Yesus Menyembuhkan Orang Pada Hari Sabat
Suatu Kajian Naratif Yesus Menyembuhkan Orang Pada Hari Sabat
Menurut Teks Matius 12: 9-15a
Dosen Pengampu :
Marudut Sihotang M.Th
Oleh/Nim
Grace Natalia Lumbantoruan/1910082
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Methodist Indonesia
Bandar baru
TA : 2021/2022
I.Pendahuluan
Dalam perjalanan umat Kristen dari abad tema ini menjadi kontroversial yakni muncul beragam pandangan bahkan cenderung saling bertolak belakang. Sebagian terdapat kelompok orang Kristen memiliki sikap mengabaikan hukum hari sabat karena menganggap sama sekali tidak memiliki peranan penting bagi kehidupan orang percaya masa kini. Sebagian lagi terdapat sekelompok orang Kristen yang menerapkan tema ini berdasarkan pendekatan makna literal sehingga mengelompokkan orang- orang yang gagal menjalankan perintah tentang hari Sabat ke dalam kumpulan orang yang akan menerima hukuman kekal dalam api nereka. Selain itu, terdapat juga kelompok orang Kristen yang menerapkan perintah ini secara tersirat
Timotius Fu,Perhentian Hari Sabat: Makna dan Aplikasinya Bagi Orang Kristen,Veritas: Jurnal Teologi Dan Pelayanan,Vol,11(Malang: Seminar Alkitab Asia Tenggara Malang, 2010),hlm 231. Yesus menyembuhkan orang sakit pada hari Sabat merupakan peristiwa yang cukup sering terjadi dan merupakan salah satu isu konflik dengan orang- orang Farisi, hal mana kelihatannya telah menyebabkan ketengangan yang seriys antara diriNya dengan para petinggi agama Yahudi. Di samping tindakan penyembuhan aktual yang memang secara keras dilarang oleh hukum Sabat, penyembuhan- penyembuhan Yesus itu membuat orang beduyun- duyun datang menyaksikan dan juga membawa orang- orang sakit untuk disembuhkan, semua itu sangat mengganggu istirahat Sabat
https://. Hosanaditempatyangmahatinggi. Wordpress.com/tag/yesus- menyembuhkan-orang-yang-tangannya;mati-sebelah
II. Analisasi Narasi
Teks yang menjadi objek penelitiaan penulis adalah teks yang berbicara tentang” Yesus menyembuhkan orang yang lumpuh tangan kanannya pada Hari Sabat( Mat 12:9-15a)”. Teks ini merupakan suatu cerita tentang perselisihan yang terjadi antara Yesus dan orang- orang Farisi yang terjadi di Sinagoga, rumah ibadat Agama Yahudi.
Perikop ini melanjutkan perdebatan antara orang- orang Farisi dan Tuhan Yesus tentang sikap yang tepat terhadap hari Sabat. Bagi, Yesus orang boleh berkarya pada hari Sabat, asal hal itu, dilakukan demi kebaikan, demi kepentingan sesama. Untuk menegaskan Pendapat-Nya, Tuhan Yesus melanggar aturan Sabat yang dimutlakkan oleh orang- orang Farisi itu. Secara provokatif Ia menyembuhkan seseorang yang sebelah tangannya telah lama mati
Al. Purwa Hadiwardoyo, MSF,Intisari Keempat Injil(Yogyakarta: Kanisius,2015,hlm 21.Kisah yesus menyembuhkan orang pada hari Sabat dalam Injil Matius 12:9-15a, dapat juga dibandingkan dengan Injil Markus 3:1-6 dan Injil Lukas 6:6-11. Bila kita melihat perbandingan ketiga injil di atas, kita menemukan bahwa ketiganya memiliki kesamaan dalam kisah yakni Yesus menyembuhkan orang pada hari Sabat. Ketiga Injil tersebut memulainya dengan pendahuluan lalu diikuti dengan pertanyanaan dan jawaban dari Yesus dan orang- orang Farisi. Dari ketiga teks ini pula memiliki kesamaan yang yang mendasar yakni memberi prioritas untuk menguduskan hari Sabat terutama dalam perbuatan dan betapa pentingnya menghargai hari Sabat dengan penyembuhan
I. Suharyo, Pr,Op.Cit,hlm 111
2.1. Tesis
Dalam konteks ini, Yesus bukanlah tidak menghargai aturan hari Sabat, tetapi Ia ingin mengembalikan hari Sabat kepada maknanya yang sejati. Ia ingin agar aturan hari Sabat tidak lagi menjadi hal yang sungguh- sungguh membelenggu, membatasi dan mengekang kebebasan seseorang, bahkan kebebasan untuk berbuat baik. Yesus menghendaki agar hari Sabat disyukuri sebagai anugerah Allah demi mendatangkan kebaikan dan keselamatan bagi manusia, dan karenanya, Sabat bukanlah penghalang untuk melakukan kebaikan, sebab melakukan kebaikan adalah wujud nyata dari cinta kasih yang perlu terus dikerjakan oleh setiap manusia kapan dan di manapun ia berada. Sehingga dapat menjadi nyata bahwa hari Sabat yang dikuduskan bagi Tuhan menjadi hari keselamatan bagi semua manusia.
Tindaan Yesus ini sebagai sebuah karya keselamatan. Kehadiran Yesus di tengah umat-Nya yang menderita merupakan sebuah pertanda bahwa Ia tengah membuka pintu kesemalatan yang telah di tutup sekian lama oleh Israel sebagai bangsa pilihan Allah bagi bangsa lain. Yesus merobohkan sekat- sekat pemisah yang telah menyebabkan timbuilnya diskriminasi di antara masyarakat. Hal ini secara jelas menunjukkan bahwa di dalam diri Yesus makna keselamatan itu mengalami erubahan. Keselamatan tidak lagi terikat ada janji yang tepatri antara Allah dan umat Israel.Keselamatan adalah milik dan hak semua orang yang dengan ketulusan hati mengakui iman mereka akan Allah yang hidup. Penerimaan akan Yesus menjadi pokok keselamatan bagi seluruh umat manusia. Karena itu, keselamatan merupakan kemurahan hati Allah kepada manusia yang mesti dianggapp secara bebas oleh setiap manusia baik individu maupun secara bersama- sama.
French I. Arrington,Jaminan Keselamatan Yang Tak Bersyarat (Jakarta: Light Publisinghig,2015),hlm 201-202
2.2.Sistematika
Penyembuhan yang dilakukan Yesus paha hari Sabat terhadap seorang lumpuh sebelah tangannya di dalam teks Matius 12:9-15a, merupakan wujud nyata karya keselamatan Allah bagi umat-Nya yang sedang menderita. Allah adalah sumber keselamatan dan sayang akan umat-Nya. Keselamatan akan diperoleh apabila setiap orang memiliki keterbukaan hati untuk menanggapi keselamatan dan kasih yang Allah tawarkam. Hari Sabat sungguh- sungguh menjadi hari keselamatan, sebab Allah yang hadir dalam diri Yesus sebagai tabib Ilahi berkuasa menyembuhkan serta membaharui hukum Taurat yang sangat menekankan kekudusan hari Sabat. Bagi Yesus Hari Sabat adalah hari keselamatan dan hari Sabat itu diadakan untuk manusia, bukan manusia untuk hari Sabat (bdk. Mrk 2:27). Kehadiran Yesus didunia ialah untuk melanjutkan karya keselamatan Allah yang dijanjikan-Nya pada masa Perjanjian Lama. Dalam Perjanjian Lama, keselamatan sering dinyatakan dengan sesuau yang nyata seperti kemenanhan dalam pertempurandan berlimpahnya hasil panen.
Sedangkan keselamatan di dalam Perjanjian Baru bermakna kehadiran Yesus Kristus untuk meneruskan karya kesemalatan Allah. Semua yang dilakukan Yesus semata- mata berdasarkan cinta dan kepedulian-Nya yang tak kenal batas terhadap seluruh umat-Nya
Ibid
2.3. Analisasi Sastra
Injil Matius ditulis di Palestina dan ditujukan kepada orang- orang Yahudi Kristen. Injil ini juga ditujukan kepada kita sebagai Israel baru. Matius menyatakan bahwa Yesus orang Nazaret itu adalah Nabi dan penggenapan Torah yang terakhir. Yang telah memenuhi segala nubuat dalam Perjanjian Lama. Dialah yang diurapi Allah, Raja Israel yang benar. Jadi, kita melihat tekanan Injil Matius tentang Yesus, adalah sebagai Raja Mesias( Raja yang diurapai)
Howard M. Gering.Op.Cit,hlm 16 Peristiwa- peristiwa dan percakapan bersejarah itu membuktikan bahwa yesus dari Nazaret adalah Mesias dari perkataan dan perbuatan-Nya. Tulisan- Tulisan Matius yang ada di bagian depan Injilnya, berada dekat sekali dengan “masa latihan keduabelas Rasul”.Pasal- pasal itu menyatakan hukum Kerajanan (Khotbah di atas Bukit), dan pekerjanan Kerajanan (Khotbah dalam perumpanaan- perumpamanan pada pasal 13). Tujuan utama pasal- pasal tersebut ialah menyanjung” Kerajanan Surga”, dan memberi keterangan tentang Tuhan sebagai Raja yang dijanjikan.
Ibid
Injil ini ditulis oleh seorang yang dengan cukup baik mengetahui adat istiadat Yahudi dan mahir dalam Kitab Suci Perjanjian Baru. Jemaat yang dituju oleh Matius ini adalah jemaat yang terbuka bagi bangsa- bangsa lain, tetapi menghadapi ketegangan( permusuhan dan pemberontakan) dengan para pemimpin Yahudi. Hal ini digambarkan penulis Injil Matius dalam kecaman- kecaman Yesus terhadap orang- orang Farisi dan Ahli Taurat. Ketegangan dan permusuhan itu terutama terjadi antara para jemaat(yang ciri Yahudinya cukup jelas) dengan para pemimpin Yahudi, bukan dengan Bangsa Yahudi
C.Groenen OFM,Pengantar ke Dalam Perjanjian Baru(Yogyakarta: Kanisius,1984),hlm 89 Hal itu terjadi karena waktu penulisan Injil Matius terjadi konflik antara masyarakat Yahudi dan orang non Yahudi. Itu sebabnya, Injil Matius menggambarkan Ahli Taurat sebagai lawan Yesus yang paling keras
C.Groenen OFM,Pengantar ke Dalam Perjanjian Baru(Yogyakarta: Kanisius,1984),hlm 89Richard A. Burridge,Four Gospel,Ones Jesus? Symbolic Reading(Michigan: william B. Erdmans Company,1999),hlm 85
2.4. Analisasi Karakter
Karakter
1.Orang Farisi
Tidak memiliki rasa kasihan atau tidak peduli
Tidak mau menolong orang yang terluka atau membiarkannya saja
2. Yesus
Penuh kasih atau berbelas kasihan
3. Orang yang Sakit
Taat
Dan penurut
Latar Tempat, Yesus menyembuhkan orang sakit pada hari Sabat di Singago atau rumah Ibadat
Latar Sosial , Orang Farisi menolak Yesus untuk menyembuhkan oang sakit tersebut karena dianggap melanggar hukum Taurat
2.5. Profil Tokoh
1.Yesus
Nama Yesus berasal dari bahasa Ibrani,Y syiia atau Yehosyua, yang berarti Yahwe meyelamatkan. Dalam teks ini, Yesus yang adalah Tuhan atas hari Sabat, mengambil peran sebagai penyembuh dan sekaligus sebagai penyelamat. Kata kunci untuk mendukung pernyataan ini terletak pada kalimat:”Lalu yesus berkata kepada orang itu:’Ulurkanlah tanganmu!’ dan ia mengulurkannya, maka pulihlah tangannya iyu, dan menjadi sehat seperti tangannya orang lain”(Mat 12: 13)
2. Seorang yang Mati Sebelah Tangannya
Berekenan dengan nama dari seorang yang mati sebelah tangannya, dalam Injil Matius dan teks parael lainnya tidak disebut. St. Hironimus mengatakan bahwa Injil Matius dalam bahsa Ibrani yang digunakan oleh kaum Nasrani dan Ebionit menambahkan keadaan ini pada kisah seorang yang mati sebelah tangannya, bahwa ia adalah seorang tukang batu. Melalui catatan inin juga hendak dikatakan bahwa, mereka hanya memilki sedikit, atau melakukan sedikit saja bagi dunia, harus melakukan lebih banyak untuk juwa mereka; sebagai orang kaya tua, dan lemah
Cf,.Matthew Henry.Commentary on the Whole Bible-New Testament(pdf), dalam https://sttakla,org/bible/commentary/en/index.html: diakses pada 28 September 2022,pukul19:15
3. Orang Farisi
Kata Farisi berasal dari kata dasar Bahasa Ibrani yang berarti’ dipisahkan’: maka menurut Origenes dan lain- lain, orang Farisi adalah orang- orang yang memisahkan diri. Diduga, walaupun masih dipertanyakan, bahwa mereka adalah para Hasidim( bdk. 1 Mak 2:42;Ayb 7:12), dan oleh Josephus, mereka itu disebut sebagai salah satu sekte Yahudi bersama dengan orang- orang Eseni dan Saduki
W.R.F. Browning,Op.Cit.,,hlm 103
Orang Farisi dalam Injil Matius adalah korban dari pertentangan Gereja/ Sinagoga setelah 70 M. Mereka adalah pembela setia dari keyahudian yang berlawanan dengan penjelasan hukum Turat menurut Yesus. Orang Farisi juga berlawanan dengan norma- norma yang diharapkan dari pemimpin- pemimpin Kristen generasi kedua. Mereka juga diserang tanpa ampun sebagai orang- orang yang gagal menjadi pelaku dari agamanya sendiri (Mat 23: 3) dan mereka disamakan dengan ahli Taurat yang tidak sesuai dengan kenyataan sejarah( Bdk. Mat 23;13,25,27,29)
Ibid
2.6. Analisasi Struktur
Adapun analisis terhadap struktur dari teks Matius 12:9-15a ini terbagi ke dalam tiga bagian, diantaranya:
Pertama:Ayat 9-10
Disini diceritakan suatu bentrokan lagi tentang hari Sabat. Yesus masuk rumah ibadat orang Yahudi(Sinagoga), dan bertemu dengan seorang yang mati sebelah tangan. Dapat kita bayangkan tragedi orang itu, yang mungkin seorang petani atau seorang tukang, yang tidak dapat mencari sezeki lagi. sebab sebelah tanganya tidak dapat digerakkan lagi. Orang- orang Farisi menyadari bahwa itulah suatu kesempatan yang baik untuk menguji Yesus. Mereka bertanya kepada-Nya”Bolehkah meyembuhkan orang pada hari Sabat?”. Jikalau Yesusmemberi jawaban yang salah atau berbuat salah, maka mereka dapat menuduh Dia kepada Mahkamah Agama.
Orang- orang Farisi sendiri sudah menciptakan suatu peraturan tentang hal mengobati orang pada hari Sabat. Apabila seseorang menderita penyakit yang dapat membahayakan hidupnya, maka orang itu boleh diobati pada hari Sabat, menurut orang Farisi. Tetapi kalau penyakit itu tidak membahayakan, pengibatan harus ditunda, menurut orang Farisi. Dari kedua ayat ini tidak ditampilkan jawaban Yesus atas pertanyanan dari orang- orang Farisi. Yesus lebih memilih untuk tetap pada pendiriannya untuk berbuat suatu hal yang baik demi menyelamatkan seorang yang mati sebelah tangannya. Lebih dari pada itu Yesus sendiri mau membuktikan bahwa Dia adalah Tuhan.
Kedua: Ayat 11-13
Ketiga ayat ini menceritakan tentang Yesus yang tidak mau dicegah dalam niat-Nya untuk menolong orang yang malang. Yesus memakai suatu contoh, tentang seorang yang hanya mempunyai seekor domba. Jika domba itu terjatuh kedalam lubang pada hari Sabat. Pastilah pemiliknya akan mengeluarkan domba itu, sebab binatang itu teramat berharga bagiNya. Rupanya pada waktu itu, di Galilea masih dianggap halal untuk mengeluarkan seekor binatang dari dalam lubang pada hari Sabat. Di kemudian hari muncullah Ahli- ahli Taurat yang mau supaya binatang itu dibiarkan dalam lubang selama hari Sabat, dan hanya makanan diturunkan ke dalam lubang itu
Drs. J.J. de Heer,Op.Cit.,hlm 229
Dalam ayat 12, Yesus menarik kesimpulan:” Bukankah manusia jauh lebih berharga daripada domba?". J”kalau seekor domba dihargai, apalagu seorang manusia patutlah dihargai, biarpun ia seorang yang sangat sederhana. Dan jikalau doma saja boleh ditolong pada hari Sabat, apalagi seorang manusia, yang jauh lebih mulia martabatbya.
Orang Farisi dapat mempertahankan bahwa penyembuhan orang yang sakit tangannya dapat ditunda sampai hari berikutnya. Namun, Yesus dalam kasih-Nya merasa terpanggil untuk menolong secara langsung; dan Ia membaharui peraturan bahwa orang boleh berbuat baik pada hari Sabat(ayat 12). Yang dimaksudkan adalah berbuat baik terhadap sesama manusia yang selalu diprioritaskan dalam ajaran Yesus. Menurut Yesus, hal berbuat baik jauh lebih penting daripada penelitian dengan seksama, apakah suatu perbuatan pada hari istirahat(Sabat) dapat digolongkan sebagai “pekerjaan” atau bukan. Kemudian Yesus menyuruh orang sakit itu mengulurkan tangnya. Orang itu taat kepda perintah-Nya, dan tangannya pun sembuh
Ibid
Ketiga: Ayat 14-15a
Kedua ayat ini mau menceritakan tentang tanggapan orang Farisi atas perbuatan yang dilakukan Yesus pada hari Sabat. Orang Farisi sama sekali tidak terharu atas tindakan kasih Yesus dan tidak terpengaruh oleh kata- kata-Nya. Mereka sudah membeku dalam formalisme pandangan mereka tentang peraturan- peraturan Sabat. Mereka menganggap Yesus sebagai pelanggar hukum Sabat, dan mereka mengetahui bahwa menurut Bilangan 15:32-13 orang Israel yang melanggar Sabat patut dihukum mati. Sebab, itu mereka mulai merencanakan kematian Yesus.
Ibid,....hlm 231
Disisi lain orang Farisi tidak mengerti bahwa Yesus menafsirkan Perjanjian Lama dengan cara yang lebih mendalam dari pada mereka, dan bahwa Yesus mempunyai pengertian tentang Allah yang jauh lebih sempurna dari pengeryian mereka. Namun demikian, jangan kita terlalu heran atas sikap orang Farisi itu, sebab kalau Tuhan Yesus melawan pola hidup kita, kita juga tidak gampang menyerah. Dalam ayat 15a dikatakan bahwa Yesus menyingkir dari sana. Dengan cekup berani Dia sudah memberikan kesaksian-Nya, tetapi Ia menganggap bahwa belum waktunya Ia dibunuh.Masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan-Nya. Karena itu, Ia menyingkir dari hadapan mereka
Ibid
2.7. Eksegese Matius 12:9-15a
Kata Sabat berarti berhenti atau beristirahat. Dalam Bahasa Yunani disebut sabbaton yang juga berkaitan dengan sybat(berhenti, beristirahat, tidak bekerja). Sebagaimana Allah beristirahat pada hari ketujuh, maka orang Israel juga diperintahkan untuk mengingat dan menguduskan hari Sabat. Ada enam hari untuk bekerja dan hari ketujuh adalah hari Sabat Tuhan, hari yang dikuduskan oleh Tuhan(Kel 20: 8-11). Hari Sabat dirayakan dari saat sebelum msatahari terbenam pada Jumat hingga tibanya malam pada hari Sabtu.Hari Sabat itu dimaksudkan demi keselamatan orang Yahudi maupun orang- orang menjadi pekerjanya. Karena itu hari Sabat harus dihormati terutama karena makna keselamatannya, dan bukanlah karena serangkaian larangan yang menyertai hari Sabat Itu.
http://repository. Unwira,ac.id/2123
Kesimpulan
Yesus menyembuhkan orang sakit pada hari Sabat
Yesus menyembuhkan orang sakit di Singago atau rumah Ibadat
Orang Farisi yang menolak ketika Yesus melakukan penyembuhan terhadap orang yang mati sebelah tangannya
Hari Sabat adalah Sabat kata yang berarti penghentian(kerja). Jadi, hari perhentian kerja yang sangat penting bagi kehidupan orang Israel, di kukuhkan oleh perhentian kera Allah sendiri dalam karya penciptaan( Kej 2:1-3) dan diterima demikian dalam semua bagian Alkitab Perjanjian Lama( walaupun tidak disebut- sebut dalam sastra kebijaksanaan).
Daftar Pustaka
Timotius Fu,Perhentian Hari Sabat: Makna dan Aplikasinya Bagi Orang Kristen,Veritas: Jurnal
Teologi Dan Pelayanan,Vol,11(Malang: Seminar Alkitab Asia Tenggara Malang, 2010),hlm 231
French I. Arrington,Jaminan Keselamatan Yang Tak Bersyarat (Jakarta: Light Publisinghig,2015
https://. Hosanaditempatyangmahatinggi. Wordpress.com/tag/yesus- menyembuhkan-orang-yang-tangannya;mati-sebelah
Al. Purwa Hadiwardoyo, MSF,Intisari Keempat Injil(Yogyakarta: Kanisius,2015,hlm 21
Suharyo, Pr,Op.Cit,hlm 111
Howard M. Gering.Op.Cit,hlm 16
Ibid
C.Groenen OFM,Pengantar ke Dalam Perjanjian Baru(Yogyakarta: Kanisius,1984),hlm 89
C.Groenen OFM,Pengantar ke Dalam Perjanjian Baru(Yogyakarta:
Kanisius,1984),hlm 89Richard A. Burridge,Four Gospel,Ones Jesus? Symbolic
Reading(Michigan: william B. Erdmans Company,1999),hlm 85
Cf,.Matthew Henry.Commentary on the Whole Bible-New Testament(pdf), dalam