Academia.eduAcademia.edu

Hubungan Harga Diri dengan Perilaku Seksual Pranikah Pada Remaja

2021

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hubungan harga diri dengan perilaku seksual pranikah pada remaja di Kota Padang. Desain penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif korelasional. Subjek penelitian berjumlah 89 orang yang diperoleh melalui teknik purposive sampling. Alat pengumpulan data menggunakan skala perilaku seksual yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala perilaku seksual dari (Bana, Hartati & Ningsih, 2018) yang disusun berdasarkan bentuk-bentuk perilaku seksual menurut Sarwono (2010) dan skala harga diri dari  (Adnan, 2018). Data dalam penelitian ini diolah menggunakan teknik statistik korelasi product moment. Hasil penelitian koefisien korelasi r = -0,201 dengan signifikansi p=0,006 (p < 0,05) yang dapat diartikan bahwa dugaan sementara diterima. Hasil koefisien korelasi memperlihatkan terdapat korelasi negatif antara harga diri dengan perilaku seksual pranikah pada remaja

SSN: 2614-6754 (print) ISSN: 2614-3097(online) Halaman 1422-1428 Volume 5 Nomor 1 Tahun 2021 Hubungan Harga Diri dengan Perilaku Seksual Pranikah pada Remaja Indah Zamriyani, Farah Aulia Universitas Negeri Padang e-mail: [email protected] Abstract This study aims to describe the relationship between self-esteem and premarital sexual behavior among teenagers in the city of Padang. The research design used in this research is correlational quantitative method. The research subjects were 89 people who were obtained through purposive sampling technique. Data collection tools using the sexual behavior scale used in this study are the sexual behavior scale from (Bana, Hartati & Ningsih, 2018) which is compiled based on forms of sexual behavior according to Sarwono (2010) and the self-esteem scale from (Adnan, 2018). The data in this study were processed using the product moment correlation statistical technique. The results of the study the correlation coefficient r = -0.201 with a significance of p = 0.006 (p <0.05), which means that the provisional estimates are accepted. The results of the correlation coefficient show that there is a negative correlation between self-esteem and premarital sexual behavior among teenagers. Keywords: Self-esteem, Premarital Sexual Behavior, Teenagers Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hubungan harga diri dengan perilaku seksual pranikah pada remaja di Kota Padang. Desain penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif korelasional. Subjek penelitian berjumlah 89 orang yang diperoleh melalui teknik purposive sampling. Alat pengumpulan data menggunakan skala perilaku seksual yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala perilaku seksual dari (Bana, Hartati & Ningsih, 2018) yang disusun berdasarkan bentuk-bentuk perilaku seksual menurut Sarwono (2010) dan skala harga diri dari (Adnan, 2018). Data dalam penelitian ini diolah menggunakan teknik statistik korelasi product moment. Hasil penelitian koefisien korelasi r = -0,201 dengan signifikansi p=0,006 (p < 0,05) yang dapat diartikan bahwa dugaan sementara diterima. Hasil koefisien korelasi memperlihatkan terdapat korelasi negatif antara harga diri dengan perilaku seksual pranikah pada remaja. Kata kunci: Harga Diri, Perilaku Seksual Pranikah, Remaja PENDAHULUAN Pada saat ini remaja mengalami pertumbuhan yang sangat pesat sehingga remaja memiliki rasa ingin tahu yang besar tanpa mencari kebenaran informasi yang mereka dapat. Salah satu permasalahan negatif yang menjadi kenakalan remaja saat ini adalah perilaku seksual. Perilaku seksual menyebabkan resiko kehamilan yang tidak diinginkan yang berujung aborsi serta merupakan rantai penularan HIV/ AIDS (Mariani & Arsy, 2017). Kenakalan remaja yang terjadi semakin meluas, remaja semakin banyak terjerumus dalam kenakalan-kenakalan tersebut, dan perilaku seksual merupakan salah satu kenakalan remaja yang banyak terjadi pada saat ini, remaja memilih kesenangan sesaat tanpa memperhatikan resiko yang akan terjadi pada diri mereka (Jempormasse, 2015). Permasalahan seksualitas yang terjadi dikalangan remaja disebabkan oleh rendahnya pengetahuan remaja tentang Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR). Perilaku seksual yang dilakukan remaja menimbulkan masalah pada kesehatan reproduksi, dan 50.000 remaja meninggal setiap tahunnya di seluruh dunia karena kehamilan dan komplikasi Jurnal Pendidikan Tambusai 1422 SSN: 2614-6754 (print) ISSN: 2614-3097(online) Halaman 1422-1428 Volume 5 Nomor 1 Tahun 2021 persalinan (Umaroh, Kusumawati, & Kasjono, 2017). Tidak tersedianya informasi yang akurat dan benar membuat remaja mencari akses dan mengeksplorasi sendiri tentang seksualitas. Media cetak, film pornografi dan pornoaksi menampilkan kenikmatan seksual tanpa mengajarkan tanggung jawab dan resiko yang harus dihadapi apabila melakukan hubungan seksual tersebut (Azinar, 2013). Perilaku seksual yang cenderung terjadi pada remaja ternyata memiliki dampak yang sangat luas, perilaku seks yang dilakukan berisiko terkena penyakit bisa mencapai empat hingga lima kali lipat. Di Indonesia tahun 2017 terdapat 501.400 kasus HIV/AIDS. Penderita HIV/AIDS sudah terdapat di 32 provinsi dan 300 kabupaten/ kota. Penderita ditemukan terbanyak pada usia produktif, yaitu 15-29 tahun usia anak muda masuk di dalamnya (Kasim, 2014). Mahmudah, Yaunin, & Lestari (2016) menyatakan bahwa tingkatan perilaku seksual pranikah pada remaja yang beragam dengan tingkatan yang berbeda-beda. Hal ini sejalan dengan pernyataan Santrock (2016) yang mengatakan tingkah laku seksual pada remaja bersifat meningkat, biasanya perilaku seksual pranikah yang diawali dengan berpegangan tangan, berpelukan, berciuman, hingga berhubungan intim. Hasil Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia 2017 menunjukan remaja umur 15-19 tahun melakukan hubungan seksual sebanyak 3,7 persen dan umur 20-24 tahun sebanyak 10,5 persen. Adanya peningkatan berdasarkan hasil survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2018 dimana remaja umur 15-19 tahun yang melakukan hubungan seksual sebanyak 4,5 persen dan umur 20-24 tahun sebanyak 14,6 persen (Wahyuni et al., 2018). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mahmudah et al., (2016) menyatakan bahwa remaja yang berperilaku seksual pranikah diawali berpegangan tangan sampai akhirnya melakukan hubungan intim layaknya suami istri, remaja yang berperilaku seksual berisiko mengaku pernah melakukan hubungan seksual dengan alasan ingin tahu / ingin coba-coba, penelitian ini dilakukan di salah satu kota yang terdapat di Sumatera Barat, yaitu Kota Padang. Kota Padang merupakan kota yang identik dengan karakter religiusnya. Hal ini ditunjukkan oleh adanya falsafah hidup “adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah”. Falsafah tersebut mengandung arti bahwa sumber adat yang dimiliki oleh masyarakat minang bersumber dari kitab Allah yang terdapat dalam ajaran agama Islam (Hakim, 2012). Walaupun Kota Padang merupakan kota yang masih kental dengan religiusitasnya berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya di Kota Padang masih terdapat angka perilaku seksual pranikah pada remaja, terdapat sebanyak 20,9% remaja di Kota Padang pernah melakukan hubungan seksual pranikah (Mahmudah et al., 2016). Sebelum melanjutkan penelitian, peneliti melakukan survei kepada subjek pada tanggal 15 Desember 2019 dengan cara pengisian angket yang terkait bentuk-bentuk perilaku seksual kepada remaja umur 15-18 tahun di Kota Padang dengan melibatkan 81 responden yang terdiri dari 55 perempuan dan 26 laki-laki. Berdasarkan survey tersebut ditemukan bahwa sebanyak 62,35% dari responden pernah memegang tangan pasangan, sebanyak 34,06% pernah melakukan pelukan dengan pasangan, sebanyak 12,95% responden pernah berciuman, sebanyak 4,16% pernah melakukan petting (bercumbu) dan ada sebanyak 4,9% responden pernah melakukan senggama atau berhubungan intim. Peneliti juga melakukan wawancara singkat kepada 3 orang subjek dimana subjek yang pertama berinisial DA pada tanggal 19 Desember 2019, subjek berpacaran sejak kelas 1 SMP. Awal pacaran subjek sama seperti kebanyakan remaja lainnya, namun setelah beberapa bulan berpacaran subjek mulai melakukan gaya pacaran yang mengarah pada perilaku seksual pranikah. Subjek yang awalnya dipaksa oleh pasangannya merasa takut atas perbuatan yang ia lakukan seperti berciuman pipi, ciuman bibir dan pada akhir diraba bagian sensitif oleh pasangannya. Saat ditanya bagaimana subjek memandang dirinya sendiri setelah melakukan perilaku seksual, subjek merasa bersalah, merasa takut atau tidak berharga karena subjek merasa telah merusak dirinya sendiri, dan subjek merasa tidak akan diterima oleh lingkungan sekitarnya apabila ada orang yang mengetahui hal tersebut. Munculnya perilaku seksual pranikah pada remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah harga diri remaja. Menurut Rosidah (2012) remaja dapat mengontrol dirinya untuk berperilaku seksual tergantung harga diri yang ia miliki. Remaja yang memiliki Jurnal Pendidikan Tambusai 1423 SSN: 2614-6754 (print) ISSN: 2614-3097(online) Halaman 1422-1428 Volume 5 Nomor 1 Tahun 2021 harga diri tinggi tidak akan melakukan perilaku seksual yang akan merugikan dirinya, dan perilakunya tidak akan menentang nilai-nilai norma dan agamanya. Sama halnya berdasarkan hasil penelitian Rahardjo, Saputra, & Hapsari, (2015) harga diri berperan besar dalam perilaku seksual dengan korelasi negatif yang signifikan. Artinya, semakin rendah harga diri seseorang, semakin banyak jumlah perilaku seksual yang ia lakukan dan sebaliknya. Berdasarkan penelitian Soetjiningsih (2006) menyebutkan secara tidak langsung harga diri berpengaruh pada perilaku seksual remaja, remaja yang memiliki harga diri rendah akan mudah terpengaruh oleh lingkungan sekitar dan sebaliknya. Harga diri adalah penilaian positif atau negatif individu terhadap dirinya sendiri yang dipengaruhi oleh orang-orang di lingkungannya, serta dari sikap penerimaan, penghargaan dan perlakuan orang lain terhadap diri individu (Coopersmith, 1967). Menurut Baron dan Byrne (2004) harga diri merupakan penilaian yang dibuat individu terhadap dirinya sendiri. Penilaian tersebut melihatkan sikap penerimaan atau penolakan yang menunjukan individu percaya bahwa dirinya mampu,penting, berhasil dan berharga. Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti tentang “ Hubungan Harga Diri Dengan Perilaku Seksual Pranikah Pada Remaja”. Harga diri ditetapkan sebagai variabel bebas dan perilaku seksual pranikah ditetapkan sebagai variabel terikat. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif korelasional. Menurut Winarsunu (2012) populasi adalah seluruh individu yang dimaksudkan untuk diteliti dan akan dikenai generalisasi. Peneliti mengambil populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja di Kota Padang. Sampel merupakan subjek penelitian yang dapat mewakili dari seluruh populasi penelitian. Pada penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Purposive sampling merupakan teknik pengambilan sampel dengan adanya pertimbangan atau karakteristik-karakteristik tertentu (Sugiyono, 2013). Skala perilaku seksual yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala perilaku seksual dari (Bana, Hartati & Ningsih, 2018) yang disusun berdasarkan bentuk-bentuk perilaku seksual menurut Sarwono (2010). Skala ini terdiri dari 45 item yang sudah diujicobakan pada 35 remaja oleh Bana (Bana et al, 2018). Peneliti menggunakan Skala harga diri dari (Adnan, 2018). Skala ini disusun berdasarkan aspek-aspek harga diri oleh Coopersmith (1967) yaitu Power (Kekuatan), Significance (Keberartian), Virtue (Kebajikan), dan Competence (Kemampuan). Reliabilitas skala penelitian dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan Cronbach’s Alpha dengan menggunakan program SPSS. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi product moment. Penelitian ini diolah menggunakan program SPSS. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Skala harga diri dapat dilihat bahwa subjek secara umum memiliki tingkat harga diri sedang sebanyak 50 subjek (56,18%), 38 subjek (42,70%) pada tingkat harga diri tinggi dan 1 subjek (1,12%) pada tingkat harga diri rendah. Jadi secara keseluruhan subjek pada penelitian memiliki harga diri yang sedang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1. Subjek secara keseluruhan memiliki perilaku seksual dalam kategori rendah sebanyak 65 orang (73,03%), sedangkan yang lainnya berada pada kategori tinggi sebanyak 4 orang (4,50%) dan pada kategori sedang sebanyak 20 orang (22,47%). Hal ini berarti bahwa subjek dalam penelitian ini cendrung memiliki tingkat perilaku seksual yang rendah. Untuk lebih jelasnya berikut ini akan dijelaskan mengenai preilaku seksual pranikah berdasarkan aspeknya, dapat dilihat pada tabel 2. Hasil uji normalitas sebaran variabel harga diri diperoleh nilai K-SZ = 0,69 dan p > 0,05 (p=0,722), variabel perilaku seksual diperoleh K-SZ = 2,009 dan p > 0,05 (p=0,096). Berdasarkan nilai yang diperoleh diketahui bahwa data pada penelitian ini normal, yang artinya subjek dalam penelitian ini sudah mewakili populasi. Berdasarkan hasil pengolahan data linearitas pada harga diri dan perilaku seksual pranikah yaitu sebesar F = 3,186 Jurnal Pendidikan Tambusai 1424 SSN: 2614-6754 (print) ISSN: 2614-3097(online) Halaman 1422-1428 Volume 5 Nomor 1 Tahun 2021 dengan nilai p = 0,008 (p < 0,05) dengan demikian dapat diartikan bahwa asumsi linear dalam penelitian ini telah terpenuhi. Tabel 1. Kategori Subjek Berdasarkan Aspek Harga Diri Aspek Power (Kekuatan) Significance (Keberartian) Virtue (Kebijakan) Competence (Kemampuan) Skor 57 ≤ X 38 ≤ X < 57 X < 38 Total 21 ≤ X 14 ≤ X < 21 X < 14 Total 15 ≤ X 10 ≤ X < 15 X < 10 Total 27 ≤ X 18 ≤ X < 27 X < 18 Total Kategori Tinggi Sedang Rendah F 37 49 3 Tinggi Sedang Rendah 59 29 1 Tinggi Sedang Rendah 44 45 0 Tinggi Sedang Rendah 50 39 0 Presentase 41.57% 55.06% 3.37% 100% 66.29% 32.58% 1.12% 100% 49.44% 50.56% 0% 100% 56.18% 43.82% 0% 100% Tabel 2. Kategorisasi Skor Subjek Berdasarkan Bentuk-Bentuk Perilaku Seksual Aspek Memegang Berpelukan Ciuman Petting Oral Sexs Senggama Skor 184.2 ≤ X 92.1 ≤ X < 184.2 X < 92.1 Total 85.2 ≤ X 42.6 ≤ X < 85.2 X < 42.6 Total 152.6 ≤ X 76.3 ≤ X < 152.6 X < 76.3 Total 36.6 ≤ X 18.3 ≤ X < 36.6 X < 18.3 Total 76.4 ≤ X 38.2 ≤ X < 76.4 X < 38.2 Total 40 ≤ X 20 ≤ X < 40 X < 20 Total Kategori Tinggi Sedang Rendah F 13 23 53 Tinggi Sedang Rendah 8 14 67 Tinggi Sedang Rendah 6 18 65 Tinggi Sedang Rendah 6 20 63 Tinggi Sedang Rendah 7 13 69 Tinggi Sedang Rendah 4 12 73 Presentase 14.61% 25.84% 59.55% 100% 8.99% 15.73% 75.28% 100% 6.74% 20.22% 73.03% 100% 6.74% 22.47% 70.79% 100% 7.86% 14.60% 77.54% 100% 4.49% 13.49% 82.02% 100% Hasil korelasi didapatkan nilai koefisien korelasi r = -0,201 dengan signifikansi p=0,006 (p < 0,05) yang dapat diartikan bahwa dugaan sementara diterima. Hasil koefisien korelasi memperlihatkan terdapat korelasi negatif antara harga diri dengan perilaku seksual pranikah pada remaja, artinya semakin rendah harga diri maka perilaku seksual pranikah semakin tinggi atau sebaliknya semakin tinggi harga diri maka perilaku seksual pranikah semakin rendah. Hal ini menunjukkan Ho ditolak dan Ha diterima. Jurnal Pendidikan Tambusai 1425 SSN: 2614-6754 (print) ISSN: 2614-3097(online) Halaman 1422-1428 Volume 5 Nomor 1 Tahun 2021 Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara harga diri dengan perilaku seksual pranikah pada remaja. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mayasari (2013) menyatakan adanya hubungan yang negatif antara harga diri dengan perilaku seksual remaja artinya semakin tinggi harga diri yang dimiliki remaja maka semakin rendah tahapan perilaku seksualnya dan sebaliknya semakin rendah harga diri yang dimiliki remaja maka semakin tinggi tahapan perilaku seksual pada remaja. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa subjek dalam penelitian ini memiliki kategori rendah pada perilaku seksual. Hal ini menjelaskan sebagian besar subjek melakukan perilaku seksual yang paling banyak adalah memegang dan berpelukan dengan pasangannya, sikap subjek tersebut dapat dikatakan perilaku seksual tingkat rendah. Walaupun banyak subjek berada pada kategori rendah bukan berarti mereka tidak pernah melakukan apapun bentuk perilaku seksual. Perilaku seksual terdiri dari enam bentuk yaitu memegang, berpelukan, ciuman, peting, oral sex, dan bersenggama. Remaja yang menghargai dirinya sendiri cendrung menilai bahwa dirinya memiliki harga diri yang tinggi. Tentunya dengan harga diri yang tinggi tidak akan berprilaku yang merugikan dirinya dan berpedoman bahwa perilakunya tidak akan bertentangan dengan nilai-nilai yang tertanam pada dirinya, moral dan agamanya. Sehingga remaja yang berharga diri tinggi tahapan perilaku seksual bisa lebih rendah dari pada remaja berharga diri rendah dan sedang. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan Shaluhiyah et al, (2006) yang menunjukkan bahwa harga diri sangat mempengaruhi sikap terhadap perilaku seksual pranikah pada remaja. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Whitaker et al, (2000) menunjukkan bahwa remaja yang memiliki harga diri yang tinggi cendrung akan menunda atau tidak akan melakukan aktivitas seksual dibandingkan dengan remaja yang memiliki harga diri yang rendah. Remaja yang memiliki harga diri yang tinggi mempunyai kemampuan untuk mengelola dorongan dan kebutuhannya secara memadai, memiliki penghargaan yang kuat terhadap diri sendiri dan orang lain, mampu mempertimbangkan segala resiko perilaku yang dilakukan. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa remaja yang memiliki harga diri yang tinggi cenderung memiliki sikap yang negatif terhadap perilaku seksual pranikah, merendahkan harga dirinya dan dapat mengontrol dorongan perilaku seksualnya. Hasil penelitian ini memberikan gambaran bahwa harga diri mempengaruhi perilaku seksual pranikah, hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Santrock (2007) mengatakan bahwa kepribadian remaja seperti harga diri merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku seksual pranikah pada remaja. Harga diri merupakan penilaian individu mengenai dirinya sendiri baik itu positif maupun negatif dan menunjukkan apakah individu meyakini dirinya sendiri sebagai orang yang mampu, penting, berhasil, dan berharga. Harga diri juga mengacu pada tingkat seseorang dapat menghargai dirinya sendiri, dengan mempertimbangkan kemampuan diri melalui evaluasi diri secara sadar, atau singkatnya penempatan emosi diri secara menyeluruh (Mruk, 2006). Sama halnya dengan hasil penelitian yang dilakukan Rahardjo et al (2015) menyatakan harga diri berperan besar dalam perilaku seksual dengan korelasi negatif yang signifikan. Artinya, semakin rendah harga diri seseorang, semakin banyak jumlah perilaku seksual yang ia lakukan dan sebaliknya. Harga diri yang ada pada subjek penelitian secara umum berada pada pada kategori tinggi, yang berarti subjek dalam penelitian ini mempunyai penilaian yang positif terhadap dirinya. Menurut Coopersmith (1967) harga diri terdiri dari empat aspek yaitu Kekuatan (power), Keberartian (significance), Kebajikan (virtue), Kemampuan (competence). Laku yang harus dijauhi dan melakukan tingkah laku yang diterima oleh moral, etika dan agama di lingkungan sosialnya. Kemudian yang terakhir aspek kemampuan (competence) berada pada kategori tinggi. Kemampuan (competence) merupakan suatu kemampuan untuk mencapai tujuan yang dimiliki, berhasil memenuhi tuntutan pretasi dan memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan baik. Jurnal Pendidikan Tambusai 1426 SSN: 2614-6754 (print) ISSN: 2614-3097(online) Halaman 1422-1428 Volume 5 Nomor 1 Tahun 2021 Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar remaja di Kota Padang memiliki penilaian yang cukup baik sehingga mereka meyakini dirinya sebagai orang yang mampu, penting, berhasil dan berharga. Sebagian besar remaja tersebut juga mampu mempertimbangkan batasan kemampuan diri melalui evaluasi atau peningkatan emosi mereka secara menyeluruh, maka mereka melakukan perilaku seksual paling banyak pada tahap memegang, berpelukan dan berciuman karena tahap petting, oral sexs dan senggama dianggap sebagai perilaku yang melanggar nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. Hambatan atau keterbatasan penelitian ini adalah kurangnya informasi mengenai perilaku seksual yang tinggi, kemungkinan terjadinya faking good yang dilakukan oleh subjek penelitian karena penelitian ini sangat sensitif dan normatif. SIMPULAN Remaja di Kota Padang memiliki perilaku seksual pranikah berada pada kategori rendah. Remaja di Kota Padang memiliki harga diri yang berada pada kategori sedang cenderung tinggi. Berdasarkan hasil penelitian terdapat hubungan korelasi yang negatif antara harga diri dengan perilaku seksual pranikah pada remaja di Kota Padang yang berarti bahwa apabila harga diri pada remaja tinggi maka perilaku seksual pranikah rendah dan sebaliknya, apabila harga diri pada remaja rendah maka perilaku seksual pranikah akan tinggi. DAFTAR PUSTAKA Adnan, A. Z. (2018). Self disclosure ditinjau dari tipe kepribadian dan self esteem pada remaja pengguna media sosial di SMK Krian Sidoarjo. Malang. Skripsi. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang Azinar, M. (2013). Perilaku seksual pranikah berisiko terhadap kehamilan tidak diinginkan. KEMAS: Jurnal Kesehatan Masyarakat, 8(2), 153–160 Bana, B. I. (2018). Hubungan antara konformitas kelompok teman sebaya dengan perilaku seksual pranikah pada remaja. Jurnal RAP Universitas Negeri Padang. 1(9) Baron, R.A., & Bryen. (2004). Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga Coopersmith, S. (1967). The Antecedents Of Self-Esteem. San Francisco: W.H Freeman and Company Jempormasse, E. A. (2015). Hubungan antara harga diri dan asertifitas dengan perilaku seksual pada remaja putri SMA Negeri 9 Lempake Samarinda. EJournal Psikologi, 3(3), 634–647 Kasim, F. (2014). Dampak Perilaku Seks Berisiko terhadap Kesehatan Reproduksi dan Upaya Penanganannya (Studi tentang Perilaku Seks Berisiko pada Usia Muda di Aceh). Jurnal Studi Pemuda, 3(1), 39–48 Mahmudah, M., Yaunin, Y., &Lestari, Y. (2016). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Seksua lRemaja di Kota Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, 5(2) Mariani, N. N., &Arsy, D. F. (2017). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Remaja Di SMP Negeri 15 Kota Cirebon Tahun 2017. Care : Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan, 5(3), https://doi.org/10.33366/cr.v5i3.711 Mayasari. F. & Hadjam, M. N. R. (2013). Perilaku Seksual Remaja Dalam Berpacaran Ditinjau Dari Harga Diri Berdasarkan Jenis Kelamin. Jurnal Psikologi.5(2) Mruk, C. J. (2006). Self-esteem: research, theory, and practice. Choice Reviews Online Rahardjo, W., Saputra, M., &Hapsari, I. (2015). Harga Diri, Sexting dan Jumlah Pasangan Seks yang Dimiliki oleh Pria Lajang Pelaku Perilaku Seks Berisiko. Jurnal Psikologi, 42(2) Rosidah. A. (2012). Religiusitas, Harga Diri Dan Perilaku Seksual Pranikah Remaja. Jurnal Psikologi. 7(2) Santrock, J. W. (2007). Adolescence. Edisi keenam. Jakarta: Erlangga Santrock, J. W. (2016). Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga Sarwono, S. W. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu Shaluhiyah, Z., Antono, S., & Nicholas, J. F. (2006). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Remaja Di Jawa Tengah. Jurnal Kesehatan. 10(1) Jurnal Pendidikan Tambusai 1427 SSN: 2614-6754 (print) ISSN: 2614-3097(online) Halaman 1422-1428 Volume 5 Nomor 1 Tahun 2021 Soetjiningsih, C. H (2006). Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual pranikah pada remaja. Yogyakarta. Disertasi. Universitas Gajah Mada Sugiyono, P. D. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif. Bandung: Alfabeta Umaroh, A. K., Kusumawati, Y., &Kasjono, H. S. (2017). Hubungan Antara Faktor Internal Dan Faktor Eksternal Dengan Perilaku Seksual Pranikah Remaja Di Indonesia. Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas, 10 (1), 65. https://doi.org/10.24893/jkma.v10i1.165 Wahyuni, S., & Fahmi, I. (2017). Determinan Perilaku Seksual Pra Nikah Remaja Pria di Indonesia Hasil SDKI, 6(2), 177–188 Winarsunu, T. (2012). Statistik Dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang Press Whitaker, D. J., Kim, S. M., & Leslie, F. C. (2000). Reconceptualizing Adolescent Sexual Behavior. Family Planning Perspectives. 32(3) Jurnal Pendidikan Tambusai 1428