Academia.eduAcademia.edu

Paper Pembangunan Politik

Nama : Hermando NPM : 170410120011 Judul Paper: Demokrasi Berlebihan: Alternatif Mengatasinya Kelas : A Mata Kuliah : Pembangunan Politik Berselisih, agregatif, asosiasi, kapitalis, kristiani, klasik, komunikatif, komunitarian, konsesual, konsosiasional, konstitusional, menyangsikan, korporatis, kosmopolitan, delegatif, deliberatif, developmental, perbedaan, langsung, diskursif, ekologis, ekonomis, elektoral, elitis, epistemik, feminis, global, akar rumput, hijau, yuridis, industrial, legal, liberal, local, mayoritarian, minimalis, parlementer, partisipatif, milik rakyat, pluralis, populis, presidensial, procedural, memiliki hak, protektif, siap pakai, radikal, dalam, representatif, social, kuat, tipis, lintas bangsa, dan kesatuan, semua itu merupakan adjektiva yang dapat dan telah dilekatkan pada demokrasi 1 Penjelasan tentang keadaan teori demokrasi dapat ditulis dengan menguraikan makna dari ke-54 kata sifat diatas. Deretan kata sifat diatas bukah hal tidak mungkin untuk diterapkan secara bersamaan. Walaupun mencakup banyak ranah, teori demokrasi tidak sepenuhnya tanpa batas. Kesemuanya membicarakan persoalan yang menyangkut konstruksi, distribusi, aplikasi, dan pembatasn kolektif atas otoritas politik. Persoalan inilah yang menentukan eksistensi perkumpulan birokrat dan intensitas komunikasi tentang demokrasi. Dalam upaya penyelesaian masalahnya demokrasi sangat mustahil dibuat suatu standar karena penyelesaian itu muncul dalam proses dialog antar politikus dan muatan masalah yang sewaktu – waktu dapat berubah. Akan tetapi tidak selamanya demokrasi berjalan sempurna karena kegagalan dapat ditemukan dalam berbagai hal. Atas dasar kegagalan tersebut dibuatlah standar – standar tapi dengan syarat memilki kekuatan riil. Kegagalan yang paling mencolok adalah lawan dari demokrasi yaitu otoriter yang telah berjalan lama. Dalam paparan Affan Gafar, ilmu politik membagi dua macam pemahaman terhadap demokrasi yaitu pemahaman secara normatif dan pemahaman secara empirik. Pemahaman yang disebut terakhir bisaanya dikenal dengan sebutan procedural democracy. Dalam pemahaman secara normatif, demokrasi merupakan sesuatu yang secara ideal hendak dilakukan atau diselenggarakan oleh sebuah negara, seperti misalnya terungkap dalam pernyataan Abraham Lincoln bahwa demokrasi adalah suatu “pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat”. Dari pernyataan ini bisa dinyatakan bahwa demokrasi dibangun di atas dua prinsip yaitu pemerintahan sendiri dan penetapan atau pembuatan undang-undang secara langsung oleh rakyat2 Pada 1989 Robert Dahl mengemukakan pernyataan penting tentang demokrasi dan pembelaan untuknya bahwa sebagian elite mengetahui apa yang terbaik untuk masyarakat dan sekaligus memiliki keahlian yang sesuai untuk melaksanakan program itu. Pada tahun 2004 upaya tersebut tidak lagi 1 Nanti document ini sy update lagi Pierre Rosalvallo , The History of the Word De ocracy i Fra ce , dala (1995), hal. 140. 2 Jour al of De ocracy, Volu e 6.4 digunakan. Kegagalan lain meliputi demokrasi rakyat, demokrasi di tempat kerja, demokrasi komunitas, pertanian kolektif, demokrasi yuridis Theodore Lowi (1969) dan mungkin sosialisme demokratis. Meski demikian hanya sedikit demokrasi yang benar – benar gagal dan jumlahnya pun lebih sedikit daripada kegagalan demokrasi baru. Jadi, seiring waktu demokrasi semakin berbeda dan kompleks 3 Menanggapi keanekaragaman demokrasi yang terus tumbuh, mungkin akan menimbulkan keputus asaan. Maka John Dunn menyatakan bahwa teori demokratis adalah Esperanto moral pada system Negara – bangsa sekarang, bahasa yang mempersatukan semua bangsa, bahasa publik di dunia modern, bahkan mata uang yang meragukan (1979: 2). Sedangkan Dahl (1971) lebih suka menggunakan istilah “poliarki” dengan alasan istilah itu menyediakan lebih banyak hal dalam presisis konseptual dan pegangan dunia nyata daripada demokrasi. Atau orang bisa mencoba menggunakan klarifikasi konseptual bila sudah sampai pada istilah demokrasi itu sendiri untuk mengatasi kebingungan dalam mencari makna esensialnya. Giovanni Sartori dalam pendekatanya, menggambarkan bahwa teori demokrasi sebagai usaha bersih – bersih rumah, tugas menyingkirkan keserampangan (dalam argumen) dan kemoratmaritan (dalam konsepsi) (1987: xi). Pedapat tidak akan berlangsung lama karena dua alasan. Pertama, sebgian dari hal yang membuat demokrasi menarik baik dalam praktik maupun teori adalah penyangsian seputar esensinya. Kedua, segala pencarian akan makna esensial demokrasi dirusak oleh historikus – historikus konseptual yang menunjuk kebetulan historis tak terelakan yang menimpa konsep – konsep politis demokrasi utama seperti demokrasi (Hanson, 1989), serta bahwa makna makna demokrasi itu sendiri merupakan bagian dari politik pada waktu khusus dan tempat khusus. Pendapat Russel Hason (1989) sangat bermanfaat karena mengingatkan kita bahwa baru pada abad kesembilan belas demokrasi sebagai konsep tidak lagi dicerca secara universal dan mulai menarik konotasi – konotasi positif. Di Amerika Serikat, hal ini timbul umumnya timbul sebagai sebagai akibat kepedulian populis dan Jacksonian kepada demokrasi. Maksudnya perlawanan rakyat jelata kepada polutokrasi. Namun, walaupun perlu sejarah konseptual tidak memadai bagi orang – orang kritis dan evaluative yang ingin menyumbang bagi kelanjutan percakapan tentang perkembangan demikrasi. Selain itu sejarah konsetual tidak membekali kita untuk mengatasai variasi radikal padasuatu era (seperti masa sekarang ini), berbeda dengan perubhan lintas era. Hanson sendiri menghadapi variasi sekarang hanya dengan menyesali fakta bahwa tampaknya demokrasi telah dikosongkan dari makna, disusul dengan dalih agar mengembalikan konotasi –konotasi berkelas dari istilah tersebut (1989: 85-6). Cara untuk mengatasi variasi adalah dengan mengisolasikan dan membandingkan model – model utama demokrasi. Contoh, dalam survey buku teks terbaik dibidang itu, model – model David Held adalah klasik, republic, protektif, developmental, langsung, etis kompetitif, pluralis, legal, partisipatif, otonomi 3 Sumber segera diupdate demokratis, dan kosmopolitan. Dari penjelasan awal bahwa tidak semua adjektiva dapat dijadikan satu model khusus. Contoh, kaum demokrat deliberative mungkin saja klasik, republic, developmental, partisipatif, cosmopolitan, menurut pola Held. Sebagian adjektivita itu (misalnya asosiatif, perbedaan) tidak mudah ditempatkan kedalam model – model Held. Jadi survey Held adalah bacaan penting, tetapi hanya dalam mencakup ragam pemikiran kotemporer yang menarik tentang demokrasi. Karena ada banyak adjektiva untuk membatasi dan menerangkan demokrasi, maka ada banyak persekutuan tidak sepaham tentang apa yang bisa, harus, dan tidak seharunynya menjadi demokrasi. Selain itu, lain penjelasan tentang demokrasi lain pula tentang pentingnya persekutuan yang diperselisihkan. Jadi, sia – sia saja mencari esensi tunggal demokrasi, jika rincian dari model – model menjadi berlebihan akibat ruwetnya pemikiran demokratis, dan jika konsensus tentang hal yang menjadi batas – batas perbedaan bahkan tidak bisa ditemukan, dari mana harus memulai? Lugas saja, meski demokrasi muncul dalam banyak variasi, kini arus yang dominan dalam teori demokrasi adalah arus deliberatif. Bahkan tepat rasanya jika dikatakan bahwa sekitar tahun 1990 teori demokrasi berubah haluan ke arah deliberatif. Maka penjelasan demokrasi dapat dinilai dalam hubunganya dengan isi, kekuatan, dan signifikasi relasinya dengan perubahan arah ke haluan deliberatif tersebut, entah sebagai dukungan, penolakan, cakupan, atau pembatasan. Satu lagi pandangan yang lain terhadap demokrasi itu sendiri yang sama – sama dianut oleh sebagian besar orang yang mendalami duia demokrasi di dunia nyata. Yang mencolok dalam demokrasi kotemporer bukanlah variasinya, melainkan keseragamanya. Berlalunya Uni Soviet sebagai alternative dan sinarnya sosialisme demokratis di barat dalam waktu yang bersamaan mengisyaratkan kepada kelompok ini akan adanya kemenangan global model demokrasi liberal, elektoralis, elitis, kapitalis, dan minimalis yang jelas makna dan intensinya. Model kapitalis liberal ini mencakup banyak sekali hal yang penting tentang demokrasi di dunia nyata. Namun salah satu tugas utama teori demokrasi kotemporer adalah menggunakan model tersebut, bukan membiarkanya menumpang dengan mudah seperti yang diupayakan beberapa pengikutnya. Jadi dalam hal ini demokrasi dapat dinilai mutunya dalam hal hubungan penjelasan itu dengan model kapitalis liberal. Seperti halnya kearah deliberatif, hubungan – hubungan itu bisa berupa dukungan, penolakan, cakupan, atau pembatasan. Yang harus diutamakan ialah memisahkan hubugan antara demokrasi deliberatif dan model minimal liberalis yang digunakan kaum komparativis. Namun hal ini sulit mengingat kurangnya keterlibatan langsung diantara kedua pendekatan itu sampai sekarang.