berdasarkan karakteristik tertentu, menuliskan suatu kumpulan data, menyajikan data dalam bentuk tabel. Fase C Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Bilangan Pada akhir Fase C, peserta didik dapat membilang lambang bilangan asli sampai dengan 100, mengurutkan bilangan asli sampai dengan 100 menggunakan benda konkret, dan menuliskan lambang bilangan asli sampai dengan 100, memahami nilai tempat (satuan dan puluhan), menunjukkan cara melakukan penjumlahan dua bilangan yang hasilnya sampai 50 dengan menggunakan benda konkret, menghitung hasil penjumlahan dua bilangan sampai dengan 50 dengan benda konkret, menunjukkan cara melakukan pengurangan dua bilangan maksimal 50 dengan menggunakan benda konkret, menghitung hasil pengurangan dua bilangan maksimal 50 dengan benda konkret, menunjukkan uang rupiah Rp500,00 sampai Rp50.000,00, menuliskan kesetaraan nilai uang Rp500,00 sampai Rp50.000,00. (Catatan: Jika peserta didik sulit memahami nilai tempat tidak perlu dipaksakan sampai paham, yang penting dapat menjumlah bilangan sampai dengan 50). Aljabar - Pengukuran Pada akhir Fase C, peserta didik dapat melakukan pengukuran menggunakan satuan tidak baku (jengkal dan langkah), melakukan pengukuran panjang dengan satuan baku panjang (centimeter dan meter), mengenal satuan waktu (jam dan menit). Geometri Pada akhir Fase C, peserta didik dapat mengidentifikasi benda-benda bangun ruang (tabung, dan kerucut), mengidentifikasi unsur- 109 Elemen Capaian Pembelajaran unsur bangun ruang kubus dan balok (titik sudut, garis, dan bidang), mengelompokkan bangun ruang sesuai jenis dan sifatnya. Analisis Data dan Peluang Pada akhir Fase C, peserta didik dapat mengumpulkan suatu kumpulan data berdasarkan karakteristik tertentu (warna, bentuk, dan jenis kelamin), menuliskan suatu kumpulan data, menyajikan data dalam bentuk tabel. 4. Fase D (Usia Mental ± 9 Tahun dan Umumnya Kelas VII, VIII, dan IX) Pada akhir fase D, peserta diidik dapat menunjukkan cara melakukan penjumlahan, dan menghitung hasil penjumlahan dua angka, menunjukkan cara melakukan pengurangan, dan menghitung hasil penjumlahan dua bilangan sampai dengan 100 dengan benda konkret. Melakukan operasi hitung perkalian dan pembagian sampai 20, mengenal bilangan pecahan sederhana, menuliskan bilangan pecahan sederhana, menghitung hasil penjumlahan atau pengurangan dua pecahan dengan penyebut sama, mengenal cara penggunaan alat bantu hitung secara sederhana dalam kehidupan sehari-hari, memahami operasi hitung (penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian) menggunakan alat bantu hitung secara sederhana dalam kehidupan sehari-hari, menunjukkan pecahan uang, menuliskan kesetaraan nilai uang Rp500,00 sampai Rp100.000,00. Peserta didik dapat mengenal ukuran satuan berat, melakukan pengukuran satuan berat, mengenal satuan volume, menakar volume suatu benda menggunakan literan (takaran yang isinya 1 liter). Peserta didik dapat menunjukkan cara menentukan keliling segitiga, persegi, dan persegi panjang menggunakan benda konkret, menghitung keliling segitiga, persegi, dan persegi panjang. Peserta didik dapat mengidentifikasi dan membandingkan harga barang dalam kehidupan sehari-hari. Fase D Berdasarkan Elemen Elemen Bilangan Capaian Pembelajaran Pada akhir Fase D, peserta didik dapat menunjukkan cara melakukan penjumlahan dua angka maksimal 100 dengan menggunakan benda konkret, menghitung hasil penjumlahan dua angka maksimal 100 dengan benda konkret, menunjukkan cara melakukan pengurangan dua angka maksimal 100 dengan menggunakan benda konkret, menghitung hasil penjumlahan dua bilangan sampai 110 Elemen Capaian Pembelajaran dengan 100 dengan benda konkret,. Melakukan operasi hitung perkalian sampai 20, melakukan operasi hitung pembagian sampai 20, mengenal bilangan pecahan sederhana menggunakan benda konkret, menuliskan bilangan pecahan sederhana, menghitung hasil penjumlahan dua pecahan dengan penyebut sama, menghitung hasil pengurangan pecahan dengan penyebut sama, mengenal cara penggunaan alat bantu hitung secara sederhana dalam kehidupan sehari-hari, memahami operasi hitung (penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian) menggunakan alat bantu hitung secara sederhana dalam kehidupan sehari-hari, menunjukkan pecahan uang Rp500,00 sampai Rp100.000,00, menuliskan kesetaraan nilai uang Rp500,00 sampai Rp100.000,00. Aljabar - Pengukuran Pada akhir Fase D, peserta didik dapat menunjukkan ukuran satuan berat (gram dan kg) dalam kehidupan sehari-hari, melakukan pengukuran satuan berat (gram dan kg), mengenal satuan volume (liter), menakar volume suatu benda menggunakan alat takar literan. Geometri Pada akhir Fase D, peserta didik dapat menunjukkan cara menentukan keliling segitiga, persegi, dan persegi panjang menggunakan benda konkret (benang, tali, batang korek api, lidi dan berbagai benda yang dapat digunakan sebagai satu satuan panjang), menghitung keliling segitiga, persegi, dan persegi panjang menggunakan benda konkret yang dapat digunakan sebagai satu satuan panjang. Analisis Data dan Peluang Pada akhir Fase D, peserta didik dapat mengidentifikasi harga barang dalam kehidupan sehari-hari (lebih mahal dan lebih murah), membandingkan harga barang (lebih mahal dan lebih murah) dalam kehidupan sehari-hari. 5. Fase E (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas X) Pada akhir Fase E, peserta didik dapat melakukan operasi hitung bilangan asli (penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian) dalam penyelesaian masalah pada kehidupan sehari-hari, mengenal bilangan desimal satu angka dibelakang koma 0,1 sampai 1,9, menunjukkan bentuk persen, menghitung bentuk persen dengan alat bantu hitung. Peserta didik dapat menentukan satuan panjang, satuan berat benda, dan satuan volume dalam kehidupan sehari-hari, 111 menggunakan benda konkret menunjukkan satuan luas (cm2 dan m2), menghitung luas bangun datar (persegi, persegi panjang dan segitiga) dengan menggunakan satuan luas. Peserta didik dapat mengidentifikasi daftar tabel dalam kaitannya dengan kegiatan keterampilan vokasional, membuat daftar tabel kebutuhan uang untuk belanja barang. Fase E Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Bilangan Pada akhir Fase E, peserta didik dapat melakukan operasi hitung bilangan asli (penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian) dalam penyelesaian masalah pada kehidupanan seharihari, mengenal bilangan desimal satu angka dibelakang koma 0,1 sampai 1,9, menunjukkan bentuk persen dalam kehidupan sehari-hari, menghitung bentuk persen dengan alat bantu hitung dalam kehidupan sehari-hari Aljabar - Pengukuran Pada akhir Fase E, peserta didik dapat menentukan satuan panjang benda dengan menggunakan alat ukur, menentukan berat benda (gram dan kg), menentukan volume (liter dan ml) dalam kehidupan sehari-hari. Geometri Pada akhir Fase E, peserta didik dapat menggunakan benda konkret menunjukkan satuan luas (cm² dan m²), menghitung luas bangun datar (persegi, persegi panjang dan segitiga) dengan menggunakan satuan luas. Analisis Data dan Peluang Pada akhir Fase E, peserta didik dapat mengidentifikasi daftar table kegiatan keterampilan vokasional, membuat tabel kebutuhan uang untuk belanja barang. 6. Fase F (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas XI dan XII) Pada akhir Fase F, peserta didik dapat melakukan operasi hitung bilangan asli pembagian, menghitung operasi campuran bilangan asli (penjumlahan dan pengurangan), menghitung operasi campuran bilangan asli (perkalian dan penjumlahan), melakukan operasi hitung penjumlahan desimal satu angka di belakang koma tanpa teknik menyimpan, melakukan operasi hitung pengurangan desimal satu angka di belakang koma tanpa teknik meminjam, mengidentifikasi dan menghitung untung atau rugi dalam kegiatan jual beli, menunjukkan pemanfaatan bentuk bangun datar dan pemanfaatan 112 bangun ruang, menerapkan pemanfaatan bentuk bangun datar dan pemanfaatan bangun ruang dalam kehidupan sehari-hari, satuan waktu, membaca dan membuat tabel daftar harga/barang yang berkaitan dengan proses jual beli. Fase F Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Bilangan Pada akhir Fase F, peserta didik dapat melakukan operasi hitung bilangan asli pembagian, menghitung operasi campuran bilangan asli (penjumlahan dan pengurangan), melakukan operasi hitung penjumlahan desimal satu angka di belakang koma tanpa teknik menyimpan, melakukan operasi hitung pengurangan desimal satu angka di belakang koma tanpa teknik meminjam, menghitung operasi campuran bilangan asli (perkalian dan penjumlahan) dalam penyelesaian masalah pada kehidupan sehari-hari, mengidentifikasi untung atau rugi dalam jual beli pada kehidupan seharihari, menghitung untung atau rugi dalam kegiatan jual beli menggunakan alat bantu hitung. Aljabar - Pengukuran Pada akhir Fase F, peserta didik dapat menentukan dan menerapkan satuan waktu (jam dan menit) dalam kehidupan sehari-hari. Geometri Pada akhir Fase F, peserta didik dapat menunjukkan keberadaan bentuk bangun datar dan bangun ruang dalam kehidupan sehari-hari, pemanfaatan benda-benda berbentuk bangun bangun ruang dalam kehidupan sehari-hari, menyusun benda berbentuk bangun ruang dari benda-benda berbentuk bangun datar Analisis Data dan Peluang Pada akhir Fase F, peserta didik dapat membaca tabel daftar harga/barang yang berkaitan dengan proses jual beli. Kalkulus _ 113 V. CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KHUSUS BAHASA INGGRIS A. Rasional Mata Pelajaran Bahasa Inggris Bahasa Inggris pendidikan khusus diberikan untuk memfasilitasi peserta didik mempelajari bahasa Inggris dengan lebih komprehensif dan terfokus. Bahasa Inggris pendidikan khusus ini, diharapkan dapat membantu peserta didik berhasil mencapai kemampuan akademik yang ditargetkan serta ‘life skills’ yang diperlukan untuk dapat hidup dalam tatanan dunia dan teknologi yang berubah dengan cepat. Selain life skills, di dalam pembelajaran bahasa Inggris pendidikan khusus jugamenekankan pada keterampilan Abad ke-21 (berpikir kritis, kreatif, komunikatif, dan kolaboratif), pengembangan karakter, dan literasi sesuai kebutuhan. Pengajaran Bahasa Inggris ini memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan kemampuan bahasa Inggris. Kemampuan yang dikembangkan keterampilan bahasa yang pada meliputi tiga berbicara pasang dan domain menyimak, membaca dan memirsa, serta menulis dan mempresentasikan. Peserta didik dalam percakapan sehari-hari dapat confident atau percaya diri, secara mandiri di berbagai lingkungan akademik dan profesional menggunakan bahasa Inggris, meskipun dengan berbagai nuansa dan keakuratan yang terbatas. Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran bahasa Inggris pendidikan khusus ini adalah pendekatan berbasis teks (genre-based approach). Pendekatan ini difokuskan pada teks, dalam berbagai moda, visual, baik lisan, tulis, audio, maupun multimodal. Pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman dalam menggunakan teks-teks berbahasa Inggris untuk memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata. Teks menjadi fokus pembelajaran, seperti dikatakan oleh Halliday dan Mathiesen (2014: 3) bahwa “When people speak or write, they produce text, and text is what listeners and readers engage with and interpret.” Untuk itu, pengajaran juga difokuskan pada penguatan kemampuan menggunakan bahasa Inggris dalam pada tiga pasang domain keterampilan bahasa Inggris dalam tiga jenis teks, yakni procedure, 114 recount, dan naratif. Terdapat empat tahap pada pengajaran bahasa yang menggunakan pendekatan berbasis teks: tahap pertama Building Knowledge of Field; guru dan peserta didik membangun konteks budaya, berbagi pengalaman, membahas kosakata, pola-pola kalimat, dan sebagainya. Pada tahap kedua, Modelling of Text; guru menunjukkan teks model (lisan atau tulis) dari jenis teks yang sedang dipelajari. Tahap ketiga, Joint Construction of Text; peserta didik mencoba memproduksi teks secara berkelompok dan dengan bantuan guru. Tahap keempat, Independent Construction; peserta didik diberi kesempatan untuk menulis secara mandiri, dengan bimbingan pendidik yang minimal, hanya kalau diperlukan. Pembelajaran Bahasa Inggris pendidikan khusus juga dirancang untuk membentuk Profil Pelajar Pancasila seperti beriman dan berahlak mulia, mandiri, bernalar kritis, kreatif, gotong royong, dan berkebinekaan global baik secara langsung maupun tidak langsung dalam berinteraksi dengan lingkungan sosial dan alam melalui pembelajaran yang bersifat kontekstual. Kaitannya dengan tujuan pembentukan Profil Pelajar Pancasila, pengajaran bahasa Inggris pendidikan khusus diharapkan dapat mewujudkan peserta didik yang merdeka, yakni menjadi pengguna bahasa Inggris yang mandiri dan percaya diri, selain itu, pembentukan Profil Pelajar Pancasila juga dapat dicapai melalui berbagai aktivitas pembelajaran dengan berbagai jenis teks. B. Tujuan Mata Pelajaran Bahasa Inggris Mata pelajaran Bahasa Inggris bertujuan untuk memastikan peserta didik agar: 1. mengembangkan kompetensi komunikatif dalam bahasa Inggris dengan berbagai teks multimoda (lisan, tulisan, visual, dan audiovisual); 2. mengembangkan kompetensi interkultural untuk memahami dan menghargai perspektif, praktik, dan produk budaya Indonesia dan budaya asing; 3. mengembangkan kepercayaan diri untuk berekspresi sebagai individu yang mandiri dan bertanggung jawab; 4. mengembangkan keterampilan bernalar kritis dan kreatif; 5. menempatkan peserta didik untuk memiliki hak dan kesempatan 115 yang sama dalam mempelajari bahasa Inggris; dan 6. menjadikan peserta didik dapat belajar lebih banyak tentang dunia melalui bahasa Inggris. C. Karakteristik Mata Pelajaran Bahasa Inggris Karakteristik mata pelajaran Bahasa Inggris seperti berikut. 1. Bahasa Inggris merupakan bahasa asing yang dapat dipelajari sesuai dengan kesiapan setiap peserta didik. Oleh karena itu, penentuan capaian pembelajaran dalam pembelajaran bahasa Inggris dikategorikan dalam bentuk fase kesiapan berbahasa dan tidak terikat oleh usia. 2. Capaian pembelajaran dalam pembelajaran dikelompokkan menjadi enam fase, setiap bahasa Inggris satu fase memiliki rentang dua tahun untuk mencapainya, kecuali pada tingkatan SMA kelas X. Penentuan umur yang dituliskan dalam dokumen ini hanya rekomendasi. Setiap satuan pendidikan dapat menyesuaikan dengan kesiapan peserta didik maupun kesiapan sumber daya manusia (SDM) yang berada dalam satuan pendidikan tersebut. 3. Pembelajaran bahasa Inggris untuk peserta didik berkebutuhan khusus ini, terdiri atas mata pelajaran Bahasa Inggris dasar. Pembelajaran Bahasa Inggris lanjutan tidak direkomendasikan bagi peserta didik berkebutuhan khusus dengan hambatan kognitif. Pembelajaran bahasa Inggris mencakup sederhana (menyimak, membaca, dan serta keterampilan mempresentasikan ekspresif secara keterampilan reseptif memirsa secara sederhana), (berbicara, sederhana). menulis, Keterampilan dan membaca, memirsa, menulis, dan mempresentasikan tidak direkomendasikan untuk diajarkan di fase A, B, dan C. Pada rentang usia fase ini, peserta didik berfokus pada keterampilan komunikasi secara lisan. Elemen-Elemen Mata Pelajaran serta Deskripsinya Elemen Menyimak Deskripsi Keterampilan seseorang menerima informasi, memberikan apresiasi kepada lawan bicara, dan memahami informasi, sehingga ia dapat menyampaikan tanggapan secara relevan dan kontekstual. Proses yang terjadi dalam menyimak mencakup kegiatan seperti mendengarkan dan atau mengamati bahasa isyarat dan atau gerak bibir, mengidentifikasi, memahami, menginterpretasi bunyi bahasa lalu menyimpulkan makna. Keterampilan menyimak juga merupakan 116 Elemen Berbicara Membaca Memirsa Menulis Mempresentasikan Deskripsi kemampuan komunikasi nonverbal yang mencakup seberapa baik seseorang menangkap makna (tersirat dan tersurat) pada sebuah paparan lisan dan memahami ide pokok dan pendukung pada konten informasi maupun konteks yang melatari paparan tersebut (Petri, 2017). Keterampilan untuk menyampaikan gagasan,pikiran, serta perasaan secara lisan dan atau isyarat dalam interaksi sosial. Keterampilan seseorang untuk memahami, menggunakan, dan merefleksi teks sesuai tujuan dan kepentingannya, untuk mengembangkan pengetahuan dan potensinya agar ia dapat berpartisipasi dengan masyarakat (OECD,2000). Keterampilan seseorang untuk memahami, menggunakan, dan merefleksi teks visual sesuai tujuan dan kepentingannya. Keterampilan seseorang untuk menyampaikan, menggomunikasikan gagasan, mengekspresikan kreativitas dan mencipta dalam beragam genre teks tertulis, dengan cara yang efektif dan dapat dipahami serta diminati oleh pembaca. Keterampilan untuk memaparkan gagasan secara fasih,akurat, dapat dipertanggung jawabkan, dengan cara yang komunikatif melalui beragam media (visual,digital, dan audiovisual) dan dapat dipahami oleh pendengar. Penyampaian dalam berbicara dan mempresentasikan perlu disusun dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan atau karakteristik penyimak. D. Capaian Pembelajaran Setiap Fase 1. Fase A (Usia Mental ≤ 7 Tahun dan Umumnya Kelas I dan II) Pada Fase A, peserta didik memahami bahwa bahasa Inggris lisan dapat membantu mereka berinteraksi dengan orang lain dalam situasi sosial sehari-hari dan konteks kelas. Di dalam mengembangkan keterampilan menyimak dan berbicara, peserta didik mengikuti/merespon instruksi atau pertanyaan sederhana dalam bahasa Inggris dan membagikan informasi dengan kosakata sederhana. Pada fase ini, peserta didik menggunakan alat bantu visual dan/atau auditif untuk membantu mereka berkomunikasi secara verbal dan atau nonverbal. Teknik yang digunakan disesuaikan dengan hambatan masing-masing. Fase A Berdasarkan Elemen Elemen Menyimak-Berbicara Listening-Speaking Capaian Pembelajaran Pada akhir fase A, peserta didik menggunakan bahasa Inggris sederhana untuk berinteraksi dalam situasi sosial 117 Elemen Membaca-Memirsa Reading-Viewing Capaian Pembelajaran dan kelas seperti berkenalan, memberikan informasi diri, mengucapkan salam dan selamat tinggal. By the end of Phase A students use basic English to interact in social and classroom situations such as introducing themselves, sharing personal information, greeting and bidding farewell. Belum menjadi fokus pembelajaran pada fase ini Menulis-Mempresentasikan Writing-Presenting Belum menjadi fokus pembelajaran pada fase ini. 2. Fase B (Usia Mental ± 8 Tahun dan Umumnya Kelas III dan IV) Pada Fase B, peserta didik memahami bahwa bahasa Inggris lisan dapat membantu mereka berinteraksi dengan orang lain dalam situasi sosial sehari-hari dan konteks kelas. Di dalam mengembangkan keterampilan menyimak dan berbicara, peserta didik mengikuti/merespons instruksi atau pertanyaan sederhana dalam bahasa Inggris dan membagikan informasi dengan kosakata sederhana. Pada fase ini, peserta didik menggunakan alat bantu visual dan/atau auditif untuk membantu mereka berkomunikasi secara verbal dan nonverbal. (teknik disesuaikan dengan ketunaan masing-masing). Peserta didik memahami bahwa kegiatan membaca merupakan kegiatan individu maupun berkelompok yang bisa dilakukan untuk memberikan kesenangan (reading for pleasure). Mereka memahami bahwa gambar yang terdapat dalam buku yang dibacakan oleh guru atau gambar yang peserta didik amati memiliki arti. Mereka merespons secara lisan, visual, dan/atau komunikasi nonverbal terhadap teks sederhana yang dibacakan atau gambar yang dilihatnya. Fase B Berdasarkan Elemen Elemen Menyimak-Berbicara Listening-Speaking Capaian Pembelajaran Pada akhir fase B, peserta didik merespon instruksi sederhana dengan gerakan tubuh atau menjawab pertanyaan pendek sederhana dengan kata, frasa atau kalimat sederhana. By the end of Phase B,students respond to simple instructions with action-related language or answer to short, simple questions with simple words, phrases or 118 sentences. Membaca-Memirsa Reading-Viewing Pada akhir fase B, peserta didik merespons secara lisan terhadap teks pendek sederhana dan familier, berbentuk teks tulis yang dibacakan oleh guru. By the end of Phase B, students respond orally to short, simple, familiar texts in the form of print texts read by teachers. Menulis-Mempresentasikan Writing-Presenting Belum menjadi fokus pembelajaran pada fase ini. 3. Fase C (Usia Mental ± 8 Tahun dan Umumnya Kelas V dan VI) Pada Fase C, peserta didik memahami bahwa bahasa Inggris lisan dapat membantu mereka berinteraksi dengan orang lain dalam situasi sosial sehari-hari dan konteks kelas. Di dalam mengembangkan keterampilan menyimak dan berbicara, peserta didik mengikuti/merespon instruksi atau pertanyaan sederhana dalam bahasa Inggris dan membagikan informasi dengan kosakata sederhana. Pada fase ini, peserta didik menggunakan alat bantu visual dan/atau auditif untuk membantu mereka berkomunikasi secara verbal dan nonverbal. Teknik yang digunakan disesuaikan dengan hambatan masing-masing. Peserta didik memahami bahwa kegiatan membaca merupakan kegiatan individu maupun memberikan berkelompok kesenangan yang (reading bisa for dilakukan pleasure). untuk Mereka memahami bahwa gambar yang terdapat dalam buku yang dibacakan oleh guru atau gambar/visual yang peserta didik amati memiliki arti. Mereka merespons secara lisan, sederhana, dan spontan dan/atau komunikasi nonverbal terhadap teks sederhana yang dibacakan atau gambar/visual yang dilihatnya. Fase C Berdasarkan Elemen Elemen Menyimak-Berbicara Listening-Speaking Capaian Pembelajaran Pada akhir fase C, peserta didik memahami ide pokok dari informasi yang disampaikan secara lisan dan atau isyarat dengan bantuan audio atau visual menggunakan kosa kata sederhana. Mereka dapat menggunakan teks atau gambar untuk membantu mereka berkomunikasi. By the end of Phase C,students identify key points of information in visually and or sign supported oral presentations containing familiar vocabulary. They use 119 texts or picture communicate. to help them Membaca-Memirsa Reading-Viewing Pada akhir fase C, Peserta didik menunjukkan pemahaman teks yang dibacakan atau gambar/ilustrasi yang diperlihatkan padanya, menggunakan komunikasi non-verbal. By the end of Phase C, students show understanding of texts being read to or pictures/illustration being shown, using verbal or non-verbal communication. Menulis-Mempresentasikan Writing-Presenting Belum menjadi pada fase ini. fokus pembelajaran 4. Fase D (Usia Mental ± 9 Tahun dan Umumnya Kelas VII dan IX) Pada Fase D, peserta didik memahami dan merespons teks bahasa Inggris sederhana secara lisan, tulisan, dan visual. Mereka memahami hubungan bunyi-huruf pada kosakata dalam bahasa Inggris sederhana untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain dalam situasi sosial sehari-hari dan konteks kelas. Peserta didik menggunakan bahasa Inggris sederhana untuk memahami dan memproduksi teks tulisan dan visual dengan bantuan contoh dan media audio-visual. Fase D Berdasarkan Elemen Elemen Menyimak-Berbicara Listening-Speaking Capaian Pembelajaran Pada akhir fase D, peserta didik menggunakan bahasa Inggris sederhana untuk berinteraksi dalam lingkup situasi sosial dan situasi kelas. Peserta didik menggunakan kosakata sederhana dalam bahasa Inggris untuk kegiatan rutinitas di kelas dan aktivitas belajar, seperti menyampaikan perasaan, menyampaikan kebutuhan, dan meminta pertolongan, meminta klarifikasi, dan meminta izin. Peserta didik mengidentifikasi informasi penting dalam berbagai konteks, seperti meminta pembicara untuk mengulangi atau berbicara dengan lebih pelan, atau bertanya arti sebuah kata. Peserta didik menggunakan kosakata berkaitan dengan instruksi sederhana tentang prosedur kelas dan aktivitas belajar. Peserta didik memahami ide pokok dari informasi yang disampaikan secara lisan dan tulisan dengan bantuan media audiovisual dan menggunakan kosakata 120 Elemen Membaca-Memirsa Reading-Viewing Menulis-Mempresentasikan Writing-Presenting 121 Capaian Pembelajaran sederhana. By the end of phase D, students use English to interact in an expanding formulaic language range of predictable social and classroom situations. They use formulaic language to participate in classroom routines and learning activities such as expressing feelings,expressing needs, requesting help, asking simple questions, requesting clarification and seeking permission. They use some strategies to identify key information in most contexts such as asking a speaker to repeat or to speak slowly, or asking what a word means. They follow a series of simple instructions related to classroomprocedures and learning activities. Pada akhir fase D, peserta didik memahami kata-kata yang sering digunakan sehari-hari dan memahami kata-kata baru dengan bantuan gambar/ilustrasi dan atau media audio-visual. Peserta didik membaca dan memberikan respons terhadap teks pendek, sederhana, dan familier dalam bentuk tulisan atau digital, termasuk teks visual, multimodal, atau interaktif. Peserta didik menemukan informasi pada sebuah kalimat dan menjelaskan topik sebuah teks yang dibaca atau diamatinya. By the end of phase D, students understand familiar and new vocabulary with support from visual cues or context clues. They read and respond to a wide range of short, simple, familiar texts in the form of print or digital texts, including visual, multimodal or interactive texts. They find basic information in a sentence and explain a topic in a text read or viewed. Pada akhir fase D, peserta didik mengomunikasikan ide dan pengalamannya seperti menyampaikan perasaan, menyampaikan kebutuhan, dan meminta pertolongan, meminta klarifikasi dan meminta izin, meminta pembicara untuk mengulangi berbicara dengan lebih pelan, atau bertanya arti sebuah kata melalui bantuan guru, gambar dan atau media audio-visual. Peserta didik menulis teks bahasa Inggris dengan kaidah yang disesuaikan dengan konteks dan tujuannya serta menggunakan tanda baca dan penggunaan huruf kapital. Dalam menulis, peserta didik Elemen Capaian Pembelajaran menggunakan kosakata yang berkaitan dengan lingkungan kelas dan rumah serta menggunakan beberapa strategi dasar, seperti menyalin kata atau frasa dari buku atau daftar kata, menggunakan gambar dan atau media audio-visual. By the end of phase D, students communicate their ideas and experiencethrough drawings, copied writing and their own basic writing, showing evidence of a developing understanding of the writing process. They demonstrate an early awareness that written texts in English are presented through conventions, which change according to context and purpose. With teachers’ support, they produce simple descriptions, recounts and procedures using formulaic language and modeled examples at word and simple sentence level. They show awareness of the need for basic punctuation and capitalization.They demonstrate knowledge of some English letter-sound relationships and the spelling of high-frequency words. In their writing, they use vocabulary related to their class and home environments, and use basic strategies, such as copying words or phrases from books or word lists, using images and asking how to write a word. 5. Fase E (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas X) Pada akhir Fase E, peserta didik menggunakan teks lisan, tulisan, dan visual dalam bahasa Inggris untuk berkomunikasi sesuai dengan situasi, tujuan, dan pemirsa/pembacanya. Jenis teks berupa deskripsi menjadi rujukan utama dalam mempelajari bahasa Inggris. Peserta didik menggunakan bahasa Inggris untuk menyampaikan keinginan/perasaan dan berdiskusi mengenai topik yang dekat dengan keseharian. Mereka membaca teks tulisan untuk mempelajari sesuatu/mendapatkan informasi. Fase E Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Menyimak-Berbicara Listening- Speaking Pada akhir fase E, peserta didik menggunakan bahasa Inggris sederhana untuk berinteraksi dalam situasi sosial maupun kelas yang sering 122 Elemen Capaian Pembelajaran digunakan sehari-hari. Peserta didik dapat menggunakan bahasa yang tersusun dalam kegiatan belajar seperti membuat pertanyaan sederhana. Peserta didik mengidentifikasi teks deskripsi sederhana. By the end of phase E, students use English to interact in expanding language range of predictable social and classroom situations. They use formulaic language to participate in learning activities such as asking simple questions. Students identify simple descriptive text. Membaca-Memirsa Reading-Viewing Pada akhir fase E, peserta didik memahami kata-kata yang sering digunakan sehari-hari dan memahami kata-kata baru dengan bantuan gambar/ilustrasi serta kalimat dalam konteks yang dipahami peserta didik. Peserta didik memahami kosakata akrab dan baru dengan dukungan dari isyarat visual atau petunjuk konteks. Mereka membaca dan menanggapi teks deskripsi sederhana dan familier dalam bentuk teks cetak atau digital, termasuk teks visual, multimodal atau interaktif. Mereka menemukan informasi dasar dalam sebuah kalimat dan menjelaskan topik dalam teks yang dibaca atau dilihat. At the end of phase E, students understand words that are often used daily and understand new words with the help of pictures/illustrations and sentences in the context that students understand. Learners understand familiar and new vocabulary with the support of visual cues or context clues. They read and respond to simple, familiar descriptive texts in printed or digital form, including visual, multimodal or interactive text. They find basic information in a sentence and explain the topic in the text they read or viewed. Menulis-Mempresentasikan Writing-Presenting Pada akhir fase E, peserta didik mengomunikasikan ide dan pengalamannya melalui tulisan sederhana dengan kalimatnya sendiri serta menunjukkan perkembangan pemahaman terhadap proses menulis. Peserta didik dapat menuliskan teks deskripsi sederhana dalam bahasa Inggris yang ditulis dengan kaidah (konvensi) sesuai dengan konteks dan tujuannya. By the end of phase E, students communicate their ideas and experience 123 Elemen Capaian Pembelajaran through their own basic writing, showing evidence of a developing understanding of the writing process. They demonstrate an early awareness that written simple descriptive text in English are presented through conventions, which change according to context and purpose 6. Fase F (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas XI dan XII) Pada akhir Fase F, peserta didik menggunakan teks lisan, tulisan, dan visual dalam bahasa Inggris untuk berkomunikasi sesuai dengan situasi, tujuan, dan pemirsa/pembacanya. Berbagai jenis teks deskripsi, prosedur, dan narasi menjadi rujukan dalam mempelajari bahasa Inggris pada fase ini. Peserta didik menggunakan bahasa Inggris sederhana untuk berdiskusi dan menyampaikan keinginan/perasaan. Peserta didik menggunakan keterampilan berbahasa Inggris untuk mengeksplorasi berbagai teks dalam berbagai macam topik kontekstual. Mereka membaca teks tulisan untuk mempelajari sesuatu/mendapatkan informasi dan untuk kesenangan. Pemahaman mereka terhadap teks tulisan semakin mendalam. Keterampilan inferensi tersirat ketika memahami informasi dan kemampuan evaluasi berbagai jenis teks dalam bahasa Inggris sudah berkembang. Mereka memproduksi teks lisan dan tulisan serta visual dalam bahasa Inggris yang terstruktur dengan kosakata yang lebih beragam. Peserta didik memproduksi beragam teks tulisan dan visual. Fase F Berdasarkan Elemen Elemen Menyimak-Berbicara Listening- Speaking Capaian Pembelajaran Pada akhir fase F, peserta didik mengidentifikasi informasi penting/inti dalam dua teks (prosedur dan narasi) sederhana. Teks dapat berbentuk cetak atau digital termasuk teks visual, multimodal, atau interaktif. Peserta didik menggunakan dan merespons pertanyaan pembicara atau bertanya arti sebuah kata. Mereka mengikuti rangkaian instruksi sederhana yang berkaitan dengan prosedur kelas dan aktivitas belajar. By the end of phase F students identify 124 Elemen Capaian Pembelajaran important information in 2 simple texts (procedures and narratives). Text can be printed or digital including visual, multimodal or interactive text. Students use and respond to speaker questions or ask the meaning of a word. They follow a series of simple instructions relating to classroom procedures and learning activities. Membaca-Memirsa Reading-Viewing Pada akhir fase F, peserta didik membaca dan memberikan respons terhadap beragam teks sederhana (prosedur dan narasi), dalam bentuk tulisan atau digital, termasuk teks visual, multimodal, atau interaktif. Mereka menemukan informasi pada sebuah kalimat dan menjelaskan topik sebuah teks yang dibaca atau diamatinya. By the end of phase F students read and respond to a variety of simple texts (procedures and narratives), in written or digital form, including visual, multimodal or interactive text. They find information in a sentence and explain the topic of a text that they read or observe. Menulis-Mempresentasikan Writing-Presenting Pada akhir fase F, dengan bantuan guru, peserta didik menghasilkan teks prosedur dan narasi sederhana menggunakan tata bahasa dan kalimat sederhana. Mereka menunjukkan kesadaran atas pentingnya tanda baca dasar dan penggunaan huruf kapital. Mereka menunjukkan pemahaman terhadap beberapa hubungan bunyihuruf dalam bahasa Inggris dan ejaan dari kata-kata yang umum digunakan. Dalam menulis mereka menggunakan kosakata yang berkaitan dengan lingkungan kelas dan rumah. Mereka juga menggunakan beberapa strategi dasar, seperti menyalin kata atau frasa dari buku atau daftar kata, menggunakan gambar dan bertanya bagaimana cara menuliskan sebuah kata. Peserta didik mengomunikasikan ide, pengalaman melalui dua jenis teks (prosedur dan narasi) sederhana. By the end of phase F, with teachers’ support, they produce simple descriptions, recounts and procedures using formulaic language and modelled examples at word and simple sentence level. They show awareness of the need for basic punctuation and capitalization. They demonstrate knowledge of some English letter-sound relationships and the spelling of high-frequency words. In 125 Elemen Capaian Pembelajaran their writing, they use vocabulary related to their class and home environments, and use basic strategies, such as copying words or phrases from books or word lists, using images and asking how to write a word. 126 VI. CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KHUSUS ILMU PENGETAHUAN ALAM DAN SOSIAL (IPAS) SD A. Rasional Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS) Ilmu pengetahuan diartikan sebagai gabungan berbagai pengetahuan yang disusun secara logis dan bersistem dengan memperhitungkan sebab dan akibat (KBBI). Pengetahuan ini melingkupi pengetahuan alam dan pengetahuan sosial. Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial yang disingkat dengan IPAS adalah ilmu pengetahuan yang mengaji tentang makhluk hidup dan benda tak hidup di alam semesta serta mengaji kehidupan manusia sebagai individu sekaligus sebagai makhluk sosial yang berinteraksi dengan lingkungannya. llmu Pengetahuan Alam dan Aosial membantu peserta didik menumbuhkan keingintahuannya terhadap fenomena alam semesta yang terjadi di sekitarnya. Keingintahuan ini dapat memicu peserta didik untuk memahami bagaimana alam semesta bekerja dan berinteraksi dengan kehidupan manusia di muka bumi. Pemahaman ini dapat dimanfaatkan untuk mengidentifikasi berbagai permasalahan yang dihadapi dan menemukan solusi untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. Sebagai negara yang kaya akan budaya dan kearifan lokal, melalui IPAS diharapkan peserta didik menggali kekayaan kearifan lokal yang berkaitan dengan IPAS termasuk penggunaannya dalam memecahkan masalah. Pendidikan IPAS memiliki peran dalam mewujudkan Profil Pelajar Pancasila sebagai gambaran ideal profil peserta didik Indonesia. Prinsip-prinsip dasar metodologi ilmiah dalam pembelajaran IPAS akan melatih sikap ilmiah (keingintahuan yang tinggi, kemampuan berpikir kritis, analitis, dan kemampuan mengambil kesimpulan yang tepat) yang melahirkan kebijaksanaan dalam diri peserta didik. Fokus utama yang ingin dicapai dari pembelajaran IPAS di jenjang pendidikan dasar bukanlah pada seberapa banyak konten materi yang dapat diserap oleh peserta didik, akan tetapi dari seberapa besar kompetensi peserta didik dalam memanfaatkan pengetahuan yang dimiliki. Untuk memberikan pemahaman ini kepada peserta didik, pembelajaran ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan sosial 127 perlu dipadukan menjadi satu kesatuan yang kemudian kita sebut dengan istilah IPAS. Peserta didik berkebutuhan khusus merupakanpeserta didik dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan peserta didik pada umumnya dilihat dari segi fisik, intelektual, dan emosional yang lebih rendah ataupun lebih tinggi. Hal tersebut berdampak pada kebutuhan akan pendidikan dan layanan khusus untuk mengoptimalkan potensi yang dimiliki B. Tujuan Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS) Tujuan mata pelajaran IPAS adalah agar peserta didik mampu: 1. mengembangkan ketertarikan serta rasa ingin tahu sehingga peserta didik terpicu untuk mengaji fenomena yang ada di sekitar manusia, memahami alam semesta dan kaitannya dengan kehidupan manusia; 2. berperan aktif dalam memelihara, menjaga, melestarikan alam, mengelola sumber daya alam, dan lingkungan dengan bijak secara sederhana; 3. mengembangkan keterampilan inkuiri untuk mengidentifikasi, merumuskan, hingga menyelesaikan masalah melalui aksi nyata secara sederhana; 4. mengerti siapa dirinya, memahami bagaimana lingkungan sosial bekerja, memaknai bagaimanakah kehidupan manusia dan masyarakat berubah dari waktu ke waktu; 5. memahami konsep anggota suatu kelompok masyarakat sehingga dapat berkontribusi dalam menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan dirinya dan lingkungan sekitarnya; 6. mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep di dalam IPAS serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. C. Karakteristik Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS) Ilmu pengetahuan merupakan sebuah sistem pengetahuan tentang dunia fisik serta fenomena terkait yang memerlukan observasi tanpa bias serta eksperimentasi yang sistematis (Gregersen, 2020). Seiring dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan juga senantiasa mengalami perkembangan. Apa yang kita ketahui sebagai sebuah kebenaran ilmiah di masa lampau boleh jadi mengalami 128 pergeseran di masa kini ataupun masa depan. Ilmu pengetahuan bersifat dinamis dan merupakan sebuah upaya terus menerus yang dilakukan oleh manusia untuk mengungkap kebenaran dan memanfaatkannya untuk kehidupan (Sammel, 2014). Pendidikan IPAS fokus pada kompetensi penerapan kaidah penelitian ilmiah dalam proses belajar. Dengan demikian, setelah menguasai IPAS diharapkan peserta didik memiliki landasan berpikir dan bertindak yang kokoh di atas dasar pemahaman kaidah penelitian ilmiah. Di dalam pembelajaran IPAS, ada dua elemen utama yakni pemahaman IPAS (sains dan sosial) dan keterampilan proses dalam kehidupan sehari-hari secara sederhana sesuai dengan tahapan perkembangan mental dan tahapan pembelajarannya. Setiap elemen ini berkaitan dengan delapan cakupan konten yang meliputi: makhluk hidup; zat dan sifatnya; energi dan perubahannya; bumi dan antariksa; manusia, tempat, dan lingkungan; waktu, keberlanjutan, dan perubahan; individu, kelompok, dan lembaga/sistem sosial dan budaya; produksi, distribusi, dan konsumsi/pemenuhan kebutuhan dan kelangkaan. Elemen-Elemen Mata Pelajaran IPAS Elemen Pemahaman IPAS (sains dan sosial) Keterampilan proses Deskripsi Ilmu pengetahuan mengambil peran penting dalam mengembangkan teori-teori yang membantu kita memahami bagaimana dunia bekerja. Lebih jauh lagi, ilmu pengetahuan telah membantu kita mengembangkan teknologi dan sistem tata kelola yang mendukung terciptanya kehidupan yang lebih baik. Dengan menguasai ilmu pengetahuan kita dapat melakukan banyak hal untuk menyelesaikan permasalahan atau menghadapi tantangan yang ada. Pemahaman IPAS yang dimiliki merupakan bukti seseorang memilih dan mengintegrasikan pengetahuan ilmiah yang tepat untuk menjelaskan serta memprediksi suatu fenomena atau fakta dan menerapkan pengetahuan tersebut dalam situasi yang berbeda. Pengetahuan ilmiah ini berkaitan dengan fakta, konsep, prinsip, hukum, teori, dan model yang telah ditetapkan oleh para ilmuwan. Keterampilan proses adalah sebuah proses intensional dalam melakukan diagnosa terhadap situasi, memformulasikan permasalahan, mengkritisi suatu eksperimen dan menemukan perbedaan dari alternatif-alternatif yang ada, mencari opini yang dibangun berdasarkan informasi yang kurang lengkap, merancang investigasi, menemukan informasi, menciptakan model, mendebat rekan sejawat menggunakan fakta serta membentuk argumen yang koheren (Linn, Davis, & Bell 2004). Inkuiri sangat direkomendasikan sebagai 129 Elemen Deskripsi bentuk pendekatan dalam pengajaran karena hal ini terbukti membuat peserta didik lebih terlibat dalam pembelajaran (Anderson, 2002). Keterampilan proses tidak selalu merupakan urutan langkah, melainkan suatu siklus yang dinamis yang dapat disesuaikan berdasarkan perkembangan dan kemampuan peserta didik. Di dalam pengajaran IPAS, terdapat dua pendekatan pedagogis: pendekatan deduktif dan induktif (Constantinou et.al, 2018). Peran guru dalam pendekatan deduktif adalah menyajikan suatu konsep berikut logika terkait dan memberikan contoh penerapan. Pendekatan ini, peserta didik diposisikan sebagai pembelajar yang pasif (hanya menerima materi). Sebaliknya, dalam pendekatan induktif, peserta didik diberikan kesempatan yang lebih leluasa untuk melakukan observasi, melakukan eksperimen dan dibimbing oleh guru untuk membangun konsep berdasarkan pengetahuan yang dimiliki (Rocard, et.al., 2007). Pembelajaran berbasis inkuiri memiliki peran penting dalam pendidikan sains (e.g. Blumenfeld et al., 1991; Linn, Pea, & Songer, 1994; National Research Council, 1996; Rocard et al., 2007). Hal ini didasarkan pada pengakuan bahwa sains secara esensial didorong oleh pertanyaan, proses yang terbuka, kerangka berpikir yang dapat dipertanggungjawabkan, dapat diprediksi. Oleh karena itu, peserta didik perlu mendapatkan pengalaman personal dalam menerapkan inkuiri saintifik agar aspek fundamental IPAS ini dapat membudaya dalam dirinya (Linn, Songer, & Eylon, 1996; NRC, 1996). Menurut Ash (2000) dan diadopsi dari Murdoch (2015), sekurang-kurangnya ada enam keterampilan inkuiri yang perlu dimiliki peserta didik, yaitu keterampilan berikut. 1. Mengamati Melakukan pengamatan terhadap sebuah fenomena dan peristiwa merupakan awal dari proses inkuiri yang akan terus berlanjut ke tahapan-tahapan berikutnya. Pada saat melakukan pengamatan, peserta didik memperhatikan fenomena dan peristiwa dengan saksama, mencatat, serta membandingkan informasi yang dikumpulkan untuk melihat persamaan dan perbedaannya. Pengamatan dapat dilakukan langsung atau menggunakan instrumen lain seperti kuisioner danwawancara. 2. Mempertanyakan dan Memprediksi Peserta didik didorong untuk menyusun pertanyaan tentang hal-hal yang ingin diketahui pada saat melakukan pengamatan. Pada tahap ini, peserta didik juga menghubungkan pengetahuan yang dimiliki dengan pengetahuan baru yang akan dipelajari sehingga dapat memprediksi apa yang akan terjadi dengan hukum sebab akibat. 3. Merencanakan dan Melakukan Penyelidikan Setelah mempertanyakan dan membuat prediksi berdasarkan pengetahuan dan informasi yang 130 Elemen Deskripsi dimiliki, peserta didik membuat rencana dan menyusun langkah-langkah operasional berdasarkan referensi yang benar. Peserta didik dapat menjawab pertanyaan dan membuktikan prediksi dengan melakukan penyelidikan. Tahapan ini juga mencakup identifikasi dan inventarisasi faktor- faktor operasional baik internal maupun eksternal di lapangan yang mendukung dan menghambat kegiatan. Berdasarkan perencanaan tersebut, peserta didik mengambil data dan melakukan serangkaian tindakan yang dapat digunakan untuk mendapatkan temuan-temuan. Memproses serta Menganalisis Data dan Informasi Peserta didik memilih dan mengorganisasikan informasi yang diperoleh. Ia menafsirkan informasi yang didapatkan dengan jujur dan bertanggung jawab. Selanjutnya, menganalisis menggunakan alat dan metode yang tepat, menilai relevansi informasi yang ditemukan dengan mencantumkan referensi rujukan, serta menyimpulkan hasil penyelidikan. 5. Mengevaluasi dan Refleksi Pada tahapan ini, peserta didik menilai apakah kegiatan yang dilakukan sesuai dengan tujuan yang direncanakan atau tidak. Pada akhir siklus ini, peserta didik juga meninjau kembali proses belajar yang dijalani dan hal-hal yang perlu dipertahankan dan/atau diperbaiki pada masa yang akan datang. Peserta didik melakukan refleksi tentang bagaimana pengetahuan baru yang dimilikinya dapat bermanfaat bagi diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sekitar dalam perspektif global untuk masa depan berkelanjutan. 6. Mengomunikasikan Hasil Peserta didik melaporkan hasil secara terstruktur melalui lisan atau tulisan, menggunakan bagan, diagram maupun ilustrasi, serta dikreasikan ke dalam media digital dan non-digital untuk mendukung penjelasan. Peserta didik lalu mengomunikasikan hasil temuannya dengan memublikasikan hasil laporan dalam berbagai media, baik digital dan atau nondigital. Pelaporan dapat dilakukan berkolaborasi dengan berbagai pihak. D. Capaian Pembelajaran Setiap Fase 1. Fase A (Usia Mental ≤ 7 Tahun dan Umumnya Kelas I dan II) Di akhir fase A, peserta didik terbiasa melakukan proses inkuiri, yaitu mengidentifikasi dan mengajukan pertanyaan tentang apa yang ada pada dirinya maupun kondisi di lingkungan rumah dan sekolah serta mengidentifikasi permasalahan sederhana yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Selanjutnya, memprediksi, peserta didik mengamati, merencanakan 131 dan mempertanyakan melakukan dan penyelidikan, memproses, menganalisis data dan informasi, mengevaluasi dan refleksi serta mengomunikasikan proses inkuiri yang dilalui sesuai dengan tahap perkembangannya. Peserta didik menunjukkan perilaku yang mencerminkan keberpihakannya terhadap objektivitas suatu hal. Peserta didik mengoptimalkan penggunaan pancaindra untuk melakukan pengamatan dan bertanya tentang makhluk hidup dan keluarga ketika diberikan perlakuan. Peserta didik menggunakan hasil pengamatan untuk menjelaskan pola sebab akibat sederhana dengan menggunakan beberapa media. Peserta didik mengenal bagian-bagian anggota tubuh manusia dan pancaidera. Mereka mulai memodelkan kegunaan dari setiap anggota tubuh dan pancaindra. Peserta didik mengenal waktu, siang dan malam dan mengenal nama-nama hari dan bulan. Peserta didik menerapkan cara merawat anggota tubuh dalam kehidupan seharihari. Peserta didik menyebutkan identitas diri dan anggota keluarga. Mereka mulai rumahnya. memahami Peserta didik keberadaan memahami keluarga keberadaan di lingkungan anggota dan kedudukan keluarga yang ada di lingkungan rumah dan menceritakan kegiatannya bersama keluarga. Peserta didik mengidentifikasi bentuk kasih sayang di lingkungan keluarga melalui pengamatan. Peserta didik memahami cara memelihara kesehatan dalam kehidupan seharihari. Fase A Berdasarkan Elemen Elemen Pemahaman IPAS (sains dan sosial) Keterampilan proses Capaian Pembelajaran Peserta didik mengenal bagian-bagian anggota tubuh manusia dan pancaidera. Mereka mulai memodelkan kegunaan dari masing-masing anggota tubuh dan pancaindra. Peserta didik menerapkan cara merawat anggota tubuh dalam kehidupan sehari-hari. Peserta didik mengenal waktu, siang dan malam, dan mengenal nama-nama hari dan bulan. Peserta didik menyebutkan identitas diri dan anggota keluarga. Mereka mulai memahami keberadaan keluarga di lingkungan rumahnya. Peserta didik memahami keberadaan anggota dan kedudukan keluarga yang ada di lingkungan rumah dan menceritakan kegiatannya bersama keluarga. Peserta didik mengidentifikasi bentuk kasih sayang di lingkungan keluarga melalui pengamatan. Peserta didik memahami cara memelihara kesehatan dalam kehidupan sehari-hari. Mengamati Peserta didik mengamati fenomena dan peristiwa secara sederhana menggunakan pancaindra. 132 Elemen Capaian Pembelajaran Mempertanyakan dan memprediksi Peserta didik menyusun dan menjawab pertanyaan tentang hal-hal yang ingin diketahui saat melakukan pengamatan. Peserta didik membuat prediksi mengenai objek dan peristiwa di lingkungan sekitar. Merencanakan dan melakukan penyelidikan Dengan panduan, peserta didik berpartisipasi dalam penyelidikan untuk mengeksplorasi dan menjawab pertanyaan. Melakukan pengukuran dengan alat sederhana yang ada di sekitarnya untuk mendapatkan data. Memproses, menganalisis data dan informasi Peserta didik menggunakan berbagai metode untuk mengorganisasikan informasi, termasuk gambar, tabel. Peserta didik mendiskusikan dan membandingkan antara hasil pengamatan dengan prediksi. Mengevaluasi dan refleksi Dengan panduan, peserta didik membandingkan hasil pengamatan yang berbeda dengan mengacu pada teori. Mengomunikasikan hasil Peserta didik mengomunikasikan hasil penyelidikan secara verbal dan tertulis dengan format sederhana. 2. Fase B (Usia Mental ± 8 Tahun dan Umumnya Kelas III dan IV) Di akhir fase B, peserta didik terbiasa melakukan proses inkuiri, yaitu mengidentifikasi dan mengajukan pertanyaan tentang apa yang ada pada dirinya maupun kondisi di lingkungan rumah dan sekolah serta mengidentifikasi permasalahan sederhana yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Peserta didik mengamati, mempertanyakan dan memprediksi, merencanakan dan melakukan penyelidikan, memproses, menganalisis data dan informasi, mengevaluasi dan refleksi serta mengomunikasikan proses inkuiri yang dilalui sesuai dengan tahap perkembangannya. Peserta didik menunjukkan perilaku yang mencerminkan keberpihakannya terhadap objektivitas suatu hal. Peserta didik mengoptimalkan penggunaan pancaindra untuk melakukan pengamatan dan bertanya tentang makhluk hidup dan benda tak hidup ketika diberikan perlakuan. Peserta didik menggunakan hasil pengamatan untuk menjelaskan pola sebab akibat sederhana dengan menggunakan beberapa media. Peserta didik mengenal hewan dan tumbuhan yang ada di lingkungan sekitarnya melalui pengamatan dan eksplorasi. Mereka menggunakan 133 hasil pengamatannya untuk mengetahui bagian tubuh dan pertumbuhan hewan dan tumbuhan. Peserta didik mengidentifikasi benda-benda yang ada di lingkungan sekitar. Peserta didik mampu mengenali orang-lain yang memiliki hubungan keluarga maupun yang tidak memiliki hubungan keluarga melalui dokumen diri dan keluarga. Peserta didik mampu mengidentifikasi dan membuat silsilah keluarga inti. Peserta didik mengenal uang dan kegunaannya secara sederhana. Peserta didik mendeskripsikan dengan nyaman tentang kegiatan keluarganya di rumah dan bagaimana mereka bekerja sama dan berbagi tugas. Peserta didik mengenal konsep rumah sehat dan lingkungan sehat sebagai cara sederhana menanggulangi bencana melalui pengamatan dan bertanya. Peserta didik mengidentifikasi bentuk kerja sama yang terjadi di lingkungan rumah. Fase B Berdasarkan Elemen Elemen Pemahaman IPAS (sains dan sosial) Keterampilan proses Capaian Pembelajaran Peserta didik mengenal hewan dan tumbuhan yang ada di lingkungan sekitarnya melalui pengamatan dan eksplorasi. Mereka menggunakan hasil pengamatannya untuk mengetahui bagian tubuh dan pertumbuhan hewan dan tumbuhan. Peserta didik mengidentifikasi benda-benda yang ada di lingkungan sekitar. Peserta didik mampu mengenali orang-lain yang memiliki hubungan keluarga maupun yang tidak memiliki hubungan keluarga melalui dokumen diri dan keluarga. Peserta didik mampu mengidentifikasi dan membuat silsilah keluarga inti. Peserta didik mengenal uang dan kegunaannya secara sederhana. Peserta didik mendeskripsikan dengan nyaman tentang kegiatan keluarganya di rumah dan bagaimana mereka bekerja sama dan berbagi tugas. Peserta didik mengenal konsep rumah sehat dan lingkungan sehat sebagai cara sederhana menanggulangi bencana melalui pengamatan dan bertanya. Peserta didik mengidentifikasi bentuk kerja sama yang terjadi di lingkungan rumah. Mengamati Peserta didik mengamati fenomena dan peristiwa secara sederhana menggunakan pancaindra. Mempertanyakan dan memprediksi Peserta didik menyusun dan menjawab pertanyaan tentang hal-hal yang ingin diketahui saat melakukan pengamatan. Peserta didik membuat prediksi mengenai objek dan peristiwa di lingkungan sekitar. Merencanakan dan melakukan penyelidikan Dengan panduan, peserta didik berpartisipasi dalam penyelidikan untuk mengeksplorasi dan menjawab pertanyaan. Melakukan pengukuran dengan alat sederhana yang ada di sekitarnya untuk mendapatkan data. 134 Elemen Capaian Pembelajaran Memproses, menganalisis data dan informasi Peserta didik menggunakan berbagai metode untuk mengorganisasikan informasi, termasuk gambar,dan tabel. Peserta didik mendiskusikan dan membandingkan antara hasil pengamatan dengan prediksi. Mengevaluasi dan refleksi Dengan panduan, peserta didik membandingkan hasil pengamatan yang berbeda dengan mengacu pada teori. Mengomunikasikan hasil Peserta didik mengomunikasikan hasil penyelidikan secara verbal dan tertulis dengan format sederhana. 3. Fase C (Usia Mental ± 8 Tahun dan Umumnya Kelas V dan VI) Di akhir fase C, peserta didik terbiasa melakukan proses inkuiri, yaitu mengidentifikasi dan mengajukan pertanyaan tentang apa yang ada pada dirinya maupun kondisi di lingkungan rumah dan sekolah serta mengidentifikasi permasalahan sederhana yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Selanjutnya, peserta memprediksi, didik mengamati, merencanakan dan mempertanyakan melakukan dan penyelidikan, memproses, menganalisis data dan informasi, mengevaluasi dan refleksi serta mengomunikasikan proses inkuiri yang dilalui sesuai dengan tahap perkembangannya. Peserta didik menunjukkan perilaku yang mencerminkan keberpihakannya terhadap objektivitas suatu hal. Peserta didik mengoptimalkan penggunaan pancaindra untuk melakukan pengamatan dan bertanya tentang makhluk hidup dan perubahan benda ketika diberikan perlakuan. Peserta didik menggunakan hasil pengamatan untuk menjelaskan pola sebab akibat sederhana dengan menggunakan beberapa media. Peserta didik mengenal ciri-ciri benda cair, padat dan gas melalui pengamatan pengamatannya dan eksplorasi. untuk membuat Mereka menggunakan simulasi menggunakan hasil alat sederhana tentang perubahan wujud zat (mencair dan membeku). Peserta didik mulai mengenal berbagai musim di Indonesia melalui pengamatan dalam kehidupan sehari-hari. Peserta didik mengidentifikasi tempat hidup makhluk hidup (hewan dan tumbuhan). Mereka menggunakan hasil identifikasi tersebut untuk mengklasifikasikan ke dalam kelompok makhluk hidup (hewan dan tumbuhan) yang menguntungkan dan merugikan. Peserta didik 135 mengidentifikasi sumber energi yang ada di lingkungan sekitarnya melalui pengamatan dan proses diskusi. Peserta didik mengidentifikasi peran setiap anggota keluarga dan peristiwa penting dalam keluarga melalui pengamatan dan bertanya. Peserta didik mulai mengenal keragaman masyarakat, tokoh, peninggalan dan peristiwa sejarah yang meliputi agama, suku, bangsa, bahasa, sosial dan ekonomi melalui pengamatan dan eksplorasi. Fase C Berdasarkan Elemen Elemen Pemahaman IPAS (sains dan sosial) Keterampilan proses Capaian Pembelajaran Peserta didik mengenal ciri-ciri benda cair, padat dan gas melalui pengamatan dan eksplorasi. Mereka menggunakan hasil pengamatannya untuk membuat simulasi menggunakan alat sederhana tentang perubahan wujud zat (mencair dan membeku). Peserta didik mulai mengenal berbagai musim di Indonesia melalui pengamatan dalam kehidupan sehari-hari. Peserta didik mengidentifikasi tempat hidup makhluk hidup (hewan dan tumbuhan). Mereka menggunakan hasil identifikasi tersebut untuk mengklasifikasikan ke dalam kelompok makhluk hidup (hewan dan tumbuhan) yang menguntungkan dan merugikan. Peserta didik mengidentifikasi sumber energi yang ada di setiap anggota keluarga dan peristiwa penting dalam keluarga melalui pengamatan dan bertanya. Peserta didik mulai mengenal keragaman masyarakat, tokoh, peninggalan dan peristiwa sejarah yang meliputi agama, suku, bangsa, bahasa, sosial dan ekonomi melalui pengamatan dan eksplorasi. Mengamati Mengamati fenomena dan peristiwa secara sederhana dengan menggunakan pancaindra dan dapat mencatat hasil pengamatannya. Mempertanyakan dan memprediksi Dengan menggunakan panduan, peserta didik mengidentifikasi pertanyaan yang dapat diselidiki secara ilmiah dan membuat prediksi berdasarkan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya. Merencanakan dan melakukan penyelidikan Dengan panduan, peserta didik membuat rencana dan melakukan langkah-langkah operasional untuk menjawab pertanyaan yang diajukan. Menggunakan alat dan bahan yang sesuai dengan mengutamakan keselamatan. Peserta didik menggunakan alat bantu pengukuran untuk mendapatkan data yang akurat. Memproses, menganalisis data dan informasi Peserta didik menggunakan berbagai metode untuk mengorganisasikan informasi, termasuk gambar, tabel. Peserta didik mendiskusikan dan membandingkan antara hasil pengamatan dengan prediksi. Mengorganisasikan data dalam bentuk tabel dan grafik sederhana untuk menyajikan data dan mengidentifikasi pola. Peserta didik membandingkan antara hasil pengamatan dengan 136 prediksi dan memberikan alasan yang bersifat ilmiah. Mengevaluasi dan refleksi Mengevaluasi kesimpulan melalui perbandingan dengan teori yang ada. Menunjukkan kelebihan dan kekurangan proses penyelidikan. Mengomunikasikan hasil Mengomunikasikan hasil penyelidikan secara verbal dan tertulis dalam berbagai format. 137 VII. CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KHUSUS ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SMP A. Rasional Mata Pelajaran IPA Istilah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dikenal juga dengan istilah ilmu sains (IPA). Kata sains (IPA) berasal dari bahasa Latin, yaitu “scientia”, yang secara harfiah berarti pengetahuan, tetapi dalam perkembangan pengertiannya menjadi khusus Ilmu Pengetahuan Alam atau Sains (IPA). Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah pengetahuan yang sistematis dan berlaku secara umum (universal) yang membahas tentang sekumpulan data mengenai gejala alam yang dihasilkan berdasarkan hasil observasi, penyusunan teori. Dalam eksperimen, kehidupan penyimpulan, sehari-hari, dan masyarakat memaknai sains (IPA) hanya meliputi ilmu pengetahuan alam (eksakta), jika dipahami dari makna sebenarnya, sains (IPA) meliputi ilmu pengetahuan sosial dan hal-hal lain yang didapatkan serta teruji melalui kaidah penelitian ilmiah. Agar tidak terjadi kesalahan pemaknaan, dalam dokumen ini, disepakati yang menjadi ruang lingkup capaian pembelajaran IPA hanya melingkupi ilmu pengetahuan alam. Sains Dasar yang meliputi pengetahuan alam dan pengetahuan sosial sudah dibahas di satuan pendidikan SDLB dengan sebutan IPAS. IPA membantu Profil Pelajar Pancasila, yang selanjutnya disebut Peserta Didik keingintahuan Berkebutuhan terhadap Khusus fenomena alam (PDBK), semesta menumbuhkan yang terjadi. Keingintahuan ini memicu peserta didik memahami bagaimana alam semesta bekerja melalui pendekatan-pendekatan empiris yang dapat dipertanggungjawabkan. Pemahaman ini dapat dimanfaatkan untuk melakukan rekayasa sehingga tercipta teknologi atau langkahlangkah yang dapat menyelesaikan berbagai permasalahan yang dihadapi masyarakat dalam upaya mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. Peserta didik merupakan pelajar dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan peserta didik pada umumnya dilihat dari segi fisik, intelektual, dan emosional yang lebih rendah ataupun lebih tinggi. Hal tersebut berdampak pada kebutuhan akan pendidikan dan layanan khusus untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya. 138 Prinsip-prinsip dasar metodologi ilmiah dalam pembelajaran IPA akan melatih sikap ilmiah (rasa keingintahuan yang tinggi, kemampuan berpikir kritis, analitis, dan kemampuan mengambil kesimpulan yang tepat) yang melahirkan kebijaksanaan dalam diri peserta didik. Fokus utama yang ingin dicapai dari pembelajaran IPA di Satuan Pendidikan SMPLB dan SMALB bukanlah pada berapa banyak konten materi yang dapat diserap oleh peserta didik, tapi pada kompeten peserta didik dalam hipotesis mengamati, (dugaan membuat sementara), pertanyaan, merancang dan mengusulkan mengadakan penelitian, mengolah data/informasi hingga menarik kesimpulan. Sehingga kompetensi ini dapat diterapkan untuk sebagian besar materi peserta didik. Pada pendidikan khusus di satuan pendidikan di SMPLB SMALB lebih ditekankan pada konsep pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan fungsional praktis untuk menunjang kehidupan seharihari secara faktual dan kontekstual, bukan pada konsep pemahaman teori saja. Peserta didik akan dapat menemukan dan mengembangkan pengetahuan-pengetahuan dasar IPA yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari secara fungsional dan bermakna, dengan mengedepankan nilai-nilai karakter Pancasila. B. Tujuan Mata Pelajaran IPA Tujuan mata Pelajaran Ilmu pengetahuan Alam di tingkat SMPLB dan SMALB sebagai berikut. 1. Mengembangkan ketertarikan serta rasa ingin tahu, sehingga peserta didik terpicu untuk mengaji fenomena yang ada di sekitar manusia, memahami alam semesta dan kaitannya dengan kehidupan manusia. 2. Berperan aktif dalam memelihara, menjaga, melestarikan lingkungan alam, mengelola sumber daya alam dan lingkungan dengan bijak. 3. Mengembangkan keterampilan inkuiri untuk mengidentifikasi, merumuskan hingga menyelesaikan masalah melalui aksi nyata. 4. Mengerti siapa dirinya, memahami bagaimana lingkungan sosial dia berada, memaknai bagaimanakah kehidupan manusia dan masyarakat berubah dari waktu ke waktu. 5. Memahami persyaratan-persyaratan 139 yang diperlukan peserta didik untuk menjadi anggota suatu kelompok masyarakat dan bangsa serta mengerti arti menjadi anggota masyarakat bangsa dan dunia, sehingga dia dapat berkontribusi dalam menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan dirinya dan lingkungan di sekitarnya. 6. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep di dalam IPAS serta menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. C. Karakteristik Mata Pelajaran IPA Pendidikan IPA berfokus pada kompetensi penerapan kaidah penelitian ilmiah dalam proses belajar. Setelah menguasai IPA, peserta didik tingkat SMPLB dan SMALB diharapkan memiliki landasan berpikir dan bertindak yang kokoh di atas dasar pemahaman kaidah penelitian ilmiah. Dalam pembelajaran IPA, ada 3 elemen utama yang akan dipelajari, yaitu pemahaman IPA, keterampilan melakukan percobaan sederhana, serta penerapan IPA secara kontekstual dalam kehidupan sehari-hari dengan sederhana. Hal ini dapat menerapak nilai dan laku dengan memahami peran IPA dalam membantu manusia untuk memecahkan masalah dan mengambil keputusan dalam menyelesaikan permasalahan sesuai dengan tahapan pembelajarannya. Setiap elemen ini berkaitan dengan 4 cakupan konten yang meliputi makhluk hidup dan proses kehidupan, benda dan sifatnya, energi dan perubahannya, Bumi dan antariksa. Seluruh elemen ini tercakup dalam rumusan fase dan konten tiap kelas yang juga menuangkan nilai-nilai dalam profil pelajar pancasila melalui implementasi yang bermakna dan bermanfaat bagi hidup mandiri peserta didik dan lingkungannya. Elemen-Elemen Mata Pelajaran IPA Dalam pembelajaran IPA, ada 2 elemen utama yakni pemahaman IPA dan keterampilan proses. Kedua elemen ini tak dapat dipisahkan satu sama lain karena merupakan satu kesatuan yang utuh dan saling terkait dalam membentuk profil pelajar Pancasila. Kedua elemen ini disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan peserta didik secara sederhana. Elemen Pemahaman IPAS Deskripsi Peserta didik tingkat SMPLB dan SMALB diharapkan 140 Elemen (sains dan sosial) Keterampilan proses Deskripsi memiliki kompetensi berpikir ilmiah dan memiliki pemahaman IPA yang utuh. Dalam IPA, kemampuan berpikir juga tidak akan banyak berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan jika seseorang tidak memiliki pemahaman terhadap bidang keilmuan tertentu. Dalam mencapai kompetensi itu, peserta didik diharapkan memiliki pengetahuan dan pemahaman konsep IPA yang sesuai dengan cakupan setiap konten dan perkembangan usia. Pemahaman atas cakupan konten yang akan dibangun dalam diri peserta didik haruslah saling terkait satu sama lain. Peserta didik diharapkan memahami IPA tidak secara parsial dan hanya untuk cakupan konten tertentu, melainkan menyeluruh, meliputi hubungan antar konsep, hubungan kausalitas (sebab-akibat) serta tingkat hierarkis suatu konsep sederhana. Hasil utama dari proses pembelajaran IPA di tingkat SMPLB dan SMALB adalah menumbuhkan kompetensi peserta didik menerapkan proses berpikir dan bersikap ilmiah dalam konteks kehidupan sehari-hari. Untuk itu keterampilan peserta didik dalam melakukan sebuah penelitian ilmiah sederhana, membuat suatu produk ataupun melakukan suatu aksi, harus senantiasa ditumbuhkembangkan dalam pendampingan. Keterampilan proses adalah sebuah proses intensional dalam melakukan diagnosa terhadap situasi, memformulasikan permasalahan, mengkritisi suatu eksperimen dan menemukan perbedaan dari alternatif-alternatif yang ada, mencari opini yang dibangun berdasarkan informasi yang kurang lengkap, merancang investigasi, menemukan informasi, menciptakan model, mendebat rekan sejawat menggunakan fakta serta membentuk argumen yang koheren (Linn, Davis, & Bell 2004). Inkuiri sangat direkomendasikan sebagai bentuk pendekatan dalam pengajaran karena hal ini terbukti membuat siswa lebih terlibat dalam pembelajaran (Anderson, 2002). Di dalam pengajaran IPAS, terdapat dua pendekatan pedagogis: pendekatan deduktif dan induktif (Constantinou et.al, 2018). Peran guru dalam pendekatan deduktif adalah menyajikan suatu konsep berikut logika terkait dan memberikan contoh penerapan. Dalam pendekatan ini, siswa diposisikan sebagai pembelajar yang pasif (hanya menerima materi). Sebaliknya, dalam pendekatan induktif, siswa diberikan kesempatan yang lebih leluasa untuk melakukan observasi, melakukan eksperimen dan dibimbing oleh guru untuk membangun konsep berdasarkan pengetahuan yang dimiliki (Rocard, et.al., 2007). Pembelajaran berbasis inkuiri memiliki peran penting dalam pendidikan sains (e.g. Blumenfeld et al., 1991; Linn, Pea, & Songer, 1994; National Research Council, 1996; Rocard et al., 2007). Hal ini didasarkan pada pengakuan bahwa sains secara esensial didorong oleh pertanyaan, proses yang terbuka, kerangka berpikir yang dapat 141 Elemen Deskripsi dipertanggungjawabkan, dapat diprediksi. Oleh karenanya siswa perlu mendapatkan pengalaman personal dalam menerapkan inkuiri saintifik agar aspek fundamental IPAS ini dapat membudaya dalam dirinya (Linn, Songer, & Eylon, 1996; NRC, 1996). Menurut Ash (2000) dan diadopsi dari Murdoch (2015), sekurang-kurangnya ada enam keterampilan inkuiri yang perlu dimiliki peserta didik, yaitu seperti berikut. 1. Mengamati Melakukan pengamatan terhadap sebuah fenomena dan peristiwa merupakan awal dari proses inkuiri yang akan terus berlanjut ke tahapan-tahapan berikutnya. Pada saat melakukan pengamatan, peserta didik memperhatikan fenomena dan peristiwa dengan saksama, mencatat, serta membandingkan informasi yang dikumpulkan untuk melihat persamaan dan perbedaannya. Pengamatan bisa dilakukan langsung atau menggunakan instrumen lain seperti kuisioner dan wawancara. 2. Mempertanyakan dan Memprediksi Peserta didik didorong untuk menyusun pertanyaan tentang hal-hal yang ingin diketahui pada saat melakukan pengamatan. Pada tahap ini peserta didik juga menghubungkan pengetahuan yang dimiliki dengan pengetahuan baru yang akan dipelajari sehingga bisa memprediksi apa yang akan terjadi dengan hukum sebab akibat. 3. Merencanakan dan Melakukan Penyelidikan Setelah mempertanyakan dan membuat prediksi berdasarkan pengetahuan dan informasi yang dimiliki, peserta didik membuat rencana dan menyusun langkah-langkah operasional berdasarkan referensi yang benar. Peserta didik dapat menjawab pertanyaan dan membuktikan prediksi dengan melakukan penyelidikan. Tahapan ini juga mencakup identifikasi dan inventarisasi faktor-faktor operasional baik internal maupun eksternal di lapangan yang mendukung dan menghambat kegiatan. Berdasarkan perencanaan tersebut, peserta didik mengambil data dan melakukan serangkaian tindakan yang dapat digunakan untuk mendapatkan temuan-temuan. Memproses serta Menganalisis Data dan Informasi Peserta didik memilih dan mengorganisasikan informasi yang diperoleh. Ia menafsirkan informasi yang didapatkan dengan jujur dan bertanggung jawab. Selanjutnya, menganalisis menggunakan alat dan metode yang tepat, menilai relevansi informasi yang ditemukan dengan mencantumkan referensi rujukan, serta menyimpulkan hasil penyelidikan. 5. Mengevaluasi dan Refleksi Pada tahapan ini, peserta didik menilai apakah kegiatan yang dilakukan sesuai dengan tujuan yang direncanakan atau tidak. Pada akhir siklus ini, peserta didik juga meninjau kembali proses belajar yang dijalani dan hal-hal yang perlu dipertahankan dan/atau diperbaiki pada masa yang akan datang. Peserta didik melakukan refleksi tentang bagaimana 142 Elemen Deskripsi pengetahuan baru yang dimilikinya dapat bermanfaat bagi diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sekitar dalam perspektif global untuk masa depan berkelanjutan. 6. Mengomunikasikan Hasil Peserta didik melaporkan hasil secara terstruktur melalui lisan atau tulisan, menggunakan bagan, diagram maupun ilustrasi, serta dikreasikan ke dalam media digital dan non-digital untuk mendukung penjelasan. Peserta didik lalu mengomunikasikan hasil temuannya dengan mempublikasikan hasil laporan dalam berbagai media, baik digital dan atau non digital. Pelaporan dapat dilakukan berkolaborasi dengan berbagai pihak. Keterampilan proses tidak selalu merupakan urutan langkah, melainkan suatu siklus yang dinamis yang dapat disesuaikan berdasarkan perkembangan dan kemampuan peserta didik. D. Capaian Pembelajaran Setiap Fase 1. Fase D (Usia Mental ± 9 Tahun dan Umumnya Kelas VII, VIII, dan IX) Di akhir fase D, peserta didik diharapkan dapat melakukan proses inkuiri, yaitu mengamati, mengidentifikasi dan mengajukan pertanyaan tentang permasalahan yang dialami dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya, peserta didik melakukan investigasi, menyimpulkan, mengomunikasikan, merefleksikan, mengaplikasikan dan melakukan tindak lanjut atas proses inkuiri yang sudah dilakukan. Peserta didik melakukan proses inkuiri tentang daur hidup beberapa jenis hewan, mengidentifikasi cara perkembangbiakan hewan (bertelur dan melahirkan), menelaah berbagai perubahan wujud benda (menguap dan mengembun), mengidentifikasi rotasi bumi (perubahan siang dan malam), menelaah tahapan pertumbuhan dan perkembangan manusia, mengidentifikasi cara perkembangbiakan tumbuhan, mendeskripsikan sumber energi dalam kehidupan sehari-hari (matahari, air dan angin), mengidentifikasi penggunaan sumber energi matahari, air, dan angin dalam kehidupan sehari-hari, mengidentifikasi ciri fisik laki laki dan perempuan pada masa pubertas, menelaah cara merawat dan memelihara hewan, mendeskripsikan cara merawat dan 143 memelihara tumbuhan, mengidentifikasi panca indra dan fungsinya. Berdasarkan pemahaman terhadap konsep daur hidup beberapa jenis hewan, mengidentifikasi cara perkembangbiakan hewan (bertelur dan melahirkan) peserta didik dapat megamati video serta gambar dalam kehidupan sehari-hari. Peserta didik dapat mendemonstrasikan berbagai perubahan wujud benda (menguap dan mengembun) yang dapat dilakukan dengan berbagai percobaan baik secara individu atau kelompok yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Peserta didik juga dapat mendemonstrasikan terjadinya perubahan siang dan malam melalui alat sederhana, melihat video pergantian siang dan malam, atau menceritakan secara real ciri-ciri yang nampak pada siang dan malam yang dapat dirasakan secara langsung maupun secara tidak langsung. Peserta didik dapat mengidentifikasi tahapan pertumbuhan dan perkembangan manusia dan tumbuhan melalui metode ceramah dan tanya jawab yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran kemudian peserta didik menceritakan dengan bahasanya sendiri secara sederhana. Peserta didik dapat mendeskripsikan sumber energi dalam kehidupan sehari-hari (matahari, air dan angin), mengidentifikasi penggunaan sumber energi matahari, air, dan angin melalui percobaan dengan alat atau dengan demonstrasi secara langsung dalam kehidupan sehari kemudian peserta didik dapat menceritakan hasil percobaan tersebut dengan bahasanya sendiri secara sederhana. Peserta didik dapat mendeskripsikan dan mengidentifikasi ciri fisik laki laki dan perempuan pada masa pubertas melalui metode ceramah dan tanya jawab, juga bisa dengan memanfaatkan IT untuk melihat perbedaan yang terlihat antara laki-laki dan perempuan secara nyata. Peserta didik memelihara dapat hewan, mendeskripsikan mendeskripsikan cara cara merawat dan merawat dan memelihara tumbuhan dengan cara mendemonstrasikan di luar 144 atau di dalam kelas dan bisa mempraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Peserta didik dapat mengidentifikasi pancaindra dan fungsinya dengan cara mendengarkan ceramah dan juga tanya jawab dan bisa mengomunikasikan dengan bahasanya sendiri secara sederhana. Fase D Berdasarkan Elemen Elemen Pemahaman IPAS (sains dan sosial) Keterampilan proses Capaian Pembelajaran Peserta didik diharapkan memiliki pengetahuan dan pemahaman konsep IPA yang sesuai dengan cakupan setiap konten dan perkembangan usia. Selain itu, pemahaman atas cakupan konten yang akan dibangun dalam diri peserta didik haruslah saling terkait satu sama lain. Peserta didik diharapkan tidak memahami IPA secara parsial hanya untuk cakupan konten tertentu, melainkan menyeluruh, meliputi hubungan antar konsep, hubungan kausalitas (sebab-akibat) serta tingkat hierarkis suatu konsep sederhana. Mengamati Peserta didik memperhatikan fenomena dan peristiwa dengan seksama, mencatat, serta membandingkan informasi yang dikumpulkan untuk melihat persamaan dan perbedaannya, pengamatan bisa dilakukan langsung atau menggunakan instrumen lain seperti kuisoner dan wawancara. Mempertanyakan dan memprediksi Peserta didik didorong untuk mengajukan serta mengembangkan pertanyaan inkuiri terkait topik yang akan dibahas. Pertanyaan inkuiri yang diajukan dapat digunakan untuk menentukan apa yang ingin diketahui, mendefinisikan permasalahan. Berdasarkan pertanyaan yang diajukan, peserta didik membuat hipotesis terkait suatu hal yang akan diselidiki. Merencanakan dan melakukan penyelidikan Peserta didik membuat perencanaan, melakukan eksperimen dan eksplorasi, melakukan observasi sehingga peserta didik mendapatkan informasi dan data yang dibutuhkan untuk menjawab hipotesis yang diajukan. Peserta didik menganalisis serta melakukan interpretasi data informasi yang diperoleh.Memproses, menganalisis data dan informasi Memproses, Menganalisis Data dan Informasi Peserta didik menafsirkan informasi yang didapatkan dengan jujur dan bertanggung jawab. Selanjutnya, menganalisis menggunakan alat dan metode yang tepat, menilai relevansi informasi yang ditemukan dengan mencantumkan referensi rujukan, serta menyimpulkan hasil penyelidikan. Mengevaluasi dan refleksi Peserta didik membuat kesimpulan berdasarkan investigasi yang dilakukan sebelumnya dan elaborasi terhadap teori yang ada. Peserta didik dapat menalar 145 Elemen Capaian Pembelajaran menggunakan suatu model, membuat jastifikasi, menemukan pola, mencari keterkaitan antara fakta dan teori untuk membantunya membuat kesimpulan. Mengomunikasikan hasil Peserta didik dapat menyampaikan pendapat, berbagi, melakukan debat, menyanggah, mempresentasikan pemikirannya di setiap tahapan. Pada tahapan ini peserta didik juga melakukan refleksi, mengevaluasi, membandingkan dengan konsep yang ada, menguji pemikirannya, merasionalkan pendapatnya sehingga peserta didik mendapatkan pemahaman yang lebih utuh terhadap proses inkuiri yang dijalani. Peserta didik tingkat SMPLB dan SMALB, secara lahiriah dan usia kalender sama dengan peserta didik lainnya. Namun dalam tingkat pemahaman, penalaran, serta keterampilannya berada dalam rentang yang berbeda secara signifikan. 2. Fase E (Usia mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas X) Pada akhir Fase E, peserta didik tingkat SMALB diharapkan memiliki kemampuan untuk memahami dan mempresentasikan pengetahuan faktual tentang makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah, dan tempat bermain. Menerapkan pengetahuan IPA dalam kehidupan sehari-hari dengan membiasakan nilai-nilai karakter jujur, mandiri, bergotong royong, kreatif, dan peduli untuk memberikan manfaat bagi diri dan lingkungannya secara mandiri. Peserta didik mendeskripsikan dan menyimulasikan secara sederhana tentang hewan dan mafaatnya bagi manusia dalam kehidupan sehari-hari bagi manusia, serta bagaimana menjaga dan melestarikannya. Menerapkan secara sederhana cara merawat pancaindra dalam kehidupan sehari-hari secara mandiri. Peserta didik memahami penerapan secara faktual konsep sumber, sifat bunyi, dan hubunganya dengan indra pendengaran. Penerapan secara faktual sumber cahaya, sifat cahaya, dan hubungannya dengan indra penglihatan. Peserta didik diharapkan minimal bisa ikut berperan serta dalam kegiatan memanfaatkan, merawat, dan meyimpan benda yang sudah digunakan di dalam rumah, sekolah, ataupun lingkungan masyarakat. Semua sub elemen dilakukan dengan disiplin, penuh 146 tanggung jawab, santun, mandiri, kreatif, penuh kepedulian, dan rasa cinta tanah air dalam kebhinekaan global. Fase E Berdasarkan Elemen Elemen Pemahaman IPAS (sains dan sosial) Keterampilan proses Capaian Pembelajaran Pada akhir Fase E, peserta didik tingkat SMALB diharapkan memiliki ke-mampuan untuk memahami dan mempresentasikan pengetahuan faktual tentang makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, bendabenda yang dijumpainya di rumah, di sekolah, dan tempat bermain. Mendeskripsikan dan menyimulasikan secara sederhana manfaat hewan bagi manusia, perkembangbiakan hewan dan tumbuhan serta tahapan perkembangan manusia, energi, sumber daya alam, serta pemanfaaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Memahami konsep bunyi dan cahaya juga hubunganya dengan perawatan pancaindra, manfaat hewan bagi manusia, serta kegiatan manusia dalam berbagai aspek kehidupan. Pada akhir Fase E, peserta didik tingkat SMALB memiliki kemampuan keterampilan inkuiri dalam mengomunikasikan dan mempresentasikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis, dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencermin-kan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia. Kemampuan tersebut di atas juga dilakukan melalui proses pembelajaran lang-sung dan tidak langsung dalam koridor intrakurikuler, kokurikuler maupun ekstrakurikuler baik secara individu ataupun kelompok. Mengamati Peserta didik mampu memilih alat bantu yang tepat untuk melakukan pengukuran dan pengamatan. Memperhatikan detail yang relevan dari objek yang diamati. Mempertanyakan dan Memprediksi Peserta didik mengidentifikasi pertanyaan dan permasalahan yang dapat diselidiki secara ilmiah. Peserta didik menghubungkan pengetahuan yang telah dimiliki dengan pengetahuan baru untuk membuat prediksi. Merencanakan dan Melakukan Penyelidikan Peserta didik meren-canakan penyilidikan ilmiah dan melaku-kan langkah-langkah operasional berdasarkan referensi yang benar untuk menjawab pertanyaan. Peserta didik melakukan pengukuran atau membandingkan variabel dengan menggunakan alat yang sesuai serta memperhatikan kaidah ilmiah. Memproses, Menganalisis Data dan Informasi Peserta didik menafsirkan informasi yang didapatkan dengan jujur dan bertanggung jawab. Menganalisis menggunakan alat dan metode yang tepat, menilai relevansi informasi yang ditemukan dengan mencan-tumkan referensi rujukan, serta menyimpulkan hasil penyelidikan. 147 Elemen Capaian Pembelajaran Mengevaluasi dan Refleksi Peserta didik mengevaluasi kesimpulan melalui perbandingan dengan teori yang ada. Menunjukkan kelebihan dan kekurangan proses penyelidikan dan efeknya pada data. Menunjukkan permasa-lahan pada metodologi dan mengusulkan saran per-baikan untuk proses penyelidikan selanjutnya. Mengomunikasikan Hasil Peserta didik mengomunikasikan hasil penyelidikan secara utuh termasuk di dalamnya pertimbangan keamanan, lingkungan, dan etika yang ditunjang dengan argumen, bahasa serta konvensi sains yang sesuai konteks penyelidikan. Menunjukkan pola berpikir sistematis sesuai format yang ditentukan. 3. Fase F (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas XI dan XII) Pada akhir Fase F, peserta didik tingkat SMALB diharapkan memiliki kemampuan untuk memahami dan mempresentasikan pengetahuan faktual tentang makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah, dan tempat bermain. Peserta didik memahami manfaat tumbuhan bagi manusia dan mendeskripsikan secara sederhana, menelaah energi listrik dan pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari. Mengidentifikasi benda sebagai sumber bunyi, dan mengenal serta mengidentifikasi bagian organ tubuh manusida dan fungsinya, serta fungsi rangka manusia. Semua pemahaman tersebut dilakukan melalui proses pembelajaran langsung (direct teaching) dan tidak langsung (indirect teaching) dalam koridor intrakurikuler, kokurikuler, maupun ekstrakurikuler. Peserta didik mampu membedakan minimal dua konsep atau teori sederhana yang berbeda. Peserta didik dapat memperkirakan sesuatu dan memperluas wawasan pemahaman sains yang telah dipelajarinya. Menerapkannya secara sederhana untuk kebermanfaatan dan kelangsungan hidup manusia. Peserta didik diharapkan minimal bisa ikut berperan serta dalam kegiatan memanfaatkan, merawat, dan meyimpan benda yang sudah digunakan di dalam rumah, sekolah, dan lingkungan masyarakat. Semua dilakukan dengan jujur, disiplin, penuh tanggung jawab, santun, mandiri, semangat gotong royong, kreatif, dan penuh kepedulian di dalam masyarakat baik secara lisan, tulisan, maupun isyarat secara mandiri. 148 Fase F Berdasarkan Elemen Elemen Pemahaman IPAS (sains dan sosial) Keterampilan proses Capaian Pembelajaran Pada akhir Fase F, peserta didik tingkat SMALB diharapkan memiliki kemam-puan untuk memahami dan mempresentasikan pengetahuan faktual tentang makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, bendabenda yang dijumpainya di rumah, di sekolah, dan tempat bermain. Mengidentifikasi organ dan rangka manusia, sumber bunyi, dan sifat cahaya, serta pemanfaatan energi listrik dan tumbuhan bagi kelangsungan hidup manusia. Mendeskripsikan secara sederhana fungsi dan manfaat rangka serta organ manusia, penghematan energi demi kelestarian lingkungan alam. Pada akhir Fase F, peserta didik tingkat SMALB memiliki kemampuan keterampilan inkuiri sederhana dalam mengomunikasikan dan mempresentasikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis, dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia. Kemampuan tersebut juga dilakukan melalui proses pembelajaran langsung dan tidak langsung dalam koridor intrakurikuler, kokurikuler maupun ekstrakurikuler baik baik secara individual ataupun kelompok. 1. Mengamati Peserta didik mampu memilih alat bantu yang tepat untuk melakukan pengukuran dan pengamatan. Memperhatikan detail yang relevan dari obyek yang diamati. 2. Mempertanyakan dan Memprediksi Peserta didik merumuskan pertanyaan ilmiah dan hipotesis yang dapat diselidiki secara ilmiah. 3. Merencanakan dan Melakukan Penyelidikan Peserta didik merencanakan dan memilih metode yang sesuai berdasarkan referensi untuk mengumpulkan data yang dapat dipercaya, mempertimbangkan risiko serta isu-isu etik dalam penggunaan metode tersebut. Peserta didik memilih dan menggunakan alat dan bahan, termasuk penggunaan teknologi digital yang sesuai untuk mengumpulkan serta mencatat data secara sistematis dan akurat. 4. Memproses serta Menganalisis Data dan Informasi Peserta didik menafsirkan informasi yang didapatkan dengan jujur dan bertanggung jawab. Menggunakan berbagai metode untuk menganalisa pola dan kecenderungan pada data. Mendeskripsikan hubungan antar variabel serta mengidentifkasi inkon-sistensi yang terjadi. Menggunakan pengetahuan ilmiah untuk menarik kesimpulan yang konsisten dengan hasil penyelidikan. 5. Mengevaluasi dan Refleksi Peserta didik mengevaluasi kesimpulan melalui perbandingan dengan teori yang ada. Menunjukkan kelebihan dan kekurangan proses penyelidikan dan 149 efeknya pada data. Menunjukkan permasalahan pada metodologi dan mengusulkan saran perbaikan untuk proses penyelidikan selanjutnya. 6. Mengomunikasikan Hasil Peserta didik mengomunikasikan hasil penyelidikan secara utuh termasuk di dalamnya pertimbangan keamanan, lingkungan, dan etika yang ditunjang dengan argumen, bahasa serta konvensi sains yang sesuai konteks penyelidikan. Menunjukkan pola berpikir sistematis sesuai format yang ditentukan. 150 VIII. CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KHUSUS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL A. Rasional Mata Pelajaran Tantangan yang dihadapi umat manusia kian bertambah dari waktu ke waktu. Permasalahan yang dihadapi saat ini tidak lagi sama dengan permasalahan yang dihadapi satu dekade atau bahkan satu abad yang lalu. Ilmu pengetahuan dan teknologi terus dikembangkan untuk menyelesaikan setiap tantangan yang dihadapi. Oleh karenanya, pola pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS) perlu disesuaikan agar generasi muda dapat menjawab dan menyelesaikan tantangan- tantangan yang dihadapi di masa yang akan datang. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan ilmu yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi, temuan-temuan penelitian yang berkaitan dengan isu sosial. Peserta didik IPS merupakan suatu program keseluruhan yang mempersoalkan manusia dalam lingkungan fisik maupun dalam lingkungan sosial. Pembelajaran ilmu sosial di tingkat menengah merupakan kelanjutan dari ilmu pengetahuan alam dan sosial (IPAS) yang diartikan sebagai pengetahuan sistematis yang diperoleh dari suatu observasi, penelitian, dan uji coba yang mengarah pada penentuan sifat dasar atau prinsip sesuatu yang sedang diselidiki, di peserta didik, dan sebagainya. Pada masa yang akan datang peserta didik berkebutuhan khusus (PDBK) akan masyarakat menghadapi global selalu tantangan mengalami berat karena perubahan kehidupan setiap saat. Pembelajaran ilmu pengetahuan sosial membantu manusia dalam memenuhi kebutuhan materi, budaya, pemanfaatan sumber daya yang ada di permukaan bumi, mengatur kesejahteraan, dan lain sebagainya untuk mempertahankan kehidupan di dalam masyarakat. Pembelajaran IPS menjadi sangat penting bagi penerapan Profil Pelajar Pancasila karena perbedaan karakteristik peserta didik dan latar belakang dari lingkungan yang berbeda-beda. Pendidikan IPAS juga memiliki peran dalam mewujudkan Profil Pelajar Pancasila sebagai gambaran ideal profil peserta didik Indonesia. Pengenalan mereka tentang masyarakat tempat mereka menjadi anggota masyarakat, diwarnai 151 oleh lingkungan mereka serta perkembangan dunia yang sekarang telah mengalami perubahanperubahan yang sangat cepat di segala bidang. Oleh karena itu, peserta didik perlu dibekali dengan rasa kesadaran bahwa kita berhadapan dengan kehidupan yang penuh tantangan yang harus didorong oleh kepekaan terhadap dirinya dan kehidupan sosial. Pengenalan tentang masyarakat dan kehidupan sosial bagi peserta didik harus lebih bermakna, maka informasi yang diperoleh harus disistematisasikan. Dengan pendekatan pembelajaran inkuiri yang berpusat pada peserta didik. Pelajaran IPS menjadi sarana untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan terkait dinamika kehidupan masyarakat dengan lingkungannya. Sesuai dengan tingkat perkembangannya, peserta didik memerlukan bimbingan untuk memahami keluasan dan kedalaman masalahmasalah sosial secara utuh. Melalui pembelajaran IPS, membantu peserta didik dapat memeroleh pengetahuan, keterampilan, sikap adaptif, dan kepekaan untuk menghadapi hidup dan tantangantantangannya. Selanjutnya diharapkan mereka kelak mampu bertindak secara rasional dalam memecahkan masalah-masalah sosial yang dihadapi melalui arahan, bimbingan, dan bantuan untuk menjadi warga negara Indonesia yang bertanggung jawab dan demokratis serta dapat mengambil keputusan untuk berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat di tingkat lokal, regional, maupun global. Pemahaman ini dapat dimanfaatkan untuk mengidentifikasi berbagai permasalahan yang dihadapi dan menemukan solusi untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. Prinsip-prinsip dasar metodologi ilmiah dalam pembelajaran IPS akan melatih sikap ilmiah (keingintahuan yang tinggi, kemampuan berpikir kritis, analitis, dan kemampuan mengambil kesimpulan yang tepat) yang melahirkan kebijaksanaan dalam diri peserta didik. Proses pembelajaran ilmu pengetahuan sosial diharapkan peserta didik memiliki karakter mandiri, gotong-royong, dan kebhinekaan global sesuai dengan nilia-niai yang tertuang dalam Profil Pelajar Pancasila. Mandiri berarti mampu mengaplikasikan konsep ilmu pengetahuan sosial dalam konteks bertanggung jawab dalam mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidupnya melalui pemanfaatan sumber daya dan teknologi yang ada. Bergotong-royong berati mampu mengaplikasikan ilmu pengetahuan sosial dalam konteks bekerja sama 152 dengan seluruh unsur masyarakat untuk memecahkan masalah sosial yang dihadapi. Sedangkan berwawasan kebinekaan global berarti mampu mengenal keragaman fenomena-fenomena sosial dan alam di lingkungan lokal, nasional, dan global untuk mampu bertahan hidup dalam kehidupannya. Dengan mempertimbangkan bahwa anak usia SMPLB dan SMALB dengan hambatan intelektual masih melihat segala sesuatu secara apa adanya, utuh, dan terpadu maka pembelajaran IPS disederhanakan. Hal ini juga dilakukan dengan pertimbangan anak usia SMPLB dan SMALB dengan hambatan intelektual masih dalam tahap berpikir konkret/sederhana, holistik, komprehensif, namun tidak detail. Pembelajaran di SMPLB perlu memberikan peserta didik kesempatan untuk melakukan eksplorasi, investigasi, dan mengembangkan pemahaman terkait lingkungan di sekitarnya. Jadi mempelajari fenomena alam serta interaksi manusia dengan alam dan antarmanusia sangat penting dilakukan di tahapan ini. B. Tujuan Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial bertujuan sebagai berikut. 1. Mengembangkan ketertarikan serta rasa ingin tahu sehingga terpicu untuk memahami tentang manusia dan konsep-konsep berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya menjadi lebih bermakna dalam kehidupan manusia. 2. Berperan aktif dalam memelihara, menjaga, melestarikan lingkungan alam, menjaga harmonisasi hubungan dan interaksi sosial, mengelola sumber daya alam, dan lingkungan dengan bijak. 3. Mengembangkan keterampilan inkuiri untuk mengembangkan kemampuan dasar berpikir logis, kritis, sikap lebih peka, memiliki komitmen, kesadaran terhadap nilai-nilai sosial, dan kemanusiaan, serta tanggap untuk memecahkan masalah terhadap berbagai masalah sosial secara rasional dan bertanggung jawab dalam kehidupan sosial agar menjadi peserta didik yang mandiri. 4. Memahami persyaratan-persyaratan yang diperlukan peserta didik untuk menjadi anggota suatu kelompok masyarakat dan bangsa serta mengerti arti menjadi anggota masyarakat bangsa dan dunia, sehingga dapat berkontribusi dalam menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan dirinya dan lingkungan di sekitarnya. 5. Menumbuhkembangkan sikap/nilai terhadap sesama dan alam 153 sebagai perwujudan iman kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga dapat berperan aktif dalam menciptakan dan mempertahakan keseimbangan alam serta lingkungan sosial dari dirinya, keluarga, dan masyarakat dengan cara berkontribusi dan berperan aktif dalam menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari secara kontekstual melalui kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi berkaitan dengan dirinya dan lingkungan di sekitarnya dalam masyarakat yang majemuk di tingkat lokal, nasional, dan global dengan nilai gotong-royong dan kebinekaan global. C. Karakteristik Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) berfokus pada kompetensi penerapan dalam memecahkan masalah berdasarkan kaidah penelitian ilmiah dalam proses belajar. Melalui pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang berlandasan berpikir dan bertindak yang kokoh di atas dasar pemahaman kaidah penelitian ilmiah, diharapkan peserta didik akan membentuk nilai-nilai kemandirian, gotong-royong, dan kebinekaan global. Di alam pembelajaran ilmu pengetahuan sosial, ada dua elemen utama yakni pemahaman IPS dan keterampilan proses. Setiap elemen ini berkaitan dengan empat cakupan konten meliputi: manusia, tempat, dan lingkungan; waktu, keberlanjutan, dan perubahan; individu, kelompok, dan lembaga/sistem sosial dan budaya; serta produksi, distribusi, dan konsumsi/pemenuhan kebutuhan dan kelangkaan. Elemen Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dan Deskripsinya Elemen Pemahaman Deskripsi Ilmu pengetahuan mengambil peran penting dalam mengembangkan teori-teori yang membantu kita memahami bagaimana dunia kita bekerja. Lebih jauh lagi, ilmu pengetahuan telah membantu kita mengembangkan teknologi dan sistem tata kelola yang mendukung terciptanya kehidupan manusia yang lebih baik. Dengan menguasai ilmu pengetahuan kita dapat melakukan banyak hal untuk menyelesaikan permasalahan atau menghadapi tantangan yang ada. Memiliki pemahaman IPS merupakan bukti ketika seseorang memilih dan mengintegrasikan pengetahuan ilmiah yang tepat untuk menjelaskan serta memprediksi suatu fenomena atau fakta, dan menerapkan pengetahuan tersebut dalam situasi yang berbeda. Pengetahuan ilmiah ini berkaitan dengan 154 Elemen Keterampilan Proses Deskripsi fakta, konsep, prinsip, hukum, teori, dan model yang telah ditetapkan oleh para ilmuwan. Untuk membantu peserta didik memiliki kompetensi ilmu pengetahuan sosial, peserta didik perlu memiliki pemahaman konsep sosial yang utuh. Dalam ilmu pengetahuan sosial, kemampuan berpikir harus diimbangi dengan pemahaman terhadap bidang keilmuan pengetahuan sosial. Oleh karena itu, dalam mencapai kompetensi tersebut peserta didik diharapkan memiliki pengetahuan dan pemahaman konsep ilmu pengertahuan sosial yang sesuai dengan cakupan setiap konten dan perkembangan usia. Selain itu, pemahaman atas cakupan konten yang akan dibangun dalam diri peserta didik haruslah saling terkait satu sama lain. Peserta didik diharapkan memahami ilmu pengetahuan sosial secara menyeluruh meliputi hubungan antar konsep, hubungan kausalitas (sebab-akibat), serta tingkat hierarkis suatu konsep sederhana. Keterampilan proses adalah sebuah proses intensional dalam melakukan diagnosa terhadap situasi, memformulasikan permasalahan, mengkritisi suatu eksperimen dan menemukan perbedaan dari alternatif-alternatif yang ada, mencari opini yang dibangun berdasarkan informasi yang kurang lengkap, merancang investigasi, menemukan informasi, menciptakan model, mendebat rekan sejawat menggunakan fakta serta membentuk argumen yang koheren (Linn, Davis, & Bell 2004). Inkuiri sangat direkomendasikan sebagai bentuk pendekatan dalam pengajaran karena hal ini terbukti membuat peserta didik lebih terlibat dalam pembelajaran (Anderson, 2002). Pengajaran IPS, terdapat dua pendekatan pedagogis: pendekatan deduktif dan induktif (Constantinou et.al, 2018). Peran guru dalam pendekatan deduktif adalah menyajikan suatu konsep berikut logika terkait dan memberikan contoh penerapan. Dalam pendekatan ini, peserta didik diposisikan sebagai pembelajar yang pasif(hanya menerima materi). Sebaliknya, dalam pendekatan induktif, peserta didik diberikan kesempatan yang lebih leluasa untuk melakukan observasi, melakukan eksperimen dan dibimbing oleh guru untuk membangun konsep berdasarkan pengetahuan yang dimiliki (Rocard, et.al., 2007). Pembelajaran berbasis inkuiri memiliki peran penting dalam pendidikan sains (e.g. Blumenfeld et al., 1991; Linn, Pea, & Songer, 1994; National Research Council, 1996; Rocard et al., 2007). Hal ini didasarkan pada pengakuan bahwa sains secara esensial didorong oleh pertanyaan, proses yang terbuka, kerangka berpikir yang dapat dipertanggung jawabkan, dan dapat diprediksi. Oleh karenanya, peserta didik perlu mendapatkan pengalaman personal dalam menerapkan inkuiri saintifik agar aspek fundamental IPAS ini dapat membudaya dalam dirinya (Linn, Songer, & Eylon, 1996; NRC, 1996). Menurut Ash (2000) dan diadopsi dari Murdoch (2015), sekurang-kurangnya ada enam keterampilan inkuiri yang perlu dimiliki peserta didik, yaitu sebagai 155 Elemen Deskripsi berikut. Mengamati Melakukan pengamatan terhadap sebuah fenomena dan peristiwa merupakan awal dari proses inkuiri yang akan terus berlanjut ke tahapan-tahapan berikutnya. Pada saat melakukan pengamatan, peserta didik memperhatikan fenomena dan peristiwa dengan saksama, mencatat, serta membandingkan informasi yang dikumpulkan untuk melihat persamaan dan perbedaannya. Pengamatan dapat dilakukan langsung atau menggunakan instrumen lain seperti kuisioner dan wawancara. Mempertanyakan dan Memprediksi Peserta didik didorong untuk menyusun pertanyaan tentang hal-hal yang ingin diketahui pada saat melakukan pengamatan. Pada tahap ini peserta didik juga menghubungkan pengetahuan yang dimiliki dengan pengetahuan baru yang akan dipelajari sehingga dapat memprediksi apa yang akan terjadi dengan hukum sebab-akibat. Merencanakan dan Melakukan Penyelidikan Setelah mempertanyakan dan membuat prediksi berdasarkan pengetahuan dan informasi yang dimiliki, peserta didik membuat rencana dan menyusun langkah-langkah operasional berdasarkan referensi yang benar. Peserta didik dapat menjawab pertanyaan dan membuktikan prediksi dengan melakukan penyelidikan. Tahapan ini juga mencakup identifikasi dan inventarisasi faktor- faktor operasional baik internal maupun eksternal di lapangan yang mendukung dan menghambat kegiatan. Berdasarkan perencanaan tersebut, Peserta didik mengambil data dan melakukan serangkaian tindakan yang dapat digunakan untuk mendapatkan temuan-temuan, memproses, menganalisis data dan informasi Peserta didik memilih dan mengorganisasikan informasi yang diperoleh. Ia menafsirkan informasi yang didapatkan dengan jujur dan bertanggung jawab. Selanjutnya, menganalisis menggunakan alat dan metode yang tepat, menilai relevansi informasi yang ditemukan dengan mencantumkan referensi rujukan, serta menyimpulkan hasil penyelidikan. d. Mengevaluasi dan Refleksi Pada tahapan ini peserta didik menilai apakah kegiatan yang dilakukan sesuai dengan tujuan yang direncanakan atau tidak. Pada akhir siklus ini, peserta didik juga meninjau kembali proses belajar yang dijalani dan hal-hal yang perlu dipertahankan dan/atau diperbaiki pada masa yang akan datang. Peserta didik melakukan refleksi tentang bagaimana pengetahuan baru yang dimilikinya dapat bermanfaat bagi diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sekitar dalam perspektif global untuk masa depan berkelanjutan. e. Mengomunikasikan Hasil Peserta didik melaporkan hasil secara terstruktur melalui lisan atau tulisan, menggunakan bagan, diagram, maupun ilustrasi, serta dikreasikan ke dalam media digital dan nondigital untuk mendukung 156 Elemen Deskripsi penjelasan. Peserta didik lalu mengomunikasikan hasil temuannya dengan mempublikasikan hasil laporan dalam berbagai media, baik digital dan atau nondigital. Pelaporan dapat dilakukan berkolaborasi dengan berbagai pihak. Keterampilan proses tidak selalu merupakan urutan langkah, melainkan suatu siklus yang dinamis yang dapat disesuaikan berdasarkan perkembangan dan kemampuan peserta didik. D. Capaian Pembelajaran Setiap Fase Peserta didik tingkat SMPLB dan SMALB, secara lahiriah dan usia kalender sama dengan peserta didik lainnya. Namun, dalam tingkat pemahaman dan penalaran serta keterampilannya berada dalam rentang yang berbeda secara signifikan untuk itu hasil asesmen harus dijadkan dasar dalam menetukan capaian pembelajaran IPS bagi anak berkebutuhan khusus dengan hambatan intelektual. 1. Fase D (Usia Mental ± 9 Tahun dan Umumnya Kelas VII, VIII, dan IX) Pada akhir Fase D, peserta didik diharapkan memiliki kemampuan untuk memahami dan menyajikan pengetahuan faktual tentang makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya serta fenomena sosial dan alam yang dijumpai di lingkungan sekitar. Memahami dan mengidentifikasi pengetahuan faktual pengaruh cuaca, iklim, dan musim serta dampaknya terhadap kehidupan sehari-hari, kenampakan alam yang ada di lingkungan sekitar serta pengaruhnya terhadap perilaku dan aktivitas manusia bagi kehidupan masyarakat, sumber daya alam yang ada di lingkungan, serta mengaplikasikan manfaatnya terhadap kehidupan seharihari, memahami peta lingkungan, mengidentifikasi jenis-jenis dan perkembangan teknologi beserta dampaknya yang ada di daerah setempat untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Peserta didik mampu memahami dan menerapkan materi pembelajaran melalui siklus inkuiri dalam proses belajarnya, yaitu mengamati, merumuskan pertanyaan, dan mengkategorikan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan kriteria tertentu, memprediksi apa yang akan terjadi dengan rumusan sebab-akibat. Peserta didik juga dapat merencanakan dan mengembangkan ide dengan penyelidikan fakta-fakta. Peserta didik mencari dan mengumpulkan 157 informasi, mengolah informasi, dan menganalisis informasi baik dengan pendekatan kualitatif, kuantitatif, maupun campuran. Peserta didik melakukan suatu kegiatan yang tertata untuk mengukur hasil suatu kegiatan, apakah telah sesuai dengan tujuan yang direncanakan atau tidak. Peserta didik menarik kesimpulan, merumuskan dan melaksanakan aksi nyata atau membuat karya terkait dengan materi yang dipelajari dengan melakukan refleksi dalam setiap tahapan siklus. Selain itu, peserta didik juga dapat mengkomunikasi ide, gagasan, produk, maupun aksi-aksi nyata yang telah dilakukan dengan baik melalui laporan sederhana, presentasi, maupun melalui pameran dari peranan cuaca, iklim dan musim bagi kehidupan manusia dan pengaruh kenampakan alam dan buatan bagi kehidupan sosial dan budaya, sumber daya alam yang ada di lingkungan, serta mengaplikasikan manfaatnya terhadap kehidupan sehari-hari, serta menemukan dan menganalisa masalah yang timbul dari dampak pemanfaatan sumber daya alam, menggunakan peta dalam kehidupan seharihari, jenis-jenis dan perkembangan teknologi beserta dampaknya, serta mampu memberikan solusi atas permasahan yang ditimbulkan dari perkembangan teknologi dan dampaknya, serta mengaplikasikan, memecahkan masalah dan mengambil keputusan sehingga dapat berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan nyata yang berdampak positif terhadap perkembangan dirinya. Fase D Berdasarkan Elemen Elemen Pemahaman Sosial Ketrampilan Proses Capaian Pembelajaran Pada akhir Fase D, Peserta didik Memahami dan mengidentifikasi pengetahuan faktual pengaruh cuaca, iklim dan musim serta dampaknya terhadap kehidupan sehari-hari, kenampakan alam dan buatan yang ada di lingkungan sekitar serta pengaruhnya terhadap perilaku dan aktivitas manusia bagi kehidupan masyarakat, sumber daya alam yang ada di lingkungan serta mengaplikasikan manfaatnya terhadap kehidupan sehari-hari, memahami peta lingkungan, mengidentifikasi jenis-jenis dan perkembangan teknologi beserta dampaknya yang ada di daerah setempat untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Mengamati Peserta didik mengamati fenomena dan peristiwa secara sederhana dengan mencari informasi yang ingin diketahui dan bagaimana cara mendapatkan informasi tersebut dengan melakukan berbagai 158 Elemen Capaian Pembelajaran aktivitas bertujuan mendapatkan informasi tentang cuaca, iklim dan musim bagi kehidupan manusia dan kenampakan alam dan buatan, sumber daya alam, peta lingkungan dan perkembangan teknologi beserta dampaknya yang ada di daerah setempat untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Mempertanyakan dan memprediksi Peserta didik menyusun dan menjawab pertanyaan tentang hal-hal yang ingin diketahui saat melakukan pengamatan. Peserta didik membuat prediksi mengenai objek dan peristiwa di lingkungan sekitar tentang cuaca, iklim dan musim bagi kehidupan manusia dan kenampakan alam dan buatan, sumber daya alam, peta lingkungan dan perkembangan teknologi beserta dampaknya yang ada di daerah setempat untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Merencanakan dan melakukan penyelidikan Dengan panduan, peserta didik berpartisipasi dalam penyelidikan untuk mengeksplorasi dan menjawab pertanyaan. Melakukan pengukuran dengan alat sederhana yang ada di sekitarnya untuk mendapatkan data tentang cuaca, iklim dan musim bagi kehidupan manusia dan kenampakan alam dan buatan, sumber daya alam, peta lingkungan dan perkembangan teknologi beserta dampaknya yang ada di daerah setempat untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk mendapatkan jawaban atas hipotesis serta melakukan interpretasi data dan informasi yang diperoleh yang disesuaikan dengan kemampuan dan tingkat pembelajaran peserta didik Memproses, menganalisa data dan informasi Peserta didik menggunakan berbagai metode untuk mengorganisasikan informasi, termasuk gambar, grafik, tabel dan lain-lain. Peserta didik mendiskusikan dan membandingkan antara hasil pengamatan dengan prediksi tentang cuaca, iklim dan musim bagi kehidupan manusia dan kenampakan alam dan buatan, sumber daya alam, peta lingkungan dan perkembangan teknologi beserta dampaknya yang ada di daerah setempat untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari serta diungkapkan secara lisan, tulisan dan kreasi dalam bentuk digital dan non-digital disesuakan dengan kemampuan dan tingkat pembelajaran peserta didik. Mengevaluasi dan refleksi Dengan panduan, peserta didik membandingkan hasil pengamatan yang berbeda dengan mengacu pada teori tentang cuaca, iklim dan musim bagi kehidupan manusia dan kenampakan alam dan buatan, sumber daya alam, peta lingkungan dan perkembangan teknologi beserta dampaknya yang ada di daerah setempat untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari disesuakan dengan kemampuan dan tingkat pembelajaran peserta didik. Peserta didik melakukan refleksi mengenai pengetahuan baru yang dimiliki untuk 159 Elemen Capaian Pembelajaran kebermanfaatan bagi diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sekitar dalam perspektif global untuk masa depan berkelanjutan. Mengomunikasikan hasil Peserta didik mengomunikasikan, mempresentasikan, menceritakan, menerangkan hasil penyelidikan dengan menggunakan bahasa yang baik secara lisan, tulisan maupun isyarat dengan memanfaatkan berbagai media publikasi seperti media cetak, media elektronik, multimedia, media sosial secara bijak berdasarkan pengalaman belajar yang sedang atau sudah dilaksanakan di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan tentang cuaca, iklim dan musim bagi kehidupan manusia dan kenampakan alam dan buatan, sumber daya alam, peta lingkungan dan perkembangan teknologi beserta dampaknya yang ada di daerah setempat untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 2. Fase E (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas X) Di akhir Fase E, peserta didik terbiasa melakukan melakukan proses inkuiri, yaitu mengidentifikasi dan mengajukan pertanyaan tentang apa yang ada pada dirinya maupun kondisi di lingkungan rumah dan sekolah serta mengidentifikasi permasalahan sederhana yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Selanjutnya, peserta didik mengamati, mempertanyakan dan memprediksi, merencanakan dan melakukan penyelidikan, memproses, menganalisis data dan informasi, mengevaluasi dan refleksi serta mengomunikasikan proses inkuiri yang dilalui sesuai dengan tahap perkembangannya. Peserta didik menunjukkan perilaku yang mencerminkan keberpihakannya terhadap objektivitas suatu hal. Peserta didik mengoptimalkan penggunaan pancaindra untuk melakukan pengamatan dan bertanya tentang profesi dan meneladani patriotisme ketika diberikan perlakuan. Peserta didik menggunakan hasil pengamatan untuk menjelaskan pola sebab akibat sederhana dengan menggunakan beberapa media. Peserta didik mengenal jenis-jenis profesi yang ada di masyarakat. Mereka mulai memodelkan jenis-jenis profesi dan mengenal karaktristik dari setiap profesi. Melalui pengamatan, peserta didik mengidentifikasi jenis-jenis profesi. Peserta didik mulai memahami 160 jenis-jenis profesi di masyarakat. Mereka mengidentifikasi jenisjenis profesi berdasarkan perbedaan karakteristik setiap profesi. Peserta didik mengenal semangat dalam bekerja di setiap profesi. Mereka memahami pentingnya semangat dalam bekerja. Peserta didik mengelaborasikan pemahaman tentang semangat bekerja dalam keterkaitannya dengan aktivitas sehari-hari. Peserta didik mengenal tokoh-tokoh pahlawan. Mengidentifikasi tokoh pahlawan di wilayah setempat, lokal, dan nasional. Membedakan tokoh pahlawan berdasarkan bidangnya. Peserta didik mengelaborasikan pemahaman tentang meneladani patriotisme dalam keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Fase E Berdasarkan Elemen Elemen Pemahaman Sosial Capaian Pembelajaran Pada akhir Fase E, peserta didik mengoptimalkan penggunaan pancaindra untuk melakukan pengamatan dan bertanya tentang profesi dan meneladani patriotisme ketika diberikan perlakuan. Peserta didik menggunakan hasil pengamatan untuk menjelaskan pola sebab akibat sederhana dengan menggunakan beberapa media. Peserta didik mengenal jenis-jenis profesi yang ada di masyarakat. Mereka mulai memodelkan jenisjenis profesi dan mengenal karaktristik dari setiap profesi. Melalui pengamatan peserta didik mengidentifikasi jenis-jenis profesi, peserta didik mulai memahami jenis-jenis profesi di masyarakat. Mereka mengidentifikasi jenis-jenis profesi berdasarkan perbedaan karakteristik setiap profesi. Peserta didik mengenal semangat dalam bekerja di setiap profesi. Mereka memahami pentingnya semangat dalam bekerja. Peserta didik mengelaborasikan pemahaman tentang semangat bekerja dalam keterkaitannya dengan aktivitas sehari-hari. Peserta didik mengenal tokoh-tokoh pahlawan. Mengidentifikasi tokoh pahlawan di wilayah setempat, lokal, dan nasional. Membedakan tokoh pahlawan berdasarkan bidangnya. Peserta didik mengelaborasikan pemahaman tentang meneladani patriotisme dalam keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Keterampilan Proses Mengamati Peserta didik mengamati fenomena dan peristiwa secara sederhana menggunakan pancaindra dengan inisiatif dan bekerja mandiri. Mempertanyakan dan memprediksi Peserta didik menyusun dan menjawab pertanyaan tentang hal-hal yang ingin diketahui saat melakukan pengamatan. Peserta didik membuat prediksi mengenai objek dan peristiwa di lingkungan sekitar melalui penalaran kritis. 161 Merencanakan dan melakukan penyelidikan Peserta didik berpartisipasi dalam penyelidikan untuk mengeksplorasi dan menjawab pertanyaan secara mandiri. Melakukan pengukuran dengan alat sederhana yang ada di sekitarnya untuk mendapatkan data melalui penalaran kritis dan tanggap terhadap lingkungan sosial Memproses, menganalisis data dan informasi Peserta didik menggunakan berbagai metode untuk mengorganisasikan informasi, termasuk gambar, tabel. Peserta didik mendiskusikan dan membandingkan antara hasil pengamatan dengan prediksi melalui penalaran kritis dan berkoordinasi dengan teman sebaya Mengevaluasi dan refleksi Peserta didik membandingkan hasil pengamatan yang berbeda dengan mengacu pada teori melalui penalaran kritis dan mempertimbangkan dan menumbuhkan berbagai perfektif Mengomunikasikan hasil Peserta didik mengomunikasikan hasil penyelidikan secara verbal dan tertulis dengan format sederhana dengan percaya diri dan adaptif 3. Fase F (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas XI dan XII) Di akhir Fase F, peserta didik terbiasa melakukan melakukan proses inkuiri, yaitu mengidentifikasi dan mengajukan pertanyaan tentang apa yang ada pada dirinya maupun kondisi di lingkungan rumah dan sekolah serta mengidentifikasi permasalahan sederhana yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Selanjutnya, memprediksi, peserta didik mengamati, merencanakan dan mempertanyakan melakukan dan penyelidikan, memproses, menganalisis data dan informasi, mengevaluasi dan refleksi serta mengomunikasikan proses inkuiri yang dilalui sesuai dengan tahap perkembangannya. Peserta didik menunjukkan perilaku yang mencerminkan keberpihakannya terhadap objektivitas suatu hal. Peserta didik mengoptimalkan penggunaan pancaindra untuk melakukan pengamatan dan bertanya tentang koperasi; usaha dan kegiatan ekonomi; serta masalah sosial ketika diberikan perlakuan. Peserta didik menggunakan hasil pengamatan untuk menjelaskan pola sebab akibat sederhana dengan menggunakan beberapa media. Peserta didik mengenal jenis-jenis koperasi yang ada di masyarakat melalui pengamatan dan eksplorasi. Mereka menggunakan hasil 162 pengamatannya untuk mengetahui tujuan dan manfaat koperasi bagi kehidupan. Peserta didik memahami pentingnya usaha bersama melalui koperasi. Peserta didik mengenal jenis-jenis usaha dalam bidang ekonomi. Mengidentifikasi kegiatan ekonomi di lingkungan sekitar melalui pengamatan dan eksplorasi. Mengenal kegiatan ekonomi dalam skala nasional. Memahami pentingnya kegiatan ekonomi bagi kehidupan manusia. Fase F Berdasarkan Elemen Elemen Pemahaman Sosial Capaian Pembelajaran Pada akhir Fase F, peserta didik mengoptimalkan penggunaan pancaindra untuk melakukan pengamatan dan bertanya tentang koperasi; usaha dan kegiatan ekonomi; serta masalah sosial ketika diberikan perlakuan. Peserta didik menggunakan hasil pengamatan untuk menjelaskan pola sebab akibat sederhana dengan menggunakan beberapa media. Peserta didik mengenal jenis-jenis koperasi yang ada di masyarakat melalui pengamatan dan eksplorasi. Mereka menggunakan hasil pengamatannya untuk mengetahui tujuan dan manfaat koperasi bagi kehidupan. Peserta didik memahami pentingnya usaha bersama melalui koperasi. Peserta didik mengenal jenis-jenis usaha dalam bidang ekonomi. Mengidentifikasi kegiatan ekonomi di lingkungan sekitar melalui pengamatan dan eksplorasi. Mengenal kegiatan ekonomi dalam skala nasional. Memahami pentingnya kegiatan ekonomi bagi kehidupan manusia. Peserta didik mengenal masalah-masalah sosial yang terjadi di masyarakat. Mengenal secara sederhana cara mengatasi masalah sosial. Peserta didik mengelaborasikan pemahaman tentang masalah sosial dalam keterkaitannya dengan aktivitas sehari-hari. Keterampilan Proses Mengamati Peserta didik mengamati fenomena dan peristiwa secara sederhana menggunakan pancaindra dengan inisiatif dan bekerja mandiri Mempertanyakan dan memprediksi Peserta didik menyusun dan menjawab pertanyaan tentang hal-hal yang ingin diketahui saat melakukan pengamatan. Peserta didik membuat prediksi mengenai objek dan peristiwa di lingkungan sekitar melalui penalaran kritis. Merencanakan dan melakukan penyelidikan Peserta didik berpartisipasi dalam penyelidikan untuk mengeksplorasi dan menjawab pertanyaan secara mandiri. Melakukan pengukuran dengan alat sederhana yang ada di sekitarnya untuk mendapatkan data melalui penalaran kritis dan 163 tanggap terhadap lingkungan sosial. Memproses, menganalisis data dan informasi Peserta didik menggunakan berbagai metode untuk mengorganisasikan informasi, termasuk gambar, tabel. Peserta didik mendiskusikan dan membandingkan antara hasil pengamatan dengan prediksi melalui penalaran kritis dan berkoordinasi dengan teman sebaya. Mengevaluasi dan refleksi Peserta didik membandingkan hasil pengamatan yang berbeda dengan mengacu pada teori melalui penalaran kritis dan mempertimbangkan dan menumbuhkan berbagai perfektif. Mengomunikasikan hasil Peserta didik mengomunikasikan hasil penyelidikan secara verbal dan tertulis dengan format sederhana dengan percaya diri dan adaptif. 164 IX.1. CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KHUSUS SENI MUSIK A. Rasional Mata Pelajaran Seni Musik Mata pelajaran Seni dikembangkan sesuai dengan tantangan abad ke21, di mana penguasaan dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi menjadi bagian dari pembelajaran. Untuk itu, kemampuan penggunaan dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi menjadi faktor penting agar seni dapat disesuaikan dengan karakteristik pembelajaran yang mampu menjawab tantangan abad ke-21. Selain penggunaan dan pemanfaatan teknonolgi, pembelajaran seni budaya menjawab tantangan abad ke-21 yang memperhatikan kebutuhan daerah dan peserta didik. Dengan demikian, mata pelajaran ini dapat menjadi filter dari masuknya kebudayaan asing sekaligus mendorong peserta didik untuk memiliki kearifan terhadap budaya lokal atau budaya masyarakatnya. Mata pelajaran Seni memiliki sifat multilingual, multidimensional, dan multikultural. Multilingual bermakna pengembangan kemampuan mengekspresikan diri secara kreatif dengan berbagai cara dan media, seperti bahasa rupa, bunyi, gerak, peran, dan berbagai perpaduannya. Multidimensional bermakna pengembangan beragam kompetensi, meliputi konsepsi (pengetahuan, pemahaman, analisis, evaluasi), apresiasi, dan kreasi dengan cara memadukan secara harmonis unsur estetika, logika, kinestetika, dan etika. Sifat multikultural mengandung makna menumbuhkembangkan kesadaran dan kemampuan apresiasi terhadap beragam seni budaya. Hal ini merupakan wujud pembentukan sikap demokratis yang memungkinkan seseorang hidup secara beradab serta toleran dalam masyarakat dan budaya yang majemuk. Musik dalam mengembangkan kemampuan mengekspresikan diri melalui bunyi merupakan aktivitas ekspresi, respons, dan apresiasi terhadap berbagai fenomena kehidupan, baik dari dalam diri maupun dari budaya, sejarah, alam, dan lingkungan hidup seseorang. Musik pada dasarnya merupakan nada atau suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan (KBHI, Depdiknas,2001). Musik mendorong manusia untuk mengindra, merasakan, dan mengekspresikan keindahan melalui penataan bunyi-suara dan sunyi. Melalui pendidikan musik, manusia diajak 165 untuk berpikir dan bekerja secara artistik estetik agar mandiri, kreatif, memiliki apresiasi, menghargai kebinekaan global, serta sejahtera jasmani, mental (psikologis), dan rohani sesuai dengan nilainilai Pancasila. Selanjutnya Pendidikan musik memberi dampak pada kehidupan manusia (diri sendiri dan orang lain) juga pada pengembangan pribadi setiap orang dalam proses pembelajaran yang berkesinambungan (terus-menerus). Aktivitas bermusik yang melibatkan gerak dan atau gambar dapat menstimulasi anak berkebutuhan khusus (ABK) untuk meningkatkan fungsi mental, motorik, dan intelegensinya serta dapat dijadikan medium untuk meningkatkan kualitas hidup. B. Tujuan Mata Pelajaran Seni Musik Tujuan mata pelajaran Seni Musik adalah untuk memastikan agar peserta didik: 1. mampu mengekspresikan diri atas fenomena kehidupan; 2. peka terhadap persoalan diri secara pribadi dan dunia sekitar; 3. mampu mengasah dan mengembangkan musikalitas, terlibat dengan praktik-praktik bermusik dengan cara yang sesuai, tepat, dan bermanfaat, serta turut ambil bagian dan mampu menjawab tantangan dalam kehidupan sehari-hari; dan 4. secara sadar dan bermartabat mengusahakan perkembangan kepribadian, karakter, dan kehidupannya baik untuk diri sendiri maupun untuk sesama dan alam sekitar. C. Karakteristik Mata Pelajaran Seni Musik Mata pelajaran Seni Musik memiliki karakteristik seperti berikut. 1. Pelajaran Seni Musik mencakup pengembangan musikalitas; kebebasan berekspresi; pengembangan imajinasi secara luas; menjalani disiplin kreatif; penghargaan akan nilai-nilai keindahan; pengembangan rasa kemanusiaan, toleransi, dan menghargai perbedaan; pengembangan karakter/kepribadian manusia secara utuh (jasmani, mental/psikologis, dan rohani) sehingga dapat memberikan dampak dalam kehidupan manusia. 2. Pelajaran musik membantu mengembangkan musikalitas, kemampuan bermusik peserta didik dalam berbagai macam praktiknya dengan baik: 166 a. dengan ekspresif dan indah; b. dengan kesadaran, pemahaman, dan penghayatan akan unsur-unsur/elemen-elemen bunyi-sunyi-musik dan kaidah-kaidahnya; c. dengan eksekusi yang tepat, sesuai, dan sebaik-baiknya. Gambar 1. Lima Elemen/Domain Landasan Pembelajaran Seni Musik Landasan pembelajaran Seni Musik memiliki lima elemen yang mandiri dan berjalan beriringan sebagai kesatuan yang saling memengaruhi dan mendukung. Setiap elemen bukanlah sebuah urutan atau prasyarat dari elemen lainnya. Masing-masing mampu berdiri sendiri secara mandiri, tetapi memiliki keterhubungan dalam peran antarelemen. Deskripsi Elemen dalam Seni Musik Elemen Mengalami (Experiencing) Deskripsi 1. Mengindrai, mengenali, merasakan, menyimak, mencobakan/bereksperimen, dan merespons bunyi-sunyi dari beragam sumber, dan beragam jenis/ bentuk musik dari berbagai konteks budaya 2. Eksplorasi bunyi dan beragam karya-karya musik, bentuk musik, alat-alat yang menghasilkan bunyi-musik, dan penggunaan teknologi dalam praktik bermusik 167 3. Mengamati, mengumpulkan, dan merekam pengalaman dari beragam praktik bermusik, menumbuhkan kecintaan pada musik, dan mengusahakan dampak bagi diri sendiri, orang lain, dan masyarakat Menciptakan (Making/Creating) 1. Memilih penggunaan beragam media dan teknik bermusik untuk menghasilkan karya musik sesuai dengan konteks, kebutuhan, dan ketersedian serta kemampuan bermusik masyarakat, sejalan dengan perkembangan teknologi 2. Menciptakan karya-karya musik dengan standar musikalitas yang baik dan sesuai dengan kaidah/ budaya dan kebutuhan, dapat dipertanggungjawabkan, berdampak pada diri sendiri dan orang lain dalam beragam bentuk praktiknya. Merefleksikan (Reflecting 1. Menyematkan nilai-nilai yang generatif-lestari pada pengalaman dan pembelajaran artistikestetik yang berkesinambungan (terusmenerus). 2. Mengamati, memberikan penilaian, dan membuat hubungan antara karya pribadi dan orang lain sebagai bagian dari proses berpikir dan bekerja artistik-estetik, dalam konteks unjuk karya musik. Berpikir dan Bekerja secara Artistik (Thinking and Working Artistically) 1. Merancang, menata, menghasilkan, mengembangkan, menciptakan, mereka ulang, dan mengomunikasikan ide melalui proses mengalami, menciptakan, dan merefleksikan 2. Mengeksplorasi dan menemukan sendiri bentuk karya dan praktik musik (elaborasi dengan bidang keilmuan yang lain: seni rupa, seni tari, drama, dan nonseni) yang membangun dan bermanfaat untuk menanggapi setiap tantangan hidup dan kesempatan berkarya secara mandiri 3. Meninjau dan memperbarui karya pribadi sesuai dengan kebutuhan masyarakat, zaman, konteks fisik-psikis, budaya, dan kondisi alam 4. Menjalani kebiasaan/disiplin kreatif sebagai sarana melatih kelancaran dan keluwesan dalam praktik bermusik Berdampak bagi diri sendiri dan orang lain (Impacting) 1. Memilih, menganalisis, dan menghasilkan karya-karya musik dengan kesadaran untuk terus mengembangkan kepribadian dan karakter bagi diri sendiri dan sesama 2. Memilih, menganalisis, dan menghasilkan karya-karya musik dengan kesadaran untuk terus membangun persatuan dan kesatuan bangsa 3. Memilih, menganalisis, dan menghasilkan karya-karya musik dengan kesadaran untuk terus meningkatkan cinta kasih kepada sesama manusia dan alam semesta 4. Menjalani kebiasaan/disiplin kreatif dalam praktik-praktik bermusik sebagai sarana melatih pengembangan pribadi dan bersama, 168 semakin baik waktu demi waktu, tahap demi tahap. D. Capaian Pembelajaran Seni Musik Setiap Fase 1. Fase A (Usia Mental ≤ 7 Tahun dan Umumnya Kelas I dan II) Pada akhir Fase A, peserta didik mengemukakan pencapaian diri dalam mengenal unsur-unsur bunyi baik intrinsik maupun ekstrinsik, mengimitasi bunyi bersumber dari musik sederhana dan mengembangkannya melalui bernyanyi dengan lagu bertanda birama dua dan tiga sehingga muncul dan tumbuh rasa percaya diri, berani, dan rasa ingin tahu. Fase A Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Mengalami Mengimitasi bunyi bersumber dari musik sederhana dengan mengenal unsur-unsur bunyi melalui lagu bertanda birama dua dan tiga Menciptakan Membuat musik sederhana dengan unsurunsur bunyi intrinsik maupun ekstrinsik Merefleksikan Praktik musik sederhana melalui aktivitas bernyanyi lagu bertanda birama dua dan tiga atau bermain alat/media musik, baik sendiri maupun bersama-sama Berpikir dan Bekerja Artistik Kebiasaan beraktivitas musik yang baik dan rutin dalam praktik musik sederhana melalui lagu birama dua dan tiga Berdampak Peserta didik mendapat pengalaman, kesan, dan terbiasa aktif, baik, dan rutin dalam praktik musik dan kegiatan-kegiatan bermusik lewat bernyanyi lagu bertanda birama dua, tiga dan memainkan media bunyi musik sederhana 2. Fase B (Usia Mental ± 8 Tahun dan Umumnya Kelas III dan IV) Pada akhir Fase B, peserta didik mampu mengemukakan pencapaian diri dalam mengenal unsur-unsur bunyi intrinsik dan ekstrinsik, mengimitasi, dan menata bunyi berupa musik sederhana berupa irama musik ritmis dan mengembangkannya melalui bernyanyi dengan lagu bertanda birama empat dengan iringan musik ritmik sehingga muncul dan tumbuh rasa percaya diri, berani, dan rasa ingin tahu. Fase B Berdasarkan Elemen Elemen Mengalami Capaian Pembelajaran Peserta didik menata bunyi sederhana bedasarkan imitasi akan kepekaan unsur-unsur 169 Elemen Capaian Pembelajaran bunyi, baik intrinsik maupun ekstrinsik melalui lagu birama empat dan irama musik ritmis. Menciptakan Peserta didik membuat bunyi musik sederhana menjadi pola baru dengan menggunakan unsur-unsur bunyi musik instrinsik maupun ekstrinsik dengan menggunakan pola irama musik ritmis. Merefleksikan Mengenali diri sendiri, sesama, dan lingkungan yang beragam (berkebinekaan), serta mampu memberi kesan atas praktik bermusik lewat bernyanyi lagu birama empat atau bermain alat/media musik, baik sendiri maupun bersama-sama dengan menggunakan pola irama musik ritmis Berpikir dan Bekerja Artistik Menyimak, mendokumentasikan secara sederhana, dan menjalani kebiasaan bermusik yang baik dan rutin dalam praktik musik sejak dari persiapan, saat bermusik, maupun usai berpraktik musik, serta memilih secara aktif dan memainkan karya musik sederhana secara artistik dengan mengandung nilai-nilai positifnya Berdampak Menjalani bermusik yang baik dan rutin dalam berpraktik musik dan aktif dalam kegiatankegiatan bermusik lewat bernyanyi lagu birama empat dan memainkan media bunyi-musik sederhana dengan pola irama musik ritmis serta mendapatkan pengalaman dan kesan baik bagi diri sendiri. 3. Fase C (Usia Mental ± 8 Tahun dan Umumnya Kelas V dan VI) Pada akhir Fase C, peserta didik mampu mengemukakan pencapaian diri dalam mengenal irama musik ritmis dan melodis dengan mengangkat kearifan local serta pengembangannya dilakukan melalui bernyanyi lagu dengan iringan alat musik ritmis dan melodis sehingga muncul dan tumbuh rasa percaya diri, berani, dan rasa ingin tahu. Fase C Berdasarkan Elemen Elemen Mengalami Menciptakan Merefleksikan Capaian Pembelajaran Mengolah pola/tata bunyi dan unsur-unsur bunyi baik intrinsik maupun ekstrinsik melalui lagu berirama ritmis dan melodis Menata dan mengolah pola/tata bunyi musik sederhana untuk lebih peka terhadap unsur bunyi musik dengan pola irama musik ritmis dan melodis Mengenali dan memberi kesan atas praktik bermusik lewat bernyanyi lagu berirama ritmis dan melodis atau bermain alat/media musik 170 Berpikir dan Bekerja Artistik Berdampak baik sendiri maupun bersama-sama dalam bentuk yang bisa diacu dan dikomunikasikan secara lebih umum Menjalani kebiasaan baik dan rutin dalam berpraktik musik sejak dari persiapan, saat, maupun usai berpraktik musik ritmis dan melodis, serta memilih, memainkan, dan menghasilkan karya-karya musik sederhana yang mengandung nilai-nilai kearifan lokal global dan positif, secara aktif, kreatif, dan artistik Menjalani kebiasaan baik dan rutin dalam berpraktik musik dan kegiatan-kegiatan bermusik melalui bernyanyi lagu berirama ritmis dan melodis serta mendapatkan pengalaman dan kesan baik bagi perbaikan dan mutunya 4. Fase D (Usia Mental ± 9 Tahun dan Umumnya Kelas VII, VIII, dan IX) Pada akhir Fase D, peserta didik mampu mengemukakan pencapaian diri dalam mengenal lagu wajib maksimal 8 ruas birama dan atau lebih, lagu-lagu nusantara, permainan alat musik ritmis dan melodis, serta pengembangannya dilakukan melalui bernyanyi lagu wajib 8 ruas birama atau lebih dan lagu nusantara dengan diiringi alat musik ritmis dan melodis sehingga muncul dan tumbuh rasa percaya diri, berani, dan rasa ingin tahu. Fase D Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Mengalami Menyimak, melibatkan diri secara aktif dalam pengalaman atas bunyi, menunjukkan kepekaan akan konteks, serta mampu secara aktif berpartisipasi dalam sajian musik ritmis dan melodis serta lagu wajib maksimal 8 atau lebih ruas birama serta lagu nusantara Menciptakan Menghasilkan gagasan hingga menjadi karya musik yang otentik dalam sebuah sajian dengan kepekaan akan unsur-unsur bunyi musik, baik intrinsik maupun ekstrinsik berupa, keragaman konteks, baik secara terencana maupun situasional sesuai dan sadar akan kaidah tata bunyi/ musik ritmis dan melodis. Merefleksikan Mengenali, memberi kesan, dan merekam beragam praktik bermusik ritmis dan melodis, baik sendiri maupun bersama-sama yang berfungsi sebagai dokumentasi maupun alat komunikasi secara lebih umum serta menyadari hubungannya dengan konteks dan praktikpraktik lain yang lebih luas 171 Berpikir dan Bekerja Artistik Menjalani kebiasaan baik dan rutin dalam berpraktik musik sejak dari persiapan, saat, maupun usai berpraktik musik untuk perkembangan dan perbaikan kelancaran serta keluwesan bermusik, serta memilih, memainkan, menghasilkan, dan menganalisis karya-karya musik secara aktif, kreatif, artistik, musikal, dan mengandung nilai-nilai kearifan lokal, baik secara individu maupun secara berkelompok Berdampak Menjalani kebiasaan baik dan rutin dalam berpraktik musik dan aktif dalam kegiatankegiatan bermusik lewat bernyanyi lagu wajib maksimal 8 atau lebih ruas birama serta lagu nusantara, memainkan media bunyi-musik dan memperluas ragam praktik musiknya serta terus berusaha mendapatkan pengalaman dan kesan baik serta berharga bagi perbaikan dan kemajuan diri sendiri secara utuh dan bersama 5. Fase E (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas X) Pada akhir Fase E, peserta didik mampu mengemukakan pencapaian diri dalam mengenal lagu daerah dan alat musik daerah setempat serta secara sadar melibatkan konteks sajian musik dan berpartisipasi aktif dalam sajian musik yang berguna bagi perbaikan hidup baik untuk diri sendiri, sesama, dan lingkungan. Pengembangannya dilakukan melalui bernyanyi lagu daerah dan memainkan musik daerah setempat sehingga muncul dan tumbuh rasa percaya diri, berani, dan rasa ingin tahu. Fase E Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Mengalami Menyimak, melibatkan diri secara aktif dalam pengalaman atas kesan terhadap bunyi/musik, peka dan paham, serta secara sadar melibatkan konteks sajian musik dan lagu daerah setempat serta berpartisipasi aktif dalam sajian musik yang berguna bagi perbaikan hidup baik untuk diri sendiri, sesama, lingkungan, dan alam semesta Menciptakan Menghasilkan gagasan dan karya musik yang otentik dalam sebuah sajian dengan kepekaan akan unsur-unsur bunyi musik baik intrinsik maupun ekstrinsik, keragaman konteks, melibatkan praktik-praktik selain musik (bentuk seni yang lain) baik secara terencana maupun situasional yang berguna bagi perbaikan hidup diri sendiri, sesama, lingkungan, dan alam semesta Merefleksikan Mengenali, memberi kesan, mengkaji, merekam, dan merefleksi secara aktif beragam praktik 172 bermusik yang berasal dari daerah setempat, baik sendiri maupun bersama-sama yang berfungsi sebagai dokumentasi maupun alat komunikasi secara lebih umum serta menyadari hubungannya dengan konteks dan praktikpraktik lain yang lebih luas untuk perbaikan hidup, baik diri sendiri, sesama, lingkungan, dan alam semesta Berpikir dan Bekerja Artistik Menjalani kebiasaan baik dan rutin dalam berpraktik musik sejak dari persiapan, saat, maupun usai berpraktik musik dengan kesadaran untuk perkembangan dan perbaikan kelancaran serta keluwesan bermusik yang berasal dari daerah setempat, serta memilih, memainkan, menghasilkan, menganalisis, dan merefleksi karya-karya musik secara aktif, kreatif, artistik, dan musikal secara bebas dan bertanggung jawab serta sensitif terhadap fenomena kehidupan manusia. Berdampak Menjalani kebiasaan baik dan rutin dalam berpraktik musik dan aktif dalam kegiatankegiatan bermusik lewat bernyanyi lagu yang berasal dari daerah setempat, memainkan media bunyi-musik dan memperluas wilayah praktik musiknya dengan praktik-praktik lain di luar musik, serta terus berusaha mendapatkan pengalaman dan kesan baik serta berharga bagi perbaikan dan kemajuan diri sendiri secara utuh dan bersama. 6. Fase F (Usia Mental ± 10 tahun dan Umumnya Kelas XI dan XII) Pada akhir Fase F, peserta didik mampu mengemukakan pencapaian diri dalam mengenal lagu dan alat musik nusantara serta lagu mancanegara dan alat musik modern serta secara sadar melibatkan konteks sajian musik dan berpartisipasi aktif dalam sajian musik yang berguna bagi perbaikan hidup baik untuk diri sendiri, sesama, dan lingkungan. Pengembangannya dilakukan melalui bernyanyi lagu Nusantara dan mancanegara serta memainkan musik Nusantara dan alat musik modern sehingga muncul dan tumbuh rasa percaya diri, berani, dan rasa ingin tahu. Fase F Berdasarkan Elemen Elemen Mengalami Capaian Pembelajaran Menyimak dengan baik dan cermat, melibatkan diri secara aktif dalam pengalaman atas bunyimusik, peka dan paham, serta secara sadar melibatkan konteks sajian musik modern dan berpartisipasi aktif dalam sajian musik secara luas 173 Menciptakan Menghasilkan gagasan dan karya musik yang otentik dalam sebuah sajian dengan kepekaan akan unsur-unsur bunyi-musik baik intrinsik maupun ekstrinsik, keragaman konteks, melibatkan praktik-praktik selain musik (bentuk seni yang lain, penerapan dan penggunaan teknologi yang sesuai) baik secara terencana maupun situasional sesuai dan sadar akan kaidah tata bunyi/musik modern Merefleksikan Menganalisis, merefleksikan secara aktif dan kreatif (peka), serta merekam beragam praktik bermusik berupa jenis musik modern, baik sendiri maupun bersama-sama yang berfungsi sebagai dokumentasi maupun alat komunikasi secara lebih umum serta menyadari hubungannya dengan konteks dan praktikpraktik lain yang sesuai dengan kaidah-kaidah bermusik secara sadar, mendalam, dan otentik, secara terencana maupun situasional Berpikir dan Bekerja Artistik Menyimak dan menjalani kebiasaan bermusik secara baik dan cermat, serta menunjukkan tingkat kepekaan yang tinggi akan unsur-unsur bunyi-musik, pengetahuan dan pemahaman bermusik berupa jenis musik modern, serta keberagaman konteks musik, dalam praktik musik yang terencana secara sadar maupun situasional akan kaidah tata bunyi/musik. Berdampak Menjalani kebiasaan baik dan rutin dalam berpraktik musik dan aktif dalam kegiatan bermusik berupa jenis musik modern lewat bernyanyi lagu nusantara dan mancanegara, memainkan media bunyi-musik dan memperluas wilayah praktik musiknya dengan praktik-praktik lain di luar musik, serta penambahan wawasan akan keberagaman konteks bermusik: lirik lagu, kegunaan musik yang dimainkan, era, style, kondisi sosial budaya, ekologis, dan lain-lainnya, yang dapat berdampak bagi perbaikan dan kemajuan diri sendiri secara utuh dan bersama 174 IX.2. CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KHUSUS SENI BUDAYA (SENI RUPA) A. Rasional Mata Pelajaran Seni Budaya (Seni Rupa) Seni merupakan salah satu produk budaya bangsa yang tercipta dari individu atau suatu kelompok masyarakat, seperti seni rupa, musik, tari, dan teater. Perkembangan kesenian berkaitan dengan perubahan yang dicapai sesuai dengan perkembangan zaman. Pemahaman tentang seni sangat luas. Banyak orang yang mengungkapkan pendapat tentang seni. Para tokoh, seniman, atau orang-orang yang bergelut di bidang pendidikan seni mengungkapkannya dengan pemahaman dan bahasanya masing-masing. Mata pelajaran seni dikembangkan sesuai dengan tantangan abad ke-21, di mana penguasaan dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi menjadi bagian dari pembelajaran. Untuk itu, kemampuan penggunaan dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi menjadi faktor penting agar seni dapat disesuaikan dengan karakteristik pembelajaran yang mampu menjawab tantangan abad ke-21. Selain penggunaan dan pemanfaatan teknologi, pembelajaran seni budaya menjawab tantangan abad ke-21 yang memperhatikan kebutuhan daerah dan peserta didik. Dengan demikian, mata pelajaran ini dapat menjadi filter dari masuknya kebudayaan asing sekaligus mendorong peserta didik untuk memiliki kearifan terhadap budaya lokal atau budaya masyarakatnya. Pembelajaran seni rupa memiliki sifat multilingual, multidimensional, dan multikultural. Multilingual bermakna pengembangan kemampuan mengekspresikan diri secara kreatif dengan berbagai cara dan media, seperti bahasa rupa, bunyi, gerak, peran, dan berbagai perpaduannya. Multidimensional bermakna pengembangan beragam kompetensi, meliputi konsepsi (pengetahuan, pemahaman, analisis, evaluasi), apresiasi, dan kreasi dengan cara memadukan secara harmonis unsur estetika, logika, kinestetika, dan etika. Sifat multikultural mengandung makna menumbuhkembangkan kesadaran dan kemampuan apresiasi terhadap beragam seni budaya. Hal ini merupakan wujud pembentukan sikap demokratis yang memungkinkan seseorang hidup secara beradab serta toleran dalam masyarakat dan budaya yang majemuk. Pembelajaran seni rupa mempunyai pengertian sebagai seni yang lahir menggunakan penglihatan dan perasaan dalam membentuk karya seni 175 dengan media yang dapat ditangkap mata dan dirasakan dengan rabaan. Kesan ini diciptakan dengan mengolah konsep titik, garis, bidang, bentuk, volume, warna, tekstur, dan pencahayaan dengan acuan estetika. Dalam seni rupa peserta didik dapat mempelajari seni rupa murni dan seni rupa terapan (kriya) dengan jenis dua dimensi (2D) dan tiga dimensi (3D). Pada dasarnya, manusia memiliki kemampuan untuk melihat, merasakan, dan mengalami sebuah keindahan. Bahkan, berbagai kemungkinan dan potensi dalam hidup dapat diprediksi. Hal inilah yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya di muka bumi ini. Kepekaan terhadap keindahan membantu manusia untuk dapat memaknai hidup dan menjalani hidupnya dengan optimal. Melalui pembelajaran seni rupa, kepekaan tersebut dibangun secara universal, yakni dapat ditangkap oleh mata dan menembus sekat-sekat perbedaan, termasuk perbedaan bahasa. Semenjak zaman prehistori, manusia mengandalkan bahasa rupa sebagai perwujudan sebuah gagasan. Bahkan, tanpa disadari, kehidupan manusia tidak luput dari bahasa rupa sebagai citra yang memiliki daya dan dampak luar biasa dalam menyampaikan pesan, menghibur, melestarikan, menghancurkan, dan menginspirasi hingga kurun waktu tak terhingga. Pembelajaran Seni Rupa mengajak peserta didik Indonesia dapat berpikir terbuka, apresiatif, empatik, serta menghargai perbedaan dan keberagaman. Selain itu, peserta didik Indonesia juga memperoleh pengalaman estetik sebagai hasil proses perenungan dari dalam maupun luar diri mereka yang dituangkan dalam karya seni rupa. Dengan demikian, muncul karya yang mencerminkan emosi dari hasil pemikiran yang berdampak pada diri, lingkungan, maupun masyarakat. Pembelajaran seni rupa merupakan pembelajaran yang masuk dalam rumpun seni budaya. Melalui pendidikan Seni Rupa, manusia diajak untuk berpikir dan bekerja secara artistik estetik agar mandiri, kreatif, memiliki apresiasi, menghargai kebinekaan global, serta sejahtera jasmani, mental (psikologis), dan rohani sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, untuk selanjutnya memberi dampak pada kehidupan manusia (diri sendiri dan orang lain) juga pada pengembangan pribadi setiap orang dalam proses pembelajaran yang berkesinambungan (terus-menerus). 176 B. Tujuan Mata Pelajaran Seni Budaya (Seni Rupa) Pembelajaran seni rupa adalah untuk memastikan agar peserta didik: 1. Mampu mengekspresikan diri atas fenomena kehidupan; 2. Peka terhadap persoalan diri secara pribadi dan dunia sekitar; 3. Mampu mengasah dan mengembangkan seni rupa, baik seni rupa murni maupun seni rupa terapan (kriya); 4. Terlibat dalam praktik seni rupa dengan cara yang sesuai, tepat, dan bermanfaat, serta turut ambil bagian dan mampu menjawab tantangan dalam kehidupan sehari-hari; 5. Secara sadar dan bermartabat mengusahakan perkembangan kepribadian, karakter, dan kehidupannya, baik untuk diri sendiri maupun untuk sesama dan alam sekitar;dan 6. Mampu menciptakan sebuah karya atau produk sehingga menjadi peluang usaha dan mendayagunakan sumber daya yang dimiliki untuk lebih mandiri, kreatif dan inovatif. C. Karakteristik Mata Pelajaran Seni Budaya (Seni Rupa) Kreativitas peserta didik tumbuh dan berkembang melalui ruang kebebasan dalam mencari, melihat, mengamati, merasakan dari berbagai sudut pandang, kemudian membangun pemahaman kembali dan mengembangkannya dalam berbagai gagasan, proses, dan bentuk melalui medium seni rupa. Menumbuhkan kepekaan dan daya apresiasi peserta didik terbentuk melalui pengalaman mencipta, menikmati, mengetahui, memahami, bersimpati, berempati, peduli, dan toleransi terhadap beragam nilai, budaya, proses, dan karya. Keterampilan peserta didik dalam bekerja artistik berkembang melalui kemampuan merancang, menggambar, membentuk, memotong, menyambungkan berbagai medium seni rupa. Karya seni rupa yang dihasilkan oleh peserta didik memiliki kontribusi yang berdampak pada diri dan lingkungannya sebagai respons positif dari sebuah permasalahan, baik secara global maupun internasional. Peserta didik mampu berkolaborasi dan terhubung erat antar-keilmuan seni maupun bidang ilmu lainnya sebagai upaya bersama dalam mencari solusi dalam permasalahan di berbagai aspek kehidupan. Didalam mempelajari seni rupa, sejumlah elemen berikut menjadi 177 landasan pendekatan pembelajaran. Gambar 1. Lima Elemen/ Domain Landasan Pembelajaran Seni Rupa Landasan pembelajaran seni rupa memiliki lima elemen/domain yang mandiri dan berjalan beriringan sebagai kesatuan yang saling memengaruhi dan mendukung. Setiap elemen bukanlah sebuah urutan atau prasyarat dari elemen lainnya. Masing-masing mampu berdiri sendiri secara mandiri, namun memiliki keterhubungan dalam peran antarelemen. Deskripsi Elemen dalam Seni Budaya (Seni Rupa) Elemen Deskripsi Mengalami (Experiencing) 1. Mengindra, mengenali, merasakan, menyimak, mencobakan/ bereksperimen, dan merespons bentuk rupa dari beragam sumber, dan beragam jenis/bentuk seni rupa dari berbagai konteks budaya. 2. Eksplorasi bentuk seni rupa dan beragam karya-karya rupa, alat-alat yang digunakan, dan penggunaan teknologi dalam praktik membuat karya seni rupa. 3. Mengamati, mengumpulkan, dan merekam pengalaman dari beragam praktik, menumbuhkan kecintaan pada seni rupa, dan mengusahakan dampak bagi diri sendiri, orang lain, dan masyarakat. Menciptakan (Making/Creating) 1. Memilih penggunaan beragam media dan teknik dalam seni rupa untuk menghasilkan karya rupa sesuai dengan konteks, kebutuhan, dan ketersedian serta kemampuan 178 Elemen Deskripsi menciptakan karya, sejalan dengan perkembangan teknologi. 2. Menciptakan karya-karya seni rupa dengan standar unsur dan prinsip seni rupa yang baik dan sesuai dengan kaidah/ budaya dan kebutuhan, dapat dipertanggungjawabkan, berdampak pada diri sendiri dan orang lain, dalam beragam bentuk praktiknya. Merefleksikan (Reflecting) 1. Menyematkan nilai-nilai yang generatif-lestari pada pengalaman dan pembelajaran artistikestetik yang berkesinambungan (terusmenerus). 2. Mengamati, memberikan penilaian, dan membuat hubungan antara karya pribadi dan orang lain sebagai bagian dari proses berpikir dan bekerja artistik-estetik dalam konteks unjuk karya rupa. Berpikir dan Bekerja secara Artistik (Thinking and Working Artistically) 1. Merancang, menata, menghasilkan, mengembangkan, menciptakan, mereka ulang, dan mengomunikasikan ide melalui proses mengalami, menciptakan, dan merefleksikan. 2. Mengeksplorasi dan menemukan sendiri bentuk karya dan teknik dalam seni rupa serta kolaborasi dengan bidang keilmuan yang lain: seni musik, tari, drama, dan nonseni) yang membangun dan bermanfaat untuk menanggapi setiap tantangan hidup dan kesempatan berkarya secara mandiri. 3. Meninjau dan memperbarui karya pribadi sesuai dengan kebutuhan masyarakat, zaman, konteks fisik-psikis, budaya, dan kondisi alam. 4. Menjalani kebiasaan/disiplin kreatif sebagai sarana melatih kelancaran dan keluwesan dalam praktik seni rupa. Berdampak bagi Diri Sendiri dan Orang Lain (Impacting) 1. Memilih, menganalisis, menghasilkan karyakarya seni rupa dengan kesadaran untuk terus mengembangkan kepribadian dan karakter bagi diri sendiri dan sesama. 2. Memilih, menganalisis, menghasilkan karyakarya seni rupa dengan kesadaran untuk terus membangun persatuan dan kesatuan bangsa. 3. Memilih, menganalisis, menghasilkan karyakarya seni rupa dengan kesadaran untuk terus meningkatkan cinta kasih kepada sesama manusia dan alam semesta. 4. Menjalani kebiasaan/ disiplin kreatif dalam praktik-praktik seni rupa sebagai sarana melatih pengembangan pribadi dan bersama, makin baik waktu demi waktu, tahap demi tahap. 4. D. Capaian Pembelajaran Seni Rupa Setiap Fase Di dalam memahami menunjang kebutuhan karakteristik peserta 179 dan untuk didik, guru mengetahui dapat serta memahami perkembangan seni rupa anak-anak berdasarkan rujukan periodisasi perkembangan seni rupa Viktor Lowenfeld dan Lambert Brittain (1982). Akan tetapi, untuk jenjang Sekolah Luar Biasa (SLB) ada beberapa perbedaan usia kronologis pada setiap jenjang. Oleh karena itu, capaian pembelajaran setiap fase dalam seni rupa dibagi sebagai berikut. 1. Fase A (Usia Mental ≤ 7 Tahun dan Umumnya Kelas I dan II) Pada akhir Fase A, peserta didik mampu mengamati, mengenal, merekam, dan menuangkan kembali secara visual sesuai periodisasi perkembangan seni rupa anak pada masa prabagan atau masa dimana peserta didik baru mengenal objek 2 dimensi atau 3 dimensi. pada tahap ini, objek yang digambarkan peserta didik biasanya berupa gambar bentuk geometris. Masa prabagan biasanya menggambarkan sebuah lingkaran sebagai objek kepala kemudian pada bagian bawahnya ada dua garis sebagai pengganti kedua kaki. Pada masa prabagan biasanya warna belum ada hubungannya dengan objek. Gambar manusia bisa saja hijau, biru atau warna lainnya. Pada akhir fase A, peserta didik mampu menuangkan pengalamannya melalui karya visual berupa bentuk-bentuk dasar geometris yang terdapat pada beberapa unsur seni rupa sebagai ungkapan ekspresi kreatif. Fase A Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Mengalami Peserta didik mampu mengamati, mengenal, merekam, dan menuangkan pengalamannya secara visual sesuai tahap perkembangan seni rupa tahap prabagan dengan bentuk-bentuk dasar geometris. Peserta didik mengeksplorasi alat dan bahan dasar dalam berkarya seperti kertas, alat menggambar, mewarnai, membentuk, memotong, dan merekat. Menciptakan Peserta didik mampu menciptakan karya dengan mengeksplorasi dan menggunakan elemen seni rupa berupa garis, bentuk, tekstur, ruang, dan warna secara visual sesuai tahap perkembangan seni rupa anak tahap prabagan dimana peserta didik telah menggunakan bentuk-bentuk dasar geometris untuk memberi kesan objek dari dunia sekitarnya. Merefleksikan Peserta didik mampu mengenali dan menceritakan karya yang diciptakannya. Berpikir dan Bekerja Artistik Peserta didik mampu mengenali dan membiasakan diri dengan berbagai prosedur dasar sederhana untuk berkarya dengan aneka pilihan media yang 180 tersedia di sekitar. Peserta didik mengetahui dan memahami faktor keselamatan dalam bekerja. Berdampak Peserta didik mampu menciptakan karya sendiri yang sesuai dengan perasaan atau minatnya. 2. Fase B (Usia Mental ± 8 Tahun dan Umumnya Kelas III dan IV) Pada akhir Fase B, peserta didik mampu mengenal unsur rupa dan dapat menggunakan keterampilan atau pengetahuan dasar tentang bahan, alat, teknik, teknologi, dan prosedur dalam menuangkan kembali secara visual dalam bentuk karya pada Masa Bagan. Masa bagan merupakan masa dimana peserta didik mengulang-ulang bentuk dan penafsiran gambar yang bersifat subjektif. Pada masa ini juga, peserta didik sudah bisa memahami waktu dan ruang seperti membedakan warna langit siang dan sore. Pada akhir fase B, peserta didik mampu menuangkan pengalamannya melalui bentuk yang lebih rinci dengan pemahaman unsur rupa ditunjang keterampilan atau pengetahuan dasar tentang bahan, alat, teknik, teknologi, dan prosedur yang sesuai dalam menciptakan karya 2 dan 3 dimensi yang dipilih sesuai dengan kemampuan peserta didik. Fase B Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Mengalami Peserta didik mampu mengamati, mengenal, merekam, dan menuangkan pengalamannya secara visual sesuai tahap perkembangan seni rupa masa bagan. Peserta didik mengenali dan dapat menggunakan alat, bahan dan prosedur dasar dalam menggambar, mewarnai, membentuk, memotong dan merekat Menciptakan Peserta didik mampu menciptakan karya dengan bimbingan guru atau dengan mengeksplorasi dan menggunakan elemen seni rupa berupa garis, bentuk, tekstur, ruang, dan warna secara visual sesuai tahap perkembangan seni rupa anak tahap masa bagan, dimana peserta didik telah menggunakan bentuk-bentuk dasar geometris untuk memberi kesan objek dari dunia sekitarnya. Sehingga mampu menciptakan karya 2 atau 3 dimensi sesuai dengan tahap perkembangannya. Merefleksikan Peserta didik mampu mengenali dan menceritakan karya yang diciptakannya. Berpikir dan Bekerja Artistik Peserta didik mampu mengenali dan membiasakan diri dengan berbagai prosedur dasar sederhana untuk berkarya dengan aneka pilihan media yang tersedia di sekitar. Peserta didik mengetahui dan memahami faktor keselamatan dalam bekerja. Berdampak Peserta didik mampu menciptakan karya sendiri yang sesuai dengan perasaan atau minatnya. 181 3. Fase C (Usia Mental ± 8 Tahun dan Umumnya Kelas V dan VI) Pada akhir Fase C, peserta didik mampu bekerja mandiri atau berkelompok dalam mengeksplorasi, menemukan, memilih, menggabungkan unsur rupa dengan pertimbangan nilai artistik dan estetik karya yang didukung oleh medium, teknik, dan prosedur berkarya dimana peserta didik masuk dalam masa realisme awal. Masa realisme awal peserta didik mulai menguasai konsep dan ruang. Sehingga letak objek tidak lagi bertumpu pada garis dasar. Selain itu pemahaman warna mulai sadar sehingga dapat dikenalkan warna dan ruang. Pada akhir fase C, peserta didik mampu menuangkan pengalamannya melalui visual dan mampu melakukan kegiatan apresiasi dan berkreasi dengan menunjukkan kerja artistik berdasarkan perasaan, empati, dan penilaian pada sebuah karya seni rupa. Fase C Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Mengalami Peserta didik mampu mengamati, mengenal, merekam, dan menuangkan pengalamannya secara visual sesuai tahap perkembangan seni rupa tahap bagan dan realisme awal. Peserta didik mulai dikenalkan dengan proporsi dan warna. Menciptakan Peserta didik mampu menciptakan karya dengan bimbingan guru atau mengeksplorasi dalam menggunakan elemen seni rupa berupa garis, bentuk, tekstur, ruang, dan warna secara visual sesuai tahap perkembangan seni rupa anak tahap bagan dan realisme awal. Dimana kesadaran perspektif mulai muncul, namun berdasarkan penglihatan sendiri. Perhatian kepada objek sudah mulai rinci. Namun demikian, dalam menggambarkan objek, peserta didik belum sepenuhnya menguasai proporsi (perbandingan ukuran). Merefleksikan Peserta didik mampu mengenali dan menceritakan fokus dari karya yang diciptakan serta pengalaman dan perasaannya mengenai karya tersebut. Berpikir dan Bekerja Artistik Peserta didik mulai terbiasa secara mandiri menggunakan berbagai prosedur dasar sederhana untuk berkarya dengan aneka pilihan media yang tersedia di sekitar. Peserta didik mengetahui dan mulai mengutamakan faktor keselamatan dalam bekerja. Berdampak Peserta didik mampu menciptakan karya sendiri yang sesuai dengan perasaan, minat, atau konteks lingkungannya. 182 4. Fase D (Usia Mental ± 9 Tahun dan Umumnya Kelas VII, VIII, dan IX) Pada akhir Fase D, peserta didik mulai menguasai konsep ruang, proporsi dan gestur. Pada akhir fase ini, peserta didik juga mengenal bentuk seni rupa dengan tema flora dan fauna sebagai bentuk pada perkembangan masa realisme awal. Pada perkembangan masa realisme awal pemahaman tentang warna sudah mulai disadari sehingga muncul dan tumbuh rasa percaya diri, berani, dan rasa ingin tahu. Selain itu, peserta didik juga dapat menyampaikan pesan lisan atau tertulis tentang karya seni rupa berdasarkan pada pengamatan terhadap karya seni rupa tersebut. Fase D, masuk kedalam masa realisme awal dan masa naturalisme semu dimana peserta didik mampu mengamati setiap objek melalui kesadaran sosialnya yang semakin berkembang. Penguasaan rasa perbandingan (proporsi) serta gerak tubuh obyek gambar lebih meningkat. Misalnya gambar objek orang dewasa digambarkan lebih besar dari pada gambar objek anak-anak. Fase D Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Mengalami Peserta didik mampu mengamati, mengenal, merekam, dan menuangkan pengalamannya secara visual sesuai tahap perkembangan seni rupa realisme awal dan tahap naturalisme semu. Peserta didik mulai menggunakan proporsi, gestur dan ruang. Peserta didik terbiasa menggunakan alat, bahan dan prosedur dasar yang tepat dalam menggambar, mewarnai, membentuk, memotong, dan merekat. Menciptakan Peserta didik mampu menciptakan karya seni dengan bimbingan guru atau mandiri dengan menggunakan dan menggabungkan pengetahuan elemen seni rupa atau prinsip seni rupa dalam keterampilan yang telah dipelajari sebelumnya dalam konteks ekspresi pribadi atau sesuai topik tertentu (tema). Merefleksikan Peserta didik mampu mengenali dan menceritakan fokus dari karya yang diciptakan serta pengalaman dan perasaannya mengenai karya tersebut Berpikir dan Bekerja Artistik Peserta didik mulai terbiasa secara mandiri menggunakan berbagai prosedur dasar sederhana untuk berkarya dengan aneka pilihan media yang tersedia di sekitar. Peserta didik mengetahui dan mulai mengutamakan faktor keselamatan dalam bekerja. Berdampak Peserta didik mampu menciptakan karya sendiri yang sesuai dengan perasaan, minat, atau konteks lingkungannya. 183 5. Fase E (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas X) Pada akhir Fase E, peserta didik mampu bekerja mandiri atau berkelompok dalam menghasilkan sebuah karya, mengapresiasi berdasarkan perasaan, empati, dan penilaian pada karya seni rupa dua dimensi atau tiga dimensi. Peserta didik mampu menguasai konsep ruang, proporsi dan gestur serta memiliki kesadaran sosial yang makin berkembang. Penguasaan rasa perbandingan (proporsi) serta gerak tubuh objek lebih meningkat sesuai dengan kemampuannya pada masa naturalisme semu. Pada fase E, peserta didik masuk dalam masa penentuan dimana peserta didik tumbuh kesadaran tentang kemampuan diri. Pada akhir Fase E, peserta didik mampu berkarya dan mengapresiasi berdasarkan perasaan, empati, dan penilaian pada karya seni rupa. Selain itu, peserta didik dapat menyampaikan pesan lisan atau tertulis tentang karya seni rupa menggunakan kosakata seni rupa atau bahasa rupa yang tepat sesuai dengan kemampuannya. Fase E Berdasarkan Elemen Elemen Mengalami Menciptakan Merefleksikan Berpikir dan Bekerja Artistik Capaian Pembelajaran Peserta didik mampu mengamati, mengenal, merekam, dan menuangkan pengalaman dan pengamatannya terhadap lingkungan, perasaan, atau topik tertentu secara visual sesuai tahap perkembangan seni rupa Masa Penentuan dimana peserta didik mampu berpikir serta memiliki kesadaran sosial yang makin berkembang. Karya peserta didik mencerminkan penguasaan terhadap bahan, alat, teknik, teknologi dan prosedur yang dipilihnya (sesuai minat dan kemampuannya). Peserta didik mampu menciptakan karya dengan bimbingan guru atau bisa mengeksplorasi secara mandiri dengan menggunakan elemen seni rupa berupa garis, bentuk, tekstur, ruang, dan warna secara visual sesuai tahap perkembangan seni rupa anak masa naturalisme semu dan masa penentuan. Dimana kesadaran perspektif mulai muncul, dan penguasaan objek dan proporsi mulai berkembang. Peserta didik mampu mengenali dan menceritakan fokus dari karya yang diciptakan serta pengalaman dan perasaannya mengenai karya tersebut, serta menggunakan informasi tersebut untuk merencanakan langkah pembelajaran selanjutnya. Peserta didik mulai terbiasa secara mandiri menggunakan berbagai prosedur dasar sederhana untuk berkarya dengan aneka pilihan media yang tersedia di sekitar. Peserta didik mengetahui dan 184 Berdampak mulai mengutamakan faktor keselamatan dalam bekerja. Peserta didik mampu menciptakan karya sesuai dengan bimbingan guru atau karya sendiri yang sesuai dengan perasaan, minat, atau konteks lingkungannya. 6. Fase F (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas XI dan XII) Pada akhir Fase F, peserta didik mampu berkarya baik mandiri maupun berkelompok. Peserta didik juga mampu menyampaikan pesan lisan atau tertulis tentang karya seni rupa dan hasil pengamatannya terhadap efektivitas pesan, gagasan, medium, dan penggunaan unsur-unsur rupa atau prinsip seni rupa dalam karya tersebut secara runut, terperinci, dan menggunakan kosakata seni rupa atau bahasa rupa yang tepat. Fase F, merupakan Masa penentuan dimana peserta didik dapat memilih bentuk, jenis dan ragam karya seni rupa sesuai dengan kemampuannya. Dalam hal ini peserta didik dapat membuat karya 2 dimensi seperti gambar dan lukisan atau karya 3 dimensi seperti patung dan kriya (Kriya anyam, kriya keramik, kriya tekstil, kriya kayu). Masa penentuan merupakan masa akhir dimana peranan guru sangat penting untuk menentukan minat dan bakat peserta didik dalam seni rupa. Fase F Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Mengalami Peserta didik mampu mengamati, mengenal, merekam, dan menuangkan pengalaman dan pengamatannya terhadap lingkungan, perasaan, atau topik tertentu secara visual sesuai tahap perkembangan seni rupa: tahap Masa Penentuan (Period of Decision), di mana peserta didik tumbuh kesadaran akan kemampuan diri. Menciptakan Peserta didik mampu menciptakan karya seni yang menunjukkan pilihan keterampilan, medium, dan pengetahuan elemen seni rupa atau prinsip desain tertentu yang sesuai dengan tujuan karyanya, dalam konteks ekspresi pribadi atau sesuai topik tertentu. Merefleksikan Peserta didik mampu secara kritis mengevaluasi dan menganalisis efektivitas pesan dan penggunaan medium sebuah karya, baik pribadi maupun orang lain serta menggunakan informasi tersebut untuk merencanakan langkah pembelajaran selanjutnya. Berpikir dan Bekerja Artistik Peserta didik mampu berkarya dan mengapresiasi berdasarkan perasaan, empati, dan penilaian pada karya seni secara ekspresif, produktif, inventif, dan inovatif. Peserta didik mampu menggunakan 185 kreativitasnya, mengajukan pertanyaan yang bermakna, dan mengembangkan gagasan serta menggunakan berbagai sudut pandang untuk mendapatkan gagasan, menciptakan peluang, menjawab tantangan, dan menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Peserta didik juga mampu bekerja secara mandiri, bergotong royong, maupun berkolaborasi dengan bidang keilmuan lain atau masyarakat di lingkungan sekitar. Berdampak Peserta didik mampu membuat karya sendiri atas dasar perasaan, minat, nalar, dan sesuai akar budaya pada masyarakatnya. 186 IX. CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KHUSUS SENI TARI A. Rasional Mata Pelajaran Seni Tari Seni merupakan respons dan ekspresi serta apresiasi manusia terhadap berbagai fenomena kehidupan. Di dalam (diri) dan di luar (budaya, sejarah, alam dan lingkungan) seseorang diekspresikan melalui media (tari, musik, rupa, dan lakon/teater). Seni memiliki sifat multilingual yang bermakna pengembangan kemampuan mengekspresikan diri secara kreatif dengan berbagai cara dan media seperti bahasa rupa, bunyi, gerak, peran, dan berbagai perpaduan. Multidimensional bermakna pengembangan beragam kompetensi. Pengembangan tersebut meliputi konsepsi (pengetahuan, pemahaman, analisis, evaluasi), apresiasi, dan kreasi dengan cara memadukan secara harmonis unsur estetika, logika, kinestetika, dan etika. Multikultural mengandung makna menumbuhkembang-kan kesadaran dan kemampuan apresiasi terhadap beragam seni budaya. Seni tari sebagai bagian dari pendidikan seni dapat meningkatkan kemampuan motorik gerak, sesuai dengan kebutuhan. Selain itu, mengolah emosi seperti menyadari tubuhnya sendiri. Peserta didik lebih paham akan pentingnya kelenturan anggota badan, memahami bahwa apa pun yang dirasakan dalam hati, dapat diolah oleh pikiran yang disalurkan oleh ekspresi wajah secara tidak sadar. Peserta didik dapat mengungkapkan perasaan yang tidak dapat diungkapkan secara terbuka lewat suara kepada orang lain, menjadi lebih percaya diri, dan lebih berani. Seni tari sebagai terapi yang dilakukan secara tidak langsung untuk membantu meningkatkan keseimbangan badan dan anggota badan yang kaku. Menggali potensi peserta didik, mengolah rasa, menumbuhkan keberanian, berinteraksi dan beradaptasi serta berkolaborasi dengan lingkungannya. Seni tari dapat menumbuhkan rasa percaya diri, mendorong munculnya ide, kreativitas, bekerja sama, memiliki kepekaan estetis, dan berkehidupan sosial. Dengan demikian, peserta didik memiliki kompetensi dan perilaku kreatif, gotong royong, berkebinekaan, dan mandiri. Untuk memahami dan menanggapi tari, perlu pengetahuan penggunaan tari dalam budaya dan konteks sosial. Hal itu didapat melalui pengalaman melihat tari dari berbagai sumber seperti pertunjukan langsung, koreografi antarrekan, mengundang seniman 187 tari, dan melihat tayangan video rekaman. Peserta didik diajak untuk merasakan pengalaman dalam berkesenian, pengalaman dalam menari, dan mengatur sebuah pertunjukan tari sederhana dalam proses pembelajaran yang berulang-ulang dan berkesinambungan. B. Tujuan Mata Pelajaran Seni Tari Tujuan mata palajaran Seni Tari sebagai berikut. 1. Memahami gerak anggota tubuh. 2. Meningkatkan kemampuan motorik gerak tubuh. 3. Mengembangkan fleksibilitas, keseimbangan, dan kesadaran diri. 4. Mengekspresikan ide dan perasaan ke dalam gerak tubuh. 5. Memahami bahwa gerak tari merupakan bentuk komunikasi 6. Mengembangkan kemampuan dalam pertunjukan tari. C. Karakteristik Mata Pelajaran Seni Tari Karakteristik mata pelajaran Seni Tari sebagai berikut. 1. Seni Tari merupakan pembelajaran yang berbasis pada psikomotor dengan memperhatikan keindahan sesuai dengan norma yang berlaku di lingkungannya. Seni Tari sangat erat kaitannya dengan budaya dan pola pikir masyarakat setempat. Di dalam Seni Tari, peserta didik juga diasah kreativitasnya dalam mengapresiasi seni pertunjukan dan memaknai fenomena kehidupan. Peserta didik diharapkan dapat mengekspresikan kembali melalui karya tari yang sesuai dengan gaya/karakteristik peserta didik. 2. Muatan pembelajaran Seni Tari, selain memahami gerak yang meliputi ruang, waktu, dan tenaga, juga harus memperhatikan unsur pendukung lainnya. Unsur pendukung tersebut seperti musik, properti tari, desain lantai, tata rias dan busana, serta komposisi dalam sebuah pertunjukan tari agar menjadi karya yang indah dan bisa dinikmati orang lain. 3. Dalam pembelajaran Seni Tari, dibutuhkan pendekatan berupa elemen-elemen yang berkaitan dengan mengalami, mencipta, refleksi, yang bermuara pada berpikir dan bekerja artistik sehingga berdampak bagi dirinya dan orang lain. Elemen ini merupakan siklus yang dapat dilihat pada skema berikut ini. 188 Gambar 1 Elemen Siklus Seni Tari Deskripsi Elemen dalam Seni Tari Elemen Mengalami Mencipta Refleksi Berpikir dan Bekerja Artistik Berdampak Deskripsi a. Mengenal, mengamati, menyimak, menggali, berbagai macam pertunjukan tari dalam konteks budaya. b. Mendapat kesempatan untuk mengamati pertunjukan tari dari sumber langsung atau rekaman. c. Memahami gerak anggota tubuh dari pertunjukan. d. Mengembangkan kepercayaan diri dalam eksplorasi gerak tubuh melalui fleksibilitas, koordinasi tubuh, keseimbangan, dan kekuatan. a. Mengidentifikasi, menemukenali, merangkai, membuat, dan menciptakan tari dengan sangat sederhana. b. Meningkatkan kreativitas dalam mengekspresikan diri melalui gerak yang diciptakan. a. Mengemukakan, menghargai, mengevaluasi hasil karya tari berdasarkan pengalaman sesuai dengan kemampuan. b. Menilai, membandingkan kekuatan dan kelemahan untuk mengembangkan kemampuan diri. a. Merancang, menata, mencipta ulang, menghasilkan dan menunjukkan ide tari, baik secara individual maupun berkelompok yang diperoleh dari hasil berpikirnya sampai menemukan karakteristik gaya secara personal. b. Mengembangkan ide dengan memperhatikan unsur utama dan pendukung tari seperti musik, properti, tata rias, tata busana, panggung, dan juga merancang pertunjukannya. a. Respons dirinya atau keadaan di sekitar untuk dikomunikasikan dalam bentuk karya tari sehingga dapat memengaruhi orang lain dan lingkungan sekitar. 189 Elemen Deskripsi b. Menganalisis, menghasilkan karya tari dengan kesadaran untuk terus mengembangkan kepribadian dan karakter bagi diri sendiri, sesama dan persatuan nusa dan bangsa. D. Capaian Pembelajaran Seni Tari Setiap Fase 1. Fase A (Usia Mental ≤ 7 Tahun dan Umumnya Kelas I dan II) Pada akhir Fase A, peserta didik mampu mengemukakan pencapaian diri dalam mengamati bentuk tari sebagai pengetahuan dasar untuk membuat gerak berdasarkan unsur utama tari (gerak, ruang, waktu, dan tenaga), gerak di tempat dan gerak berpindah dengan percaya diri, sehingga dapat menumbuhkan rasa keingintahuan dan antusiasme. Peserta didik mampu mengenal gerak sebagai unsur utama tari. Fase A Berdasarkan Elemen Elemen Mengalami Menciptakan Refleksi Berpikir dan Bekerja Artistik Berdampak Capaian Pembelajaran Pada fase ini, peserta didik mampu mengenal dan memahami gerak bagian-bagian anggota tubuh dengan tidak berpindah dan berpindah tempat dalam kehidupan sehari-hari (sesuai dengan kemampuan) menggunakan tempo, irama dan kode ketukan, sebagai media komunikasi secara berulang-ulang dengan bimbingan. Pada fase ini, peserta didik mampu merangkai gerak bagian-bagian anggota tubuh dengan tidak berpindah dan berpindah tempat dalam sehari-hari dengan sangat sederhana menggunakan irama dan kode ketukan yang memiliki kesatuan gerak. Pada fase ini, peserta didik mampu menemukan pencapaian diri secara lisan dan kinestetik dalam gerak sehari-hari bagian-bagian anggota tubuh dengan tidak berpindah dan berpindah tempat menggunakan irama dan kode ketukan yang memiliki kesatuan gerak. Pada fase ini, peserta didik mampu menunjukkan hasil gerak sangat sederhana tidak berpindah dan berpindah tempat dengan percaya diri saat mengekspresikan kepada penonton di lingkungan sekitar. Pada fase ini, peserta didik mampu menumbuhkan keingintahuan, menunjukan antusias saat proses pembelajaran tari yang berdampak pada kemampuan diri dalam pembelajaran tari dengan kreatif dan mandiri. 2. Fase B (Usia Mental ± 8 Tahun dan Umumnya Kelas III dan IV) Pada akhir Fase B, peserta didik mampu menilai hasil pencapaian diri. Hal ini didapat melalui pengamatan bentuk penyajian tari berdasarkan latar belakang 190 serta pengidentifikasian dalam menerapkan unsur utama tari, level, perubahan arah, sebagai bentuk ekspresi tari kelompok yang dapat menumbuhkan rasa cinta pada seni tari. Peserta didik mampu mengenal tari sebagai wujud ekspresi diri. Fase B Berdasarkan Elemen Elemen Mengalami Menciptakan Refleksi Berpikir dan Bekerja Artistik Berdampak Capaian Pembelajaran Pada fase ini, peserta didik mampu mengenal, mengidentifikasi gerak sehari-hari dengan kode ketukan, berdasarkan level, dengan memperhatikan tempo, dan tema menjadi gerak tari sangat sederhana dengan bimbingan sesuai tari daerah setempat. Pada fase ini, peserta didik mampu merangkai gerak sehari-hari dengan kode ketukan, berdasarkan level, dengan memperhatikan tempo, dan tema sesuai dengan tari daerah setempat, menjadi gerak tari sangat sederhana yang memiliki kesatuan gerak. Pada fase ini, peserta didik mampu menilai pencapaian diri saat melakukan kegiatan gerak tari sangat sederhana dengan kode ketukan, berdasarkan level, dengan memperhatikan tempo, dan tema sesuai dengan tari daerah setempat. Pada fase ini, peserta didik mampu menunjukkan rangkaian gerak tari sangat sederhana dengan kode ketukan, berdasarkan level, dengan memperhatikan tempo, dan tema sesuai dengan tari daerah setempat melalui kerjasama. Pada fase ini, peserta didik mampu menumbuhkan rasa cinta pada gerak sehari-hari dengan kode ketukan, berdasarkan level, dengan memperhatikan tempo, dan tema sesuai dengan tari daerah setempat yang berdampak pada kemampuan diri dan kreativitas. 3. Fase C (Usia Mental ± 8 Tahun dan Umumnya Kelas V dan VI) Pada akhir Fase C, peserta didik mampu menghargai hasil pencapaian karya tari. Hal ini didapat melalui pengamatan berbagai bentuk tari tradisi yang dapat dijadikan inspirasi untuk merespons fenomena di lingkungan sekitar dengan mempertimbangkan pendapat orang lain. Peserta didik mampu mengenal ragam tari tradisi. Fase C Berdasarkan Elemen Elemen Mengalami Menciptakan Capaian Pembelajaran Pada fase ini, peserta didik mampu mengenal dan memahami berbagai bentuk gerak tari daerah dengan unsur-unsur tari, memperhatikan irama dan busana. Pada fase ini, peserta didik mampu mengaplikasikan gerak tari daerah dengan unsur- 191 Refleksi Berpikir dan Bekerja Artistik Berdampak unsur tari, memperhatikan irama dan busana sesuai dengan kemampuan peserta didik. Pada fase ini, peserta didik mampu menghargai hasil pencapaian karya tari daerah dengan unsurunsur memperhatikan irama dan busana dengan mempertimbangkan pendapat orang lain dan mengekspresikan diri. Pada fase ini, peserta didik mampu menunjukkan hasil merangkai gerak tari daerah dengan unsurtari, memperhatikan irama dan busana dengan kooperatif dan berperan aktif dalam kelompok. Pada fase ini, peserta didik mampu merespon fenomena di lingkungan sekitar melalui jenis-jenis tari daerah yang dipentaskan, dengan unsurunsur tari. memperhatikan irama dan busana yang berdampak pada kemandirian. 4. Fase D (Usia Mental ± 9 Tahun dan Umumnya Kelas VII, VIII, dan IX) Pada akhir Fase D, peserta didik mampu mengukur hasil pencapaian karya tari dalam menggali latar belakang tari tradisi. Latar belakang tersebut berdasarkan jenis, fungsi, dan nilai sebagai inspirasi dalam membuat gerak tari kreasi dengan mempertimbangkan unsur utama dan unsur pendukung tari sebagai wujud ekspresi. Hal itu bertujuan untuk mengajak orang lain atau penonton bangga terhadap warisan budaya indonesia. Peserta didik mampu mengembangkan tari kreasi untuk membuat karya tari yang berpijak dari tari tradisi. Fase D Berdasarkan Elemen Elemen Mengalami Menciptakan Refleksi Berpikir dan Bekerja Artistik Capaian Pembelajaran Pada fase ini, peserta didik mampu menganalisis secara sederhana dengan bimbingan mengenai tari daerah, pola lantai, tari nusantara, dinamika gerak tari nusantara, unsur wiraga, wirasa, dan wirama, tari kreasi baru serta pementasan sedehana dengan pengamatan alam sekitar sesuai kemampuan peserta didik. Pada fase ini, peserta didik mampu membuat gerak tari nusantara dan kreasi sederhana yang merefleksikan nilai, jenis dan fungsi dari tari tradisi dengan mempertimbangkan unsur utama dan pendukung tari sesuai dengan kemampuan peserta didik. Pada fase ini, peserta didik mampu mengevaluasi hasil penciptaan karya tari dengan mengapresiasi nilai estetis tari nusantara dan kreasi dalam menciptakan ide-ide baru ke dalam karyanya. Pada fase ini, peserta didik mampu mempertunjukkan hasil gerak tari nusantara dan kreasi sangat sederhana berdasarkan nilai, jenis 192 Capaian Pembelajaran Elemen Berdampak dan fungsi dari tari tradisi dalam berbagai bentuk penyajian baik individu ataupun kelompok dengan unsur utama dan pendukung tari. Pada fase ini, peserta didik mampu mengajak orang lain untuk mencintai dan merasa bangga atas warisan keanekaragaman budaya Indonesia khususnya tari nusantara dan kreasi melalui proses kreatif yang dilakukan berulang-ulang. 5. Fase E (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas X) Pada akhir Fase E, peserta didik mampu mengevaluasi hasil penciptaan karya tari dalam menggali tari tradisi. Evaluasi yang dilakukan berdasarkan makna dan simbol sebagai inspirasi dalam membuat gerak tari kreasi secara individu ataupun kelompok sebagai wujud aktualisasi diri. Peserta didik mengekspresikan diri dengan menciptakan karya tari berpijak dari tradisi. Fase E Berdasarkan Elemen Elemen Mengalami Menciptakan Refleksi Berpikir dan Bekerja Artistik Berdampak Capaian Pembelajaran Pada fase ini, peserta didik mampu memahami dan menggali makna dari unsur gerak tari pada tari nusantara dan kreasi modern dalam bentuk karya seni melalui pengamatan sebuah video atau pementasan secara langsung. Pada fase ini, peserta didik mampu mencipta karya gerak tari kreasi modern atau tari nusantara sangat sederhana berdasarkan makna dan unsur tari dari tari tradisi modern atau tari nusantara sesuai dengan kemampuan peserta didik. Pada fase ini, peserta didik mampu mengevaluasi hasil penciptaan karya gerak tari nusantara dan tari modern dengan mengapresiasi nilai estetis dalam menciptakan ide-ide baru ke dalam karyanya dengan kreatif dan mandiri. Pada fase ini, peserta didik mampu menunjukkan hasil karya gerak tari kreasi nusantara atau modern sederhana secara individu maupun kelompok. Pada fase ini, peserta didik mampu mengaktualisasikan diri melalui pertunjukan tari pada lingkungan sekitar dan menumbuhkan rasa keanekaragaman, kreatif, juga mandiri. 6. Fase F (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas XI dan XII) Pada akhir Fase F, peserta didik mampu mengevaluasi hasil penciptaan karya tari dengan membandingkan berbagai macam pertunjukkan tari tradisi dan kreasi berdasarkan makna, simbol, nilai estetis dari perspektif berbagai aspek seni yang dapat dijadikan inspirasi untuk menciptakan karya tari secara individu 193 ataupun kelompok sebagai bentuk aktualisasi diri dalam mempengaruhi orang lain. Peserta didik mampu mencipta karya seni tari sederhana. Fase F Berdasarkan Elemen Elemen Mengalami Menciptakan Refleksi Berpikir dan Bekerja Artistik Berdampak Capaian Pembelajaran Pada fase ini, peserta didik mampu memahami dan membandingkan berbagai macam pertunjukan tari kreasi baru, tari kontemporer, tari mancanegara berdasarkan makna, unsur tari, nilai estetis dari perspektif berbagai aspek seni sesuai dengan pengalaman dan wawasan. Pada fase ini, peserta didik mampu menciptakan tari kreasi sederhana yang terinspirasi dari hasil membandingkan berbagai pertunjukkan tari tradisi, kreasi dan kontemporer berdasarkan kemampuan masing-masing. Pada fase ini, peserta didik mampu mengevaluasi hasil penciptaan karya tari dengan mengapresiasi nilai estetis tari tradisi sesuai kemampuan. Pada fase ini, peserta didik mampu menunjukan hasil penciptaan tari kreasi baru, tari kontemporer, tari mancanegara secara individu maupun kelompok dalam pertunjukan. Pada fase ini, peserta didik mampu mengaktualisasikan diri dalam mempengaruhi orang lain untuk mengapresiasi pertunjukan tari tradisi, kreasi, dan kontemporer berdasarkan kemampuan masing-masing. 194 IX.4. CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KHUSUS SENI TEATER A. Rasional Mata Pelajaran Seni Teater Mata pelajaran Seni Teater dikembangkan sesuai dengan tantangan abad ke-21. Penguasaan dan pemanfaatan tekhnologi informasi dan komunikasi menjadi bagian dari pembelajaran. Untuk itu, kemampuan penggunaan dan pemanfaatan tekhnologi informasi dan komunikasi menjadi faktor penting agar seni dapat disesuaikan dengan karakteristik pembelajaran yang mampu menjawab tantangan abad ke-21. Selain penggunaan dan pemanfaatan teknologi, pembelajaran seni menjawab tantangan abad ke-21 yang memperhatikan kebutuhan daerah dan peserta didik. Mata pelajaran ini dapat menjadi filter dari masuknya budaya asing sekaligus mendorong peserta didik untuk memiliki kearifan terhadap budaya lokal atau budaya masyarakat setempat. Mata pelajaran Seni Teater memiliki multidimensional, dan multikultural. sifat multilingual, Multilingual bermakna pengembangan kemampuan mengekspresikan diri secara kreatif dengan berbagai cara dan media seperti bahasa rupa, bunyi, gerak, peran, dan berbagai perpaduannya. Multidimensional bermakna pengembangan beragam kompetensi meliputi konsepsi (pengetahuan, pemahaman, analisis, evaluasi), apresiasi, dan kreasi dengan cara memadukan secara harmonis unsur estetika, logika, kinestetika, dan etika. Sifat multikultural mengandung makna menumbuhkembangkan kesadaran dan kemampuan apresiasi terhadap beragam seni budaya. Hal ini merupakan wujud pembentukan sikap demokratis yang memungkinkan seseorang hidup secara beradab serta toleran dalam masyarakat dan budaya yang majemuk. Seni teater menawarkan berbagai sarana untuk pengembangan diri peserta didik. Pengembangan yang dimaksud ialah dalam hal daya kreasi, dengan terlibat langsung dalam proses kreativitas seni pemeranan. Di dalam dunia pendidikan, seni teater memiliki peranan besar untuk memotivasi, melatih proses sensorik, motorik, pengendalian emosi dan membangkitkan rasa percaya diri peserta didik dalam berkomunikasi dan berinteraksi. Hal ini dapat dicapai melalui ragam kegiatan permainan teater yang menyenangkan dan bermakna, dalam kelompok kecil atau besar. Secara tidak sadar, 195 kegiatan seni teater dapat membantu peserta didik mengasah daya pikir dan imajinasi mengenal potensi diri. Pada akhirnya, memberikan ruang untuk mencipta yang merupakan kompetensi tertinggi yang peserta didik mampu raih dalam pembelajaran. Seni teater dalam dunia pendidikan memiliki manfaat, yaitu setiap peserta didik memiliki kesempatan dan hak yang sama untuk merasakan tanpa membedakan asal usul, sarana maupun fisik seseorang, termasuk di antaranya peserta didik dengan kebutuhan khusus. Seni teater dapat menjawab tantangan para guru untuk membantu peserta didik melatih kesadaran motorik dan spasial dalam bersosialisasi agar peserta didik dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitar dengan rasa percaya diri. Seni teater merupakan salah satu media terapi bagi peserta didik untuk menumbuhkan keberanian, berinteraksi, dan beradapatasi dengan lingkungan. Dengan demikian, peserta didik memiliki rasa percaya diri, beraktivitas kesenian, mendorong munculnya ide, bekerja sama, dan berkolaborasi. Hal tersebut tertuang berdasarkan Perdirjen Nomor 10 Tahun 2017 untuk Ketunaan A, B, C, D, dan autis dengan hambatan lainnya. Peserta didik adalah bagian dari komunitas sosial yang dapat memberikan kontribusi dalam masyarakat. Seni teater akan memberikan jalan kepada peserta didik untuk menjadi lebih mandiri, mampu menggunakan kelebihan, dan mengatasi kekurangannya untuk berkarya. B. Tujuan Mata Pelajaran Seni Teater Tujuan mata pelajaran Seni Teater adalah agar peserta didik mampu: 1. bersosialisasi di dalam kelompok kecil dan kelompok besar seperti pengenalan aturan main dan kedisiplinan secara sederhana sehingga dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menyalurkan energinya dengan positif; 2. mengomunikasikan gagasan sederhana; 3. mampu berkonsentrasi untuk mengamati, melibatkan diri, meniru, dan menciptakan karya; 4. mengekspresikan emosi dan perasaan melalui sebuah karya; 196 5. menggunakan semua pancaindra untuk berkomunikasi secara visual dan aural, untuk mengasah kepekaannya terhadap potensi diri sendiri (dan kemungkinan orang lain); 6. menggunakan semua pancaindra untuk mengenali fungsi dan kemudian menggunakan properti panggung, musik, media gambar, dan blocking panggung sederhana untuk membangkitkan imajinasi; 7. meningkatkan interaksi/komunikasi dengan baik bersama temantemannya; 8. meningkatkan rasa percaya diri pada peserta didik; 9. menumbuhkan rasa kerja sama dengan peserta didik lain. C. Karakteristik Mata Pelajaran Seni Teater Pelajaran Seni Teater memiliki karakter sebagai berikut. 1. Memberikan ruang kreativitas bagi peserta didik untuk dapat mengenali dan kemudian menyalurkan, selanjutnya mengendalikan emosi dan energinya melalui pengalaman bermain peran di atas panggung. 2. Memberikan ruang berkomunikasi kepada peserta didik untuk dapat berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain melalui seni peran sederhana. 3. Memberikan ruang bermain bagi peserta didik untuk menikmati replika kehidupan sehari-hari atau fiksi sederhana melalui kegiatan bermain peran, berdongeng atau bernyanyi. 4. Memberikan ruang kepada peserta didik untuk mengenal lingkungan sekitarnya dengan kegiatan bermain peran dengan tema kehidupan sehari-hari. 5. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengenal dan memfungsikan properti yang dimainkan. 6. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memahami alur cerita yang dimainkan. Pada praktik pengajarannya, Seni Teater menggunakan sejumlah elemen pendekatan berikut. 197 Elemen 1. Mengalami (Experiencing) 2. Menciptakan (Making/creating) 3. Merefleksikan (Reflecting) 4. Berpikir dan bekerja secara artistik (Thinking and Working Artistically) Deskripsi Meniru, memahami, merasakan, merespons, dan sedikit bereksperimen dengan contoh situasi rekaan atau peristiwa dalam aneka permainan teater. Kegiatan mengalami terjadi ketika peserta didik melakukan olah tubuh, suara, eksplorasi ruang, dan alat sederhana. Ini mengajarkan tentang penyaluran emosi dan energi ke arah yang positif dan taat kepada aturan permainan, serta belajar berinteraksi sesuai dengan perannya masing-masing. Menciptakan, memberikan kesempatan peserta didik untuk dapat menampilkan gambaran dasar sebuah karya, yang merupakan penyatuan unsur lokomotor dan nonlokomotor, blocking, bunyi/suara dan penggunaan properti. Melalui proses penciptaan, peserta didik dapat belajar untuk berimajinasi, mengomunikasikan emosi dan gagasan, dengan meniru, menambahkan, dan menyusun kembali cerita sederhana, berdasarkan pengalaman seharihari (real) atau khayal. Melalui elemen merefleksikan, peserta didik belajar untuk membentuk ingatan jangka panjang sederhana tentang alur cerita, karakter, blocking sesuai dengan perannya masing-masing. Seni teater mengajarkan peserta didik untuk melakukan apresiasi secara sederhana atas karya diri orang lain. Dari proses merefleksikan ini, peserta didik mampu meningkatkan daya ingatan emosi atas proses pembelajaran mengalami, menciptakan, dan berpikir secara artistik secara simultan. Seni teater memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk; memakai dan merancang secara sederhana unsur artistik panggung (kostum, rias, properti, multimedia) untuk menunjang penampilan, sesuai dengan perannya masing-masing. Melalui proses berpikir dan bekerja secara artistik, peserta didik mampu memahami fungsi tata artistik 198 panggung secara sederhana dan penggunaannya dalam sebuah pertunjukan. Seni teater akan menimbulkan perubahan positif kepada peserta didik. Peserta didik akan akan tampil lebih percaya diri untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan teman sebaya atau kelompok, dan terutama menyalurkan emosi dan energi peserta didik ke arah yang lebih positif, sesuai dengan nilainilai Profil Pelajar Pancasila. Dampak ini tercermin dalam proses dan hasil karya akhir peserta didik. 5. Berdampak bagi diri sendiri dan orang lain (Impacting) D. Capaian Pembelajaran Seni Teater Setiap Fase 1. Fase A (Usia Mental ≤ 7 Tahun dan Umumnya Kelas I dan II) Pada akhir Fase A, peserta didik mampu terlibat dalam kegiatan bermain teater sederhana untuk melatih dan mengendalikan gerakan nonlokomotor. Kegiatan ini dilakukan dengan cara peniruan dan pengulangan gerakan-gerakan sederhana seperti menggerakkan satu sampai dua anggota tubuh secara bergantian dan mengikuti ritme bunyi dengan bimbingan. Peserta didik memahami pengalaman berteater sebagai cara untuk belajar berekspresi melalui eksplorasi gerakan nonlokomotor dan mimesis (peniruan) benda atau karakter lingkungan sekitar, secara real atau khayali. Melalui pengalaman ini, peserta didik mulai mengenali peran masing-masing dalam sebuah cerita atau pertunjukan kecil di kelas. Fase A Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Mengalami Pada fase ini, peserta didik mampu mengenal teater (tokoh, gerak, dialog), dan pantomim (gerak tubuh, ekspresi wajah) melalui pengamatan langsung dan tidak langsung pertunjukan sederhana dengan bimbingan. Menciptakan Pada fase ini, peserta didik mampu meniru teater (tokoh, gerak, dialog), dan pantomim (gerak tubuh, ekspresi wajah) yang sangat sederhana dengan bimbingan. Merefleksikan Pada fase ini, peserta didik mampu menemukan, menilai teater (tokoh), dan pantomim (gerak tubuh, ekspresi wajah) yang sudah dimaiinkan dengan bimbingan. Berpikir dan Bekerja Artistik Pada fase ini, peserta didik mampu menunjukan kostum, riasan, dan hands props dengan bantuan. 199 Berdampak Pada fase ini, peserta didik mampu menumbuhkan keinginantahuan dan menunjukkan antusias saat proses pembelajaran teater, pantomim. 2. Fase B (Usia Mental ± 8 Tahun dan Umumnya Kelas III dan IV) Pada akhir Fase B, peserta didik mampu terlibat dalam ragam kegiatan bermain berteater yang berfokus untuk melatih dan mengendalikan gerakan lokomotor dan nonlokomotor. Kegiatan ini dilakukan dengan meniru dan mengulang gerakan-gerakan yang lebih bervariasi seperti menggerakkan kombinasi anggota tubuh secara bergantian, mengikuti ritme bunyi dan musik dengan bimbingan. Peserta didik memahami pengalaman berteater sebagai cara untuk menyampaikan cerita melalui: eksplorasi gerakan nonlokomotor, lokomotor, dan mimesis (peniruan) benda-benda atau karakter lingkungan sekitar secara real atau khayali. Melalui pengalaman ini, peserta didik mulai mengenali peran masing-masing dalam sebuah cerita atau pertunjukan kecil di kelas. Fase B Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Mengalami Pada fase ini, peserta didik mampu mengenal teater (tokoh, gerak, dialog) dan pantomim (gerak tubuh, ekspresi wajah) melalui pengamatan langsung dan tidak langsung pertunjukan sederhana dengan bimbingan. Menciptakan Pada fase ini, peserta didik mampu memainkan, meniru teater (tokoh, gerak, dialog), dan pantomim (gerak tubuh, ekspresi wajah), melalui pertunjukan yang sangat sederhana dengan bimbingan. Merefleksikan Pada fase ini, peserta didik mampu menemukan, menilai teater (peran) dan pantomim (gerak tubuh, ekspresi wajah) yang sudah dimaiinkan dengan bimbingan. Berpikir dan Bekerja Artistik Pada fase ini, peserta didik mampu menunjukan, menggunakan kostum, riasan, dan hands props dengan bantuan. Berdampak Pada fase ini, peserta didik mampu menumbuh kan rasa cinta pada teater yang berdampak pada proses pembelajaran teater, dan pantomim. 3. Fase C (Usia Mental ± 8 Tahun dan Umumnya Kelas V dan VI) Pada akhir Fase C, peserta didik mampu terlibat dalam ragam kegiatan bermain teater untuk memulai bekerja sama dalam kelompok kecil dengan bimbingan. Peserta didik mulai memahami ilmu bermain teater sederhana. Kegiatan ini dilakukan dengan cara 200 mengidentifikasi dan mengingat kembali karakter/tokoh atau benda lingkungan sekitar yang diamati, dan kemudian memainkan gerakan-gerakan penokohan tersebut dengan sedikit variasi improvisasi tanpa bimbingan. Pada akhir fase ini, peserta didik mampu berinteraksi dengan mengingat dialog dan merespons percakapan singkat dalam pertunjukan sederhana. Melalui pengalaman ini, peserta didik mulai mengenali konsep bermain teater secara utuh menurut karakter dan alur cerita. Fase C Berdasarkan Elemen Elemen Mengalami Menciptakan Merefleksikan Berpikir dan Bekerja Artistik Berdampak Capaian Pembelajaran Pada fase ini, peserta didik mampu mengidentifikasi teater (tokoh, gerak, dialog), juga pantomim (gerak tubuh, ekspresi wajah) melalui pengamatan langsung dan tidak langsung pertunjukan sederhana dengan bimbingan. Pada fase ini, peserta didik mampu memainkan, meniru teater (tokoh, gerak, dialog), dan pantomim (gerak tubuh, ekspresi wajah), melalui pertunjukan yang sangat sederhana dengan bimbingan. Pada fase ini, peserta didik mampu menemukan, menilai (peran) dalam teater, pantomim yang sudah dimainkan dengan bimbingan. Pada fase ini, peserta didik mampu menggunakan kostum, riasan, dan hands props dengan bantuan. Pada fase ini, peserta didik mampu menumbuhan kreativitas dan rasa cinta pada teater jugapantomim. 4. Fase D (Usia Mental ± 9 Tahun dan Umumnya Kelas VII, VIII, dan IX) Pada akhir Fase D, peserta didik mampu bekerja sama dan memahami ilmu teater. Kegiatan ini dilakukan dengan cara terlibat secara aktif dalam kegiatan bermain pantomim dan improvisasi, untuk mengolah tubuh menjadi karakter/tokoh atau objek apa saja sesuai dengan pengamatan dan mengeksplorasi blocking panggung sesuai tema. Selanjutnya, peserta didik mulai belajar bermain peran dengan penghayatan menyampaikannya melalui kembali secara dramatic reading utuh runut. dan dan Melalui keterampilan tersebut, peserta didik memahami bahwa setiap tokoh yang dimainkannya memiliki karakteristik gerak-gerik tubuh dan ekspresi wajah untuk mencerminkan pesan dalam sebuah cerita. Melalui pengalaman ini, peserta didik memahami konsep bermain teater secara utuh menurut karakter, pesan, dan alur cerita. Fase D Berdasarkan Elemen 201 Elemen Mengalami Menciptakan Merefleksikan Berpikir dan Bekerja Artistik Berdampak Capaian Pembelajaran Pada fase ini, peserta didik mampu menganalisis teater (tokoh, karakter, gerak, dan dialog), pantomim (gerak tubuh, ekspresi wajah), dan dramatik reading (bedah naskah) melalui pengamatan langsung dan tidak langsung dengan bimbingan. Pada fase ini, peserta didik mampu memainkan teater dan pantomim melalui pertunjukan yang sangat sederhana dengan tema kehidupan seharisehari, menceritakan isi naskah dengan benar dan utuh disertai bimbingan. Pada fase ini, peserta didik mampu mengevaluasi teater, dramatik reading, dan pantomim, yang sudah dimainkan dengan kosakata sederhana dan bimbingan. Pada fase ini, peserta didik mampu mengenal fungsi, menggunakan kostum, riasan dan properti dengan bantuan. Pada fase ini, peserta didik mampu mengaktualisasikan diri dalam sebuah pertunjukan teater, dramatic reading, dan pantomim dengan mandiri dan percaya diri. 5. Fase E (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas X) Pada akhir Fase E, peserta didik sudah memahami ilmu bermain teater (seni peran) sebagai cara mengelola diri sendiri (tubuh dan suara) untuk bermain peran dengan tema kehidupan sehari hari. Peserta didik mulai memahami bahwa mimik wajah, suara dan gerak tubuh menjadi cara untuk menyampaikan pesan atau emosi, melalui serangkaian latihan dasar berteater pantomim, gerakan menari atau olah vokal. Selanjutnya, peserta didik dengan panduan melakukan kegiatan berinovasi bedah naskah untuk kemudian dimainkan kembali. Melalui pengalaman ini, peserta didik mulai memperkaya diri dengan wawasan tentang diri sendiri, orang lain, dan lingkungan melalui tema cerita yang dibawakan dan mengenali konsep bermain teater secara utuh menurut karakter, pesan, dan alur cerita. Fase E Berdasarkan Elemen Elemen Mengalami Menciptakan Capaian Pembelajaran Pada fase ini, peserta didik mampu menganalisis teater (tokoh, karakter, gerak, dialog), drama audio (naskah, dialog), dan pantomim (gerak tubuh, ekspresi wajah) melalui pengamatan langsung dan tidak langsung. Pada fase ini, peserta didik mampu memainkan, merancang pertunjukan teater, drama audio, dan pantomim melalui pertunjukan yang sederhana dan berdurasi singkat. 202 Merefleksikan Berpikir dan Bekerja Artistik Berdampak Pada fase ini, peserta didik mampu mengevaluasi pertunjukan teater, drama audio, dan pantomim, yang sudah dimainkan dengan kosakata sederhana. Pada fase ini, peserta didik mampu merancang dan menggunakan kostum, riasan, properti, dan multimedia secara sederhana dengan mandiri. Pada fase ini, peserta didik mampu mengaktualisasikan diri dalam sebuah pertunjukan teater, drama audio, pantomim dengan mandiri, percaya diri, dan bekerja sama. 6. Fase F (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas XI dan XII) Pada akhir Fase F, peserta didik telah mampu mengekspresikan diri melalui bentuk dan teknik dasar teater. Kegiatan yang dilakukan seperti pantomim, dramatic reading, dan drama audio dengan mimesis (peniruan) berdasarkan observasi tokoh (secara fisik) melalui serangkaian latihan dasar olah tubuh serta suara dan penguasaan alat bantu untuk dapat menjiwai peran. Peserta didik dapat mengaktualisasi diri secara spontan atau terstruktur dalam ragam kegiatan improvisasi teater dan pertunjukan singkat di kelas dengan mandiri dan percaya diri. Pada akhir fase ini, peserta didik telah memahami fungsi teater dan penggunaan seluruh unsur tata artistik pemanggungan dalam pertunjukan secara utuh (unity). Fase F Berdasarkan Elemen Elemen Mengalami Menciptakan Merefleksikan Berpikir dan Bekerja Artistik Berdampak Capaian Pembelajaran Pada fase ini, peserta didik mampu menganalisis teater (tokoh, karakter, gerak, dialog), drama audio (naskah, dialog), pantomim (gerak tubuh, ekspresi wajah), melalui pengamatan langsung dan tidak langsung. Pada fase ini, peserta didik mampu memainkan, merancang pertunjukan teater, drama audio, pantomim, melalui pertunjukan yang sederhana dan berdurasi singkat. Pada fase ini, peserta didik mampu mengevaluasi pertunjukan teater, drama audio, pantomim, yang sudah dimainkan dengan kosakata sederhana. Pada fase ini, peserta didik mampu merancang dan menggunakan kostum, riasan, properti, multimedia secara sederhana, dengan mandiri. Pada fase ini, peserta didik mampu mengaktualisasikan diri dalam sebuah pertunjukan teater, drama audio, pantomim dengan mandiri, percaya diri, dan bekerja sama. 203 X. CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KHUSUS PENDIDIKAN JASAMANI, OLAHRAGA, DAN KESEHATAN (PJOK) A. Rasional Mata Pelajaran PJOK Pendidikan jasmani, yang di Indonesia dikenal sebagai Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (PJOK), menurut William H Freeman (2007: 27-28) adalah pendidikan yang menggunakan aktivitas jasmani untuk menghasilkan peningkatan secara menyeluruh jasmani, mental, dan emosional peserta didik. Pendidikan jasmani memperlakukan setiap peserta didik sebagai satu kesatuan yang utuh antara jiwa dan raganya. Oleh karena itu, pendidikan jasmani merupakan bidang kajian yang luas dan menitikberatkan pada peningkatan gerak manusia (human movement). Pembelajaran pendidikan jasmani dilaksanakan dengan menggunakan berbagai pendekatan, model, strategi, metode, gaya, dan teknik sesuai dengan karakteristik tugas gerak, peserta didik, dan lingkungan belajar. Semua itu diarahkan untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah (psikomotor, kognitif, dan afektif) setiap peserta didik dengan menekankan pada kualitas kebugaran jasmani dan aktivitas gerak. Pembelajaran dengan berbagai pendekatan tersebut dilaksanakan secara terencana, bertahap, dan berkelanjutan agar dapat mengembangkan sikap positif dan menghargai manfaat aktivitas jasmani untuk meningkatkan kualitas hidup peserta didik secara menyeluruh. Dengan demikian, pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan bukan semata-mata berurusan dengan pembentukan tubuh, tetapi melibatkan seluruh aspek perkembangan manusia yang sesuai dengan cita-cita terbentuknya Profil Pelajar Pancasila yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, kreatif, gotong royong, berkebinekaan global, bernalar kritis, dan mandiri. B. Tujuan Mata Pelajaran PJOK Tujuan mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan adalah sebagai berikut: 1. mengembangkan kesadaran tentang arti penting aktivitas jasmani untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan tubuh serta gaya hidup aktif sepanjang hayat; 2. mengembangkan keterampilan 204 pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani, mengelola kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kemampuan, serta mengembangkan pola hidup sehat; 3. mengembangkan pola gerak dasar dan keterampilan gerak (motorik) yang dilandasi dengan penerapan konsep, prinsip, strategi, dan taktik secara umum sesuai dengan kemampuan; 4. meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai kepercayaan diri, sportif, jujur, disiplin, tanggung jawab, kerja sama, pengendalian diri, kepemimpinan, dan demokratis dalam melakukan aktivitas jasmani; 5. menciptakan suasana yang rekreatif, berisi tantangan, dan ekspresi diri dalam interaksi sosial; 6. mengembangkan pengetahuan dan keterampilan untuk memiliki pola hidup aktif serta memelihara dan meningkatkan kesehatan dan kebugaran pribadi sepanjang hayat; dan 7. mengembangkan Profil Pelajar Pancasila yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, kreatif, gotong royong, berkebinekaan global, bernalar kritis, dan mandiri melalui aktivitas jasmani. C. Karakteristik Mata Pelajaran PJOK Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan sebagai sebuah bidang kajian memiliki karakteristik sebagai berikut. 1. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan melibatkan peserta didik dalam pengalaman langsung, real dan otentik untuk meningkatkan kreativitas, penalaran kritis, kolaborasi, dan keterampilan berkomunikasi, serta berfikir tingkat tinggi melalui aktivitas jasmani. 2. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan di dalam proses pembelajarannya mempertimbangkan karakteristik peserta didik, tugas gerak (movement task), dan dukungan lingkungan yang berprinsip developmentally appropriate practices (DAP). 3. Penyelenggaraan Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan membentuk individu-individu yang terliterasi secara jasmani dan menerapkannya dalam kehidupan sepanjang hayat. 205 4. Penyelenggaraan Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan di sekolah didasari nilai-nilai luhur bangsa untuk membentuk Profil Pelajar Pancasila. 5. Pendidikan jasmani mengandung elemen-elemen: keterampilan gerak, pengetahuan gerak, pemanfaatan gerak, pengembangan karakter, nilai-nilai gerak. Adapun elemen-elemen tersebut dijelaskan dalam tabel berikut: Elemen-Elemen Mata Pelajaran PJOK serta Deskripsinya No 1. Elemen Keterampilan Gerak 2. Pengetahuan Gerak 3. Pemanfaatan Gerak 4. Pengembangan Karakter 5. Nilai-Nilai Gerak Deskripsi Elemen ini berupa kekhasan dari pembelajaran PJOK yang merupakan proses pendidikan tentang dan melalui aktivitas jasmani, terdiri dari sub elemen: 1) Aktivitas pola gerak dasar, 2) Aktivitas senam, 3) Aktivitas gerak berirama, 4) Aktivitas pilihan permainan dan olahraga, serta 5) Aktivitas permainan dan aktivitas olahraga air (kondisional). Elemen ini berupa penerapan pengetahuan (konsep, prinsip, prosedur, taktik, dan strategi) sebagai landasan dalam melakukan keterampilan gerak, kinerja, dan budaya hidup aktif pada setiap sub elemen: 1) Aktivitas pola gerak dasar, 2) Aktivitas senam, 3) Aktivitas gerak berirama, 4) Aktivitas pilihan permainan dan Olahraga sederhana dan/atau tradisional, serta 5) Aktivitas permainan dan aktivitas olahraga air (kondisional). Elemen ini berupa pemanfaatan gerak di dalam kehidupan sehari-hari yang terdiri dari sub elemen: 1) Aktivitas jasmani untuk pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, 2) Aktivitas kebugaran jasmani untuk kesehatan, serta 3) Pola perilaku hidup sehat. Elemen ini berupa pengembangan karakter secara gradual yang dirancang melalui berbagai aktivitas jasmani, terdiri dari: 1) Pengembangan tanggung jawab personal (jujur, disiplin, patuh dan taat pada aturan, menghormati diri sendiri, dan lain-lain) dan 2) Pengembangan tanggung jawab sosial (kerjasama, toleran, peduli, empati, menghormati orang lain, gotong-royong, dan sebagainya) Elemen ini berupa nilai-nilai yang terkandung dan dikembangkan di dalam dan melalui aktivitas jasmani pada setiap elemen dan sub elemen capaian pembelajaran PJOK yang terdiri dari: 1) Nilai-nilai aktivitas jasmani untuk kesehatan, 2) Nilai-nilai aktivitas jasmani untuk kegembiraan dan tantangan, serta 3) Nilai-nilai aktivitas 206 jasmani untuk ekspresi diri dan interaksi sosial. Capaian Pembelajaran PJOK Capaian pembelajaran PJOK adalah menyiapkan peserta didik yang terliterasi secara jasmani., peserta didik yang memiliki motivasi, kepercayaan diri, pengetahuan, pemahaman, dan kompetensi jasmani agar dapat menghargai serta mengambil tanggung jawab untuk terlibat dalam aktivitas jasmani secara reguler. Peserta didik tersebut: 1) memiliki kemampuan keterampilan berupa pola-pola gerak dasar (fundamental movement patterns) dan berbagai keterampilan gerak (motor skills) yang baik, 2) menerapkan pengetahuan (konsep, prinsip, prosedur, taktik, dan strategi) terkait gerak, kinerja, dan budaya hidup aktif, 3) menunjukkan pengetahuan dan keterampilan aktivitas jasmani dan kebugaran untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, 4) menunjukkan perilaku tanggung jawab secara personal dan sosial yang menghargai diri-sendiri dan orang lain, serta 5) mengakui nilai-nilai aktivitas jasmani untuk kesehatan, kesenangan, tantangan, ekspresi diri, dan interaksi sosial. D. Capaian Pembelajaran PJOK Setiap Fase 1. Fase A (Usia Mental ≤ 7 Tahun dan Umumnya Kelas I dan II) Pada akhir Fase A, peserta didik dapat menunjukkan berbagai aktivitas pola gerak dasar dan keterampilan gerak sebagai hasil peniruan dari berbagai sumber. Selain itu, mengetahui konsep dan prinsip gerak yang benar, mengetahui dan mempraktikkan aktivitas jasmani dan kebugaran untuk kesehatan, menunjukkan perilaku awal tanggung jawab personal dan sosial, serta mengenal nilai-nilai aktivitas jasmani. Fase A Berdasarkan Elemen Elemen Keterampilan Gerak Pengetahuan Gerak Capaian Pembelajaran Pada akhir fase ini, peserta didik menunjukkan kemampuan dalam menirukan aktivitas gerak dasar, permainan dan olahraga, aktivitas senam lantai sederhana, aktivitas gerak berirama, dan aktivitas air yang disesuaikan dengan kemampuan dan karakteristik peserta didik (kondisional). Pada akhir fase ini, peserta didik mengetahui prosedur dalam melakukan gerak dasar, permainan dan olahraga, aktivitas senam lantai sederhana, aktivitas gerak berirama, dan aktivitas olahraga air yang disesuaikan dengan kemampuan juga karakteristik peserta didik (kondisional). 207 Elemen Pemanfaatan Gerak Pengembangan Karakter Nilai-Nilai Gerak Capaian Pembelajaran Pada akhir fase ini, peserta didik mengetahui prosedur gerak dasar dan mampu mempraktikkan latihan pengembangan kebugaran jasmani untuk kesehatan dan menunjukkan kemampuan dalam mengenali nama dan fungsi tubuh dan anggota tubuh, menjaga kebersihan diri dan lingkungan yang disesuaikan dengan kemampuan juga karakteristik peserta didik. Pada akhir fase ini, peserta didik menunjukkan perilaku bertanggung jawab dalam menyimak arahan dan umpan balik yang diberikan guru serta mulai dapat menghormati orang lain yang disesuaikan dengan kemampuan dan karakteristik peserta didik. Pada akhir fase ini, peserta didik mengenali ragam aktivitas jasmani yang dapat digunakan untuk menjaga kesehatan, sekaligus merasakan adanya keberhasilan dalam tantangan dan sebagai wahana dalam mengekspresikan diri ketika berinteraksi sosial yang disesuaikan dengan kemampuan dan karakteristik peserta didik 2. Fase B (Usia Mental ± 8 Tahun dan Umumnya Kelas III dan IV) Pada akhir Fase B, peserta didik dapat menunjukkan kemampuan dalam memvariasikan dan mengombinasikan berbagai aktivitas pola gerak dasar dan keterampilan gerak dilandasi dengan pengetahuan yang benar secara mandiri. Selain itu, menerapkan prosedur aktivitas jasmani dan kebugaran untuk kesehatan, menunjukkan perilaku tanggung jawab personal dan sosial dalam jangka waktu tertentu secara konsisten, serta menerapkan nilai-nilai aktivitas jasmani. Fase B Berdasarkan Elemen Elemen Keterampilan Gerak Pengetahuan Gerak Pemanfaatan Gerak Capaian Pembelajaran Pada akhir fase ini, peserta didik menunjukkan kemampuan dalam mempraktikkan variasi dan kombinasi aktivitas pola gerak dasar, permainan dan olahraga, aktivitas senam lantai sederhana, aktivitas gerak berirama, dan aktivitas olahraga air yang disesuaikan dengan kemampuan juga karakteristik peserta didik (kondisional). Pada akhir fase ini, peserta didik memahami prosedur variasi dan kombinasi pola gerak dasar, permainan dan olahraga, aktivitas senam lantai sederhana, aktivitas gerak berirama, dan aktivitas olahraga air yang disesuaikan dengan kemampuan juga karakteristik peserta didik (kondisional). Pada akhir fase ini, peserta didik dapat memahami prosedur dan mempraktikkan latihan pengembangan kebugaran jasmani, menunjukkan kemampuan dalam menerapkan pola hidup sehat (perlunya aktivitas jasmani, istirahat, pengisian waktu luang, serta memilih makanan bergizi dan seimbang). Peserta didik juga dapat menunjukkan 208 Elemen Pengembangan Karakter Nilai-Nilai Gerak Capaian Pembelajaran kemampuan dalam menerapkan konsep pemeliharaan kebersihan dan kesehatan alat reproduksi, serta kesehatan diri dan orang lain dari penyakit menular dan tidak menular sesuaikan dengan kemampuan dan karakteristik peserta didik. Pada akhir fase ini, peserta didik dapat menunjukkan perilaku bertanggung jawab untuk belajar mengarahkan diri dalam proses pembelajaran serta menerima dan mengimplementasikan arahan dan umpan balik yang diberikan guru yang disesuaikan dengan kemampuan dan karakteristik peserta didik. Pada akhir fase ini, peserta didik dapat memahami ukuran dan intensitas aktivitas jasmani (ringan, sedang, dan berat) yang berhubungan dengan kesehatan, menumbuhkembangkan unsur kegembiraan, tantangan, percaya diri, serta dapat mengekspresikan diri ketika berinteraksi sosial yang disesuaikan dengan kemampuan dan karakteristik peserta didik. 3. Fase C (Usia Mental ± 8 Tahun dan Umumnya Kelas V dan VI) Pada akhir Fase C, siswa mampu memvariasikan dan mengombinasikan keterampilan sesuai dengan tuntutan dari bentuk gerak terpilih dan memodifikasi gerak melalui bentuk-bentuk permainan bola besar dan bola kecil sehingga dapat berpartisipasi secara mandiri atau berkelompok dalam upaya peningkatan kesehatan dan kebugaran jasmani melalui aktivitas keterampilan gerak yang lebih kompleks sebagai ekspresi perasaan dan kemampuan memecahkan masalah/tantangan melalui analisa sebab-akibat dan potensi pemecahannya bersama-sama dan dapat bekerjasama dalam situasi yang berbeda budaya, etnis, dan SARA serta mampu menunjukkan sikap dan perilaku toleran, peduli, empati, dan simpati dalam situasi pelaksanaan aktivitas jasmani. Fase C berdasarkan elemen Elemen Keterampilan Gerak Pengetahuan Gerak Capaian Pembelajaran Pada akhir fase ini, peserta didik dapat mempraktikkan variasi dan kombinasi gerak dasar lokomotor dan nonlokomotor dalam permainan bola besar, bola kecil, aktivitas gerak berirama, gerak dasar senam lantai sederhana, dan gerak dasar tendangan dan kayuhan pada aktivitas air yang disesuaikan dengan kemampuan juga karakteristik peserta didik (kondisional). Pada akhir fase ini, peserta didik dapat mengetahui variasi dan kombinasi gerak dasar lokomotor dan nonlokomotor dalam permainan bola besar, bola kecil, gerak dasar atletik jalan cepat dan lari, aktivitas gerak berirama, gerak dasar statis dan dinamis pada senam lantai sederhana, dan gerak dasar tendangan tungkai 209 Elemen Pemanfaatan Gerak Pengembangan Karakter Nilai-Nilai Gerak Capaian Pembelajaran dan kayuhan lengan pada aktivitas air yang disesuaikan dengan kemampuan juga karakteristik peserta didik (kondisional). Pada akhir fase ini, peserta didik menerapkan dan mempraktikkan prosedur pengukuran status kebugaran jasmani terkait kesehatan (physical fittness related health) untuk mengetahui status kebugaran pribadi. Pada fase ini, peserta didik juga memiliki pengetahuan tentang makanan bergizi dan jajanan sehat, serta memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk mengetahui pengaruh aktivitas fisik dan istirahat yang cukup bagi pertumbuhan dan perkembangan disesuaikan dengan kemampuan juga karakteristik peserta didik. Pada akhir fase ini, peserta didik terlibat aktif secara penuh dalam proses pembelajaran yang didasari kesadaran dan tanggung jawab personal, bertanggung jawab atas penggunaan alat dan fasilitas pembelajaran, dan menghargai orang lain sesuai dengan kemampuan juga karakteristik peserta didik. Pada akhir fase ini, peserta didik dapat membandingkan perbedaan pengaruh berbagai aktivitas jasmani yang digunakan untuk memelihara dan meningkatkan kebugaran jasmani untuk kesehatan serta menumbuhkembangkan unsur kegembiraan, tantangan, percaya diri, serta dapat mengekspresikan diri dalam situasi berolahraga termasuk menerima kemenangan atau kekalahan secara wajar yang disesuaikan dengan kemampuan juga karakteristik peserta didik. 4. Fase D (Usia Mental ± 9 Tahun dan Umumnya Kelas VII, VIII, dan IX) Pada akhir Fase D, peserta didik dapat berpartisipasi aktif menampilkan berbagai keterampilan pola gerak dasar dalam beberapa jenis permainan, olahraga, dan atau aktivitas lainnya dalam suasana kompetisi dan rekreasi sehingga dapat menerima keunggulan dan kelemahan antar individu atau kelompok serta dapat meningkatkan derajat kesehatan dan kebugaran jasmani. Fase D berdasarkan elemen Elemen Keterampilan Gerak Capaian Pembelajaran Pada akhir fase ini, peserta didik dapat menunjukkan kemampuan dalam mempraktikkan variasi dan kombinasi pola gerak dasar lokomotor, nonlokomotor, dan manipulatif dalam permainan dan atau olahraga tradisional bola besar dan bola kecil yang dimodifikasi, kombinasi pola gerak dasar pada aktivitas senam lantai sederhana, variasi dan kombinasi pada aktivitas gerak berirama, dan aktivitas air yang disesuaikan 210 Elemen Capaian Pembelajaran dengan kemampuan, juga karakteristik peserta didik (kondisional). Pada akhir fase ini, peserta didik dapat memahami fakta dan prosedur variasi dan kombinasi pola gerak dasar lokomotor, nonlokomotor, dan manipulatif dalam permainan dan atau olahraga tradisional bola besar dan bola kecil yang dimodifikasi, kombinasi pola gerak dasar pada aktivitas senam lantai sederhana, variasi dan kombinasi pada aktivitas gerak berirama, dan aktivitas air yang disesuaikan dengan kemampuan juga karakteristik peserta didik (kondisional). Pada akhir fase ini, peserta didik dapat memahami fakta, konsep dan prosedur latihan pengembangan kebugaran jasmani terkait kesehatan (physical fittness related health) dan kebugaran jasmani terkait keterampilan (physical fittness related skills), berdasarkan prinsip latihan (frequency, intensity, time, type/FITT) untuk mendapatkan kebugaran dengan status baik. Peserta didik juga dapat menerapkan konsep gaya hidup sehat untuk mencegah berbagai penyakit dan peran aktivitas fisik terhadap pencegahan penyakit disesuaikan dengan kemampuan juga karakteristik peserta didik. Pada akhir fase ini, peserta didik proaktif melakukan dan mengajak untuk memelihara dan memonitor peningkatan derajat kebugaran jasmani dan kemampuan aktivitas jasmani lainnya, serta menunjukkan keterampilan bekerja sama dengan merujuk peraturan dan pedoman untuk menyelesaikan perbedaan dan konflik antarindividu sesuai dengan kemampuan dan karakteristik peserta didik. Pada akhir fase ini, peserta didik dapat menganalisis hubungan antara aktivitas jasmani dan kesehatan, untuk dapat memilih aktivitas yang berperan sebagai media menumbuhkembangkan unsur kegembiraan, tantangan, percaya diri, serta dapat mengekspresikan diri dalam berinteraksi di lingkungan sosial sesuai dengan kemampuan dan karakteristik peserta didik. Pengetahuan Gerak Elemen Pemanfaatan Gerak Elemen Pengembangan Karakter Elemen Nilai-Nilai Gerak 5. Fase E (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas X) Pada akhir Fase E, peserta didik dapat berpartisipasi aktif menampilkan berbagai prosedur variasi dan kombinasi keterampilan gerak dasar dalam berbagai permainan dan atau olahraga tradisional yang dimodifikasi, juga dapat mengevaluasi sikap dan kebiasaan sebagai individu yang sehat dan aktif. Fase E Berdasarkan Elemen Elemen Keterampilan Gerak Capaian Pembelajaran Pada akhir fase ini, peserta didik dapat menunjukkan kemampuan dalam mempraktikkan 211 Elemen Pengetahuan Gerak Pemanfaatan Gerak Pengembangan Karakter Nilai-Nilai Gerak Capaian Pembelajaran hasil evaluasi aktivitas jasmani dan olahraga, aktivitas senam, aktivitas gerak berirama, dan aktivitas permainan dan aktivitas olahraga air sesuai dengan kemampuan dan karakteristik peserta didik (kondisional). Pada akhir fase ini, peserta didik dapat mengevaluasi fakta, konsep, prinsip, dan prosedur dalam melakukan evaluasi aktivitas jasmani dan olahraga, aktivitas senam, aktivitas gerak berirama, dan aktivitas permainan dan aktivitas olahraga air sesuai dengan kemampuan juga karakteristik peserta didik (kondisional). Pada akhir fase ini, peserta didik dapat mengevaluasi fakta,konsep, prinsip, dan prosedur dan mempraktikkan latihan pengembangan kebugaran jasmani terkait kesehatan (physicsl fittness related health) dan kebugaran jasmani terkait keterampilan (physical fittness related skills), berdasarkan prinsip latihan (frequency, intensity, time, type/FITT) untuk mendapatkan kebugaran. Peserta didik juga dapat menunjukkan kemampuan dalam menerapkan konsep dan prinsip pergaulan yang sehat disesuaikan dengan kemampuan juga karakteristik peserta didik. Pada akhir fase ini, peserta didik mengembangkan tanggung jawab sosialnya dalam kelompok kecil untuk melakukan perubahan positif, menunjukkan etika yang baik, saling menghormati, dan mengambil bagian dalam kerja kelompok pada aktivitas jasmani atau kegiatan sosial lainnya sesuai dengan kemampuan dan karakteristik peserta didik. Pada akhir fase ini, peserta didik dapat mengevaluasi sikap dan kebiasaan untuk menjadi individu yang sehat, aktif, menyukai tantangan dan cara menghadapinya secara positif dalam konteks aktivitas jasmani dengan menunjukkan perilaku menghormati diri sendiri dan orang lain sesuai dengan kemampuan dan karakteristik peserta didik. 6. Fase F (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas XI dan XII) Pada akhir Fase F, peserta didik dapat menunjukkan kemampuan berbagai aktivitas jasmani dan olahraga sebagai hasil evaluasi pengetahuan, mengevaluasi dan mempraktikkan latihan pengembangan kebugaran jasmani terkait kesehatan (physical fittness related health) dan kebugaran jasmani terkait keterampilan (physical fittness related skills), menunjukkan perilaku dalam memimpin kelompok kecil untuk melakukan perubahan positif, juga dapat mengevaluasi sikap dan kebiasaan sebagai individu yang sehat dan aktif. Fase F Berdasarkan Elemen 212 Elemen Keterampilan Gerak Pengetahuan Gerak Pemanfaatan Gerak Pengembangan Karakter Nilai-Nilai Gerak Capaian Pembelajaran Pada akhir fase ini, peserta didik dapat menunjukkan kemampuan dalam mempraktikkan hasil evaluasi aktivitas jasmani dan olahraga, aktivitas senam, aktivitas gerak berirama, dan aktivitas permainan dan aktivitas air yang disesuaikan dengan kemampuan juga karakteristik peserta didik (kondisional). Pada akhir fase ini, peserta didik dapat mengevaluasi fakta, konsep, prinsip, dan prosedur dalam melakukan evaluasi aktivitas jasmani dan olahraga, aktivitas senam, aktivitas gerak berirama, dan aktivitas permainan dan aktivitas air yang disesuaikan dengan kemampuan juga karakteristik peserta didik (kondisional). Pada akhir fase ini, peserta didik dapat mengevaluasi fakta,konsep, prinsip, dan prosedur dan mempraktikkan latihan pengembangan kebugaran jasmani terkait kesehatan (physical fittness related health) dan kebugaran jasmani terkait keterampilan (physical fittness related skills), berdasarkan prinsip latihan (frequency, intensity, time, type/FITT) untuk mendapatkan kebugaran dengan status baik. Peserta didik juga dapat menunjukkan kemampuan dalam menerapkan konsep, prinsip, dan prosedur menjaga kesehatan tubuh dan P3K pada kejadian darurat, baik pada diri sendiri maupun pada orang lain disesuaikan dengan kemampuan dan karakteristik peserta didik. Pada akhir fase ini, peserta didik mengembangkan tanggung jawab sosialnya dalam kelompok kecil untuk melakukan perubahan positif, menunjukkan etika yang baik, saling menghormati, dan mengambil bagian dalam kerja kelompok pada aktivitas jasmani atau kegiatan sosial lainnya sesuai dengan kemampuan dan karakteristik peserta didik. Pada akhir fase ini, peserta didik dapat mengevaluasi sikap dan kebiasaan untuk menjadi individu yang sehat, aktif, menyukai tantangan dan cara menghadapinya secara positif dalam konteks aktivitas jasmani dengan menunjukkan perilaku menghormati diri sendiri dan orang lain sesuai dengan kemampuan dan karakteristik peserta didik. 213 XI. CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PERBENGKELAN SEPEDA MOTOR KHUSUS KETERAMPILAN A. Rasional Mata Pelajaran Perbengkelan Sepeda Motor Mata pelajaran Perbengkelan Sepeda Motor merupakan mata pelajaran yang membekali peserta didik memiliki sikap, pengetahuan, dan keterampilan untuk menyelesaikan tugas yang diperoleh melalui latihan secara kontinu. Pendidikan keterampilan merupakan pendidikan kecakapan hidup (life skill), yaitu proses membantu peserta didik mengembangkan kemampuan, kesanggupan, dan keterampilan yang diperlukan dalam menjalankan kehidupan untuk mencapai kesejahteraan. Sebagai prasyarat mata pelajaran Perbengkelan Sepeda Motor, perlu keterampilan yang diasah melalui training, yaitu literasi dasar (basic keterampilan literacy skill), interpersonal keterampilan (interpersonal teknis skill), (technical dan skill), keterampilan penyelesaian masalah (problem solving). Mata pelajaran Perbengkelan Sepeda Motor merupakan keterampilan pilihan yang dipelajari peserta didik dari jenjang SMPLB hingga SMALB. Selama 6 tahun, peserta didik diberikan pembelajaran mengenai keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan; memahami fungsi dan menggunakan peralatan tangan perbengkelan; merawat mesin, kelistrikan dan rangka. Diharapkan, peserta didik yang memiliki keterbatasan intelegensi atau disertai kebutuhan khusus lainnya (tunanetra, tunarungu, tunadaksa, dan autis) memiliki kecakapan hidup, keahlian dalam bekerja, dan kesejahteraan. Selain itu, dengan mempelajari Keterampilan Perbengkelan Sepeda Motor, dapat terbentuk sikap sesuai Profil Pelajar Pancasila, yaitu beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, berpikir kritis, mandiri, kreatif, bergotong royong, dan berkebinekaan global. Capaian pembelajaran pada elemen dan materi ini menjadikan gambaran pembelajaran yang dapat dipelajari peserta didik untuk memiliki keahlian dalam bidang perbengkelan sepeda motor. Adapun pada pembelajarannya dapat dikembangkan menyesuaikan dengan sarana dan prasarana, kemampuan peserta didik, lingkungan yang berkenaan dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri, serta kewirausahaan. 214 B. Tujuan Mata Pelajaran Perbengkelan Sepeda Motor Mata pelajaran Perbengkelan Sepeda Motor bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat melakukan hal-hal berikut. 1. Menerapkan prosedur keselamatan, kesehatan kerja, dan lingkungan (K3L). 2. Menyiapkan, menggunakan, dan merawat peralatan tangan perbengkelan. 3. Menyiapkan dan menerapkan prosedur perawatan mesin. 4. Menyiapkan dan menerapkan prosedur perawatan kelistrikan. 5. Menyiapkan dan menerapkan prosedur perawatan bagian rangka. 6. Memiliki sikap dan etos kerja (tanggung jawab, tekun, jujur, dan disiplin). 7. Memiliki rasa ingin tahu akan perkembangan teknologi sepeda motor. 8. Menyelesaikan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah dan solusi menyelesaikan masalah. 9. Memberikan bekal kemampuan (sikap, pengetahuan, dan keterampilan) yang dapat bermanfaat bagi siswa dalam kehidupan sebagai anggota masyarakat maupun sebagai warga negara yang kreatif dan produktif sesuai dengan keterbatasan yang dihadapi anak. C. Karakteristik Mata Pelajaran Perbengkelan Sepeda Motor 1. Deskripsi Umum Mata pelajaran Perbengkelan Sepeda Motor terdiri atas 5 elemen (komponen), yaitu 2 komponen umum (Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan serta Peralatan Tangan Perbengkelan) dan 3 komponen inti (Perawatan Mesin, Perawatan Kelistrikan, dan Perawatan Rangka). Komponen umum dimaksud ialah komponen yang saling berkaitan dengan komponen inti, misalnya perawatan pada rangka akan berhubungan dengan peralatan yang dibutuhkan serta kewajiban dalam melindungi keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan. Begitupun elemen lainnya yang saling berkaitan menyesuaikan materi yang diajarkan pada fase dan atau kelas. Pembelajaran Keterampilan Perbengkelan Sepeda Motor dilaksanakan melalui: 1. pembelajaran di kelas, 2. pembelajaran di ruang praktik (bengkel keterampilan), 3. magang keterampilan pada bengkel sepeda motor, 215 4. berkunjung pada sekolah menengah kejuruan dan industri yang relevan. Alur proses pembelajaran Keterampilan Perbengkelan Sepeda Motor sebagai berikut. 1. Materi tentang pengetahuan dan penerapan keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan (K3L) diberikan paling awal sebelum materi yang lain. Namun, selalu diterapkan sebagai pendahuluan pada materi lanjutan. 2. Setelah mempelajari materi tentang pengetahuan dan penerapan keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan (K3L), peserta didik akan mempelajari materi tentang alat tangan pada perbengkelan sepeda motor. 3. Setelah mempelajari materi tentang pengetahuan dan penerapan keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan (K3L) dan alat tangan pada perbengkelan sepeda motor, peserta didik akan mempelajari materi komponen inti, yaitu mesin, kelistrikan, dan rangka. 4. Materi inti, mesin, kelistrikan, dan rangka akan dilaksanakan pada bagian menyiapkan dan melakukan perawatan bagian tertentu saja Penilaian meliputi aspek pengetahuan (tes dan non tes), sikap (observasi), dan keterampilan (proses, hasil, dan portofolio). Pembelajaran Keterampilan Perbengkelan Sepeda Motor dilakukan secara block system disesuaikan dengan karakteristik elemen yang dipelajari. 2. Elemen Mata Pelajaran Perbengkelan Sepeda Motor Elemen Mata Pelajaran Perbengkelan Sepeda Motor dan Deskripsinya Elemen Deskripsi Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan Lingkungan Elemen yang berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan untuk melaksanakan prosedur keselamatan kerja di perbengkelan sepeda motor. Cakupannya meliputi mengikuti prosedur pada tempat kerja untuk mengidentifikasi bahaya dan cara menghindarinya; memelihara kebersihan peralatan dan area kerja; menempatkan dan mengidentifikasi jenis pemadam kebakaran, penggunaannya, dan prosedur pengoperasian di tempat kerja; dan mengikuti prosedur pada tempat kerja untuk pengamanan dan pengendalian limbah. K3L merupakan kompetensi umum yang harus dikuasai sebelum mengerjakan pekerjaan inti (perawatan mesin, kelistrikan dan sistem rangka). Peralatan Tangan Perbengkelan Elemen ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan untuk menggunakan dan memelihara peralatan tangan di perbengkelan sepeda motor. Cakupannya meliputi 216 Elemen Deskripsi menyiapkan identifikasi peralatan tangan yang disesuaikan untuk memenuhi jenis pekerjaan; menggunakan peralatan tangan secara aman; menggunakan dan merawat alat ukur servis ringan. Dengan penguasaan pengetahuan dan keterampilan alat tangan, peserta didik akan lebih mudah menerapkannya pada pekerjaan perbengkelan sepeda motor. Perawatan Mesin Perawatan mesin merupakan pekerjaan rutin yang dilakukan secara kontinu agar sepeda motor dapat dikendarai dengan aman dan nyaman. Perawatan mesin mencakup pengetahuan dan keterampilan keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan; kompresor udara; merawat sistem pendinginan; merawat filter udara; mengganti oli mesin; mengganti busi; dan merawat sistem kopling; merawat sistem Continous Variable Transmission (CVT) sepeda motor; menyiapkan perawatan karburator sepeda motor; melakukan pemeriksaan komponen dari sistem bahan bakar sepeda motor; memastikan kinerja karburator sepeda motor sesuai standar; menyiapkan dan melakukan perawatan sistem injeksi sepeda motor. Perawatan Kelistrikan Elemen yang berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan untuk membaca wiring diagram (perkabelan) sistem kelistrikan di perbengkelan sepeda motor, melakukan perawatan baterai sepeda motor, melakukan perawatan instrumen kelistrikan (sistem penerangan dan sinyal) sepeda motor. Cakupannya meliputi menyiapkan buku manual sistem kelistrikan sepeda motor; membaca wiring diagram sistem kelistrikan sepeda motor; menyiapkan perawatan baterai sepeda motor; melakukan pemeriksaan baterai sepeda motor; memastikan kinerja baterai sepeda motor sesuai standar; menyiapkan perawatan instrumen kelistrikan (sistem penerangan dan sinyal) sepeda motor; melakukan pemeriksaan komponen dari instrumen kelistrikan (sistem penerangan dan sinyal) sepeda motor; serta memastikan kinerja instrumen kelistrikan (sistem penerangan dan sinyal) sepeda motor sesuai standar. Perawatan Sistem Rangka Perawatan sistem rangka berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan, sikap yang diperlukan untuk memelihara sistem hidrolik di perbengkelan sepeda motor, merawat sistem rem sepeda motor, merawat bantalan sistem kemudi, melepas dan memasang roda sepeda motor, memelihara rantai roda sepeda motor, memelihara bodi/pencucian sepeda motor. Cakupannya meliputi menyiapkan perlengkapan pemeliharaan sistem hidrolik sepeda motor; memelihara sistem hidrolik sepeda motor; menyiapkan perawatan sistem rem sepeda motor; melakukan pemeriksaan pada sistem rem sepeda motor; memastikan kinerja rem sepeda motor sesuai standar; menyiapkan perawatan bantalan sistem kemudi; memastikan bantalan sistem kemudi dalam kondisi normal; melakukan perawatan sistem suspensi sepeda motor; menyiapkan perawatan sistem suspensi sepeda motor; melakukan pemeriksaan komponen dari sistem suspensi sepeda motor; memastikan kinerja suspensi sepeda motor sesuai standar; mengidentifikasi konstruksi jenis roda sepeda motor dan sistem pemasangannya; melepas roda-roda sepeda motor; memeriksa roda sepeda 217 Elemen Deskripsi motor; memasang roda sepeda motor; menyiapkan perlengkapan pemeliharaan rantai roda sepeda motor; memelihara rantai roda sepeda motor berikut komponennya; menyiapkan perlengkapan pemeliharaan bodi/pencucian sepeda motor; serta memelihara bodi/pencucian sepeda motor. D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Perbengkelan Sepeda Motor Setiap Fase 1. Fase D (Usia Mental ± 9 Tahun dan Umumnya Kelas VII, VIII, dan IX) Pada akhir Fase D, peserta didik memiliki kemampuan mengidentifikasi bahaya dan cara menghindarinya, memelihara kebersihan peralatan dan area kerja dan mengikuti prosedur pada tempat kerja untuk pengamanan dan pengendalian limbah; menyiapkan dan menggunakan peralatan tangan; menyiapkan buku manual sistem kelistrikan sepeda motor; menyiapkan dan menggunakan alat ukur; memelihara kompresor udara, menyiapkan perawatan sistem pendinginan sepeda motor; menyiapkan dan memeriksa baterai sepeda motor, sistem rem, dan sistem kemudi sepeda motor. Fase D Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada akhir Fase D, peserta didik mampu mengikuti prosedur pada tempat kerja untuk mengidentifikasi bahaya dan cara menghindarinya, memelihara kebersihan peralatan dan area kerja, serta mengikuti prosedur pada tempat kerja untuk pengamanan dan pengendalian limbah. Peralatan Tangan Perbengkelan Pada akhir Fase D, peserta didik mampu menyiapkan pemilihan peralatan tangan di tempat kerja, menggunakan peralatan tangan di tempat kerja secara aman, memelihara peralatan tangan, menyiapkan pemilihan alat ukur servis ringan di tempat kerja, dan memelihara alat ukur servis ringan. Perawatan Mesin Pada akhir Fase D, peserta didik mampu menyiapkan perlengkapan pemeliharaan kompresor udara, memelihara kompresor udara, menyiapkan perawatan sistem pendinginan sepeda motor, melakukan pemeriksaan komponen sistem pendinginan sepeda motor, memastikan kinerja sistem pendinginan sepeda motor sesuai standar, menyiapkan perawatan filter udara sepeda motor, melakukan pemeriksaan sistem filter udara sepeda motor, dan memastikan kinerja sistem filter udara sepeda motor sesuai standar. Perawatan Kelistrikan Pada akhir Fase D, peserta didik mampu memastikan kinerja instrumen kelistrikan (sistem penerangan dan sinyal) sepeda motor sesuai standar. 218 Elemen Capaian Pembelajaran Pada akhir Fase D, peserta didik mampu memastikan kinerja suspensi sepeda motor sesuai standar, memastikan fungsi setiap bagian roda sepeda motor, dan memeriksa roda sepeda motor. Perawatan Rangka 2. Fase E (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas X) Pada akhir Fase E, peserta didik memiliki kemampuan mengidentifikasi bahaya dan cara menghindarinya; memelihara kebersihan peralatan dan area kerja sesuai prosedur serta pengendalian limbah; menyiapkan, menggunakan, dan memelihara peralatan tangan, alat ukur, filter udara; mengganti oli dan busi; membaca wiring diagram sistem kelistrikan, pemeriksaan roda dan komponennya; serta melepas dan memasang roda sepeda motor. Fase E Berdasarkan Elemen Elemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Peralatan Tangan Perbengkelan Perawatan Mesin Perawatan Kelistrikan Perawatan Rangka Capaian Pembelajaran Pada akhir Fase E, peserta didik mampu melakukan prosedur pada tempat kerja untuk mengidentifikasi bahaya dan cara menghindarinya; memelihara kebersihan peralatan dan area kerja; dan mengikuti prosedur pada tempat kerja untuk pengamanan dan pengendalian limbah. Pada akhir Fase E, peserta didik mampu menyiapkan pemilihan peralatan tangan di tempat kerja; menggunakan peralatan tangan di tempat kerja secara aman; memelihara peralatan tangan; menyiapkan pemilihan alat ukur servis ringan di tempat kerja; dan memelihara alat ukur servis ringan. Pada akhir Fase E, peserta didik mampu menyiapkan perawatan filter udara sepeda motor; melakukan pemeriksaan sistem filter udara sepeda motor; memastikan kinerja sistem filter udara sepeda motor sesuai standar; menyiapkan penggantian oli mesin sepeda motor; mengganti oli mesin; menyiapkan perawatan busi sepeda motor; dan memastikan busi terpasang dengan benar. Pada akhir Fase E, peserta didik mampu membaca wiring diagram sistem kelistrikan sepeda motor; melakukan pemeriksaan baterai sepeda motor; dan melakukan pemeriksaan komponen instrumen kelistrikan (sistem penerangan dan sinyal) sepeda motor. Pada akhir Fase E, peserta didik mampu memelihara sistem hidrolik sepeda motor; menyiapkan perawatan sistem injeksi sepeda motor; menyiapkan perawatan sistem rem sepeda motor; menyiapkan perawatan sistem suspensi sepeda motor; menyiapkan pemeriksaan roda sepeda motor; serta mengidentifikasi konstruksi jenis roda sepeda motor dan sistem pemasangannya. 3. Fase F (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas XI dan XII) 219 Pada akhir Fase F, peserta didik memiliki kemampuan mengidentifikasi bahaya dan cara menghindarinya; memelihara kebersihan peralatan dan area kerja sesuai prosedur serta pengendalian limbah; menyiapkan, menggunakan, dan memelihara peralatan tangan, alat ukur, filter udara; mengganti oli dan busi; merawat sistem kopling; merawat sistem CVT; merawat karburator dan sistem injeksi; memastikan kinerja baterai sesuai standar; memelihara rantai roda; memastikan kinerja instrumen kelistrikan (sistem penerangan dan sinyal) sepeda motor sesuai standar; serta melakukan pencucian/perawatan bodi sepeda motor. Fase F Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada akhir Fase F, peserta didik mampu melakukan prosedur pada tempat kerja untuk mengidentifikasi bahaya dan cara menghindarinya; memelihara kebersihan peralatan dan area kerja; serta mengikuti prosedur pada tempat kerja untuk pengamanan dan pengendalian limbah. Pada akhir Fase F, peserta didik mampu menyiapkan pemilihan peralatan tangan di tempat kerja; Peralatan menggunakan peralatan tangan di tempat kerja secara Tangan aman; memelihara peralatan tangan; menyiapkan Perbengkelan pemilihan alat ukur servis ringan di tempat kerja; mengukur dimensi; dan memelihara alat ukur servis ringan. Perawatan Mesin Pada akhir Fase F, peserta didik mampu menyiapkan penggantian oli mesin sepeda motor; mengganti oli mesin; menyiapkan perawatan busi sepeda motor; memastikan busi terpasang dengan benar; menyiapkan perawatan sistem kopling sepeda motor; melakukan pemeriksaan komponen sistem kopling sepeda motor; memastikan kinerja sistem kopling sepeda motor sesuai standar; menyiapkan perawatan,pemeriksaan dan memastikan kinerja CVT sepeda motor sesuai standar; menyiapkan perawatan karburator sepeda motor dan melakukan pemeriksaan komponen dari sistem bahan bakar sepeda motor; serta menyiapkan dan melakukan perawatan sistem injeksi sepeda motor. Perawatan Kelistrikan Pada akhir Fase F, peserta didik mampu membaca wiring diagram sistem kelistrikan sepeda motor; melakukan pemeriksaan baterai sepeda motor; memastikan kinerja baterai sepeda motor sesuai standar; dan melakukan pemeriksaan komponen dari instrumen kelistrikan (sistem penerangan dan sinyal) sepeda motor. Perawatan Rangka Pada akhir Fase F, peserta didik mampu menyiapkan Perlengkapan pemeliharaan sistem hidrolik sepeda motor, melakukan pemeriksaan komponen dari sistem injeksi sepeda motor, melakukan pemeriksaan pada sistem rem sepeda motor, menyiapkan perawatan bantalan sistem kemudi, melakukan pemeriksaan komponen dari sistem suspensi sepeda motor, 220 Elemen Capaian Pembelajaran melakukan pemeriksaan fungsi roda sepeda motor, melepas roda-roda sepeda motor, menyiapkan perlengkapan pemeliharaan rantai roda sepeda motor, menyiapkan perlengkapan pemeliharaan bodi / Pencucian sepeda motor, menyiapkan pembersihan injektor bahan bakar sepeda motor. 221 XII. CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KHUSUS KETERAMPILAN SENI MEMBATIK A. Rasional Mata Pelajaran Seni Membatik Batik merupakan warisan budaya yang dimiliki Indonesia, bahkan UNESCO telah mengukuhkan batik sebagai warisan kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi pada tahun 2009. Kita sebagai bagian dari bangsa Indonesia bangga dan wajib melestarikan batik dengan memperkenalkan pada generasi muda melalui pembelajaran di sekolah. Seni Membatik yang dikembangkan di sekolah berkaitan dengan langkahlangkah proses pembuatan batik dengan berbagai teknik seperti teknik batik ciprat, cap, tulis dan kombinasi yang dimodifikasi sesuai karakteristik peserta didik dan wilayah tempat tinggal atau kearifan lokal setiap daerah. Di jenjang SMPLB, materi dititikberatkan pada pengenalan sikap berwirausaha (entrepreneurship), K3, pengenalan batik ciprat dan tulis serta penerapannya pada bentuk karya, sebagai dasar untuk mengikuti materi lanjutan pada jenjang berikutnya/SMALB. Kalaupun tidak dapat melanjutkan pada jenjang berikutnya, peserta didik telah memiliki bekal dan dapat mengembangkan dari pembelajaran yang telah diikuti untuk berkarya di masyarakat. Di jenjang SMALB, materi yang dipelajari lebih luas dan mendalam hingga mencapai produksi. Di antaranya penerapan sikap berwirausaha (entrepreneurhip), K3, teknik batik cap dan batik kombinasi serta membuat beragam karya yang sesuai dengan perkembangan pasar, sebagai bekal berwirausaha mandiri maupun bekerja pada bidang garmen. Setiap materi yang disampaikan mengajarkan tahapan-tahapan penguasaan hardskill dan softskill dengan model pembelajaran berbasis proyek (project based learning). Mata pelajaran Seni Membatik membekali peserta didik dengan serangkaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dibutuhkan untuk menghadapi tantangan perubahan zaman, menunjang pengembangan diri dalam hal rasa dan karya melalui jalur studi, dan pengembangan karier lebih lanjut sehingga dapat menjadi insan yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki akhlak mulia, bernalar kritis, meningkatkan kedisiplinan, menumbuhkan kreativitas dan gotong royong, serta mandiri. B. Tujuan Mata Pelajaran Seni Membatik Mata pelajaran Seni Membatik bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat: 222 1. menerapkan prosedur keselamatan dan kesehatan kerja (k3) proses membatik di tempat kerja; 2. memberikan pelayanan prima kepada pelanggan; 3. menentukan alat dan bahan pembuatan batik; 4. mengenal teknik membatik ciprat, cap, tulis dan kombinasi; 5. membuat karya dengan proses batik ciprat; 6. membuat karya dengan proses batik cap; 7. membuat karya dengan proses batik tulis; 8. membuat karya dengan proses batik kombinasi; 9. praktik membuat motif batik unsur geometris dan non-geometris; 10. penyelesaian akhir hasil kain batik; 11. melaporkan kegiatan proses pembuatan batik. C. Karateristik Mata Pelajaran Seni Membatik 1. Deskripsi Umum Mata Pelajaran Mata pelajaran Seni Membatik mengajarkan tahapan-tahapan penguasaan hardskill dan softskill dengan model pembelajaran berbasis proyek (project based learning). Kompetensi yang dikembangkan ialah sikap, pengetahuan, dan keterampilan dengan konten teknik pembuatan batik ciprat, cap, tulis, dan kombinasi serta penerapannya dalam berbagai karya hias maupun fungsional. Pembelajaran softskill wajib disampaikan baik pada jenjang SMPLB maupun SMALB. Peserta didik diharapkan dapat menerapkan K3 dan memberikan pelayanan prima saat persiapan, proses membatik, maupun promosi karya. Khusus jenjang SMPLB, peserta didik diharapkan memahami berbagai teknik membatik, yaitu batik jenis ciprat, cap, tulis dan kombinasi, menerapkan proses batik ciprat dan tulis. Makin tinggi kelas, ukuran kain batik yang dibuat makin lebar serta motif yang dibuat makin beragam. Pada jenjang SMALB, peserta didik akan diarahkan untuk membuat produk-produk batik teknik cap, tulis dan kombinasi sebagai suvenir maupun perlengkapan rumah tangga yang siap dipasarkan secara luas. Agar proses pembelajaran menyenangkan sehingga peserta didik termotivasi untuk selalu menumbuhkan imajinasi dan kreativitas, berbagai strategi pembelajaran melalui: 1. pembelajaran di kelas, 223 2. pembelajaran di ruang praktik, 3. proyek sederhana, 4. berinteraksi dengan tim kerja dan pelanggan, 5. berinteraksi dengan alumnus atau praktisi industry, 6. berkunjung pada industri yang relevan. Alur proses pembelajaran mata pelajaran seni membatik sebagai berikut. 1. Materi pengetahuan tentang prosedur Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sebelum masuk ke materi yang lain. 2. Materi Pelayanan Prima kepada pelanggan diberikan setelah mempelajari materi K3. 3. Materi pengenalan nama-nama, fungsi alat, dan bahan diberikan sebelum mempelajari proses membuat batik. 4. Materi teknik membuat batik ciprat dan batik tulis (SMPLB), teknik membuat batik cap, batik tulis dan batik kombinasi (SMALB) sesuai geometris dan non-geometris dikuasai setelah menguasai materi alat dan bahan membatik. 5. Materi penyelesaian akhir hasil kain batik diberikan setelah menguasai teknik membuat batik ciprat dan batik tulis (SMPLB), teknik membuat batik cap, batik tulis dan batik kombinasi (SMALB). 6. Materi laporan kegiatan pembuatan batik diberikan setelah menguasai kegiatan penyelesaian akhis hasil kain batik. Penilaian meliputi aspek pengetahuan (tes dan nontes), sikap (observasi) dan keterampilan (proses, produk dan portofolio). Materi dan proses pembelajaran keterampilan Seni Membatik dilakukan secara bertahap menyesuaikan dengan kemampuan karakteristik peserta didik yang unik dan potensi wilayah setiap daerah. 2. Elemen Mata Pelajaran Seni Membatik Mata pelajaran seni membatik memuat enam elemen berikut ini. 1. Prosedur Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) 2. Pelayanan Prima kepada pelanggan 3. Alat dan bahan 4. Proses Membatik 5. Penyelasaian akhir hasil kain batik 6. Pelaporan membatik Elemen Mata Pelajaran Seni Membatik dan Deskripsinya 224 Elemen Prosedur Keselamatan dan Kesehatan Kerja Proses Membatik Pelayanan Prima pada Pelanggan Persiapan Alat dan Bahan Pembuatan Batik Proses Membatik Deskripsi Prosedur yang berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap merupakan segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja seperti penerapan keselamatan kerja di lingkungan tempat kerja, penerapan penggunaan alat pelindng diri (APD), kesehatan dan penyakit akibat kerja, simbol-simbol keselamatan dan kesehatan, mengenal alat dan bahan yang berbahaya sehingga diharapkan peserta didik lebih berhati-hati dalam bekerja. Merupakan aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang terintegrasi dalam kegiatan mengenalkan tata cara menyampaikan hasil produk kain batik dengan bahasa yang sopan dan santun serta penampilan yang baik saat menjual hasil kain batik kepada pelanggan, menggunakan bahasa yang baik dengan sikap ramah saat berkomunikasi membeli alat dan bahan untuk persiapan membatik serta menggunakanya dengan baik saat memperlihatkan kepada pelanggan tata cara membatik saat pameran memasarkan hasil kain batik. Merupakan kegiatan tahap awal, yakni mempersiapkan semua peralatan yang digunakan di ruang membatik untuk proses belajar membatik. Setiap peralatan membatik mempunyai bentuk dan fungsi yang berbeda disesuaikan dengan karakteristik peserta didik. Apabila motorik peserta didik belum mampu menggunakan canting, dimudahkan dengan menggunakan kuas saat menorehkan/ mengoleskan lilin malam ke permukaan kain. Apabila di lingkungan sekolah belum memiliki cap tembaga, dipermudah dengan menggunakan cap yang terbuat dari kertas atau kayu. Persiapan bahan membatik merupakan persiapan mengukur/menakar lilin malam yang dibutuhkan saat dicairkan di wajan serta takaran pewarna bubuk yang dicairkan sesuai aturan pewarnaan dan ukuran bahan yang dipersiapkan untuk membatik kain sapu tangan, slayer serta cukin (syal batik) untuk SMPLB dan untuk membatik taplak meja makan, taplak meja tamu dan kain jarik serta perlengkapan rumah tangga untuk SMALB. Selain itu, merapikan dan menyimpan peralatan dan bahan ke tempat semula setelah mengikuti pembelajaran membatik. Kegiatan yang diawali dengan mengukur bahan kain mori; mengguntingnya sesuai ukuran sapu tangan, slayer, dan cukin (syal batik) untuk SMPLB dan ukuran taplak meja makan, taplak meja tamu dan kain jarik serta perlengkapan rumah tangga untuk SMALB; menjiplak (ngeblat) pola gambar desain motif batik unsur geometris dan non-geometris sesuai lingkungan daerah sekitar dari kertas ke permukaan kain pada pembuatan batik tulis; mengenal beberapa teknik membatik seperti batik ciprat, batik cap, batik tulis dan batik kombinasi apabila pembuatan batik cap hanya merangkai pola desain sesuai posisi motif batik unsur geometris dan non-geomteris sesuai lingkungan daerah sekitar pada kain, lalu mencap kain sesuai rangkainya yang telah ditentukan. Pada pembuatan 225 Elemen Penyelesaian Akhir Hasil Kain Batik Laporan Kegiatan Membatik Deskripsi batik tulis, langkah selanjutnya ialah menorehkan atau mengoleskan lilin malam cair menggunakan canting/kuas sesuai gambar desain pola motif batik, lalu mewarnai kain dengan teknik colet/usap/celup sampai pewarna kering; merebus kain dengan air panas sampai lilin malam terlepas dari permukaan kain (nglorod), dan membilas menggunakan air bersih, dan menjemur kain sampai kering. Kegiatan membatik disesuaikan dengan karakteristik motorik peserta didik. Apabila belum mampu, dipermudah atau dimodifikasi seperti mengganti peralatan dari canting menjadi kuas saat menorehkan lilin malam ke permukaan kain, kemudian menyederhanakan alat cap membatik yang terbuat dari tembaga menjadi cap yang terbuat dari kayu atau kertas. Jenjang SMPLB membuat batik ciprat dan batik tulis. Jenjang SMALB membuat batik cap, batik tulis dan batik kombinasi. Suatu kegiatan penyelesaian akhir hasil kain batik, yaitu menyetrika hasil kain batik yang sudah kering, kemudian melitap hasil kain batik, memberi label nama instansi produk kain batik; memasukkan hasil kain batik ke dalam plastik atau kemasan yang rapi dan menarik sehingga dapat menjadi suatu produk bernilai yang dapat ditentukan harga jual untuk dipasarkan di lingkungan sekolah atau di pameran kebudayaan keterampilan. Merupakan kegiatan melaporkan hasil kerja dengan mengisi ceklis: penerapan prosedur kesehatan dan keselamatan kerja, penerapan pelayanan prima kepada pelanggan, mempersiapkan alat dan bahan pembuatan batik, proses membatik, dan penyelesan akhir hasil kain batik. D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Seni Membatik Setiap Fase 1. Fase D (Usia Mental ± 9 Tahun dan Umumnya Kelas VII, VIII, dan IX) Pada akhir Fase D, peserta didik dapat menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3); mempersiapkan alat dan bahan membatik; mengenal nama serta fungsi dari alat dan bahan membatik; mengenal pelayanan prima kepada pelanggan; mengenal nama-nama warna dasar/primer/tersier/campuran; mengenal sumber pewarna alam; mengenal tiga motif batik unsur geometris dan non-geometris sesuai lingkungan sekitar (contohnya motif tumbuhan seperti daun dan bunga, alam seperti matahari dan awan, binatang seperti ikan dan kupu-kupu dan lain sebagainya); mengenal ukuran alat dan takaran bahan yang akan digunakan untuk membatik; mengenal teknik membatik ciprat, cap, tulis dan kombinasi; menerapkan proses membatik ciprat; menerapkan proses membatik tulis; mengenal teknik ngeblat; mengenal teknik colet mewarnai kain; mengenal teknik usap 226 mewarnai kain; mengenal teknik nglorod; menerapkan penyelesain akhir hasil kain batik; serta mengisi ceklis laporan hasil kegiatan membatik. Fase D Berdasarkan Elemen Elemen Prosedur Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Capaian Pelajaran Pada akhir Fase D, peserta didik dapat menerapkan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), menggunakan Alat Pelindung Diri (APD), menerapkan sikap yang baik untuk pencegahan penyakit akibat kerja sesuai simbolsimbol K3, mengenal alat dan bahan yang berbahaya sehingga diharapkan peserta didik lebih berhati-hati dalam bekerja. Pelayanan Prima kepada Pelanggan Pada akhir Fase D, peserta didik dapat menggunakan bahasa yang baik, bersikap sopan santun ramah tamah saat membatik, mengkomunikasikan hasil kain batik dengan sopan. Alat dan Bahan Pada akhir Fase D, peserta didik dapat menyiapkan peralatan dan bahan membuat batik, mengelompokkan jenis peralatan, mengidentifikasi fungsi peralatan dan bahan, mengenal bagian- bagian dari peralatan, mengetahui ukuran kain sapu tangan, slayer dan cukin (syal batik) yang akan digunakan saat membatik dan dapat menakar bahan pewarna bubuk sebelum dicairkan untuk dipakai saat mewarnai kain, merapikan alat dan bahan setelah digunakan ke tempatnya semula. Proses Membatik Pada akhir Fase D, peserta didik dapat mengukur dan menggunting kain sesuai ukuran yang dibutuhkan untuk membatik kain sapu tangan, slayer, dan cukin (syal batik) disesuaikan dengan karakteristik peserta didik; mengetahui jenis-jenis pola desain motif batik unsur geometris dan non-geometris sesuai lingkungan daerah sekitar; mengetahui teknik batik ciprat, cap, tulis dan kombinasi; menjiplak (ngeblat) gambar desain motif batik unsur geometris dan non-geomtris sesuai lingkungan daerah sekitar; menjiplak (ngeblat) pola gambar ke bagian permukaan kain; mengoleskan atau menorehkan lilin malam pada kain sesuai desain motif batik tulis disesuaikan dengan karakteristik motorik peserta didik; apabila belum mampu menggunakan canting, dipermudah menggunakan kuas saat mengoleskan lilin malam kepermukaan kain; mencipratkan lilin malam panas menggunakan kuas di atas permukaan kain; mengetahui nama-nama warna dasar; mengetahui sumber pewarna alam; melepaskan lilin malam pada kain dengan cara direbus (nglorod); serta menjemur kain sampai kering. Penyelasaian Akhir Hasil Kain Batik Pada akhir Fase D, peserta didik dapat menerapkan penyelesaian akhir hasil kain batik meliputi: menyetrika hasil kain batik, melipat hasil kain batik sampai rapi, memasukkan hasil kain batik ke dalam kemasan, menempel label nama produk dan identitas instansi pembuat kain batik, menentukan harga jual hasil kain batik, dan menempelkan harga yang telah ditentukan untuk dijual. Pelaporan Membatik Pada akhir Fase D, peserta didik dapat secara mandiri mengisi ceklis laporan kegiatan penyelesaian akhir saat 227 Capaian Pelajaran membatik meliputi: penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3), pelayanan prima kepada pelanggan, persiapan alat dan bahan membatik, proses membatik, serta penyelesaian akhir hasil kain batik. Elemen 2. Fase E (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas X) Pada akhir Fase E, peserta didik dapat menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3); mengetahui pengertian membatik; mempersiapkan alat dan bahan membatik; mengenal nama serta fungsi dari alat dan bahan membatik; mengenal pelayanan prima kepada pelanggan; mengenal nama-nama warna dasar dan campuran sumber pewarna alami; mengenal teknik colet dan usap mewarnai kain; mengenal lima motif batik unsur geometris dan non-geometris sesuai lingkungan daerah sekitar (contoh motif tumbuhan seperti pohon, contoh motif binatang seperti burung, contoh motif alam seperti gunung dan lain sebagainya); mengenal ukuran alat dan takaran bahan yang akan digunakan untuk membatik; mengenal teknik membatik tulis; menerapkan penyelesain akhir hasil kain batik dan mengisi ceklis laporan hasil kegiatan membatik. Fase E Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Prosedur Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Pada akhir Fase E, peserta didik dapat menerapkan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3); menggunakan Alat Pelindung Diri (APD); menerapkan sikap yang baik untuk pencegahan penyakit akibat kerja sesuai simbolsimbol K3; mengenal alat dan bahan yang berbahaya sehingga diharapkan peserta didik lebih berhati-hati dalam bekerja. Pelayanan Prima kepada Pelanggan Pada akhir Fase E, peserta didik dapat menggunakan bahasa yang baik; bersikap sopan, santun, dan ramah tamah saat membatik; mengomunikasikan hasil kain batik dengan sopan. Alat dan Bahan Pada akhir Fase E, peserta didik dapat menyiapkan peralatan dan bahan membuat batik; mengelompokkan jenis peralatan; mengidentifikasi fungsi peralatan dan bahan; mengenal bagian-bagian dari peralatan; mengetahui ukuran kain taplak meja tamu, taplak meja makan, kain jarik yang akan digunakan saat membatik, menakar bahan pewarna bubuk sebelum dicairkan untuk dipakai saat mewarnai kain; serta merapikan alat dan bahan setelah digunakan ke tempatnya semula. Proses Membatik Pada akhir Fase E, peserta didik dapat mengukur dan menggunting kain sesuai ukuran yang dibutuhkan untuk membatik kain taplak meja tamu, taplak meja makan, kain jarik disesuaikan dengan karakteristik peserta didik; mengetahui jenis-jenis pola desain motif 228 Elemen Capaian Pembelajaran batik unsur geometris dan non-geometris; mengetahui teknik batik tulis; menjiplak (ngeblat) gambar desain motif batik unsur geometris dan non-geomtris; mengoleskan atau menorehkan lilin malam pada kain sesuai desain motif batik tulis disesuaikan dengan karakteristik motorik peserta didik; apabila belum mampu menggunakan canting, dipermudah menggunakan kuas saat mengoleskan lilin malam kepermukaan kain; mewarnai kain dengan teknik colet/usap/celup sesuai karakteristik peserta didik; mengetahui nama-nama warna dasar; mengetahui sumber pewarna alam; melepaskan lilin malam pada kain dengan cara direbus (nglorod); serta menjemur kain sampai kering. Penyelasaian Akhir Hasil Kain Batik Pada akhir Fase E, peserta didik dapat menerapkan penyelesaian akhir hasil kain batik meliputi menyetrika hasil kain batik; melipat hasil kain batik sampai rapi; memasukkan hasil kain batik kedalam kemasan; menempel label nama produk dan identitas instantsi pembuat kain batik; menentukan harga jual hasil kain batik; dan menempelkan harga yang telah ditentukan untuk dijual. Pelaporan Membatik Pada akhir Fase E, peserta didik dapat secara mandiri mengisi ceklis laporan kegiatan penyelesaian akhir saat membatik meliputi: penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3), pelayanan prima kepada pelanggan, persiapan alat dan bahan membatik, proses membatik, serta penyelesaian akhir hasil kain batik. 3. Fase F (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas XI dan XII) Pada akhir Fase F, peserta didik dapat menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3); mempersiapkan alat dan bahan membatik cap dan kombinasi lima unsur geometris dan non geometris sesuai lingkungan daerah sekitar; mengenal lima motif batik unsur geometris dan non geometris sesuai lingkungan daerah sekitar; mengenal nama serta fungsi dari alat dan bahan membatik cap dan kombinasi unsur geometris dan non geometris; mengenal pelayanan prima kepada pelanggan; mengenal sumber pewarna alami; mengenal ukuran alat dan takaran bahan yang akan digunakan untuk membatik cap dan batik kombinasi; mengenal teknik membatik cap dan kombinasi; menerapkan proses membatik cap dan kombinasi; menerapkan penyelesain akhir hasil kain batik cap dan batik kombinasi; serta mengisi ceklis laporan hasil kegiatan membatik cap dan kombinasi. Fase F Berdasarkan Elemen 229 Elemen Capaian Pembelajaran Prosedur Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Pada akhir Fase F, peserta didik dapat menerapkan kesehatan dan keselamatan di lingkungan tempat kerja; pencegahan kecelakaan kerja;penerapaan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan Kerja (P3K); menggunakan APD masker, celemek, dan sarung tangan karet; mengenal simbol-simbol K3; mengetahui posisi yang baik saat mencairkan lilin malam; menggunakan kompor yang panas; menerapkan sikap yang baik untuk pencegahan penyakit akibat kerja; mengenal alat dan bahan yang berbahaya sehingga diharapkan peserta didik lebih berhati-hati dalam bekerja. Pelayanan Prima kepada Pelanggan Pada akhir Fase F, peserta didik dapat bersikap sopan, santun, dan ramah tamah kepada pelanggan; berkomunikasi dengan pemilihan kata yang sesuai aturan kaidah bahasa Indonesia; memberikan bantuan kepada pelanggan; melakukan pekerjaan secara tim bekerja sama atau gotong royong saat membatik. Alat dan Bahan Pada akhir Fase F, peserta didik dapat mengetahui nama dan fungsi peralatan serta bahan membatik tulis; mengenal jenis dan mutu bahan kain mori untuk pembuatan batik tulis; mengenal bahan pewarna alam/sintetis/tekstil; mengenal bagian-bagian dari peralatan membatik cap dan kombinasi; membersihkan peralatan setelah digunakan; menakar bahan pewarna bubuk; merapikan alat dan bahan yang telah digunakan ke tempat semula. Proses Batik Cap dan Kombinasi Pada akhir Fase F, peserta didik dapat menerapkan pengukuran dan pemotongan kain ukuran taplak meja tamu, taplak meja makan, kain jarik dan perlengkapan rumah tangga; menjiplak gambar desain motif batik dari kertas ke kain (ngeblat); mengoleskan lilin malam pada teknik batik cap dan kombinasi disesuaikan dengan karakteristik motorik peserta didik; apabila belum mampu menggunakan canting, dipermudah menggunakan kuas saat mengoleskan lilin malam ke permukaan kain; menerapkan teknik colet mewarnai kain batik cap dan kombinasi; menerapkan proses nglorod; serta menjemur kain batik cap dan kombinasi. Penyelasaian Akhir Hasil Kain Batik Cap dan Kombinasi Pada akhir Fase F, peserta didik dapat menyetrika hasil kain batik cap dan kombinasi; melipat hasil kain batik cap dan kombinasi; memasukkan hasil kain batik cap dan kombinasi ke dalam kemasan; menempel label nama produk dan identitas instantsi pembuat kain batik cap dan kombinasi, menentukan harga jual hasil kain batik cap dan, menempelkan harga yang telah ditentukan untuk dijual. Pelaporan Batik Cap dan Kombinasi Pada akhir Fase F, peserta didik dapat menceklis laporan kegiatan penyelesaian akhir yang diperlukan saat membatik meliputi: penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3), pelayanan prima kepada pelanngan, persiapan alat dan bahan membatik, proses membatik, dan penyelesaian akhir hasil kain batik. 230 XIII. CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KHUSUS KETERAMPILAN TATA GRAHA A. Rasional Mata Pelajaran Tata Graha Mata pelajaran Tata Graha merupakan mata pelajaran yang membekali peserta didik memiliki sikap, pengetahuan, dan keterampilan untuk menyelesaikan tugas yang diperoleh melalui latihan secara kontinu. Perkembangan dunia pariwisata di Indonesia begitu pesat dengan jumlah wisatawan dari dalam negeri dan luar negeri terus bertambah. Peningkatan jumlah wisatawan di Indonesia memberikan peluang pada tempat penginapan seperti hotel. Dalam menjalankan operasional hotel, hotel mempunyai beberapa departemen. Salah satu departemen yang memiliki peran penting di hotel ialah house keeping department. House keeping department merupakan departemen yang bertanggung jawab untuk menjaga kebersihan dan keindahan hotel di semua area hotel. Peserta didik berkebutuhan khusus perlu dibekali dengan program keterampilan pilihan sesuai dengan bakat dan minat masingmasing. Dengan demikian, setelah menyelesaikan pendidikan, mereka mampu mandiri, dapat memanfaatkan peluang dan kesempatan pasar serta potensi yang ada di daerah masing-masing. Keterampilan yang dikembangkan melalui program kemandirian adalah keterampilan kerja praktis dan memerlukan legalitas formal akademis, mudah dilakukan serta berorientasi kerja. Melalui pembelajaran tata graha, diharapkan peserta didik yang memiliki keterbatasan intelegensi atau disertai kebutuhan khusus lainnya (tunanetra, melakukan tunarungu, persiapan alat dan tunadaksa, bahan, dan mampu autis) mampu menggunakan peralatan, kelengkapan kerja dan bahan pembersih yang dapat diterapkan dalam kehidupan, memiliki kecakapan hidup, keahlian dalam bekerja dan kesejahteraan untuk keluarga, saudara serta lingkungan sekitarnya. Selain itu, dengan mempelajari tata graha, pada diri peserta didik dapat terbentuk karakter Profil Pelajar Pancasila, yaitu beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, berpikir kritis, mandiri, kreatif, bergotong royong, dan berkebinekaan global. 231 Capaian pembelajaran ini menjadi gambaran pembelajaran yang dapat dipelajari peserta didik untuk memiliki keahlian dalam bidang tata graha. Adapun pada pembelajarannya dapat dikembangkan menyesuaikan sarana dan prasarana, kemampuan peserta didik dan lingkungan. B. Tujuan Mata Pelajaran Tata Graha 1. Tujuan Umum Mata pelajaran Tata Graha bertujuan untuk memberikan pemahaman bagi peserta didik tentang manajemen klining service, manajemen Tata Graha (housekeeping Management), Merangkai Bunga (Florist), Taman (Land Scape), dan manajemen Binatu (laundry Management). 2. Tujuan Khusus Mata pelajaran Tata Graha bertujuan untuk memberikan arah dan peluang yang jelas kepada peserta didik tentang kompetensi kerja dan mempersiapkan tenaga kerja penyandang kerja mandiri, kompetitif di bidangnya serta dapat bersaing di lingkungan terdekat, wilayah maupun nasional. C. Karakteristik Mata Pelajaran Tata Graha 1. Deskripsi Umum Mata Pelajaran Mata pelajaran Tata Graha mempelajari kegiatan menjaga, memelihara, merawat kebersihan, kerapian, dan kelengkapan suatu bangunan, baik indoor maupun outdoor, agar selalu tampak bersih, terasa nyaman, higienis, dan asri. Bangunan yang dimaksud bisa berupa rumah, apartemen, gedung perkantoran, hotel, rumah sakit, kompleks pabrik, pusat berbelanjaan dan lainnya. Mata pelajaran Tata Graha diberikan secara teori dan praktik tentang pengetahuan dasar bidang jasa kebersihan (cleaning service), dan penerapan K3 pada pengoperasian berbagai jenis peralatan kebersihan, mengenal alat kebersihan, persiapan diri dalam bekerja, melakukan persiapan peralatan dan bahan serta pengoperasikan kebersihan. peralatan dan tenik Materi penerapan K3 perawatan dalam bekerja peralatan mencakup melaksanakan prosedur kesehatan dan keselamatan kerja dan melakukan standar profesi kerja dalam upaya menjamin keselamatan dan kesehatan selama berada di area kerja, mencegah 232 terjadinya kecelakaan kerja dan langkah penanganan bila terjadi kecelakaan kerja. Materi persiapan diri dan persiapan peralatan terdiri atas menggunakan peralatan, kelengkapan kerja dan bahan pembersih, menyiapkan bahan pembersih keramik, disinfektan, sabun untuk mencuci tangan, pembersih kaca dan pembersih kayu, pembersihan area basah dan kering, limbah umum, ruangan kantor, loundry, merangkai bunga. dan menata taman. Materi pengoperasian peralatan kebersihan meliputi peralatan manual kelompok sapu dan sikat, manual kontainer dan manual kelompok linen pada proses pekerjaan membersihkan permukaan lantai, media kaca, kamar mandi, aksesori dinding, dan sarana ibadah, pembersihan area basah dan kering, limbah umum, ruangan kantor, loundry, merangkai bunga, dan menata taman. Pembelajaran Tata Graha sifatnya mengenalkan pekerjaan yang dapat dipergunakan sebagai pilihan pekerjaan. Memperkuat dan memperdalam serta menyesuaikan pekerjaan dilakukan dengan praktik langsung di tempat yang sesuai sebagai kelanjutan untuk menuju kewirausahaan dan kemandirian. 2. Elemen Mata Pelajaran Elemen Mata Pelajaran Tata Graha Dan Deskripsinya Elemen Deskripsi Pengetahuan Bidang Jasa Kebersihan Mengenal konsep dasar jasa kebersihan (cleaning service). Pengetahuan Industri Perhotelan Konsep dasar industri perhotelan, struktur organisasi di departemen house keeping, dan informasi tentang industri perhotelan. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Pengetahuan, keterampilan, dan sikap tentang prosedur keselamatan dan kesehatan kerja pada tempat kerja untuk mengidentifikasi bahaya dan cara menghindarinya, memelihara kebersihan peralatan dan area kerja, dan mengikuti prosedur pada tempat kerja, penerapan penggunaan alat pelindung diri (APD). Keselamatan dan kesehatan kerja pada pengoperasian berbagai jenis peralatan kebersihan dan dan alat pelindung diri. Persiapan Alat dan Bahan Mengenal peralatan dan bahan yang akan digunakan dalam pekerjaan pembersihan, alat kebersihan manual sapu dan sikat, kontainer dan kelompok linen, keramik, disinfektan, sabun untuk mencuci tangan, pembersih kaca dan 233 Elemen Deskripsi pembersih kayu, permukaan lantai, kamar mandi, aksesori dinding, dan sarana ibadah. Pengoperasian Peralatan Mengenal pengoperasian peralatan kebersihan kelompok sapu dan sikat, container, dan linen dengan menerapkan pada proses pekerjaan membersihkan permukaan lantai, media kaca, kamar mandi, aksesori dinding, dan sarana ibadah. Selanjutnya, mengidentifikasi peralatan yang disesuaikan untuk memenuhi jenis pekerjaan, pembersihan area basah dan kering, limbah umum, ruangan kantor, loundry, merangkai bunga, dan menata taman. Proses Pekerjaan Proses pekerjaannya mencakup membersihkan area kering dan basah, membersihkan limbah, membersihkan ruangan kantor, loundry (menyortir cucian, mencuci, mengeringkan; mencuci dry cleaning, mengeringkan, menggantung dan mengepak), merangkai bunga (bentuk bulat dan sudut) dan menata taman (taman di dalam ruangan dan luar ruangan). Perawatan Alat Segala kegiatan dalam merawat alat-alat kebersihan yang sudah dipakai melalui kegiatan membersihkan, merapikan, dan menyimpan alatalat kebersihan manual mencakup sapu dan sikat, container, dan kelompok linen, bahan pembersih disinfektan, sabun untuk mencuci tangan, bahan pembersih keramik, bahan pembersih kaca, bahan pembersih kayu alat, bahan pembersih kamar mandi, aksesori dinding, merawat sarana ibadah, alat-alat kebersihan limbah umum, alat-alat kebersihan area kering dan basah, alat-alat merangkai bunga, alat-alat menata taman, dan alat-alat makinal antara lain penyedot debu dan mesin cuci pakaian di tempat yang benar. Pelaporan Mengenal cara mengisi ceklis untuk melaporkan kerja harian maupun berkala sesuai proses pekerjaan yang dilakukan, mengisi laporan kegiatan kerja dengan cara menceklis pada buku laporan, dan dapat mengomunikasikan hasil laporan yang diisi dengan cara menceklis. D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Tata Graha Setiap Fase 1. Fase D (Usia Mental ± 9 Tahun dan Umumnya Kelas VII, VIII, dan IX) Pada akhri Fase D, peserta didik dapat memperoleh gambaran mengenai program keahlian yang dipilihnya sehingga mampu menumbuhkan motivasi dalam melaksanakan aktivitas belajar. Selain itu, mampu mengenal pengetahuan tentang bidang jasa kebersihan (cleaning service); mempunyai pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan untuk melaksanakan prosedur keselamatan kerja di Tata Graha; menyiapkan alat dan bahan kebersihan; mengoperasikan alat kebersihan manual, dan 234 melaporkan dengan mengisi ceklis: persiapan ruang kerja, pakaian kerja (APD), alat, kelengkapan bahan, kelengkapan komponen alat dan bahan yang sesuai, serta kualitas hasil melaksanakan pekerjaan. Fase D Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Pengetahuan Bidang Jasa Kebersihan Pada akhir Fase D, peserta didik mampu mengenal pengetahuan tentang konsep dasar jasa kebersihan (cleaning service). Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Pada akhir Fase D, peserta didik mampu mengenal dan menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan untuk melaksanakan prosedur keselamatan kerja di tata graha yang meliputi prosedur pada tempat kerja untuk mengidentifikasi bahaya dan cara menghindarinya, memelihara kebersihan peralatan dan area kerja, mengikuti prosedur pada tempat kerja, serta penerapan penggunaan alat pelindung diri (APD). Persiapan Alat dan Bahan Pada akhir Fase D, peserta didik mampu memilih alat dan bahan yang akan digunakan dalam pekerjaan kebersihan yang mencakup mengenal alat kebersihan manual sapu dan sikat, container dan kelompok linen, permukaan lantai, bahan pembersih keramik, disinfektan, sabun untuk mencuci tangan, pembersih kaca, pembersih kayu, aksesori dinding, dan sarana ibadah. Pengoperasian Peralatan Kebersihan Pada akhir Fase D, peserta didik mampu mengoperasikan peralatan kebersihan kelompok sapu dan sikat, kelompok kontainer, dan kelompok linen dengan menerapkan pada proses pekerjaan membersihkan permukaan lantai, media kaca, kamar mandi, aksesori dinding, dan sarana ibadah. Perawatan Alat Pada akhir Fase D, peserta didik mampu membersihkan, merapikan, dan menyimpan alat-alat kebersihan manual mencakup alat-alat kebersihan limbah umum, alat-alat kebersihan area kering dan basah, alat-alat merangkai bunga, serta alat-alat menata taman di tempat yang benar. Pelaporan Pada akhir Fase D, peserta didik mampu mengisi laporan dengan cara menceklis poin-poin yang sudah disediakan tentang persiapan ruang kerja dan dapat mengomunikasikan hasil laporan yang diisi dengan cara menceklis. 2. Fase E (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas X) Pada akhir Fase E, peserta didik dapat memperoleh gambaran mengenai program keahlian Tata Graha sehingga mampu menumbuhkan passion dan vision untuk merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar. Selain itu, mampu mengembangkan pengetahuan tentang industri perhotelan; menerapkan prosedur 235 keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan (K3L); memiliki kemampuan berkomunikasi dengan pelanggan; memiliki sikap dan etos kerja (tanggung jawab, tekun, jujur, dan disiplin); menerapkan kerja dalam lingkungan yang beragam; menyiapkan, mengoperasikan, dan merawat alat kebersihan machinal makinal (alat dengan mesin dan listrik); serta menyiapkan, dan menerapkan prosedur membersihkan area kering dan basah. Fase E Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Pengetahuan Industri Perhotelan Pada akhir Fase E, peserta didik mampu mengembangkan pengetahuan tentang industri perhotelan. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada akhir Fase E, peserta didik mampu menerapkan prosedur keselamatan dan kesehatan kerja pada pengoperasian berbagai jenis peralatan kebersihan dan alat pelindung diri. Persiapan Peralatan Pada akhir Fase E, peserta didik mampu mengidentifikasi peralatan yang disesuaikan untuk memenuhi jenis pekerjaan, pembersihan limbah umum, pembersihan area basah dan kering. Proses Pekerjaan Pada akhir Fase E, peserta didik mampu melakukan pembersihan dengan peralatan kebersihan makinal, dan menerapkan prosedur pembersihan limbah umum, pembersihan area basah dan kering. Perawatan Alat Pada akhir Fase E, peserta didik mampu membersihkan, merapikan, dan menyimpan peralatan kebersihan makinal antara lain penyedot debu dan mesin cuci pakaian dengan baik dan benar. Pada akhir Fase E, peserta didik mampu mengisi laporan dengan cara menceklis poin-poin yang sudah disediakan tentang persiapan ruang kerja dan kelengkapan bahan selanjutnya dapat mengomunikasikan hasil laporan yang diisi dengan cara menceklis. Pelaporan 3. Fase F (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas XI dan XII) Pada akhir Fase F, peserta didik akan mempelajari materi pelajaran yang berkaitan dengan wirausaha dan kemandirian yang mengacu kepada kebutuhan di masyarakat yang disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi lingkungan sekitar. Selain itu, peserta didik mampu mengembangkan pengetahuan keterampilan kerja praktis dan memerlukan legalitas formal akademis, mudah dilakukan serta berorientasi kerja tentang industri perhotelan, menerapkan prosedur keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan (K3L), memiliki kemampuan berkomunikasi dengan pelanggan, memiliki sikap dan 236 etos kerja (tanggung jawab, tekun, jujur dan disiplin), menerapkan kerja dalam lingkungan yang beragam, dalam pekerjaan membersihkan limbah umum, membersihkan ruangan kantor, loundry, merangkai bunga, dan menata taman. Fase F Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Pengetahuan Industri Perhotelan Pada akhir Fase F, peserta didik mengembangkan pengetahuan tentang perhotelan. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada akhir Fase F, peserta didik mampu menerapkan prosedur keselamatan dan kesehatan kerja pada pengoperasian berbagai jenis peralatan kebersihan dan dan alat pelindung diri. Persiapan Peralatan dan Bahan Pada akhir Fase F, peserta didik mampu mengidentifikasi peralatan yang disesuaikan untuk memenuhi jenis pekerjaan pembersihan limbah umum, ruangan kantor, loundry, merangkai bunga, dan menata taman. Proses Pekerjaan Pada akhir Fase F, peserta didik mampu melakukan pembersihan dengan peralatan pembersihan limbah umum, ruangan kantor, loundry, merangkai bunga, dan menata taman. Perawatan Alat Pada akhir Fase F, peserta didik mampu membersihkan, merapikan, dan menyimpan peralatan pembersihan limbah umum, membersihkan ruangan kantor dengan baik, membersihkan, membersihkan alat-alat untuk merangkai bunga, alat-alat menata taman, dan menyimpan alat-alat makinal misalnya penyedot debu dan mesin cuci. Pada akhir Fase F, peserta didik dapat mengisi laporan dengan cara menceklis poin-poin yang sudah disediakan tentang persiapan ruang kerja, kelengkapan bahan, dan kelengkapan hasil pelaksanaan pekerjaan pembersihan limbah umum, serta mengomunikasikan hasil laporan yang diisi dengan cara menceklis. Pelaporan 237 mampu industri XIV. CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KHUSUS KETERAMPILAN PIJAT (MASSAGE) A. Rasional Mata Pelajaran Pijat (Massage) Pijat (massage) adalah teknik perawatan tubuh dengan cara usapan dan penekanan menggunakan anggota gerak tubuh seperti tangan, jari, siku, dan atau alat bantu lainnya pada permukaan tubuh yang memberikan efek stimulasi dan relaksasi, melancarkan sistem peredaran darah, melancarkan sistem peredaran limfe (getah bening) dan penguatan sistem tubuh lainnya, dimaksudkan untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran tubuh. Sesuai dengan konsep pendidikan yang mengandalkan keterampilan sebagai kecakapan hidup, maka pijat (massage) menjadi mata pelajaran penting untuk dipelajari oleh anak berkebutuhan khusus. Oleh karena itu, Sekolah Luar Biasa menyelenggarakan pembelajaran keterampilan pijat (massage) Pijat (massage) untuk anak berkebutuhan khusus bertujuan untuk memberikan serangkaian pemahaman dan keterampilan yang akan meningkatkan keseimbangan antara keterampilan hard skill dan soft skill. Terdapat tiga kemampuan yang akan dikembangkan dan dioptimalkan pada peserta didik yaitu pengetahuan, keterampilan, dan sikat. Kemampuan ini sangat erat kaitannya dalam membentuk peserta didik sesuai Profil Pelajar Pancasila di antaranya: pengetahuan bertujuan untuk meningkatkan mengasah daya kreativitas bernalar dan kritis. Keterampilan kemandirian. Sikap bertujuan untuk bertujuan untuk membentuk insan yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki akhlak baik, dan meningkatkan kedisiplinan serta sikap bergotong royong. Mata pelajaran Pijat (Massage) untuk anak berkebutuhan khusus mengacu pada prinsip pembelajaran yang relevan dengan kehidupan sehari-hari dan keterampilan yang fungsional di keluarga dan masyarakat, sebelum akhirnya dapat berkontribusi dalam industri kecantikan. Ruang lingkup materi yang akan dipelajari dalam mata pelajaran Pijat (Massage) adalah pengetahuan dan keterampilan menerapkan area kerja, menerapkan persiapan alat dan bahan, persiapan diri dan pelanggan, teknik pengurutan badan di daerah Indonesia, teknik pengembangan massage, merawat area kerja, serta menyimpan kembali kosmetik, alat, dan bahan massage. Adapun pembelajarannya dapat dikembangkan 238 menyesuaikan sarana dan prasarana, kemampuan peserta didik dan budaya lokal. B. Tujuan Mata Pelajaran Pijat (Massage) 1. Tujuan Umum Mata pelajaran Pijat (Massage) bertujuan untuk memberikan pemahaman bagi peserta didik tentang layanan pijat (massage) yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan dengan menerapkan prinsipprinsip kesehatan. 2. Tujuan Khusus Mata pelajaran Pijat (Massage) bertujuan untuk membekali peserta didik agar memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap meliputi: 1. Menyiapkan area kerja 2. Menyiapkan alat, lenan, dan bahan 3. Melakukan persiapan diri dan pelanggan 4. Melakukan teknik pemijatan badan di daerah Indonesia 5. Merawat area kerja 6. Menyimpan kosmetik alat dan lenan 7. Melakukan teknik pengembangan massage C. Karakteristik Mata Pelajaran Pijat (Massage) 1. Deskripsi Umum Mata Pelajaran Mata pelajaran Pijat (Massage) mempelajari kegiatan melakukan prosedur di lingkungan kerja yang bersih dan aman, menyiapkan area kerja yang bersih, menyiapkan kelengkapan pijat, menyambut pelanggan, menjaga penampilan diri, melakukan pemijatan sesuai teknik dasar dan teknik pengembangan massage. Mata pelajaran Pijat (Massage) diberikan secara teori dan praktik meliputi pengetahuan dasar mulai dari persiapan area kerja, persiapan kelengkapan pijat, persiapan diri dan menyambut pelanggan, membersihkan bed massage dan matras massage, mempersiapkan pelanggan sebelum pelaksanaan massage badan tradisional, menawarkan menu pra perawatan untuk dipilih pelanggan, mempelajari teknik dasar massage dan teknik pengembangan massage untuk dapat dipraktikkan sesuai tata cara massage dalam melakukan memberikan Javanese pelayanan massage, pada melakukan para Balinese membersihkan dan menyimpan bed massage dan matras. 239 pelanggan, massage, Pada awal pembelajaran sebelum memasuki materi pokok, peserta didik dikenalkan manfaat mempelajari pijat (massage). Sebagai contoh, setelah belajar pijat (massage), peserta didik mampu melakukan massage untuk diri sendiri dan keluarga sebelum akhirnya dapat terjun ke dunia industri. Pembelajaran pijat (massage) dilaksanakan melalui: 1. pembelajaran di kelas, 2. pembelajaran di ruang praktikum (salon), 3. proyek tugas sederhana, 4. berkunjung pada sekolah menengah kejuruan kompetensi spa dan kecantikan, dan industri yang relevan. Alur proses pembelajaran keterampilan pijat (massage) sebagai berikut. 1. Menerapkan area kerja meliputi lingkungan kerja bersih dan aman sesuai prinsip kesehatan dan keselamatan kerja (K3), persiapan area lantai dan bed massage. Materi ini diberikan paling awal sebelum materi yang lain. 2. Setelah mempelajari tentang pengetahuan keselamatan dan Kesehatan kerja di lingkungan kerja massage, peserta didik akan mempelajari tentang persiapan alat dan bahan. 3. Persiapan diri dan pelanggan dipelajari setelah mempelajari keselamatan dan kesehatan kerja (K3) serta persiapan alat, bahan, dan lenan. 4. Materi tentang teknik dasar massage merupakan awal dari dasar pemijatan badan di daerah Indonesia maupun pengurutan pengembangan yang sangat perlu dikuasai peserta didik. 5. Materi tentang teknik pemijatan badan di daerah Indonesia merupakan pengembangan dari dasar pengurutan yang berhubungan dengan pengurutan tradisional Indonesia, yaitu: javanese massage, balines massage, dan perawatan masker badan tradisional (tradisional body mask). 6. Jika pemijatan badan di daerah Indonesia telah dikuasai, dilanjutkan dengan mempelajari teknik pengembangan massage 7. Materi tentang merawat area kerja, yaitu merapikan bed dan matras massage sesudah digunakan. 8. Materi tentang menyimpan kembali kosmetik massage, mencuci lenan, dan menyimpan lenan serta menyimpan peralatan massage. Penilaian (observasi), meliputi dan aspek pengetahuan keterampilan 240 (proses, (tes dan produk, nontes), dan sikap portofolio). Pembelajaran pijat (massage) dilakukan secara block system disesuaikan dengan karakteristik elemen yang dipelajari. 2. Elemen Mata Pelajaran Elemen Mata Pelajaran Pijat (Massge) dan Deskripsinya Elemen Persiapan Area Kerja Persiapan Alat, Lenan, dan Bahan Persiapan Diri dan Pelanggan Penerapan Teknik Dasar Massage Penerapan Teknik Pemijatan Badan di Daerah Indonesia Penerapan Teknik Pengembangan Massage Deskripsi Prosedur menyiapkan area kerja adalah segala kegiatan untuk menjamin Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja serta menerapkan prosedur sanitasi higiene meliputi menjaga kebersihan diri (personal hygiene), memastikan kebersihan dan keamanan peralatan dan perlengkapan kerja, membersihkan lantai massage dengan bahan steril, dan membersihkan bed massage Merupakan kegiatan tahap awal yang berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang dibutuhkan dalam melakukan persiapan alat massage: melakukan persiapan wadah kosmetik massage, melakukan persiapan kosmetik massage, melakukan persiapan bahan pelengkap massage, dan melakukan persiapan lenan massage. Menyiapkan mental dengan penuh percaya diri dan penampilan diri (kebersihan kuku, kebersihan mulut, kebersihan badan, merias wajah, pakaian kerja, dan sepatu) sesuai SOP sebagai seorang maseur untuk menyambut pelanggan serta melakukan persiapan untuk pelanggan massage tradisional. Suatu proses kegiatan tahap awal massage yang menjelaskan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang berhubungan dengan teknik dasar massage yang menyangkut berbagai macam gerakan massage Effleurage/stroking, Petrissage, Tapotement, Friction dan Vibrate sesuai dengan area dan fungsi. Segala kegiatan yang berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan dan sikap yang diperlukan saat melakukan berbagai paket massage termasuk dalam konteks budaya lokal, yaitu pijat tradisional meliputi Effleurage/stroking, Petrissage, Tapotement, Friction dan Vibrate dengan berirama pada javanese massage memijat badan dengan menggunakan kosmetika massage dan lulur jawa dengan bahan alami yang jadi maupun segar (diramu sendiri) melakukan balinese massage dengan kosmetika massage dan lulur Bali, melakukan perawatan masker badan tradisional (tradisional body mask), melakukan massage kulit kepala, massage bahu dan leher (back area) yang diperlukan untuk kesehatan, kesegaran dan kenyamanan fisik, keseimbangan fisik, jiwa dan pikiran) serta memenuhi peraturan kesehatan dan keselamatan kerja. Segala kegiatan yang berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan dan sikap yang diperlukan saat melakukan massage acupressure punggung dengan memperhatikan kondisi pelanggan yang tidak boleh dilakukan massage pada daerah yang akan dipijat apabila kondisi pelanggan adanya luka bakar sinar matahari, luka baru atau yang sedang 241 Elemen Perawatan Area Kerja Penyimpanan Kosmetik, Alat, dan Lenan Deskripsi mengering, peradangan, demam, dan iritasi serta infeksi kulit, melakukan foot massage dan shiatsu agar tubuh lebih rileks. Segala kegiatan yang berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang dibutuhkan dalam menstrerilkan dan merapikan kembali bed massage dan matras setelah digunakan. Kegiatan yang berhubungan dengan pengetahauan, keterampilan, dan sikap kerja yang dibutuhkan dalam melakukan penyimpanan kosmetik massage tradisional setelah digunakan, melakukan pencucian lenan massage, melakukan penyimpanan lenan massage, melakukan perawatan dan penyimpanan peralatan massage yang sudah dibersihkan D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Pijat (Massage) Setiap Fase 1. Fase D (Umumnya Kelas VII, VIII, dan IX) Pada akhir Fase D, peserta didik dapat menjalankan prosedur kesehatan dan keselamatan kerja (K3), mematuhi prosedur pencegahan kecelakaan kerja, sebagai contoh adalah menggunakan alat pelindung diri (APD) dan menggunakan peralatan dan perlengkapan kerja; menerapkan standar higiene pribadi, sanitasi peralatan, perlengkapan, dan tempat kerja; menyiapkan area kerja, menyiapkan alat, bahan dan lenan, menyiapkan persiapan diri dan pelanggan, serta melakukan teknik pemijatan badan di daerah. Fase D Berdasarkan Elemen Elemen Persiapan Area Kerja Persiapan Alat, Lenan, dan Bahan Capaian Pembelajaran Pada akhir Fase D, peserta didik dapat melakukan prosedur di lingkungan kerja yang bersih dan aman sesuai standar K3; memastikan dipastikan kebersihan dan keamanan peralatan dan perlengkapan kerja; menerapkan standar higiene pribadi, sanitasi peralatan, perlengkapan dan tempat kerja; menggunakan alat pelindung diri atau APD sesuai dengan fungsinya, melakukan sanitasi peralatan dan perlengkapan kerja, melakukan sanitasi pada tempat kerja, menentukan peralatan dan bahan pembersihan lantai massage; melakukan pembersihan lantai; mempersiapkan perlengkapan; membersihkan bed massage; serta mendokumentasikan laporan sesuai prosedur secara mandiri dan gotong royong. Pada akhir Fase D, peserta didik dapat mempersiapkan peralatan massage yang sudah dibersihkan/disanitasi, mempersiapkan wadah kosmetik massage, mempersiapkan kosmetik massage, mempersiapkan bahan pelengkap massage, mempersiapkan lenan massage, dan melakukan persiapan pribadi sesuai kebutuhan kerja, serta memeriksa kelayakannya sesuai SOP secara mandiri 242 Elemen Persiapan Diri dan Pelanggan Penerapan Teknik Dasar Massage Perawatan Area Kerja Penyimpanan Kosmetik, Alat, dan Lenan Capaian Pembelajaran dan jujur. Pada akhir Fase D, peserta didik dapat melakukan persiapan pribadi (kebersihan diri dan penampilan), menyambut pelanggan, melakukan persiapan pelanggan massage tradisional dengan ramah dan sopan, sesuai prinsip-prinsip komunikasi secara jujur dan tanggung penuh jawab. Pada akhir Fase D, peserta didik dapat melakukan teknik dasar massage yang menyangkut berbagai macam gerakan massage Effleurage/stroking, Petrissage, Tapotement, Friction dan Vibrate sesuai dengan area dan fungsi, secara teliti, jujur, dan tanggung jawab. Pada akhir Fase D, peserta didik dapat merapikan kembali bed massage dan matras setelah digunakan dengan penuh tanggung jawab. Pada akhir Fase D, peserta didik dapat menyimpan kosmetik massage tradisional setelah digunakan, mencuci lenan, menyimpan lenan, dan menyimpan peralatan massage dengan teliti dan jujur. 2. Fase E (Umumnya Kelas X) Pada akhir Fase E, peserta didik dapat memperoleh gambaran mengenai program pilihan keterampilan yang dipilihnya sehingga mampu menumbuhkan motivasi dalam melaksanakan aktivitas belajar. Adapun pengetahuan dan keterampilan di bidang pilihan keterampilan pijat (massage) meliputi menyiapkan area kerja; menyiapkan alat, lenan, dan bahan; melakukan persiapan diri dan pelanggan; melakukan teknik pemijatan badan di daerah; merawat area kerja; serta menyimpan kosmetik, alat, dan lenan. Fase E Berdasarkan Elemen Elemen Persiapan Area Kerja Persiapan Alat, Lenan, dan Bahan Capaian Pembelajaran Pada akhir Fase E, peserta didik mampu melakukan prosedur di lingkungan kerja yang bersih dan aman sesuai standar K3; memastikan kebersihan dan keamanan peralatan dan perlengkapan kerja; menerapkan standar higiene pribadi, sanitasi peralatan, perlengkapan dan tempat kerja; menggunakan alat pelindung diri atau APD sesuai dengan fungsinya; melakukan sanitasi peralatan dan perlengkapan kerja, melakukan sanitasi pada tempat kerja, menentukan peralatan dan bahan pembersihan lantai massage; melakukan pembersihan lantai; mempersiapkan perlengkapan; membersihkan bed massage; serta mendokumentasikan laporan sesuai prosedur secara mandiri dan gotong royong. Pada akhir Fase E, peserta didik mampu mempersiapkan peralatan massage yang sudah dibersihkan/disanitasi, mempersiapkan wadah kosmetik massage, mempersiapkan kosmetik massage, mempersiapkan bahan pelengkap massage, 243 Elemen Persiapan Diri dan Pelanggan Penerapan Teknik Pemijatan Badan di Daerah Indonesia Perawatan Area Kerja Penyimpanan Kosmetik, Alat, dan Lenan Capaian Pembelajaran mempersiapkan lenan massage dan melakukan persiapan pribadi sesuai kebutuhan kerja serta memeriksa kelayakannya sesuai SOP secara mandiri dan jujur. Pada akhir Fase E, peserta didik mampu melakukan persiapan pribadi (kebersihan diri dan penampilan), menyambut pelanggan, melakukan persiapan pelanggan massage tradisional dengan ramah dan sopan, sesuai prinsip-prinsip komunikasi secara jujur dan tanggung penuh jawab Pada akhir Fase E, peserta didik mampu melakukan dasar pemijatan, melakukan pemijatan badan tradisional Indonesia meliputi Effleurage/stroking, Petrissage, Tapotement, Friction dan Vibrate dengan berirama pada javanese massage memijat badan dengan menggunakan kosmetika massage dan lulur jawa dengan bahan alami yang jadi maupun segar (diramu sendiri), melakukan Balinese Massage dan melakukan perawatan masker badan tradisional (tradisional body mask) dengan teliti dan kreatif serta tanggung jawab. Pada akhir Fase E, peserta didik mampu mensterilkan dan merapikan kembali bed massage dan matras setelah digunakan dengan penuh tanggung jawab dan teliti. Pada akhir Fase E, peserta mampu menyimpan kosmetik massage setelah digunakan; mencuci lenan; menyimpan lenan; dan menyimpan peralatan massage yang sudah dibersihkan dengan teliti dan jujur. 3. Fase F (Umumnya Kelas XI dan XII) Pada akhir Fase E, peserta didik dapat memperoleh gambaran mengenai program pilihan keterampilan yang dipilihnya, sehingga mampu menumbuhkan motivasi dalam melaksanakan aktivitas belajar. Adapun penegetahuan dan keterampilan dibidang pilihan keterampilan pijat (massage) tentang menyiapkan area kerja, menyiapkan alat, lenan dan bahan, melakukan persiapan diri dan pelanggan, melakukan teknik pemijatan badan di daerah, melakukan Teknik pengembangan massage, merawat area kerja, dan menyimpan kosmetik, alat serta lenan. Fase F Berdasarkan Elemen Elemen Persiapan Area Kerja Capaian Pembelajaran Pada akhir Fase F, peserta didik mampu melakukan prosedur di lingkungan kerja yang bersih dan aman sesuai standar K3; memastikan kebersihan dan keamanan peralatan dan perlengkapan kerja; menerapkan standar higiene pribadi, sanitasi peralatan, perlengkapan dan tempat kerja; menggunakan alat pelindung diri atau APD sesuai dengan fungsinya; melakukan sanitasi peralatan dan perlengkapan kerja, melakukan sanitasi pada tempat 244 Elemen Capaian Pembelajaran kerja, menentukan peralatan dan bahan pembersihan lantai massage; melakukan pembersihan lantai; mempersiapkan perlengkapan dan membersihkan bed massage; serta mendokumentasikan laporan sesuai prosedur secara mandiri dan gotong royong. Persiapan Alat, Pada akhir Fase F, peserta didik mampu Lenan, dan Bahan mempersiapkan peralatan massage yang sudah dibersihkan/disanitasi; mempersiapkan wadah kosmetik massage; mempersiapkan kosmetik massage; mempersiapkan bahan pelengkap massage; mempersiapkan lenan massage; dan melakukan persiapan pribadi sesuai kebutuhan kerja dan diperiksa kelayakannya sesuai SOP secara mandiri dan jujur. Persiapan Diri dan Pada akhir Fase F, peserta didik mampu melakukan Pelanggan persiapan pribadi (kebersihan diri dan penampilan), menyambut pelanggan, Melakukan persiapan pelanggan massage tradisional dengan ramah dan sopan, sesuai prinsip-prinsip komunikasi secara jujur dan tanggung penuh jawab. Penerapan Teknik Pada akhir Fase F, peserta didik mampu melakukan Pemijatan Badan di dasar pemijatan, melakukan pemijatan badan Daerah Indonesia tradisional Indonesia yaitu pijat tradisional meliputi Effleurage/stroking, Petrissage, Tapotement, Friction dan Vibrate dengan berirama pada javanese massage memijat badan dengan menggunakan kosmetika massage dan lulur jawa dengan bahan alami yang jadi maupun segar (diramu sendiri), melakukan Balinese Massage, dan melakukan perawatan masker badan tradisional (tradisional body mask) melakukan massage kulit kepala, massage bahu dan leher (back area) yang diperlukan untuk kesehatan, kesegaran dan kenyamanan fisik, keseimbangan fisik, jiwa dan pikiran) serta memenuhi peraturan kesehatan dan keselamatan kerja dengan teliti dan kreatif serta tanggung jawab. Penerapan Teknik Pada akhir Fase F, peserta didik mampu melakukan Pengembangan teknik massage akupresur punggung dengan Massage memperhatikan kondisi pelanggan yang tidak boleh dilakukan massage pada daerah yang akan dimassage apabila kondisi pelanggan adanya luka bakar sinar matahari, luka baru atau yang sedang mengering, peradangan, demam, dan iritasi serta infeksi kulit, melakukan foot massage, dan melakukan teknik shiatsu dengan teliti dan kreatif. Perawatan Area Kerja Pada akhir Fase F, peserta didik mampu mensterilkan dan merapikan kembali bed massage dan matras setelah digunakan dengan penuh tanggung jawab dan teliti. Penyimpanan Pada akhir Fase F, peserta didik mampu menyimpan Kosmetik, Alat, dan kosmetik massage setelah digunakan, mencuci lenan, Lenan menyimpan lenan, dan menyimpan peralatan massage yang sudah dibersihkan dengan teliti dan jujur 245 XV. CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KHUSUS KETERAMPILAN BUDI DAYA PETERNAKAN UNGGAS A. Rasional Mata Pelajaran Budi Daya Peternakan Unggas Peternakan adalah segala urusan yang berkaitan dengan sumber daya fisik, benih, bibit dan/atau bakalan, pakan, alat dan mesin peternakan, budi daya ternak, panen, pascapanen, pengolahan, pemasaran, dan pengusahaannya. Mata pelajaran Budi daya Peternakan Unggas di Sekolah Menegah Pertama Luar Biasa (SMPLB) ini berguna untuk membekali pengetahuan dan keterampilan awal peserta didik sebelum mempelajari materi lanjutan di Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB). Sekolah Luar Biasa sebagai lembaga pemberi layanan pendidikan vokasi bagi peserta didik penyandang disabilitas bertugas memberikan pengalaman belajar dan mencetak lulusan yang kompeten dengan memberikan pengalaman belajar hard skill dan soft skill. Bekal pengalaman belajar hard skill dan soft skill dapat mewujudkan penyandang disabilitas yang kompeten dan sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila, yaitu beriman, bertaqwa kepada Tuhan YME dan berakhak mulia, berkebinekaan global, bernalar kritis, kreatif, mandiri, disiplin dan gotong royong sehingga mampu bersaing di dunia kerja baik tergabung dalam kelompok kerja (industri) ataupun mendirikan usaha secara mandiri. Materi yang dipelajari dalam keterampilan budi daya peternakan SMPLB meliputi ruang lingkup: standar profesi kerja; Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3); jenis dan macam-macam ternak unggas; kebersihan kerja dan lingkungan; program biosekuriti; program vaksinasi; pemberian obat; menyiapkan pakan; memformulasikan pakan; membuat pakan; menyimpan pakan; teknik penyimpanan pakan ternak unggas; faktor-faktor yang memengaruhi kualitas pakan saat di simpan; macam-macam kandang ternak unggas; bahan dan peralatan membuat kandang ternak unggas; daftar peralatan kandang ternak unggas; pemeliharaan hewan ternak unggas periode grower dan layer; pengelolaan hasil, yaitu teknik dan prosedur mulai dari memanen hasil unggas (telur tetas, telur konsumsi, pullet, anak unggas, dan unggas pedaging); menyortir; memasarkan; dan 246 menetaskan telur yang dihasilkan; teknik dan prosedur penetasan telur tetas; dan menghitung hasil usaha unggas dan membuat laporan. B. Tujuan Mata Pelajaran Budi Daya Peternakan Unggas Mata pelajaran Budi Daya Peternakan Unggas bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan awal agar peserta didik dapat: 1. membentuk peserta didik yang berakhlak mulia, jujur, disiplin, dan dapat dipercaya; 2. mewujudkan peserta didik yang kompeten, terampil, mandiri dan kreatif dalam bidang peternakan; 3. menerapkan prosedur kesehatan dan keselamatan kerja (k3) meliputi kebersihan diri, kebersihan lingkungan, dan keamanan sekitar peternakan secara mandiri dan dalam kelompok; 4. mengenali, membedakan, dan menjabarkan jenis-jenis unggas ternak; 5. memahami proses program biosekuriti pada ternak unggas; 6. memahami proses program vaksinasi pada ternak unggas; 7. menganalisis pentingnya program biosekuriti dan vaksinasi unggas ternak; 8. mengidentifikasi, menganalisis kebutuhan, dan menggambar 2 dimensi bentuk kandang koloni unggas ternak sederhana dan peralatan kandang unggas ternak tersebut; 9. menjabarkan, mengidentifikasi, menghitung, dan membuat daftar bahan dan alat untuk membuat kandang unggas ternak yang telah siap bertelur; 10. menganalisis jenis-jenis, sifat, kualitas, dan menentukan pakan jadi unggas ternak periode grower dan layer; 11. menghitung, menaksir, dan menyiapkan kebutuhan pakan jadi unggas ternak periode grower dan layer; 12. menentukan lokasi, mengidentifikasi tata letak gudang, dan menerapkan prosedur penyimpanan pakan unggas ternak yang aman; 13. mengenalkan prosedur kegiatan pemeliharaan unggas periode grower dan layer; 14. mampu melakukan kegiatan pemeliharaan unggas periode starter; 15. mampu melakukan kegiatan pemeliharaan unggas periode finisher; 247 16. mengenalkan prosedur dan mengelola telur yang dihasilkan mulai dari memanen, menyortir, memasarkan telur infertil, dan menetaskan telur; 17. mengenalkan prosedur penetasan telur unggas ternak dengan mesin penetas; 18. membuat catatan laporan hasil panen telur dan pendapatan penjualan; 19. menghitung secara cerdas dan kritis hasil usaha produk unggas; 20. menganalisis secara cerdas dan kritis karakteristik peluang pasar untuk mengembangkan yang mampu bersaing dipasaran; 21. mampu berkolaborasi dalam tim kerja; 22. menginspirasi peserta didik berkebutuhan khusus lainnya untuk berkarya dan berinovasi dengan memanfaatkan sumber daya dan peluang secara kreatif. C. Karakteristik Mata Pelajaran Budi Daya Peternakan Unggas 1. Deskripsi Umum Mata Pelajaran Pelajaran Budi Daya Peternakan di satuan pendidikan SMPLB berisi tentang pengetahuan yang di dalamnya terdapat teori dasar seputar peternakan dan kegiatan praktik yang disesuaikan dengan kemampuan peserta didik di antaranya mengenai keselamatan dan kesehatan kerja, hewan ternak unggas, biosekuriti, vaksin ternak unggas serta metode pemberiannya, jenis dan jumlah kebutuhan pakan jadi ternak unggas serta teknik penyimpanannya, kandang ternak unggas dan peralatannya, pemeliharaan ternak unggas periode grower, pemeliharaan ternak unggas periode layer, panen dan pascapanen telur ternak unggas. Pelajaran peternakan di jenjang SMALB mempelajari teori dan praktik tentang keselamatan kesehatan kerja, perlengapan kandang, program biosekuriti, program vaksinasi, pemberian obat, penyiapan bahan pakan dan pakan, pemiliharaan unggas periode Starter, pemeliharaan unggas periode Finisher, pemanenan hasil, dan penghitungan hasil usaha unggas. Mencakup pengetahuan dan praktik seputar penerapan prosedur keselamatan, kesehatan, kebersihan dan keamanan di lingkungan kerja, alat pelindung diri (APD), penyebab kecelakaan, penyakit akibat kerja, pencegahan dan penanganannya, perawatan kandang dan peralatan kandang serta gudang ternak unggas, kebersihan diri 248 sebelum dan sesudah kegiatan, pencegahan terjadinya kecelakaan kerja dan langkah penanganan jika terjadi kecelakaan kerja. Materi hewan ternak unggas mencakup pengetahuan seputar pembagian jenis-jenis hewan ternak unggas, macam-macam ras unggas petelur unggul, macam-macam ras unggas pedaging (broiler) unggul. Materi biosekuriti mencakup pengetahuan tentang konsep dasar, fungsi dan pengenalan zona merah, kuning, dan hijau serta analisis pentingnya zona biosekuriti. Materi vaksin ternak unggas mencakup pengetahuan tentang jenis dan macam-macam vaksin ternak unggas sesuai jenis penyakit guna tujuan pencegahannya serta praktik metode pemberiannya melalui ilustrasi. Materi pakan jadi ternak unggas mencakup pengetahuan dan praktik tentang jenis, jumlah kebutuhan, penyediaan dan penerapan pemberian pakan jadi ternak unggas periode grower dan layer, serta tujuan, fungsi, dan penerapan teknik prosedur penyimpanan pakan dengan memperhatikan faktorfaktor yang memengaruhi kualitas pakan saat disimpan. Materi kandang ternak unggas mencakup pengetahuan seputar karakteristik dan gambar kandang (koloni) ternak unggas, peralatan kandang (koloni) ternak unggas, peralatan dan bahan membuat kandang (koloni) sekaligus gudangnya serta praktik membuat gambar 2 dimensi kandang (koloni) ternak unggas. Materi pemeliharaan ternak unggas mencakup pengetahuan dan praktik tentang teknik prosedur penerapan pemeliharaan dan perawatan ternak unggas periode grower, dan teknik prosedur penerapan pemeliharaan dan perawatan ternak unggas periode layer. Materi panen dan pascapanen mencakup praktik kegiatan seputar teknik prosedur pemanenan, penyortiran, dan penyimpanan telur yang dihasilkan hingga melakukan pemasaran telur infertil, kemudian pengetahuan tentang teknik prosedur penggunaan mesin tetas dalam prosedur penetasan telur tetas, dan format pembuatan catatan/ laporan hasil panen telur, jumlah ternak unggas, dan pendapatan hasil penjualan telur. 2. Elemen Mata Pelajaran Keterampilan Budi Daya Peternakan pada fase D, E, dan F untuk peserta didik berkebutuhan khusus membahas pengetahuan dan praktik yang difokuskan enam elemen beserta deskripsinya sebagai berikut. 249 Elemen Mata Pelajaran Budi Daya Peternakan Unggas dan Deskripsinya Elemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Hewan Ternak Unggas Deskripsi Elemen ini mencakup penerapan keselamatan kerja di lingkungan tempat kerja, penerapan penggunaan alat pelindung diri (APD), kesehatan dan penyakit akibat kerja serta pencegahan dan penangananya, kebersihan kandang dan lingkungan sekitar kandang, perawatan kandang sekaligus peralatan kandang ternak unggas serta gudangnya, dan penerapan kebersihan diri sebelum dan sesudah kegiatan dengan mandiri. Elemen ini mencakup tentang pembagian ternak unggas, macam-macam ras ternak unggas petelur unggul, macam-macam ras ternak unggas pedaging unggul. Kegiatan identifikasi jenis ternak unggas petelur dan pedaging dilakukan dengan berbagai cara baik menggunakan media seperti gambar, video, ataupun pengamatan secara langsung dengan bernalar kritis. Pengelolaan Kesehatan Hewan Elemen ini mencakup tentang analisis pentingnya 3 zona biosekuriti, tata letak 3 zona tersebut sesuai lokasi kandang, dan mempraktikkan dengan ilustrasi dalam kelas, peserta didik mempelajari jenis-jenis vaksin ternak unggas, nama-nama vaksin berdasarkan tujuan pencegahan penyakitnya serta mempraktikkan metode pemberiannya melalui ilustrasi, tahapan akhir dari elemen ini ialah merancang, menyiapakan kebutuhan, dan melaksanakan progam biosekuriti dengan menyiapkan 3 zona biosekuriti, merancang program vaksinasi, memilih vaksin secara tepat, memilih metode pemberian vaksin yang tepat, menyiapkan alat vaksin yang tepat untuk unggas, melakukan vaksin dan merapihkan kembali alat yang di gunakan. Pengelolaan Pakan Elemen ini mencakup tentang kegiatan menyiapkan pakan jadi ternak unggas periode starter, finisher, grower, dan layer, menyimpan pakan ternak unggas, menyiapkan, memisahkan, menghitung jumlah kebutuhan pakan dengan alat ukur, memberikan pakan jadi ternak unggas sesuai periode starter, finisher, grower dan layer. Selanjutnya, tahapan ini mulai memformulasikan pakan sesuai kebutuhan unggas, membuat pakan, dan menyimpan bahan pakan dan pakan unggas ternak. Pengelolaan Produksi Elemen ini mencakup tentang membuat rancangan kandang (koloni) ternak unggas dalam gambar 2 dimensi, mengidentifikasi macammacam kandang ternak unggas, membedakan macam-macam kandang ternak unggas, menentukan tempat dibangunnya kandang dan gudang pakan ternak unggas, dan menentukan bentuk kandang (koloni) lengkap dengan peralatan kandangnya serta gudang yang sesuai dengan luas dan lokasi yang tersedia, 250 Deskripsi menyiapkan peralatan kandang dan prosedur penggunaan peralatan kandang, merapikan kembali kandang dan peralatan kandang setelah mengikuti pembelajaran. Kemudian, kegiatan produksi tahap akhir di fase D, E, dan F, yaitu peserta didik mulai memelihara dan merawat ternak unggas mulai dari periode starter, finisher, grower, dan layer. Elemen Pengelolaan Panen Dan Pascapanen Elemen ini mencakup tentang pengelolaan hasil produksi ternak unggas mulai dari memanennya, menyortir dari segi ukuran, pembuahan, dan kualitas (retak, berat, kondisi kulit, dsb). Prosedur penetasan telur, pemanenan anak unggas, penentuan jenis kelamin, pemanenan produksi unggas pedaging, pemanenan pullet, dan pemanenan telur konsumsi. Kegiatan pascapanen yang dilakukan peserta didik adalah membuat catatan hasil panen unggas per hari dan jumlah ternak unggas, kemudian menentukan harga jual produksi hasil unggas, melakukan pemasaran produksi hasil unggas, dilanjutkan dengan membuat catatan laporan hasil penjualan tersebut guna menghitung pendapatan. D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Budi Daya Peternakan Unggas Sesuai Fase 1. Fase D (Usia Mental ± 9 Tahun dan Umumnya Kelas VII, VIII, dan IX) Pada akhir Fase D, peserta didik dapat menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja (K3); menentukan hewan ternak unggas; memahami pentingnya program biosekuriti dan vaksin ternak unggas dengan tujuan pencegahan penyakit serta memahami metode pemberiannya dengan bernalar kritis; menyiapkan pakan jadi setelah menghitung sesuai jumlah kebutuhan pada periode grower; menyiapkan pakan jadi setelah menghitung sesuai jumlah kebutuhan pada periode layer serta menerapkan teknik penyimpanan pakannya secara mandiri maupun bergotong royong; merancang gambar 2 dimensi kandang (koloni) ternak unggas sesuai kondisi dan lokasi secara mandiri; menerapkan teknik prosedur pemeliharaan dan perawatan ternak unggas periode grower secara mandiri maupun kelompok; menerapkan teknik prosedur pemeliharaan dan perawatan ternak unggas periode layer secara mandiri maupun kelompok; menerapkan teknik prosedur pemanenan, penyortiran, pemasaran, dan pelaporan hasil panen serta pendapatan hasil pemasaran secara mandiri maupun kelompok. 251 Fase D Berdasarkan Elemen Elemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Hewan Ternak Unggas Capaian Pembelajaran Pada akhir Fase D, peserta didik dapat menerapkan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang meliputi penerapaan kesehatan dan keselamatan di lingkungan tempat kerja, pencegahan kecelakaan kerja, penyakit, dan penerapaan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan Kerja (P3K), penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) seperti masker, sarung tangan, sepatu safety, dan baju pelindung saat kontak langsung dengan ternak unggas. Peserta didik dapat menerapkan pembersihan dan perawatan kandang ternak unggas. Peserta didik dapat menerapkan pembersihan dan perawatan peralatan kandang ternak unggas seperti tempat menaruh pakan, tempat menaruh minum, lampu dan jerami untuk mengatur suhu, dan pengamanan kandang. Peserta didik dapat menerapkan pembersihan dan perawatan lingkungan sekitar kandang ternak ungas. Peserta didik dapat menerapkan kebersihan dan perawatan personal hygiene meliputi kebersihan diri dan seragam kerja (uniform) di dalam baju pelapis (pelindung diri) sebelum dan sesudah kegiatan. Pada akhir Fase D, peserta didik dapat menjelaskan jenis-jenis ternak ungags; menyebutkan ciri-ciri unggas petelur dan pedaging; membedakan unggas petelur dan pedaging; menyatakan jenis unggas petelur atau pedaging; dan memilih jenis ternak unggas yang sesuai pada kondisi lingkungan tempat tinggal dengan mengidentifikasi saingan pasar. Pengelolaan Kesehatan Hewan Pada akhir Fase D, peserta didik dapat memahami pentingnya dan mengikuti program biosekuriti dan vaksinasi ternak unggas. Pada program biosekuriti peserta didik dapat: menyebutkan 3 zona biosekuriti, menyebutkan ciri-ciri 3 zona biosekuriti, menentukan letak 3 zona biosekuriti, menyatakan zona biosekuriti berdasarkan fungsinya, dan membedakan 3 zona biosekuriti. Pada program vaksinasi ternak ungags, peserta didik dapat: menyebutkan macam-macam vaksin ternak unggas sesuai tujuan pencegahan penyakitnya, memilih vaksin ternak unggas berdasarkan kegunaannya, membedakan vaksin ternak unggas berdasarkan kegunaannya, dan menentukan vaksin ternak unggas yang tepat berdasarkan tujuannya. Peserta didik dapat menyebutkan macam-macam metode pemberian vaksin ternak unggas, membedakan metode pemberian vaksin ternak unggas berdasarkan tempat masuknya, dan menentukan metode pemberian vaksin ternak unggas yang efektif sesuai kondisi kandang, jumlah ternak unggas, dan tujuannya. Pengelolaan Pakan Pada akhir Fase D, peserta didik dapat menerapkan kemampuan memperkirakan dan 252 Elemen Capaian Pembelajaran menyiapkan pakan ternak unggas dengan tahapan mengenali macam-macam pakan jadi ternak unggas, menentukan pakan jadi ternak unggas periode grower dan layer, dan membedakan pakan jadi ternak unggas periode grower dengan layer. Kemudian, pada penyimpanan pakan ternak ungags, peserta didik dapat: menentukan lokasi penyimpanan pakan jadi ternak unggas dan menerapkan teknik prosedur penyimpanan pakan jadi ternak unggas. Pengelolaan Produksi Pada akhir Fase D, peserta didik dapat menerapkan kemampuan merancang dengan gambar 2 dimensi kandang (koloni) ternak unggas dengan tahapan peserta didik dapat mengenali macam-macam kandang ternak unggas, menunjukkan kandang ternak unggas periode grower dan layer, membedakan kandang ternak unggas periode grower dengan layer, menentukan kandang ternak unggas periode grower dan layer, menggambar 2 dimensi bentuk kandang (koloni) ternak unggas periode grower dan layer. Peserta didik dapat mengidentifikasi dan mendaftar bahan dan peralatan untuk membuat kandang ternak unggas, mengidentifikasi peralatan kandang ternak unggas, dan menerapkan penggunaan peralatan kandang untuk menunjang hidup ternak unggas. Peserta didik dapat menerapkan prosedur pemeliharaan dan perawatan ternak unggas periode grower dan atau periode layer. Pengelolaan Panen Dan Pascapanen Pada akhir Fase D, peserta didik dapat menerapkan teknik prosedur pemanen telur ternak unggas, melakukan penyortiran dari segi ukuran dan kualitas, melakukan penyortiran telur hasil panen yang fertil dan infertil, memasarkan telur infertil, menerapkan teknik prosedur penetasan telur dengan mesin penetas, dan menerapkan teknik prosedur penggunaan mesin penetas berikut masalah dan penanganannya yang sederhana secara umum. Peserta didik dapat melaporkan jumlah hasil panen telur per hari, jumlah hewan ternak unggas, dan hasil penjualan telur dalam catatan laporan kegiatan pascapanen. 2. Fase E (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas X) Pada akhir Fase E, Peserta didik akan mendapatkan gambaran tentang menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja (K3); merancang kandang yang sesuai; menyiapkan peralatan kandang dan perlengkapan kandang yang dibutuhkan secara mandiri; melaksanakan progam biosekuriti dan program vaksinasi ternak unggas; memilih unggas ternak periode stater; menghitung jumlah 253 kebutuhan pakan unggas ternak periode starter; menyiapkan pakan, menyimpan pakan, melakukan prosedur memelihara unggas ternak periode starter; menghitung melakukan hasil usaha pemanenan unggas anak pembibitan unggas dan (Breeding) dan penetasan secara bergotong royong baik dalam kelompok maupun mandiri. Fase E Berdasarkan Elemen Elemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Hewan Ternak Unggas Pengelolaan Kesehatan Hewan Pengelolaan Pakan Pengelolaan Produksi Capaian Pembelajaran Pada akhir Fase E, peserta didik dapat mengenali simbol-simbol K3; menerapkan prosedur kesehatan dan keselamatan di tempat kerja; menyiapkan APD (alat pelindung diri) di tempat kerja; menggunakan APD secara mandiri sesuai prosedur; menyiapkan dan merapikan kembali tempat kerja secara mandiri; melaporkan keadaan bahaya yang muncul secara kritis. Pada akhir Fase E, peserta didik dapat membaca dan memahami prosedur perawatan dan pemeliharaan unggas ternak serta mengklasifikasikan unggas ternak sesuai dengan periode unggas ternak. Pada akhir Fase E, peserta didik dapat merancang, menyiapkan kebutuhan progam biosekuriti dengan menyiapkan 3 zona biosekuriti; merancang program vaksinasi dengan cermat dan bernalar kritis; memilih vaksin secara tepat; memilih metode pemberian vaksin yang tepat dengan penalaran kritis; menyiapkan alat vaksin yang tepat untuk unggas; melakukan vaksin dan merapikan kembali alat yang digunakan secara mandiri. Pada akhir Fase E, peseta didik dapat menghitung jumlah kebutuhan pakan unggas periode starter; memberi pakan unggas ternak periode finisher; memformulasikan pakan dengan bernalar kritis sesuai kebutuhan unggas; membuat pakan; serta menyimpan bahan pakan dan pakan unggas ternak dilakukan secara bersama. Pada akhir Fase E, peseta didik dapat merancang kandang; mengenal nama dan fungsi bagaian dari kandang; menyiapkan kandang yang tepat sesuai periode unggas ternak; menyiapkan peralatan kandang, prosedur penggunaan peralatan kandang, merapikan kembali kandang, dan peralatan kandang setelah mengikuti pembelajaran budi daya peternakan. Merupakan kegiatan merawat unggas pada periode finisher secara bergotong royong baik mandiri maupun berkelompok. Pada kegiatan pemeliharaan ini, peserta didik harus bernalar kritis memperhatikan ukuran kandang, jumlah dan nutrisi pakan supaya pertumbuhan unggas petelur dapat optimal dengan tingkat produktiviktas yang tinggi serta berkualitas. 254 Elemen Pengelolaan Panen dan Pascapanen Capaian Pembelajaran Pada akhir Fase E, peserta didik mampu melakukan klasifikasi pemanenan dalam beberapa jenis meliputi; pemanenan telur tetas, pemanenan pullet, dan pemanenan telur konsumsi. Menghitung hasil usaha produk unggas pullet, konsumsi, pembibitan (breeding) dan penetasan. 3. Fase F (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas XI dan XII) Pada akhir Fase F, peserta didik akan mendapatkan gambaran tentang menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja (K3); melakukan pemanenan telur tetas; melakukan pemanenan pullet; melakukan pemanenan telur konsumsi; melakukan penentuan jenis kelamin unggas ternak; melakukan pemanenan anak unggas; melakukan pemanenan produksi unggas pedaging; mengemas hasil panen unggas ternak ke dalam kemasan; menghitung hasil usaha poduk unggas pedaging; menghitung hasil usaha produk unggas pullet; menghitung hasil usaha produk unggas telur konsumsi; menghitung hasil usaha produk unggas pembibitan (breeding) dan penetasan; melakukan pengolahan (prosesing) unggas sembelihan; melakukan pascapanen daging unggas ternak. Fase F Berdasarkan Elemen Elemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Hewan Ternak Unggas Pengelolaan Kesehatan Hewan Capaian Pembelajaran Pada akhir Fase F, peserta didik dapat mengenali simbol-simbol K3; menerapkan prosedur kesehatan dan keselamatan di tempat kerja; menyiapkan APD (alat pelindung diri) di tempat kerja; menggunakan APD secara mandiri sesuai prosedur; menyiapkan dan merapikan kembali tempat kerja secara mandiri; serta melaporkan keadaan bahaya yang muncul secara kritis. Pada akhir Fase F, peserta didik dapat membaca dan memahami prosedur perawatan dan pemeliharaan unggas ternak serta mengklasifikasi unggas ternak sesuai dengan periode unggas ternak. Pada akhir Fase F, peserta didik dapat merancang dan menyiapakan kebutuhan progam biosekuriti dengan menyiapkan 3 zona biosekuriti; merancang program vaksinasi dengan cermat dan bernalar kritis; memilih vaksin secara tepat; memilih metode pemberian vaksin yang tepat dengan penalaran kritis; menyiapkan alat vaksin yang tepat untuk unggas; melakukan vaksin; serta merapikan kembali alat yang digunakan secara mandiri. 255 Elemen Pengelolaan Pakan Capaian Pembelajaran Pada akhir Fase F, peserta didik dapat menghitung jumlah kebutuhan pakan unggas periode starter; memberi pakan unggas ternak periode stater; memformulasikan pakan dengan bernalar kritis sesuai kebutuhan unggas; membuat pakan dan menyimpan bahan pakan unggas ternak dilakukan secara bersama. Pengelolaan Produksi Pada akhir Fase F, peseta didik dapat merancang kandang; mengenal nama dan fungsi bagaian dari kandang; menyiapkan kandang yang tepat sesuai periode unggas ternak; serta menyiapkan peralatan kandang, prosedur penggunaan peralatan kandang, merapikan kembali kandang, dan peralatan kandang setelah mengikuti pembelajaran budi daya peternakan. Merupakan kegiatan merawat unggas pada periode finisher secara bergotong royong baik mandiri maupun berkelompok. Pada kegiatan pemeliharaan ini, peserta didik harus bernalar kritis memperhatikan ukuran kandang serta jumlah dan nutrisi pakan supaya pertumbuhan unggas petelur dapat optimal dengan tingkat produktiviktas yang tinggi serta berkualitas. Pengelolaan Panen dan Pascapanen Pada akhir Fase F, peserta didik mampu melakukan klasifikasi pemanenan dalam beberapa jenis meliputi: pemanenan telur tetas, pemanenan anak unggas, penentuan jenis kelamin, pemanenan produksi unggas pedaging, pemanenan pullet, dan pemanenan telur konsumsi; menghitung hasil usaha produk unggas; menghitung hasil usaha poduk pullet; menghitung hasil usaha produk telur konsumsi; menghitung hasil usaha pembibitan (breeding) dan penetasan; melakukan pengelolahan (prosesing) unggas sembelih; melakukan pengemasn dan penyimpanan hasil produk unggas; serta melakukan pascapanen daging unggas dengan bernalar kritis. 256 XVI. CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KHUSUS KETERAMPILAN CETAK SABLON A. Rasional Mata Pelajaran Cetak Sablon Keterampilan pilihan Cetak Sablon merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari oleh peserta didik penyandang disabilitas di Sekolah Luar Biasa. Mata pelajaran Cetak Sablon mengajarkan membuat berbagai produk cetak, stiker, plastik, kain, kaos/T-shirt, dari tahapan menyiapkan alat dan bahan, pembuatan produk, penyelesaian hingga pelaporan, baik secara individu maupun kelompok, dengan menerapkan prosedur keselamatan dan kesehatan kerja pada setiap tahapannya. Seiring dengan perkembangan dunia industri, cetak sablon saat ini banyak sekali macam dan tekniknya, di antaranya, cetak saring. Cetak saring merupakan salah satu teknik cetak tertua dan termudah dari semua proses pencetakan. Teknik ini banyak dipakai untuk mencetak gambar atau tulisan pada benda yang memiliki permukaan datar maupun rata. Bentuk permukaan benda datar yang dapat dipakai antara lain kartu, poster, spanduk, dan kaos. Sementara, bentuk permukaan tidak datar tetapi rata, antara lain gelas, botol, ballpoint, kayu, dan kulit. Cetak sablon digital adalah teknik menyablon dengan menggunakan transfer paper dan mesin heat press. Peralatan yang diperlukan ialah komputer untuk mendesain, printer sebagai alat pencetak, transfer paper sebagai media cetak desain untuk memindahkan desain ke media. Hasil karya cetak sablon digital di antaranya adalah produk merchandise seperti kaos, label, mug, payung, pin, tumbler, stiker, dan produk fotografi (pasfoto, foto album, kolase foto). Di Sekolah Menegah Pertama Luar Biasa (SMPLB) dan Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB), mata pelajaran Cetak Sablon merupakan salah satu jenis keterampilan pilihan yang ada di SLB dari 20 jenis keterampilan yang disediakan oleh pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Mata pelajaran ini yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan cetak sablon dasar kepada peserta didik yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, serta persiapan menuju dunia kerja atau membuka wirausaha sendiri. Dengan mempelajari mata pelajaran Cetak Sablon manual dan digital, peserta didik diharapkan mampu mengembangkan hard skill dan soft skill diri mereka sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila, yaitu beriman, bertakwa kepada TYME, berakhlak mulia, bernalar kritis, kreatif, mandiri, disiplin dan gotong royong. 257 Dalam mempelajari mata pelajaran Cetak Sablon manual dan digital, peserta didik akan dikembangkan dan dioptimalkan kemampuan pengetahuan, keterampilan, dan sikap untuk menjadi sumber daya manusia yang kompeten. Pengoptimalan tiga kemampuan ini sangat berhubungan erat dalam membentuk peserta didik sesuai Profil Pelajar Pancasila di antaranya pengetahuan untuk meningkatkan daya bernalar kritis dan kreativitas. Keterampilan untuk mengasah kreativitas dan kemandirian. Sikap untuk menanamkan akhlak baik, meningkatkan kedisiplinan dan sikap bergotong royong. Ruang lingkup materi Cetak Sablon yang akan dipelajari meliputi pengetahuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), pengetahunan mempersiapkan dan menggunakan peralatan dan perlengkapan untuk melaksanakan cetak sablon manual dan digital, menentukan teknik cetak sablon manual dan digital, memproduksi jenis-jenis cetak sablon manual dan digital seperti melaksanakan proses afdruk, proses produksi pada berbagai macam media, serta menerapkan kebersihan dan kerapian peralatan dan perlengkapan cetak sablon manual dan digital. B. Tujuan Mata Pelajaran Cetak Sablon Setelah mengikuti pembelajaran Cetak Sablon manual dan digital, peserta didik dapat: 1. mengembangkan potensi diri dan memiliki sikap sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila; 2. mengikuti Prosedur Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) baik secara mandiri maupun bekerja sama dalam tim; 3. menerapkan kegunaan dan perawatan alat dan bahan cetak sablon manual dan digital; 4. melaksanakan proses afdruk; 5. menerapkan berbagai teknik cetak sablon manual dan digital; 6. mempraktikkan teknik cetak sablon manual dan digital dengan berbagai media; 7. menerapkan kebersihan dan kerapian peralatan dan perlengkapan cetak sablon manual dan digital; 8. menentukan harga hasil produksi cetak sablon manual dan digital; 9. memasarkan produk hasil karya cetak sablon manual dan digital. C. Karakteristik Mata Pelajaran Cetak Sablon 1. Deskripsi Umum Mata Pelajaran Mata pelajaran Cetak Sablon mempelajari teori dan praktik tentang keselamatan kesehatan kerja, alat, dan bahan menyablon, proses membuat produk, penyelesaian, dan pelaporan. Materi keselamatan 258 kesehatan kerja mencakup teori dan praktik dalam upaya menjamin keselamatan dan kesehatan selama berada di area kerja, pencegahan terjadinya kecelakaan kerja, dan langkah penanganan jika terjadi kecelakaan kerja. Materi alat mencakup pengenalan nama dan fungsi alat, teori dan praktik terkait prosedur pengoperasian dan perawatan alat yang digunakan dalam proses pembuatan produk cetak sablon. Materi bahan mencakup teori dan praktik tentang nama, asal, karakter, fungsi penggunaan, dan perawatan bahan. Proses membuat produk merupakan rangkaian pembelajaran teori dan praktik yang dimulai dengan kegiatan membuat desain film positif (jika tidak memungkinkan, dapat disiapkan guru), mengafdruk, dan memproduksi cetak sablon sesuai dengan prosedur. Produk yang dibuat merupakan produk stiker, plastik, kain, kaos/T-shirt, dan lain lain. Materi penyelesaian meliputi pengepakan pemasangan label. Materi pelaporan mencakup teori dan praktik pelaporan pada tiap tahapan kerja dan mengomunikasikan hasil laporan. Proses belajar menggunakan model pembelajaran project based learning dengan memperhatikan pembelajaran abad ke-21 dan memiliki karakater Profil Pelajar Pancasila. Pembelajaran dilaksanakan dengan sistem ganda, yaitu di lingkungan sekolah dan di industri. Pembelajaran teori dan praktik di sekolah dilaksanakan pada ruang praktik keterampilan sebagai miniatur ruang kerja di dunia usaha dan industri serta dapat menghadirkan praktisi dari industri sebagai guru tamu. Pembelajaran di industri dilaksankan melalui program kunjungan industri dan praktik industri. Pembelajaran Cetak Sablon berorientasi pada kebutuhan dan kemandirian peserta didik. Ilmu Cetak Sablon manual dan digital memiliki fungsi yang sangat penting sebagai pengetahuan dasar yang harus dimiliki untuk membekali peserta didik dalam mengembangkan keterampilan cetak sablon. Dengan menguasai pelajaran Cetak Sablon, peserta didik akan dapat mengembangkan kompetensinya dengan baik sehingga pada fase berikutnya dalam jenjang yang lebih tinggi, setiap materi tersebut mengajarkan tahapan-tahapan hard skill dan soft skill dengan model belajar Project Based Learning yang akan menginternalisasikan sikap sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila. 2. Elemen Mata Pelajaran Cetak Sablon pada fase D, E, dan F membahas materi yang akan dikembangkan sebagai dasar pengetahuan dan kemampuan untuk 259 memasuki materi pada jenjang yang lebih tinggi. Elemen kunci mata pelajaran Cetak Sablon tampak di tabel berikut. Elemen Mata Pelajaran Cetak Sablon Elemen Deskripsi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Peserta didik dapat: menerapan keselamatan kerja di lingkungan tempat kerja; menerapkan penggunaan alat pelindung diri (APD), kesehatan, dan penyakit akibat kerja dan personal hygiene; mengikuti Standar Operasional Prosesedural (SOP) penggunaan alat. Persiapan Alat dan Bahan Cetak Sablon Manual dan Digital Peserta didik dapat: mempersiapkan peralatan yang dipergunakan di ruang cetak sablon; memahami fungsi alat dan bahan cetak sablon manual dan digital; mempersiapkan bahan menyablon; mempersiapkan tempat, alat dan bahan untuk mengikuti pembelajaran Cetak Sablon; merapikan dan menyimpan peralatan; merapikan alat dan bahan ke tempat semula. Proses Cetak Sablon Manual dan Digital Peserta didik dapat: membuat film positif cetak sablon manual, menerapkan proses afdruk cetak sablon manual, menerapkan proses persiapan desain cetak sablon digital, menerapkan teknik cetak sablon manual dan digital, mempersiapkan bahan cetak, serta melakukan proses produksi cetak sablon manual dan digital pada berbagai media. Penyelesaian Akhir Peserta didik dapat: menerapkan kebersihan dan kerapian peralatan dan perlengkapan cetak sablon manual dan digital. Pelaporan Peserta didik dapat: melaporkan hasil kerja dengan mengisi ceklis tentang persiapan alat, pemeriksaan kelengkapan bahan dan hasil cetak sablon manual dan digital. D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Cetak Sablon Setiap Fase 1. Fase D (Usia Mental ± 9 Tahun dan Umumnya Kelas VII, VIII, dan IX) Pada akhir Fase D, peserta didik mampu menerapkan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), mempersiapkan alat dan bahan cetak sablon manual melakukan pemindahan film positif cetak sabon manual, proses afdruk cetak sablon manual basis minyak, proses afdruk cetak sablon basis air, menerapkan berbagai teknik cetak sablon manual, melakukan proses cetak sablon manual satu warna pada berbagai media, mendemonstrasikan berbagai teknik cetak sablon manual satu warna pada berbagai media, mempersiapkan alat dan bahan cetak sablon digital, mempersiapkan desain pada cetak sablon digital, mengolah gambar, mengenal jenis software yang dibutuhkan, mengenal layout, menerapkan fungsi toolbox, mempersiapkan bahan cetak sablon digital, melakukan proses produksi cetak sablon digital pada berbagai media, mendemonstrasikan berbagai teknik cetak sablon digital pada 260 berbagai macam media dan mengisi laporan hasil kerja dengan ceklis. Fase D Berdasarkan Elemen Elemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja Persiapan Alat dan Bahan Cetak Sablon Manual dan Digital Proses Cetak Sablon Manual dan Digital Capaian Pembelajaran Pada akhir Fase D, peserta didik dapat menerapkan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang meliputi penerapaan kesehatan dan keselamatan di lingkungan tempat kerja, pencegahan kecelakaan kerja, penerapaan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan Kerja (P3K), penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), pemeliharaan peralatan secara berkala, pencegahan penyakit akibat kerja, pembersihan area ruang sablon atau kelas untuk belajar, penyimpanan alat bantu dan perlengkapan menyablon, personal hygiene meliputi merawat kebersihan diri dan seragam kerja praktik/uniform, mengikuti prosedur penggunaan alat. Pada akhir Fase D, peserta didik dapat mengidentifikasi alat dan bahan pembuatan produk cetak sablon manual dan digital mengelompokkan jenis peralatan, mengidentifikasi kegunaan peralatan, melakukan pemeliharaan berkala pada alat cetak sablon manual dan digital, membersihkan peralatan setelah digunakan, serta melakukan penyimpanan peralatan. Peserta didik dapat mengidentifikasi kebutuhan bahan untuk membuat produk cetak sablon manual dan digital. Memilih media yang sesuai dengan kebutuhan untuk membuat produk cetak sablon manual dan digital secara mandiri. Pada akhir Fase D, peserta didik dapat menentukan jenis alat dan bahan cetak sablon; melakukan proses cetak sablon manual; melakukan pembuatan film positif pada screen; melakukan proses afdruk; memilih jenis obat afdruk; mencampurkan obat afdruk; melakukan pelapisan obat afdruk; mengeringkan screen yang sudah dilapisi obat afdruk dengan hairdryer; melakukan penyinaran pada meja afdruk untuk memindahkan gambar pada screen; menyiram screen dengan air pada bagian luar dan dalamnya dilanjutkan dengan penyemprotan screen menggunakan sprayer sampai semua gambar pada screen berlubang dan tampak jelas; melakukan pentusiran pada screen; mengoleskan tinta warna pada screen; mengolesi Hidronal G atau lem kain pada meja sablon; meletakkan bahan yang akan disablon secara mendatar dan rata; memasang anleg dan catok; meletakkan screen di atas bahan yang akan di sablon, menuang tinta pada bagian dalam screen; menyaput warna menggunakan rakel, mengangkat screen setelah penyaputan, mendemonstrasikan berbagai teknik cetak sablon manual satu warna pada media stiker, plastik, dan kain; menentukan jenis alat dan bahan cetak sablon digital; mempersiapkan desain pada cetak sablon digital; mengolah gambar; mengenal jenis software yang dibutuhkan dalam mengolah gambar; mengenal layout; mengenal fungsi toolbox; mempersiapkan bahan cetak sablon digital; melakukan proses produksi cetak sablon manual dan digital pada berbagai media; mendemonstrasikan berbagai teknik cetak sablon manual satu warna pada media stiker, kain, dan kaos; serta mendemonstrasikan berbagai teknik 261 Elemen Penyelesaian Akhir Pelaporan Capaian Pembelajaran cetak sablon digital pada berbagai macam media kertas foto, pin, gantungan kunci, dan mug. Pada akhir Fase D, peserta didik dapat membersihkan peralatan dan perlengkapan cetak sablon manual dan digital mengelompokkan jenis peralatan, mengidentifikasi kegunaan peralatan, melakukan pemeliharaan berkala pada alat cetak sablon manual dan digital serta melakukan penyimpanan peralatan dengan rapi baik secara mandiri maupun bersama-sama. Pada akhir Fase D, peserta didik dapat mengisi ceklis laporan persiapan alat, pemeriksaan kelengkapan bahan, dan menghitung hasil cetak sablon manual dan digital yang berhasil dibuat baik secara mandiri mapun bersama tim. 2. Fase E (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas X) Pada akhir Fase E, peserta didik mampu menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), mempersiapkan alat dan bahan cetak sablon, melakukan pembuatan film positif cetak sablon, proses afdruk cetak sablon basis minyak dan basis air, teknik menerapkan teknik cetak sablon manual, melakukan proses cetak sablon dua warna pada media kain, media kaos, media plastik, melakukan pembuatan desain berbagai media sablon digital dengan software yang dibutuhkan, melakukan produksi sablon digital pada media botol sport, label baju dengan kreatif, dan mengisi laporan hasil kerja dengan cek list. Fase E Berdasarkan Elemen Elemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Capaian Pembelajaran Pada akhir Fase E, peserta didik dapat mengenali simbol-simbol K3, menerapkan prosedur keselamatan dan kesehatan di tempat kerja baik secara mandiri dan bergotong royong, menerapkan prosedur penggunaan APD, pencegahan penyakit akibat kerja, kebersihan lingkungan kerja, penyimpanan pelengkap kerja dan personal hygiene, mengikuti standar operasional prosedural (SOP) penggunaan alat. Persiapan Alat Pada akhir Fase E, Peserta didik dapat memilih bahan dan Bahan dan alat sesuai kebutuhan, media yang sesuai untuk membuat produk cetak sablon secara mandiri, bergotong royong melakukan pemeliharan peralatan secara berkala. Proses Produksi Pada akhir Fase E, peserta didik dapat menentukan jenis alat dan bahan cetak sablon sesuai kebutuhan produksi yang akan dilakukan secara mandiri, melakukan pembuatan film positif melakukan proses pengafdrukan, melakukan proses produksi cetak sablon dengan berbagai media, mendemonstrasikan berbagai teknik cetak sablon manual dua warna pada media stiker, plastik, kain, dan kaos/T-shirt dengan kreatif, melakukan pembuatan desain berbagai media sablon digital melalui berbagai software yang dibutuhkan, melakukan proses produksi cetak sablon digital pada media botol sport, label baju dengan kreatif. Penyelesaian Pada akhir Fase E, peserta didik dapat melakukan 262 Elemen Akhir Pelaporan Capaian Pembelajaran teknik pengemasan dari hasil produksi secara mandiri atau bergotong royong, membersihkan peralatan dan perlengkapan cetak sablon, mengelompokkan jenis peralatan, mengidentifikasi kegunaan peralatan, melakukan pemeliharaan berkala pada alat cetak sablon, serta melakukan penyimpanan peralatan dengan rapi baik secara mandiri maupun bersamasama. Pada akhir Fase E, peserta didik dapat mengisi ceklis laporan persiapan alat, pemeriksaan kelengkapan bahan, dan menghitung hasil cetak sablon yang berhasil dibuat baik secara mandiri maupun bersama tim dengan jujur. 3. Fase F (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas XI dan XII) Pada akhir Fase F peserta didik mampu menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), mempersiapkan alat dan bahan cetak saring/sablon, melakukan pembuatan film positif cetak sabon, proses afdruk cetak sablon basis minyak dan basis air, teknik menerapkan teknik cetak sablon manual, melakukan proses cetak sablon tiga warna (kelas XI) pada media kain, media kaos/T-shirt, media stiker, teknik menerapkan cetak saring/sablon 4 warna (kelas XII) pada media kain, media kaos/T-shirt, media stiker, melakukan pembuatan desain berbagai media sablon digital melalui berbagai software yang dibutuhkan, melakukan proses produksi cetak sablon digital pada media kaos/T-shirt, ID Card, cutting stiker, masker sublime dengan kreatif, dan mengisi laporan hasil kerja dengan ceklis. Fase F Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Keselamatan Pada akhir Fase F, peserta didik dapat mengenali dan kesehatan simbol-simbol K3, menerapkan prosedur keselamatan kerja (K3) dan kesehatan kerja di tempat kerja baik secara mandiri dan bergotong royong, menerapkan prosedur penggunaan APD, pencegahan penyakit akibat kerja, kebersihan lingkungan kerja, penyimpanan perlengakap kerja dan personal hygiene, mengikuti standar operasional prosedural (SOP) penggunaan alat. Persiapan alat Pada akhir Fase F, peserta didik dapat memilih bahan dan bahan dan alat sesuai kebutuhan, media yang sesuai untuk membuat produk cetak sablon secara mandiri, bergotong royong melakukan pemeliharaan peralatan secara berkala. Proses produksi Pada akhir Fase F, peserta didik dapat menentukan jenis alat dan bahan cetak sablon sesuai kebutuhan produksi yang akan dilakukan secara mandiri, melakukan pembuatan film positif, melakukan proses pengafdrukan, melakukan proses produksi cetak saring/sablon dengan berbagai media, mendemonstrasikan berbagai teknik cetak sablon tiga warna dan empat warna pada media stiker, plastik, kain, dan kaos/T-shirt dengan kreatif, melakukan pembuatan desain berbagai media sablon digital melalui berbagai software yang dibutuhkan, 263 melakukan proses produksi cetak sablon digital pada media kaos/T-shirt, ID Card, cutting stiker, masker sublime dengan kreatif. Penyelesaian akhir Pada akhir Fase F, peserta didik dapat melakukan teknik pengemasan dari hasil produksi secara mandiri atau bergotong royong, membersihkan peralatan dan perlengkapan cetak sablon, mengelompokkan jenis peralatan, mengidentifikasi kegunaan peralatan, melakukan pemeliharaan berkala pada alat cetak sablon, serta melakukan penyimpanan peralatan dengan rapi baik secara mandiri maupun bersamasama, dapat menghitung modal produksi cetak sablon, melakukan pengepakan/pengemasan dan pelabelan serta memasarkan hasil karya produk cetak sablon. Pelaporan Pada akhir Fase F, peserta didik dapat mengisi ceklis laporan persiapan alat, pemeriksaan kelengkapan bahan, dan menghitung hasil cetak sablon yang berhasil dibuat baik secara mandiri mapun bersama tim dengan jujur. 264 XVII. CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KHUSUS KETERAMPILAN BUDI DAYA PERIKANAN A. Rasional Mata Pelajaran Budi Daya Perikanan Budi Daya Perikanan merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari oleh peserta didik penyandang disabilitas di Sekolah Luar Biasa. Mata pelajaran Budi Daya Perikanan mengajarkan bagaimana peserta didik dapat membudidayakan berbagai jenis ikan dengan menyesuaikan setiap kondisi wilayah Sekolah Luar Biasa yang berada di Indonesia. Pada satuan pendidikan SMPLB dan SMALB, ilmu budi daya perikanan bertujuan untuk mewujudkan penyandang disabilitas yang kompeten, terampil, mandiri, kreatif dalam bidang budi daya perikanan serta beriman, bertaqwa dan berakhlak mulia. Perkembangan dunia usaha yang makin pesat dan persaingan kerja yang ketat menuntut Sekolah Luar Biasa untuk responsif terhadap tantangan ini. Sekolah Luar Biasa bertugas memberikan pengalaman belajar dan mencetak lulusan yang kompeten dengan memberikan pengalaman belajar hard skill dan soft skill. Bekal pengalaman belajar hard skill dan soft skill dapat mewujudkan penyandang disabilitas yang kompeten dan sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila, yaitu beriman, bertaqwa kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia, berkebhinekaan global, bernalar kritis, kreatif, mandiri, disiplin, dan gotong-royong sehingga mampu bersaing di dunia kerja baik tergabung dalam kelompok kerja (industri) ataupun mendirikan usaha secara mandiri. Ruang lingkup materi yang akan dipelajari dalam mata pelajaran Budi Daya Perikanan lebih dikhususkan pada budi daya ikan hias adalah: membina kerja sama sesama rekan sekerja, memenuhi Persyaratan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), mengenal jenis ikan hias, melakukan pemilahan dan sortir sesuai berkualitas, jenis dan ukuran ikan hias, mengenal ikan hias jantan dan betina, mengenal tandatanda indukan siap dipijahkan, mengenal cara menetaskan telur ikan hias, mengenal perawatan benih ikan hias, mengenal pemilihan dan pemberian pakan bibit ikan hias, mempersiapkan kegiatan produksi ikan hias, memijahkan induk ikan hias, memelihara ikan hias, memanen ikan hias, memasarkan, melaporkan, serta melakukan pembukuan keuangan dan dokumentasi. 265 B. Tujuan Mata Pelajaran Budi Daya Perikanan Mata pelajaran Budi Daya Perikanan bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat melakukan hal-hal berikut. 1. Membina kerja sama sesama rekan kerja. 2. Memenuhi Persyaratan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). 3. Mengenal jenis-jenis ikan termasuk ikan hias. 4. Mempraktikkan cara menyiapkan dan mengukur kualitas air. 5. Mengenal kegiatan pemeliharaan ikan hias. 6. Mempersiapkan perlengkapan produksi ikan hias. 7. Memijah induk ikan hias. 8. Merawat bibit ikan hias. 9. Memelihara ikan hias. 10. Memanen ikan hias. 11. Memasarkan ikan hias. C. Karakteristik Mata Pelajaran Budi Daya Perikanan 1. Deskripsi Umum Mata Pelajaran Mata pelajaran Budi Daya Perikanan merupakan salah satu mata pelajaran keterampilan pilihan yang diajarkan di Sekolah Luar Biasa (SLB). Mata pelajaran budi daya ini difokuskan pada budi daya ikan hias yang pembelajarannya dirancang secara sederhana agar lebih mudah dilakukan oleh peserta didik berkebutuhan khusus dengan hambatan intelektual. Mata pelajaran ini bertujuan untuk membekali peserta didik agar memiliki kemampuan dasar dalam bidang perikanan yang sangat diperlukan untuk mengembangkan keterampilan sehingga bisa mandiri di kemudian hari. Sebelum memasuki materi pokok, peserta didik diperkenalkan tujuan dan manfaat mempelajari budi daya ikan hias. Sebagai contoh, setelah belajar budi daya ikan hias, peserta didik mampu mempraktikkan proses dan menghasilkan ikan hias yang berkualitas serta memiliki nilai jual. Di samping itu peserta didik diharapkan mampu mandiri dengan keterampilan yang dimiliki tersebut. Pembelajaran budi daya ikan hias dilaksanakan melalui: 1. pembelajaran di kelas, 2. pembelajaran di ruang praktikum (tempat budi daya ikan hias), 3. proyek tugas sederhana, 266 4. kegiatan guru kunjung atau praktisi/pengusaha budi daya ikan hias, serta 5. praktek kerja lapangan di dunia usaha/ industri. Proses pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik dengan model pembelajaran project based learning dalam rangka pembentukan karakater Pelajar Pancasila. Pembelajaran diawali dengan asesmen minat dan bakat peserta didik, potensi dukungan keluarga dan kondisi masyarakat di sekitar tempat tinggal peserta didik. Apabila di Sekolah Luar Biasa setempat tidak memungkinkan untuk melaksanakan keterampilan budi daya ikan hias, maka sekolah bisa mengembangkan kegiatan pembelajaran budi daya perikanan dengan cara lain sesuai kondisi yang ada di satuan pendidikan, peserta didik, dan daerah. Penilaian meliputi aspek pengetahuan (tes dan nontes), sikap (pengamatan), dan keterampilan (proses, produk, dan portofolio). Pembelajaran budi daya ikan hias dilakukan dengan sistem pembelajaran dimana terdapat restrukturisasi untuk membuat unit waktu masing-masing kelas (block system), disesuaikan dengan karakteristik elemen yang dipelajari dan kondisi peserta didik. 2. Elemen Mata Pelajaran Mata pelajaran Budi Daya Perikanan pada peserta didik berkebutuhan khusus dengan hambatan intelektual memfokuskan materi pada tujuh elemen berikut. 1. Membina Kerja Sama Sesama Rekan Sekerja 2. Memenuhi Persyaratan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) 3. Mengenal Jenis Ikan Hias 4. Mempersiapkan Perlengkapan Produksi Ikan Hias 5. Memijahkan Induk Ikan Hias 6. Memelihara Ikan Hias 7. Memanen Ikan Hias 8. Memasarkan Ikan Hias Elemen Mata Pelajaran Budi Daya Perikanan dan Deskripsinya Elemen Membina Kerja Sama Sesama Rekan Deskripsi 1. Mengenal komunikasi dengan rekan sekerja, memahami tugas, peran, dan tanggung jawab 267 Elemen Sekerja Deskripsi sesama rekan sekerja, mengenal cara menghormati dan menghargai kepada sesama rekan sekerja pada keterampilan budi daya ikan hias. 2. Melaksanakan kegiatan komunikasi dengan rekan sekerja, melaksanakan kegiatan bersama, melaksanakan tugas peran dan tanggung jawab sesama rekan sekerja, melakukan sikap menghormati dan menghargai kepada sesama rekan sekerja pada keterampilan budi daya ikan hias. Memenuhi Persyaratan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) 1. Mengenal alat dan bahan untuk penerapan K3 pada budidaya ikan hias, mengenal tindakan keselamatan kesehatan kerja dan memahami cara memelihara alat dan bahan K3. Mengidentifikasi alat yang diperlukan dan menyiapkan bahan untuk penerapan K3 pada budidaya ikan hias, menerapkan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) sesuai prosedur, penggunaan alat, membersihkan peralatan setelah digunakan, melakukan standar perawatan berkesinambungan, menyimpan peralatan ditempat yang sudah disediakan dan dalam kondisi siap pakai, dan menyimpan bahanbahan kimia menurut aturan standar kesehatan lingkungan dengan mengikuti prosedur. 2. Merupakan kegiatan untuk menyiapkan alat dan bahan untuk penerapan K3 pada budidaya ikan hias, melakukan tindakan keselamatan kesehatan kerja dan memelihara alat dan bahan K3. Mengenal Jenis Ikan Hias 1. Merupakan pengetahuan tahap awal yaitu mengenal macam-macam jenis ikan hias, mengenal macammacam jenis pakan ikan hias, memahami ciri-ciri jenis ikan hias, mengenal perawatan ikan hias. 2. Mengidentifikasi macam-macam jenis ikan hias,membedakan jenis ikan hias, mengidentifikasi macam-macam jenis pakan ikan hias, melakukan perawatan ikan hias dan melakukan kultur pakan ikan hias alami. Mempersiapkan Kegiatan Produksi Ikan Hias 1. Mengenal tempat/wadah, alat, dan bahan untuk produksi ikan hias. Mengenal proses filterisasi air pada budi daya ikan hias, mengenal cara penggunaan alat dan bahan produksi ikan hias. Mengidentifikasi jenis peralatan dan memeriksa peralatan yang akan digunakan untuk budi daya ikan hias. Menyiapkan dan memeriksa wadah ikan hias. Melakukan pengendapan air, menyiapkan bahan filter air, dan mengontrol proses filter air sesuai kebutuhan masing masing ikan hias. 2. Menyiapkan tempat, alat, bahan dan wadah untuk produksi ikan hias, melakukan filter air budi daya ikan hias, prosedur penggunaan alat dan bahan, merapikan kembali tempat, alat dan bahan produksi ikan hias. Memijahkan Induk Ikan Hias 1. Mengenal peralatan dan wadah pemijahan, mengenal karakteristik calon induk ikan hias, mengenal prosedur memijahkan induk ikan hias, dan mengenal prosedur menetaskan telur ikan hias. Menerapkan proses memijahkan induk ikan hias dimulai dari memilih induk jantan dan betina ikan hias, merawat calon indukan ikan hias, mengontrol 268 Elemen Deskripsi kualitas dan kuantitas air, mengendalikan hama penyakit sesuai prosedur, menyiapkan peralatan, wadah dan media pemijahan, memilih induk siap pijah, memijahkan ikan hias, memeriksa hasil pemijahan secara mandiri, menyiapkan peralatan dan wadah penetasan, sampai merawat telur serta mengontrol kualitas dan kuantitas air penetasan telur. 2. Menyiapkan peralatan dan wadah pemijahan, memilih calon induk ikan hias, memijahkan induk ikan hias, dan menetaskan telur ikan hias. Memelihara Ikan Hias 1. Mengenal cara mengukur kualitas air media budi daya ikan hias, mengenal cara memelihara larva ikan hias, mengenal cara membesarkan benih ikan hias, mengenal pakan ikan hias dan mengenal prosedur mengendalikan hama dan penyakit ikan hias. 2. Membesarkan komoditas ikan hias meliputi memelihara larva ikan hias, menebar larva ikan dan memberi pakan larva pada ikan hias secara mandiri. Menyiapkan pembesaran benih ikan hias, menebar benih ikan hias, mengontrol kualitas dan kuantitas air, memberi pakan, mengendalikan hama dan penyakit pada ikan hias, menyiapkan pakan untuk ikan hias, dan memberi pakan secara rutin pada ikan hias sesuai kebutuhan masing masing ikan hias. Memanen Ikan Hias 1. Mengenal proses memanen hasil ikan hias, menyiapkan wadah penampungan sementara agar memudahkan dalam menghitung jumlah ikan hias yang akan panen dan mudah dalam penyortiran ikan hias, mengontrol kegagalan pemanenan dilakukan atas dasar pengamatan. 2. Memanen hasil ikan hias, memanen ikan hias dilakukan sesuai prosedur yang telah ditetapkan, melakukan sortasi berdasarkan ukuran, warna dan bentuk fisiologis ikan hias ditentukan sesuai kriteria yang telah ditetapkan. Memasarkan Ikan Hias 1. Mengenal prosedur memasarkan hasil ikan hias secara online maupun transaksi langsung, mengenal proses mengemas dan mengirim ikan hias sesuai prosedur. 2. Membuat promosi dan menyiapkan kuota/target secara inisiatif, memasarkan ikan hias, melakukan transaksi penjualan secara langsung dan online, mengemas dan mengirim ikan hias sesuai standar. 3. Melakukan evaluasi pemasaran ikan hias. D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Budi Daya Perikanan Setiap Fase 1. Fase D (Usia Mental ± 9 Tahun dan Umumnya Kelas VII, VIII, dan IX) Pada akhir Fase D, peserta didik dapat mengenal prosedur membina kerja sama sesama rekan sekerja, mengenal Persyaratan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), mengenal jenis ikan hias, 269 memahami kegiatan produksi ikan hias, mengenal proses pemijahan induk ikan hias, mengenal prosedur pemeliharaan ikan hias, serta mengenal proses pemanenan ikan hias. Fase D Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Membina Kerja Sama Sesama Rekan Sekerja Pada akhir fase D, peserta didik mampu mengenal komunikasi dengan rekan sekerja, memahami tugas peran dan tanggung jawab sesama rekan sekerja, mengenal cara menghormati dan menghargai kepada sesama rekan sekerja pada keterampilan budi daya ikan hias. Memenuhi Persyaratan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Pada akhir fase D, peserta didik mampu mengenal alat dan bahan untuk penerapan K3 pada budi daya ikan hias, mengenal tindakan keselamatan kesehatan kerja dan memahami cara memelihara alat dan bahan K3. Mengenal Jenis Ikan Hias Pada akhir fase D, peserta didik mampu mengenal macam-macam jenis ikan hias, mengenal macammacam jenis pakan ikan hias, memahami ciri-ciri jenis ikan hias, dan mengenal perawatan ikan hias. Mempersiapkan Kegiatan Produksi Ikan Hias Pada akhir fase D, peserta didik mampu mengenal tempat, alat, bahan, dan wadah untuk produksi ikan hias; mengenal proses filter air budi daya ikan hias; mengenal cara penggunaan alat dan bahan produksi ikan hias. 2. Fase E (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas X) Pada akhir Fase E, peserta didik dapat melakukan kerja sama sesama rekan sekerja, menyiapkan alat dan bahan untuk penerapan K3 pada budi daya ikan hias, melakukan tindakan keselamatan dan kesehatan kerja, memelihara alat dan bahan K3, mengenal jenis ikan hias, memijahkan ikan hias, memelihara ikan hias, serta memanen ikan hias. Fase E Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Membina Kerja Sama Sesama Rekan Sekerja Pada akhir fase E, peserta didik mampu berkomunikasi sesama rekan sekerja dan dilakukan secara intensif sesuai prosedur; melaksanakan kegiatan bersama dengan rekan sekerja secara mandiri; memahami tugas, peran, dan tanggung jawab masing-masing antarsesama rekan sekerja dengan baik; serta saling menghormati dan menghargai sesama rekan sekerja pada keterampilan budi daya ikan hias dengan baik. Memenuhi Persyaratan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Pada akhir fase E, peserta didik dapat mengidentifikasi alat yang diperlukan dan menyiapkan bahan untuk penerapan K3 pada budi daya ikan hias; menerapkan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) sesuai prosedur penggunaan alat; membersihkan peralatan setelah digunakan; melakukan standar perawatan 270 Elemen Capaian Pembelajaran berkesinambungan; menyimpan peralatan di tempat yang sudah disediakan dan dalam kondisi siap pakai; serta menyimpan bahan-bahan kimia menurut aturan standar kesehatan lingkungan dengan mengikuti prosedur secara mandiri. Mengenal Jenis Ikan Hias Pada akhir fase E, peserta didik dapat mengenal macam-macam jenis ikan hias, mengenal macammacam jenis pakan untuk ikan hias, melakukan proses kultur pakan ikan hias alami, dan memahami cara perawatan setiap jenis ikan hias secara mandiri. Memijahkan Induk Ikan Hias Pada akhir fase E, peserta didik mampu peralatan dan wadah pemijahan, karakteristik calon induk ikan hias, prosedur memijah induk ikan hias, serta prosedur menetaskan telur ikan hias. Memelihara Ikan Hias Pada akhir fase E, peserta didik mampu mengenal cara mengukur kualitas air media budi daya ikan hias, mengenal cara memelihara larva ikan hias, mengenal cara membesarkan benih ikan hias, mengenal pakan ikan hias serta mengenal prosedur mengendalikan hama dan penyakit ikan hias. Memanen Ikan Hias Pada akhir fase E, peserta didik mampu mengenal proses memanen hasil ikan hias. mengenal mengenal mengenal mengenal 3. Fase F (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas XI dan Kelas XII) Pada akhir Fase F, peserta didik dapat melakukan kerja sama dengan sesama rekan sekerja, menyiapkan alat dan bahan untuk penerapan K3 pada budidaya ikan hias, melakukan tindakan keselamatan kesehatan kerja, memelihara alat dan bahan K3, mempersiapkan kegiatan produksi ikan hias, memijahkan induk ikan hias, memelihara ikan hias, memanen hasil ikan hias, serta memasarkan ikan hias. Fase F Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Membina Kerja Sama Sesama Rekan Sekerja Pada akhir fase F, peserta didik mampu berkomunikasi sesama rekan sekerja dan dilakukan secara intensif sesuai prosedur; melaksanakan kegiatan bersama dengan rekan sekerja secara mandiri; memahami tugas, peran, dan tanggung jawab masing-masing antarsesama rekan sekerja dengan baik; serta saling menghormati dan menghargai kepada sesama rekan sekerja pada keterampilan budi daya ikan hias dengan baik. Memenuhi Persyaratan Kesehatan dan Pada akhir fase F, peserta didik dapat mengidentifikasi alat yang diperlukan dan menyiapkan bahan untuk penerapan K3 pada budi daya ikan hias; menerapkan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) sesuai prosedur 271 Elemen Keselamatan Kerja (K3) Capaian Pembelajaran penggunaan alat; membersihkan peralatan setelah digunakan; melakukan standar perawatan berkesinambungan; menyimpan peralatan di tempat yang sudah disediakan dan dalam kondisi siap pakai; serta menyimpan bahan-bahan kimia menurut aturan standar kesehatan lingkungan dengan mengikuti prosedur secara mandiri. Mempersiapkan Kegiatan Produksi Ikan Hias Pada akhir fase F, peserta didik dapat mengidentifikasi jenis peralatan, mengontrol atau memeriksa peralatan yang akan digunakan untuk budi daya ikan hias, menyiapkan wadah budi daya ikan hias, mengontrol atau memeriksa wadah ikan hias, melakukan pengendapan air, menyiapkan bahan filter air, filterisasi air, dan mengontrol proses filter air sesuai kebutuhan setiap ikan hias yang akan dibudidayakan secara mandiri. Memijahkan Induk Ikan Hias Pada akhir fase F, peserta didik dapat menerapkan proses memijahkan induk ikan hias dimulai dari memilih induk jantan dan betina ikan hias; merawat calon indukan ikan hias, mengontrol kualitas dan kuantitas air media; mengendalikan hama dan penyakit sesuai prosedur; menyiapkan peralatan, wadah, dan media pemijahan; memilih induk siap pijah; memijahkan ikan hias; memeriksa hasil pemijahan secara mandiri; menyiapkan peralatan dan wadah penetasan; sampai merawat telur serta mengontrol kualitas dan kuantitas air penetasan telur secara mandiri. Memelihara Ikan Hias Pada akhir fase F, peserta didik dapat memahami metode pengukuran kualitas air dan mengukur biologi air sesuai prosedur; menyiapkan peralatan dan wadah ikan hias; membesarkan komoditas ikan hias meliputi memelihara larva ikan hias, menebar larva ikan, mengontrol kualitas dan kuantitas air pemeliharaan, dan memberi pakan larva ikan hias secara mandiri; menyiapkan pembesaran benih ikan hias; menebar benih ikan hias; mengontrol kualitas dan kuantitas air pemeliharaan; memberi pakan; mengendalikan hama dan penyakit pada ikan hias; menyiapkan pakan untuk ikan hias; serta memberi pakan secara rutin pada ikan hias sesuai kebutuhan setiap ikan hias secara mandiri. Memanen Ikan Hias Pada akhir fase F, peserta didik dapat menyiapkan wadah penampungan sementara agar memudahkan dalam menghitung jumlah ikan hias yang akan panen dan mudah dalam penyortiran ikan hias; mengontrol kegagalan pemanenan dilakukan atas dasar pengamatan; memanen ikan hias dilakukan sesuai prosedur yang telah ditetapkan; melakukan penyortiran berdasarkan ukuran, warna, dan bentuk fisiologis ikan hias ditentukan sesuai kriteria yang telah ditetapkan. Memasarkan Ikan Hias Pada akhir fase F, peserta didik dapat mengenal prosedur memasarkan hasil ikan hias secara online maupun transaksi langsung, mengenal proses mengemas dan mengirim ikan hias sesuai prosedur; membuat promosi dan menyiapkan kuota/target secara inisiatif, memasarkan ikan hias, melakukan 272 Elemen Capaian Pembelajaran transaksi penjualan secara langsung dan online, mengemas dan mengirim ikan hias sesuai standar; melakukan evaluasi pemasaran ikan hias. 273 XVIII. CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KHUSUS KETERAMPILAN FOTOGRAFI A. Rasional Mata Pelajaran Fotografi Fotografi adalah proses atau metode untuk menghasilkan gambar dengan cara merekam hasil pantulan cahaya menggunakan sensor elektronis peka cahaya. Mata pelajaran Fotografi melatih kemampuan peserta didik untuk memiliki sikap, pengetahuan, dan keterampilan dalam memahami dasar-dasar fotografi, menyelesaikan tugas yang diperoleh melalui pembelajaran dan latihan secara berkesinambungan serta terarah. Pada pelajaran Fotografi, peserta didik akan mempelajari tentang cara menerapkan prosedur keselamatan kerja dan kesehatan di tempat kerja, mengenal peralatan-peralatan fotografi, mengenal teknik-teknik fotografi, melakukan proses kerja pemotretan, dan melakukan pengelolaan pasca pemotretan. Materi-materi tersebut mengajarkan peserta didik untuk memiliki keterampilan fotografi yang mumpuni dalam menyongsong masa depan setelah lulus nanti. Peserta didik diharapkan dapat menjadi seorang fotografer yang memiliki karya-karya yang bernilai jual baik dan berprestasi dalam dunia kerja. Mata pelajaran Fotografi mengajarkan dan membekali peserta didik dalam mengenal proses sebuah foto dihasilkan dari sikap bergotong royong dalam sebuah tim fotografi dengan peran dan tugasnya masing-masing, sikap mandiri dalam menyelesaikan setiap tugas yang diberikan, bernalar kritis dalam melaksanakan tugas-tugas dalam sebuah proyek, dan melatih agar peserta didik lebih kreatif dalam menghasilkan karya yang baik. B. Tujuan Mata Pelajaran Fotografi Mata pelajaran Fotografi memiliki tujuan untuk membekali peserta didik agar dapat: 1. menerapkan prosedur keselamatan kerja dan kesehatan di tempat kerja 2. mengenal dan menentukan peralatan fotografi 3. merawat peralatan fotografi 4. meningkatkan keterampilan dalam variabel pemotretan 5. meningkatkan keterampilan dalam proses pemotretan 274 6. meningkatkan keterampilan dalam pengelolaan pasca pemotretan 7. memiliki rasa ingin tahu akan perkembangan dunia fotografi 8. memiliki sikap kreatif, disiplin, dan bernalar kritis dalam melaksanakan kegiatan fotografi 9. memiliki sikap dan etos kerja yang baik 10. melakukan kerja lapangan di perusahaan profesional C. Karakteristik Mata Pelajaran Fotografi 1. Deskripsi Umum Mata Pelajaran Mata pelajaran Fotografi bertujuan untuk membekali peserta didik agar memiliki pengetahuan dan keterampilan di bidang fotografi yang akan sangat berguna dalam menyongsong kehidupan setelah lulus nantinya. Mata pelajaran Fotografi pada dasarnya dibagi menjadi beberapa tahap pembelajaran, antara lain: Pembelajaran tahap 1, peserta didik akan dibekali cara menentukan, menyiapkan kamera digital, dan mengoperasikan peralatan fotografi. Pembelajaran tahap 2, peserta didik dibekali dengan keterampilan mengenai variabel pemotretan seperti menentukan ketajaman foto, menentukan titik fokus, menentukan pengaturan pencahayaan, menentukan pengaturan komposisi gambar, dan menentukan pengaturan sudut pandang. Pembelajaran tahap 3, peserta didik diberikan pelatihan melalui proyek-proyek kecil pemotretan seperti mengerjakan pemotretan benda sederhana, mengerjakan pemotretan orang, mengerjakan pemotretan individu dan grup, serta melakukan pemotretan dokumentasi. Pembelajaran tahap 4, peserta didik melakukan proses pengelolaan pasca pemotretan seperti menyalin dan menyimpan data gambar, melakukan seleksi foto digital, mengedit foto digital, melaksanakan cetak foto digital, serta pengemasan hasil cetak foto digital. Selain itu, pembelajaran fotografi akan dilaksanakan melalui: 1. pembelajaran di kelas, 2. pembelajaran di ruang praktikum (studio), 3. proyek tugas sederhana, 4. pameran karya fotografi, 5. praktik kerja di perusahaan profesional. 2. Elemen Mata Pelajaran 275 Elemen Mata Pelajaran Fotografi dan Deskripsinya Elemen Deskripsi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Merupakan kegiatan yang berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan untuk melaksanakan keselamatan dan kesehatan saat bekerja dengan cara mengidentifikasi bahaya dan cara menghindarinya, memelihara kebersihan tempat kerja, menerapkan prosedur penyimpanan dan perawatan peralatan fotografi, menginventarisasi kelengkapan peralatan fotografi, mengidentifikasi jenis dan cara pengoperasian alat pemadam kebakaran, dan mengikuti prosedur tempat kerja dalam pengamanan dan pengendalian limbah. Peralatan Fotografi Merupakan kegiatan yang berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan dalam mengidentifikasi dan menentukan jenis kamera serta perangkat penunjang kebutuhan, melaksanakan prosedur penggunaan alat fotografi, memeriksa fungsi kamera digital, dan mengoperasikan peralatan studio. Variabel Pemotretan Merupakan kegiatan yang berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan dalam menentukan ketajaman foto dan titik fokus yang tepat, menentukan pengaturan pencahayaan, menentukan pengaturan komposisi gambar, dan menentukan pengaturan sudut pandang. Proses Pemotretan Merupakan kegiatan yang berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan dalam mengerjakan pemotretan benda sederhana, mengerjakan pemotretan orang, mengerjakan pemotretan individu dan grup, melakukan pemotretan dokumentasi, hingga memberikan pelayanan prima kepada pelanggan. Pengelolaan Pasca Pemotretan Merupakan kegiatan yang berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan dalam menyalin dan menyimpan data gambar, melakukan seleksi foto digital, mengedit foto digital, melaksanakan cetak foto digital, dan pengemasan hasil cetak foto digital. D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Fotografi Setiap Fase 1. Fase D (Usia Mental ± 9 Tahun dan Umumnya Kelas VII, VIII, dan IX) Pada akhir Fase D, peserta didik dapat mempersiapkan dan menerapkan prosedur Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), menginventarisasi prosedur kelengkapan penyimpanan dan alat fotografi, perawatan menerapkan peralatan peralatan fotografi, dan menghindari bahaya saat menggunakan alat fotografi, mengidentifikasi jenis dan bagian kamera dan mengidentifikasi perangkat penunjang kamera, melaksanakan prosedur penggunaan alat fotografi, menentukan kamera dan perangkat 276 penunjang sesuai dengan kebutuhan, menentukan ketajaman foto berdasarkan objek, menentukan sistem titik fokus yang tepat, menentukan pencahayaan, mengidentifikasi karakter benda yang akan di potret dan mengelola pemotretan benda (tunggal dan dua benda atau lebih yang berbeda jenis dan karakter), menyalin dan menyimpan data digital. Fase D Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Kesehatan dan Keselamatan Kerja Pada akhir Fase D, peserta didik mampu bernalar kritis, mandiri, bergotong royong dalam melaksanakan prosedur keselamatan dan kesehatan kerja pada kegiatan fotografi dengan mempersiapkan prosedur dasar K3 di ruang praktik serta menerapkan K3 di ruang praktik, memeriksa kelengkapan alat fotografi, melaksanakan prosedur penyimpanan peralatan fotografi dan melakukan perawatan peralatan fotografi, menghindari bahaya saat menggunakan alat fotografi. Peralatan Fotografi Pada akhir Fase D, peserta didik mampu bernalar kritis dan mandiri dalam mengidentifikasi kamera (jenis dan bagian kamera) dan perangkat penunjangnya, menentukan kamera dan perangkat penunjang sesuai kebutuhan, melaksanakan prosedur penggunaan alat fotografi. Variabel Pemotretan Pada akhir Fase D, peserta didik mampu bernalar kritis, mandiri, dan kreatif dalam menentukan pencahayaan, menentukan ketajaman foto dan menentukan sistem titik fokus yang tepat berdasarkan objek. Proses Pemotretan Pada akhir Fase D, peserta didik mampu bernalar kritis, mandiri, dan kreatif dalam mengidentifikasi karakter benda yang akan dipotret dan mengelola pemotretan benda sederhana. Pengelolaan Pasca Pemotretan Pada akhir Fase D, peserta didik mampu bernalar kritis, mandiri, dan kreatif dalam menyalin data gambar digital dan menyimpan data gambar digital. 277 2. Fase E (Usia Mental + 10 Tahun dan Umumnya Kelas X) Pada akhir Fase E, peserta didik dapat melaksanakan prosedur kesehatan dan keselamatan kerja, mematuhi prosedur pencegahan kecelakaan kerja, memeriksa fungsi peralatan fotografi yang akan digunakan, melakukan perawatan alat, menentukan pengaturan cahaya sesuai kebutuhan, mengoperasikan kamera, melakukan proses pemotretan sesuai tema, menyeleksi hasil pemotretan dan menyimpan gambar. Fase E Berdasarkan Elemen Elemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja Peralatan Fotografi Variabel Pemotretan Proses Pemotretan Pengelolaan Pasca Pemotretan Capaian Pembelajaran Pada akhir Fase E, peserta didik dapat dengan mandiri atau bergotong royong mematuhi prosedur kesehatan dan kesalamatan kerja, melaksanakan prosedur penyimpanan peralatan dengan memperhatikan kelembaban dan suhu penyimpanan sesuai standar perawatan. Pada akhir Fase E, peserta didik dapat bernalar kritis dan mandiri dalam mempersiapkan kamera digital bekaitan dengan fungsi-fungsi pada bodi kamera dan lensa yang akan dipakai sesuai kebutuhan. Pada akhir Fase E, peserta didik dapat bernalar kritis dan mandiri dalam menentukan pengaturan pencahayaan saat melakukan pemotretan dengan mengoperasikan masing-masing komponen pencahayaan yang ada pada kamera. Pada akhir Fase E, peserta didik dapat bernalar kritis, mandiri, kreatif dan kerja bergotong royong dalam mengerjakan pemotretan orang dengan mengidentifikasi tujuan pemotretan, merencanakan pemotretan manusia, dan melaksanakan pemotretan di luar dan di dalam ruangan sehingga dapat memberikan pelayanan prima. Pada akhir Fase E, peserta didik dapat bernalar kritis, mandiri, kreatif, dan kerja bergotong royong dalam melakukan seleksi foto digital yang diawali dengan mengidentifikasi metode penyeleksian gambar hingga penyeleksian berdasarkan kualitas teknis dan tujuan pemotretan. 3. Fase F (Usia Mental + 10 Tahun) Umumnya Kelas XI dan XII Pada akhir Fase F, peserta didik dapat melaksanakan prosedur kesehatan dan keselamatan kerja, mematuhi prosedur pencegahan kecelakaan kerja, mengoperasikan lampu studio, menentukan pengaturan komposisi gambar, menentukan pengaturan sudut pandang, mengerjakan pemotretan individu dan grup, melakukan 278 pemotretan dokumentasi, mengedit foto digital, melaksanakan cetak foto digital, dan pengemasan hasil cetak foto digital. Fase F Berdasarkan Elemen Elemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Peralatan Fotografi Variabel Pemotretan Proses Pemotretan Pengelolaan Pasca Pemotretan Capaian Pembelajaran Pada akhir Fase F, peserta didik dapat dengan mandiri atau bergotong royong mematuhi prosedur kesehatan dan kesalamatan kerja, melaksanakan prosedur penyimpanan peralatan dengan memperhatikan kelembaban dan suhu penyimpanan sesuai standar perawatan dan memperhatikan limbah hasil pencetakan foto digital. Pada akhir Fase F, peserta didik dapat mandiri dan bernalar kritis dalam mengoperasikan lampu studio yang diawali dengan mengidentifikasi penggunaan peralatan studio, mengidentifikasi alat yang digunakan dalam memotret hingga penggunaan lampu studio saat memotret. Pada akhir Fase F, peserta didik dapat mandiri, kreatif, dan bernalar kritis dalam menentukan pengaturan komposisi gambar dengan menentukan posisi objek utama dan elemen pendukung serta menentukan pengaturan sudut pandang. Pada akhir Fase F, peserta didik dapat bernalar kritis, mandiri, kreatif, dan kerja bergotong royong dalam mengerjakan pemotretan individu dan grup, melakukan pemotretan dokumentasi hingga dapat memberikan pelayanan prima. Pada akhir Fase F, peserta didik dapat bernalar kritis, mandiri, kreatif, dan kerja bergotong royong dalam mengedit foto digital, melaksanakan cetak foto digital, hingga pengemasan hasil cetak foto digital. 279 XIX. CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KHUSUS KETERAMPILAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI A. Rasional Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi Teknologi Informasi dan Komunikasi yang selanjutnya disingkat TIK adalah segala kegiatan yang terkait dengan pemrosesan, pengelolaan dan penyampaian atau pemindahan informasi antar sarana/media. Kegiatan-kegiatan informasi dan tersebut merupakan komunikasi dalam pemanfaatan kehidupan teknologi bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang sudah menjadi tuntutan kita bersama baik pemerintah, dunia usaha, maupun masyarakat. Dalam rangka menyiapkan bangsa Indonesia untuk memasuki tatanan masyarakat informasi dan global, perlu disiapkan sumber daya manusia (SDM) yang dapat mengembangkan dan mendayagunakan infrastruktur informasi dan komunikasi tersebut. Persiapan pengembangan SDM mulai dikenalkan di dunia pendidikan dan berkolaborasi dengan stakeholder (Dunia Usaha Dunia-Industri) sebagai daya dukung berkelanjutan dalam pengembangan keahlian. Dalam dunia Pendidikan, mata pelajaran TIK di SLB dipelajari di satuan pendidikan SMPLB dan SMALB. Di SMPLB, peserta didik mengenal dasar-dasar dunia teknologi komputer dan diperdalam di SMALB dengan harapan peserta didik memiliki kemampuan dalam bidang komputer untuk bekal kemandirian dan profesi. Peserta didik akan mempelajari materi tentang kesehatan dan keselamatan kerja, perangkat komputer, perangkat pengolah kata, perangkat penjelajah (browser); mengoperasikan sistem operasi, software antivirus dan aplikasi lainnya, penanganan awal (troubleshooting) atas masalah pada komputer, dan utilitas dasar untuk backup, restore, data recovery, jaringan dan internet; mengoperasikan surel dan media sosial; mengoperasikan perangkat lunak lembar sebar (spreadsheet) dan perangkat lunak presentasi – tingkat dasar; serta integrasi data dari berbagai aplikasi perkantoran. Materi dapat dikembangkan atau dimodifikasi sesuai kemampuan peserta didik. Materi TIK ini diperuntukkan bagi peserta didik yang disertai hambatan intelektual. Setiap materi mengajarkan penguasaan hardskill dan softskill dengan model pembelajaran penyingkapan (discovery learning) dan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning). Dalam 280 melaksanakan tugas, peserta didik dituntut untuk mampu bekerja sama dan berkomunikasi, menyusun laporan tertulis dalam lingkup terbatas, dan memiliki inisiatif, serta bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung jawab atas hasil kerja orang lain serta menyelesaikan masalah yang dihadapi (problem solving). Hal itu dibutuhkan peserta didik di Dunia Usaha dan Dunia Industri kelak dengan kepribadian yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berkebinekaan global, bernalar kritis, mandiri, kreatif dan mampu bergotong royong. B. Tujuan Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi Mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) bertujuan untuk membekali peserta didik dapat: 1. menerapkan penggunaan perangkat TIK dengan mempertimbangkan aspek kesehatan, keselamatan, keamanan, praktik baik, dan etika; 2. memanfaatkan perangkat TIK sebagai sarana assistive dan adaptive technology bagi penyandang disabilitas, penunjang komunikasi, media belajar, sarana hiburan, sarana bersosialisasi, dan membantu kehidupan sehari-hari; 3. terampil dan menginterpretasi, mandiri dalam mengakses, mengintegrasikan, mengevaluasi mengelola, informasi dengan memanfaatkan TIK yang sesuai; 4. menunjukkan karakter baik sebagai anggota masyarakat digital, sehingga mampu berkomunikasi, berkolaborasi, berkreasi dan menggunakan perangkat teknologi informasi disertai kepedulian terhadap dampaknya dalam kehidupan bermasyarakat; dan 5. menerapkan perbaikan dan perawatan perangkat TIK sederhana untuk menunjang perangkat TIK sesuai dengan fungsinya. C. Karakteristik Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi 1. Deskripsi Umum Mata Pelajaran Mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi memiliki fungsi yang sangat penting karena berisikan materi-materi yang diperuntukkan untuk menunjang pengembangan sikap, pengetahuan, dan keterampilan pada kompetensi di kelas berikutnya. 281 Pada awal pembelajaran sebelum memasuki materi pokok, peserta didik dikenalkan lapangan pekerjaan berkaitan dengan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dan jenis pekerjaan seperti Computer technical support specialist, Technical support specialist dan Computer technical support. Materi tersebut setelah lulus yang diharapkan menjadi motivasi pembelajaran peserta didik serta menumbuhkan passion, mandiri dan kreatif. Pemberian materi melalui proses berikut. 1) Pembelajaran di kelas. 2) Pembelajaran di ruang praktik (Laboratorium Komputer) 3) Projek sederhana. 4) Berinteraksi dengan alumnus, masyarakat, dan praktisi industri (DUDI). 5) Berkunjung pada industri (DUDI) yang relevan. Tahap ini penilaian yang diberikan yakni aspek pengetahuan (tes dan nontes) dan keterampilan (proses, projek, dan portofolio). Dalam pembelajaran porsi pengetahuan 30% dan keterampilan 70% sebagaimana tercantum pada elemen mata pelajaran. Adapun Alur proses pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi sebagai berikut. 1) Materi keselamatan dan kesehatan kerja paling awal sebelum materi lainnya atau diberikan bersamaan dengan materi lainnya. 2) Materi tentang sistem operasi dan aplikasi diberikan bersamaan dengan pelayanan prima, pengetahuan kode etik dan Hak atas Kekayaan Intelektual (HAKI), dan prosedur mutu. 3) Materi jaringan komputer diberikan bersamaan dengan pelayanan prima, komunikasi timbal balik, tugas rutin sesuai perencanaan, keamanan informasi, dan melakukan praktik baik sesuai prosedur. Materi ini juga dapat diberikan pada akhir kegiatan menyesuaikan materi yang akan diajarkan. 4) Materi perbaikan dan perawatan ringan diberikan bersamaan dengan pengetahuan komunikasi timbal balik, tugas rutin sesuai rencana dan materi dapat diberikan di akhir atau sebelum materi sistem operasi dan aplikasi menyesuaikan materi yang disajikan serta peserta didik dapat menguasai 282 materi keselamatan dan kesehatan kerja, sistem operasi dan aplikasi serta koneksi jaringan komputer sesuai kemampuannya. 2. Elemen Mata Pelajaran Mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi memuat empat elemen seperti tampak di tabel berikut. Elemen TIK dan Deskripsinya Elemen Deskripsi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Elemen ini berhubungan dengan praktik baik keselamatan dan kesehatan dalam dunia TIK meliputi praktik kerja yang aman, melaporkan bahaya di tempat kerja, dan prosedur darurat, serta bentuk kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja serta pencegahan penyalahgunaan TIK seperti internet positif dan aman, sikap dan etika penggunaan internet, cyberbullying, berita bohong (hoaks), dan pembajakan. Sistem Operasi dan Aplikasi Elemen ini berhubungan dengan kemampuan peserta didik dalam menggunakan telepon seluler, komputer, dan aplikasi untuk assistive dan adaptive technology bagi penyandang disabilitas dengan praktik baik, mengoperasikan perangkat lunak pengolah kata sampai dengan mencetak dokumen, instalasi dan setting sistem operasi dan BIOS, setting konfigurasi, pengelolaan file pada sistem operasi, instalasi dan mengoperasikan perangkat lunak aplikasi, perangkat lunak lembar sebar (spreadsheet), perangkat lunak presentasi, perangkat lunak utilitas dasar, dan integrasi konten dari berbagai aplikasi dan mengedepankan problem solving. Jaringan Komputer Elemen ini berhubungan dengan kemampuan menggunakan telepon seluler dan koneksi ke jaringannya, pengoperasian komputer yang tersambung ke jaringan (network) kabel maupun nirkabel, pengoperasian peramban web (web browser) di perangkat komputer pada kondisi normal sesuai dengan petunjuk penggunaan (user manual), tetapi dibatasi pada kemampuan mengenali menu, mengenali URL, mengakses situs tertentu, mencari informasi spesifik pada halaman web, memanfaatkan mesin pencari (search engine), menggunakan email berbasis web, mengunggah dan mengunduh file. Selain itu mampu mengelola dan setting koneksi jaringan internet sederhana dengan password atau fitur keamanan lainnya serta membuat dan memanfaatkan email dan media sosial dengan mengedepankan problem solving. 283 Elemen Deskripsi Perbaikan dan Perawatan Ringan Elemen ini berhubungan dengan kemampuan peserta didik untuk mengenal bagian dan cara merawat perangkat telepon seluler dan komputer. Selain itu, juga berkaitan dengan mengenali dan mengidentifikasi permasalahan pada telepon seluler, komputer, dan infrastruktur komputer dalam suatu lingkungan kerja tertentu secara sederhana, pemahaman tentang cara kerja komputer dan penanganan apabila komputer tersebut tidak bekerja dengan baik, perawatan komponen komputer. D. Capaian Pembelajaran TIK Setiap Fase 1. Fase D (Usia Mental ± 9 Tahun dan Umumnya Kelas VII, VIII, dan IX) Pada akhir Fase D, peserta didik memiliki kemampuan menerapkan praktik baik yang aman dalam menggunakan perangkat telepon seluler/komputer, mengidentifikasi perangkat pada telepon seluler/komputer, pengoperasian perangkat, pengelolaan file pada folder, mengenal menggunakan perlengkapan aplikasi/perangkat dan lunak prosedur darurat, untuk assistive technology, pengolah kata, dan menggunakan aplikasi web browser. Fase D Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada akhir Fase D, peserta didik mampu melaksanakan praktik baik dan praktik kerja aman penggunaan telepon seluler/komputer dengan memperhatikan persiapan sebelum menggunakan, saat menggunakan, dan setelah menggunakan secara mandiri, peserta didik juga mampu mengenali simbol keselamatan dan kesehatan kerja serta mengenal prosedur darurat dengan bernalar kritis Sistem Operasi dan Aplikasi Pada akhir Fase D, peserta didik mampu menerapkan praktik baik menggunakan aplikasi telepon seluler/komputer yang menunjang komunikasi, assistive dan adaptive technology untuk mempermudah kehidupan, dan media hiburan, menerapkan praktik baik menggunakan komputer, mengoperasikan perintah dan menu/ikon, menerapkan pengelolaan file pada folder, membuat dokumen pada perangkat lunak pengolah kata, melakukan edit dokumen, melakukan format naskah, menerapkan teknik format tabel, mencetak dokumen secara mandiri dengan mengedepankan problem solving. Jaringan Komputer Pada akhir Fase D, peserta didik mampu mengidentifikasi keberadaan dan kualitas sinyal 284 telepon seluler/komputer serta koneksi jaringan nirkabel, menggunakan aplikasi web browser pada telepon seluler/komputer untuk melakukan jelajah situs dengan aman dan memperhatikan aspek privasi, mengunggah dan mengunduh file hasil browsing secara mandiri. Perbaikan dan Perawatan Ringan Pada akhir Fase D, peserta didik dapat mengidentifikasi bagian-bagian telepon seluler/ komputer, mengidentifikasi jenis perangkat keras, mampu merawat perangkat telepon seluler/komputer dengan baik dan mengedepankan problem solving. 2. Fase E (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas X) Pada akhir Fase E, peserta didik dapat mengetahui internet positif, etika penggunaan internet dan simbol-simbol berinternet, hoaks, dan cyberbullying, melakukan pengaturan, instalasi, mengoperasikan dan memutuskan koneksi internet pada jaringan lokal (wifi/kabel) dan jaringan internet lainnya. Peserta didik juga dapat mengidentifikasi tata cara kerja komputer dan tindakan awal penanganan (troubleshooting) sederhana pada jaringan lokal dan internet dengan bernalar kritis dan mandiri, mengoperasikan utilitas dasar (backup, restore dan recovery data) dengan mandiri. Fase E Berdasarkan Elemen Elemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Sistem Operasi dan Aplikasi Jaringan Komputer Perbaikan Dan Perawatan Ringan Capaian Pembelajaran Pada akhir Fase E, peserta didik dapat mengetahui internet positif dan aman, sikap dan etika penggunaan internet, berita bohong (hoaks), simbolsimbol berinternet, cyberbullying dan mencegah, melaporkan bahaya di tempat kerja dan menerapkan prosedur darurat dengan mandiri. Pada akhir Fase E, peserta didik dapat menerapkan praktik baik mengoperasikan utilitas dasar untuk backup, restore dan data recovery dengan mandiri dan mengedepankan problem solving. Pada akhir Fase E, peserta didik dapat melakukan pengaturan dan menggunakan password dan internet, instalasi dan pengelolaan koneksi jaringan lokal (kabel/nirkabel) pada komputer, menelusuri dan memanfaatkan situs (web browser) serta mesin pencari (search engine) dengan mandiri/gotong royong. Pada akhir Fase E, peserta didik dapat mengidentifikasi tata cara kerja komputer dan tindakan awal penanganan atas masalah (troubleshooting) pada jaringan lokal dan internet dengan mengedepankan problem solving. 3. Fase F (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas XI dan XII) Pada akhir Fase F, peserta didik dapat melakukan praktik baik ketika menggunakan laptop dan komputer, perlengkapan, alat, 285 simbol-simbol keselamatan dan kesehatan kerja dengan mandiri, larangan atas pembajakan aplikasi, melakukan instalasi sistem operasi, mengunduh, mengoperasikan software aplikasi dan antivirus serta menghapusnya. Peserta didik dapat juga dapat mengoperasikan piranti lunak lembar spreadsheet dan presentasi tingkat dasar dengan mandiri, mengkonversikan format ekstensi dari aplikasi serta melaporkan bahaya ditempat kerja dan menerapkan prosedur darurat dengan kreatif dan mandiri, membuat dan memanfaatkan email dan media sosial dengan mandiri. Peserta didik juga dapat mengidentifikasi tindakan awal penanganan (troubleshooting) sederhana pada aplikasi dengan bernalar kritis dan mandiri. Fase F Berdasarkan Elemen Elemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Sistem Operasi dan Aplikasi Jaringan Komputer Perbaikan dan Perawatan Ringan Capaian Pembelajaran Pada akhir Fase F, peserta didik dapat menerapkan praktik baik penggunaan perangkat TIK (laptop dan komputer) dengan mandiri dan tanggung jawab, menerapkan perlengkapan dan alat keselamatan kerja dan simbol-simbol keselamatan dan kesehatan kerja dengan mandiri serta memahami Hak Atas Kekayaan Intelektual dengan tidak melakukan pembajakan perangkat lunak, dll. Pada akhir Fase F, peserta didik dapat menerapkan praktik baik instalasi sistem operasi dan setting BIOS, mengunduh, menginstall, dan mengoperasikan software aplikasi dan perangkat lunak anti virus, serta menghapus atau uninstall aplikasi. Peserta didik juga dapat mengoperasikan piranti lunak lembar sebar (spreadsheet) tingkat dasar khusus, mengoperasikan piranti lunak presentasi tingkat dasar khusus dan integrasi konten dari berbagai aplikasi serta mengedepankan kreatif, mandiri/gotong royong dan problem solving. Pada akhir Fase F, peserta didik mampu membuat akun email dan media sosial serta memanfaatkannya dengan kreatif dan mandiri/gotong royong. Pada akhir Fase F, peserta didik dapat mengidentifikasi tata cara kerja komputer dan melakukan tindakan awal penanganan atas masalah (troubleshooting) pada aplikasi dengan mengedepankan problem solving. 286 XX. CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KHUSUS KETERAMPILAN TATA BUSANA A. Rasional Mata Pelajaran Tata Busana Perkembangan dunia industri yang makin pesat mengharuskan setiap industri meningkatkan daya saing melalui peningkatan efisiensi dan produktivitas sumber daya alam dan sumber daya manusianya. Begitu pula dengan perkembangan kebutuhan bidang busana dan kelengkapannya yang makin menuntut pelaku pasar berinovasi untuk memenuhi kebutuhan pasar. Satuan pendidikan khusus sebagai lembaga pendidikan vokasi bagi peserta didik penyandang disabilitas harus responsif terhadap tantangan ini, dengan menyiapkan tenaga kerja disabilitas di berbagai bidang keterampilan yang dibutuhkan masyarakat, Industri, Dunia Usaha dan Dunia Kerja (IDUKA) sesuai dengan potensi peserta didik. Penyandang disabilitas berhak mendapatkan pengalaman belajar hardskill dan softskill, agar terwujud penyandang disabilitas yang kompeten sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila, yaitu beriman, bertaqwa kepada Tuhan YME dan berakhak mulia, berkebinekaan global, bernalar kritis, kreatif, disiplin, dan gotong royong. Dengan demikian, nantinya akan terampil dan mandiri dalam memenuhi kebutuhan sendiri, mampu mengaplikasikan pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari (SMPLB) dan mampu bersaing di dunia kerja baik tergabung dalam kelompok kerja (industri) ataupun berwirausaha dan berkolaborasi dengan stakeholder lain (SMALB). Untuk peserta didik yang mengalami hambatan pengoprasian alat tata busana, pengguna dapat menyesuaikan materi dan akomodasinya. Ruang lingkup materi yang akan dipelajari dalam mata pelajaran Tata Busana ialah: pelayanan prima, standar profesi kerja, kesehatan, keselamatan dan keamanan dalam bekerja (K3), alat dan bahan menjahit, dasar-dasar tusuk jahit, teknik mengoperasikan mesin jahit, dasar keseluruhan pembuatan busana, pelengkap busana, teknik jahit, menjahit produk lenan rumah tangga, menghias dan penyelesaian busana, pengepresan, pengemasan busana serta pemasaran produk busana. B. Tujuan Mata Pelajaran Tata Busana Setelah mengikuti pembelajaran Tata Busana, diharapkan peserta didik dapat: 287 1. mengembangkan potensi diri sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila yaitu berakhlak mulia, jujur, bernalar kritis, kreatif, disiplin, mandiri, gotong-royong, mencintai sesama manusia dan lingkungan serta menghargai keberagaman bakat dan potensi, untuk mewujudkan keadilan sosial; 2. mewujudkan peserta didik yang kompeten, terampil, mandiri dan kreatif dalam bidang wirausaha tata busana; 3. menerapkan Prosedur Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) baik secara mandiri maupun bekerja sama dalam tim; 4. menerapkan prosedur pelayanan yang prima dengan sikap ramah dan sopan, komunikasi kerja tim, tehnik produksi serta pemasaran bidang tata busana; 5. kreatif dalam memilih bahan jahit; 6. menyiapkan ruang kerja dan peralatan menjahit secara aman dan mandiri; 7. mengoperasikan mesin jahit dan mesin pelengkap lainnya, serta perawatan rutin alat-alat jahit; 8. mempraktikkan berbagai ragam tusuk dasar dalam penyelesaian menjahit; 9. mempraktikkan teknik ragam kampuh dalam pembuatan produk sederhana lenan rumah tangga dan milineris busana; 10. mampu melaksanakaan prosedur menyiapkan pola, memotong bahan, menjahit, menghias, menyelesaikan produk secara kreatif dan mandiri; 11. melakukan penyelesaian akhir (finishing) produk antara lain pengepresan (pressing), penyelesaikan dengan jahit tangan (hand sewing) dan memotong benang sisa jahitan secara mandiri, dapat dipertanggungjawabkan kerapian hasil jahitan dan kualitasnya; 12. menganalisis secara cerdas dan kritis karakteristik peluang pasar untuk mengembangkan karya yang mampu bersaing di pasaran; 13. terlibat di industri, dunia usaha dan dunia kerja 14. menginspirasi peserta didik berkebutuhan khusus lainnya untuk berkarya dan berinovasi dengan memanfaakan sumber daya dan peluang secara kreatif. C. Karakteristik Mata Pelajaran Tata Busana Mata Pelajaran Tata Busana memiliki karakteristik seperti berikut. 288 1. Merupakan pembelajaran yang memberikan bekal hard skill dan soft skill pada setiap tahapan yang mendukung dunia industri garmen; dengan pendekatan belajar Project Based Learning yang akan menginternalisasikan sikap jujur, disiplin, bernalar kritis, kreatif, mandiri dan bergotong royong sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila. 2. Ilmu Tata Busana memiliki fungsi yang sangat penting karena merupakan materi-materi yang mengajarkan tentang penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), pengetahuan peralatan menjahit, dasar-dasar tusuk jahit, pengenalan jenis-jenis tekstil, teknik pengoperasian mesin jahit manual dan otomatis, berbagai teknik menjahit sebagai pengetahuan dasar pembuatan produk busana. 3. Lingkup materi tata busana terdiri atas busana, aksesori, pelengkap busana, dan lenan rumah tangga. 4. Penentuan potensi diawali dengan asesmen minat bakat peserta didik, potensi keluarga dan kondisi masyarakat sekitar tempat tinggal peserta didik. 5. Pembelajaran dilaksanakan secara teori dan praktik pada ruang praktik pembelajaran dengan mengikuti trend dan perkembangan industri, dunia usaha dan dunia kerja. 6. Pembelajaran dilaksanakan dengan sistem ganda, yaitu di lingkungan sekolah dan di industri melalui program praktik industri. 7. Berorientasi pada kebutuhan dan kemandirian peserta didik. 8. Dengan menguasai pelajaran Tata Busana, peserta didik akan dapat mengaplikasikan kompetensinya dengan baik dalam kehidupan sehari- hari dan sebagai bekal dalam memasuki IDUKA sebagai pekerja maupun wirausahawan mandiri. 9. Penilaian meliputi aspek pengetahuan (tes dan nontes), sikap (observasi), dan keterampilan (proses, produk dan portofolio). Pembelajaran Tata Busana dilakukan secara block system disesuaikan dengan karakteristik elemen yang dipelajari. Mata pelajaran Tata Busana pada peserta didik penyandang disabilitas memfokuskan materi pada lima elemen kunci beserta cakupan/subtansinya yang saling terkait. Elemen Mata Pelajaran Tata Busana dan Deskripsinya Elemen Deskripsi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan 289 Elemen Persiapan Alat dan Bahan Proses Produksi Deskripsi dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja seperti penerapan keselamatan kerja di lingkungan tempat kerja, penerapan penggunaan alat pelindung diri (APD), kesehatan dan penyakit akibat kerja dan personal hygiene. Merupakan kegiatan tahap awal, yakni mempersiapkan semua peralatan yang dipergunakan di ruang menjahit untuk proses belajar menjahit. Setiap peralatan menjahit mempunyai bentuk dan fungsi yang berbeda dan risiko masing-masing jika tidak digunakan sesuai dengan fungsinya. Persiapan bahan menjahit merupakan persiapan tempat, alat, dan bahan untuk mengikuti pembelajaran Tata Busana; merapikan dan menyimpan peralatan; merapikan kembali tempat, alat, dan bahan setelah mengikuti pembelajaran Tata Busana. Merupakan kegiatan proses menjahit dengan mengoperasikan mesin jahit maupun alat bantu jahit tangan sesuai prosedur, yaitu suatu proses menyambung atau menjahit bagian-bagian busana atau potongan bahan yang dimulai sejak pemilihan bahan, pemotongan bahan sesuai pola jadi yang sudah dipotong dan rancangan. Proses ini harus memperhatikan kualitas, kerapian, keamanan bahan kain, kesesuaian antara warna benang dan bahan, kesesuaian antara jenis jarum dengan bahan dan seni dan estetika hasil produk jahitan. Penyelesaian Akhir Suatu kegiatan akhir dari proses menjahit, yaitu melaksanakan penyelesaian hasil jahit sesuai dengan prosedur. Kegiatan itu merupakan suatu pekerjaan akhir busana antara lain menghias busana, menyelesaikan dengan tusuk kelim atau flannel, menyetrika, mengemas, dan menyimpan produk busana. Pelaporan Merupakan kegiatan melaporkan hasil kerja dengan mengisi ceklis: persiapan alat, pemeriksaan kelengkapan bahan, dan hasil jahit secara mandiri. D. Capaian Pembelajaran Tata Busana Setiap Fase 1. Fase D (Usia Mental ≤ 9 Tahun dan Umumnya Kelas VII, VIII dan IX) Pada akhir Fase D, peserta didik dapat menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3); mempersiapkan alat dan bahan menjahit; mengenal nama dan fungsi peralatan menjahit; mengenal pelayanan prima kepada pelanggan; mengoperasikan mesin jahit dan obras; mengenal ragam tusuk dasar menjahit; mengenal berbagai teknik menjahit; mengenal ragam kampuh; menerapkan depun dan serip dalam busana; membuat fragmen pemasangan berbagai jenis kancing dan tutup tarik; mengenal berbagai jenis tekstil; mengidentifikasi dan mengatasi masalah dalam menjahit; membuat berbagai produk 290 busana; menerapkan penyelesaian akhir dengan setrika; pengemasan dan penyimpanan; serta mengisi pelaporan dengan mengisi ceklis. Fase D Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Pada akhir Fase D, peserta didik dapat menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yaitu: menerapkan kesehatan dan keselamatan di lingkungan tempat kerja atau tempat belajar; pencegahan kecelakaan kerja; menerapkan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K); menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) seperti masker, risiko kecelakaan, dan penyakit akibat kerja, pembersihan ruang jahit atau kelas untuk belajar menjahit dan menyimpan alat bantu menjahit, personal hygiene merawat kebersihan diri dan uniform. Proses Produksi Pada akhir Fase D, peserta didik dapat: melakukan komunikasi dua arah dengan ramah dan sopan; memberikan bantuan kepada pelanggan; melakukan pekerjaan dalam tim secara gotong royong sebagai perwujudan dari Profil Pelajar Pancasila; mendemonstrasikan berbagai teknik dasar menjahit lurus dan mendatar pada lenan rumah tangga; mendemonstrasikan berbagai teknik dasar menjahit lengkung pada lenan rumah tangga dan handicraft lainnya; mendemonstrasikan berbagai teknik dasar menjahit zig zag pada lenan rumah tangga dan handicraft lainnya; mengoperasikan mesin obras untuk mengobras kampuh berbagai lenan rumah tangga dan handicraft yang dijahit; membuat fragmen berbagai jenis kampuh, yaitu kampuh terbuka, balik, pipih, tutup, searah; serta dapat menerapkan berbagai jenis kampuh pada lenan rumah tangga dan berbagai handicraft lainnya. Penyelesaian Akhir Pada akhir Fase D, peserta didik dapat: membersihkan sisa benang pada pakaian atau produk busana menggunakan gunting benang. memastikan tidak ada benang yang menempel. dan mengidentifikasi pakaian yang sudah dibersihkan sisa benangnya setelah selesai dijahit; memeriksa kualitas pakaian sesuai standar, mengatur suhu setrika sesuai dengan karakter bahan, melaksanakan penyetrikaan/pengepresan akhir pakaian yang telah lolos pemeriksaan kualitas; memeriksa kualitas pakaian yang akan lipat, memeriksa kelengkapan alat pada produk busana, melipat pakaian sesuai dengan bentuk dan ukuran yang ditentukan, menghitung dan menyusun pakaian yang sudah dilipat; memasukkan pakaian yang telah dilipat ke dalam kemasan sesuai dengan prosedur dan memastikan kualitas hasil pengemasan. Pelaporan Pada akhir Fase D. peserta didik dapat mengisi ceklist laporan persiapan diri, persiapan alat dan bahan, proses menjahit, penyelesaian dan penyimpanan atau menghitung jumlah produk yang telah berhasil diselesaikan. 291 2. Fase E (Usia Mental ≤ 10 Tahun dan Umumnya Kelas X) Pada akhir Fase E, peserta didik dapat: menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3); melakukan komunikasi dan kerja sama dalam kelompok; menyiapkan alat pokok dan alat tambahan menjahit; menyiapkan bahan utama dan bahan pelengkap membuat busana; lenan rumah tangga dan pelengkap busana sesuai desain yang ada; membuat produk dengan menggunakan jahitan lurus, lengkung dan zig-zag; mengobras sesuai prosedur; membuat kelim dengan tusuk sembunyi; merapikan dan mengemas produk sesuai dengan prosedur; mengisi ceklis laporan. Fase E Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Pada akhir Fase E, peserta didik dapat mengenali simbol-simbol K3; menerapkan prosedur kesehatan dan keselamatan di tempat kerja; menyiapkan APD (alat pelindung diri) di tempat kerja; menggunakan APD secara mandiri sesuai prosedur; menyiapkan dan merapikan kembali tempat kerja secara mandiri; dan melaporkan keadaan bahaya yang muncul secara kritis. Persiapan Alat dan Bahan Pada akhir Fase E, peserta didik dapat mengidentifikasi peralatan jahit yang diperlukan untuk suatu pekerjaan; menyiapkan mesin jahit; menyiapkan peralatan jahit tambahan yang diperlukan; melaksanakan perawatan alat jahit; memeriksa hasil jahit; mengatur tegangan benang mesin jahit secara mandiri dan menyampaikan laporan hasil menyiapkan alat; menyiapkan tempat bahan; mengidentifikasi bahan yang akan digunakan secara kreatif; menyiapkan bahan; memeriksa kelengkapan dan kualitas bahan secara mandiri. Proses Produksi Pada akhir Fase E, peserta didik dapat melakukan komunikasi dua arah dengan ramah dan sopan; memberikan bantuan kepada pelanggan; melakukan pekerjaan secara gotong royong dalam sebuah tim; mengidentifikasi adanya tata tertib di tempat kerja; melaksanakan tata tertib yang berlaku; memahami struktur organisasi; memahami urain tugas; memahami prosedur kerja; mengomunikasikan kejadian khusus; membuat laporan kerja harian; menyampaikan hasil kerja secara kritis dan mandiri; mengidentifikasi bagian-bagian pola dengan kritis; menjiplak pola dan memotong pola jiplak secara mandiri; meletakkan pola di atas bahan; memberi tanda potong pada bahan; memotong bahan; menjiplak kode pola dan menyimpan pola secara mandiri; memanaskan setrika atau alat pres sesuai dengan prosedur; mengatur suhu setrika atau alat pres; memastikan bahan utama dalam keadaan licin; menyusun interfacing pada bagian buruk bahan utama dan mengepres interfacing secara mandiri sesuai 292 Elemen Capaian Pembelajaran dengan prosedur; menjahit lurus sesuai tanda pola; menjahit lengkung sesuai dengan tanda pola; menjahit zig-zag sesuai dengan tanda pola; memeriksa hasil jahit; memperbaiki hasil jahit yang tidak sesuai standar dengan kreatif; mengomunikasikan hasil jahit yang tidak sesuai dengan standar dan mengomunikasikan permasalahan yang muncul dalam proses menjahit secara mandiri. Penyelesaian Akhir Pada akhir Fase E, peserta didik dapat membuat kelim menggunakan tusuk sembunyi sesuai prosedur secara mandiri; mengobras kain sesuai dengan standar secara mandiri; membersihkan sisa benang pada pakaian menggunakan gunting benang; memeriksa kualitas pakaian sesuai standar; mengatur suhu setrika sesuai dengan karakter bahan; melaksanakan penyetrikaan/pengeprsan akhir pakaian yang telah lolos pemeriksaan kualitas secara mandiri; memeriksa kualitas pakaian yang akan lipat; memeriksa kelengkapan alat melipat pakaian; melipat pakaian sesuai dengan bentuk dan ukuran yang ditentukan; menghitung dan menyusun pakaian yang sudah dilipat secara mandiri; memasukkan pakaian yang telah dilipat ke dalam kemasan sesuai dengan prosedur dan memastikan kualitas hasil pengemasan secara mandiri. Pelaporan Pada akhir Fase E, peserta didik dapat mengisi mengisi ceklis: persiapan ruang kerja, pakaian kerja (APD), alat, kelengkapan bahan, kelengkapan komponen pola jiplak, kelengkapan hasil pemotongan bahan, kualitas hasil jahit; mengomunikasikan ceklis yang sudah diisi; serta menghitung kebutuhan bahan dan biaya produksi secara mandiri. 3. Fase F (Usia Mental ≤ 10 Tahun dan Umumnya Kelas XI dan XII) Pada akhir Fase F, peserta didik dapat: menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3); melakukan komunikasi dan kerja sama dalam kelompok; menyiapkan alat pokok dan alat tambahan menjahit; menyiapkaan bahan utama dan bahan pelengkap membuat produk (busana, lenan rumah tangga, dan pelengkap busana) sesuai desain yang ada; membuat produk dengan menggunakan jahitan lurus, lengkung, dan zig-zag; menjahit serip, depun dan bisban; membuat hiasan bordir,sulam, hiasan aplikasi dan burci; memasang kancing secara manual dan dengan mesin khusus; membuat lubang kancing; membuat kelim dengan tusuk feston; merapikan dan mengemas produk sesuai dengan prosedur; mengisis ceklis laporan. 293 Fase F Berdasarkan Elemen Elemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Persiapan Alat dan Bahan Capaian Pembelajaran Pada akhir Fase F, peserta didik dapat mengenali simbol-simbol K3, menerapkan prosedur kesehatan dan keselamatan di tempat kerja; menyiapkan APD (alat pelindung diri) di tempat kerja; menggunakan APD sesuai prosedur secara mandiri; menyiapkan dan merapikan kembali tempat kerja secara mandiri; melaporkan keadaan bahaya yang muncul secara kritis. Pada akhir Fase F, peserta didik dapat mengidentifikasi peralatan jahit yang diperlukan untuk suatu pekerjaan; menyiapkan mesin jahit; menyiapkan peralatan jahit tambahan yang diperlukan; melaksanakan perawatan alat jahit; memeriksa hasil jahit; mengatur tegangan benang mesin jahit secara mandiri dan menyampaikan laporan hasil menyiapkan alat; menyiapkan tempat bahan; mengidentifikasi bahan yang akan digunakan secara kreatif; menyiapkan bahan; memeriksa kelengkapan dan kualitas bahan secara mandiri. Proses Produksi Pada akhir Fase F, peserta didik dapat melakukan komunikasi dua arah dengan ramah dan sopan; memberikan bantuan kepada pelanggan; melakukan pekerjaan secara gotong royong dalam sebuah tim; mengidentifikasi bagian-bagian pola dengan kritis; menjiplak pola dan memotong pola jiplak secara mandiri; meletakkan pola di atas bahan; memberi tanda potong pada bahan; memotong bahan; menjiplak kode pola dan menyimpan pola secara mandiri; memanaskan setrika atau alat pres sesuai dengan prosedur; mengatur suhu setrika atau alat pres; memastikan bahan utama dalam keadaan licin; menyusun interfacing pada bagian buruk bahan utama dan mengepres interfacing secara mandiri sesuai dengan prosedur; menjahit lurus sesuai tanda pola; menjahit lengkung sesuai dengan tanda pola; menjahit zig-zag sesuai dengan tanda pola; memeriksa hasil jahit; memperbaiki hasil jahit yang tidak sesuai standar dengan kreatif; mengomunikasikan hasil jahit yang tidak sesuai dengan standar dan mengomunikasikan permasalahan yang muncul dalam proses menjahit secara mandiri; menjahit serip secara kreatif sesuai dengan prosedur; memeriksa kualitas hasil jahit serip; menjahit depun secara kreatif sesuai dengan prosedur; memeriksa kualitas hasil jahit depun; memperbaiki hasil jahit yang tidak sesuai dengan kualitas secara mandiri. Penyelesaian Akhir Pada akhir Fase F, peserta didik dapat menentukan letak hiasan bordir sesuai dengan gambar desain secara kreatif; menyemat hiasan bordir yang akan dipasang pada posisi yang telah ditentukan; menjahit motif bordir tepat pada garis tepi hiasan bordir secara mandiri; menentukan posisi hiasan sulam sesuai gambar desain secara kreatif; memindahkan motif hiasan sulam pada posisi yang telah ditentukan; membuat hiasan sulam sesuai dengan desain; memeriksa kualitas hasil sulaman; memperbaiki 294 Elemen Pelaporan Capaian Pembelajaran sulam yang tidak sesuai kualitas secara mandiri; menentukan hiasan aplikasi yang akan digunakan; menentukan letak hiasan aplikasi; memasang hiasan aplikasi, memasang hiasan burci; melipat kelim sesuai dengan ukuran; membuat kelim menggunakan tusuk flanel dengan jarak sesuai dengan ukuran yang ditentukan secara mandiri; menentukan posisi lubang kancing; memasang benang pada mesin lubang kancing; membuat stik lubang kancing sesuai dengan ukuran kancing dan prosedur; membuat sobekan lubang kancing sesuai prosedur; memeriksa kualitas hasil pembuatan lubang kancing secara mandiri; menentukan posisi pemasangan kancing; memasang kancing menggunakan benang sewarna dengan kancing; memeriksa kualitas hasil pemasangan kancing; memperbaiki hasil pemasangan kancing yang tidak sesuai kualitasnya secara mandiri; membersihkan sisa benang pada pakaian menggunakan gunting benang; memastikan tidak ada benang yang menempel; menghitung jumlah pakaian yang sudah dibersihkan sisa benangnya secara mandiri; memeriksa kualitas pakaian sesuai standar; mengatur suhu setrika sesuai dengan karakter bahan; melaksanakan penyetrikaan/pengepresan akhir pakaian yang telah lolos pemeriksaan kualitas secara mandiri; memeriksa kualitas pakaian yang akan lipat; memeriksa kelengkapan alat melipat pakaian; melipat pakaian sesuai dengan bentuk dan ukuran yang ditentukan; menghitung dan menyusun pakaian yang sudah dilipat secara mandiri; dapat memasukkan pakaian yang telah dilipat ke dalam kemasan sesuai dengan prosedur; serta memastikan kualitas hasil pengemasan secara mandiri. Pada akhir Fase F, peserta didik dapat mengisi mengisi ceklis: persiapan ruang kerja, pakaian kerja (APD), alat, kelengkapan bahan, kelengkapan komponen pola jiplak, kelengkapan hasil pemotongan bahan, kualitas hasil jahit; mengomunikasikan ceklis yang sudah diisi; serta menghitung kebutuhan bahan dan biaya produksi secara mandiri. 295 XXI. CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KHUSUS KETERAMPILAN TATA BOGA A. Rasional Mata Pelajaran Tata Boga Tata boga adalah pengetahuan yang berisi seni mengolah masakan yang mencakup ruang lingkup makanan, mulai dari persiapan pengolahan sampai dengan menghidangkan makanan itu sendiri yang bersifat tradisional maupun internasional. Berbagai prinsip dasar utama dan tata cara memasak umum dilaksanakan di bagian tata boga. Seiring dengan perkembangan industri pariwisata yang berbasis kearifan lokal dalam bidang usaha yang menghasilkan produk maupun jasa pelayanan yang dibutuhkan oleh wisatawan, salah satu yang menjadi daya tarik wisatawan ialah kuliner. Bidang kuliner merupakan satu dari beberapa komponen penting dalam industri pariwisata. Kuliner menjadi bagian dari tujuan wisatawan yang tidak dapat diabaikan karena kuliner merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Pendidikan vokasional khususnya Tata Boga memiliki peran yang strategis dalam pengembangan kuliner. Dalam upaya mencapai sumber daya manusia yang memiliki kemampuan produktif, sesuai bidang keahlian dan berkontribusi dalam industri kuliner, satuan pendidikan SMPLB dan SMALB menyelenggarakan pembalajaran Keterampilan Tata Boga. Sesuai dengan konsep pendidikan yang mengandalkan keterampilan sebagai kecakapan hidup, Tata Boga menjadi mata pelajaran penting untuk dipelajari oleh anak berkebutuhan khusus. Di Sekolah Menegah Pertama Luar Biasa (SMPLB), mata pelajaran Tata Boga bertujuan untuk memberikan pengetahuan tata boga dasar kepada peserta didik sehingga menjadi bekal awal peserta didik sebelum memasuki materi lanjutan di tingkat Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB). Setelah memiliki ilmu tersebut, peserta didik yang belum mampu untuk melanjutkan ke tingkat SMALB diharapkan dapat memiliki bekal untuk hidup mandiri di masyarkat. Adapun bagi peserta didik yang melanjutkan ke tingkat SMALB, mereka akan dipersiapkan menjadi sumber daya manusia yang produktif, mampu bekerja mandiri, memiliki jiwa wirausaha, gigih dalam bekerja dalam dunia usaha maupun dunia industri. 296 Dengan mempelajari mata pelajaran Tata Boga, peserta didik diharapkan mampu mengembangkan hard skill dan soft skill diri mereka sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila yaitu, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, bernalar kritis, kreatif, mandiri, disiplin, dan gotong royong. Dalam mempelajari mata pelajaran Tata Boga, peserta didik akan dikembangkan dan dioptimalkan kemampuan pengetahuan, keterampilan, dan sikap untuk menjadi sumber daya manusia yang kompeten. Pengoptimalan tiga kemampuan ini sangat berhubungan erat dalam membentuk peserta didik sesuai profil pelajar pancasila diantaranya: pengetahuan meningkatkan daya bernalar kritis dan kreativitas. Keterampilan untuk mengasah kreativitas dan kemandirian. Sikap bertujuan untuk menanamkan akhlak baik, meningkatkan kedisiplinan, dan sikap bergotong royong. Mata pelajaran Tata Boga untuk anak berkebutuhan khusus mengacu pada prinsip pembelajaran yang relevan dengan kehidupan sehari-hari dan keterampilan yang fungsional di keluarga dan masyarakat. Sebagai contoh, menyiapkan makanan dan minuman untuk dirinya dan keluarga sebelum akhirnya dapat berkontribusi dalam dunia usaha dan dunia industri makanan dan minuman. Ruang lingkup materi tata boga dasar yang akan dipelajari di tingkat SMPLB dan SMALB meliputi Prosedur Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), Persiapan Alat dan Bahan kemudian Pengolahan makanan dan minuman, Membuat Hidangan dan serta Penyajian Makanan dan Minuman. B. Tujuan Mata Pelajaran Tata Boga Mata pelajaran Tata Boga bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat: 1. menerapkan prosedur kesehatan dan keselamatan kerja (K3); 2. meningkatkan pengetahuan tentang alat memasak dan bahan makanan; 3. mengenal resep makanan dan minuman; 4. mengaplikasikan proses persiapan, pembuatan hingga penyajian dan pengemasan makanan dan minuman; 5. memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan bagi peserta didik dalam kehidupan sebagai anggota masyarakat maupun 297 sebagai warga negara yang kreatif dan produktif sesuai dengan jenis kekhususan yang disandangnya. C. Karakteristik Mata Pelajaran Tata Boga 1. Deskripsi Umum Mata Pelajaran Mata pelajaran Tata Boga mempelajari materi tata boga dasar dan tata boga lanjutan yang diperlukan peserta didik untuk menunjang pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Dengan demikian, menjadikan peserta didik sumber daya manusia yang mandiri dan siap untuk terjun di dunia usaha dan dunia industri. Kegiatan pembelajaran Tata Boga diberikan secara teori dan praktik. Kegiatan tersebut meliputi empat elemen, yaitu prosedur kesehatan dan keselamatan kerja, persiapan peralatan dan bahan memasak, proses pengolahan atau memasak makanan dan minuman, serta cara penyajian hidangan. Materi prosedur Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang dilakukan di area kerja seperti dapur di antaranya menggunakan alat pelindung diri (APD), mengetahui cara menggunakan Alat Pemadam Kebakaran (APAR), kemudian menjaga personal hygiene, food hygiene, dan kitchen hygiene. Materi persiapan alat dan bahan terdiri atas mempersiapkan kitchen utensils dan kitchen equipment, cara menggunakan peralatan, cara membersihkan alat, dan cara penyimpanan alat. Kemudian, pada persiapan bahan terdiri atas menyediakan bahan, pembersihan bahan, pemotongan bahan dan penyimpanan bahan berdasarkan jenisnya perishable food dan groceries food dan memberikan label atau tanggal penyimpanan makanan, serta melakukan penerapan prosedur first in first out (FIFO). Materi pengolahan makanan dan minuman meliputi proses pengolahan bahan makanan yang menerapkan serangkaian tahapan memasak sejak pengadaan bahan makanan berdasarkan kebutuhan resep, proses membersihkan bahan makanan, teknik dasar memasak panas basah dan panas kering atau tanpa melalui proses pemasakan kemudian untuk pengolahan minuman membuat minuman non alkohol yang disajikan secara panas ataupun dingin. 298 Materi penyajian makanan dan minuman meliputi memorsi hidangan (platting) dan memberikan hiasan berupa garnish sesuai dengan jenis hidangan. 2. Elemen Mata Pelajaran Elemen Mata Pelajaran Tata Boga dan Deskripsinya Elemen Deskripsi Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja seperti penerapan keselamatan kerja di lingkungan tempat kerja, penerapan penggunaan alat pelindung diri (APD), kesehatan dan penyakit akibat kerja, food hygiene, personal hygiene, dan kitchen hygiene. Persiapan Alat dan Bahan Pengenalan kitchen equipment dan utensil, cara penggunaan alat, cara membersihkan alat dan cara penyimpanan alat; pemilihan bahan, pembersihan bahan, pemotongan bahan dan penyimpanan bahan berdasarkan jenis perishable food dan groceries food. Pengolahan/Mengolah Proses pengolahan makanan dengan berbagai Makanan dan teknik dasar memasak, membuat bumbu dasar, Minuman membuat soup, membuat dan menyimpan gravy/sauce, membuat sandwich, memasak hidangan berbahan utama nabati dan hewani, serta hidangan nasi berbumbu; membuat hidangan kue tradisional Indonesia dan produk pastry dan bakery; membuat minuman panas dan dingin. Penyajian Makanan dan Minuman Melakukan platting serta membuat garnish makanan dan minuman. D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Tata Boga Setiap Fase 1. Fase D (Usia Mental ± 9 Tahun dan Umumnya Kelas VII, VIII, dan IX) Pada akhir Fase D, peserta didik dapat menerapkan prosedur kesehatan dan keselamatan kerja (K3); mempersiapkan bahan dan peralatan sesuai dengan resep; menerapkan prosedur penyimpanan bahan makanan perishable dan groceries food; menerapkan teknik dasar memasak seperti merebus, mengukus, menggoreng, membakar, dan memanggang; membuat minuman panas dan dingin; serta menerapkan platting dan membuat ganish untuk makanan dan minuman. Fase D berdasarkan elemen seperti berikut ini. Fase D Berdasarkan Elemen 299 Elemen Capaian Pembelajaran Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Pada akhir Fase D, peserta didik dapat menerapkan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) yang meliputi penerapaan kesehatan dan keselamatan di lingkungan tempat kerja (pencegahan kecelakaan kerja, penerapaan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan Kerja (P3K), penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), resiko dan penanganan kebakaran, penyakit akibat kerja), food hygiene, kitchen hygiene, dan personal hygiene secara mandiri. Persiapan Alat dan Bahan Pada akhir Fase D, peserta didik dapat: menerapkan kemampuan membaca resep, yaitu, mengidentifikasi jenis dan mutu bahan untuk makanan yang direbus, dikukus, digoreng, dipanggang, dan dibakar serta minuman panas dan minuman dingin secara mandiri; mengelompokkan jenis peralatan (utensil dan kitchen equipment); mengidentifikasi fungsi peralatan; mengenali bagian-bagian dari peralatan; memahami dan melakukan perakitan peralatan dapur untuk merebus, mengukus, menggoreng, memanggang, membakar, membuat minuman panas dan minuman dingin; menggunakan peralatan untuk merebus, mengukus, menggoreng, memanggang, membakar dan membuat minuman panas dan minuman dingin; membersihkan peralatan serta melakukan penyimpanan peralatan dengan disiplin; mengidentifikasi kebutuhan bahan untuk membuat makanan yang direbus, dikukus, digoreng, dipanggang dan dibakar, serta minuman panas dan minuman dingin; memilih bahan sesuai dengan kebutuhan untuk membuat makanan yang direbus, dikukus, digoreng, dipanggang dan dibakar serta minuman panas dan minuman dingin; mengolah bahan makanan dan minuman menjadi siap untuk diolah seperti: memotong, mencuci, membumbui (memarinasi) dan sebagainya; serta melakukan prosedur penyimpanan bahan makanan dan minuman sesuai dengan jenisnya yaitu perishable food dan groceries food dengan disiplin. Pengolahan Makanan dan Minuman Pada akhir Fase D, peserta didik dapat: menentukan jenis bahan makanan dan peralatan yang dapat digunakan untuk merebus, mengukus, menggoreng, memanggang dan membakar; melakukan teknik memasak merebus, mengukus, menggoreng, memanggang, dan membakar; menentukan jenis bahan-bahan dan peralatan yang dapat digunakan untuk membuat minuman panas dan minuman dingin serta membuat minuman panas dan dingin secara mandiri dan kreatif. Penyajian Makanan dan Minuman Pada akhir Fase D, peserta didik dapat: mengidentifikasi bahan garnish, menentukan jenis hidangan untuk diberikan garnish sayur dan buah, menentukan peralatan dan bahan 300 Elemen Capaian Pembelajaran untuk membuat garnish sayur dan buah, menyiapkan peralatan dan bahan untuk membuat garnish sayur dan buah serta melakukan teknik meng-garnish dari sayur dan buah sesuai dengan prosedur; serta mengidentifikasi jenis hidangan, menentukan komposisi platting sesuai dengan jenis hidangan, menentukan peralatan, jenis garnish serta melakukan platting secara mandiri dan kreatif. 2. Fase E (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas X) Pada akhir Fase E, peserta didik dapat menerapkan prosedur keselamatan dan kesehatan kerja; memahami pengertian resep masakan, mengetahui jenis alat memasak; mengetahui jenis bahan makanan; memahami memasak; memahami cara cara penggunaan dan penanganan perawatan bahan alat makanan; mengetahui cara penyimpanan alat dan bahan; menerapkan pembuatan bumbu dasar, soup, sauce, sandwich; membuat hidangan berbahan dasar nabati dan hidangan nasi berbumbu; serta menerapkan cara penyajian, penyimpanan, dan pengemasan hidangan. Fase E berdasarkan elemen seperti berikut ini. Fase E Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Pada akhir Fase E, peserta didik dapat: mematuhi prosedur kesehatan dan keselamatan kerja dengan disiplin dan bergotong royong; menggunakan alat pelindung diri (APD); menerapkan penggunaan alat pelindung diri (APD); memahami tata cara menggunakan alat pemadam kebakaran/APAR memahami tata cara penggunaan alat P3K; menerapkan prosedur personal hygiene, food hygiene dan kitchen hygiene. Persiapan Alat dan Bahan Pada akhir Fase E, peserta didik dapat: membaca dan memahami isi resep serta bernalar kritis dalam mengidentifikasi kebutuhan alat dan bahan; menyiapkan alat dan bahan; membersihkan alat dan bahan yang perlu dibersihkan terlebih dahulu; menyimpan bahan yang sudah disiapkan pada wadah yang sesuai; serta melakukan inventaris alat dan bahan bahan dengan tertib dan jujur. Membuat Hidangan Pada akhir Fase E, peserta didik dapat: membaca dan memahami isi resep serta bernalar kritis dalam melaksanakan proses pembuatan bumbu dasar, pembuatan soup, pembuatan dan penyimpanan gravy/sauce, pembuatan sandwich, memasak hidangan 301 Elemen Menyajikan Hidangan Capaian Pembelajaran berbahan utama nabati dan hidangan nasi berbumbu. Pada akhir Fase E, peserta didik dapat: membaca dan memahami isi resep serta bernalar kritis dalam melaksanakan proses penyajian, penyimpanan atau pengemasan hidangan dengan memberikan garnish berdasarkan kreativitas yang dimiliki peserta didik. 3. Fase F (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas XI dan XII) Pada akhir Fase F, peserta didik dapat menerapkan prosedur keselamatan dan kesehatan kerja; memahami pengertian resep masakan; mengetahui jenis alat memasak; mengetahui jenis bahan makanan; memasak; memahami memahami cara cara penggunaan dan penanganan perawatan bahan alat makanan; mengetahui cara penyimpanan alat dan bahan; membuat hidangan berbahan dasar utama hewani; membuat aneka hidangan kue tradisional Indonesia; membuat aneka produk pastry dan bakery; serta menerapkan cara penyajian, penyimpanan, dan pengemasan hidangan. Fase F berdasarkan elemen seperti berikut ini. Fase F Berdasarkan Elemen Elemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Persiapan Alat dan Bahan Membuat Hidangan Capaian Pembelajaran Pada akhir Fase F, peserta didik dapat: mematuhi prosedur kesehatan dan keselamatan kerja dengan disiplin dan bergotong royong; menggunakan alat pelindung diri (APD); menerapkan penggunaan alat pelindung diri (APD); memahami tata cara menggunakan alat pemadam kebakaran/APAR; memahami tata cara penggunaan alat P3K; serta menerapkan prosedur personal hygiene, food hygiene dan kitchen hygiene. Pada akhir Fase F, peserta didik dapat: membaca dan memahami isi resep serta bernalar kritis dalam mengidentifikasi kebutuhan alat dan bahan, menyiapkan alat dan bahan, membersihkan alat dan bahan yang perlu dibersihkan terlebih dahulu, menyimpan bahan yang sudah disiapkan pada wadah yang sesuai, serta melakukan inventaris alat dan bahan bahan dengan tertib dan jujur. Pada akhir Fase F, peserta didik dapat: membaca dan memahami isi resep serta bernalar kritis dalam melaksanakan proses pembuatan hidangan berbahan dasar hewani, 302 Elemen Menyajikan Hidangan Capaian Pembelajaran pembuatan kue tradisional Indonesia, dan pembuatan produk pastry dan bakery. Pada akhir Fase F, peserta didik dapat: membaca dan memahami isi resep serta bernalar kritis dalam melaksanakan proses penyajian, penyimpanan atau pengemasan hidangan dengan memberikan garnish berdasarkan kreatifitas yang dimiliki peserta didik. 303 XXII. CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KHUSUS KETERAMPILAN BUDI DAYA TANAMAN HORTIKULTURA A. Rasional Mata Pelajaran Budi Daya Tanaman Hortikultura Pendidikan menghendaki adanya perubahan pada diri peserta didik. Perubahan yang diharapkan ialah dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Perubahan menghendaki adanya transparansi proses sehingga perubahan yang dimiliki merupakan perubahan yang bersifat permanen dalam arti akan menjadi milik dari peserta didik. Perubahan tersebut diharapkan akan menjadi bekal dalam kehidupan peserta didik. Demikian pula bagi peserta didik berkebutuhan khusus yang berhak menerima perubahan. Termasuk peserta didik berkebutuhan khusus yang memiliki hambatan intelektual. Bagi peserta intelektual, kompensasi didik berkebutuhan pengembangan dari khusus keterampilan keterbatasan mereka dengan hambatan merupakan secara bentuk akademik. Keterampilan-keterampilan sederhana atau yang sedikit lebih rumit pun dapat diberikan sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki. Dalam hal ini, butuh perjuangan dari semua stakeholder untuk mewujudkan cita-cita utama yang didambakan oleh peserta didik dengan hambatan intelektual, yaitu pribadi yang mandiri. Salah satu usaha yang dilakukan ialah dengan memberikan bekal berupa keterampilan yang dapat langsung dirasakan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Di antara jenis keterampilan yang dapat diberikan kepada peserta didik berkebutuhan khusus dengan hambatan intelektual budi daya hortikultura. Budi daya hortikultura berupa merupakan pengembangan dari kebiasaan sebagian besar penduduk Indonesia untuk memenuhi kebutuhan pangannya, yaitu bertani. Bertani merupakan budaya sebagian besar penduduk Indonesia yang memiliki wilayah agraris. Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, budaya bertani di Indonesia pun mengalami perkembangan. Keterampilan budi daya hortikultura dianggap cocok dijadikan bekal keterampilan bagi peserta didik berkebutuhan khusus dengan hambatan intelektual di satuan pendidikan SMPLB dan SMALB. Pada usia ini, diharapkan peserta didik mampu menerima transfer 304 pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diberikan guru karena kematangan secara fisik dan motorik dianggap sudah memungkinkan untuk diberikan keterampilan budi daya hortikultura. Selain pribadi yang mandiri, diharapkan juga dengan keterampilan yang diberikan, peserta didik dengan hambatan intelektual mampu menjadi pribadi yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berkebhinekaan global, mampu bergotong royong, bernalar kritis, dan kreatif. Diharapkan dengan cakupan materi yang lengkap dan komprehensif, peserta didik memiliki sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dapat membekali dirinya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, setelah lulus, peserta didik memiliki keahlian keterampilan di bidang pertanian, khususnya budi daya tanaman hortikultura dengan menyesuaikan keadaan lingkungan di sekitarnya. Ruang lingkup dari Budi Daya Tanaman Hortikultura meliputi pengenalan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), menyiapkan lahan atau media tanam, menyiapkan bibit, penanaman dan perawatan tanaman, memanen serta tindak lanjut setelah panen. B. Tujuan Mata Pelajaran Budi Daya Tanaman Hortikultura Tujuan dari mata pelajaran Budi Daya Tanaman Hortikultura adalah membekali peserta didik dengan pengetahuan, sikap, dan keterampilan untuk: a. mengenal dan mampu melaksanakan prosedur K3 dalam kegiatan budi daya hortikultura khususnya tanaman sayuran, buah semusim, dan tanaman hias; b. mengenal dan memahami budi daya hortikultura khususnya jenis tanaman sayuran, buah semusim, dan tanaman hias; c. mengenal dan memahami pengolahan jenis lahan atau media tanam budi daya hortikultura tanaman sayuran, buah semusim, dan tanaman hias; d. mengenal dan mampu melakukan pembibitan budi daya hortikultura tanaman sayuran, buah semusim, dan tanaman hias; e. mengenal dan mampu melakukan tata cara penanaman dan perawatan budi daya hortikultura tanaman sayuran, buah semusim, dan tanaman hias; 305 f. mengenal dan memahami tata cara panen dan alat yang digunakan khususnya jenis tanaman sayuran, buah semusim, dan tanaman hias; g. mengenal dan mampu melaksanakan panen tanaman sayuran, buah semusim, dan tanaman hias sesuai tahapannya; h. mengenal dan mampu melaksanakan pengemasan dan pemasaran hasil panen tanaman sayuran, buah semusim, dan tanaman hias. C. Karakteristik Mata Pelajaran Budi Daya Tanaman Hortikultura 1. Deskripsi Umum Mata Pelajaran Dalam mata pelajaran Budi Daya Tanaman Hortikultura, diharapkan peserta didik dapat memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk melakukan hal-hal yang biasa dilakukan dalam sebuah proses budi daya. Mulai dari penyiapan lahan/media tanam, penyiapan bibit, penanaman, perawatan, panen, dan pemasaran. Tentunya, kegiatan yang dilaksanakan telah disesuaikan dengan kemampuan peserta didik. Penyesuaian tersebut dapat pada jenis tanaman yang dipilih untuk ditanam. Tanaman hortikultura merupakan cabang dari Agronomi. Macammacam tanaman hortikultura terbagi menjadi 5 bagian, yakni tanaman sayuran (olerikultura), tanaman buah (frutikultur/ pomologi), tanaman hias bunga (florikultura), tanaman obat (biofarmaka), dan taman (lanskap). Tingkat SMPLB akan belajar tentang tanaman sayuran. Tingkat SMALB akan belajar tentang tanaman buah semusim dan tanaman hias. Pemilihan tanaman yang dipelajari disesuaikan dengan taraf kemampuan peserta didik. Dengan demikian, diharapkan peserta didik tidak mengalami kesulitan untuk mengikuti kegiatan budi daya hortikultura. Tahap ini membuat porsi pengetahuan 30% dan keterampilan 70%. Proses pembelajaran mata pelajaran Budi Daya Tanaman Hortikultura berada di jenjang pendidikan SMPLB yang merupakan Fase D (usia mental ± 9 tahun) hingga tingkat SMALB yang merupakan fase E dan F (usia mental ± 10 tahun). Alur proses pembelajaran mata pelajaran Budi Daya Tanaman Hortikultura meliputi seperti berikut. 306 a. Pengetahuan dan penerapan prosedur Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). b. Pengetahuan akan tanaman. c. Pengetahuan dan keterampilan penyemaian tanaman. d. Pengetahuan dan keterampilan penanaman bibit tanaman. e. Pengetahuan dan keterampilan penyediaan, pengolahan, dan pemasaran produk tanaman. Ada banyak tanaman yang dapat ditanam pada budi daya hortikultura. Akan tetapi, alur proses pembelajaran pada mata pelajaran Budi Daya Tanaman Hortikultura ini difokuskan pada tanaman sayuran, buah semusim, dan tanaman hias. Fase D akan fokus pada tanaman sayuran, Fase E fokus pada tanaman buah semusim, dan Fase F fokus pada tanaman hias. Penilaian meliputi aspek pengetahuan (tes dan nontes), sikap (observasi), dan keterampilan (proses, produk, dan portofolio). Pembelajaran Budi Daya Tanaman Hortikultura dapat dilakukan secara block system, disesuaikan dengan karakteristik elemen yang dipelajari. 2. Elemen Mata Pelajaran Budi Daya Tanaman Hortikultura Elemen Mata Pelajaran Budi Daya Tanaman Hortikultura dan Deskripsinya Elemen Penerapan Prosedur Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Pengenalan Jenis Tanaman Sayuran Penyemaian Bibit Tanaman Sayuran Penanaman Bibit Tanaman Sayuran Deskripsi Elemen ini meliputi pengidentifikasian peralatan dan bahan yang mengandung zat kimia (pupuk dan pestisida) serta mengikuti prosedur kesehatan dan keselamatan kerja secara mandiri, bergotong royong, teliti, kritis, dan bertanggung jawab. Elemen ini memberikan pengetahuan tentang mengenal macam-macam, ciri-ciri, dan jenis tanaman sayuran yang sesuai dengan kondisi lingkungan tempat tinggal secara mandiri, teliti, dan kritis. Elemen ini memberikan pengetahuan tentang mengenal jenis media tanamnya, menyiapkan persemaian hingga menyeleksi bibit tanaman sayuran secara mandiri, bergotong royong, teliti, kritis, dan bertanggung jawab. Elemen ini mengajak peserta didik untuk melakukan praktik menanam bibit tanaman buah semusim dari menyiapkan lahan tanam, proses menanam, hingga melakukan perawatan tanaman sayuran secara mandiri, bergotong royong, teliti, kritis, dan bertanggung jawab. 307 Elemen Deskripsi Penyediaan Produk Hasil Tanaman Sayuran Elemen ini mengajak peserta didik untuk melakukan praktik proses memanen, penanganan pascapanen buah semusim, hingga penjualan produk tanaman sayuran secara mandiri, bergotong royong, teliti, kritis, bertanggung jawab, dan berwawasan kebhinekaan global. Pengenalan Tanaman Buah Semusim Elemen ini memberikan pengetahuan tentang mengenal macam-macam, ciri-ciri, dan jenis tanaman buah semusim yang sesuai dengan kondisi lingkungan tempat tinggal secara mandiri, teliti, dan kritis. Elemen ini memberikan pengetahuan tentang mengenal jenis tanaman buah semusim, jenis media tanamnya, menyiapkan persemaian hingga menyeleksi bibit tanaman buah semusim secara mandiri, bergotong royong, teliti, kritis, dan bertanggung jawab. Elemen ini mengajak peserta didik untuk melakukan praktik menanam bibit tanaman buah semusim dari menyiapkan lahan tanam, proses menanam, hingga melakukan perawatan tanaman buah semusim secara mandiri, bergotong royong, teliti, kritis, dan bertanggung jawab. Penyemaian Bibit Tanaman Buah Semusim Penanaman Bibit Tanaman Buah Semusim Penyediaan Produk Hasil Tanaman Buah Semusim Elemen ini mengajak peserta didik untuk melakukan praktik proses memanen, penanganan pascapanen buah semusim, hingga penjualan produk tanaman buah semusim secara mandiri, bergotong royong, teliti, kritis, bertanggung jawab, dan berwawasan kebhinekaan global. Pengenalan Tanaman Hias Elemen ini memberikan pengetahuan tentang mengenal macam-macam, ciri-ciri, dan jenis tanaman hias yang sesuai dengan kondisi lingkungan tempat tinggal secara mandiri, teliti, dan kritis. Elemen ini memberikan pengetahuan tentang mengenal jenis tanaman hias, jenis media tanaman, hingga keterampilan menyemai bibit tanaman hias, serta menyeleksi bibit tanaman hias secara mandiri, bergotong royong, teliti, kritis, dan bertanggung jawab. Elemen ini mengajak peserta didik untuk melakukan praktik menanam tanaman hias mulai dari menyiapkan lahan tanam, proses menanam, hingga perawatan tanaman hias secara mandiri, bergotong royong, teliti, kritis, dan bertanggung jawab. Penyemaian Bibit Tanaman Hias Penanaman Bibit Tanaman Hias Penyediaan Produk Hasil Tanaman Hias Elemen ini mengajak peserta didik untuk melakukan praktik proses memanen, penanganan pascapanen, hingga menjual produk tanaman hias secara mandiri, bergotong royong, teliti, kritis, bertanggung jawab, dan berwawasan kebhinekaan global. 308 D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Budi Daya Tanaman Hortikultura Setiap Fase 1. Fase D ( Usia Mental ± 9 Tahun dan Umumnya Kelas VII, VIII, dan IX) Pada akhir Fase D, peserta didik mampu mempersiapkan dan menerapkan prosedur Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), mengidentifikasi jenis tanaman sayuran, dan mempraktikkan budi daya tanaman hortikultura dengan jenis tanaman sayuran meliputi penyemaian bibit, penanaman bibit, hingga menyediakan produk. Fase D Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Penerapan Prosedur Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Pada akhir Fase D, peserta didik mampu mengidentifikasi peralatan dan bahan yang mengandung zat kimia (pupuk dan pestisida), mengikuti prosedur kesehatan dan keselamatan kerja (K3) secara mandiri, gotong royong, teliti, kritis, dan bertanggung jawab. Pengenalan Tanaman Sayuran Pada akhir Fase D, peserta didik mampu mengidentifikasi macam-macam, ciri-ciri, dan jenis tanaman sayuran yang sesuai dengan kondisi lingkungan tempat tinggal secara mandiri, teliti, dan kritis. Penyemaian Bibit Tanaman Sayuran Pada akhir fase D, peserta didik mengenal jenis media tanam tanaman sayuran, mampu menyiapkan alat dan bahan penyemaian tanaman sayuran, menyemai, menanam bahan/bibit tanaman sayuran, menyeleksi bibit tanaman sayuran, mengidentifikasi dan menyebutkan ciri-ciri, dan contoh tanaman sayuran secara mandiri, gotong royong, teliti, kritis, dan bertanggung jawab. Penanaman Bibit Tanaman Sayuran Pada akhir Fase D, peserta didik dapat memisahkan bibit dari media semai dan menanam bibit pada media tanam yang sudah disiapkan dengan cara yang benar; melakukan perawatan tanaman sayuran seperti penyiraman, pemupukan, penyiangan, pemberantasan hama/gulma secara mandiri, gotong royong, teliti, kritis, dan bertanggung jawab. Penyediaan Produk Hasil Tanaman Sayuran Pada akhir Fase D, peserta didik dapat menyiapkan keperluan alat dan wadah untuk menampung hasil panen tanaman sayuran, memilih dan memilah hasil panen tanaman sayuran yang baik untuk dilakukan pengemasan yang sesuai dengan karakteristik tanaman sayuran yang dipanen. 2. Fase E (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas X) 309 Pada akhir Fase E, peserta didik mampu mempersiapkan dan menerapkan prosedur Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), mematuhi prosedur mengidentifikasi pencegahan jenis tanaman kecelakaan buah semusim, kerja, dan mempraktikkan budi daya tanaman hortikultura dengan jenis tanaman buah semusim meliputi penyemaian bibit, hingga penanaman bibit. Fase E Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Penerapan Prosedur Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Pada akhir Fase E diharapkan peserta didik mampu mengidentifikasi bahaya dan cara menghindarinya dalam melaksanakan prosedur kesehatan dan keselamatan kerja (K3) secara mandiri, gotong royong, teliti, kritis, dan bertanggung jawab. Pengenalan Tanaman Buah Semusim Pada akhir Fase E, peserta didik mampu mengidentifikasi macam-macam, ciri-ciri, dan jenis tanaman buah semusim yang sesuai dengan kondisi lingkungan tempat tinggal secara mandiri, teliti, dan kritis. Penyemaian Bibit Tanaman Buah Semusim Pada akhir Fase E, peserta didik mampu mengembangkan pengetahunan dan keterampilan tentang jenis media tanaman buah semusim, mempersiapkan benih dan peralatan persemaian, melakukan persemaian hingga menyeleksi bibit tanaman buah semusim secara mandiri, gotong royong, teliti, kritis, dan bertanggung jawab. Penanaman Bibit Tanaman Buah Semusim Pada akhir Fase E, peserta didik mampu memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam mempersiapkan lahan tanam, proses menanam bibit, dan melakukan perawatan tanaman buah semusim secara mandiri, gotong royong, teliti, kritis, dan bertanggung jawab. 3. Fase F (Usia Mental ±10 Tahun dan Umumnya Kelas XI dan XII) Pada akhir Fase F, peserta didik mampu melaksanakan prosedur penyediaan produk hasil tanaman buah semusim yang merupakan kelanjutan dari Fase E, mengidentifikasi jenis tanaman hias, dan mempraktikkan budi daya tanaman hortikultura dengan jenis tanaman hias meliputi penyemaian bibit, penanaman bibit, hingga menyediakan produk. Fase F Berdasarkan Elemen 310 Elemen Capaian Pembelajaran Penyediaan Produk Hasil Tanaman Buah Semusim Pada akhir fase F, peserta didik mampu memiliki pengetahuan dan keterampilan pada proses memanen, penanganan pascapanen, dan penjualan produk tanaman buah semusim secara jujur, mandiri, gotong royong, teliti, kritis, bertanggung jawab, dan berwawasan kebhinekaan global. Pengenalan Tanaman Hias Pada akhir Fase F, peserta didik mampu mengidentifikasi macam-macam, ciri-ciri, dan jenis tanaman hias yang sesuai dengan kondisi lingkungan tempat tinggal secara mandiri, teliti, dan kritis. Penyemaian Bibit Tanaman Hias Pada akhir Fase F, peserta didik mampu mengembangkan pengetahunan dan keterampilan tentang jenis tanaman hias, jenis media tanaman, mempersiapkan benih dan peralatan persemaian, melakukan persemaian hingga menyeleksi bibit tanaman hias secara mandiri, gotong royong, teliti, kritis, dan bertanggung jawab. Penanaman Bibit Tanaman Hias Pada akhir Fase F, peserta didik mampu memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam mempersiapkan lahan tanam, proses menanam bibit, dan melakukan perawatan tanaman hias secara mandiri, gotong royong, teliti, kritis, dan bertanggung jawab. Penyediaan Produk Hasil Tanaman Hias Pada akhir Fase F, peserta didik mampu memiliki pengetahuan dan keterampilan pada proses memanen, penanganan pascapanen, dan penjualan produk tanaman hias secara jujur, mandiri, gotong royong, teliti, kritis, bertanggung jawab, dan berwawasan kebhinekaan global. 311 XXIII. CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KHUSUS TATA KECANTIKAN A. Rasional Mata Pelajaran Tata Kecantikan Tata Kecantikan adalah mata pelajaran yang memuat materi dasar teknik perawatan, pelayanan jasa kecantikan kulit, dan rambut. Peserta didik akan belajar merawat dan mempercantik kulit untuk menjaga kesehatan kulit, dan mencerahkan mempertahankan, hingga meremajakan kulit dan rambut yang meningkatkan penampilan seseorang. Peserta didik yang memiliki hambatan intelektual atau disertai kebutuhan khusus lainnya diharapkan akan mampu merawat diri setiap hari, meningkatkan penampilan tanpa harus ke salon, memiliki kecakapan hidup, keahlian untuk bekerja, dan berperan dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga serta lingkungannya. Pada fase D mata pelajaran tata kecantikan bertujuan untuk memberikan pengetahuan tata kecantikan dasar kepada peserta didik sehingga menjadi bekal awal peserta didik sebelum memasuki materi lanjutan di fase E dan F. Dengan mempelajari mata pelajaran tata kecantikan, peserta didik diharapkan mampu mengembangkan hardskill dan softskill diri mereka sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila, yaitu beriman, bertakwa kepada tuhan yang maha esa, dan berakhlak mulia, bernalar kritis, kreatif, mandiri, disiplin dan gotong-royong. Tata Kecantikan mengembangkan peserta didik secara optimal pengetahuan, keterampilan, dan sikap untuk menjadi sumber daya manusia yang kompeten untuk menghadapi tantangan perubahan zaman, menunjang pengembangan diri melalui jalur studi, pengembangan karier, dan bekerja di bidang tata kecantikan. Setiap materi mengajarkan tahapan-tahapan penguasaan hardskill dan softskill dengan model pembelajaran penyingkapan (discovery learning), model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), dan model pembelajaran berbasis proyek (project based learning). Secara holistik akan terbentuk karakter Profil Pelajar Pancasila sehingga menjadi insan yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, bernalar kritis, mandiri, kreatif, mampu bergotong royong dan berkebinekaan global. Materi tingkat lanjutan pada elemen pengetahuan menerapkan lingkungan kerja bersih dan aman, sesuai prinsip keselamatan dan kesehatan kerja, menerapkan perawatan kulit wajah dan rias wajah, 312 melakukan perawatan tangan dan kaki, merawat kulit kepala dan rambut, perawatan kulit wajah bermasalah, menggunakan dan menjual produk kecantikan. Capaian pembelajaran pada elemen dan materi ini menjadi gambaran pembelajaran yang dapat dipelajari peserta didik untuk memiliki keahlian dalam bidang tata kecantikan seiring kebutuhan masyarakat. Pembelajaran dapat dikembangkan menyesuaikan sarana dan prasarana, kemampuan peserta didik, dan lingkungan. B. Tujuan Mata Pelajaran Tata Kecantikan Mata pelajaran Tata Kecantikan bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat: 1. Menerapkan prosedur lingkungan kerja bersih dan aman. 2. Melakukan komunikasi di tempat bekerja. 3. Meningkatkan pengetahuan anatomi dan gizi untuk perawatan kecantikan. 4. Melakukan persiapan alat, bahan dan lenan. 5. Meningkatkan keterampilan perawatan kulit dan rambut. 6. Memiliki rasa ingin tahu, persiapan diri dan area kerja. 7. Meningkatkan keterampilan perawatan kulit wajah dan rias wajah. 8. Meningkatkan keterampilan perawatan tangan dan kaki. 9. Memiliki sikap dan etos kerja yang baik, kreatif, disiplin dan bernalar kritis dalam melakukan perawatan kulit wajah bermasalah. 10. Melakukan kerja lapangan secara profesional. C. Karakteristik Mata Pelajaran Tata Kecantikan 1. Deskripsi Umum Mata Pelajaran Mata pelajaran Tata Kecantikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam bidang perawatan kulit dan rambut karena berisi materi dasar yang diperlukan untuk menunjang pengembangan sikap, pengetahuan, dan keterampilan pada kompetensi di kelas berikutnya. Pada awal pembelajaran sebelum memasuki materi pokok, peserta didik diperkenalkan lapangan pekerjaan yang berkaitan dengan dunia jasa perawatan kulit dan rambut, serta jenis pekerjaan yang terkait setelah lulus nanti. Pembelajaran Tata Kecantikan dilaksanakan melalui: 313 1. Pembelajaran di kelas. 2. Pembelajaran di ruang praktikum (ruang tata kecantikan/salon). 3. Proyek tugas sederhana. 4. Berkunjung pada sekolah menengah kejuruan jurusan kecantikan dan industri yang relevan. 2. Elemen Mata Pelajaran Elemen Mata Pelajaran Tata Kecantikan dan Deskripsinya Elemen Deskripsi Lingkungan kerja bersih dan aman, sesuai prinsip keselamatan dan kesehatan kerja. Merupakan semua kegiatan yang berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan kerja yang diperlukan untuk menerapkan lingkungan kerja bersih dan aman, sesuai prinsip keselamatan dan kesehatan kerja, menerapkan tertib kerja, menyediakan lingkungan tenang dan nyaman bagi pelanggan, menyiapkan dan memelihara area kerja dan peralatan, mematuhi prosedur-prosedur keadaan darurat. Komunikasi di tempat bekerja. Merupakan kegiatan tahap awal yang berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan kerja yang diperlukan untuk melakukan komunikasi dengan pelanggan, menerima kehadiran pelanggan (costumer service) di tempat kerja, menjelaskan perawatan/praperawatan, proses perawatan, pasca perawatan, menangani ketidakpuasan pelanggan. Melakukan komunikasi dengan teman sejawat di tempat kerja, memberikan bantuan untuk kolega, menjaga standar presentasi personal, bekerja dalam tim. Pengetahuan anatomi dan fisiologi untuk perawatan kecantikan. Suatu proses yang menjelaskan pengetahuan dan keterampilan kerja yang diperlukan untuk menerapkan pengetahuan anatomi dan fisiologi untuk perawatan kecantikan dan menerapkan pengetahuan sistem organ tubuh pada perawatan kecantikan. Pengetahuan gizi pada perawatan kecantikan. Pengetahuan gizi merupakan pengetahuan tentang pentingnya zat gizi dan pengetahuan tentang sistem tubuh pada perawatan kecantikan kulit dan rambut dan memberikan nasihat tentang diet atau makanan. Persiapan alat, lenan, dan bahan. Elemen ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan, sikap kerja yang diperlukan dalam melakukan persiapan alat, lenan, bahan kosmetik pada perawatan kulit dan rambut. Persiapan diri dan area kerja. Menyiapkan mental dengan penuh percaya diri dan penampilan diri ( kebersihan kuku, mulut, badan, merias wajah, pakaian kerja, dan sepatu) sesuai SOP sebagai seorang beautician untuk menyambut pelanggan serta melakukan persiapan area kerja sebelum dan sesudah melakukan perawatan kecantikan. Perawatan kulit wajah dan rias wajah sehari-hari. Suatu proses menjelaskan pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang diperlukan untuk merawat kulit wajah dan rias wajah sehari-hari, konsultasi dan menyiapkan pelanggan. Analisa kulit wajah, perawatan, pembersihan, memberikan saran dan nasihat pasca 314 Elemen Deskripsi perawatan. Membersihkan area kerja, alat, bahan dan kosmetika, mematuhi peraturan pemerintah tentang kesehatan dan keselamatan kerja. Perawatan tangan dan mewarnai kuku (Manicure). Elemen ini berhubungan dengan perawatan tangan dan mewarnai kuku, meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang diperlukan dalam melakukan persiapan alat, lenan dan bahan kosmetik pada perawatan tangan dan mewarnai kuku dengan teliti dan mandiri. Melakukan perawatan tangan dengan cara memotong, membersihkan, membentuk kuku yang ideal serta mewarnainya sehingga meningkatkan penampilan. Perawatan kaki dan mewarnai kuku (Pedicure). Elemen ini berhubungan dengan perawatan kaki dan mewarani kuku, meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang diperlukan dalam melakukan persiapan alat, lenan dan bahan kosmetik pada perawatan kaki dan mewarnai kuku dengan teliti dan mandiri. Melakukan perawatan kaki dengan cara memotong, membersihkan, membentuk kuku yang ideal serta mewarnainya sehingga meningkatkan penampilan. Kulit kepala dan rambut. Suatu proses perawatan yang berkaitan dengan kesehatan kulit kepala dan rambut. Rangkaian perawatan ini diawali dengan pencucian, pengeringan dan penataan rambut dengan bertanggungjawab. Merias wajah panggung. Melakukan riasan wajah yang digunakan untuk penampilan khusus di panggung baik dari jarak dekat maupun jarak jauh menggunakan alas bedak anti air (waterproof) dengan mempertegas garis-garis wajah, menampilkan karakter dan menggunakan teknik tertentu dengan teliti dan kreatif. Merias wajah fantasi. Melakukan riasan wajah yang digunakan untuk penampilan khusus fantasi bagian wajah, menggunakan cosmetic face painting dengan menampilkan karakter, menggunakan teknik dan tema tertentu dengan teliti dan kreatif. Perawatan kulit wajah bermasalah. Melakukan pembersihan dengan kosmetika sesuai dengan kulit berjerawat, penguapan, acupressure, mengeluarkan jerawat dan penggunaan masker sesuai dengan jenis kulit dan prosedur yang benar dan mandiri. Menata hair piece. Melakukan penataan dan pembentukan hair piece untuk dijadikan sanggul atau penataan khusus sesuai desain yang direncanakan dengan teliti dan kreatif. Penataan rambut teknik lepas, kepang, dan pilin. Melakukan penataan rambut lepas dan dengan cara dikepang, pilin (twist) dan berbagai modifikasi dengan kreatif dan mandiri sesuai keinginan. Menjual produk dan jasa kecantikan. Menjual produk kecantikan rambut, produk kecantikan kulit dan wajah, produk perawatan rambut, kulit dan wajah, serta menjual jasa kecantikan kulit, perawatan kulit dan menjual jasa kecantikan rambut dengan jujur dan teliti. D. Capaian Pembelajaran Tata Kecantikan Setiap Fase 1. Fase D (Usia Mental ± 9 Tahun dan Umumnya Kelas VII, VIII, dan IX) 315 Pada akhir Fase D, peserta didik mampu menerapkan sesuai prosedur lingkungan kerja bersih dan aman sesuai prinsip keselamatan dan kesehatan kerja, melakukan komunikasi di tempat bekerja, mengaplikasikan pengetahuan anatomi dan fisiologi, serta menerapkan pengetahuan gizi pada perawatan kecantikan. Fase D Berdasarkan Elemen Elemen Lingkungan kerja bersih dan aman, sesuai prinsip keselamatan dan kesehatan kerja. Komunikasi di tempat bekerja. Pengetahuan anatomi dan fisiologi untuk perawatan kecantikan. Pengetahuan gizi pada perawatan kecantikan. Alat, lenan, dan bahan. Persiapan diri dan area kerja. Perawatan kulit wajah dan rias wajah sehari-hari. Capaian Pembelajaran Pada akhir Fase D, peserta didik dapat melakukan prosedur kerja yang dilaksanakan sesuai prosedur standar keselamatan dan kesehatan kerja, situasi darurat dan potensi bahaya diidentifikasi sesuai peraturan K3, peralatan dan perlengkapan kerja dipastikan kebersihan dan keamanannya. Alat pelindung diri (APD) digunakan sesuai dengan fungsinya. Standar sanitasi peralatan dan perlengkapan kerja pada tempat kerja, keadaan darurat dilakukan dan dikomunikasikan kepada yang berwenang. Peserta didik melakukannya dengan jujur, bertanggungjawab dan gotong royong. Pada akhir Fase D, peserta didik dapat melakukan komunikasi dengan pelanggan dan teman sejawat yang dilakukan sesuai prosedur serta prinsip-prinsip komunikasi secara jujur dan bertanggungjawab. Pada akhir Fase D, peserta didik dapat mengenali anatomi dan fisiologi kulit dan rambut serta bernalar kritis untuk perawatan kecantikan, menerapkan pengetahuan tersebut sesuai dengan kemampuan yang dilakukan dengan prinsip aman dan bermanfaat bagi pelanggan secara jujur dan bertanggungjawab. Pada akhir Fase D, peserta didik dapat memiliki pengetahuan gizi serta menerapkanya dan bernalar kritis dilakukan secara mandiri, jujur dan teliti. Pada akhir Fase D, peserta didik dapat mengidentifikasi kebutuhan, menyiapkan, menggunakan, membersihkan dan melakukan inventaris alat dan lenan dengan jujur. Menyiapkan bahan perawatan, mengidentifikasi kebutuhan bahan, memilih bahan sesuai kebutuhan, membersihkan bahan, menyimpan pada wadah yang sesuai, melakukan inventaris bahan dengan jujur dan mandiri. Pada akhir Fase D, peserta didik dapat membaca dan memahami, serta bernalar kritis. Menyiapkan mental dengan penuh percaya diri dan penampilan diri (kebersihan kuku, mulut, badan, merias wajah, pakaian kerja, dan sepatu) sesuai SOP sebagai seorang beautician untuk menyambut pelanggan serta melakukan persiapan area kerja sebelum dan sesudah melakukan perawatan kecantikan secara mandiri, jujur, kreatif dan bertanggungjawab. Pada akhir Fase D, peserta didik dapat membaca dan memahami, serta bernalar kritis. Menyiapkan alat dan bahan secara mandiri. Melaksanakan proses perawatan kulit wajah dan rias wajah sehari-hari, melakukan konsultasi, menyiapkan pelanggan, analisa 316 Elemen 2. Fase E Capaian Pembelajaran kulit wajah, melakukan perawatan, pembersihan, memberikan saran dan nasihat pasca perawatan. Membersihkan area kerja, alat, bahan dan kosmetik, serta mematuhi peraturan pemerintah tentang kesehatan dan keselamatan kerja. (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas X) Pada akhir Fase E, peseta didik dapat menerapkan lingkungan kerja bersih dan aman, mematuhi prosedur pencegahan kecelakaan kerja, melakukan proses perawatan tangan dan kaki, serta menentukan perawatan kulit kepala dan rambut. Fase E Berdasarkan Elemen Elemen Lingkungan kerja bersih dan aman, sesuai prinsip keselamatan dan kesehatan kerja. Perawatan tangan dan mewarnai kuku (manicure). Perawatan kaki dan mewarnai kuku (pedicure). Perawatan kulit kepala dan rambut. Capaian Pembelajaran Pada akhir Fase E, peserta didik mampu melakukan segala kegiatan yang berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan kerja yang diperlukan untuk menerapkan lingkungan kerja bersih dan aman, sesuai prinsip keselamatan dan kesehatan kerja, menerapkan tertib kerja berdasarkan peraturan keselamatan dan kesehatan kerja, menyediakan lingkungan tenang dan nyaman bagi pelanggan, menyiapkan dan memelihara area kerja, memeriksa dan memelihara peralatan dan perlengkapan kerja, melakukan prosedur keselamatan dan keamanan kerja, mematuhi prosedur-prosedur keadaan darurat dengan mandiri dan bertanggungjawab. Pada akhir Fase E, peserta didik memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja sehingga mampu melakukan perawatan tangan, mewarnai kuku dan membuat kreasi nail art, meliputi persiapan alat, proses pewarnaan dasar, kreasi hingga topcoat, lenan dan bahan kosmetik secara teliti, mandiri, kreatif, dan bertanggungjawab. Pada akhir Fase E, peserta didik memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja sehingga mampu melakukan perawatan kaki, mewarnai kuku kaki, persiapan alat, membuat kreasi nail art, proses pewarnaan dasar, kreasi hingga topcoat, lenan dan bahan kosmetik secara teliti, kreatif, mandiri, dan bertanggungjawab. Pada akhir Fase E, peserta didik mampu melakukan perawatan kulit kepala dan rambut yang sesuai dengan kemampuan dilakukan dengan prinsip aman dan bermanfaat bagi pelanggan; menerapkan perawatan kulit kepala dan rambut secara basah (creambath) dan dengan masker, mulai dari pencucian, penggunaan kream rambut secara merata, pemijatan, hair steaming, membilas, serta mengeringkan rambut dengan alat yang lebih modern yaitu hair dryer 317 Elemen Merias wajah panggung. Capaian Pembelajaran dilakukan secara mandiri, jujur, teliti dan bertanggungjawab. Pada akhir Fase E, peserta didik mampu merias wajah panggung sesuai dengan tema atau karakter tertentu untuk penampilan di panggung secara mandiri, kreatif, teliti, dan bertanggungjawab. 3. Fase F (Usia Mental ≤ 10 Tahun dan Umumnya Kelas XI dan XII) Pada akhir Fase E, peserta didik dapat menentukan rias wajah fantasi, perawatan kulit wajah bermasalah, dan melakukan penataan rambut hair piece. Fase F Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Merias wajah fantasi. Pada akhir Fase F, peserta didik mampu merias wajah fantasi (face painting) baik fantasi nasional (fancy) maupun fantasi internasional sesuai dengan tema atau karakter tertentu secara mandiri, kreatif, dan bertanggungjawab. Perawatan kulit wajah bermasalah. Pada akhir Fase F, peserta didik mampu merawat kulit wajah kering, kusam, berjerawat/berkomedo, berpigmentasi, kering kasar (dehidrasi), dan menua (aging skin) secara manual, teliti, mandiri dan bertanggungjawab. Menata hair piece (wig) rambut asli/sintesis. Pada akhir Fase F, peserta didik dapat melakukan penataan atau membentuk, mencuci, mengeringkan, dan menyimpan hair piece. Membersihkan dan merapikan area kerja dengan sesuai SOP seorang beautician secara mandiri, teliti, dan bertanggungjawab. Penataan rambut teknik lepas, kepang, pilin dan simpul. Pada akhir Fase F, peserta didik mampu melakukan penataan rambut teknik lepas, kepang (strand braid), pilin (twist), dan simpul (knot) sesuai kreasi dengan berbagai model menghasilkan penataan yang anggun, apik dan trendi, secara kreatif, dan mandiri. Pada akhir Fase F, peserta didik mampu menjual produk kecantikan dan jasa kecantikan. Menjual produk kecantikan rambut, kulit dan wajah, serta menjual jasa kecantikan kulit, wajah, dan rambut dengan berani, jujur, kreatif, dan bertanggungjawab. Menjual produk dan jasa kecantikan. E. Glosarium Acupressure :Istilah yang rangsangan digunakan titik untuk akupunktur penekanan atau teknik mekanik. 318 memberikan dengan teknik Aging skin :Kondisi kulit yang berubah seiring bertambahnya usia dengan ciri-ciri kulit tampak kendur, berkerut, menipis, dan dipenuhi flek hitam. Anatomi :Ilmu yang mempelajari susunan tubuh dan bentuk tubuh makhluk hidup. APD :Alat Pelindung Diri adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan risiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di sekelilingnya. Beautician :Tenaga profesional yang bekerja di salon maupun klinik kecantikan yang berhubungan langsung dengan klien atau pelanggan. costumer service :Divisi yang memainkan peranan penting dalam proses pertahanan sebuah perusahaan yang berhubungan langsung dengan pelanggan. Cosmetic face painting: Make up dekoratif yang biasa digunakan untuk make up karakter di acara tertentu, seperti pertunjukan drama kolosal, drama musikal, syuting film, acara festival dan lain lain. Creambath :Perawatan rambut dan kulit kepala untuk melembapkan rambut yang kering, melembutkan dan memberi nutrisi pada rambut, serta mencegah rambut dari kerusakan. Dehidrasi :Kondisi ketika cairan tubuh yang hilang lebih banyak daripada yang dikonsumsi. Discovery learning :Model pembelajaran penyingkapan/penemuan memahami konsep, melalui proses arti, intuitif adalah dan hubungan untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan. Face painting :Seni melukis wajah manusia dengan cat khusus. Fancy :Istilah yang digunakan untuk jenis tata rias fantasi nasional, rias yang masih menampilkan wajah yang cantik sesuai dengan ide yang didapat. 319 Fisiologi :Ilmu faal (dibaca fa-al) adalah salah satu dari cabang-cabang biologi yang mempelajari berlangsungnya sistem kehidupan. Hardskill :Kemampuan spesifik yang harus dimiliki untuk suatu pekerjaan tertentu. Hair piece :Aksesori yang sangat berperan memperindah tata rambut. Hair dryer :Alat pengering genggam, untuk menata dan mengeringkan rambut. Hair steaming :Proses memberi penyerapan uap nutrisi rambut bisa sehingga berjalan lebih maksimal. Hair piece :Aksesori yang sangat berperan memperindah tata rambut. Knot :Istilah yang digunakan untuk cara menata rambut yang membentuk cepol seolah terikat simpul. Komedo :Kotoran kecil yang muncul di pori-pori kulit, dan merupakan cikal bakal jerawat. Kosmetik :Zat perawatan yang digunakan untuk meningkatkan penampilan. Lenan :Merupakan bahan yang terbuat dari serat tumbuhan. Manicure :Perawatan kecantikan kosmetik untuk kuku dan tangan yang dilakukan di rumah atau di salon kuku. Nail art :Cara kreatif untuk melukis, menghias, mempercantik, dan memperindah kuku. Pedicure :Rangkaian perawatan kecantikan yang dikhususkan untuk merawat kuku jari – jari kaki. Pilin (twist) :Jenis teknik dasar penataan rambut dengan cara memegang ujung rambut dan memutarnya perlahan kearah yang sama seperti spiral atau kawat. Pigmentasi :Proses pewarnaan alami akibat adanya pigmen kulit. 320 Problem based learning :Pembelajaran Berbasis Masalah yaitu jenis model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam suatu kegiatan (proyek) untuk menghasilkan suatu produk. Softskill :Kemampuan internal dari pribadi seseorang, atribut personal, serta kemampuan komunikasi yang dibutuhkan untuk sukses dalam sebuah pekerjaan. SOP :Standar Operasional Prosedur yang dapat disingkat sebagai SOP, adalah suatu alur/cara kerja yang sudah terstandarisasi, Standar Operasional Prosedur ini memiliki kekuatan sebagai suatu petunjuk. Waterproof :Produk kosmetik yang diformulasikan agar dapat tahan terhadap air sehingga riasan lebih kuat dan tahan lama. Sanitasi :Perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan maksud mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya, dengan harapan akan menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia. strand braid :Istilah yang digunakan untuk teknik kepang untai. Topcoat :Pengaplikasian kuteks warna, digunakan untuk membuat warna kutek menjadi lebih cerah dan goresan menghalangi yang mungkin cat kuku terjadi dari ketika beraktivitas. Wig :Rambut palsu adalah kepala rambut yang terbuat dari bulu binatang atau bahan sintetis yang dipakai di kepala untuk mode atau berbagai alasan estetika dan gaya lainnya. 321 XXIV. CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KHUSUS KETERAMPILAN SUVENIR A. Rasional Mata Pelajaran Suvenir Suvenir merupakan produk kerajinan yang dibuat dengan tujuan sebagai tanda mata atau kenang-kenangan yang menampilkan ciri khas budaya atau peristiwa tertentu. Kerajinan suvenir sudah menjadi kebutuhan masyarakat di Indonesia. Suvenir di setiap daerah memiliki ciri khas dan keunikan masing-masing. Hal ini dikarenakan Indonesia terdiri atas banyak suku dan budaya. Pada saat ini, suvenir menjadi kebutuhan masyarakat dan wisatawan lokal maupun mancanegara sebagai cinderamata atau buah tangan. Memproduksi suvenir dapat menjadi peluang bisnis bagi masyarakat Indonesia. Dengan demikian, dibutuhkan suatu kerja sama dan kemitraan antara dunia pendidikan dan dunia usaha sehingga di kurikulum sekolah luar biasa, perlu dimasukkan keterampilan vokasional yang link and match dengan dunia usaha. Suvenir merupakan salah satu mata pelajaran keterampilan pilihan yang dapat dipelajari oleh peserta didik penyandang disabilitas di Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB). Mata pelajaran Suvenir bertujuan keterampilan untuk pembuatan memberikan suvenir sebelum pengetahuan dasar memasuki materi kompetensi keahlian lanjutan di tingkat Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB). Ruang lingkup materi Suvenir di tingkat SMPLB dan SMALB meliputi pengetahuan dan keterampilan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), komunikasi dan kerja sama tim, persiapan tempat kerja, peralatan dan bahan pembuatan suvenir, pengolahan suvenir yang terdiri atas aneka teknik pembuatan suvenir dan proses pembuatan suvenir, pemasaran produk suvenir, pembuatan laporan, serta prosedur merapikan tempat kerja setelah selesai digunakan. Materi pembelajaran Suvenir disusun berdasarkan tahapan-tahapan kegiatan untuk mencapai penguasaan keterampilan hard skill dan soft skill melalui model pembelajaran penemuan (Discovery Learning), model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) serta model pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning). 322 Mata pelajaran Suvenir membekali peserta didik dengan serangkaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dibutuhkan untuk menghadapi tantangan perubahan zaman, menunjang pengembangan diri melalui jalur studi dan pengembangan karir sehingga menjadi insan yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, bernalar kritis, mandiri, dan kreatif serta mampu bergotong royong. B. Tujuan Mata Pelajaran Suvenir Tujuan mata pelajaran Suvenir untuk membekali peserta didik agar dapat: 1. membentuk peserta didik yang berakhlak mulia, jujur, disiplin, dan dapat dipercaya; 2. mewujudkan peserta didik yang kompeten, terampil, mandiri dan kreatif dalam bidang suvenir; 3. menerapkan prosedur keselamatan dan kesehatan kerja (K3) secara tepat; 4. melakukan komunikasi dan kerja sama tim dengan percaya diri; 5. menyiapkan tempat kerja dengan rapi; 6. menyiapkan peralatan suvenir secara tepat; 7. menyiapkan aneka bahan pembuatan suvenir dengan teliti; 8. menerapkan berbagai teknik pembuatan suvenir dengan kreatif dan aman; 9. melakukan proses pembuatan suvenir dengan penuh percaya diri; 10. merapikan tempat kerja secara mandiri; 11. membuat laporan produksi dan pemasaran suvenir dengan teliti; 12. memasarkan produk suvenir secara langsung dan tidak langsung dalam lingkungan terbatas dan luas dengan penuh percaya diri. C. Karakteristik Mata Pelajaran Suvenir 1. Deskripsi Umum Mata Pelajaran Mata pelajaran Suvenir berisi tentang aneka teknik pembuatan dan prosedur pembuatan suvenir yang diperlukan untuk menunjang pengembangan kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang berkesinambungan di setiap jenjang pendidikan dengan menyesuaikan karakteristik peserta didik. 323 Pada proses awal pembelajaran, peserta didik diperkenalkan dengan lapangan kerja yang berkaitan dengan dunia usaha suvenir, jenis pekerjaan dan peluang kerjanya. Hal ini untuk menumbuhkan kecenderungan atau keinginan peserta didik melakukan sesuatu yang disukai dan dianggap penting dalam bidang pekerjaannya pekerjaan/profesi di masa (passion), depan cara (vision), memandang imajinasi, dan kreativitas. Semua itu dilakukan melalui: a. pembelajaran di kelas; b. pembelajaran di ruang praktik keterampilan; c. proyek tugas sederhana; d. berkunjung ke sekolah menengah kejuruan, berkunjung ke pusat cinderamata setempat, mengunjungi pameran suvenir serta mengunjungi Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) yang relevan; e. menghadirkan narasumber/praktisi dari Lembaga Pendidikan Keterampilan (LPK) atau entrepreneur di bidang suvenir yang berkembang di daerah masing-masing sebagai guru tamu. Alur proses pembelajaran Suvenir ialah sebagai berikut. a. Materi tentang pengetahuan dan penerapan Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) diberikan paling awal sebelum materi yang lain. b. Materi tentang komunikasi dan kerja sama tim terintegrasi dalam setiap elemen capaian pembelajaran. c. Materi tentang persiapan tempat, alat dan bahan pembuatan suvenir menjadi proses awal dari tahapan pembelajaran sebelum proses pembuatan suvenir. d. Materi proses pembuatan suvenir berisi tentang aneka teknik dan prosedur pembuatan suvenir. e. Materi proses akhir berisi tentang pembuatan laporan hasil produksi dan pemasaran serta teknik memasaran produk suvenir secara langsung maupun tidak langsung dalam lingkungan terbatas dan luas. f. Materi tentang mengondisikan tempat kerja diberikan di akhir rangkaian proses pembelajaran. 324 Penilaian keterampilan pengetahuan (tes dan pilihan suvenir nontes), sikap meliputi (observasi), aspek dan keterampilan (proses, produk, dan portofolio). Materi dan proses pembelajaran Suvenir dilakukan secara bertahap menyesuaikan dengan karakteristik peserta didik yang unik dan potensi wilayah setiap daerah. 2. Elemen Mata Pelajaran Mata pelajaran Suvenir memuat lima elemen kunci beserta cakupan/substansinya sebagai berikut. a. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) b. Komunikasi dan Kerja Sama Tim c. Persiapan Tempat, Alat, dan Bahan d. Proses Pembuatan Suvenir e. Proses Akhir Elemen Mata Pelajaran Suvenir dan Deskripsinya Elemen Deskripsi Keselamatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan dan Kesehatan prosedur yang berhubungan dengan pengetahuan, Kerja (K3) keterampilan dan sikap dalam kegiatan untuk menjamin keselamatan dan kesehatan selama bekerja dan penyakit akibat berada di area kerja melalui pencegahan terjadinya kecelakaan, serta langkah penanganan jika terjadi kecelakaan kerja. Komunikasi Komunikasi dan kerja sama tim merupakan aspek dan Kerja pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang Sama Tim terintegrasi dalam setiap proses kegiatan pembuatan suvenir dengan mengembangkan komunikasi secara verbal dan/atau nonverbal menyesuaikan karakteristik peserta didik. Persiapan Persiapan tempat, alat dan bahan merupakan Tempat, Alat, rangkaian proses menyiapkan peralatan dan dan Bahan perlengkapan tempat kerja, menyiapkan peralatan pembuatan suvenir, dan menyiapkan bahan pembuatan suvenir. Proses Proses pembuatan merupakan kegiatan mengolah Pembuatan aneka bahan dengan menggunakan peralatan dan Suvenir menerapkan aneka teknik pembuatan suvenir untuk membentuk dan membungkus aneka suvenir kado bentuk beraturan dan tidak beraturan, buku tamu, tempat perhiasan; mengkreasi aneka suvenir etnik/kedaerahan tanpa wadah; membentuk seni lipat tanpa potong tanpa wadah dan dengan wadah; serta menghias benda, tempat perhiasan, wadah hantaran pernikahan dan dukacita dengan aneka bahan menyesuaikan karakteristik peserta didik dan potensi wilayah. Proses Akhir Proses akhir merupakan rangkaian proses menyimpan peralatan suvenir, menyimpan sisa bahan suvenir, dan membersihkan tempat kerja sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP); membuat laporan hasil pemasaran; merencanakan 325 Elemen Deskripsi teknik pemasaran dan memasarkan produk suvenir secara langsung maupun tidak langsung dalam lingkungan terbatas dan luas. D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Suvenir Setiap Fase 1. Fase D (Usia Mental ± 9 Tahun dan Umumnya Kelas VII, VIII, dan IX) Pada akhir Fase D, peserta didik dapat: menerapkan prosedur Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3); melakukan komunikasi dengan pembimbing, teman sejawat, pelanggan dan kerja sama tim; menyiapkan tempat kerja; menyiapkan peralatan dan bahan pembuatan suvenir; menerapkan aneka teknik membentuk dan membungkus kado sederhana bentuk beraturan dan tidak beraturan; menerapkan etnik/kedaerahan; aneka teknik menerapkan aneka pembuatan teknik suvenir pembuatan aksesoris bunga; menerapkan aneka teknik menghias undangan dengan aksesoris bunga; membersihkan tempat kerja; memasarkan produk suvenir pada lingkungan terbatas; dan membuat laporan hasil pemasaran produk suvenir sesuai prosedur. Fase D Berdasarkan Elemen Elemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Komunikasi dan Kerja sama Tim Persiapan Tempat, Alat dan Bahan Capaian Pembelajaran Pada akhir Fase D, peserta didik dapat mengidentifikasi simbol-simbol Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3); menerapkan prosedur Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3); menyiapkan Alat Pelindung Diri (APD) ditempat kerja; menggunakan APD secara mandiri sesuai prosedur; melaporkan keadaan bahaya yang muncul secara kritis. Pada akhir Fase D, peserta didik dapat mengidentifikasi bentuk dan fungsi komunikasi; melakukan komunikasi dua arah secara verbal dan/atau nonverbal dengan pembimbing, teman sejawat dalam mempersiapkan tempat, alat, dan bahan; komunikasi selama proses sampai akhir pembuatan suvenir; melakukan komunikasi dua arah dengan pelanggan di tempat menerima tamu sesuai dengan prosedur; melaksanakan instruksi pembimbing; melakukan kerja sama dengan tim dalam proses menyiapkan tempat, alat, dan bahan; melakukan kerja sama dalam proses pembuatan; serta proses akhir pembuatan suvenir sesuai prosedur. Pada akhir Fase D, peserta didik dapat mengidentifikasi peralatan dan perlengkapan dalam menyiapkan tempat kerja; membersihkan peralatan 326 Elemen Proses Pembuatan Suvenir Proses Akhir Capaian Pembelajaran sesuai prosedur; menyalakan lampu ruangan; menata meja dan kursi sesuai kebutuhan; serta mengelap meja dan kursi dengan bersih sesuai prosedur; mengidentifikasi peralatan dan perlengkapan untuk membuat suvenir; menyiapkan alat ukur; menyiapkan alat pemotong; menyiapkan alat tembak lem; menyiapkan aneka jarum; menyiapkan alat tulis dan stapler; memeriksa kondisi peralatan; membersihkan peralatan sebelum digunakan; memeriksa kelengkapan peralatan; menggunakan peralatan sesuai prosedur; mengidentifikasi bahan pembuatan suvenir; menyiapkan aneka bahan sesuai jenis dan fungsinya; dan menyiapkan bahan sesuai kebutuhan; menata bahan di wadah; dan memeriksa kelengkapan bahan sesuai prosedur. Pada akhir Fase D, peserta didik dapat menerapkan aneka teknik pembuatan suvenir dan prosedur mengolah aneka bahan dengan menggunakan peralatan suvenir untuk membentuk dan membungkus bentuk kado beraturan dan tidak beraturan, membuat aneka suvenir etnik/kedaerahan; membuat aneka aksesoris bunga; dan menghias undangan dengan aksesoris bunga sesuai prosedur. Pada akhir Fase D, peserta didik dapat mengidentifikasi peralatan untuk membuat suvenir sesuai jenis dan fungsinya; membersihkan peralatan setelah dipakai; memeriksa kelengkapan peralatan sesudah dipakai; menyimpan peralatan sesuai wadahnya; menempatkan peralatan pada area penyimpanan dengan rapi sesuai prosedur; mengidentifikasi sisa bahan pembuatan suvenir; memilah sisa bahan sesuai jenisnya; menyimpan sisa bahan sesuai wadahnya; menempatkan wadah yang berisi sisa bahan di area penyimpanan; membuang sisa bahan yang tidak dapat digunakan secara teliti sesuai prosedur; mengidentifikasi, menyiapkan, mengoperasikan peralatan kebersihan sesuai dengan jenis dan fungsinya; mengelap meja dan kursi dengan bersih; menata meja dan kursi dengan rapi; membuang sampah; menyapu lantai; mengepel; mematikan lampu ruangan; peralatan kebersihan disimpan pada tempatnya sesuai prosedur; peserta didik dapat merencanakan teknik pemasaran dan memasarkan produk suvenir secara langsung maupun tidak langsung pada lingkungan terbatas serta membuat laporan hasil pemasaran produk suvenir sesuai prosedur. 2. Fase E (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas X) Pada akhir Fase E, peserta didik dapat: menerapkan prosedur Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) serta memahami simbolsimbol K3; melakukan komunikasi dan kerjasama dengan tim; menyiapkan tempat kerja; menyiapkan peralatan dan bahan pembuatan suvenir; menghias buku tamu; membungkus buku 327 tamu sesuai acara; menghias wadah hantaran pernikahan; merapikan tempat kerja sesuai prosedur; memasarkan produk suvenir secara langsung dan tidak langsung pada lingkungan terbatas maupun luas; dan membuat laporan hasil pemasaran produk suvenir sesuai prosedur. Capaian pembelajaran setiap fase diberikan secara bertahap disesuaikan jenis pekerjaan. Fase E Berdasarkan Elemen Elemen Menerapkan Prosedur Kesehatan dan Keselamatan Kerja Capaian Pembelajaran Pada akhir Fase E, peserta didik dapat mengartikan prosedur Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) serta memahami simbol-simbol K3, menjalankan prosedur kesehatan kerja dan lingkungan dengan mengikuti prosedur di tempat kerja untuk medeteksi bahaya serta cara menghindarinya, mengikuti prosedur pada tempat kerja untuk pengamanan dan pengendalian, secara mandiri sesuai prosedur, dan melaporkan keadaan sangat berbahaya yang muncul secara kritis tanpa bisa diatasi sendiri. Komunikasi Pada akhir Fase E, peserta didik dapat dan Kerjasama berkomunikasi dua arah secara sopan baik verbal tim dan/atau nonverbal dengan teman sejawat dalam persiapan tempat, alat, dan bahan; melakukan komunikasi dalam proses pembuatan serta proses akhir pembuatan suvenir; melakukan komunikasi dua arah dengan pelanggan di tempat terima tamu sesuai dengan prosedur; melakukan kerja sama dengan tim dalam proses menyiapkan tempat, alat, dan bahan; melakukan kerja sama dalam proses pembuatan; serta proses akhir pembuatan suvenir sesuai prosedur. Menyiapkan Pada akhir Fase E, peserta didik dapat melakukan tempat alat persiapan tempat sesuai petunjuk; mengidentifikasi dan bahan kebutuhan peralatan; menyiapkan peralatan; menggunakan alat; membersihkan peralatan; melakukan inventaris alat dengan jujur; menerapkan pengunaan peralatan; mengidentifikasi kebutuhan peralatan; menyiapkan peralatan; menggunakan alat; membersihkan peralatan; melakukan inventaris alat dengan jujur; mengklasifikasi menggunakan bahan; menyiapkan bahan; mengidentifikasi kebutuhan bahan; memilih bahan sesuai kebutuhan; mengolah bahan; menyelaraskan ide dengan bahan; menyimpan bahan; melakukan inventaris bahan dengan jujur. Proses Pada akhir Fase E, peserta didik dapat melakukan pembutan proses pembuatan suvenir dengan kreatif dan suvenir disiplin sesuai petunjuk; mengukur permukaan buku tamu sesuai rumus pembungkusan; menghias buku tamu acara khusus; melaksanakan proses pembuatan buku tamu ; menentukan hiasan buku tamu; menghias buku tamu dengan bentuk dan warna (kombinasi) sesuai jenis acara. Proses Akhir Pada akhir Fase E, peserta didik dapat melakukan proses akhir pembuatan komponen suvenir sesuai petunjuk; menyimpan peralatan suvenir; menyimpan 328 Elemen Capaian Pembelajaran sisa bahan suvenir; membersihkan tempat kerja; mengidentifikasi peralatan suvenir sesuai jenis dan fungsinya; memeriksa kelengkapan peralatan; menyimpan peralatan sesuai wadahnya; menempatkan peralatan pada area penyimpanan dengan rapi sesuai prosedur; membuat laporan hasil produksi; merencanakan teknik pemasaran; memasarkan produk suvenir secara langsung maupun tidak langsung pada lingkungan terbatas dan luas; serta membuat laporan hasil pemasaran produk suvenir sesuai prosedur. 3. Fase F (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas XI dan XII) Pada akhir Fase F, peserta didik dapat: menerapkan prosedur Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) serta memahami simbolsimbol K3; melakukan komunikasi dan kerja sama dengan tim; menyiapkan tempat kerja; menyiapkan peralatan dan bahan pembuatan suvenir; membentuk dan membuat seni lipat bahan kain; membuat seni lipat tekstil tanpa potong tanpa wadah; membuat seni lipat tekstil tanpa potong dengan wadah; membuat hantaran pernikahan; membuat hantaran dukacita; menghias hantaran dukacita; menata dan mengemas produk suvenir; menata dan memajang produk suvenir; merapikan tempat kerja; dan memasarkan produk suvenir secara langsung dan tidak langsung pada lingkungan terbatas maupun luas; dan membuat laporan hasil pemasaran produk suvenir sesuai prosedur. Capaian pembelajaran setiap fase diberikan secara bertahap disesuaikan jenis pekerjaan. Fase F Berdasarkan Elemen Elemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Capaian Pembelajaran Pada akhir Fase F, peserta didik dapat mengartikan prosedur Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) serta menganalisis simbol-simbol K3, kesehatan kerja dan lingkungan dengan mengikuti prosedur di tempat kerja untuk medeteksi bahaya dan cara menghindarinya; mengikuti prosedur pada tempat kerja untuk pengamanan dan mengendalikan secara mandiri sesuai prosedur; dan melaporkan keadaan sangat berbahaya yang muncul secara kritis tanpa bisa diatasi sendiri. Komunikasi Pada akhir Fase F, peserta didik dapat dan Kerjasama berkomunikasi dua arah secara sopan baik verbal tim dan/atau nonverbal meliputi kegiatan komunikasi secara sopan dan baik dengan pembimbing, teman sejawat dalam proses menyiapkan tempat, alat, bahan serta proses pembuatan suvenir sesuai prosedur; melakukan komunikasi dengan ramah dan sopan selama proses sampai akhir pembuatan 329 Elemen Persiapan Tempat Alat dan Bahan Proses Pembuatan Suvenir Proses Akhir Capaian Pembelajaran suvenir; berkomunikasi dua arah dengan pelanggan di tempat menerima tamu sesuai dengan prosedur; melaksanakan instruksi pembimbing; melakukan kerja sama dengan tim dalam proses menyiapkan tempat, alat, dan bahan; melakukan kerja sama dalam proses pembuatan serta proses akhir pembuatan suvenir sesuai prosedur. Pada akhir Fase F, peserta didik dapat menyiapkan tempat kerja secara mandiri dan berkelompok (gotong royong); menerapkan peralatan dan perlengkapan dalam menyiapkan tempat kerja; menyalakan lampu ruangan; menata meja dan kursi sesuai kebutuhan; mengelap meja dan kursi; menyapu lantai; mengepel lantai; menata peralatan sesuai jenis dan fungsinya di wadah secara rapi; membersihkan peralatan suvenir sesuai prosedur; menerapkan peralatan dan perlengkapan membuat karya suvenir; menyiapkan alat ukur; menyiapkan alat pemotong; menyiapkan alat tembak lem; menyiapkan aneka jarum; menyiapkan alat tulis dan hekter; memeriksa kelengkapan peralatan; memeriksa kondisi peralatan; membersihkan peralatan sebelum digunakan; menggunakan peralatan sesuai prosedur; menerapkan bahan pembuatan suvenir; menyiapkan bahan aneka kertas; menyiapkan bahan aneka bahan alami; menyiapkan bahan aneka pita; menyiapkan bahan aneka renda; menyiapkan bahan perekat; memilih bahan sesuai jenis dan fungsinya; menata bahan di wadah sesuai fungsi dan jenisnya; memeriksa kelengkapan bahan; menyimpan sisa bahan setelah digunakan; menggunakan bahan sesuai prosedur. Pada akhir Fase F, peserta didik dapat membentuk seni lipat tekstil secara kreatif dan dispilin; memindahkan aksesoris pada posisi yang telah ditentukan; memadukan aksesoris bunga dengan komponen bahan lainnya; memeriksa hasil lipatan yang telah dihias tanpa potong tanpa wadah dengan teliti sesuai prosedur; membentuk seni lipat tekstil secara kreatif; memindahkan aksesoris pada posisi yang telah ditentukan; memadukan aksesoris bunga dengan komponen bahan lainnya; memeriksa hasil lipatan yang telah dihias tanpa potong dengan wadah secara teliti sesuai prosedur; menunjukkan jenis, ukuran, bentuk dan warna bahan aksesoris; memilah pola, komponen, bahan aksesoris sesuai bentuk dan acara; membuat bentuk aksesoris sesuai desain; mengombinasikan aksesoris dengan bahan sesuai kebutuhan secara teliti sesuai prosedur; menentukan posisi aksesoris bunga sesuai gambar desain secara kreatif; memindahkan aksesoris bunga pada posisi yang telah ditentukan; memadukan aksesoris bunga dengan komponen bahan lainnya; memeriksa hasil undangan yang telah dihias dengan teliti sesuai prosedur. Pada akhir Fase F, peserta didik dapat mengidentifikasi secara disiplin serta berkerja sama dalam mengunakan peralatan suvenir sesuai jenis dan fungsinya; memeriksa kelengkapan peralatan sesudah dipakai; membersihkan peralatan setelah 330 Elemen Capaian Pembelajaran dipakai; menyimpan peralatan sesuai wadahnya; menempatkan peralatan pada area penyimpanan dengan rapi sesuai prosedur; mengklasifikasi sisa bahan pembuatan suvenir; memilah sisa bahan sesuai jenisnya; menyimpan sisa bahan sesuai wadahnya; menempatkan wadah yang berisi sisa bahan di area penyimpanan; membuang sisa bahan yang tidak dapat digunakan secara teliti sesuai prosedur; mengoperasikan peralatan kebersihan; menyiapkan peralatan kebersihan; mengoperasikan peralatan sesuai fungsinya; menyapu lantai; mengepel lantai; mengelap meja dan kursi; menata meja dan kursi dengan rapi; membuang sampah; mematikan lampu ruangan; menyimpan peralatan kebersihan sesuai tempat dan prosedur; mengklasifikasi produk suvenir yang akan dipromosikan; membuat daftar nama produk dan harga yang akan dipromosikan; memeriksa kondisi produk; membuat laporan hasil produksi; merencanakan teknik pemasaran; memasarkan produk suvenir secara langsung dan tidak langsung pada lingkungan terbatas dan luas; serta membuat laporan hasil pemasaran produk suvenir sesuai dengan prosedur. 331 XXV. CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KHUSUS KETERAMPILAN ELEKTRONIKA ALAT RUMAH TANGGA A. Rasional Mata Pelajaran Elektronika Alat Rumah Tangga Mata pelajaran Elektronika Alat Rumah Tangga merupakan mata pelajaran yang di dalamnya terdapat peralatan elektrik dan elektronika, peralatan tersebut harus ada perawatan dan perbaikan dalam pengoperasiannya, oleh karena itu membekali peserta didik memiliki sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diperoleh melalui latihan secara kontinu. Pendidikan keterampilan (life skill) merupakan pendidikan kecakapan hidup, yaitu proses membantu peserta didik mengembangkan kemampuan, kesanggupan, dan keterampilan yang diperlukan dalam menjalankan kehidupan untuk mencapai kesejahteraan. Sebagai prasyarat mata pelajaran elektronika alat rumah tangga perlu keterampilan yang diasah, yaitu ada empat kategori keterampilan melalui training yaitu: literasi dasar (basic literacy skill), keterampilan teknis (technical skill), keterampilan intrapersonal (interpersonal skill), dan keterampilan pemecahan masalah (problem solving). Materi mata pelajaran Elektronika Alat Rumah Tangga jenjang SMALB merupakan kesinambungan dan pendalaman materi dari jenjang SMPLB yang mencakup elemen keselamatan dan kesehatan kerja, memahami fungsi mengidentifikasi dan dan menggunakan menggunakan peralatan komponen kerja praktik, elektrik dan elektronika, dan memperbaiki peralatan elektronika alat rumah tangga. Dengan mempelajari elemen tersebut diharapkan peserta didik yang memiliki keterbatasan intelegensi atau disertai kebutuhan khusus lainnya (tunanetra, tunarungu, tunadaksa, dan autis) mampu merawat dan memperbaiki peralatan elektronika alat rumah tangga dalam kehidupan sehari-hari, memiliki kecakapan hidup, keahlian dalam bekerja, dan kesejahteraan. Selain itu dengan mempelajari elektronika alat rumah tangga peserta didik dapat terbentuk karakter profil pelajar pancasila yaitu beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, berpikir kritis, mandiri, kreatif, bergotong royong, dan berkebinekaan global. Capaian pembelajaran pada elemen dan materi ini menjadikan gambaran pembelajaran yang dapat dipelajari peserta didik untuk 332 memiliki keahlian dalam bidang elektronika alat rumah tangga. Adapun pada proses pembelajarannya dapat dikembangkan menyesuaikan sarana dan prasarana, kemampuan peserta didik dan lingkungan yang berkenaan dengan Dunia Usaha, Dunia Industri dan Dunia kerja serta kewirausahaan. B. Tujuan Mata Pelajaran Elektronika Alat Rumah Tangga Mata pelajaran Elektronika Alat Rumah Tangga bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat: 1. melakukan prosedur keselamatan, kesehatan kerja, dan lingkungan (K3L); 2. menyiapkan, menggunakan dan merawat peralatan rumah tangga sesuai bidang pekerjaan; 3. mengenali, menyiapkan, dan menggunakan peralatan tangan yang baku; 4. menyiapkan dan menggunakan alat ukur dan alat uji yang baku; 5. menyiapkan dan menerapkan prosedur perawatan dan perbaikan sederhana alat elektronik rumah tangga; 6. mempersiapkan dan menginterpretasikan gambar teknik; 7. mengidentifikasi dan menggunakan komponen dasar elektrik dan elektronika; 8. mengidentifikasi kerusakan dan memperbaiki kerusakan pada produk elektronika alat rumah tangga; 9. memiliki sikap dan etos kerja (tanggung jawab, tekun, jujur, dan disiplin); 10. memberikan bekal kemampuan (sikap, pengetahuan, dan keterampilan) yang dapat bermanfaat bagi siswa dalam kehidupan sebagai anggota masyarakat maupun sebagai warga negara yang kreatif dan produktif sesuai dengan jenis kelainan yang disandangnya. C. Karakteristik Mata Pelajaran Elektronika Alat Rumah Tangga 1. Deskripsi Umum Mata Pelajaran Mata pelajaran Elektronika Alat Rumah Tangga terdiri atas 5 elemen, yaitu elemen umum (Keselamatan, Kesehatan Kerja dan peralatan kerja praktik), komponen inti (identifikasi dan penggunaan komponen elektrik dan elektronika, dan perawatan/perbaikan peralatan elektronika rumah tangga). 333 Elemen umum dimaksud ialah komponen saling berkaitan dengan elemen inti. Misalnya, perbaikan peralatan elektronika alat rumah tangga akan berhubungan dengan peralatan yang dibutuhkan dan kewajiban dalam melindungi keselamatan dan kesehatan kerja. Begitupun elemen lainnya yang saling berkaitan satu sama lain menyesuaikan materi yang diajarkan pada fase dan atau kelas. Pada awal pembelajaran sebelum memasuki materi pokok, siswa dikenalkan komponen-komponen alat elektronik rumah tangga, peralatan/perkakas yang akan digunakan dalam proses perawatan/ perbaikan peralatan elektronika alat rumah tangga, dengan memperhatikan prosedur keselamatan, kesehatan, dan lingkungan kerja. Juga dikenalkan lapangan kerja yang berkaitan dengan perawatan dan perbaikan peralatan elektronika alat rumah tangga, jenis pekerjaan setelah lulus, serta konsentrasi yang dapat dipelajari pada kelas XI dan XII untuk menumbuhkan passion (semangat), vision (visi), imajinasi, dan kreativitas melalui: a. pembelajaran di kelas; b. pembelajaran di luar kelas dan ruang praktik; c. proyek sederhana; d. berinteraksi dengan dunia usaha, dunia industry, dan dunia kerja; e. berkunjung pada industri yang relevan. Tahap ini membutuhkan porsi dominan (70%) pada pembelajaran sebelum mempelajari aspek hardskills sebagaimana tercantum pada elemen mata pelajaran. Alur proses pembelajaran keterampilan elektronika alat rumah tangga sebagai berikut. 1) Materi mengenai pengetahuan cara penggunaan dan prosedur keselamatan dan kesehatan kerja diberikan paling awal sebelum materi yang lain. 2) Setelah mempelajari materi keselamatan dan kesehatan kerja peserta didik akan mempelajari materi mengenai peralatan kerja praktik. 3) Setelah mempelajari materi keselamatan dan kesehatan kerja dan mempelajari materi peralatan kerja praktik, selanjutnya, peserta didik akan mempelajari materi mengenai komponen elektrik dan elektronika rumah tangga. 334 4) Materi mengenai cara perawatan/perbaikan sederhana peralatan elektrik dan elektronika rumah tangga dan materi cara pelaporan hasil perawatan dan perbaikan diberikan di akhir rangkaian pembelajaran setelah peserta didik berhasil menguasai materi keselamatan dan kesehatan kerja, materi peralatan kerja praktik dan materi komponen elektrik dan elektronika rumah tangga. Penilaian pembelajaran keterampilan elektronik alat rumah tangga meliputi aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Penilaian aspek pengetahuan melalui tes dan nontes, aspek sikap melalui observasi, dan aspek keterampilan melalui penilaian proses dan portofolio. 2. Elemen-Elemen Mata Pelajaran Mata pelajaran Elektronika Alat Rumah Tangga memuat lima elemen berikut. a. Keselamatan dan kesehatan kerja b. Peralatan kerja praktik c. Komponen elektrik dan elektronika rumah tangga d. Perawatan/perbaikan sederhana alat elektronika rumah tangga e. Pelaporan hasil perawata/perbaikan Elemen Deskripsi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Merupakan segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja. Selamat di tempat kerja sehingga dapat menyelamatkan peralatan dan produknya. Perusahaan dan pekerja harus mengetahui tentang keselamatan kerja sesuai dengan standar yang berlaku, salah satunya menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai dengan standar. Peralatan Kerja Praktik Merupakan peralatan yang digunakan untuk memperbaiki perangkat elektrik dan elektronika atau merakit rangkaian elektronika sehingga menjadi perangkat elektronika rumah tangga. Komponen Elektrik dan Elektronika Rumah Tangga Merupakan komponen elektrik dan elektronika sulit dibedakan karena setiap perangkat elektronika pasti membutuhkan komponen elektrik, dan sebaliknya. Seperti komponen elektronika pasif, komponen elektronika aktif, serta komponen elektrik dan elektronika lainnya. Memperbaiki Peralatan Elektrik dan Elektronika Rumah Tangga Merupakan perbaikan pada komponen atau peralatan elektrik dan elektronika rumah tangga yang rusak sehingga peralatan tersebut dapat dipergunakan kembali. Pelaporan Hasil Perbaikan Merupakan laporan pelaksanaan dan hasil pekerjaan dari persiapan sampai hasil perbaikan peralatan elektrik dan elektronika rumah tangga. 335 D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Elektronika Alat Rumah Tangga Setiap Fase 1. Fase D (Usia Mental + 9 tahun Tahun dan Umumnya Kelas VII, VIII, dan IX) Pada akhir Fase D, peserta didik mampu mengenali simbol-simbol K3L dan mengikuti prosedur keselamatan, kesehatan kerja, dan lingkungan tempat kerja; menyiapkan APD (alat pelindung diri) dan APK (alat pelindung kerja) dalam proses perawatan dan perbaikian level sederhana alat elektronik rumah tangga; menyiapkan dan memelihara kebersihan mengidentifikasi, peralatan menghindari, dan dan lingkungan melaporkan bahaya kerja, yang muncul; mengidentifikasi peralatan dan material alat elektronik rumah tangga; mengidentifikasi alat tangan, ukur, dan uji kelistrikan serta mampu mempersiapkan dan mempraktikkan penggunaannya; mengidentifikasi elektronika peralatan rumah komponen tangga; dasar elektrik mengenali dan perbedaan komponen dasar alat elektrik dan alat elektronik, serta mengenali fungsi normal alat elektrik dan alat elektronik; melakukan perawatan dan perbaikan level sederhana, seperti menyolder komponen elektronika, memasang pengkabelan, dan melakukan proses pengukuran elektrik dan elektronik standar; serta membuat laporan sederhana proses dan hasil perawatan dan perbaikan level sederhana. Fase D Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Pada akhir Fase D, peserta didik mampu mengenali simbol-simbol K3, menerapkan prosedur keselamatan dan kesehatan di tempat kerja, menyiapkan dan menggunakan APD (alat pelindung diri) dan APK (alat pelindung kerja) sesuai prosedur di tempat kerja. Menyiapkan dan merapikan kembali tempat kerja secara mandiri. Melaporkan keadaan bahaya yang muncul. Peralatan Kerja Praktik Pada akhir Fase D, peserta didik mampu mengidentifikasi dan mempersiapkan peralatan/perlengkapan kerja berupa alat tangan, alat ukur, dan alat uji kelistrikan dan elektronik, praktik penggunaannya, lalu membersihkan dan menempatkan kembali peralatan/perlengkapan tersebut sesuai dengan pedoman penggunaan yang berlaku dalam proses perawatan/perbaikan peralatan elektronika rumah tangga. 336 Elemen Capaian Pembelajaran Komponen Elektrik dan Elektronika Rumah Tangga Pada akhir Fase D, peserta didik mampu mengidentifikasi komponen dasar elektrik dan elektronika peralatan rumah tangga, mengenali perbedaan komponen dasar alat elektrik dan alat elektronik, serta mengenali fungsi normal alat elektrik dan alat elektronik. Perawatan/ Perbaikan Sederhana Peralatan Elektrik dan Elektronika Rumah Tangga Pada akhir Fase D, peserta didik mampu mempersiapkan dan menginterpretasikan gambar teknik dalam proses perawatan dan perbaikan sederhana elektronik alat rumah tangga, misalnya berupa tindak pembersihan, pemasangan pengkabelan, atau penyolderan komponen dan melakukan proses pengukuran elektrik dan elektronik standar. Pelaporan Sederhana Proses dan Hasil Perawatan/ Perbaikan Pada akhir Fase D, peserta didik mampu membuat laporan mengenai proses dan hasil perawatan/perbaikan level sederhana, meliputi laporan dokumentasi kelengkapan komponen, keberfungsian, dan hasil perawatan/ perbaikan alat elektronik rumah tangga. 2. Fase E (Usia Mental + 10 tahun Tahun dan Umumnya Kelas X) Pada akhir Fase E, peserta didik akan mendapatkan gambaran mengenai program keahlian yang dipilihnya sehingga mampu menumbuhkan passion dan vision untuk merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar; menerapkan prosedur keselamatan dan kesehatan kerja; memelihara lingkungan kerja; mempersiapkan peralatan dan materi; menggunakan alat tangan untuk kelistrikan; menggunakan menggunakan alat uji dan komponen mempersiapkan dan alat dasar ukur; mengidentifikasi elektrik menginterpretasikan dan dan elektronika; gambar Teknik; menerapkan teknik reparasi peralatan elektronika; memperbaiki dispenser listrik (electric dispenser); serta membuat dokumentasi kerusakan dan perbaikan perangkat elektronika. Fase E Berdasarkan Elemen Elemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Peralatan Kerja Praktik Capaian Pembelajaran Pada akhir Fase E, peserta didik dapat mengenali simbol-simbol K3, menerapkan prosedur keselamatan dan kesehatan di tempat kerja, menyiapkan APD (alat pelindung diri) dan APK (alat pelindung kerja) di tempat kerja, menggunakan APD dan APK secara mandiri sesuai prosedur. Menyiapkan dan merapikan kembali tempat kerja secara mandiri. Melaporkan keadaan bahaya yang muncul secara kritis. Pada akhir Fase E, peserta didik mampu memelihara kebersihan dan kerapian dari lingkungan/area kerja sesuai dengan prosedur. Peralatan dan perlengkapan 337 Elemen Komponen Elektrik dan Elektronika Rumah Tangga Memperbaiki Peralatan Elektrik dan Elektronika Rumah Tangga Pelaporan Hasil Perbaikan Capaian Pembelajaran kerja dibersihkan dan ditempatkan sesuai dengan manual pabrikan. Mampu menggunakan fungsi peralatan kerja kelistrikan sesuai dengan pedoman penggunaan peralatan yang berlaku. Mampu mempersiapkan perlengkapan peralatan dan material sesuai dengan kebutuhan pekerjaan. Mampu menggunakan alat ukur dan alat uji dalam pemeliharaan dan perbaikan peralatan elektronika rumah tangga. Pada akhir Fase E, peserta didik mampu mengidentifikasi dan menggunakan komponenkomponen dasar elektrik dan elektronika. Pada akhir Fase E, peserta didik mampu mempersiapkan dan menginterpretasikan Gambar teknik yang dipilih dengan benar sesuai dengan kebutuhan pekerjaan. Mampu menerapkan teknik reparasi pada perangkat elektronika. Reparasi dilakukan melalui tahapan pengidentifikasian, pengukuran dan perbaikan. Mampu melakukan pemeliharaan dan perbaikan piranti dispenser listrik. Pada akhir Fase E, peserta didik mampu membuat dokumentasi kerusakan kecil dan perbaikan kecil perangkat elektronika. Dokumen kerusakan perangkat elektronika berisikan hasil identifikasi kesalahan kinerja dari perangkat yang diuji sedangkan dokumen perbaikan berisikan data hasil perbaikan pada perangkat yang dilakukan reparasi. 3. Fase F (Usia Mental + 10 Tahun dan Umumnya Kelas XI dan XII) Pada akhir Fase F, peserta didik mampu menerapkan prosedur keselamatan dan kesehatan kerja; memelihara lingkungan kerja; mempersiapkan peralatan dan materi; menggunakan alat tangan untuk kelistrikan; menggunakan alat uji dan alat ukur; mengidentifikasi dan menggunakan komponen dasar elektrik dan elektronika; mampu memperbaiki setrika listrik (electric iron); memperbaikai perangkat audio; memperbaiki kipas angin; serta membuat dokumentasi kerusakan serta perbaikan perangkat elektronika. Fase F Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada akhir Fase F, peserta didik mampu mengenali simbol-simbol K3, menerapkan prosedur keselamatan dan kesehatan di tempat kerja, menyiapkan APD (alat pelindung diri) dan APK (alat pelindung kerja) di tempat kerja, menggunakan APD dan APK secara mandiri sesuai prosedur. Menyiapkan dan merapikan kembali tempat kerja secara mandiri. Melaporkan keadaan bahaya yang muncul secara kritis. 338 Elemen Peralatan Kerja Praktik Capaian Pembelajaran Pada akhir Fase F, peserta didik mampu menggunakan fungsi peralatan tangan kerja kelistrikan sesuai dengan manual/pedoman penggunaan peralatan yang berlaku. Mampu mempersiapkan perlengkapan peralatan dan material sesuai dengan kebutuhan pekerjaan. Mampu menggunakan alat ukur dan alat uji dalam pemeliharaan dan perbaikan peralatan elektronika rumah tangga. Komponen Elektrik dan Elektronika Rumah Tangga Pada akhir Fase F, peserta didik mampu mengidentifikasi dan menggunakan komponen-komponen dasar elektrik dan elektronika. Memperbaiki Peralatan Elektrik dan Elektronika Rumah Tangga Pada akhir Fase F, peserta didik mampu melakukan pengecekan dan perbaikan perangkat audio. Mampu melakukan pemeliharaan dan perbaikan sertika listrik (electric iron). Mampu melakukan pemeliharaan dan perbiakan kipas angin. Pelaporan Hasil Perbaikan Pada akhir Fase F, peserta didik mampu membuat dokumentasi kerusakan dan dokumentasi perbaikan perangkat elektronika. Dokumen kerusakan perangkat elektronika berisikan hasil identifikasi kesalahan kinerja dari perangkat yang diuji sedangkan dokumen perbaikan berisikan data hasil perbaikan pada perangkat yang dilakukan reparasi. 339 XXVI. CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KHUSUS KETERAMPILAN SENI TARI A. Rasional Mata Pelajaran Keterampilan Seni Tari Keterampilan Seni Tari merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari oleh peserta didik penyandang disabilitas di Sekolah Luar Biasa. Mata pelajaran Keterampilan Seni Tari mengajarkan bagaimana peserta didik dapat membuat berbagai karya seni tari, gerakan-gerakan tari sederhana baik yang berpijak pada gerakan-gerakan tari tradisional maupun gerakan gerakan kontemporer hingga pengembangan gerak tari dari tahapan eksplorasi, improvisasi, pembuatan gerak tari, dan penyelesaian karya tari hingga pelaporan, baik secara individu maupun kelompok, dengan menerapkan prosedur keselamatan dan kesehatan kerja pada setiap tahapannya. Seiring dengan perkembangan dunia industri kesenian saat ini, banyak sekali macam karya tari, beragam festival tari yang telah menjadi agenda tetap dari setiap negara di dunia, tidak terbatas pada kegiatan pengembangan seni pertunjukan, acara-acara yang bersifat formal kenegaraan, kemasyarakatan, identitas, serta hiburan juga melibatkan seni tari. Pada Sekolah Menegah Pertama Luar Biasa (SMPLB) dan Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB), mata pelajaran Keterampilan Seni Tari merupakan salah satu jenis keterampilan pilihan dari 20 jenis yang disediakan oleh pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan seni tari kepada peserta didik. Dengan demikian, seni tari dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, persiapan menuju dunia kerja, atau membuka wirausaha sendiri. Dengan mempelajari mata pelajaran Keterampilan Seni Tari, peserta didik diharapkan mampu mengembangkan hard skill dan soft skill diri mereka sesuai dengan profil pelajar Pancasila, yaitu beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, berkebhinekaan global, bernalar kritis, kreatif, mandiri, dan bergotong-royong. Dalam mempelajari mata pelajaran Keterampilan Seni Tari, peserta didik akan dikembangkan dan dioptimalkan kemampuan pengetahuan, keterampilan, dan sikap untuk menjadi sumber daya manusia yang kompeten. Pengoptimalan tiga kemampuan ini sangat berhubungan erat dalam membentuk peserta didik sesuai Profil Pelajar Pancasila. Di 340 antaranya: pengetahuan meningkatkan daya bernalar kritis dan kreativitas. Keterampilan untuk mengasah kreativitas dan kemandirian. Sikap bertujuan untuk menanamkan akhlak baik, meningkatkan kedisiplinan dan sikap bergotong royong. Ruang lingkup materi Keterampilan Seni Tari yang akan dipelajari meliputi pengetahuan pengetahuan Kesehatan mempersiapkan dan dan Keselamatan menggunakan Kerja (K3), peralatan dan perlengkapan untuk melaksanakan kegiatan seni tari, menentukan teknik ragam gerak dasar tari, ragam gerak tari, serta proses pembuatan karya tari dengan berbagai macam media, serta menerapkan kebersihan dan kerapian peralatan dan perlengkapan menari. B. Tujuan Mata Pelajaran Keterampilan Seni Tari Setelah mengikuti pembelajaran Keterampilan Seni Tari, diharapkan peserta didik dapat: 1. mengembangkan potensi diri dan memiliki sikap sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila, yaitu bernalar kritis, kreatif menghasilkan gagasan yang orsinal, gotong-royong berkolaborasi dengan teman serta meningkatkan kerjasama, komunikasi untuk mencapai tujuan dan saling ketergantungan, dan mandiri dengan mengenal kualitas diri, memiliki inisiatif, mengembangkan kendali dan disiplin diri, percaya diri, resilien dan adaptif; 2. mengikuti prosedur kesehatan dan keselamatan kerja (K3) baik secara mandiri maupun bekerja sama dalam tim; 3. melaksanakan proses gerak dasar tari, bentuk ragam gerak tari, dan melakukan improvisasi gerak tari; 4. melakukan pengembangan dalam kemampuan menari; 5. mempraktikkan gerak seni tari dengan berbagai media; 6. menerapkan kebersihan dan kerapian peralatan dan perlengkapan menari; 7. melakukan pengembangan interaksi sosial; 8. menyajikan pementasan bentuk karya seni tari. C. Karakteristik Mata Pelajaran Keterampilan Seni Tari 1. Deskripsi Umum Mata Pelajaran Pelajaran Keterampilan Seni Tari di jenjang SMPLB dan SMALB mempelajari teori dan praktik tentang keselamatan kesehatan kerja, alat dan perlengkapan gerak dasar dan bentuk ragam gerak tari, 341 proses pementasan karya seni tari, pembuatan video menari, penyelesaian dan pelaporan. Materi keselamatan kesehatan kerja mencakup teori dan praktik dalam upaya menjamin keselamatan dan kesehatan selama berada di area kerja, pencegahan terjadinya kecelakaan kerja dan langkah penanganan jika terjadi kecelakaan kerja. Materi alat dan perlengkapan gerak dasar dan bentuk gerak tari mencakup pengenalan nama dan fungsi alat, teori dan praktik terkait prosedur penggunaan dan perawatan alat yang digunakan dalam proses pelaksanaan gerak dasar dan bentuk ragam gerak tari. Materi proses pementasan dan pembuatan video mencakup teori dan praktik tentang nama, media, fungsi pementasan dan pembuatan video. Proses pementasan dan pembuatan video merupakan rangkaian pembelajaran teori dan praktik yang dimulai dengan kegiatan melakukan proses gerak dasar dan ekplorasi serta improvisasi gerak tari. Materi pelaporan mencakup teori dan praktik pelaporan pada tiap tahapan kerja dan mengkomunikasikan hasil laporan. Setiap materi tersebut mengajarkan tahapan-tahapan hard skill dan soft skill dengan pendekatan belajar Project Based Learning yang akan menginternalisasikan sikap jujur, disiplin, bernalar kritis, kreatif, mandiri dan bergotong royong sesuai dengan profil pelajar Pancasila. Pembelajaran dilaksanakan dengan sistem ganda, yaitu di lingkungan sekolah dan di sanggar tari. Pembelajaran teori dan praktik di sekolah dilaksanakan pada ruang yang memadai sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan baik, dapat juga menghadirkan praktisi dari sanggar tari sebagai guru tamu. Pembelajaran di sanggar tari dengan cara membawa peserta didik ke sanggar tari. Pembelajaran keterampilan seni tari berorientasi pada kebutuhan dan kemandirian peserta didik. Keterampilan gerak dasar seni tari memiliki fungsi yang sangat penting sebagai pengetahuan dasar yang harus dimiliki untuk membekali peserta didik dalam mengembangkan keterampilan tari. Materi-materi dasar untuk mengembangkan pengetahuan dan kemampuan pada fase berikutnya antara lain, yaitu mengajarkan tentang penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Dengan menguasai pelajaran Keterampilan Seni Tari, peserta didik akan dapat 342 mengembangkan kompetensinya dengan baik pada fase SMPLB dan fase SMALB atau ke jenjang yang lebih tinggi. 2. Elemen Mata Pelajaran Keterampilan Seni Tari pada fase D, E, dan F membahas materi yang akan dikembangkan sebagai dasar pengetahuan dan kemampuan untuk memasuki materi pada jenjang yang lebih tinggi, antara lain: 1. pengetahuan tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3); 2. pengetahuan peralatan dan perlengkapan untuk melaksanakan bentuk gerak dasar tari, ragam gerak tari dan penampilan karya seni tari; 3. proses penampilan gerak dasar tari, ragam gerak tari dan penampilan karya seni tari; 4. melaksanakan proses penampilan gerak dasar tari, ragam gerak tari, dan penampilan karya seni tari dengan berbagai macam media; 5. melaporkan hasil kerja. Elemen Mata Pelajaran Keterampilan Seni Tari dan Deskripsinya Elemen Deskripsi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Penerapan keselamatan kerja di lingkungan tempat kerja, penerapan penggunaan alat pelindung diri (APD), kesehatan dan penyakit akibat kerja dan personal hygiene, mengikuti Standar Operasional Prosedural (SOP) penggunaan alat. Persiapan Alat dan Perlengkapan Mempersiapkan peralatan yang dipergunakan di ruang tari, serta persiapan tempat dan perlengkapan yang digunakan untuk mengikuti pembelajaran keterampilan seni tari; merapikan dan menyimpan peralatan dan perlengkapan latihan ke tempat semula. Proses Penampilan Gerak Dasar Tari, Ragam Gerak Tari, dan Penampilan Karya Seni Tari Menerapkan proses ragam gerak tari, menerapkan proses persiapan eksplorasi gerak, melakukan proses gerak dasar dan improvisasi gerak tari; melakukan pembuatan video dan pementasan ragam gerak dasar serta karya seni tari, pada berbagai media. Penyelesaian Akhir Menerapkan kebersihan dan kerapian peralatan dan perlengkapan penampilan gerak dasar tari, ragam gerak tari, dan penampilan karya seni tari. Pelaporan Melaporkan hasil kerja dengan mengisi ceklis: persiapan alat, pemeriksaan kelengkapan, dan hasil pementasan bentuk dan karya seni tari. D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Seni Tari Setiap Fase 1. Fase D (Usia Mental + 9 Tahun dan Umumnya Kelas VII, VIII, IX) 343 Pada akhir Fase D, peserta didik mampu menerapkan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3); mengidentifikasi kebutuhan alat; mempersiapkan peralatan, audio tari, rias busana; dan properti dalam pementasan tari; mempersiapkan alat music live (disesuaikan dengan kondisi sekolah); melakukan gerak olah tubuh; melakukan teknik gerak dasar tari (kepala, badan, tangan dan kaki); melakukan unsur tari (gerak, ruang, waktu dan tenaga); melakukan ragam gerak tari bagian awal, bagian inti, dan ragam gerak tari bagian akhir berdasarkan tempo iringan musik; melakukan pementasan dan pembuatan video pementasan ragam gerak dasar serta karya seni tari pada berbagai media baik secara mandiri ataupun kelompok; membersihkan dan membereskan peralatan, mengelompokkan jenis peralatan dan perlengkapan; melakukan pemeliharaan berkala pada alat dan properti secara bersama-sama dan bergotong royong bersama temannya; serta melaporkan hasil pementasan. Fase D Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada akhir Fase D, peserta didik dapat menerapkan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang meliputi: penerapaan kesehatan dan keselamatan di lingkungan tempati menari, penerapaan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K), pemeliharaan peralatan secara berkala, pencegahan pembersihan area ruang kelas untuk belajar menari baik mandiri maupun secara bergotong royong berkolaborasi dengan teman, penyimpanan alat bantu dan perlengkapan menari, personal hygiene meliputi merawat kebersihan diri dan pakaian saat praktik/uniform menari, mengikuti prosedur penggunaan alat. Persiapan Alat dan Perlengkapan Pada akhir Fase D, peserta didik dapat mengidentifikasi kebutuhan alat; mempersiapkan peralatan; mempersiapkan audio tari; mempersiapkan rias busana dan properti dalam pementasan tari; mempersiapkan alat music live (disesuaikan dengan kondisi sekolah); melakukan pemeliharaan berkala pada alat dan properti tari; membersihkan peralatan setelah digunakan dalam kegiatan latihan bentuk gerak dasar dan ragam gerak tari serta penampilan karya seni tari; melakukan penyimpanan peralatan secara bergotong royong; memilih dan menggunakan media yang sesuai dengan kebutuhan untuk membuat video pementasan seni tari secara mandiri dan kelompok, seperti memanfaatkan media youtube, tiktok, Instagram. Proses Penampilan Gerak Dasar Tari, Ragam Gerak Tari dan Penampilan Karya Seni Tari Pada akhir Fase D, peserta didik dapat melakukan gerak olah tubuh; melakukan teknik gerak dasar tari (kepala, badan, tangan, kaki, meniru gerakan hewan); melakukan unsur tari (gerak, ruang, waktu dan tenaga); melakukan ragam gerak tari bagian awal, bagian inti, bagian akhir berdasarkan tempo iringan musik; melakukan 344 Elemen Capaian Pembelajaran pementasan dan pembuatan video pementasan ragam gerak dasar serta karya seni tari pada berbagai media baik secara mandiri ataupun kelompok. Penyelesaian Akhir Pada akhir Fase D, peserta didik dapat membersihkan dan membereskan peralatan, mengelompokkan jenis peralatan dan perlengkapan yang telah digunakan dalam penampilan gerak dasar tari secara bersama-sama dan bergotong royong, berkolaborasi dan bekerjasama dengan temannya sebagai wujud perilaku yang sesuai dengan profil pelajar Pancasila. Pelaporan Pada akhir Fase D, peserta didik dapat mengisi ceklis laporan persiapan alat secara bersama-sama, melakukan pemeriksaan kelengkapan peralatan dan perlengkapan secara mandiri, serta melaporkan hasil pementasan. 2. Fase E (Usia Mental + 10 Tahun dan Umumnya Kelas X) Pada akhir Fase E, peserta didik mampu menerapkan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), mempersiapkan alat dan perlengkapan praktik seni tari, melakukan gerak tari berdasarkan materi tari yang dihafalkan sesuai urutan gerak dan iringan tari untuk penampilan tari tunggal dan berpasangan yang akan dilakukan secara mandiri maupun kelompok, melakukan pembuatan video tari dengan menampilkan tarian tunggal dan berpasangan sesuai dengan karakter yang diperankan, dan mengisi laporan hasil kerja dengan ceklis. Fase E Berdasarkan Elemen Elemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Persiapan Alat Dan Perlengkapan Proses Penyelesaian Akhir Capaian Pembelajaran Pada akhir Fase E, peserta didik dapat memahami dan menerapkan prosedur keselamatan dan kesehatan di tempat kerja baik secara mandiri dan bergotong royong; menerapkan prosedur penggunaan APD, pencegahan penyakit akibat kerja, kebersihan lingkungan kerja, penyimpanan pelengkap kerja dan personal hygiene; mengikuti standar operasional prosedural (SOP) penggunaan alat. Pada akhir Fase E, peserta didik dapat memilih peralatan dan perlengkapan sesuai kebutuhan, media yang sesuai untuk praktik menari, bergotong royong melakukan pemeliharan peralatan secara berkala. Pada akhir Fase E, peserta didik dapat melakukan gerak tari berdasarkan materi tari yang dihafalkan sesuai urutan gerak dan iringan tari untuk penampilan tari tunggal dan berpasangan yang akan dilakukan secara mandiri, melakukan pembuatan video tari dengan menampilkan tarian tunggal dan berpasangan sesuai dengan karakter yang diperankan. Pada akhir Fase E, peserta didik dapat melakukan pementasan seni tari secara mandiri atau bergotong royong; membersihkan peralatan dan perlengkapan yang digunakan saat praktik menari; mengelompokkan jenis peralatan; mengidentifikasi kegunaan peralatan; melakukan pemeliharaan berkala pada alat-alat properti tari; serta 345 Elemen Pelaporan Capaian Pembelajaran melakukan penyimpanan peralatan dengan rapi baik secara mandiri maupun bersama-sama. Pada akhir Fase E, peserta didik dapat mengisi ceklis laporan persiapan alat, pemeriksaan kelengkapan perlengkapan tari (properti tari, busana tari, tape untuk iringan tari) dan laporan penampilan tari tunggal/tari berpasangan berdasarkan materi tari yang dihafalkan sesuai urutan gerak dan iringan tari yang dibuat baik secara mandiri maupun bersama tim dengan jujur. 3. Fase F (Usia Mental + 10 Tahun dan Umumnya Kelas XI dan XII ) Pada akhir Fase F, peserta didik mampu menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), dapat menentukan dan menggunakan alat serta perlengkapan sesuai kebutuhan pementasan karya seni tari yang akan dilakukan secara mandiri, memilih peralatan dan perlengkapan sesuai kebutuhan, media yang sesuai untuk praktik menari, menentukan jenis alat dan perlengkapan sesuai kebutuhan pementasan karya seni tari, melakukan pembuatan video menari, melakukan proses eksplorasi dan improvisasi gerak tari dengan berbagai media, mendemonstrasikan berbagai ragam gerak tari hasil improvisasi dengan kreatif, melakukan proses pembuatan karya seni tari yang ditampilkan secara digital melalui media sosial, melakukan pementasan karya seni tari, melakukan pembuatan video dan pementasan serta menampilkan hasil karya seni tari, melaporkan persiapan alat, pemeriksaan kelengkapan bahan, serta menampilkan improvisasi gerak tari yang dibuat baik secara mandiri maupun bersama tim dengan jujur. Fase F Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Pada akhir Fase F, peserta didik dapat mengenali simbolsimbol K3; menerapkan prosedur keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja baik secara mandiri dan bergotong royong (berkelompok dengan teman sekelas); serta menerapkan prosedur penggunaan APD, pencegahan penyakit akibat kerja, kebersihan lingkungan kerja, penyimpanan perlengakap kerja dan personal hygiene, mengikuti standar operasional prosedural (SOP) penggunaan alat. Persiapan Alat dan Perlengkapan Pada akhir Fase F, peserta didik dapat memilih peralatan dan perlengkapan sesuai kebutuhan; media yang sesuai untuk praktik menari; membuat improvisai gerak tari secara mandiri; bergotong royong (bersama-sama teman satu kelas) melakukan pemeliharan peralatan secara berkala. Proses Pada akhir Fase F, peserta didik dapat menentukan jenis alat dan perlengkapan sesuai kebutuhan pementasan karya seni tari yang akan dilakukan secara mandiri; melakukan pembuatan video menari; melakukan proses eksplorasi dan 346 Elemen Capaian Pembelajaran improvisasi gerak tari dengan berbagai media; mendemonstrasikan berbagai ragam gerak tari hasil improvisasi dengan kreatif; melakukan proses pembuatan karya seni tari yang ditampilkan secara digital melalui media sosial dengan kreatif. Penyelesaian Akhir Pada akhir Fase F, peserta didik dapat melakukan pementasan karya seni tari secara mandiri atau bergotong royong; membersihkan peralatan dan perlengkapan praktik menari; mengelompokkan jenis peralatan; mengidentifikasi kegunaan peralatan; melakukan pemeliharaan berkala pada alat-alat dan properti tari; melakukan penyimpanan peralatan dengan rapi, baik secara mandiri maupun bersama-sama; melakukan pembuatan video dan pementasan serta menampilkan hasil karya seni tari. Pelaporan Pada akhir Fase F, peserta didik dapat mengisi ceklis laporan persiapan alat, pemeriksaan kelengkapan bahan, dan menampilkan improvisasi gerak tari yang dibuat baik secara mandiri maupun bersama tim dengan jujur. 347 XXVII.CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KHUSUS KETERAMPILAN DESAIN GRAFIS A. Rasional Mata Keterampilan Pelajaran Desain Grafis Desain Grafis merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari oleh peserta didik penyandang disabilitas di Sekolah Luar Biasa. Desain grafis adalah pekerjaan dalam bidang komunikasi visual yang berhubungan dengan grafika (cetakan) dan/atau pada bidang dua dimensi, serta statis (tidak bergerak dan bukan time-based image). Secara khusus, desain grafis adalah keahlian menyusun dan merancang unsur visual menjadi informasi yang dimengerti publik/masyarakat. Desain grafis mempunyai peran dalam mengomunikasikan pesan dan informasi kepada pengguna melalui sentuhan visual yang terdiri atas warna, garis, bidang, bentuk, tipografi, ilustrasi, fotografi, bagan, infografis, layout yang diolah menjadi rancangan yang menarik. Desain grafis sering dikategorikan sebagai seni komersial (commercial art). Hal ini dikarenakan desain grafis merupakan paduan antara seni rupa dan komunikasi. Seiring berjalannya waktu, perkembangan desain grafis terbilang cukup pesat, hal ini terbukti dari banyaknya perusahaan maupun industri yang menggunakan produk desain grafis dalam memperkenalkan produknya kepada masyarakat. Pada Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB) dan Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB), mata pelajaran desain grafis merupakan salah satu jenis keterampilan pilihan dari 20 jenis keterampilan yang disediakan oleh pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan desain grafis dasar kepada peserta didik yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan seharihari dan juga merupakan persiapan menuju dunia kerja atau membuka wirausaha sendiri. Dengan mempelajari mata pelajaran Desain Grafis, peserta didik diharapkan mampu mengembangkan kemempuan yang dibutuhkan untuk suatu pekerjaan( hard skill) dan kepribadiaan, serta kemampuan berkomunikasi dalam sebuah pekerjaan (soft skill) sesuai dengan profil pelajar Pancasila yaitu: Beriman, Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Berakhlak Mulia, Bernalar Kritis, Kreatif, Mandiri, Disiplin, dan Gotong Royong. Dalam mempelajari mata pelajaran Desain Grafis, peserta didik berkebutuhan khusus dengan hambatan intelektual akan dikembangkan dan dioptimalkan kemampuan pengertahuan, keterampilan, dan sikap untuk menjadi sumber daya manusia yang 348 kompeten. Pengoptimalan tiga kemampuan ini sangat berhubungan erat dalam membentuk peserta didik sesuai Profil Pelajar Pancasila di antaranya: pengetahuan meningkatkan daya bernalar kritis dan kreativitas. Keterampilan untuk mengasah kreativitas dan kemandirian. Sikap bertujuan untuk menanamkan akhlak baik, meningkatkan kedisiplinan dan sikap bergotong royong. Ruang lingkup materi Desain Grafis yang akan dipelajari meliputi pengetahuan Keselamatan Kerja (K3), persiapan alat dan bahan, proses produksi seperti: pengetahuan produksi desain, menerapkan bentuk gambaran awal suatu proyek (project brief), menerapkan bentuk gambaran awal suatu proyek yang telah disepakati (design brief), menetapkan strategi desain, menetapkan konsep desain, mengoperasikan perangkat lunak desain, menciptakan karya desain, mengevaluasi hasil karya desain, mempresentasikan karya desain, membuat materi siap produksi, mengelola proses produksi dan menerapkan serta menyajikan karya proyek tugas akhir. B. Tujuan Mata Pelajaran Keterampilan Desain Grafis Mata pelajaran keterampilan Desain Grafis bertujuan untuk membantu peserta didik: 1. mengembangkan potensi diri dan memiliki sikap sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila, yaitu bersikap jujur, bernalar kritis, kreatif, disiplin, gotong royong, dan mandiri. 2. mengikuti prosedur Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) baik secara mandiri maupun bekerja sama dalam tim. 3. memperkenalkan dunia desain grafis kepada peserta didik agar dapat mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari[hari; 4. memperkenalkan peserta didik pada aplikasi-aplikasi desain grafis; 5. mempersiapkan peserta didik agar dapat memahami dengan mudah pesan-pesan yang disampaikan dalam bentuk grafis; 6. menerapkan berbagai teknik dasar desain grafis; 7. mempraktikkan teknik desain grafis; 8. membuat berbagai produk desain grafis; 9. menerapkan kebersihan dan kerapian peralatan dan perlengkapan desain grafis; 10. memasarkan produk hasil karya desain grafis; C. Karakteristik Mata Pelajaran Keterampilan Desain Grafis 1. Deskripsi Umum Mata Pelajaran 349 Pelajaran Desain Grafis pada jenjang Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB) dan Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB) mempelajari teori dan praktik tentang keselamatan kesehatan kerja, alat dan bahan, proses membuat produk, penyelesaian dan pelaporan. Materi keselamatan kesehatan kerja mencakup teori dan praktik dalam upaya menjamin keselamatan dan kesehatan selama berada di area kerja, pencegahan terjadinya kecelakaan kerja dan langkah penanganan jika terjadi kecelakaan kerja. Proses desain grafis merupakan rangkaian pembelajaran teori dan praktik yang dimulai dengan kegiatan membuat mencari ide berkarya, perencanaan pembuatan karya, dan mengaplikasikan karya tersebut dengan menggunakan software yang diperlukan. Materi pelaporan mencakup teori dan praktik pelaporan pada tiap tahapan kerja dan mengomunikasikan hasil laporan. Materi pembelajaran desain grafis mengajarkan tahapan-tahapan hard skill dan soft skill degan pendekatan belajar Project Based Learning yang akan menginternalisasikan sikap jujur, disiplin, bernalar kritis, kreatif, mandiri dan bergotong royong sesuai dengan profil pelajar Pancasila. Pembelajaran teori dan praktik di sekolah dilaksanakan di ruang atau kelas komputer sebagai miniatur ruang kerja di dunia usaha dan industri. Pada proses pembelajaran, diharapkan dapat menghadirkan praktisi sebagai guru tamu dari dunia usaha atau dunia industri. Pembelajaran keterampilan desain grafis berorientasi pada kebutuhan dan kemandirian peserta didik. Dengan menguasai pelajaran desain grafis, peserta didik diharapkan dapat mengembangkan kompetensinya dengan optimal. 2. Elemen Mata Pelajaran Mata pelajaran Desain Grafis pada fase D, E, dan F membahas materi yang akan dikembangkan sebagai dasar pengetahuan dan kemampuan untuk memasuki materi pada jenjang yang lebih tinggi, antara lain: 1. Pengetahuan dan penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). 2. Persiapan alat dan bahan desain grafis. 3. Proses desain grafis. 4. Melaksanakan proses desain grafis. 5. Melaporkan hasil kerja. Elemen Mata Pelajaran Keterampilan Desain Grafis dan Deskripsinya 350 Elemen Deskripsi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Penerapan keselamatan kerja di lingkungan tempat kerja, menjaga kesehatan dan penyakit akibat kerja dan kebersihan diri (personal hygiene) mengikuti Standar Operasional Prosesedur (SOP) penggunaan piranti lunak. Persiapan Alat dan Bahan Desain Grafis Mempersiapkan peralatan yang digunakan di ruang komputer; keberfungsian komputer; aplikasi desain grafis dan kelengkapan peralatan lainnya yang dibutuhkan; menyiapkan bahan seperti kertas, alat tulis, bahan pewarna; serta merapikan dan menyimpan kembali peralatan setelah selesai digunakan. Proses Desain Grafis Membuat gambar menggunakan unsur-unsur dasar desain grafis; melakukan karya desain grafis; menerapkan prinsip-prinsip desain dengan komunikasi; melakukan karya desain dengan media komunikasi teknik meletakan menempelkan (Paste Up) ; menunjukkan jenis-jenis perangkat lunak desain grafis; memahami menu dan tool perangkat lunak desain grafis; mengoperasikan menu dan tool perangkat lunak desain grafis; melakukan teknik merealisasikan ide menjadi desain grafis; melakukan prosedur pembuatan sketsa karya desain grafis; menerapkan prosedur pembuatan dummy karya desain grafis,menerapkan dan melakukan teknik display dummy karya desain grafis; melakukan prosedur pembuatan sketsa karya desain grafis; melakukan prosedur pembuatan dummy karya desain grafis; melakukan teknik display dummy karya desain grafis; mempresentasikan karya desain grafis; memahami jenis-jenis produk desain grafis; melakukan pengelompokan jenis-jenis produk desain grafis; menunjukkan piranti lunak, pengoperasian piranti lunak Vector Drawing untuk desain grafis; membuat desain produk self identity, corporate identity menggunakan piranti lunak Vector Drawing; membuat karya pra-desain media cetak; membuat karya desain media cetak indoor; membuat desain sesuai contoh produk seperti buku kenangan akhir tahun, media cetak untuk promosi; menerapkan prosedur pembuatan pra-desain media cetak; membuat karya pra-desain media cetak; membuat karya desain media cetak; dan mencetak karya desain media cetak menggunakan printer; serta menyajikan pameran karya desain media cetak. Penyelesaian Akhir Melakukan revisi dari materi final yang sudah disetujui (final artwork) setelah desain selesai di-proofing (print preview hasil cetak mesin sebelum diperbanyak) Pelaporan Melaporkan hasil karya desain grafis sesuai prosedur dengan mengisi daftar ceklis, persiapan alat, pemeriksaan kelengkapan bahan, dan hasil desain grafis. D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Keterampilan Desain Grafis Setiap Fase 1. Fase D (Usia Mental ± 9 Tahun dan Umumnya Kelas VII, VIII, dan IX Pada akhir Fase D, peserta didik mampu menerapkan Kesehatan dan 351 Keselamatan Kerja (K3), mempersiapkan peralatan dan bahan desain grafis, mengidentifikasi alat dan bahan untuk pembuatan produk desain grafis, merapkan unsur-unsur dasar desain grafis, membuat gambar menggunakan unsur-unsur dasar desain grafis, memahami karya desain grafis, membuat karya desain dengan media komunikasi teknik Paste Up; memahami jenis-jenis perangkat lunak desain grafis, memahami menu dan tool perangkat, menerapkan teknik merealisasikan ide menjadi desain grafis, menerapkan prosedur pembuatan sketsa karya desain grafis, menerapkan prosedur pembuatan dummy karya desain grafis, melakukan teknik display dummy karya desain grafis atau menyusun, menampilkan teknik presentasi karya desain grafis dan membuat karya desain grafis, mengidentifikasi penyelesaian akhir yang diperlukan, serta membuat laporan hasil karya desain grafis sesuai prosedur. Fase D Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Pada akhir Fase D, peserta didik dapat menerapkan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang meliputi penerapaan kesehatan dan keselamatan di lingkungan tempat kerja dengan tidak memindahkan, mengubah dan merusak komponen komputer, tidak membawa makanan dan minuman ke dalam ruang komputer atau membawa benda yang membahayakan, tidak keluar atau berpindah tempat duduk tanpa izin, mengenakan kaos kaki dalam ruang komputer, menyalakan dan mematikan komputer sesuai prosedur. Melakukan pencegahan kecelakaan kerja, penerapaan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan Kerja (P3K), pencegahan penyakit akibat kerja seperti iritasi mata, kesalahan posisi duduk yang dapat mengakibatkan cedera punggung,, safety tools area kerja/kelas untuk belajar, personal hygiene atau kebersihan diri meliputi merawat kebersihan diri dengan mengikuti Standar Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku di sekolah. Persiapan Alat dan Bahan Pada akhir Fase D, peserta didik dapat menerapkan kemampuan mempersiapkan peralatan dan bahan desain grafis; mengidentifikasi alat dan bahan untuk pembuatan produk desain grafis; memastikan peralatan yang digunakan dalam kondisi aman dan siap pakai; mengidentifikasi keberfungsian peralatan; memahami dan melakukan pemeliharaan berkala pada alat desain grafis; memelihara, membersihkan, dan merapikan kembali peralatan setelah selesai digunakan. Proses Desain Grafis Pada akhir Fase D, peserta didik dapat merapkan unsur-unsur dasar desain grafis; membuat gambar menggunakan unsur-unsur dasar desain grafis; 352 Elemen Capaian Pembelajaran memahami karya desain grafis; membuat karya desain grafis; menerapkan karya desain dengan media komunikasi teknik Paste Up; membuat karya desain dengan media komunikasi teknik Paste Up; memahami jenis-jenis perangkat lunak desain grafis; menunjukkan jenis-jenis perangkat lunak desain grafis; memahami menu dan tool perangkat; mengoperasikan menu dan tool perangkat lunak desain grafis; merealisasikan ide menjadi desain grafis; melakukan teknik merealisasikan ide menjadi desain grafis; menerapkan konsep desain grafis dan membuat konsep desain grafis; menerapkan prosedur pembuatan sketsa karya desain grafis; menerapkan dan melakukan prosedur pembuatan dummy dan display dummy karya desain grafis; membuat dan mempresentasikan karya desain grafis. Penyelesaian Akhir Pada akhir Fase D, peserta didik dapat mengidentifikasi penyelesaian akhir yang diperlukan untuk menjaga hasil produk dalam kondisi baik; melakukan finishing hasil karya produk desain grafis (final artwork) yang sudah disetujui oleh guru untuk melanjutkan pada proses produksi cetak. Pelaporan Pada akhir Fase D, peserta didik dapat melaporkan hasil karya desain grafis sesuai prosedur dengan mengisi daftarcek list: persiapan alat, pemeriksaan kelengkapan bahan, dan hasil desain grafis. 2. Fase E (Usia Mental ±10 Tahun dan Umumnya Kelas X) Pada akhir Fase E peserta didik mampu menerapkan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), mampu mempersiapkan peralatan dan bahan desain grafis, mengidentifikasi alat dan bahan untuk pembuatan produk desain grafis, mengamati jenis-jenis produk desain grafis, melakukan pengelompokan jenis-jenis produk desain grafis, menerapkan pengoperasian piranti lunak Vector Drawing untuk desain grafis, membuat desain dan menggunakan piranti lunak Vector Drawing, mengidentifikasi penyelesaian akhir yang diperlukan, serta membuat laporan hasil karya desain grafis sesuai prosedur. Fase E Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Pada akhir Fase E, peserta didik dapat menerapkan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang meliputi: penerapaan kesehatan dan keselamatan di lingkungan tempat kerja dengan tidak memindahkan, mengubah dan merusak komponen computer; tidak membawa makanan dan minuman ke dalam ruang komputer atau membawa benda yang membahayakan; tidak 353 Elemen Capaian Pembelajaran keluar atau berpindah tempat duduk tanpa izin; mengenakan kaos kaki dalam ruang komputer; menyalakan dan mematikan komputer sesuai prosedur; melakukan pencegahan kecelakaan kerja; penerapaan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan Kerja (P3K); pencegahan penyakit akibat kerja seperti iritasi mata, kesalahan posisi duduk yang dapat mengakibatkan cedera punggung, safety tools area kerja/kelas untuk belajar, personal hygiene atau kebersihan diri meliputi merawat kebersihan diri dengan mengikuti Standar Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku di sekolah. Persiapan Alat dan Bahan Pada akhir Fase E, peserta didik dapat menerapkan kemampuan mempersiapkan peralatan dan bahan desain grafis; mengidentifikasi alat dan bahan untuk pembuatan produk desain grafis; memastikan peralatan yang digunakan dalam kondisi aman dan siap pakai; mengidentifikasi keberfungsian peralatan; memahami dan melakukan pemeliharaan berkala pada alat desain grafis; serta memelihara, membersihkan, dan merapikan kembali peralatan setelah selesai digunakan. Proses Desain Grafis Pada akhir Fase E, peserta didik dapat mengamati jenis-jenis produk desain grafis; melakukan pengelompokan jenis-jenis produk desain grafis; menerapkan pengoperasian piranti lunak Vector Drawing untuk desain grafis, mengoperasikan piranti lunak Vector Drawing untuk desain grafis; menerapkan pembuatan desain corporate identity atau identitas perusahaan (logo, amplop, kop surat, kartu nama, poster, iklan, banner, dll) menggunakan piranti lunak Vector Drawing, membuat desain sesuai contoh produk identitas perusahaan dengan menggunakan piranti lunak Vector Drawing. Penyelesaian Akhir Pada akhir Fase E, peserta didik dapat mengidentifikasi penyelesaian akhir yang diperlukan untuk menjaga hasil produk dalam kondisi baik, melakukan penyelesaian hasil karya produk desain grafis (final artwork) yang sudah disetujui oleh guru untuk melanjutkan pada proses produksi cetak. Pelaporan Pada akhir Fase E, peserta didik dapat melaporkan hasil karya desain grafis sesuai prosedur dengan mengisi daftar cek list, persiapan alat, pemeriksaan kelengkapan bahan, dan hasil akhir desain grafis. 3. Fase F (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas XI dan Kelas XII) Pada akhir Fase F, peserta didik mampu menerapkan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), mampu mempersiapkan peralatan dan bahan desain grafis, mengidentifikasi alat dan bahan untuk pembuatan produk desain grafis, mengamati konsep pembuatan ilustrasi desain menggunakan piranti lunak Vector Drawing dan image editing, membuat 354 ilustrasi desain menggunakan piranti lunak Vector Drawing dan image editing, memahami konsep pembuatan desain produk media cetak indoor, membuat desain produk media cetak indoor, membuat desain produk buku kenangan akhir tahun, membuat desain produk media cetak untuk promosi; menerapkan prosedur pameran karya desain media cetak dan menyajikan pameran karya desain media cetak; mengidentifikasi penyelesaian akhir yang diperlukan; serta membuat laporan hasil karya desain grafis sesuai prosedur. Fase F Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Pada akhir Fase F, peserta didik dapat menerapkan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang meliputi penerapaan kesehatan dan keselamatan di lingkungan tempat kerja dengan tidak memindahkan, mengubah, dan merusak komponen komputer, tidak membawa makanan dan minuman ke dalam ruang komputer atau membawa benda yang membahayakan, tidak keluar atau berpindah tempat duduk tanpa izin, mengenakan kaos kaki dalam ruang komputer, menyalakan dan mematikan komputer sesuai prosedur; melakukan pencegahan kecelakaan kerja, penerapaan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan Kerja (P3K), pencegahan penyakit akibat kerja seperti iritasi mata, kesalahan posisi duduk yang dapat mengakibatkan cedera punggung, safety tools area kerja/kelas untuk belajar, kebersihan diri atau personal hygiene meliputi merawat kebersihan diri dengan mengikuti Standar Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku di sekolah. Persiapan Alat dan Bahan Pada akhir Fase F, peserta didik dapat menerapkan kemampuan mempersiapkan peralatan dan bahan desain grafis; mengidentifikasi alat dan bahan untuk pembuatan produk desain grafis; melakukan persiapan menggunakan peralatan; memastikan peralatan yang digunakan dalam kondisi aman dan siap pakai; mengidentifikasi keberfungsian peralatan; memahami dan melakukan pemeliharaan berkala pada alat desain grafis; serta memelihara, membersihkan dan merapikan kembali peralatan setelah selesai digunakan Proses Desain Grafis Pada akhir Fase F, peserta didik dapat mengamati konsep pembuatan ilustrasi desain sesuai contoh produk menggunakan piranti lunak Vector Drawing dan image editing; membuat ilustrasi desain sesuai contoh produk menggunakan piranti lunak Vector Drawing dan image editing; memahami konsep pembuatan desain sesuai contoh produk media cetak indoor; membuat desain sesuai contoh produk media cetak indoor; memahami konsep desain sesuai contoh produk 355 Elemen Capaian Pembelajaran buku kenangan akhir tahun, meliputi membuat image editing self identity data pribadi siswa dan guru, membuat image editing corporate identity atau profile sekolah, menggunakan vector drawing dalam penyusunan data pribadi siswa, menggunakan vector drawing dalam penyusunan profile sekolah; membuat keseluruhan desain sesuai contoh produk buku kenangan akhir tahun; menerapkan prinsip desain sesuai contoh produk media cetak untuk promosi (leaflet, flyer, infografis, billboard, dll); membuat desain sesuai contoh produk media cetak untuk promosi menerapkan prosedur pembuatan karya pradesain media cetak; membuat karya pra-desain media cetak; menerapkan prosedur dalam mencetak karya desain media cetak menggunakan printer; memahami prosedur pameran karya desain media cetak; serta menyajikan pameran karya desain media cetak Penyelesaian Akhir Pada akhir Fase F, peserta didik dapat mengidentifikasi penyelesaian akhir yang diperlukan untuk menjaga hasil produk dalam kondisi baik; melakukan penyelesaian hasil karya produk desain grafis (final artwork) yang sudah disetujui oleh guru untuk melanjutkan pada proses produksi cetak. Pelaporan Pada akhir Fase F, peserta didik dapat melaporkan hasil karya desain grafis sesuai prosedur dengan mengisi daftar ceklis: persiapan alat, pemeriksaan kelengkapan bahan, dan hasil desain grafis 356 XXVIII. CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KHUSUS KETERAMPILAN PENYIARAN RADIO A. Rasional Mata Pelajaran Penyiaran Radio Penyiaran radio adalah media komunikasi massa dengar, yang menyalurkan gagasan dan informasi dalam bentuk suara secara umum dan terbuka, berupa program yang teratur dan berkesinambungan. Radio sebagai salah satu media massa elektronik mempunyai potensi untuk memberikan dampak sosial yang luas, baik positif maupun negatif. Radio dapat dinikmati oleh siapa saja dan di mana saja, tanpa memandang kelas sosial, usia, dan tempat. Radio dapat mengisi waktu seseorang dalam kurun waktu 24 jam terus-menerus. Radio juga mampu menginformasikan/memberitakan segala hal di mana pun segera pada saat kejadiannya. Di Indonesia, radio siaran merupakan komponen media komunikasi massa yang memiliki peran dan hubungan timbal balik dengan sejarah bangsa. Saat ini, lebih dari 2.800 stasiun radio yang bekerja di frekuensi FM maupun digital, menyiarkan acaraacaranya kepada masyarakat luas di seluruh Indonesia. Berdasar Undang -Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran, tujuan penyiaran adalah untuk memperkukuh integrasi nasional, terbinanya watak dan jati diri bangsa yang beriman dan bertakwa, mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum, dalam rangka membangun masyarakat yang mandiri, demokratis, adil dan sejahtera, serta menumbuhkan industri penyiaran Indonesia. Penyiaran sebagai kegiatan komunikasi massa mempunyai fungsi sebagai media informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial. Dalam menjalankan fungsi tersebut, penyiaran juga mempunyai fungsi ekonomi dan kebudayaan. Dengan demikian, isi siarannya sendiri wajib mengandung informasi, pendidikan, hiburan, dan manfaat untuk pembentukan intelektualitas, watak, moral, kemajuan, kekuatan bangsa, menjaga persatuan dan kesatuan, serta mengamalkan nilai-nilai agama dan budaya Indonesia. Untuk memenuhi tujuan, fungsi, dan isi siaran penyiaran radio, diperlukan sumber daya manusia pengelola dan pelaku penyiaran 357 radio yang profesional dan berkualitas tinggi. Peserta didik harus mempunyai kompetensi tertentu yang memenuhi standar profesional di bidang penyiaran radio agar mampu berkompetisi dalam bidang penyiaran di masa depan, dan mampu bekerja secara taat azas serta menjunjung tinggi norma dan etika profesi sebagai alternatif profesi pekerjaan di masyarakat (dunia kerja). Terjaminnya profesionalitas sumber daya manusia di bidang penyiaran radio ini akan memberikan manfaat yang jauh lebih banyak bagi publik karena mampu menjalankan fungsi dan tujuan penyiaran dengan sebaik-baiknya. Secara garis besar, ada berbagai fungsi di dalam penyiaran radio, mulai dari fungsi pemrograman dan produksi program radio, fungsi pemasaran, fungsi pengelolaan teknis, fungsi pengelolaan administrasi umum, beserta turunan turunannya. Capaian Pembelajaran ini mengacu pada Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 639 Tahun 2016 tentang Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia kategori Informasi dan Komunikasi Golongan Pokok Aktivitas Penyiaran dan Pemrograman Peraturan Direktur Pendidikan Dasar, Jenderal Dan Bidang Penyiaran Pendidikan Pendidikan Anak Menengah Radio Usia dan Dini, Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Tentang Standar Kompetensi Kerja Khusus Bagi Penyandang Disabilitas Bidang Seni Dan Budaya Sub Bidang Teknik Penyiaran Radio. Dalam penyusunan Capaian Pembelajaran penyiaran radio ini, dilakukan beberapa penyesuaian dan penambahan sesuai dengan kondisi kelompok disabilitas. Dalam mata pelajaran Penyiaran Radio, diharapkan peserta didik dapat terampil dalam melaksanakan profesi penyiaran radio dengan dibekali teknik penyiaran radio. Teknik penyiaran radio menjadi hal penting yang harus diperhatikan dan dikembangkan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan dan kepuasan pendengar dalam menerima segala informasi serta menikmati segala bentuk siaran yang dikemas dengan apik sesuai segmen maupun usia pendengar sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila. Capaian Pembelajaran bersifat fleksibel sehingga dapat disesuaikan dengan kondisi dan karaktersitik peserta didik berkebutuhan khusus. 358 B. Tujuan Mata Pelajaran Penyiaran Radio Dengan mempelajari Penyiaran Radio, peserta didik berkesempatan mengembangkan dirinya sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila dan dapat: 1. berperan aktif dalam memelihara, menjaga, dan menjalankan tugas pemeriksaan dan perangkat siar digital; 2. mengembangkan keterampilan penyiaran radio dalam berbagai tema sesuai etika yang berlaku; 3. memahami dan terampil menulis naskah berita, hiburan, wawacara, dan naskah siaran berdasarkan prinsip jurnalistik; 4. mengembangkan menyusun pengetahuan acara dan dan jadwal keterampilan siaran radio dalam dengan mempertimbangkan situasi; 5. meningkatkan keterampilan dalam menyelenggarakan siaran radio sesuai tema yang telah ditentukan. C. Karakteristik Mata Pelajaran Penyiaran Radio 1. Deskripsi Umum Mata Pelajaran Teknik penyiaran radio merupakan kemampuan seni berbicara” (art of talking) di depan mikrofon ruang siaran radio yang dapat memberikan banyak informasi untuk khalayak ramai, mampu mengembangkan gaya bahasa dan intonasi, serta kemampuan improvisasi bahasa ekspresi selama penyiaran radio yang akan memunculkan karakteristik khas penyiar radio. Dalam proses kegiatan penyiaran menyelenggarakan radio, pengelolaan peserta penyiaran didik radio mampu dengan maksimal mulai dari persiapan, pelaksanaan, sampai evaluasi kegiatan penyiaran radio. Aktivitas penyiaran radio menjadi salah satu bagian penting dalam pengembangan potensi peserta didik yang memiliki kekuatan pada aspek suara dalam upaya mengajak masyarakat mengoptimalkan keunggulan radio dalam kondisi kekinian. Kekuatan khas karakter radio adalah terletak pada suara karena dengan suara, dapat tercipta “gambar imajiner yang tak terbatas”. Kemampuan radio untuk menciptakan imajinasi 359 tanpa batas sering diistilahkan sebagai “Radio is theatre of mind”. 2. Elemen Mata Pelajaran Dalam pembelajaran Penyiapan Radio, ada 5 (lima) elemen utama, seperti tampak di tabel berikut. Elemen Mata Pelajaran Penyiaran Radio dan Deskripsinya Elemen Deskripsi Pelaksanaan Tugas Pemeriksaan Elemen tugas pemeriksaan ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang dibutuhkan dalam memeriksa dan memastikan fungsi peralatan audio siaran, mempersiapkan pemeriksaan peralatan audio siaran, melaksanakan proses pemeriksaan peralatan audio siaran, merangkai peralatan audio siaran radio, serta merawat fungsi peralatan audio siaran radio. Penyiaran Radio Elemen penyiaran siaran radio berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang dibutuhkan dalam menerapkan teknik penyiaran naskah berita, menentukan musik untuk playlist, mempersiapkan hiburan yang akan disiarkan, melaksanakan penyiaran hiburan radio, melaksanakan penyiaran religi, dan melaksanakan wawancara dengan narasumber. Penulisan Naskah Elemen penulisan naskah berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang dibutuhkan dalam menulis dan mengedit naskah yang berkaitan dengan menulis naskah berita, hiburan, iklan dan wawancara. Penyusunan Siaran Radio Elemen penyusunan siaran radio berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang dibutuhkan dalam mempersiapkan jadwal acara radio, menyusun jadwal acara radio, mempersiapkan tayangan iklan radio, menentukan penanyangan iklan radio, mempersiapkan siaran berita radio dan mengelola siaran berita radio. Penyelenggaraan Siaran Radio Elemen penyelenggaraan siaran radio berhubungan dengan melaksanakan program siaran radio, mempresentasikan program siaran sederhana; mempresentasikan program siaran yang beragam; melakukan wawancara radio; mengeksplorasi topik secara on-air. 360 D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Penyiaran Radio Setiap Fase 1. Fase D (Umumnya Kelas VII, VIII, dan IX) Pada akhir Fase D, peserta didik memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual, operasional dasar/prosedural, dan metakognitif sesuai dengan bidang pekerjaan pada tingkat teknis, spesifik, dan kompleks berkenaan dengan penyiaran radio dalam konteks pengembangan potensi diri sebagai bagian dari keluarga, sekolah, dunia. Peserta didik melaksanakan tugas spesifik dengan menggunakan alat, mengolah informasi, dan mengikuti prosedur yang lazim dilakukan serta menyelesaikan masalah sesuai dengan bidang pekerjaan penyiaran radio secara efektif, kreatif, produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, komunikatif, dan solutif pada ranah abstrak dan konkret sehingga menampilkan kinerja yang terukur sesuai dengan standar terkait pengembangan dari sekolah dan masyarakat global. Fase D Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Pelaksanaan Tugas Pemeriksaan Pada akhir Fase D, peserta didik dapat memahami Keselamatan, Kesehatan Kerja (K3) dan lingkungan di tempat kerja; menerapkan Keselamatan, Kesehatan Kerja (K3) dan lingkungan di tempat kerja dari hal yang paling sederhana; menguraikan media radio dan menggunakan media radio dengan tepat; menerangkan etika penyiaran siaran radio berita; memahami jenis dan fungsi peralatan siaran radio; mengelompokkan jenis dan fungsi peralatan siaran radio; menguraikan sistem/rangkaian peralatan siaran radio; mengidentifikasi sistem/ rangkaian peralatan siaran radio. Penyiaran Radio Pada akhir Fase D, peserta didik dapat menerangkan etika penyiaran siaran radio berita; peserta didik melaksanakan etika penyiaran siaran radio berita dengan percaya diri; menguraikan etika penyiaran siaran radio hiburan; melaksanakan etika penyiaran siaran radio hiburan sesuai dengan sasaran penonton; menerangkan etika penyiaran siaran radio wawancara; serta melaksanakan etika penyiaran siaran radio wawancara dengan baik dan percaya diri. 361 Elemen Penulisan Naskah Capaian Pembelajaran Pada akhir Fase D, peserta didik dapat melaporkan naskah pembuka dan naskah penutup siaran radio berita dikuatkan dengan membuat naskah pembuka dan naskah penutup siaran radio berita; menceritakan naskah siaran berita beserta tagline-nya tentang peristiwa di lingkungan terdekat dengan siswa; merancang naskah siaran berita tentang peristiwa di lingkungan terdekat dengan siswa beserta tagline-nya; mencontohkan naskah siaran hiburan musik, lagu yang sedang popular, dan lagu anak-anak beserta tagline-nya; membuat naskah siaran hiburan music, lagu yang sedang popular dan lagu anakanak beserta tagline-nya; menguraikan secara lisan naskah wawancara beserta tagline-nya tentang hal-hal yang terjadi di lingkungan terdekat; membuat naskah wawancara tentang hal-hal yang terjadi di lingkungan terdekat beserta tagline-nya; membedakan naskah pembuka dan naskah penutup siaran radio hiburan musik lagu religi dengan jenis musik lainnya beserta tagline-nya; membuat naskah pembuka dan naskah penutup siaran radio hiburan music lagu religi beserta tagline-nya; memperluas naskah siaran berita beserta tagline-nya tentang tokoh terdekat; menyimulasikan naskah siaran berita beserta tagline-nya tentang tokoh terdekat; menggali naskah siaran hiburan musik lagu religi beserta tagline-nya; menyusun naskah siaran hiburan musik lagu religi dengan baik beserta tagline-nya; menguraikan naskah wawancara tentang tokoh di lingkungan terdekat beserta tagline-nya; mencontohkan naskah pembuka dan naskah penutup siaran radio wawancara tentang tokoh di luar lingkungan terdekat beserta tagline-nya; merancang naskah pembuka dan naskah penutup siaran radio wawancara tentang tokoh di luar lingkungan terdekat beserta taglinenya; menceritakan naskah siaran berita beserta tagline-nya tentang fenomena alam di luar lingkungan terdekat; menggunakan naskah siaran berita berita beserta tagline-nya tentang fenomena alam di luar lingkungan terdekat; mencontohkan naskah siaran hiburan musik berdasarkan genre pop, dangdut, dan rock beserta tagline-nya; menyusun naskah siaran hiburan musik berdasarkan genre pop, dangdut dan rock beserta tagline-nya; merinci naskah wawancara beserta taglinenya tentang tokoh di luar lingkungan terdekat; mengatur naskah wawancara 362 Elemen Capaian Pembelajaran beserta taglinenya tentang tokoh di luar lingkungan terdekat. Penyusunan Siaran Radio Pada akhir Fase D, peserta didik memahami jenis acara dan jadwal siaran radio tentang peristiwa di lingkungan terdekat dengan siswa; melalui stimulasi dan demonstrasi peserta didik menyusun acara dan jadwal siaran radio tentang peristiwa di lingkungan terdekat dengan siswa; merumuskan naskah wawancara tentang tokoh di lingkungan terdekat; menguraikan jenis acara dan jadwal siaran radio tentang tokoh terdekat; menyusun acara dan jadwal siaran radio tentang tokoh terdekat; menguraikan jenis acara dan jadwal siaran radio tentang tokoh di luar lingkungan terdekat; menyusun acara dan jadwal siaran radio tentang tokoh di luar lingkungan terdekat. Penyelenggaraan Siaran Radio Pada akhir Fase D, peserta didik memahami pengelolaan siaran radio hiburan music, lagu yang sedang popular dan lagu anak-anak; mengelola siaran radio hiburan music, lagu yang sedang popular dan lagu anak-anak; menerangkan pengelolaan siaran radio hiburan music lagu religi; mengelola siaran radio hiburan music lagu religi; menerangkan pengelolaan siaran radio hiburan music berdasarkan genre pop, dangdut dan rock; mengelola siaran radio hiburan musik berdasarkan genre pop, dangdut dan rock. 2. Fase E (Umumnya Kelas X) Pada akhir fase E, Peserta didik Memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual, operasional dasar/prosedural, dan metakognitif sesuai dengan bidang pekerjaan pada tingkat teknis, spesifik, dan kompleks berkenaan dengan penyiaran radio dalam konteks pengembangan potensi diri sebagai bagian dari keluarga, sekolah, dunia. Peserta didik melaksanakan tugas spesifik dengan menggunakan alat, mengolah informasi, dan mengikuti prosedur yang lazim dilakukan serta menyelesaikan masalah sesuai dengan bidang pekerjaan penyiaran radio secara efektif, kreatif, produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, komunikatif, dan solutif pada ranah abstrak dan konkret sehingga menampilkan kinerja yang terukur sesuai dengan 363 standar terkait pengembangan dari sekolah dan masyarakat global. Fase E Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Pelaksanaan Tugas Pemeriksaan Pada akhir Fase E, peserta didik nenjalankan tugas pemeriksaan memiliki peranan penting dalam pelaksanaan penyiaran radio; memahami tugas pemeriksaan siaran radio berkenaan dengan pentingnya keselamatan, kesehatan kerja (K3) dan lingkungan di tempat kerja; mulai menerapkan keselamatan, kesehatan kerja (K3) dan lingkungan di tempat kerja dari hal yang paling sederhana. Penyiaran Radio Pada akhir Fase E, peserta didik menyiarkan siaran musik nostalgia menjadi salah satu acara yang disajikan dengan kemasan menarik dan menyenangkan serta memanjakan pendengar radio/ audiens; dan menyiarkan siaran musik radio termasuk siaran musik nostalgia sesuai dengan segmen pendengar radio/audiens dengan mempertimbangkan daftar lagu nostalgia serta durasi penyiaran. Penulisan Naskah Pada akhir Fase E, peserta didik menyiarkan berita tentang peristiwa di luar lingkungan terdekat menjadi konsep materi penyiaran berita yang memenuhi kebutuhani nformasi pendengar radio/audiens; menyiarkan berita tentang peristiwa di luar lingkungan terdekat mengenai bencana banjir ataupun dampak kemacetan terhadap berbagai aspek; melalui simulasi peserta didik mendemontrasikan wawancara tentang peristiwa yang terjadi seperti bencana banjir, dampak kemacetan yang dirasakan masyarakat sekitar; melakukan wawancara radio berdasarkan naskah yang sudah tersedia; dan mengimpropisasi naskah sesuai kondisi objek wawancara. Penyusunan Siaran Radio Pada akhir Fase E, peserta didik dapat merancang naskah musik lagu nostalgia dengan membuat daftar lagu nostalgia sesuai karakteristik pendengar radio/audiens sebagai referensi untuk kepentingan penyiaran musik hiburan musik lagu nostalgia; menyusun acara siaran musik nostalgia radio dan melaksanakan siaran musik nostalgia di radio dengan dilengkapi tagline yang menarik; merancang naskah wawancara tentang dampak kemacetan di luar lingkungan terdekat dengan peserta didik, mulai dari butir butir pertanyaan sampai dengan menentukan durasi waktu yang 364 Elemen Capaian Pembelajaran diperlukan disesuaikan dengan karakteristik pendengar radio/audiens; merancang naskah wawancara tentang dampak kemacetan di luar lingkungan terdekat dengan peserta didik, mulai dari butir butir pertanyaan sampai dengan menentukan durasi waktu yang diperlukan disesuaikan dengan karakteristik pendengar radio/audiens; dan melalui simulasi peserata didik mendemontrasikan wawancara tentang peristiwa yang terjadi seperti bencana banjir, dampak kemacetan yang dirasakan masyarakat sekitar. Penyelenggaraan Siaran Radio Pada akhir Fase E, peserta didik menyusun acara sangat penting dalam program penyiaran radio mencakup ruang lingkup penyiaran radio; memahami ruang lingkup penyiaran radio dengan mencoba menyusun acara siaran musik radio dengan menyiapkan lagu-lagu nostalgia. 3. Fase F (Umumnya Kelas XI dan XII) Pada akhir Fase F, peserta didik memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual, operasional dasar/prosedural, dan metakognitif sesuai dengan bidang pekerjaan pada tingkat teknis, spesifik, dan kompleks berkenaan dengan penyiaran radio dalam konteks pengembangan potensi diri sebagai bagian dari keluarga, sekolah, dunia. Peserta didik melaksanakan tugas spesifik dengan menggunakan alat, mengolah informasi, dan mengikuti prosedur yang lazim dilakukan serta menyelesaikan masalah sesuai dengan bidang pekerjaan penyiaran radio secara efektif, kreatif, produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, komunikatif, dan solutif pada ranah abstrak dan konkret sehingga menampilkan kinerja yang terukur sesuai dengan standar terkait pengembangan dari sekolah dan masyarakat global. Fase F Berdasarkan Elemen Elemen Pelaksanaan Tugas Pemeriksaan Capaian Pembelajaran Pada akhir Fase F, peserta didik didik memahami Keselamatan, Kesehatan Kerja (K3) dan lingkungan di tempat kerja; mulai menerapkan Keselamatan, Kesehatan Kerja (K3) dan lingkungan di tempat kerja dari hal yang paling sederhana; memeriksa kondisi peralatan radio untuk kepentingan 365 Elemen Capaian Pembelajaran on air; memastikan kelengkapan peralatan radio yang akan digunakan on air. Penyiaran Radio Pada akhir Fase F, peserta didik menyiarkan siaran radio secara on-air; dengan percaya diri melaksanakan siaran berita tentang tokoh dengan lingkup yang lebih luas secara on-air; menyiarkan musik jingle identitas radio, musik jingle musik, musik jingle iklan; melaksanakan siaran radio tentang berita terkini; menyiarkan musik berdasarkan tema siaran. Penulisan Naskah Pada akhir Fase F, peserta didik menulis naskah berita tentang tokoh dalam lingkup yang lebih luas beserta tagline-nya; menulis naskah wawancara tentang hal-hal yang terjadi di luar lingkungan terdekat beserta tagline-nya; menulis naskah musik jingle identitas radio, musik jingle musik, musik jingle iklan beserta tagline-nya; menulis naskah siaran berita terkini beserta taglinenya; menulis naskah musik berdasarkan tema siaran beserta tagline-nya; menulis naskah wawancara berdasarkan tema siaran beserta tagline-nya. Penyusunan Siaran Radio Pada akhir Fase F, peserta didik menyusun siaran radio tentang tokoh terkenal dengan lingkup yang luas; menyusun siaran musik jingle identitas radio, music jingle music, music jingle iklan; menyusun siaran berita wawancara tentang hal-hal yang terjadi di luar lingkungan terdekat; menyusun siaran radio berita terkini; menyusun siaran berita wawancara berdasarkan tema siaran; dan menyusun siaran music berdasarkan tema siaran. Penyelenggaraan Siaran Radio Pada akhir Fase F, peserta didik menyelenggarakan siaran radio siaran tentang tokoh terkenal dengan lingkup yang luas; menyelenggarakan acara siaran music jingle identitas radio, musik jingle music, music jingle iklan; menyelenggarakan acara siaran berita wawancara tentang hal-hal yang terjadi di luar lingkungan terdekat; menyelenggarakan siaran radio tentang berita terkini berdasarkan SOP yang berlaku; menyelenggarakan siaran radio tentang wawancara berdasarkan tema siaran berdasarkan SOP yang berlaku; dan mengembangkan struktur penyiaran radio. 366 XXIX. CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KHUSUS KETERAMPILAN SENI LUKIS A. Rasional Mata Pelajaran Seni Lukis Seni Lukis merupakan bagian dari ilmu Seni Rupa yang dimanfaatkan untuk memberi atmosfer keindahan ruang. Melukis adalah kegiatan mengolah objek tiga dimensi ke dalam media dua dimensi untuk mendapatkan kesan tertentu. Lukisan merupakan karya seni rupa dua dimensi yang terbentuk dan tersusun dari unsur-unsur rupa; titik, garis, bidang, bentuk, ruang, warna, tekstur, keseimbangan dan gelap terang. Dalam Seni Lukis, terdapat berbagai ragam gaya yang dulu disebut aliran. Beberapa aliran yang populer antara lain: realisme, naturalisme, abstrak, dekoratif, impresionis, surealisme, kubisme, dan dadaisme. Seiring dengan perkembangan, melukis saat ini banyak sekali teknik dan media yang digunakan, di antaranya: teknik aquarel, teknik plakat, teknik pointilis dan teknik tempra. Adapun alat dan bahan yang digunakan di antaranya: pensil, penggaris, kuas, kertas, kanvas, cat air, cat minyak, cat akrilik, palet, pisau palet, easel, konte,krayon, spidol dan komputer. Seseorang yang belajar seni lukis selain menjadi seniman murni, juga bisa menjadi pekerja seni rupa atau (perupa). Bisa berprofesi sebagai ilustrator, visualizer, animator, reproduser lukisan, dekorator, dan pekerjaan-pekerjaan visual lainnya. Jadi, peluang kerja untuk berbagai jabatan dalam seni lukis sangat terbuka. Dengan perkembangan teknologi digital saat ini, peluang kerja perupa menjadi semakin luas. Teknologi digital dapat dimanfaatkan untuk mengeksplorasi ide-ide barunya. Perkembangan teknologi ini telah memunculkan media baru sehingga seniman tidak terbatas pada bidang kanvas dan cat dalam berekspresi. 367 Keterampilan pilihan melukis merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari oleh peserta didik berkebutuhan khusus di Sekolah Luar Biasa. Mata pelajaran keterampilan pilihan melukis mengajarkan bagaimana peserta didik dapat membuat berbagai jenis lukisan dengan berbagai media dari tahapan mencari objek sebagai ide atau gagasan untuk melukis, menyiapkan alat dan bahan, proses pembuatan lukisan,memamerkan hasil karya baik secara individu maupun kelompok dengan menerapkan prosedur keselamatan dan kesehatan kerja pada setiap tahapannya. Adapun tujuan dari keterampilan pilihan melukis yaitu memberikan pengetahuan melukis dasar kepada peserta didik yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, serta persiapan menuju dunia kerja atau membuka wirausaha sendiri. Pendekatan yang digunakan dalam pelajaran keterampilan pilihan melukis diantaranya Project Based Learning yaitu model pembelajaran yang menggunakan proyek atau kegiatan sebagai proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Penekanan pembelajaran terletak pada aktivitas peserta didik dalam menghasilkan produk dengan menerapkan keterampilan meneliti, menganalisis, membuat, sampai dengan mempresentasikan produk baik secara mandiri maupun berkelompok. Dengan mempelajari mata pelajaran keterampilan melukis, peserta didik diharapkan mampu mengembangkan dan mengoptimalkan hard skill dan soft skill yang mencakup 3 kemampuan yakni Knowledge, Skill dan Attitude untuk menjadi sumber daya manusia yang kompeten. Pengoptimalan tiga kemampuan ini sangat berhubungan erat dalam membentuk peserta didik sesuai profil pelajar Pancasila diantaranya: knowledge meningkatkan daya bernalar kritis, dan kreatifitas. Skill untuk mengasah kreatifitas dan kemandirian. Attitude bertujuan untuk menanamkan akhlak baik, meningkatkan kedisiplinan dan sikap bergotong-royong. B. Tujuan Mata Pelajaran Seni Lukis Setelah mengikuti pembelajaran Seni Lukis, diharapkan peserta didik dapat: 368 1. mengembangkan potensi diri dan memiliki sikap sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila, yaitu bersikap jujur, bernalar kritis, kreatif, disiplin, gotong-royong dan mandiri; 2. mengikuti prosedur kesehatan dan keselamatan kerja (K3); 3. mengenal alat dan bahan untuk melukis; 4. mengenal media dan teknik dalam melukis; 5. mengembangkan objek sebagai ide atau gagasan untuk melukis; 6. mengenal unsur-unsur rupa dalam melukis; 7. mengenal berbagai aliran dalam melukis; 8. menuangkan objek sebagai ide dan gagasan dalam melukis; 9. menerapkan kebersihan dan kerapian peralatan dan perlengkapan dalam melukis; 10. mengapresiasi karya seni lukis; 11. menentukan nilai jual hasil karya lukis; 12. memasarkan hasil karya lukis. C. Karakteristik Mata Pelajaran Seni Lukis 1. Deskripsi Umum Mata Pelajaran Pelajaran keterampilan melukis pada jenjang SMPLB dan SMALB yaitu mempelajari teori dan praktik tentang keselamatan kesehatan kerja, pencarian objek sebagai sumber ide atau gagasan melukis, media alat dan bahan melukis, proses melukis, penyelesaian akhir dan pelaporan. Materi Keselamatan kesehatan kerja mencakup teori dan praktik dalam upaya menjamin keselamatan dan kesehatan selama berada di area kerja, pencegahan terjadinya kecelakaan kerja dan langkah penanganan jika terjadi kecelakaan kerja. Materi alat dan bahan dalam membuat lukisan, mencakup pengenalan nama dan fungsi alat melukis, teori dan praktik terkait proses melukis dan perawatan alat yang digunakan dalam proses pembuatan lukisan. Materi bahan mencakup teori dan praktik tentang nama, jenis, tekstur, fungsi penggunaan dan karakteristik bahan. Proses membuat lukisan merupakan rangkaian pembelajaran teori dan praktik yang dimulai dengan kegiatan pencarian objek untuk mengembangkan ide dan gagasan (bila tidak memungkinkan dapat disiapkan guru), dengan objek flora, fauna alam benda dan teknik dalam melukis 369 sesuai dengan prosedur. Lukisan yang dibuat merupakan hasil pengembangan ide dan gagasan serta imajinasi yang menghasilkan lukisan. Materi penyelesaian atau finishing meliputi pemasangan figura dan laminasi pada lukisan. Materi pelaporan mencakup teori dan praktik pelaporan pada tiap tahapan kerja dan mengkomunikasikan hasil laporan. Proses belajar menggunakan model pembelajaran project based learning dengan memperhatikan pembelajaran abad 21 dan memiliki sikap jujur, disiplin, bernalar kritis, kreatif mandiri dan bergotong-royong sesuai dengan karakater Profil Pelajar Pancasila. Pembelajaran dilaksanakan dengan sistem ganda yaitu di lingkungan sekolah dan di studio lukis. Pembelajaran teori dan praktik di sekolah dilaksanakan pada ruang keterampilan melukis sebagai miniatur ruang kerja di studio lukis serta dapat menghadirkan seniman lukis sebagai guru tamu. Pembelajaran di studio lukis dilaksanakan melalui program kunjungan ke pameran berorientasi lukisan. pada Pembelajaran kebutuhan keterampilan dan melukis kemandirian, serta mengembangan imajinasi peserta didik. Pengetahuan tentang lukisan memiliki fungsi yang sangat penting sebagai pengetahuan dasar yang harus dimiliki untuk membekali peserta didik dalam mengembangkan keterampilan melukis. Materi-materi dasar untuk mengembangkan pengetahuan dan kemampuan pada fase berikutnya antara lain, yaitu mengajarkan tentang penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), pengenalan objek lukisan sebagai sumber ide dan gagasan, media, alat dan bahan melukis, pengenalan kegunaan alat-alat untuk melukis, melaksanakan pengenalann, tektur dan karakteristik bahan, mengenal berbagai teknik melukis pada berbagai macam media, sebagai dasar untuk membuat lukisan, sampai pada tahap penyelesaian yang meliputi pemasangan pigura dan laminasi pada lukisan. Materi pelaporan mencakup teori dan praktik pelaporan pada tiap tahapan kerja dan mengkomunikasikan hasil laporan. Dengan menguasai pelajaran melukis peserta didik diharapkan dapat mengembangkan kompetensinya dengan baik sehingga 370 pada fase berikutnya dalam jenjang yang lebih tinggi atau SMALB masing-masing materi tersebut mengajarkan tahapan-tahapan hardskill dan soft skill dengan pendekatan belajar Project Based Learning yang akan menginternalisasikan sikap jujur, disiplin, bernalar kritis, kreatif, mandiri dan bergotong royong sesuai dengan profil pelajar Pancasila. 2. Elemen Mata Pelajaran Melukis pada fase D, E, dan F membahas materi yang akan dikembangkan sebagai dasar pengetahuan dan kemampuan untuk memasuki materi pada jenjang yang lebih tinggi, antara lain: 1. Pengetahuan tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) 2. Pengetahuan tentang alat dan bahan untuk melukis 3. Proses membuat karya seni lukis 4. Penyelesaian akhir 5. Pelaporan Elemen Mata Pelajaran Seni Lukis dan Deskripsinya Elemen Deskripsi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Penerapan keselamatan kerja di lingkungan tempat kerja, penerapan penggunaan alat pelindung diri (APD), kesehatan dan penyakit akibat kerja dan personal hygiene, mengikuti Standar Operasional Prosesedural (SOP) penggunaan alat. Persiapan Alat dan Bahan Melukis Mempersiapkan peralatan yang dipergunakan di ruang lukis, fungsi alat dan bahan melukis. Persiapan tempat, alat dan bahan untuk mengikuti pembelajaran keterampilan melukis. Merapikan dan menyimpan alat dan bahan ke tempat semula. Proses Membuat Karya Seni Lukis Mengembangkan ide dan gagasan objek karya seni lukis. Membuat sketsa sesuai dengan ide dan gagasan. Membuat lukisan sesuai dengan ide dan gagasan awal dengan menerapkan unsur-unsur rupa (titik, garis, bidang, bentuk, warna, tekstur dan keseimbangan). Menerapkan corak atau gaya dalam melukis,Melakukan finishing pada karya seni lukis yaitu pemasangan pigura dan laminasi. Penyelesaian Akhir Menerapkan kebersihan dan kerapian peralatan dan perlengkapan melukis. Pelaporan Melaporkan hasil kerja dengan mengisi cek list: persiapan alat dan bahan, pemeriksaan 371 Elemen Deskripsi kelengkapan alat dan bahan, serta menampilkan hasil lukisan. D. Capaian Setiap Fase Menurut Elemen 1. Fase D (Usia Mental ± 9 Tahun dan Umumnya Kelas VII, VIII, dan IX) Pada fase D, peserta didik memahami dan menerapkan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), memilih bahan dan alat untuk melukis sesuai dengan kebutuhan. Peserta didik melakukan proses melukis dengan menerapkan berbagai teknik melukis dengan objek flora, fauna dan alam benda pada media dua dimensi. Peserta didik melakukan pemeliharaan alat lukis secara berkala serta melaporkan hasil kerja dengan mengisi ceklis. Fase D Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Pada akhir fase D, peserta didik dapat menerapkan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang meliputi penerapaan kesehatan dan keselamatan di lingkungan tempat kerja, pencegahan kecelakaan kerja, penerapaan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan Kerja (P3K), penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), pemeliharaan peralatan secara berkala, pencegahan penyakit akibat kerja, pembersihan area ruang lukis atau kelas untuk belajar, penyimpanan alat bantu dan perlengkapan melukis, personal hygiene meliputi merawat kebersihan diri dan seragam kerja praktik/uniform, mengikuti prosedur penggunaan alat. Persiapan Alat dan Bahan Melukis Pada akhir fase D, peserta didik dapat mengidentifikasi alat dan bahan pembuatan karya seni lukis, mengelompokkan jenis peralatan, mengidentifikasi kegunaan peralatan, melakukan pemeliharaan berkala pada alat melukis, membersihkan peralatan setelah digunakan, serta melakukan penyimpanan peralatan; mengidentifikasi kebutuhan bahan untuk membuat karya lukis; memilih media yang sesuai dengan kebutuhan untuk membuat karya lukis. Proses Melukis Pada akhir fase D, peserta didik dapat menentukan jenis alat dan bahan yang tepat untuk membuat sebuah karya lukis dengan objek gambar flora, fauna dan alam benda pada media dua dimensi; melakukan proses melukis dengan objek flora, fauna dan alam benda pada media dua dimensi dengan 372 menggunakan alat dan bahan sesuai langkahlangkah dalam melukis seperti menerapkan berbagai teknik melukis, menggunkan media yang digunakan dalam melukis; mencari ide dan gagasan dalam melukis; memahami dan menerapkan unsur-unsur rupa dalam melukis.( titik, garis, bidang, bentuk,warna, tekstur, keseimbangan); menentukan corak atau gaya dalam melukis. Penyelesaian Akhir Pada akhir fase D, peserta didik dapat membersihkan peralatan dan perlengkapan melukis, mengelompokkan jenis peralatan, mengidentifikasi kegunaan peralatan, melakukan pemeliharaan berkala pada alat melukis manual dan digital serta melakukan penyimpanan peralatan dengan rapi baik secara mandiri maupun bersama-sama. Pelaporan Pada akhir fase D, peserta didik dapat melaporkan hasil kerja dengan mengisi cek list: persiapan alat dan bahan, pemeriksaan kelengkapan alat dan bahan, serta menampilkan hasil lukisan, secara mandiri maupun secara bersama-sama. 2. Fase E (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas X) Pada fase E, peserta didik memahami dan menerapkan prosedur Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), memilih bahan dan alat untuk melukis sesuai dengan kebutuhan. Peserta didik melakukan proses melukis dengan menerapkan berbagai teknik melukis dengan objek fauna pada media tiga dimensi. Peserta didik melakukan pemeliharaan alat lukis secara berkala serta melaporkan hasil kerja dengan mengisi ceklis. Fase E Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Pada akhir fase E, peserta didik dapat mengenali simbol-simbol K3, menerapkan prosedur keselamatan dan kesehatan di tempat kerja baik secara mandiri dan bergotong-royong, menerapkan prosedur penggunaan APD, pencegahan penyakit akibat kerja, kebersihan lingkungan kerja, penyimpanan pelengkap kerja dan personal hygiene, mengikuti standar operasional prosedural (SOP) penggunaan alat. Persiapan Alat dan Bahan Pada akhir fase E, peserta didik dapat memilih bahan dan alat sesuai kebutuhan, media yang sesuai untuk membuat lukisan secara mandiri, bergotong royong melakukan pemeliharan peralatan melukis secara berkala. 373 Proses Melukis Pada akhir fase E, peserta didik dapat menentukan jenis alat dan bahan yang tepat untuk membuat sebuah karya lukis dengan objek gambar fauna, alam benda pada media tiga dimensi; melakukan proses melukis dengan objek flora pada media tiga dimensi dengan menggunakan alat dan bahan sesuai langkah-langkah dalam melukis seperti menerapkan berbagai teknik melukis, menggunkan media yang digunakan dalam melukis; mencari ide dan gagasan dalam melukis; memahami dan menerapkan unsurunsur rupa dalam melukis (titik, garis, bidang, bentuk, warna, tekstur, keseimbangan); menentukan corak atau gaya dalam melukis. Penyelesaian Akhir Pada akhir fase E, peserta didik dapat melakukan teknik finishing dengan melaminasi karya seni lukis pada media tiga dimensi, membersihkan peralatan dan perlengkapan melukis, mengelompokkan jenis peralatan, mengidentifikasi kegunaan peralatan, melakukan pemeliharaan berkala pada alat lukis, serta melakukan penyimpanan peralatan dengan rapi baik secara mandiri maupun secara bergotong royong. Pelaporan Pada akhir fase E, peserta didik dapat mengisi ceklist laporan, persiapan alat dan bahan, pemeriksaan kesiapan alat dan bahan, serta menampilkan hasil lukisan yang telah dibuat secara mandiri maupun bersama dengan jujur. 3. Fase F (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas XI dan Kelas XII) Pada fase F, peserta didik memahami dan menerapkan prosedur Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), memilih bahan dan alat untuk melukis sesuai dengan kebutuhan. Peserta didik melakukan proses melukis dengan menerapkan berbagai teknik melukis dengan objek fauna dan alam benda pada media tiga dimensi. Peserta didik melakukan pemeliharaan peralatan secara berkala baik secara mandiri maupun gotong royong serta melaporkan hasil kerja dengan mengisi cek list. Fase F Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Pada akhir fase F, peserta didik dapat mengenali simbol-simbol K3, menerapkan prosedur keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja baik secara mandiri dan 374 bergotong royong, menerapkan prosedur penggunaan APD, pencegahan penyakit akibat kerja, kebersihan lingkungan kerja, penyimpanan perlengakap kerja dan personal hygiene, mengikuti standar operasional prosedural (SOP) penggunaan alat. Persiapan Alat dan Bahan Melukis Proses Melukis Pada akhir fase F, peserta didik dapat memilih bahan, alat dan media untuk melukis sesuai kebutuhan, media yang sesuai untuk membuat lukisan secara mandiri, bergotong royong melakukan pemeliharaan peralatan secara berkala. Pada akhir fase F, eserta didik dapat menentukan jenis alat dan bahan yang tepat untuk membuat sebuah karya lukis dengan objek gambar fauna, alam benda pada media tiga dimensi; melakukan proses melukis dengan objek fauna dana lam benda pada media tiga dimensi dengan menggunakan alat dan bahan sesuai langkah-langkah dalam melukis seperti menerapkan berbagai teknik melukis, menggunkan media yang digunakan dalam melukis; mencari ide dan gagasan dalam melukis; memahami dan menerapkan unsur-unsur rupa dalam melukis ( titik, garis, bidang, bentuk, warna, tekstur, keseimbangan); menentukan corak atau gaya dalam melukis. Penyelesaian Akhir Pada akhir fase F peserta didik dapat melakukan teknik finishing dengan melaminasi karya seni lukis pada media tiga dimensi, membersihkan peralatan dan perlengkapan melukis, mengelompokkan jenis peralatan, mengidentifikasi kegunaan peralatan, melakukan pemeliharaan berkala pada alat lukis, serta melakukan penyimpanan peralatan dengan rapi baik secara mandiri maupun secara bergotong royong. Pelaporan Pada akhir fase F. peserta didik dapat mengisi ceklist laporan, persiapan alat dan bahan, pemeriksaan kesiapan alat dan bahan, serta menampilkan hasil lukisan yang telah dibuat secara mandiri maupun bersama dengan jujur. 375 XXX. CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KHUSUS KETERAMPILAN SENI MUSIK A. Rasional Mata Pelajaran Seni Musik Seni Musik merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari oleh peserta didik berkebutuhan khusus di Sekolah Luar Biasa. Dalam pelajaran Seni Musik, ada 3 bagian yang sangat penting, yaitu Bit, Ritme, dan Harmoni. Mata pelajaran Seni Musik mengajarkan bagaimana peserta didik dapat menampilkan karya musik secara individu dan secara berkelompok dari tahapan explorasi terhadap karya musik yang akan digunakan, mencipta atau mengaransemen lagu, menyiapkan alat musik dan mengidentifikasi alat musik yang dipergunakan, menampilkan karya musik secara individu maupun berkelompok, serta mengapresiasi karya musik itu sendiri dengan menerapkan prosedur keselamatan kerja dan kesehatan pada setiap tahapannya. Musik adalah bagian integral dari kehidupan. Oleh karena itu, musik harus menjadi bagian integral dari pengalaman sekolah. Musik adalah bahasa universal sehingga dapat diintegrasikan dalam semua bidang studi untuk memberikan pembelajaran. Karena musik dapat membantu sekolah menjadi tempat yang menyenangkan. Seiring dengan perkembangan dunia industri kesenian saat ini banyak sekali macam karya-karya Musik di antaranya, karya musik kontenporer, musik daerah atau tradisional dan karya musik mancanegara (Jazz, Klasic, rock, dst) dan karya musik tidak terbatas pada kegiatan pengembangan seni pertunjukan, acara-acara yang bersifat formal kenegaraan, kemasyarakatan, identitas, serta hiburan juga melibatkan Seni Musik. Pada Sekolah Menegah Pertama Luar Biasa (SMPLB) dan Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB), mata pelajaran Seni Musik merupakan salah satu jenis keterampilan pilihan dari 20 jenis yang disediakan oleh pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan seni musik dasar kepada peserta didik yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, serta persiapan menuju dunia kerjadi industri musik. Dengan mempelajari mata pelajaran Seni Musik, peserta didik diharapkan mampu mengembangkan hard skill dan soft skill diri 376 mereka sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila, yaitu Beriman, Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan Berakhlak Mulia, Bernalar Kritis, Kreatif, Mandiri, Disiplin dan Gotong Royong. Dalam mempelajari mata pelajaran Seni Musik, peserta didik akan dikembangkan dan dioptimalkan kemampuan pengetahuan, keterampilan, dan sikap untuk menjadi sumber daya manusia yang kompeten. Pengoptimalan tiga kemampuan ini sangat berhubungan erat dalam membentuk peserta didik sesuai profil pelajar pancasila, diantaranya: pengetahuan meningkatkan daya bernalar kritis dan kreativitas. Keterampilan untuk mengasah kreativitas dan kemandirian. Sikap bertujuan untuk menanamkan akhlak baik, meningkatkan kedisiplinan dan sikap bergotong royong. Ruang lingkup materi seni musik yang akan dipelajari meliputi pengetahuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), pengetahuan mempersipakan dan menggunakan instrumen musik, menentukan instrumen musik sesuai dengan kebutuhan, menampilkan tehnik meminkan instrumen musik, menampilkan karya musik hasil dari aransemen musik baik secara individu maupun kelompok. Serta proses memproduksi karya musik dalam berbagai media. B. Tujuan Mata Pelajaran Seni Musik Setelah mengikuti pembelajaran seni musik diharapkan peserta didik dapat: 1. mengembangkan potensi diri dan memiliki sikap sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila, yaitu bersikap jujur, bernalar kritis, kreatif, disiplin, gotong-royong dan mandiri; 2. mengikuti prosedur kesehatan dan keselamatan kerja (K3) baik secara mandiri maupun bekerja sama dalam tim; 3. melaksanakan penciptaan karya musik yang meliputi mengekplor ide lagu, menulis lirik dan not, mempresentasikan karya; 4. membuat arasansement dan komposisi lagu, dengan mengoprasikan perangkat lunak dan perangkat keras dan mengaplikasikan ilmu harmonisasi dalam karya musik; 5. menampilkan dan memainkan karya seni musik dengan instrumen musik secara berkelompok; 6. melakukan improvisasi dan menampilkan karya dihadapan pengguna; 377 7. memainkan instrumen musik secara individu; 8. mengaplikasikan teknik bermain secara individu dan menampilkannya dihadapan pengguna. C. Karakteristik Mata Pelajaran Seni Musik 1. Deskripsi Umum Mata Pelajaran Pelajaran Seni Musik pada jenjang SMPLB dan SMALB mempelajari teori dan praktik tentang keselamatan dan kesehatan kerja, instrument alat musik, dan membuat karya musik, proses membuat karya musik, penyelesaian karya, dan pelaporan karya serta menunjukan hasil karya. Materi Keselamatan kesehatan kerja mencakup teori dan praktik dalam upaya menjamin keselamatan dan kesehatan selama berada di area kerja, pencegahan terjadinya kecelakaan kerja dan langkah penanganan jika terjadi kecelakaan kerja. Materi instrumen mencakup pengenalan instrumen alat musik terkait fungsi cara penggunaan alat yang digunakan proses membuat karya dan menampilkan karya musik. Proses membuat karya atau mengaransemen sebuah karya dengan menggunakan berbagai macam media adalah rangkaian pembelajaran teori dan praktik. Materi pelaporan mencakup teori dan praktik pelaporan pada tiap tahapan kerja dan mengkomunikasikan hasil laporan. Setiap materi tersebut mengajarkan tahapan-tahapan hard skill dan soft skill degan pendekatan belajar Project Based Learning yang akan menginternalisasikan sikap jujur, disiplin, bernalar kritis, kreatif, mandiri dan bergotong royong sesuai dengan profil pelajar Pancasila. Pembelajaran lingkungan dilaksanakan sekolah dan dengan luar sistem sekolah ganda, (pengguna yaitu di musik). Pembelajaran teori dan praktik di sekolah dilaksanakan pada ruang praktik keterampilan sebagai miniatur ruang kerja di dunia usaha dan pengguna musik serta dapat menghadirkan praktisi dari pengguna musik sebagai guru tamu. Pembelajaran di industri dilaksankan melalui program pengguna dan praktik sesuai dengan kebutuhan. Pembelajaran keterampilan seni musik berorientasi pada kebutuhan dan kemandirian peserta didik. 378 Teori dasar musik adalah pengetahuan dasar yang harus dimiliki untuk membekali keterampilan peserta seni mengembangkan musik. pengetahuan didik dalam Materi-materi dan mengembangkan dasar kemampuan untuk pada fase berikutnya antara lain, yaitu mengajarkan tentang penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Dengan menguasai pelajaran Seni Musik, peserta didik dapat mengembangkan kompetensinya dengan baik sehingga pada fase SMPLB dan fase SMALB atau ke jenjang yang lebih tinggi. 2. Elemen Mata Pelajaran Seni Musik pada fase D, E, dan F membahas materi yang akan dikembangkan sebagai dasar pengetahuan dan kemampuan untuk memasuki materi pada jenjang yang lebih tinggi, antara lain: 1. Pengetahuan tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) 2. Pengetahunan alat musik dan perlengkapan alat musik untuk menampilkan karya musik 3. Proses membuat komposisi lagu dan penampilan karya musik 4. Melaksanakan proses produksi karya seni musik manual dan digital pada berbagai macam media 5. Melaporkan hasil kerja Elemen Mata Pelajaran Seni Musik dan Deskripsinya Elemen Deskripsi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Peserta didik mampu menerapkan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang meliputi penerapaan kesehatan dan keselamatan di lingkungan tempat kerja, pencegahan kecelakaan kerja, penerapaan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan Kerja (P3K), penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) seperti masker, masker, sarung tangan, sepatu, dan celemek, pemeliharaan peralatan secara berkala, pencegahan penyakit akibat kerja, pembersihan area ruang sablon atau kelas untuk belajar, penyimpanan alat bantu menyablon, personal hygiene meliputi merawat kebersihan diri dan seragam kerja praktik/ uniform, mengikuti standar operasional procedural (SOP) penggunaaan alat. Persiapan Instrumen Musik Peserta didik dapat menerapkan kemampuan persiapan peralatan dan perlengkapan yang meliputi, mengidentifikasi alat dan perlengkapan untuk praktik di ruang musik. Pada persiapan menggunakan peralatan perserta didik dapat mengelompokkan jenis instrumen, mengidentifikasi kegunaan instrument, memahami dan melakukan 379 Elemen Deskripsi pemeliharaan berkala pada instrument music dan perlengkapan, membersihkan peralatan setelah digunakan, serta melakukan penyimpanan peralatan. Kemudian pada persiapan praktik karya musik , peserta didik dapat mengidentifikasi kebutuhan peralatan untuk praktik karya musik. Memilih media yang sesuai dengan kebutuhan untuk karya musik yang dimainkan Proses Pembuatan Karya Musik Peserta didik dapat menentukan instrumen musik yang tepat untuk pembuatan karya musik. Peserta didik juga dapat melakukan proses latihan dan pembuatan karya seni musik dengan menggunakan instrumen musik dan perlengkapan sesuai prosedur seperti menerapkan berbagai teknik instrumen musik dan instrumen penunjang lainnya. Penyelesaian Akhir Peserta didik dapat membereskan dan mengembalikan instrument musik yang di gunakan ketempat semula, serta menerapkan kebersihan dan kerapian peralatan dan perlengkapan musik yang sudah di pergunakan. Pelaporan Peserta disik dapat melaporkan hasil kerja dengan mengisi cek list: persiapan alat, pemeriksaan kelengkapan bahan, dan hasil seni musik manual dan digital. D. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Seni Musik Setiap Fase 1. Fase D (Usia Mental ± 9 Tahun dan Umumnya Kelas VII, VIII, dan IX) Pada akhir fase D, peserta didik mampu menerapkan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), dengan bimbingan dan arahan guru peserta didik dapat melakukan berbagai persiapan dalam membuat karya musik, mengeksplorasi jenis lagu yang sesuai, menuliskan lirik lagu dan notasi lagu; membuat komposisi dan aransemen musik serta membuat inprovisasi pada vokal dan atau musik; menyiapkan instrumen musik dalam mempraktikan hasil karya yang dibuat baik dalam bentuk karya vokal (bernyanyi) maupun memainkan instrumen musik yang sesuai; melaporkan laporan akhir setelah proses pembuatan karya seni musik serta merapikan kembali perlengkapan yang telah digunakan. Fase D Berdasarkan Elemen 380 Elemen Capaian Pembelajaran Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Pada akhir fase D, peserta didik dengan bimbingan dan arahan guru dapat memahami dan menerapkan prosedur keselamatan dan kesehatan di tempat kerja baik secara mandiri dan bergotong-royong, menerapkan prosedur penggunaan APD, pencegahan penyakit akibat kerja, kebersihan lingkungan kerja, penyimpanan pelengkap kerja dan personal hygiene, mengikuti standar operasional prosedural (SOP) penggunaan instrument musik Persiapan Instrumen Musik Pada akhir fase D, peserta didik dengan bimbingan dan arahan guru dapat menyiapkan perlengkapan untuk mencoba menulis lirik dan notasi lagu dan memilih instrumen musik yang sesuai untuk membuat komposisi dan aransemen pada musik, serta improvisasi pada istrumen musik/vokal. Proses Pembuatan Karya Musik Pada akhir fase D, peserta didik dengan bimbingan dan arahan guru dapat mengeksplorasi ide lagu, menulis lirik dan notasi lagu; memilih atau menentukan instrumen musik yang sesuai dalam membuat komposisi dan aransemen musik berdasarkan gendre serta inprovisasi yang sesuai dengan gendre musik; melaksanakan hasil karya musik yang dibuatnya. Penyelesaian Akhir Pada akhir fase D, peserta didik dengan bimbingan dan arahan guru dapat membersihkan peralatan musik dengan benar dan kembali bersih, dapat mengelompokkan jenis peralatan instrumen musik yang telah dipergunakan serta melakukan penyimpanan peralatan dengan rapi baik secara mandiri maupun bersama-sama. Pelaporan Pada akhir fase D, peserta didik dengan bimbingan dan arahan guru dapat mengisi ceklist laporan persiapan instrumen musik dan mengembalikan pada tempat semula. 2. Fase E (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas X) Pada akhir Fase E, peserta didik mampu menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3, dengan arahan dan bimbingan, peserta didik dapat memilih instrumen musik dan perlengkapan sesuai kebutuhan dan keadaan sarana dan prasarana yang tersedia di sekolah atau di studio musik, media yang sesuai untuk memainkan karya musik, dapat menyelaraskan bunyi pada setiap alat musik yang di pergunakan dengan menggunkan tunner agar setiap instrumen musik dapat selaras; mengetahui tata letak instrumen yang digunakan setiap para pemain; melakukan komunikasi dengan 381 para pemain musik ketika akan memulai; memainkan karya musik berkelompok dengan selaras berdasarkan kosnep aransemen; mendemonstrasikan karya musik secara berkelompok sesuai dengan konsep aransemen; memainkan instrumen musik dengan tehnik yang benar; menampilkan karya musik kelompok, melakukan pemeliharaan berkala pada alat musik yang di gunakan, mengisi ceklist laporan hasil kerja. Fase E Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Pada akhir fase E, peserta didik dapat memahami dan menerapkan prosedur keselamatan dan kesehatan di tempat kerja baik secara mandiri dan bergotong-royong, menerapkan prosedur penggunaan APD, pencegahan penyakit akibat kerja, kebersihan lingkungan kerja, penyimpanan pelengkap kerja dan personal hygiene, mengikuti standar operasional prosedural (SOP) penggunaan instrumen musik. Persiapan Instrumen Musik Pada akhir fase E, peserta didik dapat memilih instrumen musik dan perlengkapan sesuai kebutuhan, media yang sesuai untuk memainkan karya musik, bergotong royong melakukan pemeliharan peralatan secara berkala. Proses Pembuatan Karya Musik Pada akhir fase E, peserta didik dapat menyelaraskan bunyi pada setiap alat musik yang di pergunakan dengan menggunkan tunner agar setiap instrumen musik dapat selaras; mengetahui tata letak instrumen yang digunakan setiap para pemain; melakukan komunikasi dengan para pemain musik ketika akan memulai; memaikan karya musik berkelompok dengan selaras berdasarkan kosnep aransemen; mendemonstrasikan karya musik secara berkelompok sesuai dengan konsep aransemen; memainkan instrumen musik dengan tehnik yang benar; menampilkan karya musik kelompok dengan harmonis berdasarkan konsep yang ditulis. Penyelesaian Akhir Pada akhir fase E, peserta didik dapat membersihkan peralatan musik dengan benar dan kembali bersih, dapat mengelompokkan jenis peralatan instrumen musik yang telah di pergunakan, melakukan pemeliharaan berkala pada alat musik yang di gunakan, serta melakukan penyimpanan peralatan dengan rapi baik secara mandiri maupun bersama-sama. Pelaporan Pada akhir fase E peserta didik dapat mengisi ceklist laporan persiapan instrumen musik dan mengembalikan pada tempat semula. 382 3. Fase F (Usia Mental ± 10 Tahun dan Umumnya Kelas XI dan XII) Pada akhir Fase F, peserta didik mampu menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), mempersiapkan instrumen keyboard/piano dan peralatan pendukung musik, melakukan pembiasaan pemanasan pada instrumen vokal sebelum praktek bernyanyi, melakukan pelarasan pada instrumen gitar sesuai bunyi standar di instrumen keyboard/piano, melakukan pelarasan pada instrumen gitar menggunakan tuner, memainkan instrumen musik keyboard/piano dan gitar secara individu dengan menerapkan teknik-teknik dasar bermain instrumen, menyanyikan instrumen vokal secara individu dengan menerapkan teknik-teknik dasar bernyanyi, mendemonstrasikan karya lagu dengan menerapkan unsur ekspresi pada instrumen musik dengan pembimbingan dan pendampingan, melaksanakan Prakerin dengan mengadakan recital musik piano dan gitar; melaksanakan Prakerin dengan melakukan pentas musik rutin di dunia usaha. Fase F Berdasarkan Elemen Elemen Capaian Pembelajaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada akhir fase F, peserta didik dapat mengenali simbol-simbol K3, menerapkan prosedur keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja baik secara mandiri dan bergotong royong, menerapkan prosedur penggunaan APD, pencegahan penyakit akibat kerja, kebersihan lingkungan kerja, penyimpanan perlengakap kerja dan personal hygiene, mengikuti standar operasional prosedural (SOP) penggunaan alat. Persiapan Alat dan Bahan Pada akhir fase F, peserta didik dapat menyiapkan instrumen musik (keyboard/piano dan gitar). Melakukan persiapan/pemanasan pada instrumen vokal sebelum menyanyikan karya; menyiapkan perlengkapan pendukung musik seperti tape recorder, amply, mic, ruangan, dan stand partitur; melakukan pelarasan instrumen gitar dengan menyesuaikan bunyi standar pada keyboard/piano, serta melakukan pelarasan menggunakan tuner, Proses Pembuatan Karya Musik Pada akhir fase F, peserta didik dapat memainkan instrumen musik keyboard/piano dan gitar secara individu dengan menerapkan teknik-teknik dasar bermain instrumen. dapat menyanyikan instrumen vokal secara individu dengan menerapkan teknik-teknik dasar bernyanyi, mendemonstrasikan karya lagu dengan menerapkan unsur ekspresi pada instrumen musik dengan pembimbingan dan 383 pendampingan; melaksanakan Prakerin dengan mengadakan recital musik piano dan gitar; melaksanakan Prakerin dengan melakukan pentas musik rutin di dunia usaha. Penyelesaian Akhir Pada akhir fase F, peserta didik dapat membersihkan peralatan dan perlengkapan musik setelah digunakan seperti: mengelap alat musik setelah digunakan, menjaga kesehatan instrumen vokal, melakukan pemeliharaan berkala pada alat musik, serta melakukan penyimpanan peralatan dengan rapi baik secara mandiri. Pelaporan Pada akhir fase F, peserta didik dapat mengisi ceklist laporan persiapan alat, pemeriksaan perlengkapan musik, dan menyimpan hasil karya musik. KEPALA BADAN STANDAR, KURIKULUM, DAN ASESMEN PENDIDIKAN, TTD. ANINDITO ADITOMO Salinan sesuai dengan aslinya, Kepala Subbagian Tata Usaha, IFAN FIRMANSYAH NIP 198210152009121003 384