Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
2022, IQLIMAH MUKTI NUGROHO
https://doi.org/10.1371/artikel.0148257…
7 pages
1 file
Pembelajaran sastra merupakan bagian dari pembelajaran bahasa Indonesia. Pembelajaran sastra tidak hanya menjadikan siswa mengenal, memahami, dan menghafal definisi sastra dan sejarah sastra, tetapi juga mengembangkan daya pikir siswa melalui kegiatan pengalaman sastra berupa apresiasi sastra, ekspresi sastra, dan kegiatan telaah sastra sehingga timbul kemampuan untuk mengapresiasi. sastra sebagai sesuatu yang bermakna tumbuh untuk kehidupan. Kata kunci: pelapisan sastra
Jurnal Ilmiah Iqra', 2007
Salah satu aspek yang dinilai kurang maksimal dalam proses pendidikan di sekolah dewasa ini adalah pembelajaran sastra. Padahal sejatinya, pembelajaran sastra dapat menjadi sarana pengembangan penalaran, kreativitas, kematangan pribadi, dan keterampilan sosial siswa. Untuk mewujudkan idealisme pembelajaran sastra itu diperlukan perubahan paradigma pembelajaran sastra, baik secara teoretis-konseptual, maupun segi teknis implementasinya, seperti metode, strategi, materi, langkah-langkah penyajian, media pembelajaran, evaluasi, dan lebih penting lagi tentang perumusan tujuan pengajaran. Keseluruhan komponen teknis tersebut haruslah didesain sedemikian rupa sehingga pembelajaran sastra yang sejatinya dapat menjadi sarana peningkatan daya nalar dan kreativitas siswa dapat diwujudkan.
Membaca itu lebih mudah daripada menulis. Pernyataan ini disampaikan oleh Ibu Dian dalam wacana bebas di milis AJPBSI beberapa waktu lalu. Saya sependapat dengan hal tersebut. Menulis menjadi keterampilan berbahasa yang paling kompleks. Untuk mampu menulis, seseorang harus terlebih dahulu mengenal huruf dan mampu membaca. Untuk terampil menulis, seseorang juga harus memiliki kemampuan membaca literasi untuk materi tulisannya. Mungkin karena hal inilah yang membuat orang lebih suka menjadi penikmat (pembaca) dibandingkan pembuat (penulis). Setiap orang bisa menulis, tetapi belum tentu terampil menulis. Hal ini juga dapat ditemukan di lingkup sekolah, diantaranya dalam pembelajaran sastra. Pembelajaran keterampilan menulis sastra seringkali mengalami kendala, dapat dilihat pada saat siswa diminta untuk menulis sastra, sekalipun hanya sebait puisi, sebabak drama, atau cerita pendek yang pendek. Pada kenyataannya, materi-materi tersebut menjadi momok karena dianggap lebih sulit dibandingkan mengerjakan soal matematika. Keterampilan menulis harus dimiliki seseorang sejak dini, termasuk dalam menulis karya sastra. Anggapan bahwa menulis sastra lebih sulit dibandingkan menulis karya ilmiah tampaknya diamini oleh siswa (dan mungkin juga gurunya). Untuk bisa menulis sastra yang baik dibutuhkan ide dan imajinasi. Tidak hanya sampai di situ, imajinasi itu haruslah dikembangkan dan dituangkan dalam bentuk tulisan. Tulisan yang dihasilkan juga tidak boleh sembarangan, harus mengandung keindahan, diksi yang bagus, imaji yang sesuai, bahkan juga bunyi yang menarik. Belum lagi syarat tulisan harus menarik dan membuat pembaca terkesan. Hal seperti inilah yang membuat pembelajaran sastra menjadi sesuatu yang tidak bisa dianggap sepele dan remeh. Karakteristik sastra yang mengutamakan keindahan ini pada praktiknya di sekolah membutuhkan sentuhan kreativitas guru dalam membelajarkannya. Metode pembelajaran nya pun harus dibuat semenarik mungkin sehingga ide ataupun imajinasi bisa hadir diantara durasi jam belajar yang terbatas. Beberapa alternatif metode belajar sastra telah direkomendasikan oleh beberapa peneliti dalam penelitian pendidikan. Penelitian dilatarbelakangi oleh permasalahan yang hampir sama yaitu kurangnya minat belajar sastra,
Prosiding Seminar & Ekspose Hasil Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat 2014, 2014
Semakin besarnya posisi bahasa Inggris sebagai bahasa internasional utama membuat semakin banyak institusi perguruan tinggi di Indonesia yang menawarkan gelar dalam bidang sastra atau pendidikan Bahasa Inggris. Namun, pada kenyataannya, banyak mahasiswa, termasuk dari jurusan Sastra Inggris, yang kurang dapat berkomunikasi dalam bahasa Inggris dengan baik. Salah satu upaya untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan melihat aspek masukan dari proses pembelajaran tersebut, dengan asumsi bahwa masukan yang baik cenderung berujung pada luaran yang baik pula. Mengingat bahwa bahasa Inggris bukanlah bahasa sehari-hari di Indonesia, maka mahasiswa haruslah mengupayakan waktu belajar mandiri di luar jam kuliah. Kapasitas untuk melakukan hal inilah yang disebut dengan kemandirian belajar. Namun, karena kapasitas ini lebih bukanlah sesuatu yang alami ada pada mahasiswa, maka diperlukan suatu upaya untuk melihat lebih lanjut profil mahasiswa yang mempunyai kapasitas tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui profil mahasiswa dengan kemandirian belajar dari dua aspek, yaitu motivasi dan lingkungan belajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa dengan kemandirian belajar cenderung termotivasi secara intrinsik dan memiliki keluarga dengan pola asuh otoritatif. Hasil ini penting bagi para guru dan sekolah untuk dapat merancang proses yang kondusif bagi tumbuh kembangnya kapasitas kemandirian belajar. Hasil ini juga penting bagi orangtua untuk dapat menggunakan pola asuh yang kondusif bagi pengembangan kapasitas kemandirian belajar.
Universitas Muhammadiyah Malang, 2015
Pada Petunjuk Praktikum Menulis Sastra, berisikan petunjuk atau cara untuk membuat karya sastra. Hal ini dapat memudahkan mahasiswa untuk membuat produk mata kuliah menulis sastra
BRIN Press, 2022
This scientific article aims to show the level of appreciation of class XII high school students in Medan towards pantun as an Indonesian literary work; which is also expected to provide solutions to overcome the polemic that arises in the teaching of Indonesian literature in schools. This research uses a quantitative descriptive approach and contextual methods through library research. From the results of the questionnaire it was known that the mean value of students in MAN 2 Medan Model was 62,375 which means it was above the minimum value of appreciation for literary works. That way it can be said that the level of student appreciation for rhymes as Indonesian literary works is quite good. As an effort to increase students’ appreciation of literature, teachers are expected to be able to provide learning methods that can make students want to always “meet” literary material in the classroom, which is to let students read literary works directly, provide freedom for students in opinion and give rewards for each achievement students in language lessons especially literary material.
Oleh : Resi Miswanitri 1815163444 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 2016 PENERAPAN SASTRA ANAK DI DALAM KELAS MELALUI MENDONGENG Abstrak :
This class action research's objective is to develop the students literature appreciation year 5, to the story reading through reading workshop which focus on the developing of emotive response to the content of the story and the developing response at the character and event in the story. This research took place at SD 4 Sesetan Denpasar in two cyclus, in every cycle hare are two meeting. This subject research is year 5 teacher. The research data is collected using observation, interview, and document analyzing technique. The data is analyzed qualitatively which refers to ongoing analysis principle. The result of the research Indicates that through reading workshop activity, rind the. procedure (1) mini lessons, that is introduction of the story book, selection of the story books based on the student's interest, (2) continued to the silent residing, (3) making dialogue journal, and at last (4) sharing, literature appreciation students year 5 elementary school to the story reading covers emotive response to the story contents, and the response to the character and event at the story develop.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2018
Penelitian ini bertujuan menemukan formulasi kalayakan karya sastra sebagai bacaan siswa sekolah menengah pertama (SMP/MTs). Masalah penelitian adalah bagaimanakah formulasi kelayakan karya sastra sebagai bacaan siswa sekolah menengah pertama (SMP/Mts)? Untuk memecahkan masalah dan mencapai tujuan penelitian digunakan metode kualitatif yang ditopang dengan analisis deskriptif disertai teknik wawancara dan studi pustaka. Hasil penelitian membuktikan bahwa formulasi kelayakan karya sastra sebagai bacaan siswa sekolah menengah pertama meliputi: (1) genre sastra (prosa, puisi, dan drama) anak remaja usia 13—16 tahun, (2) konvensi sastra (prosa, puisi, drama) yang telah mentradisi, (3) konvensi laras bahasa sastra berkonotasi, bergaya, dan berketaklasungan ekspresi, serta (4) tema dan aktualisasi nilai-nilai karakter bangsa yang disesuaikan dengan tingkat usia, pemahaman, dan psikologi siswa, yang meliputi tema ketuhanan, tema kemanusiaan, dan tema peduli alam semesta. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa formulasi kelayakan karya sastra sebagai bacaan siswa sekolah menengah pertama haruslah disesuaikan dengan tingkat usia, pemahaman, dan psikologi siswa.
Yassirullaily & Zamroni Fajri, 2019
ABSTRAK Sastra memiliki peran sangat fundamental dalam pendidikan karakter.ibarat api dengan panasnya,ibarat air dengan basahnya,dan ibarat kapas dengan kainnya.hal ini disebabkan karya sastra pada dasarnya membicarakan berbagai nilai hidup dan kehidupan yang berkaitan langsung dengan pembentukan karakter manusia.sastra dalam pendidikan anak berperan mengembangkan bahasa, mengembangkan kognitif, afektif, psikomotorik, kepribadian dan mengembangkan pribadi sosial. Sastra sebagai media pembelajaran dapat dimanfaatkan secara reseptif(bersifat menerima) dan ekpresif (kemampuan mengungkapkan) dalam pendidikan karakter. pemanfaatan secara reseptif karya sastra sebagai media pendidikan karakter dilakukan dengan (1) pemilihan bahan ajar, dan (2) pengelolaan proses pembelajaran. Adapun pemanfaatan secara ekspresif karya sastra sebagai media pendidikan karakter dapat ditempuh dengan cara mengelola emosi, perasaan, semangat, pemikiran, ide, gagasan, dan pandangan siswa kedalam bentuk kreatifitas menulis karya sastra dan bermain drama, teater atau film. ABSTRACT Literature has a very fundamental role in character education. It is like fire with heat, like water with wetness, and like cotton with cloth. This is due to literary works basically talking about various values of life and life that are directly related to human character formation. plays a role in developing language, developing cognitive, affective, psychomotor, personality and developing a social person. Literature as a learning medium can be used receptively and expressively in character education. Receptive use of literature as a medium for character education is carried out by (1) the selection of teaching materials, and (2) management of the learning process. The expressive use of literature as a medium for character education can be achieved by managing emotions, feelings, enthusiasm, thoughts, ideas, ideas, and views of students in the form of creativity in writing literary works and playing drama, theater or film. PENDAHULUAN Kondisi masyarakat ini sngat memprihatinkan. Perkelahian, pembunuhan, kesenjangan sosisal, ketidak adilan, perampokan, koropsi, pelecehan seksual, penipuan terjadi dimana mana. Hal itu dapat diketahui lewat berbagai media cetak seperti surat kabar, televisi atau internet. Bahkan, tidak jarang kondisi seperti itu dapat diselesaikan secara langsung ditengah masyarakat.
Reseña del Libro de Ahmed Tahiri (pp 35-52) Mohammedia - Marruecos, 1991
IN: A. Miltenburg (a cura), Incontri di sguardi. Saperi e pratiche dell’intercultura, Unipress, Padova 2002, pp. 229-258
Library & Information Science Research, 2009
Archaeology of Food: An Encyclopedia
Revista Paginas, 2022
Micronesia - Visiones Desde Europa, 2001
Archaeopress Publishing Ltd eBooks, 2023
A Companion to African American …, 2010
Revista argentina de cirugía
Revista Colombiana de Educación, 2017
Computational Intelligence and Neuroscience
The Journal of Immunology, 2011
International journal of applied research, 2022
Cochrane Database of Systematic Reviews, 2005
HAL (Le Centre pour la Communication Scientifique Directe), 2005