EKONOMI POLITIK DALAM PEMBANGUNAN
TUGAS MATA KULIAH TEORI & PARADIGMA PEMBANGUNAN
ALAMSYAH PRATAMA
P022181003
KONSENTRASI MANAJEMEN PERENCANAAN
PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN WILAYAH
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil „Alamin, segala puji kehadirat Allah Azza wa Jalla,
Tuhan yang Maha Esa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufiq dan HidayahNya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas yang menjadi tanggung jawab kami
ini. Tak lupa, shalawat dan salam tercurah kepada baginda Rasulullah Muhammad
Shallallahu „Alaihi wa Sallam beserta kepada Keluarga, sahabat dan pengukitnya.
Tugas ini adalah salah satu bagian dari pembelajaran pada mata kuliah “Teori
dan Paradigma Pembangunan” yang merupakan tugas akhir dan sebagai instrumen
penilaian pada ujian mid semester. Pokok-pokok yang terkandung di dalam tulisan
ini membahas mengenai penjelesan mengenai ekonomi politik dalam hubungannya
dalam beberpa teori yang terkait pembangunan. Dengan adanya tulisan ini,
diharapkan dapat menjadi referensi dan sebagai sumber ilmu yang dapat
memperkaya khasanah pengetahuan khususnya bagi penyusun dan pembaca secara
umum.
Kami menyadari bahwa dalam penyususan tugas ini, masih terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurnya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi perbaikan-perbaikan
penulisan di masa akan datang.
Akhir kata, ucapan terima kasih kami haturkan kepada semua pihak yang
telah berperan hingga tulisan ini dapat tersusun dan terselesaikan. Semoga Allah
Azza wa Jalla senantiasa me-Rahmati dan Me-Ridhai kita semua serta semoga semua
amalan kita bernilai ibadah yang mendatangkan pahala di sisi-Nya.
Makassar, 30 November 2018
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii
1 WHAT IS POLITICAL ECONOMY ? ............................................................... 1
2 PERKEMBANGAN
TEORI-TEORI
PEMBANGUNAN
DALAM
PERSPEKTIF EKONOMI POLITIK................................................................. 4
2. 1
Perkembangan Teori Pembangunan Dalam Perspektif Ekonomi ........... 4
2.1.1
Teori Ekonomi Klasik Adam Smith....................................................... 4
2.1.2
Teori Ekonomi Keynesian (Harrod-Domar) .......................................... 5
2.1.3
Teori Ekonomi Neo Klasik (Solow-Swan) ............................................ 6
2. 2
Perkembangan Teori Pembangunan Dalam Perspektif Pembangunan
Bangsa ............................................................................................................... .7
2.2.1
Teori Pembangunan Politik .................................................................... 7
2.2.2
Teori Pembangunan Sosial Budaya ..................................................... 10
2.2.3
Teori WW Rostow ............................................................................... 11
3 TEORI-TEORI YANG BERKAITAN DENGAN EKONOMI POLITIK .... 12
3. 1
Teori Merkantilisme ............................................................................. 12
3. 2
Liberalisme Ekonomi............................................................................ 14
3. 3
Marxisme .............................................................................................. 15
4 TEORI
EKONOMI
POLITIK
DALAM
PEMBANGUNAN
DUNIA
KETIGA ............................................................................................................... 18
4. 1
Teori Modernisasi: Pembangunan sebagai masalah internal. ............... 19
4. 2
Teori Ketergantungan ........................................................................... 20
4. 3
Teori Dinamika Produksi ...................................................................... 21
5 EKONOMI POLITIK PEMBANGUNAN DALAM CONTOH EMPIRIK .. 25
6 SO, WHAT IS POLITICAL ECONOMY? ...................................................... 28
1
1 WHAT IS POLITICAL ECONOMY ?
Ekonomi politik adalah (suatu gugusan teori yang didasarkan pada
pemahaman mengenai) saling ketergantungan antara ekonomi dengan politik.
Ekonomi dan politik berinteraksi dengan banyak cara dalam rangka alokasi
sumberdaya, distribusi pendapatan, stabilisasi. Ekonomi dan politik tidak dapat
dipisahkan (Bruno S. Frey, 1994). Para pengambil keputusan (aktor) bidang
ekonomi dan bidang politik tergantung satu sama lain dan keduanya adalah aktor
utama sistem ekonomi politik. Keputusan yang diambil oleh para aktor, dan
karena itu perkembangan dan hasil seluruh sistem, tergantung pada aturan dan
institusi yang membentuk kerangka dasarnya. Perilaku ekonomi, dengan kata lain,
dapat dipengaruhi dengan mengubah aturan dan institusi. Perubahan semacam ini
hanya mungkin terjadi melalui suatu konsensus sosial, dalam suatu situasi di mana
para aktor tidak dapat memastikan apakah kepentingan pokok mereka akan
terpenuhi dengan adanya perubahan aturan dan institusi itu atau tidak.
Ekonomi politik muncul pada abad 18 didorong oleh perubahan dramatik
dalam sistem pemenuhan kebutuhan, baik dalam hal sifat dan jenis kebutuhan
maupun dalam hal cara produksi dan distribusi barang dan jasa untuk
memenuhinya. Perubahan tersebut ditandai oleh pergeseran istilah dari
“economy” menjadi “political economy”. Karena itu, pengertian ekonomi politik
dapat ditelusuri dari sisi ekonomi maupun dari sisi politik (Caporaso dan Levine,
1992).
Sebagaimana diketahui, istilah “Ekonomi Politik” seringkali dipertukarkan
dengan istilah “Politik Ekonomi”, padahal secara metodologis kedua istilah
2
tersebut mengandung perbedaan yang substansial. Politik Ekonomi merupakan
suatu unsur atau elemen yang menjadi alat dari ekonomi dan rasionalisasi
kekuatan politik dalam melaksanakan rencana-rencana untuk mencapai sasaran
yang dikehendaki. Politik Ekonomi secara umum disebut sebagai Das Sollen,
karena dipandang tidak sama dan sebangun dengan ilmu pengetahuan, melainkan
hanya sebagai sebuah produk Policy Sciences. Sedangkan Ekonomi Politik
disebut sebagai Das Sains, karena di dalamnya secara eksplisit terdapat berbagai
prasyarat keilmuan, yang memiliki wilayah kajian yang luas sebagai ilmu maupun
pengetahuan menyangkut studi tentang hubungan timbal balik yang saling
mempengaruhi antara faktor ekonomi dan faktor politik.
Substansi Ekonomi Politik antara lain berupa persoalan interdependensi,
dependensi,
keterbelakangan,
pertumbuhan,
perkembangan,
pembangunan
ekonomi sosial, sistem-sistem ekonomi, realisme dan idealisme, linear dan
strukturalis internasional, globalisasi, regionalisme, dan sebagainya.
Dalam pendekatan Ekonomi Politik, masalah yang dihadapi antara lain
mencakup variabel-variabel politik, variabel ekonomi, variabel sosial budaya,
sedangkan faktor-faktor yang berpengaruh meliputi (1) intervensi pemerintah,
perubahan kebijakan, tindakan politik ekonomi, (2) kenaikan harga di pasar, (3)
kemerosotan daya beli masyarakat, (4) kelangkaan sumber daya, (5) revolusi
sosial, transformasi industrial, (6) revolusi dan kemajuan ilmu, pengetahuan,
teknologi, komunikasi, dan informasi.
Sedangkan ekonomi politik pembangunan lebih spesifik dari pada
ekonomi politik. Ekonomi Politik Pembangunan merupakan kajian tentang
3
keputusan-keputusan politik atau kebijakan public dibidang ekonomi yang khusus
membahas tentang pembangunan barang dan jasa untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Pengertian ekonomi politik pembangunan dapat
dipahami dengan mudah melalui bagan yang ada di bawah ini :
Keputusan
Barang
Politik
Kesejahteraan
Ekonomi
Politik
Ekonomi
Pembangunan
Kebijakan
Masyarakat
Jasa
Publik
Secara teoritik kajian eknomi politik pembangunan berguna :
1. Untuk mengetahui mengapa dan dengan cara bagaimana kebijakan
pembangunan (termasuk kebijakan ekonomi dan politik) dirumuskan dan
diimplementasikan dalam suatu negara dan siapa saja yang terlibata dalam
pengambilan keputusan dan kebijakan.
2. Untuk memahami kebijakan pembangunan dan dampaknya dengan benar
pada kurun waktu tertentu dengan menelusuri secara cermar perilaku,
motivasi dan preferensi para aktornya. Sehingga diperoleh jawaban siapa,
memperoleh apa, berapa banyak, mengapa dan dengan cara bagaimana.
3. Sebagai alat analisa untul mengkaji berbagai isu social yang menyangkut
persoalan proses kebijakan dan pembangunan pada umumnya (Suryono,
2006:10)
4
2
PERKEMBANGAN
TEORI-TEORI
PEMBANGUNAN
DALAM
PERSPEKTIF EKONOMI POLITIK
Pemikiran ekonomi politik telah berkembang sejak beberapa abad lalu. Kini
aktualitas ekonomi politik semakin kuat karena pada kenyataannya kehidupan
ekonomi tak bisa dipisahkan dari kehidupan politik. Demikian pula sebaliknya,
keputusan politik banyak yang berlatar belakang kepentingan ekonomi. Dalam hal
ini akan diuraikan beberapa teori-teori pembangunan yang berkaitan dengan
perpektif ekonomi politik :
2. 1 Perkembangan Teori Pembangunan Dalam Perspektif Ekonomi
2.1.1
Teori Ekonomi Klasik Adam Smith
Adam Smith bukan saja terkenal sebagai pelopor pembangunan
ekonomi dan kebijaksanaan laissez-faire, tetapi juga merupakan ekonom
pertama yang banyak menumpahkan perhatian kepada masalah pertumbuhan
ekonomi. Dalam bukunya An Inquiry into the Nature and Causes of the
Wealth of Nations (1776) ia mengemukakan tentang proses pertumbuhan
ekonomi dalam jangka panjang secara sistematis. Agar inti dari proses
pertumbuhan ekonomi menurut Smith ini mudah dipahami maka aspek utama
pertumbuhan ekonomi dibedakan atas dua yaitu:
a. pertumbuhan output total
b. pertumbuhan penduduk
Pertumbuhan Output Total
5
Unsur pokok dari sistem produksi suatu negara menurut Smith ada tiga
yaitu:
a) sumberdaya alam yang tersedia (atau faktor produksi "tanah")
b) sumberdaya insani (atau jumlah penduduk)
c) stok barang modal yang ada.
Namun demikian, sebenarnya ada 2 faktor penunjang penting dibalik
proses akumulasi modal bagi terciptanya pertumbuhan output yaitu:
a) makin meluasnya pasar, dan
b) adanya tingkat keuntungan di atas tingkat keuntungan minimal.
Pertumbuhan Penduduk
Menurut Adam Smith, jumlah penduduk akan meningkat jika tingkat upah
yang berlaku lebih tinggi dari tingkat upah subsisten yaitu tingkat upah yang
pas-pasan untuk hidup. (Pasaribu, 2012)
2.1.2
Teori Ekonomi Keynesian (Harrod-Domar)
Teori pertumbuhan Harrod-Domar ini dikembangkan oleh dua
ekonom sesudah Keynes yaitu Evsey Domar dan R. F. Harrod. Domar
mengemukakan teorinya tersebut pertama kali pada tahun 1947 dalam jurnal
American Economic Review, sedangkan Harrod telah mengemukakannya
pada tahun 1939 dalam Economic Journal. Teori ini sebenarnya
dikembangkan oleh kedua ekonom secara sendiri-sendiri, tetapi karena inti
teori tersebut sama, maka sekarang ini dikenal sebagai teori Harrod-Domar.
6
Teori Harrod-Domar itu merupakan perluasan dari analisis Keynes
mengenai kegiatan ekonomi secara nasional dan masalah tenaga kerja.
Analisis Keynes dianggap kurang lengkap karena tidak membicarakan
masalah-masalah ekonomi jangka panjang. Sedangkan teori Harrod-Domar
ini menganalisis syarat-syarat yang diperlukan agar perekonomian bisa
tumbuh dan berkembang dalam jangka panjang. Dengan kata lain, teori ini
berusaha menunjukkan syarat yang dibutuhkan agar perekonomian bisa
tumbuh dan berkembang dengan mantap (steady growth) (Pasaribu, 2012)
2.1.3 Teori Ekonomi Neo Klasik (Solow-Swan)
Teori pertumbuhan ekonomi Neo Klasik berkembang sejak tahun
1950-an. Teori ini berkembang berdasarkan analisis-analisis mengenai
pertumbuhan ekonomi menurut pandangan ekonomi Klasik. Ekonomi yang
menjadi perintis dalam mengembangkan teori tersebut adalah Robert Solow
(Massachussets Institute of Technology) dan Trevor Swan (The Australian
National University). Solow ini memenangkan hadiah Nobel Ekonomi tahun
1987 atas karyanya tentang teori pertumbuhan ekonomi ini. Menurut teori ini,
pertumbuhan ekonomi tergantung kepada pertambahan penyediaan faktorfaktor produksi (penduduk, tenaga kerja, dan akumulasi modal) dan tingkat
kemajuan teknologi. Pandangan ini didasarkan kepada anggapan yang
mendasari analisis Klasik, yaitu perekonomian akan tetap mengalami tingkat
pengerjaan penuh (full employment) dan kapasitas peralatan modal akan tetap
sepenuhnya digunakan sepanjang waktu. Dengan kata lain, sampai di mana
7
perekono-mian akan berkembang tergantung pada pertambahan penduduk,
akumulasi kapital, dan kemajuan teknologi.
Selanjutnya menurut teori ini, rasio modal-output (capital-output ratio
= COR) bisa berubah. Dengan kata lain, untuk menciptakan sejumlah output
tertentu, bisa digunakan jumlah modal yang berbeda-beda dengan bantuan
tenaga kerja yang jumlahnya berbeda-beda pula, sesuai dengan yang
dibutuhkan. Jika lebih banyak modal yang digunakan, maka tenaga kerja
yang dibutuhkan lebih sedikit. Sebaliknya jika modal yang digunakan lebih
sedikit, maka lebih banyak tenaga kerja yang digunakan. Dengan adanya
"keluwesan" (fleksibilitas) ini suatu perekonomian mempunyai kebebasan
yang tak terbatas dalam menentukan kombinasi modal dan tenaga kerja yang
akan digunakan untuk menghasilkan tingkat output tertentu. (Pasaribu, 2012)
2. 2 Perkembangan Teori Pembangunan Dalam Perspektif Pembangunan
Bangsa
2.2.1 Teori Pembangunan Politik
Dalam studi pembangunan politik ada beberapa konsep yang perlu
dipahami sebelum menjelaskan definisi pembangunan politik, yaitu
perubahan, pembangunan dan modernisasi politik. Pembangunan dan
modernisasi politik merupakan perubahan politik, bukan sebaliknya (Ramlan
Surbakti dalam Kadir, 2014). Perubahan politik dapat diartikan terjadinya
perbedaan karakteristik dari suatu sistem politik pada periode tertentu ke
periode lain atau dari sistem politik yang satu ke sistem politik lain. Misalnya
8
dari sistem politik otoriter parlementer ke sistem politik demokrasi Pancasila.
Persoalannya ialah, apakah perubahan itu bersifat progresif, yaitu menuju
situasi yang lebih baik daripada sebelumnya, ataukah bersifat regresif yakni
menuju situasi yang lebih buruk daripada sebelumnya. Hal ini menunjukkan
terjadinya perubahan situasi politik yang lebih demokratis daripada
sebelumnya yang dapat menjadi prasyarat jalannya proses pembangunan.
Para penulis Indonesia tentang pembangunan politik, seperti Prof. Dr.
Juwono Sudarsono, Dr. Yahya Muhaimin, Dr. Afan Gaffar dan lain-lain,
dalam garis besarnya membahas tentang definisi pembangunan politik.
Mereka telah mengutip atau menerjemahkan definisi pembangunan politik
yang
telah
dikumpulkan
oleh
Lucian
W.
Pye
dalam
usahanya
mengembangkan teori pembangunan politik. (Lucian W. Pye dalam Kadir,
2014) berhasil menginventarisasi sepuluh definisi mengenai pembangunan
politik yang disajikan dalam bukunya yang berjudul “Aspects of Political
Development” yang telah diterjemahkan oleh para penulis Indonesia tersebut
di atas sebagai berikut:
a) Pembangunan politik sebagai prasyarat politik bagi pembangunan
ekonomi
b) Pembangunan politik sebagai tipe politik masyarakat industry
c) Pembangunan politik sebagai modernisasi politik
d) Pembangunan politik sebagai operasi negara-Bangsa
e) Pembangunan politik sebagai pembangunan Administrasi dan hokum
f) Pembangunan politik sebagai mobilisasi dan Partisipasi massa
9
g) Pembangunan politik sebagai pembinaan Demokrasi
h) Pembangunan politik sebagai stabilitas dan Perubahan teratur
i) Pembangunan politik sebagai mobilisasi dan Kekuasaan
j) Pembangunan politik sebagai satu aspek proses Perubahan sosial yang
multidimensional
Menurut Lucian W. Pye bahwa ciri-ciri pembangunan politik, yaitu
equality (persamaan), capacity (kapasitas), differentiation and specialization
(diferensiasi dan spesialisasi). Ketiga ciri ini dapat dipandang sebagai inti dari
proses pembangunan politik. Kita tidak mudah bisa menyatakan bahwa ketiga
ciri itu cocok dan saling mengisi atau melengkapi, tetapi dalam kenyataannya
kadang-kadang timbul kecenderungan pertentangan akan tuntutan persamaan,
prasyarat-prasyarat kapasitas dan proses diferensiasi dan spesialisasi yang
makin luas. Tuntutan ke arah persamaan yang besar dapat menjadi tantangan
kapasitas sistem, dan diferensiasi serta spesialisasi bisa menurunkan
persamaan karena perbedaan kualitas pengetahuan dan keahlian yang dimiliki
oleh warga negara. Misalnya, warga negara yang memiliki kualitas
pengetahuan dan keahlian yang tinggi akan mampu bersaing untuk
menduduki berbagai struktur yang ada dalam sistem politik, yang pada
akhirnya muncul sebagai golongan elit dalam masyarakat. Sebaliknya bagi
warga negara yang kurang mempunyai kualitas pengetahuan dan keahlian
akan sulit bersaing menempati struktur sistem politik, meskipun ada
persamaan kesempatan yang diberikan. (Kadir, 2014)
10
2.2.2
Teori Pembangunan Sosial Budaya
Sebagai makhluk sosial, manusia tidak pernah bisa hidup seorang diri.
Di mana pun dan bila mana pun, manusia senantiasa memerlukan kerjasama
dengan orang lain. Manusia membentuk pengelompokan sosial (Social
grouping) diantara sesama dalam upayanya mempertahankan hidup dan
mengembangkan kehidupan. Kemudian dalam kehidupan bersamanya itu
manusia memerlukan pula adanya organisasi, yaitu suatu jaringan interaksi
sosial antara sesama untuk menjamin ketertiban sosial. Interaksi-interaksi
sosial itulah yang melahirkan sesuatu yang dinamakan lingkungan social
(Purba, dalam (Surya Wicaksono, Sri Subekti, 2017)) .
Dalam rangka memahami lingkungan sosial, sesuai dengan konsep
pembangunan berkelanjutan, maka titik berat perhatian adalah pada
kesinambungan dari interaksi-interaksi di dalam lingkungan sosial itu sendiri
dengan lingkungan-lingkungan yang lain. Terkait dengan kesinambungan
lingkungan sosial maka setidaknya terdapat enam komponen atau ruang
lingkup lingkungan sosial yang perlu diperhatikan (Sjafari, 2010). Keenam
komponen tersebut ialah: addanya pengelompokan sosial (social grouping),
media sosial (social media), pranata sosial (social institution), pengendalian
sosial (social control), penataan sosial (social alignment), dan kebutuhan
sosial (social needs) (Boedhisantoso, dalam Sjafari, 2010).
11
2.2.3
Teori WW Rostow
Teori pembangunan ekonomi dari Rostow ini sangat populer dan
paling banyak mendapatkan komentar dari para ahli. Teori ini pada mulanya
merupakan artikel Rostow yang dimuat dalam Economics Journal (Maret
1956) dan kemudian dikembangkannya lebih lanjut dalam bukunya yang
berjudul The Stages of Economic Growth (1960). Menurut pengklasifikasian
Todaro, teori Rostow ini dikelompokkan ke dalam model jenjang linear
(linear stages mode).
Menurut Rostow, proses pembangunan ekonomi bisa dibedakan ke dalam
5 tahap :
a)
Masyarakat tradisional (the traditional society),
b)
Prasyarat untuk tinggal landas (the preconditions for take-off),
c)
Tinggal landas (the take-off)
d)
Menuju kekedewasaan (the drive to maturity), dan
e)
Masa konsumsi tinggi (the age of high mass-consumption)
Dasar pembedaan tahap pembangunan ekonomi menjadi 5 tahap tersebut
adalah:
a)
Karakteristik perubahan keadaan ekonomi,
b)
sosial, dan
c)
politik, yang terjadi.
Menurut Rostow, pembangunan ekonomi atau proses transformasi suatu
masyarakat tradisional menjadi masyarakat moderen merupakan suatu proses
yang multidimensional. Pembangunan ekonomi bukan hanya berarti
12
perubahan struktur ekonomi suatu negara yang ditunjukkan oleh menurunnya
peranan sektor pertanian dan peningkatan peranan sektor industri saja.
Menurut Rostow, disamping perubahan seperti itu, pembangunan ekonomi
berarti pula sebagai suatu proses yang menyebabkan antara lain:
a)
perubahan orientasi organisasi ekonomi, politik, dan sosial yang pada
mulanya berorientasi kepada suatu daerah menjadi berorientasi ke
luar.
b)
perubahan pandangan masyarakat mengenai jumlah anak dalam
keluarga, yaitu dari menginginkan banyak anak menjadi keluarga
kecil.
c)
perubahan kegiatan investasi masyarakat, dari melakukan investasi
tidak produktif (menumpuk emas, membeli rumah, dan sebagainya)
menjadi investasi yang produktif.
d)
perubahan sikap hidup dan adat istiadat yang terjadi kurang
merangsang pembangunan ekonomi (Pasaribu, 2012)
3
TEORI-TEORI YANG BERKAITAN DENGAN EKONOMI POLITIK
Berikut mengenai perkembangan Ekonomi Politik berdasarkan teori yang
dikembangkan beberapa ahli :
3. 1 Teori Merkantilisme
Merkantilisme adalah pandangan dunia tentang elit-elit politik yang berada
pada garis depan pembangunan negara modern. Merkantilisme melihat
13
perekonomian internasional sebgai arena konflik antara kepentingan nasional
yang bertentangan daripada sebgai wilayah kerjasama dan saling menguntungkan.
Persaingan ekonomi antar negara dapat mengambil dua bentuk yang berbeda (
Gilpin 1987 ; 32). Pertama adalah merkantilisme bertahan atau ramah ( benign
Mercantulism) adalah negara memelihara kepentingan ekonomi nasionalnya sebab
hal tersebut merupakan unsur penting dalam keamanan nasionalnya, kebijakan
seperti itu tidak memiliki dampak negatif pada negara lain. Yang kedua adalah
merkantilisme agresif atau jahat( malevolent mercatutis) yaitu megara-negara
berupaya
mengeksploitasi
perekonomian
internasional
melalui
kebijakan
ekspansi. Sebagai contoh, imperalisme kekuatan kolonial bangsa Eropa di asia
dan Afrika.
Merkantilisme dengan demikian melihat kekuatan ekonomi dan kekuatan
politik militer sebagai tujuan yang saling melengkapi, bukan saling bersaing,
dalam lingkaran arus balik positif. Pencapaian kekuatan ekonomi mendukung
pengembangan kekuatan politik dan militer negara dan kekuatan politik dapat
meningkatkan dan memperkuat ekonomi negara. Kaum merkantilis menyatakan
bahwa perekonomian seharusnya tunduk pada tujuan utama peningkatan kekuatan
negara, politik harus di utamakan daripada ekonomi. Tetapi isi dari kebijakankebijakan spesifik yang direkomendasikan untukmenjalankan tujuan tersebut telah
berubahsepanjuang waktu.
Ringkasnya merkantilisme mengganggap perekonomian tunduk pada
komunitas politik dan khususnya pemerintah. Aktivitas ekonomi di lihat dalam
konteks yang lebih besar atas peningkatan kekuatan negara. Organisasi yang
14
bertanggung jawab dalam mempertahankan dan memajukan kepentingan nasional
yang di sebut negara, memerintah di ats kepentingan ekonomi swasta. Kekayaan
dan kekuasaan adalah tujuan yang saling melengkapi bukan saling bertentangan.
Ketergantungan ekonomi pada negara-negara lain seharusnya di hindari sejauh
mungkin. Ketika kepentingan ekonomi dan keamanan pecah, kepentingan
keamanan mendapat prioritas.
3. 2 Liberalisme Ekonomi
Adam Smith (1723-1790), bapak Liberalisme ekonomi, yakin bahwa pasar
cenderung meluas secara spontan demi kepuasan kebutuhan manusia. Juga
menegaskan bahwa pemerintah tidak boleh ikut campur. Ekonomi liberal di sebut
doktrin dan serangkaian prinsip dalam mengorganisasikan dan mengatur
pertumbuhan ekonomi, dan kesejahteraan individu (Gilvin 1987:27). Ekonomi
liberal didasarkan pada pemikiran bahwa jika di biarkan sendiri perekonomian
pasar akan berjalan spontan menurut mekanisme atau hukumnya sendiri. Hukum
ini dipndang melekat dalam proses produksi ekonomidan perdagangan. Kaum
ekonomi liberal menolak pandangan kaum merkantilis bahwa negara adalah aktor
dan fokus sentral ketika menghadapi permasalahan ekonomi. Aktor sentral adalah
individu sebgai konsumen dan sebagai produsen. Pasar adalah arena terbuka
tempat para individu bersama-sama menukarkan barang dan jasa. Kaum liberal
selanjutnya menolak pandangan ”zero sum” kaum merkantilis, suatu pandangan
bahwa keuntungan ekonomi suatu negara sebenarnya merupakan kerugian
ekonomi negara lain. Kaum ekonom liberal terdahulu menyebut Laissez faire
yaitu kebebasan pasar dari semua jenis pembatasan dan peraturan politik.
15
Ringkasnya, kaum ekonomi liberal berpendapat bahwa perekonomian
pasar merupakan suatu wilayah otonom dari masyarakat yangberjalan menurut
hukum ekonominya sendiri. Pertukaran ekonomi bersifat “positive sum game”
dan pasar cenderung akan nampak memaksimalkan keuntungan bagi semua
individu, rumah tangga, dan perusahaan yang berpartisipasi dalam pertukaran
pasar. Perekonomian merupakan wilayah kerjasama bagi keuntungan timbal balik
antar negara dan juga antar individu. Dengan demikian, perekonomian
internasional seharusnya di dasarkan perdagangan bebas.
3. 3 Marxisme
Teori Marxis dan teori Neo-Marxis dalam Hubungan Internasional menolak
pandangan realis/liberal tentang konflik atau kerja sama negara, tetapi sebaliknya
berfokus pada aspek ekonomi dan materi. Marxisme membuat asumsi bahwa
ekonomi lebih penting daripada persoalan-persoalan yang lain sehingga
memungkinkan bagi peningkatan kelas sebagai fokus studi. Para pendukung
Marxis memandang sistem internasional sebagai sistem kapitalis terintegrasi yang
mengejar akumulasi modal (kapital).
Kaum Marxis sepakat dengan kaum merkantilis bahwa politik dan ekonomi
sangat berkaitan, keduanya menolak pandangan kaum liberal tentang bidang
ekonomi yang berjalan dengan hukumnya sendiri. Tetapi , sementara kaum
merkantilis melihat ekonomi sebagai alat politik, kaum marxis menempatkan
ekonomi yang pertama dan politik yang kedua. Bagi kaum marxis, perekonomian
kapitalis didasarkan pada dua kelas sosial yang bertentangan salah satu kelas,
kaum borjuis, memiliki alat-alat produksi. Kelas lain, kaum protelar, hanya
16
memiliki kekuatan kerjanya saja, yang harus di jual pada borjuis. Tetapi buruh
lebih banyak bekerja di banding yang ia dapatkan kmbali. Terdapat nilai tambah
yang di ambil kaum borjuis. Hal ini merupakan keuntungan kapitalis, dan
keuntungan itu berasal dari eksploitasi tenaga kerja.
Pandangan kaum Marxis tersebut disebut “Matrialisme”. Hal ini
didasarkan pada pernyataan bahwa aktivitas inti dalam masyarakat mana pun
hirau dengan cara-cara bagaimana manusia menghasilkan alat-alat eksistensinya.
Teori ekonomi politik internasional saat ini yang berdasarkan kerangka
Marxisme adalah analisis Immanuel Wallerstein tentang perkembangan sejarah
perekonomian dunia kapitalis (Wallerstein:1979:1991). Wallerstein memberikan
banyak tekanan pada perekonomian dunia dan cenderung mengabaikan politik
Internasional. Ia mempercayai perekonomian dunia sebagai pembangunan yang
tidak seimbang yang telah menghasilkan hierarki dari wilayah core,semi
periphery, dan periphery. Yang kaya dari wilayah core (Eropa Barat, Amerika
Utara, Jepang) digerakkan atas penderitaaan wilayah periphery (Dunia Ketiga).
Wellerstein melihat akhir Perang Dingin dan kehancuran blok Soviet sebagai
akibat dari perkembangan perekonomian dunia kapitalis.
Meskipun demikian, prospek jangka panjang adalah kehancuran system
kapitalis. Sebab kontradiksi dari system tersebut sekarang dibiarkan pada sekala
dunia. Keberhasilan, bukan kegagalan, merupakan ancaman nyata bagi
kapitalisme global, ketika kemungkinan perluasan semuanya digunakan, upaya
tanpa akhir dalam mencari keuntungan akan mengakibatkan pada krisis baru
17
dalam perekonomian kapitalis dunia yang, cepat atau lambat, akan menengarai
kematiannya.
Kami dapat meringkas pendekatan kaum marxis sebagai berikut.
Perekonomian adalah tempat eksploitasi dan perbedaan antar kelas sosial,
khususnya kaum borjuis dan kaum proletar. Politik sebagian besar ditentukan oleh
konteks sosial ekonomi. Kelas ekonomi yang dominan juga dominan secara
politik. Hal itu berarti bahwa dalam perekonomian kapitalis kaum borjuis akan
menjadi kelas berkuasa. Pembangunan kapitalis global bersifat tidak seimbang
bahkan menghasilkan krisis dan kontradiksi, baik antar Negara maupun antar
kelas sosial. Ekonomi Politik marxis selanjutnya hirau pada sejarah tentang
perluasan kapitalisme global, perjuangan antar kelas dan Negara yang telah
membangkitkan kebangkitan di seluruh dunia, dan bagaimana transformasi yang
revolusioner dari dunia tersebut mungkin akan muncul.
18
4
TEORI EKONOMI POLITIK DALAM PEMBANGUNAN DUNIA
KETIGA
Teori Pembangunan Dunia Ketiga adalah teori-teori pembangunan yang
berusaha menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh negara-negara miskin atau
negara yang sedang berkembang dalam dunia yang didominasi oleh kekuatan
ekonomi, ilmu pengetahuan dan kekuatan militer negara-negara adikuasa atau
negara industri maju.
Persoalan-persoalan yang dimaksud yakni bagaimana mempertahankan hidup
atau meletakkan dasar-dasar ekonominya agar dapat bersaing di pasar
internasional. Untuk mengukur pembangunan atau pertumbuhan ekonomi suatu
negara dapat dilihat dari:
1. Kekayaan rata-rata yakni produktifitas masyarakat atau produktifitas
negara tersebut melalui produk nasional bruto dan produk domestic bruto.
2. Pemerataan: tidak saja kekayaan atau produktifitas bangsa yang dilihat,
tetapi juga pemerataan kekayaan dimana tidak terjadi ketimpangan yang
besar antara pendapatan golongan termiskin, menengah dan golongan
terkaya. Bangsa yang berhasil dalam pembangunan adalah bangsa yang
tinggi produktifitasnya serta penduduknya relatif makmur dan sejahtera
secara merata.
3. Kualitas kehidupan dengan tolok ukur PQLI (Physical Quality of Life
Index) yakni: rata-rata harapan hidup sesudah umur satu tahun, rata-rata
jumlah kematian bayi, dan rata-rata presentasi buta dan melek huruf.
19
4. Kerusakan lingkungan.
5. Kejadian sosial dan kesinambungan.
4. 1 Teori Modernisasi: Pembangunan Sebagai Masalah Internal.
Teori ini menjelaskan bahwa kemiskinan lebih disebabkan oleh faktor
internal atau faktor-faktor yang terdapat di dalam negara yang bersangkutan.
Ada banyak variasi dan teori yang tergabung dalam kelompok teori ini antara
lain adalah:
1. Teori yang menekankan bahwa pembangunan hanya merupakan masalah
penyediaan modal dan investasi. Teori ini biasanya dikembangkan oleh
para ekonom. Pelopor teori antara lain Roy Harrod dan Evsay Domar yang
secara terpisah berkarya namun menghasilkan kesimpulan sama yakni:
pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh tingginya tabungan dan investasi.
2. Teori yang menekankan aspek psikologi individu. Tokohnya adalah
McClelaw dengan konsepnya The Need For Achievment dengan symbol
n. ach, yakni kebutuhan atau dorongan berprestasi, dimana mendorong
proses pembangunan berarti membentuk manusia wiraswasta dengan n.ach
yang tinggi. Cara pembentukanya melalui pendidikan individu ketika
seseorang masih kanak-kanak di lingkungan keluarga.
3. Teori yang menekankan nilai-nilai budaya mempersoalkan masalah
manusia yang dibentuk oleh nilai-nilai budaya di sekitarnya, khususnya
nilai-nilai agama. Satu masalah pembangunan bagi Max Weber (tokoh
teori ini) adalah tentang peranan agaman sebagai faktor penyebab
20
munculnya kapitalisme di Eropa barat dan Amerika Serikat. Bagi Weber
penyebab utama dari semua itu adalah etika protestan yang dikembangkan
oleh Calvin.
4. Teori yang menekankan adanya lembaga-lembaga sosial dan politik yang
mendukung proses pembangunan sebelum lepas landas dimulai.
5. Teori ini menekankan lingkungan material. Dalam hal ini lingkungan
pekerjaan sebagai salah satu cara terbaik untuk membentuk manusia
modern yang bisa membangun.
4. 2 Teori Ketergantungan
Teori ini pada mulanya adalah teori struktural yang menelaah jawaban yang
diberikan oleh teori modernisasi. Teori struktural berpendapat bahwa kemiskinan
yang terjadi di negara dunia ketiga yang mengkhususkan diri pada produksi
pertanian adalah akibat dari struktur pertanian adalah akibat dari struktur
perekonomian dunia yang eksploitatif dimana yang kuat mengeksploitasi yang
lemah.
Ada 6 inti pembahasan teori ketergantungan:
1. Pendekatan keseluruhan melalui pendekatan kasus.
2. Pakar eksternal melawan internal.
3. Analisis ekonomi melawan analisi sosiopolitik
4. Kontradiksi sektoral/regional melawan kontradiksi kelas.
5. Keterbelakangan melawan pembangunan.
6. Voluntarisme melawan determinisme
21
4. 3 Teori Dinamika Produksi
Tahapan pembangunan tidak hanya deskriptif, tidak pula hanya suatu cara
untuk menggeneralisir beberapa pengamatan faktual tentang urutan pertumbuhan
masyarakat.
Tahapan
pembangunan
memiliki
logika
tersendiri
yang
berkesinambungan. Tahapan tersebut mempunyai kerangka analitik yang berakar
pada teori dinamika produksi. Teori klasik pembangunan dirumuskan berdasarkan
asumsi dasar yang statis yang membatasi atau hanya mengijinkan variabel yang
paling relevan dengan proses pertumbuhan ekonomi
Hampir semua negara di dunia mengaku sebagai negara demokrasi, di balik
kepopuleran ini, demokrasi juga memiliki permasalahan-permasalahan sebagai
berikut.
1. Prinsip Persamaan Hak yang Tak Waras
Demokrasi berbasis terhadap anggapan bahwa manusia semua sama atau
sederajat, karena mereka akrab dan memiliki hal serupa didalam mental,
spiritual dan kwalitas moral. Akan tetapi para pengkritik demokrasi
membantah bahwa anggapan tersebut mustahil. Manusia tampak sangat luas
berbeda didalam figure jasmani, stamina moral, dan kapasitas untuk belajar
dengan berlatih dan pengalaman. Demokrasi adalah sebuah ide yang tidak
mungkin dan juga tidak logis, Untuk memberikan hak setiap individu dalam
memilih merupakan hal yang merusak perhatian masyarakat.
2. Pemujaan Atas Ketidak Mampuan
Kritikan
ini
menggambarkan
pemujaan
atas
ketidak
mampuan.
Pemerintahan oleh mayoritas merupakan peraturan yang dipegang oleh
22
manusia biasa, dimana secara umum tidak intelligent, memiliki opini yang tak
terkontrol dan bertindak secara emosi tampa alasan, pengetahuan yang
terbatas, kurangnya waktu luang yang diperlukan untuk perolehan dalam
memahami informasi, dan curiga atas kecakapan yang dimiliki oleh orang
lain. Oleh karena itu, demokrasi adalah lemah didalam kwalitas. Tiada nilai
politik yang tinggi tampa anggota yang unggul didalamnya.
3. Mobokrasi
Didalam demokrasi yang memerintah adalah publik; sedangkan publik
atau kelompok seringkali beraksi dengan cara menyolok yang sangat berbeda,
dari cara normal individu yang menyusun kelompok. Setiap kelompok
kehilangan perasaan untuk bertanggung jawab, personalitas individu dan
kesadaran mereka merupakan pilihan. Aksinya bersifat menurutkan kata hati
dan menghasilkan dengan mudah, pengaruh atas saran dan pengaruh buruk
perasaan dari kelompok lainnya. Oleh karena itu, Jenis kelompok apapun
beraksi dibawah stimuli sementara; mereka bergerak dengan menyetir
masyarakat primitip. publik seringkali berkelakuan zalim, bahkan merupakan
orang yang sangat lalim. Hal yang tidak indah dimana pemimpin politik
memamfaatkan psikologis rakyat banyak dan membangunkan nafsu
masyarakat dalam aba- aba untuk memenangkan dukungan mereka.
4. Oligarchy Yang Terburuk
Beberapa kritikan menegaskan bahwa demokrasi adalah pelatihan
memimpin untuk menuju oligarchy yang terburuk. Telleyrand mengambarkan
demokrasi adalah sebuah aristokrasi orang yang jahat. Hal lazim pada setiap
23
manusia adalah cemburu atas keunggulan orang lain. Oleh karena itu, mereka
jarang memilih orang yang mampu untuk memimpin mereka. Mereka sering
memilih orang yang rendah kwalitasnya, dimana sering tidak mengindahkan
dan secara luar biasa cakap dalam mengatur diri mereka sendiri dengan
sentiment yang tinggi. Orang yang jujur dan mampu jarang terpilih didalam
demokrasi. Kekuatan demokrasi berada ditangan perusak dan koruptor.
Carlyle mengapkirkan bahwa demokrasi pemerintahan tukang bual atau
tukang obat.
5. Pemerintahan oleh Sekelompok Kecil
Disini menegaskan demokrasi atas nama tidak tersokong. Setiap Negara
yang memiliki populasi terbesar tidak pernah melatih vote mereka. Lagipula,
dalam demokrasi dikebanyakan Negara yang melewati angka pemilihan keluar
sebagai juara. Dibawah sistem ini sering terjadi atas minoritas partai
mendapatkan vote meraih kembali kekuatan. Sedangkan partai yang tidak
meraih suara yang memadai, maka akan menjadi sebagai partai oposisi atau
kitap kiri. Jadi demokrasi adalah pemerintahan yang berhenti untuk menjadi
pemerintahan mayoritas.
6. Sistem Partai yang Korupt dan Melemahkan Bangsa
Demokrasi berbasis atas sistem partai. Partai- partai dipandang sangat
diperlukan untuk kesuksesan demokrasi. Akan tetapi sistem partai telah
merusak demokrasi dimana- mana. Partai- partai meletakkan perhatian utama
mereka sendiri daripada bangsa mereka. Semua perlengkapan institusional dan
ideological orang – orang yang berhak memilih dalam pemilihan adalah
24
korup. Mereka menganjurkan ketidak tulusan, mengacaukan persatuan bangsa,
menyebarkan dusta, dan merendahkan standar moral rakyat. Mesin partai
dengan baik bekerja atas setiap individu warganegara, siapa saja yang
berkeinginan menggunakan sedikit pendapat atau tiada kebebasan. Faktanya
sistem fasilitas daripada partai menghalangi operasi peraturan lalim. Sistem
partai menciptakan kelompok politik professional, yang mana kebanyakan
dari mereka tidak mampu bekerja secara serius dan membangun. Mereka
tumbuh berkembang diatas kesilapan masyarakat, yang berhasil mereka tipu
dan dimamfaatkan. Mereka selalu menciptakan kepalsuan pokok persoalan,
untuk menjaga bisnis yang berjalan. Para politikus tidak hanya memonopoli
kekuatan, akan tetapi menguasai juga wibawa sosial. Hasilnya, rakyat sibuk
dalam profesi yang beragam dan lapangan kerja yang timbul berjenis dalam
kondisi yang rumit dan terlelap didalam pekerjaan mereka masing- masing.
7. Demokrasi adalah Bentuk Pemerintahan yang Mahal
Propaganda partai dan sering mengunjungi pemilihan membutuhkan
pengeluaran yang besar. sebagai contoh di Indonesia, milyaran rupiah
tersalurkan untuk setiap lima tahun pemilihan. Jumlah uang yang sangat besar
ini dikeluarkan sebagai gaji dan upah para legislator. Dana yang seharusnya
dipakai untuk tujuan produktif, dihabiskan dengan sia- sia atas dasar
berkampanye dan jumlah ilmu perawatan.
25
5
EKONOMI
POLITIK
PEMBANGUNAN
DALAM
CONTOH
EMPIRIK
Keberhasilan pembangunan tidak bisa diukur hanya dengan pendapatan GDP.
Jika pembangunan hanya diukur melalui GDP, pendapatan yang lebih tinggi bisa
saja digunakanuntuk agresi militer dan penganiayaan dari kelas penguasa kecil
atau penindasan populasisecara besar-besaran. Hal tersebut malah akan berbahaya
secara sosial. Jika terus seperti itu,maka suatu negara akan menunggu
kehancurannya.
Sebaliknya, jika pemerintah menggunakan pendapatan yang lebih tinggi itu
untuk menyediakan peralatan kesehatan primer dan memperluas kesempatan
pendidikan yang menyebabkan nilai-nilai sosial diberdayakan, justru itu adalah
tanda-tanda suksesnya pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Intinya,
pertumbuhan ekonomi agregat yang memberi manfaat bagi sebagian besar orang
dalam waktu yang lama biasanya didahuluidengan kemajuan dalam hal lainnya,
yakni dimensi sosial dari pembangunan.
Sicholas Kaldor dan ilmuwan lain menyatakan bahwa ketidaksetaraan
pembangunan tidak hanya konsekuensi dari pembangunan tetapi merupakan
sebuah kondisi yang diperlukan. Ini merupakan masalah sistemik, di mana negaranegara maju memang sengaja membuat negara dunia ketiga mengalami
ketimpangan ekonomi agar kemudian negara ketiga tersebut bergantung pada
negara maju. Ketergantungan tersebut diciptakan oleh negara maju dengan cara
melakukan investasi ke negara miskin. Menurut beberapa ahli, memang
26
dibutuhkan kelompok yang lebih besar untuk dapat mengatur berjalannya
pembangunan di dunia ini.
Para ahli telah berpendapat bahwa dibutuhkan waktu yang lama untuk
mencapai tujuan pembangunan, lalu mengapa beberapa negara tumbuh lebih cepat
dibandingkan
Negara
lainnya?
Negara-negara
yang
pertumbuhan
dan
pembangunan ekonominya lebih cepat ialah negara-negara yang berinvestasi lebih
banyak. Namun alasan tersebut tidak berlaku mutlak untuk semua negara.
Buktinya, Asia Timur dan bekas negara-negara soviet telah mencapai tingkat
tinggi dalam investasi, tetapi hanya Asia Timur yang bisa memperoleh
peningkatan dalam income -nya.
Hal ini mengindikasikan bahwa bukan hanya investasi yang mempengaruhi
kecepatan pertumbuhan dan pembangunan, namun juga lingkungan kebijakan
yang stabil dan kredibel, ekonomi yang terbuka dan kompetitif dan sektor publik
yang terfokus.
Para pengusaha sangat berfokus untuk mencari keuntungan. Jika keadaan
pasar tidak sedang kompetitif, maka mereka akan melakukan investasi untuk tetap
dapat meraih keuntungan. Hal tersebut memperlihatkan bahwa liberalisasi
ekonomi dan privatisasi semakin nyata adanya. Privatisasi sebelum adanya
regulasi yang efektif hanya akan mendorong semakin tingginya harga dan
kepentingan pribadi, serta menciptakan kompetisi. Untuk itu, regulasi sangat
diperlukan sebagai upaya untuk meyakinkan adanya kompetisi yang wajar,
perlindungan terhadap konsumen, dan menyediakan institusi keuangan yang
aman. Namun pada kenyataannya, terkadang pembuat kebijakan memiliki
27
hubungan tertutup dengan perusahaan yang menyebabkan kebijakan yang
dihasilkan tidak serta-merta menguntungkan semua pihak, termasuk masyarakat
luas.
Sunyoto Usman (2003) mengungkapkan bahwa pembangunan yang
dilakukan oleh suatu negara pada saat ini tidak akan dapat lepas dari pengaruh
globalisasi yang melanda dunia. Persoalan politik dan ekonomi tidak dapat lagi
hanya dipandang sebagai persoalan nasional. Keterkaitan antar negara menjadi
persoalan yang patut untuk diperhitungkan. Masalah ekonomi atau politik yang
dihadapi oleh satu negara membawa imbas bagi negara lainnya dan permasalahan
tersebut akan berkembang menjadi masalah internasional.
Pembangunan tidak lain merupakan suatu proses perubahan yang berlangsung
secara sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan hidup manusia atau masyarakat suatu bangsa. Ini
berarti bahwa pembangunan senantiasa beranjak dari suatu keadaan atau kondisi
kehidupan yang kurang baik menuju suatu kehidupan yang lebih baik dalam
rangka mencapai tujuan nasional suatu bangsa (Tjokroamidjojo, 1980). Sebagai
konsekuensi dari pelaksanaan pembangunan nasional yang membawa perubahan
di sektor pembangunan ekonomi. proses pemerataan dan peningkatan pendapatan
masyarakat serta mendorong pertumbuhan ekonomi dan berperan dalam
mewujudkan stabilitas nasional pada umumnya dan stabilitas ekonomi pada
khususnya. Pemerintah memiliki posisi strategis baik sebagai pelaksana kebijakan
pembangunan, konsumen sekaligus produsen dan investor. Pemerintah juga
memiliki peran sebagai pengelola perusahaan negara yang bertujuan untuk
28
mengelola sumberdaya dan pemberi pelayanan publik terutama yang menyangkut
“hajat hidup masyarakat” serta sebagai regulator diantara komponen masyarakat.
Sedangkan Menurut Gurley permasalahan pokok dalam Ekonomi Politik
Kontemporer adalah kendala-kendala sosial, politik, dan ekonomi, yang lebih
luas, sebagai akibat terjadinya konflik kepentingan di antara kelas dalam
masyarakat. Permasalahannya bukan terbatas pada model pembangunan dan
kepentingan keuangan investasi uang asing, akan tetapi terletak pada siapa yang
diuntungkan dan siapa yang dirugikan dalam pembangunan. Semuanya terletak
pada masalah kekuasaan, konflik antar kelas, dan resistensi terhadap perubahan.
Konsep pembangunan dipahami secara berbeda di antara para pakar, dimana
ada yang mengatakan bahwa konsep pembangunan itu bebas nilai, namun ada
pula yang mengatakan bahwa konsep pembangunan itu tidak bebas nilai. Secara
empirik, pembangunan tidak bebas nilai. Pembangunan itu bersifat multi dimensi,
mencakup politik, ekonomi, sosial, budaya, dan teknologi.
6
SO, WHAT IS POLITICAL ECONOMY?
Secara sendiri-sendiri, pasar atau pemerintah, baik sebagai institusi ekonomi
maupun institusi politik, tidak akan mampu mengorganisir masyarakat untuk
mencapai kemakmuran dan keadilan. Kedua institusi tidak cukup kuat untuk
memaksakan keseimbangan proses politik dan ekonomi guna mempertahankan
masyarakat yang sehat. Dalam arti positif, kedua institusi saling komplementer.
Namun, pasar dan pemerintah juga menciptakan kekuatan yang besar yang
29
menguasai seluruh masyarakat dan melawan diri mereka satu sama lain dengan
potensi kerusakan yang amat besar.
Usaha apapun untuk memahami rentang interaksi antara pasar dan
pemerintah mengharuskan penanggalan batas yang memisahkan ilmu ekonomi
dan ilmu politik. Politik dan ekonomi hanyalah dua wajah dari suatu proses
dengan mana masyarakat diorganisir untuk mencapai baik tujuan individu
maupun tujuan bersama. Sintesa ilmu ekonomi dan ilmu politik menghasilkan
pendekatan ekonomi politik interdisipliner yang mengakui bahwa pemerintah dan
pasar saling berkelindan dalam masyarakat modern. Dari perspektif ekonomi
politik, usaha untuk menganalisis kegiatan pemerintah dan pasar secara terpisah
hanya akan menghasilkan pemahaman yang parsial, dan karena itu menyimpang,
mengenai sistem sosial.
Sejarah mutakhir hanya menonjolkan relevansi ekonomi politik. Sebagai
akibat Malaise dan Perang Dunia II, isu-isu seperti pertumbuhan, distribusi, dan
stabilitas ditransformasikan dari isu ekonomi ke dalam isu politik. Batas antara
kehidupan publik dan privat dilukis ulang, dengan politik melingkupi rentang
aktivitas manusia yang jauh lebih luas. Lebih mutakhir lagi, kerusakan lingkungan
alam dan meningkatnya keprihatinan mengenai kualitas hidup juga telah
membawa pembaharuan ulang konflik dan negosiasi atas batas yang tepat antara
sektor publik dan privat. Karena domain politik meluas ke dalam bidang yang
sebelumnya menjadi teritori ekonomi, maka relevansi ekonomi politik menjadi
semakin nyata.
30
Pada saat ini, tidak satu pun pendekatan ekonomi politik yang mendominasi.
Para ahli ekonomi politik tetap secara tajam terbagi atas bagaimana cara terbaik
agar pasar dan pemerintah dapat diintegrasikan. Sebagian teoritisi mendukung
suatu masyarakat dengan seminimal mungkin peran pemerintah, sementara yang
lain lebih menyukai suatu masyarakat di mana operasi pasar diatur dengan ketat.
Di antara dua kelompok ekstrim ini terletak kontinum gagasan dan proposal
kebijakan yang luas untuk mengkombinasikan pasar dan pemerintah dalam cara
yang merangkum manfaat masing-masing institusi dan meminimalkan efek
negatifnya.
31
DAFTAR PUSTAKA
Amartya Kumar Sen, On Ethics and Economics, Oxford, Basil Blackwell, 1988.
Baker, Susan, 2006, Challenges in the Third World, Sustainable Development,
Routledge
Barbier, Edward B., 1987, The Concept of Sustainable Economic Development,
Environmental Conservation, Vol. 14, No. 2, Summer 1, Switzerland
Byekwaso, Ndinawe. 2016. “The Politics Of Modernization And The Misleading
Approaches To Development.” World revieW of Political economy 7(1–
2): 135–38.
Djojohadikusumo, Sumitro, 1981, Indonesia dalam Perkembangan Dunia : Kini
dan Masa Datang, Cetakan kelima, Jakarta, LP3ES
Drajat Tri Kartono, M.Si. Konsep dan Teori Pembangunan
Elizabeth Flyn Gurley, My Life as a Political Prisoner, International Publishers,
New York: 1963.
Hakiki, Paizon, „Sistem Pemerintahan Pada Masa Demokrasi Liberal Tahun 19491959‟, Phys. Rev., 113, 1379
Hakim, M. Arif, M.Ag. Industrialisasi di Indonesia: Menuju Kemitraan yang
Islami. Jurnal.
Hanipah, Dita, „Pembangunan Ekonomi Era Orde Baru‟, 2016
Hoesein, Zainal Arifin, „Peran Negara Dalam Pengembangan Sistem Ekonomi
Kerakyatan Menurut UUD 1945‟, Jurnal Hukum IUS QUIA IUSTUM, 23
(2016), 503–28
Imam Rahayu Teguh, Teori Pembangunan Dunia Ke-3 Dalam Teori Modernisasi
Sub Teori Harrod-Domar(Tabungan Dan Investasi)
Indria Samego, Ekonomi Politik Baru (New Political Economics), Slide, Program
Pasca Sarjana Magister Ilmu Administrasi Sekolah Tinggi Ilmu
Administrasi Mandala Indonesia (STIAMI), Cabang Bekasi, 2013.
Jacobson, Thomas, Qinying Chen, Lingling Pan, and Li Meng. 2017.
“Communicative Action and Modernization : Towards an Integrative
East-West Paradigm for Communications Research.” 13(3): 60–71.
32
Kadir, G. (2014). Pembangunan Politik. Universitas Terbuka Repository, 1–40.
Retrieved from repository.ut.ac.id/4262/1/IPEM4434-M1.pdf
Kasiati, N., & Rosmalawati, N. W. D. (2016). Kebutuhan Dasar Manusia I.
Pusdik Badan Pengembangan dan Pemberdayaan SDA Kesehatan.
Kenneth J. Meier, The political economy of regulation: the case of insurance,
Albany, NY: State University of New York, 1988.
Kwik Kian Gie, Kapitalisme di Indonesia, Harian Kompas, 21 April 1997.
Lord Lionel Robbins, “Political Economy : Past and Present : A Review of
Leading Theories of Economy Policy”, London, 1976.
Lumintang, Juliana. 2015. Pengaruh Perubahan Sosial Terhadap Kemajuan
Pembangunan Masyarakat di Desa Tara-Tara I. Jurnal.
Mallick, O. 2005. “Development Theory Rostow ‟ s Five-Stage Model of
Development and Its Relevance in Globalization.” Development Theory.
Mukhaer Pakkanna, Ekonomi Politik, Slide, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
(STIE) Ahmad Dahlan, Jakarta, tanpa keterangan tahun penerbitan.
Mukhlis, I. (2014). Eksternalitas , Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan
Berkelanjutan dalam Perspektif Teoritis. Ekonomi Bisnis, 191–199.
Retrieved
from
http://fe.um.ac.id/wp-content/uploads/2010/01/imam-
mukhlis_2.pdf
Muta‟ali,
Lutfi,
2012,
Daya
Dukung
Lingkungan
untuk
Perencanaan
Pengembangan Wilayah, Cetakan pertama, Yogyakarta, BPFG-UGM
Nain, Ahmad Shukri Mohd. & Rosman Md. Yusoff. 2003. Konsep, Teori,
Dimensi & Isu Pembangunan. Universitas Teknologi Malaysia.
Nurhayani, Hodijah, S., & Bhakti, A. (2015). Analisis disparitas pembangunan
ekonomi dan hubungannya dengan investasi di provinsi jambi tahun
2002-2014. Jurnal Paradigma Ekonomika, 10(2), 302–311.
Pamungkas, Fikry Zuledi, 2015, Teori Pembangunan Negara-Negara Dunia
Ketiga
Pasaribu, R. B. F. (2012). Teori-Teori Pembangunan. Bahan Ajar Ekonomi
Pembangunan. Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma. Retrieved
33
from https://rowlandpasaribu.files.wordpress.com/2013/02/03-teori-teoripembangunan.pdf
Priyono, et al. 1990. Transisi Demografi dan Pembangunan di Indonesia. Jurnal.
Rachmat Hidayat, MPA, Ekonomi Politik 1, Slide, Fakultas Ilmu Sosial Ilmu
Politik, Universitas Jember, Jember, tanpa keterangan tahun pembuatan.
Rustiadi, Ernan, Affendi Anwar, and Okta Pribadi, „Sistem Perencanaan
Pembangunan Dalam Era Reformasi Dan Otonomi Daerah‟, 2003, 1–16
Sadikin, Achmad, „Membangun Ekonomi Kerakyatan Dalam Kerangka
Paradigma Pembangunan Kemandirian Lokal‟, 2011, 146–54
Salman, Darmawan, 2013, Paradigma Dan Teori Pembangunan : Antara
Pergeseran Dan Pengkompleksan, Bahan Ajar S2 Kebijakan dan
Perencanaan Pembangunan Pertanian, PPS Unhas
Salman, Darmawan. 2015. “Paradigma Dan Teori Pembangunan: Antara
Pergeseran dan Pengkompleksan.”
Sir William Arthur Lewis, The Theory of Economic Growth. London: Taylor and
Francis, 2003.
Sjafari, A. (2010). Keberdayaan Keluarga Miskin di Perkotaan Dalam
Meningkatkan
Kesejahteraannya.
Disertasi.
Retrieved
from
http://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/55053/
3/2010asj.pdf
Stephen K. Sanderson, Makro Sosiologi: Sebuah Pendekatan Terhadap Realitas
Sosial, (edisi kedua), PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003.
Sumedi, And Achmad Djauhari, „Reformasi Kebijakan Desentralisasi Sektor
Pertanian‟, 2009, 321–40
Sunyoto Usman, Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, 2003.
Surya Wicaksono, Sri Subekti, S. (2017). Hubungan Dinamika Kelompok Tani
Dengan Adopsi Good Tobacco Practices (Gtp) Tembakau Voor-Oogst
Kasturi. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian, 10(2), 8–17.
Sutopo, Agus dkk., 2014, Kajian Indikator Lintas Sektor : Kajian Indikator
Sustainable Development Goals (SDGs), Badan Pusat Statistik, Jakarta
34
Triwahyuni, Dewi. 2016. Teori modernisasi: Sebuah Pendekatan Dalam
Mempelajari Pembangunan di Negara Berkembang. Jurnal. WCED,
1987, Hari Depan Bersama Kita, Gramedia, Jakarta
Widjajanti, K. (2011). Model Pemberdayaan Masyarakat. Jurnal Ekonomi
Pembangunan, 12(1), 15–27.
William K Tabb, Reconstructing Political Economy: The Great Divide in
Economic Thought, Routledge, London and New York, 1999.
Zaini, Afrizal WS., „Pembangunan Indonesia Dari Masa Orde Lama, Orde Baru
Sampai Era Reformasi _‟, 2011
https://slideplayer.info/slide/12024216/
https://www.bappenas.go.id/id/data-dan-informasi-utama/publikasi/paketkebijakan-ekonomi
http://ardhaprisia-fisip16.web.unair.ac.id/artikel_detail-218607Teori%20
Pembangunan -4 %20Teori%20Utama%20Pembangunan.html
http://hadiwahono.blogspot.com/2013/05/kebebasan-sebagai-pilar-demokrasi.html
http://munawardanpencerahan.bloqspot.com/2007/11/liberalisme-dan-ham.html
http://sosioloqis.com/demokrasi-penqertian-dan-seiarah-sinqkat
http://www.referensimakalah.com/2013/03/teori-konvergensi-definisi-latar.html
https://h0404055.wordpress.com/2010/01/02/ teori-pembangunan-dunia-ketiga/
https://id.wikipedia.org/wiki/Teori_pilihan_rasional
https://medium.com/@fahrudinalamsyah120799/menganalisis-perkembanganinovasi-pertanian-9a58e28501f1
https://pakarkomunikasi.com/teori-liberalisme
https://pakarkomunikasi.com/teori-pertukaran-sosial
https://portal-ilmu.com/teori-liberalisme-dalam-ekonomi-politik/
https://rudinikoment.wordpress.com/2012/11/25/
resume-buku-teori-
pembangunan-dunia-ketiga-arief-budiman/
https://www.academia.edu/11818659/Teori_Pilihan_Publik_Dalam_Kebijakan_P
ublik
https://www.academia.edu/14595701/Mewirausahakan_Birokrasi
35
https://www.bastamanography.id/teori-tentang-pemberdayaan-masyarakat/
https://www.berbagaireviews.com/2016/10/liberalisme-dan-seiarah-lahirnya.html
https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-teori-pilihan-rasional-rationalchoice/8995
https://www.encyclopedia.com/social-sciences/encyclopedias-almanacstranscripts-and-maps/event-history-analysis
https://www.selasar.com/jurnal/36413/Perubahan-Sosial-dan-Pembangunan
https://www.slideshare.net/brigitamanohara5/determinasi-ekonomi